Disusun oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
TAHUN AJARAN
202
2
2
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan keridhoan- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
“Perancangan Perkerasan Runway dengan Metode ACN “ ini dengan baik, walaupun
mungkin dalam bentuk ataupun sistematika penulisannya, belum sepenuhnya benar.
Makalah ini, di buat atas dasar untuk kepentingan penulis yang dimana sebagai
penunjang nilai dalam mata kuliah Lapangan Terbang, dan sebagai bahan pembelajaran
demi kelangsungan proses belajar mengajar di kelas. Sehingga kritik dan saran dari Dosen
Pengajar dan pembaca, sangatlah diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
ii
Daftar Isi
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................4
2.5. COMFAA.................................................................................................................21
BAB III................................................................................................................................26
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................27
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
lebih 17.504 pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Sifat negara
Transportasi yang baik dan andal diperlukan untuk memperlancar urat nadi
perekonomian dalam satu wilayah dan juga menjadi salah satu indicator penggerak
kemajuan suatu wilayah. Salah satu moda transportasi yang paling banyak
digunakan yaitu moda transportasi udara. Transportasi udara hadir untuk
menjangkau daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh moda transportasi darat
maupun laut. Kebutuhan akan transportasi udara sendiri tidak terlepas dari
keberadaan bandar udara sebagai sarana dan prasarana penunjang. Untuk saat ini,
Indonesia telah memiliki sekitar 298 bandar udara, dimana sekitar 23 bandar
1
2
udara. Sementara itu, yang termasuk ke dalam fasilitas sisi darat, seperti terminal
penumpang, terminal kargo, dan area parkir kendaraan.
2
3
Gambar 1.1. Sistem airside dan landside pada sebuah bandar udara
(Sumber: Horonjeff et.al., 2010
Landas pacu (runway) adalah suatu daerah persegi empat yang ditetapkan
pada bandar udara yang dipersiapkan untuk kegiatan pendaratan (landing) dan
lepas landas (take-off) pesawat udara. Landas pacu merupakan fasilitas sisi udara
yang berhubungan langsung dengan operasional pesawat udara, bersamaan
dengan landas hubung dan apron. Sama seperti jalan raya pada umumnya yang
didesain dengan perkerasan sedemikian rupa untuk menopang beban kendaraan,
ketiga fasilitas sisi udara tersebut juga diberi perkerasan untuk menopang beban
operasional pesawat udara. Permukaan landas pacu bisa terbuat dari perkerasan
hasil buatan manusia (aspal, beton, komposit, dll.) atau dari perkerasan alami
(rumput, tanah, es, dll.). Kekuatan perkerasan merupakan salah satu faktor penting
dalam menentukan jenis operasional pesawat udara pada sebuah bandar udara.
Semakin besar kekuatan perkerasan landas pacu, maka semakin banyak pesawat
bertonase besar yang bisa dilayani oleh bandar udara. Sebaliknya jika semakin
kecil kekuatan perkerasan, maka operasional pesawat bertonase besar akan
dibatasi.
3
4
BAB II
PEMBAHSAN
(taxiway).
Perencanaan fisik landas pacu merupakan salah satu unsur penting di dalam
perencanaan konstruksi sebuah bandar udara. Pola operasional pesawat terbang
dan volume lalu lintas yang direncanakan mempengaruhi karakteristik
perencanaan landas pacu. ICAO mengatur tentang desain fisik landas pacu dan
teknis pengoperasian didalam Annex 14 – Volume I yang membahas mengenai
desain bandar udara dan operasinya (Aerodrome Design and Operations). Secara
umum, ICAO membagi klasifikasi lapangan terbang ke dalam tabel berikut:
fisik landas pacu penting yang menjadi perhatian utama dalam perencanaan
bandar udara, seperti:
6
7
4 - - 45 m 45 m 45 m 60 m
7
8
dengan fungsi pada jalan biasa, yaitu untuk mempercepat aliran air yang jatuh
diatas permukaan perkerasan menuju saluran drainase.
Berikut adalah tabel ketentuan minimum desain kemiringan landas pacu, baik
yang melintang dan memanjang.
Tabel 2.4 Kemiringan melintang minimum landas pacu
Huruf Kemiringan Melintang
Kode (%)
A 2
B 2
C 1,5
D 1,5
E 1,5
8
9
9
10
Landas pacu bandar udara merupakan jalur yang diberi perkerasan sebagai jalur
utama pergerakan pesawat selama di area bandar udara. Perkerasan lapangan
terbang dirancang untuk menerima beban pesawat sesuai dengan yang
direncanakan. Perkerasan lapangan terbang biasanya didesain ke dalam beberapa
lapisan dengan tiap lapisannya direncanakan dengan ketebalan yang cukup dan
memadai sehingga dapat menyokong beban pesawat yang melintas diatasnya.
Untuk memenuhi fungsi dari landas pacu pada umumnya lapisan permukaan
perkerasan dibuat dengan menggunakan beton semen (perkerasan kaku) atau
beton aspal (perkerasan lentur) sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air
dengan stabilitas yang tinggi dan memiliki daya tahan yang lama (Horonjeff et al.,
2010).
Dalam menunjang operasional pesawat udara, landas pacu juga terdiri dari 4 pola
dasar konfigurasi, meliputi:
Landas pacu sejajar didesain untuk menampung kapasitas pesawat yang lebih
banyak daripada landas pacu tunggal. Kapasitas pada landas pacu sejajar
bergantung kepada jumlah landas pacu dan jarak yang memisahkan antar landas
pacu. Secara umum, kapasitas yang mampu ditampung landas pacu sejajar adalah
60-200 operasi per jam (VFR). Pada kondisi IFR, kapasitas bergantung kepada
klasifikasi jarak antar landas pacu.
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
padat dan memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada jalan-jalan lintas
antar provinsi, jembatan layang (fly over), jalan tol, hingga perkerasan pada
airside bandar udara. Meski begitu, tidak jarang perkerasan kaku menggunakan
permukaan yang dilapisi aspal untuk meningkatkan kenyamanan pengguna
jalan. Perkerasan kaku umumnya hanya terdiri dari dua lapis, yaitu: pelat beton
dan pondasi bawah (subbase course). Komponen perkerasan kaku dapat
ditunjukkan pada gambar berikut.
16
17
17
18
18
19
19
20
subgrade. Nilai ACN secara spesifik untuk pesawat udara bisa diperoleh dari
pabrik pembuat pesawat maupun melalui media lain seperti tabulasi dari
Transport Canada Technical Evaluation Engineering maupun perangkat lunak
COMFAA. Berikut adalah tabel contoh nilai ACN dari beberapa pesawat.
20
21
21
22
22
23
overload tidak diperkenankan kecuali bagi pendaratan darurat. Untuk nilai PCN
yang ditentukan menggunakan perhitungan analitis (kode “T”), maka izin
operasi pesawat pada kondisi overload diberikan dengan meninjau beban ijin
(Po) pesawat dibandingkan dengan beban aktual (P).
2.5. COMFAA
23
24
24
25
ditentukan.
25
26
Pass adalah gerakan satu kali pesawat melewati perkerasan landas pacu,
baik berupa kedatangan, keberangkatan, maupun taxi. Pass dari suatu pesawat
tergantung dari kondisi geometrik fasilitas sisi udara, dalam hal ini yaitu ada
atau tidaknya parallel taxiway. Skema pergerakan pesawat pada suatu bandar
udara ditampilkan pada Gambar 2.11.
26
27
memiliki parallel taxiway lebih sedikit dibandingkan jika bandar udara tidak
memiliki parallel taxiway. Kondisi ini akan mempengaruhi rasio perbandingan
antara pass dan siklus lalu lintas (pass to traffic cycles, P/TC). Berikut adalah
nilai P/TC yang digunakan untuk berbagai skenario pergerakan pesawat.
27
28
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menurut Federal Aviation Administration (FAA), ACN adalah nilai
yang menyatakan dampak relatif suatu pesawat terbang terhadap struktur
perkerasan landasan yang memiliki kekuatan tanah dasar (subgrade) standar
tertentu. ACN dihitung dengan memperhatikan posisi pusat gravitasi (CG)
yang memberikan beban kritis pada gigi kritis. Biasanya posisi CG paling
belakang yang sesuai dengan massa maksimum kotor landasan yang
digunakan sebagai parameter untuk menghitung ACN. Setiap pesawat terbang
memiliki nilai ACN yang masing- masing berbeda satu sama lainnya,
tergantung kepada berat pesawat (Maximum Take-off Weight dan Operating
Empty Weight) dan konfigurasi pesawat, seperti tekanan ban standar,
konfigurasi dan geometrik roda, dan lain-lain.
28
29
DAFTAR PUSTAKA
Horonjeff, Robert et. al. 2010. Planning and Design of Airports, 5th Edition.
United States of America: McGraw Hill Books.
Istiar, et. al. 2017. “Taxiway Pavement Evaluation to Support the Operational
of Terminal 2 Juanda Airport.” Proceeding of the 3rd International
Conference on Civil Engineering Research (ICCER): Surabaya,
August, 1st-2nd 2017.
29
30
Putri, Nurul Aulia, 2018. Analisis Kekuatan Perkerasan Landas Pacu Bandar
Udara Internasional Jawa Barat dengan Perangkat Lunak COMFAA.
[Skripsi]. Bandung: Universitas Kristen Maranatha, Program Sarjana.
Rahman, Taqia et. al. 2015. “Evaluation of Bearing Capacity and PCN of North
Runway ‘Cakar Ayam’ System in Soekarno-Hatta International
Airport using Finite Element Modelling – Case Study: To Operate the
B777- 300ER Aircraft.” Proceeding of the 18th FSTPT International
Symposium: Universitas Lampung, Bandar Lampung, August, 28 th
2015
30