TERHADAP PESAWAT B737-900 ER DENGAN METODE ACN-PCN Moulana Rizaldi1), Ari Sandhyavitri2), Alfian Malik2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode 28293 Email : moulana.rizaldi3971@student.unri.ac.id ABSTRACT The airport is an air transportation facility which has now become an important part of the movement of people and goods. The growing Indonesian economy, especially the Riau Province and Pekanbaru City, also has a big role in increasing the use of airport facilities. All available facilities must meet service standards including the runway section for aircraft services. As aircraft movements increase every year, it is necessary to evaluate the operational side of pavement conditions, so this study aims to analyze the PCN value of the runway using the ACN-PCN comparison method for the B737-900 ER aircraft. Based on a report issued by the Ministry of Transportation, the PCN value of the existing runway is 66/F/B/X/T. The results of the evaluation using COMFAA show that in 2025, the runway structure needs to be improved to serve the movement of the B737-900 ER aircraft in 2025 which has a PCN value of 48 F/B/X/T, while the ACN value of the aircraft is 49,8 with a total aircraft movement of reaching 69,369 aircraft per year.
Perkembangan teknologi konstruksi pesawat dengan B737-900ER tercatat telah mengalami kemajuan yang cukup sebagai pesawat terbesar yang pesat, terutama pada bidang bahan menggunakan runway saat ini bangunan. Salah satu bentuk kemajuan Menurut peraturan Keputusan Menteri teknologi bahan bangunan yang sampai Perhubungan (Kepmenhub) Nomor 69 saat ini mengalami perkembangan adalah tahun 2013 tentang Tatanan mortar. Mortar merupakan material struktur Kebandarudaraan Nasional diperlukan yang sangat penting dalam bidang analisis kenaikan jumlah pesawat pada jam konstruksi mengingat sekarang banyak sibuk penerbangan agar tidak terjadi bangunan yang telah menggunakan beton kelebihan kapasitas pesawat pada tahun- dan mortar sebagai bahan bangunan, mudah tahun mendatang dan setiap pengelola dalam pengerjaan, bandara diwajibkan untuk mengevaluasi Data pada tahun 2020 menunjukkan nilai fasilitas yang dimiliki setiap 5 tahun. PCN runway sebesar 66 atau Jumlah penumpang yang meningkat diidentifikasikan ke dalam kode akan berdampak pada penambahan jumlah 66/F/B/X/T. Sebanyak 45.420 pesawat frekuensi penerbangan yang akan menggunakan runway bandar udara Sultan membutuhkan peningkatan pelayanan Syarif Kasim II, sedangkan pada tahun fasilitas sisi udara meliputi landas pacu
Jom FTEKNIK Volume 8 Edisi 2 Juli s/d Desember 2021 1
(runway) yang harus memenuhi standar Bandar Udara, 2003). Menurut (Horonjeff et kekuatan dan kebutuhan dimensi al., 2010) sistem runway terdiri dari ukurannya. perkerasan struktur, bahu landasan (shoulder), bantal hembusan (blastpad), dan B. TINJAUAN PUSTAKA daerah aman runway (runway end safety B.1 Bandar Udara area). Uraian dari sistem runway adalah Bandar Udara adalah kawasan di sebagai berikut: daratan dan/atau perairan dengan batas- 1. Perkerasan struktur, mendukung beban batas tertentu yang digunakan sebagai pesawat sehubungan dengan beban struktur, tempat pesawat udara mendarat dan lepas kemampuan manuver, kendali, stabilitas dan landas, naik turun penumpang, bongkar kriteria dimensi dan operasi lainnya. muat barang, dan tempat perpindahan intra 2. Bahu landasan (shoulder), terletak dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi berdekatan dengan pinggir perkerasan dengan fasilitas keselamatan dan keamanan struktur untuk menahan erosi hembusan jet, penerbangan, serta fasilitas pokok dan menampung peralatan, dan untuk fasilitas penunjang lainnya pemeliharaan dan keadaan darurat. Bandar udara merupakan area daratan 3. Bantalan hembusan (blast pad) adalah atau udara yang secara teratur digunakan suatu daerah yang dirancang untuk untuk mendarat dan lepas landas pesawat. mencegah erosi permukaan yang berdekatan Tempat ini dilengkapi dengan fasilitas- dengan ujung-ujung runway yang menerima fasilitas untuk menyimpan dan memperbaiki hembusan jet yang terus-menerus atau pesawat sebagai tambahan fasilitas-fasilitas berulang. ICAO menetapkan panjang bantal umum lainnya untuk penumpang dan barang hembusan 100 feet (30 m) sedangkan lebar (Bethary, 2018). harus mencakup baik lebar runway maupun Adapun peran bandar udara adalah sebagai bahu landasan (Horonjeff et al., 2010). berikut : Daerah aman runway (runway end 1. simpul dalam jaringan transportasi sesuai safety area), adalah daerah yang bersih tanpa dengan hirarkinya, benda-benda yang mengganggu, diberi 2. pintu gerbang kegiatan perekonomian, drainase, rata dan mencakup perkerasan 3. tempat kegiatan alih moda transportasi, struktur, bahu landasan, bantal hembusan 4. pendorong dan penunjang kegiatan dan daerah perhentian, apabila disediakan. industri dan/atau perdagangan, Daerah ini selain harus mampu untuk 5. pembuka isolasi daerah, pengembangan mendukung beban peralatan pemeliharaan daerah perbatasan, dan penanganan dan dalam keadaan darurat juga harus bencana, mampu mendukung pesawat seandainya 6. prasarana memperkukuh wawasan pesawat karena sesuatu hal keluar dari nusantara dan kedaulatan negara. landasan.
B.2 Landasan Pacu B.3 Konfigurasi Bandar Udara
Landasan pacu (runway) adalah suatu Sebelum merancang sebuah lapangan bidang persegi panjang tertentu di dalam terbang dan fasilitasnya, dibutuhkan lokasi bandar udara yang berupa suatu pengetahuan tentang karakteristik pesawat perkerasan yang disiapkan untuk pesawat terbang untuk merencanakan sarana dan melakukan kegiatan pendaratan (landing) prasarana yang dibutuhkan. Beberapa hal dan tinggal landas (take off) (Petunjuk yang terkait dengan karakteristik pesawat Pelaksanaan, Perencanaan/Perancangan terbang adalah ukuran, berat, dan konfigurasi Landasan Pacu, Taxiway, Dan Apron Pada roda pesawat terbang. Menurut (Horonjeff et
Jom FTEKNIK Volume 8 Edisi 2 Juli s/d Desember 2021 2
al., 2010)berat pesawat terbang penting 2008): untuk menentukan tebal perkerasan runway, a. Operating Empty Weight (OEW) taxiway, dan apron, serta panjang runway Adalah berat utama pesawat, termasuk untuk lepas landas dan pendaratan pada awak pesawat, dan peralatan pesawat, tetapi suatu bandara. Bentang sayap dan panjang tidak termasuk bahan bakar dan muatan yang badan pesawat mempengaruhi perkiraan ada. luasan apron parkir, yang akan b. Pay load mempengaruhi susunan gedung-gedung Adalah beban yang diizinkan untuk terminal. diangkut pesawat sesuai dengan persyaratan yang ada. Beban ini termasuk produksi B.3.1 Ukuran Pesawat Terbang muatan (barang/ penumpang) yang Beberapa hal yang terkait dengan membayar, barang, surat-surat, paket-paket, ukuran pesawat terbang diantaranya dan bagasi. (Horonjeff et al., 2010): c. Berat bahan bakar kosong (Zero fuel a. Wingspan weight) Wingspan atau lebar rentang pesawat Adalah batasan berat, spesifik pada diukur dari ujung kiri sayap sampai ujung tiap jenis pesawat, di atas batasan berat itu sayap kanan. tambahan berat harus berupa bahan bakar, b. Length sehingga ketika pesawat sedang terbang, Length atau panjang badan pesawat tidak terjadi momen lentur yang berlebihan diukur dari ujung hidung sampai ujung pada sambungan. ekor. c. Height B.3.2 Ukuran Pesawat Terbang Height atau Tinggi pesawat terbang, Konfigurasi roda pesawat terdiri dari diukur dari muka lapis keras tempat berdiri roda pendaratan utama (main gear) dan sampai bagian tertinggi dari pesawat (ekor). roda depan (nose gear). Konfigurasi roda d. Wheel base pendaratan utama (main landing gear) Wheel base merupakan jarak antara as menunjukan bagaimanareaksi perkerasan roda utama (main wheel) sampai as roda terhadap beban yang diterimanya. depan (nose wheel). Konfigurasi roda pendaratan utama e. Wheel tread dirancang untuk dapat mengatasi gaya-gaya Wheel tread merupakan jarak antara as yang ditimbulkan pada saat melakukan roda utama kiri dan as roda utama kanan. pendaratan dan berdasarkan beban yang lebih kecil dari beban pesawat lepas landas B.3.2 Ukuran Pesawat Terbang maksimum. Menurut (Horonjeff et al., 2010), berat pesawat terbang penting untuk menentukan B.4 Rencana Induk Bandara tebal perkerasan runway, taxiway dan apron Menurut (2008, 2008) rencana induk serta panjang runway lepas landas dan adalah pedoman pembangunan dan pendaratan. Berat pesawat memiliki pengembangan bandar udara yang mencakup karateristik yang telah ditentukan oleh keseluruhan kebutuhan dan penggunaan perusahaan pembuat pesawat. Berat pesawat tanah serta ruang udara untuk kegiatan akan ditransfer melalui konfigurasi roda penerbangan dan kegiatan penunjang pesawat menjadi beban roda yang akan penerbangan dengan mempertimbangkan diterima oleh perkerasan landasan. aspek-aspek teknis, pertahanan keamanaan, Adapun berat pesawat yang perlu sosial budaya serta aspek-aspek terkait diketahui adalah sebagai berikut (Basuki, lainnya.
Jom FTEKNIK Volume 8 Edisi 2 Juli s/d Desember 2021 3
Tujuan keseluruhan dari rencana induk plan(Sandhyavitri & Taufik, 2005) : bandara adalah untuk memberikan pedoman 1. Tujuan membuat forecasting bagi pengembangan di masa depan yang Hal yang perlu diperhatikan dalam akan memenuhi tuntutan penerbangan dan pembuatan forecasting adalah: sesuai dengan lingkungan, perkembangan a. Forecasting digunakan untuk masyarakat dan cara-cara transportasi menyediakan informasi dalam rencana lainnya (Horonjeff et al., 2010). pembuatan bandara yaitu rencana fisik & Rencana induk merupakan konsep rencana biaya. pengembangan lapangan terbang ultimate b. Bukan untuk memprediksi sesuatu yang artinya rencana induk dibuat berdasarkan tidak diketahui dimasa mendatang secara prakiraan kebutuhan jasa angkutan udara tepat (precise). dan pengembangan bandar udara di masa 2. Hal yang terpenting dalam perencanaan mendatang serta mempunyai batas jenuh bandara adalah pergerakan penumpang, dalam jangka waktu tertentu. pergerakan pesawat, dan barang yang Pengembangan tersebut dapat meliputi diangkut/kargo. jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Pada umumnya kurun B.5 Perkerasan waktu pengembangan jangka panjang adala Perkerasan adalah struktur yang terdiri Meskipun demikian perlu dilakukan dari beberapa lapisan dengan kekerasan dan evaluasi terhadap rencana induk yang ada daya dukung berlainan (Basuki, 2008). sekurang-kurangnya sekali dalam 5 tahun Menurut Basuki (2008) perkerasan berfungsi dengan memperhatikan perkembangan lalu sebagai tumpuan rata-rata pesawat, lintas udara yang dilayani serta permukaan yang rata akan menghasilkan memperhatikan kondisi lingkungan strategis jalan pesawat yang comfort, sehingga harus yang melingkupinya. dijamin bahwa tiap-tiap lapisan dari atas ke bawah cukup kekerasan dan ketebalannya B.4.1 Proses perencanaan sehingga tidak mengalami distress Langkah-langkah dalam proses (perubahan lapisan karena tidak mampu perencanaan sebuah master plan terdiri dari menahan beban). (Sandhyavitri & Taufik, 2005): Perencanaannya perkerasan dibagi atas 2 1. Mempersiapkan program kerja dari jenis yaitu perkerasan lentur (flexible master planning. pavement) yaitu perkerasan yang 2. Inventarisasi dan dokumentasi dari menggunakan aspal dan agregat bermutu kondisi yang ada. tinggi dan perkerasan kaku (rigid pavement) 3. Prakiraan kebutuhan lalu lintas udara yaitu perkerasan yang menggunakan semen dimasa datang. sebagai pengikat dengan slab-slab beton. 4. Penentuan kebutuhan fasilitas dan Dalam hal ini runway dan taxiway pengembangannya dalam waktu yang menggunakan perkerasan lentur sedangkan sama. apron menggunakan perkerasan kaku 5. Mengevaluasi batasan-batasan yang (Permenhub 3, 2008). ada dan batas yang potensial (yang mungkin timbul). B.5.1 Perkerasan Lentur Menurut (Basuki, 2008) dalam buku B.4.2 Prakiraan untuk perencanaan ”Merancang Merencanakan Lapangan Beberapa konsep yang perlu Terbang”, perkerasan lentur adalah suatu diperhatikan dalam membuat prakiraan/ perkerasan yang mempunyai sifat elastis, forecasting sebuah master maksudnya adalah perkerasan akan melendut
Jom FTEKNIK Volume 8 Edisi 2 Juli s/d Desember 2021 4
saat diberi pembebanan. Pada umumnya B.5.2 Metode Perkerasan lentur susunan lapisan konstruksi perkerasan lentur Perhitungan tebal perkerasan metode terdiri dari beberapa lapisan diantaranya : FAA dibuat berdasarkan pengalaman- 1. Tanah dasar (subgrade) pengalaman dari corps of engineers dalam Tanah dasar merupakan bagian yang menggunakan metode CBR dan telah teruji penting dalam perencanaan landasan pacu bahwa perhitungan dengan memakai grafik karena lapisan ini adalah lapisan terbawah FAA bisa dipakai sampai 20 tahun, bebas yang akan mendukung konstruksi dan beban dari perbaikan yang berarti kecuali ada di atasnya. Penyelidikan terhadap tanah perubahan lalu lintas pesawat berbeda jauh dasar sangat diperlukan guna mengetahui dengan ramalan lalu lintas pesawat . Untuk jenis dan daya dukung tanah. dapat menentukan tebal perkerasan 2. Lapis pondasi bawah (subbase beberapa variabel yang perlu diketahui course) antara lain : Lapisan pondasi bawah (subbase a. nilai CBR subgrade dan subbase course) adalah bagian dari konstruksi b. berat maximum take off weight perkerasan landasan pacu yang terletak pesawat (MTOW) diantara tanah dasar (subgrade) dan lapisan c. jumlah keberangkatan tahunan pondasi atas (base course). (annual departure) Menurut (Horonjeff et al., 2010) d. tipe roda pendaratan tiap pesawat. fungsi lapisan pondasi bawah adalah sebagai berikut : B.6 Perkerasan Landasan Pacu a. bagian dari konstruksi perkerasan Kekuatan perkerasan fasilitas sisi udara yang mendukung dan menyebarkan beban dinyatakan dalam suatu rangkaian angka dan roda ke tanah dasar, huruf yang dinyatakan dengan Pavement b. mencapai efisiensi penggunaan classification number (PCN). PCN adalah material yang murah agar lapisan–lapisan angka yang menjelaskan daya dukung selebihnya dapat dikurangi tebalnya perkerasan untuk operasi tidak terbatas (penghematan biaya konstruksi), pesawat dengan nilai ACN kurang dari atau c. untuk mencegah tanah dasar masuk sama dengan PCN. (Manual of Standard 139 ke dalam lapisan pondasi atas. - Aerodrome, DGCA). 2. Lapis pondasi atas (base course) PCN menggambarkan kekuatan struktur Lapisan ini terletak diantara lapisan perkerasan, jenis perkerasan, batas kekuatan permukaan dan lapisan pondasi bawah. subgrade, batas tekanan roda pesawat dan Lapisan ini terdiri dari material batu pecah teknik perhitungan nilai PCN. Secara garis dengan berbagai ukuran yang memiliki besar, nilai PCN adalah ditulis dalam format kualitas tinggi. berikut : 3. Lapis permukaan (surface course) PCN / F / A / Y / T Lapisan permukaan merupakan Format publikasi sistem penulisan PCN yang lapisan yang berada paling atas dan sesuai dengan FAA Advisory Circular AC mengalami kontak langsung dengan beban 150/5335 – 5B tahun 2011 . roda pesawat. Lapisan ini harus memiliki Kode nilai PCN berdasarkan metode yang stabilitas yang tinggi (tidak terjadi digunakan untuk menghitung mlai PCN perubahan bentuk), kedap air, dan mampu dibedakan menjadi dua metode yaitu metode menyalurkan beban yang diterima ke secara teknik dengan diberi Kode "T dan lapisan di bawahnya sehingga metode menggunakan ujicoba pesawat diberi pendistribusian beban hingga ke lapisan Kode “U”. tanah dasar.
Jom FTEKNIK Volume 8 Edisi 2 Juli s/d Desember 2021 5
B.7 Metode Pendekatan Evaluasi pavement dengan data sebagai berikut: Perkerasan Aircraft gross weight = 913 Lbs Beban Perkerasan fasilitas sisi udara salah pesawat pada landing gear = 93.6% satunya apron dapat dilakukan evaluasi 1. Untuk jenis subgrade high (A) Maka dengan asumsi sebagai berikut: dengan menarik garis pada grafik ACN 1. Menentukan nilai ACN dengan vs Aircraft Gross Weight diperoleh metode grafis dari pabrik pembuat nilai ACN = 57 pesawat, software computer dan 2. Untuk jenis subgrade medium (B) metode dari Canadian Department of Maka dengan menarik garis pada Transportation. grafik ACN vs Aircraft Gross Weight diperoleh nilai ACN = 64 3. Untuk jenis subgrade low (C) Maka dengan menarik garis pada grafik ACN vs Aircraft Gross Weight diperoleh nilai ACN = 79 Untuk jenis subgrade ultra low (D) Maka dengan menarik garis pada grafik ACN vs Aircraft Gross
B.9 Menggunakan Software COMFA
Gambar 1. Contoh Grafik Perhitungan ACN dari COMFAA adalah program computer Pabrik Pesawat Boeing 737-900ER yang dikembangkan oleh FAA untuk (Sumber : Boeing, 2004) menghitung perkerasan runway, taxiway, apron baik itu flexible pavement dan rigid Perhitungan ACN (ACN computation pavement bagi jenis pesawat Antonov, mode). Pada mode perhitungan ACN, Ilyusin, Lockheed-Martin, Canadair, COMFAA dapat melakukan : Airbus,Boeing, dsb. 1. Perhitungan ACN pesawat untuk COMFAA telah menyediakan beberapa perkerasan lentur jenis pesawat berikut data teknisnya yang 2. Perhitungan ACN pesawat untuk sudah ada di library program tersebut, untuk perkerasan kaku pesawat yang tidak tercantum dalam library 3. Perhitungan tebal perkerasan lentur COMFAA maka kita harus mencari berdasarkan nilai CBR subgrade informasi data teknis pesawat tersebut yang eksisting. kita inputkan di COMFAA dimana untuk 4. Perhitungan tebal perkerasan kaku selanjutnya program akan menghitung berdasarkan nilai k (modulus reaksi sendiri nilai ACN pesawat tersebut. tanah) dari tanah dasar eksisting. B.10 California Bearing Ratio (CBR) B.8 Metode Aircraft dari Manufacturer CBR (California Bearing Ratio) adalah Dengan menggunakan grafik dari percobaan daya dukung tanah yang pembuat pesawat, kita dapat menentukan dikembangkan oleh California State nilai ACN sebuah pesawat. Data yang Highway Departement. Prinsip pengujian ini diperlukan adalah berat kotor pesawat dan adalah pengujian penetrasi dengan jenis subgrade yang terdapat pada menusukkan benda ke dalam benda uji. runway/taxiway/apron yang akan dilalui Dengan cara ini dapat dinilai kekuatan tanah oleh pesawat tersebut. Sebagai contoh dasar atau bahan lain yang dipergunakan dipilih Boeing 747 - 400ER, flexible untuk membuat perkerasan.
Jom FTEKNIK Volume 8 Edisi 2 Juli s/d Desember 2021 6
Kekuatan tanah diuji dengan uji CBR sesuai pengembangan yang disusun dalam suatu dengan SNI-1744-1989. Nilai kekuatan rancangan. Rencana Induk Bandara Internasional tanah tersebut digunakan sebagai acuan Sultan Syarif Kasim II tertuang dalam Keputusan perlu tidaknya distabilisasi setelah Menteri Perhubungan Nomor 3 tahun 2008. dibandingkan dengan yang disyaratkan Menurut Permenhub Nomor 48 2002, dalam spesifikasinya. penyelenggaraan bandar udara wajib melakukan Pengujian CBR adalah perbandingan antara evaluasi atau peninjauan ulang sekurang- beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan kurangnya sekali dalam waktu 5 tahun terhadap standar dengan kedalaman dan kecepatan rencana induk bandar udara yang telah ada. Pada penetrasi yang sama. Nilai CBR dihitung perencanaan Bandara ini terdiri dari 3 tahap yaitu pada penetrasi sebesar 0.1 inci dan penetrasi tahap I, II dan III. sebesar 0.2 inci dan selanjutnya hasil kedua perhitungan tersebut dibandingkan sesuai C.2 Tahap Penelitian dengan SNI 03-1744-1989 diambil hasil Rancangan yang akan digunakan pada terbesar. penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk mendeteksi variasi C. Metodoogi Penelitian suatu faktor yang memiliki kaitan dengan C.1 Gambaran Objek Penelitian variasi pada satu atau lebih faktor Bandara Internasional Sultan Syarif berdasarkan koefisien korelasi. Hipotesis di Kasim II (Koordinat 0˚28’53,5” LU dan awal menetapkan bahwa, meningkatnya 101˚28’7,23” BT) yang terletak di Kota standar kapasitas pesawat akan Pekanabaru. Bandara Internasional Sultan membutuhkan penambahan kekuatan Syarif Kasim II memiliki panjang runway struktur perkerasan landasan udara bandara. 2600 m dengan lebar 45 m dan memiliki 2 Sehingga untuk membuktikan hipotesis buah taxiway yang keduanya berdimensi tersebut perlu dilakukan penelitian dengan 165x23 m dengan sudut sudut terhadap tahapan-tahapan yang telah ditentukan. runway, Apron seluas 107.165 . Dengan adanya data-data mengenai Dilengkapi dengan fasilitas standar spesifikasi pesawat dan spesifikasi landasan internasional, Bandara Sultan Syarif Qasim udara, dapat dilakukan perbandingan II melayani penerbangan domestik maupun sehingga akan memudahkan jalannya internasional. Landasan pacu bandara penelitian. menghadap arah utara-selatan dan berada pada ketinggian 31 m (104 feet) di atas C.3 Eksperimen dan Studi Kasus muka air laut (Brian,2016). Penelitian akan lebih mudah dilakukan jika mampu melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Faktor-faktor yang memiliki peranan tersebut dapat disebut dengan variabel. Pada penelitian ini ada dua variabel yang digunakan, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas berupa spesifikasi pesawat, tekanan roda pendaratan pesawat, frekuensi pergerakan pesawat. Variabel tergantung berupa nilai PCN landasan udara Gambar 2. Bandara Sultan Syarif Kasim II eksisting dan landasan udara rencana. Pekanbaru Pemilihan alat pemilih data Rencana induk merupakan rencana dapdiputuskan berdasarkan variabel-variabel
Jom FTEKNIK Volume 8 Edisi 2 Juli s/d Desember 2021 7
yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini Mulai digunakan data primer atau data yang diperoleh langsung dari alat penelitian. Adapun alat pengambil data berupa Identifikasi Masalah software COMFAA, di dalam sotware tersebut dimasukkan data-data variabel bebas yang didapat dari perusahaan Pengumpulan data: produsen pesawat. Sehingga dari software tersebut menghasilkan data nilai PCN 1. Nilai PCN Runway eksisting landasan udara rencana. 2. Spesifikasi setiap pesawat yang menggunakan runway Dalam merencanakan landasan udara 3. Frekuensi pergerakan baru atau pengembangan perlu mengamati pesawat pengaruh keberadaan pesawat sebagai pengguna landasan udara. Maka populasi penelitian ini berupa seluruh jenis pesawat yang akan menggunakan landasan udara. Pengumpulan dan Perhitungan ACN Namun untuk memudahkan perencanaan dari : hanya perlu menggunakan sampel berupa jenis pesawat terbesar yang telah ditetapkan, 1. Produsen Pesawat yaitu pesawat B737-300 dengan spesifikasi 2. Canadian Department of yang telah mewakili seluruh jenis pesawat. Transportasion Teknik analisis data yang digunakan penelitian ini adalah korelasi bivariate, dengan membandingkan spesifikasi pesawat Analisis data menggunaan terbesar yang ditetapkan (ACN) terhadap kemampuan landasan udara dalam perbandingan ACN/PCN dibantu menerima beban (PCN). Diharapkan nilai PCN lebih besar dari nilai ACN, maka data korelasi yang dihasilkan adalah berapa % penambahan tebal lapisan landasan udara vs Ya ACN Tidak perlu beban pesawat. Dalam penggunaan kurva < perencanaan, nilai x menggambarkan dikembangkan PCN persentase penambahan tebal lapisan landasan udara dan y adalah data beban Tidak yang dimiliki oleh pesawat yang telah ditetapkan. Rekomendasi teknis dan perlu dikembangkan C.4 Diagram Alir Penelitian Di bawah ini Gambar 3 terlihat alur dan Kesimpulan dan proses untuk mendapatkan hasil dari rencana pengembangan landasan pacu Saran Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Selesai
Jom FTEKNIK Volume 8 Edisi 2 Juli s/d Desember 2021 8
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2 Jenis Pesawat Beroperasi D.1 Perkerasan Runway No Aeroplane Types 1 A 320 – 200 Bandara Sultan Syarif Kasim II 2 A 319 memiliki jnis perkerasan pada landasan 3 B 737 - 900 ER pacu (runway) berupa perkerasan lentur. 4 B 737 - 800 NG Dalam perencanaannya Bandara SSK II 5 B 737 – 500 berpedoman pada metode yang 6 B 737 – 400 dikembangkan oleh FAA (Federal Aviation 7 B 737 300 Administration). Langkah perhitungan 8 B 737 – 200 metode FAA adalah sebagai berikut: 9 CRJ 1000 1. Menentukan jenis pesawat yang 10 ATR 72-500 dilayani dan karakteristik pesawat 1. Mengkonfirmasi karakteristik No Karakteristik Nilai Satuan pesawat yang beroperasi seperti 1 ARFL 2.249 M beban, annual departures, tyre 2 Wings 34,3 M pressure dan lain-lain. 3 OMGWS 5,72 M 2. Memasukkan tebal perkerasan 4 Length 40,67 M equivalent hasil perhitungan dengan 5 MTOW 85.139 Kg bantuan Ms. Excel serta nilai 6 MTOW 187.699,37 Lbs kekuatan subgrade, CBR untuk perkerasan lentur, 2. Menentukan rata-rata pertumbuhan Perhitungan tebal ekuivalent pesawat dan proyeksi pergerakan perkerasan dapat dihitung dengan pesawat tahunan. memasukan tebal perkerasan eksisting berdasarkan data sekunder yang didapatkan 3. Penentuan nilai CBR. dan faktor konversi. 4. Menentukan masing-masing tipe Tebal minimum lapisan Asphal roda pendaratan pesawat. Concrete (material P-401) dan lapisan Base Course (material P-209) untuk analisa PCN D.2 Perhitungan PCN dengan Software dengan software COMFAA dapat dilihat COMFAA pada Tabel 3 di bawah ini. Perhitungan PCN dengan menggunakan software COMFAA memiliki beberapa langkah-langkah sebagai Tabel 3 Tebal Minimum Lapisan P-401 dan berikut: Lapisan P-209 1. Memasukkan semua jenis pesawat terbang yang beroperasi maupun Jumlah Jumlah yang direncanakan akan beroperasi Lapis Roda pada Roda pada pada software COMFAA. Jenis Struktur Main Gear Main Gear pesawat yang beroperasi pada Perkerasan Kurang Sebanyak 4 Bandara Sultan Syarif Kasim II Dari 4 atau Lebih Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Asphal 3 inchi (8 5 inchi (13 Concrete cm) cm) (material P- 401) Jom FTEKNIK Volume 8 Edisi 2 Juli s/d Desember 2021 9 Base 6 inchi (16 8 inchi (21 dengan nilai ACN dari pesawat-pesawat Course cm) cm) yang beroperasi di Bandara Sultan Syarif (material P- Kasim II Pekanbaru. Nilai ACN suatu 209) pesawat yang diperoleh pada penelitian ini bedasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan software COMFAA. 3. Klik PCN Batch, kemudian klik Pada software COMFAA beberapa PCN batch fleksibel, indikator yang perlu disesuaikan pada 4. Setelah program running, hasil spesifikasi teknis pesawat antara lain Gross perhitungan PCN dapat dilihat Weight, %GW on Main Gears dan Tire dengan mengklik Detail pada menu Pressure. Adapun cara memperolehnya Hasil dari running program pada antara lain: software COMFAA terdiri dari tiga tabel 1. COMFAA menggunakan satuan utama. Tabel pertama menunjukkan pounds/lbs dalam menentukan nilai informasi lalu lintas pesawat, tabel kedua gross weight. Gross weight pada menunjukkan nilai PCN untuk semua pesawat rencana Boeing 737 – kategori kekuatan subgrade dan tabel ketiga 900ER telah ditentukan sebesar menunjukkan nilai ACN pesawat. Hasil 188.200 lbs atau 85,366 kg (MRW) running COMFAA selengkapnya dapat untuk menentukan ACNmax dan dilihat pada Lampiran. 98.495 lbs atau 44,676 kg (OEW) Dalam penentuan nilai PCN untuk menentukan ACNmin. berdasarkan running program pada 2. %GW on Main Gears pesawat software COMFAA didapatkan nilai PCN rencana dapat dilihat pada Gambar yang dapat dilihat pada Gambar 4.di bawah 4.1 dengan cara melihat MRW pada ini ordinat paling kanan sebesar 85,366 kg atau 188.200 lbs, kemudian ditarik garis arah kiri hingga Gambar 4 Hasil Running Nilai PCN dengan bertemu point CG lalu ditarik garis Software COMFAA arah bawah hingga diperoleh persentase sebesar 92,95% atau sebesar 79,320 kg atau 174.932 lbs pada main landing gear dari total bobot pesawat. Karena mengacu pada CG untuk menghitung ACN maka untuk bobot 44,676 kg juga digunakan persentase yang sama.
Berdasarkan pada Gambar 4 dapat 3. Kemudian input nilai persentase
dilihat bahwa nilai PCN terbesar GW on Main Gears sebesar 92,95% didapatkan pada pesawat Boeing 737-900 dan Gross Weight sebesar 188.200 ER dengan nilai PCN sebesar 44. Oleh lbs ke dalam software COMFAA. karena itu kode untuk PCN Bandara Sultan 4. Standar operasional tire pressure Syarif Kasim II Pekanbaru adalah 44 pada main gear pesawat jenis F/B/X/T Boeing 737 – 900 ER adalah sebesar 220 psi. D.3 Penentuan Nilai CAN 5. Pada Computational Modes pilih Pembahasan yang dilakukan berkaitan ACN dan Flexible untuk
Jom FTEKNIK Volume 8 Edisi 2 Juli s/d Desember 2021 10
mengerahui nilai ACN pesawat kode huruf karakter kedua yaitu nilai jenis Boeing 737-900 ER. subgrade pada ACN versi COMFAA 6. Setelah itu didapatkan output dari dibandingkan dengan yang sesuai yaitu software COMFAA dapat dilihat dengan nilai B dari PCN runway tersebut, pada Gambar 4.2 dan Tabel 4.5 apakah lebih besar atau lebih kecil. untuk ACNmax, lalu pada Gambar Analisis PCN runway = 44 F/B/X/T 4.3 dan Tabel 4.6 untuk ACNmin. dibandingkan dengan ACN pesawat Pada output tersebut dapat dilihat terbesar Boeing 737 – 900 ER adalah dengan mencocokannya dengan sebagai berikut: nilai CBR pada PCN eksisting a. Jenis Perkerasan adalah perkerasan lentur Bandara Sultan Syarif Kasim II (Flexible Pavement) untuk kelas B sebesar 10%. b. Nilai ACN maksimum versi COMFAA dengan subgrade B adalah 50,8 c. Nilai ACN minimum versi COMFAA dengan subgrade B adalah 23,2 Berdasarkan data tersebut maka dapat diperoleh hasil untuk kemampuan landasan pacu (runway) adalah sebagai berikut: 1. ACN maksimum dan PCN eksisting PCN > ACN < 1,1 PCN Gambar 4. Grafik Output ACN Maksimum 44 < 50,8 > 48,4
D.4 Perbandingan ACN Pesawat dengan
PCN Eksisting 2. ACN minimum dan PCN eksisting Sesuai dengan FAA Advisory PCN > ACN < 1,1 PCN Circular AC 150/5335, nilai PCN 44 > 23,2 < 48,4 runway/taxiway/apron memiliki format Pada hasil tersebut dapat dilihat baku yang terdiri dari 6 karakter yang mana bahwa nilai ACN maksimum pesawat dua karakter pertama adalah nilai angka Boeing 737-900 ER tidak memenuhi dan empat karakter berikutnya adalah nilai kemampuan dari landasan pacu (runway) di huruf. Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Berdasarkan hasil perhitungan, pada Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi landasan pacu (runway) di Bandara Sultan terhadap landasan pacu (runway) di Syarif Kasim II memiliki PCN = Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. 44/F/B/X/T. Maksud dari masing-masing D.5 Perhitungan contact stress karakter tersebut adalah: Pada perhitungan ini akan F = Flexible, Perkerasan Lentur dibandingkan antara nilai tekanan roda B = Subgrade medium, nilai CBR tanah pesawat yang memiliki nilai ACN > PCN dasar 8% - 13% yaitu jenis pesawat Boeing 737-900 ER, X = Tekanan roda medium (145 – 218 Psi) dengan tekanan roda yang sesuai dengan persyaratan pada nilai PCN perkerasan sisi T = Metode secara teknik (Technical) udara dimana nilai PCNnya adalah 44 Selanjutnya nilai angka di ACN yang F/B/X/T. Kode X pada nilai ACN adalah didapatkan dibandingkan dengan nilai tekanan roda pesawat yang memiliki angka di PCN runway tersebut, apakah tekanan roda sebesar 146 – 218 Psi. lebih besar atau lebih kecil. Setelah itu Perhitungan contact stressnya adalah
Jom FTEKNIK Volume 8 Edisi 2 Juli s/d Desember 2021 11
sebagai berikut: 1. Tekanan 1 roda = 220 Psi = 6,89 x 220 = 1515,8 kPa 2. MTOW = 187.699,37 Lbs 3. Jumlah roda pada landing gear = 4 4. Beban pesawat pada landing gear = 92,95 % 5. Beban 1 roda = (0,00445 x 187.699,37) / 4 = 208,82 kN Gambar 5 Diagram Korelasi Tebal 6. Contact Stress Perkerasan dan Beban Pesawat Contact Stress(kPa) = K1+(K2xTire Pada Gambar 4.5 di atas dapat dilihat Pressure)+(K3xTire Load) hasilnya dengan membandingkan nlai CDF Dimana : thickness dengan evaluation thickness. K1=573.562 ; K2=0.714 ; K3=9.504 Apabila nilai CDF thickness lebih kecil daripada evaluation thickness maka nilai PCN bernilai besar. Pada gambar tersebut Contact Stress(kPa) = 573,562 + (0,714 x dapat dilihat jenis pesawat yang memiliki 1515,8) + (9,504 x 208,82) nilai PCN kecil terdapat pada jenis pesawat = 3640,43 kPa B 737-800 dan B737-900ER. Oleh karena itu kedua jenis pesawat tersebut Berdasarkan hasil perhitungan nilai memerlukan evaluasi terhadap perkerasan contact stress di atas, maka pada pesawat landasan pacu (runway) di Bandara Sultan Boeing 737-900ER terhadap perkerasan Syarif Kasim II. runway Bandara SSK II dapat memberikan kontribusi dalam mempercepat terjadinya kerusakan pada permukaan landasan pacu. E. KESIMPULAN DAN SARAN Beberapa jenis kerusakan yang dapat terjadi E.1 Kesimpulan pada perkerasan runway adalah berupa cracking (keretakan), rutting (alur), Berdasarkan hasil analisis data dan patching (tambalan), disintegration pembahasan, maka dapat dibuat kesimpulan (pengelupasan), depression (amplas). sebagai berikut: 1. Data pergerakan total pesawat pada tahun 2025 adalah 69.369 meningkat D.6 Evaluasi Ketebalan Perkerasan 34,45% dibandingkan tahun 2020 Berdasarkan hasil perhitungan nilai dengan pergerakan 45.474 pesawat. PCN dan ACN maka dapat ditentukan 2. Berdasarkan laporan yang evaluasi ketebalan pada perkerasan runway dikeluarkan oleh Kementrian di Bandara Sultan Syarif Kasim II Perhubungan, kondisi eksisting Pekanbaru. Berdasarkan output running di runway bandar udara Sultan Syarif software COMFAA dapat dihasilkan Kasim memiliki nilai PCN sebesar diagram perkerasan lentur untuk 66 atau diidentifikasikan ke dalam menentukan evaluasi ketebalan perkerasan kode 66/F/B/X/T. di Bandara SSK II. Diagram perkerasan lentur dapat dilihat pada Gambar 5 di 3. Setelah melakukan analisis bawah ini. menggunakan bantuan software COMFAA, didapatkan hasil perhitungan nilai PCN sebesar 44 atau diidentifikasikan ke dalam
Jom FTEKNIK Volume 8 Edisi 2 Juli s/d Desember 2021 12
44/F/B/X/T. Nilai ACN maksimum Infrastruktur, 5(1), 51–57. Bandara SSK II adalah 50,8 dan https://doi.org/10.35814/infrastruktur.v nilai ACN minimum sebesar 22,7. 5i1.618 Berdasarkan hasil tersebut dapat Febrianto, E., & Putra, P. (2018). Evaluasi disimpulkan bahwa Bandara SSK II PCN (Pavement Classification tidak layak menampung pesawat Number) Berdasarkan Pengujian HWD Boeing 737-900 ER pada 2025. (Heavy Weight Deflectometer) . Skripsi. Yogyakarta : Universitas E.2 Saran Gadjah Mada. 1. Perlu dilakukan peningkatan Horonjeff, R., McKelvey, F., Sproule, W., struktur pada runway bandara & Young, S. (2010). Planning and Sultan Syarif Kasim II, hal ini Design of Airports, Jilid Ketiga, diperlukan untuk mengakomodasi Jakarta : Penerbit Erlangga pergerakan pesawat pada 2025. Permenhub 69 Tahun 2013. Tatanan 2. Menganalisis kemampuan runway Kebandarudaraan Nasional. Menteri juga bisa menggunakan beberapa Perhubungan. metode lain untuk mendapatkan Muliasari, A. (2012). Beban Ijin Total hasil analisis yang lebih variatif Pesawat (Pta) Dari Nilai PCN sehingga penilaian semakin akurat. (Pavement Classification Number) Di Bandara Kuala Namu Medan Load Permit Total Aircraft (Pta) From PCN Daftar Pustaka Value (Pavement Classification Anggoro, B. (2015). Proyeksi Kebutuhan Number) at Kuala Namu Medan Pengembangan Terminal Buliding Airport. Jurnal Penelitian Bandar Udara (Studi Kasus: Bandar Perhubungan Udara. Udara Intternasional Sultan Syarif Mulyono, A. T. (2005). Analisis Daya Kasim II Pekanbaru). Skripsi : Dukung Perkerasan Runway Dendan Universitas Riau. Pengujian HWD. Tesis. Yogyakarta : Basuki, H. (2008). Merancang dan Universitas Gadjah Mada. Merencana Lapangan Terbang. Permenhub 3 Tahun 2008. Rencana Induk Bandung : Penerbit PT. Alumni. Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Bethary, R. T. (2018). Analisa Kekuatan Pekanbaru Provinsi Riau. Menteri Perkerasan Runway , Taxiway , dan Perhubungan. Apron (Studi Kasus Bandar Udara Sandhyavitri, A., & Taufik, H. (2005). Soekarno Hatta dengan Pesawat Teknik Lapangan Terbang 1 (Teori Airbus A-380). Skripsi. Banten : Dasar). Diktat Kuliah Universitas Universitas Ageng Sultan Tirtayasa. Riau. Brian Charles. (2016). Kebutuhan Landing Movement Bandar Udara Berdasarkan 3 Standarisasi Teknis (Studi Kasus : Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru). Skripsi : Universitas Riau. Christina Sari, Ariel Winfried, & Luky Surachman. (2019). Analisis Perkerasan Landas Pacu Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung. Jurnal
Jom FTEKNIK Volume 8 Edisi 2 Juli s/d Desember 2021 13