Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK MERANCANG KUESIONER PENELITIAN

DI DALAM PENELITIAN KESEHATAN

Salah satu instrumen pengumpul data dalam penelitian adalah kuesioner, atau
disebut juga daftar pertanyaan (terstruktur). Kuesioner ini biasanya berkaitan erat
dengan masalah penelitian, atau juga hipotesis penelitian yang dirumuskan. Disebut
juga dengan istilah pedoman wawancara (interview schedule), namun istilah yang biasa
digunakan yaitu kuesioner.
Kuesioner penelitian adalah suatu bentuk instrumen pengumpulan data yang
sangat fleksibel dan relatif mudah digunakan, serta mudah untuk mendapatkan
responden dalam jumlah yang besar. Data yang diperoleh lewat penggunaan kuesioner
adalah data yang kita kategorikan sebagai data faktual. Kuesioner yang didesain dengan
baik dapat mengumpulkan informasi sesuai dengan hasil yang diinginkan oleh peneliti.
Hasil kuesioner sangat banyak tergantung pada subjek penelitian sebagai
responden, sedangkan pihak peneliti dapat mengupayakan peningkatan reliabilitas itu
dengan cara penyajian kalimat-kalimat yang jelas dan disampaikan dengan strategi
yang tepat.

Definisi Kuesioner Penelitian


Ada beberapa pengertian kuesioner yang diungkapkan oleh para ahli
Menurut Nazir, kuesioner atau daftar pertanyaan adalah sebuat set pertanyaan yang
secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan
jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis. Daftar pertanyaan
tersebut dibuat cukup terperinci dan lengkap. Menurut Suharsimi Arikunto,
Kuesioner/angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang
bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2005).
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan
maksud agar orang yang diberikan tersebut bersedia memberikan respon sesuai
dengan permintaan pengguna.
Kuesioner adalah sekumpulan daftar pertanyaan yang diberikan untuk
mengumpulkan informasi (data) mengenai sesuatu hal dari sekelompok responden dan
biasanya merupakan bagian dari survei. Pengertian survey sendiri dapat dideskripsikan
sebagai penelitian yang dilakukan guna mencakup target populasi yang lebih luas untuk
mengumpulkan informasi (data) terkait subjek atau topik tertentu (Scott & Mazindu,
2014).
Dengan demikian angket/kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disiapkan
oleh peneliti dimana tiap pertanyaannya berkaitan dengan masalah penelitian. Angket
tersebut pada akhirnya diberikan kepada responden untuk dimintakan jawaban.
Dengan menggunakan kuesioner, analisis berupaya mengukur apa yang
ditemukan dalam wawancara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau
terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara. Kuesioner dapat
digunakan dalam berbagai jenis desain penelitian, baik itu desain studi deskriptif
maupun studi komparasi. Tipe kuesioner bergantung pada rumusan pertanyaan
penelitian (rumusan masalah) yang telah ditentukan sebelumnya. Kuesioner dapat
menghasilkan data kualitatif maupun kuantitatif. Sehingga kuesioner dapat dijadikan
sebagai instrumen penelitian untuk mendeskripsikan populasi, menginvestigasi kausa
dan akibat serta melakukan pengawasan di dalam studi longitudinal (Scott & Mazindu,
2014).
Sugiyono (2005) juga mengemukakan pendapat Sutrisno Hadi yang mengatakan
bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh penelitian dalam menggunakan metode
interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya
3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan uang diajukan peneliti
kepadanya adalah sama seperti yang dimaksud oleh peneliti
Penggunaan kuesioner dikatakan tepat bila :
1. Responden (orang yang merenpons atau menjawab pertanyaan) saling berjauhan.
2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila mengetahui
berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak menyetujui
suatu fitur khusu dari sistem yang diajukan.
3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh pendapat
sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu.
4. Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa diidentifikasi dan
dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut.
Menurut Suharsimi Arikunto, keuntungan menggunakan angket antara lain:
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti
2. Dapat diberikan secara serempak kepada banyak responden
3. Dijawab oleh responden menurut kecepatan masing-masing dan menurut waktu
senggang responden
4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu
menjawab
5. Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberi

Merancang Kuesioner Penelitian


Merancang yaitu mendesain kuesioner yaitu suatu cara untuk membuat atau
menyusun suatu kuesioner yang baik yang dapat mengumpulkan informasi sesuai
dengan tujuan penelitian. Untuk menyusun kuesioner yang baik, peneliti perlu
melakukan semacam prasurvei terlebih dahulu ke lapangan guna memperoleh
gambaran umum mengenai data apa saja yang mungkin diperlukan dan dikumpulkan
dalam penelitian dan perlu dimasukkan dalam pertanyaan kuesioner. Hal ini penting
untuk dilakukan dikarenakan suatu kuesioner yang baik harus mencakup secara
komprehensif semua data yang perlu akan tetapi cukup singkat sehingga dapat
menghindari pemborosan yang disebabkan terkumpulnya data yang tidak relevan.
Setelah gambaran umum mengenai data yang hendak dikumpulkan dan
mengenai keadaan lapangan penelitian diperoleh, penyusun kuesioner perlu pula
mempertimbangkan hal-hal lain seperti karakteristik calon responden (usia, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, dan karakteristik lain), format yang akan digunakan
(pertanyaan tertutup atau pertanyaan terbuka, jawaban mengisi atau memilih dan
sebagainya), cara koding data yang dikumpulkan dan cara tabulasinya (manual atau
dengan komputer), cara analisa data yang nanti akan dilakukan dan lain-lain.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pertanyaan kuesioner penelitian:

 Apa yang akan Saya cari dari penelitian ini? – rumusan masalah
 Apakah data yang akan Saya dapatkan terkait dengan pengetahuan atau level
pemahaman responden atau tentang pola perilaku responden atau aktivitas
responden atau kemampuan memecahkan permasalahan dan kemampuan
membuat keputusan?
 Mengapa kuesioner menjadi alat atau instrumen penelitian yang paling terbaik
untuk menggali data di dalam penelitian ini? Apakah ada alternatif instrumen yang
lain?
 Apakah kuesioner yang Saya rancang mampu mengukur fenomena permasalahan
yang ingin Saya temukan jawabannya melalui penelitian ini?
 Bagaimana cara Saya merancang kuesioner?
 Bagaimana cara Saya mendistribusikan kuesioner?

Rancangan kuesioner secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu
(Burgess, 2001):
a. Menentukan pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden
b. Memilih tipe pertanyaan untuk setiap daftar pertanyaan yang sudah ditentukan
sebelumnya dan menyusun pertanyaan kuesioner dengan efektif
c. Merancang sekuensial kelompok pertanyaan dan mengatur tata letak dari
kuesioner
Bagian-bagian kuesioner ada 2 bagian pokok yaitu :
1. Bagian Pengantar, yang terdiri atas penjelasan, tujuan kuesioner, identitas peneliti
(dibuat cover)
Tujuan kuesioner dibuat untuk menjelaskan pada responden mengenai tujuan
pemberian kuesioner atau tujuan penelitian, data apa yang diharapkan, manfaat apa
yang dapat diperoleh masyarakat dari hasil penelitian, kewenangan peneliti, dan
kerahasiaan jawaban responden.
2. Bagian Isi, yang terdiri atas identitas umum responden dan pertanyaan-pertanyaan
utama.
Identitas umum responden harus memuat hanya data mengenai responden yang
benar-benar diperlukan saja. Sedapat mungkin jangan menanyakan hal-hal yang
sensitif apabila tidak benar-benar merupakan bagian dari data yang perlu
dikumpulkan. Misalnya pertanyaan mengenai agama atau status perkawinan yang
kalau tidak memang perlu sebaiknya tidak ditanyakan.
Diluar identitas umum responden, adalah inti dari kuesioner itu sendiri yang berupa
pertanyaan-pertanyaan mengenai data pokok yang diperlukan penelitian, yang
kerangkanya telah lebih dahulu dibuat berdasarkan tujuan penelitian dan prasurvei
sebelumnya.
Ada tiga jenis pertanyaan dalam kuesioner, yaitu:
1. Pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan dimana semua alternatif jawaban responden
sudah disediakan oleh peneliti. Responden tinggal memilih alternatif jawaban yang
dianggapnya sesuai. Kuesioner yang menggunakan pertanyaan tipe ini
memungkinkan dilakukannya analisa statistik karena pilihan alternatif jawaban
yang ditentukan oleh peneliti akan diubah ke dalam kode statistik.
Keuntungan Kerugian
 Jawaban-jawaban bersifat standar  Sangat mudah bagi responden untuk
dan bisa dibandingkan dengan menebak setiap jawaban, meskipun
jawaban orang lain sebetulnya mereka tidak memahami
 Jawaban-jawabannya jauh lebih masalahnya
mudah dikoding dan dianalisis,  Responden merasa frustrasi dengan
bahkan sering secara langsung sediaan jawaban yang tidak satu pun
dapat dikoding dari pertanyaan yang sesuai dengan keinginannya
yang ada, sehingga hal ini dapat  Sering terjadi jawaban-jawaban yang
menghemat tenaga dan waktu terlalu banyak sehingga
 Responden lebih merasa yakin akan membingungkan responden untuk
jawaban-jawabannya, terutama bagi memilihnya
mereka yang sebelumnya tidak  Tidak bisa mendeteksi adanya
yakin perbedaan pendapat antara
 Jawaban-jawaban relatif lebih responden dengan peneliti karena
lengkap karena sudah dipersiapkan responden hanya disuruh memilih
sebelumnya oleh peneliti alternatif jawaban yang tersedia
 Analisis dan formulasinya lebih
mudah jika dibandingkan dengan
model kuesioner dengan jawaban
terbuka

2. Pertanyaan terbuka, yaitu pertanyaan yang memberikan kebebasan penuh kepada


responden untuk menjawabnya. Disini peneliti tidak memberikan satupun
alternatif jawaban. Hasil dari jawaban pertanyaan terbuka memerlukan analisa
menggunakan teknik analisa data kualitatif.
Keuntungan Kerugian
 Dapat digunakan manakala semua Terlalu banyak variasi jawaban dari
alternatif jawaban tidak diketahui responen, sehingga akan menyulitkan
oleh peneliti, atau manakala peneliti peneliti dalam melakukan pengolahan
ingin melihat bagaimana dan atau analisis data
mengapa jawaban responden serta
alasan-alasannya. Hal ini sangat baik
untuk menambah pengetahuan
peneliti akan masalah yang
diutarakannya
 Membolehkan responden untuk
menjawab sedetil atau serinci
mungkin atas apa yang ditanyakan
peneliti. Dalam hal ini pendapat
responden dapat diketahui dengan
baik oleh peneliti

3. Pertanyaan gabungan (terbuka dan tertutup)


Untuk menjembatani kekurangan-kekurangan seperti tadi, maka sering digunakan
pertanyaan model gabungan antara keduanya. Dengan model tertutup dan tebuka,
semua kekurangan seperti tadi bisa diatasi. Misalnya dalam satu pertanyaan,
disamping disediakan alternatif jawaban oleh peneliti, juga perlu disediakan
alternatif terbuka (c. …………… ) untuk diisi sendiri oleh responden sesuai dengan
pendapatnya secara bebas. Dalam mengolah data untuk model terakhir ini, bisa
dilakukan pengelompokan ulang atas semua jawaban responden pada alternatif
terbuka tadi. Atau bisa juga peneliti melihat ulang apakah jawaban responden yang
terakhir itu sebenarnya sudah termasuk ke dalam salah satu alternatif jawaban
yang tersedia. Dan jika ternyata jawabannya sama dengan salah satu alternatif
jawaban yang tersedia namun dalam bahasa yang berbeda, peneliti bisa
menganggapnya sebagai jawaban seperti pada alternatif yang tersedia tadi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang pertanyaan kuesioner yaitu;
 Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana (mudah dipahami)
 Gunakan kalimat yang efektif (tidak mengulang kalimat)
 Jumlah pertanyaan disesuaikan dengan kebutuhan (tidak terlalu banyak)
 Pastikan bahwa responden mempunyai pengetahuan yang diperlukan
 Pertanyaan detail digunakan sesuai dengan porsinya
 Hindari isu yang sensitif
 Meminimalisir bias
Kegagalan-kegagalan yang biasa terjadi dalam merancang kuesioner yaitu;
o Luncuran pertanyaan ganda: Jangan menanyakan satu masalah dalam satu
pertanyaan. Contoh: Apakah anda sering melakukan aktivitas olahraga dalam satu
bulan terakhir; dan apakah jenis olahraga yang anda lakukan dalam satu bulan
terakhir?
o Pertanyaan yang mengarahkan: Hindari bentuk pertanyaan seperti ini. Contoh:
Menurut presiden, kita harus mengencangkan meningkatkan cakupan angka
imunisasi untuk mengurangi angka kematian bayi dan balita. Anda setuju, bukan?.
Pertanyaan seperti ini biasanya dijawab secara langsung dengan kata ‘setuju’. Bisa
dibayangkan bahwa jika semua pertanyaan dijawab dengan setuju.
o Pertanyaan sensitif: Hati-hati dengan pertanyaan sensitif seperti contoh berikut:
Anda pernah melakukan onani?; Anda pernah melakukan hubungan seks sebelum
nikah?. Pertanyaan jenis ini termasuk kategori sensitif.
o Pertanyaan yang menakut-nakuti: Contoh: Di daerah ini sering terjadi perampokan
dan penodongan di malam hari. Bisa Anda sebutkan orangnya?; atau, Anda tentu
mengetahui peristiwa pembunuhan yang terjadi beberapa waktu lalu di daerah ini,
karena andalah yang paling dekat dengan tempat kejadian perkara (TKP). Kami
datang untuk menyelidikinya, oleh karena itu tolong jawab dengan sejujurnya
pertanyaan-pertanyaan kami.
Sebelum membuat kuesioner, ada baiknya peneliti mengantisipasi kemungkinan
adanya kesalahan yang sering terjadi berkaitan dengan pelaksanaan pengumpulan data
dari responden. Beberapa permasalahan yang mungkin dan bahkan sering terjadi dan
bagaimana cara memperbaikinya adalah sebagaimana disarankan oleh Bailey (1987),
sebagai berikut:
 Responden sering menganggap wawancara tidak masuk akal dan bahkan sering
menganggapnya sebagai dalih untuk tujuan-tujuan tertentu misalnya komersial.
 Responden merasa terganggu dengan adanya informasi yang dirasa menyerang
dirinya atau kepentingannya, misalnya takut dirilis di media massa.
 Responden menolak bekerja sama atas dasar pengalaman masa lalu.
 Responden yang tergolong dirinya kelompok minoritas sehingga merasa lelah
karena sering dijadikan kelinci percobaan.
 Responden orang ‘penting’ dan sering merasa tahu akan apa yang akan ditelitinya.
 Responden menjawab dengan pertimbangan normatif, berpikir baik atau jelek.
 Responden merasa takut akan ‘kebodohannya’ dalam menjawab pertanyaan ini.
 Responden mengatakan tidak ada waktu untuk menjawabnya, atau merasa itu
bukan bidang minatnya.

Pedoman Membuat Pertanyaan

1. Apakah kata‐katanya sederhana, langsung dan dikenal oleh responden?


Contoh :
 Apakah ada anggota keluarga anda yang obesitas? 
 Apa yg anda dapat dari perusahaan penjual obat? 

* Kata atau kalimat harus diganti dengan kata yg lebih dikenal atau umum

2. Apakah pertanyaannya jelas dan spesifik
Contoh :
 Apakah anda pergi ke dokter akhir‐akhir ini?
 Ke mana anda pergi berobat jika sakit?
3. Apakah pertanyaannya mendua/ambigu
Contoh :
 Apakah anda setuju atau menentang penutupan bangsal penyakit akut
dan penyakit kronis di kota ini?
Revisi :
 Apakah anda setuju atau menentang penutupan bangsal  penyakit akut di
kota ini?
 Apakah anda setuju atau menentang penutupan bangsal penyakit kronis
di kota ini?
4. Apakah ada dua kata‐kata negatif?
Contoh :
 Menurut Anda apakah kekurangan vaksin campak tidak merupakan
masalah di Malang?
Revisi :
 Menurut Anda apakah kekurangan vaksin campak merupakan masalah di
Malang?
5. Apakah pertanyaan yang terlalu menuntut?
Contoh :
 Jawablah dengan mengurutkan 15 tanda-tanda bahaya dari yang paling
berbahaya ke paling tidak berbahaya
6.  Apakah pertanyaan terlalu mengarahkan/ bias?
Contoh :
 Seberapa sering anda memukul istri anda?
 Bagaimana  dokter  harus dibayar: dengan gaji  bulanan, dari pemerintah,
atau apa?
 Apakah anda bekerja? Atau apakah anda punya pekerjaan saat ini?
7. Apakah pertanyaan dapat diterapkan untuk semua responden? Menggunakan
pilihan skip
Contoh :
 Apakah Anda pergi ke dokter minggu yang lalu?
1. Tidak   ke pertanyaan no 5 halaman 2
2. Ya
 Berapa menit Anda menunggu di ruang tunggu sebelum bertemu doktern
ya?
1. Kurang dari 5 menit   
2. 5‐10 menit     
3. 11‐15 menit
4. 16‐30 menit g
5. Lebih dari 30 menit

8. Apakah pertanyaan dapat diperpendek tanpa mengurangi artinya?
Contoh :
 Apakah  perlu  pajak  penjualan  untuk  obat‐obatan yang dapat dibeli
dengan permintaan dokter/resep diturunkan sehingga orang hanya akan 
membayar 2 % daripada 10 % untuk setiap rupiah yang dikeluarkannya?
9. Apakah pertanyaan ada kemungkinan untuk tidak dijawab/ditolak?
Contoh :
 Berapa juta rupiah pendapatan keluarga anda pada tahun 2003?
Revisi :
 Kategori mana yg paling tepat untuk menggambarkan pendapatan keluar
ga anda di tahun 2003?
1. Kurang dari 24 juta
2. 24‐36 juta
3. 36‐60 juta
4. lebih 60 juta

10. Apakah jawaban dipengaruhi oleh tipe pilihan?
Contoh :
• Anda  setuju  atau  tidak  setuju jika dokter itu  mendapatkan uang lebih
banyak dari seharusnya?
Revisi :
• Menurut pendapat anda, apakah dokter itu mendapat uang lebih sedikit 
dari seharusnya, lebih dari seharusnya, mendapat cukup, atau Anda tidak
mempunyai pendapat?
1. Lebih banyak
2. Lebih sedikit
3. Cukupan
4. Tidak mempunyai pendapat
11. Apakah pertanyaan berasumsi bahwa semua responden mengetahui semua
hal? atau berasumsi bahwa kita tahu kondisi/perilaku responden?
Kadang orang tidak tahu kapan terakhir pergi ke dokter, kapan memakan vita
min, jadi tambahkan pilihan jawaban seperti tidak tahu, menolak menjawab, at
au not applicable, atau pilihan terbuka.
Contoh :
 Apakah perut lebih kecil dari kehamilan sebelumnya?
 Ketika Anda pergi ke dokter,  berapa lama sebelumnya  Anda membuat 
janji?
 Apakah anda pergi ke dokter dalam 3 bulan terakhir?
 Apakah biasanya membuat janji terlebih dahulu?
12. Apakah pertanyaan yang menyangkut   waktu diberikan dengan tepat?
Bulan atau tahun disertakan dalam pertanyaan secara lengkap dan detail.
13. Apakah jawaban bisa dibandingkan dengan data yang sudah ada?
Data demografi dibanding dengan data sensus.
Jika maksudnya adalah membandingkan data, maka pastikan bahwa item
pertanyaan sama dengan data yang sudah ada
14. Apakah semua jawaban sudah tertera dalam pertanyaan?
Jika tidak yakin, beri tempat untuk jawaban lain‐lain
15. Apakah jawaban diberikan secara berurutan?
Contoh :
Darimana pertama anda mendengar tentang RS X?
1. dari suami/istri
2. dari dokter saya
3. dari televisi/radio
4. dari iklan di koran
5. dari kerabat
6. lainnya, sebutkan…………………….

Skala Jawaban dari Kuesioner dengan Pertanyaan Tertutup

Skala Likert

Untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena tertentu yang ingin diketahui. Dalam angket skala Likert biasanya disediakan
lima alternatif jawaban, misalnya: SS, S, N, TS, dan STS. Agar peneliti dapat dengan
mudah mengetahui apakah seorang responden menjawab dengan sungguh-sungguh
atau asal-asalan, sebaiknya angket disusun berdasarkan pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Untuk pernyataan positif, penskoran jawaban biasanya sebagai
berikut: SS = 5; S = 4; N = 3, TS = 2, dan STS = 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif
sebaliknya.
Contoh :

No Pertanyaan Jawaban
1 Kemampuan mengajar pemateri penyuluhan SS S N TS STS
sudah sesuai dengan harapan dan keinginan
saya
2 Pemateri penyuluhan datang terlambat ke SS S K J TP
lokasi penyuluhan
SS = Sangat setuju; S = setuju; N = netral; TS = tidak setuju; STS = sangat tidak setuju
SS = Sangat sering; S = sering; K = kadang-kadang; J = jarang; TP = tidak pernah

Skala Guttman

Uuntuk mengukur secara tegas dan konsisten tentang sikap, pendapat, persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena tertentu yang ingin diketahui.
Dalam skala Guttman hanya disediakan dua alternatif jawaban (dikotomi), misalnya: Ya
- tidak; setuju - tidak setuju; pernah - tidak pernah. Sehingga jika datanya
dikuantitatifkan, nilainya hanya 0 atau 1 saja, atau hanya 1 atau 2 saja. Data yang
diperoleh dari angket skala Guttman dapat dikategorikan skala nominal atau ordinal.

Contoh :

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah tempat tinggal Anda jauh dari kampus Ya Tidak
2 Bila ada seorang mahasiswa yang datang terlambat Setuju Tidak Setuju
lebih dari 10 menit, maka dosen harus melarang
mahasiswa tersebut mengikuti perkuliahan

Skala Thurstone

Untuk mengukur tentang sikap, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena tertentu yang ingin diketahui. Cara membuatnya adalah sebagai berikut:

1) Peneliti menyusun sebanyak-banyaknya pernyataan yang berhubungan dengan


masalah yang diteliti.
2) Kemudian setiap peryataan dinilai oleh beberapa orang ahli (paling sedikit tiga
orang) yang independen.
3) Kepada setiap ahli tersebut diminta untuk mengelompokkan pernyataan-
pernyataan tersebut dalam 11 kelompok dan memberi skor 1 sampai dengan 11.
Yang paling relevan diberi skor 1 dan yang paling tidak relevan diberi skor 11.
Dalam kelompok pertama dikumpulkan pernyataan yang sangat baik, kelompok
kedua yang baik, dan seterusnya, tumpukan keenam netral, dan seterusnya
tumpukan ke-11 yang tidak baik.
4) Pernyataan yang sangat menyebar dibuang, sedangkan pernyataan yang
mempunyai nilai agak bersamaan dari para penilai (ahli) digunakan dalam skala.
Nilai skala dari setiap pernyataan berupa median dari nilai-nilai yang telah
diberikan oleh para ahli.
Hasil dari angket skala Thurstone adalah sejumlah pernyataan yang biasanya sekitar 20
buah dimana posisi pernyataan-pernyataan telah diketahui berdasarkan penilaian para
ahli. Kepada responden diminta untuk memilih sebuah pernyataan yang paling
disetujuinya atau disuruh mengecek memilih 2 atau 3 pernyataan yang paling disukai
responden. Data yang diperoleh dari angket skala Thurstone termasuk skala interval
(Nazir, 2003: 336).

Contoh :

Skala sikap orang kulit putih terhadap penduduk pribumi

Nilai Skala Nomor Pernyataan


0,8 11 Saya ingin melihat orang-orang kulit putih kehilangan posisi
daripada membiarkan mereka berbuat tidak adil terhadap
penduduk pribumi
3,1 3 Saya rasa orang kulit putih sebenarmya ingin menguras
pribumi secara ekonomi dengan melarang penduduk pribumi
dalam banyak hal, seperti adanya restoran untuk orang-orang
berwarna
10,3 22 Saya rasa penduduk pribumi hanya cocok untuk kerja kasar
dalam masyarakat kulit putih

Rating Scale atau skala penilaian

Responden memberikan penilaian terhadap pernyataan yang diberikan dengan cara


memilih skor yang telah disediakan sehingga hasil dari jawaban responden akan
berbentuk data kuantitatif (berupa angka) yang selanjutnya akan diubah menjadi data
kualitatif oleh peneliti.

Contoh :

Sebelum mengikuti Pengetahuan dan wawasan tentang Setelah mengikuti


penyuluhan penyuluhan
0 1 2 3 PHBS di Rumah Tangga 0 1 2 3
0 1 2 3 PHBS di Tempat Umum 0 1 2 3

Semantic Diferential atau skala perbedaan semantic

Digunakan untuk mengukur sikap yang tidak berbentuk pilihan ganda maupun
checklist, akan tetapi disusun suatu garis kontinum yang jawabannya sangat positif
terletak pada bagian paling kanan dari garis sedangkan jawaban negative terletak pada
bagian paling kiri dari garis atau sebaliknya. Responden dapat memberi jawaban pada
rentang yang positif sampai dengan negatif.

Contoh :

No Penilaian tentang gaya kepemimpinan ketua organisasi


1 Otoriter 5 4 3 2 1 Tidak otoriter
2 Demokratis 5 4 3 2 1 Tidak demokratis

Validitas Instrumen

Validitas suatu instrumen menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen


untuk mengukur apa yang harus diukur. Jadi validitas suatu instrumen berhubungan
dengan tingkat akurasi dari suatu alat ukur mengukur apa yang akan diukur.
Kuesioner yang valid adalah kuesioner yang dapat mengukur apa yang harus diukur
atau kuesioner yang mendapat jawaban yang mendekati keadaan yang sebenarnya, atau
mampu mengungkap sesuatu yang akan diukur olehangket tersebut.

Validitas suatu instrumen dapat dikelompokkan menjadi:

1. Validitas teoritik, yaitu validitas yang didasarkan pada pertimbangan para ahli.
Validitas teoritik terdiri dari:
a. Validitas isi / validitas kurikuler (content validity), yaitu ketepatan suatu
instrumen ditinjau dari segi materi yang diujikan (untuk tes) atau ditinjau
dari segi dimensi dan indikator yang ditanyakan (untuk angket).
b. Validitas muka / validitas bentuk soal (pertanyaan/pernyataan) (face
validity), yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam
soal/pernyataan/pertanyaan sehingga jelas pengertiannya atau tidak
menimbulkan tafsiran lain.
Dalam menguji validitas teoritik suatu instrument, sebaiknya melibatkan paling
sedikit 3 orang ahli di bidangnya.

2. Validitas kriterium, yaitu validitas yang ditinjau berdasarkan hubungannya


dengan kategori tertentu. Tinggi-rendahnya koefisien validitas tes atau angket
ditentukan berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi. Validitas kriterium
terdiri dari:
a. Validitas banding (validitas bersama atau validitas yang ada sekarang), yaitu
validitas tes yang diperoleh dengan cara menghitung koefisien korelasi
antara nilai-nilai hasil tes yang akan diuji validitasnya dengan nilai-nilai hasil
tes terstandar yang telah mencerminkan kemampuan siswa.
b. Validitas ramal, yaitu validitas yang berkenaan dengan kemampuan suatu tes
untuk dapat meramalkan keadaan yang akan datang berdasarkan kondisi
yang ada sekarang. Suatu tes seleksi masuk siswa baru haruslah memiliki
tingkat validitas ramal yang tinggi.
Untuk menentukan tingkat validitas kriterium suatu tes dilakukan dengan
menghitung koefisien korelasi antara nilai-nilai hasil tes yang akan diuji
validitasnya dengan nilai-nilai hasil tes yang telah ada dan sudah diketahui atau
diasumsikan memiliki validitas tes yang memadai.

Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah tingkat ketetapan suatu instrumen mengukur apa yang harus
diukur. Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang akurat dapat diulang dan self
konsisten atau dimana hasil yang sama akan didapat apabila kuesioner yang sama
diterapkan pada populasi yang sama.
1. Test‐retest reliability
Diukur dengan memberikan kuesioner pada subyek yang sama dua kali dan
membandingkan hasilnya. Kuesioner dikatakan reliable bila tidak ada perubahan
hasil. Tes yang digunakan untuk data kontinu menggunakan koefisien korelasi
Pearson. Sedangkan untuk data non kontinu menggunakan koefisien korelasi
Spearman. Jumlah sampel yang digunakan minimal 30 sampel.
2. Inter-observer reliability
Hanya relevan bila kuesioner diselesaikan oleh pengamat dari luar yaitu diukur
dengan melihat derajad "agreement" antara beberapa pengamat
terhadap subyek yang sama. Tes ini dilakukan oleh satu observer atau lebih
secara independen dan tiap orang observer paling tidak menerapkan pada 15
orang responden. Hasil tes akan dibandingkan dengan Kappa atau koefisien
korelasi intraclass.
3. Internal consistency
Mengukur sejauh mana item pertanyaan dalam skala berhubungan satu dengan
lain satu dengan lain. Suatu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada
sekelompok subjek. Tujuannya melihat konsistensi antar item atau
antar bagian dalam tes itu sendiri. Ukuran konsistensi internal dilakukan dengan
coefficient alpha.

Anda mungkin juga menyukai