Disusun oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
TAHUN AJARAN
2020
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan keridhoan- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah “Perancangan Perkerasan Runway dengan Metode CBR “ ini dengan baik,
walaupun mungkin dalam bentuk ataupun sistematika penulisannya, belum sepenuhnya
benar.
Makalah ini, di buat atas dasar untuk kepentingan penulis yang dimana sebagai
penunjang nilai dalam mata kuliah Lapangan Terbang, dan sebagai bahan pembelajaran
demi kelangsungan proses belajar mengajar di kelas. Sehingga kritik dan saran dari
Dosen Pengajar dan pembaca, sangatlah diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................7
2.1.1.1. Perkerasan.........................................................................................................8
2.3. Perancangan Tebal Perkerasan Lentur ( Pleksible Pavement ) Dengan Metode FFA
.........................................................................................................................................13
2.4. COMFAA.................................................................................................................16
BAB III................................................................................................................................21
PENURUP.......................................................................................................................21
3. Kesimpulan...............................................................................................................21
Daftar Pustaka......................................................................................................................22
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Transportasi yang baik dan andal diperlukan untuk memperlancar urat nadi
perekonomian dalam satu wilayah dan juga menjadi salah satu indicator penggerak
kemajuan suatu wilayah. Salah satu moda transportasi yang paling banyak
digunakan yaitu moda transportasi udara. Transportasi udara hadir untuk
menjangkau daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh moda transportasi darat
maupun laut. Kebutuhan akan transportasi udara sendiri tidak terlepas dari
keberadaan bandar udara sebagai sarana dan prasarana penunjang. Untuk saat ini,
Indonesia telah memiliki sekitar 298 bandar udara, dimana sekitar 23 bandar udara
telah mampu untuk didarati pesawat-pesawat berbadan lebar.
1
2
Gambar 1.1. Sistem airside dan landside pada sebuah bandar udara
(Sumber: Horonjeff et.al., 2010
Landas pacu (runway) adalah suatu daerah persegi empat yang ditetapkan
pada bandar udara yang dipersiapkan untuk kegiatan pendaratan (landing) dan
lepas landas (take-off) pesawat udara. Landas pacu merupakan fasilitas sisi udara
yang berhubungan langsung dengan operasional pesawat udara, bersamaan
dengan landas hubung dan apron. Sama seperti jalan raya pada umumnya yang
didesain dengan perkerasan sedemikian rupa untuk menopang beban kendaraan,
ketiga fasilitas sisi udara tersebut juga diberi perkerasan untuk menopang beban
operasional pesawat udara. Permukaan landas pacu bisa terbuat dari perkerasan
hasil buatan manusia (aspal, beton, komposit, dll.) atau dari perkerasan alami
(rumput, tanah, es, dll.). Kekuatan perkerasan merupakan salah satu faktor penting
dalam menentukan jenis operasional pesawat udara pada sebuah bandar udara.
Semakin besar kekuatan perkerasan landas pacu, maka semakin banyak pesawat
bertonase besar yang bisa dilayani oleh bandar udara. Sebaliknya jika semakin
kecil kekuatan perkerasan, maka operasional pesawat bertonase besar akan
dibatasi.
4
BAB II
PEMBAHSAN
5
fasilitas sisi udara (air side), selain area parkir (apron) dan landas hubung
(taxiway).
Perencanaan fisik landas pacu merupakan salah satu unsur penting di dalam
perencanaan konstruksi sebuah bandar udara. Pola operasional pesawat terbang
dan volume lalu lintas yang direncanakan mempengaruhi karakteristik
perencanaan landas pacu. ICAO mengatur tentang desain fisik landas pacu dan
teknis pengoperasian didalam Annex 14 – Volume I yang membahas mengenai
desain bandar udara dan operasinya (Aerodrome Design and Operations). Secara
umum, ICAO membagi klasifikasi lapangan terbang ke dalam tabel berikut:
6
fisik landas pacu penting yang menjadi perhatian utama dalam perencanaan
bandar udara, seperti:
7
3 30 m 30 m 30 m 45 m - -
4 - - 45 m 45 m 45 m 60 m
8
dengan fungsi pada jalan biasa, yaitu untuk mempercepat aliran air yang jatuh
diatas permukaan perkerasan menuju saluran drainase.
Berikut adalah tabel ketentuan minimum desain kemiringan landas pacu, baik
yang melintang dan memanjang.
Tabel 2.4 Kemiringan melintang minimum landas pacu
Huruf Kemiringan Melintang
Kode (%)
A 2
B 2
C 1,5
D 1,5
E 1,5
9
aktivitas pergerakan pesawat saat lepas landas atau mendarat.
10
Landas pacu bandar udara merupakan jalur yang diberi perkerasan sebagai jalur
utama pergerakan pesawat selama di area bandar udara. Perkerasan lapangan
terbang dirancang untuk menerima beban pesawat sesuai dengan yang
direncanakan. Perkerasan lapangan terbang biasanya didesain ke dalam beberapa
lapisan dengan tiap lapisannya direncanakan dengan ketebalan yang cukup dan
memadai sehingga dapat menyokong beban pesawat yang melintas diatasnya.
Untuk memenuhi fungsi dari landas pacu pada umumnya lapisan permukaan
perkerasan dibuat dengan menggunakan beton semen (perkerasan kaku) atau
beton aspal (perkerasan lentur) sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air
dengan stabilitas yang tinggi dan memiliki daya tahan yang lama (Horonjeff et al.,
2010).
Dalam menunjang operasional pesawat udara, landas pacu juga terdiri dari 4 pola
dasar konfigurasi, meliputi:
2
letak perpotongannya maupun kebijakan arah lepas landas atau pendaratan
pesawat.
3
Gambar 2.4 Konfigurasi landas pacu V terbuka
2.1.1.1. Perkerasan
Perkerasan merupakan suatu struktur yang terdiri dari beberapa lapisan yaitu
kombinasi dari surface, base course dengan beberapa kekerasan dan daya dukung yang
berbeda. Struktur tersebut disusun sedemikian rupa di atas subgrade dan berfungsi
untuk menerima beban di atasnya yang kemudian mendistribusikan ke lapisan
subgrade. Karena itu tiap-tiap lapisan dari atas ke bawah harus cukup kekerasan dan
ketebalannya, sehingga tidak mengalami perubahan bentuk karena tidak mampu
menahan beban.
Seperti halnya perkerasan jalan raya, maka untuk lapangan terbang atau bandar
udara terdiri dari dua jenis perkerasan yaitu :
a. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Merupakan perkerasan yang terbuat dari campuran aspal dan agregat yang
terdiri dari surface, base course dan subbase course. Lapisan tersebut digelar
di atas lapisan tanah asli yang telah dipadatkan.
b. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Merupakan struktur perkerasan yang terbuat dari campuran semen dan
agregat, terdiri dari slab-slab beton dengan ketebalan tertentu, di bawah
lapisan beton adalah subbase course yang telah dipadatkan dan ditunjang oleh
lapisan grade (tanah asli). Perkerasan Rigid biasanya dipilih untuk ujung
landasan, pertemuan antara landas pacu dan taxiway, apron dan daerah- daerah
4
lain yang dipakai untuk parkir pesawat atau daerah-daerah yang mendapat
pengaruh panas blast jet, dan limpahan minyak.
6
3. Lapis pondasi bawah (subbase course)
Lapis pondasi bawah berada diantara lapis pondasi atas dan tanah dasar
(subgrade). Material yang digunakan dalam konstruksi lapis pondasi bawah
harus disusun secara efisiensi sehingga bisa mengurangi ketebalan lapisan-
lapisan diatasnya, yang secara langsung bisa menghemat biaya konstruksi.
Fungsi dari lapis pondasi bawah, antara lain:
a. Sebagai lapis yang mendistribusikan beban lalu lintas dari
lapis- lapis diatasnya menuju ke tanah dasar
b. Sebagai lapis peresapan untuk mencegah genangan dan
kumpulan air di lapis permukaan dan lapis pondasi atas
c. Lapis untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar
naik ke lapis pondasi atas
4. Tanah dasar (subgrade)
Tanah dasar merupakan perletakan dasar struktur lapis perkerasan, berupa
permukaan tanah, baik berupa tanah semula, tanah galian, maupun tanah
timbunan, yang dipadatkan.
7
padat dan memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada jalan-jalan lintas
antar provinsi, jembatan layang (fly over), jalan tol, hingga perkerasan pada
airside bandar udara. Meski begitu, tidak jarang perkerasan kaku menggunakan
permukaan yang dilapisi aspal untuk meningkatkan kenyamanan pengguna
jalan. Perkerasan kaku umumnya hanya terdiri dari dua lapis, yaitu: pelat beton
dan pondasi bawah (subbase course). Komponen perkerasan kaku dapat
ditunjukkan pada gambar berikut.
8
Gambar 2.7 Skema distribusi beban pada perkerasan
(Sumber: Muliasari & Lukiana, 2013)
9
Gambar 2.8 Perkerasan lentur pada landas pacu
10
mengacu kepada Advisory Circular (AC) no. 150/5320/6D dimana penentuan
tebal perkerasan mengacu pada karakteristik pesawat rencana dengan
menggunakan grafik tebal perkerasan landas pacu. Secara prinsip, metode FAA
memiliki parameter yang hampir sama dengan metode CBR. Metode LCN
merupakan metode perencanaan perkerasan yang diakui ICAO yang
menggunakan parameter kapasitas daya dukung perkerasan untuk setiap
pesawat. Kapasitas daya dukung tersebut dinyatakan dalam nilai LCN. Nilai
LCN tersebut bervariasi, tergantung kepada geometri roda pendaratan pesawat,
tekanan roda, dan komposisi tebal perkerasan. Konsep yang berlaku pada
metode LCN adalah bila angka LCN perkerasan lapangan terbang lebih besar
daripada LCN pesawat, maka perkerasan lapangan terbang aman untuk didarati
pesawat tersebut.
2.3. COMFAA
FAA mengembangkan sebuah aplikasi perangkat lunak bernama
COMFAA untuk memfasilitasi penggunaan metode ACN-PCN, yang bisa
menghitung nilai ACN dengan menggunakan prosedur dan syarat yang
ditetapkan ICAO. Penggunaan perangkat lunak ini diatur pada AC 150/5335-5C
(2014), yang kemudian diadopsi di Indonesia ke dalam Peraturan Dirjen
Perhubungan Udara Nomor: KP 93 tahun 2015, tentang Pedoman Perhitungan
PCN Perkerasan Prasarana Bandar Udara. Perangkat lunak COMFAA dapat
diunduh di website www.faa.gov bersama dengan file pendukung berupa
Microsoft Excel spreadsheet. Selain itu, COMFAA juga dapat melakukan
perhitungan nilai PCN sesuai dengan prosedur mekanistik didalam AC tersebut.
COMFAA dapat melalukan dua jenis mode perhitungan, yaitu mode
perhitungan ACN (ACN computation mode) dan mode perhitungan desain tebal
perkerasan (pavement thickness mode).
11
Gambar 2.10 Tampilan utama pada software COMFAA
(Sumber: FAA, 2014)
12
coverage yang ditentukan.
13
Departure (keberangkatan) merupakan elemen penting yang
berpengaruh dalam proses desain maupun evaluasi perkerasan bandar udara.
Jumlah keberangkatan pesawat udara menjadi pertimbangan utama didalam
menentukan kekuatan perkerasan bandar udara, terutama dalam perhitungan
nilai PCN. Ketika pesawat melakukan take-off, berat pesawat udara jauh lebih
berat daripada berat pesawat ketika landing. Selain itu, saat melakukan lepas
landas, bagian hidung pesawat yang perlahan naik akan menyebabkan distribusi
gaya angkat pesawat mengarah ke roda utama (main gear)di bagian belakang,
sehingga beban maksimum saat itu akan dipikul oleh roda utama. Oleh karena
itu, faktor keberangkatan lebih sering dipertimbangkan daripada faktor
kedatangan (arrival).
Pass adalah gerakan satu kali pesawat melewati perkerasan landas pacu,
baik berupa kedatangan, keberangkatan, maupun taxi. Pass dari suatu pesawat
tergantung dari kondisi geometrik fasilitas sisi udara, dalam hal ini yaitu ada
atau tidaknya parallel taxiway. Skema pergerakan pesawat pada suatu bandar
udara ditampilkan pada Gambar 2.11.
14
antara pass dan siklus lalu lintas (pass to traffic cycles, P/TC). Berikut adalah
nilai P/TC yang digunakan untuk berbagai skenario pergerakan pesawat.
15
BAB III
PENURUP
3. Kesimpulan
Perencanaan fisik landas pacu merupakan salah satu unsur penting di dalam
perencanaan konstruksi sebuah bandar udara. Pola operasional pesawat terbang
dan volume lalu lintas yang direncanakan mempengaruhi karakteristik
perencanaan landas pacu. ICAO mengatur tentang desain fisik landas pacu dan
teknis pengoperasian didalam Annex 14 – Volume I yang membahas mengenai
desain bandar udara dan operasinya (Aerodrome Design and Operations).
Secara umum, ICAO membagi klasifikasi lapangan terbang ke dalam tabel
berikut:
16
17