Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUHAMMAD JEFIER RAMADHAN

NIM : F1A118062
KELAS : TEKNIK BANDAR UDARA (X)

PRE TEST
1. Jelaskan fungsi dan jenis Runway
Jawaban :
 RUNWAY (LANDASAN PACU)
Runway adalah Area yang dipergunakan untuk take-off dan landing pesawat terbang yang
sedang beroperasi, Jumlahnya tergantung dari volume lalu lintas yang dilayani oleh Lapngan terbang
yang bersangkutan dan Orientasinya tergantung kepada antara lain oleh luas lahan yang tersedia untuk
pengembangan lapangan terbang dan arah angin dominan yang bertiup.

 KONFIGURASI RUNWAY

a. Runway tunggal

Merupakan konfigurasi yang paling sederhana dan mempunyai kapasitas berkisar antara 50 – 100
operasi perjam pada kondisi VFR dan 50 – 70 operasi perjam pada kondisi IFR. Kapasitasnya
dipengaruhi oleh komposisi campuran pesawat terbang dan alat-alat bantu navigasi yang tersedia

b. Runway sejajar
Terdiri atas dua atau lebih Runway yang mempunyai orientasi sama, kebanyakan dua Runway
sejajar hanya sedikit beberapa lapngan terbang yang mempunyai tiga Runway sejajar didunia,
sedangkan untuk yang empat atau lima Runway sejajar belum ada. Kapasitas Runway sejajar
tergantung pada jumlah runway dan jarak diantaranya. Jarak antar dua Runway digolongkan
dalam jarak yang rapat. menengah dan renggang

Jarak pemisah antara Runway sejajar sangat bervariasi, seperti terlihat pada tabel

Tabel : Klasifikasi Jarak Pemisah Runway sejajar

Code Number Konstanta


700 – 2500 Dekat
2500 – 4300 Sedang
3 15.000
≥ 4300 Renggang

Kapasitas Runway sejajar dapat bervariasi antara 100 hingga operasi per jam pada kondisi VFR,
bergantung pada komposisi pesawat terbang. Pada kondisi IFR kapasitas Runway sejajar Dekat
antara 50 – 60 operasi perjam, dan kapasitas Runway sejajar Renggang antara 100 – 125 operasi
perjam bergantung pada komposisi campuran pesawat terbang.
Kadang-kadang posisi Runway sejajar dibuat tidak satu garis tetapi agak bergese
c. Runway berpotongan
Runway berpotongan ini diperlukan apabila terdapat angin yang relative kuat (prevalling Wind)
bertiup lebih dari satu arah, sehingga mengakibatkan angin sisi ( Cross Wind ) yang terjadi
berlebihan dan lebih besar daripada Presmisible Crosswind, serta akan berbahaya apabila dibuat
hanya satu Runway saja. Kapasitas dua Runway tergantung pada letak perpotongannya (misal
ditengah atau dekat ujung), makin jauh letak titik potong dari ujung lepas landas Runway dan
ambang pendaratan ( threshold ) kapasitasnya semakin rendah.
Bila angin yang bertiup sangat kuat maka ada kemungkinan hanya satu Runway yang dapat
dioperasikan, sebaliknya bila tidak kuat maka kedua Runway dapat dipergunakan.

d. Runway – V terbuka
Adalah Runway yang terbentu dengan arah yang memencar ( divergen ) tetapi tidak berpotongan.
Dioperasikan bila pada angin yang bertiup dari satu arah tertentu menghasilkan Crosswing pada
salah satu Runway yang lebih besar daripada Permessible Crosswind, bial angina bertiup lemah
maka kedua Runway dapat dipergunakan.

2. Jelaskan cara penentuan lokasi bandara dan cara menentukan arah Runway
Jawaban :
 Cara penentuan lokasi Bandara

1. Pertimbangan penentuan lokasi Bandar udara

Dasar Hukum :

1. Undang-Undang nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan;


2. Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;
3. Peraturan Pemerintah nomor 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan;
4. Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan
Nasional;
5. Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 48 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Bandar
Udara;
6. Peraturan Pemerintah nomor 6 Tahun 2009 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Departemen Perhubungan

Penetapan lokasi dilakukan dengan memperhatikan :

1. Rencana induk nasional bandar udara;


2. Keselamatan dan keamanan penerbangan;
3. Keserasian dan keseimbangan dengan budaya setempat dan kegiatan lain terkait di lokasi bandar
udara;
4. Kelayakan ekonomis, finansial, sosial, pengembangan wilayah, teknis pembangunan, dan
pengoperasian; serta
5. Kelayakan lingkungan.

Persyaratan :
a. Laporan hasil Studi Kelayakan, yang sekurang-kurangnya memuat :
1. Kelayakan Pengembangan Wilayah;
2. Kelayakan Ekonomi dan Finansial;
3. Kelayakan Teknis Pembangunan;
4. Kelayakan Operasional;
5. Kelayakan Angkutan Udara;
6. Kelayakan Lingkungan.

b. Surat Rekomendasi Gubernur;


c. Surat Permohonan Prakarsa
d. Surat Rekomendasi Bupati / walikota;
e. Surat Ketersediaan Lahan dari Bupati/walikota atau bukti kepemilikan dan/atau penguasaan lahan,
harus memenuhi ketentuan meliputi :

 Tanah dan/atau perairan dan ruang udara pada lokasi yang telah ditetapkan untuk keperluan
pelayanan jasa kebandarudaraan, pelayanan keselamatan operasi penerbangan, dan fasilitas
penunjang bandar udara harus dikuasai pemrakarsa bandar udara;
 Penetapan luas tanah danlatau perairan dan ruang udara sebagaimana dimaksud pada ayat 1) harus
didasarkan pada penatagunaan tanah dan/atau perairan dan ruang udara yang menjamin
keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan dalam bidang lain di kawasan letak bandar udara;
dan
 Pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan bandar udara dan pemberian hak atas tanahnya
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f. Surat Penegasan Rencana Pembiayaan.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Penyelenggara bandar udara menyampaikan permohonan penetapan lokasi kepada Menteri


Perhubungan melalui Direktur Jenderal dengan melampirkan persyaratan administrasi;
b. Direktur Jenderal melakukan evaluasi terhadap usulan penetapan lokasi yang disampaikan oleh
penyelenggara bandar udara terhadap aspek :

1. Tatanan kebandarudaraan nasional;


2. Kelayakan ekonomi, teknis, operasional dan kelayakan dari segi angkutan udara;
3. Kelayakan/kelestarian lingkungan; dan
4. Pertahanan keamanan negara.

c. Direktur Jenderal menyampaikan hasil evaluasi kepada Menteri selambat-lambatnya 30 hari kerja
setelah dokumen diterima secara lengkap.
d. Menteri menetapkan lokasi bandar udara dengan memperhatikan hasil evaluasi Direktur Jenderal
selambat-lambatnya 14 hari kerja setelah hasil evaluasi dari Direktur Jenderal diterima secara lengkap.

 Cara menentukan arah Runway


Arah dan kecepatan angin merupakan data yang diperlukan dalam perencanaan maupun
pengembangan landas pacu (runway) di seluruh bandar udara, Sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam perencanaan maupun pengembangan landas pacu, data angin tersebut harus
terlebih dahulu diolah dan dianalisa sehingga menjadi informasi yang berguna, salah satu hasilnya
adalah dalam bentuk diagram windrose. Namun, untuk mengolah dan menganalisa data angin
dalam jumlah besar diperlukan aplikasi yang dapat melakukan perhitungan dan penyajian hasil
analisa yang cepat dan informatif. Lakes Environmental sebuah perusahaan penghasil perangkat
lunak menawarkan aplikasi WRPLOT (Wind Rose Plot) yang dapa melakukan perhitungan dalam
menghasilkan diagram wind rose serta distribusi frekuensi data angin dengan cepat dan dapat
dioverlaykan ke dalam peta google earth sehingga informasi hasil analisa arah dan kecepatan
angin landas pacu (runway) bandar udara menjadi lebih informatif dan interaktif.
Analisa data arah dan kecepatan angin landas pacu (runway) dalam jumlah yang banyak
dapat dilakukan dengan singkat dan cepat menggunakan aplikasi WRPLOT (Wind Rose Plot).
Selain perhitungan yang cepat dan gambar wind rose yang dihasilkan, aplikasi ini juga
memudahkan user dalam menginterpretasikan hasil analisa arah dan kecepatan angin dengan
menyediakan sarana dalam mengoverlay wind rose ke dalam peta google earth. Dengan
menggunakan aplikasi WRPLOT dapat menjadi alternatif yang baik dalam menganalisa data arah
dan kecepatan angin terutama untuk pengembangan landas pacu bandar udara.

3. Untuk pesawat terbang rencana B-777 panjang landasan pacu rencana dasar (basic length runway)
adalah 3506,50 m Maka untuk kondisi
a. operasional pesawat terbang normal : Untuk operasional lepas landas :
Take-off Distance = 1,15 x panjang landasan pacu rencana B-777 = 1,15 x 3.506,50 m = 4.032,475 m
= 4.032,475 x 3,281 ft = 13.230,55 ft
Lift-off Distance = 0,55 x
Take-off Distance LOD = 0,55 x 4.032,475 m = 2.217,86 m = 2.217,86 x 3,281 ft = 7.276,80 ft
Landing Distance (LD) = TOD = 4.032,475 m = 13.230,55 ft
Stop Distance (SD) = 0,6 x LD = 0,6 x 4.032,475 m = 2.419,485 m = 2.419,485 x 3,281 ft = 7.938,33
ft
Clearway (CW)= ( 0,5.(TOD – LOD)) = (0,5.(4.032,475 m – 2.217,86 m)) = 907,30 m = 907,30 x
3,281 ft = 2.976,876 ft
SW) = 0,05 x LD = 0,05 x 4.032,475 m = 201,624 m = 201,624 x 3,281 ft = 661,53 ft
b. Poor-approaches landing :
Landing Distance (LD) =
TOD = 4032,475 m = 13230,55 ft
Stop Distance (SD) = 0,6 x LD = 0,6 x 4032,475 m = 2419,485 m = 2419,485 x 3,281 ft = 7938,33 ft
Clearway (CW)= 0,15 x LD = 0,15 x 4032,475 m = 604,87 m = 604,87 x 3,281 ft = 1984,58 ft Stopway
(SW) = 0,05 x LD = 0,05 x 4032,475 m = 201,624 m = 201,624 x 3,281 ft = 661,53 ft
c. overshoot take-off :
Landing Distance (LD) = TOD = 4032,475 m = 13230,55 ft
Lift-off Distance = 0,75 x Take-off Distance LOD = 0,75 x 4032,475 m = 3024,356 m = 3024,356 x
3,281 ft = 9922,91 ft
Clearway (CW)= 0,5.(TOD – LOD) = 0,5.(4032,475 m – 3024,356 m) = 504,059 m = 504,509 x 3,281
ft = 1653,82 ft
Stopway (SW) = 0,05 x LD = 0,05 x 4032,475 m = 201,624 m = 201,624 x 3,281 ft = 661,53 ft
d. pesawat terbang lepas landas dengan kondisi kegagalan mesin, sehingga harus melakukan
emergency landing :
Landing Distance (LD) = TOD = 4032,475 m = 13230,55 ft
Stop Distance (SD) = 0,6 x LD = 0,6 x 4032,475 m = 2419,485 m = 2419,485 x 3,281 ft = 7938,33 ft
Clearway (CW)= 0,15 x LD = 0,15 x 4032,475 m = 604,87 m = 604,87 x 3,281 ft = 1984,58 ft Stopway
(SW) = 0,05 x LD = 0,05 x 4032,475 m = 201,624 m = 201,624 x 3,281 ft = 661,53 ft

Anda mungkin juga menyukai