Anda di halaman 1dari 6

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif: Wawancara (Imami Nur Rachmawati) 35

LEMBAR METODOLOGI

PENGUMPULAN DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF:


WAWANCARA
Imami Nur Rachmawati *

Abstrak

Ada beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yang paling sering digunakan adalah wawancara. Artikel ini
menggambarkan wawancara sebagai metode pengumpulan data termasuk jenis wawancara, jenis pertanyaan, lama waktu wawancara,
dan prosedur melakukan wawancara. Tujuan penulisan artikel ini adalah memperkenalkan metode wawancara kepada pembaca agar
dapat menentukan metode wawancara sesuai dengan metodologi penelitian dan melakukannya dengan benar.

Kata kunci: partisipan, penelitian kualitatif, pertanyaan, wawancara

Abstract

There are several data collecting methods in the qualitative research, most common used namely interview. This article describes
interview as a collecting data method including the various form of interviewing, the type of questions, interviewing duration,
and a series of steps in interviewing procedures. The aim of this article is introduce interview methods to the readers in order to
obtain method appropriately to the metodology of the research and conducting this method correctly.

Key words: interview, participant, qualitative research, question

PENDAHULUAN Wawancara penelitian lebih dari sekedar percakapan


Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data dan berkisar dari informal ke formal. Walaupun semua
yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif. percakapan mempunyai aturan peralihan tertentu atau
Perawat seringkali menganggap wawancara itu mudah kendali oleh satu atau partisipan lainnya, aturan pada
karena dalam kesehariannya, perawat sering wawancara penelitian lebih ketat. Tidak seperti pada
berkomunikasi dengan kliennya untuk mendapatkan percakapan biasa, wawancara penelitian ditujukan
informasi penting. Kenyataannya tak semudah itu. untuk mendapatkan informasi dari satu sisi saja, oleh
Banyak peneliti mengalami kesulitan mewawancarai karena itu hubungan asimetris harus tampak. Peneliti
orang, karena orang cenderung menjawab dengan cenderung mengarahkan wawancara pada penemuan
singkat. Apalagi budaya pada masyarakat Indonesia perasaan, persepsi, dan pemikiran partisipan.
yang cenderung tidak terbiasa mengungkapkan Uraian berikut akan menggambarkan jenis
perasaan. wawancara, jenis pertanyaan, lama waktu wawancara,
Wawancara pada penelitian kualitatif memiliki dan prosedur melakukan wawancara pada penelitian
sedikit perbedaan dibandingkan dengan wawancara kualitatif. Penjelasan tentang pengumpulan data
lainnya seperti wawancara pada penerimaan pegawai merupakan hal yang penting karena akan menuntun
baru, penerimaan mahasiswa baru, atau bahkan pada pembaca memahami proses penelitian secara tepat.
penelitian kuantitatif. Wawancara pada penelitian JENIS WAWANCARA
kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai
Peneliti harus memutuskan besarnya struktur
tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal.
dalam wawancara. Struktur wawancara dapat berada
36 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 11, No.1, Maret 2007; hal 35-40

pada rentang tidak berstruktur sampai berstruktur. mengumpulkan jenis data yang sama dari partisipan.
Penelitian kualitatif umumnya menggunakan Peneliti dapat menghemat waktu melalui cara ini. Dross
wawancara tidak berstruktur atau semi berstruktur rate lebih rendah daripada wawancara tidak berstruktur.
(Holloway & Wheeler, 1996). Peneliti dapat mengembangkan pertanyaan dan
memutuskan sendiri mana isu yang dimunculkan. Contoh
Wawancara tidak berstruktur, tidak pertanyaan dalam pedoman wawancara: Ceritakan
berstandard, informal, atau berfokus dimulai dari bagaimana nyeri anda pertama kali mulai, apakah anda
pertanyaan umum dalam area yang luas pada penelitian. pergi dan mengatakannya ke dokter pada awal-awal?
Wawancara ini biasanya diikuti oleh suatu kata kunci, Apa yang dokter bilang? Apa yang terjadi setelah itu?
agenda atau daftar topik yang akan dicakup dalam
wawancara. Namun tidak ada pertanyaan yang ditetapkan Pedoman wawancara dapat agak panjang dan rinci
sebelumnya kecuali dalam wawancara yang awal sekali. walaupun hal itu tidak perlu diikuti secara ketat.
Misalnya untuk pertanyaan Ceritakan tentang pangalaman Pedoman wawancara berfokus pada subyek area
nyeri anda, maka dapat menggunakan kata kunci: tertentu yang diteliti, tetapi dapat direvisi setelah
perasaan, pergi ke dokter, profesi kesehatan lainnya, wawancara karena ide yang baru muncul belakangan.
menggunakan pengobatan komplementer, dukungan Walaupun pewawancara bertujuan mendapatkan
social, dukungan praktik, klinik nyeri, puncak nyeri. perspektif partisipan, mereka harus ingat bahwa mereka
perlu mengendalikan diri sehingga tujuan penelitian dapat
Jenis wawancara ini bersifat fleksibel dan peneliti dicapai dan topik penelitian tergali.
dapat mengikuti minat dan pemikiran partisipan.
Pewawancara dengan bebas menanyakan berbagai Wawancara berstruktur atau berstandard.
pertanyaan kepada partisipan dalam urutan manapun Peneliti kualitatif jarang menggunakan jenis wawancara
bergantung pada jawaban. Hal ini dapat ditindaklanjuti, ini. Beberapa keterbatasan pada wawancara jenis ini
tetapi peneliti juga mempunyai agenda sendiri yaitu membuat data yang diperoleh tidak kaya. Jadwal
tujuan penelitian yang dimiliki dalam pikirannya dan isyu wawancara berisi sejumlah pertanyaan yang telah
tertentu yang akan digali. Namun pengarahan dan direncanakan sebelumnya. Tiap partisipan ditanyakan
pengendalian wawancara oleh peneliti sifatnya minimal. pertanyaan yang sama dengan urutan yang sama pula.
Umumnya, ada perbedaan hasil wawancara pada tiap Jenis wawancara ini menyerupai kuesioner survei
partisipan, tetapi dari yang awal biasanya dapat dilihat tertulis. Wawancara ini menghemat waktu dan membatasi
pola tertentu. Partisipan bebas menjawab, baik isi efek pewawancara bila sejumlah pewawancara yang
maupun panjang pendeknya paparan, sehingga dapat berbeda terlibat dalam penelitian. Analisis data tampak
diperoleh informasi yang sangat dalam dan rinci. lebih mudah sebagaimana jawaban yang dapat
Wawancara jenis ini terutama cocok bila peneliti ditemukan dengan cepat. Umumnya, pengetahuan
mewawancarai partisipan lebih dari satu kali. statistik penting dan berguna untuk menganalisis jenis
Wawancara ini menghasilkan data yang terkaya, tetapi wawancara ini. Namun jenis wawancara ini
juga memiliki dross rate tertinggi, terutama apabila mengarahkan respon partisipan dan oleh karena itu tidak
pewawancaranya tidak berpengalaman. Dross rate tepat digunakan pada pendekatan kualitatif. Wawancara
adalah jumlah materi atau informasi yang tidak berguna berstruktur bisa berisi pertanyaan terbuka, namun peneliti
dalam penelitian. harus diingatkan terhadap hal ini sebagai isu metodologis
yang akan mengacaukan dan akan jadi menyulitkan
Wawancara Semi Berstruktur. Wawancara ini analisisnya.
dimulai dari isu yang dicakup dalam pedoman Peneliti kualitatif menggunakan pertanyaan yang
wawancara. Pedoman wawancara bukanlah jadwal berstruktur ini hanya untuk mendapatkan data sosio-
seperti dalam penelitian kuantitatif. Sekuensi pertanyaan demografik, seperti usia, lamanya kondisi yang dialami,
tidaklah sama pada tiap partisipan bergantung pada lamanya pengalaman, pekerjaan, kualifikasi, dsb.
proses wawancara dan jawaban tiap individu. Namun Kadang komite etik menanyakan jadwal wawancara
pedoman wawancara menjamin peneliti dapat
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif: Wawancara (Imami Nur Rachmawati) 37

yang ditentukan sebelumya sehingga mereka dapat wawancara yang berdampak pada penilaian respon
menemukan alur penelitian yang sebenarnya. Pada (response rate). Aspek kontekstual yang penting lainnya
kasus ini, pedoman wawancara semi berstruktur lebih adalah persepsi partisipan terhadap karakteristik
dianjurkan. pewawancara. Hal yang menjadi dasar partisipan
Robinson (2000) mengatakan bahwa wawancara mengungkapkan pendapatnya atau pengalamannya
mendalam, formal terbuka merupakan aliran utama adalah berdasarkan karakteristik pewawancara yang
penelitian kualitatif keperawatan. Wawancara kualitatif terlihat, misalnya aksen, pakaian, suku atau jender. Ini
formal adalah percakapan yang tidak berstruktur yang dikenal sebagai variabilitas pewawancara. Untuk
dengan tujuan yang biasanya mengutamakan perekaman meminimalkan dampak ini usahakan pewawancara
dan transkrip data verbatim (kata per kata), dan cocok dengan responden, misalnya perempuan
penggunaan pedoman wawancara bukan susunan perempuan.
pertanyaan yang kaku. Pedoman wawancara terdiri Perlu diingatkan, peneliti sendiri harus memutuskan
atas satu set pertanyaan umum atau bagan topik, dan tekhnik wawancara apa yang terbaik untuk dirinya dan
digunakan pada awal pertemuan untuk memberikan partisipan.
struktur, terutama bagi para peneliti pemula. Aturan
LAMA DAN PEMILIHAN WAK TU
umum dalam wawancara kualitatif adalah tidak
WAWANCARA
memaksakan agenda atau kerangka kerja pada
partisipan, justeru tujuan wawancara ini untuk mengikuti Field & Morse (1985 dalam Holloway & Wheeler,
kemauan partisipan. Penggunaan format ini adalah 1996) menyarankan bahwa wawancara harus selesai
untuk menangkap perspektif partisipan sesuai dengan dalam satu jam. Sebenarnya waktu wawancara
tujuan penelitian. bergantung pada partisipan. Peneliti harus melakukan
kontrak waktu dengan partisipan, sehingga mereka
Selain jenis wawancara di atas, May (1993)
dapat merencanakan kegiatannya pada hari itu tanpa
menambahkan jenis lain, yaitu:
terganggu oleh wawancara, umumnya partisipan
Wawancara kelompok. Wawancara kelompok memang menginginkan waktunya cukup satu jam. Pada
merupakan instrumen yang berharga untuk peneliti yang pastisipan lanjut usia, menderita kelemahan fisik, atau
berfokus pada normalitas kelompok atau dinamika sakit mungkin perlu istirahat setelah 20 atau 30 menit.
seputar isyu yang ingin diteliti. Partisipan anak juga tidak bisa konsentrasi dalam
Wilson (1996) membandingkan metode bertanya waktu yang lama. Peneliti harus menggunakan penilaian
dengan menggunakan tiga dimensi, yaitu: dimensi sendiri, mengikuti keinginan partisipan, dan
prosedural, struktural dan konstekstual. menggunakan waktu sesuai dengan kebutuhan
Faktor prosedural/struktural. Dimensi penelitiannya. Umumnya lama wawancara tidak lebih
prosedural bersandar pada wawancara yang bersifat dari tiga jam. Jika lebih, konsentrasi tidak akan diperoleh
natural antara peneliti dan partisipan atau disebut juga bahkan bila wawancara tersebut dilakukan oleh peneliti
wawancara tidak berstruktur. Tempat wawancara berpengalaman sekalipun. Jika dalam waktu yang
adalah tempat keseharian partisipan seperti rumah atau maksimal tersebut data belum semua diperoleh,
tempat bekerja, bukan di laboratorium. Jadi yang wawancara dapat dilakukan lagi. Beberapa kali
dipertimbangkan dalam hal ini adalah prosedurnya, wawancara singkat akan lebih efektif dibanding hanya
apakah kaku seperti di laboratorium atau natural. Hal satu kali dengan waktu yang panjang.
lain yang dibandingkan adalah strukturnya seperti
JENIS PERTANYAAN DAN HAL YANG
metode yang sangat berstruktur (highly structured) dan
TERKAIT
kurang berstruktur (less structured).
Faktor konstekstual. Dimensi konstekstual Ketika menanyakan suatu pertanyaan,
mencakupi jumlah isyu. Pertama, terminologi yang di pewawancara menggunakan berbagai tehnik
dalam wawancara dianggap penting. Kedua, konteks komunikasi dan cara bertanya. Patton (1990 dalam
38 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 11, No.1, Maret 2007; hal 35-40

Holloway & Wheeler, 1996) membuat daftar jenis PENYELIDIKAN DAN PENETAPAN
pertanyaan, seperti pert anyaan pengalaman Selama wawancara peneliti dapat menggunakan
(Dapatkah anda ceritakan tentang pengalaman anda pertanyaan prompts atau probing. Ini membantu
merawat pasien diabetes?), perasaan (Bagaimana mengurangi kecemasan peneliti dan partisipan, tujuannya
perasaan anda saat pasien yang pertama anda rawat adalah penyelusuran untuk menguraikan arti atau alasan.
meninggal?), dan pengetahuan (Apa pelayanan yang Seidman (1991 dalam Holloway & Wheeler, 1996)
tersedia untuk kelompok pasien ini?). memilih istilah menjelajahi dan tidak menyukai istilah
Spradley (1979 dalam Holloway & Wheeler, 1996) menyelidiki (probe) karena menekankan posisi kekuatan
membedakan pertanyaan grand-tour dan mini-tour. pewawancara dan merupakan nama untuk instrumen yang
Pertanyaan grand-tour lebih luas sedangkan mini- digunakan dalam investigasi medis. Pertanyaan eksplorasi
tour lebih spesifik. Contoh pertanyaan grand-tour: dapat digunakan, seperti: Apa pengalaman yang
Dapatkah anda jabarkan kekhususan hari di bangsal? menyenangkan? Bagaimana perasaan anda tentang hal
Apa yang anda lakukan jika pasien bertanya tentang itu? Dapatkah diceritakan lebih banyak lagi tentang itu?
kondisinya? Sedangkan contoh pertanyaan mini-tour: Menarik sekali, mengapa anda lakukan?
Dapatkah anda jabarkan apa yang terjadi jika seorang Pewawancara dapat menindaklanjuti poin tertentu
kolega mempertanyakan keputusan anda? atau kata tertentu yang diungkapkan partisipan. Partisipan
Pertanyaan dalam penelitian kualitatif sedapat dengan lancer akan menceritakan tentang suatu kisah,
mungkin tidak bersifat mengarahkan tetapi masih merekonstruksi pengalamannya, insiden, atau perasaan
berpedoman pada area yang diteliti. Peneliti mereka tentang penyakit.
mengut arakan pert anyaan sejelasnya dan Prompt non-verbal mungkin lebih bermanfaat. Cara
menyesuaikan pada tingkat pemahaman partisipan. berdiri peneliti, kontak mata dan condong ke depan akan
Pertanyaan yang ambigu menghasilkan jawaban yang mendorong refleksi. Sebenarnya keterampilan yang
juga ambigu. Pertanyaan dobel lebih baik dihindari; diadopsi dalam konseling yang telah dimiliki perawat akan
seperti pertanyaan yang tidak tepat, seperti: berapa mempermudah melakukan hal ini. Tujuan penggunaan
banyak kolega yang anda miliki, dan apa ide mereka prompt atau probe ini adalah agar wawancara berjalan
tentang hal ini? lancar dan memberikan rasa nyaman baik pada peneliti
Menurut Devers & Frankel (2000) beberapa maupun partisipan tanpa keluar dari tujuan penelitian. Ini
faktor mempengaruhi derajat struktur atau jenis tidak lepas dari kemampuan pewawancara itu sendiri.
instrumentasi yang digunakan dalam penelitian Seorang pewawancara yang baik harus mempunyai
kualitatif. Faktor pertama adalah tujuan penelitin. Bila ketetrampilan komunikasi yang mumpuni. Ketetrampilan
penelitian lebih bersifat eksplorasi atau pengujian untuk ini meliputi ketrampilan mendengarkan, menyusun kata
menemukan dan atau menghaluskan teori dan konsep, (paraphrasing), probing, dan meringkas hasil
yang tepat untuk dipertimbangkan adalah protokol wawancara (Byrne, 2001).
yang sangat berakhiran terbuka (open-ended). Faktor
kedua adalah luasnya pengetahuan sebelumnya yang MEWAWANCARAI KOLEGA
sudah ada tentang suatu subyek, misalnya suatu Banyak tenaga kesehatan berminat terhadap
konsep yang telah ada dan digunakan secara luas di pandangan atau pemikiran kolega mereka. Ada
dunia, sejauhmana penerapannya di Indonesia. Ketiga, keuntungan dan kerugian dalam mewawancarai teman.
sumber yang tersedia, terutama waktu subyek dan Bahasa dan norma yang sama dapat menjadi keuntungan
jumlah serta kompleksitas kasus. Terakhir, atau masalah. Menjadi keuntungan karena konsep lebih
persetujuan dengan yang berwenang dan penyandang mudah dipahami oleh peneliti karena memiliki kultur
dana. Instrumen yang membutuhkan waktu lama untuk yang sama dengan partisipan. Walaupun peluang
menganalisisnya tentu perlu dipertimbangkan oleh misinterpretasi dapat berkurang, salahpaham dapat
penyandang dana. menimbulkan asumsi yang diperoleh dari nilai dan
kepercayaan yang bersifat umum.
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif: Wawancara (Imami Nur Rachmawati) 39

Menjadi masalah karena kadangkala berada di antaranya, sehingga suara suara keduanya
pewawancara dari sesama kolega cenderung tidak dapat terekam baik. Posisi ini juga membuat peneliti
menanyakan pemikiran yang dianggap umum atau tidak mudah mencatat ungkapan non verbal partisipan,
perlu ditanyakan lagi, walaupun sebenarnya data ini seperti tertawa, menepuk kening, dsb.
menjadi sasaran wawancara. Untuk menghilangkan hal 7. Berikan inform consent pada calon partisipan.
ini, perlu ditanggulangi dengan berperilaku atau 8. Selama wawancara, sesuaikan dengan pertanyaan,
menempatkan diri seolah orang yang berkultur asing lengkapi pada waktu tersebut (jika mungkin), hargai
atau pengamat yang naif dan bukan berasal dari partisipan dan selalu bersikap sopan santun.
latarbelakang yang sama dengan partisipan. Dengan Pewawancara yang baik adalah yang lebih banyak
demikian pemikiran yang belum tercakup atau gagasan mendengarkan daripada berbicara.
yang mungkin tidak ditanya dapat diperoleh dengan
Byrne (2001) menyarankan agar sebelum memilih
bertanya tentang arti mereka dan untuk mengklarifikasi
wawancara sebagai metoda pengumpulan data, peneliti
pemikiran mereka.
harus menentukan apakah pertanyaan penelitian dapat
Pada banyak wawancara dengan teman, peneliti dijawab dengan tepat oleh partisipan. Studi hipotesis perlu
dan partisipan berada pada posisi yang sejajar peneliti digunakan untuk menggambarkan satu proses yang
tidak asing dan bukan anonim. Ini adalah keuntungan digunakan peneliti untuk memfasilitasi wawancara, misalnya
bagi partisipan. mewawancarai pengalaman ayah selama prosedur seksio
PROSEDUR WAWANCARA sesarea perlu dilakukan dalam 48 jam setelah persalinan
Creswell (1998) menjelaskan bahwa prosedur dan kemudian antara satu hingga dua bulan berikutnya.
wawancara seperti tahapan berikut ini: Wawancara perlu dilakukan lebih dari dua kali
1. Identifikasi para partisipan berdasarkan prosedur karena dua alasan utama. Pertama adalah pendekatan
sampling yang dipilih. pengetahuan temporal. Istilah temporal maksudnya
adalah istilah filosofis yang mendefinisikan bagaimana
2. Tentukan jenis wawancara yang akan dilakukan dan situasi dan pengetahuan orang saat itu dipengaruhi oleh
informasi apa yang relevan dalam menjawab pengalamannya dan bagaimana situasi saat itu akan
pertanyaan penelitian. menentukan masa depannya. Alasan kedua adalah untuk
3. Siapkan alat perekam yang sesuai, misalnya mike memenuhi kriteria rigor (ketepatan). Selain itu, peneliti
untuk pewawancara maupun partisipan. Mike harus dapat mengkonfirmasi atau mengklarifikasi informasi
cukup sensitif merekam pembicaraan terutama bila yang ditemukan pada wawancara pertama. Melalui
ruangan tidak memiliki struktur akustik yang baik pertemuan ini hubungan saling percaya semakin
dan ada banyak pihak yang harus direkam. meningkat sehingga dapat menyingkap pengalaman atau
4. Cek kondisi alat perekam, misalnya batereinya. perasaan partisipan yang lebih pribadi.
Kaset harus kosong dan tepat pada pita hitam bila
mulai merekam. Jika perekaman dimulai, tombol KESIMPULAN
perekam sudah ditekan dengan benar.
5. Susun protokol wawancara, panjangnya kurang lebih Wawancara terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama
empat sampai lima halaman dengan kira-kira lima yaitu perkenalan. untuk membangun hubungan saling
pertanyaan terbuka dan sediakan ruang yang cukup percaya. Tahap kedua adalah tahap terpenting karena
di antara pertanyaan untuk mencatat respon data yang berguna akan diperoleh. Terakhir adalah
terhadap komentar partisipan. ikhtisar respon partisipan dan konfirmasi atau adanya
informasi tambahan.
6. Tentukan tempat untuk melakukan wawancara. Jika
Wawancara merupakan salah satu metode
mungkin ruangan cukup tenang, tidak ada distraksi
pengumpulan data dalam penelitian, terutama
dan nyaman bagi partisipan. Idealnya peneliti dan
penelitian kualitatif. Ada beberapa jenis wawancara
partisipan duduk berhadapan dengan perekam
40 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 11, No.1, Maret 2007; hal 35-40

yang perlu dipahami, sebelum memutuskan akan KEPUSTAKAAN


menggunakan yang mana, bergantung pada
pertanyaan penelitian yang hendak dijawab. Jenis Byrne, M. (2001). Interviewing as a data collection
pertanyaan juga menggambarkan informasi yang method. Association of Operating Room
akan diperoleh. Nurses. AORN Journal; 74, 2: 233-234.
Meskipun wawancara dianggap hal yang biasa Creswell, J.W. (1998). Qualitative inquiry& research
namun pada penelitian, kegiatan ini berbeda dengan design: Choosing among five traditions.
percak apan sehari- hari. Jika penelit ian Thousand Oaks: Sage Publication.
mengharuskan kolega sebagai partisipan, proses Devers, K.J. & Frankel, R.M. (2000). Study design in
wawancara tidaklah semulus yang dibayangkan. qualitative research-2: Sampling & data
Beberapa kendala seperti kesalahpahaman juga collection strategy. Education for health; Jul
dapat timbul. Diperlukan teknik tersendiri untuk 2000: 13, 2. [online database] diperoleh 12/6/
mengurangi kendala tersebut. Melakukan wawancara 06 dari Proquest Nursing & Allied Health
dengan mengikuti tahapan prosedur merupakan hal Source.
penting agar hasil wawancara tidak mengecewakan. Holloway, I & Wheeler, S. (1996). Qualitative re-
Sebagai perawat, sesungguhnya sudah mempunyai search for nurses. London: Blackwell Science.
bekal kemampuan konseling untuk lebih menguasai May, T. (1993). Social research issues, methods, &
ket erampilan melakukan wawancara dalam process. London: Open University Press
memperoleh data seperti yang diharapkan (HH). Buckingham.
Robinson, J.P. (2000). Phases of the qualitative research
interview with institutionalized elderly individuals.
* Imami Nur Rachmawati, SKp., MSc.: Staf Journal of gerontological nursing; Nov 2000;
Akademik Keperawatan Maternitas Fakultas Ilmu 26, 11; ProQuest Medical Library. Pg 17.
Keperawatan Universitas Indonesia Wilson, M. (1996). Asking questions. In Data collection
& analysis. (Sapsford, R & Jupp, V (Eds)).
London: Open University, Sage Publication.

Anda mungkin juga menyukai