Anda di halaman 1dari 8

ISSN : 2528-3820

Website : https://jurnal.unma.ac.id/index.php/ST

MODEL DESAIN PERKERASAN DAN PEMBIAYAAN RUNWAY BANDAR UDARA


REMOTE AREA DENGAN METODA CBR DAN FAA

Fakri Zia Ahmad Riyanto1), Andri Irfan Rifai2)


1
Fakultas Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana
email: fakrii232@gmail.com
2
Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Universitas Internasional Batam
email: andrirfan@yahoo.com

Abstract
The increasing on air transportation passengers and the development of the remote area are
factors that accelerate the needed develop of runway pavements. The research aims to find out how
to design flexible pavement for runway with two methods, that is CBR (California Bearing Ratio)
method and FAA (Federal Administration Aviation) method. Thick of pavement evaluated with
PCN-ACN (pavement classification number) method. The designs included a range of subgrade
conditions, as well as commercial aircraft and analyzed optimal budget. Case study in the research
is Andi Jemma Airport, South Sulawesi. Based on analysis result from the two methods obtained
the thick of pavement with CBR method is 21 inch with PCN 27,9 F/C/X/T, thick of pavement with
FAA graphic method is 17,5 inch with PCN F/C/X/T and from software FAARFIELD the thick of
pavement is 16 inch with PCN 16,9 F/C/X/T. The cost required for thick of pavement analyzed by
CBR method is IDR 6.415.252.926, with FAA graphic method is IDR 5.897.401.963 and with the
FAA software FAARFIELD is IDR 5.675.465.836. These results indicate that the models obtained
for FAA (software) can be used to design the pavement, where as it optimal budget.
Keywords: CBR Method, FAA Method, Runway, Pavement

1. PENDAHULUAN nusantara. Karena sifatnya kepulauan dengan


A. Latar Belakang beribu pulau, maka cukup banyak bandara yang
Bandar Udara menurut KP 262 tahun 2017 dibangun pada remote area. Bandara di remote
adalah Kawasan di daratan dan/atau perairan area tentunya memerlukan perhatian khusus
dengan batas-batas tertentu yang digunakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan konstruksi
sebagai tempat pesawat udara mendarat dan sampai dengan operasional dan pemeliharaan
lepas landas, naik turun penumpang, bongkar fasilitas (Ray et al., 2008)
muat barang dan tempat perpindahan intra dan Indonesia bagian wilayah timur saat ini
antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup
fasilitas keselamatan dan keamanan tinggi, dengan ditandai hadirnya beberapa rute
penerbangnan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penerbangan baru. Penambahan rute dan
penunjang lainya. peningkatan teknologi pesawat mendorong
Perkembangan bandar udara di dunia pemerintah selaku pembina transportasi masal
internasional cukup pesat, sebagai contoh harus merespon kebutuhan tersebut. Panjang
Melbourne Tullamarine Airport merupakan runway dan jenis perkerasan harus disesuaikan
salah satu bandar udara tersibuk di dunia. dengan potensi pertumbuhan penumpang pada
Bandar udara ini termasuk bandar udara yang masa yang akan datang
tidak dapat menghindar dari rencana (Mirmohammadsadeghi, Hu, & Trani, 2019).
pengembangan fasilitas, baik sisi darat mau pun Keterbatasan lokasi yang ideal dan
sisi udara pada tahun 2018 senilai hampir $3,5 ketersediaan anggaran memberikan tantangan
milliar. Pengembangan fasilitas ini dilakukan tersendiri bagi penyelenggara bandar udara
guna untuk memenuhi peningkatan lalu lintas dalam melakukan optimasi pengembangan
udara dan jumlah penumpang yang bertambah runway. Seperti disebutkan oleh Wang & Zhao
tiap tahunnya (Lyell Strambi, 2018). (2018) bahwa optimasi runway saat ini menjadi
Indonesia sebagai negara kepulauan tentu tantangan tersendiri agar bandara udara yang
perlu memiliki banyak bandara sebagai dikembangkan dapat memenuhi syarat teknis
pendukung mobilitas yang berwawasan dan kelayakan finansial secara bersamaan.

Seminar Teknologi Majalengka 4.0


Fakultas Teknik Universitas Majalengka, 23 Agustus 2019
233
ISSN : 2528-3820
Website : https://jurnal.unma.ac.id/index.php/ST
Sebagai studi kasus Bandar Udara Andi permukaan aspal baru, penggunaan metoda
Jemma memiliki permasalahan yang hampir konservatif dengan stabilisasi bitumen dari
sama dengan bandara-bandara di Indonesia permukaan dasar granular dan penggabungan
yang berada pada area remote. Bandar udara ini permukaan aspal yang ada ke dalam bitumen
terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya untuk menjadikan landasan yang stabil dan
di Kabupaten Luwu Utara Kota Masamba. reinkorporasi permukaan aspal (White,
Berdasarkan data tahunan pergerakan Fairweather, & Jamshidi, 2018). Permukaan
penumpang di Kementerian Perhubungan, pada runway pada bandara udara komersil dengan
2018 mengalami lonjakan penumpang lebih dari perkerasan kaku tidak banyak digunakan
100% menjadi 13.280 penumpang dari tahun kembali.
sebelumnya hanya 5.167 penumpang. Oleh Material perkerasan untuk spesifikasi
karena itu, kehadiran moda transportasi udara lapisan perkerasan lentur atau flexible pavement
sangat penting sebagai salah satu alternatif moda sesuai FAA pada AC 150/5320-6F sebagai
transportasi. berikut:
Sampai dengan awal tahun 2019 bandara 1. Lapis permukaan (Surface), biasanya lapisan
ini hanya memiliki panjang runway 900 x 23 m. ini terdiri dari aspal hotmix.
Berdasarkan data ramalan jasa angkutan udara 2. Lapis pondasi atas (base), lapisan ini terbagi
tahun 2018 diperkirakan pergerakan pesawat dalam 2 kelas yaitu stabilized dan
terbesar pada tahun 2037 adalah jenis pesawat unstabilizied.
ATR 72-600 dengan ARFL 1333 meter. Hal ini a) Stabilizied bases, terdiri dari crushed
berarti bahwa runway eksisting tidak dan uncrushed aggregate
mendukung untuk pendaratan dan lepas landas b) Unstabilizied bases, terdiri dari crushed
jenis pesawat tersebut. Salah satu upaya yang dan uncrushed aggregate distabilisasi
dapat dilakukan yaitu meningkatkan prasarana dengan semen atau aspal.
sisi udara pada Bandar Udara Andi Jemma. 3. Sub-base, terdiri dari material bergranular
Rencana peningkatan Panjang runway tentunya dapat berupa material unstabilizied dan
akan mempengaruhi struktural perkerasan stabilizied.
runway itu sendiri. Sehingga diperlukan 4. Subgrade, lapisan ini terdiri dari lapisan
pemodelan perhitungan desain struktur tanah asli atau tanah yang sudah dilakukan
perkerasan pada area perpanjangan runway treatment
untuk jenis pesawat ATR 72-600.

B. Tinjauan Pustaka
Perkerasan dibuat dengan tujuan untuk
memberikan permukaan yang halus dan aman
pada segala kondisi cuaca, serta ketebalan dari
setiap lapisan harus cukup aman untuk
menjamin bahwa beban pesawat yang bekerja
tidak merusak perkerasan lapisan di bawahnya.
(Basuki, 1986) Gambar 1. Lapisan Perkerasan
Sumber: FAA AC 150/5320-6F - 2016
Fungsi dari perkerasan adalah
menyebarkan beban roda ke area permukaan Pembiayaan konstruksi perkerasan menjadi
tanah dasar yang lebih luas dibandingkan luas pertimbangan utama selain pemilihan dimensi
kontak roda dan perkerasan, sehingga dan jenis struktur perkerasan dalam
mereduksi tegangan maksimum yang terjadi menentukan rencana pengembangan runway
pada tanah dasar, pada tekanan dimana tanah (Ansarilari & Golroo2019). Pembiayaan
dasar tidak mengalami deformasi berlebihan tersebut adalah meliputi perhitungan secara
selama masa pelayanan perkerasan. menyeluruh terhadap kas atau nilai setara yang
Terdapat tiga desain perkerasan runway dikeluarkan untuk mendapatkan barang atau
yang saat ini terus dikembangkan, yaitu jasa yang diharapkan dapat memberi manfaat
konstruksi granular tradisional dengan

Seminar Teknologi Majalengka 4.0


Fakultas Teknik Universitas Majalengka, 23 Agustus 2019
234
ISSN : 2528-3820
Website : https://jurnal.unma.ac.id/index.php/ST
saat ini atau dimasa yang akan datang (Hansen b) Spesifikasi pesawat rencana (tipe roda
et al., 2013). pendaratan)
c) Nilai CBR subgrade (%)
2. METODE PENELITIAN d) Maximum take-off weight (MTOW) atau
Pemilihan jenis perkerasan sangat berat pesawat saat take off
menentukan perhitungan kelayakan business Berikut merupakan rumus perkerasan
plan yang akan diambil. Berbagai metoda dengan Metoda CBR:
perhitungan yang dipertimbangkan oleh FAA
cukup menarik untuk didiskusikan. Selain
pendekatan pembiayaan, model analisa juga (1)
harus mempertimbangkan masalah lingkungan Dimana:
dan keberlanjutan (White & Balestra, 2018). T : Tebal perkerasan total diatas tanah
Sebagai studi kasus dalam penelitian ini dasar (mm)
dipilih Bandar Udara Andi Jemma yant terletak R : Jumlah ESWL yang bekerja
di kota Masamba, Sulawesi Selatan. Penelitian p : Tekanan roda pendaratan (MPa)
dilakukan untuk mengetahui tebal perkerasan ESWL : Equivalent Single Wheel Load
pengembangan runway sesuai dengan
pentahapan pada dokumen rencana induk B. Analisa Perkerasan FAA
menggunakan dua metoda, yaitu metoda CBR Perkerasan lentur menurut FAA terdiri dari
dan metoda FAA. Setelah analisa tebal HMA (Hot Mix Asphalt) yang ditempatkan
perkerasan dilakukan, perkerasan yang sebagai lapis permukaan di atas lapis base
direncanakan di konfirmasi dengan metoda course dan subbase untuk mempertahankan atau
pavement classification number (PCN) melindungi tanah dasar. Adapun beberapa
menggunakan software COMFAA. Metoda parameter-parameter untuk analisa metoda
PCN-ACN ini digunakan untuk mengetahui perkerasan lentur metoda FAA:
ketahanan perkerasan terhadap beban pesawat a) Data lalu lintas pesawat
yang akan beroperasi. Sehingga nantinya ketika b) Nilai CBR Subgrade
bandar udara sudah mulai beroperasi dengan c) MTOW (Maximum Take Off Weight)
pesawat yang direncanakan dapat tercapai d) Spesifikasi pesawat rencana (konfigurasi
kekuatan dan perfomanya sesuai dengan umur roda pendaratan)
perkerasan yang telah direncanakan. Untuk e) Faktor konversi roda (KP 93 2015)
mendapatkan total biaya yang paling optimal,
dilakukan perbandingan total rencana anggaran Hal yang cukup penting dalam Analisa
biaya perkerasan, dengan pembentuk harga perkerasan dengan pendekatan FAA ini
satuan mengacu pada PM 78 tahun 2014. adalah mendapatkan angka Equivalent
Annual Departure. Salah satu formula yang
A. Analisa Perkerasan Metoda CBR
banyak digunakan dapat dilihat pada persamaan
Metoda ini dikembangkan oleh California
(2) sebagai berikut.
Highway Department tahun 1942.
Dikembangkan kembali oleh US Corps Of
Engineer dengan karakteristik beban dan (2)
tekanan roda pesawat untuk beban roda tunggal
Dimana:
(Single Wheel Load). Kontak area dari
R1 = Equivalent annual departure pesawat
Equivalent Single Wheel Load sama dengan
rencana
kontak dari salah satu roda multiple wheel load.
R2 = Annual departure pesawat campuran
(Basuki, H., 1986)
dinyatakan dalam roda pendaratan
Adapun beberapa parameter-parameter
pesawat rencana
untuk analisa metoda perkerasan lentur metoda
W1 = Beban roda dari pesawat rencana
CBR:
W2 = Beban roda dari pesawat yang
a) Data lalu lintas pesawat
dikonversi

Seminar Teknologi Majalengka 4.0


Fakultas Teknik Universitas Majalengka, 23 Agustus 2019
235
ISSN : 2528-3820
Website : https://jurnal.unma.ac.id/index.php/ST
Langkah berikutnya adalah mencari annual Umur rencana yang digunakan untuk
departure pesawat campuran dalam roda menganalisa tebal perkerasan, yang digunakan
pendaratan rencana dengan faktor konversi KP adalah 20 tahun. Umur rencana tersebut sudah
93 2015. sesuai dengan standard umur rencana dari
FAA.
R2 = annual departure x faktor konversi (3)
c. Annual Departure
Langkah terakhir adalah menghitung beban Tabel 1. Perkiraan pesawat rencana
roda dari pesawat yang dikonversi,
Jenis Pesawat Annual Departure
(4) C 208 B 728
Dimana:
W2 = Beban roda pendaratan dari masing- DHC 6 3536
masing pesawat ATR 72-600 1716
P = Prosentase beban diterima perkerasan
oleh roda pendaratan (95%) d. Pesawat Rencana
MTOW = Berat kotor pesawat saat lepas landas Berdasarkan rencana pengembangan bandara,
n = Jumlah roda pendaratan pada masing- diperkirakan akan digunakan oleh tipe
masing pesawat pesawat C 208 B, DHC 6 dan ATR 72-600
dengan spesifikasi seperti dapat dilihat pada
C. Evaluasi Perkerasan Metoda PCN-ACN gambar 2 dan tabel 2.
Sistem PCN digunakan secara Bersama-
sama dengan Aircraft Classification Number
(ACN). PCN digunakan untuk menghitung
runway, apron atau taxiway sedangkan ACN
adalah nilai tertentu yang dimiliki oleh pesawat ATR72 - 600
itu sendiri dengan konfigurasi tertentu. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa ACN adalah nilai yang
menyatakan batasan dari pesawat tertentu diatas
perkerasan dengan spesifikasi standar subgrade.
Dalam KP 93 tahun 2015, nilai PCN dan
kodefikasinya sudah diuraikan secara detail
dalam bentuk tabulasi. Metoda PCN-CAN
berlaku untuk pesawat all-up mass lebih dari
5700 kg. Sedangkan untuk pavement yang DHC - 6
hanya bisa digunakan oleh pesawat dengan
beban kurang dari 5700 kg maka bentuknya
hanya maximum allowable aircraft mass dan
maximum allowable tire pressure.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan pengumpulan data dan analisa C208 - B
data awal didapatkan ringkasan nilai-nilai
perhitungan utama yang akan digunakan pada Gambar 2. Tipe Pesawat Rencana
analisa lanjutan, yaitu sebagai berikut: Sumber: Aircraft Specification, 2015
a. Nilai CBR Tabel 2. Berat dan tekanan roda pesawat
Nilai CBR subgrade yang digunakan adalah Jenis Tekanan Ban
MTOW (kg)
nilai CBR terendah untuk menganalisa tebal Pesawat (psi)
perkerasan pada runway Bandar Udara Andi C 208 B 3995 87
Jemma adalah 7,80% berdasarkan hasil DHC 6 5710 38
penyelidikan tanah dan tes laboratorium. ATR 72-600 23000 114
b. Umur Rencana Sumber: Aircraft Specification, 2015

Seminar Teknologi Majalengka 4.0


Fakultas Teknik Universitas Majalengka, 23 Agustus 2019
236
ISSN : 2528-3820
Website : https://jurnal.unma.ac.id/index.php/ST
e. Volume Annual Departure per Tahun P ATR 72-600 =114 Psi (Berdasarkan KP
Volume rata-rata Annual Departure per tahun 262 Tahun 2017)
sesuai umur rencana 20 tahun dari tahun
2038-2057 dengan annual growth 5,16%, Maka,
dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Annual departure rerata per-tahun t =
Jenis Pesawat Annual Departure
=
C 208 B 1265 =
DHC 6 6144
ATR 72-600 2982 =
= 21,005504 inch
f. Harga Satuan Material = 21 inch
AHSP dari PT. Indocitra Intiperkasa, c. Menentukan tebal tiap lapisan
mengacu pada harga satuan kabupaten Luwu 1) Lapisan permukaan minimum ditentukan
Utara, sebagai berikut: adalah 4 inchi dengan material P-401
2) Lapisan pondasi atas minimum
Tabel 4. Harga Satuan Pekerjaan ditentukan adalah 6 inchi dengan material
Jenis P-209
Harga Satuan Satuan 3) Maka lapisan pondasi bawah adalah 11
Material
Aspal P-401 inchi dengan material P-154
Rp. 1.384.308,12 kg
(surface)
Batu Pecah d. Mengkoversi roda pendaratan (R2)
P-209 (base Rp. 473.372,11 m 3 Tabel 5. Konversi Roda Pendaratan (R2)
course) Annual Dual Gear
Sirtu P-154 Jenis
No. Departure Departure
(subbase Rp. 258.893,12 m3 Pesawat
R2
course) ATR
Sumber: PT. Indocitra Intiperkasa, 2019 1. 2982 3877
72-600
A. Analisa dan ringkasan perhitungan 2. DHC 6 6144 6144
a. Menghitung ESWL 3. C 208B 1265 1265

L e. Menghitung beban roda pesawat yang


(5) dikonversi (W2)

= Log 2832,571 + W2 = P x MTOW x 1/n (7)


= 3,452181 + 1,079447 Untuk pesawat ATR 72-600
= 4,531628 W2 = P x MTOW x 1/n
ESWL = 104,531628 = 0,95 x 50706 x (1/4)
ESWL = 34011,69 lbs = 12042,675 lbs
b. Menghitung Total Tebal Perkerasan
Untuk pesawat DHC 6
W2 = P x MTOW x 1/n
= 0,95 x 12589 x (1/2)
t = (6) = 5979,78 lbs
Untuk pesawat C 208 B
Dimana, W2 = P x MTOW x 1/n
ESWL = 34011,69 lbs = 0,95 x 8807 x (1/2)
CBR = 7,8% = 4183,325 lbs

Seminar Teknologi Majalengka 4.0


Fakultas Teknik Universitas Majalengka, 23 Agustus 2019
237
ISSN : 2528-3820
Website : https://jurnal.unma.ac.id/index.php/ST
f. Menghitung beban roda pesawat rencana Dari metoda perhitungan grafik didapat total
(W1) tebal perkerasan total 17,5 inch. Adapun
W1 = P x MTOW x 1/n (8) tebal tiap lapis dihitung dengan metoda yang
W1 dihitung menggunakan jenis pesawat sama dengan bagian sebelumnya.
ATR 72-600, yaitu sebagai berikut i. Menghitung tebal perkerasan dengan
W1 = P x MTOW x 1/n software FAARFIELD
= 0,95 x 50706 x (1/4) Input Data:
= 12042,675 lbs Umur Rencana = 20 tahun
CBR Design = 7,8 %
g. Menghitung Equivalent annual departure
(R1)
1/2
Log R1 = Log R2 (9)
Equivalent annual departure dari pesawat
desain ditentukan dengan menjumlahkan
keberangkatan tahunan yang setara dari
masing-masing pesawat dalam grup.
(Horonjeff, R., 2010) Hasil perhitungan R1
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6 Nilai Aircraft clasificaion number
Tipe W2 W1 Gambar 4. Tampilan Input Data
R2 R1
Pesawat (lbs) (lbs)
ATR 3877 12042 12042 1718 Langkah selanjutnya adalah memilih
DHC 6 6144 5979 12042 51 material yang akan digunakan, berikut
C 208 material yang digunakan:
1265 4183 12042 81
B Lapis Permukaan = Aspal (P-401)
Total 1850 Lapis Pondasi atas = Batu Pecah (P-209)
h. Menghitung tebal perkerasan dengan grafik Lapis Pondasi bawah = Sirtu (P-154)

Gambar 5. Tampilan pemilihan material


Setelah proses input data selesai maka dapat
dilakukan running software tersebut,
kemudian didapatkan tebal perkerasan total
16 inch dengan uraian sebagai berikut:
Lapis Permukaan = 4 inch
Lapis Pondasi atas = 6 inch
Lapis Pondasi bawah = 6 inch
Proses running software dapat dilakukan
Gambar 3. Grafik analisa tebal perkerasan berulang dengan menggunakan parameter
Sumber: FAA AC 150/5320-6F – 2016 yang berbeda sebagai bagian dari uji trial

Seminar Teknologi Majalengka 4.0


Fakultas Teknik Universitas Majalengka, 23 Agustus 2019
238
ISSN : 2528-3820
Website : https://jurnal.unma.ac.id/index.php/ST
and error system. Hal ini dilakukan untuk layer). Hal tersebut dengan pertimbangan
mendapatkan pemodelan tebal perkerasan bahwa harga lapis permukaan memiliki harga
yang lebih baik. Dalam penelitian ini data satuan tertinggi dibandingkan dengan lapisan di
yang dirunning adalah data terperiksa yang bawahnya.
nilainya sudah divalidasi dengan Pada gambar berikut dapat dilihat
perhitungan manual lainnya, termasuk nilai perbandingan tebal lapis perkerasan untuk
CBR yang digunakan dalam perhitungan masing-masing metoda perhitungan.
pada metoda sebelumnya.

Gambar 7. Perbandingan tebal lapis perkerasan


Setelah mendapatkan data tebal perkerasan
Gambar 6. Tampilan hasil running software tiap lapis, selanjutnya disimulasikan dengan
harga material dan harga satuan lainnya guna
Pada dasarnya model perhitungan dengan mendapatkan perbandingan harga total
metoda CBR dan FAA menghasilkan tebal kebutuhan lapis perkerasan. Perbandingan hasil
perkerasan yang memenuhi kriteria dan aman simulasi perhitungan tersebut dapat dilihat pada
untuk dilalui pesawat. di Indonesia. Adapun gambar 8 berikut ini.
regulasi yang digunakan oleh Kementerian
Perhubungan adalah analisa tebal perkerasan
yang mengacu pada regulasi dan metoda yang
dikeluarkan oleh FAA.
Dalam perkembangannya, model analisa
tebal perkerasan runway, apron dan taxiway
harus diperkaya dengan analisa keberlanjutan
yang berwasawan lingkungan. Beberapa negara
maju pengembangan dan pemeliharaan
perkerasan runway sudah menggunakan
teknologi recyle dengan berbagai pendekatan,
hal tersebut merupakan bagian dari usaha
berwawasan lingkungan. Gambar 8. Perbandingan biaya perkerasan

B. Biaya Konstruksi Perkerasan 4. KESIMPULAN


Perhitungan biaya perkerasan didasarkan Dari hasil model analisis tebal perkerasan
pada harga satuan pekerjaan yang dimiliki oleh runway pada studi kasus menggunakan metoda
Kementerian Perhubungan. Asumsi yang CBR adalah 21 inch dengan nilai PCN 27,9
diambil dalam penelitian ini bahwa pekerjaan F/C/X/T. Untuk metoda FAA grafis didapatkan
lainnya tetap sama, yang membedakan hanya total tebal perkerasan 17,5 inch dengan, nilai
tebal perkerasan tiap lapisan. Langkah awal PCN 19,8 F/C/X/T. Sedangkan untuk metoda
dalam perhitungan biaya ini adalah meninjau FAA software FAARFIELD didapatkan total
perbedaan ketebalan perkerasan tiap lapisan. tebal perkerasan 16 inch dengan nilai PCN 16,9
Prinsip dasar lapisan perkerasan runway, apron F/C/X/T. Semua analisa tebal perkerasan
dan taxy way adalah meminimalkan memenuhi syarat evaluasi dengan metoda PCN-
penggunaan lapisan permukaan (wearing

Seminar Teknologi Majalengka 4.0


Fakultas Teknik Universitas Majalengka, 23 Agustus 2019
239
ISSN : 2528-3820
Website : https://jurnal.unma.ac.id/index.php/ST
ACN, sehingga aman terhadap beban pesawat Separation Systems. In AIAA Aviation
rencana. Sedangkan biaya konstruksi yang 2019 Forum. p. 3044.
optimal adalah hasil simulasi dengan metoda PT. Indocitra Intiperkasa. 2018. Laporan Akhir
FAA software FAARFIELD. Rencana Induk Bandar Udara Andi
Jemma. PT. Indocitra Intiperkasa. Sulawesi
5. REFERENSI Selatan.
Ansarilari, Z. dan Golroo, A. 2019. Integrated Prayoga, A. 2018. Desain Tebal Perkerasan
airport pavement management using a Lentur Landas Pacu Bandara Soekarno-
hybrid approach of Markov Chain and Hatta, Tangerang Menggunakan Metode
supervised multi-objective genetic Design & Maintenance Guide 27, Inggris.
algorithms. International Journal of Institut Teknologi Nasional. Bandung.
Pavement Engineering. 1-10. Ray, S., Khillare, P. S., Agarwal, T., dan
Basuki, H. 1986. Merancang Merencana Shridhar, V. 2008. Assessment of PAHs in
Lapangan Terbang. PT. Alumni. Bandung. soil around the International Airport in
280. Delhi, India. Journal of Hazardous
Dwinanta, U. 2006. Analisis Struktur Materials. 156 (1-3), 9-16.
Perkerasan Runway, Taxiway, dan Apron Federal Aviation Administration. 2016. Airport
Bandar Udara DR. F.L. Tobing Pavement Design and Evaluation.
Menggunakan Metode United States Of Advisory Circular No. 150/5320-6F. U.S
American Practice. Pusat Pengkajian dan Departement of Transportation.
Penerapan Teknologi Industri dan Sistem Federal Aviation Administration. 2014.
Transportasi BPP Teknologi. Standardized Method of Reporting Airport
Haryo, R. 2015. Evaluasi Kekuatan Perkerasan Pavement Strength-PCN. Advisory
Sisi Udara (Runway, Taxiway, Apron) Circular No. 150/5335-5B. U.S
Bandara Juanda Dengan Metode Departement of Transportation.
Perbandingan ACN-PCN. Institut Wang, F., dan Zhao, L. 2018. Capacity
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. evaluation method for parallel runway
Hastha, Y. 2015. Analisis Tebal Dan based on monte carlo simulation. In 2018
Perpanjangan Landasan Pacu Pada Chinese Control And Decision Conference
Bandar Udara Internasional Mahmud (CCDC). (pp. 5411-5415). IEEE.
Badaruddin II. Universitas Sriwijaya. White, G., Fairweather, H., dan Jamshidi, A.
Palembang. 2018. Sustainable runway pavement
Horonjeff, R. 2010. Planning & Design Of rehabilitation: A case study of an
Airports. The McGraw-Hill Companies. Australian airport. Journal of cleaner
United States. 269. production. 204, 380-389.
Ibrahim, B. 2001. Rencana dan Estimate Real White, G., dan Balestra, R. 2019. Comparing
Of Cost. Bumi Aksara. Jakarta. Rigid and Flexible Airport Pavement
KP 262. 2017. Manual Standar Teknis dan Thicknesses Designed by Different
Operasional Peraturan Keselamatan Methods. In Airfield and Highway
Penerbangan Sipil – Bagian 139. Pavements 2019: Innovation and
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Sustainability in Highway and Airfield
KP 93. 2015. Pedoman Perhitungan PCN Pavement Technology. (pp. 290-301).
(Pavement Classfification Number) Reston, VA. American Society of Civil
Perkerasan Prasarana Bandar Udara. Engineers.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Yasrudin. 2008. Perencanaan Struktur
Mirmohammadsadeghi, N., Hu, J., dan Trani, A. Perkerasan Landas Pacu Bandar Udara
2019. Enhancements to the Runway Syamsudin Noor-Banjarmasin. Universitas
Capacity Simulation Model Using the Lambung Mangkurat. Banjarmasin.
ASDE-X Data for Estimating Airports
Throughput Under Various Wake

Seminar Teknologi Majalengka 4.0


Fakultas Teknik Universitas Majalengka, 23 Agustus 2019
240

Anda mungkin juga menyukai