Anda di halaman 1dari 4

QUIZ I

SI-5143 REKAYASA INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI

Dosen
Dr. Ir. HARMEIN RAHMAN, MT.

Disusun Oleh:
GHIFARI FADHLURRAHMAN 25020015

PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL


REKAYASA TRANSPORTASI
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
Soal 1:

Transportasi udara komersil bersifat Airline Driven. Jelaskan konteks pernyataan


tersebut untuk kondisi Indonesia.

Transportasi udara komersil di Indonesia bersifar Airline Driven, bisa dilihat dari segi
pengembangan bandar udara yang selalui disesuaikan dengan kebutuhan maskapai. Contohnya
adalah pengembangan Bandar Udara Internasional Minangkabau yang mengembangkan
fasilitas sisi udara untuk menyesuaikan dengan kebutuhan panjang runway pesawat yang
mengangkut embarkasi ibadah Haji pada tahun 2018. Pengembangan juga dilakukan pada
tahun 2019 dalam pengembangan terminal domestik yang dikuasai oleh 2 maskapai raksasa di
Indonesia. Dapat disimpulkan penegmbangan bandar udara Minangkabau didasari oleh
kebutuhan 2 maskapai raksasa yang menguasai mayoritas penerbangan di Bandara
Minangkabau.

Maskapai penerbangan di Indonesia juga didominasi oleh 2 grup maskapai raksasa yang
menguasai 82% penerbangan komersil di Indonesia (data tahun 2019). Dua grup maskapai ini
tentunya mempunyai pengaruh dan power dalam pembangunan dan pengembangan fasilitas
bandar udara sehingga kebutuhan pra-sarana akan disesuaikan oleh kebutuhan yang di
dominasi maskapai tersebut. Dua grup maskapai ini juga diperlakukan treatment khusus
dengan menciptakan terminal khusus melayani salah satu maskapai. Tentunya ini menandakan
maskapai memiliki otoritas lebih dari sekedar operator, tetapi juga sebagai pengendali
pergerakan angkutan udara karena kekuatan finansial yang dominan.

Soal 2:

Sebut dan jelaskan prinsip uplift dan hubungan dengan kebutuhan perancangan fasilitas
sisi udara.

Uplift di pesawat terbang timbul dari aliran udara yang melewati penampang sayap
yang berbentuk airfoil. Uplift inilah yang membuat pesawat terangkat ke atas yang disebabkan
oleh lift lebih besar dari gaya berat. Prinsip uplift diambil dari hukum Bernoulli yang
menyatakan bahwa gaya angkat timbul karena perbedaan tekanan dan peningkatan kecepatan
fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Sayap pesawat dirancang
sedemikian rupa dengan bagian atas yang lebih melengkung dari bagian bawah. Dengan
rancangan ini maka akan ada perbedaan tekanan menyebabkan adanya gaya tekan udara yang
totalnya mengarah ke atas. Hal ini yang menyebabkan pesawat dapat terbang.
Untuk membuat pesawat dapat terbang tentunya membutuhkan landasan untuk terbang.
Irisan antara runway dan pesawat adalah roda pesawat dan lapisan perkerasan runway yang
saling bergesekan ketika landing dan takeoff. Untuk menentukan kebutuhan fasilitas tentu
perlu melihat beban pesawat dan konfigurasi roda pendaratan. Konfigurasi roda pendaratan
dirancang untuk menyerap gaya yang timbul selama proses pendaratan dan menahan beban
pada saat lepas landas. Sedangkan jumlah roda akan mempengaruhi distribusi beban pada
runway sehingga beban pesawat dan konfigurasi roda pendaratan akan menjadi acuan dalam
perencanaan tebal lapis perkerasan dan panjang runway di suatu bandar udara.

Soal 3:

Sebut dan jelaskan pihak-pihak yang melakukan peran operasi bandara di Indonesia.
Untuk pihak non-pemerintah, sebut bandara yang menjadi tanggung jawab mereka.

Operasi di bandar udara terbagi dua, operator sistem bandar udara dan operator
maskapai penerbangan.. Operator sistem bandar udara di Indonesia di operasikan oleh pihak
BUMN dan pihak swasta. Dan pemerintah berperan sebagai regulator yang diliputi oleh
Kementerian perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Direktorat Bandar Udara
dan Sub Direktorat Teknik Bandar Udara.

Operator sistem bandar udara di Indonesia mayoritas di operasikan oleh PT Angkasa


Pura I dan PT Angkasa Pura II. PT Angkasa Pura I menitikberatkan pelayanan pada kawasan
Indonesia bagian tengah dan timur sedangkan PT Angkasa Pura II menitik beratkan pelayanan
pada Indonesia bagian barat. Ada beberapa bandar udara yang tidak dioperasikan oleh PT
Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II, diantaranya Bandara Hang Nadim yang operasikan
oleh BP Batam dan Bandar Udara Komodo. BP Batam merupakan instansi pemerintah puat
yang dibentuk berdasrkan Peraturan Pemerintah RI nomor 46 Tahun 2007 dengan wewenang
pengelolaan, pengembangan dan pembangunan kawasan Batam. Berbeda dengan Bandar
Udara Komodo yang saat ini dioperasikan oleh Cardig Aero Service (CAS). Bandar udara
Komodo merupakan bagian dari skema perjanjian KPBU pertama yang melibatkan perusahaan
asing sebagai operator bandara. Bandar udara ini akan dikelola oleh pihak CAS selama 25
tahun dengan Skema LCS (Limited Concession Scheme) dan setelah itu akan dkembalikan
kepada pemerintah. Bandar Udara Komodo merupakan contoh bandar udara yang dikelola oleh
pihak non-pemerintah pada saat ini.
Soal 4:

Berikan 2 pertanyaan seputar Rekayasa Infrastruktur Transportasi bidang Transportasi


Udara.

1. Dengan perkembangan teknologi yang semakin meningkat maka pesawat terbang


semakin besar kapasitasnya dan semakin besar ARFL nya. Tentu dengan semakin
besarnya ARFL akan membutuhkan runway yang semakin panjang. Untuk memutus
rantai pengembangan runway yang semakin panjang kebutuhannya, Apakah mungkin
runway bandar udara di design dengan konsep travelator? Apakah ada ide/inovasi lain
yang mungkin diterapkan untuk mengurangi kebutuhan panjang runway?
(*Travelator = Mekanisme conveyor yang bergerak horizontal)

2. Melihat bandar udara di luar negeri dan beberapa bandar udara di Indonesia telah
menggunakan Jet Blast Deflector untuk mengurangi kebisingan yang berimbas ke
daerah di luar bandara. Tetapi Jet Blast Deflector belum menjadi syarat mutlak dari
perencanaan bandar udara di Indonesia dimana kita masih mengacu kepada Peraturan
Dirjen Perhubungan Udara SKEP/77/VI/2005 dan KP Nomor 39 Tahun 2015. Apakah
Jet Blast Deflector akan menjadi persyaratan wajib didalam perencanaan dan operasi
bandar udara di Indonesia?

Anda mungkin juga menyukai