Anda di halaman 1dari 789

FARMAKOLOGI

DAN
TERAPI

EDISI 4

Editor Utama : Su/islia G. Ganiswarna

Editor : Rianto Setiabudy


Frans D. Suyatna
Purwantyastuti
Natrialdi

Bagian FarmakoloEi
Fakultas Kedokteran - Universitas lndonesia
Jakarta
199s
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Ditarang mernperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi


buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun juga tanpa seizin editor dan
penerbit

Edisi pertama 1972


Edisi kedua 1980
Edisi ketisa 1 987

Edisi keempat 1 995

Edisi keempat (cetak ulang dengan perbaikan) : 1995


Cetak ulang 1 997
Cetak ulang 1 998
Cetak ulang 1 999
Cetak ulang 2000
Cetak ulang 2001

Desain sampul oleh Rianto Setiabudy

Pencetakan oleh : GaYa Baru, Jakarta

ISBN : 979-496-112-4
Kata Sambutan

Terbitnya buku "Farmakologi dan Terapi'saya sambut dengan rasa gembira dan bangga. Hal ini sekali
lagi membuktikan kegiatan Fakultas Kedokteran Universitas lndonesia dalam bidang ilmiah dan pendidikan.
Oleh para dokter baik yang berpraktek maupun yang bekerja dalam lembaga-lembaga penelitian sudah
lama dirasakan keperluan akan adanya suatu buku yang dapat dijadikan sumber pengetahuan mengenai
khasiat obat-obat serta penggunaannya dalam ilmu kedokteran.
Kemajuan dalam ilmu kedokteran yang pesat, khususnya dalam bidang larmakologi dan banyaknya
macam obat yang kini membanjiri lndonesia menyebabkan bahwa para dokter merasa ketinggalan dalam
ilmunya. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dokter secara elektil dengan dilandasi pengetahuan yang
up-to-date khususnya mengenai pemakaian obat-obat, maka diraqakan sangat perlu adanya suatu buku
yang sederhana tetapi cukup lengkap mengenai hal ikhwal obat dan pengobatan, sehingga dapat menjadi
pegangan dalam praktek dan juga merupakan sumber penyegar bagi para dokter. Saya yakin buku
"Farmakologi dan Terapi" yang disusun oleh Stal Bagian Farmakologi FKUI akan memenuhi keperluan
tersebut.
Juga bagi para mahasiswa kedokteran buku ini akan merupakan bantuan yang tidak kecil dalam
menguasai bahan-bahan yang mereka pelajari.
Akhirnya saya sampaikan selamal kepada Stal Bagian Farmakologi FKUI atas hasil yang telah dicapai.
Mudah-mudahan buku 'Farmakologi dan Terapi" benar-benar akan bermanlaat dalam usaaha kita
bersama untuk mempertinggi derajat ilmu kedokteran di lndonesia.

Jakarta, 1 Februari 197'l Profesor Dr. Mahar Mardjono


Dekan FKUI
Kata Pengantar Edisi 4

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa kami sampaikan kepada para pembaca
buku edisi ke-4 ini.
llmu Farmakologi terus berkembang pesat sehingga tidaklah mungkin mencetak ulang buku ini tanpa
melakukan revisi. Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyajikan buku ajar farmakologi
yang lebih laik baca dan seirama dengan perkembangan ilmu kedokteran. Sedikit banyaknya revisi dilakukan
sesuai dengan kebutuhan saat ini.
Daltar pustaka utama yang kami gunakan dalam merevisi buku ini ialah :
1. Goodman & Gillman's. The Pharmacological Basis of Therapeutics, 8th ed. Mac Millan Publishing
Company,1990.
2. Drug Evaluations Annual 1991 , 1992, 1993. American Medical Association.
3. Basic & Clinical Pharmacology. Bertram G. Katzung. 5th Edition, 1993.
Buku ini diharapkan akan dapat digunakan sebagai buku pegangan oleh mahasiswa kedokteran,
farmasi dan kedokteran gigi serta sebagai penyegar ilmu bagi para dokter, larmasi dan profesi lain yang
terkait dengan ilmu farmakologi.
Tim editor menyadari bahwa edisi ini masih jauh dari sempurna sehingga kami dengan senang hati
akan menerima segala bentuk kritik membangun demi meningkatkan mutu buku ini.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua orang yang telah berpartisipasi dengan penuh kerelaan
dalam penerbitan edisi ini, khususnya kepada dr. Hedi R. Dewoto, dr. Dian Tirza, MSc, Dra. Loecke Kurnadi,
Dra. Yanti Mariana, Dra. Azalia, Zunilda SB, MS, dan ibu Lana Sugengriadi.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-NYA pada kita semua.

Jakarla, Januari 1995


Tim Editor
Kata Pengantar Edisi Pertama

Kata pendahuluan adalah bagian buku yang paling sedikit dibaca orang. Meskipun demikian, kami
(editor dan para pengarang buku ini) hendak menggunakan kesempatan ini untuk mengemukakan alasan
karangan ini dan laktor yang mendorong kami untuk menulis buku ini.
Tujuan kami ialah supaya pengetahuan dasar tentang farmakologi dalam buku ini dapat bermanlaat
bagi mahasiswa, dokter dan lain orang yang menggunakan pengetahuan tentang obat dalam pekerjaannya
sehari-hari. Bagi mahasiswa buku ini dimaksudkan sebagai pelengkap kuliah. Bagi dokter, terutama yang
baru terjun dalam praktek, diharapkan buku ini dapat memberi pegangan di bidang terapi. Kepentingan
larmakologi bagi dokter tidak dapat disangsikan. Obat digunakan di semua bidang kedokteran, baik praktek
umum maupun di berbagai bidang spesialistik. Obat digunakan dalam diagnostik, prolilaksis, terapi maupun
untuk pengaturan kehamilan. Pengetahuan dasar larmakologi inilah yang hendak kami berikan dalam buku
ini.
Farmakologi sedang berkembang pesal. Memadai perkembangan ini terasa amat sukar dengan
kekurangan majalah serta literatur ilmiah lainnya. Di luar negeri, pada waktu suatu textbook diterbitkan buku
itu mungkin sudah terkebelakang 5 tahun atau lebih. Meskipun demikian, kami berharapan bahwa buku
larmakologi ini tidak terlampau kurang mutunya.
Kami telah mendapat dorongan juga dari rekan yang berkecimpung di bidang larmakologi baik di
Jakarta maupun yang berada di lain tempat, yang berpendapat bahwa suatu buku larmakologi dalam bahasa
lndonesia memang diperlukan. Pada mereka semua selain ucapan terimakasih, kami sadar baahwa masih
banyak kekurangan terdapat dalam buku ini. Moga-moga kekurangan ini dapat kami perbaiki dalam edisi
selanjutnya. Untuk ini kami menanti kritik dari semua lihak yang menaruh perhatian.
Terimakasih kami sampaikan kepada dr. Lie Kioeng Foei dan dr. Soemarsono dari Bagian Penyakit
Dalam RSCM, yang telah meluangkan waktu untuk meneliti naskah mengenai kardiovaskular. Terimakasih
pula kami ucapkan kepada Nn, Lana Virginia, Sekretaris Bagian Farmakologi FKUI unluk pekerjaan
mengetik naskah; dr. Jusul Zubaidi dan dr. Tony Handoko untuk persiapan pembuatan klise; dra. Arini
Setiawati, Nn. Janti Mariana B.Sc. dan Nn. Azalia Arief B.Sc. untuk bantuan koreksi cetak percobaan, serta
kepada para rekan lainnya di Bagian Farmakologi FKUI yang lelah menyumbangkan pikiran, tenaga dan
waktu pada pengarangan buku ini. Akhirnya tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada perusahaan-
perusahaan Farmasi untuk bantuan yang memungkinkaan penerbitan buku ini.

F.K.U.t. A.n. Pengarang


Februari 1972. lan Tanu
Daftar Penulis

dr. Amir Syarif, SKM dr. Zunilda Sadikin Bustami, MS


Lektor Kepala Madya Lektor Muda

Dra. Arini Setiawati, PhD dr. Purwantyastuti Ascobat, MSc


Lektor Lektor Madya

dr. H. Armen Muchtar Dr.dr. Rianto Setiabudy


Lektor Kepala Lektor Kepala Madya

Dra. Azalia Arif Prof.dr. H. Sardiono Oerip Santoso


Asisten Ahli Madya Guru Besar Madya

dr. Bahroelim Bahry' dr. Suharti Kartanegara Suherman


Lektor Kepala Lektor KePala

dr. H. Bambang Suharto dr. Sukarno Sukarban


Mantan Staf Ahli Kalbe Farma Lektor

dr. Dian Tirza, MSc dr, R. Sunaryo


Asisten Ahli Madya Lektor Kepala Madya

dr. Franciscus D. Suyatna, PhD dr. Hj. Srimarti Wardhini BP


Lektor Madya Lektor

dr. Hedi Rosmiati Dewoto dr. Sulistia Gunawan Ganiswarna


Lektor Lektor

dr. Hendra Utama dr. Tony Handoko SK


Lektor Muda Lektor

Prof.dr. lwan Darmansjah Prof.dr. H. Udin Sjamsudin*""


Guru Besar Guru Besar Madya

Dra. Loecke Surjadjaja Kunardi dr. Vincent HS Ganiswarna"


Lektor Muda Peneliti Madya

Dra. Metta Sinta Sari Wiria Dra. Yanti Mariana


Lektor Lektor Muda

dr. Nafrialdi, PhD. dr. Yati Harwati lstiantoro


Asisten Ahli Madya Lektor Kepala

dr. Petrus Freddy Wilmana dr. H. Jusuf Zubaidi


Lektor Lektor Muda

* : Laboratorium FK Universitas Andalas


" : Peneliti Badan Litbangkes Dep.Kes. Rl
'*' : Almarhum
Tidak ada tanda : Bagian Farmakologi dan Terapeutik FKUI
Eiaan dan lstilah

Dengan kesadaran akan pentingnya bahasa yang baik dalam seQuah karya tulis, lebih-lebih sebuah
buku ajar, editor telah berusaha sedapat mungkin untuk menyajikan buku ini dalam Bahasa lndonesia yang
baik dan benar. lstilah-istilah asing, sejauh mungkin diganti dengan padanannya dalam bahasa lndonesia,
walaupun dalam bentuk singkatan adakalanya tetap dipertahankan singkatan asingnya yang lazim dikenal.
lstilah asing yang belum dipadankan dicetak miring, demikian juga nama lanaman dan hewan yang
iidak dieja lndonesia. Selebihnya, penulisan naskah dalam buku inisesuah dengan pedoman yang ada dan
berpegang pada prinsip singkat dan padat arti.
Untuk memudahkan pembaca di bawah ini dicantumkan beberapa istilah dengan padanannya
dalam bahasa asing dan daftar singkatan yang digunakan dalam buku ini.
Rujukan yang digunakan dalam edisi ini ialah (1) Pedoman Umum Ejaan Bahasa lndonesia yang
Disempurnakan (Edisi kedua berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
lndonesia, nomor 0543 alul1987 ,9 September 1987); (2) Pedoman Pembentukan lstilah, Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, 1980 (Edisi kedua berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebuda-
yaan Republik lndonesia nomor 03891/u/1988, tanggal 11 Agustus 1988; dan (3) Kamus besar Bahasa
lndonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, edisi ll' 1991.

l. Daftar Padanan lstilah Inggris lndonesia


lndonesia lnggris
abortus yang mengancam treatened abortion
Ag dependen timus thymus dependent antigens
Ag independen timus thy m u q i nde pe nd ent antigens
antineurosis/antiansietas minor tranquilizer
asam pangamat pangamic acid
bangkitan seizure
bangkitan epilepsi epileptic seizure
barbiturat kerja lama long acting barbiturates
berulang, kambuh recurrent
busa fibrin insani human fibrin foam
daya cadangan napas respiratory reserve
deselerasi lambat Iate decelaration
diuretik kuat high ceiling diuretics
elek lintas awal first pass effect
elek tersamar/terselubung masking eflect
epilepsi umum generalized epilePsY
faktor penglepas hormon releasing factors hormones
lluorosis gigi mottled enamel
gambaran sitologi-berupa daun pakis akibat ferning
pengaruh estrogen
gawat janin fetal distress
hipersensitivitas lambat del ayed hipersensitivitY
hormon penglepas releasing hormone
ion tetap fixed ion
kadar mantap' steady stafe concentration
kematian intrauterin missed abortion
kepatuhan penderita compliance
xii

koagulasi intravaskular diseminata d i se m i n ated i ntrav as c u Ia r coag u I ati o n


kumparan ganda DNA double helix DNA
laktogen uri insani human placental lactogen
lensa kontak keras hard lense
makrolag teraktivasi activated macrophages
minyak jarak (oleum ricini) castrol oil
nilai laju endap eritrosit (LED) bl ood sedimentation rate
neu roleptik/antipsikosi s major tranquilizer
nyeri tidak tajam dull pain
obat mirip aspirin aspirin like drugs
penyakit paru obstruktif menahun chronic obstructil pulmonary disease
penyedot suction
peptide penghubung convecting peptide
petanda marker
periode dimana insulin tak dibutuhkan honey moon phase
perdarahan putus obat withdrawal bleeding
perdarahan sedikit-sedikit spofrng
pil pascasanggama morning after pil
plasmid penular inlectious plasmids
puntiran DNA overwinding
respons bertingkat graded response
refleks ejeksi susu milk let down/milk ejection
resistensi didapat acquired resistance
resistensi yang dipindahkan tr a n sf e r re d resisfance
semangat mood
semprotan nebulization
takar lajak overdosis
tenggang waktu time lag
tegangan prahaid premenstrual tension
tekanan diastolik akhir e nd -d i astol i c pi'essure
terapi pengganti replacement therapy
tubulihulu early distal tubules
uji oksitosin oxytocin Challenge test
umpan balik, loloh balik feed back
wajah bulan moon face
zat penurun tegangan permukaan surtace active agent

ll. Singkatan

1.25 - DHCC 1 .25 dihidroksi kolekalsiferol. APTT activated partial thromboplastin time.
5-HT serotonin CBG c orti co ste roi d bi nd i n g g lob ul i n
6-MNA 6- M ethox y-2 - na phtyl acetic acid cDs cell differentiation complex 3.
ACTH adenokorlikotropin CF chemotactic factor
AD aldehid dehidrogenase ccB calcium channel blocker
ADH antidiuretic hormone CGH chorionic gonadotropin hormone
ADO antidiabetik oral CRH corti cotro pi n re I e asi ng ho rm o ne
Ag antigen COPD chronic obstructil pulmonary disease
AINS anti-inf lf,masi nonsteroid cPz klorpromazin
AKG angka kecukupan gizi rata - rata CSS cairan serebrospinal
yang dianjurkan cTz chemoreceptor trigger zone
alfa MSH alf a me I anocyte sti m ul ati ng DSM.III-R diagnostic and statistical manual
hormone of mental disorders revised.
Ejaan dan lstilah

Dengan kesadaran akan pentingnya bahasa yang baik dalam seQuah karya tulis, lebih-lebih sebuah
buku ajar, editor telah berusaha sedapat mungkin untuk menyajikan buku ini dalam Bahasa lndonesia yang
baik dan benar. lstilah-istilah asing, sejauh mungkin diganti dengan padanannya dalam bahasa lndonesia,
walaupun dalam bentuk singkatan adakalanya tetap dipertahankan singkatan asingnya yang lazim dikenal.
lstilah asing yang belum dipadankan dicetak miring, demikian juga nama tanaman dan hewan yang
tidak dieja lndonesia. Selebihnya, penulisan naskah dalam buku ini sesuah dengan pedoman yang ada dan
berpegang pada prinsip singkat dan padat arti.
Unluk memudahkan pembaca di bawah ini dicantumkan beberapa istilah dengan padanannya
dalam bahasa asing dan daftar singkatan yang digunakan dalam buku ini.
Flujukan yang digunakan dalam edisi ini ialah (1) Pedoman Umum Ejaan Bahasa lndonesia yang
Disempurnakan (Edisi kedua berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Flepublik
lndonesia, nomor 0543 a1u11987,9 September 1987); (2) Pedoman Pembentukan lstilah, Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa,1980 (Edisi kedua berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebuda-
yaan Republik lndonesia nomor 03891/u/1988, tanggal 11 Agustus 1988; dan (3) Kamus besar Bahasa
lndonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, edisi ll, 1991'

l. Daftar Padanan lstilah lnggris lndonesia


lndonesia lnggris
abortus yang mengancam treatened abortion
Ag dependen timus thymus dependent antigens
Ag independen timus th y m ug i n d epe nde nt antig en s
antineu rosis/antiansietas minor tranquilizer
asam pangamat pangamic acid
bangkitan seizure
bangkitan epilepsi epileptic seizure
barbiturat kerja lama long acting barbiturates
berulang, kambuh recurrent
busa librin insani human fibrin foam
daya cadangan napas respiratory reserve
deselerasi lambat late decelaration
diuretik kuat high ceiling diuretics
efek lintas awal first pass effect
efek tersamar/terselubung masking etfect
epilepsi umum generalized epilepsy
laktor penglepas hormon releasing factors hormones
lluorosis gigi mottled enamel
gambaran sitologi-berupa daun pakis akibat lerning
pengaruh estrogen
gawat janin fetal distress
hipersensitivitas lambat delayed hipersensitivitY
hormon penglepas releasing hormone
ion tetap fixed ion
kadar mantap steady state concentration
kematian inlrauterin missed abortion
kepatuhan penderita compliance
xI

koagulasi intravaskular diseminata d i se mi n ated i ntrav as


c ul ar co ag u I ati o n
kumparan ganda DNA double helix DNA
laktogen uri insani human placental lactogen
lensa kontak keras hard lense
makrolag teraktivasi activated macrophages
minyak jarak (oleum ricinil castrol oil
nilai laju endap eritrosit (LED) blood sedimentation rate
neuroleptik/antipsikosis major tranquilizer
nyeri tidak tajam dull pain
obat mirip aspirin aspirin like drugs
penyakit paru obstruktif menahun chronic obstructif pulmonary disease
penyedot suction
peptide penghubung convecting peptide
petanda marker
periode dimana insulin tak dibutuhkan honey moon phase
perdarahan putus obat withdrawal bleeding
perdarahan sedikit-sedikit spof,ng
pil pascasanggama morning after pil
plasmid penular infectious plasmids
puntiran DNA overwinding
respons bertingkat graded response
refleks ejeksi susu milk let down/milk ejection
resistensi didapat acquired resistance
resistensi yang dipindahkan tran sferred restsfance
semangat mood
semprotan nebulization
takar lajak oyerdosis
tenggang waktu time lag
tegangan prahaid premenstrual tension
tekanan diastolik akhir e n d -d i a sto I ic pressure
terapi pengganti replacement therapy
tubuli hulu early distal tubules
uji oksitosin oxytocin Challenge test
umpan balik, loloh balik feed back
wajah bulan moon lace
zat penurun tegangan permukaan surface active agent

ll. Singkatan

1.25 - DHCC 1 .25 dihidroksi kolekalsiferol. APTT activated partial thromboplastin time.
5-HT serotonin CBG co rti c oste roi d bi ndi n g g lobul i n
6-MNA 6 - M ethox y-2 - n aphtylacetic acid
CDg cell differentiation complex 3.
ACTH adenokortikotropin CF chemotactic factor
AD aldehid dehidrogenase ccB calcium channel blocker
ADH antidiuretic hormone CGH choionic gonadotropin hormone
ADO antidiabetik oral CRH corlicotropin releasing hormone
Ag antigen COPD chronic obstructif pulmonary disease
o
AINS anti-inllamasi nonsteroid cPz klorpromazin
AKG angka kecukupan gizi rata - rata CSS cairan serebrospinal
yang dianjurkan cTz chemo receptor trigger zone
alfa MSH alfa mel anocyte stim ulating DSM.lII.R diagnostic and statisfical manual
hormone of mental disorders revised.
xilt

DHP dihidropiridin PAS p- amino salisilat ( analog PABA )


DDS 4,4' diamino dilenil sullon PABA asam paraamino benzoat
Drc d i s sem in ate d - i ntr ava sc u I ar coag ul ati on PGI2 prostasiklin
DOPAC 3,4 dihidroksi-fenilasetat. PgE prostaglandin E
EDRF endothelium - derived relaxing factor PPNG N.gonorrhoeae penghasill penisilinase
EE etinil estradiol PP, faktor pellagra preventive lactor
ECT electroconvul sive the rapy PCM protei n calori mal n utriti on.
ENL eritema nodosum leprosum Pfi p arti al th ro m bo pl asti n ti me
EPI epinelrin PT protrombin time.
FDA food and drug administration PRF prolactin releasing lactor
FEMA ieniletil malonamid PRIH prolactin release inhibitory hormone
FMN llavin mononukleotide PmGA asam pteroil monoglutamat
FAD flavin adenin dinukleotida PDC potenti al dependent channel
Ftc factor intrinsic Cast/e PTCA percutane us transl uminal coronary
FSH follicle stimulating hormone. angioplasty
Gni{H gonadotropin releasing hormone PRL prolaktin
rsH growth hormone POMC pro-opiomelanokoriin
GHRF growth hormone-releasing factor PAF pl ate I et- acti v ati n g f acto r.
Hb hemoglobin RBP reti nol bi nd i ng p rotein
HDL high density lipoprotein RDA recommended dietary allowances
HCC hidroksi kolekalsilerol RH rhesus
HMG-KoA hidroksi metil glutamil koenzim-A rt-PA recombinant human tissue tYPe
HVA asam homovanilat plasminogen activator
ICSH i nterstitial cell stimulati ng hormone ROC receptor operated channel
IDL i nte rmedi ate de n sity lipoprotei n RTF resisfance tr an sf e r f acto r.
ILA insulin like activity SHBG sex hormone binding globulin
IL interleukin SGOT se rum gl utamic -ox alacetic
ISA i ntri n si c sy m p ath o m i meti c activ ity transaminase
KHM kadar hambat minimal SMON subacute myelo-optic neuroPathy
KBM kadar bunuh minimal SLE lupus eritematosus sistemik
LDL low de n sity li poprotei n soc sfretch operated channel
LCAT I e c ith i n ch ol e ste rol acyl tran sf e rase SSP susunan saral pusat
LH luteinizing hormone TF transfer factor
LSD lisergat dietilamid TIA transient i schemic attacks.
LHRH LH releasing hormone TCA tricarboxylic acid kreb's cYcle
LN levonorgestrel Tipe BB: bentuk pausibasiler M.tuberculosis
MAF m ac ro ph age acti v ati n g lacto r Tipe HB: multibasiler M.tuberculosis.
MAO penghambat monoamin oksidase. TNF tumor nekrosis laktor
MHC 1I m ajo r hi stoco m p ati bi I ity c ompl ex TXA: tromboksan A2
c/ass // antigens TT thrombine time
Mg(oH)z magnesium hidroksida THFA tetrahydrofolic acid
MIF mi g rati o n i n hibitory f actor TSH thyroid stimulating hormone
MSA membrane stabilizing activitY UGDP university graup diabetes program
MSH melanocyte stimulating hormone US.RDA united states recommended dietary'
MPA medroksi progesteron asetat allowances.
MPTP N-metil-4-fenil-1,2,3,6-tetrahidropirin. VS versus
NO nitrogen oksida
voc voltage - operated channel
NAD nikotinamid adenin dinukleotida.
nikotinamid adenin dinukleotida fosfat. VLDL very low density lipoProtein
NADP

/
Daftar lsi

Kata Sarnbutan Dekan FKUI


Kata Pengantar Edisi 4 v
KataPengantarEdisi Pertama ....... ....,,.. vii
Daftar Penulis ix
Ejaan dan lstilah . xi-xiii
Daftar lsi xv

SEKSI I. PENGANTAR FARMAKOLOGI


'1. Pengantar Farmakologi . . , . Zunilda SB, Arini Setiawati dan F.D. Suyatna 1- 23
SEKSI II. OBAT OTONOM

2. Susunan Saraf Otonom dan Transmisi Neurohumoral l, Darmanslah, Arini Setiawati dan Sulistia Gan 24- 39
3. Kolinergik ..... l.Darmansjah danSulistiaGan 40- 49
4. Antimuskarinik . . l. Darmansjah 50- 56
S.Adrenergik ...... Arini Setiawati 57- 76
6. Penghambat Adrenergik Arini Setiawati dan Sulistia Gan Tt- 95
7. Pelumpuh Otot l. Darmansjah dan. A. Setiawati 96-102
8. Obat Ganglion l.Darmansjah dan Sulistia Gan 103-108

SEKSI III. OBAT SUSUNAN SARAF PUSAT

Umum
9. Anestetik .. .. . Tony Handoko SK 109-123
Alkohol
10. Hipnotik-Sedatit dan Mena Sinta Sari Wiria dan Tony Handoko SK 124-147
11. Psikotropik Sardjono O. Santoso dan Metta SS 148-1 62
12.Antikonvulsi ...., .. HendraUtamadanVincentH.S,Gan 163-174
13. Obat Penyakit Parkinson dan Pelemas Otot Yang Bekerja Sentral Vincent H.S. gan dan Sulistia Gan 175-188
14. Analgesik Opioid dan Antagonis ... . . . .H.Sardjono O. Santoso dan Hedi Rosmiali D. 189-206

(15./naleesik-Antipiretik Analgesik Anti-lnflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai P, Freddy Wilmana 207-222
ld Perangsang Susunan Saraf Pusat Sunaryo 223-233

SEKSI IV. ANESTETIK LOKAL

17. Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik .. . Sunaryo 234'247


SEKSIV. AUTAKOID DAN ANTAGONIS

18. Histamin dan Antialergi Udin Sjamsudin dan Hedi R Dewoto 248-261
19. Serotonin dan Antiserotonin F.D. Suyatna dan Udin Sjamsudin 262-270.

SEKSI VI. OBAT KARDIOVASKULAR

20. Obat Gagal Jantung Armen Muchtar dan Zunilda SB 271-288


2'1. ObatAntiaritmia Armen Muchtar dan F.D. Suyatna 289'314
22. Antihipertensi . . . Arini Setiawali dan Zunilda S.Bustami 315-342
23. Obat Antiangina Arini Setiawati dan F.D. Suyatna 343-363
24. Hipolipidemik . . . . F,D. Suyatna dan Tony Handoko S.K. 364-379
SEKSI VII. OBAT YANG MEMPENGARUHI AIFI DAN ELEKTFOLIT

25.DiuretikdanAntidiuretik..... .. Sunaryo 380-399

SEKSI VIII. OKSITOSIK

26. Oksitosik Amir Syaril dan Armen Muchtar 400-409

SEKSI IX. HORMON DAN ANTAGONIS

27. Hormon Adenohipofisis Purwantyastuti Ascobat 410-419


28. Hormon Tiroid dan Antitiroid S.Wardhini BP dan B. Suharto 420-431
29. Hormon Paratiroid dan Kalsitonin . . . suharti K. suherman 432-4gB
30. Estrogen, Antiestrogen, Progestin, dan kontrasepsi hormonal . . .suharti K.Suherman 439-455
31. Androgen, Antiandrolen & Anabolik Steroid . Purwantyastuti Ascobat 456-466
32. lnsulin, Glukagon dan Anti diabetik oral .." . .Tony Handoko dan B. Suharto 467-481
33. Adrenoko(ikotropin, Adrenokortikosteroid, Analog-Sintetik dan Antagonisnya . . . . . Suharti K.suherman 482-500

SEKSI X. OBAT LOKAL

34. Obat lokal . . . Azalia Aril dan Udin Sjamsudin 501-522

SEKSI XI. KEMOTERAPI PARASIT

35. Antelmintik . . . Sukarno Sukarban dan Sardjono O.Santoso 523-536


36.Amubisid ....... ...AmirSjarif 537-544
37. Obat Malaria ... . . . .sukarno Sukarban dan Zunilda SB 545-559
38. Obat Jamur . Bahroelim Bahry dan R. Setiabudy 560-570

SEKSI XII. ANTIMIKFIOBA

39. Pengantar Antimikroba R. Setiabudy dan Vincent H.S. Gan 571-583


40. Sulfonamid, Kotrimoksazol dan Antiseptik Saluran Kemih . . . .Yanti Mariana dan R. Setiabudy 584-596
41 . Leprostatik
Tuberkulostatik dan . . . . Yusuf Zubaidi 597-615
42. Anti-Virus dan lnterferon . . . . . . F. Freddy Wilmana 616-621
43. Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalaktam Lainnya . . . . . . Yati H.lstiantoro dan Vincent H.S. Gan 622-650
44.GolonganTetrasiklindanKloramfenikol ... .... R.SetiabudydanL.Kunardi 651-660
45. Aminoglikosid . . . Sulistia G.Gan dan Vincent H.S. Gan 661-674
46. AntimikrobaLain . . R. Setiabudy 675-685
47. Antikanker . . .. Nafrialdi dan Sulistia Gan 686-701

SEKSI XIII. ANTIKANKER DAN IMUNOSUPRESAN

48. lmmunosupresan . . ,Dian Tirza dan Tony Handoko 702-713

SEKSI XIV, VITAMIN

49. Vitamin dan Mineral . . Hedi Rosmiati dan S. Wardhini B.P 714-737

SEKSI XV, OBAT HEMATOLOGIK

50. Antianemia Detisiensi . . S.Wardhini B.P. dan Hedi Rosmiati 738-746


5l.Antikoagulan,Antitrombosit,TrombolitikdanHemostatik,...... Hedi Rosmiati dan VincentH.S.Gan 747-761
xvll

SEKSI VI. TOKSIKOLOGI

52. DasarToksikologi l.Darmansjah Z62-7S0


Antagonis
53. Logam Berat dan .... . Udin Sjamsudin 791-Zgg

SEKSIXVII. ADENDUM

54. lnteraksi Obat . , . . Arini Setiawati gOO-g1O


55. Farmakokinetik Klinik ... . Arini Setiawati g1 1-919
56. Faktor-faktor yang mempengaruhi respons penderita terhadap obat Arini Setiawati dan Armen Muchtar B2O-g2g

831-863
Pengantar Farmakologi

I. PENGANTAR FARMAKOLOGI

Arini Setiawati, Zunilda SB dan F.D. Suyatna

1. Pendahuluan 3.1, Mekanisme kerja obat


3.2, Fleseptor obat
2. Farmakokinetik 3.3. Transmisi sinyal biologis
2.1. Absorpsi dan bioavailabilitas 3.4. lnteraksi obat-reseptor
2.2. Distribusi 3.5. Antagonisme larmakodinamik
2.3, Biotransformasi 3.6. Kerja obat yang tidak diperantarai reseptor
2.4. Ekskresi 3.7. Terminologi

Farmakodinamik 4. Pengembangan dan penilaian obat

1. PENDAHULUAN ini diberikan kepada mahasiswa kedokteran, kare-


na ada kalanya seorang dokter perlu memberikan
obat racikan.
Dalam arti luas, obat ialah setiap zat kimia
yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka far-
Farmakologi klinik ialah cabang farrnakologi
yang mempelajari efek obat pada manusia, Ber-
makologi merupakan ilmu yang sangat luas ca-
bagai aspek dalam studi obat pada manusia ter-
kupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini
cakup dalam cabang ilmu ini dengan tujuan menda-
dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan
patkan dasar ilmiah untuk penggunaan obat. Pe-
obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan
ngembangan dan penilaian obat akan dibahas pada
pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti
bagian akhir bab ini.
bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan ber-
Untuk mempelajari pengaruh obat pada ma-
bagai gejala penyakit.
nusia, obat dicobakan dulu pada hewan dan dipela-
Dahulu farmakologi mencakup pengetahuan
jari efeknya dalam farmakologi eksperimental,
tentang sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, kom-
posisi, efekfisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, Farmakokinetik ialah aspek larmakologi
absorpsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi dan yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu ab-
penggunaan obat. Namun dengan berkembangnya sorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya.
pengetahuan, beberapa bidang ilmu tersebut telah Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap
berkembang menjadi cabang ilmu tersendiri. fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta
Farmakognosi ialah cabang ilmu larmakologi mekanisme kerjanya,
yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan Farmakoterapi ialah cabang ilmu yang berhu-
lain yang merupakan sumber obat. Cabang ilmu ini bungan dengan penggunaan obat dalam pence-
tidak lagi dipelajari di lakultas kedokteran, tetapi gahan dan pengobatan penyakit, Dalam farmakoj
merupakan salah satu mata pelajaran penting di terapi ini dipelajari aspek larmakokinetik dan far-
fakultas farmasi. Mungkin saja ilmu ini menjadi pen- makodinamik suatu obat yang dimanfaatkan untuk
ting lagi bagi kita kelak, kalau program tanaman mengobati penyakit tertentu. Pengetahuan ini me-
obat keluarga semakin populer. rupakan bagian yang terpenting dalam pendidikan
Farmasi ialah ilmu yang mempelajari cara farmakologi di fakultas kedokteran agar seorang
membuat, memformulasikan, menyimpan, dan me- dokter mampu menggunakan obat secara rasional.
nyediakan obat. Dalam batas tertentu pengetahuan Karena upaya terapi juga menyangkut tindakan
Pengantar Farmakologi

hedah atau tindakan lain yang tidak menggunakan Membran sel terdiri dari dua lapis lemak yang
obat, maka dalam buku ini akan digunakan kata membentuk lase hidrofilik di kedua sisi membran
"terapi" untuk arti yang luas, dan kata "pengobatan" dan lase hidrofobik di antaranya. Molekul-molekul
untuk arti larmakoterapi atau terapi obat. protein yang tertanam di kedua sisi membran atau
t6t<sit<ologi ialah ilmu yang mempelajari ke- menembus membran berupa mozaik pada mem-
iacunan zat kimia, termasuk obat, zat yang diguna- bran. Molekul-molekul protein ini membentuk kanal
kan dalam rumah tangga, industri maupun lingkung- hidrolilik untuk transport air dan molekul kecil lain-
an hidup lain misalnya insektisida, pestisida, dan nya yang larut dalam air.
zat pengawet. Dalam cabang ilmu ini dipelajari juga Cara-cara transport obat lintas membran
cara pencegahan, pengenalan, dan penanggula- yang terpenting ialah difusi pasif dan transport aktif;
ngan kasus-kasus keracunan. yang terakhir melibatkan komponen-komponen
membran sel dan membutuhkan energi. Sifat
fisiko-kimia obat yang menentukan cara transport
ialah bentuk dan ukuran molekul, kelarutan dalam
2. FARMAKOKINETIK
air, derajat ionisasi, dan kelarutan dalam lemak.
Umumnya absorpsi dan distribusi obat terjadi
Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui ber- secara difusi pasif. Mula-mula obat harus berada
bagai cara pemberian umumnya mengalami ab- dalam larutan air pada permukaan membran sel,
sorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di kemudian molekul obat akan melintasi membran
tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian, dengan melarut dalam lemak membran. Pada
dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi proses ini, obat bergerak dari sisi yang kadarnya
dari dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut proses lebih tinggi ke sisi lain. Setelah taraf mantap (steady
farmakokinetik dan berjalan serentak seperti yang slale) dicapai, kadar obat bentuk non-ion di kedua
terlihat pada Gambar 1-1 . sisi membran akan sama.
Kebanyakan obat berupa elektrolit lemah
yakni asam lemah atau basa lemah. Dalam larutan,
elektrolit lemah ini akan terionisasi. Derajat ionisasi
TEMPAT KERJA DEPOT JARINGAN
(RESEPTOR) ini tergantung dari pKa obat dan pH larutan. Untuk
1sp;1s1 ;= Bebas beoas I erlKat obat asam, pKa rendah berarti relatif kuat, sedang-
- kan untuk obat basa, pKa tinggi yang relatif kuat.
Bentuk non-ion umumnya larut baik dalam lemak

\\\ \ srnr u,-as, /


SIST
sehingga mudah berdifusi melintasi membran.
Sedangkan bentuk ion, sukar melintasi membran
'-"
AESORPSI
\\ ll
-'-'--------t Obat Bebas - EKSKRESI
karena sukar larut dalam lemak. Pada taraf mantap,
kadar obat bentuk non-ion saja yang sama di kedua
sisi membran, sedangkan kadar obat bentuk ionnya
// tergantung dari perbedaan pH di kedua sisi
Obat Terikat Metabolit membran.
Membran sel merupakan membran semiper-
BIOTRANSFORMASI meabel, artinya hanya dapat dirembesi air dan
molekul-molekul kecil. Alr berdifusi atau mengalir
melalui kanal hidrofilik pada membran akibat per-
Gambar 1-1, Berbagai proses larmakokinetik obat bedaan tekanan hidrostatik maupun tekanan os-
motik. Bersama aliran air akan terbawa zal-zalle?
Di tubuh manusia, obat harus menembus larut bukan ion yang berat molekulnya kurang dari
sawar (barrier) ,sel di berbagai jaringan. Pada 100-200 misalnya urea, etanol, dan antipirin. Mes-
umurnnya obat melintasi lapisan sel ini dengan me- kipun berat atomnya kecil, ion anorganik ukurannya
nembusnya, bukan dengan meleWati celah antar- membesar karena mengikat air sehingga tidak
sel, kecuali pada endotel kapiler. Karena itu peris- dapat melewati kanal hidrolilik bersama air. Kini
tiwa terpenting dalam proses larmakokinetik ialah telah ditemukan kanal selektif untuk ion-ion Na, K,
transport lintas membran. Ca.
Pengantat Farmakologi

Transport obat melintasi endotel kapiler ter- pada pemberian oral - dan/atau di hati pada lintasan
utama melalui celah-celah antarsel, kecuali di pertamanya melalui organ-organ tersebut. Metabo-
susunan saraf pusat (SSP). Celah antarsel endotel lisme ini disebut metabolisme atau eliminasi lin-
kapiler der.nikian besarnya sehingga dapat melolos- tas pertama (/irsf pass metabolism or etimination)
kan semua molekul yang berat molekulnya kurang atau eliminasi prasistemik. Obat demikian mem-
dari 69.000 (BM albumin), yaitu semua obat bebas, punyai bioavailabilitas oral yang tidak begitu tinggi
termasuk yang tidak larut dalam lemak dan bentuk meskipun absorpsi oralnya mungkin hampir sem-
ion sekalipun. Proses ini berperan dalam absorpsi purna. Jadi istilah bioavailabilitas menggambarkan
obat setelah pemberian parenteral dan dalam filtrasi kecepatan dan kelengkapan absorpsi sekaligus
lewat membran glomerulus di ginjal. metabolisme obat sebelum mencapai Sirkulasi sis-
Pinositosis ialah cara transport dengan mem- temik. Elimlnasi lintas pertama ini dapat dihindari
bentuk vesikel, misalnya untuk makromolekul atau dikurangi dengan cara pemberian parenteral
seperti protein. Jumlah obat yang diangkut dengan (misalnya lidokain), sublingual (misalnya nitroglise-
cara ini sangat sedikit. rin), rektal, atau mernberikannya bersama
Transport obat secara aktif biasanya terjadi makanan.
pada sel saraf, hati, dan tubuli ginjal. Proses ini Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
membutuhkan energi yang diperoleh dari aktivitas bioavailabilitas obat pada pemberian oral dapat di-
membran sendiri, sehingga zat dapat bergerak me- lihat pada Tabel 1-1 .
lawan perbedaan kadar atau potensial listrik. Selain
dapat dihambat secara kompetitif, transport aktif ini
bersilat selektif dan memperlihatkan kapasitas BIOEKUIVALENSI
maksimal (dapat mengalami kejenuhan). Beberapa
obat bekerja mempengaruhi transport aktif zat-zat Ekuivalensi kimia - kesetaraan jumlah obat
endogen, dan transport aktif suatu obat dapat pula dalam sediaan - belum tentu menghasilkan kadar
dipengaruhi oleh obat lain. obat yang sama dalam darah dan jaringan yaitu
Dif usi terfasilitasi (FacrTitated diff usion) ialah yang disebut ekuivalensi biologik atau bioekui-
suatu proses transport yang terjadi dengan bantuan valensi. Dua sediaan obat yang berekuivalensi
suatu faktor pembawa (carrier) yang merupakan kimia tetapi tidak berekuivalensi biologik dikatakan
komponen membran sel tanpa menggunakan ener- memperllhatkan bioinekuivalensi. lni terutama ter-
gi sehingga tidak dapat melawan perbedaan kadar jadi pada obat-obat yang absorpsinya lambat
maupun potensial listrik. Proses ini, yang juga ber- karena sukar larut dalam cairan saluran cerna,
sifat selektif, terjadi pada zal endogen yang misalnya digoksin dan difenilhidantoin, dan pada
transportnya secara difusi biasa terlalu lambat, obat yang mengalami metabolisme selama absorp-
misalnya untuk masuknya glukosa ke dalam sel sinya, misalnya eritromisin dan levodopa. Perbeija-
periler. an bioavailabilitas sampai dengan 10% umumnya
tidak menimbulkan perbedaan berarti dalam elek
kliniknya artinya memperlihatkan ekuivalensi
2.1. ABSORPSI DAN BIOAVAILABILITAS terapi. Bioinekuivalensi lebih dari 10% dapat me-
nimbulkan inekuivalensi terapi, terutama untuk
Kedua istilah tersebut tidak sama artinya. obat-obat yang indeks terapinya sempit, misalnya
Absorpsi, yang merupakan proses penyerapan digoksin, difenilhidantoin, teofilin.
obat dari tempat pemberian, menyangkut ke-
lengkapan dan kecepatan proses tersebut.
Kelengkapan dinyatakan dalam persen dari jumlah
PEMBERIAN OBAT PER ORAL
obat yang diberikan. Tetapi secara klinik, yang lebih
penting ialah bioavailabilitas. lstilah ini menyatakan Cara ini merupakan cara pemberian obat yang
jumlah obat, dalam persen terhadap dosis, yang paling umum dilakukan karena mudah, aman, dan
mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk murah. Kerugiannya ialah banyak faktor dapat
utuh/aktif. lniterjadi karena, untuk obat-obat terten- mempengaruhi bioavailabilitasnya (lihat Tabel 1 -1 ),
tu, tidak semua yang diabsorpsi dari tempat pem- obat dapat mengiritasi saluran cerna, dan perlu
berian akan mencapai sirkulasi sistemik. Sebagian kerja sama dengan penderita; tidak bisa dilakukan
akan dimetabolisme oleh enzim di dinding usus - bila pasien koma.
Pengantat Farmakologi

Ta!:el 'l-1. BERBAGAI FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI BIOAVAILABILITAS oBAT ORAL

1. Faktor obat Keterangan

a. Sifat-sifat fisikokimia obat


- stabilitas pada pH larnbung menentukan jumlah obat yang
- stabilitas terhadap enzim-enzim pencernaan tersedia untuk diabsorpsi
- stabilitas terhadap llora usus

- kelarutan dalam air/cairan saluran cerna


- ukuran molekul menentukan kecepatan
- deraiat ionisasi pada pH saluran cerna absorpsi obat
- kelarutan bentuk non-ion dalam lemak

- stabilitas terhadap enzim-enzim dalam dinding saluran cerna menentukan jumlah obat yang
- stabilitas terhadap enzim-enzim dalam hati mencapai sirkulasi sistemik

b, Formulasi obat
- keadaan fisik obat (ukuran partikel, bentuk kristaububuk, menentukan kecepatan dis-
dan lain-lain) integrasi dan disolusi obat
- eksipien (zat-zal pengisi, pengikat, pelicin, penyalut, dan lain-lain)

2, Faktor penderita

- pH saluran cerna, fungsi empedu mempengaruhi kecepatan dis-


integrasi dan disolusi obat

- kecepatan pengosongan lambung (motilitas saluran cerna, pH. mempengaruhi kecepatan


lambung, adanya makanan, bentuk tubuh, aktivitas lisik yang berat, absorpsi, dan dapat juga
stres, nyeri hebat, ulkus peptikum, stenosis pilorus, gangguan jumlah obat yang diserap
fungsi tiroid)

- waktu transit dalam saluran cerna (motilitas saluran cerna dan dapat mempengaruhi jumlah
gangguannya) obat Yang diserap

- perfusi saluran cerna (makanan, aktivitas fisik yang berat, dapat mempengaruhi kecepatan
penyakit kardiovaskular) atau jumlah absorpsi obat

- kapasitas absorpsi (luas permukaan absorpsi, sindrom malabsorpsi, dapat mempengaruhi kecepatan
usia laniut) absorpsi atau jumlah obat yang diserap

- metabolisme dalam lumen saluran cerna (pH lambung, enzim-enzim menentukan jumlah obat yang
pencernaan, llora usus) tersedia untuk diserap

" kapasitas metabolisme dalam dinding saluran cerna dan dalam hati menentukan jumlah obat yang
(aktivitas enzim metabolisme dalam dinding saluran cerna dan dalam mencapai sirkulasi sistemik
hati, laktor genetik, aliran darah portal, penyakit hati)

3, lnteraksi dalam absorpsi di saluran cerna


" adanya makanan
- perubahan pH saluran cerna (antasid)
' perubahan motilitas saluran cerna (katartik, opiat, antikolinergik)
- perubahan pedusi saluran cerna (obat-obat kardiovaskula4
- gangguan pada fungsi normal mukosa usus (neomisin, kolkisin)
- interaksi langsung (kelasi, adsorpsi, terikat pada resin, larut dalam cairan
yang tidak diabsorpsi)
Pengantar Farmakologi

Absorpsi obat melalui saluran cerna pada lambat (sustained - release). Obat yang dirusak
umumnya terjadi secara difusi pasif, karena itu oleh asam lambung atau yang menyebabkan iritasi
absorpsi mudah terjadi bila obat dalam bentuk non- lambung sengaja dibuat tidak terdisintegrasi di lam-
ion dan mudah larut dalam lemak. Absorpsi obat di bung yaitu sebagai sediaan salut enterik (enteric-
usus halu3 selalu jauh lebih cepat dibandingkan di coated).
lambung karena permukaan epitel usus halus jauh Absorpsi dapat pula terjadi di mukosa mulut
lebih luas dibandingkan dengan epitel lambung. dan rektum walaupun permukaan absorpsinya tidak
Selain itu, epitel lambung tertutup lapisan mukus terlalu luas. Nitrogliserin ialah obat yang sangat
yang tebal dan mempunyai tahanan listrik yang poten dan larut baik dalam lemak maka pemberian
tinggi. Oleh karena itu, peningkatan kecepatan pe- sublingual atau perkutan sudah cukup untuk me-
ngosongan lambung biasanya akan meningkatkan nimbulkan efek. Selain itu, obat terhindar dari meta-
kecepalan absorpsi obat, dan sebaliknya. Akan bolisme lintas pertama di hati karena aliran darah
tetapi, perubahan dalam kecepatan pengosongan dari mulut tidak melalui hati melainkan langsung ke
lambung atau motilitas saluran cerna biasanya tidak v.kava superior. Pemberian per rektal sering diper-
mempengaruhi jumlah obat yang diabsorpsi atau lukan pada penderita yang muntah-muntah, tidak
yang mencapai sirkulasi sistemik, kecuali pada tiga sadar, dan pascabedah. Metabolisme lintas perta-
hal berikut ini. (1) Obat yang absorpsinya lambat ma di hati lebih sedikit dibandingkan dengan pem-
karena sukar larut dalam cairan usus (misalnya berian per oral karena hanya sekitar 50% obatyang
digoksin, difenilhidantoin, prednison) memerlukan diabsorpsi dari rektum akan melalui sirkulasi portal.
waktu transit dalam saluran cerna yang cukup pan- Namun banyak obat mengiritasi mukosa rektum,
jang untuk kelengkapan absorpsinya. (2) Sediaan dan absorpsi di sana sering tidak lengkap dan tidak
salut enterik atau sediaan lepas lambat yang ab- teratur.
sorpsinya biasanya kurang baik atau inkonsisten
akibat perbedaan penglepasan obat di lingkungan
berbeda, memerlukan waktu transit yang lama PEMBERIAN SECARA SUNTIKAN
dalam usus untuk meningkatkan jumlah yang dise-
Keuntungan pemberian obat secara suntikan
rap. (3) Pada obat-obat yang mengalami metabo-
(parenteral) ialah: (1) efeknya timbul lebih cepat dan
lisme di saluran cerna, misalnya penisilin G dan
eritromisin oleh asam lambung, levodopa dan klor- teratur dibandingkan dengan pemberian per oral;
promazin oleh enzim dalam dinding saluran cerna, (2) dapat diberikan pada penderita yang tidak ko-
pengosongan lambung dan transit gastrointestinal operatif, tidak sadar, atau muntah-muntah; dan (3)
yang lambat akan mengurangiiumlah obat yang di- sangat berguna dalam keadaan darurat. Kerugian-
serap untuk mencapai sirkulasi sistemik. Untuk obat nya ialah dibutuhkan cara asepsis, menyebabkan
yang waktu paruh eliminasinya pendek misalnya rasa nyeri, ada bahaya penularan hepatitis serum,
prokainamid, perlambatan absorpsi akan menye- sukar dilakukan sendiri oleh penderita, dan tidak
babkan kadar terapi tidak dapat dicapai, meskipun ekonomis.
jumlah absorpsinya tidak berkurang. Pemberian intravena (lV) tidak mengalami
Absorpsi secara transport aktif terjadi tahap absorpsi, maka kadar obat dalam darah di-
terutama di usus halus untuk zat-zat makanan : glu- peroleh secara cepat, tepat, dan dapat disesuaikan
kosa dan gula lain, asam amino, basa purin dan piri- langsung dengan respons penderita. Larutan ter-
midin, mineral, dan beberapa vitamin. Cara ini juga tentu yang iritatif hanya dapat diberikan dengan
terjadi untuk obat-obat yang struktur kimianya mirip cara ini karena dinding pembuluh darah relatif tidak
struktur zat makanan tersebut, misalnya levodopa, sensitif dan bila disuntikkan perlahan-lahan, obat
metildopa, 6-merkaptopurin, dan 5-fluorourasil. segera diencerkan oleh darah. Kerugiannya ialah
Kecepatan absorpsi obat bentuk padat diten- efek tokslk mudah terjadi karena kadar obat yang
tukan oleh kecepatan disintegrasi dan disolusinya tinggi segera mencapai darah dan jaringan. Di sam-
sehingga tablet yang dibuat oleh pabrik yang ber- ping itu, obat yang disuntikan lV tidak dapat ditarik
beda dapat berbeda pula bioavailabilitasnya. Ada kembali. Obat dalam larutan minyak yang mengen-
kalanya sengaja dibuat sediaan yang waktu di- dapkan konstituen darah, dan yang menyebabkan
solusinya lebih lama untuk memperpanjang masa hemolisis, tidak boleh diberikan dengan cara ini,
absorpsi sehingga obat dapat diberikan dengan in- Penyuntikan lV harusdllakukan perlahan-lahan
terval lebih lama. Sediaan ini disebut sediaan lepas sambil terus mengawasi respons penderita.
Farmakologi dan Tarapi

Suntikan subkutan (SK) hanya boleh diguna- PEMBEBIAN TOPIKAL


kan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jari-
ngan, Absorpsi biasanya terjadi secara lambat dan Pemberian topikal pada kulit. Tidak banyak obat
konstan sehingga efeknya bertahan lama. Obat da- yang dapat menembus kulit utuh. Jumlah obat yang
lam bentuk suspensi diserap lebih lambat daripada diserap bergantung pada luas permukaan kulit yang
dalam bentuk larutan. Pencampuran obat dengan terpajan serta kelarutan obat dalam lemak karena
vasokonstriktor juga akan memperlambat absorpsi epidermis bertindak sebagai sawar lemak. Dermis
obat tersebut. Obat dalam bentuk padat yang dita- permeabel terhadap banyak zat sehingga absorpsi
namkan di bawah kulit dapat dlabsorpsi selama terjadi jauh lebih mudah bila kulit terkelupas atau
beberapa minggu atau beberapa bulan. terbakar. Beberapa zat kimia yang sangat larut
Pada suntikan intramuskular (lM), kelarutan lemak, misalnya insektisida organolosfat,dapat
obat dalam air menentukan kecepatan dan keleng- menimbulkan elek toksik akibat absorpsi melalui
kapan absorpsi. Obat yang sukar larut dalam air kulit ini. lnflamasi dan keadaan lain yang mening-
pada pH fisiologik misalnya digoksin, lenitoin, dan katkan aliran darah kulit juga akan memacu ab-
diazepam akan mengendap di tempat suntikan se- sorpsi melalui kulit. Absorpsi dapat ditingkatkan
hingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap, dengan membuat suspensi obat dalam minyak dan
dan tidak teratur. Obat yang larut dalam air diserap menggosokkannya ke kulit, atau dengan menggu-
cukup cepat, tergantung dari aliran darah di tempat nakan penutup di atas kulit yang terpajan. Obat
suntikan. Absorpsi lebih cepat di deltoid atau vastus yang banyak digunakan untuk penyakit kulit seba-
lateralis daripada di gluteus maksimus. Obat- obat gai salep kulit ialah antibiotik, kortikosteroid, anti-
dalam larutan minyak atau bentuk suspensi akan histamin, dan lungisid, tetapi beberapa obat siste-
diabsorpsi dengan sangat lambat dan konstan (sun- mik dibuat juga sebagai sediaan topikal, misalnya
tikan depot), misalnya penisilin. Obat yang terlalu nitrogliserin dan skopolamin.
iritatil untuk disuntikkan secara SK kadang- kadang Pemberian topikal pada mata. Cara ini terutama
dapat diberikan secara lM. dimaksudkan untuk mendapatkan elek lokal pada
Suntikan intratekal, yakni suntikan langsung mata, yang biasanya memerlukan absorpsi obat
ke dalam ruang subaraknoid spinal, dilakukan bila melalui kornea. Absorpsi terjadi lebih cepat bila
diinginkan elek obat yang cepat dan setempat pada kornea mengalami infeksi atau trauma. Absorpsi
selaput otak atau sumbu serebrospinal, seperti sistemik melalui saluran nasolakrimal sebenarnya
pada anestesia spinal atau pengobatan infeksi SSP tidak diinginkan; absorpsi di sini dapat menyebab-
yang akut. kan efek sistemik karena obat tidak mengalami me-
Suntikan intraperitoneal tidak dilakukan tabolisme lintas pertamadi hati, maka B-blokeryang
pada manusia karena bahaya inleksi dan adesi diberikan sebagai tetes mata misalnya pada glau-
lerlalu besar. koma dapat menimbulkan toksisitas sistemik.

PEMBERIAN MELALUI PARU-PARU


2.2. DISTRIBUSI
Cara inhalasi ini hanya dapat dilakukan untuk
Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke
obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah
seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergan-
menguap misalnya aneste,Uk umum, dan untuk obat
tung dari aliran darah, distribusi obat juga diten-
lain yang dapat diberikan dalam bentuk aerosol.
tukan oleh sifat lisikokimianya. Distribusi obat dibe-
Absorpsi lerjadi melalui epitel paru dan mukosa
dakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya di
saluran napas. Keuntungannya, absorpsi terjadi
dalam tubuh. Oistribusi fase pertama terjadi sege-
secara cepat karena permukaan absorpsinya luas,
ra setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusi-
terhindar dari eliminasi lintas pertama di hati, dan
nya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan
pada penyakit paru-paru misalnya asma bronkial,
otak. Selanjutnya, distribusi fase kedua jauh lebih
obat dapat diberikan langsung pada bronkus, Sa-
luas yaitu mencakup jaringan yang perlusinya tidak
yangnya pada cara pemberian ini diperlukan alat
sebaik organ di atas misalnya otot, visera, kulit, dan
dan metoda khusus yang agak sulit dikerjakan, jaringan lemak. Distribusi ini baru mencapai kese-
sukar mengatur dosis, dan sering obatnya meng-
imbangan setelah waktu yang lebih lama. Dilusi ke
iritasi epitel paru.
ruang interstisial jaringan terjadi cepat karena ce-
Pengantar Farmakologi

lah antarsel endotel kapiler mampu melewatkan dikenal sebagai sawar darah-otak. Endotel kapiler
semua molekul obat bebas, kecuali di otak. Obat otak tidak mempunyai celah antarsel maupun vesi-
yang mudah larut dalam lemak akan melintasi mem- kel pinositotik, tetapi mempunyai banyak taut cekat
bran sel dan terdistribusi ke dalam sel, sedang- (tight junction). Di samping itu, terdapat sel gliayang
kan obat'yang tidak larut dalam lemak akan sulit mengelilingi kapiler otak ini. Dengan demikian, obat
menembus membran sel sehingga distribusinya ter- tidak hanya harus melintasi endotel kapiler tetapi
batas terutama di cairan ekstrasel. Distribusi juga juga membran sel glia perikapller untuk mencapai
dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, cairan interstisial jaringan otak. Karena itu, kemam-
hanya obat bebas yang dapat berdilusi dan men- puan obat untuk menembus sawar darah-otak ha-
capai keseimbangan (lihat Gambar 1-1). Derajat nya ditentukan oleh, dan sebanding dengan, kela-
ikatan obat dengan protein plasma ditentukan oleh rutan bentuk non-ion dalam lemak. Obat yang
afinitas obat terhadap protein, kadar obat, dan seluruhnya atau hampir seluruhnya dalam bentuk
kadar proteinnya sendiri. Pengikatan obat oleh pro- ion, misalnya amonium kuaterner atau penisilin,
tein akan berkurang pada malnutrisi berat karena dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke otak
adanya defisiensi protein. dari darah. Penisilin dosis besar sekali dapat masuk
Obat dapat terakumulasi dalam sel iaringan ke otak, tetapi penisilin dosis terapi hanya dapat
karena ditransport secara aktil, atau lebih sering masuk ke otak bila terdapat radang selaput otak,
karena ikatannya dengan komponen intrasel yaitu karena permeabilitas meningkat di tempat radang.
protein, foslolipid, atau nukleoprotein. Misalnya, Eliminasi obat dari otak kembali ke darah terjadi
pada penggunaan kronik, kuinakrin akan menum- melalui 3 cara, yakni (1 ) secara transport aktif mela-
puk dalam sel hati. Jaringan lemak dapat berlaku lui epitel pleksus koroid dari cairan serebrospinal
sebagai reseryoar yang penting untuk obat larut (CSS) ke kapiler darah untuk ion-ion organik, misal-
lemak, misalnya tiopental. Protein plasma juga nya penisilin; (2) secara difusi pasil lewat sawar
merupakan reservoar obat. Obat yang bersifat darah-otak dan sawar darah- CSS di pleksus koroid
asam terutama terikat pada albumin plasma, se- untuk obat yang larut lemak; dan (3) ikut bersama
dangkan obat yang bersifat basa pada asam cx.l- aliran CSS melalui vili araknoid ke sinus vena untuk
glikoprotein. Tulang dapat menjadi reservoar semua obat dan metabolit endogen, larut lemak
untuk logam berat misalnya timbal (Pb) atau radium. maupun tidak, ukuran kecll maupun besar.
Cairan transeluler misalnya asam lambung, berlaku Sawar uri yang memisahkan darah ibu dan
sebagai reservoar untuk obat yang bersilat basa darah janin terdiri dari sel epitel vili dan sel endotel
lemah akibat perbedaan pH yang besar antara kapiler janin; jadi, tidak berbeda dengan sawar
darah dan cairan lambung. Saluran cerna juga ber- saluran cerna. Karena itu, semua obat oral yang
laku sebagai reservoar untuk obat oral yang diab- diterima ibu akan masuk ke sirkulasi janin, Distribusi
sorpsi secara lambat, misalnya obat dalam sediaan obat dalam tubuh janin mencapai keseimbangan
lepas lambat. Obat yang terakumulasi ini berada dengan darah ibu dalam waktu paling cepat 40
dalam keseimbangan dengan obat dalam plasma menit.
dan akan dilepaskan sewaktu kadar plasma menu-
run, maka adanya reservoar ini dapat memperpan-
jang kerja obat, 2.3. BIOTRANSFORMASI
Redistribusi obat dari tempat kerjanya ke ja-
ringan lain merupakan salah satu faktor yang dapat Biotransformasi atau metabolisme obat ialah
menghentikan kerja obat. Fenomen ini hanya terjadi proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi
pada obat yang sangat larut lemak, misalnya tiopen- dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada pro-
tal. Karena aliran darah ke otak sangat tinggi, maka ses ini molekul obat diubah menjadi lebih pol.ar
setelah disuntikkan lV, obat ini segera mencapai artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut
kadar maksimal dalam otak. Tetapi karena kadar dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresi me-
dalam plasma dengan cepat menurun akibat dilusi lalui ginjal. Selain itu, pada umumnya obat menjadi
ke jaringan lain, maka tiopental dalam otak juga inaktif, sehingga biotransformasi sangat berperan
secara cepat berdifusi kembali ke dalam plasma dalam mengakhiri kerja obat. Tetapi, ada obat yang
untuk selanjutnya diredistribusi ke jaringan lain, metabolitnya sama aktif, lebih aktif, atau lebih tok-
Distribusi dari sirkulasi ke SSP sulit terjadi sik. Ada obat yang merupakan calon obat (prodrug)
karena obat harus menembus sawar khusus yang justru diakti{kan oleh enzim biotransformasi ini. Me-
Farmakologi dan Terapi

tabolit aktif akan mengalami biotransformasi lebih rantai sampingnya, deaminasi amin primer dan se-
lanjut dan/atau diekskresi sehingga kerjanya berak- kunder, serta desulfurasi.
hir. Glukuronid merupakan metabolit utama dari
Reaksi biokimia yang terjadi dapat dibedakan obat yang mempunyai gugus lenol, alkohol, atau
atas reaksi lase I dan lase ll. Yang termasuk reaksi asam karboksilat, Metabolit ini biasanya tidak aktif
lase I ialah oksidasi, reduksi, dan hidrolisis. Reaksi dan cepat diekskresi melalui ginjal dan empedu
lase I ini mengubah.obat menjadi metabolit yang secara sekresi aktif untuk anion, Glukuronid yang
lebih polar, yang dapat bersifat inaktif, kurang aktif, diekskresi melalui empedu dapat dihidrolisis oleh
atau lebih aktil daripada bentuk aslinya. Reaksi enzim p-glukuronidase yang dihasilkan oleh bakteri
fase ll, yang disebut juga reaksi sintetik, merupakan usus, dan obat yang dibebaskan dapat diserap
konyugasi obat atau metabolit hasil reaksi lase I kembali. Sirkulasi enterohepatik ini memperpan-
dengan substrat endogen misalnya asam gluku- jang kerja obat. Reaksi glukuronidasi ini dikatalisis
ronat, sulfat, asetat, atau asam amino. Hasil konyu- oleh beberapa jenis enzim glukuronil-transferase.
gasi ini bersifat lebih polar dan lebih mudah terioni- Berbeda dengan enzim nonmikrosom, enzim
sasi sehingga lebih mudah diekskresi. Metabolit mikrosom dapat dirangsang maupun dihambat akti-
hasil konyugasi biasanya tidak aktil kecuali untuk vitasnya oleh zat kimia tertentu termasuk yang ter-
prodrug tertentu. Tidak semua obat dimetabolisme dapat di lingkungan. Zat ini menginduksi sintesis
melalui kedua lase reaksi tersebut; ada obat yang enzim mikrosom tanpa perlu menjadi substratnya.
mengalami reaksi fase I saja (satu atau beberapa Zat penginduksi enzim ini dibagi atas 2 golongan,
macam reaksi) atau reaksi fase ll saja (satu atau yakni kelompok yang kerjanya menyerupai lenobar-
beberapa macam reaksi). Tetapi, kebanyakan obat bital dan kelompok hidrokarbon polisiklik. Fenobar-
dimetabolisme melalui beberapa reaksi sekaligus bital meningkatkan biotransformasi banyak obat,
atau secara berurutan menjadi beberapa macam sedangkan hidrokarbon polisiklik meningkatkan
metabolit. metabolisme beberapa obat saja. Penghambatan
Enzim yang berperan dalam biotransformasi enzim sitokrom P+so pada manusia dapat disebab-
obat dapat dibedakan berdasarkan letaknya di kan misalnya oleh simetidin dan etanol. Berbeda
dalam sel, yakni enzim mikrosom yang terdapat dengan penghambatan enzim yang langsung ter-
dalam retikulum endoplasma halus (yang pada iso- jadi, induksi enzim memerlukan waktu pajanan
lasi in vitro membentuk mikrosom), dan enzim non- beberapa hari bahkan beberapa minggu sampai
mikrosom. Kedua macam enzim metabolisme ini zat penginduksi terkumpul cukup banyak.
terutama terdapat dalam sel hati, tetapi juga ter- Hilangnya elek induksi juga terjadi bertahap setelah
dapat di sel jaringan lain misalnya ginjal, paru, epitel pajanan zat penginduksi dihentikan. Beberapa obat
saluran cerna, dan plasma. Di lumen saluran cerna bersifat autoinduktif artinya merangsang metabo-
juga terdapat enzim nonmikrosom yang dihasilkan lismenya sendiri, sehingga menimbulkan tolerdnsi.
oleh flora usus. Enzim mikrosom mengkatalisis Karena itu diperlukan dosis yang lebih besar untuk
reaksi konyugasi glukuronid, sebagian besar reaksi mencapai elektivitas yang sama. Pemberian suatu
oksidasi obat, serta reaksi reduksi dan hidrolisis. obat bersama penginduksi enzim metabolismenya,
Sedangkan enzim nonmikrosom mengkatalisis memerlukan peningkatan dosis obat. Misalnya,
reaksi konyugasi lainnya, beberapa reaksi oksidasi, pemberian wadarin bersama lenobarbital, memer-
serta reaksi reduksi dan hidrolisis. lukan peningkatan dosis wadarin untuk men-
Sebagian besar biotransformasi obat dikata- dapatkan elek antikoagulan yang diinginkan. Bila
lisis oleh enzim mikrosom hati, demikian juga bio- lenobarbital dihentikan, dosis warlarin harus
transformasi asam lemak, hormon steroid, dan bili- diturunkan kembali untuk menghindarkan ter-
rubin. Untuk itu obat harus larut lemak agar dapat ladinya perdarahan yang hebat.
melintasi membran, masuk ke dalam retikulum en- Oksidasi obat-obat tertentu oleh sitokrom Paso
doplasma, dan berikatan dengan enzim mikrosom, menghasilkan senyawa yang sangat reaktif, yang
Sistem enzim mikrosom untuk reaksi oksidasi dalam keadaan normal segera diubah menjadi me-
disebut oksidase lungsi campur (mixedlunction tabolit yang lebih stabil. Tetapi, bila enzimnya diin-
oxidase - MFO) atau monooksigenase; sitokrom duksi atau kadar obatnya tinggi sekali, maka meta-
Peso ialah komponen utama dalam sistem enzim ini. bolit antara yang terbentuk juga banyak sekali.
Reaksiyang dikatalisis oleh MFO meliputi reaksi N- Karena inaktivasinya tidak cukup cepat, maka se-
dan O-dealkilasi, hidroksilasi cincin aromatik dan nyawa tersebut sempat bereaksi dengan komponen
Pengantar Famakologi

sel dan menyebabkan kerusakan iaringan. Contoh- hepatotoksik atau pada sirosis hepatis. Dalam
nya ialah parasetamol. hal ini dosis obat yang eliminasinya terutama mela-
Enzim nonmikrosom mengkatalisis semua lui metabolisme di hati harus disesuaikan atau diku'
reaksl konyugasi yang bukan dengan glukuro- rangi. Demikian juga penurunan alir darah hepar
nat yaitu konyugasi dengan asam asetat, glisin, oleh obat, gangguan kardiovaskular, atau latihan
glutation, asam sulfat, asam foslat, dan gugus metil. fisik berat akan mengurangi rnetabolisme obat ter-
Sistem ini juga mengkatalisis beberapa reaksi ok- tentu dihati.
sidasi, reduksi, dan hidrolisis. Pada neonatus, terutama bayi prematur, ak-
Reaksi hidrolisis dikatalisis oleh enzim este- tivitas enzim metabolisme ini rendah (baik enzim
rase nonspesifik di hati, plasma, saluran cerna' dan mikrosom maupun enzim nonmikrosom). Ditambah
di tempat lain, serta oleh enzim amidase yang ter- dengan lungsi ekskresi dan sawar darah-otak yang
utama terdapal di hati. Reaksi oksidasi terjadi di belum sempurna, maka kelompok umur ini sangat
mitokondria dan plasma sel hati serta jaringan lain, peka terhadap elek toksik obat tertentu. Misalnya'
dan dikatalisis oleh enzim alkohol dan aldehid dehi- kurangnya aktivitas glukuronidase pada neonatus
drogenase, xantinoksidase, tirosin hidroksilase' mendasari terjadinya hiperbilirubinemia dengan
dan monoamin oksidase. risiko kernikterus, keracunan kloramlenikol, atau
Reaksi reduksi mikrosomal dan nonmikroso- analgesik opioid tertentu. Kemampuan biotransfor-
mal terjadi di hati dan iaringan lain untuk senyawa masi meningkat dalam beberapa bulan pertama
azo dan nitro, misalnya kloramfenikol. Reaksi ini kehidupan baYi.
seringkali dikatalisis oleh enzim llora usus dalam
lingkungan usus Yang anaerob.
Karena kadar terapi obat biasanya iauh di 2.4. EKSKRESI
bawah kemampuan maksimal enzim metabolisme-
nya, maka penghambatan kompetitil antara obat Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai
yang menjadi substrat bagi enzim yang sama jarang organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil bio-
terjadi. Penghambatan kompetitil metabolisme translormasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau
obat hanya terjadi pada obat yang kadar terapinya metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada obat
mendekati kapasilas maksimal enzim metabolisme- larut lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru.
nya, misalnya dilenilhidantoin yang dihambat meta- Ginial merupakan organ ekskresi yang ter-
bolismenya oleh dikumarol, dan 6-merkaptopurin penting. Ekskresi di sini merupakan resultante dari
yang dihambat metabolismenya oleh alopurinol. 3 proses, yakni liltrasi di glomerulus, sekresi aktif di
Akibatnya, toksisitas obat yang dihambat metabo- tubuli proksimal, dan reabsorpsi pasil di tubuli prok-
lismenya meningkat. simal dan distal.
Aktivitas enzim mikrosom maupun nonmikro- Glomerulus yang merupakan jaringan kapiler
som ditentukan oleh faktor genetik sehingga kece- dapat melewatkan semua zat yang lebih kecil dari
patan metabolisme obat antarindividu bervariasi, albumin melalui celah antarsel endotelnya sehingga
dapat sampai 6 kali lipat atau lebih. Beberapa enzim semua obat yang tidak terikat protein plasma me-
bahkan memperlihatkan polimorfisme genetik, ar- ngalami filtrasi di sana' Di tubuli proksimal, asam
tinya terdapat 2 kelompok utama dalam populasi. organik (penisilin, probenesid, salisilat, konyugat
Distribusi populasi berdasarkan perbedaan aktivi- glukuronid, dan asam urat) disekresi aktif melalui
tas enzim ini disebut distribusi bimodal, yaitu terdiri sistem transport untuk asam organik, dan basa or-
atas yang tinggi (cepat) dan yang rendah (lam' ganik (neostigmin, kolin, histamin) disekresi aktif
bat). Misalnya, untuk enzim asetilasi isoniazid, hi- melalui sistem transport untuk basa organik. Kedua
dralazin, dan beberapa substrat lain, populasi diba- sistem transport tersebut relatif tidak selektil se-'
gi atas kelompok asetilator cepal dan asetilator hingga teriadi kompetisi antar-asam organik dan
lambat; untuk enzim sitokrom Paso yang mengok- antar-basa organik dalam sistem transportnya
sidasi debrisokuin, metoprolol, dan beberapa sub-
masing-masing. Untuk zal-zal endogen misalnya
strat lain, populasi dibagi atas kelompok g)(tensive
asam urat, sistem transport ini dapat berlangsung
metabolizers dan poor metabolizers. lni juga ber-
dua arah, artinya teriadi sekresi dan reabsorpsi.
laku untuk beberaPa enzim lain.
Di tubuli proksimal dan distal terjadi reab-
Metabolisme obat di hati terganggu bila terjadi
sorpsi pasil untuk bentuk non-ion. Oleh karena itu'
kerusakan parenkim hati misalnya oleh adanya zat
10
Pengantar Farmakologi

untuk obat berupa elektrolit lemah, proses reab- 3.1. MEKANISME KERJA OBAT
sorpsi ini bergantung pada pH lumen tubuli yang
menentukan derajat ionisasinya. Bila urin lebih Efek obat umumnya timbul karena interaksi
basa, asam lemah terionisasi lebih banyak sehing- obat dengan reseptor pada sel suatu organisme.
ga reabsorpsinya berkuran g, akibatnya ekskresinya lnteraksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan
meningkat. Sebaliknya, bila urin lebih asam, eks_ perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan
kresi asam lemah berkurang. Keadaan yang ber_ respons khas untuk obat tersebut. Reseptor obat
lawanan terjadi dalam ekskresi basa lemah. prinsip merupakan komponen makromolekul fungsional
ini digunakan untuk mengobati keracunan obat yang mencakup 2 konsep penting. pertama, bahwa
yang ekskresinya dapat dipercepat dengan pemba_ obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal
saan atau pengasaman urin, misalnya salisilat, tubuh. Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu
fenobarbital. fungsi baru, tetapi hanya memodulasi lungsi yang
Ekskresi obat melalui ginjal menurun pada sudah ada. Walaupun tidak berlaku bagiterapi gen,
gangguan fungsi ginjal sehingga dosis perlu ditu_ secara umum konsep ini masih berlaku sampai
runkan atau interval pemberian diperpanjang. Ber_ sekarang. Setiap komponen makromolekul fung-
sihan kreatinin dapat dijadikan patokan dalam me_ sional dapat berperan sebagai reseptor obat, tetapi
nyesuaikan dosis atau interval pemberian obat.
sekelompok reseptor obat tertentu, juga berperan
sebagai reseptor untuk ligand endogen (hormon,
Banyak metabolit obat yang terbentuk di hati
neurotransmitor). Substansi yang efeknya menye_
diekskresi ke dalam usus melalui-empedu, kemu_
rupai senyawa endogen disebut agonis. Se-
dian dibuang melalui feses, tetapi lebih sering dise-
baliknya, senyawa yang tidak mempunyai aktivitas
rap kembali di saluran cerna dan akhirnya dieks_ intrinsik tetapi menghambat secara kompetitif efek
kresi melalui ginjal. Ada 3 sistem transport ke suatu agonis di tempat ikatan agonis (agonist bind-
dalam empedu, semuanya transport aktif yaitu ing site) disebut antagonis.
masing-masing untuk asary organik termasuk glu-
kuronid, basa organik, dan zat netral misalnya ste-
roid. Telah disebutkan bahwa konyugat glukuronid 3.2. RESEPTOR OBAT
akan mengalami sirkulasi enterohepatik.
Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, SIFAT KlMlA. Komponen yang paling penting
air mata, air susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah dalam reseptor obat ialah protein (mis. asetilkoli-
yang relatif kecil sekali sehingga tidak berarti dalam nesterase, Na*, K*-ATpase, tubulin, dsb.). Asam
pengakhiran efek obat. Liur dapat digunakan seba_ nukleat juga dapat merupakan reseptor obat yang
gai pengganti darah untuk menentukan kadar obat penting, misalnya untuk sitostatika. lkatan obat-
tertentu. Flambut pun dapat digunakan untuk mene_ reseptor dapat berupa ikatan ion, hidrogen, hidro-
mukan logam toksik, misalnya arsen, pada kedok_ fobik, van der Walls, atau kovalen, letapi umumnya
teran forensik. merupakan campuran berbagai ikatan di atas. perlu
diperhatikan bahwa ikatan kovalen merupakan ikat-
an yang kuat sehingga lama kerja obat seringkali,
tetapi tidak selalu, panjang. Walaupun demikian,
ikatan nonkovalen yang afinitasnya linggi juga
3. FARMAKODINAMIK dapat bersifat permanen.
HUBUNGAN STRUKTUR-AKT|V|TAS. Srruktur
Farmakodinamik ialah cabang ilmu yang kimia suatu obat berhubungan erat dengan afinitas-
mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat serta nya terhadap reseptor dan aktivitas intrinsiknya,
mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanis- sehingga perubahan kecil dalam molekul obat,
me kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, misalnya perubahan stereoisomer, dapat menim-
mengetahui interaksi obat dengan sel, dan menge_ bulkan perubahan besar dalam sifat tarmakologi-
tahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan res- nya. Pengetahuan mengenai hubungan struktur-
pons yang terjadi. Pengetahuan yang baik menge_ aktivitas bermanfaat dalam strategi pengembangan
nai hal ini merupakan dasar terapi rasional dan obat baru, sintesis obat yang rasio terapinya lebih
berguna dalam sintesis obat baru. baik, atau sintesis obat yang selektif terhadap jari-
ngan tertentu.
Pengantar Farmakologi

RESEPTOR FISIOLOGIS. lstilah reseptor sebagai Reseptor yang terdapat dalam sitoplasma,
makromolekul seluler tempat terikatnya obat untuk merupakan protein terlarut pengikat DNA (so/uble
menimbulkan respons telah diuraikan di atas. Teta- DNA-binding protein) yang mengatur transkripsi
pi terdapat juga protein seluleryang ber{ungsi seba- gen-gen tertentu. Pendudukan reseptor oleh hor-
gai reseptor fisiologik bagi ligand endogen seperti mon yang sesuai akan meningkatkan sintesis
hormon, neurotransmitor, dan autakoid. Fungsi re- protein tertentu.
septor ini meliputi pengikatan ligand yang sesuai Reseptor hormon peptida yang mengatur per-
(oleh ligand binding domain) dan penghantaran tumbuhan, diferensiasi, dan perkembangan (dan
sinyal (oleh effector domain) yang dapat secara dalam keadaan akut juga aktivitas metabolik)
langsung menimbulkan e{ek intrasel atau secara tak umumnya ialah suatu protein kinase yang meng-
langsung memulai sintesis maupun penglepasan katalisis losforilasi protein target pada residu
molekul intrasel lain yang dikenal sebagai second tirosin. Kelompok reseptor ini meliputi reseptor
rnessenger. untuk insulin, epidermal growth factor, platelet-deri-
Dalam keadaan lertentu, molekul reseptor ved growth factor, dan limtokin tertentu. Feseptor
berinteraksi secara erat dengan protein seluler lain hormon peptida yang terdapat di membran plasma
membentuk sistem reseptor-efektor sebelum me- berhubungan dengan bagian katalitiknya yang
nimbulkan respons. Contohnya, sistem adenilat sik- berupa protein kinase intrasel, melalui suatu rantai
lase: reseptor mengatur aktivitas adenilat siklase pendek asam amino hidrofobik yang menembus
sedangkan efektornya mensintesis cAMP sebagai membran plasma.
second/nessenger. Dalam sistem ini protein G-lah Pada reseptor untuk atrial natriuretic peptide,
yang berfungsi sebagai perantara reseptor dengan bagian kompleks intrasel ini bukan protein kinase,
enzim tersebut. Terdapat 2 macam protein G, yang melainkan guanilat siklase yang mensintesis sik-
satu berfungsi dalam penghantaran, yang lain ber- lik-GMP.
lungsi dalam penghambatan sinyal. Berikut ini akan Sejumlah reseptor untuk neurotransmitor ter-
dibahas berbagai reseptor fisiologik tersebut. tentu membentuk kanal ion selektif di membran
plasma dan menyampaikan sinyal biologisnya de-
ngan cara mengubah potensial membran atau kom-
3.3. TRANSMISI SINYAL BIOLOGIS posisi ion. Contoh kelompok ini ialah reseplor
nikotinik, gamma-aminobutirat tipe A, glutamat, as-
Penghantaran sinyal biologis ialah proses partat, dan glisin. Reseptor ini merupakan protein
yang menyebabkan suatu substansi ekstraseluler multi-subunit yang rantainya menembus membran
(extracellular chemical messenger) menimbulkan beberapa kali membentuk kanal ion. Mekanisme
suatu respons seluler lisiologis yang spesifik. Sis- terikatnya suatu transmitor dengan kanal yang ter-
tem hantaran ini dimulai dengan pendudukan dapat di bagian ekstrasel sehingga kanal meinjadi
reseptor yang terdapat di membran sel atau di terbuka, belum diketahui.
dalam sitoplasma oleh transmitor. Kebanyakan Sejumlah besar reseptor di membran plasma
messenger ini bersifat polar. Contoh transmitor bekerja mengatur protein efektor tertentu dengan
untuk reseptor yang terdapat di membran sel ialah perantaraan sekelompok GTP binding protein
katekolamin, TRFtr, LH; sedangkan untuk reseptor yang dikenal sebagai protein G. Yang termasuk
yang terdapat dalam sitoplasma ialah steroid kelompok ini ialah reseptor untuk amin biogenik,
(adrenal dan gonadal), tiroksin, vit. D. eikosanoid, dan hormon peptida lainnya. Reseptor
Feseptor di membran sel bekerja dengan cara ini bekerja dengan memacu terikatnya GTP pada
mengikat ligand yang sesuai kemudian menerus- protein G spesifik yang selanjutnya mengatur ak-
kan sinyalnya ke sel target itu, baik secara langsung tivitas efektor- efektor spesilik seperti adenilat sjk-
ke intrasel atau dengan cara memproduksi molekul lase, tosfolipase 42 dan C, kanal Qa2* ,K* atau Na*,
pengatur lainnya (second messenger) di intrasel. dan beberapa protein yang berfungsi dalam trans-
Suatu reseptor mungkin memerlukan suatu protein portasi. Suatu sel dapat mempunyai 5 atau lebih
seluler tertentu untuk dapat ber{ungsi (sistem re- protein G yang masing-masing dapat memberikan
septor-efektor) misalnya adenilat siklase. Pada sis- respons terhadap beberapa reseptor yang berbeda,
tem ini, reseptor mengatur aktlvitas adenilat siklase, dan mengatur beberapa efektor yang berbeda pula.
dan efektor mensintesis siklik-AMP yang merupa- Second messenger sitoplasma. Penghan-
kan second messenger. taran sinyal biologis dalam sitoplasma dilangsung-
12

kan dengan kerja second messenger antara lain dikatalisis oleh foslodiesterase menjadi 5-AMP
berupa cAMP, ion Caz*, dan yang akhir-akhir ini yang bukan suatu secondmessenger. Foslodieste-
sudah diterima ialah 1,4,5 inositol trisphosphate rase diaktilkan oleh ion Ca dan kalmodulin atau
(lP3) dan diasilgliserol (DAG). Substansi ini me- cAMP, Siklik-AMP juga dikeluarkan dari dalam sel
men u hi kriteria sebagai second rnessenger yaitu d i- melalui transport aktif.
produksi dengan sangat cepat, bekerja pada kadar Ca sitoplasma merupakan second messe-
yang sangat rendah, dan setelah sinyal eksternal- nger lain yang berfungsi dalam aktivasi beberapa
nya lidak ada mengalami penyingkiran secara jenis enzim (mis. fosfolipase), menggiatkan aparat
spesifik. kontraktil sel otot, mencetuskan penglepasan hista-
Siklik-AMP ialah second messenger yang min, dan sebagainya. Kadar Ca sitoplasma diatur
pertama kali ditemukan. Substansi ini dihasilkan
oleh kanal ion Ca, dan ATP-ase yang terdapat di
melalui stimulasi adenilat siklase sebagai respons
membran plasma dan depot Ca intrasel (misalnya
terhadap aktivasi bermacam-macam reseptor (mis.
retikulum sarkoplasmik). Kanal ion Ca di membran
reseptor adrenergik). Stimulasi adenilat siklase di-
sel dapat diatur oleh depolarisasi, interaksi dengan
langsungkan lewat protein Gs dan inhibisinya lewat
protein Gi (lihat Gambar 1-2). Adenilat siklase juga Gs, losforilasi oleh cAMP-dependenf protein kF
nase, atau oleh ion K* dan Ca2*.
dapat distimulasi oleh ion Ca (terutama pada
neuron), toksin kolera, atau ion fluorida. lnositol trisphosphate (lPs) dan diasilgli-
Siklik-AMP berfungsi mengaktifkan cAMP-de- serol (DAG), merupakan second rnessenger pada
pendent protein kinase (protein kinase A) yang me- transmisi sinyal di ar adrenoseptor, reseptor vaso-
ngatur laal protein intrasel dengan cara foslorilasi. presin, asetilkolin, histamin, p/atelet-derived growth
Siklik-AMP didegradasi dengan cara hidrolisis yang factor-dsb.

A
n, ooA
EKSTRASEL U (7

a2 actrenoseptor

INTRASEL fosfodiesterase
5AMP+Pi
protein kinase A

fosforilasi protein
I
I
I
respons seluler

Gambar 1-2. Transmisi sinyal blologis dengan second messenger cAMP,


Pendudukan reseptor (misalnya adrenoseptor p) yang terdapat di permukaan sel oleh agonisnya ((,l) menye-
babkan terbentuknya cAMP di permukaan dalam membran sel. Proses ini meliputi interaksi antara reseplor
(yang telah mengikat agonisnya) dengan protein pengatur Gs dan interaksi antara protein pengatur (Gs)
dengan GTP. lnteraksi Gs-GTP menimbulkan stimulasi adenilat siklase untuk memproduksi cAMP. Selanjut-
nya CAMP menimbulkan fosforilasi protein di bawah pengaruh kinase (protein kinase A), sehingga terjadi
respons seluler (misalnya lipolisis, glikoge-nolisis, efek inotropik positif , dan sebagainya). Sebaliknya aktivitas
adenilat siklase juga dapat dihambat melalui pendudukan reseptor lain misalnya aa adrenoseptor oleh
agonisnya (9).
Fosfodiesterase menghilangkan peran cAMP dengan hidrolisis menjadi 5AMP. Penghambatan fosfodieste-
rase (misalnya oleh amrinon, teofilin) memberikan efek serupa dengan perangsangan p-adrenoseptor.

'Fi - fosfor inorganik


13
Pengantar Farmakologi

Stimulasi adrenoseptor at (dan beberapa re- biologis terjadi maka lPs dan DAG mengalami meta-
septor lain) meningkatkan kadar Ca intrasel dengan bolisme di bawah pengaruh kinase tertentu.
beberapa cara. Salah satu mekanisme yang paling PENGATURAN FUNGSI RESEPTOR. Reseptor ti-
diterima saat ini ialah bahwa akibat pengikatan ago- dak hanya berf ungsi dalam pengaturan {isiologi dan
nis pada reseptor terjadi hidrolisis foslatidil inositol biokimia, tetapi juga diatur atau dipengaruhi oleh
4,S-bisfosfat (PlP2) yanS terdapat di membran sel mekanisme homeostatik lain. Bila suatu sel dirang-
oleh fosfolipase C (PLC) sehingga terbentuk lPs sang oleh agonisnya secara terus menerus maka
dan DAG (Gambar 1-3). akan terjadi desensitisasi (re{rakterisasi atau
Kelompok reseptor yang melangsungkan si- down regulation) yang menyebabkan efek perang-
nyal biologis dengan perantaraan lPs dan DAG se- sangan selanjutnya oleh kadar obat yang sama
bagai second messenger disebut juga sebagai Ca- berkurang atau menghilang (lihat bab efedrin)' Se-
mobilizing receptors. Sistem ini dapat berhubungan baliknya bila rangsangan pada reseptor berkurang
dengan sintesis prostaglandin; di sini DAG menga- secara kronik, misalnya pada pemberian p-bloker
lami hidrolisis lebih lanjut oleh fosfolipase 42 yang jangka panjang, seringkali terjadi hipereaktivitas
diaktifkan oleh meningkatnya kadar Ca. Seperti karena supersensitivitas terhadap agonis (akibat
juga second messenger yang lain, setelah respons bertambahnYa jumlah resePtor).

o
EKSTRASEL oo
MEMBRAN
SEL

DAG lP3
I
dJoot Ca** intrasel
I
Ca*1

'---tr/ .
l"spons serurer
I
protein kinase C

I
tostorilasi protein

respons seluler

(DAG) dan lPs (inositol trisfosfat)'


Gambar 1-3. Transmisi sinyal biologis dengan secondmessenger diasilgliserol
pendudukan i-"r"pto|. lmisatnyl o'1-adrenosepto0 yang terdapat di permukaan sel oleh agonisnya (O)
protein G (yang belum
menyebabkan peningkatan akiivitas fosfolipase C (PLC) dengan perantaraan suatu
jelas jenisnya). Selan]utnya fosfolipase C akan menghidrolisis losfatidil inositol 4,5, bisfosfat tt,tri::!'19^91
penglepasan ion ca-
terbentuk Oiasitgtiserot (dAe; serta inositol 1,4,5 trisfosfat (lP3). lPs menyebabkan
seluler. DAG dan lPs merangsang aktivitas protein kinase
dari depot intraJeluler dan menimbulkan respons
C sehingga terjadi losforilasi protein diikuti oleh respons seluler'
Pengantar Farmakologi

3.4. INTERAKSI OBAT-RESEPTOR Erur [Dl 1

E= =- Emax
lkatan antara obat dan reseptor misalnya ikat- lDl + IDI z
an sUbstrat dengan enzim, biasanya merupakan
ikatan l'emah (ikatan ion, hidrogen,'hiOrofoOi'k, van - reseptor diduduki oleh obat.
ini berarti 50%
der Waals), dan jarang berupa ikatan kovalen,

HUBUNGAN DOSIS DENGAN INTENSITAS EFEK


Hubungan antara kadar atau dosis obat yaitu
[D], dan besarnya efek E terlihat sebagai kurva
kr dosis-intensjtas efek (graded dose-effect curve
D + R ;- DR- E = DEC) yang berbentuk hiperbola (Gambar 1-4A).
(Obat) (Reseptor) kz (Efek) Tetapi kurva log dosis-intensitas efek (log DEC)
akan berbentuk sigmoid (Gambar 1-48). Setiap
Menurutteori pendudukan reseptor (reseptor oc- efek memperlihatkan kurvanya sendiri. Bila elek
cupancy), intensitas elek obat berbanding lurus yang diamati merupakan gabungan beberapa efek,
dengan lraksi reseptor yang diduduki atau diikat- maka log DEC dapat bermacam-macam, tetapi
nya, dan intensitas efek mencapai maksimal bila masing-masing berbentuk sigmoid.
seluruh reseptor diduduki oleh obat. Oleh karena Log DEC lebih sering digunakan karena men-
interaksi obat-reseptor ini analog dengan interaksi cakup rentang dosis yang luas dan mempunyai
substrat-enzim, maka di sini berlaku persamaan bagian yang linear, yakni pada besar efek = 16-94%
Michaelis-Menten : (= 50% + 1SD), sehingga lebih mudah untuk mem-
perbandingkan beberapa DEC.
EmalDl 1/Ke menunjukkan afinitas obat terhadap re-
E-
septor, artinya kemampuan obat untuk berikatan
Kp + [D] dengan reseptornya (kemampuan obat untuk mem-
bentuk kompleks obat-reseptor). Jadi makin besar
dengan: E =intensitasefekobat Ko (= dosis yang menimbulkan l 12 efek maksimal),
Emax = efek maksimal makin kecil afinitas obat terhadap reseptornya.
tDl = kadar obat bebas E63x menunjukkan aktivitas intrinsik atau efek-
kz tivitas obat, yakni kemampuan intrinsik kompleks
Ke =- = konstanta disosiasi obat-reseptor untuk menimbulkan aktivitas.dan/
kr kompleksobat-reseptor
atau efek farmakologik. Gambar 1-5 akan memper-
Bila Ke = [D], maka :
jelas arti afinitas dan aktivitas intrinsik.

100 100

E
^i 84
uJ E

t
ur
uJ

a
50 ;50
I
I

los tol
tDl
(A) (B)

Gambar 1-4. (A) Kurva dosis-intensitas efek (= DEC).


(B) Kurva log dosis-intensitas efek (= log OEC).
Pengantar Farmakologi 15

E
mat

YrE mat

Log dosis

E',,,'",

Log dosis Ko K'o Log dosis

{B) (c)

Gambar 1-5, Log DEC obat P dan Q yang berbeda atinitas dan/atau aktivitas intrinsiknya

(A) Afinitas berbeda (K'o > Ko), aktivitas intrindik sama (= Ema).

(B) Afinitas sama (- Ko), aktivitas intrinsik berbeda (E'max < E.ax).

(C) Af initas berbeda (K'o > Ko), aktivitas inVinsik juga berbeda (E'.- < E.ax).
Pengantar Farmakologi

Variabel hubungan dosis-intensitas efek obat. pi dalam klinik, dosis obat dibatasi oleh timbulnya
elek samping; dalam hal ini elek maksimal yang
Hubungan dosis dan intensitas elek dalam
dicapai dalam klinik mungkin kurang dari efek mak-
keadaan sesungguhnya tidaklah sederhana karena
simal yang sesungguhnya. lni merupakan variabel
banyat< obat bekerja secara kompleks dalam meng-
yang penting. Misalnya morfin dan aspirin berbeda
hasilkan efek. Efek antihipertensi, misalnya, meru-
dalam efektivitasnya sebagai analgesik; morfin da-
pakan kombinasi efek terhadap jantung, vaskular,
pat menghilangkan rasa nyeri yang hebat, sedang-
dan sistem saraf. Walaupun demikian, suatu kurva
kan aspirin tidak. Elek maksimal obat tidak selalu
efek kompleks dapat diuraikan ke dalam kurva-
berhubungan dengan potensinya.
kurva sederhana untuk masing-masing komponen-
S/ope atau lereng log DEC merupakan varia-
nya. Kurva sederhana ini, bagaimanapun bentuk-
bel yang penting karena menunjukkan batas ke-
nya, selalu mempunyai 4 variabel yaitu potensi, ke-
amanan obat. Lereng yang curam, misalnya untuk
curaman (s/ope), efek maksimal, dan variasi biolo-
lenobarbital, menunjukkan bahwa dosis yang me-
gik (Gambar 1-6).
nimbulkan koma hanya sedikit lebih tinggi diban-
Potensi menunjukkan rentang dosis obat dingkan dengan dosis yang menimbulkan sedasi/
yang menimbulkan efek. Besarnya ditentukan oleh
tidur.
(1 ) kadar obat yang mencapai reseptor, yang ter-
gantung dari sifat larmakokinetik obat, dan (2) Variasi biologik adalah variasi antar individu
dalam besarnya respons terhadap dosis yang sama
afinitas obat terhadap reseptornya. Variabel ini
dari sualu obat. Suatu graded DEEC hanya berlaku
relatil tidak penting karena dalam klinik digunakan
untuk satu orang pada satu waktu, tetapi dapat juga
dosis yang sesuai dengan potensinya. Hanya, merupakan nilai rata-rata dari populasi. Dalam hal
potensi yang terlalu rendah akan merugikan karena yang terakhir ini, variasi biologik dapat diperlihatkan
dosis yang diperlukan terlalu besar. Potensi yang sebagai garis horisontal atau garis vertikal (lihat
terlalu tinggi justru merugikan atau membahayakan gambar di atas). Garis horlsontal menunjukkan
bila obatnya mudah menguap atau mudah diserap bahwa untuk menimbulkan efek obat dengan inten-
melalui kulit. sitas tertentu pada suatu populasi diperlukan suatu
Efek maksimal ialah respons maksimal yang rentang dosis. Garis vertikal menunjukkan bahwa
ditimbulkan obat bila diberikan pada dosis yang pemberian obat dengan dosis tertentu pada
tinggi. lni ditentukan oleh aktivitas intrinsik obat dan populasi akan menimbulkan suatu rentang inten-
ditunjukkan oleh dataran (plateau) pada DEC. Teta- sitas efek.

I
o
o
6
(o
=o
o

Log dosis

Gambar 1-6, Variabel hubungbn dosis-intensitas efek obat


Pengantar Farmakologi 17

HUBUNGAN DOSIS OBAT-PERSEN RESPON. Pada log DEC ordinatnya ialah intensitas efek,
DER sedangkan pada log DPC ordinatnya adalah per-
sentasi individu yang responsif. Selain itu, pada log
Suatu distribusi frekuensi individu yang mem- DEC efek yang diukur ada gradasinya sehingga
berikan respons (dalam %) pada rentang dosis ter- kurva ini merupakan suatu graded DEC. Sementara
tentu (dalam log dosis), akan tergambar dalam ben- itu, pada log DPC respons penderita bersifat kuantal
tuk kurva distribusi normal (Gambar 1-7). Bila (all or none), artinya ada atau tidak sama sekali,
distribusi lrekuensi tersebut dibuat kumulatif maka maka kurva sigmoid ini disebut juga kurva log do-
akan diperoleh kurva berbentuk sigmoid yang di- sis-efek kuantal (quantal log dose-effect curve =
sebut kurva log dosis- persen responder (/og log DEC kuantal).
dose-percent curve = log DPC). Bentuk kurvanya Jadi log DPC juga menunjukkan variasi in-
sama dengan log DEC, tetapi ordinatnya berbeda. dividual dari dosis yang diperlukan untuk menim-

100

'6
c \ Distribusi frekuensl kumulatif (sigmoid)
o
6
o
co

pl50
.:
!

.;

Log dosis

Gambar 1-7. Kurva frekuensi distribusi normal dan kumulatif

a
o
a
0)
60
C,,
c
G
50
p
': 40
.5
s 20

Gambar 1-8. Kurva log dosis-persen responsif (: log DPC) atau


Kurva log dosis-efek kuantal (= log DEC kuantal)
untuk suatu sedatif-hipnotik
1B Pengantar Farmakologi

bulkan suatu efek tertentu. Misalnya log DPC untuk active site) sehingga terjadi antagonisme anlara
suatu sedatif-hipnotik dapat dilihat pada Gambar agonis dengan antagonisnya. Misalnya efek his-
1-8. Di sini tampak log DPC atau log DEC kuantal tamin yang dilepaskan dalam reaksi alergi dapat
untuk efek hipnosis di sebelah kiri dan untuk elek dicegah dengan pemberian antihistamin yang men-
kematian di sebelah kanan. duduki reseptor yang sama.
Dosis yang menimbulkan efek terapi pada Antagonisme pada reseptor dapat diukur ber-
50% individu disebut dosis terapi median atau dasarkan interaksi obat-reseptor. Agonis ialah obat
dosis efektif median (= ED50). Dosis letal yang bila menduduki reseptor menimbulkan e{ek
median (= LD50) ialah dosis yang menimbulkan {armakologi secara intrinsik, sedangkan antagonis
kematian pada 50% individu, sedangkan TD50 ialah ialah obat yang menduduki reseptor yang sama
dosis toksik 50%. tetapi secara intrinsik tidak mampu menimbulkan
Dalam studi farmakodinamik di laboralorium, efek farmakologi. Jadi antagonis menghalangi ikat-
indeks terapi suatu obat dinyatakan dalam rasio an reseptor dengan agonisnya sehingga kerja ago-
berikut: nis terhambat. Antagonis demikian juga disebut re-
TDsO LD5O ceptor blocker atau bloker saja. Jadi bloker tidak
lndeks terapi atau berefek intrinsik karena elek yang terlihat bukan
EDsO EDsO efek langsung melainkan penghambatan elek
agonis.
Obat ideal menimbulkan elek -terapi pada semua
Pada antagonisme kompetitif, antagonis
penderita tanpa menimbulkan efek toksik pada se-
berikatan dengan receptor sile secara reversibel
orang penderita pun. Oleh karena itu,
sehingga dapat digeser oleh agonis kadar tinggi.
Dengan demikian penghambatan efek agonis da-
TD.1
pat diatasi dengan meningkatkan kadar agonis
lndeks terapi ialah lebih tepat, dan sampai akhirnya dicapai efek maksimal. Jadi, diper-
ED99 lukan kadar agonis yang lebih tinggi untuk mem-
peroleh efek yang sama. lni berarti a{initas agonis
TD1 terhadap reseptornya menurun (llhat Gambar 1-9).
untukobatijsal '- >1 Contoh antagonisme kompetitif ialah B-bloker
ED99 dan antihislamin.

Akan teta.pi, nilai-nilai ekstrim tersebut tidak dapat


ditentukan dengan teliti karena letaknya di bagian
kurva yang melengkung dan bahkan hampir men-
datar.

Efek
3.5. ANTAGONISME FARMAKODINAMIK
E. ut
Secara larmakodinamik dapat dibedakan 2
jenis antagonisme, yakni antagonisme fisiologik
D = Agonis
dan antagonisme pada reseptor. Selain itu, antago-
nisme pada reseptor dapat bersifat kompetitil atau
Ak = Antagonis
kompetitif
nonkompetitif.
Antagonisme fisiologik terjadi pada organ yang K'D
sama, tetapi pada sistem reseptor yang berlainan. KD Log tOl

Misalnya, elek bronkokonstriksi histamin pada


bronkus lewat reseptor histamin, dapat dilawan de-
ngan pemberian adrenalin yang bekerja pada Gambar 1-9. Antagonisme kompetitif,
adrenoseptor B.
Antagonis kompetitif (Ak) menyebabkan log DEC agonis
Antagonisme pada reseptor terjadi melalui sistem (D) bergeser sejajar ke kanan (D + Ak). Efek maksimal
reseptor yang sama. Artinya antagonis mengikat yang dicapai agonis sama (= Emax), tetapi afinitas agonis
reseptor di tempat ikatan agonis (receptor sile atau terhadap reseptornya menurun (K'o > KO).
Pengantar Farmakologi

Kadang-kadang suatu antagonis mengikat re- reseptor adrenergik alfa di receptor sile secara
septor bukan di tempat ikatan reseptor agonis ireversibel.
(agonist receptor site), tetapi menyebabkan Antagonisme nonkompetitif juga terjadi bila
perubahan konformasi reseptor sedemikian rupa antagonis bukan terikat pada molekul reseptornya,
sehinggaafinitas terhadap agonisnya menurun. melainkan pada komponen lain dalam sistem re-
Walaupun penurunan alinitas agonis ini dapat septor yang meneruskan lungsi reseptor di dalam
diatasi dengan meningkatkan dosis agonis, ke- sel target; misalnya molekul adenilat siklase atau
adaan ini tidak disebut antagonisme kompetitil molekul protein pembentuk kanal ion. lkatan an-
(meskipun gambar kurvanya sama) tetapi lebih tagonis pada molekul tersebut, secara reversibel
tepat disebut kooperativitas negatif. maupun ireversibel, akan mengurangi Erpsy tanpa
Pada antagonisme nonkompetitif, peng- mengganggu ikatan agonis-reseptor; afinitas ago-
hambatan efek agonis tidak dapat diatasi dengan nis terhadap reseptornya tidak berubah.
meningkatkan kadar agonis. Akibatnya, efek mak- Agonis parsial ialah agonis lemah, artinya
simal yang dicapai akan berkurang, tetapi afinitas agonis yang mempunyai aktivitas intrinsik atau
agonis terhadap reseptornya tidak berubah (Gam- etektivitas yang rendah sehingga ef ek maksimalnya
bar 1-10). lemah (lihat Gambar 1-11, kurva X). Akan tetapi,
obat ini akan mengurangi efek maksimal yang ditim-
bulkan oleh agonis penuh (lihat Gambar 1-1 1 , kurva
Z). Oleh karena itu agonis parsial disebut juga an-
E
max tagonis parsial. Contoh: nalorfin ialah agonis par-
sial alau antagonis parsial untuk reseptor morfin,
sedangkan nalokson ialah antagonis murninya.
Nalorlin dapat digunakan sebagai antagonis pada
t max keracunan mor{in, tetapi bila diberikan sendiri nalor-
Efek
lin juga menimbulkan berbagai efek opiat dalam
derajat yang lebih ringan. Nalokson, yang tidak
YrE max mempunyai elek agonis, akan mengantagonis de-
ngan sempurna semua elek opiat mortin.
1y2
E'.", D = Agonis
An = Antagonis
nonkompetitif
3.6. KERJA OBAT YANG TIDAK DIPERAN-
TARAI RESEPTOR
KD Log [D]
Dalam menimbulkan efek, obat tertentu tidak
berikatan dengan reseptor. Obat-obat ini mungkin
Gambar 1-10. Antagonisme nonkompetitif mengubah sifat cairan tubuh, berinteraksi dengan
ion atau molekul kecil, atau masuk ke komponen
Antagonis nonkompetitif (An) menyebabkan efek mak- sel.
simal yang dicapai agonis berkurang (E'rux. E66y) tetapi
af initas agonis terhadap reseptornya tidak berubah (= 691.
EFEK NONSPESIFIK DAN GANGGUAN PADA
MEMBRAN
Antagonisme nonkompetitif terjadi bila anta-
gonis mengikat reseptor secara ireversibel, di re- Perubahan sifat osmotik. Diuretik osmotik (urea,
ceptor site maupun di tempat lain, sehingga meng- manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas filtrat
halangi ikatan agonis dengan reseptornya. Dengan glomerulus sehingga mengurangi reabsorpsi air di
demikian antagonis mengurangi jumlah reseptor tubuli ginjal dengan akibat terjadi efek diuretik. De-
yang tersedia untuk berikatan dengan agonisnya mikian juga katartik osmotik (MgSO+), gliserol yang
sehingga efek maksimal akan berkurang. Tetapi mengurangi udem serebral, dan pengganti plasma
afinitas agonis terhadap reseptor yang bebas tidak (polivinil pirolidon = PVP) untuk penambah volume
berubah. Contohnya, lenoksibenzamin mengikat intravaskular.
Pengantar Farmakologi

A - Agonis parsial
Emax ' elek maksimal
agonis penuh
Ema (A) - e{ek maksimal
agonis parsial A

Log [A]

Gambar 1-11. Log DEC agonis parsial tanpa dan dengan adanya agonis penuh.

Kurva X: dihasilkan oleh A sendiri dengan efek maksimal Emax(A)


Kurva Y: dihasilkan oleh campuran A dan agonis penuh dalam dosis yang menimbulkan efek lebih kecil daripada
Enra (A)i penambahan A akan menambah efek tersebut sampai dicapai Emax (A)
KurvaZ : dihasilkan oleh campuran A dan agonis penuh dalam dosis yang menimbulkan efek lebih besar daripada
Ema (A)i penambahan
A akan mengurangi efek tersebut sampai dicapai Ema (A)

Perubahan sifat asam/basa. Kerja ini diperlihat- Pb2* bebas menjadi kelat yang inaktif pada kera-
kan oleh antasid dalam menetralkan asam lam- cunan Pb. Demikian juga kerja penisilamin yang
bung, NH+Cl dalam mengasamkan urin, Na bikar- mengikat Cu2* bebas pada penyakit Wilson dan
bonat dalam membasakan urin, dan asam-asam dimerkaprol (8AL = British antilewisite) pada kera-
organik sebagai antiseptik saluran kemih atau seba- cunan logam berat (As, Sb, Hg, Au, Bi). Kelat yang
gai spermisid topikal dalam saluran vagina. terbentuk larut dalam air sehingga mudah dikeluar-
kan melalui ginjal.
Kerusakan nonspesitik. Zat perusak nonspesifik
digunakan sebagai antiseptik dan disinfektan,
dan kontrasepsi. Contohnya, (1 ) detergen meru- MASUK KE DALAM KOMPONEN SEL
sak integritas membran lipoprotein; (2) halogen, Obat yang merupakan analog purin atau piri-
peroksida, dan oksidator lain merusak zat organik; midin dapat berinkorporasi ke dalam asam nukleat
(3) denaturan merusak integritas dan kapasitas sehingga mengganggu fungsinya. Obat yang be-
lungsional membran sel, partikel subseluler dan kerja seperti ini disebut antimetabolit misalnya 6-
protein. merkaptopurin, 5-fluorourasil, llusitosin, dan anti-
Gangguan fungsi membran. Anestetik umum kanker atau antimikroba lain.
yang mudah menguap misalnya eter, halotan, enf lu-
ran, dan metoksi{luran bekerja dengan melarut da- 3.7. TERMINOLOGI
lam lemak membran sel di SSP sehingga eksitabili-
tasnya menurun.
SPESIFISITAS DAN SELEKTIVITAS

INTERAKSI DENGAN MOLEKUL KECIL ATAU Suatu obat dikatakan spesifik bila kerjanya
toN terbatas pada satu jenis reseptor, dan dikatakan
selektif bila menghasilkan satu efek pada dosis
Kerja ini diperlihatkan oleh kelator (chelating rendah dan efek lain baru timbul pada dosis yang
agents) misalnya CaNaz EDTA yang mengikat lebih besar. Obat yang spesifik belum tentu selektil,
Pengantar Farmakologi 21

tetapi obat yang tidak spesilik dengan sendirinya ISTILAH LAIN


tidak selektif. Klorpromazin bukan obat yang spe-
sif ik karena ia beker.ia pada berbagai .ienis reseptor: Telah disebutkan bahwa untuk menimbulkan
kolinergik, adrenergik, dan histaminergik, selain suatu efek tertentu pada suatu populasi penderita,
pada reseptor dopaminergik di SSP. Atropin adalah diperlukan suatu rentang dosis, dan distribusi fre-
bloker spesifik untuk reseptor muskarinik, tetapi kuensi penderita yang responsif membentuk kurva
tidak selektif karena reseptor ini terdapat di ber- normal (lihat butir 3.4), Dosis rendah sekali cukup
bagai organ. Salbutamol ialah agonis B-adrenergik untuk penderita yang hipereaktif sedangkan dosis
yang spesifik dan relatif selekti{, obat ini memblok tinggi sekali dibutuhkan oleh penderita yang hipo-
reseptor pz dan pada dosis terapi hanya bere{ek di reaktif. lstilah hipersensitif digunakan untuk efek
bronkus. yang berhubungan dengan alergi obat. lstilah su-
Selain tergantung dari dosls, selektlvilas obat persensitif digunakan untuk keadaan hipereaktif
juga tergantung dari cara pemberian. Pemberian akibat denervasi atau akibat pemberian kronik sua-
obat langsung di tempat kerjanya akan meningkat- tu bloker reseptor yang merupakan denervasi far-
kan selektivitas obat. Misalnya salbutamol, selek- makologik (lihat hal. 94). lstilah toleransi diguna-
tivitas relatif obat ini pada reseptor p'2 di bronkus kan untuk keadaan hiporeaktit akibat pajanan obat
ditingkatkan bila diberikan sebagai obat semprot bersangkutan sebelumnya. Toleransi yang terjadi
langsung ke saluranrapas. dengan cepat setelah pemberian hanya beberapa
Tidak ada obat yang menghasilkan satu efek dosis obat disebut toleransi akut atau takifilaksis.
saja, dan makin banyak efek suatu obat, makin Bila toleransi timbul akibat pembentukan antibodi
banyak efek sampingnya. Dengan demikian selekti- terhadap obat, digunakan istilah resisten, mlsalnya
vitas merupakan sifat obat yang penting dalam te- terhadap insulin.
rapi. Selektivitas obat dinyatakan sebagai hubung- lstilah idiosinkrasi digunakan untuk elek obat
an antara dosis terapi dan dosis obat yang me- yang aneh (bizzare), ringan maupun berat, tidak
nimbulkan efek toksik. Hubungan ini disebut juga tergantung dari besarnya dosis, dan sangat jarang
indeks terapi atau batas keamanan obat (margin terjadi. lstilah ini seringkali digunakan secara sim-
of safety). lndeks terapi hanya berlaku untuk satu pang siur, maka sebaiknya istilah ini tidak diguna-
elek terapi, maka obat yang mempunyai beberapa kan lagi. Efek yang aneh ini di kemudian hari mung-
elek terapi juga mempunyai beberapa indeks terapi. kin terbukti merupakan reaksi alergi obat atau akibat
lndeks terapi aspirin sebagai anaJgesik lebih besar perbedaan genetik.
dibandingkan dengan indeks terapinya sebagai an-
tireumatik, karena dosis antireumatik lebih besar
daripada dosis analgesik. Meskipun perbandingan
4. PENGEMBANGAN DAN PENILAIAN
dosis terapi dan efek toksik ini sangat bermanfaat
OBAT
untuk suatu obat, data demikian sulit diperoleh dari
penelitian klinik. Umumnya dalam uji klinik, selek-
tivitas obat dinyatakan secara tidak langsung, yakni PENGUJIAN PADA HEWAN COBA
sebagai (1 ) pola dan insidens efek samping yang
ditimbulkan obat dalam dosis terapi, dan (2) persen- Suatu senyawa yang baru ditemukan (hasil
tase penderita yang menghentikan obat atau menu- isolasi maupun sintesis) terlebih dulu diuji dengan
runkan dosis obat akibat efek samping. Data demi- serangkaian uji larmakologik pada organ terpisah
kian cukup memberikan gambaran mengenai ke- maupun pada hewan (uji praklinik). Bila ditemukan
amanan obat yang bersangkutan. Selalu harus di- suatu aktivitas farmakologik yang mungkin berman-
ingat bahwa gambaran atau pernyataan bahwa laat, maka senyawa yang lolos penyaringan iniakdn
suatu obat cukup aman untuk kebanyakan pende- diteliti lebih lanjut.
rita, tidak menjamin keamanan untuk setiap pende- Sebelum calon obat baru ini dapat dicobakan
riia karena selalu ada kemungkinan timbul respons pada manusia, dibutuhkan waktu beberapa tahun
yang menyimpang. Misalnya, penisilin dapat dikata- untuk meneliti sifat farmakodinamik, larmakokine-
kan tidak toksik untuk sebagian besar penderita, tik, dan efek toksiknya pada hewan coba. Dalam
tetapi dapat menyebabkan kematian pada pende- studi larmakokinetik Ini tercakup juga pengembang-
rita yang alergi terhadap obat ini. an teknik analisis untuk mengukur kadar senyawa
22
Pengantar Farmakologi

tersebut dan metabolitnya dalam cairan biologik. sering timbul pada manusia akibat pemberian suatu
Semuanya ini diperlukan untuk memperkirakan do- obat. Uji klinik ini terdiri dari uji fase I sampai lV.
sis efektif dan memperkecil risiko penelitian pada
manusia. UJI KLINIK FASE l. Fase ini merupakan pengujian
Studi toksikologi pada hewan umumnya dila- suatu obat baru untuk pertama kalinya pada manu-
kukan dalam 3 tahap, masing-masing pada 2-3 sia. Yang diteliti di sini ialah keamanan obat, bukan
spesies hewan coba. elektivitasnya, maka biasanya dilakukan pada su-
Penelitian toksisitas akut bertujuan mencari karelawan sehat.
besarnya dosis tunggal yang membunuh 50% dari Tujuan pertama fase ini ialah menentukan be-
sekelompok hewan coba (LD50). pada tahap ini sarnya dosis tunggal yang dapat diterima, artinya
sekaligus diamati gejala toksik dan perubahan pato- yang tidak menimbulkan efek samping serius. Dosis
logik organ pada hewan yang bersangkutan. oral yang diberikan pertama kali pada manusia bia-
Penelitian toksisitas jangka panjang, ber- sanya 1/50 x dosis minimal yang menimbulkan efek
tujuan meneliti elek toksik pada hewan coba setelah pada hewan. Tergantung dari data yang diperoleh
pemberian obat ini secara teratur dalam jangka pada hewan, dosis berikutnya ditingkatkan sedikit-
panjang dan dengan cara pemberian sepertl pada sedikit atau dengan kelipatan dua sampai diperoleh
pasien nantinya. Lama pemberian bergantung pada efek farmakologik atau sampai timbul efek yang
lama pemakaian nantinya pada penderita (Tabel tidak diinginkan. Untuk mencari efek toksik yang
1-2). Di sini diamati fungsi dan patologi organ. mungkin terjadi dilakukan pemeriksaan hematologi,
faal hati, faal ginjal, urin rutin, dan bila perlu peme-
Tabel 1-2. LAMA PEMBEHTAN OBAT PADA pENELt_ riksaan lain yang lebih spesifik.
TIAN TOKSISITAS
Pada fase ini diteliti juga sifat farmakodinamik
Lama pemakaian pada
dan farmakokinetiknya pada manusia. Hasil peneli-
Lama pemberian pada
manusia hewan
tian larmakokinetik ini digunakan untuk meningkat-
kan ketepatan pemilihan dosis pada penelitian se-
Dosis tunggal atau Minimal 2 minggu lanjutnya. Selain itu, hasil ini diperbandingkan de-
beberapa dosis ngan hasil uji serupa pada hewan coba sehingga
diketahui pada spesies hewan mana obat tersebut
Sampai dengan 4 minggu 13-26 minggu mengalami proses tarmakokinetik seperti pada ma-
nusia, Bila spesies ini dapat ditemukan, maka dila-
Lebih dari 4 minggu Minimal 26 minggu (ter- kukan penelitian toksisitas jangka panjang pada
masuk studi karsinogenisitas hewan tersebut.
Uji klinik lase I ini dilaksanakan secara ter-
buka, artinya tanpa pembanding dan tidak tersa-
Penelitian toksisitas khusus meliputi peneli- mar, pada sejumlah kecil subjek dengan penga-
tian terhadap sistem reproduksi termasuk teratoge-
matan intensif oleh orang-orang yang ahli di bidang
nisitas, uji karsinogenisitas dan mutagenisitas,
ini, dan dikerjakan di tempat yang sarananya cukup
serta uji ketergantungan.
lengkap, Total jumlah subjek pada fase ini ber-
. Walaupun uji farmakologi-toksikologik pada
hewan ini memberikan data yang berharga, ramal-
variasi antara 20-50 orang.
an tepat mengenai efeknya pada manusia belum UJI KLINIK FASE ll. Pada fase ini obat dicobakan
dapat dibuat karena spesies yang berbeda tentu untuk pertama kalinya pada sekelompok kecil pen-
berbeda pula jalur dan kecepatan metabolisme, ke- derita yang kelak akan diobati dengan calon obat.
cepatan ekskresi, sensilivitas reseptor, anatomi, Tujuannya ialah melihat apakah efek farmakologik
atau lisiologinya. Satu-satunya jalan untuk memas_ yang tampak pada fase I berguna atau tidak untuk
tikan efek obat pada manusia, baik efek lerapi mau- pengobatan. Fase ll ini dilaksanakan oleh orang-
pun efek nonterapi, ialah memberikannya pada
orang yang ahli dalam masing-masing bidang yang
manusia dalam uji klinik.
terlibat. Mereka harus ikut berperan dalam mem-
buat protokol penelitian yang harus dinilai terlebih
PENcUJtAN PADA MANUSTA (UJt KLtNIK) dulu oleh panitia kode etik lokal. Protokol penelitian
harus diikuti dengan ketat, seleksi penderita harus
Pada dasarnya uji klinik memastikan efektivi-
cermat, dan setiap penderita harus dimonitor de-
tas, keamanan, dan gambaran efek samping yang
ngan intensif.
Pengantar Farmakologi 23

Pada fase ll awal, pengujian efek terapi obat ekuiefektit. Pengujian dilakukan secara acak dan
dikerjakan secara terbuka karena masih merupa- tersamar ganda.
kan penelitian eksploratif. Pada tahap ini biasanya Bila hasil uji klinik fase lll menunjukkan bahwa
belum dapat diambil kesimpulan yang mantap me- obat baru ini cukup aman dan efektif, maka obat
ngenai efek obat yang bersangkutan karena ter- dapat diizinkan untuk dipasarkan. Jumlah penderita
dapat berbagai laktor yang mempengaruhi hasil yang diikutsertakan pada {ase lll ini paling sedikit
pengobatan, misalnya perjalanan klinik penyakit, 500 orang.
keparahannya, efek plasebo. UJI KLINIK FASE lV. Fase inisering disebutpost-
Untuk membuktikan bahwa suatu obat ber- marketing drug surveillance karena merupakan pe-
khasiat, perlu dilakukan uji klinik komparatif yang ngamatan terhadap obat yang telah dlpasarkan.
membandingkannya dengan plasebo; atau bila Fase ini bertujuan menentukan pola penggunaan
penggunaan plasebo tidak memenuhi syarat etik, obat di masyarakat serta pola efektivitas dan ke-
obat dibandingkan dengan obat standard yang telah amanannya pada penggunaan yang sebenarnya.
dikenal. lni dilakukan pada akhir fase ll atau awal Survei ini tidak terikat pada protokol penelitian;tidak
fase lll, tergantung dari siapa yang melakukan, se- ada ketentuan tentang pemilihan penderita, besar-
leksi penderita, dan monitoring penderitanya. Untuk nya dosis, dan lamanya pemberian obat. Pada lase
menjamin validitas uji klinik komparatif ini, alokasi ini kepatuhan penderita makan obat merupakan
penderita harus acak dan pemberian obat dilakukan masalah.
secara tersamar ganda. lni disebut uii klinik acak Penelitian fase lV merupakan survei epide-
tersamar ganda berpembanding. miologik menyangkut efek samping maupun efekti-
Pada fase ll ini tercakup juga penelitian dosis- vitas obat. Pada lase lV ini dapat diamati (1 ) efek
efek untuk menetapkan dosis optimal yang akan samping yang frekuensinya rendah atau yang tim-
digunakan selanjutnya, serta penelitian lebih lanjut bul setelah pemakaian obat bertahun-tahun lama-
mengenai eliminasi obat, lerutama metabolisme- nya, (2) efektivitas obat pada penderita berpenyakit
nya. Jumlah subjek yang mendapat obat baru pada berat atau berpenyakit ganda, penderita anak atau
lase ini antara 100-200 penderita. usia lanjut, atau setelah penggunaan berulangkali
dalam jangka panjang, dan (3) masalah penggu-
UJI KLINIK FASE lll. Uji klinik lase lll dilakukan
untuk memastikan bahwa suatu obat-baru benar-
naan berlebihan, penyalahgunaan, dan lain-lain'
Studi lase lV dapat juga berupa uji klinik jangka
benar berkhasiat (sama dengan penelitian pada
panjang dalam skala besar untuk menentukan efek
akhir lase ll) dan untuk mengetahui kedudukannya
obat terhadap morb'rditas dan mortalitas sehingga
dibandingkan dengan obat standard. Penelitian ini
datanya menentukan status obat yang bersangkut-
sekaligus akan menjawab pertanyaan-pertanyaan
an dalam terapi.
tentang (1 ) efeknya bila digunakan secara luas dan
Dewasa ini waktu yang diperlukan untuk pe-
diberikan oleh para dokter yang 'kurang ahli'; (2)
ngembangan suatu obat baru, mulai dari sintesis
elek samping lain yang belum terlihat pada fase ll:
(3) dan dampak penggunaannya pada penderita
bahan kimianya sampai dipasarkan, mencapai
waktu 10 tahun atau lebih,
yang tidak diseleksi secara ketat.
Setelah suatu obat dipasarkan dan digunakan
Uji klinik fase lll dilakukan pada sejumlah be- secara luas, dapat ditemukan kemungkinan man-
sar penderita yang tidak terseleksi ketat dan dikerja- faat lain yang mulanya muncul sebagai efek sam-
kan oleh orang-orang yang tidak terlalu ahli, sehing- ping. Obat demikian kemudian diteliti kembali di
ga menyerupai keadaan sebenarnya dalam peng- klinik untuk indikasi yang lain, tanpa melalui uji lase
gunaan sehari-hari di masyarakat. Pada uji klinik L Hal seperti ini terjadi pada golongan salisilat yang
lase lll ini biasanya pembandingan dilakukan de- semula ditemukan sebagai antireumatik dan anti-
ngan plasebo, obat yang sama tetapi dosis ber- piretik. Efek urikosurik dan antiplateletnya ditemu-
beda, obat standard dengan dosis ekuiefektif, atau kan belakangan. Hipoglikemlk oral juga ditemukan
obat lain yang indikasinya sama dengan dosis yang dengan cara serupa.
24 Farmakologi dan Terapi

II. OBAT OTONOM

Dalam bab-bab berikut ini akan dibicarakan Pengertian anatomi dan laal susunan saraf
obat-obat otonom yaitu obat yang bekerja pada otonom merupakan dasar untuk dapat mengerti far-
berbagai bagian susunan saral otonom, mulai dari makodinamik obal otonom. Karena itu efek suatu
obat otonom dapat diperkirakan jika respons ber-
sel saral sampal sel elektor. Banyak obat dapat bagai organ otonom terhadap impuls saral otonom
mempengaruhi organ otonom, tetapi obat olonom diketahui.
mmpengaruhinya secara spesilik dan bekerja Untuk menyederhanakan penggolongan, obat
pada dosis kecil. penghambat neuromuskular yang bekerja pada sa-
ral somatis dimasukkan dalam seksi ini.

2. SUSUNAN SARAF OTONOM


DAN TRANSMISI NEUROHUMORAL
l. DarmansJah, Arinl Setlawati dan Su/islia Gan

1. Anatomi susunan saral otonom 5.3. Reseptor adrenergik : klasilikasi, distribusi,


2. Faal susunan saral otonom dan mekanisme kerjanya
3. Transmisi neurohumoral Respons berbagai organ efektor terhadap
perangsangan saral otonom
4. Transmisi kolinergik
6.1. Pqrangsangan saraf adrenergik
4.1. Asetilkdin : kolinasetilase, kolinesterase,
6.2. Perangsangan saral kolinergik
penyimpanan dan penglepasannya
7. Cara kerja obat otonom
4.2. Transmisi kolinergik di berbagaitempat
7.1. Hambatan pada sintesis atau penglepasan
4.3. Reseptor kolinergik
transmitor
5. Transmisi adrenergik 7.2. Menyebabkan penglepasan lransmitor
5.1. Katekolamin : sintesis, penyimpanan, 7.3. lkatan dengan reseptor
penglepasan dan terminasi kerjanya 7.4. Hambatan destruksi transmitor
5.2. Metabolisme epinelrin dan norepinelrin
8. Penggolongan obat otonom

Berikut akan diuraikan anatomi,laal dan trans- Lingkaran refleks saraf otonom terdiri dari:
misi neurohumoral susunan saral otonom. Kemu- serat aleren yang sentripetal disalurkan melalui N,
dian akan dibahas kerja obat otonom secara umum. vagus, pelvikus, splanknikus dan saraf otonom lain-
nya. Badan sel serat-serat ini terletak di ganglia
dalam kolumna dorsalis dan di ganglia sensoiik dari
1. ANATOMI SUSUNAN SARAF saral kranial terlentu. Tidak ada perbedaan yang
OTONOM jelas antara serabut aleren sistem saraf otonom
dengan serabut aferen sistem somatik, sehingga
Saraf otonom terdiri dad saraf praganglion, tidak dikenal obat yang secara spesifik dapat mem-
ganglion dan saral pascaganglion yang memper-
pengaruhi serabut aferen otonom. Serat eferen
sarali sel elektor. yang disalurkan melalui saral praganglion, gang-
Transmisi Neurohumoral

lion, dan saraf pascaganglion berakhir pada sel tikus, badan karotis dan aorta yang diteruskan me-
elektor. lalui N. lX dan X menuju ke medula oblongata'
Saraf otonom juga berhubungan dengan saraf Sistem ini berhubungan dengan relleks untuk mem-'
somatik; sebaliknya, kejadian somatik dapat mem- pertahankan tekanan darah, frekuensi iantung dan
pengaruhi {ungsi organ otonom. Pada susunan pernapasan.
saraf pusat terdapat beberapa pusat otonom, misal- Terdapat 5 perbedaan pokok antara saraf oto-
nya di medula oblongata terdapat pengatur perna- nom dan saraf somatik yaitu : (1) Saraf otonom
pasan dan tekanan darah; hipotalamus dan hipo- menginervasi semua struktur dalam tubuh kecuali
lisis yang mengatur suhu tubuh, keseimbangan air, otot rangka; (2) Sinaps saral otonom yang paling
metabolisme karbohidrat dan lemak, pusat tidur dan distal terletak dalam ganglia yang berada di luar
sebagainya. Hipotalamus dianggap sebagai pusat susunan saral pusat. Sinaps saraf somatik semua-
susunan saral otonom. Walaupun demikian masih nya terletak di dalam susunan saraf pusat; (3) Saraf
ada pusat yang lebih tinggi lagi yang dapat mem- otonom membentuk pleksus yang terletak di luar
pengaruhinya yaitu korpus striatum dan korteks susunan saral pusat, saral somatik tidak memben-
serebrum yang dianggap sebagai koordinalor an- tuk pleksus; (4) Saraf somatik diselubungi sarung
tara sistem otonom dan somatik. mielin, saral otonom pascaganglion tidak bermielin;
Serat eferen terbagi dalam sistem simpatis (5) Sara{ otonom menginervasi sel efektor yang
dan parasimpatis. Sistem simpatis disalurkan me- bersifat otonom; artinya, sel efektor itu masih dapat
lalui serat torakolumbal dari torakal 1 sampai lumbal beker.ia tanpa persarafan. Sebaliknya, jika saral
3, dalam sistem ini termasuk ganglia paravertebral, somatik putus maka otot rangka yang bersangkutan
pravertebral dan ganglia terminal. Sistem parasim- mengalami paralisis dan kemudian atroli.
patis atau kraniosakral outflow disalurkan melalui
saraf otak ke lll, Vll, lX dan X, dan N. pelvikus yang
berasal dari bagian sakral segmen 2, 3 dan 4. 2. FAAL SUSUNAN SARAF OTONOM
Serat aferen misalnya yang berasal dari pre-
soreseptor dan kemoreseptor dalam sinus karo-
Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem
SARAF PABASIMPATIS simpatis dan parasimpatis memperlihatkan lungsi
yang antagonistik. Bila yang satu menghambat

ffifiii"' Ganglion
suatu fungsi maka yang lain memacu fungsi ter-
sebut. Contoh yang jelas ialah midriasis terjadi di
bawah pengaruh saral simpatis dan miosis di
bawah pengaruh ParasimPatis.
Organ tubuh umumnya dipersarali oleh saraf
parasimpatis dan simpatis, dan tonus yang terlihat
SARAF SIMPATIS
merupakan hasil perimbangan kedua sistem ter-
sebut. lnhibisi salah satu sistem oleh obat maupun
akibat denervasi menyebabkan aktivitas organ ter-
fr
Sel
sebut didominasi oleh sistem yang lain. Tidak pada
semua organ terjadi antagonisme ini, kadang-
Ganglion Efektor kadang efeknya sama, misalnya pada kelenjar liur
Sekresi liur dirangsang baik oleh saraf simpatis
maupun parasimpatis, tetapi sekret yang diha-
silkan berbeda kualitasnya; pada perangsangan
Gambar 2-1. Bagan susunan saraf otonom
simpatis liur kental, sedangkan pada perangsangah
parasimpatis liur lebih encer. Fungsi dua sistem
tersebut dapat juga saling melengkapi, misalnya
Saraf praganglion simpatis maupun parasimpatis dan
pada fungsi seksual, ereksi merupakan lungsi para-
saraf pascaganglion parasimpatis bersilat koli-nergik lni
simpatis sedangkan ejakulasi simpatis. Secara
berarti bahwa saraf-saraf tersebut pada ujungnya mele-
umum dapat dikatakan bahwa sistem parasimpatis
paskan asetilkolin sebagai neuro-transmitor. Saraf pas-
berperan dalam lungsi konservasi dan reservasi
caganglion simpatis bersilat adrenergik; berarti, ujung
tubuh. Sedangkan sistem simpatis berfungsi mem-
sarafnya melepaskan NE.
26
Farmakologi dan Terapi

pertahankan diri terhadap tanlangan dari luar tubuh


mV. Potensial negatif inidisebabkan oleh kadar ion
dengan reaksi berupa perlawanan atau pertahanan
K di dalam sel saral 40 kali lebih besar daripada
diri yang dikenal sebagai light or ltight reaction.
kadarnya di luar sel, sedangkan ion Na dan Cl jauh
Sistem parasimpatis bersilat vital bagi tubuh. Seba_
liknya inahluk dapat hidup setelah denervasi saral lebih banyak di luar sel. Dalam keadaan potensial
simpatis asalkan dilindungi terhadap ancaman dari istirahat ini, ion Na tidak dapat memasuki sel. Bila
luar yaitu hidup cukup makanan dan air, tanpa per_ ada depolarisasi yang mencapai ambang rangsang
ubahan besar dalam suhu, kelembaban dan tekan- maka permeabilitas terhadap ion Na sangat me-
an almosfer. Bila ada stres, mahluk yang telah ningkat sehingga ion Na masuk ke dalam aksoplas-
didenervasi tersebut cenderung lebih cepat mati ma dan menyebabkan potensial istirahat yang ne_
dibanding dengan mahluk yang sistem simpatisnya gatit tadi menuju netral dan bahkan menjadi positil
utuh. (disebut polarisasi terbalik). lni diikuti dengan repo-
Sistem simpatis aktif setiap saat, walaupun larisasi, yaitu kembalinya potensial istirahat dengan
aktivitasnya bervariasi dari waktu ke waktu. Dengan terhentinya pemasukan ion Na dan keluarnya ion K.
demikian penyesuaian tubuh lerhadap lingkungan Perubahan potensial tersebut di atas disebut poten-
terjadi secara terus menerus. Dalam keadaan daru_ sialaksi (impuls) salaf (nerve action potential, NAp)
rat, sistem simpatoadrenal (terdiri dari sistem sim_ (lihat Gambar 2-2).
patis dan medula adrenal) berlungsi sebagai satu
NAP akan berjalan sepanjang akson sampai
kesatuan. Sistem ini bekerja secara sereniak: de_
di ujung saraf, di sini NAP menyebabkan pengle-
nyut jantung meningkat, tekanan darah meningkat,
pasan transmitor. Transmitor akan melintasi celah
darah terutama dialirkan ke otot rangka, gluiosa
sinaps selebar 100-500 Angstrom ke membran
darah meningkat, dilatasi bronkus dan midriasis. pascasinaps. Transmitor ini disintesis dan disimpan
Secara keseluruhan organisme tersebut siap untuk
di ujung akson dalam organel yang disebut gelem-
lari atau bertempur.
bung (vesikel) sinaps.
Sistem parasimpatis fungsinya lebih terlokali_
sasi, tidak difus seperti sistem simpatis, dengan
fungsi primer reservasi dan konservasi sewaktu ak-
tivitas organisme minimal. Sistem ini mempertahan- +30mV
kan denyut jantung dan tekanan darah pada fungsi
basal, menstimulasi sistem pencernaan berupa pe_ 0
ningkatan motilitas dan sekresi getah pencernaan,
meningkatkan absorpsi makanan, memproteksi
retina terhadap cahaya berlebihan, mengosongkan - 70mV
rektum dan kandung kemih. Dengan demikian saraf
parasimpatis lidak perlu bekerja secara serentak. Potensialaksi Hiperpolarisasi

Gambar 2-2. Perubahan potensial pada neuron

3. TRANSMTSI NEUROHUMORAL
Transmitor yang dilepaskan dari ujung saraf
praganglion ialah asetilkolin (ACh) (lihat Gambar
lmpuls saraf dari SSp hanya dapat diteruskan 2-1). ACh berdifusi sepanjang celah sinaps dan
ke ganglion dan sel efektor melalui penglepasan mencapai membran pascasinaps; di sini ACh ber-
suatu zat kimia yang khas yang disebut transmitor gabung dengan reseptornya dengan akibat terjadi-
neurohumoral atau disingkattransmitor. Tidak nya depolqrisasi membran saraf pascagangtion
banyak obat yang pada dosis terapi dapat mempen_ yang disebut potensial pdrangsangan pasiaii-
garuhi konduksi akson, tetapi banyak sekali zat naps (excifafory postsynaptic potential, EpSp). De_
yang dapat mengubah transmisi neurohumoral. polarisasi terjadi akibat peningkatan permeabilitas
Konduksi saral hanya dapat dipengaruhi oleh anes_ ion Na dan K sekaligus. EPSp akan merangsang
tetik lokal dosis terapi yang diinfiltrasikan dalam terjadinya NAP di saral pascaganglion yang sesam-
kadar yang relatif tinggi di sekitar batang saraf, dan painya di sinaps saraf-efektor akan menyebabkan
oleh beberapa zat lain seperti tetrodotoksin. pada penglepasan transmitor lagi untuk meneruskan
akson, potensial membran istirahat ialah sekitar -70 sinyal ke sel elektor. Pada sinaps saraf-efektor ini
dilepaskan transmitor ACh pada saraf pascagang-
T ransmi si N eurohu moral 27

lion parasimpatis dan norepinefrin (NE) pada saraf tis. Demikian juga dari segi larmakologi tidak perlu
pascaganglion simpatis (Gambar 2.1). Reaksi sel ada pembicaraan mengenai obat yang bekerja
elektor dapat berupa perangsangan atau pengham- pada saraf somatik secara terpisah karena saral
batan tergantung jenis transmitor dan jenis resep- somatik ialah suatu saraf kolinergik.
tornya.
Suatu transmisi neurohumoral tidak selalu
menyebabkan depolarisasi tetapi juga dapat me-
nyebabkan hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi pada
4. TRANSMISI KOLINERGIK
membran saral pasca ganglion disebut potensial
inhibisi pascasinaps (inhibitory postsynaptic
potential , IPSP) dan menyebabkan hambatan 4.1. ASETILKOLIN : KOLINASETILASE,
organ pascasinaps. Hiperpolarisasi terjadi akibat KOLINESTERASE,
peningkatan permeabilitas ion K*.
Bila transmitor tidak diinaktifkan maka trans-
misi sinaptik akan terus berlangsung pada mem- PENYIMPANAN DAN PENGLEPASANNYA
bran pascasinaps dengan akibat terjadinya perang-
sangan yang berlebihan atau bahkan disusul den-
Bila N. vagus dirangsang maka di ujung saral
gan blokade. Karena itu harus ada mekanisme tersebut akan dilepaskan suatu zat aktif yang oleh
untuk menghentikannya. Pada sinaps kolinergik ter- Otto Loewi (1 926) disebul vagusstoff. Sejarah pe-
dapat asetilkolinesterase, suatu enzim penghidro- nemuan zat vagus ini dikutip oleh semua penulis
lisis ACh yang kerjanya cepat sekali. Pada sinaps buku lisiologi dan'farmakologi. Setelah diteliti ter-
adrenergik, NE terutama diambil kembali oleh nyata zat vagus tersebut adalah ACh. Dalam ujung
ujung saraf adrenergik. Ambilan kembali NE ini se- saral kolinergik, ACh disimpan dalam gelembung
lain untuk menghentikan transmisi sinaps juga ber- sinaps dan dilepaskan oleh NAP.
lungsi untuk menghemat NE. Terdapat dua jenis enzim yang berhubungan
Saral yang mensintesis dan melepaskan ACh erat dengan ACh yaitu kolinasetilase dan
disebut saraf kolinergik, yakni saraf praganglion kolinesterase.
simpatis dan parasimpatis, saraf pascaganglion
parasimpatis, dan saraf somatik yang mempersarali KOLINASETILASE (kolin asetiltransferase).
otot rangka. Saral yang mensintesis dan melepas- Enzim ini pertama-tama ditemukan dalam alat
kan NE disebut saraf adrenergik, yakni hampir listrik ikan belut listrik dari daerah Amazon. Zat ini
semua saraf pascaganglion simpatis. mengkatalisis sintesis ACh, pada tahap pemin-
Ada transmisi elektris melalui sinaps tanpa dahan gugus asetil dari asetilkoenzim-A ke molekul
perantaraan transmitor, misalnya yang ditemukan kolin. Reaksi ini merupakan langkah terakhir dalam
pada ikan belut listrik (electric eel ' Electrophorus sintesis ACh, yang terjadi dalam sitoplasma ujung
electricus). Transmisi semacam ini pada mamalia saraf, yang kemudian ditransportasi ke dalam ge-
hanya ditemukan dalam susunan saraf pusat pada lembung sinaps tempat ACh disimpan dalam kadar
sinaps yang secara anatomi berbeda dengan tinggi.
sinaps neurohumoral. Kolinasetilase disintesis dalam perikarion sel
Keempat tahap transmisi neurohumoral yaitu saral dan ditransportasi sepanjang akson ke ujung
sintesis, penyimpanan, penglepasan, ikatan den- saraf. Asetil KoA disintesis di mitokondria ujung
gan reseptor dan eliminasi transmitor merupakan saral sedangkan kolin diambil secara aktif ke dalam
dasar untuk pengertian kerja obat otonom. Obat ujung saraf. Proses ambilan kolin ke dalam saraf ini
yang bekerja pada saraf otonom mempengaruhi tergantung dari Na* ekstrasel dan dihambat oleh
salah satu lahap transmisi neurohumoral tersebul, hemikolinium
yaitu pada transmisi adrenergik atau transmisi koli-
KOLINESTEBASE. Asetilkolin sebagai transmitor
nergik tanpa membedakan apakah saraf tersebut harus diinaktifkan dalam waktu yang cepat. Kece-
lermasuk sistem simpatis, parasimpatis atau patan inaktivasi tergantung dari macamnya sinaps
somatik. Hal tersebut menjelaskan mengapa pem- (sambungan saraf-otot atau sambungan saraf-elek-
bicaraan obat yang bekerja pada saraf otonom ber- tor) dan macam neuron. Pada sambungan saraf-
tolak dari transmisi kolinergik dan transmisi adre- otot, ACh dirusak secara kilat, dalam waktu kurang
nergik dan bukan dari sistem simpatis-parasimpa- dari l milidetik.
28
Farmakologi dan TeraPi

Kolinesterase yang tersebar luas di berbagai ikut: depolarisasi ujung saral diikuti inlluks ion Ca
jaringan dan cairan tubuh, menghidrolisis ACh men- yang akan berikatan dengan gugus bermuatan
jadi kolin dan asam asetat. Kekuatan kolin sebagai negatif di membran aksoplasmik bagian dalam. Hal
transmitor hanya 1/1 00.000 kaliACh. Ada 2 macam ini menyebabkan terjadinya fusi membran akson
kolinesterase, yakni asetilkolinesterase (AChE) dengan membran vesikel, diikuti penglepasan ACh
dan butirilkolinesterase (BuChE). Asetilkolineste- dari dalam vesikel (proses eksositosis). Pengle-
rase fiuga dikenal sebagai kolinesterase yang spe- pasan ini dihambat oleh ion Mg yang berlebihan.
sifik atau kolinesterase yang sejati) terutama terda-
pat di tempat transmisi kolinergik pada membran
pra maupun pascasinaps, dan merupakan kolines- 4.2. TRANSMISI KOLINERGIK DI BER-
terase (iuga dikenal sebagai serum esterase atau BAGAI TEMPAT
pseudokolinesterase) terutama memecah butiril-
kolin dan banyak terdapat dalam plasma dan hati; Terdapat perbedaan antara berbagai tempat.
fungsi lisiologisnya tidak diketahui. Enzim ini ber- transmisi kolinergik dalam hal arsitektur umum, mi-
peran dalam eliminasi suksinilkolin, suatu obat krostruktur, distribusi AChE dan faktor temporal
relaksan otot rangka. Metakolin dihidrolisis oleh yang berperan dalam fungsi normal. Pada otot
AChE tapi tidak dihidrolisis oleh BuChE. rangka, tempat transmisi merupakan bagian kecil
dari permukaan masing-masing serabut otot yang
lisis oleh AChE tapi tidak dihidrolisis oleh BuChE.
letaknya terpisah satu sama lain. Sebaliknya, di
Transmisi kolinergik praktis dihentikan oleh ganglion servikal superior terdapat kira-kira
enzim AChE sehingga penghambatah enzim ini 100.000 sel ganglion dalam ruang yang hanya
akan menyebabkan aktivitas kolinergik yang berle-
beberapa mm" dengan serabut prasinaps dan pas-
bihan dan perangsangan reseptor kolinergik secara
casinaps membentuk anyaman yang rumit, Dengan
terus menerus akibat penumpukan ACh yang tidak
demikian dapat dimengerti bahwa terdapat per-
dihidrolisis. Kelompok zat yang menghambat AChE
bedaan ciri spesifik di antara berbagai tempat
dikenal sebagai antikoiinesterase (anti-ChE). transmisi.
Hampir semua efek larmakologik anti-ChE adalah
akibat penghambatan enzim AChE, dan bukan 1. Otot rangka. lkatan ACh dengan reseptornya
BuChE. Dalam urutan kekuatan yang meningkat akan meningkatkan permeabilitas membran pasca-
kita kenal: fisostigmin, prostigmin, diisopropilfluoro- sinaps terhadap ion Na+ dan K+ sekaligus, sehingga
loslat (DFP) dan berbagai insektisid organofosfat. terjadi influks Na* dan efluks K*. Setiap molekul
ACh menyebabkan keluar masuknya 50.000 kation.
PEI{YIMPANAN DAN PENGLEPASAN Proses ini merupakan dasar terjadinya potensial
ASETILKOLIN lempeng saraf (EPP, end-plate potential) yang
mencapai -15 mV pada end-plate. EPP akan me-
Pada tahun 1950 Fatt dan Katz menemukan rangsang membran otot disekitarnya dan menim-
ACh dilepaskan dari ujung saraf somatik dalam bulkan potensial aksi otot (MAP, muscle action
satuan-satuan yang jumlahnya konstan (kuanta). potential), yang kemudian diikuti kontraksi otot
ACh dalam jumlah tersebut hanya menimbulkan secara keseluruhan.
perubahan potensial kira-kira 0,5 mV. Potensial Setelah denervasi saraf motorik otot rangka
miniatur lempeng sarat (miniature end-plate poten- atau saraf pascaganglion otonom, dibutuhkan
tral = mepp) yang tidak cukup untuk menimbulkan transmitor'dalam ambang dosis yang jauh lebih
potensial aksi ini, ditingkatkan dengan pemberian rendah untuk menimbulkan respons; fenomen ini
neostigmin dan diblok oleh d-tubokurarin. Penyim- disebut supersensitivitas denervasi. Pada otot
panan dan penglepasan ACh telah diteliti secara rangka hal ini disertai dengan meluasnya penyebar-
ekstensif di lempeng saral (end-plate) pada otot dan an kolinoseptor ke seluruh permukaan serabut otot.
diduga proses yang sama berlaku juga di tempat
2. Efektor otonom. Berbeda dengan keadaan di
lain.
otot rangka dan saraf, otot polos dan sistem kon-
Suatu potensial aksi yang mencapai ujung duksi di jantung (nodus SA, atrium, nodus AV dan
saral akan menyebabkan penglepasan ACh secara
sistem His-Purkinje) memperlihatkan aktivitas in-
eksplosif sebanyak 100 atau lebih kuanta (atau trinsik elektrik maupun mekanik, yang diubah tapi
vesikel). Urutan kejadiannya diduga sebagai ber-
tidak ditimbulkan oleh impuls saraf.
T ransm isi N eu rohu moral 29

Pada otot polos usus yang terisolasi, pem- 4.3. RESEPTOR KOLINERGIK
berian ACh 1o'7- 10'6 M menurunkan potensial
Ada 2 macam reseptor kolinergik, yakni resep-
istirahat (menjadi kurang negatil) dan meningkat-
tor nikotinik dan reseptor muskarinik. Reseptor
kan frekuensi potensial aksi, disertai peningkatan
nikotinik yang terdapat di ganglia otonom, adrenal
tegangan. Dalam hal ini, ACh melalui reseptornya
medula, dan SSP disebut reseptor nikotinik neu-
menyebabkan depolarisasi parsial membran sel
ronal (Nu), sedangkan reseptor nikotinik yang ter-
dengan cara meningkatkan konduktivitas (conduc-
dapat di sambungan saral-otot disebut reseptor
tance) terhadap Na*, dan mungkin Ca**. nikotinik otot (Ng = nicotinic muscle). Semua re-
Pada sel elektor tertentu yang dihambat oleh septor nikotinik berhubungan langsung dengan
impuls kolinergik, ACh menyebabkan hiperpolari- kanal kation, aktivasinya menyebabkan peningkat-
sasi membran melalui peningkalan permeabilitas an permeabilitas ion Na* dan K* sehingga terjadi
ion K*. depolarisasi, yakni EPP pada otot rangka (yang
Selain pada ujung saral pascaganglion para- menimbulkan potensial aksi otot dan kontraksi otot
simpatis, ACh iuga dilepaskan oleh saraf pasca- rangka) dan EPSP pada ganglia (yang menlmbul-
ganglion simpatis yang mempersarafi kelenjar kan potensial aksi neuron pascaganglion dan se-
keringat. Respons perangsangan kolinergik di ber- kresi epinefrin dan NE dari medula adrenal).
bagai efektor otonom dapat dilihat pada Tabel 2-1 ' Beseptor muskarinik ada 3 subtipe, yakni M1
di ganglia dan berbagai kelenjar, M2 di jantung, dan
3. Ganglion otonom dan medula adrenal' Trans- Mg di otot polos dan kelenjar. Reseptor Mt dan Ms
misi impuls di ganglion cukup rumit dan dibahas menstimulasi fostolipase C melalui protein G yang
pada Bab B. belum dikenal, dan menyebabkan peningkatan
Medula adrenal secara embriologik berasal kadar Ca** intrasel sehingga teriadi kontraksi otot
dari sel ganglion simpatis sehingga organ ini dlper- polos dan sekresi keleniar serta /ate EPSP pada
sarafi oleh saral praganglion simpatis yang merupa- ganglia. Aktivasi reseptor M2 di jantung melalui
kan bagian dari saraf splanknikus. Saraf pasca- protein Gi menyebabkan hambatan adenil siklase
ganglionnya sendiri mengalami obliterasi. Sekresi dan aktivasi kanal K*, yang mengakibatkan efek
(hormon) epinefrin oleh sel medula adrenal dirang- kronotropik dan inotropik negatif dari ACh.
sang oleh ACh. Berbeda dengan di sambungan
saraf-efektor, di medula adrenal NE hanya merupa-
kan bagian kecil dari seluruh transmitor yang dise- 5. TRANSMISI ADRENERGIK
kresi; sebagian besar berupa epinefrin.

4. Susunan sarat pusat. ACh berperan dalam Pada awal abad 20 telah diketahui bahwa
transmisi neurohumoral pada beberapa bagian yang meneruskan rangsang dari saraf simpatis pas-
otak, dan ACh bukan satu-satunya transmitor dalam caganglion ke sel elektor adalah zat yang dikenal
susunan saral pusat. sebagai simpatin. Simpatin ini ternyata NE. Dalam
pembahasan transmisi adrenergik selaln NE diba-
5. Kerja AGh pada membran prasinaps' Adanya has juga dopamin, lransmitor terpenting sistem eks-
kolinoseptor pada membran prasinaps terlihat dari trapiramidal, dan epinefrin (Epi) yang dihasilkan
terjadinya potensial aksi antidromik pada saraf mo- oleh medula adrenal.
torik setelah pemberian ACh atau anti- ChE, yang
dapat diblok dengan kurare. Walaupun inervasi koli-
nergik pada pembuluh darah terbatas, agaknya ter- 5.1. KATEKOLAMIN : SINTESIS, PENYIM-
dapat reseptor kolinergik di ulung saraf adrenergik PANAN, PENGLEPASAN DAN TERMINASI
yang mempersarali pembuluh darah. Diduga akti- KERJANYA
vasi reseptor ini menyebabkan berkurangnya peng-
lepasan NE pada perangsangan saral. Sintesis katekolamin tercantum dalam Gam-
bar 2-3. Proses sintesis ini ter.iadi di ujung saral
adrenergik. Enzim-enzim yang berperan disintesis
30
Farmakologi dan Terapi

@-i-i:'.- -l-,"-O-i-i *"-, - Hs:Oi-i'-'"


. Fenlaranin rirosin
I I T*
hidroksilase hidroksilase I d.k"rOof"1"""
H/.HH
xs:@!;"**-..",. n-di-cHe-NHe
Tffi:@!-cHe-NHe-T
Epinetrinltorepinefrinloon"min
N-Metiltransferase p-hidroksilase

Gambar 2-3. Slntesls katekolamln.

dalam badan sel neuron adrenergik dan ditransport Berbeda dengan sistem kolinergik yang lrans-
sepanjang akson ke ujung saraf. Hidroksilasi tirosin misi sinaptiknya dihentikanmelalui pemecahan
merupakan tahap penentu (rate-timiting step) dalam
ACh oleh AChE, NE yang ditepaskan dari ujung
biosintesis katekolamin. Di samping itu, enzim tiro-
saraf adrenergik akan mengalami hal-hal berikut :
sin hidroksilase ini dihambat oleh senyawa katekol
(1) ambilan kembali ke dalam ujung saral (disebut
(umpan balik negatil oleh hasil akhirnya).
Epi paling banyak ditemukan dalam kelenjar ambilan-l); (2) dilusi ketuar dari celah sinaps dan
adrenal sedangkan NE disintesis dalam saral pas- ambilan oleh jaringaq ekstraneuronal (disebut am-
caganglion simpatis. Penelitian tentang katekola- bilan-2); dan (3) metabolisme oteh enzim COMT
min ini dimungkinkan dengan ditemukannya cara menjadi normetanefrin. Pada kebanyakan organ,
untuk identilikasi katekolamin dalam jaringan, yakni terminasi kerja NE terulama melalui proses am-
-kate-
cara histokimia yang dapat memperlihatkan bilan-l- Pada pembuluh darah dan jaringan dengan
kolamin dalam jaringan dengan mikroskop elektron celah sinaps yang lebar, peran ambilan-l berku-
fluoresensi. Pada ujung akson saral simpatis ter- rang, dan sebagian besar NE diinaktifkan melalul
lihat vesikel tempat NE disimpan dalam kadar yang ambilan-2, metabolisme dan difusi. Halyang sama
sangat tinggi. Vesikel yang berdiameter 0,05-0,2 terjadi pada NE yang diberikan dari luar. Untuk Epl
pm ini terlihat pada mikrogral elektron dari jaringan yang beredar dalam sirkulasl, inaktivasl terutama
yang dipersarafi saral adrenergik. Dalam vesikel
melalui ambilan-2, metabolisma oleh COMT men-
atau granul kromafin ini terdapat katekolamin jadi metanefrin, dan difusi.
(kira-kira 2'l%beratkering) dan ATp dalam perban-
Proses ambilan-1 , merupakan slstem trans-
dingan molekuler 4 : 1, suatu protein spesifik yang
port yang memerlukan pembawa (canier) dan lon
disebut kromogranin, enzim dopamin beta-hidrok-
silase (DBH), asam askorbat dan peptida (misalnya
Na' ekstrasel tetapi tidak memerlukan ATp, se-
prekursor enkelalin). Tahap sintesis sampai terben- hingga merupakan prosss facllltated dllluston.
tuk dopamin terjadi di sitoplasma. Dopamin ditrans-
Proses ini berjalan sangat cepat dan dapat diham-
port aktil ke dalam vesikel dan di situ diubah men- bat oleh beberapa obat, misalnya kokain dan iin-
jadi NE. Hanya di medula adrenal terdapat enzim ipramin. Ambilan-2 tidak dihambat oleh obat-obat
N-metiltransferase yang mengubah NE menjadi Epi tersebul. Ambilan-1 lebih selektil untuk NE diban-
di sitoplasma. Epi yang masuk kembali ke dalam ding Epi, dan tidak mengambil isoproterenol. Seba-
vesikel merupakan 80% katekolamin dalam medula liknya, ambilan-2 lebih selektil untuk lsoprotsrenol
adrenal, sisanya berupa NE. Seluruh isi vesikel ini dan Epi dibanding NE.
dilepaskan pada perangsangan saral dengan pro- Dari sitoplasma, NE dan Epi ditransport
ses eksositosis. secara aktif ke dalam vesikel atau granul kromalin
T ran s m i si N e u rohu m oral 31

dengan melawan perbedaan kadar 200 kali lipat. Hidrolisis ACh berlangsung sangat cepat, sehingga
Sistem transport ini memerlukan ATP dan Mg2*, dapat menghentikan respons. Pada katekolamin
dan diblok oleh reserpin dalam kadar rendah. terdapat 2 macam enzim yang berperan dalam me-
Saral adrenergik dapat dirangsang terus me- tabolismenya, yakni katekol-O- metiltransferase
nerus tanpa menunjukkan kelelahan asal saja me- (COMT) dan rnonoaminoksidase (MAO). MAO
kanisme sintesis dan ambilan kembali tidak ter- berada dalam ujung saral adrenergik sedangkan
ganggu. COMT berada dalam sitoplasma jaringan ekstra-
Tiramin dan beberapa amin simpatomimetik neuronal (termasuk sel efektor). COMT menyebab-
lainnya menyebabkan penglepasan NE dengan da- kan metilasi dan MAO menyebabkan deaminasi
sar yang berbeda dengan impuls saral dan mem- katekolamin. Produk degradasinya terdiri atas
perlihatkan lenomen takifilaksis. Takifilaksis ber- metanelrin, normetanelrin dan asam 3-metoksi-4-
arti organ mengalami toleransi dalam waktu cepat hidroksi-mandelat (asam vanilomandelat, VMA)
sehingga elek obat sangat menurun pada pem- (Gambar 2-4). MAO maupun COMT tersebar luas
berian berulang. Perangsangan saraf masih me- di seluruh tubuh, termasuk dalam otak, dengan
nyebabkan transmisi adrenergik setelah saral tidak kadar paling tinggi dalam hati dan ginjal. COMT
lagi dapat dirangsang dengan obat-obat ini. Pengle- hampir tidak ditemukan dalam saral adrenergik.
pasan NE oleh obat-obat initidak diikuti penglepas- Lokasi ke-2 enzim ini dalam sel berbeda : MAO
an DBH dan tidak memerlukan Ca** ekstrasel; jadi pada membran luar mitokondria, sedangkan COMT
tidak melalui proses eksositosis. Obat-obat ini diam- dalam sitoplasma.
bil ke dalam ujung saral oleh canier ambilan-1. Peran MAO maupun COMT pada penghentian
Carrieryang sama akan membawa NE dari tempat transmisi tidak begitu penting; hal ini terlihat dari
ikatannya di dalam ujung saral ke luar. Proses per- hambatan ke-2 enzim ini yang tidak meningkatkan
tukaran ini disebut facilitated exchange diffusion, efek adrenergik.
dan NE yang dikeluarkan akan menimbulkan efek Pada leokromosiloma, katekolamin dalarn
adrenergik. Obat-obat ini juga dapat bersaing untuk jumlah besar diproduksi oleh medula adrenal (ter-
transport aktif ke dalam vesikel dan menggeser NE utama NE), pengukuran kadar VMA dalam urin
keluar dari dalam vesikel. Terjadinya takililaksis merupakan pendekatan diagnostik yang pasti.
diperkirakan karena (1) poolNE yang dapat ditukar
dengan obat-obat ini terbatas jumlahnya (pool ini
diperkirakan terletak dekat membran plasma dan 5.3. RESEPTOR ADRENERGIK :
vesikel di situ mungkin telah berisi obat-obat ini se- KLASIFIKASI, DISTRIBUSI DAN
telah pemberian berulang), atau (2) akumulasiobat- MEKANISME KERJANYA
obat ini dalam sitoplasma (setelah pemberian beru-
lang) akan bersaing dengan NE untuk ditransport Konsep reseptor q, dan p pada sel efektor yang
keluar dari ujung saraf. distimulasi oleh agonis adrenergik dan yang diham-
Cara penglepasan NE dari ujung saraf adre- bat oleh antagonisnya, memudahkan pengertian
nergik setelah suatu NAP sama dengan pengle- tentang mekanisme kerja obat adrenergik. Dua
pasan ACh dariujung saraf kolinergik, yaknidengan golongan reseptor ini dibedakan atas dasar res-
proses eksositosis. Depolarisasi ujung saral (akibat ponsnya terhadap beberapa agonis, di samping
tibanya NAP) akan membuka kanal Ca+*. Ca++ adanya antagonis yang selektif untuk masing-
yang masuk akan berlkatan dengan membran sito- masing reseptor.
plasma bagian dalam yang bermuatan negatil dan Urutan potensi agonis pada reseptor aadalah
menyebabkan terjadinya fusi antara membran vesi- sebagai berikut: epinefrin 2 norepinefrin >> isopro-
kel dengan membran aksoplasma, dengan akibat terenol, sedangkan urutan potensi agonis pada
dikeluarkannya seluruh isi vesikel.
reseptor p adalah : isoproterenol > epinelrin >, nore-
pinelrin. Fentolamin adalah salah satu antagonis
yang selektil untuk reseptor cr, sedangkan pro-
5.2. METABOLISME EPINEFRIN DAN pranolol untuk reseptor p.
NOREPINEFRIN Pada umumnya, elek yang ditimbulkan mela-
lui reseptor cr pada otot polos adalah perangsangan,
Peranan metabolisme pada NE dan Epi agak seperti pada otot polos pembuluh darah kulit dan
berlainan dengan peranan metabolisme pada ACh. mukosa. Sebaliknya, efek melalui reseptor p pada
32 Farmakologi dan Terapi

CHOH
H@_:J:H,unor. ;:@:HoH.rMAol t
CHz
I
NHz HNCHs

Norepinelrin (NE) DOPGAL Epinelrin (Epi)

\
\^,o
/.",
CHgO--<ATCHOH
/,*,
Ho--rA,-cHoH
Y''o' \""
"oV lr,
I
NHz
'o\y' ",Jo*
Ho:::: "l,"i@-r'"'
I
HNCHe
DOPEG DOMA Metanefrin
Normetanelrin

I I

Itcorurt Itcor',lrt
lMAol

CHgO-TATCHOH
I
CHsO
lr
-+Ar-cHoH
, roVr,lo, HO VVMA loo,/
MOPEG

IALD
REDI

HrcO-<ArcHOH
*o-\-zl 3*,
HN-CHg bHsoJArcHoH
Metanelrin
Sullat atau Glukuronida 'o{y'rlo
MOPGAL
Normetanelrin
Sullat atau Glukuronida

Gambar 2{, Metabolisme epinelrin dan norepinefrin.

Pertama-tama NE dan Epi mengalami deaminasi oleh MAo menjadi 3,4-dihidroksifenil-


glikol (DOPGAL). Kemudian direduksi oleh aldehid reduktase (ALD RED) atau dioksidasi
oleh aldehid dehidrogenase (ALD DEHTD) menjadi 3,4-diteniletilengtikol (DopEG) arau
asam 3,4-dihidroksi mandelat (DOMA). secara alternatit NE dan Epi dapat dimetilasi
terlebih dulu oleh coMT menjadi normetanelrin dan metanetrin, yang selanjutnya diubah
oleh MAo menjadi 3-mtoksi-4-hidroksifenilglikol adehid (MopGAL). sebagian besar
metabolit tersebut akan dimelabolisme enzim lainnya menghasilkan 3 metoksi-4-hidrok-
silenilelilen glikol (MOPEG) dan asam 3-metoksi-4-hidroksi mandelat (VMA).
T ransmisi Neu rohumoral

otot polos adalah penghambatan, seperti pada otot vasi reseptor q2 pasca sinaps dalam otak menye-
polos usus, bronkus dan pembuluh darah otot babkan berkurangnya perangsangan simpatis dari
rangka (Tabel 2-1). Salah satu kecualian adalah SSP, dan pada sel-sel p pankreas menyebabkan
otot polos usus yang mempunyai kedua reseptor cr berkuran gnya sekresi insulin, pada pl atelet menye-
dan p, dart aktivasi keduanya menimbulkan efek babkan agregasi. Aktivasi reseptor cr1 pada jantung
penghambatan. menyebabkan peningkatan kontraksi otot jantung
Reseptor p masih dibedakan lagi menjadi 3 dan aritmia. Urutan potensi agonis pada reseptor a1
subtipe yang disebut 9r, Fz dan p3 berdasarkan dan az tidak berbeda : Epi > NE >> lso. Agonis yang
perbedaan selektivitas berbagai agonis dan antago- selektil untuk reseptor crt misalnya lenilelrin dan
nisnya. Reseptor pr terdapat di jantung dan sel-sel metoksamin, sedangkan agonis yang selektif untuk
jukstaglomeruler, sedangkan reseptor p2 pada otot reseptor a2 misalnya klonidin dan o-metilnorepi-
polos (bronkus, pembuluh darah, saluran cerna dan nefrin. Epi dan NE adalah agonis reseptor c( yang
saluran kemih-kelamin), otol rangka dan hati. Akti- nonselektil. Di antara antagonis, prazosin relatil
vasi reseptor pr menimbulkan perangsangan jan- selektil untuk reseptor cr1 sedangkan yohimbin
tung dan peningkatan sekresi renin dari sel juks- untuk reseptor az.
taglomeruler. Aktivasi reseptor Fe menimbulkan Fleseptor ar dan 9r terletak pada membran sel
relaksasi otot polos dan glikogenolisis dalam otot elektor pasca sinaps langsung di seberang ujung
rangka dan hati. Urutan potensi agonis pada resep- saraf adrenergik, strategis untuk distimulasi oleh NE
tor pt adalah : lso > Epi - NE, sedangkan pada yang dilepaskan dari ujung saraf. Fleseptor az dan
reseptor Fz adalah: lso > Epi>> NE (Epi 10-50 x Fz juga terletak pada membran sel efektor pasca
NE). Telah ditemukan antagonis yang cukup selektil sinaps telapi agak jauh dari tempat penglepasan
untuk masing-masing reseptor pr dan pz, misalnya NE. Ke-2 reseptor ini distimulasi terutama oleh Epi
metoprolol menghambat reseptor 0r pada dosis yang terdapat dalam sirkulasi, Reseptor oz iuga
yang lebih rendah daripada yang diperlukan untuk terdapat pada ujung saraf adrenergik untuk umpan
menghambat reseptor p2, dan sebaliknya butok- balik negatif penglepasan NE.
samin lebih selektif menghambat reseptor Fe. Pro- Semua reseptor p berhubungan dengan
pranolol adalah antagonis reseptor p yang non- enzim adenilsiklase, yang mengubah ATP menjadi
selektif: menghambat kedua jenis reseptor p1 dan siklik AMP, melalui protein G stimulasi (Gr). Akti-
p2 pada dosis yang sama. Di antara agonis, sal- vasi reseptor p menstimulasi enzim tersebut se-
butamol adalah agonis reseptor Fz yang cukup hingga kadar siklik AMP dalam sel elektor
selektif : pada dosis yang menyebabkan bron- me-ningkat. Siklik AMP akan berikatan dengan
kodilatasi, hanya sedikit menimbulkan stimulasi reseptornya, yakni protein kinase yang bergantung
jantung; sedangkan dobutamin adalah agonis yang pada siklik AMP, disebut protein kinase A. lkatan
selektif untuk reseptor pr. ini akan mengaktilkan enzim tersebut, yang selan-
Belakangan ini telah ditemukan reseptor p3 jutnya akan mengkatalisis loslorilasi berbagai
yang memperantarai lipolisis dalam jaringan lemak. protein seluler dan menimbulkan berbagai efek
Urutan potensi agonis pada reseptor ini adalah : lso adrenergik p. Oleh karena itu, siklik AMP disebut
,- NE > Epi (NE 10 x Epi). Reseptor Bs relatif resisten juga second messenger karena menjadi perantara
terhadap kebanyakan B-bloker, termasuk propra- dalam me-nimbulkan berbagai elek tersebut.
nolol. Protein Gs juga dapat secara langsung mengaktif-
Reseptor a dibedakan lagi atas subtipe at kan kanal Ca** pada membran sel otot jantung.
dan oz. Reseptor o1 terdapat pada otot polos (pem- Sebagai contoh, pada stimulasi glikogeno-
buluh darah, saluran kemih- kelamin dan usus) dan lisis dalam otot rangka dan hati (melalui reseptor
jantung. Reseptor c,2 terdapat pada ujung saral 0z), siklik AMP mengaktifkan protein kinase A yang
adrenergik. Aktivasi reseptor cr2 prasinaps ini me- kemudian mengkatalisis loslorilasi 2 macam enzinf
nyebabkan hambatan penglepasan NE dari uiung yan g kerjanya berlawanan, yakni glikogen si ntetase
saraf adrenergik. Reseptor cr2 juga terdapat pada menjadi inaktif dan losforilase kinase menjadi aktif.
sel elektor di berbagai jaringan misalnya otak, otot Selanjutnya, enzim yang lerakhir ini mengkatalisis
polos pembuluh darah, sel-sel p pankreas dan losforilasi enzim fosforilase-b menjadi enzim fos-
platelet. Aktivasi reseptor crl maupun reseptor ctz forilase-a yang akti( yang memecah glikogen men-
pada otot polos menimbulkan kontraksi, kecuali jadi glukose-l-fosfat. Pada stimulasi lipolisis
pada otot polos usus menimbulkan relaksasi. Akti' dalam sel-sel lemak (melalui reseptor p3), protein
34 Farmakologi dan Terapi

kinase A yang diaktilkan oleh siklik AMp akan dan kontraksi otot. Sebaliknya, pada otot polos sa-
mengkatalisis losforilasi enzim lipase trigliserida luran cerna, peningkatan kadar Ca** intrasel akan
menjadi ahit untuk memecah trigliserida menjadi mengaktifkan kanal K+ yang bergantung pada Ca**,
gliserol dan asam lemak bebas. Pada otot jantung, sehingga terjadi hiperpolarisasi dan relaksasi otot.
stimulqsi reseptor pt memperkuat kontraksi otot Suatu subtipe reseptor ar dapat menstimulasi
melalui peningkatan kadar siklik AMp intrasel, yang kanal Ca*+ secara langsung, demikian juga resep-
meningkatkan losforilasi troponin dan losfolamban. tor q,2 pada otot polos vaskuler. Akibatnya terjadi
Elek inotropik positif ini tidak ada hubungannya influks Ca** ekstrasel diikuti dengan kontraksi otot.
dengan stimulasi glikogenolisis pada otot jantung. Stimulasi reseptor cr dijantung menyebabkan
Pada otot polos, stimulasi reseptor Fe menimbul- hambatan repolarisasi oleh ion K* (mungkin melalui
kan relaksasi otot melalui peningkatan kadar siklik lPs dan/atau DAG), yang menimbulkan peningkatan
AMP intrasel, yang diikuti dengan proses foslorilasi kontraksi jantung dan efek aritmogenik.
dan penurunan kadar Ca** intrasel, mekanismenya
yang pasti belum diketahui.
Bila dalam sel elektor peruraian siklik AMp 6. RESPONS BERBAGAI ORGAN
oleh enzim fosfodiesterase dihambat oleh derivat EFEKTOR TERHADAP PERANGSANG.
metilxantin, misalnya teolilin atau kalein, kadar si-
klik AMP di dalam sel juga akan naik; akibatnya AN SARAF OTONOM
akan timbul elek seperti elek adrenergik
Reseptor a2 berhubungan dengan enzim
adenilsiklase melalui protein G inhibisi(ci). Akti_ 6.1. PERANGSANGAN SARAF
vasi reseptor a2 menghambat enzim tersebut se- ADRENERGIK
hingga kadar siklik AMP dalam sel elektor menurun
dan aktivasi protein kinase A berkurang. protein Gi
juga dapat mengaktilkan kanal K+ (sehingga terjadi Pada perangsangan adrenergik dilepaskan
hiperpolarisasi) dan menghambat kanal Ca**. Se- NE dari ujung saraf adrenergik dan Epi dari medula
muanya ini menimbulkan elek hambatan : sekresi adrenal. Epi bekerja pada semua reseptor adrener-
insulin dari sel-sel p pankreas berkurang, peng- gik: a1, o"2,Pt,Pzdan p3 (aktivitas Fs agak lemah),
lepasan NE dari ujung saraf adrenergik berkurang, sedangkan NE bekerja pada reseptor o1, d2,p1 dan
perangsangan simpatis dari SSp berkurang, dan 0e (aktivitas Fz'nya sangat lemah).
terjadi relaksasi otot polos saluran cerna. yang Respons suatu organ otonom terhadap pe-
terakhir ini melalui hiperpolarisasi neuron mienterik rangsangan saral adrenergik bergantung pada jenis
kolinergik sehingga mengurangi penglepasan ACh. reseptor adrenergik yang dimiliki organ tersebut
Reseptor o1 berhubungan dengan enzim fos- serta jenis organ itu sendiri. Misalnya, olot polos
lolipase C (PLC) melalui suatu protein G yang be- pembuluh darah kulit hanya mempunyai reseptor a
lum dikenal. Aktivasi reseptor crl menstimulasi dan tidak mempunyai reseptor p, maka perangsa-
enzim tersebut yang menghidrolisis foslatidil inosi- ngan saral adrenergik akan menyebabkan vaso-
tol difostat (PlPz) menjadi inositot trifostat (lps) dan konstriksi dan tidak vasodilatasi. Fleseptor at pada
diasilgliserol (DAG). lP3 menstimulasi penglepasan otot polos pembuluh darah akan memberikan
Ca" dari retikulum endoplasmik. peningkatan respons kontraksi, tetapi reseptor yang sama pada
kadar Ca++ intrasel akan mengaktifkan beibagai otot polos usus akan memberikan respons relaksasi
protein kinase yang sensitil Ca++, termasuk protein pada perangsangan saral adrenergik.
kinase C (yang akan memloslorilasi protein-protein Suatu organ elektor dapat saia mempunyai
membran, yakni kanal, pompa dan penukar ber- lebih dari satu jenis reseptor adrenergik. Misalnya,
bagai ion, termasuk kanal Ca** yang menimbulkan otot polos pembuluh darah otot rangka mempunyai
-my6sin
inlluks Ca++ dari luar sel) dan light chain reseptor B2 dan cr. Epi bekerja pada kedua resepior
(MLC) kinase yang bergantung pada kalmodulin tersebut, dengan afinitas yang lebih tinggi pada
(yang akan memfoslorilasi MLC dan menimbulkan reseptor Fe. Karena itu, Epi kadar rendah, yaitu
kontraksi otot). yang biasa terdapat dalam sirkulasi, akan mengikat
Pada. kebanyakan otot polos, peningkatan hanya reseptor p2 sehingga menyebabkan vasodi-
kadar Ca" intrasel akibat stimulasi reseptor cr1 latasi. Dalam kadar yang tinggi, Epi akan mengikat
akan mengaktifkan MLC kinase yang bergantung kedua reseptor p2 dan q,. Karena reseptor ct ter-
pada kalmodulin, sehingga terjadi loslorilasi MLC dapat dalam jumlah yang lebih banyak daripada
T ransmisi N eurohumoral 35

reseptor p2, maka elek vasokonstriksi akibat ak- Epinelrin dalam kadar lisiologis menyebabkan
tivasi reseptor a dominan terhadap efek vasodila- vasodilatasi (dominasi respons reseptor p) pada
tasi akibat aktivasi reseptor Pz. otot rangka dan hati, tetapivasokonstriksi (dominasi
Respons masing-masing organ serta jenis respons reseptor a) pada visera abdominal lainnya.
reseptor adrenergik yang dimilikinya dapat dilihat Pembuluh darah ginjal dan mesenterik luga mem-
pada Tabel 2-1. punyai reseptor dopaminergik (DA) yang menys'
Pada arteriol koroner, paru dan otot rangka, babkan vasodilatasi.
vasodilatasi dominan akibat autoregulasi metabolik.

TAbEI 2..I. RESPONS ORGAN EFEKTOR TERHADAP PERANGSANGAN SARAF OTONOM

Perangsangan adrenergik Perangsangan kollnerglk


Organ elektor
Reseptor Respons Respons

Jantung :

Nodus SA 0r Denyutjantung I Denyut iantung lI

Atrium
Sistem konduksi 0r Kecpatan konduksi 1

Otot 0r Kontraktilitas 1 Kontraktilitas I

Nodus AV 9t Kecepatan konduksi t, Kecepatan konduksi I I


automatisitas t

Ventrikel
Sistem konduksi Kecepatan konduksi t 1,
automatisitas t t
Otot 9t Kontraktilitas 11

Arteriol :

Kulit dan mukosa sj ,42 Konstriksi (kuat) Peran sistem kolinergik


tidak berarti
Otot rangka a1t o-2 Konstriksi
9z Dilatasi (dominan)
Visera a1 Konstriksi (kuat)
Fe,Dr Dilatasi (lemah)
Ginjal oi, a2 Konstriksi (kuat)
9z,Dt Dilatasi (lemah)
O'tak s.1 Konsrriksi (sedikit)
Koroner oj, a2 Konstriksi
Fz Dilatasi (dominan)
Paru d,l Konstriksi
Fz Dilatasi (dominan)

Vena a1 Konstriksi
0z Dilatasi
36 Farmakologi dan Terapi

TAbCI 2-1, (Sambungan). RESPON ORGAN EFEKTOR TERHADAP PERANGSANGAN SARAF oToNoM

Perangsangan adrenergik Perangsangan kolinergik


Organ elektor
Reseptor Respons Respons

Paru :

Otot bronkus & trakea gz Relaksasi Kontraksi


Kelenjar bronkus o1 Sekresi J Sekresi 1 l
9z Sekresi I
Sel mast Fz Penglepasan mediator
inflamasi J

Saluran cerna :

Otot polos lambung & usus o1, a2 Relaksasi Kontraksr I l


9z Relaksasi
Sfingter
Otot 01 Kontraksi Relaksasi
Kelenjar az I
Sekresi Sekresi 1 t

Ginjal
Sekresi renin o1 Sekresi I
Ft Sekresi 1 I

Kandung kemih:
Otot detrusor 0z Relaksasi Kontraksi 1 1

Trigon & Slingter d,.t Kontraksi Relaksasi

Uterus 01 Kontraksi (hamil) Bervariasi


9z Relaksasi (hamil maupun
tidak hamil)

Organ kelamin pria 01 Ejakulasi (kuat) Ereksi (kuat)


Prostat Ol Kontraksi

Mata :

Otot radial iris 01 Kontraksi (midriasis)


Otot sfingter iris Kontraksi (miosis)
Otot siliaris gz melihat
Relaksasi untuk Kontraksi untuk melihat
jauh (lemah) dekat (kuat)

Kulit:
Otot pilomotor ol Kontraksi
Kelenjar keringat ol Sekresi setempat I Sekresi di seluruh
(keringat adrenergik) tubuh 1 1

Otot rangka 9z Glikogenolisis &


ambilan K* 1

Hati o-r, Fz Glikogenolisis &


glukoneogenesis I t
37
Tnnsmisi Neurohumoral

SARAF OTONOM
Tabel 2-1. (Sambungan). RESPON ORGAN EFEKTOR TERHADAP PERANGSANGAN

Perangsangan adrenergik Perangsangan kolinergik


Organ efektor
Reseptor Respons Respons

Pankreas :
Kelenjar Acini d Sekresi I Sekesi t t
Sel beta a2 Sekresi insulin I I
9z Sekresi insulin t

Sel lemak Fg Lipolisis t t

dt Sekresi K* dan air Sekresi Kt dan air 1l


Keleniar liur 1

p Sekresi amilase t

Keleniar nasofarings
Sekresr Sekresi t I
Kelenjar air mata 1

Adenohipofisis Pr Sekresi ADH

'l
Trombosit Agregasi

Pergamon Press' 1991'


Adaptasi dari Goodman and Gilman's The Pharmacologi:al Basis ol Therapeutics' 8th ed'

6.2. PERANGSANGAN SARAF 7. CARA KERJA OBAT OTONOM


KOLINERGIK
Sebelumnya telah dikemukakan bahwa pe'
Organ efektor memiliki reseptor muskarinik. ngertian lentang transmisi neurohumoral sangat
Pada berbagai otot polos dan kelenjar, subtipe re' penting untuk dapat mengerti elek obat otonom'
septornya belum dipastikan, tetapi kemungkinan Obat otonom mempengaruhi transmisi neurohumo'
besar Ms atau M r , sedangkan reseptor M2 terutama ral dengan cara menghambat atau mengintensif-
terdapat di jantung. Akan tetapi kebanyakan jaring- kannya. Terdapat beberapa kemungkinan penga-
an mengandung berbagai subtipe reseptor mus' ruh obat pada transmisi sistem kolinergik maupun
karinik, ditambah lagi dengan adanya ganglia para- adrenergik, yaitu : (1) hambatan pada sintesis atau
penglepasan transmitor; (2) menyebabkan pengle-
simpatis di dalam jaringan.
pasan lransmitor; (3) ikatan dengan reseptor; dan
Respons masing-masing organ dapat dilihat
(4) hambatan destruksi transmitor (lihat Tabel 2-2)'
pada Tabel 2-1 tetapi ienis reseptor muskariniknya
tidak dicantumkan karena alasan di atas.
Pada pembuluh darah tidak ada persarafan 7.1. HAMBATAN PADA SINTESIS ATAU
parasimpatis kecuali pada organ kelamin pria dan PENGLEPASAN TRANSMITOR .
pada otak. Di samping itu ada persaratan kolinergik
simpatis pada organ kelamin pria dan pada otot Kolinergik. Hemikolinium menghambatambilan
rangka. Akan tetapi, semua invervasi kolinergik kolin ke dalam ujung saraf dan dengan demikian
pada pembuluh darah hanya menghasilkan vasodi- mengurangi sintesis ACh. Toksin botulinus meng-
latasi setempat yang tidak mempengaruhi respons hamUat penglepasan ACh di semua saral kolinergik
fisiologis secara umum (misalnya tekanan darah)' sehingga dapat menyebabkan kematian akibat pa-
lnvervasi kelenjar keringat di seluruh tubuh ralisis pernapasan perifer. Toksin tersebut mem-
adalah kolinergik simPatis'
blok secara ireversibel penglepasan ACh dari
38
Farmakologi dan Terapi

Tabel 2-2. CARA KERJA OBAT OTONoM

Cara kerja Kolinergik Adrenergik


Hambatin sintesis Hemikolinium a-metiltirosin
transmitor

Hambatan penglepasan Toksin botulinus Guanetidin, guanadrel


transmitor

Menyebabkan penglepasan Bacun laba-laba black widow Tiramin, efedrin, amftamin


transmitor

Mengosongkan transmitor
Reserpin, guanetidin
di ujung saraf

Hambatan ambilan kembali


Kokain, imipramin
transmitor

Perangsangan reseptor Muskarinik : ACh, metakolin, umum:epinefrin


(Agonis) pilokarpin at : lenilefrin
Nikotinik : ACh, nikotin oz: klonidin
0r, Pe: isoproterenol
0r : dobutamin
0a : terbutalin, salbutamol.
Blokade reseptor Mr, Me, M3 : atropin d., p: labetalol
(Antagonis) M1 : pirenzepin at, a.z: fenoksibenzamin,
Nu : tubokurarin tentolamin.
NN : trimetafan a1 : prazosin, doxazosin
oz : yohimbin
Pr, 9e: propranolol
Pl : metoprolol, atenolol
Hambatan pengrusakan AntiChE MAOI
transmitor

gelembung saral di ujung akson dan merupakan


7.2. MENYEBABKAN PENGLEPASAN
salah satu toksin paling poten yang dikenal orang.
TRANSMITOR
Toksin letanus mempunyai mekanisme kerja yang
serupa. Kolinergik. Racun laba-laba black widow menye-
Adrenergik. Metiltirosin memblok sintesis NE den-
babkan penglepasan ACh (eksositosis) yang ber-
gan menghambat tirosin-hidroksilase, enzim yang lebihan, disusul dengan blokade penglepasan ini.
mengkatalisis tahap penentu pada sintesis NE. Se_
Adrenergik. Banyak obat dapat meningkatkan
baliknya metildopa, penghambat dopa dekarboksi- penglepasan NE. Tergantung dari kecepatan dan
lase, seperti dopa sendiri didekarboksilasi dan dihi-
lamanya penglepasan, elek yang terlihat dapat ber-
droksilasi menjadi cr-metil NE. Guanetidin dan bre-
lawanan. Tiramin, eledrin, amfetamin dan obat
tilium juga mngganggu penglepasan dan penyim-
sejenis menyebabkan penglepasan NE yang relatil
panan NH.
cepat dan singkat sehingga menghasilkan efek sim-
T ransmisi N eurohu moral 39

palomimetik. Sebaliknya reserpin, dengan mem- utama penghentian transmisi adrenergik. Hambat-
blok transport aktil NE ke dalam vesikel, menyebab- an proses ini oleh kokain dan imipramin mendasari
kan penglepasan NE secara lambat dari dalam vesi- peningkatan respons terhadap perangsangan sim-
kel ke aksoplasma sehingga NE dipecah oleh MAO' patis oleh obat tersebut. Penghambat COMT misal-
Akibatnya ierjadi blokade adrenergik akibat pengo- nya pirogalol hanya sedikit meningkatkan respons
songan depot NE di ujung saraf. katekolamin, sedangkan penghambat MAO misal-
nya tranilsipromin, pargilin, iproniazid dan nialamid
hanya meningkatkan efek tiramin tetapi tidak me-
7.3. IKATAN DENGAN RESEPTOR ningkatkan elek katekolamin.

Obat yang menduduki reseptor dan dapat me'


nimbulkan elek yang mirip dengan elek transmitor
disebut agonis. Obat yang hanya menduduki re- 8. PENGGOLONGAN OBAT OTONOM
septor tanpa menimbulkan elek langsung, tetapi
elek akibat hilangnya elek transmitor (karena terge- Menurut elek utamanya maka obat otonom
sernya transmitor dari reseptor) disebul antagonis dapat dibagi dalam 5 golongan :

atau bloker.
1. Parasimpatomimetik atau kolinergik. Elek
Contoh obai agonis dan antagonis pada sis-
obat golongan ini menyerupai efek yang ditim-
tem kolinergik maupun adrenergik dapat dilihat
bulkan oleh aktivitas susunan saraf parasim-
pada Tabel 2-2.
Patis.
2. Simpatomimetik atau adrenergik yang elek-
7.4. HAMBATAN DESTRUKSI TRANS. nya menyerupai elekyang ditimbulkan oleh akti-
MITOR vitas susunan saraf simPatis.

Kolinergik. Antikolinesterase merupakan kelom-


3. Parasimpatolitik atau penghambat koliner-
gik menghambat timbulnya elek akibat aktivitas
pok besar zat yang menghambat destruksi ACh
susunan saral parasimPatis.
karena menghambat AChE, dengan akibat pe-
rangsangan berlebihan di reseptor muskarinik oleh 4. Simpatolitik atau penghambat adrenergik
ACh dan terjadinya perangsangan disusul blokade menghambat timbulnya elek akibat aktivitas
di reseplor nikotinik. saraf simpatis.

Adrenergik. Ambilan kembali NE setelah peng'


5. Obat ganglion merangsang atau menghambat
penerusan impuls di ganglion.
lepasannya di ujung saraf merupakan mekanisme
Farmakologi dan Terapi

3. KOLINERGIK
l. Darmansjah dan Sulistia Gan

1. Golongan ester kolin 2.5. Sediaan dan posologi


1.1. Farmakodinamik 2.6. lndikasi
1.2. Posologi
1.3. Efek samping 3. Alkaloid tumbuhan
1.4. lndikasi 3.1. Farmakologi
3.2. lntoksikasi
Obat antikolinesterase 3.3. lndikasi
2.1. Mekanisme kerja
2.2. Farmakodinamik 4. Obat kolinergik lainnya
2.3. Farmakokinetik 4.1. Metoklopramid
2.4. lntoksikasi 4.2. Sisaprid

Obat kolinergik singkatnya disebut kolinergik simpatis dan somatik. Asetilkolin hanya bermanlaat
juga disebut parasimpatomimetik, berarti obat yang dalam penelitian dan tidak berguna secara klinis
kerja serupa perangsangan saraf parasimpatis. karena efeknya menyebar ke berbagai organ se-
Tetapi karena ada saraf, yang secara analomis hingga titik tangkapnya terlalu luas dan terlalu sing-
termasuk saraf simpatis, yang transmitornya asetil- kat. Selain itu ACh tidak dapat diberikan per oral,
kolin maka istilah obat kolinergik lebih tepat dari- karena dihidrolisis oleh asam lambung.
pada istilah parasimpatomimetik. Dalam bab ini Untuk mendapatkan kolinergik yang kerjanya
hanya dibahas obat kolinergik yang bekerja pada lebih selektif dan masa kerjanya lebih panjang telah
reseptor muskarinik. Perangsang reseptor nikotinik dikembangkan berbagai obat misalnya metakolin
dibahas di Bab 7 dan Bab 8. yang kerjanya lebih lama dan takrin yang bekerja
Obat kolinergik dibagi dalam tiga golongan : sentral.
(1) Ester kolin; dalam golongan ini termasuk : asetil-
kolin, metakolin, karbakol, betanekol; (2) Antikoli-
nesterase, termasuk didalamnya : eserin (lisostig- 1.1. FARMAKODINAMIK
min), prostigmin (neostigmin), diisopropil- fluorofos-
lat (DFP), dan insektisid golongan organofoslat; Cara kerja ACh pada sel efektor telah diurai-
dan (3) Alkaloid tumbuhan, yaitu : muskarin, pilokar- kan dalam bab 2. Asetilkolin eksogen secara umum
pin dan arekolin. memperlihatkan efek yang sama dengan ACh en-
dogen, yang eksogen kerjanya tentu lebih menye-
bar (difus) dan memerlukan kadar yang lebih besar
1. ESTER KOLIN untuk menimbulkan efek yang sama.
Efek farmakodinamik esterkolin maupun obat
kolinerglk lainnya dapat dimengerti bila diketahui
Obat yang termasuk golongan ini akan dibica-
efek ACh pada berbagai organ.
rakan bersama sambil menyebutkan perbedaan jika
Secara umum farmakodinamik dari ACh diba-
cukup berarti. Rumus ester kolin dapat dilihat di
gi dalam 2 golongan, yaitu terhadap : (1 ) kelenjar
Tabel 3-1.
eksokrin dan otot polos, yang disebut efek mus-
Asetilkolin (ACh) merupakan prototip dari
obat golongan ester kolin. Sekarang telah lerbukti
karinik; (2) ganglion (simpatis dan parasimpatis)
dan otot rangka, yang disebut efek nikotinik. Pem-
bahwa, ACh merupakan transmitor di berbagai
bagian efek ACh ini didasarkan obat yang dapat
sinaps dan akhiran saraf pada saraf simpatis, para-
menghambatnya, yaitu atropin menghambat khu-
Kolinergik

Tabel 3-1. BEBERAPA ESTER KOLIN DAN RUMUSNYA

+
Kolin klorida lCHs)s - N - OHe- CHaOH. Cl
+
Asetilkolin klorida (CHs)s - N - CHz- CHz -O - COCHs. Cl
+
Metakolin klorida (CHe)s- N - CHs- CH - O- COCHg. Cl
I

CHg
+
Karbakol klorida (CHo)s - N - CHa- CHz -O - CONHz. Cl
+
Betanekol klorida (CH3)3 - N -CHz- CH -O- CONHz. Cl
I

CHs

sus elek muskarinik, dan nikotin dalam dosis ganglion parasimpatis kecuali pada alat kelamin; (3)
besar menghambat efek nikotinik asetilkolin ter- ACh bekerja merangsang sel medula anak ginjal
hadap ganglion. Kurare khusus menghambat elek yang melepaskan katekolamin dan menyebabkan
nikotinik terhadap otot rangka' Bila digunakan dosis vasokonstriksi; (4) ACh dapat merangsang reseptor
yang berlebihan maka atropin, nikotin dan kurare muskarinik prasinaps saraf adrenergik dan mengu-
masing-masing dapat iuga menghambat semua rangi penglepasan NE.
efek muskarinik dan nikotinik ACh. Elek obat pada
Saral simPatis
dosis toksik ini tidak diariggap sebagai elek far-
makologik lagi, karena sifat selektilnya hilang' I

Sistem kardiovaskular, Perubahan kardiovas- /.t Medula


kular yang nyata hanya dapat dilihat bila ACh di- zo anak ginjal
suntikkan secara intravena dengan dosis besar
atau pada organ terisolasi. Pemberian dengan cara
yang lain tidak memberikan elek karena ACh sangat
cepat dihidrolisis, juga setelah pemberian SK. Pada
hewan coba atau pada manusia, ACh menyebab-
kan vasodilatasi terutama dari pembuluh darah
kecil, yang mengakibatkan turunnya tekanan darah
disertai bradikardi dan beberapa kelainan EKG.
Bila asetilkolin diberikan intravena, maka efek-
nya terhadap pembuluh darah merupakan resul- Gambar 3-1. Efek asetilkolin intravena pada pembuluh
darah
tante dari beberapa efek tunggal (Gambar 3-1) : (1)
ACh bekerja langsung pada reseptor kolinergik
pembuluh darah dan melalui penglepasan EDRF
(e ndotheti u m d e riv ed re I axing f acto r) menyebabkan Resultante dari keempat efek ini akan menen-
vasodilatasi. E DRF didu ga sekurang-kuran gnya tukan apakah terjadi kenaikan atau penurqnan
merupakan
-
NO (nifric oxide)' Zat ini biasa efek muska-
sebagian tekanan darah. Dalam keadaan
-
mengaktivasi guanilat siklase dan meningkatkan rinik yang unggul, sehingga terlihat elek hipotensif'
cGMP otot polos sehingga mengakibatkan vasodi- Bila dosis besar, elek hipotensi akan terjadi secara
latasi; (2) ACh bekerja pada ganglion simpatis de- mendadak sehingga baroreseptor yang terletak
ngan akibat penglepasan NE pada akhiran post- dalam aorta dan arteri karotis terangsang, dengan
sinaptik pembuluh darah dan menyebabkan vaso- akibat terjadinya refleks simpatis' Flelleks simpatis
konstriksi. Saraf parasimpatis hampir tidak mempu- menyebabkan iantung berdenyut lebih cepat dan
nyai pengaruh terhadap pembuluh darah melalui lebih kuat disertai vasokonstriksi yang mungkin me-
42
Farmakologi dan Terapi

naikkan tekanan darah. Kejadian ini dikenal sebagai Saluran cerna. Semua obat dalam golongan ini
refleks kompensasi yang hanya terjadi kalau ada dapat merangsang peristalsis dan sekresi lambung
perubahan mendadak. Takikardi ini tentunya tidak serta usus. Karbakol dan betanekol menimbulkan
akan terlihat pada sediaan jantung terpisah (iso_ hal ini tanpa mempengaruhi sistem kardiovaskular,
lated fteart), yang tidak lagi dapat dipengaruhi sedangkan elek asetilkolin dan metakolin disertai
refleks kompensasi. Jadi pada sediaan jantung ler_ dengan hipotensi dan takikardi kompensatoar.
pisah, ACh jelas menyebabkan bradikardi. Feno-
men ini adalah contoh efek farmakodinamik yang Kelenjar eksokrin. ACh dan ester kolin lainnya
pada hakekatnya terdiri dari banyak komponen. Se_ merangsang kelenjar keringat, kelenjar air mala,
tiap perubahan keadaan laali maupun patologik kelenjar ludah dan pankreas, Efek ini merupakan
akan disertai reaksi untuk mengembalikan keadaan efek muskarinik dan tidak nyata pada orang sehat.
semula. Apa yang terlihat setelah pemberian obat
merupakan resultante berbagai kejadian. pemberi_ Bronkus. Ester kolin dikontraindikasikan pada pen-
an atropin sebelum ACh dapat menghambat efek derita asma bronkial karena terutama pada
penderita ini akan menyebabkan spasme bronkus
muskariniknya, sehingga takikardi lebih jelas keli-
hatan karena perangsangan ganglion simpatis dan dan produksi lendir berlebihan. Efek ini tidak nyata
pada orang sehat.
medula anak ginjal tidak diimbangioleh efek koliner_
gik. Saluran kemih. Karbakol dan betanekol memper_
Pada feokromositoma (tumor medula adrenal) lihatkan efek yang lebih jelas terhadap otot detrusor
pemberian ACh akan menyebabkan penglepasan dan otot ureler dibandingkan dengan asetilkolin dan
katekolamin yang lebih banyak daripada dalam ke_ metakolin. Obat ini menyebabkan kapasitas kan_
adaan normal, sehingga menimbulkan tekanan dung kemih berkurang dan peristalsis ureter ber_
darah yang naik-turun secara mendadak tergan_ tambah.
tung pada jumlah sekresi katekolamin.
Curah jantung dan waktu sirkulasi tidak meng_
alami perubahan berarti pada pemberian ACh. 1.2. SEDIAAN DAN POSOLOGI
Ester kolin lain kurang afinitasnya terhadap Karena jarang digunakan
asetilkolinesterase sehingga masa kerjanya lebih
di klinik, sediaan
kolinergik sulit didapat di lndonesia.
panjang. Selain itu zaI-zaltersebut memperlihatkan
beberapa perbedaan efek yang dapat dilihat pada Asetilkolin klorida/bromida dapat diperoleh seba_
Tabel 3-2. gai bubuk kering, dan dalam ampul berisi 200 mg.
Karbakol memegang peranan yang agak unik, Dosis : 10 - 100 mg lV.
selain bekerja pada sel efektor, karbakol juga me_ Metakolin klorida tersedia sebagai tablet 200 mg.
mudahkan penglepasan ACh dari akhiran sinaptik Pemberian oral tidak dapat diandalkan; sebaiknya
kolinergik (mirip efedrin pada transmisi adrenergik). diberikan subkutan (SK) 2,5 - 40 mg, tergantung dari
respons penderila.

Tabel 3-2. PERBEDAAN PENTTNG ANTARA srFAT-srFAT ESTER KoLrN

Kepekaan
Ester kolin Kekuatan terhadap Efek Efek
ACh-esterase Muskarinik Nikotinik
Kolin 1/1 00.000 + +
Asetilkolin +++ ++
1
++
Metakolin 2 + +++ +
Karbakol 800 ++ +++
Betanekol 10 +++
Kolinergik 43

Karbakol klorida sebagai lablet 2 mg atau ampul saluran cerna misalnya pada ileus pascabedah.
0,25 mg/ml; pemberian oral cukup efektif dengan Berdasarkan mekanisme yang sama, dapat terjadi
dosis 3 kali 0,2 - 0,8 mg. Dosis subkutan adalah 0,2 atonia kandung kemih dan retensi urin. Unluk me-
- 0,4 mg. Preparat initidak boleh diberikan lV. Juga ngobati keadaan ini dapat digunakan prostigmin
tersedia sebagai obat tetes mata untuk miotikum. letapi betankol dan karbakol dapat juga dipakai.

Betanekol klorida tersedia sebagai tablet 5 dan 10 Feokromositoma. Metakolin dapat digunakan
mg atau dalam ampul yang mengandung 5 mg/ml. untuk tes provokasi penyakit ini pada waktu tekanan
Dosis oral adalah 10-30 mg, sedangkan dosis sub- darah penderita sedang rendah. Pemberian meta-
kutan 2,5 - 5,0 mg. Tidak boleh diberikan lV atau lM. kolin 25 mg SK akan menyebabkan turunnya tekan-
an darah seperti diharapkan, tetapi dengan cepat
disusul dengan peninggian tekanan sistolik maupun
diastolik. Hal ini patognomonik pada leokromosito-
1.3. EFEK SAMPING ma, karena perangsangan terhadap sel kromalin
menghasilkan katekolamin dalam jumlah yang sa-
Dosis berlebihan dari ester kolin sangat ber- ngat besar. Uji semacam ini juga dapat dikerjakan
bahaya karena itu jangan diberikan secara lV, ke- dengan asetilkolin atau dengan histamin. Bila tensi
penderita sedang tinggi, sedikit-dikitnya di atas 190
cuali asetilkolin yang lama kerjanya sangat singkat.
mm Hg, maka sebaiknya dilakukan uji tentolamin.
Pemberian oral atau SK merupakan cara yang lazim
Hasil uji fentolamin dikatakan positif bila penurunan
digunakan. Kombinasi dengan prostigmin atau obat
tekanan darah sekurang-kurangnya 35/25 mmHg.
kolinergik lain juga tidak boleh digunakan, karena
terjadinya potensiasi yang dapat membawa akibat
buruk. Asma bronkial atau ulkus peptikum merupa-
2. OBAT ANTIKOLINESTERASE
kan kontraindikasi untuk pengobatan semacam ini.
Ester kolin dapat mendatangkan serangan iskemia
jantung pada penderita angina pektoris, karena Antikolinesterase menghambat kerja kolines-
terase (dengan mengikat kolinesterase) dan meng-
tekanan darah yang menurun mengurangi sirkulasi
akibatkan perangsangan saral kolinergik terus me-
koroner, Penderita hipertiroidisme dapat menga- nerus karena ACh tidak dihidrolisis. Dalam golong-
lami librilasi atrium, terutama pada pemberian meta- an ini kita kenal dua kelompok obat yaitu yang
kolin; tindakan pengamanan perlu diambil, yaitu menghambat secara reversibel, misalnya fisostig-
dengan menyediakan atropin dan epinelrin sebagai min, prostigmin, piridostigmin dan edrolonium; dan
antidotum. Gejala keracunan pada umumnya beru- menghambat secara reversibel misalnya gas pe-
pa efek muskarinik dan nikotinik yang berlebihan. rang: tabun, sarin, soman dan sebagainya;. dan
Keracunan ini harus cepat diatasi dengan atropin insektisida organoloslat: paration, malation, diazi-
dan epinefrin. non, tetraetil-pirolosfat fIEPP), heksaetiltetralostat
(HETP) dan oktametilpiro-foslortetramid (OMPA).
Karena miripnya kerja obat-obat dalam golongan
ini, maka semuanya akan dibicarakan bersama de-
1.4. INDIKASI ngan menyebutkan perbedaan-perbedaan seper-
lunya. Salah satu obat yang saat ini masih sedang
Metakolin pernah digunakan untuk memper- diteliti ialah takrin (tetrahidroamino-akriin) suatu
baiki sirkulasi periler pada penyakit Raynaud atau antikolinergik sentral untuk pengobatan penyakit
tromboflebitis berdasarkan efek vasodilatasi terha- Alzheimer.
dap pembuluh darah arteri. Sekarang tidak diguna-
kan lagi karena intensitas respons yang tidak dapat
diramalkan. 2.1. MEKANISME KERJA
Saluran cerna. Meteorisme merupakan gejala aki- Hampir semua kerja antikolinesterase dapat
bat penimbunan gas dalam saluran cerna. Keadaan diterangkan dengan adanya asetilkolin endogen.
ini dapat disebabkan oleh banyak hal seperti akibat Hal ini disebabkan oleh tidak terjadinya hidrolisis
makanan atau keadaan patologis. Biasanya meteo- asetilkolin yang biasanya terjadi sangat cepat, kare-
risme disertai dengan berkurangnya peristalsis na enzim yang diperlukan diikat dan dihambat oleh
44 Farmakologi dan Terapi

antikolinesterase. Hambatan ini berlangsung bebe- dalam beberapa jam (fisostigmin) atau beberapa
rapa jam untuk antikolinesterase yang reversibel, hari sampai seminggu (DFP). Miosis menyebabkan
tetapi yang ireversibel dapat merusak kolinesterase terbukanya saluran Schlemm, sehingga pengaliran
sehingga diperlukan sintesis baru dari enzim ini cairan mata lebih mudah, maka tekanan intraokuler
untuk kembalinya transmisi normal. Akibat hambat- menurun, terutama bila ada glaukoma. Hilangnya
an ini asetilkolin tertimbun pada reseptor kolinergik daya akomodasi dan hiperemia konjungtiva tidak
di tempat ACh dilepaskan. berlangsung lama dan biasanya tidak tampak lagi,
Setelah deneruasi saral kolinergik pasca- jauh sebelum menghilangnya miosis. Miosis oleh
ganglion, lisostigmin dan antikolinesterase lain obat golongan ini dapat diatasi oleh atropin,
tidak dapat bekerja, karena ujung-ujung saral ini
tidak dapat memproduksi asetilkolin lagi. Hal ini SALURAN CERNA. Prostigmin paling efektif terha-
terlihat secara mengesankan bila ganglion siliar dap saluran cerna. Pada manusia pemberian pros-
mata dirusak. Pemberian lisostigmin secara lokal tigmin meningkatkan peristalsis dan kontraksi lam-
tidak akan menyebabkan miosis. Sehingga dapat bung serta sekresi asam lambung. Efek muskarinik
ditarik kesimpulan bahwa lisostigmin dan antikoli- ini dapat mengatasi inhibisi oleh atropin. Di sini N.
nesterase lain hanya dapat bekerja pada inervasi vagus yang mempersarafi lambung harus utuh; se-
yang utuh. Akan tetapi klta tidak dapat terlalu berpe- telah denervasi, prostigmin tidak memperlihatkan
gang teguh pada pernyataan tersebut, karena anti- efek. Perbaikan peristalsis ini merupakan dasar pe-
kolinesterase tertentu misalnya prostigmin mem- ngobatan meteorisme dan penggunaan prostigmin
perlihatkan elek langsung terhadap reseptor nikoti- pasca bedah.
nik di otot rangka. Fleseptor kolinergik di susunan
SAMBUNGAN SARAF-OTOT" Antikolinesterase
saraf pusat juga mengalami stimulasi pada per-
memperlihatkan efek nikotinik terhadap otot rangka
mulaan dan kemudian timbul depresi. Pada dosis
dan asetilkolin yang tertimbun pada sambungan
toksik semua gejala muskarinik, nikotinik dan
saraf-otot menyebabkan otot rangka dalam keada-
sentral dapat dilihat, tetapi pada dosis terapi efek-
an terangsang terus menerus. Hal ini menimbulkan
nya terbatas pada elek muskarinik dan otot rangka.
tremor, fibrilasi otot, dan dalam keadaan keracunan,
Segala elek asetilkolin terlihat pada pemberi-
kejang-kejang. Prostigmin memperlihatkan efek
an antikolinesterase karena yang menyebabkan yang tidak dimiliki oleh lisostigmin, yaitu efek pe-
efek tersebut ialah ACh endogen yang tidak dipecah
rangsangan otot rangka secara langsung. Bila pe-
oleh asetilkolinesterase. Elek obat dapat berbeda
rangsangan otot rangka terlampau besar misalnya
sehubungan perbedaan aksesabilitas (accessabl-
pada keracunan insektisida organofoslat, maka
lity) obal diberbagaitempat. Takrin misalnya mem-
akan terjadi kelumpuhan akibat depolarisasi
perlihatkan selektivitas kerja sentral dan kurang
menetap (persisten).
menyebabkan elek perifer pada dosis yang sudah
Antikolinesterase bekerja sinergistik dengan
memperlihatkan efek sentral.
asetilkolin eksogen dan dihambat oleh d-tuboku-
rarin dan atropin dosis besar. Edrolonium bekerja
terhadap otot rangka jauh lebih kuat daripada ter-
2.2. FARMAKODINAMIK hadap sel efektor otonom atau ganglion. Karena itu
edrofonium dapat digunakan sebagai suatu anta-
Efek utama antikolinesterase yang menyang- gonis kurare. Kerja langsung prostigmin dan pirido-
kut terapi terlihat pada pupil, usus dan sambungan
stigmin pada otot rangka merupakan dasar keguna-
saraf-otot. Efek-efek lain hanya mempunyai arti tok-
an obat ini pada miastenia gravis.
sikologik.
TEMPAT-TEMPAT LAIN. Pada umumnya antikoli-
MATA. Bila fisostigmin (Eserin) atau DFp diteres- nesterase, melalui efek muskarinik, memperb'esar
kan pada konjungtiva bulbi, maka terlihat suatu sekresi semua kelenjar eksokrin misalnya kelenjar
perubahan yang nyata pada pupil berupa miosis,
pada bronkus, kelenjar air mata, kelenjar keringat,
hilangnya daya akomodasi dan hiperemia konjung-
kelenjar liur, dan kelenjar saluran cerna.
tiva. Miosis terjadi cepat sekali, dalam beberapa Pada otot polos bronkus obat ini menyebab-
menit, dan menjadi maksimal setelah setengah jam.
kan konstriksi, sehingga dapat terjadi suatu keada-
Tergantung dari antikolinesterase yang digunakan,
an yang menyerupai asma bronkial, sedangkan
kembalinya ukuran pupil ke normal dapat terjadi pada ureter meningkatkan peristalsis.
45
Kolinergik

Pembuluh darah perifer umumnya melebar dapat ditimbulkan akibat absorpsi dari berbagal
akibat antikolinesterase, sebaliknya pembuluh tempat termasuk dari kulit. Tergantung dari jenis
koroner dan paru-paru menyempit. Terhadap antikollnesterase, keracunan dapat berlangsung
jantung sendiri efeknya sangat kompleks, dan dari beberapa jam sampai beberapa minggu. Pros-
seperti telah dijelaskan, tergantung dari resultante tigmin misalnya hanya bekerja beberapa iam, ka-
berbagai efek. Elek langsung terhadap jantung rena hambatannya reversibel. Dengan antikolines-
ialah penimbunan asetilkolin endogen dengan terase yang bersifat irreversibel perbaikan baru tim-
akibat bradikardi dan efek inotropik negatil se- bul setelah tubuh mensintesis kembali kolineste-
hingga menyebabkan berkurangnya curah jantung' rase. Gas perang misalnya sarin, memerlukan
Hal ini disertai dengan memanjangnyawaktu refrak- beberapa minggu, sedangkan keracunan paration
ler dan waktu konduksi. Tetapi sesekali dapat ter- dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa
jadi takikardia yang mencapai 140/men dengan ha- minggu.
nya20 mg prostigmin oral pada sukarelawan sehat' Gejala keracunan berupa elek muskarinik,
Kerja antikolinesterase pada ganglion dapat nikotinik dan kelainan sentral. Mala hiperemis di'
disamakan dengan efek nikotinik asetilkolin, yang sertai miosis yang kuat. Bronkokonstriksi dan la-
merangsang pada dosis rendah dan menghambat ringospasme terutama terjadi bila zat diinhalasi'
pada dosis tinggi. Perangsangan selaput lendir hidung menyebabkan
pengeluaran sekret yang mirip rinitis alergik disertai
bersin dan sekresi saliva yang berlebihan. Peristal-
2.3. FARMAKOKINETIK
sis usus meningkat disertai muntah dan diare. Bila
Fisostigmin mudah diserap melalui saluran pajanan terjadi pada kulit, misalnya dengan gas
cerna, tempat suntikan maupun melaluiselaput len- perang atau insektisida organolosfat, maka produk-
dir lain. Seperti atropin,lisostigmin dalam obat tetes si keringat akan bertambah akibat elek muskarinik.
mata dapat menyebabkan elek sistemik. Hal ini Juga akan timbul elek terhadap otot rangka berupa
dapat dicegah dengan menekan sudut medial mata tremor, librilasi otot dan kejang. Pada keracunan
dimana terdapat kanalis lakrimalis. Prostigmin yang lebih berat, otot rangka akan lumpuh, seba-
dapat diserap secara baik pada pemberian paren- gian karena elek nikotinik dan sebagian karena elek
teral, sedangkan pada pemberian oral diperlukan sentral. Gejala lain yang disebabkan kelainan sen-
dosis 30 kali lebih besar, lagipula penyerapan tidak tral meliputi alaksia, hilangnya relleks, bingung' su-
teratur. Efek hipersalivasi baru tampak 1 '1 112iam kar berbicara, konvulsi, koma, pernalasan Cheyne-
setelah pemberian oral 15-20 mg. lnsektisida orga' Stokes dan kelumpuhan napas. Kematian dapat
noloslat memperlihatkan koelisien partisi yang timbul dalam waktu yang bervariasi sekali, antara
tinggi karena itu dapat diserap dari semua tempat beberapa menit sampai beberapa hari' Karena itu
di tubuh, termasuk kulit. Absorpsi demikian baik pengobatan harus diberikan secepat mungkin.
sehingga keracunan dapat terjadi hanya akibat ter- Diagnosis dapat ditentukan dengan mengukur
siram insektisida organolosfat di kulit utuh' Bila kadar butirokolinesterase dan asetilkolinesterase
inseksitida disemprotkan di udara, racun ini diserap dalam eritrosit. Kadar kedua enzim itu jelas menu-
lewat paru-paru. run sebelum gejala klinis timbul, Kadar normal pada
Antikolinesterase diikat oleh protein plasma, manusia variasinya besar, yaitu 75 - 100%' Bila
kemudian mengalami hidrolisis dalam tubuh' yang kadar ini menurun sampai kurang dari 35% barulah
satu lebih cepat daripada yang lain. Pada manusia, terjadi gejala klinis yang jelas. Pengukuran inidapat
sebanyak 1 mg prostigmin misalnya telah dirusak dilakukan secara kasar dengan paperstrips
dalam waktu 2 jam setelah pemberian subkutan' (Merck). Perlu diperhatikan bahwa kadar asetilkoli-
Ekskresi terjadi dalam urin sebagai metabolit hasil nesterase pascamati dapat lebih tinggi atau lebih
hidrolisis. rendah.
Selain terapi simtomatik, pengobatan kausal
dengan atropin sangat penting. Tergantung dari
2.4. INTOKSIKASI kecepatan pemberian atropin ini, penderita dapat
ditolong atau tidak dari bahaya maut' Atropin dosis
lnsektisida organolosf at merupakan golongan besar dapat menghambat elek muskarinik. Bila
yang terpenting dalam menimbulkan keracunan, diagnosis sudah pasti, atropin harus diberikan 2 mg
karena kerjanya sangat kuat dan lama. lntoksikasi lV atau lM. Dibutuhkan 8 ampul sediaan atropin
Farmakologi dan Terapi

berisi 0,25 mg/ml, dan dosis ini diulang tiap 7 - 10 Diisopropilfluorofosfat (DFp) atau isoflurofat ter-
menit sampai peristalsis dan bronkokonstriksi di_ sedia sebagai larutan dalam minyak untuk pem_
hambat dan penderita dapat bernafas sendiri tanpa berian parenteral dan sebagai obat tetes mata
bantuan alat. Untuk ini sebaiknya disediakan ampul (0.1% larutan dalam air).
atropin sulfat yang berisi 2 mg per ampul. penderita
harus dipertahankan dalam atropinisasi yang ter_
lihat dari muka merah, sekresi saliva dan keringat 2.6. INDIKAST
berhenti, terdapat midriasis dan takikardi, dan ini
dipertahankan dengan memberi atropin ulangan se- ATONI OTOT POLOS. Prostigmin terutama bergu-
tiap tanda atropinisasi menghilang lagi. Observasi na untuk keadaan atoni otot polos saluran cerna
penderita harus dilakukan terus menerus, karena dan kandung kemih yang sering terjadi pada
setiap waktu dapat terjadi relaps. Dosis atropin yang pasca-bedah atau keadaan toksik. pemberian se-
digunakan ini memang besar, dapat menimbulkan baiknya secera SK atau lM. prostigmin yang diberi-
keracunan pada orang biasa. Sebagian efek sentral kan sebelum pengambilan X-foto abdomen juga
antikolinesterase dapat diatasi oleh atropin, letapi bermanfaat untuk menghilangkan bayangan gas
terhadap ganglion dan otot rangka atropin tidak dalam usus.
berefek. Khusus untuk mengatasi paralisis otot
rangka dapat digunakan pralidoksim (piridin-aldok- SEBAGAI MIOTIKA. Fisostigmin dan DFp secara
sim metiodida atau disingkat 2-pAM) yang merupa_
lokal digunakan dalam oftalmologi untuk menyem-
kan suatu kolinesterase reaktivator. Zat ini mele-
pitkan pupil, terutama sesudah pemberian atropin
paskan ikatan kolinesterase dengan antikolineste-
pada funduskopi. Dilatasi pupil oleh atropin ber-
rase. Efek 2-PAM terhadap gejala-gejala muskari_
nik dan susunan saraf pusat kurang jelas. Dosisnya langsung berhari-hari dan mengganggu penglihat-
1-2gram lV dengan kecepatan 500 mg/menit, serta an bila tidak dianlagonis dengan eserin. Terjadinya
harus diberikan dalam waktu 2 x24jam. pemberian miosis berguna untuk mengalirkan cairan inlraoku-
2-PAM tidak merupakan hal mutlak, karena atropin ler, karena dengan ini saluran Schlemm terbuka dan
saja sudah cukup. ini dapat dipakai untuk mengobati glaukoma. Dalam
Perlu dimengerti bahwa yang bersifat menye- hal ini DFP merupakan miotik yang terkuat. per-
lamatkan jiwa (life saving) adalah atropin dan bukan lekatan iris dengan lensa kadang-kadang terjadi
2-PAM. Atropinisasi harus dilakukan sampai koli- akibat peradangan; dalam hal ini atropin dan fisos-
nesterase pulih kembali, dan ini mungkin memerlu_ tigmin digunakan berganti-ganti untuk mencegah
kan waktu beberapa jam sampai beberapa minggu timbulnya perlengketan lersebut.
tergantung beratnya keracunan. Selama waktu itu
penderita harus dijaga dengan cermat. Atropin DIAGNOSIS DAN PEilGOBATAN MIASTENIA
harus diberi ulang bila efeknya hilang sedangkan GRAVIS. Penyakit ini ditandai dengan kelemahan
kolinesterase belum pulih. otot yang ekstrim. Ada dua teori yang dikemukakan
untuk menerangkan gejala-gejala penyakit ter-
sebut. Teori pertama menganggap bahwa, produk-
2.5. SEDIAAN DAN POSOLOGI si asetilkolin pada sambungan saraf-otot berkurang,
teori kedua mengemukakan suatu peninggian am-
Fisostigmin salisilat (eserin salisilat) ter- bang rangsang. Kedua dugaan ini disokong
sedia sebagai obat tetes mata, oral dan parenteral.
kenyataan bahwa prostlgmin menambah kekuatan
Prostigmin bromida (Neostigmin bromida) otot. Setelah pemberian 1,5 mg prostigmin SK,
tersedia untuk pemakaian oral (15 mg per tablet)
kelemahan otot rangka diperbaiki sedemikian rupa
dan neostigmin metilsulfat untuk suntikan, dalam
sehingga dapat dianggap sebagai suatu tes diag-
ampul 0,5 dan 1,0 mg/ml.
nostik. Sebaliknya kina dan kurare memperhebat
Piridostigmin bromida (Mestinon bromida)
gejala-gejala miastenia gravis.
sebagai tablet 60 mg dan juga ampul 0,5 mg/ml.
Untuk diagnosis, digunakan 2 mg edrofonium,
Edrofonium klorida (Tensilon klorida), disusul 8 mg 45 detik kemudian bila dosis pertama
dalam ampul 10 mg/ml, dapat dipakai untuk anta- tidak mempan. Respon positif ditandai dengan
gonis kurare atau diagnosis miastenia gravls. peningkatan kekualan otot.
Kolinergik 47

Prostigmin dan piridostigmin merupakan koli' 3. ALKALOID TUMBUHAN


nergik yang tersering digunakan untuk mengobati
miastenia gravis. Pengobatan dimulai dengan 7,5
mg prostigmin atau 30 mg piridostigmin biasanya 3 3.1. FARMAKOLOGI
kali sehhri. Tergantung kebutuhan, dosis dapat di-
tambah bertahap. Bila diragukan apakah elek koli- Dalam golongan ini termasuk 3 alkaloid yaitu
nergik sudah cukup atau belum, dapat diuli dengan muskarin yang berasal dari iamur Amanita mus-
pemberian edrofonium; bila terjadi perbaikan berarti caria, pilokarpin yang berasal dari tanaman Pilo-
dosis perlu ditambah. carpus jaborandi dan Pilokarpus microphyllus, dan
arekolin yang berasal dari Areca catechu (pinang).
Pada umumnya ketiga obat ini bekerja pada
UJI KEHAMILAN. Prostigmin pernah digunakan efektor muskarinik, kecuali pilokarpin yang juga
untuk uji kehamilan. Hasil ini tidak dapat dipercaya memperlihatkan efek nikotinik. Elek nikotinik iniiuga
dan mungkin berhubungan dengan timbulnya hipe- terlihat setelah diadakan denervasi. Pilokarpin ter-
remia endometrium. Pemberian prostigmin untuk ulama menyebabkan rangsangan terhadap kelen-
tujuan ini disertai efek samping saluran cerna yang jar keringat, kelenjar air mata dan kelenjar ludah'
kadang-kadang sangat tidak menyenangkan dan Produksi keringat dapat mencapai tiga liter' Efek
karena itu tidak dianiurkan lagi. terhadap kelenjar keringat ini terjadi karena perang-
PENYAKIT ALZHEIMER. Dugaan adanya defisien- sangan langsung (elek muskarinik) dan sebagian
si sistem kolinergik sentral pada penyakit Alzheimer karena perangsangan ganglion (efek nikotinik).
telah mendorong dikembangkannya zat kolinergik Suatu kekhususan dari kelenjar keringat ialah
sentral. Takrin ialah hasil pengembangan yang saat bahwa, secara anatomi kelenjar ini termasuk sistem
ini sedang diuji pakai. Takrin merupakan suatu simpatik, tetapi neurotransmitornya asetilkolin. lni
senyawa antikolinesterase sentral. Dalam peneliti- yang menjelaskan terjadinya hiperhidrosis oleh zat
an terbatas dibandingkan dengan plasebo disimpul- kolinergik.
kan bahwa takrin dapat menghambat progresivitas Selain yang tersebut di atas, pada penyunti-
penyakit Alzheimer. Ukuran perbaikan dalam pene- kan lV biasanya teriadi kenaikan tekanan darah
litian tersebut ialah nilai abbre viated mental test dan akibat elek ganglionik dan sekresi katekolamin dari
mi ni me ntal state ex ami n ation. medula adrenal; terjadi juga hipersekresi pepsin
Perbaikan terutama terlihat pada kerja dengan dan musin. Sekresi bronkus meningkat, dan ber-
lungsi sederhana, tidak jelas pada complex rule sama dengan timbulnya konstriksi bronkus dapat
learning. Dosis yang diberikan tiga kali sehari 25-50 menyebabkan udem Paru.
mg diawali dengan 50 mg/hari dan ditingkatkan
sampai 150 mg/hari dalam 4 minggu.
Elek samping mual dan elek kolinergik periler 3.2. INTOKSIKASI
lainnya tidak menimbulkan masalah, mungkin kare-
Keracunan muskarin dapat terjadi akibat kera-
na dosis dinaikkan secara bertahap dalam 4 ming-
gu. Obat ini meningkatkan enzim aminolranslerase cunan jamur. Spesies jamur yang banyak mengan-
dung muskarin ialah Clitocybe dan lnocyh. Kadar
dan dikhawatirkan bersifat hepatotoksik. Karena itu
muskarin dalam Amanita muscaria rendah sehing'
dianjurkan melakukan ujilungsi hatisetiap 2 minggu
ga tanda keracunan muskarin akibat jamur tersebut
dalam 3 bulan pertama dan setiap bulan setelah-
jarang terjadi. Pada 2 spesies jamur yang disebut
nya.
dahulu terjadi keracunan dengan cepat, yaitu dalam
Masih diperlukan penelitian pada jumlah
pasien yang lebih besar sebelum jelas manfaat- beberapa menit sampai dua jam setelah makan
jamur, sedangkan gejala keracunan A' phalloides
risiko obat ini untuk penggunaan rutin pada pasien
timbul lambat, kira-kira sesudah 6-1 5 jam, dengan
Alzheimer.
silat gejala yang berlainan.
48 Farmakologi dan Terapi

Amanita muscaria dapat menyebabkan gejala 4. OBAT KOLINERGIK LAINNYA


muskarinik tetapi elek utama disebabkan oleh suatu
turunan isoksazol yang merupakan racun susunan
Dalam bagian ini akan dibicarakan mengenai
saraf pusat dengan gejala bingung, koma dan
obat kolinergik lain yaitu metoklopramid dan sisa-
kadang-kadang konvulsi. Keracunan dapat beraki- prid yang memperlihatkan efek kolinergik di saluran
bat kematian dan atropin hanya merupakan anti- cerna.
dotum yang ampuh bila efek muskariniknya yang
dominan.
Amanita phalloides lebih berbahaya; keracun- 4.1. METOKLOPRAMID
annya ditandai dengan gejala-gejala akut di saluran
cerna dan dehidrasi yang hebat. Kerusakan hepar Metoklopramid merupakan senyawa golong-
menyebabkan ikterus dan mungkin berakhir den- an benzamid. Gugus kimianya mirip prokainamid,
gan acute yellow atrophy, Oliguri atau anuri terjadi tetapi metoklopramid memiliki elek anestetik lokal
sebagai akibat kerusakan parenkim ginjal. Sianosis yang sangat lemah dan hampir tidak berpengaruh
dan hipotensi timbul karena kerusakan otot jantung terhadap miokard.
dan dinding kapiler. Toksin Amanita phalloides iuga Elek larmakologi metoklopramid sangat nyata
merusak sel-sel susunan saral pusat. Gejala- gejala pada saluran cerna; obat ini juga dapat meningkat-
ini tidak dapat digolongkan sebagai elek muska- kan sekresi prolaktin.
Mekanisme kerja metoklopramid pada saluran
rinik, meliputi banyak organ-organ vital secara lang-
cerna belum diketahui secara pasti. Tapi jelas bah-
sung dan berakhir dengan kematian pada 50-1 00%
wa efeknya dapat dihambat oleh antikolinergik dan
penderita. Pengobatan hanya bersifat simtomatik
diperkuat oleh obat-obat kolinergik misalnya kar-
dan suportif; atropin tidak berguna. bakol dan metakolin. Tiga hipotesis telah diajukan
Keracunan dengan pilokarpin atau arekolin tentang mekanisme kerja metoklopramid di saluran
jarang terjadi, kecuali pada pengobatan yang salah, cerna, yaitu: (1) potensiasielek kolinergik;(2) elek
Mungkin hal ini disebabkan oleh adanya hambatan langsung pada otot polos; dan (3) penghambatan
absorpsi pada pemakaian menahun atau adanya dopaminergik sentral.
suatu toleransi. Dosis latal untuk pilokarpin kira-kira
100 mg. FARMAKODINAMIK. Saluran cerna. Metoklopra-
mid memperkuat tonus sfingter esolagus distal dan
meningkatkan amplitudo konlraksi esolagus. Efek
ini lebih besar pada orang sehat dibanding dengan
pada penderita dengan refluks esofagus, wanita
hamil dan hiatus hernia.
3.3. INDIKASI Pada gaster, metoklopramid memperkuat
kontraksi terutama pada bagian antrum, memper-
Hanya pilokarpin HCI atau pilokarpin nitrat baiki koordinasi kontraktilitas antrum dan duode-
yang digunakan, yaitu sebagai obat tetes mata num sehingga mempercepat pengosongan lam-
untuk menimbulkan miosis dengan larutan 0,5 - 3%. bung. Sedangkan sekresi lambung tidak dipenga-
Obat ini digunakan juga sebagai dialoretik dan ruhi. Berbeda dengan di esofagus, elek di gaster
lebih nyata pada penderita dengan gangguan pe-
untuk menimbulkan salivasi, diberikan per oral den-
ngosongan dan kontraksi lambung dibanding den-
gan dosis 7,5 mg. Arekolin hanya digunakan gan elek pada orang sehat. Iransft fime di usus
dalam bidang kedokteran hewan untuk penyakit halus lebih pendek selelah kontraksi otot polos.
cacing gelang. Muskarin hanya berguna untuk pe- Elek ini dapat dilawan oleh obat antikolinergik..
nelitian dalam laboratorium, dan tidak digunakan
dalam terapi. Efek antiemetik. Elek ini timbul berdasarkan meka-
Aseklidin adalah suatu senyawa sintetik yang nisme sentral maupun perifer. Secara sentral meto-
klopramid mempertinggi ambang rangsang muntah
strukturnya mirip arekolin. Dalam kadar 0,5-4% sa-
di Chernoreceptor Trigger Zone (CTZ), sedangkan
ma efektifnya dengan pilokarpin dalam menurunkan
secara perifer obat ini menurunkan kepekaan saraf
tekanan intraokular, Obat ini digunakan pada p'en-
viseral yang menghantarkan impuls aferen dari
derita glaukoma yang tidak tahan pilokarpin.
saluran cerna ke pusat muntah.
Kolinergik

Susunan Saraf Pusat. Antagonisme dopamin atau 3 kali sehari; anak 1-3 tahun 1 mg, 2 atau 3 kali
sentral merupakan dasar elek antiemetik dan gejala sehari; dan bayi 1 mg, 2 kali sehari,
ekstrapiramidal dari metoklopramid. Selain itu obat
ini juga merangsang sekresi prolaktin dengan akibat
4.2. SISAPRID
perbaikan laktasi.

lNDlKASl. Metoklopramid terutamadigunakan Sisaprid merupakan senyawa benzamid yang


untuk memperlancar jalannya zat kontras pada merangsang motilitas saluran cerna. Kerja obat ini
waktu pemeriksaan radiologik lambung dan duode- diduga meningkatkan penglepasan ACh di saluran
num, uniuk mencegah atau mengurangi muntah cerna. Kerja pada reseptor lain termasuk reseptor
akibat radiasi dan pascabedah. Selain itu metok' dopamin belum dapat disingkirkan. Berbeda den-
lopramid bermanlaat untuk mempermudah intubasi gan kolinergik lain obat ini cenderung menyebabkan
saluran cerna. Selain itu obat ini diindikasikan pada takikardia. Berbeda dengan metoklopramid obat ini
berbagai gangguan saluran cerna dengan gejala meningkatkan motilitas kolon dan dapat menyebab-
mual, muntah, rasa terbakar di ulu hati, perasaan kan diare.
penuh setelah makan dan gangguan e'erna (indi-
gestion) misalnya pada gastroparesis diabetik' Eksperimental pada hewan. Sisaprid meningkat-
Elek terhadap migren, perangsangan laktasi kan tonus istirahat sfingter bawah esofagus dan
dan hipomotilitas ureter masih memerlukan pbne- meningkatkan amplitudo kontraksi esolagus bagian
litian lebih lanjut. distal. Pengosongan lambung dipercepat, waktu
transit mulut-saekum memendek, peristalsis kolon
KONTRAINDIKASI, EFEK SAMPING DAN INTER. meningkat.
AKSI OBAT. Sisaprid diindikasikan pada refluks gastroeso-
fagial, gangguan mobilitas gaster dan dispepsia
Metoklopramid dikonlraindikasikan pada obs- bukan karena tukak.
truksi, perdarahan dan perlorasi saluran cerna, epi- Dosis 3-4 kali sehari 10 mg, 15-30 menit sebe-
lepsi, feokromositoma dan gangguan ekstrapira- lum makan. Lama pengobalan 4-12 minggu.
midal. Obat ini dimetabolisme secara ekstensil di hati
Elek samping yang timbul pada penggunaan sehingga dosis perlu disesuaikan pada gagal hati.
metoklopramid pada umumnya ringan. Yang pent-
Pada pasien gagal ginial, dosis juga perlu ditu-
ing diantaranya adalah kantuk, diare, sembelit dan
runkan sesuai beratnya gangguan, mungkin sampai
gejala ekstrapiramidal.
Keamanan penggunaan pada kehamilan separuhnya.
belum terbukti, sebaiknya tidak diberikan pada tri- Perhatian. Jingan memberikan sisaprid bila pe-
mester pertama kehamilan. ningkatan gerakan saluran cerna dapat berpenga-
Elek metoklopramid pada saluran cerna diper' ruh buruk misalnya pada perdarahan, obstruksi,
lemah oleh atropin. Pemberian bersama simetidin perlorasi, atau keadaan pascabedah.
perlu diberi jarak waktu minimal satu jam karena
Pengaruhnya terhadap saluran cerna mung-
metoklopramid dapat menurunkan biovailabilitas si-
kin meningkatkan atau mengurangi absorpsi obat
metidin sebanyak 25 sampai 30%, sangat mungkin
lain.
karena perpendekan masa transit.
Efek samping. Terutama mengenai saluran cerna
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Metoklopramid ter-
berupa : kolik, borborigmi dan diare. Gejala sistem
sedia dalam bentuk tablet 5 mg dan 10 mg; sirup
saral pusat berupa sakit kepala, pusing, konvulsi
mengandung 5 mg/ 5 ml; dan suntikan 10 mg/2 ml
dan efek ekstrapiramidal dan takikardia. Hipertensi
untuk penggunaan lM atau lV. Dosis untuk dewasa
dan ekstrasistol iuga dilaporkan, tidak jelas hubu-
ialah 5-10 mg 3 kali sehari. Untuk anak 5-14 tahun
ngannya dengan Pemberian obat.
2,5 mg - 5 mg 3 kali sehari; anak 3'5 tahun 2 mg' 2
50
Farmakologi dan Terapi

4. ANTIMUSKARINIK
l. Darmansjah

1. Alkaloid Belladona 2. Obat sintetik mirip atropin


1,1. Farmakodinamik
1.2, Farmakokinetik 3. Sediaan
1.3. Toleransi 4. Penggunaan klinik
1.4. Toksikotogi
1.5. Posologi

Bab ini semula berjudul antikolinergik, tetapi yang digunakan untuk : (1) mendapatkan elek peri_
karena dalam bab ini hanya dibahas antikolinergik ler tanpa elek sentral misalnya, antispasmodik; (2)
yang bekerja pada reseptor muskarinik, maka judul penggunaan lokal pada mata sebagai midriatikum;
bab diganti menjadi antimuskarinik. AntikolinLrgik (3) memperoleh efek sentral misalnya, obal untuk
sentral misalnya triheksilenidil dibahas di Bab Obat penyakit Parkinson; (4) elek bronkodilatasi;dan (5)
Penyakit Parkinson dan yang bekerja pada reseptor memperoleh efek hambatan pada sekresi lambung
nikotinik di Bab 7 dan Bab 8. Dalam bab ini hanya dan gerakan saluran cerna,
dibahas antimuskarinik yang mirip atropin dan anti-
muskarinik generasi baru misalnya ipratropium bro_
mida, dan pirenzepin, Atropin merupakan prototip
golongan ini. 1. ALKALOID BELLADONA
Antimuskarinik ini bekerja di alat yang dipersa-
rafi serabut pascaganglion kolinergik. pada gang_ Atropin (campuran d- dan /- hiosiamin) dan
lion otonom dan otot rangka, tempat asetilkoli; juga skopolamin (/-hiosin) merupakan dua alkaloid aktil.

'i;4:"
bekerja, penghambatan oleh atropin hanya teiladi
dengan dosis sangat besar. Kelompok obat ini
memperlihatkan kerja yang hampir sama, tetapi
dengan afinitas yang sedikit berbeda terhadap ber-
bagai alat; pada dosis kecil (sekitar 0.25 mg) misal-
nya, atropin hanya menekan sekresi air liur, mukus
bronkus dan keringat. Sedangkan dilatasi pupil,
gangguan akomodasi dan penghambatan N. vagus
Gi
terhadap jantung baru terlihat pada dosis yang lebih Atropin
besar (0.5 - 1.0 mg). Dosis yang lebih besar lagi
diperlukan untuk menghambat peristalsis usus dan ,/"t
sekresi kelenjar di lambung. Beberapa subtipe HOCHz
reseptor muskarinik telah diidentifikasi saat ini (lihat
Bab 2). Penghambatan pada reseptor muskarinik ini
mirip denervasi serabut pascaganglion kolinergik
dan biasanya efek adrenergik menjadi lebih nyata.
Antimuskarinik memperlihatkan elek sentral
G+ H
\u,
terhadap susunan saraf pusat, yaitu merangsang Skopolamin
pada dosis kecil dan mendepresi pada dosis toksik.
Banyak sekali antikolinergik disintesis dengan
maksud mendapatkan obat dengan elek selektif Gambar 4-1. Struktur atropin dan skopolamin.
terhadap gangguan tertentu disertai efek samping Perbedaan atropin dan skopo{amin hanya
yang lebih ringan. Saat ini terdapat antimuskarinik terletak pada jembatan oksigen padatempat
CaCt.
Antimuskarinik 51

Atropin terutama ditemukan pada Atropa belladon- MATA. Alkaloid belladona menghambat M. cons-
na dan Datura stramonium, sedangkan skopolamin trictor pupillae dan M. clliaris lensa mata, sehingga
terutama diperoleh dari Hyoscyamus niger. Alka- menyebabkan midriasis dan sikloplegia (paralisis
loid-alkaloid ini merupakan ester organik dari asam mekanisme akomodasi). Midriasis mengakibatkan
tropat dengan tropanol atau skopin (basa organik), lotofobia, sedangkan sikloplegia menyebabkan hi-
Rumus bangun atropin dan skopolamin dapat di- langnya daya melihat jarak dekat.
lihat pada Gambar 4-1. Sesudah pemberian 0,6 mg atropin SK pada
mulanya terlihat efek terhadap kelenjar eksokrin,
terutama hambatan salivasi, serta efek bradikardi
1.1. FARMAKODINAMIK sebagai hasil perangsangan N. vagus. Midriasis
baru terlihat dengan dosis yang lebih tinggi (> 1 mg).
Mula timbulnya midriasis tergantung dari besarnya
Atropin sebagai prototip antimuskarinik dosis, dan hilangnya lebih lambat daripada hilang-
akan dibicarakan sebagai contoh dan antimuskari- nya elek lerhadap kelenjar liur. Pemberian lokal
nik lain akan disebut bila ada perbedaan. pada mata menyebabkan perubahan yang lebih
Hambatan oleh atropin bersifat reversibel dan cepat dan berlangsung lama sekali (7-12 hari). Hal
dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam ini disebabkan atropin sukar dieliminasi dari cairan
jumlah berlebihan atau pemberian antikolineste- bola mata. Midriasis oleh alkaloid belladona dapat
rase, Atropin memblok asetilkolin endogen maupun diatasi oleh pilokarpin, eserin atau DFP. Tekanan
eksogen, tetapi hambatannya jauh lebih kuat ter- intraokular pada mata yang normal tidak banyak
hadap yang eksogen. Skopolamin memiliki elek mengalami perubahan. Tetapi pada penderita glau-
depresi sentral yang lebih besar daripada atropin, koma, penyaluran dari cairan intraokular akan ter-
sedangkan elek perifer terhadap jantung, usus dan hambat, terutama pada glaukoma sudut sempit,
otot bronkus lebih kuat dipengaruhi oleh atropin. sehingga dapat meninggikan tekanan intraokular.
Hal ini disebabkan karena dalam keadaan midriasis
SUSUNAN SARAF PUSAT. Atropin merangsang muara saluran Schlemm yang terletak di sudut bilik
medula oblongata dan pusat lain di otak. Dalam depan mata menyempit, sehingga terjadi bendung'
dosis 0,5 mg (untuk orang lndonesia mungkin + 0,3 an cairan bola mata.
mg) atropin merangsang N. vagus dan lrekuensi
jantung berkurang. Efek penghambatan sentral SALURAN NAPAS. Alkaloid belladona mengura-
pada dosis ini belum terlihat. Depresi yang timbul ngi sekret hidung, mulut, laring dan bronkus. Pema-
khusus di beberapa pusat motorik dalam otak, da- kaiannya ialah pada medikasi preanestetik untuk
pat menghilangkan tremor yang terlihat pada par- mengurangi sekresi lendir pada jalan napas. Seba-
kinsonisme. Perangsangan respirasi terjadi seba- gai bronkodilator, atropin tidak berguna dan jauh
gai akibat dilatasi bronkus, tetapi dalam hal depresi lebih lemah daripada epinelrin atau aminofilin. lpra-
respirasi oleh sebab tertenlu, atropin tidak berguna tropiurn bromida merupakan antimuskarinik yang
merangsang respirasi. Bahkan pada dosis yang memperlihatkan bronkodilatasi berarti secara
besar sekali, atropin menyebabkan depresi napas, khusus.
eksitasi, disorientasi, delirium, halusinasi dan pe-
SISTEM KARDIOVASKULAR. Pengaruh atropin
rangsangan lebih jelas di pusat-pusat yang lebih
terhadap jantung bersifat bifasik. Dengan dosis
tinggi. Lebih lanjut lerjadi depresi dan paralisis
0,25-0,5 mg yang biasa digunakan, lrekuensi jan-
medula oblongata.
tung berkurang, mungkin disebabkan karena pe-
Skopolamin memperlihatkan elek terapi yang
rangsangan nukleus N. vagus. Bradikardi biasanya
berlainan, yaitu euloria, amnesia dan kantuk. Ka-
tidak nyata dan tidak disertai perubahan tekanan
dang-kadang terjadi idiosinkrasi berupa kegelisah-
darah atau curah jantung, Pada dosis lebih dari 2
an, delirium dan halusinasi dengan dosis terapi.
mg, yang biasanya hanya digunakan pada keracun-
Pada orang tua, antikolinergik terutama yang
an insektisida organofosfat, terjadi hambatan N.
efek sentralnya kuat dapat menyebabkan sindrom
vagus dan timbul suatu takikardi. Atropin dalam hal
demensia. Secara tiba-tiba pasien kehilangan
ini lebih efektif daripada skopolamin. Obat ini juga
orientasi tempat, waktu dan personal. lni dapat me-
dapat menghambat bradikardi yang ditimbulkan
rupakan trauma psikis bagi pasien dan keluarga'
oleh obat kolinergik. Atropin tidak mempengaruhi
nya.
52 Farmakologi dan Terapi

pernbuluh darah maupun tekanan darah secara untuk menghilangkan kolik yang disebabkan oleh
langsung, tetapi dapat menghambat vasodilatasi batu dalam saluran empedu. Pada uterus, yang
oleh asetilkolin atau ester kolin yang lain. Atropin inervasi otonomnya berbeda dari otot polos lain-
tidak berefek terhadap sirkulasi darah bila diberikan nya, tidak terlihat relaksasi, sehingga atropin hampir
sendiri, karena pembuluh darah hampir tidak diper- tidak bermanfaat untuk pengobatan nyeri haid.
sarafi parasimpatik. Dilatasi kapiler pada bagian
muka dan leher terjadi dengan dosis yang besar dan KELENJAR EKSOKRIN. Kelenjar eksokrin yang
toksik. Kelainan ini mungkin dapat dikacaukan den- paling jelas dipengaruhi oleh atropin ialah kelenjar
gan penyakit yang menyebabkan kemerahan kulit liur dalam mulut serta bronkus. Untuk menghambat
di daerah tersebut, vasodilatasi ini disertai dengan aktivitas kelenjar keringat diperlukan dosis yang
naiknya suhu kulit. Hipotensi ortostatik kadang- lebih besar; kulit menjadi kering, panas dan merah
kadang dapat terjadi setelah pemberian dosis 2 mg. lerutama dibagian muka dan leher. Hal ini menjadi
lebih jelas lagi pada keracunan yaitu seluruh suhu
SALURAN CERNA. Karena bersilat menghambat badan meningkat. Elek terhadap kelenjar air mata
peristalsis lambung dan usus, atropin juga disebut dan air susu tidak jelas.
obat antispasmodik. Penghambatan terhadap
asetilkolin eksogen (atau ester kolin) terjadi leng-
kap, tetapi terhadap asetilkolin endogen hanya ter-
jadi parsial. Atropin menyebabkan berkurangnya
sekresi liur dan sebagian juga sekresi lambung. 1.2. FARMAKOKINETIK
Pada tukak peptik, atropin sedikit saja mengurangi
sekresi HCl, karena sekresi asam ini lebih di bawah Alkaloid belladona mudah diserap dari semua
kontrol lase gaster daripada oleh N. vagus. Gejala- tempat, kecuali dari kulit. Pemberian atropin seba-
gejala ulkus peptikum setelah pemberian atropin gai obat tetes mata, terutama pada anak dapal
terutama dikurangi oleh hambatan motilitas lam- menyebabkan absorpsi dalam jumlah yang cukup
bung, inipun memerlukan dosis yang selalu disertai besar lewat mukosa nasal, sehingga menimbulkan
dengan keringnya mulut. Tetapi sekali terjadi blo- elek sistemik dan bahkan keracunan. Untuk men-
kade, maka blpkade akan bertahan untuk waktu cegah hal ini perlu dilakri.kan penekanan kantus
yang agak lama. Atropin hampir tidak mengurangi internus mata setelahj- penetesan obat agar
sekresi cairan pankreas, empedu dan cairan usus, larutan atropin tidak misuk ke rongga hidung,
yang lebih banyak dikontrol oleh faktor hormonal. terserap dan menyebabkan efek sistemik. Dari
Antimuskarinik yang lebih selektif ialah piren- sirkulasi darah, atropin cepat memasuki jaringan
zepin yang afinitasnya lebih jelas pada reseptor M1. dan kebanyakan mengalami hidrolisis enzimatik
Konstante disosiasi pirenzepin pada M1, kira-kira 5 oleh hepar, Sebagian diekskresi melalui ginjal
kali konstante disosiasinya pada M2. dalam bentuk asal.
Pirenzepin bekerja lebih selektif menghambat Antikolinergik sintetik yang merupakan amo-
sekresi asam lambung dan pepsin pada dosis yang nium kuaterner, misalnya skopolamin metilbro-
kurang mempengaruhi organ lain. Sekresi asam mida, lebih sulit diabsorpsi sehingga perlu diberikan
lambung pada malam hari dapat diturunkan sampai dalam dosis yang lebih besar (2,5 mg), tetapi efek
44%. Dengan dosis 100 mg sehari, sekresi saliva sentralnya tidak sekuat atropin karena tidak mele-
dan motilitas kolon berkurang. pengosongan lam- wati sawar darah otak.
bung dan laal pankreas tidak dipengaruhi obat ini. Absorpsi pirenzepin tidak lengkap (20-30%)
OTOT POLOS LAIN. Saluran kemih dipengaruhi dan dipengaruhi adanya makanan dalam lambu49.
oleh atropin dalam dosis agak besar (kira-kira 1 Masa paruh eliminasinya sekitar 11 jam. Sebagian
mg). Pada pielogram akan terlihat dilatasi kaliks, besar pirenzepin diekskresi melalui urin dan leses
pelvis, ureter dan kandung kemih. Hal ini dapat dalam bentuk senyawa asalnya.
mengakibatkan retensi urin, Fletensi urin disebab- Pada pasien gagal"ginjal, kadar obat mening-
kan relaksasi M. delrusor dan konstriksi sfingter kat 30-40%, namun belUm menyebabkan efek tok-
uretra. Bila ringan akan berupa kesulitan miksi yaitu sik. Hemodialisis tidak banyak bermanlaat untuk
penderita harus mengejan sewaktu miksi. Efek an- mempercepat ekskresi obat pada keracunan piren-
tispasmodik pada saluran empedu, tidak cukup kuat zepin.
Antimuskarinik 53

1.3. TOLERANSI Gejala keracunan timbul dalam 15-20 menit'


dimulai dengan pusing, mulut kering, tidak dapat
Toleransi pada manusia dapat terjadi, misal- menelan, berbicara sukar, dan perasaan haus
nya, pad.a penderita parkinsonisme, yang sering sekali karena air liur tidak ada. Penglihatan menjadi
mendapat dosis yang tinggi sekali. Adiksi dan habi- kabur dan daya melihat jarak dekat hilang. Midriasis
tuasi tidak jelas tampak, kadang'kadang terlihat yang hampir maksimal menyebabkan lotofobia'
gejala muntah-muntah, berkeringat dan salivasi Kulit terasa panas, kering dan pada perabaan se'
pada penderita parkinsonisme yang pengobatan- perti bahan beludru, berwarna merah terutama di
nya dihentikan secara mendadak. bagian muka, leher dan bahu. Suhu badan me-
ninggi, terutama pada anak. Jantung berdenyut ce'
pat sekali dan mungkin berupagallop rhythm;halini
1.4. EFEK SAMPING I TOKSIK menyebabkan naiknya tekanan darah. Peristalsis
dihambat sehingga abdomen meteoristik dan bising
Efek samping antimuskarinik hampir semua-
nya merupakhn efek farmakodinamik obat. Pada usus hilang seperti pada ileus paralitik. Miksi sukar
orang muda efek samping mulut kering, gangguan karena atoni kandung kemih dengan akibat ter-
jadinya penyakit infeksi saluran kemih. Gejala-
miksi, meteorisme sering terjadi, tetapi tidak mem-
bahayakan. Pada orang tua efek sentral terutama gejala sentral timbul berupa inkoordinasi, eksitasi'
sindrom demensia, dapat terjadi. Memburuknya bingung dan tidak terkendalinya gerakan otot' Ber-
retensi urin pada pasien dengan hipertrofi prostat bicara dengan baik tak mungkin lagi dan penderita
dan penglihatan pada pasien glaukoma, menye- sering mengigau. Halusinasi bercampur dengan
babkan obat ini kurang diterima. Elek samping gelala-gejala lain, mungkin menyerupai suatu psi-
sentral kurang pada pemberian antimuskarinik yang kosis skizolrenik atau akibat alkoholisme. Pada ke-
bersifat amonium kuaterner. Walaupun demikian adaan yang berat delirium inidapat berakhir dengan
selektivitas hanya berlaku pada dosis rendah dan koma, tekanan darah menurun dan depresi respi-
pada dosis toksik semuanya dapat terjadi. rasi yang dapat menyebabkan kematian. Gejala-
Muka rnerah selelah pemberian atropin bukan gejala ini dapat berlangsung sampai tiga hari dan
alergi melainkan efek samping sehubungan vaso- dalam periode ini harus dijaga kemungkinan kompli-
dilatasi pembuluh darah di wajah. Alergi terhadap kasi jantung dan gangguan keseimbangan elek-
atropin tidak sering ditemukan. trolit.
Atropin dan skopolamin kadang-kadang me- Diagnosis keracunan atropin tldak akan mele'
nyebabkan keracunan, terutama pada anak, karena set, asal saja kemungkinan keracunan ini diingat
kesalahan dalam menghitung dosis, atau sewaktu pada tiap keadaan toksik dengan gejala sentral
meracik obat kombinasi, karena itu atropin tidak ditambah dengan midriasis, kulit merah dan kering
dianjurkan diberikan pada anak di bawah 4 tahun. serta takikardi, Teoritis diagnosis dapat ditegakkan
Telah dijelaskan di atas bahwa kadang-kadang obat bila sesudah suntikan 10 mg metakolin, tidak terlihat
tetes matapun dapat menyebabkan keracunan bila gejala-gejala kolinergik yaitu salivasi, berkeringat'
tidak dilakukan tindakan untuk mengurangi absorp- lakrimasi dan lain-lainny4 framun hal ini jarang di-
sinya. Keracunan terjadi akibat makan buah dari butuhkan. Selain itu setetes urin penderita yang
tanaman yang mengandung alkaloid belladona, pada mata kucing menimbulkan midriasis merupa-
misalnya kecubung. Walaupun gejala keracunan kan uji diagnostik yang mudah dan dapat dipercaya.
obat ini sangat mengeiutkan, kematian iarang ter- Pengobatannya ialah dengan bilas lambung
jadi. Telah dilaporkan bahwa dosis 500-1000 mg bila obat baru saja ditelan dan pemasangan klisma
masih belum merupakan dosis latal. Sebaliknya untuk mempercepat pengeluaran obat ini dari usus'
pada anak, dosis 10 mg mungkin menyebabkan Eksitasi dapat dikurangi dengan barbiturat kerja
kematian, Di RSCM pernah teriadi kematian pada 2 singkat, kloralhidrat atau diazepam dengan dosis
dari 3 anak yang makan beberapa buah kecubung secukupnya saja, Bila ada depresi napas perlu
(Datura Stramonium), Perbedaan dalam dosis latal dilakukan napas buatan. Bila penderita tidak sadar
ini mungkin berdasarkan reaksi idiosinkrasi dan ke- untuk waktu yang agak lama, keseimbangan elek-
pekaan seseorang. Karena itu, tiap keracunan trolit perlu dimonitor dan diperbaiki. Kateterisasi
alkaloid belladona tidak boleh dianggap tidak perlu dikerjakan bila penderita mengalami retensi
berbahaya. Skopolamin mungkin lebih toksik dari' urin. Kamar perlu digelapkan untuk melindungi
pada atropin. retina dari cahaya yang berlebihan'
Farmakologi dan Terapi

Antidotum yang dianjurkan ialah lisostigmin. ngan dosis 50-100 mg. Propantelin Br lebih kuat
Fisostigmin salisilat 2-4 mg SK dapat mengatasi daripada metantelin Br.
semua gejala susunan saraf pusat serta menghi_ Oksifenonium menghambat ganglion lebih
langkan elek anhidrosis. Dapat juga diberikan 1-2 kuat, daripada metantelin bromida. Terutama di-
mg SK setiap 2 jam, sampai penderita dapat me- pakai untuk ulkus peptikum dengan dosis 5 mg.
ngenal lingkungannya. Sikloplegia, inkoordinasi Karamifen dan triheksifenidil terutama digu-
motorik dan xerostomia tidak teratasi pada setiap nakan untuk penyakit Parkinson (Bab 1 3).
penderita. Fisostigmin lebih bermanfaat daripada lpratropium bromida tersedia dalam bentuk
metakolin, karena dapat melalui sawar clarah otak. mete red -d osei n hal er y ang memberikan 20 pg/sem-
Tetapi, pengobatan kausal dengan fisostigmin protan untuk pengobatan tambahan asma bronkial.
tidak dianjurkan untuk keracunan ringan, karena Dosis untuk orang dewasa ialah 2 inhalasi setiap
lisostigmin dapat menimbulkan keracunan yang 3-4 jam (maksimal 12 inhalasi/24 jam).
lebih berbahaya bila dosisnya berlebihan. Pirenzepin. Pirenzepin menghambat reseptor
kolinerglk muskarinik secara selektil. Dewasa ini di-
ketahui ada 2 jenis reseptor muskarinik yaitu resep-
1.5. POSOLOGT tor Mt yang beralinitas tinggi dan reseptor M2 yang
berafinitas rendah terhadap pirenzepin. Reseptor
Dosis atropin umumnya berkisar anlara seper- M1, terutama terdapat di susunan saraf pusat dan
empat sampai 1 mg. Untuk keracunan antikolines- ganglia, sedangkan reseptor Mz umumnya ada di
terase digunakan dosis 2 mglkali (lihat juga Bab 3 organ-organ efektor pasca-ganglion seperti jantung
dan Bab 52). Dosis untuk mengatasi keracunan dan ileum.
kolinergik pada anak adalah 0,04 mg/kgBB, per kali. Dengan dosis 3 x 25 mg/hari faal kandung
kemih tidak dipengaruhi. Dosis terapi untuk tukak
peptik 2 x 50 mg sehari. Obat diberikan 112 - 1 jam
sebelum makan, karena penyerapannya terhambat
2. OBAT SINTETIK MIRIP ATROPIN oleh adanya makanan.

Karena efek tambahan atropin begitu banyak


dan tidak menyenangkan, maka telah disintesis 3. SEDIAAN
banyak zat untuk mendapatkan obat dengan kerja
yang agak selektif. Usaha ini ditujukan untuk men-
dapatkan obat yang bekerja khusus terhadap mala, Banyak sekali me-too drugs dalam golongan
ini yang semuanya tidak memberi keuntungan yang
ulkus peptikum dan penyakit parkinson. pada
mencolok dari segi efektlvitasnya, toksisitas dan
umumnya elek farmakodinamik tidak banyak ber-
beda dengan atropin.
harga. Daftar antikolinergik dapat dilihat dalam
Tabel 4-1.
Ekstrak Beladona ialah ekstrak yang mengan-
dung campuran alkaloid. Homatropin ialah obat
Tabel ZI-1 OBAT ANTIKOLINERGIK
semisintetik, kekuatannya'l/1 0 dari atropin. Hanya
digunakan sebagai midriatik (larutan 2-5 o/o homa-
Nama generik Sediaan
tropin HBr), karena mula kerjanya cepat dan efek-
nya hilang dalam 24 jam. Atropin sulfat 0,25 dan 0,50 mg
Homatropin metilbromida juga obat semi- tablet dan suntikan
sintetik, dipakai sebagai obat antispasmodik (dosis Butropium bromida 5 mg/tablet
oral 2,5-5 mg). Sifat penghambat ganglionnya lebih Ekst. Belladon 10 mg/tablet
nyata daripada atropin. Fentonium bromida 20 mg/tablet
Hiosin N-butilbromida 10 mg/tablet
Skopolamin metilbromida memperlihatkan
efek sentral kurang dari skopolamin, lebih lemah 20 mg/ampul
Skopolamin metil-bromida 1 mg/tablet
daripada atropin, tetapi kerjanya bertahan lebih Oksifenonium bromida 5 mg/tablet
lama, yaitu kira-kira 8 jam. Dosis oral adalah 2,5 mg. Oksifensiklimin HCI 5 mg/tablet
Metantelin bromida memperlihatkan efek Prifinium bromida 15 mg/tablet
penghambat ganglion yang lebih besar daripada Propantelin bromida 15 mg/tablet
atropin, terutama digunakan untuk ulkus peptik de- Pirenzepin 25 mg/tablet
Antimuskarinik 55

INTERAKSI OBAT. Antasid natrium bikarbonat dan SALURAN CERNA. Antikolinergik digunakan untuk
kombinasi magnesium trisilikat + aluminium hidrok- menghambat motilitas lambung dan usus. Teruta-
sid meningkatkan absorpsi pirenzepin sekitar 14- ma dipakai pada ulkus peptikum dan sebagai peng-
20%. obatan simtomatik pada berbagai keadaan misal-
Pi16nzepin tidak diindikasikan untuk penderita nya disentri, kolitis, divertikulitis dan kolik karena
sindrom Zollinger- Ellison, namun bila dikombinasL obat atau sebab lain. Dosis untuk ini biasanya sa-
kan dengan AH2 (misalnya simetidin alau ranitidin) ngat bervariasi dan harus disesuaikan untuk tiap
dapat menghambat produksi asam lambung secara penderita sedemikian rupa, sehingga gejala-gejala
lebih efektil sehingga mencapai keadaan aklor- tambahan dirasakan seminimal mungkin. Alkaloid
hidria. belladona tidak akan mengurangi frekuensi diare
dan untuk ini perlu diberikan pengobatan tambahan
dengan opiat dosis kecil, jika benar diperlukan; atau
4. PENGGUNAAN KLINIS aslringen, adsorben seperti kaolin, dan sebagainya.
Beberapa macam diare yang disertai lahor psikis
perlu tambahan obat penenang. Sedangkan diare
SUSUNAN SARAF PUSAT. Parkinsonisme. Anti-
non-spesifik biasanya akan berhenti sendiri dalam
kolinergik merupakan obat tambahan di samping
beberapa hari bila isi kolon telah bersih, Tentu tidak
levodopa (lihat juga Bab 13), Pemakaian lain ialah
pada mabuk kendaraan (misalnya mabuk laut) boleh dilupakan pemberian oralit bila kehilangan
cairan banyak.
dan untuk ini 0,5-1 ,0 mg skopolamin dapat diguna-
Dalam pengobalan ulkus peplikum, atropin
kan sebagai profilaktik. Antihistamin atau derivat
atau antikolinergik lain dalam dosis yang biasa digu-
lenotiazin sekarang lebih sering digunakan pada
nakan tidak cukup untuk menghambat sekresi asam
mabuk kendaraan.
lambung,
OFTALMOLOGI. Biasanya dipakai lokal untuk me- Pirenzepin berguna sebagai obat tunggal
nimbulkan midriasis pada beberapa keadaan. atau bila dikombinasi dengan antagonis Hz untuk
Misalnya diperlukan untuk melakukan lunduskopi, tukak duodeni dengan dosis 2 x 50 mg sehari. Dosis
menghilangkan daya akomodasi sewaktu pemerik- kurang dari 100 mg/hari tidak memperbaiki angka
saan refraksi dan untuk beberapa keadaan inleksi penyembuhan tukak secara bermakna. Dalam
misalnya iritis, iridosiklitis dan keratitis. lnfeksi mata suatu penelitian pemberian selama 4 minggu dica'
di bagian depan ini sering mengakibatkan perlekat- pai angka penyembuhan tukak sebesar 80%, se-
an antara iris dengan lensa atau kornea. Untuk dangkan ranitidin (300 mg/hari) memberi angka pe-
menghindari ini, iris perlu ditarik jauh dari tempat nyembuhan 87%.
persentuhan dengan lensa. Dosis pirenzepin untuk tukak lambung $ma
Atropin biasanya dipakai dengan kekuatan dengan dosis yang diberikan untuk tukak duode-
larutan 1 %, dua atau tiga tetes larutan ini cukup num, namun diperlukan masa pengobatan yang
untuk menyebabkan midriasis selama beberapa lebih lama (6-8 minggu) dan angka penyembuhan-
hari sampai seminggu. Dalam keadaan infeksi perlu nya pun lebih rendah (18'64%ol.
diberi dua atau tiga kali sehari untuk mendapat elek
penuh. Tentu pengobatan dengan antibiotik harus SALURAN NAPAS. Antikolinergik dapat berguna
untuk mengurangi ekskresi lendir hidung dan salur-
disertakan.
an napas secara simtomatis, misalnya untuk rinitis
Homatropin sebagai obat letes mala (2-5%)
akut, koriza dan hay fever. Terapi antikolinergik
bekerja lebih pendek, yaitu kira-kira24iam.
tidak memperpendek masa penyakit.
Tropikamid 1% diberikan 2 tetes selang 5
lpratropium bromida ialah suatu derivat metil
menit menimbulkan sikloplegia dan midriasis dalam
atropin, jadi juga suatu amonium kuaterner; el6k-
20-35 menit. Fungsi akomodasi kembali dalam 2-6
jam. tivitas sebagai bronkodilator bila diinhalasi tidak
sekuat beta-agonis. Obat ini diindikasikan menga-
Semua penderita yang diberi antikolinergik se-
tasi bronkokonstriksi yang tidak dapat diatasi lagi
bagai obat tetes mata harus diperiksa dahulu untuk
dengan teofilin atau beta-2 agonis atau bila kedua
menentukan adanya glaukoma, karena penyakit ini
obat tersebut tidak terterima oleh pasien.
merupakan kontraindikasi utama antikolinergik. Pe-
Pada bronkitis kronis dan emfisema, ipratro-
ninggian tekanan intraokuler terus-menerus dapat
pium bromida lebih efektif daripada beta-2 agonis
menyebabkan kebutaan.
56 Farmakologi dan Terapi

dan dapat dipertimbangkan sebagai obat pilihan dapat dikatakan konsisten dan untuk ini perlu di-
utama, khususnya untuk anak-anak dan penderita kombinasi dengan petidin atau analgesik lain.
berusia lanjut. Tonus kandung kemih memang dapat berkurang
Pada pemberian secara inhalasi ipratropium dan elek ini menjadi dasar penggunaannya pada
bromida tidak mempengaruhi kekentalan, produksi, keadaan enuresis bersama dengan efedrin. Wa-
maupun proses pembersihan mukus. Obat ini juga laupun demikian pengobatan ini tidak dianjurkan,
praktis tidak diserap sehingga jarang menimbulkan karena efek samping yang lebih mengganggu.
efek samping sistemik.
Elektivitas obat mencapai puncaknya antara Toksikologi. Manfaat antikolinergik pada keracun-
1-2 jam setelah inhalasi dan bertahan 3-5 jam. an antikolinesterase dapat dibaca pada Bab 3 dan
Toleransi tidak terjadi dalam pemakaian sampai 5 Bab 52. Sedangkan pada keracunan jamur, atropin
tahun. Obat inidiperkirakan cukup aman untuk pen- hanya berguna untuk keracunan yang ditandai den-
derita dengan glaukoma atau hipertroli prostat. gan gejala muskarinik (lihat Bab 3).
Atropin berguna untuk mengantagonis gejala
INDIKASI LAIN. Medikasi preanestetik. Atropin parasimpatomimetik yang menyertai pengobatan
berguna untuk mengurangi sekresi lendir jalan kolinergik pada miastenia gravis. Obat ini tidak
napas pada anestesi, lerutama pada anestesi inha-
mengganggu elek kolinergik terhadap otot rangka.
lasi dengan gas-gas yang merangsang. Skopola-
min khususnya, menyebabkan amnesia tentang
hal-hal yang terjadi sewaktu tindakan anestesia. ANTAGONIS RESEPTOR MUSKARINIK DALAM
Kelenjar yang sekresinya dihambat secara baik TAHAP PENGEMBANGAN.
oleh antikolinergik ialah kelenjar keringat dan kelen-
jar ludah. Telenzepin: analog pirenzepin ini juga mengham-
Atropin kadang-kadang berguna untuk meng- bat reseptor muskarinik Mr. Potensinya untuk
hambat N. vagus pada bradikardi atau sinkope aki- menghambat sekresi asam lambung 4-1 0 kali lebih
bat retleks sinus karotis yang hiperaktif. Beberapa tinggi dari pirenzepin.
jenis blok A-V yang disertai dengan hiperaktivitas
vagus dapat diperbaiki dengan atropin, AF-DX 116, metoktramin, dan himbasin. Obat ini
alinitasnya lebih besar terhadap reseplor muska-
Terhadap otot polos. Efek relaksasi uterus oleh rinik Mz di jantung. Obat-obat ini masih dalam iaral
atropin tidak dapat diandalkan dan zat ini hampir pengembangan, diharapkan berguna untuk meng-
tidak berguna untuk nyeri haid. Elektivitasnya ler- atasi sinus bradikardia dan blok AV karena pening-
hadap kolik ginjal atau saluran empedu juga tidak katan tonus vagal.
57
Adrenergik

5. ADRENERGIK
Arini Setiawati

1. Pendahuluan
1.1. Obat adrenergik kerja langsung 4. Adrenergik lain
1.2. Obat adrenergik kerja tidak langsung 4.1. Farmakodinamik
1.3. Pengaruh refleks 4.2. Farmakokinetik
4.3. lntoksikasi, efek samping dan
Kimia kontraindikasi

3. Epinelrin 5. Penggunaan klinik


3.1. Farmakodinamik 5.1. Berdasarkan efek kardiovaskular
3.2. Farmakokinetik 5.2. Asma bronkial
3.3. lntoksikasi, efek samPing 5.3. Reaksi alergi
dan kontraindikasi 5.4. Mata
3.4. Penggunaan klinis 5.5. Berdasarkan efek sentral
3.5. Posologi dan sediaan 5.6. Lain-lain

1. PENDAHULUAN ngaruhi sekresi insulin, renin dan hormon hipofisis;


dan (7) efek prasinaptik, dengan akibat hambatan
atau penin gkatan pen glepasan neurotransmitor NE
Obat golongan ini disebut obat adrenergik ka- dan ACh (secara fisiologis, elek hambatan lebih
rena efek yang ditimbulkannya mirip perangsangan penting). Efek adrenergik tersebut di atas dan
saraf adrenergik, atau mirip efek neurotransmitor reseptor yang memperantarainya dapat dilihat pada
norepinefrin dan epinefrin (yang disebut iuga nor- Tabel 2-1 . Tabel ini mengemukakan secara iingkas
adrenalin dan adrenalin) dari susunan saral sim-
respons berbagai organ efektor terhadap pe-
patis. Golongan obat ini disebut juga obat simpatik
rangsangan adrenergik.
atau simpatomimetik, tetapi nama ini kurang tepat
karena aktivitas susunan saral simpatis ada yang
diperantarai oleh transmitor asetilkolin'
Kerja obat adrenergik dapat dibagi dalam 7 1.1. OBAT ADRENERGIK KERJA
jenis: (1) perangsangan perifer terhadap otot LANGSUNG
polos pembuluh darah kulit dan mukosa, dan ter'
hadap kelenjar liur dan keringat; (2) penghambat- Kebanyakan obat adrenergik bekerja secara
an perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan langsung pada reseptor adrenergik di membran sel
pembuluh darah otot rangka; (3) perangsangan efeitor. Akan tetapi, berbagai obat adrenergik ter-
jantung, dengan akibat peningkatan denyut jan- sebut berbeda dalam kapasitasnya untuk mengak-
tung dan kekuatan kontraksi; (4) perangsangan tifkan berbagai jenis reseptor adrenergik. Misal-
SSP, misalnya perangsangan pernapasan, pening- nya, isoproterenol praktis hanya bekerja pada
katan kewaspadaan, aktivitas psikomotor, dan pe- reseptor p dan sedikit sekali pengaruhnya pada
ngurangan nalsu makan; (5) efek metabolik, misal- reseptor o. Sebaliknya, lenilefrin praktis hanya me-
nya peningkatan glikogenolisis di hati dan otot, lipo- nunjukkan aktivitas pada reseptor cr. Jadi, efek
lisis dan penglepasan asam lemak bebas dari jari' suatu obat adrenergik dapat diduga bilS diketahui
ngan lemak; (6) efek endokrin, misalnya mempe- reseptor mana yang terutama dipengaruhi oleh obat
58
Farmakologi dan Terapi

tersebut. Misalnya isoproterenol, pada dosis yang an obat-obat ini secara terus-menerus dalam waktu
biasa diberikan, hanya mempengaruhi reseptor pr singkat akan menimbulkan takifilaksis (lihat Bab 2
dan B2, dan sedikit sekali mempengaruhi reseptor butir 5.1.).
o,, sehingga akan mempercepat denyut jantung, Pada umumnya, obat yang mempunyai efek
mempdrkuat kontraksi otot jantung dan melebarkan tidak langsung ini juga mempunyai efek langsung
pembuluh darah otot rangka, dengan akibat pening_ pada reseptor adrenergik. Efek langsung ini tentu
katan tekanan darah sistolik dan penurunan tekan_ saja tidak bergantung pada cadangan NE endogen.
an darah diastolik, dan akan merelaksasi bronkus. Adanya efek melalui penglepasan NE endo_
Sebaliknya feniletrin, pada dosis yang biasa diberi_ gen terlihat dari menurunnya efek bila obat inidiberi_
kan, terutama mempengaruhi reseptor a, sehingga kan setelah pemberian reserpin yang mengosong_
akan sedikit sekali mempengaruhi jantung secara kan simpanan NE endogen; efek meningkat kem_
langsung dan tidak merelaksasi bronkus, letapi me- bali setelah pemberian NE secara intravena. pemu_
nyebabkan konstriksi pembuluh darah kulit dan tusan saraf adrenergik menyebabkan ujung saraf_
daerah splanknikus sehingga menaikkan tekanan nya berdegenerasi. Tidak adanya NE endogen di
darah. sini juga akan menyebabkan hilangnya efek tidak
Konsep reseptor a dan p sukar diterapkan langsung dari obat adrenergik pada organ yang
pada efek metabolik dan efek pada SSp. Misainya,
mengalami denervasi. pada pemberian kokain,
urutan potensi NE, Epi, dan lso dalam menimbulkan yang menghambat sistem transport ambilan_1 , ter-
hiperglikemia pada manusia menunjukkan aktivitas jadi hambatan ambilan amin simpatomimetik yang
reseptor a, tetapi efek ini tidak dapat dihambat oleh efeknya tidak langsung maupun yang efeknya
antagonis reseptor o. dan justru antagonis reseptor langsung. Akibatnya, obat-obat adrenergik yang
I yang dapat menghambat efek tersebut. Hal ini eleknya tidak langsung tidak dapat bekerja
sebenarnya tidak mengherankan karena kadar gula sedangkan obat-obat adrenergik yang efeknya
darah dipengaruhi oleh bapyak faktor, dan hanya langsung kerjanya diper-kuat.
beberapa di antaranya yang dipengaruhi oleh obat Telah disebutkan dalam Bab 2 butir 5.1.
adrenergik. Demikian juga pada SSp, sirkuit saraf bahwa obat-obat adrenergik yang dapat melepas-
yang kompleks, yang saling berhubungan satu de- kan NE endogen ini juga ditransport aktif ke dalam
ngan yang lain secara ekstensif, menyukarkan vesikel. Akan tetapi, obat-obat yang tidak mem_
pembedaan antara elek a dan efek p dari obat punyai gugus p-hidroksil (misalnya amfetamin)
adrenergik. tidak lama disimpan dalam vesikel. Hanya obat_
obat yang mempunyai gugus p- hidroksil (misalnya
efedrin) atau yang akan dihidroksilasi dalam vesikel
1.2. OBAT ADRENERGIK KERJA TIDAK oleh dopamin p-hidroksilase (misalnya tiramin.men_
LANGSUNG jadi oktopamin) akan disimpan lama dalam vesikel
dan menjadi transmitor palsu.
Banyak obat adrenergik, misalnya amfetamin Konsep transmitor palsu ini menjelaskan inter_
dan efedrin, bekerja secara tidak langsung, artinya aksi antara tiramin dengan penghambat MAO (MAO
menimbulkan efek adrenergik melalui penglepasan inhibitor = MAOI). Tiramin yang terbentuk dalam
NE yang tersimpan dalam ujung saraf adrenergik. saluran cerna (akibat kerja enzim tirosin dekarbok-
Karenanya, elek obat-obat ini menyerupai efek NE,
silase dari bakteri) biasanya dirusak oleh MAO di
tetapi timbulnya lebih lambat dan masa kerjanya dinding usus dan di hati sehingga tidak mencapai
lebih lama. Obat- obat ini diambil ke dalam ujung sirkulasi. Pemberian MAOI menyebabkan tiramin
saraf adrenergik melalui sistem transport untuk NE yang utuh masuk ke dalam sirkulasi, dibawa ke
dan Epi (secara facititated diffusion) yang disebut ujung saraf adrenergik, diubah menjadi oktopamin
ambilan-1 (lihat Bab 2 butir 5.1) dan bertukar de_ dan disimpan dalam gelembung sinaps, Oleh kare-
ngan NE dalam jumlah yang sama dari poolnya na oktopamin mempunyai aktivitas yang rendah
yang terletak dekat membran plasma (terikat di luar
terhadap reseptor ct maupun p, maka pemberian
maupun di dalam gelembung sinaps). penglepasan
MAOI jangka lama akan mengurangi transmisi
NE oleh obat-obat ini tidak disertai dengan'peng_ adrenergik. Pemberian MAOI bersama makanan
lepasan enzim dopamin B-hidroksilase yang ter_ yang kaya dengan tiramin (misalnya keju, bir,
dapat dalam gelembung sinaps sehingga di- anggur merah, dan hasil fermentasi lainnya) akan
perkirakan tidak mellbatkan eksositosis. pemberi-
menyebabkan tiramin dalam jumlah besar dapat
Adrenergik 59

mencapai ujung saral adrenergik dan menyebab- bekerja langsung pada reseptor adrenergik di peri-
kan penglepasan NE yang masif. Akibatnya dapat fer. Karena itu, obat adrenergik yang tidak mem-
terjadi hiprtnsi krasas sampai infark miokard atau punyai gugus OH pada cincin benzen maupun pada
stroke. atom C-p (misalnya amfetamin, metamletamin) mu-
dah menembus sawar darah otak sehingga menim-
bulkan elek sentral yang kuat. Di samping itu, obat-
1.3. PENGARUH REFLEKS obat ini kehilangan aktivitas perilernya yang lang-
sung, sehingga kerjanya praktis hanya secara tidak
Respons suatu organ otonom terhadap obat langsung. Sebaliknya, katekolamin dengan gugus
adrenergik ditentukan tidak hanya oleh elek lang- OH pada C-p (misalnya Epi, NE dan lso) sukar
sung obat lersebut, tetapi juga oleh relleks homeo- sekali masuk SSP sehingga elek sentralnya mini-
statik tubuh. Misalnya, rangsangan adrenergik cr1 mal. Obat-obat ini bekerja secara langsung dan
menimbulkan vasokonstriksi yang meningkatkan menimbulkan elek periler yang maksimal. Amin
tekanan darah. lni menimbulkan refleks kompen- simpatomimetik dengan 2 gugus OH, pada posisi 3
sasi melalui baroreseptor pada lengkung aorta dan dan 4 (misalnya dopamin dan dobutamin) atau pada
sinus karotis, sehingga tonus simpatis berkurang posisi 3 dan C-B (misalnya fenilefrin, metaraminol)
dan tonus parasimpatis (vagal) bertambah, Akibat- juga sukar masuk SSP sehingga elek sentralnya
nya, vasokonstriksi oleh obat adrenergik ct1 berku- minimal, sedangkan elek perilernya ditimbulkan ler-
rang dan terjadi bradikardi. Metoksamin adalah utama melalui kerja langsung, Obat dengan'1 gugus
contoh obat yang mempunyai efek adrenergik cr1 OH, pada C-p (misalnya eledrin, lenilpropanolamin)
yang hampir murni; obat ini dapat digunakan untuk atau pada cincin benzen (misalnya hidroksiamfeta-
menghentikan takikardi paroksismal, NE, yang di min) mempunyai efek sentral yang lebih lemah dari-
samping elek a juga mempunyai elek gr yang me- pada efek sentral amfetamin (hidroksiamfetamin
rangsang jantung, ternyata juga menimbulkan re- hampir tidak mempunyai efek sentral), dan efek
lleks baroreseptor yang kuat, sehingga timbul bra- periler akibat kerja langsung dan kerja tidak lang-
dikardi. Sebaliknya Epi, selain elek a dan pl yang sung. Gugus OH pada posisi 3 dan 5 bersama
berupa perangsangan, juga mempunyai elek pz gugusOH padaC-p dan substitusiyang besarpada
yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah gugus amino memberikan selektivitas reseptor p2
otot rangka, sehingga peningkatan tekanan darah (efek perifer melalui kerja langsung). Katekolamin
lidak begitu besar. Refleks vagal yang timbul tidak tidak elektil pada pemberian oral dan masa ker-
begitu kuat, sehingga biasanya hasil akhirnya ada- janya singkat karena merupakan substrat enzim
lah takikardi. COMT (katekol-O-metiltransferase) yang banyak
terdapat pada dinding usus dan hati; enzim ini me-
ngubahnya menjadi derivat 3-metoksi yang tidak
aktif. Nonkatekolamin (tidak ada atau hanya satu
2.KIMIA substitusi OH pada cincin benzen, atau gugus OH
pada posisi 3 dan 5) bukan substrat enzim COMT,
Obal adrenergik, yang juga dikenal sebagai sehingga meningkatkan efektivitas oral dan mem-
amin simpatomimetik, mempunyai struktur dasar perpanjang masa kerla obat, misalnya efedrin dan
p-feniletilamin, yang terdiri dari inti aromatis berupa terbutalin.
cincin benzen dan baglan alifatis berupa etilamin
(Tabel 5-2). Substitusi dapat dilakukan pada cincin
Substitusi pada atom C-cr menghambat oksidasi
amin simpatomimetik oleh enzim monoamin oksi-
benzen maupun pada atom C-a, atom C-B, dan
gugus amino dari etilamin.
dase (MAO) menjadi asam mandelat yang tidak
aktil. Karena selain MAO, COMT juga berperan
Substitusi pada cincin benzen dan pada atom dalam biotransformasi amin simpatomimetik, maka
C-p. Amin simpatomimetik dengan substitusi gugus hambatan MAO hanya akan mempunyai arti bila
OH pada posisi 3 dan 4 dari cincin benzen disebut COMT juga dihambat. Jadi substitusi pada atom
katekolamin (o-dihidroksibenzen disebut katekol) C-a, hanya akan meningkatkan elektivilas oral dan
Substitusi gugus OH yang polar pada cincin benzen memperpanjang masa kerja amin simpatomimetik
atau pada atom C-p mengurangi kelarutan obat yang tidak mempunyai substitusi 3-OH pada inti
dalam lemak dan memberikan aktivitas untuk benzen (misalnya efedrin, amfetamin), tetapi tidak
60 Farmakologi dan Terapi

memperpanjang masa kerja amin simpatomimetik Elek Epi terhadap reseptor p2 masih ada pada
yang mempunyai substitusi 3-OH (misalnya etil- kadar yang rendah ini, dan menyebabkan hipotensi
norepinefrin). Karena MAO merusak amin simpato- sekunder pada pemberian Epi secara sisternik. Jlka
mimetik di dalam ujung saraf adrenergik, maka obat sebelum Epi telah diberikan suatu penghambat re-
yang. resisten terhadap MAO dapat lebih banyak septor cr, maka pemberian Epi hanya menimbulkan
melepaskan NE endogen (mempunyai elek tidak vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Gejala
langsung yang lebih besar). ini disebut epinephrine reversal. Suatu kenaikan
tekanan darah yang tidak begitu jelas mungkin tim-
Substitusi pada gugus amino. Makin besar gugus
bul sebelum penurunan tekanan darah ini; kenaikan
alkil pada atom N, makin kuat aktivitas p, seperti
yang selintas ini akibat stimulasijantung oleh Epi.
lerlihat pada lso > Epi > NE. Mdkin kecil gugus alkil
Pada manusia, pemberian Epi dalam dosis
pada atom N, makin kuat aktivitas a', dengan gugus
terapi yang menimbulkan kenaikan tekanan darah
metil memberikan aklivitas cr yang paling kuat, se-
tidak menyebabkan konstriksi arteriol otak, tetapi
hingga urutan aktivitas a : Epi > NE >> lso.
menimbulkan peningkatan aliran darah otak.
lsomeri optik. Substitusi yang bersifat levorotatory Epi dalam dosis yang tidak banyak mempe-
pada atom C- p disertai aktivitas perifer yang lebih ngaruhi tekanan darah, meningkatkan resistensi
kuat. Dengan demikian, l-epinefrin dan l-norepine- pembuluh darah ginjal dan mengurangi aliran darah
lrin mempunyai efek periler 2 10 kali lebih kuat ginjal sebanyak 40%. Ekskresi Na, K, dan Cl berku-
daripada isomer dekstronya. Sebaliknya, substitusi rang; volume urin mungkin bertambah, berkurang
yang bersifat dextrorotatory pada atom C-a menye- atau tidak berubah.
babkan elek sentral yang lebih kuat, misalnya d-am- Tekanan darah arteri maupun vena paru me-
letamin mempunyai efek sentral lebih kuat daripada ningkat oleh Epi. Meskipun terjadi konstriksi pem-
l-amletamin. buluh darah paru, redistribusi darah yang berasal
dari sirkulasi sistemik akibat konstriksi vena-vena
besar juga berperan penting dalam menimbulkan
kenaikan tekanan darah paru. Dosis Epi yang ber-
3.EPINEFRIN lebih dapat menimbulkan kematian karena udem
paru.

3.1. FARMAKODINAMlK Arteri koroner. Epi meningkatkan aliran darah ko-


roner. Di satu pihak Epi cenderung menurunkan
Pada umumnya, pemberian Epi menimbulkan aliran darah koroner karena kompresi akibat pe-
elek mirip stimulasi saral adrenergik. Ada beberapa ningkatan kontraksi otot jantung, dan karena vaso-
perbedaan karena neurotransmitor pada saral adre- konstriksi pembuluh darah koroner akibat elek
nergik adalah NE. Efek yang paling menonjol ada- reseptor cr. Di lain pihak Epi memperpanjarig wahu
lah efek terhadap jantung, otot polos pembuluh diastolik, meningkatkan tekanan darah aorta, dan
darah dan otot polos lain. menyebabkan dilepaskannya adenosin, suatu me-
tabolit yang bersifat vasodilator, akibat peningkatan
KARDIOVASKULAR. Pembuluh darah. Efek vas- kontraksi jantung dan konsumsi oksigen miokard;
kular Epi terutama pada arteriol kecil dan sfingter semuanya ini akan meningkatkan aliran darah
prekapiler, tetapi vena dan arteri besar juga dipe- koroner. Autoregulasi metabolik merupakan faktor
ngaruhi. Pembuluh darah kulit, mukosa dan ginjal yang dominan, sehingga hasil akhirnya adalah
mengalami konstriksi akibat aktivasi reseptor a oleh vasodilatasi dan peningkatan aliran darah koroner.
Epi. Pembuluh darah otot rangka mengalami di- Tetapi, elek Epi ini tidak dapat dimanlaatkan pada
latasi oleh Epi dosis rendah, akibat aktivasi reseptor keadaan iskemia miokard, karena manlaal pening-
Fe yang mempunyai alinitas lebih besar pada Epi kalan aliran darah ditiadakan oleh bertambahnya
dibandingkan dengan reseptor a. Epi dosis tinggi kerja miokard akibat perangsangan langsung oleh
bereaksi dengan kedua jenis reseptor. Dominasi Epi.
reseptor a menyebabkan peningkatan resistensi
perifer yang berakibat peningkatan tekanan darah. Jantung. Epi mengaktivasi reseptor pt di otot jan-
Pada waktu kadar Epi menurun, elek terhadap re- tung, sel pacu jantung dan jaringan konduksi. lni
septor cr yang kurang sensitif lebih dulu menghilang. merupakan dasar efek inotropik dan kronotropik
positil Epi pada jantung.
61
Adrenergik

Epi mempercepat depolarisasi lase 4, yakni reseptor p2 di pembuluh darah otot rangka, di mana
depolarisasi lambat sewaktu diastole, dari nodus aliran darah bertambah. Karena kenaikan lekanan
sino-atrial (SA) dan sel otomatik lainnya, dengan darah tidak begitu besar, relleks kompensasi vagal
demikian mempercepalfiring rate pacu jantung dan yang melawan elek langsung Epi terhadap iantung
merangsang pembentukan lokus ektopik dalam juga tidak begitu kuat. Dengan demikian, denyut
ventrikel. Dalam nodus SA, Epi juga menyebabkan jantung, curah jantung, curah sekuncup dan kerja
perpindahan pacu jantung ke sel yang mempunyai ventrikel meningkat akibat stimulasi langsung pada
liring rate lebih cepat. jantung dan peningkatan alir balik vena (venous
Epi mempercepat konduksi sepanjang jaring- return). Biasanya elek vasodilatasi Epi mendomi-
an konduksi, mulai dari atrium ke nodus alrioven- nasi sirkulasi; kenaikan tekanan sistolik terutama
trikular (AV), sepanjang bundle of His dan serat disebabkan oleh peningkatan curah jantung.
Purkinje sampai ke ventrikel. Epi juga mengurangi OTOT POLOS. Elek Epi pada otot polos berbagai
blokade AV yang terjadi akibat penyakit, obat atau organ bergantung pada jenis rsseptor adrenergik
aktivitas vagal. Selain itu Epi memperpendek pe- pada otot polos yang bersangkutan.
riode refrakter nodus AV dan berbagai bagian ian-
tung lainnya. Saluran cerna. Melalui reseplor ct dan pe, Epi me-
Epi memperkuat kontraksi dan mempercepal nimbulkan relaksasi otot polos saluran cerna pada
relaksasi. Dalam mempercepat denyut jantung umumnya: tonus dan motilitas usus dan lambung
dalam kisaran lisiologis, Epi memperpendek waktu berkurang. Reseptor ar dan p2 terdapat pada mem-
sislolik tanpa mengurangi waktu diastolik. bran sel otot polos sedangkan reseptor ae pada
Akibalnya, curah jantung bertambah, tetapi membran saral mienterik kolinergik. Aktivasi resep-
kerja jantung dan pemakaian oksigen sangat ber- lor cr2 menyebabkan hambatan penglepasan ACh.
tambah, sehingga elisiensi jantung (kerja diban- Pada slingter pilorus dan ileosekal, Epi menim-
dingkan dengan pemakaian oksigen) berkurang. bulkan kontraksi melalui aktivasi reseptor ctl'
Dosis Epi yang berlebih di samping menyebabkan
tekanan darah naik sangat tinggi, juga menimbul- Uterus. Otot polos uterus manusia mempunyai
kan kontraksi ventrikel prematur, diikuti takikardi reseptor crr dan p2. Responsnya terhadap Epi ber-
ventrikel, dan akhirnya librilasi ventrikel. beda-beda, iergantung pada lase kehamilan dan
dosis yang diberikan. Selama kehamilan bulan ter-
Tekanan darah. Pemberian Epi lV dengan cepat akhir dan diwaktu partus, Epi menghambat tonus
(pada hewan) menimbulkan kenaikan tekanan da' dan kontraksi uterus melalui reseptor Fz; elek ini
rah yang cepat dan berbanding langsung dengan tidak mempunyai arti klinis karena singkat dan di-
besarnya dosis. Kenaikan sistolik lebih besar dari- sertai elek kardiovaskular. Tetapi p2-agonis yang
pada kenaikan diastolik, sehingga tekanan nadi lebih selektil seperti ritodrin atau terbutalin ternyata
membesar. Tekanan darah kemudian turun sampai efektil untuk menunda kelahiran prematur'
di bawah normal sebelum kembali pada tekanan .Kandung kemih. Epi menyebabkan relaksasi otot
semula. Kenaikan tekanan darah disebabkan oleh
detrusor melalui reseptor Fz dan kontraksi otot tri-
perangsangan jantung dan terutama oleh konstriksi
gon dan slingter melalui reseptor o1, sehingga da-
arteriol kulit, mukosa dan ginjal, serta konstriksi
pat menimbulkan kesulitan urinasi serta retensi urin
vena, Denyut nadi mula-mula bertambah cepat, ke-
dalam kandung kemih.
mudian dapat menjadi sangat lambat pada waklu
tekanan darah mencapai puncaknya karena pe- Pernapasan. Epi mempengaruhi pernapasan ter-
ngaruh kompensasi vagal. Turunnya tekanan darah utama dengan cara merelaksasi otot bronkus mela-
di bawah normal yang ditimbulkan oleh dosis kecil' lui reseptor Fz. Elek bronkodilatasi ini jelas sekali
atau oleh dosis besar padalase akhir, adalah akibat bila sudah ada kontraksi otot polos bronkus karena
aktivasi hanya reseptor Pe. asma bronkial, histamin, ester kolin, pilokarpin, bra'
Pemberian Epi pada manusia secara SK atau dikinin, zat penyebab analilaksis yang bereaksi lam-
secara lV dengan lambat menyebabkan kenaikan bat (SRS-A), dan lain-lain. Di sini Epi bekerja seba-
tekanan sistolik yang sedang dan penurunan tekan- gai antagonis fisiologik. Pada asma, Epi juga
an diastolik. Tekanan nadi bertambah besar, tetapi menghambat penglepasan mediator inflamasi dari
tekanan darah rata-rala (mean arterial pressure) sel-sel mast melalui reseptor 02, serta mengurangi
jarang sekali menunjukkan kenaikan yang besar' sekresi bronkus dan kongesti mukosa melalui
Resistensi perifer berkurang akibat kerja Epi pada reseptor di.
62
Farmakologi dan Terapi

SUSUNAN SARAF PUSAT. Epi pada dosis terapi Mata. Midriasis mudah lerjadi pada perangsangan
tidak mempunyai efek stimulasi SSp yang kuat simpatis tetapi tidak bila Epi diteteskan pada kon-
karena obat ini relatif polar sehingga sukar masuk yungtiva mata normal. Tetapi, Epi biasanya menu-
SSP. Tetapi pada banyak orang Epi dapat menim- runkan tekanan intraokuler yang normal maupun
bulkan kegelisahan, rasa kuatir, nyeri kepala dan pada penderita glaukoma sudut lebar. Timbulnya
tremor; sebagian karena efeknya pada sistem kar- efek ini mungkin karena berkurangnya pemben-
diovaskular. tukan cairan mata akibat vasokonstriksi dan karena
bertambahnya aliran ke luar. Anehnya, timolol,
PROSES METABOLIK. Epi menstimutasi gtikoge- suatu B-bloker, juga mengurangi tekanan intrao-
nolisis di sel hati dan otot rangka melalui reseptor kuler dan elektif untuk pengobatan glaukoma.
p2; glikogen diubah menjadi glukosa-l-fosfat dan Otot rangka. Epi tidak langsung merangsang otot
kemudian glukosa-6-fosfat. Hati mempunyai glu- rangka, tetapi melalui aktivasi reseptor ct dan p pada
kosa-6-fosfatase tetapi otot rangka tidak, sehingga ujung saraf somatik, Epi meningkatkan inlluks Ca++
hati melepas glukosa sedangkan otot rangka mele- (reseptor a) dan meningkatkan kadar siklik AMp
pas asam laktat. Epi juga menyebabkan pengham-
intrasel (reseptor p) sehingga meningkatkan peng-
batan sekresi insulin akibat dominasi aktivasi lepasan neurolransmitor ACh pada setiap impuls
reseptor d,2 yang menghambat, terhadap aktivasi
dan terjadi lasilitasi transmisi saraf-otot. Hal ini ter-
reseptor p2 yang menstimulasi sekresi insulin. Se-
jadi terutama setelah stimulasi saral somatik yang
lain itu Epi menyebabkan berkurangnya ambilan
(uptake) glukosa oleh jaringan perifer, sebagian terus-menerus. Epi dan p2-agonis memperpendek
akibat eleknya pada sekresi insulin. Akibatnya, ter- masa aktil otot merah yang kontraksinya lambat
jadi peningkatan kadar glukosa dan laktat dalam (dengan mempercepat sekuestrasi Ca*+ dalam
darah, dan penurunan kadar glikogen dalam hati sitoplasma) sehingga stimulasi saral pada kece-
dan otot rangka. patan lisiologis menyebabkan kontraksi otot yang
Epi melalui aktivasi reseptor ps meningkatkan terjadi tidak bergabung dengan sempurna dan den-
aktivitas lipase trigliserida dalam jaringan lemak, gan demikian kekuatan kontraksinya berkurang.
sehingga mempercepat pemecahan trigliserida Elek ini disertai dengan peningkatan aktivitas listrik
menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Akibatnya,
dari otot (akibat aktivasi reseptor p) sehingga me-
nyebabkan terjadinya tremor yang merupakan efek
kadar asam lemak bebas dalam darah meningkat.
samping pada penggunaan p2-agonis sebagai
Elek kalorigenik Epi terlihat sebagai pening-
bronkodilator.
katan pemakaian oksigen sebanyak 20 sampai 30%
pada pemberian dosis terapi. Elek ini terutama dise- Pembekuan darah. Epi mempercepat pembekuan
babkan oleh peningkatan katabolisme lemak, yang darah. Mekanismenya diduga melalui peningkatan
menyediakan lebih banyak substrat untuk oksidasi. aktivitas faktor V.
Suhu badan sedikit meningkat, hal ini antara
lain disebabkan vasokonstriksi di kulit.
3.2. FARMAKOKINETIK
LAIN-LAIN. Kelenjar. Efek Epi terhadap berbagai ABSORPSI. Pada pemberian oral, Epi tidak men-
kelenjar tidak nyata; kebanyakan kelenjar menga- capai dosis terapi karena sebagian besar dirusak
lami penghambatan sekresi, sebagian disebabkan oleh enzim COMT dan MAO yang banyak terdapat
berkurangnya aliran darah akibat vasokonstriksi. pada dinding usus dan hati. Pada penyuntikan SK,
Epi merangsang sekresi air mata dan sedikit sekresi absorpsi yang lambat terjadi karena vasokonstriksi
mukus dari kelenjar ludah. Aktivitas pilomotor tidak lokal, dapat di percepat dengan memijat tempat
suntikan. Absorpsi yang lebih cepat terjadi dengan
limbul setelah pemberian Epi secara sistemik, tetapi
penyuntikan lM. Pada pemberian lokal secara in-
timbul setelah penyuntikan intradermal larutan Epi
halasi, eleknya terbatas terutama pada saluran
atau NE yang sangat encer; demikian juga dengan
napas, tetapi elek sistemik dapat terjadi, terutama
pengeluaran keringat dari kelenjar keringat apokrin bila digunakan dosis besar.
di telapak tangan dan beberapa tempat lain (adre-
nergic sweating). Efek-efek ini dihambat oleh c- BIOTRANSFORMAST DAN EKSKRESt. Epi srabit
dalam darah. Degradasi Epi terutama terjadi dalam
bloker.
hati yang banyak mengandung kedua enzim COMT
Adrenergik 63

dan MAO, tetapijaringan lain juga dapat merusak darah dapat menyebabkan hipertensi yang berat
zat ini. Sebagian besar Epi mengalami biotransfor- dan perdarahan otak.
masi, mula-mula oleh COMT dan MAO, kemudian
terjadi oksidasi, reduksi dan/atau konjugasi, menja-
di metanelrin, asam 3-metoksi-4-hidroksimandelal, 3.4. PENGGUNAAN KLINIS
3-metoksi-4-hidroksifeniletilenglikol, dan bentuk
Manlaat Epidalam klinik berdasarkan eleknya
konjugasi glukuronat dan sullat. Metabolit-metabolit
terhadap pembuluh darah, jantung dan otot polos
ini bersama Epi yang tidak diubah dikeluarkan bronkus. Penggunaan paling sering ialah untuk
dalarn urin. Pada orang normal, jumlah Epi yang
menghilangkan sesak napas akibat bronkokons-
utuh dalam urin hanya sedikit. Pada penderita leo-
triksi, untuk mengatasi reaksi hipersensitivitas ter-
kromositoma, urin mengandung Epi dan NE utuh
hadap obat maupun alergen lainnya, dan untu*
dalam jumlah besar bersama metabolitnya.
memperpanjang masa kerja anestetik lokal. Epi
juga dapat digunakan untuk merangsang jantung
pada waktu henti jantung oleh berbagai sebab.
3.3. INTOKSIKASI, EFEK SAMPING DAN
Secara lokal obat ini digunakan untuk menghen-
KONTRAINDIKASI tlkan perdarahan kapiler. Penggunaan lain dapat
dilihat pada akhir bab ini.
Pemberian Epi dapat menimbulkan gelala
seperti perasaan takut, khawatir, gelisah, tegang,
nyeri kepala berdenyut, tremor, rasa lemah, pusing, 3.5. POSOLOGI DAN SEDIAAN
pucat, sukar bernapas dan palpitasi. Gelala-gejala
ini mereda dengan cepat setelah istirahat. Pen- Epinefrin adalah isomer L
derita hipertiroid dan hipertensi lebih peka terhadap Suntikan epinefrin adalah larutan steril 1 :

efek-efek tersebut di atas maupun terhadap elek 1.000 Epi HCI dalam air untuk penyuntikan SK; ini
pada sistem kardiovaskular. Pada penderita psiko- digunakan untuk mengatasi syok anafilaktik dan
neurotik, Epi memperberat gejala-gejalanya, reaksi-reaksi hipersensitivitas akut lainnya. Dosis
Dosis Epi yang besar atau penyuntikan lV dewasa berkisar antara 0.2-0,5 mg (0,2-0,5 ml larut-
cepat yang lidak disengaja dapat menimbulkan per- an 1 : 1.000). Untuk penyuntikan lV, yang jarang
darahan otak karena kenaikan tekanan darah yang dilakukan, larutan ini harus diencerkan lagi dan
hebat. Bahkan penyuntikan SK 0,5 ml larutan 1 : harus disuntikkan dengan sangat perlahan-lahan.
1000 dapat menimbulkan perdarahan subaraknoid Dosisnya jarang sampai0,25 mg, kecualipada henti
dan hemiplegia. Untuk mengatasinya, dapat diberi- jantung, dosis 0,5 mg dapat diberikan tiap 5 menit.
kan vasodilator yang kerjanya cepat, misalnya nitrit Penyuntikan intrakardial kadang-kadang dilakukan
atau natrium nitroprusid; a-bloker mungkin luga ber- untuk resusitasi dalam keadaan darurat (0,3-0,5
guna. ms).
Epi dapat menimbulkan aritmia ventrikel. Fibri- lnhalasi epinefrin adalah larutan lidak steril
lasi ventrikel bila terjadi, biasanya bersilal fatal; ini 10/o Epi HCI atau 2o/o Epi bitartrat dalam air untuk
terutama terjadi bila Epi diberikan sewaktu anes- inhalasi oral (bukan nasal) yang digunakan untuk
tesia dengan hidrokarbon berhalogen, alau pada menghilangkan bronkokonslriksi.
penderita penyakit jantung organik. Pada penderita Epinefrin tetes mata adalah larutan 0,'l-2%
asma bronkial yang sudah lama dan menderita em- Epi HCl, 0,5-20/o Epi borat dan 20/o Epi bitartrat.
fisema, yang sudah mencapai usia di mana penya-
kit jantung degeneratil sering terdapat, pemberian
Epi harus sangat hati-hati. Pada penderita syok, Epi
4. ADRENERGIK LAIN
dapat memperberat penyebab dari syok. Pada pen-
derita angina pektoris, Epi mudah menimbulkan
serangan karena obat ini meningkatkan kerja jan- Di sini akan dibicarakan bersama berbagai
tung sehingga memperberat kekurangan akan ke- obat adrenergik yang lain. Obat adrenergik yang ter-
butuhan oksigen. masuk katekolamin (epinefrin, norepinelrin, isopro-
Epi dikontraindikasikan pada penderita yang terenol, dopamin dan lain-lain; Tabel 5-1) pada
mendapat cr-bloker nonselektif, karena kerjanya umumnya menimbulkan efek adrenergik melalui
yang tidak terimbangi pada reseptor a, pembuluh kerja langsung pada reseptor adrenergik.
64 Farmakologi dan Terapi

Tabel5-1. STUKTUR KIMIA OBAT-OBAT ADRENERGIK

0
cH-
c cH-
cl NH

I I

Feniletilamin H H H

Tiramin 4-OH H H H

Epinefrin (Adrenalin) 3-OH, 4-OH OH H cHg

Norepinefrin (Noradrenalin) 3-OH,4-OH OH H H

Etilnorepinefrin 3-OH, 4-OH OH cH2cH3 H

lsoproterenol (lsoprenalinl 3-OH.4-OH OH H cH (cH3)2

lsoetarin 3-OH, 4-OH OH cH2cH3 cH (cH3)2

3-OH, 4-OH H H-
Dopamin H
,/_ \
Dobutamin 3-OH, 4-OH H H (cH,){))oH
?H-
cH.
Amfetamin H cH. H

Metamfetamin H cHs cH.


Efedrin OH cHg cHs

Fen ilpropanolamin OH cHt H

Mefentermin H c (cH3)2 cHg

Hidroksiamfetamin 4-OH H cHs H

Metaraminol 3-OH OH cH. H

Fenilefrin 3-OH OH H cH.


Metoksamin 2-OCH3' s-OCH3 OH cHs H

Metaproterenol (Orsiprenalin) 3-OH, s-OH OH H cH (cH3)2

Terbutalin 3-OH, s-OH OH H c (cH3)3

Fenoterol 3-OH, s-OH OH H


?H-CH,-(C)OH
cH.
Salbutamol (Albuterol) 3-CH2OH' 4-OH OH H c (cH3l3

Ritodrin 4-OH OH cH. cH,_cH,{o>oH


Fenfluramin 3-CF3 H cH. C,H,
Adrenergik 65

Obat adrenergik nonkatekolamin (amfetamin, 4.1. FARMAKODINAMIK


efedrin, lenilefrin dan lain-lain; Tabel 5-1), eleknya
sebagian melalui penglepasan NE endogen, dan NOREPINEFRIN. Obat ini Juga dikenal sebagal
sebagian lagi akibat kerja langsung pada reseptor levarterenol, l- arterenol atau l-noradrenalin, dan
adrenergik. Perbandingan antara kerja langsung merupakan neurotransmitor yang dilepas oleh serat
dan kerja tidak langsung pada berbagai nonkatekol- pasca ganglion adrenergik.
amin sangat bervariasi, tergantung dari obatnya, NE bekerja terutama pada reseptor o, tetapi
jaringannya, dan spesiesnya. eleknya masih sedikit lebih lemah bila dibandingkan
Karena elek NE pada reseptor o dan gr lebih dengan Epi. NE mempunyai elek Fr pada iantung
yang sebanding dengan Epi,letapielek Fz nya jauh
nyata daripada eleknya pada reseptor Fz, maka
lebih lemah daripada Epi.
nonkatekolamin yang kerjanya terutama melalui
lnlus NE pada manusia menimbulkan pening-
penglepasan NE juga menunjukkan efek reseptor o
katan tekanan diastolik, tekanan sistolik, dan biasa-
dan efek jantung yang lebih nyata. Tetapi karena
nya juga tekanan nadi. Resistensi perifer meningkat
banyak nonkatekolamin juga mempunyai kerja
sehingga aliran darah melalui ginjal, hati, dan juga
langsung pada reseptor adrenergik, maka tergan-
otot rangka berkurang. Filtrasl glomerulus msnurun
tung pada silat kerja langsung ini dan pada perban- hanya bila aliran darah ginjal sangat berkurang.
dingannya terhadap kerja yang tidak langsung, non- Relleks vagal memperlambat denyut Jantung, mo-
katekolamin dapat saja mempunyai efek yang ber- ngatasi efek langsung NE yang mempercepatnya.
beda dari efek NE. Misalnya : efedrin mempunyai Perpanjangan waktu pengisian Jantung akibat per-
elek 0z yang hampir tidak dipunyai NE; lenilefrin, lambatan denyut jantung ini, disertai venokonstriksl
yang terutama bekerja langsung, tidak mempunyai dan peningkatan kerja jantung akibat lek langsung
elek 0r dari NE. NE pada pembuluh darah dan jantung, msngakibat-
Berbeda dengan katekolamin, kebanyakan kan peningkatan curah sekuncup. Tetapi curah jan-
nonkatekolamin dapat diberikan secara oral, dan tung tidak berubah atau bahkan berkurang. Aliran
banyak di antaranya mempunyai masa kerja yang darah koroner meningkat, mungkin karena dilatasi
cukup lama. Hal ini disebabkan selain oleh resisten- pembuluh darah koroner akibat peningkatan kerja
si obat-obat ini terhadap COMT dan MAO, juga jantung, dan karena peningkatan tekanan darah.
karena diberikannya dalam jumlah yang relatif Penderita angina Prinzmetal mungkin supersensi-
besar. Berbeda dengan katekolamin yang sukar tif terhadap elek vasokonstriksi a-adrenergik dari
sekali melewati sawar darah-otak, lenilisopropila- NE, Epi dan perangsangan simpatis. Pada pende-
min (amfetamin dan metamfetamin; Tabel 5-1) me- rita ini, NE dapat mengurangi aliran darah koroner,
lewatinya dengan mudah dan ditemukan dalam sehingga terjadi serangan angina saat islirahat dan
jaringan otak dan cairan serebrospinalis dalam bila hebat sampaiterjadi inlark miokard. Berlainan
dengan Epi, NE dalam dosis kecil tidak menimbul-
kadar yang tinggi. Hal ini merupakan salah satu
kan vasodilatasi maupun penurunan tekanan
sebab bagi efek sentralnya yang relatil kuat.
darah, karena NE boleh dikatakan tidak mempunyai
Penderita yang sedang diobati dengan peng-
elek terhadap reseptor p2 pada pembuluh darah
hambat MAO tidak boleh diberi nonkatekolamin
otot rangka.
atau makan makanan yang beragi, seperti keju, bir
Elek metabolik NE mirip Epi tetapi hanya tim-
dan anggur. Makanan beragi mengandung banyak
bul pada dosis yang lebih besar.
tiramin yang biasanya dirusak oleh MAO di dinding
usus dan hati sehingga tidak pernah mencapai sir- ISOPROTERENOL. Obat ini, yang juga dikenalsa-
kulasi sistemik. Dengan adanya penghambat MAO, bagai isopropilnorepinelrin, isopropilarterenol dan
tiramin dalam jumlah besar mencapai sirkulasi sis- isoprenalin, merupakan amin simpatomimetik yang
temik dan melepaskan NE yang sama banyaknya kerjanya paling kuat pada semua reseptor p, dan
dari ujung saral adrenergik, akibatnya dapat terjadi hampir tidak bekerja pada reseptor q.
krisis hipertensi. Obat adrenergik yang resisten ter- lsoproterenol tersedia dalam bentuk dl (campuran
hadap MAO sekalipun jangan diberikan bersama rasemik).
penghambat MAO karena yang terakhir ini akan lnlus isoproterenol pada manusia menurun-
memperkuat elek NE endogen yang dilepaskan kan resistensi perifer, terutama pada otot rangka,
oleh obat tadi. letapijuga pada ginjal dan mesenterium, sehingga
Farmakologi dan Terapi

tekanan diastolik menurun. Curah jantung me- terium dengan hanya sedikit peningkatan di tempat-
ningkat karena efek inotropik dan kronotropik positil tempat laln. Dengan demikian dopamin meningkat-
yang langsung dari obat. Pada dosis isoproterenol kan tekanan sistolik dan tekanan nadi tanpa me-
yang biasa diberikan pada manusia, peningkatan ngubah tekanan diastolik (atau sedikit meningkat).
curah'jantung umumnya cukup besar untuk mem- Akibatnya, dopamin terutama berguna untuk ke-
pertahankan atau meningkatkan tekanan sistolik, adaan curah jantung rendah disertai dengan gang-
tetapi tekanan rata-rata menurun. Aliran darah gin- guan fungsi ginjal, misalnya syok kardiogenik dan
jal sangat ditingkatkan pada penderita dengan syok hipovolemik. Pada kadar yang tinggi dopamin me-
kardiogenik maupun syok septik. Tekanan darah nyebabkan vasokonstriksi akibat aktivasi reseptor
paru tidak berubah. Dosis isoproterenol yang lebih crr pembuluh darah. Karena itu bila dopamin digu-
besar menimbulkan penurunan tekanan darah rata- nakan untuk syok yang mengancam jiwa, tekanan
rata yang hebat. darah dan lungsi ginjal harus dimonitor. Reseptor
lsoproterenol, melalui aktivasi reseptor B2, dopamin juga terdapat dalam otak, tetapi dopamin
menimbulkan relaksasi hampir semua jenis otot yang diberikan lV, tidak menimbulkan efek sentral
polos. Elek inijelas terlihat bila tonus otot tinggi, dan karena obat ini sukar melewati sawar darah-otak,
paling jelas pada otot polos bronkus dan saluran
cerna. lsoproterenol bekerja sebagai antagonis DOBUTAMIN. Senyawa ini mirip dopamin, dengan
fisiologik dalam mencegah atau mengurangi bron- substitusi yang besar pada gugus amino. Dobu-
kokonstriksi yang disebabkan oleh obat atau pada tamin merupakan campuran rasemik dari kedua
asma bronkial, tetapi toleransi terhadap efek ini isomer I dan d. lsomer I adalah d,t-agonis yang
timbul bila obat digunakan secara berlebihan. Pada poten sedangkan isomer d a1-bloker yang poten.
asma, selain menimbulkan bronkodilatasi, isoprote- Sifat agonis isomer I dominan, sehingga terjadi
renol juga menghambat penglepasan histamin dan vasokonstriksi yang lemah melalui aktivasi reseptor
mediator-mediator inllamasi lainnya akibat reaksi crr. lsomer d 10 kali lebih poten sebagai agonis
antigen-antibodi; efek inijuga dimiliki oleh pz-agonis reseptor p daripada isomer I dan lebih selektif untuk
yang selektif. lsoproterenol mengurangi tonus dan reseptor p1 daripada pe,
motilitas otol polos usus, dan menghambat motilitas Dobutamin menimbulkan efek inotropik yang
uterus. lebih kuat daripada efek kronotropik dibandingkan
Efek hiperglikemik isoproterenol lebih lemah isoproterenol. Hal ini mungkin disebabkan karena
dibandingkan dengan Eoi, antara lain karena obat resistensi periler yang relatil tidak berubah (akibat
ini menyebabkan sekresi insulin melalui aktivasi re- vasokonstriksi melalui reseptor a1 diimbangi oleh
septor p2 pada sel-sel beta pankreas, lsoproterenol vasodilalasi melalui reseptor p2) sehingga tidak me-
lebih kuat dari Epi dalam menimbuikan elek peng- nimbulkan refleks takikardi, atau karena reseptor
lepasan asam lemak bebas dan efek kalorigenik. o1 di jantung menambah elek inotropik obat ini.
Pada dosis yang menimbulkan elek inotropik yang
DOPAMIN. Prekursor NE ini mempunyaikerja lang-
sung pada reseptor dopaminergik dan adrenergik, sebanding, elek dobutamin dalam meningkatkan
dan dapat melepaskan NE endogen, Pada kadar automatisitas nodus SA kurang dibanding isopro-
rendah, doparnin bekerja pada reseptor dopaminer- terenol, tetapi peningkatan konduksi AV dan intra-
gik D1 pembuluh darah, terutama di ginjal, mesente- ventrikuler oleh ke-2 obat ini sebanding. Dengan
rium, dan pembuluh darah koroner. Stimulasi re- demikian, intus dobutamin akan meningkatkan kon-
septor pl menyebabkan vasodilatasi melalui ak- traktilitas jantung dan curah jantung, hanya sedikit
tivasi adenilsiklase. Dengan demikian infus dopa- meningkatkan denyut jantung, sedangkan resisten-
min dosis rendah akan meningkatkan aliran darah si periler relatil tidak berubah.
ginjal, laju lillrasi glomerulus dan ekskresi Na+.
AMFETAMIN. Obat iniadalah salah satu amin sim-
Pada dosis yang sedikit lebih tinggi, dopamin me-
patomimetik yang paling kuat dalam merangsang
ningkatkan kontraktilitas miokard melalui aktivasi
SSP, di samping mempunyai kerja perifer pada
reseptor Fr. Dopamin juga melepaskan NE endo-
reseptor cr dan p melalui penglepasan NE endogen.
gen yang menambah eleknya pada jantung. Pada
Amletamin merangsang pusat napas pada medula
dosis rendah sampai sedang, resistensi periler total
oblongata dan mengurangi depresi sentral yang
tidak berubah. Hal ini mungkin karena dopamin
ditimbulkan oleh berbagai obat. Meskipun pada
mengurangi resistensi arterial di ginjal dan mesen-
dosis biasa, amtetamin hanya sedikit meningkatkan
Adrenergik 6T

kecepatan dan volume napas, tetapi obat ini dapat di otak. Peningkatan kewaspadaan, efek anoreksik
meringankan depresi napas oleh obat-obal yang dan sebagian aktivitas lokomotor melalui pengle-
bekerja sentral. Efek ini disebabkan oleh perang- pasan NE. Dosis yang lebih tinggi melepaskan do-
sangan pqda korteks dan sistem aktivasi retikuler. pamin, terutama di neostiiatum dan menimbulkan
Sebaliknya, amletamin dapat pula mengurangi aktivitas lokomotor serta perilaku yang stereotipe.
kejang akibat renjatan listrik dan dapat memperpan- Dosis yang lebih tinggi lagi melepaskan serotonin
jang depresi setelahnya. Sebagai perangsang SSp, (S-HT) dan dopamin di mesolirnbik, di samping
isomer d (dekstroamfetamin) 3-4 kali lebih kuat bekerja langsung sebagai serotonin-agonis, _dan
daripada isomer l-nya. menimbulkan gangguan persepsi serta perilaku
Pada manusia, efek psikik dapat berupa pe- psikotik.
ningkatan kewaspadaan, hilangnya rasa ngantuk, Pada sistem kardiovaskular, amfetamin yang
dan berkurangnya rasa lelah; perbaikan mood, ber- diberikan secara oral, meningkatkan tekanan sis-
tambahnya inisiatif, keyakinan diri, dan daya kon- tolik dan diastolik. Denyut jantung diperlambat
sentrasi; mungkin pula euforia; peningkatan akti- secara refleks. Pada dosis besar, dapat terjadi arit-
vitas motorik dan aktivitas bicara. Tugas mental mia jantung. Curah jantung tidak bertambah pada
yang sederhana lebih banyak dapat diselesaikan, dosis terapi, dan aliran darah otak hampir tidak
tetapi jumlah kesalahan tidak berkurang. prestasi berubah. lsomer I sedikit lebih poten daripada iso-
fisik, misalnya pada atlit, meningkat. Tetapi elek ini mer d dalam menimbulkan efek kardiovaskular.
sangat bervariasi dan dapat terjadi hal-hal yang Kontraksi slingter kandung kemih sangat
sebaliknya pada dosis yang berlebihan atau peng- jelas, dan elek ini dimanlaatkan pada enuresis dan
gunaan berulang-ulang. Penggunaan lama atau inkontinensia. Elek pada saluran cerna tidak
dosis besar hampir selalu diikuti oleh depresi mental konstan; jika usus sedang aktif, amfetamin dapat
dan kelelahan fisik. Banyak juga orang yang pada menimbulkan relaksasi dan memperlambat gerak-
pemberian amletamin, mengalami sakit kepala, pal- an usus, jika usus sedang tenang dapat timbul elek
pitasi, rasa pusing, gangguan vasomotor, rasa kha- yang sebaliknya. Uterus biasanya mengalami ke-
watir, kacau pikir, disforia, delirium, atau rasa lelah. naikan tonus oleh amfetamin.
Penggunaan amletamin dapat menimbulkan adiksi.
Amletamin seringkali digunakan untuk me- ll|ETAMFETAMIN. Efek farmakodinamik melam-
nunda kelelahan. Dalam hal ini amletamin mengu- fetamin serupa dengan amfetamin, bedanya dalam
rangi lrekuensi hilangnya perhatian akibat kurang perbandingan antara efek sentral dan efek perifer.
tidur sehingga memperbaiki pelaksanaan tugas Dosis kecil menimbulkan efek perangsangan sen-
yang memerlukan perhatian yang terus menerus. tral yang nyata tanpa menimbulkan efek periter
Kebutuhan untuk tidur dapat ditunda, tetapi tidak yang berarti. Dosis yang lebih besar menirnbulkan
dapat terus menerus dihindarkan. Bila obat ini di- peningkatan tekanan sistolik dan diastolik, terutama
hentikan setelah penggunaan kronik, kembalinya akibat stimulasi jantung. Konstriksi vena meningkat-
pola tidur yang normal dapat makan waktu sampai kan alir balik vena, yang bersama stimulasi janlung
2 bulan, Efek anoreksik amfetamin juga merupa- meningkatkan curah jantung, Denyut jantung diper-
kan elek sentral, yakni pada pusat makan di hipota- lambat secara refleks. Dosis yang berlebihan me-
lamus lateral, dan bukan pada pusat kenyang di nimbulkan depresi miokard.
hipotalamus ventromedial. Berkurangnya nafsu
EFEDRIN. Efedrin adalah alkaloid yang terdapat
makan menyebabkan berkurangnya jumlah kalori
dalam tumbuhan jenis Efedra. Efek larmakodinamik
yang masuk; inilah yang merupakan faktor penting
efedrin banyak menyerupai elek Epi. Perbedaan-
pada penggunaan amfetamin untuk mengurangi
nya ialah bahwa efedrin elektif pada pemberian
berat badan. Dalam hal ini peningkatan metabo-
oral, rnasa kerjanya jauh lebih panjang, efek sentral-
lisme sangat kecil perannya. Toleransi terhadap
nya lebih kuat, tetapi diperlukan ciosis yang jauh
elek anoreksik ini timbul dengan cepat. Amletamin
lebih besar daripada dosis Epi.
tidak dapat menimbulkan elek anoreksik pada
Seperti halnya dengan Epi, efedrin bekerja
orang-orang yang kebiasaan makannya yang ber-
pada reseptor cr, p1 dan Fz. Efek perifer efedrin me-
lebihan disebabkan oleh laktor-laktor psikologik.
lalui kerja langsung dan melalui penglepasan NE
Mekanisme kerja amletamin di SSP semua-
nya atau hampir semuanya melalui penglepasan endogen. Kerja tidak langsungnya mendasari tim-
amin biogenik dari ujung saral yang bersangkutan bulnya takililaksis terhadap elek perifernya. Hanya
68 Farmakologi dan Terapi

l-efedrin dan efedrin rasemikyang digunakan dalam sung maupun melalui penglepasan NE endogen,
klinik. dan mempunyai banyak persamaan dengan efe-
Efek kardiovaskular eledrin menyerupai elek drin. Obat ini memperkuat kontraksi jantung dan
Epi tetapi berlangsung kira-kira 10 kali lebih lama. menimbulkan vasokonstriksi perifer sehingga me-
Tekanan sistolik meningkat, dan biasanya juga te- ningkatkan curah jantung, tekanan sistolik dan
kanan diastolik, sehingga tekanan nadi membesar, tekanan diastolik. Pada dosis terapi, elek sentralnya
Peningkatan tekanan darah ini sebagian disebab- lemah, tetapi menjadi nyata pada dosis yang lebih
kan oleh vasokonstriksi, tetapi terutama oleh stimu- besar.
lasi jantung yang meningkatkan kekuatan kontraksi
jantung dan curah jantung. Denyut jantung mungkin METARAMINOL. Metaraminol rnempunyai kerja
langsung pada reseptor a, vaskular dan kerja tidak
tidak berubah akibat relleks kompensasi vagal ter-
langsung. Obat ini digunakan untuk pengobatan
hadap kenaikan tekanan darah. Aliran darah ginjal
hipotensi atau untuk menghentikan serangan taki-
dan viseral berkurang, sedangkan aliran darah ko-
kardi atrial paroksismal, lerutama yang menyertai
roner, otak dan otot rangka meningkat. Berbeda
hipotensi.
dengan Epi, penurunan tekanan darah pada dosis
rendah tidak nyata pada efedrin. FENILPROPANOLAMIN. Elek larmakodinamik le-
Bronkorelaksasi oleh efedrin lebih lemah teta- nilpropanolamin menyerupai efedrin dan potensi-
pi berlangsung lebih lama daripada oleh Epi. Pene- nya hampir sama dengan eledrin kecuali bahwa
tesan larutan efedrin pada mata menimbulkan mi- obat ini kurang menimbulkan perangsangan SSP,
driasis. Relleks cahaya, daya akomodasi, dan te- Seperti eledrin, obat ini elektif pada pemberian oral.
kanan intraokular iidak berubah. Aktivitas uterus
biasanya dikurangi oleh efedrin: cfek ini daoat di- HIDROKSIAMFETAMIN. Efek larmakodinamik hi-
manlaatkan pada dismenore. droksiamfetamin mirip efek eledrin, kecuali bahwa
Eledrin kurang efektil dalam meningkatkan obat ini hampir tidak mempunyai elek terhadap
kadar gula darah dibandingkan dengan Epi. SSP. Penetesan larutan hidroksiamletamin pada
Elek sentral eledrin menyerupai efek amfeta- mata menirnbulkan midriasis melalui aktivasi resep-
min tetapilebih lemah. tor al. lni merupakan indikasi penggunaannya.
METOKSAMIN. Metoksamin merupakan agonis ETILNOREPINEFRIN. Obat ini terutama berelek
reseptor yang hampir murni, dan kerjanya secara
cr,1 p-agonis maka digunakan sebagai bronkodilator,
langsung. Obat ini tidak mempengaruhi reseptor tetapi juga mempunyai aktivitas a.-agonis sehingga
pl maupun 02, dan tidak mempunyai elek sentral. menyebabkan vasokonstriksi lokal dan dengan
Eleknya berupa peningkatan tekanan darah diasto- demikian mengurangi kongesti bronkus. Etil NE di-
lik dan sistolik yang seluruhnya berdasarkan vaso- gunakan lM atau SK,
konstriksi, diserlai dengan relleks bradikardi yang
dapat diblok dengan atropin. Obat ini digunakan
untuk pengobatan hipotensi atau untuk menghenti- AGONIS SELEKTIF RESEPTOR p2 ( p2-agonis).
kan serangan takikardi atrial paroksismal, terutama
Dalam golongan ini termasuk metaprolerenol
yang menyertai hipotensi.
(orsiprenalin), salbutamol (albuteroi), terbutalin, fe-
FENILEFRIN. Fenilefrin adalah agonis selektif re- noterol, ritodrin, isoetarin, pirbuterol, bitolterol, dan
septor ot dan hanya sedikit mempengaruhi reseptor lain-lain. Pada dosis kecil, kerja obat-obat ini pada
p. Efeknya mirip metoksamin dan digunakan untuk reseptor Fz jauh lebih kuat daripada kerjanya pada
indikasi yang sama. Obat ini juga digunakan seba- reseptor 0r. Tetapibila dosisnya ditinggikan, selek-
gai dekongestan nasal dan sebagai midriatik. tivitas ini hilang. Misalnya, pada penderita asma,
salbutamol kira-kira sama kuat dengan isoprote-
MEFENTERMIN. Mefentermin digunakan dalam renol sebagai bronkodilator (bila diberikan sebagai
klinik sebagai obat suntik untuk mencegah hipotensi aerosol), tetapi iauh lebih lemah dari isoproterenol
yang seringkali menyertai anestesia spinal. Setelah sebagai stimulan jantung. Tetapi bila dosis salbu-
penyuntikan lM, obat inimulai bekerja dalam 5-15 tamolditinggikan 10 kalilipat, diperoleh elek stimu-
menit, dengan lama kerja beberapa jam, Pemberian lan jantung yang menyamai efek isoproterenol.
lV atau infus dengan dosis sesuai respons tekanan Melalui aktivitas reseptor pz, obat-obat ini me-
darahnya lebih disukai. Mefentermin bekerja lang- nimbulkan relaksasi otot polos bronkus, uterus dan
Adrenergik 69

pembuluh darah otot rangka. Aktivasi reseptor Bt babkan berkurangnya penglepasan NE dari ujung
yang menghasilkan stimulasi jantung, oleh dosis saral adrenergik. Klonidin juga bekerja sebagai a2-
sama, jauh lebih lemah. Obat-obat ini, yang hanya agonis di perifer. Aktivasi reseptor cr2 di ujung saral
menimbulkan sedikit perubahan tekanan darah, di- adrenergik menyebabkan hambatan penglepasan
kembanjkan terutama untuk pengobatan asma NE dari ujung saral tersebut. Jadi, efek periler ini
bronkial. Selektivitas obat-obat ini terhadap resep- akan memperkuat elek sentral, tetapi tampakpya
tor Pz tidak sama untuk setiap obat, misalnya meta- efek sentral klonidin lebih penting daripada elek
proterenol kurang selektif dibandingkan dengan perifernya.
salbutamol. Klonidin juga merangsang saraf parasimpatis
Ritodrin, terbutalin dan lenoterol telah diguna- sentral sehingga meningkatkan tonus vagal yang
kan (sebagai infus) untuk menunda kelahiran pre- menambah perlambatan denyut jantung.
matur. GUANFASIN. Obat ini ialah o2-agonis yang lebih
selektif dibanding klonidin, Seperti klonidin, guan-
AGoNls SELEKTIF RESEPTOR crz (c2-agonis) lasin menurunkan tekanan darah melalui aktivasi
reseptor d,2 sentral sehingga mengurangi aktivitas
Di batang otak seperti hipotalamus dan nu- sistem simpatis.
kleus traktus solitarius terdapat neuron adrenergik GUANABENZ. Obat ini mirip dengan guanfasin,
yang mengatur aktivitas simpatis periler melalui ak-
baik struktur kimianya maupun elek larmakologik-
son eferennya. Sampai saat ini belum diketahui nya. Kerjanyajuga sebagai a2- agonis sentral yang
secara lepat bagaimana pengaturannya. Klonidin,
menurunkan tekanan darah dengan mekanisme
metildopa, guanfasin, dan guanabenz adalah yang sama dengan guanfasin dan klonidin.
obat antihipertensi yang bekerja dengan mengham-
bat perangsangan neuron adronergik di SSP. METILDOPA. Saat ini telah disepakati bahwa elek
antihipertensi a-metildopa berdasarkan elek sen-
KLONIDIN. Klonidin ialah antihipertensi yang meru- tral. Obat ini masuk ke SSP dengan mudah dan
pakan o2agonis. Obat ini merangsang adrenosep-
mengalami ciekarboksilasi menjadi cr,-metildopamin
tor az di SSP maupun di perifer, tetapi efek antihi-
dan kemudian mengalami hidroksilasi menjadi cr-
pertensinya terutama akibat perangsangan resep-
metilnorepinelrin dalam neuron adrenergik sentral.
tor ct,z di SSP. Obat lain yang bekerja serupa Alfa-metil NE tersebut yang dilepaskan dari neuron
klonidin ialah guanabenz dan guanfasin. adrenergik sentral merupakan oe-agonis yang po-
Klonidin menyebabkan kenaikan tekanan ten di SSP dan menghambat aktivitas adrenergik di
darah segera setelah pemberian lV, Efek ini tam- SSP dengan cara yang sama seperti klonidin. Se-
paknya akibat perangsangan reseptor a2 pada otot
perti klonidin, o-ffietil NE menstimulasi adrenore-
polos pembuluh darah yang menimbulkan vaso-
septor a2 lebih kuat dari adrenoseptor crl.
konstriksi. Klonidin mempunyai alinitas yang tinggi Uraian lebih lanjut mengenai obat-obat az
untuk reseptor di sini meskipun dengan efektivitas agonis dapat dilihat pada Bab 22.
yang rendah. Elek vasokonstriksi ini hanya seben-
tar dan tidak terlihat pada pemberian oral. Lalu di-
susul dengan elek hipotensil akibat perangsangan VASOKONSTRIKTOR LOKAL PADA HIDUNG
adrenoseptor oz di batang otak bagian bawah, ATAU MATA.
mungkin di nukleus traktus solitarius. Dalam golongan ini termasuk obat-obat adre-
Efek antihipertensi klonidin dapat dihambat nergik yang terutama digunakan sebagai vasokons-
dengan yohimbin, suatu o2-bloker yang cukup se- triktor untuk pemakaian lokal pada lapisan mukosa
lektif. lni menunjukkan bahwa efek hipotensil klo- hidung atau pada mata, yakni propilheksedrin, nafa-
nidin berdasarkan aktivitas cr2-agonis. Tetapi elek zolin, tetrahidrozolin, oksimetazolin, dan xilome-
hipotensil klonidin menetap setelah deplesi kate-
tazolin.
kolamin di SSP dengan reserpin. Karena itu diduga
bahwa adrenoseptor a2 di batang otak terletak di
pascasinaps dan bahwa aktivasinya menyebabkan LAIN-LAIN
hambatan aktivitas neuron adrenergik di batang
METILFENIDAT. Obat ini mempunyai struktur kimia
otak tersebut. lni berakibat menurunnya aktivitas
mirip amletamin, dengan elek larmakologik praktis
saral adrenergik di perifer, yang selanjutnya menye-
70 Farmakologi dan Terapi

sama dengan amtetamin. Sebagai perangsang 4.3. INTOKSIKASI, EFEK SAMPING DAN
SSP yang lemah, efeknya lebih nyata pada aktivitas KONTRAINDIKASI
mental daripada aktivitas motorik. Dosis besar me-
nimbulkan stimulasi SSP secara umum dan dapat Norepinefrin. Elek samping NE serupa dengan
terjadi kejang. Seperti halnya dengan amfetamin, elek samping Epi tetapi biasanya lebih ringan dan
penyalahgunaan obat ini dapat terjadi. lebih jarang. Elek samping yang paling umum be-
PEMOLIN. Struktur kimia obat ini tidak sama de- rupa rasa kuatir, sukar bernapas, dnyut Jantung
ngan metillenidat tetapi menimbulkan efek sentral yang lambat tetapi kuat, dan nyeri kepala selintas.
yang sama dengan elek kardiovaskular yang mini- Dosis berlebih atau dosis biasa pada penderita
mal. yang hiper-reaktif (misalnya penderita hipertiroid)
menyebabkan hipertensi berat dengan nyeri kepala
yang hebat, totofobia, nyeri dada, pucat, berkeri-
4.2. FARMAKOKINETIK ngat banyak, dan muntah. Obat ini merupakan
kontraindikasi pada anestesia dengan obat-obat
Norepinelrin, isoproterenol, dopamin, dan yang menyebabkan sensitisasi jantung karena
dobutamin, sebagai katekolamin, tidak efektil pada dapat timbul aritmia. Ekstravasasi cbat sewaktu
pemberian oral. NE tidak diabsorpsi dengan baik penyuntikan lV atau inlus dengan NE dapat menim-
pada pemberian SK. lsoproterenol diabsorpsi den-
bulkan nekrosis jaringan. Gangguan sirkulasi pada
gan baik pada pemberian parenteral atau sebagai
tempat suntikan dengan maupun tanpa ekstrava-
aerosol, tetapi tidak dapat diandalkan pada pem-
sasi NE, dapat diobati dengan fentolamin. Berku-
berian oral atau sublingual sehingga tidak dianjur-
rangnya aliran darah ke organ-organ merupakan
kan. Obat ini merupakan substrat yang baik untuk
bahaya yang selalu ada pada penggunaan NE.
COMT tetapi bukan substrat yang baik untuk MAO,
sehingga kerjanya sedikit lebih panjang daripada
Obat ini dikontraindikasikan pada wanita hamil
karena menirnbulkan kontraksi uterus hamil.
Epi. Di samping itu isoproterenol tidak diambil oleh
ujung saral adrenergik. lsoproterenol. Efek samping yang umum berupa
Nonkatekolamin yang digunakan dalam klinik palpitasi, takikardi, nyeri kepala dan kemerahan
pada umumnya elektil pada pemberian oral dan kulit; kadang-kadang terjadi aritmia, serangan angi-
kerjanya lama, karena obat-obat ini resisten terha- na, nausea, tremor, rasa pusing, rasa lemah, dan
dap COMT dan MAO yang banyak terdapat pada pengeluaran keringat. lnhalasi isoproterenol dosis
dinding usus, hati dan ginjal. Misalnya, amletamin, berlebih dapat menimbulkan aritmia ventrikel yang
metamfetamin dan efedrin adalah obat-obat oral. fatal.
Demikian juga fenilpropranolamin, lenilelrin, dan
pseudoeledrin merupakan obat simpatomimetik Dopamin. Sebelum dopamin diberikan pada pen-
yang paling sering diberikan per oral untuk deko- derita syok, hipovolemia harus dikoreksi tedeUh
ngesti nasal dan sinus. Akan tetapi metoksamin, dulu. Dosis berlebih menimbulkan efek adrenergik
mefentermin, metaraminol dan lenilefrin yang di- yang berlebihan. Elek samping termasuk nausea,
gunakan untuk pengobatan hipotensi, diberikan muntah, takikardi, aritmia, nyeri dada, nyeri kepala,
secara lV atau infus, karena pemberian secara lM hipertensi dan peningkatan tekanan diastolik.
atau SK tidak dapal dipercaya pada keadaan Dopamin harus dihindarkan atau dosisnya sangat
hipotensi, dikurangi (menjadi 1/10 atau kurang) pada pen-
Golongan p2-agonis, selain efektif pada pem- derita yang sedang diobati dengan penghambat
berian oral, juga diabsorpsi dengan baik dan cepat MAO. Dosis dopamin juga harus disesuaikan pada
pada pemberian sebagai aerosol. Obat-obat ini penderita yang mendapat antidepresi trisiklik.
bukan katekolamin, maka resisten terhadap COMT,
kecuali isoetarin yang merupakan katekolamin. Ter- Dobutamin. Aritmia yang berat dapat terjadi, tetapi
butalin merupakan satu-satunya B2-agonis yang lebih jarang dibandingkan pada isoproterenol atau
mempunyai sediaan parenteral untuk pengobatan dopamin. Obat ini mempercepat konduksi AV, maka
darurat slatus asmatikus. sebaiknya dihindarkan pada librilasi atrium. Dobu-
Semua o2-agonis adalah obat-obat oral, demi- tamin dapat sangat meningkatkan denyut jantung
kian juga meliltenidat dan pemolin, yang terakhir ini atau tekanan sistolik. Bila ini terjadi, kurangi kece-
dapat diberikan sekali sehari karena waktu paruh- patan inlus obat. Efek samping yang jarang terjadi
nya yang panjang. adalah nausea, nyeri kepala, palpitasi, dispnea, dan
71
Adrenergik

nyeri angina. Seperti obat inotropik lainnya, dobuta- Metoksamin. Dosis terapi menimbulkan perang-
min dikontraindikasikan pada stenosis subaorta. sangan pilomolor dan keinginan kencing. Pada pe-
nyuntikan lV kadang-kadang timbul rasa sakit pada
Amfetamin. lntoksikasi akut disebabkan oleh dosis ekstremitas dan perasaan dingin.
berlebih dan merupakan kelanjutan dari elek tera-
pinya. Gejala sentral berupa kegelisahan, pusing Mefentermin. Dosis besar dapat menimbulkan efek
kepala, tremor, relleks hiperaktif, suka bicara, rasa
sentral (misalnya, rasa menganluk, incoherence,
tegang, mudah tersinggung, insomnia, dan kadang-
dan kejang-kejang), peningkatan tekanan darah
kadang euforia. Stimulasi sentral biasanya diikuti
berlebihan, dan aritmia.
dengan kelelahan lisik dan depresi mental. Gejala
kardiovaskular berupa nyeri kepala, rasa dingin,
palpitasi, aritmia jantung, serangan angina, hiper- Agonis selektif reseptor gz. Elek samping berupa
tensi atau hipotensi dan kolaps kardiovaskular. Pe- rasa gugup, tremor, takikardi, palpitasi, menganluk,
ngeluaran keringat yang berlebihan dan gejala nyeri kepala, nausea, muntah, dan berkeringat, ter-
saluran cerna juga dapat timbul. Keracunan yang utama pada pemberian oral. Elek samping sistemik
hebat berakhir dengan konvulsi, koma dan ke- ini jarang terjadi pada pemberian secara inhalasi.
matian karena perdarahan otak. lnfus ritodrin, terbutalin, lenoterol, atau p2-agonis
Pengobatan keracunan akut termasuk peng- lainnya untuk menunda kelahiran prematur menim-
asaman urin dengan amonium klorida untuk mem- bulkan efek samping berupa takikardi, hiperglike-
percepat ekskresinya. Gejala-gejala sentralnya
mia, hipokalemia, edema paru (bila hidrasi ber-
dapat diatasi dengan sedatif, sedangkan hipertensi
lebihan), dan lain-lain pada sang ibu, sedangkan
yang berat membutuhkan natrium nitroprusid atau
bayinya dapat mengalami hipoglikemia.
suatu a-bloker.
Penggunaan pe-agonis sebagai bronkodilator
lntoksikasi kronik menimbulkan gejala yang
serupa dengan gejala intoksikasi akut, tetapi geiala harus hati-hati pada penderita dengan hipertensi,
mental lebih umum terjadi. Geiala yang berat penyakil jantung koroner, gagal iantung kongestif,
umumnya berupa reaksi psikotik dengan halusinasi hipertiroid, atau diabetes. Disamping itu, pengguna'
dan delusi paranoid, menyerupai skizolrenia. Berat an Fe-agonis untuk menunda kelahiran dikontrain'
badan turun dengan nyata. Bila obat dihentikan, dikasikan pada penderita dengan penyakit jantung
biasanya penderita sembuh dengan cepat. atau diabetes yang bergantung pada insulin.
Penyalahgunaan obat ini untuk mengatasi
Obat adrenergik lokal sebagai dekongestan
rasa ngantuk dan untuk menambah tenaga atau
nasal (lihat penggunaan klinik). Penggunaannya
kewaspadaan harus dicegah. Amletamin sebaiknya
dapat diikuti dengan kongesti susulan, dan peng-
tidak diberikan pada penderita dengan anoreksia,
gunaan lama sering menimbulkan rinitis kronik. Na-
insomnia, astenia, kepribadian yang psikopat atau
lazolin juga merangsang mukosa hidung, sehingga
yang labil. Kontraindikasi dan perhatian lain pada
penggunaan obat ini umumnya sama dengan Epi. menimbulkan rasa sakit seperti ditusuk pada pe-
Amletamin sering menimbulkan adiksi, To-
makaian pertama. Derivat imidazolin (nafazolin'
tetrahidrozolin, oksimetazolin dan xilometazolin)
leransi terhadap efek anoreksigenik hampir selalu
bila cukup banyak terabsorpsi dapat menimbulkan
timbul, Sensitivitas muncul kembali bila obat dihen-
depresi SSP dengan akibat koma dan penurunan
tikan. Pada pengobatan narkolepsi, toleransi tidak
suhu tubuh yang hebat, terutama pada bayi. Kare-
timbul meskipun pengobatan telah berlangsung se-
nanya, obat-obat ini tidak boleh diberikan pada bayi
lama bertahun- lahun.
dan anak kecil.
Efedrin. Elek samping pada penggunaan eledrin Dekongestan nasal yang elektil pada pembe'
serupa dengan elek samping epinefrin, dengan rian oral (misalnya fenilpropanolamin) selain me-
tambahan elek sentral efedrin. lnsomnia, yang nimbulkan konstriksi pembuluh darah rnukosa
sering terjadi pada pengobatan kronik, mudah di- hidung, juga menimbulkan konstriksi pembuluh
atasi dengan pemberian sedatif. Perhatian pada darah lain sehingga dapat meningkatkan tekanan
penggunaan obat ini sama dengan pada epinefrin darah, dan mungkin iuga menimbulkan stimulasi
dan amfetamin. jantung.
72 Farmakologi dan Terapi

5. PENGGUNAAN KLINIK yang terjadi akibat perfusi jaringan yang kurang


setelah inlark miokard harus diperbaiki, karena
akan menambah depresi jantung dan menghambat
5.1. BERDASARKAN EFEK KARDIO efek obat adrenergik, Tetapi hasil pengobatan syok
kardiogenik ini sampai sekarang masih sangat ter-
VASKULAR batas, dan angka kematian masih sangat tinggi.
Pada syok dengan hipotensi yang sangat
SYOK. Ada 3 jenis syok, yakni syok hipovolemik, berat sehingga diperlukan vasokonstriktor periler
kardiogenik, dan septik. Syok hipovolemik terjadi untuk mempertahankan tekanan darah yang cukup
akibat hilangnya cairan dari kompartemen vaskulal untuk perlusi otak, digunakan ar-agonis yakni NE,
atau ekstravaskular. Pada syok ini kekurangan metoksamin, lenilefrin, metaraminol atau metenter-
volume darah menyebabkan mekanisme kompen- min. Vasokonstrikt6r ini hanya boleh diberikan pada
sasi menimbulkan vasokonstriksi perifer yang syok neurogenik (akibat kegagalan sistem simpatis,
hebat, Pemberian obat adrenergik yang bekerja misalnya setelah anestesia atau kerusakan spinal),
pada reseptor akan meningkatkan tekanan darah, di mana relleks vasokonstriksi masih belum begitu
tetapi memperhebat vasokonstriksi dan sangal me- hebat. Pada jenis-jenis syok yang lain, vasokons-
ngurangi aliran darah ke ginjal, hati, dan organ vital triktor tidak boleh diberikan karena refleks vaso-
lainnya. Tindakan pertama pada pengobatan jenis konstriksi sudah hebat sehingga pemberian vaso-
syok ini ialah perbaikan volume darah (dengan konstriktor hanya akan memperburuk aliran darah
darah, plasma, atau air dengan elektrolit); hal ini dan meningkatkan beban jantung. Pada jenis-jenis
akan mengurangi tonus simpatis dan memperbaiki syok ini, justru dianjurkan penggunaan vasodilator
aliran darah ke organ- organ vital. Di samping itu untuk memperbaiki aliran darah ke jaringan-jaring-
dilakukan koreksi faktor-faktor penyebabnya" an dan mengurangi beban jantung asalkan tekanan
Syok kardiogenik adalah syok akibat infark darah minimal dapat dipertahankan. Untuk maksud
miokard. Pada syok ini, curah jantung berkurang ini, natrium nitroprusid lebih baik daripada ar-bloker
akibat berkurangnya kerja jantung dalam memom- karena eleknya dapat dititrasi langsung dari
pa darah, Penurunan tekanan darah yang terjadi kecepatan infusnya.
menyebabkan aktivasi simpatis yang hebat; vaso- Syok septik terjadi akibat septikemia. Peng-
konstriksi yang ditimbulkan makin mengurangi obatan utama pada syok ini adalah antibiotik yang
curah jantung karena jantung yang rusak harus sesuai. Penggunaan kortikosteroid untuk mengu-
memompa darah melawan resistensi perifer yang rangi efek dari zat-zat vasoaktif yang menyebabkan
lebih tinggi. Pengobatan ditujukan untuk mengop- terjadinya syok ini masih belum terbukti khasiatnya.
timalkan tekanan pen g isian jantun g (preload), kon- Pada syok septik yang sudah lanjut terdapat depresi
traktilitas miokard, dan resistensi periler (afte rload). miokard dan peningkatan resistensi perifer. Terapi
Preload mungkin perlu ditingkatkan dengan cairan dengan dopamin atau dobuiamin harus disesuaikan
lV atau diturunkan dengan diuretik dan nitrat. Untuk dengan kondisi klinis masing-masing penderita.
meningkatkan kontraktilitas miokard, digunakan do-
HIPOTENSI. Hipotensi yang menyebabkan perfusi
pamin atau dobutamin. Kedua obat ini meningkat-
organ-organ vital tidak mencukupi dan bukan
kan kontraktilitas miokard, tidak banyak meningkat-
karena perdarahan, merupakan indikasi pengguna-
kan denyut jantung (sehingga tidak banyak me- an obat adrenergik yang kerjanya terutama pada
ningkatkan kebutuhan oksigen bagi jantung yang
reseptor o. Misalnya, unluk hipotensi akibat dosis
sakit), dan hampir tidak mempengaruhi resistensi
berlebih obat antihipertensi, atau untuk hipotensi
perifer. Dopamin lebih menguntungkan karena
selama anestesia spinal yang mengganggu aktivasi
menyebabkan dilatasi arteriol ginjal sehingga mem-
simpatis. Untuk tujuan ini digunakan metoksamin,
pertahankan lungsi ginjal. Tetapi dopamin dosis
fenilefrin, melentermin alau metaraminol lV atau
lebih tinggi (lebih dari 10-20 ug/kg per menit) juga
inlus yang dititrasi sesuai dengan tekanan darah
mengaktilkan reseptor cr, adrenergik sehingga me- penderita.
nyebabkan vasokonstriksi periler dan renal. Karena
Untuk hipotensi karena anestesia umum den-
itu dosis dopamin harus diperhatikan, dan pada gan siklopropan, halotan, atau anestetik lain yang
syok yang mengancam jiwa, tekanan darah dan menimbulkan sensitisasi jantung terhadap aritmia
lungsi ginjal harus dimonitor. Asidosis metabolik oleh amin simpatomimetik, harus dipilih obat
73
Adrenergik

adrenergik yang hampir tidak mempunyai khasiat cAGAL JANTUNG KONGESTIF. Pada penderita
stimulasi iantung seperti metoksamin' Feniletrin' ini, terapi jangka pan.iang dengan B-agonis untuk
yang mempunyai khasiat stimulasi iantung yang meningkatkan kontraksi jantung tidak memberikan
iemin, iuga dapat menimbulkan aritmia ventrikuler' hasil yang memuaskan' Hal ini mungkin karena
l-iipotensi akibat perdarahan akut dapat di- respons terhadap obat-obat ini terganggu oleh kon-
obati secara darurat dengan obat adrenerglk' Ke- disi penyakit dan oleh teriadinya desensitisasi
naikan tekanan darah diperlukan untuk memper- aklbat terapi Yang terus menerus.
tahankan aliran darah ke otak dan lantung semen- EFEK VASOKONSTBIKSI LOKAL. Epi digunakan
tara menunggu tindakan untuk menambah volume pada prosedur-prosedur operasi di hidung' teng-
darah. gorok, dan larings untuk mengurangi perdarahan
Pada hipotensi postural kronik akibat gang-
iehingga memperbaiki visualisasi' lnjeksi Epi ber-
guan fungsi sistem saral otonom, dapat diberikan
sama anestetik lokal memperlambat absorpsi anes-
pengobatan oral dengan efedrin atau vasopresor
tetik dan memperpaniang kerjanya' ln.ieksi at-
adrenergik lain yang kerjanya panjang' agonis ke dalam penis digunakan untuk mengobati
HIPERTENSI. a2-agonis yang bekerja sentral, priapismus yang mungkin terjadi pada penggunaan
yakni klonidin, guanfasin, guanabenz dan metildopa ar- bloker untuk imPotensi.
bigunakan untuk terapi hipertensi' Obat antihiper- DEKONGESTAN NASAL. a-agonis banyak digu-
tensi dibahas dalam Bab 22' nakan sebagai dekongestan nasal pada penderita
pen-
ARITMIA JANTUNG. Pada penderita dengan henti rinitis alergika atau rinitis vasomotor dan pada
elektro- derita infeksi saluran napas atas dengan rinitis akut'
iantung akibat librilasi ventrikel, disosiasi
mekanis, atau asistole, resusitasi kardiopulmoner Obat-obat ini menyebabkan venokonstriksi dalam
dapat dibantu dengan obat. Epinefrin merupakan mukosa hidung melalui reseptor at sehingga me-
obat yang penting; efektivitasnya tampaknya akibat ngurangi volume mukosa dan dengan demikian
efek vasokonstriksinya melalui reseptor a' Epi dan mengurangi Penyumbatan hidung.
a1-agonis lainnya meningkatkan tekanan diastolik, Reseptor a2 terdapat pada arteriol yang mem-
memperbaiki aliran darah koroner, dan membantu bawa suplai makanan bagi mukosa hidung' Vaso-
mempertahankan aliran darah otak selama resu- konstriksi arteriol ini oleh o.2-agonis dapat menye-
sitasi. Diperkirakan elek Epi pada reseptor p di babkan kerusakan struktural pada mukosa terse-
jantung menyebabkan librilasi ventrikel menjadi but. Pengobatan dengan dekongestan nasal sering-
iebih sensitif untuk konversi ke ritme normal pada kali menimbulkan hilangnya efektivitas pada pem-
kardioversi elektrik, tetapi ternyata tidak terbukti berian kronik, serta rebound hiperemia dan mem-
pada uli dengan hewan coba' Dosis optimal Epi buruknya gejala bila obat dihentikan' Mekanisme-
pada penderita dengan henti jantung tidak diketa- nya beium jelas, tetapi mungkin melibatkah desen-
hui; tetapi American Hearf Association mengan- sitisasi reseptor dan kerusakan mukosa' o1-agonis
jurkan 0,5-1 ,0 mg Epi HCI (untuk berat badan 70 kg) yang selektif lebih kecil kemungkinannya untuk
lV setiap 5 menit. Setelah diperoleh ritme jantung' menimbulkan kerusakan mukosa'
perlu diobati aritmia, hipotensi atau syok yang ada' Untuk indikasi ini, a-agonis dapat diberikan
Penderita dengan takikardi supraventrikuler per oral atau secara topikal' Eledrin oral sering
paroksismal, terutama yang disertai dengan hipo- menimbulkan elek samping sentral' Pseudoefe-
iensi ringan, diberikan infus ctt- agonis (metoksa- drin adalah stereoisomer dari efedrin yang kurang
min, lenilelrin, metaraminol) untuk menaikkan kuat dibanding efedrin dalam menimbulkan takikar-
tekanan darah sampai sekitar 160 mm Hg; re{leks di, peningkatan tekanan darah, atau stimulasi SSP'
vagal akan mengakhiri aritmia ini' Cara pengobatan Fenilpropanolamin mirip dengan pseudoetedrin'
ini telah digantikan oleh verapamil (suatu kalsium Obat-obat ini harus digunakan dengan sangat hati-
antagonis yang pada saat ini merupakan obat pilih- hati pada penderita hipertensi dan pada pria dengan
an utama untuk indikasi ini) dan p-bloker' hipertroli prostat. Kombinasi obat-obat ini dengan
Penderita dengan bradikardi yang menye- penghambat MAO merupakan kontraindikasi'
babkan gangguan hemodinamik dapat diberikan Dekongestan topikal (lihat di atas) terutama
isoproterenol dan atropin; bila diperlukan terapi berguna untuk rinitis akut karena tempat kerjanya
jangka paniang digunakan alat pacu iantung' y"ng t"Oin selektif, tetapi obat-obat ini cenderung
74
Farmakologi dan Terapi

untuk digunakan secara berlebihan oleh penderita, alergi yang memerlukan terapi jangka panjang,
sehingga menimbulkan penyumbatan yang berle_ seperti pada hay lever yang berlangsung selama
bihan (rebound congestion). Dekongestan oral jauh beberapa bulan. Glukokortikoid dan antihistamin
lebih kecil kemungkinannya untuk menimbulkan kadang-kadang berguna sebagai terapi sekunder
rebound'congestion tetapi lebih besar risikonya pada anafilaksis, tetapi Epi adalah terapi yang per_
untuk menlmbulkan efek samping sistemik. tama dan yang utama.

5.2. ASMA BRONKIAL 5.4. MATA


p2-agonis merupakan salah satu obat utama
Berdasarkan efek midriatiknya, obat adrener-
dalam pengobatan asma bronkial. Bentuk aerosol- gik seperti efedrin (0,1o/o), hidroksiamfetamin (1%),
nya adalah obat pilihan ulama untuk mengatasi dan fenilefrin (1-2,5o/o), digunakan lokal pada kcn-
serangan akut. Bentuk inijuga efektif untuk profilak- jungtiva untuk membantu funduskopi. Midriasis oleh
sis serangan akibat hawa dingin atau olahraga. obat-obat ini hanya berlangsung selama beberapa
Tetapi penderita perlu dilatih untuk menggunakan jam dan obat-obat ini tidak menimbulkan sikloplegia
aerosol dengan teknik yang benar, karena hal ini sehingga tidak begitu mengganggu bila dibanding_
sangat menentukan keberhasilan terapi. Sediaan kan dengan atropin yang digunakan untuk maksud
oral menimbulkan lebih banyak elek samping kar- yang sama. Tetapi ada sedikit risiko menimbulkan
diovaskuler dan sentral, karena itu hanya diguna- glaukoma akut sudut sempit pada penderita yang
kan untuk penderita yang tidak mau menggunakan sensitif. Midriatik simpatomimetik ini juga diguna-
aerosol atau yang menyalahgunakannya. kan, berganti-ganti dengan miotik, untuk mencegah
Terapi parenteral dengan terbutalin, kadang- atau melepaskan perlekatan antara iris dan lensa
kadang dikombinasi dengan bentuk aerosol, digu_ pada uveitis.
nakan untuk asma refrakter berat yang tldak Epinelrin (0,25-2%) dan fenitefrin (2,5_10%)
responsif dengan pengobatan lain. topikal digunakan untuk mengurangi tekanan intra_
ge-agonis seringkali diberikan pada penderita
okuler penderita glaukoma sudut lebar berdasar_
PPOM (penyakit paru obstruktif menahun) yang kan efek vasokonstriksi lokal yang menyebabkan
mempunyai komponen bronkokonstriksi yang re_ pembentukan cairan mata berkurang.
versibel, tetapi tidak semua penderita membeiikan
respons yang baik terhadap obat ini. Karena itu,
efektivitasnya harus dinilai sebelumdigunakan
5.5. BERDASARKAN EFEK SENTRAL
untuk pengobatan jangka panjang.
Obat adrenergik yang terutama digunakan
berdasarkan efek sentralnya, kecuali yang diguna-
5.3. REAKSIALERGI kan sebagai anorektik, adalah efedrin, amfetamin
dekstroamfetamin, metamfetamin, dan mefenter_
Epinelrin merupakan obat pilihan utama untuk min. Dekstromletamin dan metamletamin yang
melawan syok anafilaktik dan reaksi hipersensiti- paling banyak dipakai; efedrin, mefentermin dan
vitas akut lainnya yang ditimbulkan oleh obat (misal. amfetamin mempunyai efek perifer yang cukup kuat
nya penisilin), serum, atau alergen lain. Suntikan sebagai efek sampingnya.
Epi SK (0,3-0,5 mg) segera menghilangkan bron-
kospasme, rasa gatal, urtikaria, kongesti mukosa NARKOLEPSI. Eledrin, amfetamin, metamfetamin,
(pembengkakan bibir, kelopak mata, dan lidah, dan dekstroamfetamin digunakan untuk mengobati.
serta udem glotis yang membahayakan jiwa), an_ penderita narkolepsi. Dosis dekstroamfetamin ber_
gioudem, dan kolaps kardiovaskuler (syok). Di variasi 5-60 mg sehari, dibagi dalam beberapa kali
samping itu, Epi merangsang reseptor p2 pada sel pemberian, dan dosis terakhir diberikan sebelum
mast dan menyebabkan hambatan penglepasan jam 4 sore agar tidur di malam hari tidak terganggu,
mediator inflamasi histamin dan leukotrien. Untuk Terapi dengan amfetamin dapat mengakibatkan
reaksi alergi akut ini hanya Epi yang dapat diguna_ penyalahgunaan dan terjadinya toleransi. Depre_
kan karena kerjanya sangat cepat. Efedrin, kirena si, iritabilitas, dan paranoid juga dapat teriadi.
efeknya berlangsung lama, digunakan untuk reaksi Amfetamin dapat mengganggu tidurdi malam hari
Adrenergik 75

sehingga serangan tidur di siang hari sulit dihin- Obat adrenergik yang telah lama digunakan
darkan. Pemolin merupakan obat alternatif. sebagai anoreksik ialah dekstroamfetamin dan
metamfetamin. Obat yang lebih baru tidak terbukti
PARKINSON. Dekstroamfetamin dapat diberikan lebih unggul daripada kedua obat ini, dari segi efek-
bila penderita tidak tahan levodopa, sebagai ad- tivitas maupun efek sampingnya, tetapi lebih unggul
juvan bagi obat antiparkinson yang lain. Dekstroam- dalam hal tidak banyak menimbulkan penyalah-
letamin tidak banyak mempengaruhi tremor, tetapi gunaan.
mengurangi kekakuan dan seringkali mengurangi Fenfluramin mempunyai efektivitas yang se-
krisis okulogirik. Obat ini, selain menimbulkan per- padan dengan dekstroamfetamin dalam menekan
baikan siklus tidur dan perbaikan subyektif kekuat- nafsu makan. Berbeda dengan dekstroamletamin
an otot dan kekakuan, iuga menimbulkan perbaikan atau anoreksik lainnya, lenlluramin tidak me-
mood penderita, yang merupakan tuiuan paling rangsang tetapi mendepresi SSP. Oleh karena itu
penting pada pengobatan penyakit Parkinson' obat ini dapat bermanlaat untuk penderita obesitas
Dosis total sehari antara 10-50 mg atau mungkin yang cenderung makan berlebihan pada malam
lebih. Dekstroamletamin juga dapat meringankan hari. Dalam hal ini lenfluramin diberikan sebelum
gejala sistem ekstrapiramidal yang lain, seperti tor- makan malam (obat anoreksik lain bila diberikan
tikolis spasmodik dan gerakan spasmodik dari ta- pada saat ini dapat menyebabkan insomnia). Pem-
ngan atau kaki. berian sebelum makan malam ini juga akan me-
OBESITAS. Obesitas selalu disebabkan jumlah ngurangi gangguan rasa mengantuk pada siang
kalori yang dimakan lebih banyak daripada yang hari. Dosis oral yang lazim ialah 3 kali sehari 20 mg'
dipergunakan oleh tubuh, maka usaha untuk menu- satu iam sebelum makan, atau sekali sehari 60 mg
runkan berat badan adalah dengan meningkatkan sediaan lepas lambat 1 jam sebelum makan malam.
penggunaan kalori (melalui olahraga) dikombinasi Obat anoreksik yang lain ialah lenilpropranol-
dengan diet rendah kalori. Obat adrenergik yang amin, fentermin, dietilpropion, mazindol, benzfe-
dapat menurunkan berat badan bekeria dengan tamin, lendimetrazin, dan fenmetrazin'
cara menekan nalsu makan, dan tidak dengan me- KERACUNAN DEPRESAN SSP. Berdasarkan
ningkatkan penggunaan kalori. Obatadrenergik efek stimulasi sentralnya, beberapa obat adrenergik
yang dapat mengurangi nafsu makan digunakan digunakan untuk mengurangi depresi yang dise-
untuk menolong penderita dalam menjalankan diet babkan oleh anestetik atau hipnotik, tetapi manfaat-
rendah kalori. Keberhasilan dalam menurunkan nya diragukan (lihat Bab 53).
berat badan bila penggunaannya tidak disertai de-
ngan diet yang ketat. Hal lain yang mungkin menye- SINDRoM HIPERKINETIK PADA ANAK' Kelom-
rus. Obat anoreksik akan gagal dalam menurunkan pok amletamin sangat berguna untuk menenang-
berat badan bila penggunaannya tidak disertai den- kan anak yang hiperkinetik, di samping psikoterapi
gan diet yang ketat. Hal lain yang mungkin menye- dan pengertian orang tua. Pada anak-anak ini, am-
babkan kegagalan ialah bahwa obat ini tidak diberi- fetamin mengurangi ketidaktenangan, kekurangan
kan sesudah jam 4 sore agar tidak mengganggu perhatian, dan kelakuan yang impulsif , serta mem-
tidur di malam hari karena efek anoreksiknya tidak perbaiki daya konsentrasi, mungkin berdasarkan
dapat dipisahkan dari efek stimulasi sentralnya, efeknya pada neurotransmitor otak. Diperlukan pe-
sedangkan kebiasaan makan yang berlebihan ngobatan jangka lama; gejala memburuk bila obat
biasanya .iustru pada waktu makan malam. Pem- dihentikan. Dosis dekstroamfetamin 5-10 mg 3 kali
berran barbiturat bersama obat anoreksik di waktu sehari; toleransi terhadap efek ini tampaknya tidak
makan malam, ternyata tidak memberikan hasil timbul. Penggunaan dekstroamfetamin secara
yang lebih baik. Toleransi timbul setelah pemakaian terus menerus menghambat pertumbuhan anak-
beberapa minggu, sedangkan peningkatan dosis anak ini karena elek anoreksia; bila obat dihentikan'
dibatasi oleh timbulnya efek samping (palpitasi' berat badan naik dengan hebat' Metilfenidat sama
gangguan tidur, mulut kering). Efek samping ringan elektifnya dan kurang menimbulkan hambatan per-
sebenarnya sudah ada sejak awal terapi' Bagi pen- tumbuhan. Pengobatan dimulai dengan dosis 5 mg
derita dengan motivasiyang kuat, obat anoreksik ini pagi dan siang hari; dosis ditingkatkan perlahan-
sangat membantu dalam nrenjalankan diet yang lahan dalam waktu beberapa minggu tergantung
ketat, sementara pola diet yang baru belum terben- respons menurut orang tua, guru dan dokternya.
tuk. Dosis sehari biasanya tidak lebih dari 60 mg dan
76 Farmakologi dan Terapi

dibagi dalam 2-3 kali pemberian. Bagi anak yang 5.6. LAIN-LAIN
tidak memberikan respons, obat harus dihentikan 1
bulan setelah penyesuaian dosis. pemolin, yang Ritodrin, terbutalin, dan lenoterol, berdasar-
dapat diberikan sekali sehari, tampaknya kurang kan elek relaksasi uterus, dapat digunakan untuk
elektif .dibandingkan ke-2 obat tersebut diatas. menunda kelahiran prematur.
Obat-obat ini juga efektif untuk orang dewasa de-
ngan penyakit yang sama. Penggunaan jangka
panjang obat- obat ini tidak diikuti dengan penyalah-
gunaannya di kemudian hari.
T7
Penghambat Adrenergik

6. PENGHAMBAT ADRENERGIK
Arinl Setiawati dan Sulislia Gan

1. Antagonis adrenoseptor a (a-bloker) 3. Penghambat saral adrenergik


1.1. a-bloker nonselektif 3.1. Guanetidin dan guanadrel
1.2. ar-bloker selektif 3.2. FleserPin
1.3. oz-bloker selektil 3.3. Metirosin
2. Antagonis adrenoseptor F (F-blokefl

Penghambat adrenergik atau adrenolitik DERIVAT HALOALKILAMIN


ialah golongan obat yang menghambat perangsa- Obat golongan ini memperlihatkan elek far-
nganldrenergik' Berdasarkan tempat kerjanya' makodinamik yang serupa. Sebagai contoh ialah
golongan obat ini dibagi atas antagonis adrenosep- dibenamin, ying ditemukan pertama kali; dan fe'
tor dan penghambat saraf adrenergik' noksibenzamin,yang potensinya 6-10 kali potensi
Antagonis adrenoseptor atau adrenosep- dibenamin serta diabsorpsi lebih baik pada pem'
tor bloker ialah obat yang menduduki adrenoseptor berian oral,
sehingga menghalanginya untuk berinteraksi den- p-
gan obat adrenergik, dan dengan demikian meng- KIMIA DAN MEKANTSME KERJA. Sebagai
halangi keria obat adrenergik pada sel elektornya' halo-etilamin tersier, obat- obat ini dalam suasana
lni berarti adrenoseptor bloker mengurangi respons netral atau basa dalam darah akan kehilangan
sel elektor adrenergik terhadap perangsangan gugus p-halogen dan membentuk cincin etileni-
saral adrenergik maupun terhadap obat adrenergik monium yang reaklif, tidak stabil, dan dapat menga-
eksogen. Untuk masing-masing adrenoseptor o dakan interaksi dengan adrenoseptor cr, melalui
dan p ada penghambatnya yang selektif' Antago- ikatan-ikatan lemah yaitu ikatan hidrogen, ikatan ion
nis adrenoseptor a atau o- bloker memblok hanya dan lain-lain. Pada stadium awal, o-bloker ini masih
reseptor or,dan tidak menduduki reseptor p' Sebalik- dapat digeser dari reseptor yang didudukiny.a.oleh
nya, antagonis adrenoseptor p atau p'bloker a-blokerlain atau oleh obat cr,-adrenergik' Jadiham-
memblok hanya reseptor p dan tidak mempenga' batan masih bersifat reversibel dan kompetitif' Ke-
ruhi reseptor a. mudian cincin etilenimonium ini pecah dan mem-
Penghambat saraf adrenergik ialah obat bentuk ion karbonium yang sangat reaktif' yang
yang mengurangi respons sel efektor.terhadap akan membentuk ikatan kovalen yang stabil dengan
p"ting""ng"n saral adrenergik, tetapi tidak terha- adrenoseptor cr. Pada stadium ini hambatan bersifat
dap obat Jdrenergik eksogen' Obat golongan ini nonekuilibrium, nonkompetitil dan praktis irreversi-
bekerja pada uiung saral adrenergik' mengganggu bel. Mekanisme kerja ini menyebabkan golongan
pengl-epasan dan/atau penyimpanan norepinelrin obat ini memperlihatkan mula kerja lambat meski-
(NE). pun setelah pemberian lV, dan masa kerja yang
panjang yaitu berhari-hari karena menunggu bin-
O iesis reldptor cl yang baru' Karena itu obat golong-
1. ANTAGONIS ADRENOSEPTOR an ini disebut a,-bloker yang nonkompetitil dan
(a-BLoKER) kerianya paniang, di samping kerianya yang non-
selektil pada reseptor ct,l maupun cr2'

1.1. CT,.BLOKER NONSELEKTIF FARMAKODINAMIK. Karena sifat hambatan


yang
praktis irreversibel, fenoksibenzamin dan dibena'
Ada 3 kelompok: (1) derivat haloalkilamin; (2) min dapat dianggap bekerja dengan cara mengu-
derivat imidazolin; dan (3) alkaloid ergot'
78
Farmakologi dan Terapi

rangi jumlah adrenoseptor q, yang tersedia untuk na hambatan kontraksi otot polos vas deferens dan
dirangsang, saluran ejakulasi.
Perlu diingat bahwa obat yang kerjanya ber_
dasarkan hambatan, efeknya sangat bergantung PENGGUNAAN TERApl. penggunaan utama
pada aktivitas sistem yang dihamba| makin aktif lenoksibenzamin adalah untuk pengobatan feokro_
sistemnya, makin nyata efek hambatannya. mositoma, yakni tumor anak ginjal yang melepas-
Fenoksibenzamin memblok reseptor al mau_ kan sejumlah besar NE dan Epi ke dalam sirkulasi
pun cr2 pada otot polos arteriol dan vena sehingga dan menimbulkan hipertensi yang episodik dan
menimbulkan vasodilatasi dan venodilatasi. Akibat_ berat, Pengobatan utama tumor ini adalah tindakan.
nya tekanan darah turun dan terjadi refleks stimulasi bedah. Fenoksibenzamin diberikan pada penderita
jantung. Hambatan reseptor cl'2 di ujung saraf adre_ yang tidak dapat dioperasi dan yang dalam per_
nergik meningkatkan penglepasan NE dari ujung siapan untuk operasi. Obat ini mengendalikan epi_
saraf, yang meningkatkan perangsangan reseptor sode hipertensi berat dan mengurangi efek buruk
Fr di jantung. Di samping itu lenoksibenzamin NE dan Epi lainnya, misalnya berkurangnya volume
menghambat proses ambilan kembali NE ke dalam plasma dan kerusakan miokard. Dosis awal 10 mg
ujung saraf adrenergik (ambilan-1) maupun ke jari_ 2 kali sehari 1-3 minggu sebelum operasi. Dosis
ngan ekstraneuronal (ambilan-2). Hal ini mening- ditingkatkan 2 hari sekali sampai dicapai tekanan
katkan jumlah NE di sinaps dan makin memperkuat darah yang diinginkan. Efek samping yang mem_
stimulasi jantung. Akibatnya terjadi takikardi dan batasi kenaikan dosis adalah hipotensi postural;
peningkatan kontraksi jantung yang menyebabkan kongesti nasal sering terjadi. Dosis total sehari bia-
peningkatan curah jantung. pada subyek normoten_ sanya antara 40-120 mg dibagi dalam 2_3 kali pem_
sil yang berbaring, penurunan tekanan darah relatil berian. Bila perlu, terutama pada leokromosiioma
kecil, tetapi bila berdiri terjadi penurunan tekanan maligna, diberikan metirosin, penghambat sintesis
darah yang hebat karena aktivitas vasokonstriksi NE, sebagai adjuvan, p-bloker dapat juga ditambah_
yang meningkat sewaktu berdiri dihambat oleh q'- kan pada pengobatan dengan o,-bloker.
bloker. Jadi a-bloker ini menunjukkan efek postural Fenoksibenzamin efektil untuk pengobatan
yang jelas. Hambatan refleks vasokonstriksi ini juga simtomatik hipertrofi prostat benigna (BpH).
terjadi pada hipovolemia dan pada vasodilitasi Pada pria, proses menua disertai dengan berku_
akibat anestesia. pemberian Epi akan menimbul_ rangnya produksi testosteron. Sebagai kompensa_
kan respons hipotensi karena blokade reseptor c, si, dibentuk lebih banyak enzim 5 a-reduktase yang
menyebabkan efek Epi pada reseptor p2 (vaso_ mereduksi testosteron menjadi dihidrotestosteron
dilatasi) tidak terimbangi. (DHT) yang lebih aktif, Tetapi DHT merangsang
Pada dosis yang lebih tinggi,lenoksibenzamin pertumbuhan prostat. pada umur 65 tahun, lebih
juga memblok secara irreversibel reseptor sero- dari 70% pria mempunyai prostat yang membesar,
tonin, histamin dan ACh. BPH. Pembesaran prostat mencekik uretra sehing_
ga mengurangi aliran urin. a-bloker merelaksasi
FARMAKOKINETIK. Absorpsi lenoksibenzamin
otpt-otot di leher kandung kemih (trigon dan sling_
dari saluran cerna hanya 20-30%. Waktu paruhnya
ler) dan di kelenjar prostat yang kaya dengan resep-
kurang dari24 jam,tetapi lama kerjanya bergantung
juga pada kecepatan sintesis reseptor o. tor a1 sehingga mengurangi gejala-gejala obstruksi
Diper_ dan kebutuhan miksi di malam hari. Dosis fenoksi_
lukan waktu berhari-hari sebelum jumlah reseptor cr
benzamin biasanya 10-20 mg sehari. pengbbatan
pada permukaan sel target kembali normal. Fenok_
ini efektil tetapi sering menimbulkan hipotensi orto_
sibenzamin tersedia dalam bentuk kapsul 10 mg
statik.
untuk pemberian oral.
INTOKSIKASI DAN EFEK sAMptNG. Efek sam- DER|VAT tMtDAzoLlN
ping utama adalah hipotensi postural, yang sering
disertai denganrellekstakikardi danaritmialainnval Fentolamin dan tolazolin adalah a-bloker
Hipotensi yang berat lerjadi pada hipovolemia aiau nonselektil yang kompetitif. Efeknya pada sistem
keadaan-keadaan yang menyebabkan vasodilatas' kardiovaskuler mirip sekali dengan lenoksiben-
(obat vasodilator, latihan fisik, minum alkohol atau zamin. Obat-obat ini juga menghambat reseptor
makan banyak). Hambatan ejakulasi dan aspermia serotonin, melepaskan histamin dari sel mast, me-
yang reversibel setelah orgasme dapat terjadi kare- rangsang reseptor muskarinik di saluran cerna, me-
Penghamht Adrcnergik 79

rangsang sekresi asam lambung, saliva, air mata toksin, yang mempunyai rantai samping polipep-
dan keringat. tida (alkaloid ergot peptida), menunjukkan elek
Elek samping yang utama adalah hipolensi. penghambatan reseptor adrenergik o. Di antara
Relleks slimulasi iantung menyebabkan takikardi alkaloid ergot alam, ergotoksin menunjukkan efek
yang hebat, aritmia jantung dan iskemia miokard, blokade adrenoseptor o paling kuat. Ergotoksin ter-
sampai inlark miokard. Slimulasi saluran cerna me- nyata merupakan campuran 3 alkaloid, yakni ergo-
nyebabkan nyeri lambung, nausea, dan eksaser- kornin, ergokristin, dan ergokriptin, yang mempu-
basi ulkus pptikum. Obat-obat ini harus diberikan nyai elek larmakologik yang mirip satu sama lain.
dengan sangat hati-hati pada penderita dengan pe- Dihidrogenasi inti asam lisergat memperkuat efek
nyakit iantung koroner atau dengan riwayat ulkus penghambatan adrenoseptor a dan memperlemah
peptikum. efek perangsangan otot polos melalui reseptor trip-
Fentolamin tersedia dalam vial 5 mg untuk taminergik.
pemberian lV atau lM, sedangkan tolazolin dalam Alkaloid ergot secara klinis tidak berguna se-
kadar 25 mg/ml untuk suntikan lV. bagai a-bloker karena elek ini baru timbul pada
dosis besar yang tidak dapat ditoleransi oleh manu-
PENGGUNAAN TERAPI. Fentolamin digunakan sia. Pada dosis terapi, yang lerlihat bukan elek
untuk berbagai keadaan berikut : akibat blokade adrenoseptor o tetapi efek ergot
(1) mengatasi episode akut hipertensi pada feokro- terhadap SSP dan stimulasi langsung berbagai otot
mositoma, dengan dosis 5 mg diberikan sebagai polos, termasuk otot polos vaskular dan uterus.
inlus yang lambat; Penjelasan ergot sebagai obat migren dan oksitosik
(2) mengatasi pseudo-obstruksi usus pada leokro- dapat dilihat di Bab 26.
mositoma akibat relaksasi berlebihan oleh NE Semua alkaloid ergot alam meningkatkan te-
dan Epi; kanan darah melalui vasokonstriksi perifer, yang
lebih kuat pada pembuluh pascakapiler daripada
(3) mencegah nekrosis kulit akibat ekstravasasi o-
pembuluh prekapiler. Meskipun hidrogenasi me-
agonis;
ngurangi elek ini, dihidroergotamin masih merupa-
(4) krisis hipertensi akibat penghentian mendadak kan vasokonstriktor yang efektif, sedangkan dihi-
klonidin atau akibat makanan mengandung tira- droergotoksin (ergoloid mesilat) masih mempu-
min pada pengobatan dengan MAOI; nyai sedikit efek vasokonstriksi. Ergotamin, ergono-
(5) impotensi, dengan cara penyuntikan langsung vin dan alkaloid ergot lainnya dapat menimbulkan
secara intrakavernosa (bersama papaverin). vasokonstriksi koroner, yang disertai dengan gefala
Elektivitas jangka panjang cara pengobatan ini iskemia dan nyeri angina pada penderita dengan
belum diketahui. Penyuntikan tentolamin secara penyakit jantung koroner. Alkaloid ergot bias.anya
intrakavernosa ini dapat menimbulkan hipotensi menimbulkan bradikardi meskipun bila tekanan
ortostatik dan priapismus, yang terakhir ini da- darah tidak naik. lni terutama akibat peningkatan
pat dialasi dengan penyuntikan intrapenis o- aktivitas vagal, tetapi juga karena penurunan akti-
agonis misalnya fenilefrin. lnjeksi intrapenis vitas simpatis sentral dan depresi miokard secara
yang berulang-ulang dapat menyebabkan langsung.
librosis; Dosis dihidroergotoksin dibatasi oleh adanya
nausea dan muntah. Pemberian alkaloid ergot alam
(6) tolazolin telah digunakan untuk pengobatan
hipertensi pulmonal yang persisten pada bayi dengan rantai peptida dalam jangka panjang atau
baru lahir. berlebihan dapat menyebabkan insulisiensi vasku-
ler dan gangren pada ekstremitas. Bila hebat, harus
segera dilakukan vasodilatasi, dan untuk ini otiat
ALKALOID ERGOT yang bekerja langsung, misalnya nitroprusid, paling
efektif. Pembahasan lebih rinci dapat dilihat pada
Kimia alkaloid ergot dibicarakan lebih lengkap Bab 26.
dalam Bab 26. Singkatnya, terdapat 3 jenis alkaloid Penggunaan utama alkaloid ergot adalah
ergot alam yakni ergonovin, ergotamin dan ergotok-
untuk stimulasi kontraksi uterus setelah partus dan
sin. Jenis ergonovin, yang tidak mempunyai ranlai
untuk mengurangi nyeri migren. Untuk pembahas-
samping polipeptida, lidak menunjukkan efek peng-
an lebih rinci, lihat Bab 26.
hambatan adrenergik. Jenis ergotamin dan ergo-
80 Farmakologi dan Tenpi

Campuran ergoloid mesilat (tablet 1 mg terdiri mengurangi aktivitas neuron adrenergik, sehingga
dari dihidro-ergokornin, dihidro-ergokristin dan mengurangi penglepasan NE darl ujung saraf dl
dihidro-ergokriptin sama banyak) banyak dipakai perifer, Kerja sentral ini ikut mengurangi refleks
untuk pengobatan demensia senilis. Pada bebe- takikardi, di samping memperkuat efek hambatan
rapa uji klinik, dihidro-ergotoksin menimbulkan sedi- c,1 -adrenergik di perifer.
kit perbaikan perilaku atau parameter psikologis Karena efek vasodilatasinya, maka aliran
lainnya dibandingkan dengan plasebo. Satu uji darah di organ-organ vital (otak, jantung, ginjal)
klinik pada penderita penyakit serebrovaskuler dapat dipertahankan, demikian juga dengan aliran
kronik menunjukkan bahwa pemberian obat ini sela- darah perifer di ekstremitas.
ma 8 minggu memperbaiki aliran darah otak di
daerah yang hipoksik, dibandingkan dengan pen- FARMAKOKINETIK. Semua derivat kuinazolin di-
toksifilin yang memberikan perbaikan yang lebih absorpsi dengan baik pada pemberian oral, terikal
besar dalam tingkah laku maupun aliran darah otak kuat pada protein plasma (terutama or,1-glikopro-
setempat. Mekanisme kerjanya masih belum dike- tein), mengalami metabolisme yang ekstensif di
tahui. hali, dan hanya sedikit yang diekskresi utuh melalui
ginjal (berkisar dari O,7% untuk bunazosin sampai
10% untuk terazosin),
Perbedaan utama terletak pada waktu paruh
1.2. ar-BLOKER SELEKTIF
eliminasinya. Prazosin, trimazosin dan bunazosin
mempunyai waktu paruh 2-3 jam sehingga harus
Dalam golongan ini termasuk derivat kuina-
diberikan 2-3 kali sehari. Terazosin mempunyai
zolin dan beberapa obat lain, misalnya indoramin
dan urapidil, yang masih belum mapan statusnya waktu paruh 12 jam, sehingga harus diberikan 1-2
sehingga tidak akan dibahas di sini.
kali sehari. Sedangkan doksazosin dengan waktu
paruh 20-22jam dapat diberikan sekali sehari.

SEDIAAN. Semua derivat kulnazolin diberikan per


DERIVAT KUINAZOLIN
oral. Prazosin dalam bentuk tablet 1 mg dan 2 mg,
demikian juga terazosin dan doksazosin. Bunazosin
Dalam kelompok ini termasuk prazosin seba-
tablet 0,5, 1 dan 3 mg, sedangkan trimazosin belum
gai prototipe, terazosin, doksazosin, trimazosin
dipasarkan di lndonesia.
dan bunazosin. Semuanya merupakan antagonis
kompetitif pada reseptor al yang sangat selektif EFEK SAMPING. Efek samping utama yang poten-
dan sangat poten. Rasio selektivitasnya (afinitas sial dapat terjadi pada pemberian or-bloker adalah
lerhadap reseplor o1 dibanding reseptor a,2) sekitar fenomen dosis pertama, yakni hipotensi posfural
300 untuk prazosin dan > 600 untuk doxazosin. yang hebat dan sinkop yang terjadi 30-90 menit
setelah pemberian dosis pertama. Hal ini disebab-
FARMAKODINAMIK. Efeknya yang utama adatah kan oleh penurunan tekanan darah yang cepat pada
hasil hambatan reseptor o,1 pada otot polos arteriol posisi berdiri akibat mula kerja yang cepat tanpa
dan vena, yang menimbulkan vaso- dan venodi- disertai relleks takikardi sebagai kompensasi, bah-
latasi sehingga menurunkan resistensi perifer dan kan diperkuat oleh kerja senlral yang mengurangi
alir balik vena. Penurunan resistensi perifer menye- aktivitas simpatis; di samping dosis awal yang ter-
babkan penurunan tekanan darah tetapi biasanya lalu besar, Fenomen inijuga terjadi pada peningkal-
tidak menimbulkan relleks takikardi. Hal ini disebab- an dosis yang terlalu cepat atau pada penambahan
kan (1 ) or-bloker tidak memblok reseptor p2 prasi- antihipertensi kedua pada penderita yang telah
naps sehingga tidak meningkatkan penglepasan mendapat ar-bloker dosis besar. Toleransi terhA-
NE dari ujung saraf (yang akan merangsang jantung dap lenomen ini terjadi dengan cepat, mekanis-
melalui reseptor 0r yang tidak diblok), dan (2) penu- menye tidak diketahui. Risiko terjadinya lenomen ini
runan alir balik vena menyebabkan berkurangnya dapat dikurangi dengan memberikan dosis awal
peningkatan curah jantung dan denyutjantung (ber- yang rendah sebelum tidur, meningkatkan dosis
beda dengan vasodilator murni, misalnya hidrala- dengan perlahan, dan menambahkan antihipertensi
zin, yang tidak menyebabkan venodilatasi). Di sam- kedua dengan hati.hati. Pada pemberian a,r-bloker,
ping itu, prazosin dan doksazosin, dan mungkin tekanan darah harus diukur pada waktu berdiri mau-
juga o1-bloker lainnya, juga bekerja sentral untuk pun berbaring untuk melihat adanya elek postural
Penghambat Adreneryik 8'l

ini. Fenomen dosis pertama ini kecil kemungkinan hon Pausrnystaliayohimbe dan dalam akar Rauwal-
terjadinya pada pemberian doksazosin, karena se- fia. Struktur kimianya mirip reserpin.
lain dilakukan titrasi dosis yang hati-hati, obat ini Yohimbin masuk SSP dengan mudah, di situ
mempunyai mula kerja yang lambat (yang menyer- memblok reseptor cr2 pascasinaps (lihat uraian
tai masa kerjanyayang panjang) sehingga penurun- pada Bab 5 mengenai a2-agonis) dan menyebab-
an tekanan darah terjadi secara perlahan (gradual). kan peningkatan aktivitas neuron adrenergik
Elek samping yang paling sering berupa pu' sentral, sehingga meningkatkan penglepasan NE
sing (hipotensi postural), sakit kepala, ngantuk, pal- dari ujung saraf adrenergik di perifer. Akibatnya,
pitasi, edema periler dan nausea. lerjadi peningkatan tekanan darah dan denyut jan-
tung serta aktivitas molorik, dan juga terjadi tremor'
Efek ini berlawanan dengan elek a2-agonis, misal-
PENGGUNAAN TERAPI
nya klonidin.
Hipertensi. Semua derivat kuinazolin diindikasikan Yohimbin juga merupakan antagonis seroto-
untuk hipertensi, yang merupakan penggunaan nin. Obat ini banyak dipakai untuk impotensi mes-
utama dari kelompok obat ini. Penggunaan obat- kipun efektivitasnya tidak jelas terbukti. obat ini
obat antihipertensi dibahas dalam Bab 22. meningkatkan aktivitas seksual pada tikus jantan,
dan mungkin berguna bagi beberapa penderita den-
Gagal jantung kongestif (GJK). Sebagai vaso- gan impotensi psikogenik.
dilator, cr-bloker telah digunakan untuk pengobatan
GJK. a-bloker menyebabkan dilatasi arteriol dan
vena, sehingga mengurangi alterload dan preload.
Akibatnya, curah jantung meningkat dan kongesti 2. ANTAGONIS ADRENOSEPTOR p
paru berkurang, sehingga kemampuan melakukan (p-BLoKER)
kegiatan lisik meningkat dan gejala sesak napas
berkurang. Pada penggunaan iangka panjang den-
Dikloroisoproterenol adalah p-bloker yang
gan prazosin, efek lerapi ini menetap tetapi jumlah
pertama ditemukan tetapi tidak digunakan karena
kematian tidak berkurang. Lain halnya dengan obat ini juga merupakan agonis parsial yang cukup
penggunaan penghambal ACE atau kombinasi
kuat. Propranolol, yang ditemukan kemudian,
hidralazin dengan nitrat yang dapat memperpan-
menjadi prototipe golongan obat ini' Sampai seka-
jang hidup penderita GJK. crr-bloker lainnya, ka-
rang, semua B- bloker baru dibandingkan dengan
rena relatit masih baru, belum diteliti elek jangka propranolol.
panjangnya untuk GJK.
Antagonis adrenoseptor p yang sekarang ter-
Penyakit vaskuler perifer. Prazosin dapat mengu- dapat di pasaran dapat dilihat dalam Tabel 6-1"
rangi insidens vasospasme digital pada penderita
penyakit Raynaud. Pemberian doxazosin pada KIMIA
penderita hipertensi ringan sampai sedang dengan
klaudikasio intermiten dapat memperbaiki gejala Struktur kimia berbagai p-bloker bersama iso-
penyakit tersebut. proterenol sebagai perbandingan dapat dilihat pada
Gambar 6-1 . Ternyata bahwa semua B-bloker mern'
Hipertrofi prostat benigna (BPH). Pemberian punyai struktur kimia mirip dengan isoproterenol'
clt-bloker pada BPH menyebabkan relaksasi otot- Rantai samping dengan substitusi isopropil atau
otot trigon dan slingter di leher kandung kemih serta
butil tersier pada gugus amin sekunder rupanya
otot polos kelenjar prostat yang membesar, se- diperlukan untuk inleraksi dengan adrenoseptor B"
hingga memperbaiki aliran urin serta geiala-gejala Substitusi pada cincin aromatik menentukan elek
lain yang menyertai obstruksi prostat tersebut. obat terutama perangsangan atau penghambatan,
Pembahasan yang lebih rinci dapat dilihat pada dan juga menentukan kardioselektivitasnya. Gugus
'Penggunaan terapi lenoksibenzamin'. hidroksil alifatik diperlukan untuk aktivitasnya. Gu
gus ini memberikan aklivitas optik, dan isomer J
p-agonis maupun p-bloker jauh lebih poten dari-
1.3. az-BLOKER SELEKTIF
pada isomer d-nya. Misalnya /-propranolol mem-
Sebagai o2bloker yang selektil hanya dikenal
punyai aktivilas lebih dari 100 kali aktivitas d'pro-
yohimbin, yang dilemukan dalam kulit batang po- pranolol sebagai p-bloker. Untuk penggunaan klinik
82 Farmakologi dan Tenpi

tr@;H-cH-NH H2-4H-CH-NH
OH H
llr
CH(CHs1z OH H cH(CHs)z

lsoproterenol Propranolol

o
o -'t-"", .a*lt"H2--cH-cH-NH
\ru:] 1 oH H
--6-"c H2--c H-c H-N N' 1l
c(cHs)s

l-t H
\J
CgHz OH H CH(CHs)e
Asebutolol Timolol

o CH2--H-CH-NH
*, rt-[-H rc-@-oc 2-c H-cH-N
ttt
H H
OH H C(cHs)s
OH H CH(CHs)z

Atenolol Nadolol

o
cHsocHa-cH-O*"Hz-GH--cH-N H lt

oH H CH(CHs)z
H.c-[-Hrrl\-c
- H-c H-N H
l\L/ttt
O OH H CH(CHo)z
Metoprolol Sotalol

o
ll /.=\, 6\-o"rr-*H-cH-NH
cHgo-c-cH r--aHJ(
-v )!ocx--cH-cH-NH
I I I
Yrrr
HN. I oHH CH(CHs)z
OH H CH(cHs)z \=l

Esmolol Pindolol

cH--HH2-cHr--o-cH.@--ocH2-c H-cH-N H 'CH2--H--H-NH


ttt
(CHs)z oH H CH(CHg)z OH H CH(CHs)z
OCHe-CH=CHz
Bisoprolol Oksprenolol

H*>-"H-cH-NH H2--H-CH-NH
r-ttt OH H ttt
HzN-C CHCH3 OH H CH(CHg)z
CHa-H= CHe
il I

o CHz-CHr-
Labetalol Alprenolol
Gambar 6-1. Struktur kimia berbagai p-Bloker dan l3oproterenol
Penghambat Adrenergik 8ri,

hanya tersedia bentuk rasemik, yakni campuran (Tabel 6-1). Tetapi, sifat kardioselektivitas ini relatif,
sama banyak kedua isomer. lsomer / yang aktil artinya pada dosis yang lebih tinggi p-bloker yang
dimetabolisme lebih lambat dari isomerdyang tidak kardioselektil juga memblok reseptor p2.
ahif. Labetalol mempunyai 2 atom C yang asi- Pindolol, oksprenolol, aiprenelol dan asebuto-
metris, sehingga mempunyai 4 isomer. Labetalol lol, bila berinteraksi dengan reseptor p tanpa ada-
tersedia sebagai campuran sama banyak dari ke-4 nya obat adrenergik seperti epinefrin atau isoprote-
isomernya. renol, menimbulkan elek adrenergik yang lemah
tetapi jelas; aktivitas agonis parsial (partlal ago-
nist activity - PAA) ini disebut juga aktivitas sim-
FARMAKODINAMIK patomimetik intrinsik (lntrlnslc sympathomlme-
tlc actlvlty - ISA). Beta-bloker lainnya tidak mem-
Beta-bloker menghambat secara kompetitil punyai aktivitas ini (Iabel 6-1 ).
elek obat adrenergik, baik NE dan Epi endogen Propranolol, oksprenolol, alprenolol, asebu-
maupun obat adrenergik eksogen, pada adreno-
tolol, metoprolol, pindolol, dan labetalol mempunyai
septor B. Potensi penghambatan dilihat dari
elek stabilisasi membran atau elek seperti anestetik
kemampuan obat ini dalam menghambat takikardi
yang ditimbulkan oleh isoproterenol atau oleh exer- lokal atau seperti kuinidin, maka disebut sebagai
cise. Karena penghambatan ini bersilal kompetitil, aktivitas stabilisasi membran (membrane sta-
maka dapat diatasi dengan meningkatkan kadar biltzlng activity - MSA), aktivitas anestetik lokal
obat adrenergik. atau aktivitas seperti kuinidin. Kekuatan MSA
Asebutolol, me[oprolol, atenolol dan bisopro- propranolol kira-kira sama dengan lidokain; okspre-
lol disebut p-bloker yang kardioselektif karena nolol kira-kira setengahnya; sedangkan atenolol,
mempunyai afinitas yang lebih tinggi terhadap re- bisoprolol, timolol, nadolol dan sotalol tidak mem-
septor pl daripada reseptor Fz. P-bloker lainnya punyai silat ini (Tabel 6-1).
disebut nonselektif karena mempunyai afinitas Labetalol, selain merupakan p-bloker yang
yang sama terhadap kedua reseptor p1 dan p2 nonselektil, juga adalah ar-bloker yang cukup

Tabel 6-1. BERBAGAI BETA-BLOKER DENGAN SIFAT-SIFAT FARMAKODINAMIKNYA

Kardioselektivitas Aktivltas Akllvltas


Beta-bloker Simpatomimetik Stablllsssl
lntrinsik Membran
0sA) (MSA)

1. Asebutolol + +
2. Metoprolol ++ +

3. Atenolol ++
4. Bisoprolol +++
5, Propranolol
6. Timolol
7. Nadolol
8. Sotalol
9. Pindolol ++ +
10. Oksprenolol + +

11. Alprenolol + +

12. Labetalol' + +

*' Juga merupakan at-bloker


Pada reseptor 02
84 Farmakologi dan Tenpi

selehif. Ke-4 isomer labetalol mempunyai atinitas Peningkatan denyut jantung, kontraktilitas
yang berbeda-beda terhadap reseptor cr dan p. Po- miokard, dan lekanan sistolik selama exercise atau
tensi campuran ini untuk rnemblok reseptor p 5-1 0 stres meningkatkan kebutuhan Oz rniokard. Aliran
kali potensinya untuk memblok reseptor o. Labe- darah koroner meningkat untuk memenuhi kebutuh-
talolluga mempunyai ISA tapiterbatas pada resep- an tersebut. Akan tetapi, pada penderita dengan
penyakit jantung koroner, sumbatan arteri koroner
torpz. Di samping itu labetalol menghambat ambilan
menyebabkan aliran darah koroner berkurang se-
kembali NE oleh ujung saraf adrenergik (pengham-
hingga terjadi iskemia miokard. B-bloker mengu-
bat ambilan-l, seperti kokain).
rangi peningkatan denyut jantung, kontraktilitas
KARDIOVASKULAR. Efek terhadap sistem kardio- miokard dan tekanan sistolik sehingga mengurangi
vaskular merupakan efek p-bloker yang terpenting, konsumsi Oe miokard. Meskipun p-bloker juga me-
terutama akibat kerjanya pada jantung. p-bloker ningkatkan kebutuhan Oe miokard melalui pening-
mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas mio- katan tekanan akhir diastolik dan waktu sistolik,
kard. Elek lni kecil pada orang normal dalam keada- letapi pengurangannya masih lebih banyak, sehing-
an istirahat, tetapi menjadi nyata bila sistem simpa- ga kemampuan exercise ditingkatkan pada pende-
tis dipacrr, misalnya sewaktu exercise atau stres. rita angina ini.
Pemberian jangka pendek mengurangi curah jan- Tekanan darah. p-bloker tidak menurunkan tekan-
tung; resistensi perifer meningkat akibat relleks sim- an darah penderita normotensi, tetapi menurunkan
patis yang merangsang reseptor cr pembuluh darah. tekanan darah penderita hipertensi. Mekanisme an-
Dengan p-bloker nonselektil, lerjadi hambatan tihipertensi ini masih belum jelas. Pemberian p-
reseptor gz pembuluh darah, yang juga meningkat- bloker secara kronik pada penderita hipertensi pada
kan resistensi perifer. Aliran darah ke semua jaring- akhirnya menyebabkan penurunan resistensi peri-
an kecuali ke olak berkurang. Penurunan aliran fer. Mekanismenya tidak diketahui, tetapi mungkin
darah ginjal, dan dengan demikian laju filtrasi glo- sekali karena adanya penyesuaian pembuluh darah
merulus, oleh p-bloker yang nonselektil sekalipun perifer terhadap pengurangan curah jantung yang
tidaklah banyak, sehingga biasanya tidak penting berlangsung secara kronik. Di samping ilu, ham-
pada penderita dengan lungsi ginjal yang normal. batan sekresi renin dari ginjal melalui reseptor p1
Resistensi periler msnurun kembali pada pemberi- juga menimbulkan elek hipotensif. Sebagian se-
an kronik. Labetalol, karena mempunyai aktivitas o- kresi renin akibat diet rendah Na* iuga diblok oleh
bloker, pada pemberian jangka pendek akan beker- p-bloker. Tidak ada bukti yang mendukung adanya
ja langsung menurunkan resistensi perifer. elek sentral.
Telah disebutkan bahwa elek hambatan p- Pemberian labetalol untuk pengobatan hiper-
bloker pada jantung lebih nyata sewaktu melakukan tensi menyebabkan denyut jantung dan curah jan-
kegiatan fisik. p-bloker mengurangi peningkatan tung tidak banyak berubah, resistensi perifer total
denyut jantung dan kontraktilitas miokard sewaktu menurun, dan aktivitas renin plasma mungkin ber-
exercise. Tetapi, peningkatan curah jantungnya kurang. Hipotensi postural terjadi pada sebagian
hanya sedikit dikurangi karena terjadinya pening- kecil penderita.
katan curah sekuncup selama exercise. Kemam-
Ritme iantung. p-bloker mengurangi kecepatan de-
puan exercise dikurangi oleh p-bloker, lebih banyak
polarisasi spontan (fase 4) nodus SA dan sel auto-
oleh p-bloker yang nonselektif dibandingkan p-blo-
matik lainnya, sehingga mengurangi denyut jantung
ker yang selektil. Hambatan reseptor 0e oleh p-
dan aktivitas lokus ektopik. p-bloker juga mengu-
bloker nonselektif mengurangi peningkatan aliran
rangi kecepatan konduksi nodus AV dan sistem
darah ke otot rangka selama exercise yang sub-
konduksi lainnya, serta meningkatkan masa refrak-
maksimal serta mengurangi peningkatan glikoge-
ter nodus AV. Aktivitas stabilisasimembran (MSA)
nolisis yang dibutuhkan sewaktu exercise. Pada
atau aktivitas seperti kuinidin yang dimiliki beberapa
kegiatan lisik yang submaksimal, pemberian p-blo-
ker dengan ISA mungkin menimbulkan hambatan B-bloker tidak muncul pada dosis lerapi, aktivitas ini
baru muncul pada dosis berlebih, p-bloker yang
denyut iantung yang sama dengan p-bloker tanpa
tidak memiliki MSA tetap efektil sebagai antiaritmia.
lSA. Tetapi pada kegiatan fisik yang tinggi, p-bloker
dengan ISA menimbulkan hambatan denyut jan- Pembuluh darah. p-blokeryang nonselektil, misal-
tung yang kurang dibandingkan dengan p-bloker nya propranolol, menghambat efek vasodilatasi me-
lanpa lSA. lalui reseptor pz. Akibatnya terjadi hambatan elek
Penghambat Adrenergik 85

vasodepresor isoproterenol dan peningkatan efek 92, maka untuk penderita yang mudah mengalami
presor epinefrin. Hal ini terutama penting pada feo- hipoglikemia, terutama penderita diabetes yang di-
kromositoma, di mana p-bloker hanya boleh diberi- obati dengan insulin, lebih baik digunakan p-bloker
kan setelah hambatan reseptor o yang cukup. lni yang kardioselektif. Semua p-bloker menghambat
u ntuk riencegah terjadinya vasokonstriksi melal ui lakikardi akibat rangsangan Epi yang dilepaskan
reseptor q yang tidak terimbangi akibat rangsangan oleh hipoglikemia; takikardi merupakan tanda peri-
Epiyang dilepaskan oleh tumor. ngatan yang pnting akan adanya hipoglikemia ter-
Elek presor pada pemberian B-bloker non- sebut. Meskipun stimulasi sekresi insulin oleh epi-
selektil dapat juga terjadi pada keadaan lain yang nefrin diperantarai reseptor 9e, p-bloker larang
meningkatkan aktivitas simpatis, misalnya pada mengganggu penglepasan insulin.
reaksi hipoglikemia pada diabetes yang tidak stabil
Metabolisme lemak. Propranolol menghambat ak-
atau bila merokok secara berlebihan.
Pindolol adalah p-bloker nonselektil yang
tivasi enzim lipase dalam sel lernak, sehingga
menghambat ponglepasan asam lemak bebas
mempunyai ISA paling kuat, p-bloker dengan ISA
dalam sirkulasi, yang ditimbulkan oleh peningkatan
menghasilkan penurunan denyut jantung dan te-
aktivitas simpatis sewaktu kegiatan lisik atau stres
kanan darah istirahal yang lebih kecil dibanding emosional. Akibatnya, peningkatan asam lemakda'
p-bloker lainnya yang tidak mempunyai lSA. Karena
lam darah, yang dibutuhkan sebagai sumber enersi
itu, B-bloker dengan ISA mungkin lebih disukai se- oleh otot rangka yang sedang aktil bekerja, berku-
bagai anlihipertensi untuk penderita dengan cada- rang. p-bloker yang nonselektil sedikit meningkat-
ngan jantung yang kurang atau dengan kecende- kan kadar trigliserida dan menurunkan kadar koles'
rungan terjadi bradikardi. terol HDL dalam plasma. Kadar kolesterol LDL dan
kolesterol total biasanya tidak berubah. p-bloker
SALURAN NAPAS. Bronkodilatasi adrenergik di-
yang kardioselektil dan yang mempunyai ISA lebih
perantarai oleh adrenoseptor p2. Adanya bronko-
jarang dalam menimbulkan gangguan metabolisme
dilatasi adrenergik intrinsik baru disadari setelah
lemak tersebut, demikian luga o, p-bloker. Meka'
ditemukannya p-bloker yang selalu meningkatkan
nisme elek initidak diketahui.
resistensi saluran napas. Efek bronkokonstriksi ini
p-agonis menurunkan kadar K+ plasma den-
kecil dan tidak berarti pada orang normal, tetapi
gan meningkatkan ambilan ion tersebut, lerutama
dapat membahayakan ;jiwa pada penderita asma
atau penderita penyakit obstruktil menahun ke dalam otot rangka (melalui reseptor Fe). Kadar
(PPOM), misalnya emfisema. p-bloker yang kar- Epi yang sangat meningkat sewaktu stres (misalnya
dioselektil (misalnya atenolol atau metoprolol) alau inlark miokard) dapat menimbulkan hipokalemia,
yang mempunyai ISA (misalnya pindolol) kurang g. Exerclse
yan g mudah menimbulkan aritmia jantun
menimbulkan bronkokonstriksi pada penderita menyebabkan peningkatan keluarnya ion K+ dari
asma dibandingkan dengan yang nonselektif. otot rangka, dan epinefrin mengurangi kenaikan
Tetapi, p-bloker yang kardioselektil maupun yang kadar plasma K* dengan meningkatkan ambilari ion
ber-lSA tetap dapat menimbulkan bronkospasme tersebut ke dalam otot. p-bloker mengurangi am-
pada penderita asma atau PPOM yang peka. p- bilan ini.
bloker dapat memperkuat bronkospasme oleh sero'
tonin, dan elek potensiasi ini lebih kual pada pende- Hormon. F-bloker menghambat sekresi renin dari
jukstaglomerulus ginjal oleh obat adrsnergik atau
rita asma daripada orang normal.
aktivitas sistem adrenergik, dan sebagian sekresi
EFEK METABOLTK. Metabolisme karbohidrat. yang ditimbulkan oleh diet rendah garam. p- bloker
Propranolol menghambat glikogenolisis di sel hati tanpa ISA memperlihatkan efek terkuat, sedangkan
dan otot rangka, sehingga mengurangi elek hiper- p-bloker dengan ISA efeknya lebih lemah' Pind6lol'
glikemia dari epinelrin eksogen maupun epinefrin yang mempunyai ISA paling kuat, praktis tidak
endogen yang dilepaskan oleh adanya hipoglike- memperlihatkan elek ini, Penurunan aktivitas renin
mia. Akibatnya, kembalinya kadar gula darah pada plasma (ptasma renin activity ' PRA) tidak mutlak
hipoglikemia (misalnya oleh insulin) diperlambat. diperlukan untuk efek antihipertensi'p-bloker. Pada
Selain itu, stimulasi sekresi insulin oleh obat adre- penderita hipertensi dengan PRA yang tinggi, renin
nergik juga dihambat oleh propranolol. Oleh karena memegang peran penting dalam meningkatkan te-
glikogenolisis oleh epinelrin diperantarai reseptor kanan darah; pada penderita demikian propranolol
86 Farmakologi dan Terapi

dosis rendah (kadar plasma 3-30 ng/ml) dapat me- p-bloker menghambat relaksasi uterus yang
nurunkan tekanan darah, terutama dengan men- ditimbulkan oleh katekolamin (melalui reseptor p2),
supresi renin. Pada penderita hipertensi dengan letapi tidak mempengaruhi kontraksinya oleh kate-
PRA rendah, propranolol juga dapat menurunkan kolamin (melalui reseptor d,l). Dengan menghambat
tekanan'darah, tetapi diperlukan dosis yang jauh relaksasinya, propranolol meningkatkan aktivitas
lebih tinggi (kadar plasma 30-100 ng/ml); pada pen- uterus, dan efek ini lebih kuat pada wanita tidak
derita demikian renin kurang berperan dalam me- hamil.
ningkatkan tekanan darah, sehingga efek antihi- p-bloker juga memblok hambatan degranulasi
pertensi propranolol ini tidak berdasarkan supresi sel mast oleh katekolannin (melalui reseplor pz).
renin. Selain itu, pindolol yang praktis tidak mem-
punyai efek supresi renin, juga mempunyai elek
antihipertensi. FARMAKOKINETIK
Propranolol menghambat elek sentral dopa-
min yang menghambat sekresi hormon pertumbuh- Sifat-silat larmakokinetik berbagai p-bloker
an sehingga terjadi peningkatan hormon pertum- dapat dilihat dalam Tabel 6-2. Berdasarkan sifat-
buhan dalam plasma. Efek ini lemah pada orang sifat ini, p-bloker dapat dibagi atas 3 golongan :
normal, tetapi dapat memperkuat peningkatan ka- (1) p-bloker yang mudah larut dalam lemak, yakni
dar plasma hormon pertumbuhan yang ditimbulkan propranolol, alprenolol, oksprenolol, labetalol, dan
oleh hipoglikemia akibat insulin. metoprolol. Semuanya diabsorpsi dengan baik (>
LAIN-LAIN. p-bloker menghambat tremor yang di- 90%) dari saluran cerna, tetapi bioavailabilitasnya
timbulkan oleh epinefrin atau obat adrenergik lain- rendah (tidak lebih dari 50%) karena mengalami
nya (melalui reseptor p2). Tetapi, propranolol tidak metabolisme lintas pertama yang ekstensil di hati.
selalu efektif terhadap tremor esensial atau tremor Eliminasinya melalui metabolisme di hati sangat
pada penyakit Parkinson. Hal ini mungkin karena ekstensil sehingga obat utuh yang diekskresi mela-
efek antitremor propranolol merupakan efek periler, lui ginjal sangat sedikit (< 10%), Kelompok ini mem-
jadi hanya dapat mengurangi tremor yang diper- punyai waktu paruh eliminasi yang pendek, yakni
hebat oleh peningkatan aktivitas sistem simpatis, berkisar antara 2-6 jam, kecuali labetalol dapat
misalnya dengan adanya stres emosional. mencapai 8 jam.

Tabel 6-2. SIFAT-SIFAT FARMAKOKTNETIK BERBAGAI p-BLOKER

Larut dalam Bioavaila- Metabolisme Eliminasl Ekskresi l1/2 lkatan


p-blokcr bilitas
air/lemak linta3 pcrtama melalui obat utuh eliminasi protein
oral di hati ginjaUhati dalam urin (iam) plasma
(%i (Yol' (lo)

1. Propranolol lemak 25-30 ya hati <1 2-6 93


2. Alprenolol lemak 10 ya hati <1 2-3 76-85
3. Oksprenolol lmak dan ait 25-50 ya hati <2 292
4. Labetalol lomak dan ai] 25 ya hati <5 5-8 50
5. Meloprolol lemak dan ait 40-50 ya hati 5-1 0 3-6 8-12

6. Timobl lmak dan air 50-75 s6dang hati dan ginjal 15-20 4-5 60
7. Bisoprolol
8.
lemak dan air 90 100/o hali dan ginjal 50 11 30

9.
Asebutolol air dan lemak 30-50 ya ginjal dan hati 30-50 3-12*. 20-30.
Pindolol air dan lemak 95-100 lidak ginjal dan hati 35-55 3-4 40-50

10. Sotabl air 90-100 tiJak ginjal 90-100 10-15 <1


11. Nadolol air 30 tidak ginjal 75- t 00 n-24 20-30
12. Atenolol air 40-60 tidak ginjal 85-100 6-8 <5

*'
o/o
dosisyang dibrikan
% dosis yang bioavailabel
*r I U2 asebulolol 3-4 iam, metabolit aktilnya 8-12 jam
87
Penghambat Adrenergik

(2) B-bloker yang mudah larut dalam air, yakni ini bervariasi antar individu berdasarkan kapasitas
sotalol, nadolol dan atenolol. Sotalol diabsorpsi metabolisme masing-masing penderita. Peningkat-
dengan baik dari saluran cerna, dan tidak men- an dosis di atas batas kejenuhan menghasilkan pe-
galami metabolisme lintas pertama yang berarti ningkatan kadar plasma yang nonlinear yaitu makin
sehingga diperoleh bioavailabilitas yang tinggi. tinggi dengan makin besarnya doqis' Untuk okspre-
Nadolol dan atenolol kurang baik absorpsinya dari nolol, proses metabolisme presistemik tampaknya
saluran cerna sehingga bioavailabilitasnya rendah. tidak mengalami kejenuhan pada dosis terapi, se-
Ke-3 obat ini praktis tidak mengalami metabolisme hingga peningkatan dosisnya akan memberikan pe-
sehingga hampir seluruhnya diekskresi utuh melalui ningkatan kadar plasma yang linear.
ginjal. Ke-3 obal ini mempunyai waktu paruh yang Waktu paruh obat yang eliminasinya terutama
panjang (> 6 jam). melalui ginjal, yakni atenolol, nadolol, dan sotalol,
diperpanjang pada gagal ginjal. Demikian juga wak'
(3) p-bloker yang kelarutannya terletak di antara iu paruh obat yang eliminasinya terutama melalui
golongan (1) dan (2), yaknitimolol, bisoprolol, ase-
hati diperpanjang pada penyakit hati, Penyakit hati
butolol dan pindolol. Ke-4 obat ini diabsorpsi den- juga mengurangi kapasitas metabolisme hati dari
gan baik dari saluran cerna, tetapi mengalami
obat-obat tersebut sehing ga menin gkatkan bioavai-
metabolisme lintas pertama yang berbeda derajat-
labilitasnya pada pemberian oral. Pada gagal ginjal
nya : ekstensif untuk asebutolol, sedang untuk timo-
berat tanpa dialisis yang teratur, harus diperhatikan
lol, hanya 10% untuk bisoprolol, dan tidak dialami
oleh pindolol. Eliminasinya melalui ginjal dan hati kemungkinan kumulasi dari metabolit yang aktif.
sama banyak atau hampir sama banyak, kecuali Hanya propranolol. alprenolol dan asebutolol yang
untuk timolol hanya 15-20% melalui ginjal' Waktu mempunyai metabolit aktif. Metabolit aktil dari pro-
paruh eliminasinya lermasuk pendek untuk pindolol pranolol adalah 4-hidroksipropranolol' yang mem-
dan timolol, tetapi termasuk panjang untuk bisopro- punyai aktivitas sebagai p-bloker'
lol dan asebutolol. Sebagian besar aktivitas asebu- Meskipun kebanyakan p-bloker mempunyai
tolol ditimbulkan oleh metabolit aktifnya, diasetolol, waktu paruh eliminasi yang relatif pendek, elek anti-
yang kemudian diekskresi dalam urin. hipertensinya berlangsung lebih lama daripada
Distribusinya ke dalam SSP sejajar dengan yang dapat diperkirakan dari waktu paruhnya, se-
kelarutannya dalam lemak. Alprenolol dan propra- hingga dapal diberikan dengan dosis sekali atau
nolol yang paling tinggi kelarutannya dalam lemak dua kali sehari.
paling mudah masuk ke dalam otak, sedangkan Esmolol adalah p-bloker kardioselektif den-
atenolol dan nadolol yang paling sukar larut dalam gan masa kerja yang sangat singkat. Obat ini' yang
lemak paling sukar pula untuk menembus sawar tidak mempunyai ISA maupun MSA, diberikan lV
darah otak. untuk keadaan-keadaan yang memerlukan p-bloker
Oleh karena terdapat perbedaan individual kerja singkat, misalnya untuk takikardi supraven-
dalam kapasitas metabolisme hati, maka p-bloker trikular, atau untuk penderita sakit berat yang bila
yang mengalami eliminasi presistemik di hati timbul elek samping bradikardi, gagal jantung atau
(Golongan 1) memperlihalkan kadar plasma yang hipotensi, obat perlu segera dihentikan. Esmolol
sangat bervariasi setelah pemberian dosis oral berupa ester yang dihidrolisis dengan cepat oleh
yang sama pada penderita. Misalnya propranolol esterase yang terdapat dalam eritrosit. Waktu pa-
dan metoprolol menimbulkan variasi kadar plasma ruhnya sekitar 8 menit, efek puncak hambatan
sampai 20 kali lipat. Sebaliknya, p-blokeryang larut reseptor p dicapai dalam 6-1 0 menit setelah pem-
dalam air (Golongan 3) dan juga pindolol, karena berian dosis loading, dan eleknya hilang dalam 20
tidak mengalami metabolisme presistemik maka menit setelah inlus dihentikan.
kadar plasma yang dicapai menunjukkan variasi
yang tidak begitu besar. Misalnya atenolol, variasi
SEDIAAN
kadar plasmanya hanya 2'4 kali lipat pada penderita
yang berbeda.
Bentuk sediaan berbagai p-bloker tersebut di
Proses metabolisme presistemik untuk bebe-
atas yang tersedia di lndonesia adalah sebagai
rapa obat seperti propranolol dan alprenolol menga'
berikul :
lami kejenuhan pada dosis terapi. Batas keienuhan
88
Farmakologi dan Terapi

1. Propranolol tablet 10 dan 40 mg; kapsul gangguan konduksi AV. Karena itu
B-bloker dikon-
lepas lambat 160 mg traindikasikan pada blok AV derajat 2 dan 3, dan
2. Alprenolol tablet 50 mg dengan perhatian khusus pada pemberian bersama
3. Oksprenolol obat yang dapat mengganggu lungsi SA atau kon-
tablet 40 dan 80 mg; tablet
duksi AV, misalnya verapamil, digitalis, atau ber_
lepas lambat 80 mg
bagai obat antiaritmia.
4. tlabetalol tablet 100, 200 dan 300 mg;
injeksi lV 5 mg/mt BRONKOSPASME. p-bloker meningkatkan resis_
tensijalan napas dan dapat menimbulkan serangan
5. Metaprolol tablet 50 dan 100 mg; tablet
asma pada penderita dengan riwayat asma, bron_
lepas lambat 100 mg
kitis kronik ataupun alergi berat. p-bloker yang kar-
*Timolol
6. lablet 5, 't0 dan 20 mg; tetes dioselektif atau yang mempunyai ISA memang
mata0,25% dan 0,5% kurang menimbulkan bronkospasme, tetapi tetap
7. Bisoprolol tablet 5 mg dapat menimbulkannya pada penderita yang peka,
walaupun bronkospasme yang ditimbulkannya mu_
8. Asebutolol kapsul 200 mg dan tablet
dah diatasi dengan Fz-agonis. Meskipun demikian,
400 mE
semua p-bloker secara umum tidak boleh diberikan
9. Pindolol tablet 5 mg dan 10 mg pada penderita dengan penyakit obstruksi jalan
10. *Sotalol tablet 80, 160 dan 240 mg napas bila ada obat lain yang efektif. Bila p- bloker
benar-benar diperlukan, harus dipilih yang kardio_
11, Nadolol tablet 40 dan 80 mg
selektif dan harus diberikan bersama p2_agonis.
12. Atenolol tablet 50 dan 100 mg. Penggunaan kronik propranolol dapat mengurangi
'Tidak dipasarkan di lndonesia. manlaat epinelrin dalam mengatasi reaksi anafilak_
sis pada penderita yang bersangkutan.
EFEK SAMPING DAN PERHATIAN cANGGUAN StRKULASt pERtFER. p_btoker
dapat menyebabkan ekstremitas dingin, mencetus_
Kebanyakan efek samping p-bloker adalah
kan atau memperberat gejala penyakit Raynaud,
akibat hambatan reseptor B; elek samping yang
dan menyebabkan kambuhnya klaudikasio intermi-
tidak berhubungan dengan reseptor p jarangie4adi.
ten. Pada beberapa penderita, gangguan vaskular
GAGAL JANTUNG. p-bloker dapat menyebabkan ini dapat sedemikian hebat sampai menimbulkan
atau mencetuskan gagal jantung pada penderita sianosis dan gangren. Hal ini mungkin akibat ham_
dengan gangguan lungsi miokard, misalnya gagal batan vasodilatasi melalui reseptor pe di otot rangka
jantung yang masih terkompensasi, inlark miokard menyebabkan vasokonstriksi melalui reseptor cr
akut, atau kardiomegali. p-bloker mungkin berman- tidak terimbangi, di samping adanya pengurangan
laat bila gangguan fungsi miokard disertai dengan curah jantung. Belum diketahui apakah B-bloker
hipertensi berat, aritmia atau sinus takikardi. Bahwa yang kardioselektif, yang mempunyai lSA, atau
gagaljantung jarang terjadi meskipun curah jantung yang bersifat q,-bloker lebih kecil kemungkinannya
menurun, menunjukkan adanya penurunan tekan- menimbulkan kambuhnya klaudikasio, Meskipun
an yang mengurangi beban kerja jantung. demikian, semua p-bloker secara umum dikontrain_
_darah
Risiko gagal jantung dapat dikurangi bila terlebih dikasikan pada penyakit vaskular perifer.
dahulu diberikan diuretik, tetapi biasanya dianjur-
kan untuk diberikan juga digitalis. p-bioker tidak GEJALA PUTUS OBAT. penggunaan kronik p_

menghambat efek inotropik digitalis, tetapi kedua bloker menimbulkan supersensitivitas terhadap p-
obat ini mendepresi konduksi AV. Belum diketahui agonis karena diperkirakan terjadi peningkatan jurn_
apakah B-bloker dengan ISA atau dengan silat a- lah reseptor B sebagai mekanisme adaptasi. Oleh
bloker lebih aman untuk penderita-pendlrita ini. karena itu, bila B-bloker dihentikan secara men_
dadak, akan terjadi elek p-agonis yang berlebihan
BRADIARITMIA. Bradikardi merupakan respons (fenomen rebound). Bila ini terjadi, obat harus
yang normal terhadap p-bloker, dan obat dihenti- segera diberikan kembali.
kan hanya pada penderita dengan keluhan. Tetapi Pada penyakit jantung koroner (angina pek_
p-bloker dapat menimbulkan disosiasiAV dan .
toris), gejala putus p- bloker berupa serangan angi-
henti
jantung pada penderita yang sudah mengalami na yang dapal berakibat inlark miokard, aritmia
Penghambat Adrenergik

ventrikuler, dan bahkan kematian. Pada penderita berikan obat pada malam hari' Dahulu diperkirakan
hipertensi, penghentian mendadak p-bloker dapat bahwa elek sentral ini lebih banyak ditimbulkan oleh
menimbulkan peningkatan tekanan darah yang ber-
p-bloker lipolilik yang masuk SSP dengan mudah
imisalnya propranolol, metoprolol)
dan kurang di-
lebihan. Peningkatan sensitivitas ini terlihat selama
iirbulkun oleh p-bloker hidolilik yang sukar masuk
berhaii-hari seielah obat dihentikan mendadak dan
dapat bertahan selama minimal 1 minggu' SSP (misalnya atenolol, nadolol), tetapi hubungan
Unluk mencegah terjadinya gejala putus obat' ini ternyata tidak ielas.
penghentian p- bloker harus dilakukan secara ber- LAIN-LAlN. Beta-bloker dapat menyebabkan gang-
tahap dalam waktu 10-14 hari pada penderita hiper- guan saluran cerna (nausea, muntah, diare ataul
tensi, sedangkan pada penderita angina diperlukan lonstipasi) tetapi jarang' Gangguan lungsi seksual
waktu beberapa minggu sambit membatasi exer- (penurunan libido dan impotensi), alopesia, miopati
cise selama Periode taPering ini' Jan artropati juga dapat terjadi. Beaksi alergi be-
Gejala putus obat terutama terjadi dengan p- rupa rash, demam dan purpura iarang terjadi' tetapi
bloker yang kerjanya singkat, misalnya propranolol' biia terjadi obat harus dihentikan. Diskrasia darah
lnsidens dan intensitas geiala lersebut lebih rendah berupa leukopenia, trombositopenia dan agranulo'
dengan p-bloker yang kerianya paniang, misalnya sitosis telah dilaporkan meskipun sangat jarang'
atenolol. Geiala putus obat ini lebih ringan pada DOSIS BERLEBIH. Manilestasi keracunan p-blo-
penderita yang mendapat p-bloker dengan lSA, dan ker bergantung pada sifat-sifat larmakologik B-
bahkan lidak leriadi pada penderita yang mendapat bloker yang bersangkutan, terutama sifat kardiose-
pindolol. lektivitis, ISA dan MSAnya. Hipotensi, bradikardi'
konduksi AV yang memanjang, dan kompleks QBS
HIPOGLIKEMIA. Hipoglikemia menimbulkan akti'
yang melebar merupakan manifestasi yang sering
vasi simpatoadrenal yang akan meningkatkan gula
ierjaOi. Kejang danlatau depresi dapat iugaleriadi'
darah melalui glikogenolisis dan akan menimbulkan
Hipoglikemia iarang, dan bronkospasme tidak ter-
takikardi sebagai tanda penting pada hipoglikemia' paru. Pengobatan simto-
p-bloker menghambat glikogenolisis dan menghi- laOi Uila tidaX ada penyakit
matik dan suportif. Bradikardi diobati mula-mula
iangt<an takikardi yang menandai hipoglikemia' Aki-
dengan atropin, tapi pacu jantung seringkali diperlu-
batnya, pemberian p'bloker dapat memperberat
Xan. UntuX mengobati hipotensinya mungkin diper-
dan memperpanjang periode hipoglikemia akibat
lukan isoproterenol atau suatu ot-agonis' Glukagon
insulin atau hipoglikemik oral pada penderita diabe-
mempunyai efek inotropik dan kronotropik positil
tes dan dapat menimbulkan hipoglikemia pada pen-
yang tidak bergantung pada reseptor p, dan obat ini
derita diabetes yang labil, penderita yang dalam p-
periode pemulihan dari anestesi, yang dalam diali-
ielah ditunlukkan berguna pada keracunan
bloker.
sis, dan kadang'kadang sewaktu kegiatan lisikyang
lama. Oleh karena glikogenolisis diperantarai adre- INTERAKSI OBAT. lnteraksi farmakokinetik' Ga-
noseptor 0e maka penggunaan p-bloker yang kar' ram aluminium, kolestiramin, dan kolestipol dapat
dioselektil akan menyebabkan elek hipoglikemia mengurangi absorpsi p-bloker. Fenitoin, rilampin'
yang lebih ringan dibandingkan B-bloker yang non- fenobarbital, dan merokok menginduksi enzim-
selektil. p-bloker ternyata jarang mengganggu enzim biotranslormasi di hepar sehingga memper-
penglepasan insulin dari sel p pankreas melalui cepat metabolisme p-bloker yang eliminasinya me'
reseptor pe. lalui metabolisme hati, misalnya propranolol' Sime'
tidin dapat meningkatkan bioavailabilitas B-bloker
EFEK METABOLIK. B'bloker nonselektif tanpa ISA yang mengalami metabolisme lintas pertama di hati
menurunkan kadar kolesterol HDL dan meningkat- metatui hambatan enzim metabolisme di hati"Hidra-
kan kadar trigliserida dalam serum. p-bloker selektif lazin memberlkan efek yang sama melalui pengu-
atau dengan ISA lidakikecil pengaruhnya terhadap rangan aliran darah hepar. Sebaliknya, p-bloker
lipid darah. dapat mengganggu klirens lidokain'

EFEK SENTRAL. Efek samping p-bloker pada SSP lnteraksi tarmakodinamik. p-bloker dan antagonis
berupa rasa lelah, gangguan tidur (insomnia, mimpi kalsium tertentu, misalnya verapamil atau diltiazim'
buruk), dan depresi. Mimpi buruk dan insomnia mempunyai elek aditil dalam menghambat konduk-
seringkali dapat dihindarkan dengan tidak mem- si jantung. Elek antihipertensi p-bloker dan obat
90
Farmakologi dan Terapi

antihipertensi lainnya juga aditif. Tetapi, efek antihi_ mempunyai MSA juga efektif untuk pengobatan arit_
pertensi p-bloker dapat dikurangi oleh indometasin
mia, angina dan hipertensi. Tetapi bila pedderita
dan obat-obat antiinflamasi nonsteroid lainnya (lihat mendapat propranolol dalam dosis sangat tinggi
Bab22).. (lebih dari 1 g sehari), yang kadang-kadang dip6i-
lukan untuk aritmia yang resisten, mungkinlicapai
PENGGUNAAN KLINIK kadar plasma yang dapat menimbulkan MSA; dalam
hal ini MSA mungkin saja ikut berperan dalam meng_
ANGINA PEKTORIS. p-bloker bermanfaat untuk hasilkan efek antiaritmla.
penderita angina pektoris untuk meningkatkan keta- Propranolol tidak boleh diberikan untuk peng_
hanan dalam melakukan kegiatan fisik. Semua obat obatan darurat aritmia ventrikuler, kecuali bila arit_
golongan ini, dengan maupun tanpa MSA, ISA atau mia ini disebabkan oleh terlalu banyak katekolamin
kardioselektivitas, efektif untuk angina pektoris ini. beredar daiam darah, seperti pada feokromositoma
Hal ini menunjukkan bahwa manlaatnya berdasar- atau infus obal adrenergik, Aritmia ventrikel sering_
kan elek penghambatan reseptor gr di jantung se- kali merupakan komplikasi penyakit jantung yang
hingga p-bloker dengan ISA kurang eieXtif jntuk berat. Pemberian propranolol lV pada penderita
angina stabil yang berat. Uraian yang lebih terinci demikian mungkin dapat menghilangkan aritmia_
untuk indikasi ini dapat dilihat pada Bab 23. nya, letapi dengan mengurangi aktivitas simpatis
yang diperlukan untuk mempertahankan hidup,
ARITMIA. Aktivitas antiaritmik p-bloker berdasar_ dapat timbul kolaps kardiovaskular yang fatal.
i_
kan penghambatan efek katekolamin pada reseptor bloker juga berguna untuk pengobatan aritmia pada
9r di jantung. B-bloker menghambat percepatan penderita dengan prolaps katup mitral.
konduksi dan pemendekan periode refrakter nodus lndikasi dan dosis p-bloker sebagai antiaritmia
AV oleh katekolamin. Efek ini mendasari pengguna_ dapat dilihat pada Bab 21.
an p-bloker pada takiaritmia supraventrit<ulei untuk
memperlambat respons ventrikel dan bahkan untuk HIPERTENSI. p-bloker adalah obat antihipertensi
menghilangkan aritmia supraventrikuler yang me- yang efektif. Pemberian secara kronik pada pende_
merlukan reentry ke dalam nodus AV. p-biokei juga rita hipertensi menurunkan tekanan darah secara
menghambat percepatan automatisitas dari sel-sel perlahan-lahan. Pada umumnya p-bloker dikombi_
automatik. Elek ini berguna untuk mendepresi fokus nasi dengan diuretik. p-bloker terutama berguna
ektopik pada aritmia ventrikuler. bila diberikan dalam kombinasi dengan vasodilator
Sotalol, di samping eleknya sebagai p_bloker, karena p-bloker dapat memblok relleks takikardi
pada dosis yang lebih besar memperpanjang lama dan peningkatan curah jantung akibat vasodilator.
potensial aksi sehingga memperpanjang periode Ada 2 mekanisme antihipertensi p_blokeryang
diterima pada saat ini. pertama, berdasarkan penu_
relrakter jaringan konduksi jantung maupun olot
runan curah jantung akibat hambatan reseptor pr di
jantung (ventrikel dan atrium). Karena itu, sotalol
jantung. Pemberian B-bloker mula-mula menimbul-
digolongkan dalam obat antiaritmia Kelas 3 (menye_
kan penurunan curah jantung dan relleks pening_
rupai amiodaron), berbeda dengan
B_bloker lainnya katan resistensi perifer. Lambat laun terjadi vasodi_
yang merupakan obat antiaritmia Kelas 2.
latasi perifer sebagai mekanisme adaptasi pembu_
MSA dari p-bloker pada mulanya diperkirakan luh darah terhadap penurunan curah jantung yang
mendasari efek antiaritmiknya; ternyata MSA ini ti- berlangsung secara kronik.
dak berguna untuk pengobatan aritmia maupun un_
Mekanisme antihipertensi yang kedua berda-
tuk pengobatan angina dan hipertensi. Hal ini terlinat
sarkan hambatan sekresi renin. penglepasan renin
dari : (1) d-propranolol yang mempunyai MSA sama
dari ginjal distimulasi oleh B1-agonis, dan elek ini.
kuat.dengan isomer lnya tetapi dengan efek peng- dihambat oleh p-bloker. p-bloker juga mengurangi
hambatan reseptor p yang sangat lemah, tidak mem_ sebagian penglepasan renin yang distimulasi oleh
punyai elek antiaritmia, antiangina maupun antihi-
deplesi Na+. Penderita hipertensidengan aktivitas
perlensi; (2) kadar plasma propranolol yang efektit
renin plasma (plasma renin activity - pRA) yang
sebagai antiaritmia maupun antiangina pa-a pen_ tinggi responsif terhadap B-bloker dosis rendah.
derita kira-kira 100 kalilebih rendah daripada kadar Pada penderita demikian, mekanisme antihiperten-
yang diperlukan untuk menimbulkan MSA pada otot
si p-bloker terutama berdasarkan elek antirenin_
jantung manusia in vitro; dan (3) p. bloker yang
tidak nya. Kebanyakan penderita hipertensi dengan pRA
Penghambat Adrenergik

yang rendah juga responsil terhadap p-bloker tetapi lebihan pada saat infark miokard baru terjadi mau-
memerlukan dosis p-bloker yang lebih besar. Pada pun akan terjadi. Dengan demikian p-bloker mengu-
penderita demikian, efek antirenin hanya kecil saja rangi kerja jantung sehingga mengurangi kebutuh-
perannya dalam menimbulkan efek antihipertensi an Oz miokard dan mencegah terjadinya iskemia
p-blokei. miokard, serta mencegah terjadinya aritmia.
Penggunaan p-bloker sebagai antihipertensi Berdasarkan hasil berbagai penelitian terse-
beserta dosisnya dapat dilihat dalam Bab 22. but diatas, p-blokeryang telah terbuktielektil diberi-
kan pada semua kasus pasca inlark kecuali pada
INFARK MIOKARD. Beberapa p-bloker telah ter- penderita dengan risiko rendah atau bila p-bloker
bukti efektil untuk pencegahan sekunder setelah merupakan kontraindikasi. p-bloker diberikan sela-
inlark miokard, artinya untuk mengurangi insidens ma1-2 tahun bila dapat ditoleransi oleh penderita,
infark ulang dan kematian pada penderita yang kemudian dilakukan revaluasi. Terapi diteruskan
selamat dari serangan akut infark miokard, Untuk pada penderita dengan angina, hipertensi atau risi-
maksud ini, p- bloker diberikan secara oral setelah ko tinggi. Terapi ini harus disertai dengan berhenti
fase akut lewat dan keadaan penderita telah stabil merokok. Bila terapi ini hendak dihentikan, harus
(antara 5-28 hari setelah serangan) dan diteruskan secara bertahap.
selama 1-2 tahun. Hasil gabungan belasan peneliti-
an menunjukkan bahwa pemberian p-bloker jangka KARDIOMIOPATI OBSTRUKTIF HIPERTROFIK.
lama dapat mengurangi insidens infark ulang dan Pada kelainan jantung ini, peningkatan kontraksi
kematian sekitar 20-30%. p-bloker yang telah ter- miokard meningkatkan obstruksi aliran darah keluar
bukti bermanfaat adalah timolol (1 0 mg, 2 x sehari), dari ventrikel kiri, sehingga dapat menimbulkan se-
propranolol (60-80 mg, 3 x sehari) dan metoprolol rangan angina. Hal ini terutama teriadi pada waktu
(100 mg, 2 x sehari). Alprenolol menunjukkan ke- melakukan kegiatan lisik, yakni pada waktu kontrak'
cenderungan yang sama, sedangkan oksprenolol si iantung meningkat akibat peningkatan aktivitas
tampaknya kurang bermanfaat. Manlaat ini teru- simpatis, p-bloker tidak banyak pengaruhnya pada
tama dialami oleh penderita dengan risiko tinggi, waktu istirahat, tetapi dapat memperbaiki aliran
yakni penderita yang bukan baru sekali ini kena darah padawaktu melakukan kegiatan lisik, dengan
serangan infark dan penderita dengan komplikasi mencegah peningkatan kontraktilitas jantung.
(gangguan lungsi jantung, aritmia, angina, hiperten- Pengobatan jangka panjang dilaporkan berman'
si, kadar SGOT 4 x normal atau lebih). Sedangkan laat.
untuk penderita dengan risiko rendah, yakni pende- p-bloker sering digunakan pada aneurisma
rita muda tanpa komplikasi, manfaat pemberian p- aortik disekting akut berdasarkan eleknya mengu-
bloker kecil sekali. rangi kekuatan kontraksi miokard dan kecepatan
p-bloker juga oiberikan dalam lase akut inlark kontraksi tersebut.
miokard dengan maksud untuk mengurangi kemati-
FEOKROMOSITOMA. B-bloker kadang-kadang
an dini dan mengurangi luas infark. Untuk maksud
berguna untuk rnengatasi takikardi dan aritmia pada
ini, p-bloker diberikan secepatnya setelah terjadi
penderita tumor ini, tetapi obat ini hanya boleh dibe-
serangan inlark (dalam waktu beberapa jam), mula-
rikan bersama a-bloker, yakni obat yang lebih pen-
mula lV kemudian disambung oral. Hasilnya, pem-
ting untuk penyakit ini. Bila diberikan sendiri, p'blo-
berian atenolol selama 7 hari (mula- mula 5-10 mg
ker dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah
lV, lalu 100 mg sehari oral) mengurangi kematian
yang sangat tinggi akibat hambatan vasodilatasi di
dini dengan 14%. Pemberian metoprolol selama 15
otot rangka. p-bloker juga mengurangi kardiomio-
hari (mula-mula 15 mg lV lalu 100 mg 2 x seharioral)
pati akibat katekolamin pada penyakit ini.
mengurangi kematian dengan 13%; padakelompok
risiko tinggi, metoprolol menguranginya dengan TIROTOKSIKOSIS. p-bloker yang nonselektif digu-
30%. Luas infark yang diukur secara tidak langsung nakan untuk mengurangi tanda dan gejala pening-
berdasarkan kadar enzim-enzim iantung tampak- katan aktivitas simpatis berupa takikardi, palpitasi
nya diperkecil oleh metoprolol. dan tremor pada hipertiroidisme selama belum
Mekanisme p-bloker untuk indikasi ini diduga mendapat pengobatan yang lebih spesilik, alau se-
berdasarkan kerjanya menghambat reseptor pt di belum dilakukan tiroidektomi. Obat ini memberikan
jantung sehingga melindungi iantung terhadap pe- perbaikan yang cepat dan nyata pada krisis tiroid'
rangsangan simpatis yang meningkat secara ber- Hipertiroidisme mempercepat metabolisme obat,
92
Farmakologi dan Terapi

maka untuk obat-obat yang eliminasinya terutama karena itu, B-bloker tidak bermanfaat untuk ansietas
melalui metabolisme seperti propranoloi, diperlukan kronik maupun ansietas yang gejala-gejala soma_
interval dosis yang lebih pendek, Oleh karena itu, tiknya tidak jelas; untuk jenis-jenis ansietas ini yang
penggunaan sotalol atau nadolol akan lebih praktis gejala-gejala psikisnya lebih dominan, benzodia_
karena metabolismenya minimal dan waktu paruh_ zepin lebih efektif. Untuk indikasi ini,
nya lebih panjang, Tetapi propranolol mempunyai B_bloker harus
diberikan dalam dosis efektil yang sekecil mungkin.
efek.tambahan yang menguntungkan, yakni meng_
Propranolol juga berguna untuk pengob;tan
hambat konversi tiroksin menjadi triiodotironin yang
tremor esensial (melalui reseptor p2).
lebih aktif di perifer, dan efek ini tidak melalui resep_
tor p. Penggunaan B-bloker pada penderita dengan
pembesaran jantung harus hati-hati karena dapat
menyebabkan gagal jantung kongestif. 3. PENGHAMBAT SARAF
MlcREN. Propranolol dan p-bloker tanpa ISA lain- ADRENERGIK
nya (timolol, metoprolol, atenolol, nadolol) berman_
faat untuk mencegah serangan migren, tetapi tidak
bermanfaat untuk mengatasi serangan. Mekanisme Penghambat saraf adrenergik menghambat
kerjanya tidakdiketahui. p-bloker dengan ISA aktivitas saral adrenergik berdasarkan gangguan
kurang atau tidak elektil untuk profilaksis migren, sintesis, atau penyimpanan dan penglepasan neu_
mungkin karena obat-obat ini mendilatasi pem_ rotransmitor di ujung saral adrenergik.
buluh darah serebral. Dosis B-bloker untuk protitat<- Dalam kelompok initermasuk guanetidin, gua-
sis migren sama dengan dosisnya untuk hipertensi nadrel, reserpin, dan metirosin.
(lihat Bab 22). Bita tidak ada manfaar daiam 4_6
minggu, terapi dengan p-bloker ini harus dihentikan
secara bertahap. 3.1. GUANETIDIN DAN GUANADREL
GLAUKOMA. Timolol topikal elektif untuk pengo-
batan glaukoma sudut terbuka. p-bloker mengura_ GUANETIDIN
ngi tekanan intraokuler, mungkin dengan mengr_
rangi produksi cairan bola mata (aqueous humor) Guanetidin adalah prototipe penghambat
oleh badan siliaris. Timolol tersedia sebagai obat saraf adrenergik. Guanetidin dan guanadrel
tetes mata dengan kadar 0,25% dan 0,5%. Dosis memiliki gugus guanidin yang bersilat basa relatif
awal 1 tetes larutan 0,25o/o 2xsehari. Lamanya efek kuat. Struktur kimia guanetidin dan guanadrel dapat
lebih dari 7 jam. Absorpsi sistemik dapat terjidi dan dilihat pada Gambar 6-2.
menimbulkan perlambatan denyut jantung. Oleh
karena itu sediaan ini harus digunakan denjan hati_
hati pada penderita asma, blok jantung atau gagal 'N--cH*cHz-NH-c/(-NH
jantung. (
\NH.
Timolol sebanding dengan pilokarpin dalam
mengurangi tekanan intraokular, tetapi timolol lebih
\J
disukai penderita karena tidak menimbulkan miosis GUANETIDIN
maupun spasme akomodasi sehingga tidak meng_
ganggu penglihatan.

ANSIETAS. p-bloker nonselektif sama efektifnya


dengan benzodiazepin untuk ansietas dengan
gejala-gejala somatik yang jelas. Efek ansiolitii p-
bloker ini berdasarkan kerjanya di perifer mengu_
CX"]-cHz-NH-c<il.
rangi gejala-gejala seperti takikardi, palpitasi dan
GUANADREL
tremor sewahu menghadapi situasi yang menim-
bulkan stres, misalnya bicara di depan umum. Efek
periler ini terlihat dari kenyataan bahwa p_bloker
hidrolilik yang sukar masuk otak juga etet<iit. Oten Gambar 6-2. Struktur kimia guanetidin dan guanadrel
93
Penghambat Adrenergik

TEMPAT DAN CARA KERJA' Elek utama guane- FARMAKODINAMIK. Oleh karena guanetidin me-
tidin adalah penghambatan respons terhadap sti- nyebabkan pengosongan NE, maka obat ini menye-
mulasi saral adrenergik dan obat adrenergik yang babkan hambatan reseptor cr maupun p. Guanetidin
bekeria tidak langsung. Tempat hambatan ini ada- tidak mempengaruhi kadar katekolamin dalam me-
lah prasinaps. Mula-mula guanetidin, yang mem- dula adrenal maupun penglepasannya. Kadar kate-
punyai aktivitas anestetik lokal, pada dosis terapi kolamin dalam SSP juga tidak dipengaruhi karena
akan menstabilkan membran ujung saraf adrener' penetrasi obat polar ini ke dalam SSP buruk.
gik (tanpa mengganggu konduksi akson) sehingga Pemberian lV yang cepat menyebabkan
ujung saraf ini tidak responsil terhadap stimulasi respons trifasik terhadap tekanan darah. Tekanan
saral adrenergik. Hambatan ini dapat total dan ter- darah yang turun dengan cepat pada permulaan
jadi dengan cepat. Kemudian, pada pemberian kro- disebabkan oleh penurunan resistensi perifer akibat
nik, guanetidin akan menyebabkan deplesi NE dari hambatan awal terhadap stimulasi simpatis. Pada
ujung saral adrenergik, yang terjadi dengan lambat lase kedua terjadi kenaikan tekanan darah selama
dan bertahan berhari-hari setelah obat dihentikan. beberapa jam, akibat penglepasan NE endogen.
Deplesi NE ini menyebabkan ujung saral adrenergik Dengan dosis yang biasa digunakan pada manusia,
tidak responsil terhadap stimulasi saral adrenergik lase kedua ini berlangsung singkat dan relatil tidak
maupun terhadap obat adrenergik yang kerianya berarti. Pada lase ketiga teriadi penurunan progresil
melalui penglepasan NE endogen. tekanan darah sistemik maupun pulmonal yang ber-
Kerja guanetidin berhubungan dengan ambil- langsung selama beberapa hari, akibat hambatan
an guanetidin oleh dan akumulasinya dalam ujung
simpatis terhadap sistem kardiovaskuler, yang me-
saral adrenergik. Guanetidin diambil ke dalam
nyebabkan vasodilatasi, venodilatasi, dan penurun-
ujung saral adrenergik dengan mekanisme ambil-
an-1 untuk NE. Karena itu, ambilan guanetidin ke an curah jantung. Tekanan darah berbaring hanya
dalam saraf, dan dengan demikian elek guanetidin' sedikit berkurang, tetapi tekanan darah berdiri dan
dapat dihambat oleh amin simpatomimetik (misal' sewaktu exercise banyak berkurang, sesuai den-
nya eledrin, lenilpropanolamin, amletamin)' kokain' gan aktivitas simpatisnya (semakin tinggi aktivitas
klorpromazin, dan antidepresi trisiklik' Di dalam simpatis, semakin besar hambatannya).
ujung saral adrenergik, guanetidin ditransport aktil Pada pengobatan kronik, curah jantung kem-
ke dalam vesikel dan menggeser keluar NE dari bali kearah atau ke normal, akibat terjadinya retensi
vesikel tersebut. Stimulasi saraf menyebabkan air dan garam, Denyut jantung berkurang selama
penglepasan guanetidin dari ujung saral sebagai pengobatan. Relleks kardiovaskular terganggu' se-
transmitor palsu. Karena itu guanetidin dalam saral hingga sering dijumpai hipotensi ortostatik maupun
juga dapat dilepaskan oleh reserpin, amfetamin dan
hipotensi sewaktu melakukan kegiatan lisik.
tiramin. Guanetidin meningkatkan motilitas saluran
NE yang digeser keluar dari vesikel akan dile-
cerna dan dapat menyebabkan diare yang cukup
paskan dari ujung saraf adrenergik, tetapi sebagian
berat. Hal ini dihubungkan dengan dominasi sistem
telah terlebih dulu dirusak oleh MAO intraneural.
parasimpatis akibat hambatan sistem simpatis.
Pada pemberian lV, NE utuh yang dilepaskan pada
permulaan cukup banyak sehingga menimbulkan Tetapi hal ini tidak dapat menjelaskan mengapa
elek simpatomimetik, termasuk hipertensi, stimulasi obat penghambat simpatis lainnya lebih jarang me-
jantung dan lain- lain. Hal ini lidak teriadi pada nyebabkan diare dibandingkan dengan guanetidin.
pemberian oral, karena dalam keadaan ini NE dile'
FARMAKOKINETIK. Bioavailabilitas oral guaneti-
pas perlahan-lahan dari vesikel sehingga keburu
din rendah dan bervariasi, antara 3-50%' Obat ini
dirusak di dalam ujung saraf oleh MAO.
dengan cepat diangkut ke tempat kerjanya dalarn
Pengosongan NE dari ujung saral adrenergik
saraf, dari sini dieliminasi dengan waktu paruh 5
akibat pemberian kronik guanetidin menimbulkan
supersensitivitas sel efeklor yang mencapai mak-
hari. Sekitar 50% mengalami metabolisme, dan
sisanya diekskresi utuh dalam urin. Karena waktu
simal dalam 10-14 hari dan yang lebih besar ter-
paruhnya yang panjang, guanetidin dapat diberikan
hadap NE daripada terhadap epinefrin. Guanetidin
juga dapat menimbulkan peningkatan akut sensiti' sekali sehari, dan keadaan steady state dicapai
vitas sel efektor terhadap katekolamin akibat kom- dalam waktu minimal 2 minggu.
petisi antara guanetidin dengan katekolamin untuk Guanetidin tersedia dalam bentuk tablet 10
mekanisme ambilan-1 pada ujung saral adrenergik. mg dan 25 mg.
94
Farmakologi dan Terapi

EFEK SAMPING. Elek samping guanetidin bersifat lebih lambat dan kurang lengkap dibandingkan de_
kumulatil dan masih bertahan berhari-hari setelah ngan dijaringan lain.
pengobatan dihentikan. yang paling penting adalah
Reserpin terikat dengan kuat pada membran
hipotensi ortostatik, yang paling menonjol pada vesikel dalam ujung saraf adrenergik perifer mau_
waktu penderita baru bangun tidur, dan dapat diper_ pun sentral. lkatan ini menyebabkan hambatan me_
berat oleh alkohol, hawa panas atau latihan lisik. kanisme transport aktif NE dan amin lain dari sito_
Hipotensi dapat disertai gejala-gejala iskemia sere- plasma ke dalam vesikel adrenergik. Hambatan ini
bral dan iskemia miokard. Tekanan darah waktu tidak berdasarkan kompetisi pada sistem transport
berdiri dan berbaring perlu diperlimbangkan dalam maupun pergeseran dalam vesikel karena jumlah
menyesuaikan dosis guanetidin. perasaan lemah molekul reserpin terlalu kecil untuk itu. Selain itu,
yang terjadi hanya sebagian disebabkan oleh hipo- hambatan ini bersifat irreversibel sehingga kem_
tensi postural. balinya kadar NE di ujung saral tergantung dari
Betensi air dan garam dapat menyebabkan sintesis dan transport vesikel baru dari badan saraf,
udem dan kegagalan terapi bila diuretik tidak diberi_ dan ini memerlukan waktu berhari-hari sampai ber_
kan
.bersama. Gagal
jantung dapat terjadi pada minggu-minggu setelah obat dihentikan.
penderita dengan cadangan atau kapasitas jantung
Hambatan ambilan NE dari sitoplasma me-
yang terbatas, akibat berkurangnya aktivitas sim-
nyebabkan NE yang diambil kembali dari celah
palis pada jantung serta adanya akumulasi cairan.
sinaps terpapar pada dan dirusak oleh MAO yang
Krisis hipertensi dapat terjadi akibat sensiti_
terdapat dalam sitoplasma. Demikian juga dengan
sasi oleh guanetidin terhadap simpatomimetik ber_
NE yang mengalami difusi pasif keluar dari vesikel
elek langsung yang terdapat dalam obat pilek.
ke sitoplasma akan dirusak oleh MAO intraneural.
Diare yang terjadi dapat diatasi dengan antiko_
linergik, tingtura opii atau preparat kaolin-pektin. Selain meningkatkan pengrusakan NE, reserpin
juga menghambat sintesis NE melalui pengham_
Guanetidin tidak menyebabkan impotensi tetapi
hambatan ejakulasi sering terjadi. batan ambilan dopamin oleh vesikel, yang juga me_
nyebabkan dopamin ini dirusak oleh MAO. Deplesi
lNDlKASl. Penggunaan utama satu-satunya katekolamin menyebabkan gangguan fungsi adre_
adalah sebagai antihipertensi (lihat uraian pada Bab nergik (gangguan berat mulai terjadi pada kadar di
22). bawah 30% dari kadar normal), dan ini menyebab-
kan peningkatan relleks simpatis. peningkatan akti_
GUANADREL vitas simpatis meningkatkan penglepasan NE dan
epinefrin. Hal ini, disertai dengan hambatan dalam
Guanadrel dan guanetidin bekerja dengan penyimpanan kembali katekolamin tersebut ke
cara yang sama. Perbedaan utama antara kedua- dalam vesikel, mempercepat deplesi katekolamin.
nya adalah dalam sifat-sifat farmakokinetiknya. Bio_ Karena kerja reserpin irreversibel, mdka kem_
availabilitas oral guanadrel tinggi (95%), dan waktu balinya kadar katekolamin jaringan berlangsung
paruh eliminasinya hanya 10 jam. Karena itu, obat lambat. Akibatnya, dosis berulang menimbulkan
ini harus diberikan dua kali sehari, dan mencapai efek kumulatif meskipun diberikan dengan interval
steady sfale dengan cepat. Guanadrel tersedia 1 minggu atau lebih.
dalam bentuk tablet 10 mg dan 25 mg. Berbeda dengan guanetidin, reserpin dosis
Efektivitas dan efek samping guanadrel mirip biasa tidak menimbulkan elek simpatomimetik se_
dengan guanetidin, kecuali insidens diare lebih ren-
belum terjadi hambatan karena sebagian besar ka-
dah dengan guanadrel. lnteraksi obat pada pem-
tekolamin yang dilepaskan telah dirusak oleh MAO
berian guanadrel juga sama dengan guanetidin.
intraneural.
Pemberian kronik reserpin menimbulkan su-
3.2. RESERPIN persensitivitas terhadap katekolamin akibat pengo_
songan kronik katekolamin di berbagai jaringan.
Reserpin adalah alkaloid terpenting dari Rau_
wolfia serpentina. FARMAKODTNAMIK. Curah jantung dan resistensi
perifer berkurang pada terapi jangka panjang de_
MEKANISME KERJA. Reserpin rnengosongkan ngan reserpin, Penurunan tekanan darah berlang_
katekolamin dan S-HT di berbagai organ term;suk sung dengan lambat. Karena reserpin mengosong-
medula adrenal dan otak. Deplesidi medula adrenal kan berbagai amin dalam otak maupun dalam saraf
Penghambat Adrenergik 95

adrenergik perifer, mungkin efek antihipertensinya 3.3. METIROSIN


merupakan hasil kerja sentral maupun perifernya.
Hipotensi postural dapat terjadi tetapi biasanya Metirosin adalah l-cr-metiltirosin; struktur
tidak menimbulkan gejala. Frekuensi jantung dan kimianya sebagai berikut :

sekresi renin berkurang. Terjadi retensi garam dan


air, yang sering menimbulkan pseudotolerance.

FARMAKOKINETIK. Reserpin dimetabolisme


seluruhnya, tidak ada bentuk utuh yang diekskresi CHo
dalam urin. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 0,1
mg dan 0,25 mg. r.O*x.--J-coon
TOKSISITAS DAN EFEK SAMPING. Kebanyakan NHa
efek samping reserpin akibat efeknya pada SSP.
Yang paling sering adalah sedasi dan tidak mampu
berkonsentrasi atau melakukan tugas yang kom-
pleks, Kadang-kadang terjadi depresi psikotik sam-
pai akhirnya bunuh diri. Depresi biasanya muncul Metirosin merupakan penghambat enzim ti-
dengan sangat perlahan dalam waktu bprminggu- rosin hidroksilase yang mengkatalisis konversi tiro-
minggu sampai berbulan-bulan sehingga mungkin sin menjadi DOPA, dan yang merupakan enzim
tidak dihubungkan dengan pemberian reserpin. penentu dalam biosintesis NE dan Epi. Pada dosis
Reserpin harus dihentikan begitu muncul gejala 'l - 4 g sehari, obat ini mengurangi biosintesis NE
depresi, dan obat ini tidak boleh diberikan pada dan Epi sebanyak 35- 80% pada penderita feokro-
penderila dengan riwayat depresi. Depresi jarang mositoma. Elek maksimal terjadi setelah berhari-
sekali lerjadi pada dosis 0,25 mg sehari atau hari; efek ini dapal dilihat dengan mengukur kadar
kurang. katekolamin dan metabolitnya dalam urin.
Elek samping lain adalah hidung tersumbat Penggunaan terapinya sangat terbatas, yakni
dan eksaserbasi ulkus peptikum, yang terakhir ini sebagai adjuvan dari lenoksibenzamin atau a-blo-
jarang terjadi pada dosis rendah. ker lainnya pada pengobatan leokromosiloma
PENGGUNAAN TERAPI. Satu-satunya pengguna-
maligna. Metirosin dapat menimbulkan kristaluri,
yang dapat dicegah dengan banyak minum (volume
an terapi reserpin adalah untuk pengobatan hiper-
urin harus lebih dari 2liter sehari). Elek samping lain
tensi. Fleserpin dosis rendah dalam kombinasi de-
ngan diuretik merupakan antihipertensi yang elektif, berupa sedasi, gejala ekstrapiramidal, diare, an-
ditoleransi dengan baik, dengan harga yang sangat sietas, dan gangguan psikis. Karena itu dosis harus
murah. Uraian lebih lanjut dapat dilihat dalam Bab dititrasi untuk mendapatkan elek terapi yang op-
22. limal dengan elek samping yang minimal.
Farmakologi dan ferapi

7. PELUMPUH OTOT
l. Darmansjah dan A. Setiawati

'I . Penghambat transmisi neuromuskuler 1.5. lntoksikasi


1.1. Sejarah dan kimia 1.6. Sediaan dan posologi
1.2. Farmakodinamik 1.7. lndikasi
1.3. Farmakokinetik
1.4. lnteraksi dengan obat lain 2. Pen ghambal excitati on-contraction coupl ing
2.1. Dantrolen

Berdasarkan tempat hambatannya, pelumpuh siswa di berbagai laboratorium Fisiologi dan Farma-
otot dibagi atas 2 golongan besar, yakni : kologi, dapat disimpulkan bahwa tempat kerja
kurare ialah pada sambungan saraf-otot, bukan di
(1) Penghambat transmisi neuromuskuler, dan
(2) Penghambat excitation-contraction coupting sentral, bukan pada serabut saraf, dan bukan pula
pada otot rangka sendiri.
d-Tubokurarin adalah zat aktif yang diisolasi
dari kurare. Sedangkan dimetil-d-tubokurarin atau
1. PENGHAMBAT TRANSMISI
lebih dikenal sebagai metokurin disintesis kemu-
NEUROMUSKULER dian; aktivitasnya 2-3 kali d-tubokurarin. Alkaloid
kurare yang paling poten didapat dari Strychnos
Obat dalam golongan ini menghambat trans- toxifera disebut toksiferin. Dari zat tersebut dikem-
misi neuromuskuler sehingga menimbulkan kelum- bangkan alkuronium yang saat ini digunakan
puhan pada otot rangka. Menurut mekanisme kerja- dalam klinik. Dari bijitanaman genus Erythrina dida-
nya, obat ini dapat dibagi dalam dua golongan, pat eritroid in yang dikemban gkan menjadi dihidro-
yaitu: (1 ) obat penghambat kompetitif yang men-
B-eritroidin.
stabilkan membran, misalnya d-tubokurarin; dan (2) Galamin adalah zat sintetik. Eksplorasi hu-
obat penghambat secara depolarisasi persisten bungan struktur-aktivitas menghasilkan senyawa
misalnya suksinilkolin. Kedua golongan ini akan metonium yaitu seri polimetilen bis-trimetil amo-
dibahas bersama.
nium. Senyawa yang paling poten sebagai pelum-
puh otot dari seri ini adalah dekametonium (C10)
1.1. SEJARAH DAN KIMIA sedangkan heksametonium (C6) ternyata sangat
elektif sebagai penghambat ganglion,
Kurare ialah nama generik dari bermacam- Suksinilkolin baru diketahui memperlihatkan
macam racun panah yang digunakan oleh orang' efek pelumpuh otot 40 tahun setelah diselidiki per-
lndian di Amerika Selatan untuk berburu. Racun tama kali. Hal itu terjadi karena penelitian awal
panah ini telah dibawa ke benua Eropa dan di sana menggunakan hewan yang dilumpqhkan dengan
diselidiki kimianya, asalnya dan tempat kerjanya. kurare.
Kurare berasal dari beberapa tumbuhan, yaitu Sfry- Pankuronium 5 kali lebih kuat daripada d-
chnos dan Chondrodendron, terutama C. tomen-
' tubokurarin, dengan elek kardiovaskuler dan
tosum. Ternyata bahan aktifnya terdiri dari bebe- . penglepasan histamin yang lebih rendah. Vekuro-
rapa alkaloid, diantaranya d-tubokurarin (d-Tc). nium sama atau sedikit lebih kuat dari pankuro-
Pada tahun 1857 Claude Bernard mengada- nium, dengan efek kardiovaskuler yang lebih ren-
kan percobaan-percobaan untuk mengetahui tem- dah lagi. Atrakurium merupakan pelumpuh otot
pat kerja kurare. Dari eksperimen klasik pada kodok sintetik dengan masa kerja sedang. Potensinya 3-4
yang sampai sekarang masih dilakukan oleh maha- kali lebih rendah daripada pankuroniurn. Fazadi-
Pelumpuh Otot 97

nium berbeda dengan pelumpuh otot lainnya kare- menduduki reseptor nikotinik otot (Nv) Sehingga
na dimetabolisme secara ekstensil dalam hati. menghalangi interaksinya dengan ACh. Akibatnya
Pelumpuh otot golongan 1 ialah senyawa- EPP menurun, dan EPP yang menurun sampai
senyawa dgngan molekul besar yaitu d-tubokurarin, kurang dari 70% tidak mencapai Er sehingga tidak
metokurin, toksilerin, p-eritroidin, galamin, alkuro- menghasilkan MAP dan kontraksi otot tidak terjadi.
nium, pankuronium, vekuronium, atrakurium dan Tetapi stimulasi listrik langsung pada ototnya dapat
fazadinium. Sedangkan golongan 2 adalah suk- menimbulkan kontraksi. lmpuls dalam akson tidak
sinilkolin dan dekametonium yang bentuk molekul- terganggu (Gambar 7-1).
nya ramping. Berbeda dengan penghambat kompetitil, C10
dan suksinilkolin menghambat dengan cara menim-
bulkan depolarisasi persisten pada lempeng akhir
1.2. FARMAKODINAM!K saraf (EPP persisten di atas Er) karena obat-obat ini
bekerja sebagai agonis ACh tetapi tidak segera
OTOT RANGKA dipecah seperti halnya dengan ACh. Jadi, ham-
batan ini menyerupai efek ACh dalam dosis besar
ACh yang dilepaskan dari ujung saraf motorik sekali atau seperti pemberian antikolinesterase.
akan berinteraksi dengan reseptor nikotinik otot Pada mulanya EPP menghasilkan beberapa MAP
(Nm) di lempeng akhir saraf (endplate) pada mem- yang menyebabkan terjadinya lasikulasi otot selin-
bran sel otot rangka dan menyebabkan depolarisasi tas. Kemudian membran otot mengalami akomo-
lokal (endplate potensial,EPP) yang bila melewati dasi terhadap rangsangan yang persisten dari EPP
ambang rangsang (Er) akan menghasilkan poten- sehingga tidak lagi membentuk MAP, keadaan ini
sialaksiotot (rnusc/e action potential, MAP). Selan- disebut blok fase l. Kejadian ini disusul dengan
jutnya, MAP akan menimbulkan kontraksi otot. repolarisasi EPP walaupun obat masih terikat pada
d-Tubokurarin dan penghambat kompetitif reseptor Nu. Keadaan desensitisasi reseptor ter-
lainnya mempunyai cara kerja yang sama, yaitu hadap obat ini disebut blok fase ll (Gambar 7-2).

Er -50

+d-Tc

Gambar 7-1. EPP dalam keadaan normal dan setelah pemberlan d-Tc

Er - ambang rangsang MAP


Em - potensial istirahat
q}'-
Dalam keadaan normal, EPP mencapai h'dan menimbulkan MAP yang
menutup EPP itu sendiri. Setelah pemberian d-Tc, EPP tidak mencapai
Er sehingga dapat dilihat dalam rekaman.
98
Farmakologi dan Terapi

+35

Er -so
0

W
Em -90
/
MV akomodasi desensitisasi
membran otot reseptor
= blok fase I = blok lase ll
Gambar 7-2. EPP setelah pemberian suksinilkolin

TAbCI 7-1' BEBERAPA PERBEDAAN ANTARA PENGHAMBAT KoMPETITIF DAN PENGHAMBAT


SECARA
DEPOLARISASI PERSISTEN

Obat gol" 1 Obat gol. 2


(penghambat kompetitil) (penghambat secara depolarisasl
perslsten)

1. EPP Tidak mencapai ambang Persisten di atas ambang rangsang


rangsang
2. Efekmula-mula terhadap Tidak ada Kontraksi(f asikulasi) selintas
otot
3. + antikolinesterase Antagonisme Tidak ada antagonisme, dapat t blok
4. Stimulasi listrik pada Antagonisme t blok
lempeng akhir saraf

Sifat relaksasi otot rangka. Kurare menyebabkan patan dan lama kerjanya flabelT-2). Dengan sifat-
kelumpuhan dengan urutan tertentu. pertama ialah nya ini, derajat relaksasi otot rangka dapat diubah
otot rangka yang kecil dan bergerak cepat seperti dalam 112 - 1 menit setelah pengubahan kecepatan
otot ekstrinsik mata, jari kaki dan tangan. Kemudian infus. Setelah penghentian infus, elek relaksasi
disusul oleh otot yang lebih besar seperti otot- otot hilang dalam 5 menit.
tangan, tungkai, leher dan badan. Selanjutnya otot
interkostal dan yang terakhir lumpuh adalah dialrag-
ma. Kematian dapat dihindarkan dengan memberi_ TabelT-2. MULA KERJA DAN MASA KERJA SUKSI-
kan napas buatan sampai otot-otot pernapasan ber- NILKOLIN DAN OBAT PELUMPUH OTOT
lungsi kembali (masa kerja d-Tc kira-kira l12 jam). LAIN
Penyembuhan terjadi dengan urutan terbalik, den-
gan demikian dialragma yang pertama sekali sem_ Mula kerja Masa kerja
buh dan otot-otot kecil yang paling akhir.
Suksinilkolin mempunyai perbedaan penting Suksinilkolin lV 1 menit 4 menit
dengan obat pelumpuh otot yang lain dalam kece_ Pelumpuh otot lain lV 3 menit 20-40 menit
Pelumpuh Otot 99

SUSUNAN SARAF PUSAT. Semua pelumpuh otot, KARDIOVASKULER. d-Tubokurarin tidak menim-
kecuali p-eritroidin, adalah senyawa amonium kua- bulkan elek langsung terhadap jantung maupun
ternsr maka tidak menimbulkan efek sentral karena pembuluh darah. Hipotensi timbul karena vasodi-
tidak dapal menembus sawar darah-otak. p-eritroi- latasi perifer akibat penglepasan histamin dan
din yang merupakan amin tersier adalah satu-satu- penghambatan ganglion, dan ini terjadi pada pem-
nya pelumpuh otot yang dapal menyebabkan berian lV yang cepat dengan dosis besar. Kehilang-
depresi SSP. an tonus otot rangka mempengaruhi alir balik vena,
Smith, seorang ahli anestesia melakukan per- dan ini dapat memperburuk kolaps kardiovaskuler.
cobaan yang mengesankan: menyuntik dirinya den- Sebaliknya pankuronium bila disuntikkan dengan
gan d-tubokurarin sebanyak 2 112 kali dosis yang cepat dapat menaikkan lekanan darah, mungkin
diperlukan untuk menghambat otot-otot respirasi. akibat stimulasi ganglia. Atrakurium dan vekuro-
Pernapasan buatan telah dipersiapkan dengan nium hanya sedikit mempengaruhi tekanan darah
sempurna. Pada eksperimen ini, Smith mencatat dan denyut jantung,
semua yang dialaminya, yaitu bahwa kesadaran,
ingatan, sensorium, rasa sakit dan EEG tidak ter- LAIN-LAIN. Berkurangnya tonus dan motilitas gas-
ganggu. trointestinal terutama akibat penghambatan gang-
lion. Obat penghambat secara depolarisasi persis-
GANGLION OTONOM. Seperti nikotin, suksinilko- ten dapat melepaskan K* dengan cepat dari dalam
lin atau C10 mempunyaielek bilasik terhadap gang- sel. Hal ini dapat menyebabkan memanjangnya
lion otonom: perangsangan diikuti dengan peng- apnea pada penderita dengan gangguan elektrolit.
hambatan. Perangsangan ganglion parasimpatis Obat-obat inijuga harus dihindarkan pada penderita
(menimbulkan bradikardi) dan ganglion simpatis dengan luka bakar atau trauma jaringan lunak yang
(menimbulkan peningkatan lekanan darah) lebih luas; mereka ini seringkali membutuhkan dosis obat
sering terjadi pada pemberian suksinilkolin. Pada penghambat kompetitif yang lebih tinggi. Sebalik-
dosis yang tinggi sekali, dapat terjadi pengham- nya, neonatus mungkin lebih sensitif terhadap
batan ganglion. penghambat kompetitif dan lebih resisten terhadap
Hanya d-Tc yang memperlihatkan efek peng- penghambat depolarisasi persisten.
hambatan ganglion (takikardi dan penurunan tekan-
an darah) yang cukup besar. Tetapi dosis d-Tcyang
diperlukan untuk menghambat ganglion, termasuk 1.3. FARMAKOKINETIK
medula adrenal, jauh lebih besar daripada untuk
menghambat hubungan saraf-otot, sehingga dalam Semua pelumpuh otot tidak diserap dengan
pemakaian terapi, penghambatan ganglion tidak baik melalui usus kecuali p-eritroidin, yang merupa-
merupakan masalah. Galamin pada dosis terapi kan amin tersier. d-Tubokurarin yang merupakair
memblok N. vagus di jantung pada reseptor mus- bahan aktif dalam racun panah tidak menyebabkan
karinik (menimbulkan takikardi). Pankuronium, keracunan jika daging hewan yang mati terpanah itu
alkuronium dan metokurin kurang memperlihatkan dimakan oleh orang lndian. Namun tubokurarin di-
penghambalan ganglion pada dosis klinis yang serap dengan baik melalui penyuntikan lM.
lazim. Atrakurium dan vekuronium lebih selektif lagi. Pada manusia, 213 dari dosis d{ubokurarin
diekskresi utuh dalam urin. Walaupun efek paralisis
PENGLEPASAN HISTAMIN. d-Tubokurarin dapat
menimbulkan hi stami ne w heal pada penyu ntikan in -
mulai menghilang dalam waktu 20 menit setelah
suntikan lV, beberapa gejala masih terlihat sampai
tradermal; selain ilu ditemukan juga elek histamin
2-4 jam atau lebih. Distribusi, eliminasi dan masa
lain seprti spasme bronkus, hipotensi serta hiper-
kerja metokurin sama dengan tubokurarin. Panku-
sekresi bronkus dan kelenjar ludah. Gejala-gejala
ini dapat dicegah dengan pemberian antihistamin,
ronium sebagian mengalami hidroksilasi di hati,
tetapijuga mempunyai masa kerja yang sama. Atra-
sedangkan atropin tidak dapat mencegahnya.
kurium dikonversi oleh esterase plasma dan secara
Suksinilkolin, metokurin, dan atrakurium juga
spontan menjadi metabolit yang kurang aktlf ; hal ini
mempunyai potensi untuk melepaskan histamin,
menyebabkan masa kerjanya setengah dari masa
tetapi lebih kecil dibanding d-Tc. Dekametonium,
galamin, pankuronium, alkuronium dan vekuronium kerja pankuronium (sekitar 30 menit). Vekuronium
sebagian mengalami metabolisme, masa kerjanya
kurang melepaskan histamin, baik pada penyun-
juga setengah masa kerja pankuronium, dan tidak
tikan intradermal maupun injeksi sistemik.
100 Farmakologi dan Tenpi

memperlihatkan kumulasi pada pemberian ber- ANTIKOLINESTERASE. Neosrigmin, piridostigmin


ulang. Galamin dan C10 hampir seluruhnya dieks- dan edrolonium dapat mengantagonisasi hambatan
kresi utuh melalui ginjal. kompetitif pada sambungan saraf-otot melalui pre-
Suksinilkolin dengan cepat dihidrolisis oleh servasi ACh endogen maupun elek langsungnya.
pseudokolinesterase yang banyak terdapat dalam Oleh karena itu, obat-obat tersebut dapat diguna-
hepar dan plasma, sehingga m6a kerjanya sangat kan sebagai antagonis pada keracunan obat-obat
pendek. Di antara penderita dengan apne yang pelumpuh otot kompetitil. Neostigmin atau edrofo-
berkepanjangan setelah pemberian suksinilkolin, nium juga digunakan untuk mempercepat pulihnya
sebagian mempunyai kolinesterase plasma yang penderita dari elek pelumpuh otot kompetitif seha-
atipik atau defisiensi enzim tersebut akibat kelainan bis operasi. Atropin diberikan bersama untuk men-
genetik, penyakit hati atau gangguan gizi; tetapi cegah perangsangan reseptor muskarinik. Telah
pada beberapa orang, aktivitas esterase plasma disebutkan bahwa antikolinesterase bekerja siner-
normal. gistik dengan obat-obat pelumpuh otot secara
depolarisasi persisten sehingga akan meningkat-
kan hambatan neuromuskuler.
1.4. INTERAKSI DENGAN OBAT LAIN
LAIN-LAIN. Obat-obat lain yang juga berinteraksi
ANESTETIK UMUM. Eler, halotan, metoksifluran, dengan pelumpuh otot golongan 1 atau golongan 2
isolluran, enfluran, siklopropan dan fluroksen mem- adalah trimetafan, analgesik opiat, prokain, lido-
perlihatkan efek stabilisasi membran pascasinaps, kain, kuinidin, lenitoin, propranolol, kortikosteroid,
maka bekerja sinergistik dengan obat-obat peng- glikosida jantung, klorokuin, katekolamin, diuretik,
hambal kompetitil. Oleh karena itu, pada pengguna- garam Mg*', dan lenelzin.
an bersama anestetik umum tersebut diatas, dosis
pelumpuh otot kompetitil harus dikurangi. Terutama
pada penggunaan bersama eler, dosis pelumpuh 1.5. tNTOKStKAS|
otot kompetitrt 1 rc - 1P kali dosis biasanya.
Elek toksik yang ditimbutkan oteh obat golong-
ANTIBIOTIK. Golongan aminoglikosida (strepto- an ini disebabkan dosis berlebih atau sinergisme
misin, gentamisin dan lain-lain) menyebabkan ham- dengan berbagai macam obat. Yang paling sering
batan neuromuskuler melalui hambatan penglepas- dialami ialah apne yang lerlalu lama, kolaps kar-
an ACh dari ujung saraf motorik (karena berkompe- diovaskular dan akibat penglepasan histamin.
tisidengan ion Ca) dan juga melalui sedikit stabili- Paralisis pernapasan harus diatasi dengan
sasi membran pascasinaps. Hambatan ini dapat napas buatan tekanan positif dengan Oz dan pema-
diantagonisasi oleh ion Ca. Golongan tetrasiklin sangan pipa endotrakeal sampai napas kembali
juga menghambat transmisi neuromuskuler, mung- normal. Bila digunakan obat penghambat kompe-
kin karena membentuk kelat (chetate) dengan ion titil, pulihnya napas dapat dipercepat dengan pem-
Ca. Hambatan inijuga dapat diantagonisasi dengan berian neostigmin metilsulfat (0,5-2 mg lV) atau
ion Ca. Golongan peptida (polimiksin B, kolistin), edrolonium (10 mg lV, dapat diulangi bila perlu),
linkomisin dan klindamisin memblok transmisi bersama atropin untuk menghambat perangsangan
neuromuskuler melalui mekanisme yang belum di- muskarinik. Neostigmin atau edrofonium hanya
ketahui. Oleh karena itu, pada penderita yang mengantagonisasi kelemahan otot, sedangkan
sedang diobati dengan salah satu antibiotik tersebut hipotensi atau bronkospasme dapat diperburuk.
di atas, pemberian pelumpuh otot harus disertai Kolaps kardiovaskuler dapat diatasi dengan pem-
pertimbangan tentang (1) besarnya dosis dan (2) berian obat simpatomimetik dan merebahkan pen-
penggunaan garam kalsium bila pernapasan spon- derita dengan kepala lebih rendah untuk membantu
tan tidak segera kembali. kembalinya darah ke jantung dari otot yang lumpuh.
KALSIUM ANTAGONIS. Gotongan obat ini juga Efek dari histamin yang dilepaskan dapat dicegah
meningkatkan blok neuromuskuler oleh pengham- dengan pemberian antihislamin sebelumnya.
bat kompetitil maupun depolarisasi persisten. Pemberian halotan bersamasuksinilkolin
Mekanismenya tidak jelas apakah akibat hambatan dapat menimbulkan hipertermia maligna, suatu
penglepasan ACh dari ujung saraf motorik alau kelainan genetik dengan insidens antara 1 : 15.000
melalui stabilisasi membran pascasinaps. dan 1 :50.000, berupakekakuan otolyang luasdan
Pelumpuh Otot 101

peningkatan produksi panas oleh otot, dan dapat Atrakurium besilat tersedia sebagai larutan
berakibat fatal. Pengobatan berupa pendinginan 10 mg/ml, Dosis awal lV 0,4-0,5 mg/kg. Dosis pe-
yang cepat, inhalasi'100 % Oz,pengendalian asido- nunjang seperlima dosis awal.
sis yang terjadi, dan pemberian dantrolen lV. Dan- Alkuronium klorida tersedia sebagai larutan
trolen menghambat penglepasan Ca** dari retiku- 5 mg/ml. Dosis awal lV 0,2-0,3 mg/kg,
lum sarkoplasma sehingga mengurangi tonus otot Heksafluorenium bromida ialah suatu inhi-
dan produksi panas. bitor selektil kolinesterase plasma dengan silat pe-
lumpuh otot kompetitil yang lemah. Obat ini diberi-
kan untuk memperpanjang efek suksinilkolin dan
1.6. SEDIAAN DAN POSOLOGI mengurangi fasikulasi awal akibat suksinilkolin. Ter-
sedia sebagai larutan 20 mg/ml. Setelah dosis hek-
Pelemas otot diberikan parenteral dan hampir safluronium 0,4 mg/kg lV (maksimal 36 mg), dosis
selalu secara lV. Obat golongan ini hanya diguna- awalsuksinilkolin 0,2 mg/kg lV (maksimum 18 mg)
kan oleh ahli anestesiologi dan klinisi lain yang mempunyai masa kerja 20-30 menit.
berpengalaman dan di tempat yang dilengkapi den- Fazadinium bromid digunakan di Eropa se-
gan sarana untuk pernapasan buatan dan resu- bagai penghambat "kompetitil yang kerjanya cepat.
sitasi kardiovaskuler. Mula kerjanya cepat dan dimetabolisme oleh hati
d-Tubokurarin klorida tersedia sebagai larut- pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
an mengandung 3 mg/ml untuk suntikan lV. Karena
menimbulkan hipotensi, penggunaannya makin
berkurang. Untuk anestesia bedah ringan, obat ini
diberikan sebagai dosis tunggal 6-9 mg lV pada 1.7. INDIKASI
orang dewasa. Bila perlu, 1/2 dosis ini dapat diberi-
kan lagi setelah 3-5 menit. Dengan anestetik umum
lertentu (halotan, isofluran, dan enfluran), harus Kegunaan klinis utama pelumpuh otot ialah
digunakan dosis yang lebih rendah. sebagai adjuvan dalam anestesia untuk menda-
patkan relaksasi otot rangka terutama pada dinding
Metokurin yodida tersedia sebagai larutan 2
mg/ml. Preparat ini 2 kali lebih kuat daripada d- abdomen sehingga manipulasi bedah lebih mudah
tubokurarin. Dosis cukup,@tengah dosis. dilakukan. Dengan demikian operasi dapat dilaku-
Galamin trietyodida tersedia sebagai larutan kan dengan anestesia yang lebih dangkal. Hal ter-
20 mg/ml. Dosis biasanya ialah 1,0 mg/kg lV, dan sebut menguhtungkan karena risiko depresi napas
bila perlu dapat diulangi setelah 30-40 menit den- dan kardiovaskuler akibat anestesia dikurangi.
gan dosis 0,5-1,0 mg/kg. Selain itu masa pemulihan pasca-anestesia diper-
SukSinilkolin klorida tersedia sebagai bubuk singkat.
steril 0,5-1 ,0 gram, dan dalam larUtan untuk sun- Belaksasi otot juga berguna pada waktu repo-
tikan lV yang mengandung 20, 50 atau 100 mg/ml. sisi tulang yang patah atau dislokasi sendi. Pe-
Untuk prosedur bedah yang singkat pada orang lumpuh otot yang kerjanya singkat juga digunakan
dewasa, dosis lV biasanya 0,6 mg/kg, tetapi dosis untuk mempermudah intubasi pipa endotrakeal
optimal bervariasi antara 0,3-1 ,1 mg/kg. Untuk pro- dan sewaktu melakukan laringoskopi, bronkos-
sedur"yang lebih lama, obat ini diberikan sebagai kopi dan esofagoskopi dalam kombinasi dengan
inlus dengan dosis yang bervariasi antara 0,5- 5,0 anestesia umum.
mg atau lebih per menit. Derajat relaksasi otot dapat Pelumpuh otot juga digunakan untuk men-
diatur dengan kecepatan inlus. cegah trauma pada terapi syok dengan listrik
Dekametonium (Cl0) tersedia sebagai larut- (elektrashock) pada penderita kelainan jiwa, karena
an steril, berisi 1 mg/ml. Dosis awal: 0,5-3,0 mg lV
tegapi ini akan menimbulkan kejang-kejang yang
dengan kecepatan 0,5 mg/menit; dapat ditambah
dapat menyebabkan dislokasi atau fraktur. Untuk
setelah 10-30 menit.
ini, suksinilkolin paling banyak dipakai karena masa
Pankuronium bromida tersedia sebagai
larutan 1-2 mg/ml. Dosis lVawal biasanya0,04-0,10 kerjanya yang singkat.
mg/kg. Untuk tujuan diagnostik, kurare dapat digu-
Vekuronium bromida tersedia dalam vial nakan untuk mendeteksi rasa nyeri akibat
berisi 10 mg. Dosis lV awal biasanya 0,08-0,1 mg/ kompresi akar saraf yang tertulup oleh rasa nyeri
kg, Bila perlu ditambah dengan 0,01- 0,015 mS/kS. akibat spasme otot pada liksasi.
Pelumpuh Otot 101

peningkatan produksi panas oleh otot, dan dapat Atrakurium besilat tersedia sebagai larutan
berakibat latal. Pengobatan berupa pendinginan 10 mg/ml. Dosis awal lV 0,4-0,5 mS/kg. Dosis pe-
yang cepat, inhalasi 100 % Oz, pengendalian asido- nunjang seperlima dosis awal.
sis yang terjadi, dan pemberian dantrolen lV. Dan- Alkuronium klorida lersedia sebagai larutan
trolen menghambat penglepasan Ca** dari retiku- 5 mg/ml, Dosis awal lV 0,2-0,3 mS/kg.
lum sarkoplasma sehingga mengurangi tonus otot Heksafluorenium bromida ialah suatu inhi-
bitor selektil kolinesterase plasma dengan silat pe-
dan produksi panas.
lumpuh otol kompetitif yang lemah. Obat ini diberi-
kan untuk memperpanjang efek suksinilkolin dan
1.6. SEDIAAN DAN POSOLOGI mengurangi fasikulasi awal akibat suksinilkolin. Ter-
sedia sebagai larutan 20 mg/ml. Setelah dosis hek.
Pelemas otot diberikan parenteral dan hampir safluronium 0,4 mg/kg lV (maksimal 36 mg), dosis
selalu secara lV. Obat golongan ini hanya diguna- awalsuksinilkolin 0,2 mg/kg lV (maksimum 18 mg)
kan oleh ahli anestesiologi dan klinisi lain yang mempunyai masa kerja 20-30 menit.
berpengalaman dan di tempat yang dilengkapi den- Fazadinium bromid digunakan di Eropa se-
gan sarana untuk pernapasan buatan dan resu- bagai penghambat.kompetitif yang kerjanya cepat.
sitasi kardiovaskuler. Mula kerjanya cepat dan dimetabolisme oleh hati
d-Tubokurarin klorida tersedia sebagai larut- pada penderita dengan gangguan lungsi ginjal.
an mengandung 3 mg/ml untuk suntikan lV. Karena
menimbulkan hipotensi, penggunaannya makin
berkurang. Untuk anestesia bedah ringan, obat ini
diberikan sebagai dosis tunggal 6-9 mg lV pada 1.7. INDIKASI
orang dewasa. Bila perlu, 1/2 dosis ini dapat diberi'
kan lagi setelah 3-5 menit. Dengan anestetik umum
Kegunaan klinis utama pelumpuh otot ialah
tertentu (halotan, isofluran, dan enfluran), harus
sebagai adiuvan dalam anestesia untuk menda-
digunakan dosis yang lebih rendah. patkan relaksasi otot rangka terutama pada dinding
Metokurin yodida tersedia sebagai larutan 2
abdomen sehingga manipulasi bedah lebih mudah
mg/ml. Preparat ini 2 kali lebih kuat daripada d-
dilakukan. Dengan demikian operasi dapat dilaku-
tubokurarin. Dosis cukup.$btengah dosis.
kan dengan anestesia yang lebih dangkal. Hal ter-
Gala m in trietyod_ida tersed ia sebagai larutan
sebut menguhtungkan karena risiko depresi napas
20 mg/ml. Dosis biasanya ialah 1,0 mg/kg lV, dan
bila perlu dapat diulangi setelah 30-40 menit den-
dan kardiovaskuler akibat anestesia dikurangi'
Selain itu masa pemulihan pasca-anestesia diper-
gan dosis 0,5-1,0 mg/kg.
singkat.
sukSinilkolin klorida tersedia sebagai bubuk
Relaksasi otot juga berguna pada waktu repo-
steril 0,5-1 ,0 gram, dan dalam larUtan untuk sun-
tikan lV yang mengandung 20, 50 atau 100 mg/ml, sisi tulang yang patah atau dislokasi sendi. Pe'
Untuk prosedur bedah yang singkat pada orang lumpuh otot yang kerjanya singkat juga digunakan
dewasa, dosis lV biasanya 0,6 mg/kg, tetapi dosis untuk mempermudah intubasi pipa endotrakeal
optimal bervariasi antara 0,3-1 ,1 mg/kg. Untuk pro- dan sewaktu melakukan laringoskopi, bronkos'
sedur.yang lebih lama, obat ini diberikan sebagai kopi dan esofagoskopi dalam kombinasi dengan
infus dengan dosis yang bervariasi antara 0,5- 5,0 anestesia umum,
mg atau lebih per menit. Derajat relaksasi otot dapat Pelumpuh otot juga digunakan untuk men'
diatur dengan kecepatan infus. cegah trauma pada terapi syok dengan listrik
Dekametonium (C10) tersedia sebagai larut- (elektrashock) pada penderita kelainan jiwa, karena
an steril, berisi 1 mg/ml. Dosis awal: 0,5-3,0 mg lV terapi ini akan menimbulkan kejang-kejang yang
dengan kecepatan 0,5 mg/menit; dapat ditambah dapat menyebabkan dislokasi atau lraktur. Untuk
setelah 10-30 menit. ini, suksinilkolin paling banyak dipakai karena masa
Pankuronium bromida tersedia sebagai kerjanya yang singkat.
larutan 1-2 mg/ml. Dosis lV awal biasanya 0,04-0,10
Untuk tuiuan diagnostik, kurare dapat digu-
mg/kg.
Vekuronium bromida tersedia dalam vial nakan untuk mendeteksi rasa nyeri akibat
berisi 10 mg. Dosis lV awal biasanya 0,08-0,1 mg/ kompresi akar saraf yang tertutup oleh rasa nyerl
kg. Bila perlu ditambah dengan 0,01- 0,015 mg/kg. akibat spasme otot pada liksasi.
102
Farmakologi dan Terapi

2. PENGHAMBAT EXCITATION-CON- dan diare. Yang paling berat ialah reaksi hipersen-
TRACTION CO'JPLING sitivitas berupa kerusakan hati yang dapat berakibat
fatal. Flisiko terjadinya reaksi ini paling tinggi pada
wanita di atas 35 tahun, dan paling sering setelah
2.1. DANTROLEN 3-12 bulan pengobatan. Kebanyakan kasus rever-
sibel bila obat dihentikan. Obat ini dikontraindikasi-
kan pada penyakit hati yang aktif.
FARMAKODINAMlK

Dantrolen menyebabkan kelumpuhan otot


rangka dengan cara menghambat penglepasan INDIKASIDAN POSOLOGI
ion Ca dari retikulum sarkoplasmik. Kekuatan
kontraksi otot menurun paling banyakTS-gO%. Dantrolen digunakan untuk mengurangi
Dalam dosis terapi, obat ini tidak mempenga_ spasme otot akibat kerusakan medula spinalis dan
ruhi saraf, otot jantung, maupun otot polos, dan juga otak, atau lesi sentral lainnya, misalnya sklerosis
tidak mempunyai kerja GABA- ergik. multipel, palsi serebral, dan mungkin stroke, yang
disertai rasa nyeri. Manfaat berkurangnya kekaku-
an otot harus ditimbang terhadap kemungkinan ber-
FARMAKOKINETIK DAN SEDTAAN kurangnya kekuatan otot. Penderita dengan kekuat-
an otot yang borderline, akan merasa lelah atau
Absorpsi oral lebih dari 70o/o, kadar puncak lemah.
dicapai setelah 1-4 jam. Metabolit utamanya, 5_ Dantrolen tidak diindikasikan untuk fibrositis,
hidroksidantrolen, aktif tetapi lebih lemah dibanding spondilitis reumatik, bursitis, artritis, atau spasme
dantrolen sendiri. Waktu paruh dantrolen 6-9 jam, otot akut setempat.
sedangkan waktu paruh S-hidroksidantrolen 15,5 Pada orang dewasa, obat ini diberikan den-
jam. Kadarnya meningkat dengan peningkatan gan dosis awal 25 mg 1-2 kali sehari. Dosis dapat
dosis sampai 200 mg sehari, tetapi tidak dengan ditingkatkan menjadi 25 mg 3-4 kali sehari, kemu-
dosis 400 mg sehari (karena terbatasnya kapasitas
dian 50-100 mg 4 kali sehari. Setiap dosis harus
absorpsi atau ikatan protein). Tidak ada hubungan
diperlahankan selama 4-7 hari untuk melihat res-
antara kadar obat dalam darah dengan perbaikan
ponsnya. Biasanya respons yang memuaskan
klinik; dosis oral melebihi 100 mg sehari seringkali
sudah dicapai dengan dosis 100-200 mg sehari.
tidak meningkatkan elek obat.
Pada anak, digunakan dosis yang sama, dimulai
Dantrolen tersedia dalam bentuk kapsul 25,50
dan 100 mg, dan bubuk steril 20 mg untuk dilarutkan
dengan 0,5 mg/kg 1-2 katisehari (maksimum, 100
menjadi 70 ml larutan lVyang mengandung 0,32 mg mg 4 kali seharj atau 3 mg/kg 4 kali sehari).
dantrolen/ml. Dantrolen lV diberikan sewaktu operasi bila
diperkirakan adanya hipertermia maligna, dan
juga untuk profilaksis pada penderita dengan riwa-
INTOKSIKASI DAN EFEK SAMPING
yat penyakit ini. Dantrolen lV juga digunakan untuk
Obat ini tidak boleh diberikan pada penderita pengobatan sindrom neuroleptik maligna, haat
dengan kelemahan otot, karena dapat memper- stroke, dan kekakuan otot akibat keracunan kokain,
buruk keadaan tersebut. karbon monoksida, dan zat-zat lain; dan untuk me-
Efek samping yang paling sering terjadi be- ngurangi nyeri akibat exercise pada distroli otot
rupa kelemahan otot, mengantuk, pusing, malaise Duchenne.
103
Obat ganglian

8. OBAT GANGLION
l. DarmansJah dan Sulistia Gan

3, Obat penghambat ganglion (heksametonium)


1. Pendahuluan 3.1, Farmakodinamik
3.2. Farmakokinetik
2. Obat yang merangsang ganglion (nikotin) 3.3. Elek samPing
2.1. Farmakodinamik 3.4. Sediaan, dan Posologi
2.2. Farmakokinetik
3.5. lndikasi
2.3. lntoksikasi

penurunan konduktan K*. Depolarisasi mengaktil-


1. PENDAHULUAN
kan saluran K+, sedangkan agonis muskarinik dan
peptida menekan konduktan saluran ini. IPSP' juga
Transmisi di ganglion lebih rumit dibandingkan tidak sensitil terhadap heksametonium tetapi se-
dengan transmisi di sambungan saraf-efektor. Den- ringkali dapat diblok oleh atropin. Terdapat bukti-
gan pencatatan elektroda intrasel didapatkan se' bukti yang menyokong peranan katekolamin dalam
kurang-kurangnya 4 perubahan potensial pada pe- terjadinya IPSP. Atas dasar fakta yang ditemukan
rangsangan ganglion (Gambar 8-1). Aksi potensial diduga bahwa ACh yang dilepaskan saral pregang-
yang primer terjadi sehubungan dengan depolari- lion berinteraksi dengan suatu neuron perantara
sasi membran pascasinaps oleh asetilkolin. Resep- yang melepaskan katekolamin. IPSP ini dapat di-
tornya dikenal sebagai reseptor nikotinik, dan re- blok oleh antagonis adrenoseptor maupun atropin'
septor ini sensitif terhadap penghambatan oleh hek- sehingga diduga ACh yang dilepas berinteraksi
sametonium. Aktivasi melalui jalur (pathway) iniler- dengan interneuron yang melepaskan katekolamin
lihat sebagai potensial perangsangan pasca- yang selanjutnya menyebabkan hiperpolarisasi sel
sinaps awal (EPSP). Depolarisasi initerjadi cepat' ganglion. Jalur transmisi sekunder ini hanya memo-
terutama disebabkan oleh arus Na' ke dalam sel Iutasi latur transmisi yang pertama yaitu dengan
akibat transmisi kolinergik. EPSP tersebut menim- meningkatkan atau menekan sinyal yang ada.
bulkan aksi potensial pada saraf pascaganglion bila Penghambatan jalur pertama jelas menghambat
dicapai amplitudo tertentu. Pada mamalia perlu di- lransmisi ganglion, sedang penghambatan jalur
rangsang banyak sinaps untuk menghasilkan trans- sekunder tidak selalu menyebabkan hambatan
misiyang elektil di ganglion. transmisi. Diduga ialur transmisi kedua ini berperan
Jalur transmisi sekunder tidak sensitil terha- bila transmisi primer gagal'
dap penghambatan dengan heksametonium' Po- Zat yang menstimulasi kolinoseptor di gang-
tensialaksiyang terjaditerdiri dari (1) EPSP lambat lion otonom dapat dibagi 2 golongan. Golongan
(stow EPSP) (2) EPSP akhir yang juga lambat, dan
pertama terdiri dari nikotin dan lobelin. Elek perang-
(3) suatu IPSP (nhibltoty postsynaptlc poten'
sangannya terjadi cepat, diblok oleh heksameto-
tlbt). EPSP lambat ditimbulkan oleh agonis mus-
nium dan mirip EPSP awal, Golongan kedua ada-
karinik dan diblok oleh atropin' EPSP lambat ini
lah muskarin, nietakolin dan sebagian antikolineste-
memperlihatkan masa laten panjang dan berlang-
rase. Elek perangsangannya tirnbul lambat, diblok
sung 30- 60 sekon, berbeda dengan EPSP akhir
yang berlangsung beberapa menit. Yang terakhir ini oleh atropin, dan mirip EPSP lambat (lihat Bab 3).
Zat penghambat ganglion juga ada 2 golong-
diinisiasi oleh peptida yang ditemukan di ganglion
tertentu. Kedua EPSP lambat ini disebabkan oleh an yaitu yang merangsang lalu menghambat,
a

104
Farmakologi dan Terapi

Sl kromaf in/interneuron

-t-'.
(2)

/
anlagonis alta adrsnergik

Adrenoseptor-d

Syaraf preganglion Saraf pascaganglion


R.nikotinik ganglia

peptida

R. muskaginik
ll. Obat ganglionik )
menstramuat
L Obat gangtionik
mrangsang
- Nikotin
- menghambat It:"* I lV. Obat antimuskarinik
. TMA lll. Obat muskarinik

Gambar 8-1. Transmisi ganglion dan tempat


kerja obat
(l) jalur transmisi primor
(2), (3), (4) jatur transmisi sf(under
I, ll, lll, lV: tempat krja obat di gangtion

dan yang langsung menghambat. Nikotin merupa_ berubah warna menjadi coklat dan berbau rhirip
kan prototip golongan pertama, sedang heksame- tembakau setelah bersentuhan dengan udara.
tonium dan trimetafan termasuk golongan kedua. Kadarnya dalam tembakau antara 1 -2o/0.
Obat porangsang ganglion tidak dibahas dalam
buku ini karena tidak ada kepentingan klinisnya.
Pada bab ini akan dibahas nikotin sebagai prototip
penghambat ganglion golongan satu, kemudian 2.1. FARMAKODINAMIK
heksametonium, mekamilamin dan trimetafan se-
bagai penghambat golongan kedua.
GANGLION. Perubahan dalam tubuh setelah pem_
berian nikotin sangat rumit dan sering tidak dapat
diramalkan. Hal ini disebabkan kerja nikotin yang
2. OBAT YANG MERANGSANG sangat luas terhadap ganglion simpatis maupun
parasimpatis dan efek bilasiknya terhadap gang_
GANGLIoN
lion, Takikardi misalnyd dapat terjadi kareni pe-
rangsangan ganglion simpatis atau penghambatan
Nikotin penting bukan karena kegunaannya dalam ganglion parasimpatis, hal yang sebaliknya men_
terapi tetapi karena terdapat dalam tembakau, ber_
dasariterjadinya bradikardi. Selain itu nikotin dapat
sitat toksik dan menimbulkan ketergantungan
merangsang medula adrenal dengan akibat pengle-
psikis. Nikotin pertama kati diisotasi Aai XicotAna
pasan katekolamin yang menimbulkan takikardi dan
tabacum oleh Posselt dan Reiman di tahun 1g2g,
kenaikan tekanan darah. Elekyang terlihat merupa_
kemudian Orfila melakukan penelitian farmakologik
kan suatu resultante dari berbagai mekanisme ter-
di tahun 1&43. Langley dan Dickinson di tahun 1g89
sebut, ditambah lagi dengan keadaan tonus jaring_
mendemonstrasikan bahwa tempat kerjanya di
an sewaktu obat diberikan dan relleks-refleks kom_
ganglion.
pensasi tubuh.
KlMlA. Nikotin merupakan alkaloid alam berbentuk Perangsangan ganglion terjadi dengan dosis
cairan, tidak beruvarna, suatu basa yang mudah kecil dan disebabkan oleh depolarisasi;dengan do-
sis yang lebih besar terjadi penghambatan glnglion
menguap (volatile baso) dengan pKa - g,S. Zat ini
karena elek depolarisasi persisten. Elef bitasik ini
105
Obat ganglion

terlihatpada medula adrenal yang secara em- bat absorpsi di kulit. Absorpsl di lambung sedikit
iuga
-UriotogiX
merupakan suatu ganglion simpatis' karena siiat nifotin sebagai basa kuat. Absorpsi
intestinal cukup untuk menyebabkan keracunan per
OTOT RANGKA. Perubahan yang terlihat pada otot oral. Nikotin terutama mengalami metabolisme di
rangka dapat disamakan dengan apa yang terjadi hati, juga di paru dan ginjal. Nikotin yang diinhalasi,
padl ganglion karena terdapat juga 2 fase' Tetapi dimetabolisme dalam jumlah yang berarti dl paru-
efek nikotin terhadap ganglion jauh lebih jelas dan paru. Metabolit utamanyaialah kotinin dan nikotin'
spesifik. Selain itu fase perangsangan kurang.jelas i'-N-ok"id. Masa paruh setelah pemberian oral
karena ditutupi oleh efek paralisis yang timbul atau parenteral kira-kira 2 iam. Kecepatan ekskrasi
cepat. melaiui urin tergantung dari pH urin: berkurang pada
SUSUNAN SARAF PUSAT. Nikotin adalah suatu pH alkali dan meningkat pada pH asam',Nikotin
perangsang SSP yang kuat yang akan menimbul- diekskresi melalui air susu. Kadarnya dalam air
kan femor serta konvulsi pada dosis besar' Belum susu pada perokok berat dapat mencapai 0,5 mgfl'
dapat dipastikan tempat mana di SSP yang mene-
rima impuls perangsangan ini, mungkin di korteks
serebri, substansia retikularis atau hipokampus' 2.3.INTOKSIKASI
Efek sentral ini dapat dihambat dengan berbagai
jenis obat misalnya atropin, kurare, obat antikon- INTOKSIKASI AKUT. Dilaporkan terjadi dengan
vulsi, hipnotik dan adrenolitik. Perangsangan medu- insektisida yang mengandung nikotin' Juga akibat
la oblongata mengakibatkan stimulasi respirasi penggunaan larutan tembakau sebagai enema
yang pada dosis toksik disusul dengan depresi' Hal untuk mengeluarkan cacing, yang mungkin diang-
ini, OiiamOan denganpenghambatan otot respirasi, gap tidak berbahaYa'
merupakan sebab kematian pada keracunan Dosis latal pada manusia diperkirakan sekitar
nikotin. 60 mg. Satu batang rokok putih mengandung 15-20
mg niXotin. Tiga hingga 4 batang rokok dalam air
SISTEM KARDIOVASKULAR' Elek pada sistem su?ah merupakan dosis latal bila diminum sekali'
ini merupakan resultante dari perangsangan gang- gus. Absorpsi nikotin dalam tembakau per oral ter-
lion dan medula adrenal. Setelah pemberian nikotin jadi lambat, karena teriadi penundaan pengosong-
biasanya tonus simpatis lebih jelas sehingga terlihat an lambung. Selain itu, muntah yang berdasarkan
takikardi dan vasokonstriksi. Merokok untuk
jangka
elek sentrai oleh fraksi yang diabsorpsi, mengeluar-
waktu lama dapat menimbulkan hipertensi' Seba' kan tembakau yang tersisa di lambung'
liknya pada beberapa orang tertentu dapat terjadi Gejala keracunan dapat timbul cepat sekali
hipotensi; hal ini terlihat pada mereka yang me- dan kematian mungkin terjadi dalam beberapa
ngalami hiPotensi bila merokok. menit. Karena itu nikotin merupakan racun yang
SALURAN CERNA. Berlainan dengan efek terha- amat berbahaya dan menyamai sianida dalam ke-
dap sistem kardiovaskular, nikotin menyebabkan cepatan kerjanya. Pertama-tama timbul mual dan
perangsangan parasimpatis pada usus' Tonus usus saiivasi disertai dengan kolik usus, muntah dan
dan peristalsis meninggi, kadang-kadang menye- diare. Selaniutnya timbul keringat dingin, sakit
kepala, pusing, pendengaran dan penglihatan ter-
babkan muntah. Efek larmakodinamik ini agaknya
ganggu,' sertt otot-otot meniadi lemah' Frekuensi
mendasari kebiasaan merokok sebelum ke kamar
iapii meninggi dan tekanan darah naik; nadi pada
kecil pada individu tertentu.
peimulaan lambat dan akhirnya menJadi cepat'
'Pupil
KELENJAR EKSOKRIN. Salivasi yang timbul menunlukkan miosis yang kemudian berubah
waktu merokok sebagian diakibatkan oleh iritasi menjadi midriasis' Sebelum kematian yang dapat
asap rokok, namun nikotin sendiri menyebabkan terlaOi Oatam beberapa menit, tekanan darah
tlrun
perangsangan sekresi air liur dan sekret bronkus dan pernapasan menjadi dangkal akibat depresi
disusul penghambatannYa. sentral dan kelumpuhan otot respirasi'
Tidak ada obat spesilik untuk keracunan niko'
tin, karena itu tindakan mengatasinya bersilat sim-
2.2. FARMAKOKINETIK
tomatik. Bila diduga racun masih tertinggal dilam-
bung, bilas lambung penting sekalidilakukan' Untuk
Nikotin dapat diserap dari semua lempat ter'
ini iapat dipakai larutan kalium permanganat 1 :
masuk kulit. Keracunan berat dilaporkan terjadi aki-
106
Farmakologi dan TerBpi

19.0_00 untuk mengoksidasi nikotin, sedangkan


zat 3.1. FARMAKODINAMIK
alkali tidak dianjurkan karena akan menirigkatkan
absorpsi nikotin. Bila pernapasan buatan dapat dila_
Kerja C6 dan obat-obat lain dalam golongan
kukan, ada kemungkinan ekskresi melalui ginjal
ini pada alat tubuh hampir semuanya Oapat
dapat' mengakhiri keracunan. Tidak dibenarkan dite_
rangkan dengan penghambatan pada gangiion sim-
menggunakan obat perangsang sentral untuk
patis dan parasimpatis. Hasil penghambatannya
mengatasi depresi napas.
bergantung pada tonus otonom lemula; tonus
INTOKSIKASI KRONIK. Keadaan ini biasanya ter- yang dominan akan dihambat lebih jelas (Tabel
jadi pada perokok berat. Dalam asap rokok, 8-1). Heksametonium adalah prototip golongan ini.
nifotin
tidak diserap dengan sempurna sehingga sebagian Apa yang dikatakan mengenai hekiameionium
kecil saja mencapai aliran darah. Sllain nikotin, umumnya berlaku juga pada obat yang langsung
masih terdapat kira-kira 500 jenis zat kimia yang menghambat ganglion lainnya, termasuk trimeta-
berefek buruk yang dihasilkan pada pembakaran fan yang saat ini paling sering digunakan di klinik.
tembakau, diantaranya : piridin, asam_asam yang
Tabel 8-1. DOM|NAS| TONUS OTONOM DAN EFEK
Ty9"h menguap, bahan-bahan ter dan fenol, CO, PENGHAMBAT GANGLION DI BERBAGAI
HCN, dan sebagainya. Bahan-bahan ini tentu me_
ALAT.
nambah sitat toksik dari asap rokok. perangsangan
terhadap saluran napas menyebabkan plnderita
Tyd"! terserang penyakit saluran napas seperti
taringitis, dan sindrom pernapasan perokok (smo_
Tempat Dominasi Efek penghambat
tonus otonom ganglion
ker's rcspiratory syndrome)
Frekuensi karsinoma bronkus jelas lebih be_ simpatis vasodilatasi,
sar pada pecandu rokok dibanding bukan perokok peningkatan aliran
dengan perbandingan 1.t : 1. Asap rokok merang- darah dan hipotensi
sang kelenjar air liur dan mengurangi rasa lapar.
simpatis dilatasi,pengumpulan
Terhadap jantung, merokok Oipat menyebabkan
darah di vena, penu-
ekstrasistol dan takikardi atrium paroksismal runan alir balik vena,
pada beberapa penderita; lrekuensi serangan penurunan curah
nyeri
jantung dapat meningkat pada perokok. jantung
Fenyakit
Buerger mempunyai hubungan yang amat jelas
jantung parasimpatis
dengan merokok. Vasokonstriksi perifJr terutama di takikardi
sehat
daerah kulit menyebabkan perasaan dingin dan ini
mungkin disebabkan oleh efek terhadap ganglion
parasimpatis midriasis
simpatis. Perangsangan sentral oteh nit<otin Oeiupa
tremor dan insomnia. Hal yang terakhir ini mungkin otot siliar parasimpatis sikloplegia
terlihat pada mereka yang merokok banyak sekali
pada malam hari. saluran cerna parasimpatis pergerakanber-
kurang, konstipasi

kandung kemih parasimpatis retensi urin


3. OBAT PENGHAMBAT GANGLTON
kelenjar liur parasimpatis xerostomia
Dalam golongan ini termasuk : heksameto- kelenjar simpatis anhidrosis
nium (C6), pentolinium (CS), tetraetilamonium keringat
(TEA), klorisondamin, mekamilamin dan trimetafan.
Berbeda dengan penghambatan oleh nikotin dan
metakolin, elek penghambatan obat-obat lersebut
tidak didahului oleh suatu perangsangan. Hambat_ SISTEM KARDIoVASKULAR. Arteridan vena di-
an ini terjadi secara kompetitif dengan menduduki dominasi oleh tonus simpatis, sehingga heksame-
reseptor asetilkolin. penglepasan asetilkolin dari tonium menghambat lebih nyata ganglion simpatis
ujung serat prasinaps tidak diganggu. dan menyebabkan vasodilatasi serta pengurangan
alir balik vena. Tekanan darah dalam sikip berdiri
Obat ganglion 107

dapat menurun dan menimbulkan hipotensi ortos- 3.2. FARMAKOKINETIK


tatik. Dalam sikap berbaring, tekanan darah tidak
begitu banyak dipengaruhi. Absorpsi oral dari obat golongan ini sangai
Perubahan denyut jantung setelah pemberian tidak teratur karena senyawa-senyawa tersebut ter-
penghambat ganglion tergantung tonus semula. golong dalam amonium kuaterner yang sukar mele-
Umumnya, lerjadi takikardi ringan karena jantung wati membran sel. Selain itu hambatan pengosong-
didominasi tonus parasimpatis. Tetapi bradikardia an lambung dapat memperlambat absorpsi diseling
dapat terjadi bila sebelumnya denyut jantung linggi. dengan episode penyerapan dalam jumlah besar
Pada pengobatan hipertensi dengan C6 umumnya akibat beberapa dosis obat sekaligus masuk usus
terjadi takikardi ringan yang timbul sebagai elek halus dari lambung. Oleh karena itu dosis sukar
kompensasi, sehubungan vasodilatasi yang terjadi. sekali ditetapkan. Pengecualian untuk ini ialah me-
Curah jantung biasanya berkurang sebagai akibat kamilamin yang diserap secara lengkap oleh usus,
terhambatnya alir balik vena, tetapi pada gagal jan- terutama karena sebagian obat ini diekskresi dalam
tung, curah jantung dapat bertambah akibat berku- lumen usus melalui empedu dan diserap kembali.
rangnya tahanan periler. Selain itu alir balik vena Selain itu mekamilamin bukan suatu amonium kuar-
yang sedikit, dapat mengurangi beban pada jantung tener sehingga dapat melewati sawar darah otak
kanan. dan sawar, uri. Walaupun absorpsi mekamilamin
Tahanan periler sistemik lotal menurun, peru- lebih baik, tetap ada bahaya penurunan aktivitas
bahan aliran darah dan tahanan periler berbeda usus dengan akibat paralisis usus. Kadar tinggi
pada masing-masing pembuluh darah. Temperatur mekamilamin terkumulasi di hati dan ginjal dan
kulit meningkat terutama di anggota badan, Penu- masa kerjanya relatil lama,
runan sirkulasi ke otak hanya terjadi bila tekanan Sebagian besar obat gangliolitik diekskresi
darah turun di bawah 60 mmHg. Aliran darah ke otol oleh ginjal dalam bentuk asal sehingga akumulasi
rangka tidak berubah. Aliran darah ke alat dalam dapat timbul pada gagal ginjal.
dan ginjal menurun disertai peningkatan tahanan
vaskular ginjal dan penurunan laju liltrasi glomeru-
lus. Vasodilatasi oleh trimetalan sebagian diduga 3.3. EFEK SAMPING
berdasarkan elek langsung terhadap pembuluh
darah. Karena efek larmakodinamiknya yang luas,
maka obat ganglionik menimbulkan elek samping
SALURAN CERNA DAN SALURAN KEMIH. Se- yang sangat mengganggu. Reaksi yang paling
kresi lambung jelas berkurang sesudah pengobatan
mengganggu dan mungkin berbahaya ialah hipo-
dengan C6; begitu juga sekresi pankreas serla air
tensi ortostatik, sembelit dengan kemungkinan ileus
liur. Tonus dan peristalsis lambung, usus kecil serta paralitik dan retensi urin. Hipotensi orlostatik pada
kolon dihambat sehingga keinginan untuk defekasi
pengobatan hipertensi berat dapat mencetuskan
tidak ada. lni merupakan elek samping yang sangat gagal jantung kiri yang latal. Efek inijuga berbahaya
mengganggu pada pengobatan dengan obat golo- pada penderita insulisiensi koroner dan ginjal, Hipo-
ngan ini. Penghambatan ganglion vagal juga me-
tensi ortostatik demikian beratnya sehingga hampir
ngurangi tonus kandung kemih dan menambah ka-
tidak memungkinkan pemberian penghambat gang-
pasitasnya sehingga teriadi retensi urin dan kesu-
lion pada penderita yang berobat jalan.
karan berkemih.
Elek samping lain yang lebih ringan ialah mid-
EFEK LAIN. Pupil umumnya akan mengalami mid- riasis dan kesukaran akomodasi, mulut kering, im-
riasis karena tonus parasimpatis yang lebih domi- potensi, sukar berkemih, obstipasi diseling dengan
nan dalam pengaturan lebar pupil. Pada pengobat- diare, mual, anoreksia dan sinkop. Gejala-gejala ini
an dengan heksametonium, hasilnya ialah suatu biasanya berkurang bila pengobalan diteruskan,
midriasis yang moderat. Kelenjar keringat diham- atau diberi obat adrenergik atau kolinergik, tergan-
bat, dan pada dosis yang lebih besar, terlihat juga lung dari elek otonom mana yang dihambat. Hal ini
elek kurarilorm terhadap sambungan saraf-otot. Tri- mungkin karena penghambatan terjadi di ganglion
metalan dapat menyebabkan penglepasan hista- sehingga sel elektor masih dapat dirangsang. Bia-
min sehingga harus digunakan dengan hati-hati sanya elek obat adrenergik atau kolinergik justru
pada pasien alergi. menjadi sangat jelas karena penghambatan gang-
lion merupakan sualu denervasi. Jadi epinelrin da-
a

108 Farmakolqi dan Terapi

pat mengatasi efek hipotensi dari C6 dengan lebih aman. Satu-satunya indikasi penghambat
mudah, dan karbakol dapat menghilangkan gejala ganglion dalam hipertensi ialah pada acute dis-
obstipasi. sectlng aorta aneurlsm. Pada gangguan ini peng-
hambat ganglion tidak saja menurunkan tekanan
darah tetapi juga menghambat refleks simpatis dan
3.4. SEDIAAN, DAN POSOLOGI dengan demikian mengurangi peningkatan tekanan
di tempat lesi. Dalam situasi tersebut trimetafan
Mekamilamin klorida hanya lerdapat dalam ben- diberikan 0,3-3 mg/menit sambil dipantau tekanan
tuk tablet 2,5 mg dan 10 mg. Dosis permulaan darah penderita.
adalah dua kali 2,5 mg sehari, yang sesudah 48 jam lndikasi lain ialah untuk mengontrol tekanan
ditambah sampai tercapai efek yang diingini. darah dalam rangka mengurangi perdarahan se-
waktu pembedahan sebagai pengganti atau dalam
Trimetafan kamsilat tersedia sebagai suntikan 50
kombinasi dengan natrium nitroprusid, karena be-
mg/ml dengan masa kerjanya kira-kira 10 menit.
berapa pasien resisten terhadap obat yang disebut
Obat ini "diberikan dengan cara tetes intravena
belakangan.
sebagai larutan 0,1% dalam 5% dekstrose.
Trimetafan dapat digunakan untuk mengatasi
hiperrefleksi otonom sehubungan dengan keru-
sakan medula spinalis bagian atas yang disertai
aktivitas simpatis berlebihan. Hiperrelleksi otonom
3.5. tNDtKASt umumnya lerjadi akibat distensi kandung kemih se-
hubungan dengan kateterisasi dan irigasi kandung
Kegunaan penghambat ganglion sebagai obat kemih, sistoskopi atau reseksi prostat lransuretral.
antihipertensi termasuk krisis hipertensi sudah Karena inhibisi refleks secara sentral tidak ada,
usang dan telah digantikan oleh obat-obat yang refleks spinal menjadi dominan.
109
Anastetik Umum

III. OBAT SUSUNAN SARAF PUSAT


Obat yang bekerja pada susunan saral pusat hambat tungsi bagian SSP tertentu dan merang-
(SSP) memperlihatkan elekyang sangat luas' Obat sang bagian SSP yang lain' Alkohol adalah peng-
tersebut mungkin merangsang atau menghambat hambat SSP tetapi dapat memperlihatkan elek pe-
aktivitas SSP secara spesilik atau secara umum' rangsangan, Sebaliknya perangsangan SSP dosis
Beberapa kelompok obal memperlihatkan selek- besar selalu disertai depresi pasca perangsangan'
tivitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik Dalam seksi ini akan dibicarakan obat yang
yang khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu elek utamanya terhadap SSP yaitu anestetik umum'
dan pusat nyeri tanpa pengaruh jelas teriadap hipnotik sedatif, psikofarmaka, antikonvulsi' pe-
pusai lain. Sebaliknya anestetik umum dan hipnotik lemas otot yang bekeria sentral, analgesik anti-
sedatil merupakan penghambat SSP yang bersilat piretik, analgesik narkotik dan perangsang SSP'
umum sehingga takar lajak yang berat selalu diser- Obat yang mempengaruhi SSP yang dalam
tai koma. Pembagian obat dalam kelompok yang penggolongan termasuk kelompok lain misalnya
merangsang dan kelompokyang menghambat SSP amleiamin dan antihistamin tidak dibicarakan
tidak tepat, karena psikolarmaka misalnya meng- dalam seksi ini.

9. ANESTETIK UMUM

Tony Handoko S.K.

1. Pendahuluan 2. Obat anestetik umum


1.1. Delinisi dan sejarah anestesia 2.1. Anestetik gas
1.2. Teori anestesia umum 2.2. Anestetik Yang menguap
1.3. Stadium anestesia umum 2.3, Anestetik Parenteral
1.4. Elek samping obat anestetik umum
1 .5. Farmakokinetik anestelik inhalasi
3. Pemilihan sediaan
1.6. Cara pemberian obat anestetik
1 .7. Medikasi Preanestetik

Sejak dahulu sudah dikenal tindakan anes-


1. PENDAHULUAN
tesia yang digunakan untuk mempermudah tindak-
an operasi. Anestesia yang dilakukan dahulu oleh
1.1. DEFINISI DAN SEJARAH ANESTESIA orang Mesir menggunakan narkotik, orang Cina
menggunakan Canabis indica, dan pemukulan
lslilah anestesia dikemukakan pertama kali Xepaia dengan tongkat kayu untuk menghilangkan
oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit' kesadaran.
Anestesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu : (1) Pada lahun 'l 776 ditemukan anestetik gas
pertama, yaitu NeO; anestetik gas ini kurang efektil
anestesia lokal, yaitu hilang rasa sakit tanpa disertai
hilang kesadaran; (2) anestesia umum, yaitu hilang sehingga diusahakan mencari zat lain. Mulai tahun
rasa sakit disertai hilang kesadaran. 1795 eter digunakan untuk anestesia inhalasi
110
Farmakologi dan Terapi

kemudian ditemukan zat anestetik lain seperti kita tetik tersebut. Anestesia terjadi karena molekul
kenal sekarang. yang inert dari zat anestetik akan menempati ruang
dalam sel yang tidak mengandung air, dan peng_
isian ini akan menimbulkan gangguan permeubilitas
1.2. TEORI ANESTESIA UMUM membran terhadap molekul dan ion yang penting
untuk fungsi sel. Pendapat lain mengatakan bahwa
zat anestetik dengan air di dalam SSp dapat mem_
Sampai sekarang mekanisme terjadinya bentuk mikro-kristal (ctathrates) sehingga meng_
anestesia belum jelas meskipun dalam bidang ganggu fungsi sel otak.
lisiologi SSP dan susunan saraf perifer terdapai
Teori yang sekarang banyak penganutnya
kemajuan hebat, maka timbul berbagai teori ber_
ialah teori neurofisiologi.
dasarkan sifat obat anestetik, misalnya penurunan
transmisi sinaps, penurunan konsumsi oksigen dan
penurunan aktivitas listrik SSp. Beberapa teori di
bawah ini telah dikemukakan 1.3. STADIUM ANESTESIA UMUM
Teori Koloid. Teori ini mengatakan bahwa dengan
pemberian zat anestetik terjadi penggumpalan sel Semua zat anestetik umum menghambat SSp
koloid yang menimbulkan anestesia yang bersifat secara bertahap, mula-mula lungsi yang kompleks
reversibel diikuti dengan proses pemulihan. Chris_ akan dihambat dan paling akhir dihambat ialah
tiansen (1 965) membuktikan bahwa pemberian eter medula oblongata di mana terletak pusatvasomotor
dan halotan akan menimbulkan penghambatan dan pusat pernapasan yang vital. Guedel (1g20)
gerakan dan aliran protoplasma dalam ameba. membagi anestesia umum dengan eter dalam 4
stadia sedangkan stadium lll dibagi lagi dalam 4
Teori Lipid. Teori ini mengatakan bahwa ada hu_ tingkat.
bungan antara kelarutan zat anestetik dalam lemak
dan timbulnya anestesia. Makin larut anestetik STADIUM I (ANALGESTA). Stadium anatgesia di_
dalam lemak, makin kuat sifat anestetiknya. Teori mulai dari saat pemberian zat anestetik sampai
ini hanya cocok untuk beberapa zat anest;tik yang hilangnya kesadaran. pada stadium ini penderita
larut dalam lemak. masih dapat mengikuti perintah, dan rasa sakit
hilang (analgesia). pada stadium ini dapat di_
Teori Adsorpsi dan Tegangan permukaan. Teori lakukan tindakan pembedahan ringan seperti men_
ini menghubungkan potensi zat anestetik dengan cabut gigi, biopsi kelenjar dan sebagainya.
kemampuan menurunkan tegangan permukaan.
Pengumpulan zat anestetik pada permukaan sel STADIUM ll (DELIR|UM/EKSITAS|). Stadium il
menyebabkan proses metabolisme dan transmisi dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permula_
neural terganggu sehingga timbul anestesia.
an stadium pembedahan. pada stadium ini terlihat
Teori Biokimia. Teori ini menyatakan bahwa pem- jelas adanya eksitasi dan gerakan yang tidak
berian zat anestetik in vitro menghambat pengam_ menurut kehendak, penderita tertawa, berteriak,
bilan oksigen di otak dengan cara menghambat menangis, menyanyi, pernapasan tidak teratur,
sistem losforilasi oksidatif. Akan tetapi hal ini mung- kadang-kadang apnea dan hiperpnea, tonus otot
kin hanya menyertai anestesia, bukan penyebab rangka meninggi, inkontinesia urin dan alvi, muntah,
anestesia. midriasis, hipertensi, takikardi; hal ini terutama ter_
jadi karena adanya hambatan pada pusat ham_
Teori Neurofisiologi. Teori ini menyatakan bahwa batan. Pada stadium ini dapat terjadi kematian,
pemberian zat anestetik akan menurunkan trans- karena itu stadium ini harus cepat dilewati.
misi sinaps di ganglion cervicalis superior dan
menghambat lormasio retikularis asenden untuk STADIUM lll (PEMBEDAHAN). Stadium ilt dimutai
berfungsi mempertahankan kesadaran. dengan teraturnya pernapasan sampai pernapasan
spontan hilang. Tanda yang harus dikenal ialah :
Teori fisika. Beberapa penyelidik menyatakan (1) pernapasan yang tidak teratur pada stadium ll
ldanya hubungan potensi anestetik dengan ak- menghilang; pernapasan menjadi spontan dan
tivitas termodinamik dan ukuran molekul zit an"s- teratur oleh karena tidak ada pengaruh psikis, se_
Anestetik Umum 111

dangkan pengontrolan kehendak hilang; (2) refleks derajat kekuatan: (1) kuat, yang terjadi sewaktu
kelopak mata dan konyungtiva hilang, bila kelopak pemotongan kulit, manipulasi peritoneum, kornea,
mata atas diangkat dengan perlahan dan dilepas- mukosa uretra terutama bila ada peradangan; (2)
kan tidak akan menutup lagi, kelopak mata tidak sedang, yang terjadi sewaktu manipulasi fasia, otot
berkedip bila bulu mata disentuh; (3) kepala dapat dan jaringan lemak; dan (3) ringan, yang terjadi
digerakkan ke kanan dan ke kiri dengan bebas. Bila sewaktu pemotongan dan menjahit usus, serta me-
lengan diangkat lalu dilepaskan akan jatuh bebas motong otak.
tanpa tahanan; dan (4) gerakan bola mata yang
tidak menurut kehendak merupakan tanda spesifik
untuk permulaan stadium lll. 1.4. EFEK SAMPING OBAT ANESTETIK
Stadium lll dibagi menjadi 4 tingkat ber- UMUM
dasarkan tanda-tanda berikut ini :
ANESTETIK INHALASI, Delirium bisa timbul se-
- Tingkat 1 : pernapasan teratur, spontan, terjadi lama induksi dan pemulihan anestesia inhalasi
gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak, walaupun telah diberikan medikasi preanestetik.
miosis, pernapasan dada dan perut seimbang, Muntah yang dapat menyebabkan aspirasi bisa ter-
belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna. jadi sewaktu induksi atau sesudah operasi.
Enlluran dan halotan menyebabkan depresi
- Tingkat 2 : pernapasan teratur tetapi kurang da-
miokard yang dose related, sedangkan isolluran
lam dibandingkan tingkat 1, bola mata tidak ber-
dan NzO tidak. Enlluran, isolluran dan N2O dapat
gerak, pupil mulai melebar relaksasi otot sedang,
menyebabkan takikardi, sedangkan halotan tidak.
refleks laring hilang sehingga dapat dikerjakan in-
Aritmia supraventrikular biasanya dapat diatasi ke-
tubasi.
cuali bila curah jantung dan tekanan arteri menurun.
- Tingkat 3 : pernapasan perut lebih nyata daripada Aritmia ventrikel jarang terjadi, kecuali bila timbul
pernapasan dada karena otot interkostal mulai hipoksia atau hiperkapnia. Halotan menimbulkan
mengalami paralisis, relaksasi otot lurik sempurna, sensitisasi jantung terhadap katekolamin, sehingga
pupil lebih lebar tetapi belum maksimal. penggunaan adrenalin, noradrenalin atau isopro-
terenol bersama halotan akan menyebabkan arit-
- Tingkat 4 : pernapasan perut sempurna karena mia ventrikel. Halotan berbahaya diberikan pada
kelumpuhan otot interkostal sempurna, tekanan penderita dengan rasa khawatir berlebihan, karena
darah mulai menurun, pupil sangat lebar dan relleks pada penderita tersebut ditemukan kadar kate-
cahaya hilang, kolamin yang tinggi.
Bila stadium lll lingkat 4 sudah tercapai, harus Depresi pernapasan dapat timbul pada semua
hati-hati jangan sampai penderita masuk dalam stadium anestesia dengan anestetik inhalasi. Oleh
stadium lV; untuk mengenal keadaan ini, harus karena itu perlu diperhatikan keadaan pernapasan
diperhatikan silat dan dalamnya pernapasan, lebar penderita selama pemberian anestetik inhalasi.
pupil dibandingkan dengan keadaan normal, dan Gangguan fungsi hati ringan sering timbul
mulai menurunnya tekanan darah. pada penggunaan anestetik inhalasi, tetapi jarang
terjadi gangguan yang serius.
STADIUM lV (PARALIS|S MEDULA OBLONGA- Dapat terjadi oliguria reversibel karena me-
TA). Stadium lV ini dimulai dengan melemahnya nurunnya aliran darah ginjal dan liltrasi glomerulus,
pernapasan perut dibanding stadium lll tingkat 4,
dan ini dapat dicegah dengan pemberian cairan
tekanan darah tak dapat diukur karena kolaps pem- yang cukup dan menghindari anestesia yang da.
buluh darah, berhentinya denyutjantung dan dapat lam. Metoksilluran secara langsung dapat menim-
disusul kematian. Pada stadium ini kelumpuhan bulkan kerusakan lubuli ginjal dan gagal ginjal,
pernapasan tidak dapat diatasi dengan pernapasan
sehingga dikontraindikasikan pada penderita de-
buatan. ngan gangguan lungsi ginjal dan yang mendapat
Dalamnya anestesia ditentukan oleh ahli obat nefrotoksik seperti streptomisin, tetrasiklin dan
anestesia berdasarkan jenis rangsangan rasa lain-lain. Nelrotoksik akibat metoksilluran tergan-
-yang
sakit, derajat kesadaran, relaksasi otot dan se- tung dari dosis dan F dibebaskan, sehingga
bagainya. Perangsangan rasa sakit dibagi atas 3 pemberian jangka lama metoksilluran dianjurkan
Anestetik Umum 113

anestetik gas dalam darah; (2) kecepatan aliran an tekanan parsial dalam darah arteri diikuti dengan
darah melalui paru; dan (3) tekanan parsial anes- penurunan tekanan parsial dalam jaringan.
tetik gas dalam arteri dan vena.

Kelarutan anestetik gas dalam darah. Kelarutan


ini dinyatakan sebagai blood : gas partition coeffi-
1.6. CARA PEMBERTAN ANESTETIK
clent ( l,), yaitu perbandingan konsentrasi anestetik
gas dalam darah dengan konsenlrasinya dalam gas CARA PEMBERIAN ANESTETIK INHALASI
yang diinspirasi setelah dicapai keseimbangan. Zat
yang sangat mudah larut misalnya dietileter dan Open drop method. Cara ini dapat digunakan
metoksilluran, mempunyai nilai l, 12,1 ;sedangkan untuk anestetik yang menguap, peralatan sangat
etilen yang sukar larut mempunyai nilai 1, 0,14. sederhana dan tidak mahal. Zat anestetik ditetes-
Nilai l, untuk siklopropan 0,42; NzO 0,47 dan kan pada kapas yang diletakkan di depan hidung
kloroform 9,4. Lamanya dicapai keseimbangan an- penderita sehingga kadar zat anestetik yang dihisap
tara tekanan parsial di alveoli dan darah tergantung tidak diketahui dan pemakaiannya boros karena zat
dari kelarutan dalam darah ini, Bila kelarutannya anestetik menguap ke udara terbuka.
tinggi, atau zat anestetik mudah larut dalam darah Semiopen drop method. Cara ini hampir sama
maka dibutuhkan waktu lebih lama, sebab untuk dengan open drop, hanya untuk mengurangi ter-
obat ini darah merupakan reservoar; dengan demi- buangnya zat anestetik digunakan masker. Karbon-
kian induksi berjalan lebih lambat. Pada pengguna- dioksida yang dikeluarkan sering terhisap kembali
an eter, tekanan parsial dalam darah hanya 5% dari sehingga dapat terjadi hipoksia; untuk menghindari
tekanan parsial pada keseimbangan dengan sekali hal ini dialirkan oksigen melalui pipa yang ditempat-
isap, sedang halotan 25%, siklopropan atau NzO kan di bawah masker.
65% dan etilen 85%.
Semiclosed method. Udara yang dihisap diberikan
Kecepatan aliran darah di paru. Kecepatan pe- bersama oksigen murni yang dapat ditentukan
mindahan anestetik gas dari udara inspirasi ke kadarnya, kemudian dilewatkan pada vaporizer
darah tergantung dari kontak udara inspirasi de- sehingga kadar zat anestetik dapat ditentukan.
ngan aliran darah. Berlambah cepat aliran darah Sesudah dihisap penderita, udara napas yang dF
paru bertambah cepat pemindahan dari udara in- keluarkan akan dibuang ke udara luar. Keuntungan
spirasi ke darah. cara ini ialah dalamnya aneslesia dapat diatur de-
ngan memberikan kadar tertentu dari zat anestetik,
Tekanan parsial anestetik gas dalam arteri dan dan hipoksia dapat dihindari dengan pemberian 02.
vena. Kecepatan difusi ke darah berbanding lang-
sung dengan perbedaan tekanan parsial anestetik Closed method. Cara ini hampir sama seperti cara
gas di alveoli dan di dalam darah. Karena tekanan semiclosed, hanya udara ekspirasi dialirkan melalui
parsial anestetik gas dalam aliran darah paru ber- NaOH yang dapat mengikat COe, sehingga udara
tambah dengan pasasi berulang kali ke paru, maka yang mengandung anestetik dapat digunakan lagi.
pemindahan anestetik gas berlangsung lambat Cara ini lebih hemat, aman dan lebih mudah, tetapi
sampai tercapai keseimbangan. harga alatnya cukup mahal.

PEMINDAHAN ANESTETIK GAS DARI ALIRAN CARA PEMBERIAN lV ATAU lM. Obatyang biasa
DARAH KE SELURUH JARINGAN TUBUH. digunakan secara lV ialah tiopental, sedangkan
Tekanan parsial dalam jaringan juga meningkat ketamin dapat digunakan secara lV atau lM,
secara bertahap sampai tercapai tekanan parsial
yang sama dengan tekanan parsial dalam arteri, ini
tergantung dari beberapa hal yaitu : kelarutan zat 1.7. MEDIKASI PREANESTETIK
anestetik dalam jaringan, aliran darah dalam jaring-
an, tekanan parsial zat anestetik dalam darah Tujuan medikasi preanestetik ialah untuk me-
arteri dan jaringan. Jaringan yang mempunyai aliran ngurangi kecemasan, memperlancar induksi, me-
darah cepat, keseimbangan lebih cepat tercapai. ngurangi keadaan gawat anestesia, mengurangi
Pengeluaran zat anestetik dimulai dengan penurun- timbulnya hipersalivasi, bradikardi dan muntah
a

114 Farmakologi dan Terapi

sesudah atau selama anestesia. Obat ini sebaiknya berian berulang suksinilkolin lV; keadaan ini hanya
diberikan secara oral sebelum anestesia, kecuali dapat diatasi dengan pemberian atropin lV.
pada keadaan gawat misalnya pencegahan timbul- Skopolamin juga baik untuk menghambat
nya bradikardi, diberikan atropin lV. Pemberian hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus, tetapi
morfiri yang cukup dapat mengurangi penggunaan kurang elektil mencegah refleks bradikardi selama
halotan 9o/o dan lluroksen 20%. anestesia terutama pada anak. Efek sedasi sko-
Golongan obat medikasi preanestetik ada S polamin lebih nyata dari atropin, tetapi kadang-
yaitu analgesik narkotik, sedatif barbiturat dan non- kadang timbul kegelisahan dan bingung sehingga
barbiturat, antikolinergik dan penenang. skopolamin jarang digunakan untuk medikasi pre-
anestetik.
Analgesik narkotik. Morfin dengan dosis 8-10 mg
diberikan secara lM untuk mengurangi kecemasan Obat penenang (Tranquillizer). Derivat lenotiazin
dan ketegangan penderita lerhadap operasi, me- digunakan karena mempunyai efek sedasi, antiarit-
ngurangi rasa sakit, menghindari takipnea pada mia, antihistamin dan antiemetik. Golongan obat ini
pemberian trikloretilen dan agar anestesia berjalan biasanya dikombinasikan dengan barbiturat atau
dengan lenang dan dalam. Kerugian pemberian analgesik narkotik. Obat yang sering digunakan
morfin ialah perpanjangan waktu pemulihan, me- ialah prometazin, triflupromazin, hidroksizin dan
nimbulkan spasme serta kolik biliaris dan ureter. droperidol.
Kadang-kadang terjadi konslipasi, retensi urin,
hipotensi dan depresi napas" Depresi napas ini GOLONGAN BENZODIAZEPtN. Obat ini diguna-
dapat meninggikan kadar CO2 lang menyebabkan kan secard ekstensil pada medikasi preanestetik,
vasodilatasi pembuluh darah otak dan meninggikan dan pada dosis biasa tidak berpotensiasi dengan
tekanan intrakranial. Derivat morfin lain yang dapat opiat dalam mendepresi pernapasan.
digunakan untuk medikasi preanestetik ialah Lorazepam dapat diberikan oral atau paren-
meperidin 50-100 mg lM, anileridin, alfaprodin, ok- teral dan menimbulkan amnesia pada penderita.
simorfon dan lentanil. Obat ini menimbulkan sedasi yang memanjang.
Dosis yang diberikan 0,05 mg/kg BB lM (maksimum
Barbiturat Golongan barbiturat biasanya diguna- 4 mg) diberikan paling sedikit 2 jam sebelum
kan untuk menimbulkan sedasi. Pentobarbital dan prosedur operasi,
sekobarbital digunakan secara oral atau lM dengan
Midazolam (0,07 mg/kg BB lM) menimbutkan
dosis 100-200 mg pada orang dewasa dan 1 mg/kg amnesia dengan elek samping yang sedikit. Fungsi
BB pada anak dan bayi. Keuntungan mengguna- mental kembali normal dalam 4 jam, sehingga obat
kan barbiturat ialah lidak memperpanjang masa initerpilih untuk penderita berobat jalan atau selama
pemulihan dan kurang menimbulkan reaksi yang
anestesia lokal. Lorazepam dan midazolam kurang
tidak diinginkan. Golongan barbiturat jarang menim- menimbulkan elek kumulatif dibandingkan dia-
bulkan mual atau muntah, dan hanya sedikit meng- zepam.
hambat pernapasan dan sirkulasi.

Sedatif non barbiturat. Etinamat, glutetimid dan


kloralhidrat sudah jarang digunakan. Sediaan ini 2. OBAT ANESTETIK UMUM
digunakan bila penderita alergi terhadap barbiturat.
Obat anestetik umum dibagi menurut bentuk
Antikolinergik. Penggunaan eter secar a open drop lisiknya menjadi 3 golongan, yaitu (1) anestetik gas;
manimbulkan hipersekresi kelenjar ludah dan (2) anestetik menguap; dan (3) anestetik yang
bronkus sehingga dapat mengganggu pernapasan diberikan secara lV. Berdasarkan cara pemberian-
pada waktu pemberian zat anestetik. Atropin 0,4- nya dibedakan antara cara inhalasi dan lV. Anes-
0,6 mg lM mulai bekerja setelah 10-1 S menit, men- tetik inhalasi berbentuk gas atau cairan yang mudah
cegah hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus menguap berbeda-beda dalam hal polensi, ke-
selama 90 menit. Dosis ini tidak cukup untuk men- amanan dan kemampuan untuk menimbulkan anal-
cegah perubahan kardiovaskular karena perang- gesia dan relaksasi otot rangka. Keuntungan pem-
sangan parasimpatis, seperti hipotensi dan bradi- berian anestetik lV ialah cepat dicapai induksi dan
kardi akibat manipulasi sinus karotikus atau pem- pemulihan, tidak meledak, sedikit komplikasi pasca
Anestetik Umum 115

anestetik jarang terjadi; sayangnya efek analgesik belum diselidiki secara mendalam, dikatakan induk-
dan relaksasi otot rangka sangat lemah. si dengan pentotal dan inhalasi NeO menyebabkan
berkurangnya respons pernapasan terhadap COz.
Dengan campuran NeO : Oe (65 : 35) waktu pe-
mulihan cepat tercapai dan tidak terjadi elek yang
2.1. ANESTETIK GAS tidak diinginkan. Pada anestesia yang lama N2O
dapat menyebabkan mual, muntah dan lambat
Pada umumnya anestetik gas berpotensi ren- sadar. Gejala sisa hanya terjadi bila ada hipoksia
dah, sehingga hanya digunakan untuk induksi dan atau alkalosis karena hipervenlilasi.
operasi ringan. Anestetik gas tidak mudah larut Unluk mendapatkan elek analgesik diguna-
dalam darah sehingga tekanan parsial dalam darah kan NeO: Oz(20:80); unluk induksi digunakan N2O
cepat meninggi. Batas keamanan antara efek anes- : Oz (80 : 20) dan untuk penunjang N : Oz (70:
tesia dan elek letal cukup lebar. 30); sedangkan untuk partus digunakan berganti-
gantiN2O 100% dan Oz100ok.
Nitrogen monoksida (NzO = Gas Gelak). nitrogen Status. Sebagai anestetik tunggal NeO di-gunakan
monoksida merupakan gas yang lidak berwarna, secara intermiten untuk mendapatkan analgesi
tidak berbau, tidak berasa dan lebih berat daripada pada persalinan dan pencabutan gigi. HzO diguna-
udara. Biasanya NzO disimpan dalam bentuk cairan kan secara luas sebagai anestetik umum, dalam
bertekanan tinggi dalam tabung baja; tekanan pe- kombinasi dengan zat lain.
nguapan pada suhu kamar + 50 atmosfir. Anestetik
ini selalu digunakan dalam campuran dengan oksi- SIKLOPROPAN. Siklopropan merupakan anestetik
gen. Nitrogen monoksida sukar larut dalam darah, gas yang kuat, berbau spesifik, tidak berwarna,
diekskresi dalam bentuk utuh melalui paru-paru dan lebih berat daripada udara dan disimpan dalam
sebagian kecil melalui kulit. Gas ini tidak mudah bentuk cairan bertekanan tinggi. Gas ini mudah
terbakar, tetapi bila dikombinasi dengan zat anes- terbakar dan meledak karena itu hanya digunakan
tetik yang mudah terbakar akan memudahkan ter- dengan close method.
jadinya ledakan misalnya campuran eter dan NzO.
Siklopropan relatif tidak larut dalam darah
Potensi anestetik N2O kurang kuat letapi sta- sehingga menginduksi dengan cepat (2-3 menit).
dium induksi dilewati dengan cepat, karena kelarut- Stadium lll tingkat 1 dapat dicapai dengan kadar
annya yang buruk dalam darah. Dengan perban- 7-10% volume; tingkat 2 dicapai dengan kadar 10-
dingan NeO : Oe (85 : 15) stadium induksi akan 2O% volumei tingkat 3 dicapai dengan kadar 20-
cepal dilewati, tetapi pemberiannya tidak boleh ter- 35% volume; tingkat 4 dicapai dengan kadar
lalu lama karena mudah lerjadi hipoksia. Untuk 35-50% volume. Sedangkan pemberian dengan
mempertahankan anestesia biasanya digunakan kadar 1% volume dapat menimbulkan analgesia
70% NzO (30% Oz), bila digunakan 65% NzO tanpa tanpa hilangnya kesadaran. Untuk mencegah deli-
medikasi preanestetik penderita tidak dapat men- rium yang kadang-kadang timbul, diberikan pentotal
capai stadium ll. Relaksasi otot kurang baik lV sebelum inhalasi sikloproPan.
sehingga untuk mendapatkan relaksasi yang cukup Siklopropan menyebabkan relaksasi otot
sering ditambahkan obat pelumpuh otot. cukup baik dan sedikit sekali mengiritasi saluran
Nitrogen monoksida mempunyai efek anal- napas. Namun depresi pernapasan ringan dapat
gesik yang baik, dengan inhalasi 20% NeO dalam terjadi pada anestesia dengan siklopropan.
oksigen efeknya seperti elek 15 mg morlin. Kadar Siklopropan tidak menghambat kontraktilitas
optimum untuk mendapatkan efek analgesik mak- otot jantung; curah jantung dan tekanan arteri tetap
simum + 35%. Gas ini sering digunakan pada partus atau sedikit meningkat sehingga siklopropan me-
yaitu diberikan 100% NzO pada waktu kontraksi rupakan anestetik terpilih pada penderita syok' Si-
uterus sehingga rasa sakit hilang tanpa mengura- klopropan dapat menimbulkan aritmia jantung yaitu
ngi kekuatan kontraksi, dan 100% Oz pada waktu librilasi atrium, bradikardi sinus, ekstrasistol atrium,
relaksasi untuk mencegah terjadinya hipoksia. ritme atrioventrikular, ekstrasistol ventrikel dan
Kadar NzO 80% hanya sedikit mendepresi ritme bigemini. Pemberian atropin lV dapat menirn'
kontraktilitas otot jantung sehlngga peredaran bulkan ekstrasistol ventrikel, karena efek katekola'
darah tidak terganggu. Elek terhadap pernapasan min menjadi lebih dominan.
a

116 Farmakologi dan Terapi

Aliran darah kulit ditinggikan oleh siklopropan Eter pada kadar tinggi dan sedang menim-
sehingga mudah terjadi perdarahan waktu operasi. bulkan relaksasi otot karena efek sentral dan ham-
Siklopropan tak menimbulkan hambatan terhadap batan neuromuskular yang berbeda dengan ham-
sambungan saraf otot. Setelah waktu pemullhan batan oleh kurare, sebab tidak dapat dilawan oleh
seringi timbul mual, muntah dan delirium. neostigmin. Zat ini meningkatkan hambatan neuro-
Absorpsi dan ekskresi siklopropan melalui muskular oleh antibiotik seperti neomisin, strep-
paru. Hanya 0,5 % dimetabolisme dalam badan dan tomisin, polimiksin dan kanamisin.
diekskresi dalam bentuk COz dan air. Eter menyebabkan iritasi saluran napas dan
Siklopropan dapat digunakan pada setiap merangsang sekresi kelenjar bronkus. Pada induksi
macam operasi. Untuk mendapatkan efek anal- dan waktu pemulihan, eter menimbulkan salivasi,
gesik digunakan 1 -2% siklopropan dengan oksigen. tetapi pada stadium yang lebih dalam, salivasi akan
Untuk mencapai induksi siklopropan digunakan 25- dihambat dan terjadi depresi napas.
50% dengan oksigen sedangkan untuk dosis Eter menekan kontraktilitas otot jantung, tetapi
penunjang digunakan 1O-20% dengan oksigen. in vivo efek ini dilawan oleh meningginya aktivitas
simpatis sehingga curah jantung tidak berubah atau
meninggi sedikit. Eter tidak menyebabkan sen-
2.2. ANESTETIK YANG MENGUAP sitisasi jantung terhadap katekolamin. Pada anes-
tesia ringan, seperti halnyq anestetik lain, eler me-
Anestetik yang menguap (volatile anesthetic) nyebabkan dilatasi pembuluh darah kulit sehingga
mempunyai 3 sifat dasar yang sama yaitu : berben- timbul kemerahan lerutama di daerah muka, pada
tuk cairan pada suhu kamar, mempunyai sifat anes- anestesia yang lebih dalam kulit menjadi lembek,
tetik kuat pada kadar rendah dan relatif mudah larut pucat, dingin dan basah. Terhadap pembuluh darah
dalam lemak, darah dan jaringan. Kelarutan yang ginjal, eter menyebabkan vasokonstriksi sehingga
baik dalam darah dan jaringan memperlambal ter- terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus dan pro-
jadinya keseimbangan dan terlewatinya induksi, duksi urin secara reversibel. Sedangkan pada pem-
untuk mengatasi hal ini diberikan kadar lebih tinggi buluh darah otak, eter menyebabkan vasodilatasi.
dari kadar yang dibutuhkan. Bila stadium yang di- Eter menyebabkan mual dan muntah terutama
inginkan sudah tercapai kadar disesuaikan untuk pada waktu pemulihan, tetapi dapat pula terjadi
mempertahankan stadium tersebut. Untuk memper- pada waklu induksi. lni disebabkan oleh efek sentral
cepat induksidapat diberikan zat anesletik lain yang eter atau akibat iritasi lambung oleh eter yang ter-
kerjanya cepat kemudian baru diberikan anestetik telan. Aktivitas saluran cerna dihambat selama dan
yang menguap. sesudah anestesia.
Umumnya anestetik yang menguap dibagi Eter diabsorpsi dan diekskresi melalui paru;
menjadi dua golongan yaitu, golongan eter misal- sebagian kecil diekskresi juga melalui urin, air susu,
nya eter (dietileter), dan golongan hidrokarbon keringat dan difusi melalui kulit utuh.
halogen misalnya halotan, meloksifluran, etil- Eter dapat digunakan dengan berbagai
klorida, trikloretilen dan fluroksen. metoda anestesia. Pada penggunaan secara open
drop uap eter akan turun ke bawah karena + 6-10
ETER (DIETILETER). Eter merupakan cairan tidak kali lebih berat daripada udara. Penggunaan secara
berwarna, mudah menguap, berbau, mengiritasi sa- semi closed method dalam kombinasi dengan ok-
luran napas, mudah terbakar dan mudah mele- sigen atau NzO tidak dianjurkan pada operasi de-
dak. Di udara terbuka eter teroksidasi menjadi ngan tindakan kauterisasi. Sebab tetap ada bahaya
peroksida dan bereaksi dengan alkohol membentuk timbulnya ledakan, dan bila api mencapai paru
asetaldehid sehingga eter yang sudah terbuka be- penderita akan mati karena jaringan terbakar.atau
berapa hari sebaiknya tidak digunakan lagi, paru-parunya pecah.
Eter merupakan anestetik yang sangat kuat Jumlah eter yang dibutuhkan tergantung dari
(kadar minimal untuk anestetik = 1,9% volume) berat badan dan kondisi penderita, kebutuhan
sehingga penderita dapat memasuki setiap tingkat dalamnya anestesia dan teknik yang digunakan.
anestesia. Sifat analgesiknya kuat sekali; dengan Untuk induksi, digunakan 1O-20% volume uap eter
kadar dalam darah arteri 10-15 mg % sudah terjadi dalam oksigen atau campuran oksigen dan NeO.
analgesia tetapi penderita masih sadar. Untuk dosis penunjang stadium lll, membutuhkan
5-15% volume uap eter.
Anestetik Umum 117

Status. Eter ini sudah jarang dipergunakan di ne- penyakit ginjal. Ekskresi F - meningkat pada urin
gara maju tetapi di lndonesia masih dipakai secara basa.
luas. Anestetik ini cukup aman, hanya berbau yang Pada anestesia yang dalam dan keadaan
kurang menyenangkan. hipokapnia, enlluran dapat menyebabkan kejang
tonik-klonik pada otot muka dan ekstremitas. Hal ini
ENFLURAN. Enfluran ialah anestetik eter ber- dapat dihentikan tanpa gejala sisa dengan : (1)
halogen yang tidak mudah terbakar. Enfluran cepat mengganti obat anestetik; (2) melakukan anestesia
melewati stadium induksi tanpa atau sedikit me- yang tidak terlalu dalam; dan (3) menurunkan ven-
nyebabkan eksitasi. Kecepatan induksi terhambat tilasi semenit untuk mengurangi hipokapnia. Kejang
bila penderita menahan napas atau batuk. Sekresi pada anak timbul dengan kadar enfluran lebih dari
kelenjar saliva dan bronkus hanya sedikit mening- 4 % volume dan oksigenisasi yang kurang. Enlluran
kat sehingga tidak perlu menggunakan medikasi jangan digunakan pada anak dengan demam
preanestetik yaitu atropin. Kadar yang tinggi me- berumur kurang 3 tahun.
nyebabkan depresi kardiovaskular dan perang-
sangan SSP; untuk menghindari hal ini enlluran Posologi. Untuk induksi, enfluran 2-4,5% dikom-
diberikan dengan kadar rendah bersama NzO. binasi dengan Oe atau campuran NzO - Oz, sedang-
Enlluran menyebabkan relaksasi otot lurik lebih baik kan untuk mempertahankan anestesia diperlukan
daripada halotan, sehingga dosis obat pelumpuh 0,5-3 % volume.
otot non-depolarisasi harus diturunkan.
ISOFLURAN (FORANE). lsolluran ialah etgr ber-
Enfluran kadar rendah tidak banyak mempe-
halogen yang tidak mudah terbakar. Secara kimiawi
ngaruhi sistem kardiovaskular, meskipun dapat
isofluran mirip enfluran, tetapi secara larmqkologis
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
banyak berbeda. lsofluran berbau tajam sehingga
lrekuensi nadi. Enlluran menyebabkan sensitisasi
jantung terhadap katekolamin yang lebih lemah membatasi kadar obat dalam udara yang dihisap
penderita karena penderita menahan napas dan
dibandingkan dengan halotan. Namun pada bebe-
rapa kasus elek ini tidak terlihat.
batuk. Setelah pemberian medikasi preanestetik,
Pemberian enlluran 1% bersama NzO dan Oz
stadium induksi dapat dilalui dengan lancar dan
dengan pengawasan terhadap ventilasi, akan sedikit eksitasi bila diberikan bersama NzO - Oe.
menurunkan tekanan introkular dan berguna untuk Yang umum digunakan untuk melewati stadium in-
operasi mata, duksi ialah obat anestetik lV.
lsolluran merelaksasi otot sehingga baik untuk
Kadar enlluran kurang dari 3o/o tidak dapai
mencegah elek obat oksitosik. Kadar 0,25-1 ,25 o/o melakukan intubasi. Obat pelumpuh otot non-
bersifat analgesik. Kadar ini tidak menyebabkan depolarisasi dan isofluran saling menguatkan
perdarahan berat pasca persalinan. Pemulihan ter- (potensiasi) sehingga dosis isofluran perlu di-
jadi amat cepat, sehingga perlu diberikan analgetik kurangi sepertiganya. Tendensi timbulnya aritmia
amat kecil, sebab isolluran tidak menyebabkan sen-
untuk mencegah nyeri pascabedah.
sitisasi jantung terhadap katekolamin. Peningkatan
Efek samping. Enfluran bisa menyebabkan efek lrekuensi nadi dan takikardi dapat dihilangkan den-
samping sesudah pemulihan berupa menggigil gan pemberian propranolol 0,2-2 mg, atau dosis
karena hipotermi, gelisah, delirium, mual atau mun- kecil narkotik (8-10 mg morlin, atau 0,1 mg fentanil),
tah. Enlluran dapat menyebabkan depresi napas sesudah hipoksia atau hiperiermia diatasi terlebih
dengan kecepatan ventilasi tetap atau meningkat; dulu. Penurunan volume semenit dapat diatasi de-
tidal volume dan minute volume menurun. Enfluran ngan mengatur dosis. Ventilasi mungkin perlu diatur
bisa menyebabkan kelainan ringan lungsi hati. untuk mendapatkan normokapnia atau hipokapnia.
Sebagian besar enfluran diekskresi dalam lsofluran sedikit mengalami biotranslormasi men-
bentuk utuh dan hanya sedikit (2-5 %o) yang dimeta- jadi asam trilluoroasetat dan F .
bolisasi menjadi F -. lmplikasi klinik biotransformasi Belum pernah dilaporkan adanya gangguan
- lungsi ginjal dan hati sesudah penggunaan iso-
enlluran menjadi F perlu dipelajari lebih lanjut.
-
Pada orang normal, kadar F yang terbentuk ber- lluran. Pada anestesiayang dalam dengan isofluran
ada di bawah batas toksik, tetapi dapat meningkat tidak terjadi perangsangan SSP seperti pada pem-
sampai batas toksik bila penderita juga mendapat berian enfluran. lsofluran meningkatkan aliran
isoniazid. Enfluran membahayakan penderita darah otak pada kadar lebih dari 1,1 MAC (Minimal
a

Farmakologi dan Terapi

Alveolar Concentration, kadar alveoli minimal) dan menyebabkan vasodilatasi pembuluh otot rangka
mungkin meningkatkan tekanan intrakranial. Hiper- dan darah otak sehingga aliran darah ke otak dan
ventilasi bisa menurunkan aliran darah dan tekanan otot bertambah.
intrakranial, sebab hipokapnia yang timbul tidak Halotan menyebabkan bradikardi, karena ak-
menginduksi kejang selama anestesia dengan tivitas vagal yang meningkat. Halotan menimbulkan
isofluran. Keamanan isofluran pada wanita hamil, sensilisasi jantung terhadap katekolamin sehingga
atau waktu partus, belum terbukti. pada kadar anal- dapat terjadi aritmia jantung bila diberikan kate-
gesik 0,3-0,7 % isofluran tidak mendepresi frekuen- kolamin sewaktu inhalasi halotan. Suntikan lokal
si dan kekuatan kontraksi olot uterus pasca- epinefrin hanya boleh diberikan dengan syarat : (1 )
persalinan. Penggunaan obat ini masih terbatas, ventilasi harus cukup adekuat; (2) kadar epinefrin
sehingga data toksisitas atau reaksi hipersen- yang diberikan tidak lebih dari 't : 100.000; dan (3)
sitivitas belum lengkap ditemukan. penurunan dosis orang dewasa tidak lebih dari 10 ml larutan 1:
kewaspadaan mental terjadi 2-3 jam sesudah anes- 100000 dalam 10 menit, atau 30 ml dalam satu jam.
tesia, tetapi tidak terjadi mual, muntah atau eksitasi Penggunaan halotan berulang kali dapat me-
sesudah operasi. nyebabkan kerusakan hati yang bersitat alergi be-
Posologi. lsofluran 3-g,S% dalam Oz atau kom- rupa nekrosis sel hati yang letaknya sentrolobular.
binasi NO2 - Oz biasanya digunakan untuk induksi, Gejala yang mungkin timbul ialah anoreksia, mual,
sedangkan kadar 0,5-3% cukup memuaskan untuk muntah dan kadang-kadang kemerahan pada kulit.
mempertahankan anestesia. Halotan menghambat tonus miometrium,
mengurangi efektivitas alkaloid ergot dan oksitosin
HALOTAN (FLUOTAN). Halotan merupakan cairan sehingga harus hati-hati diberikan waktu partus.
tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar Halotan berguna sekali pada versi ekstraksi.
dan tidak mudah meledak meskipun dicampur den-
Absorpsi dan ekskresi halotan melalui paru,
gan oksigen. Halotan bereaksi dengan perak, tem_
hanya 20% dimelabolisasi dalam badan dan
baga, baja, magnesium, alurninium, brom, karet dan
diekskresi melalui urin dalam bentuk asam trifluoro-
plastik. Karet larut dalam halotan, sedangkan nikel,
asetat, lrifluoroetanol dan bromida.
titanium, dan polietilen tidak sehingga pemberian
Untuk induksi, halotan diberikan dengan kadar
obat ini harus dengan alat khusus yang disebut
fluotec. 1-4% dalam campuran dengan oksigen atau NzO
sedangkan untuk dosis penunjang 0,5 - 2%. Halotan
Efek analgesik halotan lemah tetapi relaksasi
diberikan dengan alat khusus dan penentuan kadar
otot yang ditimbulkannnya baik. Dengan kadar yang
harus dapat dilakukan dengan tepat.
aman diperlukan waktu 10 menit untuk induksi se-
hingga untuk mempercepatnya digunakan kadar
tinggi (3-4 volume o/o). Kadar minimal untuk anes- Status. Sangat populer dan digunakan secara luas
tesia ialah 0,76% volume. dalam anestesi. Dengan ditemukan enfluran dan
Depresi napas terjadi pada semua konsen- isofluran maka ada pilihan lain sehingga peng-
trasi halotan yang menimbulkan anestesia. Halotan gunaan berulang yang berakibat hepatotoksisitas
dapat mencegah spasme laring dan bronkus, batuk dapat dihindari.
serta menghambat salivasi, sedangkan relaksasi
otot maseter baik, sehingga intubasi mudah di_ METOKSIFLURAN. Metoksifluran merupakan
lakukan. Pernapasan buatan harus dilakukan de- cairan jernih, tidak berwarna, bau manis seperti
ngan hati-hati karena dapat menyebabkan dosis buah, tidak mudah meledak, tidak mudah terbakar
halotan berlebihan. di udara atau dalam oksigen. Pada kadar anestetik,
Halotan secara langsung menghambat otot metoksifluran mudah larut dalam darah.
jantung dan otot polos pembuluh darah serta me- Metoksifluran termasuk anestetik yang kuat;
nurunkan aktivitas saraf simpatis. Makin dalam kadar minimal 0,16 volume % sudah dapat menye-
anestesia, makin jelas turunnya kekuatan kontraksi babkan anestesia dalam tanpa hipoksia. lnduksi
otot jantung, curah jantung, tekanan darah, dan terjadi lambat dan sering disertai delirium sehingga
resistensi perifer. Bila kadar halotan ditingkatkan untuk mempercepat induksi sering diberikan lebih
dengan cepat, maka tekanan darah akan tidak dahulu barbiturat lV. Depresi napas dan relaksasi
terukur dan dapat terjadi henti jantung. Halotan otot lebih nyata oleh metoksifluran daripada oleh
Anestetik Umum

halotan. Sifat analgesik metoksifluran kuat, se- kadar trikloretilen tidak boleh lebih dari 1% dalam
sudah penderita sadar sifat analgesik ini masih ada. campuran 2: 1 dengan NzO dan oksigen.
Trikloretilen menimbulkan sensitisasi jantung
Metoksifluran tidak menyebabkan iritasi dan terhadap katekolamin dan sensitisasi pernapasan
stimulasi. kelenjar bronkus, tidak menyebabkan pada strefch receptor. Sifat lain trikloretilen ialah
spasme laring dan bronkus sehingga dapat diguna- tidak mengiritasi saluran napas.
kan pada penderita asma. Metoksifluran menim-
bulkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin FLUROKSEN. Fluroksen merupakan eter ber-
tetapi tidak sekuat klorolorm, siklopropan, halotan halogen, dengan sifat seperti eter mudah terbakar,
atau trikloretilen. Metoksitluran bersifat hepatoksik tetapi tidak mudah meledak. Fluroksen menim-
sehingga sebaiknya tidak diberikan pada penderita bulkan analgesi yang baik, tetapi relaksasi otot sa-
kelainan hati. ngat kurang. Untuk mencapai analgesi diperlukan
Untuk mendapatkan efek analgesik, cukup lluroksen 1,5-2%, untuk induksi 6-12% dan untuk
diberikan 0,5% metoksifluran dalam udara' Untuk dosis penunj ang 3-12%. Bila dikombinasi dengan
induksi diperlukan kadar 1,5-3% dengan campuran NzO dan oksigen, lluroksen cukup diberikan de-
oksigen atau NzO sedikitnya'l : 1 yang kemudian ngankadar 1-20h.
dilanjutkan dengan dosis penunjang 0,5%' Obat ini
dapat diberikan dengan cara c/osed method alau
semiclosed method sedangkan pada bayi dan anak 2.3. ANESTETIK PARENTERAL
juga dapat diberikan dengan caraopen drop.
Pemakaian obat anestetik intravena, dilak-
ETILKLORIDA. Etilklorida ialah cairan tak berwar- sanakan untuk: (1) induksi anestesia; (2) induksi
na sangat mudah menguap, mudah terbakar dan dan pemeliharaan anestesia bedah singkat; (3)
mempunyai titik didih 12-1 30 C. Bila disemprotkan suplementasi hipnosis pada anestesia atau anal-
pada kulit akan segera menguap dan menimbulkan gesia lokal, dan (4) sedasi pada beberapatindakan
pembekuan sehingga rasa sakit hilang. medik.
Anestesia dengan etilklorida cepat terjadi Anestesia inlravena ideal membutuhkan kri-
tetapi cepat pula hilangnya. lnduksi dicapai dalam teria yang sulit dicapai oleh hanya satu macam obat,
0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3 menit yaitu : (1) cepat menghasilkan elek hipnosis; (2)
sesudah pemberian anestesia dihentikan. Karena mempunyai efek analgesia; (3) disertai oleh am-
itu etilklorida sudah tidak dianjurkan lagi untuk anes- nesia pascaanestesia; (4) dampak yang tidak baik
tetik umum, tetapi hanya digunakan untuk induksi mudah dihilangkan oleh obat antagonisnya; (5)
dengan memberikan 20-30 tetes pada masker cepat dielimninasi dari tubuh; (6) tidak atau sedikit
selama 30 detik. Etilklorida digunakan juga sebagai mendepresi f ungsi restirasi dan kardiovaskular; dan
anestetik lokal dengan cara menyemprotkannya (7) pengaruh larmakokinetik tidak tergantung pada
pada kulit sampai beku. Kerugiannya, kulit yang disfungsi organ. Untuk mencapai tujuan di atas, kita
beku sukar dipotong dan mudah kena inleksi karena dapat menggunakan kombinasi beberapa obat atau
penurunan resistensi sel dan melambatnya pe- cara anestesia lain. Kebanyakan obat anestetik in-
nyembuhan. travena dipergunakan untuk induksi, tetapi se-
karang sudah banyak dipakai untuk pemeliharaan
TRIKLORETILEN. Trikloretilen ialah cairan jernih anestesia atau dikombinasi dengan NzO atau
tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas anestetik inhalasi lain. Kombinasi beberapa obat
seperti klorolorm, tidak mudah terbakar dan tidak murrgkin akan saling berpotensiasi atau efek salah
mudah meledak. satu obat dapat menutupi pengaruh obat yang lain'
lnduksi dan waktu pemulihan terjadi lambat
karena trikloretilen sangat larut dalam darah. Elek BARBITURAT. Seperti anestetik innatasi, OarUi-
analgesik trikloretilen cukup kuat tetapi relaksasi turat menghilangkan kesadaran dengan blokade
otot rangka yang ditimbulkannya kurang baik, maka sistem stimulasi (perangsang) di lormasio reti-
sering digunakan pada operasi ringan dalam kom- kularis. Pada pemberian barbiturat dosis kecil ter-
binasi dengan NzO. Untuk mendapatkan e{ek anal- jadi penghambatan sistem penghambat ekstra
gesik, cukup digunakan 0,25-0,75% trikloretilen lemnikus, tetapi bila dosis ditingkatkan sistem pe-
dalam udara. Sedangkan untuk anestesia umum, rangsang juga dihambat sehingga respons korteks
Farmakologi dan Terapi

menurun. Pada penyuntikan tiopental, mula_mula


keamanan lebar). Ketamin mempunyai sifat anal-
timbul hiperalgesi, diikuti analgesi bila dosis terus gesik, anestetik dan kataleptik dengan kerja
ditingkatkan.
singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sis_
Barbiturat menghambat pusat pernapasan di tem somalik, tetapi lemah untuk sistem viseral.
medula oblongata. Tidat volume menurun dan ke_
Tidak menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan
cepatan napas meninggi sewaktu anestesia. per-
kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi.
napasan abdominal akan lebih jelas bila telah terjadi
Ketamin akan meningkatkan tekanan darah,
penurunan kontraksi otot interkostal.
frekuensi nadi dan curah jantung sampai+ 20 %.
Kontraksi otot jantung dihambar oleh barbi-
Ketamin menyebabkan refleks faring dan
turat tetapi tonus vaskular meninggi dan kebutuhan
laring tetap normal atau sedikit meninggi, pada
oksigen badan berkurang; curah janfung sedikit
dosis anestesia merangsang, sedangkan-dengan
menurun. Barbiturat tidak menimbulkan sensitisasi
dosis yang berlebihan akan menekan pernapasan.
jantung terhadap katekolamin.
Ketamin sering menimbulkan halusinasi teiutama
Barbiturat yang digunakan untuk anestesia pada orang dewasa.
ialah yang termasuk barbiturat kerja sangat singkat,
Sebagian besar ketamin mengalami dealkilasi
yaitu ;
dan hidrolisis dalam hati, kemudian diekskresi
Natrium tiopental. Dosis yang dibutuhkan untuk terutama dalam bentuk metabolit dan sedikit dalam
induksi dan mempertahankan anestesia tergantung bentuk utuh.
dari berat badan, keadaan lisik dan p"ny"Iit yung Untuk induksi ketamin diberikan secara lV
diderita. Untuk induksi pada orang dewasa di-
dengan dosis 2 mS/kgBB (1-4,5 mg/kgBB) datam
berikan 2-4 ml larutan 2,50k secaraintermiten setiap waktu 60 detik; stadium operasi dicapai dalam 5_10
3O-60 detik sampai tercapai efek yang diinginkan. menit. Untuk mempertahankan anestesi dapat
Untuk anak digunakan larutan pentotai2 % jengan diberikan dosis ulangan setengah dari semula.
interval 30 detik dengan dosis 1,5 ml untuk berat Ketamin lM untuk Induksi diberikan 10 mg/kgBB
badan 15 kg,3 ml untuk berat badan 30 kg,4 ml (6,5-13 mg/kgBB), stadium operasi terjadi dalam
untuk berat badan 40 kg dan 5 ml untuk berat badan 12-25 menit.
50 kg. Untuk mempertahankan anestesia pada
orang dewasa diberikan pentotal 0,5-2 ml laiutan Status. Ketamin merupakan anestetik yang me_
muaskan bersama dengan diazepam untuk kbndisi
2,5%, sedangkan pada anak 2 ml larulan 2o/o.
Untuk anestesia basal pada anak, biasa digunakan
tertentu. Cara ini sangat berguna untuk lrauma,
pentotal per rektal sebagai suspensi 40% dengan operasi gawat darurat, pembersihan luka bakar,
prosedur radiologik pada anak dan malahan untuk
dosis 30 mS/kgBB.
beberapa operasi jantung tertentu.
Natrium tiamilal. Dosis untuk induksi pada orang
dewasa ialah 2-4 ml larutan 2,5%, diberikan lV DROPERIDOL DAN FENTANIL. Fentanildan dro-
secara intermiten setiap 30_60 detik sampai efek peridol tersedia dalam kombinasi tetap, dan di-
yang diinginkan tercapai; dosis penunjang 0,5_2 gunakan untuk menimbulkan analgesia neuroleptik
ml
larutan 2,5o/oi atau digunakan larutan OlS./. yang dan anestesia neuroleptik. pada anestesia neuro_
diberikan secara terus meneru s (drip). leptik kedua obat ini digunakan bersama NzO. ln-
Natrium metoheksital. Dosis induksi pada orang duksi dengan dosis 1 mg/9-15 kgBB diberikan per_
dewasa ialah 5-12 ml larutan 1 % diberikan secara lahan-lahan secara lV (1 ml tiap 1_2 menit), diikufi
pemberian NzO atau Oz bila sudah timbul kantuk.
lV dengan kecepatan 1 mU5 detik; dosis penunjang
Sebagai dosis penunjang digunakan NeO atau fen-
2-4 ml larutan 1 o/o alau bila akan diberikan .""uru
tanil saja (0,05- 0, j mg tiap 30-60 menit) bila anes_
terus menerus dapat digunakan larulan O,2ok.
tesia kurang dalam. Anestesia neuroleptik dap'at
Status. Merupakan anestetik yang dibutuhkan. mencapai anestesia umum yang memuaskan tetapi
Tiopental digunakan sebagai standar. Anestesi kesadaran cepat kembali bila pemberian NzO
umOm yang didapatkan dengan injeksi lV menim- dihentikan. Droperidol dan lentanil dapat diberikan
bulkan tidur sebelum prosedur operasi. dengan aman pada penderita yang dengan anes_
tesia umum lainnya mengalami hiperpireksia malig-
KETAMIN. Ketamin ialah larutan yang tidak berwar-
na. Pada analgesia neuroleptik tidak digunakan
na, stabil pada suhu kamar dan relatif aman (batas
N2O dan kesadaran penderita tetap baik; ieadaan
Anestetik Umum

analgesia) dan untuk mengatasi konvulsi yang


di-
ini sering digunakan pada tindakan bronkoskopi'
sebabkan obat anestesi lokal'
sitoskopi, kateterisasi jantung dan penggantian
pembalut Pada luka bakar. Farmakokinetik. Diazepam dimetabolisasi menjadi
Droperidol merupakan obat dengan masa metabolit yang aktif' Masa paruhnya bertambah
kerja ldma dan mula kerja lambat (10-15.m.enit) panjang Oengan meningkatnya usia, pada usia 20
sedang lentanil masa kerja pendek tetapi mula kerja ianun ilra-fiia 20 jam, dan kira-kira 90
jam pada
cepat [Z menit), maka sebenarnya dapat dilakukan usia 80 tahun. Bersihan plasma hampir konstan
pemberian cara terpisah yaitu : induksi dimulai den- (20-32 ml/menit), karena itu pemberian diazepam
gan dosis tunggal droperidol (0,15 mg/kgBB) dan jangXa lama tidak memerlukan koreksi dosis'
6-8 menit kemudian fentanil (0,002-0,003 mg/kgBB) Volume distribusi pada steady state 1'1 Ukg'
yang dapat diulangi tiap 6-8 menit' NeO diberikan
Llla-penderita mulai mengantuk dan an-estesia Efek nonterapi. Pemberian diazepam lV untuk
diperiahankan dengan cara seperti di atas' Dengan mendapatkan iedasi' tidur dan amnesia anterograd
cara ini akan didapat amnesia, hipnosis dan anal- tidak menurunkan tekanan arteri atau curah ian'
gesia yang memuaskan. tung: hanya dapat terjadi takikardi. sedang.dan
Curah jantung semenit menurun' resistensi depiesi napas ringan' Pernah dilaporkan teriadinya
pembuluh darah sistemik meningkat pada per' kegagalan sirkulasi dan henti napas pada orang
mulaan dan akan kembali normal bila anestesia
dewasa sehat yang mendapat suntikan 20 mg
juga pernah
diazepam lV secara cepat. Henti napas
diteruskan. Apnea dapat terjadi karena depresi SSP terutama bila dia-
dilaporkan selama anestesia,
dan dapat diatasi dengan mengontrol atau memim- narkotik analgesik se-
zepam diberikan bersama
pin peinapasan. Ventilasi harus dikontrol dengan
'baik bagai medikasi preanestetik. Flebitis dan trombosis
terutama bila menggunakan obat penghambat juga rasa nyeri
serlng terjadi pada penyuntikan lV,
saraf-otot, atau bila dosis lentanil tak melebihi 0,003 pada vena kecil, sedangkan pem-
bila disuntikan
mg/kgBB cukup dengan pernapasan terpimpin'
fioang-xaoang dapat timbul mual, muntah dan berian intra-arteri dapat menimbulkan nekrosis
jaringan sehingga tidak dianjurkan'
menggigil pascabedah, juga dapat timbul geiala
ekstL-piramidal pada takar laiak dengan droperidol' Suntikan diazepam lV sebaiknya tidak dicam-
pur dengan larutan obat lain. Diazepam disuntikkan
Sediaan kombinasi terdapat dalam botol berisi
pada seiang inlus dekat vena sementara inlus tetap
2 dan 5 ml larutan yang mengandung fentanil sitrat sun'
mengalir untuk mencegah rasa terbakar akibat
0,05 mg dan droPeridol 2,5 mg Per ml'
tikan dan mengurangi kemungkinan trombosis'
Status. Neurolep analgesia dan neurolep anestesi Karena diazepam tidak mempunyai efek analgesik'
adalah prosedur yang sederhana dan aman mes- pemberian anestetik lokal akan membantu pro-
kipun induksi berlangsung lambat' Depresi per- sedur anestesia pada beberapa penderita (misal-
napasan besar tetapi dapat diperkirakan' Teknik ini nya sebelum endoskoPi).
beiguna pada orangtua, sakit berat atau penderita 0'1 -
debil.
Posologi. Dosis diazepam untuk induksi ialah
0,5 mg/i'gBB. Pada orang sehat dosis diazepam
0'2
pe- yang diberi-
DIAZEPAM. Obat ini menyebabkan tidur dan mgtXg-BB untuk medikasi preanestetik
nurunan kesadaran yang disertai nistagmus dan Xa-n Uersama narkotik analgesik sudah menyebab-
(poor
bicara lambat, tetapi tidak berelek analgesik' Juga kan tidur. Pada penderita dengan risiko tinggi
tidak menimbulkan potensiasi lerhadap efek peng' ,ls1,1 n"ny" dibutuhkan 0,1-0,2 mg/kgBB' Untuk
tiap
hambat neuromuskular dan efek analgesik obat sed'asi basal, penambahan 2,5 mg diazepam
narkotik. Diazepam digunakan untuk menimbulkan 30 detik diberikan sampai penderita tidur ringan
sedasi basal pada anestesia regional, endoskopi atau terjadi nistagmus, ptosis atau gangguan
dan prosedur dental, juga untuk induksi anestesia bicara. Umumnya dibutuhkan 5-30 mg untuk sedasi
terutama pada penderita dengan penyakit kar- ini.
diovaskular. Dibandingkan dengan ultra short ac'
ting barbiturate, elek anestesi diazepam kurang me'
Status. Diazepam digunakan untuk medikasi
preanestetik dan induksi atau anestetik sendiri'
muaskan karena mula kerjanya lambat dan masa 'lUiOazotam
mulai kerja yang lebih cepat dan potensi
pemulihannya lama. Diazepam juga digunakan
lebih besar dan eliminasi metaboliknya cepat
se-
untuk medikasi preanestetik (sebagai neurolep
a

Farmakologi dan Terapi

hingga lebih disukai untuk induksi dan memper-


vasodilatasi periler daripada penurunan curah jan_
tahankan anestesi.
tung. Tekanan sistemik kembali normal dengan
in_
tubasi trakea.
ETOMIDAT. Etomidat ialah anestetik non barbiturat
Propofol tidak menimbulkan aritmia alau
Iang terutama digunakan untuk induksi anestesia. kemik otot jantung. Sesudah pemberian propofol
is_
Obat ini tidak berefek analgesik tetapi dapat lV
di_ terjadi depresi pernapasan sampai apnea selama
gunakan untuk anestesia dengan teknik
infus terus 30 detik. Hal ini diperkuat dengan premedikasi
menerus bersama lentanil atau secara intermiten. de_
Selama induksi, etomidat mempunyai efek minimal ngan opiat.
terhadap sistem kardiovaskular dan pernapasan. Propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal.
Etomidat tidak menimbulkan penglepasan histamin. Aliran darah ke otak, metabolisme otak dan tekanan
Dosis induksi etomidat menuruniun curah jantung, intrakranial akan menurun. Dilaporkan adanya
isi sekuncup dan tekanan arteri serta meninikatkan kejang atau gerakan involunter selama induksi.
Tak
frekuensi denyut jantung akibat jelas adanya interaksi dengan obat pelemas
komp-ensasi. otot.
Etomidat menurunkan aliran darah otak (i5-50%), Keuntungan propolol karena bekerja lebih cepat
kecepatan metabolisme otak, dan tekanan intrak_ dari tiopental dan konfusi p"r"u op"iusi yang
mini_
ranial; sehingga anestetik ini mungkin berguna mal. Terjadinya enek, muntah dan sakit kepall
mirip
pada bedah saraf. dengan tiopental.

Efek samping. Etomidat menyebabkan rasa Status. Propolol merupakan anestetik yang baru.
nyeri
di tempat suntik yang dapat diaiasi dengan Cepatnya induksi dan recovery dari aneste-si ber_
menyun_
tikkan cepat pada vena besar, atau diberikan guna dalam pasien rawat jalan yang memerlukan
ber-
sama medikasi preanestetik seperti meperidin. prosedur yang cepat dan singkat.
Selama induksi dengan etomidat tanpa medikasi
preanestetik dapat terjadi gerakan otot
spontan
pada 60% penderita. Elek ini dihilangkan j"ng"n
pemberian narkotik, sehingga narkotik
dianjurkan
3. PEMILIHAN SEDIAAN
untuk diberikan sebagai medikasi preanestetik.
Apnea ringan selama .lS_20 detik dapat terjadi Pemilihan anestetik umum didasarkan atas
pada induksi dengan etomidat, terutama pada b.eberapa pertimbangan, yaitu keadaan penderita,
orang tua. Apnea ini memanjang bila etomidat sifat anestetik umum, jenis operasi yang dilakukan
di_
berikan bersama analgesik aiau benzoadiazepin. dan peralatan serta obat yang terseiia. ig",
"n""_
tesia umum berjalan sebaik mungkin, pertimbangan
Posologi. Dosis induksi etomidat ialah 0,3 mg/kg utama ialah memilih anestetik ideal denqan sifat
BB, dan dalam waktu satu menit penderita antara lain : mudah didapat, murah, cepaimelam-
sudah
tidak sadar. paui stadium ll, tidak menimbulkan efek samping
terhadap alat vital seperti hipersekresi saluran
PROPOFOL. propofol secara kimia tak ada napas atau menyebabkan sensitisasi jantung ter_
hu_
bungannya dengan anestetik lV lain. Zat hadap katekolamin, tidak mudah terbakar, s-tabil,
ini berupa
minyak pada suhu kamar dan disediakan sebagai cepat dieliminasi, sifat analgesik cukup baik, relak-
emulsi 1%. sasi otot cukup baik, kesadaran cepat kembali,
tanpa efek yang tidak diingini. Hanya sayangnya
Efek anestetik umum. pemberian intravena pro_ tidak ada satu obat pun yang memenuhi semua sitat
polol (2 mS/kS) menginduksi anestesi di atas.
secara cepat
seperti tiopental. Rasa nyeri kadang_kadang
terjadi
di tempat suntikan, tetapi jarang lis"rt"i i"ngun . . P?du operasi ringan seperti ekstraksi
.insisi gigi ddn
plebitis atau trombosis. Anestesi dapat
abses tidak diperlukan relaksasi ot6t yang
dipertahln_ sempurna, oleh sebab itu cukup dipilih aneitetik
kan.dengan infus propofol yang berkesinambung_
umum yang bersilat analgesik baik seperti NzO dan
an dengan opiat, NzO dan/atau anestetik inhalasi
trikloretilen, juga dapat digunakan neurolef anal-
lain.
gesia. Pada operasi besar seperti laparotomi
diper-
Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik lukan anestetik yang menimbulkan relaksasi otot
kira-kira 80% tetapietek initebih disebabkan cukup baik, misalnya eter, atau dikombinasi dengan
kaiena
Anestetik Umum

diazepam. Untuk tindakan kauterisasi sebaiknya Anestetik umum yang hepatotoksik seperti
digunakan halotan yang tidak mudah terbakar, metoksilluran sebaiknya tidak diberikan pada pen-
Penggunaan obat simpatomimetik pada anes- derita hepatitis atau pada penggunaan jangka lama'
tesia dengan anestetik umum seperti siklopropan' Penggunaan anestetik umum sangat tergan-
halotair dan metoksilluran harus berhati-hati karena tung dari sarana setempat, yaitu ada tidaknya te-
ada bahaya librilasi ventrikel. Bahaya ini paling naga anestetik, alat dan obat. Eter dan tiopental
minimal pada penggunaan eter, karena eter tidak ialah anestetik umum yang mudah didapat, sehing-
menyebabkan sensitisasi jantung terhadap kate- ga digunakan untuk berbagai operasi terutama di
kolamin, daerah.
124
Farmakologi dan Terapi

10. HIPNOTIK. SEDATIF DAN ALKOHOL


Metta Sinta Sarl Wirla dan Tony Handoko SK

1. Pendahuluan 3.5. lntoksikasi


3.6. lndikasi
2. Benzodiazepin
3.7. Posologi
2.1. Kimia
2.2. Farmakodinamik 4. Hipnotik sedatil lain
2.3. Farmakokinetik 4.1. Kloral hidrat
2.4. Elek samping 4.2, Etklorvinot
2.5. lndikasi 4.3. Glutetimid
2.6. Posologi 4,4. Metiprilon
2.7. Monograf 4.5. Meprobamat
4.6. Paraldehid
3. Barbiturat
4.7. Etinamat
3.1. Kimia
3.2. Farmakodinamik 5. Pengelolaan lnsomnia
3.3. Farmakokinetik
3.4. Elek samping 6. Alkohol

1. PENDAHULUAN Beberapa obat hipnotik dan sedatif, terutama


golongan benzodiazepin digunakan juga untuk in_
Hipnotik sedatif merupakan golongan obat dikasi lain, yaitu sebagai pelemas otot, antiepilepsi,
depresan susunan saraf pusat (SSp) yang relatil antiansietas (anticemas) dan sebagai penginduksi
tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menye_ anestesia.
babkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga Pada bab ini pembahasan diutamakan me-
yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu ngenai efek hipnotiknya saja. Efek sedatif dan anti_
hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, komi dan ansietas dibahas pada Bab 1.t .
mati, bergantung kepada dosis. pada dosis terapi
obat sedatil menekan aktivitas, menurunkan
respons terhadap merangsangan emosi dan
menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk
dan mempermudah tidur serta mempertahankan 2. BENZODIAZEPIN
tidur yang menyerupai tidur lisiologis.
Efek sedasi juga merupakan efek samping Secara kualitatif benzodiazepin mempunyai
beberapa golongan obat yang tidak termasuk obat efek yang hampir sama, namun secara kuantitatif
golongan depresan SSp. Walaupun obat tersebut spektrum farmakodinamik serta data farmakokine_
memperkuat efek penekanan SSp, secara mandiri tiknya berbeda. Hal ini yang menyebabkan aplikasi
tidak dapat menginduksi anestesi umum. Golongan terapi golongan ini sangat luas. Benzodiazepin ber_
obat tersebut umumnya telah menghasilkan efek efek hipnosis, sedasi, relaksasi otot, ansiolitik dan
terapi yang lebih spesifik pada kadar yang jauh lebih antikonvulsi dengan potensi yang berbeda-beda.
kecil dari pada kadar yang dibutuhkan untuk men- Pembahasan bab ini hanya pada benzodia_
depresi SSP secara umum. zepin yang terutama diindikasikan untuk hipnosis.
125
H ip noti k- S ed atil d an Alko hol

nyai prolil larmakologi yang hampir sama , namun


2.1. KIMIA
eiek'utama masing- masing derivat sangat bor-
variasi, sehingga indikasi kliniknya dapat berbeda'
Rumus benzodiazepin terdiri dari cincin ben- Peningkatan dosis benzodiazepin menyebabkan
zen (cincln A) yang melekat pada cincin aromatik Oepresi SSP yang meningkat dari sedasi ke hip-
diazepin (cincin B). Namun karena benzodiazepin nosis, dan dari hipnosis ke stupor; Keadaan ini
yang penting secara larmakologis selalu mengan' sering dinyatakan sebagai elek anestesia,tapi obat
Oung gugus substitusi S-aril (cincin C) dan cincin golongan ini tidak benar-benar memperlihatkan
1,4-benzodiazepin, sehingga rumus bangun kimia eleX inestesi umum yang spesifik, karena kesadar-
golongan ini selalu diidentikkan dengan S-aril-1,4' an penderita biasanya tetap bertahan dan relaksasi
benzodiazePin (Gambar 1 0-1) otoi yang diperlukan untuk pembedahan tidak ter-
Substitusi gugus S-aril dan gugus penglepas capai. Himun pada dosis preanestelik, benzodia-
elektron pada posisi- 7 dapat memperkuat efek' zepin menimbulkan amnesia bagi kejadian yang
berlangsung setelah pemberian obat; jadi hanya
menimbulkan illusi mengenai anestesia yang baru
dialaminya (amnesia anterograd). Bila akan diguna-
kan sebagai anestesi umum untuk pembedahan'
benzodiazepin harus dikombinasikan dengan obat
pendepresi SSP lain' Belum dapat dipastikan' apa-
kah efek antiansietas benzodiazepin identik dengan
efek hipnotik sedatifnya atau merupakan elek lain'
Prolil larmakologi benzodiazepin sangat ber'
variasi pada spesies yang berbeda; misalnya pada
mencit, tikus dan monyet 7- nitrobenzodiazepin
dapat menginduksi peningkatan kewaspadaan se-
Gambar 10-1' Struktur umum benzodiazepin beium timbul depresi SSP, tapi tidak pada spesies
yang lain; Elek relaksasi otot pada kucing dan anti-
Keterangan : konvulsi pada tikus berhubungan lebih erat dengan
A : cincin bsnzen elek sedasi, hipnosis dan antiansietas pada
B : cincin 1,4-diazePin manusia.
C : cincin S-aril Beberapa benzodiazepin menginduksi hipoto-
nia otot tanpa mengganggu gerak otot normal' Obal
ini mengurangi kekakuan deserebrasi pada kucing
2.2 FARMAKODINAMIK dan kekakuan penderita cerebral palsy'
Elek relaksan otot diazepam 10 kali lebih
Elek benzodiazepin hampir semua merupa- selektil dibandingkan meprobamat, namun tingkat
kan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan elek selehilitas ini tidak ielas terlihat pada manusia'
utama : sed'asi, hipnosis, pengurangan terhadap Klonazepam dosis nonsedatif pada manusia sudah
rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan anti' merelaksasi otot, tapi diazepam dan benzodiazepin
konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan lain tidak. Toleransi terjadi terhadap elek relaksasi
kerja golongan ini padaiaringan perifer: vasodilatasi otot maupun elek ataksia obat ini.
koronlr seielah pemberian dosis terapi benzodia- Pada hewan coba, benzodiazepin mengham-
zepin tertentu secara lV, dan blokade neuromus- bat aktivitas bangkitan yang diinduksi oleh pentilen-
Xuiar yang hanya leriadi pada pemberian dosis tetrazol atau pikrotoksin, tapi bangkitan yang'di-
sangat tinggi.
induksi oleh striknin dan elektrosyok maksimal
SUSUNAN SARAF PUSAT'Walaupun benzodia- hanya disupresi pada dosis yang mengganggu ak-
zepin mempengaruhi aktivitas saral pada semua tivitis gerakan otot. Flurazepam, triazolam, klona-
tingkatan, namun beberapa derivat benzodiazepin z"pam, bromazepam dan nitrazepam merupakan
pengaruhnya lebih besar dari derivat yang lain' se- aniikonvulsi yang lebih selektil dibandingkan deri-
dangkan sebagian lagi memiliki elek yang tak lang' vat lain. ndanya toleransi terhadap elek konvulsi
sung. Benzodiazepin bukan suatu depresan umum membatasi penggunaan benzodiazepin untuk me-
ngobati kelainan bangkitan pada manusia'
seperti barbiturat. Semua benzodiazepin mempu'
126
Farmakologi dan Terapi

Walaupun terlihat adanya elek analgetik ben-


Kemungkinan terbukanya kanal klorida sa_
zodiazepin pada hewan coba, pada,"nu-ri" h"ny"
ngat ditingkatkan oleh terikatnya GABA pada
terjadi analgesi selintas setelah pemberian diaze_ resep_
tor kompleks tersebut. Benzodiazepin sendiri tidak
pam lV. Belum pernah dilaporkan adanya
efek anal- dapat membuka kanal klorida dan menghambat
getik derivat benzodiazepin lain. Benzodiazepin
neuron. Sdhingga benzodiazepin merupalkan de-
tidak menimbulkan efek hiperalgesia, hal ini ber_ presan yang realtil aman, sebab depresi
beda dengan barbiturat. neuron
yang memerlukan transmitor bersifat setf timiting.
Mekanisme kerja dan tempat kerja pada SSp. Efek sedasi serta antikonvulsi benzodiazepin
sebagian besar dapat diterangkan lewat potensiasi
{erj3 benzodiazepin terutama merupakan poten_
GABA, yang mengatur metabolisme neuron
siasi inhibisi neuron dengan asam gamma _ amino- dengan
butirat (GABA) sebagai mediator. Fendapat ini berbagai monoamin, (yaitu neuron yang yang
di_ dapat
tunjang oleh hasil elektrofisiologik dan peri laku meningkatkan semangat serta pengliambit rasa
hewan coba yang menunjukkan iOanya pengham_ takut). Namun hipotesis ini masih belum dapat
men-
batan benzodiazepin oleh antaionis dnBn, jelaskan efek benzodiazepin yang tidak
.eJek diperanta_
seperti bikukulin atau penghambat sintesis GABA rakan GABA serta efek depresi neuron etek
/ t<tinif
misalnya tiosemikarbasid. benzodiazepin yang dapat dilawan oleh antagonis
kerjanya dapat lihat seperti pada gambar reseptor adenosin (misalnya teofilin) dalam iadar
10-2. yang sangat rendah.

PERNAPASAN. Benzodiazepin hanya berefek se_


dikit pada pernapasan; dosis hipnotii tidak berefek
GABA pada pernapasan orang normal. Diazepam
dan
midazolam dosis preanestetik mendepresi ringan
ventilasi alveolar dan menyebabkan asidosis
respi_
ratoar, lebih karena perangsangan hipoksia dari
pada karena penurunan rangsangan hiperkapnia.
Kecepatan lrekuensi ekspirasi f,anya menurun
"l-r pada hipoksia. pada penderita obitruksi paru
kronik, dosis benzodiazepin untuk endoskopi
dapat
menurunkan ventilasi alveolar dan po2, serla pe_
ningkatan Pcoe dan menyebabkan narkosis COz.
Bz Diazepam yang diberikan sewaktu anestesi atau
diberikan bersama opioid dapat menyebabkan
Reseptor keadaan Reseptor keadaan aqnea. Gangguan pernapasan yang Uerat pada
semula/dasar teraktivasi in_
toksikasi benzodiazepin hanya terjadi pada pende_
rita yang juga mendapat pendepresi SSp lain ter_
utama alkohol.
Gambar 10-2. Mekanisme kerja benzodiaze_pin
lewat SISTIM KARDTOVASKULAR. Efek benzodiazepin
GABA pada reseptor GABn/benzo_
diazepin/klorida ionofor kompleks pada sistim kardiovaskular umumnya ringan,
ke_
cuali pada intoksikasi berat. pada dosis anestesi
semua benzodiazepin dapat menurunkan tekanan
GABA dan benzodiazepin yang aktil secara darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung.
klinik terikat secara selektil dengan reieptor GABA/
benzodiazepin/chlorida ionofor iompleks. pengikat- SALURAN CERNA. Benzodiazepin diperkirakan
an ini akan memnyebabkan pembukaan i"n"'t
Ct-. dapat menyembuhkan berbagai gangguan saluran
Membran sel saral secara normal tidak permeabel
cerna yang dihubungan dengan adanya ansietas.
terhadap ion klorida, tapi bila kanal Ci- terbuka,
Pada tikus, benzodiazepin mencegah timbulnya
memungkinkan masuknya ion klorida, meningkat_ se-
kan potesial elehrik sepanjang mernbran ,"iJ"n bagian ulkus akibat adanya stres, dan pada
menyebabkan sel sukar tereksitasi. manusia diazepam secara nyata menurunkan se_
kresi cairan lambung waktu malam.
H ipnoti k- Sedatit d an Alkohol 127

2.3. FARMAKOKINETIK tabolisme lebih lambat dari senyawa asalnya, se-


hingga lama kerja benzodiazepin tidak sesuai den-
Silat lisikokimia dan larmakokinetik benzodia- gan waktu paruh eliminasi obat asalnya; misalnya
zepin sangat mempengaruhi penerapan klinisnya. waktu paruh llurazepam adalah 2,0-3,0 jam, tetapi
Semua benzodiazepin dalam bentuk nonionik me- waktu paruh metabolit aktifnya (N-desalkilfluraze-
miliki koelisien distribusi lemak:air yang sangat pam) adalah 50,0 jam atau lebih. Sebaliknya, kece-
tinggi, Namun silat liofiliknya dapat bervariasi lebih patan metabolisme benzodiazepin yang dlinaktif-
dari 50 kali, bergantung kepada polaritas dan elek- kan pada reaksi pertama merupakan penentu bagi
tronegativitas berbagai senyawa benzodiazepin. lama kerjanya; misalnya oksazepam, lorazepam,
Semua benzodiazepin diabsorpsi secara temazepam, triazolam dan midazolam. Metabolis-
sempurna, dengan kekecualian klorazepat; senya- me benzodiazepin terjadi dalam tiga tahap yaitu: (1)
wa ini baru diabsorpsi sempurna setelah terlebih desalkilasi; (2) hidroksilasi;dan (3) konyugasi. Jalur
dahulu didekarboksilasi dalam cairan lambung metabolisme beberapa benzodiazepin dapat dilihat
menjadi N-desmetildiazepam (nordazepam). Pada pada Tabel 10-1 sedangkan data farmakokinetik-
beberapa benzodiazepin (misalnya prazepam dan nya dapat dilihat pada Tabel 10-2.
flurazepam) hanya metabolit aktilnya yang sampai Hipnoiik yang ideal haruslah memiliki mula
ke aliran sistemik. Setelah pemberian oral, kadar kerja yang cepat, mampu mempertahankan tidur
plasma puncak berbagai benzodiazepin dicapai sepanjang malam dan tidak meninggalkan elek
dalam waktu 0,5-8,0 jam. Diantara benzodiazepin residu pada keesokan harinya. Diantara benzodia-
yang digunakan sebagai hipnotik, kadar puncak zepin yang digunakan sebagai hipnotik, fluraze-
triazolam tercapai dalam 1 ,0 jam, temazepam lebih pam, triazolam dan temazepam yang paling umum
lambat dan lebih bervariasi. Kadar puncak metabolit digunakan. Quazepam, diazepam, oxazepam dan
aktif flurazepam dicapai dalam 1,0-3,0 jam. lorazepam juga elektif sebagai hipnotik. Bila obat
Sedangkan lorazepam dan midazolam absopsinya diindikasikan untuk menginduksi tidur, triazolam
lewat suntikan lM tidak teratur. yang paling elektil sebab mula kerjanya yang cepat
Benzodiazepin dan metabolit aktifnya terikat dan kemampuan mengurangi tidur yang berkepan-
pada protein plasma. Kekuatan ikatannya berhu- jangan. Bila diinginkan elek hipnotik yang tidak
bungan erat dengan sifat lipofiliknya. Berkisar an- mengganggu keterampilan di siang hari, dipilih tri'
lara 70o/o pada alprezolam dan 99% pada diaze- azolam dan temazepam. Namun penghentian men-
pam. Kadar benzodiazepin pada cairan serebro- dadak kedua obat ini, lerutama triazolam, dilapor-
spinal (CSS) kira-kira sama dengan kadar obat kan menimbulkan rebound insomnia.
bebas dalam darah.
Profil kinetik benzodiazepin secara tetap me-
ngikuti model kinetika dua kompartemen, namun 2.4. EFEK SAMPING
bagi benzodiazepin yang sangat larul dalam lemak,
prolil kinetiknya lebih sesuai dengan model kinetika Benzodiazepin dengan dosis hipnotik pada
tiga kompartemen. Dengan demikian, sesudah saal mencapai kadar plasma puncaknya dapat me-
pemberian benzodiazepin lV (atau oral bagi benzo- nimbulkan elek samping sebagai berikut : /,ghf
diazepin yang diabsorpsi sangat cepat) ambilan ke headednesg lassitude, lambat bereaksi, inkoordF
dalam otak dan organ dengan perlusi tinggi lainnya nasi motorik, ataksia, gangguan lungsi mental dan
terjadi dengan cepat, diikuti dengan redistribusi ke psikomotor, gangguan koordinator berpikir, bi-
jaringan yang kurang baik perfusinya. Redistribusi ngung, disartria, amnesia anterograd, mulut kering
diazepam dan benzodiazepin yang lipofilik lainnya dan rasa pahit. Kemampuan berpikir sedikit kurang
dipengaruhi oleh sirkulasi enterohepatik. Volume dipengaruhi dibandingkan dengan penampilan
distribusi benzodiazepin adalah besar, dan banyak gerak. Semua elek tersebut sangat mempengaruhi
diant4ranya menaik pada penderita usia lanjut' keterampilan mengemudi dan kemampuan psiko-
Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan dieks- motor lainnya. lnteraksi dengan etanol dapat
kresikan ke dalam ASl. menimbulkan depresi berat. Elek residual terlihat
Benzodiazepin dimetabolisme secara eksten- pada beberapa benzodiazepin dengan dosis hip-
sil oleh beberapa sistem enzim mikrosom hati. Be- notik. Misalnya pemberian llurazepam 30 mg setiap
berapa benzodiazepin dimetabolisme menjadi me- malam selama dua hari, menimbulkan elek residual
tabolit yang aktif. Metabolit aktit umumnya dime- yang menyerupai efek akut alkohol dengan kadar
a

128 Farmakologi dan Terapi

TABEL 1O-1. JALUR METABOLISME BEBERAPA BENZODIAZEPIN

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3


(desalkilasi) (hidroksilasi) (konyugasi)

Klordiazepoksid Desmetilklor
diazepoksid Demoksepam Temazepam

Diazepam I
I I
- I I
Klorazepat Nordiazepam Oksazepam

Prazepam

Flurazepam N-Hidroksietil N-desalkil derivat


flurazepam llurazepam 3 hidroksi

Triazolam alf a-Hidroksi


triazolam

Alprazolam alfa-Hidroksi
alprazolam

Midazolam alfa-Hidroksi
midazolam

Dimodifikasi dari Goodman and Gilman, 1990.

TABEL 1O-2. DATA FARMAKOKINETIK OBAT HIPNOTIK.SEDATIF

Absorpsi: Metabolit aktif Rata-rata Volume Bersihan


tmax terpenting waktu distribusi
0am) dalam darah paruh (am) (Ukg) niUmeniVkg

I. BENZODIAZEPIN
Klordiazepoksid 0,5-4,0 Klordiazepoksid 8-24 0,27-0,33 0,31-0,4it
Desmetilklordia- 24-96
zepoksid
Klorazepat 1,0-2,0 Desmetildiazepam 50-1 00 0,93-1,27
Diazepam 1,5-2,0 Diazepam 20-50 0,95-2,0 0,32-0,44
Desmetildiazepam 50-1 00 0,93-1,27
Flurazepam 0,5-2,0 Desalkilf lurazepam 74-160
Halazepam 1,0-3,0 Halazepam
Desmetildiazepam 50-1 00 0,93-1,27
Prazepam 6,0 Desmetildiazepam 50-1 00 0,93-1,27
Quazepam 2,O Quazepam 39
Desalkilflurazepam 74-160
Alprazolam 1,0-2,0 Alprazolam 12-15 1,1 0,64-1,34
Lorazepam 2,0 Lorazepam 8-25 1,0-1,3 0,7-1,2
Oksazepam 1,0-4,0 Oksazepam 5-1 5 0,6-2,0 0,9-2,0
Temazepam 2,0-3,0 Temazepam 8-38 1,4-1,5 1,1-1,4
Triazolam 1,3 Triazolam 't,5-5,0 0,8-1,8 6,2-8,8
S edatil d a n Al kohol 129
Hip noti k-

Tabel 1G2. DATA FARMAKOKINETIK OBAT HIPNOTIK-SEDATIF (Sambungan)

Absorpsi: Metabolh aktil Rata-rata Volume Bersihan


tmu terpenting waktu distribusi
(iam) dalam darah paruh fiam) (Ukg) mUmeniVkg

II. BARBITURAT
Amobarbital ,:o Amobarbital 8-42
Aprobarbital Aprobarbital 14-34
Butabarbital Butabarbital 34-42
Pentobarbital 2,0 Pentobarbital 15-48
Sekobarbital 2,0 Sekobarbital 15-40
Fenobarbital 6,0-18,0 Fenobarbital 80-120

III. HIPNOTIK SEDATIF


LAIN
Kloralhidrat Trikloroetanol 4-9,5
Etklorvinol Etklotvinol 10-25
Glutetimid Glutetimid 5-22
Metiprilon Metiprilon 4,0
Meprobamat 2,0-3,0 Meprobamat
Paraldehid 4,0-10,0 Paraldehid
Etinamat Etinamat 2,5
Difenhidramin 2.0-3.0 Difenhidramin 8,4 4,5 6,2
Doksilamin Doksilamin 4-12
Pirilamin Pirilamin

Dimodifiaksi dari AMA Drug Evaluation edisi 8 (1988) - tidak ada data
dan Goodman and Gilman, 1990.

darah 100 mg/dl, kadar yang resmi dianggap me- halusinasi dan sikap hipomaniak, Selain itu pernah
nimbulkan keracunan. Pada keadaan yang sama, terjadi paranoid, depresi dan keinginan bunuh diri.
temazepam dosis 20 mg tidak menimbulkan efek Namun gejala paradoksal tersebut sangat jarang
residual yang berarti. Efek residual ini berhubungan terjadi.
dengan dosis obat. lntensitas dan insidens intoksi- Walaupun penyalahgunaan dan ketergantu-
kasi SSP umumnya meningkat sesuai dengan usia ngan terhadap benzodiazepin jarang terjadi' namun
penderila, larmakokinetik dan farmakodinamik obat elek samping serta eleknya pada pengunaan
Efek samping lain yang relatil umum terjadi secara kronik perlu diperhatikan. Ketergantungan
adalah lemah badan, sakit kepala, pandangan ringan sudah dapat terjadi pada banyak penderita
kabur, vertigo, mual dan muntah, diare, sakit epi- yang menggunakan benzodiazepin dosis terapi
gastrik, sakit sendi, sakit dada dan pada beberapa secara teratur untuk waktu lama. Gejala putus obat
penderita dapat terjadi inkontinensia. Benzodiaze- dapat berupa makin hebatnya kelainan yang semu-
pin dengan elek antikonvulsi kadang-kadang ma' la akan diobati, misalnya insomnia dan ansietas'
lahan meningkatkan frekuensi bangkitan pada disloria, mudah tersinggung, berkeringat, mimpi bu-
penderita epilepsi. ruk, tremor, anoreksia, lemah badan dan pusing
Benzodiazepin dapat menyebabkan elek psi- kepala. Penghentian pengobatan sebaiknya dilaku-
kologik paradoks. Mimpi buruk sering terjadi den- kan secara bertahap. Pada umumnya selama peng-
gan pemberian nitrazepam dan kadang- kadang obatan dengan benzodiazepin penderita jarang
terjadi dengan llurazepam, terutama pada minggu menaikkan dosis tanpa instruksi dari dokternya.
pertama penggunaan obat. Flurazepam kadang- Namun pada sebagian kecil penderita (dengan ke-
kadang menyebabkan garulousness, ansietas, mu- biasaan penyalahgunaan obat atau alkohol)' peng-
dah tersinggung, takikardia dan berkeringat' hentian benzodiazepin dapat menimbulkan keter-
Pernah dilaporkan adanya gejala euforia, gelisah, gantungan obat.
a

130 Farmakologi dan Tenpi

Pada penderita tersebut, penggunaan benzo- yang berat, dosis terapi dapat mempengaruhi per-
diazepin tidak lebih baik dari barbiturat atau alkohol. napasan pada penderita obstruksi paru-paru kronik.
Penggunaan benzodiazepin dosis tinggi dalam
waktu lama dapat mengakibatkan gejala ketergan- 2.5. INDIKASI
tungah yang lebih parah setelah pemutusan obat
yaitu: agitasi, depresi, panik, paranoid, mialgia, Benzodiazepin digunakan untuk mengobati
kejang otot dan bahkan konvulsi. insomnia, ansietas, kaku otot, medikasi preanestesi
Selain efek sampingnya yang luas, secara dan anestesi.
umum benzodiazepin merupakan obat yang relatil
aman. Bahkan dosis linggi jarang menimbulkan ke- 2.6. POSOLOGT
matian kecuali bila digunakan bersama-sama den-
gan depresan SSP yang lain misalnya alkohol. Nama obat, bentuk sediaan, dan dosis bebe-
Walaupun takar lajak benzodiazepin jarang menye- rapa derivat benzodiazepin dapat dilihat pada Tabel
babkan depresi kardiovaskular serta pernapasan 10-3.

TABEL 10.3, NAMA OBAT, BENTUK SEDIAAN DAN DOSIS HIPNOTIK SEDATIF

Nama obat Bentuk sediaan' Dosis Dewasa (mg)


Sedalif " Hipnotik

BENZODIAzEPIN
Klordiazepoksid K,T,I 15-100, 1-3xd +
Klorazepat K,T 3,75-20, 2-4xd +
Diazepam T,KLL,I,L 5-10, 3-4xd +
Flurazepam K - rs-so
Lorazqpam T,l 2-4
Oksazepam K,T 15-30, 3-4xd +
Temazepam K 15-30
Triazolam T 0,125-0,5

BARBITURAT
Amobarbital K,T,I,P 30-50, 2-3xd 65-200
Aprobarbital E 40, 3xd 40-160
Butabarbital K,T,E 15-30, 3-4xd 50-100
Pentobarbital K,E,l,S 20, 3-4xd 100
Sekobarbital K,T,I 30-50 3-4xd 50-200
Fenobarbital K,T,E,IO 15-40, 2-3xd 100-320

HIPNOTIK SEDATIF LAIN


Kloralhidrat K,L,S 250, 3xd 500-1000
Etklorvinol K 100-200,2-3xd 500-1000
Glutetimid K,T 250-500
Metiprilon K,T 50-100,3-4xd 200-400
Meprobamat KLL,T 400, 3-4xd
Paraldehid L,I 2-5 ml, 2-4xd '10-30 ml
Etinamat K 500-1000

Dimodifiaksi dari Goodman and Gilman, 1990.

'* K - kapsul: E elksir; KLL - kapsul bpas lambat; l - suntikan; L- hrutan; P - bubuk; S -supositoria; T - tablet.
'
Dosis dan Jumlah pmborian tiap hari; dosis lidak brlaku untuk bentuk KLL.
+ Dlgunakan sbagai hipnotik-sedatit hanya untuk mngatasi penderila kotsrgantungan alkohol; dosis lebih kcil bagi
individu yang bolum tolransi lrhadap obat tersbut.
H ipnotik- Sedatif dan Alkohal 131

2.7. MONOGRAF BEBERAPA Farmakokinetik. Metabolit utama llurazepam, N-


desalkilllurazepam, aktil dan memiliki waktu paruh
BENZODIAZEPIN yang panjang. Waktu paruh rata- rata pria muda:74
jam ; pria manula: 160 jam ; wanita muda: 90 jam ;
Berii<ut akan dibahas 4 obat hipnotik golongan dan wanita manula: 120 jam. Penimbunan metabolit
benzodiazepin secara khusus. Sifat-sifat yang dike- aktil ini menyebabkan kantuk dan mengurangi
mukakan pada pembicaraan benzodiazepin secara kinerja @ertormance), terutama dengan dosis 30
umum berlaku untuk obat-obat ini. mg. Namun karena adaptasi, elek ini tidak selalu
sebanding dengan kenaikan kadarnya di dalam
Agonis Benzodiasepin plasma. Eliminasi yang lambat pada akhir peng-
obatan mungkin menyebabkan berkurangnya
FLURAZEPAM rebound insomnia.

Posologi. Oral: Untuk induksi tidur, dewasa, 30 mg


_CzHs padawaktu tidur (bagi beberapa penderita cukup 15
611, XLi mg).; pada manula dan penderita yang keadaannya
| .- \",n, lemah, 15 mg. Lihat juga pada Tabel 10- 3.

Ir LORAZEPAM
,t\
CV-
Y 2--.--F
cr (l
Flurazepam secara eksklusif dipasarkan se-
bagai obat untuk mengatasi insomnia. Hasil dari uji
klinik terkontrol telah menuniukkan bahwa fluraze-
pam mengurangi secara bermakna waktu induksi
tidur, jumlah dan lama terbangun selama tidur, mau- Lorazepam merupakan hipnotik dan antian'
pun lamanya tidur. Mula elek hipnotik .ala4ala 17 sietas yang efektif. Obat ini digunakan dalam medi-
menit setelah pemberian obat secara oral dan ber' kasi preanestetik, karena secara parenteral mem-
akhir hingga 8 jam. perlihatkan amnesia anterograd. Lorazepam digu-
Elek residu sedasi di siang hari teriadi pada nakan juga untuk pengobatan status epilepsi;
sebagian besar penderita, oleh metabolit aktifnya sindroma abstinesia alkohol akut; dan katatonia
yang masa kerjanya panjang. Karena itu obat ini akibat neuroleptik.
cocok untuk pengobatan insomnia jangka panjang Efek samping. Efek 'samping lorazepam yang
dan insomnia jangka pendek yang disertai gejala paling umum ialah : sedasi (15,9%), pusing (6,9%),
ansietas di siang hari. lesu (4,2%), dan ataksia (3,4%). Reaksi ini terjadi
Rebound insomnia tidak sekuat benzodia- pada 50% penderita selama pemberian obat.; seba-
zepin kerja singkat. gian lagi biasanya bereaksi terhadap dosis yang
lebih rendah. Obat ini harus digunakan secara haii-
Efek samping. Pusing, vertigo, ataksia dan gang-
guan keseimbangan, terutama pada manula dan hati pada wanita tramil dan yang menyusui, dan
pada anak-anak di bawah 12 tahun.
penderita yang keadaannya lemah. Eksitasi dan
hiperaktivitas dilaporkan terjadi sebagai reaksi Farmakokinetik. Metabolit-metabolit lorazepam tF
paradoksal. Flurazepam dikontra indikasikan pada dak aktif, diekskresi lewat ginjal dalam bentuk
wanita hamil. Penderita juga perlu diperingatkan garam glukuronat. Pemberian obat setiap hari tidak
terhadap kemungkinan efek aditil oleh alkohol se- menimbulkan efek kumulasi. Obat ini relatil memiliki
hari setelah pemberian flurazepam. waktu paruh yang pendek (8-25 jam).
a

132 Farmakologi dan Terapi

Lorazepam harus digunakan secara hati-hati lajak obat ini ditandai dengan kebingungan, gang-
pada penderita gagal ginjal dan pada manula. Ab- guan koordinasi, depresi napas, koma dan hipoten-
sorbsi hampir sempurna tapi lambat, sehingga si. Penggunaannya perlu hati-hati pada penderita
kadar plasma puncak baru dicapai dalam 2 jam. dengan riwayat ketergantungan dan cenderung
Sedian parenteral lM diabsorbsi baik, tapi kadang- bunuh diri.
kadang menimbulkan nyeri di tempat suntikan. Toleransi dan gejala putus obat tidak terlihat
Posologi. Oral: untuk insomnia yang berhubungan setelah pemakaiannya selama satu bulan. Pende-
dengan ansietas dan stress, diberikan dosis tunggal rita perlu diberitahu bahwa tidurnya mungkin ter-
2-4 mg pada waktu tidur. Dosis tersebut harus diku- ganggu selama 1-2 malam setelah obat dihentikan.
rangi separuhnya pada penderita yang keadaannya Penggunaan pada wanita hamil harus dihindari,
lemah dan usia lanjut. Lihat juga Tabel 10-3. Farmakokinetik. Bioavailabilitas oralnya 100%.
Kecepatan absorbsi relatif rendah (pada individu
TEMAZEPAM dewasa muda waktu untuk mencapai kadar plasma
puncak adalah 2,18-2,75 jam). Volume distribusi
dan bersihannya berkisar antara 1,40-1 ,53 Ukg dan
1,10-1,36 mUkg/min. Waktu paruh eliminasi ber-
kisar antara 8-38 jam, manula: 15-30 jam.
Temazepam dikonjugasi dengan asam gluku-
ronat dan diekskresi dalam urin, sebagian kecil
mengalami N-demetilasi sebelum dikonjugasikan.
Disfungsi hati hanya berpengaruh sedikit pada
waktu paruh eliminasinya. lnduksi enzim tidak ter-
jadi pada 5-7 jam setelah pemberian obat. Akumu-
lasi obat setelah pemberian berulang tidak merupa-
kan masalah, tapi perlu penelitian lebih lanjut pada
penderita lanjut usia.

Temazepam terutama dipasarkan untuk peng- Posologi. Pemberian oral untuk induksi tidur,
obatan insomnia. Obat ini merupakan metabolit dewasa 30 mg ; pada beberapa penderita cukup 15
hidroksilasi dari diazepam. Obat ini menurunkan mg. Dosis untuk anak dibawah 18 tahun belum
jumlah total terbangun selama tidur, menambah mapan.
lama dan kualitas tidur, Obat ini tidak menginduksi
mula tidur, sebab temazepam diabsorbsi lambat.
TRIAZOLAM
Bagi penderita yang sukar jatuh tidur, dapat diatasi
dengan pemberian temazepam 2 jam sebelum
waktu tidur, walaupun untuk tujuan tersebut lluraze-
pam dan triazolam lebih baik.
Dosis 30 mg (dewasa) dan 15 mg (manula)
diperkirakan dapat mengganggu kinerja ; dosis 40
mg atau lebih pada beberapa penderita menurun-
kan fungsi napas dan suhu tubuh secara bermakna.

Efek samping. Umumnya ringan dan akan hilang


pada pemberian berulang. Efek samping yang
sering dilaporkan adalah: kantuk (17%), pusing
(7o/o),letargi (5%), kebingungan (2-3%), dan gang-
guan saluran cerna (1-2%1. Vertigo, nistagmus, ek-
Triazolam elektil untuk mengobati insomnia
sitasi paradoksal dan halusinasi dilaporkan kurang
sementara, insomnia jangka pendek dan insomnia
dari 1o/0.
jangka panjang yang tidak memerlukan sedasi di
Seperti benzodiazepin yang lain, temazepam
siang hari dan elek antiansietas. Obat ini juga
sangat sedikit menimbulkan intoksikasi akut. Takar
digunakan sebagai anestesi premedikasi.
133
Hipnotik-Sedatit dan Alkohol

lnduksi tidur oleh triazolam ditandai dengan: Antagonis BenzodiazePin.


(1) waktu tidur pendek, (2) memperpaniang mula
tidur tanpa mempengaruhi total persentasi tidur Flumazenil
REM, (3) pengurangan waktu lase tidur serebral Obat ini merupakan antagonis spesilik benzo-
tapi menambah total waktu tidur, (4) mengurangi diazepin, yang bekeria pada subunit alpha reseptor
lrekuensi bangun di malam hari, (5) perbaikan kuali- GABAe/benzodiazepin-klorida ionofor kompleks'
tas tidur, (6) tidak terja di retuund REM s/eep' tetapi Jadi obat ini menghambat potensiasi benzodiaze-
pada beberapa penelitian dilaporkan terjadi re- pin terhadap kerja GABA; bekerja kompetitif secara
bound insomnia. larmakodinamik, langsung di tempat ikatan reseptor
Dosis tunggal 0,125-0,25 mg lebih e{ektif di- benzodiazePin.
bandingkan dengan plasebo' Pada penelitian ter' Dua indikasi utama obat ini adalah untuk diag-
kontrol, dosis 0,5 mg lebih efektil dari dosis 0'25 dan nosis pemastian intoksikasi benzodiazepin dan me-
ekuivalen dengan 30 mg llurazepam; namun pada ngatasi keracunannya agar tidak perlu melakukan
dosis ini beberapa individu mengalami gangguan intubasi endotrakeal dan napas buatan.
kinerja di siang hari. Dosis awal harus dibatasi Fumazenil dikembangkan untuk pengobatan
sampai 0,25 atau kurang pada penderita manula' ensefalopati hepatik (HE), suatu gejala kompleks
Toleransi terhadap elekyang ditimbulkan oleh dosis neuropsikiatri berhubungan dengan gangguan
hipnotik tidak terjadi setelah 1-2 bulan pengobatan' hepatoselular akut atau kronik ' HE sering kali meru-
pakan komplikasi gangguan lungsi hati akibat hepa-
Efek samping. Efek samping yang paling umum titis virus, takar laiak obat, atau alkohol. Gangguan
adalah kantuk, pusing dan sakit kepala; namun ini tidak mempengaruhi struktur SSP tapi merusak
suatu penelitian terkontrol menunjukkan bahwa lre- lungsi neuromuskular secara reversibel. Berhu-
kuensi terjadinya gejala tersebut tidak perbedaan bung pada gangguan lungsi SSP terlihat kenaikan
secara bermakna dengan plasebo. Elek samping aktivitas GABA-ergik' antagonis benzodiazepin ini
halusinasi, bingung dan amnesia anterograd telah telah digunakan untuk menginduksi remisi'
dilaporkan, tapi sangat jarang teriadi. Pada beberapa penderita depresi napas akan
Pemakaian bersama-sama dengan depresan menetap walaupun elek sedasinya dipulihkan'
SSP lain meningkatkan elek sedasi. Jarang menye- Pada penderita yang responsil, llumazenil lV beker-
babkan intoksikasi akut' Takar lajak terutama ditan-
ja dalam beberapa menit. Tidak adanya reaksi ter-
dai dengan depresi napas, hipotensi dan koma' hadap pemberian llumazenil lV dosis 5 mg, me-
nunjukkan bahwa keracunan yang terjadi tidak di-
sebabkan benzodiazepin, tapi mungkin disebabkan
Farmakokinetik. Triazolam diabsorbsi cepat seca-
depressan SSP lain atau kerusakan otak.
ra oral. Kadar plasma puncak dicapai dalam waktu
1,3 jam. Terikat 90% dengan protein plasma' Efek samping. Umumnya llumazenil tererima
Volume distribusi dan bersihannya berkisar antara secara baik; Pada penderita bedah, mual dan mun-
0,8-1,8 Ukg dan 6,2-8,8 mUmen/kg, yang tidak ber- tah adalah elek samping yang paling umum terjadi'
beda antar jenis kelamin dan umur. Waktu paruh Pada penderita dengan takar laiak obat, dilaporkan
eliminasi berkisar antara 1,5'5 jam. Dua metabolit terjadi agitasi, gelisah, ansietas dan mioklonus'
utama triazolam tidak memiliki elek hipnotik' den- Obat ini perlu hati-hati diberikan kepada penderita
gan waktu.paruh eliminasi kurang dari 4 iam' Sete- dengan riwayat penggunaan kronik benzodiazepin'
lah dimetabolsme (hidroksilasi dan konjugasi)' me- sebab dapat terjadi gejala putus obal.
tabolitnya diekskresi dalam urin' Tidak terjadi aku-
Farmakokinetik. Flumazenil diabsorbsi secaraoral
mulasi minimum 3 bulan setelah pemberian setiap
dengan baik; Waktu untuk mencapai kadar puncak
hari.
aOatan 1 jam. Obat ini mengalami metabolisme
lintas awai, sehingga setelah pemberian per oral
Posologi. Dosis oral pengobatan insomnia:
hanya seperenam dosis yang mencapai sistemik'
dewa-sa, awal 0,25 mg atau lebih kecil' Pada
Volume distribusinya adalah 1,1 Ukg. Waktu paruh
manula atau yang sensitil, 0,125 mg' dapat
eliminasi pada individu yang normal adalah 49-58
diberikan hingga 0,25 mg. Belum ada informasi
menit.
yang mapan bagi anak di bawah 'l I tahun'
134
Farmakologi dan Terapi

Posologi. Suntikan lV: belum ada regimen dosis Penggantian unsur O pada atom C di posisi 2
yang mapan, secara umum, dewasa, dimulai den-
de1O1 unsur S , yang umumnya disebut sebagai
gan dosis 0,5 mg sebagai bolus untuk menentukan
tiobarbiturat, menaikkan kelarutan lemak senyawa
elektivitas dan toleransi penderita terhadap obat; tersebut. Secara umum, perubahan struktur yang
bila perlu dosis 0,S mg yang kedua diberikan, diikuti menaikkan kelarutannya dalam lemak, akan menu_
0,2 mg liap menit hingga penderita bangun; Bila runkan mula kerja dan lama kerja obat, meningkat_
sesuai dapat diberikan inlus 0,5 mg per jam untuk kan metabolisme pengrusakan dan ikatan terhidap
mempertahankan kesadaran. protein, serta sering kali meningkatkan efek hip_
notik,

3. BARBITURAT
3.2. FARMAKODINAMIK
Barbiturat selama beberapa saat telah diguna-
kan secara ekstensil sebagai hipnotik Oan sJdaff. SUSUNAN SARAF PUSAT Efek utama bar-
Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggu_ biturat ialah depresi SSp. Semua tingkat depresi
dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai
naan yang spesifik, barbiturat telah banyak diganti-
tingkat anestesia, koma, sampai dengan kematian.
kan oleh benzodiazepin yang lebih aman.
Elek antiansietas barbiturat berhubungan
dengan tingkat sedasi yang dihasilkan.
Efek hipnotik barbiturat dapat dicapai dalam
3.1. KtMtA
waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya
Secara kimia, barbiturat merupakan derivat menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi
asam barbiturat. Asam barbiturat(2,4,6_trioksohek- yang mengganggu. Fase tidur REM dipersingkat.
sahidropirimidin) merupakan hasil reaksi konden- Barbiturat sedikit menyebabkan sikap masa bodoh
sasi antara urea dengan asam malonat seperti yang terhadap rangsangan luar.
terlihat pada Gambar 10-3. Elek anestesia umum diperlihatkan oleh go_
Asam barbiturat sendiri tidak menyebabkan longan tiobarbital dan beberapa oksibarbital setelah
depresi SSP, efek hipnotik dan sedatil ierta etek pemberian lV, Penggunaan barbiturat untuk anes_
lainnya ditimbulkan bila pada posisi 5 ada gugusan tesi umum dibahas lebih lanjut pada Bab 9.
alkil atau aril. Struktur kimia beberapa UarOiturat Elek antikonvulsi yang selektif terutama dibe_
dapal dilihat pada Tabet 10-4. rikan oleh barbiturat yang mengandung substitusi
Gugus karbonil pada posisi 2 bersifat asam S-fenil misalnya lenobarbital dan mefobarbital. Go-
lemah, karena dapat bertautomerisasi; bentuk lak- longan barbiturat lain, derajat selektivitas dan in-
tam (keto) berada dalam keseimbangan dengan deks terapi antikonvulsinya sangat rendah, jadi
bentuk laktim (enot), Bentuk taktim bereaksi denian tidak mungkin dicapai efek yang diinginkan tanpa
alkali membentuk garam yang larut dalam air. menimbulkan depresi umum pada SSp.

H
/o Hto
c H H
O-C c -------t o-ctrt o)"'
67
\1 \
+ ZHzO
c H N_C
\o H\^ (J
H

+2HzO

Urea Asam malonat Asam barbitural

Gambar 10-3. Sintesis asam barbiturat


Hi pnotik-Sedatif dan Alkohol 135

Tabel 104. NAMA DAN STRUKTUR KIMIA BEBE' efek hipnotik dan antiansietas tetapi tidak terhadap
RAPA BARBITURAT elek relaksasi otot.

PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNG.


.RsO AN. Seperti halnya depresan SSP yang lain, bar'
\/ N-- C\-
biturat dapat disalahgunakan dan pada beberapa
.o=Ci./, .,. R1
individu dapat menimbulkan ketergantungan. Hal ini
(atauS-) ;c-- -R2 akan dibahas lebih lanjut pada bab 11.
H"-\N-Cz \o MEKANISME KERJA PADA SSP. Barbiturat be-
kerja pada seluruh SSP, walaupun pada setiap tem-
Rr Rz
pat tidak sama kuatnya. Dosis nonanestesi ter-
BARBITURAT Rg
utama menekan respons pasca sinaps. Pengham-
Amobarbital H etil isopentil batan hanya teriadi pada sinaps GABA-nergik.
Aprobarbital H alil isopropil Walaupun demikian elek yang terjadi mungkin tidak
Barbital H etil etil semuanya melalui GABA sebagai mediator'
Heksobarbital CHg etil sikloheksenil Barbiturat memperlihatkan beberapa elek
Kemital ' H alil sikloheksenil yang berbeda pada eksitasi dan inhibisi transmisi
Mefobarbital CHg stil lenil
etil 2-butil
sinaptik. Kapasitas barbiturat membantu kerja
Butabarbital H
etil 1-metilbutil GABA sebagian menyerupai kerja benzodiazepin'
Pentobarbital H
Fenobarbital H etil fenil namun pada dosis yang lebih tinggi bersifal sebagai
Sekobarbital H alil 1-metilbutil agonis GABA- nergik, sehingga pada dosis linggi
Tiamilal ' H alil 1-metilbutil barbiturat dapat menimbulkan depresi SSP yang
Tiopental ' H etil 1-metilbutil berat.

Dimodifikasi dari Goodman and Gilman, tahun 1990. SUSUNAN SARAF PERIFER. BATbitUTAT SECATA
* : atom O pada C posisi 2 diganti atom S selektil menekan transmisj ganglia otonom dan me-
reduksi eksitasi nikotinik oleh ester kolin. Elek ini
terlihal dengan turunnya tekanan darah selelah
Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeri tanpa pemberian oksibarbiturat lV dan pada intoksikasi
disertai hilangnya kesadaran. Pemberian dosis bar- berat. Pada sambungan saraf otot skelet, barbiturat
biturat yang hampir menyebabkan tidur, dapat me- ternyata menambah efek tubokurarin dan dekaha-
ningkatkan 20 % ambang nyeri, sedangkan ambang tonium yang diberikan selama aneslesia.
rasa lainnya (raba, vibrasi dan sebagainya) tidak
dipengaruhi. Pada beberapa individu dan dalam PERNAPASAN. Barbiturat menyebabkan depresi
keadaan tertentu, misalnya adanya rasa nyeri, bar- napas yang sebanding dengan besarnya dosis.
biturat tidak menyebabkan sedasi melainkan malah Pemberian barbiturat dosis sedatil hampir tidak ber'
menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delirium). pengaruh terhadap pernapasan, sedangkan dosis
Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat hipnotik oral menyebabkan pengurangan lrekuensi
penghambatan. dan amplitudo napas, ventilasi alveol sedikit berku-
rang, sesuai dengan keadaan tidur fisiologis. Pem-
TOLERANSI Toleransi terhadap barbiturat dapat berian oral dosis barbiturat yang sangat tinggi atau
terjadi secara farmakodinamik maupun farmakoki- suntikan lV yang terlalu cepat menyebabkan
netik. Toleransi farmakodinamik lebih berperan depresi napas lebih berat. Pada orang yang sedang
dalam penurunan elek dan berlangsung lebih lama berada dibawah pengaruh alkohol, depresi napas
dari pada toleransi farmakokinetik. Toleransi ter- jadi lebih berat karena efek sinergisme'
hadap elek sedasi dan hipnosis terjadi lebih segera Pernapasan dapatterganggu karena: (1) pen-
dan lebih kuat dari pada elek antikonvulsi. Penderita garuh langsung barbiturat terhadap pusat napas;
yang toleran terhadap barbiturat juga toleran ter- (2) udema paru akibat barbiturat kerja sangat sing-
hadap senyawa yang mendeprsi SSP, seperti alko-
kat; (3) pneumonia hipostatik, terutama akibat bar-
hol. Bahkan dapat iuga lerjadi loleransi silang terha-
biturat kerja panjang; dan (4) hiperelleksia N.Vagus'
dap senyawa dengan elek larmakologi yang ber'
yang bisa menyebabkan batuk, bersin, cegukan,
beda seperti opioid dan lensiklidin. Toleransi silang
dan laringospasme pada anestesia lV. Pada intok-
terhadap benzodiazepin hanya terjadi terhadap
a

136
Farmakologi dan Terapi

sikasi barbiturat, kepekaan sel pengatur napas di Glukuronil translerase secara aktif menaik. Efek
medulla oblongata terhadap COz berkurang sehing- induksinya tidak terbatas pada enzim di mikrosom
ga ventilasi paru berkurang. Keadaan ini menye_ saja, tetapi juga terjadi pada enzim di mitokondria
babkan pengeluaran COz dan pemasukan Oz ber- yaitu delta-ALA (Amino Levulenic Acid) sintetase,
kurang, dan terjadi hipoksia atau anoksia. Hipoksia dan enzim di sitoplasma yaitu aldehid dehidroge-
merupakan perangsangan napas yang fisiologis, nase.
sehingga pernapasan dapat berjalan terus. Bila Toleransi terhadap barbiturat antara lain dise-
pada keadaan ini diberikan 02, pernapasan yang babkan karena barbiturat merangsang aktivitas
hanya dipertahankan oleh rangsangan hipoksia enzim yang merusak barbiturat sendiri. Barbiturat
dapat terhenti. Kematian pada intoksikasi barbiturat mengganggu sintesis porfirin, pada penderita por-
biasanya disebabkan oleh depresi napas, Tetapi firia, barbiturat dapat menimbulkan serangan men-
batas antara tingkat aneslesi stadium operasi ri- dadak yang dapat fatal.
ngan dan tingkat depresi napas yang berbahaya GINJAL. Barbiturat tidak berefek buruk terhadap
cukup lebar, sehingga barbiturat kerja sangat ginjal yang sehat. Oliguri dan anuri dapat terjadi
singkat dapat dipakai untuk anestesi lV. pada keracunan akut barbiturat terutama sebagai
akibat dari hipotensi yang nyata.
SISTIM KARDIOVASKULAR Barbiturar dosis hip-
notik tidak memberikan elek nyata terhadap sislem
kardiovaskular. Frekuensi nadi dan tensi sedikit me-
nurun akibat sedasi yang ditimbulkan barbiturat. 3.3. FARMAKOKINETIK
Pemberian barbiturat dosis terapi lV secara cepat
dapat menyebabkan tekanan darah turun secara Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan
mendadak, meskipun hanya selintas. Efek kardio_ sempurna. Bentuk garam natrium lebih cepat diab-
vaskular pada intoksikasi barbiturat sebagian besar sorpsi dari bentuk asamnya. Mula kerja bervariasi
disebabkan oleh hipoksia sekunder akibat depresi antara 10-60 menit, bergantung kepada zat serta
napas. Selain itu, dosis tinggi barbiturat menyebab_ lormula sediaan, dan dihambat oleh adanya makan-
kan depresi pusat vasomotor diikuti vasodilatasi an di dalam lambung. Secara lV barbiturat diguna-
periler sehingga terjadi hipotensi. Barbiturat dosis kan untuk mengatasi status epilepsi, dan meng-
sangat tinggi berpengaruh langsung terhadap ka- induksi serta mempertahankan anestesia umum.
pilar sehingga menyebabkan syok kardiovaskular. Barbiturat didistribusi secara luas dan dapat
lewat plasenta, ikatan dengan protein plasma se-
SALURAN CERNA. Oksibarbiturat cencerung me- suai dengan kelarutannya dalam lemak; tiopental
nurunkan tonus otot usus dan amplitudo gerakan yang terbesar, terikat hingga lebih dari 65 % .
kontraksinya. Pusat kerjanya sebagian di periler Barbiturat yang mudah larut dalam lemak,
dan sebagian dipusat bergantung kepada dosisnya. misalnya tiopental dan metoheksital, setelah pem-
Dosis hipnotik tidak memperpanjang waktu pe- berian secara lV, akan ditimbun di jaringan lemak
ngosongan lambung pada manusia. Gejala saluran dan otot. Hal ini akan menyebabkan penurunan
cerna (muntah, diare) dapat dihilangkan oleh dosis kadarnya dalam plasma dan otak secara cepat.
sedasi barbiturat, elek barbiturat ini sebagian besar Setelah depot lemak jenuh, masa kerja barbiturat
disebabkan oleh depresi secara sentral. pada pemberian selanjutnya baru mencerminkan
inaktivasi yang terjadi lambat. pemulihan setelah
HATI. Elek barbiturat terhadap hati yang paling pemberian barbiturat kerja-sangat-singkat memer-
dikenal adalah efeknya terhadap sistem metabolis- lukan waktu lama, barbiturat yang tertimbun dalam
me obat pada mikrosom. Barbiturat bersama-sama depot lemak perlahan-lahan dilepaskan kembali
dengan sitokrom P4so secara kompetitil mempe- setelah anestesia berakhir ( - redistribusi)
ngaruhi biotransformasi obat serta zat endogen Barbiturat yang kurang lipofilik, misalnya apro-
dalam tubuh, misalnya hormon steroid. barbital dan lenobarbital, dimetabolisme hampir
Barbiturat menaikkan kadar enzim, protein sempurna di dalam hati sebelum diekskresi lewat
dan lemak pada retikuloendoplasmik hati. lnduksi ginjal, Oksidasi gugus pada atom C-5 merupakan
enzim ini menaikkan kecepatan metabolisme bebe-
metabolisme yang paling utama dan yang men-
rapa obat dan zat endogen termasuk hormon ghentikan aktivitas biologisnya, Oksidasi tersebut
steroid, kolesterol, garam empedu, vitamin K dan D.
menyebabkan terbentuknya alkohol, keton, fenol
't37
H ipnoti k- S ed atif d a n Al kohol

atau asam karboksilat, yang diekskresi dalam urin Rasa nyeri. Barbiturat sesekali menimbulkan mial-
gia, neuralgia, artrargia, terutama pada penderita
sebagai zat tersebut atau konjugatnya dengan
psikoneurotik yang menderita insomnia' Bila diberi-
asam glukuronat. N- glukosilasi merupakan jalur
kan dalam keadaan nyeri, dapat menyebabkan
metaboJisme yang penting' Jalur metabolisme lain-
gelisah, eksitasi dan bahkan delirium.
nya meliputi N-hidroksilasi, desullurasi (tiobarbitu-
rat menjadi oksibarbiturat), pembukaan cincin asam Alergi. Reaksi alergi terutama terjadi pada individu
barbiturat, dan N-dealkilasi (mefobarbital menjadi alergik. Segala bentuk hipersensitivitas dapat tim-
lenobarbital). Kira-kira 25% lenobarbital dan hampir bul, terutama dermatosis. Jarang terjadi dermatosis
semua aprobarbital diekskresi ke dalam urin dalam eksloliativa yang berakhir latal pada penggunaan
bentuk utuh, Ekskresinya dapat ditingkatkan den- fenobarbital; kadang-kadang disertai demam, deli-
gan diuresis osmotik dan/atau alkalisasi urin. rium dan kerusakan degeneratil hati.
Hubungan antara lama kerja dan waktu paruh
Reaksi obat. Kombinasi barbiturat dengan depres-
eliminasi cukup rumit. Antara lain karena enan-
an SSP lain misalnya etanol akan meningkatkan
siomer barbiturat yang optik aktil memiliki potensi
efek depresinya; Antihistamin , isoniasid, metilfeni'
dan kecepatan biotranslormasi yang berbeda' Di-
dat, dan penghambat MAO juga dapat menaikkan
samping itu penetapan kadar barbiturat dalam
efek depresi barbiturat.
darah yang baku tidak dapat membedakan diantara
lnteraksi obat yang paling sering tejadi adalah
enansiomernya. Biasanya makin aktil enansiomer
akibat induksi ensim mikrosom hati oleh barbiturat
makin cepat metabolismenya' Eliminasi obat lebih
yang telah diuraikan sebelumnya. Peningkatan eli-
cepat berlangsung pada yang berusia dewasa
minasi banyak obat dan zat endogen terjadi secara
muda deiri pada yang tua dan anak-anak' Waktu
bermakna. Barbiturat juga menginduksi hati meng-
paruh meningkat selama kehamilan dan pada
hasilkan metabolit yang toksik dari sediaan anes-
penyakit hati kronik, terutama sirosis. Penggunaan
tesia misalnya klorolorm, dan klorteraklorida' Zat
berulang, terutama lenobarbital, mempersingkat
tersebut memacu peroksidasi lemak' yang memper-
waktu paruh akibat induksi enzim mikrosomal.
mudah nekrosis PeriPortal hati'
Dala waktu paruh pada tabel 10-2 memper'
Secara kompetitil barbiturat menghambat me-
lihatkan bahwa barbitural yang digunakan sebagai
tabolisme obat antidepresan trisiklik' Barbiturat ber-
hipnotik dan sedatif tidak memilikiwaktu paruh yang
saing dengan asam lemak dalam berikatan dengan
cukup singkat untuk dapat dieliminasi sempurna
albumin plasma; secara klinis yang berarti hanya
dalam 24 jam. Jadi semua barbiturat akan diakumu-
pengusiran ikatan protein terhadap tiroksin. Absorp-
lasi selama pemberian ulang, kecuali bila dilakukan
si kumarol dan griseolulvin dikurangi oleh barbitu-
pengaturan dosis yang cermat, Selain itu' menetap-
rat, terutama lenobarbital.
nya obat dalam plasma sepanjang hari memper-
mudah terjadinya toleransi dan penyalahgunaan'
3.5. INTOKSIKASI

3.4. EFEK SAMPING tntoksikasi barbiturat dapat terjadi karena per-


cobaan bunuh diri, kelalaian, kecelakaan pada
obat' Dosis letal
Hangover. Gejala ini merupakan residu depresi 3"il:"11k^ltli^penyalahgunaan
ssp sererah erek hipnotik berakhir. o"put t"nlil n'JJ:{if,:?:lt"f#il:'i",:,"'rTlH:i"*,"i,il;
beberapa hari setelah pemberian obat dihentikan' ii"i"i,it"n'id'f"fi dosis hipnotik dimakln sekali-
5'::'?:i:.T"-:::1,',il'ffi I3'1f,?;llij',Xlli' IH'*:'i}illil;"::litniL:lt":',::#:,t"i
dan lobia dapat bertambah hebat. adalah Z-3 g. XaOar plasma letal terendah yang
Eksitasi paradoksal, Pada beberapa individu, pe- diketemukan adalah 60 mcglml bagi fenobarbital'
makaian ulang barbiturat(terutama lenobarbital dan dan 10 mcg/ml bagi barbiturat dengan elek singkat'
dan pentobarbital' Kadar ter-
N-desmetil barbitural) ebih menimbulkan eksitasi misalnya amobarbital
dari pada depresi. ldiosinkrasi ini relatil umum ter- sebut akan lebih rendah bila barbiturat diminum
jadi diantara penderita usia laniut dan lemah. bersama-sama dengan depresan lain atau alkohol'
138
Farmakologi dan Terapi

Gejala simtomatik keracunan barbiturat ditun_ derlta dikirim ke rumah sakit dalam keadaan hipo_
jukkan terutama terhadap sistem SSp
dan kardio_ tensi berat atau syok, dan dehidrasi yang berat pula.
vaskular. Pada keracunan berat, refleks dalam Haliniperlu segera diatasi; bila perlu telianan dlrah
mungkin tetap ada selama beberapa waktu setelah
dapat ditunjang dengan dopamin.
penderita koma. Gejala Babinskisering kali positif.
Seperenam dari penyebab kematian disebab_
Pupil mata mungkin konstriksi dan bereaksi terha_
kan gagalginjal akut akibat syok dan hipoksia. pada
dap cahaya, tapi pada akhir keracunan mungkin
keadaan gagal ginjal, hemodialisis harus dilakukan.
akan terjadi dilatasi paralitik hipoksia. Gejala intok_
sikasi akut yang berbahaya ialah depresi napas Diuresis paksa dapat dilakukan pada penderita tan_
pa dehidrasi dengan lungsi ginjal dan jantung yang
berat, tekanan darah yang turun rendah sekali, oli_
guria dan anuiia, dan pneumonia hipostatik. baik; tapi hal ini tidak cukup menguntungkan secara
Tidak klinik bila ditinjau risiko yang diakibatkan.
jarang penderita intoksikasi akut barbiturat
meng_
alami nekrosis kelenjar keringat dan bula di kulit.

Pengobatan intoksikasi. lntoksikasi barbiturat


akut dapat diatasi secara optimal dengan pengobat_
an simptomatik suportif yang umum. 3.6. INDIKASI
Hemodialisis dan hemoperfusi hanya sedikit
diperlukan. Suatu Unit Rawat Darurat yang dikelola Penggunaan barbiturat sebagai hipnotik_se-
secara baik dapat mengurangi angka kematian datil telah menurun secara nyata karena elek ter-
hingga < 2%, sedangkan sebelumnya, ketika obat hadap SSP kurang spesifik, barbiturat memiliki
perangsang SSp digunakan untuk mengantagonis
indeks terapi yang lebih rendah dibangingkan ter-
barbiturat pada kasus keracunan, angti lem-atian
hadap benzodiazepin. Toleransi terjadi lebih sering
dapat mencapai hingga 40% . pengobatan standar
dari benzodiazepin, kecenderungan disalahguna_
sekarang dapat digunakan untuk mengatasi
lni
keracunan depresan SSp yang lain.
kan lebih besar, dan banyak terjadi interaksi oUat.
Barbiturat secara luas telah digantikan oleh
Dalamnya koma dan ventilasi yang memadai
benzodiazepin dan senyawa lain untuk sedasi siang
adalah yang peratma dinilai. Bila keiacunan terladi
< 24 jam sejak makan obat, tindakan hari.
cuci lambung
serta memuntahkan obat perlu dipertimbangkan, Barbiturat masih digunakan pada terapi daru_
sebab barbiturat dapat mengurangi motilitas Jalur_ rat terhadap kejang, seperti pada tetanus, eklamsia,
an cerna. Tindakan cuci lambung serta memuntah- status epilepsi, perdarahan serebral dan keracunan
kan obat perlu dilakukan hanya setelah lindakan konvulsan; namun pada umumnya benzodiazepin
untuk menghindari aspirasi dilakukan, Setelah cuci masih lebih baik untuk indikasi tersebut. Fenobarbi_
lambung, karbon aktlf dan suatu pencahar (biasa_ tal paling sering digunakan karena aktivitas antikon-
nya sorbitol) harus diberikan. pemberian dosis vulsinya, tapi mula kerja obat ini kurang cepat,
ulang karbon (setelah terdengar bising usus) dapat bahkan pada pemberian lV masih dibutuhkan waktu
mempersingkat waktu paruh lenobarbital tapi tidak 15 menit atau lebih untuk mencapai kadar puncak
bermanlaat bagi barbiturat yang memiliki volume di otak. Penggunaan fenobarbital dan mefobarbital
distribusi yang besar. dalam terapi epilepsi dibahas pada bab 9.
Pengawasan ketat harus diberikan uRtuk Barbiturat kerja sangat singkat masih terus
mempertahankan lungsi saluran napas penderita digunakan sebagai anestetik lV dibahas pada bab
dan untuk mencegah pneumonia; Oe boleh diberF 12.
kan secara hati-hati. pengukuran lungsi napas Barbiturat digunakan juga pada narkoanalisis
perlu dilakukan untuk mendeteksi Oan mengaiasi
dan narkoterapi di klinik psikiatri.
afeleclasrb sedini mungkin. pcoe dan ps2-perlu
Fenobarbital digunakan untuk mengobati
dimonitor, dan pernapasan buatan harus dimulai
hiperbilirubinemia dan kernicterus pada neonatus,
bila diindikasikan. Demam atau gambaran radiolo_
karena penggunaannya dapat menaikkan glukuro_
gik terhadap kemungkinan pneumonia butuh
yang tepat.
terapi niltransferase hail dan ikatan bilirubin y protein.
Elek fenobarbital pada metabolisme dan ekskresi
Pada keracunan barbiturat akut yang berat,
syok merupakan ancaman utarna. Sering tati pen_
garam empedu telah dipakai untuk pengobatan
kasus kolestasis tertentu.
139
H i pnotik- Sed atif d an Alkohol

3.7. KONTRAINDIKASI Elek samping. Kloralhidrat menyebabkan rasa irF


tasi yang tidak enak, nyeri epigastrik, mual kadang-
Barbiturat tidak boleh diberikan pada pende- kadang muntah. Elek SSP yang tidak diinginkan
rita alergibarbiturat, penyakil hatiatau ginjal' hipok- meliputi pusing, lesu, ataksia dan mimpi buruk'
sia, pehyakit Parkinson. Hangover mungkin lerjadi, walaupun tidak sesering
Barbiturat juga tidak boleh diberiakn kepada oleh barbiturat atau beberapa benzodiazepin. ldio-
penderita psikoneurotik tertentu, karena dapat me- sinkrasi berupa gejala disorientasi dan tingkah laku
nambah kebingungan di malam hari yang terjadi paranoid dilaporkan teriadi. Reaksi alergi, termasuk
pada penderita usia lanjut' eritema, urtikaria dan dermatitis; eosinolilia dan
leukopenia daPat juga teriadi.

lndikasi dan kontraindikasi. Peroral digunakan


3.8. POSOLOGI sebagai medikasi preanestetik dan reaksi putus
obat (morfin, barbiturat, alkohol). Obal ini jarang
Dosis barbiturat harus disesuaikan dengan disalahgunakan sebab rasanya tidak enak. Kloral-
kebutuhan penderita. Jenis, bentuk sediaan dan hidrat dikontraindikasikan pada penderita dengan
dosis hipnotik-sedatif barbiturat dapat dilihat pada kerusakan ginjal atau hati, penyakit iantung dan
tabell0-3. gastritis.

lntoksikasi akut. Dosis toksik per oral dewasa ada-


lah kira-kira 1O g. lntoksikasi kloralhidrat mirip intok-
4. HIPNOTIK SEDATIF LAIN
sikasi barbiturat, diatasi secara simptomatik dan
suportif. Bila keracunan dapat teratasi, mungkin
timbul ikterus atau albuminuria sebagai elek toksik
4.1. KLORALHIDRAT
kloralhidrat terhadap hati dan ginial.
Kloralhidrat [CClgCH(OH)z] ialah derivat mo- Penyalahgunaan dan ketergantungan. Kebiasa-
noh rat dari kloral (2,2,2-lri kloroasetald ehid). M e-
id an penggunaan kloralhidrat dapat mengakibatkan
tabolitnya, trikloroetanol juga adalah hipnotik yang toleransi, ketergantungan fisik dan adiksi. Penghen-
efektif. Kloral sendiri berupa minyak, letapi hidrat- tian obat secara tiba-tiba dapat mengakibatkan deli-
nya merupakan kristal yang menguap secara lam- rium dan kejang yang sering mengakibatkan latal'
bat di udara dan larut dalam minyak, air dan alkohol.
Rasanya tidak enak. Posologi. Dosis hipnotik kloralhidrat adalah 0'5'1 '0
Kloralhidrat sangat mengiritasi kulit dan mem- g dengan dosis maksimal 2,0 g. Untuk mengurangi
bran mukosa. Elek samping saluran cerna akan iritasi lambung, obat diberikan dalam bentuk larutan
timbul bila kloralhidrat diberikan tanpa pengenceran dengan air atau sari buah.
dan dalam keadaan lambung yang kosong'
Kloralhidrat adalah hipnoiik yang efektif. Se-
pertibarbiturat, obat ini sedikit memperlihatkan elek 4.2. ETKLORV]NOL
analgetik, geiala eksitasi dan delirium dapat ditim-
bulkan oleh adanya rasa nyeri' Obat ini tidak dapat Etklorvinol merupakan hipnotik sedatif dengan
digunakan sebagai anestesi umum karena jarak mula kerja cepat dan lama kerja yang singkat. Me-
keamanannya terlalu semPit. miliki struktur kimia sebagai berikut :
Pada dosis terapi, kloralhidrat hanya sedikit
mempengaruhi pernapasan dan tekanan darah.
Distribusi dan nasib. Kloralhidrat dan trikloroeta- c=cH
nol didistribusikan sikan secara luas ke seluruh I

CHs-CHe- C-CH 'CHCI


tubuh. Kloralhidrat direduksi menjadi trikloroetanol I

oleh enzim alkohol dehidrogenase di hati. Etanol OH


meningkatkan reaksi reduksi ini. Trikloroetanol teru-
tama dikoniugasi oleh asam glukuronat dan hasil-
nya diekskresikan sebagian besar lewat urin. Waktu
paruh trikloroetanol berkisar antara 4'1 2 iam'
Farmakologl dan Tercpi

Farmakokinetik. Secara oral obat ini bekerja dalam 4.4. METIPRILON


15-30 menit. Kadar puncak dalam darah dicapai
dalam 1-1,5 jam. Volume distribusi kira-kira 4 [Kg. Metiprilon memiliki struktur kimia sebagal ber-
Obat ini dapat lewat sawar uri. Waktu paruh dis- ikut :
tribusi kira-kira 1-3 jam dan waktu paruh eliminasi
sekitar 10-25 jam. Sekitar 90 % dari obat ini dihan-
curkan di hati.
o
Efek Farmakologi. Etklorvinol selain berefek hip-
notik sedatil, juga merelaksasi otot dan antikonvulsi.
";:r*q<3;i:
Elek terhadap SSP sangat mirip barbiturat kerja \ frAo
singkat. l
H
Efek samping, intoksikasi dan penyalahgunaan.
Elek samping yang paling umum adalah pusing,
mual, muntah, hipotensi dan rasa kebal(numbness)
di daerah muka. hangoyer yang ringan dapat juga Pada dosis 300 mg obat ini mempunyai efek hip
terjadi. Obat initidak dianjurkan diberikan bersama- notik yang sama dengan sekobarbital dosis 200 mg.
sama dengan antidepresan lain, sebab dapat me- Sekitar 97% dimetabolisme, metabolit sebagian dl-
nyebabkan delirium. ikat oleh asam glukuronat. Waktu paruh adalah 4
Dosis letal berkisar antara 10-25 g, namun jam, tapi akan lebih lama pada keadaan intoksikasi.
dosis ini akan lebih kecil bila ada etanol. lntoksikasi Metiprilon merangsang sistim enzim mikrosomal di
akut dan penanganan keracunan etklorvinol me- hati dan enzim delta-Al-A sintetase; harus dihindari
nyerupai barbiturat, pemakaiannya pada penderita porliria inlermitens.
Penggunaan kronik obat ini menyebabkan
Elek samping dan intoksikasi. Obat lni jarang
toleransi dan ketergantungan fisik. Gejala putus
menimbulkan efek samping. Bila terjadi, elek yang
obat akan menyerupai de lirium tremens dan kadang
timbul dapat berupa hangover, gangguan saluran
kadang diduga suatu reaksi schizofren, akan sangat
cerna, erupsi kulit (rash) dan eksitasi idiosinkralik.
berat pada penderita usia lanjut.
Gejala intoksikasi serta cara mengatasinya menye-
Posologi. Lihat pada tabel 10-9. Dosis 770 mg rupai barbiturat.
kira-kira ekuivalen dengan 100 mg sekobarbital.
Posologi. Lihat tabel 10-3.

4.3. GLUTETIMID
4.5. MEPROBAMAT

Gluletimid adalah 3-etit-3Jenil-2,6-piperidine-


Meprobamat adalah ester bis-karbamal den-
dion dengan struktur kimia sebagai berikut :
gan struktur kimia sebagai berikut :

O CsHz O
iltil
H2N{-CHr-C{HzO{-NHz
I
cHs

Obat ini dikenal pertama kali sebagai antian-


sietas, namun sekarang lebih digunakan sebagai
hipnotik-sedatit. Sifat farmakologi obat ini menye-
Glutetimid tidak lagi dianjurkan sebagai hip- rupai benzodiazepin. Walaupun meprobamat men-
notik-sedatif, karena sifatnya menyerupai barbiturat depresi SSP secara luas, tapi tidak dapat me-
tetapi pada keracunan akut lebih sulit diatasinya. nimbulkan anestesia umum. Elek meprobamat kira-
141
Hipnotik-Sedatif dan Alkohol

kira berada diantara elek barbiturat dan benzodia- Posologi. Lihat tabel 10-3.
zepin. Sebagai antikonvulsi meprobamat lebih me-
nyerupai etosuksimid dari pada benzodiazepin'
4.6. PARALDEHID
OO"t ini .dapat merelaksasi otol tapi pada dosis
terapi efeknya sangat kecil. Pada penderita nyeri CHg
tulang-otot dapat memberikan efek analgetik rin' I
gan, dan dapat menaikkan elek obat analgetik yang CH
lain. ,/\
oo
Absorpsi, nasib dan ekskresi' Meprobamat diab'
sorpsi secara baik bila diberikan peroral; kadar pun- CHg
Ir CH
- CHs
cak dalam plasma dicapai dalam 1-3 jam' Sedikit -C \o,
terikat oleh protein plasma. Sebagian besar dimeta-
bolisme di hati, sebagian kecil diekskresi utuh lewat Paraldehid adalah polimer dari asetaldehid
urin. Waktu paruh dari dosis tunggal dalam plasma dengan struktur kimia sebagai berikut :

berkisar antara 6-17 iam, namun pada pemberian Paraldehid memiliki bau aromatik yang tidak
kronik dapat mencapai 24'48iam' Meprobamat da- enak, mengiritasi mukosa dan iaringan. Karena ke-
pat menginduksi sebagian enzim mikrosom di hati, terbatasnya ini, penggunaannya sudah tergeser
namun tidak jelas apakah obat ini dapat menginduk- oleh hipnotik Yang lain.
si enzim yang berperan terhadap metabolismenya Paraldehid adalah hipnotik yang bekerja
sendiri. cepat. Elek farmakologi obat ini menyerupai bar-
Efek samping dan intoksikasi. Pada dosis seda- biturat kerja singkat.
tif, efek samping utama adalah kantuk dan ataksia' Farmakokinetik. Secara oral paraldehid diabsorpsi
Dosis tunggal 400 mg hanya sedikit mempengaruhi cepat dan didiskibusi secara luas; obat ini dapat
uji psikometrik, namun pada dosis yang lebih besar lewat sawar uri. Pada dosis hipnotik, 70-80 % dime-
menyebabkan kegagalan koordinasi belajardan ge- tabolisme di hati, sebagian besar yang tersisa dike-
rak, dan memperlambat waktu reaksi' Meprobamat luarkan lewat paru-paru, sebagian kecil lewat urin'
meningkatkan elek depresi depresan SSP lain' Waktu paruh kira-kira 4-'10 iam. Diperkirakan obat
Gejala elek samping lainnya yang mungkin ini di depolimerisasi di hati menjadi asetaldehid,lalu
timbul antara lain: hipotensi, alergi pada kulit' pur' dioksidasi menjadi asam asetat, yang kemudian
pura nontrombositopenik akut' angioudema dan diubah lebih lanjut iadi karbon dioksida dan air'
bronkosPasme.
Gejala putus obat dapat terjadi bila pemberian Efek samping dan intoksikasi. lntoksikasi dengan
obat dihentikan secara mendadak setelah pengo- paraldehid iarang terjadi sebab penggunaannya ter'
batan selama beberapa minggu dengan dosis lebih batas pada rumah sakit saja. Dosis letal berkisar
besar dari 2,4 glhari. Gejala yang timbul meliputi antara 25-150 g' Penderita yang keracunan obat ini
ansietas, insomnia, tremor, gangguan saluran cer- memperlihatkan gerak pernapasan yang cepat' Pa-
na, dan seringkali terjadi halusinasi; kejang umum da kasus intoksikasi akut serta kronik yang berat
terjadi % kasus.
- pada kira-kira 10dengan terlihat gejala asidosis, perdarahan lambung, iritabi-
Takar lajak ringan meprobamat (kadar
litas otot, oliguria, albuminuria' leukositosis, hepa-
plasma 30-1 00 mcg/ml) dapat menimbulkan-vertigo' titis, nelrosis, perdarahan paru- paru, udema dan
ataksia, stupor dan pingsan' Kadar plasma 100-200 dilatasi ventrikel. lntoksikasi kronik mengakibatkan
mcg/ml menyebabkan koma, hipotensi, depresi toleransi dan ketergantungan. Geiala yang timbul
nafas, syok, udem paru dan gagal jantung' Dosis menyerupai ketergantungan alkohol, berupa Qeli'
letal umumnya lebih besar dari 36 g dan meng- rium tremens dan halusinasi.
hasilkan kadar plasma diatas 200 mcg/ml' Pengo-
batan overdosis tersebut pada prinsipnya sama se- lndikasi. Paraldehid telah digunakan terutama un-
perti pada barbiturat. tuk pengobatan keadaan abstinensia dan keadaan
psliiatri yang ditandai gejala eksit":"i, dan bagi pe-
lndikasi. Meprobamat terutama diindikasikan seba-
ngobatan gawat darurat keadaan konvulsi' Peng-
gai antiansietas. Digunakan juga sebagai hipnolik
gin""n yang paling lama adalah pada pengobatan
bagi penderita insomnia usia lanjut' Eleknya kira-
delirium tremens.
kira sama dengan flurazepam dan llunitrazepam'
142
Farmakologi dan Terapi

Posologi. Lihat tabel 10-3. tegang dan adanya faktor-faktor lain. Hanya bila
sebab-sebab yang spesilik tidak dapat dihilangkan
atau diatasi, baru obat hipnotik dapat dipertimbang_
4.7. ETINAMAT
kan pemberiannya.
Ltinamat adalah suatu uretan dengan struktul Pada insomnia sementara, misalnya dalam
kimia sebagai berikut : keadaan stress ringan alau jet tag , dapat digunakan
hipnotik dengan waktu paruh singkat, kecuali bila
adanya kebutuhan sedasi siang hari. pengobatan
o
sebaiknya dibatasi 1-3 malam. pada insomnia
I
OCNHe jangka pendek, misalnya terjadi kesedihan yang
dalam, sakit yang singkat, pikiran yang risau karena
masalah keluarga atau pergeseran jabatan dan se_
bagainya, benzodlazepin dapat bermanfaat. peng_
obalan dimulai dengan dosis kecil kemudian dinaik_
kan bertahap bila diperlukan. pemberian obat harus
dihentikan 1 atau 2 malam setelah tidur lelap dapat
Obat ini memiliki mula kerja yang cepat den_ dicapai dan pemberian lebih dari 3 minggu terus
gan lama kerja yang singkat. Dimetabolisme seba- menerus lidak dibenarkan. penghentian harus dila-
gian di hati. Metabolitnya dikonjugasi dengan asam kukan secara bertahap.
glukuronat dan diekskresikan lewat urin, Penggunaan hipnotik-sedatf untuk pengobat_
Efek samping elinamat meliputi mual, kadang-
.kadang an insomnia jangka panjang masih belum ada kese_
muntah, sesekali lerjadi erupsi kulit, dan pakatan, karena kemungkinan terjadi toleransi dan
eksitasi idiosinkratik. Jarang sekali timbul demam penyalahgunaan obat. Selain itu insomnia jangka
dan trombositopenia. panjang seringkali merupakan gangguan sekunder
Dosis letal belum diketahui, pernah dilaporkan yang dapat diatasi dengan psikoterapi, terapi lisik,
kematian terjadi dengan dosis 15 g. Ketergantung- atau terapi dengan nonhipnotik. Bila kausa insom_
an obat dapat terjadi pada penggunaan jangka nia yang spesilik tidak ditemukan, perlu terapi ter_
larna. Etinamat 500 mg kira-kira ekivalen dengun
hadap sikap psikososial, dalam hal ini hipnotik
100 mg sekobarbital.
dapat digunakan sebagai penunjang pada lahap
awalnya. Obat hipnotik hanya dapat diberikan tiap
3 malam untuk menghindari perubahan pola tidur
5. PENGELOLAAN INSOMNIA yang tidak diinginkan, kumulasi obat serta loleransi.
Obat harus dihentikan pemberiannya setelah
3-6 bulan, atau bahkan lebih singkat. Obat yang di-
, lnsomnia dapat disebabkan oleh berbagai hal,
sehingga untuk mengobatinya secara efektif perlu eliminasi lambat, memperlihatkan insidensdan
diketahui kausanya. pada kasus insomnia tertentu, gejala putus obat lebih rendah, termasuk insomnia;
terapi perilaku, psikoterapi atau pemberian obat tetapi lebih sering menyebabkan elek sisa di siang
nonhipnotik mungkin lebih bermanfaat. Sebagai hari dibandingkan dengan obat yang dieliminasi
contoh, pemberian dekstroamfetamin atau obat se_ lebih cepat. Namun demikian insidens dan beratnya
rupa dapat memperbaiki tidur pada penderita hi- elek sisa ini tidak berhubungan dengan lamanya
perkinetik dan penyakit parkinson; antidepresan waktu paruh obat. Bagi penderita dengan keluhan
bagi penderita insomnia yang depresif; lenotiasin sukar tertidur, tetapi bila sudah tidur dapat tidur
dan lelap, sebaiknya diberikan hipnotik kerja singkat,
.haloperidol bagi penderita psikotik; analgetik seperti triazolam yang memiliki mula kerja serta
untuk penderita insomnia karena rasa nyeri dan
lama kerja yang singkat. Bagi penderita yang mu-
sebagainya.
dah tidur tapi tidak nyenyak tidurnya, dapat diberi_
Bahkan bila etiologi penyakit tidak diketahui
kan hipnotik dengan masa kerja yang panjang
secara spesifik, insomnia masih dapat diperkirakan
seperti temazepam dan flurazepam. Umumnya hip_
karena sebab-sebab umum lainnya misalnya kebia.
notik tidak dapat menghasilkan pola tidur fisiologis
saan makan malam, minum kopi atau makan
yang sempurna, sehingga setelah bangun rasa
macam-macam obat dekat waktu tidur, perasaan
kurang segar masih dirasakan penderita.
Hipnotik- Sed atif dan Alkohol 143

Dipandang dari sudut indeks terapi, interaksi kepribadian menjadi ekspensil dan bersemangat,
dengan obat lain, gangguan respirasi dan kemung- perasaan tidak terkontrol dan letupan emosi men-
kinan penyalahgunaan obat, benzodiazepin meru- jadi nyata. Perubahan psikis ini disertai gangguan
pakan hipnotik terpilih dibandingkan dengan barbi- sensoris dan motorik.
turat atau hipnotik yang lain., kecuali bila ada indi- Minum alkohol secara kronis, secara langsung
kasi spesifik yang memerlukan hipnotik tertentu terkait dengan gangguan mental dan neurologis
atau terapi nonhipnotik. yang berat misalnya kerusakan olak, kehilangan
Dokter perlu memberikan penjelasan kepada ingatan, gangguan tidur dan psikis. Selain itu deli-
penderita sebelum menggunakan hipnotik, bahwa siensi vitamin dan nutrisi akibat gangguan saluran
ketergantungan pada hipnotik akan lebih menderita cerna dan lungsi hati, akan mengakibatkan ber-
dibandingkan dengan gangguan tidurnya sendiri. bagai gejala neuropsikiatrik yang biasa terdapat
pada peminum alkohol, misalnya ensefalopati Wer-
niche, psikosis Korsakoff dan polineuritis dan en-
sefalopati akibat delisiensi asam nikotinat.
6. ALKOHOL
Tidur. Pada bukan pecandu, penggunaan sewaktu
Yang akan dibahas di sini ialah mengenai pada saat lidur mengurangi waktu untuk masuk
etil-alkohol yang selanjutnya disebut alkohol. tidur dan tidur BEM, tetapi meningkatkan waktu
Di negara Barat alkoholisme merupakan tidur nonrem yang dalam. Tetapi dalam liga hari
penggunaan, elek memudahkan masuk tidur hilang
masalah sosial yang kronis. Di bagian tertentu di
lndonesia juga dijumpai kebiasaan minum alkohol. disusul rebound bila obat dihentikan. Dalam survai
Alkohol adalah suatu bahan yang mempunyai efek terungkap bahwa sejumlah orang percaya bahwa
larmakologik dan cenderung menimbulkan keter- alkohol mengurangi kualitas tidur. Pada penderita
gantungan serta dapat berinteraksi dengan obat alkoholisme gangguan tidur terjadi dengan digang-
gu masa jaga (awakening).
lain.
Peminum alkohol berat sering mendapatkan Terhadap sistem kardiovaskular. Elek langsung
kecelakaan, kehilangan produktivitas, terlibat keja- alkohol terhadap sirkulasi sangat kecil. Tekanan
hatan, mendapat gangguan kesehatan sampai ter- darah, curah jantung dan kekuatan kontraksi otot
jadi kematian. Pada alkoholisme terdapat variasi jantung tidak banyak berubah sesudah meminum
dalam derajat gangguan psikologi, nutrisi, ketergan- alkohol dalam jumlah sedang. Nadi mungkin me-
tungan fisik dan hilangnya kontrol. Peminum alkohol ningkat tetapi hal ini biasanya disebabkan oleh aktF
juga sering terlibat dengan penggunaan obat-obat vitas otot atau stimulasi refleks. Depresi kardiovas-
lain sepertisedatif , amfetamin bahkan juga narkotik. kular yang lerlihat pada keracunan akut alkohol
Motivasi peminum alkohol ialah untuk mendapatkan yang berat disebabkan oleh faktor sentral dan de-
euforia, melepaskan emosi serta melepaskan diri presi napas. Alkohol dosis sedang dapat menimbul-
sementara dari depresi atau ansietas yang dialami- kan vasodilatasi terutama di pembuluh darah kulit
nya. dan menimbulkan rasa hangat serta kulit merah.
Penggunaan alkohol berlebihan jangka panjang
menyebabkan kerusakan jantung menetap, dan
6.1. FARMAKODINAMIK merupakan penyebab utama kardiomiopati di
negara Barat. Vasodilalasi ini terjadi karena ham-
Terhadap susunan saraf pusal SSP lebih banyak batan vasomotor secara sentral. Elek vasodilatasi
dipengaruhi alkohol dibanding organ-organ lain. ini tidak berguna untuk meningkatkan vasodilatasi
Alkohol mendepresi SSP seperti halnya anestetik. koroner. Pada pasien dengan angina stabil yang
Karena efek depresinya pada pusat-pusat ham- jelas menderita penyakit koroner, alkohol menurun-
batan maka didapat kesan adanya efek stimulasi kan uji toleransi fisik.
SSP dari alkohol. Proses mental yang dipengaruhi Suatu paradoks terlihat pada masyarakat
paling awal ialah yang berhubungan dengan pen- Perancis, mereka makan banyak lemak letapi mem-
galaman dan latihan, yang berperan dalam proses perlihatkan insidens aterosklerosis rendah. Hal tsr-
terjadinya kebijaksanaan dan pengendalian diri. sebut dikaitkan dengan kebiasaan mereka minum
Daya ingat, konsentrasi dan daya mawas diri men- anggur merah. Dari kenyetaan tersebut timbulhipo-
jaditumpul lalu hilang. Rasa percaya diri meningkat, tesis bahwa alkohol dalam jumlah tidak lebih dari
Farmakolqi dan Tenpi

209 menurunkan insidens aterosklerosis koroner. 6.2. MEKANISME KERJA


Tetapi, rupa-rupanya kandungan alkohol bukan
satu-satunya penjelasan untuk efek proteksi ini. Sejak lama diduga bahwa elek depresan alko-
Anggur merah mengandung zat lenolik dan sifat hol dan anestetik berdasarkan pelarutan dalam
.aniioksidansnya yang diduga berperan penting. Pe- membran lipid. Elek alkohol terhadap berbagai
nelitian in vitro zat fenolik tersebut mendapatkan saraf berbeda karena tidak unilorm distribusi fos-
penghambatan oksidasi LDL yang dikatalisis Cu. lolipid dan kolesterol di membran. Juga ada fakta
Terhadap saluran cerna. Alkohol merangsang se- eksperimental yang menyokong dugaan bahwa
kresi asam lambung dan saliva secara psikis teruta- mekanisme kerja alkohol di SSP serupa barbiturat.
ma bila individu menyukainya sehingga cairan lam-
bung yang terbentuk kaya akan asam tetapijumlah
pepsinnya normal, Alkohol, melalui relleks dan juga 6.3. INTERAKSI
secara langsung, merangsang penglepasan gas-
trin. Karena merupakan stimulan sekresi asam lam- Alkohol menyebabkan potensiasi pada efek
bung yang kuat maka jelas alkohol dikontraindikasi- obat-obat hipnotik sedatif, anlikonvulsi, antidepresi,
kan pada pasca ulkus peptikum. antiansietas, propoksifen dan opiat dalam menye-
babkan gangguan koordinasi otot sehingga dapat
Terhadap hati. Keracunan akut alkohol pada menimbulkan bahaya bila penderita mengemudi-
manusia tidak menyebabkan gangguan fungsi hati kan kendaraan. Dengan asetosal, alkohol mening-
menetap. Tetapi diminum secara kronik, alkohol katkan risiko perdarahan lambung.
menyebabkan berbagai kerusakan yang berhubu- Hipoglikemia berat dapat terjadi bila alkohol
ngan dengan dosis, terutama akibat metabolisme- diberikan bersama obat-obat hipoglikemik oral ka-
nya. Malnutrisi memperkuat gangguan hati dan rena alkohol mempengaruhi metabolisme golongan
saluran cema, tetapi nutrisi yang baik tidak men- obat ini.
cegah hepatitis alkoholik dan progresinya menjadi Pada peminum akut, alkohol dapal menurun-
sirosis. Perlemakan hati merupakan kejadian dini kan bersihan fenitoin karena terjadi kompetisi meta-
pada alkoholisme, terjadi akibat penghambatan sik- bolisme di hati. Namun pada peminum kronik, ber-
lus trikarboksilat dan oksidasi lemak, yang sebagian sihan fenitoin justru meningkat akibal terjadinya
berhubungan dengan adanya ekses NADH yang induksi enzim.
dihasilkan alkohol dehidrogenase. Asetaldehid
akan menumpuk jika tidak tersedia cukup aldehid
dehidrogenase. Asetaldehid bersilal toksik karena 6.4. FARMAKOKINETIK
bersifat reaktil dapat merusak protein antara lain
enzim, dan menghasilkan derivat protein imunoge- Absorpsi etanol dan lambung, usus halus dan
nik, Penderita yang minum alkohol secara kronis kolon berlangsung cepat. Waktu mencapai kadar
dapat menunjukkan gejala hipoglikemia karena maksimum 30-90 dari saat minum terakhir. Uap
nutrisi yang jelek dan pengosongan glikogen hati. alkohol dapat diabsorpsi lewat paru-paru dan me-
Efek teratogenik. Alkohol menimbulkan efek tera- nimbulkan keracunan, Makanan menunda pengo-
togenik yang disebul fetal alcohol syndrome. Ke- songan lambung dengan demikian absorpsi dari
lainan SSP berupa lQ rendah dan mikrosefali, per- usus halus juga tertunda. lni yang menjelaskan
tumbuhan lambat, abnormalilas di daerah muka mengapa minum alkohol setelah makan mencegah
dan kelainan-kelainan lain yang mungkin disebab- mabuk alkohol. Perbedaan kecepatan absorpsi
kan oleh efek langsung etanol dalam menghambat antar individu dan pada kondisi berbeda ter-
prolilerasi sel embrio pada gestasi dini. Penderita utama berhubungan dengan perbedaan waktu
dengan kelainan ini mudah terinfeksi karena keru- pengosongan lambung.
sakan sistEm kekebalan. Jumlah terkecil alkohol Distribusi. Dalam tubuh alkohol disebar agak me-
yang dilaporkan dapat menimbulkan tetal alcohot rata ke seluruh jaringan dan cairan tubuh. Alkohol
syndrome ialah 75 ml sehari, karena itu sebaiknya menembus uri dan masuk ke janin.
wanita hamil terutama yang hamil muda tidak
minum alkohol. Pada peminum berat juga dapat Metabolisme. Kira-kira 90-98% etanol dioksidasi
terJadi bayi lahir mati atau aborsi spontan. dalam tubuh. Metabolismenya mengikuti kinetika
zero order artinya jumlah yang dimetabolisme tetap
146
Farmakologi dan Terapi

satu regimen untuk mengatasi reaksi yang sedang


6.6. KERACUNAN AKUT
atau berat akibat putus alkohol ialah memberikan
?0 rS diazepam per oral serta tindakan suportif. Alkohol digunakan secara luas dalam industri
Dosis ini dapat diulang tiap 1-2 jam sampai keadaan
dan di tempat lain sehingga mungkin terminum den_
teratasj (biasanya tercapai dalam 3 x pemberian). gan tidak sengaja, bila disimpan dalam botol den-
Tiamin per oral maupun parenteral dengan dosis gan etiket yang keliru. Alkohol terkadang diminum
tunggal 100 mg dapat diberikan secara rutin pada
bersama obat-obat lain dalam percobaan bunuh
awal terapi.
diri. Dosis letalnya sulit ditentukan karena adanya
Untuk delirium tremens diperlukan tindakan toleransi individual. Alkohol cepat diabsorpsi dari
korektif terhadap hipokalemia, alkalosis hipoklore_
saluran cerna bagian atas dan lersebar dalam jari-
mik dan hipovolemia. Fenitoin dapat diberikan bila
ngan-jaringan sesuai kandungan airnya. Efek uta_
penderita mempunyai riwayat kejang yang tidak
manya adalah depresi sistem saraf pusat.
berhubungan dengan putus alkohol.
Dalam penanganan jangka panjang terhadap Gambaran klinis. Mabuk, inkoordinasi otot, pengli_
alkoholisme, konseling dan program rehabilitasi hatan kabur, pada metil alkohol dapat sampai buta.
lebih penting daripada farmakoterapi. pemberian Kecepatan bereaksi terganggu, eksitasi, gangguan
disulliram dapat membantu, tetapi untuk jangka kesadaran sampai koma, Takikardi dan pernapas_
panjang efektivitasnya menurun. an lambat. Kadar alkohol dalam darah setinggi g0
mg% akan menyebabkan gambaran mabukyang
DISULFIRAM. Obat ini digunakan dalam pengobat- jelas. Kadar 300 mg% berbahaya bagi kehidupan,
an pecandu alkohol dan dimaksudkan untuk me-
tetapi toleransi dapat timbul pada orang-orang yang
nimbulkan efek samping bila ia meminum etil
terbiasa minum alkohol, sehingga penilaian klinis
alkohol. Disulliram mengganggu metabolisme etil penting sekali. Pada anak dapat terjadi hipoglikemia
alkohol dan elek toksik yang ditimbulkannya dis_
berat dan konvulsi.
ebabkan oleh akumulasi asetaldehid. Kareni disul_
firam diekskresi dengan sangat lambat, efek seperti Pengobatan. Tindakan di bawah ini diperlukan
itu dapat terjadi untuk sekurang-kurangnya tiga untuk mengatasi keracunan akut alkohol.
minggu setelah menelan obat lerakhir. pemben_ (1) Aspirasi dan bitas tambung; (2) pengobat_
tukan asetaldehid mengakibatkan efek toksik ter_ an suportif intensif; (3) pada keracunan yang sangat
utama pada sistem kardiovaskular. parah, mungkin perlu dialisis peritoneal atau hemo-
Manifestasi reaksi alkohol-disulliram berupa dialisis; (4) lnfus tV 200 g fruktosa (500 mt dari
hal berikut : larutan 40%) selama periode 30 menit bermanfaat
karena dapat mempercepat penurunan kadar eta_
Sistem kardiovaskular : takikardi, hipotensi yang nol darah sekitar 25%, perlu diperhatikan elektrolit
mungkin parah dan dapat timbul payah jantung. darah; asidosis diatasi dengan pemberian larutan
Sistem saraf pusat : agitasi yang berkembang Na bikarbonat; (5) Pada keracunan metil alkohol
menjadi rasa mengantuk, dapat pula terjadi konvul_ diberikan etil atkohot 50% 1 mt/kgBB per orat dan
si. diikuti dengan 0,5 ml/kgBB setiap 2 jam selama 5
hari.
Sistem pencernaan : mual dan muntah.
Gangguan metabolik : kulit merah, berkeringat dan INDIKASI
takipne karena asidosis.
Alkohol digunakan untuk berbagai keadaan
Disulfiram tersedia dalam bentuk tablet 250 oleh orang awam tetapi penggunaan yang sah di
dan 500 mg. Dosis untuk dewasa ialah 500 mg/hari klinik sedikit sekali.
selama 1 minggu, dilanjutkan dengan 125_500 mg/
hari sebagai dosis penunjang selama maksimal 6 Sebagai obat luar. Alkohol digunakan sebagai pe_
bulan, karena adanya bahaya hepatotoksisitas dan larut obat, Berdasarkan sifatnya sebagai pelarut
tidak adanya bukti elektivitas untuk penggunaan digunakan pada keracunan toksikodendrol (por.son
yang lebih lama. Sebelum terapi dimulai harus di- lvy). Alkohol cepat menguap dan digunakan menu_
pastikan dulu bahwa penderita tidak dalam keadaan runkan suhu tubuh dengan mengusapkannya pada
intoksikasi akut dan tidak minum alkohol minimal 12 kulit. Larutan 5O-7O% digosokkan di kulit untuk men_
jam sebelumnya. cegah dekubitus pada pasien yang terpaksa berba-
ring jangka lama.
H i pnotik- Sed atif dan Al kohol 147

Mengatasi nyeri. Alkohol terdehidrasi disuntikkan memperpanjang kehamilan hampir sama dengan
didekat saral atau ganglia simpatis untuk mengatasi ritodrin, tetapi tidak disertai penurunan insidens
nyeri trigeminal, nyeri kanker terminal dan kondisi fetal respiratoqydisfress. Karena itu telah digantikan
lain. dengan penggunaan p-agonis. Alkohol masih digu-
nakan bila karena suatu sebab p-agonis dikontrain-
Penggunaan sistemik. Alkohol digunakan dalam
dikasikan. Penghambatan kontraksi uterus terjadi
pengobatan keracunan metil alkohol dan etilen
pada kadar etanol 0,12 - 0,18%. lni dicapai dengan
glikol. lni didasarkan kenyataan bahwa kedua zat
pemberian infus lV larutan 10% dengan kecepatan
tersebut di atas diubah menjadi metabolit yang lebih
7,5 mUkg/jam selama 2 jam dan dipertahankan de-
toksik oleh alkohol dehidrogenase.
ngan 1 ,5 mg/kg/jam samPai 10 jam.
Selama 2 dekade alkohol digunakan untuk
mencegah partus prematur. Efektivitasnya dalam
148 Farmakologi dan Tarapi

11. PSIKOTROPIK
Sardjono O. Santoso dan Metta Sinta Sari Wiria

1. Pendahuluan Antidepresi
2. Antipsikosis 4.1. Penghambal mono-amin-oksidase
2.1. Klorpromazin dan derivat fenotiazin 4.2. Antidepresi trisiklik
2.2. Antipsikosis lain 4.3. Senyawa lain
2.3. Pemilihan sediaan 4.4. Litium
4.5. Pemilihan sediaan
3. Antiansietas
3.1. Golongan Benzodiazepin Psikotogenik
3.2. Buspiron 5.1. Meskalin
3,3. Pemilihan sediaan 5.2. Dietilamid asam lisergat.

l.PENDAHULUAN dilaksanakan lebih cepat pada penderita yang tidak


kooperatil.
Psikotropik ialah obat yang bekerja pada atau Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik
mempengaruhi fungsi psikik, kelakuan atau peng- dibagi menjadi 4 golongan (lihat Tabel 1 1-1), yaitu
(1) antipsikosis (major tranquilizer, neuroleptik); (2)
alaman (WHO, 1966), Sebenarnya psikotropik
baru diperkenalkan sejak lahirnya suatu cabang antiansietas (antineurosis, minor tranq uilizer,); (3)
ilmu larmakologi yakni psikofarmakologi, yang antidepresin; dan (4) psikotogenik (psikotomimetik,
psikodisleptik, halusinogenik).
khusus mempelajari psikofarmaka atau psikotropik.
Psikolarmakologi berkembang dengan pesat sejak Neuroleptik bermanfaat pada terapi psi-
ditemukannya alkaloid Rauwollia dan klorpromazin kosis akut maupun kronik. Kegunaannya pada psi-
yang ternyata efektif untuk mengobati kelainan psi- koneurosis dan penyakit psikosomatik belum jelas.
kiatrik. Sekarang psikolarmakologi menjadi titik per- Ciri terpenting obat neuroleptik ialah : (1).berelek
temuan antara cabang ilmu klinik dan preklinik yaitu: antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresivitas,
farmakologi, fisiologi, biokimia, genetika serta ilmu hiperaktivitas dan labilitas emosional pada pasien
psikosis. Efek ini tidak berhubungan langsung den-
biomedik lain. Berbeda dengan antibiotik, pengo-
gan elek sedatif; (2) dosis besartidak menyebabkan
batan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan
lebih didasarkan atas pengetahuan empirik. Hal ini koma yang dalam ataupun anestesia; (3) dapat
dapat dipahami, karena patolisiologi penyakit jiwa menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversi-
itu sendiri belum jelas, Psikotropik hanya mengubah bel atau ireversibel; dan (4) tidak ada kecenderung-
keadaan jiwa penderita sehingga lebih kooperatif an untuk menimbulkan ketergantungan psikik dan
dan dapat menerima psikoterapi dengan lebih baik. lisik.
Dewasa ini terapi renjatan listrik (ECT, electro Antiansietas terutama berguna untuk peng-
convulsive therapy) masih digunakan dalam psi- obatan simtomatik penyakit psikoneurosis dan ber-
kiatri, terutama untuk mengatasi depresi hebat den- guna sebagai obat tambahan pada terapi penyakit
gan kecenderungan bunuh diri. Biasanya ECT somatik yang didasari ansietas (perasaan cemas)
lebih cepat menghilangkan depresi daripada obat. dan ketegangan mental. Penggunaan antiansietas
Keuntungan penggunaan obat ialah pemberiannya dosis tinggijangka lama, dapat menimbulkan keter-
lebih mudah, dapat digunakan untuk pengobatan gantungan psikik dan fisik. Dibandingkan dengan
masal, relatil murah (penderita tidak memerlukan sedatil yang sudah lebih lama dikenal, antiansietas
perawatan di rumah sakit) dan pemberiannya dapat tidak begitu banyak menimbulkan kantuk.
148 Farmakologi dan Tenpi

11. PSIKOTROPIK
Sardiono O. Sanloso dan Metta Sinta Sari Wiria

1, Pendahuluan 4. Antidepresi
2. Antipsikosis 4.1. Penghambat mono-amin-oksidase
2.1. Klorpromazin dan derivat lenotiazin 4.2. Antidepresi trisiklik
2.2. Antipsikosis lain 4.3. Senyawa lain
2,3. Pemilihan sediaan 4.4. Litium
4.5. Pemilihan sediaan
3. Antiansietas
3.1, Golongan Benzodiazepin Psikotogenik
3.2. Buspiron 5.1. Meskalin
3,3. Pemilihan sediaan 5.2. Dietilamid asam lisergat.

l.PENDAHULUAN dilaksanakan lebih cepat pada penderita yang tidak


kooperatif.
Psikotropik ialah obat yang bekerja pada atau Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik
mempengaruhi fungsi psikik, kelakuan atau peng- dibagi menjadi 4 golongan (lihat Tabel 1 1-1), yaitu
(1 ) antipsikosis (major tranquilizer, neuroleptik); (2)
alaman (WHO, 1966). Sebenarnya psikotropik
baru diperkenalkan sejak lahirnya suatu cabang antiansietas (antineurosis, minor tranquilizer,); (3)
ilmu larmakologi yakni psikofarmakologi, yang antidepresin; dan (4) psikotogenik (psikotomimetik,
khusus mempelajari psikofarmaka atau psikotropik. psikodisleptik, halusinogenik).
Psikolarmakologi berkembang dengan pesat sejak Neuroleptik bermanfaat pada terapi psi-
ditemukannya alkaloid Rauwollia dan klorpromazin kosis akut maupun kronik. Kegunaannya pada psF
yang ternyata elektif untuk mengobati kelainan psi- koneurosis dan penyakit psikosomatik belum jelas.
kiatrik, Sekarang psikofarmakologi menjadi titik per- Ciri terpenting obat neuroleptik ialah : (1) berelek
temuan antara cabang ilmu klinik dan preklinik yaitu: antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresivitas,
farmakologi, lisiologi, biokimia, genetika serta ilmu hiperaktivitas dan labilitas emosional pada pasien
biomedik lain. Berbeda dengan antibiotik, pengo- psikosis. Efek ini tidak berhubungan langsung den-
gan elek sedatif ; (2) dosis besartidak menyebabkan
batan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan
lebih didasarkan atas pengetahuan empirik. Hal ini koma yang dalam ataupun anestesia; (3) dapat
dapat dipahami, karena patolisiologi penyakit jiwa menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversi-
itu sendiri belum jelas. Psikotropik hanya mengubah bel atau ireversibel; dan (4) tidak ada kecenderung-
keadaan jiwa penderita sehingga lebih kooperatif an untuk menimbulkan ketergantungan psikik dan
dan dapat menerima psikoterapi dengan lebih baik. lisik.
Dewasa ini terapi renjatan listrik (ECT, electro Antiansietas terutama berguna untuk pgng-
convulsive therapy) masih digunakan dalam psi- obatan simtomatik penyakit psikoneurosis dan ber-
kialri, terutama untuk mengatasi depresi hebat den- guna sebagai obat tambahan pada terapi penyakit
gan kecenderungan bunuh diri. Biasanya ECT somatik yang didasari ansietas (perasaan cemas)
lebih cepat rnenghilangkan depresi daripada obat. dan ketegangan mental. Penggunaan antiansietas
Keuntungan penggunaan obat ialah pemberiannya dosis tinggi jangka lama, dapat menimbulkan keter-
lebih mudah, dapat digunakan untuk pengobatan gantungan psikik dan lisik. Dibandingkan dengan
masal, relatif murah (penderita tidak memerlukan sedatil yang sudah lebih lama dikenal, antiansietas
perawatan di rumah sakit) dan pemberiannya dapat tidak begitu banyak menimbulkan kanluk.
Psikotropik

Tabel tt-1. PENGGOLONGAN OBAT PSIKOTROPIK memuaskan terhadap ECT. Perbaikan depresi di-
tandai dengan perbaikan alam perasaan, bertam-
bahnya akiivitas lisik dan kewaspadaan mental,
I. OBAT ANTIPSIKOSIS nalsu makan dan pola tidur yang lebih baik dan
berkurangnya pikiran morbid, Perbaikan alam pera-
A. DERIVAT FENOTIAZIN saan sukar dinilai dan tidak dapat diukur secara
l. SenYawa dimetilaminoProPil: objektil. Obat golongan inilebih elektil pada depresi
KlotPromazin Derivat dibenzazepin paling cocok untuk
Promazin depresi endogen, yang disertai regresi dan inak'
"n'dog"n.
TrilluPromazin tivitas. lmipramin, salah satu derivat dibenza-
2. SenYawa PiPerldll: zepin, lebih disukai daripada penghambat MAO
Mepazin karena imipramin lebih aman, lebih dapat diterima
Tioridazin penderita dan lebih praktis daripada ECT' Obat ini
3. Senyawa PiPerazln: iidak menimbulkan euforia pada orang normal' obat
Asetofenazin pe-rangsang SSP misalnya amletamin tidak ber-
Karlenazin guna pada teraPi Psikoneurosis'
Flufenazin Psikotogenik ialah obat yang dapat menim-
Perfenazin
bulkan kelainin tingkah laku, disertai halusinasi,
ProklorPerazin
TritluoPerazin tioProPazat
ilusi, gangguan cara berpikir dan perubahan- alam
peraslanJ iadi dapat menimbulkan psikosis' lstilah
B. NON FENOTIAZIN psikotogenik ini mungkin paling cocok untuk golong-
KlorProtiksen arti-
an obaiyang dahulu disebut psikotomimetik,
C. BUTIROFENON ying menimbulkan keadaan mirip psi-
nya oUat
HaloPeridol kosis, kading-t<adang obat inidisebut obat halusi-
nogenik yang berarti obat yang menimbulkan
ANTIANSIETAS
nat-usinasi. Piixosis toksik memang dapat timbul
1I.

A. BENZODIAZEPIN setelah pemberian berbagai jenis obat' Tetapi obat


Diazepam, klordiazepoksid, klorazepat' baru digolongkan psikotogenik bila menimbulkan
B. GOLONGAN LAIN keadaan psikotik tanpa delirium dan disorientasi'
Di bawah ini, akan dibicarakan prototip
III, OBAT ANTIDEPBESI
masing-masing golongan, yaitu klorpromazin, me-
A. PENGHAMBAT MAO probamat, derivat benzodiazepin, derivat dibenza-
lsokarboksazid, nialamid, fenelzin'
zepin, penghambat MAO, meskalin, LSD, marihua-
B. SENYAWA DIBENZAZEPIN na, dan haloPeridol.
lmipramin, desmetilimipramin, amitriptilin,
desmetilamiviPtilin.
C. SENYAWA LAIN
Amoksapin, maprotilin, trazodon, fluoksetin,
buProPion, nomif ensin, mianserin' 2. ANTIPSIKOTIK

IV. OBAT PSIKOTOGENIK


Meskalin, dietilamid asam lisergat dan 2.1. KLORPROMAZTN DAN DERIVAT
marihuana (gania).
FENOTIAZIN

Antidepresi ialah obat untuk mengatasi Prototip kelompok ini adalah klorpromazin
depresi mental. Obat initerbukti dapat menghilang- (CPZ). Pembahasan terutama mengenai CPZ den-
kan atau mengurangi depresi yang timbul pada iun t"ng"tukakan tentang lenotiazin lain bila
beberapa jenis skizofrenia' Antidepresi tidak dapat ada.
memperbaiki geiala skizolrenia lain, bahkan dapat KlMlA. Klorpromazin (CPZ) adalah 2-klor-N-
memperberat gangguan pikiran yang merupakan (dimetil-aminopropil)- lenotiazin' Derivat lenotiazin
dasai penyakit ini. Antidepresi bukan pengganti iaindidapat dengan cara substitusi pada tempat 2
ECT, tetapi kadang-kadang obat ini bermanlaat dan 10 inti fenotiazin.
pada penderita yang tidak menunjukkan respons
150
Farmakologi dan Tenpi

q;o, .Re
Re -
Rt = -(cHz)g--N-(cHs)e
Otot Rangka. CpZ dapat menimbulkan relaksasi
otot skelet yang berada dalam keadaan spastik.
Cara kerja relaksasi ini diduga bersifat sentral,
sebab sambungan saraf-otot dan medula spinalis
-Cl tidak dipengaruhi CpZ.

Fenotiazin Klorpromazin Efek Endokrin. CpZ menghambat ovulasi dan


menstruasi. CPZ juga menghambat sekresi ACTH.
Efek terhadap sistem endokrin ini terjadi berdasar_
kan efeknya terhadap hipotalamus.
Semua lenotiazin, kecuali Klozapin menimbul_
Gambar 11-1. Struktur kimia fenotiazin dan ktorpro_ kan hiperprolaktinemia lewat penghambatan elek
mazin sentral dopamin.

Kardiovasku lar. CPZ dapat menimbulkan hipolen-


FARMAKODTNAMTK. CpZ (Largactit) beretek tar_ si berdasarkan beberapa hal, yaitu: (1) refleks pre_
makodinamik sangat luas. Largactit diambil dari sor yang penting untuk mempertahankan tekanan
kata large action. darah dihambat oleh CpZ; (2) CpZ berelek o-
bloker; dan (3) CpZ menimbulkan efek inotropik
Susunan Saraf pusat. CpZ menimbulkan efek negatil pada jantung. Toleransi dapat timbul ter-
sedasi yang disertai sikap acuh tak acuh terhadap hadap efek hipotensif CpZ.
rangsang dari lingkungan. pada pemakaian lama
dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Tim_ FARMAKOKINETIK. pada umumnya semua feno-
bulnya sedasi amat tergantung dari status emo_ tiazin diabsorpsi dengan baik bila diberikan per oral
sional penderita sebelum minum obat. maupun parenteral. penyebaran luas ke semua
Klorpromazin berefek antipsikosis terlepas jaringan dengan kadar tertinggi di paru-paru, hati,
dari elek sedasinya. Relleks terkondisi yang diajar_ kelenjar suprarenal dan limpa. Sebagian fenotiazin
kan pada tikus hilang oleh CpZ. pada rianusia mengalami hidroksilasi dan konyugasi, sebagian
kepandaian pekerjaan tangan yang memerlukan lain diubah menjadisulloksid yang kemudian dieks_
kecekatan dan daya pemikiran berkulang. Aktivitas kresi bersama leses dan urin. Setelah pemberian
motorik diganggu antara lain terlihat sebagai efek CPZ dosis besar, maka masih ditemukan ekskresi
kataleptik pada tikus. CpZ menimbulkan eiek me_ CPZ alau metabolitnya selama 6-12 bulan.
nenangkan pada hewan buas. Efek inijuga dimiliki
oleh obat lain, misalnya barbiturat, narkotik, mepro- EFEK SAMPING. Batas keamanan CpZ cukup
bamat, atau klordiazepoksid. lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek samping
Berbeda dengan barbiturat, CpZ tidak dapat umumnya merupakan perluasan efek farmakodina-
mencegah timbulnya konvulsi akibat rangsang lis_ miknya. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul, berupa
trik maupun rangsang oleh obat. Semua de-rivat ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini diser-
fenotiazin mempengaruhi ganglia basal, se- tai eosinolilia dalam darah perifer.
hingga menimbulkan gejala parkinsonisme (elek
Neurologik. Pada dosis berlebihan, semua derivat
ekstrapiramidal).
lenotiazin dapat menyebabkan gejala ekstrapira_
CPZ dapat mengurangi atau mencegah mun_
midal serupa dengan yang terlihat pada parkin_
tah yang disebabkan oleh rangsang an padAchemo_
sonisme. Berat ringannya gejala ekstrapiramidal
receptot trigger zone. Muntah yang disebabkan
dari berbagai antipsikosis dapat dilihat pada Tabel
oleh kelainan saluran cerna atau vestibuler, kurang
1 1-2. Dikenal 6 gejala sindrom neurologik ybng
dipengaruhi, tetapi lenotiazin potensi tinggi, dapat
karakteristik dari obat ini. Empat di antaranya biasa
berguna untuk keadaan tersebut.
terjadi sewaktu obat diminum, yaitu distonia akut,
Fenotiazin terutama yang potensinya rendah
menurunkan ambang bangkitan sehinggi penggu_
akatisia, parkinsonisme dan sindrom neuroleptik
naanny pada pasien epilepsi harus sangatberhati_
malignant yang terakhir jarang terjadi. Dua sindiom
hati. Derivat piperazin dapat digunak-an secara yang lain terjadi setelah pengobatan berbulan_
aman pada penderita epilepsi bila dosis diberikan bulan sampai bertahun-tahun, berupa tremor
bertahap dan bersama anti konvulsan.
perioral (jarang) dan diskinesia tardif (lihat Tabel
1 1-3).
't51
Psikotropik

Tabel 11-2. EFEK SAMPING DAN EFEK ANTIEMETIK OBAT ANTIPSIKOSIS

Obat antipsikosis Efek Efek Elek Elek


ekstrapiramidal antiemetik sedatif hipotensil

A. DERIVAT FENOTIAZIN
1. Senyawa dimetilaminoProPil:
++ ++ +++ ++
Klorpromazin
++ ++ ++ +++
Promazin
+++ +++ +++ +
Triflupromazin
2. Senyawa piperidil:
++ ++ +++ ++
Mepazin
+ + ++ ++
Tioridazin
3. Senyawa piperazin:
++ ++ + +
Asetofenazin
Karfenazin +++ +++ ++ ++
Flufenazin +++ +++ ++ +
+++ +++ + +
Perfenazin
+++ +++ ++ +
Proklorperazin
+++ +++ ++ +
Tritluoperazin tiopropazat
B. NON-FENOTIAZIN
++ ++ +++ ++
Klorprotiksen
C. BUTIROFENON
+++ +++ + +
Haloperidol

Tabel 11-3. EFEK SAMPING NEUROLOGIK OBAT NEUROLEPTIK

Efck Gambaran Klinis Waktu Mekanirmc Pcngobaten


risiko maksimal

Distonia akut Spasme otot lilah, wajah, 1 -5hari Blum diketahui Dapat diberikan brbagai
leher, punggung; dapat pngobalan, obat anti-
menysrupai bangkitan; parkinson brsitat
bukan histeria diagnoslik dan kuratil

Akatisia Ktidak-tenangan (restbssness), 5 - 60 harl Belum diketahui Kurangi dosb alau ganti
motorik, bukan ansitas atau obat; obat antiParkinson,
agilasi bnzodiazopin, atau pro-
pranolol.

Parkinsonism Bradikinssia, dgidilas, 5 - 30 hari Antagonisms Obat anliparkinson monolong


macam-macam trmor, waiah- dengan dopamin
topeng, suffr,hg gaft
Sindroma malignan Katatonik, stupor, dmam, Brminggu-minggu, Ada kontribusi - Henlikan noroleptik sgra;
tekanan darah tidak stabil, dapat bertahan anlagonism danlrolne atau bromokriPlin
mioglobinem'ta; dapal latal bebrapa hari dongan dopamin dapat menolong; obat antF
s6telah obal parkinson lainnya tidak
dihenlikan fklil

Trornor perioral Trsmor perioral (mungkin Setelah brbulan- Belum diketahui Obat antiparkinson sering
(sindroma k6linci) sejenb parkinsonism Yang bulan atau menolong
dalang torlambat) berlahun-tahun
pngobatan

Diskinesia tardil Disklnsia mulut-wajah; - klsm - Dkluga: kelebihan Sulil dicogah, pngobatan
korsoatetosls atau (mmburuk dsngan elek dopamin tidak mmuaskan
distonia mluas pnghenlian)
152 Farmakologi dan Terapi

Kardiovaskular. Hipotensi ortostatik sering terlihat Dalam hal yang terakhir, terapi kausal harus dilaku-
pada penderita dengan sislem vasomotor yang kan,
labil. Takar lajak tioridazin (lebih dari 300 mg) Elek ekstrapiramidal tidak terjadi, mungkin
menyebabkan aritmia ventrikular dan blok lan- karena obat ini tidak melewati sawar darah-otak.
tung.'Karena efek terhadap jantung mungkin aditif Dosis oral, 10 mg diberikan 4 kali sehari 15-30 menit
dengan anti tioridazin dan pimozid dapat menye- sebelum makan. Dosis rektal 60 mg per kali. Dosis
babkan kelainan EKG mirip hipokalemia. Efek sam- lM, 10 mg maksimum 6 kali sehari dan dosis lM
ping hipotermia dapat digunakan pada terapi hiber- pada anak 0,1-0,2 mg/kgBB,3-6 kalisehari. Tetapi
nasi. Efek antikolinergik berupa takikardia, mulut sedia-an yang ada saat ini hanya tablet 50 mg dan
dan tenggorok kering, sering terjadi pada pemberi- sirup.
an fenotiazin. Perlu digunakan berhati-hati pada
penderita glaukoma dan hipertrofi prostat, SEDIAAN. Klorpromazin tersedia dalam bentuk
tablet 25 mg dan larutan suntik 25 mg/ml. Larutan
lNDlKASl. lndikasi utama fenotiazin ialah skizo- CPZ dapat berubah warna menjadi merah jambu
lrenia gangguan psikosis yang lersering ditemukan. oleh pengaruh cahaya.
Gejala psikotik yang dipengaruhi secara baik oleh Perfenazin tersedia sebagai obat suntik dan
lenotiazin dan antipsikosis lain ialah ketegangan, tablet2dan4mg.
hiperaktivitas, combativeness, hosta/ily, halusinasi, Tioridazin tersedia dalam bentuk tablet 25
delusi akut, susah tidur, anoreksia, perhatian diri mg.
yang buruk, negativisme dan kadang-kadang me- Flufenazin tersedia dalam bentuk tablet 1 mg,
ngatasi silat menarik diri. Pengaruhnya lerhadap Masa kerja flufenazin cukup lama, sampai 24 jam.
insight, judgement, dayaingat dan orientasi kurang.
Pemberian antipsikotik sangat rnemudahkan pera-
watan pasien. Walaupun antipsikosis sangat ber- 2.2. ANTIPSIKOSIS LAIN
manfaat untuk mengatasi gejala psikosis akut,
namun penggunaan antipsikosis saja lidak men- BUTIROFENON. Haloperidol berguna untuk me-
cukupi untuk merawat pasien psikotik. perawatan, nenangkan keadaan mania penderita psikosis yang
perlindungan, dan dukungan mental-spiritual ter- karena hal tertentu tidak dapat diberi fenotiazin.
hadap pasien sangatlah penting, Beaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% penderita
Semua antipsikosis kecuali mesoridazin, moli- yang diobati haloperidol. Oksipertin merupakan
ndon, tioridazin dan klozapin mempunyai elek an- derivat butirofenon yang banyak persamaannya
tiemetik. dengan CPZ. Oksipertin berelek blokade adrener-
gik dan antiemetik serta dapat menimbulkan parkin-
Domperidon. Derivat benzimidazolin ini secara in
sonisme pada manusia dan katalepsi pada hewan.
vitro merupakan antagonis dopamin, seperti CpZ.
Obat ini diindikasikan pada mual dan muntah, jadi FARMAKOLOGI. Struktur hatoperidot berbeda
elek obat ini secara klinis sangat mirip metoklo- dengan lenotiazin, tetapi butirofenon memperlihat-
pramid. Domperidon mencegah relluks esolagus kan banyak sifat farmakologi fenotiazin. pada
berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esofa- orang normal, elek haloperidol mirip lenotiazin pipe-
gus bagian bawah. Penelitian terbatas melaporkan razin. Haloperidol memperlihatkan antipsikotik yang
bahwa hasilnya memuaskan untuk dispepsia pas- kuat dan efektil untuk lase mania penyakit manik
camakan pada penderita diabetes dengan gastro- depresil dan skizofrenia. Elek fenotiazin piperazin
paresis; mual dan muntah pada gastroenteritis dan dan butirolenon berbeda secara kuantitatil karena
akibat radiasi dan hemodialisis. Obat ini kurang butirofenon selain menghambat elek dopamin, juga
berguna untuk mengatasi mual pascabedah, akibat meningkatkan tum over ratenya.
narkotik dan kemoterapi kanker.
CPZ merupakan obat terpilih untuk menghi- SUSUNAN SARAF PUSAT. Hatoperidot mene-
langkan hiccup. Obat ini hanya diberikan pada hic- nangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang
cup yang berlangsung berhari-hari sangat meng- mengalami eksitasi. Efek sedatif haloperidol kurang
ganggu. Penyebab hiccup seringkali tidak dapat kuat dibanding dengan CPZ, sedangkan elek halo-
peridol terhadap EEG menyerupaiCPZ yakni mem-
ditemukan, tetapi nervositas dan kelainan di esofa-
perlambat dan menghambat jumlah gelombang
gus atau lambung mungkin merupakan kausanya.
teta. Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan
153
Psikotropik

ambang rangsang konvulsif. Haloperidol mengham-


dan explosive utterances ol loul expletives
(coprolali a, men geluarkan kata-kata jorok)'
bat sistem dopamin dan hipotalamus, iuga meng-
hambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorlin'
DIBENZOXAZEPIN
SISTEM Slnef OTONOM. Elek haloperidol ter-
hadap sistem saral otonom lebih kecil daripada Termasuk derivat senyawa ini adalah loksa-
efek antipsikotik lain; walaupun demikian halope' pin.
ridol dapat menyebabkan pandangan kabur (blur-
FARMAKOLOGI. Obat ini mewakili golongan anti-
ring of vision)' Obat ini menghambat aktivasi re-
psikosis yang baru dengan rumus kimia yang ber'
o yang disebabkan oleh amin simpatomi-
""itot teOa Oaii lenotiazin, butirofenon, tioksanten dan
metik, tet;pi hambatannya tidak sekuat hambatan
dihidroiodolon' Namun sebagian besar elek larma-
cPz.
kologiknya sama.
Sistem kardiovaskular dan respirasi' Haloperidol Loisapin memiliki efek antiemetik, sedatif'
menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan antikolinergik dan antiadrenergik' Obat ini berguna
sehibat akibat CPZ. Haloperidol menyebabkan untuk mengobati skizolrenia dan psikosis lainnya'
takikardia meskipun kelainan EKG belum pernah
EFEK SAMPING. lnsiden reaksi ekstrapiramidal
dilaporkan. Klorpromazin atau haloperidol dapat
(selain diskinesia tardif) terletak antara le.notiazin
menimbulkan potensiasi dengan obat penghambat
O"n lenotiazin piperazin. Seperti antipsikotik
respirasi. "tlt"tit
lainnya dapat menurunkan ambang bangkitan
Efek Endokrin. Seperti CPZ, haloperidol menye- pasien, seningga harus hati-hati digunakan pada
babkan galaktore dan respons endokrin lain' pasien dengan riwayat keiang.

FARMAKOKINETIK. Haloperidol cepat diserap FARMAKOKINETIK. Diabsorpsi baik per oral'


jam
dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma kadar puncak plasma dicapai dalam waktu.1.
tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak menelan obat' (lM) dan 2iam (oral)' Waktu paruh loksapin ialah 3'4
menelap sampai 72 iam dan masih dapat ditemu- jam. Meta6dn utamanya (8-hidroksi loksapin) me-
kan dalam plasma sampai berminggu-minggu'
obat milikiwaktu paruh yang lebih lama (9 jam)'
ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari dosis
yang diberikan diekskresi melalui empedu' Ekskresi
-haloperidol DIBENZODIAZEPIN
lambat melalui ginjal, kira-kira40oh obal
dikeiuarkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis KLOZAPIN. Merupakan salah satu obat golongan
Pro-
tunggal" ini yang menuniukkan elek antipsikosis lemah'
atipikal bila dibandingkan anti-
tit tarmaXotogiknya
EFEK SAMPING DAN INTOKSIKASI' Haloperi- psikosis yang tain; terutama risiko timbulnya efek
dol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan samping eksirapiramidal obat ini sangat minimal'
insidens yang tinggi, terutama pada penderita usia dan kaiar protaXtln serum pada manusia tidak di'
muOa. eengobatan dengan haloperidol harus dimu- tingkatkan. Diskinesia tardif belum pernah dilapor-
lai dengan hati-hati. Dapat teriadi depresi akibat t<ai terlaOi pada pasien yang diberi obat ini' walau-
reversi keadaan mania atau sebagai efek samping pun be'berapa pasien telah diobati hingga 10 tahun'
yang sebenarnya. Perubahan hematologik ringan bioandingkan terhadap psikotropik yang lain' klo-
ian selintas dapat teriadi, tetapi hanya leukopenia zapin mlnuniukkan elek dopaminergik lemah'
dan agranulositosis sering dilaporkan' Frekuensi tetapi dapat mempengaruhi fungsi saral d.opamin
kejadiin ikterus akibat haloperidol rendah' Halope- pada sisiem mesolimbik'mesokortikal otak; yang
rid'ol sebaiknya tidak diberikan pada wanita
hamil
Lerhubungan dengan fungsi emosional dan mental
sampaiterdapat bukti bahwa obat initidak menim-
yang leb-ih tinggl, yang berbeda dari dopamin
bulkan elek teratogenik. n"uion di daerah nigrostriatal (daerah gerak) dan
lNDlKASl. lndikasi utama haloperidol ialah untuk tuberoinlundibular (daerah neuroendokrin)'
psikosis. Butirofenon merupakan obat pilihan Klozapin elektil untuk menggontrol gejala-
untuk mengobati sindrom Gilles de la Tourette' gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positil
(socra/ dr'srnteresf
suatu kelainan neurologik yang aneh yang ditandai iiritabiliias) maupun yang negalif
personal neatness)' Elek yang
dengan keiang otot hebat, menyeringai (grimacing) dan incompetence,
154
Farmakologi dan Terapi

bermanlaat terlihat dalam waktu 2 minggu, diikuti 2.3. PEMILIHAN SEDIAAN


perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu
berikutnya. Obat ini berguna untuk pengobatan Berbeda dengan antibiotik, obat golongan ini
pasien yang refraker dan terganggu berat selama merupakan obat simtomatik. Di sini pemilihan obat
pengobatan. Selain itu, karena risiko efek samping ditujukan untuk sejauh mungkin menghilangkan
ekstrapiramidal yang sangat rendah, obal ini cocok gejala penyakit dalam rangka pemulihan kesehat-
untuk pasien yang menunjukkan gejala ekstrapira- an mental penderita, obat dengan elek samping
midal yang berat bila diberikan antipsikosis yang seringan mungkin, dan bebas interaksi merugikan
lain. Namun karena klozapin memiliki risiko timbul- dengan obat lain yang mungkin diperlukan.
nya agranulositosis yang lebih tinggi dibandingkan Pemilihan sediaan obat antipsikosis dapat di_
antipsikosis yang lain, maka penggunaannya diba_ dasarkan atas strukur kimia serta elek farmakolo-
tasi hanya pada pasien yang resisten atau tidak gik yang menyertainya. Berhubung perbedaan
dapat mentoleransi antipsikosis yang lain. pasien antar golongan antipsikosis lebih nyata daripada
yang diberi klozapin perlu dipantau jumlah sel perbedaan masing-masing obat dalam golongan_
darah putihnya setiap minggu. nya, maka cukup dipilih salah satu obat dari tiap
golongan untuk tujuan pengobatan tertentu.
EFEK SAMPTNG DAN INTOKSIKAS|. Agranutosi- Menonjolnya salah satu gejala umumnya
losis merupakan elek samping utama yang ditim_ bukan merupakan patokan dalam pemilihan obat.
bulkan pada pengobatan dengan klozapin-. pada Tidak perlu mengenal semua obat psikotik untuk
pasien yang mendapat klozapin selama 4 minggu
pengobatan jangka panjang tetapi 1 atau 2 obat dari
atau lebih, risiko terjadinya kira-kira 1,2%. Gejala ini
tiap kelompok perlu dikenal secara baik efeknya
timbul paling sering 6-18 minggu setelah pem-berian
maupun efek sampingnya. pedoman lerbaik dalam
obat. Pengobatan dengan obat ini tidak boleh lebih
dari 6 minggu kecuali bila terlihat adanya perbaikan. memilih obat secara individual ialah riwayat respons
pasien terhadap obat.
Efek samping lain yang dapat terjadi antara
lain hlpertermia, takikardia, sedasi, pusing kepala, Kecenderungan pengobatan saat ini ialah me_
hipersalivasi. ninggalkan obat antipsikosis berpotensi rendah,
Gejala takar lajak meliputi antara lain : kantuk, misalnya klorpromazin dan tioridazin, ke arah peng-
letargi, koma, disorientasi, delirium, takikardia, gunaan obat berpotensi tinggi, misalnya tiotiksen,
de_
presi napas, aritmia, kejang dan hipertemia. haloperidol dan f lufenazin.
Pada saat ini penggunaan klozapin dibatasi
FARMAKOKINETIK. Klozapin diabsorpsi secara hanya diindikasikan pada pasien yang gagal diobati
cepat dan sempurna pada pemberian per oral; dosis tinggi antipsikosis konvensional, dan yang
kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 mengalami diskinesia tardil berat; sehubungan den-
jam setelah pemberian obat. Klozapin secara eks_ gan elek agranulositosis dan kejang yang disebab-
tensil diikat protein plasma (> gS%), obat inidimeta- kannya.
bolisme hampir sempurna sebelum diekskresi lewat Sebagai pedoman pemilihan antipsikosis
urin dan tinja, dengan waktu paruh rata-rata 11,g dapal disebutkan hat-hat sebagai berikut : (1) bita
jam. risiko tidak diketahui atau tidak ada komplikasiyang
diketahui sebelumnya maka pilihan jatuh pada feno-
DIHIDROINDOLON tiazin berpotensitinggi; (2) bila kepatuhan penderita
(compliance) dalam menggunakan obat tidak ter-
MOLINDON. Obat ini memiliki struktur kimia yang jamin, maka pilihan jatuh pada flulenazin oral dan
berbeda dariantlpsikosis yang lain. Elektil terh;dap kemudian tiap dua minggu diberikan suntikan llufe-
skizofrenia dan psikosis lainnya. Kadar puncak nazin enantat atau dekanoat; (3) bila penderita
plasma dicapai kira-kira 1,5 jam. Molindon dimeta_
mempunyai riwayat penyakit kardiovaskular atau
bolisme secara cepat dan ekstensif, tapi efek klinik_
stroke sehingga hipotensi merupakan hal yang
nya bertahan 24-36 jam.
membahayakan maka pilihan jatuh pada lenotiazin
Efek samping. Gejala ekstrapiramidal dan anti_ piperazin atau haloperidol; (4) bila karena alasan
adrenergik molindon secara umum lebih sedikit di_ usia atau laktor penyakit, terdapat risiko efek sam-
bandingkan antipsikosis yang lain. Elek sedatif ter_ ping gejala ekstrapiramidal yang nyata, maka pilih-
letak antara lenotiazin alifatik dan lenotiazin an jatuh pada tioridazin; (S) tioridazin tidak boleh
piperazin.
digunakan apabila terdapat gangguan ejakulasi; (6)
Psikotropik 155

bila elek sedasi berat perlu dihindari, maka pilihan MEKANISME KEFJA BENZODIAZEPIN. Meka-
jatuh pada haloperidol atau lenotiazin piperazin; nisme kerja benzodiazepin merupakan potensiasi
dan (7) bila penderita mempunyai kelainan hepar inhibisi neuron dengan GABA sebagai mediatornya.
atau cenderung menderita ikterus, haloperidol me- Hal ini telah dijelaskan pada Bab 10.
rupakan obat yang paling aman pada stadium awal Efek farmakodinamik derivat benzodiazepin
pengobatan. lebih luas daripada efek meprobamat dan barbitu'
Tentu saja pemilihan obat dipengaruhi oleh rat. Klordiazepoksid tidak saja bekerJa ssntral, ts'
faktor pengalaman dokter, pertimbangan bagi ke- tapi juga periler pada susunan saral kolinergik'
pentingan penderita, interaksi obat, laktor harga adrenergik dan triptaminergik.
dan sebagainya. Klordiazepoksid lebih berguna untuk meng-
atasi $ifat agresif hewan coba (monyet) daripada
pentobarbital, meprobamat dan CPZ' Dan berbeda
dengan CPZ, klordiazepoksid dan diazepam ber'
3. ANTIANSIETAS silat nonselektil dalam menghambat respons ter-
kondisi.
Obat yang digunakan untuk pengobatan an- Setelah pemberian per oral, klordiazepoksid
sietas ialah sedatif, atau obat'obat yang secara mencapai kadar tertinggi dalam 8 iam dan tetap
umum memiliki silat yang sama dengan sedatil' tinggi sampai 24 iam. Ekskresi benzodiazepin me-
Antiansietas yang terutama ialah golongan ben- lalui ginjal lambat; setelah pemberian satu dosis'
zodiazepin. Banyak golongan depresan SSP yang obat ini masih ditemukan dalam urin selama bebe-
lain telah digunakan untuk sedasi siang hari pada rapa hari. Sifat larmakokinetik beberapa benzodia-
pengobatan ansietas. Namun penggunaannya saat zepin dapat dilihat pada Tabel 10-4.
ini telah ditinggalkan, obat-obat tersebut antara lain
golongan barbiiurat dan meprobamat. Pembahasan EFEK SAMPING DAN KONTRAINDIKASI. Pada
penggunaan dosis terapi jarang timbul kantuk;
mengenai kedua golongan ini dapat dilihat di Bab
tetapi pada takar lajak benzodiazepin menimbulkan
10.
depresi SSP. Elek samping akibat depresi susunan
saraf pusat berupa kantuk dan ataksia merupakan
3.1. GOLONGAN BENZODIAZEPIN kelanjutan elek farmakodinamik obat-obat ini. Elek
antiansielas diazepam dapat diharapkan terjadi bila
Benzodiazepin yang dianjurkan sebagai anti- kadar dalam darah mencapai 300-400 ng/ml; pada
ansietas ialah : klordiazepoksid, diazepam, oksaze- kadar yang sama teriadi pula efek sedasi dan gang-
pam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam guan psikomotor. lntoksikasi SSP yang menyeluruh
dan halozepam. Sedangkan klorazepam dianiurkan dapat diharapkan terjadi pada kadar diatas 90G
untuk pengobalan panic disorder. 1.000 ng/ml. Kadar terapi klordiazepoksid mehde-
kati 750-1.000 ng/ml.
FARMAKOLOGI. Klordiazepoksid dan diazepam
Peningkatan hostilitas dan iritabilitas dan
merupakan prototip derivat benzodiazepin yang di-
mimpi-mimpi hidup (vivid dreams) dan mengganggu
gunakan secara meluas sebagai antiansietas.
kadang-kadang dikaitkan dengan pemberian ben-
Struktur kimia kedua zat dapat dilihat pada Gambar
zodiazepin, mungkin dengan kekecualian oksaze'
11-2. pam. Hal yang ganjil adalah terjadinya peningkatan
ansietas. Respons semacam ini rupa-rupanya ter-
jadi khusus pada penderitayang merasa ketakutan,
terjadi penumpulan daya pikir sebagai akibat efek

@:1 @$
c6c0" samping sedasi obat antiansietas' Dapat ditambah'
kan bahwa salah satu penyebab yang paling sering
dari keadaan bingung yang reversibel pada orang-
orang tua adalah pemakaian yang berlebihan ber-
bagai jenis sedatif, termasuk apa yang biasanya
disebut sebagai benzodiazepin 'dosis kecil". Elek
yang unik adalah perangsangan nafsu makan, yang
Gambar 11-2. Struktur kimia diazepam dan klordiaze- mungkin ditimbulkan oleh derivat benzodiazepin
Poksid secara mental.
156 Farmakologi dan Terapi

Umumnya, toksisitas klinik benzodiazepin nya panjang dan terjadi perubahan menjadi meta-
rendah. Bertambahnya berat badan, yang mungkin bolit aktif, gejala putus obat mungkin tidak akan
disebabkan karena perbaikan nafsu makan, terjadi nampak selama 1 minggu sesudah penghentian
pada beberapa penderita. Banyak efek samping obat pada pemakaian kronik. Umumnya dengan
yang dilaporkan untuk obat ini tumpang tindih den- pemberian dosis biasa tidak terjadi gejala putus
gan gejala ansietas, oleh karena itu perlu anam- obat.
nesis yang cermat untuk mengetahui apakah yang
dilaporkan adalah benar suatu efek samping atau
gejala ansietas. Diantara reaksi toksik klordiaze- 3.2. BUSPIRON
poksid yang dijumpai adalah rash, mual, nyeri
kepala, gangguan lungsi seksual, vertigo dan Buspiron merupakan contoh dari golongan
kepala rasa ringan. Agranulositosis dan reaksi azaspirodekandion yang potensial berguna dalam
hepatik telah dilaporkan, namun jarang. Telah pengobatan ansietas. Semula golongan obat ini di-
dijumpai ketidakteraturan menstruasi dan wanita kembangkan sebagai antipsikosis. Buspiron mem-
yang sedang menggunakan benzodiazepin dapat perlihatkan larmakodinamik yang berbeda dengan
mengalami kegagalan ovulasi. benzodiazepin, yaitu tidak memperlihatkan aktivitas
Obat ini sering digunakan untuk percobaan GABA-ergik dan antikonvulsi, interaksi dengan obat
bunuh diri oleh penderita dengan mental yang labil, depresan susunan saral pusat minimal, Buspiron
tetapi intoksikasi benzodiazepin biasanya tidak be- merupakan antagonis selektil reseptor serotonin (5-
rat dan tidak memerlukan terapi khusus. Eeberapa HTls); potensi antagonis dopaminergiknya rendah,
kematian pernah dilaporkan dengan dosis di atas sehingga risiko menimbulkan elek samping ekstra-
700 mg klordiazepoksid atau diazepam. Tidak jelas piramidal pada dosis pengobatan ansietas kecil.
apakah hanya karena obat ini, kombinasi dengan Studi klinik menunjukkan, buspiron merupa-
depresan lain atau kondisi tertentu penderita. kan antiansietas efektil yang elek sedatifnya relatif
Derivat benzodiazepin sebaiknya jangan dibe- ringan. Diduga risiko timbulnya toleransi dan keter-
rikan bersama alkohol, barbiturat atau lenotiazin. gantungan juga kecil. Obat ini tidak efektil pada
Kombinasi ini mungkin menimbulkan elek depresi panic disorder. Efek antiansietas baru timbul se-
yang berlebihan. telah 10-1 5 hari dan bukan antiansietas untuk
penggunaan akut. Tidak ada toleransi silang antara
INDIKASI DAN SEDIAAN. Derivat benzodiazepin
digunakan untuk menimbulkan sedasi, menghilang- buspiron dengan benzodiazepin sehingga kedua
kan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang obat tidak dapat saling menggantikan.
ada hubungan dengan rasa cemas. Selain sebagai
ansietas, derivat benzodiazepin digunakan juga
sebagai hipnotik, antikonvulsi, pelemas otot dan 3.3. PEMILIHAN SEDIAAN
induksi anestesi umum; pembahasan tentang indi-
kasi-indikasi tersebut dapat dilihat pada bab-bab Pemilihan obat antiansietas didasarkan pada
yang bersangkutan. Sebagai antiansietas, klordia- pengalaman klinik, berat ringannya penyakit serta
zepoksid dapat diberikan secara oral atau suntikan tujuan khusus penggunaan obat ini. Sebaiknya pe-
(dapat diulang 2-4 jaml dengan dosis 25-100 mg ngobatan ansietas dimulai dengan obat paling efek-
sehari dalam 2 alau 4 pemberian. Dosis diazepam til dengan sedikit efek samping. Penggunaan obat
adalah 2-20 mg sehari; pemberian suntikan dapat untuk ansietas hanya bersifat simtomatik dan meru-
diulang tiap 3-4 jam. Klorazepat diberikan secara pakan tambahan psikoterapi. Dosis harus disesuai-
oral 30 mg sehari dalam dosis terbagi. kan dengan kebutuhan penderita dan jangan diberi-
Klordiazepoksid tersedia sebagai lablet 5 kan terus-menerus melainkan sebagai regimen ter-
putus.
dan 10 mg. Diazepam berbentuk tablet 2 dan 5 mg.
Secara kualitatif obat antiansietas memper-
TOLERANSI DAN KETERGANTUNGAN FISIK. lihatkan efek larmakologik yang sama. Perbedaan
Keadaan ini dapat terjadi bila benzodiazepin diberi- dalam rumus kimia dapat menyebabkan perbedaan
kan dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu dalam segi farmakokinetik, Hal ini perlu dipertim-
lama. Jadi pemberian golongan obat ini lebih dari 3 bangkan dalam memilih obat.
minggu sebaiknya dihindari. Habituasi dapat terjadi Sebagai antiansietas, golongan benzodiaze-
akibat benzodiazepin, namun, karena waktu paruh- pin dan meprobamat dianggap lebih baik daripada
157
Psikotropik

barbiturat karena barbiturat menyebabkan hang Penghambat MAO tidak hanya menghambat
over, elek ketergantungan dan gejala putus obat MAO, tetapi juga enzim- enzim lain, karena itu obat
yang lebih besar, ini mengganggu metabolisme banyak obat di hati'
eengnamOatan enzim ini sifatnya irreversibel'
Penlhambatan ini mencapai puncaknya dalam
beberapa hari, tetapi efek antidepresinya baru ler-
4. ANTIDEPRESI lihat setelah 2-3 minggu. Sedangkan pemulihan
metabolisme katekolamin baru terjadi setelah obat
Depresi adalah gangguan yang heterogen' dihentikan 1-2 minggu.
Ada beberapa klasifikasi depresi, Dalam bab ini Penghambat MAO digunakan untuk menga-
akan digunakan klasifikasi DSM-lll-R (Diagnostic tasi depresi, tetapi penggunaannya sangat ter-
ana Stair'stica I Manuatof Mental Disorders Fevised) batas karena toksik. Kadang-kadang dapat dicapai
yang dikeluarkan oleh lkatan Ahli Psikiatri Amerika' elek yang baik, penderita menjadi aktif dan mau
Menurut klasilikasi tersebut depresi major dan bicara. Keadaan ini mungkin berubah menjadisuatu
distimia (minor) merupakan sindrom depresi murni' keadaan mania' Hasil stimulasi psike oleh peng-
sedangkan gangguan bipolar dan gangguan siklo- hambat MAO tidak selalu baik, banyak keadaan
timik memperlihatkan depresiyang diselingi dengan depresi yang tidak dapat diubah sama sekali'
mania. Hipotensi dan hipertensi, kedua-duanya'
Klasilikasi sederhana depresi adalah sebagai dapat teriadi. Hipertensi dapat disebabkan oleh ter-
berikut : timbunnya katekolamin. Hipotensi mungkin terjadi
karena pengambat MAO mencegah terlepasnya
1. Depresi reaktif/sekunder norepinefrin dari ujung saral (lihat Bab 2)' Elek
Paling umum diiumpai sebagai respons terha-
samping penghambat MAO merangsang SSP
dap penyebab nyata, misalnya : penyakit dan
berupa gejala tremor, insomnia dan konvulsi' Peng-
kesedihan, Dulu dikenal sebagai depresi ek-
nambat ItIRO dapat merusak sel hati. Penghambat
sogen.
MAO jangan diberikan bersama makanan me-
2. Depresi endogen
ngandung tiramin, fenilpropanolamin, amletamin'
Merupakan gangguan biokimia yang ditentukan
n6repineirin, dopamin' obat antihipertensi' dan
secara genetik, bermanilestasi sebagai ketidak-
levodopa. Golongan obat ini tidak banyak diguna-
mampuan untuk mengatasi stres yang biasa'
kan lagi karena telah ada obat yang lebih aman'
3. Depresi yang berhubungan dengan gangguan
afektif bipolar, yaitu depresi dan mania yang SEDIAAN DAN POSOLOGI. lsokarboksazid se-
terjadi bergantian' bagai tablet 10 mg' Dosis isokarboksazid 3 kali 10
mg- sehari. Efek terapi baru terlihat setelah 1-4
Dalam bab ini akan dibahas obat antidepresi minggu.
-
(AD) yang terutama digunakan untuk mengatasi Hiatamid sebagai tablet 25 dan 100 mg' Sifat
Oepreli endogen yaitu penghambat MAO, antide- obat ini kurang toksik, tetapi juga kurang efektil'
pres- trisiklik dan antidepresi yang relatil baru' Saat ini telah dikembangkan penghambat
MAO tipe A yang lebih selektil untuk pengobatan
depresi, misalnYa moklobemid.
4.1. PENGHAMBAT MONO AMIN Moklobemid menghambat MAO-A secara
OKSIDASE spesifik dan reversibel (lihat Bab 13)' Sembilan-
puluh persen aktivitas MAO usus ialah tipe A' Jadi
moklobemid menghambat deaminasi katekolamin'
Penghambat mono amin oksidase (MAO) di-
Setelah pemberian 1 00 mg, 3,4'dihidroksitenilglikol
gunakan sebagai antidepresi sejak 15 tahun yang
dalam piasma ielas turun. Dalam uji klinik efek anti-
tatu. tvtRO dalam tubuh berlungsi dalam proses
depresi obat ini terlihat mulai hari ke-7' Dosis rata-
deaminasi oksidatif katekolamin di mitokondria'
rata + 300 mg/hari'
Proses ini dihambat oleh penghambat MAO karena
Berbedi dengan MAO yang tidak selektil mi-
terbentuk suatu kompleks antara penghambat MAo
salnya tranilsipromin, moklobemid kurang menye-
dan MAO. Akibatnya kadar epinelrin, norepinelrin
babian lenomena tiramin. Fenomen ini berupa ter-
dan S-HT dalam otak naik' Hubungan antara fakta
jadinya krisis hipertensi pada pasien yang sedang
ini dengan elek stimulasi psike belum terpecahkan'
158
Farmakologi dan Terapi

diobati dengan MAO (yang tidak selektif) yang gugus metil dinamakan amin tersier, sedangkan
makan makanan kaya tiramin misalnya keju. produk demetilasi dengan hanya satu gugus metil
Tiramin yang masuk melalui makanan biasanya dinamakan amin sekunder. Dengan mengubah be_
diaktifkan oleh MAO yang terdapat di mukosa usus berapa unsur rumus bangun, tetapi dengan mem_
dan hati. Pemberian penghambat MAO akan meng_ pertahankan gugus trisiklik, diperoleh obat : klomi_
akibatkan tiramin makanan mencapai kadar tinggi pramin, doksepin, opipramol, dan trimipamin.
dan terjadilah fenomen tersebut. Secara biokimia obat amin sekunder diduga ber_
Pada uji klinik terbatas makanan yang me- beda mekanisme kerjanya dengan obat amin ter_
ngandung sampai 150 mg tiramin yang diberikan sier. Amin sekunder menghambat ambilan kembali
bersama moklobemid tidak membahayakan. norepinelrin sedangkan amin tersier menghambat
Dalam dosis terapi, obat ini tidak mempenga_ ambilan kembali serotonin pada sinaps neuron. Hal
ruhi sekresi GH (Gonadotropic Hormon) dan kor- ini mempunyai implikasi antara lain bahwa depresi
tisol. Dosis yang umum digunakan ialah 150 mg oral akibat kekurangan norepinelrin lebih responsil ter_
2-3 kali sehari. hadap amin sekunder, sedangkan depresi akibat
Belum cukup data untuk menentukan status kekurangan serotonin akan lebih responsif ter-
obat ini dalam pengobatan depresi. Dari data yang hadap amin tersier.
tersedia, elek antidepresinya sebanding dengan AD
Struktur kimia imipramin dan amitriptilin ter_
trisiklik. lihat pada Gambar 11-3.

4.2. ANTIDEPRESAN TRISIKLIK

lmipramin suatu derivat dibenzazepin, dan


amitriptilin derivat dibenzodikloheptadin, merupa-
kan antidepresi klasik yang karena struktur kimia_
O|-^JO OAO
nya disebut sebagai antidepresi trisiklik. Kedua CHCHzCHeN(CHo)e CHeCHzCHaN(CHs)a
obat inj paling banyak digunakan untuk terapi
lmipramin Amitriptilin
depresi; boleh dianggap sebagai pengganti peng-
hambat MAO yang tidak banyak digunakan lagi.
Derivat dibenzazepin telah dibuktikan dapat me_
Gambar 11-3. Struktur lmipramin dan amitriptilin.
ngurangi keadaan depresi, lerutama depresi en_
dogen. Perbaikan berwujud sebagai perbaikan sua_
sana perasaan (mood), bertambahnya aktivitas FARMAKODTNAMTK. Sebagian efek antidepresi
lisik, kewaspadaan mental, perbaikan nalsu makan, trisiklik mirip efek promazin.
dan pola tidur yang lebih baik, serta berkurangnya Efek Psikologik. Pada manusia normal imipramin
pikiran morbid. Obat ini tidak menimbulkan euloria
menimbulkan rasa lelah, obat tidak meningkatkan
pada orang normal.
alam perasaan (elevation of mood), dan meningkat_
Golongan obat ini bekerja dengan mengham_ nya rasa cemas disertai gejala yang menyerupai
bat ambilan kembali neurotransmitor di ota[. Dari elek atropin (lihat bawah). pemberian berulang
beraneka jenis antidepresi trisiklik terdapat perbe_ selama beberapa hari akan memperberat gejala ini
daan potensi dan selektivitas hambatan ambilan dan menimbulkan kesukaran konsentrasi dan ber_
kembali berbagai neurotransmitor. Ada yang sangat pikir, serupa dengan yang ditimbulkan oleh CpZ.
sensitif terhadap norepinefrin, ada yang sensitif ter_ Sebaliknya, bila obat diberikan untuk jangka
hadap serotonin dan ada pula yang sensitif ter_ lama pada penderita depresi; terjadi peningkatan
hadap dopamin. Tidak jelas hubungan antara alam perasaan. Belum dapat dijelaskan mengapa
mekanisme penghambatan ambilan kembati kate- hilangnya gejala depresi baru terlihat setelah peng-
kolamin dengan efek antidepresinya. obatan sekitar 2-3 minggu. Tidak jelas hubungan
Berdasarkan rumus bangun kedua antidepre_ antaia efek obat dan kadar dalam plasma. Meka-
si klasik ini telah dicari antidepresi lain. Sebagai nisme antidepresi imipramin tidak jelas, tetapi ter-
derivat desmetil telah ditemukan desipramin jadinya mania, euforia dan insomnia pada penderita
(demetilasi imipramin) dan nortriptilin (demetilasi psikiatri menunjukkan bahwa obat ini berefek sti-
amitriptilin), Obat trisiklik yang mempunyai dua mulasi.
Psikotropik 159

Susunan Saraf Otonom. lmipramin jelas sekali bulkan ikterus kolestatik, gejala ini hilang jika peng-
memperlihatkan elek antimuskarinik, sehingga da- obatan dihentikan. Berdasarkan idiosinkrasi atau
pat terjadi penglihatan kabur, mulut kering, obsti' alergi, imipramin dapat menimbulkan agranulosi-
pasi dan retensi urin. lmipramin juga menghambat tosis. Kadang- kadang timbul eksantema, fotosensi-
elek spasmogen histamin dan S'HT pada sediaan tivitas, serupa akibat fenotiazin. Efek toksik imi'
ileum marmot. pramin akut ditandai dengan hiperpireksia, hiper-
tensi, konvulsi dan koma, Pada keracunan dapat
Kardiovaskular. Pemberian imipramin dalam dosis menimbulkan gangguan konduksi jantung dan arit-
terapi pada manusia sering menimbulkan hipotensi mia.
ortostatik. lnlark jantung dan presipitasi gagal jan-
tung pernah dihubungkan dengan pemberian imi-
pramin. Dalam dosis toksik, imipramin dapat me- 4.3. SENYAWA LAIN
nimbulkan aritmia dan takikardia.
Obat-obat di bawah ini merupakan antidepresi
SEDIAAN DAN POSOLOGI. lmipramin tersedia yang relati{ baru. Obat-obat ini merupakan hasil dari
dalam bentuk tablet berlapis gula 10 dan 25 mg dan usaha mendapatkan obat yang efek sampingnya
dalam bentuk sediaan suntik 25 mg/2 ml. Dosis lebih ringan dari AD terdahulu.
harus ditentukan untuk tiap kasus. Biasanya dimulai
dengan 75 alau 100 mg lerbagi dalam beberapa kali
AMOKSAPlN
pemberian untuk 2 hari pertama, kemudian 50 mg
tiap hari sampai dicapai dosis lotal harian 200 - 250 Obat antidepresi ini merupakan metabolit an-
mg. Biasanya elek mulai timbul setelah 2'3 minggu' tipsikosis loksapin dan memiliki elek antipsikosis.
Dosis yang memberikan efek antidepresi diperta- Gabungan efek antidepresi dan antipsikosis mem-
hankan selama beberapa minggu. Lambat laun buat obat ini cocok bagi pasien psikosis dengan
dosis dikurangi hingga 50 - 100 mg sehari dan depresi. Namun sama seperti obat antipsikosis lain
dipertahankan selama 2-6 bulan, atau lebih. Pada obat ini dapat menimbulkan gejala akatisia, parkin-
awal pengobatan mungkin diperlukan pemberian sonisme, amenore-galaktore dan diskinesia tardif'
lM, baru setelah penderita lebih kooperatif, dapat Obat ini juga menunjukkan efek sedasi dan anti'
diberikan pengobatan oral. muskarinik seperti antidepresi trisiklik. Dibanding-
kan terhadap amitriptilin dan imipramin, obat ini
Desmetilimipramin berbentuk tablet 25 mg' Dosis jarang menimbulkan gejala takikardia dan aritmia'
permulaan biasanya 3 kali 25 mg sehari, selama tetapi tetap perlu hati-hati digunakan pada pasien
7-10 hari. Dosis kemudian ditambahkan atau diku- dengan kelainan jantung, dan tidak dianjurkan pe-
rangi sesuai dengan kebutuhan. Dosis penunjang makaiannya pada pasien infark jantung. Obat ini
50 mg sehari dengan dosis maksimal per hari 200 dilaporkan menimbulkan bangkitan dengan lnsiden
mg. yang tinggi, terutama setelah penggunaan dosis
terapi tinggi atau pada takar lajak.
Amitriptilin tersedia dalam bentuk tablet 10 dan 25
Amoksapin diabsorpsi secara cepat dan baik
mg, dan dalam bentuk larutan suntik 100 mg/'|0 ml. setelah pemberian oral. Kira-kira 90% terikat protein
Dosis permulaanTS mg sehari. Dosis ini kemudian plasma, dan mengalami hidroksilasi menjadi 7-hi-
ditinggikan sampai timbul elek terapeutik, biasanya droksiamoksapin dan 8-hidroksiamoksapin. Meta-
antara 150 mg - 300 mg sehari. bolit yang kedua memiliki efek antidepresi dan
EFEK SAMPING. Sebagian elek samping dibenza' waktu paruh yang lebih panjang (30 iam) daripada
zepin mirip atropin. Tetapi sering terjadi pengeluar- obal asalnya (8 jam). Setelah mengalami konjugasi
an keringat yang berlebihan, yang bertentangan dengan asam glukuronat, obat ini diekskresi lewat
urin.
dengan elek atropin; mekanisme efek samping ini
Dosis dewasa 75 mg, dapat dinaikkan hingga
tidak diketahui. Obat ini harus digunakan dengan
hati-hati pada penderita glaukoma atau hipertroli
200 mg per hari diberikan dalam dosis terbagi.
prostat. Dibenzazepin menyebabkan perasaan le- Untuk maintenance (rumatan), dianjurkan dosis
terendah yang dapat mempertahankan elek terapi.
mah dan lelah menyerupai efek fenotiazin. Pende-
Pada pasien usia lanjut dan anak-anak, dosis awal
rita lanjut usia lebih sering menderita pusing, hipo'
25-50 mg/hari, ditingkatkan hingga 100 mg per hari
tnsi postural, sembelit, sukar berkemih, udem dan
dalam dosis terbagi.
tremor. lmipramin serupa dengan lenotiazin menim-
160 Farmakolqi dan Terapi

MAPROTILIN. hilang dalam 4-6 jam. Agitasi terjadi pada 1%


pasien. Priapisme kira-kira 1 : 6.000, dan bila me-
Obat ini merupakan antidepresi tetrasiklik;
merlukan pembedahan dapat menyebabkan impo-
namun memiliki profil farmakologik dan klinik serta
tensi permanen.
efektivitas yang mirip imipramin.
Efek samping yang paling umum ialah kantuk lnteraksi obat. Trazodon mengantagonis elek
dan efek antikolinergik, tetapi tidak seberat yang hipotensif klonidin dan metildopa, dan menaikkan
disebabkan amitriptilin. Fash terjadi pada 3% kadar plasmalenitoin dan digoksin. Berhubung elek
pasien setelah 2 minggu pengobatan, Hipotensi dan sedatifnya harus digunakan hati-hati bersama de-
takikardia lidak seberat pada amitriptilin dan imipra- ngan depresi SSP yang lain, termasuk alkohol.
min, namun insidensnya sama bagi ketiga obat ter- Pada pemberian oral, diabsorpsinya secara
sebut karena itu maprotilin juga harus digunakan cepat, bioavailabilitasnya sempurna, waktu penca-
hati- hati pada pasien dengan riwayat infark jantung paian kadar puncak plasma pada keadaan puasa,
atau kelainan-kelainan jantung, Bangkitan yang di- kira-kira 1,5 jam (0,5-2,0 jam). Pada yang tidak
timbulkan obat ini lebih sering terjadi dibandingkan puasa kira-kira2,5 jam, Dianjurkan pemberian sete-
senyawa trisiklik. Bangkitan ini terjadi pada kisaran
lah makan untuk mengurangi elek kantuk. lkatan
dosis yang lebar, dapat terjadi sewaktu penam-
dengan protein ialah 90%. Dimetabolisme secara
bahan pada dosis untuk mencapai elek terapi. lnsi-
ekstensif oleh enzim mikrosom hati. Waktu paruh
dens pada pasien dengan takar lajak ialah 2S%.
eliminasi berkisar 3-6 jam.
Oleh karena itu obat ini tidak dapat digunakan pada
pasien dengan kelainan bangkitan. Dosis oral bagi pasien dewasa di BS 150 mg/
Maprotilin diabsorpsi secara sempurna secara haridalam dosis terbagi, dinaikkan 50 mg/haritiap
oral, lkatan dengan protein, kira-kira g0%, volume 3-4 hari. Bagi penderita depresi berat membutuh-
distribusi 23 Ukg, Waktu paruh eliminasi obat asal kan 400-600 mg/hari.
berkisar antara 43-51 jam. Obat ini dimetabolisme Dosis awal oral bagi pasien dewasa yang di
secara ekstensit menurut kinetik first-order. Kira- luar RS, 150 mg/hari dalam dosis terbagi. Diberikan
kira70% metabolitnya diekskresi lewat urin, Dosis malam hari, dapat dinaikkan 50 mg/hari setiap
oral awal pada pasien dewasa yang dirawat 100- minggu hingga terlihat perbaikan secara klinik.
150 mg/hari, diberikan dalam dosis terbagi secara Pasien tua dan anak-anak, dosis awal 25-50
bertahap ditingkatkan. Untuk pasien yang berobat mg/hari, dinaikkan hingga 100-150 mg/hari datam
jalan; dosis oral awal dewasa 75 mg/hari diberikan dosis terbagi bergantung kepada responsnya.
dalam dosis tunggal atau terbagi selama 2 minggu,
bila perlu dapat ditingkatkan secara bertahap. Dosis
tertinggiyang dianjurkan adalah 225 mglhari.
FLUOKSETIN
TRAZODON.
Obat ini merupakan golongan obat yang se-
Obat ini merupakan derivat triazolopiridin den- cara spesifik menghambat ambilan serotonin. Ba-
gan struktur kimia yang berbeda dari antidepresi hasan mengenai obat ini ada di Bab 19. Elek sam-
trisiklik maupun tetrasiklik. Obat ini tidak memiliki ping yang paling sering ialah nausea, agitasi dan
silat penghambatan MAO atau efek seperti am- insomnia (insidens 20-90%\ Namun efek samping
fetamin. Trazodon menghambat ambilan serotonin tersebut umumnya ringan tanpa harus menghenti-
di saraf, ambilan norepinefrin dan dopamin tidak kan pengobatan.
dipengaruhi. Efektivitas antidepresi kira-kira sama Tidak dianjurkan pemakaian obat ini bersama
dengan amitriptilin dan imipramin, karena efek MAO inhibitor dan antidepresan trisiklik. Fluolisetin
sedasinya, trazodon berguna bagi pasien depresi dapat menaikkan kadar plasma antidepresi trisiklik
disertai ansietas. Elek samping kantuk merupakan hingga 2 kalinya; pemakaian bersamanya dapat
efek samping yang paling umum, terjadi pada kira- meningkatkan intensitas elek samping.
kira 15-20%, elek samping lainnya yang jarang ter- Dosis awal dewasa 20 mg/hari diberikan se-
jadi antara lain mual dan muntah, mulut kering, tiap pagi, bila tidak diperoleh elek terapi setelah
lkonstipasi, retensi urin. Trazodon juga menimbul- beberapa minggu, dosis dapat ditingkatkan 20 mgl
kan hipotensi orlostatik, namun insidens biasanya hari hingga 80 mg/hari.
Psikotropik

161

BUPROPION

Obat ini memiliki struktur l:j:.i"ll"rbaiki sejata depresi. Karena mian_


serin tidak bersifat antiiotinerd,f
min. Seperti amfetam
kimia rpirip amfeta_
bupropion didu ga bekerja pada pem berian
, ,"t" g"j"t" iunn-
lewat efek oop"rin"rJ?r. ,n"llln""n ""tir r i"n rl"ii' iln g

Walaupun obat ini dapat "t


kitan pada dosis tingE menimbulkan bang-
dosis yan s d i"rj; ;;;:'ir:r;:"*'o:ff
perangsangan sentrat L:"#:1"ff1: 4.4. LITIUM
sietas dan
agitasi, k#"il;;;;;, KlMlA. Litium (Li) merupakan
insomnia terjadi paoa "n-
pasien, elek sampino ..
xira_iui zu" logam alkali yang
l, palin g rin gan.
G aram-saram log"m"ini

::l'l *:" n ;;'#: ffi ilffi,,ff ffi Silil?5l; garam_garam natrium sif;nl" i,rn,o
oan rrari-um. olli,"ir,i,lo"n
tremor. Bupropion tidal ditera dari cairan biok
ror in
"'s
ik iai fi ffiil fr"[?:1'f,15' erek an ti'
nr^, iioiai";; ;#"*-lens.an mensgunakan
mic absorption sDectro-
Dosis awal dewas mg 2 kali sehari, ter-
photometei.'6ii"ii", "'o
gantung respons kt,":3110 lumlah kecil litium terdapat
baramiariiga#;;;I' rlsrlurl tidak
I ln qi gq
n ;ffi;,
:iil'i,lill,' .:,ffi :i:T ! [?'f
I
risiorogiknyl]r "e"qr diketahui peran

R:r-k"l
Dosis
Efek tertihat setetah
dapat dinaikkan hittn$$a
o,rgg, ;i, ,"0,n.; FARMAKOLOGI.
450 mg/haridiberikan LitiU bersifat
depresif sedatif,
oaram oosis '
i";;;;" "i* Jrur'";tT-,^lo*
ritim n"rpii,""?
.
Dalam kadar terapi,
,""'J"''"n'
tunjukkan efek psikotropik
pada manusia normal.
NOMIFENSIN

Obat ini meruoakan antidepresi pasti walaupun ada


"n"r,T:f;''Jil:["#Ty"sebasairnoodstabitizing
golongan bi_
dugaan bererek r"ri'^',*tf"
l,j,ll:_."":r" kerlanya sam.a seperti
imipramin
,*fi l" ; ; ; *,..j'ffi
am rrriptitin yakn i
take,)
m en ce g atr am bitan
amin biogenik oada_celah
dan
k;;;;;;;; @, p _ Il_'jil
menembus membran r"ratir-r,"cir,":;;ixxi#-lT
"
tiili-seperti
natrium dan katium. r_itium
pada awal sinaps neuron otak.
tahun 19g6 obat ini ditarik dalam membantu suatu
oafat ri"",nn"ii*or,
peredaran oleh pabrik dari pot"n"iui' ]"i' nruron,
p"ror"tnyl
*"r"r".J""V" tetapi litium bukan merupakan "l"ri yang
substrat
raporan renrang efef kuat unruk pompa frfl ade-
sampint,"n"ili"'lJrofitif f<a1e.na i,rlnr,
tatal yang didasari memperrahankan potensiat ,,ro"ildapat
reaksi imunologik. Lqt r";;;;;:'
kasus ini terutama berasal Laporan
spekutasi peran litium oillro,ns
Oari f ng;ri:.... d"1", oi"triui"i ,"on"i,rar,
perhatian terhadao
iiti,, Jnu, k"; il;i.::',:;Tl illff
MIANSERIN
terhadap metabolisme ;:l.J:"ffi:;
Obat ini kaitka;;;;;;;:il;,:,:iili;fl
meru antidepresi golongan Litium sanoat I !f,""n"";n".no,-
tetrasiklik. cara keriaiakan kerenjar tiroid,
g, ! ", ffi T, #li; i"?J ssp, oan'gjnff'j#,i::':il^':':*
_o
norepinefrin
o
"l'dineuron otk
bat reseptor alfa adren
o"ngrn jililffi;"r_ !:l"t #;;;#:i,''' #ff#;tr-"ffi'Jfl ff fr
pada EKG dan EEG.
menyebabkan leukositosis
,;:iff o"n r""rrl"Lln,. "-'
Il _ F*ii. ;;: il,";"i:'j"ii,il:l "J,T;,,I,ir ::1i;
pengetuaran norepinefrin di n";;;;'"i"*.'b""r,, ..-^ ,lndeks terapeutiknya rendah (2 atau 3), maka
yang biasa disunakan yang aman pertu oir"rrrl"n,i"l
penderita yang belum
iarah so_90
,ir,r* ;;'"j"ri 3:l?"rg"rian
kadar plasma
:lantau.ln atau serum. Oan'iar ini
harus dikerjakan tiao hari pada
res ;b'at fi ffiJ,l ;;;;;;;;'"""-
matam hari, dan secara progr"sir ::
1e? i,
"?j:ilT lTl'jff ,il,:
dir;;-g;;,,**: F"r-
derita mania akut. Risiko
ini besar, oleh karenl
respons peritaku o"n itu
derita yang telah serin .:_i?:trT ,iutiiit". ,"i",f",,,,
oapat ran g !u
dilvaktu. malam. pada
il #;' ff.l'ff
i:i
hari_hari pertama mianserin
;:il:5;T;
tercapai pemberian litiur
geiai.krinikJi;;;';:il j,i'J;,i.jLilXi_ilfl
"iifr
:elatir Meskipun kaoairitium Jil':;;;;,i,1*u,
::lry,.b"1i sanssuan tiour,' reoin
memperbaiki gangguan L;;;l',;"" pada tingkat trough,lluktuasi
V""g dih*,lk"n,,l,"n
kecemasan o-',i"r",tni, pemberian berulang,
dapat menyebabkan variasi
162 Farmakologi dan Tarapi

kadar puncak 2 atau 3 kali lebih tinggi dari kadar depresi dengan neuroleptik. Pilihan antidepresi
mantap, sehingga pada saat puncak tercapai dapat dapat juga didasarkan atas elek sampingnya, misal-
terladi keracunan. Hal ini dapat terjadi bahkan pada nya amitriptilin dan doksepin memberikan efek se-
waktu kadar plasma pagi hari dalam batas kisaran dasi kuat, nortriptilin dan desimipramin memberikan
yang diperbolehkan yakni 1 mEq per liter. efek sedasi sedang dan protriptilin tidak memperli-
Litium diberikan dalam dosis terbagi untuk hatkan efek sedasi. Untuk orang lanjut usia sebaik-
mencapai kadar yang dianggap aman, yaitu ber- nya dipilih obat yang efek antikolinergiknya ringan
kisar antara 0,8 dan 1,25 mEq per liter. Dan ini mengingat risiko terjadinya efek yang tidak diingin-
dicapai dengan pemberian 900-1500 mg litium kar- kan.
bonat sehari pada penderita berobat jalan dan
1200-2400 mg sehari pada penderita yang dirawat.
Meskipun litium pada saat ini telah luas digunakan
di luar negeri (Amerika dan Eropa) untuk sindrom 5. PSIKOTOGENIK
manik depresil, di lndonesia penggunaannya belum
populer karena pemberiannya harus dipantau se-
5.1. MESKALIN
tiap hari sedangkan pemantauannya belum dapat
dilakukan secara rutin. Beberapa psikiater menggu- Meskalin, (3,4,5 trimetoksifeniletilamin), ialah
nakan obat inidan pemantauan dilakukan berdasar- suatu alkaloid yang berasal dari tumbuhan kaktus
kan respons perilaku penderita yang diobati, tentu diAmerika Utara dan Mexico dengan rumus menye-
saja hal ini tidak secermat pemantauan obat dalam rupai rumus epinefrin. Meskalin digunakan oleh
plasma. Pada saat ini obat litium karbonat sudah orang lndian dalam ritus keagamaan untuk men-
tersedia di pasaran lndonesia. datangkan trance. Dosis meskalin 5 mg pada orang
normal menimbulkan rasa takut, halusinasi visual,
tremor, hiperrelleksia dan peningkatan aktivitas
4.5. PEMILIHAN SEDIAAN simpatik. Meskalin hanya digunakan dalam pene-
litian untuk menyelidiki keadaan yang menyerupai
Tidak semua penderita depresi memerlukan psikosis, tidak untuk terapi atau diagnostik.
antidepresi. Depresi ringan yang jelas penyebab-
nya biasanya sembuh dengan sendirinya atau
cukup dengan psikoterapi; depresi hebat dengan 5.2. DIETILAMID ASAM LISERGAT
bahaya bunuh diri yang memerlukan perbaikan
cepat, lebih cocok diobati dengan ECT (electro con- Dietilamid asam lisergat (N,N-dietil lisergamida
vulsion therapy); sedang pada depresi endogen atau LSD-25) mempunyai rumus yang menyerupai
pilihan jatuh pada antidepresi trisiklik. Depresi yang ergonovin. Dosis 20-100 mikrogram yang diberikan
menyertai penyakit somatik kronik dan psikoneuro- pada orang normal menimbulkan gejala mirip elek
sis lebih baik diobati dengan klordiazepoksid dan pemberian meskalin, ditambah dengan euforia atau
psikoterapi. disforia, depersonalisasi, perasaan curiga dan silat
Bila pengobatan dengan antidepresi selama agresif. LSD-25 mungkin menyebabkan perangsa-
3-4 minggu tidak memberikan perbaikan klinis maka ngan simpatis di daerah hipotalamus. Bagaimana
pengobatan harus ditinjau kembali dan dipertim- terjadinya halusinasi dan gejala lain belum dapat
bangkan tindakan lain, misalnya ECT atau pem- diterangkan, demikian juga hubungannya dengan
berian penghambat MAO. perubahan biokimia dan larmakologik yang ditim-
Penghentian pengobatan sebaiknya dilaku- bulkan oleh LSD-25. Seperti meskalin, LSD-25 tidak
kan secara bertahap. Pengobatan reaksi depresi digunakan dalam terapi dan diagnostik. Zat ini
pada psikosis memerlukan kombinasi antara anti- hanya digunakan dalam penelitian untuk menim-
bulkan keadaan mirip psikosis.
Antikonvulsi 163

12. ANTIKONVULSI

Hendra Utama dan Vincent H.S.Gan

1. Pendahuluan 2.3. Golongan Oksazolidindion


1.1. Epilepsi 2.4. Golongan Suksinimid
1.2. Mekanisme kerja antiepilepsi 2.5. Karbamazepin
1.3. Kadar antiepilepsi dalam plasma 2.6. Golongan Benzodiazepin
Antiepilepsi 2.8. Asam Valproat
2.1. Golongan Hidantoin 2.9. Antiepilepsilain
2.2. Golongan Barbiturat 3. Prinsip pemilihan obat pada terapi epilepsi

1. PENDAHULUAN disertai gambaran letupan EEG abnormal dan ek-


sesif. Berdasarkan gambaran EEG, epilepsi dapat
dinamakan disritmia serebral yang bersifat parok-
Antikonvulsi digunakan terutama untuk men-
sismal.
cegah dan mengobati bangkitan epilepsi (epileptic
Bangkitan epilepsi merupakan fenomena
seizure). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan
klinis yang berkaitan dengan letupan listrik atau
antiepilepsi; sebab obat ini jarang digunakan untuk
depolarisasi abnormal dan eksesif, terjadi di suatu
gejala konvulsi penyakit lain. Bromida, obat per-
fokus dalam otak yang menyebabkan bangkitan
tama yang digunakan untuk terapi epilepsi telah paroksismal. Fokus ini merupakan neuron epileptik
ditinggalkan karena ditemukannya berbagai anti- yang sensitil terhadap rangsang disebut neuron
epilepsi baru yang lebih efektif. Fenobarbitaldiketa-
epileptik. Neuron inilah yang meniadi sumber
hui memiliki elek antikonvulsi spesifik, yang berarti
bangkitan epilepsi.
elek antikonvulsinya tidak berkaitan langsung den-
Letupan depolarisasi dapat terjadi di daerah
gan elek hipnotiknya. Di lndonesia lenobarbital ter-
korteks. Penjalaran yang terbatas di daerah korteks
nyata masih digunakan, walaupun di luar negeri akan menimbulkan bangkitan parsial yang dikenal
obat ini mulai banyak ditinggalkan. Fenitoin (difenil- sebagai epilepsi fokal Jackson; sedangkan penja-
hidantoin), sampai saat ini masih tetap merupakan laran yang lebih luas menimbulkan konvulsi umum
obat utama antiepilepsi. Di samping itu karbama- (epilepsi umum; generalized epilepsy). Letupan
zepin yang relatil lebih baru makin banyak diguna- depolarisasi di luar korteks motorik antara lain di
kan, karena dibandingkan dengan lenobarbital pe- korteks sensorik, pusat subkortikal, menimbulkan
ngaruhnya terhadap perubahan tingkah laku mau- gejala aura prakonvulsi antara lain adanya peng-
pun kemampuan kognitil lebih kecil. hiduan bau wangi-wangian, gangguan paroksismal
terhadap kesadaran/kejiwaan; selanjutnya penja-
laran ke daerah korteks motorik menyebabkan kon-
1.1. EPILEPSI vulsi. Berdasarkan tempat asal letupan depolari'
sasi, jenis bangkitan dan penjalaran depolarisasi
Epilepsi adalah nama umum untuk sekelom- tersebut, dikenal berbagai bentuk epilepsi.
pok gangguan atau penyakit susunan saral pusat
yang timbul spontan dengan episoda singkat (dise- PILAHAN BANGKITAN EPILEPSI
but bangkitan atau selzure); dengan gejala utama
kesadaran menurun sampai hilang. Bangkitan ini Pemilihan obat untuk terapi masing-masing
biasanya disertai kejang (konvulsi), hiperaktivitas bentuk epilepsi tergantung dari bentuk bangkitan
otonomik, gangguan sensorik atau psikik dan selalu epilepsi secara klinis dan kelainan EEGnya. Tidak
164 Farmakologi dan Terapi

ada satupun pilahan epilepsi yang dapat memuas- Fokus epilepsi dapat tetap tenang selama
kan dan diterima oleh semua ahli penyakit saraf. masa yang cukup panjang, sehingga tidak timbul
Pilahan epilepsi secara internasional tidak banyak gejala apapun; tetapi dalam masa tenang pun de-
membantu sebagai pedoman untuk pembahasan ngan EEG, akan terekam letupan listrik yang bersifat
obat antiepilepsi. Untuk maksud ini digunakan pila- intermiten. Sekalipun letupan depolarisasi yang
han yang lazim dipakai di klinik dan berkaitan erat menyebabkan bangkitan dapat terjadi spontan, ber-
dengan efektivitas obat antiepilepsi. Pada dasar- bagai perubahan lisiologis dapat menjadi pencetus
nya, epilepsi dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu: letupan depolarisasi. Penjalaran letupan
l. Bangkitan umum (epilepsi umum) yang terdiri depolarisasi ke luar daerah fokus, biasanya diham-
dari : bat oleh mekanisme inhibisi normal, tetapi perjalan-
1. Bangkitan tonik-klonik (epilepsi grand mal) an ini dapat diperlancar dengan perubahan fisio-
2. a. Bangkitan lena (epilepsi petit mal atau logis.
absences)
b. Bangkitan lena tidak khas (atypical
absences) 1.2. MEKANISME KERJA ANTIEP]LEPSI
3. Bangkitan mioklonik (epilepsi mioklonik)
4. Bangkitan klonik Terdapat 2 mekanisme antikonvulsi yang
5. Bangkitan tonik penting yaitu (1) dengan mencegah timbulnya
6. Bangkitan atonik letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik
7. Bangkitan infantil (spasme infantil) dalam lokus epilepsi; (2) dengan mencegah ter-
jadinya letupan depolarisasi pada neuron normal
ll. Bangkitan parsial atau lokal atau lokal (epilepsi
akibat pengaruh dari fokus epilepsi. Bagian terbesar
parsial atau fokal)
antiepilepsi yang dikenal termasuk dalam golongan
1. Bangkitan parsial sederhana terakhir ini.
2. Bangkitan parsial kompleks Mekanisme kerja antiepilepsi hanya sedikit
3. Bangkitan parsial yang berkembang menjadi yang dimengerti secara baik. Berbagai obat an-
bangkitan umum misalnya bangkilan tonik- tiepilepsi diketahui mempengaruhi berbagai lungsi
klonik, bangkitan tonik atau bangkitan klonik neurofisiologik otak, terutama yang mempengaruhi
saja. sistem inhibisi yang melibatkan GABA dalam meka-
Epilepsi psikomotor atau epilepsi lobus nisme kerja berbagai antiepilepsi.
temporalis merupakan bangkitan parsial
kompleks atau bangkitan parsial yang ber-
kembang menjadi epilepsi umum bila lokus- 1.3. KADAR ANTIEPILEPSI DALAM
nya terletak di lobus temporalis anterior.
PLASMA
lll. Bangkitan lain-lain (tidak termasuk golongan I
atau ll)
Peranan laboratorium farmakologi dalam me-
netapkan kadar obat untuk menunjang pengobatan
MEKANISME TERJADINYA BANGKITAN epilepsi baru dimulai tahun 1971 . Penetapan kadar
EPILEPSI antiepilepsi yang merupakan kegiatan Therapeutic
Drug Monitoring berperan penting dalam individua-
Konsep terjadinya epilepsi telah dikemukakan
lisasi dosis antiepilepsi, karena berbagai faktor me-
satu abad yang lalu oleh John Hughlings Jackson,
nyebabkan obatyang diminum menghasilkan kadar
bapak epilepsi modern. Pada lokus epilepsi di kor- yang berbeda antar/inter individu. Perbedaan faktor
teks serebri terjadi letupan yang timbul kadang- genetik dan lisiologik akan mempengaruhi abs6rp-
kadang, secara tiba-tiba, berlebihan dan cepat; si, distribusi, biotransformasi maupun ekskresi obat.
letupan ini menjadi bangkitan umum bila neuron Pengukuran kadar obat akan membantu dokter
normal disekitarnya terkena pengaruh letupan ter- untuk mengetahui/mendeteksi : (1 ) kepatuhan
sebut. Konsep ini masih tetap dianut dengan bebe- pasien; (2) apakah kadar terapi sudah dicapai den-
rapa perubahan kecil, Adanya letupan depolarisasi gan dosis yang diberikan; (3) apakah peningkatan
abnormal yang menjadi dasar diagnosis diferensial dosis masih dapat dilakukan pada bangkitan yang
epilepsi memang dapat dibuktikan. belum terkendali tanpa menimbulkan efek toksik;
165
Antikonvulsi

(4) besarnya dosis untuk penyesuaian bila terjadi barbiturat, tetapi tidak pada fenitoin. Adanya gugus
interaksi obat, perubahan keadaan fisiologis mau- metil pada atom No akan mengubah spektrum ak-
pun penyakit. tivitas misalnya melenitoin, dan hasil N demetilasi
Manlaat penetapan kadar antiepilepsi dalam oleh enzim mikrosom hati menghasilkan metabolit
darah pasien sudah jelas, yaitu 80 % pasien dapat tidak aktif.
dikendalikan kejangnya dengan antiepilepsi yang FARMAKOLOGI. Fenitoin berelek antikonvulsi tan-
tersedia saat ini, bila obat yang diberikan mem- pa menyebabkan depresi umum SSP. Dosis toksik
berikan kadar terapi optimal' Dengan memantau menyebabkan eksitasi dan dosis letal menimbulkan
kadar antiepilepsi maka dosis dapat diberikan
rigiditas deserebrasi. Sifat antikonvulsi lenitoin di-
secara individual, agar elek loksik dan kegagalan dasarkan pada penghambatan penjalaran rang-
terapi dapat dihindarkan. Fenitoin merupakan salah sang dari lokus ke bagian lain di otak. Efek stabili-
satu antiepilepsi yang kadarnya dalam darah sa' sasi membran sel oleh lenitoin iuga terlihat pada
ngat perlu dipantau, Pada dosis terapi, biotransfor- saraf tepi dan membran sel lainnya yang juga
masi lenitoin mungkin sudah mengalami mudah terpacu misalnya sel sistem konduksi di
kejenuhan sehingga dengan perubahan dosis yang jantung. Fenitoin juga mempengaruhi perpindahan
kecil dapat menimbulkan perubahan kadar yang ion melintasi membran sel;dalam hal ini, khususnya
drastis. dengan menggiatkan pompa Na* neuron.
Monitoring kadar obat dapat memberi pandu- Bangkitan tonik-klonik dan beberapa bangkit-
an penyesuaian dosis tetapi keputusan akhir tetap an parsial dapat pulih secara sempurna. Gejala
berdasarkan observasi klinisnya. Jadi tidak perlu aura sensorik dan geiala prodromal lainnya tidak
meningkatkan dosis yang ternyata dibawah dosis dapat dihilangkan secara sempurna oleh fenitoin.
lerapi bila tidak ada serangan.
FARMAKOKINETIK. Absorpsi lenitoin yang diberi-
kan per oral berlangsung lambat, sesekali tidak
lengkap; 10 % dari dosis oral diekskresi bersama
2. ANTIEPILEPSI tinja dalam bentuk utuh. Kadar puncak dalam plas-
ma dicapai dalam 3-12 iam. Bila dosis muatan (/oa-
Obat antiepilepsi terbagi dalam 8 golongan. ding dose) perlu diberikan, 600-800 mg, dalam
Empat golongan antiepilepsi mempunyai rumus dosis terbagi antara 8'12 iam, kadar elektil plasma
dengan inti berbentuk cincin yang mirip satu sama akan tercapai dalam waktu 24 iam. Pemberian
lain yaitu golongan hidantoin, barblturat, ok- lenitoin secara lM, menyebabkan lenitoin mengen-
sazolidindion dan suksinimid. dap di tempat suntikan kira-kira 5 hari, dan absorpsi
Akhir-akhir ini karbamazepin dan asam val' berlangsung lambat. Fenitoin didistribusi ke ber-
proat memegang peran penting dalam pengobatan bagai jaringan tubuh dalam kadar yang berbeda-
epilepsi; karbamazepin untuk bangkitan parsial se- beda. Setelah suntikan lV, kadar yang terdapat
derhana maupun kompleks, sedangkan asam val' dalam otak, otot skelet dan jaringan lemak lebih
proat terutama uniuk bangkitan lena maupun bang- rendah daripada kadar di dalam hati, ginjal dan
kitan kombinasi lena dengan bangkitan tonik-klonik. kelenjar ludah.
Obat antiepilepsi dan indikasinya dapat dilihat Pengikatan lenitoin oleh protein, terutama
pada tabel 1 2-1. oleh albumin plasma kira-kira 90 %. Pada orang
sehat, termasuk wanita hamil dan wanita pemakai
obat kontrasepsi oral, lraksi bebas kira-kira 10%;
2.1. GOLONGAN HIDANTOIN sedangkan pada pasien dengan penyakit ginjal'
penyakit hati atau penyakit hepatorenal dan neona'
Dalam golongan hidantoin dikenal tiga senya-
ius traksi bebas rata-rata di atas 15%.Pada pasien
wa antikonvulsi: lenitoin (dlfenilhidantoin), mefeni- epilepsi, lraksi bebas berkisar antara 5,8%-12'6%'
toin dan etotoin dengan lenitoin sebagai prototipe. Fenitoin terikat kuat pada jaringan saral sehingga
Fenitoin adalah obat utama untuk hampir semua kerjanya bertahan lebih lama; tetapi mula keria lebih
,ienis epilepsi, kecuali bangkitan lena. Adanya lambat daripada fenqbarbital. Biotranslormasi ter-
gugus lenil atau aromatik lainnya pada atom Cs utama berlangsung dengan cara hidroksilasi oleh
penting untuk elek pengendalian bangkitan tonik- enzim mikrosom hati. Metabolit utamanya ialah
klonik; sedangkan gugus alkil bertalian dengan efek derivat parahidroksilenil. Biotranslormasi oleh
sedasi, silat yang terdapat pada melenitoin dan
Farmakologi dan Terapi

TAbCI 12-1' OBAT ANTIKONVULSI YANG BEREDAR DI INDONESIA DAN INDIKASI


UTAMANYA

Obat Dosis Kadar terapi Kadarstabil Waktu paruh lndikasi


dalam serum tercapai jam
(Range, (Mean + SD)
ps/ml) (hari) Dewasa Anak

Asam valproat DD : 1.000-3.000 mg/hari 50-1 00 4-7 12+ 6 12a6 PM,GM,M


DA: 15-60 mg/kgBB/hari
Diazepam (A) DD:5-10 mg/kati 0,6 1-4 jam 24-48 43+13
DA : 0,2-0,3 mg/kgB8/hari
Etosuksimid(B) DD : 500 mg/hari 40-1 00 7-10 55+ 5 30+ 6 PM
DA: 250 mg/hari
Fenitoin (C) DD : 3-5 mg/kgBB/hari 7-8
10-20 24+12 20+2 GM,PS,KF
DA :4-8 mg/kgBB/hari
Fenobarbital (D) DD : 1-5 mg/kgBB/hari 10-40 14-2'l 96+12 55+15 GM,KF
DA i 4-7 mg/kgBB/hari
Karbamazepin (E) DD : 600-1.200 mg/hari 4-12 3-4 17!8 14+ 5 GM,PS,KF
DA: 20-30 mg/kgBB/hari
Klonazepam DD : 1,5 mg/hari 0,02-0,08 6 2st5 23+19 PM, M
(max 20 mg/hari)
DA:0,01-0,03 mg/
ksBB/hari
(max 0,25-0,5 mg/hari)
Primidon DD)
) 10-25 mg/kgBB/hari 5-12 4-7 15' 10. GM,PS,KF
DA) 9*.8..

Diazepam dalam penanggulangan epilepsi digunakan untuk mengatasi status


epileptikus, karenanya kadar
stabil dalam darah tak pernah diukur
Dosis dapat dinaikkan setelah 1 minggu bila klinis tak ada perbaikan, umumnya dosis
ditambahkan sebesar
250 mg/hari
c/D Dosis ini merupakan dosis awal, bila kejang belum teratasi, dosis dapat ditingkatkan
sampai timbul gejala tok-
sik ataupun dibantu dengan monitoring kadar obat sampai mencapai kadar tlrapi
E Dosis awal Karbamazepin sebaiknya diberikan rendah, diberikan i kali 200 mg
sehari, selanjutnya dosis
dapat ditingkatkan sesuai dengan keperluan, dianjurkan 3 kali 200 mg sehari
GM - Bangkitan tonik-klonik atau epilepsi grand mal
M = Bangkitan mioklonik atau epilepsi mioklonik
S - Status epileptikus
DA - Dosis anak
DD - Dosis dewasa
KF - Bangkitan parsial sederhana atau epilepsi fokal
PM - Bangkitan lena atau epilepsi petit mal
PS - Epilepsi psikomotor
* monoterapi
* polifarmasi

enzim mikrosom hati sudah mengalami kejenuhan gus fenil sudah menghilangkan efek antikonvusi-
pada kadar terapi, sehingga peninggian dosis akan nya. Sebagian besar metabolit fenitoin diekskresi
sangat meningkatkan kadar fenitoin dalam serum bersama empedu, kemudian mengalami reabsorpsi
secara tidal proporsional. Oksidasi pada satu gu_ dan biotranslormasi lanfutan dan diekskresi melalui
Antikonvulsi
167

ginjal. Di ginjal, metabolit utamanya mengalami se- tidak terjaga. Pengobatan tidak perlu dihentikan
kresi oleh tubuli, sedangkan bentuk utuhnya meng- pada gangguan gusi; dapat diringankan bila keber-
alami reabsorpsi. sihan mulut dipelihara.
INTERAKSI OBAT. Kadar fenitoin dalam plasma Kulit. Efek samping pada kulit ter)adi pada 2-S%
akan meninggi bila diberikan bersama kloramfeni- pasien, lebih sering pada anak dan remaja yaitu
kol, disulfiram, lNH, simetidin, dikumarol, dan bebe_ berupa ruam morbiliform. Beberapa kasus dlan_
rapa sulfonamid tertentu, karena obat-obat tersebut taranya disertai hiperpireksia, eosinolilia, dan lim_
menghambat biotransformasi fenitoin. Sedangkan ladenopati. Eritema multiform hemoragik sifatnya
sulfisoksazol, lenilbutazon, salisilat dan asam val- lebih berat dan dapat latal, karena itu bila terjadi
proat akan mempengaruhi ikatan protein plasma ruam kulit sebaiknya pemberian obat dihentikan,
fenitoin sehingga meninggikan juga kadarnya dan diteruskan kembali dengan berhati-hati bila ke_
dalam plasma. Teofilin menurunkan kadar fenitoin lainan kulit telah hilang.
bila diberikan bersamaan, diduga karena teofilin Pada wanita muda, pengobatan fenitoin seca_
meningkatkan biotransformasi fenitoin juga mengu_ ra kronik menyebabkan keratosis dan hirsulisme,
rangi absorpsinya. karena meningkatnya aktivitas korteks suprare-
lnteraksi fenitoin dengan fenobarbital dan nalis.
karbamazepin kompleks. Fenitoin akan menurun
kadarnya karena fenobarbital menginduksi enzim Lain-lain. Bila timbul gejala hepatotoksisitas
mikrozom hati, tetapi kadang-kadang kadar fenitoin berupa ikterus atau hepatitis, anemia megaloblastik
dapat meningkat akibat inhibisi kompetitif dalam (antara lain akibat defisiensi folat) atau kelainan
metabolisme. Hal yang sama berlaku untuk kombi_ darah jenis lain, pengobatan perlu dihentikan.
nasi lenitoin dengan karbamazepin. Karena itu tera- Fenitoin bersifat teratogenik. Kemungkinan
pi kombinasi harus dilakukan secara hati-hati, se_ melahirkan bayi dengan cacat kongenital mening-
baiknya diikuti dengan pengukuran kadar obat kat menjadi 3 kali, bila ibunya mendapatkan terapi
dalam plasma. lenitoin selama trimester pertama kehamilan. Cacat
INTOKSIKASI DAN EFEK SAMptNG. Feniroin se- kongenital yang menonjol ialah keiloskisis dan pala-
bagai obat epilepsi dapat menimbulkan keracunan, toskisis. Pada kehamilan lanjut, fenitoin menyebab-
sekalipun relatif paling aman dari kelompoknya. kan abnormalitas tulang pada neonatus. pengguna-
Gejala keracunan ringan biasanya mempengaruhi an fenitoin pada wanita hamil tetap diteruskan ber-
SSP, saluran cerna, gusi dan kulit; sedangkan yang dasarkan pertimbangan bahwa bangkitan epilepsi
lebih berat mempengaruhi kulit, hati dan sumsum sendiri dapat menyebabkan cacat pada anak se-
tulang. Hirsutisme jarang terjadi, tetapi bagi wanita dang lidak semua ibu yang minum lenitoin men-
muda hal ini dapat sangat mengganggu. dapat anak cacat.
Susunan saraf pusat. Elek samping fenitoin
tersering ialah diplopia, ataksia, vertigo, nistagmus, |ND|KASl. Fenitoin diindikasikan terutama untuk
sukar berbicara (slurred speech) disertai gejala lain, bangkitan tonik- klonik dan bangkitan parsial atau
misalnya lremor, gugup, kantuk, rasa lelah, ganggu- fokal. Banyak ahli penyakit saraf di lndonesia lebih
an mental yang sifatnya berat, ilusi, halusinasi sam- menyukai penggunaan fenobarbital karena fenitoin
pai pslkotik. Defisiensi lolat yang cukup lama meru- memiliki batas keamanan yang sempit; efek sam-
pakan faktor yang turut berperan dalam terjadinya ping dan efek toksik, sekalipun ringan, sifatnya cukup
gangguan mental. Efek samping SSp lebih sering mengganggu terutama pada anak. Fenitoin juga
terjadi dengan dosis melebihi 0,5 g sehari. bermanfaat terhadap bangkitan parsial kompleks.
lndikasi lain fenitoin ialah untuk neuralgia tri-
Saluran cerna dan gusi. Nyeri ulu hati, anoreksia, geminal, dan aritmia jantung. Fenitoin juga diguna-
mual dan muntah, terjadi karena fenitoin bersifat kan pada terapi renjatan listrik (ECT), untuk me-
alkali. Pemberian sesudah makan atau dalam dosis ringankan konvulsinya, dan bermanfaat pula ter-
terbagi, dapat mencegah atau mengurangi ganggu- hadap kelainan ekstrapiramidal iatrogenik.
an saluran cerna.
Proliferasi epitel dan jaringan ikat gusi dapat SEDIAAN DAN POSOLOGI. Fenitoin atau difenil-
terjadi pada penggunaan kronik, dan menyebabkan hidantoin tersedia sebagai garam Na dalam bentuk
hiperplasia pada 20 % pasien. Edema gusi mudah kapsul 100 mg dan tablet kunyah 30 mg untuk
terjadi gingivitis, terutama bila kebersihan mulut pemberian oral, sedangkan sediaan suntik 100 mg/
168 Farmakologi dan Terapi

2 ml. Di samping itu juga tersedia bentuk sirup Sebagai antiepilepsi fenobarbital menekan
dengan takaran 125 mg/5 ml. letupan di lokus epilepsi. Barbiturat menghambal
Harus diperhatikan agar kadar dalam plasma tahap akhir oksidasi mitokrondria, sehingga mengu-
optimal, yaitu berkisar antara 10-20 pg/ml. Kadar di rangi pembentukan foslat berenergi tinggi. Senya-
bawahriya kurang efektil untuk pengendalian kon- wa foslat ini perlu untuk sintesis neurotransmitor
vulsi, sedangkan kadar lebih tinggi hampir selalu misalnya ACh, dan untuk repolarisasi membran sel
disertai gejala toksik. Pada kadar di atas 20 pg/ml neuron setelah depolarisasi.
dapat timbul nistagmus; kadar di atas 30 pg/ml,
menyebabkan ataksia; dan kadar di atas 40 pg/ml
FENOBARBITAL.
disertai letargi. Dosis fenitoin selalu harus disesuai-
kan untuk masing-masing individu; patokan kadar Fenobarbital, asam 5,5-lenil-etil barbiturat,
terapi antara 10-20 pg/ml bukan merupakan angka merupakan senyawa organik pertama yang digu-
mutlak, karena beberapa pasien menunjukkan nakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya
efektivitas fenitoin yang baik pada kadar 8 pg/ membatasi penjalaran aktivitas bangkitan dan
ml, sedangkan pada pasien lain, nistagmus menaikkan ambang rangsang. Fenobarbital masih
sudah terjadi pada kadar 15 prg/ml. merupakan obat antikonvulsi pilihan karena cukup
Untuk pemberian oral, dosis awal untuk elektif, murah. Dosis elektifnya relatil rendah. Elek
dewasa 300 mg, dilanjutkan dengan dosis penun- sedatif, dalam hal ini dianggap sebagai efek sam-
jang antara 300-400 mg, maksimum 600 mg, sehari. ping, dapat diatasi dengan pemberian stimulan
Anak di atas 6 tahun, dosis awal sama dengan dosis sentral tanpa mengurangi efek antikonvulsinya.
dewasa; sedangkan untuk anak dibawah 6 tahun, Dosis dewasa yang biasa digunakan ialah dua
dosis awal 1/3 dosis dewasa; dosis penunjang ialah kali 100 mg sehari. Untuk mengendalikan epilepsi
4-8 mg/kgBB sehari, maksimum 300 mg. Dosis awal disarankan kadar plasma optimal, berkisar antara
dibagi dalam 2-3 kali pemberian. Dosis penunjang 10-40 pg/ml. Kadar plasma di atas 40 pg/ml sering
dapat diberikan sebagai dosis tunggal harian tanpa disertai gejala toksik yang nyata. Penghentian pem-
mengurangi elektivitasnya, karena masa paruh berian lenobarbital harus secara bertahap guna
lenitoin cukup panjang, tetapi pemberian dengan mencegah kemungkinan meningkatnya frekuensi
dosis terbagi akan menghasilkan lluktuasi kadar bangkitan kembali, atau malahan bangkitan status
lenitoin dalam darah yang minimal. epileptikus,
Pasien yang baru pertama kali mendapat feni- lnteraksi lenobarbital dengan obat lain umum-
toin, tidak segera memperoleh elek, karena adanya nya terjadi karena fenobarbital meningkatkan akti-
tenggang waktu (time /ag). Oleh karena itu, terapi vitas enzim mikrosom hati. Kombinasi dengan asam
berulang secara periodik umpamanya pada bang- valproat akan menyebabkan kadar lenobarbital me-
kitan yang berkaitan dengan haid, seyogyanya tidak ningkat 40 %.
menunggu sampai datangnya aura. Untuk meng-
ganti terapi epilepsi dari fenobarbital menjadi PRIMIDON. Primidon, 2-deoksilenobarbital bersilat
lenitoin, penghentian lenobarbital juga harus ber- antikonvulsi mirip lenobarbital. Potensi antikonvul-
angsur-angsur, sebab penghentian secara tiba-tiba sinya lebih lemah sebab oksigen-karbonil bagian
dapat menyebabkan bangkitan berupa status epi- urea diganti dengan hidrogen. Primidon dalam ba-
leptikus yang berbahaya. dan sebagian mengalami oksidasi menjadi lenobar-
bital, sebagian mengalami dekarboksilasi oksidatif
pada atom C2 menjadileniletil malonamid (FEMA)
2.2. GOLONGAN BARBITURAT yang tetap aktif.
Elek samping pada SSP berupa kantuk, at3k-
Di samping sebagai hipnotik-sedatil, golongan sia, pusing, sakit kepala, dan mual. Elek samping
barbiturat elektif sebagai obat antikonvulsi; dan ini biasanya tidak berbahaya dan menghilang den-
yang biasa digunakan adalah barbiturat kerja lama gan sendirinya walaupun pengobatan diteruskan.
(long acting barbiturates). Di sini dibicarakan elek Kelainan kulit yang lebih jarang terjadi berupa ruam
antiepilepsi prototip barbiturat yaitu lenobarbital dan morbililorm, pitting edema. Selain itu dapat terjadi
primidon yang struktur kimianya mirip dengan bar- anoreksia, impotensi, dan aktivasi psikotik, teruta-
biturat. ma pada pasien epilepsi psikomotor. Tidak dilapor-
kan gangguan hati dan ginjal oleh primidon"
Antikonvulsi 169

Leukopenia dan anemia megaloblastik pernah berupa sedasi dan hemeralopia, sedang yang silal-
dilaporkan. nya lebih berat berupa gejala pada kulit, darah,
Hipereaktivitas dapat terjadi dan dapat diku- ginjal, dan hati. Gejala intoksikasi lebih sering timbul
rangi dengan dosis awal rendah. Dosis dewasa pada pengobatan kronik.
dimulai dengan 3 kali 50 mg sehari; kemudian di- Harus diingat bahwa terapi dengan trimeta-
naikkan sampai 0,75 -1 ,5 gram sehari, untuk 3 kali dion dapat menimbulkan bangkltan tonik-klonik,
pemberian. yang pada pasien lertenlu merupakan komponen
Primidon elektil untuk semua bentuk bangkit- bangkitan lain bersama dengan bangkitan lena.
an epilepsi, kecuali bangkitan lena. Efeknya Bangkitan tonik-klonik justru baru timbul setelah
baik untuk bangkitan tonik- klonik yang telah relrak- pengobatan bangkitan lena.
ter terhadap terapi yang lazim, dan lebih efektif lagi Sedasi berat dapat diatasi dengan amletamin
dalam kombinasi dengan lenitoin. Untuk bangkitan tanpa mengurangi efek antiepilepsinya; bahkan se-
parsial kompieks dan bangkitan akinetik minor sekali amfetamin dapat menekan bangkitan lena.
(suatu varian bangkitan lena), primidon merupakan Hemeralopia lebih sering terjadi pada orang dewa-
obat terpilih; sedangkan terhadap bangkitan lena sa daripada anak. Bila terjadi skotoma, pemberian
sendiri efeknya tidak memuaskan. obat harus dihentikan. Gangguan visus dapat pulih
Fenitoin dilaporkan meningkatkan konversi dengan menghentikan obat atau dengan menurun-
primidon menjadi lenobarbital, sebaliknya INH kan dosis.
menghambat konversi primidon menjadi fenobarbi- E{ek samping pada kulit berupa ruam morbi-
taldan FEMA. liform dan kelainan akneform; lebih berat lagi beru-
pa dermatitis eksfoliatif atau eritema multilormis.
Kelainan darah berupa neutropenia ringan, tetapi
2.3. GOLONGAN OKSAZOLIDINDION anemia aplastik dapat bersifat fatal. Gangguan
lungsi ginjal dan hati, berupa sindrom nelrotik dan
hepatitis, dapat menyebabkan kematian.
TRIMETADION.
lNDlKASl. lndikasi utama trimetadion ialah bangkit-
Trimetadion (3,5,5 trimetiloksazolidin 2,4, an lena murni (tidak disertai komponen bangkitan
dion), sekalipun telah terdesak oleh suksinimid, me- bentuk lain). Trimetadion dapat menormalkan gam-
rupakan prototip obat bangkitan lena. Trimetadion baran EEG dan meniadakan kelainan EEG akibat
juga bersifat hipnotik dan analgesik. hiperventilasi maksimal pada 70 % pasien. Bangkit-
an lena yang timbul pada anak, umumnya sembuh
FARMAKODINAMIK. Pada SSP, trimetadion mem- menjelang dewasa.
perkuat depresi pascatransmisi, sehingga transmisi Bangkitan lena sering disertai komponen
impuls berurutan dihambat; transmisi impuls satu bangkitan bentuk lain, biasanya bangkitan tonik-
per satu tidak terganggu. Trimetadion memulihkan klonik. Harus diingat bahwa pada terapi bangkitan
pola EEG abnormal pada bangkitan lena. lena dengan trimetadion justru dapat timbul
FARMAKOKINETIK. Trimetadion per oral mudah
bangkitan tonik-klonik, bahkan berupa status epi-
diabsorpsi dari saluran cerna dan didistribusi ke leptikus yang berbahaya. Maka sebaiknya bang-
berbagai cairan badan. Biotransformasi trimetadion
kitan lena diobati dengan kombinasi trimetadion
dengan lenobarbital, primidon atau lenitoin. Dalam
terutama terjadi di hati dengan demetilasi yang
kombinasi dengan trimetadion, efek sedasi lenobar-
menghasilkan didion (5,5, dimetiloksazolidin 2,4
dion atau DMO). Senyawa ini masih aktil terhadap bital dan primidon dapat memberat. Sebaiknya ja-
bangkitan lena, tetapi efek antikonvulsinya lebih ngan dikombinasi dengan mefenitoin, sebab gang-
guan pada darah dapat bertambah berat.
lemah. Pada terapi bangkitan lena mungkin didion
yang mempertahankan elek trimetadion. Ekskresi Penghentian terapi trimetadion harus secara
didion berlangsung lambat sehingga cenderung ter-
bertahap karena bahaya eksaserbasi bangkitan
jadi penumpukkan metabolit pada pengobatan dalam bentuk status epileptikus;demikian pula obat
lain yang telah terlebih dulu diberikan.
kionik.
Trimetadion dikontraindikasikan pada pasien
INTOKSIKASI DAN EFEK SAMPING. lntoksikasi anemia, leukopenia, penyakit hati, gin,al dan kelain-
dan efek samping trimetadion yang bersifat ringan an n. opticus.
170 Farmakologi dan Terapi

2.4. GOLONGAN SUKSINIMID Amerika Serikat untuk mengatasi berbagai bang-


kitan kecuali bangkltan lena. Selain mengurangi
Antiepilepsi golongan suksinimid yang digu- kejang, efeknya nyata pada perbaikan psikis yaitu
nakan di klinik adalah etosuksimid, metsuksimid perbaikan kewaspadaan dan perasaan. perbaikan
dan fensuksimid. Berdasarkan penelitian pada psikis diduga berdasarkan pengaruhnya terhadap
hewan, terungkap bahwa spektrum antikonvulsi amigdala karena memberikan hasilyang sama den-
etosuksimid sama dengan trimetadion. Sifat yang gan amigdalatomi bilateral.
menonjol dari etosuksimid dan trimetadion ialah Karbamazepin memperlihatkan efek analge-
mencegah bangkitan konvulsi pentilentetrazol. Eto- sik selektif misalnya pada tabes dorsalis dan neuro-
suksimid, dengan sifat antipentilentetrazol terkuat, pati lainnya yang sukar diatasi dengan analgesik
merupakan obat yang paling selektif terhadap bang- biasa. Atas pertimbangan untung-rugi karbamaze-
kitan lena. pin tidak dianjurkan untuk mengatasi nyeri ringan
yang dapat diatasi dengan analgesik biasa.
ETOSUKSIMID Efek samping karbamazepin cukup sering ter-
jadi, Seperempat dari jumlah pasien yang diobati
Etosuksimid diabsorpsi lengkap melalui mengalami efek samping. Efek samping yang ter-
saluran cerna. Setelah dosis tunggal oral, diper- jadi setelah pemberian obat jangka lama berupa
lukan waktu antara 1-7 jam untuk mencapai kadar pusing, vertigo, ataksia, diplopia, dan penglihatan
puncak dalam plasma. Distribusi merata ke segala
kabur, Frekuensi bangkitan dapat meningkat akibat
jaringan, dan kadar cairan serebrospinal sama den-
dosis berlebih. Efek samping lainnya dapat berupa
gan kadar plasma. Efek samping yang sering tim-
mual, muntah, diskrasia darah yang berat (anemia
bul ialah mual, sakit kepala, kantuk dan ruam kulit.
aplastik, agranulositosis) dan reaksi alergi berupa
Gejala yang lebih berat berupa agranulositosis dan
dermatitis, eosinofilia, limfadenopati, dan spleno-
pansitopenia. Dibandingkan dengan trimetadion,
megali. Steven Johnson relatif sering dilaporkan ter-
etosuksimid lebih jarang menimbulkan diskrasia jadi dengan obat ini sehingga pasien harus diperi-
darah, dan nelrotoksisitas belum pernah dilapor- ngatkan agar segera kembali ke dokter bila timbul
kan; sehingga etosuksimid umumnya lebih disukai vesikel di kulit setelah minum obat ini. Umumnya
daripada trimetadion. penghentian obat dan kortikosteroid dapat meng-
Seperti trimetadion, pada pengobatan dengan atasi efek samping ini. Gejala intoksikasi akut kar-
etosuksimid dapat pula diperlukan pengobatan bamazepin dapat berupa stupor atau koma, pende-
untuk mengatasi bangkitan tonik-klonik. Komponen
rita iritabel, kejang, dan depresi napas. Efek sam-
bangkitan tonik-klonik dapat muncul akibat peng- ping jangka panjang berupa retensi air yang dapat
obatan etosuksimid sehingga pengobatan tambah- menjadi masalah bagi penderita usia lanjut dengan
an diperlukan. gangguan jantung. Pada hewan, obat ini dildporkan
Etosuksimid merupakan obat terpilih untuk bersifat teratogenik dan karsinogenik. Pada manu-
bangkitan lena. Terhadap bangkitan lena pada sia kedua efek ini perlu diselidiki lebih lanjut.
anak, efektivitas etosuksimid sama dengan trimeta- Karena potensinya untuk menimbulkan efek
dion; 50-70 % pasien dapat dikendalikan bangkitan-
samping sangat luas, maka pada pengobatan de-
nya. Obat ini juga efektif pada bangkitan mioklonik ngan karbamazepin dianjurkan pemeriksaan nilai
dan bangkitan akinetik. Etosuksimid tidak efektif basal dari darah dan melakukan pemeriksaan
untuk bangkitan parsial kompleks dan bangkitan ulangan selama pengobatan.
tonik-klonik umum atau pasien kejang dengan keru- Fenobarbital dan lenitoin dapat meningkatkan
sakan organik otak yang berat. kadar karbamazepin, dan biotransformasi karbama-
zepin dapat dihambat oleh eritromisin. Konversi pri-
midon menjadi fenobarbital ditingkatkan oleh karba-
2.5. KARBAMAZEPIN mazepin, sedangkan pemberian karbamazepin ber-
sama asam valproat akan menurunkan kadar asam
Karbamazepin pertama-tama digunakan valproat.
untuk pengobatan trigeminal neuralgia, kemudian
lernyata bahwa obat ini efektif terhadap bangkitan POSOLOGI. Dosis anak di bawah 6 tahun, 100 mg
parsial kompleks dan bangkitan tonik-klonik, Saat sehari; 6-12 tahun, 2 kali 100 mg sehari. Dosis
ini, karbamazepin merupakan antiepilepsi utama di dewasa:dosis awal 2kali200 mg hari pertama, se-
Antikonvulsi
171

lanjutnya dosis ditingkatkan secara bertahap. Dosis


Efek samping berat dan berbahaya yang me-
penunjang berkisar antara B0O_1200 mg sehari nyertai penggunaan diazepam lV ialah obstruksi
untuk dewasa atau 20-30 mg/kgBB untuk anak. saluran nafas oleh lidah, akibat relaksasi otot. Di
Dengan dosis i.ni umumnya lercapai kadar lerapr
samping ini dapat terjadi depresi napas sampai
dalam serum 6-8 pg/ml.
henti napas, hipotensi, henti jantung dan kantuk.

KLONAZEPAM
2.5. GOLONGAN BENZODIAZEPIN
Klonazepam merupakan benzodiazepin den_
Di samping sebagai antiansietas, sebagian gan masa kerja panjang. penggunaannya tersendiri
golongan obat benzodiazepin bermanfaat sebagai atau sebagai tambahan bersama antiepilepsi lain,
antikonvulsi, khususnya untuk epilepsi. Diazepam untuk terapi bangkitan mioklonik, bangkitan
dapat dianggap sebagai prototip benzodiazepin di_ akinetik, dan spasme infantil.
bahas lebih luas dalam Bab 10 dan .l 1. Klonazepam ialah obat alternatif suksinimid
Khasiat benzodiazepin lebih nyata terhadap untuk terapi bangkitan lena. Manfaat terhadap
konvulsi pentilentetrazol daripada konvulsi renjatan status epileptikus telah terbukti, lapi pilihan utama
listrik maksimal. Cara kerja benzodiazepin dibahas dalam hal ini masih tetap diazepam.
pada Bab 10. Diazepam lV merupakan obat terpilih Efek samping yang tersering ialah kantuk,
untuk status epileptikus; dipihak lain, peranan pem_ ataksia dan gangguan kepribadian. Dosis awal 1,5
berian per oral dalam terapi epilepsi belum dapat mg sehari, dibagi untuk tiga kali pemberian. Jika
disimpulkan secara konklusif .
diperlukan, dosis dinaikkan 0,5_1 mg setiap tiga
hari; tetapi tidak melebihi 20 mg sehari. Dosis anak
sampai 10 tahun atau BB 30 kg, adalah 0,01-0,03
DIAZEPAM mg/kgBB sehari, diberikan terbagi. peningkatan
dosis harian adalah 0,25-0,5 mg setiap 3 hari. Dosis
Diazepam terutama digunakan untuk terapi penunjang yang lazim : 0,1-0,2 mg/kgBB sehari.
konvulsi rekuren, misalnya status epileptikus. Obat Toleransi dapat terjadi terhadap etek antiepilep-
ini juga bermanfaat untuk terapi bangkitan parsial sinya, sehingga efeknya hilang walaupun diberikan
sederhana misalnya bangkitan klonik fokal dan hip- dosis besar, biasanya terjadi setelah 1_6 bulan pe_
saritmia yang refrakter terhadap terapi lazim. Diaze- ngobatan.
pam dapat efektif pada bangkitan lena karena
me_
nekan 3 gelombang paku dan ombak yang terjadi
dalam satu detik. NITRAZEPAM
Untuk mengatasi bangkitan status epileptikus,
disuntikkan 5-20 mg diazepam lV secara lambat. Nitrazepam dapat dimanfaatkan untuk me_
Dosis ini dapat diulang seperlunya dengan teng_ ngendalikan hipsaritmia, spasme infantil dan bang_
gang waktu 15-20 menit sampai beberapa jam. kitan mioklonik. Malahan ada yang berpendapat
Diazepam dapat mengendalikan g0_90 Zo pasien nitrazepam paling efektif terhadap bangkitan mio_
bangkitan rekuren. pemberian per rektal dengan klonik. Dosis yang biasa digunakan 1 ,g/tgeg,"_
dosis 0,5 mg atau 1 mg/kg BB diazepam untuk bayi hari. Dengan dosis ini dapat dikendalikan 50 % dari
dan anak di bawah j 1 tahun dapat menghasilkan pasien spasme infantil. Nitrazepam secara spesifik
kadar 500 prg/ml dalam waktu 2-6 menit. Bagi anak bermanfaat untuk terapi jenis bangkitan tersebut di
yang lebih besar dan orang dewasa pemberian atas, bentuk bangkitan yang sebelumnya diobati
rektal tidak bermanfaat untuk mengatasi keadaan dengan ACTH atau prednison dan kortikosteroid
kejang akut, karena kadar puncak lambat lercapai
lain tetapi hasilnya kurang memuaskan. Tetapi se_
dan kadar plasmanya rendah. Walaupun diazepam
baliknya obat ini dapat menceluskan (triggered)
telah sering digunakan untuk mengatasi konvulsi
bangkitan tonik-klonik, sehingga diperlukan tam_
rekuren, belum dapat dipastikan kelebihan man_
bahan antikonvulsi lain. Bangkitan lena juga dapat
faatnya dibandingkan obat lain, seperti barbiturat
bertambah berat bila diberikan nitrazepam.
atau anestetik umum; untuk ini masih diperlukan
suatu uji terkendali perbandingan efektivitas. Selain pencetusan bangkitan tonik-klonik atau
memberatnya bangkitan lena, efek samping yang
172
Farmakologi dan Terapi

paling mengganggu adalah hipersekresi lendir Valproat telah diakui efektivitasnya sebagai
saluran napas. Gangguan terhadap SSp terutama obat untuk bangkitan lena, tetapi bukan merupakan
berupa gejala letargi dan ataksia. obat terpllih karena elek toksiknya terhadap hati.
Valproat juga efektif untuk bangkitan mioklonik dan
ban gkitan tonik-klonik.

2.7. ASAM VALPROAT Asam valproat akan meningkatkan kadar


lenobarbital 40oh karena terjadi penghambatan hi-
droksilasi fenobarbital. Sedangkan interaksinya
Valproat (dipropilasetat, atau 2 propilpen_ dengan fenitoin terjadi melalui mekanisme yang
tanoat) terutama efektif untuk terapi epilepsi umum, lebih kompleks. Fenitoin total dalam plasma akan
dan kurang efektif terhadap epilepsi fokal. Valproat turun, karena biotranslormasi yang meningkat dan
menyebabkan hiperpolarisasi potensial istirahat pergeseran lenitoin dari ikatan protein plasma,
membran neuron, akibat peningkatan daya konduk- sedangkan lenitoin bebas dalam darah mungkin
si membran untuk kalium. Efek antikonvulsi valproat tidak dipengaruhi. Kombinasi asam valproat de-
didasarkan meningkatnya kadar asam gama ami- ngan klonazepam dihubungkan dengan timbulnya
nobutirat (cABA) didalam otak. status epileptikus bangkitan lena.
Pemberian valproat per oral cepat diabsorpsi
dan kadar maksimal serum tercapai setelah 1-3
jam. Dengan masa paruh 8-1 0 jam, kadar darah 2.8. ANTIEPILEPSI LAIN
stabil setelah 48 jam terapi. Jika diberikan dalam
bentuk amida, depamida, kadar valproat dalam
serum sepadan dengan pemberian dalam bentuk FENASEMID
asam valproat, tetapi masa paruhnya lebih panjang
yaitu 15 jam. Biotransformasi depamida menjadi Fenasemid, suatu derival asetilurea, merupa-
valproat berlangsung in vivo, tetapi jika dicampur kan suatu analog dari 5 fenilhidantoin, tetapi tidak
dengan plasma in vitro perubahan tidak terjadi. Kira- berbentuk cincin. Efeknya baik bila digunakan ter-
kira70% dari dosis valproat diekskresi di urin dalam hadap bangkitan tonik-klonik, bangkitan lena, dan
24 jam. bangkitan parsial kompleks.
Toksisitas valproat berupa gangguan saluran
FARMAKODINAMIK. Fenasemid memiliki antikon-
cerna, sistem saraf, hati, ruam kulit, dan alopesia.
vulsi yang berspektrum luas, Mekanisme kerjafena-
Gangguan saluran cerna berupa anoreksia, mual, semid ialah dengan peningkatan ambang rangsang
dan muntah terjadi pada 16 % kasus. Elek terhadap lokus serebral, sehingga hipereksitabilitas dan
SSP berupa kantuk, ataksia, dan tremor, menghi- letupan abnormal neuron sebagai akibat rangsang
lang dengan penurunan dosis. Gangguan pada hati beruntun dapat ditekan oleh lenasemid.
berupa peninggian aktivitas enzim-enzim hati, dan Pada saral tepi, hipereksitabilitas oleh rang-
sesekali terjadi nekrosis hati yang sering berakibat sang beruntun atau hipokalsemia juga dapat dite-
fatal. Kira-kira 60 kasus kematian telah dilaporkan kan oleh fenasemid. Sifat ini sama dengan antikon-
akibat penggunaan obat ini. Dari suatu uji klinik vulsi lain yang memiliki gugus fenil; umpamanya
terkendali, dosis valproat 1200 mg sehari, hanya dif enilhidantoin.
menyebabkan kantuk, ataksia, dan mual selintas.
INTOKSIKASI DAN EFEK SAMptNG. Fenasemid
Terlalu dini untuk mengatakan bahwa obat ini aman
merupakan obat toksik. Efek samping tersering
dipakai karena penggunaan masih terbatas.
adalah psikosis. Elek samping yang mungkin fatal
Valproat efektil terhadap epilepsi umum se-
adalah nekrosis hati, anemia aplastik dan neutro-
perti bangkitan lena, bangkitan tonik-klonik, dan
penia.
epilepsi parsial misalnya bangkitan parsial kom-
pleks; sedangkan terhadap epilepsi lokal lain efekti- lNDlKASl. Fenasemid efektil terhadap bangkitan
vitasnya kurang memuaskan. Terapi dimulai den- tonik-klonik, bangkitan lena, dan bangkitan parsial
gan dosis 3 kali 200 mg/hari; jika perlu, setelah 3 kompleks. lndikasi utama lenasemid ialah untuk
hari dosis dinaikkan menjadi 3 kali 400 mg/hari. terapi bangkitan parsial kompleks, dengan syarat
Dosis harian lazim, berkisar 0,8-1 ,4 g. Dosis anak obat lain bersilat refrakter. Fenasemid efektif pada
yang disarankan berkisar 20-30 mg/kgBB sehari. kira- kira 50% pasien golongan ini.
Antikonvulsi 173

Karena efek kantuk jarang ada, fenasemid Dalam menggunakan antiepilesi yang elektif,
sering dikombinasi dengan lenobarbital. Tetapi diagnosis bangkitan harus tepat agar dapat dipilih
untuk bangkitan parsial kompleks, yang terbaik obat tunggal yang paling sesuai untuk jenis bangkit-
adalah kombinasi dengan fenitoin. Kombinasi de- annya. Pasien perlu berobat secara teratur. Pasien
ngan ahtikonvulsi lain memungkinkan intoksikasi atau keluarganya sangat dianjurkan untuk mem-
yang lebih berat. buat catatan mengenai waktu datangnya bangkitan.
Selain terhadap bangkitan parsial kompleks, Pemeriksaan neurologik, disertai EEG perlu dilaku-
fenasemid dapat juga bermanfaat untuk terapi kan secara berkala. Di samping ini perlu berbagai
bangkitan tonik-klonik dalam kombinasi dengan pemeriksaan lain untuk mendeteksi timbulnya elek
bangkitan lena, dan terhadap bangkitan lena tidak samping sedini mungkin yang dapat merugikan,
khas. antara lain pemeriksaan darah, kimia darah mau-
Dosis untuk orang dewasa ialah 1,5-5,0 g se- pun kadar obat dalam darah. Dengan memperhati-
hari; sedangkan untuk anak yang berumur antara kan semua ini umumnya pasien dapat bebas bang-
5-'l 0 tahun hasilnya sudah memuaskan dengan 1/2 kitan, bahkan dapat tidak memerlukan obat; atau
dosis orang dewasa. Fenasemid sampai saat ini dengan perkataan lain, pasien dapat dinyatakan
belum pernah dipasarkan di lndonesia. sembuh. Kemungkinan ini lebih besar pada pasien
usia muda.
PENGHAMBAT KARBONIK ANHIDRASE Untuk mencapai hasil terapi yang optimal
perlu diperhatikan hal berikut ini. Pengobatan awal
Asetazolamid, suatu penghambat karbonik harus dimulai dengan obat tunggal. Obat perlu di-
anhidrase sebagai suatu diuretik akan menyebab- mulai dengan dosis kecil dan dinaikkan secara ber-
kan asidosis ringan akibat kehilangan natrium dan tahap sampai efek terapi tercapai atau timbul elek
kalium. Mekanisme kerja sebagai antiepilepsi tidak samping yang tidak dapat ditoleransi lagi oleh
bergantung pada elek diuresis atau asidosis meta- pasien. lnterval penyesuaian dosis tergantung dari
bolik yang dapat ditimbulkan asetazolamid. Pada obat yang digunakan. Sebelum penggunaan obat
sel otak asetazolamid berefek menstabilkan inlluks kedua sebagai pengganti, bila fasilitas laboratorium
Na yang patologik, sifat yang menjadi dasar efek memungkinkan, sebaiknya kadar obat dalam plas-
antikonvulsinya. Obat ini berguna untuk mengatasi ma diukur. Bila obat telah melebihi kadar terapi
bangkitan lena dan bangkitan tonik-klonik yang sedangkan efek terapi belum tercapai atau elek
bangkitannya berhubungan dengan siklus mens- toksik telah muncul maka penggunaan obat peng-
truasi. Efek asetazolamid bersifat sementara kare- ganti merupakan suatu keharusan. Obat pertama
na toleransi cepat terjadi. Dosis dewasa 5-1 5 mg/ harus diturunkan secara bertahap untuk menghin-
kgBB sehari sedangkan untuk anak : 12-25 mgl darkan status epileptikus. Bilamana dianggap perlu
kgBB sehari. terapi kombinasi masih dibenarkan. Kegagalan
terapi epilepsi paling sering disebabkan oleh keti-
dakpatuhan pasien. Dalam menanggulangi epilepsi
pasien perlu membuat catatan mengenai penyakit-
3. PRINSIP PEMILIHAN OBAT PADA nya, kunjungan teratur pada awal pengobatan
TERAPI EPILEPSI merupakan suatu keharusan untuk mendeteksi efek
samping maupun efek toksik yang biasanya terjadi
pada awal terapi. Pada pengobatan jangka panjang
Tujuan pokok terapi epilepsi adalah membe-
perlu dilakukan pemeriksaan EEG ulangan maupun
baskan pasien dari bangkitan epilepsi, tanpa meng-
pemeriksaan neurologis. Pemilihan obat dalam te-
ganggu fungsi normal SSP agar pasien dapat me-
rapi antiepilepsi didasarkan pada bentuk bangkitan
nunaikan tugasnya tanpa gangguan. Terapi dapat
dan gambaran EEG. Sebaiknya dipilih obat pilihan
dijalankan dengan berbagai cara, dan sebaiknya
utama yang sesuai dengan bentuk epilepsinya. An-
dengan memperhatikan pedoman berikut: (1) mela- tiepilepsi yang efektivitasnya belum mapan sebaik-
kukan pengobatan kausal kalau pedu dengan pem- nya tidak digunakan dalam praktek umum, tetapi
bedahan; umpamanya pada tumor serebri; (2) diserahkan penggunaannya kepada para ahli, guna
menghindari laktor pencetus sualu bangkitan, um- memastikan nilai manfaat yang sebenarnya.
pamanya minum alkohol, emosi, kelelahan fisik Untuk mendapatkan efek terapi secepatnya,
maupun mental; dan (3) penggunaan antikonvulsi/ pada keadaan kejang yang hebat dapat diberikan
antiepilepsi. dosis awal yang tinggi. Tetapi pada umumnya terapi
't74 Farmakologi dan Terapi

justru dimulai dengan dosis awal rendah untuk me- dan merupakan obat pilihan utama untuk bangkitan
nekan kejadian elek samping yang berkaitan den- ini.
gan besarnya dosis. Serangan diensefalik (bangkitan lena tidak
Tidak jarang terjadi kegagalan terapi akibat (1 ) khas dan hipsaritmia) berhasil diobati dengan terapi
tidak tepatnya diagnosis bentuk epilepsi; (2) tidak kombinasi fenitoin dan fenobarbital; tetapi diper-
tepatnya pilihan obat dan dosis yang digunakan; (3) lukan dosis lebih tinggi. Untuk hipsaritmia yang
terlalu sering mengganti obat tanpa memberi waktu refrakter, dapat ditambahkan ACTH ataupun adre-
cukup untuk peralihan keadaan penyakit setelah nokortikosteroid.
tiap kali tercapai taral mantap kadar obat dalam Pada status epileptikus diperlukan efek obat
darah; (4) gagal memanlaatkan sepenuhnya kele- yang cepat, Diazepam merupakan obat pilihan
bihan terapi kombinasi; (5) kurang memperhatikan utama; lenobarbital juga sangat efektif, di samping
aspek yang berkaitan dengan penyakit dan peng- anestetik yang menguap atau depresan sentral lain-
obatan; dan (6) ketidakpatuhan penderita. nya. Dalam hal ini, fenitoin kurang cepat mem-
Fenitoin dan karbamazepin merupakan obat berikan efek, sekalipun diberikan lV. Fenitoin digu-
pilihan utama untuk terapi epilepsi, kecuali terhadap nakan setelah keadaan dapat dikuasai, dan biasa-
bangkitan lena, tetapi fenobarbital lebih banyak dan nya diperlukan dosis tinggi serta pemberian jangka
lebih sering digunakan, mungkin didasarkan pada panjang.
batas keamanan obat yang lebar serta harga yang Pada kejang nonepileptik, terapi terutama di-
murah. Terhadap bangkitan tonik-klonik, manfaat lujukan terhadap penyebabnya misalnya demam,
lenitoin sedikit melebihi fenobarbital; 60-65% dari infeksi, dan gangguan metabolik.
pasien dapat dibebaskan dari bangkitan, dan pada Dua keadaan khusus yang perlu dikemuka-
20 % lainnya berkurang frekuensi dan kekuatan kan, berkaitan dengan kejang nonepileptik adalah :
bangkitannya. (1) defisiensi piridoksin kongenital dengan kejang
Kombinasi beberapa obat sesekali diperlukan. umum, mungkin juga mioklonik; dan (2) kejang se-
Kombinasi yang paling disukai untuk bangkitan bagai geiala putus obat, antara lain barbiturat,
tonik-klonik adalah lenitoin dengan lenobarbital, alkohol, sedatif tertentu lainnya. Dengan diagnosis
yang masing-masing dapat diberikan dalam dosis tepat, jelas terapi yang tepat untuk yang disebut
penuh, bila diperlukan, karena toksisitasnya ber- terdahulu ialah piridoksin. Untuk kejang akibat
beda. Gejala yang tidak teralasi dengan fenitoin putus obat, yang pada dasarnya merupakan gejala
dapat diatasi oleh fenobarbital, antara lain aura, ketergantungan, substitusi dengan fenobarbital
disritmia EEG lokal. Respons bangkitan fokal korti- untuk kemudian dikurangi dosisnya secara berta-
kal, baik bentuk motorik maupun sensorik, terhadap hap dapal membantu mencegah timbulnya kejang.
lenitoin pada umumnya sama seperti bangkitan Efektivitas diazepam dalam hal ini masih perlu di-
tonik- klonik. Tetapi kombinasi inijuga dapat mem- konfirmasikanlebih lanjut; sedangkan fenitoin
bawa kerugian yaitu terjadinya interaksi obat yang belum terbukti, sekalipun cukup sering digunakan.
menyebabkan bangkitan epilepsi tidak teratasi. Hal
ini dapat diatasi bila dilakukan pemantauan kadar KEJANG DEMAM. Kejang yang terjadi pada anak-
obat dalam darah. anak usia 5 bulan-S tahun yang mengalami demam,
Bangkitan fokus lobus temporalis bagian tanpa disertai infeksi intrakranial serta tidak ditemu-
anterior, biasanya berbentuk bangkitan parsial kan penyebab kejang lain. Pengobatan profilaksis
kompleks atau suatu kompleks bangkitan psikik secara rutin tidak dianjurkan kecuali disertai gang-
lainnya, dan bersifat lebih relrakter terhadap pengo- guan berikut ini : (1) gejala neurologik yang abnor-
batan. Fenitoin, karbamazepin, dan asam valproat mal misalnya serebral palsi, mental retardasi, mi-
merupakan obat yang sama elektif. Dimulai sebagai krosefali; (2) bila kejang demam terakhir berlang-
obat tunggal, bila gagal dapat dilakukan terapi kom- sung lebih dari 15 menit atau disertai gejala neuro-
binasi, Fenobarbital jarang sekali efektif, Pembe- logik; (3) bila ada riwayat kejang pada orang tuanya
dahan menyingkirkan ujung (fps) anterior lobus atau keluarga; (4) anak dengan gejala kejang yang
temporalis dipedukan pada beberapa pasien. rekuren; (5) bila anak dirawat untuk suatu kegawat-
Untuk bangkitan lena, etosuksimid adalah an. Fenobarbital atau asam valproat merupakan
obat pilihan utama; untuk komponen bangkitan obat pilihan yang tepat. Pemberian berlangsung 1-2
tonik-klonikdapat diberikan fenobarbital atau tahun setelah kejang terakhir. Profilaksis kejang
lenitoin. Asam valproat adalah obat lainnya untuk demam lainnya yang dianjurkan ialah pemberian
bangkitan lena, obat ini sudah beredar di lndonesia diazepam per rektal sewaktu kejang.
Obat Ponyakit Parkinson dan Pelemas Otot 175

13. OBAT PENYAKIT PARKINSON DAN PELEMAS OTOT


YANG BEKERJA SENTRAL
Vincent H.S. Gan dan Sulistia Gan

1. Obat Penyakit Parkinson :l .6. Pemilihan obat Parkinson


1.1. Pendahuluan 2. Pelemas otot yang bekerja sentral
1.2. Dopaminergik sentral 2,1. Melenesin
1.3. Antikolinergik 2.2. Pelemas otot lainnya yang bekerja sentral
1 .4. Dopamino-antikolinergik 2.3. Status terapeutik
1.5. Penghambat MAO-B

Pelemas otot (musc/e relaxant) yang bekerja pasien, misalnya menyuap makanan, mengancing-
sentral dan obat penyakit Parkinson dibicarakan kan baju dan menulis. Akibat gejala ini pasien sa-
dalam bab yang sama karena kedua kelompok obat ngat bergantung pada bantuan orang lain dalam
ini mempengaruhi tonus otot berdasarkan kerja kegiatan hidupnya sehari-hari, Di samping gejala
pada susunan saral pusat (SSP). Pada mulanya utama tersebut, sering ditemukan gangguan sistem
diduga bahwa pelemas otot yang bekerja sentral otonom berupa sialorea, seborea, hiperhidrosis.
bermanlaat untuk mengatasi gejala penyakit Tiga puluh persen kasus juga menderita demensia.
Parkinson, tetapi ternyata hasilnya mengecewakan. Berdasarkan etiologinya dikenal 3 jenis pe-
Ditinjau dari status terapeutik kedudukannya nyakit Parkinson yaitu (1) parkinsonisme pasca-
sangat berbeda pada saat ini. Obat penyakit Parkin' enselalitis; (2) parkinsonisme akibat obat; dan (3)
son merupakan kelompok obat yang sangat penting parkinsonisme idioPatik.
untuk mengatasi gejala penyakit Parkinson se- Berdasarkan gejala klinik Lonis Herzberg me-
hingga merupakan obat yang esensial di klinik. Se- ngemukakan 5 tahaP Penyakit :
baliknya pelemas otot yang bekerja sentral lebih
merupakan kelompok obat usang (obso/efe) yang Tahap 1. Gejala begitu ringan sehingga'pasien
indikasinya kabur karena sebagai pelemas otot tidak merasa terganggu. Hanya seorang ahli akan
kelompok obat ini telah terdesak oleh obat lain yang mendeteksi gejala dini penyakit ini.
kerjanya lebih spesilik, misalnya suksinilkolin dan
Tahap 2. Gejala ringan dan mulai sedikit meng-
diazepam suatu antiansietas yang memperlihatkan ganggu. Biasanya berupa tremor ringan, bersifat
elek relaksasi otot yang lebih kuat.
variabel dan hilang timbul, Pasien merasa adayang
tidak beres seakan-akan'tangannya tidak lagi me-
nurut perintah", sehingga gelas dan barang lain
1. OBAT PENYAKIT PARKINSON lepas dari tangannya.
Tahap 3. Gejala bertambah berat. Pasien sqngat
1.1. PENDAHULUAN terganggu dan gangguan bertambah dari hari ke
hari. Banyak pasien dengan bradikinetik berat tidak
'
Penyakit Parkinson (paralisis agitans) meru- mengalami tremor sedangkan lebih sedikit pasien
pakan suatu sindrom dengan gejala utama berupa dengan tremor tidak mengalami bradikinesia. Volu-
trias gangguan neuromuskular: tremor, rigiditas, me suara melemah dan menjadi monoton, wajah
akinesia (hipokinesia) disertai kelainan postur tubuh bagai topeng, disertai tremor dan rigiditas. Jalan
dan gaya berjalan. Gerakan halus yang memer' dengan langkah kecil dan kecenderungan terjatuh
lukan koordinasi keria otot skelet sukar dilakukan mencolok pada tahap ini'
176 Farmakologi dan Tarapi

Tahap 4. Tidak mampu lagi berdiri tegak, kepala, genesis penyakit Parkinson lebih diperkuat lagiden-
leher dan bahu jatuh ke depan. lni merupakan pos- gan kenyataan berikut (1) gejala utama penyakit ini
tur khas penyakit Parkinson. Pada tahap ini umum- (akinesia, rigiditas, tremor) hanya muncul bila
nya pasien juga mengalami efek samping levodopa penurunan kadar DA di striatum demikian besarnya
yang. mengganggu karena dosis yang diperlukan sampai mencapai suatu nilai kritis; (2) beratnya
cukup besar. Menlal pasien saat inijuga memburuk. gejala berhubungan erat dengan derajat delisiensi
Harus cermal membedakan memberatnya penyakit DA di striatum; (3) terdapatnya peningkatan sensiti-
dan elek samping levodopa. vitas jaringan striatum terhadap DA (supersensitivi-
tas reseptor dopaminergik). Didasarkan pada peran
Tahap 5. Memburuknya gejala terjadi terutama se-
komponen dopaminergik, penyakit ini dinamakan
waktu kadar levodopa menurun tetapi elek samping
juga sindrom defisiensi dopamin striatum (stiatat
tidak memungkinkan penambahan obat. pada
dopamine deficiency syndrome). Terapi penyakit
tahap ini pengendalian penyakit sangat sulit dan
Parkinson dilakukan dengan manipulasi baik ter-
menimbulkan kepulusasaan baik pada pasien mau-
hadap komponen dopaminergik, maupun terhadap
pun keluarga.
komponen kolinergik. Kemungkinan adanya peran-
Secara patofisiologik diketahui bahwa pada an neuro-humoral lain, tidak dapat dikesampingkan.
penyakit Parkinson terjadi gangguan keseimba-
Etiologi penyakit Parkinson sampai saat ini
ngan neuro-humoral di ganglia basal, khususnya tidak jelas. Dahulu disangka bahwa banyak dian-
traktus nigrostriatum dalam sistem ekstrapira- taranya merupakan gejala sisa penyakit ensefatitis
midal. von Economo yang merupakan pandemi di tahun
Konsep yang merupakan suatu penyederha- 20-an. lnsidensnya yang lidak menurun dalam 20
naan tetapi sangat berguna mengenai penyakit tahun ini tidak menyokong dugaan tersebut. Faktor
Parkinson ialah pendapat bahwa di traktus nigro- genetik agaknya juga tidak begitu berperan. Kenya-
striatum, yang mengatur lungsi gerakan halus perlu taan lersebut telah mendorong dilakukannya pene-
ada keseimbangan antara komponen kolinergik litian ke lingkungan, dalam mencari etiologi penya-
yang merangsang dan komponen dopaminergik kit. Walaupun laktor etiologi tidak ditemukan pada
yang menghambat. Gangguan keseimbangan ter- mayoritas kasus,.telah ditemukan suatu toksin yang
sebut ke arah dominasi komponen kolinergik, akan dihubungkan dengan terjadinya penyakit parkinson
menimbulkan sindrom parkinsonisme. Disproporsi pada mereka yang terpajan. Toksin tersebut ialah
lungsional antara kedua komponen tersebut dapat MPTP (N-metil-4-lenil-1,2,3,6-rerrahidropiridin). Se-
disebabkan oleh meningkatnya lungsi komponen nyawa ini ialah suatu senyawa komersial untuk
kolinergik, yang tidak dapat diimbangi oleh kom- sintesis organik yang secara eksperimental pada
ponen dopaminergik; atau sebaliknya, komponen primata menyebabkan sindrom serupa penyakit
dopaminergik yang melemah. pada penyakit Parkinson. Dugaan bahwa MPTP merupakan etio-
Parkinson terdapat kerusakan pada traktus nigro- logi penyakit Parkinson diperkuat oleh 2 fakta :
striatum. Traktus ini bersilat dopaminergik. Oleh Berhasil dikembangkannya model penyakit parkin-
karena itu, keseimbangan kedua komponen ter- son pada hewan, dan obseruasi teriadinya Parkin-
sebut terganggu ke arah dominasi kolinergik. sonisme yang menetap pada pasien adiksi dan
Peranan komponen kolinergik diketahui dari seorang ahli kimia yang terpajan terhadap zat terse-
pengalaman Charcot, yang pada tahun 1867 meng- but (sebagai kontaminan meperidin ilegaldi Califor-
anjurkan penggunaan atropin untuk terapi penyakit nia). Parkinsonisme akibat MPTP serupa dengan
ini. Sebaliknya, gejala penyakit dapat diperberat parkinsonisme idiopatik dari segi patologik maupun
oleh lisostigmin; tetapi tldak oleh antikolinesterase biokimiawi dan memberikan respons baik terhadap
amonium kuaterner yang tidak melewati sawar levodopa. Diduga zat mirip MPTP tersebar luas di
darah-otak. lingkungan dan pajanan berulang terhadap zat ler-
Klorpromazin dan turunan lenotiazin lainnya, sebut dalam jumlah kecil ditambah proses ketuaan
butirofenon, serta reserpin dapat menimbulkan par- menyebabkan terjadinya parkinsonisme. Kemudian
kinsonisme. Obat ini dapat menimbulkan deplesi diketahui bahwa yang bersifat toksik bukan MpTp
amin-biogenik, antara lain deplesidopamin (DA) di sendiri tetapi metabolitnya ion 1-metil-4-tenil pipe-
striatum serta blokade reseptor dopaminergik. ridin (MPP'). Reaksi inimembutuhkan aktivasi oleh
Parkinsonisme, dengan etiologi apapun, menunjuk- MAO-B (Mono-aminoksidase B).
kan adanya delisiensi DA di korpus striatum. Bukti Hipotesis lain ialah mengenai radikal bebas
bahwa DA mbmegang peranan utama dalam pato- yang diduga mendasari banyak penyakit dege-
Obat Penyakit parkinson dan petemas Otot
177

neratif termasuk penyakit parkinson. lni disokong


dengan ditemukannya penimbunan Fe di substan_ 1.2. OBAT DOPAMINERGIK SENTRAL
sia nigra. Ferum meningkatkan produksi radikal
hidroksil. LEVODOPA
BerdAsarkan konsep keseimbangan kompo_
Substitusi defisiensi DA_striatum tidak dapat
nen dopaminergik-kolinergik, kemoter;pi penyakit
dilakukan dengan pemberian DA, sebab DA tidak
Parkinson dapat dilakukan dengan Oua cara yaitu
melintasi sawar darah-otak. Dengan dilaporkannya
dengan obat yang bersifat dopaminergik sentr"iO"n
hasil terapi parkinsonisme dengan dopa-rasemik
dengan obat yang berefek antikoline-rgik
,"ntr"t. oleh Cotzias dkk (1976), pengobatan klinik penyakit
Selain itu, dikembangkan pengh-mbat MAO_
Parkinson memasuki babak baru. Kemudian'ter-
B berdasarkan konsep pengurangan pembentukan
nyata bahwa penggunaan dopa_rasemik banyak
zat radikal bebas. pilahan obat paikinson dapar
menimbulkan efek samping yang mengganggu.
dilihat pada Tabel 13-1.
Levodopa, sebagai isomer aktil l;bih
Tabel 13-1. PTLAHAN OBAT pENyAKtT PAKINSON kurang toksik. "i"itit'oan
FARMAKOKINETIK. Levodopa cepat diabsorpsi
l. Obat Dopaminergik Sentral secara aktil terutama dari usus halus. Kecepatan
A. Levodopa
absorpsi sangat tergantung dari kecepatan pe,
B. Bromokriptin
C. Perangsang SSp : dekstroamfetamin, ngosongan lambung. yang mencapai sirkulasi
metam darah relatil sedikit karena : (1) levodopa cepat
tetamin dan metilfenidat
mengalami pemecahan dalam lambung; (2) dirusak
ll. Obat antikolinergik sentral
A. Senyawa parasimpatolitik : triheksifenidil, olehllora usus dalam dinding usus bigian distat;
biperi
den, sikrimin, prosiklidin, benztropin mesilat, jan 93n tS) lambatnya mekanisme absorpsi di bagian
karamifen distal duodenum. Absorpsi juga dihambat otefr
B. Senyawa antihistamin : dilenhidramin, klorrenok- makanan tinggi protein akibai kompetisi asam
samin, orfenadrin, dan lenindamin amino dengan levodopa dalam absorpsi maupun
C. Derivat Fenotiazin : etopropazin, prometazin, transport ke otak. Levodopa yang dapat mencapai
dan dietazin sirkulasi kira-kira 22-gO% dosis - oral; sedangkan
lll. Obat Dopamino-antikolinergik 60% atau lebih mengalami biotransformasi di s-alur_
A. Amantadin an crna dan hati. Hati mengandung sangat
B. Antidepresan trisiklik : imipramin dan amitriptilin banyak
enzim dopa-dekarbokpilase (dekarboksilase asam
lV.Penghambat MAO-B amino-l-aromatik, DC). Selain di hati, enzim ini ter-
sebar di berbagaijaringan, juga dalam dinding
kapi_

3-0-metildopa

HVA
DC - dekarboksihse (3-Metoksi-4-hidroksifenit
AD - alclehiJ dehUrogenase
asetat)

Gambar 3-1. Biotranstormasi levodopa


178
Farmakologi dan Terapi

fer di otak. Jelaslah bahwa levodopa yang mencapai tentu dan umumnya menstimulasi aktivitas adenilat
jaringan otak jumlahnya sedikil sekali. Diperkirakan siklase. Reseptor D2 memperlihatkan prelerensi ter_
hanya 1% dari dosis yang diberikan mencapai SSp. hadap butirolenon dan dihubungkan dengan penu-
Pemberian penghambat dekarboksilase mengu_ runan aktivitas adenilat siklase atau tidak mempe_
rangi pembentukan dopamin di perifer. ngaruhinya. Dopamin memperlihatkan afinitas yang
Biotranslormasi levodopa menghasilkan ber_ sama pada kedua reseptor. Reseptor Dt lebih terlo-
bagai metabolit (Gambar 13-1). Levodopa terutama kalisasi di badan sel dan terminal prasinaps neuron
dibiotranslormasi menjadi DA yang dalam tahap striatum intrinsik. Reseptor D2 terdapat di badan sel
selanjutnya cepat diubah lagimenjadi DOPAC (3,i_ neuron striatum dan di terminal prasinaps akson
dihidroksi fenil asetat) oleh enzim MAO dan AD nigrostriatal yang dopaminergik. Walaupun dopa_
(aldehid dehidrogenase), dan HVA (asam homo- min meningkatkan aktivitas adenilat siklase homo_
vanilat). Pemberian levodopa akan menyebabkan genat ganglia basal, kebanyakan peneliti berpenda-
peningkatan kadar HVA dalam cairan serebrospinal pat bahwa kerja levodopa (dan bromokriptin) di_
(CSS). Biotransformasi menjadi metabolit lain perantarakan oleh reseptor D2.
hanya sedikit jumlahnya. Selain itu kapasitas neuroleptik menimbulkan
Metabolit levodopa cepat sekali diekskresi sindrom Parkinson juga dianggap terutama ber_
melalui urin. Delapan puluh persen dari dosis yang dasarkan blokade reseptor Dz. Karena reseptor D1
diberikan diekskresi sebagai metabolit hasil bio_ dan D2 tersebar di prasinap dan pascasinaps stria-
transformasi dopamin; ekskresi sebagai DOPAC tum, sulit membayangkan lungsi dopaminergik
dan HVA kira-kira S0% dari dosis yang diberikan; pada tarat reseptor. Walaupun terdapat pertentang_
kurang dari 'l% sebagai levodopa. an kenyataan bahwa reseptor Dr yang bersilat
Dari setiap dosis levodopa hanya sebagian menghambat dan reseptor D2 yang bersilat me-
kecil saja yang diubah menjadi 3-0-metildopa, tetapi rangsang pada eksperimen elektrofisiologis, tetapi
waktu paruhnya (hp) panjang, sehingga dapat ter- secara keseluruhan elek dopamin agaknya meng_
jadikumulasi.
hambat letupan neuron di striatum.
MEKANISME KERJA. Mekanisme kerja levodopa
EFEK TERAPI. Kira-kira 75% pasien parkinson-
pada gejala parkinsonisme diduga berdasarkan pe-
isme berkurang gejalanya sebanyak 50%. Hasil pe-
ngisian kembali kekurangan DA korpus striatum.
ngobatan pada orang-orang tertentu menakjgbkan
Telah dibuktikan bahwa beratnya defisiensi DA terutama pada awal terapi. Boleh dikatakan semua
sejalan dengan beratnya 3 gejala utama parkin_
gejala dan tanda membaik, kecuali demensia dan
sonisme dan konversi levodopa menjadi dopamin
instabilitas postural.
terjadi pada manusia. Selain itu pascamati, kadar
Perbaikan terjadi pada gejala bradikinesia dan
dopamin di striatum pada pasien yang mendapat
rigiditas, lremor sedikit diperbaiki atau malah mem-
levodopa lima sampai delapan kali lebih tinggi di-
buruk karena berkurangnya rigiditas. Manifestasi
banding yang tidak diobati. pengubahan levodopa
sekunder motorik yaitu ekspresi wajah, bicara, me-
menjadi DA membutuhkan adanya dekarboksilase
nulis, menelan dan pernapasan mernbaik secara
asam L-amino aromatik. pada sebagian pasien
proporsional dengan perbaikan rigiditas dan bradi-
parkinson, aktivitas enzim ini menurun, tetapi agak-
kinesia.
nya mencukupi untuk mengubah levodopa menjadi
Kebanyakan pasien membaik alam perasaan-
dopamin. Kenyataan ini tidaklah menyingkirkan ke-
nya (mood). Pada awal pengobalan pasien yang
mungkinan lain mekanisme kerja levodopa sebagai
apatis berubah menjadi bersemangat. Kewaspada-
obat penyakit Parkinson. Dalam hal iniyang perlu
an membaik dan merasa segar. Hal ini terlihat pada
dipertimbangkan dan diteliti lebih lanjut ialah peran-
perbaikan lungsi mental, meningkatnya perhatian
an noraporlin (noraporphine), yang mirip apomorfin;
pada diri sendiri, keluarga dan lingkungan.
letrahidroisokuinolin dan tetrahidropapaverolin
semuanya sebagai metabolit levodopa. EFEK SAMPING. Elek samping levodopa terutama
Kerja dopamin telah diteliti pada taraf mole- disebabkan lerbentuknya dopamin di berbagai
kular dan reseptor, dengan teknik ikatan ligan. Ke- organ perifer. Hal lersebut terjadi karena diperlukan
simpulan yang didapat ialah bahwa sekurang- dosis levodopa yang besar untuk mendapat efek
kurangnya terdapat 2 lenis reseptor dopamin terapi yaitu peningkatan DA di nigrostriatum.
yaitu D! dan D2. Reseptor D1 memperlihatkan pre- Kareria tujuan pemberian levodopa adalah pening-
lerensi ikatan dengan tioksanten dan fenotiazin ter- katan DA-striatum maka elek terhadap organ lain
Obat Penyakit Parkinson dan Pelemas Otot 179

menjadi efek samping obat ini. Elek samping levo- Ada beberapa bentuk gejala yang umumnya
dopa di periler dapat dikurangi dengan pemberian timbul setelah penggunaan jangka panjang (1-5
penghambat dekarboksilase yang akan dibahas ke- tahun) yaitu perpendekan masa kerja, efek pasang-
mudian. surut dan pembekuan gerakan.
Sebagian besar pasien yang mendapat levo- Perpendekan masa kerja levodopa (wear-
dopa mengalami elek samping: intensitas dan tipe ing-off) yaitu gejala parkinson timbul sebelum
efek samping berbeda bergantung tahap pengobat- pasien menelan dosis berikutnya. Efek ini berku-
an, besarnya dosis dan bersifat_reversibel. Khusus- rang dengan pemberian jumlah dosis harian yang
nya pasien usia lanjut tidak tahan dosis besar. sama tetapi lebih sering misalnya dari 3 kall rienjadi
Umumnya elek samping ini tidak membahayakan 5 kali sehari.
tetapi sebagian cukup mengganggu sehingga perlu Fenomen pasang-surul (onoff) ialah fluk-
pengurangan dosis atau penghentian pemberian tuasi elek obat dalam waktu singkat, beberapa jam
obat. membaik lalu memburuk mendadak atau sebagian
otot tubuh memperlihatkan perbaikan, lainnya tidak;
Sistem cerna. Sampai 80% pasien mengalami
terjadinya tidak berhubungan dengan waktu minum
mual, muntah dan tidak nafsu makan terutama bila
obat.
dosis awal terlalu tinggi. Gangguan ini agaknya
Pembekuan gerakan (freezing). Secara men-
berdasarkan efek sentral akibat perangsangan
dadak pasien yang sedang berjalan tidak bisa me-
CTZ (chemoreceptor tigger zone) oleh DA. Gang-
langkah atau langkahnya pendek-pendek sekali.
guan ini dapat dihindari bila dosis awal rendah dan
Pembekuan gerakan ini bisa juga terjadi pada ak-
dinaikkan berangsur-angsur; atau dengan sesekali
tivitas lain.
mengurangi dosis harian. Timbulnya gejala ini
Belum ditemukan cara untuk mengatasi teno-
dapat digunakan sebagai patokan dalam menam-
men pasang-surut dan pembekuan gerakan ini.
bah dosis harian. Jangan menggunakan obat anti
emetik golongan lenotiazin karena gejala penyakit Psikis. Sejumlah pasien mengalami gangguan ting-
dapat memberat. Domperidon merupakan suatu an- kah-laku yang cukup berat segera setelah pengo-
tagonis dopamin dan dikatakan bermanlaat untuk batan. lni harus dibedakan dengan psikosis akut
mengatasi efek samping ini. yang memang dapat terjadi beberapa minggu se-
Diskinesia dan gerakan spontan abnormal. telah pemberian levodopa. Gejala psikosis lerjadi
Gangguan gerakan otot bervariasi dari ringan sam-
pada 5-10% pasien. Depresi yang terjadi mening-
pai berat. Gerakan spontan abnormal terjadi pada katkan percobaan bunuh diri. Efek psikik cenderung
50% pasien dalam 2-4 bulan pengobatan. Elek terjadi pada pasien yang sejak pengobatan berke-
pribadian labil, umpamanya pada pasien skizofre-
samping bertambah berat sejalan dengan lama pe-
ngobatan dan besarnya dosis. Setelah pengobatan nia menahun dengan gejala parkinsonisme akibat
1 lahun dengan dosis penuh, 80% pasien meng- obat antipsikotik, yang diatasi dengan levodopa.
alami gerakan spontan abnormal. Gerakan ini di- Bila gejala psikotik terjadi, levodopa perlu diturun-
duga berdasarkan "supersensitivitas" reseptor do- kan dosisnya atau dihentikan pemberiannya. Khu-
paminergik pascasinaps dan bentuknya bervariasi. sus pada depresi dapat diberikan antidepresan,
Gangguan ini dapat berupa gerakan bukolingual, misalnya imipramin dan amitriplilin yang umumnya
meringis (grimacing), gerakan kepala, dan berbagai cukup efektif.
gerakan distonik dan koreiform dari lengan/tungkai Sistem kardiovaskular. Akibat dekarboksilasi DA
tunggal atau kombinasi. di periler terbentuk katekolamin yang aktit pada
Sesekali diskinesia terjadi pada otot diafrag- reseptor adrenergik a dan p. Potensinya jauh lebih
ma sehingga pasien terengah-engah (gasprng) atau rendah daripada E, NE dan isoproterenol. Levo-
mengalami hlperventilasi dan disangka pasien ter- dopa menyebabkan hipotensi ortostatik. Keeng-
ganggu paru-parunya. Toleransi tidak terjadi den- ganan menggunakan levodopa pada awalnya dida-
gan efek samping ini, malahan memburuk sejalan sarkan perkiraan bahwa obat ini akan memperlihat-
lamanya pengobatan dan benar-benar membatasi kan gangguan kardiovaskular yang berat akibat
manlaat levodopa. Diskinesia dialragma ini sering- elek dopamin perifer. Ternyata dosis terapi hanya
kali demikian mengganggu sehingga perlu pengu- memperlihatkan hipotensi ortoslatik yang asimto-
rangan dosis yang ruginya juga disertai pengurang- malik. Hipotensi ini diduga berdasarkan elek sentral
an efek lerapi. maupun efek perifer dopamin.
180
Farmakologi dan Terapi

Takikardia dan aritmia lainnya yang berlang- baikan gejala bagi pasien meningkat dibanding den-
sung selintas terjadi, juga peningkatan kontraktilitas gan pada pemberian levodopa saja,
jantung. Toleransi efek kardiovaskular ini terjadi Terapi kombinasi ini terutama bermanlaat ler-
dalam beberapa minggu pengobatan. Bila terlalu hadap gejala hipokinesia, tetapi kurang terhadap
mengjganggu dapat diatasi oleh propranolol. Seba- rigidilas. Terhadap gejala tremor sedikit sekali pe-
liknya pemberian levodopa oral pada pasien gagal ngaruhnya dan baru terlihat setelah terapi berjalan
jantung berat diikuti terjadinya diuresis dan perbaik- cukup lama.
an lungsi jantung. Gangguan pada jantung lebih Sediaan penghambat dekarboksilase untuk
sering terjadi pada pasien usia lanjut. pemberian pengobatan kombinasi dengan levodopa ialah kar-
levodopa pada pasien insulisiensi koroner atau arit- bidopa (MK-486, alfametildopahidrazin), bensera-
mia jantung sebaiknya dilakukan di rumah sakit. zid (Ro 4-4602, seriltrihidroksi-benzithidrazin).
Efek metabolik dan endokrin. Neuron tuberoin- Terapi kombinasi diberikan dalam perbandingan
lundibular hipotalamus terutama terdiri dari neuron dosis sebagai berikut; karbidopa : levodopa - 1 : 10
dopaminergik. Dopamin menghambat sekresi pro- atau 1 : 4; benserazid : levodopa - 1 : 4.
laktin. Penggunaan levodopa dan dopaminergik Piridoksin. Dalam jumlah yang kecil (lebih dari 5
menghambat sekresi prolaklin sedangkan anlago- mg) piridoksin sudah dapat meningkatkan dekar-
nis dopamin merangsang sekresi prolaktin. boksilasi levodopa di perifer, akibatnya levodopa
Penelitian pada pasien penyakit parkinson yang mencapai jaringan otak berkurang. Elek piri-
yang mendapat levodopa tidak memperlihatkan doksin yang merugikan ini tidak terlihat setelah
penurunan prolaktin atau peningkatan hormon per- pemberian obat penghambat dekarboksilase.
tumbuhan seperti pada sukarelawan sehat. Hal ini Obat lain. Levodopa telah digunakan bersama den-
mungkin karena pada pasien penyakit parkinson gan obat tersebut di bawah tanpa menimbulkan
sudah ada delek di hipotalamus. penyulit, yaitu : ampisilin, sulfadimidin, prednisolon,
insulin, klofpropamid, parasetamol, barbiturat, ben-
zodiazepin, an(idepresi trisiklik, siklizin, diuretik dan
Efek terhadap sistem lain. Pada ginjal, levodopa digoksin.
jelas meningkatkan aliran plasma ginjal, laju filtrasi
glomerulus dan ekskresi Na* dan K+; letapi levo- PENGGUNAAN KLlNlK. Sebaiknya tevodopa di-
dopa lidak bersifat nelrotoksik. Elek natriuresis di- berikan per oral dengan makanan untuk mengu-
perkirakan turut berperan dalam menimbulkan hipo- rangi iritasi. Terapi dimulai dengan dosis kecil,
tensi ortostatik. dinaikkan secara berangsur-angsur, tetapi sebaik-
nya tidak melebihi I g sehari. Bagan yang tertera
INTERAKSI OBAT. Penghambat dekarboksi- dalam Tabel 13-2 merupakan salah satu pedoman
lase. Pemberian penghambat dekarboksilase penenluan dosis untuk pasien yang berobat jalan.
periler (yang tidak melintasi sawar darah-otak) ber-
sama levodopa menghambat biotiansformasi levo-
dopa menjadi DA di perifer. Pada tikus, zat tersebut
dapat menghambat aktivitas dekarboksilase sam- Tabel 13-2. PEDOMAN DOSTS LEVODOPA UNTUK
pai 80%. Kejadian ini sekaligus memberikan ber- PENDERITA BEROBAT JALAN
bagai manlaat : (1) meningkatkan jumlah levodopa
yang mencapai jaringan otak sehingga memung- Masa pengobatan Dosis Frekuensi pemberian
kinkan pengurangan dosis sebanyakTSo/o; (2) pada
terapi yang baru dimulai dosis elektil lebih cepat Minggu ke 1 125 mg 2 x sehari
tercapai; (3) elek samping seperti mual, muntah dan Minggu ke 2 125 mg 4 x sehari
elek pada sistem kardiovaskular termasuk elek Minggu ke 3 250 mg 4 x sehari
hipotensi sangat berkurang karena kurangnya DA Minggu ke 4 500 mg 3 x sehari
Minggu ke 5 500 mg 4 x sehari
yang terbentuk di periler; (4) gejala penyakit parkin-
Minggu ke 6 500 m9 5 x sehari
son yang hanya timbul pada waktu tertentu dalam
sehari (variasi diurnal) lebih mudah dikendalikan,
Minggu ke 7 1g 3 x sehari
Minggu ke 8 1g 3 x sehari + 500 mg
bahkan frekuensi dosis harian dapat dikurangi tan- di malan hari.
pa mengurangi elek terapi; (5) elek antagonisme Selanjutnya bila diperlukan dosis harian dapat ditambah
piridoksin dapat dihindari; dan (6) manlaat dan per- 500 mg setiap minggu.
Obat Penyakit Parkinson dan Pelemas Otot 181

Dengan menggunakan pedoman di atas, MEKANISME KERJA. Bromokriptin merangsang


terapi penyakit Parkinson dapat dilaksanakan pada reseptor dopaminergik. Obat ini lebih besar alinitas-
pasien yang berobat jalan dengan hasil yang nya terhadap reseptor D2 dan merupakan antagonis
memuaskan. Penyesuaian dosis yang lebih cepat reseptor D1. Organ yang dipengaruhi ialah yang
dapat dilakukan di rumah sakit, Dalam hal ini dosis memiliki reseptor dopamin yaitu SSP, kardiovas-
permulaan ialah 3-4 kali250 mg sehari; bila pasien kular, poros hipotalamus-hipofisis dan saluran
bersilat toleran, tiap pemberian dapat dijadikan 500 cerna,
mg; dan dosis selanjutnya ditingkatkan dengan 125- Elektivitas bromokriptin pada penyakit parkin-
250 mg setiap 2-3 hari. Tiap pemberian tidak me- son cukup nyata dan lebih nyata lagi pada pasien
lebihi 1,5 - 2 g dan diberikan setelah makan. Dosis dengan derajat penyakit lebih berat. Kenyataan ini
dinaikkan sampai mendapat efek terapi yang dike- didukung oleh fakta : (1) efek terapi bromokriptin
hendaki atau sampai terjadi efek samping yang tidak tergantung dari enzim dekarboksilase; pada
membatasi peningkatan dosis lebih lanjut. Dosis penyakit Parkinson terdapat defisiensi enzim ter-
optimal kira-kira 3-4 g yang tercapai pada minggu sebut di ganglia basal dan respons terapi levodopa
ke 6, tetapi variasi dosis efektil ialah 2-10 g sehari. biasanya kurang memuaskan dalam keadaan pe-
. Levodopa pada pemberian oral tidak segera nyakit yang berat; (2) bertambah beratnya penyakit
memberikan efek lerapi. Kadang-kadang elek akan lebih meningkatkan sensitivitas reseptor
terapi baru terlihat setelah 6 minggu. Malahan untuk dopaminergik (supersensitivitas denervasi).
menilai elektif tidaknya levodopa pada seorang Bromokriptin menyebabkan kadar HVA dalam
pasien diperlukan waktu sedikitnya 6 bulan. Setelah CSS menurun, yang memberikan kesan bahwa
elek terapi dicapai, dosis selalu perlu disesuaikan obat ini menghambat pembebasan DA dari ujung
dengan kebutuhan. saraf di otak. Terapi kombinasi levodopa dan bro-
Adakalanya sulit membedakan apakah suatu mokriptin pada penyakit Parkinson dapat mengu-
gejala merupakan tanda kekurangan dosis alau ke- rangi dosis levodopa sambil tetap mempertahankan
lebihan dosis. lni memerlukan penelusuran secara atau bahkan dapat meningkatkan efek terapinya.
seksama dengan cara mengurangiatau menambah
dosis, mengganti sediaan, atau mengkombinasi FARMAKOKINETIK. Hanya 30% bromokriptin
levodopa dengan obat lain. yang diberikan per oral diabsorpsi. Obat ini meng-
alami metabolisme lintas awal secara ekstensif se-
hingga sedikit sekali fraksi dosis yang sampai di
tempat kerja.
AGONIS DOPAMIN
Kadar puncak plasma tercapai dalam 1,5 - 3
jam, mengalami metabolisme menjadi zat tidak aktil
Beberapa zat kimia memiliki sifat dopaminer-
gik, dengan mekanisme kerja merangsang reseptor dan sebagian besar diekskresi ke dalam empedu.
dopaminergik sentral. Obat yang termasuk golong- INDIKASI DAN DOSIS. lndikasi utama bromokrip-
an ini ialah : apomorlin, piribedil, bromokriptin dan tin ialah sebagai tambahan levodopa pada pasien
pergolin. yang tidak memberikan respons memuaskan ter-
Keterterimaan apomorlin maupun N-propil- hadap levodopa; dan untuk mengatasi fluktuasi res-
noraportin sebagai obat penyakit Parkinson buruk pons levodopa dengan atau tanpa karbidopa. Bro-
karena efek emesisnya yang kuat. mokriplin diindikasikan sebagai pengganti
levodopa bila levodopa dikontraindikasikan. Kira-
kira 50-60% kasus, baru memperlihatkan perbaikan
BROMOKRIPTIN gejala sebanyak 25%. Sisanya tidak memberikan
respons atau mengalami efek samping yang mei
Bromokriptin merupakan prototip kelompok
merlukan penghentian pengobatan. Dosis levodopa
ergolin yaitu alkaloid ergot yang bersifat dopami-
perlu dikurangi sewaktu dosis bromokriptin di tam-
nergik. yang dikelompokkan sebagai ergolin. Dalam
bah. Dengan cara demikian mungkin pasien dapat
kelompok ini termasuk lesurid dan pergotid. Walau-
diobati dengan bromokriptin saja. lnsidens distonia
pun obat-obat ini berbeda silat larmakokinetiknya
dan diskinesia agaknya lebih jarang terjadi dengan
maupun alinitasnya terhadap berbagai subtipe
bromokriptin dibanding levodopa.
reseptor dopaminergik, efektivitas kliniknya sangat
Terapi dengan bromokriptin dimulai dengan
mirip.
dosis 1,25 mg, dua kali sehari. Kemudian dosis
182
Farmakologi dan Terapi

dinaikkan sampai elek terapi tercapai atau timbul ergolin yang paling poten ini merangsang reseptor
efek samping. Obat sebaiknya diberikan dengan Dz dan Dr.
makanan. Peningkatan dosis dilakukan setiap 2-4 Untuk hiperprolaktinemia cukup diberikan 1
minggu sebanyak 2,5 mg/hari. Dengan pemberian kali sehari tetapi untuk parkinsonisme perlu diberi_
bromokriptin, umumnya dosis levodopa dapat diku- kan 2-3 kali sehari. pergolid bermanfaat untuk
rangi dengan 125-250 mg untuk setiap penambah_ pasien yang tidak responsif terhadap bromokriptin
an 2,5 mg bromokriptin. Dosis maksimum bromo_ dan sebaliknya bromokriptin bermanfaat untuk
kriptin yang dapat diterima bervariasi untuk masing- pasien yang tidak responsif terhadap pergolid.
masing pasien; 75 mg sehari masih dapat diterima Lisurid, sama dengan bromokriptin merupa_
bila pasien tidak mendapat levodopa dosis tinggi. kan agonis De dan antagonis Dr. Lisurid juga me-
Dosis optimum kira-kira 45 mg sehari (20-75 mg) rangsang 5 HT yang diduga mendasari halusinasi
yang dapat dicapai dalam kira-kira 6 minggu (2_15 dan efek samping lainnya. Sifatnya yang larut air
minggu). cocok untuk pemberian sebagai infus.
Bromokriptin juga diindikasikan untuk terapi
hiperprolaktinemia pada berbagai situasi klinis
yaitu laktasi, infertilitas dan galaktore-amenore. PERANGSANG SSP
Juga diberikan pada tumor hipofisis. Untuk men_
gatasi hiperprolaktinemia dosisnya .1,25 - 2,5 mg; _ Pada terapi penyakit parkinson, perangsang
SSP bekerja memperlancar transmisi DA. Defisiensi
umumnya pasien berespons baik dengan dosis total DA tidak diperbaiki. Efek anti parkinson hanya lemah
5 - 7,5 mg/hari. dan umumnya perlu dikombinasikan dengan an_
tikolinergik. Untuk tujuan ini dekstroamfetamin
diberikan 2 kali 5 mg sehari; metamfetamin dua kali
EFEK SAMPING
2,5 mg sehari;atau metilfenidat, dua kali 5 mg sehari.
Efek samping bromokriptin memperlihatkan
variasi individu yang nyata. Titrasi dosis yang teliti 1.3. ANTIKOLINERGIK
perlu untuk menentukan dosis yang tepat. Mual,
muntah dan hipotensi ortostatik merupakan efek Antikolinergik merupakan obat alternatif levo_
samping awal. Fenomen dosis awal berupa kolaps dopa dalam pengobatan parkinsonisme. prototip
kardiovaskular dapat terjadi. perhatian khusus kelompok ini ialah triheksitenidil. Termasuk dalam
harus diberikan pada mereka yang minum antihi- kelompok ini ialah : biperiden, prosiklidin, benztro-
pertensi. Pemberian obat bersama antasid atau pin, dan antihistamin dengan efek antikolinergik
makanan, dan memberikan dosis secara bertahap difenhidramin dan etopropazin.
mengurangi mual yang berat. Gangguan psikis
Mekanisme kerja. Dasar kerja obat ini ialah me-
berupa halusinasi penglihatan dan pendengaran
lebih sering ditemukan dibandingkan dengan pada
ngurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan di
ganglia basal.
pemberian levodopa.
Efek antikolinergik perifernya relatif lemah di_
Efek samping yang jarang-jarang terjadi ialah:
bandingkan dengan atropin. Atropin dan alkaloid
eritromelalgia, kemerahan, nyeri, panas dan udem
beladon lainnya merupakan obat pertama yang di-
di tungkai bawah. Umumnya terjadi bila dosis per
manfaatkan pada penyakit parkinson, tetapi telah
hari lebih dari 50 mg. Hipotensi simtomatik dan
ditinggalkan karena efek perifernya terlalu meng-
levido retikularis kulit juga lebih sering terjadi di_ ganggu.
banding dengan levodopa; Diskinesia lebih jarang
terjadi. Semua efek nonterapi ini berkurang dan
bersilat reversibel dengan pengurangan atau penu_ TRIHEKSIFENIDIL, SENYAWA KONGENERIK.
runan dosis. NYA DAN BENZTROPIN
FARMAKODINAMI. Obat-obat ini terutama berefek
TURUNAN BROMOKRIPTIN LAINNYA sentral. Dibandingkan dengan potensi atropin, tri_
heksifenidil memperlihatkan potensi antispasmodik
Pergolid mesilat, sama efektif dengan bro_ setengahnya, elek midriatik sepertiganya, elek ter_
mokriptin untuk mengatasi parkinsonisme dan hadap kelenjar ludah dan vagus sepersepuluhnya.
hiperprcjlaktinemia, .Obat yang merupakan turunan
Seperti atropin, triheksifenidil dosis besar menye-
Obat Penyakit Parkinson dan Pelemas Otot 183

babkan perangsangan otak. Ketiga senyawa kG Elek samping benztropin umumnya ringan,
ngenerik triheksilenidil yaitu biperiden, sikrimin jarang memerlukan penghentian terapi; sesekali
dan prosiklidin, pada umumnya serupa triheksife- dosis perlu diturunkan umpamanya, bila timbul
nidil dalam elek antiparkinson maupun efek sam- kelemahan otrot tertentu.
pingnya. Bifa terjadi toleransi terhadap triheksife-
nidil, obat-obat tersebut dapat digunakan sebagai EFEK TEBAPI. Obat antikolinergik khususnya ber-
pengganti. manlaat terhadap parkinsonisme akibat obat. Misal-
Benztropin tersedia sebagai benztropin me- nya oleh neuroleptik, termasuk juga antiemetik
silat, yaitu suatu metansullonat dari eter tropinben- turunan lenotiazin, yang menimbulkan gangguan
zohidril. Eter ini terdiri atas gugus basa tropin dan ekstrapiramidal akibat blokade reseptor DA di otak.
gugus antihistamin (difenhidramin). Masing- Pengalaman di klinik menunjukkan bahwa
masing bagian telap mempertahankan sifat-sifat- pemberian antikolinergik lebih elektil daripada levo-
nya, lermasuk elek antiparkinson. Efek sedasi dopa untuk mengatasi gejala ini. Penambahan anti-
gugus difenhidramin bermanlaat bagi mereka yang kolinergik golongan ini secara rutin pada pemberian
justru mengalami perangsangan akibat pengguna- neuroleptik tidak dibenarkan, antara lain disebab-
an obal lain; khususnya pada pasien yang berusia kan kemungkinan timbulnya akinesia tardif.
lanjut. Sebaliknya bagian basa tropinnya menimbul- Belum jelas perbedaan efek terapi antar obat
kan perangsangan. antikolinergik tetapi jelas ada perbedaan keterte-
rimaan obat antar individu,
FARMAKOKINETIK. Tidak banyak data larmako- Triheksitenidil juga memperbaiki gejala beser
kinetik yang diketahui mengenai obat-obat ini. Hal ludah (sialorrhoea) dan suasana perasaan (mood).
ini dapat dimengerti sebab saat obat ditemukan, Selain pada penyakit Parkinson, triheksifenidil
farmakokinetika belum berkembang, Sekarang dapat pula digunakan pada sindrom atetokoriatik,
obat ini kurang diperhatikan setelah ada levodopa tortikolis spaslik dan spasme lasialis; demikian juga
dan bromokriptin. lurunannya. Obat-obat ini digunakan sebagai peng-
Kadar puncak triheksifenidil, prosiklidin dan ganti triheksilenidil bila terjadi toleransi. Berbeda
biperiden tercapai setelah 1-2 jam. Masa paruh dengan yang lain, prosiklidin masih boleh diguna-
eliminasi terminal antara 10 dan 12jam, Jadi sebe- kan pada pasien glaukoma dan hipertropi prostat
narnya pemberian 2 kali sehari rnencukupi, tidak 3 dengan pengawasan ketat. Triheksilenidil terutama
kali sehari sebagaimana dilakukan saat ini. berpengaruh baik terhadap tremor, tetapi bradikine-
sia/akinesia dan rigiditas juga membaik. Secara
EFEK SAMPING. Antiparkinson kelompok antikoli- keseluruhan triheksilenidil tidak seelektif levodopa
nergik menimbulkan efek samping sentral dan peri- pada penyakit Parkinson bukan karena obat.
ler. Efek samping sentral dapat berupa gangguan
Efektivitas benztropin bertahan lebih lama dari
neurologik yaitu : ataksia, disartria, hipertermia;
antikolinergik lain.
gangguan mental: pikiran kacau, amnesia, delusi,
halusinasi, somnolen dan koma. Efek samping
perifer serupa atropin. Triheksifenidil iuga dapat SENYAWA ANTIHISTAMIN
menyebabkan kebutaan akibat komplikasi glauko-
ma sudut tertulup; terutama terjadi bila dosis harian Beberapa antihistamin dapat dimanfaatkan
15-30 mg sehari. Pada pasien glaukoma sudut ter- elek antikolinergiknya untuk terapi penyakit Parkin-
buka yang mendapat miotik, antikolinergik cukup sonr yaitu difenhidramin, lenindamin, orfenadrin,
aman untuk digunakan. dan klorfenoksamin. Keempat senyawa ini memiliki
Gejala insomnia dan gelisah oleh antikoliner- sifat larmakologik yang mirip satu dengan lainnya.
gik sentral dapat dialasi dengan dosis kecil hipnotik- Difenhidramin diberikan bersama levodopa,
sedatil, atau dengan difenhidramin. Gangguan untuk mengatasi efek ansietas dan insomnia akibat
daya ingat sering terjadi akibat pemberian antikoli- levodopa. Walaupun menimbulkan perasaan kan-
nergik pada pasien yang berumur lebih dari 70 tuk, obat kelompok ini dapat memperbaiki suasana
tahun dan pada pasien dengan demensia. Elek perasaan karena elek psikotropiknya menghasilkan
samping ini sangat membatasi penggunaan antiko- euforia. Elek antikolinergik periler lemah, sehingga
linergik sentral, Pada kelompok pasien ini lebih beser ludah hanya sedikit dipengaruhi.
aman diberikan antihistamin. Dosis dan sediaan dapat dilihat di Tabel 13-2.
184
Farmakologi dan Terapi

Tabel 13-2. OBAT ANTtKOL|NERGtK SENTRAL

Dosis oral Sediaan

Triheksitenidil 2 mg,2-3 kali sehari. Triheksifenidil tablet


rentang dosis 10-20 mg/hari 2 mg,5 mg.
tergantung respons dan
keterterimaan.
Biperiden HCI atau 0,5 - 2 mg, 2 - 4 kali sehari Biperiden tablet 2 mg
laktat
Prosiklidin 5 mg, 2-3 kali sehari. Tablet 5 mg
rentang dosis 20-30 mg/hari
Benztropin mesilat 0,5-l mg/hari diberikan Tablet 0,5; 1 dan 2 mg.
malam hari.
rentang dosis 4-6 mg/hari.
Oral: dewasa 25 mg 3 kall sehari Kapsul 25 mg
anak 5 mg/kg/hari dalam
4 dosis.
:
lM dewasa 10-50 mg lnjeksi 10 mg/ml
anak = dosis oral
maksimum 400 mg/hari

TURUNAN FENOTIAZIN 1.4. OBAT DOPAM INO.ANTIKOLINERGIK


Turunan fenotiazin merupakan kelompok obat
yang paling sering menyebabkan gangguan ekstra_ AMANTADIN
piramidal, Tetapi beberapa diantaranya justru ber-
efek antiparkinson yaitu etopropazin, prometazin Amantadin adalah antivirus yang digunakan
dan dietazin. Perbedaan antara kedua sifat yang lerhadap influenza Asia. Secara kebetulan peng-
berlawanan ini mungkin dapat dijelaskan dengan gunaan amantadin pada seorang pasien inlluenza
SAR. Rumus kimia ketiga senyawa tersebut di atas yang juga menderita penyakit parkinson memper-
memillki atom N pada rantai alifatik yang dipisahkan lihatkan perbaikan gejala neurologik. Kenyataan ini
dari atom N pada cincin inti tenoiiazin olen dua merupakan titik tolak penggunaan amantadin pada
atom C; sedangkan pada senyawa dengan silat pengobatan penyakit Parkinson.
berlawanan pemisahan terjadi pada tiga atom C. Di Amantadin diduga meningkatkan aktivitas
samping ini ketiga senyawa tersebut memiliki gugus dopaminergik serta menghambat aktivitas koli-
dietil pada atom N rantai alifatik. nergik di korpus striatum. Sebagai penjelasan
Bigiditas dan tremor dikurangi oleh obat ini, telah dikemukakan bahwa amantadin membebas-
sedangkan terhadap gejala lain efektivitasnya lebih kan DA dari ujung saral dan menghambat ambilan
kecil. Elek samping kantuk, pusing dan gejala anti- presinaptik DA, sehingga memperpanjang waktu
kolinergik dapat terjadi. Dietazin dapat menyebab- paruh DA di sinaps. Berbeda dengan levodbpa,
kan depresi sumsum tulang dengan manilestasi amantadin tidak meningkatkan kadar HVA dalam
granulositopenia atau agranulositosis yang mung- CSS. Mekanisme kerjanya belum diketahui dengan
kin berbahaya. pasti.
Untuk obat antiparkinson pemberian etopro- Efektivitasnya sebagai antiparkinson lebih
pazin dimulai dengan 10 mg, 4 kali sehari. Dosis rendah daripada levodopa tetapi respons lebrh
dilambah berangsur-angsur, biasanya tidak mele- cepat (2-5 hari) dan elek samping lebih rendah.
bihi 200 mg sehari. Elektivitas amantadin tidak dipengaruhi umur, jenis
185
Obat Penyakit Parkinson dan Pelemas Otot

kelamin, lamanya penyakit, jenis penyakit dan pe- 1.5. PENGHAMBAT MONOAM]NE
ngobatan terdahulu. Efektivitasnya paling nyata
pada pasien yang kurang baik responsnya terhadap
OKSIDASE-B
levodopa. Pemberian amantadin dan levodopa ber'
sama-sama bersilat sinergis.
Pada terapi dengan amantadin tunggal, elekti- SELEGILIN
vitasnya tidak bertahan dan hasil pengobatan me-
nurun setelah 3-6 bulan, Selegilin merupakan penghambat MAO-B
Pemberian amantadin dimulai dengan 100 mg yang relatil spesifik. Saat ini dikenal dua bentuk
penghambat MAO, tipe A yang terutama berhubu-
sehari. Jika pasien cukup toleran setelah 1 minggu
dosis dapat ditambah menjadi 2 kali 100 mg sehari ngan dengan deaminasi oksidatil norepinefrin dan
serotonin; tipe B yang memperlihatkan aktivitas
dan kemudian meniadi 3 kali 100 mg sehari. Tetapi
terutama pada dopamin.
menurut Schwab dan kawan-kawan dosis lebih dari
Penghambat MAO-A menyebabkan hipertensi
200 mg sehari tidak memperlihatkan kenaikan man-
laat terapi yang berarti. bila terdapat tiramin yang masuk dari makanan,
Efek samping amantadin menyerupai gelala demikian juga bila dikombinasi dengan levodopa.
intoksikasi atropin. Gejala yang dapat timbul ada- Selegilin dapat diberikan secara aman dalam kom-
lah: disorientasi, depresi, gelisah, insomnia, pusing' binasi dengan levodopa. Selektivitas ini hanya ber-
gangguan saluran cerna, mulut kering dan dermati- laku untuk dosis sampai 10 mg/hari.
lis, Lima persen pasien menderita gangguan proses MEKANISME KERJA. Selegilin menghambat dea-
berpikir, bingung, lightheadedness, halusinasi dan minasi dopamin sehingga kadar dopamin di uiung
ansietas. Gejala ini terjadi pada awal terapi, bersifat saral dopaminergik lebih tinggi. Selain itu ada hipo-
ringan dan bersifat reversibel dan kadang-kadang tesis yang mengemukakan bahwa selegilin mung-
menghilang walaupun pengobatan diteruskan. Akti- kin mencegah pembentukan neurotoksin endogen
vitas yang membutuhkan kewaspadaan mental se- yang membutuhkan aktivasi oleh MAO-B' Secara
baiknya dihindarkan sampai kelompok gejala jelas eksperimental pada hewan, selegilin mencegah
tidak ada. Livedo retikularis umum terjadi 1 bulan parkinsonisme akibat MPTP. Mekanisme lain di-
setelah pengobatan dengan amantadin, tetapi tidak duga berdasarkan pengaruh metabolitnya yaitu N-
memerlukan penghentian terapi. Terjadinya livedo desmetil selegilin, L-metamfetamin dan L-amleta-
retikularis diduga merupakan respons lisiologik' aki- min. lsomer ini 3-10 kali kurang poten dari bentuk
bat deplesi katekolamin dari depot ujung saral peri- D. Metamfetamin dan amletamin menghambat am-
fer. Pada beberapa pasien, livedo retikularis disertai bilan dopamin dan meningkatkan penglepasan
dengan udem pergelangan kaki. dopamin.
Amantadin harus digunakan dengan hati-hati
pada pasien epilepsi, ulkus peptik, atau pengobatan EFEK TERAPI. Pada pasien penyakit Parkinson
dengan perangsang SSP, misalnya amletamin. laniut penambahan selegilin pada levodopa meri-
Kombinasi amantadin dengan levodopa ngankan lenomen wearing off. Fenomen pasang-
hanya dianjurkan bagi mereka yang tidak dapat surut dan pembekuan gerakan tidak jelas dipenga-
mentoleransi levodopa dalam dosis optimal. ruhi. Penambahan selegilin memungkinkan pengu-
rangan dosis levodopa 10-30%. Dengan demikian
elek samping levodopa berkurang. Pemberian sele-
ANTIDEPRESI TRISIKLIK
gilin tunggal pada awal penyakit agaknya meng-
lmipramin atau amitriptilin yang digunakan ter- hambat progresivitas penyakit Parkinson sehingga
sendiri efek antiparkinsonnya kecil sekali, tetapi bila menunda keperluan pengobatan dengan levodopa'
dikombinasi dengan antikolinergik dapat sangat EFEK SAMPING. Penggunaan selegilin belum
bermanlaat. Dengan kombinasi ini, selain mening- begitu luas, tetapi data sampai saat ini menyim'
katkan perbaikan rigiditas dan akinesia, geiala de- pulkan bahwa selegilin dengan dosis 10 mg/hari
presi juga diperbaiki. Untuk terapi penyakit Parkin-
terterima baik.
son, imipramin atau amitriptilin dapat diberikan 10 Elek samping berat tidak dilaporkan teriadi'
sampai 25 mg, empat kali sehari; pemberian ini
efek samping kardiovaskular jelas kurang dari
dapat diteruskan dengan aman untuk waktu yang penghambat MAO-4.
lama.
Farmakologi dan Terapi

Hipotensi, mual, kebingungan dan psikosis ngalami perbaikan gejala walaupun tidak sebaik
pernah dilaporkan. yang dicapai dengan levodopa/karbidopa. Diskine_
sia jarang terjadi, demikian juga fenomen pasang
surut dan lenomen perpendekan masa kerja. Bila
1:6. PEMILIHAN OBAT pARKtNSON agonis dopamin tidak memuaskan, amantadin atau
antikolinergik dosis rendah dapat dicoba.
Ditinjau dari segi manfaat, para ahli sepakat Jarang ada pasien yang dapat dibebaskan
bahwa kombinasi levodopa dengan karbidopa dari gejala klinis seterusnya. Cepat atau lambat
leygafan obat penyakit parkinson yang paling levodopa/karbidopa dibutuhkan.
efektil. Pertentangan utama dalam pengobitan pe-
Setelah pengobalan jangka panjang dengan
nyakit Parkinson berpusat pada penentuan saat
pengobatan dimulai. Sebagian besar para klinisi levodopa/ karbidopa, timbul etek samping yang se_
cenderung menunda pengobatan sampai kombi- bagian berkailan erat dengan kadar levodopa da_
nasi ini betul-betul diperlukan atas alasan bahwa lam darah. Diskinesia terjadi bila kadar dopamin di
elektivitasnya hanya bertahan kira-kira 5 tahun. otak meningkat, sedang akinesia dan rigiditas ter_
Lainnya berpendapat bahwa kegagalan terapi den_
jadi bila kadar rendah.
gan levodopa/karbidopa tidak berkaitan dengan Pemberian sediaan lepas lambat dapat me-
lamanya terapi tetapi lebih dengan progresivitas ngurangi/mengatasi lluktuasi dopamin di tempat
penyakit. Data terakhir menyarankan bahwa morta- keria. Ada 2 peringatan yang perlu diketahui bila
litas dan progresivitas penyakit menurun bila peng_ menggunakan sediaan lepas lambat. pertama kare_
obatan diberikan lebih cepat. pemberian levodopa/ na absorpsi lambat, pasien kadang-kadang memer_
karbidopa perlu dititrasi demikian rupa untuk meng_ lukan lambahan sediaan biasa pada dosis pagihari.
hindarkan elek samping insomnia, mual dan ano- Kedua karena terjadinya akumulasi obat, maka
reksia. Biasanya elek terapi dicapai dengan pembe- dosis terakhir mungkin perlu dikurangi untuk men_
rian 3-4 kali sehari. Masalah dapat timbul 2_5 tahun cegah diskinesia akibat kelebihan dopamin di otak.
setelah pengobatan dimulai.
Penelilian terbatas menyarankan bahwa pem_
berian selegilin pada awal penyakit, menunda pro_
gresivitas penyakit dan dengan demikian menunda
pengobatan dengan levodopa/karbidopa, Dari data
yang ada saat ini, anjuran tersebut dapat diper- 2. PELEMAS OTOT YANG BEKERJA
langgung jawabkan secara medis, karena dengan SENTRAL
dosis yang dianjurkan, maka efek sampingnya sa_
ngat ringan/tidak ada. Biaya pengobatan dengan
Dalam bagian ini dibicarakan secara singkat
deprenil saat ini relatil mahal ($ .l 13/bulan _ di Ame_
pelemas otot lain yang bekerja di SSp. KelompoX
rika), ini akan merupakan kendala yang utama bagi
pasien di negeri kita. penelitian dengan deprenil obat ini dikatakan efektil untuk menimbulkan relak_
masih harus dilakukan untuk mengetahui manfaat_ sasi olot pada reumatoid, spondilitis, bursilis dan
nya dalam kombinasi dengan obat antiparkinson artritis lain.
lainnya. Ditinjau dari segi larmakologi, secara kualitatil
sifat pelemas otot yang bekerja sentral sukar dibe_
. Selain selegilin, masih ada 3 jenis obat yang
dapat diberikan sebelum atau bersama levod-opa/ dakan dengan obat antiansietas, misalnya mepro-
karbidopa yaitu : dopamin agonis, amantadin dan bamat dan diazepam yang efek relaksasi ototnya
antikolinergik. Tidak ada pegangan kuat mana di- cukup berarti secara klinis. Sampai saat ini belum
antaranya yang terpilih untuk digunakan dahulu. ada bukti meyakinkan apakah elek relaksasi otot
Elek samping obat antikolinergik yang sangat oleh pelemas otot yang bekerja sentral ini berdasar_
membatasi penggunaannya sebagai obat penyakit kan kerja selektil atau bertalian dengan elek
Parkinson yaitu, prostatisme, glaukoma dan mem_ sedasinya.
buruknya pasien dengan dementia. Elek samping Dalam kelompok ini dikenal mefenesin, meto-
tersebut juga dapat terjadi dengan amantadin. Ber- karbamol, stiramat, klorzoksazon, karisoprodol,
dasarkan kenyataan di atas pilihan jatuh pada bro- metaksalon, mefenoksalon dan obat generasi baru
mokriptin atau lisurid. Kebanyakan pasien me_ yaitu baklofen.
187
Obat Penyakit Parkinson dan Pelemas Otat

2.1. MEFENESIN nyeri akut otot rangka bila diberikan bersamaan


dengan istirahat, terapi lisik dan tindakan lainnya'
Obat ini diduga dapat menyebabkan ganggu-
Melenesin telah dikenal sejak 1945 dan mere-
an lungsi hati berupa ikterus. Gejala elek samping
laksasi otot rangka sebelum menyebabkan hilang-
lainnya adalah sakit kepala, gangguan sistem cerna
nya kesadaran. Efek relaksasi ini berdasarkan ham-
batan pada relleks polisinaptik, sedangkan penga- dan reaksi alergi.
ruh pada relleks monosinaptik tidak bermakna' Dosis dewasa 250-750 mg, diberikan 3 kali
sehari,
Penghambatan transmisi pada jalur polisinaptik ter-
jadi pada tingkat spinal dan supraspinal. Masa pe-
mulihan sinaps (sinaptic recovery time) diperpan- KARISOPRODOL
jang sehingga penglepasan berulang (repetitive
discharge) berkurang. Relleks regangan otot akibat Karisoprodol adalah derivat meprobamat'
perangsangan lormasio retikularis juga mengalami Tidak ada keistimewaan dibanding dengan pele-
penghambatan oleh mefenesin. Konduksi neuron' mas otot yang bekerja sentral lainnya. Elek samping
transmisi saraf-otot serta eksitabilitas otot baru di- yang pating sering dijumpai adalah kantuk, efek
hambdt pada dosis toksik. Elek anestetik lokal samping lainnya tidak banyak berbeda dengan pe-
melenesin sama kuat dengan prokain, tetapi tidak lemas otot yang bekeria sentral lainnya.
digunakan sebagai anestetik lokal karena bersifat Dosis dewasa 350 mg, empat kali sehari'
iritatil. Dosis anak 25 mg/kgBB per hari dibagi dalam
Absorpsi melenesin melalui saluran cerna emPat dosis.
baik, tetapi karena melenesin bersifat iritatil tidak
mungkin diberikan dalam dosis besar. Distribusi
melenesin ke seluruh tubuh; kadar dalam otak dua METAKSALON
sampai tiga kali kadar dalam plasma, Biotrans{or-
masi berlangsung cepat sekali dalam hati. Ekskresi Etek relaksasi otot diduga bertalian dengan
terutama melalui ginjal sebagai metabolit inaktil' elek sedasinya. Obat ini berguna menghilangkan
Elek toksik berat iarang teriadi, tetapi elek spasme otot lokal, dapat menyebabkan mual, kan-
samping mungkin sangat mengganggu; misalnya tuk dan pusing. Metaksalon sebaiknya tidak diguna-
nistagmus, diplopia, rasa lemah, lelah dan ganggu- kan pada pasien penyakit hati karena dapat mony-
an koordinasi otot. Pemberian oral menyebabkan babkan gangguan laal hati. Dosis dewasa 800 mg'
anoreksia, mual, muntah dan gangguan menelan' tiga kali sehari,
Pemberian lV dapat menyebabkan sinkop, llebo-
trombosis dan hemolisis intravaskular. Toleransi MEFENOKSALON
timbul Pada Penggunaan kronik.
Dosis melenesin 1'3 g diberikan 3-5 kalisehari Kerja melenoksalon sangat mirip meproba-
secara oral, atau 0,5 - 1 g secara lV. mat; digunakan sebagai pelemas otot dan antian-
Mefenesin karbamat adalah sediaan mefe' sietas. Dosis 400 mg, tiga-empat kali sehari'
nesin yang masa kerjanya lebih panjang karena
absorpsi dan biotransformasinya lebih lambat' Obat BAKLOFEN
ini diberikan per oral 250-750 mg' 3-4 kali sehari'
Mekanisme keria. Obat ini merupakan agonis
reseptor GABA-ergik, tidak beretek langsung pada
2.2. PELEMAS OTOT YANG BEKERJA ra*6ungan saral-otot, tetapi mengurangi transmisi
SENTRAL LAINNYA monosinaptik maupun polisinaptik di medula spi'
nalis. Tempat kerianya diduga presinaptik pada re-
septor GABA-B' Selain itu agaknya obat ini meng-
KLORZOKSAZON ganggu penglepasan susbtansi P dan neurotrans-
iritoi-putatit lain dari serabut aleren nosiseptil di
Klorzoksazon (Klorobenzoksazolinon, 5-klo- kulityang menimbulkan refleks fleksor' Pada hewan
robenzoksazolin-2-on) memiliki aktivitas dan elekti- obat ini berelek analgesik, belum jelas apakah ini
vitas yang sama dengan pelemas otot yang bekerja mendasari hilangnya nyeri pada spasme lleksor di
sentral lainnya. Obat ini elektif mengurangi gejala klinik.
188
Farmakologi dan Terapi

lndikasi. Baklolen mengatasi sebagian komponen DIAZEPAM


spastisitas spinal; spasme fleksor dan eksiensor
yang involunter terutama akibat lesi spinal. Efekti_ Efek antispasmodik diazepam tidak diragukan
vitas pada spasme sehubungan dengan multipel letapi sedasi dan tetargi yang menyertai, mem_
sklerosis kira-,kira 65%. perbaikan tidak tuntas batasi penggunaannya. Diazepam berguna pada
tetapi bermakna yaitu berkurangnya penderitaan, berbagai gangguan motor neuron atas akibat lesi
lebih mandiri dalam mengurus diri, kurang tergang- medula spinalis, walaupun tidak seelektif baklofen
gu tidur dan meningkatnya kemampuan latiha;fisik. untuk mengatasi spasme lleksor intermiten.
Baklolen tidak mengurangi rigiditas pada penyakit
Parkinson. Obat ini dilaporkan efektil pada sindrom
stiff-man yang dihubungkan dengan berkurangnya
sintesis GABA akibat terbentuknya autoantibodi 2.3. STATUS TERAPEUTIK
terhadap enzim dekarboksilase asam glutamat.
Efek Samping. Baklolen terterima baik, reaksi ber_ Pelemas otot yang bekerja sentral bermanlaat
jarang terjadi. yang paling umum dilapor- sebagai pelemas otot. pemberian lV berguna untuk
lahaya manipulasi ortopedik, pada trauma dan peradangan
kan ialah kantuk, lelah dan pusing terutama bila
dosis tidak diberikan secara bertahap. Ataksia juga otot. Mefenesin dan metokarbamol pernah diguna_
terjadi dengan dosis terapi. kan untuk relaksasi otot pada tetanus, letapi pada
Mual, gangguan saluran cerna ringan, konsti_ saat ini telah digeser kedudukannya oleh diazepam.
pasi atau diare, insomnia, sakit kepala, bingung, Semua pelemas otot yang bekerJa sentral me_
hipotensi simtomatik dan beser terjadi dengan insi- nyebabkan sedasi, sebaliknya semua obat dengan
dens 1-1 0%. Pada keracunan obat ditandai kejang, efek sedasi dan antiansietas memperlihatkan efek
korna, depresi napas, hipotonia otot dan hilangnya relaksasi otot secara sentral. perbedaan antara ke-
relleks tungkai. Bradikardia dan hipotensi dua kelompok tersebut demikian samarnya se-
iuga dila_ hingga sukar melakukan pengelompokan secara
porkan terjadi.
obyektil.
Farmakokinetik. Absorpsi oral baik, kadar puncak Tidak ada bukti meyakinkan perihal relaksasi
lercapai dalam 3 jam. lkatan protein 30%. Ratio otot oleh pelemas otot yang bekerja sentral pada
kadar plasma dan otot adalah 10 : 1. Eliminasi dari pemberian oral. Dari penelitian pada hewan coba
olak lambat. Ekskresi lewat urin 7O-gS% dalam satu diduga bahwa untuk menimbulkan efek relaksasi
hari, baru lengkap dalam 3 hari. otol, dosis oral 5-10 kali dosis lV. Jadi, relaksasi otol
Posologi. Dosis harus dimulai rendah dan tidak dapat diharapkan dengan pemberian oral
ditambah secara bertahap. Dosis dewasa, 3 kali yang umum digunakan.
sehari 5 mg, tiga hari pertama ditingkatkan bila perlu Ketegangan otot erat berkaitan dengan psike.
5 mg/kali dengan interval 3 hari sampai efek terapi Jadi sangat mungkin elektivitas yang dirasakan
tercapai, maksimum 80 mg per hari. Obat harus pasien berhubungan dengan efek sedasi obat.
dihentikan secara bertahap agar tidak terjadi ek_ Pelemas otot sentral kelompok mefenesin
saserbasi, Dosis anak, 1 - 1,5 mg/kg per hari, mulai tidak berguna untuk mengatasi spasme berkaitan
dengan 5 mg/hari. dengan penyakit saral kronik.
Analgesik opioid 189

14. ANALGESIK OPIOID DAN ANTAGONIS


H. Sardjono O. Santoso dan Hedi R. Dewoto

1. Pendahuluan
3.5. Adiksi dan toleransi
2. Morlin dan alkaloid opium
2.1. Asal, kimia dan SAR 3.6, Sediaan dan posologi
2.2.Farmakodinami 3.7. lndikasi
2.3. Farmakokinetik Metadon dan opioid lain
2.4. Elek samping 4.1, Metadon
2.5. Toleransi, adiksi, dan 'Abuse" 4.2. Propoksilen
2.6. lnteraksi obat
Antagonis opioid dan agonis parsial
2.7. Sediaan dan posologi
2.8. lndikasi 5.1. Sejarah dan kimia
5.2. Antagonis opioid
3. Meperidin dan derivat fenilpiperidin lain
5.3. Agonis parsial
3.1.
Kimia
3.2. Farmakodinamik 6. Antitusil non-opioid
3.3. Farmakokinetik 6.1. Dekstrometorfan
3.4. Efek samping, kontraindikasi dan 6.2. Noskapin
lntoksikasi

1. PENDAHULUAN berarti stupor. lstilah narkotik telah lama ditinggaF


kan jauh sebelum ditemukannya ligand yang mirip
opioid endogen dan reseptor untuk zat ini. Dengan
Analgesik opioid merupakan kelompok obat
ditemukannya obat yang bersifat campuran agonis
yang memiliki silat- sitat seperti opium atau morfin.
dan antagonis opioid yang tidak meniadakan keter-
Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmako- gantungan lisik akibat morfin maka penggunaan
dinamik yang lain, golongan obat ini terutama digu-
istilah analgesik narkotik untuk pengertian larmako-
nakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa. logik tidak sesuai lagi.
nyeri.
Tetapi semua analgesik opioid menimbulkan Peptida opioid endogen. Telah diidentifikasi 3
adiksi, maka usaha untuk mendapatkan suatu anal- jenis peptida yang terdapat dalam otak dan jaringan
gesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan lain yang terikat pada reseptor opioid, yakni enke-
tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat falin, endorfin dan dinorfln. Peptida opioid en-
dengan morlin tanpa bahaya adiksi. dogen tersebut diperkirakan berperan pada trans-
Yang termasuk Golongan obat opioid ialah misi saraf, meskipun mekanisme kerja sebagai
(1) obat yang berasal dari opium-morfin; (2) senya- analgesik belum jelas diketahui. Tiap jenis berasal
wa semisintetik morfin; dan (3) senyawa sintetik dari prekursor polipeptida yang berbeda secara
yang berelek seperti morfin. Obat yang mengan- genetik dan memperlihatkan distribusi anatomis
tagonis efek opioid disebut antagonis opioid. Re- yang khas. Prekursor ini disebut proenkelalin A,
septor tempat terikatnya opioid di sel otak disebut pro-opiomelanokortin (POMC) dan prodinorlin (pro-
reseptor opioid. enkelalin B). Masing-masing prekursor mengan-
Dahulu digunakan istilah analgesik narkotik dung sejumlah peptida yang aktif secara biologik,
untuk analgesik kuat yang mirip morfin. lstilah ini baik sebagai opioid maupun nonopioid yang telah
berasal dari kata narkosis bahasa Yunani yang dideteksi dalam darah dan berbagaijaringan.
't90
Farmakologi dan Terapi

Rcseptor opioid maiemuk (multiple). Konsep re_ lebih kuat dibandingkan dengan terhadap reseptor
septor analgesik yang berinteraksi dengan berbagai k atau 6.
senyawa untuk menimbulkan analgesia sudah di_ Atas dasar kerjanya pada reseptor opioid
ajukan sejak lama, akan tetapi baru sejak 1973 maka obat-obat yang tergolong opioid dibagi men-
reseptor opioid diidentifikasi dan dapat ditentukan jadi : 1. Agonis opioid menyerupai morfin, yaitu yang
distribusi anatomisnya. Opioid berinteraksi dengan bekerja sebagai,agonis terutama pada reseptor p,
reseptor opioid untuk menimbulkan efeknya dan dan mungkin pada reseptor k dan (contoh : mor-
potensi analgesik tergantung pada alinitasnya ter- lin); 2. Antagonis opioid, yaitu yang tidak memiliki
hadap reseptor opioid spesifik. Telah terbukti ter_ aktivitas agonis pada semua reseptor (cntoh : na-
dapat berbagai jenis reseptor opioid di SSp dan lokson); 3. Opioid dengan kerja campur: a. agonis-
adanya berbagai jenis reseptor tersebut dapat men_ antagonis opioid, yaitu yang bekerja sebagai agonis
jelaskan adanya berbagai efek opioid. Reseptor p pada beberapa reseptor dan sebagai antagonis
(mu) diperkirakan memperantarai efek analgetik mi- atau agonis lemah pada reseptor lain (contoh :
rip morfin, euforia, depresi napas, miosis, berku_ nalorlin, pentazosin) dan b. agonis parsial (contoh :
rangnya motilitas saluran cerna. Reseptor k (kappa) buprenorlin).
diduga memperantarai analgesia seperti yang di_
timbulkan pentazosin, sedasi serta miosis dan de- Tabel 14-1. RINGKASAN KERJA PROTOTIP AGONIS,
presi napas yang tidak sekuat agonis p, reseptor o ANTAGONIS, AGONIS. ANTAGONIS
(sigma) diperkirakan berhubungan dengan elek psi_ PADA RESEPTOR OPIOID
kotomimetik yang ditimbulkan oleh pentazosin dan
lain agonis-antagonis. Selain itu di susunan saraf
pusat juga didapatkan reseptor 6 (delta) yang selek- Macam Reseptor
Senyawa
tif terhadap enkefalin dan reseptor e (epsilon) yang
sangat selektif terhadap beta-endorfin tetapi tidak
mempunyai alinitas terhadap enkelalin. Terdapat Morfin ++ + +
bukti-bukti yang menunjukkan bahwa reseptor 6 +++
Fentanil + +
(delta) memegang peranan dalam menimbulkan de_
presi pernapasan yang ditimbulkan opioid. Dari pe_ Pentazosin TA ++
nelitian pada tikus didapatkan bahwa reseptor 6 Butorfanol TA ++
dihubungkan dengan berkurangnya lrekuensi na_ Malbulin - TA ++
pas, sedangkan reseptor p dihubungkan dengan Buprenorlin P TA
berkurangnya tidal volume. Reseptor p ada 2 jenis
Nalokson
yaitu reseptor p1, yang hanya didapatkan di SSp
dan dihubungkan dengan analgesia supraspinal, Nalorfin - TA .+
penglepasan prolaktin, hipotermia dan katalepsi
Keterangan
sedangkan reseptor p2 dihubungkan dengan penu- +- agonis; - - antagonis; P -agonis parsial;
runan tidal volume dan bradikardia. Analgesik yang TA - data tidak ada atau tidak lengkap.
berperan pada tingkat spinal diduga berinteraksi Perbandingan jumlah simbol pada berbagai reseptor
dengan reseptor 6 dan r. menunjukkan drajat slektlvitas.
Meskipun dari penelitian didapatkan bahwa
reseptor yang berbeda memperantarai elek yang
berbeda, masih diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk menentukan peran reseptor secara pasti.
Suatu opioid mungkin dapat berinteraksi den-
2. MORFIN DAN ALKALOID OPIUM
gan semua jenis reseptor akan tetapi dengan afi-
nitas ylng berbeda, dan dapat bekerja sebagai . 2.1. ASAL, KtMtA, DAN SAR
agonis, agonis parsial atau antagonis terhadap
masing-masing reseptor. (Tabel 14-1). Nalokson Opium atau candu adalah getah papaver som-
sebagai antagonis opioid diketahui berikatan kuat niferum I
yang telah dikeringkan. Alkaloid asal
dengan hampir semua reseptor kecuali beberapa opium secara kimia dibagi dalam dua golongan : (1)
jenis reseptor o. Walaupun demikian, alinitas nalok- golongan lenantren, misalnya morfin dan kodein
son terhadap reseptor F umumnya sepuluh kali dan (2) golongan benzilisokinolin, misalnya nos-
Analgesik opioid 191

kapin dan papaverin. Dari alkaloid derivat lenantren usus; sebaliknya terjadi penambahan efek stimulasi
yang alamiah telah dibuat berbagai derivat semisin- SSP. Substitusi pada R2 mengakibatkan bertam-
tetik Oabel 14-2). Hubungan kimia dan efek larma- bahnya efek opioid dan efek depresi napas. Sub-
kodinamik masing-masing derivat akan dibicarakan stitusi pada Rr dan Rz bersamaan, mengakibatkan
dibawah ini. bertambahnya efek konvulsif dan berkurangnya
R1-O pada morlin berupa gugus OH, yang elek emetik (Gambar 14-1).
bersilat fenolik, sehingga disebut sebagai OH
fenolik; sedangkan OH pada Rz-O bersilat alkoholik
sehingga disebut sebagai OH alkoholik. Atom hidro-
gen pada kedua gugus itu dapat diganti oleh ber-
bagai gugus membentuk berbagai alkaloid opium.
Elek farmakologik masing-masing derivat se-
cara kualitatil sama tetapi berbeda secara kuanti-
tatil dengan morfin. Gugus OH fenolik bebas berhu-
bungan dengan elek analgetik, hipnotik, depresi
napas dan obstipasi. Gugus OH alkoholik bebas
merupakan lawan efek gugusan OH fenolik. Adanya
kedua gugusan OH bebas disertai elek konvulsil
dan elek emetik yang tidak begitu kuat. Substitusi
Rr mengakibatkan berkurangnya efek analgetik,
efek depresi napas dan efek spasmodik lerhadap Gambar 14.1. Morfin (Rr - Rz = H)

Tabel 14-2. STRUKTUR KIMIA OPIOIO OAN ANTAGONIS OPIOID

Posisi dan Radikal Kimia


Namaobat perubahan
*
17 lain

Morfin -oH -oH -CHg


Heroin -OCOCHs -OCOCHg -CHs
Hidromorfon -oH =o -CHg (1)
Oksimorfon -oH ro -CHs (1):(2)
Levorlanol -oH .H -CHs (1),(3)
Levalorfan -oH .H -CHzCH=CHe (1).(3)
Kodein -OCHs -oH -CHs
Hidrokodon -OCHs ,o -CHg (1)

Oksikodon -OCHs -o -CHs 0).(2)


Nalorfin -oH -oH -CH2Cl'1-61'1,
Nalokson -oH ro -CHaCH-CHe (1).(2)
Naltrekson -oH :o -cxa{ (1).(21

Butortanol -oH -H -cxz-Q (2).(3)


Nalbufin -oH -oH -cxz-Q (1).(2)
Tebain -OCHg -OCHs -CHs

' Nomor 3, 6 dan 17, menunjukkan posisi dalam molkul modin sebagai.lerlihat pada Gambar 1+1.
+ Porubahan laln dahm molekul morlin adalah sebagal berikut:
(1) : ikalan tunggal sebagai ganti ikatan rangkap Cr dan Ce.
(2) : gugus OH ditambahkan pada Cr
(3) : tldak ada alom oksigen antara Cr dan Cs.
192 Farmakologi dan Terapi

2.2. FARMAKODINAMIK sang nyeri. Mekanisme ini berperan penting jika


morlin diberikan sebelum terjadi stimulasi nyeri. Bila
morfin diberikan setelah timbul nyeri, mekanisme
Elek morfin pada susunan saraf pusat dan
lain lebih penting. (2) Morfin dapat mempengaruhi
usus ferutama ditimbulkan karena morlin bekerja
emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang
sebagai agonis pada reseptor u. Akan tetapi selain
timbul di korteks serebri pada waktu persepsi nyeri
itu morfin juga mempunyai afinitas yang lebih lemah
diterima oleh koileks serebri dari talamus. Setelah
terhadap reseptor o dan k.
pemberian morlin penderita masih tetap merasakan
SUSUNAN SARAF PUSAT. Narkosis. Efek morfin nyeri, tetapi reaksi terhadap nyeri yaitu kuwatir,
terhadap SSP berupa analgesia dan narkosis. Anal- takut, reaksi menarik diri (withdrawal) tidak timbul.
gesia oleh morlin dan opioid lain sudah timbul sebe- (3) Modin memudahkan tidur dan pada waktu tidur
lum penderita tidur dan seringkali analgesia terjadi ambang rangsang nyeri meningkat.
tanpa disertai tidur. Morfin dosis kecil (5-10 mgr) Antara nyeri dan efek analgetik (juga elek
menimbulkan euloria pada penderita yang sedang depresi napas) morlin dan opioid lain terdapat anta-
menderita nyeri, sedih dan gelisah. Sebaliknya, gonisme, artinya nyeri merupakan antagonis laalan
dosis yang sama pada orang normal seringkali me- bagi efek analgetik dan efek depresi napas morfin.
nimbulkan disforia berupa perasaan kuatir atau Bila nyeri sudah dialami beberapa waktu sebelum
takut disertai mual dan muntah. Morfin menimbul- pemberian morlin, elek analgetik obat ini tidak be-
kan pula rasa kantuk, tidak dapat berkonsentrasi, gitu besar. Sebaliknya bila stimulus nyeri ditimbul-
sukar berfikir, apatis, aktivitas motorik berkurang, kan setelah elgk analgetik morfin mencapai maksi-
ketajaman penglihatan berkurang dan letargi, eks- mum, dosis morfin yang diperlukan untuk meniada-
kan nyeri itu jauh lebih kecil. Penderita yang sedang
tremitas terasa berat, badan terasa panas, muka
gatal dan mulut lerasa kering, depresi napas dan mengalami nyeri hebat dan memerlukan morfin
dosis besar untuk menghilangkan penderitaannya,
miosis. Rasa nyeri berkurang, rasa lapar hilang dan
dapat tahan terhadap depresi napas morfin. Tetapi
dapat timbul muntah yang tidak selalu disertai mual.
jika nyeri itu tiba-tiba hilang, maka besar kemung-
Dalam lingkungan yang lenang orang yang diberi-
kinan timbul gejala depresi napas oleh morfin.
kan dosis terapi (15-20 mg) morlin akan tertidur
cepat dan nyenyak diserlai mimpi, napas lambat Eksitasi. Morfin dan opioid lain sering menimbulkan
dan miosis" mual dan muntah, sedangkan delirium dan konvulsi
lebih jarang timbul. Faktor yang dapat mengubah
Analgesia. Elek analgetik morfin dan opioid lain efek eksitasi morfin ialah idiosinkrasi dan tingkat
sangal selektil dan tidak disertai oleh hilangnya eksitasi refleks (reflex excitatory level) SSP. Bebe-
lungsi sensorik lain yaitu rasa raba, rasa getar (vi- rapa individu, terutama wanita dapat mengalami
brasi), penglihatan dan pendengaran; bahkan per- eksitasi oleh morfin, misalnya mual dan muntah
sepsi stimulasi nyeri pun tidak selalu hilang setelah yang mendahului depresi, tetapi delirium dan kon-
pemberian modin dosis terapi. Yang terjadi adalah vulsi jarang timbul. Kemungkinan timbulnya eksitasi
suatu perubahan reaksi terhadap stimulus nyeri itu; ini lebih besar pada beberapa derivat morfin dan
penderita sering mengatakan bahwa nyeri masih alkaloid alam lain. Kodein tidak menyebabkan de-
ada tetapl ia tidak menderita lagi. presi progresil bila dosisnya dibesarkan, tetapi
Pengaruh morlin lerhadap modalitas nyeri justru menyebabkan eksitasi; sedangkan heroin
yang tidak lajam (dull pain) dan berkesinambungan menimbulkan eksitasi sentral. Morlin dan obat kon-
lebih nyata dibandingkan dengan pengaruh morfin vulsan sentral mengadakan sinergisme, maka mor-
terhadap nyeri tajam dan intermiten. Dengan dosis tin tidak c.ocok untuk terapi konvulsi.
terapi morlin dapat meredakan nyeri kolik renal atau Pada beberapa spesies efek eksitasi mbrfin
kolik empedu. Nyeri mendadak yang menyertai jauh lebih jelas. Misalnya pada kucing morfin me-
tabes dorsalis (tabetic cn'se), tidak dapat dihilang- nimbulkan mania, midriasis, hipersalivasi, dan hi-
kan dengan sempurna oleh morfin. Berbeda den- pertermia, konvulsi tonik dan klonik yang dapat
gan salisilat, morfin dapat mengatasi nyeri yang berakhir dengan kematian. Fenomen ini juga timbul
berasal dari alat dalam maupun yang berasal dari pada kucing tanpa korteks serebri (decorticated
integumen, otot dan sendi. cat), maka elek ini tidak dapat disamakan dengan
Elek analgetik morfin tirnbul berdasarkan 3 release mechanism pada stadium ll anestesia
mekanisme. (1) Morfin rneninggikan ambang rang- umum.
Analgesik opioid 193

Miosis, Morfin dan kebanyakan agonis opioid yang Dengan dosis terapi (15 mg morfin subkutan)
bekerja pada reseptor p dan r menyebabkan mio- pada penderita yang berbaring, jarang terjadi mual
sis. Miosis ditimbulkan oleh perangsangan pada dan muntah, tetapi 40% penderita berobat jalan
segmen otonom inti saraf okulomotor, Miosis ini mengalami mual dan 15% penderita mengalami
dapat dilaWan oleh atropin dan skopolamin. Pada muntah. Elek mual dan muntah akibat morlin diper-
intoksikasi morlin, pin point pupils merupakan kuat oleh stimulasi vestibular, sebaliknya analgetik
gejala yang khas. Dilatasi berlebihan hanya timbul opioid sintetik meningkatkan sensitivitas vestibular.
pada stadium akhir intoksikasi modin, yaitu jika Obat-obat yang bermanlaat untuk motion sickness
sudah ada asfiksia. Meskipun toleransi ringan dapat kadang-kadang dapat menolong mual akibat opioid
terjadi akan tetapi penderita adiksi dengan kadar pada penderita berobat jalan.
opioid dalam sirkulasi yang tinggi akan selalu meng-
alami miosis. Morfin dalam dosis terapi memper- SALURAN CERNA. Penelitian pada manusia telah
tinggi daya akomodasi dan menurunkan tekanan membuktikan bahwa morfin berelek langsung pada
intraokuler, baik pada orang normal maupun pada saluran cerna, bukan melalui efeknya pada SSP.
penderita glaukoma.
Lambung. Mortin menghambat sekresi HCl, tetapi
Depresi napas. Morfin menimbulkan depresi napas elek ini lemah. Selanjutnya morfin menyebabkan
secara primer dan bersinambung berdasarkan efek pergerakan lambung berkurang, tonus bagian an-
langsung terhadap pusat napas di batang otak. trum meninggi dan motilitasnya berkurang sedang-
Pada dosis kecilmorfin sudah menimbulkan depresi kan slingter pilorus berkontraksi. Akibatnya perge-
napas tanpa menyebabkan tidur atau kehilangan rakan isi lambung ke duodenum diperlambat. Per-
kesadaran, Dosis toksik dapat menyebabkan fre- lambatan ini disebabkan juga oleh peninggian tonus
kuensi napas 3-4 kali/menit dan kematian pada duodenum. Pemotongan saraf ekstrinsik lambung
keracunan morfin hampir selalu disebabkan oleh tidak mempengaruhi elek terhadap lambung ini.
depresi napas. Pada depresi napas, terjadi penu- Pada manusia peninggian tonus otot polos lambung
runan lrekuensi napas, volume semenit dan tidal oleh morfin sedikit diperkecil oleh atropin.
exchange, akibatnya Pcoe dalam darah dan udara
alveolar meningkat dan kadar 02 dalam darah me- Usus halus. Morfin mengurangi sekresi empedu
nurun. Kepekaan pusat napas terhadap CO2 berku- dan pankreas, dan memperlambat pencernaan ma-
rang. Kadar COz 5% tidak lagi menimbulkan pe- kanan di usus halus, Pada manusia, morfin mengu-
ninggian ventilasi pulmonal. rangi kontraksi propulsil, meninggikan tonus dan
Morlin dan analgesik opioid lain berguna untuk spasme periodik usus halus. Elek morfin ini lebih
menghambat refleks batuk. Depresi relleks batuk ini jelas terlihat pada duodenum" Penerusan isi usus
ternyata tidak berjalan sejajar dengan depresi yang lambat disertai sempurnanya absorpsi air me-
napas. Efek depresi napas lebih besar pada morfin nyebabkan isi usus menjadi lebih padat. Tonus
dan efek depresi batuknya lebih lemah; sedangkan valvula ileosekalis juga meninggi, Atropin dosis be-
efek depresi batuk kodein kuat dan efek depresi sar tidak lengkap melawan efek morfin ini.
napasnya tidak begitu kuat. Elek dionin terhadap
napas mirip efek kodein. Obat yang menekan re- Usus besar. Morfin mengurangi atau menghilang-
lleks batuk tanpa disertai depresi napas misalnya kan gerakan propulsi usus besar, meninggikan to-
noskapin. nus dan menyebabkan spasme usus besar; akibat-
nya penerusan isi kolon diperlambat dan tinja men-
Mual dan muntah. Elek emetik morfin terjadi berda- jadi lebih keras. Daya persepsi korteks telah dipe-
sarkan stimulasi langsung pada emetic chemore- ngaruhi morfin sehingga penderita tidak merasakan
ceptor trigger zone di area postrema medula oblo- kebutuhan untuk defekasi. Walaupun tidak lengkap
ngata, bukan oleh stimulasi pusat emetik sendiri. elek morlin pada kolon dapat diantagonis oleh atro:
Apomorfin menstimulasi CTZ paling kuat. Efek pin. Efek konstipasi kodein lebih lemah daripada
emetik kodein, heroin, metildihidromorfinon dan morfin. Pecandu opioid terus menerus menderita
mungkin juga dihidromorfin lebih kecil daripada elek periode konstipasi dan diare secara bergantian,
emetik morfin. Obat emelik lain tidak elektil setelah karena tidak terjadi toleransi terhadap elek konsti-
pemberian morfin. pasiopioid.
Derivat lenotiazin, yang merupakan bloker
dopamin kuat dapat mengatasi mual dan muntah Duktus koledokus. Dosis terapi morfin, kodein,
akibat morfin. dihidromorlinon dan metildihidromodinon menim-
194 Farmakologi dan Terapi

bulkan peninggian tekanan dalam duktus koledo- nimbulkan rasa ingin miksi, tetapi karena slingter
kus, dan efek ini dapat menetap selama 2 jam atau juga berkontraksi maka miksi sukar. Morfin dapat
lebih. Keadaan ini sering disertai perasaan tidak menimbulkan bronkokonstriksi, tetapi pada dosis
enak di epigastrium sampai gejala kolik beral. terapi efek ini jarang timbul. Morfin memperlambat
Menghilangnya nyeri setelah pemberian morfin berlangsungnya partus. Pada uterus a terme morlin
pada penderita kolik empedu berdasarkan atas elek menyebabkan interval antar- kontraksi lebih besar
sentral morfin. Pada pemeriksaan radiografis terli- dan netralisasi elek oksitosin. Morfin merendahkan
hat konstriksi sfingter Oddi. Atropin menghilangkan tonus uterus pada masa haid dan menyebabkan
sebagian spasme ini. Pemberian nalorfin, amilnitrit uterus lebih tahan terhadap regangan. Mungkin
secara inhalasi, nitrogliserin sublingual dan ami- atas dasar ini morfin mengurangi nyeri dismenore.
nofilin lV akan meniadakan spasme saluran em-
pedu oleh morfin, KULIT. Dalam dosis lerapi morfin menyebabkan
pelebaran pembuluh darah kulit, sehingga kulit tam-
SISTEM KARDIOVASKULAR. Pemberian morfin pak merah dan terasa panas terutam a di flush area
dosis terapi tidak mempengaruhi tekanan darah, (muka, leher, dan dada bagian atas). Keadaan ter-
frekuensi maupun irama denyut jantung. Perubah- sebut mungkin sebagian disebabkan oleh terjadi-
an yang terjadi adalah akibat elek depresi pada nya penglepasan histamin oleh morfin dan sering-
pusat vagus dan pusat vasomotor yang baru terjadi kali di sertai dengan kulit yang berkeringat. Pruritus
pada dosis toksik. Tekanan darah turun akibat hi- kadang-kadang dapat terjadi mungkin akibat peng-
poksia pada stadium akhir intoksikasi moriin. Hal ini lepasan histamin atau pengaruh langsung morfin
terbukti dengan dilakukannya napas buatan atau pada saraf.
dengan memberikan oksigen: tekanan darah naik
meskipun depresi medula oblongata masih ber- METABOLISME. Morfin menyebabkan suhu badan
langsung. turun akibat aktivitas otot yang menurun, vasodila-
Morfin dan opioid lain menurunkan kemam- tasi perifer dan penghambatan mekanisme neural
puan sistem kardiovaskular untuk bereaksi terha- di SSP. Kecepatan metabolisme dikurangi oleh
dap perubahan sikap. Penderita mungkin menga- morlin. Hiperglikemia timbultidak tetap akibat peng-
lami hipotensi ortostatik dan dapat jatuh pingsan, lepasan adrenalin yang menyebabkan glikogeno-
terutama akibat vasodilatasi periter yang terjadi ber- lisis. Setelah pemberian morfin volume urin berku-
dasarkan efek langsung terhadap pembuluh darah rang, disebabkan merendahnya laju tiltrasi glome-
kecil. Morfin dan opioid lain melepaskan histamin rulus, alir darah ginjal, dan penglepasan ADH. Hipo-
yang merupakan faktor penting dalam timbulnya tiroidisme dan insulisiensi adrenokortikal mening-
hipotensi. katkan kepekaan orang terhadap morfin.
Elek morfin terhadap miokard manusia tidak
berarli; frekuensi jantung tidak dipengaruhi atau
hanya menurun sedikit, sedangkan efek terhadap 2.3. FARMAKOKINETIK
curah jantung tidak konstan. Gambaran elektrokar-
diogram tidak berubah. Modin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi
Morfin dan opioid lain harus digunakan den- dapat diabsorpsi melalui kulit luka. Morfin juga da-
gan hati-hati pada keadaan hipovolemia karena pat menembus mukosa. Dengan kedua cara pem-
mudah timbul hipotensi. Penggunaan opioid ber- berian ini absorpsi morfin kecil sekali. Modin dapat
sama derivat lenotiazin menyebabkan depresi diabsorpsi usus, tetapi elek analgetik setelah pem-
napas dan hipotensi yang lebih besar. Morlin harus berian oral jauh lebih rendah daripada efek anal-
digunakan dengan sangat hati-hati pada penderita getik yang timbul setelah pemberian parenterql de-
korpulmonale, sebab dapat menyebabkan ngan dosis yang sama. Mula kerja semua alkaloid
kematian. opioid setelah suntikan lV sama cepat, sedangkan
OTOT POLOS LAIN. Morfin menimbulkan pening- setelah suntikan subkutan, absorpsi berbagai alka-
gian tonus, amplitudo serta kontraksi ureter dan loid opioid berbeda-beda. Setelah pemberian dosis
kandung kemih. Efek ini dapat dihilangkan dengan tunggal, sebagian morfin mengalami konyugasi de-
pemberian 0,6 mg atropin subkutan. Hilangnya rasa ngan asam glukuronat di hepar, sebagian dikeluar-
nyeri pada kolik ginjal disebabkan oleh efek anal- kan dalam bentuk bebas dan 10% tidak diketahui
gesia morfin. Peninggian tonus otot detrusor me- nasibnya. Morfin dapat melintasi sawar uri dan
Analgesik opioid
195

mempengaruhi janin. Ekskresi morfin terutama


me_ an urin sangat berkurang karena terjadi pengle-
lalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan pasan ADH dan turunnya tekanan
dalam tinja dan keringat. Morfin yang terkonyugasi darah, Suhu ba_
dan rendah, kulit terasa dingin, tonus otot
ditemukan dalam empedu. Sebagian yung rangka
,ung"t rendah, mandibula dalam keadaan relaksasi
kecil dikeluarkan bersama cairan tamOungl dan
lidah dapat menyumbat jalan napas. pada bayi
. Kodein mengalami demetilasi menladi mortin
dan CO2. COe inldikeluarkan oleh paru_paru.
mungkin timbul konvulsi. Kematian biasanya
dis_
Seba- ebabkan oleh depresi napas.
gian kodein mengalami N- demetilasi.
Uiin mengan_
dung bentuk bebas dan bentuk konyugasi
dari ko-
dein, norkodein dan morfin 2.5. TOLERANSI, ADIKSI DAN.AAUSE

Terjadinya toleransi dan ketergantungan lisik


setelah penggunaan berulang merupakan
2.4. EFEK SAMPING an spesifik obat-obat opioid. Kemungkina-n !amnar_
untuk
terjadinya ketergantungan f isik tersebul merupakan
ldiosinkrasi dan alergi. Morfin dapat menyebab_
kan mual dan muntah terutama pada wanitaierda-
salah satu alasan utama untuk membatasi peng_
gunaannya,
sarkan idiosinkrasi. Bentuk idiosinkrasi lain
ialah Pada dasarnya adiksi morfin menyangkut
timbulnya eksitasi dengan tremor, dan jarang_ja- fe_
rang delirium; lebih jarang lagi konvulsi dan
nomena berikut : (1) habituasi, yaitu p"rJb"h"n
insom_
nia. Berdasarkan reaksi alergik dapat timbul gejala
psikik emosional sehingga penderita ketagihan
akan morfin; (2) ketergantungan lisik, yaitu
seperti urtikaria, eksantem, dermatitis kontak,-pruri_ kebutuh_
an akan morfin karena faal dan biokimia
tus dan bersin. tubuh tidak
berfungsi lagi tanpa morfin; dan (3) adanya
Bayi dan anak kecil tidak lebih peka terhadap
toleransi.
alkaloid opium, asal saja dosis diperhitungkan
ber-
dasarkan berat badan. Tetapi orang lanjut usia Toleransi ini timbul terhadap etek depresi, tetapi
dan
penderita penyakit berat agaknya lebiir peka tidak timbul terhadap elek eksitasi, miosis
ter- dan efek
hadap efek morfin. Morfin dan opioid lain juga pada usus. Toleransi silang dapat timbul
harus antara
digunakan dengan hati-hati bila daya morfin, dihidromorfinon, metopon, kodein dan
n"_
""juig"n
pas (espiratory reserue) telah beriurang,
misalnya roin. Toleransi timbul setelah 2_3 minggu.
he_
pada emfisem, kifoskoliosis, korpulmoiale Kemdng_
kronik kinan timbulnya toleransi lebih besar 6iia OigunaXan
dan obesitas yang ekstrim. Meskipun penJerita dosis besar secara teratur.
dengan keadaan seperti ini tampaknya dapat Jika pecandu menghentikan penggunaan.
ber_
napas normal, sebenarnya mereka telah menggu_ morfin secara tiba-tiba timbullah gejata puiris
nakan mekanisme kompensasi, misalnya Oeiupa obat
atau gejala abstinensi. Menjelang saat dibutuh_
frekuensi napas yang lebih tinggi. pada penderita kannya morfin, pecandu tersebut,Jruru saXir,!efi,
tersebut kadar COz plasma tinggi secara kronik sah dan iritabel; kemudian tertidur nyenyat<.
dan Se-
kepekaan pusat napas terhadap COz telah berku- waktu bangun ia mengeluh seperti akan mati
Oan
rang. Pembebanan lebih lanjut dalam bentuk lebih gelisah lagi. pada fase iniiimbul gelala
de_ tremor,
presi oleh morfin dapat membahayakan. iritabilitas, lakrimasi, berkeringat, *"rigr"p,
bersin,
mual, midriasis, demam dan napas cepat. b'ejala
lntoksikasi akut. lntoksikasi akut morfin atau ini
op_ makin hebat disertai timbulnya muntah, t<otit
ioid lain biasanya terjadi akibat percobaan bunuh Oan
diare. Frekuensi denyutjantung dan tekanan
diri atau pada takar lajak (overdo.sis). penderita Jaran
meningkat. Penderita merasa panas dingin disertai
tidur, soporous atau koma jika intokiikasi cukup hiperhidrosis..Akibatnya timbul dehidraii, fetosis,
beral. Frekuensi napas lambat, 2-4 kali/menit, dan asidosis dan berat badan penderita menurun.
pernapasan mungkin berupa Cheyne Stokes. pen- Ka-
dang-kadang timbul kolaps kardiovaskular yang
derita sianotik, kulit muka merah iidak merata dan bisa berakhir dengan kematian.
agak kebiruan. Tekanan darah yang mula-mula Addiction liability
baik .kan adiksi atau daya untuk menimbul_
akan menurun sampai terjadi syok bila napas berbeda-beda untuk masing_masing
mem_
buruk, dan ini dapat diperbaiki dengan memberikan obat. Bahaya terbesar didapat pada heroin sebab
gfsiOen, Pupit sangat kecil (pin point pupits), kemu_ heroin menimbulkan euforia yang kuat yang
dian midriasis jika telah terjadianoksia. iembentuk- tidak
disertai mual dan konstipasi. KoJein pating jaiang
196 Farmakologi dan Terapi

menimbulkan adiksi karena kodein sedikit sekali kutan dapat menimbulkan analgesia pada penderita
menimbulkan euloria. Untuk menimbulkan adiksi dengan nyeri yang bersifat sedang hingga berat,
terhadap kodein diperlukan dosis besar. Dengan misalnya nyeri pascabedah. Elektivitas morfin per
dosis. besar ini gejala yang tidak menyenangkan oral hanya 1/6 - 1/5 kali efektivitas morlin subkutan.
sudah terjadi sebelum timbul adiksi. Pemberian 60 mg modin per oral memberi elek
Telah terbukti bahwa kemungkinan untuk pe- analgesik sedikit lebih lemah dan masa kerja lebih
nyalahgunaan opioid yang tergolong opioid agonis- panjang daripada pemberian 8 mg morfin lM.
antagonis lebih kecil daripada opioid agonis p. De- Kodein tersedia dalam bentuk basa bebas
mikian pula halnya dengan opioid yang bekerja atau dalam bentuk garam HCI atau losfat. Satu
selektif sebagai agonis pada reseptor k karena kecil tablet mengandung 10, 15 atau 30 mg kodein. Elek
kemungkinannya untuk menimbulkan euloria. Per- analgetik yang ditimbulkan oleh kodein oral kira-kira
bedaan potensi untuk penyalahgunaan perlu diper- 1/3 dari elek analgetik yang ditimbulkan setelah
timbangkan dalam pemilihan obat untuk terapi. pemberian parenteral. Dosis tunggal 32 mg kodein
per oral memberikan efek analgetik sama besar
dengan efek 600 mg asetosal. Pemberian kedua
2.6. INTERAKSIOBAT obat ini bersamaan akan menyebabkan potensiasi.
Dosis kodein sebagai antitusif ialah 10 mg untuk
Efek depresi SSP beberapa opioid dapat di- orang dewasa. Dosis ini setara dengan dosis morfin
perhebat dan diperpanjang oleh tenotiazin, peng-
2-4m9.
hambat monoamin oksidase dan antidepresi trisik- Untuk menimbulkan emesis digunakan 5 - 10
lik. Mekanisme supraaditif ini tidak diketahui dengan
mg apomorlin subkutan.
tepal, mungkin menyangkut perubahan dalam ke-
cepatan biotransformasi opioid atau perubahan pa-
da neurotransmitor yang berperan dalam kerja 2.8. INDtKASt
opioid. Beberapa lenotiazin mengurangi jumlah op-
ioid yang diperlukan untuk menimbulkan tingkat TERHADAP NYERI. Morfin dan opioid lain teruta-
analgesia tertentu. Tetapi efek sedasi dan depresi ma diindikasikan untuk meredakan atau menghi-
napas akibat morfin akan diperberat oleh lenotiazin
langkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan
tertentu, dan selain itu ada elek hipotensi fenotiazin,
analgesik non-opioid. Lebih hebat nyerinya makin
Beberapa derivat lenotiazin meningkatkan besar dosis yang diperlukan. Untunglah pada nyeri
efek sedasi, letapi dalam saat yang sama bersifat hebat depresi napas oleh morfin jarang terjadi, se-
antianalgetik dan meningkatkan jumlah opioid yang
bab nyeri merupakan antidotum laalan bagi efek
diperlukan untuk menghilangkan nyeri. Dosis kecil
depresi napas morfin
amfetamin meningkatkan efek analgetik dan euforia
Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang me-
mofin dan dapat mengurangi elek sedasinya. nyertai : 1) inlark miokard; 2) neoplasma; 3) kolik
Selain itu didapatkan sinergisme analgetik antara renal atau kolik empedu; 4) oklusio akut pembuluh
opioid dan obat-obat sejenis aspirin. darah periler, pulmonal atau koroner; 5) perikarditis
akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan; dan 6)
nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, lraktur dan
2.7. SEDIAAN DAN POSOLOGI nyeri pascabedah, Sebagai medikasi preanestetik,
morfin sebaiknya hanya diberikan pada penderita
Sediaan yang mengandung campuran alka- yang sedang menderita nyeri. Bila tidak ada nyeri
loid dalam bentuk kasar beraneka ragam dan masih
dan obat preanestetik hanya dimaksudkan untuk
dipakai. Misalnya pulvus opii mengandung 10% menimbulkan ketenangan atau tidur, lebih balk di-
morfin. Pulvus Doveri mengandung 10% pulvus gunakan pentobarbital atau diazepam.
opii, maka 150 mg pulvus Doveri mengandung 1,5
mg morfin. TERHADAP BATUK DAN SESAK. Penghambatan
Sediaan yang mengandung alkaloid murni da- relleks batuk dapat dipertanggungjawabkan pada
pat digunakan untuk pemberian oral maupun paren- batuk yang tidak produktil dan hanya iritatif. Batuk
teral. Yang biasa digunakan ialah garam HCl, ga- demikian mengganggu tidur dan menyebabkan
ram sullat atau loslat alkaloid mor{in, dengan kadar penderita tidak dapat beristirahat dan mungkin se-
10 mg/ml. Pemberian 10 mg/70 kgBB rnorlin sub- kali disertai nyeri. Akan tetapi dewasa ini penggu-
197
Analgesik opioid

naan analgesik opioid untuk mengatasi batuk telah 3. MEPERIDIN DAN DERIVAT
banyak ditinggalkan karena telah banyak obat-obat FENILPIPERIDIN LAIN
sintetik lain yang elektil yang tidak menimbulkan
adiksi. Sesak napas padadekompensasio akutven-
trikel kirldan edema pulmonal hanya dapat dihilang-
kan dengan pemberian derivat opium. 3.1. KIMIA
EFEK ANTIDIARE. Alkaloid morfin berguna untuk Meperidin yang juga dikenal sebagai petidin'
menghentikan diare berdasarkan elek langsung ter- secara kimia adalah etil-1-metil-4-fenilpiperidin-4-
hadap otot polos usus. Pada pengobatan diare yang karboksilat. Struktur kimia meperidin, dan derivat
disebabkan oleh intoksikasi makanan atau intok- lenilpiperidin lain dapat dilihat dalam Gambar 14-2.
sikasi akut obat, pemberian morfin harus didahului
oleh pemberian garam katartik untuk mengeluarkan
penyebab. Dosis alkaloid morlin yang menyebab- 3.2. FARMAKODINAMIK
kan sembelit dan menghambat refleks batuk kira-
kira sama. Akan tetapi dewasa ini telah tersedia Elek larmakodinamik meperidin dan derivat
senyawa-senyawa sintetik yang bekerja lebih selek- lenilpiperidin lain serupa satu dengan yang lain'
til pada saluran cerna misalnya difenoksilat dan Meperidin terutama bekerja sebagai agonis resep-
loperamid. tor p. Obat lain yang mirip dengan meperidin ialah
piminodin, ketobemidon dan fenoperidin.

Senyawa R3

R3

--cocH2cH3
Meperidin lt
o

-OCCH2CH3
Alfaprodin o

Difenoksilat
-"'.*5-
a
Fentanil
-"n***-@ _H

Gambar 14-2' Rumus kimia meperidin dan derivatnya


198
Farmakologi dan Terapi

SUSUNAN SARAF PUSAT. Sepertimorfin, mepe- pasan ADH. Meperidin merangsang CTZ, sehingga
ridin menimbulkan analgesia, sedasi, euforia, de- menimbulkan mual dan muntah.
presi napas dan efek sentral lain.
SISTEM KARDIOVASKULAR. pemberian dosis
Analgesia. Elek analgetik meperidin serupa de- terapi meperidin pada pasien yang berbaring tidak
ngan elek analgetik morfin, Efek analgetik mepe- mempengaruhi sistem kardiovaskular, tidak meng-
ridin mulai timbul 15 menit setelah pemberian oral hambat kontraksi miokard dan tidak mengubah
dan mencapai puncak dalam 2 jam. Elek analgetik gambaran EKG. Penderita berobat jalan mungkin
timbul lebih cepat setelah pemberian subkutan itau menderita sinkop disertai penurunan tekanan
intramuskulus yaitu dalam 'l 0 menit, mencapai pun- darah, tetapi gejala ini cepat hilang jika penderita
cak dalam waktu 1 jam dan masa kerjanya 3-5 jam. berbaring. Sinkop timbul pada penyuntikan cepat
Elektivitas meperidin 75-100 mg parenteral kurang meperidin lV karena terjadi vasodilatasi perifer dan
lebih sama dengan morfin 10 mg. Karena bioavai- penglepasan histamin. Seperti morfin, meperidin
labilitas oral 40-60% maka elektivitas sebagai anal- dapat menaikkan kadar CO2 darah akibat depresi
gesik bila diberikan per oral setengahnya dari bila napas; kadar COz yang tinggi ini menyebabkan
diberikan parenteral. dilatasi pembutuh darah otak sehingga timbul kenai-
kan tekanan cairan serebrospinal.
Sedasi, euforia dan eksitasi. pada dosis ekuianal-
gesik, sedasi yang terlihat sama dengan sedasi OTOT POLOS. Saluran cerna. Elek spasmogenik
pada morfin. Pemberian meperidin kepada pasien meperidin terhadap lambung dan usus kecil lebih
yang menderita nyeri atau cemas, akan menim- lemah daripada modin. Kontraksi propulsil dan non-
bulkan euloria. Berbeda dengan morfin, dosis toksik propulsil saluran cerna berkurang, tetapi dapat tim-
meperidin kadang- kadang menimbulkan perang- bulspasme dengan tiba-tiba serta peninggian tonus
sangan SSP misalnya lremor, kedutan otot dan usus, Seperti modin, kodein dan metadon, meperi-
konvulsi. Efek tersebut sebagian besar disebabkan din menimbulkan spasme saluran empedu. Meperi-
oleh metabolitnya yaitu normeperidin. din lebih lemah daripada morlin, tetapi lebih kuat
daripada kodein dalam menimbulkan spasme salur-
Saluran napas. Meperidin dalam dosis ekuianal-
getik menimbulkan depresi napas sama kuat den- an empedu. Meperidin tidak menimbulkan konsti-
gan morfin dan mencapai puncaknya dalam 1 jam pasi sekuat morlin, sehingga meperidln tidak.ber-
guna untuk pengobatan simtomatik diare.
setelah suntikan lM. Kedua obat ini menurunkan
kepekaan pusat napas terhadap COe dan mempe- Otot Bronkus. Meperidin dapat menghilangkan
ngaruhi pusat yang mengatur irama napas dalam bronkospasme oleh hislamin dan metakolin, namun
pons. Berbeda dengan morfin, meperidin terutama pemberian dosis terapi meperidin tidak banyak
menurunkan tidal volume, sedangkan lrekuensi na- mempengaruhi otot bronkus normal. Dalam dosis
pas kurang dipengaruhi. Sebaliknya, mortin teruta- besar obat ini justru dapat menimbulkan bronko-
ma menimbulkan penurunan lrekuensi napas. pe- konstriksi.
rubahan lrekuensi napas lebih mudah dilihat dari-
pada perubahan tidal volume, sehingga elek de- Ureter. Setelah pemberian meperidin dosis terapi,
presi napas oleh meperidin tidak disadari. Depresi peristaltik ureter berkurang. Hal ini disebabkan oleh
napas oleh meperidin dapat dilawan oleh nalokson berkurangnya produksi urin akibat dilepaskannya
dan antagonis opioid lain. ADH dan berkurangnya laju liltrasi glomerulus.

Efek neural lain. Pemberian meperidin secara sis- Uterus. Meperidin sedikit merangsang uterus
temik menimbulkan anestesia kornea, dengan aki- dewasa yang tidak hamil. Aktivitas uterus hamil tua
bat menghilangnya refleks kornea. Berbeda dengan tidak banyak dipengaruhi oleh meperidin; dan pada
morfin, meperidin tidak mempengaruhi diameter uterus yang hiperaktil akibat oksitosin, meperidin
pupil dan refleks pupil, Seperti morlin dan metadon, meningkatkan tonus, menambah lrekuensi dan in-
meperidin meningkatkan kepekaan alat keseimba- tensitas kontraksi uterus. Jika meperidin diberikan
ngan yang merupakan dasar timbulnya mual, mun- sebelum pemberian oksitosin, obat ini tidak meng-
tah dan pusing pada mereka yang berobat jalan. antagonis efek oksitosik. Dosis terapi meperidin
Seperti morfin dan metadon, meperidin tidak ber- yang diberikan sewaktu parlus tidak memperlambat
efek antikonvulsl. Meperidin menyebabkan pengle- kelangsungan parlus dan tidak mengubah kontraksi
Analgesik opioid 199

uterus. Meperidin tidak mengganggu kontraksi atau Kontraindikasi peng gunaan meperidin menye-
involusi uterus pasca persalinan dan tidak menam- rupai kontraindikasi terhadap morfin dan opioid lain.
bah frekuensi perdarahan pasca persalinan. Pada penderita penyakit hati dan orang tua
dosis obat harus dikurangi karena terjadinya peru-
bahan pada disposisi obat, Selain itu dosis mepe-
3.3. FARMAKOKINETIK ridin perlu dikurangi bila diberikan bersama antipsi-
kosis, hipnotik sedatif dan obat-obat lain penekan
Absorpsi meperidin setelah cara pemberian SSP. Pada penderita yang sedang mendapat MAO
apapun berlangsung baik. Akan tetapi kecepatan inhibitor pemberian meperidin dapat menimbulkan
absorpsi mungkin tidak teratur setelah suntikan lM. kegelisahan, gejala eksitasi dan demam.
Kadar puncak dalam plasma biasanya dicapai Takar lajak meperidin dapat mengakibatkan
dalam 45 menit dan kadar yang dicapai sangat timbulnya tremor dan konvulsi bahkan iuga depresi
bervariasi antar individu. Setelah pemberian secara
napas, koma dan kematian. Depresi napas oleh
oral, sekitar 50% obat mengalami metabolisme lin-
meperidin dapat dilawan oleh nalorfin atau nalok-
tas pertama dan kadar maksimal dalam plasma
son. Pada pecandu meperidin yang telah kebal
tercapai dalam 1-2iam. Setelah pemberian mepe-
akan efek depresi, pemberian meperidin dalam do-
ridin lV, kadarnya dalam plasma menurun secara
sis besar dapat menimbulkan tremor, kedutan otot,
cepat dalam 1-2!am pertama, kemudian penurunan
berlangsung dengan lambat. Kurang lebih 60% me- midriasis, refleks hiperaktif dan konvulsi. E{ek pe-
peridin dalam plasma lerikat protein. Metabolisme rangsangan SSP tersebut disebabkan oleh akumu-
meperidin terutama berlangsung di hati. Pada lasi metabolit aktilnya yaitu normeperidin pada
manusia meperidin mengalami hidrolisis menjadi penggunaan jangka panjang, terutama pada pen-
asam meperidinat yang kemudian sebagian meng- derita gangguan fungsi ginjal atau anemia bulan
alami konyugasi. N-demetilasi menghasilkan nor- sabit. Beratnya geiala perangsangan SSP nam-
meperidin, yang kemudian dihidrolisis menjadi paknya sebanding baik dengan kadar absolut nor-
asam normeperidinat dan seterusnya asam ini diko- meperidin maupun rasio normeperidin terhadap
nyugasi pula. Masa paruh meperidin + 3 iam. Pada meperidin. Nalokson dapat mencetuskan konvulsi
penderita sirosis, bioavailabilitas menin gkat sampai pada penderita yang mendapat dosis besar mepe-
80% dan masa paruh meperidin dan normeperidin ridin secara berulang. Bila terjadi gejala perangsa-
memanjang. Meperidin bentuk utuh sangat sedikit ngan terhadap meperidin obat dihentikan dan di-
ditemukan dalam urin. Sebanyak 1/3 dari satu dosis ganti dengan opioid lain (misal modin) untuk meng'
meperidin ditemukan dalam urin dalam bentuk deri- atasi nyeri, dan ditambahkan antikonvulsan ben-
vat N-demetilasi. zodiazepin bila diperlukan. Nalorfin mengadakan
antagonisme terhadap elek depresi tetapi tidak ter'
hadap efek stimulasi mePeridin.

3.4. EFEK SAMPING, KONTRAINDIKASI,


DAN INTOKSIKASI
3.5. AD]KSI DAN TOLEBANSI
Elek samping meperidin dan derivat lenilpipe-
ridin yang ringan berupa pusing, berkeringat, eulo- Toleransi terhadap elek depresi meperidin
ria, mulut kering, mual, muntah, perasaan lemah, timbul lebih lambat dibanding dengan modin. Tim-
gangguan penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop bulnya toleransi lambat bila interval pemberian lebih
dan sedasi. Pada penderita berobat jalan reaksi ini dari 3-4 jam, Toleransi tidak terjadi terhadap elek
timbul lebih sering dan lebih berat. Obstipasi dan stimulasi dan elek miriP atroPin.
retensi urin tidak begitu sering timbul seperti pada Gejala putus obat pada penghentian tiba'tiba
morfin tetapi elek sedasinya sebanding morfin. Pen- penggunaan meperidin timbul leblh cepat tapi ber-
derita yang mual dan muntah pada pemberian mor- langsung lebih singkat daripada gejala selelah
lin mungkin tidak mengalami hal tersebut bila morfin penghentian morlin dengan gangguan sistem
diganti dengan meperidin; hal yang sebaliknya juga otonom yang lebih ringan.
dapat terjadi.
200
Farmakologi dan Terapi

3.6. SEDIAAN DAN POSOLOGI ramid. Sebagian besar obat diekskresi bersama
tinja. Kemungkinan disalahgunakannya obat ini
Meperidin HCI tersedia dalam bentuk tablet 50 mg lebih kecil dari dilenoksilat karena tidak menimbul-
dan 100 mg, dan ampul50 mg/ml. Meperidin lazim kan euforia seperti morfin dan kelarutannya rendah.
diberikan per oral atau lM. pemberian meperidin lV Loperamid tersedia dalam bentuk tablet 2 mg dan
menlmbulkan reaksi lebih sering dan lebih berat. sirup 1 mg/5 mldan digunakan dengan dosis 4-g mg
Pemberian meperidin subkutan menyebabkan iri_ per hari.
tasi lokal dan indurasi dan pemberian yang sering
dapal menyebabkan fibrosis berat jaringan otot. Fentanil. Fentanil merupakan opioid sintetik dari
Pemberian 50-100 mg meperidin parenteral dapat kelompok lenilpiperidin (Gambar 14-2). Sebagai
menghilangkan penderitaan sebagian besar pasien analgesik diperkirakan potensinya g0 kali morfin,
dengan nyeri sedang atau hebat. Efektivitas mepe_ fentanil merupakan agonis reseptor u. Lamanya
ridin oral kurang, dan diperlukan dosis yang relatil elek depresi napas lentanil lebih pendek dibanding
lebih besar dari dosis parenteral. dengan meperidin. Efek euloria dan analgesik fen-
tanil diantagonis oleh antagonis opioid, tetapi
Alfaprodin HCl, tersedia dalam bentuk ampul 1 ml secara tidak bermakna diperpanjang masanya atau
dan vial 10 ml dengan kadar 60 mg/ml. diperkuat oleh droperidol yaitu suatu neuroleptik
yang biasanya digunakan bersama sebagai anes-
Difenoksilat. Derivat meperidin ini berelek kons_ tetik lV (lihat bab 9). Dosis tinggi fentanil menim-
tipasi jelas pada manusia. Obat ini dikenal sebagai
bulkan kekakuan yang jelas pada otot lurik, yang
antidiare. Meskipun dalam dosis terapeutik tunggal mungkin disebabkan oleh elek opioid pada trans-
tidak atau sedikit menunjukkan elek subyektif se- misi dopaminergik di striatum. Efek ini diantagonis
perti morfin, dalam dosis 40-60 mg obat ini menun_ oleh nalokson. Fentanil biasanya digunakan hanya
jukkan efek opioid yang khas termasuk euforia, untuk anestesia, meskipun dapat juga digunakan
supresi abstinensi morfin, dan ketergantungan tisik untuk analgesia pasca operasi. Obat ini tersedia
seperti mofin setelah penggunaan kronik. Difenok_ dalam bentuk larulan untuk suntik dan tersedia pula
silat maupun garamnya tidak larut dalam air, se_ dalam bentuk kombinasi tetap dengan droperidol.
hingga obat ini sukar disalahgunakarl secara sunti_
kan. Tersedia dalam bentuk tablet dan sirop yang
mengandung 2,5 mg difenoksilat dan 25 prg atropin
sullat tiap tablet atau tiap 5 ml sirop. Dosis yang
dianjurkan untuk pengobatan diare pada orang de_
wasa 20 mg per hari dalam dosis terbagi,
3.7. tNDtKAS|
Loperamid. Seperti difenoksilat obat ini memper_
lambat motilitas saluran cerna dengan mempe-nga_
ruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat ini Analgesia. Meperidin hanya digunakan untuk me-
berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga nimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan kli-
efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan lopera_ nis, meperidin diindikasikan atas dasar masa kerja-
mid dengan reseptor tersebut. Obat ini sama efek- nya yang lebih pendek daripada morfin. Misalnya
tifnya dengan difenoksilat untuk pengobatan diare untuk tindakan diagnostik seperti sistoskopi, pielo-
kronik. Efek samping yang sering dijumpai ialah grali retrograd, gastroskopi dan pneumoensefalo-
kolik abdomen, sedangkan toleransi terhadap efek grali. Pada bronkoskopi meperidin kurang cocok
konstipasi jarang sekali terjadi. pada sukarelawan karena efek antitusifnya jauh lebih lemah daripada
yang mendapatkan dosis besar loperamid, kadar morfin.
puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 4 jam Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan
sesudah makan obat. Masa laten yang lama ini analgesia obstetrik dan sebagai obat preanestetik.
disebabkan oleh penghambatan motilitas saluran Unluk menimbulkan analgesia obstetrik dibanding-
cerna dan karena obat mengalami sirkulasi entero_ kan dengan morfin, meperidin kurang menyebab-
hepatik. Waktu paruhnya adalah 7-14 jam. Lopera_ kan depresi napas pada janin. Tetapi sebagai medi-
mid tidak diserap dengan baik melalui pemberian kasi preanestetik masih dipertanyakan perlunya
oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik; suatu analgesik opioid pada penderita yang tidak
sifat-sifat ini menunjang selektivitas kerja lope_ menderita nyeri.
201
Analgesik oPioid

Miosis yang ditimbulkan metadon lebih lama


4. METADON DAN OPIOID LAIN
daripada miosis oleh morfin. Pada pecandu meta-
don timbul loleransi elek miosis yang cukup kuat'

. 4.''. METADON Sistem Kardiovaskular' Metadon menyebabkan


vasodilatasi periler sehingga dapat menimbulkan
KlMlA. Metadon adalah dl-4,4 dilenil-6-dimetil' hipotensi ortostatik. Pemberian metadon tidak me-
amino-3-heptanon. Struktur kimianya terlihat pada ngubah gambaran EKG tetapi kadang-kadang tim-
Gambar 14-3. bul sinus bradikardi. Obat ini merendahkan kepeka-
an tubuh terhadap COe sehingga timbul retensi COe
yang dapat menimbulkan dilatasi pembuluh darah
serebral dan kenaikan tekanan cairan otak.
FARMAKOKINETIK. Setelah suntikan metadon
611.- cHz
-f-f -CHz--CH-N subkutan ditemukan kadar dalam plasma yang
o-A-
fa\] i . \^cHs
cHs tinggi selama 10 menit pertama. Sekitar 90% meta-
V don terikat protein plasma' Metadon diabsorpsi
secara baik oleh usus dan dapat ditemukan dalam
Metadon plasma setelah 30 menit pemberian oral; kadar
puncak dicapai setelah 4 jam. Metadon cepal ke
iuar dari darah dan menumpuk dalam paru, hati'
Gambar 14-3. Struktur kimia metadon ginlal dan limpa; hanya sebagian kecil yang masuk
otuf. XaOar maksimal metadon dalam otak dicapai
/-Metadon merupakan analgesik yang 8-50 dalam 1-2 iam setelah pemberian parenteral dan
kali lebih kuat daripada d-metadon. Efek depresi kadar ini sejaiar dengan intensitas dan lama anal-
napas d-metadon lemah dan bahaya adiksinya juga gesia. Metadon mengalami pengikatan erat pada
kecil, tetapi isomer ini berelek antitusil. Derivat yang protein jaringan. Biotransformasi metadon terutama
serupa dengan metadon tidak lebih baik daripada berlangsung di hati. Salah satu reaksi penting ialah
metadon sendiri, malah dekstromoramid lebih ba- dengan cara N-demetilasi. Sebagian besar meta-
nyak menimbulkan elek samping dan menyebab- don yang diberikan akan ditemukan dalam urin dan
kan depresi napas lebih berat daripada morfin jika tinja sebagai hasil biotranslormasi yaitu pirolidin
diberikan dalam dosis ekuianalgetik' dan pirolin. Kurang dari 1O% mengalami ekskresi
dalam bentuk asli. Sebagian besar diekskresi ber-
FARMAKODINAMIK. Susunan Saral Pusat' Efek l12harl
sama empedu. Masa paruhnya 1'1
analgetik 7,5-10 mg metadon sama kuat dengan
elek 10 mg morlin. Dalam dosis tunggal, metadon SEDIAAN DAN POSOLOGI' Metadon dapat diberi-
tidak menimbulkan hipnosis sekuat morfin. Setelah kan secara oral maupun suntikan, tetapi suntikan
pemberian metadon berulang kali timbul elek se- subkutan menimbulkan iritasi lokal. Metadon terse-
dasi yang jelas, mungkin karena adanya kumulasi' dia dalam bentuk tablet 5 dan 10 mg serta sediaan
Dosis ekuianalgetik menimbulkan depresi napas suntikan dalam ampul atau vial dengan kadar 10
yang sama kuat seperti morfin dan dapat bertahan mg/ml. Dosis analgetik metadon oral untuk dewasa
ieoih dari 24 iam setelah dosis tunggal' Seperti berkisar antara 2,5-1 5 mg, tergantung dari hebat-
morlin, metadon berelek antitusil, menimbulkan hi- nya nyeri dan respons penderita, sedangkan dosis
perglikemia, hipotermia dan penglepasan ADH' parenteral ialah 2,5-10 mg'
Otot Polos. Seperti meperidin, metadon menim- EFEK SAMPING. Metadon menyebabkan elek
bulkan relaksasi sediaan usus dan menghambat samping berupa perasaan ringan, pusing, kantuk,
efek spasmogenik asetilkolin atau histamin' Efek fungsi mental terganggu, berkeringat, pruritus, mual
konstipasi metadon lebih lemah daripada morlin' dan muntah. Seperti pada morlin dan meperidin'
Seperti morfin dan meperidin, metadon menimbul- elek samping ini lebih sering timbul pada pemberian
kan spasme saluran empedu pada manusia dan oral daripada pemberian parenteral dan lebih sering
hewan coba. Ureter mengalami relaksasi, mungkin timbul pada penderita berobat jalan' Efek samping
karena lelah teriadi antidiuresis. Uterus manusia a yang iarang timbulialah delirium, halusinasi selintas
terme tidak banyak dipengaruhi metadon' Oan urtlt<aria hemoragik. Bahaya utama pada takar
202
Farmakologi dan Terapi

lajak metadon ialah berkurangnya ventilasi pulmo_


nal. Kepekaan seseorang terhadap metadon dipe_
ngaruhi oleh laktor yang mempengaruhi kepekaan
rol
-apn.
terhadap morfin. Terapi intoksikasi akut metadon tt ./ ,clt
CHg CHz C-O-C-CH CHz-N'
sama dengan terapi intoksikasi akut morfin.
TOLERANSI DAN KEMUNGKTNAN ADtKSt. Tote_
I\
oll ?n' tcH'
ransi metadon dapat timbul terhadap efek analge_
sik, mual, anoreksia, miotik, sedasi, depresi napas
dan efek kardiovaskular, tetapi tidak timbul terha-
dap efek konstipasi. Toleransi initimbul lebih lambat
v
16l
Gambar 14-4, Struktur kimia propoksifen
daripada toleransi terhadap morlin.
. Timbulnya ketergantungan lisik setelah pem_
berian metadon secara kronik dapat dibuktikan den_
gan cara menghentikan obat atau dengan mem- FABMAKODINAMTK. propoksifen berefek analge-
berikan nalorfin. Kemungkinan timbulnyi adiksi ini sik karena kerja sentralnya. propoksiten terutama
lebih kecil daripada bahaya adiksi morfin. terikat pada reseptor u meskipun kurang selektif
dibandingkan morfin. propoksifen 65-100 mg seca-
lNDlKAS|. Analgesia. Jenis nyeri yang dapat dipe- ra oral memberikan efek yang sama kuat dengan 65
ngaruhi metadon sama dengan jenis nyeri yang mg kodein, sedangkan 130 mg propoksifen paren_
dapat dipengaruhi morfin. Dosis ekuianalgetik me- teral menimbulkan analgesia yang sama kuat den_
tadon kira-kira sama dengan morfin, tetapi aOa gan 50 mg meperidin parenteral. Tetapi propok_
yang berpendapat bahwa metadon seOikii lebifr sifen menimbulkan perasaan panas dan iritasi di
kuat daripada morfin. Efek analgesik mulai timbul tempat suntikan. Seperti kodein kombinasi propok-
10-20 menit setelah pemberian parenteral atau 30- sifen dengan asetosal berefek analgesik yang jauh
60 menit setelah pemberian oral metadon. Masa lebih baik daripada jika masing- masing obat diberi-
kerja metadon dosis tunggal kira-kira sama dengan kan tersendiri. Obat ini tidak berefek antitusif.
masa kerja morfin. pada pemberian berulang terjadi
efek kumulasi, sehingga dapat diberikan doiis lebih FARMAKOKTNETTK. propoksifen diabsorpsi sere-
kecil atau interval dosis dapat lebih lama. Obat ini lah pemberian oral maupun parenteral. Seperti ko-
menyebabkan depresi napas pada janin sehingga dein, efektivitas jauh berkurang jika propoksilen
tidak dianjurkan sebagai analgesik pada persalinan. diberikan per oral. Biotransformasi propoksifen den-
Metadon digunakan sebagai pengganti morfin gan cara N-demetilasi yang terjadi dalam hati.
atau opioid lain (misalnya heroin) untuk mencegah
EFEK NONTERAPI. pada dosis rerapipropoksiten
atau mengatasi gejala-gejala putus obat yang ditim_
tidek banyak mempengaruhi sistem kardiovaskular.
bulkan oleh obat-obat tersebut. Gejala putus obat
yang ditimbulkan oleh metadon tidak sekuat dari Pemberian 130 mg propoksifen per oral pada orang
yang ditimbulkan oleh morfin atau heroin tetapi ber- dewasa sehat tidak banyak mengubah reaksi ter-
langsung lebih lama, dan timbulnya lebih lambat.
hadap CO2. Dengan dosis ekuianalgetik insiden
efek samping propoksifen seperti mual, anoreksia,
Antitusif. Metadon merupakan antitusil yang baik. sembelit, nyeri perut dan kantuk kurang lebih sama
Efek antitusif 1 ,5-2 mg per oral sesuai dengan t S-ZO dengan kodein. Dosis toksik biasanya menimbulkan
mg kodein, tetapi kemungkinan timbulnya adiksi depresi SSP dan depresi napas, tetapi jika dosis
pada metadon jauh lebih besar daripada kodein. lebih besar lagi timbul konvulsi.
Oleh karenanya dewasa ini penggunaannya seba-
gai antitusif tidak dianjurkan atau telah banyak di_ ADlKSl. Timbulnya adiksi terhadap propoksifen
tinggalkan. lebih kecil kemungkinannya daripada terhadap
kodein. Penghentian tiba{iba pada terapi dengan
propoksifen akan menimbulkan gejala putus obat
4.2. PROPOKSIFEN ringan. Dosis oral propoksifen yang besar (300-600
mg) menimbulkan elek subyektif yang menyenang_
lsomer dekstro- dari propoksilen, yaitu deks_ kan, telapi tidak serupa dengan efek morfin. Obat
tropropoksifen, berelek analgesik. Struktur kimia- inicukup iritatif pada pemberian subkutan, sehingga
nya mirip dengan struktur metadon (Gambar 14-4). tidak digunakan secara parenteral.
Analgesik opioid

lNDlKASl. Propoksifen hanya digunakan untuk me- antagonis. Beberapa substitusi menghasilkan suatu
ngobati nyeri ringan hingga sedang, yang tidak turunan yang relatil bersilat antagonis murni,
cukup baik diredakan oleh asetosal. Kombinasi pro- sedangkan yang lain menghasilkan suatu senyawa
poksifen bersama asetosal berelek sama kuat dengan sifat agonis yang nyata di samping sifat
seperti kombinasi kodein bersama asetosal. Dosis antagonis. lni terjadi karena senyawa tersebut ber-
propoksilen untuk orang dewasa biasanya 4 kali 65 tindak sebagai agonis pada satu reseptor opioid dan
mg sehari, dengan atau tanpa asetosal. merupakan antagonis kompetitil pada reseptor
opioid lain.

5. ANTAGONIS OPIOID DAN AGONIS 5.2 ANTAGONIS OPIOID


PARSIAL
Obat-obat yang tergolong antagonis opioid
umumnya tidak menimbulkan banyak efek kecuali
5.1. SEJARAH DAN KIMIA bila sebelumnya telah ada elek agonis opioid atau
bila opioid endogen sedang aktif misalnya pada
Dalam tahun 1915 Pohl melihat bahwa N-alil- keadaan stres atau syok. Nalokson merupakan
nor kodein dapat mencegah atau menghilangkan prototip antagonis opioid yang relatif murni, demi-
depresi napas yang ditimbulkan oleh modin dan kian pula naltrekson yang dapat diberikan per oral
heroin. Lebih dari 25 tahun sesudah itu Unna, demi- dan memperlihatkan masa kerja yang lebih lama
kian juga Hart dan Mc Cawley secara sendiri-sendiri dari nalokson. Kedua obat ini merupakan antagonis
menjelaskan efek antagonis morlin yang dimiliki kompetitif pada reseptor u, k dan o, tetapi afinitas-
nalorlin. Pada saat itu kegunaan klinik nalorfin tidak nya terhadap reseptor u jauh lebih tinggi. Dalam
diketahui, baru pada tahun 1951, Eckenhoff dan dosis besar keduanya memperlihatkan beberapa
kawan-kawan melaporkan manfaat nalorlin sebagai efek agonis, tetapi efek ini tidak berarti secara klinis.
antidotum pada keracunan morlin yang teriadi pada
manusia. Kemudian, pada tahun 1953 Wikler dan Nalorfin, levalorfan, siklazosin dan sejenisnya di
kawan-kawan menunjukkan bahwa nalorfin menim- samping memperlihatkan efek anlagonis, menim-
bulkan gejala putus obat akut pada pecandu morlin, bulkan efek otonomik, endokrin, analgesik dan de'
metadon dan heroin dalam waktu singkat. Pada presi napas mirip elek yang ditimbulkan oleh morlin.
sebagian besar orang nonadiksi, dosis besar nalor- Obal-obat ini merupakan antagonis kompetitil pada
lin tidak menimbulkan euforia tetapi justru disloria reseptor u, tetapi juga memperlihatkan efek agonis
dan kegelisahan. Lasagna dan Beecher melihat pada reseptor- reseptor lain.
adanya antagonisme nalorfin terhadap efek analge- FARMAKODINAMIK. Efek tanpa pengaruh
sik morlin, namun nalorlin juga efektif untuk menga- opioid. Pada berbagai eksperimen diperlihatkan
tasi nyeri pascabedah. Elek disforia yang timbul bahwa nalokson (1 ) menurunkan ambang nyeri
menyebabkan nalorfin kurang tepat digunakan se- pada mereka yang biasanya ambang nyerinya
bagai analgesik. Pencarian senyawa antagonis tinggi; (2) menganlagonis efek analgetik plasebo;
opioid yang masih mempunyai elek analgetik tanpa (3) mengantagonis analgesia yang terjadi akibat
menimbulkan disforia menyqbabkan ditemukannya perangsangan lewat jarum akupungtur' Semua efek
nalokson, pentazosin dan propiram yang memper- ini diduga berdasarkan antagonisme nalokson ter-
besar khasanah analgesik. hadap opioid endogen yang dalam keadaan lebih
Dengan ditemukannya obat yang berelek sub- aktif. Namun, masih perlu pembuktian lebih lanjut
yektil seperti morfin dan sekaligus melawan efek elek nalokson ini sebab banyak laktor lisiologi yang
morlin, maka studi tentang hubungan aktivitas dan berperan dalam analgesia di atas. Dugaan yang
struktur kimia pada opioid dan antagonis opioid sama juga timbul tentang efek nalokson terhadap
menjadi lebih kompleks dan lebih menarik. Substi- hipotensi pada hewan dalam keadaan syok, dan
tusi gugus alil pada gugus N-metil pada kodein' eleknya dalam mencegah overeating dan obesitas
morlin, levortanol, oksimorlon dan lenazosin meng' pada tikus-tikus yang diberi stres berat'
hasilkan obat yang bersilat antagonis. Belakangan Elek subyektil yang ditimbulkan nalorlin pada
ternyata bahwa substitusi sederhana tersebut tidak manusia tergantung dari dosis, silat orang yang
selalu menghasilkan suatu analog yang bersilat bersangkutan dan keadaan. Pemberian 10-1 5 mg
204 Farmakologi dan Terapi

nalorfin atau 10 mg morfin menimbulkan analgesia penyuntikan lV. Secara oral nalokson juga diserap,
sama kuat pada penderita dengan nyeri pasca- tetapi karena hampir seluruhnya mengalami meta-
bedah. Elek tersebut diduga disebabkan oleh kerja bolisme lintas pertama maka harus diberikan pa-
agonis pada reseptor k. Pada beberapa persen renteral. Obat ini dimetabolisme di hati, terutama
pasien timbul reaksi yang tidak menyenangkan, dengan glukuronidasi. Waktu paruhnya kira-kira 1
misalnya rasa cemas, perasaan yang aneh, sampai jam dengan masa kerja 1-4 jam. Naltrekson efektil
timbulnya day dreams yang mengganggu, atau setelah pemberian per oral, kadar puncaknya dalam
lebih berat lagi timbul halusinasi, paling sering halu- plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam, waktu paruh-
sinasi visual, Semua efek ini juga timbul akibat sifat nya sekitar 3 jam dan masa kerjanya mendekati 24
agonisnya pada reseptor opioid k, meskipun ker- jam. Metabolitnya, 6-naltreksol, merupakan antago-
janya pada reseptor o mungkin juga berperan. nis opioid yang lemah dan masa kerjanya panjang,
Nalorfin dan levalorfan juga menimbulkan de- Naltrekson lebih poten dari nalokson, pada
presi napas yang diduga karena kerjanya pada re- penderita adiksi opioid pemberian 100 mg secara
septor k. Berbeda dengan morlin depresi napas ini oral dapat menghambat elek euforia yang ditim-
tidak bertambah dengan bertambahnya dosis. bulkan oleh 25 mg heroin lV selama 48 jam.
Kedua obat ini, terutama levalorfan memperberat
TOLERANSI DAN KETERGANTUNGAN FISIK.
depresi napas oleh mor{in dosis kecil, tetapi meng-
Toleransi hanya terjadi terhadap elek yang ditim-
antagonis depresi napas akibat rnorfin dosis besar.
bulkan oleh silat agonis, jadi hanya timbul pada elek
Elek dengan pengaruh opioid. Semua efek ago- subyektif, sedatil dan psikotomimetik dari nalorfin.
nis opioid pada reseptor u diantagonis oleh nalok- Penghentian tiba-tiba pemberian nalorlin kronis
son dosis kecil (0,4-0,8 mg) yang diberikan lM atau dosis tinggi menyebabkan gejala putus obat yang
lV. Frekuensi napas meningkat dalam 1-2 menit khas tetapi lebih ringan daripada gejala putus obat
setelah pemberian nalokson pada penderita den- morfin.
gan depresi napas akibat agonis opioid; elek se- Nalokson, nalorfin dan levalorfan kecil ke-
datil dan elek terhadap tekanan darah juga segera mungkinannya untuk disalahgunakan sebab (1 )
dihilangkan. Pada dosis besar, nalokson juga me- tidak menyebabkan ketergantungan lisik; (2) tidak
nyebabkan kebalikan efek dari elek psikotomimetik menyokong ketergantungan fisik morfin; dan (3)
dan disforia akibat agonis-antagonis. Antagonisme dari segi subyektil dianggap sebagai obat yang
nalokson ini berlangsung selama 1-4 jam, tergan- kurang menyenangkan bagi para pecandu.
tung dari dosisnya.
lNDlKASl. Antagonis opioid ini diindikasikan untuk
Antagonisme nalokson terhadap efek agonis
mengatasi depresi napas akibat takar lajak opioid,
opioid sering disertai dengan terjadinya lenomen
pada bayi yang baru dilahirkan oleh ibu yang men-
overshoot misalnya berupa peningkatan lrekuensi
dapat opioid sewaktu persalinan; atau akibat ten-
napas melebihi lrekuensi sebelum dihambat oleh
opioid. Fenomen ini diduga berhubungan dengan tamen suicide dengan suatu opioid; dalam hal ini
terungkapnya (unmasking) ketergantungan lisik nalokson merupakan obat terpilih. Obat ini juga
akut yang timbul 24 jam setelah morfin dosis besar. digunakan untuk mendiagnosis dan mengobati ke-
Terhadap individu yang memperlihatkan ke- tergantungan lisik terhadap opioid.
tergantungan lisik terhadap morfin, dosis kecil SEDIAAN DAN POSOLOGI. Nalorfin HCt (Natin
nalokson SK akan menyebabkan gejala putus obat
HCI), tersedia untuk penggunaan parenteral,
yang dapat berat. Gejala ini mirip dengan gejala
masing-masing mengandung 0,2 mg nalorfin/ml
akibat penghentian tiba-tiba pemberian'morfin, untuk anak, 5 mg nalorfin/ml untuk orang dewasa.
hanya timbulnya beberapa menit setelah penyunti-
Juga tersedia levalorfan 1 mg/ml dan nalokson 0,4
kan dan berakhir setelah 2 jam. Berat dan lama
mg/ml.
berlangsungnya sindrom ini tergantung dari dosis
Pada intoksikasi opioid diberikan 2 mg nalok-
antagonis dan beratnya ketergantungan. Hal yang
son dalam bolus lV yang mungkin perlu diulang.
sama terjadi terhadap orang dengan ketergantung-
Karena waktu paruh yang singkat, dosis ini diulang
an lisik terhadap agonis parsial, tetapi diperlukan
dosis lebih besar. tiap 20-60 menil, terutama pada keracunan opioid
kerja lama misalnya metadon. Cara lain ialah mem-
FARMAKOKTNETIK. Nalokson hanya dapat diberi- berikan dosis 60% dari dosis awal setiap jam sete-
kan parenteral dan eleknya segera terlihat setelah lah dosis awal. Untuk mengatasi depresi napas oleh
205
Analgesik opioid

opioid pada neonatus biasanya diberikan dosis per oral cukup bervariasi. Obat ini dimetabolisme
awal 0,01 mg/kgBB lV, lM atau SK yang dapat secara intensil di hati untuk kemudian diekskresi
diulang tiap 3-5 menit bila respons belum tampak. sebagai metabolit melalui urin. Pada penderita siro-
Tergantung dari beratnya depresi napas, dosis ini sis hepatis bersihannya sangat berkurang.
dapat diulang tiap 30-90 menit.
lNDlKAS|. Pentazosin diindikasikan untuk menga-
tasi nyeri sedang, tetapi kurang efektif dibandingkan
morfin untuk nyeri berat. Obat ini juga digunakan
5.3. AGONIS PARSIAL
untuk medikasi preanestetik. Bila digunakan untuk
analgesia obstetrik pentazosin dapat mengakibat-
PENTAZOSIN kan depresi napas yang sebanding meperidin.

SEDIAAN DAN POSOLOGI. Dosis yang dianjur-


FARMAKODINAMIK. Obat ini merupakan antago-
kan pada orang dewasa adalah 30 mg lV/lM yang
nis lemah pada reseptor p, tetapi merupakan agonis
dapat diulang tiap 3-4 jam bila perlu dengan dosis
yang kuat pada reseptor k dan o sehingga tidak
total maksimal 360 mg/hari. Setiap kali penyuntikan
mengantagonis depresi napas oleh morlin' Elek-
dianjurkan dosis tidak melebihi 30 mg lV atau 60 mg
nya terhadap SSP mirip dengan elek opioid yaitu
lM. Sedapat mungkin pemberian SK dihindarkan.
menyebabkan analgesia, sedasi dan depresi na-
Untuk analgesia obstetrik diberikan dosis tunggal
pas. Analgesia yang timbul agaknya karena efek-
20 atau 30 mg secara lM. Bila kontraksi uterus
nya pada reseptor k, karena sifatnya berbeda
men.iadi teratur, dapat diberikan 20 mg lV dan dapat
dengan analgesia akibat morfin' Analgesia timbul
diulangi 2 atau 3 kali dengan interval 2-3 jam bila
lebih dini dan hilang lebih cepat daripada morfin.
diperlukan. Untuk penggunaan ini tersedia larutan
Setelah pemberian secara lM analgesia mencapai
30 mg/ml dalam vial 1;1,5;2 dan 10 ml.
maksimal dalam 30-60 menit dan berakhir setelah
2-3 jam. Setelah pemberian oral efek maksimal
dalam 'l-3 jam dan lama keria agak panjang dari- BUTORFANOL
pada setelah pemberian lM. Depresi napas yang
ditimbulkannya tidak sejalan dengan dosis' Pada Butorfanol secara kimia mirip levorlanol akan
dosis 60-90 mg obal ini menyebabkan disloria dan tetapi profil kerjanya mirip pentazosin' Pada pen-
elek psikotomimetik mirip nalorfin yang hanya dapat derita pascabedah, suntikan 2- 3 mg butorfanol
diantagonis oleh nalokson. Diduga timbulnya dis- menimbulkan analgesia dan depresi napas menye'
loria dan efek psikotomimetik karena kerianya pada rupai elek akibal suntikan 10 mg morlin atau 80 mg
reseptor o. meperidin. Seperti pentazosin dan obat lain yang
Efeknya pada saluran cerna mirip elek opioid' dihipotesiskan bekeria pada reseptor k dan d, pe-
sedangkan pada uterus eleknya mirip efek mepe- ningkatan dosis tidak disertai memberatnya depresi
ridin. Respons kardiovaskular terhadap pentazosin napas yang menonjol. Dosis analgetik butorfanol
berbeda dengan respons terhadap opioid morfin' iuga meningkatkan tekanan arteri pulmonal dan
yaitu dalam dosis tinggi menyebabkan peningkatan kerla jantung. Butorlanol mirip dengan morlin dalam
lekanan darah dan lrekuensi denyut iantung. hal mula kerja, waktu tercapainya kadar puncak dan
Toleransi dapat timbul terhadap elek anal- masa kerja, sedangkan waktu paruhnya kira-kira 3
gesia dan elek subyektil pada pemberian berulang, jam.
Ketergantungan fisik dan psikis dapat pula terjadi' Efek samping utama butorlanol adalah kan-
tetapi kemungkinannya jauh lebih kecil. Gejala tuk, rasa lemah, berkeringat, rasa mengambang
putus obat yang terjadi diantaranya mirip gejala dan mual. Sedangkan efek psikotomimetik lebih
putus nalorlin sedangkan sebagian lagi mirip geiala kecil dibanding pentazosin pada dosis ekuianal-
putus morfin. Penyuntikan berulang pada tempat getik. Kadang-kadang terjadi gangguan kardiovas-
yang sama dapat menyebabkan abses steril, ulse- kular yaitu palpitasi dan gangguan kulit rash.
rasi dan jaringan parut. Butorlanol etektif untuk mengatasi nyeri akut
pasca operasi sebanding dengan morfin, meperidin
FARMAKOKINETlK. Pentazosin diserap baik me- atau pentazosin. Demikian pula butortanol sama
lalui cara pemberian apa saja, tetapi karena meng- elektil dengan meperidin untuk medikasi preanes-
alami metabolisme lintas pertama, bioavailabilitas tetik akan tetapi elek sedasinya lebih kuat' Untuk
206
Farmakologi dan Terapi

penderita payah jantung dan infark miokard, morfin


tinggi mungkin menimbulkan depresi napas. Deks_
dan petidin lebih bermanfaat dibandingkan butor- trometorfan tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan
fanol karena eleknya pada tekanan arteri pulmonal sebagai sirop dengan kadar 10 mg dan 15 mg/5 ml.
dan kerja jantung. Obat ini tidak dianjurkan diguna_ Dosis dewasa 10-30 mg diberikan 3-4 kali sehari.
kan untuk nyeri yang menyertai infark miokard akut.
Dosis butorfanol yang dianjurkan untuk dewasa ia-
lah 1-4 mg lM atau 0,5-2 mg lV dan dapat diulang
6.2. NOSKAPIN
3-4 jam.
Noskapin adalah alkaloid alam yang bersama
dengan papaverin tergolong derivat benzilisokino_
6. ANTITUSIF NON.OPIOID lin, yang didapat dari candu (2- metil-g-metoksi_6,
7-metilendioksi-1 -(6, 7-dimetoksi-3- ftalidil)- 1, 2, g,
4-tetrahidroisokinolin). pada dosis terapi zat ini
6.1. DEKSTROMETORFAN tidak berefek terhadap SSp, kecuali sebagai anti_
tusif. Noskapin merupakan penglepas histamin
yang poten sehingga dosis besar dapat menyebab_
Dekstrometorfan (d-3-metoksi-N_metilmorfi_
nan), berbeda dengan I isomernya, tidak berefek kan bronkokonstriksi dan hipotensi sementara. Zat
analgetik atau bersifat adiktif. Zat ini meningkatkan ini tidak menimbulkan habituasi maupun adiksi.
ambang rangsang relleks batuk secara sentral dan Dosis sampai g0 mg tidak menimbulkan depresi
napas. Noskapin menghambat kontraksi otot jan_
kekuatannya kira-kira sama dengan kodein. Ber_
tung dan otot polos, tetapi efek ini tidak timbul pada
beda dengan kodein, zat ini jarang menimbulkan
dosis antitusif. Dosis toksik menimbulkan konvulsi
kantuk atau gangguan saluran cerna. Dalam dosis
pada hewan coba. Absorpsi obat ini oleh usus ber-
terapi dekstrometorfan tidak menghambat aktivitas
langsung dengan baik. Dosls yang dianjurkan S-4
silia bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6 jam.
kali 15-30 mg sehari. Dosis tunggal 60 mg pernah
Toksisitas zat ini rendah sekali, tetapi dosis sangat
digunakan untuk batuk paroksismal.
Analgesik-Antipiretik, Anti- inflamasi Nonslero id dan O bat Pi rai 207

15. ANALGESIK . ANTIPIRETIK


ANALGESIK ANTI-INFLAMASI NONSTEROID
DAN OBAT PIRAI

P. Freddy Wilmana

1. Pendahuluan 3. Pembahasan obat


3.1 .Salisilat, salisilamid dan dillunisal
3.2. Para amino lenol
2. Silat dasar obat anti-inllamasi non-steroid
3.3. Pirazolon
2.'l . Mekanisme kerja
3.4. Analgesik anti-inllamasi nonsteroid lainnya
2.2. Elek farmakodinamik 3.5. Obat pirai
2.3. Elek samping 3.6. Pemilihan obat

1. PENDAHULUAN 2. SIFAT DASAR OBAT


ANTI-INFLAMASI NON.STEROID
Obat analgesik antipiretik serta obat anti-in-
flamasi nonsteroid (AINS) merupakan suatu kelom-
pok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat 2.1. MEKANISME KERJA
sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian
obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan Telah disebutkan di atas bahwa efek terapi
dalam efek terapi maupun efek samping. Prototip maupun elek samping obat-obat ini sebagian besar
obat golongan ini adalah aspirin, karena itu obat tergantung dari penghambatan biosintesis PG yang
golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip- dapat dilihat pada Gambar 15-2. Mekanisme kerja
aspirin (aspirin-like drugs). yang berhubungan dengan sistem biosintesis PG ini
Klasifikasi kimiawi AINS yang dapat dilihat mulai dilaporkan pada tahun 1971 oleh Vane dan
pada Gambar 15-1 , sebenarnya lidak banyak man- kawan-kawan yang memperlihatkan secara in vitro
faat kliniknya, karena ada AINS dari subgolongan bahwa dosis rendah aspirin dan indometasin meng-
yang sama memiliki sifat yang berbeda, sebaliknya hambat produksi enzimatik PG. Penelitian lanjutan
ada obat AINS yang berbeda sub golongan tetapi telah mernbuktikan bahwa PG akan dilepaskan bila-
memiliki sifat yang serupa. mana sel mengalami kerusakan. Walaupun in vitro
Kemajuan penelitian dalam dasawarsa terak- obat AINS diketahui menghambat berbagai reaksi
hir ini memberi penjelasan mengapa kelompok biokimiawi, hubungan dengan elek analgesik, anti-
heterogen tersebut memiliki kesamaan efek terapi piretik dan anti-inflamasinya belum jelas. Selain itu
dan elek samping. Ternyata sebagian besar efek obat AINS secara umum tidak menghambat biosin-
terapi dan elek sampingnya berdasarkan atas tesis leukotrien, yang diketahui ikut berpqan dalam
penghambatan biosintesis prostaglandin (PG), inllamasi.
Akan diuraikan dahulu mekanisme dan silat dasar Golongan obat ini menghambat enzim siklo-
obat mirip-aspirin sebelum membahas masing- oksigenase sehingga konversi asam arakidonat
masing sub golongan. menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat
208 Farmakologi dan Terapi

ASAM KARBOKSILAT ASAM ENOLAT

,----
I

r
Asam Asetat Derivat Asam Derivat Asam Derivat Asam Derival Pirazolon Derivat Oksikam
Salisilat Propionat Fenamat

'Aspirin 'As.tiaprofenat 'As. mefenamat 'Azapropazon "Piroksikam


'Benorilat 'Fenbulen 'Meklofenamat ' Fenilbutazon 'Tenoksikam
'Dillunisal 'Fenoprofen 'Oksifenbutazon
'Salsalat 'Flurbiprofen
'lbuprofen
'Ketoprofen
'Naproksen

Derivat Asam Fenilasetat Derivat Asam Asetat-


inden / indol ;

'Diklofenak 'lndometasin
* Fenklofenak
" Sulindak
'Tolmetin

Gambar 15-1. Obat analgesik anti intlamasi non steroid (obat AINS)

Trauma/luka pada sel


I
Gangguan pada membran sel
I
Foslolipid

Dihambat kortikosteroid enzim fosfolipase

Asam arakidonat

enzim lipoksigenase ensim siklooksigenase

_ Dihambat obat AINS


('serupa-aspirin")

Hidroperoksid Endoperoksid
PGG2/PGH

Leukotrien PGEz, PGFz, PGDa Prostasiklin

Tromboksan Ae

Gambar I 5-2. Biosintesis prostaglandin


209
Analgesik-Antipiretik, Anti-inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai

siklo-oksigenase dengan cara yang berbeda. Khu- hambat biosintesis PG maupun leukotrien tentu
sus parasetamol, hambatan biosintesis PG hanya akan lebih poten menekan proses inflamasi.
terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid
RASA NYERI. PG hanya berperan pada nyeri yang
seperti di hipotalamus" Lokasi inflamasi biasanya
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau infla-
mengandUng banyak peroksid yang dihasilkan oleh
masi. Penelitian telah membuktikan bahwa PG me-
leukosit. lni menjelaskan mengapa elek anti-infla-
nyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap sti-
masi parasetamol praktis lidak ada, Aspirin sendiri
mulasi mekanik dan kimiawi. Jadi PG me rimbulkan
menghambat dengan mengasetilasi gugus aktif
keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi
serin dari enzim ini. Dan irombosit sangat rentan ter-
seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan
hadap penghambatan ini karena sel ini tidak mampu
menimbulkan nyeri yang nyata.
mengadakan regenerasi enzimnya' Sehingga dosis
Obat mirip-aspirin tidak mempengaruhi hiper-
tunggal aspirin 40 mg sehari telah cukup untuk
algesia atau nyeri yang ditimbulkan oleh elek lang-
menghambat siklo-oksigenase trombosit manusia
sung PG. lni menunjukkan bahwa sintesis PG yang
selama masa hidup trombosit, yaitu 8-1 t hari.
dihambat oleh golongan obat ini, dan bukannya
INFLAMASI. Sampai sekarang lenomen inllamasi blokade langsung,
pada tingkat bioselular masih belum dapat dijelas- DEMAM. Suhu badan diatur oleh keseimbangan
kan secara rinci. Walaupun demikian banyak hal antara produksi dan hilangnya panas' Alat pengatur
yang telah diketahui dan disepakati. Fenomen infla-
suhu tubuh berada di hipolalamus. Pada keadaan
masi ini meliputi kerusakan mikrovaskular, mening- demam keseimbangan ini terganggu tetapi dapat
katnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke dikembalikan ke normal oleh obat mirip-aspirin. Ada
jaringan radang. Gejala proses inflamasi yang bukti bahwa peningkalan suhu tubuh pada keadaan
sudah dikenal ialah kalor, rubor, tumor, dolor dan patologik diawali penglepasan suatu zat pirogen
functio /aesa. Selama berlangsungnya fenomen in- endogen atau sitokin seperti interleukin-1 (lL- 1)
llamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan yang memacu penglepasan PG yang berlebihan di
secara lokal antara lain histamin, S-hidroksitrip- daerah preoptik hipotalamus. Selain itu PGEz ter-
tamin (5HT), laktor kemotaktik, bradikinin' bukti menimbulkan demam setelah diinfuskan ke
leukotrien dan PG. Penelitian terakhir menunjukkan ventrikel serebral atau disuntikkan ke daerah hipo-
autakoid lipid PAF (platelet-activating factor) iuga talamus. obat mirip-aspirin menekan elek zat piro-
merupakan mediator inflamasi. Dengan migrasi sel gen endogen dengan menghambat sintesis PG.
lagosit ke daerah ini, terjadi lisis membran lisozim Tetapi demam yang timbul akibat pemberian PG
dan lepasnya enzim pemecah. Obat mirip-aspirin tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu
dapat dikatakan tidak berefek terhadap mediator- oleh sebab lain seperti latihan lisik.
mediator kimiawi tersebut kecuali PG'
Secara in vitro terbukti bahwa prostaglandin
E2 (PGEz) dan prostasiklin (PGlz) dalam iumlah 2.2. EFEK FARMAKODINAMIK
nanogram, menimbulkan eritem, vasodilatasi dan
peningkatan aliran darah lokal' Histamin dan bradi- Semua obat mirip-aspirin bersifat antipiretik,
kinin dapat meningkatkan permeabilitas vaskular' analgesik, dan anti-inllamasi. Ada perbedaan aktivi-
tetapi efek vasodilatasinya tidak besar. Dengan pe- tas di antara obat-obat tersebut, misalnya : parase-
nambahan sedikit PG, elek eksudasi histamin plas' tamol (asetaminolen) bersifat antipiretik dan anal'
ma dan bradikinin meniadi lebih jelas. Migrasi leuko' gesik tetapi silat anti-inllamasinya lemah sekali'
sit ke jaringan radang merupakan aspek penting
dalam proses inflamasi. PG sendiri tidak bersilat EFEK ANALGESIK. Sebagai analgesik, obat mirip-
kemotaktik, tetapi produk lain dari asam arakidonat aspirin hanya elektil terhadap nyeri dengan inten-
yakni leukotrien Bn merupakan zat kemotaktik yang sitas rendah sampai sedang misalnya sakit kepala'
sangat poten. Obat mirip'aspirin tidak mengham' mialgia, artralgia dan nyeri lain yang berasal dari
bat sistem hipoksigenase yang menghasilkan leu- integumen, juga efektif terhadap nyeri yang ber-
kotrien Sehingga golongan obat ini tidak menekan kaitan dengan inllamasi. Elek analgesiknya jauh
migrasi sel. Walaupun demikian pada dosis tinggi lebih lemah daripada efek analgesik opiat. Tetapi
terlihat iuga penghambatan migrasi sel taopa mem- berbeda dengan opiat, obat mirip-aspirin tidak me-
pengaruhi enzim lipoksigenase' Obat yang meng- nimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan elek
210
Farmakologi dan Terapi

samping sentral yang merugikan. Obat mirip-aspirin tit. Mekanisme kedua ini terjadi pada pemberian
hanya mengubah persepsi modalitas sensorik parenteral.
nyeri, tidak mempengaruhi sensorik lain. Nyeri aki- Elek samping lain ialah gangguan fungsi trom_
bat terpotongnya saraf aferen, tidak teratasi dengan bosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan
obat m,irip-aspirin. Sebaliknya nyeri kronis pasca Az (TXAz) dengan akibat perpanjangan waktu per-
bedah dapat diatasi oleh obat mirip-aspirin. darahan. Elek ini telah dimanfaatkan untuk terapi
prof ilaksis trombo-emboli.
EFEK ANTIPIRET|K. Sebagai antipiretik, obat
Penghambatan biosintesis pG di ginjal, ter_
mirip-aspirin akan menurunkan suhu badan hanya
pada keadaan demam, Walaupun kebanyakan obat utama PGEe, berperan dalam gangguan homeos-
tasis ginjal yang ditimbulkan oleh obat mirip-aspirin
ini memperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak
ini. Pada orang normal gangguan ini tidak banyak
semuanya berguna sebagai antipiretik karena ber_
mempengaruhi fungsi ginjal. Tetapi pada penderita
silat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu
hipovolemia, sirosis hepatis yang disertai asites dan
lama. Fenilbutazon dan antireumatik lainnya tidak
penderita gagal jantung, alir darah ginjal dan kece_
dibenarkan digunakan sebagai antipiretik.
patan liltrasi glomeruli akan berkurang, bahkan
EFEK ANTI-INFLAMASI. Kebanyakan obat mirip_ dapat terjadi gagal ginjal.
aspirin, terutama yang baru, lebih dimanfaatkan Pada beberapa orang dapat terjadi reaksi
sebagai anti-inflamasi pada pengobatan kelainan hipersensitivitas terhadap aspirin dan obat mirip-
muskuloskeletal, seperti artritis reumatoid, osteo_ aspirin. Beaksi ini bisa berupa rinitis vasomotor,
arlritis dan spondililis ankilosa. Tetapi harus diingat udem angioneurotik, urtikaria luas, asma bronkial,
bahwa obat mirip-aspirin ini hanya meringankan hipotensi sampai keadaan presyok dan syok. Dian-
ge.jala nyeri dan inllamasi yang berkaitan dengan tara aspirin dan obat mirip-aspirin dapat terjadi reak-
penyakitnya secara simtomatik, tidak menghenti_ si hipersensitil silang. Menurut hipotesis terakhir,
kan, memperbaiki atau mencegah kerusakan jari- mekanisme reaksi ini bukan suatu reaksi imunologik
ngan pada kelainan muskuloskeletal ini, tetapi akibat tergesernya metabolisme asam araki-
donat ke arah jalur hipoksigenase yang menghasil-
kan leukotrien. Kelebihan produksi leukotrien inilah
yang mendasari terjadinya gejala tersebut.
2.3. EFEK SAMPING

Selain menimbulkan elek terapi yang sama


obat mirip-aspirin juga memiliki elek samping se- 3. PEMBAHASAN OBAT
rupa, karena didasari oleh hambatan pada sistem
biosintesis PG. Selain itu kebanyakan obat bersifat
asam sehingga lebih banyak lerkumpul dalam sel 3.1. SALISILAT, SALISILAMID &
yang bersifat asam seperti di lambung, ginjal dan
jaringan inflamasi. Jelas bahwa efek obat maupun D!FLUNISAL
efek sampingnya akan lebih nyata ditempat dengan
kadar yang lebih tinggi. SALISILAT
Elek samping yang paling sering terjadi ada-
lah induksi tukak lambung atau tukak peptik yang Asam asetil salisilat yang lebih dikenal seba-
kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat gai asetosal atau aspirin adalah analgesik antipire-
perdarahan saluran cerna. Beratnya efek samping tik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan
ini berbeda pada masing-masing obat. Dua meka- dan digolongkan dalam obat bebas. Selain sebagai
nisme terjadinya iritasi lambung ialah : (1) iritasi prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai
yang bersifat lokal yang menimbulkan dilusi kembali elek obat sejenis.
asam lambung ke mukosa dan menyebabkan keru-
sakan jaringan; dan (2) iritasi atau perdarahan lam- KlMlA. Struktur kimia golongan salisilat ini dapat
bung yang bersifat sistemik melalui hambatan bio- dilihat pada Gambar 15-3. Asam salisilat sangat
sintesis PGEz dan PGlz. Kedua pG ini banyak dite_ iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat
mukan di mukosa lambung dengan lungsi meng- luar. Derivatnya yang dapat dipakai secara siste-
hambat sekresi asam lambung dan merangsang mik, adalah ester salisilat dari asam organik dengan
sekresi mukus usus halus yang bersilat sitoprotek- substitusi pada gugus hidroksil, misalnya asetosal.
Analgesik-Antipiretik, Anti-inllamasi Nonsleroid dan Obat Pirai 211

lanjut salisilat yang mencapai medula, merangsang


cooH COONa langsung pusat pernapasan sehingga terjadi hiper-
I I
ventilasi dengan pernapasan yang dalam dan
.1::vOH cepat. Pada keadaan intoksikasi, hal ini berlanjut

0r*
Asam salisilat
r(,J
Natrium salisilat
menjadi alkalosis respiratoar.

Efek terhadap keseimbangan asam-basa. Dalam


dosis terapi yang tinggi, salisilat menyebabkan pe-
ningkatan konsumsi oksigen dan produksi COe ter-
utama di otot skelet karena perangsangan losfo-
COOCHs rilasi oksidatif. Karbon dioksida yang dihasilkan se-
lanjutnya mengakibatkan perangsangan pernapas-
OCOCHs an sehingga karbon dioksida dalam darah tidak me-

Asetosal
6-",
Metil salisilat
ningkat. Ekskresi bikarbonat yang disertai Na* dan
K+ melalui ginjal meningkat, sehingga bikarbonat
dalam plasma menurun dan pH darah kembali nor-
mal. Keadaan ini disebut alkalosis respiratoar yang
terkompensasi, dan sering dijumpai pada orang
Gambar 15-3. Struktur kimia golongan salisilat dewasa yang mendapat terapi salisilat secara inten-
sif. Keadaan yang lebih buruk biasanya terjadi pada
bayi dan anak yang mendapat dosis toksik atau
orang dewasa yang menelan dosis salisilat yang
FARMAKODINAMIK. Salisilat merupakan obat
sangat besar. Pada bayi dan anak fase alkalosis
yang paling banyak digunakan sebagai analgesik,
respiratoar sering tidak lerdeteksi sehingga mereka
antipiretik dan anti-inllamasi. Aspirin dosis terapi
baru dibawa ke dokter setelah keadaannya mem-
bekerja cepat dan elektil sebagai antipiretik. De-
buruk, yaitu setelah terjadi asidosis metabolik.
ngan dosis ini laju metabolisme juga meningkat.
Pada dosis toksik obat ini justru memperlihatkan Efek urikosurik. Elek ini sangat ditentukan oleh
efek piretik sehingga terjadi demam dan hiperhidro- besarnya dosis. Dosis kecil (1 g atau 2 g sehari)
sis pada keracunan berat, menghambat ekskresi asam urat, sehingga kadar
Untuk memperoleh elek anti-inflamasi yang asam ural dalam darah meningkat. Dosis 2 atau 39
baik kadar plasma perlu dipertahankan antara 250- sehari biasanya tidak mengubah ekskresi asam
300 mcg/ml. Kadar ini tercapai dengan dosis aspirin urat. Tetapi pada dosis lebih dari5 g per hari terjadi
oral 4 gram per hari untuk orang dewasa. Pada peningkatan ekskresi asam urat melalui urin,'se-
penyakil demam reumatik, aspirin masih tetap be- hingga kadar asam urat dalam darah menurun. Hal
lum dapat digantikan oleh obat AINS yang lain dan ini terjadi karena pada dosis rendah salisilat meng-
masih dianggap sebagai slandard dalam studi per- hambat sekresi tubuli sedangkan pada dosis tinggi
bandingan penyakit artritis reumatoid. salisilat juga menghambat reabsorpsinya dengan
hasil akhir peningkatan ekskresi asam urat. Elek
Elek terhadap pernapasan. Efek salisilat pada urikosurik ini bertambah bila urin bersilat basa.
pernapasan sangat penling dimengerti, karena
Dengan memberikan NaHCOs kelarutan asam urat
gejala pada pernapasan tercermin seriusnya gang-
dalam urin meningkat sehingga tidak terbentuk kris-
guan keseimbangan asam basa dalam darah. Sali-
tal asam urat dalam tubuli ginjal.
silat merangsang pernapasan, baik secara lang-
sung maupun tidak langsung. Pada dosis terapi Efek terhadap darah. Pada orang sehat aspirin
salisilat mempertinggi konsumsi oksigen dan pro- menyebabkan perpanjangan masa perdarahan. Hal
duksi COz. Peninggian Pcoz akan merangsang per- ini bukan karena hipoprotrombinaemia, letapi kare-
napasan sehingga pengeluaran COz melalui na asetilasi siklo-oksigenase trombosit sehingga
alveoli bertambah dan Pcoz dalam plasma turun. pembentukan TXAz terhambat. Dosis tulggal 650
Meningkatnya venlilasi ini pada awalnya ditandai mg aspirin dapat memperpanjang masa perdarahan
dengan pernapasan yang lebih dalam sedangkan kira-kira 2 kali lipat. Pada pemakaian obat anliko-
lrekuensi hanya sedikil bertambah, seperti pada agulan jangka lama sebaiknya berhati-hati mem-
latihan tisik atau menghisap.banyak COz. Lebih berikan aspirin, karena bahaya perdarahan mukosa
Analgesik-Antipiratik, Anti-infl amasi Nonsteroid dan Obat Pirai 213

tetapi dosis 3 g sehari kadang-kadang cukup me- gangguan metabolisme karbohidrat, diperkuat de-
muaskan. ngan ditemukannya hipoglikemia dan ketosis pada
beberapa penderita,
Penggunaan lain. Aspirin digunakan untuk men- Gejala demam sangat mencolok terutama pa-
cegah trombus koroner dan trombus vena-dalam da anak. Dehidrasi dapat terjadi karena hiperhidro-
berdasarkan etek penghambatan agregasi trom- sis, muntah dan hiperventilasi. Sering timbul gejala
bosit. Laporan menunjukkan bahwa dosis aspirin saluran cerna misalnya rasa tidak enak di epigas-
kecil (325 mg/hari) yang diminum tiap hari dapat trium, mual, muntah, anoreksia dan kadang-kadang
mengurangi insiden inlark miokard akut, dan ke- nyeri perut. Gejala ini timbul sama seringnya, baik
matian pada penderita angina tidak stabil. pada pemberian natrium salisilat lV maupun oral.
INTOKSIKASI. Salisilat sering digunakan untuk Jelaslah bahwa gejala ini timbul secara sentral,
mengobati segala keluhan ringan dan tidak berarti tidak disebabkan oleh iritasi lokal pada mukosa
sehingga banyak terjadi penggunasalahan lambung. Umumnya 50 % penderita dengan kon-
(misuse) alau penyalahgunaan (abuse) obat bebas sentrasi salisilat dalam darah melebihi 300 mcg/ml
ini.
akan mengalami mual. Gejala saluran cerna lebih
Keracunan salisilat yang berat dapat menye- menonjol pada intoksikasi asam salisilat"
babkan kematian, tetapi umumnya keracunan sali- Kadang-kadang terjadi perdarahan yang se-
silat bersifat ringan. Metil-salisilat jauh lebih loksik ring ditemukan berupa petekia pada waktu autopsi
daripada natrium salisilat dan intoksikasinya sering
mayat penderita yang mati karena intoksikasi sali-
terjadi pada anak-anak. Empat mililiter metil-sali- silat. Salisilat dapat menimbulkan purpura trombosi-
silat dapat menimbulkan kematian pada anak. topenik sekunder, walaupun sangat jarang.
Salisilismus mirip sinkonismus dengan gejala Stimulasi sentral pada intoksikasi berat akan
disusul oleh depresi SSP dengan gejala sopor dan
nyeri kepala, pusing, tinitus, gangguan pendengar-
an, penglihatan kabur, rasa bingung, lemas, rasa koma. Akhirnya terjadi kolaps kardiovaskular dan
kantuk, banyak keringat, haus, mual, muntah, dan insulisiensi pernapasan, kadang-kadang limbul
kadang-kadang diare. Pada intoksikasi yang lebih konvulsi akibat asfiksia pada stadium terminal. Ke-
berat gejala SSP menjadi lebih jelas disertai timbul- matian biasanya disebabkan oleh kegagalan perna-
pasan. Bau khas dapat tercium dari hawa napas,
nya kegelisahan, iritatif, inkoherensi, rasa cemas,
urin dan muntahan penderita.
vertigo, tremor, diplopia, delirium yang maniakal,
halusinasi, konvulsi umum dan koma. Juga lerjadi Terapi intoksikasi mencakup bilas lambung
erupsi kulit, dan gangguan keseimbangan asam- dan koreksi gangguan cairan dan elektrolit. Bilas
basa.
lambung dilakukan untuk mengeluarkan semua
Suatu eksantem berupa pustula akneilorm, obat yang ditelan. Pada intoksikasi metil salisilat
yang mirip eksantem pada bromismus, dapat timbul tindakan ini dilakukan sampai tidak lercium bau
jika terapi salisilat berlangsung lebih dari seminggu. minyak Wintergreen dalam cairan bilasan. Untuk
mengatasi demam, kulit diusap dengan alkohol.
Salisilat juga dapat menimbulkan kelainan kulit be-
rupa eritem, eksantem skarlatinilorm, pruritus, ek-
santem ekzematoid atau deskuamasi. Yang jarang SALISILAMID
terjadi ialah eksantem bersilat bula atau purpura.
Salisilamid adalah amida asam salisilat yang
Gangguan keseimbangan asam-basa dan
gangguan elektrolit plasma diduga berdasarkan pe- memperlihatkan elek analgetik dan antipiretik mirip
ngaruh salisilat terhadap SSP, sehingga timbul asetosal, walaupun dalam badan salisilamid tidak
hiperventilasi sentral yang mengakibatkan alkalosis diubah menjadi salisilat. Elek analgesik antipiretik
respiratoar. Alkalosis ini bisa hebat hingga timbul salisilamid lebih lemah dari salisilat, karena salisi:
gejala letani disertai perubahan EKG yang khas. lamid dalam mukosa usus mengalami metabolisme
Ginjal kemudian mengadakan kompensasi untuk lintas pertama, sehingga hanya sebagian salisila-
memperkecil bahaya akibat kehilangan. CO2 de- mid yang diberikan masuk sirkulasi sebagai zat
ngan mengeluarkan kation sehingga pH serum me- aktif. Obat ini mudah diabsorpsi usus dan cepat
nurun. Tetapi tqrjadinya asidosis ini tergantung dari didiskibusi ke jaringan. Obat ini menghambat glu-
hebat dan lamanya hiperventilasi, kegagalan perna- kuronidasi obat analgesik lain di hati misalnya Na
pasan dan pengaruh kompensasioleh ginjal. Duga- salisilat dan asetaminolen, sehingga pemberian
an bahwa asidosis metabolik ini berdasarkan bersama dapat meningkatkan elek terapi dan tok-
Farmakologi dan Tercpi

sisitas obat tersebut. Salisilamid dijual bebas dalam FARMAKODINAMIK. Elek analgesik parasetamol
bentuk obat tunggal atau kombinasi tetap. Dosis dan fenasetin serupa dengan salisilat yaitu meng-
analgesik antipiretik untuk orang dewasa 3-4 kali hilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai se-
300-600 mg sehari, untuk anak 65 mg/kg BB/hari dang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan
diberikan 6 kali/hari. Untuk lebris reumutik diper_ mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek
lukan dosis oral 0-6 kali 2 g sehari. sentral seperti salisilat.
Elek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh ka_
DlFLUNISAL rena itu parasetamol dan lenasetin tidak digunakan
sebagai antireumatik. parasetamol merupakan
Obat ini merupakan derivat difluorolenil dari penghambat bioslntesis pG yang lemah. Efek
asam salisilat, tetapi in vivo tidak diubah menjadi
iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat
asam salisilat, Bersifat analgesik dan anti_inflamasi pada kedua obat ini, demikian juga gangguan per_
tetapi hampir tidak bersifat antipiretik. Setelah pem-
napasan dan keseimbangan asam basa.
berian oral, kadar puncak dicapai dalam 2-3 jam.
Sembilan puluh sembilan persen diflunisal terikat FARMAKOKINETIK. parasetamol dan fenasetin
albumin plasma dan waktu paruh berkisar g-12 jam. diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran
lndikasi diflunisal hanya sebagai analgesik ringan cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai
llTp"i sedang dengan dosis awal 500 mg disusul dalam waktu 112 jam dan masa paruh plasma antara
250-500 mg tiap 8-'12 jam. Untuk osteoartritis dosis 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.
awal 2 kali 250-500 mg sehari dengan dosis penun_ Dalam plasma, 25%.parasetamol dan 30 %
jang tidak melampaui 1,5 gram sehari. Elei< sam- lenasetin terikat protein plasma. Kedua obat ini
pingnya lebih ringan daripada asetosal dan tidak dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati, Sebagian
menyebabkan gangguan pendengaran. asetaminofen (80 0/o) dikonjugasi
dengan asam
glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam
sulfat. Selain itu kedua obat ini juga dapat meng_
3.2. PARA AMINO FENOL alami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini
dapat menimbulkan methemoglobinemia dan he_
Derivat para amino fenol yaitu lenasetin dan
molisis eritrosit. Kedua obat ini diekskresi,melalui
asetaminofen dapat dilihat strukturnya pada Gam_
ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3 %)
bar 15-4, Asetaminofen (parasetamol) merupakan
dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang
sama dan telah digunakan sejak tahun 1993. Etek lNOIKASl. Di lndonesia penggunaan parasetamol
antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantF
Asetaminofen di lndonesia lebih dikenal dengan kan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, para_
nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat be_ setamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lama kare_
ba.s. Walau demikian, laporan kerusakan latal hepar na kemungkinan menimbulkan nefropati analgesik.
akibat overdosis akut perlu diperhatikan. Tetapi per_ Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya
lu diperhatikan pemakai maupun dokter bahwa etek dosis lebih besar tidak menolong. penggunaannya
anti-inflamasi parasetamol hampir tidak ada. untuk meredakan demam tidak seluas pengguna_
annya sebagai analgesik.
NHCOC NHCOCHa
SEDIAAN DAN POSOLOGI. parasetamol tersedia

oj- -a\
I I

r9 sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau


sirup yang mengandung 120 mg/5 ml. Selain itu

OH
IOCzHs
parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi
tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan. Dosis
parasetamol untuk dewasa 300 mg - 1 g per kali,
Asetaminolen Fenasetin dengan maksimum 4 g per hari; untuk anak 6-12
tahun : 150-300 mg/kali, dengan maksimum 1,2
g/hari. Untuk anak 1-6 tahun : 60-120 mg/kati dan
Gambar 15'4. Fumus bangun asetaminofen dan bayi di bawah 1 tahun :60 mg/kati; pada keduanya
lenasetin diberikan maksimum 6 kalisehari.
Analgesik-Antipiretik, Anti-inflamasi Nonsteroid dan ebat pirai 215

EFEK SAMPING. Reaksi alergi terhadap derivat valen dengan makromolekul vital sel hati. Karena itu
para-aminolenol jarang terjadi. Manifestasinya hepatotokslsitas parasetamol meningkat pada pen-
berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih derita yang juga mendapat barbiturat, antikonvulsi
berat berupa demam dan lesi pada mukosa. lain atau pada alkoholik yang kronis. Kerusakan
Fenasbtin dapat menyebabkan anemia hemo- yang timbul berupa nekrosis sentrilobularis. Kera-
litik, terutama pada pemakaian kronik. Anemia he- cunan akut ini biasanya diobati secara simtomatik
molitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme auto- dan suportif, tetapi pemberian senyawa sulthidril
imum, defisiensi enzim G6PD dan adanya metabolit tampaknya dapat bermanfaat, yaitu dengan mem-
yang abnormal. perbaiki cadangan glutation hati. N-asetilsistein
Methemoglobinemia dan sullhemoglobinemia cukup efektif bila diberikan per oral 24 jam setelah
jarang menimbulkan masalah pada dosis terapi, minum dosis toksik parasetamol.
karena hanya kira-kira 1-3 % Hb diubah menjadi
met-Hb. Methemoglobinemia baru merupakan
masalah pada takar lajak. 3.3. PTRAZOLON
lnsidens nefropati analgesik berbanding lurus
dengan penggunaan lenasetin. Tetapi karena
fenasetin jarang digunakan sebagai obat tunggal, ANTIPIRIN, AMINOPIRIN DAN DIPIRON
hubungan sebab akibat sukar disimpulkan.
Eksperimen pada hewan coba menunjukkan bahwa Antipirin (fenazon) adalah S-okso-lJenil-2,3-
gangguan ginjal lebih mudah terjadi akibat asetosal dimetilpirazolidin. Aminopirin (amidopirin) adalah
daripada lenasetin. Penggunaan semua jenis anal- derivat 4- dimetilamino dari antipirin (lihat Gambar
gesik dosis besar secara menahun terutama dalam 15-5). Dipiron adalah derivat metansulfonat dari
kombinasi dapat menyebabkan nef ropati analgesik. aminopirin yang larut baik dalam air dan dapat dibe-
rikan secara suntikan.
Toksisitas akut. Akibat dosis toksik yang paling
serius ialah nekrosis hati. Nekrosis tubuli renalis
serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi. Hepato- ?H. ?H.
toksisitas dapat terjadi pada pemberiqn dosis tung-
gal 10-15 gram (200-250 mg/kgBB) parasetamot.
Gejala pada hari pertama keracunan akut para-
setamol belum mencerminkan bahaya yang meng-
ancam. Anoreksi, mual dan muntah serta sakit perut
CHg-C-N
il
HC-C
illl
)-o CHo

(cHs)a
- fr- \
ll)<o
N-c-C
o
,.ia

o
terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlang-
sung selama seminggu atau lebih. Gangguan hepar
dapat terjadi pada hari kedua, dengan gejala pe- Antipirin Aminopirin
ningkatan aktivitas serum transaminase, laktat
dehidrogenase, kadar bilirubin serum serta peman-
jangan masa protrombin. Aktivitas alkali losfatase
Gambar 15-5. Rumus bangun antipirin dan
dan kadar albumin serum tetap normal. Kerusakan aminopirin
hati dapat mengakibatkan enselalopati, koma dan
kematian. Kerusakan hati yang tidak berat pulih lndikasi. Saat ini dipiron hanya digunakan
dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan. sebagai analgesik- antipiretik karena elek anti-inlla-
Masa paruh parasetamol pada hari perlama masinya lemah. Sedangkan antipirin dan aminopirin
keracunan merupakan petunjuk beralnya keracun- tidak digunakan lagi karena lebih toksik daripada
an. Masa paruh lebih dari 4 jam merupakan petun- dipiron. Karena keamanan obat ini diragukan, se-
juk akan lerjadinya nekrosis hati dan masa paruh baiknya dipiron hanya diberikan bila dibutuhkan
lebih dari 12iam meramalkan akan terjadinya koma analgesik-antipiretik suntikan atau bila pasien tidak
hepatik. Penentuan kadar parasetamol sesaat ku- tahan analgesik-antipiretik yang lebih aman. Pada
rang peka untuk meramalkan terjadinya kerusakan beberapa kasus penyakit Hodgkin dan periarteritis
hati. Kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh nodosa, dipiron merupakan obat yang masih dapat
parasetamol, tetapi juga oleh radikal bebas, meta- digunakan untuk meredakan demam yang sukar
bolit yang sangat reaktif yang berikatan secara ko- diatasi dengan obat lain, Dosis untuk dipiron ialah
216 Farmakologi dan Terapi

tiga kali 0,3.1 gram sehari. Dipiron tersedia dalam Farmakodinamik. Elek anti-inflamasi lenilbutazon
bentuk tablet 500 mg dan larutan obat suntik yang untuk penyakit artritis reumatoid dan sejenisnya
mengandung 500 mg/ml. sama kuat dengan salisilat, telapi elek toksiknya
berbeda. Efek analgesik terhadap nyeri yang se-
Efek samping dan intoksikasi. Semua derivat
pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, babnya nonreumatik lebih lemah dari salisilat. Wa-
laupun memperlihatkan efek analgesik-antipiretik,
anemia aplastik dan trombositopenia. Di beberapa
lenilbutazon tidak digunakan sebagai antipiretik dan
negara misalnya Amerika Serikat, efek samping ini
analgetik karena toksisitasnya;
banyak terjadi dan bersifat latal, sehingga pema-
kaiannya sangat dibatasi atau dilarang sama sekali.
Fenilbutazon memperlihatkan efek urikosurik
Di lndonesia lrekuensi pemakaian dipiron cukup ringan dengan menghambat reabsorpsi asam urat
melalui tubuli. Dosis kecil mengurangi sekresi asam
tinggi dan agranulositosis telah dilaporkan pada
pemakaian obat ini, tetapi belum ada data tentang urat oleh tubuli. Sulfinpirazon, efek urikosuriknya
lebih kuat sehingga digunakan untuk mengobati
angka kejadiannya. Kesan bahwa orang lndonesia
penyakit pirai (gout) kronik.
tahan terhadap dipiron tidak dapat diterima begitu
saja mengingat sistem pelaporan data efek sam- Fenilbutazon menyebabkan retensi natrium
ping belum memadai sehingga mungkin kematian dan klorida yang nyata, disertai dengan pengurang-
an diuresis dan dapat menimbulkan udem. pertam-
oleh agranulositosis tercatat sebagai akibat penya-
bahan volume plasma dapat mencapai 50 % se-
kit infeksi. Maka pada pemakaian dipiron jangka
panjang, harus diperhatikan kernungkinan diskrasia hingga dapat terjadi payah jantung.
darah ini. Dipiron juga dapat menimbulkan hemo- Farmakokinetik. Fenilbutazon diabsorpsi dengan
lisis, udem, tremor, mual dan muntah, perdarahan cepat dan sempurna pada pemberian per oral. Ka-
lambung dan anuria. dar tertinggi dicapai dalam waktu 2 jam. Dalam
Aminopirin, tidak lagi diizinkan beredar di ln- dosis terapi, 98 % fenilbutazon terikat pada protein
donesia sejak tahun 1977 atas dasar kemungkinan plasma, bila kadar lebih tinggi pengikatan dengan
membentuk nitrosamin yang bersifat karsinogenik. plasma protein mungkin hanya 90 %. Waktu paruh
fenilbutazon 50-65 jam.
Biotransformasi fenilbutazon oleh sistem mi-
FENILBUTAZON DAN OKSIFENBUTAZON
krosom hati menghasilkan oksifenbutazon dan
Fenilbutazon adalah 3, 5-diokso-'1, 2-difenil-4- gama-hidroksi-fenilbutazon. Oksifenbutazon juga
butilpirazolidin dan oksifenbutazon adalah derivat memperlihatkan efek antireumatik, retensi air dan
oksifenilnya (Gambar 1 5-6). Fenilbutazon diguna- garam; afinitasnya pada protein plasma sama de-
kan untuk mengobati artritis reumatoid dan sejenis- ngan fenilbutazon, dan masa paruhnya beberapa
nya sejak tahun 1949, kemudian secara berturutan hari.
ditemukan turunan lenilbutazon lainnya yaitu ok- Fenilbutazon dan oksifenbutazon diekskresi
sifenbutazon sulfinpirazon dan ket6fenilbutazon. melalui ginjal secara lambat, karena ikatannya de-
ngan protein plasma membatasi filtrasi glomerulus.
Selain itu pKa kedua obat ini relatif tinggi sehingga
zal-zal tersebut lebih banyak direabsorpsi di tubuli
distal. Hanya kira-kira 4 % lenilbutazon diekskresi
dalam bentuk asal.

lnteraksi obat. Karena afinitasnya terhadap pro-


tein plasma lebih kuat daripada obat lain, maka
lenilbutazon dan oksilenbutazon dapat menggeser
obat lain dari ikatannya dengan protein. Obat- obat
yang dapat mengalami pergeseran ikatan protein ini
ialah antikoagulan oral, hipoglikemik oral, sulfona-
mid dan beberapa obat anti-inflamasi lain. pemakai-
an lenilbutazon dan oksifenbutazon bersama de-
ngan antikoagulan oral dan hipoglikemik oral harus-
Gambar 15{. Rumus bangun lenilbutazon lah diawasi secara ketat.
Analgesik-Antipiretik, Anti-inflarnasi Nonsteroid dan Obat Pirai 217

Sediaan. Fenilbutazon tersedia sebagai tablet ber- penderita dengan riwayat tukak peptik dan alergi
salut gula 100 mg dan 200 mg. Juga ada dalam terhadap kedua obat.
bentuk suntikan. Oksilenbutazon tersedia dalam
bentuk tablet 100 mg.

lndikasi, Dalam klinik lenilbutazon dan oksifenbu-


tazon digunakan untuk mengobati penyakit pirai 3.4. ANALGESIK ANTI.INFLAMASI NON
(gout) akut, artritis reumatoid dan gangguan sendi STEROID LAINNYA
otot lainnya misalnya spondilitis ankilosa, osteo-
artritis. Karena toksisitasnya, lenilbutazon dan oksi- Beberapa AINS dibawah ini umumnya bersifat
lenbutazon hanya digunakan bila obat lain yang anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik. Elek anti-
lebih aman tidak elektil lagi. piretiknya baru terlihat pada dosis yang lebih besar
Pada penyakit pirai akut diberikan 800 mg/ daripada elek analgesiknya, dan AINS relatil lebih
hari selama dua hari atau hari pertama 800 mg/hari, toksik daripada antipiretik klasik, maka obat-obat ini
disusul 300 mg/hari untuk 3 hari berikutnya. Boleh hanya digunakan untuk terapi penyakit inllamasi
juga diberikan dosis awal 400 mg, disusul 100 mg sendi seperti artritis reumatoid, osteoartritis, spon-
tiap 4 jam sampai gejala inllamasi berkurang. Alter' dilitis ankilosa dan penyakit pirai.
natif lain, pada hari pertama diberikan 3 atau 4 kali Flespons individual terhadap AINS bisa sa-
200 mg, disusul dosis yang lebih kecil untuk 2 atau ngat bervariasi walaupun obatnya tergolong dalam
3 hari. Pengobatan ini hendaknya diberikan tidak kelas atau derivat kimiawi yang sama. Sehingga
lebih dari 7 hari. kegagalan dengan satu obat bisa dicoba dengan
Dosis untuk artritis reumatoid ialah 3-4 kali 100 obat sejenis dari derivat kimiawi yang sama.
mg/hari, diberikan selama seminggu. Bila dosis pe- Semua AINS merupakan iritan mukosa lam'
nunjang sebesar 100-200 mg/hari mencukupi, pe' bung walaupun ada perbedaan gradasi antar obat-
ngobatan dapat diberikan dalam jangka lebih lama obat ini, Akhir-akhir ini elek toksik terhadap ginjal
dengan pengawasan. Pemakaian iangka lama hen- lebih banyak dilaporkan sehingga lungsi ginjal, per-
daknya dihindari. lu lebih diperhatikan pada penggunaan obat ini.

Efek nonterapi. Alergi terhadap lenilbutazon dan


oksifenbutazon sering terjadi berupa reaksi kulit
ASAM MEFENAMAT DAN MEKLOFENAMAT
seperti urtikaria, udem angioneurotik, eritema nodo-
sum, sindrom Stevens-Johnson, dermatitis eksfol- Asam mefenamat digunakan sebagai analge-
iativa dan lain-lain. Juga dapat terjadianemia aplas- sik; sebagai anti- inllamasi, asam melenamat ku'
tik, agranulositosis, leukopenia, trombosito-penia, rang elektil dibandingkan aspirin. Meklolenamat di-
nelritis, hepatitis dan stomatitis ulseratif. gunakan sebagai obat anti-inflamasi pada terapi
Kedua obat ini mengiritasi lambung cukup artritis reumatoid dan osteoartritis. Asam melena-
kuat sehingga sering menimbulkan keluhan pada mat terikat sangat kuat pada protein plasma' Den-
epigastrium, bahkan dapat menyebabkan korosi gan demikian interaksi lerhadap obat antikoagulan
lambung, tukak lambung akut atau kronik dan per- harus diperhatikan. Elek samping terhadap saluran
darahan lambung. Elek samping lain seperti vertigo, cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala
insomnia, eurofia, hematuria dan penglihatan kabur iritasi lain terhadap mukosa lambung. Pada orang
pernah dilaporkan. usia lanjul efek samping diare hebat lebih sering
lntoksikasi lenilbutazon atau oksifenbutazon dilaporkan. Elek samping lain yang berdasarkan
dapat menimbulkan koma, trismus, keiang tonik dan hipersensitivitas ialah eritem kulit dan bronkokon-s-
klonik, syok, asidosis metabolik, depresi sumsum triksi. Anemia hemolitik pernah dilaporkan' Dosis
tulang, proteinuria, hematuria, oliguria, gagal ginjal asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg se-
dan ikterus hepatoselular. hari. Sedangkan dosis meklolenamat untuk terapi
Kontraindikasi. Fenilbutazon dan oksifenbutazon penyakit sendi adalah 200-400 mg sehari. Karena
dikontraindikasikan pada penderita dengan hiper. efek toksiknya maka di Amerika Serikat obat ini
tensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan gang- tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak di-
guan lungsi hati sehubungan dengan silatnya yang bawah 14 tahun dan wanita hamil, dan pemberian
menyebabkan retensi air dan natrium. Juga pada tidak melebihiT hari.
218
Farmakologi dan Terapi

DIKLOFENAK
Obat AINS derivat asam propionat hampir se_
Absorpsi obat ini melalui saluran cerna ber_ luruhnya terikat pada protein plasma, efek inleraksi
langsung cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99% misalnya penggeseran obat warfarin dan oral hipo-
pada protein plasma dan mengalami efek lintas_ glikemik hampir tidak ada. Tetapi pada pemberian
awal (/fusf-pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu bersama dengan warfarin, tetap harus waspada
paruh singkat yakni 1-3 jam, diklofenak diakumu_ karena adanya gangguan lungsi trombosit yang
lasi di cairan sinovia yang menjelaskan efek terapi memperpanjang masa perdarahan. Derivat asam
di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat propionat dapat mengurangi efek diuresis dan natri_
tersebut. uresis lurosemid dan tiazid, juga mengurangi efek
Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, antihipertensi obat beta bloker, prazosin Oan Xap-
eritema kulit dan sakit kepala sama seperti semua topril. Elek ini mungkin akibat hambatan biosintesis
obat AINS, pemakaian obat ini harus berhati_hati PG ginjal. Efek samping terhadap saluran cerna
pada penderita tukak lambung. peningkatan enzim lebih ringan dibandingkan dengan aspirin, indome_
transaminasi dapat terjadi pada 15% pasien dan tasin atau naproksen. Efek samping lainnya yang
umumnya kembali ke normal. jarang ialah eritema kulit, sakit kepala, trombosito_
Pemakaian selama kehamilan tidak dianjur_ penia, ambliopia toksik yang reversibel, Dosis seba_
kan. Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi gai analgesik 4 kali 400 mg sehari tetapi sebaiknya
dua atau 3 dosis, dosis optimal pada tiap orang ditentukan secara
individual. lbuprofen tidak dianjurkan diminum oleh
wanita hamil dan menyusui, Dengan alasan bahwa
FENBUFEN
ibuproten relatil lebih lama dikenal dan tidak menim_
Berbeda dengan obat AINS lainnya, lenbulen bulkan elek samping serius pada dosis analgesik,
merupakan suatu pro- drug. Jadi lenbulen sendiri maka ibuprolen dijual sebagai obat generik bebas
bersifat inaktil dan metabollt aktifnya adalah asam di beberapa negara antara lain Amerika Serikat dan
4-bifenil-asetat. Zat ini memiliki waktu paruh 10 jam lnggris.
sehingga cukup diberikan satu atau dua kali sehari.
Absorpsi obat melalui lambung baik, dan kadar pun_ KETOPROFEN
cak metabolit aktif dicapai dalam 7,5
iam. LteX Derivat asam propionat ini memiliki efektivitas
samping obat ini sama seperti obat AINS lain. pe_
makaian pada penderita tukak lambung harus ber_ seperti ibuprofen dengan sitat anti-inflamasi se_
hati-hati. Pada gangguan ginjal, dosislarus diku_ dang. Absorpsi berlangsung baik dari lambung dan
rangi. Dosis untuk indikasi penyakit reumatik sendi waktu paruh plasma sekitar 2 jam. Elek samping
adalah dua kali300 mg sehari dan dosis penunjang sama dengan AINS lain terutama menyeb4bkan
satu kali sehari 600 mg sebelum tidur.
gangguan saluran cerna, dan reaksi hipersensiti-
vitas. Dosis 2 kali 100 mg sehari, tetapi sebaiknya
ditentukan secara individual.
IBUPROFEN

lbuprolen merupakan derivat asam propionat NAPROKSEN


yang diperkenalkan pertama kali di banyak negara.
Obat ini bersifat analgesik dengan daya anti-infla_ Merupakan salah satu derivat asam propionat
yang elektil dan insiden efek samping obat ini lebih
masi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya
sama seperti aspirin. Efek anti-inflamasinya terlihat rendah dibandingkan derivat asam propionat lain.
dengan dosis 1200-2400 mg sehari. Absorpsi ibu_ Absorpsi obat ini berlangsung baik melalui lambung
prolen cepal melalui lambung dan kadar maksimum dan kadar puncak plasma dicapai dalam 2-4 jam.
dalam plasma dicapai setelah 1-Zlam.Waktu paruh Bila diberikan dalam bentuk garam natrium naprok_
dalam plasma sekitar 2 jam. Sembilan puluh % sen, kadar puncak plasma dicapai lebih cepat.
Waktu paruh obat ini 14 jam, sehingga cukup diberi_
ibuprolen terikat pada protein plasma. Eksiresinya
kan dua kali sehari. Tidak terdapat korelasi anlara
berlangsung cepat dan lengkap. Kka-kiag0 o/o dari
dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melalui urin efektivitas dan kadar plasma, lkatan obat ini dengan
protein plasma mencapai gg-gg %. Ekskresl ter_
sebagai metabolit atau konyugatnya. Metabolit uta-
utama dalam urin, baik dalam bentuk utuh maupun
ma merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi.
sebagai konyugat glukuronida dan demetilat. lnter-
Analgesik-Antipiretik, Anti-inflamasi Nonsleroid dan Obat Pirai 219

aksi obat sama seperti ibuprofen. Naproksen ber- ginjal. Alergi dapat pula timbul dengan manilestasi
sama ibuprolen dianggap yang paling tidak toksik urtikaria, gatal dan serangan asma. Obat ini meng-
di antara derivat asam propionat. Efek samping urangi efek natriuretik dari diu-retik tiazid dan furo-
yang dapat timbul ialah dispepsia ringan sampai semid serta memperlemah efek hipotensil obat
perdarahan lambung. Efek samping terhadap SSP beta bloker.
berupa sakit kepala, pusing, rasa lelah dan ototoksi- Karena toksisitasnya, indometasin tidak dian-
sitas. Gangguan terhadap hepar dan ginjal pernah jurkan diberikan kepada anak, wanita hamil, pen-
dilaporkan. Dosis untuk terapi penyakit reumatik derita gangguan psikiatris dan penderita penyakit
sendi adalah 2 kali 250-375 mg sehari. Bila perlu lambung. Penggunaannya kini dianjurkan hanya
dapat diberikan 2 kali 500 mg sehari. bila AINS lain kurang berhasil misalnya pada spon-
dilitis ankilosa, artritis pirai akut dan osteoartritis
ASAM TIAPROFENAT tungkai. lndometasin tidak berguna pada penyakit
pirai kronik karena tidak berelek urikosurik. Dosis
Asam tiaprofenat memperlihatkan silat sama indometasin yang lazim ialah 2-4 kali 25 mg sehari.
seperti derivat asam propionat lainnya. Waktu pa- Untuk mengurangi gejala reumatik di malam hari,
ruh dalam plasma kira-kira 2 jam dan ekskresi ter- indometasin diberikan 50-100 mg sebelum tidur.
utama melalui ginjal sebagai konjugat asilgluku-
ronida. Efek samping sama seperti obat AINS lain-
nya. Dosis 3 kali 200 mg sehari. PIROKSIKAM

Obat ini merupakan salah satu AINS dengan


INDOMETASIN struktur baru yaitu oksikam. Waktu paruh dalam
Merupakan derivat indol-asam asetat. Obat ini plasma lebih dari 45 jam sehingga dapat diberikan
sudah dikenal sejak 1963 untuk pengobatan artritis hanya sekali sehari. Absorpsi berlangsung cepat di
reumatoid dan sejenisnya. Walaupun obat ini etektif lambung; terikat 99 % pada protein plasma. Obat
tetapi karena toksik maka penggunaan obat ini diba- ini menjalani siklus enterohepatik. Kadar taral man-
tasi. lndometasin memiliki efek anti-inflamasi dan tap dicapai sekitar 7-10 hari dan kadar dalam plas-
analgesik-antipiretik yang kira-kira sebanding den- ma kira-kira sama dengan kadar di cairan sinovia.
gan aspirin. Telah terbukti bahwa indometasin me- Frekuensi kejadian elek samping dengan
miliki efek analgesik periler maupun sentral, ln vitro, piroksikam mencapai 11-46 %, dan 4-12 % dari
indometasin menghambat enzim siklo- ksigenase. jumlah penderita terpaksa menghentikan obat ini.
Seperti kolkisin, indometasin menghambat motilitas Elek samping tersering adalah gangguan saluran
leukosit polimorfonuklear. cerna, antara lain yang berat adalah tukak lambung.
Absorpsi indometasin setelah pemberian oral Elek samping lain adalah pusing, tinitus, nyeri kepa-
cukup baik; 92-99 % indometasin terikat pada pro- la dan eritem kulit. Piroksikam tidak dianjurkan dibe-
tein plasma, Metabolismenya terjadi di hati. lndo- rikan pada wanita hamil, penderita tukak lambung
metasin diekskresi dalam bentuk asal maupun me- dan penderita yang sedang minum antikoagulan.
tabolit melalui urin dan empedu. Waktu paruh plas- lndikasi piroksikam hanya untuk penyakit inllamasi
ma kira-kira 2-4 jam. sendi misalnya artritis reumatoid, osteoartritis,
Efek samping indometasin tergantung dosis spondilitis ankilosa dengan dosis 10-20 mg sehari.
dan insidennya cukup tinggi. Pada dosis terapi, se-
pertiga penderita menghentikan pengobatan kare-
na elek samping. Elek samping saluran cerna beru- NABUMETON
pa nyeri abdomln, diare, perdarahan lambung ddn
pankreatitis. Sakit kepala hebat dialami oleh kira- Nabumeton, salah satu obat AINS terbaru m'e-
kira 20-25 % penderita dan sering disertai pusing, rupakan pro-drug. Obat ini diserap cepat dari salur-
depresi dan rasa bingung. Halusinasi dan psikosis an cerna dan di hati akan dikonversi ke satu atau
pernah dilaporkan. lndometasin juga dilaporkan lebih zat aktifnya, terutama 6-methoxy-2 naphtyla-
menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan cetic acid (6-MNA). Metabolit ini merupakan peng-
trombositopenia. Vasokonstriksi pembuluh koroner hambat kuat dari enzim siklo-oksigenase. Zat aktil
pernah dilaporkan. Hiperkalemia dapat teriadi aki- tersebut diinaktivasi di hati secara o-demetilasi dan
bat hambatan yang kuat terhadap biosintesis PG di kemudian dikonjugasi untuk di ekskresi.
220 Farmakologi dan Tercp;i

Hasil uji klinis nabumeton menyimpulkan bah- darah. Obat ini berikatan dengan protein mikrotu-
wa obal ini sama elektil dengan obat AINS lainnya bular dan menyebabkan depolimerisasi dan meng-
pada pengobatan artritis reumatoid dan osteo-artri- hilangnya mikrotubul fibrilar granulosit dan sel ber-
tis. Dikatakan bahwa elek samping yang timbul gerak lainnya. Hal ini menyebabkan penghambatan
selama pengobatan relatit lebih sedikit, terutama migrasi granulosit ke tempat radang sehingga peng-
elek samping terhadap saluran cerna. penjelasan- lepasan mediator inllamasi juga dihambat dan res-
nya ialah karena nabumeton merupakan pro-drug pons inflamasi ditekan. Peneliti lain juga memper-
yang baru aktil setelah absorpsi dan mengalami lihatkan bahwa kolkisin mencegah penglepasan
konversi, juga karena nabumeton tidak bersilat glikoprotein dari leukosit yang pada penderita gout
asam. Selain itu data pada hewan coba menunjuk- menyebabkan nyeri dan radang sendi.
kan bahwa nabumeton memperlihatkan silat selek-
til menghambat iso-enzim prostaglandin untuk pe- Farmakokinetik. Absorpsi melalui saluran cerna
radangan tetapi kurang menghambat prostasiklin baik. Obat ini didistribusi secara luas dalam jaringan
yang bersifat sitoprotektil. tubuh; volume distribusinya 49,5 + 9,5 L. Kadar ting-
gi didapat di ginjal, hati, limpa, dan saluran cerna;
Farmakokinetik. Dengan dosis 1 gram/hari dida- tetapi tidak terdapat di otot rangka, jantung dan
patkan waktu paruh (T 112) sekitar 24 jam (22,5 + otak. Sebagian besar obat ini diekskresi dalam ben-
3,7 jam), Pada kelompok usia lanjut, T 1/2 ini ber- tuk utuh melalui tinja, 10-20 % diekskresi mela-lui
tambah panjang dengan 3-7 jam. urin. Pada penderita dengan penyakit hati elimi-na-
sinya berkurang dan lebih banyak yang diekskresi
lewat urin. Kolkisin dapat ditemukan dalam leukosit
3.5. OBAT PIRAT dan urin sedikitnya untuk t hari setelah suatu sun-
tikan lV.
Ada 2 kelompok obat penyakit pirai, yaitu obat
yang menghentikan proses inllamasi akut misalnya Efek nonterapi. Efek samping kolkisin yang paling
kolkisin, lenilbutazon, oksilenbutazon, dan indome- sering adalah muntah, mual dan kadang-kadang
tasin; dan obat yang mempengaruhi kadar asam diare, terutama dengan dosis maksimal. Bila efek
urat misalnya probenesid, alopurinol dan sulfinpira- ini terjadi, pengobatan harus dihentikan walaupun
zon. Kebanyakan obat pirai telah dibicarakan sebe- efek terapi belum tercapai. Gejala saluran cerna ini
lumnya, sehingga pada bagian ini hanya akan di- tidak terjadi pada pemberian lV dengan dosis lerapi,
bahas mengenai kolkisin, probenesid, alopurinol tetapi bila terjadi ekstravasasi dapat menimbulkan
dan sullinpirazon. peradangan dan nekrosis kulit serta jaringan lemak.
Obat yang mempengaruhi kadar asam urat Depresi sumsum tulang, purpura, neuritis peri-
tidak berguna mengatasi serangan klinis malah fer, miopati, anuria, alopesia, gangguan hati,.reaksi
kadang-kadang meningkatkan frekuensi serangan alergi dan kolitis hemoragik jarang terjadi. Reaksi ini
pada awal terapi. Kolkisin dalam dosis profilaktik umumnya terjadi pada dosis berlebihan pada pem-
dianjurkan diberikan pada awal terapi alopurinol, berian lV, gangguan ekskresi akibat kerusakan gin-
sulfinpirazon dan probenesid. jal dan kombinasi keadaan tersebut. Koagulasi
intravaskular diseminata merupakan manilestasi
keracunan kolkisin yang berat; timbul dalam 48 jam
KOLKISIN dan sering bersilat fatal. Kolkisin harus diberikan
dengan hati-hati pada penderita lanjut usia, lemah,
Kolkisin adalah suatu anti-inllamasi yang unik atau penderita dengan gangguan ginjal, kardiovas-
yang terutama diindikasikan pada penyakit pirai. kular dan saluran cerna.
Obat ini merupakan alkaloid Colchicum autumnale,
sejenis bunga leli. Indikasi. Kolkisin adalah obat terpilih untuk penya-
kit pirai. Pemberian harus dimulai secepatnya pada
Farmakodinamik. Silat antiradang kolkisin spesilik awal serangan dan diteruskan sampai gejala hilang
terhadap penyakit pirai dan beberapa artritis lainnya atau timbul efek samping yang mengganggu, Geja-
sedang sebagai antiradang umum kolkisin tidak la penyakit umumnya menghilang 24-48 jam sete-
efektif. Kolkisin tidak memiliki elek analgesik. lah pemberian obat. Bila terapi terlambat efektivitas
Pada penyakit pirai, kolkisin tidak meningkat- obat kurang. Kolkisin juga berguna untuk prolilaktik
kan ekskresi, sintesis atau kadar asam urat dalam serangan penyakit pirai atau mengurangi beratnya
Analgesik-Antiphetik, Anti-inflamasi lVonstero id d an abat Pirai 221

serangan. Obat ini juga dapat mencegah serangan Reaksi alergi berupa demam, menggigil, leukope-
yang dicetuskan oleh obat urikosurik dan alopurinol. nia atau leukositosis, eosinofilia, artralgia dan pru-
Untuk profilaksis, cukup diberikan dosis kecil. Pen- ritus juga pernah dilaporkan. Gangguan saluran
derita yang mendapat dosis prolilaktik memberikan cerna kadang- kadang juga dapat terjadi. Alopurinol
respons terhadap. dosis kecil sewaktu serangan, dapat meningkatkan lrekuensi serangan sehingga
sehingga elek samping tidak mengganggu. sebaiknya pada awal terapi diberikan juga kolkisin.
Dosis kolkisin 0,5-0,6 mg tiap jam atau 1 ,2 mg Serangan biasanya menghilang setelah beberapa
sebagai dosis awal diikuti 0,5-0,6 mg tiap 2 iam bulan pengobatan. Karena alopurinol menghambat
sampai gejala penyakit hilang atau gejala saluran oksidasi merkaptopurin, dosis merkaptopurin harus
cerna timbul. Mungkin perlu diberikan sampai dosis dikurangi sampai 25-35 % bila diberikan bersama-
maksimum 7-8 mg tetapi umumnya penderita tidak an. Dosis untuk penyakit pirai ringan 200-400 mg
dapat menerima dosis ini. Untuk prolilaksis diberi- sehari, 400-600 mg untuk penyakit yang lebih berat.
kan 0,5-1 mg sehari. Untuk penderita gangguan lungsi ginjal dosis cukup
Pemberian lV : 1-2 mg dilanjutkan dengan 0,5 100-200 mg sehari. Dosis untuk hiperurisemia se-
mg tiap 12-24 jam. Dosis jangan melebihi 4 mg kunder 100-200 mg sehari. Untuk anak 6-10 tahun:
dalam satu regimen pengobatan. Untuk mencegah 300 mg sehari dan anak di bawah 6 tahun : 150 mg
iritasi akibat ekstravasasi sebaiknya larutan 2 ml sehari.
diencerkan menjadi 'l 0 ml dengan larutan garam
laal. PROBENESID

Probenesid berelek mencegah dan mengu-


ALOPURINOL rangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi pada
penyakit pirai, tidak efektil untuk mengatasi serang-
Alopurinol berguna unluk mengobati penyakit an akut. Probenesid juga berguna untuk pengobat-
pirai karena menurunkan kadar asam urat. Peng- an hiperurisemia sekunder. Probenesid tidak ber-
obatan jangka panjang mengurangi lrekuensi se- guna bila laju filtrasi glomerulus kurang dari 30 ml
rangan, menghambat pembentukan toli, memobi- per menit.
lisasi asam urat dan mengurangi besarnya tofi. Elek samping probenesid yang paling sering
Mobilisasi asam urat ini dapat ditingkatkan dengan ialah, gangguan saluran cerna, nyeri kepala dan
memberikan urikosurik. Obat ini terutama berguna reaksi alergi. Gangguan saluran cerna lebih ringan
untuk mengobati penyakit pirai kronik dengan in- daripada yang disebabkan oleh sullinpirazon tetapi
sulisiensi ginjal dan batu urat dalam ginjal, tetapi tetap harus digunakan dengan hati-hati pada pen-
dosis awal harus dikurangi. Berbeda dengan probe- derita dengan riwayat ulkus peptik. Salisilat me-
nesid, elek alopurinol tidak dilawan oleh salisilat, ngurangi efek probenesid. Probenesid mengham-
tidak berkurang pada insufisiensi ginjal dan tidak bat ekskresi renal dari sulfinpirazon, indometasin,
menyebabkan batu urat. Alopurinol berguna untuk penisilin, PAS, sulfonamid dan luga berbagai asam
pengobatan pirai sekunder akibat penyakit polisite- organik, sehingga dosis obat tersebut harus dise-
mia vera, metaplasia mieloid, leukemia, limfoma, suaikan bila diberikan bersamaan. Dosis probe-
psoriasis, hiperurisemia akibat obat, dan radiasi. nesid 2 kali 250 mg/hari selama seminggu diikuti
Obat ini bekerja dengan menghambat xantin oksi- dengan 2 kali 500 mg/hari.
dase, enzim yang mengubah hipoxantin menjadi
xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Melalui
SULFINPIRAZON
mekanisme umpan balik alopurinol menghambat
sintesis purin yang merupakan prekursor xantin. Sullinpirazon mencegah dan mengurangi k9-
Alopurinol sendiri mengalami biotransformasi oleh lainan sendi dan tofi pada penyakit pirai kronik ber-
enzim xantin oksidase menjadi aloxantin yang masa dasarkan hambatan reabsorpsi tubular asam urat.
paruhnya lebih panjang daripada alopurinol, itu Kurang efektil menurunkan kadar asam urat diban-
sebabnya alopurinol yang masa paruhnya pendek dingkan dengan alopurinol dan tidak berguna me-
cukup diberikan satu kali sehari. ngatasi serangan pirai akut, malah dapat mening-
Elek samping yang sering terjadi ialah reaksi katkan lrekuensi serangan pada awal terapi. Sepu-
kulit. Bila kemerahan kulit timbul, obat harus dihentF luh sampai 15 % penderita yang mendapat sulfinpi-
kan karena gangguan mdngkin menjadi lebih berat. razon mengalami gangguan saluran cerna, kadang-
222
Farmakolqi dan Terapi

kadang perlu dihentikan pengobatannya; sulf inpira- Ternyata variasi respons antar pasien lerha_
zon lidak boleh diberikan pada penderita dengan dap AINS tidak begitu saja dapat dikaitkan ber-
riwayat ulkus peptik. Anemia, leukopenia, agranulo- dasarkan klasilikasi kimiawi, dosis, atau beratnya
sitosis dapat terjadi. Sullinpirazon mengurangi eks_ penyakit reumatik. Untuk mengatasi ini penulis me_
kresi 'tubuli dari asam aminohipurat dan fenolsul_ nganjurkan agar seorang dokter paling tidak me_
lonftalein, sehingga uji diagnostik yang berdasar- ngenal secara.baik 4 obat AINS yang berbeda se_
kan pengukuran zat tersebut tidak berguna bila dila- hingga dapat melakukan pemilihan sesuai dengan
kukan pada penderita yang mendapat sulfinpirazon. kondisi pasien. Dalam empat obat AINS tersebut
Seperti lenilbutazon dan oksilenbutazon, sullinpira_ harus termasuk satu obat AINS dengan waktu
zon dapat meningkatkan elek insulin dan obat hipo_ paruh panjang, satu dengan waktu paruh singkat
glikemik oral sehingga harus diberikan dengan pe_ dan minimal ditambah 2 jenis obat AINS dari kelas
ngawasan ketat bila diberikan bersama dengan kimiawiyang lain.
obat-obat tersebut. Sulfinpirazon secara kimia !a- Penilaian hasil terapi dengan obat AINS, mini_
ngat mirip fenilbutazon dan oksifenbulazon sehing- mal membutuhkan 7 hari sebelum peningkatan do-
ga dapat menyebabkan reaksi alergi silang dengan sis sesuai yang dianjurkan, Selama waktu seming-
obat tersebut. Dosis sulfinpirazon 2 kali 100-200 mg gu ini harus dipantau timbulnya elek samping mau-
sehari, ditingkatkan sampai40O- 900 mg kemudian pun adanya laktor resiko. Juga perlu diingat bahwa
dikurangi sampai dosis efektif minimal. sediaan lepas lambat cenderung bermasalah dalam
bioavailabilitasnya.
Hal berikut dapat dijadikan patokan penggu_
3.6. PEMILIHAN OBAT naan praktis. Pertama harus dimengerti bahwa
belum ada AINS yang ideal. Tidak semua AINS
yang tersedia dipasar perlu digunakan. pilih 4 AINS,
Untuk memilih antipiretika-analgesik tidak sesuai yang dikemukakan terdahulu dan pilih salah
banyak masalah karena obat yang tersedia tidak satu sesuai dengan kondisi pasien. yang terakhir,
banyak jenisnya. Sebagai antipiretik- analgesik mulailah dengan dosis kecil, tingkatkan bertahap
untuk anak, pilihan sebaiknya antara aspirin atau sampai dosis maksimal yang dianjurkan, bila res-
parasetamol. Kedua obat ini praktis sama efektivi_ pons tidak memuaskan baru ganti dengan salah
lasnya dan yang perlu dipertimbangkan adalah ke_ satu dari 3 AINS yang telah dikuasai.
mungkinan efek samping terhadap kondisi tubuh si Petunjuk untuk memilih obat penyakit pirai :
anak. 1. Untuk mengatasi rasa nyeri akut termasuk pro_
Untuk mengatasi nyeri inflamasi seperti pada ses inflamasi yang akut, sebaiknya diberikan
penyakit reumatik tersedia banyak pilihan obat anti_
dari pilihan kolkisin atau obat AINS yang memi-
inllamasi non steroid. Secara klinis, sebenarnya liki daya anti-inflamasi yang kuat dan bekerja
tidak banyak perbedaan di antara obat AINS sehu- cepat.
bungan dengan efektivitasnya. pertimbangan lama- 2. Untuk mengkontrol kadar asam urat pilihan ada
nya waktu paruh, bentuk lepas-lambat dan perbe_ antara obat urikosurik atau obat yang meng-
daan jenis elek samping menentukan pilihan AINS hambat produksi asam urat (urokostatik).
untuk penderita tertenlu. Untuk meningkatkan ke_ 3. Pada penderita lipe over-producer yakni di-
paluhan minum obat ada kecenderungan dokter mana ekskresi asam urat mencapai > 600 mg/
memberikan obat AINS dengan waktu paruh pan- hari, sebaiknya diberikan obat tipe urikostatik
jang atau obat AINS kerja singkat dalam bentuk (contoh : alopurinol). pada penderita tipe di-
lepas lambat. Secara teoritis hal tersebut mening- mana ekskresi asam urat < 600 mg/hari, pilihan
katkan resiko kumulasi terutama pada gangguan dicari dari kelompok obat urikosurik (contoh :
ginjal dan hati, dan pasien usia lanjut. probenesid dan sullinpirazon).
Perangsang susunan saraf Pusat
223

16. PERANGSANG SUSUNAN SARAF PUSAT


Sunaryo

1. Pendahuluan 8. Xantin
8.1. Selarah & Kimia
2. Striknin
8.2. Farmakodinamik
3. Toksin tetanus
8.3. Farmakokinetik
4. Pikrotoksin 8.4. lntoksikasi
5. Pentilentetrazol 8.5. Sediaan
b. Doksapram dan Niketamid 8.6. lndikasi
8.7. Minuman xantin
7. Metillenidat

1. PENDAHULUAN kenal sistem penghambatan pascasinaps dan


penghambatan prasinaps. Striknin merupakan pro-
to tip obat yang mengadakan blokade selektif terha-
Efek perangsangan susunan saral pusat dap sistem penghambatan pascasinaps; se-
(SSP) baik oleh obat yang berasal dari alam atau dangkan pikrotoksin mengadakan blokade terha-
sintetik dapat diperlihatkan pada hewan dan manu' dap sistem penghambatan prasinaps; dan kedua
sia. Beberapa obat memperlihatkan efek perang- obat ini penting dalam bidang penelitian untuk mem-
sangan SSP yang nyata dalam dosis toksik' pelajari berbagai macam jenis reseptor dan antago-
sedangkan obat lain memperlihatkan elek perang- nisnya. Analeptik lain tidak berpengaruh terhadap
sangan SSP sebagai efek samping. Dalam bab ini sistem penghambatan dan mungkin bekerja den-
akan dibicarakan beberapa obat yang elek utama- gan meninggikan perangsangan sinaps.
nya memang menyebabkan perangsangan SSP
dan biasanya disebut sebagai analeptik atau kon- Perangsangan napas. Ada beberapa mekanisme
vulsan. laalan yang dapat merangsang napas, yaitu : (1) pe-
Dahulu beberapa analeptik digunakan untuk rangsangan langsung pada pusat napas baik oleh
mengatasi intoksikasi berat akibat obat depresan obat atau karena adanya perubahan pH darah; (2)
perangsangan dari impuls sensorik yang berasal
umum; sekarang tindakan ini tersisih karena den-
gan tindakan konservatif berupa perawatan intensif dari kemoreseptor di badan karotis; (3) perangsang-
an dari impuls aferen terhadap pusat napas misal-
hasilnya jauh lebih baik. Dalam dosis yang cu- kup'
semua analeptik menimbulkan kejang secara nya impuls yang datang dari tendo dan sendi; dan
(4) pengaturan dari pusat yang lebih tinggi.
umum, dan sayangnya sebagai obat perangsang
pusat napas memperlihatkan batas keamanan yang Perangsangan vasomotor. Belum ada obat yang
sangat sempit dan sulit diramalkan. Pada saat ini selektif dapat merangsang pusat vasomotor. Ba-
belum ada obat perangsang napas yang aman dan gian ini ikut terangsang bila ada rangsangan pada
selektif sehingga penggunaan obat analeptik amat medula oblongata oleh obat perangsang napas dan
dibatasi. analeptik.

Perangsangan SSP. Perangsangan SSP oleh obat Perangsangan pusat muntah. Beberapa obat se-
pada umumnya melalui dua mekanisme' yaitu (1 ) cara selektil dapat merangsang pusat muntah mela-
mengadakan blokade sistem penghambatan; (2) lui chemoreceptor trigger zone (CfZ) di medula
meninggikan perangsangan sinaps. Dalam SSP di- oblongata, misalnYa aPomorlin.
224 Farmakologi dan Terapi

2. STRIKNIN masuk ke jaringan, Kadar striknin di SSp tidak lebih


tinggi daripada di jaringan lain. Striknin segera di-
Striknin tidak bermanfaat untuk terapi, tetapi metabolisme terutama oleh enzim mikrosom sel hati
untuk menjelaskan lisiologi dan farmakologi susun- dan diekskresi melalui urin. Ekskresi lengkap dalam
an saral, obat ini menduduki tempat utama di antara waktu 10 jam, sebagian dalam bentuk asal.
obat yang bekerja secara sentral. Gejala keracunan striknin yang mula-mula tim-
Striknin merupakan alkaloid utama dalam nux bul ialah kaku otot muka dan leher. Setiap rangsa-
vomica. Striknin merupakan penyebab keracunan ngan sensorik dapat menimbulkan gerakan motorik
tidak sengaja (accidental poisoning) bagi anak. Da- hebat. Pada stadium awal terjadi gerakan ekstensi
yang masih terkoordinasi, akhirnya terjadi konvulsi
lam nux vomica juga terdapal alkaloid brusin yang
tetanik. Pada stadium ini badan berada dalam sikap
mirip striknin baik kimia maupun larmakologinya.
hiperekstensi (opistotonus), sehingga hanya occr-
Brusin lebih lemah dibanding striknin, sehingga efek
put dan tumit saja yang menyentuh alas tempat
ekstrak nux vomica boleh dianggap hanya disebab-
tidur. Semua otot lurik dalam keadaan kontraksi
kan oleh striknin.
penuh. Napas terhenti karena kontraksi otot diafrag-
Striknin bekerja dengan cara mengadakan an-
ma, dada dan perut. Episode kejang ini terjadi ber-
tagonisme kompetitif terhadap transmitor pengham-
ulang; frekuensi dan hebatnya kejang bertambah
batan yaitu glisin di daerah penghambatan pasca-
dengan adanya perangsangan sensorik. Kontraksi
sinaps. Toksin tetanus juga memblokade pengham- otol ini menimbulkan nyeri hebat, dan penderita
batan pascasinaps, tetapi dengan cara mencegah takut mati dalam serangan berikutnya. Kematian
penglepasan glisin dari interneuron penghambat.
biasanya disebabkan oleh paralisis batang otak ka-
Juga glisin bertindak sebagai transmitor pengham- rena hipoksia akibat gangguan napas. Kombinasi
bat pascasinaps yang terletak pada pusat lebih dari adanya gangguan napas dan kontraksi otot
tinggidiSSP. yang hebat dapat menimbulkan asidosis respirasi
Striknin menyebabkan perangsangan pada maupun asidosis metabolik hebat; yang terakhir ini
semua bagian SSP. Obat ini merupakan konvulsan mungkin akibat adanya peninggian kadar laktat da-
kuat dengan sifat kejang yang khas. pada hewan lam plasma.
coba konvulsi ini berupa ekstensi tonik dari badan Obat yang paling bermanfaat untuk mengatasi
dan semua anggota gerak. Gambaran konvulsi oleh hal ini ialah diazepam 10 mg lV, sebab diazepam
striknin ini berbeda dengan konvulsi oleh obat yang dapat melawan kejang tanpa menimbulkan poten-
merangsang langsung neuron pusat. Sifat khas siasi terhadap depresiposticfa/, seperti yang umum
lainnya dari kejang strlknin ialah kontraksi eksten- terjadi pada penggunaan barbiturat atau depresan
sor yang simetris yang diperkuat oleh rangsangan non-selektil lain. Kadang-kadang diperlukan tindak-
sensorik yaitu pendengaran, penglihatan dan pera- an anestesia atau pemberian obat penghambat
baan. Konvulsi seperti ini juga terjadi pada hewan neuromuskular pada keracunan yang hebat.
yang hanya mempunyai medula spinalis. Striknin Pengobatan keracunan striknin ialah mence-
ternyata juga merangsang medula spinalis secara gah terjadinya kejang dan membantu pernapasan.
langsung. Atas dasar ini elek striknin dianggap ber- lntubasi endotrakeal berguna untuk memperbaiki
dasarkan kerjanya pada medula spinalis dan kon- pernapasan. Dapat pula diberikan obat golongan
vulsinya disebut konvulsi spinal. kurariform untuk mengurangi derajat kontraksi otot.
Medula oblongata hanya dipengaruhi striknin Bilas lambung dikerjakan bila diduga masih ada
pada dosis yang menimbulkan hipereksitabilitas striknin dalam lambung yang belum diserap. Untuk
seluruh SSP. Striknin tidak langsung mempenga- bilas lambung digunakan larutan KMnOa 0,Syoo
ruhi sistem kardiovaskular, tetapi bila terjadi konvul- atau campuran yodium tingtur dan air (1 : 250) atau
si akan terjadi perubahan lekanan darah berdasar- larutan asam tanat. Pada perawatan ini harus dihin-
kan efek sentral striknin pada pusat vasomotor. darkan adanya rangsangan sensorik.
Bertambahnya tonus otot rangka juga berdasarkan
efek sentral striknin. Pada hewan coba dan manusia
tidak terbukti adanya stimulasi saluran cerna. Strik-
nin digunakan sebagai perangsang nafsu makan 3. TOKSIN TETANUS
secara irasional berdasarkan rasanya yang pahit.
Striknin mudah diserap dari saluran cerna dan Hasil metabolisme C/ostndium tetani ialah 3
tempat suntikan, segera meninggalkan sirkulasi macam toksin : tetanospasmin yang bersifat neu-
Perangsang susunan saraf Pusat 225

rotoksik, non convulsive neurotoxin, dan tetano' jaringan dan cepat diinaktivasi dalam hati. Sebagian
lisin yang bersilat kardiotoksik dan menyebabkan besar (75%) di urin dalam bentuk tidak aktif.
hemolisis. Toksin tetanus umumnya diartikan sama
dengan tetanospasmin, walaupun kedua jenis tok-
Sediaan. Pentilentetrazol merupakan kristal putih
yang mudah larut dalam air, diperdagangkan dalam
sin lain ikut berperan dalam gambaran klinik penya-
kit tetanus.
bentuk tablet 100 mg, ampul 3 ml dan vtal berisi
Pembicaraan toksin tetanus lebih lengkap larutan 10%.
dapat dilihat pada buku Farmakologi dan Terapi
Edisi 2 halaman 177-178.
6. DOKSAPRAM DAN NIKETAMID

Beberapa obat perangsang SSP masih tetap


4. PIKROTOKSIN digunakan karena kemampuannya merangsang pu-
sat napas secara selektit terhadap penderita yang
Pikrotoksin didapat dari tanaman Anamirta mengalami depresi napas. Tetapi tidak semua obat
cocculus, suatu tumbuhan menjalar di Malabar dan kelompok ini punya nilai terapeutik karena tindakan
lndia Timur yang dahulu digunakan untuk meracun suportif misalnya melakukan napas buatan, tlndak-
ikan. Zat ini merupakan bahan netral yang tidak an mempertahankan fungsi kardiovaskular, ternya-
mengandung nitrogen, mempunyai rumus empiris ta jauh lebih bermanfaat.
CgoHsqOrs. Dapat dipecah menjadi pikrotoksinin
FARMAKODINAMIK. Doksapram dan niketamid
dan pikrotin. Pikrotoksinin merupakan bahan aktil
merangsang semua tingkat sumbu serebrospinal
dengan silat larmakologi mirip pikrotoksin, sedang-
sehingga mudah timbul keiang tonik klonik yang
kan pikrotin tidak aktil.
mirip kejang akibat pentilentetrazol. Kedua obat ini
Pikrotoksin merupakan perangsang SSP yang
bekerja den gan meningkatkan derajat perangsan g-
kuat, dan bekerja pada semua bagian SSP. Pem-
bicaraan lebih lengkap dapat dilihat pada Edisi 2
an, bukan dengan mengadakan blokade pada
penghambatan sentral.
terdahulu buku ini halaman 178.
Pernapasan. Dosis kecil doksapram yang diberi-
kan lV dapat merangsang napas secara selektil'
5. PENTILENTETRAZOL sehingga terjadi peningkatan flUal volume karena
aktivasi kemoreseptor karotis dan neuron pusat na-
Pentilentetrazol (pentametilentetrazol), yang
pas. Dosis lebih besar pada kucing merangsang
di Amerika Serikat dikenal dengan nama dagang
neuron pernapasan maupun neuron lain yang ter-
Metrazol dan di Eropa Kardiazol merupakan se-
letak di medula oblongata. Selektivitas niketamid
nyawa sintetik. Kejang oleh pentilentetrazol mirip
lebih rendah daripada doksapram, juga pada manu-
hasil perangsangan listrik pada otak dengan inten'
sia.
sitas sebesar ambang rangsang, juga mirip sekali
Lamanya perangsangan napas sesudah pem-
dengan serangan klinik epilepsi petit mal pada ma-
berian lV tunggal hanya berlangsung 5-10 menit.
nusia. Dengan dosis yang lebih tinggi umumnya
Elek yang singkat ini rupanya mencerminkan ada-
akan terjadi kejang klonik yang asinkron.
nya bolus effect yaitu sebagian besar obat mula-
Farmakologi. Mekanisme kerja utama pentilente- mula didistribusi ke SSP, kemudian mengalami re-
trazol ialah penghambatan sistem GABA-ergik' distribusi ke organ lain. Hal ini pula yang menim-
dengan demikian akan meningkatkan eksitabilitas bulkan serangan kejang sesudah pemberian ber-
SSP; adanya elek perang-sangan secara langsung ulang, karena dosis yang menimbulkan kejang
masih belum dapat disingkirkan. umumnya tidak berbeda jauh dengan dosis yang
Sebagai analeptik pentilentetrazol tidak se- diperlukan untuk merangsang napas.
kuat pikrotoksin. Dahulu pentilentetrazol digunakan Batas keamanan doksapram lebih besar dan
untuk membantu menegakkan diagnosis epilepsi elek sampingnya lebih sedikit dibandingkan nike-
yaitu sebagai EEG activator. Dengan dosis subkon' tamid. Pada dosis subkonvulsi, kedua obat inidapat
vulsi yang disuntik lV terjadi aktivasi lokus epilepsi. menimbulkan efek samping berupa hipertensi, taki-
Pentilentetrazol segera diabsorpsi dari berba' kardi, aritmia, batuk, bersin, muntah, gatal, tremor'
gai tempat pemberian. Distribusi merata ke semua kaku otol, berkeringat, kemerahan di wajah dan
226 Farmakologi dan Terapi

hiperpireksia, Untuk mengatasi perangsangan SSP pengobatan keracunan depresan SSp, atau untuk
yang berlebihan atau terjadinya kejang, dapat dibe- menghilangkan rasa apatis akibat berbagai hal;
rikan diazepam lV. Analeptik dengan dosis di bawah tetapi efektivitasnya masih diragukan.
dosis yang menimbulkan kejang, tidak efektif untuk Metilfenidat dan dekstroamfetamin merupa-
mengatasi koma yang dalam; bahkan depresi post kan obat tambahan yang penting pada sindrom
ictal yang terjadi sesudah kejang akan memper- hiperkinetik pada anak dan dewasa yang ditandai
buruk keadaan koma. dengan adanya attention deficit disorder (ADD)
yang dahulu disebut dislungsi otak minimal.
STATUS DAN PENGGUNAAN TERAPI. Dengan
Sayangnya kedua obat ini, terutama dekstroamfe-
tindakan suportif tanpa obat perangsang napas,
tamin, dapat menekan pertumbuhan badan pada
keracunan akut obat hipnotik sedatif dapat diatasi
penggunaan kronik. Efek samping metilfenidatyang
dengan baik. Dengan perbaikan yang lebih siste-
lain yaitu insomnia, mual, iritabel, nyeri abdomen,
matis pada tindakan suportil, angka kematian turun
sakit kepala dan meningkatnya denyut jantung.
dari 25% pada zaman pengobatan dengan analep-
Efek samping ini bersifat sementara dan dapat di-
tik menjadi 1% dengan tindakan suportif.
kendalikan dengan menurunkan dosis obat. Metil-
fenidat yang diberikan secara oral dapat menim-
bulkan gejala idiosinkrasi berupa episode halusi-
7. METILFENIDAT nasi akut.
Metilfenidat mungkin etektil untuk pengobatan
FARMAKODINAMIK. Metillenidat merupakan deri- narkolepsi, baik tunggal maupun dalam kombinasi
vat piperidin. Berbeda dengan analeptik lainnya, dengan antidepresi trisiklik.
metilfenidat merupakan perangsang SSP ringan
yang efeknya lebih menonjol terhadap aktivitas
mental dibandingkan terhadap aktivitas motorik. 8. XANTIN
Namun pada dosis besar, metilfenidat dapat me-
nimbulkan perangsangan SSP secara umum baik
pada manusia maupun pada hewan. Sifat farmako- 8.1. SEJARAH DAN KIMIA
loginya mirip amfetamin. Metilfenidat dapat disalah-
gunakan seperti halnya amfetamin. Derivat xantin terdiri dari kafein, teofilin dan
teobromin ialah alkaloid yang terdapat dalam tum-
FARMAKOKINETIK. Meritienidat mudah diabsorp- buhan. Sejak dahulu ekstrak tumbuh-tumbuhan ini
si melalui saluran cerna, kadar puncak dalam plas- digunakan sebagai minuman. Kafein terdapat da-
ma dapat dicapai dalam 2 jam. Waktu paruh plasma lam kopi yang didapat dari biji Colfea arabica. Teh,
antara 1 -2 jam tetapi kadar dalam otak jauh melebihi dari daun Ihea srnensis, mengandung kalein dan
kadar dalam plasma. Metabolitnya yang 80% teofilin. Cocoa, yang didapat dari biji Theobroma
berupa asam retalinat hasil deesterifikasi metilfeni- cacao mengandung kafein dan teobromin. Pene-
dat akan dikeluarkan bersama urin. litian membuktikan bahwa kafein berefek stimulasi.
lnilah daya tarik minuman yang mengandung
SEDIAAN DAN POSOLOGt. Metitfenidat HCl, ter-
kalein. Kemudian ternyata belum ada senyawa sin-
sedia dalam bentuk tablet 5, 10 atau 20 mg. Dosis
tetik yang mempunyai keunggulan terapi seperti
dewasa biasanya 2-3 kali 10 mg sehari. Dosis anak
senyawa alam.
dengan hiperkinetik, mula-mula 0,25 mg/kgBB se- Ketiganya merupakan derivat xantin yang me-
hari, Bila belum efektil dosis dinaikkan dua kali lipat ngandung gugus metil. Xantin sendiri ialah dioksi-
tiap minggu sehingga tercapai dosis optimal 2 mg/ purin yang mempunyai struktur mirip dengan asam
kgBB sehari. Obat ini diberikan dalam dua porsi urat. Kalein ialah 1, 3, 7-trimetilxantin; teofilin lalah
yang sama, sebelum makan pagi dan makan siang. 1,3-dimetilxantin; dan teobromin ialah 3,7-dimetil-
Metilfenidat juga tersedia dalam bentuk tablet lepas xanlin.
lambat 20 mg dengan masa kerja kurang lebih 8
jam. Dengan preparat ini lrekuensi pemberian obat
dapat dikurangi. 8.2. FARMAKODINAMIK
lNDlKASl.'Metilfenidat telah dicoba secara eksten- Teolilin, kafein dan teobromin mempunyai
sif untuk pengobatan berbagai depresi mental, efek farmakologi yang sama yang bermanlaat seca-
Perangsang susunan saraf Pusat 227

ra klinis. Obat-obat ini menyebabkan relaksasi otot Stokes, pada apnea bayi prematur, atau depresi
polos, terutama otot polos bronkus, merangsang napas oleh obat opioid. Rupanya metilxantin me-
SSP, otot jantung, dan meningkatkan diuresis. Teo- ningkatkan kepekaan pusat napas terhadap pe-
bromin tidak bermanfaat secara klinis karena elek rangsangan COz. Kekuatan relatif ka{ein dan teofilin
larmakologisnya rendah. sebagai perangsang SSP rupanya bervariasi ter-
gantung dari spesies dan parameter percobaan
MEKANISME KERJA. Xantin merangsang SSP, yang dikerjakan. Tetapi pada bayi prematur, fre-
menimbulkan diuresis, merangsang otot iantung' kuensi maupun lamanya episoda apnea dapat diku-
dan merelaksasi otot polos terutama bronkus. Inten- rangi oleh kalein maupun teofilin.
sitas efek xantin terhadap berbagai alat ini berbeda, Kafein dan teofilin dapat menimbulkan mual
dan dapat dipilih senyawa xantin yang tepat untuk dan muntah mungkin melalui efek sentral maupun
tujuan terapi tertentu dengan sedikit elek samping. perifer. Muntah akibat teolilin terjadi bila kadarnya
dalam plasma melebihi 15 pg/ml.
SUSUNAN SARAF PUSAT. Teofilin dan kafein me-
rupakan perangsang SSP yang kuat, teobromin bo- SISTEM KARDIOVASKULAR. Teofilin pernah di-
leh dikatakan tidak aktif. Teofilin menyebabkan pe- gunakan untuk pengobatan darurat payah jantung
rangsangan SSP yang lebih dalam dan berbahaya berdasarkan kemampuannya menurunkan tahanan
dibandingkan kafein. Orang yang minum kalein me- periler, merangsang jantung, meninggikan perfusi
rasakan tidak begitu mengantuk, tidak begitu lelah' berbagai organ dan menimbulkan diuresis. Tetapi
dan daya pikirnya lebih cepat dan lebih iernih;tetapi karena absorpsi dan disposisi teofilin sukar diduga
kemampuannya berkurang dalam pekerjaan yang pada penderita dengan gangguan fungsi sirkulasi'
memerlukan koordinasi otot halus (kerapihan)' ke- maka sering terjadi toksisitas serius terhadap SSP
tepatan waktu atau ketepatan berhitung. Efek diatas dan jantung. Sekarang lebih disukai vasodilator
timbul pada pemberian kalein 85-250 mg (1 -3 cang- atau diuretik untuk tujuan tersebut.
kir kopi). Efek samping teofilin 250 mg atau lebih
pada pengobatan asma bronkial mirip dengan ge- Jantung. Pada orang normal kadar terapi teofilin
jala perangsangan kafein terhadap SSP. Bila dosis antara 'l 0-20 pg/ml akan menyebabkan kenaikan
metilxantin ditinggikan, akan menyebabkan gugup' moderat frekuensi denyut jantung. lndeks waktu
gelisah, insomnia, tremor, hiperestesia, kejang fo- perangsangan dan waktu kontraksi isovolumetrik
kal atau kejang umum. Kejang akibat teolilin ter- ventrikel kiri akan turun sejalan dengan meningkat-
nyata lebih kuat dibandingkan akibat kafein' Kejang nya kekuatan kontraksi dan penurunan beban hulu
sering terjadi bila kadar teolilin darah 50% lebih jantung (preload).
tinggi daripada kadar terapi (10-20 pg/ml). Gejala Kadar rendah kafein dalam plasma akan me-
kejang ini kadang-kadang refrakter terhadap obat nurunkan denyut jantung yang mungkin disebabkan
antikonvulsi. oleh perangsangan nukleus vagus di medula oblo-
Metilxantin dosis rendah dapat merangsang ngata. Sebaliknya, kadar kafein dan teofilin yang
SSP yang sedang mengalami depresi. Misalnya lebih tinggi menyebabkan takikardi, bahkan pada
dosis 0,5 mg/kgBB kafein sudah cukup untuk individu yang sensitif mungkin menyebabkan arit-
merangsang napas pada individu yang mendapat mia, misalnya kontraksi ventrikel yang prematur.
morfin 10 mg, Atau pemberian aminofilin dengan Aritmia ini dapat dialami oleh orang yang minum
dosis 2 mg/kgBB dengan cepat akan memulihkan kafein berlebihan.
keadaan narkosis pada individu yang mendapat Turunnya tekanan pengisian vena (venous fill-
100 mg morfin lV untuk anestesia. Pemberian ami- ing pressure) mungkin sekali disebabkan antaralain
nofilin dengan dosis tersebut di atas dapat memper- oleh terjadinya pengosongan jantung yang lebih
cepat pemulihan pada keadaan sedasi dalam akibat sempurna. Pada orang normal, kenaikan curah ian-
pemberian 0,4 mg/kgBB diazepam lV. Pendapat tung mungkin hanya sebentar yang diikuti dengan
umum bahwa kafein bermanlaat untuk memperbaiki penurUnan sampai di bawah nilai awal. Tetapi pada
lungsi mental penderita keracunan etanol, tidak penderita payah jantung yang tekanan venanya me-
mapan. mang agak tinggi, teofilin lV akan meningkatkan
curah jantung dengan nyata dan segera' berlang-
Medula oblongata. Metilxantin merangsang pusat sung selama 30 menit atau lebih karena adanya pe-
napas, Efek ini terutama terlihat pada keadaan pa- rangsangan jantung dan penurunan tekanan vena.
tologis tertentu, misalnya pada pernapasan Cheyne Efek teofilin pada kadar terapi sebagian mungkin
Farmakologi dan Terapi

disebabkan peningkatan penglepasan katekolamin OTOT POLOS. Elek terpenting xantin ialah relak-
dari sistem simpatoadrenal. pada orang normal, sasi otot polos bronkus, terutama bila otot bronkus
pemberian infus teofilin sampai mencapai kadar dalam keadaan konstriksi secara eksperimental aki-
10-15 pg/ml akan meningkatkan kadar epinefrin bat histamin atau secara klinis pada penderita asma
plasrna sebanyak 100%, tetapi pengaruh terhadap
bronkial. Dalam hal ini teofilin paling efektif menye-
norepinefrin lebih kecil. Pemberian kafein 250 mg
babkan peningkatan kapasitas vital. Oleh karena
yang menghasilkan kadar plasma 10 pg/ml akan
itu, teofilin, amat bermanfaat untuk pengobatan
meningkatkan kadar katekolamin plasma. pemberi-
asma bronkial. Suntikan aminofilin (teofilin/etilendi-
an teofilin 200 mg secara lV pada manusia akan
amin) lV menyebabkan berkurangnya gerakan usus
meningkatkan eksositosis granul katekolamin; hal
halus dan usus besar untuk sementara waktu.
ini terbukti dengan adanya peningkatan kadar en_
Mekanisme yang mendasari terjadinya bron-
zim dopamin-hidroksilase di dalam plasma. Walau-
pun kafein dan teofilin dengan dosis tersebut di atas
kodilatasi oleh teofilin baik in vitro maupun in vivo
belum seluruhnya diketahui. Secara umum kadar
dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan akti-
xantin yang diperlukan untuk menyebabkan bronko-
vitas renin plasma, namun hanya kafeinlah yang
dilatasi in vivo sedikit lebih rendah daripada yang
dapat meningkatkan tekanan darah diastolik.
diperlukan in vitro : salah satu penjelasan bronko-
Pembuluh darah. Kafein dan teofilin menyebabkan dilatasi mengenai efek xantin in vitro yaitu kemam-
dilatasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah puannya untuk menghambat enzim fosfodiesterase
koroner dan pulmonal karena efek langsung pada nukleotido siklik dan hubungan dengan pening-
otot pembuluh darah. Dosis terapi kafein akan me_ katan akumulasi siklikAMP atau siklis GMp dengan
nyebabkan vasodilatasi pembuluh darah periler hasil akhir relaksasi otot polos. Bukti-bukti yang
yang bersama dengan peninggian curah jantung menyokong pendapat ini misalnya adanya korelasi
mengakibatkan bertambahnya aliran darah. Tetapi antara potensi berbagai derivat xantin untuk menim-
vasodilatasi perifer ini hanya berlangsung sebentar bulkan relaksasi dengan kemampuannya meng-
sehingga tidak mempunyai kegunaan terapi. hambat hidrolisis siklik AMP, maupun kemam-
puannya untuk mengadakan potensiasi relaksasi
Sirkulasi otak. Flesistensi pembuluh darah otak otot bronkus yang disebabkan oleh obat-obat
naik disertai pengurangan aliran darah dan poz di agonis B-2 adrenergik, yang diperkirakan juga
otak. ini diduga merupakan refleksi adanya blokade diperantarai oleh AMP siklis. Tetapi korelasi initidak
adenosin oleh xantin, dan penlingnya adenosin terbukti in vivo, dan sejumlah penelitian pada
dalam pengaturan sirkulasi otak. manusia tidak berhasil membuktikan adanya efek
potensiasi terapeutik antara teofilin dan agonis B2
Sirkulasi koroner. Secara eksperimental terbukti adrenergik. Penjelasan lain mengenai mekanisme
bahwa xantin menyebabkan vasodilatasi arteri bronkodilatasi ialah berdasarkan kemampuannya
koroner dan bertambahnya aliran darah koroner, memblokade reseptor adenosin.
tetapi xantin juga meninggikan kerja jantung. Masih
OTOT RANGKA. Pada manusia, kemampuan ka-
dipertanyakan apakah bertambahnya aliran darah tein untuk meningkatkan kapasltas kerja otot telah
miokard ini sesuai dengan kebutuhan miokard ter- lama diketahui. Para pemain ski yang minum kafein
hadap 02. Walaupun demikian xantin masih terus sebanyak 6 mg/kgBB meningkat kinerja fisiknya
digunakan pada pengobatan insulisiensi koroner. khususnya di dataran tinggi. Kaitannya secara lang-
sung belum jelas dengan transmisi neuromuskular,
Tekanan darah. Efek xantin terhadap tekanan da-
dan juga masih menjadi pertanyaan apakah teofilin
rah tidak dapat diramalkan, Stimulasi pusat vaso-
dalam dosis yang sama dapat menimbulkan efek
motor dan stimulasi langsung miokard akan menye_
yang serupa.
babkan kenaikan tekanan darah, Sebaliknya, pe-
Dalam kadar terapi, kafein dan teolilin ternyata
rangsangan pusat vagus dan adanya vasodilatasi
dapat memperbaiki kontraktilitas dan mengurangi
menyebabkan penurunan tekanan darah. Resul_
kelelahan otot diafragma pada orang normal mau-
tante kedua efek yang bertentangan ini biasanya
pun pada penderita COPD (Chronic Obstructive
sedikit kenaikan tekanan darah, tidak lebih dari 10
Pulmonary Disease). Atas dasar ini teotilin berman-
mmHg. Adanya vasodilatasi dan kenaikan curah
jantung menyebabkan lekanan nadi naik, aliran laat untuk pasien dengan COPD karena dapat ikut
berperan dalam memperbaiki fungsi fentllasi dan
darah lebih cepat dan lebih efisien.
mengurangi sesak napas.
Perangsang susunan saraf pusat 229

ln vitro, xantin memperkuat kontraksi otot oleh EFEK METABOLIK. Pemberian kafein sebesar 4-8
perangsangan listrik secara langsung. Pada manu- mg/kgBB pada orang sehat ataupun orang yang
sia, xantin, terutama kafein, menyebabkan bertam- gemuk akan menyebabkan peningkatan kadar
bahnya kerhampuan kerja otot karena efeknya ter- asam lemak bebas dalam plasma dan juga mening-
hadap susunan saral pusat dan perifer, dalam hal gikan metabolisme basal. Masih belum jelas benar
ini teobromin paling lemah. apakah perubahan metabolisme ini berkaitan den-
gan peningkatan penglepasan ataupun efek kate-
DIURESIS. Semua xantin meninggikan produksi kolamin.
urin. Teofilin merupakan diuretik, tetapi efeknya
hanya sebentar. Teobromin kurang aktif tetapi efek- TOLERANSI. Xantin dapat menyebabkan toleransi
nya lebih lama, sedangkan kafein paling lemah. terutama terhadap efek diuresis dan gangguan
tidur. Terhadap perangsangan SSP hanya sedikit
Efek diuresis. Metilxantin, khususnya teofilin me- terjadi toleransi. Juga terdapat toleransi silang antar
ningkatkan diuresis, dan gambaran peningkatan air derivat xantin.
maupun elektrolit sangat mirip penggunaan tiazid.
Cara kerjanya diduga melalui penghambatan reab- KERJA XANTIN PADA TARAF SELULER. BeT.
sorpsi elektrolit di tubuli proksimal maupun di seg- bagai elek larmakologi metilxantin dapat diterang-
men dilusi, tanpa disertai dengan perubahan filtrasi kan dengan 3 macam dasar kerjanya pada taraf
glomeruli ataupun aliran darah ginjal, ini terlihat seluler yaitu : (1) yang berhubungan dengan trans-
pada pemberian aminofilin 3,5 mg/kgBB pada orang lokasi Ca intrasel; (2) melalui peningkatan akumu-
sehat. lasi senyawa nukleotid siklis, terutama siklik AMP
dan siklik GMP; dan (3) melalui blokade reseptor
SEKRESI LAMBUNG. Dosis sedang pada kucing adenosin. Kadar teofilin bebas dalam plasma sela-
dan manusia menyebabkan kenaikan sekresi lam- ma pengobatan jarang melebihi 50 mcM, karena itu
bung yang berlangsung lama. Kombinasi histamin kecil kemungkinan bahwa kedua cara pertama turut
dan kafein memperlihatkan elek potensiasi pada berperan, sehingga diduga teolilin bekerja sebagai
peninggian sekresi pepsin dan asam. Pada hewan anti adenosin.
coba didapati perubahan patologis dan pembentuk- Ada pula beberapa cara kerja yang lain yang
an ulkus pada saluran cerna akibat pemberian pada saat ini masih kurang mendapat perhatian
kafein dosis tunggal yang tinggi atau dosis kecil ber- tetapi yang mungkin sekali berperan penting seba-
ulang. Peranan kopi dan minuman kola dalam pato- gai dasar elek metilxantin. Termasuk disini misal-
genesis tukak lambung agaknya bersifat individual. nya kemampuannya mengadakan potensiasi peng-
Sekresi lambung setelah pemberian kafein hambatan terhadap sintesis prostaglandin, dan juga
memperlihatkan gambaran khas pada orang normal adanya kemungkinan bahwa metilxantin dapat me-
maupun pada orang dengan tukak lambung atau ngurangi ambilan (uptake) dan/atau memperlambat
tukak duodenum. lndividu dengan predisposisi tu- metabolisme katekolamin di jaringan bukan saraf.
kak peptik atau penderita tukak peptik yang sedang Untuk memastikan kedua peran terakhir ini masih
mengalami remisi juga menunjukkan respons yang diperlukan penelitian lebih lanjut.
abnormal terhadap pemberian kafein. Sebagian besar hormon, neurotransmitor, dan
Kadar terapi metilxantin dapat meningkatkan autakoid dapat meningkatkan sintesis siklik AMP
katekolamin dalam darah, enzim dopamin-hidroksi- dan siklik GMP dalam jaringan target organnya.
lase dan aktivitas renin dalam plasma pada manu- Metilxantin, terutama teofilin digunakan untuk me-
sia. Peningkatan aktivitas renin ini agaknya tidak neliti peranan siklik nukleotid dalam cara kerja hor-
berdasarkan perangsangan adrenoseptor; karena mon tertentu pada target organnya. Salah satu.
petunjuk penting tentang peran siklik nukleotid se-
lernyata pemberian propranolol tidak mencegah pe-
bagai mediator intrasel ialah adanya bukti bahwa
ningkatan aktivitas renin. Pemberian teolilin juga
metilxantin menyebabkan potensiasi efek hormon
dapat menaikkan kadar gastrin dan hormon parati-
dan terjadinya akumulasi siklik AMP dan siklik GMP.
roid dalam plasma. Epinefrin juga dapat meninggi- Akumulasi ini diharapkan terjadi akibat pengham-
kan kadar hormon paratiroid dalam plasma, sehing- batan enzim fosfodiesterase. Tetapi ternyata bahwa
ga tidak jelas apakah peningkatan hormon para- teofilin pada kadar 50 mcM dan kafein pada kadar
liroid oleh teofilin merupakan efek langsung atau 't
00 mcM (kadar terapi/obat bebas maksimal dalam
tidak langsung. plasma) hanya mengadakan hambatan minimal
Farmakologi dan Terapi

atas aktivitas fosfodiesterase, lagi pula pada kadar dapat dihindarkan dengan pemberian obat bersama
ini jarang sekali terjadi potensiasi atas efek hormon makanan, tetapi akan terjadi penurunan absorpsi
yang diperantarakan siklik AMp, Sebelum ada data
teofilin.
yang meyakinkan, sukar untuk mengatakan bahwa
Dalam keadaan perut kosong, sediaan teofilin
elek farmakologi metilxantin berdasarkan peng- bentuk cair atau tablet tidak bersalut dapat meng-
hambatan enzim fosfodiesterase. Tetapi memang
hasilkan kadar puncak plasma dalam waktu 2 jam,
benar bahwa dalam dosis terapi teofilin dapat me-
sedangkan kafein dalam waktu 1 jam.
ningkatkan efek obat yang merangsang sintesis
Saat ini tersedia teolilin lepas lambat, yang
GMP, dalam hal ini penghambatan enzim fosfodies_
dibuat sedemikian rupa agar dosis teofilin dapat
terase mungkin merupakan mekanisme yang pent_
diberikan dengan interval 8, 12 atau 24 jam. Ter-
ing.
nyata sediaan ini bervariasi kecepatan maupun
Senyawa adenosin berperan sebagai auta_ jumlah absorpsinya antar pasien; khususnya akibat
koid melalui reseptor khusus yang terdapat di mem-
pengaruh adanya makanan dan waktu pemberian.
bran plasma berbagai macam sel. Adenosin me-
Pada umumnya adanya makanan dalam lam_
nyebabkan dilatasi pembuluh darah, terutama pem_
bung akan memperlambat kecepatan absorpsi teo-
buluh koroner dan serebral; dapat memperlambat
pacu jantung dan menghambat neuron SSp. Selan-
lilin tetapi tidak mempengaruhi derajat besarnya
jutnya adenosin juga dapat menghambat lipolisis absorpsi,
Dari penelitian didapatkan bahwa bioavailabi-
oleh hormon, mengurangi penglepasan NE dari ak_
litas sediaan lepas lambat tertentu menurun akibat
hiran saraf otonom, dan menghambat penglepasan
pemberian bersama makanan sedang penelitian
neurotransmitor di SSp. Adenosin juga mengada_
lain-lain mendapatkan yang sebaliknya. Absorpsi
kan potensiasi terhadap efek cr-adrenergik tertentu,
juga dapat menurun bila pasien dalam keadaan
yang mengakibatkan peningkatan kontraksi bebe-
berbaring atau tidur. Faktor-faktor ini yang menye-
rapa otot polos atau meningkatkan akumulasi siklik
babkan kadar teofilin dalam darah sukar bertahan
AMP dijaringan otak.
dalam keadaan konstan sepanjang hari. Juga sulit
Diduga paling sedikit ada 2 jenis reseptor ade-
mendapatkan kadar konstan untuk pengobatan
nosin, yaitu berdasarkan sensitivitas relatifnya ter-
asma kronis. Untunglah diketahui bahwa serangan
hadap berbagai analog adenosin dan berdasarkan
asma biasanya paling berat menjelang pagi hari
atas apakah aktivasinya mengakibatkan stimulasi
sehingga dapat diatur pemberian regimen dosis
atau inhibisi sintesis siklik AMp. Metilxantin alam
teofilin mengatasi keadaan lersebut.
merupakan antagonis kompetitif adenosin, dan
Larutan teofilin yang diberikan sebagai enema
memperlihatkan alinitas yang hampir sama terha-
diabsorpsi lebih lengkap dan cepat, sedangkan se-
dap kedua jenis reseptor. Walaupun demikian elek
diaan supositoria diabsorpsi lambat dan tidak me-
antiadenosin metilxantin ini masih memerlukan
penelitian. nentu. Pemberian teofilin lM harus dihindarkan
karena menimbulkan nyeri setempat yang lama.
Metilxantin didistribusikan ke seluruh tubuh,
melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu. Volu-
8.3. FARMAKOKINETIK
me distribusi kafein dan teofilin ialah antara 400 dan
600 ml/kg; pada bayi prematur nilai ini lebih tinggi,
Metilxantin cepat diabsorpsi setelah pemberi-
Derajat ikatan protein teofilin ternyata lebih besar
an oral, rektal atau parenteral. Sediaan bentuk cair
daripada kalein. Dalam kadar terapi ikatan teofilin
atau tablet tidak bersalut akan diabsorpsi secara
dengan protein kira-kira 60% tetapi pada bayi baru
cepat dan lengkap. Absorpsi juga berlangsung leng-
lahir dan pada pasien sirosis hati ikatan protein ini
kap untuk beberapa jenis sediaan lepas lambat.
lebih rendah (40%).
Absorpsi teofilin dalam bentuk garam yang mudah
Eliminasi metilxantin terutama melalui meta-
larut, misalnya teolilin Na glisinat atau teofilin kolin
bolisme dalam hati. Sebagian besar diekskresi ber-
tidak lebih baik.
sama urin dalam bentuk asam metilurat atau metil-
Sediaan teolilin parenteral atau rektal ternyata
xantin, Kurang dari20% teofilin dan5o/o kafein akan
tetap menimbulkan keluhan nyeri saluran cerna, ditemukan di urin dalam bentuk utuh. Waktu paruh
mual dan muntah. Rupanya gejala ini berhubungan plasma kafein antara 3-7 jam, nilai ini akan menjadi
dengan kadar teofilin dalam plasma. Keluhan saiur_ 2 kali lipat pada wanita hamil tua atau wanita yang
an cerna yang disebabkan oleh iritasi setempat menggunakan pil kontrasepsi jangka panjang.
Pe rang s ang susunan saraf pusat 231

Sedangkan waktu paruh plasma teofilin pada orang tal. Bayi prematur relatif lebih tahan terhadap kera-
dewasa 8-9 jam dan pada anak muda kira-kira 3,5 cunan teotilin; kadar obat dalam plasma sampai 80
jam. Pada penderita sirosis hati atau udem paru pg/ml hanya menimbulkan gejala keracunan yang
akut, kecepatan eliminasi sangat bervariasi dan berupa takikardi.
berlangsung lebih lambat, pernah dilaporkan lebih
dari 60 jam. Pada bayi prematur, kecepatan elimina-
si teofilin dan kafein sangat menurun; waktu paruh
kalein rata-rata 50 jam, sedangkan teofilin pada 8.5. SEDIAAN
berbagai penelitian berkisar antara 20-36 jam.
Xantin merupakan alkaloid yang bersifat basa
lemah; biasanya diberikan dalam bentuk garam
8.4. INTOKSIKASI rangkap. Untuk pemberian oral dapat diberikan da-
lam bentuk basa bebas atau bentuk garam, sedang-
Pada manusia, kematian akibat keracunan ka- kan untuk pemberian parenteral perlu sediaan
lein jarang ter.iadi. Gejala yang biasanya paling dalam bentuk garam.
mencolok pada penggunaan kafein dosis berlebih-
an ialah muntah dan kejang. Kadar kafein dalam Kafein, disebut iuga tein, merupakan kristal putih
darah pascamati ditemukan antara 80 prg/ml sampai yang larut dalam air dengan perbandingan 1 : 46.
lebih dari 1 mg/ml. Walaupun dosis letal akut kafein Kafein-Na benzoat, dan kafein sitrat, berupa senya-
pada orang dewasa antara 5-10 g, namun reaksi wa putih, agak pahit, larut dalam air. Yang pertama
yang tidak diinginkan telah terlihat pada tersedia dalam ampul 2 ml mengandung 500 mg
penggunaankalein 1 g (15 mglkgBB) yang menye- unluk suntikan lM, sedangkan kafein sitrat terdapat
babkan kadar dalam plasma di atas 30 pg/ml. dalam bentuk tablet 60 dan 120 mg untuk pema-
Gejala permulaan berupa sukar tidur, gelisah dan kaian oral.
eksitasi yang dapat berkembang menjadi delirium
Teofilin berbentuk kristal putih, pahit dan sedikit
ringan. Gangguan sensoris berupa tinitus dan kilat
larut dalam air, Tablet teofilin 100 dan 200 mg digu-
an cahaya sering dijumpai. Otot rangka menjadi
nakan untuk pemberian oral. Aminofilin merupakan
tegang dan gemetar, sering pula ditemukan takikar-
garam teolilin untuk penggunaan lV, tersedia dalam
di dan ekstrasistol; sedangkan pernapasan menjadi
ampul 1 0 ml mengandung 250 mg dan ampul 20 ml
lebih cepat.
mengandung 500 mg. Teofilin tersedia juga sebagai
lntoksikasi yang latal lebih sering dijumpai
supositoria yang mengandung 125, 250 dan 500 mg
pada penggunaan teofilin dibanding dengan kafein.
serta sirup dan elixir.
Keracunan teolilin biasanya teriadi pada pemberian
obat berulang secara oral maupun parenteral. Ami- Pentoksifilin (1 -(5-oksoheksil)-3,7 dimetilxantin) di
nofilin lV harus disuntikkan perlahan-lahan, selama Amerika Serikat digunakan untuk klaudikasio inter-
20-40 menit untuk menghindari geiala keracunan miten pada penyakit pembuluh arteri yang bersifat
akut, misalnya sakit kepala, palpitasi, pusing, mual, oklusif kronis. Pada uji klinik, pentoksifilin terbukti
hipotensi dan nyeri prekordial. Suntikan 500 mg lV memperpanjang jarak tempuh berialan sebelum
yang cepat dapat menyebabkan kematian karena mulai timbul gejala klaudikasio; ditemukan juga
aritmia jantung. Gejala keracunan lain berupa taki- bukti langsung penambahan aliran darah pada kaki
kardi, gelisah hebat, agitasi dan muntah. Gejala ini yang mengalami iskemia. Perbaikan klinis ini ter-
biasanya berhubungan dengan kadar teofilin dalam utama disebabkan oleh perbaikan lleksibilitas sel
plasma yang melebihi 20 pg/ml. darah merah yang semula subnormal, penurunan
Kejang lokal atau umum dapat pula terjadi, kadar librinogen dalam plasma dan penurunan vis-
kadang-kadang tanpa didahului gejala keracunan. kositas darah. Respons klinik terhadap pemberian
Kejang ini biasanya terjadi bila kadar obat dalam pentoksililin secara kronis, tidak berhubungan de-
plasma melebihi 40 prg/ml, namun demikian ke-jang ngan perubahan resistensi perifer dan denyut jan-
dan kematian dapat pula terjadi pada kadar 25 tung; obat ini juga tidak bertindak sebagai vaso-
pg/ml. Kejang akibat keracunan metilxantin biasa- dilator, Jadi cara kerja obat ini belum jelas benar.
nya dapat diatasi dengan diazepam, walaupun Hasil terapi yang menguntungkan baru terlihat 2
pada beberapa kasus serangan kejang tidak dapat minggu sesudah pengobatan. Dosis pentoksililin
diatasi dengan diazepam lV, lenitoin dan fenobarbi- yaitu 3 x 400 mg sehari per oral.
232 Farmakologi dan Terapi

8.6. INDIKASI kasi yaitu mual, muntah, sakit kepala; respons klinik
dan kadar teofilin dalam plasma.
ASMA BRONKIAL. Senyawa teolilin merupakan Pemberian larutan aminofilin secara rektal/
salAh satu obat yang diperlukan pada serangan supositoria absorpsinya sangat variabel sehingga
cara ini tidak dianjurkan.
asma yang berlangsung lama (status asmatikus).
Kombinasi dengan agonis pz-adrenergik mi-
Dalam mengatasi status asmatikus dipedukan ber-
salnya metaproterenol atau terbutalin ternyata me-
bagai tindakan termasuk penggunaan oksigen, as-
ningkatkan efek bronkodilatasi teofilin sehingga
pirasi mukus bronkus, pemberian obat simpatomi-
dapat digunakan dosis dengan risiko efek samping
metik, bronkodilator, ekspekloran dan sedatif. Sa- yang lebih kecil. Sedangkan kombinasi dengan efe-
lah satu bronkodilator yang paling efektif ialah teofi-
drin masih kontroversial, ada pendapat yang me-
lin. Selain itu teofilin digunakan sebagai profilaksis nyatakan bahwa kombinasi ini tidak menghasilkan
terhadap serangan asma. efek yang lebih baik daripada teolilin sendiri, se-
Pada penderita asma, diperlukan kadar terapi hingga kombinasi tetap kedua obat ini dianggap
teofilin sedikitnya 5-8 prg/ml, sedangkan etek toksik irasional. Penambahan barbiturat dengan tujuan
mulai terlihat pada kadar 15 pg/ml dan lebih sering melawan elek teolilin terhadap SSP, sebenarnya
pada kadar di atas 20 pg/ml. Karena itu pada peng- akan menimbulkan risiko peningkatan kecepatan
obatan asma diusahakan kadar teofilin dipertahan- eliminasi teofilin, selain juga dapat mempengaruhi
kan kira-kira 10 prg/ml. Karena variasi yang cukup hasil pengukuran kadar teofilin plasma. Pengguna-
besar dalam kecepatan eliminasiteofilin maka dosis an minuman atau obat yang mengandung kafein
perlu ditentukan secara individual berdasarkan pe- selama pengobatan teofilin dilarang untuk menghin-
mantauan kadarnya dalam plasma. Selain itu res- darkan : (1 ) efek aditil kafein pada SSP, kardiovas-
pons individual yang juga cukup bervariasi menye- kular dan saluran cerna; (2) pengaruh kafein terha-
babkan teofilin perlu diawasi penggunaannya dap eliminasi teofilin, karena keduanya dimetabo-
dalam Therapeutic Drug Monitoring. Untuk meng- lisme oleh enzim yang sama; dan (3) kemungkinan
atasi episodespasme bronkus hebat dan status as- pengaruh kafein terhadap hasil penetapan kadar
matikus, perlu diberikan aminofilin lV dengan dosis teofilin menurut cara tertenlu.
awal (loading dose) 6 mg/kgBB yang ekuivalen de-
ngan teolilin 5 mg/kgBB. Obat ini diberikan secara PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
infus selama 20-40 menit. Bila belum tercapai efek
(COPD). Teofllin juga banyak digunakan pada pe-
terapi dan tidak terdapat tanda intoksikasi, maka nyakit ini dengan tujuan yang sama dengan pe-
ngobatan asma. Tetapi, gejala lain yang menyang-
dapat ditambahkan dosis 3 mg/kgBB dengan infus
kut sistem kardiovaskular akibat penyakit paru obs-
perlahan:lahan. Selanjutnya elek yang optimal
truktif kronik ini misalnya hipertensi pulmonal,
dapat dipertahankan dengan pemberian infus ami-
payah jantung kanan pada Cor pulmonale, lidak
nofilin 0,5 mg/kgBB/jam untuk dewasa normal dan
diperbaiki oleh teofilin. Teolilin tidak menyebabkan
bukan perokok. Anak di bawah 12 tahun dan orang
dilatasi langsung arteri pulmonalis, namun dapat
dewasa perokok memerlukan dosis lebih tinggi membantu mengurangi hipoksemia yang mungkin
yaitu 0,8-0,9 mg/kgBB/jam, Dengan dosis ini diha- merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi
rapkan dapat dipertahankan kadar terapi teolilin. pulmonal.
Dosis penunjang ini harus diturunkan pada pende-
rita dengan penurunan gangguan dan perfusi hati,
APNEA PADA BAYI PREMATUR. Pada bayi pre-
Tanpa mengetahui besarnya kadar obat dalam
plasma, pemberian inlus tidak boleh melebihi 6 jam.
matur sering terjadi episode apnea yang bbrlang-
sung lebih dari 15 detik yang disertai bradikardi. Hal
Menurut Hendeles dan Weinberger dosis awal
ini dapat menimbulkan hipoksemia berulang dan
teofilin oral bagi orang dewasa adalah 400 mglhari, gangguan neurologis, yang mungkin berhubungan
yang dapat ditambahkan 25% dengan interval 3 hari
dengan penyakit sistemik yang cukup berat. Ber-
sehingga dicapai dosis maksimum kira-kira 13 mg/ bagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian
kgBB/hari pada orang dewasa dan 24 mg/kgBB/hari teolilin oral atau lV dapat mengurangi lamanya
pada anak umur 1-9 tahun. Sebagai petunjuk pe- apnea. Untuk ini teolilin cukup diberikan dalam
nyesuaian dosis harus diperhatikan gejala intoksi- dosis yang mencapai kadar plasma 3-5 mcg/ml
Perangsang susunan saral Pusat 233

yaitu 2,5-5 mg/kgBB dan selanjutnya dipertahankan 8.7. MINUMAN XANTIN


dengan dosis 2 mg/kgBB/hari,
Minuman xantin yang paling populer ialah
KEGUNAAN YANG LAIN. Kalein iarang sekali di- kopi, teh, coklat, dan minuman kola. Kopi dan teh
gunakan'untuk pengobatan keracunan obat de- mengandung kafein, sedangkan coklat mengan'
presan SSP. Kalau digunakan biasanya diberikan dung teobromin. Kadar kafein dalam daun teh (lebih
0,5 g kalein Na benzoat. Sedangkan penggunaan kurang 2%) lebih tinggi daripada kadarnya dalam
teofilin sudah ditinggalkan. biji kopi (0,7-2%). Satu botol minuman cola berisi
35-55 mg kafein. Satu cangkir kopi rata-rata berisi
Kombinasi tetap kalein dengan analgetik mi- 100-150 mg kafein, mendekati dosis terapi. Tidak
salnya aspirin digunakan untuk pengobatan ber- dapat disangkal lagi bahwa popularitas minuman
bagai sakit kepala. Hanya sedikit data yang dapat xantin ditentukan oleh daya stimulasinya, sedang-
memperkuat indikasi ini. Kalein juga digunakan da- kan daya stimulasi ini berbeda pada setiap individu.
lam kombinasi dengan alkaloid ergot untuk peng- Anak lebih peka terhadap perangsangan xantin da-
ripada orang dewasa; maka sebaiknya anak jangan
obatan migren; perbaikan ini didasarkan atas ke-
minum kopi atau teh. Pasien dengan tukak peptik
mampuan metilxantin menyebabkan vasokonstriksi
yang aktif dan hipertensi sebaiknya tidak minum
pembuluh darah serebral.
minuman yang mengandung kalein.
234
Farmakologi dan Terapi

IV. ANESTETIK LOKAL

17. KOKAIN DAN ANESTETIK LOKAL SINTETIK

Sunaryo

1, Sifat umum anestetik lokal Anestetik lokal sintetik


't
.1. Farmakodinamik 3.1. Prokain
1.2. Biotransformasi 3.2. Lidokain
3.3. Anestetik lokal sintetik lain
Kokain
2.1. Asal dan kimia Teknik pemberian anestetik lokal
2.2. Farmakodinamik 4.1 . Anestesia permukaan
2.3. Farmakokinetik 4.2. Anestesia inliltrasi
2.4. lntoksikasi 4.3. Anestesia blok

1. SIFAT UMUM ANESTETIK LOKAL akan diserap dari tempat suntikan. Mula kerja harus
sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus
Anestetik lokal ialah obat yang menghambat cukup lama sehingga cukup waktu untuk melaku_
hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada ja_ kan tindakan operasi, tetapi tidak demikian lama
ringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat
pada tiap bagian susunan saraf. Sebagai contoh, anestetik lokal juga harus larut dalam air, stabil
bila anestetik lokal dikenakan pada korteks motoris, dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami
impuls yang dialirkan dari daerah tersebut terhenti, perubahan.
dan bila disuntikkan ke dalam kulit maka transmisi
impuls sensorik dihambat. pemberian anestetik
KIMIA DAN HUBUNGAN STRUKTUR-AKTIVITAS
lokal pada batang saraf menyebabkan paralisis
sensorik dan motorik di daerah yang dipersarafinya.
Secara umum anestetik lokal mempunyai
Banyak macam zat yang dapat mempengaruhi han_
rumus dasar yang terdiri dari 3 bagian : gugus amin
taran saraf, tetapi umumnya tidak dapat dipakai hidrofil yang berhubungan dengan gugus residu
karena menyebabkan kerusakan permanen pada aromatik lipolil melalui sualu gugus antara. Gugus
sel saraf. Paralisis saraf oleh anestetik lokal bersilat amin selalu berupa amin tersier atau amin se_
reversibel, tanpa merusak serabut atau sel saraf. kunder. Gugus antara dan gugus aromatik dihu_
Anestetik lokal yang pertama ditemukan ialah bungkan dengan ikatan amid atau ikatan ester.
kokain, suatu alkaloid yang terdapat dalam daun Maka secara kimia anestetik lokal digolongkan atas
Erythroxylon coca, semacam tumbuhan belukar. senyawa ester dan senyawa amid. Adanya ikatan
ester sangat menentukan sifat anestetik lokal sebab
pada degradasi dan inaktivasi di dalam badan,
SIFAT ANESTETIK LOKAL YANG IDEAL gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golong_
an ester umumnya kurang stabil dan mudah meng-
Anestetik lokal sebaiknya tidak mengiritasi alami metabolisme dibandingkan dengan golongan
dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen, amid. Anestetik lokal yang tergolong dalam
Kebanyakan anestetik lokal memenuhi syarat ini. senyawa ester ialah tetrakain, benzokain, kokain
Batas keamanan harus lebar, sebab anestetik lokal dan prokain dengan prokain sebagai prototip. Se-
235
Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik

,CHg
-1 O ,CzHs
l;l't_ ?
HzN{(
,czHs
1f)!*n-8-"t,-n1\c,Hu
- V )}c-ocHzcHz-t't 'crH, \<
CHs
Lidokain

Gambar 17-1. Prokain dan lidokain

dangkan yang tergolong dalam senyawaan amid aksimenurun, konduksi impuls melambat dan faktor
ialah dibukain, lidokain, mepivakain' dan prilokain. pengaman (safety factor) konduksi saral iuga ber-
Rumus molekul prokain dan lidokain dapat dilihat kurang. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan penu-
pada Gambar 17-'l . runan kemungkinan menjalarnya potensial aksi'
Molekul prokain dapat dibagi dalam 3 bagian dan dengan demikian mengakibatkan kegagalan
konduksi saral.
utama : asam aromatik (asam paraamino benzoat),
Anestetik lokal juga mengurangi permeabilitas
alkohol (etanol), dan gugus amin tersier (dietil-
membran bagi K* dan Na* dalam keadaan istirahat,
amino). Perubahan pada setiap bagian molekul ter-
sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak
sebut akan mempengaruhi potensi anestetik dan
perubahan pada potensial istirahat' Hasil penelitian
toksisitasnya. Memperpanjang gugus alkohol akan
membuktikan bahwa anestetik lokal menghambat
menyebabkan potensi anestetik dan toksisitasnya
bertambah besar, maka prokain yang merupakan hantaran saral tanpa menimbulkan depolarisasi
saraf, bahkan ditemukan hiperpolarisasi ringan. Pe-
suatu ester etil, toksisitasnya paling kecil' Perpan-
jangan rantai pada kedua gugus terminal pada amin ngurangan permeabilitas membran oleh anestetik
tersier menyebabkan potensi dan toksisitas anes- lokal juga timbul pada otot rangka, baik waktu is-
tirahat maupun waktu teriadinya potensial aksi.
tetik lokal bertambah besar, misalnya pada
Potensi berbagai zat anestetik lokal sejajar
butakain.
dengan kemampuannya untuk meninggikan tega-
ngan permukaan selaput lipid monomolekuler.
MEKANISME KERJA Mungkin sekali anestetik lokal meninggikan tegang-
an permukaan lapisan lipid yang merupakan
Anestetik lokal mencegah pembentukan dan membran sel saraf, dengan demikian menutup pori
konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di dalam membran sehingga menghambat gerak ion
membran sel, eleknya pada aksoplasma hanya melalui membran. Hal ini akan menyebabkan penu-
sedikit saja. runan permeabilitas membran dalam keadaan is-
Sebagaimana diketahui, potensial aksi saraf tirahat sehingga akan membatasi peningkatan
terjadi karena adanya peningkatan sesaat (sekilas) permeabilitas Na*. Dapat dikatakan bahwa cara
peimeabilitas m"mbran terhadap ion Na+ akibat kerja utama obat anestetik lokal ialah bergabung
depolarisasi ringan pada membran' Proses lunda- dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal
mental inilah yang dihambat oleh anestesi lokal; hal Na, sehingga mengakibatkan terjadinya blOkade
ini terjadi akibat adanya interaksi langsung antara pada kanal tersebut, dan hal ini akan mengakibat-
zat anestesi lokal dengan kanal Na* yang peka kan hambatan gerakan ion melalui membran.
terhadap adanya perubahan voltase muatan listrik
(voltage sensittve Na+ channels), Dengan semakin PERBEDAAN SENS]TIV]TAS SERAT SARAF'
bertambahnya efek anestesi lokal di dalam saraf' Pada umumnya serabut kecil lebih peka ierhadap
maka ambang rangsang membran akan meningkat anestetik lokal. Serabut saral terkecil yang tidak
secara bertahap, kecepatan peningkatan potensial bermielin pada umumnya lebih cepat dihambat dari-
236
Farmakologi dan Terapi

pada serabut bermielin. Faktor lain yang menentu_ R:N+HoH F_}R:NH++oH.


kan kepekaan saraf terhadap anestetik lokal ialah
tipe serabut secara anatomis. Kepekaan serabut
saraf terhadap anestetik lokal tidak tergantung dari Anestetik lokal yang biasa digunakan mem_
lungsi serabut itu, dengan demikian serabut sen- punyai pKa antara 8-9; sehingga pada pH jaringan
sorik maupun motorik yang sama besar tidak ber_ tubuh hanya didapati 5-20 % dalam bentuk basa
beda kepekaannya. Kepekaan serabut halus ber- bebas. Bagian ini walaupun kecil sangat penting,
mielin melebihi kepekaan serabut besar bermielin. karena untuk mencapai tempat kerjanya obat harus
Sekiranya tempat kerja anestetik lokal berlokasi berdifusi melalui jaringan penyambung dan mem_
dalam aksoplasma, maka serabut halus yang me_ bran sel lain; dan hal ini hanya mungkin terjadi
miliki permukaan lebih luas per unit volume akan dengan bentuk amin yang tidak bermuatan listrik.
menyerap anestetik lokal lebih cepat daripada Masih merupakan pertanyaan dalam bentuk apa
serabut besar dan dapat dimengerti bahwa serabut sualu anestetik lokal aktil setelah mencapai saral,
kecil akan lebih cepat mengalami efek anestetik Dari penelitian mengenai efek anestetik lokal ter-
lokal. hadap penghambatan proses pembelahan sel telur
Dengan alasan yang sama eliminasi anestetik landak laut, dapat disimpulkan bahwa hanya dalam
lokal harus berlangsung lebih cepat pada serabut bentuk kationlah suatu anestetik lokal dapat meng-
halus. Namun, kenyataan tidak sesuai dengan hambat pembelahan sel. Penelitian lain yang meng-
pemikiran ini. Serabut halus memang mengalami gunakan saral tidak bermielin menyokong pendapat
efek anestetik lokal lebih cepat, tetapi pemulihan di atas; konduksi saraf dapat dihambat atau tidak
lungsi serabut halus lebih lambat daripada serabut dihambat hanya dengan mengubah pH larutan
besar. menjadi 7 atau 9,5. Pada pH 7, terjadi hambatan
Bila anestetik lokal dikenakan pada saraf sen- hantaran dan sebagian besar anesletik lokal berada
sorik maka yang hilang berturut-turut ialah modali_ dalam bentuk kation. Hal ini menunjukkan bahwa
tas nyeri, dingin, panas, rabaan, dan tekanan yang mencegah pembentukan potensial aksi ialah
dalam. Sebaliknya anestesia akibat penekanan bentuk kation yang bergabung dengan reseptor di
serabut saral, pertama-tama ditandai oleh menghi- membran.sel, yaitu mengadakan Interaksi dengan
langnya rasa raba, dan modalitas nyeri hilang paling kanal Na*. Tetapi akhir- akhir ini terbukti bahwa
akhir. Diduga bahwa impuls rasa raba dihantarkan kedua bentuk molekul tersebut memiliki aktivitas
oleh serabut yang lebih besar sedangkan nyeri oleh
aneslesia, namun apakah hanya ada satu reseptor
serabut kecil.
tunggal untuk kedua bentuk molekul tersebut,
masih perlu diteliti lebih lanjut.
PENGARUH pH. Dalam bentuk basa bebas, anes-
pERpANJANGAN EFEK .LEH VAsoKoN-
tetik lokal hanya sedikit larut dan tidak stabil dalam
bentuk larutan. Oteh karena itu anesterik tokatdiper-
sinixron. uasa t<eria anestetik rokar berbanding
dagangkan dalam bentuk garam yang mudah larut ;il;il
r"r"i
;;ngln
nfto"i"y"J,
waXru konrak aktitnya dengan
tino"t un yang dapat merokarisasi
dalam air, biasanya garam hidroktorid. Anesterik
lokal merupakan basa lemah' tetapi larutan garam-
il';;;;;;rli"run memperpanjang waktu anes-
nya bersilat agak asam' hal ini menguntungkan i",i", K"klil sendiri dapat menyebabkan vaso-
karena menambah stabilitas anestetik lokal
i".rirk.i o"igln demikian memperrambat penye-
I
sebut Banvak bukti vans menunjukkan b"h';!
dalam jaringan, garam asam ini harus dinerrarkan iffi'l]l;jil
epinefrin pada
:t"K,ffii.I15#:Ujru&T
':;:^;:::;:,::::-'j:'l l:l:r ,'1rrr;'lEr
larutan anestetik lokal a[an rnemper-
lebih dahulu dan dilepaskan suatu b"r" b"bu, f"n
beru m obat rersebut men em bus ja,ins"n o un,"i!- T:ljnfl;j;: jff:
hasilkan elek anestetik. Anesterik tokat yang dig!- "1,:lg*;:ff#;itX'jii[
nakan umumnya mengandung atom N tersier arau ;""Sil;il linerrin (1 datam 200.000 bagian),
;;;;;;f;;iii"rurn 100,000 bagian) arau fenite-
sekunder' oleh karena itu tergantung dari pKa dan rm. F"J" ,ru*ny" zat vasokonstriktor ini harus
pH larutan akan terbentuk amin tersier atau
sekunderyang tidak bermuatan tisrrik, atau rerben-
Jio"ril""o"i"rt"o"refektifminimal.Epinefrinme-
*"' .Sri"^S,-k"""pu,"n
luk kation amonium. lonisasi suatu anestetik lokal ::i,-:_'^' akan
;;;;;; ;;e-Jt"rir torat
:';_":t mengurangi juga
dapat dilukiskan sebagai berikut , toksisitas Sis:
:-"1:,lSS"
temiknya.
Kokain dan Anestetik Lokat
Sintetik
237

Sebagian vasokonstriktor mungkin


akan dise- hentikan kejang.
rap dan bila jumlahnya cukup
oanyai Kokain sangat kuat merangsang
at<ani'enim korteks dan menimbutkan adiisi
efek sampini misatnya, glrir;, p"O" p"nJg,ln""n
::lki" dan nyeri
patpitasi ,"kik"rdi,
O. Sebatiknya anesretik to't at sintetii-um
di dada. Jniri ,;;g;;;;;; o"- !.e1uJan
nya.kurang um_
rangsangan adrenergik yang merangsang korteks d"" i;; ;;;y"_
berlebih"n oun'V"ng babkan adiksi.
tidak diinginkan tersebut, pertu
OiperiimOlnifan
|:nqgul."rn obat penghambat alla atau Oera a-ore-
nergik.. SAMBUNGAN SARAF.OTOT
Mungkin puta terjadi pertamo"i;;;;;r- DAN GANGLION.
buhan luka, udem atau nekrosis. Anestetik lokal dapat mempengaruhi
ftek yanq transmisi di-
rni O+:!_tertaQi karena amin*r_,gp ;rlknir sambungan saraf-otot, yaitu
menyeb"ff,"" O"*r-
. "llr]g;ffi;;s A_ rangnya respons otot atas ,angsingan
n
_
ve o aq
_: j.: ;;: p e unsmt-I p g
[e!_:r:r*1,.tdtl,q, l ir, ;gl"gl]
p-:JllT ffi ox_!r g en jarin g-- suntikan asetilkolin intra-arteri; ""r"i
ur",
p;rJng_
S1{et|gensanaaanvu"v,{:ok"n9Jt""]"Gta-qjr,i,px, tistrik tangsung pada orot""O"igk*
iiiqkg:g:*! jarinsan setempii.-li6ia#ffi ::nqun
kan
masii ,",iv"i"o_
konrraksi. prokain dapat mengurungi
asetitkotin pada ujung saraf motoiik. ;;,o;kri
-O;; K;"!;;i;r"_
kain dan tisostigmin berlawanan. proLuln
at
S
y_,[q iii V;e;ra ;Ti, L f
r ti, r, ri r-r#n if#l lun
yang hanya mempunyai kurare bersifaradirif. Berbeda d;;;"; *;;#
sedikit sirkulasi t<otaterat ;r"-
akan menimbulkan kerusakan kain mempunyai efek nyata pada
yang-irever- akhiran serabut
sibelatau gangren. Selain dari iaringan praganglion dan pada sel ganglion.
it, .", ri"",ik lokal
::ldi:i ""fpio-ru, p"_
mungkin dapat menggungg, SISTEM KARDIOVASKULAR. pengaruh
nyembuhan luka. utama
anestetik lokal pada miokard
iatan rienleOaOt<an
penurunan eksitabilitas, kecepatan
t onjuf,si Oun
kekualan kontraksi. A
1.1. FAFMAKODINAMIK nyebabkan"",d;;i;:;:lii,.Tf !11'*:,""i5ill_1fl
terhadap sistem kardiovaskular Oi"runy"'iuru
:;
Selain menghalangi hantaran r"r_
.lepi, an^estetik juga
sistem saraf tihat.sesudah dicapai raoar
ouai si;i;;;' y""g
lokal mempunyai efek penting linggi, dan sesudah menimbulkan
pada SSp, ganglia otonom, p"lu SSp.
sambungan saraf otot wataupun jarang, pada pemat<aian"f"f,
dan semua jenis serabut otot. a-n"!L],i't"r;uOi
,ot"r
dosis kecil untuk anestesia infilrrasi
O"p"i
kotaps kardiovaskutar dan kemarian.
SUSUNAN SARAF pUSAT.
Semua anesterik tokal nya belum diketahui, diduga
il;;;;r"-
merangsang SSp, menyebabkan karena n""ti'l""tr"g
kegelisahan dan
l1"T:r _yang mungkin berubah r"niud"i"iung leOagaiakibat kerja anesterik tokat pada noJus Sn
klonik. Secara umum, makin dan timbulnya fibrilasi ventrikel
kuat srui, an"-rt"t,k secara mendadak.
makin mudah menimbulkan
k"j"";. p;;;;.lnn"n !ea!aa1 .ini mungkin OrseUaUf<an
anestetik lokal ke ruang intravart
mlrr*"r" ,",
ini,3.k"n
diikuti depresi, oan t<ematl"
oi"rj"i" ,"r. rt"r.
sengaja, terutama bila zat anestetik
,""urjllout
jadi karena kelumpuhan napas. tofat ieiseOut
Ol sini pentfunaan
perangsang napas tidak
efektif sebab i,iesterik 11Oa S.enOandung
epinefrin. penetitan p"O"
an olot alrium dan ventrikel rn"nrnirft ""0,"-
lo-11 ::"g'rl .merangsang pernapasan; depresi prokain seperti juga kuinidin
un Oanwa
napas timbul karena perangsangan Ouput ,"rp"rp""'i""n
SSp berlebih- waktu refrakter, meninggikan
an. rerangsangan yang kemudian ambang ,JnnJunS
disusul oleh dan memperpanjang waliu tonaurri
pada pemakaian anestetik ri"r, pr'",,",r,
ignlesy lokal itu hanya pada jantung tidak mempunyai
disebabkan oleh depresi pada kegunaan klinik
aktivitas
rangsangan terjadi karena adanya
oepreJ seier<tir ""rlr]r"_ largna
serta
desrruksinya oertangsunf c"oiij"" pr"r","
pada neuron penghambat. anestetik lokal ,1lnr" cenderung merang_
sang SSp. penetilian teUin runlut iit",i'rixan
Pada keracunan _pada
I prokainamid, yang tidak menunjrkl;;;;;",
oairi pernapas;ffi;:H,l;:, ;:T;;?Xil:T
notik u.ntuk mencegah i:,j. serla berefek seperti kuinidin t"in"Jui-
se_b-ur
dan mengobati [ejang. Dosis tung. l"n_
sedatif barbiturat kurang berminfaat
hentikan kejang akibat leracu"""
r;;[;*g-
Dalam hat ini pemberian oiazepam"r".[iin'.l"r,"r. OTOT POLOS. ln vitro maupun
tV;;;p;", in vivo, anestetik
lokal beretek spasmotitik yang
obat terpilih, untuk mencegah
maupun ,"irf-["rg- tidak
dengan efek anestetik. Elek spasmotitit
b";;;;;;""
ini mung"kin
238 Farmakologi dan Terapi

disebabkan oleh depresi langsung pada otol polos, manusia degradasi dengan esterase plasma ini
depresi pada reseptor sensorik sehingga menye- sangat penting, karena degradasi prokain terutama
babkan hilangnya tonus refleks setempat. terjadi dalam plasma, hanya sebagian kecil saja di
hati. Pada penyuntikan intratekal, anestesia dapat
ALERGI. Dermatitis alergik, serangan asma atau berlangsung lama dan baru berakhir setelah anes-
199$l3l9lll3!!!-yeulsFl-peuiluuJ-clDaq tetik lokal tersebut diserap ke dalam darah, karena
anestetik-lokal, Reaksi alergi ini terutama terjadi cairan serebrospinal mungkin tidak mengandung
ffiaTenggunaan obat anestelik lokal golongan esterase.
ester, yang pada hidrolisis dihasilkan asam para- Pada manusia, sebagian besar kokain meng-
aminobenzoat (PABA); dan PABA inilah yang di- alami degradasi di dalam hati, sedangkan pada
duga dapat menyebabkan limbulnya reaksi alergi kelinci degradasi kokain sebagian besar terjadi di
tersebut. Sedangkan golongan amida boleh dikata- dalam plasma. Oleh karena tiap anestetik lokal di-
kan tidak menimbulkan reaksi hipersensitivitas, metabolisme di tempat yang berbeda, maka urutan
namun bahan preservatil yang terdapat di dalam relatif mengenai kekuatan dan toksisitas suatu
larutan dapat juga menimbulkan reaksi ini. Penyun- anestetik lokal biasanya tergantung dari cara peme-
tikan anestetik lokal intradermal sebagai uji alerglk riksaan dan spesies hewan yang digunakan. lni
tidak memuaskan. berarti bahwa kita harus berhati-hati dalam menilai
kekuatan dan keamanan suatu anestetik lokal baru.
Anestetik lokal yang dirusak di dalam hati
1.2. BIOTRANSFORMAST secara lambat, sebagian akan dikeluarkan bersama
urin.
Toksisitas suatu anestetik lokal sebagian
besar tergantung dari keseimbangan antara kece-
patan absorpsi dan kecepatan destruksinya. Kece-
patan absorpsi dapat diperlambat oleh vasokon- 2. KOKAIN
striktor, maka kecepatan destruksinya yang ber-
beda-beda merupakan laktor utama yang menenlu-
kan aman atau tidaknya sualu anesletik lokal. Seba- 2.1. ASAL DAN KIMIA
gian besar anestetik lokal merupakan ester, dan
biasanya toksisitasnya hilang setelah mengalami Kokain atau benzoilmetilekgonin didapat dari
hidrolisis di hati dan plasma. Anestetik golongan daun Erythroxylon coca dan spesies Erythroxylon
amida misalnya lidokain, akan mengalami destruksi lain, yaitu pohon yang tumbuh di Peru dan Bolivia,
di dalam retikulum endoplasma hati, mula-mula ter- di mana selama berabad-abad lamanya daun terse-
jadi proses N-dealkilasi yang disusul dengan hidroli- but dikunyah oleh penduduk asli untuk menambah
sis. Sebaliknya prilokain mula-mula mengalami daya lahan terhadap kelelahan. Ekgonin adalah
hidrolisis yang menghasilkan metabolit o-toluidin suatu amino alkohol yang ber:sifat basa, sangat
yang dapat menyebabkan methemoglobinemia. mirip dengan tropin, amino alkohol dalam atropin.
Anestetik lokal golongan amida 55-95 % diikat Kokain merupakan ester asam benzoat dengan
protein plasma terutama asam glikoprotein-cr1. basa yang mengandung N, mempunyai struktur
Kadar protein ini dapat meningkat pada karsinoma, kimia sebagai berikut : (Gambar 17-2).
trauma, infark miokard, merokok dan uremia, atau
dapat menurun pada penggunaan pil kontrasepsi.
Perubahan kadar protein ini dapat mengakibatkan
perubahan jumlah zat anestetik lokal yang dibawa CHz-CH-CHz O
/\\ii
ke hati untuk dimetabolisme, sehingga akan mem- CHz N-CHg CH-O-C
pengaruhi toksisitas sistemiknya. Perlu diingat \,//
CH-CH \
bahwa adanya ambilan anestetik lokal golongan tcoocH.
amida oleh paru-paru akan memegang peran pent-
ing dalam destruksi obat di dalam tubuh.
Anestetik lokal ester mengalami degradasi
oleh eslerase hati dan juga oleh suatu esterase
plasma yang mungkin sekali kolinesterase. Pada Gambar 17-2. Kokain
Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik 239

2.2. FARMAKODINAMIK SISTEM SARAF SIMPATIS. Pada organ yang


mendapat persaralan simpatis, kokain mengada-
kan potensiasi respons terhadap norepinelrin, epi-
Elek kokain yang paling penting yaitu meng-
nefrin, dan perangsangan saraf simpatis. Kokain
hambat hbntaran saraf , bila dikenakan secara lokal.
tidak merangsang organ tersebut secara langsung,
Elek sistemiknya yang paling mencolok yaitu rang-
tetapi mengadakan sensitisasi, karena mengham-
sangan SSP.
bat pengambilan kembali norepinefrin dari celah
SUSUNAN SARAF PUSAT. Kokain merupakan pe- sinaptik ke dalam saraf, akibatnya neurohumor ter-
rangsang korteks yang sangat kuat. Pada manusia sebut akan menetap di sekitar reseptor organ dalam
zat ini menyebabkan banyak bicara, gelisah dan kadar tinggi untuk waktu lama. Kokain merupakan
euforia. Ada petunjuk bahwa kekuatan mental ber- satu-satunya anestetik yang mempunyai sifat ini,
tambah dan kapasitas kerja otot meningkat; hal ini dan hal inilah yang menyebabkan kokain dapat
mungkin disebabkan oleh berkurangnya rasa lelah. menyebabkan vasokonstriksi dan midriasis.
Adiksi dan toleransi terhadap elek ini terjadi pada
pemakaian kokain berulang. EFEK ANESTESI LOKAL. Efek lokal kokain ter-
Elek perangsangan ini sebenarnya berdasar- penting yaitu kemampuannya untuk memblokade
kan depresi neuron penghambat. Efek kokain pada konduksi saraf. Alas dasar elek ini, pada suatu
batang otak menyebabkan peningkatan frekuensi masa kokain pernah digunakan secara luas untuk
napas, sedangkan dalamnya pernapasan tidak di- tindakan dibidang optalmologi; tetapi kokain ini
pengaruhi. Pusat vasomotor dan pusat muntah dapat mengakibatkan terkelupasnya epitel kornea.
mungkin juga terangsang. Perangsangan ini akan Atas dasar ini, dan adanya kemungkinan penyalah-
segera disusul oleh depresi yang mula-mula terjadi gunaan obat, maka penggunaan kokain sekarang
pada pusat yang lebih tinggi, dan ini mungkin sudah sangat dibatasi untuk pemakaian topikal, khusus-
lerjadi sementara bagian sumbu serebrospinal nya untuk anestesi saluran napas atas.
yang lebih rendah masih dalam stadium perangsa-
ngan.

SISTEM KAROIOVASKULAR. Kokain dosis kecil 2.3. FARMAKOKINETIK


memperlambat denyut jantung akibat perangsang-
an pusat vagus, pada dosis sedang denyutjantung Walaupun vasokonstriksi lokal menghambat
bertambah karena perangsangan pusat simpatis absorpsi kokain, kecepatan absorpsi masih mele-
dan efek langsung pada sistem saraf simpatis. bihi kecepatan detoksikasi dan ekskresinya se-
Pemberian kokain lV dosis besar menyebabkan hingga kokain sangat toksik. Kokain diabsorpsi dari
kematian mendadak karena payah jantung sebagai segala tempat, termasuk selaput lendir. Pada pem-
akibat elek toksik langsung pada otot jantung. pem- berian oral kokain tidak elektif karena di dalam usus
berian kokain sistemik umumnya akan menyebab- sebagian besar mengalami hidrolisis. Sebagian
kan penurunan tekanan darah walaupun mula-mula besar kokain mengalami detoksikasi di hati, dan
terjadi kenaikan akibat vasokonstriksi dan takikardi. sebagian kecil diekskresi bersama urin dalam ben-
Vasokonstriksi ini disebabkan oleh perangsangan tuk utuh. Diperkirakan hati dapat melakukan detok-
vasomotor secara sentral. sikasi kokain sebanyak satu dosis letal minimal
dalam waktu 1 jam; detoksikasi kokain tidak secepat
OTOT SKELET. Tidak ada bukti bahwa kokain da- detoksikasi anestetik lokal sintetik.
pat menambah kekuatan kontraksi otot. Hilangnya
kelelahan disebabkan oleh perangsangan sentral.
2.4. INTOKSIKASI
SUHU BADAN. Kokain mempunyai daya pirogen
kuat. Kenaikan suhu badan disebabkan oleh 3 lak- Kokain sering menyebabkan keracunan akut,
tor yaitu (1 ) penambahan aktivitas otot akan me- Diperkirakan besarnya dosis fatal adalah 1,2 gram,
ninggikan produksi panas; (2) vasokonstriksi me- tetapi keracunan hebat dengan dosis 20 mg pernah
nyebabkan berkurangnya kehilangan panas; dan dilaporkan. Gejala keracunan terutama berhubung-
(3) efek langsung pada pusat pengatur suhu. Pada an dengan perangsangan SSP, Penderita mudah
keracunan kokain dapat terjadi pireksia. terangsang, gelisah, banyak bicara, cemas, dan
240 Farmakologi dan Terapi

bingung. Refleks meningkat disertai sakit kepala, diabsorpsi, prokain cepat dihidrolisis oleh esterase
nadi cepat, napas tidak teratur dan suhu badan naik. dalam plasma menjadi PABA dan dietilaminoetanol.
Juga terjadi midriasis, eksoftalmus, mual, muntah, PABA diekskresi dalam urin, kira-kira 80% dalam
sakit.perut, dan kesemutan. Selanjutnya dapat tim- bentuk utuh dan bentuk konjugasi. Tiga puluh per-
bul delirium, pernapasan Cheyne-Stokes, kejang, sen dietilaminoetanol ditemukan dalam urin, dan
penurunan kesadaran dan akhirnya kematian dise- selebihnya mengalami degradasi lebih lanjut.
babkan oleh henti napas. Keracunan ini berlang-
sung cepat, mungkin karena kecepatan absorpsi INTOKSIKASI. Toksisitas prokain hanya 1/4 dari
yang abnormal dan elek toksik pada jantung. toksisitas kokain pada pemberian lV maupun SK.
Pengobatan spesifik untuk mengatasi perang- Prokain lebih cepat dirusak dalam badan daripada
sangan SSP pada keracunan akut kokain ialah den- kokain. Absorpsi prokain diperlambat dengan vaso-
gan pemberian diazepam atau barbiturat kerja konstriktor, sehingga toksisitasnya menjadi jauh
singkat secara lV. Kadang-kadang diperlukan na- lebih ringan. Hasil hidrolisis prokain tidak toksik.
p..s buatan dan untuk mencegah absorpsi lebih lNDlKASl. Prokain digunakan secara suntikan un-
lanjut, dipasang tourniquet bila mungkin.
tuk aneslesia infiltrasi, blokade saraf , epidural, kau-
dal, dan spinal. Prokain secara lV pernah digunakan
untuk mengobali delayed serum sickness dan urti-
3. ANESTETIK LOKAL SINTETIK karia; tetapi hasilnya tidak sebaik penggunaan anti-
histamin.

Untuk geriatri. Aslan (1 960) menyatakan bahwa


3.1. PROKAIN pada kasus keluaan yang prematur, prokain dapat
menambah potensi lisik dan mental, memperbaiki
Prokain disintesis dan diperkenalkan tahun
aktivitas seksual dan fungsi kelenjar endokrin.
1905 dengan nama dagang novokain. Selama lebih
Tetapi percobaan pada hewan tidak berhasil mem-
dari 50 tahun obat ini merupakan obat terpilih untuk
buktikan pernyataan tersebut. Luth (1960) mene-
anestesia lokal suntikan; namun kegunaannya ke-
kankan bahwa manlaat pengobatan dengan
mudian terdesak oleh obat anestetik lain, lidokain
prokain ini dasarnya adalah elek psikologik dan
yang ternyata lebih kuat dan lebih aman dibanding
bukan efek larmakologik,
dengan prokain.
FARMAKODINAMIK. Analgesia sistemik. Pada Garam prokain dengan obat lain. Prokain dapat
penyuntikan prokain SK dengan dosis 100-800 mg, membentuk garam atau konjugat dengan obat lain
terjadi analgesia umum ringan yang derajatnya ber- sehingga memperpanjang masa kerja obat ter-
banding lurus dengan dosis. Efek maksimal ber- sebut. Misalnya garam prokain penisilin dah prokain
langsung 10-20 menit, dan menghilang sesudah 60 heparin.
menit. Efek ini mungkin merupakan efek sentral, SEDIAAN DAN POSOLOGI. Prokain HClmerupa-
atau mungkin efek dari dietilaminoetanol yaitu hasil kan kristal putih yang mudah larut dalam air. Sedia-
hidrolisis prokain. Dietilaminoetanol ini juga bersifat an suntik prokain HCI terdapat dalam kadar 1-2 o/o
analgesik, antiaritmia, berelek anestetik lokal, dan dengan atau tanpa epinelrin untuk anestesia in-
antispasmodik yang lebih lemah daripada prokain. liltrasi dan blokade saral dan 5-20 % untuk aneste-
Antagonisme prokain - sulfonamid. Prokain dan sia spinal. Sedangkan larutan 0,1-0,2 o/o dalam
beberapa anestetik lokal lain dalam badan dihidro- garam faali disediakan untuk infus lV. Untuk anes-
lisis menjadi PABA (Para Amino Benzoic Acid), tesia kaudal yang terus menerus, dosis awal ialah
yang dapat menghambat daya kerja sulfonamid. 30 ml larutan prokain 1,5 %.
Oleh karena itu sebaiknya prokain dan anestetik
lokal derivat PABA lain tidak diberikan bersamaan
3.2. LIDOKAIN
dengan terapi sulfonamid. Anestetik lokal bukan
derivat PABA tidak menghambat kerja sulfonamid. FARMAKODINAMIK. Lidokain (xilokain) adalah
FARMAKOKINETIK. Absorpsi berlangsung cepat anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas
dari tempat suntikan dan untuk memperlambat ab- dengan pemberian topikal dan suntikan. Anestesia
sorpsi perlu ditambahkan vasokonstriktor. Sesudah terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih
Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik 241

ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain. Lidokain dapat pula digunakan untuk anes-
Lidokain merupakan aminoetilamid. Pada larutan tesia permukaan. Untuk anestesia rongga mulut,
0,5 % toksisitasnya sama, tetapi pada larutan 2 % kerongkongan dan saluran cerna bagian atas digu-
lebih toksik daripada prokain. Larutan lidokain 0,5% nakan larutan 1-4 % dengan dosis maksimal 1 gram
digunakah untuk anestesia inliltrasi, sedangkan sehari dibagi dalam beberapa dosis. Pruritus di
larutan 1,O-2 % untuk anestesia blok dan topikal. daerah anogenital atau rasa sakit yang menyertai
Anestetik ini efektif bila digunakan tanpa vasokon- wasir dapat dihilangkan dengan supositoria atau
striktor, tetapi kecepatan absorpsi dan toksisitasnya bentuk salep dan krem 5 %. Untuk anestesia sebe-
bertambah, dan masa kerjanya lebih pendek. Lido- lum dilakukan tindakan sistoskopi atau kateterisasi
kain merupakan obat terpilih bagi mereka yang hi- uretra digunakan lidokain gel2% dan sebelum dila-
persensitil terhadap prokain dan juga epinefrin. Li- kukan bronkoskopi atau pemasangan pipa endo-
dokain dapat menimbulkan kantuk. Sediaan beru- trakeal biasanya digunakan semprotan dengan
pa larutan 0,5-5 % dengan atau tanpa epinefrin. (1 : kadar 2-4 To.
50.000 sampai 1 : 200,000).
Aritmia iantung. Lidokain juga dapat menurunkan
FARMAKOKINETIK. Lidokain mudah diserap dari iritabilitas jantung, karena itu juga digunakan seba-
tempat suntikan, dan dapat melewati sawar darah gai antiaritmia. Pembahasan lebih lanjut untuk indi-
otak. Kadarnya dalam plasma letus dapat mencapai kasi ini dapat dilihat pada Bab 21.
60 % kadar dalam darah ibu. Di dalam hati, lidokain
mengalami dealkilasi oleh enzim oksidase fungsi
ganda (mixed-function oxidases) membentuk
monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid, yang kemu- 3.3. ANESTETIK LOKAL SINTETIK LAIN
dian dapat dimetabolisme lebih lanjut menjadi
monoetilglisin dan xilidid. Kedua metabolit mono- ANESTETIK LOKAL YANG DIBERIKAN SECARA
etilglisin xilidid maupun glisin xilidid ternyata masih SUNTIKAN
memiliki efek anestetik lokal. Pada manusia,75 %
dari xilidid akan diekskresi bersama urin dalam ben- DIBUKAIN. Derivat kuinolin ini, merupakan anesle-
tuk metabolit akhir, 4 hidroksi-2-6 dimetil-anilin. tik lokal yang paling kuat, paling toksik dan mem-
punyai masa kerja panjang. Dibandingkan dengan
EFEK SAMPING. Elek samping lidokain biasanya
prokain, dibukain kira-kira 15 kali lebih kuat dan
berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya
toksik dengan masa kerja 3 kali lebih panjang. Dibu-
mengantuk, pusing, parestesia, gangguan mental,
kain HCI digunakan untuk anestesia suntikan pada
koma, dan se2ures. Mungkin sekali metabolit lido-
kadar 0,05 - 0,1 ohi untuk anestesia topikal telinga
kain yaitu monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid ikut
0,5 - 2 %o', dan untuk kulit berupa salep 0,5 - 1 %.
berperan dalam timbulnya elek samping ini.
Dosis total dibukain pada anestesia spinal ialah 7,5
Lidokain dosis bedebihan dapat menyebab-
- 10 mg.
kan kematian akibat fibrilasi ventrikel, atau oleh
henti jantung. MEPIVAKAIN HCl.Anestetik lokal golongan amida
ini sifat larmakologiknya mirip lidokain. Mepivakain
lNDlKAS|. Lidokain sering digunakan secara sun-
digunakan untuk anestesia infiltrasi, blokade sarai
tikan untuk anestesia inliltrasi, blokade saraf , anes-
regional dan anestesia spinal, Sediaan untuk sun-
tesia epidural ataupun anestesia kaudal, dan
tikan merupakan larutan 1 ,0; 1 ,5 dan 2 o/0.
secara setempat untuk anestesia selaput lendir.
Pada anestesia inliltrasi biasanya digunakan larut- PIPEROKAIN HCl. Zat ini merupakan ester antara
an 0,25 - 0,50 % dengan atau tanpa adrenalin. asam benzoat dan etanolamin dengan atom N pada
Tanpa adrenalin dosis total tidak boleh melebihi 200 cincin metilpiperidin. Pada pemberian lV toksisitas-
mg dalam waktu 24 jam, dan dengan adrenalin tidak nya 3 kali prokain, tetapi pada pemberian SK toksi-
boleh melebihi 500 mg untuk jangfa waktu yang sitasnya sama. Kekuatan anestetik hampir sama
sama. Dalam bidang kedokteran gigi, biasanya di- dengan prokain. Piperokain HCI untuk pemakaian
gunakan larutan 1- 2 0/o dengan adrenalin; untuk topikal berupa larutan 2 % untuk kornea, salep 4 %
anestesia inliltrasi dengan mula kerja 5 menit dan untuk mata, larutan 2 dan 10 % untuk hidung dan
masa kerja kira-kira satu jam dibutuhkan dosis 0,5 tenggorok, dan larutan 1 - 4 % untuk saluran kemih,
- 1,0 ml. Untuk blokade saral digunakan 1 - 2 ml. Untuk blokade saraf digunakan larutan piperokain
242 Farmakologi dan Terapi

0,5 - 1 %, untuk anestesia kaudal yang lama dipakai mia ini mudah diatasi dengan pemberian biru-me-
dosis awal 30 ml larutan piperokain 1 - 1 ,S %. tilen intravena dengan dosis 'l -2 mg/tgAg larutan
1o/o dalam waktu 5 menit; namun elek terapeutiknya
TETRAKAIN. Tetrakain adalah derivat asam para- hanya berlangsung sebentar, sebab biru metilen
aminobenzoat. Pada pemberian lV, zat ini t 6 tati mungkin sudah mengalami bersihan, sebelum
lebih aktil dan lebih toksik daripada prokain. Obat semua methemoglobin sempat diubah menjadi Hb.
ini digunakan untuk segala macam anestesia; untuk Anestetik ini digunakan untuk berbagai macam
pemakaian topikal pada mata digunakan larutan anestesia suntikan dengan sediaan berkadar 1,0;
tetrakain 0,5 %, untuk hidung dan tenggorok larutan 2,O dan 3,0 %.
2 %. Pada anestesia spinal, dosis total 1O - 20 mg.
ANESTETIK LOKAL YANG DIBERIKAN SECARA
PRILOKAIN HCl. Anestetik lokal golongan amida
TOPIKAL.
ini efek farmakologiknya mirip lidokain, tetapi mula
kerja dan masa kerjanya lebih lama daripada lido- Beberapa anestetik lokal sangat toksik bila di-
kain. Prilokain juga menimbulkan kantuk seperti berikan secara suntikan, sehingga penggunaannya
lidokain, Sifat toksik yang unik ialah prilokain dapat terbatas pada pemakaian topikal di mata, selaput
menimbulkan methemoglobinemia; hal ini disebab- lendir atau kulit. Beberapa anestetik lokal yang lebih
kan oleh kedua metabolit prilokain yaitu orto-toluidin tepat untuk anestetik inflltrasi atau untuk blokade
dan nitroso- toluidin. Walaupun methemoglobine- saraf , digunakan juga secara topikal (Tabel 17-1).

Tabel 17-1. ANESTETIK LOKAL YANG DtcUNAKAN SECARA TOptKAL

Penggunaan pada
Nama obal Keterangan
Mata Telinga Hidung Tenggorok Uretra Rektum

Lilokain

LiCokain HCI

Dibukain Tidak menyebabkan midriasis

Tetrakain sda

Benoksinat Estr asam bnzoat


Dosis 1-2 tetes larutan 0,4 %

Kokain

Pramoksin Benluk losion, larutan, krem dan


gell%
Diklonin Bsntuk larutan 0,5-1 %. Mula
keria dan masa kerja mirip
prokain

Benzokain Obat ini diberikan sebagai larutan


minyak, salep atau supositoria

- : lidak dianjurkan atau lidak elektil


+ : biasa digunakan
Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik

Benzokain, absorpsinya lambat karena sukar ANESTESIA SPINAL


larut dalam air, sehingga relatif tidak toksik. Ben-
zokain dapat digunakan langsung pada luka den- Anestesia spinal (blokade subarakhnoid atau
gan ulserasi dan menimbulkan anestesia yang intratekal) merupakan anestesia blok yang luas.
cukup lama. Selain sebagai salep dan supositoria, Anestesia spinal yang pertama kali pada manusia
obat ini terdapat juga sebagai bedak. dikerjakan pada tahun 1899 oleh Bier, tetapi karena
angka kematian yang tinggi, teknik tersebul kemu-
dian tidak populer. Tetapi setelah diketahui efek
fisiologis dari anestetik lokal di dalam ruang sub-
4. TEKNIK PEMBERIAN ANESTETIK arakhnoid, kini bahaya tersebut dapat dicegah. Se-
LOKAL sudah penyuntikan intratekal, yang dipengaruhi
lebih dahulu yaitu saraf simpatis dan parasimpatis,
diikuti dengan saraf untuk rasa dingin, panas, raba,
4.1. ANESTESIA PERMUKAAN dan tekanan dalam. Yang mengalami blokade ter-
akhir yaitu serabut moloris, rasa gelar (vibratory
Larutan garam anestetik lokal tldak dapat me- sense) dan proprioseptif. Blokade simpatis ditandai
nembus kulit sehat. Larutan lidokain 2ok dalamkar- dengan adanya kenaikan suhu kulit tungkai bawah.
boksimetilselulosa digunakan untuk menghilang- Setelah anestesia selesai, pemulihan terjadi den-
kan nyeri di selaput lendir mulut, faring dan eso- gan urutan yang sebaliknya, yaitu lungsi motoris
fagus. Anestetik lokal yang tidak larut merupakan yang pertama kali pulih kembali.
sediaan terpilih untuk menghilangkan nyeri pada
luka, ulkus dan luka bakar. Sediaan ini aman, dan LAMANYA ANESTESIA. Di dalam cairan serebro-
pada kadar yang tepat tidak akan mengganggu spinal, hidrolisis anestetik lokal berlangsung lam-
proses penyembuhan luka. bat. Sebagian besar anestetik lokal meninggalkan
ruang subarakhnoid melalui aliran darah vena se-
dangkan sebagian kecil melalui aliran getah bening.
4.2. ANESTESIA INFILTRASI Lamanya anestesia tergantung dari kecepatan obat
meninggalkan cairan serebrospinal. Anestesia de-
Tujuan teknik ini untuk menimbulkan aneste- ngan prokain berlangsung rata-rata 60 menit, de-
ngan tetrakain 'l 20 menit, dan dengan dibukain 180
sia ujung saraf melalui kontak langsung dengan
obat. Larutan obat ini disuntikkan secara intrader- menit. Lamanya anestesia dapat diperpanjang de-
mal atau SK. Cara aneslesia infiltrasi yang sering ngan meninggikan kadar obat yang disuntikkan,
digunakan yaitu blokade lingkar (ring block). Den- menambahkan vasokonstriktor misalnya epinefrin
gan cara ini obat disuntikkan SK mengelilingi 0,2-0,5 mg atau tenilelrin 3-10 mg; atau rheng-
gunakan aneslesia spinal kontinyu.
daerah yang akan dioperasi, terjadi blokade saral
sensoris secara efektif di daerah yang akan di- DEBAJAT ANESTESlA.Anestetik lokal biasanya
operasi. Campuran dengan epinefrin tidak dianjur- disuntikkan ke dalam ruang subarakhnoid di antara
kan pada blokade lingkar untuk anestesia lari atau konus medularis dan bagian akhir dari ruang sub-
penis, agar tidak terjadi iskemia setempat. arakhnoid untuk menghindari kerusakan medula
spinalis. Pada orang dewasa, obat anestetik lokal
disuntikkan ke dalam ruang subarakhnoid antara Le
4.3. ANESTESIA BLOK dan Ls; dan biasanya antara Ls dan La. Untuk men-
dapatkan blokade sensoris yang luas, obat harus
Bermacam-macam teknik digunakan untuk berdifusi ke atas, dan hal ini tergantung pada
mempengaruhi konduksi saral olonom maupun banyak faktor, antara lain posisi pasien, dan berat
somatis dengan anestesia lokal. Hal ini bervariasi jenis obat.
dari blokade pada saral tunggal, misalnya saral
oksipital, p/exus brachialis, plexus celiacus dan Berat jenis. Berat jenis (BJ) suatu larutan anestetik
lain-lain sampai ke anestesia epidural dan anes- lokal dapat diubah-ubah dengan menukar komposi-
tesia spinal. Cara ini dapat digunakan pada tindak- sinya. BJ normal cairan serebrospinal ialah 1,007.
an pembedahan maupun untuk tujuan diagnostik Larutan anestetik lokal dengan BJ yang lebih besar
dan lerapi. dari 1,007 disebut larutan hiperbarik, hal ini dapat_
244 Farmakologi dan Terapi

dicapai dengan jalan menambah glukosa ke dalam akibat kelumpuhan serabut motoris. Gejala timbul-
larutan; sebaliknya bila anestetik lokal dilarutkan ke nya kelumpuhan napas ialah berkurangnya perna-
dalam larutan NaCl hipotonis atau air suling akan pasan torakal disertai dengan meningkatnya kegiat-
didapat larutan hipobarik. BJ dari berbagai larutan an diafragma, suara bising yang diikuti dengan hi-
obat yang biasanya digunakan ialah : langnya suara, dilatasi cuping hidung, dan diguna-
kannya otot napas tambahan. Pertolongan penting
pada keadaan ini ialah napas buatan, sedangkan
Obat Konsentrasi BJ obat tidak berfaedah. Frekuensi terjadinya pneu-
monia dan atelektasis pasca bedah sama besar
tetrakain o,5 % 1,021 pada aneslesia spinal dan anestesia umum.
(dengan dekstrosa 5 %)
prokain dalam CSS 2,5 % 1 ,010 SISTEM KARDIOVASKULAR. Anestesia spinal
prokain dalam CSS 5% 1 ,014
menyebabkan vasodilatasi arteriol di daerah tempat
serabut eleren simpatis mengalami blokade.
dibukain 1 : 1.500 1,003
Blokade pada impuls tonus konstriktor pembuluh
(dalam larutan NaCl0,45 %)
vena dapat menyebabkan penurunan tonus pem-
dibukain 2,5 % 1,020 buluh darah vena, sehingga terjadi pengumpulan
(dengan dekstrosa 5 %) darah di daerah pasca-arteriol dan berakibat alir
balik vena ke jantung berkurang. Curah jantung dan
curah sekuncup berkurang dan tekanan darah me-
nurun. Adanya refleks kompensasi menyebabkan
Posisi pasien. Distribusi anestesia dapat diatur vasokonstriksi pembuluh darah didaerah yang tidak
dengan mengatur posisi pasien dan dengan mem-
mengalami anestesia. Hipotensi dipermudah oleh
perhatikan berat jenis obat yang digunakan. Misal-
perubahan posisi pasien yang dapat menurunkan
nya, bila diperlukan anestesia bagian bawah badan,
aliran darah balik vena, juga bila sebelumnya lelah
pasien harus dalam sikap duduk selama penyun-
ada hipertensi atau hipovalemi, adanya kehamilan,
tikan larutan hiperbarik dan 5 menit sesudahnya, pasien usia lanjut, dan penggunaan obat-obat yang
atau pasien dalam posisi berbaring dengan kepala
dapat menekan keaktilan simpatis.
lebih rendah daripada kaki selama penyuntikan
dengan larutan hipobarik. Pencegahan dan pengobatan hipotensi arterial.
Tindakan rasional pada pencegahan atau peng-
Jumlah obat. Masih sukar ditentukan apakah jum-
obatan hipotensi akibat anestesia spinal didasarkan
lah obat yang disuntikkan turut mempengaruhi dis-
atas mekanisme yang menyebabkan hipotensi ter-
tribusi anestesia ini. Pernyataan yang menyangkut
sebut. Penurunan alir balik vena dapat diatasi de-
laktor ini umumnya didasarkan atas kesan dan ngan meninggikan letak kaki, atau sebelum anes-
bukan atas dasar pengukuran.
tesia kedua kaki diikat dengan balut elastik untuk
PERNAPASAN. Pada blokade sensoris setinggi mencegah pengumpulan darah di tempat tersebut.
Te, ventilasi alveolar, tidal volume dan lrekuensi Obat simpatomimetik dapat diberikan secara lM, 5
napas tidak banyak dipengaruhi, karena otot napas menit sebelum dilakukan anestesia untuk memper-
interkostal bagian atas dan otot dialragma masih kecil kemungkinan terjadinya hipotensi, atau secara
baik. Tetapi pada anestesia spinal didapati penu- lV bila telah terjadi hipotensi. Pada anestesi spinal,
runan kapasitas vital dan kapasitas napas maksi- bila tekanan darah turun sekitar 25 % dari nilai
mum (maximum breathing capacity). Apabila dia- normal, maka keadaan ini harus diatasi, Pertama
lragma tidak dapat bergerak (misalnya pada emli- pasien ditidurkan dengan posisi kepala agak'lebih
sema), maka akan terjadi gangguan napas berat rendah, serta diberi oksigen. Vasopresor dapat di-
akibat paralisis otot interkostal. Posisi penderita berikan secara intravena dengan dosis kecil tetapi
(misalnya pada posisi lateral dekubitus disertai de- jangan terlalu diandalkan. Penggunaan sediaan
ngan lleksi) akan mengurangi pertukaran udara per- agonis a- adrenergik misalnya metoksamin dan
napasan. Henti napas dapat timbul bila terjadi insu- fenilefrin lebih baik dihindarkan. Kedua obat ini me-
lisiensi peredaran darah ke batang otak akibat hipo- ningkatkan resistensi pembuluh darah tepi yang
tensi berat. Keadaan ini bukan disebabkan oleh akhirnya meningkatkan beban hilir; sehingga
elek anestetik lokal pada batang otak melainkan miokard yang sudah menderita gangguan akibat
Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik
245

menurunnya beban hulu dapat mengalami serang_


an gagaljantung akut. Obat-obat yarig dap perubahan tekanan darah, Tetapi
meninggikan bila hipotensi
tekanan darah dengan cara meningkitkan cukup berat sehingga mengurangi
aliran darah gin_
frekuen- jal, maka akan terjadi p"nrrnuniittra"i jtorn"rrrrs,
si denyut jantun g sebaiknya
1u g a 1a-n g an Ji g, n utun. disusul oliguria; namun viabilitas glomlrulus
Sedangkan obar_ obat yang'b"l"i"t dan
ino,roi,x poritr sel-sel tubuli umur
kegunaannya juga terbatas setama
uri, Lliix u"n" hanya bersira,
tidak mencukupi. Vasopresor yang paling
tungkan ialah yang berefek mLnuiunt
mengun_ "",,",X]i#n,i. ffiih 8,;T:ilJll
aliran darah ke ginjal membaik.
an"kapasitas
vena (venous comptiance). Sementara
O"ir* uO" KOMpLtKASt NEUROLOGTS. Saat
ini gangguan
vasopresor yang bekerja semata_mata neuro.logik akibat penggunaan anesleJia
terhadap sir-
kutasi vena, maka obat_oo"t r"p"iii spinal
rerJntermin harnpir tidak terjadi. Biti gangguan
dan efedrin bermanfaat. Obat-obat n"rroiogiX t"r_
ini irgu ;"ruf"k jadi, pertama-tama harus Oipilirfun
inotropik positil; tetapi tanpa Oir"riui"gunggrun pu"V"'OuO fuin.
neurotogik akibat anesteri-rpinul
yang berarti yang disebabkan ^9Tqgr3l O"p"t
oleh peniriglian
' re' re_ terjadi dalam 2 bentuk ialah segera
sistensi pembuluh darah tepi. ' lambat
Jtu, tirOrl
beberapa hari/minggu rJ.uO"n- tinOut
Selain obat diatas, hipotensi akibat un
hipovo- anestesia. Komplikasi akut mungkin
lemia yang terjadi sewaktu anestesi disebabkan
oleh suntikan anestetik lokal yang
dapat diperbaiki dengan pemberian "pinuf irg" sik atau akibat anestetik lokal yan-g
ier"ifuinltotox_
infus larutan tiOaf, nl"totof,rif
garam-berimbang (balanced dalam jumlah besar. Tetrakiln, -prot<ain
salt solution; secara
cepat, dalam jumlah 1,5 - 2 liter atau
lebih. Dlngan lidokain tidak bersifat neurotoksik't<atau
,"rprn
cara ini maka curah jantung akan kembali zai nemo-
mening_ toksisitas ini disebabkan obat tersebut
kal sesuai dengan penambahan aliran dluntit<kan
balik vena, sedemikian rupa sehingga akson
tetapi peningkatan curah jantung ini saraf dan meOula
luga Jisertai spinalis terpajan obat secara berlebihan,
den gan terjadinya h emodilL si sen'i n g gf;; dan
bukan
Ji or<si- pula sebagai reaksi alergis. eenyeOaO
gen sebenarnya berkurang (tidak gunggr"n
n-ormal). pem_ akut yang tain yaitu at<ioit trauma fungJ;g
berian cairan intravena dalam jumlah puo"
Oesar luga serabut saraf sewaktu dilakukan pungriiumO"at
dapat meningkatkan kejadian ietensi utau
rrln-ou."" ditempat keluarnya saral dari ,rung
bedah., sehingga dipertukan tindakan .ubuiut<'nnoiO
kui"i"ri!u.i. melalui duramater. Kerusakan .uruf p"J"
Apabila pada anestesia spinal tidak ewinl sangat jarang terjadi. cunggrui n"rrllogik
premedikasi dengan obat penghambat
diberikan ""ra"
muskarinik, yang berlangsung lambat biasanyl
maka dapat terjadi bradikardi yang OiseOaOtan akibai arath_
oten noiditis kronis.
2 hat : (1 ) adanya btokade
paja sJraout Setiap tindakan pungsi lumbal mungkin
jantu n g pragan g ion (2) "t.J"r",ol. , diser_
I; respons t"rn"Oupi"r-"pror. ta,i dengan timbutnya.sakit kepata ya;; japat
Jeqangan
intrinsik (intrinsic stretch receptof yang hilang bila penderita tiduran. tnsioens
terletak di jantung kanan. suf,li f
ini rupanya berkaitan dengan ukuran j";;;;""g "para
Aliran darah koroner akan berkurang digunakan. Bila digunakan jarum
seban- uf,urun iS rnuX"
ding dengan penurunan tekanan aorta. pala orang sakit kepala yaitu 1 o/o utu, f,rr"ng.
normal, hal ini tidak akan mengganggu lnsyCels
yanya jangan menggunakan jarum
i"yog-
fungsi mio_ Oenga"n ukuran
kard karena disamping ueuanlaniring '
;Z;rrrn, lebih besar dari no. 22 padaanestesi
,pr:nut.-
kebutuhan miokard terhadap ot<sigen
rang akibat adanya penurunan beban
ir.rg"-;"*r- DOSIS DAN LAMANYA ANESTESTA.
hiir, beban Dosis obar
hulu dan bradikardi. yang digunakan dalam anestesi
spinal sangat ber-
Adanya mekanisme otoregulasi pada variasi, antara lain tergantung dari
sistim volumJ ,rung
serebrovaskular mengakibatkan aliran subarakhnoid (direntukan oleh finggi
darah sere- OuOun JJ"nl,
bral dapat dipertahankan dalam batas_batas-nor- tin g gi-rendahnya segmen daeraliinest"ri
iung oi
mal, walaupun mungkin terjadi hipotensi dan lamanya anestesi yang Oipertut<an.
selama 11.Oi1tan
anestesi spinal. Tetapi bila tekanan aorta wataupun ada 4 macam ooat anesteJi
menurun t;;';;p",
digunakan untuk anestesi spinal, yaitu piof<ain,
salnqai 55-60 mmHg, maka aliran darah fiOo_
serebral kain, tetrakain,
mulai terganggu yang ditandai dengan ,"r" dan bupivakain, n"rnrn nunyu
r"nruf, lidokain dan tetrakain yang digunak"n
muntah dan sinkop, .""uralru,
oengan konsentrasi masing_masing
Adanya mekanisme otoregulasi pada tidak melebihi
sislem 5 % (tidokain) dan 0,5 % (teirakain)leir"
renovaskuler dapat membantu kompensasi
terha-
Jip"iiri""
operasi daerah toraks yang tinggi,
dapat digunakan
246 Farmakologi dan Terapi

lidokain sebanyak 100 mg atau tetrakain sebanyak Fluang di antara kedua lapisan ini disebut ruang epi-
16 mg. Lamanya anestesi spinal ditentukan oleh dural, yang berisi semiliguid fat dan pleksus vena.
kecepatan absorpsi obat tersebut dari ruang sub- Ruang epidural ini berbeda-beda luasnya; dan yang
arakhnoid, medula spinalis, dan difusi sesudahnya paling luas setinggi L2 yang kira- kira meliputi sepa-
(aftr diffusion) melalui duramater dan ruang epi- ruh dari garis tengah kanalis spinalis. Saraf spinalis
dural. Dengan demikian lamanya anestesia akan menembus ruangan ini setelah radiks anterior dan
memendek sejalan dengan luasnya ruang subara- radiks posterior bersatu di dalam ruang subarakh-
khnoid yang berkontak dengan zal anestetik, Selain noid dan menjadi duramater. Kantong duramater
itu lamanya anestesia juga tergantung dari sitat berakhir pada batas bawah vertebra Sz; dengan
lipofilisitas zat anestetik yang bersangkutan, misal- demikian seluruh kanalis sakralis di bawah batas Sz
nya tetrakaln yang sangat larut lemak akan menim- tersebut merupakan ruang epidural.
bulkan anestesia selama 2-3 jam, dan dapat diper-
panjang sampai 30 % bila ditambahkan epinefrin TEKNIK. Suntikan dilakukan di bawah L2. Aneste-
0,2 - 0,5 mg. Sebaliknya dengan lidokain yang sia epidural segmental dapat dikerjakan dengan
kurang larut lemak, aneslesi hanya berlangsung menyunlikkan jarum pada ruang yang diinginkan.
selama 'l jam dan tidak dapat diperpanjang dengan Masuknya jarum dalam ruang epidural dapat mu-
penambahan epinefrin. dah dikontrol dengan berbagai cara berdasarkan
adanya tekanan negatif di dalam ruang epidural
EVALUASI ANESTESTA SPtNAL. Anestesia spinat tersebut. Epinefrin yang digunakan untuk memper-
modern merupakan suatu teknik yang aman dan panjang waktu anestesia tidak mempengaruhi anal-
elektif. Anestesia spinal ini sangat bermanfaat gesia. Untuk blokade simpatis digunakan larutan
unluk operasi perut bagian bawah, perineum atau lidokain 0,5 - 1 %; blokade sensoris dengan larutan
tungkai bawah. Teknik ini sering pula dikombinasi- lidokain 1 - 1,5 0h dan blokade motoris dengan
kan dengan pemberian obat secara intravena untuk larulan 2 ok.
menimbulkan sedasi dan amnesia. Dengan aneste_ Pemilihan obat yang digunakan pada anestesi
sia spinal yang rendah, kemungkinan terjadinya epidural terutama tergantung dari berapa lama
gangguan proses lisiologis menjadi lebih kecil di_ waktu yang diperlukan untuk operasi tersebut. Bila
bandingkan dengan anestesia umum. Tetapl hal ini operasi memerlukan waktu yang lama, bupivakain
tidak.lagi berlaku untuk aneslesia spinal yarie tinggi. merupakan obat pilihan, lidokain untuk operasi den-
Blokade simpatis yang menyertai tingkat (derajat) gan jangka waktu yang sedang, dan untuk operasi-
anegtesia spinal yang cukup tinggi untuk tindakan operasi yang singkat dipilih kloroprokain.
operasi perut bagian tengah dan atas begitu eksten-
silnya, sehingga secara fisiologis anestesia spinal EFEK ANESTESIA LOKAL DALAM RUANG
rendah dan anestesia spinal tinggi, merupakan EPIDURAL. Tempat kerja obat anestetik yang di-
teknik yang jelas-jelas berbeda yang salu sering masukkan di dalam ruang epidural belum seluruh-
dianjurkan sedangkan yang lainnya jarang. Aneste- nya diketahui, tetapi mungkin pada : (1 ) saral cam-
sia umum ditambah pemberian pelumpuh otot me- puran di dalam ruang paraverlebral; (2) radiks saraf
rupakan tindakan yang lebih menguntungkan. yang terbungkus dura di dalam ruang epidural; (3)
radiks saraf di ruang subarakhnoid sesudah obat
ANESTESIA EPIDURAL mengadakan dilusi melalui dura; dan (4) akson
saral sendiri (neuroaxis).
Anestesia epidural merupakan suatu anes- Proses difusi zat anestetik lokal di sepanjang
tesia blok yang luas, yang diperoleh dengan jalan ruang epidural dan melalui foramen intervertebralis
menyuntikkan zat anestetik lokal ke dalam ruang atau melalui dura ke dalam ruang subarakhnoid
epidural. Dengan teknik ini anestesia bagian sen- lambat, karena itu terdapat masa laten antaia pe-
soris dapat diperluas sampai setinggi dagu. pada nyuntikan obat dan terjadinya aneslesia. Untuk
cara ini dapat digunakan dosis tunggal atau dosis mendapatkan anestesia yang lengkap diperlukan
yang diberikan secara terus menerus. waktu antara 15 sampai 30 menit.
ANATOMI. Pada foram6n magnum, duramater ter- UNTUNG-RUGI ANESTESIA EPIDURAL. Aneste.
bagi menjadi dua lapisan. Lapisan dalam menjadi sia epidural memberikan sebagian besar keuntung-
duramater medula spinalis dan lapisan luar mem- an yang dimiliki oleh anestesia spinaltetapi banyak
bentuk periosteum yang dibatasi kanalis spinalis. pula kerugiannya. Keuntungan utama yaitu obat
Kokain dan Anstetik Lokal Sintetik 247

tidak masuk ruang subarakhnoid; dengan demikian ANESTESIA KAUDAL


timbulnya sakit kepala dan gejala neurologis lainnya
dapat dihindarkan. Anestesia segmental juga lebih Anestesia kaudal yaitu bentuk anestesia epi-
mudah dikerlakan dengan anestesia epidural. Keru- dural yang larutan anestetiknya disuntikkan ke
sakan'teknis mungkin merupakan kerugian utama dalam kanalis sakralis melalui hiatus sakralis. Ada
pada anestesia epidural ini, sedang kerugian yang dua bahaya utama pada teknik ini, yaitu : (1) jarum
kedua yaitu diperlukannya obat dalam jumlah masuk ke dalam pleksus vena yang terletak sepan-
besar, dengan kemungkinan adanya absorpsi sis- jang kanalis sakralis yang berakibat masuknya obat
temik yang lebih besar pula. Somnolen yang sering ke vena; dan (2) iarum menembus duramater diser-
timbul pada anestesia dengan lidokain mungkin tai dengan anestesia spinal yang luas, Biasanya
sekali disebabkan oleh absorpsi yang besar ini. digunakan lidokain, mepivakain, atau piperokain 1 -
Untuk mendapatkan analgesia bedah diperlukan 1,5 % di dalam larutan garam faal sebanyak 30 ml.
waktu 15- 20 menit. Pengaruh terhadap sirkulasi Untuk menghambat absorpsi sistemik sering ditam-
dan pernapasan mirip keadaan yang disebabkan bahkan larutan epinefrin (1 : 100.000)'
oleh anestesia spinal.
248
Farmakolqi dan Terapi

V. AUTAKOID DAN ANTAGONIS

Dalam seksi ini akan dibicarakan histamin, sik dibicarakan pada Bab 26, sedangkan antagonis
serolonin dan antagonisnya serta obat yang mem- angiotensin dibahas pada Bab 22 yaitu dalam
pengaruhi autakoid. Prostaglandin sebagai oksito- kelompok Antihipertensi.

18. HISTAMIN DAN ANTIALERGI


Udin Sjamsudin dan Hedi R Dewoto

1. Histamin 2,1. Antihistamin penghambat reseptor H1


1.1. Sejarah 2.2. Antihistamin penghambat reseptor H2
1.2. Kimia
2.3. Pemilihan sediaan
1.3. Farmakodinamik
1.4. Histamin endogen
1.5. Histamin eksogen
3. Antialergi lain
3.1. Natrium kromolin
2. Antihistamin 3.2. Ketotifen

1. HISTAMIN amino histidin oleh pengaruh enzim histidin dekar-


boksilase. Rumus bangunnya dapat dilihat pada
Gambar 18.1.
1.1. SEJARAH

Histamin dan asetilkolin mempunyai persama_ HN-


an sejarah yaitu disintesis secara kimia lebih dahulu
sebelum dikenal silat-sifat biologiknya; keduanya
(,'_ll cHz-cHz- N(H
pertama kali diisolasi dari ekstrak ergot, Histamin
dan asetilkolin kemudian terbukti dihasilkan oleh
baheri yang mengkontaminasi ergot. pada awal Gambar 18.1. Hlstamin
abad ke 19 histamin dapat diisolasidarijaringan hati
dan paru-paru segar. Histamin juga ditemukan pada
berbagaijaringan tubuh, oleh karena itu diberi nama
histamin (histos - jaringan). Kemudian terbukti bah- 1.3. FARMAKODINAMIK
wa pada penggoresan kulit dilepaskan zat yang
silatnya mirip histamin (H-subtance) yang kemu_ RESEPTOR HISTAMIN
dian terbukti histamin.
Histamin berinteraksi dengan reseptor
spesifik pada berbagai jaringan target. Reseptor
1.2. KtMtA histamin dibagi menjadi histamin 1 (Hr) dan his-
tamin 2 (Hz). Pengaruh histamin terhadap sel dari
Histamin atau beta-imidazoliletilamin ialah berbagai jaringan tergantung pada lungsi sel dan
4(2-aminoetil)- imidazol, yang dibentuk dari asam rasio reseptor Hr : He.
H istamin dan Antiaterg i
249

Aktivasi reseptor Hr menyebabkan kontraksi


venul dan arteriol terminal akibat efek langsung
otot polos, meningkatkan permeabilitas pembuluh his_
tamin, Daerah tersebut dalam satu menit
darah, dan sekresi mukus. Sebagian Oari menladi
efef terse_ kebiruan atau tidak jelas lagi karena aOanya
but mungkin diperantarai oleh -peningk atan uOem;
cyclic (2) flare, berupa kemerahan yang lebih
guanosine monophosphate (cGMp) ji terang Oe-
dalam set. ngan bentuk tidak teratur dan menyebar t
Histamin juga berperan sebagai 1_3 cm
neurotransmiter sekitar bercak awal. lni disebabkah oleh
dalam susunan saraf pusat. dilatasi
arteriol yang berdekatan akibat refleks
akson; (3)
. Aktivasi reseptor Hz terutama menyebabkan
sekresi asam lambung. Selain itu juga ud_em setempat (wheat) yang dapat
dilihat setelah
berperan 1-2 menit pada daerah bercak awal. Udem
dalam menyebabkan vasodilatasi Oan fLsfrrng. ini ,"_
His_ nunjukkan meningkatnya permeabilitas
tamin menstimulasi sekresi asam lambunj, oleh his-
rn"- tamin.
ningkatkan kadar cAMp dan menurunkan"kadar
c!MP, sedangkan antihistamin Hz memblokade Pembuluh darah besar. Histamin cenderung
me-
efek tersebut. pada otot polos bronkus aktivasi nyebabkan konstriksi pembuluh darah besar yang
reseptor Hr oleh histamin menyebabkan intensitasnya berbeda antar spesies. pada
bronko_ bina_
konstriksi sedangkan aktivasi ,"""pto, tang mengerat, konstriksi juga terjadi pada pem_
Hz oten
agonis reseptor He akan menyebabkan buluh yang lebih kecil, bahkan paOa Oosis yang
relaksasi.
Selain itu telah ditemukan pula reseptor besar vasokonstriksi menutupi efek vasodilatasi
H3, ka-
berfungsi menghambat saraf koiinergik Oan piler sehingga justru terjadi peningkatan
non_ resistensi
kolinergik yang merangsang saluran-napas. perifer.
Blo-
kade terhadap reseptor inihembatasi
t!4aOinya Jantung. Histamin mempengaruhi langsung
bronkokonstiksi yang diinduksi oten nistamin. kon_
traktilitas dan elektrisitas jantung. OOat i-ni ,""rp"r_
SISTEM KARDTOVASKULAR. Ditatasi cepat depolarisasi diastol di nodus SA sehingga
kapiter.
EJek histamin yang terpenting pada frekuensi denyut jantung meningkat. Histamin juga
manusia'ialah
dilatasi kapiler (arteriol dan venul), Oengan memperlambat konduksi AV, meningkatkan
at iOut auto_
kemerahan dan rasa panas di wajah- (btushing matisitas jantung sehingga pada dosis tinggi
dapat
a.rea), menurunnya resistensi perifer menyebabkan aritmia. Semua efek ini
dan tekanan terllii meta-
darah. Afinitas histamin terhadap reseptor lui perangsangan reseptor Hr di jantuni,
Hi kecuali
kuat, efek vasodilatasi cepat timbul j"n "rut perlambatan konduksi AV yang tLr;aOi
iewat pe_
U"riung-
sung singkat. Sebaliknya pengaruh histamin rangsangan reseptor H2.
terha_
dap reseptor He, menyebabkln vasodilut"rl-Vung Tetapi dosis konvensional histamin lV tidak
timbul lebih lambat dan berlangsung lebilr menimbulkan efek yang nyata terhadap jantung.
lama.
Akibatnya pemberian AHr, dosiJkeciinanya Bertambahnya lrekuensi denyut jantung
Oapat Oan curan
menghilangkan elek dilatasi oleh histamin jantung pada pemberian infus
datam trljtamin iiseUuOL"n
kecil, sedangkan efek histamin Oafam;umUn oleh relleks kompensasi terhadap p"nrrrn"n
irT!"l.r tekanan darah.
lebih besar hanya dapat dihambat oten
t<omOinasi
AHr dan AHe. Tekanan darah. pada manusia dan beberapa
Permeabilitas kapiler. Histamin meningkatkan spesies lain, dilatasi arteriol dan kapiler akibat
hista_
permeabilitas kapiler dan ini merupakan min dosis sedang menyebabkan penurunan
Jt"t ,"- an, darah sistemik yang kembaii normal
tekan-
kunder terhadap pembuluh darah kecil. setelah
nf,iO"iny"
protein.dan cairan plasma keluar te_rjadi refleks kompensasi atau setelah
ke ruangan eks_ histamin
trasel dan menimbulkan udem. Elek ini jeLs dihancurkan. Bila dosis histamin sangat
dise_ Oesaimafa .
babkan oleh peranan histamin terhadap hipotensi tidak dapat diatasi Oan Oaiat terlaOi
,"r"pto, syof
Hr. histamin.

Triple response. Bila histamin disuntikkan OTOT POLOS NONVASKULAR. Hisramin me-
intrader_ rangsang atau menghambat kontraksi berbagai
mal pada manusia akan timbul tiga tanda otot
tnas yang polos. Kontraksi otot polos terjadi akibat
disebut tiple response dariLewls, yaitu: (1) Jktivasi
Oercaf< reseptor Hl, sedangkan relaksasi otot polos
merah setempat beberapa mm sekeliling seba_
tempat gian besar akibat aktivasi reseptor Hz. 'pada
suntikan yang timbul beberapa Cetit setelih orang
,rntik- sehat bronkokonstriksi akibal histamin tidak
an. Hal ini disebabkan oteh dilatasi lokal t<apiter, begitu
nyata, tetapipada pasien asma bronkial;;;
;;y"_
250
Farmakologi dan Terapi

kit paru lain elek ini sangat jelas. Histamin menye- mungkin berperan dalam regulasi mikrosirkulasi
babkan bronkokonstriksi pada marmot walaupun dan dalam fungsi SSp.
dengan dosis kecil, sebaliknya histamin menyebab_
kan relaksasi bronkus domba dan trakea iucing. DISTRIBUSI. Histamin terdapat pada hewan antara
Histaniin pada uterus manusia tidak menimbulkan lain pada bisa ular, zat beracun, bakteri dan tanam_
efek oksitosik yang berarti, an. Hampir semua jaringan mamalia mengandung
prekursor histamin. Kadar histamin paling tinggi di_
KELENJAR EKSOKRIN. Ketenjar tambung. His-
temukan pada kulit, mukosa usus dan paru_paru,
tamin dalam dosis lebih rendah daripada yang ber-
pengaruh terhadap tekanan darah akan mening- SUMBER, StNTES|S DAN pENylMpANAN. Hista_
katkan sekresi asam lambung. Komposisi cairan min yang asal makanan atau yang dibentuk bakteri
lambung ini berbeda-beda antar spe"ies dan pada usus bukan merupakan sumber histamin endogen
berbagai dosis. Pada manusia histamin menyebab_ karena sebagian besar histamin ini dimetabolisme
kan pengeluaran pepsin, dan faktor intrinsik Casfle dalam hati, paru-paru serta jaringan lain dan dike_
bertambah sejalan dengan meningkatnya sekresi luarkan melalui urin. Setiap sel jaringan mamalia
HCl. lniakibat perangsangan langsung teihadap sel yang mengandung histamin, misalnya leukosit, da_
parietal melalui reseptor Hz. perangsangan fisio_ pat membentuk histamin dari histidin. Enzim pen-
logis ini melibatkan juga asetilkolin yang dilepaskan ting untuk sintesis histamin ialah L-histidin dekar-
selama aktivitas vagus, dan gastrin. lrlaka setelah boksilase. Depot utama histamin ialah masf cel/
vagotoml atau pemberian atropin, efek histamin dan juga basofil dalam darah. Histamin disimpan
akan menurun. Selain itu blokade reseplor He tidak sebagai kompleks dengan heparin dalam secretory
hanya menghambat produksi asam lambungletapi granules. Laju malih histamin dalam depot ini lam_
juga mengurangi efek gastrin atau aktivitas bat. Apabila terjadi pengosongan, baru setelah be_
vagal,
berapa minggu dapat terisi kembali. Histamin juga
Kelenjar lain. Histamin meninggikan sekresi kelen_
jar liur, pankreas, bronkial dan air mata letapi terdapat dalam jumlah besar di sel epidermis dan
mukosa usus dengan laju malih yang cepat.
umumnya efek ini lemah dan tidak tetap.
FUNGSI HISTAMtN ENDOGEN. Reaksi anafitak_
UJUNG SARAF SENSOR|S. Nyeri dan gatal,
Flare oleh histamin disebabkan oleh pengarrihnya
sis dan alergi. Reaksi antigen-antibodi (antibodi
pada ujung saral yang menimbulkan refleis akson.
lgE) menyebabkan kulit melepaskan histamin se-
hingga terjadi vasodilatasi, gatal dan udem. peng_
lni merupakan kerja histamin merangsang reseptor
lepasan histamin selama terjadinya reaksi anti-
Hr di ujung saraf sensoris. Histamin iniradermal
gen-antibodi telah diperlihatkan oleh beberapa pe_
dengan cara goresan, suntikan atau iontoforesis
neliti. Hipotesis yang menyatakan bahwa histamin
akan menimbulkan gatal, sedangkan pemberian SK
merupakan perantara terjadinya fenomena hiper_
terutama dengan dosis lebih tinggi akan menim_
sensitivitas telah mapan.
bulkan nyeri disertai gatal.
Selama reaksi hipersensitivitas selain hista-
MEDULA ADRENAL DAN GANGLIA. Setain me- min dilepaskan juga autakoid lain misalnya seroto_
rangsang ujung saraf sensoris, histamin dosis besar nin, kinin plasma dan s/ow reacting subslance
juga langsung merangsang sel kromafin medula (SRS). Pada mamalia histamin menimbulkan anafi-
adrenal dan sel ganglion otonom. pada pasien leok_ laksis, pruritus, urtikaria, angioudem dan hipotensi,
romositoma pemberian lV histamin akan mening_ sedangkan kolaps vaskuler disebabkan oleh kinin
katkan tekanan darah. plasma dan bronkospasme oleh SRS.

Penglepasan histamin oleh zat kimia dan obat.


Banyak obat atau zat kimia bersilat antigenik ie-
hingga akan melepaskan histamin dari mast cell
1.4. HISTAMIN ENDOGEN dan basofil, Zat-zattersebut ialah : (1 ) enzim kimo_
tripsin, loslolipase dan tripsin; (2) beberapa surface
Histamin berperan penting dalam fenomena
a.ctive agents misalnya detergen, garam empedu
lisiologis dan patologis terutama pada analilaksis,
dan lisolesitin; (3) racun dan endotoksin; (4) poli_
alergi, trauma dan syok. Selain itu lerdapat bukti
peptida alkali dan ekstrak jaringan; (5) zat dengan
bahwa histamin merupakan mediator teralhir datam
berat molekul tinggi misalnya ovomukoid, zimosan,
respons sekresi cairan lambung; histamin juga
serum kuda, ekspander plasma dan polivinilpiro-
Histamin dan Antialergi 251

lidon; (6) zat bersifat basa misalnya morfin, kodein, sien sirosis hepatis, kadar histamin dalam darah
antibiotik, meperidin, stilbamidin, propamidin, dime- arteri akan meningkat setelah makan daging, se-
tiltubokurarin, d-tubokurarin, dan (7) media kontras. hingga meningkatkan kemungkinan terjadinya
Pembebas histamin yang banyak diteliti ialah tukak peptik.
48/80. Beberapa detik setelah pemberian 48/80 lV
pada manusia akan timbul gejala seperti terbakar FARMAKOKINETIK. Histamin diserap secara baik
dan gatal-gatal. Gejala ini nyata pada telapak ta- setelah pemberian SK atau lM. Efeknya tidak ada
ngan, muka, kulit kepala dan telinga, diikuti dengan
karena histamin cepat dimetabolisme dan menga-
lami dilusi ke jaringan. Histamin yang diberikan oral
rasa panas. Kemerahan kulit segera meluas ke
tidak elektif karena diubah oleh bakteri usus (E. colt)
seluruh badan. Tekanan darah menurun, lrekuensi
jantung bertambah, timbul sakit kepala berat. Sete- menjadi N-asetil-histamin yang tidak aktif. Sedang-
lah beberapa menit tekanan darah kembali normal,
kan histamin yang diserap diinaktivasi dalam din-
dan timbul udem terutama di daerah abdomen dan ding usus atau hati.
toraks disertai kolik, mual, hipersekresi asam lam- Pada manusia ada dua jalan utama dalam
bung dan bronkospasme. metabolisme histamin, yaitu : (1) metilasi oleh his-
tamin-N-metiltransferase menjadi N- metilhistamin;
Penglepasan histamin oleh sebab lain. Proses N-metilhistamin oleh MAO diubah menjadi asam N-
lisik seperti mekanik, termal atau radiasi cukup un- metil imidazol asetat: (2) deaminasi oleh histami-
tuk merusak sel terutama mast ce// yang akan mele- nase atau diaminoksidase yang nonspesilik men-
paskan histamin. Hal ini terjadi misalnya padacholi- jadi asam imidazol asetat dan mungkin juga dalam
nergic urticaria, solar urticaria dan cold urticaria. bentuk kon,iugasinya dengan ribosa. Metabolit yang
Pada beberapa orang, pendinginan akan menye- terbentuk akan diekskresi dalam urin.
babkan kemerahan lokal, flare, gatal-gatal dan
udem. INTOKSIKASI. Keracunan histamin jarang terjadi
dan bila terjadi karena takar lajak. Gejala utama
Pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Histamin berupa vasodilatasi umum, tekanan darah turun
banyak dibentuk di jaringan yang sedang berlum- sampai syok, gangguan penglihatan dan sakit kepa-
buh cepat atau sedang dalam proses perbaikan la (histamine cephalgia). Sakit kepala ini biasanya
misalnya pada jaringan embrio, regenerasi hati, sebelah, hilang timbul, terutama terjadi pada malam
sumsum tulang, luka, jaringan granulasi dan per- hari, disertai lakrimasi dan rinore ipsilateral, Juga
kembangan keganasan pada berbagai spesies ter- dapat terjadi muntah, diare, rasa logam, sesak na-
utama tikus. Hjstamin yang terbentuk ini disebut pas dan bronkospasme. Pengobatan keracunan
nascentf,istamtne; tidak ditimbun tetapi berdifusi histamin yang paling baik ialah dengan memberikan
bebas. Penghambatan histidin dekarboksilase akan adrenalin. AH1 hanya bermanfaat bila diberikan se-
menghambat perkembangan lanin pada tikus. Se- tengah jam sebelum keracunan terjadi.
baliknya obat yang meningkatkan kapasitas pem-
bentukan histamin akan mempercepat penyembuh- SEDIAAN. Histamin fosfat tersedia sebagai obat
an luka. Nascent histamine diduga juga berperan suntik yang mengandung 0,275 atau 0,55 mg/ml
dalam proses anabolik. (sesuaidengan 0,1,0,2 mg dan 2,75mglml histamin
basa).
Sekresi cairan lambung. Telah dibahas di far-
makodinami histamin. lNDlKASl. Histamin digunakan untuk beberapa
(1 ) Penetapan kemampuan
prosedur diagnostik :
sekresi asam lambung. Basa histamin 0,3- 0,7 mg
1.5. HISTAMIN EKSOGEN diberikan SK sesudah puasa satu malam, setglah
60-90 menit akan terjadi sekresi asam lambung
Histamin eksogen bersumber dari daging, dan yang maksimal. Pada penyakit achylia gastrica
bakteri dalam lumen usus atau kolon yang mem- vera, anemia pernisiosa, gastritis atrofik atau karsi-
bentuk histamin dari histidin. Sebagian histamin ini noma lambung, sekresi asam lambung tidak teriadi
diserap kemudian sebagian besar akan dihancur- atau berkurang. Pada tukak duodenum dan sindrom
kan dalam hati, sedangkan sebagian kecil masih di- Zollinger-Ellison ditemukan hipersekresi asam
temukah dalam arteri tetapi jumlahnya terlalu ren- lambung dengan les ini. Hz agonis misalnya dima-
dah untuk merangsang sekresi lambung. Pada pa- prit dan impromidin bekerja lebih selektif dari his-
252
Farmakologi dan Terapi

tamin dalam mensekresi asam lambung. (2) Tes 2.1. ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT
integritas serabut saraf sensoris pada kelainan
RESEPTOR Hr (AHr)
neurologis dan lepra. Penyuntikan intradermal his_
lamin akan menimbulkan f/are melalui refleks ak_
son; (3) inhalasi histamin juga digunakan untuk me- KIMIA
nilai reaktivitas bronkus; (4) Diagnosis feokro-
mositoma. Histamin 0,025-0,05 mg lV sewaktu Struktur dasar AH1 adalah sebagai berikut :
tekanan darah turun akan meninggikan tekanan
darah. Peninggian tekanan darah ini disebabkan Arr _.-- ,H
karena histamin merangsang medula adrenal se-
Arz '
) x- CHa
-cHz - N('H
hingga adrenalin dilepaskan dalam jumlah besar.
Manfaat histamin untuk tujuan terapeutik ma_
sih kontroversial. Dengan Ar - aril dan X dapat diganti dengan N, C
atau -C-O-. Pada struktur AHr ini terdapat gugus
KONTRAINDIKASI DAN EFEK SAMPING. Hista- etilamin yang juga ditemukan pada rumus bangun
min tidak boleh diberikan pada pasien asma bron- histamin.
Secara kimia AHr dibedakan atas beberapa
kial atau hipotensi. Dosis kecil histamin (0,0.l mg/
golongan yang dapat dilihat pada tabel 18-1.
kgBB, SK) untuk tes sekresi asam lambung akan
menimbulkan kemerahan di wajah, sakit kepala dan
penurunan tekanan darah. Hipotensi ini biasanya FARMAKOLOGI
bersifat postural (hipotensi ortostatik) dan pulih sen_
diri bila pasien dibaringkan. ANTAGONISME TERHADAP HtsTAMtN. AHr
menghamba,t efek histamin pada pembuluh darah,
bronkus dan bermacam-macam otot polos; selain
itu AH1 bermanlaat untuk mengobati reaksi hiper_
sensilivitas atau keadaan lain yang disertai pengle-
pasan histamin endogen berlebihan.
2. ANTIHISTAMTN
Otot polos. Secara umum AHr elektif menghambat
kerja histamin pada otot polos (usus, bronkus).
Sewaktu diketahui bahwa histamin mempe_
Bronkokonstriksi akibat histamin dapat dihambat
ngaruhi banyak proses laalan dan patologik, maka
oleh AHr pada percobaan dengan marmot.
dicarikan obat yang dapat mengantagonis elek his-
tamin. Epinefrin merupakan antagonis laalan per_ Permeabilitas kapiler. peninggian permeabilitas
tama yang digunakan. Antara tahun 1937-1972, kapiler dan udem akibat histamin, dapat dihambat
beratus-ratus antihistamin ditemukan dan sebagian dengan efektil oleh AHr.
digunakan dalam terapi, tetapi efeknya tidak banyak
Reaksi anafilaksis dan alergi, Reaksi anafilaksis
berbeda. Antihistamin misalnya antergan, neoan-
dan beberapa reaksi alergi refrakter terhadap pem-
tergan, dilenhidramin dan tripelenamin dalam dosis
berian AH1, karena di sini bukan histamin saja yang
terapi etektit untuk mengobati udem, eritem dan
berperan letapi autakoid lain juga dilepaskan. Elek-
pruritus tetapi tidak dapat melawan elek hipersekre_
tivitas AHr melawan reaksi hipersensitivitas ber-
si asam lambung akibat histamin. Antihistamin ter_ beda-beda, tergantung beratnya gejala akibat his-
sebut di atas digolongkan dalam antihistamin peng- tamin.
hambat reseptor H1 (AH1).
Sesudah tahun 1972, ditemukan kelompok
Kelenjar eksokrin. Elek perangsangan histamin
terhadap sekresi cairan lambung tidak dapat diham-
antihistamin baru, yaitu burimamid, metiamid dan
simetidin yang dapat menghambat sekresi asam
bat oleh AHt. AHr dapat mencegah asfiksi pada
marmot akibat histamin, tetapi hewan ini mungkin
lambung akibat histamin.
mati karenaAHr tidak mencegah perforasi lambung
Kedua jenis antihistamin ini bekerja secara akibat hipersekresi cairan lambung. AHr dapat
kompetitit, yaitu dengan menghambat interaksi his- menghambat sekresi saliva dan sekresi kelenjar
tamin dan reseptor histamin Hr atau Hz. eksokrin lain akibat histamin.
Histamin dan Antialergi
253

Tabel 18-1. PENGGoLoNGAN ANT|HtsrAMtN (AHr). DENGAN MASA


KERJA, BENTUK SED|AAN
DAN DOSISNYA

Golongan obat dan contohnya Masa kerja Bentuk sediaan Dosis tunggal
Uam) dewasa
I. ETANOLAMIN
Difenhidramin HCI 4-6 Kapsul 25 mg dan 50 mg. Eliksir 50 mg
5 mg- 10 mg/S ml,
Larutan suntikan '10 mg/ml 50 mg
Dimenhidrinat 4-6 Tablet 50 mg 50 mg
Larutan suntikan 50 mg/ml 50 mg
Karbinoksamin maleat 3-4 Tablet 4 mg, Etiksir 5 mg/S mt 4mg
2, ETILENDIAMIN
Tripelenamin HCI 4-6 Tablet 25 mg dan 50 mg 50 mg
Krem 2%l salep 2o/o
Tripelenamin sitrat 4-6 Eliksir 37,5 mg/5 mt 75 mg
Pirilamin maleat 4-6 Kapsul 75 mg; Tablet 25 mg dan 50 mg 25-50 mg

3. ALKILAMIN
Bromfeniramin maleat 4-6 Tablet 4 mg. Eliksir 2 mg/S ml 4mg
Klorfeniramin maleat 4-6 Tablet 4 mg; Sirop 2,5 mg/ 5 ml 2-4mg
Deksbromfeniramin maleat 4-6 Tablet 4 mg 2-4 mg

4. PIPERAZIN
Klorsiktizin HCI 8-12 Tablet 25 mg dan 50 mg 50 mg
Siklizin HCt 4-6 Tablet 50 mg; 50 mg
Supositoria 50 mg dan 100 mg 50-'100 mg
(rektal)
Siklizin taktat 4-O Larutan suntikan SO mg/ml 50 mg
Meklizin HCI 12-24 Tabler 25 mg 25-50 mg
Hidroksizin HCI 6-24 Tablet 10 dan 25 mg. 25 mg
Sirop 10 mg/S ml

5. FENOTIAZIN
Prometazin HCI Tablet 12,5 mg, 25 mg dan 50 mg 25-50 mg
Larutan suntikan 25 mg dan 50 mg/S ml 25-50 mg
Supositoria 25 mg dan 50 mg 25-50 mg
Metdilazin HCt 4-6 Tablet 4 mg. Sirop 4 mg/Sml 4-8 mg

6, PTPERIDtN (ANT|HISTAMtN
NONSEDATTF)
Terfenadin '12-24 Tablet 60 mg 60 mg
Astemizol <24 Tablet 10 mg '10 mg
Loratadin 12 Tablet 10 mg 10 mg

7. LAIN.LAIN
Azatadin +12 Tablet 1 mg. Sirop 0,5 mg/ S ml lmg
Siproheptadin t6 Tablet 4 mg. Sirop 2 mg/S ml 4mg
Mebhidrolin napadisilat t4 Tablet 50 mg 50-100 mg
H istami n d an Antiale rgi 255

dan siklizin terutama mengalami demetilasi. AHr QT dan mencetuskan terjadinya aritmia ventrikel.
diekskresi melalui urin setelah 24 jam, terutama Hal ini juga dapat terjadi pada pasien dengan gang-
dalam bentuk metabolitnya. guan fungsi hati yang berat dan pasien-pasien yang
peka terhadap terjadinya perpanjangan interval QT
EFEK SAMPING. Pada dosis terapi, semua AHr
(seperti pasien hipokalemia). Kemungkinan adanya
menimbulkan efek samping walupun jarang bersifat
hubungan kausal antara penggunaan antihistamin
serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan
diteruskan. Terdapat variasi yang besar dalam tole- non sedatil dengan terjadinya aritmia yang berat
ransi terhadap obat antar individu, kadang-kadang
perlu dibuktikan lebih lanjut. Golongan piperazin
elek samping ini sangat mengganggu sehingga te- pada hewan percobaan dapat menimbulkan efek
rapi perlu dihentikan. Efek samping yang paling teratogenik; dan sebaiknya tidak diberikan pada
sering ialah sedasi, yang justru menguntungkan wanita hamil.
bagi pasien yang dirawat di BS atau pasien yang
INTOKSIKASI AKUT AHr. Keracunan akut AHr
perlu banyak tidur. Tetapi efek ini mengganggu bagi
terjadi karena obat golongan ini sering terdapat se-
pasien yang memerlukan kewaspadaan tinggi se-
bagai obat persediaan dalam rumah tangga. Pada
hingga meningkatkan kemungkinan terjadinya ke-
anak, keracunan terjadi karena kecelakaan, se-
celakaan. Pengurangan dosis atau penggunaan
dangkan pada orang dewasa akibat usaha bunuh
AHt jenis lain mungkin dapat mengurangi elek se-
diri. Dosis 20-30 tablet AHr sudah bersifat letal bagi
dasi ini. Astemizol, terfenadin, loratadin tidak atau
anak.
kurang menimbulkan sedasi.
Elek sentral AH1 merupakan efek yang berba-
Efek samping yang berhubungan dengan efek
haya. Pada anak kecil efek yang dominan ialah pe-
sentral AHr ialah vertigo, tinitus, lelah, penat, in-
rangsangan dengan manifestasi halusinasi, eksi-
koordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euforia, ge-
tasi, ataksia, inkoordinasi, atetosis dan kejang, Ke-
lisah, insomnia dan tremor. Elek samping yang ter- jang ini kadang-kadang disertai tremor dan perge-
masuk sering juga ditemukan ialah nafsu makan
rakan atetoid yang bersifat tonik-klonik yang sukar
berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigas-
dikontrol. Gejala lain mirip gelala keracunan atropin
trium, konstipasi atau diare; efek samping ini akan
misalnya midriasis, kemerahan di muka dan sering
berkurang bila AHr diberikan sewaktu makan. pula timbul demam. Akhirnya ierjadi koma dalam
Penggunaan astemizol, suatu antihistamin nonse-
dengan kolaps kardiorespiratoar yang disusul ke-
datif, selama lebih dari 2 minggu dilaporkan dapat
matian dalam 2-18 jam. Pada orang dewasa, mani-
menyebabkan bertambahnya nafsu makan dan be-
lestasi keracunan biasanya berupa depresi pada
rat badan.
permulaan, kemudian eksitasi dan akhirnya depresi
Elek samping lain yang mungkin timbul oleh
SSP lebih lanjut.
AHr ialah mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi,
sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan. Pengobatan. Pengobatan diberikan secara simto-
lnsidens elek samping karena elek antikolinergik matik dan suportil karena tidak ada antidotum spe-
tersebut kurang pada pasien yang mendapat anti- sifik. Depresi SSP oleh AHr tidak sedalam yang di-
histamin nonsedatif. timbulkan oleh barbiturat. Pernapasan biasanya ti-
AHr bisa menimbulkan alergi pada pemberian dak mengalami gangguan yang berat dan tekanan
oral, tetapi lebih sering terjadi akibat penggunaan darah dapat dipertahankan secara baik. Bila terjadi
lokal berupa dermatitis alergik. Demam dan foto- gagal napas, maka dilakukan napas buatan, tin'
sensitivitas juga pernah dilaporkan terjadi. AHr sa- dakan ini lebih baik daripada memberikan analeptik
ngat jarang menimbulkan komplikasi berupa leuko- yang justru akan mempermudah timbulnya konvul-
penia dan agranulositosis. si. Bila terjadi konvulsi, maka diberikan tiopental
Pada beberapa pasien astemizol dilaporkan atau diazepam.
menyebabkan forsades de pointes dan terlenadin PERHATIAN. Sopir atau pekeria yang memerlukan
dengan dosis 2-3 x di atas dosis yang dianjurkan kewaspadaan yang menggunakan AHr harus dipe-
menyebabkan aritmia jantung. Selain itu laporan ringatkan tentang kemungkinan timbulnya kantuk.
kaius menunjukkan bahwa pemberian terfenadin Juga AHr sebagai campuran pada resep, harus
dengan dosis yang dianjurkan pada pasien yang digunakan dengan hati-hati karena elek AHt ber-
mendapat ketokonazol, troleandomisin, eritromisin silat aditit dengan alkohol, obat penenang atau hip-
atau lain makrolid dapat memperpanjang intdrval notik sedatil.
256 Farmakologi dan Terapi

lNDlKASl, AH1 berguna untuk pengobatan simto- Mabuk perialanan dan keadaan lain. AHr tertentu
matik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau misalnya dilenhidramin, dimenhidrinat, derivat pipi-
mengobati mabuk perjalanan. razin dan prometazin dapat digunakan untuk men-
cegah dan mengobati mabuk perjalanan udara, laut
Penyakit alergi. AH1 berguna untuk mengobati
dan darat. Dahulu digunakan skopolamin untuk ma-
alergi tipe eksudatif akut misalnya pada polinosis
buk perjalanan berat dengan jarak dekat (kurang
dan urtikaria. Efeknya bersifat paliatif, rnembatasi
dari 6 jam). Tetapi sekarang AHr lebih banyak digu-
dan menghambat efek histamin yang dilepaskan
sewaktu reaksi antigen-antibodi terjadi. AHr tidak
nakan, karena elektil dengan dosis relatif kecil.
Karena AHr seperti juga skopolamin memiliki efek
berpengaruh terhadap intensitas reaksi antigen-an-
antikolinergik yang kuat, maka diduga sebagaian
tibodi yang merupakan penyebab berbagai ganggu-
besar elek terhadap mabuk perjalanan didasarkan
an alergik. Keadaan ini dapat diatasi hanya dengan
oleh efek antikolinergiknya. Untuk mencegah ma-
menghindari alergen, desensitisasi atau menekan
buk perjalanan AHr sebaiknya diberikan setengah
reaksi tersebut dengan kortikosteroid. AH1 tidak
jam sebelum berangkat. AHt terpilih untuk mengo-
dapat melawan reaksi alergi akibat peranan auta-
bati mabuk perjalanan ialah prometazin, difenhidra-
koid lain. Asma bronkial terutama disebabkan oleh
min, siklizin dan meklizin. Meklizin cukup diberikan
SRS-A atau leukotrien, sehingga AH1 saja tidak
sekali sehari.
efektif. AH1 dapat mengatasi asma bronkial ringan
bila diberikan sebagai profilaksis. Untuk asma AHr efektil untuk dua pertiga kasus vertigo,
mual dan muntah. AHr elektif sebagai antimuntah
bronkial berat, aminofilin, epinefrin dan isoprote-
pasca bedah, mual dan muntah waktu hamil dan
renol merupakan pilihan utama" Pada anafilaktis,
setelah radiasi. AHr juga dapat digunakan untuk
AHl hanya memrupakan tambahan dari epinefrin
mengobati penyakit Meniere dan gangguan vesti-
yang merupakan obat terpilih. Pada angioudem be-
buler lain. Penggunaan lain AHr ialah untuk mengo-
rai dengan udem laring, epinefrin juga paling baik
bati pasien paralisis agitans (penyakit Parkinson)
hasilnya, Epinefrin merupakan obat terpilih untuk yaitu untuk mengurangi rigiditas dan tremor (lihat
mengatasi krisis alergi karena epinelrin : (1 ) lebih
Bab 13).
efektif daripada AHri (2) efeknya lebih cepat; (3) Elek samping hipnosis terutama oleh AH1 go-
merupakan antagonis fisiologik dari histamin dan
longan etanolamin digunakan untuk hipnotik. Efek
autakoid lainnya. Artinya epinefrin mengubah res- ini jelas pada pasien yang sensitil terhadap AH1.
pons vasodilatasi akibat histamin dan autakoid lain
Silat anestesi lokal H1 digunakan untuk
menjadi vasokonstriksi. Demikian pula AHr dapat
menghilangkan gatal-gatal. Tetapi harus diingat
melawan efek bronkokonstriksi oleh histamin tetapi
bahwa pada penggunaan topikal, AHr ini bisa me-
tidak bersifat bronkodilatasi seperti yang diperlihat
nyebabkan sensitisasi kulit.
kan epinefrin.
AH1 dapat menghilangkan bersin, rinore dan
gatal pada mata, hidung dan tenggorokan pada pa-
sien seasonal hay fever. AHr efektif terhadap alergi 2.2. ANTIHISTAMIN PENGHAM BAT
yang disebabkan debu, tetapi kurang efektif bila RESEPTOR Hz (AHz)
jumlah debu banyak dan kontaknya lama. Kongesti
hidung kronik lebih refrakter terhadap AHr. AHr Reseptor histamin H2 berperan dalam elek
tidak efektif pada rinitis vasomotor. tu'lanfaat AHr histamin terhadap sekresi cairan lambung, perang-
untuk mengobati batuk pada anak dengan asma sangan jantung serta relaksasi uterus tikus dan
diragukan, karena AHr mengentalkan sekresi bron- bronkus domba. Beberapa jaringan seperti otot po-
kus sehingga dapat menyulitkan ekspektorasi. AHr los pembuluh darah mempunyai kedua reseptor
efektil untuk mengatasi urtikaria akut, sedangkan yaitu Hr dan He.
pada urtikaria kronik hasilnya kurang baik. Kadang-
kadang AH1 dapat mengatasi dermatitis atopik, der- SIMETIDIN DAN RANITIDIN
matitis kontak, dan gigitan serangga,
Reaksi transfusi darah tipe nonhemolitik dan FARMAKODINAMIK. Simetidin dan ranitidin meng-
nonpirogenik ringan dapat diatasi dengan AH1. hambat reseptor Hz secara selektif dan reversibel.
Demikian juga reaksi alergi seperti gatal-gatal, urti- Perangsangan reseptor Hz akan merangsang sek-
karia dan angioudem umumnya dapat diobati den- resi cairan lambung, sehingga pada pemberian si-
gan AH1, metidin atau ranitidin sekresi cairan lambung di-
258 Farmakologi dan Terapi

speech, somnolen, letargi, gelisah, bingung, dis- lambung selama lebih dari satu tahun belum jelas
orientasi, agitasi, halusinasi dan kejang. Gejala- diketahui.
gejala tersebut hilang/membaik bila pengobatan di- AHz sama efektif dengan pengobatan intensil
hentikAn. Gejala seperti demensia dapat timbul pa- dengan antasid untuk penyembuhan awal tukak
da penggunaan simetidin bersama obat psikotropik lambung dan duodenum. Untuk refluks esofagitis
atau sebagai efek samping simetidin. Banitidin me- seperti halnya dengan antasid antagonis reseptor
nyebabkan gangguan SSP ringan, mungkin karena H2 menghilangkan gejalanya tetapi tidak menyem:
sukarnya melewati sawar darah otak. buhkan lesi.
Efek samping simetidin yang jarang terjadi Pada penggunaan jangka panjang respons
ialah trombositopenia, granulositopenia, toksisitas pasien kadang-kadang dilaporkan berkurang, tetapi
terhadap ginjal atau hati. Peningkatan ringan krea- makna klinis fenomena ini masih menunggu studi
tinin plasma mungkin disebabkan oleh kompetisi lebih lanjut.
ekskresi simetidin dan kreatinin. Simetidin (tidak Terhadap tukak peptikum yang diinduksi oleh
ranitidin) dapat meningkatkan beberapa respons obat AINS, AH2 dapat mempercepat penyembuhan
imu nitas selu ler (c e I l -m ed i eted i m m un e response) tetapi tidak dapat mencegah terbentuknya tukak.
terutarira pada individu dengan depresi sistem im- Pada pasien yang sedang mendapat AINS anta-
unologik. Pemberian simetidin dan ranitidin lV sese- gonis reseptor Hz dapat mencegah kekambuhan
kali menyebabkan bradikardi dan efek kardiotoksik tukak duodenum tetapi tidak bermanlaat untuk tu-
lain. kak lambung.
Simetidin dan ranitidin telah digunakan dalam
POSOLOGI. Simetidin tersedia dalam bentuk tablet
penelitian untuk stress ulcer dan perdarahan, dan
200, 300 dan 400 mg. Dosis yang dianjurkan untuk
pasien tukak duodeni dewasa ialah 4 kali 300 mg, ternyata obat-obat tersebut lebih bermanfaat untuk
profilaksis daripada untuk pengobatan.
bersama makan dan sebelum tidur; atau 200 mg
AH2 juga bermanfaat untuk hipersekresi asam
bersama makan dan 400 mg sebelum tidur. Sime-
lambung pada sindrom Zollinger-Ellison. Dalam hal
tidin juga tersedia dalam bentuk sirup 300 mg/5 ml,
dan larutan suntik 300 mg/2 ml.
ini mungkin lebih baik digunakan ranitidin untuk
mengurangi kemungkinan timbulnya elek samping
Ranitidin tersedia dalam bentuk tablet 150 mg
obat akibat besarnya dosis simetidin yang diperlu-
dan larutan suntik 25 mg/ml, dengan dosis 50 mg
kan, Ranitidin juga mungkin lebih baik dari simetidin
lM atau lV tiap 6-8 jam. Flanitidin 4-10 kali lebih kuat
untuk pasien yang mendapat banyak obat (teruta-
daripada simetidin sehingga cukup diberikan sete-
ngah dosis simetidin; ranitidin bekerja untuk waktu
ma obat-obat yang metabolismenya dipengaruhi
oleh simetidin), pasien yang relrakter terhadap si-
lama (8- 12 jam). Dosis yang dianjurkan dua kali 150
metidin, pasien yang tidak tahan efek sgmping
mg/hari.
simetidin dan pada pasien usia lanjut.
IttOtXlSt. Simetidin dan ranitidin diindikasikan un-
tuk tukak peptik. Penghambatan 50% sekresi asam
lambung dicapai bila kadar simetidin plasma 800 FAMOTIDIN
ng/ml atau kadar ranitidin plasma 100 ng/ml.
Tetapi yang lebih penting adalah efek peng- FARMAKODINAMIK. Seperti halnya dengan sime-
hambatannya selama 24 jam. Simetidin 1000 mg/ tidin dan ranitidin, famotidin merupakan AHz se-
hari menyebabkan penurunan kira-kira 50% dan hingga dapat menghambat sekresi asam lambung
ranitidin 300 mg/hari menyebabkan penurunan 70%
pada keadaan basal, malam dan akibat distimulasi
sekresi asam lambung; sedangkan terhadap sek- oleh pentagastrin. Famotidin tiga kali lebih poten
resi asam malam hari, masing- masing menyebab- daripada ranitidin dan 20 kali lebih poten daripada
kan penghambatan 70 dan 90%. simetidin.
Simetidin, ranitidin atau antagonis reseptor H2 lNDlKASl. Efektivitas obat untuk ini lukak duode-
mempercepat penyembuhan tukak lambung dan tu- num dan tukak lambung setelah 8 minggu peng-
kak duodenum. Pada sebagian besar pasien pem- obatan sebanding dengan ranitidin dan simetidin.
berian obat-obat tersebut sebelum tidur dapat men- Pada penelitian berpembanding selama 6 bulan,
cegah kekambuhan tukak duodeni bila obat diberi- famotidin juga mengurangi kekambuhan tukak duo-
kan sebagaiterapi pemeliharaan. Akan tetapi man- denum yang secara klinis bermakna. Famotidin
faal terapl pemeliharaan dalam pencegahan tukak kira-kira sama efektif dengan AH2 lainnya pada
Histamin dan Antialergi
259

pasien sindrom Zollinger-Ellison, meskipun untuk NIZATIDIN


keadaan ini omeprazol merupakan obat terpilih.
Efektivitas lamotidin untuk profilaksis tukak lam- FARMAKODINAMIK. potensi nizatidin dalam
bung, refluks esofagitis dan pencegahan tukak stres menghambat sekresi asam lambung kurang lebih
pada saat ini sedang diteliti. sama dengan ranitidin.

EFEK SAMPING. Efek samping famotidin biasanya lNOlKASl. Efektivitas untuk pengobatan gangguan
ringan dan jarang terjadi, misalnya sakil kepala, asam lambung sebanding dengan ranitidin dan
pusing, konstipasi dan diare. Seperti halnya dengan simetidin. Dengan pemberian satu atau dua kali
ranitidin,lamotidin nampaknya lebih baik dari sime_ sehari biasanya dapat menyembuhkan tukak duo_
tidin karena belum pernah dilaporkan terjadinya deni dalam 8 rninggu dan dengan pemberian satu
elek antiandrogenik. Famotidin harus digunakan kali sehari nizatidin mencegah kekambuhan. Meski_
hati-hati pada wanita menyusui karena belum dike- pun data nizatidin masih terbatas efektivitasnya
tahuiapakah obat ini disekresi kedalam air susu ibu. pada tukak lambung nampaknya sama dengan AH2
lainnya. Pada refluks esofagitis, sindrom Zollinger_
INTERAKSI OBAT. Sampai saat ini interaksi yang Ellison dan gangguan asam lambung lainnya
bermakna dengan obat lain belum dilaporkan mes- nizatidin diperkirakan sama efektif dengan ranitidin
kipun baru diteliti terhadap sejumlah kecil obat. meskipun masih diperlukan pembuktian lebih lanjut.
Famotidin tidak mengganggu oksidasi diazepam,
teofilin, warfarin atau lenitoin di hati. Ketokonazol EFEK SAMPING. Nizatidin umumnya jarang me_
membutuhkan pH asam untuk bekerja sehingga nimbulkan efek samping. Elek samping ringan sa_
kurang e{ektif bila diberikan bersama AH2. luran cerna dapat terjadi. peningkatan kadar asam
urat dan lransaminase serum ditemukan pada be_
FARMAKOKINETIK. Famotidin mencapai kadar berapa pasien dan nampaknya tidak menimbulkan
pucak di plasma kira- kira dalam 2 jam setelah gejala klinik yang bermakna. Seperti halnya dengan
penggunaan secara oral, masa paruh eliminasi 3_g AH2 lainnya, potensi nizatidin untuk menimbulkan
jam dan bioavailabilitas 40-50%. Metabolit ulama hepatotoksisitas rendah. pada tikus nizatidin dosis
adalah famotidin-S-oksida. Setelah dosis oral tung_ besar berefek antiandrogenik, tetapi efek tersebut
gal, sekitar 25o/o dari dosis ditemukan dalam bentuk belum terlihat pada uji klinik. Nizatidin dapat meng_
asal di urin. Pada pasien gagal ginjal berat masa hambat alkohol dehidrogenase pada mukosa lam-
paruh eliminasi dapat melebihi 20 jam. bung dan menyebabkan kadar alkohol yang lebih
tinggi dalam serum. Dalam dosis ekuivalen sime_
DOSIS. Oral dewasa, pada tukak duodenum alau
tidin, nizatidin tidak menghambat enzim mikrosom
tukak lambung aktif 40 mg satu kali sehari pada saat
hati yang memetabolisme obat. pada sukarelawan
akan tidur. Umumnya 90% tukak sembuh setelah g
sehat tidak dilaporkan terjadinya interaksi obat bila
minggu pengobatan. Pada pasien tukak peptik tan-
nizatidin diberikan bersama teofilin, lidokain, war-
pa komplikasi dan bersihan kreatinin < 10 ml/menit,
larin, klordiazepoksid, diazepam atau lorazepam.
dosis awal 20 mg pada saat akan tidur. Dosis peme-
Penggunaan bersama antasid tidak menurunkan
lharaan untuk pasien tukak duodenum 20 mg. Untuk
absorpsi nizatidin secara bermakna. Ketokonazol
pasien sindrom Zollinger-Ellison dan lain keadaan
yang membutuhkan pH asam menjadi kurang efek_
hipersekresi asam lambung, dosis harus diindivi-
tif bila pH lambung lebih tinggi pada pasien yang
dualisasi. Dosis awal per oral yang dianjurkan 20 mendapat AH2.
mg tiap 6 jam.
FARMAKOKINETIK. Bioavailabilitas oral nizatidin
lntravena : Pada pasien hipersekresi asam lam- lebih dari 90% dan tidak dipengaruhi oleh makanan'
bung tertentu atau pada pasien yang tidak dapat
atau antikolinergik. Bersihan menurun pada pasien
diberikan sediaan oral, lamotidin diberikan intra- uremik dan usia lanjut.
vena 20 mg tiap 12 jam. Dosis obat untuk pasien
Kadar puncak dalam serum setelah pemberi-
harus dititrasi berdasarkan jumlah asam lambung
an oral dicapai dalam 1 jam, masa paruh plasma
yang disekresi.
sekitar 1 1 12 jam dan lama kerja sampai dengan 1 0
Farmakologi dan Terapi

jam. Nizatidin diekskresi terutama melalui ginjal; 3. ANTI.ALERGI LAIN


9Ao/odari dosis yang digunakan ditemukan di urin
dalam 16 jam. AHr tidak sepenuhnya efektif untuk pengobat-
Dosis. Oral: untuk orang dewasa dengan tukak an simtomatik reaksi hipersensitivitas akut. Hal ini
duodenum aktif dosis 300 mg sekali sehari pada disebabkan oleh fungsi histamin yang sebenarnya
saat akan tidur atau 150 mg 2 kali sehari, tukak merupakan pemacu untuk dibentuk dan dilepasnya
sembuh pada 90% kasus setelah 8 minggu peng- autakoid lain. Baru kemudian histamin dan autakoid
obatan. Pada pasien tukak peptik tanpa komplikasi lain ini bersama-sama menimbulkan simfom alergi.
dan bersihan kreatinin kurang dari 10 ml/menit dosis Untuk menghambat semua efek ini diperlukan
awal harus dikurangi 50%. Untuk pengobatan pe- penghambat berbagai autakoid tersebut, hal ini pa-
meliharaan tukak duodenum, dosis 150 mg pada da kenyataannya sulit dicapai, sebab belum ter-
saat akan tidur lebih elektil dari pada plasebo. sedia penghambat untuk semua autakoid. ltulah
sebabnya pengobatan reaksi alergi lebih ditujukan
Untuk pasien dewasa dengan tukak lambung aktif pada penggunaan antagonis fisiologis misalnya epi-
digunakan dosis yang sama dengan pasien tukak nelrin pada analilaksis dan kortikosteroid pada ge-
duodenum, akan tetapi masih diperlukan pembuk-
lala alergi yang tidak berespons terhadap AHr. Te-
tian lebih lanjut mengenai hal lersebut. tapi terapi ini, seperti halnya penghambat autakoid,
tidak tertuju pada penyebabnya.
Salah satu terapi hipersensitivitas lain ialah
2.3. PEMILIHAN SEDIAAN
secara profilaksis yaitu menghambat produksi
Banyak golongan AH1 yang digunakan dalam atau penglepasan autakoid dari se/rnastdan basofil
terapi, tetapi elektivitasnya tidak banyak berbeda, yang telah disensitisasi oleh antigen spesifik.
perbedaan antarjenis obat hanya dalam hal poten-
si, dosis, elek samping dan jenis sediaan yang ada.
Sebaiknya dipilih AHr yang efek terapinya paling 3.1. NATRIUM KROMOLIN
besar dengan efek samping seminimal mungkin,
tetapi belum ada AHr yang ideal seperti ini. Selain Kromolin adalah obat yang dapat mengham-
ditentukan berdasarkan potensi terapeutik dan be- bat penglepasan histamin dari se/ rnast paru-paru
ratnya elek samping, pemilihan sediaan perlu diper- dan tempat-tempat tertentu, yang diinduksi oleh
timbangkan berdasarkan adanya variasi antar indi- antigen. Walaupun penggunaan kromolin terbatas,
vidu. Karena itu perlu dicoba dan diperhatikan elek obat ini berharga untuk prolilaksis asma bronkial
yang menguntungkan dan efek samping apa yang dan kasus atopik tertentu.
limbul akibat pemberian AH1.
KIMIA Natrium kromolin merupakan garam dina-
Untuk pegangan dalam terapi, disalikan peng-
lrium, dengan rumus sebagai berikut :
golongan AHt dengan lama kerja, bentuk sediaan
4-4'-diokso-5-5'- (2 hidroksitrimetalin dioksi) di (4H-
dan dosis yang dapat dilihat pada Tabel 18-1 dan
kromomen -2 karboksilat).
Tabel 18-2.
Walaupun antagonis reseptor H2 lebih kuat
*"'""(p
menghambat sekresi asam lambung dari pada obat
antikolinergik, antagonis reseptor Hz tidak lebih
efektil daripada terapi intensil dengan antasida pa-
q7""'-'
da pasien esolagitis refluks, tukak lambung, tukak o octtzcttcHeo o
I
duodeni atau pencegahan tukak lambung akibat OH
stres. Antagonis reseptor He disediakan sebagai
obat alternatif untuk pasien yang tidak memberikan Natrium kromolin
respons baik terhadap pengobatan antasida jangka
panjang.
Histamin dan Antialergi 261

FARMAKODINAMIK. Kromolin tidak merelaksasi lNDlKAS|. Penggunaan utama kromolin untuk tera-
bronkus atau otot polos lain. Kromolin juga tidak pi profilaktik asma bronkial. Efek protektil kromolin
menghambat respons otot tersebut terhadap ber- berakhir setelah beberapa jam. Kromolin tidak ber-
bagai obat yang bersifat spasmogenik. Tetapi kro- manlaat untuk terapi asma bronkial akut atau pada
molin menghambat penglepasan histamin dan status asmatikus. Kromolin diindikasikan pula untuk
autakoid lain termasuk leukotrien dari paru-paru rinitis alergika dan penyakit atopik pada mata.
manusia pada proses alergi yang diperantai lgE.
Karena itu kromolin mengurangi bronkospas-
me. Hambatan penglepasan leukotrien terutama 3.2. KETOTIFEN
penting pada penderita asma bronkial, karena leu-
Ketotilen atau 4 (1-metil-4 piperidiliden(-4H-
kotrien merupakan penyebab utama bronkokons- benzo-(4,5)- siklohepta(1,2-b)tiofen 10(9H)-one hi-
triksi. Kromolin bekerja pada se/ rnasf paru-paru, drogen fumarat, bersilat antianalilaktik karena
yaitu sasaran primer dalam reaksi hipersensitivitas menghambat penglepasan histamin. Ketotifen juga
tipe cepat. Kromolin tidak menghambat ikatan lgE bersifat antihistamin kuat. Rumus molekul ketotifen
dengan se/ rnasf atau interaksi antara kompleks sel adalah sebagai berikut :
lgE dengan antigen spesifik, tetapi menekan res- o
pons sekresi akibat reaksi tersebut.

FARMAKOKINETIK. Kromolin diabsorpsi amat bu-


ruk setelah pemberian oral, karena itu perlu diberi-
kan secara inhalasi pada penderita asma bronkial.
Dengan turbo inhaler 10% bubuk halus kromolin
dapat mencapai paru-paru bagian dalam, kemudian
kromolin diabsorpsi masuk peredaran darah, den-
gan waktu paruh kira-kira 80 menit. Kromolin tidak
dibiotransformasi, dan diekskresi dalam bentuk asal N'
50% bersama urin dan 50% dalam empedu. I

CHs
TOKSISITAS. Kromolin umumnya terterima baik. Ketotifen
Jarang timbul reaksi yang tidak diinginkan walau-
pun setelah penggunaan terus-menerus selama FARMAKOKINETIK. Ketotifen lumarat diabsorpsi
bertahun-tahun. Reaksi yang paling sering yang
dari saluran cerna. Benluk utuh dan metabolitnya
mungkin ada hubungannya dengan efek iritasi bu-
diekskresi bersama urin dan tinja.
buk halus kromolin pada paru- paru ialah bronko-
spasme, batuk, kongesti hidung, iritasi faring dan EFEK SAMPING. Efek samping ketotilen sama se-
wheezing. Kadang-kadang timbul gejala pusing, di- perti efek samping AHr. Pernah dilaporkan ketotifen
suria, bengkak dan nyeri sendi, rnual, sakit kepala meningkatkan nafsu makan dan menambah berat
dan kemerahan kulit. Gejala lebih serius dan jarang badan. Kombinasi ketotifen dengan antidiabetik oral
terjadi yaitu reaksi hipersensitivitas misalnya udem telah dilaporkan dapat menurunkan jumlah trom-
laring, angioudem, urtikaria dan anafilaksis. bosit secara reversibel, karena itu kombinasi kedua
obat itu harus dihindarkan. Ketotifen harus diberi-
SEDIAAN. Natrium kromolin untuk inhalasi tersedia kan secara hati-hati pada penderita yang alergi
dalam bentuk kapsul yang mengandung 20 mg kro- terhadap obat ini.
molin bubuk halus dicampur dengan laktosa. Obat
ini diberikan dengan turbo inhaler 4 kali sehari. lNDlKASl. Ketotifen telah digunakan untuk profilak-
Larutan kromolin dapat diberikan secara inhalasi sis asma bronkial. Untuk tujuan ini ketotilen diguna-
dengan menggunakan nebulizer. Larutan kromolin kan secara oral untuk jangka waktu 12 bulan.
4% mengandung 5,2 mg kromolin setiap kali sern- SEDIAAN. Ketotifen tersedia dalam tablet 1 mg dan
prot. Dosis yang dianjurkan sekali semprot 3-6 kali sirup 0,2 mg/ml. Salu mg ketotifen identik dengan
sehari. Juga tersedia pula larutan kromolin 4% 1,38 mg ketotifen fumarat. Dosis dewasa ketotilen
untuk tetes mata dengan dosis 4-6 kali 1-2 tetes/ tumarat untuk prolilaksis asma bronkial ialah 2 kali
hari. 1,38 - 2,76 mg.
262 Farmakologi dan Terapi

19. SEROTONIN DAN ANTISEROTONIN


F.D. Suyatna dan Udin Sjamsudin

1. Serotonin dan Agonis 2. Antiserotonin


1.1. Kimia 2.1. Ketanserin
1.2. Farmakologi 2.2. Metisergid
1.3. Serotonin endogen 2.3, Siproheptadin
2.4. Fluoksetin
1.4. Farmakokinetik
2.5. Sertralin
1.5. Sediaan
2.6. Ondansetron
2.7. Sumatriptan

1. SEROTONIN DAN AGONIS sejenis memperlihatkan efek sangat kuat terhadap


otak. Mlsalnya LSD, yang terkenal sebagai obat
psikotomirnetik yang sangat kuat. Kadar normal
1.1. KIMIA serotonin dalam darah 0,1-0,3 pg/ml, sedangkan
pada pasien karsinoid O,5-2,7 pglml,
Serolonin ialah 3-(p-aminoetil)-5_hidroksi-
indol. Seperti histamin, serotonin terdapat banyak
pada tumbuh-tumbuhan dan hewan. Misalnya pada
vertebrata, hewan laut, moluska, artropoda, HH
Coelenterata; pada buah-buahan misalnya nenas, tl
pisang, buah prem dan pelbagai buah yang berkulit
triptofan c- c-cooH
rl
keras sepefti kelapa, kemiri dan sebagainya. Juga H NHz
terdapat pada sengatan lebah dan kalajengking.
Pada mamalia, serotonin disintesis dari tripto-
fan dalam makanan yang mula-mula mengalami
hidroksilasi menjadi 5-hidroksitriptofan (5-HTp),
j triptofan-
5-hidroksilase
HH
ll
dan kemudian mengalami dekarboksilasi menjadi 5-hidroksitrip- c- c-cooH
5- hidroksitriptamin (5-HT, serotonin). Dalam ke- tofan (5-HTP) tt
H NHz
adaan normal, hanya 2ok lriplolan yang terdapat
dalam diet diubah menjadi serotonin. pada pasien
karsinoid, 60% triptofan diubah menjadi serotonin.
Triptofan-5-hidroksilase merupakan rate-timiting
enzyme, tetapi di otak tidak menjadi jenuh oleh
substratnya. Enzim yang mengkatalisis perubahan 5-hidroksitrip-
S-HTP menjadi S-HT (aromatic-L-amino acid decar- 1ur;n _ (5_HT)
boxylase) tidak spesifik, karena juga berperanan
dalam sintesis katekolamin (Gambar 19-1).
Banyak senyawa sejenis serotonin, sintetik
atau alamiah, dan triptamin dalam dosis tinggi mem-
perlihatkan aktivitas farmakologik sentral dan peri-
fer. Sehubungan dengan kemungkinan fungsi fisio-
logik 5-HT endogen dalam SSP, banyak senyawa Gambar 19-1. Sintesis serotonin
Se roton i n d a n Ant i se roton i n 263

1.2. FARMAKOLOGI terutama pada pembuluh darah kecil misalnya arte-


riol. Stimulasi reseptor 5-HTr pada terminal saraf
FUNGSI. 5-HT terutama berfungsi sebagai trans- simpatis menghambat penglepasan norepinelrin,
mitor saraf triptaminergik di otak. Selain itu S-HT yang juga menurunkan tonus vaskular. 5-HT tidak
juga berlungsi sebagai prekursor hormon melatonin menimbulkan perubahan permeabilitas kapiler.
dari pineal. Pada saluran cerna 5-HT berfungsi me-
Tekanan darah. 5-HT agaknya tidak mempenga-
ngatur motilitas saluran cerna dan 5-HT yang dile-
ruhi tekanan darah dalam keadaan normal. Tetapi
paskan dari trombosit diduga berperanan dalam
bila terjadi aktivasi trombosit pada keadaan tertentu
hemostasis atau penyakit vaskular misalnya penya-
tekanan darah dapat meningkat.
kit Raynaud.
Reseptor S-HT dikenal 3 jenis : S-HTr, 5-HTz Jantung. 5-HT menimbulkan elek inotropik dan kro-
dan 5-HTs yang terdapat pada sel yang berbeda. notropik positil melalui reseptor S-HTr. Efek ini ber-
Oleh sebab itu, pemberian S-HT pada hewan atau kurang bila reseptor S-HTg pada saral aleren baro-
organ terisolasi menimbulkan respons yang berva- reseptor dan kemoreseptor dirangsang. Perang-
riasi. Hal ini dirumitkan lagi oleh adanya perbedaan sangan reseptor 5-HTs pada ujung saraf vagal yang
spesies dan fisiologik. terdapat pada pembuluh koroner menimbulkan ke-
morefleks koroner (Bezold- Jarisch), berupa peng-
PERNAPASAN. Penyuntikan serotonin lV pada hambatan simpatis dan meningkatnya aktivitas
anjing dan manusia biasanya menyebabkan pe- aferen vagus jantung sehingga terjadi bradikardia
ninggian selintas volume semenit disertai perubah-
dan hipotensi.
an lrekuensi pernafasan yang variabel. Pada dosis
lebih rendah, e{ek yang terjaditerutama disebabkan Vena. Konstriksi vena biasanya terjadi pada pem-
oleh stimulasi kemoreseptor karotis dan aorta. Hal berian serotonin secara inius. Konstriksi vena kecil
tersebut diperkuat dengan kenyataan bahwa peng- mungkin merupakan suatu f aktor penyebab
angkatan korpus karotikus pada manusia akan sianosis.
menghilangkan efek serotonin yang diberikan intra-
karotis. Serotonin menyebabkan bronkokonstriksi
pada berbagai hewan dan pasien asma. Hal ini OTOT POLOS.
terulama didasarkan perangsangan langsung otot
polos bronkus dan sebagian kecil karena refleks. Saluran cerna. Penyuntikan serotonin lV merang-
Serotonin jarang menyebabkan kematian karena sang saluran cerna. Usus halus manusia sangat
cepat terjadi takif ilaksis. sensitil; dosis besar akan menyebabkan kolik dan
pengeluaran isi usus besar. Elek serotonin yang
SISTEM KARDIOVASKULAR. Elek 5-HT pada sis- dominan terhadap otot polos saluran cerna ialah
tem kardiovaskular secara umum serupa dengan stimulasi, tetapi dapat juga terjadi relaksasi, misal-
efek histamin atau bradikinin. Efek ini dilangsung- nya pada kolon distal manusia. Serotonin mem-
kan lewat reseptor S-HTI dan 5-HTz. bawa ion Ca ke dalam sel-sel otot yang selanjutnya
Vasokonstriksi. Stimulasi reseptor 5-HT menye- mengaktif kan kompleks aktomiosin sehingga terjadi
babkan konstriksi arteri, vena dan venula. Efek ini kontraksi.
umumnya dilangsungkan lewat reseptor 5-HTz teta- Saluran .cerna dirangsang secara langsung
pi pada arteri basilaris dilangsungkan lewat reseptor maupun melalui perangsangan sel ganglion dan
S-HTI khususnya 5-HTro. Organ yang terutama ujung saral intramural. Akibatnya terjadi peningkat-
an kontraksi dan tonus otot polos, kejang abdomen,
terkena ialah alat kelamin, ginjal, paru-paru dan
mual dan muntah. Derajat stimulasi ini tergantung
otak. Di samping efek langsung,5-HT juga memper-
dari kadar serotonin, spesies dan bagian saluran
kuat efek kontraksi oleh norepinefrin, histamin atau
cerna. Penglepasan serotonin dari sel ialah untuk
angiotensin ll. Efek ini dianggap memperkuat kerja
regulasi peristalsis. Pemberian serotonin eksogen
trombosit dalam proses hemostasis.
akan menimbulkan peristalsis yang disusul dengan
Vasodilatasi. s-HT lewat reseptor S-HTr menim- pengeluaran serotonin endogen. Kadar serotonin
bulkan vasodilatasi dengan cara melepaskan EDRF meninggi dalam darah manusia pada keadaan hi-
(endothelium-derived relaxing factor) dan prosta- perperistaltik. Pada karsinoid maligna, sel argen-
glandin dari sel endotel dengan akibat timbulnya tafin (kromafin) bertambah; sintesis, penyimpanan
relaksasi otot polos pembuluh darah. Efek ini terjadi dan penglepasan serotonin bertambah pula. Gejala
s
264
Farmakologi dan Terapi

dari tumor ini ialah kolik intermiten, diare, ftushing, MEDULA ADFENAL. Bila disunrikkan dalam arteri
sianosis, hipertensi, takikardia, takipnea, bronko_ yang menuju kelenjar adrenal, serotonin menye_
konstriksi. Penyuntikan serotonin lV akan menye_ babkan penglepasan katekolamin. Hasil yang sama
babkan meningkatnya konlraksi usus. pertama_ akan diperoleh bila diberikan secara lV dengan
lama terjadi spasme yang diikuti oleh peninggian
dosis yang sangat besar.
tonus dengan kontraksi propulsif yang ritmik, kemu-
dian terjadi periode inhibisi. Dua macam reseptor TROMBOSIT. Pada daerah cedera vaskular, trom-
serotonin ditemukan di usus yaitu D dan M. peris_ bosit melepaskan S-HT bersama ADp, metabolit
taltik usus lergantung dari berbagai faktor : (1) sen_ asam arakidonat (mis. lromboksan Az) dan media_
sitisasi reseplor presor intramural; (2) permulaan tor lainnya. Membran trombosit mengandung resep_
terjadinya refleks dan (3) peninggian sensitivitas sel tor 5HT yang bila terangsang mempermudah
ganglion dari serat otot terhadap asetilkolin. agregasi.
Aktivasi reseptor ini umumnya menimbulkan
Otot polos lain. 5-HT dapat secara langsung me_ respons yang lemah, tetapi bila terdapat agonis lain
nyebabkan kontraksi otol polos uterus dan bronkus. sepertl kolagen, maka 5-HT dapat menimbulkan ak-
Saraf aferen bronkus juga dapat mengalami stimu- tivasi trombosit secara maksimal. Jadi S-HT me-
lasi sehingga frekuensi napas meningkat. Efek ini ningkatkan agregasi dan mempercepat penggum-
menjadi lebih hebat pada pasien asma atau kar_ palan darah sehingga mempercepat hemostasis.
sinoid. SUSUNAN SARAF PUSAT. Kadar serotonin relatif
tinggi di hipotalamus dan otak tengah, sedikit pada
KELENJAR EKSOKRIN. pemberian serotonin per korteks serebri dan serebelum. Serotonin berfungsi
inlus pada anjing akan mengurangi sekresi asam sebagai neurotransmitor yang dilepaskan oleh saraf
lambung tetapi meningkatkan sekresi mukus. Ke_ yang tersebar luas dalam otak, yang mungkin meru_
pakan daerah sasaran (target) pelbagai obat psiko-
lenjar eksokrin lain memperlihatkan respons yang
bervariasi terhadap 5-HT.
aktif (LSD, reserpin dan sebagainya). Serotonin
bersifat sangat polar sehingga tidak dapat menem_
bus sawar darah otak.
METABOLISME KARBOHIDRAT. pemberian
serotonin lV dosis besar pada anjing akan menye_
babkan meningkatnya kadar gula darah, penurunan 1.3. SEROTONIN ENDOGEN
glikogen hati dan peningkatan aktivitas fosforilase.
DISTRIBUSI. Tubuh orang dewasa mengandung
Efek ini bukan efek langsung, diduga melalui peng_
kira-klra 5-10 mg serotonin. Dari jumlah ini g0%
lepasan epinefrin.
terdapat dalam saluran cerna, terutama di sel_sel
enterokromalin. Sisanya terdapat dalam trombosit
UJUNG SARAF. S-HT dapat menstimulasi arau dan otak; sel mast manusia normal tidak mengan_
menghambat saraf tergantung dari tempat dan jenis
dung serotonin, kecuali bila ia menderita tumor sel
reseplor yang ada. Stimulasi reseptor 5_HTt pada
mast.
ujung saraf adrenergik menghambat penglepasan
norepinelrin akibat stimulasi susunan sarai sim_ SUMBER, SINTEStS DAN pENytMpANAN, Sero-
patis. Stimulasi reseptor 5-HT3 yang terdapat pada tonin, kecuali dalam trombosit, disintesis secara
berbagai saraf sensoris menimbulkan depolaiisasi lokal karena trombosit tidak mempunyai enzim trip-
dengan manifestasi berupa nyeri, gatal, perang- tofan hidroksilase dan S-HTp dekarboksilase. pe-
sangan refleks napas dan kardiovaskular. ngambilan serotonin ke dalam trombosit terjadi ke-
tika sel ini melewati pembuluh darah usus yang
GANGLIA OTONOM. Serotonin dosis tinggi mem- mengandung serotonin dengan kadar tinggi. pe-
perlihatkan efek stimulasi pada ganglia otonom mi- ngambilan ini terjadi secara aktif karena afinitasnya
salnya pada ganglion servikalis superior dan gang_ yang linggi, dengan mekanisme yang sama dengan
lion mesenterika inferior (lihat efeknya terhadap otot re-uptake neurolransmitor di ujung saral adrener_
polos saluran cerna). Dosis yang lebih rendah me_ gik. Bila serotonin intrasel berlebihan, maka MAO
mudahkan atau menghambat transmisi ganglion, akan mengubahnya menjadi 5- hidroksi-indol asetat
(5-HIAA) yang dapat ke luar sel. Serotonin dilepas
tergantung dari kondisi percobaan.
dari vesikel di bawah pengaruh trombin, melalui
265
Se rotonin d an Anti se roton i n

1.5. SEDIAAN
mekanisme eksositotik (penyatuan vesikel dengan
membran plasma dan pengosongan isinya)' pe-
Tidak ada sediaan serotonin kecuali untuk
LAJU MALIH (Turn over rate). Serotonin secara nelitian yang tersedia dalam bentuk kompleks de-
terus merierus diproduksi dan dihancurkan dalam ngan kreatinin sultat. Pemberian serotonin secara
usus dan otak. Waktu paruh serotonin dalam otak oral yang diikuti dengan pengukuran 5-HIAA d-alam
jam'
kira-kira 1 jam dan dalam saluran cerna 17 urin menunjukkan derajat penghambatan MAO'
Serotonin yang terdapat dalam trombosit hanya di-
lepas bila dimetabolisme atau dengan pengaruh
trombin.

2. ANTISEROTONIN
1.4. FARMAKOKINETIK

5-HT endogen atau eksogen mengalami dea- Alkaloid ergot dan turunannya pertama kali
minasi oksidatif oleh MAO meniadi S-hidroksi in- dikenal sebagai penghambat serotonin (S-HT)' ter-
dolasetaldehid, yang kemudian akan dioksidasi lagi utama terhadap eleknya pada otot polos' Elek
menjadi asam 5-HIAA oleh enzim aldehid dehi- penghambatan ini paling kuat diperlihatkan oleh
drogenase dan 5-hidroksitripto{ol (5-HTOL) oleh en- ilsergat dietilamida (LSD), 2-bromo-LSD dan meti-
zimltxonol dehidrogenase (lihat Gambar 1 9-2)' sergid.
5-HIAA sebagai metabolit utama diekskresi ke Senyawa indol juga banyak merupakan anta-
dalam urin (2-10 mg/hari). Pasien karsinoid maligna gonis 5-HT. Tetapi usaha untuk menyelidiki respons
mengekskresi 5-HIAA dalam iumlah besar (25 mg
- tidak
lang Xompleks terhadap 5-HT dipersulit.oleh
1 g s=elama 24iam) yang dipakai sebagai.ujidiag- uOuny" antagonis terhadap berbagai jenis reseptor
no-ttik p"nyukit ini. Bila makan buah-buahan dan 5-HT yang s"t"Xtlt dan poten. Misalnya metisergid
kacang-kacangan yang kaya serotonin maka eks- Oan siproneptadin yang merupakan antagonis
5-
kresi 5-HIAA akan meningkat'

HH
HovAF+a_ 3_,
v\-/ ,\
Serotonin
(5-HT)
,1"
tiI uno
t HH
lr
C-C
til
HO

HH
ll
c-c-H
tl
HOH

Asam 5 - hidroksi-indol 5-hidroksitriptof ol


(5-HTOL)
asetat (5-HlM)

Gambar 1 9-2. Metabolisme serotonin'


266
Farmakologi dan Terapi

juga mempunyai efek larmakologik laln yang


flT, Ketanserin tidak mempengaruhi sistem renin_
kuat. Ketanserin merupakan contoh intagonis S- angiotensin, sekresi hormon hipofisis, aliran darah
HT2 yang sangat selektif (walaupun mempunyai ginjal dan laju filtrasi glomerulus.
elek penghambatan reseplor alfa adrenergik dll.) Pada pemberian oral ketanserin diserap
yang mempunyai elek spesifik.
hampir sempurna dan kadar puncak dalam plasma
lercapai dalam 0.5 - 2 jam. Bioavailabilitas oral
ketanserin kira-kira 50%, waktu paruh plasma 12_25
2.1. KETANSERIN jam dan di metabolisme terutama dalam hati. Meta-
bolit utamanya ialah ketanserinol yang diekskresi
Ketanserin merupakan prototip golongan an_ melalui urin. Aritmia yang berbahaya (torsades de
tagonis serotonin, dengan rumus molekul sebagai pointes) dapat terjadi pada pemberian ketanserin,
berikut : karena obat ini memperpanjang interval eTc. Ke-
tanserin saat ini sedang dileliti kemungkinannya
n untuk hipertensi atau penyakit vasospastik dengan
ll n"o dosis 40-80 mg/hari dalam dosis terbagi. Ketanserin
/Yry-cH,-cH,-N/
t. rt I V-t!/ \. \_/
harus diberikan hati-hati pada pasien dengan hipo-

\-,\^,./--6,
\:/ kalemia, pemberian bersama antiaritmia pada
1'- pasien dengan blok derajat 2 atau 3.
H

Ketanserin 2.2. METISERGID

KlMlA. Struktur kimia metisergid ialah seperti ter_


lihat di bawah ini :

_ .._Ketanserin merupakan penghambat reseptor


5-HTe selektil tanpa memperlihatkan efek terhadap
re-septor 5-HTr. Tetapi ketanserin juga mempunyai ?
c*NH-cH- 'cH2cH3
afinitas yang berarti terhadap reseptor or_ udr"n"r_
gik d.an reseptor Hr (histamin). Obat ini juga \cH, or
meng-
hambat secara ringan reseptor dopamin. Ketan-
serin mengantagonisasi elekvasokonstriksi 5_HT
pada berbagai sediaan vaskular, sehingga mungkin
bermanlaat untuk pengobatan hipertensi, klaudi-
kasio intermiten dan fenomen Raynaud. Ketanserin
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi, N
tetapi ritanserin, suatu antagonis S_HTz yang lebih I
H
selektif tidak mempunyai efek antihipertensi paOa
dosis ekuivalen dengan ketanserin sebagai anta-
gonis 5-HT2. Mekanisme kerja ketanserin sebagai
Metisergid
antihipertensi diduga merupakan gabungan efek-
nya terhadap reseptor S-HTI dan ar- adrenergik,
Elek penurunan tekanan darah ini agaknya terjadi FARMAKOLOGI. Metisergid menghambatefek
karena menurunnya tonus pembutun Xipasitans vasokonstriksi dan presor serotonin pada otot polos
(capacitance vesse/s) dan resistans (reslsfance vaskular. Elek terhadap susunan saraf sangat kecil.
vesse/s,). Potensi antihipertensil ketanserin kira-kira Walaupun obat ini suatu derivat ergot, siflt vaso-
dengan penghambat adrenergik atau konstriksi dan oksitosiknya jauh lebih lemah dari-
19Oa1di1O B
diuretik. Efek samping yang dapat terjadi umumnya pada alkaloid ergot.
ringan seperti mengantuk, mulut kering, pusing dan Obat ini dapat digunakan untuk mencegah
mual. Ketanserin juga menghambat respons-kon- serangan migren dan sakit kepala vaskular lainnya,
traksi otot trakea dan efek agregasi trombosit akibat termasuk sindrom Horton. penggunaan profilaksis
agregasi trombosit sebab agonis mengurangi lrekuensi dan intensitas serangan sakit
f-.HT., ggOanOkan
lain tidak begitu dipengaruhi. kepala. Rebound headache sering terjadi Olta oOat
S eroton i n d an Anti se roto n in 267

ini dihentikan. Metisergid tidak berman{aat pada FARMAKOLOGI. Siproheptadin merupakan anta-
migren akut, bahkan merupakan kontraindikasi. gonis histamin (Hr) dan serotonin yang kuat. Sipro-
Cara kerja metisergid dalam mengatasi sakit kepala heptadin melawan efek bronkokonstriksi akibat
vaskular tidak diketahui, hubungannya dengan se- pemberian histamin pada marmot, dengan potensi
rotonin masih diragukan. yang menyamai atau melampaui antihistamin yang
Metisergid berguna untuk pengobatan diare paling kuat. Obat ini juga menghambat efek bronko'
dan malabsorbsi pada pasien karsinoid dan dum' konstriktor, stimulasi rahim dan udem oleh sero-
ping syndrome pasca gastrektomi. Tetapi obat ini tonin pada hewan coba dengan aktivitas yang se-
tidak efektif pada pengobatan gejala yang ditim- banding atau melebihi LSD. Selain itu siproheptadin
bulkan oleh zat lain yang dikeluarkan oleh tumor mempunyai aktivitas antikolinergik dan efek depresi
karsinoid (mis. kinin) sehingga untuk pengobatan SSP yang lemah.
tumor karsinoid lgbih baik digunakan oktreotida Siproheptadin bermanfaat untuk pengobatan
asetat (suatu analog somatostatin) yang meng- alergi kulit seperti dermatosis pruritik yang tidak
hambat sekresi semua mediator pada tumor ini. teratasi dengan antihistamin. Berdasarkan elek an-
tiserotoninnya, obat ini digunakan pada dumping
EFEK SAMPING. Yang paling sering ialah ganggu- syndrome pasca gastrektomi dan hipermotilitas
an saluran cerna berupa : heaft burn, diare, keiang usus pada karsinoid. Penggunaannya pada karsi-
perut, mual dan muntah. Elek samping lain ialah : noid lambung berdasarkan kedua efek tersebut.
insomnia, nervositas, euforia, halusinasi, bingung, Akan tetapi saat ini oktreotida lebih disukai dalam
kelemahan badan dan nafsu makan hilang. Pada pengobatan supresi gejala karsinoid.
penggunaan lama mungkin timbul suatu kelainan
yang agak jarang ditemukan tetapi dapat latal, yaitu EFEK SAMPING. Yang paling menonjolialah pera-
librosis inllamatoar (fibrosis retroperitoneal, librosis saan mengantuk. Efek samping lain yang iarang
pleuropulmoner, librosis koroner dan endokardial). terjadi ialah : mulut kering, anoreksia, mual, pusing
Biasanya tibrosis ini menghilang bila obat dihen- dan pada dosis tinggi dapat menyebabkan ataksia'
tikan, tetapi lesi pada jantung dapat menetap. Yang menarik perhatian, siproheptadin sering me-
nyebabkan berat badan bertambah, yang pada
POSOLOGI. Metisergid maleat yang digunakan anak-anak disertai dengan percepatan pertum-
ialah 2 mg. Dosis dewasa : 4-6 mg/hari, dibagi buhan. Mekanismenya mungkin melalui perubahan
dalam beberapa dosis. pengaturan sekresi hormon pertumbuhan. Peng'
gunaannya dalam klinik sebagai penambah nafsu
makan diragukan.
2.3. SIPROHEPTADIN POSOLOGI. Siproheptadin hidroklorida, dalam
bentuk tablet 4 mg dan sirup yang mengandung 2
KlMlA. Struktur kimia siproheptadin ialah sebagai mg/5 ml. Dosis dewasa: 3-4 kali sehari4 mg dengan
berikut : dosis total tidak lebih dari 0,5 mg/kgBB.

2.4. FLUOKSETIN

o. o
"etdcHz-cHz-NH-cHg
I
CHg

Struktur siproheptadin Fluoksetin


268
Farmakologi dan Terapi

FARMAKOLOGI. Fluoksetin ialah penghambat teraksi dengan obat lain yaitu antidepresan, lithium,
ambilan 5-HT yang sangat selektif dan poten. Efek diazepam, warfarin, digitoksin, obat-obat SSp, se_
ini terlihat pada trombosit dan jaringan otak. Tetapi hingga penggunaannya bersamaan harus dilaku_
hubungannya dengan efek terapi obat tidak jelas. kan secara lebih berhati-hati. penggunaannya
Obat ini diabsorpsi secara baik pada pem- harus dilakukan secara hati-hati pada penyakit kar_
berian per oral, bioavailabilitasnya tidak dipenga- diovaskular, penyakit hati dan diabetes melitus.
ruhi makanan. Fluoksetin dimetabolisme teiutama
dengan N-demetilasi menjadi norfluoksetin yang lNDlKASl. Fluoksetin diindikasikan pada depresi
sama potennya. Waktu paruh plasma setelah pem_ mental terutama bila sedasi tidak diperlukan atau
berian dosis tunggal ialah 4g-72 jam, sedangkan pasien bulimia.
bila ditambah metabolit menjadi 7-15 hari. Obat ini
terikat protein sebanyak 80-95%. Tidak ada hubu_
ngan antara kadar'plasma fluoksetin dengan efek 2.5. SERTRALIN
terapinya, Gangguan fungsi ginjal ringan tidak FARMAKOKINETIK. Absorpsi oral lambat, kadar
mempengaruhi kinetik fluoksetin secara bermakna. puncak plasma baru tercapai 6-g jam setelah pem_
Bersihan fluoksetin dan norfluoksetin berkurang berian. Pada pemberian bersama makanan area di
pada pasien dengan gangguan laal hati yang berat.
bawah kurva (AUC) meningkat 39% dan Cma<32To
Fluoksetin diekskregi dalam air susu, tetapi belum dibanding dengan pemberian pada lambung ko_
diketahui apakah dapat menembus plasenta atau song. Kenyataan ini mungkin berhubung berku_
tidak. rangnya eliminasi presistemik, bila obat diberi ber_
EFEK SAMPING. Efek samping fluoksetin yang sama makanan. Obat ini mengalami metabolisme
berbahaya jarang terjadi, tetapi pernah dilaporkan presistemik.
terjadinya vaskulitis, eritema multiforme dan serum FARMAKOLOGI. Sertralin menghambat ambilan
sickness. Vaskulitis jika mengenai organ penting serotonin, Obat ini merupakan salah satu inhibitor
misalnya pa{u-paru, ginjal atau hati dapat berakibat ambilan serotonin selektif. potensinyasebagai
latal. penghambat ambilan 5-HT lebih kuat dibanding
Fluoksptin yang digunakan dalam dosis tung- dengan klomipramin dan amitriptilin yaitu secara
gal berlebihan, bersama obat lain atau alkohol per_ berurutan 1 : 0,16 : 0,02.r
nah dilaporkan mengakibatkan kematian.
Penggunaan fluoksetin dalam dosis tinggi Susunan saraf pusat. pengaruh sertralin terhadap
juga dapat menimbulkan mual, muntah, agitasi, ke- EEG yang mirip pengaruh desipramin paling jelas 6
gelisahan, hipomania dan gejala-gejala perangsa- jam setelah pemberian, sewaktu kadar plasma
ngan SSP. Tidak ada antidotum spesifik untuk kera_ puncak tercapai. Elek sedatil tidak terlihat sampai
cunan lluoksetin. Penanganan keracunan karena dosis 150 mg, tetapi dengan dosis 400 mg sedasi
kelebihan d<jsis dilakukan secara simtomatik (ok_ ringan terjadi. Ditinjau dari pengaruhnya terhadap
sigenasi, ventilasi, pemberian karbon aktif, bilas EEG, sertralin berada antara obat antidepresan dan
lambung dsb.). obat angiolitik.
Elek iamping fluoksetin pada dosis biasa Psikomotor. Secara umum sertralin dengan dosis
dapat berupa : keluhan SSp (cemas, insomnia, 100 mg tidak mempengaruhi lungsi psikomotor.
mengantuk, lelah, astenia, tremor) berkeringat,
gangguan saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, Kardiovaskular. Sertralin 3 x 50 mg tidak menim-
diare), sakit kepala dan "rash', kulit. Gejala lain juga bulkan kelainan EKG pada orang sehat. pengaruh-
dapat berupa demam, leukositosis, nya terhadap jantung diduga kurang dari antide-
artraigia,
edema, sindrom karpal, gangguan faal hati, dsb. presan trisiklik.

KONTRAINDIKASI. Ftuoksetin tidak boteh diberi_ lNDlKASl. Obat inidiindikasikan pada depresi. lndi-
kan bersama penghambat MAO. Walaupun tidak kasi pada obesitas dan gangguan kompulsif-obsesif
menimbulkan kelainan reproduktif pada hewan masih dalam taraf penjajagan.
coba, fluoksetin sebaiknya tidak diberikan pada EFEK SAMPING. Efek samping jarang (< 5%), dari
wanita hamil karena data pada manusia belum yang terjadi berupa gejala SSp dan saluran cerna.
cukup. Obat ini tidak dianjurkan penggunaannya Gejala SSP berupa tremor, pusing, somnolens dan
pada anak dan usia lanJut. Fluoksetin dapat berin_ hiperhidrosis. Gejala saluran cerna berupa mual,
S eroto n i n d an Ant i se roton i n 269

muntah, tinja lembek dan dispepsia. Gangguan sek- EFEK SAMPING. Ondansetron biasanya ditole-
sual serupa dengan gangguan akibat antidepresan ransi secara baik. Keluhan yang umum ditemukan
trisiklik. Penurunan berat badan mungkin meng- ialah konstipasi. Gejala lain dapat berupa sakit
ganggu, tetapi rata-rata pasien berat badannya kepala, flushing, mengantuk, gangguan saluran
hanya turun 1-2 kg. Jarang sekali obat perlu dihen- cerna, dsb. Belum diketahui adanya interaksi de-
tikan sehubungan penurunan berat badan. ngan obat SSP lainnya seperti diazepam, alkohol,
Empat kasus takar lajak (maksimum 2,6 g) morfin atau anti emetik lainnya.
dilaporkan terjadi. Keempatnya pulih sempurna.
KONTRAINDIKASI. Keadaan hipersensitivitas me-
Tidak ada antidotum spesifik; yang perlu dilakukan
rupakan kontraindikasi penggunaan ondansetron.
hanya terapi simtomatik dan suportif.
Obat ini dapat digunakan pada anak-anak. Obat ini
POSOLOGI. Dosis awal: 50 mg sekali sehari dapat sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan, dan ibu
ditambah menurut kebutuhan sampai 200 mg/hari masa menyusui karena kemungkinan disekresi
dosis tunggal. Tidak perlu penyesuaian dosis pada dalam ASl. Pasien dengan penyakit hati mudah
manula. Lakl-laki dewasa mungkin memerlukan mengalami intoksikasi, tetapi pada insufisiensi gin-
dosis yang lebih tinggi. Sertralin tersedia sebagai jal agaknya dapat digunakan dengan aman.
kapsul berisi 50 dan 100 mg. Karena obat ini sangat mahal, maka penggu-
naannya harus dipertimbangkan dengan baik,
mengingat obat dengan indikasi sejenis tersedia
2.6. ONDANSETRON cukup banyak.

lNDlKASl. Ondansetron digunakan untuk meng-

ffi$
atasi mual dan muntah pada pengobatan kanker
o CHs
dengan radioterapi dan sitostatika.

2.7. SUMATRIPTAN
I Sumatriptan merupakan suatu 5-HTr agonis
yang dikembangkan sebagai obat migren. Aktivitas
, "t'
antimigren diduga berdasarkan efek vasokonstriksi
Ondansetron pembuluh darah kranial yang mengalami dilatasi
sewaktu serangan dan penghambat inllamasi neu-
FARMAKOLOGI. Ondansetron ialah suatu anta- rogenik di duramater.
gonis 5-HT3 yang sangat selektil yang dapat mene- Dugaan peranan serotonin dalam patogene-
kan mual dan muntah karena sitostatika misalnya sis migren semakin kuat dengan kenyataan bahwa
cisplatin dan radiasi. Mekanisme kerjanya diduga sebagian besar serangan migren dapat diatasi
dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor dengan sumatriptan.
S-HT yang terdapat pada chemoreceptor trigger Sumatriptan merupakan agonis selektif di
zone di area postrema otak dan mungkin juga pada reseptor 5-HTr-like yang memperantarai konstriksi
aferen vagal saluran cerna. pembuluh darah kranial. Obat ini hampir tidak
Ondansetron juga mempercepat pengosong- memperlihatkan aktivitas pada reseptor 5-HTt lain-
an lambung, bila kecepatan pengosongan basal nya yang memperantarai vasodilatasi pembuluh
rendah. Tetapi waktu transit saluran cerna meman- darah kranial, 5-HTe, 5-HTg, tetapi memperlihatkan
jang, sehingga dapat terjadi konstipasi. Ondanse- efek vasokonstriksi lemah pada"pembuluh darah
tron tidak efektil untuk pengobatan motion sickness. koroner lewat reseptor 5-HTr,
Pada pemberian oral, obat ini diabsorpsi se- FARMAKOKINETIK. Median kadar puncak plasma
cara cepat. Kadar maksimum tercapai setelah 1-1 ,5 10 menit (rentang waktu 5-20 menit) setelah dosis
jam, terikat protein plasma sebanyak 70-76 %, dan 6 mg SK, dan 1 ll2jam (rentang waktu 1/2 - 4112
waktu paruh 3 jam, Ondansetron di eliminasi de- jam) setelah dosis 100 mg oral. Pada orang sehat
ngan cepat dari tubuh, Metabolisme obat ini teruta- kadar puncak 72 uglL setelah 6 mg SK, 77 uglL
ma secara hidroksilasi dan konjugasi dengan gluku- setelah 3 mg lV dan 54 ug/L setelah 100 mg oral.
ronida atau sulfat dalam hati, Bioavailabilitas hanya 14% setelah pemberian oral
270
Farmakologi dan Terapi

karena metabolisme lintas pertama, setelah pem- Dibanding dengan plasebo, sumatriptan jelas
berian subkutan bioavailabilitas 96%. lebih efektil mengatasi gejala mual, muntah, lono-
lkatan protein plasma obat ini 14-21o/o dan lobia dan fotofobia. Sayangnya 40% pasien menga-
volume distribusi rata- rata 170 L. lami kekambuhan dalam 24-48 jam. Dari data saat
'Sumatriptan
mengalami metabolisme di hati, ini dapat disimpulkan bahwa sumatriptan sama
metabolit utamanya analog asam indol asetat yang elektif pada serangan ulang. Belum ada petunjuk
inaktif. Ekskresi terutama melalui urin tetapi pada untuk menyokong penggunaan sumatriptan seba-
pernberian oral, jumlah yang diekskresi melalui tinja gai profilaksis kekambuhan,
meningkat.
EFEK SAMPING. Sumatriptan terterima baik. Efek
lNDlKASl. Studi komparatil memperlihatkan bahwa samping ringan dan selintas, berhubungan dengan
sumatriptan efektil pada pengobatan migren de- cara pemberian. Mual/muntah dan gangguan rasa
ngan atau tanpa aura. Dalam waktu 2 jam suatu (faste,) paling sering dilaporkan setelah pemberian
dosis tunggal 100 mg atau 200 mg mengatasi se- oral. Gangguan rasa ini sebagian berhubungan de-
rangan secara tuntas pada S0-73% serangan. ngan bentuk sediaan dispersibte tablef dan hilang
Dalam suatu penelltian terbatas 100 mg su- setelah sediaan diubah menjadi bersalutlilm. Nyeri,
matriptan lebih baik mengatasi serangan migren merah di tempat suntikan terjadi setelah pemberian
daripada kombinasi 2 mg ergotamin + 200 mg kafein subkutan dan juga parestesia, ftushing, rasa panas
atau 900 mg asetosal + 10 mg klopramid. dan terbakar.
Sumatriptan 6 mg mengatasi 70-71% pasien POSOLOGI. Dosis subkutan ialah 6 mg diberikan
sakit kepala dalam 1 jam dan 75% respons :2 jam
sedini mungkin dalam serangan, boleh diulang se-
selelah pemberian 20 mg intranasal kanan- kiri kaliselang 1 jam, selama 24 jam. Dosis oral 100 mg,
selang 15 menit.
sedini mungkin, boleh diulang. Dosis oral maksimal
per hari 300 mg.
Obat Gagal Jantung 271

VI. OBAT KARDIOVASKULAR

20. OBAT GAGAL JANTUNG


Armen Muchtar dan Zunilda S. Bustami

1. Pendahuluan 2.6. lnteraksi obat


2. Digitalis f bt,cl 'i'. o,,r ", ,oecg ,,r., 2.7. Penggunaan klinik
{a,,r,{,.i
2.1. Sejarah 2.8, Sediaan dan posologi
2.2. Sumber dan kimia 3. Obat gagal jantung lain
2.3. Farmakodinamik 3.1. DiUfetik --l ri!!{i\t { q&, ji i.,i. ',i,,,'. , i;,: r! .4-1,1,';

2.4. Farmakokinetik 3.2. Vasodilator , , I el '. , i., :,


'
2.5. lntoksikasi 3.3. lnotropik lain {, q"';rr',prs{:e{ f; Lqq {1qr,dir;.._

1. PENDAHULUAN n sirkulasi dengan

beban pengisian ventrikel (preload = beban


Gagal jantung kongestif adalah sindrom dan menurunkan tahanan periter (afterload; beban
klinik yang ditimbulkan oleh gangguan lungsi jan-
hili0. Obat-obat utama untuk tujuan itu adalah gliko-
tung yang dapat berupa menurunnya kontraktilitas,
sida digitalis dan zat inotropik lainnya untuk fr-e*m:
berkurangnya massa jantung yang berkontraksi,
gangguan sinergi kontraksi, atau berkurangnya ke-
@ffi T-on tr-it<ti tit"t, Sigtetit<.g1t Qfu el q y lairgti
beban hulu dan pada akhirnya juga bebqp hltir, serta
lenturan. Sindrom ini terjadi karena curah jantung
vasodilator yan(; mengurangi beban hilir.
tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan meta-
Digitatis semula merupakan obat yang selalu
bolisme tubuh. Gangguan lungsi pompa jantung itu
diberikan kepada penderita gagal jantung. Tetapi
menyebabkan bendungan sirkulasi dengan segala
ternyata bahwa efektivitas diuretik pada gagal jan-
akibatnya. Tujuan utama pengobatan gagal jantung
tung sama dengan digitalis, terutama pada pasien
adalah mengurangi gejala akibat bendungan sir-
kulasi, memperbaiki kapasitas kerja dan kualitas dengan edema sebagai gelala utama gagal jantung.
hidup, serta memperpanjang harapan hidup. Untuk Pembahasan mengenai obat lain yang diindikasi-
itu pendekatan awal adalah memperbaiki berbagai kan pada gagal jantung juga ada dalam bab ini.
gangguan yang mampu pulih untuk menghilangkan Efek utama glikosida jantung adalah terhadap
beban kardiovaskular yang berlebihan, misalnya fungsi mekanik dan listrik iantung. Manfaatnya
mengobati hipertensi, mengobati anemia, mengura- pada gagal jantung kongestif terutama karena efek
ngi berat badan, atau memperbaiki stenosis aorta. peningkatan kontraktilitas jantung. Namun manlaat
Gagal jantung yang tetap berge,iala walaupun pe- jangka lama pada penderita ini masih diragukan.
nyakit yang mendasarinya telah diobati memerlu- Glikosida jantung yang sekarang banyak digunakan
kan pembatasan aktivitas lisik, pembatasan asupan mempunyai batas keamanan yang sempit, se-
garam, dan obat. hingga terasa perlu menemukan obat lain yang
Kebanyakan penderita gagal jantung mem- kurang toksik tetapi dengan khasiat inotropik yang
perlihatkan gangguan lungsi sistolik. Pada pende- sama, Beberapa obat baru misalnya amrinon dan
rita demikian terapi obat dimaksudkan untuk (1) beberapa perangsang adrenoseptor-p kini terbukti
272 Farmakologi dan Terapi

bermanlaat untuk mengatasi gagal jantung. Bebe- kualan ini dapat diarahkan ke tujuan-tujuan yang
rapa vasodilator yaitu nitroprusid, nitrogliserin, a- bermanfaat. Di samping itu ia juga menulis bahwa
bloker dan penghambat enzim konversi angiotensin digitalis harus digunakan secara cermat berhubung
(angiotensin converting enzyme, ACE), telah ter- efek toksiknya mudah timbul.
bukti berguna pada gagal jantung lertentu. peneli- Walaupun Withering telah meletakkan dasar-
tian mutakhir telah membuktikan bahwa pengham- dasar ilmiah penggunaannya, digitalis masih digu-
bat ACE dan vasodilator lain sangat bermanfaat nakan secara serampangan pada abad ke-1 9. Baru
dalam menurunkan angka kematian gagal jantung. pada permulaan abad ke-20 dilakukan penelitian
Uraian tentang penghambat ACE dan vasodllator lebih lanjut tentang sifat-sifat farmakologi dan terapi
terdapat dalam bab-bab lain, tetapi penggunaannya digitalis. Mula-mula didapatkan bahwa digitalis ber-
pada gagal jantung akan dibahas dalam bab ini. manfaat untuk pengobatan llbrilasi atrium, kemu-
dian terbukti bahwa penggunaan utamanya adalah
untuk gagal jantung kongestif.

2. DIGITALIS et{F i-.'ktik 4-/r

2.2 SUMBER DAN KIMIA


2.1. SEJARAH
Digitalis yang sering digunakan berasal dari
Tanaman obat yang mengandung glikosida daun Digitalis purpurea, tetapi biji dan daun tanam-
jantung sudah dikenal sejak zaman Mesir kuno. an digitalis jenis lain juga berisi zat aktif. Biji Stro-
Bangsa Flomawi menggunakannya sebagai diure- phantus kombe atau Strophantus hispidus mengha-
tik, penguat jantung, perangsang muntah, dan silkan zat aktif yang dinamakan strofantin, sedang-
racun tikus. Dalam dunia kedokteran modern, kegu- kan dari Strophantus gratus dihasilkan ouabain. Di
naan digitalis sebagai obat telah dikukuhkan oleh samping itu beberapa tumbuhan laut, misalnya
William Withering ('1875) dalam risalahnya yang ganggang laul U rginea maritima,juga mengandung
berjudul An Account ol the Foxgtove and Some of zat aktif yang bersifat merangsang kerja jantung.
Its Medical Uses.'ufh Practical Remarks on Dropsy Digitalis merupakan glikosida yang terdiri atas
and Other Diseases. Dalam tulisannya itu ia menge- steroid, cincin lakton, dan beberapa molekul hek-
mukakan bahwa digitalis mempunyai kekuatan ter- sosa. Rumus bangun dari prototip gllkosida jantung,
hadap jantung yang melebihi obat lainnya, dan ke- digoksin, dapat dilihat pada Gambar 20-1. Ga-

CHs

f"t-"
cHs
Fo
AH/
lHo

CHS SJ
,K)'"
HO/
Tri-digitoksose

Gambar 20-1. Rumus bangun digoksin


Obat Gagal Jantung 273

bungan steroid dengan cincin lakton dinamai agli- timbul karena kerja langsungnya dalam meningkat-
kon (genin) yang merupakan gugus aktil, sedang- kan kontraksi miokardium.
kan 1-4 gugus gula yang terikat pada aglikon me- Digitalis juga bekeria langsung pada otot polos
nentukan kelarutan glikosida tersebut dalam air dan pembuluh darah, selain itu efeknya pada jaringan
lemak. saraf mempengaruhi secara tidak langsung aktivi-
Melalui proses hidrolisis, akan dilepaskan agli- tas mekanik dan listrik jantung serta resistensi dan
kon yang struktur kimianya mirip asam empedu, daya tampung pembuluh darah. Akhirnya, perubah-
sterol, hormon kelamin, dan kortikosteroid. Pada an dalam sirkulasi akibat digitalis sering diikuti oleh
atom Crz dari inti siklopentanoperhidrolenantren perubahan refleks pada aktivitas autonom dan ke-
melekat cincin lakton tak jenuh, sedangkan gugus seimbangan hormonal yang secara tidak langsung
metil, hidroksil, dan aldehid terikat pada tempat- berpengaruh baik terhadap fungsi kardiovaskuler.
tempat tertentu yang tidak sama untuk tiap-tiap Karena itu uraian tentang elek digitalis terhadap
aglikon. Umumnya kerja aglikon pada miokard lebih jantung dan peredaran darah akan dibahas dari
lemah dan lebih singkat, tetapi efek toksiknya me- sudut elek langsung dan tak langsungnya terhadap
nyamai glikosida. jantung, diikuti efek terhadap lungsi jantung dan
Semua aglikon alam mengandung gugus OH elek terpadu digitalis, terakhir efeknya terhadap se-
pada atom Crc, dan kebanyakan juga membawa luruh sistem kardiovaskuler. Efek langsung maupun
gugus OH pada atom Cg, tempat terikatnya molekul tak langsung ini keduanya mempengaruhi sistem
gula. Gugus hidroksil pada atom C3 ini sangat reak- mekanik (kontraktilitas) dan listrik jantung.
ti{, dan dari tempat ini dihasilkan turunan semisin-
tetik dari reaksi antara aglikon dengan senyawa
EFEK LANGSUNG
asam organik, gula, xantin, dan senyawa lainnya.
Misalnya asetilstrofantidin yang tidak digunakan di
KONTRAKTILITAS MIOKARDIUM. Mekanisme
klinik tetapi banyak digunakan dalam eksperimen
meningkatnya kontraktilitas otot jantung oleh
karena mula kerjanya cepat dan berlangsung
digitalis sangat kompleks. Besarnya efek ini sesuai
singkat.
dengan besarnya dosis (dose-dependent positive
Jumlah dan posisi gugus OH menentukan ke-
inotropic effect). Efek ini berlaku untuk otot atrium
larutan obat dalam air dan lemak, derajat ikatan
dan ventrikel, dan secara kualitatil sama untuk otot
protein, dan kecepatan metabolisme serta lama
jantung yang normal maupun yang gagal. Elek ter-
kerja. Sedangkan saturasi cincin lakton akan sangat
hadap aktivitas mekanik ini terlihat pada kontraksi
mengurangi aktivitas dan mempercepat mula kerja-
isometrik maupun isotonik. Digitalis yang diberikan
nya pada iantung. Bila cincin lakton dirusak maka
pada sediaan otot jantung dalam kondisi isometrik
aktivitasnya akan hilang sama sekali.
akan meningkatkan tegangan (fension) otot. Di
samping itu, digitalis meningkatkan kecepatan tim-
bulnya tegangan ini dan memperpendek waktu
2.3 FARMAKODINAMIK yang diperlukan untuk mencapai puncak tegangan.
Elek ini terjadi tanpa adanya perubahan dalam
Sifat larmakodinamik utama digitalis adalah
tegangan istirahat. Secara kualitatif, keadaan ini
inotropik positil, yaitu meningkatkan kekuatan kon-
dapat disamakan dengan keadaan ketika iantung
traksi miokardium. Pada penderita yang mengalami
teregang pada akhir diastole,
gangguan lungsi sistolik, elek inotropik positif ini
Kemampuan digitalis meningkatkan tegangan
akan menyebabkan peningkatan curah jantung se-
isometrik sangat bergantung pada kondisi awal otot
hingga tekanan vena berkurang, ukuran jantung jantung. lebih
mengecil, dan refleks takikardia yang merupakan 'besar Peningkatan tegangan isometrik iauh
pada otot iantung yang melemah (reganian
kompensasi jantung, diperlambat. Tekanan vena
otot tidak lagi disertai peningkatan curah sekuncup)
yang berkurang akan mengurangi gejala bendun-
dibanding terhadap otot,iantung normal (regangan
gan, sedangkan sirkulasi yang membaik, termasuk
otot disertai peningkatan curah sekuncup).
ke ginjal, akan meningkatkan diuresis dan hilang-
nya udem, Digitalis iuga menyebabkan perlambat' Mekanisme keria. Efek inotropik positif digitalis
an denyut yentrikel pada librilasi dan llutter atrium, didasarkan atas 2 hal, yaitu (1 ) penghambatan
dan pada kadar toksik menimbulkan disritmia' Jadi' enzim Na*,K* adenosin trilosfatase 1Na*,K*-
efektivitas digitalis pada gagal jantung kongestif ATPase) yang terikat di membran sel miokard
274 Farmakologi dan Terapi

(sarkolema) dan berperan dalam mekanisme pertukaran K+ ekstrasel dengan Na+ intrasel de-
pompa Na*; dan (2) peningkatan arus masuk lam- ngan akibat meningginya kadar Na+ dan menurun-
bat (s/ow inward current) Ca* ke intrasel pada nya K* di dalam sel. Peningkatan Na* intrasel ini
potensial aksi. menyebabkan pertukaran Ca** intrasel dengan Na+
Pada fisiologi otot jantung lerjadi pertukaran ekstrasel melalui sistem karier Nat-Ca** exchange
ion-ion di intrasel dan ekstrasel. pertukaran ini ter- terhambat dan Ca** intrasel meningkat.
jadi karena perbedaan kadar ion-ion tersebut di Di samping itu, oleh sebab yang belum dike-
dalam dan luar sel, misalnya pada pertukaran Ca** tahui dengan jelas, peningkatan kadar Ca** intrasel
intrasel dengan Na+ ekstrasel. Selain itu terjadi juga akan menyebabkan semakin banyaknya Ca** yang
pertukaran ion melalui mekanisme pompa yang me- masuk lewat s/our channel.lon Ca yang masuk ke
merlukan energi karena keluar masuknya ion mela- dalam sel menyebabkan penglepasan Ca** tam-
wan kadar.yang tinggi. lni lerjadi pada pertukaran bahan dari depot intraseluler (sarkoplasmik retiku-
Na'dan K'melalui suatu mekanisme pompa. lum), Peningkatan kadar Ca** intrasel akan menye-
Energi untuk pompa Na'diperoleh dari hidro- babkan semakin banyak Ca** yang terikat pada
lisis ATP oleh enzim Na*, K*-ATpase, maka peng- reseptornya di miofibril (troponin C) dan memper-
hambatan enzim ini menyebabkan terhambatnya kuat kontraksi jantung.

Nc'
o @^t! r* ^ z+@
uo

Gambar 20-2. Mekanisme kerja digitalis

Keterangan gambar:
Pompa Na* bekerja dengan energi yang diperoleh dari hidrolisis.ATP oleh Na', K*-ATpase untuk memompakan Na+
dari dalam sel ke ekstrasel; digitalis. menghambat enzim ini(1). Dalam hambatan pompa Na* ini, meningkatnya kadar
tii). pA"i;;;
Na*intrasel menyebabkan kadar ca* intriset meningkat metatui mekanisme ratiei rv""-C";;
"iiiangi
plateau potensial aksi, masuknya Ca** lewat s/our channe! jugaditingkatkan oleh digitalis (2). pada
setiai potensial aksi
Ca*' dilepaskan dari cadangannya di retikulum sarkoplasmil3;.
Obat Gagal Jantung 275

AKTIVITAS LISTRIK. Serabut Purkinye. Efek lang- sarkan efek tidak langsung lewat saraf autonom.
sung digitalis terhadap aktivitas listrik serabut ian- Efek digitalis terhadap nodus AV iuga hanya terjadi
tung paling banyak diselidiki pada serabut Purkinye. pada kadar tinggi berupa penekanan konduksi me-
Elek toksik digitalis misalnya, dapat dijelaskan ber- lalui AV. Efek langsung terhadap nodus AV menim-
dasarkan pengaruhnya terhadap serabut ini. Elek bulkan penurunan kecepatan konduksi, peningkat-
pemberian digitalis pada aktivitas listrik di serabut an periode relrakter efektif (ERP) dan akhirnya da-
Purkinye meliputi: (1 ) menurunnya potensial istira- pat menimbulkan blok AV. Pengaruh terhadap sera-
hat (RP) atau polensial diastolik maksimal (MDP) but khusus atrium (specialized atrial fibers) sama
yang akan memperlambat laju depolarisasi cepat dengan pengaruh terhadap serabut Purkinje. Da-
(fase 0) dan mengurangi kecepatan (velocity) kon' lam hal ini, yang paling penting, digitalis bukan
duksi; (2) memperpendek masa potensial aksi hanya meningkatkan automatisitas karena pening-
(APD) yang menyebabkan serabut otot lebih mudah katan laju fase 4 depolarisasi, tetapi iuga menimbul-
terangsang; dan (3) meningkatnya automatisitas kan fokus ektopik akibat terjadinya depolarisasi
karena meningkatnya laju depolarisasi fase 4 se- ikutan lambat.
hingga lase ini makin curam. Makin tinggi kadar Serabut otot atrium dan ventrikel. Efek langsung
obat, perlambatan laju depolarisasi makin nyata' digitalis terhadap lama potensial aksi (APD, Action
dan masa potensial aksi makin pendek. Potensial Duration) di serabut otot ventrikel serupa
Digitalis meningkatkan kecenderungan untuk dengan eleknya pada serabut Purkinje. Perpen-
timbulnya potensial aksi secara spontan. Kemu- dekan APD yang terjadi tidak mencolok, tetapi
dian, karena obat ini memperpendek masa poten- mungkin terlihat sebagai perpendekan interval QT
sial aksi yang berarti memperpendek juga masa pada EKG. Pengaruh lain ialah meningkatnya kecu-
refrakter, serabut otot jantung mudah sekali mem- raman fase 2(plateau) dan menurunnya kecuraman
beri tanggapan terhadap potensial aksi spontan ini. lase 3 yang terlihat sebagai perubahan segmen ST
Potensial aksi spontan yang selintas initimbul kare- dan gelombang T. Digitalis tidak mempengaruhi
na dua hal. Pertama, digitalis menyebabkan ber- depolarisasi lase 4 serabut otot atrium atau ventri-
tambah curamnya lase 4 potensial aksi (lihat alas), kel, tetapi dapat menimbulkan depolarisasi ikutan
dan kedua, digitalis dapat menimbulkan depola- lambat (delayed after depolarization).
risasi ikutan lam bat (d e I ay ed afte rd e pol a ri z ati o n).
Depolarisasi ikutan ini dapat terjadi pada se-
tiap keadaan dimana terjadi peningkatan cadangan EFEK TAK LANGSUNG
ion Ca intrasel, misalnya tingginya ca*t di ekstra-
sel, lrekuensi kontraksi yang semakin tinggi, pem- AKTIVITAS LISTRIK. Tidak diragukan lagi bahwa
berian beta-agonis, dan pemberian digitalis. Seba- berbagai elek digitalis terhadap aktivitas listrik dan
liknya depolarisasi itu dapat ditekan dengan mengu- mekanik jantung mamalia didasarkan atas penga-
rangiarus masuk Ca**, misalnya dengan Ca bloker. ruhnya terhadap aktivitas saraf autonom dan sensi-
Pada mulanya depolarisasi selintas terlihat tivitas jantung terhadap neurotransmitor saral terse-
sebagai depolarisasi bawah ambang yang muncul but. Penurunan frekuensi sinus oleh digitalis (efek
pada awal lase 4. Bila depolarisasi itu cukup kuat kronotropik negatif) pada gagal jantung sebagian
dan mencapai ambang, maka terbentuklah impuls besar disebabkan oleh peningkatan elek vagal dan
ektopik. Jadi, digitalis dapat menyebabkan impuls sebagian lagi karena penurunan tonus simpatis se-
ektopik melalui dua cara yang berbeda yaitu melalui cara refleks. Perubahan ini diikuti dengan perbaikan
peningkatan depolarisasi lase 4 yang normal dan sirkulasi. Perubahan aktivitas autonom lainnya sa-
melalui depolarisasi ikutan yang datang kemudian' ngat kompleks dan belum dipahami benar.
Secara klinis kedua mekanisme ini tidak mungkin Efek tak langsung pada sistem saraf autonom
dibedakan. terjadi pada kadar terapi dan kadar toksik. Pada
Serabut khusus lain. Digitalis memperlihatkan kadar rendah elek parasimpatomimetik lebih me'
efek langsung terhadap serabut yang ada di nodus nonjol. Peningkatan aktivitas vagus ini kelihatannya
sinoatrium (nodus SA), nodus atrioventrikel (nodus merupakan gabungan elek pada berbagai tempat di
AV), dan pada serabut khusds di atrium. Efek lang- sistem saral yaitu baroreseptor di arteri' nukleus
sung pada atrium berupa penghentian pembentu- vagus sentral, ganglion nodosum dan ganglion au-
kan impuls nodus SA, hanya ter,iadi pada dosis tonom. Karena persarafan kolinergik lebih banyak
toksik. Elek pada kadar terapi terutama berda- di atria, maka efek tak langsung ini lebih jelas diatria
276 Farmakologi dan Terapi

dan nodus AV daripada di serabut purkinye, Selain akan memperkuat efek ini. Jadi pada nodus AV efek
itu ada bukti bahwa digitalis meningkatkan kepeka- langsung dan tak langsung digitalis akan menim-
an nodus SA terhadap asetilkolin. bulkan perubahan yang sama. Hasil akhir yang
Perubahan aktivitas simpatis oleh digitalis paling penting adalah menurunnya kecepatan pen-
juga s'angat kompleks. Penelitian pada nodus SA jalaran impuls dari atrium ke ventrikel, sehingga
dan nodus AV menunjukkan bahwa dalam kadar pemberian digitalis pada takikardi, librilasi, dan flut-
tertentu digitalis dapat menurunkan sensitivitas ter- te/' atrium akan menyebabkan penurunan frekuensi
hadap katekolamin dan impuls serabut eleren, te- denyut venlrikel karena sebagian impuls gagal dite-
tapi eferen simpatis meningkat pada kadar toksik ruskan lewat nodus AV.
digitalis. Peranan peningkatan efek norepinefrin Pada sistem His dan Purkinje sistem saral
dalam timbulnya aritmia oleh digitalis telah terbukti simpatis lebih berperan, karena itu berbeda dari
dalam penelitian pada serabut purkinje terisolasi nodus SA, atrium, dan nodus AV, efek tak langsung
dan dari kenyataan bahwa beta-bloker mampu me- digitalis pada serabut hantaran ventrikel ini teruta-
ngurangi atau mencegah aritmia oleh digitalis. ma dilewatkan melalui sistem simpatis. peningkat-
Gabungan efek langsung dan tak langsung an aktivitas simpatis diduga berperan dalam timbul-
digitalis pada jantung dan sirkulasi yang normal nya aritmia pada intoksikasi digitalis, ini terbukti
cukup jelas, tetapi pada gagal jantung kongestif, pada jantung yang diputus persarafan simpatisnya:
efek akhirnya dapat berbeda. pada orang normal dosis toksik digitalis menyebabkan henti jantung
dalam istirahat, digitalis tidak mempengaruhi irama dan bukan aritmia atau fibrilasi ventrikel.
sinus, walaupun frekuensi maksimal yang dicapai Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa
selama latihan jelas berkurang. pada keadaan den- efek tak langsung digitalis yang terutama diperan-
gan irama sinus yang meningkat misalnya pada tarai oleh vagus, menyebabkan perubahan aktivitas
gagal jantung, elek kronotropik negatif digitalis bia- nodus SA, atrium, dan nodus AV. Dalam kadar
sanya sangat menonjol. Di sini peniadaan aktivitas terapi elek tak langsung terhadap fungsi sistem
kompensasi simpatis ikut menentukan efek akhir. hantaran ventrikel dan otot ventrikel tidak berarti.
Serabut atrium, baik serabut penghantar mau-
pun serabut ototnya, sangat peka terhadap asetilko-
lin. Pada kadar terapi digitalis, efek tak langsungnya EFEK TERHADAP BERBAGAI GANGGUAN
lebih menonjol daripada efek langsung. Asetilkolin IRAMA JANTUNG IN SITU
yang dilepaskan menyebabkan meningkatnya po-
tensial istirahat, menurunnya automatisitas (fase 4 Efek digitalis terhadap aktivitas listrik jantung
depolarisasi lambat) serabut penghantar atrium, yang utuh telah dipelajari secara mendalam. Ada
dan memperpendek masa potensial aksi dan masa banyak kesamaan antara elek toksik digitalis pada
refrakter efektif. jantung anjing dan jantung manusia. Pemahaman
Walaupun efek tak langsung digitalis pada tentang efek terapi dan efek toksik digitalis pada
atrium cenderung melawan efek langsungnya (pe- manusia banyak didasarkan pada penelitian yang
nurunan potensial istirahat) pengaruh digitalis yang dilakukan pada anjing.
paling nyata pada kadar terapi adalah pemendekan
Kerja digitalis pada fibrilasi atrium. Efek utama
masa potensial aksi dan masa refrakter efektif. pe- digitalis terhadap laju denyut ventrikel pada fibrilasi
rubahan ini memungkinkan atrium bereaksi terha- atrium berdasarkan atas eleknya terhadap nodus
dap stimulasi yang datang dengan kecepatan tinggi. AV. Masa refrakter efektif nodus AV diperpanjang
Hal ini menerangkan terjadinya librilasi atrium pada oleh digitalis, terutama karena eleknya meninggi-
llutter alrium yang diobati dengan digitalis. kan tonus vagus dan menurunkan kepekaan ter-
Nodus AV sangat dipengaruhi oleh kerja tak hadap katekolamin. Hasil akhir dari kerja ini adiilah
langsung digitalis. Asetilkolin menyebabkan penu- menurunnya f rekuensi denyut ventrikel yang sering-
runan amplitudo serta laju timbulnya potensial aksi kali disertai dengan perbaikan lungsi ventrikel.
dan menyebabkan sedikit hiperpolarisasi nodus ini. Selain melalui hantaran AV, digitalis menurun-
Selain itu pemulihan eksitabilitas diperlambat. Aki- kan denyut ventrikel melalui kerja tak langsungnya
batnya kecepatan hantaran diperlambat dan masa pada atrium yang diperantarai asetilkolin yaitu
refrakter elektif sangat diperpanjang. Gangguan memperpendek masa potensial aksi dan masa
konduksi dapat berlanjut menjadi blokade jantung refrakter efektil serabut atrium. Akibatnya terjadi
total. Penurunan kepekaan terhadap norepinefrin peningkatan frekuensi rangsangan pada serabut
Obat Gagal Jantung 277

atrium. lmpuls yang diteruskan ke nodus AV ini atau segment S-T. Amplitudo gelombang T akan
sebagian besar akan hilang begitu saja karena ter- menurun, mendatar atau terbalik pada satu atau
perangkap dalam masa refrakter nodus AV dan lebih hantaran (lead). Segmen ST dapat pula meng-
hanya sebagian kecil saja yang lolos untuk me- alami depresi bila kompleks QRS mencuat ke atas,
rangsangj ventrikel. tetapi kadang-kadang segmen ST meninggi bila
kompleks QRS melekuk ke bawah. Perubahan
Kerja digitalis pada llutter atrium. F/utfer atrium pada segmen ST dan gelombang T dapat terjadi
biasanya terjadi akibat gerakan melingkar jaringan sendiri-sendiri atau timbul bersamaan. Pada han-
atrium yang rusak (lihat Bab 21). Secara taran prekordial, perubahan yang terjadi dapat me-
eksperimental terbukti bahwa bila n.vagus sebe- nyerupai perubahanyang ditimbulkan oleh penyakit
lumnya dihambat oleh atropin, pemberian digitalis jantung koroner atau penyumbatan pembuluh koro-
akan memperlambat lrekuensi flutter dan mengem- ner yang masih baru. Setelah latihan fisik, dapat
balikan denyut ke irama sinus normal. Pada sediaan terjadi depresi pada titik J, mirip depresi yang terjadi
yang sama tetapi dengan n. vagus yang masih utuh,
pada iskemia jantung,
digitalis seringkali mengubah flutter alrium menjadi lnterval PR diperpanjang oleh digitalis, jarang
librilasi atrium dan pemberian atropinlah yang me- sampai leblh dari 0,25 detik kecuali bila ada ganggu-
ngembalikan irama sinus. Hal ini dapat diterangkan an sistem konduksi. Perubahan ini teriadi lebih lam-
melalui kerja langsung dan tak langsung digitalis bat dari perubahan pada segmen ST dan gelom-
terhadap masa refrakter atrium. Bila n. vagus di- bang T. Atropin dapat meniadakan blokade AV yang
hambat, digltalis memperpanjang masa refrakter, ringan yang ditimbulkan oleh digitalis, tetapi efek
tetapi bila saraf tak dihambat, masa relrakter efektif langsung (antiadrenergik) digitalis tidak dapat di-
dlperpendek. Efek vagal ini tidak merata diseluruh atasi oleh atropin.
atrium, masa refrakter atrium sangat memendek lnterval Q-T diperpendek oleh digitalis karena
pada beberapa tempat dan tidak berubah sama repolarisasi ventrikel dipercepat. Dosis besar ka-
sekali pada tempat lain. Akibatnya gelombang dang-kadang menimbulkan perubahan dalam besar
depan (front wave) flutter terputus-putus dan ini dan bentuk gelombang P. Digitalis dapat memper-
menimbulkan fibrilasi, lebar kompleks QRS pada sindrom Woltf-Parkinson
Efek digitalis pada penderita sindrom Wolff' White yang mungkin terjadi melalui perlambatan
Parkinson-White. Digitalis dapat memperpendek bangkitan impuls pada nodus AV tanpa mempe-
masa refrakter serabut pintas yang tidak melalui ngaruhi waktu konduksi pada serabut pintas' Efek
nodus AV, sedemikian rupa sehingga lebih banyak ini dapat ditiadakan oleh atropin. Hampir semua
impuls atrium yang masuk ke ventrikel dan menye- bentuk kelainan EKG pada kerusakan jantung
babkan librilasi ventrikel. Penurunan keadaa4 re- dapat disimulasi oleh digitalis, tetapi bila pelebaran
lrakter ini terlihat pada 30% penderita sindrom QBS terjadi sewaktu irama sinus normal, dapat
Wolff-Parkinson White yang menerima obat ini. dipastikan bahwa perubahan itu disebabkan oleh
Oleh karena itu digitalis dikontraindikasi pada pe- penyakit, karena digitalis tidak menimbulkan pele-
nyakit ini. baran QRS.

EFEK TERHADAP ELEKTROKARDIOGRAM EFEK TERHADAP SISTEM KARDIOVASKULAR

Digitalis menimbulkan gambaran yang khas Elek akhir digitalis terhadap sistem kardiovas-
pada EKG, sehingga dapat menjadi tanda bahwa kular bukan saja merupakan gabungan dari peru-
penderita sedang dalam pengobatan dengan digi- bahan kekuatan kontraksi ventrikel dan lrekuensi
talis. Akan tetapi perubahan ini tidak dapat diguna- denyut jantung tetapi juga dipengaruhi oleh efeknya
kan untuk memperkirakan besar dosis digitalis yang terhadap saral autonom dan otot polos pembuluh
diberikan atau derajat digitalisasi. Lebih dari itu' darah, serta refleks penyesuaian yang terjadi kare-
elek digitalis seringkali tumpang- tindih dengan ke- na perubahan hemodinamik yang ditimbulkannya.
lainan yang berasal dari penyakit iantungnya sen- Efek ini berbeda tergantung dari normal tidaknya
diri. Hal ini harus diingat sewaktu pembacaan EKG. jantung dan sirkulasi. Pada jantung normal efek
Dalam waktu 2-4iam setelah dosis besar digi- inotropik positil digitalis tidak disertai peningkatan
talis oral, terlihat perubahan EKG yang ielas' Mula- curah jantung, bahkan menurunkannya. Hal ter-
mula akan terlihat perubahan pada gelombang T sebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya
278
Farmakologi dan Terapi

resistensi vaskular sistemik dan menurunnya de-


katkan volume sirkulasi, dan ini merupakan beban
nyut jantung. Berdasarkan hal ini digitalis hanya
bagi jantung. Peningkatan lekanan vena terjadi
berguna bila sudah terjadi gagal
lantung. karena adanya venokonstriksi, bertambahnya volu_
PADA GAGAL JANTUNG. Untuk memahami efek me intravaskuler, dan meningginya tekanan ventri-
digitalis pada penderita gagal jantung fongestit, kel kanan pada akhir diastolik.
perlu dimengerti faktor yang mengatur kontraktilitas
jantung dan perubahan yang terjadi pada penyakit
. Manfaat digitalis pada gagal jantung terutama
berdasarkan atas elek inotropik positifnya. Efek
ini. Selanjutnya perlu pula dimengerti peiubahan penting lainnya adalah kerja tak langsungnya
lain yang sifatnya sekunder terhadap gagal jantung, berupa penurunan denyut sinus. Kareniefek ino-
misalnya retensi garam dan air dan refleis horn"os_ tropik positif ini, fungsi ventrikel membaik, isi sekun-
tatik terhadap gagal jantung. cup meningkat (antung sanggup memompa lebih
Kekuatan kontraksi ventrikel dikendalikan banyak darah) dan volume akhir sistolik menurun.
oleh laktor ekstrinsik misalnya tonus simpatis, dan Selanjutnya, isi ventrikel pada saat awal diastol
laktor intrinsik yaitu frekuensi kontraksi dan panjang menurun, dan bila pengisian tetap, tekanan serta
serabut sesaat sebelum awal sistole. Selain itu, volume akhir diastol akan menurun. Walaupun pan_
hasil kerja ventrikel ditentukan juga oleh volumenya jang serabut berkurang (karena isi ventrikel ber_
dan interaksi antara afterload dan ventrikel sewaktu kurang), kuat kontraksi ventrikel tetap meningkat
berkontraksi. disertai peningkatan isi sekuncup karena adanya
perbaikan status inotropik. Maka terjadi pengecilan
. Untuk menguraikan efek digitalis pada gagal
jantung perlu dimengerti hubungan jantung dan peningkatan curah jantung, *ut"upun
tekanan Oe-ngan denyut jantung menurun. perbaikan siikulasi akan
volume yang dikemukakan oleh patterson dan
Star- menurunkan aktivitas simpatis yang selanjutnya
ling di tahun 1g14. Bila panjang serabut pada akhir
diastolik bertambah karena regangan isi jantung akan menurunkan resistensi sistemik sehingga
yang bertambah, maka kekuatan kontraksi beban hilir ventrikel kiri menurun dan fungsi jantung
ventrikel membaik.
bertambah (sampai batas tertentu), sehingga isi
Mekanisme berkurangnya udem oleh digitalis
sekuncup dan kerja sekuncup juga bertambli. A"_
cukup menarik perhatian. Selain karena perUlikan
sarnya isi sekuncup maupun kerja jantung dalam
curah jantung, digitalis akan menurunkan aktivitas
sekali sistol (kerja sekuncup) untuk-suatu-volume
simpatis karena perbaikan hemodinamik sehingga
akhir diastolik tertentu tergantung dari kemampuan
aliran darah ke ginjal membaik. Elek langsung digi-
kontraksi (status inotropik) venirikel. pada gagal
talis terhadap serabut aferen otonom Oi
jantung, kemampuan kontraksi ventrikel
sudali ber- lantrng
mengakibatkan penurunan impuls simpatis ieluruh
kurang, sehingga diperlukan volume akhir diastolik
tubuh termasuk ke ginjal, lni terbukti dari penetesan
yang lebih besar, untuk menghasilkan kerja
terten_ asetilstrolantidin ke permukaan epikardium ventri_
tu. Hal itu berarti bahwa isi sekuncup padi volume kel atau suntikan ke dalam sirkulasi koroner anjing
akhir diastolik tertentu lebih rendah daripada keada- yang segera menyebabkan penurunan aktivitas
an normal, sehingga sisa yang tertinggal pada akhir simpatis di ginjal. Kelihatannya efek ini diperantarai
sistolik lebih banyak. Dengan pengisian yang tetap, oleh reseptor saraf di jantung yang beriiubungan
volume dan tekanan akhir diastolik ma*n menlng_ dengan serabut aleren vagus. Mekanisme ini dapat
kat demikian juga volume ventrikel. Tetapi otot ven_ menerangkan sejumlah respons lainnya terhadap
trikel tidak mampu lagi untuk menghasilkan pening_ digitalis yang terlihat sebelum kerja inolropik positil
katan tegangan, maka yang terjadihanyalah dilatasi menjadi nyata.
yang semakin parah diikuti curah jantung yang Walaupun efek utamanya adalah meningkat-
makin menurun. kan kontraksi jantung, efek digitalis terhadap t6nus
Selanjutnya akan terjadi mekanisme kompen- dan daya tam pung (capacitance,) vena cukup beraiti
sasi ekstrakardial untuk mengatasi kekurangan karena keduanya dapat mengubah tekanan yang
cu-
rah jantung. lni biasanya berupa peningkatai tersedia untuk pengisian ventrikel. pemahaman hu_
tonus
simpalis dan penurunan aktivitas vagur, yang me_ bungan timbal balik ini penting untuk diketahui kare_
nyebabkan peningkatan frekuensi Oenyui jan-tung,
kontraktilitas miokard, resistensi vaskuLr rirt"rit
!f nqOa gagaljantung kongestit digitatis seringkati
diberikan bersama diuretik (yang menurunkan iolu-
,
dan tonus vena. Relensi garam dan air yang terjadi me darah dan tekanan pengisian ventrikel) dan
akibat penurunan aliran darah ginjal akan r;ening_ vasodilator (yang menurunkan preload, afterload
atau keduanya).
Obat Gagal Jantung

2.4. FARMAKOKINETIK dikenalnya secara tetap, atau menuliskan nama


pabrik pembuatnya bila obat diresepkan berdasar'
Pembahasan mengenai farmakokinetik digi- kan nama generik.
talis akan dibatasi pada digoksin dan digitoksin, Penyerapan digoksin dihambat oleh adanya
karena kedua sediaan ini paling banyak digunakan makanan dalam saluran cerna, melambatnya pe-
dan paling banyak diteliti efek klinisnya. Data lar- ngosongan lambung, dan sindrom malabsorpsi.
makokinetik yang penting untuk digoksin dan digi- Pemberian bersama obat-obat seperti kolestiramin,
toksin diringkas dalam Tabel 20-1 . kolestipol, kaolin, pektin karbon aktif juga mengu-
rangi absorpsi. Demikian pula pemberian neomisin,
ABSORPSI. Penyerapan digoksin pada pemberian siklofosfamid, vinkristin, dan laksans. Pada 10%
per oral agak bervariasi dan sangat ditentukan oleh penderita, digoksin diubah dalam jumlah yang
jenis sediaan yang digunakan, adanya makanan' cukup banyak menjadi dihidrodigoksin oleh mikro-
serta waktu pengosongan lambung. Absorpsi paling organisme usus dan resin pengikat steroid. Kadar
baik pada sediaan dalam vehikulum zat hidro-alko- puncak digoksin dalam plasma dicapai dalam waktu
holik. Terdapat perbedaan bioavailabilitas antar 2-3 jam setelah pemberian per oral dengan elek
obat dari pabrik yang berbeda, bahkan antar tablet maksimal selama 4-6 jam. Bila digoksin tidak diberi-
dengan nomor adon (batch number) berbeda dari kan dalam dosis beban (loading dose), diperlukan
suatu pabrik, dan ini menimbulkan masalah klinis waktu sampai 1 minggu untuk mencapai kadar man-
yang bermakna. Absorpsi dari sediaan tertentu tap (steady stafe) dalam plasma, karena waktu pa-
dapat rendah sekali, yaitu 40%, sementara yang ruh obat dalam tubuh adalah antara 1 sampai 2 hari.
lain mencapai 75%. Perbedaan bioavailabilitas ter- Penyerapan digitoksin lebih sempurna (men-
jadi karena perbedaan kecepatan dan derajat diso-
dekati '100%) daripada digoksin karena digitoksin
lusi. Oleh karena itu dianjurkan agar setiap dokter lebih larut dalam lemak. Maka dosis lV diasumsikan
menggunakan satu macam sediaan yang sudah sama dengan dosis oral. Tidak ada masalah bio-

TAbEI 2O-1. DOSIS, WAKTU TIMBULNYA EFEK DAN NASIB DIGOKSIN DAN DIGITOKSIN PADA MANUSIA

Digoksin Digitoksin

Dosis digitalisasi (rata-rata)


Oral 0,75 - 1,5 mg 0,8 - 1,2 mg
IV 0,5 - 1,0 mg 0,8 - 1,2 mg

Dosis pemeliharaan per hari (rata-rata)


Oral 0,125 - 0,5 mg 0,05 - 0,2 mg
IV 0,25 mg 0,1 mg

Mula kerja
Oral 1,5 - 6 jam 3-6jam
IV 5 - 30 menit 30 - 120 menit

Efek maksimal
Oral 4-6jam 6 - 12 jam
IV 1,5 - 3 jam 4- 6 jam

Absorpsi intestinal 40 - 90% 90 - 100%


(75V")
95o/o
lkatan protein plasma 25o/o

Waktu paruh disposisi 1,6 hari 4-7 hari

Jalur eliminasi ginjal hati

Siklus enterghepatik sedikit banyak

Kadar terapi (plasma) 0,5 - 2,0 ng/ml 10 - 35 ng/ml


280 Farmakologi dan Terapi

availabilitas penting dengan digitoksin, tetapi kece- baiknya berdasarkan berat badan ideal; pemberian
patan penyerapannya dipengaruhi oleh faktor- fak- digoksin atas berat badan aktual dapat melebihi
tor yang sama dengan digoksin. Karena waktu dosis yang diperlukan sebab kadar digoksin dalam
paruhnya yang panjang, kadar mantap dalam plas- jaringan lemak sangat sedikit. Dosis digoksin perlu
ma lambat tercapai dan pemulihan dari keracunan dikurangi pada penderita gangguan fungsi ginjal.
juga lebih lambat. Sebaliknya gangguan absorpsi usus halus dapat
DISTRIBUSI. Distribusi glikosida dalam tubuh ber- mengganggu absorpsi obat, tetapi penyakit hati kro-
langsung lambat, sebagian karena volume distribu- nis agaknya tidak mempengaruhl tarmakokinetik
sinya yang besar (kira-kira 6 L/kg). Seperti halnya digoksin secara berarti.
dengan obat lain, gagal jantung memperlambat ter-
capainya kadar mantap. Kira-kira 25% digoksin teri-
kat pada protein plasma, sedangkan digitoksin lebih 2.5. INTOKSTKASI
dari 95o/o. Perbedaan dalam ikatan protein ini seba-
gian akan menimbulkan perbedaan dalam volume Flasio terapi digitalis sangat sempit sehingga
distribusi dan kadar terapi. Digitalis disebar ke ham- 5-20% penderita umumnya memperlihatkan gejala
pirsemua jaringan, termasuk ke eritrosit, otot skelet, toksik dengan manifestasi yang sukar dibedakan
dan jantung. Pada keadaan seimbang, kadar dalam dengan tanda-tanda gagal jantung. Keracunan ini
jaringan jantung 15-30 kall lebih tinggi daripada biasanya terjadi karena (1) pemberian dosis beban
kadar dalam plasma, sementara kadar dalam otot yang terlalu cepat; (2) akumulasi akibat dosis pe-
skelet setengah kadar dalam jantung. lkatan glikosi- nunjang yang terlalu besar; (3) adanya predisposisi
da jantung dengan jaringan menurun apabila kadar untuk keracunan; atau (4) takar lajak.
K'ekstrasel meningkat. Efek maksimal baru timbul Efek toksik digitalis sering dijumpai dan dapat
1 jam atau lebih setelah kadar maksimal di jantung sedemikian berat sehingga menyebabkan kemati-
tercapai. an. Sebab yang paling sering ialah pemberian ber-
sama diuretik yang menyebabkan deplesi kalium.
ELIMINASI. Digoksin dieliminasi terutama melalui Gejalanya berbeda-beda, dapat mengenai hampir
ginjal. Obat ini mengalami filtrasi di glomerulus dan semua sistem organ dalam tubuh, dan umumnya
disekresi melalui tubulus. Ada sedikit reabsorpsi di merupakan kelanjutan dari efek farmakodinamik-
lumen tubulus, dan ini menjadi nyata bila kecepatan nya. Efek toksik utama ialah terhadap jantung yang
aliran cairan tubulus sangat berkurang. Beberapa bila luput dari perhatian atau tidak ditangani dengan
penderita lainnya membentuk antibodi terhadap gli- balk, sering kali berakhir dengan kematian. Karena
kosida sehingga elek terapi tidak terjadi. itu para dokter harus mengetahui tanda-tanda awal
Digitoksin dimetabolisme secara aktif oleh en- keracunan, mengenal kondisi penderita, mengenal
zim mikrosom hati, dan salah satu metabolitnya obat-obat yang meningkatkan risiko keracunan, dan
adalah digoksin. Metabolisme digitoksin dapat di- menguasai cara mengatasi keracunan. Penderita
percepat oleh obat yang merangsang enzim mikro- pun harus diberitahukan tentang hal-hal yang
som yaitu lenilbutazon, fenobarbital, lenitoin, dan mungkin mereka alami selama pengobatan.
rifampisin; efek ini bervariasi antar penderita.
Waktu paruh eliminasi digoksin rata-rata ada-
EFEK TOKSIK TERHADAP JANTUNG
lah 1 ,6 hari, dan sangat ditentukan oleh fungsi gin-
jal. Tindakan-tindakan yang dapat mempengaruhi Gejala umum intoksikasi digitalis tampak pada
lungsi ginjal, seperti pemberian vasodilator dapat saluran cerna dan susunan saraf pusat tetapi gejala
menimbulkan perubahan yang nyata dalam elimi- yang paling berbahaya adalah gangguan irama de-
nasi digoksin. Waktu paruh eliminasi digitoksin nyut dan konduksi jantung (perlambatan dari blok
hampir 7 hari dan tidak banyak berubah pada gang- AV total). Dalam kadar yang sangat tinggi obat
guan faal hati. Hal ini mencerminkan cadangan hati dapat mengganggu konduksi di atrium yang pada
yang besar dalam metabolisme obat ini. Digitoksin gambaran EKG tampak sebagai perpanjangan ge-
mengalami siklus enterohepatik, tetapi hanya se- lombang P.
dikit obat utuh yang dieliminasi melalui usus. Penting disadari bahwa tidak semua ganggu-
Pada usia lanjut dosis digoksin perlu dikurangi an ritme yang menyertai kadar digitalis plasma yang
karena bersihan kreatinin dan volume distribusi ber- tinggi merupakan tanda keracunan digitalis. Se-
kurang, Pada pasien obese, perhitungan dosis se- dangkan kadar obat yang rendah dalam plasma,
Obat Gagal Jantung

tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terjadinya anoreksia seringkali tidak terdeteksi pada pasien
keracunan dan aritmia akibat obat. Pengukuran laniut usia dan dePresi.
kadar obat dalam plasma hanya merupakan petun- Gejala neurologik. Sakit kepala, letih, lesu, dan
juk kasar dalam penentuan efektivitas dan keracun- pusing ialah gejala umum yang dapat dijumpai pada
an, karena penyakit jantungnya sendiri dapat me- awal keracunan digitalis, kelemahan otot, mudah
nimbulkan aritmia dan gangguan konduksi jantung' letih merupakan gelala yang menoniol. Neuralgia'
Diagnosis aritmia karena digitalis ditentukan ber- biasanya mengenai 1/3 bahagian bawah muka se-
dasarkan respons yang terlihat setelah obat dihenti- hingga menyerupai neuralgia trigemini, dapat meru-
kan. pakan gejala paling awal, paling berat, dan bahkan
Walaupun manilestasi keracunan digitalis da- dapat merupakan satu-satunya gejala intoksikasi
pat menyerupai setiap bentuk aritmia atau kelainan digitalis; ekstremitas dan punggung dapat pula ter-
konduksi, ada beberapa kelainan yang khas. Digi- kena; sesekali dapat terjadi kejang' Gejala mental
talis dapat menyebabkan sinus bradikardia dan dapat berupa disorientasi, pikiran kacau, afasia,
dapat menimbulkan blokade SA total, terutama bahkan delirium atau halusinasi. Efek neuropsikiatri
pada penderita dengan penyakit pada sinus SA' terutama cenderung timbul pada penderita usia lan-
Keracunan dapat pula bermanifestasi dalam bentuk jut yang disertai penyakit aterosklerotik walaupun
gangguan ritme atrium, termasuk depolarisasi pre- peran digitalis di sini tidak lelas.
matur, takikardia supraventrikel paroksismal dan
nonparoksismal. Aritmia ini sangat mungkin dis- Penglihatan. Penglihatan sering kabur. Sering ter-
ebabkan oleh depolarisasi ikutan atau rangsang lihat tepi yang berwarna putih sekitar bayangan
reentry akibat depresi konduksi nodus AV dan no- objek yang gelap, dan objek seperti berembun'
dus SA; mungkin pula karena peningkatan automat- Penglihatan warna dapat tergan g gu (ch rom atopsi a)
isitas oleh digitalis. Belum ada cara pemeriksaan terutama terhadap warna kuning dan hijau. Pende-
yang dapat membedakan berbagai mekanisme arit- rita dengan intoksikasi digitalis sering mengeluh
mia ini. segalanya tampak kuning. Ambliopia, diplopia dan
Efek digitalis pada taut AY (AV iunction) pent- skotoma selintas dapat pula timbul. Pernah pula
ing untuk efek terapi maupun efek toksiknya. Kera- dilaporkan bahwa digitalis dapat menimbulkan neu-
cunan ditandai oleh adanya blokade AV berat dan ritis retrobulber dan kerusakan saraf penglihatan'
munculnya ritme taut AV yang dipercepat (accele' Efek samping lain berupa ginekomastia pada
rated AV iunctional rhythm). Kelainan yang khas pria dapat ditimbulkan oleh digitalis. Diduga karena
dapat berupa denyut lepas (escape beaf) atau beru- digitalis mempunyai efek estrogenik karena struktur
pa takikardia taut AV nonparoksismal. Jenis aritmia kimianya miriP hormon kelamin.
ini hampir selalu karena digitalis, tetapi sesekali
dapat disebabkan oleh inlark miokard inferior atau
FAKTOR YANG MEMPERMUDAH INTOKSIKASI
miokarditis akut.
Gangguan irama ventrikel yang paling sering Penyebab intoksikasi digitalis yang paling se-
menyertai keracunan digitalis adalah depolarisasi ring ialah pemberian dosis pemeliharaan yang ter-
prematur, yang muncul sebagai pulsus bigeminus lalu besar. Berbagai faktor berperan dalam meng-
atau trigeminus, tetapi aritmia initidak spesifik untuk ubah kepekaan jantung terhadap digitalis. Kadar K*
digitalis. Keracunan digitalis dapat pula menimbul- plasma yang rendah barangkali merupakan sebab
kan takikardia ventrikel atau fibrilasi ventrikel' keracunan yang paling penting karena kebanyakan
Takikardia ventrikel mungkin berasal dari automat- penderita gagal jantung menerima diuretik' Dialisis
isitas serabut Purkinje yang meningkat. dapat pula menimbulkan deplesi kalium' Kadar
EFEK SAMPING LAIN. Geiala saluran cerna' Ca** yang terlalu tinggi pada plasma dapat pula
Anoreksia, mual, dan muntah merupakan geiala berperan dalam menimbulkan keracunan' Hal ini
keracunan digitalis paling dini. Dan hilang dalam terjadi karena istirahat di tempat tidur yang lama'
beberapa hari bila pemberian obat dihentikan. Mual mieloma, dan penyakit paratiroid. Kadar magne-
dan muntah terutama berdasarkan atas efek lang- sium yang rendah dalam plasma memberikan efek
sung digitalis pada pusat muntah di batang otak; yang sama seperti kadar kalsium yang tinggi' HipG'
selain itu iuga akibat efek iritasi langsung terhadap iiroio meningkatkan kecenderungan teriadinya
saluran cerna yaitu oleh pulvus lolia digitalis. Gejala keracunan karena eliminasi digitalis ditekan, dan
282
Farmakologi dan Terapi

dalam keadaan inijantung lebih peka terhadap digi_ meniadakan elek kardiotoksik digitalis. Kadar K+
talis. Sebaliknya, penderita hipertiroid mungkin sebelum dan sewaktu pemberian kalium penting
memerlukan dosis digitalis yang lebih besar diukur. Bila nilainya normal atau renrjah, penam_
untuk mencapai efek terapi. Bila hiperkalemla tim- bahan K' biasanya menekan denyut ektopik dan
bul pbda seorang penderita yang sedang menerima arilmia akibat digitalis, dan depresi hantaran AV
dosis pemeliharaan digitalis, blok AV total dapat diperbaiki. Sebaliknya bila kadar awal K* dalam
terjadi. plasma tinggi, penambahan K* lebih lanjut akan
Aktivitas simpatis yang tinggi dan sejumlah memperberat blokade AV dan menekan automati_
obat dapat meningkatkan aritmia karena digitalis. sitas pacu ventrikel sehingga mungkin terjadi ham-
Pada beberapa penderita, mikroorganismJ usus batan AV total dan henti jantung. pemberian K*
dapat mengubah digoksin yang diminum menjadi dikontraindikasikan bila ada blok AV yang berat.
metabolit inaktif, yaitu dihidrodigoksin, maka pem_ Di antara antiaritmia, fenitoin dan lidokain sa_
berian antibiotik yang menekan llora usus tersebut ngat efektif menekan aritmia atrium dan ventrikel
akan menambah obat asal yang diserap, dan ini akibat digitalis. Antiaritmia lain misalnya kuinidin,
dapat menimbulkan keracunan. prokainamid dan propranolol sewaktu_waktu dapat
Faktor lain yang ikut berperan dalam kera- efektil, tetapi cenderung menyebabkan aritmia juga.
cunan digitalis adalah keadaan jantung itu sendiri, Di samping itu, kuinidin dapat meninggikan kadar
misalnya iskemia miokard dan gagal jantung yang digitalis dalam plasma. Atropin kadang_kadang da_
berat. Pada iskemia ada kecenderungan m"nrrrn- pat mengurangi sinus bradikardia, henti nodus SA,
nya penyediaan energi yang kemudian akan mene_ dan blokade jantung derajat ll dan lll. penggunaan
kan fungsi pompa Na*. pada gangguan sirkulasi renjat listrik (electrical countershock) sebagai anti_
atau oksigenisasi berat akan ada hipoksia dan asi- aritmia pada penderita dalam digitalisasi berbahaya
dosis. Hal yang terakhir ini sudah pasti memper_ karena dapat menlmbulkan kelainan konduksi yang
mudah keracunan karena penurunan pH akan di_ berat dan aritmia ventrikel. Bila renjat listrik harus
sertai oleh peningkatan Ca** dan hambatan pompa digunakan, kekuatannya harus serendah mungkin.
Na'. Pada gagal jantung berat akan terjadi pe- Pada keracunan berat, dapat dipertimbanikan
ningkatan aktivitas simpatis atau pengosongan sim_ pemberian antibodi terhadap digitalis (fragment
panan norepinefrin, dan keduanya mungkin ber- Fab,), kompleks Fab-digitalis diekskresi melalui urin.
peran menimbulkan keracunan. Usia lanjut hampir
selalu memerlukan dosis pemeliharaan yang ren-
dah, dan sebaliknya bayi dan anak, seringkuti ,"_ 2.6. INTERAKSIOBAT
merlukan dosis yang lebih tinggi daripada dosis
Kuinidin meninggikan kadar digitalis karena
yang dihitung menurut berat badan. Tetapi bayi
obat ini mula-mula menggeser digoksin dari.ikatan_
prematur biasanya sangat peka terhadap digitalis.
nya di jaringan. Tingginya kadar mantap terutama
Selama 24 sampai 48 jam setelah serangan infark
karena obat ini mengurangi bersihan ginjal se_
miokard kemungkinan terjadinya efek toksik digi_
banyak 40-50%. Perubahan yang timbul sebanding
talis terhadap irama dan konduksi lebih besar.
dengan tingginya dosis kuinidin, akan tetapi ada
perbedaan individual dalam besarnya peningkatan.
PENGOBATAN KERACUNAN DIGITALIS Pada umumnya kadar digoksin naik dua kali, tetapi
kisarannya dapat mencapai empat kali. Kadar di_
Keracunan digitalis hampir selalu dapat di_
goksin plasma mulai meningkat dalam waktu 24 jam
atasi bila dikelola dengan tepat. yang penting ialah
setelah kuinidin diberikan dan mantap setelah 4
menegakkan diagnosis yang benar. penderita se_
hari, setelah itu tetap tinggi kecuali bila dosis digok_
dapatnya dirawat di ruang perawatan intensif se-
sin dikurangi. Bila digoksin dan kuinidin diberikan
hingga pemantauan EKG dapat dilakukan terus
bersama, efek digoksin terhadap jantung dan su-
menerus. Pemberian digitalis dan diuretik yang
sunan saraf pusat meningkat dan akhirnya dapat
menurunkan kadar K* harus dihentikan. Bila
terjadi gejala-gejala keracunan. Oleh karena itu,
"ritrni"
cukup berat, diperlukan terapi tambahan. Garam
penderita yang diobati sekaligus dengan digitalis
kalium, lenitoin, dan lldokain paling efektil untuk
dan kuinidin harus diawasi dengan cermat terutama
mengatasi keracunan digitalis. pemberian K*,
gambaran EKG-nya, dan kadar digoksin plasma
secara oral maupun lV menurunkan ikatan digitalis
dimonitor hingga tercapai kadar mantap yang baru.
dengan jaringan jantung dan secara tanglung
Obat lain yang dapat menimbulkan interaksi yang
283
Obat Gagal Jantung

mirip dengan kuinidin adalah kuinin, verapamil' dil- Efek inotropik positil digitalis mungkin penting
tiazem, dan amiodaron. untuk penderita gagal jantung kronis, tetapi respons
Amloterisin B dapat menimbulkan hipokale- terhadap pengobatan sangat ditentukan oleh pe-
mia, sehingga mempermudah timbulnya intoksikasi nyakit yang mendasarinya dan beratnya gangguan
digitalis. Pemberian B-adrenergik atau suksinilkolin jantung, termasuk aritmia yang sering terjadi pada
mungkin meningkatan aritmia pada penderita yang penderita demikian.
mendapat digitalis. Beberapa obat seperti nifedipin' Gagal jantung dapat teriadi akibat (1) pening-
spironolakton, amilorid, dan triamteren dilaporkan katan kebutuhan aliran darah seperti pada pende-
dapat menurunkan bersihan digoksin oleh ginjal. rita anemia atau bocor kiri ke kanan (eft to right
Obat-obat perangsang enzim mikrosom hati, misal- shunt)i (2) peningkatan rintangan aliran misalnya
nya lenilbutazon, lenobarbital, lenitoin, rifampisin pada hipertensi; dan (3) penurunan kapasitas kerja
dan lain-lain mempercepat metabolisme digitoksin. jantung misalnya pada penyakit arteri koroner. Pa'
da dua penyebab pertama, digitalis dapat memperli-
hatkan efek inotropik positif yang kuat tetapi sirku'
2.7. PENGGUNAAN KLINIK lasi tidak dikembalikan ke tingkat normal. Pada
penyebab ketiga, walaupun efek inotropik digitalis
GAGAL JANTUNG. Seperti telah dijelaskan se- sudah maksimal, perbaikan fungsi tetap terbatas.
belumnya, digitalis bukan satu-satunya obat pada Digitalis paling efektil bila gagal jantung dise-
gagal jantung. Pada gagal iantung ringan, pem- babkan oleh iskemia, hipertensi, kelainan katup'
berian digitalis baru dipertimbangkan bila pemba- kelainan jantung bawaan atau kardiomiopati. Seba-
tasan aktivitas lisik, pengurangan garam, penggu- liknya digitalis tidak bermanfaat pada gagal jantung
naan diuretik, dan vasodilator belum menolong. Pe- akibat tirotoksikosis, anemia kronik, beriberi dan
nurunan kerja iantung karena berkurangnya beban listula A-V; pada keadaan ini pengobatan ditujukan
hilir dan menurunnya tekanan pengisian ventrikel untuk memperbaiki kelainan primer' Digitalis juga
(yang disebabkan oleh diuretik dan venodilator) se- tidak efektil pada corpulmonale kecuali bila lungsi
ringkali cukup untuk mengatasi gejala gagal jan- ventrikel kiri berkurang; Respons yang buruk ter-
tung. Dengan demikian digitalis tidak mutlak digu- hadap digitalis juga dijumpai pada demam reumatik
nakan untuk setiap kasus. Lebih lanjut, karena pem- yang aktil dan bentuk-bentuk lain miokarditis serta
berian digitalis jangka lama disertai dengan toksi- pada miokardiopati yang sudah lanjut' Perbaikan
sitas yang nyata, seyogianya obat initidak diberikan lungsi jantung oleh digitalis tergantung dari kapa-
kecuali bila ada indikasi yang jelas. sitas cadangan jantung. Pada jantung yang rusak
Peran digitalis dalam pengobatan gagal jan- hebat, digitalis tidak banyak manfaatnya.
tung telah lebih tegas dengan rampungnya bebe- Digitalis tidak dianjurkan pada 48 iam pertama
rapa penelitian berpembanding. Pada beberapa pe- setelah inlark miokard akut sebab obat ini sering
nelitian, penghentian digitalis pada penderita yang menyebabkan timbulnya aritmia ventrikel. Takiarit-
juga mendapat diuretik atau vasodilator atau kedua- mia supraventrikel yang sering timbul pada inlark
nya tidak nyata memperburuk fungsi jantung' Pada miokard ini diatasi dengan kardioversi DC, sedang-
penelitian lain ditemukan bahwa digitalis berman- kan gagal jantung kongestif dengan bendungan
faat dalam pengobatan gagal jantung pada pende- paru yang juga sering terjadi, dapat diatasi dengan
rita yang irama jantungnya normal tetapi keluhan- diuretik atau vasodilator. Walaupun digitalis terbukti
nya tidak dapat disembuhkan dengan diuretik. Pada dapat memperbaiki hemodinamik pada penderita-
penderita dengan irama sinus ini digoksin memang penderita ini, penggunaannya hanya dibenarkan
bermanlaat tetapi manlaatnya tidak besar. Diban- bila benar-benar dibutuhkan disertai pemantauan
dingkan dengan vasodilator penghambat ACE' digi- kadar digoksin dan kalium.
talis sama elektil tetapi membawa risiko lebih besar.
Maka sekarang ini, digitalis baru digunakan bila PENGGUNAAN LAIN
pembatasan aktivitas fisik, pengurangan asupan
garam, serta pemberian diuretik dan vasodilator Fibrilasi atrium. Sekalipun tidak ada gagal jantung '
belum memberi efek terapi yang memadai. Tetapi digitalis berguna pada librilasi atrium. Pada keada-
bila gagal jantung disertai dengan fibrilasi atrium' an ini denyut ventrikel yang terlalu cepat menim-
digitalis masih merupakan obat pilihan, walaupun bulkan gejala palpitasi, dan menurunkan kapasitas
tersedia cara-cara lain pengendalian irama ven- kerja jantung yang akhirnya dapat menjelma men-
trikel. jadi gagal jantung.
284 Farmakologi dan Terapi

Tujuan terapi digitalis padalibrilasi atrium ada- kecuali jika dapat dipastikan bahwa digitalis tidak
lah mengurangi frekuensi denyut ventrikel. Fibri- meningkatkan frekuensi ventrikel akibat perpendek-
lasi atrium sendiri jarang dihambat oleh digitalis, an ERP lintasan tambahan (accessary pathway).
dan pemberian digitalis tidak ditujukan untuk meng-
hilangkan keadaan ini. Dosis yang diberikan dise-
suaikan agar dicapai denyut ventrikel 60-80 x per 2.8. SEDIAAN DAN POSOLOGI
menit dalam keadaan istirahat, dan tidak melebihi
100 x per menit sewaktu latihan fisik sedang. Bila
digitalis gagal menurunkan denyut venlrikel yang DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
memadai, verapamil atau B-bloker dapat pula di- Untuk memperbaiki dan mempertahankan sir-
coba. Kadang- kadang digitalis digunakan sebagai
kulasi yang memadai pada gagal jantung maupun
obat pencegahan pada penderita yang cenderung
pada fibrilasi dan llutter alrium, diperlukan pemberi-
mengalami fibrilasi atrium.
an digitalis jangka panjang yang selalu memberikan
Flutter atrium. Digitalis dapat digunakan untuk me- kadar terapi di jantung. Bila tidak diperlukan efek
ngendalikan flutter alrium. Efek primernya adalah yang segera, digitalis diberikan dalam dosis pemeli-
meningkatkan masa relrakter efektil nodus AV. Efek haraan setiap hari per oral; dengan cara ini eleknya
ini hampir selalu disertai penurunan denyut ven- baru terlihat setelah 4 x waktu paruh eliminasi. Akan
trikel, melalui peningkatan derajat hambatan AV. tetapi, bila diperlukan efek terapi penuh dalam wak-
Lebih lanjut, digitalis mencegah peningkalan men- tu singkat, maka harus diberikan dosis beban (/oad-
dadak denyut ventrikel sewaktu gerak badan, terke- ing dose) digitalis secara oral atau parenteral, agar
jut, atau akibat laktor lain yang menurunkan lonus langsung dicapai kadar terapi. Selanjutnya, pengo-
vagus dan peningkatan efek simpatis pada nodus batan diberikan dengan dosis pemeliharaan yang
AV. Digitalis dapat menghentikan flutter alriumi lebih kecil.
akan tetapi biasanya diperlukan dosis besar se- Dosis beban biasanya disebut dosis digita-
hingga orang lebih menyukai lindakan kardioversi. lisasi, dan besarnya sukar diperkirakan. Secara
Digitalis dapat pula mengubah f/uffer atrium menjadi teori, ini adalah kadar mantap cadangan total obat
librilasi atrium, dan ini mempermudah pengendalian dalam tubuh yang adekuat yang menghasilkan efek
denyut ventrikel. Selanjutnya, bila digitalis dihen- terapi. Tetapi penetapan dosis tergantung keadaan
tikan pemberiannya librilasi ini dapat kembali men- individu. Dengan menerapkan prinsip perhitungan
jadi irama sinus. Perubahan dari flutter ke librilasi farmakokinetik, dosis ini dapat diperhitungkan.
dan pengembalian ke irama sinus yang normal Akan tetapi, perhitungan ini masih harus disesuai-
agaknya berdasarkan atas efek vagal digitalis. Bila kan dengan kondisi penderita, yaitu keadaan jan-
digitalis diberikan sebelum pemberian kuinidin tung dan penyebab kelainan jantungnya., serta
untuk mengkonversi flutter alrium ke irama sinus, laktor-laktor yang mempen garuhi terjadinya toksisi-
risiko timbulnya keracunan digitalis meningkat. tas, Maka dosis digitalisasi mungkin jauh di bawah
dosis yang diperhitungkan atau mungkin mencapai
Takikardia paroksismal. Takikardia paroksismal
dosis toksik. Dalam praktek, dosis digitalisasidipilih
pada atrium dan nodus AV merupakan takiaritmia
berdasarkan perkiraan, untuk itu Tabel 20-1 dapat
yang paling sering dijumpai sesudah librilasi atrium.
dijadikan patokan dengan tetap mempertimbang-
Takikardia jenis ini seringkali dapat berhenti secara
kan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
tiba-tiba dengan upaya mempertinggi aktivitas penderita akan digitalis.
vagus. Dalam hal ini pemberian digitalis sering ber-
Kalau perlu dosis awal dapat diberikan secara
hasil, agaknya karena efek perangsangan vagus.
lV; dan bila yakin bahwa penderita tidak dalam
Untuk gangguan ini diperlukan pemberian sediaan
terapi digitalis, 1 mg digoksin dapat diberikan
lV kerja cepat. Harus diingat bahwa takikardia su-
secara lV dalam waktu 5 menit atau lebih. Seringkali
praventrikel paroksismal yang disertai hambatan
dosis ini dibagi dalam 2 kali pemberian dengan
AV dapat merupakan manifestasi intoksikasi digi-
selang waktu 3-4 jam. Setelah dosis beban, dosis
talis yang berat. Karena itu penting untuk memasti-
pemeliharaan diberikan setiap hari, dan setelah
kan diagnosis dan etiologi takiaritmia sebelum jangka waktu terlentu mungkin perlu dinaikkan atau
memberikan digitalis.
diturunkan dosisnya sesuai dengan respons terapi
Digitalis jangan diberikan untuk mengobati fi-
dan kadar obat dalam plasma. Pemantauan kadar
brilasi atau flutter atrium pada anomali konduksi AV,
obat dan penyesuaian dosis secara individual ini
285
Obat Gagal Jantung

penting mengingat toksisitas digitalis yang sering Tidak ada masalah bioavailabilitas dengan
berakibat kematian. digitoksin. Obat ini hampir seluruhnya diserap pada
Besarnya dosis pemellharaan sama dengan pemberian per oral. Kelebihannya dibandingkan
jumlah ob.at yang dieliminasi dari tubuh setiap hari dengan digoksin ialah bahwa kadar digitoksin
yaitu kira-kira 35% dari seluruh timbunan dalam dalam plasma lebih lama bertahan, sehingga ber-
tubuh untuk digoksin dan kira-kira 10% untuk digi- manlaat pada penderita yang kurang patuh.
toksin. Pada fibrilasi atrium, dosis dapat disesuai- Kerugiannya adalah efek toksik digitoksin juga ber-
kan dengan efeknya pada penurunan kecepatan tahan lebih lama sampai beberapa hari, setelah
denyut ventrikel yang diinginkan pada keadaan isti- terapi dihentikan karena waktu paruh yang panjang.
rahat maupun latihan lisik. Penilaian efek digitalis
pada penderita gagal iantung lebih sulit dilakukan'
dan hendaknya ditujukan untuk mengukur peru- 3. OBAT GAGAL JANTUNG LAIN
bahan tanda dan gejala gagal iantung seperti berat
badan, dan berbagai parameter lungsi kardiovas-
kuler. 3.1. DIURETIK

SEDIAAN DAN PEMILIHANNYA Pada gagal jantung, berkurangnya volume


darah arterial menyebabkan ginial menahan air dan
Glikosida jantung yang tersedia di pasaran garam. Sistem renin- angiotensin-aldosteron pun
adalah tablet lanatosid C 0,25 mg; digoksin 0,25 dipacu sehingga terbentuk angiotensin ll yang me-
mg dan beta-metildigoksin 0,1 mg. Zat aktil pada
rangsang sekresi aldosteron. Aldosteron menam-
bubuk daun digitalis terutama adalah digitoksin; bah retensi natrium disertai pembuangan kalium'
sediaan ini harus ditera secara hayati dengan Semua ini yang menyebabkan retensi cairan pada
bahan standard. Serbuk ini tersedia dalam bentuk penderita gagal jantung. Diuretik memacu ekskresi
tablet atau kapsulyang berisi 100 mg. Digoksin juga
NaCl dan air sehingga beban hulu berkurang dan
tersedia dalam bentuk sediaan injeksi. gejala bendungan paru dan bendungan sistemik
Semua glikosida digitalis mempunyai kerja berkurang. Diuretik juga mengurangi volume ventri-
larmakologi yang sama tetapi bervariasi dalam hal kel kiri dan tegangan dindingnya sehingga resisten-
potensi, mula kerja, kecepatan absorpsi, serta laju
si perifer menurun. Kini, diuretik merupakan pilih'
dan jalan ekskresi. Karena itu dokter harus menge- an pertama pada gagal iantung kronik yang ri-
nal dengan baik sediaan yang dipilihnya' Pemilihan ngan dengan irama sinus. Pada gagal iantung yang
sediaan, dosis, dan cara pemberian dilakukan ber-
lebih berat, penggunaan diuretik harus lebih hati-
dasarkan keadaan klinik penderita. Digitalis yang hati dan pengaruhnya terhadap gangguan elektrolit
mula kerjanya cepat, misalnya digoksin, dapat dibe- yang telah ada sebelumnya harus dipertimbangkan.
rikan lV bila diperlukan efek yang segera misalnya Pada lungsi ginjalyang normal, tiazid adalah
pada gagal jantung kongestif yang akut, sedangkan
obat terpilih untuk gagal jantung. Golongan obat ini
pada kasus yang tidak terlalu berat dan untuk terapi
meningkatkan ekskresi Na* dan Cl' melalui urin.
pemeliharaan digunakan digoksin atau digitoksin
Secari sekunder terjadi pengeluaran K* yang akan
oral. membahayakan penderita yang juga mendapat di-
Digoksin dapat diberikan secara lV atau oral; gitalis, karena itu pada penderita demikian perlu
tidak boleh secara lM karena menimbulkan nyeri dilakukan pengukuran kadar elektrolit secara ber-
hebat dan nekrosis otot. Setelah pemberian per oral
kala. Hipokalemia yang ditimbulkan oleh tiazid da-
efek baru terlihat dalam waktu 1,5 sampai 2 jam pat diatasi dengan tambahan K+ atau dengan pem-
tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi
berian diuretik hemat kalium.
absorpsi dan bioavailabilitas tabletnya. Waktu
paruh eliminasinya relatil pendek, sehingga kadar Diuretik kuat, misalnya furosemid, bermanlaat pa-
mantap digoksin dapat diubah dalam waktu yang da penderita dengan gangguan lungsi ginjal (laju
cukup pendek. Karena waktu paruh yang pendek ini liltrasi glomerulus < 30 mUmenit), atau penderita
pula, elek terapi akan segera hilang bila penderita yang udemnya menetap. Furosemid biasanya digu'
tidak minum obat beberapa kali saja, tetapi keuntu- nakan untuk menangani bendungan paru pada in-
ngannya elek toksik iuga hilang lebih cepat setelah lark miokard akut. Penggunaan diuretik yang berle-
obat dihentikan. bihan dihindari sebab hipovolemia yang diakibat-
286
Farmakologi dan Terapi

kannya akan mengurangi curah jantung, meng- kronis yang kurang responsil terhadap pengobatan,
ganggu lungsi ginjal, dan menyebabkan kelemahan biasanya kedua faktor di atas berperan sehingga
umum. Selain itu, diuretik yang berlebihan dapat diperlukan vasodilator yang sekaligus bekerja pada
menyebabkan pula udem yang refrakter. pada ke_ arteriol dan vena.
adaan demikian, diuretik sebaiknya diberikan Contoh obat yang berfungsi sebagai arteriodi-
secara berselang untuk mempertahankan kedaan lator adalah, hidralazin, lentolamin; sebagai venodi-
bebas udem. lator : nitrat organik; dan yang bekerja seimbang
Pembahasan lebih rinci tentang diuretik dapat sebagai dilator arteri dan vena adalah penghambat
dilihat pada Bab 25. ACE, o-bloker serta Na-nitroprusid.
Secara praktis, vasodilator dibedakan juga
menurut jangka waktu pen ggunaannya. Vasodiiator
3.2. VASODlLATOR parenteral, misalnya Na-nitroprusid atau nitroglise-
rin lV digunakan dalam jangka pendek untuk gagal
Seperti telah dUelaskan, gagalnya fungsi pom_
jantung kronik yang mengalami eksaserbasi akut
pa jantung menyebabkan dipacunya berbagai me_
yang berat yang tak teratasi oleh digitalis dan diu_
kanisme kompensasi di antaranya meningkatnya
retik, juga untuk gagaljantung kiri akut yang disertai
tonus simpatis dan aktivasi sistem BAA untuk mem-
udem paru. Pemberian vasodilator oral jangka pan-
pertahankan pengisian jantung. Mekanisme ini jang ditujukan untuk gagal jantung kronik. Dalam
pada mulanya diimbangi dengan dilepasnya zal-zal
kelompok ini termasuk penghambat ACE dan vaso-
pengatur endogen untuk memacu natriuresis dan
dilator lain.
vasodilatasi sehingga tercapai kembali keseimba-
ngan homeostasis. Namun, pada gagal jantung Pemberian ACE. Dalam kelompok ini dikenal kap-
yang berlanjut, keseimbangan ini akan bergeser topril, enalapril, dan lisinopril. Enalapril mempunyai
sehingga vasokonstriksi dan retensi cairan lebih masa kerja yang lebih panjang, pada kebanyakan
menonjol. Lama kelamaan beban jantung semakin penderita gagal jantung refrakter, kaptopril mem-
berat karena resistensi periler yang meningkat. Va- perbaiki hemodinamik maupun kemampuan kerja,
sodilator mengurangi vasokonstriksi yang berlebih_ dan mengurangi gejala gagal jantung. Manfaatnya
an ini. ternyata tampak juga pada penderita yang aktivitas
Vasodilator kini berperan penting dalam me_ renin plasmanya rendah. Kaptopril sering menye-
ngatasi gagal jantung, lebih-lebih yang berhubung- babkan hilangnya hipokalemia dan hiponatremia,
an dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik, serta memperbaiki ketahanan hidup. penghambat
insufisiensi mitral atau aorla dan kardiomiopati yang ACE yang semula diindikasikan untuk penderita
menyebabkan bendungan. Eleknya relatif berbeda yang kurang responsil terhadap digitalis dan diu-
tergantung dari pembuluh mana yang dipengaruhi- retik, kini juga digunakan untuk awal pengobatan
nya, arteriol (pembuluh resisten) atau venula (pem- gagal jantung.
buluh penampung). Arteriodilator terutama mengu- Penghambat ACE dapat menggantikan digi-
rangi beban tahanan pada aorla sehingga isi sekun_ talis untuk gagal jantung ringan sampai sedang
cup lebih banyak, sedangkan venodilator menye_ yang. telah mendapat diuretik. Walaupun demikian,
babkan berkurangnya tekanan pengisian ventrikel digitalis lebih baik untuk penderita yang lungsi sistol
kiri sehingga daya tampungnya saat diastol mem- ventrikel kiri sangat berkurang, pada penderita taki-
baik. lni menyebabkan hilangnya gejala bendungan aritmia supraventrikel yang ventrikelnya sangat
paru, peka, atau pada mereka yang cenderung menga-
Pemilihan vasodilator untuk penderita gagal lami hipotensi bila mendapat vasodilator. Hipotensi
jantung dilakukan berdasarkan gejala gagal jantung mungkin timbul pada awal terapi dengan pengham-
dan parameter hemodinamik yang ada, pada pen- bat ACE, maka obat ini harus dimulai dengan'dosis
derita yang tekanan pengisiannya (filting pressure) rendah yang kemudian disesuaikan dengan kebu-
tinggi sehingga sesak napas merupakan gejala tuhan secara hati-hati, lerutama pada penderita
yang menonjol, venodilator akan membantu me_ usia lanjut, dan pada keadaan hiponatremia atau
ngurangi gejala. Sebaliknya, penderita dengan cu- dehidrasi. Pada kelompok ini diuretik mungkin perlu
rah jantung yang rendah yang ditandai dengan kele- dikurangi dahulu dosisnya.
lahan umum (atigue) akan tertolong dengan arte- Penghambat ACE mengurangi volume dan
riolodilator. Tetapi pada penderita gagal jantung tekanan pengisian ventrikel kiri, tetapi juga me-
ningkatkan curah jantung, Denyut jantung dan
Obat Gagal Jantung 287

tekanan darah akan menurun pada awalnya, Prazosin. cr-bloker ini bekerja terhadap arteriol
sedangkan pada penggunaan jangka panjang alir maupun venula dan efeknya lebih jelas pada kerja
darah ginjal meningkat. lisik ketimbang pada istirahat. Hipotensi ortostatik
Dosis kaptoprilyang dianjurkan adalah 2-3 kali yang sering muncul dalam pengobatan hipertensi
6,25 mg - 12,5 mg seharidan perlahan-lahan dinaik- jarang tampak pada pengobatan gagal jantung.
kan bila perlu. Elek samping dengan dosis ini sa- Tolenransi secara hemodinamik dan klinik dapat
ngat iarang terjadi, Kaptopril tersedia sebagai tablet terjadi pada prazosin. Kemungkinan ini dapat diku-
12,5;25; dan 50 mg. Dosis enalapril mulai dengan rangi dengan (a) menambahkan diuretik, (b) me'
2 kali 1,25 mg sehari untuk kemudian dinaikkan ningkatkan dosis prazosin, atau (c) menggantinya
bertahap. Sediaan tersedia sebagai tablet 5 dan 10 dengan vasodilator lain.
mg. Lisinopril yang tersedia sebagai tablet 5, 10,
dan 20 mg. dimulai dengan dosis 2,5 mg sekali
sehari. 3.3. INOTROPIK LAIN
Na-NITROPRUSID. Karena berefek arteriodilator
dan venodilator, obat ini mengurangitekanan peng- Agonis adrenergik dan penghambat loslodi-
isian dan meningkatkan curah jantung pada pende- esterase adalah obat yang iuga digunakan untuk
rita gagal jantung dengan gangguan fungsi pompa terapi gagaljantung karena efek meningkatkan kon-
yang berat. Obat ini lebih elektif dan lebih cepat traktilitas miokard. Obat-obat ini biasanya diguna-
mula kerjanya dibandingkan dengan furosemid. kan untuk gagal jantung yang tidak dapat diatasi
Meningkatnya isi sekuncup yang ditimbulkannya dengan digitalis, diuretik, dan vasodilator.
dapat mengimbangi turunnya resistensi perifer se- Agonis adrenergik. Dopamin, selain merang-
hingga tekanan darah biasanya tidak banyak ber- sang reseptor pr di miokard, juga merangsang re'
ubah. Kombinasi dengan zat inotropik misalnya do- septor dopamin di ginjal dan pembuluh mesente-
butamin akan meningkatkan elektivitasnya, lebih- rium, serta reseptor q,. Obat ini terutama digunakan
lebih pada penderita dengan komplikasi hipotensi. untuk mengatasi syok kardiogenik yang disertai hi'
Dosis yang biasa diberikan adalah 15-20 pg/ potensi, tetapi juga bermanlaat untuk terapi jangka
pendek gagal jantung kronik refrakter yang berat'
menit pada orang dewasa dan 0,1-8 pg/kgBB/menit
pada anak-anak. Dobutamin dan ibopamin, suatu katekolamin
sintetik, terutama bekerja pada adrenoseptor pt di
NITROGLISERIN. lndikasi utama obat ini ialah miokard, hanya sedikit mempengaruhi reseptor p2
pada angina pektoris (lihat Bab 23) maka obat ini dan ct, tidak mempengaruhi reseptor dopamin'
merupakan pilihan pertama untuk eksaserbasi akut Dosis sedang meningkatkan kontraktilitas miokard
gagaljantung pada penderita penyakit jantung koro- tanpa meningkatkan frekuensi denyut jantung, se-
ner berat, dan pada mereka yang tekanan peng- dangkan dosis lebih besar meningkatkan tekanan
isiannya sangat tinggi sementara tekanan arteriol- darah dan frekuensi denyutjantung. Hal ini agaknya
nya agak rendah. Nitrogliserin mengurangi beban menunjukkan kerjanya yang relatif selektif pada otot
hulu sama baiknya dengan nitroprusid, tetapi elek' ventrikel.
nya pada arteriol kecil. Manfaatnya terutama jelas Pada gagal jantung kronis dobutamin diguna-
dalam menurunkan bendungan Paru. kan dalam jangka pendek untuk meningkatkan cu-
HIDRALAZIN. Obat ini tergolong arteriodilator, se- rah jantung. Dibandingkan dengan dopamin, obat
hingga penggunaan jangka panjang pada gagal ini lebih efektil dalam menurunkan tekanan peng-
jantung kongestil akan memperbaiki hemodinamik isian ventrikel karena tidak meningkatkan tahanan
perifer. Penggunaan bersama nitroprusid akan me-
dan meningkatkan aliran darah ke ginjal dan tung-
kai, tetapi tidak memperbaiki kemampuan keria. ningkatkan curah jantung lebih besar dan menurun-
Flelleks takikardiyang sering timbul dalam pengo- kan resistensi perifer lebih banyak daripada peng-
batan hipertensi jarang terjadi pada pengobatan gunaan masing-masing obat. Kombinasi dengan
gagal jantung. nitrogliserin lV pun lebih memperbaiki lungsi ian-
Toleransi terhadap hidralazin dapat terjadi pa- tung.
da sebagian kasus sehingga pengobatan jangka Dobutamin juga digunakan sebagai zat inotro-
pariang dengan hidralazin sering tidak efektif. pik pada operasi jantung. Efektivitasnya sama den-
Dosis yang diperlukan bervariasi, tetapi biasanya gan isoproterenol, bahkan beberapa peneliti mem-
lebih besar daripada dosis sebagai antihipertensi. perlihatkan bahwa obat ini lebih sedikit menyebab-
288 Farmakologi dan Terapi

kan lakikardia dan aritmia. Golongan obat-obat ini Amrinon dan milrinon. Kedua derivat bipi-
agaknya kurang bermanfaat untuk penggunaan ridin ini tampaknya bermanfaat untuk terapi akut
jangka lama, sebab terdapat petunjuk terjadinya gagal jantung, Kerjanya menghambat enzim los-
deserlsitisasi adrenoseptor. fodiesterase F lll (spesifik untuk jantung) yang me-
Takikardia dan hipertensi yang sering terjadi nguraikan cAMP. Penghambatan enzim ini menye-
pada penggunaan dobutamin dapat diatasi dengan babkan kadar cAMP intrasel meningkat sehingga
mengurangi dosis. Mual, sakit kepala, palpitasi, ambilan Ca** oleh sel miokard akan bertambah
nyeri angina, sesak napas, dan aritmia ventrikel banyak. Maka efek inotropiknya bergantung pada
kadang-kadang terjadi; dobutamin juga dapat me- cadangan cAMP intrasel. Obat inijuga bekerja lang-
ningkatkan respons ventrikel terhadap fibrilasi sung mengurangi resistensi perifer. Menurut peneli-
atrium. Pada penderita penyakit jantung koroner tian terhadap sejumlah pasien, penambahan amri-
tanpa gagal jantung, dobutamin dapat menyebab- non segera memperbaiki performans jantung dan
kan iskemia miokard. kemampuan kerja pasien, tetapi manfaatnya dalam
Dobutamin HCltersedia dalam bentuk serbuk penggunaan jangka panjang masih belum diketa-
250 mg untuk penggunaan lV dengan dosis 2,5 - 10 hui. Amrinon digunakan untuk pengobatan gagal
pg/kgBB/menit; kadang-kadang dosis perlu dinaik- jantung kongestif jangka pendek yang refrakter ter-
kan sampai 40 pg/kgBB/menit. Obat ini dilarutkan hadap digitalis, diuretik atau vasodilator.
dengan HzO steril atau dekstrosa 5%, tidak boleh Elek samping obat termasuk gangguan salur-
dengan Na-bikarbonat karena tak tercampurkan an cerna, hepatotoksisltas, demam, trombositope-
dengan larutan basa. nia reversibel, dan lain- lain.
289
Obat Antiaritmia

21. OBAT ANTIARITMIA


Armen Muchtar dan F.D. SuYatna

1. Pendahuluan 5. Pembahasan obat-obat


5.1. Kelas lA: Kuinidin, Prokainamid dan
2. Elektrof isiologi iantung
Potensial istirahat DisoPiramid
2.1.
2.2. Potensial aksi Kelas lB : Lidokain, Fenitoin, Tokainid dan
2.3. Eksitabilitas dan refractoriness Meksiletin
2.4. Kesigapan (responsiveness) dan konduksi ' Kelas lC : Flekainid, Enkainid dan
Mekanisme aritmia ProPafenon
3.1. Aritmia karena gangguan pembentukan Kelas ll : Propanolol, Asebutolol dan
impuls Esmolol
3.2. Aritmia yang disebabkan kelainan konduksi Kelas lll: Bretilium, Amiodaron dan Sotalol
impuls Kelas lV:VeraPamil dan Diltiazem
4. Klasifikasi obat antiaritmia

1. PENDAHULUAN dinamakan potensial istirahat (Vm). Untuk ke-


banyakan sel jantung, besar potensial istirahat
adalah - 80 sampai -90 mV, relatif terhadap cairan
Farmakoterapi aritmia jantung didasarkan ekstrasel.
pada pengetahuan tentang mekanisme, manifestasi Potensial ini terjadi karena adanya perbedaan
klinik dan perjalanan alamiah aritmia yang hendak kadar ion, terutama Na* dan K* di permukaan luar
diobati dan pengertian yang jernih tentang far- dan dalam membran yang dihasilkan oleh transport
makologi dari obat yang hendak digunakan. Pe- aktif ion. Nilai lazim untuk kadar ion di dalam sel (i)
ngetahuan farmakologi mencakup tentang penga- dan cairan ekstrasel (o) dalam milimol per liter air
ruh obat terhadap sifat-sifat elektrofisiologik jaring- adalah [K]o = a, [K]i * 150, [Na]o = 140 dan [Na]i -
an jantung yang normal dan abnormal, efeknya ter- 6 sampai 12. Persamaan Nernst dapat digunakan
hadap sifat-sifat mekanik jantung dan pembuluh dalam menghitung besarnya tegangan (potensial)
darah, interaksinya dengan sistem saraf otonom, yang diperlukan untuk mempertahankan perbedaan
dan efeknya terhadap organ lain. Terapi aritmia kadar transmembran kation tertentu pada nilai yang
yang optimal memerlukan pemahaman yang baik konstan :

mengenai farmakokinetik obat aritmia dan penga-


ruh penyakit terhadap obat. Akhirnya diperlukan pe-
ngetahuan yang luas mengenai efek samping obat RT [Xlo
antiaritmia dan pemantauan interaksinya dengan Ex= ln
obat lain selama Pengobatan. F lxli

dimana Ex adalah nilai tegangan, Xo dan Xi adalah


2. ELEKTROFISIOLOGI JANTUNG
kadar kation X di luar dan di dalam sel, R adalah
konstanta gas, T adalah suhu absolut dan F adalah
2.1. POTENSIAL ISTIRAHAT konstanta Faraday. Dengan menggunakan kadar
ion yang telah disebut diatas, nilai Ex = '97 mV dan
Antara permukaan luar dan permukaan dalam Ena = +65 mV. Karena membran sel yang sedang
membran sel jantung, ada perbedaan muatan yang istirahat terutama permeabel terhadap K*, maka
Farmakologi dan Terapi

nilai Vm mendekati Er. Akan tetapi ion lain, seperti


Na* luga ikut menentukan besarnya Vm dalam
keadaan membran istirahat, dan juga pompa Na
(karena pompa ini menukar 3 Na* untuk 2 K*).

2.2. POTENSIAL AKSI

Pada miokardium ditemukan beberapa jenis


sel. Sel yang terpenting adalah sel jantung yang
berfungsi untuk bekerja (working myocardial ceils)
dari atrium dan ventrikel; dan sel-sel yang berfungsi
dalam konduksi impuls yaitu sel pacu (pacemaker)
pada nodus SA dan AV serta serabut purkinje yang
berfungsi menghantarkan impuls listrik dengan
E
cepat keseluruh jantung. Sel jantung yang berfungsi c(!
kontraksi dalam keadaan normal tidak mempunyai
o
kemampuan automatisitas. Sedangkan sel pacu E
o
(pacemaker) dapat memulai suatu impuls listrik E
6
sendiri, menjalar keseluruh bagian jantung se- (6
hingga terjadi kontraksi (excitation-contraction cou-
G
'6
p/rng) selaras.
Bila sel jantung dirangsang terjadi suatu ren- o
o
tetan peristiwa perubahan potensial, yang disebab- o-
kan oleh perubahan arus ion melewati membran
(transmembran). Potensial aksi transmembran
yang khas pada serabut Purkinje diperlihatkan pada
Gambar 21 -1. Suatu potensial aksi terbagi atas
beberapa fase. Fase 0 = depolarisasi cepat
(upstroke)i fase 1 = repolarisasi cepat sampai men-
capai potensial yang datar (plateau); fase 2 = datar-
an potensial aksi ;fase 3 - repolarisasi cepat; dan
fase 4 = potensial diastolik.
Pada otot atrium dan ventrikel yang biasa, Vm
sewaktu diastol konstan; sel-selnya beristirahat dan
baru memberikan respons jika menerima jalaran
impuls atau rangsang luar. Tetapi sel sistem kon-
duksi (nodus SA, AV dan His-Purkinje) memper- 250 500
lihatkan depolarisasi spontan phase-4 (se/f waktu (msec)
excitation, automaticityI Sewaktu diastol, sel-sel
pacu (pacemaker) ini menunjukkan peningkatan
secara perlahan rasio permeabilitas Na+ terhadap Gambar2l-'1. Diagram respons cepat dan respons
K-. Arus yang ditimbulkan oleh ion Na* dan K* ini lambat serabut purkinje mamalia.
disebut arus pacu (pacemaker curent) yang baru
timbul bila Vm menjadi lebih negatif daripada -50
mV dan menimbulkan depolarisasi secara progresif A. Respons cpat : Fase-fase respons cepat terdiri atas depo-
sewaktu diastol. Arus masuk ion Ca** lewat kanal larisasi cepat (0), repolarisasi (.l,2,3), dan d6polarisasi diastolik
T mungkin berperanan pada bagian akhir fase-4. lambat (4).

Aktivitas nodus SA lebih cepat daripada serabut B. Respons lambat : Rspons lambat dimulai dari potensial trans-
Purkinje (ini penting sebagai pusat memulai membran yang lebih positif, yang memperlihatkan depolarisasi
kontraksi jantung yang sinkron), karena kinetika lambat, dan berlangsung lbih lama. potensial aksi soprti ini
arus pacu pada nodus ini berlangsung lebih cepat. monjalar sangat lambat dngan masa refraKer yang panjang.
Obat Antiaritmia 291

Ciri lain dari sel pacu ini (nodus SA dan AV) Pergerakan ion yang menjadi dasar bagi
adalah potensial aksinya memperlihatkan pe- potensial aksi masih terus diteliti pada sel jantung
ningkatan fase nol yang lambat, sedangkan fase 1, tunggal atau pada membran plasma yang diisolasi
2 dan 3 tidak dapat dipisahkan dengan jelas. Sera- dengan menggunakan tehnik penjepitan tegangan
but automatik yang ada di sinus dan sistem His- (voltage clamp technique atau dapat juga dengan
Purkinje mencapai nilai negatif potensial istirahat metode patch-clamp). Secara ringkas pergerakan
yang maksimal pada akhir fase 3 repolarisasi, yang ion itu tercantum dalam Tabel 21-1).
kemudian diikuti oleh depolarisasi spontan; eksitasi Potensial aksi jantung dapat dibedakan atas
terjadi bila Vm mencapai potensial ambang yang dua kelompok, yaitu berespons lambat dan cepat
kritis (lihat Gambar 21-2). Kecepatan perubahan (Gambar 21 -1). Depolarisasi pada respons cepat
potensial pada sel automatik yang normal ditentu- ditimbulkan oleh pemasukan ion Na* yang sangat
kan oleh : 1) nilai potensial diastolik maksimal; 2) banyak dan cepat ke dalam sel. Potensial aksi pada
kecepatan depolarisasi fase 4; dan 3) nilai potensial atrium, ventrikel dan serabut Purkinje adalah contoh
ambang. dari respons cepat. Respons lambat memperlihat-
kan peningkatan fase 0 yang lambat, menjalar sa-
ngat lambat dan mempunyai faktor keamanan
konduksi yang rendah. Potensial aksi pada sinus
dan nodus AV adalah contoh respons lambat yang
terlihat pada kondisi normal. Arus utama depola-
risasi untuk respons lambat dibawa oleh ion Ca**
melalui kanal Ca*+ tipe L.
potensial ambang

potensial diastolik 2.3. EKSITABILITAS DAN REFRA CTORI-


maksimal
NESS

Yang dimaksud dengan eksitabilitas adalah


kekuatan impuls llstrik yang diperlukan untuk
merangsang jantung. Suatu sel jantung mempunyai
Gambar 21-2, Diagram potensial aksi arus pacu (mis. eksitabilitas yang tinggi bila dapat distimulasi oleh
serabut Purkinje) impuls listrik yang rendah. Refractoriness adalah
istilah yang merujuk pada masa refrakter efektif
(ERP) yang berarti jarak waktu sekurang-kurang-

Tabel 21-1. ARUS ION DAN POTENSIAL AKSI SERABUT PURKINJE

lon utama Fase Perubahan Arah Fungsi fisiologik


pada arus itu potensial muatan aliran arus
aksi

'Na Na* O +65 ke dalam depolarisasi fase 0


!o1
ilo2
K* 1
,l?
-50 -- -80 ke luar repolarlsasi cepat tase I

K* ke luar belum diketahui


ica.L Ca** 1,2 +60 -- +80 ke dalam tase plateau potensial aksi; mencetuskan
penglepasan Ca** intrasel
ica,T Ca** 1,2 +40 ke dalam belum diketahui
,K
iK1
K* 3 -70 ke luar repolarisasi lase 3
KT 0,1,2,3,4 -90 ke luar memelihara potensial istirahat, cenderung
merepolarisasi
il
ibi
Na* 4 -10 -- -20 ke dalam mendorong depolarisasi spontan
Na*, ca*t 0,1 ,2,3,4 +40 ke dalam cenderung menimbulkan depolarisasi
oC')
Farmakologi dan Terapi

nya yang diperlukan antara dua respons jaringan SA dan AV), sehingga kecepatan konduksinya baru
agar dapat menimbulkan penjalaran rangsang. berubah secara berarti bila Vmax menjadi sete-
Pada sel jantung yang berespons cepat, masa ngahnya atau kurang dari nilai normal.
relrakter efektil hampir sama dengan lama poten-
sial aksi (APD). Pada sel jantung yang berespons
lambat, refractoriness dapat melampaui repola-
risasi penuh (ERP lebih panjang dari APD) karena
arus masuk ion Ca** ke dalam sel, pulih secara
lambat setelah inaktivasi. Obat-obat antiaritmia a
o
memperpanjang ERP relatif terhadap APD di ber- o 3
o \?.
bagai jenis sel jahtung. o \2. o)

'ro'j
E t
2.4. KES|GAPAN (RESPOA/S,yE/VESS) I
o \
DAN KONDUKSI o) I
6
(g I
IL
lstilah kesigapan membran (membrane
responsiveness,) digunakan untuk menerangkan
respons serabut jantung terhadap suatu rangsang.
Serabut jantung tidak mampu menumbuhkan res-
pons yang normal sampai terjadi repolarisasi sem- -100 -75 -50
purna. Perubahan dalam kecepatan maksimal Potensial transmembran (mV)
depolarisasi selama fase 0 (Vmax) merupakan Gambar 21 -3. Kesigapan membran fm embra ne res pon-
petunjuk mengenai sistem konduksi Na+ atau siveness)
derajat pemulihan kembali kanal Na+ setelah inak-
Kesigapan membran dalam satu serabut Purkinje diper-
tivasi. Vmax fase 0 merupakan determinan penting lihatkan pada gambar di atas. Kecepatan maksimal
dari kecepatan konduksi dan penghambatan im- depolarisasi selama fase-0 (Vmax) disajikan sebagai
puls prematur. Pada serabut Purkinje kecepatan tungsi potensial transmembran pada waktu aktivasi. Garis
maksimal depolarisasi (Vmax) dari suatu respons kontinu memperlihatkan hubungannya pada keadaan nor-
sangat tergantung pada potensial istirahat trans- mal, sedangkan garis terputus menunjukkan efek kuinidin
membran (Vm) pada saat awal eksitasi (lihat Gam- kadar sedang dan tinggi. Kuinidin menggeser hubungan ini
bar 21-3). Pada serabut normal, tetapan waktu pada axis potensial sehingga respons yang lemah
pemulihan kanal Na* setelah inaktivasi sangat sing- diperoleh pada setiap tingkat potensial transmembran.
Kecepatan maksimal depolarisasi juga dikurangi olbh obat
kat, sehingga pemulihan kecepatan maksimal ini.
depolarisasi (Vmax) terutama merupakan fungsi
tegangan (potensial) transmembran sewaktu repo-
larisasi terjadi. Akibatnya Vmax adalah sama bila
suatu serabut jantung dirangsang pada tingkat Vm
tertentu, lepas dari apakah serabut itu dirangsang
selama repolarisasi lase 3 atau fase 4. Ada 3 hal 3. MEKANISME ARITMIA
yang memperpanjang (tetapan) waktu pemulihan
kanal Na* yaitu: 1) nilai Vm yang lebih posltif; 2) Yang dimaksud dengan aritmia adalah
selama pengobatan dengan obat- obat antiaritmia; kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal dari
dan 3) pada kelainan membran akibat suatu impuls, atau gangguan konduksi yang menyebab-
penyakit misalnya pada infark. kan perubahan dalam urutan normal aktivasi atrium
Hubungan yang berbentuk huruf S antara dan ventrikel. Secara klinis, aritmia ventrikel dibagi
Vmax dan Vm adalah khas bukan saja pada sel atas yang benigna, yang dapat menjadi maligna
Purkinje tetapi juga pada otot atrium dan ventrikel. (potensial maligna) dan maligna yang dapat
Sel-sel pada nodus sinotrial dan atrioventrikel tidak menyebabkan kematian mendadak (Tabel 21-2).
memperoleh kembali kesigapan penuh sampai Aritmia tersebut dapat timbul karena kelainan dalam
repolarisasi selesai. Ada faktor pengaman yang pembentukan impuls, konduksi impuls, atau ke-
cukup besar pada ototjantung (kecuali pada nodus duanya.
Obat Antiaritmia

Tabel 21-2. KLASIFIKASI PRoGNoslS ARITMIA VENTRIKEL

Benigna Potensial Maligna


maligna

Risiko mati mendadak sangat rendah sedang tinggi

Gejala klinik palpitasi palpitasi palpilasi, sinkop,


henti jantung

Penyakit jantung biasanya tak ada ada ada

Parut dan hipertroti tidak ada ada ada

LVEF normal rendah rendah

Frekuensi VPD rendah-sedang sedang-tinggi sedang-tinggi

Takikardia ventrikel tidak ada tidak ada ada berkelanjutan


Gangguan hemodinamik tidak ada tak ada-ringan sedang-berat

LVEF - left ventricular ejection fraction


YPD - ventricular premature depolarization

3.1. ARlTMIA KARENA GANGGUAN Serabut Purkinie. Automatisitas yang men-


guat pada sistem His- Purkinje merupakan
PEMBENTUKAN IMPULS penyebab aritmia yang umum pada manusia.
Peningkatan aktivitas simpatis dapat menyebabkan
bertambahnya kecepatan depolarisasi spontan.
Ada banyak contoh aritmia yang timbul, baik Efek vagus terhadap sistem His- Purkinje belum
karena peningkatan atau kegagalan automatisitas diketahui dengan baik. Dalam keadaan sakit, auto-
normal. matisitas pada sistem His-Purkinje dapat menurun.
Pada sindrom sinus sakit aktivitas sel pacu pada
ventrikel dan nodus SA tertekan.

3.1.1. AUTOMATISITAS NORMAL YANG


BERUBAH 3.1.2. PEMBENTUKAN IMPULS ABNORMAL

Hanya ada beberapa jenis sel jantung Aritmia yang berasal dari sumber impuls
memperlihatkan automatisitas dalam keadaan nor- yang abnormal dapat dibagi dua, yaitu automat'
mal, yaitu nodus SA, nodus AV distal, dan sistem isitas abnormal dan aktivitas terpicu (triggered
His-Purkinje. activity). Yang dimaksud dengan automatisitas ab-
normal adalah terjadinya depolarisasi diastolik
NODUS SA. Pada nodus ini, frekuensi impuls dapat
spontan pada nilai Vm yang sangat rendah (lebih
diubah oleh aktivitas otonomik atau penyakit intrin- positif), pada sel yang dalam keadaan normal mem-
sik. Aktivitas vagal yang meningkat dapat memper- punyai potensial yang jauh lebih negatif. Aktivitas
lambat atau menghentikan aktivitas sel pacu di terpicu adalah pembentukan impuls pada fase
nodus SA dengan cara meninggikan konduktansi
repolarisasi yang sudah mencapai ambang. Kedua
x* (gX). Arus K* ke luar meningkat, sel pacu men- mekanisme ini sangat berbeda dari mekanisme
galami hiperpolarisasi, dan memperlambat atau pembentukan automatisitas normal' Di samping itu
menghentikan depolarisasi. Peningkatan aktivitas kedua mekanisme ini dapat menyebabkan pemben'
simpatis ke nodus SA meningkatkan kecepatan tukan impuls pada serabut yang biasanya tidak
depolarisasi fase 4. Penyakit intrinsik di nodus SA
mempunyai lungsi automatik (misalnya sel otot
diduga menjadi penyebab aktivitas pacu yang salah
atrium atau ventrikel yang biasa).
pada sindrom sinus sakit (sick srnus syndrome).
294
Farmakologi dan Tarapi

AUTOMATISITAS ABNORMAL. Serabut purkinje, DELAYED AFTERDEPOLARTZATTON. tni adatah


sel atrium, dan sel ventrikel dapat memperlihatkan depolarisasi sekunder yang terjadi pada awal dias-
depolarisasi distolik spontan dan cetusan automat- tol, yaitu setelah repolarisasi penuh dicapai.
isitas berulang bila potensial istirahatVm diturunkan Delayed afterdepolarization tidak dapat tercetus de-
secara nyata (misalnya sampai -60mV atau kurang ngan sendirinya (de novo), letapi tergantung dari
negatif). Mekanisme ionik untuk automatisitas ab- adanya potensial aksi sebelumnya. peristiwa ini ter-
normal seperti itu belum diketahui tetapi mungkin jadi bila sel tertentu terpapar katekolamin, digitalis
disebabkan oleh arus masuk K* dan Ca** ke dalam atau kadar K+ ekstrasel yang rendah, atau ladar
sel. Na* yang rendah dan Ca** tinggi dalam perfusat.
EARLY AFTERDEPOLARTZATION. tni adatah Depolarisasi seperti ini dapat mencapai ambangl
depolarisasi sekunder yang terjadi sebelum dan menimbulkan depolarisasi tunggal yang pre-
repolarisasi selesai, yaitu berawal pada potensial matur. Bila depolarisasi prematur ini diikuti oleh
membran yang dekat kepada dataran tinggi poten-
depolarisasi berikutnya, maka akan terjadi sepa-
sang ekstrasistol atau berubah menjadi takiaritmia.
sial aksi (Gambar 21-4A). Dalam eksperimen early
afte rd e po I a rizati o n dapal ditim bu lkan pada serabut
Beberapa faktor dapat meningkatkan amplitudo
Purkinje dengan cara meregang serabut, atau delayed afterdepolarization dan mencetuskan akti-
karena hipoksia dan perubahan kimiawi.
vitas terpicu, yaitu frekuensi denyut jantung yang
meningkat, sistol prematur, peningkatan Ca** eks-
A.
trasel, katekolamin dan obat lain, khususnya
digitalis.

AKTIVITAS TEBPICU. Seperti yang tetah diuraikan


sebelumnya, delayed afterdepolarization dapal
menimbulkan ekstrasistol tunggal, atau berulang
E
(triggered activity). Walaupun tidak dapat timbul de
(!
noyo, aktivitas -terpicu dapat bedangsung terus
E menerus. Aktivitas terpicu mempunyai banyak
c)
E kesamaan dengan takiaritmia-arus-balik, sehingga
6
(! sukar untuk mengetahui mana di antara keduanya
yang menyebabkan takiaritmia.
3
Eo
()
o
0-

3.2. ARITMIA YANG DISEBABKAN


KELAlNAN KONDUKSI IMPULS

Aritmia dapat timbul karena munculnya ak-


tivasi berulang yang dimulai oleh suatu
depolarisasi. Aritmia seperti itu yang sering juga
Waktu dinamai aritmia arus-balik (re-entrant arrhythmia)
Gambar 214, Dua bentuk aktivitas terpicu (triggered dapat berkelanjutan, tetapi tidak tercetus sendiri.
activity) pad? serabut purkinie. Faktor-faktor yang menentukan terjadinya arus-
balik adalah adanya hambatan searah, dan rin-
A. Depolarisasi ikutan dini (early afterdepotarization). tangan anatomis atau fungsional terhadap kon-
Repolarisasi disela oleh depolarisasi sekunder. duksi sehingga terbentuk arus melingkar (sirkuit). Di
Respons ini dapat merangsang serabut didekatnya dan
samping itu panjang lintasan sirkuit harus lebih
menjalar.
besar daripada panjang gelombang impuls jantung,
B. Depolarisasi ikutan terlamb al (delayed afterdepolariza-
tion). Setelah repolarisasi penuh tercapai, potensial di mana panjang gelombang merupakan hasil
istirahat (Vm) kembali mengalami depolarisasi selintas. perkalian antara kecepatan konduksi dengan masa
Jika mencapai ambang, dapat terjadi penjalaran refrakter (lihat Gambar 21-5). Untuk terjadinya arus-
respons. balik, konduksi impuls harus sangat diperlambat,
Obat Antiaitmia 295

masa refrakter harus nyata dipersingkat, atau ke- RESPONS CEPAT YANG BERUBAH
duanya. Konduksi di sinus dan nodus AV biasanya
sangat lambat; perlambatan lebih lanjut oleh akti- Bila potensial membran istirahat lebih positif
vasi prematur atau oleh penyakit mempermudah daripada -75 mV (misalnya pada regangan atau
timbulnya arus-balik. Walaupun arus-balik biasanya kadar K ekstrasel yang tinggi), Vmax dan kecepatan
terjadi pada lintasan konduksi yang lambat, tetapi konduksi menurun secara nyata disebabkan oleh
dapat juga terjadi pada lintasan konduksi yang inaktivasi kanal cepat Na yang voltage-dependent
biasanya cepat seperti serabut Purkinje dalam (lihat Gambar 21-3). Bila potensial istirahat berada
keadaan patologis. Demikian pula, walaupun per- antara -50 dan -65 mV, kecepatan konduksi sangat
lambatan konduksi merupakan dasar patofisiologi berkurang, dan respons cepat yang abnormal
arus-balik, parameter lain juga dapat berperanan memungkinkan terjadinya arus-balik. Bila potensial
seperti pemendekan potensial aksi dan refractori' membran lebih positif daripada -50 mV, kanal Na*
n6ss. tidak aktif dan respons cepat tidak muncul. Pada
nilai Vm yang rendah seperti itu respons cepat me-
lemah dan mungkin gagal meneruskan konduksi.

RESPONS LAMBAT DAN KONDUKSI SANGAT


LAMBAT. Potensial aksi yang lambat muncul pada
serabut Purkinje yang terpapar ion K* ekstrasel
yang tinggi dan katekolamin. Pada rentang tegang'
un di runa potensial lambat muncul, arus Na* ke
dalam sel tidak diaktifkan dan arus pacu samasekali
berhenti, sehingga kedua arus ini tidak mempunyai
peran dalam pembentukan respons lambat. Arus
yang menyebabkan potensial lambat itu adalah
arus ion Ca** ke dalam sel (i6j. Karena arus ini
relatif kecil kekuatannya, respons lambat lebih
mudah terjadijika arus ion ke luar berkurang. Karak-
teristik respons lambat adalah amplitudonya antara
VM 40-80 mV, kecepatan depolarisasinya adalah 1-2
volt per detik, dan berlangsung selama 0,4-1 detik
(lihat Gambar 2'l-1,8). Akibatnya respons lambat
menjalar sangat lambat sedemikian rupa sehingga
arus-balik dapat terjadi dalam lintasan yang sangat
Gambar 21-5. Arus-baliR (reentry) pendek. Di samping itu lama potensial aksi dan
refractorinass dapat sangat memendek pada
Diagram ini menggambarkan salah satu bentuk re'eksilasi daerah di pangkal tempat penghambatan, yang tim-
arus-balik pada ventrikel. Suatu serabut Purkinje (PF) yang bul karena adanya arus repolarisasi didekatnya.
bercabang berakhir pada seutas otot ventrikel (VM).
KEMAKNAAN REENTRY. Arus-balik (e'entry)
Daerah yang diarsir pada cabang 2 merupakan daerah
dapal muncul pada berbagai tempat di jantung,
yang terdepolarisasi yang merupakan tempat hambatan
tetapi lebih mudah terjadi di sekitar nodus SA dan
searah; impuls yang berasal dari sinus dihambat di daerah
AV. Arus-balik di daerah ini dapat ditimbulkan pada
ini, tetapi impuls retrograd dapat menjalar. Konduksi jantung yang normal dengan menggunakan stimu-
retrograd pada cabang 2 yang lambat memberi cukup
lasi prematur untuk memperlambat konduksi dan
waktu bagi serabut di cabang 1 untuk pulih dan bereaksi
menghasilkan hambatan searah lungsional. Dalam
terhadap impuls yang datang kembali. Suatu reaktivasi
klinik takikardia supraventrikel paroksismal biasa-
tunggal pada cabang 1 akan menghasilkan depolarisasi
nya disebabkan oleh arus-balik. Arus-balik pada
prematur ventrikel tunggal; dan lika konduksi berlanjut
sistem His-Purkinje dianggap sebagai penyebab
dalam sirkuit akan terjadi takikardia ventrikel.
depolarisasi prematur ventrikel yang berpasangan
Obat antiaritmia dapat meniadakan arus-balik dengan cara
(pulsus bigeminus) dan takikardia ventrikel pada
menimbulkan hambatan dua arah atau menghilangkan
manusia.
hambatan searah pada cabang 2.
296
Farmakologi dan Terapi

4. KLASIFIKASI OBAT ANTIARITMIA sama mempunyai kemampuan untuk memperlam_


bat repolarisasi membran (dan dengan demikian
Obat antiaritmia dikelompokkan menurut efek memperpanjang refractorness), sedangkan
elektrofisiologik dan mekanisme kerjanya (Tabel efeknya terhadap Vmax adalah sedikit. Akhirnya,
21 -3). Akan tetapi haruslah diketahui bahwa obat_ obat yang ada di kelas lV mempunyai efek depresi
obat dalam satu kelas sesungguhnya berbeda; yang relatif selektif terhadap kanal Ca**, khususnya
suatu obat mungkin efektif dan aman bagi penderita jenis L.
tertentu, tetapi yang lain belum tentu.
Sebagian besar informasi yang digunakan
untuk mengelompokkan obat antiaritmia berasal 5. PEMBAHASAN OBAT.OBAT
dari hasil kajian pada hewari. Misalnya, klasifikasi
pada Tabel 21 -3 sangat mengandalkan atas obser-
vasi yang dilakukan pada atrium kelinci dan anjing 5.1. KELAS lA : KUlNtDtN, PROKAINAM|D
atau serabut Purkinje anak sapi. Obat-obat yang DAN DISOPlRAMID
berada dalam kelas I secara langsung mengubah
arus kation pada membran, khususnya ion K* dan Obat antiaritmia kelas lA menghambat arus
Na*. Akan tetapi ada manfaatnya untuk memilah masuk ion Na+, menekan depolarisaii fase 0, dan
lebih lanjut kelompok obat ini berdasarkan memperlambat kecepatan konduksi serabut
kesanggupannya dalam menekan Vmax (dengan Purkinje miokard ke tingkat sedang pada nilai Vmax
cara menyekat kanal cepat Na*) dan yang memper- istirahat normal (Tabel 21-3). Efek ini diperkuat bila
lambat repolarisasi membran. Kelas ll meliputi obat_ membran sel terdepolarisasi, atau bila frekuensi
obat yang terutama mempunyai efek tak langsung eksitasi meningkat. Walaupun kuinidin sering di-
anggap sebagai prototip, prokainamid tidak mem-
terhadap parameter elektrofisiologi, melalui ke-
punyai kemampuan yang sama seperti kuinidin atau
sanggupannya dalam menghambat reseptor beta.
disopiramid dalam menyekat reseptor kolinergik
Obat-obat yang ada di kelas lll adalah yang belum muskarinik atau seperti disopiramid dalam menye-
jelas mekanisme kerjanya, tetapi mereka sama- kat kanal Ca+*.

Tabel 21-3' KLAslFlKAsl OBAT ANTIARITMIA BERDASARKAN MEKANTSME


KERJANYA (Vaughan-Wiuiams)

Mekanisme kerja Obat

I Penyekat kanal natrium


A Depresi sedang lase 0 dan konduksi Kuinidin, prokainamid,
lambat (2+), memanjangkan repolarisasi disopiramid
B Depresi minimal fase 0 dan konduksi Lidokain, meksiletin,
lambat (0
-1+), mempersingkat
repolarisasi
fenitoin, tokainid

C Depresi kuat tase 0, konduksi lambat Enkainid, llekainid,


(3+ _ 4+), efek ringan terhadap indekainid
repolarisasi
ll Penyekat adrenoseptor beta Propranolol, asebutolol,
esmolol
lll Memanjangkan repolarisasi Amiodaron, bretilium,
sotalol
lV Penyekat kanal Ca** Verapamil, diltiazem

Besar elek relatil terhadap kecepatan konduksi dinyatakan dalam skala +


1 sampai 4+.
297
Abat Antiaritmia

EFEK ELEKTROFISIOLOGIK JANTUNG Peristiwa depolarisasi akibat masuknya ion


Na* ke dalam sel sewaktu potensial aksi selanjut-
Obat antiaritmia kelas lA mempunyai efek nya diikuti oleh menutupnya kanal Na* loleh pintu
yang kuat terhadap hampir semua jenis sel di jan- h). Keadaan ini disebut inaktivasi (inactivated
tung. Tergantung pada obatnya, sifat-sifat listrik sel sfate), di mana arus masuk Na* ke dalam sel ter-
jantung dipengaruhi pula secara tak langsung oleh henti. Sementara itu ion-ion lain (Cl', Ca**, K*;
perubahan regulasi autonomik yang ditimbulkan berperan dalam potensial aksi hingga terjadi
oleh obat. repolarisasi. Keadaan inaKivasi kanal Na+ ini terjadi
Kinetika kanal cepat Na*. Arus masuk ion Na* ke sewaktu fase plateau (fase 1 dan 2) potensial aksi.
dalam sel lewat kanal Na* diduga diatur oleh suatu Pada fase 3 akhir dan lase 4, kanal Na+ meng-
sistem pinlu (gating mechanism). Dalam membuka alami pemulihan (recovery state) dari keadaan in-
dan menutup kanal Na*, sistem pintu ini mengalami aktivasi menjadi keadaan istirahat (resting sfate) di
beberapa perubahan konformasi (lihat Gambar 21 - mana kanal tersebut dalam keadaan siap membuka
6). Terbukanya kanal Na* ini terjadi pada fase 0 bila ada stimulus. Keadaan inaktivasi berbeda de-
potensial aksi dan bersifat voltage-dependent (llka ngan keadaan istirahat yaitu pada keadaan inakti-
potensial membran lebih negatif, maka kanal Na+ vasi kanal Na* tidak siap (available) untuk dirang-
semakin banyak terbuka, sehingga semakin banyak sang, sedangkan pada keadaan istirahat kanal Na+
dan cepat ion Na* masuk ke dalam sel). Keadaan dapat membuka bila dirangsang. Keadaan tidak
kanal Na* saat terbuka ini disebut keadaan terak- siap ini biasa juga dikenal sebagai refrakter. Oleh
tivasi (activated state). kaiena diperlukan waktu agar kanal Na* dapat

oNu o
ooo
?e8[-l . 11li11
Lr tl Il
{tttI
s&8l-__i, 600
ooQ

istirahat teraktivasi inaktivasi


(esting state) (activated state) (inactivated state)

Gambar 21-6. Diagram kanal Na*.

Na+ tidak dapat masuk


Kanal ini berupa protein dengan 2 pintu (m dan h). Dalam keadaan istirahat (pintu m tertutup), ion
kanal melewatkan Na+ dalam jumlah
ke dalam sel. Bila ada stimulus (gelombang depolarisasi), pintu m membuka dan
besar (keadaan teraktivasi). Setelah beberapa saat (msec) pintu h (yang bergerak lebih lambat) akan menutup,
dan tidak dapat
sehingga arus masuk Na+ terhenti (keadaan inaktivasi). Keadaan inaktivasi ini bersilat relrakter
kanal Na+ kembali mengalami perubahan konformasi dan berada dalam keadaan istirahat'
distimulasi. Selanjutnya,
pada protein kanal sewaktu teraktivasi
Anesterik lokal (antiaritmia kelas I dan amiodaron) dapat menempati reseptornya
tinggi;
(lase 0) atau inaktivasi (fase 2), karena pada kedua lase ini, afinitas obat (anestetik lokal) terhadap reseptornya
alinitas ini rendah. Bila reseptor obat ini ditempati, maka ion Na* tidak dapat masuk ke
sedangkan pada lase istirahat
selama siklus perubahan
dalam sel. Obar-obat ini menempati reseptornya dan terlepas (bukan merupakan ikatan kovalen)
konlormasi kanal Na+. Kanal sel normal yang dihambat obat selama siklus aktivasi-inaktivasi akan cepat terlepas dari
yang dalam keadaan depolarisasi kronis (Vm lebih positif), bila diberikan
reseptornya dalam lase istirahar. Sebaliknya kanal
jantung
obat akan pulih lebih lama. Dengan cara demikian, maka obat-obat ini (kelas l) menghambat aktivitas listrik
berlebihan pada keadaan misalnya takikardia atau depolarisasi kronis'
298
Farmakologi dan Terapi

membuka dalam siklus potensial aksi, maka sifat ini


Lama potensial aksi dan refractoriness. Kuinidin,
disebut sebagai ti me-depend e nt. prokainamid dan disopiramid menyebabkan
Kanal lambat Ca** luga mempunyai kinetika pemanjangan lama potensial aksi dari atrium,
seperti kanal Na+, hanya pada kanal Ca** peru_ ventrikel atau sel purkinje yang normal. Masa
bahan-perubahan ini terjadi pada potensial yang
ref rakter efektif dari sel-sel ini memanjang lebih
lebih positif dan berlangsung lebih lambat. dari
yang diharapkan daripada perubahan potensial aksi
Automatisitas. Walaupun semua obat kelas lA akibat perubahan kesigapan, seperti telah dikemu-
dapat menyebabkan depresi berat nodus sinoatrial kakan di atas.
pada penderita sindrom sinus sakit, hanya disopi_ Efek terhadap aritmia arus-balik. Aritmia arus_
ramid yang dengan jelas memperlambat aktivitas balik ditiadakan oleh obat kelas lA berdasarkan
sinus SA jantung manusia yang mengalami dener_ efeknya terhadap masa refrakter efektif, kesigapan
vasi. Pada manusia normal, kuinidin dapat mening_ dan konduksi. Contohnya, bila terjadi depolarisasi
katkan irama sinus melalui penghambatan koli- prematur ventrikel disebabkan oleh arus_balik pada
nergik atau secara refleks meningkatkan aktivitas serabut Purkinje, hambatan searah dapat diubah
simpatis. menjadi hambatan dua arah, sehingga arus balik
Disopiramid biasanya hanya sedikit meng_ tidak terjadi (Gambar 21-5).
ubah irama sinus, karena efek depresi langsung Mekanisme kerja obat kelas lA pada flutter
dapat diimbangi oleh efek antikolinergiknya yang atau fibrilasi atrium adalah berdasarkan peng_
menonjol. Dalam kadar terapi, kuinidin, prokai_ hapusan arus-balik ini, tetapi lebih kompleks.
namid dan disopiramid secara nyata menuiunkan
kecepatan picu (firing rafe) serabut purkinje. Efek Efek elektrokardiografik. Dalam kadar terapi pada
ini terjadi secara langsung yaitu mengurangi kemi_ manusia, obat- obat kelas lA tidak atau hanya
ringan depolarisasi fase 4 dan mengubah potensial sedikit menimbulkan perubahan frekuensi denyut
ambang mendekati nol. perubahan potensial am_ jantung, interval p-R, H-V dan kompleks
eBS. Efek
bang disebabkan oleh penyekatan kanal Na* dan terhadap interval A-H dapat berbeda, kuinidin
perlambatan kecepatan reaktivasinya. penurunan cenderung memperpendek interval ini (dan mening-
kemiringan fase 4 ini belum bisa diterangkan. Efek katkan frekuensi denyut jantung), karena efeknya
terhadap automatisitas normal pada seiabut His- terhadap pengaturan autonomik jantung. pelebaran
Purkinje ini berbahaya pada pengobatan aritmia bila kompleks QRS berhubungan dengan kadar obat
ada blok AV. Pada kadar terapi obat kelas lA mem_ dalam plasma, dan efek iniseringkali berguna untuk
punyai efek yang kecil terhadap automatisitas memantau pengobatan.
ab_
normal pada serabut purkinje yang terdepolarisasi EFEK TERHADAP SISTEM SARAF OTONOM.
nyata atau terhadap detayed afterdepolarization. Pada percobaan hewan, kuinidin mempunyai efek
Akan tetapi obat-obat ini dapat mencegah aktivitas seperti atropin, menghambat efek stimulasi vagus
terpicu dengan cara mencegah depolarisasi pre- atau asetilkolin. Kuinidin juga mempunyai sifat pe_
matur yang memulai proses itu atau dengan cara nyekat reseptor-c. Kerja ini dapat menyebabkan
menggeser potensial ambang kearah positif. vasodilatasi, yang melalui baroreseptor merang_
Eksitabilitas, kesigapan dan konduksi. Obat- sang aktivitas saraf simpatis. Secara bersama,
obat kelas lA meninggikan ambang arus listrik dias_ penghambatan kolinergik dan peningkatan aktivitas
tolik pada otot atrium dan ventrikel dan pada serabut adrenergik-p yang disebabkan oleh kuinidin ini
Purkinje. Obat-obat ini juga meninggikan ambang dapat men'ingkatkan kecepatan sinus dan mem-
librilasi pada atrium dan ventrikel. Ahplitudo, lon_ perkuat konduksi pada nodus AV pada sebagian
jakan (ovarshoot) dan Vmax lase 0 di penderita.
atiium, ventri-
kel dan sel Purkinje diturunkan secara dose_depen_ .lemahEfek antikolinergik
daripada
prokainamid jauh lebih
dent tanpa perubahan yang nyata dari Vm. kuinidin, dan prokainimid tidak
Upstroke respons prematur ditekan karena obat ini menghambat adrenergik-cr.
menyebabkan perubahan voltase dan reaktivasi; Elek antikolinergik disopiramid hanya seper_
Vmax dikurangi dan memanjang untuk mencapai sepuluh atropin. Sifat ini biasanya meniadakan efek
nilai mantapnya (lihat Gambar 21 -3). perubahan depresi langsung pada sinus dan nodus AV. Obat
yang time-dependent ini paling jelas pada ini tidak mempunyai khasiat antagonis adrenergik_a
nilai Vm
yang rendah. dan p.
Obat Antiaritmia 299

ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN ELIMINASI menjadi I jam atau lebih, tetapi bioavailabilitasnya
lebih rendah dari kapsul standar.
KUlNlDlN. Bila diberikan peroral, kuinidin sultat Sekitar 20% prokainamid terikat protein dalam
diabsorpsi dengan cepat dan kadar puncak dalam plasma. Obat ini dengan cepat didistribusi kese-
plasma teicapai dalam waktu 60-90 menit. Penye- luruh jaringan tubuh kecuali ke otak, dan volume
rapan kuinidin glukonat adalah lebih lambat dan distribusinya adalah sekitar 2 liter per kilogram.
barangkali kurang sempurna, kadar puncak dalam Akan tetapi nilai ini dapat menurun banyak pada
plasma baru tercapai setelah 3-4 jam sesudah pem- penderita gagal jantung atau syok. Kompensasi ter-
berian peroral. Walaupun kuinidin dapat diberikan hadap perubahan ini harus diperhitungkan dalam
secara intramuskular, obat ini menimbulkan rasa penentuan dosis.
sakit pada tempat suntikan dan meningkatkan Prokainamid dieliminasi melalui ekskresi gin-
kreatin kinase plasma secara nyata. jal dan metabolisme di hati. Jalur metabolisme
Sekitar 90% kuinidin terikat pada protein (cr1- utama adalah melalui N-asetilasi oleh enzim N-
acidic glycoprotein dan albumin). Obat ini didistri- asetiltransferase yang pada populasi terdistri-
busikan dengan cepat ke hampir semua jaringan, busikan secara bimodal. Akan tetapi, ada sistem
kecuali otak, dan volume distribusinya (Vd) adalah asetilasi lain yang tidak memperlihatkan variasi
2-3 liter per kilogram. genetik dan juga berperan dalam metabolisme
Kuinidin dimetabolisme sebagian besar di prokainamid. Pada asetilator cepat atau pada insu-
hati, metabolitnya dan kira-kira 20% senyawaan fisiensi ginjal, 40% atau lebih dosis prokainamid
asal di ekskresikan dalam urin. Waktu paruhnya dapat diekskresikan sebagai N-asetil prokainamid
adalah sekitar 6 jam. Hampir semua metabolit (NAPA), dan kadar NAPA dalam plasma dapat
dalam urin merupakan bentuk hidroksilasi pada cin- menyamai atau melebihi kadar obat asal. Senyawa-
cin kuinolin atau cincin kuinolidin. Sejumlah kecil an ini yang telah diberi nama acecainrde, efek anti-
senyawaan dihidroksi .iuga ditemukan. Fraksi (per- aritmianya kurang kuat, dan secara kualitatif
sentase) kuinidin yang dimetabolisme dan jalan me- mempunyai efek antiaritmia yang berbeda. Walau-
tabolismenya agaknya berbeda pada tiap pen- pun acecaintUe memperpanjang lama potensial
derita. Masih belum jelas apakah kadar kuinidin aksi serabut Purkinje, efeknya lebih kecil terhadap
dalam plasma meningkat pada penderita gagal gin- Vmax dan automatisitas. Oleh karena itu, untuk pe-
jal dan payah jantung kongestif ; hal ini dipersulit lagi ngelolaan penderita secara optimal, sebaiknya ter-
oleh adanya metabolit kuinidin yang aktif terhadap sedia data tentang kadar prokainamid dan NAPA.
jantung. Sampai sekitar 7Oo/o dari dosis prokainamid
Kuinidin difiltrasi diglomeruli dan diekskresi dieliminaqi dalam bentuk yang tak berubah dalam
oleh tubuli proksimal. Karena kuinidin adalah basa urin. Prokainamid adalah basa lemah yang meng-
lemah, reabsorpsinya ditekan dan ekskresinya alami filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi di ginjal.
diperkuat bila pH urin asam. Bila pH urin ditingkat- Peningkatan pH urin menyebabkan penurunan
kan dari 6-7 menjadi 7-8, bersihan kuinidin oleh ekskresi prokainamid.
ginjal berkurang sebanyak 50% dan kadarnya Bila fungsi intrinsik ginjal menurun, kadar pro-
dalam plasma meningkat. Keadaan ini dalam klinik kainamid dalam plasma meningkat nyata. Akan
jarang terjadi, kecuali bila penderita minum natrium tetapi, bila ureum darah meningkat, fraksi dosis pro-
bikarbonat atau asetazolamid atau bila ada asidosis kainamid yang diekskresi secara utuh menurun,
tubuli ginjal. dan NAPA dapat berakumulasi ketingkat yang ber-
bahaya.
PROKAINAMID. Prokainamid diabsorpsi dengan
cepat dan hampir sempurna setelah pemberian DISOPIRAMID. Sekitar 90% dosis oral disopirami{
peroral pada orang normal. Kadar puncak dicapai diabsorpsi, dan sebagian kecil mengalami metabo-
45-70 menit setelah minum kapsul, tetapi sedikit lisme lintas pertama di hati. Kadar puncak dalam
lebih lambat setelah minum tablet. Dalam minggu plasma tercapai dalam 1-2 jam setelah pemberian
pertama setelah infark miokard akut, absorpsi oral peroral.
mungkin buruk, tercapainya kadar puncak mungkin Pada kadar terapi yang normal (3 pg/ml) kira-
sangat terlambat, dan kadar obat mungkin tidak kira 70o/o disopiramid terikat pada protein plasma,
cukup untuk mengontrol aritmia. Formulasi lepas f raksi yang terikat berbanding terbalik dengan kadar
lambat prokainamid dapat meningkatkan lama kerja total dalam plasma. Volume distribusi disopiramid
300
Farmakologi dan Terapi

adalah sekitar 0,6 liter per kilogram, tetapi nilai ini hipotensi. Suatu cara yang cepat dan aman untuk
tergantung dosis karena ikatan proteinnya dapat memperoleh kadar efektif dalam plasma adalah
jenuh. pemberian intravena intermiten: ',l00 mg disuntikan
Sekitar 50% dosis disopiramid diekskresikan selama 2-4 menit, tiap 5 menit sampai aritmia ter-
oleh ginjal dalam keadaan utuh, 20% dalam bentuk kontrol, atau efek samping terlihat, atau sampai
metabolit dealkilasi, dan 10% dalam bentuk lain. dosis total (1.000 mg) tercapaitanpa ada perbaikan.
Metabolit monodealkilasi mempunyai elek antiarit- lnterval pemberian setiap 5 menit memberikan
mia dan antikolinergiknya yang lebih lemah dari- kesempatan melakukan pemeriksaan lekanan
pada senyawa induk. Waktu paruh eliminasi adalah darah dan ECG, sehingga kemungkinan terjadinya
5-7 jam, dan nilai ini memanjang pada gagal ginjal hipotensi berat atau pelebaran QRS dapat dihindari.
(dapat mencapai 20 jam atau lebih). Untuk terapi oral jangka lama, biasanya diper-
lukan dosis total 3- 6 g/hari. Karena waktu paruh
eliminasinya pendek (3 jam pada orang normal, 5-8
SEDIAAN, DOSIS DAN CARA PEMBERIAN jam pada penderita penyakit jantung), obat ini perlu
KUlNlDlN. Kuinidin hanya tersedia dalam sediaan
diberikan lebih sering. Akan tetapi pemberian
prokainamid tiap 6-8 jam biasanya memadai. Kadar
peroral, walaupun pada keadaan tertentu obat ini
dapat diberikan secara intramuskular atau intra- mantap tercapai dalam satu hari karena waktu
paruh pendek.
vena. Dosis oral yang biasa adalah 200- 300 mg
yang diberikan 3 atau 4 kali sehari untuk penderita DISOPIRAMID. Tersedia dalam bentuk tablet 100
dengan kontraksi atrium dan ventrikel prematur atau 150 mg basa. Dosis total harian adalah 400-
atau untuk terapi pemeliharaan. Dosis yang lebih 800 mg yang pemberiannya terbagi atas 4 dosis.
tinggi atau pemberian yang lebih sering dapat Penyesuaian dosis perlu dilakukan pada gagal gin-
digunakan secara terbatas untuk pengobatan jal, dan pada penderita ini kadar plasma, efek terapi
takikardia ventrikel paroksismal. Selama terapi pe- dan efek toksik perlu dimonitor dengan cermat.
meliharaan, kuinidin biasanya mencapai kadar
mantap dalam waktu 24 jam, dan kadarnya dalam
plasma akan berf luktuasi kurang dari 50% di antara PENGGUNAAN TERAPI
dua dosis. Karena adanya variasi individual yang
besar, interaksi obat, dan sebab lain dari ketidak- Obat-obat dalam kelas lA mempunyai spek-
seragaman, dianjurkan melakukan pemeriksaan trum kerja yang luas dan efektif untuk pengobatan
ECG secara cermat setelah dosis awal kuinidin dan jangka panjang dan jangka pendek aritmia supra-
mengukur kadar plasma setelah keadaan mantap ventrikel dan ventrikel. lndividualisasi dosis biasa-
tercapai. Selanjutnya penyesuaian dosis seringkali nya diperlukan sejak dari permulaan pengobatan,
diperlukan. sebab kadar plasma dan respons antiaritmik ber-
beda untuk tiap penderita. Rekaman Holter ECG
PROKAINAMID. Prokainamid hidroklorida (pro- selama 24 jam perlu dilakukan beberapa kali untuk
nestyl) tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul (250 meyakinkan kontrol aritmia yang memadai. Demi-
sampai 500 mg) dan sebagai tablet lepas lambat kian pula pedu dilakukan pengawasan cermat akan
(250 sampai 1.000 mg). Suntikan prokainamid kemungkinan timbulnya reaksi toksik.
hidroklorida berisi 100 atau 500 mg/ml dan diguna- Kuinidin, prokainamid dan disopiramid dapat
kan untuk suntikan intramuskular dan intra-vena. bermanfaat untuk pengobatan takikardia supraven-
Kadar plasma yang diperlukan untuk mem- trikel paroksismal (PSW) baik yang disebabkan
peroleh efek antiaritmia biasanya antara 3-10 pg/ml, oleh arus-balik di nodus AV, maupun pada sindrom
dan kadang-kadang lebih tinggi. Kemungkinan tok- Wolff-Parkinson-White. Pada PSW karena takkar-
sisitas menjadi lebih besar bila kadar plasma me- dia berulang di nodus AV, digitalis atau cara lain
ningkat di atas 8 pg/ml. Efek pro-kainamid lerhadap dicoba dahulu sebelum pemberian obat kelas lA.
jantung diperkuat bila kadar K* plasma meningkat. Pada sindrom Wolff-Parkinson-White obat- obat ini
Pada aritmia akut atau tak stabil diperlukan memperlam bat kond u ksi d an men i n g k alkan ref rac -
prokainamid lV untuk kecepatan, ketepatan dan lonness pada serabut tambahan yang menghu-
efek yang jelas. Dosis muat total tidak pernah dibe- bungkan atrium dan ventrikel, sehingga mencegah
rikan secara lV tunggal karena dapat menyebabkan serangan PSVT.
301
Obat Antiaritmia

Kuinidin, prokainamid dan disopiramid dahulu Q-Tc akan melebar dengan cepat. Perubahan ini
merupakan obat-obat terpilih untuk f/utter atau berguna dalam pemantauan terapi kuinidin' Bila
fibrilasi atrium. Tetapi sejak ditemukannya metode .
kompleks QRS memanjang lebih dari 50%, dosis
kardioversi arus searah (DC), obalobat ini ber- harus diturunkan. Pada kadar obat yang tinggi, efek
fungsi sebagai obat penunjang. Penderita yang toksik terhadap jantung menjadi berat, sehingga
direncanakan untuk kardioversi, sebelumnya diberi- dapat timbul blokade atau henti SA, blokade AV
kan salah satu dari obat ini selama 1-2 hari' Diha- derajat tinggi, aritmia ventrikel atau asistol' Konduk-
rapkan sekitar sepertiga penderita flutter atau fibri- si impuls menjadi sangat diperlambat disemua
lasi atrium akan berubah menjadi irama sinus, bagian jantung. Di samping itu, serabut Purkinje
sedangkan yang dua pertiga memerlukan DC dapat terdepolarisasi dan memperlihatkan automa-
shock. Pengobatan pemeliharaan dengan obat anti- tisitas abnormal. Perubahan ini berlanjut menjadi
aritmia dilakukan setelah DC shock guna mencegah aritmia dengan bentuk aneh (bizarre arrhythmias)
kambuh penyakit. Bila telah diperoleh ritme sinus pada keracunan kuinidin yang berat. Takikardia
yang menetap setelah kardioversi, pemberian obat ventrikel polimorfik (torsades de pointes) yang dise-
harus disesuaikan untuk mencapai nilai mantap op- babkan oleh kuinidin merupakan kejadian yang
timal sebagai dosis pemeliharaan (untuk kuinidin: mengancam jiwa dan harus diobati dengan segala
2-5 pg/ml).
' usaha. Penderita dirawat di ruang intensil dengan
Obat kelas lA efektif untuk pengobatan jangka pemantauan ECG terus menerus dan diberikan
panjang depolarisasi prematur ventrikel dan takikar- natrium laktat atau bikarbonat, katekolamin, glu-
dia ventrikel berulang atau untuk pencegahan kagon, dan magnesium sulfat. Kuinidin dan meta-
fibrilasi ventrikel. Depolarisasi prematur ventrikel bolit hidroksinya dapat dieliminasi dengan cara
(VPD) adalah suatu gangguan ritme yang paling dialisis.
umum. VPD perlu diobati bila menimbulkan pal- Kadang-kadang kuinidin menyebabkan sin-
pitasi, gangguan hemodinamik atau berubah men- kop atau mati mendadak. Pada beberapa keadaan,
jadi fatal. Bila mengobati VPD, dosis obat harus hal ini merupakan akibat dari kadar kuinidin yang
bisesuaikan dan perlu dilakukan pencatatan Holter tinggi dalam plasma atau merupakan toksisitas
ECG 24 jam untuk menetapkan elek terapi obat' pada pemberian bersama digitalis. Akan tetapi, for-
Biasanya, dosis obat dinaikkan sampai VPD lenyap sades de porntes dapat terjadi pada individu yang
atau berkurang sebanyak 70%, dan selanjutnya sensitif dengan kadar kuinidin plasma yang rendah
dosis dipertahankan. Bila aritmia ventrikel ini dise- atau dalam rentang kadar terapi. lndividu yang
babkan oleh suatu proses akut, seperti bedah jan- memperlihatkan geiala Q-T panjang (long Q-T
tung terbuka, infark miokard akut, atau miokarditis syndrome) atau interval Q-T memanjang pada pem-
akut, pengobatan dapat dihentikan setelah ganggu- berian kuinidin dosis rendah merupakan individu
an itu lewat. dengan kemungkinan besar mengalami aritmia tor-
Obat kelas lA tidak digunakan untuk pengo- sades de pointes dan seyogyanya tidak diberikan
batan takikardia ventrikular menetap dan aritmia kuinidin. Faktor risiko lain untuk torsades de pointes
yang disebabkan digitalis, karena efek toksiknya adalah bradikardia dan hipokalemia.
mudah timbul. Takikardia ventrikular menetap Komplikasi lain yang sering terjadi bila kuinidin
biasanya diatasi dengan kardioversi dan aritmla digunakan untuk pengobatan fibrilasi atrium adalah
oleh digitalis dapat diobati lebih baik dengan obat peningkatan frekuensi ventrikel (takikardia para-
lain (lidokain, lenitoin, antibodi anti-digoksin)' doksal). Kuinidin dan obat lain kelas lA dapat me-
nyebabkan penurunan nyata frekuensi denyut
EFEK SAMPING airium pada pengobatan fibrilasi atrium' Bila
lrekuensi denyut atrium menurun, denyut ventrikel
KUlNlDlN. Kira-kira sepertiga penderita yang dapat menaik secara mendadak, karena penurunan
menerima kuinidin akan mengalami efek samping jumlah konduksi yang terperangkap (conce.aled) di
yang segera terlihat dan memerlukan penghentian nodus AV. Pada beberapa penderita, kuinidin (atau
pengobatan. Karena kuinidin mempunyai rasio disopiramid) dapat menunjukkan efek antikolinergik
terapi yang rendah, maka setiap penderita memer- yang jelas. Dalam hal ini walaupun takikardia para-
lukan pengawasan Yang baik' ioxiit larang terjadi, tetapi adanya ef ek antikoliner-
gik yang demikian kuat menyebabkan penderita
Elek toksik kardiovaskular. Bila kadar kuinidin
f-ibriiasi alau flutter atrium perlu diberi digitalis
naik melebihi 2 pg/ml, kompleks QRS dan interval
Farmakologi dan Terapi

sebelumnya bila hendak diobati dengan obat an- Bila prokainamid diberikan intravena dapat
tiaritmia kelas lA. terjadi hipotensi. lnfus intermiten atau kontinyu de_
Kuinidin dapat menimbulkan hipotensi, ter- ngan dosis tidak melebihi 600 mg yang diberikan
utama bila diberi secara intravena. Respons ini dalam 25-30 menit umumnya tidak menimbulkan
mungkin ditimbulkan oleh efek penyekatan adrener- hipotensi. Kadar toksik prokainamid dapat menu-
gik-o. Kajian hemodinamik menandakan bahwa runkan kerja jantung dan mempermudah timbulnya
hipotensi karena kuinidin disebabkan oleh vaso- hipotensi.
dilatasi, tanpa disertai oleh perubahan curah jan-
tung yang berarti. Elek samping lain. Selama pemberian prokaina_
Kemungkinan terjadinya emboli setelah peru_ mid per oral, gejala saluran cerna (anoreksia, mual,
bahan dari fibrilasi atrium ke irama sinus merupakan muntah, dan diare) dapat terjadi, tetapi gejala ini
masalah. Atrium yang fibrilasi tidak menghasilkan lebih jarang terjadi dibandingkan pada penggunaan
kontraksi, sehingga trombi dapat terbentuk pada kuinidin. Prokainamid dapat menimbulkan efek
atrium kiri. Setelah kembali ke irama sinus, kontrak_ samping SSP berupa pusing, psikosis, halusinasi
si atrium dapat melepaskan trombus dan menye_ dan depresi.
babkan stroke. Akan tetapi, risiko jangka panjang Kadang-kadang demam muncul selang bebe-
embolisasi sistemik lebih besar pada fibrilasi atrium rapa hari pengobatan dimulai, sehingga pemberian
yang menetap daripada bila berubah ke irama prokainamid tak dapat dilanjutkan. Dalam beberapa
sinus. Untuk mencegah timbulnya emboli ini, pada minggu pertama dapat terjadi agranulositosis diikuti
penderita yang hendak menjalani kardioversi teren- infeksi fatal. Hitung leukosit dan diferensial harus
cana (electivel, biasanya diberi anti-koagulan dilakukan secara teratur selama pengobatan, dan
selama 1-2 minggu sebelumnya. keluhan nyeri tenggorokan harus diketahui dengan
Efek samping lain. Kuinidin dapat menimbulkan segera. Mialgia, angioedema, rash, vaskulitis jari,
cinchonism ringan yang gejalanya meliputi tinitus, dan fenomena Reynaud dapat ditimbulkan oleh
tuli, penglihatan kabur, dan keluhan saluran cerna. prokainamid.
Pada keracunan berat timbul sakit kepala, diplopia, Prokainamid dapat menyebabkan gejala yang
fotofobia, perubahan persepsi warna, bersamaan menyerupai lupus eritematosus sistemik (SLE).
dengan gejala bingung, delirium dan psikosis, Kulit Artralgia merupakan gejala yang paling umum; peri_
terasa panas dan merah, mual, muntah, diare dan karditis, gangguan pleura, demam dan hepato_
nyeri abdominal dapat pula terjadi. megali adalah gejala-gejala yang sering dijumpai.
Hipersensitivitas terhadap kuinidin dapat me- Komplikasi yang paling berat ialah terjadinya per_
nyebabkan demam, Reaksi anafilaksis dapat ter_ darahan perikardial yang disertai tamponade.
jadi, tetapi sangat jarang. Trombositopenia atas Gejala SLE yang timbul karena obat berbeda dari
dasar reaksi antigen-antibodi jarang terjadi, tetapi yang alamiah. Pada SLE karena obat tidak ada
bila terjadi dapat fatal. penderita trombositopenia predileksi pada wanita, otak dan ginjal jarang ter_
perlu dirawat di rumah sakit sampai waktu perda- kena, jarang terjadi leukopenia, anemia, trombosi-
rahan kembali normal, dan perlu diobati dengan topenia dan hiperglobulinemia, dan tidak terjadi
kortikosteroid. Bronkokonstriksi dapat terjadi se_ reaksi positif (palsu) bila diuji dengan test serologik
bagai akibat reaksi hipersensitivitas. untuk sifilis. Gejala SLE hilang bila prokainamid
dihentikan. Paling sedikit 60-70% penderita yang
PROKAINAMID menerima prokainamid mempunyai antibodi anti-
nukleus setelah 1-12 bulan pengobatan. Tetapi
Efek samping kardiovaskular. Kadar prokainamid hanya 20-30% dari penderita dengan antibodi
dalam plasma yang berlebihan menimbulkan positif akan berkembang menjadi sindrom SLE bila
perubahan ECG yang mirip seperti pada kuinidin. pengobatan dilanjutkan. Bila gejala muncul, sel LE
Untungnya, gejala perpanjangan e-T yang nyata sering ditemukan. Timbulnya antibodi antlnukleus
dan torsades de pointes lebih jarang terlihat dan saja tidak cukup dijadikan alasan untuk menghen-
biasaqya terjadi pada gagal ginjal, ketika kadar tikan pengobatan dengan prokainamid. pengobat-
NAPA dalam plasma meningkat tajam. Sama seper_ an baru dihentikan bila gejala klinis muncul. Anti-
ti kuinidin, prokainamid memperlambat frekuensi bodi antinukleus lebih cepat muncul pada penderita
denyut atrium pada fibrilasi atrium, sebab itu dapat asetilator lambat, dan jarang ditemukan pada peng-
menimbulkan takikardi paradoksal di ventrikel. gunaan NAPA.
303
Obat Antiaritmia

DISOPIRAMID terhadap parameter ini sangat diperkuat bila


membran terdepolarisasi atau bila frekuensi ek-
Efek samping (antikolinergik) disopiramid sitasi dinaikan. Berlawanan dengan obat kelas lA'
berupa mulut kering, konstipasi, penglihatan kabur obat kelas lB mempercepat repolarisasi membran.
dan hambatan miksi. Efek ini lebih sering terjadi Lidokain merupakan prototip, tetapi obat ini tidak
pada disopiramid dibandingkan dengan obat lain tersedia untuk pemberian oral.
dalam kelas lA. Disopiramid dapat menyebabkan
mual, nyeri abdomen, munlah atau diare, tetapi EFEK ELEKTROFISIOLOGIK JANTUNG
keluhan saluran cerna ini lebih jarang teriadi diban-
dingkan kuinidin. Disopiramid menurunkan curah Automatisitas. Dalam kadar terapi, obat kelas
iantung dan kineriaventrikel kiri melatui elekdepresi lB sangat iarang menekan nodus SA, tetapi pene-
langsung dan konstriksi arleriolar, sehingga harus kanan dapat terjadi pada penderita yang mengidap
dilakukan dengan sangat hati-hati pada penderita gangguan sinus. Dalam kadar terapi, obat ini me-
dengan bakat gagal jantung. Efek samping kardio- ngurangi kemiringan depolarisasi fase 4 pada
vaskular disopiramid lebih menoniol daripada obat serabut Purkinje. Efek ini disebabkan oleh penu-
lain dari kelas lA. Tekanan darah biasanya me- runan arus pacu dan peningkatan arus ion K+ keluar
ningkat semenlara setelah pemberian secara intra- sel. Akan tetapi, kemampuan tokainid dan meksi-
vena; walaupun curah jantung menurun, tetapi letin untuk mengurangi automatisitas serabut
resistensi perifer meningkat dengan nyata. Purkinje lebih menyerupai kuinidin, yaitu meng-
geser potensial ambang kearah nilai Vm yang lebih
positil. Lidokain dapat pula menekan automatisitas
INTERAKSIOBAT pada serabut Purkinje yang terdepolarisasi dan
teregang, dan baik lidokain maupun fenitoin adalah
Obat yang menginduksi enzim hati, seperti elektif dalam meniadakan triggered activity pada
fenobarbital atau fenitoin, dapat memperpendek delayed afterdepolarization yang disebabkan oleh
lama kerja kuinidin dengan cara mempercepat eli- digit;lis. Efek ini timbul karena arus K* keluar lebih
minasinya. Tetapi karena terdapat banyak perbe- banyak daripada arus kedalam sel yang kecil yang
daan dalam kepekaan penderita terhadap induksi menyebabkan depolarisasi, atau karena penurunan
enzim, maka sulit unluk meramalkan penderita arus Na* kedalam sel.
mana yang terkena. Bila kuinidin diberikan pada
penderita yang mempunyai kadar digoksin plasma Eksitabiiitas, kesigapan dan konduksi. Obat
yang stabil, kadar digoksin akan meningkat dua kali kelas lB menyebabkan peningkatan ambang arus
karena bersihannya menurun. Kadang-kadang listrik diastolik pada serabut Purkinje dengan cara
pada penderita yang sedang menerima antikoa- meningkatkan konduktansi K* tanpa menggbah
gulan oral terjadi peningkatan waktu protrombin se- nilai Vm atau potensial ambang. Obat-obat ini juga
telah pemberian kuinidin. Karena kuinidin ber- meningkatkan ambang tibrilasi ventrikel' Efek
khasiat sebagai penyekat adrenoseptor-o, interaksi lidokain terhadap kesigapan membran adalah
aditif dapat terjadi bila diberikan bersama vaso- kompleks. Hubungan yang mantap antara Vmax
dilator atau obat penurun volume plasma. Misalnya, dan Vm di serabut Purkinje hanya sedikit diubah
nitrogliserin dapat menimbulkan hipotensi ortostatik oleh lidokain dalam kadar terapi, tetapi respons
yang berat pada penderita yang sedang mendapat cepat dicegah pada nilai Vm yang rendah' Efek ini
kuinidin. Peningkatan kadar K* plasma akan mem- disebabkan karena lidokain meningkatkan arus K*
perbesar efek obat antiaritmia kelas lA terhadap keluar sel. Elek lidokain terhadap kesigapan
konduksi jantung, membran tergantung pada kadar K* dalam sel; bila
kadar ini rendah (kurang dari 4,5 mM), maka pen-
garuh lidokain hanya sedikit, bila kadar K* antara
KELAS IB : LIDOKAIN, FENITOIN' TOKAINID
5,6 - 6,0 mM, lidokain dalam kadar terapi
DAN MEKSILETIN menurunkan Vmax pada setiap nilai Vm. Dalam
kadar toksik, lidokain menggeser kesigapan de-
Obat antiaritmia kelas lB sedikit sekali meng- ngan cara seperti kuinidin. Efek lidokain terhadap
ubah depolarisasi fase 0 dan kecepatan konduksi di kesigapan membran tergantung penggunaan dan
serabut Purkinje bila nilai Vm normal (lihat Tabel meningkat bila denyut jantung menjadi cepat.
21-3). Akan tetapi elek penekanan obai kelas lB
304
Farmakologi dan Terapi

Lidokain dan obat lain dalam kelas lB biasa_ EFEK TERHADAP SISTEM SARAF OTONOM
nya tak mempengaruhi kecepatan konduksi dalam
sistem His-Purkinje atau otot ventrikel yang normal. Kecuali fenitoin, obat kelas lB tidak mempe_
Dalam keadaan abnormal, obat-obat ini dapat me- ngaruhi sistem saraf otonom. Efek fenitoin ke_
ningkatkan atau menurunkan kecepatan konduksi banyakan berasal dari SSp; serabut eferen vagus
pada kedua jaringan tersebut. pada jaringan iske_ dipengaruhi, dan serabut eferen saraf simpatis jan_
mik, obat kelas lB menurunkan kecepatan konduksi tung yang terangsang pada intoksikasi digitalis
secara nyata. Pada jaringan yang terdepolarisasi dapat ditekan oleh fenitoin.
oleh regangan atau bila K* ekstra sel yang rendah,
lidokain dapat menyebabkan hiperpolarisasi dan ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN ELIMINASI
peningkatan yang nyata dalam kecepatan konduk_
si. Belum diketahui apakah obat lain dalam kelas lB LIDOKAIN. Walaupun lidokain diserap dengan baik
setelah pemberian peroral, obat ini mengalami me_
mempunyai sifat yang sama seperti lidokain.
tabolisme yang ekstensif sewaktu melewati hati,
Obat antiaritmia kelas lB hampir tidak mempe-
dan hanya sepertiga yang dapat mencapai sirkulasi
ngaruhi lama potensial aksi serabut atrium. Obat_
sistemik. Banyak penderita yang mengalami mual,
obat ini menurunkan secara nyata lama potensial
muntah, dan gangguan perut setelah pemberian
aksi di serabut Purkinje dan otot ventrikel; efek ini peroral, sehingga cara ini tak digunakan. Obat ini
terjadi karena penghambatan arus Na* yang terjadi hampir sempurna diserap setelah pemberian intra_
selama lase plateau potensial aksi, perubahan muskular.
yang paling nyata terlihat adalah pada bagian sis_ Sekitar 70o/o lidokain dalam plasma terikat
tem His-Purkinje, dimana lama potensial aksi paling protein, hampir semuanya dengan al_acid gtyco-
panjang. Obat-obat ini memperpendek masa refrak- protein. Distribusi berlangsung cepat, volumelistri_
ter efektif. busi adalah 1 liter per kilogram; volume ini menurun
Obat kelas lB dapat meniadakan arus_balik di pada penderita gagal jantung. Tidak ada lidokain
ventrikel, dengan cara menimbulkan blokade dua yang diekskresi secara utuh dalam urin. Deetilasi di
arah atau mernperbaiki konduksi. Blokade searah hati menghasilkan metabolit yang aktif dan tak aktif.
dalam arus balik pada jaringan iskemik diubah men_ Penyakit hati yang berat atau perfusi yang menurun
jadi blokade dua arah. pada penderita dengan ke hati menurunkan kecepatan metabolisme. Ber_
gangguan nodus AV dan konduksi ventrikel, sihan lidokain mendekati kecepatan aliran darah di
tokainid dan meksiletin lebih efektif menurunkan hati, sehingga perubahan aliran darah hati akan
kecepatan konduksi daripada lidokain. mengubah kecepatan metabolisme. Bersihan lido_
Obat kelas lB jauh kurang efektif dibandingkan kain dapat menurun bila infus berlangsung lama.
obat kelas lA dalam memperlambat frekuLnsi Waktu paruh eliminasi adalah sekitar 100 menit.
denyut atrium pada flutter dan fibrilasi atrium, atau FENITOIN. Hanya beberapa hal penting dari
dalam mengubah aritmia ini menjadi irama sinus. penggunaan fenitoin sebagai obat antiaritmia yang
Hal ini disebabkan oleh efek obat-obat kelas lB ter_ perlu dibicarakan di sini. Diskusi yang lebih rinci ada
hadap refractorness dan kesigapan atrium sangat pada bab lain. Absorpsi fenitoin dari saluran cerna
kecil. berlangsung lambat dan tak menentu. Absorpsi
Sangat berbeda dari kelas lA, obat_obat yang setelah suntikan intramuskular juga lambat dan tak
berada dalam kelas lB hampir tidak mempengaruhi sempurna, Sekitar 90% fenitoin dalam plasma diikat
ECG; interval Q-T dapat memendek, tetapi kom_ oleh albumin, fraksi ini berkurang bila ada uremia.
pleks QRS tidak melebar. Masa refrakter nodus AV Setelah pemberian intravena, fenitoin disebar de_
memendek atau tak berubah; pada penderilaflutter ngan cepat ke jaringan. Obat ini dieliminasi melalui
atrium dan yang memperlihatkan pemendekan hidroksilasi di hati dan metabolit yang terbentuk
masa refrakter nodus AV, akan terlihat pening- tidak berkhasiat antiaritmia. Metabolisme berlang_
katan yang nyata dalam respons ventrikel. Biasa- sung lambat dan tidak dipengaruhi oleh perubahan
nya masa refrakter efektif pada sistem His-purkinje aliran darah hati. Sistem enzim yang memela_
memendek selama pengobatan, akan tetapi dapat bolisme fenitoin menjadi jenuh pada rentang kadar
memanjang pada penderita dengan penyakit terapi. Karenanya, waktu paruh eliminasi adalah
berkas His (bundte-branch disease). tergantung dosis dan toksisitas dapat muncul
secara tak terduga.
Obat Antiaritmia

TOKAINID. Tokainid diabsorpsi dengan sempurna Kecepatan suntikan tak boleh melebihi 50 mg per
setelah pemberian peroral, kadar puncak dalam menit. Biasanya diperlukan dosis sebesar 700 mg'
plasma muncul dalam waktu 1-2 iam. Sekitar 40% dan jarang melebihi 1.000 mg. Pengobatan dengan
tokainid diekskresi dalam urin dalam bentuk utuh. lenitoin peroral dimulai dengan dosis tinggi, karena
Waktu paiuh dalam plasma adalah 11-1 5 jam, dan fenitoin mempunyai waktu paruh yang panjang. Hari
nilai ini naik dua kali lipat pada penderita gagalginjal pertama diberi 15 mg/kg BB, hari kedua 7,5 mg/kg
atau gagal hati. BB dan selanjutnya diberi dosis pemeliharaan 4-6
mg/kg BB (umumnya antara 300'400 mg/hari).
MEKSILETIN. Pada pemberian peroral, meksiletin Dosis pemeliharaan oral dapat diberikan tunggal
diabsorpsi dengan baik dan bioavailabilitas sis- atau terbagi dua dalam sehari.
temiknya adalah sekitar 90%. Obat ini dieliminasi
melalui metabolisme hati,"sekitar 10% dosis ditemui TOKAINID. Tokainid hidroklorida (Tonocard) ter-
dalam bentuk yang tak berubah dalam urin' Waktu sedia sebagai tablet400 mg dan 600 mg' Dosis oral
paruh adalah kira-kira 10 jam. biasanya adalah 400-600 mg tiap 8 jam, tak boleh
melebihi 2.400 mg/hari dan harus diturunkan
kurang dari 1.200 mg pada penderita dengan
SEDIAAN, DOSIS DAN CARA PEMBERIAN gangguan fungsi ginial atau hati.

LIDOKAIN. Lidokain hidroklorida (Xylocain) ter- MEKSILETIN. Meksiletin hidroklorida (Mexitex) ter-
sedia untuk pemberian intravena dalam larutan sedia dalam kapsul 150, 200, dan 250 mg. Dosis
untuk infus. Larulan ini tidak mengandung peng- oral biasa adalah 200-300 mg (maksimal 400 mg)
awet, simpatomimetik atau vasokonstriktor lain. yang diberikan tiap 8 jam dengan makanan atau
Aritmia katatrofik dapat terjadi bila preparat berisi antasid. Untuk mendapatkan respons cepat'
amin simpatomimetik digunakan secara tak se- diberikan dosis awal 400 mg. Penurunan dosis
ngaja. Untuk memperoleh kadar efektif dengan diperlukan pada penderita dengan gangguan hati-
cepat, diberikan dosis 0,7 - 1,4 mg/kg BB secara
intravena. Dosis berikutnya mungkin diperlukan 5 PENGGUNAAN TERAPI
menit kemudian, tetapi jumlahnya tak lebih dari
200-300 mg dalam waktu 1 jam. Dosis harus lebih LIDOKAIN. Lidokain hanya digunakan untuk peng-
kecil bila diberikan pada penderita gagal jantung. obatan aritmia ventrikel, terulama di ruang pera-
lJnluk loading dose obat dapat diberikan secara watan intensif. Lidokain efektil terhadap aritmia
infus cepat. lnfus intravena dengan kecepatan tetap ventrikel yang disebabkan oleh infark miokard akut'
digunakan untuk mempertahankan kadar efektif. bedah jantung terbuka, dan digitalis'
lnf us dalam rentang dosis 1-4 mg per menit meng- FENITOIN. Fenitoin digunakan untuk pengobatan
hasilkan kadar terapi dalam plasma setinggi 1-5 aritmia ventrikel dan atrium yang disebabkan oleh
prg/ml dalam waktu 7-10 jam, Pada penderita payah
digitalis. Fenitoin efektif untuk mengatasi aritmia
jantung atau syok, kecepatan infus yang sama ventrikel yang limbul setelah bedah jantung ter-
menghasilkan kadar plasma sedikitnya dua kali buka, dan infark miokard, tetapi lidokain sama efeic-
lebih tinggi, karena aliran darah ke hati berubah tifnya dan lebih mudah diberikan. Fenitoin mengu-
secara dramatis. Bila diberikan intramuskular rangi kejadian aritmia ventrikel dalam tahun per'
sebesar 4-5 mg/kg BB, maka kadar lidokain efektif tama setelah infark miokard bila kadar dalam plas-
tercapai dalam waktu 15 menit dan kadar terapi ma dipertahankan diatas 10 pg/ml; kadar setinggi
bertahan selama 90 menit. ini diperoleh dengan dosis 400-500 mg/hari.
Fenitoin juga efektif untuk mengobati berbagai ben-
FENITOIN. Fenitoin dapat diberikan peroral atau
tuk aritmiaventrikel yang timbul karena intoksikdsi
intravena secara intermiten. Preparat suntikan
digitalis. Takikardia ventrikel yang menetap pada
mempunyai pH 12 dan menyebabkan flebitis berat
penderita penyakit jantung koroner, dan takiaritm!a
bila diberi per infus. Aritmia yang kritis tidak boleh
yang menyertai sindrom Q-T panjang juga dapat
diobati dengan cara suntikan inlramuskular karena
absorpsinya tidak dapat dipercaya' Rancangan diobati secara efektif, bila lenitoin diberi bersama
waktu untuk suntikan intravena intermiten adalah dengan penyekat adrenoseptor-p. Fenitoin tidak
100 mg fenitoin yang diberikan tiap 5 menit sampai
efektif untuk aritmia atrium seperti fluter, fibrilasi
atrium dan SVT.
aritmia terkendali atau timbul efek samping.
306
Farmakologi dan Terapi

TOKAINID DAN MEKSILET|N. Kedua obat inidiin- INTERAKSIOBAT


dikasikan untuk pengobatan aritmia ventrikel.
Penderita yang responsil terhadap lidokain akan Beta bloker dapat mengurangi aliran darah
responsif pula dengan tokainid dan meksiletin. pe- hati pada penderita penyakit jantung, dan akan
ngobAtan jangka lama dengan tokainid dan meksi- menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme
letin menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Kedua lidokain dan meningkatkan kadarnya dalam plas-
obat kurang efektif dibandingkan prokainamid atau ma.
kuinidin. Meksiletin dapat menekan takikardia Obat-obat yang bersifat basa dapat menggan-
ventrikel pada beberapa penderita yang tidak be- tikan lidokain dari ikatannya pada a1-acid glyco-
respons terhadap kuinidinatau obat lain dari kelas protain. Kadar lidokain plasma meninggi pada pen-
tA. derita yang menerima simetidin. Mekanisme inter-
aksinya ini kompleks, dan selama pemberian sime-
tidin perlu penyesuaian dosis lidokain. Lidokain
EFEK SAMPING dapat memperkuat efek suksinilkolin. Metabolisme
meksiletin dapat dipercepat bila diberikan bersama
Obat antiaritmia kelas lB mempunyai efek fenitoin atau rifampisin. lnteraksi lenitoin dengan
samping jantung yang lebih ringan dari kelas lA atau obat lain tidak dibicarakan dalam bab ini.
lC. Mereka jarang menyebabkan efek proaritmia
yang berat dan jarang menimbulkan gagal jantung. KELAS lC : FLEKAINID, ENKAINtD DAN
Efek samping lidokain terhadap jantung sa-
PROPAFENON
ngat sedikit. Efek samping utamanya adalah ter-
hadap SSP. Pada kadar plasma mendekati5 !g/ml, Obat kelas lC berafinitas tinggi terhadap kanal
gejala SSP seperti disosiasi, parestesia (perioral), Na* di sarkolema (membran sel). bOat ini merupa-
mengantuk dan agitasi, tidak jelas terlihat. pada kan antiaritmia yang paling poten dalam memper-
kadar yang lebih tinggi dapat menyebabkan pen- lambat konduksi dan menekan arus masuk Na* ke
dengaran berkurang, disorientasi, kedutan otot, dalam sel dan kompleks prematur ventrikel spon-
kejang, dan henti napas. Bila terlihat gejala diatas, tan. Enkainid dan flekainid telah digunakan dalam
kecepatan infus harus diturunkan. praktek, sedangkan propafenon dan indekainid
Efek samping fenitoin yang paling menonjol sedang dalam penelitian. Peran obat-obat kelas lC
pada pengobatan aritmia jangka pendek merupa- dalam pengobatan aritmia ventrikel dan supra-
kan gejala SSP yaitu mengantuk, nistagmus, ver- ventrikel sedang diteliti.
tigo, ataksia, dan mual. Memberatnya gejala berhu-
bungan erat dengan peningkatan kadar dalam plas-
ma. Pada pengobatan aritmia jangka pendek, tim- EFEK TERHADAP ELEKTROFISIOLOGI.K
bulnya gejala neurologi menandakan kadar plasma JANTUNG
yang melebihi 20 pg/ml. lnformasi ini memberikan
kita petunjuk yang berharga, yaitu bila aritmia tidak Obat-obat dalam kelas lC terikat erat dan me-
berespons terhadap fenitoin pada kadar 20 pg/ml, nyekat kanal Na+. Dengan demikian obat-obat ini
maka dosis tidak perlu ditinggikan karena tetap menurunkan Vmax dan lonjakan (overshoot) poten-
tidak akan ada respons. sial aksi di atrium, ventrikel dan serabut Purkinje;
perlambatan konduksi di bagian jantung ini, paling
Tokainid dan meksiletin menyebabkan gejala
nyata pada sistem His-Purkinje. Dibandingkan de-
SSP berupa pusing, ringan kepala dan tremor, dan
gejala saluran cerna berupa mual, muntah dan ano-
ngan penghambat kanal Na* lainnya (kuinidin,
lidokain), flekainid terlepas (berdisosiasi) sa.ngat
reksia. Tokainid dapat menyebabkan agranulo-
lambat dari ikatannya dengan protein kanal, se-
sitosis, depresi sumsum tulang, dan trombosito-
hingga depresi Vmax dan perpanjangan lama
penia. Selanjutnya granulositopenia dapat diikuti
kompleks QRS juga terlihat pada jantung dengan
oleh infeksi, sepsis dan kematian. Oleh karena itu, frekuensi denyut jantung normal (fisiologis). Efek-
pada pengobatan dengan tokainid, pemeriksaan nya adalah relatif kecil terhadap repolarisasi, lama
darah tepi perlu dilakukan tiap minggu selama 3 potensial aksi, dan masa refrakter efekif di serabut
bulan dan tokainid hanya digunakan bila dengan Purkinje. Masa refraker nodus AV dan serabut lam-
obat lain tidak efektif. bahan diperpanjang oleh obat ini. Di samping itu
307
Obat Antiaritmia

propafenon mempunyai efek penghambat p-adre- terutama MODE, menarik perhatian untuk diteliti
noseptor yang lemah. lebih lanjut. Sementara senyawaan induk bertang-
gung jawab untuk efek obat pada 10% penderita
yang memetabolisme enkainid secara lambat, me-
EFEK ELEKTROKARDIOGRAFI tabolitnyalah yang menghasilkan efek antiaritmia
pada sebagian besar penderita. Diperlukan 3-5 hari
Pada kadar terapi, obat-obat kelas lC mem- untuk menilai pada setiap pemberian dosis tertentu
punyai efek yang kecil terhadap frekuensi denyut efek larmakologik enkainid atau metabolitnya.
jantung, akan tetapi efeknya besarterhadap interval Tetapi, respons klinis dan dosis efektif tidak tergan-
P-R dan lama kompleks QRS. lnterval P-R dapat tung dari genotip metabolik penderita. Akumulasi
mencapai 0,3 detik dan kompleks QFIS dapat diper- dalam plasma terjadi pada penderita gagal ginjal'
panjang menjadi 0,18 detik; dosis harus diturunkan sehingga dosis Perlu diturunkan.
bila melebihi nilai-nilai ini. lnterval Q-Tc dapat diper-
panjang karena pelebaran komplek QRS' tetapi in-
terval J-T (dari akhir QRS ke ujung gelombang T) SEDIAAN, DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
selalu memendek. Kajian elektrofisiologi memper-
lihatkan peningkatan interval P-A, A-H dan H-V; FLEKAINID. Flekainid asetat (Tambocor) tersedia
yang terakhir ini dapat memanjang menjadi 15-20 untuk pemberian peroral sebagai tablet 50, 100 dan
msec, lebih panjang daripada yang ditemukan de- 150 mg. Dosis awal adalah 2 kali 100 mg/hari. Dosis
ngan obat aritmia kelas Yang lain. dapat dinaikkan tiap 4 hari dengan menambahkan
100 mg/hari (maksimum 400-600 mg/hari)' yang
diberikan 2 atau 3 kali sehari. Efek terapi biasanya
ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN ELIMINASI tercapai pada kadar plasma 0,2-1 pg/ml; diatas itu
mulai terjadi toksisitas.
FLEKAINID. Flekainid diabsorpsi hampir sempurna
setelah pemberian peroral dan kadar puncak dalam ENKAINID. Enkainid hidroklorida (Enkaid) tersedia
plasma muncul dalam waklu 3 jam. Flekainid dime- untuk pemberian peroral sebagai kapsul 25' 35' dan
tabolisme oleh hati, sekitar 40% diekskresi dalam 50 mg, Dosis awal adalah 25 mg, diberikan tiga kali
urin dalam bentuk tak berubah; metabolitnya tak sehari, dosis ini dapat dinaikkan tiap 3- 5 hari sam-
berkhasiat antiaritmia. Waktu paruh eliminasi rata- pai mencapai 4 kali 50 mg/hari' Penyesuaian dosis
rata 11 jam. Lambatnya eliminasi f lekainid ditambah diperlukan pada penderita dengan gangguan hati
dengan cukup lebarnya batas antara kadar efektil atau ginjal.
dengan kadar toksik dalam plasma, memungkinkan Flekainid dan enkainid (serta propafenon dan
pemberian obat setiap 12 iam. Flekainid dapat indekainid) diindikasikan untuk aritmia ventrikel
berakumulasi pada penderita gagal ginjal, dan ECG yang mengancam jiwa. Pemberian obat harus di-
harus dipantau dengan cermat selama pengobatan. lakukan di rumah sakit pada penderita dengan arit-
mia ventrikel maligna, gagal jantung kongestif' blok
ENKAINID. Enkainid diabsorpsi hampir sempurna
2 berkas (bifascicutar block) atau gangguan fungsi
setelah pemberian per oral, tetapi bioavailabilitas-
sinus.
nya turun menjadi 30% melalui metabolisme lintas
pertama di hati. Kadar puncak dalam plasma ter-
capai dalam waktu 30-90 menit. Enkainid dimeta- INTERAKSlOBAT
bolisme oleh sitokrom P450 hati dan mempunyai
waktu paruh 2-3 iam. Sekitar 10% populasi secara Simetidin mengurangi bersihan flekainid total
genetik menderita defisiensi dalam sistem Paso, di sebanyak 13-27ok dan memperpanjang waktu
mana bioavailabilitas enkainid meningkat meniadi paruh eliminasi pada orang sehat. Pemberian
lebih besar daripada 80% dan waktu paruhnya llekainid bersama digoksin meningkatkan kadar
memanjang menjadi 10-12 jam. Ada dua metabolit digoksin. Bila diberikan bersama propranolol, kadar
aktif yang terbentuk'. }-desmethylencainide (ODE) kedua obat dalam plasma naik. Walaupun hasil
dengan waktu paruh 3-4 jam dan 3'methoxy'0-des'
studi ini berasal dari orang sehat, kombinasi
methylencainlde (MODE) dengan waktu paruh 6-12
llekainid dengan obat-obat tersebut diatas pada
jam. Kedua metabolit ini yang menuniukkan efek
orang sakit harus dilakukan secara berhati-hati.
antiaritmia (yang lebih poten daripada enkainid)
308
Farmakologi dan Terapi

EFEK SAMPING cepatan sinus lemah bila katekolamin tak ada.


Tetapi pada penderita yang mengidap penyakit p-
Semua obat kelas lC menimbulkan efek sam- bloker dapat sangat memperlambat kecepatan
ping yang sama pada jantung. Efek proaritmia ter-
denyut sinus. Penghambatan yang nyata terhadap
jadi pada 8-1570 penderita dengan aritmia ventrikel
automatisitas serabul Purkinje juga terjadi sewaktu
maligna, dan dianggap jarang terjadi pada pen_
kecepatan pembentukan impulsnya dipacu oleh
derita aritmia ventrikel benigna. Akan tetapi, baru-
katekolamin. Dalam beberapa keadaan, serabut
baru ini dilaporkan enkainid dan flekainid mening-
Purkinje jantung memerlukan kerja katekolamin
katkan risiko kematian mendadak dan henti jantung
untuk mempertahankan aktivitas spontannya.
pada penclerita yang pernah mengalami infark Dalam hal ini, antagonis adrenoseptor-p dapat
miokard dan penderita dengan aritmia ventrikel secara tolal meniadakan aulomatisitas di sistem
asimptomatik. Berdasarkan hal ini, obat kelas lC His-Purkinje. Pada kadar yang rendah, propranolol
tidak diindikasikan lagi untuk aritmia ventrikel benig-
meningkatkan arus keluar K* di serabut purkinje,
na atau belum menjadi maligna. Semua obat di ke-
seperti lidokain dan fenitoin, dan efek ini ikut pula
las lC dapat menimbulkan disfungsi sinus; gagal menurunkan automatisitas. Antagonis adrenosep-
jantung juga diperberat, tetapi efek ini hanya terjadi
tor-p yang lain tidak mempunyai efek seperti inl.
dengan flekainid dan enkainid. Dosis terapi flekainid
dan enkainid yang tinggi menyebabkan gangguan Kesigapan dan konduksi. Hanya dalam kadar
penglihatan pada 10-15% penderita. propafenon yang sangat tinggi (1.000-3.000 nglml), propranolol
dilaporkan menimbulkan granulositopeniadan SLE. menekan kesigapan membran serabut purkinje.
Kadar plasma flekainid, enkainid, dan propafenon Kadar ini jauh melebihi kadar penghambatan adre-
meningkat bila diberikan bersama simetidin. noseptor-B (100-300 ng/ml). Akan terapi, kadar di
atas 1.000 ng/ml kadang-kadang diperlukan untuk
mengendalikan aritmia ventrikel. Respons prematur
KELAS ll B-BLOKER : pROpRANOLOL, yang beramplitudo rendah ditiadakan oleh pro_
ASEBUTOLOL DAN ESMOLOL pranolol. Efek ini sama seperti yang terlihat dengan
lidokain atau fenitoin dan diduga timbul karena pe-
Farmakologi p-bloker dibicarakan di bab lain.
ningkatan konduktansi kanal K*. Respons lambat
Hanya sifat-sifat yang bertalian dengan peng-
dan afterdepolarizations dapat tergantung pada
gunaannya sebagai obat antiaritmia. propranolol,
katekolamin; p-bloker menghilangkan aritmia yang
asebutolol dan esmolol diindikasikan untuk peng-
timbul karena kedua mekanisme ini.
obatan aritmia. Metoprolol, propranolol dan timolol
digunakan sebagai profilaksis sesudah infark Lama potensial aksi dan refractorrness. penye-
miokard untuk menurunkan kejadian mati men- katan adrenoseptor-B mempunyai elek yang lemah
dadak. terhadap lama potensial aksi pada nodus SA, atrium
dan nodus AV, sedangkan efek terhadap potensial
aksi di otot ventrikel atau serabut purkinje ber-
EFEK ELEKTROFISIOLOGIK KEJANTUNG variasi. Semua p-bloker meningkatkan masa refrak-
ter efektif pada nodus AV secara nyata. Hal ini me-
Hampir semua efek antiaritmia p-bloker dapat rupakan dasar utama dari penggunaan obat ini
diterangkan berdasarkan hambatan selektif ter- untuk pengobatan aritmia.
hadap adrenoseptor-p. Propranolol memperlihat-
kan dua efek langsung lain yang berkaitan dengan Elek terhadap aritmia arus-balik. pada takikardia
efek antiaritmia, yaitu meningkatkan arus masuk ion supraventrikel yang terjadi karena adanya arus-
K-, dan pada kadar yang tinggi menekan arus balik melalui nodus AV, p- bloker meniadakan arus-
masuk ion Na* yang dikenal sebagai efek stabilisasi balik dengan cara meningkatkan refractoriness
membran. nodus AV. Pada ventrikel, obat ini meniadakan
respons lambat yang tergantung dengan kateko-
Automatisitas. Perangsangan adrenoseptor-
lamin (catecholamine- dependent). Di samping itu,
menyebabkan peningkatan kemiringan depolari- propranolol dapat merepolarisasi jaringan yang ter-
sasi fase 4 yang nyata, dan kecepatan pembentu-
depolarisasi oleh regangan atau kadar K+ ekstrasel
kan impuls di nodus SA. Efek ini dihambat secara
yang rendah, dan dengan demikian memperkuat
kompetitil oleh p-bloker. Efek obat ini terhadap ke-
respons cepat di otot ventrikel yang iskemik. pada
309
Obat Antiaritmia

kadar yang lebih tinggi, propranolol dan asebutolol ESMOLOL. Esmolol hanya diberikan secara infus
memperlihatkan efek yang menyerupai kuinidin ter- intravena, waktu paruh distribusinya hanya 2 menit'
hadap fase 0 depolarisasi dan kesigapan serabut lkatan esternya dihidrolisis dalam darah dengan
Purkinje.. Di samping mengendalikan aritmia' p- cepat oleh esterase sel darah merah. Waktu paruh
bloker juga memperbaiki iskemia miokard dengan eliminasi adalah 8 menit dan metabolitnya tidak
cara mengurangi konsumsi oksigen otot iantung' aktif.

Efek elektrokardiogralik. Beta-bloker sedikit


memperpanjang interval P-R dan tak ada efek ter' DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
hadap kompleks QRS. Efek terhadap interval Q-Tc
berbeda untuk tiap jenis p-bloker' Pada manusia, PROPRANOLOL. Propranolol terutama diberikan
penghambatan adrenoseptor-p menyebabkan per oral untuk pengobatan aritmia jangka lama'
masa refrakter efektif meningkat secara nyata, te- Kadar plasma yang memperlihatkan efek terapi
tapi tidak ada peningkatan interval H-V. sangat beruariasi (20-1.000 ng/ml) dan tergantung
Semua B-bloker yang digunakan untuk meng- pada jenis aritmia yang diobati' Dosis berkisar dari
obati aritmia tidak mempengaruhi N. vagus dan 30 sampai 320 mg per hari untuk pengobatan arit-
mia yang sensitif terhadap obat ini. Untuk menekan
komponen adrenoseptor a. Propranolol memblok
beberapa jenis aritmia ventrikel mungkin diperlukan
adrenoseptor-B1 dan F-2 dan berefek anestetik
dosis sebesar 1.000 mg per hari. Propranolol
lokal, tetapi tidak memperlihatkan aktivitas sim-
biasanya diberikan sebanyak 3 sampai 4 kali sehari'
patomimetik intrinsik. Asebutolol dan esmolol
Lama kerja dapat diperpanjang dengan pemberian
adalah antagonis adrenoseptor p-1 yang relatif dosis lebih besar, karena propranolol mempunyai
selektif. Asebutolol memperlihatkan aktivitas sim- batas keamanan yang lebih lebar daripada obat
patomimetik intrinsik dan stabilisasi membran, antiaritmia yang lain. Dalam keadaan darurat,
sedangkan esmolol tidak. propranolol dapat diberikan secara intravena, de-
ngan dosis antara 1'3 mg diberikan dalam beberapa
menit disertai pemantauan ECG yang cermat'
ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN ELIMINASI
tekanan darah dan tekanan arteri pulmonalis' Dosis
PROPRANOLOL. Pada pemberian per oral, pro- dapat diulangi setelah beberapa menit bila perlu'
pranolol diabsorpsi sangat baik, tetapi metabolisme Dosis yang jauh lebih rendah diberikan untuk
lintas pertama menurunkan bioavailabilitasnya memperoleh kadar terapi dalam plasma pada pem-
berian intravena.
menjadi 25%. Waktu paruh eliminasi adalah sekitar
4 jam. Seperti lidokain, ekstraksi propranolol oleh ASEBUTOLOL. Asebutolol diberikan per oral untuk
hati adalah sangat tinggi dan eliminasinya banyak pengobatan aritmia jantung' Dosis awal adaldh dua
berkurang bila aliran darah ke hati menurun. Pro' kali 200 mg. Dosis dinaikkan secara perlahan sam-
pranolol dapat mengurangi eliminasinya sendiri de- pai mencapai 600-1 '200 mg yang terbagi dalam dua
ngan cara menurunkan curah jantung dan aliran dosis.
darah hati, terutama pada penderita gagal jantung
kiri. ESMOLOL. Esrnolol diberikan secara intravena
untuk pengobatan jangka pendek atau sebagai
ASEBUTOLOL. Seperti propranolol, asebutolol pengobatan kegawatan pada takikardia supra-
juga diabsorpsi dengan baik oleh saluran cerna' ventrikel.
Bioavailabilitasnya per oral kurang datiSO%, nilai ini
lebih tinggi pada usia laniut dan memerlukan penye-
suaian dosis. Metabolit utama adalah N-asetil PENGGUNAAN TERAPI
asebutolol (diasetolol) yang sama kuat eleknya de-
ngan asebutolol sebagai p-bloker dan lebih selektif Propranolol terutama digunakan untuk peng-
pada adrenoseptor B-1 ' Waktu paruh eliminasi obatan takiaritmia supraventrikel, yang meliputi
asebutolol adalah 3 jam, dan 8-12 jam untuk fibrilasi atrium, flutter atrium atau takikardia supra-
diasetolol. Diasetolol dieliminasi sebagian besar ventrikel paroksismal. Tujuan pengobatan pada
oleh ginjal, sehingga dosis asebutolol perlu dis- jenis aritmia ini adalah untuk memperlambat denyut
esuaikan pada gagal ginjal. ventrikel dan bukannya meniadakan aritmia' Efek
3'10
Farmakologi dan Terapi

propranolol dalam hal ini adalah menghambat pe_ ngan propranolol bila digunakan bersama digitalis,
ngaruh adrenoseptor-B terhadap nodus AV, se_ vasodilator atau diuretik. Karena p-bloker meng-
hingga terjadi peningkatan re fractoriness nodus AV. hambat konduksi di nodus AV maka dapat terjadi
Jarang sekali propranolol mengubah aritmia supra- blok AV atau asistol. penghentian
ventiikel menjadi irama sinus. Tidak jarang propra_ B-bloker pada
penderita angina pektoris secara mendadak dapat
nolol ditambahkan pada pengobatan fibrilasi dan memperberat angina dan aritmia jantung, dan me_
flutter atrium dengan digitalis, bila dengan digitalis nimbulkan infark miokard akut.
saja tidak tercapai efek terapi. Efek aditif ini merupa-
kan gabungan antara peningkatan tonus vagus oleh
digitalis dan hambatan adrenoseptor-p pada nodus KELAS III : BRETILIUM, AMIooARoN DAN
AV oleh propranolol. SOTALOL
Esmolol diindikasikan untuk mengontrol de_
ngan cepat kecepatan denyut ventrikel pada pende- Obat-obat dalam kelas lll ini mempunyai sifat
rita dengan fibrilasi dan flutter atrium pasca bedah farmakologik yang berlainan, tetapi sama_sama
atau keadaan kedaruratan lain dimana diperlukan mempunyai kemampuan memperpanjang lama
pengendalian dengan obat yang masa kerjanya potensial aksi dan relractoriness serabut purkinje
singkat. dan serabut otot ventrikel. Ketiga obat ini mempe-
Propranolol merupakan pilihan yang paling ngaruhi sistem saraf olonom secara nyata.
baik untuk pengobalan.depolarisasi prematur ven-
trikel yang bergejala klinis pada penderita yang
tidak berpenyakit jantung organik, Bila aritmia ven_
trikel terpacu oleh gerak badan atau emosi, dosis
yang relatif kecil (8-160 mg/hari) sudah cukup untuk
pencegahan, Pada penderita dengan penyakit jan- o
tung iskemik, propranolol dapat memperbaiki arit_ L4-11\o_"*r_""r-_("::,
mia ventrikel dengan cara mengurangi iskemia.
Akan tetapi, kebanyakan aritmia ventrikel tidak be- H,
respons dengan baik atau sama sekali tak beres_ CH2 -CH2- CFl2 - CH3
pons terhadap propranolol dosis biasa. propranolol
dosis besar (500-1.000 mg/hari) mungkin diperlu_ Amiodaron
kan untuk mengontrol aritmia ventrikel. propranolol
merupakan obat terpilih untuk aritmia ventrikel berat
pada sindrom Q-T panjang. Asebutololtelah diperli-
hatkan efektif dalam pengobatan kompleks prema_
tur ventrikel.
Dalam tiga uji klinik besar, propranolol (3 x
60-80 mg/hari), metoprotot (2 x 100 mg/hari) dan
EFEK ELEKTROFISIOLOGIK JANTUNG
timolol (2 x 10 mg/hari) diperlihatkan efektif untuk
menurunkan kematian dan infark non fatal dalam
Semua obat kelas lll memperpanjang lama
waktu 1 (satu) tahun setelah serangan inlark per-
potensial aksi dan masa refrakter efektif serabut
tama.
Purkinje dan otot ventrikel. Kecuali bretilium, efek
kedua obat lain terhadap nodus AV kurang kuat.
EFEK SAMPING Automatisitas. Efek langsung obat kelas lll.ter-
hadap dutomatisitas nodus SA dan serat purkinje
Secara faali pada penderita gagal jantung ter_ hanya sedikit. Pada pemberian parenteral, bretilium
dapat aktivitas simpatis tinggi untuk memperta- meningkatkan automatisitas selintas dengan cara
hankan kontraksi ventrikel. Sebab itu bila pada ke_ melepaskan norepinefrin dari ujung saraf simpatis.
adaan ini digunakan B-bloker sebagai obat antiarit_ Secara eksperimental efek ini dapat dicegah de-
mia, akan terjadi hipotensi atau gagal ventrikel kiri. ngan mengosongkan cadangan katekolamin de_
Akan tetapi, banyak penderita gagal jantung yang ngan reserpin atau dengan p-bloker. Amiodaron
dapat menerima pengobatan jangka panjang de- menurunkan secara nyata automatisitas nodus
Obat Antiaritmia 31 't

sinatrial dan sistem His-Purkinje melalui meka- bulkan hipotensi ortostatik. Amiodaron menurunkan
nisme yang belum diketahui. Sotalol menurunkan kebutuhan oksigen dan meningkatkan kinerja {per-
automatisitas, karena obat ini merupakan p-bloker' formance) jantung karena menyebabkan relaksasi
Obat kelas lll mempunyai efek yang lemah otot polos vaskular dan menurunkan resislensi vas-
terhadap ambang potensial diastolik, tetapi me- kular sistemik serta koroner.
ninggikan secara nyata ambang fibrilasi ventrikel.
Kesigapan dan konduksi. Bretilium dan sotalol ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN ELIMINASI
tidak mempunyai efek yang nyata terhadap
kesigapan membran dan konduksi serabut BRETILIUM. Absorpsi oral bretilium adalah buruk,
Purkinle. Amiodaron berikatan dengan kanal Nao karena merupakan amonium kwaterner. Setelah
yang dalam keadaan inaktif, menurunkan kesigap- pemberian intramuskular, bretilium dieliminasi ham-
an meinbran dan konduksi di serabut Purkinje. Kon- pir semuanya melalui ginjal, tanpa dimetabolisme'
duksi melalui nodus AV ditekan secara nyata oleh Waktu paruh adalah sekitar 9 jam, dan naik menjadi
sotalol dan amiodaron, tetapi hanya sedikit oleh 15-30 jam pada penderita gagal ginjal.
bretilium.
AMIODARON. Amiodaron diabsorpsi secara lam-
Etek terhadap aritmia arus-balik. Obat kelas lll bat dan tidak sempurna pada pemberian per oral;
diduga meniadakan aritmia arus-balik dengan cara bioavailabilitasnya adalah sekitar 45%, dan ber-
memperpanjang masa refrakter, tanpa mempenga- beda antar individu. Pada pemberian per oral, kadar
ruhi penjalaran impuls. Di samping itu bretilium puncak tercapai setelah 5-6 jam. Amiodaron terikat
dapat menyebabkan repolarisasi dan peningkatan pada jaringan dan dimetabolisme secara lambat di
kecepatan konduksi pada daerah yang terdepo- hati. Waktu paruhnya panjang, yaitu 25-60 hari.
larisasi dengan cara melepaskan katekolamin. Pada pengobatan jangka panjang, meiabolit dese'
tilnyayang aktil berkumulasi dalam plasma melebihi
Efek elektrokardiografik. Pada kadar terapi, kadar senyawaan induk.
amiodaron dan sotalol menurunkan frekuensi
denyut jantung, tetapi bretilium hanya sedikit SOTALOL. Sotalol diabsorpsi dengan cepat pada
efeknya. Pada pengobatan jangka lama dengan pemberian per oral, dan bioavailabilitasnya hampir
amiodaron terjadi sinus bradikardia simtomatik. 100%. Kadar maksimum plasma dicapai 2-3 iam
Amiodaron dan sotalol memperpanjang interval P- sesudah pemberian, dan hanya sedikit yang terikat
R, sedangkan bretilium tidak. Semua obat memper- protein plasma. Waktu paruhnya adalah sekitar 10-
panjang interval Q-Tc, J-T, P-A dan A-V. Amiodaron 11 jam. Eliminasinya adalah melalui urin dalam
memperpanjang interval H-V dan lama kompleks bentuk tak berubah sehingga dosisnya perlu dise'
ORS. suaikan pada gagal ginjal.

EFEK TERHADAP SISTEM SARAF OTONOM.


SEDIAAN, DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
Sotalol adalah suatu B-bloker, sedangkan amio-
daron mempunyai khasiat penghambatan adreno- BRETILIUM. Bretilium tosilat tersedia dalam larutan
septor-G dan p non kompetitif. Bretilium (seperti 50 mg/ml. Obat ini perlu diencerkan menjadi 10
guanetidin) diambil dan dikonsentrasikan ke dalam mg/ml, dan dosisnya adalah 5-10 mg/kgBB yang
ujung saraf simpatis. Mula-mula bretilium melepas- diberikan per infus selama 10-30 menit. Dosis ber'
kan norepinefrin dari ujung sarat simpatis, tetapi ikutnya diberikan 1-2 jam kemudian bila aritmia
kemudian mencegah penglepasannya' Ketiga obat belum teratasi atau setiap 6 jam sekali untuk pemeli-
kelas lll initidak mempunyai efek terhadap aktivitas haraan. lnterval dosis harus diperpanjang pada
vagal. penderita dengan gangguan faal ginjal. Dalam
keadaan darurat, misalnya resusitasi jantung, dosis
EFEK HEMODINAMIK. Ketiga obat kelas lll ini ti-
dak mempengaruhi kontraktilitas. Akan tetapi peng-
5 mg/kg BB tanpa pengenceran dapat diberikan
secara intravena; bila fibrilasi ventrikel belum ter'
hambatan adrenoseptor-p oleh sotalol dapat menu-
atasi, dosis dapat ditingkatkan menjadi 10 mg/kg
runkan lungsi jantung pada penderita yang curah
jantungnya dipertahankan oleh aktivitas simpatis. BB, dan diulangi bila perlu. Untuk pemberian intra-
muskular, dosisnya adalah 5-10 mg/kg BB tanpa
Bretilium dapat meningkatkan kontraktilitas miokard
pengenceran, dan diulangi tiap 1-2 jam bila aritmia
pada awal pemberian, tetapi obat ini dapat menim-
312
Farmakologi dan Terapi

belum teratasi atau dilanjutkan dengan pemberian


mia akut. Pemberian intravena cepat dapat me-
tiap 6-8 jam untuk pemeliharaan nimbulkan mual dan muntah. Obat antidepresan
AMIODARON. Amiodaron HCI tersedia sebagai trisiklik dapat mencegah ambilan bretilium oleh
tablet 200 mg. Karena memerlukan waktu beberapa ujung saraf adrenoseptor.
bulan untuk mencapai efek penuh, diperlukan dosis Efek samping amiodaron sering terjadi dan
lgading 600-800 mg/hari (setama 4 minggu), se- meningkat secara nyata setelah 1 tahun pengo_
belum dosis pemeliharaan dimulai Cengan aO6_eOO batan; dapat mengenai berbagai organ, dan dapat
mg/hari. Pengobatan dinilai setelah 2-g minggu; membawa kematian. Lebih dari 75% penderitayang
biasanya dengan menggunakan stirnulasi ventrikel diobati selama 1-2 tahun mengalami efek samping,
terprogram. Pengobatan diteruskan bila aritmia dan sebanyak 25-93% penderita menghentikan
ventrikeltidak dapat dibangkitkan lagi atau bila arit_ pengobatan karena efek samping. Efek samping
mia tidak lagi simpatomatik. Kadar terapi efektif pada paru-paru terjadi pada 10-15% penderita yang
pada pengobatan jangka lama adalah 1_2,S telah diobati selama 1-3 tahun, dan menyebabkan
frg/ml.
kematian pada 10% penderita. Gangguan fungsi
SOTALOL. Sotalol masih dikembangkan forrnu- hati sering terlihat, tetapi jarang membawa
lasinya. Untuk pengobatan aritmia ventrikel, dosis_
kematian. Mikrodeposit kornea yang asimptomatik
nya adalah 2 kali 80-320 mg. Dosis awal adalah 2
terjadi pada semua penderita. Fotosensitivitas kulit
kali 80 mg/hari dan bila perlu dosis ditambah tiap
terlihat pada 10-'l 5% penderita, dan kulit berwarna
3-4 hari. Keberhasilan terapi dinilai dengan pen- biru lerlihat pada 5% penderita pada pengobatan
catatan ECG selama 24iam atau dengan stimulasi jangka panjang. Bertambah beratnya aritmia terjadi
ventrikel terprogram. p ada 2-5o/o penderita. Am iodaron men g hambat kon-
versi tiroksin menjadi triiodotironin dan menim_
PENGGUNAAN TERAPI bulkan kelainan uji fungsi tiroid; gejala hipotiroid
terjadi pada 5% penderita dan 2% penderita meng_
.batan Bretilium
aritmia
hanya diindikasikan untuk pengo- alami hipertiroid.
ventrikel yang mengancam jiwa, yang
Pengobatan dengan sotalol dilaporkan dapat
gagal diobati dengan obat-obat antiaritmia lini pei_
menimbulkan gagal jantung (1 %), proaritm ia (Z,Syo)
tama (f?st line) seperti lidokain atau prokainamid.
dan bradikardia (3%).Iorsades de pointes muncul
Pemberian bretilium harus dilakukan dalam ruang
pada 2% penderita yang diobati untuk aritmra
perawatan intensif. Fibrilasi ventrikel yang refrakter
ventrikel maligna, biasanya dalam minggu pertama
dan berat memberikan respons sangat baik. pengobatan, dan setelah interval e_Tc memanjang
Takikardia ventrikel biasanya memberikan respons
dengan jelas. Oleh karena itu dosis sotalol perlu
setelah beberapa waktu (6 jam atau lebih) seielah
diturunkan bila interval e-Tc melebihi 0,5 detik.
pemberian satu dosis.
Amiodaron hanya digunakan untuk fibrilasi
ventrikel berulang dan untuk takikardia ventrikel INTERAKSIOBAT
yang tak stabil dan berkelanjutan. pengobatan
Amiodaron meningkatkan kadar dan efek
harus dimulai di rumah sakit dan dinilai dengan test
digoksin, warfarin, kuinidin, prokainamid, fenitoin,
provokasi yang dipantau secara cermat d"ng"n
enkainid, flekainid dan diltiazem. Amiodaron
ECG dan peralatan elektrofisiologik lainnya.
meningkatkan kecenderungan bradikardia, henti
Sotalol mungkin merupakan obat yang lebih sinus, dan penghambatan AV bila diberikan ber-
aman daripada amiodaron, dan mungkin menjadi sama B-bloker atau penghambat kanal Ca**.
obat pilihan pertama pada aritmia ventrikel ylng
Karena eliminasinya lambat, gejala interaksi dapat
maligna. Sotalol agaknya efektif pula untuk peng_ bertahan selama beberapa minggu setelah o6at
obatan takikardia supraventrikel paroksismal dan dihentikan.
fibrilasi atrium.

KELAS lV (ANTAGONtS KALSIUM) : VERApAMIL


EFEK SAMPING DAN DILTIAZEM
Hipotensi adalah elek samping utama breti- Obat-obat antiaritmia kelas lV adalah peng_
lium bila diberikan intravena untuk pengobatan arit- hambat kanal Ca**. Efek klinis penting Oari an-
313
Obat Antiaritmia

tagonis Ca** untuk pengobatan aritmia adalah intravena selama 2-3 menit. Untuk mengendalikan
penekanan potensiai aksi yang Ca"" dependent irama ventrikel pada tibrilasi alau flutter atrium'
dan perlambatan konduksi di nodus AV. Verapamil verapamil diberikan dalam dosis 10 mg selama 2-5
adalah satu-satunya penghambat kanal Ca** yang menit, dan bila perlu diulangi dalam waktu 30 menit.
dewasa ini dipasarkan sebagai obat antiaritmia, se- Untuk mencegah kembalinya PSVT atau untuk
dangkan manfaat diltiazem masih dalam penelitian' mengontrol irama ventrikel pada fibrilasi atrium,
Verapamil, yang merupakan turunan papaverin, diberikan dosis oral 240-480 mg/hari dibagi dalam
menyekat kanal Ca** di membran otot polos dan 3-4 dosis. Walaupun indikasinya belum disetujui'
otot jantung. diltiazem telah digunakan unluk pencegahan PSW
dalam dosis 60-90 mg, yang diberikan tiap 6 jam.
EF'EK ELEKTROFISIOLOGIK JANTUNG

Verapamil dan diltiazern mempunyai efek PENGGUNAAN TERAPI


langsung terhadap elektrofisiologik dan mekanik
Verapamii telah menjadi obat pilihan pertama
otot jantung dan otot polos pembuluh darah.
untuk pengobatan serangan akut takikardia supra-
Pembentukan impuls. Verapamil dan diltiazem venlrikel paroksismal yang disebabkan oleh arus-
memperlambat pembentukan impuls spontan di balik pada nodus AV atau karena anomali hubu-
nodus SA pada percobaan in vitro. Tetapi, in vivo ngan nodus AV. Verapamil juga bermanfaat untuk
pada hewan dan pada manusia, denyut jantung penurunan segera respons ventrikel pada fibrilasi
hanya sedikit melambat, karena efek langsung ini alau flutter atrium bila aritmia tidak disertai dengan
dilawan oleh aktivitas refleks simpatis yang timbul sindrom Wolff-Parkinson-White. Pemberian vera-
karena vasodilatasi arteri. pamil intravena dengan dosis 75 Fg/ml memperlam-
Verapamil menurunkan kecepatan depola- bat respons ventrikel sebanyak 30% pada penderita
risasi spontan fase 4 di serabut Purkinje dan dapat fibrilasi atrium. Takikardia atrium dengan blok AV
menghambat detayed after depolarization dan trig' yang disebabkan keracunan digitalis mungkin me-
gered activity yang terlihat pada toksisitas digitalis rupakan detayed after depolarization dan triggered
eksperimental. activity. Verapamil mungkin efektif menghilangkan
Elek terhadap aritmia arus-balik. Efek yang aritmia ini, tetapi penggunaannya mengandung
paling nyata dari verapamil dan diltiazem adalah bahaya karena menyebabkan blokade AV tam-
menurunkan kecepatan konduksi melalui nodus AV bahan dan menekan automatisitas di sistem His-
dan memperpanjang masa refrakter fungsional Purkinje.
Verapamil dan diltiazem tidak digunakan pada
nodus AV. Efek ini diduga merupakan efek
langsung dari penyekatan kanal Ca**. Depresi pengobatan aritmia ventrikel, kecuali jika penye-
nodus AV menyebabkan penurunan respons ventri- babnya adalah spasme arteri koronaria. Dalam hal
kel pada fibrilasi atau flutter alrium dan menghilang- ini, penggunaan antagonis Ca** tersebut adalah
kan takikardia supraventrikel paroksismal. untuk menghilangkan spasme koroner dan
memperbaiki toleransi jaringan ventrikel terhadap
Elek elektrokardiogralik. Verapamil dan diltiazem iskemia, dan bukan sebagai obat antiaritmia.
meningkatkan interval P-R pada irama sinus, dan
memperlambat kecepatan ventrikel pada fibrilasi
atrium. EFEK SAMPING

EFEK TERHADAP SISTEM SARAF OTONOM' Efek samping utama dari verapamil dan dil-
Verapamil dan diltiazem tidak mempunyai efek anti- tiazem adalah pada ,iantung dan saluran cerna'
kolinergik dan penghambatan adrenoseptor-B jan- Penggunaan obat ini secara intravena dikontraindi-
tung. Akan tetapi verapamil mempunyai aktivitas kasikan pada penderita hipe(ensi, gagal jantung
penghambatan adrenosePtor ct'' berat, sindrom sinus sakit, blok AV, sindrom Wolff-
Parkinson- White, atau takikardia ventrikel' Vera-
DOSIS DAN CARA PEMBERIAN pamil dapat meningkatkan frekuensi denyut ven'
irikel bila diberikan intravena kepada penderita
Untuk mengubah PSW menjadi irama sinus, sindrom Woltf-Parkinson'White dan librilasi atrium;
verapamil dengan dosis 5-10 mg diberikan secara
314
Farmakologi dan Terapi

hal ini terjadi karena peningkatan refleks simpatis. keluhan saluran cerna bagian atas dapat pula ter-
Pada beberapa penderita, penurunan masa refrak- jadi.
ter efektif pada berkas Kent juga berperan dalam
peningkatan lrekuensi denyut ventrikel. Verapamil
INTERAKSI OBAT
dapat'pula menyebabkan hipotensi berat atau
fibrilasi ventrikel pada penderita dengan takikardia Pemberian verapamil bersama p-bloker atau
ventrikel. Bradikardia sinus, blok AV, gagal jantung digitalis secara aditif dapat menimbulkan bradikar-
kiri atau hipotensi dapat terjadi secara tak terduga dia atau blok AV yang nyata. lnteraksi ini terjadi
pada penderita berusia lanjut. Dosis yang lebih pada nodus SA atau nodus AV. Di samping itu vera-
rendah dengan kecepatan suntikan yang lebih lam- pamil berinteraksi dengan digoksin dengan cara
bat harus digunakan pada penderita yang berusia yang sama dengan interaksi kuinidin-digoksin.
di atas 60 tahun. Efek samping saluran cerna dari Pemberian verapamil atau diltiazem bersama reser-
verapamil lerutama adalah konstipasi, tetapi pin atau metildopa yang dapat mendepresi sinus,
akan memperhebat bradikardia sinus.
Antihipertensi

315

22. ANTIHIPERTENSI
Arini Setiawati dan Zunilda S. guslarni

1. Pendahuluan
'l
.1. Pengaturan tekanan 2.2. Penghambat adrenergik
darah
1.2. Hipertensi 2.3. Vasodilator
1 .3. Prinsip pengobatan 2.4. Penghambat enzim
hipertensi konversi angiotensin
2.5. Antagonis kalsium
2. Obat antihipertensi
2.1. Diuretik

1. PENDAHULUAN
d3l j"i. sekuncup. Besar isi
sekuncup ditentukan
kekuaran kontraksi miokard
oteh.
d;"
1.1. PENGATURAN TEKANAN
DARAH
Resistensi ";;;k;""".
perifer merupakan gabungan
resistensi
pada pembutuh darah
-
i.", L! i
t^rto..i a'll):::,J"::* .

Tekanan darah :' il"l,:x1i l#ffi ffi ljlJ,.il;-


fl-D) ditentukan oleh 2 laktor
utama yaitu curah iantr tukan oleh"7;tonus otot poios
, dan elastisitas dindino r J""ln"r,"f,
arteri
c u,u r, i'* iu ig- *i jn" lX?,i ?', ii :ffi lifi ; 22-1). '
Pembuluh darah (Gambar
"',

- -Refleks Baroreseptor

TEKANAN
DARAH
I

--Sekresi renin_ ___)


Gambar 22-i. Faktor-faktr
rekanan Darah
HAn . sisteonl ;Hrffi,:ilTlfii
316
Farmakologi dan Terapi

Pengaturan TD didominasi oleh tonus simpatis Klasilikasi hipertensi dibedakan berdasarkan


yang menentukan frekuensi denyut jantung, kon_ tingginya TD, derajat kerusakan organ dan etiologi_
traktilitas miokard dan tonus pembuluh darah nya. Klasifikasi berdasarkan tingginya TD pada
arteri maupun vena; sistem parasimpatis hanya penderita usia 18 tahun ke atas dapat dilihat pada
ikut mempengaruhi frekuensi denyut jantung. Sistem Tabel 22-1.
simpatis juga mengaktifkan sistem renin-angioten-
sin-aldosteron (RAA) melalui peningkatan sekresi
renin. Homeostasis TD dipertahankan oleh relleks Tabel 22-1. KLAS|F|KASI TEKANAN DARAH CIDf
baroreseptor sebagai mekanisme kompensasi yang
terjadi seketika, dan oleh sistem RM sebagai meka-
nisme kompensasi yang berlangsung l6Oih lambat.
Kategori TDD (mmHg) TDS (mmHg)

Normal <85 <"130


Normal tinggi 85- 89 130 - 139
Hipertensi
1.2. HIPERTENSI tingkat 1 (ringan) 90- 99 140 - 159
tingkal 2 (sedang) 100 - 109 160 - 179
tingkat 3 (berat) 1't0 - 119 180 - 209
DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI tingkat 4 (sangat berat) > 120 > 210

Diagnosis hipertensi tidak boleh ditegakkan


berdasarkan sekali pengukuran, kecuali bila TD " Klasifikasi baru menurut The Joint National Committee
on Detection, Evaluation, and Treatment ot High Blood
diastolik {TDD) > 120 mm Hg dan/arau TD sistotik
Pressure, Amerika Serikat, dalam laporannya yang ke-
(TDS) > 21 0 rnm Hg. Pengukuran pertama harus
5 pada tahun 1992 (JNC-V)
dikonfirmasi pada sedikitnya 2 kunjungan lagi
dalam waktu 1 sampai beberapa minggu (tergan-
tung dari tingginya TD tersebut). Diagnosis hiper- Makin tinggi TD, makin besar risiko untuk me-
tensi ditegakkan bila dari pengukuran berulang- ngalami komplikasi yang latal dan nonlatal. Risiko
ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata TDD > g0 komplikasi pada setiap tingkat hipertensi ini me-
mm Hg dan/atau TDS > 140 mm Hg (lihat Tabel ningkat beberapa kali lipat bila telah terdapat keru-
22-2). sakan organ sasaran (target organ disease * TOD),
Pengukuran TD harus dilakukan dengan cara misalnya hipertroli ventrikel kiri, serangan iskemia
berikut. Penderlta harus duduk dengan santai di selintas (TlA), gangguan fungsi ginjal, atau perda-
kamar yang tenang sedikitnya 5 menit sebelum pe- rahan retina.
ngukuran dilakukan. Mereka tidak boleh merokok Seseorang dikatakan menderita hipertensi
atau minum kopi dalam waktu 30 menit sebelumnya. labil, bila TD-nya tidak selalu berada dalam kisaran
Pengukuran dilakukan dengan sf igmomanometer air hipertensif. Pada hipertensi akselerasi, pening-
raksa yang cuff-nya cukup panjang sehingga dapat katan TD terjadi progresif dan cepat, disertai keru-
menutup sedikitnya 80% dari lingkar lengan sakan vaskular yang terlihat pada funduskopi seba-
penderita. Penderita harus duduk dengan lengan gai perdarahan retina tetapi tanpa udem papil.
tidak tertutup pakaian dan disangga setinggi jantung. Hipertensi maligna adalah hipertensi akselerasi
Cuffdipompa sampai20-30 mm Hg di atas TDS dan yang disertai udem papil; pada keadaan ini TD
kemudian tekanan diturunkan dengan kecepatan 2- seringkalilebih dari 2O0l140 mm Hg.
3 mm Hg per detik. SebagaiTDD diambil Korotkotf Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi
lase V. Pengukuran dilakukan minimal 2 kali selang atas hipertensi esensial dan hipertensi sekunder.
sedikitnya 15 detik dan diambil nilai rata-ratanya.
Bila 2 pengukuran pertama berbeda lebih dari 5 mm HIPERTENSI ESENSIAL. Hipertensi esensiat,
juga disebut hipertensi primer atau idiopatik, ada-
Hg, harus dilakukan pengukuran lagi.
lah hipertensiyang tidak jelas etiologinya. Lebih dari
Pengukuran TD dalam posisi duduk diguna-
kan untuk skrining awal. Untuk evaluasi lengkap, 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini.
juga diukur TD dalam posisi berbaring dan berdiri; Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi
yang terakhir ini setelah berdiri dengan tenang se- esensial adalah peningkatan resistensi perifer.
Penyebab hipertensi esensial adalah multifak-
dikitnya 2 menit.
tor, terdiri dari laktor genetik dan lingkungan. Faktor
Antihipenensi 317

keturunan bersilat poligenik dan terlihat dari adanya ventrikel kiri, gagal jantung kongestil, gagal ginjal,
riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga. aneurisma aorta, dan hipertensi akselerasi/maligna
Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sen- (perdarahan retina dengan/tanpa udem pupil); (2)
sitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, Komplikasl aterosklerotik, yakni komplikasi aki-
peningkAtan reaktivitas vaskular (terhadap vaso- bat proses aterosklerosis, yang disebabkan tidak
konstriktor), dan resistensi insulin, Paling sedikit hanya oleh hipertensi sendiri, tetapi juga oleh
ada 3 laktor lingkungan yang dapat menyebabkan banyak faktor lain, misalnya peningkatan kolesterol
hipertensi, yakni makan garam (natrium) berle- serum, merokok, diabetes melitus, dll. Komplikasi
bihan, stres psikis, dan obesitas. aterosklerotik ini berupa penyakit jantung koroner
(PJK), inlark miokard,lrombosis serebral, dan klau-
HIPERTENSI SEKUNDER. Prevalensi hipertensi dikasio.
sekunder ini hanya sekitar 5-8% dari seluruh pen- Berbagai laktor yang berperan dalam menim-
derita hipertensi. Hipertensi sekunder dapat dise- bulkan komplikasi kardiovaskular ini disebut laktor
babkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal), risiko kardiovaskular. Eerbagai lakior risiko ini
penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan dapat dibagi atas : (1) yang tidak dapat diubah'
lain-lain. yakni riwayat keluarga, umur, dan jenis kelamin
Hipertensi renal dapat berupa (1 ) hipertensi pria; dan (2) yang dapat diubah, yakni hipertensi'
renovaskular, yakni hipertensi akibat lesi pada lipid darah (terutama kolesterol) yang tinggi, ke'
arteri ginjal sehingga menyebabkan hipopedusi biasaan merokok, diabetes melitus, obesitas, inakti-
ginjal, misalnya stenosis arteri ginjal dan vaskulitis vitas lisik, asam urat darah yang iinggi, dan peng-
intrarenal; atau (2) hipertensi akibat lesi pada gunaan estrogen sintetis.
parenkim ginjal yang menimbulkan gangguan Kematian akibat hipertensi yang tidak diobati
fungsi ginjal, misalnya glomerulonelritis, pielone- terutama berupa (1 ) slroke pada penderita dengan
lritis, penyakit ginial polikistik, nelropati diabetik' hipertensi berat dan resisten, (2) gagal ginjal pada
dan lain-lain. penderita dengan retinopati lanjut dan kerusakan
ginjal, dan (3) penyakit jantung (gagal jantung dan
Hipertensi endokrin terjadi misalnya akibat
PJK) pada sebagian besar penderita dengan hiper-
kelainan korteks adrenal (aldosteronisme primer,
tensi sedang. Penyakit jantung merupakan penye-
sindrom Cushing), tumor di medula adrenal (leo-
bab kematian yang utama. Kematian akibat inlark
kromositoma), akromegali, hipotiroidisme, hipertiro-
miokard 2-3 kali lipat kematian akibat stroke.
idisme, hiperparatiroidisme, dan lain-lain.
Mengingat prognosis yang buruk ini, maka
Penyakit lain yang dapat menimbulkan hiper-
evaluasi penderita hipertensi dituiukan untuk me-
tensi adalah koarktasio aorta, kelainan neurologik
ngetahui 3 hal berikut : (1) ada/tidaknya etiologi
(tumor otak, ensefalitis, dsb), stres akut (luka bakar,
yang jelas (hipertensi sekunder) yang mungkin
bedah, dsb), polisitemia, dan lain-lain.
dapat diperbaiki; (2) ada/tidaknya komplikasi pada
Beberapa obat, misalnya kontrasepsi hormo-
organ sasaran; dan (3) ada/tidaknya laktor risiko
nal (paling sering), hormon adrenokortikotropik, kor-
kardiovaskular lainnya. Untuk mengetahui ini' di-
tikosteroid, simpatomimetik amin (eledrin, fenilefrin,
lakukan anamnesis dan pemeriksaan lisik yang
fenilpropanolamin, amfetamin), kokain, siklosporin,
lengkap serta beberapa pemeriksaan laboratorium
dan eritropoietin, iuga dapat menyebabkan hiper-
yang relevan.
tensi.

PROGNOSIS HIPEBTENSI 1.3. PRINSIP PENGOBATAN HIPERTENSI

Hipertensi akan menimbulkan komplikasi atau


kerusakan pada berbagai organ sasaran, yakni jan- TUJUAN PENGOBATAN HIPERTENSI
tung, pembuluh darah otak, pembuluh darah perifer,
ginjal, dan retina.
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk
mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas aki-
Ada 2 jenis komplikasi hipertensi: (1) Kompli-
bat TD tinggi. lni berarti TD harus diturunkan seren-
kasi hipertensif, yakni komplikasi yang langsung
dah mungkin yang tidak mengganggu lungsi ginjal'
disebabkan oleh hipertensi itu sendiri, misalnya
perdarahan otak, ensefalopati hipertensil, hipertroli otak, jantung, maupun kualitas hidup, sambil
318 Farmakologi dan Terapi

dilakukan pengendalian faktor-laktor risiko kardio- tetapi juga oleh adanya laktor risiko kardiovaskular
vaskular lainnya. Telah terbukti bahwa makin ren- lainnya, dan adanya TOD. Makin tinggi TD, adanya
dah TD diastolik dan sistolik, makin baik progno- faktor risiko kardio-vaskular yang lain, dan/atau
sisnya. Pada umumnya, sasaran TD pada pen- sudah adanya TOD, makin tinggi risiko terjadinya
derita'muda adalah < 140/90 mm Hg (sampai morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Bagi
130/85 mm Hg), sedangkan pada penderita usia mereka ini, manfaat pengobatan hipertensi makin
lanjut sampai umur 80 tahun < 160/90 mm Hg besar. Sebaliknya, pada hipertensi ringan tanpa
(sampai 145 mm Hg sistolik bila dapat ditoleransi). disertai faktor risiko lain atau TOD, manfaat peng-
obatan hipertensi kecil sekali, sehingga penderita
MANFAAT TERAPI HIFERTENSI mungkin lebih dirugikan oleh adanya elek samping
yang ditimbulkan oleh AH. Berdasarkan pertim-
Menurunkan TD dengan antihipertensi (AH) bangan manlaat dan kerugian ini, maka JNC-V
telah terbukti menurunkan morbiditas dan morta- menggunakan rekomendasi berikut untuk memulai
litas kardiovaskular, yaitu stroke, iskemia jantung, pengobatan hipertensi pada orang dewasa.
gagal jantung kongestil, dan memberatnya hiper- TD yang meningkat pada pengukuran per-
tensi. lama harus dipastikan dengan pemeriksaan ulang
Hasil gabungan dari 14 uji klinik pada hampir selang satu sampai beberapa minggu sebelum
37.000 penderita dewasa dengan semua tingkat diputuskan untuk diobati (lihat Tabel 22-2l.Kecuali
hipertensi menunjukkan bahwa penurunan TDD bila TD sangat tinggi (diastolik ) 120 mm Hg atau
5-6 mm Hg dengan AH menurunkan insidens stroke sistolik > 210 mm Hg) atau disertai dengan TOD,
42o/o dan PJK 14% selama 4-6 tahun. Pemberian maka penderita perlu segera diobati.
AH pada hampir 8.500 penderita hipertensi usia
lanjut menurunkan mortalitas sfioke 33% dan mor-
talitas koroner 26% selama 4-6 tahun; sedangkan Tabel22-2. REKOMENDASI UNTUK MEMULAT PENG-
pada lebih dari 4.700 penderita hipertensi sistolik, OBATAN HIPERTENSI BERDASARKAN
penurunan TD 1 1/3 mm Hg dengan AH menurunkan PENGUKURAN TD PERTAMA
insidens stroke 33%, PJK 27o/o dan gagal jantung
55% setelah rata-rata 4,5 tahun. Pengukuran pertama
Jadi AH lebih elektil untuk mengurangi in- Follow-up yang dianjurkan
TDS
sidens sfioke dan gagal jantung dibandingkan pJK,
maka pengobatan hipertensi menyebabkan ter-
jadinya pergeseran dalam penyebab kematian di <85 <130 Periksa ulang dalam 2 tahun

antara penderita hipertensi, dulu paling banyak


gagal jantung sekarang PJK.
85 - 89 130 - 139 Periksa ulang dalam1 tahun.
Bila TD menetap, terapkan
Kurang elektifnya AH untuk menurunkan in- modifikasi pola hidup.
sidens PJK mungkin disebabkan : (1) sebagai kom-
plikasi aterosklerotik, banyak laktor lain ikut ber-
90 - 99 140 - 159 Pastikan dalam 2 bulan
-TDD 90-94 dan/atau TDS 140-
peran; (2) pengobatan tidak cukup dini dan tidak '149 tanpa faktor risiko utama
cukup panjang untuk dapat menghambat proses lain: terapkan modifikasi pola
aterosklerotik; (3) AH yang digunakan di masa lalu, hidup, dan periksa ulang
diuretik atau p-bloker dalam dosis besar, me-nim- setiap 3-6 bulan.
bulkan elek samping metabolik yang mening-kat- -TDD 90-94 dan/atau TDS 140-
kan risiko koroner; (4) penurunan TD yang berle- 149 dengan faktor risiko utama
lain; TDD 95-99 dan/atau TDS
bihan pada penderita dengan kelainan koroner
1 50-1 59 tanpa/dengan faktor
akan meningkatkan kembali kejadian koroner risiko lain: terapkan dulu modi-
(kurva J); dan (5) ketidakpatuhan penderita pada fikasi pola hidup selama 3-6
pengobatan. bulan, dan berlkan AH bila TD
menetap.
PEDOMAN UMUM TERAPI HIPERTENSI 100 - 109 160 - 179 Pastikan dan obati dalam 1

bulan
Kepulusan untuk memulai pengobatan hiper- 110 - 119 180 - 209 Pastikan dan obati dalam 1
t6nsl tldak hanya dltentukan oleh tlnggtnyh TD, minggu
Antihipeftensi

MODIFIKASIPOLA HIDUP etanol sehari). (6)Berhenti merokok serta mengu-


rangi makan kolesterol dan lemak jenuh untuk
Modilikasi pola hidup (dulu disebut terapi kesehatan kardiovaskular secara keseluruhan.
nonfarmakologik) berikut berguna untuk menu- Kombinasi (1), (2), (3), dan (5) yang diterapkan
runkan TD pada penderita hipertensi, meningkat- pada penderita hipertensi ringan selama rata-rata
kan efek AH, mencegah peningkatan TD pada 4,4 tahun ternyata dapat menurunkan TD sekitar
mereka dengan TD normal tinggi; dan/atau me- 9/9 mm Hg.
ngurangi risiko kardiovaskular secara keseluruhan:
(1) Menurunkan berat badan bila gemuk. (2) Latihan
fisik (aerobik) secara teratur. (3) Mengurangi makan TERAPI FARMAKOLOGIK
garam menjadi < 2,3 g natrium atau < 6 g NaCl
sehari. (4)Makan K, Ca dan Mg yang cukup daridiet. Pada prinsipnya, pengobatan hipertensi
(S)Membatasi minum alkohol (maksimal 20-30 ml dilakukan secara bertahap (lihat Tabel 22-3).

Tabel 22-3. TAHAPAN TERAPI HIPERTENSI

Modilikasi pola hidup :

- Penurunan berat badan


- Aktivitas fisik teratur
- Pembatasan garam dan alkohol
- Barhenti merokok

Respons kurang
([D sasaran telah dicapai)
I
Lanjutkan Modifikasi pola hidup
Pilihan Antihipertensi tahap pertama :
- Diuretik atau p-bloker
- Penghambat ACE, Antagonis kalsium,
a-bloker, a,p-bloker

Respons cukup Respons kurang/ Respons kecil


([D sasaran telah I parsial
dicapai) I I I
Tambahkan obat ke-2
dari golongan lain

Respons belum cukup

Tambahkan obat ke-2 atau ke-3 dari


golongan lain dan/atau diuretik
324 Farmakologi dan Terapi

Obat antihipertensi (AH) yang digunakan yaitu setelah dosis terdahulu menimbulkan efek
dapat dilihat pada Tabel 22-4. hipotensil yang maksimal. lnterval kunjungan ini di-
tentukan oleh ada tidaknya TOD, laktor risiko utama
HIPERTENSI RINGAN DAN SEDANG (tingkat 1 lainnya, elek samping obat, dan kelainan uji labora-
dan 2) torium, serta kepatuhan penderita terhadap peng-
obatan.
Tahap awal adalah modilikasi pola hidup se-
bagai dasar terapi hipertensi, dengan AH ditambah- Dosis maksimal pada Tabel 224 ditentukan
dengan pertimbangan bahwa (1 ) untuk banyak AH,
kan di atasnya. Sebagai AH tahap pertama, baik
kebutuhan dosis bagi penderita Oriental lebih ren-
JNC-V (1992) maupun WHO/ISH (1993) mere-
dah dibandingkan penderita Kaukasia; dan (2)
komendasi monoterapi dengan salah satu dari 5
untuk AH tahap pertama: bila respons masih belum
golongan obat berikut : diuretik, p-bloker, peng-
cukup, lebih baik ditambahkan AH lain daripada
hambat ACE, antagonis kalsium, dan a-bloker meningkatkan dosis lebih lanjut, sedangkan untuk
(termasuk a,p-bloker). Ke-5 golongan AH tersebut AH tambahan : tidak dianjurkan untuk diberikan
di atas terpilih sebagai AH tahap pertama, karena sebagai monoterapi melainkan sebagai obat tam-
tidak banyak menimbulkan efek samping yang bahan. Karena itu banyak di antara dosis maksimal
menggangEu dan tidak menimbulkan toleransi pada ini lebih rendah daripada anjuran JNC-V, dan ke-
pemberian jangka panjang, sehingga dapat diguna- banyakan merupakan dosis yang disetujui Dirjen
kan sebagai monoterapi. Penurunan TD rata-rata POM.
yang ditimbulkan oleh ke-5 golongan obat tersebut
Bila setelah 1-3 bulan, respons terhadap obat
sebanding, tetapi variasi antarindividunya besar. pertama ini belum cukup, maka ada 3 pilihan : (a)
Pilihan obat bagi masing-masing penderita (indi- bila ada respons yang parsial (TDD turun minimal 5
vidualisasi terapi) bergantung pada (1 ) elek sam- mm Hg) dan tidak ada efek samping yang berarti,
ping metabolik dan subyektil yang ditimbulkan; (2) maka dosis obat pertama ini dapat ditingkatkan lagi
adanya penyakit lain yang mungkin diperbaiki atau ke arah dosis maksimalnya; (b)dalam hal (a) dapat
diperburuk oleh AH yang dipilih (Iabel 22-5); (3) juga ditambahkan obat ke-2 dari golongan lainnya.
adanya penggunaan obat lain yang mungkin ber- (c) bila respons terlalu kecil (TDD turun kurang dari
interaksi dengan AH yang diberikan (Tabel 22-6); 5 mm Hg) alau telah muncul elek samping yang
(4) adanya bukti dapat menurunkan morbiditas dan mengganggu, gantilah dengan obat dari golongan
mortalitas (diuretik atau p-bloker); dan (5) biaya tahap pertama lainnya; Pilihan (b) biasanya untuk
pengobatan, yang mencakup tidak hanya harga hipertensi yang lebih berat, karena untuk hipertensi
obat yang mungkin akan digunakan seumur hidup, yang lebih ringan biasanya cukup dengan mono-
tetapi juga biaya pemeriksaan laboratorium rutin terapi (pilihan a atau c).
dan terapi lambahan yang diperlukan pada peng- Kombinasi AH dengan cara kerja yang ber-
gunaan AH tertentu. beda menyebabkan TD sasaran dapat dicapai de-
Antihipertensi lainRya, yakni vasodilator ngan menggunakan dosis yang lebih kecil untuk
langsung, adrenolitik sentral (o2 agonis) dan masing-masing AH sehingga mengurangi ke-
penghambat saraf adrenergik, tidak digunakan mungkinan timbulnya elek samping yang kejadian-
untuk monoterapi tahap pertama tetapi merupakan nya bergantung pada dosis. Dalam kombinasi AH,
antihipertensi tambahan. Hal ini disebabkan obat- biasanya digunakan diuretik sebagai obat pertama
obat ini menimbulkan toleransi akibat terjadi retensi alau kedua, karena obat ini akan meningkatkan elek
cairan (pada vasodilator langsung, juga terjadi antihipertensi semua AH lainnya, kecuali kalsium
relleks simpatis yang menstimulasi sistem kardio- antagonis yang eleknya hanya sedikit/tidak dhing-
vaskular), dan menimbulkan elek samping yang katkan. Diuretik akan sinergistik dengan elek an-
mengganggu pada kebanyakan penderita. tihipertensi penghambat ACE serta meningkatkan
Dosis awal pada Tabel 22-4 melindungi pen- elek p-bloker, o-bloker, vasodilator langsung, adre-
derita dari elek samping meskipun mungkin tidak nolitik sentral, dan penghambat saral adrenergik.
cukup untuk menimbulkan respons penurunan TD Kombinasi a-bloker dengan diuretik akan mengu-
yang diinginkan. Bila diperlukan peningkatan dosis, rangi efek diuretik terhadap lipid darah. Kombinasi
hal ini harus dilakukan setelah minimal 2-4 minggu, antara berbagai AH dapat dilihat pada Tabel22-7.
Antihipertensi 32'l

Tabel22-4, BERBAGAI ANTIHIPEFTENSI (AH) ORAL DENGAN DOSIS DAN SEDIAANNYA

Dosis antihiperlensi (mg/hari)


Jpnis obat Sediaan
Awal Maksimal"' Frekuensi
pemberian

A. ANTIHIPERTENSI TAHAP PERTAMA


1. Diuretik

a. Diuretik tiazid dan sejenisnya


. Hidroklorotiazid 12,5 25 lx Tablet 25 mg; 50 mg
- Klortalidon 12,5 25 1x Tablt 50 mg
- Bndrollumetiazid 2,5 5 1x Tablet 5 mg
- lndapamid 1,25 2,5 1x Tablet 2,5 mg
- Xipamkl 10. 20 1x Tablet 20 mg

b. Diuretik kuat
- Furosemid - biasa 20 (1x) 80 2x Tablet 40 mg
- lepas lambal 30 (1x) 60 2x Kapsul 30 mg

c. Diurelik hemat kalium


- Amilorkj 5 (1x) 10 1-2 x Tablet 5 mg
- Spironolakton 25 (1x) 100 1-2 x Tablet 25 mg; 100 mg

2. Beta-blokel
a. Kardioselektil
- Asbutolol' 200 (1x) 800 2x Kapsul 200 mg; Tablt zt00 mg
- Atenolol' 25 100 1x Tablt 50 mg; 100 mg
- Bisoprolol 5 10 1x Tablt 5 mg
- Metoprolol - biasa 50 (1x) 200 1-2x Tablel 50 mg; 100 mg
- lpas lambat 100 200 1x Tablet 100 mg
b. Nonseleklif
- Alprenolol 100 200 2x Tablet 50 mg
- Karteolol' 2,5 10 2-3x Tablet 5 mg
- Nadolol' 20 160 1x Tablet 40 mg;80 mg
- Oksprenolol - biasa 80 320 2\ Tablet 40 mg;80 mg
- lepas lambat 80 320 1x Tablet 80 m9; 160 mg
- Pindolol' 5 (1x) 40 2x Tablel 5 mg; 1O mg
- Propranolol 40 160 2x Tablt 10 mg; 40 mg
- Timolol 20 Ito 2\ Tabll 10 mg; 20 mg

3. Alfa-bloker
. Doxazosin 1-2* 4 1x Tablt1mg; 2mg
- Prazosin 0,5(1x)-1 - 4 2\ Tabltlmg; 2mg
- Tsrazosin 1-2* 4 'lx Tablell mg; 2mg
- Bunazosin 1,5 3 3x Tablet 0,5 mg; 1 mg
Alfa,beta-bloker
- Labetalol 100 300 2x Tablt l0O mg

4, Penghambal AcE
- Kaplopril' 25 100 2x Tablt 12,5; 25; 50 mg
. Lisinopril' 5 20 1x Tabler 5; 10; 20 mg
- Enalapril' 5 40 1-2 x Tablt 5; l0 mg
- BenazepriF 10 (1x) 20 2x Tablt l0 mg
- Delapril' 15 60 2x Tablt 15 mg
- Fosinopril 10 40 1x Tablet l0 mg
- Kuinapril' 5 (1x) 40 2x Tablot 5; 10; 20 mg
322 Farmakologi dan Terapi

Tabel 224. BERBAGAI ANTIHIPERTENSI (AH) oRAL DENGAN Dosts DAN SEDTAANNyA (Sambungan)

Dosis anlihipertensi (mg/hari)


Jenis obat Sediaan
Awal Maksimal"' Frekuensi
pemberian

- Perindopril' 2 8 1x Tablt 4 mg
- Ramipril' 1,25 5 1x Kapsul 1,25;2,5;5 mg
- Silazapril' 1,25-2,5" 5 1x Tablt 2,5 mg

5. Antagonis kalsium
- fuerapamil - biasa 80 320 2x Tablet 80 mg
- Diltiazem - biasa 90 360 3x Tablet 30; 60 mg
- lepas lambat 180 360 2x Kapsul 90; 180 mg
- Nifedipin - biasa 15 30 3x Tablet 5; 10 mg
- retard 20 4 2x Tablet 10; 20 mg
- oroa 30 30 'I x Tablt 30 mg
- Amlodipin 2,5 7,5 1x Tablet 5 mg
- Felodipin 5 10 1x Tablt 5; 10 mg
- lsradipin 2,5 10 2x Tablt 2,5 mg
- Nikardipin - biasa 60 120 3x Tabll 20 mg
- lepas lambat 80 160 2\ Kapsul 40 mg

B. ANTIHIPERTENSI TAMBAHAN
L Adrcnolitik rcntral ( d2 agonir)
- Metildopa 250 1.000 2x Tablet 125; 25O mg
- Klonidin 0,075 0,6 2x Tablet 0,075; 0,15 mg
- Guanlasin 0,5 2 'I x Tablot 1 mg

2. Penghambat saraf adrcnergik


- Reserpin 0,05 0,25 1x Tablt 0,1;0,25 mg
- Rauwolfia (akar) 25 100 1x Tablet 50; 100 mg
- Guanetidin 10 50 'I x Tablt 10; 25 mg
- Guanad16l 10 50 2x Tablet 10; 25 mg

3. Vasodilator lang3ung
- Hidralazin 25 100 2-4 x Tablt 25; 50 mg
- Minoksidil 2,5 4 1-2 x Tablt 2,5; 10 mg

Eliminasi obat terutama melalui ginjal sehingga dosis harus Oifurangi dengnn adanya ganggu;n tungsGnF (kr6-t;in;r-'
> 2,5 mg/dl)
*' Dosis yang lebih rndah hanya prlu dibrikan selama beberapa hari (paling lama 1 minggu)
"' Py!"1 dosis maksimal yang. ssungguhnya tetapi batas atas dosis yang biisa diberikan-u-ntuk pngobatan hipertensi di lndonsia
r" _ol9h
karena ilu, dosis ini boleh dilampaui untuk kasus-kasus yang berat atau resistn.
Blum dilerima sebagai antihiprtensi di lndonesia.

Nama obat yang dicotak tsbal adalah obat pilihan dalam kelasnya.
Antihipeftensi 323

Tabel 22-5. PILIHAN ANTIHIPERTENSI (AH) BERDASARKAN KARAKTERISTIK PENDERITA/ADANYA


PENYAKIT PENYERTA

Karakteristil penderita/ AH yang dianjurkan AH yang tidak dianjurkan


Penyakil penyerta

l. Demograf ik/Pola hidup


- Usia < 50 tahun BB, ACEI, AB Diuretik
- Usia lan,iut Diuretik, CA Guanetidin. Guandrel, AB,
Labetalol, Adrenolitik sentral
- Aktil lisik ACEI, CA, AB BB
- Psrokok AB BB
- Perlu menghindari sdasi Semua lainnya Adrenolitik sentral
- Tidak patuh Dosis sekalr sehari Adrenolitik sentral
- Mnghindari gangguan seksual ACEI, CA, AB Diuretik, BB, Guantidin, Guanadral,
Adrenolitik sontral

2. Penyakit Kardiovaskulal
- Angina
. stabil kronik BB non-lSA, CA Vasodilator langsung
. vasospastik CA BB, Vasodil. langsung
- Pasca-infark miokard BB non-lSA, ACEI Vasodilator langsung
- Gagal jantung Diuretik, ACEI BB, CA, Labetalol
- Eradikardia/blok iantung, 88, Labotalol, Verapamil,
sick sinus syndrom Diltiaz6m
- Takiaritmia supraventrikular Verapamil, BB Vasodilator langsung
- Kardiomiopati hipertropik dengan BB, Verapamil, Diuretik, ACEI, AB,
dislungsi diastolik beral Diltiazem Vasodil. langsung
- Hipertrofi ventrikel lain (LVH) Semua lainnya Vasodilator langsung
- Sirkulasi hiperdinamik 8B Vasodilator langsung
- Penyakit vaskuler periler CA, AB BB, Labetalol
- Hipertnsi pada kehamilan
. Hipertensi kronik Metildopa ACEI
. Preeklamsia Metildopa, Hidralazin Diuretik, ACEI
- Hipertensi akibat siklosporin CA , Labetalol
- Nyeri kpala vaskulay'mQren BB non-lSA

3. Penyakit Ginial
- Stenosis arteri ginjal bilaterau
ginjal tunggal ACEI
- Gangguan lungsi gin.ial
. Awal (Ccr 1,5-2,5 mg/dl) Diuretik hemat K,
Suplsmen K
. Lanjut (Ccr > 2,5 mg/dl) Diuretik kuat, Diuretik tiazid,
lndapamid Diur6tik hemat K,
Suplemen K, ACEI
- Nelropati diabtik ACEI

4. Penyakit Paru
- Asma/PPoM BB, Labetalol, ACEI

5. Penyakit EndokriniMetabolik
- Diabtes mlitus ACEI, A8 BB, Diuretik
- GouVHiprurisemia Diurotik
- Feokromositoma AB ('BB) BB sendiri
324 Farmakologi dan Terapi

Tabel 22-5. PILIHAN ANTIHIPERTENSI (AH) BERDASARKAN KARAKTERTSTIK pENDER|TA/ADANYA


PENYAKIT PENYERTA (Sambungan)

Karakteristik penderita/ AH yang dianJurkan AH yang tidak dianjurkan


Penyakit penyerta

- Dislipidemia AB Diuretik, BB non-lSA


- Obesitas ACEI, Diuretik

6. Penyakit/Kondisi Lain
- Penyakit hati Metildopa, Labetalol
- Depresi Reserpin, Adrenolitik sentral,
BB
- Ulkus peptikum CA Reserpin
- Tremor esensial BB nonselektif
- Glaukoma BB, Diuretik
- Hipertrofi prostat
jinak (BPH) AB Diuretik
- Penggunaan NSAID CA, AB ACEI, BB, Diuretik

'Verapamil, diltiazem, dan nikardipin meningkatkan kadar plasma siklosporin


BB - 9-bloker DHP - Dihidropkidin (mis. Nitsdipin)
AB - a-bloker ISA - aktivitas slmpatomimetik intrinsik (mis. pindotol)
CA - Kalsium antagonis Qcs - kreatinin setum
ACEI - PenghambatACE

Tabe| 226, INTERAKSI ANTARA ANTIHIPERTENSI DENGAN oBAT LAIN

Antihipertensi (AH) I Efek AH 1 Efek AH Efek AH terhadap Obat lain

1. Diurtik - Kolsliramin 'l - Tiazid + lurosemid - I kadarLi( 1 reabsorpsi


Kolestipol I t aUs.en - 1 diuresis di tubuli ginjal)
- AINS: I elekAH - Oislipidemia I sukar
OM J dikendatikan
2. Bta-bloker - AINS : I elek AH - Simotidin : t kadar AH - Verap.'l I depresi SA & AV
- Rilampin (hambatan onzim) Din. / t etet< inotropik
) negatif
Merokok !l kadarAH :
-kuinidin t hipotensi
Fenobarb.J (induksi - Reserpin: t bradikardia,
enzim) sinkope
- 1 kadar teotilin, lidokain,
klorpromazin (l mtabolisms
di hati)
- DM ) sukar di-
Dislipidemia,l kendalikan
- Dekongsstan nasal :

1 TD (a1 agonis)
3. Penghambat ACE - AINS : I tek AH - Diur.: I lek AH - Suplemen Kl
- AnlacftJ: I abs, AH (hipovolemia) Oiur.hematKl - hiper-
AINS J kabmia
- t kadar Ll
Antihipertensi

Tabet 22-6.INTERAKSI ANTARA ANTIHIPERTENSI (AH) DENGAN OBAT LAIN (Sambungan)

Antihipertensi (OAH) I Efek AH t Efek AH Efek AH terhadap Obat lain

4. Kalsium antagonis - Rilampin ) - Simetidin : t kadar AH I t


. Verap. kadar digoksin,
Karbamazepin I t raoar (hambatan nzim) Dilt. J karbamazoPin
Fenobarbital ) VeraP.
Fniroin ) -Verap. 1 kadar kuinidin,
teolilin
- Karbamazepin: i kadar
Dill. - Verap. )
Dirr. I t kadarsiklo-
Nikardipin sPorin
J
5. Alla-bloker - AH lain (terutama
diur.) :I hipotnsl
postural
.I
6. Penghambat - TCAD
saral adrnergik Amletamin I t"t"xeH
Kokain | (namuatan
Klorpro- ! ambllan AH
mazin f ke dalam
SM tidak I ulung saral
langsung J adrenergik)
- Dekongestan nasal
(SM langsung) :
reaksi hipertensi
(suprsensilivitas
r6septor oleh AH)
- MAOI : reaksi hipertensi
(NE yg dilepaskan AH
lidak dirusak MAO)
7. Adrsnolitik senlral - BB : t ge,iala putus - Metildopa : t kadar Li

obat klonidin
TCAD )-
sMtidak !t"t"r
langsung J metildopa

AINS - Antiintlamasi nonstroid Li - Litium Sl, - Simpatomimstik


TCAD - Antidepresi trisiklik Verap. - Verapamil Diur. - Diuretik
MAOI - Penghambal MAO Dilt. - Diltiazem DM - Diabetes melitus
abs. - absorpsi

'label 22-7. KoMBINASI ANTARA BERBAGAI ANTIHIPERTENSI (AH)

Diuretik p-bloker Penghambat Kalsiurn o-bloker


ACE antagonis

+ + +
Diuretik
+ + +
p-bloker +

Penghambat
ACE
Kalsium
+ + +
antagonis
+ + + +
cr-bloker

+ hasil baik (aditil atau sinorgistik)


atau diltiazem
' ttatinati pida gangguan lrlngsilantung atau gangguan konduksi, terutama dsngan veraPamil
- tidak dlariJurkan, karena pnambahan olk hanya sdlki{tidak ada
Farmakologi dan Terapi

Sebelum melangkah ke tahap pengobatan HIPERTENSI SISTOLIK


selanjutnya, sebab-sebab kegagalan/kurangnya
respons terhadap AH yang telah diberikan harus Hipertensi sistolik adalah hipertensi dengan
diteliti.lebih dulu (tihar Tabet 22-8). TDD normal (< 90 mm Hg) dan TDS tinggi (> 140
mm Hg). lni sering terjadi pada usia lanjut. Bila
Tabel 22-8. SEBAB-SEBAB KEGAGALAN TERApt
terjadi pada remaja atau dewasa muda, seringkali
HIPERTENSI :..: menunjukkan sirkulasi hiperdinamik dan kelak akan
terjadi peningkatan TDD. Mula-mula diterapkan
Ketidakpaluhan penderita : biaya pengobatan, ins_ modifikasi pola hidup untuk menurunkan TDS yang
truksi tidak jelas, elek samping obat, dan lrekuensi meningkat ini. Tetapi bila TDS menetap > 160 mm
pemberian yang tidak praktis. Hg, AH mulai diberikan.
Obatnya sendiri : dosis terlalu rendah, kombinasiyang
tidak cocok, terjadinya toleransi, interaksi dengan obat
HIPERTENSI RESISTEN
lain (lihat Tabet 22-6).
Adanya kondisi lain : obesitas, diet tinggi natrium atau Hipertensi dianggap resisten bila TD awal )
alkohol, retensi cairan, kerusakan ginjal yang pro- 180/115 mm Hg tidak dapat diturunkan sampai <
gresif, kurangpya pemberian diuretik, hipertensi ak- 160/100 mm Hg dengan kombinasi 3 AH dosis
selerasi/m aligna. hampir maksimal pada penderita yang patuh makan
Hipertensi sekunder (renal, endokrin, obat-obat obatnya. Bila TD awal < 180/1 15 mm Hg, hipertensi
penyebab hipertensi, lihat butir 1.2). dianggap resistbn bila TD tidak dapat mencapai
Pseudohipertensi normotensi (< 140/90 mm Hg) dengan kombinasi
AH tersebut di atas. Kombinasi AH harus terdiri atas
sedikitnya 3 AH dari golongan yang berbeda, de-
ngan salah satu di antaranya adalah diuretik.
Untuk penderita usia lanjut dengan hipertensi
Eila TD sasaran telah lercapai dan dosis obat-
sistolik, hipertensi dianggap resisten bila TDS awal
obat AH yang digunakan telah stabil, maka meng-
gantinya dengan kombinasi tetap yang kompo_
> 200 mm Hg tidak dapat diturunkan menjadi < 170
mm Hg dengan kombinasi 3 AH dosis yang cukup
sisinya hampir sama akan menyederhanakan regi-
pada penderita yang patuh makan obatnya, atau
men obat sehingga mungkin dapat meningkatkan
bila TDS awal antara 160 - 200 mm Hg tidak dapat
kepatuhan penderita dan mengurangi ongkos peng-
diturunkan menjadi < 160 mm Hg atau dengan
obatan, Kombinasi tetap tidak boleh digunakan bila
sedikitnya 10 mm Hg.
hipertensi sukar dikontrol atau bila dosis salah satu
Penurunan TD, sekalipun tidak mencapai TD
obatnya perlu sering disesuaikan. Bila TD telah
sasaran, tetap dapat mengurangi morbiditas dan
stabil, interval kunjungan biasanya cukup 3-6 bulan
mortalitas.
sekali.

PENGURANGAN / PENGHENTIAN ANTI-


HIPERTENSI BERAT DAN SANGAT BERAT HIPERTENSI
(tingkat 3 dan 4)
Bila TD telah terkendali selama 1 tahun atau
Monoterapi jarang mencukupi, AH ke-2 atau lebih dan sedikitnya 4 kali kunjungan, AH dapat
ke-3 seringkali perlu ditambahkan dengan inlerval mulai dikurangi, secara bertahap dan perlahan.
yang lebih singkat bila TD belum juga terkendali. Satu per satu AH diturunkan dulu dosisnya, baru
Selain itu, dosis maksimal beberapa obat dapat kemudian dihentikan, sedangkan modilikasi pola
ditingkatkan. Penderita dengan hipertensi tingkat 4 hidup terus dijalankan. Secara umum, pengurangan
(TDD > 120 mm Hg) pertu segera diobati, dan bita AH hanya berhasil pada penderita yang menerap-
aQa TOD yang bermakna, mungkin perlu dirawat di kan modilikasi pola hidup, sedangkan yang berhasil
rumah sakit. Kecuali pada hipertensi mendesak menghentikan AH adalah penderita hipertensi ri-
dan hipertensi darurat, penurunan TD lebih baik ngan, usia muda, berat badan normal, pola hidup
dilakukan perlahan-lahan dalam waktu berminggu- yang baik, dan tanpa TOD. Akan tetapi, penderita
minggu dengan pemberian obat oral. yang dapat mengurangi/menghentikan AH ini harus
327
Antihipertensi

diperiksa secara teratur karena TD biasanya naik diastolik. Pseudohipertensi kadang-kadang di-
kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun temukan, akibat kekakuan arteri brakial sehingga
kemudian, terutama bila perbaikan pola hidup tidak tidak dapat dijepit dengan culf sligmomanometer
dipertah3nkan. tekanan tinggi. Pseudohipertensi ini dapat diduga
dari (1) tidak adanya TOD dan (2) arteri radial tetap
teraba pada tekanan cuff yang seharusnya menjepit
KRISIS HIPERTENSI :
HIPERTENSI DARURAT arteri brakial.
DAN HIPERTENSI MENDESAK (URGEN) Terapi AH ternyata bermanfaat bagi penderita
hipertensi usia lanjut (lihat uraian pada MANFAAT
Hipertensi darurat adalah keadaan yang me- TERAPI HIPEBTENSI).
merlukan penurunan TD dengan segera (dalam Tujuan terapi adalah TD < 160/90 mm Hg
waktu 1 jam, tidak perlu sampai normal) untuk men- untuk penderita sampai usia 80 tahun dengan TDS
cegah atau membatasi TOD, biasanya dengan > 180 mm Hg, atau menurunkan 20 mm Hg untuk
terapi parenteral, Contohnya ialah ensefalopati TDS 160-179 mm Hg. Bila ditoleransi, TD dapat
hipertensif, perdarahan intrakranial, gagal jantung diturunkan lebih rendah lagi. Bila TDS 140-1 60 mm
kiri akut dengan edema paru, aneurisma aorta dis- Hg, terapkan modilikasi pola hidup untuk menurun-
secting, inlark miokard akut atau mengancam' ek- kan atau membantu menurunkan TD'
lamsia, cedera otak; krisis leokromositoma, Pemberian AH pada penderita usia lanjut
interaksi MAOI dengan obat atau makanan. harus hati-hati karena pada mereka ini terdapat: (a)
Hipertensi mendesak adalah keadaan yang penurunan refleks baroreseptor sehingga mereka
menghendaki penulunan TD dalam waktu 24 jam' lebih mudah mengalami hipotensi orlostatik; (b)
biasanya dengan obat oral. Contohnya ialah hiper- gangguan autoregulasi otak sehingga iskemia sere-
tensi akselerasi-maligna (TDD biasanya > 140 mm bral mudah terjadi dengan hanya sedikit penurunan
Hg disertai dengan perdarahan dan eksudat pada TD sistemik; (c) penurunan fungsi ginjal dan hati
retina dan udem papil) tanpa gejala-gejala yang sehingga terjadi akumulasi obat; (d) pengurangan
berat atau komplikasi organ sasaran yang progresil, volume intravaskular sehingga lebih sensitil terha-
inlark otak aterotrombotik dengan hipertensi berat' dap deplesi cairan; dan (e) sensitivitas terhadap
krisis hipertensi akibat penghentian mendadak AH, hipokalemia sehingga mudah terjadi aritmia dan
dan hipertensi perioperatif yang berat. kelemahan otot.
Obat-obat yang digunakan dan cara pembe- Karena itu : (1 ) Obat-obat yang dapat menim-
riannya dapat dilihat pada Tabel 22-9. Kebanyakan bulkan hipotensi ortostatik, yakni guanetidin'
hipertensi darurat pada awalnya diberi terapi paren- guanadrel, o-bloker, dan labetalol, sebaiknya dihin-
teral, tgtapi beberapa obat oral yang memberikan darkan atau bila perlu diberikan harus dengan hati-
penurunan TD yang cepat dapat juga digunakan. hati; (2) TD diturunkan perlahan-lahan dengan cara:
Tidak ada keuntungan klinis yang jelas antara pem- dosis awal yang lebih rendah, dan peningkatan
berian sublingual dan oral dari ni{edipin atau kap- dosis yang lebih kecil dengan interval yang lebih
topril. panjang dari biasanya pada penderita yang lebih
Pada pengobatan hipertensi mendesak mau- muda; (3) Pilihan AH harus secara individual, ber-
pun darurat, hendaknya dipilih obat-obat yang dasarkan adanya kondisi penyerta' Pilihan untuk
dapat menurunkan TD selama 30 menit sampai hipertensi tanpa komplikasi adalah dosis rendah
beberapa jam. Peningkatan TD saia, tanpa adanya diuretik alau antagonis kalsium, misalnya HCT 12'5
gejala-gejala atau bukti TOD, jarang memerlukan mg/hari.
terapi darurat. Risiko pengobatan yang terlalu
agresil pada hipertensi krisis harus selalu dipertim- HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
bangkan. Bahkan pemberian obat oral untuk hiper-
tensi mendesak dapat menimbulkan iskemia Terdiri dari (1) hipertensi esensial kronik, (2J
miokard dan hipoperfusi serebral. preeklamsia-eklamsia, (3) hipertensi kronik dengan
preeklamsia, dan (4) hipertensi selintas.
HIPERTENSI PADA US]A LANJUT
Pada hipertensi esensial kronik, hipertensi
telah ada sebelum hamil atau telah terdiagnosis
Sebdgian besar hipertensi pada usia lanjut sebelum kehamilan ming$u ke-20' Tujuan terapi
adalah hipertensi sistolik, di samping hipertensi adalah mengurangi keJadian komplikasi akibat TD
Farmakologi dan Terapi

Tabel 22-9. OBAT UNTUK KRrsrs HTPERTENST : DARURAT DAN MENDESAK

Obat Dosis & Cara pemberian Mula kerja


1. Vasodilator parenteral
- Na nitroprusid lnfus lV : 0,25 - 10 ug/kg/min, Segera
dosis maksimum hanya utk 10 menit
- Nitrogliserin lnfus lV : 5- 100ug 2 - 5 menit
- Diazoksid Bolus lV : 50 - 150 mg, berulang 1 - 2 menit
lnfus lV : 15 - 30 mgimin
- Hidralazin Bolus lV : 10 - 20 mg 10 menit
lM:10-40mg 20 - 30 menit
- Enalaprilat Eolus lV : 0,625 - 1,25 mg tiap 6 jam 15 - 60 menit
2. Penghambat adrenergik parenteral
- Fentolamin Bolus lV:5 - 15 mg 1 - 2 menit
- Trimetafan lnfus lV:1-4mg/min 1 - 5 menit
- Labetalol Bolus lV : 20 - 80 mg tiap 10 menit 5 - 10 menit
lnfus lV: 2 mg/min
- Metildopa lnfus lV : 250 - 500 mg tiap 6 jam 30 - 60 menit
3. Obat oral
- Nifedipin biasa Oral : 10 - 20 mg, 15 - 30 menit
ulang setelah 30 menit
- Kaptopril Oral : 25 mg, ulang bila perlu 15 - 30 menit
- Klonidin Oral : 0,1 - 0,2 mg, ulang tiap jam,
bila perlu sampai total 0,6 mg 30 - 60 menit
- Labetalol Oral : 200 - 400 mg, 30 menit-2 jam
ulang tiap 2-3 jam

tinggi pada si ibu sambil menghindari terapi yang an. Beta-bloker sebanding dengan metildopa
merugikan fetusnya. Diuretik atau AH lain kecuali dalam hal efektivitas, serta aman bila digunakan
penghambat ACE boleh diteruskan bila telah digu_ pada akhir kehamilan, tetapi penggunaan pada
nakan sebelum hamil. penghambat ACE menye_ awal kehamilan mengganggu pertumbuhan letus.
babkan fetus mengalami gagal ginjal dan kematian Preeklamsia adalah suatu kondisi khas keha-
bila obat ini digunakan si ibu selama 2 lrimester milan, yang terjadi setelah 20 minggu hamil. Kondisi
terakhir. Bagi wanita yang tidak makan AH ketika ini ditandai dengan perfusi yang buruk pada banyak
mulai hamil dan yang AH-nya dihentikan pada awal organ, yang mengakibatkan peningkatan TD diser_
kehamilan, berhenti bekerja atau menambah is_ tai proteinuria dan/atau edema, serta kadang-
tirahat mungkin dapat menurunkan TD bila TDD kadang gangguan koagulasi dan gangguan fungsi
90-100 mm Hg. Membatasi makan garam harus hati. TDS meningkat > 30 mm Hg dan TDD (Korot-
dijalankan bila tindakan ini elektil pada penderita kotf fase V) meningkat ) 15 mm Hg dibandingkan
tersebut, AH hanya diberikan bila TDD > 100 dengan nilai rata-rata selama 20 minggu pertama
mmHg. Penurunan TD harus perlahan-lahan agar kehamilan. Bila TD sebelumnya tidak diketahui, nilai
aliran darah uteroplasental yang cukup dapat diper_ 140/90 mm Hg atau lebih dianggap tidak normal.
tahankan. Preeklamsia ini dapat dengan cepat berkembang
Antihipertensi terpilih adalah metildopa kare_ menjadi fase konvulsil yang disebut eklamsia. pre-
na obat ini paling banyak dievaluasi pada kehamil- eklamsia biasanya terjadi pada kehamilan pertama,
Antihiperlensi

Keputusan untuk memberikan AH harus di- dian initampaknya bukan efek langsung tiazid tetapi
dasarkan pada keselamatan ibunya, karena tidak karena adanya penyesuaian pembuluh darah peri-
jelas apakah penurunan TD akan menguntungkan fer terhadap pengurangan volume plasma yang
letus, sdangkan pengobatan ini tidak menyembuh- terus menerus. Kemungkinan lain adalah berku-
kan preeklamsia. Terapi dengan AH dimulai bila rangnya volume cairan interstisial berakibat berku-
TDD > 100 mm Hg. Bila kelahiran tidak diharapkan rangnya kekakuan dinding pembuluh darah dan
dalam 24 jam, diberikan obat oral, yakni metildopa. bertambah nya daya lenlur (co m pl iance) vasku ar'
I

Hidralazin, antagonis kalsium, B-bloker, dan labe-


talol merupakan obat tambahan atau obat penggan-
DIURETIK TIAZID DAN SEJENISNYA
ti. Diuretik akan makin memperburuk perfusi organ
sehingga harus dihindarkan pada preeklamsia.
Berbagai tiazid (misalnya hidroklorotiazid'
Bila kelahiran akan segera terladi, diberikan
bendroflumetiazid) dan diuretik yang sejenis (misal-
AH parenteral. Hidralazin intravena elektif dan
nya klortalidon, indapamid) mempunyai mekanisme
telah digunakan dengan aman pada kehamilan, se-
kerja yang sama. Dalam dosis yang ekuipoten' ber-
dangkan data penggunaan diazoksid, labetalol, dan
bagai obat ini menimbulkan efek antihipertensi dan
klonidin masih terbatas.
toksisitas yang tidak berbeda satu sama lain, ke-
Penggunaan aspirin dosis rendah (60 mg se-
cuali indapamid mungkin lebih efektif daripada tia-
hari) sebagai antiplatelet ternyata tidak dapat men-
zid lainnya pada penderita dengan gangguan lungsi
cegah atau mengobati preeklamsia.
ginjal. Perbedaan utama antara berbagai obat ini
terletak dalam masa kerianYa.
Elek antihipertensi tiazid berlangsung lebih
2. OBAT ANTIHIPERTENSI lama dan terjadi pada dosis yang jauh lebih rendah
daripada elek diuretiknya. Efek hipotensilnya baru
Karena kebanyakan AH telah dibahas secara terlihat setelah 2-3 hari dan mencapai maksimum
umum pada Bab 6 dan 25, maka pada bab ini hanya setelah 2-4 minggu. Karena itu, peningkatan dosis
akan dibahas segi penggunaannya sebagai anti- tiazid harus dilakukan dengan interval tidak kurang
hipertensi. Golongan AH yang belum dibahas pada dari 4 minggu.
bab lain, yakni penghambat enzim konversi angio-
Penggunaan sebagai antihipertensi. Sampai se-
tensin (penghambat ACE) dan vasodilator lang-
karang tiazid merupakan obat utama dalam terapi
sung, di sini akan dibicarakan lebih terinci. Status
antihipertensi pada penderita dengan lungsi ginial
obat-obat ini dalam pengobatan hipertensi telah
yang normal. Obat ini ierutama efektif untuk pen-
dibahas pada PRINSIP PENGOBATAN HIPER-
derita hipertensi dengan kadar renin yang rendah,
TENSI, sedangkan posologi dan sediaannya ter-
misalnya (kebanyakan) penderita yang lebih tua'
cantum padaTabel22-4'
Tiazid digunakan sebagai obat tunggal pada pende-
rita hipertensi ringan sampai sedang, atau dalam
2.1. DIURETIK kombinasi dengan AH lain pada penderita yang
TD-nya tidak dapat dikendalikan dengan diuretik
Uraian rinci tentang golongan obat ini dapat saja. Tiazid menurunkan TD berdiri maupun berba-
dilihat pada Bab 25. ring, jarang menimbulkan hipotensi postural, ditole-
ransi penderita dengan baik, harganya relatil mu-
Mekanisme antihipertensi. Khasiat antihipertensi
rah, dapat diberikan sekali sehari, dan efek hipoten-
diuretik berawal dari efeknya meningkatkan eks-
sifnya bertahan pada penggunaan jangka panjang.
kresi natrium, klorida, dan air, sehingga mengurangi
Tiazid seringkali dikombinasi dengan AH lain
volume plasma dan cairan ekstrasel' TD turun aki-
bat berkurangnya curah jantung, sedangkan resis- karena (1 ) tiazid meningkatkan efek hipotensil obat
tensi perifer tidak berubah pada awal terapi. Pada lain yang mekanisme kerjanya berbeda sehingga
pemberian kronik, volume plasma kembali tetapi dosis obat tersebut dapat dikurangi, dan dengan
masih kira-kira 5% di bawah nilai sebelum peng- demikian mengurangi jumlah dan beratnya efek
obatan. Curah jantung kembali mendekati normal' samping;dan (2) tiazid mencegah terjadinya retensi
TD tetap turun karena sekarang resistensi perifer cairan oleh AH lainnya sehingga elek hipotensil
menurun. Vasodilatasi periler yang terjadi kemu- obat-obat tersebut dapat beftahan.
s30
Farmakologi dan Terapi

Efek samping dan perhatian. Tiazid dapat menim- diuretik lain untuk mencegah atau mengurangi hipo-
bulkan berbagai efek samping metabolik, yakni hi_ kalemia dari diuretik lain. Diuretik hemat kalium
pokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia, hiper_
dapat menyebabkan hiperkalemia, terutama pada
urisemia, hiperkalsemia, hiperglikemia, hiperkoles- penderita dengan gangguan fungsi ginjal atau bila
terolemia, dan hipertrigliseridemia. Tiazid dapat dikombinasi dengan penghambat ACE, suplemen
mencetuskan gout akut. Untuk menghindari efek kalium, atau AINS. pada penderita dengan kreatinin
metabolik ini, tiazid harus digunakan dengan dosis serum > 2,5 mg/dl, penggunaannya harus dihin_
rendah dan dilakukan pengaturan diet.
darkan.
Kecuali indapamid, tiazid kehilangan efektivi_ Spironolakton Odtam dosis sampai dengan
tasnya sebagai diuretik maupun antihipertensi pada 'l 00 mg sehari mempunyai elek hipotensif yang
gagal ginjal (kreatinin serum > 2,5 mg/dl). Untuk
sebanding dengan hidroklorotiazid. Spironolakton
kasus demikian digunakan diuretik kuat. Hipoka_ adalah antagonis spesifik dari aldosteron, maka
lemia meningkatkan efek toksik digitalis, yang dibe_ merupakan obat pilihan utama untuk hiperal_
rikan bersama untuk gagal jantung. Tiazid juga dosteronisme prirner. Elek sampingnya idalah
menimbulkan gangguan fungsi seksual dan rasa ginekomastia, mastodinia, menstruasi tidak teratur,
lemah. dan berkurangnya libido pada pria.
. Efek hipotensif diuretik diantagonisasi oleh
obat-obat antiinf lamasi nonsteroid (AINS), terutama
indometasin, melalui hambatan sintesis prostaglan_
2.2. PENGHAMBAT ADRENERGIK
din yang bersilat vasodilator dan berperan punting
dalam pengaturan aliran darah ginjal serta melabo_
Uraian rinci mengenai golongan obat ini dapat
lisme air dan garam. pada akhirnya AINS menye- dilihat pada Bab 6.
babkan retensi natrium dan air, yang mengurangi
efek hampir semua AH. AINS juga menyebabkan
hiperkalemia. PENGHAMBAT ADRENOSEPTOR p (B_BLOKER)

Mekanisme antihipertensi. Mekanisme kerja p-


DIURETIK KUAT DAN DIURETIK HEMAT bloker sebagai antihipertensi masih belum jelas.
KALIUM Diperkirakan ada beberapa cara: (1) pengurangan
denyut jantung dan kontraktilitas miokard menye_
Diuretik kuat, misalnya furosemid, merupakan AH babkan curah jantung berkurang. Refleks barore_
yang lebih efektif dibandingkan tiazid untuk hiper-
septor serta hambatan reseptor B2 vaskular menye_
tensi dengan gangguan lungsi ginjal atau gagal babkan resistensi perifer pada awalnya meningkat.
jantung. Mula kerjanya lebih cepat dan efek
Pada pemberian kronik resistensi periler menuiun,
diuretiknya lebih kuat daripada tiazid. Tetapi tiazid mungkin sebagai penyesuaian terhadap pengura_
lebih efektif untuk bentuk-bentuk hipertensi ngan curah jantung yang kronik; (2) hambatan
lainnya. Karena itu, penggunaan diuretik kuat penglepasan NE melalui hambatan reseptor gzpra-
sebagai AH oral biasanya dicadangkan untuk sinaps; (3) hambatan sekresi renin melalui ham-
penderita dengan kreatinin serum > 2,5 mg/dl atau
batan reseptor pr di ginjal; dan (4) efek sentral.
gagal jantung. Masa kerjanya pendek sehingga
Berbagai mekanisme ini memberikan kontribusi
untuk mengendalikan TD diperlukan pemberian yang berbeda-beda dalam menimOJtt<an efek an-
minimal 2 kali sehari. tihipertensi dari setiap B-bloker,
Seperti halnya tiazid, perubahan kadar kalium Penurunan TD oleh B-bloker yang diberikan
plasma oleh diuretik kuat berhubungan dengan efek per oral berlangsung lambat. Efek ini mulai terlihat
diuretiknya, dan tidak dengan efek hipotensifnya.
dalam 24 jam sampai 1 minggu setelah terapi di_
Elek samping diuretik kuat sama dengan tiazid mulai, dan tidak diperoleh penurunan TD lebih lanjut
kecuali tidak menyebabkan hiperkalsemia. Untuk setelah 2 minggu bila dosisnya tetap. Obat ini tidak
menghindari elek metabolik ini, diuretik kuat harus menimbulkan hipotensi ortostatik. pada orang nor-
digunakan dengan dosis rendah disertai penga_ mal, pemberian kronik obat ini tidak menimbulkan
turan diet. hipotensi.
Diuretik hemat kalium merupakan diuretik lemah, Penggunaan sebagai antihipertensi. Beta-bloker
penggunaannya terutama dalam kombinasi dengan
diberikan sebagai obat pertama pada jrenderita
Antihipertensi

hipertensi ringan sampai sedang dengan PJK (ter- ping metabolik dari B - bloker dapat dikurangi de-
utama setelah inlark miokard akut) atau dengan ngan pengaturan diet.
aritmia supraventrikuler maupun ventrikuler tanpa Terapi hipertensi dengan p-bloker pada pen-
kelainan konduksi, pada penderita muda dengan derita dengan gagal ginjal kronik telah dilaporkan
sirkuiasi hiperdinamik, dan pada penderita yang menyebabkan fungsi ginjal memburuk. Elek ini
memerlukan antidepresi trisiklik atau antipsikotik mungkin disebabkan oleh pengurangan aliran da-
(karena efek antihipertensi p-bloker tidak dihambat rah ginjal dan laju filtrasi glomerulus akibat pengu-
oleh obat-obat tersebut). Beta-bloker lebih efektif rangan curah jantung dan penurunan TD oleh obat.
pada penderita yang lebih muda dan kurang elektil Berbeda dengan penderita angina, pada penderita
pada penderita yang lebih tua. Penggunaan p- hipertensi jarang sekali terjadi hipertensi rebound
bloker dalam kombinasi, dapat dilihat pada Tabel pada penghentian p-bloker secara mendadak.
22-7.
Efek antihipertensi p-bloker berlangsung lebih
PENGHAMBAT ADRENOSEPTOR cr(cr-BLOKER)
lama daripada bertahannya kadar plasma. Hal ini
mungkin disebabkan oleh ikatan p-bloker pada ja- Hanya a-bloker yang selektil memblok adre-
ringan. Karena itu, kadar plasma p-bloker tidak noseptor yang berguna untuk pengobatan hiper-
c(,1,
berhubungan dengan efek antihipertensinya, dan
tensi. Alfa-bloker yang nonselektif juga mengham-
tidak dapat digunakan sebagai pedoman terapi'
bat adrenoseptor a z di ujung saraf adrenergik
Efektivitas berbagiii p-bloker sebagai antihi-
sehingga meningkatkan penglepasan NE. Efek NE
pertensi tidak berbeda satu sama lain bila diberikan
di jantung tidak dihambat, sehingga terjadi perang-
dalam.dosis yang ekuipoten. Ada atau tidaknya
sangan jantung yang berlebihan (efek langsung
kardioselektivitas, lSA, MSA, maupun kemampuan
maupun tidak langsung melalui relleks simpatis
obat masuk otak tidak memberikan perbedaan da-
akibat vasodilatasi perifer). Hal ini menyebabkan
lam efektivitas sebagai antihipertensi letapi mem-
a-bloker yang nonselektil kurang elektif sebagai
berikan perbedaan dalam menentukan pilihan antihipertensi. Allar-bloker yang tersedia sebagai
p-bloker mana yang paling tepat bagi masing-
antihipertensi saat ini adalah prazosin, terazosin,
masing penderita, karena adanya perbedaan elek
doksazosin, dan bunazosin.
pada penyakit penyerta dan profil efek samping
yang ditimbulkan. Beta- bloker dengan ISA kurang Mekanisme antihipertensi. Allat-bloker meng-
elektil untuk PJK dan belum terbukti elektil untuk hambat reseptor or di pembuluh darah terhadap
pascainlark miokard, meskipun kurang menimbul- elek vasokonstriksi NE dan E sehingga terjadi
kan elek samping metabolik. dilatasi arteriol dan vena. Dilatasi arteriol menu-
runkan resistensi peri{er, dan dengan demikian me-
nurunkan TD. Akibatnya terjadi relleks takikardi te-
Efek samping dan Perhatian' Lihat juga uraian tapi hanya sedikit dan denyut jantung menurun
pada Bab 6. kembali setelah pemberian kronik, Venodilatasi me-
ngurangi alir balik vena. Hambatan venokonstriksi
Secara umum, elek samping p-bloker (ter- dapat menyebabkan hipotensi ortostatikyang dapat
masuk labetalol) berupa bronkospasme, memper- menjadi simtomatik, terutama pada pemberian do-
buruk gangguan pembuluh darah periler, rasa lelah, sis awal (fenomen dosis pertama, lihat di bawah).
insomnia, eksaserbasi gagal jantung, dan menutupi
gejala-gejala hipoglikemia; iuga' hipertrigliseride- Penggunaan sebagai antihipertensi. JNC-V
mia dan menurunkan kadar kolesterol HDL (kecuali (1992) dan WHO/ISH (1993) memasukkan a-bloker
p-bloker dengan ISA dan labetalol); serta mengu- dan a, p-bloker sebagai AH tahap pertama. Obat-
rangi kemampuan berolahraga. Karena itu p-bloker obat ini tidak menimbulkan loleransi pada peng-
(termasuk labetalol) tidak boleh diberikan pada gunaan jangka panjang sebagai AH, berbeda
penderita dengan asma, PPOM, gagal jantung de- dengan efek cr- bloker pada gagal jantung.
ngan dislungsi sistolik, blok jantung derajat 2 dan 3' Alfa-bloker merupakan satu-satunya golong-
sick slnus syndrome, dari penyakit vaskular perifer; an AH yang memberikan efek positif terhadap
serta harus digunakan dengan hati-hati pada pen- lipid darah (menurunkan kolesterol LDL dan trigli-
derita diabetes. Beta-bloker tidak boleh dihentikan serida, dan meningkatkan kolesterol HDL)' Alta-
mendadak pada penderita dengan PJK. Elek sam' bloker juga dapat menurunkan resistensi insulin (di
aao
Farmakologi dan Terapi

disamping penghambat ACE), mengurangi ganggu_ pemberian jangka panjang. Klonidin juga sedikit
an vaskular perifer, memberikan sedikit efek bron_
mengurangi denyut jantung, antara lain akibat pe_
kodilatasi dan mengurangi serangan asma akibat ningkatan lonus vagal.
latihan fisik, merelaksasi otot polos prostat dan Klonidin oral biasanya digunakan sebagai
leher kandung kemih sehingga mengurangi gejala- obat ke-2 atau ke-3 bila TD sasaran belum dapat
gejala hipertroli prostat, tidak mengganggu aktivitas
dicapai dengan diuretik sebagai obat pertama atau
fisik, dan tidak berinteraksi dengan AINS. Karena ke-2. Obat ini juga digunakan untuk menggantikan
itu, a-bloker dianjurkan penggunaannya pada penghambat adrenergik lain dalam kombinasi 3
penderita hipertensi yang disertai diabetes, dis_ obat dengan dluretik dan vasodilator pada hiperten_
lipidemia, obesitas, gangguan resistensi perifer, si yang resisten. Klonidin juga berguna untuk bebe_
asma, hipertro{i prostat, dan perokok. Merokok rapa hipertensi mendesak.
meningkatkan trigliserida dan menurunkan koles_ Efek samping yang paling sering adalah
terol HDL dalam darah. Alfa-bloker juga dapat dian- mulut kering dan sedasi, yang terjadi pada 50%
jurkan untuk penderita muda yang aktif secara fisik, penderfta, tetapi efek ini hilang dalam 2-4 minggu
dan mereka yang menggunakan AINS. meskipun obat diteruskan. Sampai 10% penderita
Efek samping dan perhatian. Elek samping utama harus menghentikan klonidin karena menetapnya
adalah hipotensi ortostatik. Fenomen dosis per_ sedasi, pusing, mulut kering, mual, konstipasi, atau
tama adalah hipotensi orlostatik yang simtomatik impotensi. Gejala ortostatik kadang_kadang terjadi.
dan terjadi pada beberapa dosis pertama, tetapi Efek samping sentral termasuk mimpi buru[, insom-
dapat juga terjadi sewaktu peningkatan dosis;yang nia, cemas, dan depresi. Bila digunakan tunggal,
berat berupa kehilangan kesadaran selintas, dan klonidin dapat menyebabkan retensi cairan se_
yang ringan berupa pusing kepala atau kepala hingga mengurangi elek hipotensinya. Karena itu,
terasa ringan, Fenomen ini terutama terjadi bila obat ini paling baik digunakan bersama diuretik.
dosis awal terlalu besar, pada penderita dengan Penghentian mendadak dapat menimbulkan
deplesi cairan (termasuk orang puasa atau mem_ reaksi putus obat dengan gejala-gejala akibat akti-
batasi garam), penderita usia lanjut, atau yang se_ vitas simpatis yang berlebihan (rasa gugup, sakit
dang makan AH lain. Toleransi terhadap fenomen kepala, nyeri abdomen, takikardi, dan berkeringat).
Ini terjadi dengan cepat, mekanismenya tidak dike- Gejala-gejala ini dapat disertai dengan krisis hiper-
tahui. Untuk mencegah/mengurangi efek samping tensi (peningkatan TD dengan cepat ke nilai yang
ini, dosis awal harus kecil dan diberikan sebelum sangat tinggi) dan kadang-kadang aritmia ventrikel.
tidur selama beberapa hari, demikian juga Sindrom putus obat ini terutama terjadi pada pende_
peningkatan dosis harus dilakukan perlahan-lahan. rita yang mendapat dosis besar (lebih dari 1,2 mg
Pemberian pada penderita usia lanjut, penderita sehari, tetapi juga dilaporkan terjadi pada penderita
dengan deplesi cairan, dan penambahan pada AH yang mendapat 0,6 mg klonidin sehari) alau yang
lain, harus dilakukan dengan hati-hati. lni juga ber- juga menghentikan p-bloker yang diberikan ber-
laku untuk labetalol. Dalam hal ini, doxazosin sama. Sindrom ini biasanya mulai 1 2-4gjamsetelah
mempunyai keuntungan, fenomen dosis pertama dosis terakhir. Hipertensi di atas nilai awal dapat
jarang sekali terjadi karena obat ini mempunyai bertahan sampai 7-10 hari. Karena itu, klonidin tidak
mula kerja yang lambat (efek maksimal dicapai 6_g boleh diberikan pada penderita yang tidak patuh
jam setelah dosis) sehingga penurunan TD terjadi makan obat. Penghentian klonidin harus dilakukan
secara perlahan. bertahap dalam waktu 1 minggu atau lebih. Meski_
Elek samping lain yang lebih jarang adalah pun demikian, sindrom putus obat masih dapat ler_
sakit kepala, palpitasi, rasa lelah, udem perifer, jadi. Dalam haliniklonidin harus diberikan kembali
hidung tersumbat, nausea, dan lain-lain, atau diberikan obat lain (lihat pada HIpERTENSI'
MENDESAK). Reaksi putus obat juga dapat terjadi
pada adrenolitik sentral lainnya, terutama bila di-
ADRENOLITIK SENTRAL
kombinasi dengan p-bloker dan ke-2 obat dihenti-
kan sekaligus.
KLONIDIN. Mekanisme kerja obat inidapat dilihat
pada Bab 5. Efek hipotensilnya disertai dengan GUANABENZ DAN GUANFASIN. Siiat-si|at tar-
penurunan resistensi periter. Curah jantung mula_ makologik termasuk elek sampingnya mirip
mula menurun tetapi kemball ke nilai awal pada klonidin.
Antihipertensi 333

Efek antihipertensi guanabenz mencapai Efek samping yang lebih serius tetapi lebih
maksimal 2-4 jam setelah pemberian oral dan jarang adalah anemia hemolitik, trombositopenia,
menghilang 10 jam kemudian. Bioavailabilitasnya leukopenia, hepatitis, dan sindrom seperti lupus.
baik, waktu paruhnya sekitar 6 jam, dan sebagian Pada terapi yang lama, uji Coombs positil ditemu-
besar o6at dimetabolisme. kan pada 1O-20o penderita, sedangkan anemia
Guanfasin mempunyai waktu paruh yang hemolitik terjadi pada kurang dari 5% di antaranya'
relatif panjang (14-18 jam). Obat ini dieliminasi ter- Uji Coombs positif tidak memerlukan penghentian
utama melalui ginjal dalam bentuk utuh dan meta- obat, telapi bila hemolisis teriadi, metildopa harus
bolit. segera dihentikan. Kortikosteroid dapat mengura-
ngi hemolisis yang berat. Metildopa dapat menim-
METILDOPA. Mekanisme kerja obat ini dapat di- bulkan hepatitis selintas pada 3% penderita. Kelain-
lihat dalam Bab 5. Metildopa mengurangi resistensi an ini biasanya muncul dalam 2-3 bulan pertama
perifer tanpa banyak mengubah denyutjantung dan pengobatan dan biasanya reversibel. Tetapi, pada
curah jantung. Tetapi, pada penderita usia lanjut, beberapa kasus, hepatitis ini dapat berlanjut men-
curah jantung dapat menurun akibat berkurangnya jadi nekrosis hati yang latal. Metildopa dapat me-
denyut jantung dan isi sekuncup yang teriadi sekun- nurunkan kadar kolesterol HDL.
der terhadap turunnya beban hulu. Penurunan TD Elek hipotensil metildopa ditingkatkan oleh
mencapai maksimal 6-8 jam setelah dosis oral' TD diuretik dan dikurangi oleh antidepresi trisiklik dan
turun lebih banyak sewaktu penderita berdiri dari- amin simpatomimetik. Penghentian metildopa
pada sewaktu berbaring. Hipotensi ortostatik dapat secara mendadak dapat menimbulkan fenomen
terjadi tetapi tidak seberat yang ditimbulkan oleh rebound berupa peningkatan TD yang mendadak.
penghambat saraf adrenergik. Bila digunakan sen- Bila ini terjadi, metildopa harus diberikan kembali,
diri, obat ini dapat menimbulkan retensi cairan atau diberikan obat lain (lihat HIPERTENSI MEN-
sehingga kehilangan efek hipotensifnya. Keadaan DESAK). Seperti halnya dengan klonidin dan adre-
ini disebut toleransi semu. nolitik sentral lainnya, metildopa juga jangan diberi-
Metildopa biasanya ditambahkan sebagai kan pada penderita yang tidak patuh makan obat.
obat ke-2 bila TD sasaran belum tercapai dengan
diuretik saja. Obat ini efektil dalam kombinasi de-
ngan tiazid tetapi penggunaannya dibatasi oleh se- PENGHAMBAT SARAF ADRENERGIK
ringnya timbul efek samping. Metildopa merupakan
pilihan utama untuk pengobatan hipertensi pada RESERPIN DAN ALKALOID RAUWOLFIA. Meka-
kehamilan. Preparat lV digunakan terutama untuk nisme kerja obat ini dapat dilihat pada Bab 5. Fleser-
pin mengurangi resistensi perifer, denyut jantung
hipertensi pascabedah.
dan curah jantung. Hipotensi ortostatik jarang ter-
Absorpsi metildopa dari saluran cerna ber-
jadi pada dosis rendah yang sekarang dianiurkan.
variasi dan tidak lengkap. Bioavailabilitas oral rata-
Retensi cairan dengan akibat hilangnya elek anti-
rala 25-5Ooh. Sekitar 63% diekskresi utuh dalam
hiperlensi dapat terjadi bila tidak diberikan bersama
urin. Pada insufisiensi ginjal teriadi akumulasi obat
diuretik.
dan metabolitnya. Waktu paruh obat sekitar 2 jam Reserpin biasanya diberikan sebagai obat ke-
dan meningkat pada penderita dengan uremia. 2. Obat ini merupakan antihipertensi yang efektif'
Dosis harus dikurangi pada penderita dengan gang- terutama dalam kombinasi dengan tiazid, untuk pe-
guan lungsi hati atau ginjal, sesuai dengan respons ngobatan hipertensi ringan sampai sedang' Reser-
hipotensil penderita. pin murah, diberikan sekali sehari. Setelah efek
Efek samping yang paling sering adalah antihipertensi tercapai, elektivitas kombinasi ini ber-
sedasi, hipotensi postural, pusing, mulut kering dan tahan dan hanya sedikit berubah walaupun p'en-
sakit kepala. Sedasi seringkali hilang setelah ming- derita makan obatnya secara tidak teratur.
gu perlama terapi, letapi dapat terjadi lagi sewaktu Reserpin mempunyai mula kerja yang lambat
dosis ditingkatkan. Ketajaman mental berkurang dan masa kerja yang panjang. Oleh karena itu pe-
pada beberapa penderita, tetapi reversibel. Elek ningkatan dosis tidak boleh dilakukan lebih cepat
samping lainnya adalah gangguan tidur, depresi dari setiap 5-7 hari. Sedangkan penambahan obat
mental, impotensi, kecemasan, penglihatan kabur, lain bila diperlukan hanya boleh dilakukan setelah
dan hidung tersumbal. 3-4 minggu.
334
Farmakologi dan Terapi

Efek samping dan perhatian. pada dosis adanya AH lain, misalnya kaptopril dan minoksidil,
terapi yang sekarang dianjurkan (sampai 0,25 mg yang efektif untuk hipertensi resisten dan kuiang
sehari), tidak banyak elek samping yang dijumpai. menimbulkan efek samping.dibanding guanetidin.
Yang paling sering terlihat ialah letargi dan kongesti
' nasal. Elek samping GUANADREL. Mekanisme kerja dan mekanisme
lain yang dapat terjadi adalah
bradikardia, mulut kering, diare, mual, muntah, ano- antihipertensi obat ini mirip guanetidin. Demikian
reksia, bertambahnya nalsu makan, hiperasiditas juga efek samping guanadrel, mirip guanetidin, teta_
lambung, mimpi buruk, depresi mental, dislungsi pi insidens diare lebih rendah dengan guanadrel.
seksual (berkurangnya libido, impotensi, dan gang_
guan ejakulasi), dan ginekomastia. Depresi mental
yang ditimbulkan reserpin mungkin cukup parah PENGHAMBAT GANGLION
sampai penderita perlu dirawat di rumah sakit atau
Uraian rinci dapat dilihat pada Bab g.
sampai berakibat bunuh diri; ini dapat terjadi pada
dosis berapapun tetapi paling sering pada dosis TRIMETAFAN. Obat ini merupakan sdtu-satunya
tinggi (0,5 - 1 mg atau lebih sehari). Karena itu penghambat ganglion yang masih digunakan di kli-
reserpin dikontraindikasikan pada penderita de- nik. Kerjanya singkat dan digunakan lV untuk (1)
ngan riwayat depresi, dan bila gejala depresi mun- menurunkan TD dengan segera pada beberapa hi-
cul sewaktu pengobatan dengan reserpin, obat ini pertensi darurat, tdrutama aneurisma aorta dissec-
harus segera dihentikan. Depresi akibat reserpin Irng yang,akut, dan (2) untuk menghasilkan hipoten-
dapat bertahan berbulan-bulan setelah obat dihenti_ si terkendali selama dilakukan bedah saraf atau
kan. Reserpin dosis rendah (kurang dari 0,125 mg bedah kardiovaskular sehingga dapat dicegah
sehari), dalam kombinasi dengan tiazid, seringkali hilangnya banyak darah.
efektif untuk menurunkan TD dengan elek samping Efek samping yang ditimbulkan adalah pa-
yang lebih sedikit. resis usus dan kandung kemih, hipotensi ortostatik,
Karena reserpin dapat meningkatkan sekresi penglihatan kabur, dan mulut kering.
asam lambung maka harus diberikan dengan hati_
hati pada penderita dengan riwayat ulkus pep_
tikum. Bila timbul gejala-gejala yang menunjukkan 2.3. VASODILATOR
kambuhnya ulkus, reserpin harus dihentikan. Be-
serpin juga meningkatkan tonus dan motilitas salur-
HIORALAZIN
an cerna sehingga tidak boleh diberikan pada pen_
derita dengan riwayat kolitis ulseratif. Karena reser- Mekanisme kerja. Hidralazin merelaksasi secara
pin menurunkan ambang kejang, maka harus digu- langsung otot polos arteriol dengan mekanisme,
nakan dengan hati-hati pada penderita epilepsi. yang masih belum dapat dipastikan. Salah satu
Dosis besar dapat menimbulkan gejala-gejala eks- kemungkinan mekanisme kerjanya adalah sama
trapiramidal. dengan kerja nitrat organik dan natrium nitroprusid,
GUANETIDIN. Uraian rinci tentang obat ini dapat yaitu dengan melepaskan nitrogen oksida (NO)
dilihat pada Bab 6. yang mengaktifkan guanilat siklase dengan hasil
Efek hipotensif obat ini disebabkan oleh ber- akhir delosforilasi berbagai protein, termasuk
kurangnya curah jantung (akibat berkurangnya alir protein kontraktil, dalam sel otot polos. Vasodilatasi
balik vena serta kontraktilitas dan denyut jantung) yang terjadi menimbulkan reaksi kompensasi yang
dan turunnya resistensi perifer. Guanetidin merupa- kuat berupa peningkatan denyut dan kontraktilitas
jantung, peningkatan renin plasma, dan retensi cair-
kan venodilator yang kuat, sehingga hipotensi or-
tostatik yang hebat dan juga hipotensi akibat ke- an yang semuanya akan melawan elek hipotensil
giaran lisik sering terjadi. Obat ini juga sering me- obat. Hidralazin menurunkan TD diastolik lebih
nimbulkan diare dan kegagalan ejakulasi. banyak daripada TD sistolik dengan menurunkan
Guanetidin dicadangkan untuk kasus-kasus resistensi perifer. Oleh karena hidralazin lebih
hipertensi berat yang tidak responsil terhadap obat- selektil mendilatasi arteriol daripada vena, maka
obat lain. Tetapi sekarang guanetidin jarang diguna- hipotensi postural jarang lerjadi.
kan karena: (1 ) sukarnya mengatur dosis tanpa me- Penggunaan. Hidralazin oral biasanya ditambah-
nyebabkan hipotensi ortostatik atau diare dan (2) kan sebagai obat ke-3 kepada diuretik dan B-bloker.
Antihipertensi 335

Retensi cairan akan dihambat oleh diuretik Hidralazin parenteral untuk hipertensi darurat
sedangkan refleks takikardia terhadap vasodilatasi dapat menyebabkan takikardia, sakit kepala, mun-
akan dihambat oleh p-bloker. Karena tidak menim- tah, dan memburuknya angina pektoris.
bulkan sedasi atau hipotensi ortostatik, hidralazin
dapat ditambahkan sebagai obat ke-2 kepada
diuretik untuk penderita usia lan,iut yang tidak dapat MINOKSIDIL
mentoleransi efek samping penghambat adrener-
gik. Pada mereka ini, refleks baroreseptor sering- Mekanisme kerja. Minoksidil mengalami penam-
bahan gugus sullat di hati sebelum aktil sebagai
kali kurang sensitif sehingga biasanya tidak teriadi
vasodilator arteriol yang poten; kerjanya langsung
takikardia dengan hidralazin tanpa p -bloker. Hidra-
pada sel otot polos vaskular dengan meningkatkan
lazin oral kini jarang digunakan, karena AH yang
permeabilitas membran sel terhadap K* sehingga
baru sekarang ini umumnya sangat elektil dan
terjadi hiperpolarisasi. Dilatasi arteriol oleh minok-
aman. Hidralazin lV digunakan untuk hipertensi
sidil menurunkan resistensi periler dan menurunkan
darurat, terutama glomerulonelritis akut atau eklam-
TD diastolik dan sistolik. Besarnya penurunan TD
sia.
oleh minoksidil sebanding dengan tingginya TD
Farmakokinetik. Absorpsi dari saluran cerna cepat awal, dan elek hipotensifnya minimal pada subiek
dan hampir sempurna, tetapi mengalami metabo- yang normotensif. Elek hipotensil minoksidil disertai
lisme lintas pertama di hati, yang besarnya ditentu- dengan refleks peningkatan denyut jantung dan
kan oleh fenotipe asetilasi penderita. Pada asetil- curah jantung.
ator Iambat dicapai kadar plasma yang lebih tinggi,
Penggunaan. Minoksidil lebih poten dan kerianya
insidens hipotensi berlebihan dan toksisitas lainnya
lebih lama daripada hidralazin. Obat ini efektif pada
juga lebih tinggi, sehingga perlu dosis yang lebih
hampir semua penderita, maka berguna untuk
kecil.
terapi jangka panjang hipertensi berat yang refrak-
Efek samping dan Perhatian. Seperti vasodilator ter terhadap kombinasi 3 obat yang terdiri dari diu-
lainnya, hidralazin menyebabkan retensi natrium retik, penghambat adrenergik dan vasodilator lain'
dan air bila tidak diberikan bersama diuretik. Sakit Minoksidil efektil untuk hipertensi akselerasi atau
kepala dan takikardia sering terjadi bila hidralazin maligna dan pada penderita dengan penyakit ginjal
diberikan sendiri dan dapat dikurangi bila dimulai lanjut. Minoksidil harus diberikan bersama diuretik
dengan dosiC rendah yang ditingkatkan secara per- dan p-bloker atau penghambat adrenergik lain
lahan. Takikardia juga dapat diatasi bila diberikan untuk mengatasi retensi cairan dan takikardia serta
bersama p-bloker. Hidralazin dapat menyebabkan meningkatkan respons pengobatan.
iskemia miokard pada penderita PJK; hal ini tidak
Efek samping dan perhatian. Retensi cairan
terjadi bila diberikan bersama p- bloker dan diuretik.
sering terjadi, tetapi biasanya dapat diatasi dengan
Hidralazin meningkatkan kecepatan eieksi ventrikel
pemberian tiazid dan/atau furosemid. Sakit kepala
kiri, maka kontraindikasi pada penderita dengan
dan takikardia juga sering terjadi; takikardia dapat
aneurisma aorta dissecftng. Gangguan saluran
dicegah bila diberikan bersama p-bloker. Seperti
cerna, muka merah dan rash juga dapat terladi.
hidralazin, minoksidil dapat mencetuskan angina
Hidralazin dapat menyebabkan sindrom pektoris pada penderita PJK, yang dapat dicegah
lupus dengan uji antibodi antinuklear (ANA) positif ,
bila diberikan bersama diuretik dan p-bloker'
demam, mialgia, artralgia, splenomegali, udem, dan
Minoksidil dapat menyebabkan efusi pleural
sel-sel LE dalam darah periter, Sindrom ini lebih
dan perikardial pada sekitar 3% penderita' Kom-
sering terjadi pada asetilator lambat yang mendapat
plikasi ini paling sering terjadi pada penderita de-
hidralazin 200 mg sehari atau lebih, dan iuga lebih
ngan gangguan fungsi ginial yang berat dan
sering terjadi pada wanita. Elek ini biasanya rever-
mungkin akibat retensi cairan. Efusi ini biasanya
sibel bila obat dihentikan. Hidralazin tidak perlu
hilang bila minoksidil dihentikan.
dihentikan pada penderita dengan uii ANA positil
Hipertensi rebound dapat terjadi, terulama
tanpa gejala lupus.
Neuropati periler, diskrasia darah, hepatotok-
bila minoksidil dihentikan mendadak. Minoksidil
biasanya tidak menyebabkan hipotensi ortostatik,
sisitas, dan kolangitis akut dapat terjadi meskipun
jarang. Neuropati dapat dikoreksi dengan pemberi- tetapi efek ortostatik yang hebat terjadi bila minok-
an piridoksin. sidil diberikan bersama guanetidin.
336 Farmakologi dan Terapi

Hipertrikosis lerjadi pada sekitar 80% pen- pada penderita diabetes. Elek samping lain adalah
derita setelah 1-2 bulan terapi. Elek samping ini hipotensi, takikardia, iskemia jantung dan otak
sangat tidak menyenangkan bagi wanita dan anak- akibat hipotensi, azotemia, reaksi hipersensitivitas,
anak..Pertumbuhan rambut yang abnormal mula- mual dan muntah. Obat ini dapat mengganggu
mula muncul di wajah dan belakangan meluas ke proses kelahiran dengan menyebabkan relaksasi
bagian-bagian lain; dan ini mungkin disertai peru- uterus.
bahan kulit menjadi berwarna gelap dan kasar. Elek
Farmakokinetik. Waktu paruh diazoksid 20-60
samping ini menghilang perlahan-lahan bila obat
jam, tetapi efek hipotensilnya lebih pendek dan
dihentikan.
bervariasi anlara 4-2O jam. Pada penderita dengan
Elek samping lain yang kadang-kadang terjadi
gangguan lungsi ginjal, ikatan diazoksid dengan
adalah mual, sakit kepala, rasa lelah, erupsi obat
albumin menurun, sehingga efek hipotensil obat ini
dan nyeri tetan di dada.
menjadi lebih besar. Eliminasi obat, kira-kira seper-
Farmakokinetik. Bioavailabilitas minoksidil sekitar tiga melalui ekskresi ginjal dan duapertiga melalui
90%. Waktu paruhnya sekitar 4,2 jam, tetapi masa metabolisme hati.
kerjanya jauh lebih panjang (kira-kira 24 jam). Me-
tabolismenya ekstensif , terutama menjadi metabolit NATRIUM NITROPRUSID
yang tidak aktif . Ekskresi obat utuh dalam urin 12%.
Kadar plasma tidak berkorelasi dengan respons Mekanisme kerja. Gugus nitroso pada molekul
terapi. natriurn nitroprusid akan dilepaskan menjadi NO
sewaktu kontak dengan eritrosit. NO mengaktifkan
enzim guanilat siklase pada otot polos pembuluh
DIAZOKSID darah dan menyebabkan dilatasi arteriol dan ve-
nula. Dilatasi venula menyebabkan darah terkum-
Mekanisme kerja. Diazoksid bekerja langsung pul di perifer sehingga efek hipotensif lebih efektif
pada sel otot polos arteriol, mengaktilkan kanal K* pada saat berdiri, dan curah jantung biasanya tidak
yang sensitil ATP sehingga terjadi hiperpolarisasi;
meningkat. Denyut jantung biasanya meningkat
dan ini menyebabkan dilatasi arteriol; vena tidak karena mekanisme refleks. Vasodilatasi arteriol dan
dipengaruhi. Obat ini, yang diberikan lV, menu- venula oleh nitroprusid mengurangi beban hulu dan
runkan TD dengan cepat. Denyutjantung dan curah beban hilir jantung, sehingga mengurangi kerja jan-
jantung meningkat. Retensi natrium dan air dapat
tung lebih banyak dibandingkan vasodilatasi arteriol
terjadi dan menghilangkan elek hipotensil diazok- saja oleh diazoksid, hidralazin atau minoksidil.
sid, tetapi ini dapat diatasi dengan pemberian diu- Nitroprusid diberikan sebagai infus lV. Ker-
retik kuat. janya maksimal dalam 1-2 menit, dan efeknya se-
Penggunaan. Obat ini digunakan untuk banyak gera hilang setelah inlus dihentikan. TD dapat diti-
hipertensi darurat tetapi kerjanya tidak seelektif ni- trasi dengan mudah ke nilai berapa saja dengan
troprusid. Diazoksid efektil untuk hipertensi ensefa- mengatur kecepatan infus. Toleransi atau resistensi
lopati, hipertensi maligna, dan hiperlensi berat yang terhadap obat ini jarang terjadi. Kecepatan infus
disertai dengan glomerulonelritis akut atau kronik. biasanya 0,5-10 ug/kg/ menit; dosis rata-rata 3 ug/
Obat ini juga digunakan untuk mengendalikan TD kg/menit mengurangi TD diastolik sebanyak 30-
dengan cepat pada preeklamsia yang relrakter ter- 4O0/o. Bila kecepatan infus 10 ug/kg/menit tidak
hadap hidralazin. menghasilkan penurunan TD yang cukup dalam 10
Diazoksid tidak boleh diberikan pada insufi- menit, pemberian nitroprusid harus dihentikan
siensi koroner atau serebral, karena penurunan TD untuk menghindari toksisitas.
yang cepat dapat mencetuskan iskemia koroner Penggunaan. Nitroprusid adalah obat yang ker-
atau serebral. janya paling cepat dan selalu elektif untuk peng-
Efek samping dan Perhatian. Diazoksid menim- obatan hipertensi darurat, apapun penyebabnya.
bulkan retensi cairan dan hiperglikemia. Bila obat Obal ini menurunkan TD dengan segera, tetapi
ini digunakan untuk waktu lebih dari 12-24 jam, diperlukan inlus yang kontinyu untuk mempertahan-
restriksi natrium atau pemberian diuretik poten kan elek hipotensilnya. Nitroprusid merupakan
mungkin diperlukan. Hiperglikemia yang ringan dan obat pilihan utama untuk kebanyakan krisis hiper-
selintas tidak rnemerlukan pengobatan, kecuali tensi yang memerlukan terapi parenteral, termasuk
Antihipeftensi 337

krisis yang disertai dengan inlark miokard akut dan pril, perindopril, ramipril, silazapril, benazepril, dela-
gagal jantung kiri. Pada penderita hipertensi de- pril, dan losinopril. Secara umum penghambat ACE
ngan perdarahan serebral atau subaraknoid, infus dapat dibedakan atas (1) yang bekeria langsung,
nitroprusid dapat menurunkan TD ke nilai yang di- yakni kaptopril dan lisinopril; dan (2) yang bekerja
inginkan dan menaikkannya kembali ke nilai yang tidak langsung (merupakan prodrug), yakni
lebih tinggi bila terjadi perburukan neurologik. semua yang lainnya.

Efek samping dan Perhatian. Elek samping akut


merupakan akibat dari vasodilatasi berlebihan dan
hipotensi. Biasanya ini dapat dicegah dengan SISTEM RENIN-ANGIOTENSIN-ALDOSTERON
memonitor TD secara ketat dan menggunakan (RAA)
pompa inlus yang kecepatannya dapat diatur. Efek
samping lainnya berupa mual, muntah, dan musc/e Renin disekresi oleh sel jukstaglomerular di
tvvitching. dinding arteriol aleren dan glomerulus ke dalam
Elek toksik dapat terjadi akibat konversi nitro- darah bila perlusi ginjal menurun (akibat menurun-
prusid menjadi sianida dan tiosianat. Akumulasi sia- nya TD atau adanya stenosis pada arteri ginjal), blla
nida dapat terjadi bila kecepatan inlus > 2 uglkgl terdapat deplesi natrium (penurunan kadar natrium
menit dan dapat dicegah bila diberikan juga natrium dalam tubuli ginjal), dan/atau bila terdapat stimulasi
tiosulfat secara bersamaan. Tiosianat adalah me- adrenergik (melalui reseptor pl).
tabolit nitroprusid yang diekskresi dalam urin de- Renin, yang merupakan enzim proteolitik,
ngan waktu paruh 3-4 hari. Risiko keracunan tiosia-
akan memecah angiotensinogen, suatu cr-globulin
nat meningkat bila lama infus lebih dari 24-48 iam,
yang disintesis dalam hati dan beredar dalam
terutama pada penderita dengan gangguan ginial.
darah, menjadi angiotensin I (Al). Al yang relatif
Tanda{anda dan gejala-gejala keracunan tiosianat
tidak aktil akan dikonversi dengan cepat sekali oleh
berupa anoreksia, mual, kelelahan, disorientasi,
ACE yang terikat pada membran sel endotel yang
dan psikosis toksik akut. Kadar plasma tiosianat
harus dimonitor dan tidak boleh melampaui 0,1 mg/ menghadap ke lumen di seluruh sistem vaskuler,
ml, Kadar tiosianat yang berlebihan juga dapat menjadi angiotensin ll (All) yang sangat aktif. All
mengganggu fungsi tiroid. Pada gagal ginjal, tio- bekerja pada reseptor di otot polos vaskuler, korteks
sianat dengan mudah dieliminasi melalui hemo- adrenal, jantung, dan SSP untuk menimbulkan
dialisis. Juga terjadi methemoglobinemia dan asi- konstriksi arteriol dan venula (elek pada arteriol
dosis. lebih kuat), slimulasi sintesis dan sekresi aldo-
Nitroprusid dapat memperburuk hipoksemia steron, stimulasi jantung dan sistem simpatis, dan
arteri pada penderita dengan PPOM karena obat ini efek di SSP berupa stimulasi konsumsi air dan
mengganggu vasokonstriksi pembuluh darah paru peningkatan sekresi ADH. Akibatnya terjadi
yang hipoksik sehingga meningkatkan ketidakseim- peningkatan resistensi perifer, reabsorpsi natrium
bangan anlara ventilasi dan perlusi. dan air, serta peningkatan denyutjantung dan curah
Hipertensi rebound dapat terjadi setelah jantung. Peningkatan TD ini mengaktifkan
inlus nitroprusid jangka pendek dihentikan men' mekanisme umpan balik yang mengurangi sekresi
dadak, mungkin karena kadar renin plasma me- renin.
ningkat secara persisten. ACE juga adalah enzim kininase ll yang me-
ngingktifkan bradikinin. Bradikinin merupakan vaso-
dilator arteriol sistemik yang poten, kerianya melalui
2.4. PENGHAMBAT ENZIM KONVERSI
produksi EDRF (endothelial-derived relaxing fac.tor)
ANGIOTENSIN dan prostaglandin oleh sel-sel endotel vaskuler.
Sistem RAA tidak berperan aktil dalam mem-
pertahankan homeostasis TD pada subjek dengan
Kaptopril adalah penghambat enzim konversi
volume darah dan kadar natrium yang normal, tetapi
angiotensin (penghambat ACE) yang pertama dite'
mukan. Sejak itu telah dikembangkan banyak berperan penting dalam mempertahankan TD dan
penghambat ACE lain, dan yang telah resmi ber- volume intravaskular sewaktu terdapat deplesi
edar di lndonesia adalah enalapril, lisinopril, kuina- natrium dan cairan.
Farmakologi dan Terapi

MEKANISME ANTIHIPERTENSI hambat ACE efektif sebagal AH pada sekitar 70%


penderita. Penurunan TD sekitar 10/5 sampai 15/1 2
Penghambat ACE mengurangi pembentukan mm Hg. Besarnya penurunan TD ini sebanding
All sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan dengan tingginya TD sebelum pengobatan.
sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya Penghambat ACE terutama efektif pada hiper-
ekskresi natrium dan air, serta retensi kalium. Aki- tensi dengan PRA yang tinggi, yakni pada keba-
batnya terjadi penurunan TD pada penderita hiper- nyakan hipertensi maligna dan hipertensi renovas-
tensi esensial maupun hipertensi renovaskuler. kuler, dan pada kira-kira l/5 populasi hipertensi
Kadar plasma All dan aldosteron menurun, sedang- esensial, tetapi obat ini juga efektif pada hipertensi
kan kadar plasma Al dan aktivitas renin plasma dengan PRA yang normal dan yang rendah. Karena
(PFIA) meningkat karena mekanisme kompensasi. itu penentuan PRA tidak berguna untuk individua-
Sekresi aldosteron, yang dipengaruhi oleh faktor- lisasi terapi.
faktor lain di samping sistem renin-angiotensin, Pada hipertensi berat, penghambat ACE da-
mungkin kembali ke nilai awal pada terapi jangka pat ditambahkan sebagai vasodilator obat ke-3
panjang. Karena efekvasokonstriksi All paling kuat pada diuretik dan p-bloker. Kombinasi dengan dlu-
antara lain pada pembuluh darah ginlal, maka retik memberikan efek antihipertensi yang sinergis-
berkurangnya pembentukan All oleh penghambat tik (kira-kira 85% penderita TD-nya terkendali
ACE menimbulkan vasodilatasi renal yang kuat, dengan kombinasi ini), sedangkan efek hipokalemia
sehingga terjadi peningkatan aliran darah ginjal. diuretik dicegah atau dikurangi. Kombinasi dengan
Penurunan TD oleh penghambat ACE disertai
B'bloker memberikan efek yang aditif. Kombinasi
dengan penurunan resistensi perifer, tanpa disertai dengan vasodilator, termasuk prazosin dan nife-
refleks takikardia. Penghambat ACE juga mengura- dipin, memberikan efek yang baik. Tetapi pemberi-
ngi tonus vena. Besarnya penurunan TD oleh peng- an bersama penghambat adrenergik lainnya yang
hambat ACE berbanding lurus dengan PRA awal, menghambat respons adrenergik o dan p (misal-
tetapi hanya pada pemberian akut, dan tidak pada nya metildopa, klonidin, labetalol, prazosin + p-
pemberian kronik. Tampaknya kerja golongan obat bloker), sebaiknya dihindarkan karena dapat
ini tidak hanya melalui sistem RAA, tetapi juga menimbulkan hipotensi yang berat dan berkepan-
melalui sistem kinin. Hambatan inaklivasi bradikinin jangan.
oleh penghambat ACE meningkatkan bradikinin Penghambat ACE lebih efektif pada penderita
dan prostaglandin vasodilator sehingga meningkat- yang lebih muda bila digunakan sendiri. Obat-obat
kan vasodilatasi akibat hambatan pembentukan All. ini terpilih untuk penderita hipertensi dengan gagal
Seperti halnya dengan diuretik, penghambat jantung kongestif yang juga merupakan indikasi
ACE mempunyai kurva dosis-respons yang relatil penghambat ACE.
curam pada kisaran dosis rendah dan menjadi Penghambat ACE oral dapat digunakan untuk
relatif rata pada kisaran dosis tinggi. hipertensi mendesak, sedangkan preparat lV (ena-
Diuretik atau diet rendah garam merangsang laprilat) digunakan pada hipertensi darurat.
sekresi renin dan mengaktifkan sistem BAA se-
hingga memberikan elek sinergistik dengan peng-
hambat ACE. Pada penggunaan jangka panjang, EFEK SAMPING DAN PERHATIAN
tidak terjadi toleransi terhadap elek hipotensil go-
longan obat ini. Penghentian obat-obat ini secara Batuk kering merupakan efek samping yang paling
mendadak tidak menimbulkan fenomen rebound. sering terjadi, insidensnya sampai 10-20%, lebih
sering pada wanita dan pada malam hari. Elek
samping ini bergantung pada besarnya dosis, dan
PENGGUNAAN SEBAGAI ANTIHIPERTENSI reversibel bila obat dihentikan.
Efek samping berupa rash dan gangguan
Sejak JNC-IV (1988) dan WHo/lSH (1989), pengecap lebih sering terjadi pada penggunaan
penghambat ACE telah menjadi salah satu golong- kaptopril karena adanya gugus sulfhidril pada obat
an AH tahap pertama. Penghambat ACE elektif ini, yang tidak dimiliki oleh penghambat ACE lain-
untuk hipertensi yang ringan, sedang maupun nya. Sekitar 10% penderita yang mendapat kap-
berat. Sebagai monoterapi, penghambat ACE sama topril mengalami rash makulopapular atau morbi-
etektivitasnya dengan golongan AH lainnya, Peng- lilorm. Fleaksidermatologik ini menghilang bila obat
Antihipertensi 339

dihentikan dan tidak selalu muncul kembali bila obat fungsi ginjal, atau diberikan bersama suplemen
diberikan lagi; beberapa rash eritematosus hilang kalium atau diuretik hemat kalium.
meskipun obat diteruskan. Penghambat ACE tidak menimbulkan efek
Gangguan pengecap (disgeusia) terjadi pada samping metabolik pada penggunaan iangka pan-
kira-kira 70h penderila yang diberi kaptopril; gang- jang, yakni tidak mengubah metabolisme karbo-
guan ini bersilat reversibel, tetapi pemberian kap- hidrat maupun kadar lipid dan asam urat dalam
topril mungkin perlu dihentikan bila terjadianoreksia plasma. Penghambat ACE, di samping a-bloker,
dan penurunan berat badan. Fash dan disgeusia juga dapat mengurangi resistensi insulin, sehing-
lebih jarang terjadi bila digunakan dosis rendah ga menjadi AH terpilih pada hipertensi dengan
(< 150 mg sehari). NIDDM atau dengan obesitas.
Udem angioneurotik, yang dapat terjadi Pada saat ini penghambat ACE menjadi AH
pada penggunaan semua penghambat ACE, dapat terpilih pada hipertensi dengan netropati diabetik.
cukup parah sampai menjadi fatal, tetapi hanya Diperkirakan bahwa dilatasi arteriol glomerulus efe-
terjadi < 0,1%. Risiko udem ini meningkat pada ren oleh penghambat ACE akan mengurangi per-
penderita yang meneruskan obat meskipun sudah bedaan tekanan hidraulik pada pembuluh kapiler
terjadi ulkus di mulut atau rash kulit. glomerulus sehingga dapat mengurangi kebocoran
Dosis pertama penghambat ACE dapat me- albumin yang menyebabkan kerusakan membran
nimbulkan hipotensi simtomatik yang berat, teru- dasar glomerulus, sehingga dapat memperlambat
tama pada penderita yang mengalami deplesi cair- proses terjadinya glomerulosklerosis diabetik.
an akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, Efek hipotensi penghambat ACE dilawan oleh
atau dialisis, atau pada penderita yang hiponatre- obat-obat AINS, terutama indometasin, melalui
mik. Untuk mengurangi efek samping ini, dosis di- hambatan sintesis prostaglandin yang bersifat
mulai serendah mungkin dan dinaikkan perlahan- vasodilator dan berperan penting dalam aliran
lahan, dosis pertama dan setiap kali peningkatan darah ginjal serta metabolisme air dan garam. Pada
dosis diberikan sebelum tidur, dan sebaiknya dosis akhirnya AINS menyebabkan retensi natrium dan
diuretik dikurangi atau dihentikan dulu beberapa air, yang mengurangi elek hampir semua AH.
waktu sebelum memulai penghambat ACE. Diuretik Penghambat ACE tidak boleh diberikan pada keha-
dapat diberikan kembali kemudian, bila diperlukan. milan trimester 2 dan 3 karena dapat menyebabkan
Pada penderita dengan penyakit jantung koroner, gagal ginjal dan kematian pada letus.
hipotensi akut ini dapat mencetuskan serangan
angina.
Gagal ginjal akut yang reversibel dapat ter- FARMAKOKINETIK
jadi pada penderita dengan stenosis arteri ginjal
KAPTOPRIL. Bioavailabilitas oral 60-65%, dan ber-
pada kedua ginjal atau pada satu-satunya ginjal
kurang bila diberikan bersama makanan, maka obat
yang berfungsi, akibat berkurangnya kadarAll yang
pada kondisi ini diperlukan untuk konstriksi arteriol ini harus diberikan 1 jam sebelum makan. lkatan
glomerulus eferen dan mempertahankan filtrasi glo-
dengan protein plasma sekitar 30%. Waktu paruh
eliminasinya sekitar 2,2 iam. Ekskresi utuh dalam
merulus yang cukup; pada penderita ini pengham-
urin terjadi pada 40% dari dosis yang bioavailabel,
bat ACEI tidak boleh diberikan.
maka pada gangguan ginjal dosis obat harus di-
Proteinuria (> 1 g/hari) jarang terjadi. Dulu
kurangi.
banyak dilaporkan pada penggunaan kaptopril
dosis tinggi sekali dan terutama terjadi pada pen- ENALAPBIL. Enalapril adalah prodrug yang dipe-
derita yang mempunyai penyakit parenkim ginjal. cah dalam hati menjadi bentuk aktifnya, enalaprilat.
Demikian juga dengan neutropenia, efek samping Bioavailabilitas oral 40% dan tidak dipengaruhi oteh
ini juga jarang terjadi; dulu banyak dilaporkan pada makanan. Waktu paruh enalaprilat setelah dosis
penggunaan kaptopril dosis tinggi dan terutama ter- berulang 'l 1 jam dan meningkat bila terdapat gang-
jadi pada penderita dengan penyakit kolagen atau guan ginjal sehingga pada keadaan ini dosis obat
penyakit parenkim ginjal. harus dikurangi.
Hiperkalemia yang bermakna secara klinik
jarang terjadi pada penderita dengan fungsi ginjal LISINOPRIL. Bioavailabilitas oral antara 30-50%'
normal. Risiko hiperkalemia meningkat bila obat- dan tidak dipengaruhi makanan. Waktu paruhnya
obat ini diberikan pada penderita dengan gangguan sekitar 12 jam, dan sama sekali tidak terikat pada
340 Farmakologi dan Terapi

protein plasma. Hampir 100% dari dosis yang bio- kuloseleklil dari golongan DHP ini menguntungkan
availabel diekskresi utuh dalam urin. pada penggunaannya sebagai antihipertensi
karena (a) tidak ada efek langsung pada nodus AV
dan SA; (b) menurunkan resistensi perifer tanpa
2.5. ANTAGONIS KALSIUM depresi fungsi jantung yang berarti; dan (c) relatil
aman dalam kombinasi dengan p-bloker.
Pembahasan mengenai mekanisme kerja an-
(2). Bioavailabilitas oral yang rendah dari keba-
tagonis kalsium secara umum, serta elek samping
dan perhatian untuk ke-3 prototipe antagonis kal- nyakan antagonis kalsium disebabkan oleh elimi-
sium, yakni verapamil, diltiazem dan nifedipin, nasi presistemik (metabolisme lintas pertama) di
hati yang tinggi. Hal ini menghasilkan kadar plasma
dapat dilihat pada Bab 23.
yang sangat bervariasi karena mudah dipengaruhi
Berbagai antagonis kalsium yang telah resmi
beredar di lndonesia sebagai antihipertensi, de- oleh faktor-faktor absorpsi maupun faktor-faktor
ngan dosis dan sediaannya, dapat dilihat pada metabolisme di hati. Dalam hal ini, bioavailabilitas
Tabel 22-4. Beberapa perbedaan penting lainnya oral yang tinggi dari amlodipin menguntungkan
karena menghasilkan kadar plasma yang tinggi dan
antara berbagai antagonis kalsium tersebut dapat
predictable.
dilihat pada Tabel 22-10.
Tabel 22-10 menunjukkan bahwa: (3). Kadar puncak yang cepat dicapai oleh keba-
(1). Golongan dihidropiridin (DHP, yakni nifedi- nyakan anlagonis kalsium menyebabkan TD turun
pin, nikardipin, isradipin, lelodipin dan amlodipin) dengan cepat, dan ini dapat mencetuskan iskemia
bersilat vaskuloselektif dan generasi yang baru miokard atau serebral. Absorpsi yang lambat dari
mempunyai selektivitas yang lebih tinggi. Sifat vas- amlodipin menyebabkan TD turun dengan per-
lahan.

TAbEI 22-10. BEBERAPA PERBEDAAN PENTING ANTARA BERBAGAI ANTAGONIS KALSIUM

Generasi I Generasi ll
NK

1. Selektivitas vaskuler +2+ 3+ 3+ 4+ 3+


2. Bioavailabilitas oral (%) 15-30 40 40-60 10-18 15-20 12-21 60-65
3. Tma (am) - biasa 1-2 1-2 0,5-1 0,3-1 tru 1-2 6-9
- retard 5-1 0 3-4 2 ? 3-6
4. Ttle eliminasi (iam) 3-7 3-7 2-3 7-8 9 10-14 35-48
5. Frekuensi dosis/hari
2x 3x ,: 2x 1x
1-2x 2x 1x
6. Metabolisme hati (%) >95 >99 100 >99 >90
(lambat)
Metabolit aktif aktif inaktif inaktif inaktit inaktif inaktif
7. Ekskresi utuh lewat ginjal (%) 3-4 1-4 <0,1 <0,3 <0,5 <10

- digoksin plasma 1 1
- siklosporin plasma 1 ? ?
- simetidin + 2 +

V - Vrapamll N - Nifedipin | - lsradipin A - Amlodipin


D - Diltiazem Nk - Nikardipin F - Fslodip'n
34'l
Antihipertensi

(4) dan (5). Waktu paruh eliminasiyang pende( kan iskemia miokard alau serebral; (b) refleks sim-
sedang dari kebanyakan antagonis kalsium menye-' patis yang kuat berupa takikardia, palpitasi' yang
b'abkan obal harus diberikan 2-3 x sehari, bila dipak- dapat mencetuskan serangan angina pada pen-
sakan'l x sehari belum tentu dapat bekeria 24iam derita PJK; dan (c) banyak efek samping akibat
penuh. Waktu paruh amlodipin yang panjang me- vasodilatasi akut, yakni sakit kepala, pusing dan
muka merah. Hipotensi yang berlebihan lebih sering
mastikan dapat bekerja 24 jam penuh, kadarnya
pada24jam masih 213 dari kadar puncaknya. terjadi pada penderita usia lanjut, penderita dengan
deplesi cairan, dan yang sedang mendapat AH lain'
(6). Metabolisme yang hampir sempurna oleh hati Mula kerja yang lambat pada amlodipin me-
dari semua antagonis kalsium menunjukkan bahwa nyebabkan penurunan TD yang perlahan, sehingga
penggunaannya pada penderita dengan sirosis hati mencegah (a) dan mengurangi (b) dan (c) tersebut
dan penderita usia lanjut harus dengan hati- hati. di atas. Karena itu, nifedipin sediaan biasa (kapsul)
sebaiknya hanya digunakan untuk hipertensi yang
(7). Ekskresi utuh lewat ginial yang kecil dari se-
sangat berat (hipertensi mendesak), atau sebagai
mua antagonis kalsium menunjukkan tidak perlunya
vasodilator obat ke-3 pada hipertensi berat'
perubahan dosis pada penderita dengan gangguan
Sedangkan untuk monoterapi hipertensi ringan dan
fungsi ginjal. sedang sebaiknya digunakan bentuk retard yang
(8). Hanya isradipin dan amlodipin yang tidak me- akan menghasilkan penurunan TD yang lebih
ningkatkan kadar digoksin yang diberikan ber- gradual dan bertahan lebih lama.
sama; dan hanya verapamil dan amlodipin yang Edema perifer, yang merupakan efek sam-
kadarnya tidak ditingkatkan oleh simetidin yang ping akibat vasodilatasi yang menetap (sustained),
diberikan bersama. terjadi pada semua antagonis kalsium' terutama
goiongun DHP, paling sering teriadi dengan nile-
Oipin, tetapi juga terjadi dengan amlodipin. lni dise-
PENGGUNAAN SEBAGAI ANTIHIPERTENSI babkan oleh keluarnya cairan dari dalam pembuluh
kapiler ke ruang interstisium. Udem bersitat lokal
Sejak JNC-IV (1988) dan WHO/ISH (1989)' dan tidak disertai retensi garam dan air, maka tidak
antagonis kalsium telah meniadi salah satu golo- dapat diobati dengan diuretik, dan tidak ada hubu-
ngan AH tahap pertama. Sebagai monoterapi, an- ngannya dengan gagal jantung.
tagonis kalsium memberikan elek antihipertensi Semua elek samping akibat vasodilatasi ter-
yang sama besarnya dengan golongan AH lainnya' sebut di atas juga terjadi dengan verapamil dan
Kombinasi anlagonis kalsium dengan p- diltiazem, tetapi lebih sering dengan golongan DHP'
bloker, penghambat ACE atau o-bloker memberi- karena yang terakhir ini merupakan vasodilator peri-
kan efek yang baik, tetapi antagonis kalsium hanya fer yang lebih Poten.
memberikan penambahan efek yang kecil bila di- Bradiaritmia dan gangguan konduksi ter-
tambahkan pada diuretik. Kombinasi antara verapa- utama teriadi dengan verapamil, kurang dengan
mil atau diltiazem dengan p-bloker memberikan diltiazem, dan tidak terjadi dengan golongan DHP'
elek antihipertensi yang aditif' tetapi efeknya pada Karena itu verapamil dan diltiazem tidak boleh dibe-
konduksi iantung dan kontraktilitas jantung juga adi- rikan pada penderita dengan bradikardia, blok AV
tif. Niledipin dapat ditambahkan sebagai vasodilator derajat 2 dan 3, dan sick sinus syndrome. Aritmia
obat ke-3 pada diuretik + p-bloker atau penghambat ini lebih nyata bila verapamil dikombinasi dengan
adrenergik lainnya. Seperti halnya dengan diuretik' obat-obat seperti p-bloker, kuinidin, atau digitalis'
pembatasan garam pada penderita yang men- Efek inotropik negatif paling kuat dimiliki oleh
dapat antagonis kalsium juga tidak berguna. verapamil, kurang oleh diltiazem, dan minimal oleh
golongan DHP. Karena itu pemberian antagonis
ialsium pada gagal jantung harus dengan hati-hati
EFEK SAMPING DAN PERHATIAN
(verapamil bahkan tidak boleh diberikan pada gagal
untuk
Golongan dihidropiridin merupakan vasodi- iantung sedang sampai berat), sedangkan
lator yang poten; bila disertai dengan mula keria kombinasi dengan p-bloker, digunakan golongan
yang cepat misalnya pada pemberian nifedipin, DHP. Kombinasi ini menguntungkan karena p-

bloker dapat mengatasi relleks simpatis yang ditim'


maka akan terjadi (a) penurunan TD yang besar dan
cepat; hipotensi berlebihan ini dapat mengakibat' bulkan oleh golongan DHP,
342
Farmakologi dan Terapi

Efek samping lain, yakni konstipasi, retensi


urin dan relluks esofagus, merupakan akibat relak_ .bloker,Seperti halnya klonidin dan
penghentian
beberapa B_
mendadak antagonis katsium
sasi otot polos saluran cerna dan kandung kemih.
dapat mengakibatkan angina atau infark miokard
Konstipasi sering terjadi pada pemberian vera_ pada penderita dengan penyakit dasar koroner.
pamil, terutama pada penderitayang mudah meng_
Kalsium antagonis tidak mempunyai efek
alami konstipasi. Hiperplasia gusi juga dapat terjadi
samping metabolik, baik terhadap lipid, karbohidrat
dengan semua antagonis kalsium.
maupun asam urat.
Obat Antiangina

23. OBAT ANTIANGINA


Arini Setiawati dan F. D. Suyatna

1. Pendahuluan 3.1. Mekanisme antiangina


1.1. Patofisiologi angina pektoris 3.2. Sifat larmakologik dan dosis antiangina
1.2. Jenis angina pektoris 3.3. Etek samping, perhatian dan kontraindikasi
1.3. Obat-obat antiangina
4. Penghambat kanal Ca
2. Nitrat organik 4.1.Farmakodinamik
2.1. Kimia 4.2.Farmakokinetik dan dosis antiangina
2.2. Farmakodinamik 4.3.
Efek samping, perhatian dan kontraindikasi
2.3. Farmakokinetik 4.4. lndikasi lain
2.4. Sediaan dan posologi
2.5. Elek samping, perhatian dan kontraindikasi t Penggunaan klinik
2.6. lndikasi 5.1. Angina stabil kronik
5.2. Angina varian
3. Penghambat adrenoseptor- p 5.3. Angina tidak stabil

1. PENDAHULUAN amplitudonya lebih kecil, berkurangnya kecepatan


depolarisasi dan konduksi. Ketidakstabilan elektro-
fisiologi jantung dapat menyebabkan takikardi atau
1.1. PATOFISIOLOGI ANGINA PEKTORIS fibrilasi ventrikel. Aritmia maligna merupakan
salah satu penyebab kematian mendadak pada
Penyebab umum iskemia jantung ialah ate- penderita iskemia janlung.
rosklerosis pembuluh darah koroner. Gangguan Pada angina, perubahan kadar plasma enzim
perfusi miokardium pada insulisiensi koroner me- petanda (markeQ kerusakan jaringan (iantung)
nimbulkan perubahan biokimiawi, elektrofisio- tidak nyata meningkat. Perubahan ini menjadi jelas
logi dan mekanis pada jantung. Hipoksemia pada pada inlark jantung, dan enzim petanda (CPK,
bagian jantung yang mengalami iskemia me- SGOT, SGPT, LDH) yang berasal dari sitosol ini
nyebabkan pergeseran metabolisme dari aerobik meningkat dalam darah.
menjadi anaerobik, yang menghasilkan akumulasi lskemia jantung timbul apabila terjadi ketidak-
asam laktat dan penurunan pH intrasel serta menim- seimbangan antara suplai oksigen di satu pihak
bulkan nyeri angina yang khas. Berkurangnya dengan kebutuhan oksigen otot jantung di pihak
produksi energi (ATP) menyebabkan penurunan lain. Gangguan keseimbangan ini dapat terjadi apa-
kontraktilitas dan kemampuan mempertahankan bila suplai menurun (misalnya aterosklerosis atau
homeostasis intrasel. spasme koroner) atau kebutuhan meningkat (misal-
lskemia juga menyebabkan perubahan elek- nya kerja fisik).
trofisiologi jantung berupa inversi gelombang T Suplai oksigen ditentukan oleh banyaknya
dan perubahan segmen ST (depresi segmen ST aliran koroner dan ekstraksi oksigen oleh otot jan-
pada lskemia subendokard, elevasi pada iskemia tung. Oleh karena ekstraksi oksigen oleh otot jan-
transmural). Dasar kelainan ini adalah terganggu- tung hampir maksimal (t lS"t"l walaupun dalam ke-
nya homeostasis ion intrasel. Bagian intrasel men- adaan tanpa beban tambahan, maka suplai oksigen
jadi lebih positif sehingga terjadi potensial aksi yang terutama ditentukan oleh aliran koroner.
Farmakolog i dan Terapi

Kebutuhan oksigen otot jantung meningkat angina yang berat dan sering; (2) yang mengalami
bila terjadi peningkatan lrekuensi jantung, kontrakti- angina sewaktu istirahat; (3) angina stabil yang
litas, lekanan darah atau volume ventrikel. peru- bertambah berat, lebih sering dan lebih lama; (4)
bahan hemodinamik ini terlihat misalnya dalam ke- angina yang mengalami infark jantung akut atau
adaan ldtihan fisik yang seringkali merupakan faktor inlark yang semakin memburuk. Akhir dari angina
pencetus timbulnya serangan angina pektoris pada tidak stabil bervariasi; dapat bersifat sementara dan
penderita dengan aterosklerosis koroner. segera berakhir menjadi angina stabil atau dapat
Kebutuhan oksigen otot jantung ditentukan menjadi bertambah buruk, terutama kelompok 2 &
oleh 4 determinan utama yaitu : (1) volume ventrikel 4 yang mempunyai prognosis buruk, karena dapat
pada akhir diastole (preload jantung) yang ditentu- menjadi angina stabil yang sulit diobati, infark jan-
kan lerutama oleh banyaknya alir balik vena; (2) tung atau mati mendadak. Agregasi trombosit dan
legangan dinding ventrikel selama sistole (afterload pembentukan trombus diduga berperan penting
jantung), yang ditentukan oleh tekanan aorta dan dalam patogenesis angina tidak stabil.
ukuran ventrikel. Tekanan aorta atau tekanan darah Perlu ditekankan bahwa pada semua jenis
ditentukan terutama oleh reslstensi perifer; (3) angina termasuk angina karena vasospasme koro-
frekuensi denyut jantung; (4) kontraktilitas miokard. ner juga terdapat alerosklerosis, walaupun bera!
Faktor lain (minor) yang juga berperan dalam nya berbeda satu dengan lainnya.
menentukan kebutuhan oksigen otot jantung adalah cl
o:
energi aktivasi dan metabolisme basal. GO
ANGINA PEKTOFIS o- -o
Berkurangnya suplai oksigen pada iskemia
jantung menimbulkan gejala angina pektoris atau
\, ()6
o)

tanpa gejala (srTent). Gejala klasik angina pektoris Stabil Tidak ')rr.,.,J
stabil Prinzmetal
ditandai dengan adanya referred pain daerah der-
matom yang dipersarafi oleh segmen Tr - Ta, yaitu
0
-rlryl
nyeri substernal menjalar ke lengan kiri bagian
medlal. Bila iskemia berlangsung lama dan berat % obstruksi % spasme
maka akan terjadi infark jantung.

,av
Untuk mengerti pengobatan angina pektoris
perlu dimengerti jenis angina pektoris.
I 0

1.2. JENIS ANGINA PEKTOBIS


o
E
I f- Nitrat orsanik
J
(! ;

l- -{
Penghambar kanat katsium

Secara klinis dikenal tiga jenis angina pektoris. l-- Bera-btoker


Pada angina klasik (angina stabil kronik,
ro
3 [-rr.o
effort-induced angina), iskemia jantung terjadi Lr"o"n pintas koroner
karena adanya sumbatan anatomik berupa atero-
sklerosis koroner sehingga aliran koroner tidak Gambar23-1. Berbagai jenis angina pektoris serta
dapat memenuhi kebutuhan jantung yang mening- caracara pengobatannya
kat. Angina stabil kronik adalah angina yang paling PTCA = Percutaneous translum.inal coronary angioplasty
umum ditemukan dan terjadi setelah kerja fisik, (Dimodifikasi dari Opie, 1984).
emosi atau makan.
Angina varian (angina Prinzmetal) terjadi
karena vasospasme koroner (sumbatan f un gsional) Gambar 23-1 menunjukkan angina stabil de-
dan timbul sewaktu istirahat, yang mengakibatkan ngan penyebab hampir murni obstruksi (95%) di
berkurangnya suplai oksigen pada jaringan jantung. ekstrim kiri dan angina Prinzmetal dengan
Angina tidak stabil ditandai dengan mening- penyebab hampir murni spasme (95%) di ekstrim
katnya frekuensi dan lama serangan angina (cres- kanan. Kedua angina ekstrim ini jarang ditemukan.
cendo), diinduksi oleh adanya stimulus ringan dan Kebanyakan angina terletak di antara kedua ekstrim
terjadi baik sewaklu istirahat maupun kerja fisik. tersebut, artinya merupakan campuran dari kedua
Angina tidak stabil meliputi kelompok penderita (1) jenis.angina tersebut. Juga angina tidak stabil mem-
yang baru (dalam 6 minggu) mengalami serangan punyai kedua komponen tersebut.
Obat Antiangina 345

1.3. OBAT-OBAT ANTIANGINA 2. NITRAT ORGANIK


Penanganan angina pektoris harus dilakukan
dengan segera dan meliputi pemberian obat-
obatah, menghilangkan laktor predisposisi dan pen- 2.1. KIMIA
cetus, dan sebagainya. Tujuan pengobatan angina
stabil adalah mengembalikan aliran darah koroner
fisiologis pada jaringan jantung iskemik dan/atau Nitrat organik adalah ester alkohol polivalen
rnengurangi kebutuhan oksigen otot iantung, dengan asam nitrat, sedangkan nitrit organik adalah
sedangkan pengobatan angina varian (Prinzmetal)
ester asam nitrit (Gambar 23-2). Ester nitrat (-C-O-
ditujukan untuk mengurangi spasme koroner.
NOz) dan nitrit (-C-O-NO) berbeda dengan senyawa
Sampai sekarang penggunaan obat-obat
nitro (C-NOz). Jadi nama nitrogliserin adalah salah
masih merupakan cara terpenting dalam penanggu-
untuk senyawa gliseril trinitrat tetapi nama ini telah
langan angina pektoris (Gambar 23-1).
diterima secara luas dan resmi.
Pemberian obat antiangina bertujuan untuk :

(1) mengatasi atau mencegah seranganakutan- Amilnitrit, ester asam nltrit dengan alkohol,
merupakan cairan yang mudah menguap dan biasa
gina pektoris; dan (2) pencegahan jangka panjang
serangan angina. Tujuan ini dapat dicapai dengan diberikan melalui inhalasi. Nitrat organik dengan
mengembalikan imbangan dan mencegah ter- berat molekul rendah (misalnya nitrogliserin) ber-
jadinya ketidakseimbangan antara suplai dan bentuk seperti minyak, relatif mudah menguap.
kebutuhan oksigen miokard, dengan cara me- Sedangkan ester nitrat lainnya yang berat molekul-
ningkatkan suplai oksigen (meningkatkan aliran nya tinggi (misalnya eritritil tetranitrat, pentaeritritol
darah koroner) ke bagian miokard yang iskemik tetranitrat dan isosorbid dinitrat) berbentuk padat.
dan/atau mengurangi kebutuhan oksigen iantung Golongan nitrat mudah larut dalam lemak, sedang-
(mengurangi kerja jantung). kan metabolitnya lebih mudah larut dalam air. Nitrat
Ada 3 kelompok obat antiangina yang utama, dan nitrit organik serta senyawa lain yang dapat
yakni nitrat organik, p-bloker dan antagonis kalsium berubah dalam tubuh menjadi nitrogen oksida (NO)
(Gambar 23-1), secara kolektif disebut nitrovasodilator'

HsC
-_ CH-CHz-CHz-O- NO HzC
I

HsC HC-O- NOz

r--{
I

CH
Amil nitrit

? ozru-o-An
HzC -O-NOz
I
I J*,
HC -O-NOz
I lsosorbid dinitrat
HeC -O - NOe

Nitrogliserin
HzC-O-NOz
(Gliseril trinitrat)
I

HC-O-NOz
OzN-O-HzC. .CHz-O-NOz
I

HC-O-NOz
\./
/\.\c H2C
I

--o- NO2
OzN-O-HzC' CHz-O-NOz
Eritritil tetranitrat
Pentaerilritol telranitrat

Gambar 23-2, Struktur kimia berbagai nitrat organik.


346
Farmakologi dan Terapi

2.2. FABMAKODINAMIK menyebabkan dilatasi pembuluh darah koroner


yang besar di daerah epikardial dan bukan pem-
MEKANISME KERJA buluh darah yang kecil (arteriol), sehingga tidak
terjadi steal phenomenon. Steat phenomenon
Niirat organik melalui pembentukan radikal adalah suatu keadaan berkurangnya aliran darah di
bebas nitrogen oksida (NO) menstimulasi guanilat
daerah iskemik karena terjadinya vasodilatasi pada
siklase sehingga kadar siklik-GMp dalam iel otot daerah normal akibat pemberian vasodilator
polos meningkat. Selanjutnya siklik_GMp me- (arteriol), sehingga perfusi di jaringan sehat lebih
nyebabkan defosforilasi miosin sehingga terjadi baik. Pada jaringan yang iskemik terjadi
relaksasi otot polos. vaso_
dilatasi yang hampir maksimal karena di daerah
tersebut berkumpul zal-zat bersifat asam yang me_
EFEK KARDIOVASKULAR nimbulkan dilatasi seperti laktat, lostor inorganik
(otoregulasi), sehingga pemberian vasodilatoryang
Nitrat organik menimbulkan relaksasi otot mempengaruhi tonus pembuluh darah kecil iidak
polos, termasuk arteri dan vena. pada dosis ren_ bermanfaat. Sebaliknya, karena nitrat organik me_
dah nitrogliserin terutama menimbulkan dilatasi nimbulkan dilatasi pembuluh koroner yang besar
vena sedangkan arteriol hanya sedikit dipengaruhi. (epikardial) maka redistribusi aliran darah ke daerah
Venodilatasi ini menyebabkan turunnya teianan (yang berdilatasi akibat otoregulasi) men_
iskemik
diastolik akhir (end-diastolrc pressure,) ventrikel kiri jadi lebih baik (dibandingkan dengan jaringan nor_
dan kanan. Resistensi vaskular sistemik biasanya mal).
lidak berubah, lrekuensi denyut jantung tidak Nitrat organik menurunkan kerja jantung mela_
berubah lui efek dilatasi pembuluh darah sistemik. Venodila_
.atau meningkat sedi[it kirena iefleks,
resistensi vaskular paru dan curah jantung me_ tasi menyebabkan penurunan alir darah balik ke
nurun. Pembuluh darah arteriol di wajah m"leba, jantung, sehingga tekanan akhir diastolik ventrikel
(flushing) dan timbul sakit kepala berdenyut karena (beban hulu) dan volume ventrikel menurun. Beban
dilatasi arteri meningeal. pada dosis tlnggi dan hulu yang menurun juga memperbaiki perfusi sub_
pemberian cepat, nitrat organik menim5ulXan endokard. Vasodilatasi menyebabkan penurunan
venodilatasi dan dilatasi arteriol perifer sehingga resistensi periler sehingga beban hilir (tegangan
tekanan sistolik maupun diastolik menurun, curah dinding ventrikel sewaktu sistole) berkurang. Aki_
jantung berkurang, dan frekuensi jantung batnya, kerja jantung dan konsumsi oksigen men-
me_
ningkat (refleks takikardia), penderita akan timpak jadi berkurang. lni merupakan mekanisme anti-
pucat, lemah dan mengeluh pusing. Aliran darah angina yang utama dari nitrat organik.
koroner meningkat sementara, tetapi kemudian me- Nitrat organik tidak mempengaruhi inotropi
nurun karena tekanan darah arteri dan curah jan- dan kronotropijantung secara langsung, tetapi pada
tung menurun. Efek hipotensi nitrat organik ini ter_ dosis tinggi aliran koroner dapat berkurang karena
utama terjadi pada penderita dalam posisi berdiri, terjadinya refleks takikardi dan peningkatan
karena dalam posisi berdiri darah semakin banyak kontraktilitas miokard. Hal ini dapat menimtulkan
berkumpul dalam vena sehingga curah jantung se_ serangan anglna paradoksal.
makin menurun. Hipotensi juga terjadi Oita oOIt Oi-
berikan berulang dengan interval pendek.
Menghilangnya gejala angina pektoris pada EFEK LAIN
.
pemberian nitrat organik diduga karena menurun_
nya kerja jantung dan perbaikan sirkulasi koroner. Nitrovasodilator menimbulkan relaksasi pada
Nitrat organik memperbaiki sirkulasi koroner pada hampir semua otot polos, misalnya bronkhus,
penderita aterosklerosis koroner bukan dengan saluran empedu, dan saluran cerna. Tetapl karena
cara meningkatkan aliran koroner total, tetapi de_ eleknya hanya selintas, maka tidak digunakan
ngan menimbulkan redistribusi aliran darah pada dalam klinik.
jantung. Daerah subendokard yang sangat
rentan
terhadap iskemia karena pembuluh darahnya
mengalami kompresi tiap sistole akan mendapat- 2.3. FARMAKOKINETIK
kan perlusi lebih baik pada pemberian nitrat or-
Nitrat organik mengalami denitrasi oleh enzim
ganik. Hal ini diduga karena nitrat organik glutation-nitrat organik reduktase dalam hati. Mefa_
Obat Antiangina 347

bolit yang terjadi bersifat lebih larut dalam air dan organik oral adalah lambat, puncaknya tercapai
efek vasodilatasinya lebih lemah atau hilang. dalam 60-90 menit dan lama kerja berkisar 3-6 jam.
Karena kelarutan dalam lemak yang baik dan meta- Nitrat organik dapat juga diberikan intravena
bolisme yang cepat, maka bioavailabilitas dan lama agar kadar obat dalam sirkulasi sistemik yang tinggi
kerja nitrat organik terutama ditentukan oleh bio- cepat tercapai. Nitrogliserin lV bermanfaat unluk
transformasinya. Eritritil tetranitrat mengalami de- pengobatan vasospasme koroner dan angina
gradasi 3 kali lebih cepat daripada nitrogliserin, pektoris tidak stabil dan mungkin merupakan cara
sedangkan isosorbid dinitrat dan pentaeritritol tetra- terbaik untuk pengobatan segera angina akut dan
nitrat mengalami denitrasi 1/6 dan 1/1 0 kali nitrogli- gagal jantung kongestif. Seringkali sediaan ini
serin. Kadar puncak nitrogliserin terjadi dalam 4 juga digunakan untuk mengendalikan tekanan
menit setelah pemberian sublingual dengan waktu darah selama dan sesudah bedah pintas koroner,
paruh 1-3 menit. Metabolitnya berefek vasodilatasi dan untuk hipertensi pulmonal yang menyertai
10 kali lebih lemah, tetapi waktu paruhnya lebih gagal napas akut.
panjang, yaitu kira-kira 40 menit. Pemberian nitrogliserin dalam bentuk salep
Pada pemberian isosorbid dinitrat subli- atau disk dimaksudkan untuk tujuan profilaksis
ngual, kadar maksimal dalam plasma lercapai karena obat diabsorpsi secara perlahan lewat kulit.
dalam 6 menit, dan waktu paruhnya 45 menit. Me- Efek terapi tampak dalam 60 menit dan berakhir
tabolitnya, isosorbid-2-mononitrat dan isosorbid-5- dalam 4-B jam. Pada sediaan disk, nitrogliserin ter-
mononitrat mempunyai waktu paruh yang lebih pan-
dapat sebagai depot dengan reservoar sualu
jang (2-5 jam) dan diduga ikut menentukan efek polimer pada plester. Mula kerja lambat dan puncak
efek tercapai setelah 1-2 jam.
terapi isosorbid dinitrat. Pada pemberian oral, seba-
gian besar/hampir seluruh dosis dimetabolisme di
Dosis, interval pemberian, mula kerja/efek
puncak dan lama kerja masing-masing sediaan
hati pada lintasan pertama sehingga bioavailabilitas
nitrat tersebut dapat dilihat pada Tabel 23-1.
oral obat-obat ini rendah, misalnya bioavailabilitas
'l %.
oral isosorbid dinitrat 22% dan nitrogliserin
Ekskresi terutama dalam bentuk glukuronid dari
2.5. EFEK SAMPING, PERHATIAN DAN
metabolit denitrat, sebagian besar melalui ginjal.
KONTRAINDIKASI

EFEK SAMPING
2.4. SEDIAAN DAN POSOLOGI
Hampir semua efek samping nitrat organik
Untuk mengatasi serangan angina, maka merupakan akibat dari kerjanya pada sistem kar-
yang terpenting adalah memilih nitrat organik de- diovaskular. Sakit kepala umum ditemukan dan
ngan mula kerja obat yang cepat. Sebaliknya untuk biasanya berkurang bila obat dilanjutkan atau dosis
tujuan pencegahan timbulnya angina, maka yang dikurangi. Elek samping lain berupa pusing, rasa
terpenting ialah lama kerja obat. Mula kerja dan lemah dan sinkop yang berhubungan dengan
lama kerja obat tergantung dari cara pemberian hipotensi postural; takikardia dan palpitasi. Efek ini
dan formulasi farmasi. Pemberian nitrat organik diperkuat oleh alkohol. Sesekali dapat timbul rash.
sublingual efektif untuk mengobati serangan angi- Bila terjadi takikardia berat, maka perfusi jantung
na akut. Dengan cara ini absorpsi berlangsung menurun di samping meningkatkan kerja jantung
cepat dan obat terhindar dari metabolisme lintas sehingga dapat memperburuk iskemia jantung
pertama di hati sehingga bioavailabilitasnya sangat (angina). Karena itu dosis nitrogliserin harus dititrasi
meningkat (isosorbid dinitrat 30% dan nitrogliserin demikian rupa sehingga cukup untuk menghilang-
38%). Mula kerja obat tampak dalam 1-2 menit, kan angina, tetapi tidak sampai menimbulkan
tetapi efeknya dengan cepat menurun sehingga hipotensi atau takikardia.
setelah 1 jam hilang sama sekali. Penggunaan yang kontinyu menimbulkan
Nitrat organik dapat diberikan per oral untuk toleransi, bukan hanya pada elek samping, tapi
tujuan pencegahan timbulnya serangan angina. juga pada efek antiangina dari nitrat kerja lama. Hal
Dalam hal ini obat tersebut harus diberikan dalam ini terlihat dari memendeknya masa kerja pada
dosis cukup besar agar kemampuan metabolisme penggunaan kronik, padahal kadarnya dalam plas-
hati untuk obat ini menjadi jenuh. Mula kerja nitrat ma lebih tinggi daripada penggunaan akut. Toleran-
Farmakologi dan Terapi

TAbEI 23-1. SEDIAAN, DOSIS, MULA KERJA DAN LAMA KERJA BERBAGAI NITRA,T ORGANIK UNTUK TERAPI
ANGINA

Sediaan Mula kerja / Efek puncak Lama kerja

1. Nitral kerja singkat

a) Sediaan sublingual Kecil Sewaktu-waktu cepat (beberapa menit) Singkal (< 1 jam)
'Nitrogliserin 0,15 - 0,6 mg Sewaktu-waktu 1-2menit/ 4menit 10 - 30 menit
' lsosorbid dinitrat 2,5 - 10 ing Sewaklu-waktu 3,4menil/ 6menit 10 - 60 menil
' Eritritil tetranitrat* 5-10 mg Swaktu-waklu 5 menit / 15 menit 10 - 45 m6nit
b) Amil nitrit inhalasi' 0,18 - 0,3 ml Sewaktu-waktu Segera 3- 5 menit

2. Nitrat kerja lama


a) Sediaan oral Besar Teratur Lambat / 60-90 menit 3-6 jam
r Nitrogliserin
- lepas lambat 2,5-9 mg 2-4 x sehari'
r lsosorbld dinitrat
- biasa 20-40 mg tiap4-6jam
- lepas lambat 80
4,0 - mg tiap8-12jam 8-10jam
* lsosorbid 5-mononitrat
- biasa 20-40 mg tiap 8 jam 8 jam
' Eritritil tetranitrat
- biasa' 10 mg 3 x sehari 15-30 menit / 60 menit 6-8 jam
' Pentaeritrltol tetranitrat
- blasa 10-40 mg 4 x shari
- lepas lambat' 30-80 mg tiap 12 jam 1- 2iam 12 jam
b) Nitrogliserin topikal
- salep 2% (15 mg/2,5 cm) 1,25 - 5 cm tiap4-8jam < 60 menit 4-8 jam
- lransdermal (disc/patch) 24
2.5 - 15 mg tiap jam lambat/1-2jam 16 jam
c) Nitrogliserin transmucosal/ 1mg tiap3-6jam 2 - 5 menit 5 jam
buccaP

3. Nitrogliserin infus intravena 5 ug/menit, kecepatan dinaikkan segera < 8 menit satelah
5 uglmenit tiap 3-5 menit intus dihentikan

r Tidak tersedia di lndonesia.

si lebih mudah terjadi pada pemberian sediaan masalah, tapi pada toleransi yang memerlukan
lepas lambat karena kadar nitrat dalam plasma dosis tinggi, pemberian nitrat perlu dihentikan
dipertahankan untuk waktu lama. Nitrogliserin sementara (beberapa hari) untuk mengembalikan
trans-dermal menimbulkan toleransi dengan cepat sensitivitas penderita terhadap nitrat.
karena menghasilkan kadar plasma nitrat yang ber- Ketergantungan pada nitrat terjadi setelah
tahan selama 24 jam. Pada penderita angina, penggunaan kronik. Oleh karena itu penghentian
nitrogliserin transdermal dosls tinggi menunjukkan terapi kronik ini harus dilakukan secara bertahap
efektivitas yang jelas sampai 8 jam, tetapi jarang untuk menghindarkan timbulnya fenomen rebound
mencapai lama kerja 24 jam, sekalipun pada pem- berupa vasospasme yang berlebihan dengan akibat
berian pertama dan kadar nitrat dalam plasma tetap memburuknya angina sampai terjadi infark miokard
tinggi. lni berarti toleransi telah terjadi dalam 24 jam dan kematian mendadak.
pertama. Untuk mencegah terjadinya toleransi ini Udem periler kadang-kadang terjadi pada
atau untuk memulihkan sensitivitasnya, disk harus pemberian nitrat kerja lama, oral maupun topikal.
dilepas sekitar 8 jam setiap harinya. Di samping itu, Semua nitrat organik dapat menimbulkan rash, teta-
toleransi terhadap nitrat kerja lama menimbulkan pi tampaknya paling sering pada pemberian pen-
toleransi silang dengan nitrat kerja singkat. taeritritol tetranitrat. Sediaan nitrat topikal dapat me-
Toleransi pada dosis rendah tidak menjadi nimbulkan dermatitis kontak.
Obat Antiangina 349

PERHATIAN luas infark dan untuk mempertahankan


jaringan miokard yang masih hidup de-
Nitrat organik harus digunakan secara hati- ngan cara mengurangi kebutuhan oksigen
hati pada penderita dengan (1) peningkatan tekan- otot jantung. Dahulu nitrogliserin tidak di-
an intrdkranial (trauma kapitis, perdarahan gunakan pada inlark jantung akut karena
serebral); (2) hipotensi berat (tekanan sistolik efek hipotensi dan refleks takikardinya.
kurang dari 90 mm Hg); (3) hipovolemia yang belum Tetapi bila nitrogliserin lV diberikan pada
diatasi; (4) kardiomiopati hipertrolik; (5) stenosis dosis yang cukup untuk memperbaiki dan
aorta; dan (6) takiaritmia. mempertahankan curah sekuncup, maka
Kombinasi nitrat organik dengan vasodllator kongesti paru akan berkurang dengan
lain seperti hidralazin, prazosin, niledipin dan lain- mengurangi tekanan pengisian ventrikel;
lain dapat menimbulkan hipotensi berat, selain itu kebutuhan oksigen otot jantung
akan menurun. Sekalipun demikian
KONTRAINDIKASl karena adanya laporan yang kontradiktif,
maka diperlukan data tambahan untuk
Nitrat organik dikontraindikasikan pada pen- menetapkan penggunaan nitrat organik
derita yang hipersensitif terhadap golongan obat ini. dalam pengobatan infark jantung.

2.6. INDIKASI
3. PENGHAMBAT ADRENOSEPTOR
1. Angina pektoris. BETA
Karena nitrat organik menurunkan kebutuhan
oksigen dan meningkatkan suplai oksigen mio-
kard, maka obat ini efektil untuk pengobatan Uraian terinci mengenai penghambat adreno-
angina yang disebabkan oleh aterosklerosis septor-p yang selanjutnya akan disebut p-bloker
koroner maupun vasospasme koroner. dapat dilihat dalam Bab 6. Uraian di sini dibatasi
Dalam terapi angina, penanganan faktor pre- hanya pada aspek-aspek yang berhubungan de-
disposisi harus diikutsertakan seperti hipertensi, ngan penggunaan p-bloker sebagai antiangina,
anemia, tirotoksikosis, obesitas, gagal jantung,
dan aritmia.
3.1. MEKANISME ANTIANGINA
2. Penggunaan lain.
2.1. Gagal jantung kongestif. Beta-bloker efeklif untuk pengobatan angina
Nitrat organik, melalui kerja utamanya stabil kronik karena : (1) mengurangi kebutLhan
venodilatasi, menyebabkan penurunan alir oksigen miokard dengan cara mengurangi frekuen-
balik vena dan lekanan pengisian ven- si denyut jantung, kontraktilitas miokard dan tekan-
trikel, sehingga menghilangkan kongesti an darah (beban hilir) melalui penghambatan adre-
paru. Biasanya diperlukan dosis yang noseptor-P di jantung, sewaktu kerja fisik; (2) me-
lebih tinggi dibandingkan dosis untuk angi- ningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara
na. Namun, venodilatasi berlebihan akan mengurangi tegangan dinding ventrikel selama sis-
mengurangi curah jantung. tole (beban hilir), serta memperlambat denyut jan-
Pada gagal jantung kronik, nitrat organik tung (waktu diastole memanjang) sehingga perfusi
dapat meningkatkan kapasitas kerja fisik, subendokard meningkat.
meskipun hanya sedikit memperbaiki Tidak semua efek p-bloker menguntungkan
curah jantung. Bila diberikan bersama terhadap suplai dan kebutuhan oksigen miokard.
vasodilator arteriol (hidralazin) bahkan Beta-bloker juga meningkatkan kebutuhan oksigen
dapat memperpanjang hidup bila regimen miokard melalui penurunan lrekuensi denyut dan
pengobatan juga mencakup digitalis dan kontraktilitas jantung sehing ga meningkatkan waktu
diuretik. sistole (systolic ejection period) dan volume ventri-
2.2. lnlarkjantung kel (leftventricular end-diastolic volume). Selain itu,
Kegunaan vasodilator dalam pengobatan B-bloker juga mengurangi suplai oksigen miokard
infark jantung adalah untuk mengurangi yang terjadi karena vasokonstriksi koroner akibat
350 Farmakologi dan Terapi

meningkatnya tonus o,-adrenergik (unmasking ef- prolol, kardioselektivitas asebutolol paling lemah
fect). Akan tetapi sebagai hasil akhir, efek B-bloker karena salah satu metabolitnya aktif pada kedua
adalah menurunkan konsumsi oksigen miokard, ter- reseptor p1 dan B2.
utama selama kerja {isik. Berdasarkan efek far- Eeta-bloker dengan ISA atau aktivitas agonis
makodinamik diatas, maka p-bloker bermanfaat un- parsial mengurangi terjadinya bradikardi istirahat.
tuk pengobatan angina stabil dan tidak berguna, Sifat ini tidak bermanfaat bagi penderita dengan
bahkan dapat memperburuk angina karena vaso- insufisiensi jantung, tetapi mempunyai keuntungan
spasme koroner. pada penderita dengan gangguan sirkulasi perifer.
Beta-bloker dengan ISA kurang efektif untuk peng-
obatan angina stabil yang berat.
3.2. SIFAT-SIFAT FARMAKOLOGIK DAN Agonis adrenoseptor-p mengaktivasi hor-
DOSIS ANTIANGINA mone-sensitive lipase yang pada jaringan lemak
sehingga asam lemak bebas meningkat dalam
Berbagai p-bloker yang telah mapan di pasar- darah. Beta-bloker mengurangi penglepasan asam
an pada saat ini dapat dilihat pada Tabel 23-2 ber- lemak ini, sehingga sedikit mengubah pro{il lipid
sama sifat-sifal farmakologik yang relevan dengan darah. Beta-bloker nonselektif (misal propranolol)
penggunaannya dalam klinik serta dosisnya seba_ meningkatkan kadar trigliserid plasma dan
gai antiangina, menurunkan kadar HDL pada sejumlah penderita,
Beta-bloker yang kardioselektif mengurangi sedangkan kadar kolesterol total biasanya tidak
bahaya terjadinya bronkospasme pada penderita berubah. Beta-bloker yang mempunyai ISA kuat
dengan gangguan jalan napas (misalnya, asma seperti pindolol tidak menimbulkan perubahan-
bronkial dan penyakit paru obstruktif kronik) dan perubahan tersebut. Perubahan lipid darah ini
mengurangi terjadinya hipoglikemia pada penderita dipandang tidak menguntungkan bagi penderita
diabetes melitus. Tetapi kardioselektivitas ini sifat- angina dan hipertensi. Tetapi penelltian terdahulu
nya relatif , hanya ada pada dosis rendah, dan hilang menunjukkan bahwa B-bloker yang telah terbukti
pada dosis tinggi. Walaupun p-bloker yang kardio- dapat mengurangi insidens kematian mendadak
selektif atau mempunyai ISA (intrinsic sympathomi- (akibat serangan jantung) pada penderita pasca
metic activity) kurang menimbulkan konstriksi bron- infark adalah atenolol, propranolol, timolol, meto-
kus, penggunaan obat-obat ini untuk penyakit bron- prolol dan alprenolol. Berdasarkan hal ini maka
kospastik (asma) harus dilakukan dengan sangat agaknya efek kardioprotektif B-bloker tidak tergan-
hati-hati. Di antara ke-4 p- bloker yang kardioselek- tung dari kardioselektivitas, ada atau tidaknya lSA,
tif, yakni asebutolol, atenolol, metroprolol dan biso- dan pengaruhnya terhadap lipid darah.

rAbEI 23.2' BERBAGAI P.BLOKER DENGAN SIFAT FABMAKOLOGIK DAN DOSIS ANTIANGINA

Kardio- Aktivitas Larut Eliminasi t1/2 Dosis antiangina


Eeta-bloker selektivitas simpatomimetik dalam melalui eliminasi
intrinsik airllemak hatUginjal 0am) mg/hari trekuensi
pemberian

1. Asebutolol + ai[ dan lmak ginjal dan hati 3-12 400-800 2-3 x
2. Metoprolol ++ lemak dan air hati 3-6 1 50-400 3-4 x
3. Atenolol ++ air g injal 6-8 50-100 1x
4. Bisoprolol +++ lmak dan air hati dan ginjal 11 5 1x
5. Propranolol lemak hati 2-6 120-480 3-4 x
6. Timolol lemak dan air hati dan glnjal 4-5 30-60 3x
7. Nadolol air g injal 20-24 40-240 1x
8. Pindolol ++ air dan lemak gin.ial dan hati 3-4 1 5-45 3x
9. Oksprenolol + lemak dan air hali 2 120-480 3-4 x
10. Alprenolol ++ lemak hati z-J 1 50-400 3-4 x
Obat Antiangina 351

Beta-bloker yang lipofilik hampir seluruhnya KONTRAINDIKASI


dimetabolisme dalam hati, bahkan sebagian besar
Beta-bloker dikontraindikasikan pada pende'
dari dosis telah mengalami metabolisme pada lin-
rita dengan : ('l ) penyakit paru obstruktif, kecuali
tasan p.ertama di hati sehingga bioavailabilitas oral
untuk asma ringan atau bronkitis kronik yang asim'
rendah, kadar plasma yang dicapai sangat ber-
tomatik yang sangat memerlukan p' bloker. Dalam
variasi antar individu dan waktu paruhnya pendek.
hal ini dapat diberikan p-bloker yang kardioselektif
Beta-bloker yang lipo{ilik ini juga mudah masuk ke
bersama p2-agonis untuk mengatasi bronkokons-
dalam otak sehingga sering menimbulkan efek
triksi yang mungkin terjadi; (2) diabetes melitus
samping sentral. Beta-bloker yang mudah larut da-
yang mudah terserang hipoglikemia pada pengo'
lam air (hidrofilik) dieliminasi terutama melalui gin-
jal sehingga dosisnya harus dikurangi atau interval
batan dengan insulin atau hipoglikemik oral; (3)
penyakit vaskular perifer yang berat (nekrosis kulit'
pemberiannya diperpanjang pada penderita de-
klaudikasio yang memburuk); (4) disfungsi jantung
ngan insufisiensi ginjal. Beta-bloker hidrofilik ini yang sedang sampai berat, kecuali akibat hiperten-
umumnya mempunyai waktu paruh yang panjang.
si, aritmia atau taklkardi sinus yang responsif ter-
Pada hipertensi, efek antihipertensi p-bloker
hadap p-bloker; (5) blok AV derajat 2- 3; dan (6)
masih ada walaupun kadarnya dalam darah sudah
sick slnus syndrome atau bradikardi.
sangat menurun. Sedangkan pada angina, efek an-
tiangina p-bloker lebih berkorelasi dengan kadarnya
dalam darah. Oleh karena itu, untuk angina, p- PERHATIAN
bloker harus diberikan lebih sering, terutama untuk Beta-bloker harus diberikan dengan hati-hati
p-bloker dengan waktu paruh yang pendek (kurang
pada penderita dengan : (1 ) diabetes melitus yang
dari 6 jam), misalnya metoprolol, propranolol, dan
stabil (yang tidak mudah terserang hipoglikemia):
oksprenolol, perlu diberikan 3-4 kali sehari. Peran
dapat diberikan B-bloker yang kardioselektif; (2)
sediaan lepas lambat (slow release) p-bloker untuk
gangguan sirkulasi perifer yang ringan, dapat dibe-
angina masih belum jelas.
rikan p-bloker dengan ISA atau B-bloker yang kar-
Membrane stabilizing activity (MSA) atau akti-
dioselektif; (3) gagal jantung yang ringan, dapat
vitas seperti anestetik lokal dari p-bloker tidak pen-
diberikan p- bloker dengan ISA; (4) gangguan kon-
ting dalam klinik karena efek ini hanya muncul pada
duksi jantung yang ringan (derajat 1), dapat diberi-
dosis yang tinggi sekali (100 x dosis terapi).
kan p-bloker dengan lSA.
Pemberian p-bloker bersama digitalis dapat
rnemberikan efek aditif dalam mendepresi konduksi
AV sehingga dapat terjadi disosiasi AV dan henti
3.3. EFEK SAMPING, PERHATIAN DAN
jantung.
KONTRAINDIKASI
Bila pemberian p-bloker hendak dihentikan'
harus dilakukan secara bertahap karena bila dihen-
EFEK SAMPING tikan mendadak dapat terjadi fenomena rebound,
mengakibatkan angina makin memburuk sampai
Efek samping B-bloker kebanyakan merupa- terjadi infark miokard. Sindrom putus obat ini tam-
kan kelan,jutan dari elek larmakologiknya, yaitu aki- paknya kurang terjadi pada p-bloker dengan lSA.
bat blokade adrenoseptor-B adrenergik : bradikardi,
blok AV, gagal jantung, bronkospasme dan lain-lain.
Gagal jantung, walaupun jarang, dapat terjadi men- CA
4. PENGHAMBAT KANAL
dadak atau pelan-pelan, biasanya pada penderita .

dengan gangguan fungsi jantung.


Efek samping p-bloker yang bukan kelanjutan Penghambat kanal Ca2*1Calcium channe!
elek larmakologiknya adalah (1 ) efek pada saluran blocker, CCB) adalah sekelompok obat yang beker'
cerna : mual, muntah, diare ringan, konstipasi; (2) ja dengan menghambat masuknya ion Ca" mele'
efek sentral : mimpi buruk, insomnia, halusinasi, wati s/ow channtel yangterdapat pada membran sel
rasa capai, pusing, depresi; dan (3) reaksi alergi : (sarkolema). Struktur kimia CCB sangat berbeda
rash, demam dan purpura; bila timbul reaksi ini obat satu sama lainnya (lihat Gambar 23-3)' Obat ini
harus dihentikan. pertama kali dilaporkan mempunyai elek kronotro-
Farmakologi dan Terapi

CHgOC ,r=\, f
nt CH(cHs)a
il cx.o (-[ c Hzc H zNC HzcHzcHzccN
o
cHgo -A-
t-ol'ocHs
to
CHzCHzN(CHs)z

Niledipin
YOCHg
Diltiazem

Verapamil

Gambar 23-3, Struktur kimia Nifedipin, Diltiazem dan Verapamil

pik dan inotropik negatit oleh Hass & Hartfelder meningkatkan kontraksi. Masuknya ion Ca2* dari
(1 962), yang^terjadi karena terhambatnya arus ruang ekstrasel (2mM) ke dalam ruang intrasel di-
masuk ion Ca2* ke dalam sel jantung (Fleckenstein pacu oleh perbedaan kadar (kadar Ca2* ekstrasel
dkk., 1967). Nama lain yang biasa dipakai untuk 10.000 kali lebih tinggi daripada kadar Ca2* intrasel
golongan obat ini adalah calgium anlagonisf atau sewaktu diastole) dan karena ruang intrasel ber-
calcium entry blocker. muatan negatif. Pada otot jantung mamalia, masuk-
Berdasarkan struktur kimianya, CCB dapat nya ion Ca2* meningkatkan kadar Ca2' sitosol dan
dibedakan atas 5 golongan : mencetuskan penglepasan ion Ca2* dalam jumlah
1) Dihidropiridin (DHP) : nifedipin, nikardipin, cukup banyak dari depot intrasel (retikulum sarko-
lelodipin, amlodipin, dll. plasmik) sehingga aparat_kontraktil (sarkomer) be-
2) Difenilalkilamin : verapamil, galopamil, kerja. Masuknya ion Ca2* terutama berlangsung
tiapamil, dll. lewat s/ow channel. Slow channel berbeda dengan
3) Benzotiazepin : diltiazem, lasf Na channel yang melewatkan ion Na+ dari
4) Piperazin : sinarizin, flunarizin, dll. ruang ekstrasel menuju ruang intrasel dan dihambat
5) Lain-lain : prenilamin, perheksilin, dll. oleh tetrodotoksin. Kanal Ca" tidak dihambat oleh
tetrodotoksin.
Golongan 1, 2 dan 3 menghambat secara Secara umum ada 2 macam kanal kalsium
selektif kanal Ca2* (90-100%), sedangkan kelom- pada membran sel eksitabel: (1) Voltage-operated
pok lainnya menghambat kanal Caz* (50-70%) dan (VOC) atau potential-dependent channel (PDC),
kanal Na+. yang terbuka oleh depolarisasi; (2) Receptor-opera-
Uraian selanjutnya dibatasi pada ke-3 proto- ted channel (ROC), yang terbuka oleh norepinefrin
tipe CCB, yakni nifedipin, verapamil dan diltia- atau neurotransmitor lain tanpa terjadi depolarisasi.
zem.
VOC juga dibagi dalam 3 subtipe L, N dan T atas
dasar konduktansi dan sensitivitas kanal tersebut
4.1. FARMAKODINAMIK terhadap perubahan potensial. Dari ke-3 subtipe ini,
hanya tipe L yang sensitif terhadap CCB. CCB ter-
utama bekerja pada jantung dan otot vaskuler,
MEKANISME KERJA karena pada kedua jaringan ini banyak terdapat tipe
L. Kanal L terdiri dari 5 subunit, yakni or, a2, p,1 dan
Pada otot jantung dan otot polos vaskuler, ion 6, dan reseptor CCB terdapat pada subunit ar.
^. terutama
Ca" berperan dalam peristiwa kontraksi. Nifedipin, verapamil dan diltiazem berikatan dengan
Meningkatnya kadar ion Ca2* dalam sitosol akan subunit o.1 di tempat yan.g berlainan tetapi berdekat-
Obat Antiangina

an dan saling mempengaruhi. Dibandingkan de- ini, di samping tidak adanya e{ek yang bermakna
ngan CCB organik, maka CCB anorganik seperti Co pada nodus AV dan SA, membawa keuntungan
dan La, menghambat kanal Caz* secara tidak selek- pada:
tif dan tidak bersifat frequency-dependent.
(1) pengobatan hipertensi : menurunkan tahanan
Untuk kontraksl, otot jantung memerlukan ion
tepi tanpa efek samping pada jantung, dan rela-
Ca2* yang masuk dari luar sel di samping ion Ca2*
til aman dalam kombinasi dengan B-bloker.
dari gudang intrasel, otot polos bergantung hampir
(2) pengobatan angina: mengurangi serangan
seluruhnya pada ion Ca" ekstrasel, sedangkan
angina tanpa efek samping pada jantung, dan
otot rangka tidak memerlukan ion Caz' ekstrasel.
relatif aman dalam kombinasi dengan B-bloker.
Oleh karena itu CCB menghambat kontraksi otot
(3) gangguan lungsi jantung : lebih aman.
polos dan otot jantung, tetapi tidak menghambat
kontraksi otot rangka.
Hambatan influks Ca2+ melalui kanal Ca2t
Pada otot polos vaskuler terdapat 3 macam
oleh CCB bersifat kompetitif. Efek ini dapat diatasi
kanal Ca" untuk kontraksi, yakni VOC, ROC dan
dengan pemberian larutan Ca2', agonis gr (epi-
SOC (stretch-operated channel). VOC (terbuka nefrin, isoproterenol) atau glikosida jantung.
pada perangsangan saraf) dan ROC (terbuka pada
Efek kardiovaskular N, V dan D dlringkaskan
perangsangan NE/Epi) menentukan tonus vaskuler
dalam Tabel 23-3.
oleh perangsangan ekstrinsik. SOC yang terbuka
pada perangsangan otol sendiri (miogenik) menen-
tukan tonus vaskuler basal (intrinsik). lon Ca2+
MEKANISME ANTIANGINA
dalam sitoplasma akan berikatan dengan kalmo-
Antagonis kalsium mengurangi kebutuhan
dulin, menimbulkan fosforilasi myosin light chain oksigen miokard melalui (1 ) vasodilatasi perifer
dan kontraksi. (terutama arteriol) sehingga menurunkan afterload
CCB jauh lebih aktif dalam menyebabkan di- (semua antagonis kalsium : N > V > D); (2) pengu-
latasi arteriol daripada dilatasi vena. Pada arteri rangan kontraktilitas mlokard (V > D); dan (3) penu-
besar, VOC lebih sensitif terhadap CCB dibanding
runan frekuensi denyut jantung (D t V).
ROC. Akan tetapi pada arteriol, yang menentukan
resistensi perifer, sensitivitas VOC terhadap CCB
Tabel 23-3. EFEK KARDIOVASKULAR NIFEDIPIN,
sama dengan ROC.
VERAPAMIL DAN DILTIAZEM
Pada jantung, ion Ca2* ekstrasel selain diper-
lukan untuk kontraksi otot jantung, juga untuk pem-
bentukan impuls SA dan AV. Dengan demikian, Nifedipin Vera- Diltiazem
CCB menyebabkan e{ek inotropik negatif, krono- Efek kardiovaskular pamil
tropik negatil, dan penghambatan konduksi AV. (N) (v) (D)
Jadi, CCB terutama bekerja pada otot polos
vaskuler (menyebabkan dilatasi arteriol perifer dan
Resistensi perifer lill JJI IJ
(N>V>D)
koroner), otot jantung (menimbulkan efek inotropik
negatif), nodus AV dan nodus SA (menyebabkan Tekanan darah i.[ li J.l
(N>V=D)
hambatan konduksi AV dan denyut jantung).
Berbagai CCB menunjukkan aktivitas yang Refleks simpatis 1tt I1
berbeda terhadap otot polos vaskuler dan terhadap
(N>V>D)
jantung. Hanya golongan 2 (verapamil) dan golong- Efek inotropik IJ I
an 3 (diltiazem) yang mempunyai efek hambatan (V' D)

yang bermakna terhadap nodus AV dan SA. Aktivi- Frekuensi denyut jantung ll 1J lt'
tas hambatan CCB terhadap kontraksi otot polos Curah jantung t1 IJ l
vaskuler dibanding hambatannya terhadap kontrak- Tonus arteri koroner lJl J1 1il
si otot jantung disebut selektivitas vaskuler. (N>D>V)
CCB golongan DHP bersifat vaskuloselektif,
Konduksi AV l.l I
artinya DHP lebih aktif menghambat kontraksi otot (V>D)
polos vaskuler dibanding kontraksi otot jantung,
generasi yang baru mempunyai selektivitas yang Periode refrakter AV tt 1

(V>D)
lebih tinggi dibanding niledipin. Sitat vaskuloselektif
354 Farmakologi dan Terapi

Antagonis kalsium meningkatkan suplai ok- lebih lemah dari verapamil dan tidak berefek lang-
sigen miokard melalui (1 ) dilatasi langsung arteri sung terhadap jantung. Metabolit ini mempunyai
epikardial (N > D > V) sehingga dapat mengatasi waktu paruh yang panjang (8-13 jam) sehingga
atau rnencegah vasospasme koroner pada angina akan terakumulasi pada pemberian verapamil dosis
vasospastik; (2) penurunan tekanan darah (N > V > berulang. Metabolit utama diltiazem adalah desase-
D) sehingga tegangan dinding ventrikel selama sis- tildiltiazem yang mempunyai efek vasodilatasi se-
lole (afterloadl berkurang dan akibatnya perfusi paruh diltiazem. Metabolit derivat dihidropiridin
subendokard meningkat; (3) dilatasi arteri epikardial tidak aktil.
disertai dilatasi arteriol koroneryang lemah (sehing- Sirosis hepatis meningkatkan bioavailabilitas
ga resistensi koroner hanya sedikit berkurang dan V dan N sekitar 2 x lipat, dan waktu paruhnya 3-4 x
autoregulasi hanya sebagian dihambat) menyebab- lipat, serta mengurangi bersihannya sampai
kan aliran darah miokard meningkat terutama di separuhnya atau lebih, sehingga dosis obat-obat ini
daerah iskemik, di mana arteriol berdilatasi paling harus diturunkan pada penderita ini. Sirosis juga
lebar akibat autoregulasi yang masih berfungsi, (4) mempengaruhi farmakokinetik diltiazem, tetapi
dilatasi stenosis eksentris pada arteri epikardial dalam skala yang lebih kecil. Gagal ginjal telah
(yang ternyata belum berdilatasl secara maksimal) terbukti tidak mempengaruhi bersihan V, D,
sehingga meningkatkan aliran darah di pascaste- maupun N.
nosis (daerah yang iskemik); dan (5) penurunan Pada pemberian bersama digoksin atau deri-
denyut jantung (D > V) sehingga memperpanjang vatnya (p-metildigoksin, p-asetildigoksin), verapa-
waktu diastolik, dan dengan demikian meningkat- mil secara konsisten meningkatkan kadar plasma
kan perfusi subendokard. digoksin meskipun besarnya peningkatan tersebut
Tetapi antagonis kalsium meningkatkan ke- bervariasi. Tetapi nifedipin maupun diltiazem tidak
butuhan oksigen miokard melalui ('l ) penurunan selalu meningkatkan kadar serum digoksin. Pening-
frekuensi denyut jantunS (D > V) sehingga memper- katan kadar digoksin yang cukup tinggi hanya dite-
panjang waktu sistolik, dan dengan demikian me- mukan pada sebagian penderita yang mendapat N
ningkatkan kerja jantung; dan (2) pengurangan kon- atau D, sedangkan pada sebagian penderita lain-
traktilitas miokard (V > D) sehingga memperbesar nya kadar digoksin tidak berubah. Interaksi inidiper-
volume ventrikel (preload). kirakan akibat hambatan bersihan ginjal dari digok-
sin oleh CCB.
Dari mekanisme di alas, jelaslah bahwa anta-
Kadar plasma siklosporin meningkat pada
gonis kalsium efektif untuk angina akibat vaso- pemberian bersama D atau V. N dan D meningkat-
spasme koroner maupun aterosklerosis kan kadar plasma lenitoin. Kadar plasma teolilin
koroner. ditingkatkan oleh N dan V. V juga meningkatkan
kadar plasma karbamazepin. Semua intdraksi ini
tampaknya akibat hambatan enzim mikrosonal hati
4.2. FARMAKOKINETIK DAN DOSIS
oleh V, D, maupun N. Sebaliknya, pemberian ber-
ANTIANGINA sama simetidin (penghambat enzim sitokrom Pnso)
meningkatkan kadar plasma N dan D, tetapi tidak
Nifedipin (N), verapamil (V) dan diltiazem (D)
mempengaruhi larmakokinetik V.
mudah larut dalam lemak sehingga mudah diab-
Pemberian rifampisin bersama vera-pamil
sorpsi pada pemberian oral maupun sublingual, dan
sangat menurunkan kadar plasma verapamil; hal ini
dieliminasi terutama melalui metabolisme di hati.
tampaknya akibat induksi enzim metabolisme
Tetapi karena sebagian dari dosis oral dimetabo-
verapamil oleh rifampisin. Tidak ada data untuk N
lisme pada lintasan pertama di hati, maka bioavaila-
dan D dengan rifampisin, tetapi interaksi yang.sama
bilitas obat-obat ini tidak begitu tinggi, terutama
diperkirakan akan terjadi.
untuk V dan D. Pada pemberian berulang, metabo-
Oleh karena serangan pada angina Prinzme-
lisme lintas pertama ini berkurang sehingga bioavai- tal biasanya lebih hebat dan lebih lama dibanding-
labilitas obat meningkat, karena enzim metabolis- kan pada angina stabil kronik, maka untuk angina
menya mengalami kejenuhan. Dengan demikian, varian ini seringkali diperlukan dosis CCB yang
pemberian berulang juga memperpanjang waktu lebih tinggi.
paruh dan mengurangi bersihan V dan D. Resume tentang farmakokinetik dan dosis an-
Norverapamil, yang merupakan metabolit aktif tiangina dari N, V dan D dapat dilihat pada Tabel
dari verapamil, mempunyai efek vasodilatasi yang 23-4.
Obat Antiangina

Tabel 23-4. SIFAT FARMAKOKINETIK DAN DOSIS ANTIANGINA NIFEDIPIN, VERAPAMIL, DAN DILTIAZEM

Nifedipin Verapamil Diltiazem

1. Absorpsi oral (ok) 90 - 100 >90 80-90


2. Bioavailabilitas oral (%) - dosis tunggal 40- 60 15 - 30 40
- dosis berulang t (2-2,5 x) t (- 2x)
- usia lanjut
- sirosis hati 90 ,,T*'
- gagal ginjal Y
3. Mula kerja (menit) - sublingual 3
- oral <20 _30 <30
4. Waktu mencapai kadar puncak (iam) 112-1 1-2 1-2
5. lkatan protein (%) 92-98 an 78-87
6. Eliminasi utama metabolisme hati metabolisme hati metabolisme hati
7. Metabolit aktif norverapamil a) desasetil-diltiazem
b) N-desmetil
diltiazem
* aktivitas kardiovaskuler 20 a)40-50
(% obat utuh) b) 20
8. Waktu paruh (am) - dosis tunggal z- J 3-7
- dosis berulang I (1 112-2x) I (-e)
- usia lanjut t 1

- sirosis hati 7 1 (4x)


- gagal ginjal :
9. Bersihan - dosis berulang I (< 1/2 x) I (< 1/2 x)
- sirosis hati i (' 1/2 x) I (112 x) I (kecil)
- usia lanjut ,_
- gagal ginjal : :
1 0. lnteraksi
* kadar plasma digoksin (%) 1 (0 - 45%) 1 (75-100%) I (0-4o%)
* kadar plasma siklosporin 1 I (750/0)
* kadar plasma lenitoin 1
* kadar plasma teofilin :
* kadar plasma karbamazepin
* kadar plasma propranolol
I 1

I
' kadar plasma dengan adanya 1 (80%) 1

simetidin (%)
" penurunan kadar plasma oleh 40-100
rifampisin (%)
11. Dosis antiangina (sehari)
'angina stabil kronik 3 x 10-20 mg 3 x B0-120 mg 3-4 x 60 mg
* angina Prinzmetal 3-4 x 20-30 mg 3-4 x B0-120 mg 3-4 x 60-90 mg

4.3. EFEK SAMPING, PERHATIAN DAN buluh darah dan jantung, yakni (1 ) vasodilatasi ber-
KONTRAINDIKASI lebihan (N >> V > D); (2) efek inotropik negatif (V >
D t *)' (3) depresi konduksi AV (V > D >> N); dan
EFEK SAMPING (4) depresi nodus SA.
Efek samping akibat vasodilatasi berlebihan
Efek samping CCB yang utama merupakan berupa nyeri kepala berdenyut, pusing, muka me-
kelanjutan dari efek farmakologiknya pada pem- rah, udem perifer, hipotensi, refleks takikardi dan
Farmakologi dan Terapi

palpitasi. Berkurangnya perlusi koroner akibat hipo- pat membaik dengan berjalannya waktu. Efek sam-
tensi berlebihan dan/atau meningkatnya kerja jan- ping ini dapat dikurangl dengan menurunkan dosis
tung akibat terjadinya takikardi dapat menimbulkan atau kombinasi dengan B-bloker.
atau memperburuk serangan anglna; ini dapat ter-
jadi pada pemberian nifedipin dosis terapi. Telah disebutkan bahwa nifedipin (V dan D
tidak) dapat menimbulkan serangan angina. Rasa
Efek inotropik negatil CCB tidak menjadi nyeri muncul kira-kira 30 menit setelah makan obat.
masalah bila lungsi jantung penderita baik, tetapi
Bila ini terjadi, obat harus diturunkan dosisnya atau
dapat menimbulkan gagal jantung pada penderita
dihentikan.
dengan gangguan fungsi jantung. Kemungkinan
terjadinya gagal jantung ini lebih besar bila CCB Verapamil. Efek sampingnya terutama akibat de-
diberikan bersama obat lain yang juga bersifat ino- presi konduksi AV, efek inotropik negatif dan de-
tropik negatif , misalnya B-bloker. presi nodus SA, dan juga akibat vasodilatasi berle-
Depresi konduksi AV menimbulkan blok AV, bihan (Tabel 23-5). Asistole, hipotensi berat, gagal
terutama bila pemberian CCB dikombinasi dengan jantung, syok kardiogenik, bradikardi sinus, dan
obat lain yang juga mendepresi konduksiAV, misal- henti sinus biasanya terjadi pada pemberian vera-
nya p-bloker atau digitalis. Depresi nodus SA dapat pamil inlravena, pada penderita dengan gangguan
menimbulkan bradikardi sinus dan henti sinus. konduksi AV, gangguan fungsi jantung atau penya-
Elek samping saluran cerna (mual, muntah, kit nodus SA, atau bila verapamil diberikan dalam
konstipasi dan sebagainya) jarang terjadi, kecuali kombinasi dengan B-bloker. Pemberian verapamil
konstipasi oleh verapamil cukup sering dijumpai. lV bersama p-bloker lV merupakan kontraindikasl,
karena memperbesar kemungkinan lerjadinya blok
Nifedipin. Efek sampingnya terutama akibat e{ek AV dan depresi fungsi ventrikel yang berat.
vasodilatasi berlebihan (Tabel 23-5). lnsidensnya Pemberian verapamil oral pada penderita de-
tinggi (sekitar 20%) tetapi biasanya ringan dan da- ngan jantung sehat hanya menimbulkan nyeri

TAbCI 23-5' EFEK SAMPING ANTAGONIS KALSIUM : NIFEDIPIN, VERAPAMIL DAN DILTIAZEM

Nifedipin Verapamil Diltiazem

lnsidens efek samping 20% 0-1 5%


1 2-10 %
Menghentikan obat 2-6Yo 1-2%
Cara mengurangi insidens 'turunkan dosis atau . hati-hati dalam pemilihan
. kombinasi dengan p- penderita
bloker " pengawasan yang baik
Elek samping yang sering/ ' nyeri kepala berdenyut (7%) 'konstipasi . nyeri kepala ber-
relatif sering * muka t
merah (5-7%) nyeri kepala berdenyut denyut
'pusing (3-12%) . pusing ' pusing
'edema perifer 'muka merah 'edema perifer
'hipotensi " edema periler . rash kulit
. takikardia * nausea
'blok AV (berat bila lV)
" kelemahan otot . hipotensi (berat bilalV)
'astenia
* mual
'asistote (lV) " bradikardi
'serangan angina t gagal jantung (terjadi/
(tim bul/mem buruk) memburuk; lV).
. syok kardiogenik (iV)
* bradikardi
sinus (lV)
'srnus aresl (lV)
Obat Antiangina

Tabel 23-6. PERHATIAN DAN KONTRAINDIKASI ANTAGONIS KALSIUM, NIFEDIPIN VERAPAMIL DAN DIL-
TIAZEM

Kondisi" Nifedipin Verapamil Diltiazem

1. Disiungsi iantung
- Tidak berat Perhatian
(kontrol dulu dengan digitalis dan diuretik)

- Berat Kontraindikasi. (kecuali Perhatian


(fraksi ejeksi < 30 %) akibat aritmia supra- (kontrol dulu dengan digi-
ventrikuler) talis dan/atau diuretik)

2. Slck shus syndrome Kontraindikasi


(tanpa pacu jantung ventrikel) (bradikardi sinus, stnus aresl)
Bradikardi (< 55/menit)

3. Blok AV
- Derajat 1 Perhatian (blok AV t )

- Derajat 2-3 (tanpa Kontraindikasi


pacu jantung ventrikel) (blok jantung total, asistole, syok kardiogenik)

4. Hipotensi berat (sistole < 90 Perhatian Kontraindikasi


mmHg) atau Syok kardiogenik (kecuali akibat takiaritmia supraventrikuler)

5. Stenosis katup aorta Perhatian


(gagal jantung)

6. Flufterfiib(ilasi atrium Kontraindikasi Kontraindikasi


dengan sindrom WPW (oral, lV) (tv)
(aritmia ventrikuler) (aritmia ventrikuler)

7, Takikardia ventrikuler Kontraindikasi (bila lV)


(f ibrilasi ventrikule0

Perhatian (bila ke-2 obat oral)


8. Kombinasi dengan P-bloker (hipotensi berat, blok AV, bradikardi, gagal
jantung)

Kontraindikasi (bila ke-2 obat lV)


(hipotensi berat, blok AV, asistole, bradikardi,
blok SA, gagal jantung)

9. Kombinasi dengan digoksin


- Tanpa toksisitas digitalis Perhatian Perhatian
(kadar plasma digoksin t ) (kadar plasma digoksin 1 ; blok AV, bradikardi)

- Dengan toksisitas digitalis Perhatian Kontraindikasi Perhatian


(blok AV total, asistole) (blok AV 1 )

10. Kombinasi dengan obat anti- Perhatian Perhatian


hipertenst (efek hipotensit 1 ) (efek hipotensif 1 )
358 Farmakologi dan Terapi

Tabe| 23.6. PERHATIAN DAN KONTRAINDIKASI ANTAGONIS KALSIUM, NIFEDIPIN VERAPAMIL DAN DIL-
TTAZEM (SAMBUNGAN)

Kondisi Verapamil Diltiazem

11 Kombinasi dengan anti- Perhatian


aritmia (blok AV t )

12. Sirosis hati; usia lanjut

13. Kehamilan Kontraindikasi Perhatian


(embriotoksik dan teratogenik (embriotoksik pada hewan)
pada hewan)

14. Menyusui Perhatian Perhatian


(hentikan menyusui) (hentikan menyusui; diltiazem kadar dalam
ASI - dalam serum)

kepala berdenyut, pusing, konstipasi, wajah merah, vaskuloselektif (lihat butir 4.1). Golongan DHP juga
udem perlfer, blok AV derajat 1 alau 2 dan hipotensi, paling aman untuk dikombinasi dengan digitalis
dengan insidens yang tidak begitu tinggi. Efek atau p-bloker, karena DHP tidak bere{ek pada
samping yang paling sering terjadi (sampai 15%) nodus AV, Tetapi kombinasi DHP dengan p-bloker
adalah konstipasi. Efek samping ini berhubungan dapat menimbulkan hipotensl berat dan/atau gagal
dengan dosis dan biasanya dapat diobati dengan jantung bila diberikan kepada penderita dengan
laksans, tetapi pada 1-20h penderita, verapamil risiko tinggi, yakni penderita dengan angina pektoris
harus dihentikan sama sekali. berat, aterosklerosis pada tiga pembuluh koroner
(triple-vessel disease), gangguan fungsi jantung
Diltiazem. Efek sampingnya mirip dengan vera- dan/atau riwayat infark miokard.
pamil, tetapi diltiazem lebih lemah dalam menimbul- Sebaliknya verapamil, karena efeknya ter-
kan depresi konduksi AV dan efek inotropik negatif, hadap otot jantung, nodus SA dan nodus AV,
serta jarang sekali menimbulkan konstipasi. Oleh dikontraindikasikan pada gagal jantung yang
karena itu insidens efek sampingnya lebih rendah berat, sick srnus syndrorne, blok AV derajat 2-3,
dibandingkan kedua CCB lainnya (Tabel 23-5). hipotensi atau syok kardiogenik flutter/fibrilasi
Kebanyakan efek samping CCB berhubungan atrium dengan sindrom WPW. Kombinasi verapamil
dengan besarnya dosis. Oleh karena itu dosis untuk dengan p-bloker intravena juga merupakan kontra-
setiap penderita harus dititrasi untuk mendapatkan indikasi; demikian juga kombinasi CCB dengan di-
goksin bila terdapat toksisitas digitalis (Tabel 23-6).
dosis efektif sekecil mungkin. Efek samping kar-
diovaskuler akibat CCB dosis berlebih dapat dian- Diltiazem, karena sifatnya yang hampir sama
dengan verapamil, kontraindikasinya hampir.sama
tagonisasi dengan garam Ca** dan/atau adrenalin,
pula (Tabel23-6).
dan bila perlu atropin,

PERHATIAN DAN KONTRAINDIKASI 4"4. INDIKASI LAIN

Nifedipin dan dihidropiridin lainnya adalah CCB diindikasikan juga untuk hipertensi, dan
CCB yang paling aman untuk penderita dengan takiaritmia supraventrikular; pembahasan untuk
gagal jantung, karena CCB golongan DHP bersifat indikasi tersebut dapat dibaca pada Bab 2Q dan 21.
Obat Antiangina

DIPIRIDAMOL. Obat ini adalah vasodilator koroner Bila serangan lebih kerap timbul sehingga
yang poten, kerjanya lebih kuat pada pembuluh mengganggu kegiatan sehari-hari, maka diperlukan
darah koroner dibandingkan pembuluh darah obat untuk pencegahan jangka paniang, yakni
peri{ey. Karena itu, pada dosis yang biasa diberikan, nitrat kerja lama (long-acting nitrates\, B-bloker atau
yakni dosis yang menurunkan resistensi koroner CCB. Nitrat kerja singkat diberikan sewaktu-waktu
dan meningkatkan aliran darah koroner, dipiridamol serangan muncul/diperkirakan akan muncul.
hanya sedikit mempengaruhi tekanan darah sis-
temik dan aliran darah periter. Dipiridamol bekerja TAHAP 1 : MONOTERAPI
terutama pada arteriol koroner, sehingga
memperlihatkafi steal phenomenon. Oleh karena itu Nitrat kerja lama, p-bloker atau CCB sangat
obat ini tidak berguna, baik untuk angtna of effort efektil untuk terapi jangka lana angina of effort.
maupun untuk angina varian. Berbagai uji klinik
NITRAT KERJA LAMA. Sediaan ini sering diguna-
telah menunjukkan bahwa dipiridamol tidak menu-
kan sebagai obat pilihan pertama untuk terapi
runkan frekuensi maupun keparahan serangan jangka panjang angina of effort karena sudah lama
angina dan tidak meningkatkan kemampuan pen-
dikenal sebagai antiangina yang sangat elektif dan
derita melakukan kerja flsik. Dengan demikian, obat
cukup aman. Efek sampingnya dapat diduga dan
ini tidak lagi mempunyai tempat untuk terapi
mudah diobati. Syarat utama penggunaan nitrat
angina. Di negara-negara sepe(i Amerika dan lng-
kerja lama adalah respons yang jelas terhadap
gris, penggunaan obat ini sebagai antiangina telah
nitrogliserin sublingual. Tetapi harus diingat bahwa
lama ditinggalkan.
toleransi dapat terjadi pada penggunaan kronik, dan
Sebagai antiplatelet/antitrombotik, dipiridamol
dapat terjadi toleransi silang dengan nitrat kerja
sendiri tidak mempunyai efek klinik. Dalam kom-
singkat.
binasi dengan aspirin, obat ini memperpanjang
umur trombosit pada penderita dengan penyakit BETA-BLOKER. Golongan ini paling sering digu-
trombotik, tetapi ternyata tidak efektif untuk men- nakan sebagai obat pilihan pertama untuk terapi
cegah kambuhnya infark miokard. Satu-satunya in- jangka panjang angina of effort, yakni pada (1) pen-
dikasi dipiridamol yang dianjurkan pada saat ini derita dengan nyeri angina yang jelas berhubungan
adalah untuk pencegahan primer tromboemboli dengan kerja lisik, terutama bagi mereka yang sa-
pada penderita dengan katup jantung buatan, ngat aktif, karena penurunan denyut jantung dan
dalam kombinasi dengan warfarin. tekanan darah pada waktu kerja fisik paling jelas
pada golongan obat ini; (2) semua penderita de-
ngan angina pascainfark bila tidak ada kontraindi-
5. PENGGUNAAN KLINIK kasi; (3) penderita angina dengan hipertensi yang
reaktif atau takikardi; dan (4) penderita angina de-
ngan ekstrasistol ventrikel akibat kerja fisik.
5.1. ANGINA STABIL KRONIK ISA dari p-bloker mengurangi efektivitas p-
bloker untuk a ngina of effort, terutama untuk angina
Telah disebutkan bahwa pada angina stabil yang berat (lihat butir 3.2). Sifat-si{at farmakologik
kronik biasanya juga terdapat vasospasme koroner. lainnya (kardioselektivitas, kelarutan airllemak)
Oleh karena itu yang dimaksud dengan angina tidak mempengaruhi elektivitas p-bloker sebagai
stabil kronik di sini mencakup angina yang mem- antiangina, tetapi menentukan pilihan p-bloker
punyai komponen vasospasme yang kecil. mana yang paling cocok untuk masing-masing
Bila serangan iarang terjadi atau terjadi se- penderita (lihat butir 3.2). Beta-bloker tidak menim-
waktu kerja {isik maksimal, maka cukup diobati de- bulkan toleransi pada penggunaan jangka panjang.
ngan nitrat kerja singkat (shoft- acting nitrates) yang
dapat mengatasi serangan secara cepat sewak- PENGHAMBAT KANAL KALSIUM. Obat ini makin
tu-waktu serangan muncul, dan dapat mencegah sering digunakan sebagai obat pilihan pertama
timbulnya serangan sewaktu-waktu serangan untuk terapi jangka panjang angina stabil kronik'
diperkirakan akan muncul (pencegahan akut). karena secara umum, CCB dan p-bloker efektivitas-
Telah disebutkan pula bahwa di antara nitrat kerja nya sebanding untuk jenis angina ini. Selain itu CCB
singkat, nitrogliserin sublingual merupakan obat lebih jarang menimbulkan efek samping yang serius
terpilih karena mula kerjanya paling cepat. dibandingkan p-bloker. CCB menjadi obat terpilih
Farmakologi dan Terapi

terutama bila : (1 ) Beta-bloker merupakan kontrain- efek aditil dalam mengurangi kebutuhan oksigen
dikasi, misalnya pada gagal jantung, sick srnus miokard, karena nitrat kerja lama mengurangi
syndrome, blok AV derajat 2 atau lebih (untuk ke- beban hulu, sedangkan CCB mengurangi beban
adaan-keadaan ini sebaiknya dipilih nifedipln), hilir jantung. Kombinasi ini juga aditif dalam men-
penyakit paru obstruktif (asma), penyakit vaskular dilatasi slenosis eksentris pada arteri epikardial dan
perifer atau diabetes melitus yang berat (lihat butir dalam mencegah atau mengatasi spasme pada
3.3); dan (2) penderita tidak dapat mentoleransi arteri koroner tersebut. Tetapi kombinasi ini dapat
efek samping p-bloker. menimbulkan vasodilatasi berlebihan sehingga ter-
jadi hipotensi berat. Kombinasi nitrat kerja lama
Pemilihan CCB. Verapamil menunjukkan efek-
dengan verapamil merupakan kombinasi yang
tivitas yang sebanding atau lebih baik dibandingkan
sangat efektil karena verapamil selain mengurangi
dengan p-bloker dalam beberapa studi komparatif.
beban hilir jantung, juga berefek depresi ,iantung
Obat ini menjadi obat terpilih untuk penderita angina
sehingga dapat mengurangi efek samping nitrat
dengan aritmia supraventrikuler.
pada jantung. Kombinasi nitrat kerja lama dengan
Diltiazem mempunyai efek samping yang nifedipin atau DHP lainnya dianjurkan terutama
lebih jarang atau lebih ringan dibandingkan vera- untuk penderita angina dengan gagal jantung, sick
pamil dan nifedipin, di samping efektivitas klinik
sinus syndrome alau gangguan konduksi AV, di
yang sebanding dengan verapamil dan efek ino-
mana kombinasi B-bloker + CCB tidak tepat atau
tropik negatif yang lemah (kurang dibanding bahkan tidak boleh diberikan.
verapamil).
Nifedipin, insidens efek sampingnya paling BETA-BLOKER + PENGHAMBAT KANAL KAL-
tinggi sehingga dosisnya perlu dititrasi secara baik. SIUM. Nifedipin atau DHP lainnya adalah CCB
Obat ini menjadi obat terpilih bila : (1) penderita juga yang paling aman untuk dikombinasi dengan p-
mendapat B-bloker; (2) penderita mempunyai bloker karena DHP tidak beretek langsung pada
gangguan fungsi jantung, nodus SA atau konduksi nodus AV maupun nodus SA, serta tidak mempu-
AV; dan (3) penderita angina dengan hipertensi nyai efek inotropik negatif in vivo. Tetapi karena
yang serius. DHP generasi baru efek sampingnya p-bloker memblok refleks simpatis di jantung, maka
lebih jarang atau lebih ringan dibanding nifedipin. efek langsung inotropik negatif dari nifedipin tidak
Dengan demikian diperkirakan bahwa, tanpa lagi dinetralkan oleh refleks simpatis akibat vasodi-
adanya kontraindikasi dan keadaan-keadaan khu- latasi yang ditimbulkan nifedipln. Pada penderita
sus seperti tersebut di atas, di antara ke-3 prototipe dengan fungsi jantung normal, kombinasi p-bloker+
CCB, diltiazem akan terpilih sebagai mono- nifedipin dapat diberikan dengan aman, tetapi pada
terapi untuk sebagian besar penderita angina of penderita dengan gangguan fungsi jantung, kombi-
effort. nasi ini harus diberikan dengan hati-hati karena
Selanjutnya, bila monoterapi dengan nitrat dapat menimbulkan gagal jantung dan/atau hipo-
kerja lama, B-bloker atau CCB lernyata tidak cukup tensi berat.
efektif, maka diberikan terapi kombinasi antara Kombinasi B-bloker dengan verapamil atau
ketiga golongan obat lersebut. Oleh karena meka- diltiazem memberikan efek aditif dalam men-
nisme kerjanya berlainan, maka akan diperoleh depresi konduksi AV, nodus SA dan kontraktilitas
efek terapi aditif , sedangkan efek sampingnya ber- miokard, sehingga dapat menimbulkan hipotensi
kurang karena dosis masing-masing obat dalam berat, blok AV, bradikardi berat dan gagal jantung.
kombinasi dikurangi, di samping adanya efek saling Oleh karena itu kombinasi p-bloker + verapamif
menetralkan dalam efek sampingnya. diltiazem hanya boleh diberikan pada penderita
tanpa gangguan konduksi AV, nodus SA maupun
lungsi jantung, secara oral dan dengan hati-hati.
Pemberian kombinasi ini secara lV atau pada pen.
TAHAP 2 : TERAPI KOMBINASI 2 OBAT derita dengan salah satu gangguan tersebut di atas,
yang ringan sekalipun, merupakan kontraindikasi.
NITRAT KERJA LAMA + PENGHAMBAT KANAL Dengan demikian jelaslah bahwa untuk kombinasi
KALSIUM. Kombinasi ini digunakan untuk angina dengan p-bloker, sebaiknya dipilih nifedipin atau
yang berat, baik angina ol eflort maupun angina DHP lainnya, sedangkan kombinasi B-bloker de-
akibat vasospasme. Kombinasi ini memberikan ngan verapamil atau diltiazem tidak dianjurkan.
Obat Antiangina 361

Kombinasi p-bloker + nifedipin telah terbukti koroner juga mempunyai aterosklerosis koroner.
lebih efektif daripada monoterapi dengan masing- Prinsip pengobatan untuk angina varian yang akan
masf ng obat pada angina of effort, terutama karena diuraikan di sini berlaku untuk semua jenis angina
p-bloker.memblok relleks takikardi yang ditimbulkan di mana vasospasme koroner memegang peran
oleh nifedipin. Selain itu nifedipin mengurangi pe- penting atau utama dalam patogenesisnya (angi-
ningkatan tonus arteri koroner yang ditimbulkan na vasospastik), termasuk (1 ) angina sewaktu is-
oleh B-bloker, serta mengurangi afterload. Bela- tirahat (akan diuraikan pada butir 5.3); (2) angina of
bloker mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas elforf dengan elevasi segmen ST; (3) angina of
miokard terutama sewaktu kerja fisik. Selama kerja effort dengan ambang serangan yang bervariasi
fisik, kombinasi p-bloker + nifedipin menimbulkan sewaktu kerja fisik pada jam atau hari yang ber-
denyut jantung dan tekanan darah yang lebih ren- lainan; dan (4) angina yang muncul segera setelah
dah dibandingkan lrekuensi jantung dan tekanan terjadinya infark miokard.
darah pada pemberian masing-masing obat. Oleh Untuk jenis-jenis angina vasospastik tersebut
karena itu kombinasi ini diberikan terutama bila ter- di atas, nitrat dan penghambat kanal kalsium me-
dapat peningkatan frekuensi jantung yang hebat rupakan penghambat vasospasme yang kuat,
sewaktu kerja fisik atau bila terdapat hipertensi yang karena kerjanya langsung mendilatasi arteri epikar-
tidak cukup terkontrol dengan masing-masing obat. dial tempat spasme terjadi, sehingga langsung
Akan tetapi dosis masing-masing obat ini dalam dapat mengatasi atau mencegah terjadinya vaso-
kombinasi harus dititrasi dengan baik untuk meng- spasme tersebut. Bila diperlukan terapi akut, nitrat
hindarkan terjadinya hipotensi yang berlebihan. oral memberlkan efek selama beberapa jam,
Kombinasi p-bloker + nifedipin ini tampaknya sedangkan nitrogliserin sublingual hanya beberapa
lebih dapat ditoleransi penderita dan lebih elektif menit.
dibandingkan kombinasi B-bloker + nitrat kerja lama Untuk terapi jangka panjang angina vaso-
(isosorbid dinitrat). spastik, penghambat kanal kalsium merupakan
obat terpilih, karena: (1) CCB tidak menimbulkan
toleransi pada penggunaan jangka panjang; (2)
TAHAP 3 : TERAPI KOMBINASI 3 OBAT tidak ada sediaan nitrat yang kerjanya cukup pan-
jang untuk dapat melindungi penderita dari serang-
NITRAT KERJA LAMA+ BETA-BLOKER + PENG- an vasospasme yang seringkali terjadi di pagi buta
HAMBAT KANAL KALSIUM. Kombinasi ini hanya (terutama pada angina varian), sedangkan dengan
diberikan bila angina of effort tidak dapat diatasi sediaan nitrat lepas lambat dan transdermal, tole-
dengan kombinasi 2 .jenis obat antiangina. Nitrat ransi justru lebih mudah atau cepat terjadi (lihat butir
kerja-lama mengurangi beban hulu, B-bloker menu- 2.5); dan (3) CCB mempunyai efek antihipertensi,
runkan denyut jantung dan kontraktilitas miokard, sehingga menguntungkan untuk penderita angina
sedangkan CCB (hanya golongan DHP yang boleh yang disertai hipertensi.
digunakan dalam keadaan ini) mengurangi beban Nifedipin, diltiazem maupun verapamil sangat
hilir, sehingga diperoleh efek aditif dalam mengu- efektif untuk indikasi ini; efektivitas verapamil sama
rangi kebutuhan oksigen miokard. Tetapi terapi atau sedikit lebih rendah dibandingkan nifedipin dan
yang maksimal ini ternyata tidak lebih etektif diban- diltiazem. Pemilihan penghambat kanal kalsium
dingkan dengan terapi kombinasi 2 obat, bahkan mana yang akan digunakan untuk masing-masing
pada lebih dari setengah jumlah penderitanya, kom- penderita ditentukan oleh perbedaan sifat masing-
binasi p-bloker + nifedipin saja lebih efektif. Hal masing CCB tersebut. Mlsalnya, verapamil dipilih
ini mungkin karena pada kombinasi 3 obat terjadi untuk penderita angina vasospastik yang disertai
terlalu banyak vasodilatasi sehingga mengurangi takikardi supraventrikuler dan dikontraindikasikan
lekanan perfusi koroner. pada penderita angina varian yang disertai gagal
jantung kiri; nifedipin atau DHP lainnya untuk pen-
derita dengan gangguan konduksi jantung, bradi-
5.2. ANGINA VARIAN kardi sinus, disfungsi jantung, atau hipertensi, atau
untuk dikombinasi dengan 0-bloker; sedangkan dil-
Angina varian yang murni (penyebabnya tiazem digunakan bila diinginkan juga penurunan
hanya vasospasme koroner) jarang ditemukan, dan denyut jantung sebagai salah satu tujuan terapi atau
sebagian besar penderita dengan vasospasme bila ditakutkan terjadi efek samping hipotensi pada
Farmakologi dan Terapi

penderitanya. lnsidens efek samping dengan diltia- perlu sampai hampir maksimal, karena efeknya ter_
zem dilaporkan paling rendah di antara ketiga proto- hadap denyut jantung berlawanan. Nitrat kerja lama
tipe CCB, maka seperti halnya untuk penderilaangi_ ditambahkan bila perlu. Dosis masing-masing obat
na of effort, obat ini juga diperkirakan akan terpilih harus disesuaikan agar tidak terjadi hipotensi ber-
sebagai monoterapi untuk sebagian besar pen_ lebihan.
derita angina varian.
Pada angina varian, penghentian pengobat-
Pemberian p-bloker pada angina varian dapat an dengan penghambat kanal kalsium dapat
memperburuk vasospasme koroner. Telah di_
menimbulkan infark miokard atau bahkan kematian
sebutkan bahwa penghambatan adrenoseptor_p2
tiba-tiba. Oleh karena itu pada penderita dengan
pada arteri koroner oleh B-bloker menyebabkan do-
serangan yang disertai aritmia yang berbahaya, bila
minasi adrenoseptor-cr pada arteri tersebut. Telah
terapi perlu dihentikan, harus dilakukan dengan
diketahui bahwa aktivitas adrenoseptor-ct tam-
hati-hati di rumah sakit. Pada penderita dengan
paknya memegang peran penting dalam menim-
risiko rendah yang telah bebas dari serangan an-
bulkan vasospasme koroner. Jadi B-bloker dikon_ gina selama beberapa bulan sampai 1 tahun, terapi
traindikasikan untuk angina varian bila diberikan
dapat dihentikan secara bertahap. Tetapi bila gejala
sendiri. Akan tetapi bila B-bloker perlu diberikan,
timbul kembali, CCB harus diberikan kembali dalam
misalnya karena adanya hipertensi yang reaktif
dosis penuh.
atau takikardi, maka B-bloker harus diberikan dalam
kombinasi dengan CCB atau nitrat.
Banyak di antara penderita angina varian
menjadi penderita angina stabil di kemudian hari.
Meskipun untuk pengobatan jangka pendek,
manfaat klinik CCB untuk indikasi ini sudah jelas, Tetapi kambuhnya spasme koroner selalu dapat
terjadi, meskl setelah bertahun-tahun. pada angina
manfaat untuk pengobatan jangka panjang masih
stabil, terapi mungkin diperlukan seumur hidup.
belum diketahui. Dari data pendahuluan yang ada,
tampaknya golongan obat ini tidak dapat mencegah
timbulnya infark miokard dan kematian mendadak,
meskipun gejala-gejala anginanya dapat diatasi de_ 5.3. ANGINA TIDAK STABIL
ngan baik.
Tidak semua kasus angina tidak stabil akan
TAHAP 1 : MONOTERAPI. pada tahap int diberi- berakhir dengan infark miokard atau kematian men-
kan salah satu penghambat kanal kalsium dalam dadak, tetapi tidak jelas kasus mana yang akan
dosis terbagi 3-4 x sehari : nifedipin sampai dosis mengalami inlark atau mati mendadak. Ketidakpas-
'l 20 mg sehari, atau verapamil sampai dosis 480 mg tian ini menyebabkan terapi maksimal perlu diberi-
sehari, atau diltiazem sampai dosis 360 mg sehari. kan pada semua kasus angina tidak stabil.
Terapi angina tidak stabil ditujukan untuk me-
TAHAP 2 : TAMBAHKAN NITRAT KERJA LAMA. ngatasi nyeri angina dengan cepat dan mencegah
Kombinasi ini aditif dalam mendilatasi arteri epikar- kambuhnya iskemia serta terjadinya infark miokard
dial, dan dengan demikian dalam mencegah atau atau kematian mendadak sampai lebih dari 1 tahun.
mengatasi vasospasme koroner; juga aditif dalam Oleh karena setiap kasus berbeda patogenesisnya,
mendilatasi stenosis eksentrik pada arteri koroner maka cara terapi terbaik adalah individualisasi
tersebut. Dosis masing- masing obat harus dikura_ dan bertahap, dimulai dengan masuk rumah sakit
ngi untuk menghindarkan terjadlnya hipotensi berle- (Unit Perawatan Koroner lntensif) dan istirahat total
bihan yang berakibat memburuknya perlusi (bed rest).
koroner.
TAHAP 1 : FARMAKOTERAPT AWAL. pengobar-
TAHAP 3 : PENGGANTIAN PENGHAMBAT an intensif segera diberikan dan ditujukan untuk
KANAL KALSIUM. Dalam tahap inijenis CCB di- mengatasi nyeri angina.
ganti, tetapi nitrat kerja lama tetap diberikan. (1) Obat terpilih untuk terapi awal adalah nitrat,
yakni nitrogliserin sublingual (bila perlu diulang tiap
TAHAP 4: KOMBINASI 2 PENGHAMBAT KANAL 10-15 menit) dikombinasi dengan nitrat oral (mulai
KALSIUM. Nifedipin + diltiazem atau nifedipin + dengan dosis rendah dan kemudian dosis ditingkat-
verapamil memberikan efek terapi yang aditil. kan). Bila hasilnya belum memuaskan, diberikan
Dosis masing-masing CCB dapat ditingkatkan, bila nitrat intravena;
Obat Antiangina 363

(2) Bila hasil masih kurang memuaskan, ditambah- + B-bloker saja; atau CCB dan p-bloker ditambah-
kan penghambat kanal kalsium atau p-bloker. kan sekaligus pada nitrat (CCB yang dipilih untuk
Pengharnbat kanal kalsium dipilih untuk dikombinasi dengan p-bloker adalah nifedipin atau
angina. sewaktu istirahat karena telah diketahui DHP lainnya).
bahwa vasospasme koroner memegang peran
utama dalam patogenesis kelompok angina ini. TAHAP 2 : ARTERIOGRAFI KORONER. Bilatriple
Demikian juga CCB dipilih untuk angina stabil yang therapy tidak berhasil mengatasi manifestasi iske-
tiba-tiba memburuk dan angina yang baru mulai mia miokard dalam 6-12 jam, arteriografi koroner
tetapi langsung parah, karena diperkirakan bahwa
perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran
keadaan-keadaan tersebut merupakan akibat dari
yang lebih jelas dari patogenesisnya, sehingga
terjadinya vasospasme koroner. dapat ditetapkan penatalaksanaan yang optimal.
Beta-bloker dapat juga diberikan pada angina TAHAP 3 : Tergantung dari hasil arteriografi terse-
vasospastik ini karena disini p-bloker ditambahkan but, terapi trombolitik, angioplasti (PTCA) atau
pada nitrat (lihat butir 5.2), tentunya bila tidak ada bedah pintas koroner harus dilakukan dengan
kontraindikasi seperti gagal jantung dan lain-lain. Segera.
Dalam kombinasi dengan nitrat, ternyata p-bloker Pada penderita yang nyeri anginanya dapat
memberikan hasil yang baik sehingga kombinasi diatasi dengan farmakoterapi, sebaiknya dilakukan
nitrat + p-bloker ini telah menjadi terapi standard juga arteriografi koroner untuk menentukan apakah
untuk angina tidak stabil selama bertahun-tahun. angioplasti (PTCA) atau bedah pintas koroner di-
Elektivitas p-bloker, tanpa nitrat atau CCB, pada perlukan atau diperkirakan akan menguntungkan.
angina tidak stabil merupakan kontroversi. Meskipun CCB sangat efektif untuk angina
tidak stabil dengan penyebab utama vasospasme,
(3) Hasil yang terbaik diperoleh dari kombinasi belum cukup data untuk menilai apakah pengobat-
nitrat + penghambat kanal kalsiulp + p-bloker an ini mengurangi mortalitas. Sebaliknya, terapi
(triple therapy). Dalam hal ini p-bloker ditambah- jangka panjang dengan antitrombotik aspirin tam-
kan pada CCB atau sebaliknya, bila hasil masih paknya mengurangi insidens intark miokard pada
belum memuaskan dengan nitrat + CCB atau nitrat penderita dengan angina tidak stabil.
364 Farmakologi dan Terapi

24. HIPOLIPIDEMIK
F.D. Suyatna dan Tony Handoko S.K.

1. Pendahuluan 2. Obat yang menurunkan lipoprotein plasma


1.1. Definisi dan. masalah 2.1. Asam fibrat
1.2. Ateriosklerosis dan metabolisme lemak 2.2. Resin
1.3. Lipid plasma 2.3. Penghambat HMGCoA reduktase
1.4. Pilahan hiperlipidemia 2.4. Asam nikotinat
1.5. Pengaturan diet 2.5. Probukol
1.6. Menghilangkan laktor risiko 2.6. Lain-lain
1.7, Pemberian obat
Pen gobatan hiperlipoproteinemia

1. PENDAHULUAN kurang gerak, keturunan dan sfress. Dengan demi-


kian dapat dimengerti bahwa penyakit jantung koro-
ner merupakan penyakit multilaktorial dan pemberi-
1.1. DEFINISI DAN MASALAH an pengobatannya harus dilakukan bersamaan de-
ngan tindakan untuk mengatasi faktor risiko lainnya.
Hijolipidemik adalah obat yang digunakan untuk
menurunkan kadar lipid plasma. Tindakan menu-
runkan kadar lipid plasma merupakan salah satu
tindakan yang ditujukan untuk menurunkan risiko 1.2. ATEROSKLEROSIS DAN METABO-
penyulit aterosklerosis. LISME LEMAK
Arteriosklerosis, adalah suatu penyakit yang di- Hubungan antara aterosklerosis dan metabo-
tandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas lisme lemak telah menjadi perhatian para ahli pato-
dinding arteri. Dikenal 3 bentuk arteriosklerosis logi dalam abad ke 19, dan semakin mendapat per-
yaitu aterosklerosis, arteriosklerosis Monckeberg hatian setelah Getler (1 950) melaporkan bahwa
dan arteriolosklerosis. Aterosklerosis adalah ben- kadar plasma kolesterol pada penderita penyakit
tuk arteriosklerosis yang paling umum ditemukan, jantung koroner lebih tinggi daripada orang normal.
ditandai dengan terdapatnya aterom pada bagian Gofman (1 950) mendapatkan peningkatan lipopro-
intima arteri yang berisi kolesterol, zat lipoid dan tein ringan (low density lipoprotein, LDL) pada pen-
lipofag. Pembuluh darah yang terkena adalah arteri derita penyakit koroner. Albrink dan Mann (1959)
besar dan sedang yaitu pembuluh serebral, verte- mendapatkan bahwa kadar trigliserid pada pende-
bral, koroner, renal, aorta dan pembuluh di tungkai. rita penyakit koroner juga meningkat. Penelitian
Komplikasi terpenting dari arlerosklerosis prospektif di Framingham menunjukkan bahwa insi-
adalah penyakit jantung koroner, gangguan pem- dens dan kasus baru penyakit koroner paling tinggi
buluh darah serebral dan gangguan pembuluh jumlahnya pada kelompok dengan kadar lemak dan
darah perifer. Penyakit jantung koroner merupakan lipoprotein plasma yang paling tinggi.
penyebab kematian utama di negara yang telah lnsidens penyakit koroner lebih rendah di
maju dan semakin sering ditemukan di negara kita. negara yang sedang berkembang dibanding de-
Faktor risiko yang merupakan predisposisi untuk ngan negara yang sudah maju dan hal ini dihubung-
timbulnya penyakit koroner adalah hiperlipidemia, kan antara lain dengan diet lemak yang jauh lebih
hipertensi, kebiasaan merokok, diabetes melitus, tinggi di negara yang sudah maju.
Hipolipidemik 365

Penelitian selama perang dunia ke 2 dan pe- hanya menurunkan kadar total kolesterol dan trigli-
nelitian pada hewan coba memberikan harapan serid plasma saja.
bahwa aterosklerosis bersifat reversibel. Atas dasar Lipid darah diangkut dengan 2 cara (lihat gam-
tersebut di atas dilakukan usaha untuk mencegah bar 2) : (1) jalur eksogen dan (2) jalur endogen.
dan memperbaiki aterosklerosis antara lain dengan
menurunkan kadar kolesterol dan trigliserid dalam Jalur eksogen. Trigliserida dan kolesterol yang
plasma. berasal dari makanan dalam usus dikemas sebagai
Selain meningkatkan risiko penyakit koroner, kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalarn sa-
peningkatan lipoprotein juga dapat menimbulkan luran limfe lalu ke dalam darah via duktus torasikus.
pankreatitis. Di dalam jaringan lemak, trigliserid dalam kilomikron
mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang
terdapat pada permukaan sel endotel. Akibat hidro-
1.3. LIPID PLASMA lisis ini maka akan terbentuk asam lemak dan kilo-
mikron remnan. Asam lemak bebas akan me-
Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, tri- nembus endotel dan masuk ke dalam jaringan
gliserid, foslolipid dan asam lemak bebas tidak larut lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserid
dalam cairan plasma. Agar lipid plasma dapat di- kembali (cadangan) atau dioksidasi (energi).
angkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid Kilomikron remnan adalah kilomikron yang
tersebut perlu dimodilikasi, yaitu dalam bentuk lipo- telah dihilangkan sebagian besar trigliseridnya se-
protein yang bersifat larut dalam air. Skema lipopro- hingga ukurannya mengecil tetapi jumlah ester ko-
tein seperti dalam Gambar 1 menunjukkan bahwa lesterol tetap. Kilomikron remnan ini akan dibersih-
pada inti terdapat ester kolesterol dan trigliserida, kan oleh hati dari sirkulasi dengan mekanisme en-
dikelilingi oleh loslolipid, kolesterol non-ester dan dositosis oleh lisosom. Hasil metabolisme ini beru-
apolipoprotein. Zal-zal tersebut beredar dalam pa kolesterol bebas yang akan digunakan untuk
darah sebagai lipoprotein larut plasma. Lipoprotein sintesis berbagai struktur (membran plasma, mielin,
ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesis- hormon steroid dsb.), disimpan dalam hati sebagai
nya menuju tempat penggunaannya. Apolipopro- kolesterol ester lagi atau diekskresi ke dalam em-
pedu (sebagai kolesterol atau asam empedu) atau
tein berfungsi untuk mempertahankan struktur lipo-
protein dan mengarahkan metabolisme lipid ter- diubah jadi lipoprotein endogen yang dikeluarkan ke
sebut. Diagnosis hiperlipidemia aterogenik yang dalam plasma. Kolesterol juga dapat disintesis dari
tepat membutuhkan penentuan abnormalitas lipo- asetat dibawah pengaruh enzim HMG CoA reduk-
protein yang spesifik dan pengobatan diarahkan tase yang menjadi aktif jika terdapat kekurangan
untuk memperbaikikelainan lipoprotein, bukan kolesterol endogen. Asupan kolesterol dari darah
juga diatur oleh jumlah reseplor LDL yang terdapat
pada permukaan sel hati.

Jalur endogen, Trigliserid dan kolesterol yang di-


sintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam
bentuk VLDL kaya trigliserid dan mengalami hidro-
lisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga
menghidrolisis kilomikron menjadi partikel lipopro-
tein yang lebih kecil yaitu IDL dan LDL. LDL merupa-
kan lipoprotein yang mengandung kolesterol paling
banyak (60-70 %). LDL mengalami katabolisme me-
lalui reseptor seperti diatas dan jalur non res6ptor.
Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh pro-
duksi kolesterol endogen. Penderita hiperkolestero-
lemia lamilial heterozigol mempunyai kira-kira 50 %
reseptor LDL yang fungsional. Pada pasien katabo-
lisme LDL oleh hati dan jaringan periler berkurang
sehingga kadar kolesterol plasmanya meningkat.
Gambar 1. Partlkel lipoprotein Peningkatan kadar kolesterol sebagian disalurkan
ke dalam makrolag yang akan membentuk sel busa
366 Farmakologi dan Terapi

JALUR EKSOGEN JALUR ENDOGEN

fr
asam empedu
LDL teroksidasi

lemak dari f-: J reseptor


I""o,- I m akrofag

makanan
kolesterol
I LDL
I triqliserida

usus

I
I
kilomikron
o
parenkim

.l

iipoprotein lipasd\

Gambar 2. Jalur transpor lipid dan tempat kerja obat

(foam cells) yang berperanan dalam terjadinya ate- (1) Kilomikron. Lipoprotein dengan berat molekul
rosklerosis prematur. Bentuk homozigot lebih terbesar ini lebih dari 80 % komponennya terdiri dari
jarang dan lebih berbahaya sehingga pada usia trigliserid yang berasal dari makanan dan kurang
anak dapat terjadi serangan inlark jantung. HDL dari 5 ak kolesterol ester. Kilomikron membawa
berasal dari hati dan usus sewaktu terjadi hidrolisis trigliserid dari makanan ke jaringan lemak dan otot
kilomikron dibawah pengaruh enzim lecithin: chole- rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati.
sterol acyltranslerase (LCAT). Ester kolesterol ini Kilomikronemia pascamakan (postprandial) mere-
akan mengalami perpindahan dari HDL kepada da 8-1 0 jam sesudah makan. Adanya kilomikron
VLDL atau IDL sehingga dengan demikian tdrjadi dalam plasma sewaktu puasa dianggap abnormal.
kebalikan arah transport kolesterol dari periler me- Kilomikron membentuk lapisan krim di atas plasma
nuju ke hati untuk dikatabolisasi. Aktivitas ini yang didinginkan.
mungkin berperan sebagai sifat antiaterogenik.
(2) Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL,
Pada gambar ini juga ditunjukkan tempat di
very low density lipoprctein). Lipoprotein ini terdiri
mana obat hipolipidemik bekerja,
dari 60 % trigliserid (endogen) dan 10-15 % koleste-
LIPOPROTEIN. Dengan elektroloresis lipoprotein rol. Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas
dibedakan menjadi 5 golongan besar (Tabel 1). di hati. Karena asam lemak bebas dan gliserol dapat
Hipolipidemik 367

Tabe| 1. KLASIFIKASI DAN KOMPOSISI LIPOPBOTEIN

Parameter kilomikron VLDL IDL LDL HDL

Dsnsitas < 1.006 < 1,006 1.006-1.019 1.019-1.063 1.063-1 .21

Berat molekul (0,4-30)x10s (5-10)x106 (3,9-4,8)x l05 2.75 x 106 (3.6-1 .75)x1 05

Diamotr (nm) >70 25.0-70.O 22.O-24.A 19.6-22.7 4-10

Mobilitas Origin pre-R broad B R c


eleklrotoresis (antara B-pre B)

Komposisi
(% berat)

Kolsterol non estsr 2 5-8 I 13 b

Kolsterol sster 5 1 1-14 22 49 13

Fosfolipld 7 20-23 25 27 28

Triglissrida 84 44-60 30 11 3

Protein 2 4-11 15 23 50

Apoprotein AI 7,4 trace 67


(% lotal) Ail 4,2 trace 22
apolipoprotsin) B-100 trace 36,9 50-70 98 traco
B-.18 22,5 tace trace
ct, cil, cilt 49,9 5-1 0 traca 5-1 1

Eil, Elil, EtV :u 13,0 10--20 1-2


'/ace tace

usus hati, usus intravaskuler intravaskulr usus,hati

disintesis dari karbohidrat, maka makanan kaya tein B dan E. IDL adalah zat perantara yang terjadi
karbohidrat akan meningkatkan jumlah VLDL. Ka- sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL, tidak
dar trigliserid juga mungkin berubah oleh pengaruh terdapat dalam kadar yang besar kecuali bila terjadi
berat badan, minum alkohol, stres dan latihan fisik. hambatan konversi lebih lanjut. Bila terdapat dalam
Efek aterogenik VLDL belum begitu jelas, tetapi jumlah banyak IDL akan terlihat sebagai kekeruhan
hipertrigliseridemia mungkin merupakan tanda bah- pada plasma yang didinginkan meskipun ultra sen-
wa kadar HDL kolesterol rendah dan sering dihu- trilugasi perlu dilakukan untuk memastikan adanya
bungkan dengan kegemukan, intoleransi glukosa IDL.
dan hiperurisemia. Pernah dilaporkan neuropati
(4) Lipoprotein densitas rendah (LDL,low density
sensoris periler yang diduga disebabkan oleh hiper-
trigliseridemia, membaik setelah kadar trigliserid di- lipoprotein). LDL merupakan lipoprotein pengang-
turunkan. Jika plasma pasien didinginkan semalam kut kolesterol terbesar pada manusia (70 % total).
(4oC) maka peningkatan kadar VLDL lampak seba- Partikel LDL mengandung trigliserid sebanyak 10 %
gai kekeruhan dibawah lapisan atas. Apabila lapis- dan kolesterol 50 o/0. LDL merupakan metabolit
an atas berupa krim maka kadar kilomikron juga VLDL, lungsinya membawa kolesterol ke jaringan
perifer (untuk sintesis membran plasma dan hor-
meningkat.
mon steroid). Kadar LDL plasma tergantung dari
(3) Lipoprotein densitas sedang (IDL, interme- banyak laktor termasuk kolesterol dalam makanan,
diate density lipoprotein). IDL ini kurang mengan- asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan
dung trigliserid (30%), lebih banyak kolesterol eliminasi LDL dan VLDL. LDL adalah komponen
(200/o\ dan relatif lebih banyak mengandung apopro- normal plasma dalam keadaan puasa. Plasma yang
368 Farmakologi dan Terapi

mengandung LDL kadar tinggi tetap jernih setelah HDL berfungsi mengakut kolesterol dari jari-
proses pendinginan karena LDL berukuran relatil ngan perifer ke hati, sehingga penimbunan kole-
kecil. sterol di perifer berkurang.
(5) Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density Kadar HDL menurun pada kegemukan, pero-
lipoprotein). Saat ini dikenal 3 jenis HDL yaitu HDLl kok, penderita diabetes yang tidak terkontrol dan
dan HDLz dan HDLs. HDLr didapatkan pada hewan pada pemakai kombinasi estrogen- progestin. HDL
dan manusia yang mengkonsumsi diet tinggi kole- secara normal terdapat dalam plasma puasa, tetapi
sterol dan pernah dihubungkan dengan induksi plasmayang didinginkan tetap jernih walaupun HDL
aterosklerosis. Komponen HDL ialah 13 % kole- terdapat dalam jumlah besar karena HDL lebih kecil
sterol, kurang dari 5 % trigliserid dan 50 % protein. daripada LDL.
Kadar HDL kira-kira sama pada laki-laki dan perem-
puan sampai pubertas, kemudian menurun pada
laki-laki sampai 20 % lebih rendah daripada kadar 1.4. PILAHAN HIPERLIPIDEMIA
pada perempuan. Pada individu dengan nilai lipid
yang normal, kadar HDL relatif menetap sesudah HIPERLIPOPROTEINEMIA
dewasa (kira-kira 45 mg/dl pada pria dan 54 mg/dl
pada wanita). Hiperlipoproteinemia dibedakan atas lima ma-
HDL penting untuk bersihan trigliserid dan cam berdasarkan jenis lipoprotein yang meningkat.
kolesterol, dan untuk lransport serta metabolisme Hiperlipidemia ini mungkin primer atau sekunder
akibat diet, penyakit atau pemberian obat.
ester kolesterol dalam plasma. HDL biasanya mem-
Hiperlipidemia primer dibagi dalam 2 kelom-
bawa 20 - 25 % kolesterol darah. Kadar tinggi HDL2
pok besar (l-abel 2): (a) Hiperlipoproteinemia mono-
dan HDLs dihubungkan dengan penurunan insiden
genik karena kelainan gen tunggal yang diturunkan.
penyakit dan kematian karena aterosklerosis,
Sifat penurunan ini mengikuti hukum Mendel; (b)
Mekanisme proteksi HDLterhadap penyakitjantung
H iperlipoproteinemia poligeni(multilaktorial. Kadar
koroner belum diketahui dengan jelas.

Tabel 2. PENYAKIT, PROFIL LIPIO DAN OBATNYA

Kadar Obat
Jenis penyakit Peningkatan lipid plasma Pilihan pertama Lain-lain
lipoprotein (mg/dl)
T - kigliserid
K - kolesterol

Monogenik
Def isiensi lipoprotein kilomikron T: 10.000
lipid tamilial K:500
Disbetalipoproteinemia kilomikron T:350 gemfibrozil asam nikotinat,
tipe lllfamilial & IDL K:350 klofibrat
Hiperkolesterolemia LDL T: 100 statin + probukol atau
familial (heterozigot) K:350 resin asam nikotinat + resin
Hipertrigliseridemia VLDL T:500 asam nikotinat, klofibrat
lamilial K:200 gemfibrozil
Hiperlipidemia multipel vLDL dan T: 100-500 asam nikotinat, klofibrat,
LDL K : 250-400 gemfibrozil resin
Multilaktorial
Hiperkolesterolemia LDL T: 100 resin, statin probukol,
poligenik Ki280 B-sitosterol, neomisin
Hipertrigliseridemia VLDL T:500 gemfibrozil asam nikotinat,
K:200 klofibrat
Hipolipidenik 369

kolesterol pada kelompok ini ditentukan oleh gabu- membagi hiperlipoproteinemia atas dasar lenotip
ngan faktor-faktor genetik dengan faktor lingkung- plasma (Tabel 3). Klasifikasi ini merupakan alat
an. Diet lemak jenuh dan kolesterol mempengaruhi bantu yang penting karena meliput berbagai ke-
kadar kolesterol pada pasien-pasien ini. lainan metabolisme yang berhubungan dengan ke-
Jenis poligenik lebih banyak ditemukan dari- adaan hiperlipoproteinemia, mengidentifikasi jenis
pada monogenik, tetapi jenis monogenik mempu- lipoprotein yang meningkat dengan gejala klinik
nyai kadar kolesterol yang lebih tinggi. Tabel 2 serta bermanlaat dalam menentukan pengobatan
menggambarkan pembagian hiperlipidemia primer tanpa memandang etiologi penyakit. Keku-rangan-
dan kemungkinan pemilihan obat. nya adalah bahwa sistem ini cenderung mengga-
lndividu dengan hiperlipoproteinemia primer bungkan jenis penyakit yang secara etiologi ber-
juga mungkin menderita hiperlipidemia sekunder beda ke dalam satu kelas penyakit.
yang menimbulkan perubahan gambaran lipidnya.
Tipe l. Tipe ini memperlihatkan hiperkilomikronemia
Hiperlipoproteinemia sekunder berhubungan de-
pada waktu puasa bahkan dengan diet lemak nor-
ngan diabetes melitus yang tidak terkontrol, minum
mal dan biasanya disebabkan oleh defisiensi lipo-
alkohol, hipotiroidisme, penyakit obstruksi hati, sin-
protein lipase yang dibutuhkan untuk metabolisme
drom nelrotik, uremia, penyakit penimbunan gliko-
gen atau disproteinemia (mieloma multipel, makro- kilomikron. Beberapa keluarga yang kekurangan
globulinemia, lupus erilematosus). Keberhasilan apoprotein Cll dilaporkan memperlihatkan sindrom
pengobatan penyakit dasar biasanya memperbaiki yang sama. Trigliserid serum meningkat dengan
hiperlipoproteinemia. Hiperlipoproteinemia sekun- jelas, dan rasio kolesteroftrigliserid biasanya <
der juga dapat disebabkan oleh pemberian korti- 0,2/1 . Kelainan tipe I biasanya muncul sebelum
kosteroid, estrogen, androgen, diuretik atau peng- pasien berumur 10 tahun dengan gejala : kolik, nyeri
hambat adrenoseptor beta. perut berulang, xantoma dan hepatosplenomegali.
Di samping menyebabkan aterosklerosis, Pada orang dewasa nyeri yang mirip akut abdomen
hiperlipoproteinemia mungkin menimbulkan xanto- sering disertai demam, leukositosis, anoreksia dan
ma pada kulit dan tendo. Hipertrigliseridemia mung- muntah. Perdarahan akibat pankreatitis akut meru-
kin mencetuskan serangan nyeri perut yang berhu- pakan komplikasi penyakit ini yang paling berat dan
bungan dengan pankreatitis dan hepatospleno- kadang-kadang latal. Aterosklerosis jantung pre-
megali. matur tidak dihubungkan dengan lipidemia tipe ini.
Pengetahuan mengenai kadar kolesterol dan Pemeriksaan biokimia menunjukkan adanya lapis-
trigliserid dapat digunakan untuk menduga ienis an krem dipermukaan plasma pasien puasa.
lipoprotein mana yang meningkat, sehingga ber-
manfaat dalam menegakkan diagnosis genetik. Jika Tipe ll. Pada tipe ini terjadi peninggian LDL dan
kadar kolesterol meningkat sedangkan trigliserid apoprotein B dengan VLDL kadar normal (tipe lla)
normal, maka hal ini hampir selalu disebabkan oleh atau meningkat sedikit (tipe llb). Gejala klinik timbul
kenaikan kadar LDL dan merupakan hiperkoleste- sejak masa anak pada individu homozigot, tetapi
rolemia poligenik. Jika ditemukan peningkatan pada heterozigot gejala tidak muncul sebelum umur
kadar trigliserid (200-800 mg/dl) dengan kadar 20 tahun. Kelainan homozigot dan heterozigot mu'
kolesterol normal, maka hal ini hampir selalu me- dah didiagnosis pada anak dengan mengukur LDL
nunjukkan adanya kenaikan VLDL. Peningkatan kolesterol. Bentuk paling umum hiperlipidemia tipe
kadar trigliserid di atas 1000 mg/dl biasanya menun- ll dlduga disebabkan oleh penurunan jumlah resep-
jukkan adanya kilomikron dengan atau tanpa ke- tor LDL berafinitas tinggi. Pada heterozigot jumlah
naikan VLDL. reseptor LDL primer lungsional kira-kira setengah
Perbedaan antara hipertrigliserid primer de- nilai normal dan homozigot lebih sedikit lagi. Bloka-
ngan sekunder sulit dilakukan, karena adanya be- de degradasi LDL menyebabkan penimbunan LDL
berapa faktor ikutan. Kenaikan moderat kolesterol dalam plasma yang kemudian meningkatkan depo-
dan trigliserid menunjukkan adanya kenaikan LDL sit lemak di dinding arteri.
dan VLDL; hal ini biasanya ditemukan pada hiper- Xantoma jenis tuberosa atau tendinosa timbul
lipoproleinemia lamilial jenis multipel, hiperkoleste- pada homozigot dan heterozigot, sedangkan lesi
rolemia familial atau adanya disbetalipoproteine- plantar sering tampak pada homozigot. Pada pen-
mia lamilial. derita homozigot, penyakit iskemia jantung terjadi
Klasifikasi hiperlipoproteinemia yang dikenal sebelum umur 20 tahun, pada pria heterozigot per-
adalah klasifikasl Frederickson atau NHLBI yang
370
Farmakologi dan Terapi

sentasenya mencapai 60 % pada umur 50 tahun. jelas, telapi kadar trigliserid harus diturunkan untuk
Jadi deteksi dini sangat penting. mengurangi terjadinya xantoma, pankreatitis dan
Tipe lll. Penimbunan IDL pada tipe ini mungkin nyeri abdominal.
disebabkan oleh blokade parsial dalam metabo-
lisme VLDL menjadi LDL, peningkatan produksi Tabel 3. POLA LIPOPROTETN PADA BERBAGAT TtpE
apoprotein B atau peningkatan kadar apoprotein E HIPERLIPIDEMIA
total. Pada beberapa penderita dengan kelainan
lamilial tipe lll ditemukan delisiensi atau hilangnya
apoprotein E-lll yang tinggi afinitasnya terhadap Pola Peningkatan utama dalam plasma
Lipoprotein
hati. Pada penderita ini ambilan sisa VLDL dan sisa
kilomikron oleh hati dihambat dan terjadi kumulasi Lipoprotein Lipid
di darah dan jaringan. Pada kelainan ini kolesterol Type I Kilomikron Trigliserid
serum dan trigliserid meningkat (350-B0O mg/dl),
Gejala klinik muncul pada masa dewasa muda
Type lla LDL Kolesterol
berupa xantoma pada telapak tangan dan kaki, dan Type llb LDL dan VLDL Kolesterol dan trigliserid
kelainan tuberoeruptif di siku, lutut atau bokong Type lll IDL Trigliserid dan kolesterol
yang mungkin bersifat karakteristik. penyakit Type lV VLDL Trigliserid
koroner, kardiovaskular dan pembuluh darah tepi
Type V VLDL dan kito- Trigliserid dan kolesterol
terjadi lebih cepat yaitu pada usia 40-50 tahun;
mikron
intoleransi glukosa serta hiperurisemiaterdapat
pada 40 % penderita.

Tipe lV. Tipe ini mungkin merupakan hiperlipidemia


yang terbanyak dijumpai di negeri Barat. Di sini
terjadi peningkatan VLDL dengan hipertrigliseride_
mia. Gejala klinik muncul pada usia pertengahan. 1.5. PENGATURAN DIET
Separuh dari penderita ini meningkat kadar trigli-
seridnya pada umur 25 tahun. Mekanisme kelainan Prinsip utama pengobatan hiperlipoproteine-
yang lamilial tidak diketahui, tetapi tipe lV yang mia ialah mengatur diet yang mempertahankan
didapat biasanya bersifat sekunder akibat penyakit berat badan normal dan mengurangi kadar lipid
lain, alkoholisme berat atau diet kaya karbohidrat; plasma. lndividu dengan berat badan berlebih se-
dan biasanya penderita gemuk. lskemia jantung baiknya segera mulai makanan dengan diet penu-
mungkin terjadi (lebih jarang dibanding dengan tipe run berat badan. Mereka dianjurkan makan makan-
ll) pada umur 40 tahunan atau setelahnya pada an rendah kolesterol (< 300 mg/hari), rendah lemak
penderita dengan tipe lV familial. Xantoma umum- total (< 30 % dari kalori) dan rendah lemak jenuh (<
nya tidak ada. Banyak dari penderita ini menunjuk- 1O % dari kalori). Pasien delisiensi lipoprotein Iipase
kan intoleransi glukosa dengan reaksi insulin berle- jarang memerlukan diet dengan total lemak yang
bihan terhadap beban karbohidrat; dan lebih dari sangat rendah.
40% disertai hiperurisemia.

Tipe V. Tipe ini memperlihatkan kumulasi VLDLdan


kilomikron, mungkin karena gangguan katabolisme 1.6. MENGHILANGKAN FAKTOR RISIKO
trigliserid endogen dan eksogen. Karena semua
lipoprotein terdiri dari kolesterol, kadar kolesterol Bila individu dengan hiperlipoproteinemia di-
mungkin meningkat jika kadar trigliserida terlalu pacu oleh beberapa penyakit lain seperti diabetes,
tinggi. Kelainan inijarang ditemukan. Secara gene- pecandu alkohol atau hipotiroidisme maka penyakit
tik mungkin bersilat heterogen dan penderita de- tersebut perlu diobati. lndividu tersebut dianjurkan
ngan kelainan lamilial biasanya tidak menunjukkan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan
gejala sampai sesudah usia 20 tahun. penderita ini pembentukan aterosklerosis, yaitu menghentikan
memperlihatkan intoleransi terhadap karbohidrat rokok, mengobati hipertensi, olahraga cukup dan
dan lemak, serta hiperurisemia. Hubungan antara pengawasan kadar gula darah pada penderita
penyakit jantung iskemik dan kelainan tipe V tidak diabetes.
Hipolipidemik 371

1.7. PEMBERIAN OBAT Project ditemukan penurunan kolesterol plasma


rata-rata sebanyak 6 % pada penderita yang men-
Pengobatan hiperlipoproteinemia didasarkan dapat pengobatan 1,8 g klofibrat seharinya, se-
karena adanya hubungan hiperlipidemia dengan dangkan trigllserid plasma turun 22 % . Klofibrat
aterosklerosis (koroner dan periler), pankreatitis sangal efektil bagi penderita hiperlipoproteinemia
akut (dengan hipergliseridemia) dan tendinitis serta tipe lll familial dimana kadar kolesterol dapat menu-
xantoma (kosmetik). run sebanyak 50 % dan trigliserid sebanyak 80 %.
Pengobatan hiperkolesterolemia terutama di- Agaknya klolibrat dapat memobilisasi kolesterol
tujukan bagi pasien dengan riwayat alerosklerosis dari jaringan yang terlihat dari mengecilnya xan-
prematur dalam keluarga dan dengan adanya laktor toma.
risiko lain seperti diabetes melitus, hipertensi dan Klofibrat tidak mempunyai elek terhadap hi-
merokok. perkilomikronemia.
Berikut dibahas beberapa obat hipolipidemik Mekanisme kerja obat ini hanya diketahui se-
dengan kegunaannya dalam klinik. Pengobatan bagian. Obat-obat ini meningkatkan aktivitas lipo-
hiperlipoproteinemia meliputi penyelusuran jenis protein lipase sehingga katabolisme lipoprotein
kelainan lipid pasien lalu pemberian obat sesuai kaya-trigliserida seperti VLDL dan IDL meningkat.
dengan keadaan patofisiologi penyakit. Kadar kolesterol HDL meningkat secara tidak
Gambar 2 ini menunjukkan mekanisme kerja obat- langsung akibat menurunnya kadar trigliserida
obat hipolipidemik dalam pengobatan hiperlipopro- VLDL atau karena meningkatnya produksi apo Ar
teinemia. Resin menghambat sirkulasi enterohepa- dan Atr (bezalibrat dan lenolibrat),
tik, statin menghambat sintesis kolesterol, asam Efek penurunan kolesterol LDL oleh asam
fibrat meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase, fibrat diduga berhubungan dengan meningkatnya
asam nikotinat menekan lipolisis dan probukol de- bersihan VLDL dan IDL dalam hati sehingga
ngan mencegah oksidasi LDL (antioksidans). produksi LDL menurun.

FARMAKOKINETIK. Klolibrat diabsorpsi melalui


usus secara lengkap terutama bila diberikan ber-
2. OBAT YANG MENURUNKAN sama makanan dan dalam plasma terdapat sebagai
LIPOPROTE!N PLASMA asam p-klorofenoksibutirat. Pemecahan ikatan
ester terjaddi sewaktu absorpsi dan puncak kadar
plasma tercapai dalam beberapa jam setelah pem-
2.1. ASAM FIBRAT berian oral. Enam puluh persen dari asam ini dieks-
kresi melalui urin sebagai glukuronid. Pemberian
bersama kolestiramin hanya sedikit menunda ler-
KLOFIBRAT
capainya puncak kadar plasma. Klofibrat mengge-
Klofibrat adalah ester etil dari asam p-klorofe- ser antikoagulan dari ikatannya dengan albumin.
noksi-isobutirat. Klofibrat merupakan hipolipidemik Obat ini mengalami kon.iugasi dan diekskresi dalam
yang terutama bermanlaat bagi penderita hipertri- urin.
gliseridemia. EFEK SAMPING. Golongan asam librat umumnya
Flumus bangun derivat asam librat dapat di lihat ditoleransi secara baik. Elek samping yang paling
pada halaman berikut sering ditemukan adalah gangguan saluran cerna
(mual, mencret, perut kembung, dll.) yang terjadi
FARMAKODINAMIK. Elek terhadap lipid plasma. pada 10 % penderita. Gangguan umumnya ber-
Penurunan kadar VLDL terjadi dalam 2 sampai 5 kurang setelah beberapa waktu. Elek samping lain
hari setelah pengobatan. Umumnya kadar koleste- yang dapat terjadi adalah ruam kulit, alopesia, im-
rol dan LDL juga lurun. Pada penderita- penderita potensi, lekopenia, anemia, berat badan bertam-
tertentu (hipertrigliseridemia primer, tipe lV) penu- bah, gangguan irama jantung, dll.
runan VLDL disertai meningkatnya kadar LDL se- Derivat asam librat kadang-kadang menye-
hingga pengaruh terhadap kolesterol plasma tidak babkan peningkatan CPK dan lransaminase diser-
nyata; penurunan LDL ditemukan pada penderita tai miositis (fluJike myosiris); CPK dan transami-
hiperlipidemia tipe ll atau llb. Pada Coronary Drug nase dapat juga meningkat tanpa gejala miositis.
372 Farmakologi dan Terapi

CHs
I

--C-COOCaHs
I

CHs

Klofibrat

,cHs cHs

\\-/ I

cHs
^"-(*rz)s-l-cooH
"^"F Gemfibrozil

o CHs CHs

"_Or-O-***i' CHs CHs

Fenofibrat

Siprolibrat
O CHg

"
-O- [*r("*,,,
--O-o-l-"oon cHs
Bezafibrat

Rumus bangun derivat asam tibrat

lndeks litogenik meningkat sehingga lebih mudah Klolibrat terutama efektif pada penderita hiper-
terbentuk batu empedu. lipidemia tipe lll, lV dan V, sedangkan terhadap
Klolibrat dikontraindikasikan pada penderita hiperlipidemia tipe ll hasilnya bervariasi.
dengan gangguan hati dan ginjal, pada wanita hamil Pada sejumlah penelitian (WHO, 1978 dan
dan masa menyusui. The Coronary Drug Project Besearch Group, 1975)
klofibrat tampaknya tidak efektif dalam mencegah
POSOLOGI DAN lNDlKASI. Klofibrat tersedia kematian akibat aterosklerosis koroner, sehingga
sebagai kapsul 500 mg. Diberikan 2-4 kali sehari penggunaannya menurun.
dengan dosis total sampai 2 g. Penambahan dosis Klolibrat mungkin dapat memperbaiki toleran-
di atas 2 g, tidak menambah efek terapi, tetapi si glukosa, tetapi penggunaannya harus dilakukan
memperbanyak efek samping. Dosis ini harus diku- secara berhati-hati pada penderita sindrom nefrotik,
rangi pada penderita yang sedang menjalani hemo- karena efek samping obat dapat menjadi semakin
dialisis. nyata,
Hipoltpidemik 373

Klolibrat tidak dianjurkan diberikan pada anak bentukan batu empedu walaupun setelah makan
karena belum ada data yang mapan. obat selama 2 tahun.
Klolibrat menggeser antikoagulan oral dari Seperti derivat asam librat, gemfibrozil dikon-
ikatannya. dengan albumin dan memperkuat elek traindikasikan pada pasien dengan gangguan lung-
obat-obat ini; tetapi peningkatan potensi antikoagu- si ginjal dan empedu, wanita hamil dan menyusui.
lan mungkin disebabkan karena klofibrat meng- Keamanannya pada anak belum diketahui.
ganggu sintesis faktor-laktor pembekuan darah, POSOLOGI DAN lNDlKAS!. lndikasi penggunaan
disposisi vitamin K atau reseptor warfarin. Bila dibe-
obat adalah untuk hiperlipidemia (type lll, lV atau V)
rikan bersama-sama, dosis antikoagulan harus di- yaitu pasien-pasien dengan kadar trigliserid > 750
kurangi dan waklu protrombin diperiksa secara mg/dl yang tidak bisa diatasi dengan diet dan obat
teratur. penurun trigliserid yang lain.
Dosis oral dewasa adalah 600 mg 2 x sehari,
GEMFIBROZIL diberikan 112 jam sebelum makan pagi dan makan
malam.
Gemtibrozil secara struktural berbeda dengan Gemlibrozil tidak efeklil untuk penderita hiper-
klofibrat. Obat ini sangat efektif dalam menurunkan kilomikronemia karena defisiensi lipoprotein lipase
trigliserid plasma, sehingga produksi VLDL dan familial.
apoprotein B dalam hati menurun. Obat ini me-
ningkatkan aktivitas lipoprotein lipase sehingga ber-
sihan partikel kaya trigliserid meningkat. Kadar 2.2. RESTN
kolesterol HDL juga dapat meningkat pada pem-
berian obat ini.
KOLESTIRAMIN
FARMAKOKINETIK, Kadar puncak gemfibrozil
dalam plasma dicapai dalam 1-2 jam dan keadaan
EFEK TERHADAP LIPID DARAH.
mantap tercapai dalamT-14 hari pada pemberian 2
kali 600 mg sehari. Agaknya tidak ada hubungan Kolestiramin adalah garam klorida dari basic
antara besar dosis dengan elek penurunan lipid anion exchange resin yang berbau dan berasa tidak
darah. Masa paruhnya kira-kira 1 112iam;70 % dari enak. Kolestiramin dan kolestipol bersilat hidrolilik,
obat ini diekskresi secara utuh terutama dalam urin. tetapi tidak larut dalam air, tidak dicerna dan tidak
Seperti klofibrat, obat ini juga meningkatkan efek diabsorpsi.
antikoagulan warfarin. Obat ini mengalami hidrok- Obat ini menurunkan kadar kolesterol plasma
silasi dan konyugasi serta diekskresi dalam urin. dengan cara menurunkan LDL. Penurunan kadar
Kombinasi dengan resin menambah efek obat. LDL biasanya nyata setelah 4-7 hari dan mencapai
Pemberian bersama penghambat HMG CoA reduk- 90 % efek maksimal dalam 2 minggu terapi. Elek
tase juga meningkatkan efek obat, tetapi harus dila- obat tergantung besar dosis, tetapi banyak pasien
kukan dengan hati-hati karena dapat terjadi rhabdo- tidak tahan menerima obat ini dalam dosis tinggi
myolisis (lihat Penghambat HMG CoA reduktase). karena efek samping pada saluran cerna. Pada
EFEK SAMPING. Gemfibrozil ditoleransi dengan kebanyakan penderita, kadar trigliserida dalam
o/o dalam minggu-
baik dan elek samping yang terjadi kurang darilO% plasma (VLDL) meningkat 5'2O
penderita. Efek samping utamanya adalah ganggu- minggu pertama lalu perlahan-lahan menurun
an saluran cerna (sakit perut, diare, mual). Pada kepada kadar sebelum terapi dalam waktu 4
sejumlah penderita terjadi peningkatan foslatase minggu. Resin terutama elektil pada pasien
alkali dan transaminase. Peningkatan kadar CPK hiperkolesterolemia lamilial atau poligenik dimana
dengan miositis dapat terjadi pada penderita yang hanya LDL yang meninggi. Kolestiramin dilaporkan
juga mendapat derivat statin (lovastatin). Obat ini mengurangi resiko penyakit iantung koroner dan
meningkatkan indeks litogenik, tetapi tidak seperti digunakan untuk jangka lama fl-he Lipid Flesearch
klofibrat, hanya kurang dari 1 % penderita (tidak Clinics Coronary Primary Prevention Trial, 1984).
lebih besar daripada kontrol) yang mengalami pem-
374 Farmakologi dan Terapi

HNCH2CH2NCH2CH2NCH2CH2NCH2CH2NH
tt
t- ..-cH--Hr-cH-cHz-. .l I I I

I AA
. . cH2 cH2 cH2 cH2 cH2
I I I I I

HCOH HCOH HCOH HCOH HCOH


tt I I I

CH2 CH2 cH2 cH2 cH2


I
... -Hz--cH-.. ll I
cH2N*(cHs)sc_Jn I I

L -H2CH2NCH2CH2N HNCH2CH2N HNCH2CH2_


_tt_
RUMUS BANGUN KOLESTIRAMN
RUMUS BANGUN KOLESTIPOL

Rumus bangun kolestiramin dan kolestipol dapat di an absorp-si lemak atau steatore dapatterjadi gang-
lihat pada halaman berikut. guan absorpsi vitamin A, D dan K serta hipopro-
trombinemia.
MEKANISME KERJA. Resin menurunkan kadar Obat ini mengganggu absorpsi klorotiazid,
kolesterol dengan cara mengikat asam empedu tiroksin, digitalis, besi, lenilbutazon dan warfarin se-
dalam saluran cerna, mengganggu sirkulasi entero- hingga obat-obat ini harus diberikan 1 jam sebe-lum
hepatik sehingga ekskresi steroid yang bersifat atau 4 jam setelah pemberian kolestiramin. pem-
asam dalam tinja meningkat. penurunan kadar berian bersama antikoagulan harus dilakukan de-
asam empedu ini oleh pemberian resin akan me- ngan hati-hati karena dapat terjadi perpanjangan
nyebabkan meningkatnya produksi asam empedu masa protrombin.
yang berasal dari kolesterol. Karena sirkulasi ente- Dosis yang dianjurkan adalah 12-1 6 g sehari
rohepatik dihambat oleh resin maka kolesterol yang dibagi 2-4 bagian dan dapat ditingkatkan sampai
diabsorpsi lewat saluran cerna akan terhambat dan maksimum 3 kali 8 g. Ditelan sebagai larutan atau
keluar bersama tinja. Kedua hal ini akan menyebab- dalam sari buah untuk mengurangi iritasi, bau dan
kan penurunan kolesterol dalam hati. Selanjutnya rasa yang mengganggu. Resin tidak bermanlaat
penurunan kadar kolesterol dalam hati akan menye- dalam keadaan hiperkilomikronemia, peninggian
babkan terjadinya 2 hal : pertama, meningkatnya VLDL atau lDL, dan bahkan dapat meningkatkan
jumlah reseptor LDL sehingga katabolisme LDL me- kadar trigliserida. Untuk pasien hiperlipoproteine-
ningkat dan mening-katnya aktivitas HMG CoA mia dengan peningkatan VLDL (tipe llb atau lV),
reduktase. Dari sini tampak pula bahwa efek resin perlu tambahan obat lain (mis. asam nikotinat dan
tergantung dari kemampuan sel hati dalam mening- asam librat).
katkan jumlah reseptor LDL fungsional sehingga
tidak efektif untuk pasien dengan hiperkolesterole-
KOLESTlPOL
mia familial homozigot dimana reseptor LDL fung-
sional tidak ada. Efek resin akan meningkat bila Kolestipol adalah kopolimer dari dietilpentamin
diberikan bersama penghambat HMG CoA reduk- dan epiklorohidrin, juga suatu resin. Penggunaan-
tase (tetapi hati-hati elek samping, lihat pengham- nya serupa dengan kolestiramin dengan dosis 20-
bat HMG CoA reduktase). 309 sehari. Obat ini tidak memberikan bau dan rasa
yang mengganggu, sehingga lebih memudahkan ke-
EFEK SAMPING. Obat ini mempunyai rasa tidak
enak seperti pasir. Elek samping tersering ialah laatan minum obat dibandingkan dengan kolestira-
mual, muntah dan konstipasi yang berkurang sete- min. Elek sampingnya berupa konstipasi dan gang-
guan gastrointestinal ringan.
lah beberapa waktu. Konstipasi dapat dikurangi de-
ngan makanan berserat. Klorida yang diabsorpsi
dapat menyebabkan terjadinya asidosis hiperklo- 2.3. PENGHAMBAT HMGCoA REDUK-
remik terutama pada pasien muda yang menerima
TASE
dosis besar. Di samping meningkatkan trigliserida
plasma, resin juga meningkatkan aktivitas fostatase Suatu kemajuan dalam pengobatan hiperko-
alkali dan lransaminase sementara. Akibat ganggu- lesterolemia dengan ditemukannya kelompok baru
Hipolipidamik 375

zat yang didapat dari jamur yang bersifat kompetitor sampai 40 %, pada dosis 80 mg per hari. Perubahan
yang kuat terhadap HMGCoA reduktase suatu ini terutama karena penurunan total LDL partikel'
enzim yang mengkontrol biosintesis kolesterol. juga didapat penurunan sedikit untuk setiap partikel
Obat-obat ini sangat elektil dalam menurun- LDL. Jumlah kolesterol dalam VLDL menurun dan
kan kadeir LDL kolesterol plasma. Empat pengham- kadar trigliserida menurun sampai 25 % sedangkan
bat HMGCoA reduktase yang telah dipelajari pada kadar HDL kolesterol meningkat 10 sampai 13 %'
manusia : mevastatin, lovastatin, pravastatin dan Obat ini juga efektil pada hiperkolesterolemia kare-
simvastatin. na diabetes melitus atau sindrom nefrotik. Lova-
statin menunjukkan elek aditil dengan kolestiramin
Bumus bangun penghambat HMGCoA reduktase dan kolestipol,
tertera di bawah ini.

Penderita dengan hiperkolesterolemia type lamilial


EFEK TERHADAP LIPID DAN LIPOPROTEIN heterozygot (type ll) yang diberi 20 g kolestipol dan
PLASMA 80 mg lovastatin per hari menunjukkan penurunan
kolesterol total dan kolesterol LDL hampir 50 %'
Semua penghambat HMGCoA reduktase Efek tersebut dapat dicapai dengan kombinasi
memperlihatkan efek yang sama terhadap lipid asam nikotinat dan resin pengikat asam empedu
plasma, tetapi dari semuanya data yang terbanyak yang kurang terterima,
adalah mengenai lovastatin. Bila diberikan pada
penderita yang mengkonsumsi diet rendah koles'
CARA KERJA
terol sebagai obat tunggal, lovastatin akan menu-
runkan LDL kolesterol plasma yang berhubungan Penghambat HMGCoA reduktase mengham-
dengan dosis. Penurunan 20 o/o,pada dosis 10 mg bat sintesis kolesterol di hati dan hal ini akan menu-

HsC'
Lovastatin Mevastatin

Ho\r
cozNa
I
oH
\,/
o!

Hsct'
Simvastatin Pravastatin

RUMUS BANGUN PENGHAMBAT HMG COA REDUKTASE


Farmakologi dan Terapi

runkan kadar LDL plasma. Menurunnya kadar kole_


Peningkatan serum transaminase asimtoma_
sterol akan menimbulkan perubahan-perubahan tik terjadi pada2 % pasien, untuk hal ini perlu kontrol
yang berkaitan dengan potensi obat ini. tiap 4,6 minggu selama .l 5 bulan pertama pengo_
Kolesterol menekan transkripsi 3 jenis gen batan, kemudian kontrol secara periodik sesudah_
yang mbngatur sintesis HMGCoA sintase, HMGCo-
nya. Obat harus dihentikan jika didapatkan kadar
A reduktase dan reseptor LDL. Menurunnya sintesis transaminase yang tetap tinggi atau bertambah
kolesterol oleh penghambat HMGCoA reduktase tinggi.
akan menghilangkan hambatan ekspresi jenis gen
3 Kenaikan kadar kreatin fosfokinase (CpK)
tersebut diatas, sehingga aktivitas sintesis koles- pada plasma yang asimtomatik terjadi pada lebih
terol meningkat secara kompensatoir. Hal ini me_ dari 11% penderita yang menggunakan lovastatin.
nyebabkan penurunan sintesis kolesterol oleh Secara umum ini tidak merupakan alasan untuk
penghambat HMGCoA reduktase tidak besar. penghentian penggunaan lovastatin, kecuali CpK
Rupa-rupanya obat ini melangsungkan efeknya naik sampai 3 x normal, persisten dan timbul gejala
dalam menurunkan kolesterol dengan cara mening- miopati.
katkan jumlah reseptor LDL, sehingga katabolisme
Pada penderita yang menggunakan lovastatin
kolesterol terjadi semakin banyak. Dengan demi_ sebagai obat tunggal, kejadian miopati hanya
kian maka obat ini dapat menurunkan kadar kurang dari 0.2 %i tetapi pada penderita yang juga
kolesterol (LDL). Oleh karena itu pula obat ini tidak menggunakan obat lain misalnya imunosupresan
efektif untuk penderita hiperkolesterolemia familial (siklosporin), asam nikotinat atau gemfibrozil
homozigot, karena jumlah reseptor LDL pada pen- miopati ini dapat terjadi lebih sering dan berat.
derita ini sangat sedikit sekali. Beberapa pasien menderita rhabdomyolisis dengan
myoglobinuria dan gagal ginjal. Lovastatin harus
ABSORPSI, NASIB DAN EKSKRESI digunakan secara berhati-hati pada keadaan ini dan
dosis harian dibatasi sampai 20 mg. Belum lersedia
Pada hewan dan diduga juga pada manusia data klinik mengenai penghambat HMGCoA reduk_
lovastatin yang diberikan per oral diabsorpsi se_ tase lain.
banyak kira-kira 30 %. Sesudah lintasan pertama Lovastatin dosis tinggi menimbulkan katarak
melalui hati, obat ditemukan dalam bentuk plasma pada lensa mata anjing, walaupun hal ini belum
asal metabolit aktif atau inaktif . Sembilan puluh lima terbukti pada manusia, perlu dilakukan pemerik-
persen obat ini dan metabolitnya terikat protein saan mala (slit lamp) pada penggunaan obat,
plasma.
Sebagian besar produk degradasi diekskresi
POSOLOGIDAN INDIKASI
melalui leses dan kurang dari 10 % dalam urin.
Kadar puncak lovastatin dalam plasma terlihat 2_4 Lovastatin lersedia dalam bentuk tablet 20
jam sesudah pemberian oral tunggal. Sesudah 3
dan 40 mg. Dosis dimulai dari 20-40 mg per hari
hari dengan pemberian 1 x sehari, mantap akan ler_ diberikan bersama makanan. Bila perlu sesudah 4
capai dan kadar plasma 1 l12xkadar puncak pada minggu dosis dapat ditingkatkan sampai maksimum
pemberian tunggal. Kadar lebih tinggi bisa didapat
80 mg per hari. Obat ini sedikit lebih efektil bila
bila lovastatin diberikan bersama makanan. Lovas_ diberikan dengan dosis terbagi. Bila diberikan de_
tatin agaknya tidak menginduksi sitokrom pqso. ngan dosis lunggal, sebaiknya malam hari, sehu_
bungan dengan ritme diurnal sintesis kolesterol.
EFEK SAMPING DAN INTERAKSI OBAT Kombinasi lovastatin dengan gemfibrozil sa_
ngat efektf pada penderita tertentu, tetapi harus
Lovastatin sudah digunakan secara luas di AS hati-hati dengan kemungkinan terjadinya miopati.
mulai 1987. Sejauh ini, lovastatin dapat terterima Lovastatin seperti obat penurun kolesterol lainnya
secara baik dan belum ada elek toksik yang dilapor- hanya dianjurkan diberikan bila diet rendah koles_
kan. Kurang dari 10 % penderita menunjukkan terol dan lemak jenuh lelah gagal. Lovastatin meru_
gangguan saluran cerna, sakit kepala, ,rash, (ke_ pakan terapi utama untuk penderita dengan resiko
merahan), tetapi gangguan ini tidak sampai perlu tinggi infark miokard karena hiperkolesterolemia,
menghentikan pemberian obat. termasuk pasien dengan lotal kolesterol lebih dari
300 mg/dlatau lebih dari240 mg/dtyang juga men-
377
Hipolipidemik

derita penyakit koroner atau ada faktor-faktor risiko karena pemberian aspirin dapat mencegah timbul-
lain. Obat ini dikontraindikasikan pada wanita hamil nya gangguan ini. Tetapi elek ini akan cepat meng-
karena mempunyai efek teratogenik pada hewan, hilang bila obat diteruskan (takifilaksis).
Efek samping yang paling berbahaya adalah
gangguan lungsi hati ditandai dengan kenaikan
2.4. ASAM NIKOTINAT kadar foslatase alkali dan transaminase terutama
pada dosis tinggi (di atas 3 gram)' Gangguan faal
Asam nikotinat (niasin) adalah salah satu dari hati ini diduga disebabkan karena penghambatan
komponen vitamin B kompleks yang hingga kini sintesis NAD.
masih dipakai secara luas (di Amerika Serikat) Efek samping lain adalah gangguan saluran
untuk pengobatan hiperkolesterolemia (tipe lla) dan cerna (muntah, diare, ulkus lambung karena sekresi
tipe kombinasi (llb dan lV). Efek initidak dimiliki oleh asam lambung meningkat, dsb.). Juga dapat terjadi
nikotinamid. Efek lisiologik asam nikotinat dibahas acanthosis nigricans dan pandangan kabur pada
dalam Bab 50. pemakaian jangka lama, hiperurisemia dan hipergli'
kemia. Gangguan laal hati, hiperurisemia dan hiper-
Rumus bangun asam nikotinat adalah sebagai glikemia bersitat reversibel dan menghilang jika
berikut: obat dihentikan. Karena banyaknya efek samping
asam nikotinat ini, maka banyak pasien menghenti-
kan pengobatan dan mengganti dengan obat lain'
o Kombinasi niasin dengan kolestipol menurunkan
kadar "thyroxin binding globulin" sehingga tiroksin
total menurun.
Q-!-oH POSOLOGI DAN lNDlKASl. Asam nikotinat ber-
guna sebagai obat pilihan pertama untuk pengobat-
an semua jenis hipertrigliseridemia dan hiperko-
lesterolemia, kecuali tipe I' Asam nikotinat terutama
RUMUS BANGUN ASAM NIKOTINAT bermanlaat pada pasien hiperlipoproteinemia tipe
lV yang tidak berhasil diobati dengan resin.
Pada Suatu studi (the Coronary Drug Proiect,
1975), pemberian asam nikotinat menurunkan
FARMAKODINAMIK. Asam nikotinat menurunkan kadar kolesterol (10 %) dan trigliserida serum (26 %)
produksiVLDL, sehingga kadar IDL dan LDL menu- pada pasien infark jantung. Pada penelitian ini
run. Bagaimana jelasnya penurunan VLDL ini be- ditemukan penurunan infark jantung nonlalal(27 %)
lum diketahui secara pasti, tetapi mungkin berhu- tetapi angka kematian total tidak berbeda dengan
bungan dengan penghambatan lipolisis pada jari- plasebo setelah pengobatan 5 tahun. Tetapi pada
ngan lemak sehingga asam lemak bebas (yang penelitian lanjutan (1 5 tahun kemudian) ditemukan
diperlukan untuk sintesis VLDL di hati menurun) dan penurunan angka kematian total sebanyak 11 %'
meningkatnya aktivitas lipoprotein lipase. Akibat Asam nikotinat biasanya diberikan per oral
dari hal diatas kadar LDL akan menurun. Kadar HDL 2-69 sehari terbagi dalam 3 dosis bersama makan-
meningkat sedikit sampai sedang karena menurun- an; mula-mula dalam dosis rendah (3 kali 100-200
nya katabolisme Apo Al oleh mekanisme yang mg seharl) lalu dinaikkan setelah 1-3 minggu.
belum diketahui.
Obat ini tidak mempengaruhi katabolisme
VLDL, sintesis kolesterol total atau ekskresi asam
ASIPIMOKS
empedu.
Asipimoks merupakan analog sintetik asam niko-
EFEK SAMPING. Efek samping asam nikotinat
tinat yang juga menghambat lipolisis pada jaringan
pada pengobatan hiperlipidemia yang paling meng-
lemak. Obat ini menurunkan lemak darah dan me-
ganggu adalah gatal dan kemerahan kulit terutama
ningkatkan HDL pada pasien hiperlipidemia tipe ll'
di daerah wajah dan tengkuk, yang timbul dalam
lll, dan lV. Dibandingkan dengan asam nikotinat'
beberapa menit hingga beberapa jam. Elek ini
asipimoks kurang mengganggu toleransi glukosa
agaknya dilangsungkan lewat jalur prostaglandin,
378
Farmakologi dan Terapi

dan saluran cerna serta kurang menimbulkan vaso- EFEK NONTERAPI. Probukol ditoleransi dengan
dilatasi di muka (flushing). baik. Beaksi yang sering terjadi berupa gangguan
gastrointestinal ringan (diare, llatus, nyeri perut dqn
mual). Kadang-kadang terjadi eosinolilia, pareste_
sia dan edema angioneurotik. pada wanita yang
2.5. PROBUKOL merencanakan untuk hamil dianjurkan agar meng_
hentikan probukol 6 bulan sebelumnya. Keamanan
Probukol menurunkan kadar kolesterol serum pada anak belum diketahui. Selama makan probu_
dengan menurunkan kadar LDL. Obat ini tidak me_ kol dianjurkan agar pasien memeriksakan EKG (pe_
nurunkan kadar trigliserid serum pada kebanyakan manjangan interval QT) sebelum terapi, 6 bulan
penderita, Kadar HDL menurun lebih banyak dari- kemudian dan tiap tahun setelahnya. probukol tidak
pada kadar LDL sehingga menimbulkan rasio LDL: boleh diberikan pada pasien infark jantung baru
HDL yang kurang menguntungkan. penyelidikan atau dengan kelainan EKG.
menunjukkan probukol meningkatkan kecepalan
POSOLOGI. Dosis sewasa 250-500 mg sebaiknya
katabolisme lraksi LDL pada pasien hiperkoleste_
ditelan bersama makanan, 2 kali sehari. Biasanya
rolemia lamilial heterozigot dan homozigot lewat
dikombinasi dengan obat hipolipidemik yang lain
jalur non-reseptor.
(mis. resin atau penghambat HMGCoA reduktase).
Akhir-akhir ini probukol mendapat perhatian
kembali karena kemungkinan bermanfaat dalam
menghambat proses aterosklerosis berdasarkan
efek antioksidansnya. Agaknya elek antiaterogenik (CHe)oC C(CHs)s
probukol ini terlepas dari efek hipolipidemiknya. CHs
-1
lNDlKAS|. Probukol dianggap sebagai obat pilihan
kedua pada pengobatan hiperkolesterolemia de_
HO

(cHs):]C
'-i-s$oH
cHs t1"r.y.
ngan peninggian LDL. Obat ini menurunkan kadar
LDL dan HDL tanpa perubahan kadar trigliserid.
Efek penurunan LDL karena obat ini kurang kuat
dibandingkan resin. Probukol menurunkan LDL dan RUMUS BANGUN PROBUKOL
mengecilkan xanthoma pada penderita hiperkoles_
terolemia lamilial homozigot.
Obat ini dapat dikombinasi dengan hipolipi-
demik lainnya. Pemberian bersama resin mening_
katkan elek hipolipidemiknya; probukol menimbul_
2.6. LAIN-LAIN
kan konsistensi tinja yang lunak sehingga memper_
baiki elek samping resin yang menimbulkan konsti- NEOMISIN SULFAT
pasi, Kombinasi probukol dengan klofibrat tidak bo_
leh dilakukan karena kadar HDL akan lebih rendah. Neomisin sullat yang diberikan per oral dapat
menurunkan kadar kolesterol dengan cara mirip
FARMAKOKINETIK. Walaupun probukol larut resin yaitu membentuk kompleks tidak larut dalam
lemak, obat ini diabsorpsi terbatas lewat saluran asam empedu. Efek penurunan kolesterol neomisin
cerna (< 10 o/o).,
tetapi kadar darah yang tinggidapat bersifat sedang; pada pemberian 2 g/hari dalam
dicapai bila obat ini diberikan bersama makanan. dosis terbagi menurunkan LDL dan kolesterol total
Waktu paruh eliminasi adalah 23hari, tetapi akan sebanyak 10-30 %, tanpa mengubah kadar triglise-
memanjang pada pemberian kronik. Obat ini per_ rid. Obat ini dapat diberikan tunggal atau bersama
lahan-lahan berkumpul dalam jaringan lemak dan obat lain dengan indikasi serupa dengan resin, se-
bertahan selama 6 bulan atau lebih setelah dosis baiknya bagi pasien yang tidak cocok dengan obat
terakhir dimakan. Tidak ada korelasi antara kadar hipolipidemik lainnya.
dalam darah dengan elek hipokolesterolemiknya. Efek samping neomisin meliputi gangguan sa-
Metabolismenya tidak diketahui dan jalan ekskresi luran cerna, ototoksisitas, nefrotoksisitas (terutama
yang utama adalah melalui leses. pada pasien gangguan fungsi ginjal), gangguan ab-
sorpsi obat lain (digoxin) dsb.
Hipolipidemik 379

BETA SITOSTEROL Obat-obat misalnya etinil estradiol, noretin-


dron asetat, oksandrolon, halofenat dan klofikol
Beta sitosterol adalah gabungan sterol tanam- dahulu digunakan untuk hiperlipoproteinemia tetapi
an yang tidak diabsorpsi saluran cerna manusia. sekarang tidak digunakan lagi karena tidak me-
Mekanismej kerjanya diduga menghambat absorpsi nguntungkan ditinjau dari pertimbangan untung-
kolesterol eksogen dan diindikasikan hanya untuk rugi risk dan benefit ratio.
pasien hiperkolesterolemia poligenik yang amat
sensitif dengan penambahan kolesterol dari luar
(makanan).
Efek sampingnya berupa gangguan saluran 3. PENGOBATAN HIPERLIPO.
cerna (elek laksatif, mual, muntah). Dosis yang PROTEINEMIA
dianjurkan berkisar antara 3-6 g/hari. Mengingat
khasiat terapinya yang minimal dan efek samping Penyakit aterosklerosis (koroner) merupakan
yang mengganggu, maka saat ini beta sitosterol penyakit multilaktorial, dimana kadar kolesterol
tidak dianjurkan penggunaannya. tinggi merupakan salah satu faktor resiko utama.
Banyak penelitian epidemiologi menunjukkan
DEKSTROTIROKSIN bahwa peningkatan kadar kolesterol total atau LDL
berperan dalam pembentukan lesi aterosklerosis,
Merupakan isomer optik hormon tiroid yang sedangkan peninggian HDL dianggap protektif.
dahulu digunakan untuk pengobatan hiperkoleste- Pengobatan hiperlipoproteinemia meliputi pe-
rolemia. Mekanisme kerjanya dalam menurunkan nanganan sebab-sebab penyakit sekunder (diabe-
kadar lipid darah diduga karena efek tiromimetiknya tes melitus, hipotiroid, sindrom nelrotik, dsb.), peng-
(kemampuan menurunkan kadar lipid yang lebih aturan diet dan obat. Pengaturan diet dilakukan
besar daripada peningkatan kecepatan metabolis- meliputi pengurangan konsumsi lemak total (ter-
menya). utama yang mengandung lemak jenuh), kolesterol
Metabolisme LDL meningkat karena tiroksin dan kalori (untuk obesitas). Kadar kolesterol diang-
meningkatkan jumlah reseptor LDL. Dekstrotiroksin gap normaljika kurang dari 200 mg/dl, "borderline"
termasuk obat hipolipidemik yang tidak direkomen- jika antara 200-239 mg/dl dan hiperkolesterolemia
dasi penggunaannya saat ini. Dekstrotiroksin lebih jika diatas 240 mg/dl.
banyak menimbulkan gangguan jantung (inlark jan- Pemberian obat dilakukan jika diet telah dila-
tung, angina, aritmia) dan meningkatkan mortalilas kukan selama 3-6 bulan, tanpa hasil yang memadai.
dibandingkan plasebo flhe Coronary Drug Project Terapi dengan obat hipolipidemik dianggap penting
Research Group, 1972). Menurut sejumlah peneliti, karena mempengaruhi dan mencegah komplikasi
obat ini mungkin bermanfaat untuk pengobatan aterosklerosis, Sekalipun demikian, karena upaya
hiperkolesterolemia pada anak atau orang dewasa penanganan penyakit ini berlangsung untuk waktu
yang tidak disertai kelainan koroner. yang lama, maka perlu ditimbang 'risk-benefit'
pada pemberian suatu obat hipolipidemik.
BEKATUL Penggunaan obat untuk hiperkolesterolemia
meliputi pemberian resin atau'trial' dengan asam
Bekatul (Bran) populer di masyarakat baik di nikotinat, penghambat H MGCoA reduktase, derivat
luar negeri maupun di lndonesia untuk mencegah asam librat (gemfibrozil) atau probukol. Keadaan
arleriosklerosis. Dugaan pada permulaan adalah hipertrigliseridemia diobati dengan gemlibrozil dan
bahwa bekatul dapat menurunkan kadar lipid plas- asam nikotinat dengan kemungkinan penggunaan
ma. Suatu penelitian klinik menyimpulkan bahwa penghambat HMGCoA reduktase (lihat juga Tabel.
bekatul sampai 50 g/hari selama 12 minggu tidak 2). Saat ini terdapat pemikiran penggunaan kom-
menurunkan kadar lipid darah. Dugaan lain adalah binasi obat hipolipidemik yang bersilat sinergistik
serat dalam bekatul dapat memperlancar ekskresi misalnya asam nikotinat dengan resin untuk menu-
empedu. Juga dikemukakan bahwa efek penurunan runkan kadar LDL pada pasien hiperkolesterolemia
kolesterol tergantung dari kadar silikat yang dikan- lamilial heterozigot. Contoh lain adalah probukol
dungnya. Kegunaan bekatul dalam pencegahan atau lovastatin digabung dengan resin. Perlu diingat
arteriosklerosis masih memerlukan penyelidikan bahwa kombinasi obat-obat tertentu dapat mening-
lebih lanjut. katkan resiko timbulnya elek samping.
380 Farmakologi dan Terapi

VII. OBAT YANG MEMPENGARUHI METABOLISME


ELEKTROLIT DAN KONSERVASI AIR

25. DIURETIK DAN ANTIDIURETIK


Sunaryo

1. Diuretik 1.7. Pengobatan dengan diuretik


1.1. Diuretik osmotik
1.2. Penghambat karbonik anhidrase
1.3. Benzotiadiazid 2. Obat yang mempengaruhi konservasi air
1.4. Diuretik hemat kalium 2.1. ADH
1.5. Diuretik kuat 2.2. Benzotiadiazid
1.6. Xantin 2.3. Penghambat sintesis prostaglandin

1. DIURETIK 1.1. DIURETIK OSMOTIK

Diuretik ialah obat yang dapat menambah ke- lstilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk
cepatan pembentukan urin. lstilah diuresis mem- zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat dieks-
punyai dua pengertian, pertama menunjukkan ada- kresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai
nya penambahan volume urin yang diproduksi dan diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat : (1 )
yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (ke- difiltrasi secara bebas oleh glomerulus; (2) tidak
hilangan) zal-zal terlarut dan air. Fungsi utama diu- atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal; (3)
retik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang secara larmakologis merupakan zat yang inert; dan
berarti mengubah keseimbangan cairan sedemi- (4) umumnya resisten terhadap perubahan-peru-
kian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali bahan metabolik. Dengan sifat-sifat ini, maka diure-
menjadi normal. tik osmotik dapat diberikan dalam jumlah cukup
Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat ter- besar sehingga turut menentukan derajat osmola-
larut penting artinya untuk menentukan tempat kerja ritas plasma, liltrat glomerulus dan cairan tubuli.
diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat Contoh golongan obat ini adalah manitol, urea,
penggunaan suatu diuretik, Secara umum diuretik gliserin, isosorbid. Adanya zat tersebut dalam cair-
dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu : an tubuli, meningkatkan tekanan osmotik, sehingga
(1) diuretik osmotik; (2) penghambat mekanisme jumlah air dan elektrolit yang diekskresi bertambah
transport elektrolit di,.dalam tubuli ginjal. besar. Tetapi untuk menimbulkan diuresis yang
Obat yang dapat menghambat transport elek- cukup besar, diperlukan dosis diuretik osmotik yang
trolit di tubuli ginjal ialah : (1) penghambat karbonik tinggi.
anhidrase; (2) benzotiadiazid; (3) diuretik hemat Manitol paling sering digunakan diantara obat
kalium; dan (4) diuretik kuat. Xantin yang juga ber- ini, karena manitol tidak mengalami metabolisme
efek diuretik tidak dibahas di sini karena kegunaan- dalam badan dan hanya sedikit sekali direabsorpsi
nya sebagai diuretik telah terdesak oleh diuretik tubuli bahkan praktis dianggap tidak direabsorpsi.
yang lebih kuat. Uraian mengenai xantin dapat di- Manitol harus diberikan secara lV, jadi obat ini tidak
lihat pada Bab 16. Tempat dan cara kerja diuretik praktis untuk pengobatan udem kronik. Pada pen-
dapat dilihat pada Gambar 25-1 dan Tabel 25-1. derita payah jantung pemberian manitol berbahaya,
381
Diuretik dan Antidiuretik

Tabel 25-1. TEMPAT DAN CARA KERJA DIURETIK

Obat' Tempat kerja utama Cara keria

Diuretik osmotik (1) Tubuli proksimal Penghambatan reabsorpsi natrium dan alr
melalui daya osmotiknYa.
(2) Ansa Henle Penghambatan reabsorpsi natrium dan air
oleh karena hipertonisitas daerah medula
menurun.
(3)Duktus Koligentes Penghambatan reabsorpsi natrium dan air
akibat adanya papillary wash out, kecepatan
aliran filtrat yang tinggi, atau adanya laktor
lain.

Penghambat enztm Tubuli Proksimal Penghambatan terhadap reabsorpsi bikarbonat.


karbonik anhidrase
Tiazid Hulu tubuli distal Penghambatan terhadap reabsorpsi natrium
klorida.

Diuretik hemat Hilir tubuli distal dan duktus Penghambatan reabsorpsi natrium dan sekresi
kalium koligentes daerah korteks kalium dengan ialan antagonisme kompetitit
(spironolakton) atau secara langsung (triamteren
dan amilorid).

Diuretik kuat Ansa Henle bagian asenden Penghambatan terhadap transport elektrolit
pada bagian dengan ePitel tebal Natrium, Kalium, Klorida.

karena volume darah yang beredar menlngkat se- cairan ekstrasel, sehingga secara tidak diharapkan
hingga memperberat kerja jantung yang telah akan terjadi penambahan jumlah cairan ekstrasel.
gagal. Hal ini tentu berbahaya bagi penderita payah jan-
Diuretik osmotik terutama bermanfaat pada tung. Kadang-kadang manitol juga dapat menim-
pasien oliguria akut akibat syok hipovolemik yang bulkan reaksi hiPersensitif.
telah dikoreksi, reaksi transfusi atau sebab lain Urea lebih bersifat iritatif terhadap jaringan
yang menimbulkan nekrosis tubuli, karena dalam dan dapat menimbulkan trombosis atau nyeri bila
keadaan ini obat yang kerjanya mempengaruhi terjadi ekstravasasi.
fungsi tubuli tidak efektif. Gliserin dimetabolisme dalam tubuh dan da-
Manitol digunakan misalnya untuk : ) profi- (1 pat menyebabkan hiperglikemia dan glukosuria.
laksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat Pemberian diuretik osmotik sering menimbulkan
timbul akibat operasi jantung, luka traumatik berat, sakit kepala, mual dan muntah.
atau tindakan operatif dengan penderita yang juga
menderita ikterus berat; (2) menurunkan lekanan
SEDIAAN DAN POSOLOGI
maupun volume cairan intraokuler atau cairan sere-
brospinal. Dengan meninggikan tekanan osmotik
Manitol. Untuk suntikan intravena digunakan larut-
plasma, maka air dari kedua macam cairan di atas
an5-25% dengan volume antara 50-1 .000 ml. Dosis
akan berdifusi kembali ke plasma dan ke dalam untuk menimbulkan diuresis ialah 50-200 g yang
ruangan ekstrasel. diberikan dalam cairan infus selama 24iam dengan
kecepatan infus sedemikian, sehingga diperoleh
EFEK NONTERAPI diuresis sebanyak 30-50 ml per jam' Untuk pende-
rita dengan oliguria hebat diberikan dosis percoba-
Manitol didistribusi ke cairan ekstrasel, oleh an yaitu 200 mg/kgBB yang diberikan melalui infus
karena itu pemberian larutan manitol hipertonis selama 3-5 menit, Bila dengan 1-2 kali dosis per'
yang bedebihan akan meningkatkan osmolaritas cobaan diuresis masih kurang dari 30 ml per jam
382 Farmakologi dan Terapi

Medula
- Luar

1. Asetazolamid ADH - Hormon antidiuretik


2. Diuretik osmotik PTH - Hormon paratiroid
3. Diuretik kuat
4. Tiazid
5. Diuretik hemat K
6. Antagonis ADH.

Gambar 2$'1. Tempat keria diuretik pada tubulus ginlal


Diuretik dan Antidiu reti k
383

dalam 2- 3 jam, maka status pasien harus di eva- pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan
luasi kembali sebelum pengobatan dilanjutkan. SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma.
Untuk mencegah gagal ginjal akut pada tin- Dalam tubuh, H2CO3 berada dalam keseim-
dakan operasi atau untuk mengatasi oliguria, dosis bangan dengan ion H+ dan HCO3- yang sangat
total manitol untuk orang dewasa ialah 50-100 g. penting dalam sistem bufer darah. lon ini juga pen-
Untuk menurunkan tekanan intrakranial yang ting pada proses reabsorpsi ion tetap dalam tubuli
meninggi, menurunkan tekanan intraokuler pada ginjal, sekresi asam lambung dan beberapa proses
serangan akut glaukoma kongestif atau sebelum lain dalam tubuh. Sebenarnya, tanpa enzim lerse-
operasi mata, digunakan manitol 'l ,5-2 g/kgBB se- but reaksi di atas dapat berjalan, tetapi sangat lam-
bagai larutan 15-2O%, yang diberikan melalui infus bat.
selama 30-60 menit. Karbonik anhidrase merupakan protein de-
Manitol dikontraindikasikan pada penyakit gin- ngan berat molekul kira- kira 30.000 dan mengan-
jal dengan anuria; kongesti atau udem paru yang dung satu atom Zn dalam setiap molekul. Enzim ini
berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intrakranial dapat dihambat aktivitasnya oleh sianida, azida,
kecuali bila akan dilakukan kraniotomi. lnfus manitol dan sulfida. Derivat sulfonamid yang juga dapat
harus segera dihentikan bila terdapat tanda{anda menghambat kerja enzim ini adalah asetazolamid
gangguan fungsi ginjal yang progresit, payah jan- dan diklorofenamid. Yang akan dibicarakan di sini
lung atau kongesti paru. hanyalah asetazolamid, karena banyak digunakan
Urea. Suatu kristal putih dengan rasa agak pahit dalam klinik.
dan mudah larut dalam air. Sediaan intravena me- FARMAKODINAMIK. Efek farmakodinamik yang
ngandung urea sampai 30% dalam dekstrose 5% utama dari asetazolamid adalah penghambatan
(iso-osmotik) sebab larutan urea murni dapat me- karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibat-
nimbulkan hemolisis. Pada tindakan bedah saraf, nya terjadi perubahan sistemik dan perubahan ter-
urea diberikan intravena dengan dosis 1-1 ,5 g/ batas pada organ tempat enzim tersebut berada.
kgBB. Sebagai diuretik, urea potensinya lebih le-
mah dibandingkan dengan manitol, karena hampir Ginjal. Untuk menimbulkan penghambatan efek
50% senyawa urea ini akan direabsorpsi oleh tubuli fisiologis yang nyata, lebih dari 99% aktivitas enzim
ginjal. tersebut harus dihambat. Sekresi H* oleh sel tubuli
berkurang karena pembentukan H* dan HCO3-
Gliserin. Diberikan per oral sebelum suatu tindakan yang berkurang dalam sel tubuli, sehingga pertu-
optalmologi dengan tujuan menurunkan tekanan karan Na* oleh H* terhambat. Hal ini mengakibat-
intraokuler. Efek maksimal terlihat 1 jam sesudah kan meningkatnya ekskresi bikarbonat, natrium dan
pemberian obat dan menghilang sesudah 5 jam. kalium melalui urin sehingga urin menjadi alkalis.
Dosis untuk orang dewasa yaitu 1-1,5 g/kgBB da- Bertambahnya ekskresi kalium disebabkan oleh
lam larutan 50 atau 75%. Gliserin ini cepat dimeta- pertukaran Na* dengan K* menjadi lebih aktif,
bolisme, sehingga efek diuresisnya relatif kecil. menggantikan pertukaran dengan H+. Meningkat-
lsosorbid. Diberikan secara oral untuk indikasi nya ekskresi elektrolit menyebabkan bertambahnya
yang sama dengan gliserin. Efeknya juga sama, ekskresi air.
hanya isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih Susunan cairan plasma. Dengan bertambahnya
besar daripada gliserin, tanpa menimbulkan hiper- ekskresi bikarbonat dan ion tetap (fixed ian) dalam
glikemia. Dosis berkisar antara 1-3 g/kgBB, dan urin, terutama Na+, maka kadar ion-ion ini dalam
dapat diberikan 2-4 kali sehari. cairan ekstrasel menurun, sehingga terjadi asidosis
metabolik. Karena kerjanya melalui peningkatan
ekskresi bikarbonat dan kation, maka besarnya efek
1.2. PENGHAMBAT KARBONIK diuresis tergantung dari kadar ion tersebul dalam
plasma. Pada alkalosis metabolik, kadar ion bikar-
ANHIDRASE
bonat dalam plasma meninggi dan ion klorida me-
nurun (karena adanya chloride sh/t), dalam keada-
Karbonik anhidrase adalah enzim yang meng- an ini efek diuresis asetazolamid makin kuat. Hal
katalisis reaksi COz + H2O yang sebaliknya terjadi dalam keadaan asidosis
=- HzCOg. Enzim
ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, metabolik,
384 Farmakologi dan Terapi

Bila pada penderita dengan udem diberikan tubuh ditentukan oleh ada tidaknya enzim karbonik
asetazolamid jangka lama, maka dapat terjadi asi- anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan dapat
dosis metabolik sehingga efek asetazolamid makin tidaknya obat itu masuk ke dalam sel. Asetazolamid
lemah; Selain ion bikarbonat agaknya kadar kalium tidak dimetabolisme dan diekskresi dalam bentuk
juga penting dalam menentukan efek diuresis aset- utuh melalui urin.
azolamid, karena pada alkalosis ekstrasel yang su-
dah disertai hipokalemia, efek diuresis obat ini juga EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI. ln-
kurang. toksikasi asetazolamid jarang terjadi. Pada dosis
Asetazolamid memperbesar ekskresi K*, te- tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk yang te-
tapi efek ini hanya nyata pada permulaan terapi rus-menerus. Asetazolamid mempermudah pem-
saja, sehingga pengaruhnya terhadap keseimbang- bentukan batu ginjal karena berkurangnya ekskresi
an kalium tidak sebesar pengaruh tiazid. sitrat; kadar kalsium dalam urin tidak berubah atau
meningkat.
Mata. Dalam cairan bola mata banyak sekali terda- Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa de-
pat enzim karbonik anhidrase dan bikarbonat. Pem- mam, reaksi kulit, depresi sumsum tulang dan lesi
berian asetazolamid baik secara oral maupun pa- renal mirip reaksi terhadap sulfonamid.
renteral, mengurangi pembentukan cairan bola Seperti tiazid, obat ini dapat menyebabkan
mata disertai penurunan tekanan intraokuler se- disorientasi mental pada penderita sirosis hepatis.
hingga asetazolamid berguna dalam pengobatan Hal ini mungkin disebabkan oleh amoniak yang
glaukoma. Efek ini mungkin disebabkan oleh peng- biasanya disekresi ke dalam urin masuk ke darah
hambatan terhadap karbonik anhidrase. karena tidak adanya H* yang terbentuk dalam sel
Susunan saraf pusat. Telah lama diketahui bahwa tubuli. Biasanya H+ tersebut bergabung dengan
keadaan asidosis dapat mengurangi timbulnya se- NH3 membentuk NH++ yang berguna untuk menu-
rangan epilepsi, dalam klinik keadaan ini dicapai kar ion tetap dalam cairan tubuli. Hati tidak mampu
dengan memberikan diet ketogenik pada penderita. mengubah amoniak yang terlalu banyak menjadi
Karena asetazolamid dapat menimbulkan asidosis urea dan amoniak inilah yang menyebabkan dis-
dan SSP banyak mengandung karbonik anhidrase, orientasi mental. Karena itu asetazolamid dikontra-
maka diduga bahwa obat ini dapat dipakai meng- indikasikan pada sirosis hepatis.
obati penyakit epilepsi. Dugaan ini ternyata benar, Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan se-
tetapi rupanya elek pengurangan serangan epilepsi lama kehamilan, karena pada hewan coba obat ini
tersebut bukan hanya disebabkan penghambatan dapat menimbulkan efek teratogenik.
karbonik anhidrase tetapl juga oleh adanya efek INDIKASI. Penggunaan asetazolamid yang utama
langsung pada SSP. Gejala susunan saraf pusat ialah untuk menurunkan tekanan intraokulei pada
yang sering timbul pada penggunaan asetazolamid penyakit glaukoma. Asetazolamid berguna meng-
adalah somnolen dan parestesia. atasi paralisis periodik bahkan yang disertai hipo-
Pernapasan. Asetazolamid kurang mempe- kalemia. Diduga asidosis yang timbul setelah pem-
ngaruhi aktivitas karbonik anhidrase di eritrosit se- berian asetazolamid, akan meningkatkan kadar K+
hingga pengaruh langsung terhadap pernapasan ekstrasel setempat pada mikrosirkulasi otot. Aseta-
tidak ada. zolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute
FARMAKOKINETIK. Asetazolamid mudah diserap mountain sickness.
melalui saluran cerna, kadar maksimal dalam darah Asetazolamid jarang digunakan sebagai diu-
dicapai dalam 2 jam dan ekskresi melalui ginjal retik, tetapi dapat bermanfaat untuk alkalinisasi urin
sudah sempurna dalam 24 jam. Obat ini mengalami sehingga mempermudah ekskresi zat organik yang
proses sekresi aktif oleh tubuli dan sebagian direab- bersifat asam lemah. Walaupun asam salisilat me-
sorpsi secara pasif. Asetazolamid terikat kuat pada rupakan zat organik yang bersifat asam lemah, ase-
karbonik anhidrase, sehingga terakumulasi dalam tazolamid tidak dianjurkan untuk mengatasi intoksi-
sel yang banyak mengandung enzim ini, terutama kasi asam salisilat, sebab kedua obat ini menyebab-
sel eritrosit dan korteks ginjal. Obat penghambat kan asidosis. Sedangkan obat gangliolitik yang ber-
karbonik anhidrase tidak dapat masuk ke dalam eri-
sifat basa lemah organik akan dihambat ekskresi-
nya, sehingga akan terjadi potensiasi bila diberikan
trosit, jadi efeknya hanya terbatas pada ginjal saja.
bersama dengan asetazolamid pada penderita
Distribusi penghambat karbonik anhidrase dalam
hipertensi.
Diuretik dan Antidiuretik 385

SEDiAAN DAN POSOLOGI. Asetazolamid terse- sida. Golongan ini biasa disebut sebagai benzo-
dia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk tiadiazid atau tiazid saja, dengan rumus kimia
pemberian oral. Dosis antara 250-500 mg per kali, sebagai tertera pada Gambar 25-2. Perubahan
dosis untuk chronic simple glaucoma yaitu 250- pada R2, Rs dan Ro akan membentuk berbagai
1.000 mgj per hari. Natrium asetazolamid untuk senyawa tiazid. Hubungan antara struktur dan ak-
pemberian parenteral hendaknya diberikan satu kali tivitasnya ternyata amat kompleks dan dipengaruhi
sehari, kecuali bila dimaksudkan untuk menimbul- berbagai faktor fisiologik maupun farmakokinetik.
kan asidosis metabolik maka obat ini diberikan se- Beberapa senyawa ternyata dapat menimbulkan
tiap 8 jam. Tetapi sediaan ini tidak terdapat di lndo- hiperglikemia dan efek ini ditentukan oleh struktur
nesia, demikian juga sediaan yang berbentuk sirup. yang berbeda dari struktur yang menentukan daya
Dosis dewasa untuk acute mountain stckness diuresisnya.
yailu2 kali sehari 250 mg, dimulai 3-4 hari sebelum
mencapai ketinggian 3.000 m atau lebih, dan dilan-
jutkan untuk beberapa waktu sesudah dicapai ke-
tinggian tersebut. H
Dosis untuk paralisis periodik yang bersifat
familier (familial periodic paralysis) yaitu 250-750
mg sehari dibagi dalam 2 atau 3 dosis; sedangkan
untuk anak-anak 2 atau 3 kali sehari 125 mg.
Diklorolenamid dalam tablet 50 mg, efek opti-
",,.*:ry;,'(
mal dapat dicapai dengan dosis awal 200 mg sehari,
serta metazolamid dalam tablet 25 mg dan 50 mg
dan dosis 100-300 mg sehari, tidak terdapat
dipasaran. G a m ba r 25-2. Be nzoli adiazid

1.3. BENZOTIADIAZID Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis-


efek yang sejajar dan daya kloruretik maksimal
yang sebanding. lni menunjukkan bahwa cara ker-
SEJARAH janya sama. Jadi perbedaan hanya dalam dosis dan
bukan dalam efek diuretik maksimalnya. Beberapa
Sintesis golongan ini merupakan hasil dari diuretik sulfonamid yang strukturnya sama sekali
penelitian zat penghambat enzim karbonik an- berbeda dengan tiazid, menunjukkan efek farmako-
hidrase. Komposisi yang terbentuk setelah pem- logi yang sama dengan tiazid. Senyawa-senyawa
berian obat ini ternyata mengandung banyak ion tersebut ialah klortalidon, kuinetazon dan indapa-
klorida, efek sangat berbeda dengan senyawa in- mid.
duknya yaitu benzen disulfonamid. Penelitian lebih
lanjut menunjukkan bahwa benzotiadiazid ber-efek FARMAKODINAMIK
langsung terhadap transport Na* dan Cl' di tubuli
ginjal, lepas dari efek penghambatannya terhadap Efek farmakodinamik tiazid yang utama ialah
enzim karbonik anhidrase. meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejum-
Prototipe golongan benzotiadiazid ialah kloro- lah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini disebab-
tiazid, yang merupakan obat tandingan pertama go- kan oleh penghambatan mekanisme reabsorpsi
longan Hg-organik, yang telah mendominasi diure- elektrolit pada hulu tubuli distal (eaily distaltubule).
tik selama lebih dari 30 tahun. Farmakologi diuretik Berbeda dengan diuretik penghambat karbonik an-
golongan Hg organik ini dapat dilihat pada edisi 2. hidrase, perubahan keseimbangan asam-basa
dalam tubuh tidak mempengaruhi efek diuretik
KIMIA DAN HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR tiazid.
DAN AKTIVITAS Derivat tiazid memperlihatkan efek pengham-
batan karbonik anhidrase dengan potensi yang ber-
Sebagian besar senyawa benzotiadiazid me- beda-beda. Zal yang aktif sebagai penghambat
rupakan analog dari 1 ,2,4-benzo-tiadiazin-1 ,1-diok- karbonik anhidrase, dalam dosis yang mencukupi,
Farmakologi dan Terapi

memperlihatkan efek sama seperti aselazolamid tubuli proksimal; (2) tiazid mungkin sekali meng-
dalam ekskresi bikarbonat (lihat efek asetazola- hambat ekskresi asam urat oleh tubuli. peninggian
mid). Agaknya elek penghambatan karbonik an- kadar asam urat ini kurang begitu berarti karena
hidrase ini tidak berarti secara klinis. Elek peng- insidens serangan akut gout terutama berhubungan
hambatan enzim karbonik anhidrase di luar ginjal dengan kadar asam urat dalam plasma sebelum
praktis tidak terlihat karena tiazid tidak ditimbun di pengobatan dengan tiaz.id.
sel lain. Ekskresi yodida dan bromida secara kualitatif
Pada penderita hipertensi, tiazid menurunkan sama dengan ekskresi klorida. Diuretik yang me-
tekanan darah bukan saja karena efek diuretiknya, nyebabkan kloruresis juga akan meningkatkan eks-
tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol kresi kedua ion halogen yang lain. Dengan demikian
sehin g ga terjadi vasodilatasi. semua obat yang bersifat kloruresis dapat diguna-
Pada penderita diabetes insipidus, tiazid jus- kan untuk menanggulangi keracunan bromida. Se-
tru mengurangi diuresis. Mekanisme antidiuretiknya lain itu, penggunaan diuretik yang berkepanjangan
belum diketahui dengan jelas dan efek ini kita jum- dapat meningkatkan ekskresi yodida dengan akibat
pai baik pada diabetes insipidus nefrogen, maupun dapat terjadinya deplesi yodida yang ringan. Berbe-
yang disebabkan oleh kerusakan hipofisis posterior. da dengan natriuretik lain, tiazid menurunkan eks-
FUNGSI GINJAL. Tiazid dapat mengurangi kece- kresi kalsium sampai 40o/o,karenatiazid tidak dapat
patan filtrasi glomerulus, terutama bila diberikan menghambat reabsorpsi kalsium oleh sel tubuli dis-
secara intravena. Efek ini mungkin disebabkan oleh tal. Ekskresi Mg** meningkat, sehingga dapat me-
pengurangan aliran darah ginjal. Namun berkurang_ nyebabkan hipomagnesemia.
nya filtrasi ini sedikit sekali pengaruhnya terhadap CAIRAN EKSTRASEL. Tiazid dapat meninggikan
efek diuretik tiazid, dan hanya mempunyai arti klinis ekskresi ion K+ terutama pada pemberian jangka
bila lungsi ginjal memang sudah kurang. Seperti ke- pendek, dan mungkin efek ini menjadi kecll bila
banyakan asam organik lain, tiazid disekresi secara penggunaannya berlangsung dalam jangka pan-
aktif oleh tubuli ginjal bagian proksimal. Sekresi ini jang. Ekskresi natrium yang berlebihan tanpa diser-
dapat berkurang dengan adanya antagonis kom- tai jumlah air yang sebanding, dapat menyebabkan
petitil misalnya probenesid. Dalam keadaan terten- hiponatremia dan hipokloremia, terutama bila pen-
tu, probenesid dapat menghambat efek diuresis derita tersebut mendapat diet rendah garam. Na-
tiazid; hal ini menandakan bahwa untuk menimbul- mun demikian secara keseluruhan golongan tiazid
kan efek diuresis tiazid harus ada di dalam cairan cenderung menimbulkan gangguan komposisi cair-
tubuli. an ekstrasel yang lebih ringan dibandingkan de-
Tempat kerja utama tiazid adalah dibagian ngan diuretik kuat, karena intensitas diuresis yang
hulu tubuli (early distal tubules) distal. Seperti dike- ditimbulkannya relatil lebih rendah.
tahui mekanlsme reabsorpsi Na* di tubuli distal
masih belum jelas benar, maka demikian pula cara
kerja tiazid. Laju ekskresi Na* maksimal yang ditim- FARMAKOKINETIK
bulkan oleh tiazid relatif lebih rendah dibandingkan
dengan apa yang dicapai oleh beberapa diuretik Absorpsi tiazid melalui saluran cerna baik se-
lain, hal ini disebabkan g0% Na* dalam cairan filtrat kali. Umumnya efek obat tampak setelah satu jam.
telah direabsorpsi lebih dahulu sebelum ia men- Klorotiazid didistribusi ke seluruh ruang ekstrasel
capai tempat kerja tiazid. dan dapat melewati sawar uri, tetapi obat ini hanya
Elek kaliuresis disebabkan oleh bertambah- ditimbun dalam jaringan ginjal saja. Dengan suatu
nya natriuresis sehingga pertukaran antara Na+ dan proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli prok-
K* yang menjadi lebih aktil pada tubuli distal. Harus simal ke dalam cairan tubuli. Jadi bersihan ginjal
diingat bahwa pada penderita dengan udem per- obat ini besar sekali, biasanya dalam 3-6 jam sudah
tukaran Na* dengan K+ menjadi lebih aktif karena diekskresi dari badan. Bendrollumetiazid, politiazid,
sekresi aldosteron bertambah. dan klortalidon mempunyai masa kerja yang lebih
Pada manusia tiazid menghambat ekskresi panjang karena ekskresinya lebih lambat.
asam urat sehingga kadarnya dalam darah me- Klorotiazid dalam badan tidak mengalami
ningkat. Ada 2 mekanisme yang terlibat dalam hal perubahan metabolik, sedang politiazid sebagian
ini : (1 ) tiazid meninggikan reabsorpsi asam urat di dimetabolisme dalam badan.
Diu retik d an Antid iu retik

EFEK SAMPING retik hemat kalium pada penderita yang juga men-
dapat pengobatan digitalis untuk mencegah timbul-
lntoksikasi dalam klinik jarang terjadi, biasa- nya hipokalemia yang memudahkan terjadinya
nya reaksiyang timbul disebabkan oleh reaksi alergi intoksikasi digitalis. Hasil yang baik juga didapat
atau karena penyakitnya sendiri. Telah dibuktikan pada pengobatan tiazid untuk udem akibat penyakit
pada hewan coba bahwa besarnya dosis toksik hati dan ginjal kronis.
beberapa kali dosis terapi. Reaksi yang telah dila- Tiazid merupakan salah satu obat penting
porkan adalah berupa kelainan kulit, purpura, der- pada pengobatan hipertensi, baik sebagai obat
matitis disertai fotosensitivitas dan kelainan darah. tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hiper-
Pada penggunaan lama dapat timbul hiper- tensi lain (lihat Bab 22).
glikemia, terutama pada penderita diabetes yang Pemberian tiazid pada penderita gagal jan-
laten. Ada 3 faktor yang menyebabkan hal ini dan tung atau hipertensi yang disertai gangguan
telah dapat dibuktikan pada tikus yaitu berkurang- fungsi ginjal harus dilakukan dengan hati- hati
nya sekresi insulin terhadap peninggian kadar glu- sekali, karena obat ini dapat memperhebat ganggu-
kosa plasma, meningkatnya glikogenolisis, dan ber- an tersebut akibat penurunan kecepatan filtrasi glo-
merulus dan hilangnya natrium, klorida dan kalium
kurangnya glikogenesis.
yang terlalu banyak. Pengobatan lama udem kronik
Tiazid dapat menyebabkan peningkatan ka-
dengan obat ini, hendaknya diberikan dalam dosis
dar kolesterol dan trigliserid plasma dengan meka-
yang cukup untuk mempertahankan berat badan
nisme yang tidak diketahui, tetapi tidak jelas apakah
tanpa udem. Penderita jangan terlalu dibatasi
ini meninggikan risiko terjadinya aterosklerosis. makan garam.
Kadar natrium, kalium, klorida dan bikarbonat Penderita yang tidak responsif terhadap suatu
plasma sebaiknya diperiksa secara berkala pada jenis tiazid, kadang-kadang dapat diobati dengan
penggunaan tiazid jangka lama walaupun perubah- jenis tiazid lain. Hal ini umumnya disebabkan ka-
annya tidak menonjol. Kehilangan kalium lebih rena potensi antar jenis tiazid berbeda- beda. Ada
lanjut misalnya pada keadaan diare, muntah-mun- baiknya sesekali pengobatan diseling dengan diu-
tah atau anoreksia harus segera diatasi karena retik lain, misalnya diuretik antagonis aldosteron.
dapat memperbesar bahaya intoksikasi digitalis, Golongan tiazid juga digunakan untuk peng-
memungkinkan terjadinya koma hepatikum pada obatan diabetes insipidus terutama yang bersifat
penderita sirosis hepatis dan parese atau paralisis nefrogen dan hiperkalsiuria pada penderita de-
otot skelet. Kombinasi tetap tiazid dengan KCI tidak ngan batu kalsium pada saluran kemih.
digunakan lagi karena menimbulkan iritasi lokal di
usus halus. Suplemen KCI sebagai sediaan ter-
POSOLOGI
pisah atau pemberian tiazid bersama diuretik hemat
kalium dapat mencegah hipokalemia.
Sediaan dan dosis golongan tiazid dapat di-
Gejala insufisiensi ginjal dapat diperberat oleh lihat pada Tabel 25-2.
tiazid, mungkin karena tiazid langsung mengurangi
aliran darah ginjal. Gangguan pembentukan H+ me-
nyebabkan amoniak tidak dapat diubah menjadi ion 1.4. DIURETIK HEMAT KALIUM
amonium dan memasuki darah, ini merupakan
salah satu faktor penyebab terjadinya depresi men- Yang tergolong dalam kelompok ini ialah anta-
tal dan koma pada penderita sirosis hepatis. Suatu gonis aldosteron, triamteren dan amilorid. Elek
reaksi idiosinkrasi yang jarang sekali timbul seperti diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat.
hepatitis kolestatik, telah dilaporkan.
ANTAGONIS ALDOSTERON

INOIKASI Aldosteron adalah mineralokortikoid endo-


gen yang paling kuat. Peranan utama aldosteron
Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk peng- ialah memperbesar reabsorpsi natrium dan klorida
obatan udem akibat payah jantung ringan sampai di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium. Jadi
sedang, Ada baiknya bila dikombinasi dengan diu- pada hiperaldosteronisme, akan terjadi penurunan
Diu retik dan Antidiu rctik

Tabel 25-2. SEDIAAN DAN DOSIS TIAZID OAN SENYAWA SEJENIS

Sediaan Dosis Lama kerja


(mg/hari) 0am)

Klorotiazid tablet 250 dan 500 mg 500 - 2000 6-12


H idroklorotiazid tablet 25 dan 50 mg 25 - 't00 6-12
H idroflum etiazid tablet 50 mg 25- 200 6-12
Bendrollu metiazid tablet 2,5; 5 dan 10 mg 5- 20 6-12
Politiazid tablet 1, 2 dan 4 mg 1- 4 24-48
Benztiazid tablet 50 mg 50 - 200 6-12
Siklotiazid tablet 2 mg 1- 2 18-24
Metiklotiazid tablet 2,5 dan 5 mg 2,5 - 10 24
Klortalidon tablet 25, 50 dan 100 mg 25 - 100 24-72
Kuinetazon tablet 50 mg 50 - 200 18-24
lndapamid tablet 2,5 mg 2,5- 5 24-36

kadar kalium dan alkalosis metabolik karena reab- sirkulasi enterohepatik dan metabolisme lintas per-
sorpsi HCO3- dan sekresi H* yang bertambah. tama. lkatan dengan protein cukup tinggi. Metabolit
Keadaan dan tindakan yang dapat menyebab- utamanya, kanrenon, memperlihatkan aktivitas an-
kan bertambahnya sekresi aldosteron oleh korteks tagonis aldosteron dan turut berperan dailam ak-
adrenal adalah sekresi glukokortikoid yang me- tivitas biologik spironolakton. Kanrenon mengalami
ninggi misalnya pembedahan, rasa takut, trauma interkonversi enzimatik menjadi kanrenoat yang
fisik dan perdarahan, asupan kalium yang tinggi, tidak aktif.
asupan natrium yang rendah, bendungan pada
vena kava inferior, sirosis hepatis, nefrosis dan EFEK SAMPING. Elek toksik yang utama dari spi-
payah jantung akan meningkatkan sekresi aldoste- ronolakton adalah hiperkalemia yang sering terjadi
bila obat ini diberikan bersama- sama dengan asup-
ron tanpa peningkatan sekresi glukokortikoid. Ke-
adaan tersebut di atas sering disertai adanya udem,
an kalium yang berlebihan. Tetapi elek toksik ini
sehingga pemberian antagonis aldosteron yaitu spi-
dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan
ronolakton sebagai diuretik sangat bermanfaat.
bersama dengan tiazid pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal yang berat.
Mekanisme kerja antagonis aldosteron adalah
penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. lni Efek samping lain yang ringan dan reversibel
terbukti dari kenyataan bahwa obat ini hanya efektif diantaranya ginekomastia, efek samping mirip
bila terdapat aldosteron baik endogen ataupun ek- androgen dan gejala saluran cerna.
sogen dalam tubuh dan eleknya dapat dihilangkan lNDlKASl. Antagonis aldosteron digunakan secara
dengan meninggikan kadar aldosteron. Jadi de- luas untuk pengobatan hipertensi dan udem yang
ngan pemberian antagonis aldosteron, reabsorpsi refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik
Na* di hilir tubuli distal dan duktus koligentes lain dengan maksud mengurangi ekskresi kalium, di
dikurangi, dengan demikian ekskresi K* luga samping memperbesar diuresis.
berkurang.
Hasilnya ,pada pengobatan payah jantung,
FARMAKOKINETIK. Tujuh puluh persen spirono- sirosis hepatis dan sindrom nelrotik sukar diperki-
lakton oral diserap di saluran cerna, mengalami rakan karena interaksi yang terlalu kompleks dari
389
Diuretik dan Antidiu retik

penyakit primernya, hiperaldosteronisme sekunder Azotemia yang ringan sampai sedang sering
dan efek diuretik lain yang diberikan bersamaan. terjadi dan bersifat reversibel. Pada penderita de-
ngan sirosis hati akibat alkohol yang mendapat
SEDIAAN DAN DOSIS. Spironolakton terdapat triamteren pernah dilaporkan terjadi anemia mega-
dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis loblastik, tetapi hubungan sebab-akibat belum
dewasa berkisar anlara 25-200 mg, tetapi dosis pasti. Hal ini mungkin akibat terjadinya pengham-
efektif sehari rata-rata 100 mg dalam dosis tunggal batan terhadap enzim dihidrofolat reduktase, ter-
atau terbagi. Terdapat pula sediaan kombinasi utama pada penderita dengan penurunan cadang-
tetap antara spironolakton 25 mg dan hidrokloro- an dan masukan asam folat.
liazid 25 mg, serta antara spironolakton 25 mg dan Efek samping amilorid yang paling sering se-
tiabutazid 2,5 mg. lain hiperkalemia yaitu mual, muntah, diare dan
sakit kepala.
TRIAMTEREN DAN AMILORID

Kedua obat initerutama memperbesar ekskre- INDIKASI


si natrium dan klorida, sedangkan ekskresi kalium
berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami Diuretik hemat kalium ternyata bermanfaat un-
perubahan. Efek penghambatan reabsorpsi natrium tuk pengobatan beberapa pasien dengan udem.
dan klorida oleh triamteren agaknya suatu efek Tetapi obat golongan ini akan lebih bermanfaat bila
langsung, tidak melalui penghambatan aldosteron, diberikan bersama dengan diuretik golongan lain,
karena obat ini memperlihatkan efek yang sama misalnya dari golongan tiazid. Mengingat kemung-
baik pada keadaan normal, maupun setelah adre- kinan dapat terjadinya efek samping hiperkalemia
nalektomi. Triamteren menurunkan ekskresi K+ de- yang membahayakan, maka pasien-pasien yang
ngan menghambat sekresi kalium disel tubulidistal. sedang mendapat pengobatan dengan diuretik
Berkurangnya reabsorpsi hatrium di tempat terse- hematk* sekali-kali langan diberikan suplemen K*.
but mengakibatkan turunnya perbedaan potensial Juga harus waspada bila memberikan diuretik ini
listrik transtubular, sedangkan adanya perbedaan bersama dengan obat penghambat ACE, karena
potensial listrik transtubular ini diperlukan untuk ber- obat ini mengurangi sekresi aldosteron, sehingga
langsungnya proses sekresi K* oleh sel tubulidistal. bahaya terjadinya hipovolemia dan hiperkalemia
Secara eksperimental, obat ini efektif dalam keada- menjadi lebih besar. Selain itu perlu diingat pula
an asidosis maupun alkalosis. bahwa triamteren atau amilorid sekali-kali jangan
Beberapa pengalaman klinik menunjukkan diberikan bersama spironolakton mengingat bahaya
bahwa kedua obat ini terutama bermanfaat bila terjadinya hiPerkalemia.
diberikan bersama diuretik lain, misalnya hidrok-
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Triamteren tersedia
lorotiazid. Dengan kombinasi ini efek natriuresisnya
sebagai kapsul dari 100 mg. Dosisnya 100-300 mg
lebih besar dan ekskresi kalium oleh tiazid dikurangi'
sehari. Untuk tiap penderita harus ditetapkan dosis
Dibandingkan dengan triamteren, amilorid penunjang tersendiri.
jauh lebih mudah larut dalam air sehingga lebih
Amilorid terdapat dalam bentuk tablel 5 mg.
banyak diteliti. Pengalaman klinik dengan triam-
Dosis sehari sebesar 5-10 mg.
teren pun masih sangat kurang sehingga masih Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg
banyak hal-hal yang belum diketahui mengenai dan hidroklorotiazid 50 mg terdapat dalam bentuk
tablet dengan dosis sehari antara 'l - 2 tablet.
obat ini.
Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik
sekali, obat ini hanya diberikan oral. Efek diuresis-
nya biasanya mulai tampak setelah 1 jam. Amilorid
1.5. DIURETIK KUAT
dan triamteren per oral diserap kira-kira 50% dan
efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berakhir
Diuretik kual (High-ceiling diuretics) menca-
sesudah 24jam.
kup sekelompok diuretik yang efeknya sangat kuat
EFEK SAMPING. Efek toksik yang paling berba- dibandingkan dengan diuretik lain. Tempat kerja
haya dari kedua obat ini yaitu hiperkalemia. Triam- utamanya di bagian epitel tebal ansa Henle bagian
teren juga dapat menimbulkan efek samping yang asenden, karena itu kelompok ini disebut juga se-
berupa mual, muntah, kejang kaki dan pusing. bagai /oop diuretics. Termasuk dalam kelompok ini
390 Farmakologi dan Terapi

adalah asam etakrinat, turosemid dan bume- bahan hemodinamik ginjal ini mengakibatkan me-
tanid. nurunnya reabsorpsi cairan dan elektrolit di tubuli
Asam etakrinat termasuk diuretik yang dapat proksimal serta meningkatnya efek awal diuresis.
diberikan secara oral maupun parenteral dengan Peningkatan aliran darah ginjal ini relatif hanya ber-
hasil'yang memuaskan. Furosemid, atau asam 4- langsung sebentar. Dengan berkurangnya cairan
kloro-N-furfuril-5-sulfamoil antranilat masih tergo- ekstrasel akibat diuresis, maka aliran darah ginjal
long derivat sulfonamid. Bumetanid merupakan menurun dan hal ini akan mengakibatkan mening-
derivat asam 3- aminobenzoat yang lebih poten katnya reabsorpsi cairan dan elektrolit di tubuli prok-
daripada furosemid, tetapi dalam hal lain kedua simal. Hal yang terakhir ini agaknya merupakan
senyawa ini mirip satu dengan yang lain. Struktur suatu mekanisme kompensasi yang membatasi
kimia ketiga obat ini terlihat di Gambar 25-3. jumlah zat lerlarut yang mencapai bagian epitel
tebal Henle asendens, dengan demikian akan me-
ct ct ngurangi diuresls.
Masih dipertentangkan apakah diuretik kuat
CHs-CHz-C-C- juga bekerja di tubuli proksimal. Furosemid dan
il bumetanid mempunyai daya hambat enzim kar-
CHz bonik anhidrase karena keduanya merupakan
Asam etakrinat derivat sulfonamid, seperti juga tiazid dan aseta-
zolamid, tetapi aktivitasnya terlalu lemah untuk
menyebabkan diuresis di tubuli proksimal. Asam
etakrinat tidak menghambat enzim karbonik an-
hidrase. Efek diuretik kuat terhadap segmen yang
,.,-,;g"";""u lebih distal dari ansa Henle asendens epitel tebal,
belum dapat dipastikan, tetapi dari besarnya
diuresis yang terjadi, diduga obat ini bekerja juga di
Furosemid
segmen tubuli lain.
Ketiga obat inijuga menyebabkan meningkat-
NH CHzCHzCHzCHs nya ekskresi K* dan kadar asam urat plasma, meka-
-
(O>"YA nismenya kemungkinan besar sama dengan tiazid.
Ekskresi Ca** dan Mg** iuga ditingkatkan seban-
,..,rr"o1\4"oo, ding dengan peninggian ekskresi Na+. Berbeda de-
ngan tiazid, golongan ini tidak meningkatkan
Bumetanid re-absorpsi Ca** di tubuli distal. Berdasarkan atas
efek kalsiuria ini, golongan diuretik kuat digunakan
Gambar 25-3. Struktur kimia asam etakrinat, furo- untuk pengobatan simptomatik hiperkalsemia.
semid dan bumelanid Diuretik kuat meningkatkan ekskresi asam
yang dapat dititrasi (titratable acid) dan amonia.
Fenomena yang diduga tdrjadi karena eleknya di
nefron distal ini merupakan salah satu faktor penye-
CARA KERJA bab terjadinya alkalosis metabolik.
Eila mobilisasi cairan udem terlalu cepat, alka-
Secara umum dapat dikatakan bahwa diuretik
losis metabolik oleh diuretik kuat ini terutama terjadi
kuat mempunyai mula kerja dan lama kerja yang
akibat penyusutan volume cairan ekstrasel. Seba-
lebih pendek dari tiazid. Hal ini sebagian besar
liknya pada penggunaan yang kronik, faktor utama
ditentukan oleh faktor farmakokinetik dan adanya penyebab alkalosis ialah besarnya asupan daram
mekanisme kompensasi.
dan ekskresi H* dan K*. Alkalosis ini seringkali di-
Diuretik kuat lerutama bekerja dengan cara
sertai dengan hiponatremia, tetapi masing-masing
menghambat reabsorpsi elektrolit di ansa Henle disebabkan oleh mekanisme yang berbeda.
asendens bagian epitel tebal; tempat kerjanya di
permukaan sel epitel bagian luminal (yang meng-
hadap ke lumen tubuli). Pada pemberian secara lV FARMAKOKINETIK
obat ini cenderung meningkatkan aliran darah ginjal Ketiga obat mudah diserap melalui saluran
tanpa disertai peningkatan filtrasi glomerulus. Peru- cerna, dengan derajat yang agak berbeda-beda.
Diuretik dan Antidiu retik 391

Bioavailabilitas furosemid 65% sedangkan bume- sebabkan oleh perubahan komposisi elektrolit cair-
tanid hampir 100%. Diuretik kuat terikat pada pro- an endolimfe. Ototoksisitas merupakan suatu efek
tein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difil- samping unik kelompok obat ini. Bila karena suatu
trasi di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi me- hal diperlukan pemberian obat yang juga bersifat
lalui sistem transport asam organik di tubuli prok- ototoksik, misalnya aminoglikosid, maka sebaiknya
simal. Dengan cara ini obat terakumulasi di cairan dipilih diuretik yang lain, misalnya tiazid.
tubuli dan mungkin sekali di tempat kerja di daerah Diuretik kuat dapat berinteraksi dengan war-
yang lebih distal lagi. Probenesid dapat mengham- farin dan klofibrat melalui penggeseran ikatannya
bat sekresi furosemid, dan interaksi antara kedua- dengan protein. Pada penggunaan kronis, diuretik
nya ini hanya terbatas pada tingkat sekresi tubuli, kuat ini dapat menurunkan bersihan litium. Penggu-
dan tidak pada tempat kerja diuretik. naan bersama dengan sefalosporin dapat mening-
Kira-kira 213 dari asam etakrinat yang diberi- katkan nefrotoksisitas sefalosporin. Antiinflamasi
kan secara lV diekskresi melalui gin.ial dalam bentuk nonsteroid terutama indometasin dan kortikosteroid
utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa sulf- melawan kerja furosemid.
hidril terutama sistein dan N-asetilsistein. Sebagian
lagi diekskresi melalui hati. Sebagian besar furose- PENGGUNAAN KLINIK
mid diekskresi dengan cara yang sama, hanya se-
bagian kecildalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50% Furosemid lebih banyak digunakan daripada
bumetanid diekskresi dalam bentuk asal, selebih- asam etakrinat, karena gangguan saluran cerna
nya sebagai metabolit. yang lebih ringan dan kurva dosis responsnya
kurang curam. Diuretik kuat merupakan obat efektif
untuk pengobatan udem akibat gangguan jantung,
EFEK SAMPING hati atau ginjal. Sebaiknya diberikan secara oral,
kecuali bila diperlukan diuresis yang segera, maka
Efek samping asam etakrinat dan furosemid dapat diberikan secara lV atau lM. Pemberian
dapat dibedakan atas: (1) reaksi toksik berupa parenteral ini diperlukan untuk mengatasi udem
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang paru akut. Pada keadaan ini perbaikan klinik dicapai
sering terjadi, dan (2) efek samping yang tidak ber- karena terjadi perubahan hemodinamik dan penu-
hubungan dengan kerja utamanya jarang terjadi. runan volume cairan ekstrasel dengan cepat, se-
Hiperurisemia relatif sering terjadi, namun pada hingga alir balik vena dan curah ventrikel kanan ber-
kebanyakan penderita hal ini hanya merupakan kurang. Untuk mengatasi udem refrakter, diuretik
kelainan biokimia, Dapat pula terjadi reaksi berupa kuat biasanya diberikan bersama diuretik lain,
gangguan saluran cerna, depresi elemen darah, misalnya tiazid atau diuretik hemat K+. Pemakaian
rash kulit, parestesia dan disfungsi hati. Gangguan dua macam obat diuretik kuat secara bersamaan
saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam eta- merupakan tindakan yang tidak rasional.
krinat daripada furosemid. Sensitivitas silang Bila ada nefrosis atau gagal ginjal kronik,
mungkin terjadi antara furosemid dan sulfonamid maka diperlukan dosis furosemid jauh lebih besar
yang lain. Furosemid dan tiazid diduga dapat me- daripada dosis biasa. Diduga hal ini disebabkan
nyebabkan nelritis interstisialis alergik yang oleh banyaknya protein dalam cairan tubuli yang
menyebabkan gagal ginjal reversibel. Juga terjadi akan mengikat lurosemid sehingga menghambat
penurunan toleransi karbohidrat, tetapi lebih ringan diuresis. Pada penderita dengan uremia, sekresi
daripada tiazid. Pada dosis yang berlebihan, pernah furosemid melalui tubuli menurun. Diuretik kuat juga
dilaporkan terjadinya hipoglikemia akut dengan digunakan pada penderita gagal ginjal akut yang
mekanisme yang tidak diketahui. Berdasarkan efek- masih awal (baru terjadi), namun hasilnya tidak
nya pada janin hewan coba, maka diuretik kuat ini konsisten. Diuretik kuat dikontraindikasikan pada
tidak dianjurkan pada wanita hamil, kecuali bila keadaan gagal ginjal yang disertai anuria. Diuretik
mutlak dipedukan. kuat dapat menurunkan kadar kalsium plasma pada
Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian penderita hiperkalsemia simtomatik dengan cara
sementara maupun menetap, dan hal ini merupa- meningkatkan ekskresi kalsium melalui urin. Bila di-
kan elek samping yang serius. Ketulian sementara gunakan untuk tujuan ini, maka perlu pula diberikan
juga dapat terjadi pada furosemid dan lebih jarang suplemen Na* dan Cl- untuk menggantikan kehila-
pada bumetanid. Ketulian ini mungkin sekali di- ngan Na* dan Cl- melalui urin.
392 Farmakologi dan Terapi

SEDIAAN DAN POSOLOGI natrium lebih banyak daripada jumlah natrium yang
masuk dan makanan. Tetapi pada penggunaan
Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan kronis akan dicapai keseimbangan, sehingga
dengan dosis 50-200 mg per hari. Sediaan lV natrium yang keluar sama dengan natrium yang
berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 masuk. Diuretik dapat menurunkan jumlah natrium
mg/kgBB. dalam tubuh, dan harus diingat bahwa efek ini pun
Furosemid. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dapat dicapai dengan diet rendah garam. Beberapa
20, 40, 80 mg dan preparat suntikan. Umumnya keadaan klinik yang memerlukan penggunaan
pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari. diuretik dapat dilihat pada Tabel 25-3.
Dosis anak 2 mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan KEADAAN YANG MEMERLUKAN DIURESIS
menjadi6 mg/kgBB. CEPAT. Pada udem paru, pemberian furosemid
Bumetanid. Tablet 0,5 dan 1 mg digunakan dengan atau asam etakrinat lV dapat menyebabkan diuresis
dosis dewasa 0,5- 2 mg sehari. Dosis maksimal per cepat. Perbaikan yang terjadi sebagian mungkin di-
hari 10 mg. Obat ini tersedia juga dalam bentuk sebabkan oleh adanya perubahan hemodinamik
bubuk injeksi dengan dosis lV atau lM dosis awal yaitu perubahan pada daya tampung vena (venous
antara 0,5-1 mg; dosis diulang 2-3 jam maksimum capacitance); tetapi efek diuresisnya tetap diperlu-
10 mg/hari. kan untuk mempertahankan hasil tersebut.
UDEM. Semua diuretik dapat digunakan untuk ke-
adaan udem. Seringkali udem ini disertai hiperaldo-
1.6. XANTIN steronisme dan karena itu penggunaan diuretik cen-
derung disertai kehilangan kalium. Penyebab
Xantin ternyata juga mempunyai efek diuresis. utama udem ialah payah jantung; penyebab lainnya
Efek stimulasinya pada fungsi jantung, menimbul- antara lain penyakit hati dan sindrom nefrotik. Pada
kan dugaan bahwa diuresis sebagian disebabkan semua keadaan ini harus diusahakan meningkat-
oleh meningkatnya aliran darah ginjal dan laju fil- kan kadar kalium dalam serum dengan pemberian
trasi glomerulus. Namun, semua derivat xantin ini suplemen kalium atau dengan penggunaan ber-
rupanya juga beretek langsung pada tubuli ginjal, sama diuretik hemat kalium. Pada penderita sirosis
yaitu menyebabkan peningkatan ekskresi Na* dan hati yang disertai asites dan udem, sebaiknya digu-
Cl'tanpa disertai perubahan yang nyata pada peng- nakan dahulu diuretik hemat kalium, kemudian dis-
asaman urin. Efek diuresis ini hanya sedikit dipe- usul dengan diuretik yang lebih kuat.
ngaruhi oleh keseimbangan asam basa, tetapi Pada udem yang disertai gagal ginjal, penggu-
mengalami potensiasi bila diberikan bersama peng- naan tiazid kurang bermanfaat, sebaliknya diuretik
hambat karbonik anhidrase. kuat sangat bermanfaat. Dalam hal ini perlu dosis
Di antara kelompok xantin, teolilin memper- besar untuk mendapatkan efek pada tubuli proksi-
lihatkan efek diuresis yang paling kuat. Xantin mal; furosemid lebih disukai dibandingkan dengan
sangat jarang digunakan sebagai diuretik utama, asam etakrinat karena asam etakrinat lebih besar
namun bila digunakan unluk tujuan lain terutama ototoksisitasnya. Diuretik hemat kalium sama se-
sebagai bronkodilator, adanya efek diuresis harus kali tidak boleh diberikan pada gagal ginjal, ka-
tetap diingat. Uraian lebih lengkap tentang xantin rena ada bahaya terjadi hiperkalemia yang fatal.
dapat dilihat pada Bab 16.

HIPERTENSI. Dasar penggunaan diuretik pada


hipertensi terutama karena efeknya terhadap.ke-
1.7. PENGOBATAN DENGAN DIURETIK
seimbangan natrium dan terhadap resistensi perifer.
Furosemid dan asam etakrinat mempunyai
INDIKASI natriuresis lebih kuat dibandingkan dengan tiazid;
tetapi keduanya tidak mempunyaiqtrek vasodilatasi
Diuretik digunakan untuk menurunkan volume arteriol langsung seperti tiazid. Oleh karena itu
darah dan cairan interstisial dengan cara mening- tiazid terpilih untuk pengobatan hipertensi berda-
katkan ekskresi natrium klorida dan air. Bila diuretik sarkan pertimbangan efektivitas maupun besarnya
diberikan secara akut, akan terjadi kehilangan biaya.
393
Diuretik dan Antid iuretik

Tabel 25-3. PENGGUNAAN KLINIK DIURETIK

Penyakit Obat Komenta r/keteranga n

Hipertensi Tiazid Merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar


penderita.
Diuretik kuat Digunakan bila terdapat gangguan fungsi ginial atau bila
(biasanya Furosemid) diperlukan elek diuretik yang segera.
Diuretik hemat kalium Digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada
bahaya hipokalemia.

Payah jantung Tiazid Digunakan bila fungsi gin,ial normal.


kronik kongestif Diuretik kuat Terutama bermanfaat pada penderita dengan gangguan
(Furosemid) fungsi ginjal.
Diuretik hemat kalium Digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada
bahaya hipokalemia.

Udem paru akut Diuretik kuat (Furosemid)

Sindrom nefrotik Tiazid atau diuretik kuat


bersama dengan
spironolakton

Payah ginjal akut Manitol dan/atau Bila diuresis berhasil, volume cairan tubuh yang hilang
lurosemid harus diganti dengan hati-hati.

Penyakit hati kronik Spironolakton (sendiri Diuretik kuat harus digunakan dengan hati-hati.
atau bersama tiazid Bila ada gangguan fungsi ginjal, jangan menggunakan
atau diuretik kuat) spironolakton.

Udem otak Diuretik osmotik

Hiperkalsemia Furosemid Diberikan bersama infus NaCl hipertonis.

Batu ginjal Tiazid

Diabetes insipidus Tiazid Disertai diet rendah garam

Open Angle Glaucoma Asetazolamid Peng gunaan,jangka Panjang

Acute Angle Closure Diuretik osmotik atau Prabedah


Glaucoma asetazolamid

DIABETES INSIPIDUS. Diuretik tiazid dapat me- atau akibat adanya penghambatan langsung sek-
ngurangi ekskresi air pada penderita diabetes insi' resi kalsium.
pidus mungkin sekali melalui mekanisme kompen-
sasi intrarenal. HIPERKALSEMIA. Furosemid dosis tinggi yang
BATU GINJAL. Tiazid menurunkan ekskresi kal- diberikan secara lV (1 00 mg) dalam infus larutan
sium dalam urin. Hal ini mungkin sebagai akibat garam laal dapat menghambat reabsorpsi natrium
adanya kompensasi intrarenal yang menyebabkan klorida, air dan kalsium di tubuli proksimal sehingga
reabsorpsi kalsium di tubuli proksimal bertambah digunakan untuk pengobatan hiperkalsemia.
394 Farmakologi dan Terapi

EFEK SAMPING berkurangnya sekresi insulin dari pankreas,


meningkatnya glikogenolisis dan berkurangnya gli-
Hipokalemia. Diuretik dengan tempat kerja di
segmen dilusi distal, ansa Henle bagian asendens kogenesis. Bila keadaan ini terjadi maka penggu-
dan tubuli proksimal dapat menyebabkan kehilang- naan diuretik harus dihentikan.
an kalium. Rasio kehilangan kalium dan natrium Hiperkalsemia. Tiazid dapat mengakibatkan pe-
lebih besar pada penggunaan tiazid daripada furo- ninggian kadar kalsium serum.
semid, mungkin karena furosemid tidak mempunyai
aktivitas penghambat karbonik anhidrase. Tetapi Hiperkalemia. Diuretik hemat kalium dapat meng-
furosemid mempunyai efek natriuresis lebih kuat, akibatkan hiperkalemia yang dapat merupakan
sehingga biasanya akan diikuti deplesi kalium. komplikasi yang fatal. Oleh karena itu obat golong-
Penggunaan tiazid dosis kecil pada hipertensi, an initidak boleh diberikan dengan dosis berlebihan
misalnya dengan klorotiazid 500 mg/hari atau klor- dan juga tidak boleh diberikan pada penderita gagal
talidon 25 mg/hari tidak akan banyak mempenga- ginjal.
ruhi kadar kalium atau asam urat plasma. Tetapi Sindrom udem idiopatik. Penggunaan diuretik
dengan dosis lebih besar pada pengobatan udem, kuat pada keadaan ini kadang-kadang justru me-
perlu diadakan pemantauan kadar kalium dalam nyebabkan retensi garam dan air. Dengan meng-
serum. hentikan pemberian diuretik, biasanya dalam waktu
Hiperurisemia. Hampir semua diuretik menyebab- 5-10 hari akan timbul diuresis.
kan peningkatan kadar asam urat dalam serum Volume depletion. Pemberian diuretik kuat pada
melalui pengaruh langsung terhadap sekresi asam penderita gagal jantung berat dapat mengakibatkan
urat, dan efek ini berbanding lurus dengan dosis berkurangnya volume darah yang beredar secara
diuretik yang digunakan. Pada penggunaan diuretik akut. Dan hal ini ditandai dengan turunnya tekanan
dapat terjadi penyakit pirai, baik pada orang normal darah, rasa lelah dan lemah. Biasanya diuresis
maupun mereka yang rentan terhadap gout. Hiper- justru akan terjadi setelah pemberian diuretik dihen-
urisemia ini dapat diperbaiki dengan pemberian tikan.
alopurinol atau probenesid.
Hiponatremia. Hiponatremia ringan yang sering-
Gangguan toleransi glukosa dan diabetes. Tia- kali terjadi tidak menimbulkan masalah. Hipona-
zid dan furosemid dapat menyebabkan gangguan tremia mudah terjadi pada penggunaan furosemid
toleransi glukosa terutama pada penderita diabetes dosis besar bersama diuretik lain yang bekerja di
laten, sehingga terjadi manifestasi diabetes. Meka- tubuli distal; keadaan ini akan lebih berat bila pen-
nisme pasti penyebab keadaan ini belum jelas kare- derita juga dianjurkan pantang garam tetapl bebas
na menyangkut berbagai macam faktor, antara lain minum air (Lihat Tabet 25- 4).

Tabel 25-4. PERUBAHAN BtOKtMtA SEBAGA| EFEK SAMptNG OtURETtK

Efek samping Tiazid Furosemid Asam elakrinat Bumetanid Spironolakton Triamteren Amilorid

Hipokalemia dan + + + 0 0
Alkalosis hipokloremik
Hiperkalemia 0 0 0 0 + + +
Hiperglikemia + jarang jarang jarang 0 jarang jarang
Azotemia + + + + + + +
Hiperurisemia + + + + + + +
Hiponatremia + jarang jarang jarang jarang jarang ?
Hiperkalsemia + 0 0 0 0 0 0
Hiperlrigliseridemia + ? ? ? ? ? ?
Diuretik dan Antidiuretik 395

Tabel 25-5. INTERAKSI KLINIS YANG PENTING PADA PENGGUNAAN DIURETIK

Obat Diuretik Efek

Kortikosteroid Tiazid Meningkatkan hipokalemia


Diuretik kuat
Aminoglikosid Diuretik kuat Menambah ototoksisitas
Aminoglikosid sefalosporin Diuretik kuat Menambah nef rotoksisitas?
Antikonvulsan Furosemid Menurunkan ef ek natriuretik
Diazoksid Tiazid Hiperglikemia
Furosemid
Digitalis Tiazid Meningkatkan intoksikasi digitalis, bila terjadi
Diuretik kuat hipokalemia
lndometasin Triamteren, Amilorid Payah ginjal akut
lndometasin dan penghambat Tiazid Menurunkan efek natriuretik dan atau efek
prostaglandin yang lain Diuretik kuat antih ip e rtensiny a.
Litium fiazid Meningkatkan kadar litium dalam serum.
Antikoagulan oral Tiazid Menurunkan efek antikoagulan akibat
(kemungkinan diuretik konsentrasi faktor-faktor pembekuan.
yang lain)
Suplemen Kalium Diuretik hemat kalium Hiperkalemia
Suksinilkolin Diuretik kuat Efek blokade saraf-otot meningkat.
Tetrasiklin Kemungkinan Meningkatkan azotemia pada penderita
semua diuretik gagal ginjal
Tubokurarin Tiazid Blokade di lempeng saraf meningkat
Diuretik kuat
Vitamin D dan produk-produk Tiazid Hiperkalsemia
kalsium

INTEFAKSI produksi oleh sel saraf dalam nukleus supraoptikus


dan paraventrikularis di hipotalamus. Melalui
Pada penggunaan diuretik bersama obat-obat serabut saraf, ADH ditransport ke sel-sel pituisit
lain, harus selalu dipikirkan adanya interaksi yang hipolisis posterior. Di hipofisis posterior, vasopresin
mungkin terjadi. Beberapa contoh penting lertera ini terikat pada suatu protein spesifik yang disebut
dalam Tabel25-5. neurofisin; ikatan ini dapat dilepaskan dengan
perangsangan listrik atau pemberian asetilkolin.
Di alam, dikenal dua macam ADH yaitu 8-Argi-
2. OBAT.OBAT YANG MEMPENGA. nin vasopresin yang terdapat pada mamalia, kecuali
RUHI KONSERVASI AIR babi dan 8-Lisin vasopresin yang terdapat pada
babi. ln vivo, kedua polipeptida ini mudah sekali
mengalami degradasi enzimatik sehingga eleknya
2.1. ADH singkat. Kemudian dibuat suatu polipeptid sintetik
yang lebih tahan terhadap degradasi enzimatik
KlMlA. ADH (hormon anti diuretik) disebut juga yaitu desmopresin (1-deamino 8-D-arginin
vasopresin merupakan suatu oktapeptid yang di- vasopresin - dDAVP). Desmopresin ini merupakan
396 Farmakologi dan Terapi

obat yang terpilih untuk pengobatan penyakit akibat stres emosional atau fisik, atau obat seperti
diabetes insipidus yang sensitil terhadap ADH. nikotin, klofibrat, siklofosfamid, antidepresan trisik-
Rumus kimia dan kekuatan relatif ketiga polipeptid lik, karbamazepin, dan diuretik. Sebaliknya sekresi
tersebut.terlihat pada Tabel 25-6. ADH dihambat oleh alkohol dan fenitoin.
Kekurangan atau tidak adanya ADH akan me-
PENGATURAN. Sekresi vasopresin diatur oleh
nyebabkan diabetes insipidus, suatu kelainan yang
beberapa mekanisme, yaitu: (1) Konsep osmore-
septor yang diduga terletak di daerah nukleus hipo- ditandai dengan adanya poliuria yang hebat. Se-
talamus; bila osmolalitas plasma bertambah akibat dangkan kelebihan ADH menyebabkan retensi air
dehidrasi, maka sekresi ADH bertambah. Sebalik- dan hiponatremia dilusional. Kelainan ini dapat
nya pada keadaan hidrasi, sekresi ADH akan berku- terjadi oleh berbagai sebab diantaranya penyakit
rang sehingga kadarnya dalam plasma maupun paru, meningitis atau ensefalitis dan lain-lain.
dalam urin tidak dapat diukur. (2) Konsep reseptor
EFEK ADH PADA GINJAL. Serelah dilepas
volume, yang terletak di atrium kiri dan vena pulmo-
(elease) oleh kelenjar hipofisis posterior ADH akan
nalis. Bila terjadi penurunan volume darah yang
disirkulasi dalam pembuluh darah dan pada individu
beredar, misalnya akibat perdarahan hebat akan
dewasa ADH mempunyai waktu paruh sekitar 17-35
terjadi perangsangan sekresi ADH; sebaliknya bila
menit. Ada beberapa faktor yang terlibat dalam eli-
volume darah yang beredar bertambah banyak
minasi hormon dan darah yang paling penting yaitu
maka sekresi ADH ditekan. (3) Selain kedua macam
pemutusan rantai peptida oleh enzm peptidase.
mekanisme di atas, sekresi vasopresin meningkat

Tabel 25-6. STRUKTUR KIMIA DAN AKTIVITAS RELATIF SEDIAAN ADH

aktivitas relatil')
Jenis peptid
antidiuretik presor

I
Cys
- Tyr- Phe- Glu - Asp-Cys - Pro
- Arg
-Gly(Nh2)
100 100
123456789
8-Arginin vasopresin (ADH, AVP)

LYS-
8-Lisin vasopresin (Lypressin, LVP). 80 60

S
I

H_C_H
H_C-H
I

orc D.Arg. 1.200 0,39

1 -deamino-8-D-Arginine vasopresin -
(desmopressin, d DAVP)

' Aktivitas relatif dibandingkan dengan aktivitas 8-arginin vasoprsin.


Diuretik dan Antidiu retik 397

Efek seluler ADH terjadi melalui adanya inter- Dengan demikian akan terjadi proses penghematan
aksi.antara ADH dengan reseptor V1 dan Vz. Besep- pengeluaran air bersama urin.
tor Vr letaknya di dalam sel otot polos vaskular, Peningkatan permeabilitas sel duktus koligen-
hepatosit, trombosit dan beberapa sel di ginial. Re- tes ini terhadap air terjadi akibat terikatnya ADH
septor ini bergabung (coupled) dengan fosfolipase pada reseptor V2 yang terletak dipermukaan baso-
C yang menghidrolisis losfatidilinositol-4-5-bifosfat lateral sel duktus koligentes.
menjadi inositol 1,4,5 triloslat dan diasil-gliserol' Selain itu di dalam ginjal masih ada modulator
Beseptor V2, yang terletak di dalam sel duktus koli' endogen yang ikut berperan pada efek ADH di
gentes dan sel ansa Henle asendens yang berepitel ginjal. Misalnya, melalui reseptor Vr, ADH merang-
tebal, beralinitas besar terhadap ADH. Perangsa- sang biosintesis prostaglandin E (PgE) di dalam sel
ngan reseptor Vz oleh ADH akan merangsang akti- interstisial medula, dan ini akan menghambat efek
vitas enzim adenilat siklase, mengakibatkan aku- ADH. Stimulator reseptor Vt oleh ADH juga akan
mulasi siklik AMP didalam kedua jenis sel tersebut mengaktifkan protein kinase C, yang juga akan me-
di atas. Selanjutnya siklik AMP ini akan memicu nambah penghambatan terhadap efek ADH. Selain
serangkaian kejadian dan akhirnya membran itu, suatu peptida yang berelek natriuretik yang di-
luminal menjadi permeabel terhadap air. hasilkan atrium menurunkan efek ADH baik di
ADH mempunyai beberapa tempat kerja di daerah kortikal maupun daerah medula ginjal.
ginjal, dan kedua reseptor Vt dan V2 berpartisipasi
dalam terjadinya respons renal. Reseptor Vr yang
terdapat di dalam sel mesangial glomerulus, vasa OBAT-OBAT YANG DAPAT MEMODIFIKAS]
rekta dan sel-sel interslisial di medula ginjal, ber- EFEK ADH
turut{urut terlibat dalam pengaturan filtrasi glome-
rulus aliran darah di medula ginjal dan sintesis Klorpromazin, parasetamol, dan indometasin
prostaglandin. Beseptor Vr mungkin juga berperan meningkatkan kerja ADH, artlnya obat-obat ini men-
dalam pengaturan vasokonstriksi pembuluh darah 'sensitisasi" ginjal terhadap ADH yang sebenarnya
arteriol eferen glomerulus. Tetapi efek ADH yang terlalu rendah untuk merangsang reabsorpsi air' Hal
paling menonjol yaitu di duktus koligentes, dan ini sebagian mungkin dapat diterangkan melalui
seperti telah disebutkan di atas, diperantarai oleh adanya penghambatan biosintesis PG di ginjal.
reseptor Vz. Sebaliknya ada pula obat misalnya litium, obat
Duktus koligentes. Bagian ini berperan amat manik depresif, yang dapat menghambat efek anti-
penting dalam konservasi air di dalam tubuh. diuretik ADH sedemikian rupa sehingga dapat me-
Pada saat cairan tubuli mencapai daerah seg- nimbulkan poliuria akibat ginjal resisten terhadap
men kortikal duktus koligentes, cairan ini cenderung ADH. Keadaan ini disebut diabetes insipidus nefro-
menjadi hipotonik sebagai akibat efek pompa klo- gen. Saat ADH kadarnya sebenarnya tidak cukup
rida yang bekerja di daerah ansa Henle asendens untuk menimbulkan efek obat, Poliuria disini biasa-
epitel tebal. Dalam keadaan normal dimana kadar nya bersifat reversibel dengan menghentikan pem-
ADH juga rendah, seluruh sel duktus koligentes berian Li+. Dalam hal ini Li+ menghambat kerja
relatil impermeabel terhadap air, sehingga urin enzim adenilat siklase yang sensitil terhadap ADH'
yang terbentuk tetap encer. Sebaliknya dalam ke-
sehingga tidak terjadi penumpukan siklik AMP.
adaan dehidrasi atau adanya deplesi volume cairan
Pasien-pasien yang. mendapat pengobatan Li*
tubuh, kadar ADH akan meningkat secara ber-
yang kemudian mengalami diabetes insipidus
makna, akibatnya sel-sel duktus koligentes baik
nelrogen mungkin dapat diobati dengan pemberian
segmen kortikal maupun segmen medular menjadi
permeabel terhadap air. Ada perbedaan osmotik amilorid yang akan memblok masuknya Li* dari
antara urin yang encer di dalam tubuli dengan cair- cairan tubuli ke dalam sel epitel duktus koligentes.
an interstisial daerah peritubular dan perbedaan ini lndometasin mungkin juga dapat mengurangi poli'
semakin meningkat di daerah medula dan di daerah uria. Demeklosiklin dapat mengganggu kemampu-
(segmen) papila ginjal. Air akan bergerak secara an ginjal untuk memproduksi urin yang pekat pada
pasil sepanjang daerah yang berbeda osmotiknya sebagian besar pasien, dan menyebabkan poliuria
ini dan akan direabsorpsi dari tubuli, dan hal ini akan dan polidipsia.
mengakibatkan osmolaritas urin makin meningkat, Atas dasar mekanisme tersebut demeklosiklin
dapat mencapai 1.200 mOsm/kg pada manusia. dimanlaatkan pada pasien yang menderita kera-
398 Farmakologi dan Terapi

cunan air akibat produksi ADH yang berlebihan, dan EFEK SAMPING
hasilnya ternyata sangat memuaskan.
Suntikan ADH dosis besar menyebabkan
vasokonstriksi, tekanan darah naik dan kulit jadi
EFEKADH DILUAR GINJAL pucat. Peristalsis usus meningkat, menyebabkan
rasa mual dan kolik usus. Pada wanita ADH menye-
SISTEM KARDIOVASKULAR. Efek presor ADH babkan spasme uterus.
hanya akan terjadi pada dosis jauh lebih tinggi Pembuluh darah koroner menyempit sehingga
daripada dosis yang diperlukan untuk menimbulkan pada pasien dengan insufisiensi koroner, ADH da-
antidiuresis maksimal. Vasokonstriksi terjadi ham- lam dosis kecil, yang dapat mengendalikan diabe-
pir pada semua pembuluh darah. Sirkulasi di kulit,
tes insipidus, ternyata dapat menimbulkan serang-
saluran cerna akan sangat berkurang, juga sirkulasi an angina. lskemia miokard akibat ADH dapat ber-
koroner. Tekanan arteri di paru akan meningkat. akibat fatal. Hal ini perlu dipertimbangkan pada
ADH juga berperan amat penting dalam memper- penggunaan ADH untuk mengontrol perdarahan di
tahankan tonus vaskular. Efek vasokonstriksi ini saluran cerna. Gejala efek samping di atas hampir-
rupanya melalui reseptor V1 , sebaliknya ADH juga hampir tidak ditemukan dengan desmopresin, ke-
berefek vasodilatasi melalui reseptor Vz di dalam cuali pada dosis besar (40 mg). Pada penggunaan
pembuluh darah.
sediaan antidiuretik juga ada kemungkinan terjadi-
Efek ADH terhadap jantung merupakan efek nya efek samping keracunan air.
tidak langsung, yaitu akibat adanya vasokonstriksi
pembuluh darah koroner, penurunan aliran darah
koroner dan adanya perubahan tonus vagal dan PENGGUNAAN KLINIK
tonus simpatis secara refleks.
Terhadap otot polos saluran cerna, efek Vasopresin lerutama digunakan untuk peng-
ADH baru terjadi pada dosis yang besar. Dalam obatan diabetes insipidus akibat kekyrangan hor-
dosis besar, ADH dapat merangsang kontraksi mon tersebut. Untuk penggunaan kronis, digunakan
uterus pada semua fase siklus menstruasi ataupun sediaan suntikan vasopresin tanat dengan dosis
semua fase kehamilan. 0,25-1 unit atau lebih per hari. Diabetes insipidus
yang disebabkan oleh defek anomali fungsi sel
FARMAKOKINETIK. Pemberian ADH, lipresin, tubuli distal tidak dapat diobati dengan ADH. Pem-
alau kongenernya secara oral tidak efektif karena berian vasopresin secara inhalasi tidak dianjurkan
segera akan mengalami inaktivasi oleh tripsin yang karena sangat iritatif dan absorpsinya tidak teratur.
memutuskan rantai peptida pada ikatan 8-9. Untuk orang yang alergi terhadap vasopresin
Sediaan ADH dalam larutan diberikan lV, lM hewan yaitu arginin vasotosin, dapat diberikan
atau SK dan dalam bentuk bubuk untuk insuflasi senyawa sintetiknya yaitu lisin vasopresin yang
nasal atau juga sebagai semprotan. Pada pem- dapat diberikan dalam bentuk semprotan hidung
berian lV efeknya hanya berlangsung sebentar aki- tanpa menimbulkan efek samping.
bat ADH cepat mengalami inaktivasi, kecuali bila Vasopresin dosis tinggi sebesar 10-20 unit
sediaan tersebut diberikan sebagai infus. bersama dengan tindakan lain, digunakan untuk
Desmopresin dapat bertahan lama dalam mengatasi perdarahan varises esofagus; dalam hal
sirkulasi setelah diabsorpsi dari mukosa hidung. ini vasopresin menyebabkan penurunan tekanan
Sediaan kerja panjang, misalnya vasopresin tanat darah dan aliran darah portal. Dengan dosis besar
dalam minyak, yang disuntikkan secara lM efeknya ini dapat terjadi peninggian tekanan darah sistemik.
dapat bertahan lebih lama, sekitar 48 sampai 96 Desmopresin intranasal merupakan obat ter-
jam. pilih untuk sebagian terbesar pasien-pasien dengan
diabetes insipidus.
MASA PARUH. ADH di dalam sirkulasi hanya 17-
35 menit, terutama akibat inaktivasi oleh peptidase SEDIAAN
di dalam berbagai jaringan. ADH akan cepat meng-
hilang dari sirkulasi setelah mengalami metabo- ADH tersedia dalam bentuk injeksi dan untuk
lisme di dalam ginjal dan hati, namun pada manusia pemberian intranasal, yaitu vasopresin (Pitresin)
bersihan melalui urin hanya sedikit. suntikan 20 Ulml terdapat dalam ampul 0,5 dan 1
Diuretik dan Antidiuretik 399

ml untuk penggunaan subkutan atau lM. Vasopre- PENGGUNAAN KLlNlK. Untuk pengobalan Pitui-
sin tanat 5 U/ml untuk suntikan lM. Bubuk hipo- tary diabetes insipidus, klorotiazid dan kelompok-
fisis posterior untuk insuflasi hidung. nya kurang efektif dibandingkan dengan ADH;
Lipresin (Lisine-vasopresin) semprot hidung: namun tiazid bermanfaat untuk penderita diabetes
50 UniVml dalam botol semprot hidung; setiap sem- insipidus nefrogen dan yang tidak tahan atau alergi
protan mengandung 2 unit. terhadap ADH. Karena efek antidiuretiknya sejajar
Desmopresin asetat (dDAVP), dalam bentuk dengan efek natriuresis, maka besarnya dosis yang
larutan bening yang berisi 0,1 mg/ml desmopresin diberikan sama dengan dosis yang digunakan untuk
dalam botol yang berisi 2,5 ml untuk penggunaan tujuan mobilisasi cairan udem. Yang biasa diguna-
intranasal. Terdapat juga sediaan larutan untuk kan yaitu klorotiazid 1-1,5 g/hari atau hidrokloro-
suntikan. tiazid 50-1 50 mg/hari dalam dosis terbagi. Penurun-
an volume urin sampai 50% sudah dianggap seba-
gai hasil yang memuaskan. Dengan membatasi ma-
2.2. BENZOTIADIAZID sukan NaCl, efek antidiuretiknya meningkat. Efek
samping yang biasa terjadi ialah deplesi kalium.
Klorotiazid dan tiazid yang lain ternyata juga
dapat menyebabkan berkurangnya poliuria pada
penderita diabetes insipidus, dan sekarang telah 2.3. PENGHAMBAT SINTESIS
mantap digunakan untuk pengobatan diabetes insi-
pidus terutama yang resisten terhadap ADH atau PROSTAGLANDIN
yang disebut sebagai diabetes insipidus nefrogen.
Dengan tiazid, poliuria yang hebat akan berkurang, lndometasin ternyata juga efektif untuk pengobat-
volume urin lebih sedikit, sehingga kegiatan pende- an kasus diabetes insipidus nefrogen yang here-
rita sehari-hari tidak terganggu. Pada bayi dan anak diter, sedangkan penghambat sintesis Pg yang lain
dengan diabetes insipidus yang resisten terhadap misalnya ibuprofen kurang efektif dibandingkan in-
ADH, efek antidiuretik ini menjadi sangat penting dometasin. Cara kerjanya belum jelas, mungkin se-
sebab poliuria yang tidak terkendali karena kemam- kali menyangkut beberapa cara, misalnya adanya
puan pasien untuk minum maupun mengabsorpsi penurunan filtrasi glomerulus, peninggian kadar zat
cairan mengakibatkan dehidrasi. terlarut di daerah medula ginjal, atau adanya pe-
Mekanisme antidiuretik tiazid belum dime- ningkatan reabsorpsi cairan di tubuli proksimal.
ngerti secara.tuntas. Sebagian besar peneliti se- Bersihan kreatinin sebaiknya diperiksa secara
pendapat bahwa efek natriuretik tiazid memegang teratur mengingat indometasin dapat menurunkan
peranan yang sangat penting, dan adanya deplesi filtrasi glomerulus. Suatu laporan kasus mengemu-
natrium merupakan hal yang esensial untuk efek kakan bahwa indometasin memperbaiki poliuria
antidiuretik. Dalam keadaan ini akan terjadi reab- oleh litium. Hal ini mempunyai arti yang penting,
sorpsi NaCl yang berlebihan di tubuli proksimal, karena dengan demikian indometasin mungkin ber-
sehingga volume f iltrat yang rnengalir ke tubuli distal manfaat untuk pengobatan poliuria fase akut yang
menurun. Sebagai akibatnya yaitu berkurangnya timbul pada pasien yang sedang diobati dengan
pembentukan air dan keadaan poliuria berkurang. litium.
400 Farmakologi dan Terapi

vilt. oKSlToslK

26. OKSITOSIK
Amir Syaril dan Atmen Muchtar

1. Pendahuluan Oksitosin dan ekstrak hipolisis posterior


2. Ergot dan alkaloid ergot 3,1. Fisiologi
2.1. Asal dan sejarah 3.2. Farmakologi
2,2. Kimia 3.3. Farmakokinetik
2.3. Farmakokinetik 3.4. Sediaan
2.4. Farmakodinamik 4. Prostaglandin
2.5. Elek samping 4.1. Farmakologi
2.6, lndikasi
4.2. Posologi dan sediaan
2.7. Kontraindikasi
2.8. Sediaan 5. lndikasi

1. PENDAHULUAN an obat otonom, respons uterus berbeda pada tiap


spesies dan berbeda pula pada keadaan hamil dan
tidak. Pada manusia, peranan sistem otonom ter-
Oksitosik ialah obat yang merangsang kon- hadap uterus cukup rumit, karena dipengaruhi sik-
traksi uterus. Banyak obat memperlihatkan elek lus haid dan regulasi neurohumor.
oksitosik, tetapi hanya beberapa sajayang kerjanya
Miometrium merupakan alat kontraksi. Kon-
cukup selektil dan dapat berguna dalam praktek
traksi terjadi spontan dan teratur sejak masa puber-
kebidanan. Obat yang bermanfaat itu ialah oksitosin
tas. Kontraksi lebih nyata bila uterus sudah berkem-
dan derivatnya, alkaloid ergot dan derivatnya, dan
bang sempurna, terutama pada masa menstruasi.
beberapa prostaglandin semisintetik. Obat-obat ter'
Kontraktilitas uterus paling nyata pada kehamilan
sebut memperlihatkan respons bertingkat (graded-
terutama pada kehamilan aterm, dan memegang
response) pada kehamilan, mulai dari kontraksi ute- peranan penting dalam persalinan. Sampai seka-
rus spontan, ritmis sampai kontraksi tetani. Mes- rang belum diketahui laktor utama yang mengen-
kipun obat ini mempunyai efeklarmakodinamik lain'
dalikan kontraksi, Percobaan in vitro menunjukkan
tetapi manlaat dan bahayanya lerutama terhadap
bahwa ion Na berperanan penting dalam proses
uterus. Derivat prostaglandin merupakan obat yang
depolarisasi, sedangkan ion Ca diperlukan untuk
baru dikembangkan tahun tujuh puluhan' Pem- proses excitation contraction coupling.
bicaraan di sini terbatas pada efek prostaglandin E
dan F terhadap uterus serta penggunaannya
sebagai abortivum, dan oksitosin untuk induksi par-
tus. 2. ALKALOID ERGOT

Anatomidan fisiologi. 2.1. SUMBER DAN SEJARAH


Uterus dipersarali oleh saral kolinergik dari
Sumber alkaloid ergot ialah Claviceps pur-
saraf pelvik dan saral adrenergik dari ganglion me-
purea suatu jamur yang hidup sebagai parasit
senterik inferior dan ganglion hipogastrik. Apabila
dalam butir rye dan gandum, banyakterdapat di
terjadi perangsangan terhadap saral atau pemberi-
Oksitosrk 401

Eropa dan Amerika. Penyebaran penularan terjadi ditemukan zat uterotonik larut air dinamakan er-
melalui perantaraan serangga dan angin yang me- gonovin (ergometrin). Ergonovin dan turunannya
mindahkan spora ke kepala putik yang sudah di- menghasilkan asam lisergat dan amin pada
buahi. Selanjutnya spora mengeluarkan miselium hidrolisis, maka disebut juga alkaloid amin. Alka-
yang akan menembus putik, kemudian membentuk loid dengan berat molekul tinggi yang mengandung
jaringan padat berwarna ungu dan menjadi keras. asam lisergat, amonia, asam piruvat, prolin dan
Substansi ini dinamai sklerosium. Sklerosium ini- asam amino lainnya dikenal juga sebagai alkaloid
lah yang merupakan sumber ergot. asam amino atau ergopeptin. Salah satu derivat
ergopeptin adalah bromokriPtin.
Zat-zat dalam ergot. Ergot mengandung zat yang Dihidroergotamin dan dihidroergokristin meru-
penting yaitu alkaloid ergot dan zat lain seperti zat pakan hasil hidrogenisasi atom C9 dan Cl0, yang
organik, karbohidrat, gliserida, steroid, asam amino, berlainan sifat dengan zat asalnya. Selain itu senya'
amin dan basa amonium kuaterner. Beberapa amin wa baru dapat dihasilkan dari penggabungan asam
dan basa memiliki elek larmakologi penting, misal- lisergat dengan berbagai amin; hasil penggabung-
nya histamin, tiramin, kolin dan asetilkolin. Jamur an ini adalah asam dietilamid lisergat (LSD) dan
Claviceps purpurea dibiak in vitro, seperti jamur asam hidroksibutilamid lisergat (metilergonovin),
penghasil antibiotik. Metisergid merupakan hasil metilasi pada gugus
Sejarah. Keracunan ergot sudah dikenal sejak 600 nitrogen indol pada metilergonovin.
tahun sebelum Masehi, ketika orang Assyria makan
gandum yang terkontaminasi dan mengakibatkan
2.3. FARMAKOKINETIK
keguguran. Sesudah itu banyak dilaporkan kejadian
serupa akibat makan gandum dan rye, bahkan Alkaloid asam amino, yaitu ergotamin diab'
dilaporkan adanya epidemi. Baru pada tahun 1670 sorpsi secara lambat dan tidak sempurna melalui
ditemukan penyebab keracunan ialah ergot. Wa- salurnan cerna. Obat ini mengalami metabolisme
laupun etiologi dan pencegahan keracunan ergot lintas pertama, sehingga kadarnya dalam darah
telah diketahui, epidemi keracunan ergot masih ter- sangal rendah. Kadar puncak plasma dicapai dalam
jadi, antara lain di Rusia (1926), lrlandia (1929), 2 jam. Pemberian 1 mg ergotamin bersama 100 mg
Perancis (1953). Penggunaan dalam klinik kebi- kafein akan meningkatkan kecepatan absorpsi dan
danan dimulai oleh Desgranges (1 818). Sekarang kadar puncak plasma ergotamin sebesar dua kali,
dipersyaratkan bahwa batas kontaminasi jamur namun bioavailibilitasnya tetap dibawah 1%.
butir-butir gandum/rye tidak boleh lebih dari 0,3%. Dosis ergotamin yang efektil untuk pemberlan
intramuskular adalah sepersepuluh dosis oral, teta-
pi absorpsinya dari tempat suntikan lambat, sehing-
2.2. KIMIA ga unluk memperoleh respons uterus diperlukan
waktu 20 menit. Dosis yang diperlukan untuk pem-
Alkaloid ergot terdapat sebagai isomer I dan d.
berian lV adalah setengah dosis lM, dan elek pe'
lsomer I merupakan zat aktil (penamaan dengan
rangsangan uterus sudah diperoleh dalam waktu 5
akhiran -in), sedangkan isomer d tidak aktil sama
menit.
sekali (penamaan dengan akhiran -inin). Yang per-
tama merupakan alkaloid alam, sedangkan yang Bersihan ergotamin hati kira-kira sama de-
kedua merupakan hasil perubahan oleh pengaruh ngan alir darah hati, ini menielaskan rendahnya bio-
zat kimia sewaktu isolasi. availabilitas oral. Sembilan puluh persen metabolit
Alkaloid pertama yang berhasil diisolasi dalam diekskresi melalui empedu. Sebagian kecil obat
bentuk kristal dan aktil ialah ergotoksin, yang yang tidak dimetabolisme, ditemukan di urin dan
waktu itu dianggap sebagai alkaloid murni. Seka- iinla. Xeaoaan ini yang menyebabkan ergotamin
rang terbukti bahwa ergotoksin merupakan cam- memperlihatkan elek terapeutik dan elek toksik
puran 4 zat, yaitu ergokristin, ergokornin, a-ergo- yang lebih lama meskipun waktu paruhnya di plas-
kriptin dan P- ergokriptin. ma kira-kira 2lam.
Pada pemberian oral, bromokriptin diabsorpsi
Ergotamin. Ergotamin yang paling kuat dari
lebih sempurna dan dieliminasi lebih lambat darl
kelompok alkaloid asam amino yang aktif, dan er'
ergotamin. Dihidroergotamin dan dihidroergotoksin
gotaminin yang tidak aktil merupakan alkaloid
diabsorpsi kurang sempurna dan dieliminasi lebih
ergot murni yang perlama ditemukan, Kemudian cepat dari ergotamin. Alkaloid amln dlabsorpsl
402 Farmakologi dan Terapi

secara cepat dan sempurna pada pemberian oral. Sediaan ergot alam yang paling kuat adalah
Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 60-90 ergonovin.
menit, 10 kali lebih besar daripada kadar puncak
SISTEM KARDIOVASKULAR. Ergotamin dan
ergotamin pada pemberian dosis yang sebanding.
alkaloid yang sejenis menimbulkan vasokonstriksi
Kontraksi uterus sudah terlihat dalam 10 menit sete-
perifer dan merusak endotel kapiler. Pembendung-
lah pemberian 0,2 mg ergonovin per oral pada
an aliran darah, trombosis dan gangren dapat ter-
wanita pasca persalinan. Metabolisme dan ekskresi
jadi sebagai akibat vasokonstriksi pada keracunan
ergonovin dan metil ergonovin berlangsung lebih
cepat daripada ergotamin.
ergot. Toksisitasnya berbeda pada tiap spesies,
dalam hal ini manusia cukup sensitil.
Terhadap sistem kardiovaskular, ergotamin
2.4. FARMAKODINAMIK mempunyai efek paling kuat, dibandingkan dengan
sediaan ergot lainnya. Dihidroergotamin mempu-
Berdasarkan efek dan struktur kimianya alka- nyai efek sedikit, sedangkan dihidroergotoksin bo-
loid ergot dibagi menjadi 3 kelompok : (1) Alkaloid leh dikatakan tidak berelek. Alkaloid amin pada
asam amino dengan prototip ergotamin; (2) Derivat dosis terapi hanya menyebabkan pengurangan alir-
dihidro alkaloid asam amino dengan prototip dihi- an darah ke ekstremitas.
droergotamin; dan (3) Alkaloid amin dengan prototip
ergonovin. RESPONS VASKULAR DAN MIGREN. Ergotamin
Yang terutama akan dibicarakan ialah elek efektil menghilangkan gejala migren. Efek ini tidak
terhadap uterus dan pembuluh darah. Efek adreno- berdasarkan efek sedatif atau analgetik.
litik dan elek terhadap SSP dibicarakan pada bab Nyeri migren antara lain dihubungkan dengan
adrenolitik. Secara ringkas eleknya terlihat pada peningkatan amplitudo pulsasi arteri kranial, ter-
Tabel 26-1. utama cdbang a. karotis eksterna. Alkaloid ergot
mengurangi amplitudo pulsasi a. karotis eksterna
UTERUS. Semua alkaloid ergot alam meningkat- melalui pengurangan aliran darah a. basilar tanpa
kan kontraksi uterus dengan nyata. Efeknya seban- mengurangi aliran ke hemisfer otak.
ding dengan besarnya dosis yang diberikan. Dosis
kecil menyebabkan peninggian amplitudo dan fre-
kuensi, kemudian diikuti relaksasi. Dosis besar me- 2.5. EFEK SAMPING
nimbulkan kontraksi tetanik, dan peninggian tonus
otot dalam keadaan istirahat. Dosis yang sangat Alkaloid ergot sangat toksik, dan dapat me-
besar rrrenimbulkan kontraktur yang berlangsung nimbulkan keracunan akut dan kronik. Ergotamin
lama. Kepekaan uterus terhadap alkaloid ergot sa- merupakan alkaloid yang paling toksik. Berdasar-
ngat bervariasi, tergantung pada maturitas dan kan hal ini, maka ergonovin dan turunannya (meti-
umur kehamilan. Sungguhpun demikian, uterus lergonovin) telah menggantikan ergotamin sebagai
yang belum matur dapat juga bereaksi terhadap oksitosik.Keracunan akut terjadi pada percobaan
alkaloid ergot.

Tabel 26-1. EFEK BERBAGAI SENYAWA ALKALOID ERGOT

Golongan Vasokonstriksi dan Oksitosik Penghambat


kerusakan endotel adrenoseptor-cr

1. Alkaloid asam amino sangat aktif , terulama sangat aktif , bekerja lambat aktif
ergotamin dan tidak efektif per oral.

2. Dihidrogenasi alkaloid kurang aktif daripada aktif terhadap uterus wanita lebih aktif daripada
asam amino golongan I hamil golongan I

3. Alkaloid amin sangat kurang aktif sangat aktif, bekerja cepat, tidak aktif
efektif pada pemberian oral
Oksltosik
403

menggugurkan kandungan dengan dosis besar. teral. Selalu ada rasa lemah pada kaki dan rasa
Gejala-gejalanya ialah mual, muntah, diare, gatal, sakit pada otot yang kadang-kadang sangat hebat.
kulit dingin, nadi lemah dan cepat, tingling, bingung Rasa tertekan substernal menyerupai angina pekto-
dan tidak sadar. Pada umumnya preparat alkaloid ris disertai takikardia atau bradikardia, dan kadang-
asam amino lebih toksik daripada bentuk dihidro. kadang timbul pula udem lokal. Umumnya etek
Keracunan fatal alkaloid asam amino (ergota- samping yang disebut di atas tidak berbahaya dan
min) dapat terjadi dengan dosis 26 mg per oral terapi tidak perlu dihentikan.
selama beberapa hari, atau dosis tunggal 0,5-1 ,5
mg parenteral. Toksisitas ergonovin seperempat Terapi ergotisme. Terapi berupa penghentian
kali toksisitas alkaloid asam amino, pengobatan dan pemberian terapi simtomatis.
Dewasa ini, keracunan kronik dan epidemi Terapi simtomatis meliputi usaha mempertahankan
sebagai akibat makan gandum yang terkontaminasi aliran darah ke jaringan. Obat yang pernah diguna-
ergot jarang terjadi. Tetapi karena pemakaiannya kan ialah antikoagulan, dekstran dengan berat mo-
yang luas sebagai obat, keracunan tidak jarang lekul rendah dan vasodilator kuat. Natrium nitropru-
terjadi akibat takar lajak atau peningkatan sensltivi- sid merupakan vasodiIator kuat yang dapat meng-
tas pada keadaan demam, sepsis dan penyakit hati. atasi gejala seorang penderita ergotisme berat.
Keracunan dilaporkan terjadi pada febris puerpu- Mual dan muntah dapat dihilangkan dengan atropin
ralis dan terapi ergotamin untuk pruritus pada pe- atau obat antiemetik golongan fenotiazin. penyunti-
nyakit hati disertai komplikasi gangren yang fatal. kan kalsium glukonat (10 ml larutan 10%) dapat
Yang sering menderita komplikasi vaskular ialah menghilangkan nyeri otot.
mereka yang pernah mengalami penyakit penyum-
batan pembuluh darah perifer.
Pada ergotisme kronik, baik yang disebabkan 2.6. INDIKASI
takar lajak maupun sensitivitas yang meningkat,
jelas terlihat perubahan peredaran darah. Tungkai Sediaan ergot terutama digunakan dalam ke-
bawah, paha, kadang-kadang lengan dan tangan bidanan yang akan dibicarakan bersama-sama de-
menjadi pucat, dingin dan kebas. Nyeri otot timbul ngan indikasi oksitosik dan untuk mengobati
selama berjalan dan bila berat timbul pada keadaan migren. Bromokriptin diEunakan untuk mengobati
istirahat. Denyut nadi ditungkai melemah atau tidak penyakit Parkinson (lihat Bab 13).
teraba. Akhirnya terjadi gangren biasanya di jari
kaki, kadang-kadang jari tangan. Ada dua faktor MIGREN. Etiologi migren sangat kompleks, dan
yang menyebabkan gangren ini, yaitu vasokonstrik- bila hendak mengobati migren sebaiknya faktor
emosi, stres lisik, diet, hormonal serta pemberian
si dan yang lebih penting adalah kerusakan intima
pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya obat dinilai dahulu, karena dapat mempengaruhi
terjadinya serta beratnya serangan. Tindakan sim-
trombosis dan emboli arteri kecil. Pada keracunan
tomatik dengan pemberian analgesik untuk meng-
kronik juga terdapat gejala angina pektoris, takikar-
dia, bradikardia, peninggian atau atasi migren dicoba dulu sebelum menggunakan
penurunan
ergotamin yang relatif lebih toksik,
tekanan darah.
Ergotamin dapat mengatasi migren pada g0%
Selain gangguan sirkulasi timbul pula gejala
penderita, dan pada 15% penderita sakit kepala
sakit kepala, pusing, mual, muntah, diare. Dapat
pula terjadi rasa lemah, kesemutan, gatal dan dingin
lainnya. Jika diberikan parenteral, sakit kepala
menghilang dalam 15 menit. Pada pemberian oral
di ekstremitas. Gejala yang berhubungan dengan
efek terapi terlihat rata-rata setelah 5 jam, dan tidak
SSP ialah bingung, depresi, mengantuk, kejang,
efektif untuk serangan migren berat. Obat ini tidak
hemiplegia, gejala tabes dan miosis yang menetap.
bermanfaat untuk mencegah serangan. Bila obat
Bila digunakan secara cermat dengan mem- diberikan sebelum stadium prodromal akan mem-
perhatikan kontraindikasinya, ergotamin merupa- percepat timbulnya serangan. dan hal ini mungkin
kan obat yang bermanfaat dan cukup aman. Efek karena terjadinya vasokonstriksi arteri yang ber-
samping berat diduga hanya terjadi pada 0,01% sangkutan. Pengamatan terhadap dosis maksimal
pemakai ergotamin. Komplikasi berat tidak sering per minggu penting untuk dapat mengurangi reaksi
dilaporkan sehubungan penggunaan ergotamin yang tidak diharapkan, termasuk kemungkinan ter-
pada migren. Mual dan muntah terjadi pada 10% jadinya ketergantungan obat. Toleransi dapat tim-
penderita yang diberi obat per oral, dan 20% paren- bul akibat pemberian ergotamin tiap hari dalam
404 Farmakologi dan Tetaqi

ngan migren bisa timbul bila terapi ergotamin ter- kasi. Keracunan yang berat ditemukan pada pengo-
sebut dihentikan. Ergotamin dengan dosis 0,25-0,5 batan pruritus, terutama pruritus yang disebabkan
mg biasanya diberikan secara SK atau lM, Dosis ini penyakit hati. Juga tidak boleh diberikan pada
dapat diulang bila migren tidak berkurang atau tim- wanita hamil, Untung sekali migren jarang timbul
bul kembali, tetapi dosis jangan melebihi 1 mgl24 pada waktu hamil.
jam; 2 mg ergotamin dapat diberikan per oral atau
sublingual segera setelah sakit kepala timbul' Dosis
2.8. SEDIAAN
ini dapat diulang tiap 30 menit, bila perlu dosis boleh
sampai6 mg, jangan lebih dari 10 mg/minggu. Kare- Ergotamin tartrat, merupakan kristal yang
na takar lajak merupakan penyebab utama efek larut dalam air dan alkohol. Terdapat dalam bentuk
nonterapi gunakanlah dosis terkecil yang efektif.
tablet oral 1 mg, tablet sublingual 2 mg dan dalam
Sesudah pemberian obat sebaiknya penderita se-
bentuk larutan obat suntik 0,5 mg/ml dalam ampul
gera diasingkan di tempat gelap dan tenang selama
1ml.
2 jam, Hasil pengobatan tergantung pada cepatnya
Ergonovin maleat, merupakan kristal berwar-
pengobatan dimulai. Waktu terbaik untuk memulai
na putih atau kuning, tidak berbau, sensitif terhadap
pengobatan ialah pada waktu stadium prodromal.
cahaya dan mudah larut dalam air. Terdapat dalam
Bila serangan sudah sampai puncak mula keria bentuk suntikan ergonovin maleat berisi 0,2 mg/ml
ergot lambat dan dosis yang diperlukan lebih besar.
dan dalam bentuk tablet berisi 0,2 mg. Sebaiknya
Metisergid tidak berguna mengatasi serangan
disimpan pada suhu antara 0-12oC dan dilindungi
akut migren, digunakan sebagai prolilaktik dan me- terhadap cahaya.
rupakan obat pertama yang efektil untuk maksud Metilergonovin maleat (Methergin), terdapat
tersebut. Efek tersebut dikaitkan dengan efek anti- dalam ampul 0,2 mg/ml dan tablet oral 0'2 mg.
serotoninnya; serotonin dianggap sebagai salah Metisergid maleat, tersedia dalam bentuk
satu zat yang berperanan dalam menimbulkan tablet oral 2 mg.
migren, Ergotamin tartrat, 1 atau 2 mg dengan 100
Propranolol dan adrenergik antagonis lain- mg katein untuk supositori rektal. Dihidroergota-
nya (kecuali yang memiliki aktivitas simpatomimetik min mesilat tersedia dalam bentuk larutan 1 mg/ml
intrinsik), serta antidepresan trisiklik, obat mirip untuk suntikan. Bromokriptin mesilat tersedia dalam
aspirin dan antagonis kalsium juga efektif diguna- bentuk tablet 2,5 mg.
kan sebagai Profilaktik.

Kombinasi dengan obat lain. Kalein memperkuat


kerja alkaloid ergot terhadap migren. Pemberian 3. OKSITOSTN DAN EKSTRAK
ergotamin dan kafein secara terpisah lebih dianjur- HIPOFISIS POSTERIOR
kan daripada penggunaan kombinasi tetap, karena
dosis ergotamin yang diperlukan bervariasi.
Hipofisis posterior menyimpan dan melepas-
Pada penderita yang tidak responsif terhadap
kan oksitosin dan hormon anti diuretik (ADH' vaso-
ergotamin, penambahan metoklopramid akan presin). Yang akan dibicarakan di sini ialah lisiologi
mempercepat absorpsi ergotamin karena memper-
dan larmakologi oksitosin. Hormon adenohipolisis
cepat pengosongan lambung. Selain itu meringan-
lainnya dapat dibaca di Bab 27,
kan mual dan muntah akibat ergotamin.

3.1. FISIOLOGI
2.7. KONTRAINDIKASI Oksitosin merangsang otot polos uter'us dan
kelenjar mama, Fungsi perangsangan ini bersilat
Berdasarkan timbulnya gangren, ergotamin ti- selektil dan cukuP kuat.
dak boleh diberikan pada penderita dengan sepsis' Stimulus sensoris pada serviks, vagina dan
penyakit pembuluh darah seperti arteritis sililitika, payudara secara refleks melepaskan oksitosin dari
arteriosklerosis, penyakit pembuluh darah koroner, hipofisis posterior. Walaupun kadar oksitosin dalam
trombollebitis dan sindroma Raynaud atau Buerger. plasma dan jumlah reseptor oksitosin di miometrium
Penyakit hati dan ginjaljuga merupakan kontraindi- meningkat selama kehamilan' kadar oksitosin
dalam plasma tidak meningkat nyata sesaat
Oksitosrk 405

sebelum partus, Sensitivitas uterus terhadap ok- logis merupakan reseptor yang spesifik untuk ok-
sitosin meninggi bersamaan dengan bertambahnya sitosin. Oksitosin menyebabkan penglepasan pros-
umur kehamilan. Pada kehamilan tua dan per- taglandin pada beberapa spesies, tetapi tidak jelas
salinan spontan, pemberian oksitosin meningkat- apakah ini merupakan elek primernya atau ber-
kan kontraksi fundus uteri meliputi peningkatan hubungan dengan kontraksi uterus.
lrekuensi, amplitudo dan lamanya kontraksi. Partus
Efek ADH. Berlawanan dengan oksitosin, ADH
dan laktasi masih tetap berlangsung meskipun tidak
lebih nyata eleknya pada uterus tidak hamil. Hanya
ada oksitosin, tetapi persaJihan menjadi lebih lama
pada trimester terakhir kehamilan, elek oksitosin
dan relleks ejeksi susu (nilk eiection alau milk let
down) menghilang. Oksitosin dianggap memberi- lebih nyata dari ADH. Beberapa peneliti berpen-
kan kemudahan dalam persalinan serta memegang dapat bahwa nyeri haid berhubungan dengan pe-
peranan penting dalam refleks ejeksi susu. ninggian tonus dan tekanan intrauterin timbul
secara konsisten oleh ADH, bukan oleh oksitosin.
KELENJAR MAMA. Bagian alveolar kelenjar
3.2. FARMAKOLOGI mama dikelilingi oleh jaringan otot polos, yaitu mio-
epitel. Kontraksi mioepitel menyebabkan susu me-
UTERUS. Oksitosin merangsang lrekuensi dan ke- ngalir dari saluran alveolar ke dalam sinus yang
kuatan kontraksi otot polos uterus. Elek ini tergan- besar, sehingga mudah dihisap bayi. Fungsi ini di-
tung pada konsentrasi estrogen. Pada konsentrasi namakan ejeksi susu. Mioepitel sangat peka terha-
estrogen yang rendah, efek oksitosin terhadap ute- dap oksitosin. Walaupun katekolamin dapat meng-
rus juga berkurang. Uterus imatur kurang peka ter- hambat ejeksi susu, kontraksi mioepitel tidak ter-
hadap oksitosin. Pada percobaan in vitro, proges- gantung pada saral otonom, tetapi dikontrol oleh
teron dapat mengantagonisasi efek perangsangan oksitosin. Sediaan oksitosin berguna untuk mem-
oksitosin terhadap uterus, namun pengaruh ini sulit perlancar ejeksi susu, bila oksitosin endogen tidak
diperlihatkan pada uterus wanita hamil. Progestin mencukupi. Juga berguna untuk mengurangi pem'
digunakan secara luas di klinik untuk mengurangi bengkakan payudara pascapersalinan.
aktivitas uterus pada kasus abortus habitualis
meskipun elektivitasnya tidak jelas. Pada kehamil- SISTEM KARDIOVASKULAR. Apabila oksitosin
an trimester I dan ll aktivitas motorik uterus sangat diberikan dalam dosis besar akan terlihat relaksasi
rendah, dan aktivitas ini secara spontan akan me- otot polos pembuluh darah secara langsung. Terjadi
ningkat dengan cepat pada trimester lll dan men- penurunan tekanan sistolik dan terutama penurun-
capai puncaknya pada saat persalinan. Bespons an tekanan diastolik, warna kulit menjadi merah dan
uterus terhadap oksitosin selalan dengan pening- aliran darah ke ekstremitas bertambah. Secara
katan aktivitas motoriknya. Oksitosin dapat memu- relleks akan timbul takikardia dan peninggian curah
lai atau meningkatkan ritme kontraksi uterus pada jantung. Bila dosis besar diberikan terus menerus
setiap saat, namun pada kehamilan muda diper- secara infus, maka penurunan tekanan darah akan
lukan dosis yang tinggi. Pemberian inlus oksitosin' diikuti sedikit peninggian tekanan darah tetapi me-
perlu disertai pengamatan yang sungguh-sungguh netap. Bila rnekanisme refleks kompensasi menu-
terhadap lrekuensi, lama dan kekuatan kontraksi run, misalnya pada penggunaan bersamaan obat
uterus. Caldeyro-Barcia dan Posiero (1 959) men- penghambat ganglion atau penghambat simpatis'
dapatkan bahwa respons uterus terhadap oksitosin maka penurunan tekanan darah akan lebih nyata.
meningkat 8 kali pada kehamilan 39 minggu diban- Dosis oksitosin untuk indikasi obstetrik, tidak jelas
dingkan dengan pada kehamilan 20 minggu. Hal ini menimbulkan penurunan tekanan darah' Penurun-
menunjukkan bahwa pemberian inlus secara lam- an tekanan darah jelas terjadi pada penderita yang
bat dengan beberapa unit oksitosin saja, sudah mendapat dosis besar, yang diberikan selama
cukup elektil dan aman untuk induksi persalinan anestesia dalam, Otot polos pembuluh darah
aterm. Meskipun ada perbedaan antar individu' burung merupakan organ yang paling sensitil ler-
umumnya persalinan berlangsung setelah inlus ok- hadap elek vasodilatasi, karena itu digunakan untuk
silosin 25 mili unit (0,05 pg). Soloff dkk (1977) telah peneraan hayati oksitosin, Elek vasodilatasi oksi-
memperlihatkan bahwa reseptor oksitosin terletak tosin disangka tidak melalui reseptor saral otonom
dalam miometrium. Reseptor ini berlokasi pada dan elek ini mudah dihambat oleh ADH dalam jum-
membran plasma sel otot polos dan secara lisio' lah kecil.
406 Farmakologi dan Terapi

Otot polos yang sensitil terhadap oksitosin alam sudah ditinggalkan karena secara komersial
hanyalah uterus, pembuluh darah dan mioepitel tidak menguntungkan. Oksitosin juga lerdapat
kelenjar payudara. Pada konsentrasi tinggi, otot dalam bentuk semprot hidung berisi 40 unit USP/ml.
polos lainnya mungkin saja memberikan reaksi, Di samping itu terdapat pula sediaan sublingual
telapi nampaknya bukan karena aktivitas primer yang berisi 200 unit USP per tablet.
hormon tersebut.
EFEK LAIN. Pada hewan coba, oksitosin mening-
gikan ekskresi Na walaupun efek ini tergantung
adanya ADH disirkulasi. Pada manusia perubahan
ekskresi elektrolit oleh ginjal tidak berarti. Dosis 4. PROSTAGLANDIN
besar oksitosin mungkin menimbulkan intoksikasi
air terutama pada penderita yang mendapat cairan
Di dalam tubuh terdapat berbagai jenis prosta-
inlus dalam jumlah besar. Oksitosin dapat men-
glandin (PG) dan tempal kerjanya berbeda-beda,
supresi sekresi ACTH.
serta saling mengadakan interaksi dengan autakoid
lain, neurotransmilor, hormon serta obat-obatan.
3.3. FARMAKOKINETIK Prostaglandin ditemukan pada ovarium, miometrim
dan cairan menstrual dengan konsentrasi berbeda
Oksitosin memberikan hasil baik pada pem- selama siklus haid. Sesudah sanggama, ditemukan
berian parenteral. Pemberian oksitosin intranasal,
PG yang berasal dari semen dalam sistem repro-
meskipun kurang efisien lebih disukai daripada duksi wanita. PG ini diserap dari vagina dan cukup
pemberian parenteral. Oksitosin diabsorpsi dengan
untuk menghasilkan kadar dalam darah, yang me-
cepat melalui mukosa mulut dan bukal, sehingga
memungkinkan oksitosin diberikan sebagai tablet nimbulkan elek fisiologis. Pada kehamilan aterm/
isap. Cara pemberian nasal atau tablet isap dica- sewaktu persalinan, kadar PG meninggi dalam cair-
dangkan untuk penggunaan pasca-persalinan. an amnion dan pembuluh umbilikus serta dijumpai
Selama kehamilan, kadar aminopeptidase dalam pula di dalam peredaran darah ibu. Walaupun PG
plasma (oksitosinase atau sist/ aminopeptidase) ini sudah dipastikan sebagai oksitosik, namun sta-
meningkat sepuluh kali dan menurun setelah persa- tus peranan lisiologiknya pada saat menstruasi dan
linan" Enzim ini menginaktifkan oksitosin dan ADH kehamilan masih diperdebatkan. Dalam hal ini
melalui pemecahan ikatan peptida. Enzim Ini diduga haruslah dibedakan antara efek fisiologik dan efek
meregulasi konsentrasi oksitosin lokal di uterus te- larmakologik PG; dosis farmakologik relatil tinggi
tgpi sedikit pengaruhnya terhadap eliminasi kadar dan eleknya lebih nyata. Dalam menilai elek lisio-
oksitosin dalam plasma. Diduga sumber oksitosi- logik, secara tidak langsung umum digunaka.n aspi-
nase ini adalah plasenta. Waktu paruh oksitosin rin dan indometasin, yang pada dosis terapi meng-
sangat singkat, antara 12-17 menit. Penurunan
hambat sintesis dan penglepasan PG, tetapi ter-
kadar plasma sebagian besar disebabkan ekskresi
nyata tidak mempengaruhi proses menstruasi dan
oleh ginjaldan hati.
reproduksi. Fakta ini mencerminkan kesulitan me-
PENERAAN HAYATI. Ekstrak posterior tidak ditera nilai kerja fisiologik PG. Pada hewan coba, PG
kekuatannya sebagai oksitosik, tetapi kekuatan berlungsi dalam proses ovulasi dan luteolisis, serta
vasodepresornya. Peneraan ini umumnya dilakukan mempengaruhi efek beberapa hormon reproduksi
pada unggas. Hasilnya sejalan dengan kekuatan
misalnya LH, yang berasal dari hipofisis anterior.
sebagai oksitosik. Aktivitas ekstrak hipolisis dan Pada manusia PG berperan penting dalam peris-
oksitosin sintetik dinyatakan dalam Unit USP. Satu tiwa persalinan. Berlainan dengan oksitosin,.PG
unit setara dengan 2 pg hormon murni.
dapat merangsang terjadinya persalinan, pada se-
tiap usia kehamilan. Pada saat persalinan spontan,
3.4. SEDIAAN konsentrasi PG dalam darah perifer dan cairan am-
nion meningkat. Penghambat sintesis PG dapat
Suntikan oksitosin (Pitocin) berisi 10 unit USP/ memperlambat alau memperpanjang masa persa-
ml, dapat diberikan lM atau lV. Semua sediaan yang linan spontan tersebut.
beredar sekarang adalah sediaan sintetik. Sediaan
Oksltoslk 407

4.1. FARMAKOLOGI 4.2. POSOLOGI DAN SEDIAAN

Prostaglandin dapat dianggap sebagai hor- Saat ini di lndonesia obat-obat ini belum ber-
mon lokal, karena kerjanya terbatas pada organ edar secara resmi.
penghasil dan segera diinaktifkan di tempat yang KARBOPROS TROMETAMIN adalah 1s-metil
sama. Prostaglandin yang terdapat pada uterus, PGFzc yang tersedia dalam bentuk suntikan 250
cairan menstrual dan cairan amnion ialah PGE dan pg/ml. Suntikan awal 1 ml lM yang dalam, ulangi
PGF. Di bagian kebidanan penggunaan PG ter- setelah 1 ,5 - 3,5 jam. Dosis boleh ditingkatkan sam-
batas pada PGEz dan PGFza. Semua PGF merang- pai 500 pg bila kontraktilitas uterus tidak adekuat
sang kontraksi uterus baik hamil maupun tidak. tetapi dosis total tidak melebihi 12 mg.
Sebaliknya PGEz merelaksasi jaringan uterus tidak DINOPROSTON ialah PGEz, dapat menginduksi
hamil in vitro, tetapi memperlihatkan efek oksitosik kontraksi uterus pada setiap tahap kehamilan. Obat
lebih kuat dari PGFza pada kehamilan trimester ini dipilih bila induksi partus diperlukan sedang ser-
kedua dan ketiga. Untuk memulai persalinan aterm' viks belum terbuka misalnya pada kematian janin
PGEz sama efektilnya dengan PGFza atau oksito- atau ketuban pecah dini. Juga digunakan untuk
sin. Pada hamil tua respons lisiologik uterus ter- menangani rnissed abortion serta mola hidatilorm
hadap PG mirip oksitosin. Prostaglandin memperli- benigna. Penggunaan obat ini hanya boleh dilaku-
hatkan kisaran dosis-respons yang sempit dalam kan oleh seorang ahli di rumah sakit yang memiliki
menimbulkan kontraksi fisiologik, dan ini memudah- lasilitas bedah dan fasilitas perawatan obstetrik
kan terjadinya hipertoni uterus yang membahaya- yang intensif, Pemberian lV disertai insidens efek
kan. Bahaya ini dapat dicegah dengan pengamatan samping tinggi terhadap saluran cerna, dan kardio-
yang cermat dan meningkatkan kecepatan infus vaskular. Stimulasi uterus berlebihan dapat menye-
secara sedikit demi sedikit. Untuk mengakhiri keha- babkan kegawatan janin dan ruptur uleri. Dinopros-
milan pada trimester ll pemberian PGEz dan PGFe" ton tersedia dalam bentuk supositoria vaginal 20
ke dalam rongga ulerus dengan menggunakan mg. Tablet iniharus disimpan pada suhu 20oC. Obat
kateter atau suntikan memberikan hasil yang baik, harus ditaruh pada suhu kamar sebelum digunakan.
disertai efek samping yang ringan. Sebaliknya Gemeprost. Gemeprost merupakan analog alpros-
untuk menghentikan kehamilan muda (menstruasi tadil yang berefek oksitosik. Obat ini digunakan
yang terlambat beberapa minggu); diperlukan dosis untuk melunakkan rahim dan mendilatasi serviks
sangat besar, sehingga menyebabkan efek samp- sebelum tindakan bedah untuk terminasi kehamil-
ing yang berat, dan derajat keberhasilan yang ren' an. Biasa diberikan dalam kombinasi dengan mife-
dah. Efek samping yang menyertai penggunaan PG proston untuk terminasi kehamilan. Pesari berisi 1
pada kehamilan trimester ll, lll dan aterm, terjadi mg diberikan 3 jam sebelum tindakan, Elek samping
akibat perangsangan otot polos saluran cerna beru- serupa prostaglandin lain terutama mual dan mun-
pa mual, muntah dan diare. tah, nyeri abdominal dan gangguan kardiovaskular,
PGEe dan 15-metil PGFz" meningkalkan suhu dispnoe, palpitasi, nyeri dada, pusing dan sakit
kepala.
tubuh sekilas dan diduga kerjanya melalui pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Dosis besar PGFzo Sulproston, derivat dinoproston, digunakan untuk
menyebabkan hipertensi melalui kontraksi pembu- indikasi yang sama dengan prostaglandin yang ber-
luh darah, sebaliknya PGEz menimbulkan vasodi- efek oksitosik. Diberikan lM, lV atau lokal. Suntikan
latasi. lM 3-4 kali 500 mg atau extra-amniotik 25' 50 atau
Prostaglandin terdapat merata di dalam mio- 1 00 pg.
metrium dan bekerja secara sinergis dengan oksi-
tosin terhadap kontraksi uterus. Sediaan kombinasi
PG dan oksitosin tidak dianjurkan, karena dapat 5. INDIKASI
meningkatkan risiko terjadinya ruptura uterus. Pem-
berian prostaglandin lokal pada serviks, menyebab- lndikasi oksltosik adalah : (1) lnduksi parlus
kan serviks matang tanpa rnempengaruhi motilitas aterm dan mempercepat persalinan pada kasus-
uterus; mekanisme kerjanya belum diketahui' kasus tertentu; (2) Mengontrol perdarahan dan ato-
408
Farmakologi dan Terapi

niuteri pasca persalinan; (3) Merangsang kontraksi dium I terjadi pembukaan serviks. Jika diberi rk-
uterus selelah operasi caesar maupun operasi sitosin akan terjadi hal-hal berikut : (1) bagian tubuh
uterus lainnya; (4) lnduksiabortus terapeutik; (5) Uji bayi akan terdorong ke luar lewat serviks yang
oksitosin; dan (6) menghilangkan pembengkakan belum sempurna membuka, sehingga timbul
payudara. bahaya laserasi serviks dan trauma terhadap bayi;
INDUKSlPARTUS ATERM. Datam hat inioksitosin
(2) dapat terjadi ruptura uteri; dan (3) kontraksi
tetanik yang terlalu kuat akan menyebabkan asfiksi
merupakan obat terpilih; 10 unit oksitosin dilarutkan
dalam satu liter dekstrosa 5% sehingga diperoleh bayi.
larutan dengan kekuatan 'l 0 miliuniVml. Cara pem- Di tangan dokter ahli yang berpengalaman
oksitosin dapat digunakan untuk mengatasi inersia
beriannya ialah secara infus. lnfus dimulai dengan
lambat, yaitu 0,2 ml/menit. Jika tidak ada respons uteri. Biasanya tindakan ini diambil sebagai peng-
ganti tindakan operatif yang lebih besar risikonya.
selama 15 menit, tetesan dapat ditingkatkan per-
lahan 0,1-0,2 mflmenit sampai maksimum 2 ml/ Oksitosin diindikasikan pada partus lama dan par-
menit. Dosis total yang diperlukan untuk induksi lus tidak maju, tanpa adanya kontraindikasi untuk
partus berkisar antara 600-12000 miliunit dengan tindakan tersebut seperti disproporsi sefalo-pelvik,
kelainan letak dan plasenta praevia sempurna. pa-
rata- rata 4000 miliunit. Selama pemberian ber_
langsung, keadaan uterus harus diawasi dengan da multipara (anak 4 atau lebih) oksitosin tidak
cermat. Kadang-kadang dapat terjadi kontraksi boleh diberikan selama stadium I dan ll karena
mudah terjadi ruptura uteri. Untuk menginduksi per-
tetanik yang menetap, dan akan mengganggu sirku_
lasi plasenta. Untuk mengatasi kontraksi tetani ute-
salinan, oksitosin merupakan obat pilihan utama,
rus, inlus oksitosin segera dihentikan dan diberikan
sedangkan PG merupakan pilihan alternatif.
obat anestesi umum. Apabila partus sudah mulai, Prostaglandin juga diindikasikan sebagai
inlus dihentikan atau dosisnya diturunkan sesuai terapi tambahan, untuk mematangkan serviks.
dengan kebutuhan untuk mempertahankan proses MENGONTROL PERDARAHAN PASCAPERSA-
persalinan yang adekuat. Bila digunakan pada ke_ LINAN. Penggunaan rutin oksitosik setelah partus,
hamilan aterm, oksitosin dapat menginduksi partus dewasa ini sudah tidak dibenarkan lagi. Apabila
pada sebagian besar kasus. Jika ketuban dipecah_ diputuskan untuk memberikan oksitosik untuk me-
kan, hasilnya mencapai 80-90%. ngontrol perdarahan pasca persalinan, maka harus
PGE2 dan PGFza telah dicoba sebagai ok- dipastikan bahwa tidak ada kehamilan ganda dan
sitosik pada kehamilan aterm. Ternyata respons baru diberikan setelah plasenta keluar.
penderita sangat berbeda secara individual, dan
tenggang waktu sebelum timbulnya elek lebih lama Sekarang untuk mengontrol perdarahan pas-
daripada oksitosin. Guna mencegah timbulnya efek capersalinan tidak lagi digunakan oksitosin. Ergo-
toksik kumulatil maka penambahan kecepatan infus novin atau metilergonovin lebih disukai daripada
harus dikerjakan dengan sangat hati-hati. Telah oksitosin, karena toksisitasnya rendah, mula ker-
dikemukakan di atas bahwa efektivitas pGE2 dan janya cepat dan masa kerjanya lama. Dosisnya
PGFzc sukar dibedakan dengan efektivitas oksito- 0,2-0,3 mg lM, atau dapat pula diberikan lV dengan
sin. Kadang- kadang dengan pGFza terjadi hiper- dosis 0,2 mg, untuk mendapatkan elek lebih cepat.
toni uterus. Proslaglandin harus digunakan dengan Pilihan lain dapat digunakan PGFzc 250 pg lM. Bila
kewaspadaan yang sama dengan oksitosin. Kele- diperlukan, dosis dapat ditambah setiap 15-90
bihannya ialah PG dapat merangsang kontraksi ute- menit, sampai dosis total tidak melebihi 2 mg.
rus pada setiap umur kehamilan. Pada individu normal, proses involusi berlang-
PG telah digunakan pada banyak kasus dalam sung 8 sampai 10 minggu dan proses ini lerjadi
mengakhiri kehamilan dengan missed abortion, ke- secara cepat pada 10 hari pertama. para ahli kebi-
matian intrauterin, ketuban pecah dini dan kehamil- danan memberikan ergonovin per oral dengan do-
an mola, sis 0,2 mg 3 kali sehari selama 7 hari, untuk mengu-
Oksitosin tidak boleh digunakan selama stadi- rangi kemungkinan perdarahan pascapersalinan
um I dan ll bila persalinan dapat berlangsung mes- dan infeksi. Pada involusi lambat, yang biasanya
kipun lambat. Jika oksitosin diberikan, kontraksi karena atoni uteri, pemberian ergonovin jelas me-
uterus akan bertambah kuat dan lama, ini dapat nolong. Ergonovin diberikan 0,2-0,4 mg 3 kali sehari
mengganggu keselamatan ibu dan anak. pada sta_ per oral atau sublingual sehingga terjadi efek yang
409
Oksltosik

diinginkan. Jika involusi lambat ini disertai inleksi' tetap harus dilaksanakan dengan cara lain bila

pemberian ergonovin akan mengurangi bahaya pe' penggunaan PG gagal.


nyebaran infeksi. Ergonovin maupun metil ergono- UJI OKSITOSIN (CHATLENGE TEST)' Oksitosin
vin paOa dosis tersebut di atas dapat menurunkan digunakan untuk menentukan ada tidaknya insuli-
konsentrasi prolaktin di dalam peredaran darah, siensi utero-plasenta. Uii ini dilakukan terutama pa-
karena itu perlu dipertimbangkan untuk ibu yang da kehamilan dengan risiko tinggi misalnya diabe-
akan menyusui. tes melitus dan pre-eklampsia; dan biasanya dilakl
ABORTUS TERAPEUTIK. Abortus terapeutik pada sanakan pada minggu terakhir sebelum persalinan
kehamilan trimester l, biasanya dilakukan dengan dan penderita harus dirawat. Oksitosin diberikan
per inlus dengan kecepatan mula-mula 0,5 miliuniV
suction curretage. Belum ada obat yang elektil
untuk menginduksi abortus pada stadium ini' Pada menit, kemudian dosis ditingkatkan perlahan-lahan
kehamilan trimester ke ll abortus dilakukan dengan sampai tercapai kontraksi uterus tiap 3-4 menit'
menyuntikan larutan NaCl hipertonik20%' ke dalam Fetal distress kronik ditegakkan (hasil positif) bila
amnion. Namun kegagalan serta komplikasi sering terladi pengurangan denyut jantung janin yang tdr-'
terjadi. Oksitosin 20-30 unit, tidak efektif untuk ter- lambat (tate deceleration) pada setiap kontraksi
minasi kehamilan muda. Prostaglandin cukup efek- dengan kekuatan sama. Hasil negatif biasanya
til untuk menimbulkan abortus pada trimester ke ll benar tetapi hasil positil salah pada sepertiganya'
ini. Jadi sebelum tindakan diambil harus dipertim-
Pemberian 250 pg 15 metil PGFz"lM dalam' bangkan f aktor-f aktor lain'
memperlihatkan hasil yang cukup elektif' Seandai- MENGHILANGKAN PEMBENGKAKAN PAYU'
nya belum memberikan respons yang adekuat' DARA. Pada gangguan ejeksi air susu, oksitosin
dapat diulang tiap 1 ,5-3,5jam, dengan dosis 250 prg dapat menolong. Biasanya diberikan intranasal 2-3.
atau 500 Fg setiap pengulangan' Dosis totalnya menit sebelum anak menyusu. Hasil pada tiap pen-
iangan melebihi 12 mg. derita tidak sama' Bila elektil rasa nyeri akan hilang'
Pemberian PGEz 20 mg dalam bentuk vaginal Oksitosin tidak beretek galaktopoetik oleh karena ,

suppositoria yang dimasukkan sedalam-dalamnya itu tidak berguna bagi penderita yang produksi air
ke dalam vagina, iuga telah memberikan hasil yang susunya kurang.
elektif. Penderita harus berbaring terlentang
selama 10 menit, setelah suppositoria dimasukkan' PENGHAMBAT MOTILITAS UTERUS' Beberapa
Pemberian suppositoria diulang setiap 3-5 iam sam- indikasi klinik penggunaan toksolitik adalah : (1)
pai teriadi abortus. Setama proses ini' kontraksi mencegah persalinan prematur pada kasus- kasus
uterus, dan toleransi pasien diperhatikan' Bila ter- tertentu; dan (2) memperlambat atau menghentikan
jadi abortus yang tak lengkap, pemberian dapat persalinan untuk sesaat guna memperoleh terapi
diteruskan sampai terjadi abortus lengkap,
jika per- yang sesuai; antara lain mengurangi kemungkinan
darahan dan reaksi sampingnya tidak berat' ierlaOinya letal disfress selama transportasi ibu ke
Untuk kasus yang disertai dengan penyakit rumah sakit, atau persiapan operasi karena adanya
pe-
jantung, paru-paru, ginjal, hati, asma, hipertensi, komplikasi tertentu seperti prolapsus tali pusat,
adanya posisi bokong'
anemia dan epilepsi' pemberian PG perlu dipertim- lepasan sebagian plasenta,
bangkan. Pada kasus yang disertai penyakit radang Obat-obat yang biasa digunakan untuk mak'
pelvis akut, terdapatnya jaringan parut pada uterus' sud ini adalah agonis p2 adrenergik (Bitodrine' ter-
dan hipersensitivitas terhadap obat, pemberian PG butalin, lenoterol, albuterol), magnesium sulfat'
tidak dianjurkan. Karena pada hewan PG memper-
lihatkan efek teratogenik, pengakhiran kehamilan
Obat Lokal 501

X. OBAT LOKAL

34. OBAT LOKAL


Azalia Aril dan Udin Siamsudin

1. Antasid dan digestan 2.1. Patolisiologi konstipasi


1.1. Antasid 2.2. Pilahan obat pencahar
1.2. Obat penghambat sekresi asam lambung 2.3. Penggunaan, penyalahgunaan dan bahaya
1.3. Digestan pencahar
Pencahar 3. Obat lokallain

Obat lokal ialah zat yang kerjanya berdasar- Pada tukak duodenum produksi asam rupanya me-
kan aktivitas lokal secara lisik atau kimia. Banyak megang peranan penting.
obat dalam kelompok ini digunakan dalam klinik. Etiologi tukak peptik tidak jelas tetapi berbagai
Dalam seksi ini akan dibicarakan antasid, laktor di bawah ini diduga ikut berperan.
digestan, pencahar dan obat lain yang bekerja pada Pengaturan sekresi asam lambung. Pada pe-
kulit dan mukosa. rangsangan saral parasimpatik akan dilepaskan
asetilkolin yang meninggikan sekresi asam lam-
bung dan pepsin, tetapi peran histamin dalam me-
1. ANTASID DAN DIGESTAN rangsang sekresi asam lambung iauh lebih kuat
daripada asetilkolin. Sedangkan perangsangan
saral simpatik mengurangi sekresi zat tersebut.
1.1. ANTASID Gastrin merupakan perangsang sekresi asam
lambung dan pepsin. Sekresi gastrin sendiri akan
meninggi pada keadaan distensi antrum, dan pH
ASAM LAMBUNG DAN TUKAK PEPTIK lambung yang tinggi. Sekresi gastrin ini akan diham-
bat pada distensi antrum yang berlebihan dan bila
Mukosa lambung, pilorus dan kardia, menge- pH lambung mencapai 1,2-1 ,5. Jumlah gastrin pada
luarkan mukus, sehingga mukosanya tahan asam pasien tukak duodenum lebih banyak bila diban-
lambung. Sel parietal di lundus dan korpus menge- dingkan dengan pasien tukak lambung atau orang
luarkan HCI dan chief cell mengeluarkan pepsino- sehat.
gen. Pepsinogen dikatalisis oleh HCI menjadi
Etiologi tukak peptik. Katekolamin akan mengu-
pepsin, suatu enzim proteolitik. rangi sekresi asam lambung dan pepsin, sedang-
Bila produksi asam lambung dan pepsin yang kan insulin, alkohol dan kopi meninggikan. Anti-
bersilat korosil tidak berimbang dengan sistem per- inllamasi nonsteroid dan kortikosteroid menurun-
tahanan gastroduodenal maka akan terjadi tukak kan sistem pertahanan gastroduodenal sehingga
peptik di esofagus, lambung dan/atau duodenum. meningkatkan silat korosif pepsin dan HCl. Dugaan
Pada tukak lambung produksi asam lambung nor- peran kortikosteroid sebagai salah satu etiologi di-
mal atau menurun; ini menimbulkan dugaan bahwa perkuat oleh kenyataan bahwa tukak peptik tidak
faktor primer ialah menurunnya resistensi mukosa. ditemukan pada pasien Adison.
502
Farmakologi dan Terapi

Tukak peptik sering terjadi pada keluarga ting_


Antasid dibagidalam dua golongan yaitu anta_
kat pertama (first degree relatives). penirigkatan
sid sistemik dan antasid nonsistemik. Ant,asid
kadar pepsinogen I dalam serum teilihat paO-a siste-
SOoZ mik, misalnya natrium bikarbonat, diabsorpsi dalam
pasien. tukak duodenum. Hal ini diduga
diturunkan usus halus sehingga menyebabkan urin bersifat
sebagai sifat bawaan.
alkalis. Pada pasien clengan kelainan ginjal, dapat
Ulkus peptik lebih sering terjadi pada pria dari_
terjadi alkalosis metabolik. penggunaan kronik na_
pada wanita, diduga karena jumlah sel parietal
pada trium bikarbonat rnemudahkan nefrolitiasis fosfat.
wanita lebih sedikit daripada jumlahnya pada pria.
Antasid nonsistemik hampir tidak diabsorpsi
Pada pasien sirosis hepatis mungkin terjadi
gangguan metabolisme histamin sehingga 'dalam usus sehingga tidak menimbulkan alkalosis
kadar- metabolik. Contoh antasid nonsistemik ialah sedia-
nya dalam darah meningkat yang menlatiOa*an
an magnesium, aluminium, dan kalsium,
hipersekresi asam lambung.
. Peran laktor psikis dalam etiologi tukak duo-
denum masih kontroversial. Bertentangan dengan ANTASID SISTEMIK
pendapat terdahulu tidak ada kepribidian yang
merupakan predisposisi tukak duodenum. Ansietas NATRIUM BIKARBONAT. Natrium bikarbonar ce_
kronik dan stress psikis dapat merupakan faktor pat menetralkan HCI lambung karena
daya larutnya
kekambuhan penyakit ini. tinggi; reaksi kimianya ialah sebagai berikut :
Resistensi mukosa usus dan daya regenerasi
mukosa gastro duodenal menurun antlra tain
k31"!" menurunnya sirkulasi berhubungan Oengan
aktivitas simpatis yang meninggi. Beibagai stres
NaHCOs + HCI l-t NaCt+ H2O + 69,
fisik dan mental, misalnya p"au p"rnd"dahan, Karbon dioksida (CO2) yang terbentuk datam
penyakit berat dan luka bakar, juga disertai
frekuen- lambun g akan men imbu kan efek- ca rm i n ative y
I
ang
si kejadian tukak peptik yang mJningkat. menyebabkan sendawa. Distensi lambung dapat
terjadi, dan dapat menimbulkan perforasil Selain
menimbulkan alkalosis metabolik obat ini dapat
FARMAKOLOGI me-
nyebabkan retensi natrium dan udem.
Antasid ialah obat yang menetralkan asam Natrium bikarbonat sudah jarang digunakan
lambung sehingga berguna untuk menghilangkan sebagai antasid. Obat ini digunakan Jntul meng_
nyeri tukak peptik. Antasid tidak menguLngi atasi asidosis metabolik, alkalinisasi urin dan peng_
volurne HCI yang dikeluarkan lambung, tet-api pe_ obatan lokal pruritus.
ninggian pH akan menurunkan aktivitas pepsin. Natrium bikarbonat tersedia dalam bentuk
Beberapa antasid, misalnya aluminium niOr'otiiOa, tablet 500-1000 mg. Satu gram natrium bikarbonat
djduga menghambat pepsin secara langsung. dapat menetralkan 't2 mEq asam. Dosis yang
dian_
Kapasitas menetralkan asam dari berbagai a"ntasid jurkan 1-4 gram.
pada dosis terapi bervariasi, tetapi um-umnya Pemberian dosis besar NaHCO3 atau CaCO3
pH
lambung tidak sampai di atas 4, yaiiu keadaan yang
.bersama-sama
susu atau krim pada pengobatan
jelas menurunkan aktivitas pepsin; tukak peptik dapat menimbulkan sindroh alkali
kecuali bila iem_
beriannya sering dan terus menerus. Mula ierla susu (milk alkali syndrome).
antasid sangat bergantung pada kelarutan dan
ke_
cepatan netralisasi asam; sedangkan kecepatan
pengosongan lambung sangat menentukan ANTASID NONSISTEMIK
masa
kerjanya.
ALUMINIUM HTDROKSIDA (At (OH)g). Reaksi
_ Umumnya antasid merupakan basa lemah.
Senyawa oksi-aluminium (basa lemah) sukar untuk yang terjadi di dalam lambung ialah sebagai
berikut:
meninggikan pH lambung lebih dari 4, sedangkan
basa yang lebih kuat seperti magnesium triOrokiiOa
teoritis dapat meninggikan pH sampai 9,
Al (OH)s + 3 HCI ;-- AtCtg + 3HzO
,secafa
tetapi kenyataannya tidak terjadi. Semua antasid Daya menetralkan asam lambungnya lambat,
meningkatkan produksi HCI berdasarkan kenaikan tetapi masa kerjanya lebih panjang. Al (OH)g bukan
pH yang meningkatkan aktivitas gastrin.
merupakan obat yang unggul dibandingkan dengan
Obat Lokal E03

obat yang tidak larut lainnya. Al (OH)s dan sediaan sedangkan pemberian 8 g dapat menyebabkan
Al lainnya bereaksi dengan foslat membentuk alu- hiperkalsemia sedang.
minium fosfat yang sukar diabsorpsi di usus kecil' Kalsium karbonat tersedia dalam bentuk tablet
sehinggq ekskresi fosfat melalui urin berkurang se- 600 dan 1000 mg. Satu gram kalsium karbonat
dangkan melalui tinja bertambah. lon aluminium dapat menetralkan 21 mEq asam.
.l
dapat bereaksi dengan protein sehingga bersifat Dosis yang dianjurkan -2 gram'
astringen. Antasid ini mengadsorpsi pepsin dan MAGNESIUM HIDROKSIDA (Mg(OH)z). Magne-
menginaktivasinya. Absorpsi makanan setelah sium hidroksida digunakan sebagai katartik dan
pemberian Al tidak banyak dipengaruhi dan kom-
antasid. Obat ini praktis tidak larut dan tidak elektif
posisi tinja tidak berubah. Aluminium juga bersifat
sebelum obat ini bereaksi dengan HCI membentuk
demulsen dan adsorben.
MgClz. Magnesium hidroksida yang tidak bereaksi
Efek samping Al (OH)3 yang utama ialah kons-
akan tetap berada dalam lambung dan akan mene-
tipasi. lni dapat diatasi dengan memberikan antasid
tralkan HCI yang disekresi belakangan sehingga
garam Mg. Mual dan muntah dapat terjadi. Ganggu-
masa kerjanya lama. Antasid ini dan natrium bikar-
an absorpsi foslat dapat terjadi sehingga menim- bonat sama elektif dalam hal menetralkan HCl.
bulkan sindrom deplesi fosfat disertai osleomalasia.
lon magnesium dalam usus akan diabsorpsi
Al (OH)g dapat mengurangi absorpsi bermacam- dan cepat diekskresi melalui ginjal, hal ini akan
macam vitamin dan tetrasiklin. Al (OH)g lebih sering
membahayakan pasien yang fungsi ginialnya
menyebabkan konstipasi pada usia laniut'
kurang baik. lon magnesium yang diabsorpsi akan
Aluminium hidroksida digunakan untuk meng-
bersifat sebagai antasid sistemik sehingga menim-
obati tukak peptik, nefrolitiasis losfat dan sebagai
bulkan alkaliuria, tetapi jarang terjadi alkalosis.
adsorben pada keracunan.
Pemberian kronik magnesium hidroksida
Antasid Al tersedia dalam bentuk suspensi Al
akan menyebabkan diare akibat efek katartiknya'
(OH)g gel yang mengandun g 3,6-4,4% AlzOs. Dosis
sebab magnesium yang larut tidak diabsorpsi' telap
yang dianjurkan 8 ml. Tersedia pula dalam bentuk
berada dalam usus dan akan menarik air' Sebanyak
tablet Al (OH)s yang mengandung 50% AlzOs. Satu
5-1 0% magnesium diabsorpsi dan dapat menim-
gram Al (OH)s dapat menetralkan 25 mEq asam.
bulkan kelainan neurologik, neuromuskular dan kar-
Dosis tunggal yang dianjurkan 0,6 gram'
diovaskular.
KALSIUM KARBONAT. Kalsium karbonat merupa- Sediaan susu magnesium (milk of magnesia)
kan antasid yang efektif, karena mula kerjanya berupa suspensi yang berisi 7-8,5% Mg (OH)2, Satu
cepat, masa kerjanya lama dan daya menetralkan ml susu magnesium dapat menetralkan 2,7 mEq
asamnya cukup tinggi. asam. Dosis yang dianjurkan 5-30 ml. Bentuk lain
Kalsium karbonat dapat menyebabkan konsti- ialah tablet susu rnagnesium berisi 325 mg Mg
pasi, mual, muntah, perdarahan saluran cerna dan (OH)z yang dapat menetralkan 11 ,1 mEq asam'
dislungsi ginjal dan fenomen acid rebound' Feno-
MAGNESIUM TRISILIKAT. Magnesium trisilikat
mena tersebut bukan berdasar daya netralisasi
(MgzSigOonH20) sebagai antasid nonsistemik be-
asam, tetapi merupakan kerja langsung kalsium di
reaksi dalam lambung sebagai berikut:
anlrum yang mensekresi gastrin yang merangsang
sel parietal yang mengeluarkan HCI (H'). Sebagai Silikon dioksid berupa gel yang terbentuk
akibatnya, sekresi asam pada malam hari akan dalam lambung diduga berfungsi menutup tukak.
sangat tinggiyang akan mengurangi efek netralisasi Sebanyak 7% silika dari magnesium trisilikat akan
obat ini. Elek serius yang dapat terjadi ialah hiper- diabsorpsi melalui usus dan diekskresi dalam urin.
kalsemia, kalsilikasi metastatik, alkalosis, azote- Silika gel dan magnesium trisilikat merupakan ad-
mia, terutama terjadi pada penggunaan kronik sorben yang baik; tidak hanya mengadsorpsi pepsin
kalsium karbonat bersama susu dan antasid lain tetapi juga protein dan besi dalam makanan' Mula
(mitk alkati syndrome). Pemberian 4 g kalsium kar- kerja magnesium trisilikat lambat, untuk menetral-
bonat dapat menyebabkan hiperkalsemia ringan' kan 30% HCI 0,1 N diperlukan waktu 15 menit'

MgeSigOa (n)HzO + 4H* f 2Mg** + 3 SiOz + (n + 2) Hzo.


504
Farmakologi dan Terapi

sedangkan untuk menetralkan 60% HCI 0,1 N diper_ Saluran cerna. penggunaan antasid yang
lukan waktu satu jam. Dosis tinggimagnesium lrisili- mengandung magnesium dapat menimbulkan diare
kat menyebabkan diare. Banyak dilaporkan terjadi_ dan yang mengandung aluminium menimbulkan
nya batu silikat setelah penggunaan kronik mag- obstruksi terutama berbahaya pada orang tua de-
nesiilm trisilikat. Ditinjau dari efektivitasnya yang ngan perdarahan usus,
rendah dan potensinya untuk menimbulkan toksisi_ Asupan natrium. Hampir semua antasid me_
tas yang khas, kurang beralasan untuk mengguna_ ngandung nalrium, sehingga perlu diperhatikan
kan obat ini sebagai antasid. penggunaannya pada pasien yang harus diet ren_
Magnesium trisilikat tersedia dalam bentuk dah natrium, misalnya pada penyakit kardiovas-
tablet 500 mgi dosis yang dianjurkan 1_4 gram. kular.
Tersedia pula sebagai bubuk magnesium trisilikat lnteraksi dengan obat lain. Antasid dapat
yang mengandung sekurang-kurangnya 2ooh MgO mengurangi absorpsi berbagai obat misalnya lNH,
dan 45o/o silikon dioksida. Satu gram magnesium penisilin, tetrasiklin, nitrolurantoin, asam nalidiksat,
trisilikat dapat menetralkan 13-1 7 mEq asam. sulfonamid, fenilbutazon, digoksin dan klorproma-
Sediaan antasid lain dan posologinya dapat zin. Antasid sistemik dapat meningkatkan pH urin,
dilihat pada Tabel 34-1. sehingga menurunkan ekskresi amin misalnya kina
dan amfetamin serta meningkatkan ekskresi sali_
EFEK SAMPING. Tidak ada antasid yang bebas silat.
efek samping, terutama pada penggunaan dosis
besar jangka lama. Elek samping yang timbul an-
tara lain : ANTASID DALAM TERAPITUKAK PEPTIK
Sindroma susu alkali. Sindroma ini hanya
timbul pada pasien yang memakai/menggunakan Seringkali antasid digunakan dalam pengo_
antasida sistemik atau kalsium karbonat dan minum batan sendiri (self medication) untuk berbagai
keluhan lambung. Akibat iklan yang berlebihan
susu dalam jumlah besar untuk jangka lama. Geja-
maka masyarakat dan sebagian dokter percaya
lanya a.l. sakit kepala, iritabel, lemah, mual dan
bahwa setiap keluhan di bagian lambung akan sem_
muntah. Sindroma ini ditandai dengan hiperkalse_
buh dengan antasid, sehingga terjadi penggunaan
mia, alkalosis ringan, kalsilikasi dan terbentuknya
antasid yang berlebihan.
batu ginjal serta gagal ginjal kronik. Keadaan ini
Dalam pengobatan tukak peptik antasid me-
diduga disebabkan protein dalam susu yang me_ megang peranan penting di samping berbagai cara
ningkatkan absorpsi kalsium. Hiperkalsemia yang pengobatan lain. Dengan pemberian antasid, nyeri
timbul mungkin menekan sekresi hormon paratiroid lambung pasien tukak peptik akan hilang, tetapi
yang selanjutnya meningkatkan ekskresi kalsium tidak berarti pasien dalam taral penyembuhan, jadi
urin, dan dapat membentuk batu kalsium karena bahaya perforasi tetap ada.
pengendapan di saluran kemih. Kegagalan pengobatan simtomatik lukak pep_
Batu ginjal, osteomalasia dan osteoporo_ tik dengan antasid disebabkan karena: lrekuensi
sis. Aluminium hidroksida dan loslat dapat mem- pengobatan yang tidak adekuat, dosis yang diberi_
bentuk senyawa yang sukar larut dalam usus halus, kan tidak cukup, pemilihan sediaan yang tidak tepat,
sehingga mengurangi absorpsi loslat dan diikuti sekresi asam lambung diwaktu tidur tidak terkontrol.
penurunan ekskresi losfat urin. penurunan absorpsi Regimen dosis antasid bervariasi lergantung dari
ini berakibat resorpsi tulang yang selanjutnya me_ beratnya gejala. Untuk tukak peptik tanpa kom_
nyebabkan hiperkalsiuria dan meningkatnyaab- plikasi pemberian pada 1 dan 3 jam setelah makan
sorpsi kalsium dari usus halus. perubahan metabo_ dan menjelang tidur malam umumnya memadai.
lisme kalsium ini dapat berakibat batu kalsium Bentuk tablet maupun suspensi menunjukkan efek-
saluran kemih, osteomalasia dan osteoporosis. tivitas yang sama.
Neurotoksisitas. Aluminium yang diabsorpsi Hal-hal berikut dapat digunakan sebagai pe_
doman untuk penggunaan antasid penggunaan
: (1 )
dalam jumlah kecil dapat tertimbun dalam otak, dan
antasid sistemik jangka panjang sebaiknya dihin-
diduga mendasari sindroma ensefalopati yang ter-
darkan; (2) bentuk suspensi mula kerjanya lebih
jadi pada pasien gagal ginjal kronik dan pasien
cepat daripada bentuk tablet; (3) urutan daya netra_
penyakit Alzheimer,
lisasi asam oleh antasid dari yang tinggi ke yang
505
Obat Lokal

Tabel 34-1. SEDIAAN ANTASID

Nama Obat Bentuk sediaan dan dosis Toksisitas Keterangan

Natrium bikarbonat Tablet 500 mg Alkalosis sistemik, udem, Digunakan untuk mengobati
Dosis: 1-4 g/hari perforasi lambung asidosis sistemik. Untuk
membuat urin alkali. Untuk
mengatasi pruritus Pada
penggunaan lokal.

Aluminium hidroksida Tablet Ekskresi Al-fosfat me- Masa kerja sebagai antasid
Suspensi 4% lalui tinia meningkat, me- lama. Mempunyai sifat
Dosis tunggal 0,6 g nimbulkan sindroma dePle- astringen dan demulsen.
si fosfat. Menyebabkan Dapat digunakan unluk
konstipasi, mual, muntah mengobati netrolitiasis
dan obstruksi usus. lostat.

Aluminium losfat Suspensi 4-5% Konstipasi


Dosis : 15-45 ml

Al-karbonat basa Suspensi berisi 5% Konstipasi Sifat farmakologis sama


AlzOg dan 2,4 o/o COz seperti aluminium hidrok-
Dosis : 8 ml sida. Satu ml susPensi
dapat menetralkan 1,2-1 ,5
mEq asam.

Tablet: 300 mg Konstipasi Kombinasi antara NaHCOs


Al-natrium dihidroksi-
karbonat Dosis :300-600 mg dan Aluminium hidroksida

Dosis 2-3 g/hari Fenomen acid rebound, lin- Mula kerja cepat, masa
Kalsium karbonat
tablet 0,5-0,6 g ja menjadi keras, konsti- kerja panjang.
pasi, kerusakan ginjal, hi-
perkalsemia, alkalosis, rnilk
alkali syndrome

Dosis 0,6-2 g/hari Efeknya lebih lambat dari


Magnesium karbonat
pada kalsium karbonat.
Kebutuhannya lebih besar
daripada kalsium karbonat.

Magnesium hidroksida Suspensi susu Diare (bersilat katartik), Kerjanya lama, efek ne'
magnesium 7-8% ion magnesium yang diseraP tralisasinya lengkaP.
Dosis 5-30 ml akan menyebabkan kelain- lon magnesium Yang di-
Tablet 325 mg an neuromuskular. absorpsi akan menyebabkan
efek sistemik. Urin
menjadi alkalis.

Tablet 500 mg Diare, s/icaous ne1hroliths SiOe yang terjadi daPat


Magnesium trisilikat
Dosis 1-4 g/hari melapisi dan melindungi
ulkus. Kerjanya lambat.
Sebagai adsorben Pada ke'
racunan oral,
506
Farmakologi dan Terapi

rendah ialah sebagai berikut : kalsium karbonat, Penghambatan maksimal bertahan selama 4 jam,
magnesium karbonat, magnesium oksida dan mag_ tetapi produksi asam lambat kembali ke nilai nor_
nesium hidroksida, dihidroksi aluminium natrium mal.
karbonat atau dihidroksi aluminium asetat; (4) cam- Penghambatan berlangsung lama dan pro_
puran"dua atau lebih antasid tidak lebih baik dari- duksi baru kembali ke nilai normal 3-5 hari setelah
pada satu macam sediaan antasid. Untuk menghi- dosis tunggal. Plasma gastrin meningkat setelah
langkan konstipasi atau diare lebih baik diberikan pengobatan 7 hari atau lebih dan baru kembali
dua preparat yang terpisah daripada sebagai cam- normal 7-14 hari setelah obat dihentikan. plasma
puran; (5) jangan menilai biaya pengobatan menu_ gastrin meningkat akibat hipoasiditas, jadi bukan
rul harga saluan (unit), tetapi berdasarkan biaya efek primer obat ini. Omeprazol tidak mempenga_
sehari untuk mempertahankan netralnya asam lam_ ruhi sekresi pepsin.
bung,
Pada pasien tukak peptik yang berat peng_ Farmakokinetik. Omeprazol sebaiknya diberikan
obatan dengan antasid perlu dilakukan bersamaan sebagai tablet salut enterik. Sediaan ini tidak meng-
segala usaha pengobatan lainnya yaitu diet, istira- alami aktivasi di lambung sehingga bioavailabilitas-
hat, psikoterapi, pemberian antikolinergik. pemberi- nya lebih baik. Tabletyang pecah di lambung meng-
an obat sedatif nyatanya tidak lebih baik dari alami aktivasi lalu terikat pada berbagai gugus
plasebo. sulfhidril mukus dan makanan.
Obat ini mempunyai masalah bioavailabilitas,
formulasi berbeda memperlihatkan presentasi jum-
1.2. OBAT PENGHAMBAT SEKRESI lah absorpsi yang bervariasi luas. Bioavailabilitas
ASAM LAMBUNG tablet yang bukan salut enterik meningkat dalam 5-7
hari, ini dapat dijelaskan dengan berkurangnya
Selain antasid, juga digunakan obat berikut produksi asam lambung setelah obat bekerja.
pada tukak peptik yaitu antihistamin H2 (lihat Bab Omeprazol mengalami metabolisme lengkap.
18), antikolinergik (dibahas di Bab 3), sukralfar, Tidak ditemukan omeprazol dalam bentuk asal di
omeprazol, dan misoprostol. Hanya tiga obat yang urin, 20% dari obat radioaktif yang ditelan ditemu-
disebut terakhir akan dibahas di sini. Omeprazol kan dalam tlnja.
dapat dikatakan bekerja lokal. Misoprostol kerjanya
lebih luas tetapi dibahas di sini atas dasar penggu- lndikasi. lndikasi omeprazol sama dengan AHz
yaitu pada penyakit peptik. Terhadap sindrom Zol_
naannya yang sama.
linger-Ellison, obat ini dapat menekan produksi
asam lambung lebih baik dari AH2 pada dosis yang
OMEPRAZOL efek sampingnya tidak terlalu mengganggu. Efek-
tivitas dan dosis obat ini untuk mencegah kambuh-
Omeprazol merupakan penghambat sekre$i nya tukak peptik sedang diteliti.
asam lambung lebih kuat dari AHz. Obat ini bekerja
di proses terakhir produksi asam lambung, lebih Efek Samping. Pada uji klinik, efek samping obat
distal dariAMp. ini tidak berbeda dengan plasebo. pemberian 200
mg lV selama 24 jam tidak menimbulkan masalah.
Farmakodinami. Omeprazol merupakan basa Setelah pengobatan selama 4 tahun tidak didapat-
lemah yang terkumpul di kanalikuli sekretoar dan kan peninggian insidens tumor karsinoid lambung.
mengalami aktivasi disitu. Bentuk aktifnya berikatan Kekhawatiran terjadinya tumor tersebut didasarkan
dengan gugus sulfhidril enzim H*, K*, ATpase peningkatan insidens pada hewan coba yang diberi
(enzim ini dikenal sebagai pompa proton) dan ber- omeprazol dosis besar secara kronis.
ada di membran apikal sel parietal. lkatan ini me-
nyebabkan terjadinya penghambatan enzim terse_ lnteraksi Obat. Omeprazol tidak berinteraksi de-
but. Produksi asam lambung praktis terhenti (> ngan obat lain seluas AHz. lnteraksi dengan teofilin
90%) setelah penghambatan pompa proton ter- dan propranolol tidak terjadi. peningkatan kadar
sebut. diazepam dan memanjangnya waktu tidur oleh bar-
Omeprazol menurunkan sekresi asam lam- biturat pada eksperimen hewan dilaporkan terjadi.
bung basal dan akibat stimulasi, lepas dari jenis Dosis : 20 mg sehari, kecuali untuk pasien sindrom
perangsangnya histamin, asetilkolin atau gastrin. Zollinger- Ellison yang memerlukan 60-70 mg/hari.
Farmakologi dan Terapi

Pepsin ialah enzim proteolitik yang kurang karena itu dinamakan zat hidrokoleretik. Zat ini
penting dibanding dengan enzim pankreas. pada hanya merangsang pengeluaran empedu dan
delisiensi pepsin, tidak ditemukan gejala yang bukan produksi empedu,
seriu.s. Delisiensi pepsin total ditemukan pada Berbeda dengan asam kolat, asam kenode-
pasien aklorhidria. Kegagalan lambung untuk men- oksikolat menurunkan kadar kolesterol dalam em-
sekresi pepsin dan asam dengan rangsangan yang pedu. Obat ini berguna untuk mengatasi batu koles-
adekuat disebut akilia gastrika, sering lerjadi pada terol kandung empedu pada pasien tertentu. Obat
pasien anemia pernisiosa dan karsinoma lambung. ini bekerja dengan menurunkan absorpsi kolesterol
dari usus (mungkin karena sekresi garam empedu
Empedu. Empedu mengandung asam empedu dan
kurang) dan menurunkan sintesis kolesterol sehu-
konjugatnya. Zat empedu yang penting untuk
bungan dengan hambatan terhadap hidroksi-metil
manusia ialah garam natrium asam kolat dan asarn
glutanil -KoA reduklase. Bila kadar asam kenodeok-
kenodeoksikolat. Selain penting untuk penyerapan
sikolat mencapai 70% empedu total, maka larutan
lemak, empedu juga penting untuk absorpsi zat larut
empedu yang tadinya jenuh kolesterol menjadi tidak
lemak misalnya vitamin A, D, E dan K. Dalam jumlah
jenuh. Obat ini tidak mempengaruhi batu kalsium
besar, garam empedu dapat menetralkan asam
atau batu pigmen empedu yang radiolusen.
lambung yang masuk ke duodenum. pada keadaan
Pengobatan jangka panjang dengan obat ini
normal hati mensekresi + 24 g garam empedu atau
menyebabkan atroli mikrovili saluran empedu dan
700-1000 ml cairan empedu/hari. Kira-kira g5% em-
meningkatnya liposit sinusoidal. Hepatotoksisitas
pedu direabsorpsi pada usus kecil bagian bawah
juga dilaporkan terjadi, yang dihubungkan dengan
(sirkulasi enterohepatik), sehingga hanya g00 mg
metabolitnya yaitu asam litokolat. Diare dapat juga
garam empedu yang harus disintesis per harinya.
terjadi. Garam empedu menurunkan resistensi mu-
Asam-asam empedu meningkalkan sekresi kosa saluran cerna terhadap HCl. Kenyataan ini
empedu dan disebut zat koleretik, garam empedu
diduga mempunyai implikasi terhadap terjadinya
kurang memperlihatkan aktivitas koleretik. Asam gastritis, tukak peptik dan relluks esofagitis.
dehidrokolat suatu kolat semisintetik terutama aktil Dalam Tabel 34-2dapal dilihat sediaan enzim
untuk merangsang empedu dengan BM rendah dan penggunaannya.

Tabel34-2. DIcESTAN DAN ENZTM LAtNNYA

Nama obat Bentuk sediaan dan dosis Penggunaan Keterangan

Asam glutamat Kapsul 340 mg


Dosis : 0,35-1 g

Pepsin Eliksir 5,5% Membantu pemecahan protein Asal dari mukosa lambung
Dosis : 2-4 ml menjadi proteosa dan berbagai jenis hewan yang
pepton. biasa dimakan.
Terapi tambahan pada akilia Pada suasana asam, pepsin
gastrika menghancurkan pankreatin,
sedangkan pada suasana
basa atau netral, pepsin
dihancurkan oleh pankrea-
tin.

Pankreatin Tablet bersalut enteral Membantu pencernaan kar- Asal ekstrak pankreas dari
Dosis 0,3-1 g/kg BB/hr bohidrat dan protein pada berbagai hewan, mengan-
defisiensi pankreas seperti dung tripsin,lipase, dan
pada pankreatitis dan pan- amilase.
kreas fibrokistik. Menyebabkan reaksi alergi,
serta iritasi bukal
dan perianal.
Obat Lokal 509

Tabel 34-2. DIGESTAN DAN ENZIM LAINNYA (Sambungan)

Nama obat Bentuk sediaan dan dosis Penggunaan Keterangan

Diastase Dosis : 60-300 mg Amylaceous dyspepsia


Papain Dosis 120-600 mg Membantu pencernaan protein Enzim proteolitik atau
pada dispepsia kronik dan campuran enzim-enzim asal
gastrltis Carica papaya.
Bisa menyebabkan reaksi
alergi dan menghancurkan
dinding esof agus sehingga
dapat menyebabkan perlorasi

Asam dehidro- Tablet 250 mg Merangsang sekresi empedu Tidak boleh diberikan
kolat Dosis 3 kali 250 mg/hari (volume) tanpa meningkat- pada penderita obstruksi
nya garam dan pigmen biliar, dan hepatitis
empedu. berat.

Natrium dehi- 500 mg dalam 10 ml air, Seperti asam dehidrokolat Elek toksik berupa hipo-
drokolat 600 mg dalam 3 ml air, tensi, bradikardi, otot
1 g dalam 1 ml air, hiperaktif , dan reaksi
2 g dalam 10 ml air, alergi. Pemberian lV cepat
Dosis lV 0,1-1 g bisa menyebabkan kematian.
Bila pemberian lV bocor
menyebabkan reaksi lokal
(ekstravasasi).

2. PENCAHAR (3) obat, misalnya opium, antikolinergik, pengham-


bat ganglion, klonidin, verapamil atau antasid alumi-
nium dan kalsium.
2.1. PATOFISIOLOGI KONSTIPASI Mekanisme kerja pencahar yang sesungguh-
nya masih belum dapat dijelaskan, karena kom-
Konstipasi ialah kesulitan defekasi karena pleksnya faktor-faktor yang mempengaruhi lungsi
tinja yang mengeras, otot polos usus yang lumpuh kolon, transport air dan elektrolit. Secara umum
misalnya pada megakolon kongenital dan ganggu- dapat dilelaskan a.l. sebagai berikut : (1) sifat hidro-
an relleks delekasi (konstipasi habitual); sedangkan filik atau osmotiknya sehingga terjadi penarikan air
obstipasi ialah kesulitan defekasi karena adanya dengan akibat masa, konsistensi dan transit tinja
obstruksi intral atau ekstralumen usus, misalnya bertambah; (2) pencahar bekerja langsung ataupun
pada karsinoma kolon sigmoid. tidak langsung terhadap mukosa kolon dalam me-
Faktor penyebab konslipasi lainnya ialah: (1) nurunkan (absorpsi) air dan NaCl, mungkin dengan
psikis, misalnya akibat perubahan kondisi kakus, mekanisme seperti pada (1); (3) pencahar dapat
perubahan kebiasaan defekasi pada anak, peru- meningkatkan motilitas usus dengan akibat menu-
bahan situasi misalnya dalam perjalanan, atau runnya absorpsi garam dan air dan selanjutnya
gangguan emosi misalnya pada keadaan depresi
mengurangi waktu transit.
mental; (2) penyakit, misalnya hemoroid sebagai
akibat kegagalan relaksasi sfingter ani karena nyeri, Pembicaraan tiap obat pencahar disederha-
miksudem dan skleroderma, kelemahan otot pung- nakan dengan mengemukakan elek samping, ben-
gung atau abdomen pada kehamilan multipara; dan tuk dan dosis obat dalam Tabel 34-3,
510
Farmakologi dan Tarapi

Tabel 34-3. OBAT PENCAHAR

Nama Obat Bentuk Sediaan dan Dosi3 Efek samping/toksisitas Kelerangan

PENCAHAR RANGSANG
Minyak jarak Dewasa : 15-60 ml Dianjurkan untuk diberi-
Anak : 5-15m| kan pagi hari waktu perut
kosong. Dosis lsbih bsar
tidak menambah lk pen-
cahar.
Elek pncahar terlihat
setelah 3.iam

Dilsnilmetan Tablt 125 mg Elektrolit banyak keluar Etek pncahar terlihat s.


Fenolltalein Dosis:60-100 mg Urin & tinja warna merah. telah 6-8 iam.
Reaksi alergi.

Bisakodil Tablt bersalut enteral 5 E Kolik usus Efek pncahar lerlihat se-
10 mg Perasaan terbakar pada t6lah 6-12 jam.
Suposiloria 10 mg penggunaan rektal Pada pemberian rektal tk
Dosis dewasa 10-15 mg pencahar trlihat setelah
Dosis anak 5-10 mg 1/4-1 iam.

Oksilenisatin Tablet 5 mg, sirup 5 mg/ lkterus, hepatitis dan Jarang digunakan. Elek
5ml reaksi hipersensitivitas pencahar terlihal slelah
6-12 iam
Supositoria 10 mg
Dewasa, oral 4-5 mg, per-
rektal 10 mg
Anak, oral 1.2 mg

Antrakinon
Kaskara sagrada Sirup&Eliksir&tablet Pigmentasi mukosa kolon Zat aktif ditemukan pada
125 mg air susu ibu.
Dosis 2-5 ml atau Elek pencahar torlihat se.
100-300 mg. telah 8-12 jam

Sena Sirup & Eliksir, dosb Penggunaan lama menye- Etek pencahar trlihat se-
2-4 ml. babkan kerusakan nuron tlah 6 jam.
Tablt 28O mg, dosis 0,5-2 g mesenterik

Dantron Tablt 75 mg, dosis Elek pencahar terlihat se-


75"150 mg telah 6-8 jam.

PENCAHAR GARAM
Magnesium sullal Bubuk, dosis dewasa Mual, dehidrasi, dekompen. Pemberian oral dapat diab-
15-3O g sasi ginjal, hipotensi sorpsi 2070.
paralisis prnapasan Elek pencahar trlihat so-
telah 3.6 jam.
Susu magnesium Suspensi, dosis dewasa. sda sda
15-30 ml
Magnsium oksida Dosis dowasa 2-4 gram E ek pncahar trlihat ss-
lelah 6 jam.
Magnsium sitrat Dosis dewasa 200 ml. Harga mahal
Natrium toslat Dosis dewasa 4-8 g diuresis, dehidrasi
Nalrium sullat Dosis dewasa 15 g
Natrium losfat Dosis dewasa 4 g
Obat Lokal 511

Tabel 34-3.. OBAT PENCAHAR (Sambungan)

Nama Obat Bentuk Sediaan dan Dosis Efek samping/toksisitas Keterangan

PENCAHAR PEMBENTUK
MASSA
Semisintetik:
Metilselulosa Bubuldgranula 500 mg Obstruksi usus dan Elek pencahar lerlihat so
TablVkapsul 500 mg esofagus telah 12-24 iam.
Dosis anak 3-4 kali 500 mg/hari
Dosis dewasa 2-4 kali 1,5 g/hari
Natriumkarboksi- Tablt 0,5 dan 1 g sda Silat-sifatnya sama
melilselulosa Kapsul 650 mg seprti mlilselulosa,
Dosis dewasa 3-6 g kecuali tidak larut dalam
cairan lambung.
Kalsium polikarbolil 1-2 x 1 .000 mg sehari,
maksimum 6 g/hari
disertai air minum 250 ml

Zat Alami :

Agar Dosis dewasa 4'16 g Kaya akan hemiselulosa

PENCAHAH EMOLIEN
Dioktilnatrium sulfo- Tablet 50-300 mg Pada hewan coba me- Etek pncahar terlihat
suksinat Suspnsi 4 mg/ml nyebabkan muntah dan diare setelah 24-28 jam
Dosis anak 10-40 mg/hari
Dosis dewasa 50-500 mg/hati
Dioktilkalsiumsul- Kapsul 50 dan 2zl0 mg Kolik usus Sifat-silatnya mirip
losuksinat Dosis dewasa 50-240 mg/hari dengan dioklilnatrium"
su lfosuksinat

Parafin cair Dosis dowasa 15-30 mUhari Mengganggu absorpsi zat-zat


larut lemak.
Lipid pnaumonia.
Hipoprotrombinomia dan
pruritus ani.

Minyak zaitun Dosis 30 mg

2.2. PILAHAN PENCAHAR menurunkan efek berbagai obat ini terhadap jumlah
sekresi air. Dilenilmetan dan antrakinon ker,ianya
terbatas pada usus besar sehingga terdapat masa
PENCAHAR RANGSANG laten 6 jam sebelum timbul efeknya. Minyak jarak,
yang kerjanya pada usus halus, mempunyai masa
Pencahar rangsang (stimulant cathartrcs) me- laten 3 jam.
rangsang mukosa, saraf intramural atau otot polos
usus sehingga meningkatkan peristalsis dan sek- MINYAK JARAK (Castor oil - oleum ricini),berasal
resi lendir usus. Pencahar rangsang dapat meng- dari biji Ricinus communis, suatu trigliserid asam
hambat Na*, K* ATPase yang mungkin merupakan risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Di dalam
sebagian dari kerjanya sebagai pencahar, Banyak usus halus minyak jarak dihidrolisis oleh enzim lipa-
diantara pencahar rangsang juga meningkatkan se menjadi gliserol dan asam risinoleat. Asam risin-
sintesis prostaglandin dan siklik AMP, dan kerja ini oleat inilah yang merupakan bahan aktil. Minyak
meningkatkan sekresi air dan elektrolit. Pengham- jarak juga bersilat emolien. Sebagai pencahar obat
batan sintesis prostaglandin dengan indometasin ini tidak banyak digunakan lagi karena banyak obat
512
Farmakologi dan Terapi

lain yang lebih aman. Minyak jarang menyebabkan golongan ini bergantung pada antrakinon yang dile_
kolik, dehidrasi yang disertai gangguan elektrolit. paskan dari ikatan glikosidanya. Efek pencahar
Obat ini merupakan bahan induksi diare pada pene_ antrakinon timbul setelah 6 jam. Setelah pemberian
litian diare secara eksperimental pada tikus. oral sebagian akan diabsorpsi dalam bentuk glikosi_
DIFENILMETAN. Fenolftalein diberikan per oral danya. Sebagian glikosida dihidrolisis oleh enzim
dan mengalami absorpsi kira-kira 15% di usus llora usus menjadi antrakinon dan bekerja sebagai
halus. Efek fenoftalein dapat bertahan lama karena pencahar di dalam kolon.
mengalami sirkulasi enterohepatik. Sebagian besar Elek antrakinon yang tidak.diinginkan ialah
lenolftalein diekskresi melalui tinja. Sebagian lagi efek pencahar yang berlebihan. Zat aktit bisa dite_
diekskresi melalui ginjal dalam bentuk metabolit- mukan pada ASI sehingga bisa mempengaruhi bayi
nya. Pemberian dosis besarlenolftalein menyebab- yang disusui. Melanosis kolon (pigmentasi kolon)
kan bentuk utuh ditemukan dalam urin; pada sua_ dapat terjadi dan menghilang setelah obat dihenti_
sana alkali menyebabkan urin dan tinja berwarna kan 4-12 bulan.
merah. Ekskresi bersama ASI jumlahnya kecil se_ Kaskara Sagrada. Kaskara sagrada diperoleh dari
hingga tidak mempengaruhi bayi yang disusui. kulit pohon Rhamnus purshiana,yangmengandung
Fenolftalein relatif tidak toksik untuk pengo_ 6-9% antrakinon. Pemberian kaskara sagrada per
batan jangka pendek, tetapi dosis berlebihan me_ oral menyebabkan tinja menjadi lembek setelah
ningkatkan kehilangan elektrolit. Fenolltalein dapat 8-12 jam.
menimbulkan reaksi alergi berupa erupsi, sindrom Dilaporkan bahwa seorang pasien wanita 55
Stevens-Johnson, urlikaria dan pigmentasi kulit. tahun yang mendapat kaskara sagrada 2_B kalil
Kadang-kadang menimbulkan albuminuria dan minggu selama 5 tahun mengalami hipokalemia.
adanya hemoglobin bebas dalam urin.
Sena. Sena, berasal dari daun atau buah Cassra
Bisakodil. Penelitian pada tikus, bisakodil secara acutifolia dan Cassla angustifolia, mengandung zat
oral mengalami hidrolisis menjadi dilenol di usus aktif senosida A dan B.
bagian atas. Difenol yang diabsorpsi mengalami Sebagian antrakinon yang diabsorpsi akan di-
konjugasidi hatidan dinding usus. Metabolit ini di_ ekskresi melaluiginjal dengan warna kuning sampai
ekskresi melalui empedu, selanjutnya mengalami merah bila suasana urin alkali. Sena banyak digu-
rehidrolisis menjadi difenol kembali yang akan me- nakan dalam campuran obat tradisional yang diin-
rangsang motilitas usus besar. dikasikan sebagai obat pelangsing tubuh.
Efek pencahar timbul 6-12 jam setelah pem-
berian oral, dan seperempat sampai satu jam sete_ Dantron. Dantron (dihidroksiantrakinon) lebih ba-
lah pemberian rektal. Pada pemberian oral, bisa- nyak mengandung bentuk antrakinon bebas dari_
kodil diabsorpsi kira-kira So/0, dan diekskresi ber- pada bentuk glikosidanya. Tinja menjadi temOet< O-e
sama urin dalam bentuk glukuronid. Ekskresi bisa- jam setelah pemberian.
kodil terutama dalam tinja.
Dosis oral dewasa 10-15 mg dan anak 5-10 PENCAHAR GARAM DAN PENCAHAR OSMOTIK
mg (0,8 mg/kgBB). Untuk menghindari iritasi lam_
bung tablet bisakodil harus ditelan langsung, jangan Contoh obat dari golongan ini ialah garam
diisap atau dihancurkan. Bisakodil jangan dimai<an magnesium, garam natrium dan laktulosa. peristal-
bersama susu atau antasid. sis usus meningkat disebabkan pengaruh tidak
Elek sistemik bisakodil belum pernah dilapor- langsung karena daya osmotiknya. Air ditarik ke
kan. Bisakodil dapat menimbulkan perasaan ter- dalam lumen usus dan tinja menjadi lembek setelah
bakar pada rektum cian menimbulkan proktitis pada 3-6 jam. Absorpsi pencahar garam melalui usus
penggunaan selama beberapa minggu. berlangsung lambat dan tidak sempurna.

Oksifenisatin asetat. Farmakodinamik oksifenisa- Garam magnesium (MgSOa = garam Epsom,


tin asetat mirip dengan bisakodil. Efek pencaharnya garam lnggris) diabsorpsi melalui usus kira-kira
tidak melebihi bisakodil. Obat ini jarang digunakan 2Q% dan diekskresi melalui ginjal. Bila lungsi ginjal
karena dapat menimbulkan hepatitis dan ikterus. terganggu, garam magnesium berefek sistemik me_
nyebabkan dehidrasi, kegagalan lungsi ginjal, hipo_
ANTRAKINON. Termasuk golongan ini ialah kas-
tensi dan paralisis pernapasan. pengobatan dalam
kara sagrada, sena dan dantron. Efek pencahar
keadaan ini ialah dengan memberi.kan kalsium lV
Obat Lokal 513

dan melakukan napas buatan. Garam magnesium Natriumkarboksimetilselulosa. Obat ini tidak larut
tidak boleh diberikan pada pasien dengan gagal dalam cairan lambung dan juga digunakan sebagai
ginjal. antasid.

Laktuloba, merupakan disakarlda semisintetik Psilium (plantago). Psilium sekarang telah digan-
yang tidak dipecah oleh enzim usus dan tidak diab- tikan dengan preparat yang lebih murni dan ditam-
sorpsi di usus halus. Laktulosa tersedia dalam ben- bahkan dengan musiloid (mucilloid), suatu sub-
tuk sirup. Obat ini diminum bersama sari buah, atau stansi hidrolilik yang membentuk gelatin bila ber-
air dalam jumlah cukup banyak. campur dengan air; dosis yang dianjurkan 1-3 kali
Dosis penunjang harian untuk mengatasi kon- 3-3,6 g sehari dalam 250 ml air atau sari buah. Pada
stipasi sangat bervariasi, biasanya 7-10 g dosis penggunaan kronik, psilium dikatakan dapat menu-
tunggal, maupun terbagi. Kadang-kadang dibutuh- runkan kadar kolesterol darah, karena mengganggu
kan dosis awal yang lebih besar (40 S), dan efek absorpsi asam empedu.
maksimum laktulosa mungkin baru terlihat setelah
beberapa hari. Untuk keadaan hipertensi portal Agar-agar. Merupakan koloid hidrolil, kaya akan
kronis dan ensofalopati hepar dosis penunjang hemiselulosa yang tidak dicerna dan tidak diab-
biasanya 3-4 kali 20-30 g (30-45 ml) laktulosa se- sorpsi. Dosis yang dianjurkan ialah 4-16 g. Agar-
hari; dosis ini disesuaikan agar delekasi 2-3 kali agar yang biasa dibuat penganan merupakan pen-
sehari dan tinja lunak, serta pH 5,5. Laktulosa luga cahar massa yang mudah didapat, dan terterima
dapat diberikan per rektal. baik karena rasa dapat disesuaikan secara in-
dividual.

PENCAHAR PEMBENTUK MASSA Polikarbofil dan kalsium polikarbofil merupakan


poliakrilik resin hidrolilik yang tidak diabsorpsi, lebih
Obat golongan ini berasal dari alam atau di- banyak mengikat air dari pencahar pembentuk ma-
buat secara semisintetik. Golongan ini bekerja de- sa lainnya. Polikarbofil dapat mengikat air 60-100
ngan mengikat air dan ion dalam lumen kolon, kali dari beratnya sehingga memperbanyak massa
dengan demikian tinja akan menjadi lebih banyak tinja, Preparat ini mengandung natrium dalam jum-
dan lunak. Sebagian dari komponennya misalnya lah kecil. Dalam saluran cerna kalsium polikarbolil
pektin akan dicerna bakteri kolon dan metabolitnya dilepaskan ion Ca**, sehingga janEan digunakan
akan meningkatkan elek pencahar melalui pening' pada pasien yang asupan kalsium dibatasi.
katan osmotik cairan lumen. Contoh sediaan alam
ialah agar-agar dan psilium sedangkan sediaan
semisintetik ialah metilselulosa dan natrium karbok- PENCAHAR EMOLIEN
simetilselulosa.
Obat yang termasuk golongan ini memudah-
Metilselulosa. Obat ini diberikan secara oral, tidak
kan defekasi dengan jalan melunakkan tinja tanpa
diabsorpsi melalui saluran cerna sehingga dieks-
merangsang peristalsis usus, baik langsung mau-
kresi melalui tinja. Dalam cairan usus, metil-selu- pun tidak langsung.
losa akan mengembang membentuk gel emolien
atau larutan kental, yang dapat melunakkan tinja. ZAT PENURUN TEGANGAN PERMUKAAN
Mungkin residu yang tidak dicerna merangsang ACTM AGENI). Obatyang termasuk
(SURFACE
peristalsis usus secara refleks. Elek pencahar di- golongan ini ialah dioktilnatrium sullosuksinat dan
peroleh setelah 12-24 jam, dan elek maksimal parafin. Cara kerja dioktilnatrium sulfosuksinat ialah
dalam beberapa hari pengobatan. Obat ini tidak dengan menurunkan tegangan permukaan, sehing-
menimbulkan efek sistemik. Tetapi pada beberapa ga mempermudah penetrasi air dan lemak ke dalam
pasien bisa terjadi obstruksi usus atau esolagus, masa tinja. Tinja menjadi lunak setelah 24-48 iam.
oleh karena itu metilselulosa tidak boleh diberikan Penggunaan dioktilnatrium sullosuksinat
pada pasien dengan kelainan mengunyah. pada manusia sesekali menyebabkan kolik usus.
' Metilselulosa digunakan untuk melembekkan Pada hewan coba, dosis besar dioktilnatriumsul-
tinja pada pasien yang tidak boleh mengejan, umpa- fosuksinat menyebabkan muntah dan diare. Dioktil-
manya pada hemoroid. Penggunaan untuk menu- natrium sulfosuksinat bersifat hepatotoksik; ia juga
runkan berat badan pada obesitas mungkin ber- dapat meningkatkan risiko hepatotoksik obat-obat
dasarkan efek rasa kenyang. lain yang juga toksik terhadap hati.
514 Farmakologi dan Terapi

Parafin cair. Parafin (mineral oil) ialah campuran Untuk membersihkan isi usus sebelum peme-
cairan hidrokarbon yang diperoleh dari minyak riksaan radiologi, pemeriksaan rektum dan operasi
bumi. Setelah minum obat ini tinja melunak, dise- usus sebaiknya digunakan garam lnggris, bisakodil
bab(an berkurangnya reabsorpsi air dari tinja. atau minyak jarak.
Paralin cair tidak dicerna di dalam usus dan Untuk menghilangkan racun pada pasien ke-
hanya sedikit diabsorpsi. Yang diabsorpsi ditemu- racunan sebaiknya digunakan garam lnggris atau
kan pada limlonodus mesenterik, hati dan limpa. pencahar yang mudah didapat misalnya minyak
Kebiasaan menggunakan parafin cair akan goreng.
mengganggu absorpsi zat larut lemak misalnya ab-
sorpsi karoten menurun 50%, juga absorpsi vita- Penyalahgunaan pencahar yang banyak terjadi
min A dan D akan menurun. Absorpsi vitamin K di masyarakat dengan alasan menjaga kesehat-
menurun dengan akibat hipoprotrombinemia; dan an, sama sekali tidak rasional karena akan menu-
juga dilaporkan terjadinya pneumonia lipid. Obat ini runkan sensitivitas mukosa sehingga usus gagal
menyebabkan pruritus ani; menyulitkan penyem- bereaksi terhadap rangsang llsiologik.
buhan pasca bedah daerah anorektal dan menye- Penggunaan pencahar secara kronik dapat
babkan perdarahan. Jadi untuk penggunaan kronik menyebabkan diare dengan akibat kehilangan air
jelas obat ini tidak aman. dan gangguan keseimbangan elektrolit, Gangguan
keseimbangan elektrolit akan mengakibatkan hipo-
Minyak zaitun. Minyak zaitun yang dicerna akan kalemia melalui terjadinya aldosteronisme sekun-
menurunkan sekresi dan motilitas lambung dan me- der, bila deplesi volum plasma jelas. Steatore dan
rupakan sumber energi (Tabel 34-3). gastroenleropati disertai kehilangan protein dengan
akibat hipoalbuminuria. Di samping itu dapat pula
terjadi kelemahan otot rangka, berat badan menu-
2.3. PENGGUNAAN, PENYALAHGUNAAN run dan paralisis otot polos. Pengeluaran kalsium
DAN BAHAYA PENCAHAR yang terlalu banyak dapat menimbulkan osteoma-
lasia.
Pencahar terutama digunakan untuk mengo-
bati konstipasi fungsional dan tidak dapat menga- KONTRAINDIKASI. Penggunaan pencahar pada
tasi konstipasi yang disebabkan keadaan patologis pasien dengan dugaan apendiksitis, obstruksi usus
usus. Banyak penyebab konstipasi fungsional atau sakit perut yang tidak diketahui sebabnya,
dapat diatasi secara sederhana tanpa obat, misal- dapat membahayakan.
nya dengan makanan berserat, minum adekuat, Semua pencahar tidak boleh diberikan pada
dan olah raga. Bila tindakan di atas tidak berhasil pasien dengan mual, muntah, spasme, kolik atau
maka boleh ditambahkan obat pencahar pemben- berbagai gangguan abdomen lainnya.
tuk massa atau pencahar garam. Pencahar emolien
kadang-kadang menolong, tetapi sering tidak ber-
hasil. Sebaiknya obat pencahar digunakan dengan 3. OBAT LOKAL LAIN
dosis elektif yang paling rendah, jangan terlalu
sering, dan pengobatan dihentikan secepatnya.
Konstipasi akibat opium, antimuskarinik dan bebe- DEMULSEN
rapa obat antihipertensi yang diberikan secara
kronik, diatasi terlebih dahulu dengan mengatur Obat ini merupakan senyawa dengan berat
dosis obat tersebut atau menggantikannya dengan molekul tinggi, misalnya gom Arab, tragakan dan
obat lain, sebelum menggunakan pencahar. Seba- gliserin. Pada pemakaian lokal bentuk larutanZat ini
liknya obat antimuskarinik mungkin berguna untuk menghilangkan iritasi, dan secara lisik melindungi
mengatasi konstipasi yang berkaitan dengan sel di bawahnya terhadap kontak dengan iritan dari
spasme usus.
luar. Demulsen ini digunakan dalam bentuk larutan
Pencahar emolien misalnya dioktilnatrium sul-
fosuksinat diindikasikan pada penyakit bila menge- dan obat kompres, salep, dan losion untuk kulit;
jan dan/atau tinja keras dapat membahayakan mi- dalam bentuk sirup dan enema untuk keperluan
salnya penyakit wasir, hernia, gagal jantung, penya- saluran cerna; dalam bentuk tablet isap untuk ke-
kit koroner, hipertensi berat dan peninggian tekanan rongkongan dan dalam bentuk larutan untuk
intrakranial, ataupun intraokular. pemasangan lensa kontak.
Obat Lokal 515

Di bidang larmasi bahan ini dipakai sebagai spesi{ik, sehingga obat-obatan, nutrien dan enzim
vehikulum, bahan penstabil emulsi dan suspensi. dalam saluran cerna akan dijerap juga.
Akasia (gom Arab) ialah getah dari Acacia Mg trisilikat Al (OH)s dan karbon aktif (Norit)
senega/,'tragakan ialah getah dari Astragalus gum- berspektrum kerja luas dan masa kerla cepat se-
mifer, kedua zat tersebut tersedia sebagai bubuk. hingga berguna pada keadaan darurat untuk meng-
Gliserin banyak dipakai sebagai vehikulum untuk obati keracunan obat. Karbon aktif ternyata meng-
obat kulit. Kadar tinggi gliserin dapat menyebabkan hambat absorpsi teofilin dan berguna untuk meng-
dehidrasi dan iritasi jaringan. Secara oral dan pa- atasi keracunan. Penelitian terbatas mendapatkan
renteral juga diindikasikan pada udem serebral, dan bahwa pemberian 3 x 8 g karbon aktif dapat menu-
untuk menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi. runkan kadar kolesterol tanpa efek samping yang
Efek toksik pada pemakaian sistemik berupa hemo- berarti. Perlu diteliti lebih iauh apakah tidak lerjadi
lisis, hemoglobinuria dan gagal ginjal. gangguan absorpsi zat penting setelah pengobatan
jangka panjang.
Kaolin dipakai pada kolitis ulseratil kronik
EMOLIEN untuk menjerap bakteri dan toksin pada kolon, Pek-
tin sering dipakai dalam pengobatan diare biasanya
Emolien ialah lemak dan minyak yang diguna- dalam kombinasi dengan kaolin.
kan lokal pada kulit dan mukosa. Emolien diguna- Simetikon ialah kombinasi senyawa dimetil
kan sebagai protektif dan penghalus kulit, karena polisiloksan dan silika gel, yang tersedia sebagai
membentuk lapisan minyak pada stratum korneum sediaan tunggal atau dalam kombinasi dengan an-
sehingga mencegah penguapan air. Emolien juga tasid. Simetikon, berdasarkan penurunan tegangan
digunakan sebagai vehikulum. permukaan bersifat antibusa (anti foaming). Digu-
Minyak tumbuh-tumbuhan, misalnya minyak nakan untuk mengatasi meteorisme yang sering
zaitun, minyak katun, minyak amandel, pada pema- terjadi pascabedah abdomen atau akibat aerofagia.
kaian oral bersifat emolien dan protektif terhadap Bukti ilmiah mengenai efektivitas klinisnya belum
saluran cerna. Sediaan ini digunakan untuk terapi mapan. Tidak dilaporkan efek samping dengan obat
simtomatik keracunan zat korosif. Lemak domba ini. Aktivitas antibusa berkurang oleh antasid se-
misalnya lanolin dan sediaan hidrokarbon misal- hingga dalam tablet kombinasi harus dipisahkan
nya vaselin digunakan sebagai bahan dasar salep. satu sama lain.

PROTEKTIF SKLEROSAN

Demulsen dan emolien bersifat protektif , teta- Sklerosan ialah zat yang menyebabkan skle-
pi yang dimaksud dengan protektif disini ialah zat rosis. Pemberian secara lokal pada varises dan
pada hemoroid menyebabkan sklerosis vena. Ber-
berbentuk bedak halus yang tidak larut dalam air
dan inaktif secara kimiawi. Protektif digunakan bagai iritan dipakai sebagai sklerosan.
untuk menutup kulit atau membran mukosa dan Na-morhuat 5%, disuntikkan pada vena bersang-
untuk mencegah kontak dengan iritan. kutan, kira-kira 1-5 ml. Na-morhuat dapat menim-
Zat yang juga digunakan sebagai protektif bulkan reaksi hipersensitivitas dan emboli paru.
ialah bubuk Zn oksida, Zn stearat, asam borat dan
Mg stearat. Natrium tetradeksil sulfat 1-3% disuntikkan ke
Talk, terutama mengandung MgSieOs, dapat dalam vena untuk menimbulkan sklerosis padavari-
menimbulkan reaksi granulomatus jika dipakai ses; dosis lazim 0,5-2 ml, jangan melebihi 10 ml.
pada luka atau pada daerah pembedahan. Oleh Na-tetradesil sullat dapat menimbulkan reaksi al'er-
karena itu talk jangan digunakan untuk melicinkan gi termasuk anafilaksis. Sebaiknya tidak diberikan
sarung tangan. pada wanita hamil.

PENJERAP (ADSORBEN) oBAT KERTNGAT (ANTI PERSPIRANT)

Pemberian oral obat ini dapat menjerap bak- Biasanya kelompok obat ini dipakai dalam
teri, toksin dan gas, akan tetapi adsorpsi ini tidak bentuk aerosol, batang (stick), krem atau cairan,
516 Farmakologi dan Terapi

dimaksudkan untuk mengurangi pengeluaran keri- ENZIM


ngat yang berlebihan. Sebagai astringen obat ini
mengurangi sekret kulit. Penggunaan obat keringat Pembicaraan ini lerbatas pada enzim yang
ini dapat mengurangi keringat 20-40% tergantung bekerja lokal setelah pemberian topikal maupun
zat dan cara pemberian; bentuk aerosol efektivitas suntikan hipodermis.
paling kecil. Zalyang sering digunakan ialah : alumi-
nium klorida, aluminium klorhidrat, aluminium fenol HIALURONIDASE. Hialuronidase suatu enzim
sulfonat, aluminium sulfat dan seng fensulfonat. yang mudah larut, pertama-tama ditemukan pada
lestis mamalia.

DEODORAN
Farmakodinamik & lntoksikasi. Hialuronidase
menghidrolisis mukopolisakarida dari asam hialu-
Deodoran mengurangi bau keringat yang bia- ronat yang merupakan suatu komponen jaringan
sanya disebabkan dekomposisi keringat secara antarsel. Keadaan ini akan menurunkan viskositas
spontan atau oleh bakteri. Sebenarnya untuk men- cairan antarsel dan akan meningkatkan difusi serta
gatasi keadaan ini yang esensial ialah higiene kulit. absorpsi bahan ekstrasel.
Deodoran ditujukan untuk mencegah dekomposisi Hialuronidase relatif tidak toksik, tetapi dapat
tersebut. menyebarkan proses infeksi. Hialuronidase jangan
Deodoran yang biasa digunakan ialah ben- disuntikkan pada jaringan tumor atau jaringan terin-
zalkoniumklorida, neomisin sullat dan metilbenze- feksi, sebab kemungkinan memperluas metastasis
tonium klorida. Obat-obat ini dapat menimbulkan atau infeksi. Reaksi alergi dapat terjadi.
reaksi alergi. lndlkasi. Hialuronidase digunakan untuk mening-
katkan dispersi dan absorpsi obat suntik, dan untuk
ASTRINGEN meningkatkan resorpsi zat radio opak. Hialuroni-
dase digunakan juga untuk meningkatkan difusi
Astringen ialah obat lokal yang dapat menim- darah dan transudat umpamanya pascatrauma dan
bulkan presipitasi protein pada permukaan sel, de- pascabedah.
ngan daya penetrasi yang kecil sehingga hanya Sediaan. Beberapa salep mengandung hialuroni-
permeabilitas membran sel yang dipengaruhi.
dase dan heparin. Dioleskan di kulit pada hematom,
lon-ion logam, misalnya Zn dan Al, bersifat agar penyerapan hematom lebih cepat. Hialuro-
astringen. Zn sullat 0,25o/o merupakan astringen
nidase unluk suntikan, mengandung 150 U per ml.
yang dianjurkan untuk penggunaan topikal pada
mata.
Asam tanat juga suatu astringen, tetapi peng- EKSPEKTORAN
gunaannya kini sangat terbatas karena efektivitas-
nya diragukan sedang yang diserap melalui mukosa Ekspektoran ialah obat yang dapat merang-
dapat menimbulkan nekrosis hati. sang pengeluaran dahak dari saluran napas (eks-
pektorasi). Penggunaan ekspektoran didasarkan
COUNTER IRRITANT pengalaman empiris. Belum ada data yang mem-
buktikan elektivitas ekspektoran dengan dosis yang
Bahan iritan yang digunakan bukan untuk tuju- umum digunakan. Mekanisme kerjanya diduga ber-
an elek lokal disebut counter iritant. Penjelasan dasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjut-
cara kerjanya berdasarkan kenyataan adanya per- nya secara relleks merangsang sekresi keleJrjar
syarafan segmental yang sama antara organ-vi- saluran napas lewat N.vagus, sehingga menurun-
seral dengan kulil, Counter irritantyang digosokkan kan viskositas dan mempermudah pengeluaran
dikulit diduga akan merangsang refleks akson den- dahak. Obat yang termasuk golongan ini ialah :

gan akibat relaksasi/vasodilatasi di organ viseral amonium klorida dan gliseril guaiakolat.
dengan persarafan segmental yang sama,
Obal yang sering digunakan ialah kamfer, Amonium Klorida. Amonium klorida jarang diguna-
minyak kayu putih, metil-salisilat (minyak ganda- kan sendiri sebagai ekspektoran, tetapi biasanya
pura), campuran kayu putih, gandapura dan Baume dalam bentuk campuran dengan ekspektoran lain
Bengue. atau antitusif. Amonium klorida dosis besar dapat
Obat Lokal 5't7

menimbulkan asidosis metabolik, dan harus digu- Asetilsistein. Asetilsistein diberikan secara sem-
nakan dengan hati-hati pada pasien dengan insu- prolan (nebulization) alau obat tetes hidung' Asetil-
fisiensi hati, ginjal dan paru- paru. sistein, menurunkan viskositas sekret paru pada
Dosis amonium klorida sebagai ekspektoran pasien radang paru. Aktivitas mukolitik zat ini lang-
untuk orang dewasa ialah 300 mg (5 ml) liap 2-4 sung terhadap mukoprotein dengan melepaskan
jam. ikatan disulfidanya, sehingga menurunkan viskosi-
Amoium klorida hampir tidak lagi digunakan tas sputum. Aktivitas mukolitik terbesar pada pH
untuk pengasaman urin pada keracunan sebab ber- 7-9. Setelah inhalasi sputum menjadi encer dalam
potensi membebani fungsi ginjal dan menyebabkan waktu 1 menit, dan efek maksimal dicapai dalam
gangguan imbang elektrolit. waktu 5-10 menil. Obat ini juga diberikan langsung
pada trakea waktu trakeotomi. Efek samping yang
Gliseril guaiakolat. Penggunaan obat ini hanya mungkin timbul berupa spasme bronkus, terutama
didasarkan tradisi dan kesan subyektif pasien dan pada pasien asma. Dapat juga timbul mual, muntah,
dokter. Belum ada bukti bahwa obat bermanfaat stomatisis, pilek, hemoptisis dan terbentuknya sek-
pada dosis yang diberikan. Elek samping yang ret berlebihan sehingga perlu disedol (suction).
mungkin timbul dengan dosis besar, berupa kantuk, Obat ini tidak boleh diberikan bila tidak tersedia alat
mual, dan muntah. penyedot lendir napas. Larutan yang biasa diguna-
Gliseril guaiakolat tersedia dalam bentuk sirop kan ialah asetilsistein 1O-20%.
1 00 mg/5 ml. Dosis dewasa yang dianjurkan 2-4 kali

200-400 mg sehari.
Sirup ipekak dan kalium yodida sebaiknya ANTISEPTIK DAN OESINFEKTAN
tidak digunakan sebagai ekspektorans karena tidak
jelas kebutuhannya dan dapat menyebabkan efek Antiseptik ialah obat yang dapat meniadakan atau
samping yang serius. mencegah keadaan sepsis. Antiseptik ialah zat
yang digunakan untuk membunuh atau mencegah
pertumbuhan mikroorganisme, biasanya merupa-
MUKOLITIK
kan sediaan yang digunakan pada jaringan hidup.
Mukolitik ialah obat yang dapat mengencer- Desinfektan ialah zat yang digunakan untuk men-
kan sekret saluran napas dengan jalan memecah cegah inleksi dengan mematikan mikroba misalnya
benang-benang mukoprotein dan mukopolisaka- sterilisasi alat kedokteran. Sterilisasi ditujukan un-
rida dari sputum. Contoh mukolitik ialah bromhek- tuk membunuh semua mikroorganisme. Obat ini
sin, asetilsistein dan ambroksol. dapat bersifat bakterisid atau bakteriostatik. Ber-
dasarkan silat kimia, antiseptik digolongkan dalam
Bromheksin. Bromheksin ialah derivat sintetik dari golongan lenol, alkohol, aldehid asam, halogen'
vasicine, suatu zat akti{ dari Adhatoda vasica. Obat peroksidan dan logam berat.
ini digunakan sebagai mukolitik pada bronkitis atau Akan dibicarakan juga zal-zal yang mempu-
kelainan saluran napas yang lain' Selain itu obat ini nyai daya antiseptik permukaan dan zat warna'
digunakan secara lokal di bronkus untuk memudah-
kan pengeluaran dahak pasien yang dirawat di Unit GOLONGAN FENOL. Yang termasuk golongan
Gawat Darurat. Data efektivitas klinik obat inisangat lenol ini ialah : lenol, timol, resorsinol dan heksak-
terbatas. lorofen.
Efek samping pada pemberian oral berupa
mual dan peninggian transaminase serum' Brom- Fenol merupakan zat pembaku daya antiseptik
heksin harus hati-hati digunakan pada pasien tukak obat lain sehingga daya antiseptik dinyatakan de-
lambung. ngan koelisien fenol. Obat ini bukan antiseptik yang
Dosis oral untuk dewasa yang dianjurkan 3 kuat. Banyak obat lain yang mempunyai daya an-
kali 4-8 mg sehari. Obat ini rasanya pahit sekali' tiseptik lebih kuat.
Ambroksol suatu metabolit bromheksin didu- Dalam kadar0,O1 -1%,fenol bersifat bakterios-
ga sama cara kerja dan penggunaannya. Ambrok- tatik. Larutan 1,6% bersifat bakterisid, yang dapat
sol sedang diteliti tentang kemungkinan manlaat- mengadakan koagulasi protein' lkatan fenol dengan
nya pada keratokoniungtivitis sika dan sebagai protein mudah lepas, sehingga fenol dapat ber-
perangsang produksi surfaktan pada anak lahir pre- penetrasi ke dalam kulit utuh' Larutan 1,3% bersifat
matur dengan sindrom Pernapasan. fungisid, berguna untuk sterilisasi ekskreta dan alat
518
Farmakologi dan Terapi

kedokteran. Dalam toksikologi senyawa


ini penting, Obat ini juga bersifat teratogenik.
Ill"lu sering digunaxan pa'oa p"i"oo"",i
ounrn .
len digunakan untuk membersih-kan
Heksakloro_
diri. Terhadap mukosa saluran cerna luiit'r"o"fm
Jan mutut, pembedahan.
bahan ini bersifat kaustik dan korosif.
iernaOap Heksaklorofen terdapat dalam bentuk
SSp menyebabkan eksitasi Oisusuf emulsi,
Jefresi' larutan dan sponge 3%.
lntoksikasi lenol menyebabt<an
tremoiOan ef_
sitasi.Kematian biasanya disebabkan perforasi cOLONGAN ALKOHOL. Eranol 70% berpotensi
atau depresi pusat vital, sehingga antiseptik yang optimal. pembahasan
ter;aJi siot<. Urin
berwarna kehitam_hrtaman, karena men.q!nui at_
hasil oksidasi kohol ada di bab 10. Bita kadar urr,onoi
fenol. Juga terlihat silinder triafin oiiinggix"n
Oan-sei epitel. akan menyebabkan presipitasi protein
Pengobatan intoksikasi ini iatah Oun tiO"f
bilas lambung dan pemberian
,"g"i; rieiar<ukan efektif sebagai antiseptik, karena
spora tiOuX'jirnati-
O"rnifr*.'-'- kan. Alkohol meningkatkan aktivitas
ani""piil luin
misalnya klorheksidin, yodium, yodofor,
gbal ini mempunyai koefisien fenot 30,
I',T,.bakterisid, ber_
hJksafto-
silat rofen bila diberikan dalam kombinasi.
antelminiif oan tunfisiO,-i*,urnu
efektif infeksi jamur (aktinomik-osir, Oi"rrorni_
.untuk Glikoldipakai untuk membunuh kuman penyebab
kosis, koksidioidomikosis o'an f<anoiJosiri.Go,"un penyakit yang ditularkan melalui
timol terdapat dalam bentuk tingtur udara (desiniektan
llaruiai'-O"fu, udara). Bakteri ditularkan melalui
alkohot) 1% dan satep 10% ,0"r" Jufurn titif_
frni*riu^-Wniii"tnil. lilil yang hatus, uap
slikol akan tarui datam
Resorsinol. Sifat obat ini mirip lenol,
"il air dan mematikanLaneri
titik-titik
berefek bak_ terseiut.
terisid dan fungisid. Dalam klinik
Oigunr;n'rntrt cOLONGAN ALDEHtD. prototip golongan
iniialah
mengobati infeksi jamur di kulit, formaldehid. Larutan lormalin izJ u"r."it"t
et<z-ema, fsoriasis
d a n d e rm a t t s s e b o
i i ro k. R e s o rsi n o I 0" r",: i"i
i
-f ["it"ri_
sid, tetapi perlu kontak lama. FormafOuniJ"f"f,tif
,-" r"to _
litik dan iritan ringan. terhadap_kuman, jamur dan virus,
tetapi t"f"nyu
Heksaklorofen. Heksaklorofen ialah lambat. Dalam kadar 0,5% diperlukun
senyawa bis_ iu"f,rr'O-f Z
jam untuk membunuh t<uman,
y"ng mensandung kror. HeksakLioi"n'ruo"l. Oan Z-+ frari-untuX
l:n:,
rendah membunuh spora; bahkan dalam t<aOar
eZ" iiper-
,dapat mengganggu transport elektron
Kuman dan menghambat enzim lukan waktu 1g jam untuk membunrn
yang terikat pada tivitas formaldehid akan menurun
it"f._
membran. Konsentrasi tinggi daiat
il""V"0"tr,". bila "por".
terdapat zat
pecahnya membran kuman. organik, misalnya protein. Kadar g%
Heksaklorofen lebih Oigunakan
aktif terhadap kuman gram_positif untuk sterilisasi alat-alat kedokteran
Oan uniut steri_
daripada gram_ lisasi sputum pasien tuberkulosis
neg atif , ef ek bakreri ostariknya tin g g i tetlf Oibuat toimafOe_
id io";tun_ hid 8% dalam larutan alkohol ZOZ.
kan wakru konrak yang cutlp, formafOlniO
niirpir rioaf elr,tit digunakan sebagai desinfektan afat_atai
terhadap spora. Larutan heksaklorot"n nemoOia_
S.Z. J"put lisis dan endoskopi karena sifat non
membunuh Staph. aureus dalam korosifnya.
20- SO Oetif< tetapi Form alin dig u n akan u ntu k men gawetf<an
untuk membunuh kuman gram-negatif m a-y-ai'Oan
dibutuhkan spesimen penelitian.
waktu 24jam. E. coti, Kteisietta
oi^ ii. i"*iir"""
sering ditemukan sebagai kontaminan
Oaiui. neX_ . . S. ifat merusak jaringan formaldehid dapat me_
nimbulkan efek toksik lokal dan menimOuf
saklorofen dan dapat menimbulkan t<alieafsi
epiOemi Oi alergi. Kontak berulang dapat menimbulkan-der_
rumah sakit.
Penggunaan obat ini secara berulangkali matitis eksematoid. Bahan ini penting
dalam imuno-
pat menimbulkan superinfeksi da_ logi untuk membuat toksoid.
kuman gr";]n"gutif. Formalin ialah larutan gas formaldehid
B iasanya d ikom bin as 3l%
i den g an p"rat toiromeioi",ir"_
nol atau paraklorometokreiol, dalam air. Glutaraldehid sebigai Oun"n
*"f"uprn O"rif,i"n ,i"iifir"ri
lebih baik dari tormatdehid. DJam
g jam unruk membunuh Arut^i'ii,- o"_
lllrjluhkan.yaktu
gram-negatif. kuman ngan pH 8 efektif terhadap kuman gram_positif
Nanah dan serum menurunkan akli_ dan
vitas heksaklorofen. Toksisitas negatif, M.tuberculosis, jamur, dan
rir,"*if O"p",iir_ beberapu ulrrc
misalnya HIV dan hepatitis B. Bau dan
anak setetah penggunaan topikat sitat iiiiannya
:1J:1" diptopia, berupa
tetargi, kejang, nenii naras Jan
kurang dibanding formaldehid.
,:19::s
Kemalan. Karena itu penggunaan Untuk desinfeksi alat bersih, rendaman
heksaklorofen dalam
untuk memandikan bayi tdai - ' -'-' larutan setama 20 menit m"ncuLrpi
il,"pi ,iirr
dianjurkun. sterilisasi dibutuhkan 10 jam.
Obat Lokal 519

Zat pengemulsi netral, misalnya polietileng- Yodium yang dilepas, bekerja sebagai anti-
likol dan poloksamer menstabilkan dan meningkat- septik berspektrum luas. Tersedia sebagai berbagai
kan aktivitas larutan glutaraldehid yang bersilat obat topikal yaitu: salep 10%, larutan 10% shampo
asam maupun alkalis. Larutan asam maupun alka- dan obat kumur (1%). Sebagai pencuci tangan se-
lisnya tidak merusak alat-alat bedah dan endoskopi. belum operasi, larutan 10% dapat mengurangi
populasi kuman sampai 85%, elektif untuk satu jam
Karena itu digunakan untuk mensterilkan alat ke-
dokteran yang rusak pada pemanasan. Sterilisasi dan kembali ke populasi normal setelah 8 jam.
alat glutaraldehid lebih baik dibanding iodofor dan
Warna coklat gelap dan baunya merupakan
klorheksidin. Bentuk aerosol efektif terhadap kuman silat obat ini yang kurang menguntungkan.
di udara dan dipermukaan. Yodoform. Zat ini bila kontak dengan tubuh
melepaskan yodium secara berangsur dan yodium
cOLONGAN HALOGEN. Klorheksidin. Klorhek- inilah yang diharapkan bersilat bakterisid. Bukti
sidin ialah suatu bisbi-guanid, mempunyai aktivitas manfaat obat ini tidak ada, obat ini sudah hampir
antiseptik yang cukup kuat. Obat ini merupakan tidak digunakan lagi.
salah satu antiseptik pada operasi terutama banyak
digunakan di kedokteran gigi. Obat ini bersilat bak- cOLONGAN PEROKSIDAN. Peroksidan ialah ke-
teriostatik untuk kuman gram-positif maupun gram- lompok zat yang dapat melepaskan Oz. Proses
negatif, walaupun ada beberapa kuman gram- oksidasi ini menimbulkan silat bakterisid.
negatif yang resisten. Klorheksidin tetap efektil Larutan HzOz3o/o yang bersentuhan dengan tubuh,
walaupun ada sabun, nanah dan darah. lndeks terutama pada jaringan yang terluka atau mukosa
tera-peutik obat ini sangat tinggi, toksisitasnya ren- akan melepaskan Oz. Penglepasan Oz disebabkan
dah. Pada penggunaan berulang dan iangka lama adanya enzim katalase dalam sel. HzOz juga ber-
dapat menyebabkan dermatitis kontak dan fotosen- guna sebagai bahan pencuci luka dan obat kumur.
sitivitas. Terdapat sebagai emulsi klorheksidin
glukuronat 4% untuk penggunaan antiseptik secara Kalium permanganat, berupa kristal ungu, mudah
umum maupun dalam bidang kedokteran gigi- larut dalam air. Dalam larutan encer merupakan
mulut. Penggunaannya sebagai dental gel dan obat peroksidan. Penglepasan 02 terjadi bila zat ini ber-
kumur dapat meng-ubah warna lidah dan gigi. sentuhan dengan zat organik. lnaktivasi menyebab-
kan perubahan warna larutan dari ungu menjadi
Yodium, ialah suatu zat yang bersifat bakteriostatik biru. Zal ini bekerja sebagai iritan, deodoran dan
non selektif . Sediaan yang mengandung zat ini ialah astringen.
yodium tingtur dan lugol. Yodium tingtur berwarna Dalam klinik zat ini digunakan untuk : (1 ) kom-
coklat, dapat menyebabkan iritasi, vesikulasi kulit, pres luka dan segala macam inleksi kulit; (2) seba-
kadang-kadang kulit dapat mengelupas. Karena gai antidotum pada intoksikasi bahan-bahah yang
toksik dan mudah diperoleh, zat ini sering dipakai mudah teroksidasi, misalnya alkaloid, kloralhidrat
untuk percobaan bunuh diri. Bila terjadi intoksikasi, dan barbiturat; (3) irigasi kandung kemih yang ter-
akan timbul iritasi saluran cerna, kolik, muntah, inleksi; dan (4) pencuci perineum pasca persalinan.
diare, syok dan kematian. Sifat korosif hilang, bila
dalam saluran cerna terdapat banyak karbohidrat. Natrium perborat. Zalyang berbentuk kristal putih
Kematian disebabkan syok, udem glotis, sehingga dan tidak berbau. Dalam keadaan kering stabil.
pernapasan terganggu. Pengobatan keracunan Larutan dalam air, mudah terurai dan melepaskan
dapat dilihat di Bab Dasar Toksikologi. Oz. Dalam klinik dipakai sebagai obat kumur, pada
Dalam klinik yodium dipakai untuk desinfeksi stomatitis, glositis dan ginggivitis. Larutan 2% digu-
nakan untuk berkumur. Setelah itu obat harus di-
kulit pada pembedahan. Segera sesudah itu kulit
buang, tidak boleh ditelan.
harus dibersihkan dengan alkohol 70%, bila tidak,
akan terjadi deskuamasi. Juga dipakai sebagai !u- Kalium perklorat. Zat ini juga dipakai sebagai obat
ngisid dan mengobati luka lecet. kumur, terdapat dalam gargarisma Khan, juga tidak
boleh ditelan.
Poriidon yodium. Povidon yodium ialah suatu iodo-
lor suatu kompleks yodium dengan polivinil piro- LOGAM BERAT DAN GARAMNYA. Sublimat' Zat
lidon. Obat inidi klinik digunakan sebagai pengganti ini dapat dipakai untuk mensterilkan alat kedokteran
merkurokrom dan yodium tingtur karena tidak iritatif . dan langan sebelum operasi, Sublimat menimbul'
520
Farmakologi dan Terapi

kan iritasi pada jaringan luka dan bersilat bakterisid Daya antibakteri tidak ada hubungannya de-
terhadap kuman yang tidak membentuk spora. ngan kemampuan bahan ini mengadakln dlnatu-
Senyawa Hg organik. Contoh obat ini ialah larutan rasi protein atau menurunkan tegangan permuka-
nlerkurokrom (merbromin). Obat ini sedikit me_
2o/o an. Tempat kerja zat ini yang penting ialah pada
ngiritasi kulit yang luka dan mukosa. Masa kerja dan membran sel, sehingga dapat menghilangkan akti-
mula kerja antiseptik ini lama. lntoksikasi terjadi vitas enzim, koenzim dan zat perantara metabo-
karena ion Hg, sebagai antiseptik kulit obat ini telah lisme,
digantikan oleh povidon yodium. Penurunan tegangan permukaan yang ber-
sifat kationik dinetralkan oleh bahan yang bersilat
Garam perak. Larutan encer garam ini dipakai anionik. Jadi bahan yang bersifat anionik tidak
sebagai astringen dan antiseptik. Larutan pekat ber- dapat dicampur dengan sabun. Daya germisid
sifat korosif dan dapat menimbulkan intoksikasi. senyawa kationik berkurang, bila ada bahan jarin-
Perak nitrat, berbentuk kristal putih, mudah gan rusak misalnya nanah. Bahan yang mempunyai
larut dalam air. Warna perak nitrat berubah menjadi keaktifan permukaan diserap dalam jumlah cukup
hitam bila kena sinar matahari, karena itu harus besar oleh kapas dan zat-zat berpori sehingga akti_
disimpan dalam botol inaktinis. Larutan perak nitrat vitas germisid menurun.
1% dipakai untuk mencegah terjadinya optalmia
neonatorum (tindakan Crede). Larutan pekat digu_ Sediaan. Benzalkonium klorida. Bubuk kristal ber-
nakan untuk menghilangkan kutil dan mata ikan, warna putih atau putih kekuningan, sangat mudah
Protargol ialah ion Ag yang berikatan dengan larul dalam air, alkohol atau aseton. Larulan bersifat
protein. lon Ag dilepaskan berangsur-angsur, yang sedikit alkalis. Sediaan lain ialah benzetonium, setil-
piridinium klorida, dan metilbenzetonium klorida.
bersifat bakterisid. Zat ini tidak begitu korosif, dan
bersilat sebagai astringen, Indikasi. Obat ini dipakai sebagai antiseptik jaring-
an, kulit, mukosa. Pada kadar efektil iritasi jaringan
PENURUN TEGANGAN PERMUKAAN (SUF-
relatif ringan. Mula kerja obat ini cepat. Obat ini
FACE ACTIVE AGENTS). Bahan ini bekerja de_
bersifat detergen, keratolitik, mengemulsi, memba-
ngan menurunkan tega-ngan permukaan. Dalam
sahi dan menembus permukaan kulit. Toksisitas
lapangan industri, dipakai secara luas sebagai wet_
sistemik relatif rendah, Bahan ini dipakai untuk des_
ting agent, detergen dan untuk membuat emulsi.
infektan alat bedah, seperti sarung tangan, kapas
Beberapa senyawa dapat mengadakan denaturasi
dan sebagainya.
protein dan membunuh bakteri. Dalam klinik digu_
nakan secara luas sebagai bakterisid. ZAT WARNA. Zat warna organik sintetik atau yang
Kimia. Bahan yang memperlihatkan aktivitas per- disebut aal tar dyes dipakai sebagai antiseptik,
kemoterapi terhadap protozoa dan sebagai perang-
mukaan meliputi senyawa yang mempunyai silat
karena adanya struktur berimbang antara satu atau
sang penyembuhan luka. Zal warnajuga berguna
lebih gugus hidrofil (yang menarik air) dengan gu_ untuk diagnostik. Kegunaan zat warna diketahui
gus hidrofob (yang menolak air). Termasuk dalam sejak ditemukannya elektivitas gentian violet untuk
golongan ini ialah bahan yang bersifat kationik, membunuh organisme gram-positif dan akriflavin
sebagai tripanosid.
anionik, nonionik, dan amloterik.
Setiap zat warna mempunyai perbedaan be-
Bakterisid yang paling penting ialah bahan-
sar dalam cara kerja, keaktifan bakterisid, kekuatan
bahan yang bersilat kationik, dengan residu hidro-
germisid, toksisitas terhadap jaringan dan sifat-silat
lob (rantai paralin, benzen, cincin naftalen) berada
lain. Penggolongan zat warna berdasar struktur ki-
dalam keseimbangan dengan gugus hidrofil yang
mia sebagai berikut : (1) zat warna azo; (2).zat
bermuatan positif (biasanya inti amonium kua- warna akridin; (3) zat warna fluoresin (pironin); (4)
terner). zat warna lenolltalein; (5) zat warna trifenilmetan
Farmakodinamik. Dalam kadar rendah bahan (rosanilin) dan (6) zat warna yang lain.
yang bersilat kationik dapat mematikan berbagai
Azo. Biru Evans, zatwarna ini dipakai untuk menen-
kuman gram-positif dan negatif. Beberapa jenis
tukan perkiraan volume darah"
jamur dan virus juga dipengaruhi. Bahan yang
bersifat anionik terutama efektif terhadap kuman Piridium. (3{enil-2,6 diaminopiridin), sesekali
gram-positif. masih dipakai sebagai antiseptik saluran kemih,
Obat Lokal 521

tetapi hasilnya tidak memuaskan. Sekarang masih 500 mg diberikan secara lV cepat, untuk pemerik'
digunakan sebagai analgesik saluran kemih (lihat saan ophthalmic vasculature. Fluoresensi pada kulit
Bab 40). menetap selama beberapa jam.
Elek samping lluoresin yang tidak diinginkan
Akridin. Senyawa ini memberi warna kuning dise- praktis tidak ada. Bila disuntikkan lV, Na-lluoresein
bulflavine. Akrillavin, senyawa pertama yang diper- dapat menimbulkan mual dan muntah, ekstravasasi
kenalkan dan diselidiki. Senyawa yang digunakan menimbulkan nyeri hebat. Reaksi alergi berupa urti-
sebagai obat kompres ialah proflavin (3,6- diami- kariayang kadang-kadang dapat berat. Pernah dila-
noakridin) dan akriflavin (campuran dari 3,6 diami- porkan henti jantung dan kematian.
no-10- metil-akridiniumklorida dan 3,6-diamino-
Natrium sulfobromoftalein. Terdapat sebagai
akridin).
garam natrium, dipakai untuk menentukan lungsi
Rivanol ialah etakridin laktat dengan si{at-sifat ekskresi hati. Larutan Na sullobromoltalein 5% di-
sama seperti derivat akridin lainnya, bersilat bakte- suntikkan lV, dengan dosis 2-5 mg/kg BB, 30 menit
riostatik terhadap banyak kuman gram- positif tetapi kemudian diukur kadar zat warna tersebut dalam
kurang efektil terhadap kuman gram-negatif, dan darah vena. Bila lungsi hati normal sebagian besar
tidak efektil terhadap spora. Aktivitasnya meningkat zat ini akan dikeluarkan dalam waktu 30 menit. Obat
dalam larutan alkali dan tidak dipengaruhi oleh ini dapat menimbulkan reaksi anafilaktik yang me-
cairan jaringan (tissue fluid). nyebabkan kematian.

Fluoresein. Fluoresein digunakan untuk diagnosis Fenolfsulfonftalein (phenol red). Perbedaan se-
dalam oftalmologi. nyawa ini dengan lenolltalein ialah, senyawa ini
Secara kimia fluoresein mempunyai persama- mempunyai gugus SO2 yang menggantikan CO
an dengan fenolftalein yakni suatu kombinasi antara
pada bagian anhidrida ftalat. Senyawa ini terdapat
resorsinol dengan anhidrid asam ltalat. Dalam larut- sebagai garam monosodium. Obat ini terutama me-
an alkali terbentuk garam natrium berstruktur kinoid ngalami sekresi tubuli dan liltrasi glomerulus. Untuk
sebagai pembawa warna. memeriksa fungsi ginjal, 6 mg fenolfsullonftalein
Natrium tluoresein merupakan bubuk warna diberikan secara lV atau lM, urin pasien ditampung
oranye kemerahan, mudah larut dalam air. Larutan dengan interval tertentu, dan kadar zat warna dalam
dalam air berwarna merah berfluoresensi hijau. urin ditentukan. Bila lungsi ginjal normal, zat warna
Dasar penggunaan terapi senyawa ini karena dikeluarkan dengan kecepatan 35-450 dalam 15'
fluoresein menyebabkan fluoresensi yang kuat, mu- menit, 50-60% dalam 30 menit, 65-80% dalam 60
dah masuk ke dalam cairan ekstrasel dan hanya menit pada pemberian lV. Bila obat diberikan lM,
masuk ke dalam sel hiduP. 60-80% zat ini ditemukan dalam urin dalam waktu
Pemakaian klinis fluoresein semula hanya ter- 120 menit.
batas dalam lapangan oltalmologi. Larutan lluore- Gentian violet (kristalviolet, metilviolet) ialah cam-
sein 1% alau 2o/o diteteskan pada mata untuk men- puran rosanilin terutama heksametil rosanilin, juga
deteksi adanya lesi kornea, hanya bagian yang penta dan tetra metil rosanilin. Kekuatan didasarkan
tidak berepitel saja yang diwarnai atau benda asing. jumlah heksa metil pararosanilin. Terdapat sebagai
Harus hati-hati kemungkinan kontaminasi kuman. bubuk yang berwarna hijau gelap dan mengkilap
Ulserasi berwarna hilau dan luka di konjungtiva seperti logam, larut sedang dalam air, alkohol dan
berwarna kuning. gliserin.
Fluoresin iuga diindikasikan untuk menentu- Gentian violet toksik untuk bakteri gram-positif
kan waktu sirkulasi darah. Tiga sampai empat ml
dan beberapa jamur. Gentian violet juga elektif se-
larutan lluoresin 20% (dosis anak 0,7 ml larutan
bagai antelmintik, tetapi resisten terhadap bakteri
lluoresin S%lpon BB) diberikan lV dengan cepat.
gram-negatif dan bakteri lahan asam.
Titik akhir ditentukan pada waktu tampaknya fluore-
Gentian violet dalam kadar 0,5 dan 1 % bersilat
sensi pada bibir, mata dan lain-lain. Penentuan arm
to lip, arm to arm, dan arm to /eg, dapat dilakukan
iritatil terhadap mukosa maupun kulit yang cedera,
berturutan. Karena itu jangan memberikan pada kulit yang tidak
Fluoresein dalam bentuk tetes mata juga digu- utuh.
nakan untuk membantu melekatkan lensa kontak ln vitro gentian violet berinteraksi dengan DNA
keras (hard /ens). Larutan 10%-250/o dengan dosis sehingga dikhawatirkan berpotensi karsinogenik'
522
Farmakologi dan Terapi

Biru metilen (tetrametiltionin klorida) ialah zat atasi methemoglobinemia pada pasien dengan defi-
warna pertama yang digunakan dalam dunia kedok_ siensi enzim glukosa-6 fosfat dehidrogenase, kare_
teran. Sebelum tahun 1gg0 senyawa ini dipakai na pasien ini mempunyai kemampuan kurang untuk
sebagai antiseptik intestinal. mereduksi biru metilen, dan juga berbahaya karena
Dalam dosis terapi biru metilen dapat menu- pasien dengan delisiensi enzim tersebut cenderung
runkan kadar methemoglobin pada pasien methe_ mengalami anemia hemolitik karena biru metilen.
moglobinemia. Obat ini mengaktivasi enzim reduk_
Untuk mengatasi methemoglobinemia oleh
iase yang mereduksi biru metilen menjadi zat yang
tidak aktif, Tetapi dalam dosis tinggi obat ini justru obat, misalnya pada keracunan nitrit, obat ini diberi_
menyebabkan methemoglobinemia, sehingga ka_ kan dengan dosis 1-2 mg/kgBB lV selama beberapa
dar methemoglobin sebaiknya dimonitor. Eiek ini menit, boleh diulang setelah satu jam bila perlu.
merupakan dasar penggunaan dalam keracunan Pada methemoglobinernia idiopatik dosis sampai
sianida. Biru metilen ini tidak efektif untuk meng- 300 mg/hari per oral pernah diberikan.
Antelmintik 523

XI. KEMOTERAPI PARASIT

35. ANTELMINTIK
Sukarno Sukarban danSardiono O. Santoso

1. Pendahuluan 2. 8. Oksamnikuin
2. 9. Piperazin
Obat-obat penyakit cacing 2.10, Pirantel pamoat
2. 1. Belenium hidroksinaltoat 2.11. Prazikuantel
2. 2. Dietilkarbamazin 2.12. Tetrakloretilen
2, 3. Diklorofen 2.13. Tiabendazol
2. 4, Levamisol 2.14. Albendazole
2. 5, Mebendazol 2.15. lvermektin
2. 6. Niklosamid
2. 7. Niridazol 3. Pemilihan preparat

1. PENDAHULUAN bati inlestasi cacing gelang (askariasis) dan aspi-


dium oleoresin untuk mengobati inlestasi cacing
pita (taeniasis). Dibandingkan dengan antelmintik
Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang
baru senyawa antimon lebih toksik dan cara pem-
digunakan untuk memberantas atau mengurangi
beriannya lebih sulit, maka obat ini juga tidak digu-
cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Ke-
nakan lagi; larmakologinya dapat dilihat pada edisi
banyakan obat cacing efektif terhadap satu macam
2 buku ini. Daya antelmintik heksilresorsinol lebih
cacing, sehingga diperlukan diagnosis tepat sebe-
lemah dibandingkan dengan obat-obat yang lebih
lum menggunakan obattertentu. Diagnosis ditegak-
baru, sedangkan hikanton metansulfonat dilapor-
kan dengan menemukan cacing, telur cacing dan
kan memperlihatkan efek mutagenik dan karsino-
larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan genik. Kuinakrin selain dikenal sebagai antimalaria,
lain penderita. Kebanyakan obat cacing diberikan memperlihatkan juga elek antelmintik terhadap L
secara oral, pada saat makan atau sesudah makan.
saginata, T. solium dan D. latum. Pembahasan ke-
Beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pen-
tiga obat ini dapat dilihat pada edisi 2 buku ini.
cahar. Obat cacing baru umumnya lebih aman dan
efektif dibanding dengan yang lama, efektif untuk
beberapa macam cacing, rasanya tidak menggang-
gu, pemberiannya tidak memerlukan pencahar dan
beberapa dapat diberikan secara oral sebagai dosis 2. OBAT.OBAT PENYAKIT CACING
tunggal.
Obat cacing yang pada saat ini telah tergeser
oleh obat baru adalah karbon tetraklorida, minyak 2.1. BEFENIUM HIDROKSINAFTOAT
kenopodium dan timol untuk mengobati infestasi
cacing tambang (ankilostomiasis); gentian violet un- Befenium hidroksinaltoat adalah senyawa
tuk mengobati inlestasi cacing kremi (enterobiasis) amonium kuarterner berbentuk kristal benrarna
dan S. sfercora/ts; santonin kalomel untuk mengo- kuning pucat, rasa pahit dan sedikit larut dalam air.
524 Farmakologi dan Terapi

Obat ini menyebabkan paralisis otot cacing W. bancroftidalam hidrokel tidak dipengaruhi. Ada
karena kepekaannya terhadap asetilkolin hilang 2 cara kerja obat ini terhadap mikrofilaria; pertama,
dan efek ini tidak reversibel. Penyerapannya diusus dengan cara menurunkan aktivitas otot, akibatnya
hanya s.edikit dan dalam waktu 24 iam tidak lebih parasit seakan-akan mengalami paralisis, dan
dari 0,5 % yang dikeluarkan bersama urin. mudah terusir dari tempatnya yang normal dalam
Obat ini tidak menunjukkan efek samping tubuh hospes; kedua, menyebabkan perubahan
yang serius. Mual dan muntah mungkin disebabkan pada permukaan membran mikrofilaria sehingga
karena rasanya yang pahit. Untuk mengurangi ini, lebih mudah dihancurkan oleh daya pertahanan
obat dilarutkan dalam gula supaya manis. Delekasi tubuh hospes. Cacing dewasa W. brancofti, B.
lembek sementara mungkin timbul. lnlormasi ten- malayi dan Loa /oa dimatikan tetapi O. volvulus
tang keamanannya pada wanita hamil tidak ada, tidak, Mekanisme filarisidal ini belum diketahui.
maka risiko terhadap letus harus dipertimbangkan.
Obat ini sangat elektil dengan dosis tunggal FARMAKOKINETIK. Dietilkarbamazin cepat diab-
terhadap infestasi cacing tambang terutamaA. duo- sorpsi dari usus. Setelah pemberian dosis tunggal
denale, tetapi penggunaannya telah digeser oleh oral sebanyak 200-400 mg, kadar puncak dalam
obat baru yang lebih elektif dan aman. Juga efektif darah dicapai dalam waktu 1-2 jam. Konsentrasi
terhadap cacing gelang dan Trichostrongylus orien- efektif dietilkarbamazin dalam darah berkisar antara
falis, karena itu cukup bermanlaat pada infestasi 0,8-1 mcg/ml. Distribusi obat ini merata ke seluruh
jaringan, kecuali jaringan lemak. Dalam waktu 30
campuran cacing tambang dan cacing gelang. Ter-
jam obal diekskresi bersama urin, 70 % dalam ben-
hadap L trichiura obat ini memperlihatkan elek-
tuk metabolitnya. Pada pemakaian berulang dapat
tivitas yang lumayan.
menimbulkan sedikit kumulasi.
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Obat inirersedia da-
EFEK SAMPING. Dietilkarbamazin relatil aman
lam kantong berisi 5 gram bubuk yang ekuivalen
pada dosis lerapi. Elek samping seperti pusing,
dengan 2,5 gram belenium basa untuk dosis tung-
malaise, nyeri sendi, anoreksia dan muntah, hilang
gal, Diberikan secara oral waktu perut kosong, se-
bila pengobatan dihentikan. Sakit kepala, muntah
sudahnya penderita tidak boleh makan paling se-
dan gelisah yang terjadi pada pengobatan dengan
dikit selama 2 jam.
dietilkarbamazin, mungkin karena obat ini merang-
Dosis optimal untuk orang dewasa ialah 5
sang SSP. Dietilkarbamazin dapat diserap oleh ko-
gram, Untuk anak-anak dengan berat badan kurang
nyungliva pada pemberian topikal, sehingga dapat
dari 22 kg diberikan 2,5 gram. Pada inlestasi N.
membunuh mikrolilaria dalam cairan akuosa. Tetapi
americanus mungkin diperlukan pengobatan 3 hari
pada inteksi yang berat, dapat timbul uveitis anterior
berturut-turut. Bila terdapat diare yang menyertai
yang berat.
inlestasi cacing tambang, pengobatan perlu diberi-
Beaksi alergi dapat timbul akibat langsung
kan selama 4-7 hari. Pencahar tidak diperlukan baik
dari matinya parasit atau substansi yang dilepaskan
sebelum maupun sesudah pemberian obat, bahkan
oleh mikrofilaria yang hancur. Manilestasi reaksi
pencahar dapat mengurangi elektivitas obal.
alergi ini dapat ringan sampai berat. Yang ringan
biasa timbul pada inleksi W. bancrcfti dan B. malayi,
2.2. DIETILKABBAMAZIN sedangkan yang berat biasa timbul pada infeksi Loa
loa dan O. volvulus. Gejalanya berupa sakit kepala,
Dietilkarbamazin ditemukan tahun 1974 dan malaise, udem kulit, gatal yang hebat, papular rash,
merupakan obat pilihan pertama untuk fiiariasis. pembesaran dan nyeri pada kelenjar inguinal, hiper-
Obat ini dipasarkan sebagai garam sitrat, berbentuk pireksia, sakit-sakit sendi, takikardia. Gejala ini ber-
kristal, tidak benryarna, rasanya tidak enak dan langsung 3-7 hari, setelah itu dosis besar dapat ili-
mudah larut dalam air. berikan dengan aman. Untuk mengurangi gejala
alergi dapat diberikan antihistamin atau kortikoste-
AKTIVITAS ANTELMINTIK. Dietilkarbamazin rne- roid, terutama bila terjadi komplikasi pada mata.
nyebabkan hilangnya mikrofilaria W. bancrofti, B. Walaupun jarang, enselalitis karena alergi dilapor-
malayi dan Loa loa dari peredaran darah dengan kan dapat terjadi pada loiasis dan onkosersiasis.
cepat" Mikrofilaria O. volvulus hilang dari kulit, tetapi Pada kedua penyakit ini pengobatan sebaiknya di-
rnikrofilaria dan cacing dewasa (betina) yang ter- mulai dengan dosis awal yang rendah untuk meri-
dapat di nodulus tidak dimatikan. Juga mikrofilaria ngankan gejala alergi.
Antelmintik 525

Pemberian dosis oral 100-200 mg/kgBB pada nyebabkan sistiserkosis, Untuk D. latum dan H.
tikus dan kelinci hamil dilaporkan tidak menimbul- nana obal ini juga efektil.
kan elek teratogenik.
POSOLOGI. Diklorolen tablet mengandung 0,5 g
SEDIAAN"DAN POSOLOGI. Dietilkarbamazin ter- zat aktil yang diberi per oral tanpa persiapan sebe-
sedia dalam bentuk tablet 50, 200 dan 400 mg. lumnya. Dengan 3 kali 2-3 gram tiap 8 jam (anak 1-2
Dosis oral untuk dewasa dan anak yang terkena g), diperoleh hasil yang memuaskan. Cara lain den-
infestasi W. bancrofti, B. Malayi dan Loa-loa adalah gan dosis tunggal 6 g (anak 2-4 g) dua hari berturut-
2 mg/kgBB 3 kali sehari setelah makan selama turut. Untuk pengobatan masal pada orang dewasa,
10-30 hari (umumnya 14 hari). Untuk O. volvulus di- dapat diberikan dosis tunggal 6-9 g. Dila-porkan
anjurkan dosis awal 25 mg sehari selama 3 hari, bahwa pemberian 6 g tiap hari selama 2 hari dan 3
dosis ditingkatkan dengan 1 mg/kgBB sehari dalam g pada hari ke 3, dapat menyembuhkan 18 dari 30
dosis terbagi sampai mencapai dosis maksimum 2 kasus yang telah gagal diobati dengan tae-niasid
mg/kgBB yang dipertahankan selama 21 hari. Dosis lain. Sesudah terapi tidak diperlukan pencahar,
oral pada bayi dan anak yang kecil : 0,5 mg/kgBB 3 karena metabolit obat ini memberikan elek pen-
kali sehari (maksimum 25 mg/hari) selama 3 hari, cahar yang adekuat, selain metabolit obat ini mem-
dilanjutkan dengan 1 mg/kgBB 3 kali sehari (maksi- berikan efek pencahar yang adekuat, selain itu
mum 50 mg/hari) selama 3 hari; 1,5 mg/kgBB 3 kali pemberian pencahar justru mengurangi waktu kon-
sehari (maksimum 100 mg/hari) selama 3 hari dan tak obat dengan skoleks.
2 mg/kgBB 3 kali sehari (maksimum 150 mg/hari)
EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKAS!. Se-
selama 2-3 minggu. Beberapa ahli menganjurkan
bagian penderita yang mendapatkan obat ini meng-
agar terapi pada inlestasi Loa-loa hendaknya di-
alami elek samping kolik, mual, muntah, diare yang
lakukan seperti pada O. volvulus, sebab reaksi yang
berlangsung 4-6 jam. Kadang-kadang timbul urti-
timbul akibat terapi sama.
karia, tetapi dapat hilang sesudah obat ini dihenti-
Salah satu penggunaan penting dietilkarba-
kan selama 24 iam. Obat ini dikontraindikasikan
mazin adalah untuk pengobatan masal pada inles-
pada penderita penyakit hepar dan bila elek pen-
tasi W brancofti. Untuk ini digunakan 5-6 mg/kgBB
cahar tidak diinginkan seperti pada kehamilan tua,
oral, cukup t hari per minggu atau per bulan se- penyakityang disertai demam dan penyakit jantung
banyak 6-12 dosis,
berat.
Diklorolen hanya digunakan untuk pengobat-
2.3. DIKLOROFEN an inlestasi cacing T. saginata, T. solium, D. latum
dan H. nana. Efek samping dan reaksi toksik yang
Obat ini dulu dipakai untuk taeniasis pada ringan, dan cara pemberian yang sederhana me-
kucing dan anjing. Kemudian ternyata bahwa obat nyebabkan diklorofen dapat dipakai untuk meng-
ini berguna untuk inlestasi T. saginata dan T. solium gantikan taenisid lain yang lebih toksik, terutama
pada manusia. Berbentuk bubuk warna krem de- untuk penderita dengan gizi buruk dan keadaan
ngan bau dan rasa mirip fenol, hampir tidak larut umum yang lemah.
dalam air"
DAYA ANTELMINTIK. Obat ini efektil untuk cacing 2.4. LEVAMISOL
pita besar yang terdapat pada manusia dan hewan
piaraan seperti kucing dan anjing. Cara kerjanya Levamisol adalah isomer dari tetramisol yang
belum diketahui dengan jelas. Segera setelah obat memiliki elek antelmintik sedangkan tetramisol me-
diberikan maka skoleks terlepas dari mukosa usus, rupakan derivat sintetik dari imidazotiazol.
mati dan dicerna oleh usus, sehingga segmen ca-
EFEK ANTELMINTIK. Dengan dosis tunggal leva-
cing yang matang susah atau sedikit ditemukan
misol memperlihatkan elektivitas yang tinggi ter-
dalam tinja. Oleh karena itu hasil terapi sukar diten-
hadap Ascaris dan Trichostrongylus; elektivitas se-
tukan,
dang terhadap A. duodenale dan efektivitas rendah
Perlu diadakan pengobatan lebih lanjut pada terhadap N. ameicanus. Obat ini meningkatkan lre-
penderita. Untuk L solium perlu diperhatikan ke- kuensi aksi potensial dan menghambat transmisi
mungkinan terjadinya autoinfeksi dari lelur yang neuromuskular cacing, sehingga cacing berkon-
dibebaskan oleh segmen yang hancur, yang me- traksi diikuti dengan paralisis tonik, kemudian mati.
Farmakologi dan Terapi

Levamisol terbukti sebagai imunostimulan pa- Mebendazol berupa bubuk benrvarna putih ke-
da hewan coba dan manusia; dan digunakan seba- kuningan, tidak larut dalam air, tidak bersilat higros-
gai terapi ajuvan penyakit-penyakit imunologik ter- kopis sehingga stabil dalam keadaan terbuka dan
masuk keganasan. Dalam hal ini levamisol tam- rasanya enak.
paknya bekerja dengan memperbaiki mekanisme
pertahanan seluler dan memacu pematangan lim- EFEK ANTELMINTIK. Mebendazol sangat etektit
losit T. untuk mengobati inlestasi cacing gelang, cacing
kremi, cacing tambang dan T. tichiura, maka ber-
FARMAKOKINETIK. Pada pemberian oral, leva- guna untuk mengobati infestasi campuran cacing-
misol diserap dengan cepat dan lengkap. Kadar cacing tersebut. Mebendazol juga elektif untuk
puncak tercapai dalam waktu 1 -2 jam sesudah pem- cacing pita, sedangkan untuk S. stercoralis eleknya
berian dosis tunggal. Distribusinya luas ke berbagai bervariasi.
jaringan dan metabolismenya ekstensil di hati. Me-
Mebendazol menyebabkan kerusakan struk-
tabolit utama levamisol mungkin berperan dalam
tur subselular dan menghambat sekresi asetilkoli-
efek imunofarmakologinya. Waktu paruh levamisol
nesterase cacing. Obat inijuga menghambat ambil-
kira-kira 4 jam dan metabolitnya 16 jam. Dalam
an glukosa secara ireversibel sehingga terjadi pe-
waktu 24 jam, 60 % obat diekskresi bersama urin
ngosongan (deplesi) glikogen pada cacing. Cacing
sebagai metabolit dan ekskresi seluruh obat me-
akan mati secara perlahan-lahan dan hasil terapi
merlukan waktu 2 hari.
yang memuaskan baru nampak sesudah 3 hari
EFEK SAMPING. Dengan dosis rendah pada peng- pemberian obat, Obal ini juga menimbulkan sterili-
obatan askariasis levamisol hanya menyebabkan tas pada telur cacing T. trichiura, cacing tambang,
efek samping ringan pada saluran cerna dan SSp. dan askaris sehingga telur ini gagal berkembang
Efek samping lebih jelas bila levamisol digunakan menjadi larva. Tetapi larva yang sudah matang tidak
dengan dosis tinggi untuk imunoterapi misalnya dapat dipengaruhi oleh mebendazol.
berupa Ftu-tiXe syndrome dan agranulositosis yang
reversibel. FARMAKOKINETIK. Mebendazol hampir tidak
larut dalam air dan rasanya enak. Pada pemberian
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Levamisot tersedia oral absorpsinya buruk. Obat ini memiliki bioavai-
sebagai levamisol hidroklorit dalam tablet 25, 40 labilitas sistemik yang rendah, disebabkan absorp-
dan 50 mg serta sirop 40 mg/S ml. Untuk askariasis sinya yang buruk dan mengalami firstpass hepatic
dosis tunggal 50-1 50 mg pada orang dewasa dan 3 metabolism yang cepat. Diekskresi terutama lewat
mg/kgBB pada anak dapat memusnahkan 90-100 urin dalam bentuk utuh dan metabolit sebagai hasil
% parasit, sedangkan untuk cacing tambang masih dekarboksilasi dalam tempo 48 jam, Dua metabolit
belum ditemukan dosis yang optimal. utama yakni methyl-s-(alfa- hydroxybenzyl)-2-ben-
zimidazole carbamate dan 2-amino-S- benzoylben-
zimidazole, memiliki kecepatan nclearance' yang
2.5. MEBENDAZOL lebih lambat dibanding mebendazole. Juga ditemu-
kan metabolit dalam bentuk konyugasi yang dieks-
Mebendazol merupakan antelmintik yang
paling luas spektrumnya. Nama kimianya ialah N- kresi bersama empedu. Absorpsi mebendazole
(5-benzoil-2-benzimidazolil) karbamat dengan akan meningkat bila diberikan bersama dengan
makanan berlemak.
rumus kimia sebagai berikut:

EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI. Me.


H
bendazol tidak menyebabkan efek toksik sisfemik
I mungkin karena absorpsinya yang buruk sehingga
aman diberikan pada penderita dengan anemia
maupun malnutrisi. Efek samping yang kadang-
Og@VNHCoocHs kadang timbul adalah diare dan sakit perut ringan
yang bersilat sementara. Gejala-gejala ini biasanya
terjadi pada inlestasi askaris yang berat yang diser-
tai ekspulsi atau keluarnya cacing lewat mulut (oral
Mebcndazol passage of ascarids; enatic migntion).
Antolmintik 527

Dari studi toksikologi terbukti obat ini memiliki sehari selama 5 hari. Mebendazole juga sedang
batas keamanan yang lebar. Tetapi pemberian diuji untuk terapi : filariasis, loiasis dan onchocer-
dosis tunggal sebesar 10 mg/kgBB pada tikus hamil ciasis.
memperlihatkan elek e mbryotoxic dan teratogen ik, Untuk terapi strongyloidiasis dengan dosis
karena itu mebendazol lidakdianjurkan padawanita standard selama 3 hari memberikan cure rafe
hamil trimester pertama; juga penderila yang alergi kurang dari 50 7p. Untuk terapi cacing kremi dosis-
mebendazol. Percobaan klinik pada anak usia nya 100 mg sebagai dosis tunggal. Terapi dapat
kurang dari 2 tahun masih sedikit, karena itu peng- diulangi sesudah 2 minggu. Cure rate untuk cacing
gunaan pada golongan umur ini harus dipertim- kremi 90 %, untuk askaris dan trikuris 90-100 %,
bangkan benar. sedang unluk cacing tambang 70-95 o/o.
lNDlKASl. Mebendazol merupakan obat terpilih
untuk enterobiasis dan trichuiasis dengan angka
penyembuhan 90-100 % untuk enterobiasis pada 2.6. NIKLOSAMID
dosis tunggal . Unluktichuriasis angka penyembuh-
an sampai 94 % dengan dosis ganda, terutama Obat yang mulai diperkenalkan tahun 1960 ini
pada anak-anak. Juga merupakan obat terpilih un- telah bertahun-tahun digunakan sebagai obat ter-
pilih untuk mengobati cacing pita pada manusia dan
tuk infestasi A. duodenale, sedangkan untuk infes-
lasi N. americanus dan askariasis mebendazol me- hewan. Elektivitas niklosamid sebagai taenisid ter-
bukti pada tikus yang mengalami infestasi Hymena-
rupakan alternatil terpilih setelah pirantel pamoat.
lepis diminuta. Niklosamid atau N (2'-kloro-4'-nitro-
Pada cacing tambang dan askariasis ini diperlukan
dosis ganda. Mebendazol dosis tinggi tampaknya lenil)-S-klorosalisilamid merupakan bubuk yang
efektif untuk kista hidatid dan intestinal capillariasis. berwarna putih kekuningan, tidak merasa, tidak ber-
bau dan tidak larut dalam air,
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Mebendazol tersedia Rumus kimia niklosamid sebagai berikut :
dalam bentuk tablet 100 mg dan sirop 10 mg/ml.
Dosis pada anak dan dewasa sama yaitu 2 x 'l 00
mg sehari selama 3 hari berturut-turut untuk askar-
iasis, trikuris dan inlestasi cacing tambang, Bila
perlu pengobatan ulang dapat diberikan 3 minggu
kemudian. Untuk L solium, dosis 2 kali sehari300
mg selama 3-4 hari menghasilkan elek penyembuh-
an 73-100 %. Proglotid keluar bersama tinja dalam
keadaan utuh sehingga memperkecil timbulnya sis-
tiserkosis. Efek mebendazol terhadap T. saginata
hasilnya bsrvariasi, karenanya diperlukan peneliti-
an lebih lanjut. Untuk terapi kista hidatid diperlukan Niklosamid
dosis 50 mg/kgBB per hari yang terbagi dalam 3
dosis selama 3 bulan dan terapi dilakukan kalau
tindakan operasi tak memungkinkan atau kista su-
dah pecah. Beberapa keluhan efek samping yang EFE K ANTELM lNTlK. Niklosamid terutama efektif
muncul pada lerapi kista hidatid ini, dapat disebab- lerhadap cacing pita (Cesfoda). Obat ini elehif ler-
kan karena pecahnya kisla. Pada terapi ini pernah hadap E granulosus pada anjing dan manusia; F,
dilaporkan 3 pasien mengalami agranulositosis dan vermicularis Juga dipengaruhi oleh obat ini.
seorang di antaranya meninggal. Carbamazepine Pada percobaan in vitro sedikit sekall obat
dapal menurun konsntrasi mebendazole dalam yang diserap oleh H. diminuta, kecualibila ke da$am
darah. Sebaliknya cimetidine meningkatkan untuk media ditambahkan homogenat usus tikus. Pada
lerapi intestinal capillariasis, mebendazole merupa- konsentrasi rendah niklosamid merangsang alnbil-
kan obat terpilih yang dapat diberikan dengan dosis an oksigen oleh H. diminuta, sedang pada kadar
400 mg sehari dalam dosis terbagi selama paling yang lebih tinggi menghambat respirasi dan arn-
sedikit 21 hari. bilan glukosa. Elek niklosamid mungkin terjadi de-
Untuk terapi visceral iarva migrans, meben- ngan cara menghambat foslorilasi anaerohrik ADP
dazole dapat dicobakan pada dosis 200-400 mg yang merupakan proses pembentukan energi pada
528 Farmakologi dan Terapi

cacing. Cacing yang dipengaruhi akan dirusak se- oleh terbentuknya metabolit niridazol yang
hingga sebagian skoleks dan segmen dicerna dan menekan reaksi imun selular.
lidak dapat ditemukan lagi dalam tinja.
FARMAKOKINETIK. Pada pemberian oral, niri-
EFEK NONTERAPI. Niklosamid sedikit sekali di- dazol hampir diabsorpsi seluruhnya beberapa jam,
serap dan hampir bebas dari elek samping, kecuali mengalami metabolisme lintas awal di hati sehingga
sedikit keluhan sakit perut. Bahkan cukup aman kadarnya dalam plasma rendah. Kadar puncak
untuk penderita hamil dan penderita yang dengan plasma tercapai sesudah 6 jam. Ekskresinya ter-
keadaan umum buruk (debilitated). Niklosamid utama dalam bentuk metabolit melalui urin dan tinja,
tidak mengganggu lungsi hati, ginjaldan darah, juga yang menimbulkan warna kehitaman dan berbau.
tidak mengiritasi lambung.
EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI. Efek
lNDlKASl. Niklosamid merupakan obat terpilih samping lebih serlng terjadi pada orang dewasa.
untuk L saginata, D. latum dan H. nana. Sebagai Biasanya berupa keluhan saluran cerna seperti
taenisid, perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya anoreksi, sakit perut, diare. Keluhan ini akan hilang
sistiserkosis pada penggunaan untuk T. solium se- bila pengobatan dihentikan. Berbagai gejala pada
bab niklosamid tidak merusak telur yang ada dalam SSP dan gangguan neuropsikiatri pernah dilapor-
segmen sehingga telur-telur yang masih hidup ini kan terjadi. Anemia hemolitik dapat terjadi pada
dilepas dalam lumen usus dari segmen cacing. penderita dengan delisiensi GsPD.
Untuk mencegah ini perlu diberikan pencahar 'l -2
Niridazol dikontraindikasikan pada penderita
jam sesudah menelan obat yang terakhir, agar sisa-
dengan penyakit hati, gagal jantung dan gangguan
sisa cacing keluar sebelum dicerna. Untuk L sagi
faal ginjal. Demikian pula pada penderita epilepsi,
nafa tidak diperlukan pencahar, karena bahaya sis- psikosis dan neurosis berat. Karena adanya ke-
tiserkosis tidak ada. Bahaya sistiserkosis ini me-
mungkinan bersifat mutagenik niridazol tidak dian-
ngurangi manlaat niklosamid pada infeksi L solium. jurkan pada wanita hamil,
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Niklosamid tersedia SEDIAAN DAN POSOLOGI. Dosis untuk sistoso-
dalam bentuk tablet kunyah 500 mg yang harus miasis pada orang dewasa dan anak adalah 25
dimakan dalam keadaan perut kosong. Untuk orang
mg/kgBB terbagi dalam 2 pemberian, selama 5-7
dewasa diperlukan dosis tunggal 2 gram, sedang- hari. Obat ini belum terdapat di pasaran lndonesia
kan untuk anak dengan berat badan lebih dari 34
kg: 1,5 gram dan anak dengan berat badan antara
11-34 kg: 1 gram.

2.8. OKSAMNIKUIN
2.7. NtR|DAZOL
Oksamnikuin merupakan derivat totrahidro-
Niridazol suatu derivat nitrotiazol, merupakan kuinolin dengan rumus kimia sebagai berikut:
bubuk kristal benvarna kuning, tidak berbau dan
tidak berasa, larut dalam air dan larutan organik.
EFEK ANTIPARASIT. Niridazol sangat elektil pada
S. haematobium, sehingga merupakan obat terpilih
untuk lnlestasi cacing ini. Obat ini merupakan alter-
natil untuk inlestasi S. mansoni, setelah dilemukan
oksamnlkuin. Elek nlridazol terlihat pertama seba-
gai kerusakan gonad schisfosome; caclng betina TD?cxzNHcH(cis)z
lebih peka dibanding cacing Jantan. Elek terhadap
cacing ini mamerlukan reduksl gugus nitro dari nirF
dazol dan obat yang reaktil lni kemudlan memben-
tuk lkalan kovalen dengan makromolekul S. rnan-
soni. Obal lni luga mengurangi rspons radang ter-
hadap inleksi D. medinensis dan deposit telur S.
mansoni di jarlngan. Efek ini mungkin disebabkan Oksamnikuin
Antelmintik 529

EFEK ANTELMINTIK. Cara kerja obat ini belum A. lumbricoides dan E vermicularis. Sebelumnya
diketahui, tetapi pada pengobatan dengan oksam- pernah dipakai untuk penyakit pirai.
nikuin cacing akan berpindah dari pembuluh me- Piperazin terdapat sebagai heksahidrat yang
senterika ke hati dalam beberapa hari. Kemudian mengandung 44 o/o basa. Juga didapat sebagai
cacing betina yang berhasil tetap hidup akan kem- garam sitrat, kalsium edetat dan tartrat. Garam-
bali ke pembuluh mesenterika tanpa jantannya dan garam ini bersifat stabil nonhigroskopik, berupa
tidak bertelur. Cacing jantan menetap di hati, seba- kristal putih yang sangat larut dalam air, larutannya
gian besar akan mati. Obat ini memperlihatkan efek bersilat sedikit asam. Struktur kimia piperazin ada-
terhadap cacing dewasa dan larva dan merupakan lah sebagai berikut :
obat terpilih untuk S. mansoni, sedangkan untuk S.
haematobium atau S. japonicum kurang efektif. EFEK ANTELMINTIK. Piperazin menyebabkan
Pada pemberian dosis tunggal menimbulkan elek blokade respons otot cacing terhadap asetilkolin
penyembuhan 90-100 %. Obat ini dapat digunakan sehingga terjadi paralisis dan cacing mudah dike-
secara oral maupun suntikan lM dan lama peng- luarkan oleh peristaltik usus. Cacing biasanya ke-
obatan relatif pendek. luar 1-3 hari setelah pengobatan dan tidak diperlu-
kan pencahar untuk mengeluarkan cacing itu.
FARMAKOKINETIK. Oksamnikuin segera diserap Cacing yang telah terkena obat dapat menjadi nor-
setelah pemberian oral. Adanya makanan dapat mal kembali bila ditaruh dalam larutan garam laal
menghambat absorpsi sehingga mengurangi kadar pada suhu 370C.
yang dicapai dalam plasma. Metabolisme terjadi Diduga cara kerja piperazin pada otot cacing
secara intensif, sehingga sebagian besar obat di- dengan mengganggu permeabilitas membran sel
ekskresi dalam bentuk metabolit bersama urin. Me- terhadap ion-ion yang berperan dalam memper-
tabolisme ini sudah terjadi selama penyerapan se- tahankan potensial istirahat, sehingga menyebab-
hingga kadar metabolitnya jauh lebih tinggi tetapi kan hiperpolarisasi dan supresi impuls spontan,
tidak bersifat sistosomisidal, disertai paralisis.
Pada suatu studi yang dilakukan terhadap
EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI.
sukarelawan yang diberi piperazin ternyata dalam
Pusing dan kantuk merupakan efek samping yang
urin dan isi lambungnya ditemukan suatu derivat
paling sering dilaporkan. Kejang lerjadi pada bebe-
nitrosamine yakni N-mononitrosopiperazine dan arti
rapa penderita terutama yang mempunyai riwayat
klinis dari penemuan ini belum diketahui.
epilepsi karena itu obat ini dikontraindikasikan pada
penderita epilepsi. Oksamnikuin juga tidak dian- FARMAKOKINETIK. Penyerapan piperazin me-
jurkan pada penderita gagal jantung, gagal ginjal lalui saluran cerna, baik. Sebagian obat yang di-
dan wanital hamil. serap mengalami metabolisme, sisanya diekskresi
melalui urin. Menurut Rogers (1958) tidak ada per-
POSOLOGI. Karena nyeri lokal bila disuntikan lM
bedaan yang berarti antara garam sitrat, foslat dan
maka oksamnikuin diberikan per oral, lebih baik se-
adipat dalam kecepatan ekskresinya melalui urin.
sudah makan. Dosis untuk inleksi S. mansoni ber-
Tetapi ditemukan variasi yang besar pada kece-
variasi secara geogralik tergantung dari strain pe-
patan ekskresi antar individu. Yang diekskresi lewat
nyebab. Di Brasil dianjurkan dosis tunggal 12-15
urin sebanyak 20 o/o dan dalam bentuk utuh. Obat
mg/kgBB; untuk anak dengan berat badan kurang
yang diekskresi lewat urin ini berlangsung selama
dari 30 kg dosisnya 20 mg/kgBB diberikan dalam 2
24 jam.
kali dengan interval 2-8 jam. Di Alrika dianjurkan
dosis total 15-60 mg/kgBB yang diberikan dalam EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI.
1-3 hari. Piperazin memiliki batas keamanan yang bbar.
Pada dosis ierapi umumnya tidak menyebabkan
elek samping, kecuali kadang-kadang nausea,
vomitus, diare dan alergi. Pemberian lV menyebab-
2.9. PIPERAZIN kan penurunan tekanan darah selintas. Dosis letal
menyebabkan konvulsi dan depresi pernapasan.
Piperazin pertama kali digunakan sebagai an- Pada takar laiak atau pada akumulasi obat karena
telmintik oleh Fayard (1949). Pengalaman klinik me- gangguan laal ginjal dapat terjadi inkoordinasi otot
nunjukkan bahwa piperazin efektif sekali terhadap atau kelemahan otot, vertlgo, kesulltan bicara, bin-
530 Farmakologi dan Terapi

gung yang akan hilang setelah pengobatan dihenti- diekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan
kan. Piperazin dapat memperkual elek kejang pada metabolitnya.
penderita epilepsi. Karena itu piperazin tidak boleh
EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI. Efek
diberikan pada penderita epilepsi dan gangguan
samping pirantel pamoat jarang, ringan dan bersilat
laal hati dan ginjal. Pemberian obat ini pada pen-
sementara, misalnya keluhan saluran cerna,
derita malnutrisi dan anemia berat, perlu mendapat-
demam dan sakit kepala. Penggunaan obat ini pada
kan pengawasan ekstra. Karena piperazin mengha-
wanita hamil dan anak usia dibawah 2 tahun tidak
silkan nitrosamin, penggunaannya untuk wanita
dianjurkan, karena studi untuk ini belum ada. Ka-
hamil hanya kalau benar-benar perlu atau kalau tak
rena kerjanya berlawanan dengan piperazin maka
tersedia obat alternatif .
pirantel pamoat tidak boleh digunakan bersama
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Piperazin sitrat ter- piperazin. Penggunaannya harus hati-hati pada
sedia dalam bentuk tablet 250 mg dan sirop 500 penderita dengan riwayat penyakit hati, karena obat
mg/S ml, sedangkan piperazin tartrat dalam tablet ini dapat meningkatkan SGOT pada beberapa pen-
250 mg dan 500 mg. Dosis dewasa pada askariasis derita.
adalah 3,5 g sekali sehari, Dosis pada anak 75 lNDlKAS!. Pirantel pamoat merupakan obat terpilih
mg/kgBB (maksimum 3,5 g) sekali sehari. Obat untuk askariasis, ankilostomiasis, enterobiasis dan
diberikan 2 hari berturut-turut. strongiloidiasis. Dengan dosis tunggal angka pe-
Untuk cacing kremi (enterobiasis) dosis nyembuhannya cukup tinggi. Untuk infestasi cam-
dewasa dan anak adalah 65 mg/kgBB (maksimum puran dengan T. trichiura perlu dikombinasikan
2,5 g) sekali sehari selama 7 hari. Terapi hendaknya
dengan oksantel pamoat.
diulangi sesudah 1-2 minggu.
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Pirantel pamoat ter-
sedia dalam bentuk sirop berisi 50 mg pirantel basa/
2.10. PIRANTEL PAMOAT ml serta tablet 't 25 mg dan 250 mg. Dosis tunggal
yang dianjurkan 10 mg/kgBB, dapat diberikan se-
Mula-mula pirantel pamoat digunakan untuk tiap saat tanpa dipengaruhi oleh makanan atau
memberantas cacing kremi, cacing gelang dan ca- minuman. Untuk enierobiasis (infeslasi cacing
cing tambang pada hewan. Ternyata pirantel cukup kremi) dianjurkan mengulang dosis setelah 2
elektil dan kurang toksik sehingga sekarang digu- minggu. Pada infeksi N. americanus yang sedang
nakan pada manusia untuk mengobati infestasi dan berat diperlukan pemberian 3 hari berturut-
cacing-cacing tersebut di atas dan L orientalis. turut.
Pirantel dipasarkan sebagai garam pamoat yang
berbentuk krislal putih, tidak larut dalam alkohol
maupun air, lidak berasa dan bersilat stabil. Oksan- 2.11. PRAZIKUANTEL
tel pamoal merupakan analog m-oksifenol dari
pirantel yang elektil dalam dosis tunggal untuk L Prazikuantel merupakan derivat pirazinoiso-
tichiura. kuinolin, yang dikembangkan sejak tahun 1972 se-
telah diketahui memiliki elek antelmintik. Obat ini
EFEK ANTELMINTIK. Pirantel pamoat terutama di- merupakan antelmintik berspektrum lebar dan efek-
gunakan untuk memberantas cacing gelang, cacing til pada cestoda dan trematoda pada hewan dan
kremi dan cacing tambang. Pirantel pamoat dan manusia. Prazikuantel berbentuk kristal lidak ber-
analognya menimbulkan depolarisasi pada otot ca- warna dan rasanya pahit, Rumus kimia praziquantel
cing dan meningkatkan frekuensi impuls, sehingga sebagai berikut :
cacing mati ddlam keadaan spastis. Pirantel pa-
moat juga berefek menghambat enzim kolinestera- EFEK ANTELMINTIK. ln vilro, prazikuantel diambil
se, terbukti pada askaris meningkatkan kontraksi secara cepat dan reversibel oleh cacing, tetapi tidak
ototnya. dimetabolisme. Kerjanya cepat melalui 2 cara : (1)
pada kadar elektil terendah menimbulkan pening-
FARMAKOKINETIK. Absorpsinya melalui usus ti- katan aktivitas otot cacing, karena hilangnya Ca ion
dak baik dan sifat ini memperkuat eleknya yang intrasel sehingga timbul kontraktur dan paralisis
selektil pada cacing. Ekskresi pirantel pamoat seba- spastik yang silatnya reversibel, yang mungkin
gian besar bersama tinja, dan kurang dari 15 % mengakibatkan terlepasnya cacing darl tempatnya
Antelmintik 531

yang normal pada hospes, misalnya terlepasnya sebab keamanan obat untuk usia ini datanya belum
cacing S.. mansoni dan S. japonicum dari vena mendukung.
mesenterika dan masuk ke hati; (2) pada dosis
POSOLOGI. Dosis dewasa dan anak di atas umur
terapi yang lebih tinggi prazikuantel mengakibatkan
vakuolisasi dan vesikulasi tegumen cacing, sehing-
4 tahun. Untuk infestasi S. haematoblum dan S.
mansoni diberikan dosis tunggal 40 mg/kgBB; atau
ga isi cacing keluar, mekanisme pertahanan lubuh
dosis tunggal 20 mg/kgBB yang diulangi lagi sesu-
hospes dipacu dan terjadi kehancuran cacing. Me-
dah 4-6 jam. Untuk inleksi S. japonium diberikan
kanisme yang mendasari efek ini masih belum jelas.
dosis tunggal 30 mg/kgBB yang diulangi lagi sesu-
Pada hewan yang terinfeksi cacing skistosoma, pra-
dah 4-6 jam. Untuk D. latum dan H. nana diberikan
ziquantel efektil terhadap cacing dewasa jantan dan
dosis tunggal 15-25 mg/kgBB, sedangkan untuk f.
betina, juga efektif terhadap bentuk imatur. Dosis
saginata dan T. solium diberikan dosis tunggal 10-
tinggi lunggal yang diberikan bersama dosis 20 mg/kgBB. Khusus untuk L solium, untuk mengu-
serkaria, mematikan semua bentuk imatur, jadi
rangi kemungkinan timbulnya sistiserkosis, dianjur-
prazikuantel berefek profilaksis.
kan pemberian pencahar 2 jam sesudah pengobat-
an. Untuk Paragonimus westermani lascioliasis,
FARMAKOKINETIK. Pada pemberian oral absorp- clonorchiasis, opisthorachrasis dosisnya 3 kali
sinya baik. Kadar maksimal dalam darah tercapai sehari 25 mg/kgBB selama 1-3 hari.
dalam waktu 1-2 jam. Metabolisme obat berlang- Praziquantel harus diminum dengan air se-
sung cepat melalui proses hidroksilasi dan konyu- sudah makan dan tidak boleh dikunyah karena
gasi sehingga kadar metabolit dalam plasma kira- rasanya pahit.
kira 100 kali kadar prazikuantel dan waktu paruhnya Praziquantel merupakan obat terpilih untuk 3
1,5 jam. Metabolitnya sebagian besar telah dieks- jenis skistosoma. Dosis yang dianjurkan adalah 3 x
kresi bersama urin dalam tempo 24 jam. Hanya sehari 20 mg/kgBB selama t hari. Atau ada dosis
sedikit yang diekskresi dalam bentuk utuh. lain yang dianjurkan yakni untuk infestasi S. haema-
Konsentrasi obat ini dalam cairan serbrospinal tobium dan S. mansoni diberikan dosis tunggal se-
mencapai 20 o/o dari konsentrasinya dalam plasma. banyak 40 mg/kgBB dan dosis untuk S. japonicum
Ada beberapa laporan yang mengemukakan yakni 2 x 30 mg/kgBB selama t hari.
bahwa prasiquantel atau metabolitnya dalam urin
mungkin berpotensi sebagai mutagen atau co-mu- Taenia. Untuk S. saginata dosisnya 10 mg/kgBB.
tagen pada S. typhimurium dan pada mammalian Terapi ini memberi hasil yang baik bila dalam tempo
cel/ tesf system dan arti dari penemuan ini masih 3-5 bulan sehabis makan obat, tak ditemukan lagi
belum dapat ditentukan. proglotid pada feses. Untuk f. solium diberi dosis
tunggal 10 mg/kgBB dan 2 jam sehabis minum obat
EFEK SAMPING. Sakit perut, anoreksia, sakit ke- diberikan pencahar untuk mencegah cysticercosis.
pala dan pusing dapat timbul segera setelah pem-
berian obat; efek samping ini ringan dan sementara, Neurocysticercosis, suatu infeksi oleh larva f.
dan timbulnya berhubungan dengan besar dosis. solium ke otak. Sebaiknya pengobatan dilakukan
Walaupun pada pengujian tidak ditemukan elek te- di rumah sakit. Dosis yang dianjurkan 50 mg/kgBB
ratogenik, sebaiknya iangan diberikan pada wanita sehari yang terbagi dalam 2-3 dosis selama 15 hari
hamil trimester I dan wanita menyusui. Karena itu dan disertai pemberian steroid untuk meringankan
hati-hati memberikan obat ini pada penderita yang reaksi inllamasi di otak. Bila perlu terapi dapat di-
memerlukan kewaspadaan untuk tugas sehari-hari. ulangi sesudah 3-6 bulan.
Bila terjadi sistiserkosis pengobatan harus dilaku-
kan di rumah sakit. Elek samping yang paling sering H. nana, merupakan obal terpilih dan juga menjadi
oleh pemberian obat ini adalah : headache, dizzi- obat perlama yang memiliki elektivitas tinggi untuk
ness, drowsiness and /assitude. U ntu k ter api n e u rc -
infestasi cacing ini. Dosis yang dianjurkan 25 mg/
cysticercosis elek samping muncul karena peng- kgBB sebagai dosis tunggal. Kalau perlu terapi
gunaan dosis tinggi obat dan karena matinya para- ulangan dapat diberikan.
sit, Juga jangan digunakan untuk hal-hal sebagai Unluk clonorchiasis dosis yang dianjurkan
berikut : (1) ocular cysficercosis sebab kehancuran adalah 3 x sehari 25mg/kgB8 selama t hari dan
parasit di mata dapat menimbulkan cacat menetap untuk opisthorchnsis dosis yang dianjurkan adalah
(irreparable damage); (2) umur kurang dari 4 tahun, 3 x sehari 25 mg/kgB8 selama 2 hari.
532 Farmakolagi dan Terapi

Untuk paragonimiasis, dosis yang dianjurkan ngan askaris sebaiknya diberikan obat askariasis
adalah 3 x sehari 25 mg/kgBB selama 1-3 hari. yang selektil sebelum pengobatan dengan tetrak-
loretilen sebab tetrakloretilen merangsang keaktit
an dan migrasi askaris. Pilihan lain adalah pembe-
2.12. TETRAKLORETILEN rian belenium hidroksinaltoat yanE sekaligus mem-
pengaruhi kedua cacing tersebut.
Tetrakloretilen ialah suatu hidrokarbon yang
tidak jenuh yang mengalami halogenasi. Senyawa POSOLOGI. Obat ini diberikan oral dengan dosis
ini merupakan zat cair, tidak berwarna dan berbau tunggal 0,12 ml/kgBB dengan maksimum 5 ml. Se-
eteris. Kelarutan dalam air 1 : 10000 dan larut dalam baiknya diberikan diet tinggi karbohidrat, protein
pelarut organik. Obat ini mudah rusak karena panas dan rendah lemak sebelum pemberian obat. Malam
dan harus disimpan dalam tempat gelap dan dingin. hari sebelum makan obat, diberikan diet lunak.
Pada pagi hari berikutnya obat diberikan pada wak-
EFEK ANTELMINTIK. Tetrakloretilen menyebab- tu perut kosong. Pada umumnya dosis tunggal da-
kan kelumpuhan pada cacing sedemikian sehingga pat mengeluarkan sebagian besar cacing, tetapi
dapat terlepas dari tempat menempelnya di mukosa terapi ulangan dua kali atau lebih dengan interval 4
usus dan kemudian dikeluarkan dengan pencahar hari biasanya diperlukan untuk pembasmian total.
dalam keadaan hidup sebelum sempal melekat
kembali pada usus. Pengalaman menunjukkan
bahwa pemberian pencahar tidak perlu dan hasil- 2.13. TIABENDAZOL
nya lebih efektif serta meringankan penderita. Oleh
karena itu mungkin kerja obat ini tidak hanya me- Tiabendazol merupakan antelmintik berspek-
nyebabkan paralisis yang reversibel dari otot-otot trum lebar dan efektif untuk mengobati infestasi ber-
cacing saja. Kerja obat ini pada SSP seperti kloro- bagai nematoda pada manusia. Obat ini berupa
lorm, tetapi karena menguapnya lambat dan titik kristal putih, tidak larut dalam air. Daya larutnya ter-
didihnya tinggi, maka obat ini iidak praktis sebagai gantung pH. Bila suasana sedikit asam atau basa,
anestelik umum. senyawa ini mudah larut. Dalam bentuk padat dan
FARMAKOKINETIK. Penyerapan melalui usus se- cairan (larutan) senyawa ini stabil, dan membentuk
dikit sekali tetapi dapat meningkat bila terdapat kompleks yang berwarna dengan logam, misalnya
banyak lemak dalam usus. Ekskresi sebagian besar dengan besi.
terjadi melalui paru. EFEK ANTELMINTIK. Tiabendazol mempunyai
EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI. daya antelmintik yang luas, efektivitasnya linggi ter-
Obat ini dapat menyebabkan perasaan panas da- hadap strongiloidiasis, askariasis, oksiuriasis dan
lam lambung, enek dan muntah. Efek sentral dapat larva migrans kulit; berguna untuk mengobaii triku-
menimbulkan gejala seperti sakit kepala, vertigo, riasis dan trikinosis akut. Cara kerjanya belum jelas,
inebriation, sampai koma. Oleh karena itu penderita mungkin dengan menghambat enzim lumarate re-
harus istirahat selama 4 jam sesudah pemberian duktase cacing. Pada cacing Strongytoides obat ini
obat. Penderita dengan anemia hebal dapat meng- menghambat enzim asetilkolinesterase cacing dan
alami kolaps selama pengobatan, terutama yang menyebabkan kematian cacing. Yang menarik ada-
diberikan pencahar. Bila ini terjadi pertama-tama lah obat ini dapat membunuh larva yang berada
harus diusahakan lebih dulu perbaikan keseimba- dalam otot hewan coba yang diinfeksi dengan Tri-
ngan cairan dan elektrolit serta anemianya. Setelah juga
chi nella spi rali s. Seperti levamisol, tiabendazol
itu, biasanya obat ini akan diterima baik oleh memiliki efek imunosupresi. Efek antiinllamasi obat
sebagian penderita. Obat ini lebih baik tidak diberi- ini turut berperan dalam meringankan gejala- gejala
kan pada anak kecil yang sakit keras dan pada penyakit cacing.
penderita penyakit hati (degenerasi lemak).
FARMAKOKINETIK. Tiabendazol cepat diserap
lNDlKASl. Satu-satunya indikasi tetrakloretilen melalui usus dan kadar puncak obat ini dalam darah
adalah infestasi cacing tambang, terutama N. dicapai dalam waktu 1 jam. Dalam waktu t hari, 90
ameicanus. Ankylostoma duodenale lebih resisten % obat ini telah diekskresi bersama urin dalam
dan mungkin hanya 25 % penderita sembuh pada bentuk hidroksi dan terkonyugasi. Obat ini juga
pengobatan tunggal. Pada inleksi campuran de- dapat diserap oleh kulit.
Antelmintik 533

EFEK NONTERAPI. Obat ini memberikan efek KONTRAINDIKASI. Anak-anak dengan berat
samping anoreksia, mual, muntah dan pusing, badan kurang dari 15 kg; Aktivitas yang memer-
Dalam lrekuensi yang lebih rendah juga terjadi lukan kewaspadaan; Hati pada gangguan fungsi
diare, nyeri epigastrium, sakit kepala, pusing, lelah hati atau ginjal, sebaiknya pakailah obat alternatif;
dan kantuk. Karena itu dalam pengobatan dengan Hipersensitif .

tiabendazol dianjurkan tidak melakukan kegiatan


yang memerlukan kewaspadaan mental. Peru-
bahan fungsi hati yang selintas dapat terjadi, maka 2.14. ALBENDAZOL
penggunaannya harus hati-hati pada penderita de-
ngan gangguan fungsi hati. Telah dilaporkan ter- Suatu obat cacing berspektrum lebar yang
jadinya kristaluria tanpa hematuria yang akan hilang dapat diberikan per oral dan digunakan sejak 1979.
bila pengobatan dihentikan. Kemungkinan terjadi- Dosis tunggal efektil untuk inleksi cacing kremi,
nya efek samping ini harus diingat, meskipun pera- cacing gelang, cacing trikuris, cacing S. stercora/is
nan tiabendazol dalam hal timbulnya kristaluria ter- dan cacing tambang. Dilaporkan juga efektif untuk
sebut belum jelas, Walaupun jarang, selama peng- cysticercosis. Sekarang sedang diteliti khasiatnya
obatan dengan tiabendazol dilaporkan terjadinya untuk pengobatan penyakil hydatid.
hiperglikemi, /'aundice dan kelainan fungsi hati. Struktur kimianya adalah sebagai berikut :
lNDlKASl. Tiabendazol merupakan obat terpilih
untuk S. sfercora/is dan cutaneous larva migrans
dariA. brazilliensis danA. caninum. Obat ini sebaik-
nya tidak digunakan lagi untuk mengobati askaris,
trikuris, cacing tambang dan cacing kremi, sebab
obat alternatif yang lebih aman sudah ada, kecuali caH?-sXI-N
bila obat tersebut tidak tersedia. Beberapa laporan
pada manusia memperlihatkan efektivitas tiaben- **-E-o-"*.
dazole pada trikinosis, tetapi obat ini hanya meng- I

H
hancurkan sebagian saja dari larva yang bermigrasi
ke olot.

SEDIAAN DAN POSOLOGI. Dosis standard yang Albendazol


dianjurkan 2 x 25 mg/kgBB (maksimum 1 1/2 gram).
Pemberian obat sehabis makan dan preparat ber-
bentuk tablet, hendaknya dikunyah dengan baik.
Untuk S. stercora/is dosis yang dianjurkan 2 x FARMAKOKINETIK. Pada pemberian per oral,
25 mg/kgBB selama 2 hari. Untuk pasien dengan obat ini diserap dengan cepat oleh usus. Obat ini
sindrom hiperinleksi dosis yang dianjurkan 2 x 25 dimetabolisir terulama menjadi albendazol sullok-
mg/kgBB selama 5-7 hari. sida dalam urin dapat dimonitor dan menjadi pe-
Untuk cutaneous larua migrans dosis yang gangan untuk menentukan dosis obat.
dianjurkan 2 x 25 mg/kgBB selama 2-5 hari. Bila
masih ditemukan adanya lesi aktif, selang 2 hari Waktu paruh : 8-9 jam, Metabolitnya terutama
kemudian dapat diberikan lagi satu kuur pengobat- dikeluarkan lewat urin dan sedikit saja yang lewat
an.'Hasil yang bagus juga dapat diperoleh lewat feses.
pemberian topikal salep tiabendazole 15 % selama
5 hari. FARMAKODINAMIK. Obat ini bekerja dengan cara
memblokir pengambilan glukosa oleh larva maupun
Untuk trikinosis dosis yang dianjurkan 2 x 25
mg/kgBB selama 2-5 hari.
cacing dewasa, sehingga persediaan glikogen
menurun dan pembentukan ATP berkurang, akibal
Untuk visceral larva migrans dosis yang dian- nya parasit (cacing) akan mati. Obat ini memiliki
jurkan 2 x 25 mg/kgBB selama 7 hari. khasiat membunuh larva lV. americanus dan juga
Tiabendazol tersedia sebagai tablet 500 mg dapat merusak telur cacing gelang, tambang dan
dan sirop berisi 100 mg/ml. trikuris.
534
Farmakologi dtn Terapi

Dosis terapi pada orang sebesar 5 mg/kgBB, Pada orang pemberiannya per oral dan memilikiha/f
berdasarkan uji keamanan pada hewan coba, tidak lite 10-12 jam. Ekskresinya sebagian besar ber-
rnerugikan. sama leses dan hanya 2 To lewal urin. Obat ini tak
lNDlKASl. Untuk inleksi cacing kremi, cacing tam- dapat melewati sawar otak (BBB).
bang dan cacing askaris atau trikuris. Dosis dewasa FARMAKODINAMIK. Cara kerja obat ini yakni
dan anak umur di atas 2lahun adalah 400 mg dosis memperkuat peranan GABA pada proses transmisi
tunggal bersama makan. Untuk cacing kremi, terapi di saral tepi, sehingga cacing mati pada keadaan
!
hendaknya diulangi sesudah minggu. Untuk N. paralisis. Obat berelek terhadap mikrolilaria di jari-
americanus dan cacing trikurii'lama pengobatan ngan dan embriogenesis pada cacing betina. Mikro-
yang dianjurkan ialah 2-3 hari. lilaria mengalami paralisis, sehingga mudah dihan-
Untuk inleksi cacing S. sfercora/is dosis terapi curkan oleh sistem retikulo- endolelial. Karena obat
400 mg per hari selama 3 hari. Bila perlu, peng- ini tak melewati BBB, maka tak menyebabkan para-
obatan dapat diulang setelah 2 minggu. lisis pada hospes. Obat ini memiliki margin of safety
Untuk penyakit hydatid : dosis terapi yang yang lebar. lvermectin juga elektif terhadap stro-
dianjurkan 800 mg per hari selama 30 hari; kuur ngyloidosis dan merupakan obat alternatif untuk
pengobatan ini dapat diulangi 2 sampai 3 kali, de- pasien yang tak tahan atau tak mempan dengan
ngan interval 2 minggu. Selama pengobatan kadar thiabendazole.
albendazol sulloksida dalam darah hendaknya di_
monitor. PENGGUNAAN. Dosis tunggal sebesar 200 mcg/
Untuk neuro-cysticercosis : dosis elehif yang kgBB, obat ini elektivitasnya setara dengan dietil-
dilaporkan adalah 15 mg/kgBB per hari setama karbamazin dalam hal memberantas mikrolilaria di
1
bulan. jaringan kulit dan rongga mata bagian depan
Lain-lain. Untuk f. saginata, dosis terapi 400
(anteior chamber), tetapi ivermectin kerjanya lebih
mg/hari selama 3 hari, Untuk cutaneous larva lambat dan menyebabkan reaksi sistemik dan reak-
migrans dosis terapinya 400 mg/hari selama si terhadap mata yang lebih ringan. Dari salah satu
S hari.
studi perbandingan bahkan dilaporkan bahwa ke-
EFEK SAMPING. Untuk penggunaan 1-3 hari, lainan pada bola mata timbul pada golongan yang
aman. Elek samping berupa nyeri ulu hati, diare, diobati dengan dietilkarbamazin, dan tidak ditemu-
sakit kepala, mual, lemah, dizzines, insomnia, fre- kan pada golongan yang diobati dengan ivermectin.
kuensinya sebanyak 6 %. Tetapi pada salah satu
penelitian dilaporkan, bahwa insidens elek samping EFEK SAMPING. Pada dosis runggal 50-200 mcg/
ini untuk golongan plasebo dibanding golongan kgBB elek samping yang timbul umumnya ringan,
obat, sama. sebentar dan dapat ditolerir. Biasanya berupa ;

Pada pengobatan penyakit hydatid, dilapor- demam, pruritus, sakit otot dan sendi, sakit kepala,
kan timbulnya efek samping berupa : alopecia, leu- hipotensi, nyeri di kelenjar limle. Gejala elek sam-
kemia yang reversibel, peningkatan transaminase ping ini tak separah seperti diethyl-carbamazine,
yang reversibel, seorang mengalami reaksi anafi- biasanya cukup disembuhkan dengan pemberian
laksis, antihistamin dan antipiretik. Pada dosis 1 ,l12mglkg
tak menyebabkan elek teratogenik maupun fetolok-
Pada studi toksisitas kronik dengan hewan
sik pada kelinci dan tikus, Timbulnya,cleft palateo
coba dilemukan adanya: diare, ancmia, hipotensi,
pada mencit pernaf dilaporkan.
depresi SST, kelainan lungsi hati, fetal toxicity.
KONTRAINDIKASI. Anak umur kurang dari 2 KONTRAINDIKASI. Pada wanita hamil. Jangan
tahun, wanita hamll dan sirosis hati. diberikan bersama-sama barbiturat, benzo-
diazepin, asam valproat.

2.15. IVERMEKTIN

Obat lni sekarang terbukti merupakan obat 3. PEMILIHAN PREPARAT


terpilih untuk mengobati oncltocerclasis.
FARMAKOKINETIK. lvermectin dihasilkan tewar Resume pengobatan penyakit cacing dan
proses lermentasi dari st/eptomyces avermitilis, dosisnya dapat dilihat dalam tabel gS-1.
535
Antelmintik

Tabel 35-1. OBAT-OBAT UNTUK INFESTASI CACING

Jenis lnleksi Obat pilihan I Obat Pilihan ll Dosis

1. Askaris Pirantel pamoat PiPerazin sitrat Pirantel : dosis tunggal 10 mg/kgBB basa.
Mebendazol Mebendazol : 2 kali sehari 100 mg selama
3 hari.
Levamisol Levamisol: 50-150 mg sebagai dosis tunggal.
Piperazin : dewasa 3,5 g sebagai dosis tunggal
selama 2 hari.
Anak 75 rng/kgBB sebagai dosis tunggal selama
2 hari.

2. Cacing kremi Mebendazol Mebendazol : dosis tunggal 100 mg.


Pirantel pamoat Pirantel pamoat : dosis tunggal 10 mg/kgBB
(maksimum 1 g) sebagai pirantel basa.

3. Cacing tambang Mebendazol Mebendazol : 2 kali '100 mg selama 3 hari.


Pirantel pamoat Pirantel : untuk A. duodenale, dosis tunggal
pirantel basa 10 mg/kgBB (maksimum 1 g)
selama 3 hari.

4. T. trichiura Mebendazol Mebendazol : 2 kali 100 mg selama 3-4 hari.


Tiabendazol Tiabendazol : 2 x sehari 25 mg/kgBB selama
2 hari.

5. Sfrcng,loldes Tiabendazol Mebendazol Tiabendazol : 2 x sehari 25 mg/kgBB selama


str6oraris 2-3 hari berturut-turut
Mebendazol : 2 x sehari 100 mg selama 3 hari
berturut-turut

6. f.sag,nata dan Prazikuantel Niklosamid Prazikuantel : dosis tunggal 10 mg/kgBB.


T.solium Khusus untuk f. so/rurn dianjurkan pencahar 2
jam sesudah terapi.
Niklosamid i untuk orang dewasa dan anak diatas
I tahun diberikan 2 dosis @ 1 grhm dengan
selang waktu 1 jam.
Untuk anak-anak 1/2 dosis dewasa.

7. Filaria Dietilkarbamazin Untuk try. branc rofti, B. m alayi dan Loa-loa:3


kali sehari 2 mg/kgBB bersama makan selama
10-30 hari. Untuk O. volvulus: dosis awal 25 mg
sehari selama 3 hari, dosis ditingkatkan dengan
1-2 mg/kgBB 3 x sehari sebagai dosis terba$i,
selama 21 hari.
Untuk bayi dan anak kecil : dosis oral 0,5
mg/kgBB 3 x sehari (maksimum 25 mg/hari) se'
lama 3 hari; 1 mg/kgBB 3 x sehari (maksimum 50
mg/hari) selama 3 hari; 1,5 mg/kgBB 3 x sehari
(maksimum 100 mg/hari) selama 3 hari; dan 2
mg/kg BB 3 x sehari (maksimum 150 mg/hari)
selama 2-3 minggu.
536
Farmakologi dan Terapi

Tabel 35-1. OBAT-OBAT UNTUK


|NFESTAS| CACTNG (sambungan)

Jenls lnfeksl Obat pilihan I Obat pilihan I


8. S. haematobium
Prazikuantel
Dosis tunggal sebanyak 40 mg/kgBB
atau dosis
lulssal20 mg/kgBB yang oiutinii t"gi ,;;;;;
4-6 jam.
9. S. rnansoni Prazikuantel
Prazikuantel : dosis tunggal sebanyak
40 mg/
ks BB atau 3 kati 20 mSii'See
seh;s 4; j;;
Oksamnikuin : dewasa, dosis tunggal
1S mg/kgBB.
lyk,2o ms/kgBB dibasi dua o"Jii o"ng;jJ"-;
2-B jam.
10. S. japonicum
Prazikuantel Niridazol Prazikuantel : 2 kali 30 mg/kgBB yang
selang
4-6 jam
Niridazol : dosis anak dan dewasa
25 mg/kgBB
per hari (maksimum 1 112
S) selama S_f O h:a i
537
Amubisid

36. AML!BlslD
Amir Siarit

1. Emetin 3.1. Farmakologi


1.1. Farmakologi 3.2. Efek samping dan kontraindikasi
1.2. Efek samping dan kontraindikasi 3.3. lndikasi
1.3. lndikasi 3.4. Sediaan dan Posologi
1.4. Sediaan posologi
4. Klorokuin
Derivat 8-hidroksikuinolin 5. Amubisid lain
2.1. Farmakologi 5.1. Senyawa arsen
2.2. Elek samping dan kontraindikasi 5.2. Diloksanid furoat
2.3. lndikasi 5.3, Antibiotik
2.4. Sediaan dan Posologi 5.4. Klefamid (klorfenoksamid)

Metronidazol & Tinidazol 6. Pemilihan obat amubiasis

Berdasarkan tempat kerjanya, amubisid di- alkohol. Obat ini sangat iritatil terhadap selaput
bagi atas tiga golongan: (1) amubisid iaringan' lendir. Derivatnya dehidroemetin, kurang toksik
yaitu obat yang bekerja terutama pada dinding dibanding emetin.
usus, hati dan jaringan ekstra intestinal lainnya;
yang termasuk dalam golongan ini ialah dehidro-
emetin, emetin dan klorokuin; (2) amubisid lumi- 1.1. FARMAKOLOGI
nal, yaitu yang bekerja dalam usus dan disebut juga
amubisid kontak; yang termasuk golongan ini ialah CARA KERJA. Emetin membunuh E. histolytica
diyodohidroksikuin, yodoklorhidroksikuin, kiniolon' secara langsung, dan lebih efektif terhadap bentuk
glikobiarsol, karbarson, emetin bismut yodida' kle- motil daripada terhadap bentuk kista. ln vitro, dosis
lamid, diloksanid furoat dan beberapa antibiotik mi- terapi emetin akan segera membunuh trofozoit' Un-
salnya tetrasiklin dan paromomisin; dan (3) amu- tuk membunuh kista diperlukan dosis besar' yang
bisid yang bekeria pada lumen usus dan jaring' sering menimbulkan efek samping. Emetin meng-
an contohnya antara lain metronidazol. hambat sintesis protein sel-sel eukariotik (parasit
dan mamalia) dengan jalan menghambat perpin-
dahan ribosom sePanjang m-RNA.

1. EMETIN FARMAKOKINETIK. Emetin diserap baik dari tem-


pat suntikan, kemudian dimetabolisme dan dieks-
Pemakaian emetin secara rasional untuk pen- kresi secara lambat. Sehingga emetin sudah dite-
gobatan amubiasis dimulai tahun 1912, yaitu sejak mukan di urin 20-40 menit setelah suntikan, dan
dibuktikan bahwa obat ini dapat membunuh amuba masih dapat ditemukan 40-60 hari setelah peng-
in vitro. Mulai saat itu emetin digunakan secara luas
obatan dihentikan. Oleh karena itu, elek toksik ku-
mulatif merupakan bahaya yang selalu ada. Kadar
untuk pengobatan amubiasis.
Emetin hidroklorid merupakan kristal putih tertinggi didapat dalam hati, dan ini sangat penting
kekuning-kuningan, mudah larut dalam air dan
artinytbagi pengobatan amubiasis hati. Emetin di-
538
Farmakologi dan Terapi

temukan juga di paru-paru, ginjal dan limpa dalam yang biasanya mendahului kelainan EKG, terutama
kadar efektit. terjadi pada penderita berobat jalan dan ini mungkin
disebabkan pengaruh obat terhadap nodus SA,
" 1.2. EFEK SAMPING DAN
Sesak napas pada beberapa penderita kebanyakan
bukanlah karena efek emetin pada jantung, tetapi
KONTRAINDIKASI karena kelelahan yang menyeluruh. pada manusia
yang mendapat dosis terapi, perubahan EKG yang
penting yaitu gelombang T mendatar atau terbalik
Reaksi lokal. Sesudah suntikan emetin lM maupun
pada semua hantaran, interval p-R dan e_T me-
SK sering tinnbul rasa sakit, nyeri tekan, kekakuan
dan kelemahan otot setempat akibat terjadinya mio_ manjang dan keadaan ini mungkin menetap selama
sitis. Pada suntikan SK kadang-kadang terjadi ek_ 2 bulan atau lebih sesudah obat dihentikan. Terapi
sem lokal, urtikaria umum atau purpura pada kulit. harus seEera dihentikan bila terjadi kelainan EKG
yang berarti.
Ernetin tidak diberikan secara oral karena sangat
merangsang saluran cerna. Emetin harus digunakan secara hati-hati pada
penderita usia lanjut atau lemah, dan sebaiknya
Reaksi sistemik. Reaksi ini merupakan efek toksik jangan digunakan pada wanita hamil. Emetin tidak
yang lerjadi karena kumulasi obat pada pengguna- boleh digunakan pada penderita penyakit jantung
an berulang dengan selang waktu terlalu pendek. atau penyakit ginjal organis, kecuali bila penderita
Reaksi ini terutama mengenai saluran cerna, otot tersebut menderita amubiasis hati dan abses amu-
rangka dan sistem kardiovaskular, ba; juga tidak boleh diberikan pada anak kecuali
Manifestasi pada saluran cerna berupa diare, pada disentri berat yang tidak responsif terhadap
mual dan muntah. Diare dapat terjadi pada 50% obat lain.
penderita, biasanya disertai spasme usus dan ka_
dang-kadang bercampur darah, lendir dan nanah.
Keadaan ini dapat diikuti kelemahan yang hebat. 1.3. tNDtKAS|
Diare ini sering disalahtalsirkan sebagai eksaser-
basi disentri amuba, perbedaannya ialah pada ek- Penggunaan utama emetin dan dehidroeme-
saserbasi terdapat periode perbaikan sebelum tin ialah untuk mengobati amubiasis. Kegagalan
timbul diare. Mual dan muntah disebabkan oleh terapi infeksi amuba dengan emetin terjadi pada
rangsangan sentral. Gejala saluran cerna ini dapat 10-15% kasus. Bila penderita disentri akut diobati
hilang sendiri walaupun pengobatan diteruskan, te_ dengan emetin maka perbaikan klinik terjadi dalam
tapi adakalanya gejala menghebat sehingga peng_ 1-3 hari, Pada pemeriksaan tinja tidak lagi ditemu_
obatan harus dihentikan. kan bentuk motil maupun kista. Akan tetapi pada
pemeriksaan tinja yang dilakukan beberapa waktu
Manifestasi pada sistem neuromuskular beru_
pa kelemahan, nyeri dan kekakuan otot rangka, setelah pengobatan dihentikan dapat ditemukan
terutama otot leher dan anggota gerak. Mungkin kembali kista, hal ini menandakan bahwa masih ada
timbul pula gangguan sensoris ringan dan tremor. bentuk trofozoit dalam usus besar. pemberian eme-
Kelemahan dan nyeri otot dapat menetap sampai tin lebih lanjut tidak akan dapat menghilangkan kista
pengobatan dihentikan; biasanya gejala ini akan ini. Penderita demikian akan menjadi pembawa
timbul lebih dinidaripada gejala lain yang lebih berat kista (carrier), yang membahayakan diri sendiri dan
sehingga merupakan petunjuk untuk menghindari merupakan sumber inleksi untuk lingkungannya.
pemberian dosis yang berlebihan. Penggunaan emetin pada amubiasis intestinal
hanyalah untuk penderita dengan diare berat, pqn-
Manilestasi pada sistem kardiovaskular yang derita disentri amuba akut atau pada eksaserbasi
penting berupa hipotensi, nyeri prekordial, takikardi akut disentri amuba kronik yang tidak responsif
yang akan kembali normal walaupun pengobatan terhadap obat lain yang lebih aman. Emetin tidak
diteruskan, serta adanya kelainan EKG dan sesak bermanfaat untuk inleksi ringan, tetapi sangat ber-
napas yang cenderung menetap sampai pengobat_ guna pada amubiasis hati dan abses amuba, dan
an dihentikan. Frekuensi gangguan ini dapat men- efektivitasnya hanya tersaingi oleh klorokuin dan
capai + 80%. Hipotensiyang timbul biasanya tidak metronidazol. Emetin digunakan juga untuk balan-
hebat dan sebabnya belum jelas. Nyeri prekordial tidiasis dengan hasil baik walaupun obat terpilih
dapat menyerupai trombosis koroner. Takikardi untuk penyakit ini sekarang ialah oksitetrasiklin,
539
Amubisid

Selain itu emetin digunakan pada inleksi Fasciola FARMAKOKINETIK. Setelah pemberian se-
hepatica. cara oral, sebagian obat akan diserap' Pada manu-
sia, seperempat dari jumlah yodoklorhidroksikuin
yang diberikan per oral ditemukan kembali di urin
1.4. SEDIAAN DAN POSOLOGI dalam bentuk glukuronidnya. Diyodohidroksikuin
ialah derivat yang paling sedikit diserap, yaitu kira-
Emetin HCI tersedia dalam. bentuk larutan kira sepertiga dari yodoklorhidroksikuin. Belum di'
yang mengandung 20, 30 dan 60 mg per ampul ketahui apakah efektivitas obat golongan ini untuk
untuk pemberian lM. Obat ini tidak boleh diberikan pengobatan amubiasis lumen usus hanya tergan'
secara lV karena sangat berbahaya dan tidak lebih tung dari jumlah obat dalam lumen usus atau iuga
elektil. Dosis emetin hidroklorid pada orang dewasa dipengaruhi oleh kadarnya dalam sirkulasi.
lidak boleh lebih dari 60 mg sehari yang diberikan
dalam dosis tunggal atau terbagi dua. Satu rangkai-
an terapi emetin tidak boleh diberikan lebih dari 5
hari dengan dosis total tidak lebih dari 300 mg.
Dosis emetin pada anak sebaiknya diberikan 2.2.EFEK SAMPING DAN
berdasarkan berat badan, yaitu tidak lebih dari 1 KONTRAINDIKASI
mg/kg BB sehari selama 5 hari' Terapi ulangan
emetin baru boleh diberikan 6-8 minggu setelah
terapi pertama dihentikan. Dehidroemetin tersedia Elek samping terpenting dari kliokuinol ialah
dalam ampul yang mengandung 60 mg dehidro- subacute myelo-optic neuropathy (SMON). Kelain-
emetin dihidroklorida. Dosis dewasa 1-1'5 mg/kg an ini banyak dijumpai di Jepang, tetapi di daerah
BB per hari dengan maksimum 90 mg per hari' lain relatif jarang. Setelah obat ini ditarik dari per-
selama lima hari. Dosis anak berdasarkan berat edaran di Jepang pada awal tahun tujuh puluhan
badan serupa dengan dosis dewasa, hanya pem- ternyata insidens SMON sangat menurun. Diduga
berian per harinya terbagi dua' Pengobatan ulang laktor lingkungan juga turut berperan dalam timbul-
boleh diberikan 2 minggu setelah rangkaian peng- nya kelainan ini. SMON biasanya dimulai dengan
obatan pertama dihentikan. nyeri perut dan diare persisten. Kemudian timbul
gangguan sensorik bilateral seperti parestesia dan
disestesia terutama pada bagian distal kaki' Geiala
lain yang mungkin timbul ialah kelainan propriosep-
2. DERIVAT 8-HIDROKSIKUINOLIN tif, kelemahan otot kaki dan gejala piramidal' Ang-
gota gerak bagian atas iarang terkena. Kadang-
Beberapa derivat 8-hidroksikuinolin yang ber- kadang terjadi penurunan visus atau kebutaan, ke-
peran dalam pengobatan amubiasis ialah diyodohi- lainan lungsi saral otonom, kelainan psikologik dan
droksikuin (iodokuinol), yodoklorhidroksikuin (kl' lidah berwarna hijau. Juga dilaporkan atrofi optik
iokuinol), broksikuinolin, klorkuinadol dan kiniolon' dan kebutaan permanen pada anak yang mendapat
diyodohidroksikuin untuk pengobatan diare kronik.
Selain SMON efek samping lain yang mungkin
2.1. FARMAKOLOGI timbul ialah lurunkulosis (toksikoderma yodium)'
menggigil, demam, dermatitis' rasa gatal, iritasi
Golongan obat ini memperlihatkan efek amu- anus, gangguan saluran cerna dan sakit kepala'
bisid langsung, tetapi mekanisme kerjanya belum Obat ini dikontraindikasikan pada penderita dengan
jelas. Derivat 8-hidroksikuinolin ini hanya bekerja
gangguan laal hati dan intoleransi yodium.'Pada
terhadap amuba dalam lumen usus dan tidak elektil
beberapa penderita, dapat teriadi pembesaran ke'
untuk abses amuba atau amubiasis hati. Golongan
lenjar tiroid. Ada dugaan bahwa iodokuinol kurang
obat ini elektil terhadap bentuk motil maupun kista
toksik dibandingkan dengan kliokuinol, mungkin ka-
dan efektivitasnya terhadap kista mungkin berda-
rena penyerapan yang lebih sedikit. Namun demi-
sarkan atas eteknya terhadap trolozoit. Obat golo-
ngan ini elektil untuk penderila pembawa kista' kian penggunaan golongan obat ini secara rutin
tetapi untuk disentri amuba akut, elektivitasnya sa- tidak dianjurkan sebab telah tersedia obat lain yang
ngat rendah. lebih aman.
540
Farmakologi dan Terapi

2.3. tNDtKASt 3.1. FARMAKOLOGI

Derivat 8-hidroksikuinolin merupakan obat Metronidazol memperlihatkan daya amubisid


yang.baik untuk pengobatan pembawa amuba dan langsung. Pada biakan E. histolytica dengan kadar
dapat pula digunakan untuk pengobatan ambula- metronidazol 1-2 pg/ml, semua parasit musnah
toar dan terapi masal. penggunaan pada anak dalam 24 jam. Sampai saat ini belum ditemukan
untuk diare kronik yang tidak jelas, tidak dianjurkan, amuba yang resisten terhadap metronidazol. Metro-
karena dapat menimbulkan neurotoksisitas yang nidazol juga memperlihatkan daya trikomoniasid
berat. Selain unluk amubiasis intestinal, iodokuinol langsung. Pada biakan Trichomonas vaginalis,
juga merupakan obat pilihan utama untuk carrier kadar metronidazol 2,5 prg/ml dapat menghancur-
amubiasis. Obat ini juga efektil pada pengobatan kan 99% parasit dalam waktu 24 jam. Trofozoit
infeksi Dlentamoeba fragilis, balantidiasis dan lam- Giardia lamblia juga dipengaruhi langsung pada
bliasis yang telah resisten terhadap pengobatan kadar antara 'l -50 prg/ml.
kuinakrin. lodokuinol dan kliokuinol juga digunakan Tinidazol memperlihatkan spektrum antimi_
untuk pengobatan berbagai penyakit kulit secara kroba yang sama dengan metronidazol. perbeda-
topikal. annya dengan metronidazol ialah masa paruhnya
yang lebih panjang sehingga dapat diberikan seba_
gai dosis tunggal per hari.

FARMAKOKINETIK. Absorpsi metronidazol ber-


2.4. SEDIAAN DAN POSOLOGI langsung dengan baik sesudah pemberian oral.
Satu jam setelah pemberian dosis tunggal 500 mg
per oral diperoleh kadar plasma kira-kira 10 pg/ml.
Kliokuinol umumnya terdapat dalam kombi_ Umumnya untuk kebanyakan protozoa dan bakteri
nasi dengan kortikosteroid, sullonamid dan zat lain yang sensitif, rata-rata diperlukan kadar tidak lebih
sebagai sediaan krem salep dan tablet vagina. Se- dariS pg/ml.
diaan tunggal kliokuinol berupa bubuk dan tablet Waktu paruhnya berkisar antara g-10 jam. pa_
250 mg.
da beberapa kasus terjadi kegagalan karena ren_
Di lndonesia kliokuinol yang semula sangat dahnya kadar sistemik. lni mungkin disebabkan
populer sebagai antidiare (pil Ciba), telah ditarik dari
oleh absorpsi yang buruk atau metabolisme yang
peredaran pada tahun 1989, karena efektivitasnya
terlalu cepat. Obat ini diekskresi melalui urin dalam
pada diare akut tidak ada padahal obat ini berpoten-
bentuk asal dan bentuk metabolit hasil oksidasi dan
si menimbulkan SMON (subacute myeloopthtalmo glukuronidasi. Urin mungkin berwarna gelap karena
neuropathy). mengandung pigmen yang larut air. Metronidazol
Dosis iodokuinol yang dianjurkan pada peng_ juga diekskresi melalui air liur, air susu, cairan va-
obatan amubiasis ialah 3 x 650 mg selama 20 hari gina, dan cairan seminal dalam kadar yang rendah.
untuk dewasa, atau 30-40 mg/kgBB/hari untuk Masa paruh tinidazol 12-14jam. Kadar plasma
anak, yang terbagi dalam tiga dosis. setelah 24 jam,10 pg/mt.

3.2, EFEK SAMPING DAN


3. METRONIDAZOL KONTRAINDIKASI

Metronidazot iatah (1 p -hidroksi-etit)-2-metit_5_ Efek samping hebat yang memerlukan peng-


nitroimidazol yang berbentuk kristal kuning muda hentian pengobatan jarang ditemukan. Elek sam-
dan sedikit larut dalam air atau alkohol. Selain me- ping yang paling sering dikeluhkan ialah sakit
miliki efek trikomoniasid, metronidazol juga berelek kepala, mual, mulut kering dan rasa kecap logam.
amubisid dan ef ektif terhadap G i ard i a tam bt i a. Obat Muntah, diare dan spasme usus jarang dialami.
lain yang memiliki struktur dan aktivitas mirip de- Lidah berselaput, glossitis dan stomatitis dapat ter-
ngan metronidazol dan telah digunakan di banyak jadi selama pengobatan dan ini mungkin berkaitan
negara ialah tinidazol, nimorazol, dan ornidazol. dengan moniliasis. Efek samping lain dapat berupa
541
Amubisid

pusing, vertigo, ataksia, parestesia pada ekstre- dapat diperoleh respons yang baik' Meskipun me-
mitas, urlikaria, flushing, pruritus, disuria, sistitis, tronidazol elektif untuk abses hati, namun aspirasi
rasa tekan pada pelvik, juga kering pada mulut abses tetap diperlukan. Belum ada keseragaman
vagina dan vulva. pendapat tentang penggunaan obat ini untuk pem-
Metronidazol ialah suatu nitroimidazol, se- bawa amuba.
hingga ada kemungkinan dapat menimbulkan Selain untuk amubiasis dan trikomoniasis'
gangguan darah. Walaupun sampai saat ini belum metronidazol juga diindikasikan untuk drakunkul'
pernah dilaporkan adanya gangguan darah yang iasis sebagai alternatif niridazol dan untuk giar-
berat, pemberian metronidazol untuk jangka lebih diasis. Metronidazol telah digunakan untuk profi-
dari 7 hari hendaknya disertai dengan pemeriksaan laksis pascabedah daerah abdomen, infeksi pelvik
leukosit secara berkala, terutama pada penderita dan pengobatan endokarditis yang disebabkan oleh
usia muda atau penderita dengan daya tahan ren- B. fragitis. Untuk maksud ini metronidazol merupa'
dah. Neutropenia dapat terjadi selama pengobatan kan obat pilihan selaln klindamisin, antibiotik p-lac-
dan akan kembali normal setelah pengobatan di- tam, dan kloramfenikol.
hentikan. Pada penderita dengan riwayat penyakit Metronidazol juga digunakan untuk kolitis
darah atau dengan gangguan SSP, pemberian obat pseudomembranosa yang disebabkan oleh Clostri-
ini tidak dianiurkan. Bila ditemukan ataksia, kejang dium difticile tetapi vankomisin merupakan obat ter'
atau gejala susunan saral pusat yang lain, maka pilih.
pemberian obat harus segera dihentikan. Metroni-
dazol telah diberikan pada berbagai tingkat keha-
milan tanpa peningkatan kejadian teratogenik' pre- 3.4. SEDIAAN DAN POSOLOGI
maturitas dan kelainan pada bayi yang dilahirkan.
Namun penggunaan pada trimester pertama ke- METRONIDAZOL. Tersedia dalam bentuk tablet
hamilan tidak dianjurkan, bahkan bila mungkin 250 dan 500 mg; suspensi 125 mg/5 ml dan tablet
untuk semua tingkat kehamilan, sampai diperoleh vagina 500 mg. Untuk amubiasis, dosis oral yang
data keamanan Yang lebih lengkaP. digunakan ialah 3 x 750 mg/hari selama 5-1 0 hari.
Elek serupa disulfiram dilaporkan terjadi pada Sedangkan untuk anak ialah 35-50 mg/kg BB/hari
beberapa penderita yang minum alkohol dan men- terbagi dalam tiga dosis
dapat metronidazol. Akan tetapi metronidazol tidak Untuk trikomoniasis pada wanita dianiurkan 3
diindikasikan untuk mengobati alkoholisme. kali250 mg/hari selama 7-10 hari; bila perlu' pengo-
Dosis metronidazol perlu dikurangi pada batan ulang baru boleh diberikan dengan selang
pasien dengan penyakit obstruksi hati yang berat' waktu 4-6 minggu. Pada terapi ulang diperlukan
sirosis hepatis dan gangguan lungsi ginial yang pemeriksaan iumlah leukosit sebelum, selama dan
berat. sesudah pengobatan. Tablet vaginal sehari sekali
Efek samping tinidazol serupa metronidazol' dapat diberikan bersama-sama dengan tablet oral
3 kali 250 mg selama 7-10 hari, Hasil yang tidak
3.3. INDIKASI memuaskan merupakan petuniuk perlunya dilaku-
kan tindakan pembedahan untuk menghilangkan
Metronidazol dan tinidazol terutama diguna- fokus yang terdapat di kelenjar serviks atau dalam
kan untuk amubiasis, trikomoniasis dan infeksi bak- kelenjar Skene dan Bartolini. Kegagalan pengobat-
teri anaerob. Metronidazol efektif untuk amubiasis an juga dapat terjadi bila ada reinfeksi dari pasang-
intestinal maupun ekstraintestinal. Namun efeknya annya. Dalam hal demikian, pihak laki-laki harus
lebih jelas pada jaringan, sebab sebagian besar diobatijuga dengan metronidazol 3 kali 250 mg/hari
metronidazol mengalami penyerapan di usus halus' selama 7 hari dalam waktu bersamaan. Untuk pen-
Karena itu pemberian melronidazol sebagai obat derita yang toleran dapat diberikan pengobatan
tunggal pada amubiasis intestinal sering disertai sehari saja dengan dosis tunggal 2 gram atau 2 kali
f rekuensi relaps yang cukup tinggi. Untuk amubiasis
1 g sehari. Untuk anak pre pubertas diberikan 15
intestinal dianjurkan pemberian amubisid intestinal mg/kgBB per hari dalam dosis terbagi tiga selama
lain setelah pemberian metronidazol. 7-10 hari.
Pada abses hati, dosis yang digunakan sama
Dosis untuk giardiasis adalah 3 x 250 mg/hari
besar dengan dosis yang digunakan untuk disentri
selama 7 hari.
amuba, bahkan dengan dosis yang lebih kecil telah
542
Farmakologi dan Terapi

TINIDAZOL. Tersedia sebagai tablet


500 mg.
Giardiasis. Dosis tunggal 1,5 g OiminJm
se_ . . Dalam pengobatan amubiasis hati, selain klo-
rokuin, harqs pula diberikan oO"t
waktu makan. u*rUi"rislntesti-
Disentri amuba/abses nal untuk mencegah relaps. SeOafitnya
hati amuba. Dosis pengobatan amubiasis jntestinal, dalam
tunggal iehari 2 g selama 3 hari, setain oOat yang
diberikan sewaktu efektif untuk amubiasis intestinal p"if,
makan. Anak, 60 mg/kgBB. prfJlir"n"i
dengan klorokuin untuk mencegun
Trikomoniasis : dosis tunggal 2 g. pasangan
infeksihati. lnfeksiE histotytica
k!;ur;kin"n
seksual harus diobati dengan Oori. Oif,ofon ,"_
V"i,g ;;" "J"L
rupakan sumber amubiasii eXstraintestinai.-'
Kemoprofilaksis infeksi pLJ" O"Oun
pelvik/bedah abdominal. "n""robik Dosis klorokuin yang biasa untuk
oiang
wasa dengan amubiasis ekstraintestinaf -iJan Oe_

Bedah abdominal. pada operasi 250 mg/hari pada dua hari perram;J"n
+x
pedu, usus, tinidazot 1.600
lambung, em_
dengan
oiiIiir,r,""
mg tV * 4oo;;ioksi- .2x250 mg/hari selama oru tigu
siklin yang diberikan t minggu. Karena toksisitasnya r"nOan, "t".1
lam sJOetu, p"rb""j"n"n Oo"i!i"p",
efektit mencegah infeksi pasca dinaikkan bila perlu. Beberapa p"n"fiii
OeJaf, .-Oo-t-Jsitrin rnun-guniru
ditambahkan untuk mencegah infeksi kan agar klorokuin diberikan seierun
negatif yang aerobik.
kr;;;;"r- i"rapi'Jmetin,
sedangkan peneliti lain lebih rn"nyrf"i
p'"--r.n'O"ri"n
. Pada bedah kolorektal 2 g tinidazol oral diberi- kedua macam obat tersebut O"r""r"_rlra.-Hasif
pengobatan dengan klorokuin 'r"rnu
kan 12 jam sebetum pemueoarian,
berian beberapa hari sebelum
i;;1;;;"";", ,"ringk"ii
eperti em eti n, oah k-an xaia n -
nya tidak membawa tambahan
dan/atau
""r,jouh_
mantaat.-i"A"n
::f
Kaoang
s
: : ?.?^i"-?,gkap
ktorokuin memberikarr hasil yang baik pada
s

pelvik. pencegahan infeksi oio"ritJ"-z kasus yang gagal dengan emetin.


Seperti halnya
tinidazol.Untuk
oral 12 jam sebelum Oan +e
g
emetin, klorokuin tidak selalu bersifat
iam'lasca_
bedah. Regimen ini efektif ,"n""gun-J;jo,ilir,,,, abses hati, karena itu perlu terapi
lrr"t,i p"O"
tamOah"n,d"n
tuka operasi paOa beO'ah kadang-kadang perlu pembedairan.
!:: .sg?sis.
pun histerektorni. rn"u-
""r"riu'
Aetum aOa
f3noyan rentang resistensi
Pengobatan infeksi anaerobik.
klorokuin. ".rb"-i"lnuo"p
Tinidazol merupa_ Pemakaian lain dari klorokuin yang
kan alternatif penisilin untuk pengoOatan berharga
intet si iatah untuk diagnosis ex juvantibus
yang disangka menderita amubiasisnJi;1;r,,"
allergbik : peritoniris, abses abdoriin"f
J"n
otak. Dosis 500 mg, seriap 12
1", tV, "0r",
ilma';;n"- n"ti np"Oif"
kelainan hati disebabkan oleh amuba,"f"
batan sesuai respons terapi. OJng"n
pemberian klorokuin segala
keluhan dan-gfafa
densan hati cepat hirang. Fens-
Iilg^:"jll!:nsan
ooaran abses paru akibat amuba
dengan kiorokuin
4. KLOROKUIN juga memberi hasil baik.
Klorokuin digunakan untuk amubiasis
hanya
ln vitro, klorokuin menunjukkan bila metronidazol tak berhasil
daya amubisid
lebih besar terhadap trofozoid OiOanjingkai dikasi dalam penggunaannya. "t"u "Ju-tonii"in_
oe-
ngan golongan oksikuinolin berhalogen J"n ["r0"" Sitat-sifat larmakologi klorokuin dibahas
son, tetapi lebih kecil daripada secara lengkap dalam Bab 37.
emeti-n. gerdas;rfan
fgnVafaa.l
ini dan pengetahuan bahwa r,[iorrin
banyak ditimbun dalam'hati hewan
.oO"'J"ng"n
kadar beberapa ratus kali kadar
dal;;;;r",
maka klorokuin digunakan untuk pengobatan 5. AMUBISID LAINNYA
amu_
biasis. hati. Beberapa hari setelah
p""ngob"i";' o"-
ngan klorokuin keluhan dan gejala
hilang; penyakit tersebut o"p"t"r"rti"rir'n"tl 5.1. SENYAWA ARSEN
secara baik bahkan sering dapat
Jir."J"rik""
OisemOunfan.
Obat golongan arsen yang terdiri dari
. Klorokuin tidak bermanfaat untrl son dan glikobiarsol merupakan amubisid
karbar-
hampir "rrOi"ri"
intestinal, karena penyerapannya irrjn"f
sehingga kadar yang terdapat
s"rprrn" yang telah lama dikenal. Obat
dah,
ii
roro,i,"ng"il"n- Ini Cigunafan-untut
amubiasis intestinal akut maupun-f,ronif,
tidak efektif untuk disentri yang'berat:
t"i"pi
N;r;;"_
Amubisid 543

ngan ditemukannya obat lain yang lebih efektif dan Masih terdapat silang pendapat tentang efektivitas-
lebih aman, sediaan arsen ini hampir tidak diguna- nya untuk amubiasis akut yang disertai gejala di-
kan lagi. sentri.
Pembahasan lebih lengkap tentang kedua
obat ini dapat dilihat pada edisi terdahulu buku ini.
Sediaan dan posologi. Obat ini tersedia dalam
bentuk tablet 500 mg dan diberikan secara oral
dengan dosis 3 kali sehari 1 tablet selama 10 hari.
Jika diperlukan, rangkaian terapi kedua diberikan
5.2. DILOKSANID FUROAT segera sesudah rangkaian pertama selesai. Dosis
untuk anak ialah 20 mg/kgBB/hai"i, dalam dosis
terbagi tiga selama 10 hari.
Diloksanid luroat adalah derivat dikloro-ase-
tamid, merupakan bubuk kristal putih yang hampir
tidak larut air. Di dalam lumen atau mukosa usus 5.3. ANTIBIOTIK
sebagian besar ester ini dihidrolisis menjadi dilok-
sanid yang bersifat amubisid, dan asam luroat se- Beberapa antibiotik berguna untuk pengobat-
hingga dalam sirkulasi sistemik terdapat sebagai an amubiasis intestinal, misalnya eritromisin,
diloksanid. paromomisin dan beberapa jenis tetrasiklin. Pa-
romomisin ialah satu-salunya antibiotik yang memi-
FARMAKOLOGI. Diloksanid merupakan hasil sub-
stitusi asetanilid. Baik diloksanid maupun esternya
liki efek amubisid langsung. Antibiotik lain tidak
ternyata memiliki daya antibakteri. ln vitro, dilok- langsung bersifat amubisid dan bekerja dengan
mempengaruhi llora usus yang penting untuk kehi-
sanid memperlihatkan sifat amubisid langsung de-
dupan amuba patogen.
ngan mekanisme yang belum diketahui. Pada per-
cobaan klinik, obat ini elektil untuk mengobati pen- Derivat tetrasiklin yang paling sering diguna-
derita dengan kista, tetapi relatif tidak elektif untuk kan ialah tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetra-
pengobatan amubiasis intestinal akut karena ren- siklin. Efektivitasnya tergantung dari jumlah obat
dahnya kadar obat di tempat infeksi. Ternyata ester yang tidak diabsorpsi di dalam ususi hal ini terbukti
luroatnya lebih aktif daripada senyawa asal, se- pada demetilklortetrasiklin dan metasiklin yang ab-
hingga diloksanid furoat digunakan untuk mengo- sorpsinya baik yang ternyata memperlihatkan daya
bati amubiasis intestinal akut. amubisid rendah. Penggunaan tetrasiklin, sebaik-
Teklozan dan etolamid adalah derivat dikloro- nya bersamaan dengan obat lain yang tepat, untuk
asetamid yang lain yang telah memberikan hasil amubiasis intestinal maupun ekstraintestinal.
yang baik terhadap amubiasis luminal. Paromomisin termasuk golongan aminogli-
kosid yang berasal dari Streptomyces rimosus dan
Farmakokinetik. Pada hewan coba absorpsi me-
bersifat amubisid secara in vitro maupun in vivo.
lalui saluran cerna berlangsung cepat. Kadar pun-
Obat ini bekerja langsung terhadap amuba, tetapi
cak dalam darah dicapai dalam waktu satu jam dan
juga bersilat antibakteri terhadap organisme normal
menurun sesudah 6 jam. Ekskresi melalui urin
maupun patogen dalam usus. Setelah pemberian
dalam waktu 48 jam sebanyak 60-90% dan seba-
oral, hanya sedikit yang diabsorpsi. Elek samping-
gian yaitu 4-9% melalui leses. Diloksanid diekskresi
nya terbatas pada keluhan saluran cerna termasuk
dalam bentuk glukuronidnya.
diare. Seperti aminoglikosid lain paromomisin sa-
Efek samping. Efek samping yang berat belum ngat toksik terhadap Einjal. Pengalaman dengan
atau tidak ditemukan. Sering timbul keluhan saluran paromomisin menunjukkan bahwa obat ini cukup
cerna yang ringan misalnya meteorismus, llatus efektif untuk pengobatan amubiasis intestinal yang
dan muntah. Pruritus dan urtikaria kadang- kadang akut maupun kronik, tetapi tidak elektif untuk amu-
terjadi. biasis ekstraintestinal. Paromomisin juga efektif
untuk pengobatan taeniasis. Paromomisin sullat
lndikasi. Beberapa peneliti beranggapan bahwa
yang diberikan per oral disebut juga humatin. Dosis
diloksanid luroat merupakan obat terpilih untuk
paromomisin ialah 25-35 mg/kgBB/hari yang dibagi
pengobatan pembawa amuba dan bila diberikan
dalam 3 dosis dan diberikan pada waktu makan,
bersama obat lain yang tepat, merupakan obat ter-
pilih untuk amubiasis ekstraintestinal. Bila hanya selama 5-10 hari. Beberapa peneliti menggunakan
dosis yang lebih tinggi yaitu sampai 66 mg/ kgBB.
diberikan diloksanid furoat saja terapi tidak etektif.
544 Farmakologi dan Terapi

s.4. KLEFAMTD (KLORFENOKSAMID) biasis hati. Rekomendasi AMA Drug Evaluations


tahun 1991 untuk pengobatan amubiasis terlihat
Obat ini digunakan untuk pengobatan amubia- pada Tabel 36-1.
sis intestinal akut atau kronik. Sediaannya berupa
tablet 250 mg dan dosis 1,5 g/hari yang diberikan
selama 40 hari. Dosis dapat ditingkatkan rnenjadi Tabel 36-1. PENGOBATAN AMUBtAStS
2,25 glhari. Efek samping biasanya berupa keluhan
ringan pada saluran cerna, misalnya rasa kembung,
mual, nyeri perut dan diare. Jenis infeksi Obat terpilih Obat pilihan lain

1. Pembawa kista iodokuinol paromomisin atau


(asimtomatis) diloksanid luroat
6. PEMILIHAN OBAT AMUBIASIS
2. lnleksi usus ringan mtronidazol motronidazol diikuti
s/d sedang diikuti dengan paromomisin
Pengobatan amubiasis dinyatakan berhasil yodokuinol
bila pada pemeriksaan laboratorium berkala selama
3. lnteksi usus brat metronidazol dehidroemetin atau
6 bulan tidak ditemukan lagi adanya amuba bentuk diikuti dengan emetin diikuti iodo.
histolytica dan kista. Hilangnya gejala klinik belum yodokuinol kuinol
merupakan jaminan penderita sembuh dari penya- 4. Abses jaringan metronidazol dhidrom6tin atau
kit amubiasis. Untuk memperoleh keadaan tersebut (biasanya hati) diikuti dngan emetin dan bdo-
perlu dicegah terjadinya infeksi ulang dan ini dapat yodokuinol kuinol, dengan
atau tanpa klorokuin
dilaksanakan dengan pemberian amubisid yang be-
kerja sekaligus di jaringan dan lumen usus disertai
dengan peningkatan higiene perorangan dan kese-
hatan lingkungan. Secara epidemiologi, pengobat- Selain pemberian amubisid, juga diperlukan
an lerhadap pembawa kista juga penting, sebab tindakan lain yang silatnya menguntungkan pen-
individu ini dapat menjadi sumber penularan bagi derita misalnya diet yang rendah residu serta kar-
orang lain dan dirinya sendiri. Pembawa kista ini bohidrat dan protein yang mudah dicerna; pem-
merupakan indikasi bagi amubisid luminal, namun berian obat yang bersifat simtomatik; dan kadang-
pada penggunaan amubisid yang hanya bekerja di kadang diperlukan pula antimikroba untuk mengen-
lumen usus, tidak dapat mencegah terjadinya amu- dalikan infeksi yang menyertai amubiasis.
Obat Malaria 545

37. OBAT MALARIA


Sukarno Sukarban dan Zunilda SB

1. Pendahuluan 5. Kuinin dan alkaloid sinkona


5.1. Sejarah dan kimia
2. Klorokuin dan turunannya 5.2. Farmakodinamik
2.1. Farmakodinamik 5.3. Farmakokinetik
2.2. Farmakokinetik 5.4. Efek samping
2.3. Elek nonterapi dan kontraindikasi 5.5. lndikasi
2.4. Sediaan dan posologi
5.6. Sediaan dan posologi
Pirimetamin
6. Obat malaria lain
3.1. Kimia
3.2. Farmakodinamik 6.1. Proguanil
3.3. Farmakokinetik 6.2. Mellokuin
3.4. Efek nonterapi 6.3. Halolantrin
3.5. Sediaan dan posologi 6.4. Tetrasiklin
6.5. Kombinasi pirimetamin sulladoksin
4. Primakuin 6.6. Artemisinin
4.1. Selarah dan kimia
4.2. Farmakodinamik 7. Kemoprolilaksis dan terapi malaria
4.3. Farmakokinetik 7.1. Terapi malaria
4.4. Elek nonterapi dan kontraindikasi
7.2. Kemoprofilaksis malaria
4,5. Posologi

1. PENDAHULUAN eritrosit. Malaria kuartana yang disebabkan oleh


P.malaria dan terdapat di Alrika Barat banyak di'
sertai dengan sindrom nefrotik.
Untuk dapat mengerti kerja dan penggunaan
obat malaria, perlu dimengerti dasar-dasar biologi
plasmodium, diagnosis penyakit malaria, tuiuan DASAR BIOLOGIINFEKS]
pengobatannya, dan masalah resistensi dalam pe-
ngobatan malaria. Obat malaria yang akan dibahas: Manusia merupakan hospes antara tempat
klorokuin dan lurunannya, pirimetamin, primakuin, plasmodium mengadakan skizogoni (siklus asek-
kina, meflokuin, halofantrin dan artemisinin. Obat sual), sedangkan nyamuk Anopheles merupakan
semacam sulfonamid, sulfon, dan tetrasiklin yang vektor dan hospes definitif tempat terjadinya siklus
digunakan dalam bentuk kombinasi dengan salah seksual dan reproduksi yang dilengkapi dengan
satu obat di atas dibahas pada bagian lain dari buku sporogoni. Pada manusia parasit ini hidup dalam sel
ini. tubuh (fxed fissue cel/s) dan sel darah merah. Sik-
Secara klinis dikenal 3 macam penyakit mala- lus hidup parasit malaria dapat dilihat di Gambar
ria. Malaria tropika yang disebabkan oleh P.falci- 37-1.
pArum cenderung menjadi akut, tetapi bila cepat
diobati, hasil pengobatan memuaskan. Malaria ter' SIKLUS ASEKSUAL. lnleksi malaria alami terjadi
siana yang penyebabnya P.vivax cenderung men- dengan masuknya sporozoit melalui gigitan nyamuk
jadi kronis karena memiliki lase eritrosit dan ekso- anofeles betina yang terinleksi parasit. Selain itu'
Farmakologi dan Terapi

kcl. liur nyamuk

ft"*r'*,it'*ii-l ,/
(
@,,ffi
Irii:i:;
ffi'f, s\:
wffi
@
I

Sel hati

ffi
merozoit

@h
I
I
:"rm

Gambar 37-1. Siklus malaria


Obat Malaria 547

infeksi dapat terjadi melalui transfusi darah yang Pengobatan supresi ditujukan untuk menyingkir-
lercemar parasit. Dengan masuknya sporozoit ini kan semua parasit dari tubuh pasien dengan mem-
dimulailah siklus aseksual plasmodium. berikan skizontosid darah dalam waktu lama, lebih
Sporozoit ini segera hilang dari sirkulasi darah lama dari masa hidup parasit.
dan menetap di sel parenkim hati untuk bermulti- Pada pencegahan kausal digunakan skizon-
plikasi dan berkembang menjadi skizon jaringan. tosid jaringan yang bekerja pada skizon yang baru
Bagian siklus ini dikenal sebagai fase preeritrosit memasuki jaringan hati. Dengan demikian tahap
atau eksoeritrosit, dan berlangsung selama 5-'l 6 infeksi eritrosit dapat dicegah dan transmisi lebih
hari tergantung dari jenis plasmodium. Pada fase ini lanjut dihambat. Pirimetamin dan primakuin efektif
pasien belum memperlihatkan gejala. untuk tujuan ini, tetapi primakuin tidak digunakan
Setelah perkembangan beberapa generasi, untuk profilaksis karena masa paruhnya yang pen-
skizon jaringan ini akan pecah dan melepaskan dek. Relaps juga dapat dicegah dengan skizontosid
beribu-ribu merozoid ke sirkulasi darah. Bentuk jaringan ini, misalnya pada inleksi P.vivax.
merozoid ini akan memasuki eritrosit dan memulai
fase eritrosit. Pada infeksi P.falciparum dan Pengobatan radikal dimaksudkan untuk memus-
P.malariae skizon pecah serentak, sedangkan pada nahkan parasit dalam lase eritrosit dan eksoeri-
infeksi P.vivax dan P.ovale beberapa skizon tetap trosit. Untuk ini digunakan kombinasi skizontosid
dalam keadaan laten untuk kemudian menimbulkan darah dan jaringan. Bila telah dicapai penyembuhan
relaps. Parasit dalam eritrosit memperbanyak diri radikal maka individu ini diperbolehkan menjadi
membentuk trolozoit dan akhirnya skizon yang donor darah. Tetapi sulit untuk mencapai penyem-
matang. Eritrosit yang mengandung skizon ini ke- buhan radikal karena adanya /ate tissue stage, ke-
mudian pecah melepaskan 6-24 merozoit ke sirku- cuali pada infeksi P.falciparum. Pengobatan untuk
lasi. Merozoit ini memasuki eritrosit lain dan meng- mengatasi serangan klinik inleksi P.falciparum me-
ulangi lagi lase skizogoni. Penghancuran eritrosit rupakan juga pengobatan radikal. lndividu yang
yang terjadi secara periodik inilah yang menimbul- tinggal di daerah endemik tidak cocok untuk men-
kan gejala khas malaria, yaitu demam yang diikuti dapat pengobatan radikal karena kemungkinan
menggigil. reinfeksi besar. Pengobatan seperti ini ditujukan
SIKLUS SEKSUAL. Sebagian merozoit berdiferen- pada pasien yang kambuh setelah meninggalkan
siasi menjadi gamet jantan dan betinayang bila ber- daerah endemik.
pindah ke nyamuk pada saat nyamuk menggigit Gametositosid membunuh gametosit yang
pasien. Dengan demikian siklus seksual dimulai. berada dalam eritrosit sehingga transmisinya ke
Gametosit berdiferensiasi lebih lanjut menjadi nyamuk dihambat. Klorokuin dan kuinin memper-
gamet jantan dan betina. Pembuahan terjadi dalam
lihalkan efek gametosidal pada P.vivax dan
usus nyamuk. Zigot yang terjadi berkembang men- P.malaiae, sedangkan gametosid P.falciparum
jadi sporozoit, berpindah ke kelenjar ludah nyamuk,
dapat dibunuh oleh primakuin. Sporontosid meng-
dan menginfeksi manusia lain melalui gigitan hambat perkembangan gametosit lebih lanjut di
nyamuk. tubuh nyamuk yang mengisap darah pasien, de-
ngan demikian rantai penularan ierputus. Kerja
KLASIFIKASI ANTIMALARIA seperti ini terlihat dengan primakuin dan
kloroguanid.
Berdasarkan kerjanya pada tahapan perkem-
bangan plasmodium, antimalaria dibedakan atas
skizontosid iaringan dan darah; gametosid dan
sporontosid. Dengan klasifikasi ini antimalaria 2. KLOROKUIN DAN TURUNANNYA
dipilih sesuai dengan tujuan pengobatan.
Untuk mengendalikan serangan klinik digu- Klorokuin (7-kloro-4-(4 dietilamino-1-metil-
nakan skizontosid darah yang bekerja terhadap me- butil-amino) kuinolin ialah turunan 4-aminokuinolin
rozoid di eritrosit ({ase eritrosit). Dengan demikian yang ditemukan dalam usaha mencari antimalaria
tidak terbentuk skizon baru dan tidak terjadi peng- yang kurang toksik dibandingkan dengan kuinakrin.
hancuran eritrosit yang menimbulkan gejala klinik. Zat ini merupakan senyawa dilosfat berupa kristal
Contoh golongan obat ini ialah klorokuin, kuinin, dan putih yang pahit, larut baik dalam pH asam tetapi
mellokuin. kurang pada pH netral atau basa. Klorokuin mem-
Farmakologi dan Terapi

punyai gugus aktif yang sama dengan kuinakrin, tidak ditemukan lagi di apus darah tepi setelah
tetapi inti klorokuin ialah kuinolin dan obat ini tidak 48-72 jam. Klorokuin menyembuhkan inleksi P.lal
mengandung gugus metoksi. Amodiakuin dan hi- ciparum dengan sempurna. Tetapi kambuhnya in-
droksiklorokuin merupakan turunan klorokuin yang teksi P.vivax tidak dapat dihindari, hanya interval
sifatnya mirip klorokuin. Walaupun in vitro dan in relapsnya yang diperpanjang.
vivo amodiakuin lebih aktif terhadap P.falciparum Mekanisme kerja obat ini diduga berhubungan
yang mulai resisten terhadap klorokuin, obat ini dengan sintesis asam nukleat dan nukleoprotein
tidak digunakan rutin karena efek samping agranu- yaitu dengan menghambat DNA polimerase dan
lositosis yang latal. Rumus bangun klorokuin. FINA polimerase. Secara fisik terjadi interkalasi
klorokuin dengan guanin rantai DNA. Hal ini terjadi
juga dengan primakuin dan kuinin, tetapi tidak de-
ngan meflokuin. Parasit yang menginleksi eritrosit
akan segera mengambil dan mengakumulasi obat
tersebut di dalam badannya. Parasit ini juga akan
menggumpalkan pigmen yang dihasilkan dari peng-
hancuran hemoglobin. Kepekaan plasmodia intra-
CH(CHz)sN(CzHs)z eritrosit terhadap klorokuin berhubungan dengan
I kemampuannya untuk menumpuk di dalam eritrosit.
CHs Proses ambilan obat dan pengumpulan pigmen
oleh parasit dihambat secara bersaing oleh amo-
diakuin, kuinin, dan mellokuin. Ambilan klorokuin
KLOROKUIN oleh plasmodia ini bersifat butuh energi (energy
dependent), terjenuhkan (saturable), dan berlang-
sung dengan bantuan carrier. Ada dugaan bahwa
pigmen yang dilepaskan dari degradasi Hb bertin-
2.1. FARMAKODINAMIK dak sebagai reseptor untuk klorokuin dan turunan-
nya. Pigmen ini atau kompleksnya dengan klorokuin
Selain sebagai antimalaria, klorokuin juga dapat menyebabkan lisis parasit.
memperlihatkan efek antiradang. Elek ini diman-
laatkan dalam pengobatan artritis reumatoid dan
lupus eritematosus diskoid. Obat ini juga berguna 2.2. FARMAKOKINETIK
untuk mengobati reaksi ph oto-alle rgic. Untuk pen g-
obatan penyakit tersebut, dibutuhkan dosis yang Absorpsi klorokuin setelah pemberian oral ter-
jauh lebih tinggi daripada dosis untuk malaria se- jadi lengkap dan cepat, dan makanan mempercepat
hingga kemungkinan intoksikasi harus dipertim- absorpsi ini. Kadar puncak dalam plasma dicapai
bangkan. setelah 1-2 jam. Kira-kira 55% dari jumlah obat
Seperti kuinidin, obat ini mernperlihatkan pe- dalam plasma diikat pada no ndiff usible plasma con-
ninggian ambang rangsang otot papilaris kucing, stituent. Klorokuin lebih banyak diikat di jaringan,
tetapi klorokuin hanya sedikit memperlambat kece- pada hewan coba ditemukan klorokuin dalam hati,
patan konduksi. Dikemukakan pula bahwa kloro- limpa, ginjal, paru, dan jaringan bermelanin se-
kuin berefek anestetik lokal dan dengan dosis tinggi banyak 200-700 kali kadarnya dalam plasma. Seba-
juga berefek antikoagulan. liknya, otak dan medula spinalis hanya mengan-
dung klorokuin 10-30 kali kadarnya dalam plasma.
Aktivitas antimalaria. Klorokuin hanya efektif ter- Metabolisme klorokuin dalam tubuh berlang-
hadap parasit dalam fase eritrosit, sama sekali tidak sung lambat sekali dan metabolitnya, monodesetil-
efektif terhadap parasit di jaringan. Elektivitasnya klorokuin dan bisdesetilklorokuin, diekskresi melalui
sangat tinggi terhadap P.vivax dan P.falciparum. urin. Sejumlah kecil klorokuin masih ditemukan
Selain itu, klorokuin juga elektif terhadap gamet dalam urin bertahun-tahun setelah pemberian di-
P.vivax. Elek supresi terhadap P.vivax lebih kuat hentikan. Dosis harian 300 mg menyebabkan kadar
dibandingkan dengan kina dan kuinakrin. Gejala mantap kira-kira 125 Fg/|, sedangkan dengan dosis
klinik serangan akut malaria menghilang 24-48 jam oral 0,5 gram tiap minggu dicapai kadar plasma
setelah pengobatan, sedangkan parasit umumnya antara 150-250 pg/l dengan kadar lembah antara
Obat Malaria

20-40 ygll. Jumlah ini berada dalam batas kadar Klorokuin digunakan sebagai terapi supresi
terapi untuk P.falciparum yang sensitif dan P.vivax' dan pengendalian serangan klinik malaria, tetapi
yaitu 30 dan 15 pg/|. Metabolisme klorokuin diham- beberapa P.falciparum resisten terhadap obat ini'
bat oleh SKF 525-4, amodiakuin, hidroksiklorokuin' Penggunaannya untuk amubiasis ekstraintestinal
dan pamakuin. dapat dilihat pada Bab 36.
Untuk terapi supresi diberikan klorokuin difos-
tat 0,5-1 gram sekali seminggu pada hari yang
2.3. EFEK SAMPING DAN KONTRA- tetap, sejak 1 minggu sebelurn seseorang menuju
ke daerah endemik dan diteruskan sampai paling
INDIKASI sedikit 6 minggu setelah meninggalkan tempat ter-
sebut. Pada anak- anak diberikan dosis 5 mg/kgBB
Dibandingkan dengan kuinakrin, klorokuin
dengan cara yang sama.
kurang toksik. Elek samping yang mungkin ditemu-
Serangan klinik diatasi dengan dosis awal 1
kan pada pemberian klorokuin ialah sakit kepala
gram disusul dengan 0,5 gram setelah 6 jam dan
ringan, gangguan pencernaan, gangguan pengli-
pada 2 hari berikutnya sehingga total 2,5 gram
hatan, dan gatal-gatal. Pengobatan kronik sebagai
dalam 3 hari. Bila diperlukan pemberiarr parenteral,
terapi supresi jarang sekali menimbulkan gangguan
misalnya pada keadaan koma, maka diberikan
yang memerlukan penghentian terapi' Gangguan
dosis 200 mg klorokuin basa lM, setengah dosis
yang paling sering didapat ialah gangguan saluran pada setiap bokong. Dosis boleh diulalg setiap 6
cerna dan gatal-gatal. jam dengan syarat dalam 24iam tidak mel-etihi 800
Penggunaan dosis besar selama satu tahun mg klorokuin basa. Pengobatan parenteral harus
dapat mengganggu daya akomodasi mata, menye- segera dihentikan bila obat telah dapat diberikan
babkan rambut memutih, dan gelombang T pada per oral.
EKG merendah tanpa gangguan faal kardiovas-
kular, tetapi gangguan ini reversibel' Pemberian
lebih dari 250 mg/hari selama beberapa tahun dapat 3. PIRIMETAMIN
menyebabkan retinopati yang menetap. lni diduga
berhubungan dengan akumulasi klorokuin di jaring-
an yang kaya melanin. 3.1. KIMIA
Klorokuin dikontraindikasikan pada penyakit
hepar. Penggunaannya harus hati-hati pada gang- Pirimetamin ialah turunan pirimidin yang ber-
guan gastrointestinal, gangguan darah, dan gang- bentuk bubuk putih, tidak berasa, tidak larut dalam
guan neurologik yang berat, atau harus dihentikan air dan hanya sedikit larut dalam asam klorida'
penggunaannya bila menimbulkan kelainan-kelain- Khasiat antimalaria ditemukan pada turunan
an tersebut. Obat ini sebaiknya tidak digunakan yang mempunyai gugus metil atau alkoksi pada
bersama-sama dengan sediaan Au dan lenilbuta- posisi 5 dalam inti pirimidin. Khasiat ini lebih jelas
zon karena sama-sama menyebabkan dermatitis. lagi bila pada posisi tersebut terdapat gugus aro-
Bila digunakan dalam iangka lama dan dosis besar matik. Substitusi gugus benzen dengan suatu
harus dilakukan pemeriksaan optalmologi sebelum- gugus penarik elektron misalnya nitro atau halogen
nya dan secara periodik selama pengobatan. akan menambah kekuatan antimalarianya. Nama
kimia pirimetamin ialah 2,4-diamino-5-p- klorolenil-
6-etil-pirimidin dengan rumus bangun di bawah ini:
2.4. SEDIAAN DAN POSOLOGI

Klorokuin tersedia sebagai garam difosfat dan


sullat. Keduanya dalam bentuk tablet yang setara
dengan 150 mg dan 100 mg klorokuin basa serta
dalam bentuk sirup yang mengandung 50 dan 25
mg/S ml zat aktif. Klorokuin difosfat tersedia juga
untuk penggunaan parenteral, 100 mg/ml injeksi.
Obat ini tersedia juga dalam kombinasi dengan
antimalaria lain, misalnya dengan pirimetamin atau Pirimetamin
kloroproguanil.
550
Farmakotogi dan Terapi

3.2. FARMAKODINAMIK
Karena efek antilolatnya dan karena
bersifat
Elek antimalaria pirimetamin mirip teratogenik pada hewan, pirimetamin
dengan jurkan pada wanita hamil, tidak dian_
efek kloroguanid, tetapilebih kuat kecuali Oiru
fur"nl bekerja lukan. ""nglioip""
paruhnya
pun f"Oin
faat utama pirimetamin iaian aaraniJ"niJng I,/"n_
fangsung;waktu
dan terapi fJi""g"n"n
supresi. Selain itu tomOinusi piriil'"t"rin 3.5. SEDIAAN DAN POSOLOGI
den gan sulfonam id dan kuin in meru paf<a-n'reg imen
terpilih untuk serangan akut malaria
of"n piu"roOi" Pirimetamin tersedia sebagai tablet
yang resisten terhadap klorokuin. pengobatan selain itu terdapat juga sediaan-
25 mg,
kombinasi tetap
:uprgsi terhadap mataria tersiana diperoieh bita dengan sutfodoksin 500 mg y"ng
oike;ull"ng"n
terapiditeruskan selama 10 minggu nama Fansidar.
meninggalkan daerah endemik. "eiJan --" pa"i"n
'
. Untuk prolilaksis diberikan 1 tablet
lum seseorang memasuki daerah
t hari sebe_
MEKANISME KERJA. pirimeramin
menghambat
enzim dihidrololat reduktase ptasmoOia ""J"rni[i"" oi
lanjutkan sampai 6 minggu setelah
meninggalkan
p"iu i"Our. daerah tersebut.
yang jauh lebih rendah. daripada
y"ng'dlp"rlrt"n Untuk serangan akut malaria oleh p.palcipa-
untuk menghambat enzim yang -pada
manu- rum yang resisten terhadap klorokuin,
sja. Enzim ini bekerja dalam ringkai"n
"ama pirimetamin
tesis purin, sehingga pengham6atannyu
i""i.i ,in_ 25 mg diberikan 2 x sehari selama g
rn"ny"_ nuri bersJma_
sama dengan sulfadiazin 4 x 500
babkan gagalnya pembelahln
inti palu purtrmoun_ mg setam; i ;ari.
Atau digunakan sed iaan kom bin
an skizon dalam hati. Kombinasi
deng"n-"rtion"rio asi i","pli"'*io"rl
memperlihatkan sinergisme dalam dosis tunggal dengan dosis
kareia teJrunya 2_3 iutf"t untrr,
dewasa; 2 tablet untuk anak g-14
mengganggu sintesis purin pada
tahap yang ber- tahun, t tantet
urutan. untuk anak 4-g tahun, dan 1lZ tablet
Dalam kombinasi ini nanya Oipertutanodosis untui< Oi
yang jauh lebih kecil untuk
kedua f,Jrnpon"n. e""
bawah 4 tahun. "n"f
kembangnya galur yang resisten
terhadaj kedua
obat pun akan dicegah atau oip"rf"rnoui'o"ngun
kombinasi ini. 4. PRIMAKUIN

4.1. SEJARAH DAN KIMIA


3.3. FARMAKOKINETIK
Primakuin atau g-(4-amino_1-metilbutilami_
pirimetamin di saluran cerna no)-6-metokuinotin iatah iurunan
,^-_-P"ny"r".pan ber_ e-"ri;tkri,;rin
tam.bat tetapi tengkap. Obat dengan rumus bangun sebagai
:Lg:r"S
rerurama di ginjal, paru, hati, dan limpa, t
ini ditimbun berikut:
diekskresi lambat dengan waktu paruh "mrOian
Xira,_.nra q
hari. Metabotitnya diekikreri r"i"[iurin.'iiirn","_
CHe
min
-diekskresi
cukup banyak melalui
dapat dicapai kadar supresi datam
,r", iO, I

:::ilgS_" "ir. darah


HzN(CHz)e CH
Dayt yang sepenuhnya mendapai
air susu ibu.- I
NH

3.4. EFEK NONTERAPI

.krositikDengan dosis besar dapat terjadi anemia


yang-serupa dengan yang
ma- "rrO,dO
terjadi pada defi-
siensi asam fotat. Gejata ini primakuin
batan dihentikan, "r,"niir"ng
il;;;g"
atau dengan p"rn6oi*'"r"rn
folinat (teukovorin; tihar eaO-+S),
it"irt ,""""g"n Galam difosfat yang tersedia di pasar
trombostopenia, dan'f
.1!9r,.":
vorin ini dapat pula diberikan O"rr"r""n [rio_ dalam air dan relatif stabil sebagai
larut
"uf,op"ni",O"-n"g"n r"rri"n-,l"jixit
pirimetamin. mengalami dekomposisi bila tirkena
,in"i
udara. "t",
Obat Malaria 551

Pamakuin ialah turunan 8-aminokuinolin yang bat, pemberian 8-aminokuinolin selama 3 bulan se-
pertama dipakai, tetapi karena indeks terapinya ren- sudah dosis kuinakrin yang terakhir, tetap mem-
dah, maka dicari turunan yang toksisitas lebih ren- perlihatkan lenomen di atas. Kadar kuinakrin dalam
dah tetapi daya antimalarianya sama kuat. Kemu- plasma tidak dipengaruhi dengan kombinasi ini,
dian ditemukan primakuin yang paling aktil, disusul Kina dan klorokuin tidak mempengaruhi kadar
oleh pentakuin dan isopentakuin. Toksisitas golong- primakuin dalam plasma. Pemberian kina dan pri-
an 8-aminokuinolin ini lernyata berhubungan de- makuin bersama-sama merendahkan frekuensi ke-
ngan derajat substitusi pada gugus amino terminal. jadian dan intensitas methemoglobinemia yang
Pamakuin yang paling toksik memiliki amin terminal seringkali terjadi pada pemberian dosis tinggi 8-
tersier, sedangkan primakuin yang paling tidak tok- aminokuinolin. Untuk terapi profilaksis di daerah
sik memiliki amin terminal primer. endemik malaria, primakuin sering dikombinasi de-
ngan klorokuin atau amodiakuin.

Resistensi. Flesistensi terhadap 8-aminokuinolin


4.2. FARMAKODINAMIK
terjadi pada hewan coba, tetapi resistensi P.vivax
terhadap primakuin belum menimbulkan persoalan
Berbeda dengan kina, primakuin dosis terapi
tidak memiliki efek lain selain elek antimalaria. Efek
di klinik. Walaupun demikian, harus dijaga agar
toksiknya terutama terlihat pada darah.
tidak terjadi penyalahgunaan, karena primakuin
merupakan satu-satunya obat yang elektif terhadap
/ate tissue stages yang menyebabkan relaps.
AKTIVITAS ANTIMALARIA

Primakuin merupakan obat yang berharga di- 4.3. FARMAKOKINETIK


tinjau dari potensi maupun rendahnya toksisitas,
dan telah dicoba secara ekstensil pada tentara Setelah pemberian per oral, primakuin segera
Amerika di Korea. Manfaat kliniknya yang utama diabsorpsi, tetapi metabolisme juga berlangsung
ialah dalam penyembuhan radikal malaria vivaks cepat sehingga hanya sebagian kecil yang dieks-
dan ovale, karena /ate tissue stage lorm plasmodia kresi dalam bentuk utuh. Setelah dosis tunggal
ini dapat dihancurkan oleh primakuin. Maka prima- kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam 1-2
kuin merupakan obat terpilih untuk maksud ini. Go- jam, kemudian cepat menurun dengan waktu paruh
longan 8-aminokiunolin memperlihatkan elek 3-6 jam. Metabolisme oksidatif primakuin mengha-
gametosidal terhadap ke 4 jenis plasmodium, ter- silkan 3 metabolit; turunan karboksil merupakan
ulama P.falciparum. Primakuin juga sangat aktif metabolit utama pada manusia. Ketiga metabolit ini
terhadap bentuk preeritrosit primer P.falciparum, tidak berefek antimalaria, tetapi elek hemolitiknya
tetapi secara praktis efek ini tidak berharga karena lebih kuat daripada primakuin.
mula kerjanya lambat dan waktu paruhnya singkat.

Mekanisme antimalaria. Tidak banyak yang dike- 4.4. EFEK NONTERAPI DAN KONTRA.
tahui tentang cara kerja 8-aminokuinolin sebagai INDIKASI
antimalaria, lebih-lebih tentang aktivitasnya yang
lebih menonjol terhadap skizon jaringan. Yang jelas
Efek samping yang paling berat dari primakuin
pentakuin tidak menghambat inkorporasi foslat
ialah anemia hemolitik akut pada pasien yang me-
pada DNA atau RNA. Yang berperan sebagai an-
ngalami defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidro-
timalaria ialah primakuin, sedangkan yang menye- genase (GoPD). Beratnya hemolisis beragam ter-
babkan hemolisis lebih kuat ialah metabolitnya. gantung dari besarnya dosis dan beratnya delisien-
lnteraksi Obat. Telah lama diketahui bahwa kuina- si. Ternyata terdapat variasi beratnya gangguan
krin meninggikan toksisitas 8-aminokuinolin. Dalam antara berbagai ras dalam defisiensi GoPD ini; ber-
kombinasi, kadar 8- aminokuinolin dalam plasma dasarkan variasi tersebut hemolisis yang terjadi
meningkat 5-10 kali, mungkin karena kuinakrin akibat primakuin dapat ringan dan asimtomatis
mengganggu biotransformasi 8-aminokuinolin. De- tetapi dapat juga berat walaupun pada penggunaan
ngan dosis kuinakrin 10 mg pun efek ini masih dosis terapi. Karena itu, pada individu dari kelompok
terlihat jelas. Karena ekskresi kuinakrin sangat lam- etnik yang cenderung mengalami delisiensi GsPD,
552 Farmakologi dan Terapi

penggunaan primakuin harus disertai pemeriksaan selama masa laten yang panjang (longterm latent
Hb, hitung retikulosit, dan pemeriksaan bilirubin period) suatu infeksi. Rencana pengobatan di atas
darah. disusun untuk pengobatan malaria vivaks di daerah
.
Hemolisis kadang-kadang juga terjadi pada subtropis.
pasien yang mengalami hemoglobinopati tertentu Penderita yang terinfeksi oleh galur Chesson
atau gangguan metabolisme glukosa dalam harus diobati dengan dosis 3 kali lebih besar, yaitu
eritrosit. 30-45 mg primakuin basa. Dosis ini tidak menye-
Dengan dosis yang lebih tinggi dapat timbul babkan hemolisis pada eritrosit yang sensitif. De-
spasme usus dan gangguan lambung. Dosis yang ngan demikian dosis yang dianjurkan untuk infeksi
lebih tinggi lagi akan memperberat gangguan di dengan strain ini, ialah 600 mg klorokuin sebagai
perut dan menyebabkan methemoglobinemia dan dosis awal diikuti dengan 300 mg klorokuin bersama
sianosis pada kebanyakan subyek. Gangguan 45 mg primakuin basa 6 jam kemudian. Selanjutnya
saluran cerna dapat dikurangi dengan pemberian 300 mg klorokuin dan 45 mg primakuin basa diberi-
obat sewaktu makan. Granulositopenia dan agranu- kan sebagai dosis tunggal tiap minggu pada hari
lositosis merupakan komplikasi yang jarang sekali yang tetap selama 7 minggu berikutnya.
terjadi dan biasanya berhubungan dengan takar
lajak.
Primakuin dikontraindikasikan pada pasien
dengan penyakit sistemik yanE berat yang cende- 5. KUININ DAN ALKALOID SINKONA
rung mengalami granulositopenia misalnya artritis
reumatoid dan lupus eritematosus. primakuin juga
tidak dianjurkan diberikan bersamaan dengan obat 5.1. SEJARAH DAN KIMIA
lain yang dapat menimbulkan hemolisis, dan obat
yang dapat menyebabkan depresi sumsum tulang. Kuinin (kina) ialah alkaloid penting yang diper-
Walaupun belum ada data yang pasti tentang efek oleh dari kulit pohon sinkona. Alkaloid ini telah ber-
teratogeniknya, primakuin tidak dianjurkan diguna- abad-abad digunakan oleh penduduk asli di Ame-
kan pada wanita hamil. rika Selatan sebagai obat tradisional. Penggunaan-
nya secara ilmiah berkembang dengan pesat sejak
kina dan sinkonin berhasil diisolasi. Saat Ini kina
4.5. POSOLOGT sudah dapat disintesis, tetapi cara pembuatannya
demikian sulit dan mahal sehingga sumber alam
Primakuin hanya diindikasikan untuk penyem- masih tetap dipertahankan.
buhan radikal malaria vivaks (malaria tersiana) dan Pohon sinkona mengandung lebih dari 20
malaria lain yang menimbulkan relaps. penggu- alkaloid, tetapi yang bermanfaat di klinik hanya 2
naan selama serangan klinik akut dapat mencegah pasang isomer, kina dan kuinidin serta sinkona dan
relaps. Untuk mencegah timbulnya galur yang resis- sinkonidin. Kina dan sinkonidin merupakan bentuk
ten, sebaiknya primakuin diberikan bersama de-
ngan skizontosid 4-aminokuinolin dalam dosis
penuh, terutama dengan klorokuin.
Primakuin fosfat tersedia sebagai tablet 26,3
mg garam setara dengan 15 mg basa. Dosis pada CHz = CH

Y
.{c)
pembahasan ini dinyatakan dalam mg basa.
Dosis optimal untuk pengobatan radikal mala-
ria vivaks atau ovale ialah 15 mg/hari untuk orang
dewasa dan 0,3 mg/kgBB/hari untuk anak selama
1 4 hari, dikombinasi dengan pengobatan klorokuin
HO-C-H
basa 1,5 g dalam 3 hari. Pengobatan dapat diberi-
kan selama serangan akut atau selama stadium
lanjut suatu serangan klinik. Dengan cara pengo-
batan ini toksisitas relatif rendah dan relaps terjadi
CHsO

lao
kurang dari 3%. Pengobatan radikal juga dicapai
dengan dosis yang sama, bila obat ini diberikan Kina
Obat Malaria 553

Kina mengandung gugus kuinolin yang terikat lritasi. Kina memiliki daya iritasi yang kuat. Bila di'
pada cincin kuinuklldin melalui ikatan alkohol se- berikan oral dapat menyebabkan nyeri di lambung'
kunder, juga mengandung rantai samping -metoksi mual, dan muntah. Pemberian SK atau lM menye'
dan -vinil. Struktur kuinidin sama dengan kina, ke- babkan nyeri karena iritasi pada serabut sensoris.
cuali konfigurasi sterik alkohol sekundernya, Abses steril dapat terjadi akibat kerusakan jaringan
sedangkan sinkonidin dan sinkonin tidak memiliki setempat. Pemberian lV dapat menyebabkan trom'
gugus metoksi. bosis karena kerusakan intima. Kerusakan pembu-
Semua alkaloid sinkona dan turunannya me- luh darah merupakan dasar penggunaan kina seba-
gai obat untuk menimbulkan sklerosis. Akibat daya
miliki sifat farmakologi yang sama, tetapi berbeda
secara kuantitatif. Atas dasar kebutuhan sehari iritasi ini dapat terjadi kerusakan ginjal bila kadarnya
untuk mendapatkan kadar elektil dalam darah tinggidalam ginjal.
masing-masing alkaloid, potensi ialah sebagai ber- EFEK ANTIMALARIA. Untuk terapi supresi dan
ikut : kuinidin 2 kali lebih kuat dari kina, sedangkan pengobatan serangan klinis, kedudukan kina sudah
kekuatan dua alkaloid lainnya hanya setengah dari tergeser oleh antimalaria lain yang lebih aman dan
kina. efektif misalnya klorokuin. Walaupun demikian, kina
bersama pirimetamin dan sullonamid masih meru-
pakan regimen terpilih untuk P.falciparum yang
resisten terhadaP klorkuin.
5.2. FARMAKODINAMIK Kina terutama berefek skizontosid, dan terha-
dap P.vivax dan P.malariae, juga berelek gameto-
Khasiat khusus sinkona sebagian besar ter- sid. Akan tetapi, untuk terapi supresi dan pengobat-
gantung dari kadar kina yang terkandung di dalam-
an serangan klinik, obat ini lebih toksik dan kurang
nya. Maka yang akan dibahas di sini adalah farma- elektil dibandingkan dengan klorokuin.
kologi kina dan perbedaan penting dengan alkaloid
lainnya. EFEK SENTRAL. Dengan dosis terapi, efek ter-
hadap SSP hanya berupa efek analgesik dan antipi-
EFEK LOKAL. Kina mempengaruhi fungsi biologi retik. Turunnya panas pada pasien malaria mem-
sedemikian luasnya sehingga dinamakan racun buat kina digunakan sebagai terapi simtomatik
protoplasma. Dengan beberapa pengecualian' demam, namun hilangnya demam pada pasien
pendapat ini benar. Seperti banyak racun lainnya, malaria ini terutama disebabkan oleh elek langsung
kina dalam dosis kecil menyebabkan perangsang- terhadap plasmodium dan bukan karena elek an-
an, sedangkan dosis besar menyebabkan peng- tipiretiknya. Dibandingkan dengan turunan salisilat'
hambatan. Kina toksik terhadap berbagai bakteri pirazolon, dan para-aminofenol, efek antipiretik kina
dan organisme bersel tunggal lain seperti tripano- lemah.
soma, plasmodium, ragi, dan spermatozoa. Mes- Kina memperlihatkan efek analgesik berda-
kipun demikian kina mempunyai spesifisitas terha- sarkan efek sentral mirip e{ek salisilat dan terutama
dap beberapa protoplasma. Contohnya, fungus da- jelas terhadap nyeri sendi dan otot. Terhadap nyeri
pat tumbuh dalam larutan kina, dan hanya dengan hebat kina tidak efektif. Dengan dosis toksik terjadi
dosis besar kina bersitat toksik terhadap bakteria perangsangan terhadap SSP sehingga timbul kon-
dan spermatozoa. vulsi yang disusul dengan koma dan depresi napas.

Efek anestesi lokal. Efek toksik kina terhadap sel EFEK KABDIOVASKULAR. Efek kina terhadap
juga terlihat pada sel saraf, Mula-mula terjadi pe- sistem kardiovaskular kualitatif sangat mirip kuinidin
rangsangan pada serabut sensoris yang kemudian (lihat Bab 21). Dengan dosis terapi, efek terhadap
disusul dengan kelumpuhan. Efek ini berbanding jantung dan tekanan darah tidak jelas. Pemberian
lurus dengan toksisitasnya. Kadar sedikit lebih ting- lV menyebabkan hipotensi yang kadang-kadang
gi dari kadar untuk anestesi menyebabkan nyeri, berbahaya, terutama bila disuntikkan terlalu cepat.
udem, dan reaksi fibrosis. Anestesi yang terjadi
dapat berlangsung beberapa jam sampai beberapa EFEK LAIN. Efek oksitosik. Kina dengan dosis
hari, berlainan sekali dengan efek anestesi oleh yang lebih besar dari dosis lazim menyebabkan
prokain. kontraksi uterus, terutama pada hamil tua.
Farmakologi dan Terapi

Efek terhadap otot rangka. Kina dan alkaloid sin- penglihatan. Pada keracunan yang lebih berat ter_
kona lain meningkatkan respons terhadap rang- lihat gangguan gastrointestinal, saraf , kardiovasku_
sang tunggal maksimal yang diberikan langsung lar, dan kulit. Lebih lanjut lagi terjadi perangsangan
atau. melalui saraf, tetapi juga menyebabkan per_ SSP, seperti bingung, gelisah, dan delirium. per_
panjangan masa refrakter sehingga mencegah ter_ napasan mula-mula dirangsang, lalu dihambat; kulit
jadinya tetani. Kina menurunkan kepekaan lem_ menjadi dingin dan sianotis; suhu kulit dan tekanan
peng saral sehingga respons terhadap rangsang darah menurun; akhirnya pasien meninggal karena
berulang berkurang. Jadi, kina melawan efek fisos- henti napas. Keracunan yang berat ini biasanya
tigmin seperti halnya kurare. Efek kurariform ini disebabkan oleh takar lajak atau reaksi kepekaan.
mempunyai arti klinis yang penting yaitu mengura_ Dosis latal kina untuk orang dewasa kira-kira g g,
ngi gejala klinis pada pasien myotonia congenital. dan kematian bisa terjadi dalam beberapa jam atau
Penyakit ini merupakan pharmacological antithesis setelah 1-2 hari.
bagi miastenia gravis, artinya obat yang meringan-
Pada orang yang hiperreaktif, sinkonisme ter_
kan gejalanya akan memperberat gejala miastenia jadi setelah dosis perlama, tetapi biasanya ringan
gravis.
berupa rona (flushing). gatal-gatal, dan terjadinya
bercak merah (rash,), demam, gangguan lambung,
sesak napas, gangguan pendengaran dan pengli_
5.3. FARMAKOKINETIK
hatan, Keadaan ini kadang-kadang sukar dibeda-
kan dengan reaksi keracunan. Kadang-kadang tim_
Kina dan turunannya diserap baik terutama
melalui usus halus bagian atas. Kadar puncaknya bul idiosinkrasi berupa hemoglobinemia dan asma.
dalam plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah suatu Hemolisis berat, hemoglobinemia, dan hemo-
dosis tunggal. Kira-kira 70% dari kina dalam plasma globinuria kadang-kadang terjadi pada pasien
terikat pada protein, dan ini menjelaskan rendahnya malaria dan wanita hamil. Kina juga dapat menye-
kadar kina dalam CSS yaitu kira-kira 2- 5% kadarnya babkan gangguan ginjal, hipoprotrombinemia, dan
dalam plasma. Distribusinya luas, terutama ke hati, agranulositosis. Abortus dapat terjadi pada takar
tetapi kurang ke paru, ginjal, dan limpa; kina juga lajak, tetapi tampaknya bukan akibat efek ok_
melalui sawar uri. sitosiknya.
Sebagian besar alkaloid sinkona dimetabolis-
me dalam hati, sehingga hanya kira-kira S% yang
diekskresi dalam bentuk utuh di urin. Karena perom_
bakan dan ekskresi yang cepat, tidak terjadi kumu- 5.5. INDIKASI
lasi dalam badan. Kina harus diberikan tiap hari
untuk terapi supresi atau tiap 4 jam untuk terapi Kina digunakan dalam terapi malaria oleh
serangan klinis akut agar dapat dipertahankan P.falciparum yang resisten. Untuk pemberian oral
kadar yang cukup tinggi dalam plasma. dikenal 2 regimen dosis yakni : (1 ) garam kina, 3 x
Alkaloid sinkona diekskresi terutama melalui sehari 650 mg selama 7-10 hari bersama 3 tablet
urin dalam bentuk metabolit hidroksi, dan sebagian Fansidar dosis tunggal; (2) garam kina, 3 x sehari
kecil melalui tinja, getah lambung, empedu, dan liur. 650 mg selama 7-10 hari bersama tetrasiklin 4 x
Ekskresi lengkap dalam 24 jam. Ekskresidalam urin sehari 250 mg selama 7 hari atau doksisiklin 100
yang asam 2 kali lebih cepat dibandingkan dalam
mg/hari selama 7 hari.
urin alkali.
Dosis kina untuk anak ialah 25 mg/kgBB/hari
yang diberikan sebagai dosis terbagi seperti pada
dewasa.
5.4. EFEK SAMPING Dosis suntikan/infus pada dewasa 10-20 mg/
kgBB garam kina, dilarutkan dalam 500 ml garam
Dosis terapi kina sering menyebabkan sinko- faal atau larutan glukosa 5% dan diinfuskan per-
nisme yang tidak selalu memerlukan penghentian lahan-lahan selama 4 jam. Bila perlu, dosis diulangi
pengobatan. Gejalanya mirip salisilismus yaitu tini_ sebanyak 10 mg/kgBB dan diinluskan selama g jam
tus, sakit kepala, gangguan pendengaran, panda- (dosis maksimum per hari 1800 mg).
ngan kabur, diare, dan mual. Gejala yang ringan, Dosis untuk anak ialah '12,5 mg/kgBB/hari
lebih dahulu tampak di sistem pendengaran dan (maksimum per hari 25 mg/kgBB),
Obat Malaria 555

5.6. SEDIAAN DAN POSOLOGI 6.2. MEFLOKUIN

Kina sulfat tersedia sebagai lablel 0,222 g untuk Meflokuin ialah salah satu dari turunan 4 kui-
penggunaan oral. Selain itu terdapat pula sediaan nolin-metanol yang diteliti dalam usaha menemu-
kombinasi tetap 150 mg kina sullat dengan prima- kan antimalaria untuk galur P.falciparum yang
kuin 3 g. Sedapat mungkin obat ini digunakan per resisten terhadap beberapa obat. Galur resisten ini
oral, dan sediaan parenteral, yaitu garam hidrok- banyak terdapat di daerah Asia Tenggara.
lorid atau glukonat, dicadangkan untuk pengobatan Dengan dosis tunggal yang lazim, mellokuin
kasus gawat misalnya malaria serebral. dapat menghilangkan demam dan parasitemia
Kuinin dianjurkan digunakan bersama antima- pada pasien yang terinfeksi P.falciparum slrain
laria lain karena obat ini kurang elektif dan lebih resisten di daerah endemik. Obat ini juga menye-
toksik daripada antimalaria sintetis. Untuk pengo- babkan penyembuhan supresi terhadap malaria
batan radikal dan mengatasi kambuhnya malaria oleh berbagai strain P.falciparum. Demikian juga
tersiana, kuinin diberikan bersama primakuin. terhadap P.vivax. Walaupun demikian, relaps
Dosisnya pada orang dewasa ialah 3 kali 600 mg sering terjadi beberapa waktu setelah pengobatan
(10 mg/kgBB) sehari selama 10-14 hari, sedangkan dihentikan. Mekanisme antimalarianya belum dike-
pada anak 25 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi. tahui dengan jelas, tetapi dalam beberapa hal me-
Sebaiknya obat diberikan setelah makan untuk me- llokuin mirip dengan kuinin. Meflokuin juga bersaing
ngurangi iritasi lambung. dengan klorokuin untuk berakumulasi dalam
Untuk pengobatan malaria tropika yang resis- parasit.
ten terhadap klorokuin, dosis yang sama digunakan Meflokuin diserap baik di saluran cerna dan
dalam kombinasi dengan pirimetamin dan sulfo- banyak terikat pada protein plasma. Saluran cerna
namid. merupakan reseryoar untuk meflokuin karena obat
ini mengalami sirkulasi enterohepatik dan entero-
PENGGUNAAN LAIN. Nocturnal leg cramps. gastrik. Kadar puncak dicapai beberapa jam setelah
Kina dalam dosis 200-300 mg sebelum tidur efektif pemberian, kemudian menurun sedikit demi sedikit
mengatasi spasme otot kaki yang timbul malam selama beberapa hari dengan waktu paruh kira-kira
hari, Walaupun demikian, pada beberapa individu 17 hari. Kadar dalam jaringan, terutama hati dan
dosis besar sekalipun tidak efektif. paru, bertahan tlnggi untuk beberapa lama. Ekskre-
sinya dalam bentuk berbagai metabolit terjadi ter-
utama melalui feses dan hanya sediklt yang melalui
urin.
6. OBAT MALARIA LAIN
Dengan dosis tunggal sampai 1500 mg atau
dosis mingguan 500 mg untuk 1 tahun, meflokuin
cukup terterima. Obat ini dapat menimbulkan gang-
6.1. PROGUANIL guan neuropsikiatri, sedangkan efek mutagenik,
karsinogenik, dan teratogenik belum ada datanya
Proguanil atau kloroguanid ialah turunan sampai saat ini. Karena itu obat ini tidak dianjurkan
biguanid yang dalam tubuh diubah menjadi meta- untuk wanita hamil dan bayi.
bolit triazin yang berefek skizontosid melalui Obat ini belum tersedia di pasar lndonesia,
mekanisme antifolat. Obat ini mudah penggunaan- sedangkan di negara lain obat ini tersedia dalam
nya dan hampir tanpa efek samping. Dahulu digu- bentuk tablet 250 mg.
nakan terutama untuk terapi profilaksis dan supresi
iangka panjang terhadap malaria tropika. Sayang-
nya, mudah sekali timbul resislensi terhadapnya 6.3. HALOFANTRIN
sehingga penggunaan proguanil telah tergeser oleh
Obat baru yang diindikasikan pada malaria
antifolat lain yang lebih elektif. Obat ini masih terse- oleh P.falciparum yang sudah resisten terhadap
dia di pasar lndonesia dalam bentuk tablet 100 mg. obat lain ini termasuk skizontosid darah kerja cepat
Pembahasan lebih lengkap tentang obat ini dapat (Rapidly-acting blood schizontocides). Uji klinik
dilihat dalam edisi terdahulu buku ini. untuk obat ini sudah banyak dilakukan.
556 Farmakologi dan Terapi

Dosis 3 kali 500 mg dengan selang waktu 6 Pada penderita dengan gangguan lungsi gin-
jam memberi hasil pengobatan : bersihan parasit jal maupun hati, juga bila ada diskrasia darah, se-
(parasite clearance) dalam 50-60 jam dan mereda- baiknya tidak digunakan obat ini untuk keperluan
nyg demam setelah kira-kira 48 jam; angka pe- kemoprof ilaksis malaria.
nyembuhan kira-kira 98%.
lNDlKASl. Terapi Malaria Falsiparum yang
FARMAKOKINETIK. Pemberian oral absorpsinya Resisten Klorokuin. Dosis dewasa ialah 3 tablet
bervariasi. Metabolitnya, desbutil halofantrin, ber- sebagai dosis tunggal, untuk anak 9- 14 th : 2 tablet;
sifat aktif dan potensinya setara dengan halofantrin. anak 4-8 th : 1 tablet dan anak < 4 th : 112 tablet.
Pada kemoprofilaksis malaria lalsiparum yang
EFEK SAMPING. Keluhan saluran cerna merupa- resisten obat klorokuin digunakan dosis dewasa 1
kan efek samping yang umum. Pada hewan coba tablevminggu, diteruskan sampai 4 minggu sesu-
tidak ditemukan adanya efek teratogenik maupun dah keluar dari daerah endemik. Dosis anak 9- 14
genotoksik. Tetapi pada hewan coba yang hamil th : 3/4 tablet/minggu; anak 4-8 th : 112 table!
ditemukan adanya elek embriotoksik. minggu; anak 1-3 th : 1/4 tablet/minggu; anak 6-11
bulan : 1/8 tablet/minggu.
KONTRAINDIKASI. Wanita hamil.
Fansidar dianjurkan untuk kemoprofilaksis
lNDlKASl. Serangan akut malaria oleh P.falcipa- P.falciparum hanya bila seseorang memiliki risiko
rum yang sudah resisten obat. tinggi untuk terkena malaria selama ia berada di
daerah endemik untuk jangka waktu lebih dari 3
minggu.
6,4. TETRASIKLIN
6.6. ARTEMlSININ
Tetrasiklin dan oksitetrasiklin berguna untuk
mengobati penyakit malaria oleh P.falciparum yang Obat ini merupakan senyawa trioksan yang
sudah resisten terhadap klorokuin maupun kom- diekstrak dari tanaman Artemisia annua (quinghao-
binasi pirimetamin sulfadoksin. Dosis dewasa yang su). Sebagai tanaman obat, penggunaannya pada
dianjurkan ialah 4 kali sehari 250 mg selama 7-10 malaria telah lama diuji di Cina dan akhir-akhir ini
hari. juga di Birma, Gambia, Vietnam, dan Nigeria.
Untuk tujuan kemoprofilaksis malaria oleh Tanaman ini terdapat juga di beberapa daerah di
P.falciparum yang sudah resisten obat, dianjurkan lndonesia.
dosis dewasa 100 mg/hari dan anak-anak 2 mg/ Senyawa ini menunjukkan sifat skizontosid
kgBB/hari. Lama kemoprofilaksis yang tidak mele- yang cepat in-vitro maupun in-vivo sehingga digu-
bihi 6 minggu. Sediaan yang dianjurkan ialah doksi- nakan untuk malaria yang berat. Agaknya ikatan
siklin. endoperoksida dalam senyawa ini berperan dalam
penghambatan sintesis protein yang diduga meru-
pakan mekanisme kerja antiparasit ini. Artesunat
adalah garam suksinil natrium artemisinin yang larut
6.5. KOMBINASI PIRIMETAMIN baik dalam air tetapi tidak stabil dalam larutan.
SULFADOKSIN Sedangkan artemeter adalah metil eter artemisinin
yang larut dalam lemak.
Dari beberapa uji klinik terlihat bahwa arte-
Obat ini sangat efektif untuk mengobati pen-
meter cepat sekali mengalasi parasitemia pada ma-
derita malaria oleh P.falciparum yang sudah resis-
laria yang ringan maupun berat. Suatu uji penda-
ten klorokuin. Namun penggunaan rutin untuk ke-
perluan kemoprofilaksis malaria tidak dianjurkan huluan pada anak-anak di Gambia yang menderita
sebab obat ini relatil toksik. malaria sedang sampai berat memperlihatkan
Obat ini bekerja dengan cara mencegah pem- bahwa darah dibersihkan dari P.falciparum lebrh
bentukan asam folinat (asam tetrahidrofoliat) dari cepat oleh artemeter lM daripada oleh klorokuin lM.
PABA. Menurut laporan lrekuensi timbulnya elek Walaupun demikian, manfaat kliniknya tidak banyak
samping yang bersilat latal berkisar 1 : 1 1 .000 sam- berbeda. lni pun terlihat dalam penelitian di Malawi
pai 1 : 25.000. yang membandingkannya dengan kuinin. Manfaat-
abat Malaria 557

nya mungkin ada pada infeksi oleh P.falciparum 7.1. TERAPI MALARIA
yang resisten terhadap klorokuin.
Artemeter oral segera diserap dan mencapai Obat yang dipilih untuk mengatasi serangan
akut malaria tergantung dari (1 ) geografi daerah
kadar puncak dalam 2-3 jam, sedangkan artemeter
lM mencapai kadar puncak dalam 4-9 jam. Obat ini kontak (daerah dengan galur yang resisten terha-
dap klorokuin atau bukan); (2) adanya bentuk ekso-
mengalami demetilasi di hati men!adi dihidroartemi-
eritrosit (P.vivax dan P.ovale); (3) adanya keha-
sinin. Waktu paruh eliminasi artemeter sekitar 4
milan; dan (4) adanya intoleransi terhadap obat.
jam, sedangkan dihidroartemisinin sekitar| 0 jam.
Obat terpilih untuk serangan akut oleh keempat
lkatan protein plasma beragam antar spesies; pada plasmodium umumnya sama yaitu klorokuin yang
manusia sekitar 77o/o lerlkal pada protein. Kadar bersifat skizontosid, sedangkan unluk P.falciparum
plasma artemeter pada penelitian dengan zat radio- yang resisten terhadap klorokuin digunakan kuinin.
aktif sama dengan dalam eritrosit, menunlukkan Serangan akut oleh plasmodium yang sensiti{
bahwa distribusi ke eritrosit sangat baik. terhadap klorokuin umumnya teratasi dengan 3 hari
Dari penelitian yang cukup luas di Cina pada pengobatan, tetapi untuk mencegah kambuh dan
malaria falsiparum yang tak berkomplikasi maupun untuk mencapai penyembuhan radikal pada infeksi
yang berat terlihat bahwa ekstrak qinghousu ini P.vivax dan P.ovale, perlu penambahan primakuin
efeknya cepat dan relatil aman, walaupun angka selama 2 minggu. Bila tidak dapat diberikan per oral,
relapsnya cukup tinggi. Sedangkan penelitian lain klorokuin diberikan secara lM sampai dapat diganti-
pada malaria beral (cerebral malaria) memperlihat- kan dengan sediaan oral. Pada infeksi yang berat
kan mortalitas yang lebih rendah pada kelompok mungkin diperlukan pengobatan dengan kuinin lV.
lnfeksi oleh P.falciparum yang resisten terha-
yang mendapat artemeter maupun artesunat. Maka
dap klorokuin diatasi dengan kuinin sulfat, sedapat
obat ini mungkin cukup bermanfaat pada malaria
mungkin per oral, yang dikombinasi dengan skizon-
serebral oleh P.f alc iparu m. tosid kerja lama misalnya Fansidar. Pengobatan ini
harus segera dimulai bila telah ada kecurigaan in-
leksi tanpa menunggu diagnosis yang pasti tentang
resistensinya, sebab keadaan umum pasien de-
7. KEMOPROFILAKSIS DAN TERAPI ngan malaria tropika ini akan cepat menurun.
Kambuhnya serangan akut dapat terjadi pada
MALARIA
inleksi P.yiyax, P.ovale dan P.malariae. Keadaan ini
dapat diatasi dengan mengulang terapi klorokuin,
Malaria merupakan salah satu penyakit ende- yang pada malaria vivaks dan ovale harus dikom-
mis di daerah tropis maupun subtropis. Majunya binasi dengan primakuin. Kambuhnya malaria tropi-
sarana perhubungan memudahkan terjadinya pe- ka menunjukkan bahwa terjadi infeksi oleh galur
nyebaran malaria dari daerah endemis ke daerah yang resisten, dalam hal ini pengobatan dengan
lain. Kemoprolilaksis malaria pada orang sehat kuinin dan Fansidar harus segera dimulai.
yang memasuki daerah endemis malaria penting Beberapa alternatil kemoterapi pada inleksi
bagi si pendatang dan bagi upaya pencegahan pe- oleh berbagai galur malaria dapat dilihat pada Tabel
nyebaran penyakit malaria dari daerah endemis. 37-1 (dapat dilihat pada halaman berikut).
Masalah profilaksis dan terapi malaria kini se-
makin kompleks dengan timbulnya berbagai galur 7.2. KEMOPROFILAKSIS MALARIA
resisten terhadap antimalaria di berbagai daerah
endemis. Bahkan resistensi terhadap kombinasi Kemoprofilaksis jelas dapat menurunkan
pirimetamin-sulfadoksin (Fansidar) telah mulai tim- angka kesakitan dan angka kematian oleh malaria.
bul di daerah-daerah yang menggunakannya. Sayangnya, sekarang ini kemoprofilaksis seolah-
Karena itu pengobatan yang dianjurkan cepat sekali olah mendapat tantangan dengan timbulnya P.fal-
berubah tergantung dari pola kepekaan parasit ter- ciparum yang resisten obat. Walaupun kemopro-
hadap antimalaria. Berikut ini akan dibahas kemote- filaksis belum memberi jaminan aman dan efektif
rapi dan kemoprolilaksis malaria secara umum. untuk proteksi malaria, kemoprolilaksis malaria ma-
558
Farmakologi dan Terapi

Tabel 37-1. P|L|HAN OBAT PADA MALARTA

Tindakan
Obat terpitih Obat alternatif
PENGOBATAN
lnfeksi ringan - sedang
P. fa lciparu m (sensitif)
Klorokuin fosfat Kuinin sulfat pirimetamin
p.vivax
Primakuin fosfat'
p.ovale
P.malariae
P. fa lci paru m (resisten) Kuinin Sulfat + Kuinin sulfat +tetrasiklin
Fansidar atau Pirimetamin-dapson
Pirimetamin-sulf adiazin Meflokuin
lnfeksi berat

P.talci paru m (sensitif) Kuinin dihidroklorid


p.vivax Kuinin glukonat
p.ovale Klorokuin HCI
P.malariae
P. ta lci paru m (resisten) Kuinin dihidroklorid + Kuinin dehidroklorid atau
Fansidar atau Kuinidin glukonat
Pirimetamin + sulfadiazin + tetrasiklin
PROFILAKSIS
P.falciparum (area dengan galur Klorokuin fosfat Pirimetamin
sensitif)
p.vivax
Primakuin fosfat' Amodiakuin HCI
p.ovale
P.malariae Proguanil HCI

P.falciparum (area dengan galur Klorokuin fosfat + Fansidar Doksisiklin (untuk


resisten)
kunjungan > 3 minggu
atau Amodiakuin +
Fansidar (untuk kunjung-
an > 3 minggu)
Dimodilikasi dari AMA Drug Evaluatbns. philadelphia:
WB Saundrs Co. 1986
.
penssunaan klorokuin atau obat lain densan
rujuan eradiksi bentuk taren p.vivax danp.oyal,
;:trHl:i:flIff,:J""':t rerurama

sih penting peranannya untuk proteksi diri, khusus-


Umur. Untuk anak usia kurang dari satu tahun, obat
nya untuk pasien yang non-imun.
yang aman adalah klorokuin dan proguanil,
Doksi_
siklin tidak boleh diberikan untuk anal kurang dari
lNDlKASl. Kemoprofilaksis terutama untuk men_ 8 tahun.
cegah timbulnya komplikasi yang mematikan
oleh Penderita dengan defisiensi enzim GepD. pada
P.lalciparum. Kemoprofilaksis dianjurkan bila risiko
penderita ini penggunaan obat seperti kombinasi
terkena malaria lebih besardibandingkan risiko efek
pirimetamin-sulladoksin dan kombinasi pirimeta-
samping obat.
min-dapson dapat menimbulkan hemolisis intravas_
KONTRAIND|KASI. Wanita hamil. Obat yang kuler.
aman untuk wanita hamil adalah klorokuin dan DOSIS OBAT. Dosis obat yang dianjurkan tergan_
proguanil. tung dari prevalensi p.falciparumyang resisten 6bat
di masing-masing daerah yang aian Oikunjungi.
Obat Malaria 559

1, Untuk kunjungan singkat ke daerah endemis Doksisiklin 100 mg/hari, mulai diberikan 1-2 hari
tanpa resistensi obat, dianjurkan obat klorokuin sebelum memasuki daerah endemis, diteruskan
base 300 mg/minggu yang diberikan pada hari selama tinggal di daerah endemis dan diakhiri de-
yang sama tiap minggu. Untuk anak dosisnya S ngan pemberian selama 4 minggu sesudah keluar
mg klorokuin base/kgBB/minggu (maksimum dari daerah endemis. Dosis anak 2 mg/kgBB/hari.
300 mg). Sebaiknya penggunaan doksisiklin tidak melebihi
Untuk kunjungan singkat ke daerah endemis jangka waktu 6 minggu.
dengan resistensi rendah, obat yang dianjurkan '12,5 mg pirimetamin).
Maloprim (100 mg dapson +
adalah klorokuin base 300 mg/minggu, diberi-
Dosis yang dianjurkan 2 tablet/minggu.
kan pada hari yang sama, dengan catatan harus
Pada profilaksis melebihi jangka wahu 6 bulan,
disediakan 3 tablet Fansidar yang diberikan se-
diperlukan pemeriksaan darah tepi seliap 6 bulan.
bagai dosis tunggal untuk tujuan presumtive
therapy. Meflokuin 250 mg/minggu. Sebaiknya mellokuin
Dosis presumtive therapy untuk anak : digunakan untuk keadaan yang khusus dan jangan
umur2- ll bulan 1/4 tablet untuk profilaksis rutin. Penggunaannya jangan
1 - 3 tahun 1/2 tablet melebihi 6 minggu. Meflokuin lebih diutamakan
4 - 8 tahun 1 tablet untuk presumtive therapy.
I - 14 tahun 3 tablet
> 14 tahun 3 tablet, dosis tunggal. Fansidar (25 mg pirimetamin + 500 mg sulfadok,
sin). Sebaiknya juga tidak digunakan untuk profilak-
3. Untuk kunjungan singkat ke daerah endemis
sis rutin karena dikawatirkan terjadi resistensi.
dengan resistensi klorokuin yang tinggi dan juga
Fansidar lebih diutamakan untuk presumptive
sudah resisten terhadap kombinasi pirimetamin-
therapy.
sulfadoksin, maka ada beberapa obat yang
dapat dipilih.
Farmakologi dan Terapi

38. OBAT JAMUR


Bahroelim Bahry dan fl. Setiabudy

1. Antijamur untuk inleksi sistemik 3.1, Griseolulvin


1.1. Amfoterisin B 3.2. lmidazol dan triazol
1.2. Flusitosin 3.3. Tolnaftat dan tolsiklat
1.3. Ketokonazol dan triazol 3.4. Nistatin
1.4. Kalium iodida 3.5. Antijamur topikal lainnya
2. Pengobatan infeksi jamur sistemik 4. Pemilihan preparat.
3. Antijamur untuk inleksi dermatofit dan muko-
kutan.

Secara umum infeksi jamur dibedakan atas AKTIVITAS ANTIJAMUR. Amfoterisin B menye-
inleksi jamur sistemik dan infeksi jamur topikal (der- rang sel yang sedang tumbuh dan sel matang.
matofit dan mukokutan). Oleh karena itu pembahas- Aktivitas antijamur nyata pada pH 6,0 - 7,5; berku-
tan obat antijamur dalam bab ini juga mengikuti rang pada pH yang lebih rendah. Antibiotik ini ber-
sistematika di atas. Namun disadari bawah sistema- sifat lungistatik atau fungisidal tergantung dari
tika ini tidak sepenuhnya memuaskan karena ada dosis dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi.
obat jamur yang dapat digunakan baik untuk infeksi Dengan kadar 0,3-1,0 ug/ml antibiotik ini dapat
sistemik maupun untuk infeksi lokal. Sementara itu menghambat aktivitas Histoplasma capsulatum,
ada pula inleksi lokal yang dapat diobati secara Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis,
topikal maupun sistemik. beberapa spesies Candida, Torulopsis glabrata,
Rhodotorula, Blastomyces dermatitidis, Paracoc.
braziliensis, beberapa strain Aspergrl/us, Sporo-
trichum schenckii, Microsporum audiouini dan
spesies Trichophyton Secara in vitro bila rifampisin
1. ANTIJAMUR UNTUK INFEKSI dan minosiklin diberikan bersama amfoterisin B
terjadi sinergisme terhadap beberapa jamur terten-
SISTEMIK tu.

Mekanisme kerja. Amfoterisin B berikatan kuat de-


1.1. AMFOTERISIN B ngan sterol yang terdapat pada membran sel jamur.
lkatan ini akan menyebabkan membran sel bocor,
ASAL DAN KlMlA. Amfoterisin A dan B merupakan sehingga terjadi kehilangan beberapa bahan intra-
hasi I f erm entasi Streplom yce s n odo s us. Sembi lan sel dan mengakibatkan kerusakan yang tetail pada
puluh delapan persen campuran initerdiri dari amfo- sel. Bakteri, virus dan riketsia tidak dipengaruhi oleh
terisin B yang mempunyai aktivitas antijamur. Kris- antibiotik ini karena jasad renik ini tidak mempunyai
tal seperti jarum atau prisma berwarna kuning gugus sterol pada membran selnya. Pengikatan
jingga, tidak berbau dan tidak berasa ini merupakan kolesterol pada membran sel hewan dan manusia
antibiotik polien yang bersilat basa amfoter lemah, oleh antibiotik ini diduga merupakan salah satu
tidak larut dalam air, tidak stabil, tidak tahan suhu di penyebab elek toksiknya. Resistensi terhadap am-
atas 37oC, tetapi dapat bertahan sampai ber- foterisin B ini mungkin disebabkan oleh terjadinya
minggu-minggu pada suhu 4oC. perubahan reseptor sterol pada membran sel.
Obat Jamur

FARMAKOKINETIK. Amfoterisin B sedikit sekati di- sis, parakoksidioidomikosis, aspergilosis, kromo-


serap melalui saluran cerna. Suntikan lV dengan blastomikosis dan kandidosis. Obat ini mungkin
dosis 0,6 mg/kgBB/hari akan memberikan kadar juga efektif terhadap maduromikosis (misetoma),
antara O,3-1 ug/ml. Waktu paruh obat ini kira- kira dan mukormikosis (fikomikosis). Amfoterisin B
24-48 iam pada dosis awal yang diikuti oleh elimi- merupakan obat terpilih untuk blastomikosis se-
nasi fase kedua dengan waktu paruh kira-kira 15
lain hidroksistilbamidin yang cukup efektif untuk
hari, sehingga kadar mantapnya (steady s tate con-
sebagian besar penderita dengan lesi kulit yang
centration) baru akan tercapai setelah beberapa
tidak progresif. Toksisitas hidroksistilbamidin didu-
bulan pemberian. Penyebaran ke jaringan dan bio-
ga lebih rendah daripada amfolerisin B. Histoplas-
transformasi obat belum diketahui seluruhnya. Kira-
kira 95% obat beredar dalam plasma terikat pada mosis, kriptokokosis sistemik juga responsif ter-
lipoprotein. Kadar amfoterisin B dalam cairan hadap obat ini, demikian pula leismaniasls muko-
pleura, peritoneal, sinovial dan akuosa yang meng- kutan yang disebabkan oleh Leishmania brazilien-
alami peradangan hanya kira-kira 213 dari kadar sis.
lembah dalam plasma. Amfoterisin B mungkin Amfoterisin B secara topikal juga elektif ter-
dapat menembus sawar uri; sebagian kecil menca- hadap keratitis mikotik. Untuk endoftalmitis kare-
pai CSS, humor vitreus dan cairan amnion. Ekskresi na jamur, obat ini harus disuntikkan intraorbital,
obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali, tetapi kelainan visus yang telah terjadi biasanya
hanya 3% dari jumlah yang diberikan pada 24 jam menetap.
sebelumnya ditemukan dalam urin. Penderita yang diobati amfoterisin B harus
dirawat di rumah sakit, karena diperlukan peng-
EFEK NONTERAPI. lnfus amfoterisin B seringkali amalan yang ketat selama pemberian obat. Analisis
menimbulkan kulit panas, keringatan, sakit kepala, urin, gambaran darah dan pemeriksaan kalium,
demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebi- magnesium, ureum serta kreatinin plasma perlu
tis, kejang dan penurunan faal ginjal. Lima puluh dilakukan lerutama menjelang tercapainya dosis
persen penderita yang mendapat dosis awal secara
optimal. Bila perlu pemeriksaan laboratorium ini di-
lV akan mengalami demam dan menggigil. Keada- lakukan dua atau tiga kali seminggu, dan bila terjadi
an ini hampir selalu terjadi pada penyuntikan amfo- insufisiensi ginjal sebaiknya pemberian amfoterisin
terisin B, tetapi akan berkurang pada pemberian B dihentikan sementara, sampai faal ginjal normal
berikutnya. Reaksi ini dapat ditekan dengan hidro- kembali.
kortison 25-50 mg. Flebitis dapat dikurangi dengan
menambahkan heparin 1000 unit ke dalam inlus. SEDIAAN DAN POSOLOGI. Amfoterisin B injeksi
Belum ada data yang jelas mengenai elek tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg bubuk
hepatotoksik amfoterisin B. Penurunan laal ginjal liofilik. Sediaan ini dapat dilarutkan dalam 10 ml
terjadi pada lebih dari 80% penderita yang mene- akuades steril untuk kemudian diencerkan dengan
rima pengobatan amfoterisin B. Keadaan ini akan larutan dekstrosa 5% dalam air, sehingga didapat-
kembali normal bila terapi dihentikan, tetapi pada kan kadar 0,1 mg/ml larutan. Larutan elektrolit,
kebanyakan penderitayang mendapat dosis penuh, asam atau larutan yang mengandung bahan peng-
penurunan liltrasi glomerulus menetap. Deralat ke- awet tidak boleh digunakan sebagai pelarut, karena
rusakan yang terjadi tergantung dari jumlah dosis dapat mengendapkan antibiotik ini. Pelarut harus
amloterisin B yang diterima, bukan dari kadar krea- selalu segar dan baru untuk setiap kali penyuntikan.
tinin darah, walaupun peningkatan kadar kreatinin Banyak pendapat tentang cara pemberian obat ini.
darah sampai 3,5 mg/dl merupakan tanda pedunya Pada umumnya dimulai dengan dosis kecil (kurang
pengurangan dosis amloterisin B untuk mencegah dari 0,25 mg/kgBB) yang dilarutkan dalam deks-
timbulnya uremia. Asidosis tubuler ringan dan hipo- trose 5% dan ditingkatkan bertahap sampai 0,4-.0,6
kalemia sering dijumpai dan keadaan ini dapat di- mg/kgBB sebagai dosis pemeliharaan. Dosis lebih
atasi dengan pemberian kalium. Efek toksik terha- besar (misalnya 1-1,5 mg/kgBB/hari) dapat diberi-
dap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan kan tapi belum ada catatan tentang elek terapi yang
bersama flusitosin. Anemia normositik normokrom dicapai dengan dosis ini, sebaliknya kejadian toksi-
hampir selalu ditemukan pada pemakaian jangka sitas pada ginjal nyata meningkat. Secara umum
panjang. dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai
inleksi jamur, pemberian dilakukan selama 6
lNDlKASl. Amfoterisin B dapat digunakan untuk minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4
pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomiko- bulan.
562 Farmakologi dan Terapi

lnfus intratekal amfoterisin B mungkin sangat orang normal bersihan ginjal dari flusitosin adalah
lrermanfaat pada penderita meningitis yang dise- 75oh dari bersihan kreatinin. Karena itu bersihan
babkan coccidioides; 0,05-0,1 mg yang ditingkatkan kreatinin dapat dijadikan patokan untuk penyesuai-
hingga 0,5 mg. Obat diberikan 2-3 kali seminggu an dosis. Flusitosin dapat dikeluarkan melalui he-
yang kemudian dikurangi menjadi 2 kali seminggu. modialisis atau peritoneal dialisis.
Demam dan sakit kepala biasanya dapat dikurangi
dengan memberikan 10-1 5 mg hidrokortison. EFEK NONTERAPI. Flusitosin kurang toksik diban-
Selain sediaan untuk pemakaian parenteral dingkan dengan amloterisin B. Namun dapat me-
tersedia juga bentuk krem, losion dan salep yang nimbulkan anemia, leukopenia dan trombositope-
mengandung 3% amfoterisin B. nia, terutama pada penderita dengan kelainan
hematologik, yang sedang mendapat pengobatan
radiasi atau obat yang menekan lungsi tulang, dan
penderita dengan riwayat pemakaian obat tersebut.
1.2. FLUSITOSIN
Efek samping lainnya adalah mual, muntah, diare
dan enterokolitis yang hebat; kira-kira 5% penderita
AKTIVITAS ANTIJAMUR. Flusitosin memperlihat-
mengalami peninggian enzim SGOT dan SGPT,
kan spektrum antijamur yang agak sempit. Obat ini
hepatomegali dapat pula terjadi. Efek samping ini
efektil untuk pen gobatan kriptokokosis, kandidosis,
kromomikosis, torulopsis dan aspergilosis.
akan hilang sendiri bila pengobatan dihentikan,
lebih sering terjadi pada penderita azotemia dan
Criptococcus dan Candida dapat menjadi
jelas meningkat bila kadar flusitosin plasma melam-
resisten selama pengobatan dengan llusitosin.
paui 100 - 125 pglml. Kadang- kadang dapat pula
Mekanisme kerja. Flusitosin masuk ke dalam sel terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengan-
jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan da- tuk dan halusinasi. Flusitosin tidak bersilat nefrotok-
lam sitoplasma akan bergabung dengan RNA sete- sik. Keamanan obat ini pada kehamilan belum ter-
lah mengalami deaminasi menjadi S-fluorourasil. bukti, sebaiknya flusitosin tidak diberikan pada
Sintesis protein sel jamur terganggu akibat peng- wanita hamil.
hambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit
fluorourasil. Keadaan ini tidak terjadi pada sel lNDlKASl. Flusitosin merupakan obat jamur yang
berharga di samping amloterisin B untuk infeksi
mamalia karena dalam tubuh mamalia, flusitosin
sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat
tidak diubah menjadi fluorourasil.
diberikan per oral. Akhir-akhir ini akibat cepatnya
FARMAKOKINETIK. Flusitosin diserap dengan perkembangan resistensi jamur terhadap llusitosin,
cepat dan baik melalui saluran cerna. Pemberian obat ini umumnya dikombinasi dengan amfoterisin
bersama makanan memperlambat penyerapan tapi B. Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya di-
jumlah yang diserap tidak berkurang. Penyerapan indikasikan pada kromoblastomikosis.
juga diperlambat pada pemberian bersama suspen- Khusus untuk meningitis yang disebabkan
si aluminium hidroksida/magnesium hidroksida dan Cryptococcus, kombinasi 100-150 mg/kgBB/hari
dengan neomisin. Kadar puncak dalam darah sete- llusitosin dengan 0,3 mg/kgBB/hari amfoterisin B,
lah pemberian per oral dicapai 1-2 jam. Kadar ini merupakan obat terpilih.
lebih tinggi pada penderita insulisiensi ginial. Sete-
lah diserap, llusitosin akan didistribusikan dengan POSOLOGI. Flusitosin lersedia dalam bentuk kap-
baik ke seluruh jaringan dengan volume distribusi sul 250 dan 500 mg. Dosis yang biasa digunakan
mendekati volume total cairan tubuh. Kadar dalam ialah 50-150 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam 4
cairan otak 60-90% kadar dalam plasma. Flusitosin dosis. Dosis ini harus disesuaikan pada penderita
dapat memasuki cairan akuosa. Dalam saliva, insulisiensi ginjal.
kadar flusitosin kira-kira separuh kadarnya dalam
darah. Sembilan puluh persen flusitosin akan dike-
luarkan bersama melalui liltrasi glomerulus dalam 1.3. KETOKONAZOL
bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar antara 200-
500 ug/ml. Masa paruh obat ini dalam serum pada AKTIVITAS ANTIJAMUR. Sebagai turunan imida-
orang normal antara 2,4-4,8 jam dan sedikit me- zol, ketokonazol mempunyai aktivitas antijamur
manjang pada bayi prematur tetapi dapat sangat baik sistemik maupun nonsistemik, efektif terhadap
memanjang pada penderita insufisiensi ginjal. Pada Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcus neo-
Obat Jamur
563

lormans, H. capsulatum, B. dermatitidis, Aspergittus bila diberikan dosis lebih dari 600 mg sehari. Karena
dan Sporothrix spp. ketokonazol menghambat aktivitas sitokrom p-450,
FARMAKOKINETIK. Ketokonazol merupakan anti-
maka sintesis teslosteron gonad dan androgen
jamur sistemik per oral yang diserap baik melalui adrenal juga dapat terhambat. Hal ini mengakibat-
kan peningkatan kadar LH dan FSH dalam serum.
saluran cerna dan menghasilkan kadar plasrna
yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis
Dosis 600-800 mg sehari menghambat steroido-
jamur. Penyerapan melalui saluran cerna akan ber- genesis adrenal pada tahap 11-hidroksilasi proses
sintesisnya. Ketokonazol juga menghambat depo-
kurang pada penderita dengan pH lambung yang
tinggi, pada pemberian bersama antagonis- H2 atau
sisi metilprednisolon, prednison, dan prednisolon
dengan menghambat 6-hidroksilase. Akibatnya
bersama antasida. Pengaruh makanan tidak begitu
efek supresi adrenal kortikosteroid ini memanjang.
nyata terhadap penyerapan ketokonazol. Distribusi
Ketokonazol juga menghambat sintesis korlisol en-
ketokonazol setelah diserap belum banyak dike-
dogen.
tahui.
Obat ini sebaiknya dihindarkan pada wanita
Setelah pemberian per oral, obat ini ditemu-
hamil, karena pada tikus, dosis 80 mg/kgBB/hari
kan dalam urin, kelenjar lemak, air ludah, juga pada
menimbulkan cacat pada jari tetus hewan coba
kulit yang mengalami infeksi, tendon dan cairan tersebut.
sinovial. Kadar ketokonazol dalam cairan otak sa-
ngat kecil dan hanya ditemukan pada infeksi selaput lNDlKAS|. Ketokonazol terutama etektif untuk his-
otak Dalam plasma, 84% ketokonazol berikatan toplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan lemak.
dengan protein plasma terulama albumin. Lima Ketokonazol tidak dianjurkan untuk meningitis
belas persen berikatan dengan sel darah dan j% kriptokokus karena penetrasinya kurang baik, tetapi
dalam bentuk bebas. Sebagian besar dari obat ini obat ini efektif untuk kriptokokosis nonmeningeal,
mengalami metabolisme lintas pertama. Diduga dan terbukti bermanlaat pula pada parakoksidioido-
ketokonazol diekskresikan bersama cairan em pedu mikosis, beberapa bentuk koksidioidomikosis, der-
ke lumen usus dan hanya sebagian kecil saja yang matomikosis dan kandidosis (mukokuian, vaginal
dan oral).
dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam bentuk
metabolit yang tidak aktil. Gangguan ginjal dan faal ITRAKONAZOL, anti jamur sistemik turunan triazol
hati yang ringan tidak mempengaruhi kadarnya yang erat hubungannya dengan ketokonazol juga
dalam plasma. dapat diberikan per oral. Aktivitas anti jamurnya
diduga lebih lebar sedangkan efek samping yang
EFEK NONTERAPI. Efek toksik ketokonazot tebih ditimbulkan lebih kecil dibandingkan dengan keto-
ringan daripada amfoterisin B. Mual dan pruritus konazol. ltrakonazol akan diserap lebih sempurna
adalah efek samping yang paling sering dijumpai, melalui saluran cerna, bila diberikan bersama
keadaan ini akan lebih ringan bila obat ditelan ber- makanan. Dosis 100 mg/hari selama 15 hari akan
sama makanan, sebelum tidur, atau dibagi dalam menghasilkan kadar puncak sebesar 0,5 prg/ml.
beberapa dosis. Elek samping yang lebih jarang Kadar ini lebih rendah dari kadar ketokonazol de-
ialah sakit fiepala, vertigo, nyeri epigastrik, foto- ngan dosis sama, tapi kadar itrakonazol dalam jari-
fobia, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit dan ngan lebih tinggi. Waktu paruh eliminasi obat ini 36
trombositopenia. Obat ini dapat meningkatkan akti- jam (setelah 15 hari pemakaian). Rilampin dapat
vitasenzim hati untuk sementara waktu dan mengurangi kadar plasma itrakonazol. ltrakonazol
kadang-kadang dapat menimbulkan kerusakan tersedia dalam kapsul 100 mg. Untuk dermatofitosis
hati. Frekuensi kerusakan hati yang berat ialah seki- diberikan dosis 1 x 100 mg/hari selama 2-8 minggu
tar 1 : 10000 - 15000. Hepatotoksisitas yang berat tergantung dari letak lesi. Kandidiasis vaginal di-
lebih sering dijumpai pada wanita berumur lebih dari obati dengan dosis 1 x 200 mg/hari selama 3 hari.
40 tahun yang menggunakan obat ini untuk oniko- Pitiriasis versikolor memerlukan dosis 1 x 200 mg/
mikosis atau penggunaan lama. Nekrosis hati yang hari selama 5 hari. lnfeksi berat mungkin memerlu-
masif telah menimbulkan kematian pada beberapa kan dosis hingga 400 mg sehari.
penderita. Sebaiknya dilakukan pemantauan laal Sepuluh-15% penderita mengeluh mual atau
hati pada terapi jangka panjang. muntah tapi pengobatan tak perlu dihentikan. Ke-
Ginekomastia, inlertilitas, penurunan libido merahan, pruritus, lesu, pusing, pedal edema,
atau oligospermia dapat terjadi pada pria, terutama pareslesia dan kehilangan libido pernah dilaporkan.
Farmakologi dan Terapi

Itrakonazol memberikan hasil memuaskan un- nyerang organ lain selain kulit atau yang menyebar
tuk indikasi yang sama dengan ketokonazol antara ke berbagai organ tubuh.
lain terhadap blastomikosis, histoplasmosis, kok- Efek samping dapat berupa mual, rinitis, sali-
sidioidomikosis, parakoksidioidomikosis, kandidia_ vasi, lakrimasi, rasa terbakar pada mulut dan teng_
sis mulut dan tenggorokan serta tinea versikolor. gorok, iritasi pada mata, sialodenitis dan akne pus_
Berbeda dari ketokonazol, itrakcnazol mungkin ber- tularis pada bagian atas bahu.
manfaat pada terapi terhadap sporotrikosis limfoku_ Kalium iodida diberikan dengan dosis 3 kali
tan dan beberapa aspergilosis. sehari 1 ml larutan penuh ('l g/ml). Dosis ditingkat_
FLUKONAZOL. Obat ini diserap sempurna melalui kan 1 ml sehari sampai maksimal 12-15 ml. pe-
nyembuhan terjadi dalam 6-8 minggu, namun terapi
saluran cerna tanpa dipengaruhi adanya makanan
ataupun keasaman lambung. Kadar plasma setelah masih dilanjutkan sampai sedikitnya 4 minggu sete-
pemberian per oral sama dengan kadar plasma lah lesi menghilang atau tidak aktif lagi.
setelah pemberian lV.
Flukonazol tersebar rata ke dalam cairan
tubuh juga dalam sputum dan saliva. Kadarnya 2. PENGOBATAN INFEKSI JAMUR
dalam cairan serebro spinal 50-90% kadar plasma.
Kadar puncak 4-B pg dicapai setelah beberapa kali
SISTEMIK
pemberian 100 mg. Waktu paruh eliminasi 23 jam
sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi 90% lnfeksi oleh jamur patogen yang terinhalasi
bersihan ginjal. dapat sembuh spontan. lnleksi akut histoplasmosis,
Flukonazol tersedia untuk pemakaian per oral koksidioidomikosis, blastomikosis dan infeksi sub-
dalam kapsul yang mengandung 50 dan 150 mg. akut kriptokokosis pada paru yang sehat mungkin
Dosis yang disarankan 100-400 mg per hari. Kandi- tidak membutuhkan pengobatan. Dibutuhkan bila
diasis vaginal dapat diobati dengan dosis tunggal pneumonia ini berat, cenderung menjadi kronis,
150 mg. Sediaan untuk pemberian lV belum terse-
juga bila ada kecurigaan terjadinya penyebaran
dia di lndonesia pada saat ini. atau adanya risiko penyakit akan menyebar. Bila
penderila AIDS atau penyakit imunosupresi lain,
Flukonazol umumnya dapat ditoleransi de-
blasanya membutuhkan pengobatan untuk meng_
ngan baik. Gangguan saluran cerna merupakan
atasi pneumonia karena jamur apapun.
efek samping yang paling banyak ditemukan. Reak-
si alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom Stevens_ ASPERGILOSIS. Aspergilosis paru sering terjadi
Johnson, gangguan faal hati sementara dan trom- pada penderita penyakit imunosupresi yang berat
bositopenia dijumpai pada penderita AIDS. Kadar dan tidak memberi respon yang memuaskan ter-
plasma lenitoin dan sulfonilurea dapat meningkat hadap pengobatan dengan anti jamur. Obat pilihan
pada pemakaian bersama llukonazol. Dalam dera_ adalah amfoterisin B secara lV dengan dosis 0,5 -
jat yang lebih ringan, fenomena inijuga dapat dijum_ 1,0 mg/kg BB setiap hari. Bila penyakit menjadi
pai bila warfarin dan siklosporin diberikan bersama progresif maka dosis obat dapat ditingkatkan.
llukonazol.
BLASTOMIKOSIS. Obat rerpilih untuk ini adatah
Flukonazol berguna untuk mencegah relaps
ketokonazol per oral 400 mg sehari selam a 6-12
meningitis oleh kriptokokus pada penderita AIDS bulan. ltrakonazol dengan dosis 200 - 400 mg sekali
setelah pengobatan dengan amfoterisin B. Obat ini sehari juga efektif pada beberapa kasus. Amfoteri-
juga elektif untuk pengobatan kandidiasis mulut dan
sin B dicadangkan untuk penderita yang tidak dapat
tenggorokan pada penderita AIDS. menerima ketokonazol, infeksinya sangat progresif
atau infeksi menyerang SSP. Dosis yang dianjurkan
0,4 mg/kg per hari selama 10 minggu. Terkadang
dibutuhkan tindakan operatif untuk mengalirkan
1.4. KALIUM IODIDA nanah dari sekitar lesi pada tulang.

Kalium iodida adalah obat lerpilih untuk cuta_ KANDIDIASIS. Kateterisasi atau manipulasi instru-
neous lymphatic sporotrichosis. Amloterisin B me_ mental lainnya dapat menimbulkan kandidiasis
rupakan obat terpilih untuk sporotrikosis yang me_ saluran kemih dan mungkin memerlukan peng-
Obat Jamur 565

obatan bila ada batu ginjal, sumbatan pada saluran PARAKOKSIDIOIDOMIKOSIS. Ketokonazol 400
kemih, transplantasi ginjal, dan diabetes melitus mg per hari merupakan obat pilihan yang diberikan
yang tidak terkendali. Bila invasi tidak mengenai selama 6-1 2 bulan. Pada keadaan yang berat di-
parenkim ginjal pengobatan cukup dengan bilasan berikan terapi awal amfoterisin B.
amloterisin B 50 pg/ ml dalam air steril selama 5-7
hari. Bila ada kelainan parenkim, penderita harus SPOROTRIKOSIS. Obat terpilih untuk keadaan
diobati dengan amfoterisin B lV seperti mengobati ini ialah pemberian oral larutan jenuh kalium iodida
kandidiasis berat pada organ lain. Flusitosin diberi- (1 g/ml) dengan dosis 3 kali 40 tetes sehari yang
kan bersama amfoterisin B untuk meningitis, endof- dicampur dengan air sedikit. Pengobatan diberikan
talmitis, artritis oleh kandida. Di samping penye- sampai sebulan setelah radang mereda. Obat ter-
barannya yang lebih baik ke dalam jaringan sakit, pilih untuk sporotrikosis yang menyerang paru,
llusitosin diduga bekerja aditil dengan amfoterisin tulang atau sendi ialah amfoterisin B.
B, sehingga dosis amfoterisin B dapat dikurangi.

KOKSIDIOIDOMIKOSIS. Adanya kavitas tunggal 3. ANTI JAMUR UNTUK INFEKSI


di paru atau adanya infiltrasi librokavitas yang tidak
responsif terhadap kemoterapi merupakan ciri khas DERMATOFIT DAN MUKOKUTAN
penyakit kronis koksidioidomikosis; yang membu-
tuhkan tindakan reseksi. Bila terdapat penyebaran
ekstrapulmoner, amfoterisin B lV bermanlaat untuk
penderita yang sakit berat atau dengan imunosu-
3.1. GRISEOFULVIN
presi, termasuk yang disebabkan oleh AIDS. Keto-
konazol bermanfaat untuk supresi jangka panjang ASAL DAN KlMlA. Pada tahun 1946, ditemukan
pada lesi kulit, tulang dan jaringan lunak pada pen- bahan yang menyebabkan susut dan mengecilnya
derita dengan lungsi imunologik normal. Hasil se- hife yang disebut sebagai curling factor. Ternyala
rupa juga diperoleh dengan memberikan itrakona- bahan yang diisolasi dari Penicillium janczewski ini
zol 200-400 mg sekalisehari. adalah griseovulvin. Baru pada tahun 1958
diketahui bahwa griseofulvin efektif terhadap
KRIPTOKOKOSIS. Obat terpilih adalah amloterin mikosis pada hewan coba.
B dengan dosis 0,4 - 0,5 mg/kg per hari secara lV. Griseofulvin berwarna krem pucat, tidak ber-
Pengobatan dilanjutkan sampai hasil pemeriksaan bau dan tidak berasa, praktis sukar larut dalam air,
kultur negatif. Penambahan flusitosin dapat mengu- tetapi sangat stabil terhadap panas.
rangi pemakaian amfoterisin B (0,3 mg/kg). Fluko-
nazol bermanfaat untuk terapi supresi pada pen- AKTIVITAS ANTIJAMUH. Griseofulvin in vitro efek-
derita AIDS. tif terhadap berbagai jenis jamur dermatofit seperti
T richophyton, Epid e rmophyton, dan Mic rosporum.
HISTOPLASMOSIS. Penderita histoplasmosis Terhadap sel muda yang sedang berkembang gri-
paru kronis sebagian besar dapat diobati dengan seofulvin bersifat lungisidal. Obat ini tidak elektil
ketokonazol 400 mg per hari selama 6- 12 bulan. terhadap bakteri, jamur lain dan ragi, Actinomyces
Itrakonazol 200-400 mg sekali sehari juga cukup dan Nocardia.
elektif . Amloterisin B lV juga dapat diberikan selama Griseofulvin bekerja dengan menghambat mi-
10 minggu. Untuk mencegah kambuhnya penye- tosis jamur dengan mengikat protein mikrotubuler
baran histoplasmosis pada penderita AIDS yang dalam sel.
sudah mendapat terapi awal dengan amloterisin B,
dapat ditambahkan pemberian obat ini lV sekali FARMAKOKINETIK. Griseolulvin kurang baik 6ie-
seminggu. nyerapannya pada saluran cerna bagian atas
karena obat ini tidak larut dalam air. Dosis oral 0,5
MUKORMIKOSIS. Amfoterisin B merupakan obat g hanya akan menghasilkan kadar puncak dalam
pilihan untuk mukormikosis paru kronis. Craniofa- plasma kira-kira 1 pg/ml setelah 4 jam, Penyerapan
cial mucormycosis juga diobati dengan amloterisin lebih mudah bila griseofulvin diberikan bersama
B lV. Selain itu, dilakukan surgical debridement dan makanan berlemak. Preparat dalam bentuk partikel
pengobatan diabetes melitus yang sering menyer- yang lebih kecil (microsized) alau ultramicrosized
tainya. diserap lebih baik.
s66
Farmakologi dan Terapi

Obat ini mengalami metabolisme di hati dan an disini baru negatif setelah 2-4 minggu dan peng-
metabolit utamanya adalah 6-metilgriseofulvin. obatan membutuhkan waktu sekitar 4-g minggu.
Waktu paruh obat ini kira-kira24jam,50% daridosis lnfeksi kuku tangan membutuhkan waktu 4-6 bulan,
oral yang diberikan dikeluarkan bersama urin dalam sedangkan infeksi kuku kaki membutuhkan waktu
bentuk metabolit selama 5 hari. Kulit yang sakit 6-12 bulan. Trichophyton rubrum dan Trichophyton
mempunyai afinitas lebih tinggi terhadap obat ini. mentagrophytes membutuhkan dosis yang lebih
Obat ini akan dihimpun dalam sel pembentuk kera- tinggi daripada dosis biasa. pada keadaan yang
tin, lalu muncul bersama sel yang baru berdife- disertai hiperkeratosis perlu penambahan zat kera-
rensiasi, terikat kuat dengan keratin, sehingga sel tolitik. Kandidiasis maupun tinea versikolor tidak
baru ini resisten terhadap serangan jamur. Keratin dapat diobati dengan griseofulvin. Dosis sangat
yang mengandung jamur akan terkelupas dan di_ tinggi griseofulvin bersilat karsinogenik dan tera-
ganti oleh sel yang normal. Antibiotik ini dapat dite- togenik, sehingga untuk dermatofitosis ringan tidak
mukan dalam lapisan tanduk pada kulit 4-g jam, perlu diberikan griseofulvin, tetapi cukup dengan
setelah pemberian per oral, Keringat dan hilangnya pemberian sediaan topikal.
cairan transepidermal memegang peranan penting
dalam penyebaran obat ini pada stratum korneum. POSOLOGI; Di lndonesia griseofulvin mikrokristal
Sedikit sekali obat yang ditemukan dalam cairan tersedia dalam bentuk tablet berisi 125 dan 500 mg;
dan jaringan tubuh lainnya. dan suspensi mengandung 125 mg/ml. pada anak,
griseofulvin diberikan 1 0 mg/kgBB/hari, sedangkan
EFEK NONTERAPI. Efek samping yang berat untuk dewasa 500-1 000 mg/hari dalam dosis tung-
jarang timbul akibat pemakaian griseolulvin. Leuko_ gal. Bila dosis tunggal tidak dapat ditoleransi maka
penia dan granulositopenia dapat terjadi namun dibagi dalam beberapa dosis. Dosis yang lebih
sering menghilang bila terapi dilanjutkan. Sakit ke- besar (1,5-2,0 g/hari) dapat diberikan pada inleksi
pala merupakan keluhan utama, terjadi pada kira- berat untuk waktu yang singkat, kemudian harus
kira 15% penderita, yang biasanya hilang sendiri diturunkan kembali menjadi 0,5-1 ,0 g/hari setelah
sekalipun pemakaian'obat dilanjutkan. Efek sam_ lesi mengalami perbaikan.
ping lainnya seperti artralgia, neuritis perifer, Hasil memuaskan akan tercapai bila dosis
demam, pandangan mengabur, insomnia, berku- yang dibutuhkan dibagi empat dan diberikan setiap
rangnya kecakapan; pusing dan sinkop; pada salur- 6 jam. Lamanya pengobatan sangat bervariasi ter-
an cerna dapat terjadi rasa kering mulut, mual, gantung dari tempat infeksi. Tablet yang mengan-
muntah, diare dan llatulensi. Mungkin pula ditemu_ dung partikel ultramikrokristal tersedia dengan
kan albuminuria dan silinderuria tanpa kelainan gin- takaran 330 mg yang setara dengan 500 mg griseo-
jal. Pada kulit dapat terjadi urtikaria, reaksi fotosen- lulvin basa.
sitivitas, eritema multiform, vesikula dan erupsi me-
nyerupai morbili. Pada anak dapat timbul reaksi me_
nyerupai elek estrogen. Griseofulvin menginduksi 3.2. IMIDAZOL DAN TRIAZOL
enzim mikrosom hati, sehingga terjadi peningkatan
metabolisme warfarin yang terkadang memerlukan Antijamur golongan imidazol mempunyai
modifikasi dosis. Beberapa obat kontrasepsi oral spektrum yang luas. Yang termasuk kelompok ini
juga mengalami keadaan serupa. Sebaliknya, gri- ialah mikonazol, klotrimazol, ekonazol, isokonazol,
seofulvin akan dihambat penyerapannya dari salur- tiokonazol dan bifonazol. Karena sifat dan penggu-
an cerna oleh barbiturat. naannya praktis tidak berbeda, maka hanya miko-
nazol dan klotrimazol yang akan dibahas. Ketoko-
lNDlKASl. Griseolulvin efektif untuk inleksijamur di nazol (golongan imidazol) dan itrakonazol (golong-
kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh jamur an triazol) telah dibahas pada pembicaraan menge-
Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton. nai antijamur untuk inleksi sistemik. Resistensi ter-
Gejala pada kulit akan berkurang 4g-96 jam setelah hadap imidazol dan triazol sangat jarang terjadi dari
pengobatan dengan griseolulvin, sedangkan pe_ jamur penyebab dermatofitosis ini.
nyembuhan sempurna baru terjadi setelah bebe_
rapa minggu, Biakan jamur menjadi negatif dalam
MIKONAZOL
1-2 minggu, sehingga pengobatan sebaiknya dilan-
jutkan sampai 3-4 minggu. lnfeksi pada telapak ASAL DAN KlMlA. Mikonazol merupakan turunan
tangan dan telapak kaki lebih lambat bereaksi, biak- imidazol sintetik yang relatil stabil, mempunyai
567
Obat Jamut

spektrum antijamur yang lebar baik terhadap jamur Klotrimazol mempunyai elek antijamur dan
sistemik maupun jamur dermatofit. Obat ini berben- anti bakteri dengan mekanisme kerja mirip miko-
tuk kristal putih, tidak berwarna dan berbau, seba- nazol. Secara topikal digunakan untuk pengobatan
gian kecil larut dalam air,tetapi lebih larut dalam tinea pedis, kruris dan korporis yang disebabkan
pelarut organik. oleh L rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum
dan M. canis, dan untuk tinea versikolor. Juga untuk
AKTIVITAS ANTIJAMUR. Mikonazol menghambat infeksi kulit dan vulvovaginitis yang disebabkan
aktivitas jamur Trichophyton, Epidermophyton, oleh C. albicans.
Microsporum, Candida, dan Malassezia furtur. Obat ini tersedia dalam bentuk krem dan laruG
Mekanisme kerja obat ini belum diketahui se- an dengan kadar 1 % untuk dioleskan dua kali se-
penuhnya. Mikonazol menghambat sintesis ergo- hari. Krem vaginal 1% atau tablet vaginal digunakan
sterol yang menyebabkan permeabllitas membran sekali sehari pada malam hari selama 7 hari. Pada
sel jamur meningkat. Mungkin pula terjadi ganggu- pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar' erite-
an sintesis asam nukleat atau penimbunan perok- ma, edema, gatal dan urtikaria.
sida dalam sel jamur yang akan menimbulkan keru-
sakan, Obatyang sudah menembus ke dalam lapis-
an tanduk kulit akan menetap di sana sampai 4 hari,
Mikonazol topikal diindikasikan untuk derma- 3.3. TOLNAFTAT
tolitosis, tinea versikolor dan kandidiasis mukoku-
tan. Untuk dermatotitosis sedang atau berat yang Tolnaftat adalah suatu tiokarbamat yang
mengenai kulit kepala, telapak dan kuku sebaiknya e{ektif untuk pengobatan sebagian besar der-
dipakai griseofulvin, matofitosis yang disebabkan T. rubrum, T. meta-
grophites, T. tonsurans, E. tloccosum, M. canis, M-
EFEK NONTERAPI. Efek samping berupa iritasi' auduoini, dan P. orbiculare tapi tidak efektif ter-
rasa terbakar dan maserasi memerlukan penghenti- hadap kandida.
an terapi, Sejumlah kecil mikonazol diserap melalui Angka penyembuhan tolnaftat pada tinea
mukosa vagina, tetapi belum ada laporan e{ek sam- pedis 80%, sedangkan angka penyembuhan miko-
ping pada bayi yang ibunya mendapat mikonazol nazol ialah 95%. Reaksi alergi ataupun toksik dari
intravaginal pada waktu hamil. tolnaftat belum ada dilaporkan' Obat ini tersedia
dalam bentuk krem, gel, bubuk, cairan erosol atau
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Obat ini tersedia larutan topikal dengan kadar 1%. Tolna{tat diberi-
dalam bentuk krem 2o/o dan bedak tabur yang digu- kan topikal 2-3 sehari. Rasa gatal akan hilang dalam
nakan dua kali sehari selama 2-4 minggu. Krem 24-72 jam. Lesi interdigital oleh jamur yang rentan
2% untuk penggunaan intravaginal diberikan sekali dapat sembuh antara 7-21 hari, Pada lesi dengan
sehari pada malam hari untuk mendapatkan retensi hiperkeratosis tolnaftat sebaiknya diberikan ber-
gantian dengan salep asam salisilat 10%' Beberapa
selama 7 hari. Gel 2% tersedia pula untuk kandi-
diasis oral. Mikonazol tidak boleh dibubuhkan pada kasus membutuhkan waktu pengobatan 4-6
mata. minggu, tapi jarang melebihi 10 minggu.
Di luar negeri, mikonazol juga tersedia dalam Tolsiklat aktif terhad ap Epidermophyton'
bentuk larutan 10 mg/ml untuk pemberian lV dan Microsporum, dan Trichophfon. lndikasi penggu-
digunakan untuk pengobatan parakoksidioidomi- naannya sama dengan tolnaftat.
kosis dan koksidioidomikosis, Efek sampingnya
ialah tromboflebitis, pruritus, takipnea, takikardi
ventrikuler dan mual. 3.4. NISTATIN

KLOTBIMAZOL ASAL DAN KlMlA. Nistatin merupakan suatu anti-


biotik polien yang dihasilkan oleh Streptomyces
Klotrimazol berbentuk bubuk tidak berwarna noursei. Obat yang berupa bubuk warna kuning
yang praktis tidak larut dalam air, larut dalam alko- kemerahan ini bersifat higroskopis, berbau khas'
hol dan klorolorm, sedikit larut dalam eter. sukar tarut dalam klorolorm dan eter. Larutannya
568
Farmakologi dan Terapi

mudah terurai dalam air atau plasma. Sekalipun


berkrusla.Kandidiasis di mulut, esofagus dan lam_
nistatin mempunyai struktur kimia dan mekanisme bung biasanya merupakan komplikasi dari penyakit
kerja mirip dengan amfoterisin B, nistatin lebih tok_
darah yang ganas terutama pada penderita yang
sik sehingga tidak digunakan sebagai obat sistemik.
mendapat pengobatan imunosupresif. Sebagian
Nistatin tidak diserap melalui saluran cerna, kulit besar infeksi ini memberikan respons yang baik
ataupun vagina.
terhadap nistatin. Namun demikian, bila disfagia
AKTIVITAS ANTIJAMUR. Nistatin menghambat tidak menunjukkan perbaikan setelah beberapa hari
pertumbuhan berbagai jamur dan ragi, tetapi tidak pengobatan atau bila penderita dalam keadaan
aktif terhadap bakteri, protozoa dan virus. Jadi tidak sakit berat sebaiknya diberikan ketokonazol.
menimbulkan masalah superinfeksi. Kandidiasis saluran cerna jarang ditemukan,
tetapi keadaan ini dapat merupakan penyebab tim_
Mekanisme kerja. Nistatin hanya akan diikat oleh bulnya nyeri perut dan diare.
jamur atau ragi yang sensitif. Aktivitas antijamur
tergantung dari adanya ikatan dengan sterol pada
membran sel jamur atau ragi terutama sekali ergo_
sterol. Akibat terbentuknya ikatan antara sterol de_ 3.5. ANTIJAMUR TOPIKAL LAINNYA
ngan antibiotik ini akan terjadi perubahan permea-
bilitas membran sel sehingga sel akan kehilangan
KANDISIDIN
berbagai molekul kecil. Candida albicans hampir
tidak memperlihatkan resistensi terhadap nistatin. Kandisidin merupakan campuran antibiotik
Nistatin tidak dipakai secara parenteral. Obat polien yang berasal dari kelompok Actinomycetes
ini tidak diserap melalui saluran cerna, kulit atau seperti Streptamyces griseus dan spesies lainnya.
selaput lendir. Nistatin dikeluarkan bersama tinja. Obat ini berupa bubuk kuning kemerahan, berbau
tajam, sukar larut dalam air, sedikit larut dalam
POSOLOGI. Dosis nistatin dinyatakan dalam unit,
alkohol dan aseton.
tiap 1 mg obat ini mengandung tidak kurang dari 200
Kandisidin hanya digunakan untuk kandidosis
unit nistatin. Untuk pemakaian klinik tersedia dalam
vaginal dan tersedia dalam bentuk tablet vaginal
bentuk krem, salep, tablet vagina yang mengan_
dung 100.000 uni{tablet, suspensi obai tetes oral
3 mg dan salep vaginal 0,06 % yang dilengiapi
dengan aplikatornya. Diberikan 2 kali sehari selama
yang mengandung 100.000 unit/ml, dan tablet oral
yang mengandung 500.000 unit nistatin, tablet 2 minggu. Jarang ditemukan elek samping yang
serius, kadang-kadang dapat timbul iritasi vulva dan
vagina mengandung 100.000 unit nistatin. Untuk
vagina yang ringan.
kandidiasis mulut dan esofagus pada orang dewasa
diberikan dosis 500.000 - 1.000.000 unit 3 atau 4
kali sehari. Pada anak dan bayi diberikan bentuk ASAM BENZOAT DAN ASAM SALISILAT
suspensi masing-masing 400.000 dan 200.000 unit
empat kali sehari. Obat tidak langsung ditelan tetapi Kombinasi asam benzoat dan asam salisilat
ditahan dulu dalam rongga mulut. pemakaian pada dalam perbandingan 2 : 'l (biasany a 6 o/o dan S o/o)
kulit disarankan 2-3 kali sehari, sedangkan untuk ini dikenal sebagai salep Whitfield. Asam benzoat
pemakaian tablet vagina 1-2 kali sehari selama 14
memberikan etek fungistatik, sedangkan asam sali_
hari.
silat memberikan efek keratolitik,Karena asam
EFEK NONTERAPI. Jarang ditemukan efek sam- benzoat hanya bersilat fungistatik, maka penyem_
ping pada pemakaian nistatin. Mual, muntah, dan buhan baru tercapai setelah lapisan tanduk yang
diare ringan mungkin didapatkan setelah pema- menderita infeksi terkelupas seluruhnya, sehingga
kaian per oral. lritasi kulit maupun selaput lendir pemakaian obat ini membutuhkan waktu beberapa
pada pemakaian topikal belum pernah dilaporkan. minggu sampai bulan. Salep ini banyak digunakan
untuk pengobatan tinea pedis dan kadang-kadang
lNDlKAS|. Nistatin terutama digunakan untuk inlek_ juga untuk tinea kapitis. Dapat terjadi iritasi ringan
si kandida di kulit, selaput lendir dan saluran cerna.
pada tempat pemakaian, juga ada keluhan kurang
Obat ini tidak efektif untuk kandidiasis pada kuku
menyenangkan dari para pemakainya karena salep
dan kulit yang mengalami hiperkeratinisasi atau
ini berlemak.
569
Obal Jamur

ASAM UNDESILENAT SIKLOPIROKS OLAMIN

Asam undesilenat merupakan cairan kuning Obat ini merupakan antijamur topikal berspek-
dengan Qau khas yang tajam. Dosis biasa dari asam trum luas. Penggunaan kliniknya ialah untuk der-
ini hanya menimbulkan elek lungistatik, tetapi matolitosis, kandidiasis dan tinea versikolor. Siklo-
dalam dosis tinggi dan pemakaian yang lama dapat piroks olamin tersedia dalam bentuk krem 1%
memberikan elek tungisidal. Obat ini aktil terhadap yang dioleskan pada lesi 2 kali sehari. Reaksi iritatil
Epidermophyton, Trichopyton, dan Microsporum. dapat terjadi walauPun jarang.
Tersedia dalam bentuk salep campuran mengan-
dung 5% undesilenat dan Zook seng undesilenat.
Bentuk bedak dan aerosol mengandung 2% un-
desilenat dengan 209lo senQ undesilenat. Dalam hal
4. PEMILIHAN PREPARAT
ini seng berperan untuk menekan luasnya perada-
ngan.
Pemakaian pada mukosa dapat menyebab- lnleksijamur yang paling sering dijumpai ialah
kan iritasi, bila kadarnya lebih dari 1%. lritasi dan infeksi nonsistemik. Dermatofitosis dapat diatasi
sensitivitas jarang teriadi pada pemakaian topikal. dengan obat bebas (dapat dibeli tanpa resep dok-
Pada tinea kapitis, elektivitasnya tidak nyata se- ter), misalnya tolnaftat dan asam undesilenat. Obat
hingga tidak digunakan lagi. Obat ini dapat meng- topikal dengan efektivitas sedang yang digunakan
hambat pertumbuhan iamur pada tinea pedis, tetapi untuk kelainan ini ialah haloprogin' lnfeksi yang
elektivitasnya tidak sebaik mikonazol, haloprogin lebih berat biasanya dapat diatasi dengan golongan
atau tolnaftat. imidazol misalnya mikonazol, klotrimazol, dll.
Lesi hiperkeratosis pada kuku dan telapak me-
merlukan kombinasi antijamur topikal yang poten
HALOPROGIN dengan zat keratolitik, misalnya asam salisilat' ln-
feksi berat pada kepala, telapak dan kuku biasanya
Haloprogin merupakan suatu antijamur sin- memerlukan pemberian griseo{ulvin selama bebe-
tetik, berbentuk kristal putih kekuningan, sukar larut rapa bulan. Ketokonazol sedang dievaluasi manlaat
dalam air, tetapi larut dalam alkohol' Obat ini ber- dan keamanannya untuk dermatofitosis berat yang
silat lungisidal terhadap Epidermophyton, Tricho- karena sesuatu sebab tidak dapat diobati dengan
phyton, Microsporum, Malassezia furtur, dan kan- griseolulvin.
dida. Haloprogin sedikit sekali diserap melalui kulit' Asam salisilat hanya mempunyai makna klinik
dalam tubuh akan terurai meniadi triklorofenol' karena efek keratolitiknya. Untuk lesi yang sangat
Selama pemakaian obat ini dapat timbul iritasi superfisial asam salisilat mungkin sudah cukup
lokal, rasa terbakar, vesikulasi, meluasnya mase- efektif, tetapi untuk lesi yang lebih dalam, asam
rasi dan sensitisasi. Sensitisasi mungkin merupa- salisilat mempermudah penetrasi arrtijamur lain
kan pertanda cepatnya respons pengobatan sebab yang lebih poten,
toksin yang dilepaskan kadang-kadang memper- Untuk pengobatan tinea versikolor dapat digu-
buruk lesi. nakan selenium sulfid, natrium tiosullat 25% de-
Haloprogin tersedia dalam bentuk krem dan ngan asam salisilat 1%. Bila tidak berhasil, halo-
larutan dengan kadar 1%. Terhadap tinea pedis, progin dan golongan imidazol seringkali berhasil'
elektivitasnya mendekati tolnaftat. Di samping itu Kambuhan berulang seringkali disebabkan keber-
obat ini iuga digunakan untuk tinea versikolor. sihan diri yang tidak terjaga.
Kandida adalah flora normal yang dapat men-
NATAMISIN jadi patogen pada penderita yang daya tahannya
menurun. Daerah yang diserang ialah kulit yang
Antijamur ini jarang sekali menimbulkan iritasi
lembab dan mukosa (rongga mulut, saluran cerna,
pada mata sehingga digunakan untuk keratitis yang
perianal, vulvovaginal dan daerah lipatan kulit). Ke-
d'nebabkan jamur. Obat ini merupakan obat ter-
pilih untuk inleksi yang disebabkan Fusarium adaan ini dapat diatasi dengan pengobatan topikal
haloprogin, nistatin, amloterisin B, mikonazol, klotri-
so/anl, tetapi daya penetrasinya ke kornea kurang
memadai. Natamisin tersedia dalam bentuk sus- mazol dan imidazol lainnya. Bila tidak didapatkan
pensi 5% dan saleP 1% untuk mata. hasil yang memuaskan, dapat diberikan ketoko-
570
Farmakologi dan Terapi

nazol per oral. Pemberian gentian violel 1_2o/o Mikosis sistemik agak jarang dijumpai, tetapi
secara topikal kurang efektif dibandingkan nistatin .berbahaya dan silatnyakronis. Amloterisin B meru_
atau imidazoltopikal, selain itu noda biru yang ditim_ pakan antijamur yang efektil untuk infeksi sistemik
bulkannya agak mengganggu dari sudut kosrnetik. yang berat. Tetapi k'arena toksisitasnya, obat ini
Pemakaian kombinasi kortikosteroid dan anti_ harus diberikan dengan infus di rumah sakil oleh
jamur topikal hanya untuk jangka waktu pendek tenaga yang kompeten.
pada infeksi dengan tanda peradangan yang jelas. Dewasa ini telah dipasarkan ketokonazol,
Bila peradangan telah reda dan rasa gatal judah suatu antijamur untuk infeksi sistemik yang spek_
berkurang, maka pengobatan dilanjutkan dengan trumnya luas. Diberikan per oral dan toksisitasnya
menggunakan preparat antijamur saja, karena pe_ secara umum relatif rendah. pada saat ini data uji
makaian kortikosteroid dalam waktu berbu lan_bulan komparatil masih terbatas, sehingga perbandingan
dapat menyebabkan atroli kulit. elektivitasnya dengan amfoterisin B sebagai o-bat
mikosis sistemik belum jelas.
Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalaktam Lainnya 627

bermakna dalam penggunaan di klinik. Sering ab- Tikarsilin, suatu bentuk ester lain dari karbeni-
sorpsi ampisilin oraf tidak cukup memuaskan se- silin, tidak stabil pada pH asam sehingga hartis
hingga perlu meningkaikan dosis. Ester ampisilin diberikan parenteral. Sulbenisilin, azlosilin, mezlo-
misalnya. pivampisilin, bakampisilin dan hetasilin silin dan piperasilin juga diberikan parenteral.
diabsorpsi lebih baik daripada ampisilin' Berbagai
DISTRIBUSI, Penisilin G didistribusi luas dalam
enzim dalam mukosa saluran cerna, serum dan
jaringan lain menghidrolisis ester-ester ini dan tubuh. lkatan proteinnya ialah 65%. Kadar obat
yang memadai dapat tercapai dalam hati, empedu,
membebaskan ampisilin.
ginjal, usus, limfe dan semen, tetapi dalam CSS
Absorpsi amoksisilin di saluran cerna jauh
sukar dicapai. Bila meningen dalam keadaan nor-
lebih baik daripada ampisilin. Dengan dosis oral
mal, sukarsekali dicapai kadar0,5 UUml dalam CSS
yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam
walaupun kadar plasmanya 50 Ul/ml. Adanya
darah yang tingginya kira-kira 2 kali lebih tinggi
radang meningen lebih memudahkan penetrasi
daripada yang dicapai oleh ampisilin, sedang masa
penisilin G ke CSS tetapi tercapai tidaknya kadar
paruh eliminasi kedua obat ini hampir sama. Penye-
efektil tetap sukar diramalkan. Pemberian intratekal
rapan ampisilin terhambat oleh adanya makanan di jarang dikerjakan karena risiko yang lebih tinggi dan
lambung, sedang amoksisilin tidak.
efektivitasnya tidak lebih memuaskan.
Metisilin dan nafsilin tidak diberikan per oral
Distribusi lenoksimetil penisilin, leneiisilin,
sebab cepat dirusak oleh asam lambung dan ab- penisilin isoksazolil dan metisilin pada umumnya
sorpsinya buruk. Karbenisilin tidak diabsorpsi di sama dengan penisilin G. Dengan dosis yang sama'
saluran cerna. Dalam bentuk ester, indanil karbe- kadar puncak dalam serum tertinggi dicapai oleh
nisilin sangat tahan asam dan dapat diberikan oral. diklosasilin, sedangkan kadar tertinggi obat bebas
Pada pemberian 1 g lM, kadar puncak karbenisilin dalam serum dicapai oleh llukloksasilin. Perbedaan
dalam plasma mencapai 15 sampai 20 pg/ml dalam nyata yang terlihat antara lain adalah dalam hal
0,5 sampai 2 jam. Aktivitasnya hilang sekitar 6 iam pengikatan oleh protein plasma. Penisilin isoksa-
sesudah pemberian. Waktu paruh eliminasi pada zolil memiliki angka ikatan protein tertinggi (Tabel
individu dengan lungsi ginjal normal, sekitar 1 jam 43-2). Dengan dosis yang sama, dikloksasilin oral
dan dapat memanjang hingga 2 jam bila ada kelain- maupun lV menghasilkan kadar dalam darah lebih
an fungsi hati. Sekitar 50% obat ini terikat pada tinggi daripada oksasilin ataupun kloksasilin karena
protein plasma. adanya perbedaan distribusi dan eliminasi'

Tabel 43-2. PARAMETER FARMAKOKINETIK BEBERAPA PENISILIN

Jenis Penisilin Cara Dosis Bioavailabilitas KadarPuncak lkatanprotein t1/2 Plasma


Pemberian oral Plasma plasma (menit)
(% dosis) (pg/ml) ("/t

Penisilin G IM 300.000 u 8U 65 a:
Penisilin V oral 49 75
Metisilin IM 1g 10 40
Oksasilin oral 1g 30-50 5 - 10 90-95 30-60
Kloksasilin oral 1g 37 5-10 94 33
oral 0,5 g 49 15 97 37
Dikloksasilin
Flukloksasilin oral 0,5 g 11 93 30-60
Ampisilin oral 0,5 g 49 3 20 60-90
Hetasilin oral 0,45 g 32 2,5 20 60-90
Pivampisilin oral 0,5 g 65 5,7 20 60-90
Amoksisilin oral 0,5 g 65-78 6,75 20 60-90
Karbenisilin IM 1g 15-20 50 60
IV 4g 157 70
Sulbenisilin
IM 29 60 45 70
Tikarsilin
Azlosilin IV 5g 236,5 20-40 60
Mezlosilin IM 3g 100 16-42 60
Pengantar Antimikroba

XII. ANTIMIKROBA

39. PENGANTAR ANTIMIKROBA


R. Setiabudy dan Vincent H.S. Gan

1. Delinisi 7. Sebab kegagalan terapi


2. Aktivitas dan spektrum
8. Penggunaan antimikroba di klinik
3. Mekanisme kerja
8.1. lndikasi
4. Resistensi
8.2. Pilihan antimikroba dan posologi
5. Elek samping
8.3. Kombinasi antimikroba
6. Faktor pasien yang mempengaruhi larmakodi- 8.4. Kemoprofilaksis antimikroba
namik dan {armakokinetik

1. DEFINISI 2. AKTIVITAS DAN SPEKTRUM


ANTIMIKROBA.
Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba,
khususnya mikroba yang merugikan manusia. Da-
lam pembicaraan di sini, yang dimaksudkan dengan anti- , *5-
Berdasarkan silat toksisitas selektif, ada
mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak ter- a g at
masuk kelompok parasit.
m i krob y an be rs il mengh.a m b:alLae4!u. !l [uJ n
Sl."
kenal se bag ai a Eli vltas b! kteri 3:tati "k ;
$-i Kr.qb.a*gi
dan ada yang bersilat membunuF mfkiriba, tilR6fr6l
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mi- sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal yang
kroba, terutama lungi, yang dapat menghambat diperl,rkan untuk menghambat pertumbuhan mi-
atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak kroba atau membunuhnya, masing-masing dikenal
antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sebagaikadar hambat minimal(KHM) dan kadar
sintetik penuh. Namun dalam praktek sehari-hari bunuh minimal (KBM). Antimikrobatertentu aktivi-
AM sintetikyang tidak diturunkan dari produk mikro- tasnya dapat meningkat dari bakteriostatik meniadi
ba (misalnya sulfonamid dan kuinolon) iuga sering bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan
melebihiKHM.
digolongkan sebagai antibiotik. 'de-
Sifat antimikroba dapat berbeda satu
Obat yang digunakan untuk membasmi mi-
ngan lainnya. Umpamanya, penisilin G bersifat
kroba, penyebab inleksi pada manusia, ditentukan
aktil terutama terhadap bakteri gram-positif, se-
harus memiliki silat toksisitas selektil setinggi dangkan bakteri gram-negatif pada umumnya tidak
mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat peka (esisten) terhadap penisilin G; slreptomisin
sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatil tidak tok- memiliki si{at yang sebaliknya; tetrasiklin aktil ter-
sik untuk hospes. Silat toksisitas selektil yang ab- hadap beberapa bakteri gram-positif maupun bak-
solut belum atau mungkin juga tidak akan diperoleh. lerigram-negatil, dan juga terhadap Rickeftsia dan
572 Farmakologi dan Terapi

Chlamydia. Berdasarkan perbedaan silat ini anti- asam folat yang nonlungsional. Akibatnya, kehi-
mikroba dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ber- dupan mikroba akan terganggu. Berdasarkan sifat
spektrum sempit (umpamanya: benzil penisilin dan kompetisi, efek sullonamid dapat diatasi dengan
streptomisin), dan berspektrum luas (umpamanya meningkatkan kadar PABA.
tetrabiklin dan kloramlenikol). Batas antara kedua Untuk dapat bekerja, dihidrololat harus diubah
jenis spektrum ini terkadang tidak jelas. menjadi bentuk aktilnya yaitu asam tetrahidrofolat.
Walaupun suatu antimikroba berspektrum Enzim dihidrofolat reduktase yang berperanan di
luas, efektivilas kliniknya belum tentu seluas spek- sini dihambat oleh trimetoprim, sehingga asam di-
trumnya sebab efektivitas maksimal diperoleh de- hidrololal tidak dapat direduksi menjadi asam tetra-
ngan menggunakan obat terpilih untuk infeksi yang hidrofolat yang fungsional.
sedang dihadapi terlepas dari efeknya terhadap PAS merupakan analog PABA, dan bekerja
mikroba lain. Di samping itu antimikroba berspek- dengan menghambat sintesis asam lolat pada M.
trum luas cenderung menimbulkan superinfeksi tuberculosis. Sullonamid tidak efektif terhadap M.
oleh kuman atau jamur yang resisten. Di lain pihak tuberculosis dan sebaliknya PAS tidak efektif terha-
pada septikemia yang kausanya belum diketahui di-
dap bakteri yang sensitil terhadap sullonamid. per-
perlukan antimikroba yang berspektrum luas se-
bedaan ini mungkin disebabkan perbedaan enzim
mentara menunggu hasil pemeriksaan mikro-
untuk sintesis asam folat yang bersifat sangat
biologik,
khusus bagi masing-masing jenis mikroba.
Antimikroba yang menghambat sintesis dinding
sel mikroba. Obat yang termasuk dalam kelompok
3. MEKANISME KERJA ANTIMIKROBA
ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin, vanko-
misin, dan sikloserin. Dinding sel bakteri, terdiri dari
Pemusnahan mikroba dengan antimikroba polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer
yang bersilat bakteriostatik masih tergantung dari mukopeptida (glikopeptida). Sikloserin mengham-
kesanggupan reaksi daya tahan tubuh hospes. bat reaksi yang paling dini dalam proses sintesis
Peranan lamanya kontak antara mikroba dengan dinding sel; diikuti berturut- turul oleh basitrasin,
antimikroba dalam kadar efektif juga sangat menen- vankomisin dan diakhiri oleh penisilin dan sefalo-
tukan untuk mendapatkan elek; khususnya pada sporin, yang menghambat reaksi terakhir (transpep-
tuberkulostatik. tidasi) dalam rangkaian reaksi tersebut. Oleh kare-
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimik- na tekanan osmotik dalam sel kuman lebih tinggi
roba dibagi dalam lima kelompok : (1) yang meng- daripada di luar sel maka kerusakan dinding sel
ganggu metabolisme sel mikroba; (2) yang meng- kuman akan menyebabkan terjadinya lisis, yang
hambat sintesis dinding sel mikroba; (3) yang meng- merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman
ganggu permeabilitas membran sel mikroba; (4) yang peka.
yang menghambat sintesis protein sel mikroba; dan
(5) yang menghambat sintesis atau merusak asam Antimikroba yang mengganggu keutuhan
nukleat sel mikroba. membran sel mikroba. Obat yang lermasuk dalam
kelompok ini ialah polimiksin, golongan polien serta
Antimikroba yang menghambat metabolisme berbagai antimikroba kemoterapeutik, umpamanya
sel mikroba. Antimikroba yang termasuk dalam antiseptik surface active agents. Polimiksin seba-
kelompok ini ialah sulfonamid, trimetoprim, asam gai senyawa amonium-kuaterner dapat merusak
p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon. Dengan meka- membran sel setelah bereaksi dengan loslat pada
nisme kerja ini diperoleh efek baheriostatik. losfolipid membran sel mikroba, Polimiksin.tidak
Mikroba membuluhkan asam folat untuk ke- efektil terhadap kuman gram-positif karena jumlah
langsungan hidupnya. Berbeda dengan mamalia losfor bakteri ini rendah. Kuman gram-nagatif yang
yang mendapatkan asam lolat dari luar, kuman menjadi resisten terhadap polimiksin, ternyata jum-
patogen harus mensintesis sendiri asam lolat dari lah loslornya menurun. Antibiotik polien bereaksi
asam para amino benzoat (PABA) untuk kebutuhan dengan struktur sterolyang terdapat pada membran
hidupnya. Apabila sulfonamid atau sullon menang sel lungus sehingga mempengaruhi permeabilitas
bersaing dengan PABA untuk diikutsertakan dalam selektif membran tersebut, Bakteri tidak sensitif ter-
pembentukan asam folat, maka terbentuk analog hadap antibiotik polien, karena tidak memiliki struk-
Pengantar Antimikroba 573

tur sterol pada membran selnya. Antiseptik yang mukakan di sini hanya mekanisme kerja obat yang
mengubah tegangan permukaan (surface-active berguna sebagai antimikroba, yaitu rilampisin dan
agents), dapat merusak permeabilitas selektif dari golongan kuinolon.
membran sel mikroba. Kerusakan membran sel me- Rilampisin, salah satu derivat rifamisin, ber-
nyebabkan keluarnya berbagai komponen penting ikatan dengan enzim polimerase-RNA (pada sub-
dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, unit) sehingga menghambat sintesis RNA dan
nukleotida dan lain-lain. DNA oleh enzim tersebut. Golongan kuinolon
menghambat enzim DNA girase pada kuman yang
Antimikroba yang menghambat sintesis protein lungsinya menata kromosom yang sangat panjang
sel mikroba. Obat yang termasuk dalam kelompok menjadi bentuk spiral hingga bisa muat dalam sel
ini ialah golongan aminoglikosid, makrolid' linko- kuman yang kecil.
misin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Untuk kehidup-
annya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai
protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom'
dengan bantuan mRNA dan IRNA. Pada bakteri' 4. RESISTENSI
ribosom terdiri atas dua sub unit, yang berdasarkan
konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak
3OS dan 5OS. Untuk berlungsi pada sintesis pro- terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimi-
tein, kedua komponen ini akan bersatu pada pang- kroba. Silat ini dapat merupakan suatu mekanisme
kal rantai mRNA menjadi ribosom 7OS. Pengham- alamiah untuk bertahan hidup. Dikenal tiga pola
batan sintesis protein terjadi dengan berbagai cara. resistensi dan sensitivitas mikroba terhadap an-
Streptomisin berikatan dengan komponen timikroba. Pola I : belum pernah terjadi resistensi
ribosom 3OS dan menyebabkan kode pada mFINA bermakna yang menimbulkan kesulitan di klinik.
salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis protein' Contoh untuk ini: Streptococcus pyogenes grup A
Akibatnya akan ter6entuk protein yang abnormal terhadap penisilin G. Pola ll : pergeseran dari sifat
dan nonfungsional bagi sel mikroba. Antibiotik ami- peka menjadi kurang peka, tetapi tidak sampai ter-
noglikosid lainnya yaitu gentamisin, kanamisin, dan jadi resistensi sepenuhnya. Contoh: gonokokus
neomisin memiliki mekanisme kerja yang sama' bukan penghasil penisilinase; sebagian besar galur
namun potensinya berbeda. (strain) masih peka terhadap penisilin 0,06 pg/ml'
Eritromisin berikatan dengan ribosom 5OS tetapi jumlah galur yang memerlukan kadar 1 pg/
dan menghambat translokasi kompleks tRNA-pep- ml, terus bertambah. Untunglah kadar penisilin 1
tida dari lokasi asam amino ke lokasi peptida. Aki- pg/ml dalam darah masih dapat dicapai dengan
batnya, rantai polipeptida tidak dapat diperpanjang mudah, sehingga belum ada masalah sifat resisten-
karena lokasi asam amino tidak dapat menerima si klinis. Pola lll : sifat resistensi pada taraf yang
kompleks tRNA-asam amino yang baru. cukup tinggi, sehingga menimbulkan masalah di
Linkomisin juga berikatan dengan ribosom klinik. Contoh : galur tertentu dari Staphylococcus
5OS dan menghambat sintesis protein' yang menghasilkan p-laktamase dapat berubah
Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 3OS menjadi resislen terhadap penisilin G.
dan menghalangi masuknya kompleks tBNA-asam Faktor yang menentukan silat resistensi atau
amino pada lokasi asam amino. sensitivitas mikroba terhadap AM terdapat pada
Kloramlenikol berikatan dengan ribosom 5OS elemen yang bersifat genetik. Didasarkan pada
dan menghambat pengikatan asam amino baru lokasi elemen untuk resistensi ini, dikenal resistensi
pada rantai polipeptida oleh enzim peptidil trans- kromosomal dan resistensi ekstrakromosomal.
lerase. Silat genetik dapat menyebabkan suatu mikroba
Antimikroba yang menghambat sintesis asam sejak awal resisten terhadap suatu antimikroba
nukleat sel mikroba. Antimikroba yang termasuk (resistensi alamiah). Contohnya bakteri gram-
dalam kelompok ini ialah rilampisin, dan golongan negatif yang resisten terhadap penisilin G.
kuinolon. Yang lainnya walaupun bersilat antimik- Mikroba yang semula peka terhadap suatu
roba, karena silat sitotoksisitasnya, pada umumnya antimikroba, dapat berubah sifat genetiknya men-
hanya digunakan sebagai obat antikanker; tetapi jadi tidak atau kurang peka. Perubahan silat genetik
beberapa obat dalam kelompok terakhir ini dapat terjadi karena kuman memperoleh elemen genetik
pula digunakan sebagai antivirus. Yang akan dike- yang membawa silat resisten; keadaan ini dikenal
Farmakologi dan Terapi

sebagai resistensi di dapat (ac q u i red reslsfance).


Faktor R sendiri terdiri atas dua unit: Segmen
Elemen resistensi ini dapat diperoleh dari luar dan
RTF (resistance transfer factor) dan determinan_r
d isebut resistensi yan g d ipin da
hkan (tran slerred (unit-r). Segmen RTF memungkinkan terjadinya
resisfance), dapat pula terjadi akibat adanya mutasi perpindahan faktor B. Masing_masing uniti
genetik spontan atau akibat rangsang AM (induced mem_
bawa sifat resistensi terhadap satu antimikroba.
resl'stance),
Dengan demikian berbagai unit_r pada 1 plasmid
Pembahasan resistensi dibagi dalam kelom_ faktor R membawa sifat resistensi terhadap ber_
pok resistensi genetik, resistensi nongenetik
dan bagai antimikroba sekaligus, misalnya sulfonamid,
resistensi silang, serta mekanisme peristiwa resis_ penisilin, kloramfenikol, tetrasiklin dan sebagainya.
tensi. Faktor R ini ditularkan terutama diantara entJrobak-
RESISTENSI GENETIK. Mutasi spontan. Dengan teria, antara lain Sa/monella, Shigella, E. coli, Vibrio
mutasi spontan gen mikroba berubah, sehingga dan lain-lain.
mikroba yang sensitif terhadap suatu antimikroba Gen yang membawa sifat resisten juga dapat
menjadi resisten. Kejadian ini dinamakan mutasi dipindahkan oleh segmen DNA yang Oisibut trans_
.posable elements. Ada 2 bentuk transposable
spontan karena terjadi tanpa pengaruh ada_tidak- ele_
nya antimikroba tersebut. Dengan adanya anti menls yang dikenal yaitu ,nserfion sequence dan
mi- transposon. lnsertion seguence hanya mengan-
kroba tersebut terjadi seleksi, galur yang felah
resisten bermultiplikasi sedangian gatuiyang dung gen untuk proses transposisi sedangkan
masih sensitif terbasmi, sehingga berakhir dengan transposon mengandung gen yang membawa sifat
resisten. Transposon dapat berpindah dari plasmid
terbentuknya populasi resisten.
ke kromosom dan sebaliknya. Transposon menim-
Resistensi dipindahkan. Mikroba dapat berubah bulkan masalah karena berbeda dengan plasmid
(yang selalu bersifat ekstra kromosomj, ia bersifat
menjadi resisten akibat memperoleh suatu elemen
pembawa laktor resisten. Faktor ini mungkin sangat stabil. Bahkan dalam keadaan di mana tidak
dida_ ada lekanan selektil sekalipun sifat resistensi ini
pat dengan cara transformasi, transdulsi
atau berlahan lama atau permanen.
konyugasi. Dengan transformasi, mikroba meng-
inkorporasi laktor resistensi langsung dari media
sekitarnya (lingkungannya). pada trinsduksi, fak_
ii RESISTENST NONGENETTK. Bakteri datam ke_
adaan istirahat (inaktivitas metabolik) biasanya
tor resistensi dipindahkan dari suatu mikroba resis- tidak dipengaruhi oleh antimikroba. Keadaan ini di-
ten ke mikroba sensitif dengan perantaraan bakte_ kenal sebagai resistensi nongenetik. Mikroba terse_
riofag. Dalam hal ini, yang dipindahkan ialah suatu but dikenal sebagai persisters. Bila berubah men-
komponen DNA dari kromosom yang mengandung jadi aktil kembali, mikroba kembali bersifat
sensitif,
laktor resistensi tersebut. Walaupun tidak-berjenis dan keturunannya juga tetap bersifat sensitif ter_
kelamin, mikroba sering kali mempedihatk"n ,r"t, hadap antimikroba seperti semula. lni merupakan
peristiwa yang mirip dengan kopulasi yang masalah pada pengobatan lepra dan tuberkulosis.
dikenal
sebagaiperistiwa konyugasi, potensi untut< meng_
adakan konyugasi ditentukan oleh suatu faktor ge_ RESISTENSI SILANG. Resistensi sitang, iatah ke-
netik, dikenal sebagai faktor seks. Faktor seks ini adaan resistensi terhadap antimikrobl tertentu
terdapat dalam sel kuman tertentu. Dengan konyu- yang juga memperlihatkan sifat resistensi terhadap
gasi terbentuklah hubungan langsung (-'saluran,) antimikroba yang lain.
antara isi sel kuman yang saling berkonyugasi, se_ Keadaan ini harus dibedakan dengan multi_
hingga memungkinkan perpindahan berbaiai kom- ple-drug resistance. padaresistensi silan-g, sifat
re-
ponen antar kuman khususnya komponen pem- sistensi ditentukan oleh satu lokus genetikl sedang_
bawa faktor resistensi. Faktor resistensi yang jipin- kan pada multiple-drug resistance oleh lebih dari
dahkan terdapat dalam dua bentuk ptismiO Oan satu lokus, yang biasanya berada dalam elemen
ekskakromosom (plasmid faktor B). Resistensi
_"!!l9r: Plasmid merupakan suatu elemen genetik
(DNA-plasmid) yang terpisah dari DNA_ kroriosom; silang biasanya terjadi antara antimikroba dengan
jadi merupakan suatu DNA nonkromosom. struktur kimia yang hampir sama, umpam"ny"
Tidak tara berbagai derivat tetrasiklin, atau antara Lntimi_
"n_
setiap plasmid dapat dipindahkan. yang dapat di_
pindahkan ialah plasmid faktor R, disebui juga plas_ kroba dengan struktur kimia yang agak berbeda
tetapi mekanisme kerjanya hampir sama. misalnya
mid penular (infectious plasmds).
linkomisin dan eritromisin.
Pangantar Antimikroba 575

MEKANISME RESISTENSI. Ada 5 mekanisme sampai kini ialah golongan penisilin. Dalam menim-
resistensi kuman terhadap antimikroba yaitu : (1 ) bulkan elek toksik, masing-masing AM dapat memi-
perubahan tempat kerja (target site) obat pada mi- liki predileksi terhadap organ atau sistem tertentu
kroba; (2) mikroba menurunkan permeabilitasnya pada tubuh hospes.
sehingga obat sulit masuk ke dalam sel; (3) inakti- Golongan aminoglikosida pada umumnya ber-
vasi obat oleh mikroba; (4) mikroba membentuk silat toksik lerutama terhadap Nervus ocfavus.
jalan pintas untuk menghindari tahap yang diham- Golongan tetrasiklin cukup terkenal dalam meng-
bat oleh antimikroba; (5) meningkatkan produksi ganggu pertumbuhan jaringan tulang, termasuk
enzim yang dihambat oleh antimikroba. gigi, akibat deposisi kompleks tetrasiklin kalsium-or-
tolosfat. Dalam dosis besar obat ini bersifat hepato-
toksik, terutama pada pasien pielonelritis dan pada
5. EFEK SAMPING wanita hamil. Yang dikemukakan di atas ini, hanya
merupakan beberapa contoh saja. Pembahasan
lebih lanjut terdapat dalam masing-masing bab anti-
Efek samping penggunaan AM dapat dikelom- mikroba yang bersangkutan.
pokkan menurut reaksi alergi, reaksi idiosinkrasi, Di samping faktor jenis obat, berbagai laktor
reaksi toksik, serta perubahan biologik dan metabo- dalam tubuh dapat turut menentukan terjadinya
lik pada hospes. reaksi toksik; antara lain lungsi organ/sistem terten-
REAKSI ALERGI. Reaksi alergi dapat ditimbulkan tu sehubungan dengan biotranslormasi dan eks-
oleh semua antibiotik dengan melibatkan sistem kresi obal.
imun tubuh hospes; terjadinya tidak bergantung PERUBAHAN BIOLOGIK DAN METABOLIK.
pada besarnya dosis obat. Manileslasi gejala dan Pada tubuh hospes, baik yang sehat maupun yang
derajat beratnya reaksi dapat bervariasi. menderita inleksi, terdapat populasi mikrollora nor-
Prognosis reaksi seringkali sukar diramalkan mal. Dengan keseimbangan ekologik, populasi rni-
walaupun didasarkan atas riwayat reaksi alergi pa- krollora tersebut biasanya tidak menunjukkan sifat
sien. Orang yang pernah mengalami reaksi alergi, patogen. Penggunaan AM, terutama yang berspek-
umpamanya oleh penisilin, tidak selalu mengalami trum lebar, dapal mengganggu keseimbangan eko-
reaksi itu kembali ketika diberikan obat yang sama. logik mikrollora sehingga jenis mikroba yang me-
Sebaliknya orang tanpa riwayat alergi dapat meng- ningkat jumlah populasinya dapat menjadi patogen.
alami reaksi alergi pada penggunaan ulang peni- Gangguan keseimbangan ekologik mikrollora nor-
silin, Reaksi alergi pada kulit akibat penggunaan mal tubuh dapal terjadi di saluran cerna, napas dan
penisilin dapat menghilang sendiri, walaupun tera- kelamin, dan pada kulit. Pada beberapa keadaan
pinya diteruskan. Peristiwa ini rnungkin berdasar- perubahan ini dapat menimbulkan superinfeksi
kan pada desensitisasi. Tetapi pada kejadian reaksi yaitu suatu inleksi baru yang terjadi akibat terapi
alergi yang lebih berat daripada eksantem kulit, AM. Mikroba penye-
inleksi primer dengan suatu
tidaklah bijaksana untuk meneruskan terapi; sebab bab superinleksi biasanya ialah jenis mikroba
makin berat silat reaksi pertama makin besar yang menjadi dominan pertumbuhannya akibat
kemungkinan timbulnya reaksi yang lebih berat penggunaan AM, umpamanya kandidiasis sering
pada pemberian ulang, berupa analilaksis, derma- timbul sebagai akibat penggunaan antibiotik br-
titis eksfoliativa, angioudema, dan lain-lain. spektrum lebar, khususnya tetrasiklin.
Pada pasien yang lemah, superinleksi poten-
REAKSI IDIOSINKRASI. Gejala ini merupakan
reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik sial dapat sangat berbahaya, sebab kebanyakan
terhadap pemberian antimikroba tartentu. Sebagai mikroba penyebab superinfeksi biasanya ialbh
conloh, 10% pria berkulit hitam akan rnengalami kuman gram-negatif dan stalilokok yang multi-re-
anemia hemolitik berat bila rnendapat primakuin. lni
sisten terhadap obat, Candida serta tungus sejati.
disebabkan mereka kekurangan enzim G6PD, Keadaan superinleksi secara khusus dapat menim-
bulkan kesulitan di rumah sakit. Kejadian resislensi
REAKSI TOKSIK. AM pada umumnya bersilattok- galur kuman yang tadinya sensitil terhadap suatu
sik-selektif, tetapi silat ini relatit. Efek toksik pada AM, di rumah sakit terus meningkat, sehingga bila
hospes dapal ditimbulkan oleh semua jenis AM. superinleksi terjadi dengan mikroba yang telah
Yang mungkin dapat dianggap relatil tidak toksik menjadi rsisten, terapi akan sangat sukar berhasil.
576
Farmakologi dan Terapi

Faktor yang memudahkan timbulnya superin- samping pada ibu maupun pada janin. lbu hamil
feksi ialah : (1) adanya faktor atau penyakit yang pada umumnya lebih peka terhadap pengaruh obat
mengurangi daya lahan pasien; (2) penggunaan tertentu, termasuk AM. Sedangkan kemungkinan
antimlkroba terlalu lama; (3) luasnya spektrum akti- timbulnya efek pada letus, tergantung pada daya
vitas antimikroba obat, baik tunggal ataupun dalam obat menembus sawar uri serta usia janin. pembe_
kombinasi. Makin lebar spektrum antimikroba, rian streptomisin pada ibu yang hamiltua dapat me_
makin besar kemungkinan suatu jenis mikrollora nimbulkan ketulian pada bayi yang dilahirkan, se-
tertentu menjadi dominan. Frekuensi kejadian su_ dangkan pemberian AM pada kehamilan trimester
perinleksi paling rendah ialah dengan penisilin G. pertama harus diingat bahaya teratogenesisnya.
Jika terjadi superinfeksi, tindakan yang perlu
diambil untuk mengalasinya ialah: (l) menghenti- Genetik. Adanya perbedaan genetik antar ras da-
kan terapi dengan AM yang sedang digunakan; (2) pat menimbulkan perbedaan reaksi terhadap obat.
melakukan biakan mikroba penyebabsuperinfek- Sebagai contoh delisiensi enzim G6pD dapat me-
si; dan (3) memberikan suatu AM yang elektil ter- nimbulkan hemolisis akibat pemberian sulfonamid,
hadap mikroba tersebut. kloJgnlentkq! dapsonffi tan-
Selain menimbulkan perubahan biologik ter_ iutnya, silat atdpffiSn g Tdmafif paAi3aseorang,
sebut, penggunaan AM terlentu dapat pula menim- umumnya lebih memudahkan terjadinya reaksi aler_
gi terhadap suatu obat, walaupun sebelumnya
bulkan gangguan nutrisi atau metabolik, umpama-
orang tersebut belum pernah mendapatkan obat
nya gangguan absorpsi zat makanan oleh yang bersangkutan.
neomisin.
Keadaan patologik tubuh hospes. Keadaan pa-
tologik tubuh hospes dapat mengubah larmakodi-
namik dan larmakokinetik AM tertentu. Keadaan
tungsi hati dan ginjal penting diketahui dalam pem-
6. FAKTOR PENDERITA YANG MEM. berian obat, termasuk pemberian AM, sebab kedua
PENGARUHI FARMAKODINAMIK organ tersebut berpengaruh besar pada farmako-
DAN FARMAKOKINETIK kinetik obat. Sirosis hati atau gangguan laal hati
yang berat dapat meningkatkan toksisitas letrasik-
lin, memperpanjang waktu paruh eliminasi linkomi-
Selain dipengaruhi oleh aktivitas antimikroba, sin, meningkatkan kadar kloramlenikol dalam darah
efek larmakodinamik dan silat farmakokinetiknya, sehingga menimbulkan bahaya toksik. Gangguan
elektivitas AM dipengaruhi juga oleh berbagai laktor
pada hepar dapat menyebabkan gangguan pada
yang terdapat pada pasien, biotransformasi maupun pada ekskresi obat melalui
empedu.
Umur. Neonatus pada umumnya memiliki organ Antimikroba yang terutama diekskresi melalui
atau sistem tubuh yang belum berkembang sepe_ ginjal akan mengalami kumulasi dalam tubuh hos-
nuhnya. Umpamanya lungsi glukuronidasi oleh pes yang menderila gangguan lungsi ginjal. Strep-
hepar belum cukup lancar, sehingga memudahkan tomisin, kanamisin, penisilin dieliminasi dari tubuh
terjadinya efek loksik oleh kloramfenikol. Fungsi terutama dengan ekskresi melalui ginjal. Ganggu-
ginjal sebagai alat ekskresi, juga belum lancar se- an lungsi ekskresi ginjal hanya sedikit sekali menim-
hingga memudahkan terjadinya elek toksik oleh bulkan bahaya intoksikasi dengan penisilin, letapi
obat yang eliminasinya terutama melalui ginjal. sebaliknya streptomisin, kanamisin (dan aminogli_
Orang yang berusia lanjut seringkali mengalami kosida lainnya) sangat potensial menimbulkari in-
kemunduran lungsi organ atau sistem terlentu, se- toksikasi.
hingga reaksi tubuh terhadap pemberian obat Jadi, sama dengan pemberian obat lain, pada
berubah, baik dalam segi larmakodinamik maupun pemberian AM sebaiknya selalu diperhatikan ke_
segi farmakokinetik. Untuk kedua golongan umur mungkinan adanya gangguan lungsi organ atau
tersebut di atas, posologi obal, termasuk AM, harus sistem tubuh, khususnya hati dan ginjal, guna men-
disesuaikan dengan keadaannya masing-masing. dapatkan efek terapi yang optimal.
Keadaan lungsi organ/sistem lain, tetap perlu
Kehamilan. Pemberian obat pada ibu hamil harus dipertimbangkan walaupun tidak dirinci di sini; um-
disertai pertimbangan kemungkinan terjadinya elek pamanya pengaruh keasaman lambung yang ke-
Pengantar Antimikroba sTt

mungkinan besar merusak eritromisin strearat lain) hanya elektil untuk inleksi saluran kemih
sebelum sempat diserap. yang terlokalisasi. Obat-obat ini tidak dapat
mencapai kadar terapeutik untuk inleksi di
organ tubuh lain.
7. SEBAB KEGAGALAN TERAPI 6. Pilihan AM yang kurang tepat : Suatu daftar AM
yang dinyatakan efektif dalam uji kepekaan
tidak dengan sendirinya menyatakan bahwa se-
Kepekaan kuman terhadap AM lertentu tidak
tiap AM yang tercantum itu akan memberi efekti-
menjamin elektivitas klinis. Faktor berikut dapat
menjadi penyebab kegagalan terapi : vitas klinik yang sama. Di sini klinikus harus
dapat mengenali dan memilih AM yang secara
1. Dosis yang kurang : dosis suatu AM seringkali klinis merupakan obat terpilih untuk suatu
tergantung dari tempat infeksi, walaupun kuman kuman lertentu. Sebagai contoh obat terpilih
penyebabnya sama. Sebagai contoh dosis peni- untuk inleksi oleh Str. faecalis ialah ampisilin,
silin G yang diperlukan untuk mengobati meni- walaupun secara in vitro kuman tersebut juga
ngitis oleh pneumokokus jauh leblh tinggi dari- dinyatakan sensitil terhadap sefamandol atau
pada dosis yang diperlukan untuk pengobatan gentamisin.
inleksi saluran nalas bawah yang disebabkan
oleh kuman yang sama.
7. Faktor pasien : Keadaan umum yang buruk dan
gangguan mekanisme pertahanan badan (selu-
2. Masa terapi yang kurang : konsep lama yang ler dan humoral) merupakan faktor penting yang
menyatakan bahwa untuk tiap jenis inleksi perlu menyebabkan gagalnya terapi AM. Sebagai
diberikan AM tertentu selama jangka waktu ter- contoh obat sitostatik, imunosupresan, penyakit
tentu kini telah ditinggalkan. Pada umumnya agamaglobulinemia kongenital, AIDS, dan lain-
para ahli cenderung melakukan individualisasi lain, menyebabkan gangguan mekanisme per-
masa terapi, yang sesuai dengan tercapainya tahanan badan.
respons klinik yang memuaskan. Namun untuk
penyakit tertentu sepertilaringitis oleh Str. pyo-
genes, osteomielitis, endokarditis, lepradan
tuberkulosis paru tetap dipertahankan masa 8. PENGGUNAAN ANTIMIKROBA DI
terapi yang cukup walaupun perbaikan klinis KLINIK
cepat terlihat.
3. Adanya faktor mekanik : abses, benda asing,
jaringan nekrotik, sekuester tulang, batu saluran 8.1.INDIKASI
kemih, mukus yang banyak, dan lain-lain, meru-
pakan laktor-faktor yang dapat menggagalkan Penggunaan terapeutik AM di klinik bertujuan
terapi dengan AM. Tindakan mengatasi laktor membasmi mikroba penyebab infeksi. Pengguna-
mekanik tersebut yaitu pencucian luka, debride- an AM ditentukan berdasarkan indikasi dengan
men, insisi, dan lain-lain, sangat menentukan mempertimbangkan faktor-faktor berikut : (1) Gam-
keberhasilan mengatasi inleksi. baran klinik penyakit inleksi, yakni elek yang ditim-
bulkan oleh adanya mikroba dalam tubuh hospes,
4. Kesalahan dalam menetapkan'etiologi : Demam
dan bukan berdasarkan atas kehadiran mikroba
tidak selalu disebabkan oleh kuman. Virus,
tersebut semata-mata; (2) Efek terapi AM pada pe-
jamur, parasit, reaksi obat, dan lain-lain dapat
nyakit infeksi diperoleh hanya sebagai akibat kerja
meningkatkan suhu badan. Pemberian AM yang
AM terhadap biomekanisme mikroba, dan tidak ter-.
lazim diberikan dalam keadaan initidak berman-
hadap biomekanisme tubuh hospes; (3) Antimikro-
laat.
ba dapat dikatakan bukan merupakan "obat pe-
5. Faktor larmakokinetik : Tidak semua bagian nyembuh' penyakit infeksi dalam arti kata sebenar-
tubuh dapat ditembus dengan mudah oleh AM. nya. Antimikroba hanyalah menyingkatkan waktu
Jaringan prostat ialah contoh organ yang sulit yang diperlukan tubuh hospes untuk sembuh dari
dicapai oleh kebanyakan obat dengan kadar suatu penyakit infeksi. Sepertitelah dikemukakan di
yang adekuat. Antlseptik traktus urinarius (mi- atas, dengan adanya invasi oleh mikroba, tubuh
salnya nitrofurantoin, asam nalidiksat, dan lain- hospes akan bereaksi dengan mengaktilkan meka-
Farmakologi dan Terapi

nisme daya tahan tubuhnya. Sebagian besar inleksi


8.2. PILIHAN ANTIMIKROBA DAN
yang terjadi pada hospes dapat sembuh dengan
sendiri, tanpa memerlukan AM. POSOLOGT
Gejala klinik infeksi terjadi akibat gangguan
langsung oleh mikroba maupun oleh berbagai zat PILIHAN ANTIMIKROBA
toksik yang dihasilkan mikroba. Bila mekanisme
pertahanan tubuh berhasil, mikroba dan zat toksik Setelah dokter menetapkan perlu diberikan
yang dihasilkannya akan dapat disingkirkan. Dalam AM pada pasien, langkah berikutnya ialah memilih
hal ini tidak diperlukan pemberian AM untuk pe_ jenis AM yang tepat, serta menentukan dosis dan
nyembuhan penyakit infeksi. cara pemberiannya. Dalam memilih jenis AM yang
Untuk memutuskan perlu{idaknya pemberian tepat harus dipertimbangkan laktor sensitivitas mi_
AM pada suatu infeksi, perlu diperhatikan gejala krobanya terhadap AM, keadaan tubuh hospes, dan
klinik, jenis dan patogenisitas mikrobanya, serta laktor biaya pengobatan.
kesanggupan mekanisme Untuk mengetahui kepekaan mikroba terha_
daya tahan tubuh dap AM secara pasti perlu dilakukan pembiakan
hospes.
kuman penyebab infeksi, yang diikuti dengan uji
Penyakit infeksi dengan gejala klinik ringan,
kepekaan. Bahan biologik dari hospes untuk pem_
tidak perlu segera mendapatkan AM. Menunda biakan, diambil sebelum pemberian AM. Setelah
pemberian AM malahan memberikan kesempatan
pengambilan bahan tersebut, terutama dalam ke_
terangsangnya mekanisme kekebalan tubuh, Teta_
adaan penyakit inleksi berat, terapi dengan AM
pi penyakit infeksi dengan gejala yang berat, walau_
dapat dimulaidengan memilih AM yang paling tepat
pun belum membahayakan, apalagi bila telah ber_ berdasarkan gambaran klinik pasien. Dalam prak_
langsung untuk beberapa waktu lamanya, dengan tek sehari-hari tidak mungkin melakukan pemerik_
sendirinya memerlukan lerapi AM. saan biakan pada setiap terapi penyakit infeksi. Bila
Gejala demam yang merupakan salah satu dapat dibuat perkiraan kuman penyebab dan pola
gejala sistemik penyakit infeksi paling umum, tidak kepekaannya, dapat dipitih AM yang tepat (Tabel
merupakan indikator yang kuat untuk pemberian 2.1).
AM. Pemberian AM berdasarkan adanya demam Bila dari hasil uji kepekaan ternyata pilihan AM
tidak bijaksana, karena : (1) pemberian AM yang semula tadi tepat serta gejala klinik jelas membaik,
tidak pada tempalnya dapat merugikan pasien (be_ terapi dapat dilanjutkan terus dengan AM tersebut.
rupa efek samping), dan masyarakat sekitarnya Dalam hal hasil uji sensitivitas menunjukkan ada
(berupa masalah resistensi); (2) demam dapat di_ AM lain yang lebih efektif, sedangkan dengan AM
sebabkan oleh penyakit infeksi virus, yang cukup semula gejala klinik penyakit menunjukkan perbaik_
tinggi angka kejadiannya dan tidak dapat diper_ an-perbaikan yang meyakinkan, AM semula ter-
cepat penyembuhannya dengan pemberian AM sebut sebaiknya diteruskan. Tetapi bila hasil per_
yang lazim; (3) demam dapat juga terjadi pada baikan klinik kurang memuaskan, AM yang diberi_
penyakit noninleksi, yang dengan sendirinya bukan kan semula dapat diganti dengan yang lebih tepat,
indikasi pemberian AM. sesuai dengan hasil uji sensitivitas.
Hasil uji sensitivitas umumnya berkorelasi
Karena AM hanya mempercepat penyem-
yang baik dengan elek klinik. Dalam keadaan ter-
buhan penyakit infeksi, maka AM hanya diperlukan
bila inleksi berlangsung lebih dari beberapa hari dan
tentu dapat terjadi ketidaksesuaian, umpamanya
karena adanya benda asing, jaringan nekrotik, atau
dapat menimbulkan akibat cukup berat, misalnya
pada tifus abdominalis, laringitis oleh Str. pyogenes adanya hambatan larmakokinetik; kuman dinyata_
kan sensitif tetapi inleksi tidak dapat diatasi.
dengan kemungkinan kompli-kasi penyakit jantung
Bila AM hanya bersifat bakteriostatik, pemus_
reumatik di kemudian hari.
nahan mikroba masih tergantung pada daya tahan
Kesimpulannya, indikasi untuk memberikan
tubuh hospes, tidak demikian halnya dengan AM
AM pada seorang pasien haruslah dipertimbangkan
bakterisid. Suatu AM yang bersifat bakterisid dapat
dengan seksama, dan sangat tergantung pada pe-
lebih pastl menghasilkan efek terapi, apalagi bila
ngalaman pengamatan klinik dokter yang meng_ diketahui bahwa daya tahan tubuh hospes t.elah
obati pasien. menurun, umpamanya pada penyakit defisiensi_
Pengantar Antimikoba 579

imun, leukemia akut, dan lain-lain. Pada keadaan- Sebaiknya AM diberikan oral karena mudah,
keadaan ini, sebaiknya digunakan AM bakterisid. aman dan tidak invasif. Untuk inleksi berat AM
Memilih AM yang didasarkan atas luas spek- harus diberikan secara parenteral. Cara pemberian
trum antirnikrobanya, tidak dibenarkan karena hasil topikal seringkali tidak memberikan elek terapi yang
terapi tidak lebih unggul daripada hasil terapi de- memuaskan, dapat menimbulkan sensitisasi dan
ngan AM berspektrum sempit, sedangkan superin- masalah resistensi.
leksi lebih sering terjadi dengan AM berspektrum
lebar.
Antimikroba yang mutakhir misalnya sefalo-
sporin generasi lll, lluorokuinolon, aminoglikosida 8.3. KOMBINASI ANTIMIKROBA
yang baru dll, seyogyanya tidak terlalu sering digu-
nakan untuk keperluan rutin. Tindakan ini perlu Kombinasi AM yang digunakan menurut in-
untuk menjaga supaya telap tersedia AM elektif bila dikasi yang tepat dapat memberi manfaat klinik
timbul masalah resistensi dalam kurun waktu terten- yang besar. Terapi kombinasi AM yang tidakterarah
tu. akan meningkatkan biaya dan elek samping, men-
Keadaan tubuh hospes perlu dipertimbangkan seleksi galur kuman yang resisten terhadap banyak
untuk dapat memilih AM yang tepal. Untuk pasien antimikroba, dan tidakmeningkatkan efektivilas
penyakit infeksiyang juga berpenyakit ginjal misal- terapi.
nya, jika diperlukan jenis tetrasiklin sebagai AM
maka sebaiknya dipilih doksisiklin yang paling
aman di antara letrasiklin lainnya, INDIKASI PENGGUNAAN KOMBINASI
Dalam menilai ongkos pengobatan, tidak
cukup hanya diperhatikan harga satuan obatnya, Dalam garis besarnya, ada empat indikasi
tetapi harus pula dipertimbangkan waktu yang di- penggunaan kombinasi tidak tetap, yaitu :

perlukan untuk menyembuhkan suatu penyakit an- (1) Pengobatan infeksi campuran. Beberapa in-
lara lain sehubungan dengan jumlah obat yang feksi tertentu dapat disebabkan oleh lebih dari satu
diperlukan. Biaya pengobatan merupakan salah jenis mikroba yang peka terhadap AM yang ber-
satu aspek ekonomi suatu penyakit. beda. Dalam hal ini diperlukan pemberian kombi-
Pada inleksi berat seringkali harus segera di- nasi AM sesuai dengan kepekaan kuman-kuman
berikan antimikroba sementara sebelum diperoleh penyebab infeksi campuran tersebut. Sebagai con-
hasil pemeriksaan mikrobiologik. Pemilihan ini toh infeksi pascabedah abdominal sering disebab-
harus didasarkan pada pengalaman empiris yang kan oleh kuman anaerob (8. fragilis) dan kuman
rasional berdasarkan perkiraan etiologi yang paling aerob gram- negatit yang peka terhadap AM yang
mungkin serta antimikroba terbaik untuk inleksi ter- berbeda. Kuman anaerob peka terhadap AM anae-
sebut (educatedguess) (Iabel2.1). Selain itu tabel robisid misalnya metronidazol, klindamisin, sefoksi-
ini juga dapat dimanfaatkan bila pemeriksaan mik- tin, dll., sedang yang aerob peka terhadap genta-
robiologik tidak dapat dikerjakan karena alasan ter- misin, dll. Karena itu kombinasi AM untuk kuman
tentu. aerob dan anaerob diindikasikan untuk keadaan ini,
misalnya gentamisin dengan metronidazol.

(2) Pengobatan awal pada inteksi berat yang


POSOLOGI ANTIMIKROBA etiologinya belum jelas. Beberapa infeksi berat
misalnya septisemia, meningitis purulenta dan in-
Efek terapi yang optimal sangat dipengaruhi leksi berat lainnya memerlukan kombinasi AM, kd-
oleh tercapainya kadar AM pada tempat infeksi. rena keterlambatan pengobatan dapat membaha-
Faktor-faktoryang perlu diperhatikan dalam menen- yakan jiwa pasien, sedangkan kuman penyebab
tukan dosis ialah umur, berat badan, lungsi ginjal, belum diketahui. Kombinasi AM di sini di berikan
lungsi hati dan lain-lain, Kadar ini ditentukan juga dalam dosis penuh. Bila hasil pemeriksaan mi-
oleh penyerapannya. Penyerapan AM tertentu da- krobiologi telah diperoleh maka AM yang tidak di-
pat terhambat dengan adanya zat lain, misalnya perlukan dapat dihentikan pemberiannya, Sebagai
absorpsi tetrasiklin lerhambat bila diberikan ber- contoh kombinasi ampisilin dan kloramfenikol diin-
sama preparat besi. dikasik
580 Farmakologi dan Terapi

(3) Mendapatkan efek sinergi. Sinergisme terjadi Secara umum dapat dikatakan bahwa bila
bila kombinasi AM menghasilkan elek yang lebih suatu AM digunakan untuk mencegah infeksi
besar daripada sekedar efek aditif saja terhadap kuman tertentu (yang peka terhadap AM tersebut)
kurnan tertentu. Kombinasi seperti ini bermanlaat sebelum terjadinya kolonisasi dan multiplikasi,
untuk infeksi Pseudomonas pada pasien neutro- maka prolilaksis ini seringkali berhasil. Tetapi bila
penia. Secara in vitro, kombinasi karbenisilin atau prolilaksis dimaksudkan untuk mencegah kemung-
tikarsilin dengan aminoglikosid menghasilkan elek kinan infeksi oleh segala macam mikroba yang ada
sinergisme. Dengan aminoglikosid saja misalnya di sekitar pasien, maka profilaksis ini biasanya
gentamisin, inleksi seringkali tidak dapat diatasi. gagal.
Penambahan karbenisilin sangat mempertinggi Secara garis besar profilaksis AM untuk kasus
angka penyembuhan. bukan bedah diberikan untuk 3 tujuan :
Meskipun banyak data in vitro yang memper-
lihatkan efek sinergi, secara klinis manfaat ini 1. melindungi seseorang yang terpaj an (ex-
hanya terlihat pada pengobatan endokarditis bak- posed) kuman tertentu. Penisilin G mencegah in-
terial dan pada infeksi yang dialami pasien dengan leksi streptokokus Grup A. Kotrimoksazol efektil
neutropenia. untuk mencegah kambuhnya inleksi saluran kemih.

2. mencegah infeksi bakterial sekunder pada se-


(4) Memperlambat timbulnya resistensi. Bila mu-
seorang yang sedang menderita penyakit lain.
tasi merupakan mekanisme limbulnya resistensi
Misalnya mencegah infeksi bakterial pada pasien
terhadap suatu AM maka secara teoritis kombinasi
koma, pasien dengan alat bantu napas, kateter dan
AM merupakan cara etektif untuk memperlarnbat sebagainya, Pencegahan yang bersifat "total" ini
resistensi. Sebagai contoh bila frekuensi mutasi biasanya tidak berhasil. Mikroba yang resisten ter-
yang menimbulkan resistensi terhadap obat A ialah
ulama E nte robacte ri aceae dan jam u r serin g kali tim-
10-' dan lerhadap obat B ialah 10-b, maka kemung-
bul sebagai patogen bila profilaksis diteruskan.
kinan mutasi yang resisten lerhadap kedua obat Flora normal tubuh pasien merupakan salah satu
tersebut bersama ialah 10-'J, Dengan demikian
mekanisme penting untuk mencegah kolonisasi dan
secara statistik kemungkinan ini dapat dikatakan infeksi oleh kuman patogen ini disebut resistensi
kecil sekali. Tetapi ternyata penerapannya hanya
koloni. Profilaksis tidak terarah akan mengganggu
terlihat pada pengobatan tuberkulosis di mana mekanisme pertahanan ini.
penggunaan 2 atau lebih tuberkulostatik secara
nyata memperlambat timbulnya resistensi oleh 3. mencegah endokarditis pada pasien kelainan
kuman tuberkulosis. katup atau struktur jantung lain yang akan me-
nempuh prosedur yang sering menimbulkan
Kombinasi tetap AM hanya dibenarkan bila kom- bakteremia, misalnya ekstraksi gigi, tindakan pem-
ponen-komponen yang membentuk kombinasi itu bedahan dan lain-lain. Endokarditis terjadi karena
selalu dibutuhkan bersama. Dewasa ini hanya ada kolonisasi kuman pada katup jantung yang rusak.
sedikit sekali kombinasi tetap AM yang dianggap Profilaksis juga perlu diberikan untuk pasien de-
rasional yaitu sullonamid-trimetroprim (misalnya ngan lesi jantung lainnya karena deposit librin dan
kotrimoksazol), sulfadoksin-pirimetamin, asam trombosit yang menjadi tempat kolonisasi sering
klavulanat-amoksisilin dan sulbaktam-ampisilin. berhubungan dengan tempat terjadinya arus darah
turbulen pada jantung. Setiap tindakan yang melu-
kai mukosa yang kaya bakteri misalnya mulut dan
8.4. PROFILAKSIS ANTIMIKROBA saluran cerna akan menyebabkan bakteremia selin-
tas. Profilaksis ini diberikan segera sebelum tin-
Di Amerika sekitar 30-50 % antibiotik diberi- dakan.
kan untuk tujuan profilaksis. Seringkali pemberian Untuk profilaksis kasus bedah berlaku prinsip
profilaksis ini merupakan penggunaan AM yang sebagai berikut : (1) Penggunaan AM untuk profilak-
berlebihan. Uji klinik telah membuktikan bahwa sis selalu harus dibedakan dari penggunaan untuk
pemberian protilaksis sangat bermanfaat untuk terapi pada kasus-kasus bedah; (2) Pemberian pro-
beberapa indikasi tertentu, sedangkan untuk indi- filaksis AM hanya diindikasikan untuk tindakan
kasi lain sama sekali lidak bermanlaat atau bedah tertentu yang sering disertai infeksi pascabe-
kontroversial. dah, atau yang membawa akibat berat bila terjadi
Pengantar Antimikroba

infeksi pascabedah; (3) AM yang dipakai harus se- Prolilaksis untuk bedah hanya dibenarkan un-
suai dengan jenis kuman yang potensial menim- tuk kasus dengan resiko inleksi pasca bedah yang
bulkan inleksi pascabedah; (4) Cara pemberian bia- tinggi yaitu yang tergolon g clean-contaminated dan
sanya l! atau lM; (5) Pemberian dilakukan pada contaminated.
saat induksi anestesi, tidak dibenarkan pemberian Tindakan-tindakan bedah yang bersih (clean)
yang lebih dini dan biasanya hanya diberikan 1'2 tidak memerlukan prolilaksis AM, kecuali bila di-
dosis. Pemberian profilaksis lebih dari24 iam tidak khawatirkan akan terjadi inleksi pasca bedah yang
dibenarkan. berat sekali.

Tabel 2.1. PILIHAN ANTIMIKHOBA BERDASARKAN EDUCATED GUESS

JENIS INFEKSI PENYEBAB TERSEBING PILIHAN ANTIMIKFOBA

I. SALURAN NAFAS
- Faringitis - virus
- Str. pyogenos - p"ni"i,in V, eritromisin, penisilin G
- C. diphtheriae - penisilin G, eritromisin

- Otitis media dan - Str. pneumoniae, H.influenzae, - amoksisilin/ampisilin, eriltomisin' kotrimoksazol


- S. aureus, kuman anaerob - amoksisilin - asam klavulanal
sinusitis
- Bronkilis akut - virus
- Str. pneumoniae, H.inlluenzae - amoksisilin/ampisilin, eritromisin
- M. pneumoniae - eritromisin

- Eksaserbasi akut - Str. pneumoniae, H. influenzae, - amoksisilin/ampi3ilitr, sritromisin' kotrimoksazol,


bronkitis kronis M. pneumoniae doksisiklin
- B. catarrhalis (jarang) - amoksi3ilin-a3am klavulanal, kotrimoksazol,
eritromisin

- lnlluonza - virus inlluenza A atau B

- Str. pneumoniae - penisilin G prokain, penisilin V, ritromisin'


- Pneumonia baktsrial
selalosporin gnrasi I

- H.inlluenzae - amoksirilin/ampi3ilin, kotrimoksazol'


ampisilin-sulbahamr::kbramlenikol, lluorokuinolon
- M. pnumoniae - critromisin, doksisiklin
- S. aureus - kloksasilin, selabsporin generasi I
- kuman gnterik gram-negati{ - sefalosporin generasi lll dengadtanpa aminogliko-
sid

- Tuberkulosisparu - M. tubrculosis - isoniazid + rif*rnpisin + pirazinamid/etambutol

II. INFEKSI SALURAN


KEMIH
- E. coli, S. saproPhyticus, - nitroturantoin, ampisilin' trimloprim
- Sislilis akut
kuman gram-ngatil lainnYa
. Pibnlrilis akut - E. coli, kuman gram-negatif - untuk pasicn rawat :
lainnya, StlePtococcus gcnlamisin (atau aminoglikosid lainnya), kotrimok-
sazol parsnteral, selalosporin ggnerasi lll,
azlreonam
- untuk pa3ien bcrobat ialan :
kotrimok3azol oral, lluorokuinolon, amoksisilin-
asam klavulanat
- E. coli, kuman gram-negatil - kotrimoksazol atau fluorokuinolon atau amino'
- Prostatitis akut
lainnya, E. laecalis glikosid + amPisilin Parentcral
- E. coli, kuman gram-negalil - kolrimoksazol, fluolokuinolon alau lrimeloptim
- Prostalitis kronis
lainnya, E. laecalis
582
Farmakologi dan Terapi

TAbEI 2.I. PILIHAN ANTIMIKROBA BERDASARKAN


EDUCATEDGUESS (SAMbUNgAN)

JENIS INFEKSI PENYEBAB TERSEHING


PILIHAN ANTIMIKROBA

III. INFEKSI YANG DITULAFKAN MELALUI


HUBUNGAN KELAMIN
- uretritis - N. gonorrhoeae (bukan penghasil
- amp.isilin/amoksisilin/penisilin
penisilinase) G + probenesid,
settriakson, ttrasiklin
- N. gonorrhoeae (penghasil
- seftriakson, fluorokuinolon
penisilinase)
- C. trachomatis
- doksisiklin/tetrasiklin, eritromisin
- Uraplasma uralyticum
- doksisiklin/tetrasiklln
- Herpss genital - virus herpes simpleks
- asiklovir
- Sifilis - T. pallidum
- penisilin G prokain, sttriakson, tetrasiklin
- Ulkus mole - H. ducryi
kotrimoksazol, eritromlsin, sftriakson,
ltrasiklin

rv. CERNA
y'- Ginggiviris dan - intksi campuran kuman aerob
'iALURAN
abses gigi - penisilin G prokain/penisitin
+ anaerob V
VzlKandiOiasis oral - C. albicans
- nistatin
- Enteritis inteksiosa - virus

- Shiglla
- kotrimoksazoffluorokuinolon/amplsilin
- V. cholerae
- letrasiklin, kotrimoksazol
- E. histotytica
- melronidazol
- C. pjuni
- eritromisinfluorokuinolon, tekasiklin
- berbagai kuman enterik
- umumnya tidak memsrlukan antimikroba
gram
-negatil lainnya
- Kolsistitis akul - E. coli, berbagai kuman enterik
- ampisilin + gentamisin, ampisilin_sulbaktam,
gram-negatif, B. lragilis
setazolin
- Peritonitis karna - E. coli, berbagai kuman enlerlk
porlorasi usus - ampisilin + gentamisin + metronidazoVklindamisin,
gram-negatit, kuman anarob
gntamisin + metronidazouklindamisin, sefoksitiil
V. KARDIOVASKULAB
- Endokarditis - strptokokus
- penisilin G + gentamisin
- statilokokus
- kloksasilin + gentamisin
- statilokokus yang toleran
- vankomisin
terhadap metisitin (MRSA)
- kuman gram-negatit
- tefotaksim + gentamisin

VI. KULIT, OTOT. TULANG


- lmptigo, furunkel, - Slr. pyogens, S. aureus
selulitis, dil. - kloksasilin/eritromisin, setalosporin
generasi I
a",/eas gangren - Cl. perfringens
- penisilin G
- Osteomyelitis akut - S. aureus
- kloksasilin

VII. SUSUNAN SARAF PUSAT


- Moningitis baktgrial - Str. pneumonia, stafilokokus,
anak/dewasa - ampisllin + kloramfenikol
H. inlluenzae' (s6bagai terapi awal)
- meningokokus . Penisilin G, kloramfnikol
Pengantar Antimikroba 583

Tabel 2.1. PILIHAN ANTIMIKROBA BERDASARKAN EDUCATED GUESS (Sambungan)

JENIS INFEKSI PENYEBAB TERSEBING PILIHAN ANTIMIKROBA

-Mningitis pada - Berbagai kuman enterik - sefalosporin generasi lll


neonatus gram-negatil
- abses olak - Strptokokus, S. aureus, - Penisitin G + kloramfenikoUmetronidazol +

Enterobacteriacae, brbagai sef alosporin genrasi lll


kuman anaerob

VIII. SEPSIS
- neonatus slreptokokus
- str. agalacliae, - ampisilin + aminoglikosid
lain, kuman enterik glam-n9atil
- anak < 5 tahun inlluenzae,
- Str. pneumoniae, H. - kloksasilin/ampisilin + kloramfenikol atau
auraus
N. meningitidis, S. ampisilin + kloramlenikol
- anak > 5 tahun dan - Kuman enterik gram-negatil, - kloksasilin/sefalosporin generasi I + amino-
dewasa S. aureus, streplokokus glikosida atau sefalosporin generasi lll/
ampi:ilin.sulbaktam dengan atau tanpa amino'
glikosida

Kotsrangan :

(1) Tabl ini dimaksudkan untuk membantu mgnntukan pilihan antimikroba untuk semntara.
Bila hasil p6meriksaan mikrobiologik tlah didapat maka pilihan antimikroba harus disesuaikan lagl.
(2) Kuman penyebab dan kep6kaannya terhadap antimikroba dapat brvariasi pada rumah sakivtempat yang berbeda.
(3) yang termasuk dngan aminoglikosida ialah : gentamisin, tobramisin, netilmisin dan amikasin (slreptomisin dan kanamisin
tidak termasuk)
(4) yang termasuk dengan solalosporin generasi I ialah : solazolin, slradin, selaleksin, sfadroksil dll; gehorasi ll : slamandol'
sefJksitin, sluroksim, dll; generasi selotaksim, seloprazon, sltriakson, seltaziJin, selsulodin, moksalaktam, dll.
lli:
(5) yang trmasuk dngan lluorokuinolon ialah : siprofloksasin, olbksasin, pelloksasin, norlloksasin, dll. (asam nalidiksat, asam
pipmidat, asam piromlJat lklak trmasuk).
Farmakolagi dan Terapi

40. SULFONAMID, KOTRIMOKSAZOL DAN ANTISEPTIK


SALURAN KEMIH
Yanti Mariana dan R.Setiabudy

1. Sullonamid dan kotrimoksazol 2. Antiseptik saluran kemih


1.1. Sulfonamid 2.1. Metenamin
1.2. Kotrimoksazol 2.2. Asam nalidiksat
2.3. Nitrolurantoin

I.1. SULFONAMID

Sullonamid adalah kemoterapeutik yang per- cooH


tama digunakan secara sistemik untuk pengobatan
dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia.
Penggunaan sulfonamid kemudian terdesak oleh
antibiotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan ke-
gunaan sediaan kombinasi trimetoprim dan sulfa-
metoksazol meningkatkan kembali penggunaan
+ NHz

sultanilamid
+ NHe
asam para amino
sullonamid untuk pengobatan penyakit infeksi ter-
benzoat (PABA)
tentu.

KIMIA

Sullonamid berupa kristal putih yang umum- AT"r\,.


nya sukar larut dalam air, tetapi garam natriumnya
mudah larut. Rumus dasarnya adalah sullanilamid
(Gambar 40-1).
Y NHz
Berbagai variasi radikal R pada gugus amida sulfisoksazol
(-SO2NHR) dan substitusi gugus amino (NH2) me-
nyebabkan perubahan sifat lisik, kimia dan daya
antibakteri sulfonamid.

AKTIVITAS ANTIMIKROBA

Sullonamid mempunyai spektrum antibakteri NHOC


yang luas, meskipun kurang kuat dibandingkan
sulfametoksazol
dengan antibiotik dan strain mikroba yang resisten
makin meningkat. Golongan obat ini umumnya Italilsullatiazol
hanya bersilat bakteriostatik, namun pada kadar
yang tinggi dalam urin, sulfonamid dapat bersifat Gambar 40-1. Struktur beberapa sulfonamid dan
bakterisid. asam para amino benzoat
585
Sutfonamid, Kotrimoksazot dan Antiseptik Saluran Kemih

SPEKTRUM ANTIBAKTERI. Kuman yang sensitif Sel-sel mamalia tidak dipengaruhi oleh sul-
terhadap sulla secaraln vltro ialah Strep. pyogenes, lonamid karena menggunakan lolat iadi yang ter-
Strep. pneumoniae, beberapa galur Bacil/us dapat dalam makanan (tidak mensintesis sendiri
anthracis dan Corynebacteium diphtheriae, Hae- senyawa tersebut).
mophilus influenzae, H. ducreyi, Brucella, Vibrio Dalam proses sintesis asam lolat, bila PABA
chalerae, Nocardia, Actinomyces, Calymmatobac - digantikan oleh sulfonamid, maka akan terbentuk
terium granulomatis, Chtamydia trachomatis dan analog asam folat yang tidak lungsional.
beberapa protozoa. Beberapa kuman enterik iuga KOMBINASI DENGAN TRIMETOPRIM' Senyawa
d ihambat. Ps e ud o monas, Se rrati a, P rote us dan ku- yang memperlihatkan elek sinergistik paling kuat
man-kuman multiregisten tidak peka terhadap obat
bila digunakan bersama sulfonamid ialah trimeto-
ini. Beberapa strain E. coli penyebab infeksi saluran prim. Senyawa ini merupakan penghambat enzim
kemih telah resisten terhadap sulfonamid, karena dihidrololat reduktase yang kuat dan selektif. Enzim
itu sullonamid bukan obat pilihan lagi untuk penyakit
ini berfungsi mereduksi asam dihidrofolat menjadi
inleksi tersebut. asam tetrahidro{olat, jadi pemberian sulfonamid
Banyak galur meningokokus, pneumokokus, bersama trimetoprim menyebabkan hambatan be-
streptokokus, stafilokokus dan gonokokus yang rangkai dalam reaksi pembentukan asam telra-
sekarang telah resisten terhadap sulfonamid' hidrofolat (Gambar 40-2)' Kombinasi kedua obat ini
akan dibahas lebih laniut pada bagian lain dari bab
MEKANISME KERJA. Kuman memerlukan PABA
(p-aminobenzoic acid) untuk membentuk asam folat ini.
(Gambar 40-2) yang digunakan untuk sintesis purin RESISTENSI BAKTERI. Bakteriyang semula sen-
dan asam-asam nukleat. Sulfonamid merupakan sitif terhadap sulfonamid dapat menjadi resisten
penghambat bersaing PABA' secara in vitro maupun in vivo. Resistensi ini biasa-
nya bersifat ireversibel, tetapi tidak disertai resisten-
PABA si silang terhadap kemoterapeutik lain. Resistensi
ini mungkin disebabkan oleh mutasi yang mening-
katkan produksi PABA atau mengubah struktur mo-
Sulfonamid lekul enzim yang berperan dalam sintesis lolat
berkompetisi dengan sedemikian rupa sehingga afinitasnya terhadap sul-
PABA
lonamid menurun.
Timbulnya resistensi merupakan laktor yang
Asam dihidrofolat
membatasi manfaat sulfonamid dalam pengobatan
penyakit inleksi, terutama inleksi yang disebabkan
oleh gonokokus, stafilokokus, meningokokus'
Trimetoprim
streptokokus dan beberapa galur Shige//a'

Asam tetrahidrololat
.t FARMAKOKINETIK
Purin
0 ABSOBPSI. Absorpsi melalui saluran cerna mudah
DNA dan cepat, kecuali beberapa macam sullonamid
yang khusus digunakan untuk infeksi lokal pada
Lsus. Kira-kira 70-100 % dosis oral sulfonamid diab-
Gambar 40-2. Mekanisme keria sullonamid dan sorpsi melalui saluran cerna dan dapat ditemukan
trimetoPrim dalam urin 30 menit setelah pemberian. Absorpsi
terulama terladi pada usus halus, tetapi beberapa
Efek antibakteri sullonamid dihambat oleh jenis sulfa dapat diabsorpsi melalui lambung'
adanya darah, nanah dan jaringan nekrotik, karena Absorpsi melalui tempat-tempat lain, misalnya
kebutuhan mikroba akan'asam lolat berkurang vagina, saluran nafas, kulit yang terluka, pada
dalam media yang mengandung basa purin dan umumnya kurang baik, tetapi cukup menyebabkan
timidin. reaksi toksik atau reaksi hipersensitivitas.
586
Farmakologi dan Terapi

DISTRIBUSI. Semua sulfonamid terikat pada pro- diterangkan lebih lanjut pada pembicaraan masing_
tein plasma lerutama albumin dalam derajat yang masing golongan sulfa.
berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh jaringan
Berdasarkan kecepatan absorpsi dan ekskre_
tubuh, karena itu berguna untuk infeksi sistemik. sinya, sulfonamid dibagi dalam 3 gotongan besar :
Dalani cairan tubuh kadar obat bentuk bebas men- (1 ) sulfonamid dengan absorpsi dan ekskresi
cepat,
capai 50-80 ok kadar dalam darah. pemberian sul_ antara lain sulfadiazin dan sulfisoksazol; (2) sul_
fadiazin dan sulfisoksazol secara sistemik dengan lonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberi_
dosis adekuat dapat mencapai kadar efektif dalam kan per oral dan karena itu kerjanya dalam lumen
CSS (cairan serebrospinal) otak. Kadar taraf man_ usus, antara lain ftalilsulfatiazol dan sulfasalazin;
tap di dalam CSS mencapai 10-g0 o/o darikadarnya (3) sulfonamid yang terutama digunakan untuk
dalam darah; pada meningitis kadar ini lebih tinggi pemberian topikal, antara lain sullasetamid, mafe_
lagi. Namun oleh karena timbulnya resistensi mi_ nid, dan Ag-sulfadiazin; (4) sulfonamid dengan
kroba terhadap sullonamid, obat ini jarang lagi di_ masa kerja panjang, seperti sulfadoksin, absorpsi_
gunakan untuk pengobatan meningitis. Obat dapat nya cepat dan ekskresinya lambat.
melalui sawar uri dan menimbulkan elek antimik_
roba dan efek toksik pada janin. SULFONAMID DENGAN ABSORPSI DAN
EKSKRESI CEPAT. Sulfisoksazol./Merupakan
METABOLISME. Dalam tubuh, sulfa mengalami prototip golongan ini dengan efek antibakteri kuat.
asetilasi dan oksidasi. Hasil oksidasi inilah yang se_ Sulfisoksazol hanya didistribusikan ke dalam cairan
ring menyebabkan reaksi toksik sistemik berupa lesi ekstrasel dan sebagian besar terikat pada protein
pada kulit dan gejala hipersensitivitas, sedangkan plasma. Kadar puncak dalam darah tercapai dalam
hasil asetilasi menyebabkan hilangnya aktivitas 2-4 jam setelah pemberian dosis oral 2_4 g. Hampi
obat. Bentuk asetil pada N-4 merupakan metabolit 95 % obat diekskresi melalui urin dalam 24 jam
utama, dan beberapa sulfonamid yang terasetilasi sesudah pemberian dosis tunggal. Kadar obat ini
lebih sukar larut dalam air sehingga sering menye- dalam urin jauh melebihi kadarnya dalam darah
babkan kristaluria atau komplikasi ginjal lain. Ben- sehingga mungkin bersifat bakterisid. Kadarnya
tuk asetil ini lebih banyak terikat protein plasma dalam CSS hanya 1/3 dari kadar dalam darah.
daripada bentuk asalnya. Kadar bentuk teikonyu- Kelarutan sulfisoksazol dalam urin jauh lebih
gasi ini tergantung terutama pada besarnya dosis, tinggi daripada sulfadiazin sehingga jarang menye-
lama pemberian, keadaan fungsi hati dan ginjal babkan hematuria atau kristaluria (0,2-0,3%). Sulfa
penderita.
ini dapat menggantikan golongan sulfa yang sukar
EKSKRESI. Hampir semua diekskresi melalui gin_ larut dan toksik terhadap ginjal. Dosis permulaan
jal, baik dalam bentuk asetil maupun bentuk bebas. untuk dewasa 2-4 g dilanjutkan dengan 1 g setiap
Masa paruh sulfonamid tergantung pada keadaan 4-6 jam, sedangkan untuk anak 150 mg/kg berat
lungsi ginjal. Sebagian kecil diekskresi melalui tinja, badan sehari. Mula-mula diberikan setengah dosis
empedu dan air susu ibu. tersebut, kemudian dilanjutkan dengan 1/6 dosis
per hari setiap 4 jam (maksimal 6 g sehari). Sulfisok-
sazol dapal menyebabkan reaksi hipersensitivitas
FARMAKOLOGI, SEDIAAN DAN POSOLOGI yang kadang-kadang bersilat letal. Sediaan sul_
lisoksazol tersedia dalam bentuk tablet 500 mg
Cara pemberian yang paling aman dan mudah
untuk pemberian oral.
ialah per oral, absorpsinya cepat dan kadar yang
cukup dalam darah segera tercapai. Bila pemberian Sulfametoksazol. Obat ini merupakan derivat sul_
per oral tidak mungkin dilakukan maka dapat diberi- fisoksazol dengan absorpsi dan ekskresi yang lebih
kan parenteral (lM atau lV). penggunaan topikal lambat. Dapat diberikan pada penderita dengan
sullonamid umumnya telah ditinggalkan kecuali sul- infeksi saluran kemih dan infeksi sistemik. Kris_
lasetamid untuk mata, mafenid asetat dan sulfadia_ taluria lebih sering timbul karena persentase ase_
zin perak untuk luka bakar, serta sullasalazin untuk tilasinya tinggi.
kolitis ulseratif. Sulfametoksazol umumnya digunakan dalam
Dosis obat tergantung dari umur penderita, bentuk kombinasi tetap dengan trimetoprim (di luar
macam dan hebatnya penyakit, cara pemberian, negeri ada sediaan tablet sullometoksazol saja
jenis sulfa dan keadaan fungsi ginjal; dan ini akan yang mengandung 500 mg zat aktif).
(.r\{i5oLsaeoL} o f eo rggr ( y?F'l
Sulfonamid, Kotrimoksazol dan Antiseptik Saluran Kemih e, -r r{eJ ina.trr /
pLil'(,:?i 587

l/
Sulfadiazin.'Absorpsi di usus terjadi cepat dan SULFONAMID YANG HANYA DIABSORPSI SE' ,{\..
kadar maksimal dalam darah dicapai dalam waktu DIKIT OLEH SALURAN CERNA. Sulfasalazin.{t+o+.t
3-6 jam sesudah pemberian dosis tunggal. Obat ini digunakan unluk pengobalan kolitis ulse- iu i .l
Kira-kira 15-4oo/o dari obat yang diberikan di- ratil dan enteritis regional dan reumatoid artritis'
ekskresi dalam bentuk asetil yang lebih mudah Sullasalazin dalam usus diuraikan menjadi sulfapi-
diekskresi. Hampir 70% obat ini mengalami reab- ridin yang diabsorpsi dan diekskresi melalui urin,
sorpsi di tubuli ginjal dan pemberian alkali memper- dan 5-aminosalisilat yang mempunyai efek antiinfla-
besar bersihan ginjal dengan mengurangi reabsorp- masi. Reaksi toksik yang terjadi antara lain Heinz-
si tubuli. Karena beberapa macam sulla sukar larut body anemia, hemolisis akut pada penderita deli-
siensi GoPD, dan agranulositosis. Mual, demam,
dalam urin yang asam, maka sering timbul krista-
artralgia serta ruam kulit terjadi pada2Oo/o penderita
luria dan komplikasi ginial lainnya. Untuk mencegah
dan desensitisasi dapat mengurangi angka kejadi-
ini penderita dianjurkan minum banyak air agar pro-
an. Dosis awal ialah 0,5 g sehari yang ditingkalkan
duksi urin tidak kurang dari 1200 mUhari atau diberi'
sampai 2-6 g sehari. Sullasalazin tersedia dalam
kan sediaan alkalis seperti Na-bikarbonat untuk me- bentuk tablet 500 mg dan bentuk suspensi 50
naikkan pH urin. mg/ml.
Dosis permulaan oral pada orang dewasa 2-4
g, dilanjutkan dengan 2-4 g dalam 3-6 kali pembe- Suksinilsulfatiazol dan ftalisulfatiazol. Dalam ko-
rian; lamanya pemberian tergantung dari keadaan lon, kedua sulfa ini dihidrolisis oleh bakteri usus
penyakit. Anak-anak berumur lebih dari dua bulan menjadi sulfatiazol yang berkhasiat antibakteri dan
diberikan dosis awal setengah dosis per hari kemu-
hampir tidak diabsorpsi oleh usus. Kedua obat ini
tidak lagi dianjurkan penggunaannya karena ter-
dian dilanjutkan dengan 60-150 mg/kg BB (maksi-
bukti tidak elektif untuk enteritis.
mum 6 g/hari) dalam 4-G kali pemberian. Sediaan
biasanya terdapat dalam bentuk tablet 500 mg. suLFoNAMID UNTUK PENGGUNAAN TOPI- /
KAL. Sulfasetamid. Natrium sullasetamid diguna-
Sulfasitin (Sulfacytin) adalah sullonamid yang kan secara topikal untuk inleksi mata. Kadar tinggi
ekskresinya cspat untuk penggunaan per oral pada
dalam larutan 30% tidak mengiritasi jaringan mata,
infeksi saluran kemih. Masa paruhnya dalam darah
karena pHnya netral (7,4), dan bersifat bakterisid.
lebih pendek daripada sullisoksazol (4 jam vs 7
jam). Kadarnya dalam darah lebih rendah daripada
Obat ini dapat menembus ke dalam cairan dan
kadar sulfisoksazol, oleh karena itu hanya diguna- iaringan mata mencapai kadar yang tinggi, sehing-
ga sangat baik untuk konyungtivitis akut maupun
kan untuk inleksi saluran kemih. Pemberian dimulai
kronik.
dengan dosis awal 500 mg, dilaniutkan dengan
Meskipun jarang menimbulkan reaksi sensiti'
dosis 250 mg empat kali sehari. Sullasitin tersedia
sasi, obat ini tidak boleh diberikan pada penderita
dalam bentuk tablet 250 mg (tidak dipasarkan di yang hipersensitif terhadap sullonamid'
lndonesia),
Obat ini tersedia dalam bentuk salep mata
Sulfametizol. Sullametizol termasuk golongan sul- 10% atau tetes mata 30%. Pada inleksi kronik dibe-
fonamid yang ekskresinya cepat, sehingga kadar- rikan 1-2 tetes setiap 2 jam untuk inleksi yang berat
nya dalam darah rendah setelah pemberian dosis atau 3-4 kali sehari untuk penyakit kronik'
biasa. Digunakan untuk pengobatan inleksi saluran
Ag-Sulfadiazin (sulfadiazin-perak). ln vitro obat
kemih dengan dosis 500-1000 mg dalam 3-4 kali
ini menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur,
pemberian sehari. Sullametizol tersedia dalam ben-
termasuk spesies yang telah resisten terhadap sul-
tuk tablt 250 atau 500 mg.
fonamid. Sulfadiazin-perak digunakan untuk. rne-
Kombinasi sulfa. Untuk mengurangi atau men- ngurangi jumlah koloni mikroba dan mencegah in-
cegah terjadinya kristaluria dibuat sediaan kombi- feksi luka bakar. Obat tidak dianjurkan untuk peng-
nasi tetap beberapa macam sulfa, misalnya sulfa' obatan luka yang besar dan dalam. Ag dilepaskan
diaZin, sullamerazin dan sullametazin yang dikenal secara perlahan-lahan sampai mencapai kadar tok-
sebagai trisullapirimidin. Kombinasi ini hanya ler- sik yang selektil untuk mikroba. Namun mikroba
sedia dalam bentuk tablet atau suspensi oral' Kom- dapat menjadi resislen terhadap obat ini. Ag hanya
binasi sulla ini lidak menghasilkan potensi atau sedikit diserap telapi sulfadiazin dapat mencapai
porluasan spektrum antibakteri. kadar lerapl bila permukaan yang'diolesi cukup
588
Farmakolqi dan Terapi

luas. Walaupun jarang terjadi, efek samping dapat pemakaiannya secepat mungkin dihentikan. Mere_
limbul dalam bentuk rasa terbakar, gatal dan erupsi ka yang pernah menunjukkan reaksi tersebut,
kulit. Sulfadiazin-perak merupakan bbat pilihan un- untuk
seterusnya tidak boleh diberi sullonamid.
tuk pencegahan inleksi pada luka bakar. Obat ini
tersedia dalam bentuk krem (10 mg/g) yang diberi_ GANGGUAN STSTEM HEMATOpOEIKVdnemia
kan 1-2 kali sehari. hemolitik akut dapat disebabkan oleh reaksi alergi
Mafenid (mafenid asetat) mengandung alfa_ alau karena delisiensi ahivitas GopD. Sulfadiazin
amino-p-toluen sulfonamid, digunakan secari topi_ jarang menimbulkan reaksi ini (0,05%). Agranulo_
kaldalam bentuk krem (g5 mg/g) untuk mengurangi sitosis terjadi pada sekitar 0,.1% penderiia yang
jumlah koloni bakteri dan mencegah infeksi luka mendapat sulladiazin. Kebanyakan penderita sem-
bakar oleh mikroba gram positif dan gram negatif. buh kembali dalam beberapa minggu atau bulan
Obal ini tidak dianjurkan untuk pengobatan luka setelah pemberian sullonamid dihentikan. Anemia
inleksi yang dalam. Kadang- kadang dapat terjadi aplastik, sangat jarang terjadi dan dapat bersilat
superinfeksioleh kandida. pemberian krem 1_ 2 kali tatal. Hal ini diduga berdasarkan efek mielotoksik
sehari dengan ketebalan 1-2 mm pada permukaan langsung.
luka bakar. Sebelum pemberian obat, luka harus dF ; Trombositopenia berat, jarang terjadi pada pe-
bersihkan, Pengobatan dilanjutkan sampai dapat makaian sulfonamid. Trombositopenia ririgan selin-
dilakukan pencangkokan kulit. tas lebih sering lerjadi. Mekanisme terjadinya tidak
. Mafenid cepat diabsorpsi melalui permukaan
luka bakar, kadar puncak dalam darah tercapai
diketahui.
Eosinofilia, dapat terjadi dan bersifat reversi-
dalam 2-4 jam setelah pemberian. Efek samping bel. Kadang-kadang disertai dengan gejala hiper_
berupa nyeri pada tempat pemberian, reaksi aiergi sensitivitas terhadap sulfonamid.
dan kekeringan jaringan karena luka tidak dibalut Pada penderita dengan gangguan sumsum
dan metabolit obat menghambat enzim karbonat tulang penderita AIDS atau yang mendapat kemo_
anhidrase. Urin dapat menjadi alkalis dan dapat terapi dengan mielosupresan sering menimbulkan
terjadi asidosis metabolik yang berakibat sesak hambatan sumsum tulang yang bersilat reversibel.
napas dan hiperventilasi.
GANGGUAN SALURAN KEMIH. pemakaian siste-
SULFONAMID DENGAN MASAKERJA PAN-.i mik dapat menimbulkan komplikasi pada saluran
JANG. Sulfadoksin adalah sulfonamid dengan \ kemih, meskipun sekarang jarang terjadi karena
masa kerja 7 sampai 9 hari. Obat ini digunakan telah banyak ditemukan sulla yang lebih mudah
dalam bentuk kombinasi tetap dengan pirimetamin larut seperti sulfisoksazol. penyebab utama ialah
(500 mg sutfadoksin dan 25 mg pirimetamin) untuk pembentukan dan penumpukan kristal dalam ginjal,
pencegahan dan pengobatan malaria akibat p. fal_ kaliks, pelvis, ureter, atau kandung kemih, yang me_
ciparum yang resisten terhadap klorokuin, Namun nyebabkan iritasi dan obstruksi. Anuria dan k-ema-
karena efek samping hebat seperli gejala Stevens- tian dapat terjadi tanpa kristaluria atau hematuria;
Johnson yang kgdang-kadang sampai menimbul_ pada autopsi ditemukan nekrosis tubular dan angii_
kan kematian, obat hanya digunakan untuk pence_ tis nekrotikans.
gahan bila resiko resistensi malaria cukup tinggi, Bahaya kristalur#apat dikurangi dengan
Kombinasi ini juga digunakan untuk pencegahan membasakan (alkalinisasi) urin atau minum airyang
p.n?umonia pneumocystis carinii pada penderita banyak sehingga produksi urin mencapai tbOO-
AIDS (acguired immuno deficiency syndrome), 1500 ml sehari. Kombinasi beberapa jenis sulfa
meskipun penggunaannya belum luas dan efek dapat pula mengurangi terjadinya kristaluria seperti
sampingnya mungkin hebat. telah diterangkan di atas. presipitasi sulfadiazin
atau sulfamerazin tidak akan terjadi pada pH urin
EFEK NONTERAPI 7,15 atau lebih.

Elek nonterapi sering timbul (sekitar S%) pada


REAKSI ALERGI. Gambaran hipersensitivitas
penderita yang mendapat sulfonamid. Reaksi ini pada kulit dan mukosa bervariasi, berupa kelainan
morbiliform, skarlatinilorm, urtikariform, erisipeloid,
dapat hebat dan kadang-kadang bersilat fatal. Ka-
pemfigoid, purpura, petekia, juga dapat timbul eri_
rena.itu pemakaiannya harus berhati-hati. Bila mulai
tema nodosum, eritema multilormis tipe Stevens_
lerlihat adanya gejala reaksi toksik atau sensitisasi,
Johnson, sindrom Behcet, dermatitis eksloliativa
Sulfonamid, Kotrimoksazol dan Antisptik Saluran Kemih 589

dan totosensitivitas. Kontak dermalitis sekarang ja- mun peranannya meningkat kembali dengan dite-
rang terjadi. Gejala umumnya limbul setelah ming- mukannya kotrimoksazol.
gu pertama pengobatan tetapi mungkin lebih dini Penggunaan iopikal tidak dianjurkan karena
pada penderita yang telah tersensitisasi. Kekerap- kurang/tidak efektif, sedangkan resiko terjadinya
an lerjadinya reaksi kulit 1,5% dengan sulfadiazin reaksi sensitisasi tinggi, kecuali pemakaian lokal
dan 2% dengan sulfisoksazol. Suatu sindrom yang dari Na-sulfasetamid pada infeksi mata.
menyerupai penyakit serum (serum sickness) dapat
lerjadi beberapa hari setelah pengobatan dengan
lnfeksi saluran kemih. Sullonamid pada saat ini
bukan lagi obat pilihan pertama untuk inleksi salur-
sullonamid. Hipersensitivitas sislemik dif us kadan g-
kadang dapat pula terjadi. Sensilivitas silang dapat
an kemih, karena jumlah mikroba yang resislen
makin meningkat . Namun demikian sullisoksazol
terjadi antara bermacam-macam sulfa.
masih efeklil untuk pengobatan inleksi saluran ke-
Demam obatterjadi pada pemakaian sulfona-
mih dimana prevalensi resistensi mikroba masih
mid dan mungkin juga disebabkan oleh sensitisasi;
rendah atau mikroba masih peka. Obat pilihan lain
terjadi pada 3% kasus yang mendapat sulfisok-
untuk inleksi saluran kemih anlara lain trimetoprim-
sazol. Timbulnya demam tiba.tiba pada hari ketujuh
sullametoksazol, antiseptik saluran kemih, derivat
sampai kesepuluh pengobatan, dan dapat disertai
kuinolon dan ampisilin.
sakit kepala, menggigil, rasa lemah, pruritus dan
erupsi kulit, yang semuanya bersilat reversibel. De-
Kombinasi trimetoprim-sulfametoksazol sa-
ngat berguna untuk pengobatan inleksi saluran
mam obat ini perlu dibedakan dari demam yang
kemih. Masalah ini akan dibahas pada judul kotri-
menandai reaksi toksik berat misalnya agranulo-
moksazol.
sitosis dan anemia hemolitik akut.
Hepatitis yang terjadi pada 0,1 % pasien dapat Disentri basiler. Sullonamid tidak lagi merupakan
merupakan elek toksik atau akibat sensitisasi. obat terpilih, karena banyak strain yang telah resis-
Tanda-tanda seperti sakit kepala, mual, muntah, ten. Obat terpilih sekarang adalah ampisilin atau
demam, hepatomegali, ikterus dan gangguan sel kloramfenikol. Trimetoprim-sulfametoksazol agak-
hati tampak 3-5 hari setolah pengobalap, dapat nya masih efektil pada pemberian per oral, mes-
berlanjut menjadi atroli kuning akul dan kematian. kipun di beberapa tempat telah terjadi resistensi.
Kerusakan pada hepar dapat memburuk walaupun Dosis dewasa ialah 160 mg trimetoprim dan 800 mg
obat dihentikan. sullametoksazol setiap 12 jam selama 5 hari.

LAIN-LAIN. Salu sampal 2% penderila mengeluh Meningitis oleh meningokokus. Banyak strain
mual dan muntah yang mungkin bersilat sentral telah resislen terhadap sullonamid, sehingga obat
karena meski diberikan parentsralelek ini kadang- terpilih adalah penisilin G, ampisilin, selalosporin
kadang juga timbul. Pemberian obat pada bayl generasi ketiga, atau kloramfenikol. Kemoprofilak-
dapat menyebabkan penggeseran ikatan bilirubin sis perlu dipertimbangkan diberikan pada subyek
dengan albumin. Sulfonamid tidak boleh diberikan yang berkontak langsung dengan penderita yang
pada wanita hamil aterm. terinleksi meningokokus. Rifampisin merupakan
obat terpilih untuk profilaksis. Bila strain penyebab-
INTERAKSI OBAT. Sullonamid dapal berinteraksi
nya sensitit diberikan sullisoksazol dengan dosis 1
dengan antikoagulan oral, antidiabetik sullonilurea gram setiap 12 jam sebanyak 4 dosis.
dan lenitoin. Dalam hal lersebut sulla dapat mem-
psrkuat efek obat lain dengan cara hambatan mala- Nokardiosis. Sullonamid sangat berguna untuk pe-
bolisme atau penggeseran ikatan dengan albumin. ngobatan infeksi oleh Nocardia asterolUes. Sulli-
Pada pemberian bersama sullonamid dosis obal- soksazol atau sulladiazin dapat diberikan 6-8 g/hari
obal tersebut perlu disesuaikan. sampai beberapa bulan setelah semua gejala hi-
lang. Untuk inleksiyang berat sullonamid diberikan
PENGGUNAAN KLINIK bersama ampisilin, eritromisin, dan streptomisin.

Penggunaan sullonamid sebagai obat pilihan Trakoma dan inclusion conjunctivitis. Walaupun
pertama dan untuk pengobatan penyakit inleksi ter- bukan merupakan obat terpilih, pemberlan suJfona-
tentu makin terdsak oleh perkembangan obat anti- mid secara oral selama 3 minggu eleklil untuk tra-
mikroba lain yang lebih elektil serta meningkatnya koma. Walaupun pemberian topikal mensupresi
jumlah mikroba yang rsisten terhadap sulfa. Na- gejala inleksi, eradikasi mikroorganisme tidak terca-
590 Farmakologi dan Terapi

pai. lnteksi sekunder dengan bakteri piogenik dapat dalam usaha meningkatkan elektivitas klinik an-
diobati dengan tetrasiklin topikal. Dalam beberapa timikroba. Kombinasi ini lebih dikenal dengan nama
hari gejala-gejala lokal akan menghilang, Untuk,n- kotrimoksazol.
cl u sion co nj unctiviti s (i ncl us ion blenorrhea) diberi-
kan salep sullasetamid 10 % topikal selama 10 hari; K I M I A. Silat kimia sulfametoksazol telah dibicara-
dapat juga dipergunakan tetrasiklin. kan di atas dan struktur kimianya dapat dilihat
pada Gambar 40-3. Trimetoprim adalah suatu
Toksoplasmosis. lnleksi Toxoplasmosis gondli diamino-pirimidin yang bersifat basa lemah dengan
paling baik diobatidengan pirimetamin. Tetapi me-
pKa 7,3 dan sedikit larut dalam air. Struktur kimia-
nurut pengalaman, lebih baik bila obat tersebut di- nya adalah sebagai berikut:
kombinasi dengan sulladiazin, sulfisoksazol atau
lrisulfapirimidin ,dosis penuh. Bila terjadi korioreti-
nitis sebaiknya juga diberikan kortikosteroid.
NHz
Kemoprofilaksis dengan sulfonamid. Sullonamid
juga digunakan sebagai kemoprofilaksis terutama *A*
untuk inleksi spesifik dengan bakteri-bakteri yang
masih sensitil terhadap sulfa. Untuk mencegah in-
feksi maupun kambuhnya demam reumatik oleh
\A
1 NHa
CHz
Sfrepfococcus-hemolyticus group A, sulfa sama
elektilnya dengan penisilin oral. Sulla tidak dapat
membasmi carrier streptokokus, tetapi dapat men-
cegah timbulnya laringitis dan demam reumatik.
Tetapi karena toksisitas sulla dan kemungkinan
inleksi oleh streptokokus yang resisten terhadap OCHg
sulla, maka penisilin lebih disukai untuk maksud ini.
Sulfisoksazol dengan dosis 1 g, 2 kali sehari diguna-
kan pada penderita yang hipersensitil terhadap pe- Gambar rlo-3. Struktur kimia trlmetoprlm
nisilin. Dosis untuk anak setengah dari dosis orang
dewasa. Bila timbul elek samping yang umumnya
terjadi pada 8 minggu pertama pengobatan, maka EFEK TERHADAP MIKROBA
perlu dilakukan pemeriksaan hitung leukosit setiap
minggu selama 8 minggu. Untuk kemoprolilaksis di- SPEKTRUM ANTIBAKTER|. Spektrum antibakteri
senteri basiler dengan penyebab Shigelta, kecuali trimetoprim sama dengan sullametoksazol, meski-
strain yang telah resisten, dapat digunakan sulfa- pun daya antibakterinya 20-100 kali lebih kuat dari-
diazin atau sullisoksazol 1-2 gram sehari selama 7 pada sullametoksazol.
hari. Beberapa penulis menyatakan bahwa infeksi Mikroba yang peka terhadap kombinasi trime-
oleh meningokokus yang sensitil dapat dicegah toprim-sulfametoksazol ialah: Sfr. pneumoniae, C.
dengan sulfadiazin atau sulfisoksazol. Namun, re- diphtheriae, dan l/. meningitis, S0-9S% strain S.
sistensi terhadap obat ini sekarang sangat mening- aureus, S. epidermidis, Str. pyogenes, Str. viridans,
kat. Prolilaksis inleksi dengan sullonamid sewaktu Sfr. faecalls, E. Coli, Pr. mirabilis, Pr. morganii, pr,
manipulasi saluran kemih, misalnya kateterisasi, rettgeri, Enterobacter, Aercbacter sposies, Sa/mo-
diragukan kegunaannya nella, Shigella, Serratia dan Alcaligenes spesies
dan Klebsietla spesies. Juga beberapa strain stalilo-
kokus yang resisten terhadap metisilin, trimetoprim
I.2. KOTRIMOKSAZOL atau sullametoksazol sendiri, peka terhadap kombi-
nasi tersebut. Kedua komponen memperlihatkan
Trimetoprim dan sullametoksazol mengham- interaksi sinergistik. Kombinasi ini mungkin efekfif
bat reaksi enzimatik obligat pada dua tahap yang walaupun mikroba telah resisten terhadap sulfona-
berurutan pada mikroba, sehingga'kombinasi ke- mid dan agak resisten terhadap trimetoprim. Siner-
dua obat memberikan elek sinergi. penemuan se- gisme maksimum akan terjadi bila mikroba peka
diaan kombinasi ini merupakan kemajuan penting terhadap kedua komponen.
Sulfonamid, Kotrimoksazol dan Antiseptik Saluran Kemih 591

MEKANISME KERJA. Aktivitas antibakteri kotri- nya resistensi pada beberapa jenis mikroba Gram
moksazol berdasarkan atas kerianya pada dua ta- negatil.
hap yang berurutan dalam reaksi enzimatik untuk
membeintuk asam tetrahidrofolat. Sulfonamid FARMAKOKINETIK
menghambat masuknya molekul PABA ke dalam
Rasio kadar sulfametoksazol dan trimetoprim
molekul asam lolat dan trimetoprim menghambat
yang ingin dicapai dalam darah ialah sekitar 20 : 1'
terjadinya reaksi reduksi dari dihidrololat menjadi
Karena silatnya yang lipofilik, trimetoprim mem-
tetrahidrofolat. Tetrahidrololat penting untuk reaksi-
punyai volume distribusi yang lebih besar dari pada
reaksi pemindahan satu atom C, seperti pemben- sullametoksazol. Dengan memberikan sufametok-
tukan basa purin (adenin, guanin, dan timidin) dan sazol 800 mg dan trimetoprim 160 mg per oral (rasio
beberapa asam amino (metionin, glisin). Sel-sel sulfametoksazol : trimetoprim - 5 : 1) dapat diper-
mamalia menggunakan lolat jadi yang terdapat da- oleh rasio kadar kedua obat tersebut dalam darah
lam makanan dan tidak mensintesis senyawa ter- kurang lebih 20 : 1.
sebut. Trimetoprim menghambat enzim dihidrofolat Trimetoprim cepat didistribusi ke dalam jaring-
reduktase mikroba secara sangat selektif. Hal ini an dan kira-kira 40 % terikat pada protein plasma
penting, karena enzim tersebut juga terdapat pada dengan adanya sulfametoksazol. Volume distribusi
sel mamalia. trimetoprim hampir 9 kali lebih besar daripada sulfa-
Untuk mendapatkan efek sinergi diperlukan metoksazol. Obat masuk ke CSS dan saliva dengan
perbandingan kadar yang optimal dari kedua obat. mudah. Masing-masing komponen juga ditemukan
Untuk kebanyakan kuman, rasio kadar sulfametok- dalam kadar tinggi di dalam empedu. Kira-kira 65%
sazol : trimetroprim yang optimal ialah 20 : 1. Silat sullametoksazol terikat pada protein plasma. Sam-
larmakokinetik sulfonamid yang dipilih untuk kombi- pai 60% trimetoprim dan 25-50% sullametoksazol
nasi dengan trimetoprim sangat penting mengingat diekskresi melalui urin dalam 24 iam setelah pem-
diperlukannya kadar yang relatif letap dari kedua berian. Dua-pertiga dari sulfonamid tidak menga-
obat tersebut dalam tubuh. Trimetoprim pada lami konjugasi. Metabolit trimetoprim ditemukan
umumnya 20-100 kali lebih poten daripada sulfame- juga di urin. Pada penderita uremia, kecepatan eks-
toksazol, sehingga sediaan kombinasi diformulasi- kresi dan kadar urin kedua obat jelas menurun.
kan untuk mendapatkan kadar sulfametoksazol in
vivo 20 kali lebih besar daripada trimetoprim. SEDIAAN DAN POSOLOGI

Kotrimoksazol tersedia dalam bentuk tablet


RESISTENSI BAKTERI, Frekuensi terjadinya re-
oral, mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80
sistensi terhadap kotrimoksazol leblh rendah dari-
mg trimetoprim atau 800 mg sulfametoksazol dan
pada terhadap masing-masing obat, karena mikro-
160 mg trimetoprim. Untuk anak tersedia iuga ben-
ba yang resisten terhadap salah satu komponen
tuk suspensi oral yang mengandung 200 mg sul'
masih peka terhadap komponen lainnya. Resistensi
lametoksazol dan 40 mg trimetoprim/S ml, serta
mikroba terhadap trimetoprim dapat terjadi karena tablet pediatrik yang mengandung 100 mg sullame-
mutasi. Resistensi yang terjadi pada bakteri gram toksazol dan 20 mg trimetoprim. Untuk pemberian
negatif disebabkan oleh adanya plasmid yang intravena tersedia sediaan infus yang mengandung
membawa silat menghambat kerja obat terhadap 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim per
enzim dihidrofolat reduktase. Resistensi S. aureus 5 ml. Dosis dewasa pada umumnya ialah 80Q mg
terhadap trimetoprim ditentukan oleh gen kromo- sulfa metoksazol dan 160 mg trimetoprim setiap 12
som, bukan oleh plasmid. Resistensi terhadap ben- jam. Pada infeksi yang berat diberikan dosis lebih
tuk kombinasi juga terjadi in vivo. Prevalensi resis- besar. Pada penderita dengan gagal ginjal'
tensi E. coli dan S. aureus terhadap kotrimoksazol diberikan dosis biasa bila bersihan kreatinin lebih
meningkat pada penderita yang diberi pengobatan dari 30 mumenit; bila bersihan kreatinin 15-30
dengan sediaan kombinasi tersebut. Selama lima ml/menit, dosis 2 tablet diberikan setiap 24 iam dan
tahun penggunaan resistensi S. aureus meningkat bila bersihan kreatinin kurang dari 15 ml/menit, obat
dari 0,40h menjadi 12,60 . Dilaporkan pula terjadi- ini tidak boleh diberikan.
592
Farmakologi dan Terapi

Dosis yang dianjurkan pada anak ialah trime_


bawah. Tetapi timbulnya resistensi makin mening_
8 mg/kgBB/haridan sulfametoksazol 40
-toqrim mg/ kat terutama pada bakteri Gram negatif, sehingga
kgBB/hariyang diberikan dalam 2 dosis. pemberian
sulfonamid tidak dapat diandalkan untuk pengobat
pada anak dibawah usia 2 tahun dan pada
ibu hamil an infeksi yang lebih berat pada saluian kemih
atau menyusui tidak dianjurkan.
bagian atas. penting untuk membedakan infeksi
Trimetoprim juga terdapat sebagai sediaan pada ginjal
tunggal dalam bentuk tablet 100 dan 200 mg. dan infeksi pada saluran kemih bagian
bawah. Pada keadaan pielonefritis akut yang
diser-
tai demam hebat dan bila ada kemungkinaniirOrt_
nya bakteremi dan syok, sebaiknyalangan diberi
EFEK NONTERAPI pengobatan dengan sulfonamid; tetapi
dianjurkan
pemberian suatu antimikroba yang bakterisid
seca_
Pada dosis yang dianjurkan tidak terbukti bah_ ra.parenteral yang dipilih berdasarkan uji sen_
wa kotrimoksazol menimbulkan defisiensi folat pa_ sitivitas mikroba dari hasil kultur urin. SulfonamiO
da orang normal. Namun batas antara toksisitas digunakan untqk pengobatan sistitis akul maupun
untuk bakteri dan untuk manusia relatif sempit kronik, infeksi kronik saluran kemih bagian atas
bila dan
sel tubuh mengalami defisiensi folat. Dalam bakteriuria yang asimtomatik. Sulfonamid efektif
keada_
an demikian obat ini mungkin menimbulkan untuk sistitis akut tanpa penyulit pada wanita. peng_
megalo_
blastosis, leukopenia, atau trombositopenia. obatan infeksi ringan saluran kemih bagian
Kira- bawah,
kira.7.5% efek samping terjadi pada kulit, berupa dengan kotrimoksazol ternyata sangat Lt"ttit, Oun-
reaksi yang khas ditimbulkan oleh sulfonamid. kan untuk infeksi oleh mikroba yan! t"lun ,"ri.t"n
Na_
mun demikian kombinasi trimetoprim_sulfametok_ terhadap sulfonamid sendiri. Dosis 160 mg
sazol dilaporkan dapat menimbuikan reaksi trimetoprim dan 800 mg sulfametoksazol setiap
kulit 12
sampai tiga kali lebih sering dibandingkan jam selama 10 hari menyembuhkan sebagian
sulfisok_
sazol pada pemberian tunggal (5,9% vs 1 besar penderita. Efek terapi sediaan kombinasi
,7%). Der_ lebih baik daripada masing_masing komponennya
matitis eksfoliatif, sindrom Stevens-Johnron
dun
toxic epidermal necrolysis jarang terjadi. Gejala_ terutama bila mikroba penyebabnya golongan
gejala saluran cerna terutama beruja mual enterobacteriaceae. pemberian dosis tunlgal (320
dan
muntah; diare jarang terjadi. Glositis dan stomatitis mg trim_etoprim dengan 1600 sulfametoksazol)
relatif sering. lkterus lerutama terjadi pada pen_ selama 3 hari, juga efektif untuk pengobatan infeksi
sebelumnya telah menialami hepatitis akut saluran kemih yang ringan. Sediaan kombinasi
le,rita V3nO initerutama efektif untuk infeksi kronik dan berulang
kolestatik alergik. Reaksi susunan slrut prsuiOuru_
pa sakit kepala, depresi dan halusinasi, saluran kemih. pada wanita, efektivitasnya
disebabkan mungkin
oleh sulfonamid. Fleaksi hematologik iainnya disebabkan oleh tercapainya kadar terapi dalam
ialah
berbagai macam anemia (aplasti[, hemolitik sekret vaginal. Jumlah mikroba di sekitar orificium
oan
makrositik), gangguan koagulasi, granulositopenia, urethrae menurun sehingga kemungkinan ter_
agranulositosis, purpura, purpura Henoch-S'chon_ jadinya infeksi ulang pada saluran
ke-mih bagian
lein dan sulfhemoglobinemia. pemberian diuretik bawah berkurang. Trimetoprim juga ditemukan
sebelumnya atau bersamaan dengan kotrimoksa_ dalam kadar terapi pada sekret proslat dan efektif
zol dapat mempermudah timbulnyl trombositope_ untuk pengobatan infeksi prostat. Dosis kecil (200
nia, terutama pada penderita usia lanjut dengan mg sulfametoksazol dan 40 mg trimetoprim per
hari
payah jantung; kematian dapat terjadi. alau 2-4 kali dosis tersebut yang diberikan satu
eida pende- atau
rita AIDS (Acquired immuno- defiiiency dua kali per minggu) efektif untuk mengurangi
syndrome)
yang diberi pengobatan kotrimoksazol frekuensi kambuhnya infeksi saluran kemih pada
Lntuk infeksi
ol.eh Pneumocystis carinii, sering terjadi wanita. Harus diingat bahwa trimetoprim saja juga
efek sam-
ping demam, lemah, erupsi kulit, dun/at", cukup efektif untuk pengobatan infeksi saluran
pansito-
penia. kemih. Dosis dewasa yang umum digunakan ialah
100 mg setiap 1p jam. Untuk me;berikan pen_
gobatan dengan sediaan kombinasi tersebut perlu
PENGGUNAAN KLINIK
dipertimbangkan hasil pemeriksaan sensitivitas
mikroba.
INFEKSI SALURAN KEMIH. Sulfonamid
masih lnfeksi berulang saluran kemih lebih sukar di_
berguna untuk infeksiringan saluran kemih
Uajian tanggulangi daripada infeksi akut; infeksi kronik ini
Sultonamid, Kotrimoksazol dan Antiseptik Saturan Kemih 593

pengobatan dengan sediaan kombinasi tersebut tensi mikroba penyebabnya terhadap obat ini masih
perlu dipertimbangkan hasil pemeriksaan sensiti- rendah.
vitas mikroba. Kotrimoksazol elektif untuk carier S. typhi dan
lnleksi berulang saluran kemih lebih sukar di- Salmonella spesies lain. Dosis yang dianjurkan :
tanggulangi daripada inleksi akut; infeksi kronik ini 160 mg trimetoprim - 800 mg sullametoksazol dua
mungkin disebabkan inleksi ulang oleh mikroba lain kali sehari selama 3 bulan, tetapi dengan dosis ini
alau karena persistensi mikroba yang sama. lnleksi penyakit masih dapat kambuh. Terjadinya penyakit
ulang biasanya dapat diatasi dengan antimikroba
kronik pada kandung empedu diduga karena kega-
seperti sulfisoksazol, sedangkan kambuh oleh mik-
galan menghilangkan carrier sfafe ini. Diare akut
roba yang sama biasanya lebih sukar diatasi dan
karena E. coli dapat dicegah atau diobati dengan
menunjukkan adanya sumber infeksi yang persis-
pemberian trimetoprim tunggal atau kotrimoksazol.
ten di saluran kemih bagian atas yang sukar dibas-
mi. Sebab persistensi ini antara lain : (1 ) obstruksi INFEKS! OLEH PNEUMOCYSTIS CARtNtt. Peng-
yang bersilat lungsional atau mekanik yang meng- obatan dengan dosis tinggi (trimetoprim 2O mgl
hambat pengosongan kandung kemih; (2) resisten- kgBB per hari dengan sulfametoksazol 100 mg/
si mikroba terhadap antibiotik yang biasa di- kgBB per hari, dalam 3-4 kali pemberian) elektif
gunakan; (3) gangguan daya tahan tubuh seperti untuk penderita infeksi yang berat pada penderita
pada penderita diabetes melitus; (4) kombinasi dari AIDS. Beberapa hasil penelitian telah memperlihat-
ketiga hal di atas, Mikroba penyebabnya antara lain kan bahwa pengobatan dengan dosis kecil efektif
Escherichia, Enterobacter (Aerobacter), Atcalige- untuk pencegahan inleksi Pneumocystis carinii
neg K/ebsiella, Proteus, kokus qram positif (ter- pada penderita neutropeni.
masuk enterokokus) dan mikroba campuran. Laju
penyembuhan infeksi kronik saluran kemih relatil INFEKSI GENITALIA. Karena resistensi mikroba
rendah, apapun antimikroba yang digunakan, dan kotrimoksazol tidak dianjurkan lagi unluk pengobat-
terapi supresil kronik atau pengobatan intermiten an gonore. Pemberian eritromisin 500 mg 4 kali
terhadap kambuhnya gejala merupakan tujuan pe- sehari selama 10 hari atau 160 mg trimetoprim dan
ngobatan yang paling baik. Pengobatan dengan 800 mg sullametoksazol per oral dua kali sehari
antibiotik pada kasus demikian ternyata tidak mem- selama 10 hari efektil untuk pengobatan chancroid.
berikan hasil yang lebih baik dan pemberian anti- INFEKSI LAINNYA. lnleksi oleh jamur nokardia
biotik jangka lama sering menimbulkan efek dapat diobati dengan kombinasi ini. Banyak laporan
samping. mengemukakan bahwa sulfametoksazol mungkin
INFEKSI SALURAN NAFAS, Kotrimoksazot tidak elektif unluk pengobatan bruselosis bahkan bila ada
dianjurkan untuk mengobati laringitis akut oleh Str. lesi lokal seperti artritis, endokarditis atau epidi-
pyogenes, karena tidak dapat membasmi mikroba. dimo-orkitis. Dosis yang diberikan berkisar antara 2
Preparat kombinasi ini efektil untuk pengobatan tablet (800 mg sulfametoksazol dan 160 mg trimeto-
bronkitis kronis dengan eksaserbasi akut. Preparat prim) tiga kali sehari selama 1 minggu diikuti dengan
kombinasi ini juga elektil untuk pengobatan otitis 2 tablet per hari selama 2 minggu sampai 4- 8 tablet
media akut pada anak dan sinusitis maksilaris akut per hari selama 2 bulan. Sebagian besar penderita
pada orang dewasa yang disebabkan oleh strain H. sembuh terutama setelah pemberian rangkaian
influenzae dan Str. pneumoniae yang masih sen- dosis yang disebut terakhir, namun 4% penderila
sitif. Beberapa galur pneumokokus penyebab bak- kambuh dengan rangkaian dosis tersebut. Pem-
teremia dilaporkan telah resisten terhadap obat ini. berian kotrimoksazol secara lV dengan karbenisilin
ternyala efektil untuk pengobatan infeksi pada pen- .
INFEKSI SALURAN CERNA. Sediaan kombinasi derita neutropenia. Trimetoprim-sullametoksazol
ini berguna untuk pengobatan shige//osis karena juga berguna untuk pengobatan berbagai penyakit
beberapa strain mikroba penyebabnya telah resis- inleksi berat pada anak. Strain S. aureus yang telah
ten terhadap ampisilin. Namun demikian akhir-akhir resisten terhadap metisilin mungkin masih peka ter-
ini dilaporkan terjadinya resistensi mikroba terha- hadap kotrimoksazol, tetapi vankomisin masih tetap
dap kotrimoksazol. Obat ini juga etektil untuk de- merupakan obat pilihan untuk inleksi berat yang
mam tiloid. Kloramlenikol tetap merupakan obat disebabkan oleh S. aureus yang telah resisten ter-
terpilih unluk demam tifoid, karena prevalensi resis- hadap melisilin.
594
Farmakologi dan Tarapi

2. ANTISEPTIK SALURAN KEMIH


2.1. METENAMIN
Beberapa obat antimikroba tidak dapat
digu-
KIMIA Metenamin atau heksamin adalah heksa-
nakan untuk mengobati infeksi sistemik yang metilentetramin. Dalam suasana asam,
ber_ metenamin
asal dari saluran kemih karena bioavailatilitasnya terurai dan membebaskan formaldehid yang
beker_
dalam plasma tidak mencukupi. Tetapi pada ja sebagai antiseptik saluran kemih. Forrito"niO
tubuli
renalis, obat-obat ini akan mengalami pemekatan mematikan kuman dengan jalan menimbulkan
dan berdilusi kembali ke parentim ginlat denaturasi protein.
setringga
be_rmanfaat untuk pengobatan inleisi'saluran Reaksi ini berlangsung baik pada pH urin yang
ke_
mih. Oleh karena kadarnya hanya cukup
tinggipada
rendah. Pada pH lebih dari 7,4 obat ini tidak
saluran kemih saja, maka antimikroUa efektif.
se-p-erti ini
sering dianggap sebagai antiseptik lokal EFEK ANTIMIKROBA. Metenamin aktif
untuk in- terhadap
feksi saluran kemih. berbagai jenis mikroba. Kuman Gram
Untuk infeksi akut saluran kemih yang negatif
disertai umumnya dapat pula dihambat dengan
tanda-tanda sistemik seperti demam, metenamin,
menigigil, hi_ kecuali Proteus karena kuman ini d-apat
potensi dan lain-lain, obat antiseptit menguOan
saluriri femin urea menjadi amonium hidroksid y"ng
m"n"ikkan
tidak dapat digunakan karena pada keadaan pH sehingga menghambat peruOanan'
ter- metenamin
sebut diperlukan obat dengan kadar efektif menjadi formaldehid.
dalam
plasma. Pengobatan rasional pada Karena tidak terjadi resistensi kuman terha_
keadaan ini ha_
rus berdasarkan atas hasil biakan dan dap lormaldehid, elektivitas metenamin
uji kepekaan tetap baik.
kuman. Sementara menunggu hasil la-boratorium,
dapat diberikan obat golongan aminoglikosid
EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI.
misal_ Metenamin dikontraindikasikan paOa gangguan
nya gentamisin, atau sulfonamid, kotrimoksazol,
fungsi hati karena dalam lambung oOat"ini
ampisllin, selalosporin, lluorokuinolon, Lem_
dan lain_lain. bebaskan amonia. lritasi lambung Jerinj
Dengan pemberian selama 5_10 hari, teryadi Oita
biasanya in_
feksi akut dapat diredakan dan selanlurnya jiberi
diberikan dosis tebih dari 500 mg pe, fiti. '
Dosis 4-8 g sehari selama teUifr Oari 3
kan antiseptik saluran kemih sebag"i p"ngob"t"n minggu
mungkin menimbulkan iritasi kandung kemih, pro-
prolilaksis atau supresif teinuria, hematuria dan erupsi kulit. Oleh
karena itu
lnfeksi saluran kemih yang sering kambuh dosis harus segera diturunkan bila urin telah
pa_ steril.
da pria usia lanjut seringkali diiebabk-an Sebenarnya metenamin tidak merupatcan fontrain-
oleh ada_
nya prostatitis kronis. Keadaan ini sulit dikasi untuk gagal ginjal, tetapi
diatasi kare_ J"p"t
na obat sulit mencapai kelenjar prostat. Semua memperburuk keadaan. Oleh karena"""rny"
itu mitenamin
penderita dengan inleksi saluran mandelat misalnya, tidak boleh diberikan pada
kemih berulang ke-
harus diperiksa dengan teliti apakah disertaiteiain_ adaan ini. Metenamin jangan diberikan b"ir"r"
an anatomis saluran kemih. sullonamid karena dapat menimbulkan
kristaluria.
Perlu diingat bahwa pada gagal ginjal, hasil uetama pengobatan dengan metenamin, penderita
pengobatan seringkali tidak memuaJkan harus menghindarkan diri dari matananioOatlang
karena na_
nya sedikit sekali obat yang dapat diekskresikan dapat meningkatkan pH urin misalnya ,rrr,
melalui ginjal. Selain itu beberapa obat tasid. "n_
mengalami
kumulasi dalam badan sehinggapertu
oiperpinjang SEDIAAN DAN POSOLOG|. Metenamin dan
interval pemberiannya atau dikurangi mete-
Oosisnya ler- namin mandelat tersedia dalam bentuk tablet
dasarkan hasil pantauan kadar obaioalam 0,5 g,
pi"rr". Dosis untuk orang dewasa ialah 4 kali 1 gramlhari,
Bila belum tersedia fasilitas untuk memantau diberikan setelah makan. Dosis untuk
f"Oa, furung
obat dalam plasma, bersihan kreatinin dari 6 tahun ialah 50 mg/kgBB/hari "nit
Oapat Jigu_ yang OOagi
nakan sebagai pegangan. dalam beberapa dosis.
Antimikroba untuk inleksi akut dan sistemik
saluran kemih telah dikemukakan pada lND|KAS|. Obat ini digunakan untuk profilaksis
bagian iain ter_
dalam buku ini, sehingga selanjutnya hadap infeksi saluran kemih berulang, khususnya
afaniiOatras bila ada residu kemih. Metenamin tid-ak diindikasi_
tentang antiseptik saluran kemih saja,
kan untuk infeksi akut saluran kemih.
Sulfonamid, Kotimoksazol dan Antiseptik Saluran Kemih 595

2.2. ASAM NALIDIKSAT Gejala SSP dapat berupa sakit kepala, vertigo
dan kantuk. Pada anak dan bayi yang mendapat
KlMlA. Kristal asam nalidiksat berupa bubuk putih asam nalidiksat dosis tinggi, dapat timbul kejang
atau kuning muda. Kelarutan dalam air rendah se- yang mungkin disebabkan oleh peninggian tekanan
kali, tetapi mudah larut dalam hidroksida alkali dan intrakranial. Elek samping ini dapat pula timbul bila
karbonat, Struktur molekulnya dapat dilihat pada obat diberikan kepada penderita parkinsonisme,
Gambar 40-4. epilepsi dan gangguan sirkulasi darah pada otak.
Asam nalidiksat tidak boleh diberikan pada bayi
berumur kurang dari 3 bulan dan juga pada tri-
mester pertama kehamilan.
Asam nalidiksat memberikan reaksi positil se-
mu pada pemeriksaan reduksi urin mnurut cara
Benedict. Pada penderita dengan gangguan faal
hati atau ginjal, terjadi kumulasi dalam tubuh se-
cooH
I
o
hingga obat ini harus diberikan hati-hati sekali.
Daya antibaherinya akan berkurang bila dibe-
rikan bersama nitrofurantoin. Oleh karena itu pem-
berian kombinasi asam nalidiksat dan nitrolurantoin
dikontraindikasikan pada pengobatan infeksi salur-
Gambar 1O.4. Struktur asam nalidiksat an kemih.

SEDIAAN DAN POSOLOGI. Asam nalidiksat ter-


SPEKTRUM ANTIMIKROBA. Asam nalidiksat be. sedia dalam bentuk tablet 500 mg, Dosis untuk
kerja dengan menghambat enzim DNA girase bak- orang dewasa ialah 4 kali 500 mg/hari. Obat ini
teri dan biasanya bersifat bakterisid terhadap ke- dikontraindikasikan pada wanita hamil trimester
banyakan kuman patogen penyebab infeksi saluran pertama dan juga anak prapuber.
kemih. Obat ini menghambal E. coli, Proteus spp.,
Klebsiella spp. dan kuman-kuman koliform lainnya. lNDlKASl. Asam nalidiksat digunakan untuk meng-
Pseudomonas spp. biasanya resisten. obati infeksi saluran kemih bawah tanpa penyulit
Resistensi terhadap asam nalidiksat lidak dF (misalnya sistitis akut). Obat ini tidak efektif untuk
pindahkan melalui plasmid (faktor R), tetapi dengan infeksi saluran kemih bagian atas, misalnya pielo-
mekanisme lain. Resistensi terhadap asam nalidik- nefritis.
sat telah menimbulkan masalah klinik. Dengan ditemukannya lluorokuinolon (sipro-
floksasin, olloksasin, dll.) yang mempunyai daya
FARMAKOKINETIK. Pada pemberian per oral, antibakteri dan sifat larmakokinetik yang lebih baik,
96% obat akan diserap. Konsentrasinya dalam
thmpaknya asam nalidiksat tidak akan banyak digu-
plasma kira-kira 20-50 pg/ml, tetapi 95% terikat
nakan lagi di masa yang akan datang.
dengan protein plasma. Dalam tubuh, sebagian dari
obat ini akan diubah menjadi asam hidroksinalidik-
Asam pipemidal mempunyai indikasi klinik
sama dengan asam nalidiksat. Dosisnya ialah 2 kali
sat yang juga mempunyai daya antimikroba, Konyu-
gasi terjadi sebagian besar dalam hepar. Masa 400 mg/hari.
paruh obat ini adalah 1 112-2 jam, tetapi dapat
memanjang sampai 20 jam pada gagal ginjal.

EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI.


Pemberian asam nalidiksat per oral kadang-kadang 2.3. NITROFURANTOIN
menimbulkan mual, muntah, ruam kulit dan urtika-
ria. Diare, demam, eosinolilia dan lotosensitivitas KIMIA DAN EFEK ANTIMIKROBA. N|ITOIUTANTO|N

kadang-kadang timbul. Anemia hemolitik dapat juga adalah antiseptik saluran kemih derivat luran. Struk-
timbul, walaupun hal ini jarang terjadi dan diduga tur molekulnya dapat dilihat pada Gambar 40-5.
berdasarkan delisiensi enzim GcPD. (lihat halaman berikut).
596
Farmakologi dan Terapi

EFEK NONTERAPI DAN KONTRA|ND|KAS|.


Efek
samping,yang paling sering dijumpai ialah
o'*trY"-7to" muntah dan diare. Keluhan_keluhan ini
rangi dengan pemberian bersama makanan
mual,
dapat diku_
atau
susu. Reaksi hipersensitivitas mungkin
timbul be-
rupa demam,. leukopeni, granulosi6peni,
anemia
o/-*^ nemotttik (pada penderita delisiensi enzim
GopD),
ikterus kolestatik dan kerusakan hepatos;iuler.
Se_
lain itu dapat timbul pneumonitis akibat
reaksi alergi
dan librosis pulmonus interstisial (arang
sefati ter_
jadi).
Gambar 4O_5. Struktur nilrolurantoln
, . . Efek samping lain yang mungkin timbul ialah
kelainan neurologik seperti sakit -kepala,
vertigo,
Obat ini efektif untuk kebanyakan kuman pe_ kantuk, nistagmus, dan nyeri otot. Keiainan_kelain-
nyebab inleksi saluran kemih seperti an lain bersifat sementara. polineuropati
E. coli, proteus lebih mu_
specieg Klebsiella, Enterobacter, Enteio,co,ccus, dah terjadi pada penderita dengan gangguan
taal
Strepfococcus, ClostridiaOan A. subatrs- ginjat, anemia, diabetes, detisiensiuit"niii
Unirf. p-_ e ror_
teus mirabilis dan pseudomonas obat pleks.atau gangguan keseimbangan
ini iurang etektroiit.
Resistensi dapat berkemO"ng ,"i"rri p"_ Nitrolurantoin dikonkaindikisikan pada
1:Itr:
mindahan plasmid. guan.laal.ginjal dengan bersihan f ang-
kreatinin tJrang
dari 40 mt/menit, Obat inijuga dikontrainlif.asif"n
FARMAKOKINETIK. Nitrofurantoin diserap bagi wanita hamil aterm dan bayi berumur
de_ furung
cepat dan lengkap melalui saluran @rna.
1S"l
Hemberian obat bersama makanan
dari 3 bulan, karena dapat menimbulkan
anemia
bukan hanya hemolitik.
menguran gi kemun gkinan terjadinya Nitrofurantoin melawan efek anti bakteri
iritasi lambung asam
tapi juga mempertinggi bioavailabilitasnya. nalidiksat di saluran kemih.
. Setelah
protein
diserap, obat ini terikat kuat dengan
plasma dan cepat diekskresi SEDIAAN DAN POSOLOGI. Nitrofurantoin terse-
melatuilinlat
sehingga kadar obat bebas dalam oaratr dia dalam bentuk kapsul atau tablet 50
tiJaf O'apat dan 100 mg.
mencapai kadar terapi. Masa paruhnya Dos_is untuk orang dewasa ialah
dalam se- 3-4 kali 50_1OO
rum hanya 20 menit dan kira-kira iOrt" mg/hari. Untuk anak diberikan dosis 5_7
oOit ini mg/kgBB/
'e'"w
diekskresi datam bentuk asatnya, ,"t,inf hari yang dibagi dalam beberapa dosis.
gL a-illp"r_
kan kadar yang cukup tinggi datam ,iin
oir" r""r PENGGUNAAN KLtNtK. Nitrofurantoin efektif
ginjal cukup baik.
untuk mengobati bakteriuria yang disebabkan
Bila bersihan kreatinin kurang dari 40 oleh
ml/menit infeksi saluran kemih bagian baiah. penggunaan_
maka kadar obat datam urin tidlk cukup
iinggi, nya terbatas untuk tujuan prolilaksis
sebaliknya terjadi kumulasi datam Oaran atau p-e-ngobat_
slningga an supresif inleksi saluran kemih menahun]vaitu
kemun gkinan rerjadinya intoksikasi
iu J" Llii.,''0"- setelah kuman penyebabnya dibasmi
sar. Dengan demikian nitroturantoin iiO"L atau' Cifu_
Oof"n Oi_ rangi dengan antimikroba lain yang lebih
berikan pada penderita gagal ginjal. efektif.
Hidroksimetilnitrofurantoin digunakan Oengan
Nitrofurantoin menyebabkan urin benryarna
agak coklat. sama dengan nitrofurantoin. Dosisnya
4'1|'I::'^V""S
kali 40 mg sehari per oral.
Tu berku lostatik dan Le p rostatik 597

41. TUBERKULOSTATIK DAN LEPROSTATIK


Yusuf Zubaidi

1. Tuberkulostatik 1.10, Etionamid


1. 1. Streptomisin 1.1 1, Pengobatan Tuberkulosis
1. 2, lsoniazid
1. 3. Rifampisin 2. Leprostatik
1. 4. Etambutol 2.1. Sullon
1. 5. Pirazinamid 2,2, Rifampisin
1. 6. Asam paraamino salisilat 2.3. Klofazimin
1. 7. Sikloserin 2.4. Amitiozon
1. 8. Kanamisin 2.5. Obat-obat lain
1. 9. Kapreomisin 2.6. Kemoterapi lepra

Tuberkulosis dan lepra disebabkan oleh yaitu isoniazid, rilampisin, etambutol, streptomisin'
kuman tahan asam yang silalnya berbeda dengan dan pirazinamid, memperlihatkan elektivitas yang
kuman lain. Walaupun perkembangan penemuan tinggi dengan toksisitas yang dapat diterima. Seba-
obat baru untuk kedua penyakit ini tidak semarak gian besar penderita dapat disembuhkan dengan
seperti penemuan antibiotik baru untuk inleksi lain, obat-obat ini. Walaupun demikian, kadang terpaksa
pengenalan sifat mikobakteria lebih mendalam me- digunakan obat lain yang kurang elektil karena per-
nyebabkan masa pengobatan dapat dipersingkat timbangan resistensi atau kontraindikasi pada pen-
dan angka kekambuhan lebih kecil. Resistensi dan derita. Antituberkulosis sekunder adalah etionamid,
efek samping masih merupakan masalah utama paraaminosalisilat, sikloserin, amikasin, kapreo-
dalam pengobatan tuberkulosis. Paduan obat mana misin, dan kanamisin.
yang paling baik juga masih diperdebatkan.
Pengobatan infeksi kuman tahan asam masih
merupakan persoalan dan tantangan dalam bidang 1.1. STREPTOMISIN
kemoterapi. Faktor yang mempersulit pengobatan
ialah (1) kurangnya daya tahan hospes terhadap Dalam bab ini hanya akan dibicarakan peng-
mikobakteria, (2) kurangnya daya bakterisid obat gunaan streptomisin pada tuberkulosis. Streptomi-
yang ada, (3) timbulnya resistensi kuman terhadap sin ialah antituberkulosis pertama yang secara klinik
obat, dan (4) masalah elek samping obat. Tantang- dinilai efektif. Namun sebagai obat tunggal, bukan
an ini lebih berat lagi dengan munculnya masaAlDS obat yang ideal.
yang berkaitan erat dengan meningkatnya kejadian
tuberkulosis.
AKIVITAS ANTIBAKTERI. Streptomisin in vitro
bersilat bakteriostatik dan bakterisid terhadap ku-
man tuberkulosis. Kadar serendah 0,4 pg/ml dapat
menghambat pertumbuhan kuman. Sebagian besar
1. TUBERKULOSTATIK M. tuberculosis strain human danbvin dihambat
dengan kadar 10 pg/ml. Mikobakterium atipik foto-
Obat yang digunakan untuk tuberkulosis digo- kromatogen, skotokromatogen, nonkromatogen'
longkan atas dua kelompok yaitu kelompok obat dan spesies yang tumbuh cepat tidak peka terhadap
primer dan obat sekunder. Kelompok obat primer, streptomisin, Adanya mikroorganisme yang hidup
598
Farmakologi dan Terapi

dalam abses atau kelenjar limfe regional serta


mendapat dosis total 10_12 gram dapat mengalami
hilangnya pengaruh obat setelah bebirapa bulan
gangguan tersebut. Dianjurkan untuk melakukan
pengobatan, mendukung konsep bahwa
kerja pemeriksaan audiometri basal dan berkala pada
streptomisin in vivo ialah supresi, bukan eradikasi
mereka yang mendapat streptomisin. Seperti ami_
kuman tuberkulosis, Obat ini C"p"t m"n""pai
favi_ noglikosida lainnya, obat inijuga bersifat nefrotok-
tas, tetapi relatif sukar berdilusi ke cairan intrasel,
sik. Ototoksisitas dan nefrotoksisitas ini sangatting_
RESISTENSI. Dalam populasi yang besar selalu gi kejadiannya pada kelompok usia diatas
65 tahun,
terdapat J<uman yang resisten terhadap strep_ oleh karena itu obat tidak boleh diberikan pada
tomisin. Resistensi ini mungkin disebabian oleh kelompok usia tersebut. Efek samping lain ialah
mutasi yang terjadi secara kebetulan. Kemungkinan reaksi analilaktik, agranulositosis, aplastik,
terjadi resistensi in vitro dan in vivo -b"""r. dan demam obat. Belum ada data "n"mia
tentang elek
Secara umum dikatakan bahwa makin"ar. lama terapi
teratogenik, tetapi pemberian obat pada triiester
dengan streptomisin berlangsung, makin mening_ pertama kehamilan tidak dianjurkan. Selain
itu dosis
kat resistensinya. pada beberapi penderita resis- totaltidak boleh melebihi20 gram dalam 5 bulan
tensi ini terjadi dalam satu bulan. Setelah 4 bulan, terakhir kehamilan unluk mencegah ketulian pada
80% kuman tuberkulosis tidak sensitif lagi. Sete- bayi.
ngahlya tidak dapat dihambar dengan kajar 1000
INTERAKSI OBAT. lnteraksi dapat terjadi dengan
prg/ml. Bila kavitas tidak menutup atiu sputum
tidak obat penghambat neuromuskular berupi potensiasi
menjadi steril dalam waktu 2_3 bulan, bakteriyang
penghambatan. Selain itu interaksijuga ierjadi
tertinggal telah resisten dan pengobatan tidak de_
efek_ ngan obat lain yang juga bersifat ototoksik(misal-
tif lagi. Penggunaan streptomisin bersama antitu-
nya asam etakrinat dan furosemid) dan yang ber_
berkulosis lain menghambat terjadinya resistensi.
sifat nelrotoksik.
Telapi hal ini tidak mutlak, paOa pengoOatan jangka
lama dapat juga terjadi resistensi t<uman teitraOap SEDIAAN DAN pOSOLOGt. Streptomisin rerdapat
kedua obat itu. dalam bentuk bubuk injeksi dalam vial 1 dan 5 gram.
Dosisnya 20 mg/kgBB secara lM, maksimim 1
FARMAKOKINETTK. Setetah diserap dari tempat
gram/hari selama 2 sampai 3 minggu. Kemudian
suntikan, hampir semua streptomisin berada
dalam frekuensi pemberian dikurangi menlaOi 2_3 kali se_
plasma. Hanya sedikit sekali yang masuk
ke dalam minggu. Penderita dengan lungsi ginjal normal
eritrosit. Streptomisin kemudian menyebar ke selu-
dapat menerima paduan ini untutiueOLripa bulan.
ruh cairan ekstrasel. Kira-kira seperiga streptomi-
Dos.is harus dikurangi untuk penderita usia lanjut,
sin yang berada dalam plasma, terikaiprotein plas-
anak-anak, orang dewasa yang badannya kecil,
ma. Streptomisin dieksresi melalui liltrasi glomeru-
dan penderita dengan gangguanfungsi ginlal.
lus. Kira-kira 50-60% dosis streptomisin yaig
OiUeri-
kan secara parenteral diekskresi datam 6eniuk
utun
ifll qat<ru 24 jam pertama. Sebagian besar jum_
lah ini diekskresi dalam waktu 12 jam, trtasa parun 1.2. |SONtAZtD
obat ini pada orang dewasa normal antara 2_i jam,
lsoniazid atau isonikotinil hidrazid yang sering
dan dapat sangat memanjang paOa gagat ginlat.
-penierita disingkat dengan lNH, mempunyai rumus -bangun
Ototoksisitas lebih sering terjadi padia
seperti gambar di bawah. Hanya satu derivafnya
yang fungsi ginjalnya terganggu.
yang diketahui menghambat pembelahan kuman
EFEK NONTERAP|. Umumnya streptomisin dapar tuberkulosis, yakni iproniazid, tetapi obat ini terlalu
diterima dengan baik. Kadang_kadang terjadi sakit toksik untuk manusia.
kepala sebentar atau malaise. pareJtesi di
muka
terutama di sekitar mulut serta rasa kesemulan
di
tidak mempunyai arti klinis yang penting.
!nS."l
Reaksi hipersensitivitas biasanyaier.ilai Aatam
ming-gu-min g gu pertama pen gobaian. Sireptomisin
b.ersifat neurotoksik pada saral kranialke Vlll,
diberikan dalam dosis besar dan jangka lama.
bila
acoN HNHe

Walaupun demikian beberapa penderitjyang baru


lsoniazld
Tu b tkulostati k d an Leprostatik 599

EFEK ANTIBAKTERI. lsoniazid secara in vitro ber- tilator lambat terutama pada orang Skandavia,
silat tuberkulostatik dan tuberkulosid dengan KHM Yahudi, dan Alrika Utara. Asetilasi cepat merupa-
(konsentrasi hambatan minimum) sekitar 0,025- kan lenotip yang dominan heterozigot atau homo-
0,05 prg/ml. Pembelahan kuman masih berlangsung zigot. Pada penderita yang tergolong asetilalor
2 sampai 3 kali sebelum diharnbat sama sekali. Efek cepat, kadar isoniazid dalam sirkulasi berkisar an-
bakterisidnya hanya terlihat pada kuman yang tara 30-50% kadar pada penderita dengan asetilasi
sedang tumbuh aktif. Mikroorganisme yang sedang lambat. Masa paruhnya pada keseluruhan populasi
"istirahat" mulai lagi dengan pembelahan biasa bila antara 1 sampai 3 jam. Masa paruh rata-rata pada
kontaknya dengan obat dihentikan. Di antara miko- asetilator cepat hampir 80 menit, sedangkan nilai 3
bakteria atipik biasanya hanya M. kansasfi yang jam adalah khas untuk asetilator lambat, Masa
peka terhadap isoniazid, telapi sensitivitasnya paruh obat ini dapal memanjang bila terjadi insu-
harus selalu diuji secara in vitro karena kuman ini lisiensi hati. Perlu ditekankan bahwa perbedaan
memerlukan kadar hambat yang lebih tinggi. Pada kecepatan asetilasi ini tidak berpengaruh pada
uji hewan, ternyata aktivitas isoniazid lebih kuat elektivitas alau toksisitas isoniazid bila obat ini dibe-
dibandingkan streptomisin. lsoniazid dapat menem- rikan setiap hari. Tetapi, bila penderita tergolong
bus ke dalam sel dengan mudah. asetilator cepat dan mendapat isoniazid seminggu
sekali maka penyembuhannya mungkin kurang
MEKANISME KERJA. Mekanisme kerja isoniazid baik.
belum diketahui, tetapi ada beberapa hipotesis lsoniazid mudah berdilusi ke dalam sel dan
yang diajukan, di antaranya elek pada lemak, bio-
semua cairan tubuh. Obat terdapat dengan kadar
sintesis asam nukleat, dan glikolisis. Ada pendapat yang cukup dalam cairan pleura dan cairan asites.
bahwa efek utamanya ialah menghambat biosin-
Kadar dalam cairan serebrospinal kira-kira 20%
tesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan
kadar dalam cairan plasma. lsoniazid mudah men-
unsur penting dinding sel mikobakterium. lsoniazid
capai material kaseosa. Kadar obat ini pada mula-
kadar rendah mencegah perpanjangan rantai asam
nya lebih tinggi dalam plasma dan otot daripada
lemak yang sangat panjang yang merupakan ben-
tuk awal molekul asam mikolat. lsoniazid menghi- dalam jaringan yang terinfeksi, tetapi kemudian
langkan silat tahan asam dan menurunkan jumlah obat tertinggal lama di jaringan yang terinleksi
lemak yang terekstraksi oleh metanol dari mikobak- dalam jumlah yang lebih dari cukup sebagai bak-
terium. Hanya kuman peka yang menyerap obat ke teriostatik.
dalam selnya, dan ambilan ini merupakan proses Antara 75-95% isoniazid diekskresi melalui
aktif. urin dalam waktu 24 jam dan seluruhnya dalam
bentuk metabolit, Ekskresi lerutama dalam bentuk
RESISTENSI. Petunjuk yang ada memberikan asetil isoniazid yang merupakan metabolit proses
kesan bahwa mekanisme teriadinya resistensi ber' asetilasi, dan asam nikotinat yang merupakan me-
hubungan dengan kegagalan obat mencapai ku- tabolit proses hidrolisis. Sejumlah kecil diekskresi
man atau kuman tidak menyerap obat. Pengobatan
dalam bentuk isonikotinil glisin dan isonikotinil
dengan INH inijuga dapat menyebabkan timbulnya
hidrazon, dan dalam jumlah yang kecil sekali
sfrarn baru yang resisten. Perubahan silat dari sen'
berupa N-metil isoniazid.
sitif menjadi resisten biasanya terjadi dalam bebe-
rapa minggu setelah pengobatan dimulai. Waktu EFEK NONTERAPI. Reaksi hipersensitivitas
yang diperlukan untuk timbulnya resistensi berbeda mengakibatkan demam, berbagai kelainan kulit ber-
pada kasus yang berlainan. bentuk morbiliform, makulopapular, dan urlikaria'
Reaksi hematologik dapat juga terjadi seperti agra-.
FARMAKOKINETIK. lsoniazid mudah diabsorpsi
nulositosis, trombositopenia, dan anemia. Vasku-
pada pemberian oral maupun parenteral. Kadar
litis yang berhubungan dengan antibodi antinuklear
puncak dicapai:dalam waktu 1-2 jam setelah pem-
dapat terjadi selama pengobatan, tetapi menghi-
bedan oral. Di hati, isoniazid terutama mengalami
lang bila pemberian obat dihentikan. Gejala artritis
asetilasi, dan pada manusia kecepatan metabo-
seperti sakit sendi juga dapat terjadi.
lisme ini dipengaruhi oleh laktor genetik yang
Neuritis perifer paling banyak terjadi dengan
secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam
plasma dan masa paruhnya. Asetilator cepat dida- dosis isoniazid 6 mg/kgBB/hari. Bila penderita tidak
patkan pada orang-orang Eskimo dan Jepang, ase- diberi piridoksin lrekuensinya mendekati 2%'
600
Farmakologi dan Terapi

Perubahan neuropatologik yang berhubungan siensi piridoksin, pemberian INH dapat menimbu_
dengan elek samping antara lain menghilangnya lkan anemia. Pengobatan dengan vitamin Bo dosis
vesikel sinaps, membengkaknya mitokondria dan besar, akan menyebabkan gambaran darah normal
pecahnya akson lerminal. Biasanya juga terjadi kembali.
perubahan pada ganglia di daerah lumbal dan sak_
Dosis isoniazid yang berlebih sebagai usaha
rum. Pemberian piridoksin sangat bermanlaat untuk bunuh diri menyebabkan koma, kejang_kejang, asi_
mencegah perubahan tersebut. pada pemberian dosis metabolik, dan hiperglikemia
isoniazid, ekskresi piridoksin meningkat dan kon_
sentrasinya dalam plasma menurun sehingga mem_ STATUS DALAM pENGOBATAN. tsoniazid masih
beri gambaran seperti defisiensi piridoksin. tetap merupakan obat yang sangat penting untuk
lsoniazid dapat mencetuskan terjadinya mengobati semua tipe tuberkulosis. Efek nonterapi
kejang pada pasien dengan riwayat kejang. Neuritis dapat dicegah dengan pemberian piridoksin dan
optik dengan atropi dapat juga terjadi. Gambaran pengawasan yang cermat pada penderita. Untuk
lain neurotoksisitas ialah kedut otot, vertigo, atak_ tujuan terapi, obat ini harus digunakan bersama
sia, parestesia, stupor, dan enselalopati toksik yang obat lain; untuk tujuan pencegahan dapat diberikan
dapat berakhir fatal. Kelainan mental dapat juga tunggal.
terjadi selama menggunakan obat ini di antaranya
euforia, kurangnya daya ingat sementara, hilang_ SEDIAAN DAN POSOLOGI. lsoniazid terdapar
nya pengendalian diri, dan psikosis. Sedasi yang dalam bentuk tablet 50, 100, g0O dan 400 mg serta
berlebihan atau inkoordinasi dapat muncul bilj iso_ sirup 10 mg/ml. Dalam tablet kadang_ kaOang telah
niazid diberikan bersama fenitoin karena isoniazid ditambahkan vitamin 86. lsoniazid biasanya diberi_
menghambat parahidroksilasi antikonvulsan terse_ kan dalam dosis tunggal per oral tiap hiri. Dosis
but. Elek samping ini hanya terjadi pada penderita umumnya 5 mg/kgBB, maksimum 300 mg/hari. Un_
asetilator lambat. tuk tuberkulosis berat dapat diberikan 10 mg/kgBB,
lsoniazid dapat menimbulkan ikterus dan ke_ maksimum 600 mg/hari, tetapi tidak ada bukti bah_
rusakan hati yang fatal akibat terjadinya nekrosis wa dosis demikian besar ini lebih efektif. Anak di
multilobular, Penggunaan obat ini pada penderita bawah 4 tahun dosisnya 10 mg/kgBB/hari. lsoniazid
yang menunjukkan adanya kelainan fungsi hati juga dapat diberikan secara intermiten 2 kali se_
akan menyebabkan bertambah parahnya kerusak_ minggu dengan dosis 15 mg/kgBB/hari. piridoksin
an hati. Mekanisme toksisitas isoniazid tidak diketa- harus diberikan juga dengan dosis 10 mg/hari.
hui, walaupun diketahui bahwa asetilhidrazin suatu
metabolit isoniazid, dapat menyebabkan kerusakan
hati. Peranan alkohol juga dipertanyakan. Umur 1.3. RIFAMPISIN
merupakan faktor yang sangat penting untuk mem_
perhitungkan risiko efek toksik isoniazid pada hati.
Kerusakan hati jarang terjadi pada penderita yang Bifampisin adalah derivat semisintetik rifami_
berumur di bawah 35 tahun. Makin tinggi sin B yaitu salah satu anggota kelompok antibiotik
umur
seseorang makin sering ditemui kelainan ini. Kelain_ makrosiklik yang disebut rifamisin. Kelompok zat
an yang paling banyak ditemui ialah meningkatnya ini dihasilkan oleh Sfreptomyces mediterranei. Obat
aktivitas enzim transaminase. penderita yang men_ ini merupakan ion zwifter,larut dalam pelarut orga_
dapat INH hendaknya selalu diamati dan dinilai nik dan air yang pH nya asam.
kemungkinan adanya gejala-gejala hepatitis, kalau
AKTIVITAS ANT|BAKTERt. Rifampisin mengham_
perlu diperiksa aktivitas enzim serum g lutamic-oxal-
bat pertumbuhan berbagai kuman gram-positif.dan
acetic transaminase (SGOT), Hepatitis karena gram-negatif. Terhadap kuman gram_positif kerja_
pemberian isoniazid ini terjadi antara 4-g minggu
nya tidak sekuat penisilin G, tetapi sedikit lebih kuat
setelah pengobatan dimulai. pemberian isoniazid daripada eritromisin, linkomisin dan selalotin, Ter_
pada penderita dengan riwayat penyakit hati harus
hadap kuman gram-negatif kerjanya lebih lemah
dilakukan dengan hati-hati.
daripada tetrasiklin, kloramlenikol, kanamisin, dan
Elek samping lain yang terjadi ialah mulut kolistin. Antibiotik ini sangat aktif terhadap N. me-
terasa kering, rasa tertekan pada ulu hati, methe_
ningitidis; kadar hambat minimalnya berkisar antara
moglobinemia, tinitus, dan retensi urin. Bila pende-
0,1-0,8 pg/ml. Obat inidapat menghambat pertum_
rita sebelumnya telah mempunyai predisposisi defi-
buhan beberapa jenis virus.
601
Tuberkulostatik dan Leqrostatik

ln vitro, rilampisin dalam kadar 0'005-0'2 pg/ dilusi baik ke berbagai jaringan termasuk ke cairan
ml dapat menghambat pertumbuhan M' tuberku' otak. Luasnya distribusi ini tercermin dari warna
losis. Di antara mikobakteria atipik, M' kansast7 di- merah pada urin, tinja, sputum, airmata' dan keri-
hambd pertumbuhannya dengan kadar 0'25-1 pg/ ngat penderita. Ekskresi melalui urin mencapai
ml; sebagian besar lurunan M. seroluloceum dan 30%, setengahnya merupakan rilampisin utuh se-
M. intracellutarra dihambat dengan kadar 4 pg/ml' hingga penderita gangguan lungsi ginjal tidak me-
tetapi beberapa galur baru dihambat bila kadar me- merlukan penyesuaian dosis' Obat ini juga dibuang
lebihi 16 pglml. M" fortuitum sangat resisten ter- lewat ASl.
hadap obat ini. ln vivo, rifampisin meningkatkan Rilampisin didistribusi ke seluruh tubuh. Kadar
aktivitas streptomisin dan isoniazid terhadap M' efektil dicapai dalam berbagai organ dan cairan
tuberculosis, tetapi tidak bersilat aditil terhadap tubuh, termasuk cairan otak. Luasnya distribusi
etambutol. rifampisin tercermin dengan warna merah iingga
pada urin, tinja, ludah, sputum, air mala dan keri-
Mekanisme keria. Bifampisin terutama aktil ter-
ngat. Penderita harus diberi tahu akan hal pewar-
hadap sel yang sedang bertumbuh. Kerjanya meng-
naan ini.
hambai DNA-dependent RNA polymerase dari
mikobakteria dan mikroorganisme lain dengan EFEK NONTERAPI. Ri{ampisin jarang menimbul-
menekan mula terbentuknya (bukan pemaniangan) kan efek yang tidak diingini. Dengan dosis biasa'
rantai dalam sintesis RNA. lnti RNA Polymerase kurang dari 4o/o penderita tuberkulosis mengalami
dari berbagai sel eukariotik tidak mengikat rifam- efek toksik. Yang paling sering ialah ruam kulit'
pisin dan sintesis RNAnya tidak dipengaruhi. Rilam- demam, mual dan muntah, Pada pemberian ber-
pisin dapat menghambat sintesis RNA mitokondria selang dengan dosis lebih besar sering leriadi tlu
mamalia tetapi diperlukan kadar yang lebih tinggi like syndrome, nelritis interstisial, nekrosis tubular
daripada kadar untuk penghambatan pada kuman. akut, dan trombositopenia. Yang menjadi masalah
ialah ikterus. Ada enam belas kematian dari
FARMAKOKINETIK. Pemberian rifampisin per oral
500.000 penderita yang diobati, yang dihubungkan
menghasilkan kadar puncak dalam plasma setelah
dengan reaksi ini. Hepatitis jarang terjadi pada pen'
2-4 jami dosis tunggal sebesar 600 mg menghasil-
derita dengan lungsi hepar normal. Pada penderita
kan kadar sekitar 7 pg/ml. Asam para-amino salisilat
penyakit hati kronik, alkoholisme, dan usia lanjut
dapat memperlambat absorpsi rifampisin, sehingga
insidens ikterus bertambah. Pemberian rifampisin
kadar terapi rilampisin dalam plasma tidak tercapai'
intermiten dihubungkan dengan timbulnya sindrom
Bila rilampisin harus digunakan bsrsama asam hepatorenal. SGOT dan aktivitas foslatase alkali
para amino salisilat, maka pemberian kedua sedia-
yang meningkat akan menurun kembali bila peng-
an harus berjarak waktu 8-1 2 jam'
obatan dihentikan. Angka keiadian hepatotoksisitas
Setelah diserap dari saluran cerna, obat ini
rifampisin berbeda di tiap negara. Di lndia angka ini
cepat diekskresi melalui empedu dan kemudian lebih tinggi daripada di Eropa atau AS, diduga ka-
mengalami sirkulasi enterohepatik. Penyerapannya rena pemberian obat di lndia tanpa melalui penapis'
dihambat oleh adanya makanan' Obat ini cepat an terhadap penyakit atau keadaan lain yang me-
mengalami deasetilasi, sehingga dalam waktu 6 mudahkan terjadinya hepatitis, misalnya malnutrisi,
jam hampir semua obat yang berada dalam empedu inlestasi parasit yang luas, infeksi virus, dan predis-
berbentuk deasetil rilampisin, yang mempunyai ak- posisi genelik, Ekskresi rilampisin melalui empedu
tivitas antibakteri penuh. Rilampisin menyebabkan berkompelisi dengan media kontras yang diguna-
induksi metabolisme, sehingga walaupun bioavaila- kan untuk memeriksa lungsi kandung empedu dan
bilitasnya tinggi, eliminasinya meningkat pada pem- dapat menyebabkan retensi BSP. Gangguan salur-
berian berulang. Masa paruh eliminasi rilampisin an cerna berupa rasa tidak enak di lambung, mual,
bervariasi antara 1,5 sampai 5 jam dan akan me- muntah, kolik, dan diare kadang-kadang memerlu-
manjang bila ada kelainan lungsi hepar. Pada pem- kan penghentian teraPi.
berian berulang masa paruh ini memendek sampai Berbagai keluhan yang berhubungan dengan
kira-kira 40% dalam waktu 14 hari. Pada penderita sistem saral seperli rasa lelah, mengantuk, sakit
asetilator lambat masa paruh memendek bila rifam- kepala, pening, ataksia, bingung, sukar berkonsen-
pisin diberikan bersama isoniazid. Sekitar 75% rv trasi, sakit pada tangan dan kaki, dan melemahnya
lampisin terikat pada protein plasma' Obat ini ber- olot dapat juga terjadi.
602
Farmakologi dan Terapi

Reaksi hipersensitivitas dapat berupa de- 1.4. ETAMBUTOL


mam, pruritus, urtikaria, berbagai macam kelainan
kulit, eosinofilia, dan rasa sakit pada mulut dan AKTIVITAS ANTIBAKTERI. Hampir semua galur
lidah. Hemolisis, hemoglobinuria, hematuria, insufi_ M. tuberculosis dan M. kansasf sensitil terhadap
siensi ginjal dan gagal ginjal akut juga merupakan etambutol. Etambutol tidak elektil untuk kuman lain.
reaksi hipersensitivitas, tetapi jarang terjadi. Obat ini tetap menekan pertumbuhan kuman tuber_
Trombositopenia, leukopenia sementara, dan kulosis yang telah resisten terhadap isoniazid dan
anemia dapat terjadi selama lerapi berlangsung. streptomisin. Kerjanya menghambat sintesis meta_
Efek teratogenik rifampisin tidak diketahui, tetapi bolit sel sehingga metabolisme sel terhambat dan
lebih baik menghindari penggunaan obat ini se_ sel mati. Karena itu obat ini hanya aktif terhadap sel
masa kehamilan, karena obat ini dapat menembus yang bertumbuh dengan khasiat tuberkulostatik.
sawar uri, Elektivitas pada hewan coba sama dengan
isoniazid. ln vivo, sukar menciptakan resistensi ter_
INTERAKSI OBAT. pemberian pAS bersama hadap elambutol dan timbulnya pun lambat, tetapi
rifampisin akan menghambat absorpsi rifampisin resistensi ini timbul bila etambutol digunakan
sehingga kadarnya dalam darah tidak cukup. Ri- tunggal.
lampisin merupakan pemacu metabolisme obat
yang cukup kuat, sehingga berbagai obat hipogli_ FARMAKOKINETIK. pada pemberian oral sekitar
kemik oral, kortikosteroid, dan kontrasepsi oraiakan 75-80% etambutol diserap dari saluran cerna.
berkurang efektivitasnya bila diberikan bersama Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu
rifampisin. Mungkin dapat terjadi kehamilan pada 2-4 jam setelah pemberian. Dosis tunggal 15 mg/
pemberian bersama kontrasepsi oral. Rifampisin kgBB menghasilkan kadar dalam plasma sekitar 5
mungkin juga menganggu metabolisme vitamin D prg/ml pada 2-4 iam. Masa paruh eliminasinya 3-4
sehingga dapat menimbulkan kelainan tulang jam. Kadar etambutol dalam eritrosit 1-2 kali kadar
be_
rupa osteomalasia. Disulfiram dan probenesid dalam plasma. Oleh karena itu eritrosit dapat ber-
dapat menghambat ekskresi rilampisin melalui gin_ peran sebagai depot etambutol yang kemudian me_
jal. Rifampisin tampaknya meningkatkan hepato_
lepaskannya sedikit demi sedikit fJOatam plasma.
toksisitas INH terutama pada asetilator lambai. Dalam waktu 24 jam,50% etambutol yang
diberikan diekskresi dalam bentuk asal melalui urin,
STATUS DALAM PENGOBATAN. Rifampisin me_ 10% sebagai metabolit, berupa derivat aldehid dan
rupakan obat yang sangat elektit untuk pengobatan asam karboksilat. Bersihan ginjal untuk etambutol
tuberkulosis dan sering digunakan bersama isonia_ kira-kira 8,6 mUmeniVkg menandakan bahwa obat
zid untuk terapi tuberkulosis jangka pendek. Elek ini selain mengalami filtrasi glomerulus juga dise_
sampingnya beraneka ragam, tetapi insidensnya kresi melalui tubuli. Etambutol tidak dapat menem_
rendah dan jarang sampai perlu bus sawar darah otak, tetapi pada meningitis tuber_
menghentikan
terapi. kulosa dapat ditemukan kadar terapi dalam cairan
otak.
SEDIAAN DAN POSOLOGt. Rifampisin di tndone_ EFEK NONTERAPT. Etamburot jarang menimbut-
sia terdapat dalam bentuk kapsul 150 mg dan 800 kan elek samping. Dosis harian sebesar 15 mg/
mg. Selain itu terdapat pula tablet 450 mg dan 600 kgBB menimbulkan efek toksik yang minimal. pada
mg serta suspensi yang mengandung 100 mg/S ml dosis ini kurang dari2% penderita akan mengalami
rilampisin. Beberapa sediaan telah dikombinasi de_ efek samping yailu penurunan ketajaman pengli-
ngan isoniazid. Obat ini biasanya diberikan sehari hatan, ruam kulit, dan demam. Elek sampini; lain
ialah pruritus, nyeri sendi, gangguan saluran cerna,
sekali sebaiknya satu jam sebelum makan atau dua
jam setelah makan. Dosis untuk orang dewasa de_ malaise, sakit kepala, pening, bingung, disorientasi,
dan mungkin juga halusinasi. Rasa kaku dan kese-
ngan berat badan kurang dari 50 kg ialah 450 mg/
mutan di jari sering terjadi. Reaksi analilaksis dan
haridan untuk berat badan lebih dari 50 kg ialah 600 leukopenia jarang dijumpai.
mg/hari. Untuk anak-anak dosisnya 1O-20 mgl Efek samping yang paling penting adalah
kgBB per hari dengan dosis maksimum 600 mg/ gangguan penglihatan, biasanya bilateral, yang me-
hari. rupakan neuritis retrobulbar yaitu berupa turunnya
603
T u be rku lostati k d an Le P rost atik

tajam penglihatan, hilangnya kemampuan membe- dihambat sempurna pada kadar pirazinamid 12'5
pg/ml. Mekanisme kerja obat ini belum diketahui'
dakan warna, mengecilnya lapang pandangan, dan
skotoma sentral maupun lateral' lnsidens elek sam-
ping ini makin tinggi sesuai dengan peningkatan FARMAKOKINETIK. Pirazinamid mudah diserap di
dosis, tetapi bersifat mampu pulih. lntensitas gang- usus dan tersebar luas ke seluruh tubuh' Dosis 1
guan pun berhubungan dengan lamanya terapi' gram menghasilkan kadar plasma sekitar 45 pg/ml
Dengan dosis 15 mg/kgBB tidak diperlukan peme' pada dua jam setelah pemberian obat. Ekskresinya
riksaan ofialmologi berkala, tetapi penderita harus terutama melalui liltrasi glomerulus. Asam pirazi-
diingatkan untuk melaporkan setiap perubahan noat yang aktif kemudian mengalami hidroksilasi
penglihatan selama penggunaan etambutol' Bila menjadi asam hidropirazinoat yang merupakan me-
ada keluhan penglihatan kabur, sebaiknya dilaku- tabolit utama. Masa paruh eliminasi obat ini antara
kan pemeriksaan lengkap. Bila pasien sudah men- 10-16 jam,
derita kelainan mata sebelum menggunakan etam-
butol, perlu dilakukan pemeriksaan cermat sebelum EFEK NONTERAPI. Elek samping yang paling
terapi dengan etambutol dimulai. umum dan serius adalah kelainan hati' Bila pirazi-
Terapi dengan etambutol menyebabkan pe- namid diberikan dengan dosis 3 g per hari, gejala
ningkatan kadar asam urat darah pada 50% pende- penyakit hati muncul pada kira-kira 15o/o, dengan
rlta. Hat ini disebabkan oleh penurunan ekskresi ift"iur pada 2-3% penderita dan kematian akibat
asam urat melalui ginjal. Elek nonterapi ini mungkin nekrosis hati pada beberapa kasus. Gejala pertama
diperkuat oleh isoniazid dan piridoksin. adalah peningkatan SGOT dan SGPT' Oleh karena
itu hendaknya dilakukan pemeriksaan lungsi hati
STATUS DALAM PENGOBATAN. Etambutol telah sebelum pengobatan dengan pirazinamid dimulai'
berhasil digunakan dalam pengobatan tuberkulosis dan pemantauan terhadap transaminase serum di-
dan menggantikan tempat asam para amino sali- lakukan secara berkala selama pengobatan ber-
silat karena tidak menimbulkan elek samping yang langsung. Jika jelas timbul kerusakan hati' terapi
-pirazinamid
berbahaya serta dapat diterima dalam terapi' Man- Oen-gan harus dihentikan' Pirazinamid
faatnya yang uta.a dalam paduan terapi tuberku- tidal boletr diberikan kepada penderita dengan ke-
losis ialah mencegah timbulnya resistensi kuman lainan lungsi hati. Obat ini menghambat ekskresi
terhadap antituberkulosis lain. asam urat dan dapat menyebabkan kambuhnya
pirai. Elek samping lain ialah artralgia, anoreksia'
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Di lndonesia etam-
mual dan muntah' iuga disuria, malaise, dan
butol terdapat dalam bentuk tablet 250 mg dan 500
demam.
mg. Ada pula sediaan yang telah dicampur de-ngan
isJniazid dalam bentuk kombinasi tetap' Dosis
biasanya 15 mg/kgBB, diberikan sekali sehari' Ada SEDIAAN DAN POSOLOGI. Pirazinamid terdapat
pula yang menggunakan dosis 25 mg/kgBB selama dalam bentuk tablet 250 mg dan 500 mg' Dosis oral
bO nari pertama, kemudian diturunkan menjadi 15 ialah 20-35 mg/kgBB sehari (maksimum 3 g), diberi-
mg/kgBB. Pada penderita dengan gangguan lungsi kan dalam satu atau beberapa kali sehari'
giijafOosisnya perlu disesuaikan karena etambutol
terakumulasi dalam badan.
STATUS DALAM PENGOBATAN. P AZiNAMid
beberapa tahun yang lalu masih merupakan obat
1.5. PIRAZINAMID sekunder yang digunakan bila ada resistensi atau
kontraindikasi terhadap obal primer' Seiak pengo-
Pirazinamid adalah analog nikotinamid yang batan tuberkulosis menggunakan paduan pengo-
telah dibuat sinletiknya. Obat ini tidak larut dalam batan iangka pendek, kedudukan pirazinamid ber-
air. ubah meniadi obat primer, obat ini lebih aktif pada
yang
suasana asam dan merupakan bakterisid
AKTIVITAS ANTIBAKTERI. Pirazinamid di dalam kuat untuk bakteri tahan asam yang berada dalam
tubuh dihidrolisis oleh enzim pirazinamidase men- sel makrofag. Kini, bersama INH dan rifampisin'
jadi asam pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulos- pirazinamid merupakan obat yang penting untuk di-
iatik hanya pada media yang bersilat asam' ln vitro' berikan pada awal pengobatan tuberkulosis'
pertumbuhan kuman tuberkulosis dalam monosit
604
Farmakologi dan Terapi

1.6. ASAM PARA AMINOSALISILAT SEDIAAN DAN POSOLOGI. pAS rerdapat


datam
bentuk.tablet 500 mg yang diberikan dengan
dosis
Sebelum ditemukan etambutol, para-amino oral S-12 g sehari, dibagi dalam beberapa-dosis.
salisilat (PAS) merupakan obat yrng ."ring
dikom_
binasikan dengan anti tuberkulo;is Lin.
1.7. SIKLOSERIN
AKTIVITAS ANT|BAKTERI. Obat ini bersitar
bak_
teriostatik. ln vitro sebagian besar strain
M. tuber- Sikloserin merupakan antibiotik yang dihasil_
culosis sensitif terhadap pAS dengan kadar
1 ug/ml. kan oleh Streptomyces orchidaceus, Oan
Aktivitas antimikroba pAS sangaispesilik terhadap Jetarang
dapat dibuat secara sintetik.
t!. tuberculosis saja. Sebagian besar mikobafte_
rium atipik tidak dihambat oleh obat tersebut-Elekti_ KlMlA. Sikloserin berupa bubuk putih atau keku_
vitas obat ini kurang bila dibandingt an Clngan ningan, agak pahit, dan higroskopis. Obat ini
larut
streptomisin, isoniazid, dan.rifampisinl pengobatan dalam air sampai 100 mg/ml pada 25oC, stabil
dengan PAS saja manfaatnya sangat kecil.- dalam larutan alkalis, tetapi cepat dirusak dalam
larutan netral atau asam.
MEKANISME KERJA. pAS mempunyai rumus
molekll yang mirip dengan asam para aminoOen_ AKTIVITAS ANTIBAKTERI. ln vitro, sikloserin
zoat (PABA). Mekanisme kerjanya sangat menghambat pertumbuhan M. tuberculo.sis pada
mirip de_
ngan sulfonamid. Karena sullonamid iiO"t kadar 5-20 ug/ml melalui penghambatan sintesis
etet<tit
terhadap M. tuberculosis dan pAS tiOaf dinding sel. Jenis-jenis yang sudah resisten
etetiit ter_ terha_
hadap kuman yang sensitif terhadap sultonamiO, dap streptomisin, pAS, lNH, pirazinamid, dan
viomi-
maka ada kemungkinan bahwa y"nj u"r_ sin mungkin masih sensitif terhadap sikloserin.
"nii,
tanggung jawab untuk biosintesis totat
iaoi Uer_
ln vivo terlihat bahwa khasiat sikloserin ber_
bagai macam mikroba bersilat spesilik. beda pada berbagai spesies, tetapi eleknya paling
nyala pada manusia,
RESISTENSI. Secara umum resistensi in
vitro ter_
hadap PAS lebih sukar terjadi dibanOingkan FARMAKOKTNETTK. Setetah pemberian
ter_ orat ab_
hadap streptomisin. Flesistensi terhadap sorpsinya bajk; kadar puncak dalam darah dicapai
Fni irg"
terjadi pada penderita yang sedang dalam peng_ 4-8.jam setelah pemberian obat. Dengan dosis
20
obatan, walaupun terjadinya lebih lambat mg/kgBB diperoleh kadar dalam darah-sebesar
lietim_ 20_
bang streptomisin. 35 pg/mt pada anak-anak. Dengan dosis 750
mg
pada orang dewasa akan diperoleh
FARMAKOKTNETTK. pAS mudah diserap Jiy_Oiam kadar
melatui lebih dari 50 pg/mt.
saluran cerna. Obat ini mencapai kadar tinggi
dalam Distribusi dan difusi ke seluruh cairan dan
berbagai cairan tubuh kecuaii oatam caiiin-otar. jaringan tubuh baik sekali. Sawar
Masa paruh obat sekitar satu jam. Delapan puluh darah otaf dapat
dilintasi dengan baik. Karena obat ini terkonsentrasi
persen PAS diekskresi melaluiginjal,
50yo dianta_ di urin, tidak diperlukan dosis besar untuk meng_
ranya dalam bentuk terasetilasi- penderita obati tuberkulosis saluran kemih.
dengan
insulisiensi ginjal tidak dianjurkan r"nggrn"t"n Ekskresi maksimal tercapai dalam 2_6 jam
PAS karena ekskresinya terganggu.
setelah pemberian obat dan 50% diekskresi
melalui
EFEK NONTERAP|. lnsindens efek samping pada urin dalam bentuk utuh selama l2 jampertama.
Bila
pemberian PAS hampir mencapai ada insufisiensi ginjal, terjadi akumulasi obat
10%, gejali yang dalam
agak menonjol ialah mual dan g"ngg;n tubuh sehingga memperbesar kemungkinan
reziksi
cerna lainnya. penderita tutaf peptii iidak ""tur"n toksik.
dianjur_
kan menggunakan obat ini. Reaisi nipersensitivitas
SEDIAAN DAN POSOLOG|. Siktoserin dalam ben_
t9ladi dengan gambaran seperti demam,
|jTy.rnyl
kelainan tuk kapsul 250 mg, diberikan 2 kali sehari. Dengan
kulit yang disertai demam ataupun sakit
sendi. Kelainan darah seperti leukopenia, dosis ini kemungkinan reaksi toksik kecil. Jikaie_
agranulo_ adaan lebih berat, dapat diberikan dosis lebih
sitopenia, eosinofilia, limfositosis, sindrom
riononr_ besar
kleosis atipik, dan trombositopenia pernan untuk jan_gka waktu yang lebih singkat. Hasil
terapi
Oiiapor_ paling baiktila dicapai kadar lembah dalam
kan. Pada keadaan tertentu dapat timbul plasma
fremJfuis. sebesar 25-30 pg/ml. Oleh karena itu sebaiknya
Tu berku lostati k d an Le p rostatik 605

kadar dalam plasma dipantau sewaktu-waktu sela- wanita hamil trimester pertama. Pemberian pada
ma pengobatan. Sikloserin dosis besar (250-500 lima bulan terakhir masa kehamilan, dosis total tidak
mg tiap 6 jam) dapat digunakan dengan aman bila boleh lebih dari 20 gram untuk memperkecil ke-
diberikan bersama piridoksin atau depresan SSP. mungkinan terjadinya tuli kongenital. Hanya sejum-
lah kecil kanamisin masuk ke dalam air susu ibu.
EFEK NONTERAPI. Elek samping yang paling lnteraksi obat dapat terjadi sepertiyang terjadi pada
sering timbul dalam penggunaan sikloserin ialah streptomisin.
pada SSP dan biasanya terjadi dalam 2 minggu
pertama pengobatan, Gejalanya ialah somnolen, STATUS DALAM PENGOBATAN. Obat ini pernah
sakit kepala, tremor, disartria, vertigo, gangguan digunakan sebagai antituberkulosis sekunder,
tingkah laku, paresis, serangan psikosis akut, dan tetapi karena ototoksisitasnya dan karena telah ada
konvulsi, Serangan dapat menyerupai epilepsi obat lain yang lebih baik, kini telah ditinggalkan.
grand mal atau epilepsi petit mal, dan insidensnya
berhubungan dengan dosis yang digunakan. Dosis SEDIAAN DAN POSOLOGI. Obat ini biasanya ter-
2 gram sehari dapat menimbulkan konvulsi pada dapat dalam bentuk bubuk injeksi 1 gram/vial. Ka-
5-1 0% penderita; dengan menurunkan dosis men-
namisin biasanya diberikan 3-5 kali seminggu de-
jadi 500 mg sehari, insidensnya mencolok turun. ngan dosis 15 mg/kgBB, maksimum 1 gram per kali.
Risiko konvulsi bertambah bila sikloserin diberikan
bersama etilalkohol.
Karena elek pada SSP itu sikloserin dikontra- 1.9. KAPREOMISIN
indikasikan bagi penderita epilepsi, dan mungkin
berbahaya pada orang yang sedang depresi atau Kapreomisin adalah suatu antituberkulosis
yang mengalami ansietas. polipeptida yang dihasilkan juga oleh Sfrepfomyces
sp. Obat ini terutama digunakan pada infeksi paru
lNDlKASl. Sikloserin merupakan obat pilihan kedua oleh M. luberculosls yang resisten terhadap anti-
untuk tuberkulosis. Obat ini hanya digunakan pada tuberkulosis primer. Dibandingkan dengan kana-
kegagalan terapi dengan obat primer atau bila ku- misin, kapreomisin kurang toksik dan elek bakte-
mannya resisten terhadap obat-obal itu. Pengguna- riostatiknya lebih besar. Elektivitasnya hampir
annya harus bersama dengan obat lain yang elektil. sama dengan streptomisin, dan karena tak ada
resistensi silang dengan streptomisin, obat ini dapat
digunakan untuk kuman yang telah resisten ter-
1.8. KANAMISIN. hadap streptomisin.

Obat ini termasuk golongan aminoglikosida EFEK NONTERAPI. Pada hewan coba dan uji
dan bersilat bakterisid dengan menghambat sin- klinik, kapreomisin memperlihatkan nefrotoksisitas
tesis protein mikroba. Eleknya padaM. tuberculosis dengan tanda antara lain naiknya BUN, menurun-
hanyalah bersilat supresif. nya bersihan kreatinin, dan albuminuria. Oleh
karena itu obat ini lidak digunakan rutin sebagai
FARMAKOKINETIK. Pada pemberian lM obat ini pengganti streptomisin. Dan kalau ditemukan
diserap dengan cepat dan sempurna. Kanamisin tanda-tanda tersebut di atas, harus dihentikan
sukar masuk ke cairan otak, tetapi pada perada- penggunaannya.
ngan kadarnya naik sampai 43% kadar dalam plas- Kapreomisin juga merusak saral otak Vlll,
ma. Metabolismenya dapat diabaikan, ekskresinya oleh karena itu perlu dilakukan audiometri dan pe-
melaluiginjal kira- kira 90% dan dalam bentuk utuh. meriksaan lungsi vestibuler sebelum mulai pembe-
Masa paruh eliminasi obat ini sekitar 2 jam. riannya. Elek samping lain adalah hipokalemia,
memburuknya angka-angka uji lungsi hati, eosino-
EFEK NONTERAPl. Kanamisin dapat menyebab- filia, leukositosis dan leukopenia, serta lrombosito-
kan gangguan pendengaran yang dihubungkan de- penia.
ngan hilangnya lungsi labirin. Kanamisin juga mem-
punyai efek nefrotoksik sedang. Reaksi hipersen- STATUS DALAM PENGOBATAN. Kapreomisin
silivilas seperti kemerahan kulit dan reaksi anafilak- hanya digunakan dalam kombinasi dengan antitu-
sis jarang teriadi. Belum ada data tentang efek berkulosis lain. Dalam kombinasi dengan etambutol
teratogenik, tetapi obat ini tidak dianjurkan untuk dan lNH, obat ini lerbukti bermanlaat dalam terapi
606
Farmakolqi dan Terapi

tuberkulosis yang gagal diobati. Kapreomisin tidak


hari dengan 125 mg sampai maksimal 1 g/hari.
tersedia di lndonesia.
Obat ini sebaiknya diberikan pada waktu makan
untuk mengurangi iritasi lambung.

1.10. ETIONAMID STATUS DALAM PENGOBATAN. Etionamid me_


rupakan antituberkulosis sekunder yang harus di_
Etionamid merupakan turunan tioisonikotina_ kombinasi dengan antituberkulosis lain bila obat
mid. Zat ini benvarna kuning dan tidak larut primer tidak efektif lagi atau dikontraindikasikan,
dalam
air. Obat ini tidak beredar di lndonesia.

AKTIVITAS ANT|BAKTER|. tn vitro, etionamid


menghambat pertumbuhan M. tuberculosis jenis
human pada kadar 0,6-2,5 pg/ml. Basil yang sudah
1.1 1. PENGOBATAN TUBERKULOSIS
resisten terhadap tuberkulostatik lain masih-sensitif
Tuberkulosis dapat menyerang beberapa
terhadap etionamid. Mikobakterium jenis lain
organ tubuh, di antaranya paru_paru, ginjal, tulang,
kurang sensitif terhadap etionamid, atau memerlu_
dan usus. Pembahasan di sini diarahian terutama
kan kadar yang lebih tinggi. Obat ini sama efektifnya
terhadap pengobatan tuberkulosis paru.
terhadap basil intrasel maupun ekstrasel.
Pengobatan tuberkulosis mengalami peru_
Resistensi mudah terjadi bila dosis kurang bahan cukup besar dalam sejarahnya, mulai dari
tinggi atau obat ini digunakan sendiri, dan timbul pengobatan sanatorium, terapi kolaps, kemudian
lebih lambat jika dikombinasi dengan streptomisin terapi obat. Dengan tersedianya obat_obat yang
atau lNH. elektif kini pengobatan tuberkulosis lebih banyak
FARMAKOKINETIK. pada pemberian per oraletio- dilakukan dengan rawat jalan ketimbang rawat inap.
namid mudah diabsorpsi. Kddar puncak tercapai Tidak diperlukan lagi istirahat baring yang berke-
dalam 3 jam dan kadar terapi bertahan selama 12
panjangan untuk mempercepat penyembuhan.
jam. Distribusi cepat, luas, dan merata Yang penting adalah menyadarkan penderita dan
ke seluruh memberikan motivasi agar rajin makan obat dan
cairan dan jaringan tubuh. Ekskresi berlangsung
cepat dan terutama dalam bentuk metaboltnya, mengunjungi Pusat Kesehatan secara teratur untuk
pemantauan penyakitnya,
hanya 1 Vo dalam bentuk aktif.
Tujuan pengobatan tuberkulosis ialah memus_
EFEK NONTERApt. Etek samping yang pating se- nahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan men_
ring dijumpai adalah anoreksia, mrif, O"nrnrituf,. cegah kambuh. ldealnya pengobatan untuk meng-
Sering juga terjadi hipotensi postural yang hebat, hasilkan pemeriksaan sputum negatil baik pada uji
depresi mental, mengantuk, dan astenia.- Dapat hapusan dahak maupun biakan kuman, dan hasil ini
pula terjadi rasa kecap metalik, sedangkan tetap negatif untuk selama-lamanya. Ada kesepa_
kejang
dan neuropati primer jarang terjadi. EGk ,"rping katan umum bahwa apa yang disebut sebagai
lain pada sistem saraf mencakup gangguan pada paduan pengobatan yang elektif ialah paduan pe_
saraf olfaktorius, penglihatan kabur, Cptopia, ver_ ngobatan yang gagal-kambuhnya kurang dari 5%.
tigo, parestesia, sakit kepala, rasa lelah, dan tremor. Pada bagian ini akan dibahas beberapi masalah
Kemerahan kulit, purpura, stomatitis, ginekomastia, yaitu : (1) pemitihan obat, (2) resistensi, (3) paduan
impotensi, menoragi, akne, dan alop-sia juga per- terapi,-(4) paduan terapi tuberkulosis pada'pende-
nah dilaporkan. rita defisiensi imun, (5) efek samping, (6) pengobat_
Hepatitis terjadi pada sekitar 5% penderita an pencegahan, (7) terapi kortikosteroid padaiUber-
yang menggunakan obat ini. Gejala hepatotoksik kulosis, dan (8) penilaian hasilpengobatan.
hilang bila pengobatan dihentikan. fungsi hati pen_ PEMILIHAN OBAT. Ada dua prinsip pengobatan
derita yang mendapat etionamid periu Oipeiitsa tuberkulosis, yaitu a) paling sedikit menggunakan
secara teratur dan penggunaannya dianjurkan dua.obat, dan b) pengobatan harus berlingsung
ber_
sama dengan piridoksin. setidaknya 3-6 bulan setelah sputum negatif untuk
tujuan sterilisasi lesi dan mencegah kambuh.
SEDIAAN DAN POSOLOG|. Etionamid terdapat
dalam bentuk tablet 250 mg, Dosis awal ialah dua basil yang sedang membelah yang da_
.Hanya
pat dibunuh oleh antituberkulosis. Mycobactirium
kali 250 mg sehari, kemudian dinaikkan setiap lima
tuberculosl's bersifat aerob obligat, karenanya fre-
Tu be rku lostatik d an Le p rostati k 607

kuensi pembelahan dan aktivitas metabolismenya ngan cepat di lesi rongga. Penggunaan obat ini
bervariasi tergantung kadar oksigen di tempat terbatas, karena harus diberikan secara intramus-
hidupnya. Selain itu, basil inijuga dipengaruhi oleh kuler dan jelas bersifat ototoksik dan nefrotoksik.
ptl lingkungan sekitarnya. Ada hipotesis yang me- Kini streptomisin digunakan untuk pengobatan tu-
nyatakan bahwa kuman tuberkulosis yang berkulosis hanya bila terdapat resistensi terhadap
berkembang dalam lesi dapat dibedakan atas 3 salah satu dari obat yang digunakan dalam paduan
kelompok berdasarkan tempat basil berada. Per- pengobatan jangka pendek.
tama, basil yang berada dalam kavitas (lesi rongga) Elambutol dalam dosis 15 mg/kgBB bersilat
dan ahil membelah karena tekanan oksigen dalam bakteriostatik, tetapi dalam dosis 25 mg/kgBB ber-
kavitas ini tinggi dan suasananya netral atau agak silat bakterisid. Alasan penggunaan obat ini dalam
basa. Kedua, basil yang berada dalam lesi berkiju paduan terapi adalah karena kemampuannya men-
tertutup dan membelah secara lambat atau inter- cegah dan menghambat timbulnya resistensi ter-
miten (berselang) karena tekanan oksigen di sini hadap obat lain dalam paduan itu. Biasanya etam-
rendah dan suasananya netral. Kelompok ketiga butol tidak dimasukkan dalam paduan pengobatan
adalah basil yang berada dalam sel makrolag yang baru, karena khasiatnya dalam dosis biasa hanya
suasananya asam. Basil di sini relatif lambat mem- sebagai bakteriostatik, sedangkan harganya mahal.
belah. Kemudian ada bukti bahwa efektivitas antitu- Dalam memilih obat, selain dipertimbangkan efek-
berkulosis berbeda tergantung dari kecepatan pem- tivitasnya harus dipertimbangkan juga elek sam-
belahan populasi basil dan pH lingkungannya. lnilah ping atau elek toksiknya, Hal ini telah dibahas
yang mendasari pengobatan tuberkulosis dalam dalam uraian tentang masing-masing obat,
dua puluh tahun terakhir ini.
Pengobatan tuberkulosis paru-paru hampir REGIMEN PENGOBATAN. Semula, sebelum ada
selalu menggunakan tiga obat lNH, rifampisin, dan hipotesis tentang populasi basil yang berbeda
pirazinamid pada dua bulan pertama selama tidak dalam kecepatan pembelahannya, pengobatan
ada resistensi terhadap satu atau lebih antituber- tuberkulosis,masih memakan waktu 18 bulan atau
kulosis primer ini. lsoniazid dan rifampisin adalah lebih walaupun menggunakan rifampisin. Pengo-
dua obat yang sangat kuat dan bersifat bakterisid batan selama 18 bulan tanpa rilampisin sekarang
untuk basil ekstrasel, intrasel (dalam makrofag), disebut sebagai "pengobatan jangka panjang", se-
dan basil dalam jaringan yang berkiju. Tetapi, rifam- dangkan pengobatan dengan rilampisin memakan
pisin dan pirazinamid lebih aktil pada basil dalam waktu lebih pendek, antara 6-8 bulan, dan disebut
sel (makfofag) dan dalam jaringan berkiju daripada
sebagai "pengobatan jangka pendek". Kini semua
pasien tuberkulosis diobati dalam jangka pendek,
isoniazid (lihat tabel 41 -1 ).
kecuali terdapat kontraindikasi bagi rifampisin. Pa-
Streptomisin bersilat bakterisid hanya pada
sebagian besar basil ekstrasel yang membelah de- duan terapi jangka pendek ini sangat bervariasi
dalam komponen dan lama pengobatan. Paduan
terapi jangka pendek ini lerus disempurnakan mela-
Tabel4l-1. AKTIVITAS OBAT BERDASARKAN lui penelitian untuk memperkecil biaya, mengurangi
KECEPATAN PEMBELAHAN BASIL jumlah obat, dan memperpendek waktu tanpa me-
TUBERKULOSIS DAN pH LINGKUNGAN ngurangi mutu hasil pengobatan. Beberapa paduan
terapi untuk penderita dengan BTA (basil tahan
membelah cepat membelah lambat asam) positil akan dibahas berikut ini :
Obat pH netrafagak basa pH asam pH netral (1) Paduan 9HR, artinya pengobatan dilaku-
kan selama sembilan bulan dengan pemberian INH
Streptomisin +++ 00 300 mg dan rilampisin 600 mg setiap hari: selama
lsoniazid ++ ++ 9 bulan.
Rifampisin ++ ++ (2) Paduan HR/8H2R2, artinya INH dan rilam-
Pirazinamid + atau + ++0 pisin diberikan setiap hari selama satu bulan de-
Etambutol + !0 ngan dosis INH 300 mg dan rilampisin 600 mg per
Ketrangan :0 - tidak mempunyai aklivltas hari, disusul pemberian INH 900 mg dan rifampisin
! - aklivitasnya sebagai baktetbstatik 600 mg seminggu dua kali selama 8 bulan.
+, ++, dan +++ aktivitasnya sbagai baklriskl
Kedua paduan terapi ini diterapkan di Amerika
dengan peningkatan sktivltasnya
Sumber: AMA Drug Evaiuatbn hal 1451. Serikat pada pasien yang tidak mengandung basil
Farmakologi dan TeraPi
608

resisten terhadap salah satu obat yang digunakan' kali seminggu selama dua bulan. Paduan ini dite-
Bila ada basil resisten, maka pengobatan ditambah rapkan dalam program pemberantasan pada yang
dengan pirazinamid atau etambutol. Pasien diperik- BTA-nya negatif, tetapi gambaran rontgen positif'
sa dahaknya untuk melihat perkembangan basil RESISTENSI. Resistensi kuman adalah salah satu
tahan asam setiap bulan sampai basil tahan asam masalah penting dalam pengobatan tuberkulosis'
negatif. Selaniutnya pemeriksaan dilakukan tiga Walaupun pada pembahasan masing-masing obat
bulan sekali. Pengobatan diteruskan sekurang- masalah initelah disinggung, tampaknya perlu dike-
kurangnya 6 bulan setelah basil tahan asam negatif' mukakan lagi dalam kaitannya dengan pengobatan'
[S1 eaOuan 2HRZI4HR terdiri dari
dua bulan
Yang harus diingat adalah pada penggunaan obat
pertama diberikan INH 5 mg/kgBB (maksimum 300 tunggal akan cepat dan mudah teriadi resistensi'
mg), rilampisin 20 mg/kgBB (maksimum 600 mg) Atas dasar ini pengobatan tuberkulosis selalu men-
dan pirazinamid 5-25 mg/kgBB (maksimum 2 g)
cakup dua obat atau lebih untuk mencegah dan
diberikan setiap hari pada dua bulan pertama di- memperlambat terjadinya resistensi' Adanya resis-
susul dengan pemberian INH dan rilampisin selama tensi terhadap antituberkulosis pada penderita yang
4 bulan berikutnya dengan dosis yang sama' Padu- belum pernah diobati telah banyak dipublikasi'
an ini iuga dilaksanakan di Amerika Serikat' Namun, banyak ahli berpendapat masalah ini belum
(4) Paduan 2HRZ|4H2R2. Selama dua bulan sampai mengancam penggunaan obat yang elektif'
pertama diberikan lNH, rifampisin, dan pirazinamid Banyak publikasi mengatakan bahwa angka kejadi-
dengan dosis yang sama dengan dosis paduan (3)' an resisiensi basil tuberkulosis yang diisolasi dari
disusul pemberian INH 5 mg/kgBB (maksimum 900 pasien bergantung pada daerah geografik, etnik'
mg) dan rilampisin 10 mg/kgBB (maksimum 600 dan sosioekonomi populasi yang diteliti' Dalam
mg; OiOerifan dua kali seminggu selama 4 bulan suatu studi, resistensi basil terhadap streptomisin'
Uerit<utnya. Paduan ini diterapkan di Amerika Seri- isoniazid, dan rifampisin pada pasien yang lelah
kat dan beberaPa negara lain. mendapat pengobatan di negara Amerika Latin'
(5) Paduan 2HRZ|4H3R3' Dua bulan pertama Asia aiau Atrika lebih sering terjadi dibandingkan
diberikan lNH, rifampisin, dan pirazinamid setiap dengan di negara-negara maju seperti Amerika
hari disusul INH dan rifampisin 3 kali seminggu Serikat, Kanada, dan Eropa. Di negara-negarayang
selama 4 bulan berikutnya. Paduan ini banyak digu- sedang berkembang, kasus tuberkulosis banyak
nakan di negara-negarayang sedang berkembang' dan insidens resistensi terhadap isoniazid dan
(6) Paduan 2H3A3Z3!4H3R3 artinya selama 6 streptomisin atau kedua-duanya terus meningkat'
bulan diberikan obat hanya 3 kali seminggu' Untuk Untuk Mycobacterium tuberculosls yang telah
dua bulan pertama diberikan lNH, rifampisin, dan resisten terhadap salah satu obat harus digunakan
pirazinamid 3 kali seminggu disusul pemberian INH antituberkulosis lain yang masih efektil terhadap
dan pirazinamid saja 3 kall seminggu selama 4 kuman tersebut. Mycobacterium atypic biasanya
bulan berikutnya. Paduan ini sedang dalam peneliti- resisten terhadap beberapa antituberkulosis, oleh
an lebih lanjut. karena itu sebelum pengobatan perlu dilakukan uji
(7) Pada paduan 2HRZE|4H3R3, diberikan kepekaan in vitro. Sebenarnya pengujian ini bukan
INH 300 mg, rifampisin 450 mg, etambutol 750 mg' hanya perlu terhadap Mycobacterium atypic saia'
dan pirazinamid 1500 mg setiap hari selama dua t"t"pi 1rg" pada pengobatan tuberkulosis paru-paru
bulan pertama dilanjutkan dengan pemberian INH agar pemilihan obat lebih tepatsehingga hasil peng-
600 mg dan rifampisin 450 mg tiga kali seminggu o6atan lebih baik. Tetapi karena uji kepekaan ini
selama 4 bulan. Paduan ini diterapkan pada pro- cukup mahal dan menambah beban pasien, maka
gram pemberantasan tuberkulosis dengan BTA po- hal ini sering diluPakan'
iitlt oi tnoonesia mulai tahun 1993. Paduan ini di-
buat berdasarkan aniuran WHO dengan penyesuai- EFEK NONTERAPI" Walaupun sebagian besar an'
an dosis berdasarkan pengalaman yang diperoleh tituberkulosis dapat diterima dalam terapi, semua-
dari program yang telah dilaksanakan sejak bebe- nya mempunyai elek toksik potensial' Kesalahan
rapa tahun. ying banyak dilakukan oleh para dokter ialah kega-
(8) Paduan 2HRZ12H3R3 berarti selama dua gatan mengenali efek toksik secara cepat' Kesalah-
bulan diberikan setiap hari INH 300 mg' rilampisin in y"ng leblh umum ialah gagalnya membedakan
450 mg, dan pirazinamid '1500 mg, disusul kemu- antara efek nonterapi dengan gejala-gejala yang
tidak ada hubungannya dengan obat, dan ini dapat
dian INH 600 mg dan rifampisin 450 mg diberikan 3
Tu be rkulostati k d an Le p rostati k 609

membatalkan penggantian satu obat dari paduan REGIMEN PENGOBATAN PADA PENDERITA
obat atau salah mengganti, sehingga pengobatan DEFISIENSI IMUN. lnfeksi tuberkulosis pada pen-
tidak berhasil. Reaksi hipersensitivitas seringkali derita delisiensi imun terutama penderita AIDS atau
terjadi aptara minggu ketiga dan kedelapan setelah pengidap HIV biasanya lebih cepat berkembang
pengobatan dimulai. Jika satu atau sekelompok dan sukar sembuh karena daya imunitasnya sangat
obat dapat diterima baik sekurang-kurangnya menurun. Oleh karena itu mereka perlu mendapat
selarna 4 bulan, biasanya masa pengobatan akan pengobatan yang lebih intensif, The Centers lor
dilalui dengan baik. Reaksi hipersensitivitas awal Disease Control (CDC) Amerika Serikat menganjur-
umumnya berupa gejala demam, takikardi, anorek- kan agar pengobatan pasien semacam ini sedikit-
sia dan malaise. Pada saat itu hasil pemeriksaan nya diberikan selama 9 bulan. Dua bulan pertama
laboratorium biasanya masih dalam batas normal, diberikan lNH, rilampisin, dan pirazinamid setiap
kecuali eosinolilia. Bila pemberian obat segera di- hari, disusul pemberian INH dan rilampisin seku-
hentikan maka gejala-gejala cepat hilang. Jika tidak rang-kurangnya selama 7 bulan berikutnya. Etam-
segera dihentikan, reaksi akan memburuk dan se- butol ditambahkan pada awal pengobatan untuk
ring disertai reaksi kulit seperti dermatitis eksfoliatif, pasien tuberkulosis susunan saral pusat atau tuber-
hepatitis, kelainan ginjal dan diskrasia darah akut. kulosis yang meluas atau dicurigai adanya Myco-
Reaksi yang berat dapat bersifat fatal. Timbulnya bacterium tuberculosis yang resisten terhadap iso-
reaksi hipersensitivitas terhadap satu antituberku- niazid. Pengobatan ini minimal harus berlangsung
losis mengakibatkan risiko terhadap obat lainnya 6 bulan setelah 3 kali berturul-turut biakan basil
meningkat. Bila reaksi itu terjadi, maka semua anti- tahan asam negatif . Pada pasien dengan HIV positif
tuberkulosis harus dihentikan kecuali bila penyakit lebih sering terjadi efek samping. Bila INH atau
mengancam hidup penderita. Setelah reaksi hiper- rifampisin tidak dapat digunakan, maka pengobatan
sensitivitas mereda, pengobatan dimulai lagi de- harus berlangsung sekurang-kurangnya 18 bulan
ngan satu obat yang didahului pemberian dosis uji. (pengobatan jangka panjang).
Penambahan antituberkulosis lain dilakukan segera
bila penderita telah dapat menerimanya, sehingga PENILAIAN HASIL PENGOBATAN. Penilaian ten-
terlaksana pengobatan yang adekuat. Desensiti- tang hasil pengobatan luberkulosis dengan BTA
positil paling baik dilakukan setiap bulan sampai
sasi terhadap streptomisin kini tidak dianjurkan lagi
karena banyak obat lain yang efektil. Elek toksik hasil pemeriksaan BTA negatif. Pada pengobatan
jangka pendek biasanya 80% hasil pemeriksaan
antituberkulosis terutama yang berhubungan de-
ngan dosis dapat dicegah dengan memperhitung- BTA akan negatif dalam waktu 3 bulah. Kalau tidak,
harus dilakukan penilaian ulang. Uji resistensi perlu
kan lebih leliti umur, berat badan dan kesehatan
umum penderita. Adanya gangguan lungsi ginjal dilakukan dan kepatuhan dalam makan obat harus
akan menyebabkan kadar obat dalam darah me- terus ditekankan. Bila terjadi resistensi, paduan
ningkat dan dapat menyebabkan toksisitas. Dosis
terapi harus diubah dengan memasukkan paling
sedikit dua obat yang masih elektif terhadap basil
kecil pada usia lanjut mungkin sudah cukup untuk
yang resisten. Pemeriksaan spulum dilakukan se-
mencapai kadar terapi, demikian juga pada orang
dewasa yang bertubuh kecil,
tiap bulan sampai hasil pemeriksaan BTA negatif.
Pasien yang telah menyelesaikan pengobatan de-
Pemberian INH bersama rilampisin menye-
ngan paduan pengobatan 6 bulan atau 9 bulan tidak
babkan meningkatnya insidens hepatotoksik yang
perlu secara rutin diikuti terus. Secara individual
ternyata berbeda di tiap negara. Studi di lndia me- pasien pengidap basil resisten perlu diamati lebih
nunjukkan kejadian hepatitis akibat pemberian INH lanjut.
bersama rilampisin antara 8-50%. Nilai ini lebih Pada pasien yang BTA-nya negatil pada atqval
tinggi daripada angka kejadian di Eropa Barat dan pengobatan, penilaian yang praktis dilakukan de-
Amerika Serikat yang hanya sekitar 2-3%. Perbeda- ngan pemeriksaan radiologik toraks dan pemerik-
an nilai persenlase ini diduga karena pemberian saan klinik. Bila setelah tiga bulan gambaran radio-
obat di lndia dilakukan tanpa pemeriksaan lerhadap logik tidak menunjukkan perbaikan, mungkin ada
adanya penyakit atau keadaan yang memudahkan hal-hal yang luar biasa atau ada penyakit lain.
terjadinya hepatitis, misalnya adanya malnutrisi, in- Tetapi bila jelas ujituberkulin positi{, diberikan pe-
leksi parasit, infeksi virus kronik, dan predisposisi ngobatan dengan INH selama satu tahun atau INH
genetik. bersama rifampisin selama 6 bulan.
610 Farmakologi dan Terapi

Kegagalan pengobatan dapat terjadi karena positif atau kontak masih berlangsung, obat diberi-
mungkin paduan pengobatan tidak memadai, dosis kan selama 12 bulan..
tidak cukup, makan obat tidak teratur, masa peng- (2) lndividu yang telah terinfeksi tetapi tanpa
obatan kurang lama, adanya kuman yang resisten gejala klinik (uji Mantoux positif, tetapi gambaran
alau menjadi resisten, putus berobal (drop out), radiologik normal). Tujuan profilaksis di sini ialah
adanya kerusakan jaringan yang luas, dan mungkin mencegah timbulnya penyakit yang aktif (chemo-
juga karena organisasi pelayanan kesehatan yang prophylaxis of subclinical infection). Obat yang dibe-
tidak memadai sehingga obat atau lasilitas lainnya rikan isoniazid 300 mg sehari dengan piridoksin
tidak tersedia lepat pada waktunya, 15-50 mg/hari selama 12 bulan. Dosis isoniazid
untuk anak ialah 10 mg/kgBB (maksimum 300 mg)
PENGOBATAN ULANG. Pengobatan ulang dilaku-
sehari.
kan bila terjadi kegagalan dalam pengobatan atau
penyakit kambuh setelah pengobatan selama 6 Dewasa ini,American Thoracic Society, Ame-
atau 9 bulan alau drop out. Pengobatan dinyatakan
rican Lung Associaflon, dan Centers for Disease
gagal bila setelah 6 bulan pengobatan hasil uji BTA Control menganjurkan pemberian prolilaksis untuk:
(1 ) semua individu yang kontak dengan penderita
tetap positif. Pada penderita ini perlu dilakukan uji
tuberkulosis paru-paru aktif; (2) individu dengan uji
kepekaan. Sambil menunggu hasil uji kepekaan,
pengobatan dapat dilanjutkan dengan paduan Mantoux positif disertai kelainan gambaran radio-
terapi yang sama dengan menambahkan dua obat
logik paru-paru yang konsisten dengan penyakit
yang sebelumnya tidak pernah digunakan. Kepa- tuberkulosis sebelumnya, termasuk mereka de-
ngan riwayat tuberkulosis yang tidak mendapat
tuhan makan obat harus diyakini benar dengan
terapi memadai; (3) individu yang mengalami kon-
observasi langsung pada pemberian obat. Kegagal-
versi uji Mantoux menjadi positif dalam waktu dua
an pada pengobatan awal biasanya disertai adanya
tahun; (4) individu terinleksi dengan risiko tinggi
basil yang resisten.
misalnya karena mendapat kortikosteroid atau obat
Kambuhan setelah pengobatan yang berhasil
imunosupresif; (5) penderita penyakit tertentu de-
sering disebabkan oleh galur basil yang sama de-
ngan daya tahan menurun misalnya leukemia, pe-
ngan basil yang diisolasi selama pengobatan. Pe-
nyakit Hodgkin, diabetes, silikosis dan pasca-gas-
ngobatan ulang dalam kasus ini juga menambah-
trektomi. Selain itu prolilaksis harus diberikan pada
kan dua obat yang aktil terhadap basil tersebut. Bila
anak di bawah 6 tahun dengan reaksi Mantoux
basil resisten terhadap lNH, maka pemberian rifam-
positif dan dianjurkan pula untuk individu dengan
pisin bersama etambutol biasanya akan memadai.
reaksi Mantoux positif di bawah 35 tahun, kecuali
Ada penulis yang mengajukan penambahan pirazi-
wanita hamil.
namid, ada pula yang menganjurkan penggunaan
streptomisin 1 gram/hari (30 mg/kgBB per hari) se- TERAPI KORTIKOSTEROID PADA TUBERKU-
lama 6-8 minggu pertama sebelum mendapatkan LOSIS. Pada dasarnya tidak ada indikasi penggu-
hasil uji kepekaan. Karena resistensi terhadap naan kortikosteroid pada pengobatan rutin tuberku-
rilampisin relatif jarang, maka rifampisi:. rnerupakan losis. Kortikosteroid hanya diberikan pada penderita
salah satu obat yang harus diberikan. Bila terjadi yang sangat parah seperti meningitis dan perikar-
resistensi multipel, harus ditangani secara indivi- ditis tuberkulosis dengan syarat bahwa penderita
dual. sudah mendapat perlindungan cukup dengan tuber-
kulostatik; dan kemungkinan terjadinya elek sam-
PENGOBATAN PENCEGAHAN. Prolilaksis diberi-
ping steroid harus dinilai pada setiap individu.
kan kepada 2 jenis penderita ini.
Manlaat pemberian steroid ini hanya tampak
(1) lndividu dengan kontak positif, tetapi uji
pada bulan pertama sampai bulan ketiga berupa
Mantoux negatif. Tujuan profilaksis di sini ialah
perbaikan klinis yang cepat. Perbaikan yang diha-
mencegah infeksi (frue chemoprophylaxrs). Obat
rapkan ialah demam hilang, berat badan bertam-
yang diberikan isoniazid 300 mg/hari dengan piri-
bah, dan tubuh segar kembali. Setelah pemberian
doksin '15-50 mg/hari. Dosis isoniazid untuk anak kemoterapi selama 6-12 bulan, tidak ada perbeda-
ialah 10 mg/kgBB (maksimum 300 mg) sehari. Piri- an yang terlihat antara penderita yang menerima
doksin jarang diperlukan untuk anak kecil. Uji kulit dan tidak menerima kortikosteroid.
dilakukan lagi dalam 3 bulan. Bila negatil dan kon- Gambaran klinik dan radiologik penderita
tak telah lerhenti, pemberian obat dihentikan. Bila yang menerima steroid dapat cepat memburuk
Tu be rku lostati k da n Le prostati k

selama pengobatan dengan kortikosteroid, se- sejumlah kecilobat masih ditemukan sampai 35 hari
hingga kecurigaan akan timbulnya reaksi buruk itu setelah pemberian obat dihentikan.
harus selalu ada selama berlangsungnya pembe- Golongan sul{on tersebar luas ke seluruh
rian steroid. Bila diperlukan, dosis kortikosteroid jaringan dan cairan tubuh. Obat ini cenderung ter-
ialah dosis yang ekuivalen dengan 40 mg prednison tahan dalam kulit dan otot, tetapi lebih banyak
sehari yang diberikan paling lama 6 minggu, kemu- dalam hati dan ginjal. Obat terikat pada protein
dian diturunkan perlahan-lahan supaya tidak terjadi plasma sebanyak 50-70o/o, dan mengalami daur
fenomen rebound akibat pemberian steroid dosis enterohepatik. Daur ini yang menyebabkan obat
tinggi. masih ditemukan dalam darah lama setelah pembe-
riannya dihentikan. Sulfon mengalami metabolisme
dalam hati dan kecepatan asetilasinya ditentukan
oleh laktor genetik.
2. LEPROSTATIK
Ekskresi melalui urin berbeda jumlahnya bagi
setiap sediaan sulfon. Dapson dosis tunggal dieks-
Penyakit lepra di lndonesia cukup banyak dan kresi sebanyak 70-80 % terutama dalam bentuk
memerlukan perhatian yang serius. Dalam bab ini metabolitnya. Probenesid dapat menghambat eks-
akan dibahas antilepra golongan sullon, rilampisin, kresi dapson dan metabolitnya.
klofazimin, amitiozon dan obat-obat lain, serta
masalah pengobatan lepra. EFEK NONTERAPI. Efek samping sediaan sullon
yang paling sering terlihat ialah hemolisis yang ber-
hubungan erat dengan besarnya dosis. Hemolisis
2.1. SULFON dapat terjadi pada hampir setiap penderita yang
menerima 200-300 mg dapson sehari. Dosis 100
Golongan sulfon merupakan derivat 4.4' dia- mg pada orang normal atau dosis kurang dari 50 mg
mino difenil sulfon (DDS, dapson) yang memiliki pada orang yang menderita kekurangan enzim
sifat farmakologiyang sama. Banyak senyawa yang GoPD tidak menimbulkan hemolisis. Methemoglobi-
telah dikembangkan, tetapi secara klinis hanya dap- nemia sering pula terlihat, kadang-kadang disertai
son dan sullokson yang bermanfaat. pembentukan Heinz body.
Walaupun sullon menyebabkan hemolisis,
AKTIVITAS lN VITRO DAN lN VIVO. Aktivitas sul- anemia hemolisis jarang terjadi kecuali bila pasien
lon terhadap basil lepra secara in vitro tidak dapat juga menderita kelainan eritrosit atau sumsum
diukur mengingat basil ini belum dapat dibiakkan tulang. Tanda hipoksia akan tampak bila hemolisis
dalam media buatan. Terhadap basil tuberkulosis sudah demikian berat.
obat ini bersilat bakteriostatik; dapson dapat meng- Anoreksia, mual dan muntah dapat terjadi
hambat pertumbuhan basil pada kadar 10 pg/ml. pada pemberian sullon, Gejala lain yang pernah
Penelitian pada hewan coba menunjukkan bahwa dilaporkan ialah sakit kepala, gugup, sukar tidur,
sulfon bersilat bakteriostatik dengan KHM sebesar penglihatan kabur, parestesia, neuropatiperiler
0,02 pg/ml. Resistensi dapat terjadi selama peng- yang mampu pulih, demam, hematuria, pruritus,
obatan berlangsung. psikosis, dan berbagai benluk kelainan kulit. Gejala
Mekanisme kerja sulfon sama dengan sul- mirip mononukleosis inleksiosa yang berakibat latal
lonamid. Kedua golongan obat ini mempunyai spek- pernah pula dilaporkan.
trum antibakteri yang sama, dan dapat dihambat Sullon dapat pula menimbulkan reaksi lepro-
aktivitasnya oleh PABA secara bersaing. maiosis yang analog dengan reaksi Jarisch-Herx-
heimer. Sindrom yang disebut nsindrom sullon' ini
FARMAKOKINETIK. Dapson diserap lambat disa-
dapat timbul 5-6 minggu setelah awal terapi pada
luran cerna, tetapi hampir sempurna. Sullokson di-
penderita yang bergizi buruk. Gejalanya dapat be-
serap kurang sempurna sehingga banyak terbuang
rupa demam, malaise, dermatitis eksfolialif, ikterus
bersama leses. Kadar puncak tercapai setelah 1-3
jam, yaitu 10-15 pg/ml setelah pemberian dosis yang disertai nekrosis hati, limfadenopati, methe-
yang dianjurkan. Kadar puncak cepat turun, tetapi moglobinemia, dan anemia.
masih dijumpai dalam jumlah cukup setelah 8 jam. SEDIAAN DAN POSOLOGI. Sullon dapat diguna-
Waktu paruh eliminasi berkisar antara 10-50 jam kan dengan aman selama beberapa tahun bila pem-
dengan rata-rata 28 jam. Pada dosis berulang, berian dilakukan dengan seksama. Pengobatan
612 Farmakologi dan Terapi

harus dimulai dengan dosis kecil, kemudian dinaik- yang menggunakan rilampisin dosis 300 mg/hari
kan perlahan- lahan dengan pengawasan klinik dan atau untuk penggunaan intermiten dengan dosis
laboratorium secara teratur. Fleaksi lepromatosis 600 mg sampai 1500 mg.
berupa sihdrom sulfon dapat demikian parah dan
memerlukan penghentian terapi.
Dapson diberikan dalam bentuk tablet 25 dan 2.3. KLOFAZIMIN
100 mg secara oral. Pengobatan dimulai dengan
dosis 25 mg. Dalam 2 minggu pertama dosis ini Klofazimin merupakan turunan fenazin yang
diberikan sekali dalam seminggu; kemudian setiap efektil terhadap basil lepra. Kedudukan obat ini
2 minggu frekuensi pemberian ditambahkan satu sekarang ialah sebagai pengganti dalam kombinasi
kali sampai tercapai pemberian 5 kali seminggu. dengan rilampisin bila basil lepra sudah resisten
Setelah itu dosis dinaikkan menjadi 50 mg, yang terhadap dapson.
diberikan 3 kali seminggu selama bulan pertama, Obat ini tidak saja efektif untuk lepra jenis
kemudian 4 kali seminggu selama bulan kedua, dan lepromatosis, tetapi juga memiliki elek antiradang
5 kali seminggu dalam bulan ketiga. Selanjutnya sehingga dapat mencegah timbulnya eritema nodo-
dosis dinaikkan menjadi 100 mg yang diberikan 3 sum. Akhir-akhir ini banyak buktiyang menunjukkan
kali seminggu selama 1 bulan dan akhirnya dinaik- bahwa klofazimin dapat menekan eksaserbasi
Xan 4 kati seminggu untuk waktu yang tidak ter- lepromatosis.
batas. Pemberian dapson 100 mg dua kali se- Pada pemberian oral, obat ini diserap dan
minggu mungkin cukup efektil untuk pengobatan ditimbun dalam jaringan tubuh. Keadaan ini me-
jangka lama,. rnungkinkan pemberian obat secara berkala de-
Natriuni sulfokson diberikan pada pasien yang ngan jarak waktu antar dosis 2 minggu atau lebih.
mengalami gangguan saluran cerna akibat dapson. Elek bakterisid klofazimin baru terlihat setelah 50
Natrium sulfokson terdapat dalam bentuk tablet ber- hari terapi. Dosis klofazimin untuk segala bentuk
salut gula 165 mg. Dosis awal ialah 330 mg diberi- lepra ialah 'l 00 mg sehari. Untuk mengendalikan
kan 2 kali seminggu selama 2 minggu pertama, reaksi lepromatosis mungkin diperlukan dosis sam-
kemudian pemberian ditingkatkan menjadi 4 kali pai 3 kali 100 mg sehari, yang harus segera diku-
seminggu untuk 2 minggu berikutnya. Akhirnya lre- rangi bila timbul keluhan saluran cerna. Kulit dapat
kuensi pemberian dinaikkan lagi menjadi 6 kali se- mengalami pigmentasi merah dan hitam yang
minggu. Dosis maksimum per hari ialah 660 mg. mengganggu bagi penderita beri<ulit putih, Klofa-
zimin tersedia sebagai kapsul 100 mg.

2.2. RIFAMPISIN
2.4. AMtTtOZON
Farmakologi obat ini telah ditinjau sebagai an-
tituberkulosis. Pada hewan coba, antibiotik ini cepat Obat turunan tiosemikarbazon ini lebih elektif
terhadap lepra jenis tuberkuloid dibandingkan ter-
mengadakan sterilisasi kaki mencit yang diinfeksi
hadap jenis lepromatosis. Resistensi dapat terjadi
dengan M. leprae dan tampaknya mempunyai elek
selama pengobatan sehingga pada tahun kedua
bakterisid. Walaupun obat ini mampu menembus
pengobatan perbaikan melambat dan pada tahun
sel dan saraf, dalam pengobatan yang berlangsung
ketiga penyakit mungkin kambuh. Karena itu amitio-
lama masih saja ditemukan kuman hidup, Beberapa
zon dianjurkan penggunaannya bila dapson tidak
pasien yang makan obat ini selama 10 tahun tidak
dapat diterima penderita.
timbul masalah, tetapi resistensi timbul dalamwaktu
Elek samping yang paling sering terjadi ialah
3-4 tahun. Atas dasar inilah penggunaan rifampisin
anoreksia, mual, dan muntah. Anemia karena de-
pada penyakit lepra hanya dianjurkan dalam kom- presi sumsum tulang terlihat pada sebagian besar
binasi dengan obat lain. Kini di beberapa negara pasien. Leukopenia dan agranulositosis dapat ter-
sedang dicoba penggunaan rifampisin bersama jadi, tetapi yang berat keadaannya terdapat pada
dapson unluk M. leprae yang sensitif terhadap 0,5% pasien. Anemia hemolitik akut dapat terjadi
dapson, serta kombinasi rifampisin dengan klofa- dengan dosis tinggi. Ruam kulit dan albuminuria
zimin atau etionamid untuk M. leprae yang resisten tidak jarang pula terlihat. Kejadian ikterus cukup
lerhadap dapson. Dosisnya untuk semua lenis lepra tinggi dan gejala ini menandakan obat bersifat
adalah 600 mg/hari. Kinijuga sedang diteliti paduan hepatotoksik tetapi sifatnya reversibel.
Tu be rku lostati k d an Le prostati k

Amitiozon mudah diserap melalui saluran ngan paduan terapi jangka pendek. Di masa lalu
cerna dan ekskresinya melalui urin. Dosis permula- pengobatan lepra biasanya dengan obat tunggal,
an ialah 50 mg setiap hari selama 1-2 minggu, kini banyak diusahakan pengobatan minimal deng-
kemudian dosis dapat dinaikkan periahan-lahan an dua obat, dan rifampisin juga merupakan kom-
sampai mencapai 200 mg. Obat ini sama efektil baik ponen yang penting. Untuk mengerti pengobatan
pada pemberian dosis tunggal maupun dosis ter- lepra, perlu dipahami bentuk klinik penyakit terse-
bagi. but. Dikenal dua macam pembagian penyakit lepra
menurut bentuk kliniknYa.

2.5. OBAT-OBAT LAIN KLASIFIKASI. Madrid membagi penyakit ini men-


jadi 4 tipe yaitu tipe ndeterminate, tuberkuloid, bor-
Tiambutosin digunakan untuk penderita yang derline, dan lepromatosa, sedangkan Ridley dan
tidak tahan terhadap efek samping dapson. Obat ini Jopling membaginya menjadi 6 tipe yaitu lipe inde'
tidak seelektil dapson. Flesistensi cenderung timbul brminate (tipe l), tuberkuloid (tipe TT), borderline
setelah penggunaan obat sekitar 2 tahun. tubercutoid (tipe BT), borderline alau midborderline
Talidomid yang dalam sejarah menimbulkan (tipe BB), borderline lepromatosa (tipe BL), dan
kelainan teratogenik berupa lokomelia telah dicoba lepromatosa (tipe LL). Lepra tipe rndeterminate me-
dan tampaknya efektif untuk mengobati eritema rupakan bentuk permulaan penyakit lepra yang
nodosum leprosum. Dosis 100-300 mg per hari memperlihatkan bermacam bentuk makula hipopig-
sudah elektif tetapi efek teratogenik membatasi mentasi. Sekitar 75% lesi ini sembuh spontan, yang
penggunaannya' lain mungkin menetap sebagai lipe indeterminate
atau berkembang menjadi bentuk-bentuk tuberku'
LEpRA loid, brderline untuk seterusnya menjadi bentuk
2.6. pENGOBATAN
lepromatosa. Tanda klinik bentuk tuberkuloid sam'
Pengobatanleprajugamengalami perubahan pai bentuk lepromatosa dapat dilihat pada tabel
setelah suksesnya pengobatan tuberkulosis de- 41-2'

TAbEI4l-2. KLASIFIKASI PENYAKIT LEPRA MENURUT RIDLEY DAN JOPLING

Tanda{anda

Jumlah lesi kulit biasanya tunggaU beberapa sangat banyak


tunggal sedikit banyak
Besar lesi beragam beragam beragam kecil
Permukaan lesi sangat kering mengkilap mengkilap
kering/
bersisik
Pertumbuhan rambut tak ada berkurang agak ber- tak terpengaruh
pada lesi kurang
Daya rasa pada lesi hilang menurun menurun tidak hilang
sama se- jelas ringan
kali
BTA dari apus nol noUjarang beberapa sangat banyak
jaringan kulit banyak
BTA dari korekan nol nol noUiarang sangat banyak
hidung
Tes lepromin +++ +/++ negatif negatit

Keterangan : TT - lpra tipe tubrkuloid BT - bordorlin tuberculoid


BB-BL-mU borderline-borderline lepromatous
LL - lepra lPromatosa
614
Farmakologi dan Terapi

Untuk kepentingan pengobatan penyakit


.
dibagi menjadi dua ketomiot lepra Terapi.obat tunggal. Di daerah-daerah
OerOasjrXan aOa yang belum
terjangkau terapi obat kombinasi
tidaknya BTA dalam pemeriksaan
bakteriologis teJapi obat tunggal. Untuk tipe pB
,"rin JiLxrl"n
yaitu bentuk pausibasitei (tipe pB) diberikan DDS
oan u"niJr, mrrti 100 mg/hari yang lamanya paling
basiler'(Hg) sedikit 2_3 tahun,
sedang untuk MB lama pengol"t"n
. Yang tergolong bentuk BB ialah semua
tipe
tio"r oit"n-
pada pemeriksaan laboratorium tiOaX tukan. Kini pengobatan Oengan
obat tunooal tidak
Jitemutan dianjurkan tagi. Oteh kareni ilu bita
BTA yang termasuk datam ketomp"L J"jln V"ng
ildet7ryiate irii"Lrl ,,p" sedqng dalam terapi obat tunggal
dan ripe ruberk urcia.'
tipe ini ditemukan BTA positif, maf<aftJ"ini
itiiiili" p"ou peroleh kesempatan untuk
t
"rrJi"n
mendapatkan
,"r_
oiut f,orn_
golong dalam bentuk muliibasiler -'- ' ter_ binasi, maka pengobatan dimulai
tagi s;ol;oetum
(L4B) pernah mendapat pengobatan.
Bentuk multibasiler (MB) secara garis
besar
ialal semua tipe yang pada pemerikr"u"n REAKSI LEpRA. Beaksilepra adalah
i"Oorrto_ kejadian atau
rium BTA-nya positif. Tipe borderti"-d".-f"p_- episode dalam perjalanan penyakit
tepra yang me_
matosa termasuk bentuk multibasiler rupakan manifestasi real<si imun'
*"tuupun ltekeOalany
BTA negatif. seluler maupun humoral. Reaksi
ini Oapat ieriaOi
sebelum, selama, atau sesudah pengobatan. yang
PEMILIHAN OBAT. Dapson atau
DDS merupakan sering terjadi ialah dalam pengoba-tan,
obat terpilih untuk semua tipe penyakit Oi"r"ny"
f"pr"l OO"t antara 6 bulan _ 1 tahun pertama.
in i d g.unakan baik pada terapi ROa Oua ienis
i

kombinasi.. Bita terjadi resistensi


oOat iu n;;;i;;rpm reaksi lepra:
t"iijJ"p''oOS, ) Reaksi tipe I atau tipe reaksireversa/ yang
atau reaksialergi, baru digunakan
zimin yang beberapa tahun lalu
oo"tl"il Xror"-
.(1
terjadi pada tipe tuberkuloid biasanya
dalarn O Urt"n
h"ny" JiS"""X"n pertama masa pengobatan. Gejala
untuk menggantikan DDS, kini yang menonjol
oigrn;X"n i"r""rn" iatah neuritis sampai hitangnya se"i"iii,olor,
DDS untuk xrrit
.lepra tipe multibasillr Oan rifampistn menjadi kemerahan dan berluka, serta
komponen penting oaram terapi uJem Oi
ffi?tll
otnasi baik pada lepra tipe pausibasiler rom_ muka, tangan, dan kaki. Reaksi tipe
Ini rn"irp"f,"n
maupun reaksi hipersensitivitas tipe lambat y"ng
multibasiler. Selain itu pada reaksi
f"pr" irg"-Olgr- t"firOr_
ngan dengan meningkatny" ,""pon.
nakan kortikosteroid untuk elek imrln seiuter.
anti'iniiam?inya, reaksiyang ringan diberikan
juga digunakan ktorokuin
unruk efek , ,. _P."93
Kail I tablet selama 3_5 hari sementarattorot<uin
g

ly1 Talidomid dlgunakan untuk reaksi ".iiJ"i[i*i tetap diteruskan kalau perlu dapat OiOeri
antilepra
lgd.o:rr teprosum, untuk reaksi ,"u;;;;i oL'", "iit"r"
,ni dan sedatif. pada reaksi yang berat p"ri,
anaigesif
tidak bermantaat. Jiil'rk"n
kortikosteroid.
REGIMEN PENGOBATAN. pengobatan ) Reaksi tipe llatau eritema nodosum lepro_
lepra di su1
lndonesia ada dua cara yaitu
t"r"ii t o*oin"!i o"n lef l).biasanya
reaksi tipe
timbut tebih lambat J"ripuO"
terapi obat tunggat. Teiapi obat l. Gejala dan tandanya ialah timbutnya
kornin"J-V"ng benjot-benjol kecit kemerahan Oi f<uiit
dianjurkan di lndonesia sesuai
saja), sering disertai neuritis, orchitis, lJi
dengan V".l 1,"._ rn"nu
jurkan oleh WHO. irijosif,fitis,
Paduan obat untuk kelompok pausibasiler artritis, proteinuria, dan limfadenopati,
adalah DDS 100 mg/hari selama Pengobatan reaksi tipe ll sama dengan
O-S Outan Oan tipe I
rifampisin 600 mg sebulan seXati hanya klorokuin diberikan 1 minggu. paja
untut i lutan. yang berat diberikan kortikosteroiiian
reaf<si
Penggunaan DDS diserahkan dosis k-tota-
r,"p"Ju plri"n, zimin dinaikkan menjadi 3 x 100 mglh"ri-s;;a
tetapi.untuk menjamin kepatuhan, f
pemOerian rliam_ minggu. Bila reaksi berkurang dosisllofazimin
qjsil na11s Oi bawah pengawasan dokter, paduan Oitu:
runkan menjadi 2 kali 100 mg/hari
obat unruk ketompok muttibasiter selanjutnya diturunkan 100 mg/hari
,"f"r" S ringgu,
aO"r"n OOJiOO ,"rp"i ,"""fri
mg/hari, rifampisin 600 mg sebulan hilang. Kemudian dosis dikeri6"r*"n
sekatl ktota_
zimin 50 mg/hari, dan kloiazimin go0-;g'r;ii"p mg/hari.
so ;!nj"ji
bulan. Rifampisin dan ktofazimin B.eberapa pusat
sebulan sekali juga harus diawasi
y"ng oiOJ:'"n , pemberantasan penvakit
periUeriannya. ftJ:j:lt],iilegeri se.perti Amerixa serir<ai ;;;;;r_
i:fifiT:atan parins sedikit 2
oarx sampai hasil pemeriksaan
t;;; l;;;;;;"s naKan tatictomid untuk mengobati
yang berat dengan dosis awal
reaksi lepra tiie ll
BTA negatif. 400 mg, f,"rnuiiun
dilanjutkan dengan dosis rumat t
00 md/hari.
Tubku lostati k dan Le p rostati k 615

PENILAIAN HASIL PENGOBATAN. Kemajuan pe- lama masa kontrol itu terjadi kambuh, maka peng-
ngobatan dinilai dengan melihat perbaikan gejala obatan dimulai lagi dari permulaan.
dan tanda klinik maupun laboratorium, serta kete- Pasien kelompok multibasiler yang telah men-
kunan berobat. Setelah memenuhi kriteria sembuh, jalani pengobatan selama 24-36 bulan dengan
pasien diberi surat pernyataan sembuh oleh petu- tekun dan memenuhi kriteria sembuh klinik dan
gas kusta setempat. laboratoris dinyatakan "telah selesai menjalani
Pasien kelompok pausibasiler yang telah pengobatan" (release from treatment/RFT). Selan-
menjalani pengobatan selama 6-9 bulan dan me- jutnya mereka masuk dalam masa pengawasan
menuhi kriteria sembuh klinik dan laboratoris dinya- sedikitnya selama 5 tahun. Minimal setahun sekali
takan selesai menjalani pengobatan (release from mereka harus diperiksa secara klinik dan laboratoris
treatment/RFl). Tetapi mereka masih harus dia- untuk melihat perkembangan penyakitnya. Bila se-
wasi dan diperiksa terus secara klinik dan labora- lama lima tahun itu tidak terjadi perkembangan
menuju kambuh, maka mereka dinyatakan bebas
toris sedikitnya setahun sekali selama 2-3 tahun.
dari kontrol (release from control). Tetapi bila dalam
Bila selama itu tidak terjadi perubahan klinik yang
masa pengawasan itu terjadi perkembangan me-
menuju kambuh, maka mereka dinyatakan bebas
nuju kambuh, maka pengobatan dimulai lagi mulai
dari kontrol atau release from control/RFC. Bila se- dari permulaan.
616
Farmakologi dan Terapi

42. ANTI.VIRUS DAN INTERFERON

P. Freddy Witmana

t. Pendahuluan
2. Pembahasan obat antivirus lnterferon
2.1. Arnantadin
Pemilihan obat pada inteksi virus
2.2. Asiklovir tertentu.
2.3. Gansiklovir 4.1. lnfeksi HIV atau AIDS
2.4. Ribavirin 4.2. lnfeksi virus Herpes
2.5. Zidovudin 4.3. lnfeksi virus Varicella-Zoster (VZV)
2,6. ldoksuridin 4.4, lnfeksi Cytomegalovirus (CMV)
2.7. lnosipleks (Metisoprinol) 4.5. lnfeksi Epstein-Barr Virus
4.6. Hepatitis
lf AV;

1. PENDAHULUAN sel hospes juga dihambat. Toksisitas


misalnva su-
presi sumsum tulang telah menghalangi
obatdiatas
Pengembangan obat anti-virus baik d.igunakan secara parenteral kecuali
..
profilaksis
sebagai vidarabin.
ataupun terapi belum ,"n"upui n"rit Hanya idoksuridin dan vidarabin yu"g
perti apa yang diinginkan oleh ,"_ lu"iinirurin
umat manusi". A"r- dapat digunakan secara topikal sebaiai
beda dengan anti_mikroba lainnya, obat pilihan
dapat menghambat atau membunuh V""g fedu.a.!an ketiga pada herpes
""ii",r"i
virus luga junctivitis. "irpi.rirri{o
Obat antivirus generasi "or_
baru pada umum_
akan dapat merusak sel hospes nya bekerja lebih selektif terutama
Oimanu'uliu, ltu asiXfovrisening-
karena replikasivirus nrun marprn ga toksisitasnya lebih rendah.
f:11]",
oenangsung di dalam sel hospes
Or,rn
Sejak tahun 1957, telah diketahui bahwa
dan membutuh- inter_
kan enzim dan bahan tain dari no"p"r. feron dapat menghambat replikasi
;;;i;;g""
bagi penelitian ialah bagaimana rnrn"mrkunluut,
virrr. Su"uru
alamiah interferon dihasilkan oleh sel
obat yang dapat menghambat secara
,"nrriu O"n
,p"rifk,"f"n mamalia yang terinfeksi virus atau
distimulasi oleh
satu.proses replikasi virus seperti,lf"tui"O,-ga zat alamiah atau sintetik lainnya. Berkat
kemajuan
An atis is oior ifrEwi?# pro- teknologi rekayasa rekombinan OwR
i=g+su*r*asr.
ses stntesis virus telah membuka rang interferon mulai mendapat perhatian
mafa seta_
tabir bagi
terapi untuk
yang efektif untuk beberapa infeksi pemanfaatan di dalam klinik.
seperti : virus
herpes, beberapa virus saluran nupu.
tun f,r."n
i m unodefic ie ncy vi ru s (HIV).
Dengan mencuatnya masalah penyakit
ac_ 2. PEMBAHASAN OBAT ANTIVIRUS
quired-immuno-deficiency_syndrome
(AIDS) mau_
pun virus lainnya, maka
kegiatan p"n"titiun m"n"u--ri
obat antivirat tetah mendaput orrrng;;1""s-i"otn
utk \o{\'\{
t-u1
!a1i
berbagai pihak baik sw"rt" ;;;;;;
;;;"
2.1. AMANTADTN v
rintah, terutama di negara yang
maju. Obat ini larut dalam air dan merupakan
Sejumlah obat antivirus yang Oit<emOangkan amin-
trisiklik. Amantadin diduga bekerja
deliade 50 dan 60 saat ini meriilfi p"r",ii"urun di ii"rghrrU"t
terbatas. Obat ini adatah idoksuridin, I1^t-"
yjr"g dari proses perakitan virus inttrienza n,
tetapi mekanisme secara rinci tidak
sitarabin. Obat ini bersilat Oifetanui.-pro_
tiOat< "iJ"r"Oiri"rr
seteftit-;;Lrn ses pelekatan virus kepada sel hospes,
menghanibat replikasi virus sehingga penetrasi,
Oanyaf tungsi aktivitas RNA-dependent RNA potimeras!,
s"r'u"-
Ah.(i bac{er, *7 ffr$ e'i:ypr{.4;'ltqFrr";p{ nicrn,.r}rh
,, ii{i}1 --..'-*-----> tl ,r '1
Anti-virus dan lnbrteron 617

nya tidak dihambat oleh amantadin. luga diinkorporasi ke dalam DNA virus yang sedang
Absorbsi obat ini dari saluran cerna berlang- qemanjang yang mengakibatkan terminasi biosin-
sung secara baik. Pada manusia amantadin tidak tesis rantai DNA-virus. Besistensi alamiah terhadap
dimetabolisme dan diekskresi melalui urin dalam beberapa strain dari virus herpes simpleks dan
bentuk tak diubah. Waktu paruh eliminasi sekitar 16 varisela-zoster jarang, tetapi dapat timbul bila strain
jam dan bertambah lama pada usia lanjut dan pa- itu merupakan mutan defisien timidin kinase. Virus
sien dengan gangguan lungsi ginjal. herpes lainnya yakni CMV (cytomegalovirus) dan
Elek samping amantadin berupa gangguan EBV (Epstein-Barrvirus) tidak membutuhkan enzim
SSP seperti bingung, gelisah, halusinasi, kejang timidin kinase untuk replikasi, dengan demikian
dan bahkan koma. Efek samping dapat dikurangi hambatan oleh asiklovir hanya terbatas. Replikasi
dengan memberikan obat ini dalam dosis terbagi EBV dihambat sebagian karena DNA-polimerase
yailu 2 kali 100 mg per hari, yang dianjurkan yakni EBV sangat sensitil terhadap asiklo-GTP.
1 kali 200 mg per hari pada orang dewasa. Untuk FARMAKOKINETIK asiklovir bersilat konsisten
pasien usia di atas 65 tahun, dosis maksimal 100
mengikuti model dua- kompartemen; volume distri-
mg per hari.
busi taraf mantap kira-kira sama dengan volume
Penggunaan amantadin pada influenza A :
cairan tubuh. Kadar plasma taral mantap setelah
Pada pasien yang jelas menunjukkan gejala inlluen-
dosis oral ialah 0,5 ug/ml setelah dosis 200 mg dan
za A akut, dosisnya 200 mg/hari selama 5 hari. Pada
1,3 ug/ml setelah dosis 600 mg. Pada pasien de-
situasi epidemi influenza A, pasien dengan risiko ngan fungsi ginjal yang normal, waktu paruh elimi-
tinggi untuk komplikasi akibat inlluenza, diberikan nasi kira-kira 2112 jam pada orang dewasa dan 4
prolilaksis selama epidemi. Tetapi prolilaksis ter- jam pada neonatus serta 20 jam pada pasien anu-
baik terhadap virus inlluenza A ialah dengan vak- ria. Kadar obat juga dapat diukur di saliva, cairan
sinasi virus influenza A.
lesi dan sekret vagina. Kadar di cairan serebrospi-
Rimantadin merupakan derivat baru dari nal mencapai setengah kadar plasma. Di ASI kadar-
amantadin yang mengalami biotranslormasi eks- nya lebih tinggi. Lebih dari 80 % dosis obat dieli-
tensif, sehingga ekskresi melalui ginjal dalam ben- minasi melalui filtrasi glomerulus ginjal dan sebagi-
tuk tak diubah hanya kurang dari 15 %' Elek an kecil melalui sekresi tubuli. Hanya sekitar 15 %
samping terhadap SSP lebih ringan dari amantadin. dosis obat yang diberlkan dapat ditemukan kembali
di urin sebagai metabolil inaktif.
EFEK SAMPING. Beberapa pasien melaporkan
mual, muntah dan pusing, tetapi efek samping ini
2.2. ASIKLOVIR jarang sampai memerlukan penghentian pengobat-
U1F rri{tl5 tletgt.l an. Asiklovir dapat mengendap di tubuli renal bila
Asiklovir [9-(2-hidroksietoksimetilguanin)] me- dosis yang diberikan sangat berlebihan atau pada
rupakan obat sintetik jenis analog nukleosida purin. pasien dehidrasi. Keadaan ini dapat menyebabkan
Sifat antivirus asiklovir lerbatas pada kelompok penurunan bersihan kreatinin. Pada pasien dengan
virus herpes. bersihan oinial vano kurano. dapat timbul efek sam-
ping berik-ut i"i 8fiS?it"blfii6sertai letargi, tremor,
MEKANISME KERJA. Asiklovir "diambil" secara '
halusinasi, kejang dan lgqa*Pemberian topikal
se e ktil ol eh sel y an g lglhlckslvirus-hefpes. U ntu k
I
dapat menimbulkan iritasi atau perasaan terbakar
mengaktilkan asiklovir, obat ini harus diubah dahulu bila dioleskan pada lesi genital. Yang terakhir ini
ke bentuk monofos{at oleh timidin kinase milik virus mungkin disebabkan bahan dasar sediaan topikal.
tersebut. Alinitas asiklovir terhadap timidin kinase
asal virus herpes ini 200 x lebih besar dari yang asal
lNDlKASl. Asiklovir elektil terhadap inleksi virus
sel manusia alau mamalia. Setelah lerbentuk asi-
herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan 2, termasuk her-
klovir-monofosfat (asiklo-G MP), loslorilasi berikut-
pes mukokutaneus jenis kronis dan rekuren pada
nyq dilakukan dengan enzim dari sel hospes men-
jadi asiklo-GDP dan terakhir asiklo-GTP. Bentuk pasien yang terganggu lungsi imunologiknya (lrn-
m u nocom prom ised), ju ga d iindikasikan untu k HSV
akhir inilah yang secara selektil menghambat DNA-
polimerase virus dengan berkompetisi terhadap ensefalitis, neonatus dan VZV (virus varicella-zos-
dqsoksiguanosin-trifoslat. Selain itu asiklo-GTP ter). Asiklovir topikal dapat mempersingkat lamanya
Farmakologi dan Terapi

herpes genital primer tetapi tidak efektif untuk men- diberikan obat ini. Selain ini dapailimbul trombosito-
cegah rekurensinya. penia, anemia, gejala gangguan gastrointestinal,
Asiklovir tidak efektif untuk infeksi CMV. pem- bercak merah di kulit, gangguan fungsi hepar dan
berian selama kehamilan tidak dianjurkan. sindrom neurologik termasuk kejang, halusinasi
dan perubahan mental. Neutropenia di atas blasa
SEDIAAN DAN DOS|S. Untuk infeksi HSV, terapi terjadi pada minggu ke-2 terapi dan kebanyakan
awal 5 kali sehari 200 mg selama 10 hari (5 hari bersifat reversibel.
untuk rekurensi). Untuk menahan rekurensi herpes
genital diberikan dosis 200 mg, 3 kali sehari sampai lNDlKASl. Karena toksisitas yang tinggi, gansiklovir
6 bulan. Untuk herpes genital, salep asiklovir 5 % hanya diindikasikan untuk kasus infeksi oleh CMV
diberikan setiap 3 jam, 6 kali sehari selama 7 hari. yang mengancam jiwa atau penglihatan pasien.
Dalam bentuk prodrug 6-deoxyacyclovir, obat Biasanya hal ini terdapat pada pasien penerima
ini diubah in vivo oleh xantin-oksidase dan mem- transplantasi organ atau sumsum tulang dan pasien
berikan kadar plasma yang lebih tinggi; mungkin AIDS akibat HlV. lndikasi gansiklovir saat ini hanya
lebih efektif pada terapi oral inleksi VZV. retinitis karena CMV.

SEDIAAN DAN DOSIS. Sediaan intravena infus


untuk indikasi retinitis karena CMV : fase induksi 5
2.3. GANSIKLOVIR
mg/kg BB selama 1 jam, dilaksanakan setiap 12 jam
Gansiklovir (9-(1,3 dihidroksi-2 propoksi-metil untuk 14-21 hari. Terapi supresi : 5 mg/kg BB, sekali
guanin), analog nukleosida asiklik dari guanin ini sehari, selama 1 jam atau 6 mg/kg BB untuk setiap
disintesis pada waktu mencari obat antivirus yang 5 hari dari 7 hari.
efektif terhadap CMV.
Seperti asiklovir, fosforilasi pertama dilakukan
dengan timidin- kinase virus HSV-1 dan HSV-2 di 2.4. RIBAVIRIN
sel hospes yang terinleksi virus. Senyawa trifosfat
yang terbentuk dengan enzim sel hospes, akan Suatu analog dari nukleosida purin yang in
mengganggu replikasi virus karena masuk ke DNA vitro menghambat berbagai macam virus RNA dan
virus, menghentikan replikasinya (secara in vitro DNA.
replikasi VSV juga terhambat, mungkin dengan me- MEKANISME KERJA. Ribavirin difosforitasi di da-
kanisme diatas). Juga terlihat elek antivirus terha- lam sel oleh enzim sel hospes menjadi bentuk tri-
dap virus EBV dan CMV walaupun kedua virus ini fosfat. Ribavirin menghambat virus saluran napas
tidak mempunyai timidin kinase, Mekanismenya tak seperti virus influenza A dan B.
jelas, diduga fosforilasi pertama terjadi melalui
enzim deoksiguanosin kinase milik virus atau sel Ribavirin dengan adenosin-kinase menjadi
hospes. Bentuk triloslat didapatkan dalam kadar ribavirin-S-monofosfat (RMP) yang merupakan pe-
jauh lebih tinggi pada selyang terinfeksi CMV atau nghambat kuat terhadap inosin-monofosfat-
EBV daripada sel yang tidak terinfeksi. dehidrogenase. lni secara berantai akhirnya meng-
hambat biosintesis dari nukleosida guanin. Se-men-
FARMAKOKINETIK. Bioavailabilitas oral sangat tara itu ribavirin-5'- trifoslat (RTP) menghambat
rendah sehingga gansiklovir diberikan melalui infus polymerase-RNA dari virus dengan jalan kompetisi
intravena. Obat ini tersebar luas keberbagai jaring- terhadap ATP dan GTP, untuk reseptor substrat
an termasuk otak. Kadar di plasma mencapai diatas enzim. Selain ini, RTP juga menghambat enzim
kadar hambat minimum (KHM) untuk isolat CMV virus yang GTP-dependent yang sebenarnya dibu-
yakni 0,02-3,0 ug/ml. Waktu paruh berkisar antara tuhkan untuk capping dari rnessenger-fiNA milik
3-4 jam tetapimenjadisekitar 30 jam pada penderita virus. Jadi ribavirin mempunyai titik kerja yang mul-
gagal ginjal yang hebat. Penelitian pada hewan tipel. Mungkin karena ini, resistensi terhadap riba-
memperlihatkan bahwa gansiklovir diekskresi me- virin belum dijumpai baik secara klinis maupun eks-
lalui ginjal dalam bentuk utuh. perimental.

EFEK SAMPING. Yang tersering dilaporkan adalah FARMAKOKINETIK. Bioavailabilitas oral sekitar 45
supresi sumsum tulang.^Dapat terjadi neutropenia o/0.
Kadar puncak di plasma dicapai 1-2 jam kemu-
dengan- < 1000 sel/mmo pada 40 % pasien yang dian. Kadar plasma yang tinggi harus dicapai de-
Anti-virus dan lnbrteron 619

ngan pemberian intravena. Ribavirin trifosfat diaku- EFEK SAMPING. Granulositopenia dan anemia da-
mulasi di eritrosit dengan waktu paruh disini sekitar pat terjadi sampai pada 45 % jumlah penderita yang
40 hari. Ribavirin dapat diberikan secara aerosol. diobati dan biasanya timbul setelah 2-6 minggu
pengobatan. Oleh karena itu, semua pasien yang
EFqK SAMPING. Dapat terjadi anemia karena he-
menerima zidovudin harus diperiksa darah lengkapr
molysis ekstravaskuler dan supresi sumsum tulang.
Ribavirin bersifat teratogenik dan mutagenik pada
setiap 1-2 minggu. Sekitar 30 % penderita mem-
butuhkan translusi darah untuk mengatasi anemia.
hewan percobaan yang kecil. Pemberian jangka
Elek samping lain diantaranya nyeri kepala, mual,
lama menimbulkan gangguan gejala susunan saral
pusat dan saluran cerna. insomnia dan mialgia.

lNDlKASl. Untuk infeksi dengan demam-Lassa lNDlKASl. Untuk pengobatan infeksi HIV pada pa-
yang mengancam jiwa, diberikan sistemik dan sa- sien dengan gejala infeksi HIV yang pernah menga-
lami pneumonia akibat Pneumocystis carinii, atau
ngat efektif. Untuk terapi penderita pneumonia
penderita HIV dengan jumlah absolut limfosit tipe
karena RSV (resprratory syncytical virus) diberikan
CD4 kurang dari 200/mm3.
sebagai aerosol ke dalam oxygen-hood.
Untuk terapi oral, ribavirin tldak efektil pada INTERAKSI OBAT. Semua obatyang mengganggu
penderita infeksi virus pernapasan. sumsum tulang atau lungsi ginjal akan dapat me-
ningkatkan toksisitas zidovudin, contoh : dapson,
PREPARAT DAN DOSIS. Sebagai aerosol dengan
interferon, zat kemoterapi kanker dan lainnya. Pro-
nebulizer khusus. Dosis 20 mg/ml ke reservoir ne-
benesid, asetaminofen, aspirin dan indometasin
bulizer khusus itu atau sebanding dengan 1 ,4 mg/kg
juga dapat menambah toksisitas zidovudin.
BB per jam. Lama terapi 12-18 jam/hari untuk 3-7
hari. SEDIAAN DAN DOSIS. Kapsul 100 mg untuk pem-
berian oral. Dosisnya 200 mg tiap 4 jam terus-
menerus. Dihentikan sementara bila ada anemia
atau granulositopenia yang jelas. Juga ada sediaan

2.s. zrDovuuN s)l intravena.

Nama lainnya : azidotimidin. Obat ini pada


2,6. IDOKSURIDIN
awalnya di sintesis sebagai obat antitumor. Baru di
tahun 1985 Mitsuya dan rekan berhasil memper- Merupakan analog timidin. Mengalami fosfor-
lihatkan secara in vitro aktivitas obat ini terhadap ilisasi di dalam sel dan bentuk trifosfat akan masuk
HIV (Human lmmunodeliciency Virus) type 1. ke DNA sel mamalia maupun DNA virus. Jadi obat
Nama kimia lengkapnya : 3'-azido-3'deoxy- ini hanya elektil terhadap virus DNA, terutama virus
thymidine. herpes dan pox.
lndikasi obat ini sekarang hanya untuk terapi
MEKANISME KERJA. Bentuk trilosfat zidovudin di-
peroleh dengan bantuan enzim sel hospes. Bentuk keratitis karena herpes simplex, dan diberikan
secara topikal.
ini sangat aktil sebagai inhibitor kompetitil reverse
Elek samping yang dapat timbul : iritasi, nyeri
transcriptase dari HIV dan retrovirus lainnya. DNA-
polymerase sel manusia kurang sensitif terhadap dan rasa gatal lokal, lotofobia dan udem kelopak
mata.
bentuk zidovudin-trilosf at pada konsentrasi rendah,
jadi toksisitas terhadap sel hospes minimal. lnkor-
porasi bentuk triloslat ini akan menghentikan sin-
tesis DNA. 2.7. TNOSIPLEKS

FARMAKOKINETIK. Zidovudin diserap lebih dari lnosipleks (metisoprinol atau inosine prano-
50 % pada pemberian oral. Kadar puncak dicapai bex) sekarang ini cenderung digolongkan sebagai
dalam 30-90 menit. Waktu paruh eliminasi sekitar 1 suatu zat imunomodulator daripada sebagai anti-
jam. Zidovudin dimetabolisir dengan cepat ke me- virus. Dikatakan selama inleksi dengan virus, fungsi
tabolit s-glukoronide yang tidak memiliki aktivitas imunologik yang mengalami depresi akan dikem-
antivirus-Ekskresi melalui ginjal. balikan dengan inosipleks. Walau in vitro memper-
620 Farmakologi dan Terapi

lihatkan elek antivirus, tetapi sayangnya hasil uji EFEK SAMPING. Pemberian interleron dilaporkan
klinisnya tidak ada yang memperlihatkan hasilyang menimbulkan demam, malaise dan rasa lelah. Pem-
konsisten. Sekarang obat ini praktis tertinggal di- berianjangkalamadapatmenimbulkanrambutron-
bandingkan banyak obat antivirus baru yang lebih tok. Leukopenia yang berkaitan dengan dosis dila-
potensial dalam memberikan harapan penyembuh- porkan timbul dengan interferon jenis rekombinan
an penyakit virus. -. *,.(, maupun yang alamiah.
k\ee"
h\ lNDlKASl. lnterferon-o saat ini telah disetujui untuk
n{-')
/ digunakan unluk hairy-cell teukemia, AtDS-related
3. INTERFERON Kaposi's sarcoma dan condylomata acuminata.ln-
terferon-a tidak efektil untuk inleksi CMV. Saat ini
Yang pertama kali melaporkan elek inlederon interferon-cr dilaporkan dapat mengurangi marker
in vitro terhadap replikasi virus adalah lsaacs dan hepatitis B yang kronik, sedangkan indikasi untuk
Lindemann di tahun 1957. hepatitis C yang kronik aktif telah disetujui oleh FDA
lnterferon (lFN) sebenarnya adalah cytokine Amerika Serikat.
kelompok glikoprotein yang dihasilkan oleh sel ma- Mengingat harga interferon-a masih sangat
malia bila sel tersebut terpapar oleh virus, double- mahal dan tidak bebas dari efek samping, peng-
stranded RNA's dan banyak zat lain lagi seperti gunaannya tentu harus ada indikasi tepat dan se-
eksotoksin bakteri dan polianion. lnterteron dapat lektif, Sementara ini kemajuan pengetahuan perihal
dibagi dalam 3 tipe yang dinamakan alfa (a) beta (p) sitokinesia akan dapat menambah wawasan ke-
dan gamma (1). gunaan interferon. Perkembangan terakhir menun-
Alfa-interferon (cr-lFN) dihasilkan terutama jukkan bahwa interferon bermanfaat optimal bila
oleh lekosit, p-lFN oleh libroblast dan sel epitel se- dikombinasikan dengan terapi lain seperti anti-virus
dangkan .y-lFN oleh limlosit-T. Sekarang ini inter- atau anti-kanker lainnya.
feron berbagai tipe tersebut dihasilkan melalui pro-
ses rekayasa rekombinan DNA.
lnterleron alamiah sebenarnya baru ada di 4. pEMILIHAN OBAT pADA INFEKSI
lokasi infeksi pada saat titer virus dapat dideteksi
VIRUS TERTENTU
dan sebelum timbulnya antibodi humoral. Tincbul-
nya interferon yang berkorelasi dengan penurunan
titer virus memberikan kesan bahwa interferon ber- Berikut ini adalah ringkasan pemilihan obat
silat sebagai mekanisme pertahanan hospes yang antivirus'
penting. Tetapi ada juga kesan sebaliknya bahwa
interferon berkaitan dengan timbulnya gejala-ge-
jala umum inleksivirus seperti demam, malaise dan 4.1. INFEKSI HIV ATAU AIDS
mialgia.
Penderita dengan antibodi seropositil terha-
MEKANISME KERJA. Efek antivirus kemungkinan dap HIV dan hitung limlosit CDa kurang dari 200
sekali akibat interleron mengikat pada reseplor khu-
,"i/rn,''. di terapi jangka panjang dengan zidovudin
sus di permukaan sel yang kemudian reaksinya 200 mgoral tiap 4 jam. sebenarnya obat zidovudin
mehghambat atau mengganggu proses uncoating,
ini hanla memperpanjang masa hidup pasien sam-
RNA transcription, protein synfhesis dan assemb/r
virus' f"i io'.2. r"rt"lit"t dari kurang 12 bulan menjadi
kira-kira 24 bulan. Keuntungan lain adalah mengu-
FARMAKOKINETIK. lnterferon tidak dapat diserap rangi kemungkinan inleksi oportunistik. Terapi kom-
secara oral. Setelah pemberian lM atau SK dari binasi zidovudin dengan antivirus lainnya sedang
a-lFN, kadar puncak dicapai dalam 4-8 jam. Di diteliti.
cairan tubuh interferon cepat sekali di inaktiviasi,
mungkin sekali karena IFN di katabolisir oleh hati.
Sebaliknya p-lFN dan 1-lFN tidak memperlihatkan 4.2. INFEKSIVIBUS HERPES
kadar obatnya di plasma setelah pemberian lM atau
S'K, tetapi ada bukti bahwa kedua jenis interferon ini lnfeksi HSV tipe I : Asiklovir memberikan
mempengaruhi leukosit di perifer. hasil yang baik untuk infeksi oral-labial. Pada FISV
Anti-virus dan lnterferon 621

ensefalitis, pemberian asiklovir lV maupun vida- Untuk herpes zoster pada satu dermatom,
rabin lV dapat meningkatkan survival rate.Dalam pemberian antivirus tidak dianjurkan. Tidak ada
hal ini asiklovir lebih unggul dari vidarabin. elek terhadap neuralgia pasca-herpes. Pemberian
Untuk HSV tipe 1 yang menimbulkan kerato- asiklovir atau vidarabin hanya pada pasien yang
konjungtivitis, dapat diberikan antivirus topikal pada disertai defisiensi imunologis.
mata seperti vidarabin atau obat lama idoksuridin
0,1 %. Terakhir ada antivirus lopikal trifluridin yang
lebih baik dan kurang toksik.
4.4. TNFEKST CYTOMEGALOVTRUS (CMV)
lnfeksi HSV tipe 2 : Tipe 2 ini biasanya menimbul-
kan herpes genitalis. Bentuk primer dari herpes
Retinitis karena CMV pada pasien AIDS diberi
genitalis dapat diobati dengan asiklovir yang meng-
gansiklovir tetapi obat ini menimbulkan banyak efek
hasilkan penyembuhan dan hilangnya rasa nyeri
samping.
lebih cepat. Obat asiklovir diberikan topikal 5 %
dalam bentuk salep, dioleskan 5-6 kali/hari selama
10 hari. Sebagai terapi oral, 9 kali/hari 200 mg
4.5. tNFEKSt EPSTETN-BARR VIRUS (EBV)
asiklovir,
Bentuk herpes genitalis yang rekuren tidak
lnleksi EBV sebenarnya bersilat "self-limited"
dapat dihambat oleh asiklovir. Pemberian topikal
sehingga tidak perlu terapi antivirus. Secara in vitro,
asiklovir sama sekali tidak efektif sedangkan pem-
berian oral memberikan efek yang sedang. asiklovir, vidarabin dan gansiklovir memiliki aktivi-
tas menghambat EBV.

4.3. TNFEKSTVTRUSVARTCELLA-ZOSTER /
(vzv) v 4.5. HEPATITIS
Bentuk lazim pada anak-anak biasanya ringan
dan tidak membutuhkan obat antivirus. Ada kala- Hanya inleksi kronis aktif hepatitis C telah
nya penyakitnya memberat, terutama pada pasien disetujui FDA Amerika Serikat untuk diterapi de-
yang disertai delisiensi imunologis. Untuk ini diberi- ngan interferon-c,.
kan asiklovir atau vidarabin secara lV selama 5-7 Untuk infeksi hepatitis-8, masih dalam pene-
hari. litian pada saat tulisan ini dibuat.
622 Farmakologi dan Terapi

43. PENISILIN, SEFALOSPORIN DAN ANTIBIOTIK


BETALAKTAM LAINNYA
Yati H.lstiantoro dan Vincent H.S.Gan

1. Penisilin 2.1. Kimia dan klasifikasi


1.1. Sejarah dan sumber 2.2. Aktivitas antimikroba
'l .2. Kimia
dan pemilahan 2.3. Sifat umum
'l .3. Aktivitas antimikroba 2.4. lndikasiklinik
1.4. Farmakokinetik 2.5. Monografi
1.5. Efek samping
1.6. Sediaan dan posologi 3. Antibiotik betalaktam lainnya
1.7. Penggunaan klinik 3.1. Monobaktam
1.8. Pemilihan obat 3.2. Penghambat betalaktamase dengan
kombinasinya
Sefalosporin 3.3. Kombinasi karbapenem

1. PENISILIN asam 6-amidinopenisilanat, dengan mesilinam se-


bagai antibiotik pertama dari kelompok ini.
Penisilin merupakan asam organik, terdiri dari
1.1. SEJABAH DAN SUMBER satu inti siklik dengan satu rantai samping. lnti siklik
terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam.
Pada tahun 1928 di London, Fleming mene-
Rantai samping merupakan gugus amino bebas
mukan antibiotik pertama yaitu penisilin yang satu
yang dapat mengikat berbagai jenls radikal (Tabel
dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari
43- 1). Dengan mengikat berbagai radikal pada
biakan Penicillium notatum untuk penggunaan sis-
gugus amino bebas tersebut akan diperoleh ber-
temik. Kemudian digunakan P. chrysogenum yang
bagai jenis penisilin, misalnya pada penisilin G,
menghasilkan penisilin lebih banyak.
radikalnya adalah gugus benzil. Penisilin G untuk
Penisilin yang digunakan dalam pengobatan suntikan biasanya tersedia sebagai garam Na atau
terbagi dalam penisilin alam dan penisilin semisin- K. Bila atom H pada gugus karboksil diganti dengan
tetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara prokain, diperoleh penisilin G prokain yang sukar
mengubah struktur kimia penisilin alam atau de- larut dalam air, sehingga dengan suntikan lM akan
ngan cara sintesis dari inti penisilin yailu asam didapatkan absorpsi yang lambat, dan masa kerja
6-aminopenisilanat (6-4PA). Sebagai bahan dasar lama.
untuk penisilin semisintetik, 6-4PA dapat pula diper- Beberapa penisilin akan berkurang aktivitas
oleh dengan memecah rantai samping. antimikrobanya dalam suasana asam sehingga
penisilin kelompok ini harus diberikan secara paren-
teral. Penisilin lain hilang aktivitasnya bila dipenga-
1.2. KIMIA DAN PEMILAHAN ruhi enzim betalaktamase (dalam hal ini, penisili-
nase) yang memecah cincin betalaktam (Gambar
Penisilin dan sefalosporin merupakan kelom- 43-1). Radikal terlentu pada gugus amino inti 6-4pA
pok antibiotik. betalaktam yang telah lama dikenal. dapat mengubah silat kerentanan terhadap asam,
Pada permulaan tahun 1970 telah didapatkan ke- penisilinase, dan spektrum sifat antimikroba.
lompok ketiga antibiotik betalaktam yaitu kelompok Beberapa bentuk ester penisilin, misalnya pivam-
Penisitin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalaktam Lainnya

Tabe| 43.1. STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT BEBERAPA PENISILIN

g
1 ./.s.
\,/c cH:
Fr-c-NH -cH-cH
I I l\cn.
ttl
o:c-N-cH-cooH

Jenis penisilin Radikal pada gugus amino Tahan Spekttum


bebas (R) pffillfi;;-Tffi' .ntlmlkroba

Penisilin alam

,la\- cHe- sempit


Benzil penisilin
(penisilin G) V
Fenoksimetil penisilin ,^. )F OCHz-
(( sempit
(Penisilin V)
V
Penisilin antistaf ilokokus
9cHg

Metisilin sempit

Nafsilin
6\\_-7 sempit

,'ru
\\-//
OCz H3

Penisilin isoksazolil

Oksasilin
(Rr=R2=H)

Kloksasilin
(Rr = Cl; Rz = H) c-c-
illl
N. ,c,
Dikloksasilin Rz O CHs sempit
(Rr=R2=6;;

Flukloksasilin
(R1 - Cl; Ra - F)
624
Farmakologi dan Terapi

TAbEI 43-1. STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT


BEBERAPA PENISILIN (SAMbUNgAN)

Jenis penisilin Radikal pada gugus amino


bebas (Rf p"nl"irin""#+"*.,
":,t;fl:il
Aminopenisitin

Ampisilin
(Rr = H)

Amoksisilin
''O?"-
(R1 = oH) -t luas

Penisilin antipseudomonas

Karbenisiiin
Or"- cooR
_ luas

rikarsirin qf!:; luas

cH- luas
I

NHCO
I

1*..ro

Penisilin dengan spektrum diperluas

Mezlosilin
Or- NHCO
I
_
(Y"
\-N
N luas

SoeCHs

Piperasilin
- luas
Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betabnam Lainnya 625

pisilin dan bakampisilin, mempunyai bioavailabilitas Stafilokokus yang resisten terhadap metisilin (me-
yang lebih baik. Silat umum beberapa penisilin yang thicitlin-resistant S. aureus = MRSA) harus dibasmi
penting dan struktur kimianya dapat dilihat dalam dengan vankomisin atau siprof loksasin, Gonokokus
Tabel 43-1. yang dahulu sangat sensitil terhadap penisilin G,
juga sudah banyak yang resisten. Obat terpilih
sekarang adalah seltriakson. Meningokokus cukup
1.3. AKTIVITAS ANTIMIKROBA sensitil terhadap penisilin G.
Dari kuman gram-positif, C. diphtheriae dan B.
SATUAN DAYA AKTIVITAS KERJA POTENSI anthracis bersifat sensitil, sedangkan Clostridia dan
PENISILIN. Potensi penisilin dinyatakan dalam dua Listeria sensitivitasnya cukup memadai. Di antara
jenis satuan. Untuk penisilin G biasanya digunakan kuman gram-negatil hanya Sfr. moniliformis (Haver-
satuan aktivitas biologik yang dibandingkan terha- rhittia) dan P. multscida yang cukup sensitif,
dap suatu standar, dan dinyatakan dalam Unit lnter- sedangkan yang lain (enterobacteriaceae) kurang
nasional (Ul). Satu miligram natrium-penisilin G atau sama sekali tidak sensitif.
murni adalah ekuivalen dengan 1667 Ul atau 1 Ul = Treponema pallidum, Leptospira, serta Act'
0,6 ug. Satuan potensi penisilin lainnya pada lsrae/ii juga sensitif terhadap penisilin G.
umumnya dinyatakan dalam satuan berat. Penisilin V memiliki spektrum AM yang sama
dengan penisilin G. Metisilin spektrumnya lebih
AKTIVITAS DAN MEKANISME KERJA. PCNiSiIiN sempit daripada penisilin G, karena tidak efektif
menghambat pembentukan mukopeptida yang di- sama sekali terhadap mikroba gram-negatif. lndika-
perlukan untuk sintesis dinding sel mikroba (lihat sinya hanyalah untuk mengatasi inleksi stalilokokus
Bab 39). Terhadap mikroba yang sensitif , penisilin penghasil penisilinase. Aktivitasnya terhadap mik-
akan menghasilkan efek bakterisid pada mikroba roba gram- positil lainnya juga kurang dari penisilin
yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam ke- G. Sifat metisilin ini juga merupakan silat umum
adaan metabolik tidak aktif (tidak membelah), yang penisilin isoksazolil. Secara in vitro, aktivitas diklok-
disebut juga sebagai persisfers, praktis tidak dipe- sasilin dan tloksasilin (llukloksasilin) melebihi klok-
ngaruhi oleh penisilin; kalaupun ada pengaruhnya sasilin dan oksasilin, dan yang dua tersebut terakhir
hanya bakteriostatik. aktivitasnya melebihi metisilin. Tetapi di klinik, per-
Mekanisme kerja antibiotik betalaktam dapat bedaan ini tidak bermakna sebab tingkat aktivitas
diringkas dengan urutan sebagai berikut: (1 ) Obat AM yang dikehendaki dapat dicapai dengan penye-
bergabung dengan penicillin- binding protein suaian dosis. Terhadap stafilokokus yang tidak
(PBPs) pada kuman. (2) Terjadi hambatan sintesis menghasilkan penisilinase, aktivitas penisilin isok-
dinding sel kuman karena proses transpeptidasi sazolil, metisilin dan nafsilin umumnya kurang, bila
antar rantai peptidoglikan terganggu. (3) Kemudian dibandingkan dengan Penisilin G.
terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel. Di Ampisilin merupakan prototip golongan ami-
antara semua penisilin, penisilin G mempunyai akti- nopenisilin berspektrum luas, tetapi aktivitasnya ter-
vitas terbaik terhadap kuman gram-positif yang hadap kokus gram-positil kurang daripada penisilin
sensitif. Kelompok ampisilin, walaupun spektrum G. Semua penisilin golongan ini dirusak oleh beta-
AMnya lebar, aktivitasnya terhadap mikroba gram- laktamase yang diproduksi kuman gram-positif
positif tidak sekuat penisilin G, tetapi elektil ter-
maupun gram-negatif. Kuman meningokokus'
hadap beberapa mikroba gram-negatif dan tahan pneumokokus, gonokokus dan L. monocytogenes
asam, sehingga dapat diberikan per oral. sensitil terhadap obat ini. Selain itu H. influenzae,
SPEKTRUM ANTIMIKROBA. Penisilin G elektil E. coli dan Pr. mirabilis merupakan kuman gram-
terutama terhadap mikroba gram-positif dan Spiro- negatif yqng juga sensitil. Tetapi dewasa ini telah
chaetai selain itu beberapa mikroba gram-negatif dilaporkan adanya kuman yang resisten di antara
juga sangat sensitif terhadap penisilin G misalnya kuman yang semula sangat sensitif tersebut.
gonokokus yang tidak menghasilkan penisilinase. Umumnya pseudomonas, klebsiela, serrafia, asino-
Di antara kokus gram-positif, enterokokus bakter dan proteus indol positif resisten terhadap
yang terendah sensitivitasnya. Hampir semua in- ampisilin dan aminopenisilin lainnya.
feksi oleh stafilokokus disebabkan oleh kuman Bakampisilin dan hetasilin memiliki spektrum
penghasil penisilinase dan karena itu harus di' AM yang sama dengan ampisilin, karena dalam
obati dengan penisilin yang tahan penisilinase. tubuh membebaskan ampisilin sebagai hasil
626 Farmakologi dan Terapi

hidrolisis, Perbedaan amoksisilin dari ampisilin, sukar dirusak oleh enzim tersebut, misalnya ok-
ialah kurangnya efektivitas terhadap sigelosis. sasilin, nafsilin dan metisilin.
Yang termasuk dalam kelompok penisilin anti-
pseudomonas ialah golongan karboksipenisitin
(karbenisilin, natrium indanil karbenisitin dan tikar- 1.4. FARMAKOKINETIK
s/in) dan ureidopenisilin (azlosilin, mezlosilin dan
piperasilin). Karbenisilin efektif terhadap pseudo- ABSORPSI. Penisilin G mudah rusak dalam sua-
monas dan strain proteus yang resisten terhadap sana asam (pH 2). Cairan lambung dengan pH 4
ampisilin; Batang gram- negatif yang paling sensitif tidak terlalu merusak penisilin. Garam Na penisilin
adalah Pr. mirabilis. Resistensi terhadap karbeni- G yang diberikan oral, diabsorpsi terutama di duo-
silin cepat timbul, khususnya dalam percobaan in denum. Absorpsi di duodenum ini cukup cepat, teta-
vitro. Tikarsilin memiliki sifat yang sama dengan pi hanya 1/3 bagian dosis oral diserap. Adanya
karbenisilin, kecuali aktivitasnya terhadap pseudo- makanan akan menghambat absorpsi, yang mung--
monas lebih baik. Selain itu tikarsilin juga aktif ter- kin disebabkan absorpsi penisilin pada makanan.
hadap Bact. f ragrTis. S u lben is ili n, mem pu nyai spek- Kadar maksimal dalam darah tercapai dalam 30
trum antibakteri seperti karbenisilin. Azlosilin mem- sampai 60 menit. Sisa 2/3 dari dosis oral diteruskan
punyai daya antipseudomonas 10 kali lebih kuat ke kolon. Di sini terjadi pemecahan oleh bakteri dan
dari karbenisilin. Mezlosilin mempunyai daya anti- hanya sebagian kecil obat yang keluar bersama
pseudomonas yang sebanding dengan tikarsilin. tinja.
Obat ini juga lebih kuat daya antibakterinya ter- Bila dibandingkan dosis oral terhadap lM, ma-
hadap klebsiela dibandingkan dengan karbenisilin. ka untuk mendapatkan kadar efektif dalam darah,
Piperasilin mempunyai daya antipseudomonas me- dosis penisilin G oral haruslah 4 sampai 5 kali lebih
nyerupai azlosilin, sedangkan terhadap klebsiela besar daripada dosis lM. Oleh karena itu penisilin G
aktivitasnya serupa dengan mezlosilin. tidak dianjurkan untuk diberikan oral.
Larutan garam Na-penisilin G 300 000 Ul (-
RESISTENSI. Sejak penisilin mulai digunakan, 180 mg) yang disuntikkan lM, cepat sekali diab-
jenis mikroba yang tadinya sensitif makin banyak sorpsi dan menghasilkan kadar puncak dalam plas-
yang menjadi resislen. ma setinggi I Ul (= 4,8 ug/ml) dalam waktu 15
Mekanisme resistensi terhadap penisilin ialah: sampai 30 menit. Untuk memperlambat absorpsi-
nya, penisilin G dapat diberikan dalam bentuk repo-
1. Pembentukan enzim betalaktamase misalnya sitori, umpamanya penisilin G benzatin, penisilin G
pada kuman S. aureus, H. influenzae, gonoko-
prokain sebagai suspensi dalam air atau minyak.
kus dan berbagai batang gram-negatif. Dewasa
Penisilin tahan asam pada umumnya dapat
ini dikenal sekitar 50 jenis betalaktamase. pada
menghasilkan kadar obat yang dikehendaki dalam
umumnya kuman gram-positif mensekresi beta- plasma dengan penyesuaian dosis oral yang tidak
laktamase ekstraseluler dalam jumlah relatil terlalu bervariasi; walaupun beberapa penisilin oral
besar, Kuman gram-negatil hanya sedikit meng-
diabsorpsi dalam proporsi yang cukup kecil. Adanya
hasilkan betalaktamase tetapi tempatnya strate-
makanan akan menghambat absorpsi; tetapi bebe-
gis, yaitu di rongga periplasmik di antara mem-
rapa di antaranya dihambat secara tidak bermakna.
bran sitoplasma dan dinding sel kuman. Keba-
Penisilin V walaupun relatif tahan asam, 30% meng-
nyakan jenis betalaktamase dihasilkan oleh alami pemecahan di saluran cerna bagian atas,
kuman melalui kendali genetik oleh plasmid.
sehingga tidak sempat diabsorpsi.
2. Enzim autolisin kuman tidak bekerja sehingga
Jumlah ampisilin dan senyawa sejenisnya
timbul sifat toleran kuman terhadap obat.
yang diabsorpsi pada pemberian oral dipengaruhi
3. Kuman tidak mempunyai dinding sel (misalnya
besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam
mikoplasma).
saluran cerna. Dengan dosis lebih kecil persentase
4. Perubahan PBP atau obat tidak dapat mencapai
yang diabsorpsi relatil lebih besar.
PBP.
Absorpsi ampisilin oral tidak lebih baik dari-
Enzim penisilinase, selain bersifat konstitutif pada penisilin V atau lenetisilin. Adanya makanan
pada mikroba tertentu, dapat pula dirangsang pem- dalam saluran cerna akan menghambat absorpsi
bentukannya justru dengan penggunaan penisilin obat. Perbedaan absorpsi ampisilin bentuk trihidrat
yang pada dasarnya merupakan substrat yang dan bentuk anhidrat tidak memberikan perbedaan
628
Farmakologi dan Terapi

, Ampisilin juga didistribusi luas di dalam tubuh


dan pengikatannya oleh protein pfa"mu Data farmakokinetik beberapa jenis penisilin
nanya ZOZ.. tercantum di Tabel 43_2.
Ampisilin yan g masuk.ke dalam
sirkulasi enterohepatik, tetapi yang
"rnp"O","'.galami
Oietstiresi
sama finja jumlahnya cut<up tinggi. penetrasiOer_
CSS 'paO" ke
dapat mencapai t<aOaryanj"ef"f,tif 1.5. EFEK SAMPING
fe_
adaan peradangan mening"n. pu-0"
oronrlti", Efek samping dari penisilin alam
pneumonia, amplsilin disekresi "tu, maupun sin-
ke dalam sputum tetik dapat terjadi pada semua
:;ek*rif 10% kadar serum. Bila diberikan p"ilO"rian,
betum persatinan, datam satu jam
,"""u, ,"_ dapat melibatkan berbagai organ""raJu-n
xuJ"iol-rl'h r"trc secara terpisah luringun
menyamai kadar darah ibunya. pada maupun bersama-sama Oan dapat
bayi prematur muncul dalam bentuk yang ringan
dan neonatus, pemberian ampisirrn iutul.
me'nin"",,*un "urpuiiervariasi,
Frekuensi kejadian efek samping
kadar.darah yang lebih tinggi dan
O"rtui"n f"Oin ,
tergantung dari sediaan dan cara p"rn6"riun.
lama dalam darah. euA"
Distribusi amoksisilin secara garis umumnya pemberian oral lebih jarang
.
dengan ampisitin. Karbenisitin
besar sama menimbulkan
efek samping daripada pembeiian pur"nt"rui
memperlihatkan sifat distribusi yang
;;;;-;;;rny"
sama Oengan REAKSI ALERGI. Reaksi alergi
penisilin lainnya termasuk oistribusi merupakan bentuk
pedu, dan dapat mencapai
tu J"f", efek samping yang tersering OUumpui
pudl gotong-
CSS paOa meniigitis."r_ an penisilin bahkan penisilin b khurrrny""rn"rr_
BIOTRANSFoRMASI DAN EKSKRESI. pakan salah satu obat yang
tersering ,"nirUril
BiotTans- reaksi atergi. Terjadinya reaksi alergidiOunuiui
formasi penisilin umumnya dilakukan "n
of"n
oleh mikroba. adanya sensitisasi. Namun mereka yang
Proses biotransformasi oleh hospes belum per_
makna berdasarkan pengaruh
tiO"t Our_ nah diobati dengan penisilin Oapat
p"ruririnur" iuga"menoatami
dan amidase. Akibat pengaruh "n.irn reaksi alergi. Dalam hal ini diduga
penisilinase terjadi sln"sitisasiier;aOi
pemecahan cincin betalaktam, akibat pencemaran lingkungun-ol"n p";;il;;.
dengan kehilangan
seluruh aktivitas antimikroba. nmiO"ase Berdasarkan penelitian reaksi alergi
meriecan oOut O"_
rantai samping (radikal ekor), dengan ngan penisilin G, diketahui bahwa
akibat penu_ deterririnan anti_
runan potensi antimikroba yang
sangat rn"n"llok. g:lfj-":"itin rerbagi datam dua kerompok yatru
Di antara semua penisilin, n-uny" p"nlritin oerermtnan major dan determinan
minor. pemba-
isoksazolil, metisilin dan nafsilin yang gian ini didasarkan atas kadar
iahan terha_ hapten yung t"rU"n_
tuk... Determinan major terdiri
dap pengaruh penisilinase; sedangkan
amidase
dari O"n.iiplnirifin
pat mempengaruhi semua penisilin da_ polilisin, sedangkan determinan
tanpa kecuali. minor meiupat<an
Untungnya tidak banyak mii<roba suatu..kelompok yang terdiri dari
campuran Lenzll
kan enzim amidase.
V".g ill"nh"r,, penisilin, benzil penisiloat, dan
atta_nenzii penisi_
Penisilin umumnya diekskresi melalui loilamin. Antibodi terhadap Oeterminan
proses mui5r. Ou"
sekresi di tubuli ginjai yang dapat minor bersifat skin_ sensitizrng, sehingga
dihambat oteh J"igun ,1i
probenesid. Masa paruh eliminasi kulit sukar membedakan masing_
p"nirifin 0"f", ,iJing oe"termi_
darah diperpanjang oleh probene"io nan tersebut. Reaksi alergiimmediafe
kali lebih lama. Selain probenesid,
,""i"li z-s artralgia rekurens biasanya berhubungan
Oa-n sinOrom

O"l"rupJ'oOat J"ngun
hapten determinan_minoi. Reaksi
!i.n iusa meningkatkan masa paruh eliminasi peni_ rated, late urticarial, beberapa r.eufri "r"rgi
silin dalam darah, antara lain fenilbutai"rr-rlffi"_ ""L/"_
,ia[rLp"_
pirazon, asetosal dan indometurin. pular dan eritema berhubungan
f"gu;frn dengan ,,"pi", O"_
fu.ngsi ginjal sangat memperlambat lerminan major. Tidak semua orang yang
efsXiel"peni_ memiliki
silin. antibodi-antipenisilin akan mengalami
_Sebagai contoh, masa paruh eliminasi kar- jika diberi obat ini. Tetapi
reiksi alergi
benisilin yang pada ginjal sehat sudah ny"tu Oun*"rn"r"_
sef,itarcatu iam Ka yang bersifat atopik lebih
besar kemungkinannya
!.a9a11gmanlang menjadi 15 jam. Kr.;i";;;1rn
nya tidak terjadi karena peningkatan untuk mengalami reaksi alergi penisili
biotransfor_ Manifestasi klinik reaksi alergi penisilin
masi di hepar. yang
terberat adalah reaksi anafilaksis-yang
Sebanyak 7S-gS% dari dosis karbenisilin
dida_ dalam kelompok reaksi alergi immeiiar.
i"i*lrrt
patkan di urin dalam bentuk nuukri ini
aktil setelan g-iurn
pemberian. l1!1n,
Oanlat<.rerjadi pada pemberiun
tetapi pemberian oral dan pemberian
p"*r".r,
uji kulit intra-
629
Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalakam Lainnya

dermal dapat pula menimbulkan reaksi analilaksis narkan memberikan adrenalin sampai 1 ml, karena
yang fatal. Reaksi alergi yang lain yang silatnya dengan dosis tinggi ini dapat terladi reaksi paradok-
berat adalah angioedema, penyakit serum, dan sal yaitu dominasi efek terhadap adrenoseptor beta
lenomena Arthus. pada pembuluh darah otot sehingga dapat memper-
Nefropati oleh penisilin (penisilin G, metisilin buruk keadaan dengan lebih menurunkan tekanan
dan ampisilin), berupa nelritis interstitium, diper- darah penderita. Bila dalam 5 menit tekanan darah
kirakan terladi berdasarkan mekanisme reaksi imun penderita belum mencapai 90 mmHg, perlu diberi-
yang tidak tergantung dari dosis dan lamanya kan lagi larutan adrenalin lM dengan dosis dan cara
terapi, khususnya pada penisilin G dan metisilin; yang sama. Hal ini perlu diulang sampai beberapa
sedangkan ampisilin menimbulkan nelropati yang kali tiap 5-10 menit apabila tekanan darah sistolik
ada hubungannya dengan kadar obat yang tinggi masih juga belurn mencapai 90 mmHg' Pada
dalam serum. Walaupun nefropati penisilin lebih umumnya untuk mengatasi syok anafilaksis akibat
didasarkan atas mekanisme reaksi imun, tidak pemberian obat diperlukan 1 sampai 4 kali suntikan
dapat disingkirkan kemungkinan adanya elek nefro- 0,3 - 0,4 ml adrenalin lM. Pada syok berat dan lama
toksik langsung oleh penisilin yang diberikan dalam dapat diberikan hidrokortison 100 mg atau dek-
dosis yang sangattinggidan untuk masa yang lama. sametason 5-10 mg secara lV atau lM sebagai
Di antara ketiga penisilin tersebut, metisilin yang tambahan, yang berelek permisif terhadap adre-
tersering menyebabkan nelritis interstitium; bahkan nalin. Pemberian antihistamin lM tidak elektif dan
telah dikemukakan bahwa lrekuensi kejadian elek tidak dianjurkan. Bila terjadi henti jantung dan henti
samping lebih tinggi dari yang disangka selama ini. napas, harus segera dilakukan tindakan dan pera-
Anemia hemolitik oleh penisilin juga terjadi watan intensif gawat- darurat yaitu dengan tindakan
berdasarkan mekanisme reaksi imun dengan zat resusitasi kardioPulmonal.
anti lgG atau lgM, atau kedua-duanya terlibat dalam Penderita yang pernah mengalami reaksi aler-
kejadian ini. gi penisilin, termasuk individu berisiko tinggi ter-
Gangguan lungsi hati oleh penisilin diperkira- hadap keadaan tersebut, selanlutnya tidak boleh
kan berdasarkan mekanisme reaksi imun pula dan mendapat Penisilin.
dapat berkembang sampai men.iadi hepatitis anik-
REAKSI TOKSIK DAN IRITASI LOKAL. PAdA
terik dengan nekrosis sel hati tanpa kolestasis.
manusia, penisilin umumnya tidak toksik. Banyak di
SGPT, SGOT, CPK dan fosfatase alkali meningkal
antara reaksi yang digolongkan sebagai efek toksik
cukup tinggi. Selain oleh karbenisilin, efek samping
terjadi berdasarkan silat iritatif penisilin dalam kadar
ini dapat pula ditimbulkan oleh ampisilin dan oksa-
silin. Reaksi alergi yang silatnya ringan sampai tinggi. Batas dosis tertinggi penisilin yang dapat
diberikan secara aman belum dapat dipastikan. Se-
sedang berupa berbagai bentuk kemerahan kulit,
jumlah orang pernah diberi penisilin G lV sebanyak
dermatitis kontak, glositis, serta gangguan lain pada
40-80 iuta unit sehari selama 4 minggu tanpa mem-
mulut, demam yang kadang-kadang disertai meng-
perlihatkan elek samping. Pada penderita tertentu
giggil. Yang paling sering terjadi di antara semua-
kandungan natrium sediaan ini mungkin menyebab-
nya, adalah kemerahan kulit.
kan gangguan keseimbangan elektrolit.
Tindakan yang diambil terhadap reaksi alergi
ialah menghentikan pemberian obat dan memberi Hanya sebagian kecil kemerahan kulit oleh
terapi simtomatik dengan adrenalin' Bila perlu dibe- ampisilin berdasarkan reaksi alergi dan di sini pem-
rikan tambahan antihistamin dan kortikosteroid se- berian ampisilin harus dihentikan. Namun sebagian
suai dengan kebutuhan. Pemberian antihistamin besar kemerahan kulit diperkirakan karena reaksi
sebelum atau bersama-sama dengan pemberian toksik. Kemerahan ini bersifat difus, tidak gatal'
penisilin tidak bermanlaat untuk mencegah reaksi berbentuk makulo papular dan bersifat nonurtika-
alergiyang berat (analilaksis), sebab reaksi ini dipe- rial. Kemerahan kulit ini sering timbul 7-1 0 hari
rantarai oleh berbagai zat, termasuk histamin' sero- setelah dimulainya terapi dan menghilang sendiri
tonin dan bradikinin. walaupun pemberian ampisilin diteruskan. Efek
samping ini sering timbul bila ampisilin diberikan
Syok anafilaksis. Untuk menanggulangi syok ana-
kepada penderita infeksi virus misalnya mononuk-
lilaksis akibat pemberian penisilin atau obat lain,
diberikan sesegera mungkin larutan adrenalin 1 : leosis infeksiosa. Jadi sebaiknya penisilin tidak di-
1.000 secara lM sebanyak 0,3-0,4 ml. Tidak dibe- berikan pada pasien mononukleosis.
630
Farmakologi dan Terapi

Suntikan lM dapat menyebabkan rasa nyeri penisilin G larut air dan repositor untuk
dan reaksi peradangan steril di tempat suntikan, suntikan lM.
Bubuk penisilin G larut air biasanya terdapat se_
sedangkan suntikan lV dapat menyebabkan flebitis
bagai garam natrium atau kalium dalam vial (atau
atau tromboflebitis. lritasi saluran cerna yang
terjadi ampul), berisi 200 ribu sampai 20 juta unit dalam
pada brang tertentu dapat menyeOaOtai muat,
bentuk bubuk. Larutan disediakan J"ngan penam-
muntah dan diare. Suntikan intratekal atau intrasis_
bahan suatu pelarut (akuades, gararir fisiotogik,
ternal dapat menyebabkan araknoiditis ataupun
en_ atau larutan dekstrosa 5%), sehingga didapat
sefalopati berat sampai latal. '100.000-300.000 kadar
unit per ml. KeOui garam penisilin
. Metisilin dianggap derivat penisilin yang paling
sering menimbulkan efek samping nelritis inrersti_
yang larut dalam air ini dapat digunaian
uniuk sun_
tikan SK, lM, lV atau intratekal.
tium, namun efek samping ini jaring lerjadi. pada
Sediaan penisilin G repositor adalah penisilin
biopsi tampak adanya inliltrat monon-uH"us
dengan G prokain, penisilin G benzatin, penisilin G prokain
eosinofilia dan kerusakan tubuli. Selain itu di
dalam dengan suspensi aluminium monostearat dalam
interslitium terdapat imunoglobulin G (lgG).
Ampi- minyak. Dengan sediaan repositor ini masa kerja
silin dapat menyebabkan ruam kulit yani tidak
ber_ penisilin dapat diperpanjang, karena absorpsinya
dasarkan reaksi alergi, berupa detayed-Zrythema.
terjadi berangsur-angsur. preparat campuran
Diatesis hemoragik merupakan efek samping garam sukar larut (prokain atau benzatin)
lain yang dapat disebabkan ojeh karbenisilin, dengan
dan garam mudah larut (natrium atau kalium)
ini mungkin akibat terganggunya fungsi trombosit tersedia
untuk maksud memperoleh kadar efektif dalam
oleh suatu metabolit karbenisiiin. DiJtesis hemo_
darah secara cepat dan bertahan lama. Sediaan
ragik dapat pula ditimbulkan oleh tikarsilin,
ampi_ penisilin G oral tidak dipasarkan di lndonesia.
silin, metisilin dan penisilin G.
Dosis penisilin G tergantung jenis sediaannya
Efek toksik penisilin terhadap susunan saraf
(repositor atau bukan), jenis din berat penyakit.
menimbulkan gejala epilepsi grand mal, dan
ini
dapat ditimbulkan dengan pemberian penisilin Penisilin V (fenoksimetil penisilin) tersedia sebagai
lV
dosis besar sekali. Dasar kejadiannya diperkirakan garam kalium, dalam bentuk tablet 250
mg dan 625
akibat depolarisasi parsial dan peningkaian mg dan sirup 125 mg/5 ml.
eksita_
bilitas membran neuron.
Penisilin isoksazolil terdapat sebagai sediaan oral
PERUBAHAN BIOLOGIK. perubahan biologik (garam natrium) dalam bentuk tablet, kapsul
oleh 125
penisilin terjadi akibat gangguan flora
bakteridi ber_ mg, 250 mg, dan 500 mg; suspensi 62,5 mg/S
bagai bagian tubuh. Abses dapat terjadi pada ml
-Untuk
tem- dan 125 mg/5 ml; bubuk kering O2,S mg.
pat suntikan dengan penyebab stafilokokus pemberian parenteral juga sebagai garam
atau natrium
bakteri gram-negatif. Gejala pelagra, terutama pada tersedia dalam vial 2S0 mg, S00 mg, dan 1 gram.
daerah selangkang dan skrotum, mungkin Yang dipasarkan di lndonesia aOaLn klokslsitin,
blrhu_
dgngan gangguan ftora usus yJng ,"ng"- dikloksasilin dan llukloksasilin. Dosis oksasilin,
9.t1ng."n
kibatkan defisiensi asam nikotinat, kloksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin adalah
4-6 x
LAIN-LAIN. Hambatan pembentukan imunitas 250-500 mg/kg BB sehari (anak 5O_100 mg/kg
ter- BB/
hadap.mikroba penyebab infeksi dapat terjadi hari). Untuk infeksi berat diberikan a_tZ giiii ae_
ter-
utama bila penisilin diberikan terlalu dini dalam pro- ngan infus intermitten.
ses infeksi dan dengan dosis besar.
Ampisilin untuk pemberian oral tersedia dalam
Pada pasien sifilis yang diberi penisilin dapat
bentuk tablet atau kapsul sebagai ampisilin trihidrat
terjadi reaksi Jarisch-Herxheimei yang berat.
atau ampisilin anhidrat 125 mg, 250 mg, 500
Reaksi ini didasari oleh suatu met<anisie yang mg dan
1000 mg sedangkan untuk bubuk suspensi "sirLip
belum diketahui, tetapi tidak berdasarkan
meka_ mengandung 125 atau 500 mg/5 ml. Selain
nisme sensitisasi ataupun alergi terhadap penisilin. itu,
ampisilin tersedia juga untuk suntikan dalam
ukuran
0,1; 0,25; 0,5 dan 1 g per vial. Dosis ampisilin
tergantung dari beratnya penyakit, fungsi ginjal
1.6. SEDIAAN DAN POSOLOGI dan
umur penderita. Garis besar penentuan dosis
ialah
sebagai berikut : Dewasa, penyakit ringan sampai
Penlsilin G (benzil penisilin) biasanya digunakan
sedang diberikan 2-4 g sehari, dibagi ;ntuk 4
secara parenteral. Sediaan terdapat dalam bentuk kali
pemberian; untuk penyakit ber;t sebaiknya
Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalaktam Lainnya
631

diberikan preparat parenteral sebanyak 4_g g se_ tisemia, infeksi kulit dan jaringan lunak, saluran
hari. Pada meningitis bahkan dibutuhkan dosis lebih napas, saluran kemih dan intra-abdominal untuk
tinggi lagi. terapi Ps. aeruginosa sistemik, dianjurkan agar ti_
Untuk anak dengan berat badan kurang dari karsilin dikombinasikan dengan aminoglikosida,
20 kg diberikan per orat : 50-100 mg/kgBB Jehari karena kombinasi ini mempunyai efek sinLrgistik.
yang dibagi datam 4 dosis; tM : 100_ 200 mg/kgBB
Setiap gram tikarsilin mengandung 5,2 mEq
sehari yang dibagi dalam 4 dosis, bayi berumur
natrium, sehingga pada dosis besar dapat mening-
kurang dari 7 hari diberi 50 mg/kgBB sehari dalam
katkan kadar natrium misalnya pada penyakit ginjal,
2 dosis, bayi berumur lebih dari 7 hari diberi 75 jantung atau hati, selain itu kadar enzim hati dalam
fOfOAA seharidibagi dalam 3 dosis; tV: empat kali serum dapat sedikit meningkat (ALT, AST) akibat
250-500 mg sehari. Untuk meningitis, diberikan
'150-250 mg/kgBB pemberian tikarsilin. Tikarsilin dan penisilin sebagai
sehari dibagi dalam 6-8 dosis.
antipseudomonas lain dapat menghambat kerja
Amoksisilin tersedia sebagai kapsul atau tablet aminoglikosida bila dicampur, karena itu pembe-
berukuran 125,250 dan 500 mg dan sirup 125 mg/5 riannya harus terpisah. Selain itu bila tikarsilin dibe_
ml. Dosis sehari dapat diberikan lebih kecil daripada rikan bersama heparin dan oral antikoagulan, dapat
ampisilin karena absorpsinya lebih baik daripada terjadi peningkatan elek antikoagulan secara ber_
ampisilin, yaitu 3 kali 250-500 mg sehari.
lebihan.
Karbenisilin tersedia untuk suntikan sebagai Dosis pada pemberian lM untuk terapi infeksi
garam natrium dalam vial 1 , 2,5, dan 10 g. pada saluran kemih (lSK) tanpa komplikasi, dosis mak-
infeksi berat, dosis dewasa berkisar 25_30 g sehari; simum 2 g. Untuk ISK berat, tikarsilin perlu diberikan
beberapa penderita bahkan pernah diOeri 35_40 g secara lV. Dosis lV untuk ISK berat dengan kom-
sehari. Pemberian lV, sebaiknya tidak melebihi 2_ plikasi dan untuk infeksi sistemik. Tikarsilin
2,5 g setiap dua jam. Bayi muda dengan infeksi dinatrium diberikan dengan lV lambat atau inter-
berat dosis hariannya dapat sampai setinggi 600_ miten atau infus kontinu. Untuk infeksi berat, misal-
800 mg/kgBB. pada gangguan faal ginjil berat, nya septisemia, saluran napas, intra abdominal dan
dosis tidak boleh melebihi 2 g untuk setiap g_12 jam. saluran reproduksi dan jaringan pelvik wanita, pada
Pada saat ini karbenisilin tidak dipasarkan di ln_ dewasa dosis yang dianjurkan 200 sampai 300 mg/
donesia.
kg/hari dibagi tiap 4 jam atau 6 jam pemberian;
Karbenisilin-indanil tersedia dalam bentuk tablet untuk anak-anak berat < 40 kg, 200_300 mg/kg/hari
500 mg (ekivalen dengan 3g2 mg karbenisilin). dibagi tiap 4 jam sampai 6 jam pemberian (< dosis
Dosisnya berkisar antara 500-1000 mg 4 kali sehari dewasa). Untuk bayi umur < 7 hari dari berat > 2 kg,
tergantung berat dan jenis infeksi. Obat ini tidak dosis 225 mg/kg/hari dibagi tiap 8 jam pemberian;
tersedia di lndonesia. bila > 7 hari dan berat > 2 kg, dosis 300 mg/kg/hari
Sulbenisilin untuk suntikan tersedia dalam vial 1 g. dibagi tiap 6 jam '12 jam pemberian.
Dosis yang dianjurkan ialah dewasa 2-4 g sehari, Untuk ISK tanpa komplikasi, pada dewasa
anak 40-80 mg/kgBB sehari, terbagi 2_4 kali sun- dosis yang dianjurkan 4 glhari dibagi tiap 6 jam
tikan lV atau dengan infus. pemberian, anak berat < 40 kg, dosis 50 sampai 100
mg/kg/hari dibagi tiap 6 sampai 8 jam pemberian.
Tikarsilin Untuk ISK dengan komplikasi, untuk dewasa dan
anak-anak dosis 150 sampai 200 mg/kg/hari dibagi
Tikarsilin suatu karboksipenisilin yang tidak tiap 4 sampai 6 jam pemberian.
diabsorpsi melalui saluran cerna, sehinggJ harus
diberikan secara parenteral (lV dan lM). Spektrum Azlosilin, mezlosilin, piperasilin. Obat_obat ini
aktivitas antibakterinya terhadap bakteri gram tergolong ureidopenisilin yang merupakan derivat
negatif lebih luas dari aminopenisilin, termasui ter_ baru penisilin spektrum luas. penisilin baru ini diin_
hadap Ps.aerugrnosa dan golongan B.fragitis. dikasikan untuk infeksi berat oleh kuman . gram-
Tikarsilin dapat dihidrolis oleh berbagai jenis
.betalaktamase. negatif, termasuk di antaranya ps. aeruginosa,
Proteus indol positif dan enterobakter. Ketiganya
Tikarsilin terutama diindikasikan untuk infeksi lebih poten daripada karbenisilin terhadap kuman
oleh Ps. aeruginosa. Dapat digunakan untuk sep_ gram-negatif.
Farmakologi dan Terapi

1.7. PENGGUNAAN KLINIK glikosid. Sebagai pengecualian ialah ampisilin me-


rupakan obat terpilih terhadap Str. faecalis.

INFE.KSI KOKUS GRAM-POSITIF Faringitis dan skarlatina. Terapi dengan penisilin


G adalah yang terbaik untuk penyakit ini khususnya
INFEKSI PNEUMOKOKUS. Penisilin c sampaise- untuk mencegah timbulnya demam reumatik. Tetapi
karang masih tetap elektif terhadap semua jenis penisilin V oral cukup efektif bila diberikan 500 mg
infeksi pneumokokus. tiap 6 jam selama 10 hari. Faringitis supuratif se-
baiknya diberi 0,6 juta unit penisilin G prokain setiap
Pneumonia. Dosis penisilin G prokain 0,6 juta unit hari selama 10 hari, alau 1,2 juta unit penisilin G
setiap 12 jam selama 7-10 hari biasanya sudah benzatin lM untuk satu kali. Anak di bawah 5 tahun
mencukupi untuk kasus-kasus tanpa komplikasi. diberi setengah dosis tersebut. Pada penderita ke-
Penisilin V oral dan penisilin semisintetik tidak digu- lompok pediatrik dianjurkan pemberian 0,9 juta unit
nakan pada penyakit ini. penisilin G benzatin dengan 0,3 juta unit penisilin G
Meningitis. Penisilin sangat mengurangi mortalitas prokain untuk satu kali pemberian, sedangkan
meningitis oleh pneumokokus. Dosis yang dian- untuk dewasa cukup digunakan suntikan tunggal lM
jurkan ialah 20-24 juta unit penisilin G sehari; dapat penisilin G benzatin 1,2 juta unit. Agar kadar elektif
diberikan dengan tetesan atau bolus lV tiap 2-3 jam. dalam darah tercapai dengan cepat, dapat dipertim-
Lama pengobatan sekitar 14 hari. bangkan perlu tidaknya pemberian penisilin yang
larut dalam air sebanyak 0,3 juta unit lM.
Endokarditis oleh pneumokokus (larang dijumpai)
memerlukan penisilin G 12-2O juta unit sehari. Demam reumatik. Penisilin sangat berharga untuk
mencegah eksaserbasi penyakit ini, sebab lebih
Lain-lain. Berbagai pneumokokus memerlukan
efektif dan lebih aman daripada sulfonamid. Untuk
dosis penisilin yang lebih tinggi daripada dosis
profilaksis pada anak diberikan penisilin V 0,2 juta
untuk penyakit-penyakit tersebut di atas, bahkan
unit, dua kali sehari. Pada prolilaksis secara paren-
sampai 10-20 juta unit sehari. Termasuk dalam
teral sebaiknya digunakan penisilin G benzatin 1,2
kelompok ini : infeksi supuratil seperti artritis, osteo-
juta unit untuk dewasa, dan untuk anak di bawah 5
mielitis, mastoiditis, peritonitis, perikarditis. Dasar
pertimbangan dosis tinggi ialah kesulitan penetrasi tahun diberikan 0,6 juta unit lM satu kali tiap 2-3
minggu. Anak yang pernah menderita reuma dan
obat ini ke dalam eksudat purulenta yang kadar
fibrinnya cukup tinggi. Untuk lebih mudah mencapai
tidak mendapatkan terapi profilaksis, harus segera
kadar yang tinggi dalam darah dan jaringan diguna-
diberikan penisilin setiap kali ia mengalami infeksi
streptokokus. Selain itu penisilin juga harus diberi-
kan larutan air penisilin G parenteral. Dalam hal ini
kan sebelum tonsilektomi atau ekstraksi gigi pada
terapi diteruskan paling sedikit 2 minggu. Untuk
pengobatan dan pencegahan penyebaran intrak- kasus demam reumatik.
ranial dan infeksi telinga tengah dan sinus para- Meningitis. Dosis penisilin G untuk dewasa adalah
nasal oleh pneumokokus diberikan 0,3 juta sampai 2-3 juta unit setiap 6 jam, diberikan secara lV se-
0,6 juta unit prokain penisilin G lM tiap 12 jam. lama tidak kurang dari 2 minggu.
Khusus untuk kedua penyakit ini ampisilin mungkin
lebih tepat, obat ini juga elektit terhadap mikroba Pneumonia. lnfeksi paru ini diobati sama dengan
lain yang dapat merupakan penyebabnya pula, cara terapi meningitis oleh streptokokus. Terapi dini
misalnya H. influenzae. diperlukan untuk mencegah komplikasi, misalnya
empiema. Empiema yang sudah ada sewaktu terapi
INFEKSI STREPTOKOKUS. lnfeksi streptokokus dimulai, diobati seperti empiema oleh pneumo-
yang paling sering terjadi (95%) pada manusia dis-
kokus.
ebabkan oleh Str. pyogenes grup A (streptokokus
p-hemolitik), streptokokus. a-hemolitik dan strepto- Otitis media akut dan mastoiditis terutama yang
kokus nonhemolitik. Sensitivitasnya terhadap peni- bersifat purulenta sebaiknya diberi penisilin paren-
silin G bervariasi, tetapi sebagian besar strain sen- teral. Bila terpaksa diberikan penisilin V per oral,
sitil terhadap konsentrasi yang rendah. Streptoko- maka dosisnya adalah 0,4 juta unit setiap 6 jam,
kus anaerobik dan enterokokus pada umumnya selama 2 minggu. Untuk anak-anak diberikan dosis
sukar diatasi dengan penisilin, tetapi cukup sensitif yang sama tetapi dengan lrekuensi 3-4 jam sekali
bila penisilin digabung dengan antibiotik amino- karena ekskresi penisilin lebih cepat berlangsung
Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalaktam Lainnya 633

pada kelompok umur ini. Ampisilin per oral cukup telah melampaui 90%. Karena itu infeksi
efektil pada otitis media akut. Mastoiditis harus stafilokokus seyogyanya diobati dengan penisilin
diberi penisilin G lM sebanyak 0,5 juta unit setiap isoksazolil, misalnya kloksasilin, dikloksasilin, dll.
3-4 jam selama 2 minggu untuk mencegah kom-
plikasi intrakranial yang silatnya lebih berat lagi.
Untuk orang dewasa diberikan 1-Zjula unit penisilin INFEKSI KOKUS GRAM NEGATIF
lM setiap 6 jam selama 2 minggu.
INFEKSI MENINGOKOKUS. Penisilin G merupa-
Endokarditis. lnfeksi yang sifatnya akut oleh Str. kan obat terpilih, karena sangat efektif tidak saja
pyogenes, tadinya bersifat fatal. Diagnosis dini dan
terhadap meningitis dan meningokoksemia tetapi
pengobatan segera dengan penisilin memberikan
juga untuk artritis supuratif dan endokarditis akut
hasilyang memuaskan pada5O-75% kasus. Sedia-
oleh meningokokus. Dosisnya adalah 2 juta unit lV
an yang terpilih adalah penisilin G lV sebanyak 3-5
juta unit setiap 6 jam selama 4 minggu. Terapi dini setiap 2 jam. Terapi diberikan selama 12-14 hari.
diperlukan untuk mencegah kerusakan katup .jan- Untuk yang resisten terhadap penisilin, alternatil
tung serta gagal jantung berat. yang elektil adalah kloramfenikol 1 g diberikan 4 kali
Endokarditis subakut yang disebabkan oleh sehari. Penisilin G tidak elektif untuk menghilang-
streptokokus lain, di antaranya Str. viridans, me- kan status pembawa kuman carrier state.
merlukan uji sensitivitas terhadap penisilin lebih
dahulu, sebab banyak di antara penyebabnya yang INFEKSI GONOKOKUS. Karena meningkatnya
resisten terhadap obat ini. Dengan adanya kemo- resistensi, penisilin G dewasa initidak lagi dianggap
terapi dan perawatan yang baik, angka kematian obat terpilih untuk gonore kecuali bila diketahui
oleh endokarditis subakut yang tadinya mendekati dengan pasti bahwa gonokokus yang dijumpai di
100%, telah turun mendekati 5%. daerah geografis tertentu masih sensitif terhadap
Bila etiologinya Str. viridans yang sensitif ter- obat tersebut. Bila gonokokus masih sensitlf dapat
hadap penisilin, maka terapinya penisilin G prokain diberikan amoksisilin 3 g atau ampisilin 3,5 g +
1 ,2 jula unit lV setiap 6 jam yang diberikan selama
probenesid per oral. Obat yang terpilih sekarang
paling sedikit 2 minggu. Alternatif yang lebih seder- untuk uretritis gonore tanpa komplikasi ialah seftri-
hana adalah penisilin V 600-750 mg per oral setiap akson 250 mg lM atau salah satu fluorokuinolon
yang diberikan per oral.
4 jam, ditambah streptomisin 0,5-1 g lM setiap 12
jam, dan terapi ini diberikan selama 2 minggu. Bila
Gonore. Pasien gonore yang diobati dengan peni-
diperlukan dapat diberikan penisilin lV untuk hari- silin, setelah sembuh perlu dipertimbangkan untuk
hari pertama. mendapatkan pemeriksaan serologik terhadap
Endokarditis oleh enterokokus dapat diobati sifilis yang kalau perlu diulangi setiap bulan sampai
dengan penisilin G 3- 5 juta unit lV setiap 6 jam, 4 kali; hal ini terutama diperlukan bila ampisilin
ditambah streptomisin 0,5-'l g lM setiap 12 jam dan digunakan dalam pengobatan.
diberikan selama 4 minggu. Bila perlu streptomisin
dapat diganti dengan gentamisin. lnfeksi ekstragenital. lnfeksi gonokokus di eks-
lnfeksi streptokokus lain pada umumnya di- tragenital pada umumnya memerlukan terapi yang
obati juga dengan penisilin, terutama penisilin G. lebih intensif daripada infeksi genital. Artritis gono-
Dosisnya tergantung dari tempat infeksi dan sensi- kokus biasanya cukup diberikan prokain penisilin G
tivitas mikroba penyebabnya. Untuk kasus tertentu 2,4 jula sehari selama 5 hari atau lebih; tetapi
dapat mencapai 20-40 juta unit dan diberikan lV, beberapa kasus memerlukan sampai 10 juta unit
umpamanya pada infeksi sistemik berat oleh strep- penisilin sehari selama 14 hari. lnfeksi endokarflitis
tokokus anerobik. gonokokus dan gonokoksemia membahayakan
INFEKSI STAFILOKOKUS. Pada waktu penisilin hidup, sehingga harus diberikan penisilin G dosis
G mulai digunakan, hasil terapi terhadap stafilo- tinggi parenteral untuk waktu yang cukup lama.
kokus sangat memuaskan. Setelah itu kegagalan Suntikan diberikan lM atau lV sebanyak 2-3 juta unit
terapi terus meningkat karena meningkatnya jumlah setiap 6 jam selama 4 minggu. Oltalmia neonatorum
turunan stafilokokus penghasil penisilinase, Popu- cepat sekali disembuhkan dengan 0,3 juta - 0,6 juta
lasi stafilokokus (baik dari dalam maupun luar unit penisilin G parenteral disertai tetesan pada
rumah sakit) yang resisten terhadap penisilin G kini konjungtiva yang terkena.
634 Farmakologi dan Terapi

SIFILIS Sebagai antibiotik alternatif , bagi mereka yang


lidak tahan terhadap penisilin dapat digunakan
Penisilin G merupakan obat yang sangat efek- salah satu tetrasiklin.
tif, aman dan murah untuk sifilis. Cara penggunaan-
nya sangat sederhana, penyembuhan mudah dan
AKTINOMIKOSIS
cepat. Untuk mengendalikan penyakit sifilis, khu-
susnya dengan penisilin G, terdapat beberapa regi- Penisilin G merupakhn obat terpilih untuk se-
men terapi. mua bentuk klinik aktinomikosis. Dosis yang dian-
Tindakan profilaksis setelah kontak dengan jurkan bervariasi dari 1-20 juta unit sehari, selama
penderita sifilis sama dengan tindakan terhadap 6 minggu, diteruskan dengan terapi oral 1 -2 juta unit
gonore akut; yaitu dengan pemberian penisilin G penisilin G atau penisilin V untuk 2-3 bulan berikut-
prokain 2,4 jula unit. Penisilin G benzatin juga efek- nya. Untuk mendapatkan penyembuhan, tetap di-
rif. perlukan penyingkiran jaringan yang rusak dengan
Sifilis primer, sekunder, laten (asimtoma- atau tanpa drainasi.
tik), atau tersier, diobati dengan penisilin G prokain
2,4 jula unit lM dan 1 g probenesid per oral tiap hari
INFEKSI BATANG GRAM POSITIF
selama 1 0 hari atau penisilin G benzatin 2,4 juta unit
lM dosis tunggal. Penderita neurosililis memerlukan DIFTERIA. Antitoksin sangat diperlukan untuk me-
terapi yang lebih lama : penisilin G prokain 20 juta ngurangi insidens komplikasi dan mempercepat pe-
unit sehari diberikan selama 10 hari. Bayi dengan nyembuhan penyakit. Penisilin Q digunakan hanya
sifilis kongenital diobati dengan penisilin G prokain untuk mengatasi status pembawa basil akut mau-
lM 50.000 unit/kgBB sehari selama 10 hari. pun kronik. Penisilin G prokain 2-3 juta unit sehari
Fespons masing-masing jenis sililis terhadap yang diberikan sebagai dosis tunggal atau terbagi
penisilin G tidak sama. Tindak lanjut terhadap per- selama 10-12 hari, memberikan hasil terapi sangat
kembangan penyakit perlu dilakukan selama mau- memuaskan. Bagi mereka yang alergi terhadap
pun setelah pengobatan dengan pemeriksaan sero- penisilin dapat diberikan eritromisin.
logik darah. Dengan satu tahap pengobatan angka
kegagalan terapi cukup rendah, yaitu 2% untuk KLOSTRIDIA. Penisilin G merupakan obat terpilih
sifilis primer, dan 5-10% untuk sililis sekunder. untuk terapi gangren gas dan tetanus; dosisnya
Pengobatan jarang sekali perlu ditambah lebih dari 5-10 juta unit sehari selama 2 minggu. Untuk men-
satu tahap lagi, kecuali untuk kasus reinfeksi. Ke- dapatkan hasil terapi yang memuaskan diperlukan
penyingkiran jaringan rusak; dan pada tetanus perlu
berhasilan terapi pada sitilis laten cukup rumit peni-
laiannya, karena adanya individu yang bersifat ditambah toksoid tetanus dan imunoglobulin
Wassermann-fast Mereka yang telah diobati tetapi tetanus (ATS) sebab penisilin G hanya tertuju untuk
pembasmian mikroba vegetatif saja.
setelah satu tahun titer serologiknya tidak menun-
jukkan penurunan yang jelas, perlu mendapatkan ANTRAKS. Penisilin G terpilih untuk semua bentuk
terapi ulang; demikian pula yang titernya menurun klinik infeksi antraks. Dosis 5-10 juta unit sehari
tetapi masih dalam kadar 1 : 4 atau lebih tinggi. terbagi untuk beberapa kali suntikan, diberikan se-
Beaksi Jarisch-Herxheimer akibat terapi de- lama 2 minggu. Beberapa turunan B. anthracis lelah
ngan penisilin terutama terjadi pada sifilis sekunder resisten terhadap penisilin G.
pada 90% atau lebih kasus, sedangkan pada sifilis
lainnya lebih sedikit. Beaksi ini terjadi beberapa jam LISTERIA. Penisilin G parenteral dengan dosis
setelah suntikan pertama, dengan gejala menggigil, 15-20 juta unit sehari diberikan sedikitnya 2 minggu
pada meningitis, dan 4 minggu pada endokarditis.
demam, disertai sakit kepala, otot, dan sendi. Lesi
sifilitik menjadi lebih jelas, bengkak dan mengkilat. Dosis setinggi ini khususnya diperlukan untuk neo-
Reaksi ini bertahan beberapa jam dan dapat diken- natus dan individu dengan defisiensi imunologik,
dalikan dengan sedatif; ruam kulit akan mulai berku- dan terapi perlu sedini mungkin. Ampisilin juga
rang dalam 48 jam dan menghilang dalam 14 hari. cukup efektif. Penambahan streptomisin dapat me-
Reaksi tidak akan berulang pada suntikan berikut- nin g katkan elektivitas.
nya. Pengurangan dosis inisial tidak akan mence- ERISIPELOID. lnfeksi Erysipelothrix rhusiopha-
gah terjadinya reaksi. Terjadinya reaksi Jarisch- thrae tanpa komplikasi cukup diobati dengan sun-
Herxheimer tidak memerlukan penghentian terapi. tikan tunggal 'l ,2 juta unit penisilin G benzatin.
Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalaktam Lainnya
635

Untuk endokarditis diperlukan Z-ZO juta unit sehari sensitil terhadap penisilin G. Sebagai obat pilihan,
dalam dosis terbagi selama 4-6 minggu. penisilin G parenteral diberikan 12-1 5 juta unit se-
hari selama 3-4 minggu, mengingat sering terjadi
INFEKST BATANG GRAM NEGATIF komplikasi bakteremia dan infeksi metastasis pada
sinovia dan endokarditis.
SALMONELLA DAN Sl-llcELLA. pada gastroen-
teritis yang tidak berat oleh basil yang sensitif ter_ INFEKSI OLEH KUMAN GRAM-NEGATIF LAIN-
hadap ampisilin, terapi dengan dosis oral ampisilin NYA. Ampisilin bermanfaat terhadap infeksi kuman
0,5-1,0 g 4 kali sehari cukup efektif. Untuk penyakit gram-negatif yang sensitif terhadap obat ini, misal-
yang lebih berat (bakteremia, demam enterik oleh nya infeksi saluran kemih oleh E. coti dan pr. mira-
Salmonella) diperlukan terapi parenteral. Walaupun br7is, serta infeksi oleh H. vaginatis.
ampisilin cukup elektif terhadap Salmonella, klo- Karbenisilin, tikarsilln, azlosilin, mezlosilin dan
ramfenikol tetap merupakan obat pilihan utama ter- piperasilin umumnya dibatasi penggunaannya ter-
hadap demam tifoid dan paratifoid, sebab selain hadap infeksi oleh Ps. aeruginosa dan turunan pro-
kloramfenikol lebih unggul, ampisilin perlu dica- teus indol positif (Pr. vulgaris, pr. morganii, pr.
dangkan sebagai alternatifnya yang efektif. rettgeri). Berbagai infeksi berat yang berhasil diatasi
Para pembawa kuman yang sudah berlang- dengan karbenisilin ialah meningitis oleh pr. vul_
sung selama 1 tahun atau lebih, akan pulih kembali garis dan pneumonia, infeksi saluran napas atas,
dengan memuaskan dengan terapi ampisilin 75- serta infeksi luka bakar oleh pseudomonas. lnfeksi
100 mg/kgBB sehari selama 1-3 bulan. Dalam hal berat sekali oleh Pseudomonas diobati dengan
ini, hasil terapi tergantung dari ada tidaknya infeksi kombinasi dengan gentamisin, karena kombinasi
kandung empedu. Adanya kelainan pada kandung kedua obat ini bersifat sinergistik. Dalam hal ini,
empedu memerlukan pertimbangan pengangkatan penisilin antipseudomonas diberikan lV, sedangkan
kandung empedu tersebut. Untuk tindakan pem- gentamisin lM.
bedahan ini diperlukan pemberian ampisilin sebe-
lum, selama dan sesudah pembedahan.
PENGGUNAAN PROFILAKSIS
HAEMOPHILUS INFLUENZAE. Faringitis, otitis
media, selulitis, dan osteomieliils oleh kuman ini Profilaksis dengan penisilin pada beberapa
cukup responsif diobati dengan ampisilin; dan bila keadaan sangat bermanfaat, namun pada keadaan
infeksinya ringan cukup diberikan terapi per oral. lain bukan saja tidak bermanfaat tetapi dapat juga
Untuk meningitis pada anak, diperlukan dosis 300 berbahaya. Beberapa tindakan profilaksis yang ter-
mg/kgBB sehari lV selama "l 0-14 hari. Setelah me- nyata memberi hasil memuaskan, kalau dinilai se-
ningitis bakterial pada anak didiagnosis, terapi di- cara teliti, sebenarnya bukan merupakan tindakan
mulai dengan kombinasi kloramfenikol dan peni- prolilaksis tetapi sudah bersifat terapi dini.
silin G. lnfeksi oleh H. influenzae penghasil betalak- Profilaksis yang bermanfaat dengan peni-
tamase harus diobati dengan kloramfenikol. silin ialah terhadap: (1 ) infeksi Str. pyogenes group
4, dengan suntikan tunggal 0,6 juta unit penisilin G
FUSO-SPIROCHAETA. Penyakit ini mudah dio- benzatin atau penisilin G prokain dalam minyak
bati dengan penisilin. lnfeksi ringan misalnya gin-
dengan aluminium monostearat; atau penisilin V,
givostomatitis cukup diobati dengan penisilin V oral,
dua kali 0,2 juta unit sehari, selama 5 hari; (2)
4 kali 0,4 juta unit sehari. lnfeksi lebih berat misal-
kambuhnya demam reumatik, dengan penisilin G
nya pada paru dan genitalia memerlukan penisilin
atau V oral, 2 kali 0,2 juta unit. Tetapi karena sukar
G parenteral 5-10 juta unit sehari.
menjamin keteraturan makan obat, lebih dianjurkan
PASTEURELA. Satu-satunya spesies yang sangat suntikan penisilin G benzatin 1,2-2,4 juta unit se-
sensitif terhadap penisilin adalah p. multocida, yang bulan sekali. Untuk pasien alergi penisilin, dapat
sering menyebabkan infeksi jaringan lunak, meni- diberikan sulfisoksazol atau sulfadiazin. Biasanya
ngitis, dan bakteremia. Terapinya adalah penisilin profilaksis cukup diberikan selama 5 tahun sehabis
G parenteral 4-6 juta unit sehari paling sedikit 2 suatu episode demam reumatik; atau selama masa
minggu. remaja bila demam rematik terjadi pada anak. Di sini
tujuan profilaksis ialah mencegah kerusakan lebih
RAT-BITE FEVER. Spirillum minor dan Streptoba-
berat pada jantung akibat terulangnya penyakit; (3)
cillus (Haverhilia) moniliformis sebagai penyebab, pada gonore dan sifilis, profilaksis dengan penisilin
Farmakologi dan Terapi

cukup efektif. Untuk sililis, tindakan profilaksis perlu kuman gram positif bukan penghasil penisilinase,
diikuti dengan pemeriksaan serologik berulang; (4) golongan obat ini kurang efektif daripada penisilin
pembedahan pada pasien dengan kelainan katup G. Karbenisilin dan penisilin antipseudomonas lain-
janlung, umpamanya pencabutan gigi, cukup sering nya umumnya hanya digunakan untuk infeksi Ps.
menimbulkan komplikasi endokarditis bakterial sub- aeruginosa dan proteus indol positif; (3) Penisilin
akut, sebagai akibat bakteremia selintas (transient) tahan asam umumnya efektif bila diberikan oral; (4)
oleh tindakan operatif tersebut. Untuk mencegah Penisilin yang tahan terhadap penisilinase (penisilin
komplikasi ini diberikan penisilin G kristal 1 juta unit isoksazolil, metisilin, nalsilin) sebaiknya hanya di-
dicampur penisilin G prokain 0,6 juta unit lM, 1/2-1 gunakan untuk infeksi oleh stalilokokus penghasil
jam sebelum tindakan, dilanjutkan dengan penisilin penisilinase; (5) Sitat larmakokinetik perlu diper-
V per oral 4 kali 500 sehari selama 2 hari. Atau bila hatikan untuk dapat mengendalikan kadar masing-
tidak menggunakan cara parenteral, diberikan peni- masing penisilin dalam darah sehingga efektivitas-
silin V per oral 2 g, 112-1 iam sebelum tindakan, nya terjamin. Untuk menjelaskan hal itu dapat dike-
dilanjutkan dengan 4 kali 500 mg sehari selama 2 mukakan contoh-conloh berikut. Penisilin G yang
hari. larut dalam air (kristal Na-penisilin G) bila diberikan
Profilaksis yang diragukan manfaatnya lM, akan cepat menghasilkan kadar obat yang lebih
ialah prolilaksis pada tindakan pembedahan dan tinggi dalam darah dibanding sediaan penisilin
kateterisasi jantun g, ex hang
-transfuslon, ketu ban
e repositor (penisilin G benzatin, penisilin G prokain).
pecah dini, dan prolilaksis penyebaran infeksi S. Kadar ampisilin dalam CSS penderita meningitis H.
aureus di berbagai bagian rumah sakit, serta glome- influenzae turun cukup besar setelah hari ketiga
rulonefritis akut. pengobatan karena penurunan permeabilitas
Profilaksis yang tidak bermanfaat adalah meningen akibat perbaikan yang diperoleh dengan
infeksi virus pada saluran pernapasan serta inleksi pengobatan.
virus lainnya seperti campak, varisela, variola,
poliomielitis; juga prolilaksis pada koma, syok, luka
bakar, perawatan luka yang bersih, tindak bedah,
partus normal, kateterisasi saluran kemih, gagal 2. SEFALOSPORIN
jantung dan prematuritas.
Pemberian "prolilaksis' antibiotik pada pem-
bedahan bagian tubuh yang terinfeksi sebenarnya
2.1. KIMIA DAN KLASIFIKASI
merupakan terapi. Pada keadaan ini antibiotik di-
Selalosporin dan penisilin termasuk golongan
maksudkan untuk mencegah penyebaran infeksi,
umpamanya pada pembedahan otitis media, dll, antibiotika betalaktam. Struktur kimia berbagai se-
lalosporin dapat dilihat pada Tabel 43-3. Sefalo-
sporin berasal dari fungus Cephalosporium acre-
1.8. PEMILIHAN OBAT monium yang diisolasi padalahun 1948 oleh Brot-
zu. Fungus ini menghasilkan tiga macam antibiotik,
lndikasi masing-masing jenis penisilin dapat yaitu sefalosporin P, N dan C. Dari ketiga antibiotik
berbeda satu terhadap lainnya, karena adanya per- tersebut kemudian dikembangkan berbagai derivat
bedaan dalam berbagai sifat. Dalam menentukan selalosporin semisintetik antara lain selalosporin C.
pilihan penisllin perlu diperhatikan laklor berikut : lnti dasar selalosporin C ialah asam 7-amino-
potensi, spektrum antimikroba, kelahanannya ler- selalosporanat (7-ACA'. 7-aminocephalosporanic
hadap asam, adanya penisilinase dan sifat larma- acid) yang merupakan kompleks cincin dihidrotiazin
kokinetik. Pedoman umum dalam memilih jenis pe- dan cincin betalaktam (Iabel 43-3). Sefalospbrin C
nisilin antara lain adalah sebagai berikut: (1) Untuk resisten terhadap penisilinase, tetapi dirusak oleh
mikroba yang sensitil terhadap penisilin, khususnya sefalosporinase. Hidrolisis asarn sefalosporin C
yang gram positil, penisilin G memiliki potensi ter- menghasilkan 7-ACA yang kemudian dapat dikem-
baik. lndikasi penisilin V dan lenetisilin pada umum- bangkan menjadi berbagai macam antibiotik sefa-
nya sama dengan penisilin G, hanya pemberiannya losporin. Modifikasi Rr pada posisi 7 cincin beta-
per oral; (2) Ampisilin dan senyawa kongeneriknya laktam dihubungkan dengan aktivitas antimikroba-
(ester ampisilin, amoksisilin), umumnya digunakan nya, sedangkan substitusi R2 pada posisi 3 cincin
untuk inleksi E. coli dan Pr. mirabilis. Terhadap dihidrotiazin mempengaruhi metabolisme dan far-
Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalaktam Lainnya

Tabel 43-3. STRUKTUR KtMtA BERBAGAT SEFALOSPORTN

n1-C-r'rH j--,-S\
oil ll
.r'--N- z\
t

o' Y -"'
coo

Jenis selalosporin Rr R2

7-ACA H_ aro
(asam 7 aminosefalosporanat) CHzOC.
- CHs
Generasi pertama :

./.o
sefalotin
G",,,_ -cHzoCr
CHg

sefapirin *@r"r,- - CHzOC


tza
tcH,
N:r N-N
sefazolin
| \_"r,_
N:N -*rzsj\rA.r.
sefaleksin
@i:; -cHs

sefradin
Ur- NHz
-CHs

sefadroksil no-@-"*- -CHs


NHz
Generasi kedua :

setamandol A'"r-
\r'
N_N
ltll-N
J,.. -orzsAf
CHg

sefoksitin
_l ,ro
lr
\sAcHr- - CHzOC.,
NHe

sefaklor
@r'- NHz
-cl

4o
-CH2OC.
sefuroksim
dvr: OCHs
NHa
638
Farmakologi dan Terapi

Tabel 43-3. STRUKTUR KtMtA BERBAGAT


SEFALOSpORTN (Sambungan)

Jenis sefalosporin
R1 Rz

(,Z\
sefonisid N-_N
)Fp'r- /lll
\YI
OH -cH2s-\N-N I

CHzSOs
seforanid N_-N
CHz - lltt
CHzNHa
-cHzS{tt-N I

Generasl ketiga : CHzCOOH

sefotaksim N.."_C-
,o
,r*/'.-j 'l|.,OCHs -CHzOC'tcH.
moksalaktam /Za N.-N
Ho<( )!-cp- iltt
vr coo- -CH2S-\p-N I

CHs
settizoksim
'l-l-.?-
HNA-S-' N\ _H
OCHs
NHe
Na
seftriakson s-\rv HsC I
\N/N\r,o
l_l^ tl
ll
N -OCHs -CH2S 11'-\6

setoperazon I
T-T
oY-t -cHzsAtt-NI
I
CHs
oAru
I

c zHs
Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalakam Lainnya 639

makokinetiknya. Sefamisin mempunyai struktur dan Klebsiella. Terhadap Ps. aeruginosa dan ente-
kimia yang mirip dengan sefalosporin, tetapi mem- rokokus golongan ini tidak efektif. Untuk inleksi
punyai gugus metoksi pada 7 cincin betalaktam. saluran empedu golongan ini tidak dianjurkan kare-
Sefalosporin dibagi menjadi 3 generasi berda- na dikhawatirkan enterokokus termasuk salah satu
sarkan aktivitas antimikrobanya yang secara tidak penyebab inleksi. Sefoksitin aktil terhadap kuman
langsung juga sesuai dengan urutan masa pem- anaerob.
buatannya (Tabel 43-3). Dewasa ini selalosporin
yang lazim digunakan dalam pengobatan, lelah
SEFALOSPORIN GENERASI KETIGA
mencapai generasi ketiga.
Sekarang sediaan selalosporin yang terdapat Golongan ini umumnya kurang aktif diban-
di lndonesia ialah sefalotin, setazolin,
selradin, dingkan dengan generasi pertama lerhadap kokus
sefaleksin, sefotiam, selmetazol, sefoperazon, gram-positif, tetapi jauh lebih aktil terhadap Entero-
seluroksim, sefotaksim, sefadroksil, sefsulodin, bacte riaceae, termasuk strain pen ghasil pen isi lin-
seftriakson, dll. ase. Di antara sediaan golongan ini ada yang aktil
terhadap Ps. aeruginosa.

2.2. AKTIVITAS ANTIMIKROBA


2.3. SIFAT UMUM
Seperti halnya antibiotik betalaktam lain, me-
kanisme kerja antimikroba sefalosporin ialah de- FARMAKOKINETIK
ngan menghambat sintesis dinding sel mikroba.
Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap Dari sifat larmakokinetiknya, sefalosporin di-
ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan din- bedakan dalam 2 golongan. Selaleksin, selradin,
ding sel. sefaklor dan sefadroksil yang dapat diberikan per
Selalosporin aktif terhadap kuman gram- oral karena diabsorpsi melalui saluran cerna. Sefa-
positif maupun gram- negatif, tetapi spektrum anti- losporin lainnya hanya dapat diberikan parenteral.
mikroba masing-masing derivat bervariasi. Sefalotin dan sefapirin umumnya diberikan secara
lV karena menyebabkan iritasi lokal dan nyeri pada
SEFALOSPORIN GENERASI PERTAMA pemberian lM.
Selalosporin yang lain diberikan secara sun-
ln vitro, selalosporin generasi pertama mem- tikan lM atau lV. Beberapa selalosporin generasi
perlihatkan spektrum antimikroba yang terutama ketiga misalnya sefuroksim, moksalaktam, sefotak-
aktil terhadap kuman gram-positif. Keunggulannya sim dan seltizoksim mencapai kadar yang tinggi di
dari penisilin ialah aktivitasnya terhadap bakteri cairan serebrospinal (CSS), sehingga dapat ber-
penghasil penisilinase. Golongan ini efektil terha- manfaat untuk pengobatan meningitis purulenta.
dap sebagian besar S. aureus dan Strepfococcus Selain itu selalosporin juga melewati sawar darah-
termasuk Str. pyogenes, Str. viridans dan Str. uri, mencapai kadar tinggi di cairan sinovial dan
pneumoniae. Bakteri gram-posilif yang juga sensitil cairan perikardium. Pada pemberian sistemik,
ialah Str. anaerob, Clostridium perfringens, Listeria kadar sefalosporin generasi ketiga di cairan mata
monocytogenes dan Corynebacteium diphteriae. relatif tinggi, tetapi tidak mencapai vitreus. Kadar
Aktivitas antimikroba berbagai sefalosporin gene- sefalosporin dalam empedu umumnya tinggi, ter-
rasi pertama sama satu dengan yang lain, hanya utama sefoperazon.
sefalotin sedikit lebih aktil terhadap S. aureus. Mik- Kebanyakan sefalosporin diekskresi dalap
roba yang resisten antara lain ialah strain S. aureus bentuk utuh melalui ginjal, dengan proses sekresi
resisten metisilin, S. epidermidis dan Sfr. faecalis. tubuli, kecuali seloperazon yang sebagian besar
diekskresi melalui empedu. Karena itu dosisnya
SEFALOSPORIN GENERASI KEDUA harus dikurangi pada penderita insufisiensi ginjal.
Probenesid mengurangi ekskresi selalosporin, ke-
Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri cuali moksalaktam dan beberapa lainnya. Sefa-
gram-positif dibandingkan dengan generasi per- lotin, sefapirin dan sefotaksim mengalami dea-
tama, tetapi lebih aktif terhadap kuman gram- setilasi; metabolit yang aktivitas antimikrobanya
negatif; misalnya H. influenzae, Pr. mirabilis, E. coli lebih rendah juga diekskresi melalui ginjal.
640 Farmakologi dan Terapi

Tabel 43-4. BEBERAPA DATA FARMAKOKTNETTK SEFALOSPORTN

Jenis selalosporin Cara pemberian lkatan protein t 1/2 plasma Ekskresi Efek
plasma (%) fiam) (%)
dalam urin probenesid

Generasi pertama:
Sefalotin lV dan lM 70 0.6 70-80 +
Sefazolin lV dan lM 85 1.8 95
Sefapirin lV dan lM 47-62 1.2 90 (50). +
Sefradin Oral, lV dan lM 14 0.8 86 +
Sefaleksin Oral 10-15 0.9 90 +
Sefadroksil Oral 20 1.5 90 +
Generasi kedua:
Sefamandol lV dan lM 75 0.8 85 +
Sefoksitin lV dan lM 70-80 0.8 >85 +
Sefaklor Oral 40 0.8 60-85 +
Sefuroksim lV dan lM 33 1.7 >85 +
Sefuroksim aksetil Oral 1.7
Generasi ketiga:
Sefotaksim lV dan lM 40-50 1.1 90 (50)' +
Moksalaktam lV dan lM 40-50 2.'l 90
Sefoperazon lV dan lM 82-93 2.'l 30**
Seftizoksim lV dan lM 30 1.8 90 ;
Seftriakson IV dan lM 83-96 I 60-80
Seltazidim lV dan lM 17-20 1.8 75-85
Sefsulodin lV dan lM 30 1.7 65-70

Ketrangan:
* Jumlah kadar yang diekskresi dalam bsntuk asal.
" Ekskresi tsrutama mslalui mpdu, sekitat 70% dalam bntuk asal

Sifat larmakokinetik berbagai preparat sefa- dapat terjadi pada pemberian sefaloridin 4 g/hari
losporin dapat dilihat pada Tabel 43-4. (obat ini tidak beredar di lndonesia). Selalosporin
lain pada dosis terapi jauh kurang toksik diban-
EFEK SAMPING dingkan dengan selaloridin. Kombinasi selalosporin
dengan gentamisin atau tobramisin mempermudah
Beaksi alergi merupakan elek samping yang terjadinya nelrotoksisitas.
paling sering terjadi, gejalanya mirip dengan reaksi Diare dapat timbul terutama pada pemberian
alergi yang ditimbulkan oleh penisilin. Reaksi men- seloperazon, mungkin karena ekskresinya leruta-
dadak yaitu analilaksis dengan spasme bronkus ma melalui empedu, sehingga mengganggu flora
dan urtikaria dapat terjadi. Reaksi silang umumnya normal usus. Pemberian sefamandol, moksalaktam
terjadi pada penderita dengan alergi penisilin berat, dan sefoperazon bersama dengan minuman beral-
sedangkan pada alergi penisilin ringan atau sedang kohol dapat menimbulkan reaksi seperti yang ditim-
kemungkinannya kecil. Dengan demikian pada pen- bulkan oleh disulfiram. Selain itu dapat terjadi per-
derita dengan alergi penisilin berat, tidak dianjurkan darahan hebal karena hipoprotrombinemia, dan/
penggunaan sefalosporin atau kalau sangai diper- atau dislungsi trombosit, khususnya pada pemberi-
lukan harus diawasi dengan sungguh-sungguh. an moksalaktam.
Reaksi Coombs sering timbul pada penggunaan
selalosporin dosis tinggi. Depresi sumsum tulang
terutama granulositopenia dapat timbul meskipun 2.4. INDIKASI KLINIK
jarang.
Sefalosporin merupakan zat yang nefrotoksik, Sediaan selalosporin seyogyanya hanya digu-
meskipun jauh kurang toksik dibandingkan dengan nakan untuk pengobatan infeksi bakteri berat atau
aminoglikosida dan polimiksin. Nekrosis ginjal yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain,
Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betaladam Lainnya 641

sesuai dengan spektrum antibaklerinya, Anjuran ini tertentu, misalnya S. aureus dan Streptococcus
diberikan karena selain harganya mahal, potensi (kecuali enterokokus), Kl. pneumoniae, E. cot dan
antibakterinya yang tinggi sebaiknya dicadangkan Pr. mirabilis. Obat ini sangat tahan penisilinase
hanya untuk hal iersebut di atas. Perlu diingat stafilokokus sehingga merupakan obat terpilih di
bahwa sefalosporin generasi pertama dan kedua antara sediaan sefalosporin untuk inleksi oleh S.
bukan merupakan obat terpilih untuk kebanyakan aureus penghasil penisilinase. Selain itu juga se-
infeksi karena tersedia obat lain yang elektivitasnya bagai alternatil penisilin untuk inleksi disebabkan
sama dan harganya lebih murah. kuman sensitif, pada penderita alergi penisilin. Ter-
Dari berbagai uji klinik telah terbukti, bahwa hadap klostridia, kokus gram-positif anaerob dan
sefalosporin generasi ketiga dapat digunakan untuk lusobakteri cukup efektif, tetapi terhadap infeksi 8.
terapi maupun untuk prolilaksis. Untuk pengobatan lragilis pada saluran cerna bagian bawah tidak aktil.
infeksi oleh Klebsiella, sefalosporin tunggal maupun
dalam kombinasi dengan aminoglikosida merupa- Efek samping. Walaupun dapat timbul reaksi
kan obat pilihan utama. Beberapa sediaan sefalo- Coomb positil langsung, tetapijarang terjadi anemia
sporin generasi ketiga merupakan obat pilihan hemolitik yang jelas. Syok anafilaktik, neutropenia
utama untuk meningitis oleh bakteri gram-negatif dan leukositopenia juga jarang terjadi. Kenaikan
enterik. Telah terbukti pula bahwa beberapa sefa- SGOT dan nitrogen urea darah (BUN) dapat terjadi,
losporin generasi kedua dan ketiga mempunyai tetapi dapat kembali normal selama pengobatan
efek yang sejajar dengan kombinasi ampisilin dan masih berlangsung. Dapat timbul superinleksi an-
kloramlenikol untuk pengobatan meningitis oleh H. tara lain oleh Ps. aeruginosa. Bahaya nefrotok-
influenzae. Selain itu selalosporin masih merupa- sisitas sangat kecil, sehingga tetap dapat diguna-
kan obat alternatil untuk penisilin bagi yang tidak kan pada penderita gangguan lungsi ginjal dengan
tahan penisilin. dosis disesuaikan. Tromboflebitis dapat terjadi aki-
bat pemberian lV. Pemberian intratekal tidak dian-
jurkan.
2.5. MONOGRAFI
Posologi. Dosis pemberian lV dewasa : 2-1 2 glhari,
SEFALOSPORIN GENERASI PERTAMA dilarutkan dalam larutan garam laal atau dekstrosa;
Untuk suntikan lM dosis dewasa : 0,5 - 1 g, 4-6 kali
SEFALOTIN. Selalotin merupakan sefalosporin sehari, untuk inleksi berat dapat sampai 2 g liap 4
pertama yang beredar di pasaran. Obat ini tidak jam dengan lotal 1 2 g sehari; bayi dan anak: 80-1 60
diserap melalui saluran cerna, sehingga umumnya
mg/kg dibagi beberapa dosis.
hanya diberikan secara suntikan. Suntikan lM me-
nyebabkan nyeri di tempat suntikan sehingga di-
berikan secara lV. Kadar puncak plasma darah SEFAZOLIN. Spektrum mirip dengan sefalotin.
mencapai 20 ug/ml dengan dosis 1 g secara lM. lrlencapai kadar dalam darah sekitar lima kali lebih
Seperti selalosporin generasi pertama yang lain, tinggi dari selalotin yaitu 64 ug/ml setelah pem-
selalotin tidak mencapai cairan otak, sehingga tidak berian 1 g lM. Dalam darah sampai 85% dari dosis
bermanlaat untuk terapi meningitis. Obat ini terikat diikat oleh protein plasma, Waktu paruh plasma
pada protein plasma sebanyak 70% dan tersebar sekitar 1,8 jam.
luas ke seluruh jaringan dan cairan tubuh kecuali
cairan serebrospinal (CSS). Pada pemberian dosis Efek samping : mirip selalotin.
tunggal, sekitar 70% dieliminasi melalui sekresi
tubuli ginjal, sebagian besar dalam bentuk utuh, dan Posologi. Dosis dewasa adalah : 250-500 mg/8
30% sisanya diekskresi sebagai metabolit diasetil. jam lM/lV untuk infeksi ringan; 0,5-1 g setiap 6
Waktu paruh sefalotin dalam serum 45- 60 menit.
sampai 8 jam pada inleksi berat. Untuk inleksi yang
Pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal,
mengancam jiwa misalnya endokarditis, septike-
sekitar 60% dosis diekskresi dalam 6 jam, sehingga
perlL diberikan setiap 4 atau 6 jam untuk memper- mia, 6-8 g/hari lV. Dosis untuk anak dan bayi di atas
tahankan kadar efektif dalam plasma. 1 bulan : 25-50 mg/kg BB/hari, Untuk penderita
Penggunaan obat ini seyogyanya dibatasi dengan kelainan lungsi ginjal, dianjurkan dosis se-
hanya untuk penyakit inleksi berat oleh kuman perti terlera pada Tabel 43-5.
642
Farmakologi dan Terapi

Tabel 43-5. ANJURAN DOSTS SEFAZOLTN UNTUK


SEFADROKSIL. Obat ini merupakan derivat para-
PEMBERIAN IV PADA PENDERITA DE-
hidroksi sefaleksin. Elek in vitro mirip sefaleksin,
NGAN KELAINAN GINJAL
telapi kadar plasma agak lebih tinggi.
Bersihan kreatinin Dosis oral sefadroksil untuk orang dewasa
ialah 1-2 g/sehari yang dibagi dalam 2 dosis. Untuk
Dewasa :>SSmumenit dosis biasa anak diberikan 30 mg/kg BB sehari, dibagi dalam 2
35-54 mUmenit dosis biasa/8 jam dosis. Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul 500
11-34 ml/menir setengah dosis/12jam
> 10 ml/menit mg, tablet 1 g, serta suspensioral 125 dan 250 mg/5
setengah dosis/t 8-24 jam
ml. Dosis obat perlu disesuaikan pada penderita
Anak-anak: berikan dosis biasa sebagai loading dose dengan payah ginjal.
kemudian:

40-70 mfmenit 60% dosis/1.2 jam SEFALOSPORIN GENERASI KEDUA


20-40 mUmenit 25% dosis/12 jam
5-20 mUmenit 10% dosis/24 jam SEFAMANDOL. Dibandingkan dengan sefalospo-
rin generasi pertama, obat ini lebih aktil terhadap
SEFAPIRIN. Silat-sifatnya mirip selalotin. bakteri gram-negatif tertentu, terutama H.influen-
zaq spesies Enterobacter, proteus indol positif, E
SEFALEKSIN. Obat ini kurang aktit terhadap S. coli dan spesies Klebsiella. Sebagian besar kokus
aureus penghasil penisilinase; dapat diberikan per gram- positil sensitif terhadapnya. Waktu paruh 45
oral dan tahan terhadap asam lambung. Makanan menit dan diekskresi melalui saluran kemih. pada
dalam lambung tidak mengganggu absorpsinya, pemberian dosis 1 g lM, kadar plasma mencapai 36
tetapi memperlambat tercapainya kadar puncak. ug/ml.
Kadar puncak darah mencapai 32 ug/ml pada dosis
terapi. Ekskresinya sekitar 90% melalui urin dalam SEFOKSITIN. Selamisin dihasilkan oleh S0epto-
bentuk tetap. Waktu paruh sekitar 1 jam. myces lactamdurans. Obat ini kurang aktif terhadap
Dosis oral selaleksin untuk orang dewasa spesies Enterobacter dan H. inlluenzae, dibanding
ialah 1-4 gram sehari yang dibagi dalam 4 dosis. sefamandol. Terhadap kuman gram-positil juga ku-
Dosis anak ialah 25-50 mg/kg BB sehariyang dibagi rang aktil bila dibandingkan dengan sefamandol
dalam 4 dosis. Dalam keadaan gagal ginjal, dosis dan selalosporin generasi pertama. Tetapi obat ini
obat harus disesuaikan. Obat ini tersedia dalam lebih aktil dari sefalosporin generasi pertama dan
bentuk kapsul 250 dan 500 mg dan suspensi oral generasi kedua yang lain terhadap kuman anaerob,
125 dan 250 mg/5 mt. misalnya B. fragilis.
Setelah pemberian 1 g lM, kadar dalam plas-
SEFRADIN. Struktur dan aktivitas in vitro mirip sefa- ma mencapai 22 uglml, Waktu paruhnya sekitar 40
leksin. Dapat diberikan per oral, lM maupun lV. menit. Obat ini diindikasikan terutama untuk inleksi
Karena absorpsi melalui saluran cerna sangat cepat oleh kuman anaerobik alau campuran kuman ae-
dan lengkap, maka kadar plasma yang dapat dica- robik dan anaerobik, misalnya penyakit radang pel-
pai mendekati pemberian lM yaitu sekitar 10-19 ug/
vis dan abses paru- paru. Obat ini juga efektif ter-
ml sesudah pemberian 0,5 g per oral alau secara
hadap A/. gonorrhoe ae pen ghasil pen isi linase.
tM.
Dosis parenteral seloksitin untuk orang
Dosis oral sefradin untuk orang dewasa ialah
dewasa ialah 3-12 g/hari (tM, lV) yang dibagi datam
1-4 g/hari yang dibagi dalam 4 dosis. Dosis untuk
anak ialah 25-50 mg/kg BB sehari yang dibagi 3-4 dosis. Dosis untuk anak ialah 80- 160 mg/kg
dalam 4 dosis.
BB/hari yang dibagi dalam 4-6 dosis. Dosis harus
disesuaikan bila ada gangguan lungsi ginjal. Obat
Dosis parenteral unluk orang dewasa ialah 2-g
g/hari lM atau lV, untuk anak 50-100 mg/kg BB/hari, ini tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 1,2 dan
yang dibagi dalam 3-6 dosis. Dosis obat harus di- 1o g.
sesuaikan pada penderita gagal ginjal. SEFAKLOR. Kadar plasma setelah pemberian oral
Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan mencapai sekitar 50o/o kadar selaleksin dengan
500.m9, suspensi oral 125 dan 250 mg/S ml, bubuk dosis yang sama. Terhadap H. influenzae, sefaklor
obat suntik 0,25; 0,5; 1 dan 2 g. lebih aktif daripada generasi pertama.
Penisilin, Selalosporin dan Antibiotik Betalaktam Lainnya 643

SEFUROKSIM. Sefuroksim sangat mirip sefaman- SEFTRIAKSON. Obat ini umumnya aktil terhadap
dol dalam struktur kimia dan aktivitas antibakteri in kuman gram-positil, tetapi kurang aktif dibanding-
vitro. Waktu paruh 1 ,7 jam dan diberikan tiap 8 jam. kan dengan selalosporin generasi pertama, Waktu
Kadar dalam cairan serebrospinal sekitar 10% ka- paruhnya mencapai 8 jam. Untuk meningitis ooat ini
dar dalam plasma dan ini elektil untuk pengobatan diberikan dua kali sehari sedangkan untuk infeksi
meningitis oleh H. influenzae (termasuk yang resis- lain umumnya cukup satu kali sehari. Obat ini seka-
ten ampisilin), N. meningitidis dan Sfr. pneumoniae. rang merupakan pilihan utama untuk uretritis oleh
Sediaan selalosporin generasi kedua lainnya gonokokus tanpa komplikasi. Jumlah sefiriakson
mirip selamandol, tetapi umumnya kurang aktil ter- yang terikat pada protein plasma umumnya sekitar
hadap H. influenzae.
83- 96%. Pada peningkatan dosis, persentase yang
terikat protein menurun cepat. Dosis lazim obat ini
SEFALOSPORIN GENERASI KETIGA ialah 1-2 g/hari lM atau lV dalam dosis tunggal atau
SEFOTAKSIM. Obat ini sangat aktil terhadap ber- dibagi dalam 2 dosis. Untuk uretritis oleh gonokokus
bagai kuman gram-positif maupun gram-negatif tanpa komplikasi diberikan 250 mg lM. Untuk anak
aerobik. Aktivitasnya terhadap B. fragilis sangat diberikan dosis 50-75 mg/kg BB sehariyang dibagi
lemah dibandingkan dengan klindamisin dan metro- dalam 2 dosis. Dosis obal tidak perlu disesuaikan
nidazol. Waktu paruh plasma sekitar 1 jam dan pada gagal ginjal atau adanya gangguan laal hati.
diberikan tiap 4 sampai 6 jam. Metabolitnya ialah Seltriakson tersedia dalam bentuk bubuk obat sun-
desasetilselotaksim yang kurang aktif. Obat ini tik 0,25;0,5; dan 1 g.
efektif untuk pengobatan meningitis oleh bakteria
SEFOPERAZON. Obat ini lebih aktif lerhadap Ps.
gram-negatif. Dosis obat untuk orang dewasa ialah
aeruginosa dibandingkan dengan sefotaksim dan
2-12 glhari lM atau lV yang dibagi dalam 3-6 dosis.
moksalaktam. Waktu paruhnya sekitar 2 jam. Eks-
Dosis untuk anak ialah 100- 200 mg/kg BB/hariyang
kresinya terulama melalui saluran empedu, hanya
dibagi dalam 3-6 dosis. Dalam keadaan gagal ginjal
sekitar 25o/o melalui urin. Karena itu bila ada gang-
diperlukan penyesuaian dosis. Sefotaksim tersedia
guan fungsi ginjal dosis tidak perlu diubah. Namun
dalam bentuk bubuk obat suntik 1, 2 dan 10 g. pada gangguan lungsi hepar hal ini perlu mendapal
MOKSSALAKTAM. Struktur kimia berbentuk oksa- perhatian. Kadar puncak pada pemberian lV ber-
betalaktam yang terbentuk dari substitusi oksigen variasi dari 250 mg/ml setelah inlus 2 g selama 20
dengan atom sulfur pada nukleus sefem. Diban- menit sampai 375 ug/ml setelah suntikan bolus lV
dingkan dengan sefotaksim, obat ini kurang aktif dengan jumlah yang sama. Pada pemberian lM
terhadap kuman gram-positif, H. influenzae dan kadar puncak dicapai 1 jam sesudah pemberian
Enterobacteiaceae, tetapi lebih aktif terhadap Ps. yaitu sekitar sepertiga sampai setengah kadar yang
aeruginosa dan 8. fragilis. Waktu paruh sekitar 2 dapat dicapai dengan pemberian inlus lV. lkatan
jam dan diekskresi melalui saluran kemih dalam protein seloperazon ialah 82-93% . Kadar tertinggi
bentuk asal. terdapat di dalam empedu. Pada meningitis, kadar
Efek samping yang dapat latal, yailu perda- dalam cairan serebrospinal dapat mencapai kadar
rahan, kemungkinan disebabkan moksalaktam antibakteri. Selain itu seloperazon dapat meliwati
dapat mengganggu hemostasis akibat hipoprolrom- sawar uri.
binemia dan dislungsi trombosit. Dianjurkan untuk Semua efek samping selalosporin yang
memberikan profilaksis vitamin K 10 mg/minggu umum, dapat timbul pada pemberian seloperazon.
pada penggunaan moksalaktam. Karena disfungsi Gejala seperti sindrom disulfiram lerjadi pada pe-
minum alkohol selama menggunakan obat ini, an-
trombosit berhubungan dengan besarnya dosis,
tara lain nausea, vomitus, diare, tekanan darah
maka pada penderita dengan lungsi ginjal normal
meningkat dan f/ush. Hipoprotrombinemia dapat
yang mendapat dosis 4 g/hari selama lebih dari 3
terjadi pada penggunaan obat ini, tetapi dapat di-
hari dianjurkan untuk memonitor waktu perdarahan, atasi dengan vitamin K. Bila terjadi alergi berat,
Dosis lazim obat ini ialah 2-4 g lM atau lV tiap 8-12 diatasi dengan pemberian antara lain epinelrin dan
jam, Dosis untuk anak ialah 150-200 mg/kg BB/hari kortikosteroid bila perlu. Pada wanita hamil kea-
yang dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis obat harus diku- manan penggunaan obat ini belum diketahui secara
rangi pada keadaan gagal ginjal. Moksalaktam ler- pasti. Dosis lazim obat ini untuk orang dewasa ialah
sedia dalam bentuk bubuk obat suntik 1 , 2 dan 1 09. 2-4 glhari lM atau lV yang dibagi dalam 2 dosis.
644 Farmakologi dan Terapi

Dosis untuk anak ialah 100-1 50 mg/kg BB sehari berat badan < 50 kg diberikan suspensi dengan
yang dibagi dalam 2 atau 3 dosis, Dosis obat tidak dosis 8 mg/kg sehari. Obat ini tersedia dalam bentuk
perlu disesuaikan pada keadaan gagal ginjal, tablet 200 dan 400 mg, serta suspensi oral 100 mg/5
Sefopera2on tersedia dalam bentuk bubuk obat ml.
suntikl dan2g.
SEFTAZIDIM. Aktivitas seftazidim terhadap bakteri
gram-positif tidak sebaik sefotaksim. yang jelas 3. ANTIBIOTIKA B ETALAKTAM
menonjol ialah aktivitasnya terhadap ps. aerugi-
nosa, jauh melebihi sefotaksim, sefsulodin dan LAINNYA
piperasilin. Waktu paruh plasma sekitar 1.5 jam.
Obat ini tidak dimetabolisme dalam tubuh dan di-
ekskresi terutama melalui saluran kemih. Dosis Dewasa ini telah dikembangkan antibiotika
lazim obat ini untuk orang dewasa ialah 1-2 g sehari betalaktam lain yang tidak tergolong penisilin
lM atau lV setiap 8-12 jam. Dosis untuk anak ialah maupun sefalosporin.
30-50 mg/kg BB setiap 8 jam, Dosis obat perlu
disesuaikan pada keadaan gagal ginjal. Seftazidim
tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 0,5; 1 dan 3.1. MONOBAKTAM
29.
Monobaktam merupakan suatu senyawa
SEFIKSIM. Seliksim adalah suatu sefalosporin betalaktam monosiklik, dengan inti dasar berupa
generasi ketiga yang dapat diberikan secara oral, cincin tunggal, asam-3 aminobaktamat.
Sefalosporin generasi ketiga derivat yang lain
hanya dapat diberikan secara parenteral. Struktur ini berbeda dengan struktur kimia golongan
Spektrum aktivitas antibakteri. ln vitro, obat ini antibiotika betalaktam terdahulu misalnya penisilin,
stabil terhadap berbagai jenis betalaktamase dan sefalosporm, karbapenem, berinti dasar cincin
mempunyai spektrum antibakteri menyerupai spek- ganda.
trum sefotaksim. Sefiksim tidak aktif terhadap
S.aureug enterokokus (misalnya E faecalis), pneu- Hs'N
mokokus yang resisten terhadap penisilin, pseudo-
monas, L. monocytogenes, Acinetobacter dan g.
\--
fragilis.
Sefiksim digunakan untuk terapi otitis media
akut, bronkitis akut, inleksi saluran kemih oleh
kuman yang sensitif, dan gonore.
,4,
O' SOa

Elek samping sefiksim umumnya ringan. yang


tersering ialah diare (1 6%) dan keluhan saluran
cerna lainnya. AZTREONAM
Absorpsi sefiksim melalui oral berjalan lambat Aztreonam merupakan derivat monobaktam
dan tidak lengkap. Bioavailabilitas absolut sekitar pertama yang terbukti bermanfaat secara klinis.
40% sampai 50%, Dalam bentuk suspensi obat ini
diserap lebih baik dari bentuk tablet. Kadar tinggi
terdapat pada empedu dan urin.
Sefiksim diekskresi terutama melalui ginjal.
Ekskresi melalui empedu sekitar 10% dari dosis.
Obat ini tidak dimetabolisme. Waktu paruh eliminasi CHs
dalam serum antara 3 sampai 4 jam, dapat meman- Hooc-C-o,I

jang pada kelainan fungsi ginjal. Obat ini tidak bisa ,/


dikeluarkan dari tubuh dengan hemodialisis atau
CHs 'N==C

dialisis peritoneal.
Dosis oral untuk dewasa atau anak dengan
berat badan lebih dari50 kg ialah 200-400 mg sehari
yang diberikan dalam 1-2 dosis. Untuk anak dengan HzN
A
Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalaftam Lai nnya 645

Monobaktam pada awalnya diisolasi dari ku- tribusi luas ke dalam berbagai jaringan dan cairan
man a.l. Gluconocabacter, Acetobacter, Chromo- tubuh yaitu sinovial, pleural, perikardial, peritoneal,
bacterium, tetapi aktivitas antibakterinya sangat cairan lepuh, sekresi bronkus, tulang, empedu hati,
lemah. .Kemudian dikembangkan monobaktam paru paru, ginjal, otot, endometrium dan usus.
sinte{ik, yaitu aztreonam, dengam menambahkan Kadar dalam urin tinggi. Selain itu kadar dalam
suatu oksim-aminotiazol sebagai rantai samping di- prostat yang tidak meradang dapat mencapai se-
tambah gugus karboksil pada posisi 3 dan satu kitar 8 ug/g jaringan dalam waktu 1 sampai 3 jam
gugus alfa-metil pada posisi 4. Perubahan struktur sesudah pemberian lM. Kadar tersebut jauh lebih
tersebut sangat meningkatkan stabilitas aztreonam tinggi dari KHM Enterobacteriaceae pada umum-
terhadap berbagai betalaktamase dan aktivitas an- nya. Pada meningitis kadar yang dapat dicapai di
tibakterinya terhadap kuman gram-negatif aerobik, CSS sekitar 5 sampai 10 kali lebih tinggi dari KHM
termasuk Pseudomonas aeruginosa. Enterobacteiaceae. Penetrasi ke dalam CSS bila
tidak ada meningitis hanya mencapai kadar sekitar
MEKANISME KERJA. Aztreonam bekerja dengan l14kali bila dibandingkan dengan pada meningitis.
menghambat sintesis dinding sel kuman, seperti Ekskresi terutama melalui filtrasi glomerulus dan
antibiotika betalaktam lain. Antibiotik ini dengan mu-
sekresi tubulus ginjal dalam bentuk utuh, yaitu seki-
dah menembus dinding dan membran sel kuman lar 7Q% dosis yang diberikan. Probenesid memper-
gram-negatif aerobik, dan kemudian mengikat erat
lambat ekskresinya. Sekitar 7% obat dimetabolisme
peniciltin-binding-profein 3 (=PBP 3). Pengaruh in-
dan metabolitnya kemudian diekskresi melalui urin.
teraksi tersebut pada kuman ialah terjadi perubahan Hanya 1 % yang diekskresi melalui tinja dalam ben-
bentuk filamen, pembelahan sel terhambat dan tuk utuh. Pada orang dewasa waktu paruh aztreo-
mati. Kadar bunuh minimal aztreonam terhadap nam mencapai 1 ,7 iam (1 ,6 sampai 2,1 jam), pada
kuman yang peka tidak banyak berbeda dengan neonatus jauh lebih lama. Pada pasien dengan
KHMnya. Aztreonam tidak terikat pada PBP esen- gangguan lungsi ginjal perlu penyesuaian dosis
sial kuman gram-positit dan kuman anaerob. aztreonam, karena waktu paruh eliminasi meman-
Aztreonam hanya aktif terhadap kuman gram- jang, bahkan pada gagal ginjal waktu paruh elimina-
negatif aerobik termasuk Haemophilus inlluenzae sinya dapat mencapai 6 jam. Pada pasien yang
dan meningokok serta gonokok yang menghasilkan mengalami hemodialisis perlu diberi dosis suple-
betalaktamase. Terhadap Enterobacteriaceae, ler- men. Pada sirosis hepatis penggunaan jangka pan-
masuk yang resisten terhadap penisilin, sefalospo- jang perlu penyesuaian dosis, karena dalam keada-
rin generasi satu dan aminoglikosida, potensinya an ini bersihan total menurun 2Qo/o sampai 25%.
sebanding dengan sefalosporin generasi ketiga'
Terhadap berbagai strain Pseudomonas aerugi- lNDlKASl. Aztreonam tunggal maupun dalam kom-
nosa, aztreonam sangat aktil, tetapi seftazidim binasi dengan antimikroba lain, efektil untuk meng-
masih sedikit lebih poten. Obat ini tidak aktif ter- atasi infeksi berat oleh kuman gram-negatil aerobik'
hadap spesies Acinetobacter, Xantomonas malto' lndikasinya antara lain untuk infeksi saluran kemih
philia, Achromobacter xyloxidans, spesies A/cali- dengan komplikasi, saluran napas bawah, kulit dan
genes dan Legionella pneumophila. Aztreonam struktur kulit, alat kelamin, intra-abdominal, tulang
tahan terhadap betalaktamase umumnya, kecuali dan bakteremia pada dewasa dan anak.
betalaktamase tertentu seperti yang dihasilkan Spektrum antibakteri aztreonam mirip antibio-
Klebsiella oxytoca suatu kuman yang jarang lika aminoglikosida, tetapi tidak aktif terhadap ku-
ditemukan. man gram-positif. Sehubungan dengan itu aztreo-
nam dapat menjadi alternatil aminoglikosida, khu-
FARMAKOKINETIK. Aztreonam harus diberikan sus untuk inleksi kuman gram-negatif. Untuk pen-
secara lM atau lV, karena tidak diabsorpsi melalui derita inleksi yang memerlukan antimikroba spek-
saluran cerna. lrum luas dan lidak tahan terhadap aminoglikosida
Kadar puncak dalam serum darah pada pem- dan antimikroba betalaktam lain, kombinasi aztreo-
berian 1 g lM dalam waktu 60 menit mencapai 46 nam dengan antibiotika yang aktil terhadap kuman
ug/ml dan pada pemberian bolus lV 125 ug/ml' gram-positil misalnya vankomisin merupakan
Pemberian 1 g aztreonam secara infus selama 30 pilihan yang baik.
menit, mencapai kadar puncak dalam darah 90
sampai 164 ug/ml. Sekiiar 56% aztreonam dalam EFEK SAMPING. Elek samping aztreonam tidak
darah terikat pada protein plasma. Obat ini di-dis- banyak berbeda dengan antibiotika betalaktam lain.
646
Farmakologi dan Terapi

Penggunaan rutin untuk neonatus tidak dianjurkan, ngannya bebas dari pengrusakan oleh enzim ter-
sampai ada data yang pasti bahwa kadar tinggi sebut dan dapat menghambat sintesis dinding sel
arginin yang terdapat pada sediaan sebanyak 7g0 bakteriyang dituju.
mg/g antibiotik tidak menyebabkan hipogliliemia.
Silat ikatan betalaktamase dengan pengham_
POSOLOGI. Aztreonam diberikan secara suntikan batnya ini umumnya menetap, penghambatnya se_
lM yang dalam, bolus lV perlahan-lahan atau infus ringkali bekerja sebagai suatu su,blde inhibitpr,
intermiten dengan periode 20 sampai 60 menit. karena ikut hancur di dalam betalaktamase yang
Perlu diperhatikan instruksi pabrik pembuat untuk diikatnya.
masing-masing sediaan. ASAM KLAVULANAT. Obat ini diisolasi darijamur
Dosis dewasa, 1-g g/hari, dibagi untuk pem_ Strep. clavuligerus. Sulbaklam, suatu sullon asam
berian setiap 6 sampai 12 jam. Untuk infeksi sairran penisilinat, merupakan derivat sintetis 6_aminope_
kemih 500 mg atau 1 g setiap 8 sampai 12 jam. nisilinat. Kedua inhibitor ini menghambat eksoen-
Pemberian lV dianjurkan untuk yang memer_ zim stafilokok yang diperantarai ptasmid dan beta_
lukan dosis lebih dari 1 g misalnya pasi"n laktamase Richmond dan Sykes Tipe ll, lll, lV, V dan
tisemia bakterial, abses intra-abdominal, peritonitis
""p_ Vl; diantaranya termasuk enzim TEM-I (Tipe lll)
atau inleksi sistemik berat lainnya. Untuk infeksi yang dihasilkan oleh H. influenzae, N. gonorrhoeae,
Ps.a.eruginosa, 2 g tiap 6 atau g jam, terutama pada E. coli, Salmonella dan Shigella. Selain itu juga
awal terapi. Pada pasien usia lanjut, dianjurkan betalaktamase yang diperantarai plasmid lain yang
untuk menggunakan klirens kreatinin sebagai pedo_ dihasilkan oleh bakteria gram-negatif tertentu dan
man pengaturan dosis bila perlu. Untuk bayi dan enzim yang diperantarai kromosom yang dihasilkan
anak-anak, ketentuan dosis belum mantap, tapi di- oleh Klebsiella fl-ipe lV), B. fragilis dan Legionella.
anjurkan 90 sampai 120 mg/kg/hari dibagi dalam Betalaktamase yang diperantarai kromosom, Rich_
3-4 dosis. mond dan Sykes Tipe I yang dihasilkan oleh Entero_
Untuk pasien dewasa dengan gangguan bacter, Serratia, Morganella, Citrobacter, pseudo-
lungsi ginjal, anjuran pengaturan Oosis seUagaiOer- monas dan Acinetobacler umumnya resisten ter-
ikut: bersihan kreatinin 30 sampai t O/meniVt hadap asam klavulanat dan sulbaktam. Contoh se_
,ZS tvt2,
dosis awal 1 alau 2 g, kemudian dosis penunjang diaan kombinasi tetap yang tersedia untuk pengo_
setengan dosis biasa dengan interval 6, g atau 12 batan ialah a.l. : Amoksisilin/klavulanat potasium,
jam; untuk bersihan kreatinin kurang dari .l 0 ml/ ampisilin/sulbaktam dan tikarsilin/klavunamat
menit/1 ,79 M2, dosis awal 500 mg,l g atau Z g potasium.
kemudian dosis penunjang seperempat dosis biasa
dengan interval 6, 8 atau 12 jam. Untuk infeksi berat

"+"(:,.,."
COOH
selain dosis penunjang, seperdelapan dari dosis
diberikan setiap sesudah dilakukan hemo-
:6-wa.l
dialisis. Sediaan : bubuk 500 mg, .l g dan 2 g.

H
3.2. PENGHAMBAT BETALAKTAMASE
DENGAN KOMBINASINYA asam klavulanat

PENGHAMBAT BETALAKTAMASE

Penghambat betalaktmase yang telah diguna_


kan dalam pengobatan ialah asam ilavulanal dan
sulbaktam. Penghambat tersebut tidak memperli_
hatkan aktivitas antibakteri, sehingga tidak dapat
digunakan sebagai obat tunggal untuk menanggu_
langi penyakit infeksi. Bila dikombinasi dengan-an_
tibiotika betalaktam, penghambat ini akan mengitat
enzim betalaktamase, sehingga antibiotika plsa_ sulbaktam
Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalakam Lainnya 647

KOMBtNASt AMOKStStLtN/KAL|UM KLAVU- resisten atau sebab lain. Bila penyebab infeksi tidak
LANAT memproduksi betalaktamase, amoksisilin tunggal
merupakan obat pilihan utama,
Amoksisilin tunggal in vitro aktil terhadap ber-
lnfeksi saluran kemih berulang pada anak dan
bagai kuman aerobik dan anaerobik gram-positif
dewasa oleh E. coli dan kuman patogen lain yang
dan gram-negatif bukan penghasil betalaktamase.
memproduksi betalaktamase,yang tidak dapat di-
Kombinasi amoksisilin/kalium klavulanat tidak me-
atasi oleh kotrimoksazol, kuinolon atau sefalosporin
ningkatkan aktivitas in vitro terhadap kuman yang
oral.
sensitif tersebut, tetapi memperluas spektrum akti-
vitasnya terhadap kuman penghasil betalaktamase
lnleksi jaringan lunak oleh berbagai kuman
patogen penghasil betalaktamase yang resisten ter-
yang intrinsik termasuk strain yang sensitif. Kom-
hadap isoksasolil penisilin, atau sefalosporin oral
binasi ini tidak aktil terhadap S. aureus yang resis-
generasi pertama.
ten terhadap metisilin.
lnfeksi oleh Eikenella corrodens, streptoko-
FARMAKOKINETIK. Kedua komponen obat kom- kus, S. aureus, anaerob oral pada luka gigitan oleh
binasi ini profil farmakokinetiknya mirip dan tidak manusia; dan inleksi Pasteurella multocida, strep-
saling menghambat. Absorpsi kalium klavulanat tokokus, S. aureus, anaerob oral akibat luka gigitan
tidak dipengaruhi oleh makanan, susu atau antasid. hewan. Untuk ini try'KV merupakan pilihan utama.
Obat ini tahan lerhadap suasana asam. Pada suka- Chanchroid oleh H. ducrey yang penghasil
relawan sehat, pemberian per oral 125 mg'kalium betalaktamase, yang tidak dapat diatasi oleh eri-
klavulanat (KV) bersama amoksisilin 500 mg, kadar tromisin atau seltriakson.
tertinggi rata-rata KV dalam darah akan mencapai
3,5-3,9 ug/ml dalam satu sampai dua jam setelah EFEK SAMPING. Amoksisilin/kalium klavulanat
pemberian. Sekitar 30% KV terikat pada protein umumnya jarang menimbulkan efek samping berat.
plasma, sisanya didistribusi terutama ke dalam cair- Efek samping yang paling sering timbul ialah diare,
an ekstrasel. Kadar KV yang cukup terdapat pada terutama pada dosis KV > 250 mg. Jenis elek sam-
empedu, cairan pleura dan peritoneal dan cairan ping A/KV sama dengan amoksisilin tunggal. Dila-
telinga tengah. Kadar dalam cairan otak rendah, bila porkan A/KV dapat mengganggu lungsi hati yaitu
tidak ada peradangan mening. Pada dosis tinggi berupa peningkatan lransminase serum. Kelainan
kadar dalam sputum cukup tinggi. Kadar KV di ini dapat kembali normal bila obat dihentikan. Alergi
dalam cairan amnion dan tali pusat mencapai seki- terhadap penisilin merupakan kontraindikasi pem-
tar 50% dari kadar dalam darah ibu. berian A/KV.
Ekskresi KV terutama melalui ginjal, tetapi POSOLOGI. Dosis A/KV per oral untuk dewasa dan
probenesid tidak mempengaruhi bersihan ginjal
anak (berat > 40 kg) ialah 250 mg/125 mg tiap 8 jam.
obat tersebut . Setelah 6 jam pemberian, sekitar Untuk penyakit berat dosis Fi/KV 500 mg/125 mg
25% sampai 40% obat ini terdapat didalam urin da- tiap 8 jam. Untuk anak-anak < 40 kg dosis amok-
lam bentuk asal. Waktu paruh eliminasinya sekitar sisilin 20 mg/kg /hari, dosis KV disesuaikan dengan
1 jam. Waktu paruh ini memanjang bila ada ganggu-
dosis amoksisilin.
an fungsi ginjal. Penyesuaian dosis KV dibuat ber-
sama dengan penyesuaian dosis amoksisilin.
DINATRIUM TIKARSILIN/KALIUM KLAVULANAT
lNDlKASl. Kombinasi amoksisilin/kalium klavulanat
(A/KV) diindikasikan sebagai obat alternatil untuk Tikarsilin ialah suatu karboksipenisilin, ber-
berbagai infeksi oleh jenis bakteria gram-negatif spektrum antibakteri lebih luas dari ampisilin, ter-
dan gram-positif yang termasuk cakupan spektrium masuk Ps. aeruginosa dan kokus gram-negatif..
aktivitas amoksisilin tetapi memproduksi betalak- Obat ini aktil terhadap bakteria gram- positif kecuali
lamase, selain itu juga kuman anaerob. Obat ini enterokok dan stafilikok penghasil betalaktamase
diindikasikan untuk inleksi berikut. atau resisten terhadap metisilin. Tambahan asam
lnleksi akut pada telinga-hidung-tenggorokan, klavulanat tidak meningkatkan aktivitas tikarsilin ter-
infekbi ringan sampai sedang saluran napas bawah hadap Ps. aeruginosa, A. calcoacetieug S. marces-
oleh H. influenzae, M. catarrhalis yang memproduk- cens dan Enterobicter.
si betalaktamase, yang tidak dapat diatasi oleh ko- Seperti kombinasi amoksisilin/klavulanat,
trimoksazol atau sefalosporin oral karena alergi, kombinasi tikarsilin/kalium klavulanat memperluas
648 Farmakologi dan Terapi

spektrum tikarsilin. Tetapi kombinasi ini kurang rata-rata dalam serum mencapai 18 ug/ml dan 13
elektif terhadap stafilikok yang resisten metisilin. ug/ml.
Elek samping kombinasi sama dengan tikar- Sekitar 38% SB dalam serum terikat protein
silin. dan amoksisilin/kalium klavulanat. plasma, obat ini didistribusi terutama ke dalam cair-
an ekstrasel. Sulbaktam mencapai kadar tinggi di
FARMAKOKINETIK. Setelah pemberian infus (30
urin, kadar cukup di empedu, mukosa saluran cer-
menit) 3 g tikarsilin/100 g kalium klavulanat, segera
dicapai kadar puncak rata-rata dalam darah tikar-
na, saluran reprodukssi wanita, selain itu dapat
melewati plasenta dan terdapat di air susu ibu. Eks-
silin 330 ug/ml dan asam klavulanat 8 ug/ml. Kadar
yang sama akan dicapai bila kedua obat tersebut kresi SB melalui liltrasi glomerulus dan sekresi
diberikan masing-masing dalam bentuk tunggal.
tubuli ginjal, dapat diperlambat oleh probenesid.
Kira-kira 75%-85% dosis terdapat di urin dalam
PENGGUNAAN. Tikarsilin/klavulanat diindikasikan bentuk asal, setelah + 8 jam. Waktu paruh eliminasi
untuk infeksi berat saluran napas bawah, saluran SB + 1 jam pada dewasa sehat. Pada neonatus,
kemih, tulang dan sendi, kulit dan jaringan lunak dan usia lanjut dan penderita kelainan lungsi ginjal wak-
septisemia oleh bakteria gram-negatif, S. aureus tu paruh SB memanjang. Pada gangguan lungsi
penghasil betalaktamase, dan kuman yang peka ginjal perlu penyesuaian dosis.
terhadap tikarsilin. Selain itu digunakan juga untuk
pengobatan inleksi campur intra-abdominal dan gi- POSOLOGI. Ampisilin/sulbaktam dapat diberikan
secara lM dalam, lV 10 sampai 15 menit atau inlus
nekologik.
lV (50 ml dalam 100 ml pelarut) 15 sampai 30 menit.
POSOLOGI. Tikarsilin/kalium klavulanat diberikan Untuk dewasa lV, lM-dalam AP/SB 1 g/0,5 S - 2Sl1
secara infus intermiten selama 30 menit. Untuk g setiap 6 jam. Dosis total sulbaktam tldak lebih dari
infeksi saluran kemih sistemik pada orang dewasa 4 g/hari. Untuk anak kurang dari 12 tahun belum ada
(60 kg) dosis tikarsilin/kalium klavulanat 3 g/100 mg dosis mapan. Untuk penderita dengan kelainan
tiap 6 jam per hari; untuk pasien kurang dari 60 kg, fungsi ginjal dosis disesuaikan dengan bersihan
200 sampai 300 mg/kg /hari( berdasarkan kom- kreatinin, sebagai berikut :
ponen tikarsilin) dibagi tiap 4 sampai 6 jam pem-
berian. Dosis anak di bawah 12 tahun belum dike- Bersihan Waktu Paruh
tahui. kreatinin ampisilin/sulbaktam
(jam)

NATBTUM AMplStLtN/NATRtUM SULBAKTAM >30 1 1,5-3gtiap6-8jam


15 - 29 5 1,5-3gtiap12 jam
ln vitro ampisilin (AP) aktif terhadap berbagai 5-14 I 1,5-3gtiap24 jam
kuman gram- positif dan gram-negatif dan beberapa
jenis kuman anaerob. Kombinasi dengan sulbaktam
(SB) tidak mengubah aktivitas AP, tetapi memper- EFEK SAMPING. Dosis ini umumnya ditoleransi
luas spektrumnya mencakup kuman penghasil be- dengan baik. Efek samping yang timbul sama de-
talaktamase yang intrinsik termasuk galur peka ter- ngan efek samping ampisilin tunggal.
hadap AP dan kuman anaerob termasuk B. fragitis.

lNDlKASl. Ampilisin/sulbaktam diindikasi pada in- 3.3. KOMBINASI KARBAPENEM


leksi (oleh kuman yang sensitif) ginekologik, intra
abdominal dan kulit serta jaringan lain pada dewasa
tMtPENEM/NATRtUM STLASTATTN
dan anak usia lebih dari 12 tahun. Selain itu juga
diindikasikan untuk mengatasi infeksi campur lmipenem, suatu turunan tienamisin, mbrupa-
aerobik dan anaerobik. kan karbapenem pertama yang digunakan dalam
pengobatan. Tienamisin diproduksi oleh Strepto my-
FARMAKOKINETIK. Kedua komponen tersebut
ces cattleya. lmipenem mengandung cincin beta-
tidak saling mempengaruhi secara larmakokinetik.
laktam dan cincin lima segi tanpa atom sulfur. Oleh
Pemberian AP/SB 2 Sl1 g secara inlus lV selama
enzim dehidropeptidase yang terdapat pada brush
15 menit akan menghasilkan kadar puncak dalam
border tubuli ginjal, obat ini dimetabolisme menjadi
serum 120 ug/ml dan 60 uglml. Satu jam setelah
metabolit yang nelrotoksik, Hanya sedikit yang ter-
pemberian lM AP/SB 1 g/500 mg kadar puncak
deteksi dalam bentuk asal di urin.
Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalaktam Lainnya

dapnya, imipenem memperlihatkan efek pasca-


antibiotik.
SCH2CH2NHCH - NH
lNDlKASl. lmipenem/silastatin digunakan untuk pe-
no\" H20 ngobatan inteksi berat oleh kuman yang sensitif,
n"'I termasuk infeksi nosokomial yang resisten terha-
CH3 dap antibiotik lain, misalnya infeksi saluran napas
lmlpenem bawah, intra abdominal, obstetri-ginekologi, osteo-
mielitis dan endokarditis oleh S. aureus. Untuk in-
H\ /'COONa leksi berat oleh Ps. aeruginosa dianjurkan agar di-
H C-C kombinasikan dengan aminoglikosida, karena ber-
Hooc. , / \
' C- cnzscH zcnzinz i'll-l ctl3 e{ek sinergestik.
I I >-cH3
o-c---<
NH2 EFEK SAMPING. lmipenem/silastatin dosis 1 sam-
pai 4 g tiap komponen per hari, umumnya ditoleransi
H
dengan baik. Efek samping yang mungkin timbul
Natrium silastatin secara umum sama dengan antibiotik betalaktam
lainnya.
Silastatin, penghambat dehidropeptidase-1, Efek samping yang paling sering dari imipe-
tidak beraktivitas antibakteri. Bila diberikan ber- nem ialah mual, muntah, kemerahan kulit dan reaksi
sama imipenem dalam perbandingan sama, sila- lokal pada tempat infus. Kejang dilaporkan terjadi
statin akan meningkatkan kadar imipenem aktif di pada 0,9% dari 1,754 pasien yang mendapat obat
dalam urin dan mencegah efek toksiknya terhadap tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut obat ini
ginjal. dikontraindikasikan pada pasien yang berisiko ting-
gi untuk menderita kejang. Bila diberikan bersama
Mekanisme kerja dan spektrum antibakteri. lmi- siklosporin sebaiknya hati-hati, karena keduanya
penem mengikat PBP2 dan menghambat sintesis dapat mengganggu susunan saraf pusat.
dinding sel kuman. ln vitro obat ini berspektrum
sangat luas, termasuk kuman gram-positil dan FARMAKOKINETIK. lmipenem maupun silastatin
gram-negatif , baik yang aerobik maupun anaerobik; tidak diabsorpsi melalui saluran cerna, sehingga
imipenem beraktivitas bakterisid. Selain itu obat ini harus diberikan secara suntikan. Setelah pembe-
resisten terhadap berbagai jenis betalaktamase rian masing-masing 1 g impenem/silastatin secara
baik yang diperantarai plasmid maupun kromo- infus 30 menit, kadar puncak rata-rata dapat men-
som. lmipenem in vitro sangat aktil terhadap kokus capai 52 dan 65 ug/ml. Enam jam kemudian kadar
gram-positif , termasuk staf ilokok, streptokok, pneu- menurun sampai 1 ug/ml. Kadar puncak imipenem
mokok dan E. faecalrs serta kuman penghasil beta- dalam plasma (10 dan 12 prg/ml) dicapai dalam 2
laktamase umumnya. Tetapi obat ini tidak aktil ter- jam. Kadar puncak silastatin 24 dan 33 prg/ml yang
hadap stafilokok resisten metisilin atau galur yang dicapai 1 jam sesudah pemberian. Kira-kira 20%
uji koagulasinya negatif. lmipenem aktif terhadap impenem dan 40% silastatin terikat protein plasma.
sebagian besar Enterobacteriaceae, potensinya se- Distribusi obat ini merata ke berbagai jaringan dan
banding dengan aztreonam dan sefalosporin gene- cairan tubuh, Pada meningitis, pemberian 1 g obat
rasi ketiga. Selain itu spektrumnya meluas men- ini tiap 6 jam, akan mencapai kadar dalam cairan
cakup kuman yang resisten penisilin, aminogliko- otak setinggi 0,5 dan 11 pg/ml. Kadar imipenem
sida dan sefalosporin generasi ketiga. lmipenem dalam empedu umumnya rendah. Obat ini dieks-
juga sangat aktif terhadap meningokok, gonokokus kresi melalui liltrasi glomerulus dan sekresi tubu'li
dan H. influenzae termasuk yang memproduksi ginjal.
betalaktamase. Terhadap Acinetobacter dan Ps. Bila diberikan bersama silastatin, + 70% dati
aeruginosa aktivitasnya sebanding dengan sefta- dosis imipenem diekskresi di urin dalam bentuk asal
zidim. Terhadap kuman anaerob aktivitasnya se- 10 jam sesudah pemberian, sisanya dimetabo-
banding dengan klindamisin dan metronidazole, lisme. Silastatin diekskresi dalam urin sekitar 75%
tetapi terhadap Clostridium difficile tidak aktif. Ter- dalam bentuk asal, sisanya dimetabolisme, Meta-
hadap sebagian besar kuman yang sensitif terha- bolit utama sebanyak + 12% dari dosis terdapat di
650
Farmakolqi dan Terapi

urin sebagai N-asetil silastatin. Ekskresi imipenem imipenem 2,5 iam dan silastatin 3,8 jam, sehingga
maupun silastatin melalui tinja hanya sekitar 1%. sesudah dialisis pedu dosis suplemen.
Waktu paruh imipenem dan silastatin + 1 jam
padg orang dewasa. Pada kelainan fungsi ginjal
POSOLOGI. Dosis lazim imipenem ialah 0,5-1 g
waktu paruh imipenem dapat mencapai 3,5 sampai
tiap 6 jam. Dosis harus dikurangi pada keadaan
4 jam dan silastatin sampai 16 jam sehingga perlu
payah ginjal dan dosis tambahan diberikan setelah
penyesuaian dosis. Pada hemolisis waktu paruh
hemodialisis.
Golongan Tetrasiklin dan Kloramfenikol 651

44. GOLONGAN TETRASIKLIN DAN KLORAMFENIKOL


R. Setiabudy dan L. Kunardi

1. Golongan tetrasiklin 2. Kloramfenikol


1.1. Asal dan kimia 2.1. Asal dan kimia
1.2. Mekanisme kerja 2.2. Elek antimikroba
1.3. Efek antimikroba 2.3. Farmakokinetik
1.4. Farmakokinetik 2.4. Elek samping
1.5. Efek samping 2.5. Penggunaan klinik
1.6. Penggunaan klinik 2.6. Sediaan dan posologi
1.7. Sediaan dan posologi 2.7. Tiamfenikol

Rg N(CHs)z
1. TETRASIKLIN

1.1. ASAL DAN KIMIA

Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama


ditemukan ialah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh
Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan
oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasik- Gugus
lin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetra- Jenis tgtrasiklin
siklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Strep- Rr Rg
tomyces lain.
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut 1. Klortetrasiklin -ct -CHg, -OH -H, -H
dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam 2. Oksitetrasiklin .H -CHo, -OH -OH, -H
HCI-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, ben- 3. Tetrasiklin -H -CHs, -OH -H, -H
4. Demeklosiklin -ct -H, -OH -H, -H
tuk basa dan garam HCI tetrasiklin bersilat relatif
5. Doksisiklin .H -CHg, -H -OH, -H
stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat .H, .H .H, .H
6. Minosiklin -N(CHo)e
labil jadi cepat berkurang potensinya.
Struktur kimia golongan tetrasiklin dapat
dilihat pada Gambar 44-1. Gambar 44-1, Struktur kimia golongan tetrasiklin

1.2. MEKANISME KERJA

Golongan tetrasiklin menghambat sintesis


protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit ter- 1.3. EFEK ANTIMIKROBA
jadi 2 proses dalam masuknya anlibiotik ke dalam
ribosom bakteri gram-negatif; pertamayang disebut Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin
dilusi pasil melalui kanal hidrofilik, ke dua ialah sis- sama (sebab mekanisme kerjanya sama), namun
tem transport aktil. Setelah masuk maka antibiotik terdapat perbedaan kuantitatil dari aktivitas masing-
berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya
masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi
asam amino. obat ini.
Farmakologi dan Terapi

Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang sistensi terhadap semua letrasiklin lainnya, kecuali
terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan minosiklin pada resistensi S. aureus dan doksisiklin
jalan menghambat sintesis protein kuman (lihat Bab pada resistensi B. fragilis.
3e). .
Spektrum Antimikroba. Tetrasiklin memperlihat-
kan spektrum antibakteri luas yang meliputi kuman 1.4. FARMAKOKINETIK
gram-positif dan negatif, aerobik dan anaerobik.
Selain itu juga aktif terhadap spiroket, mikoplasma, Absorpsi. Sekitar 30-80 % tetrasiklin diserap
riketsia, klamidia, legionela dan protozoa tertentu. dalam saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin di-
Pada umumnya tetrasiklin tidak digunakan serap lebih dari 90 %. Absorpsi ini sebagian besar
untuk pengobatan inleksi oleh streptokokus karena berlangsung di lambung dan usus halus bagian
ada obat lain yang lebih efektil yaitu penisilin G, atas. Adanya makanan dalam lambung mengham-
eritromisin, selalosporin; kecuali doksisiklin yang bat penyerapan golongan tetrasiklin, kecuali mino-
digunakan untuk pengobatan sinusitis pada orang siklin dan doksisiklin. Absorpsi berbagai jenis tetra-
dewasa yang disebabkan oleh Str. pneumoniae siklin dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi
dan Str. pyogenes. Banyak strain S. aureus yang dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin
resisten terhadap tetrasiklin. dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti
Tetrasiklin dapat digunakan sebagai peng- alurninium hidroksid, garam kalsium dan magne-
ganti penisilin dalam pengobatan inleksi batang sium yang biasanya terdapat dalam antasid, dan
gram-positif seperti B. anthracis, Erysipelothrix juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan
rhusiopathiae, Clostridium tetani dan Listeria mono- atau 2 jam sesudah makan.
cytogenes. Tetrasiklin losfat kompleks tidak terbukti lebih
Kebanyakan strain /V. gonorrhoeae sensilil baik absorpsinya dari sediaan tetrasiklin biasa.
terhadap tetrasiklin, tetapi N. gonorrhoeae pengha- Distribusi. Dalam plasma semua jenis tetrasiklin
sil penisilinase (PPNG) biasanya resisten terhadap terikal oleh protein plasma dalam jumlah yang ber-
tetrasiklin. variasi.
Elektivitasnya tinggi terhadap inleksi batang Pemberian oral 250 mg tetrasiklin, klortetra-
gram-negatil seperti Brucella, Francisella tularen- siklin dan oksitetrasiklin tiap 6 jam menghasilkan
sig Pseudomonas mallei, Pseudomonas pseudo- kadar sekitar 2.0-2.5 mcg/ml.
mallei, Vibrio cholerae, Campylobacter fetus, Masa paruh doksisiklin tidak berubah pada
Haemophilus ducreyi dan Calymmatobacterium insulisiensi ginjal sehinggaobat ini boleh diberikan
granulomatis, Yersinia pests, Pasteurella multo- pada gagal ginjal.
cida, Spirillum minor, Leptotrichia buccalis, Borde- Dalam cairan serebrospinal (CSS) kadar go-
tella pertusis, Acinetobacter dan Fusobacterium. longan tetrasiklin hanya 10-20 % kadar dalam
Strain tertentv H. influenzae mungkin sensitif, tetapi serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari
E. coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus indol adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain
positil dan Pseudomonas umumnya resisten. dan jaringan tubuh cukup baik, Obat golongan ini
Tetrasiklin juga merupakan obat yang sangat ditimbun dalam sistem retikuloendotelial di hati,
elektil untuk inleksi Mycoplasma pneumoniae, limpa dan sumsum tulang, serta di dentin dan email
Ureaplasma urealyticum, Chlamydia trachomatis, dari gigiyang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin
Chlamydia psittaci, dan berbagai riketsia. Selain itu menembus sawar uri, dan terdapat dalam air susu
obat ini juga aktil terhadap Borrelia rccunentis, Tre- ibu dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan
ponema pallid um, T reponema perten ue, Actinomy- dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosi-
ces r'srae/ii. Dalam kadar tinggi antibiotik ini meng- klin daya penetrasinya ke jaringan lebih baik.
ham bat pertumbuhan E ntamoe ba hi stol ytica.
Ekskresi. Golongan tetrasiklin diekskresi melalui
Resistensi. Beberapa spesies kuman, terutama urin dengan liltrasi glomerulus, dan melalui em-
streptokokus bela hemolitikus, E. coli, Pseudomo- pedu. Pada pemberian per oral kira-kira 20 - 55 o/o
nas aeruginosa, Str, pneumoniae, N. gononhoeae, golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin. Golong-
Bacteroides, Shigella dan S. aureus makin mening- an tetrasiklin yang diekskresi oleh hali ke dalam
kat resistensinya terhadap tetrasiklin. Resistensi empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam se-
terhadap satu jenis tetrasiklin biasanya disertai re- rum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam
Gotongan Tetrasiklin dan Kloramfenikol

lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; Terapi dalam waktu lama juga dapat menim-
maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk bulkan kelainan darah tepi seperti leukositosis, lim-
waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi fosit atipik, granulasi toksik pada granulosit dan
obstruksi pada saluran empedu atau gangguan laal trombositopenia.
hati obat ini akan mengalami kumulasi dalam darah. Reaksi lototoksik paling jarang timbul dengan
Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja' tetrasiklin, tetapi paling sering timbul pada pembe-
Antibiotik golongan tetrasiklin dibagi menjadi rian demetilklortetrasiklin. Manilestasinya berupa
3 golongan berdasarkan silat larmakokinetiknya : fotosensitivitas, kadang-kadang disertai demam
(1 ) Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. dan eosinofilia. Pigmentasi kuku dan onikolisis,
Absorpsi kelompok tetrasiklin ini tidak lengkap de- yaitu lepasnya kuku dari dasarnya, juga dapat ter-
ngan masa paruh 6-12 jam. (2) Demetilklortetra- jadi.
siklin. Absorpsinya lebih baik dan masa paruhnya Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberi-
kira-kira 16 jam sehingga cukup diberikan 150 mg an golongan tetrasiklin dosis tinggi (lebih dari 2
per oraltiap 6 jam, (3) Doksisiklin dan minosiklin. gram sehari) dan paling sering terjadi setelah pem-
Absorpsinya baik sekali dan masa paruhnya 17-20 berian parenteral. Oksitetrasiklin dan tetrasiklin
jam. Tetrasiklin golongan ini cukup diberikan 1 atau mempunyai sifat hepatotoksik yang paling lemah di-
2 kali 100 mg sehari. bandingkan dengan golongan tetrasiklin lain. Wa-
nita hamil dengan pielonelritis paling sering men-
derita kerusakan hepar akibat pemberian golongan
1.5. EFEK SAMPING tetrasiklin. Kecuali doksisiklin, golongan tetrasiklin
akan mengalami kumulasi dalam tubuh' karena itu
Elek samping yang mungkin timbul akibat dikontraindikasikan pada gagal ginjal' Elek samping
pemberian golongan tetrasiklin dapat dibedakan yang paling sering timbul biasanya berupa azote-
dalam 3 kelompok yaitu reaksi kepekaan, reaksi mia, hiperlosfatemia dan penurunan berat badan.
toksik dan iritalil serta reaksi yang timbul akibat Golongan tetrasiklin memperlambat koagulasi
perubahan biologik. darah dan memperkuat elek antikoagulan kumarin.
Diduga hal ini disebabkan oleh terbentuknya kelat
REAKSI KEPEKAAN. Reaksi kulit yang mungkin dengan kalsium, tetapi mungkin juga karena obat-
timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin ialah obat ini mempengaruhi silat lisikokimia lipoprotein
erupsi morbililormis, urlikaria dan dermatitis eksfo- plasma,
liatif. Fleaksi yang lebih hebat ialah udem angioneu- Tetrasiklin terikat pada laringan tulang yang
rotik dan reaksi anafilaksis. Demam dan eosinolilia sedang tumbuh dan membentuk kompleks. Pertum-
dapat pula terjadi pada waktu terapi berlangsung. buhan tulang akan terhambat sementara pada fetus
Sensitisasi silang antara berbagai derivat tetrasiklin dan anak. Bahaya ini terutama terjadi mulai perten-
sering terjadi. gahan masa hamil sampai anak umur tiga tahun.
Timbulnya kelainan ini lebih ditentukan oleh jumlah
REAKSI TOKSIK DAN lRlTATlF. lritasi lambung
paling sering teriadi pada pemberian tetrasiklin per daripada lamanya penggunaan tetrasiklin'
Pada gigi susu maupun gigi tetap, tetrasiklin
oral, terutama dengan oksitetrasiklin dan doksisik-
lin. Makin besar dosis yang diberikan, makin sering dapat menimbulkan disgenesis, perubahan warna
pula terjadi reaksi ini. Keadaan ini dapat diatasi permanen dan kecenderungan terjadinya karies.
dengan mengurangi dosis untuk semenlara waktu Perubahan warna bervariasi dari kuning coklat sam-
pai kelabu lua. Karena itu tetrasiklin jangan diguna-
atau memberikan golongan tetrasiklin bersama de-
ngan makanan, tetapi jangan dengan susu atau kan mulai pertengahan kedua kehamilan sampai
antasid yang mengandung aluminium, magnesium
anak berumur 8 tahun. Efek ini terlihat lebih sedikit
pada oksitetrasiklin dan doksisiklin.
atau kalsium. Diare seringkali timbul akibat iritasi
Tetrasiklin yang sudah kadaluwarsa akan me-
dan ini harus dibedakan dengan diare akibat super'
inleksi statilokokus atau Clostidium difficile yang ngalami degradasi menjadi bentuk anhidro-4-epite-
sangat berbahaYa.
trasiklin. Pada manusia hal ini mengakibatkan
Manitestasi reaksi iritatil yang lain ialah ter' timbulnya sindrom Fanconi dengan gejala poliuria,
jadinya trombollebitis pada pemberian lV dan rasa polidipsia, proteinuria, asidosis, glukosuria, amino-
nyeri setempat bila golongan tetrasiklin disuntikkan
asiduria disertai mual dan muntah. Kelainan ini
biasanya bersilat reversibel dan menghilang kira-
lM tanpa anestetik lokal.
654 Farmakologi dan Terapi

kira satu bulan setelah pemberian tetrasiklin kada- infeksi kandida dalam saluran cerna, ternyata hasil
luwarsa ini dihentikan. kulturtinja dari pasien initidak menunjukkan adanya
Semua tetrasiklin dapat menimbulkan imbang kandida dalam jumlah besar. Bila jelas terjadi kan-
nitrogen negatif dan meningkatkan kadar ureum didiasis intestinal maka perlu diberikan nistatin atau
darah. Hal ini tidak menimbulkan arti klinik pada amfoterisin B per oral.
pasien dengan laal ginjal yang normal yang men-
dapat dosis biasa, tetapi pada keadaan gagal ginjal Kolitis pseudomembranosa. Efek samping ini da-
dapat timbul azotemia. pat terjadi tetapi tidak sesering pada penggunaan
Pemberian golongan tetrasiklin pada neona- linkomisin. Pada keadaan ini terjadi nekrosis pada
tus dapat mengakibatkan peninggian lekanan in- saluran cerna. Jumlah stafilokokus dalam tinja tidak
trakranial dan mengakibatkan lontanel menonjol, bertambah. Diare yang terjadisangat hebat, disertai
sekalipun obat-obat ini diberikan dalam dosis terapi. demam dan terdapat jaringan mukosayang nekrotik
Pada keadaan ini tidak ditemukan kelainan CSS dalam tinja.
dan bila terapi dihentikan maka tekanannya akan Untuk memperkecil kemungkinan timbulnya
menurun kembali dengan cepat. efek nonterapi golongan tetrasiklin maka perlu di-
Minosiklin sering bersifat vestibulotoksik dan perhatikan beberapa hal dalam memberikan terapi
dapat menimbulkan vertigo, ataksia dan muntah dengan antibiotik ini yaitu : (1 ) Hendaknya tidak
yang bersifat reversibel. diberikan pada wanita hamil; (2) Bila tidak ada indi-
kasi yang kuat, jangan diberikan pada anak-anak;
(3) Hanya doksisiklin yang boleh diberikan kepada
EFEK SAMPING AKIBAT PERUBAHAN pasien gagal ginjal; (4) Hindarkan sedapat mungkin
BIOLOGIK pemakaian untuk tujuan profilaksis; (5) Sisa obat
yang tidak terpakai hendaknya segera dibuang; (6)
Seperti antibiofik lain yang berspektrum luas, Jangan diberikan pada pasien yang hipersensitif
pemberian golongan tetrasiklin kadang-kadang di- terhadap obat ini.
ikuti oleh terjadinya superinf'eksi oleh kuman resis-
ten dan jamur. Superinleksi kandida biasanya ter-
jadi dalam rongga mulut, laring, bahkan kadang- 1.6. PENGGUNAAN KLINIK
kadang menyebabkan inleksi sistemik. Faktor pre-
disposisi yang memudahkan terjadinya superinfeksi lnteraksi obat. Bila tetrasiklin diberikan dengan
ini ialah diabetes melitus, leukemia, lupus eritema- metoksilluoran maka dapat menyebabkan nef rotok-
tosus diseminata, daya tahan tubuh yang lemah dan sik. Bila dikombinasikan dengan penisilin maka ak-
pasien yang mendapat terapi kortikosteroid dalam tivitas antimikrobanya dihambat.
waktu lama. Karena penggunaannya yang berlebih, dewa-
Salah satu manifestasi superinfeksi ialah diare sa ini terjadi resistensi yang mengurangi efektivitas
akibat terganggunya keseimbangan llora normal tetrasiklin. Penyakit yang obat pilihannya golongan
dalam usus. Dikenal 3 jenis diare akibat superinfek- tetrasiklin ialah :

si dalam saluran cerna sehubungan dengan pem-


RIKETSIOSIS. Perbaikan yang dramarik tampak
berian golongan tetrasiklin.
setelah pemberian golongan tetrasiklin. Demam
Enterokolitis stafilokokus. Dapat timbul setiap mereda dalam 1-3 hari dan ruam kulit menghilang
saat selama terapi berlangsung. Tinja cair sering dalam 5 hari. Perbaikan klinis yang nyata telah
men gandun g darah serta leukosit polimorfonuklear. tampak 24 jam setelah terapi dimulai.
Pemeriksaan mikroskopik dan kultur sering menun-
INFEKSI KLAMIDIA. Limfogranuloma venereum.
jukkan adanya stafilokokus koagulase positif dalam
Untuk penyakit ini, golongan tetrasiklin merupakan
jumlah besar pada tinja, yang pada keadaan normal
obat pilihan utama. Pada infeksi akut, diberikan
hanya sedikit. Diagnosis harus ditegakkan dengan
terapi selama 3-4 minggu dan untuk keadaan kronis
cepat karena keadaan ini seringkali mengakibatkan
diberikan lerapi 1-2 bulan. Empat hari setelah terapi
kematian. Bila terjadi septikemia maka harus dibe-
diberikan, bubo mulai mengecil.
rikan antibiotik yang efektil secara parenteral.
Psitakosis. Pemberian golongan tetrasiklin selama
Kandidiasis intestinal. Sekalipun menjadi ang-
beberapa hari dapat mengatasi gejala klinis. Dosis
gapan umum bahwa diare yang timbul karena pem-
yang digunakan ialah 2 gram per hari selama 7-10
berian golongan tetrasiklin disebabkan oleh super-
hari atau 1 gram per hari selama 21 hari.
Golongan Tetrasiklin dan Kloramfenikol 655

lnclusion conjunctivitis. Penyakit ini dapat diobati INFEKSI VENERIK. Gonore. Penisilin masih meru-
dengan hasil baik selama 2-3 minggu dengan mem- pakan antibiotik pilihan utama untuk inleksi ini. Bila
berikan salep mata atau obat tetes mata yang me- pasien alergi terhadap penisilin, dapat diberikan
ngandung golongan tetrasiklin. tetrasiklin per oral dengan dosis 500 mg empat kali
sehari atau doksisiklin 100 mg dua kali sehari sela-
Trakoma. Pemberian salep mata golongan tetrasik-
ma 7 hari, Perlu diperhatikan bahwa tetrasiklin
lin yang dikombinasikan dengan doksisiklin oral se-
mempunyai masking eflect terhadap infeksi sifilis
lama 40 hari memberikan hasil pengobatan yang
sehingga menyulitkan diagnosis.
baik.
Sifilis. Tetrasiklin merupakan antibiotik pilihan ke-
URETRITIS NONSPESIFIK. lnfeksi yang disebab-
dua setelah penisilin untuk mengobati sifilis. Dosis-
kan oleh Ureaplasma urealyticum alau Chlamydia
nya 4 kali 500 mg sehari per oral selama 15 hari.
trachomatis ini terobati baik dengan pemberian te-
Tetrasiklin juga efektif untuk mengobati chancroid
trasiklin oral 4 kali 500 mg sehari selama 7 hari.
dan granuloma inguinal. Karena itu dianjurkan
lnfeksi C. trachomatis seringkali menyertai uretritis
memberikan dosis yang sama dengan dosis untuk
akibat gonokokus.
terapi sililis.
INFEKSI MYCOPLASMA PNEUMONIAE. Pneu-
monia primer atipik yang disebabkan oleh mikroba AKNE VULGARIS. Tetrasiklin diduga menghambat
ini dapat diatasi dengan pemberian golongan tetra- produksi asam lemak dari sebum. Dosis yang dibe-
siklin. Walaupun penyembuhan klinis cepat dicapai rikan untuk ini ialah 2kali 250 mg sehari selama 2-3
Mycoplasma pneumoniae mungkin tetap terdapat minggu, bila perlu terapi dapat diteruskan sampai
dalam sputum setelah obat dihentikan. beberapa bulan dengan dosis minimal yang masih
efektif .
INFEKSI BASIL. Bruselosis. Pengobatan dengan
golongan tetrasiklin memberikan hasil baik sekali
INFEKSI LAIN. Actinomycosis.Golongan tetrasik-
untuk penyakit ini. Hasil pengobatan yang memuas-
lin dapat digunakan untuk mengobati penyakit ini
kan biasanya didapat dengan pengobatan selama bila penisilin G tidak dapat diberikan kepada pasien.
3 minggu. Untuk kasus berat, seringkali perlu diberi-
kan bersama streptomisin 1 g sehari lM. Frambusia. Respons penderita terhadap pemberi-
an golongan tetrasiklin berbeda-beda. Pada bebe-
Tularemia. Obat pilihan utama untuk penyakit ini rapa kasus hasilnya baik, yang lain tidak memuas-
sebenarnya ialah streptomisin, tetapi terapi dengan kan. Antibiotik pilihan utama untuk penyakit ini ialah
golongan letrasiklin juga memberikan hasil yang penisilin.
baik.
Leptospirosis. Walaupun tetrasiklin dan penisilin
Kolera. Tetrasiklin merupakan antibiotik yang efek- G sering digunakan untuk pengobatan leptospiro-
til untuk penyakit ini. Pemberian letrasiklin dapat sis, elektivitasnya tidak terbukti secara mantap.
mengurangi kebutuhan cairan infus sebanyak 50 %
dari yang dibutuhkan tanpa antibiotika untuk men- lnfeksi saluran cerna. Tetrasiklin mungkin meru-
capai keadaan rehidrasi. pakan ajuvan yang bermanlaat pada amubiasis in-
testinal akut, dan infeksi P/asmodium falciparum.
Sampar. Antibiotik terbaik untuk mengobati infeksi Selain itu mungkin efektif untuk disentri yang di-
ini ialah streptomlsin. Bila streptomisin tidak dapat sebabkan oleh strain Shigella yang peka.
diberikan, maka dapat dipakai golongan tetrasiklin.
Pengobatan dimulai dengan pemberian secara lV PENGGUNAAN TOPIKAL. Pemakaian topikal.ha-
selama 2 hari dan dilanjutkan dengan pemberian nya dibatasi untuk infeksi mata saja. Salep mata
per oral selama 1 minggu. golongan tetrasiklin elektif untuk mengobati trako-
ma dan inleksi lain pada mata oleh kuman gram-
irufersl KOKUS. Golongan tetrasiklin sekarang positif dan gram-negatif yang sensitif. Selain itu
tidak lagi diindikasikan untuk infeksi stafilokokus salep mata ini dapat pula digunakan untuk profilak-
maupun streptokokus karena sering dijumpai resis-
sis oltalmia neonatorum pada neonatus.
tensi, Adanya strain Sfr. pneumoniae yang resisten
juga telah membatasi penggunaan tetrasiklin untuk PROFILAKSIS PADA PENYAKIT PARU OBS-
pneumonia yang disebabkan oleh kuman ini. TRUKTIF MENAHUN. Banyak penelitian memberi-
656
Farmakologi dan Terapi

kan hasil kontroversial mengenai manfaat dan ke-


1.7. SEDIAAN DAN POSOLOGI
amanan pemberian tetrasiklin 500 mg sehari per
oral pada pasien penyakit paru menahun. Bahaya Sediaan dan posologi golongan tetrasiklin da_
potensial pemberian jangka lama ini ialah timbulnya pat dilihat pada Tabel 44-1.
superinfeksi bakteri atau jamur yang sulit diken-
dalikan.

Tabe| 42I.1, SEDIAAN DAN PosoLoGI GoLoNGAN TETRASIKLIN

Derivat Sediaan Dosis


Tetrasiklin Kapsul/tablet 250 dan 500 mg Dewasa '. Oral,4 kali 2S0-S00 mg/hari
Bubuk obat suntik lM 100 dan 200 mg/vial Parenteral, 3OO lM') mg sehari yang
Bubuk obat suntik lV 250 dan 500 mgiVial dibagi dalam 2-3 dosis, atau
Salep kulit 3 % 250-500 mg lV diutang 2-4 kali sehari.
Salep/obat tetes mata 1 % Anak: Oral, 25-50 mg/kgBB/hari, dibagi
(tetrasiklin HCI dan tetrasiklin kompleks
dalam 4 dosis.
fosfat untuk oral tersedia dengan ukuran Parenteral, untuk pemberian lM
yang sama)
15-25 mg/kg BB/hari sebagai
dosis tunggal atau dibagi dalam
2-3 dosis dan lV 20-30 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 2-3 dosis.
Klortetrasiklin Kapsul 250 mg
Salep kutit 3 % lihat tetrasiklin
Salep mata 1 %

Oksitetrasiklin Kapsul 250 mg dan 500 mg Dewasa: Oral, 4 kati 250-5OO mg/hari
Larutan obat suntik lM 250 dan 100 mg/ Parenteral, 100 mg lM, diulangi 2-3 sehari
ampul 2 ml dan 500 mg/vial 10 ml 500-1000 mg/hari tV (250 mg
Bubuk obat suntik lV 250 mg
bubuk dilarutkan dalam 100 ml
Salep kulit 3 % larutan garam faal atau dekstrosa
Salep mata 1 % 5lo)
Anak: Oral, 25-50 mg/kgBB/hari, dibagi dalam
dalam 4 dosis
Parenteral, 1 5-25 mg/kgBB/hari, lM
dibagi dalam 2 dosis dan 1O-20
mg/kgBB/hari lV dibagi dalam 2 dosis
Demeklosiklin Kapsul atau tablet 150 dan 300 mg Dewasa : Oral, 4 kali 150 mg atau 2 kali 300
Sirup 75 mg/Sml
mg/hari
Anak : Oral, 6-12 mg/kgBB/hari dibagi datam
2-4 dosis
Doksisiklin Kapsul atau tablet 100 mg, tablet 50 mg Dewasa : Oral, dosis awal 200 mg, selanjutnya
Sirup 10 mg/ml 100-200 mg/hari
Anak : Oral, hari pertama 4 mg/kgBB/hari,
selanjutnya 2 mg/kgBB/hari,
dosis tunggal
Minosiklin Kapsul 100 mg Dewasa : Oral, dosis awal 200 mg, dilanjutkan
2 kali sehari 100 mg/hari
Anak :Oral, dosis awal2-4 mg/kgBB
selanjutnya 1-2 mg/kgBB tiap12 jam
') Suntikan lM tidak dianjurkan karena absorpsinya buruk dan menimbulkan iritasi lokal.
etras ikl i n n ramf e n i kol 657
G olong an T da K lo

2. KLORAMFENIKOL umumnya sensitif, sedang Enterobactericeae ba-


nyak yang telah resisten.
Obat ini iuga efektil terhadap kebanyakan
. strain E. coli, K. pneumoniae dan Pr. mirabilis. Ke-
2.1. ASAL DAN KIMIA
banyakan strain Serralia, Providencia dan Profeus
Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada rettgerii resisten, iuga kebanyakan strain Ps'aeru'
ginosa dan strain tertentu S. typhi.
tahun 1947 dari Streptomyces venezuelae. Karena
ternyata mempunyai daya antimikroba yang kuat
maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat
sampai pada tahun 1950 diketahui bahwa obat ini 2.3. FARMAKOKINETIK
dapat menimbulkan anemia aplastik yang latal' Klo-
ramfenikol merupakan kristal putih yang sukar larut
dalam air (1 : 400) dan rasanya sangat pahit. Setelah pemberian oral, kloramlenikol diserap
Rumus molekul kloramfenikol dan tiamfenikol dengan cepat. Kadar puncak dalam darah tercapai
ialah sebagai berikut (gambar 44-2)' dalam 2 jam. Untuk anak biasanya diberikan bentuk
ester kloramfenikol palmitat atau stearat yang rasa-
nya tidak pahit. Bentuk ester ini akan mengalami
OH CHzOH hidrolisis dalam usus dan membebaskan kloram-

\Jt
"1\l- t- *-[ cctz
fenikol.
Masa paruh eliminasi pada orang dewasa ku-

tI - t rang lebih 3 jam, pada bayi berumur kurang dari 2


minggu sekitar 24iam. Kira-kira 50 % kloramlenikol
dalam darah terikat dengan albumin' Obat ini didis-
tribusikan secara baik ke berbagai jaringan tubuh,
Kloramfenikol :R=-NOz
Tiamfenikol : R=-CHgSOz termasuk jaringan otak, cairan serebrospinal dan
mata.
Gambar 44-2, Struktur kloramfenikol Di dalam hati kloramfenikol mengalami konyu-
gasi dengan asam glukuronat oleh enzim glukuronil
transferase. Oleh karena itu waktu paruh kloram-
lenikol memanjang pada pasien gangguan faal hati.
2.2. EFEK ANTIMIKROBA Sebagian kecil kloramfenikol mengalami reduksi
menjadi senyawa aril-amin yang tidak aktil lagi.
Kloramfenikol bekerja dengan jalan meng- Dalam waktu 24 iam,80- 90 % kloramfenikol yang
hambat sintesis protein kuman. Yang dihambat ia- diberikan oral telah diekskresi melalui ginjal. Dari
lah enzim peptidil transferase yang berperan seba- seluruh kloramfenikol yang diekskresi melalui urin,
gai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan pep- hanya 5-'l 0 % dalam bentuk aktif' Sisanya terdapat
tida pada proses sintesis protein kuman. Elek toksik dalam bentuk glukuronat atau hidrolisat lain yang
kloramfenikol pada sel mamalia terutama terlihat tidak aktit. Bentuk aktif kloramlenikol diekskresi ter-
pada sistem hemopoetik dan diduga berhubungan utama melalui liltrat glomerulus sedangkan metabo-
dengan mekanisme kerja obat ini. litnya dengan sekresi tubulus'
Kloramfenikol umumnya bersilat bakteriosta- Pada gagal ginjal, masa paruh kloramlenikol
tik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang- bentuk aktil tidak banyak berubah tetapi metabolit-
kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman nya yang nontoksik mengalami kumulasi. Dosis per-
tertentu. lu dikurangi bila terdapat gangguan fungsi hepar
Spektrum antibakteri kloramlenikol meliputi D. yang menyertai gagal ginjal.
pneumoniae, Str. pyogenes, Str. viridans, Neisse- Untuk pemberian secara parenteral diguna-
ria, Haemophilus, Bacillus spp, Listeria, Bartonella, kan kloramfenikol suksinat yang akan dihidrolisis
Brucella, P. multocida, C. diphtheriae, Chlamydia, dalam jaringan dan membebaskan kloramfenikol.
Mycoplasma, Rickettsia, Treponema dan keba-
nyakan kuman anaerob. lnteraksi. Dalam dosis terapi, kloramfenikol meng-
Beberapa strain D. pneumoniae, H' influenzae hambat biotransformasi tolbutamid, tenitoin, diku-
dan N. meningitidis bersifat resisten; S. aureus marol dan obat lain yang dimetabolisme oleh enzim
658
Farmakologi dan Terapi

mikrosom hepar. Dengan demikian toksisitas obat_ SINDROM GRAY. Pada neonatus, terutama bayi
obat ini lebih tinggi bila diberikan bersama kloramfe_ prematur yang mendapat dosis tinggi (200 mg/
nikol. lnteraksi obat dengan fenobarbital dan rifam_ kgBB) dapat timbul sindrom Gray, biasanya antara
pisin. akan memperpendek waktu paruh dari kloram_
hari ke 2 sampai hari ke g masa terapi, rata-rata hari
fenikol. ke 4. Mula-mula bayi muntah, tidak mau menyusu,
pernapasan cepat dan tidak teratur, perut kembung,
sianosis dan diare dengan tinja berwarna hijau dan
bayi tampak sakit berat. pada hari berikutnya tubuh
2.4. EFEK SAMPING bayi menjadi lemas dan berwarna keabu-abuan;
terjadi pula hipotermia. Angka kematian kira_kira
REAKSI HEMATOLOGIK. Terdapat dalam 2 ben_ 409/0, sedangkan sisanya sembuh sempurna. Efek
tuk. Yang pertama ialah reaksi toksik dengan mani_ toksik ini diduga disebabkan oleh : (l ) Sistem ko_
festasi depresi sumsum tulang. Kelainan ini ber- nyugasi oleh enzim glukuronil translerase belum
hubungan dengan dosis, progresil dan pulih bila sempurna dan; (2) Kloramfenikol yang tidak terko_
pengobatan dihentikan. Kelainan darah yang ter_ nyugasi belum dapat diekskresi dengan baik oleh
lihat ialah anemia, retikulositopenia, peningkatan ginjal. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
serum iron dan iron binding capacity se(la efek samping ini maka dosis kloramfenikol untuk
vakuolisasi seri eritrosit bentuk muda. Reaksi ini bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak boleh mele_
terlihat bila kadar kloramfenikol dalam serum bihi 25 mg/kgBB sehari. Setelah umur ini, dosis 50
melampaui 25 mcg/ml. Bentuk yang kedua prog_ mg/kgBB biasanya tidak menimbulkan efek sam-
nosisnya sangat buruk karena anemia yang timbul ping tersebut di atas.
bersifat ireversibel. Timbulnya tidak tergantung dari
besarnya dosis atau lama pengobatan. Bentuk yang REAKSI NEUROLOGIK. Dapat terlihat dalam ben_
hebat bermanifestasi sebagai anemia aplastik tuk depresi, bingung, delirium dan sakit kepala.
de_
ngan pansitopenia. lnsidens berkisar antara Neuritis perifer atau neuropati optik dapat juga tim_
1:24.000-50.000. Efek samping ini diduga merupa- bul terutama setelah pengobatan lama. penurunan
kan reaksi idiosinkrasi dan mungkin disebabkan visus yang diakibatkan oleh neuropati tldak selalu
oleh adanya kelainan genetik. dapat pulih sempurna bila terapi dihentikan. Kepada
Ada pendapat yang menyatakan bahwa klo_ pasien perlu dijelaskan agar memperhatikan ter_
ramfenikol yang diberikan secara parenteral jarang jadinya neuritis perifer atau penurunan visus.
menimbulkan anemia aplastik, tetapi hal ini belum
dapat dipastikan kebenarannya. Kloramfenikol da_
2.5. PENGGUNAAN KLINIK
pat menimbulkan hemolisis pada pasien dengan
defisiensi enzim GoPD bentuk mediteranean. Banyak perbedaan pendapat mengenai indi_
Hitung sel darah yang dilakukan secara perio_ kasi penggunaan kloramfenikol, tetapi sebaiknya
dik dapat memberi petunjuk unluk mengurangi obat ini hanya digunakan untuk mengobati demam
dosis atau menghentikan terapi. Dianjurkan untuk tifoid, salmonelosis lain dan infeksi H. influenzae.
melakukan hitung leukosit dan hitung jenis tiap 2 lnleksi lain sebaiknya ildak diobati dengan kloram-
hari. Pengobatan terlalu lama atau berulang kali fenikol bila masih ada antimikroba lain yang lebih
perlu dihindarkan. Timbulnya nyeri tenggorok atau aman dan efektif. Kloramfenikol dikontraindikaslkan
infeksi baru selama pemberian kloramfenikol mung_ untuk neonatus, pasien dengan gangguan faal hati
kin merupakan petunjuk terjadinya leukopeni. dan pasien yang hipersensitif terhadapnya. Bila ter-
paksa diberikan untuk neonatus, dosisnya jangan
REAKSI ALERGI. Kloramfenikol dapat menimbul- melebihi 25 mg/kgBB sehari.
kan kemerahan kulit, angioudem, urtikaria dan ana-
filaksis. Kelainan yang menyerupai reaksi Herxhei- DEMAM TlFOlD. Walaupun akhir-akhir ini makin
mer dapat terjadi pada pengobatan demam tifoid sering dilaporkan adanya resistensi S. typhi lerha-
walaupun yang terakhir ini jarang dijumpai. dap kloramfenikol, umumnya obat ini masih diang-
gap sebagai pilihan utama untuk mengobati penya-
REAKSI SALURAN CERNA. Bermanifestasi da- kit tersebut. Dibandingkan dengan ampisilin perbai-
lam bentuk mual, muntah, glositis, diare dan entero- kan klinis lebih cepat terjadi pada pengobatan de-
kolitis. ngan kloramfenikol. Tetapi relaps dan carrier state
Golongan Tetrasiklin dan Kloramfenikol 659

lerbih jarang terjadi pada pengobatan dengan am- Untuk anak biasanya diberikan kloramfenikol pal-
pisilin. mitat 100 mg/kgBB sehari. Pengobatan dilanjutkan
Hanya dalam beberapa jam setelah pemberi- sampai 48 jam bebas demam.
a.n kloranllenikol, salmonela menghilang dari sirku-
INFEKSI LAIN. Kloramfenikol mempunyai efektivi-
lasi dan dalam beberapa hari kultur tinja menjadi
tas sama dengan tetrasiklin untuk pengobalan lym-
negatif. Perbaikan klinis biasanya tampak dalam 2
phogranuloma venereum,pslttacosis, infeksi Myco-
hari dan demam turun dalam 3-5 hari. Suhu badan
plasma pneumoniae dan P. pesfis. Tetapi untuk ini
biasanya turun sebelum lesi di usus sembuh, se-
sebaiknya digunakan tetrasiklin yang toksisitasnya
hingga perforasi justru terjadi pada waktu keadaan
relatif lebih rendah.
klinis sedang membaik.
Kloramfenikol dapat digunakan untuk meng-
Untuk pengobatan demam tifoid diberikan do-
obati bruselosis dengan dosis 0,75-1 gram tiap 6
sis 4 kali 500 mg sehari selama 2-3 minggu. Bila jam bila tidak dapat diberikan tetrasiklin. Seperti
terjadi relaps, biasanya dapat diatasi dengan mem-
halnya klindamisin, kloramfenikol dapat pula digu-
berikan terapi ulang. Untuk anak diberikan dosis nakan untuk mengatasi inleksi kuman anaerobik
50-100 mS/kSBB sehari dibagi dalam beberapa yang berasal dari lumen usus.
dosis selama 10 hari.
Untuk pengobatan demam tiloid ini dapat pula
diberikan tiamfenikol dengan dosis 50 mg/kgBB se- 2.6. SEDIAAN DAN POSOLOGI
hari pada minggu pertama, lalu diteruskan 1-2
minggu lagi dengan dosis separuhnya. Sediaan dan posologi kloramlenikol dapat di-
Gastroenteritis akibat Salmonella spp (yang lihat pada Tabel 44-2.
bukan S. typhi) lidak perlu diberi antibiotik karena
tidak mempercepat sembuhnya inleksi dan dapat
memperpanjang masa cariler state.
2.7. TIAMFENIKOL

MENINGITIS PURULENTA. Kloramlenikol efektif Rumus molekul tiamlenikol dapat dilihat pada
untuk mengobati meningitis purulenta yang dise- Gambar 44-2. f erhadap kuman gram-positif mau-
babkan oleh H. inlluenzae. Untuk terapi awal menin- pun gram-negatif, obat ini umumnya kurang aktif
gitis purulenta pada anak dianjurkan pemberian klo- dibandingkan dengan kloramfenikol tetapi terhadap
ramlenikol bersama suntikan penisilin G sampai di- Str. pyogenes, pneumokokus, hemofilus, dan meni-
dapat hasil pemeriksaan kultur dan uji kepekaan, ngokokus aktivitasnya sama dengan kloramfenikol.
setelah itu dilanjutkan dengan pemberian obat tung-
Tiamlenikol digunakan untuk indikasi yang
gal yang sesuai dengan hasil kultur. sama dengan kloramfenikol. Selain itu juga telah di-
berikan untuk infeksi saluran empedu dan gonore.
INFEKSI KUMAN ANAEROB. Kuman anaerob Dosis tunggal tiamfenikol 2,5 gram per oral cukup
biasanya sensitif terhadap penisilin G, kecuali 8. elektif untuk mengobati urethritis gonorrhoica.
fragilis. lnfeksi anaerobik di atas diafragma jarang Obat ini diserap dengan baik pada pemberian
disebabkan oleh B. fragilis, oleh karena itu biasanya per oral dan penetrasinya baik ke cairan serebro-
diobati dengan penisilin G atau klindamisin. Pada spinal, tulang dan sputum sehingga mencapai ka-
infeksi anaerobik di bawah diafragma, B. fragilis dar bakterisid untuk H. influenzae di sputum. Berbe-
merupakan etiologi yang penting. Dan kebanyakan da dengan kloramfenikol, obat ini sebagian besar
kuman anaerob peka terhadap kloramfenikol kare- diekskresi utuh dalam urin. Oleh karena itu dosis
na itu digunakan klindamisin, metronidazol, sefoksi- harus dikurangi pada pasien payah ginjal.
lin atau kloramfenikol. lnleksi intra-abdominal bia- Efek samping yang timbul ialah depresi sum-
sanya disebabkan campuran kuman anaerobik dan sum tulang yang reversibel dan berhubungan de-
aerobik, karena itu kloramlenikol perlu dikombinasi- ngan besarnya dosis yang diberikan. Dari penga-
kan dengan golongan aminoglikosida, laman klinik yang terbatas kelihatannya obat ini
jarang menimbulkan aplasia sumsum tulang. Efek
RIKETSIOSIS. Tetrasiklin merupakan obat terpilih samping yang sering dijumpai ialah depresi eritro-
untult penyakit ini. Bila oleh karena suatu hal letra- poesis. Elek hematologik lainnya ialah leukopenia,
siklin lidak dapat diberikan, maka dapat digunakan trombositopenia dan peningkatan kadar serum iron.
kloramfenikol dengan dosis awal 50 mg/kgBB, di- Dosis dan sediaan dapat dilihat pada Tabel
lanjutkan dengan pemberian 1 gram tiap I jam. 44-2.
660
Farmakologi dan Terapi

Tabel 44-2. SEDTAAN DAN posoLocr KLoRAMFENTKoL DAN TTAMFENTKoL

Nama obat Bentuk sediaan Posologi/cara pemakaian Keterangan


Kloramfenikol Kapsul 250 mg Dewasa 50 mg/kgBB sehari per oral Untuk inf eksi-infeksi berat
dibagi dalam 3-4 dosis dosis dapat ditingkatkan
2xpada awal terapi sam-
pai didapatkan perbaikan
klinis
Salep mata 1 %
Obat tetes mata 0,5 % Dipakai beberapa kdli sehari
Salep kulit 2 %
Obat tetes telinga 1-S %

Kloramfenikol Botol berisi 60 ml sus- Bayi prematur, 25 mg/kgBB sehari Peningkatan dosis mungkin
palmitat pensi (tiap 5 ml me- per oral dibagi dalam 2 dosis.
atau stearat menimbulkan sindrom
ngandung kloramfeni- Bayi aterm berumur kurang dari 2 Gray.
kol palmitat atau minggu, 25 mg/kgBB sghari per Untuk bayi dianjurkan moni-
stearat setara dengan oral dibagi dalam 4 dosis. toring kadar obat (antara
125 mg kloramfenikol) Bayi aterm berumur iebih dari 2 5-20 mcg/mt)
minggu, 50 mg/kgBB sehari per
oral dibagi dalam 3-4 dosis

Kloramfenikol Vial berisi bubuk klor- Dewasa dan anak, S0 mg/kgBB sehari Pemberian intravena untuk
natrium amfenikol natrium suk- intravena, dibagi dalam 4 dosis. anak hanya dilakukan
suksinat sinat setara dengan
pada terapi awal meningi-
1 g kloramfenikol yang
tis dan keadaan sepsis
harus dilarutkan dulu
berat.
dengan 10 ml akuades
Pemberian intramuskular ti-
steril atau dekstrosa
5 7o (mengandung . dak dianjurkan karena ab-
sorpsinya buruk dan me-
100 mg/ml).
nimbulkan nyeri lokal.
Pemberian parenteral harus
secepat mungkin diganti
dengan pemberian oral
karena absorpsi oral
cukup baik.

Tiamfenikol Kapsul 250 dan 500 mg Dewasa 1 g sehari dibagi dalam


4 dosis
Untuk infeksi berat dosis
Botol berisi pelarut 60 ml Anak, 25 mg/kgBB sehari dibagi dapat ditingkatkah sampql
dan bubuk tiamfenikol dalam 4 dosis 2 x lipat.
1,5 g yang setelah di-
larutkan mengandung
125 mg tiamfenikol
tiap 5 ml.
Aminoglikosid 661

45. AMINOGLIKOSID
Sulistra G. Gan dan Vincent H.S Gan

1. Pendahuluan 6. lnteraksi obat


2. Kimia 7. Sediaan dan posologi
3. Efek antimikroba 7.1. Streptomisin
3.1. Aktivitas dan mekanisme kerja 7.2. Gentamisin
3.2. Spektrum antimikroba 7.3. Kanamisin
3.3. Resistensi 7.4. Amikasin
4. Farmakokinetik 7.5. Tobramisin
5. Elek samping 7.6. Netilmisin
5.1. Alergi 7,7. Neomisin
5.2. Reaksi iritasi dan toksik 7.8. Lain-lain
5.3. Perubahan biologik 8. lndikasi, Kontra-indikasi dan Penggunaan Klinik

1. PENDAHULUAN 2.KIMIA

Sejak ditemukan penisilin, masalah infeksi Aminoglikosid merupakan senyawa yang ter-
mikroba gram-positif umumnya dapat diatasi secara diri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat
baik. Dalam rangka mencari antimikroba untuk me- lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa. Heksosa
ngatasi kuman gram-negatif dalam tahun 1943 ber- tersebut atau aminosiklitol, ialah streptidin (pada
hasil diisolasi suatu turunan Sf/,eptomyces grlseus streptomisin) atau 2-deoksistreptamin (ciri amino-
yang menghasilkan streptomisin. glikosid lain); berbentuk senyawa polikation yang
Setelah streptomisin, ditemukan pula berbagai
bersifat basa kuat dan sangat polar; baik dalam
antibiotik lain yang memiliki berbagai silat mirip de-
bentuk basa maupun garam, bersifat mudah larut
ngan streptomisin yaitu kanamisin, gentamisin,
dalam air. Sediaan suntikan, berupa garam sulfat,
tobramisin, amikasin, netilmisin, neomisin dan lain-
sebab paling kurang nyeri untuk suntikan lM.
lain.
Stabilitasnya cukup baik pada suhu kamar,
Saat ini aminoglikosid masih mempunyai tem-
pat dalam penanggulangan infeksi berat oleh terutama dalam bentuk kering, misalnya strepto-
kuman gram-negatif, walaupun bukan satu-satunya misin stabil untuk paling sedikit satu tahun. Penga-
golongan antimikroba yang efektif. Sefalosporin ruh pH terhadap aminoglikosid dibahas dalam pem-
generasi 3 dan beberapa antibiotik penisilin sintetik bahasan aktivitas dan mekanisme kerja.
baru hampir sama efektif dan lebih aman letapi Aminoglikosid merupakan produk strepto-
harganya tidak terjangkau oleh sebagian besar mises atau lungus lainnya. Jenis, fungus penghasil,
pasien yang membutuhkannya. Gentamisin meru- penemu dan tahun penemuan-aminoglikosid dapat
pakan prototip dari golongan antibiotikyang dikenal dilihat pada Tabel 45-1. Senyawa aminoglikosid
cukup toksik namun dengan pemantauan kadar dibedakan dari gugus gula-amino yang terikat pada
dalam darah elek toksik dapat dihindarkan. aminosiklitol (lihat Tabel 45-2),
662
Farmakologi dan Terapi

Tabel 45-1. ANTIBtOTtK AMtNOGL|KOS|D

Jenis aminoglikosid Fungus penghasil Penemu Tahun


penemuan

Streptomisin Streptomyces g,seus Schatz, Bugie, 1944


Waksman
Neomisin Streptomyces fradiae Waksman, Lechevalier 1 949
(campuran neomisin B + C)
Framisetin Streptomyces lave nd u I ae Decaris 1 953
(neomisin B)
Kanamisin Stre ptom yce s kan am yceticus Umezawa et al. 't 957
Paromomisin Streptomyces nmosus Haskel, French, Bartz 1 959
(aminosidin, katenulin,
hidroksimisin)
Gentamisin M icromonospora purpu rea Weinstein MJ et al. 1 963
Tobramisin Straptom yces tenebrarius Wick, Welles 1 968
(nebramisin faktor 6)
Amikasin Asilasi kanamisin A Kawaguchi, H. et al. 1972
(semisintetik)

3. EFEK ANTIMIKROBA dinyatakan sensitil bila pertumbuhannya dihambat


dengan kadar puncak antibiotik dalam plasma
tanpa efek toksik yaitu 4-8 pg/ml untuk gentamisin,
3.1. AKTIVITAS DAN MEKANISME KERJA tobramisin dan netilmisin; 8-1 6 pg/ml untuk ami-
kasin dan kanamisin. Secara umum aktivitas antimi-
Aktivitas antibakteri gentamisin, tobramisin, kroba gentamisin, tobramisin, netilmisin dan amika-
kanamisin, netilmisin dan amikasin terutama tertuju sin lebih tinggi daripada kanamisin. Tobramisin,
pada basil gram-negatif yang aerobik. Aktivitas sisomisin dan gentamisin sama aktif terhadap
terhadap mikroorganisme anaerobik atau bakteri kuman gram-negatil dengan catatan bahwa tobra-
fakultatil dalam kondisi anaerobik rendah sekali. lni misin lebih aktif terhadap Ps. aeruginosa dan bebe-
dapat dijelaskan berdasarkan kenyataan bahwa rapa galur spesies Proteus. Kebanyakan kuman
untuk transport aminoglikosid membutuhkan oksi_ gram-negatif yang resisten terhadap gentamisin,
gen (transport aktiD. Aktivitas terhadap bakteri juga akan resisten terhadap tobramisin dan siso-
gram-positif sangat terbatas. Str. pneumomae dan misin. Tetapi 50o/o Pseudomonas yang resisten ter-
Str. pyogenes sangat resisten. Streptomisin dan hadap gentamisin masih sensitif terhadap tobra-
gentamisin aktif terhadap enterokok dan streptokok misin. Flora nosokomial telah banyak berubah
lain tetapi efektivitas klinis hanya dapat dicapai bila akhir-akhir ini dengan meningkatnya galur yang
digabung dengan penisilin. Walaupun in vitro g5% resisten terhadap gentamisin dan tobramisin, Hal ini
galur (strain) S. aureus dan kebanyakan S. eprUer_ tentunya sangat tergantung dari lrekuensi peng-
mrdis sensitil terhadap gentamisin dan tobramisin, gunaan obat tersebut di suatu tempat. Untunglah
manlaat klinik belum terbukti sehingga sebaiknya aktivitas amikasin dan kadang-kadang netilmisin
obat inijangan digunakan tersendiri pada situasi ter_ masih tetap bertahan.
sebut. Galur resisten gentamisin cepat timbul Aktivitas aminoglikosid dipengaruhi oleh ber-
selama pajanan obat. bagai faktor terutama perubahan pH, keadaan
Basil gram-negatif berbeda suseptibilitasnya aerobik-anaerobik atau keadaan hiperkapnik.
terhadap berbagai aminoglikosid. Mikroorganisme Aklivitas aminoglikosid lebih tinggi pada suasana
Aminoglikosid 663

Tabe| 45-2. STRUKTUR AMINOGLIKOSID KANAMISIN, GENTAMISIN, TOBRAMISIN, AMIKASIN, NETILMISIN

-r-H A

/F
oo

---__\ Cincin & A B c


--__ Atom-C
Am inog likosid\--.- 2', 3' A', 5', 3" 4" 5"

Kanamisin -NHz -oH -oH -oH -CHz-NHz -NHa -CHzOH


\H
OH

-NHz -NHz -oH -oH -CHe-NHz -NHe -CHaOH


\' OH

-N Hz -NHz -oH -oH -CHe-OH -NHe -CHzOH


\' OH

Gentamisin -NHz -NHz -oH -oH -CHz-OH -NH-CHs .H


\* OH

U1 -N Hz -NHz -H -H -cHlcHs -NH-CHs slcH: .H

NH-CHg OH

v2 -N He -NHe -H -H -CHlCHs -NH-CHg .H

NHz
\cHr
OH

CrA -NHz -NHz -H -H -cH1H -NH-CHs <-CH: -H

NHz OH

Tobramisin -N Hz -NHz -H -H -cH\H -NHz t-.1 -CHeOH


NHz
- OH

Amikasin -NH-(L-AHB) -oH -oH -oH -cH1H -NHz -CHzOH


NHz
\nOH
-NH-CzHs .H -CH-NHz -NH-CHs
Netilmisin -NHe -H lCHs -H

'oH
664 Farmakologi dan Terapi

alkali daripada suasana asam. Sebagai contoh, 3.2. SPEKTRUM ANTIMIKROBA


pada pH 7,1 kadar 20 ug/ml streptomisin sullat
menghambat suatu galur pneumokokus; sedang- Kadar puncak rata-rata dalam serum yang
kan. pada pH 6,8 kadar 50 ug/ml tidak berefek. dapat dicapai dengan pemberian dosis lazim
Derajat pengaruh pH tidak sama untuk semua merupakan pegangan dalam menetapkan
aminoglikosid. kepekaan mikroba tertentu terhadap antimikroba
untuk penerapan di klinik. Kadar puncak ini dapat
MEKANISME KERJA. Aminoglikosid berdifusi pula dijadikan pedoman untuk menghindari efek
lewat kanal air yang dibentuk oleh porin prcteins
toksik penggunaan anlimikroba di klinik. Menurut
pada membran luar dari bakteri gram-negatil masuk
beberapa ahli, pedoman kepekaan mikroba ter-
ke ruang periplasmik. Sedangkan transport melalui
hadap aminoglikosid ialah sebagai berikut : galur
membran dalam sitoplasma membutuhkan energi, mikroba dianggap resisten bila untuk streptomisin
Fase transport yang dependen energi ini bersilat diperlukan kadar melebihi 32 pg/ml; untuk kana-
rate timiting, dapat diblok oleh Ca** dan Mg**, misin dan amikasin melebihi 16 pg/ml; serta untuk
hiperosmolaritas, penurunan pH dan anaerobiosis. gentamisin, tobramisin dan sisomisin melebihi 8
Hal ini menerangkan penurunan aktivitas aminogli-
Fg/ml.
kosid pada lingkungan anaerobik suatu abses atau Kepekaan suatu galur mikroba terhadap ami-
urin asam yang bersilat hiperosmolar. Setelah noglikosid mudah berubah, biasanya menurun
masuk sel, aminoglikosid terikat pada ribosom 30S setelah terjadi kontak dengan aminoglikosid. Ke-
dan menghambat sintesis protein. Terikatnya jadian ini jelas akan menyebabkan perubahan
aminoglikosid pada ribosom ini mempercepat trans- dalam spektrum antimikroba akibat berkembang-
port aminoglikosid ke dalam sel, diikuti dengan ke- nya resistensi. Jadi, data hasil pengamatan spek-
rusakan membran sitoplasma, dan disusul kemati- trum antimikroba manfaatnya terbatas. Pola sensi-
an sel. Yang diduga terjadi ialah "salah baca" (mis tivitas yang digambarkan dalam hasil pengamatan
reading) kode genetik yang mengakibatkan ter- sejenis ini biasanya hanya berlaku untuk suatu tem-
ganggunya sintesis protein. Dalam hal ini, jenis pat dan waktu tertentu. Jadi data tersebut hanya
asam amino yang "salah" (berbeda dari yang seha- bermanfaat untuk mendapatkan gambaran umum
rusnya) disambung pada rantai polipeptida, se- mengenai spektrum dan kecenderungan perubah-
hingga terbentuk jenis protein yang salah. Strep- an spektrum tersebut. Apa yang dikemukakan di
tomisin menghambat proses normal polimerisasi bawah ini mengenai sensitivitas masing-masing
asam amino setelah terbentuk kompleks awal pep- aminoglikosid, juga hanya berlaku sebagai pedo-
tida. Ketergantungan mikroba terhadap strepto- man untuk mendapatkan gambaran umum. Untuk
misin, diduga juga berhubungan dengan "salah penerapannya perlu dilakukan uji sensitivitas
baca" kode tersebut yang mengakibatkan fungsi kuman yang diisolasi.
ribosom berubah. Fenomen ini sangat menarik, Mikroba yang sensitif pada kadar streptomisin
tetapi makna kliniknya belum jelas. yang mudah dicapai dalam darah antara lain ialah
Pengikatan streptomisin pada ribosom me- Brucella, H. ducreyi, Actinobacillus, Ps. mallei, P.
merlukan adanya protein khusus yaitu Pro dalam pesfis, P. tularensis, dan Shigella dari kelompok
subunit 30S ribosom tersebut. Protein Pro ini mikroba gram-negatif; dari kelompok lain yang ber-
merupakan bagian yang menentukan tempat peng- sifat sensitif pula ialah M. tuberculosig Erystpe-
ikatan streptomisin pada ribosom, atau mengenda- lothrix, L. monositogenes, dan Nocardia. Mikroba
likan streptomisin unluk mencapai tempat pengikat- yang sensitivitasnyi beragam terhadap strepto-
an di ribosom. Protein P1e yang terisolasi tidak misin ialah S. aureus dan S. a/bus, Str. pyogenes
mengikat streptomisin. group A, Str. viidans, Sfr. faecalis, D. pneumonia,
Aminoglikosid bersilat bakterisidal cepat. Gonococcus, Meningococcus, S. typhi dan Sa/-
Pengaruh aminoglikosid menghambat sintesis monellae lainnya, E. coli, Pr. vulgaris, V. comma,
protein dan menyebabkan salah baca dalam pener- sertd H. influenzaei kadar efektif streptomisin terha-
jemahan mBNA, tidak menjelaskan efek letalnya dap berbagai galur berkisar antara 0,3-128 pg/ml.
yang cepat. Berdasarkan kenyataan tersebut, di- Spektrum aminoglikosid lain, pada umumnya
perkirakan aminoglikosid menimbulkan pula berba- lebih luas daripada streptomisin. Beberapa per-
gai efek sekunder lain terhadap lungsi sel mikroba, bedaan kecil dapat menimbulkan implikasi klinik,
yaitu terhadap respirasi, adaptasi enzim, keutuhan antara lain dalam hal spektrum antimikroba dan
membran dan keutuhan RNA. potensinya.
Aminoglikosid 665

Neissera dengan kepekaan yang beragam penyempitan spektrum kanamisin dan akhir-akhir
terhadap streptomisin, peka terhadap neomisin, ini juga gentamisin dan tobramisin. Amikasin, dan
kanamisin, dan tobramisin, dan relatil resisten ter- dalam derajat yang lebih rendah netilmisin, kurang
hadap gentamisin. Ps. aeruginosa yang biasanya peka terhadap enzim yang prevalen saat ini, se-
resisten terhadap kanamisin dan 50% lelah resisten hingga memegang posisi kunci dalam mengatasi
terhadap gentamisin, sangat peka terhadap infeksi yang diduga telah resisten terhadap gen-
arnikasin. Spektrum antimikroba amikasin lebih tamisin. Metabolit aminoglikosid tidak memperlihat-
lebar daripada kanamisin. Shigella peka terhadap kan efek antibakteri.
streptomisin, neomisin, kanamisin, tobramisin dan Penetrasi aminoglikosid lewat membran sito-
amikasin; demikian pula Sa/monel/a, kecuali ter- plasma membutuhkan proses aktil. Hal ini menje-
hadap streptomisin, kepekaannya beragam. Ter- laskan resistensi kuman anaerobik dan bakteri
hadap gentamisin, kedua jenis mikroba ini kurang lakultatil dalam suasana anaerobik terhadap ami-
peka atau resisten. Proteus pada umumnya peka noglikosid. Resistensi alami kuman terhadap
terhadap semua aminoglikosid, kecuali bila sudah aminoglikosid juga diduga berdasarkan kurangnya
timbul resistensi, sehingga menimbulkan kepekaan penetrasi obat ke dalam kuman ini, misalnya resis-
yang beragam; silat yang sama dimiliki pula oleh E. tensi terhadap enterokok. Penisilin mengubah
coli. Spektrum antimikroba paromomisin (ami- struktur dinding sel sehingga memudahkan pene-
nosidin) sama dengan neomisin; selain itu trasi aminoglikosid ke dalam kuman. lni merupakan
paromomisin mempunyai efek amubisid terhadap contoh yang baik tentang sinergisme antara 2 anti-
Ent. histolytica. biotik. Sinergisme ini tentunya tidak terjadi bila ada
resistensi ribosom. Sebagian besar enterokok sen-
sitif terhadap kombinasi 2 obat tersebut di atas.
3.3. RESISTENSI Pembahasan mengenai resistensi aminoglikosid
secara lebih luas dapat dibaca dalam edisi ke-2
Masalah resistensi merupakan kesulitan buku ini.
utama dalam penggunadn streptomisin secara
kronik; misalnya pada terapi tuberkulosis atau en-
dokarditis bakterial subakut. Sifat resistensi ter- 4. FARMAKOKINETIK
hadap streptomisin mudah diperlihatkan dengan
melakukan beberapa tahap pembiakan ulang suatu
mikroba dalam medium yang mengandung strep- Aminoglikosid sebagai polikation bersifat sa-
tomisin. Resistensi terhadap streptomisin dapal ngat polar, sehingga sangat sukar diabsorpsi me-
cepat terjadi, sedangkan resistensi terhadap ami- lalui saluran cerna. Kurang dari 1% dosis yang di-
noglikosid lainnya terjadi lebih berangsur-angsur. berikan diabsorpsi lewat saluran cerna. Pemberian
Mekanisme resistensi bakteri terhadap amino-
per oral hanya dimaksudkan untuk mendapatkan
glikosid perlu diketahui untuk mengerti spektrum elek lokal dalam saluran cerna saja, misalnya pada
antimikrobanya. Bakteri dapat resisten terhadap persiapan prabedah usus. Untuk mendapatkan
aminoglikosid karena kegagalan penetrasi ke kadar sistemik yang efektil fl-abel 45-3) aminogli-
dalam kuman, rendahnya afinitas obat pada kosid perlu diberikan secara parenteral. Pem-
ribosom atau inaktivasi obat oleh enzim kuman. bahasan larmakokinetik yang terinci hanya dibatasi
pada kanamisin, gentamisin, amikasin dan tobra-
Hal yang tersebut terakhir merupakan mekanisme
terpenting yang menjelaskan resistensi didapat ter- misin saja (Tabel 45-4). Neomisin, lramisetin dan
hadap aminoglikosid di klinik.
paromomisin tidak dianjurkan untuk penggunaan
Dikenal berbagai enzim inaktivator aminogli- sistemik, maka larmakokinetiknya hanya dising-
kosid yaitu enzim fosforilase, adenilase, asetilase gung sepintas lalu.
gugus hidroksil spesifik atau gugus amino. lnfor-
masi genetik untuk sintesis enzim terulama didapat AMINOGLIKOSID PARENTERAL
melalui konyugasi, transfer DNA sebagai plas-
mid dan transfer faktor resisten kuman. Plasmid Aminoglikosid dalam bentuk garam sul{at
pembawa resistensi yang tersebar luas (terutama di
yang diberikan lM baik sekali absorpsinya. Kadar
puncak dalam darah dicapai dalam waktu rata-rata
lingkungan rumah sakit) dan membawa lebih dari
1/2 sampai 2 jam, Dalam Tabel 45-4 diperlihatkan
20 kode enzim ini bertanggung iawab terhadap
666 Farmakologi dan Terapi

Tabel45-3. KADAR EFEKTTF DAN KADAR ToKStK porENstAL AMtNocLtKostDA

Gentamisin/ Kanamisin/
Tobramisin Amikasin

Kadar efektif
lnfeksi sedang berat
puncak 6- 8 pg/ml 20 - 25 pg/ml
lembah 0,5 - 1,5 pg/ml 1 - 4 pg/ml

lnfeksi gawat: pneumonia, luka bakar,


lnfeksi gawat lainnya
puncak 8 -'10 pg/ml 25 - 30 pg/ml
lembah 1 - 1,5 pg/ml 5 - 8 pg/ml

Kadar toksik potensial


puncak lebih dari 10-12 pg/ml lebih dari 32 pg/ml
lembah lebih dari 2 pglml lebih dari 8-10 pg/ml

Kadar tersebut untuk netilmisin/sisomisin sama dengan gentamisin/tobramisin


Dikutip dari : weaver RH dan cipole RJ. Applied clinical pharmacokinetics.
New York : Raven press, 1983.

Tabel 454. FARMAKOKTNETTK AMINOGL|KOS| DA

Gentamisin Kanamisin/
Tobramisin Amikasin
Masa paruh
- ginjal normal
kreatinin serum < 0,5 mg/100 ml 0,5 - 15 jam 0,7 - 14 jam
bersihan kreatinin 100 mUmin/1 ,73 m2 0,5 - 7,6 jam Q,7 -7,2 jam
- ginjal terganggu 0,7 - 43 jam 4 -70 jam
- umur neonatus 2-9jam
anak 0,5 - 2,5 jam 0,7 - 3 jam
dewasa (< 30 tahun) 0,5 - 3 jam 1 -7 jam
(> 30 tahun) 1,5 - 15 jam

Volume distribusi
dewasa dan anak 0,05 - 0,5 l/kg
dehidrasi 0,05 - 0,15 t/kg
hidrasi normal 0,15 - 0,25 t/kg
overhidrasi 0,25 - 0,50 l/kg
neonatus 0,5 - 0,6 Ukg

lkatan protein rendah


kecuali streptomisin + 30-50%
lainnya kurang dari 30%

Dikutip dari ; Weaver RH dan Cipole RJ. Applied clinical pharmacokinetics.


New York: Raven Press, 1983.
Aminoglikosid 667

data farmakokinetik beberapa aminoglikosid, Peng- berbagai keadaan, yang disertai dengan kurang
ikatan oleh protein plasma darah hanya jelas terlihat sempurnanya lungsi ginjal. Pada gangguan laal
pada streptomisin, yaitu 112 dari seluruh amino- ginjal, 1172 aminoglikosid cepat meningkat. Karena
glikosid dalam darah. Yang lain praktis tidak diikat kekerapan terjadinya nefrotoksisitas dan ototoksi-
oleh protein plasma. sitas berhubungan dengan kadar dan kumulasi
Streptomisin di dalam darah, hampir seluruh- aminoglikosid, maka perlu penyesuaian dosis pada
nya terdapat di dalam plasma dan hanya sedikit pasien gangguan ginjal.
sekali yang masuk ke dalam eritrosit maupun ma- Streptomisin dan gentamisin diekskresi dalam
krofag. Sifal polarnya menyebabkan aminoglikosid jumlah yang cukup besar melalui empedu sehingga
sukar masuk sel. Kadar dalam sekret dan jaringan kadarnya cukup tinggi; streptomisin dosis tinggi
rendah; kadar tinggi dalam korteks ginjal, endoliml menghasilkan kadar dalam empedu setinggi 10-20
dan periliml telinga, menerangkan toksisitasnya ter- pg/ml.
hadap alat tersebut. Penetrasi ke sekret saluran
napas buruk, Dilusi ke cairan pleura dan sinovium
lambat tetapi mencapai keseimbangan dengan AMINOGLIKOSID NON-SISTEMIK
kadar plasma setelah pemberian berulang. Pene-
trasi ke dalam mata demikian buruk sehingga diper- Neomisin, paromomisin dan framisetin tidak
lukan pemberian secara periokular untuk terapi en- digunakan secara parenteral, karena sifatnya yang
doptalmitis. Distribusi aminoglikosid ke dalam cair- terlalu toksik dibandingkan dengan aminoglikosid
an otak pada meningen normal sangat terbatas. lainnya.
Berdasarkan hal tersebut aminoglikosid dianggap Pada orang yang fungsi ginjalnya baik, neo-
tidak berguna untuk mengatasi meningitis kecuali misin walaupun diberikan 10 g oral selama 3 hari,
bila diberikan intratekal. tidak mencapai kadar toksik dalam darah, Absorpsi
Ekskresi aminoglikosid berlangsung melalui lebih tinggi bila ada lesi di saluran cerna. Adanya
ginjal terutama dengan liltrasi glomerulus. Penggu- insulisiensi faal ginjal dan hati, cepat meningkatkan
naan tobramisin bersama dengan probenesid pada kadar neomisin dalam darah, sehingga mungkin
pria usia lanjut tidak mempengaruhi bersihan ginjal
timbul elek toksik; dosis oral 4-8 g sehari sudah
total untuk tobramisin. Keadaan ini sama dengan dapat menghasilkan kadar dalam plasma seperti
streptomisin, dan menunjukkan bahwa ekskresi gin- pemberian parenteral, Kalau diperlukan neomisin
jal berlangsung hanya dengan liltrasi glomerular,
oral pada insulisiensi ginjal, dosis harus sangat
sedangkan sekresi tubular tidak berperan. Pada
dikurangi. Dalam hal ini lebih baik diganti saja de-
amikasin terdapat proses reabsorpsi tubular. Hal ini
ngan aminoglikosid lain misalnya kanamisin, yang
disimpulkan berdasarkan bersihan ginjal untuk
memiliki aktivitas sama tetapi kurang toksik diband-
amikasin yang lebih kecil daripada untuk kreatinin,
masing-masing 83 ml/min dan 120 mUmin. Bersihan ing dengan neomisin. Penggunaan neomisin oral
pada anak kecil harus dibatasi masa pemberiannya;
kanamisin dan streptomisin juga demikian. Amino-
glikosid yang diberikan dalam dosis tunggal, khu- terlebih pada penyakit dengan lesi intestinal. Dosis
susnya gentamisin, menunjukkan jumlah ekskresi 100 mg/kg BB seharijangan diberikan lebih dari tiga
renal yang kurang dari dosis yang diberikan. Karena minggu. Neomisin yang tidak diabsorpsi di usus,
ekskresi hampir seluruhnya berlangsung melalui akan keluar dalam bentuk utuh bersama tinia.
ginjal, maka keadaan ini menunjukkan adanya Framisetin, hanya digunakan topikal pada
sekuestrasi ke dalam jaringan. Walaupun demikian kulit.
kadar dalam urin mencapai 50-200 prg/ml. Sebagian
besar ekskresi terjadi dalam 12 jam setelah obat
diberikan.
Gangguan fungsi ginial akan menghambat 5. EFEK SAMPING
ekskresi aminoglikosid, menyebabkan terjadinya
kumulasi dan kadar dalam darah lebih cepat men-
capai kadar toksik. Keadaan ini tidak saja menim- Efek samping oleh aminoglikosid dalam garis
bulkan masalah pada penyakit ginjal, tetapi perlu di- besarnya dapat dibagi dalam tiga kelompok : (1)
perhatikan pula pada bayi, terutama yang baru lahir alergi; (2) reaksi iritasi dan loksik; dan (3)
atau prematur, pada pasien usia lanJut dan pada perubahan biologik.
Farmakologi dan Terapi

5.1. ALERGI Ototoksisitas aminoglikosid ditingkatkan oleh


berbagai laktor antara lain : besarnya dosis, adanya
Secara umu'm potensi aminoglikosid untuk gangguan laal ginjal, usia tua, riwayat penggunaan
menyebabkan alergi rendah. Rash, eosinofilia, suatu obat ototoksik, pemberian bersama asam
demam, diskrasia darah, angioudem, dermatitis etakrinat (suatu diuretik kuat), kadar puncak dan
eksfoliatif, stomatitis dan syok analilaksis, pernah kadar lembah yang meningkat, terapi berkepanja-
dilaporkan. ngan dan demam.
Gangguan vestibular. Pada streptomisin dan gen-
tamisin, gejala dininya ialah sakit kepala, yang
5.2. REAKSI IRITASI DAN TOKSIK kemudian diikuti oleh fase akut dengan gejala pu-
sing, mual, muntah dan gangguan keseimbangan.
Reaksi iritasi berupa rasa nyeri terjadi di lem- Selanjutnya, pada lase kronik, gejala menjadi nyata
pat suntikan diikuti dengan radang steril, dan dapat
bila berjalan atau melakukan gerakan tiba-tiba. Ak-
disertai pula peningkatan suhu badan setinggi 1/2 -
hirnya pada lase kompensasi, gejala bersilat laten
1 lPoC. Reaksi ini sangat terkenal pada suntikan
dan hanya menjadi nyata bila menutup mata. Tidak
streptomisin lM. Reaksi toksik terpenting oleh
ada terapi khusus terhadap efek toksik ini. Pemu-
aminoglikosid ialah pada susunan saraf, berupa
lihan sempurna memerlukan waktu 12 sampai 18
gangguan pendengaran dan keseimbangan, dan
pada ginjal. Gejala lain pada susunan saral ialah bulan, dan pada beberapa pasien bisa tersisa
gangguan pernapasan akibat efek kurariform pada kerusakan menetap (sequelae) pada sistem vesti-
bular. Elek samping ini dapat dikurangi bila pembe-
sistem neuromuskular, ensefalopati, neuritis peri-
ler, serta gangguan visus. Kadar plasma yang diser- rian aminoglikosid cepat dihentikan setelah dike-
tai elek toksik tidak ,iauh dari kadar yang dibutuhkan tahui timbulnya gejala ototoksik. Dari sudut patologi,
untuk mencapai efek terapi. Penyesuaian dosis kerusakan terdapat pada nukleus kohlearis ventral
dapat dilakukan dengan memperpanjang interval di batang otak yang meluas ke ujung serabut saraf
pemberian atau mengurangi dosis atau keduanya. di kohlea.
Tidak ada informasi pasti cara mana yang paling Gangguan vestibular oleh streptomisin cukup
baik. Yang sering digunakan ialah penyesuaian tinggi lrekuensinya. Dengan dosis 2 g sehari selama
dosis dengan menggunakan nomogram dimana 60-120 hari gejala terlihat pada 75% pasien;
bersihan kreatinin atau serum kreatinim dipakai sedangkan dengan dosis 1 g sehari pada 25%.
sebagai patokan. Monitoring kadar aminoglikosid lnsidens ototoksisitas gentamisin + 2o/0,660/o dian-
pada payah ginjal merupakan pendekatan yang taranya berupa gangguan vestibular, sedangkan
lebih tepat. Dikemukakan bahwa pengukuran kadar insidens ototoksisitas kanamisin i 7%.
lembah (trough) lebih bersifat prediktif untuk men- Gangguan akustik. Gangguan ini tidak selalu ter-
cegah toksisitas, sedang kadar puncak prediktil jadi pada kedua telinga sekaligus. Pada mulanya
untuk efek terapi maupun toksisitas. kepekaan terhadap gelombang lrekuensi tinggi
akan berkurang; dan ini tidak disadari oleh pasien.
EFEK OTOTOKSIK. Efek toksik aminoglikosid Pada lase permulaan ini, gangguan dapat terung-
pada saraf otak N. Vlll mengenai komponen ves- kap dengan pemeriksaan audiometrik beruntun
tibular maupun akustik. Setiap aminoglikosid ber- (serial). Lambat laun, gangguan yang berkembang
potensi menyebabkan dua elek toksik tersebut terus secara klinis menjadi jelas sebagai tuli- saraf.
tetapi dalam derajat yang berbeda. Streptomisin Mungkin pasien baru menyadari ketuliannya justru
dan gentamisin lebih mempengaruhi komponen beberapa waktu setelah pengobatan dihentikan.
vestibular; sebaliknya neomisin, kanamisin, ami- Gejala dini berupa tinitus bernada tinggi 'dapat
kasin dan dihidrostreptomisin lebih mempengaruhi bertahan sampai dua minggu setelah pemberian
komponen akustik; tobramisin sama pengaruhnya aminoglikosid dihentikan. Patologi kerusakan akus-
pada kedua sistem. Studi permulaan pada hewan tik terutama berupa degenerasi berat sel rambut
dan manusia menunjukkan bahwa netilmisin kurang organ Corti mulai dibagian basilar menjalar ke
ototoksik dibanding dengan aminoglikosid lain. apeks. Gangguan akustik larang terjadi pada anak.
Pendapat tersebut perlu pembuktian lebih lanjut Frekuensi kejadian gangguan akustik akibat
karena pada salah satu uji klinik 10% pasien men- streptomisin 4-15%brla terapilebih dari 1 minggu;
dapat komplikasi ototoksisitas. gentamisin tobramisin dan amikasin sampai 25%
Aminoglikosid
669

tergantung dosis dan faktor lain; kanamisin + 3Oo/o kular. Selain dengan streptomisin, sifat kurarilorm
berdasarkan seruntun pemeriksaan audiometrik. ini dimiliki juga oleh kanamisin, gentamisin dan
Neomisin, paling mudah menimbulkan tuli saraf neomisin; aminoglikosid lain sebaiknya dianggap
dibandingkan dengan aminoglikosid lainnya. potensial bersifat demikian pula. Elek ini terjadi bila
Penggunaan topikal atau irigasi luka dengan larutan aminoglikosid dalam darah mencapai kadar yang
neomisin 5%,pada pasien dengan laal ginjal normal relatif sangat tinggi dalam waktu relatil singkat; um-
juga dapat menimbulkan tuli saral. pamanya pada pemberian intraperitoneal, atau
Dengan tobramisin terjadi gangguan vesti- infus lV yang terlalu cepat. Hambatan neuromus-
bular sebanyak0,4%. Dengan amikasin, yang baru kular terjadi lebih mudah dan dengan gejala lebih
tercatat hanyalah gangguan pendengaran; terjadi berat bila pasien juga mendapatkan obat pelumpuh
terutama bila pengobatan lebih dari 14 hari. otot rangka.
EFEK NEFROTOKSIK. Kerusakan taraf permulaan Neuritis perifer. Selain sebagai reaksi lokal di tem-
ditandai dengan ekskresi enzim dari brush border pat suntikan, neuritis terjadi pula sebagai elek sis-
tubulus renal (alanin-aminopeptidase, losfatase temik. Yang terkenal ialah parestesia di sekitar
alkali dan p-D-glukosaminidase). Setelah beberapa mulut, di muka dan di tangan yang timbul 112 - l 1t2
hari, terjadi defek kemampuan konsentrasi ginjal, jam setelah suntikan streptomisin dan bertahan
proteinuria ringan dan terdapatnya hialin serta si- selama beberapa jam.
linder granular, liltrasi glomerulus menurun setelah- Aminoglikosid khususnya streptomisin pernah
nya. Fase nonoliguria diduga akibat pengaruh ami- dikailkan dengan skotoma yang berupa meluasnya
noglikosid pada bagian nelron distal. Nekrosis tubuli bintik buta. Selanjutnya, tergantung pada tempat
berat ditandai dengan kenaikan kreatinin, hipoka- suntikan, streptomisin dan kanamisin menimbulkan
lemia, hipokalsemia; dan hipofoslatemia kadang- pula ensefalopati, radikulitis, arahnoiditis, mielitis
kadang dapat terjadi. Gangguan lungsi ginjal ham- transversus dan paraplegia.
pir selalu bersifat reversibel karena sel tubuli prok-
simal mempunyai kapasitas regenerasi.
Beratnya nelrotoksisitas berhubungan de- 5.3. PERUBAHAN BIOLOGIK
ngan kadar obat yang tinggi dalam plasma. Kadar
puncak lebih dari 12-15 pg/ml gentamisin, tobra- Efek samping ini bermanilestasi dalam dua
misin, sisomisin dan netilmisin diduga meningkat- bentuk, yaitu gangguan pada pola mikrollora tubuh
kan nefrotoksisitas. Demikian juga kadar puncak dan gangguan absorpsi di usus. Perubahan pola
lebih tinggi dari 32 pg/ml untuk amikasin dan kana- mikroflora tubuh memungkinkan terjadinya superin-
misin sedapat mungkin dihindarkan. Adanya insu- feksi oleh kuman gram-positif, gram-negatil,
fisiensi faal ginjal, usia lanjut dan penggunaan ber- maupun jamur. Superlnfeksi Pseudomonas dapat
sama obat tertentu (diuretik kuat, sefalotin, atau timbul akibat penggunaan kanamisin; sedangkan
selaloridin) bertahan selama beberapa jam. penggunaan gentamisin oral cenderung menim-
Potensi nefrotoksik terkuat dimiliki oleh neo- bulkan kandidiasis. Frekuensi kejadian superinfeksi
misin, sedangkan yang terlemah ialah streptomisin. tidak diketahui, untuk streptomisin parenteral
Kanamisin dan gentamisin berada di antara ke- diperkirakan + 4%. Gangguan absorpsi dapat terjadi
duanya; frekuensi kejadian untuk gentamisin ialah akibat pemberian neomisin per oral 3 g atau lebih
2- 10%, atau rata-rata sekitar 4%. Nefrotoksisitas dalam sehari. Jenis zat yang dihambat absorpsinya
amikasin sama dengan gentamisin; sebaliknya, meliputi karbohidrat, lemak, protein, mineral dan
tobramisin memberi kesan kurang toksik, atau se- vitamin. Mekanisme hambatan absorpsi ini antara
kuran g-kurangnya nefrotoksisitasnya tidak melebihi lain terjadi akibat gangguan sistem enzim dan nek-
gentamisin. Dengan memantau kadar amino- rosis sel epitel kripta usus. Paromomisin oral juga
glikosid dalam darah, berbagai faktor risiko yang menimbulkan gangguan absorpsi.
dihubungkan dengan nelrotoksisitas dapat di-
kontrol.
EFEK NEUROTOKSIK LAtNNYA. Pemberian 6. INTERAKSI OBAT
streptomisin secara intraperitoneal sewaktu bedah
abdomen dapat menimbulkan gangguan per- Penisilin anti pseudomonas yaitu : karbe-
napasan akibat hambatan konduksi neuromus- nisilin, tikarsilin, mezlosilin, azlosilin dan piperazilin
670 Farmakolqi dan Terapi

yang umum diberikan dalam dosis besar, ternyata Dosis beberapa aminoglikosida utama untuk
menginaktivasi aminoglikosid, khususnya genta- penggunaan parenteral dapat dilihat di Tabel 45-5.
misin dan tobramisin. Karena itu jangan mencam-
pur. aminoglikosid dan penisilin dosis besar dalam
larutan intravena. Digunakan terpisah interaksi 7.1. STREPTOMISIN
tidak akan merupakan masalah pada pasien de-
ngan lungsi ginjal normal, tetapi antagonisme ini Untuk suntikan tersedia bentuk bubuk kering
terjadi in vivo pada pasien dengan gagal ginjal, Ami- dalam vial yang mengandung 1 atau 5 g zat lindi.
kasin dan netilmisin dilaporkan bersilat kurang peka Kadar larutan tergantung dari cara pemberian yang
daripada gentamisin dan tobramisin terhadap inak- direncanakan; dan cara penyuntikan tergantung
tivasi oleh penisilin anti pseudomonas ini. darijenis dan lokasi infeksi.
Belum ada bukti bahwa lurosemid dan asam Suntikan lM merupakan cara yang paling
etakrinat meningkatkan ototoksisitas aminoglikosid. sering dikerjakan. Dosis total sehari berkisar 1-2 g
Sebelum ada kepastian bahwa lidak ada interaksi, (15-25 mg/kgBB); 5OO mg - 1 g disuntikkan setiap
penggunaan gabungan kedua obat yang ototoksik 12 jam. Untuk inleksi berat dosis harian dapat men-
tersebut memerlukan pen gamatan cermat terhadap capai 2-4 g dibagi dalam 2-4 kali pemberian. Dosis
tanda dan gejala nefrotoksisitas dan ototoksi- untuk anak ialah 20-30 mg/kgBB sehari, dibagi
sitas. Juga jangan lupa mengontrol keadaan hidrasi untuk dua kali penyuntikan. Dosis untuk peng-
pasien pada pemberian kombinasi obat tersebut obatan tuberkulosis dapat dibaca pada Bab 41 .
karena keadaan dehidrasi meningkatkan kadar Dewasa ini tidak ada lagi indikasi untuk mem-
obat dan toksisitasnya. berikan streptomisin secara intravena, intratekal
Blokade neuromuskular oleh pelumpuh otot atau intraperitoneal. Pemberian per oral untuk inlek-
(suksinilkolin, tubokurarin) dapat diperberat oleh si gastrointestinal saat ini telah ditinggalkan karena
aminoglikosid sehingga terjadi paralisis pernapas- terbukti tidak elektif.
an. Bila blokade tersebut terjadi maka dapat diatasi
dengan pemberian kalsium dan prostigmin.
Penin gkatan nefrotoksisitas juga dilaporkan
terjadi bila aminoglikosid diberikan bersama metok- 7.2. GENTAMISIN
sifluran, sefaloridin, amloterisin B, siklosporin atau
indometasin intravena yang diberikan untuk me- Tersedia sebagai larutan steril dalam vial atau
nutup duktus arteriosus paten pada neonatus. ampul 60 mg/1,5 ml; 80 mg/2 ml; 120 mg/3 ml dan
Absorpsi digoksin agaknya dipengaruhi oleh 280 mg/2 ml.
neomisin yang diberikan oral sehingga kadar digok- Salep atau krem dalam kadar 0,1 dan 0,3%,
sin perlu dimonitor bila kedua obat ini diberikan ber- salep mata 0,3%.
samaan. Sediaan parenteral ada di pasar tidak boleh di-
gunakan untuk suntikan intratekal atau intraven-
trikular (otak) karena mengandung zat pengawet.
Tidak ada korelasi baik antara dosis dan efek-
7. SEDIAAN DAN POSOLOGI tivitas tetapi ada korelasi antara kadar dalam darah
dengan efektivitas. Jadi bila hasil pengobatan de-
ngan dosis standar tidak efektif, perlu dilakukan
Sediaan aminoglikosid dapat dibagi dalam pemantauan kadar dalam darah.
dua kelompok : (1 ) sediaan aminoglikosid sistemik Kadar gentamisin, juga aminoglikosid lain
untuk pemberian lM atau lV yaitu amikasin, gen- perlu dipantau agar mendapat kadar tera;ii, pada
tamisin, kanamisin dan streptomisin; (2) aminogli- pasien dengan : (1) penyakit ginjal; (2) fungsi ginjal
kosid topikal terdiri dari aminosidin, kanamisin, yang labil; (3) lanjut usia; (4) kegemukan; (5)
neomisin, gentamisin dan streptomisin. Dalam ke- demam dengan kemungkinan perubahan bersihan
lompok topikal ini lermasuk juga semua amino- kreatinin; (6) sepsis; (7) volume distribusi labil,
glikosid yang diberikan per oral untuk mendapatkan
misalnya pada gagal jantung dan asites; (8) luka
elek lokal dalam lumen saluran cerna, Sediaan bakar; (9) librosis kistik; (10) dialisis; ('11) obat lain
aminoglikosid pada umumnya tersedia sebagai yang berinteraksi dengan aminoglikosid, dan (12)
garam sultat. neonatus.
Aminoglikosid 671

Tabcl tl5-5. DOSIS AttIINOGLIKOSID

Genlamiein/ Krnami3in/
Tobramirin Amikasln
(ms/ks BB) (ms/ks BB)

Do3i3 awal

Dgl ras4anak
dehkJtasi 0,75 - 1,5 5 -7,5
normal 1 -2 7,5
cairan ekslrasol mningkat 1,5 - 2,5 7,5 - 10

Noonatus 2 -2,5 10
4.

Dorlr penunjang

Dwasa : lungsi ginial normal 1 -2 5 - 35 per hari


seliap6- 12 jam

lungsi ginjal loryanggu 1 - 1,5 mg/kg


setiap 12 - 48 lam

Anak: lungsi ginjal normal 1 -2 10 - 15 per hari


sotiap4-Ojam

lungsi ginjal lrganggu 1 - 1,5


setiapS-48jam

Nonalus 2-2,5 1 5 pr hari


stiap8-24jam

Dosis anjuran ini seringkali memberi kadar di luar kadar terapi.

Keterangan :
* Disesuaikan dengan kondisi pasien (lihat hal 61 1)
Untuk sisomisin dan netilmisin sama dengan gentamisin.
Dikutip dari : Walver RH dan Cipolle RJ. Applied clinical pharmacokinetics, New York : Raven Press, 1983.

2.3. KANAMISIN dalam 4 kali pemberian; untuk orang dewasa dapal


mencapai 8 g sehari. Pada gangguan laal ginjal
Untuk suntikan tersedia larutan dan bubuk perlu pengurangan dosis, baik parenteral maupun
kering. Larutan dalam vial ekuivalen dengan basa oral, untuk menghindari toksisitas. Bila dilakukan
kanamisin 500 mg/2 ml dan 1 g/3 ml untuk orang dialisis periloneum, perlu diadakan penyesuaian
dewasa; serta 75 mg/2 ml untuk anak. Vial bubuk dosis pula'
kering berisi 1 g dan 0,5 g. Untuk pemberian oral
tersedia bentuk kapsuutablet 250 mg zat lindi dan
sirup 50 mg/ml. 7.4. AMIKASIN
Pemberian lV jarang dikerjakan, karena ab-
sorpsi melalui suntikan lM sangat baik. Dosis oral Obal ini tersedia unluk suntikan lM dan lV,
unruk anak adalah 50 mg/kg BB seharl, dlbagl dalam vlal berlsl 100; 250; 500; 1.000; dan 2'000
672 Farmakologi dan Terapi

mg. Dosis lazim dapat dilihat pada Tabel 45-5. atau tetes hidung dan maia; masing-masing dengan
Dosis total sehari umumnya tidak lebih dari 1 ,5 gram kadar 1o/o danO,So/o. Juga tersedia sebagai salep di
sehari. Penyesuaian dosis perlu dipertimbangkan atas kasa, untuk pengobatan luka.
pada.berbagai keadaan. Adanya gangguan laal gin-
jal memerlukan pengurangan dosis dan perpanja-
ngan interval waktu antara dosis, dengan berpedo- 7.8. LAIN.LAIN
man pada kadar elektil dalam darah yang berkisar
antara 5-10 ug/ml sampai 20-25 ug/ml. Untuk neo- Paromomisin (aminosidin). Penggunaan
natus dianjurkan dosis 15 mg/kg BB sehari, terbagi aminosidin parenteral tidak dianjurkan karena tok-
dalam dua kali pemberian. sisitasnya sepadan dengan neomisin. Manfaat
utama paromomisin ialah sebagai amubisid intes-
tinal dan antelmintik yang pemberiannya per oral.
7.5. TOBRAMISIN
Sisomisin. Larutan obat suntik sisomisin yang
Obat ini tersedia sebagai larutan 80 mg/2 ml mengandung 50 mg/ml terdapat dalam ampul berisi
untuk suntikan lM. Dosis dan cara pemberian sama 1 dan 1,5 ml. Selain itu tersedia pula larutan me-
dengan gentamisin (lihat Tabel 45- 5). ngandung 10 mg/ml dalam ampul berisi 1 dan 2 ml.
Untuk infus tobramisin dilarutkan dalam Obat ini dapat diberikan lM atau lV. Dosisnya ialah
dekstrose 5% atau larutan NaCl isotonis dan dibe- 3 mg/kg BB sehari yang dibagi dalam 3 kali pem-
rikan dalam 30-60 menit. Jangan diberikan lebih berian,
dari 10 hari. Penyesuaian dosis sama dengan gen-
tamisin.
8. INDIKASI, KONTRAINDIKASI DAN
PENGGUNAAN KLINIK
7.6. NETILMISIN

Obat ini boleh diberikan lM atau lV, dan ter-


Aminoglikosid, sekalipun berspektrum an-
timikroba lebar, jangan digunakan pada setiap jenis
sedia sebagai larutan 50 dan 100, 150 mg/2 ml.
inleksi oleh kuman yang sensitif, karena (1 ) resis-
Dosisnya ialah 4-6,5 mg/kg BB sehari yang dibagi
tensi terhadap aminoglikosid relatil cepat berkem-
dalam 2-3 dosis.
bang; (2) toksisitasnya relatif tinggi; (3) tersedianya
Untuk penggunaan intravena dosis tunggal
berbagai antibiotik lain yang cukup elektil dan tok-
diencerkan dalam 50 sampai 200 ml pelbagai
sisitasnya lebih rendah.
larutan (lihat petunjuk penggunaan). Pada anak
lndikasi penggunaan aminoglikosid sebaiknya
kecil dan anak, volum pelarut disesuaikan kebutuh-
dibatasi untuk inleksi oleh kuman aerobik gram-
an pasien, lalu diberikan dalam 30 menit - 2 jam. negatil yang sensitif terhadapnya dan telah resisten
Lama pengobatan 7-1 4 hari. Penyesuaian dosis terhadap antimikroba lain yang kurang toksik; ter-
sama dengan gentamisin. utama inleksi sistemik berat, Pada berbagai infeksi
oleh kuman gram-negatif yang berat dan bersifat
latal, penggunaan aminoglikosid sebagai terapi
7.7. NEOMISIN awal dapat menyelamatkan nyawa pasien, sekalF
pun belum dapat dipasiikan jenis kuman penyebab.
Neomisin tersedia untuk penggunaan lopikal Termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah
dan oral, penggunaan parenteral tidak lagi bakteremia dan syok septik. Keputusan digunakan-
dibenarkan karena toksisitasnya. Salep mata dan nya aminoglikosid, sangat tergantung dari penga-
kulit mengandung 5 mg/g untuk digunakan 2-3 kali laman dan observasi dokter terhadap keadaan
sehari. Untuk oral tersedia tablet 250 mg. Dosis oral klinik pasien. Keputusan ini perlu ditinjau kembali
neomisin dapat mencapai 4-8 g sehari, dalam dosis setelah ada hasil kultur dan uji sensitivitas. Untuk
lerbagi; misalnya yang digunakan pada pengen- inleksi oleh kuman gram-positif dan kuman anae-
dalian koma hepatik, atau pembersihan lumen robik penggunaan aminoglikosid lebih terbatas lagi;
USUS. sebab di samping ada obat yang lebih aman, juga
Framisetin sulfat (neomisin B) tersedia sebagian kuman khususnya yang anaerobik, resis-
hanya untuk penggunaan topikal sebagai salep ten terhadap aminoglikosid.
Aminoglikosid 673

Manlaat aminoglikosid yang perlu dikemuka- yang dikemukakan oleh berbagai kepustakaan
kan ialah terhadap infeksi oleh spesies Pseudo- hanya dapat digunakan sebagai pedoman umum
monas, yang pada umumnya resisten terhadap saja. Sensitivitas strain kuman sangat dipengaruhi
penisilin.ataupun sefalosporin. Untuk terapi inleksi oleh berbagai keadaan, antara lain perkembangan
Ps. aeruginosa, potensi tobramisin ialah kira-kira silat resistensi akibat penggunaan antimikroba.
2-4kali potensi gentamisin, berdasarkan dosis per Untuk aminoglikosid perlu dipertimbangkan pula
kg berat badan. Sekalipun silat larmakologi lalnnya kemungkinan timbulnya resistensi silang, Genta-
sama untuk kedua aminoglikosid ini, berdasarkan misin yang sudah cukup luas digunakan, di bebe-
perbedaan potensi tersebut di atas cukup beralasan rapa tempat sudah memperlihatkan resistensi yang
untuk memilih tobramisin pada inleksi Ps. cukup tinggi. Di tempat di mana gentamisin masih
aeruginosa. menunjukkan efektivilas yang tinggi, sebaiknya di-
Penetrasi yang baik dari aminoglikosid ke ber- batasi penggunaan aminoglikosid lain yang relatif
bagai bagian tubuh tertentu, menghasilkan kadar baru agar tetap dimiliki pilihan penggantijika diper-
yang kira-kirg sama dengan kadar dalam darah. lukan.
lnfeksi oleh kuman yang sensitil di tempattempat Di samping ini, perlu dipertimbangkan silat
ini, dapat diharapkan tertanggulangi dengan larmakokinetik dan kemungkinan terjadinya toksi-
aminoglikosid. Organ atau bagian yang dimaksud- sitas.
kan adalah jaringan paru, rongga sendi, cairan
pleura serta asites. Dosis terapi untuk inleksi STREPTOMISIN. Manfaat streptomisin pada tuber-
saluran kemih dapat dicapai dengan dosis yang kulosis dapat dibaca pada Bab 41. Untuk inleksi
lebih rendah daripada untuk inleksi sistemik lain non-tuberkulosis dan inleksi kuman gram-negatil
karena kadar obat dalam urin dapat berkisar antara penggunaan streptomisin sudah sangat terdesak
10 sampai 100 kali lebih tinggi daripada kadar oleh aminoglikosid lain dan derivat kuinolon yang
dalam serum. Sebaliknya untuk inleksi saluran em- lebih poten dan aman. lndikasi lain obat ini ialah
pedu mungkin tidak memuaskan, karena kadar tularemia, sampar paru dan bubonik. Untuk ber-
yang tercapai dalam empedu berkisar antara 30- bagai inleksi kuman gram-negatif dan beberapa
50% kadar dalam darah. infeksi kuman gram-positif, penggunaan strepto-
Toksisitas aminoglikosid mudah meningkat misin sering digabungkan dengan antimikroba lain.
antara lain pada usia lanjut atau adanya ganggu- Penggabungan dengan tetrasiklin digunakan pada
an ginjal. Pemantauan kadar obat dalam darah tularerria dan bruselosis berat (untuk terapi tula-
dapat sangat membantu pengendalian dan pence- remia ringan digunakan terapi obat tunggal tetrasi-
gahan toksisitas. Dosis yang diberikan setiap saat klin); pada penyakit sampar, streptomisin digabung
dapat disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan dengan sulladiazin; kombinasi streptomisin dengan
hasil pantauan kadar obat dalam darah. Karena penisilin digunakan pula pada endokarditis bakterial
aminoglikosid melintasi sawar uri, penggunaan yang disebabkan oleh Str. viridans alau Enterococ-
pada kehamilan hanya dibenarkan bila benar-benar cus, Dalam keadaan tertentu streptomisin dapat di-
diperlukan sehubungan dengan kemungkinan pertimbangkan untuk meningitis oleh Ps. aerugi-
nefrotoksisitas, ototoksisitas dan elek toksik lainnya nosa, chancroid dan granuloma inguinale.
terhadap neonatus. Pemberian streptomisin pada Streptomisin jangan digunakan bersama obat
wanita hamil dapal menimbulkan kerusakan N. Vlll lain yang bersilat ototoksik, karena toksisitasnya
tetus. dapat bersilat aditil.
Pada penggunaan aminoglikosid topikal, tetap
perlu diperhitungkan kemungkinan timbulnya elek KANAMISIN DAN KELOMPOK NEOMISIN. KANA.
toksik sistemik. Hal ini antara lain dapat terjadi misin aklil terhadap E. coli, Enterobacter, Klebsie-
dengan aplikasi aminoglikosid pada luka bakar lla, Proteus, Salmonella, Shigella, Vibrio, Neisseiia,
yang luas, pada gastroenteritis dan suntikan in- Staphylococcus, dan Mycobacterium. Kanamisin
traperitoneum. parenteral digunakan pada inleksi oleh kuman yang
sensitif; antara lain inleksi perforasi abdomen dan
saluran kemih oleh Proteus, bakte-remia oleh
PEMILIHAN OBAT kuman enterik. Terhadap inleksi S. aureus,
kanamisin sudah terdesak oleh antimikroba lain
Pedoman untuk memilih aminoglikosid tergan- yang lebih elektil dan kurang toksik. Sebagaituber'
tung dari berbagai faktor. Spektrum antimikroba kulostatik, penggunaan kanamisin hanya diterap'
674 Farmakologi dan Terapi

kan jika benar-benar diperlukan, berdasarkan per- krobanya; karena itu, tobramisin dapat digunakan
timbangan toksisitasnya. Sekalipun in vitro aktif ter- sebagai pengganti gentamisin. Aktivitas tobramisin
hadap Sa/monella dan Shigella, secara klinik kana- yang superior terhadap Ps. aeruginosa dibanding
misin tidak elektif terhadap infeksi oleh kedua jenis gentamisin menyebabkan obat ini terpilih untuk
kuman ini, Neomisin tidak digunakan parenteral, mengatasi inleksi oleh kuman tersebut. Obat ini
karena ada obat lain yang kurang toksik. tidak memperlihatkan sinergisme dengan penisilin
Kanamisin dan neomisin digunakan oral terhadap enterokok dan inaktif terhadap mikobak-
dalam berbagai keadaan. Penggunaan dengan terium, Dibandingkan terhadap gentamisin, ter-
tujuan "membersihkan' lumen usus sebagai "per- dapat petunjuk bahwa tobramisin bersilat kurang
siapan' prabedah usus, membawa risiko superin- nefrotoksik; tetapi hal ini belum terbukti secara
feksi, Penekanan llora usus dengan neomisin oral, klinis.
bermanlaat dalam terapi koma-hepatik; dalam hal Netilmisin dikatakan memperlihatkan efek
ini kanamisin digunakan sebagai obat tambahan. sama dengan gentamisin. Obat ini dikembangkan
Penggunaan kanamisin oral tidak terbukti dapat untuk mengatasi masalah resistensi terhadap gen-
mempercepat sembuhnya gastroenteritis E. coli tamisin atau tobramisin. Penelitian eksperimental
enteropatogenik.
mendapatkan bahwa toksisitasnya lebih ringan
Neomisin terbanyak digunakan topikal, baik
dibanding aminoglikosid pendahulunya, tetapi hal
untuk infeksi kulit maupun untuk inleksi mukosa
ini memerlukan konlirmasi pada manusia.
oleh kuman yang sensitif,
Sisomisin mempunyai spektrum antibakteri,
GENTAMISIN, TOBRAMISIN, NETILMISIN DAN sifat larmakokinetik dan toksisitas yang sama de-
SISOMISIN. Gentamisin sistemik (parenteral) diin- ngan gentamisin. Data uji klinik hingga saat ini me-
dikasikan untuk infeksi oleh kuman gram- negatif nunjukkan bahwa obat ini kelihatannya tidak mem-
yang sensitif; antara lain Proteus, Pseudomonas, punyai kelebihan apapun dibandingkan dengan
Klebsiella, Serratia, E. coli dan Enterobacter. gentamisin atau tobramisin.
Kuman-kuman ini antara lain menyebabkan bakte-
remia, meningitis, osteomielitis, pneumonia, inleksi AMIKASIN. Kuman yang sensitif terhadap amikasin
luka bakar, inleksi saluran kencing, inleksi telinga- antara lain ialah E. coli, Kl. pneumoniae, Ps.
hidung-tenggorok dan tularemia. Dalam keadaan aeruginosa, Serratia marcescens, Providentia
tertentu gentamisin digunakan pula terhadap stuartii, Proteus, Salmonella, Enterobacter, S.
gonore dan inleksi S. aureus. Sedapat mungkin, aureus dan S. a/bus. Amikasin sangat berguna
gentamisin sistemik hanya diterapkan pada inleksi untuk inleksi gram- negatif, terutama yang telah
yang berat saja. Pada septisemia yang diduga dis- resisten terhadap gentamisin. Terhadap inleksi
ebabkan kuman gram-negatil, secara empirik dapat berat oleh kuman gram-negatil, amikasin sekurang-
diberikan gentamisin sambil menunggu hasil identi- kurangnya sama elektil dengan gentamisin.
likasi dan penentuan sensitivitas kuman penyebab. Secara in vitro, berdasarkan ukuran berat,
Penggunaan gentamisin secara topikal khususnya amikasin kurang poten dibandingkan dengan
dalam lingkungan rumah sakit, perlu dibatasi se- aminoglikosid lainnya; tetapi amikasin cukup efektif
dapat mungkin; untuk menghambat perkembangan secara klinis, sebab obat ini resisten terhadap ber-
resistensi pada kuman-kuman sensitif. bagai enzim yang menginaktifkan gentamisin,
Tobramisin tidak jauh berbeda silatnya de- tobramisin atau kanamisin.
ngan gentamisin, termasuk spektrum antimi-
Antimikroba Lain 675

46. ANTIMIKROBA LAIN


R. Setiabudy

1. Eritromisin dan makrolid lain 3.2. Kolistin


1.1. Eritromisin 4. Basitrasin
1.2. Spiramisin
1.3. Roksitromisin dan klaritromisin 5. Natrium lusidat
Linkomisin dan klindamisin 6. Mupirosin
2.1. Linkomisin
7. Spektinomisin
2.2. Klindamisin
Golongan Polimiksin 8. Vankomisin
3.1. Polimiksin B 9. Golongan kuinolon

OH N (CHs)e
1. ERITROMISIN DAN MAKROLID LAIN

Antibiotika golongan makrolid mempunyai


persamaan yaitu terdapatnya cincin lakton yang
besar dalam rumus molekulnya. Eritromisin yang
dianggap paling penting dari golongan ini akan dibi-
carakan sebagai contoh utama dari kelompok ini.
Dalam kelompok ini lermasuk juga spiramisin, rok-
sitromisin dan klaritromisin.

1.1. ERITROMISIN

ASAL DAN KIMIA

Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Strep- AKTIVITAS ANTIMIKROBA


tomyces erythreus. Struktur kimia eritromisin dapat
dilihat pada Gambar 46-1. Zal ini berupa kristal Golongan makrolid menghambat sintesis pro-
berwarna kekuningan, larut dalam air sebanyak 2 tein kuman dengan jalan berikatan secara reversi-
mg/ml. Eritromisin larut lebih baik dalam etanol atau bel dengan ribosom subunit 50S, dan bersifat bakte-
pelarut organik. riostatik atau bakterisid tergantung dari jenis kuman
Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam, dan kadarnya.
kurang stabil pada suhu kamar tetapi cukup stabil Spektrum antimikroba. ln vitro, elek terbesar eri-
pada suhu rendah. Aktivitas in vitro paling besar tromisin terhadap kokus gram positif, seperti Sfr.
dalam suasana alkalis. Larutan netral eritromisin pyogenes dan Sfr. pneumoniae. Str. vmdans mem-
yang disimpan pada suhu kamar akan menurun punyai kepekaan yang bervariasi terhadap eritro-
potensinya dalam beberapa hari, tetapi bila disim- misin. S. aureus hanya sebagian yang peka ter-
pan pada suhu 50 biasanya tahan sampai beberapa hadap obat ini. Strain S. aureus yang resisten ter-
minggu.
676 Farmakologi dan Terapi

hadap eritromisin sering dijumpai di rumah sakit adalah 5-20o/o dari kadar obat dalam sirkulasi darah
(strain nosokomial). ibu.
Batang gram positil yang peka terhadap erilro- Obat ini diekskresi terutama melalui hati. Dia-
misiri ialah Cl. pertringens, C. diphtheriae, dan L. lisis peritoneal dan hemodialisis tidak dapat menge-
monocytogenes. luarkan eritromisin dari tubuh.
Eritromisin tidak aktil terhadap kebanyakan Pada wanita hamil pemberian eritromisin ste-
kuman gram negatif, namun ada beberapa spesies arat dapat meningkatkan aktivitas serum aspartat
yang sangat peka terhadap eritromisin yaitu lV. aminotranslerase (AST) yang akan kembali ke nilai
gonorrhoeae, Campylobacter jejuni, M. pneumo-
normal walaupun terapi diteruskan.
niae, Legionella pneumophila, dan C. trachomatis.
H. influenzae mempunyai kepekaan yang bervariasi
terhadap obat ini.
EFEK SAMPING DAN INTERAKSIOBAT

Elek samping yang berat akibat pemakaian


Resistensi.
eritromisin dan turunannya jarang terjadi.
Resistensi terhadap eritromisin terjadi melalui
Beaksi alergi murrgkin timbul dalam bentuk
demam, eosinolilia dan eksantem yang cepat hi-
3 mekanisme yang diperantarai oleh plasmid yaitu:
lang bila terapi dihentikan. Hepatitis kolestatik ada-
(1) menurunnya permeabilitas dinding sel kuman,
lah reaksi kepekaan yang terutama ditimbulkan oleh
(2) berubahnya reseptor obat pada ribosom kuman,
eritromisin estolat (sekarang tidak dipasarkan lagi
dan (3) hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan
di lndonesia). Fleaksi initimbul pada hari ke 10-20
oleh kuman tertentu (Enterobacteriaceae).
setelah dimulainya terapi. Gejalanya berupa nyeri
perut yang menyerupai nyeri pada kolesistitis akut,
mual dan muntah. Kemudian timbul ikterus, demam,
FARMAKOKINETIK leukositosis dan eosinolilia; transaminase serum
dan kadar bilirubin meninggi; kolesistogram tidak
Basa eritromisin diserap baik oleh usus kecil menunjukkan kelainan. Gejala klinis dan pqtologis
bagian atas; aktivitasnya hilang oleh cairan lam- sangat mirip dengan gangguan yang ditimbulkan
bung dan absorpsi diperlambat oleh adanya ma- oleh klorpromazin. Kelainan ini biasanya menghi-
kanan dalam lambung. Untuk mencegah pengru- lang dalam beberapa hari setelah terapi dihentikan.
sakan oleh asam lambung, basa eritromisin diberi Elek samping ini dijumpai pula pada penggunaan
selaput yang tahan asam atau digunakan dalam eritromisin etilsuksinat tetapi jarang sekali terjadi.
bentuk ester stearat atau etilsuksinat. Dengan dosis Eritromisin oral (terutama dalam dosis besar) se-
oral 500 mg eritromisin basa dapat dicapai kadar ring menimbulkan iritasi saluran cerna seperti mual,
puncak 0,3-1,9 ug/ml dalam waktu 4 jam. muntah, dan nyeri epigastriurn. Suntikan lM lebih
Hanya2-5% erilromisin yang diekskresi dalam dari 100 mg menimbulkan sakit yang sangat he-
bentuk aktil melalui urin. Eritromisin mengalami pe- bat. Pemberian 1 g dengan infus lV sering disusul
mekatan dalam jaringan hati. Kadar obat aktil dalam oteh timbutnya trombo{lebitis.
cairan empedu dapat melebihi 100 x kadar yang Kelulian sementara dapat terjadi bila eritro-
tercapai dalam darah. misin diberikan dalam dosis tinggi secara lV.
Masa paruh eliminasi eritromisin adalah seki- Eritromisin dilaporkan meningkatkan toksisi-
tar 1,6 jam. Dalam keadaan insulisiensi ginjal tidak tas karbamazepin, kortikosteroid, siklosporin, di-
goksin, warlarin, dan teotilin,
diperlukan modilikasi dosis.
Eritromisin berdifusi dengan baik ke berbagai
jaringan tubuh kecuali ke otak dan cairan serebro
SEDIAAN DAN POSOLOGI
spinal. Kadarnya dalam jaringan prostat hanya seki-
lar 400/o dari kadar yang tercapai dalam darah. Pada Sediaan dan posologi eritromisin dapat dilihat
ibu hamil, kadar eritromisin dalam sirkulasi fetus dalam Tabel 46-1.
Antimikroba Lain 677

Tabel 46-1. POSOLOGI ERITFOMISIN

Preparat') Kcmasan Posologi/cara pemberian Keterangan

Erilromisin Kapsulitablet 250 mg Dewasa:1-2 g/hari, dibagi dalam Dosis dapat ditingkat-
dan 500 mg 4 dosis kan2xlipalpada
inteksi bsrat.

Anak 30-50 mglkg berat badan Obat dibrikan


sehari dibagi dalam 4 dosis. sbelum makan

Eritromisin stearat Kapsul 250 mg dan tablet Dewasa: 250-5OO mg tiap 6 jam atau
500 mg 500 mg tiap 12 jam.

Suspnsi oral mengandung Anak: 30-50 mglkg brat badan idem


250 mg/s ml sehari dibagi dalam beberapa
dosis.

Eritromisin tilsuk Tablot kunyah 200 mg. Dewasa : 4O0-800 mg tiap 6 jam Obat tidak prlu
sinat. Suspnsi oral mengandung 200 mg/ atau 800 mg tiap 12 jam. diberikan
5 mldalam botol 60 ml. s6blum makan
Anak: 30-50 mg/kg berat badan
sehari dibagi dalam beberapa
Teles oral mengandung 100 mg/ dosis.
2.5 ml dalam botol 30 ml-

Kterangan : ') berat berbagai sstr eritromisin ini dinyatakan dalam kesetaraannya dengan eritromisin basa

PENGGUNAAN KLINIK Pertusis. Bila diberikan pada awal inleksi, eritro-


misin dapat mempercepat penyembuhan.
lnfeksi Mycoplasma pneumoniae. Eritromisin
yang diberikan 4 kali 500 mg sehari per oral mem- lnfeksi streptokokus. Faringitis, scar/et lever dan
erisipelas oleh Str. pyogenes dapat diatasi dengan
percepat turunnya panas dan mempercepat pe-
pemberian eritromisin per oral dengan dosis 30 mg/
nyembuhan sakil. kgBB/hari selama 10 hari. Pneumonia oleh pneu-
Penyakit Legionnaire. Eritromisin merupakan obat mokokus juga dapat diobati secara memuaskan
yang dianjurkan untuk pneumonia yang disebab- dengan dosis 4 kali sehari 250-500 mg
kan oleh Legionella pneumophila. Dosis oral ialah 4 lnfeksi stafilokokus. Eritromisin merupakan alter-
kali 0,5-1 g sehari alau secara intravena 1-4 g natif penisilin untuk inleksi ringan oleh S. aureus
sehari. (termasuk strain yang resisten terhadap penisilin).
Tetapi munculnya strain-strain yang resisten telah
lnfeksi Klamidia. Eritromisin merupakan alternatil
mengurangi manfaat obat ini. Untuk inleksi berat
tetrasiklin untuk infeksi klamidia tanpa komplikasi
yang menyerang uretra, endoserviks, rektum atau
oleh stafilokokus yang resisten terhadap penisilin
lebih elektif bila digunakan penisilin yang lahan
epididimis. Dosisnya ialah 4 kali sehari 500 mg per
penisilinase (misalnya dikloksasilin atau llukloksa-
oral yang diberikan selama 7 hari. Eritromisin meru-
pakan obat terpilih untuk wanita hamil dan anak- silin) atau sefalosporin. Dosis eritromisin untuk in-
teksi statilokokus pada kulit atau luka ialah 4 kali
anak dengan inleksi klamidia.
500 mg sehari yang diberikan selama 7-10 hari per
Difteri. Eritromisin sangat elektif untuk membasmi oral.
kqman ditteri baik pada inleksi akut maupun pada
lnfeksi Campylobacfel. Gastroenteritis oleh Cam-
carrier state. Perlu dicatat bahwa eritromisin mau- pylobacter jejuni dapat diobali dengan eritromisin
pun antibiotik lain tidak mempengaruhi perjalanan per oral 4 kali 250 mg sehari. Dewasa ini fluorokui-
penyakit pada inleksi akut dan komplikasinya. nolon telah menggantikan peran eritromisin untuk
Dalam hal ini yang penting antitoksin.
inleksi ini.
678 Farmakologi dan Terapi

Tetanus. Eritromisin per oral 4 kali 500 mg sehari Dosis oral untuk penderita dewasa ialah 3-4
selama 10 hari dapat membasmi C/. tetani pada kali 500 mg sehari. Pada infeksi berat, dosis dapat
penderita tetqnus yang alergi terhadap penisilin. ditingkatkan 2 kali lipat. Dosis oral untuk anak ialah
Antitoksin, obat anti kejang dan pembersihan luka 50-75 mg/kgBB sehari, terbagidatam 2-3 kati pem-
merupakan tindakan lain yang sangat penting. berian.
Seperli eritromisin, spiramisin digunakan un-
Sifilis. Untuk penderita sililis stadium diniyang aler-
gi terhadap penisilin, dapat diberikan eritromisin per tuk lerapi inleksi rongga mulut dan saluran napas.
oral dengan dosis 2-4 g sehari selama 10-1 5 hari. Spiramisin juga digunakan sebagai obat alter-
natil untuk penderita toksoplasmosis yang karena
Gonore. Eritromisin mungkin bermantaat untuk sesuatu sebab tidak dapat diobati dengan pirime-
gonore diseminata pada wanita hamil yang alergi tamin + sullonamid (misalnya pada wanita hamil,
terhadap penisilin. Dosis yang diberikan ialah 4 kali atau ada kontraindikasi lainnya). Efektivitasnya ti-
500 mg sehari yang diberikan selama 5 hari per oral. dak sebaik pirimetamin + sulfonamid. Dosis yang
Angka relaps hampir mencapai 25%. Settriakson digunakan untuk indikasi ini ialah 2-3 g/hari yang
merupakan obat terpilih untuk indikasi ini. dibagi dalam beberapa dosis selama tiga minggu.
Penggunaan profilaksis. Obat terbaik untuk men- Terapi diulang 2 minggu kemudian.
cegah kambuhnya demam reumatik ialah penisilin. Pemberian spiramisin oral kadang-kadang
Sullonamid dan eritromisin dapat dipakai bila pen- menimbulkan iritasi saluran cerna.
derita alergi terhadap penisilin. Eritromisin juga
dapat dipakai sebagai pengganti penisilin untuk
penderita endokarditis bakterial yang akan dicabut
1.3. ROKSITROMISIN DAN
giginya. Dosis eritromisin untuk keperluan ini ialah
KLABITROMISIN
1 g peroral yang diberikan 1 iam sebelum dilakukan
tindakan, dilanjutkan dengan dosis tunggal 500 mg
yang diberikan 6 jam kemudian. Roksitromisin adalah derivat eritromisin yang
diserap dengan baik pada pemberian oral. Obat ini
lebih jarang menimbulkan iritasi lambung diban-
1.2. SPtRAMtStN dingkan dengan eritromisin. Bioavailabilitasnya ti-
dak banyak terpengaruh oleh adanya makanan da-
Spiramisin adalah antibiotik yang dihasilkan lam lambung. Kadarnya dalam plasma dan jaringan
oleh Sfieptomyces ambofaciens. Obat ini elektil ter- lebih tinggi dari eritromisin. Masa paruh eliminasi-
hadap kuman stafilokokus, streptokokus, pneumo- nya sekitar 10 jam sehingga obat ini dapat diberikan
koku s, en tero koku s, Neissera, B o rd ete I I a pertusig dua kali sehari. Penggunaannya sama dengan eri-
Rickettsia, ameba dan toksoplasma. Secara in vitro tromisin. Dosis oral untuk orang dewasa ialah 2 kali
aktivitas antibakteri spiramisin lebih rendah dari- 150 mg sehari. Untuk anak diberikan 5-10 mg/kgBB/
pada eritromisin. hari yang dibagi dalam 2 dosis,
Spiramisin umumnya diberikan per oral. Ab- Klaritromisin juga digunakan untuk indikasi
sorpsi dari saluran cerna tidak lengkap, namun tidak yang sama seperti eritromisin. Secara in vitro, obat
dipengaruhi adanya makanan dalam lambung. ini adalah makrolid yang paling aktil terhadap Chla-
Dalam waklu 2 jam setelah pemberian 2 gram per mydia trachomafls, Dosis oral untuk orang dewasa
oral dicapai kadar tertinggi dalam darah (3 mcg/ml). ialah 2 kali 250-500 mg sehari. Absorpsinya tidak
Kadarantibiotik inidalam cairan empedu, air liur dan banyak dipengaruhi oleh adanya makanan dalam
air susu lebih tinggi daripada dalam darah. Kadar lambung. Efek sampingnya adalah iritasi saluran
spiramisin dalam berbagai jaringan pada umumnya cerna (lebih jarang dibandingkan dengan eritromi-
lebih tinggi daripada kadar antibiotik makrolid lain- sin) dan peningkatan sementara enzim hati. Pada
nya dan bertahan lama walaupun kadar obat ini hewan coba, dosis tinggi menimbulkan embriolok-
dalam serum sudah turun rendah sekali. sisitas. Klaritromisin juga meningkatkan kadar
Preparat spiramisin yang tersedia ialah teolilin dan karbamazepin bila diberikan bersama
bentuk tablet 500 mg. obat-obat tersebut.
Antimikroba Lain 679

2. LINKOMISIN DAN KLINDAMISIN tidak banyak mempengaruhi absorpsi obat ini. Sete-
lah pemberian dosis oral 'l 50 mg biasanya tercapai
kadar puncak plasma 2-3 mcg/ml dalam waktu 1

. 2.1. LINKOMISIN jam. Masa paruhnya kira- kira 2,7 iam.


Klindamisin palmitat, yang digunakan sebagai
Linkomisin adalah antibiotik yang dihasilkan
preparat oral pediatrik, tidak aktil secara in vitro.
oleh Streptomyces lincolnensis. Antibiotik ini terdiri
dari satu asam amino yang terikat pada suatu gula Tetapi setelah mengalami hidrolisis akan dibebas-
amino. kan klindamisin yang aktif. Setelah pemberian be-
Linkomisin merupakan antibiotik pertama dari berapa kali dengan dosis 8-16 mg/kgBB dengan
golongan linkosamid yang digunakan diklinik. Teta- interval 6 jam, tercapai konsentrasi 2-4 mcg/ml.
pi dewasa ini praktis tidak ada alasan lagi untuk Klindamisin didistribusi dengan baik ke ber-
menggunakan obat ini karena derivatnya, klinda- bagai cairan tubuh, jaringan dan tulang, kecuali ke
misin, mempunyai sifat yang lebih baik. Klindami- CSS walaupun sedang terjadi meningitis. Obat ini
sin lebih aktif, lebih sedikit elek sampingnya serta dapat menembus sawar uri dengan baik. Kira- kira
pada pemberian per oral tidak terlalu dihambat oleh
90% klindamisin dalam serum terikat dengan albu-
adanya makanan dalam lambung. Sifat-sitat far- min. Klindamisin berakumulasi dalam leukosit poli-
makologik linkomisin dapat dilihat pada edisi ter-
morfonuklear dan makrolag alveolar tetapi makna
dahulu buku ini.
klinik dari {enomena ini belum jelas.
Linkomisin tersedia dalam bentuk kapsul 250
Hanya sekitar 10% klindamisin diekskresi da-
dan 500 mg serta sirup yang mengandung 250 mg/5
ml. Obat suntik yang mengandung 600 mg tersedia
lam bentuk asal melalui urin. Sejumlah kecil klin-
dalam ampul 2 ml. damisin ditemukan dalam leses. Sebagian besar
Dosis oral ialah 500 mg tiap 6-8 jam untuk obat dimetabolisme menjadi N-demetilklindamisin
penderita dewasa; untuk anak 30-60 mg/kgBB ter- dan klindamisin sulfoksid untuk selanjutnya dieks-
bagi dalam 3 atau 4 kali pemberian tiap hari. Terapi kresi melalui urin dan empedu. Masa paruh elimi-
lM menggunakan dosis 600 mg tiap 6, I atau 12 jam nasi dapat memanjang pada penderita gagal ginjal
tergantung dari beratnya infeksi. Linkomisin tidak sehingga diperlukan penyesuaian dosis berdasar-
boleh diberikan sebagai bolus lV dalam waktu cepat kan pengukuran kadar obat dalam plasma. Hal ini
karena dapat menimbulkan henti jantung-paru. dapat pula terjadi pada penderita dengan gangguan
fungsi hati yang berat.
2.2. KLINDAMISIN
EFEK SAMPING
KIMIA
Diare dilaporkan terjadi pada2-20% penderita
Rumus bangun klindamisin mirip dengan lin- yang mendapat klindamisin. Sekitar 0,01-'l 0% pen-
komisin. Perbedaannya hanya pada 1 gugus hid- derita dilaporkan menderita kolitis pseudomembra-
roksil pada linkomisin yang diganti dengan atom Cl. nosa yang ditandai oleh demam, nyeri abdomen,
diare dengan darah dan lendir pada tinja. Pada
AKTIVITAS ANTIBAKTERI pemeriksaan proktoskopik terlihat adanya mem-
bran putih kuning pada mukosa kolon. Kelainan
Spektrum antibakterinya menyerupai linkomi- yang dapat bersilat latal ini disebabkan oleh toksin
sin hanya in vitro klindamisin lebih aktil. Obat ini yang diekskresioleh Cl. difficile. Penyakit iniseka-
pada umumnya aktil terhadap S. aureug D. pneu-
rang disebut antibiotic associated pseudomembra'
moniae, Str. pyogeneg Str. anaerobic, Str. viridans nous colrtis karena dapat terjadi pada pemberian
dan Actinomyces israelli. Obat ini juga aktil ter- kebanyakan antibiotika, tetapi paling sering pada
hadap Eacfercidesfragilis dan kuman anaerob lain-
klindamisin. Timbulnya penyakit tersebut tidak ter-
nya.
gantung dari besarnya dosis dan dapat terjadi pada
pemberian oral maupun parenteral. Gejala dapat
FAiiMAKoKINETIK muncul selama terapi atau beberapa minggu
setelah terapi dihentikan. Bila selama terapi limbul
Klindamisin diserap hampir lengkap pada
diare atau kolitis, maka pengobatan harus dihenti-
pemberian oral. Adanya makanan dalarn lambung
680 Farmakologi dan Terapi

kan. Obat terpilih untuk keadaan ini adalah vanko- kin menimbulkan kolitis. Klindamisin terutama ber-
misin yang diberikan 4 kali 125-500 mg sehari per manlaat untuk inleksi kuman anaerobik, terutama
oral selama 7-1 0 hari. Pemberian basitrasin, metro- B. fragilis.
nidazol (3 kali 500 mg sehari) per oral dan koles- Untuk pengobatan abses paru, pemberian
tiramin (3-4 kali 4 g sehari) dapat bermanfaat pula. klindamisin 3 kali 600 mg lV lebih elektif daripada
Obat penghambat peristalsis dapat memperburuk penisilin 1 juta unit tiap4 jam. Peranan obat ini untuk
keadaan. lndikasi penggunaan klindamisin harus pneumonia aspirasi, pneumonia pasca obstruksi
dipertimbangkan dengan baik sebelum obat ini di- atau abses paru belum dipastikan, letapi didapat
berikan. kesan bahwa klindamisin merupakan alternatil yang
Kemerahan kulit terjadi pada sekitar 10% pen- baik untuk penisilin.
derita. Reaksi lain yang jarang terjadi ialah sindrom
Stevens-Johnson, peningkatan kadar SGOT dan
SGPT sementara, granulositopenia, trombositope-
nia dan reaksi anafilaksis. Tromboflebitis dapat ter- 3. GOLONGAN POLIMIKSIN
jadi akibat pemberian intravena. Klindamisin dapat
menghambat transmisi neuromuskular dan dapat Golongan polimiksin yaitu polimiksin B dan
meningkatkan efek obal lain yang mempunyai sitat kolistin sekarang hanya digunakan per oral atau to-
seperti ini. pikal, jarang secara parenteral karena sangat nefro-
toksik.
SEDIAAN DAN POSOLOGI

Klindamisin tersedia dalam bentuk kapsul ber- 3.1. POLIMIKSIN B


isi klindamisin HCI hidrat yang setara dengan 75
dan 150 mg klindamisin basa. Selain itu terdapat KlMlA. Polimiksin B sullat sangat mudah larut
granul klindamisin palmitat HCI untuk suspensi oral dalam air. Stabilitasnya sangal baik dalam bentuk
dengan konsentrasi 75 mg/5 ml. kering maupun dalam bentuk larutan dengan suhu
Dosis oral untuk orang dewasa ialah 150-300 dan pH fisiologik.
mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dapat diberikan AKTIVITAS ANTIMIKROBA. Kedua obat ini aktif
450 mg tiap 6 jam. Dosis oral unluk anak ialah 8-12 terhadap berbagai kuman gram negatif, khususnya
mg/kgBB sehari yang dibagi dalam beberapa dosis.
Ps. aeruginosa. Kuman lain yang peka ialah Es-
Untuk infeksi berat dapat diberikan sampai 25 mgl cherichia, Haemophilus, Klebsiella, Enterobacter,
kgBB sehari.
Salmonella, Shigella, Pasteurella, Bordetella dan
Untuk pemberian secara lM atau lV digunakan
Vibrio. Obal ini bekerja dengan mengganggu lungsi
larutan klindamisin foslat 150 mg/ml dalam wadah pengaturan osmosis oleh membran sitoplasma ku-
2 dan 4 ml, Dosis unluk inleksi berat kokus gram man. Resisten terhadap antibiotik ini jarang terjadi.
positil aerobik ialah 0,6-1,2 g sehari, dibagi dalam
beberapa kali pemberian. Untuk inleksi berat oleh FARMAKOKINETIK. Polimiksin praktis tidak dise-
B. fragilis, Peptococcus atau Clostridium (kecuali rap melalui mukosa atau kulit dengan luka bakar.
d. pertringens) diberikan dosis 1 ,2-2,7 g sehari Pada pemberian parenteral, obat ini dapat menem-
yang dibagi dalam beberapa kali pemberian. Dosis bus sawar uri, tetapi tidak dapat mencapai CSS,
lebih dari 600 mg sebaiknya tidak disuntikkan pada cairan sendi dan jaringan intra-okuler kecuali bila
satu tempat. disuntikkan lokal. Polimiksin B diekskresi melalui
Untuk anak atau bayi berumur lebih dari 1 urin dan pada gagal ginjal, kumulasi terjadi dengan
bulan diberikan 15-25 mg/kgBB sehari; untuk inleksi cepal.
berat dosisnya 25-40 mg/kgBB sehari yang dibagi
dalam beberapa dosis pemberian. EFEK SAMPING. Reaksi alergi jarang sekati timbut
akibat pemberian topikal. Efek samping terpenting
dari obat ini ialah neurotoksisitas dan nelrotok-
PENGGUNAAN KLINIK sisitas yang khususnya mudah terjadi pada pen-
derita gagal ginjal karena terjadinya kumulasi. Dosis
Walaupun beberapa infeksi kokus gram positil rendah parenteral yang menghasilkan kadar 1-2
dapat diobati dengan klindamisin, penggunaan obat pg/ml dalam darah dapat menimbulkan kemerahan
ini harus dipertimbangkan baik-baik karena mung- pada muka, vertigo, ataksia, rasa mengantuk dan
Antimikroba Lain

parestesia, Dengan dosis terapi juga dapat terjadi Basitrasin tersedia dalam bentuk salep kulit
paralisis dan henti nafas akibat blokade neuromus- dan mata yang mengandung 500 unit/g. Garam
kular yang sulit di aiasi dengan neostigmin tetapi seng basitrasin iuga sering dicampur dengan neo-
mungkin dapat ditolong dengan kalsium glukonat. misin sullat, polimiksin B sulfat dan lain-lain untuk
penggunaan topikal. Kombinasi ini dianggap rasio-
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Penggunaan siste- nal karena obat-obat ini relatif aman pada peng-
mik obat ini sekarang praktis telah ditinggalkan gunaan topikal dan tidak praktis untuk melakukan
orang karena toksisitasnya yang tinggi. Oleh karena identilikasi kuman setiaP kali.
itu dosis untuk penggunaan sistemik tidak dican- Basitrasin stabil dalam bentuk salep, tetapi
tumkan lagi dalam edisi ini. tidak stabil dalam bentuk krem.
Untuk penggunaan topikal tersedia krem atau
salep kulit dan salep mata yang mengandung
5.000-10.000 unit polimiksin B/g' Obat tetes mata
atau telinga mengandung 20'000 unit/ml.
5. NATRIUM FUSIDAT

Asam fusidat tersedia dalam bentuk garam


natrium untuk mempermudah kelarutannya' Di ln-
3.2. KOLISTIN donesia hanya tersedia salep natrium fusidal 2%
untuk inleksi kulit superfisial oleh stalilokokus. Di
Kolistin sullat mudah larut dalam air dan dibe- Eropa, obat ini diberikan secara sistemik untuk in-
rikan per oral untuk mengobati diare pada anak dan {eksi sta{ilokokus yang resisten terhadap penisilin'
bayi yang disebabkan oleh E coli, Ps. aeruginosa, khususnya untuk osteomielitis karena obat ini ter-
dan kuman gram negatil lainnya yang peka. Spek- dapat dalam tulang dengan kadar cukup tinggi. Elek
trum antibakterinya secara in vitro sama dengan samping yang timbul pada pemberian sistemik ialah
polimiksin B. Obat ini praktis lidak diserap melalui mual, muntah, erupsi kulit, ikterus dan kelainan laal
saluran cerna. hatiyang daPat Pulih'
Obat ini iarang sekali diberikan secara paren-
teral. Kolistin sullat diberikan per oral untuk men-
dapatkan elek antibakteri lokal di saluran cerna. 6. MUPIROSIN
Kadang-kadang obat ini juga diberikan secara topi-
kal untuk tetes mata dan telinga.
Obal ini tersedia dalam bentuk bubuk yang Obat ini bekerja dengan menghambat enzim
setelah ditambahkan air mengandung 25 mg kolis- isoleusil-t-RNA sintetase pada kuman.
Kebanyakan stalilokokus (termasuk S. epider'
tin/s ml suspensi. Dosis oral untuk anak dan bayi
mrdls dan S. aureus yang resisten terhadap meti-
ialah 5-15 mg/kgBBlhari dibagi dalam 3 pemberian'
silin) dan streptokokus (kecuali S' faecalis) peka
terhadap mupirosin. Kuman gram negatif tertentu
(E. coli, H. influenzae, N' meningitidis, N. gono-
4. BASITRASIN rrhoeae) juga peka terhadap obat ini. Mupirosin
tidak mempunyai efek yang berarti terhadap
Antibiotik ini dihasilkan oleh strain tertentu 8. klamidia, jamur, dan llora normal kulit. Obat ini
bersilat bakterisidal dalam bentuk salep2o/o dengan
subtl/is dan bersilat bakterisid terhadap kuman-ku-
vehikulum polietilen glikol, Namun vehikulum ini
man gram positil dan Neissena. Basitrasin tidak
sendiri dapat diserap terlalu banyak pada lesi yang
aktil terhadap kuman gram negatif lainnya dan luas hingga menimbulkan efek nefrotoksik.
beberapa strain StaphY/ococcus. Pada umumnya pemberian topikal mupirosin
Obat ini sekarang hanya digunakan secara dapat ditoleransi dengan baik' Jarang sekali dapat
topikal untuk berbagai infeksi kulit dan mata karena terjadi iritasi kulit.
pada pemberian sistemik bersifat nefrotoksik' Mupirosin topikal diindikasikan untuk berbagai
Reaksi alergi jarang teriadi pada penggunaan topi- inleksi kulit (baik primer maupun sekunder) yang
kal. Salep mata yang mengandung basitrasin elektil disebabkan oleh stafilokokus aureus dan streptoko'
untuk mencegah oltalmia neonatorum karena kus piogenes. Untuk inleksi kulit yang luas diperlu-
gonore. kan pemberian antimikroba sistemik.
682
Farmakologi dan Terapi

7. SPEKTINOMISIN Vankomisin merupakan obat terpilih untuk kolitis


oleh Clostridium difficile akibat pengguoian lrrti-
Obat ini dihasilkan oleh Sfrepfornyces specfa- biotik.
bilis dan aktif terhadap kebanyakan strain N. gonor- Karena sangat toksik, obat ini hanya diguna-
thoeae. Tidak terdapat resistensi silang antara obat kan bila penderita alergi terhadap obat lain yang
ini dengan penisilin. Spektinomisin digunakan bila lebih aman. Ketulian permanen dan uremia yang
gonokokus resisten atau penderita alergi terha- fatal dapat terjadi pada pemberian dosis besar,
dap penisilin G. terapi yang lama atau bila diberikan pada penderita
Spektinomisin diserap dengan cepat dari tem- payah ginjal. Karena itu perlu pemeriksaan audio-
pat suntikan. Dalam darah praktis tidak terikat oleh gram dan laal ginjal secara teratur, lebih-lebih bila
protein plasma dan diekskresi melalui urin dalam terapi berlangsung lebih dari 1 minggu. Trombofle-
bentuk aktil. bitis dapat terjadi pada pemberian lV yang lama.
Setelah suntikan dosis tunggal mungkin tim- Vankomisin HCI tersedia dalam bentuk bubuk
bul mual, menggigil, demam, insomnia, urtikaria 500 mg untuk pemberian lV. Dosis untuk dewasa
dan oliguria. Elek samping ini relatil jarang terjadi.
ialah 2-4 g/hari yang dibagi dalam beberapa pem-
Setelah pemberian berulang kali, beberapa nilai ki-
berian dan untuk anak 40 mg/kgBB/hari. Dosis ini
mia darah mungkin berubah, misalnya kadar hemo-
dilarutkan dalam 100-200 ml garam laal atau deks-
globin, hematokrit dan bersihan kreatinin menurun,
trosa 5% dan diberikan lV perlahan-lahan untuk
kadar alkali lostatase serum, ureum dan SGpT me-
mencegah tromboflebitis. Untuk penggunaan oral
ningkat. Belum diketahui jelas elek toksik obat ini
terhadap fetus, bayi dan anak. tersedia bubuk 10 g untuk dilarutkan dengan 1 15 ml
Spektinomisin digunakan untuk mengatasi in- air.
leksi /V. gonorrhoeae dalam bentuk uretritis akut
dan proktitis pada pria serta servisitis akut dan
proktitis pada wanita bila obat utama yaitu penisilin
atau tetrasiklin tidak elektif atau tidak dapat diberi- 9. GOLONGAN KUINOLON
kan karena suatu sebab. Dahulu obat ini merupakan
obat terpilih untuk gonore tanpa komplikasi yang
Asam nalidiksat adalah prototip golongan kui-
disebabkan oleh gonokokus penghasil penisilinase.
nolon lama yang dipasarkan sekitar tahun .1 g60.
Sekarang obat terpilih untuk ini ialah seftriakson
(suntikan tunggal 125-250 mg), Walaupun obat ini mempunyai daya antibakteri
yang baik terhadap kuman gram negatif, eliminasi-
nya melalui urin berlangsung terlalu cepat sehingga
sulit dicapai kadar terapeutik dalam darah. Karena
8. VANKOMISIN itu penggunaan asam nalidiksat praktis terbatas
sebagai antiseptik saluran kemih saja. Selain itu
Vankomisin dihasilkan oleh Streptomyces resistensi timbul cepat terhadap obat ini. Kuinolon
orientalis. Obat ini tidak diserap melalui saluran lainnya yang menyusul yaitu asam piromidat, asam
cerna, dan untuk mendapatkan elek sistemik selalu pipemidat, sinoksasin, dan lain-lain, juga tidak
harus diberikan lV karena pemberian lM menimbul- mempunyai kelebihan yang berarti.
kan nekrosis setempat. Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golong-
Obat ini hanya aktil terhadap kuman gram an kuinolon baru dengan atom fluor pada cincin
positif, khususnya golongan kokus, lndikasi utama kuinolon (karena itu dinamakan juga fluorokuino-
vankomisin ialah septikemia dan endokarditis yang lon). Perubahan struktur ini secara dramatis me-
disebabkan oleh stafilokokus, streptokoku.s atau ningkatkan daya antibakterinya, memperlebar
enterokokus bila penderita alergi terhadap penisilin spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya
dan sefalosporin. Penggunaannya dapat dikombi- dari saluran cerna, serta memperpanjang masa
nasikan dengan gentamisin atau aminoglikosid lain- kerja obat. Golongan lluorokuinolon ini dapat digu-
nya. Pada pemberian per oral obat ini juga ber- nakan untuk infeksi sistemik. Yang termasuk golo-
manfaat untuk enterokolitis oleh stalilokokus yang ngan ini antara lain ialah siprolloksasin, enoksasin,
biasanya merupakan elek samping antibiotik lain. ofloksasin, pelloksasin dan norfloksasin.
Antimikroba Lain

MEKANISME KERJA paling panjang. Bioavailabilitasnya pada pemberian


per oral sama dengan pemberian parenteral. Pe-
Bentuk double helx DNA harus dipisahkan nyerapan siprolloksasin (dan mungkin juga lluoro-
menjadi 2 utas DNA pada saat akan berlangsung- kuinolon lainnya) terhambat bila diberikan bersama
nya replikasi dan transkripsi. Pemisahan ini selalu antasida. Fluorokuinolon hanya sedikit lerikat de-
akan mengakibatkan terjadinya puntiran berlebihan ngan protein. Golongan obat ini didistribusi dengan
(overwinding) pada double helx DNA sebelum titik baik pada berbagai organ tubuh. Dalam urin semua
pisah. Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman lluorokuinolon mencapai kadar yang melampaui
dengan bantuan enzim DNA girase (topoisomerase Kadar Hambat Minimal untuk kebanyakan kuman
ll) yang kerjanya menimbulkan negative supercoi- patogen selama minimal 12 jam. Salah satu silat
/rng. Golongan lluorokuinolon menghambat kerja fluorokuinolon yang menguntungkan ialah bahwa
enzim DNA girase pada kuman dan bersilat bakte- golongan obat ini mampu mencapai kadar tinggi
risidal. dalam jaringan prostat. Beberapa lluorokuinolon se-
Mekanisme resistensi melalui plasmid seperti perti siprofloksasin dan olloksasin dapat mencapai
yang banyak terjadi pada antibiotika lain tidak dijum- kadar tinggi dalam cairan serebrospinal bila ada
pai pada golongan kuinolon, namun dapat terjadi meningitis. Sifat lain lluorokuinolon yang mengun-
dengan mekanisme mutasi pada DNA atau mem- tungkan ialah masa paruh eliminasinya panjang
bran sel kuman. sehingga obat cukup diberikan 2 kali sehari. Ke-
banyakan lluorokuinolon dimetabolisme di hati dan
diekskresikan melalui ginjal. Masa paruh eliminasi
SPEKTRUM ANTIBAKTERI
olloksasin akan sangat memanjang dalam keadaan
gagal ginjal. Sebagian kecil obat akan dikeluarkan
Golongan fluorokuinolon aktif sekali terhadap
enterobacteriaceae (E. coli, Klebsiella, Entercbac- melalui empedu. Hemodialisis hanya sedikit me-
ter, Proteus), Shigella, Salmonella, Vibio, C. jejuni, ngeluarkan lluorokuinolon dari tubuh sehingga pe-
B. catarrhalis, H. influenzae, dan lV. gonorrhoeae nambahan dosis umumnya tidak diperlukan.
(termasuk galur-galur penghasil penisilinase
kuman-kuman ini). Golongan obat ini juga aktil ter- EFEK SAMPING DAN INTERAKSI OBAT
hadap Ps. aeruginosa (yang paling aktil untuk ini
ialah siprolloksasin). Berbagai kuman yang telah Golongan kuinolon baru umumnya dapat dito-
resisten terhadap golongan aminoglikosida dan leransi dengan baik. Etek sampingnya yang terpen-
betalaktam ternyata masih peka terhadap ting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf
lluorokuinolon. pusat. Manifestasi pada saluran cerna, terutama
Dengan aktivitas yang lebih rendah, golongan berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan
obat ini juga dapat menghambat stafilokokus (ter- efek samping yang paling sering dijumpai. Diban-
masuk S. aureus yang resisten lerhadap metisilin). dingkan dengan antimikroba lain yang berspektrum
Streptokokus (termasuk S. pyogenes, luas, lluorokuinolon jarang menimbulkan gangguan
Enterococcus f aec alis, dan Sfreptoco cc u s virid ans) keseimbangan llora usus. Hal ini mungkin disebab-
termasuk kuman yang kurang peka terhadap fluoro- kan golongan obat ini tidak mempunyai aktivitas
kuinolon. antibakteri terhadap kuman anaerob.
Secara in vitro, fluorokuinolon tertentu aktil Efek samping pada susunan saral pusat
terhadap beberapa galur mikobakteria. umumnya bersilat ringan berupa sakit kepala, ver-
Kuman-kuman anaerob pada umumnya resis- tigo, dan insomnia. Efek samping yang lebih berat
ten terhadap lluorokuinolon. pada SSP seperti reaksi psikotik, halusinadi,
depresi dan kejang, jarang terjadl. Penderita ber-
FARMAKOKINETIK usia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis afau
epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping
Fluorokuinolon diserap dengan cepat melalui susunan saraf pusat ini.
saluran cerna. Semua lluorokuinolon mencapai ka- Reaksi hipersensitivitas berupa eritema dan
dar puncaknya dalam 1-2 jam setelah pemberian pruritus. Reaksi lotoloksik pernah dilaporkan terjadi
obat, Pefloksasin adalah lluorokuinolon yang ab- setelah pemberian asam nalidiksat. Penderita yang
sorpsinya paling baik dan masa paruh eliminasinya mendapal lluorokuinolon dianjurkan agar menghin-
Farmakologi dan Terapi

darkan diri dari paparan berkepanjangan terhadap lnfeksi ealuran cerna. Semua patogen penyebab
sinar matahari. utama diare bakterial dapal dihambat oleh lluorokul-
Pada beberapa spesies hewan percobaan, nolon dengan kadar kurang dari 1 pg/ ml, Untuk
golgngan kuinolon ternyata dapat menimbulkan traveller's diarrhoea, golongan obat ini memper-
artropati pada hewan muda. Meskipun belum dike- lihatkan elektivitas yang setara dengan kotrimok-
tahui apakah elek samping ini dapat terjadi pada sazol. Diduga lluorokuinolon tidak mudah menim-
manusia, golongan obat ini tidak diindikasikan pada bulkan masalah resistensi untuk indikasi ini karena
wanita hamil dan anak yang belum mencapai usia obat terdapat dalam kadar tinggidalam lumen usus.
akilbalik. Selain itu keseimbangan llora usus juga tidak
Enoksasin menghambat metabolisme teolilin mudah terganggu karena lluorokuinolon tidak mem-
dan dapat menyebabkan peningkatan kadar teolilin. pengaruhi kuman anaerob maupun streptokokus di
Siprofloksasin dan beberapa lluorokuinolon lain lumen usus. Namun perlu diperhatikan bahwa
juga memperlihatkan elek iniwalaupun tidak begitu dewasa ini tidak dianjurkan pemberian antimikroba
dramatis. untuk pencegahan Vaveller's diarrhea (NlH Con-
sensus Development Conference, 1 985).
Siprolloksasin dilaporkan efektif untuk de-
PENGGUNAAN KLINIK mam tifoid. Diperkirakan fluorokuinolon lain juga
mempunyai etektivitas ini walaupun masih harus
Kuinolon lama (asam nalidiksat, asam piro- dibuktikan dengan uji klinik yang cukup.
midat, asam pipemidat) hanya digunakan sebagai Fluorokuinolon yang mencapai kadar tinggi
antiseptik saluran kemih. dalam empedu dan jaringan hati (misalnya sipro-
Daya antibakteri lluorokuinolon jauh lebih kuat lloksasin) merupakan obat yang baik untuk meng-
dan spektrum antibakterinya lebih luas daripada atasi inleksi pada saluran empedu.
kuinolon lama. Oleh karena itu indikasi penggunaan
kliniknyapun lebih luas. Dalam garis besarnya lnfeksi saluran nafas bawah (lSB). Sekalipun lluo-
penggunaan klinik lluorokuinolon ialah untuk rokuinolon bukan merupakan obat terpilih untuk
:
lSB, golongan obat ini mempunyai elektivitas yang
lnfeksi saluran kemih. Golongan lluorokuinolon cukup baik, rnisalnya untuk eksaserbasi akut bron-
elektif untuk infeksi saluran kemih dengan dan kitis kronis dan pneumonia akut. Beberapa kuman
tanpa komplikasi. Berbagai kuman gram negatif, yang sering menjadi penyebab ISB seperti Haemo-
termasuk Ps. aeruginosa, kuman nosokomial, serta philus influenzae dan Branhamella catarrhalis peka
kuman yang multiresisten lainnya biasanya masih sekali terhadap golongan obat ini. Enterobac\eria-
responsil terhadap lluorokuinolon, Walaupun pen- ceae yang sering menjadi penyebab ISB nosoko-
derita mengalami gangguan lungsi ginjal, fluoro- mial pun peka. Namun perlu diperhatikan bahwa
kuinolon masih berguna karena dalam keadaan ini Streptococcus pneumoniae yang juga sering jadi
biasanya kadar obat dalam urin masih cukup untuk penyebab ISB kurang peka terhadap lluorokuino-
mematikan kuman penyebab infeksi. Dalam keada- lon. Demikian pula pneumonia aspirasi yang sering
an insufisiensi ginjal, seringkali urin tidak dapat disebabkan kuman anaerob tidak merupakan in-
diasamkan. Keadaan ini malah "menguntungkann dikasi penggunaan obat ini karena jenis kuman-
dalam terapi dengan lluorokuinolon karena pada pH kuman ini tidak peka terhadap fluorokuinolon.
rendah aktivitas lluorokuinolon berkurang.
Untuk sistitis akut tanpa komplikasi, banyak
Penyakit yang ditularkan melalui hubungan
kelamin. Semua lluorokuinolon dengan dosis tung-
tersedia antimikroba lain yang lebih murah juga
gal per oral (misalnya 250 mg siprolloksash, 200
memberikan hasil terapi yang sangat memuaskan
mg olloksasin, 800 mg norfloksasin) elektif untuk
dengan pemberian dosis tunggal.
mengobati gonore, termasuk yang disebabkan oleh
Fluorokuinolon juga etektil untuk prostatitis gonokokus penghasil penisilinase. Namun untuk
akut (misalnya oleh E colr) karena mampu menem- uretritis nonspesilik yang disebabkan oleh klamidia,
bus masuk ke dalam jaringan prostat dengan baik. hanya siprofloksasin dan olloksasin yang efektif.
Peranannya dalam pengobatan prostatitis kronis Untuk ini obat harus diberikan selama 7-10 hari.
belum jelas, namun siprofloksasin mungkin juga Obat terpilih untuk penyakit ini ialah doksisiklin ka-
elekif untuk indikasi ini. rena efehivitasnya lebih tinggi dan harganyapun
685
Antimikroba Lain

lebih murah. Fluorokuinolon dapat digunakan seba- klinik komparatif yang mendukung penggunaan
gai obat alternatil untuk kotrimoksazol dalam peng- lluorokuinolon untuk indikasi ini belum memadai.
obalan ulcus molle. lndikasi potensial lain dari fluorokuinolon yang
masih memerlukan penelitian lebih lanjut ialah
lnfeksi iaringan lunak dan tulang. lnleksi kulit untuk mengatasi kolonisasi saluran nafas atas oleh
umumnya disebabkan oleh stalilokokus dan strep- methicitlin-resistant S. aureus atau N' meningitidis,
tokokus. Obat terpilih untuk inleksi ini ialah golong- infeksi saluran nalas bawah oleh M. tubrculosis,
an betalaktam dan makrolid. Fluorokuinolon meru- dan pencegahan infeksi pada penderita dengan
pakan salah satu alternatil bila penyebabnya adalah neutropenia.
kuman gram negatif yang peka terhadap obat ini.
Fluorokuinolon bermanfaat untuk ulkus dekubitus
yang disebabkan oleh kuman gram negatif aerob di SEDIAAN DAN POSOLOGI
rumah sakit.
Fluorokuinolon dapat digunakan untuk meng- Asam nalidiksat tersedia dalam bentuk tablet
obati osteomielitis yang disebabkan oleh kuman- 500 mg dan diberikan dengan dosis 4 kali 1-2 tableV
kuman yang peka. Oleh karena dapat diberikan per hari. Asam pipemidat tersedia dalam bentuk tablet
oral, obat ini memungkinkan penderita yang seha- 400 mg dan diberikan dengan dosis 2 kali 1 tableV
rusnya dirawat lama (karena membutuhkan antibio' hari.
tika parenteral) dipulangkan lebih cepat. Selain itu Sediaan dan dosis untuk golongan fluorokui-
penderita yang sulit diberi obat per infus (misalnya nolon dapat dilihat pada Tabel 46'2'
karena tromboflebitis) dapat diobati per oral dengan
fluorokuinolon, Tabel46-2. SEDIAAN DAN DOSIS GOLONGAN
FLUOROKUINOLON
lnleksi pasca bedah oleh kuman enteroko'
kus, Ps. aeruginosa,atau stafilokokus yang resisten
Jenis lluorokui- Sediaan
terhadap betalaktam atau aminoglikosid, dapat di-
nolon
obati dengan lluorokuinolon. Namun bila terdapat
infeksi campur dengan kuman anaerob, perlu di- Siprofloksasin Oral: 2 kali 250- Tablet 250, 500,
tambahkan melronidazol atau obat antianaerob 750 mg/hari 750 mg
Parenteral : 2 kali Cairan infus
lainnya.
100-200 mg/hari lV 200 mg/100 ml
lndikasi potensial lainnya. Fluorokuinolon mung- Oral : 2 kali Tablet 400 mg
Norfloksasin
kin mempunyai potensi yang baik untuk mengobati 400 mg/hari
inleksi susunan saral pusat yang disebabkan oleh
kuman gram negatil pada penderita dewasa (obat Ofloksasin Oral:2 kali 100- Tablet 200 mg
300 mg/hari
ini sekarang masih dikontraindikasikan pada anak)'
Pelloksasin mencapai kadar yang tinggi dalam Pefloksasin Oral : 2 kali Tablet 400 mg
cairan serebrospinal. Siprolloksasin mungkin iuga 400 mg/hari
dapat dipakai sebagai alternatil untuk meningitis Parenteral : 2 kali Cairan infus
400 mg/hari lV 400 mg/5 ml
bakterial oleh kuman gram negatil. Namun data uii
686 Farmakologi dan Terapi

XIII. ANTIKANKER DAN IMUNOSUPRESAN

47. ANTIKANKER
Nalrialdi dan Sulistia Gan

1. Pendahuluan 2. 3. Busullan
1.1. Pilahan obat antikanker 2. 4. Fluorourasil
1.2. Mekanisme kerja 2. 5. Sitarabin
1.3. Efek nonterapi 2. 6. Metotreksat
2. 7. Vinkristin
Pembicaraan khusus beberapa antikanker 2. 8. Bleomisin
utama 2. 9. Doksorubisin
2. 1. Klorambusil 2.10. Prokarbazin
2. 2. Siklofosfamid 3. Prinsip terapi kanker

1. PENDAHULUAN Di negara yang telah maju yang telah berhasil


membasmi penyakit inleksi, kanker merupakan pe-
Kanker ialah suatu penyakit sel dengan ciri nyebab kematian kedua setelah penyakit kardio-
gangguan atau kegagalan mekanisme pengatur vaskular. Di A,S. kanker merupakan penyebab uta-
multiplikasi dan lungsi homeostasis lainnya pada ma kematian pada wanita antara 30-54 tahun dan
organisme multiseluler. Sifat umum dari kanker anak-anak antara 3-14 tahun. Dengan metode pe-
ialah sebagai berikut : (1 ) pertumbuhan berlebihan ngobatan pada saat ini, 1/3 jumlah pasien tertolong
umumnya berbentuk tumor; (2) gangguan diferen- melalui pembedahan dan terapi radiasi. Kesem-
siasi dari sel dan jaringan sehingga mirip jaringan buhan hampir seluruhnya terjadi pada pasien yang
penyakitnya belum menyebar pada saat pembe-
mudigah; (3) bersifat invasif, mampu tumbuh di
jaringan sekitarnya (perbedaan pokok dengan jari- dahan. Diagnosis lebih dini makin meningkatkan
penyembuhan.
ngan normal); (4) bersifat metastatik, menyebar ke
tempat lain dan menyebabkan pertumbuhan baru; Kemoterapi dengan atau tanpa pengobatan
(5) memiliki heriditas bawaan (acquired heredity) lain bersifat kuratil pada koriokarsinoma pada
yaitu turunan sel kanker juga dapat menimbulkan wanita, limloma Burkitt, tumor Wilms pada anak,
kanker; dan (6) pergeseran metabolisme ke arah sarkoma Ewing, rabdomiosarkoma embrional, dan
pembentukan makromolekul dari nukleosida dan beberapa kasus penyakit Hodgkin; mungkin juga
asam amino serta peningkatan katabolisme kar- menyembuhkan sarkoma osteogenik, limlortra his-
bohidrat untuk energi sel. tiositik difusa, tumor testis tertentu (pascaorkiek-
tomi) dan insulinoma bila diagnosis cukup dini dan
Sel kanker mengganggu tuan rumah karena
kadang-kadang bersilat kuratif pada leukemia limfo-
menyebabkan (1 ) desakan akibat pertumbuhan tu-
sitik akut pada anak. Perlu ditekankan di sini bahwa
mor; (2) penghancuran jaringan tempat tumor ber-
penyembuhan oleh kemoterapi saja baru dapat ter-
kembang atau bermetastasis; dan (3) gangguan
capai pada tumor-tumoryang jarang dijumpai, Pada
sistemik lain sebagai akibat sekunder dari pertum-
kanker payudara stadium ll dan sarkoma osteo-
buhan sel kanker. genik, kombinasi pembedahan dan kemoterapi sa-
Antikanker 687

ngat bermanfaat, pada kasus demikian, kemoterapi umumnya lebih buruk daripada pengobatan terda-
ajuvan dapat memberi remisi jangka panjang. hulu.
Setelah terjadi metastasis dibutuhkan pende- Obat antikanker merupakan obat spesialistik.
katan sistemik melalui kemoterapi kanker, di sam- Batas keamanannya begitu sempit sehingga hanya
ping pembedahan, radiasi dan kemoterapi ajuvan. dibenarkan penggunaannya oleh dokter yang ber-
Pada keadaan ini, pengobatan tidak menyembuh- pengalaman di bidang pengobatan ini. Penggunaan
kan tetapi hanya bersifat paliatif terhadap gejala, yang kurang cermat hanya akan menambah pende-
pencegahan komplikasi, support psikologik dan ritaan, bersifat latal dan pemborosan biaya. Se-
perpanjangan hidup yang berarti. Selama dekade orang pasien dapat menghabiskan uang sampai
terakhir ini terlihat kejadian yang memberikan ha- 50-60 juta rupiah sebelum meninggal dengan per-
rapan bahwa pengendalian kanker dini mungkin panjangan penderitaan tanpa mengalami hidup
dicapai dengan pengobatan kombinasi. yang berarti. Ditangan orang yang bertanggung
Antikanker diharapkan memiliki loksisitas se- jawab kemoterapi kanker saat ini cukup menggem-
lektif artinya menghancurkan sel kanker tanpa me- birakan hasilnya. Menurut statistik di negara maju,
rusak sel jaringan normal. Pada umumnya antineo- 17% pasien kanker sembuh dengan kemoterapi
plastik menekan pertumbuhan atau proliferasi sel sehingga ditambah dengan pembedahan dini, 50%
dan menimbulkan toksisitas, karena menghambat pasien kanker disembuhkan
pembelahan sel normal yang proliferasinya cepat Tergantung dari keadaan pasien dan jenis
misalnya sumsum tulang, epitel germinativum, mu- kanker, pengobatan beruariasi dari yang sangat
kosa saluran cerna, {olikel rambut dan jaringan lim- intensif sampai tanpa pengobatan khusus sama
fosit. Terapi hanya dapat dikatakan berhasil baik, sekali, kecuali yang bersifat suportil yaitu dukungan
bila dosis yang digunakan dapat mematikan sel mental-emosional-spiritual dan perbaikan keadaan
tumor yang ganas dan tidak terlalu mengganggu sel umum. Seringkali tindakan yang disebut terakhir
normal yang berproliferasi. merupakan tindakan yang paling tepat bagi pasien
lnformasi baru mengenai kinetik sel dan kanker stadium akhir maupun keluarganya.
massa sel tumor dapat menjelaskan keterbatasan
elektivitas kebanyakan antikanker karena prinsip
total cell-killed sangat penting dalam keberhasilan 1.1. PILAHAN OBAT ANTIKANKER
terapi keganasan ini. Matinya sel tumor oleh anti-
kanker mengikuti kinetik orde pertama artinya obat Pilahan obat antikanker dapat dilihat di Tabel
tersebut membasmi sel sebanyak persentase ter- 47-1.
tentu setiap kalinya. Misalnya pada pasien kanker
metastatik mungkin terdapat lebih dari 1012 sel kan-
ker dan sekiranya suatu antikanker dapat membas- 1.2. MEKANISME KERJA
mi 99,99%-sel kanker maka masih tertinggal se-
banyak 108 sel kanker. Berbeda dengan inleksi
HUBUNGAN KERJA ANTIKANKER DENGAN
bakteri, sisa sel kanker yang tidak terbasmi ini tidak
SIKLUS SEL KANKER
dapat diatasi oleh laktor pertahanan tubuh dan da-
pat menyebabkan relaps. Untuk mengatasi hal ini Sel tumor dapat berada dalam 3 keadaan : (1 )
telah dikembangkan kombinasi rasional beberapa yang sedang membelah (siklus proliferatif); (2) yang
obat yang mekanisme kerjanya berbeda. Pendekat- dalam keadaan istirahat (tidak membelah, Go); dan
an serupa telah berhasil mengatasi infeksi kronik (3) yang secara permanen tidak membelah, Sel
seperti tuberkulosis dan malaria. tumor yang sedang membelah terdapat dalam be-
Pasien yang keadaan umumnya masih baik berapa tase yaitu fase mitosis (M), pascamitoiis
paling mendapat manlaat dari pengobatan, sedang- (G1), fase sintesis DNA (fase S), fase pramitosis
kan yang keadaan umumnya buruk paling sedikit. (G2) (Gambar 47-11. Pada akhir lase G1 terjadi
Status imunologik pasien khususnya imunitas selu- peningkatan RNA disusul dengan lase S yang me-
lar berkorelasi baik dengan hasil pengobatan. Pa- rupakan saat terjadinya replikasi DNA. Setelah lase
sien yang imunitas selularnya tidak lerganggu S berakhir sel masuk dalam lase pramitosis (G2)
memberikan respons baik terhadap pengobatan, dengan ciri : sel berbentuk tetraploid, mengandung
sebaliknya yang imunokompetensinya rendah me- DNA dua kali lebih banyak daripada sel lase lain
nunjukkan respons buruk. Hasil pengobatan ulang dan masih berlangsungnya sintesis RNA dan
688 Farmakologi dan Terapi

Tabel 47-1. PILAHAN ANTIKANKER

Golongan Sub Golongan

l. Alkilator Mustar nitrogen Mekloretamin


Siklofosfamid
Melfalan
Mustar urasil
Klorambusil
Derivat etilenamin Trietilen-melamin OEM)
Trietilen-tiof osloramid (tio-TEPA)
Alkil sulfonat Busulfan
Nitrosourea Karmustin (BCNU)
Lomustin (CCNU)
Semustin (metil CCNU)

ll. Anti metabolit Analog pirimidin 5{luorourasil


Sitarabin
6-Azauridin
Floksuridin (FUDR)
Analog purin 6-Merkaptopurin
6-Tioguanid (I6)
Antagonis folat Metotreksat

lll. Produk alamiah Alkaloid Vinca Vinblastin (VLB)


Vinkristin (VCR)
Antibiotik Daktinomisin
Mitomisin
Antrasiklin : daunorubisin
doksorubisin
Mitramisin
Bleomisin
Enzim L-asparaginase

lV. Hormon Hormon adrenokortikosteroid Prednison


Progestin Hidroksiprogesteron kaproat
Hidroksiprogesteron asetat
Megestrol asetat
Estrogen Dietilstilbestrol
Etinil estradiol
Androgen Testosteron propionat
Fluoksimesteron

V. lsotop radioaktif Fosfor Natrium fosfat (P32)


Yodium Natrium Yodida 11131;

Vl. Lain-lain Substitusi urea Hidroksiurea


Derivat metilhidrazin Prokarbazin
Antikanker

protein. Sewaktu mitosis berlangsung (fase M) sin- diberikan serentak. Hal tersebut disebabkan vin-
tesis protein dan RNA berkurang secara tiba-tiba' blastin menghentikan aktivitas sel pada lase M de-
dan terjadi pembelahan menjadi 2 sel. Setelah itu ngan akibat populasi sel berada dalam lase yang
sel dapat memasuki interfase untuk kembali mema- sama yaitu fase M. Kira-kira 16 iam setelah vinblas-
suki lase Gr, saat sel berprolilerasi, atau memasuki tin diberikan, semua sel berada dalam fase S yang
fase istirahat (Go). Sel dalam lase Gs lanQ masih sensitil terhadap sitarabin. Penelitian pengaruh
potensial untuk berproliferasi disebut sel klonogenik obat terhadap siklus sel diharapkan dapat menemu-
atau sel induk (stem cell). Jadi yang menambah kan kombinasi obat yang sesuai untuk tiap-tiap jenis
lumlah sel kanker ialah sel yang dalam siklus proli- kanker.
lerasi dan dalam lase Go.
KERJA ANTIKANKER PADA PROSES DALAM
SEL

Pada umumnya, keria antikanker berdasarkan


atas gangguan pada salah satu proses sel yang
esensial. Karena tidak ada perbedaan kualitatif an-

v\.)
Go Gt Gz
tara sel kanker dengan sel normal maka semua anti-
kanker bersifat mengganggu sel normal, bersilat
sitotoksik dan bukan kankerosid atau kankerotoksik
yang selektif.

ALKILATOR Berbagai alkilator menunjukkan per-


samaan cara keria yaitu melalui pembentukan ion
karbonium atau kompleks lain yang sangat reaktif.
lkatan kovalen (alkilasi) akan teriadi dengan berba-
gai nukleolilik penting dalam tubuh misalnya foslat,
Gambar 47-1. Fase sel kanker.
amino, sulfhidril, hidroksil, karboksil atau gugus imi-
dazol. Elek sitostatik maupun efek sampingnya ber-
hubungan langsung dengan terjadinya alkilasi DNA
Ditinjau dari siklus sel, obat dapat digolongkan
ini.
dalam 2 golongan. Yang pertama ialah yang mem-
Alkilator yang bifungsional misalnya mustar
perlihatkan toksisitas selektif terhadap lase-fase
nitrogen dapat berikatan kovalen dengan 2 gugus
tertentu dari siklus sel dan disebut zal cell cycle-
asam nukleat pada rantai yang berbeda memben-
specilic (CSS), misalnya vinkristin, vinblastin, mer-
tuk crossJtnking sehingga terjadi kerusakan pada
kaptopurin, hidroksiurea, metotreksat dan aspara-
lungsi DNA. Hal ini dapat menerangkan sifat sito-
ginase. Zat CSS ini terbukti efektif terhadap kanker
toksik dan mutagenik dari alkilator.
yang berprolilerasi tinggi misalnya kanker sel darah.
Golongan kedua ialah zal cell cycle'nonspecific ANTIMETABOLIT. Antipurin dan antipirimidin me-
(CCNS) misalnya zat alkilator, antibiotik antikanker ngambil tempat purin dan pirimidin dalam pemben-
(daktinomisin, daunorubisin, doksorubisin, plika- tukan nukleosida, sehingga mengganggu berbagai
misin, mitomisin), sisplatin, prokarbazin dan nitro- reaksi penting dalam tubuh. Penggunaannya seba-
sourea. Perbedaan kerja tersebut lebih bersilat gai obat kanker didasarkan atas kenyataan bahwa
relatif daripada absolut karena banyak zat yang metabolisme purin dan pirimidin lebih tinggi pada
tergolong CCNS lebih efektil terhadap sel yang sel kanker dari sel normal. Dengan demikian' peng-
berproliferasi dan terhadap sel-sel yang sedang hambatan sintesis DNA sel kanker lebih dari'ter-
dalam lase tertentu siklusnya. Misalnya bila DNA hadap sal normal.
sel klonogenik yang telah teralkilasi diperbaiki sebe-
lum sel memasuki lase S, maka sel tersebut tidak Antagonis pirimidin misalnya S-fluorourasil, da-
dipengaruhi oleh zat alkilator. lam tubuh diubah menjadi 5-fluoro-2-deoksiuridin
Dalam penelitian didapatkan bahwa terjadi 5'-monofoslat (FdUMP) yang menghambat timidilat
sinergisme antara vinblastin dan sitarabin yang sintetase dengan akibat hambatan sintesis DNA.
diberikan 16 jam kemudian pada tikus dengan sel Fluorourasil iuga diubah meniadi fluorouridin mono-
leukemik L 1210. Sinergisme tidak terlihat bila obat loslat (FUMP) yang langsung mengganggu sintesis
690 Farmakologi dan Terapi

RNA. Sitarabin diubah menjadi nukleosida yang Bleomisin bersilat sitotoksik berdasarkan da-
berkompetisi dengan metabolit normal untuk diin- ya memecahkan DNA. ln vitro, bleomisin menye-
korporasikan ke dalam DNA. Obat ini bersifat cel/ babkan akumulasi sel pada lase G2 dan banyak sel
cycle specific yang spesifik untuk lase S dan tidak memperlihatkan aberasi kromosom termasuk
berelek terhadap sel yang tidak berproliferasi. pecahnya, fragmentasi dan translokasi kromatid.

Antagonis purin misalnya merkaptopurin merupa- Asparaginase. Obat ini ialah suatu enzim katali-
kan antagonis kompetitif dari enzim yang menggu- sator yang berperan dalam hidrolisis asparagin
nakan senyawa purin sebagai substrat. Suatu alter- menjadi asam aspartat dan amonia. Dengan demi-
natil lain dari mekanisme kerjanya ialah pemben- kian sel kanker kekurangan asparagin yang ber-
tukan 6-metil merkaptopurin (MMPR), yang meng- akibat kematian sel ini.
hambat biosintesis purin, akibatnya sintesis RNA, Tempat kerja berbagai antikanker dapat dilihat
CoA, ATP dan DNA dihambat. digambar 47-2.
Antagonis folat misalnya metotreksat mengham-
bat dihidrofolat reduktase dengan kuat dan ber-
1.3. EFEK NONTERAPI
langsung lama. Dihidrofolat reduktase ialah enzim
yan g mengkatalisis dihidrofolat (FH2) menjadi tetra- ' Antikanker merupakan obat yang indeks tera-
hidrololat (FH4). Tetrahidrofolat merupakan metabolit pinya sempit, Semuanya dapat menyebabkan efek
aktil dari asam lolat yang berperan sebagai kofaktor
toksik berat, yang mungkin sampai menyebabkan
penting dalam berbagai reaksi transler satu atom kar-
kematian secara langsung maupun tidak langsung.
bon pada sintesis protein dan asam nukleat. Efek
Karena antikanker umumnya bekerja pada sel yang
penghambatan ini tidak dapat diatasi dengan pemberF
sedang aktif, maka efek sampingnya juga terutama
an asam folat, tetapi dapat diatasi dengan leukovorin
mengenai jaringan dengan proliferasi tinggi yaitu:
(asam folinat) yang tersedia sebagai kalsium
sistem hemopoetik dan gastrointestinal.
leukovorin. Anlagonis lolat membasmi sel dalam
Supresi hemopoesis lerlihat sebagai leukope-
lase S, terutama pada lase pertumbuhan yang pe-
sat. Namun dengan elek penghambatan terhadap nia, trombositopenia atau anemia. Leukopenia
sintesis BNA dan protein, metotreksat menghambat
hebat (leukosit < 2000/mm3) dan trombopenia
sel memasuki lase S, sehingga bersifat swabatas (trombosit < 100.000/mm3) merupakan petunjuk
(self limiting) terhadap efek sitotoksiknya. untuk penghentian terapi pada pasien yang pada
awal terapi mempunyai sistem hemopoetik normal.
ALKALOID VINKA. Zat ini berikatan secara spe- Supresi sistem hemopoetik ini masih dapat berlan-
silik dengan tubulin, komponen protein mikrotubu- jut setelah pemberian obat dihentikan. Umumnya
lus, sprndle milotik, dan memblok polimerisasinya, pemulihan terjadi 2 minggu setelah penghentian
Akibatnya terjadi disolusi mikrotubulus, sehingga terapi. Penghambatan sistem hemopoetik oleh
sel terhenti dalam metafase (spindle poison). nitrosourea dapat berlangsung 4-6 minggu setelah
pengobatan dihentikan.
ANTIBIOTIK. Antrasiklin berinterkalasi dengan
DNA, sehingga lungsi DNA sebagai template dan Gangguan saluran cerna berupa anoreksia
pertukaran sister chrcmatrd terganggu dan pita DNA ringan, mual, muntah, diare dan stomatitis sampai
putus. Antrasiklin juga bereaksi dengan sitokrom yang berat yaitu ulserasi oral dan intestinal, per-
Pcso reduktase yang dengan adanya MADPH mem- lorasi, diare hemoragik. Hampir semua antikanker
bentuk zal perantara, yang kemudian bereaksi de- menyebabkan efek samping ini, tetapi jarang sam-
ngan oksigen menghasilkan radikal bebas yang pai menimbulkan kematian. Lesi selaput lendir
menghancurkan sel. Pembentukan radikal bebas ini mulut umumnya terjadi pada pemberian metotrek-
dirangsang oleh adanya Fe. sat, fluorourasil, daktinomisin, vinblastin, dan antra-
Aktinomisin memblok polimerase RNA yang siklin (daunorubisin, doksorubisin).
dependen terhadap DNA, karena terbentuknya Reaksi kulit dapat berupa eritem, urtikaria dan
kompleks antara obat dengan DNA. Selain itu ak- erupsi makulopapular sampai sindrom Stevens-
tinomisin juga menyebabkan putusnya rantai tung- Johnson; reaksi berat perlu penghentian terapi. Sik-
gal DNA mungkin berdasarkan terbentuknya radikal lolosfamid, vinkristin, vinblastin, metotreksat, dakti-
bebas atau akibat kerja topoisomerase ll. nomisin, lluorourasil dan kelompokantrasiklin
Antikanker 691

\/

L0)
c
G
I
'E
c
o
G
o
G
o-
G
n)
-o
q)
-o
(g

ccc jo
'.a'.4'.a
-O -= ^-=o
E
- (g
o g CL
cooE ='=
'EcorU E
v(s ll t o
ct o.=
ooo> $
E
c,
E
.9
c(g
L
c'
=
C,j
t-
$
(E
-o
E
(g
(J

c
5
cL-
o.=
trc
=c
{d,
oo
>tr
(o(o
Farmakologi dan Terapi

sering menyebabkan alopesia. Rambut umumnya Berbeda dengan antikanker lain, efek toksik
tumbuh kembali setelah pengobatan dihentikan. asparaginase terhadap sumsum tulang minimal,
Banyak antikanker secara tidak langsung demikian juga kerusakan pada saluran cerna.
dapat menyebabkan nefropati hiperurisemik dan Sayangnya obat ini toksik terhadap hati, ginjal,
gagal ginjal bila digunakan pada pasien leukemia, pankreas, SSP dan mekanisme pembekuan darah.
limfoma dan tumor berproliferasi cepat lainnya yang Gangguan pada hati terjadi pada 50% kasus. L-
responsif. Hal ini disebabkan oleh pemecahan nuk- asparaginase menekan sistem imun dan terlihat
leoprotein menjadi asam urat yang diekskresikan dari hambatannya pada sintesis antibodi dan pro-
dalam jumlah tinggi melalui ginjal. Hiperurisemia ini ses imun lainnya. Asparaginase bersifat antigenik;
dapat dicegah dengan hidrasi, alkalinisasi urin dan reaksi alergi ringan sampai anafilaksis dilaporkan
pemberian alopurinol. terjadi pada 5-2O o/o pasien.
Sebagian besar antikanker memperlihatkan
sifat teratogenik pada binatang. Walaupun baha-
yanya pada manusia belum terbukti, dianjurkan 2. PEMBICARAAN KHUSUS
agar sedapatnya tidak diberikan pada kehamilan
trimester pertama. Juga perlu dipertimbangkan ke-
BEBERAPA ANTIKANKER UTAMA
mungkinan elek toksik pada janin yaitu pada sistem
hemopoetik, hati dan ginjal. Berikut hanya akan dibicarakan beberapa an-
Di bawah ini akan dibicarakan efek nonterapi tikanker utama yaitu yang tercantum dalam daftar
khusus dari beberapa antikanker. obat esential. Dosis obat kanker sangat bervariasi
tergantung jenis kanker, stadiumnya, keadaan
Alkilator dapat menyebabkan depresi hemo- pasien dan apakah obat diberikan dalam kombinasi
poetik yang ireversibel, terutama bila diberikan atau obat tunggal. lndikasi dan dosis antikanker
setelah pengobatan antikanker lain atau setelah lainnya dapat dilihat di T abel 47 -2.
radiasi. Siklolosfamid paling kurang menyebabkan
trombositopeniadibanding dengan alkilator lain.
Frekuensi kejadian reaksi gastrointestinal dan sakit 2.1. KLORAMBUSIL
kepala lebih tinggi dengan mekloretamin dibanding
dengan alkilator yang lain, sifat iritatilnya dapat Klorambusil (Leukeran) merupakan mustar
menyebabkan nekrosis pada ekstravasasi obat. nitrogen yang kerjanya paling lambat dan paling
Stomatitis altosa lebih jarang terjadi dengan alki- tidak toksik. Obat ini berguna untuk pengobatan
lator daripada dengan antimetabolit. paliatil leukemia limfositik kronik dan penyakit
Hodgkin (stadium lll dan lV), limloma non-Hodgkin,
Antimetabolit, selain menyebabkan depresi hemo-
mieloma multipel makroglobulinemia primer (Wal-
poetik dan gangguan saluran cerna, sering menye-
denstrom), dan dalam kombinasi dengan metotrek-
babkan stomatitis aftosa. Elek samping ini paling
sat atau daktinomisin pada karsinoma testis dan
sering terjadi setelah pemberian metotreksat, fluo-
ovarium.
rourasil dan sesekali setelah pemberian merkapto-
Depresi sumsum tulang terjadi pada peng-
purin. Stomatitis, diare, trombositopenia, leuko- jangka panjang secara bertahap berupa
obatan
penia alau setiap penurunan mendadak hitung jenis
leukopenia, trombositopenia dan anemia. Mielosu-
leukosit dan trombosit, merupakan indikasi peng- presi ini umumnya bersifat reversibel. Untuk men-
henlian terapi. Hal ini dilakukan untuk mencegah
cagah depresi berat, pemeriksaan darah harus dila-
terjadinya ulserasi pada saluran cerna bagian distal,
kukan sedikitnya seminggu sekali. Pemberign obat
infeksi dan hemoragi yang dapat berakibat latal.
ini harus diberi tenggang waktu 4 minggu setelah
Antimetabolit dikontraindikasikan pada pasien radiasi atau pemberian obat antikanker lain yang
dengan status gizi buruk, leukopenia berat atau juga mendepresi sumsum tulang. Apabila hitung
trombositopenia. Kondisi ini cenderung terjadi pada leukosit menurun 50% dari nilai normal, dosis harus
phsien yang baru mengalami pembedahan, radiasi diturunkan atau pemberian dihentikan sampai
atau akibat pengobatan dengan sitostatik. hitung leukosit kembali normal.
Pada pasien dengan gangguan hati dan ginjal Ptmeriksaan asam urat serum juga harus di-
dosis harus disesuaikan berdasarkan respons lakukan untuk menghindari hiperurisemia yang
pasien; status fungsi hati dan ginjalharus dimonitor. dapat menyebabkan gagal ginjal.
Antikanker 633

Tabel 47-2.lND|KAS| DAN DOSIS ANTIKANKER LAINNYA

Namagenerik Dosis lndikasi

Mekloretamin Tunggal lV 0,4 mg/kgBB Penyakit Hodgkin, limfosarkoma


karsinoma mama dan karsinoma
ovarium.

Melfalan oral 6 mg/hari selama 2-3 minggu. Mieloma multipel


Tunggu 4 minggu, kemudian
penunjang oral 2-4 mg/hari.

Mustar urasil Oral 1-2 mg/hari selama 3 minggu, Leukemia limfosit kronik, lim-
diulang setelah 1 minggu fosarkoma, penyakit Hodgkin
dan tumor ovarium.

rrietirenmeramin (rEM) "'3,ir'rl"fli,lil;:iffi,T,ffi'


*%?'I|i::"m,"H,"*T;I:'"'
kronik, tumor payudara dan
ovarium.

Trietilentiofosforamid lV 10 mg/hari selama 5 hari. Penun- Penyakit Hodgkin, limfosarkoma,


(fhiotepa) jang lV 5-20 mg/minggu. retinoblastoma, tumor payu-
dara dan ovarium

Karmustin (BCNU) lV 75-100 mg/m2lharidiulangi Penyakit Hodgkin yang refrakter


setelah 6-8 minggu. terhadap pengobatan, melano-
ma malignum, mieloma multi- rr

pel (kombinasidengan Pred-


nison).

Lomustin (CCNU) Oral, 130 mglmz diulangi setelah Karsinoma paru dan kolo-
6-8 minggu. rektal, limloma Hodgkin dan
non-Hodgkin dan karsinoma
renal.

Semustin (metil CCNU) Oral 175-200 mg7m2 diulangi setelah Karsinoma paru Lewis, melanoma
6-8 minggu. malignum, tumor otak metas-
tatik, penyakit Hodgkin,
limfoma non-Hodgkin, dan
neoplasma saluran cerna.

6-Azauridin oral 220 mg/kgBB/hari. Mikosis lungoides.


Penunjang oral 135mg/kgBB/hari Polisitemia vera.

Floksuridin lnfus intra arteri, 0,1-0,6 mg/ Terapi paliatif untuk karsinoma
kgBB/hari. yang tidak dapat diobati de-
ngan operasi atau cara lain.

6-Merkaptopurin Oral,2,S mg/kgBB/hari. Leukemia limfosit akut dan kro-


nik, leukemia granulosit
akut dan kronik, koriokar-
sinoma.

Vinblastin (VBL) |V,0,1-0,3 mg/kgBB/minggu. Penyakit Hodgkin' limfosarkoma'


koriokarsinoma dan tumor
payudara.
Farmakologi dan Terapi

Tabel 47-2. IND|KASI DAN DOSTS ANTTKANKER LAINNYA (Sambungan)

Nama generik Dosis

Daktinomisin (Aktinomisin D) lV, 0,015 mg/kgBB/hari selama Koriokarsinoma, tumor Wilm,


5 hari. rabdomiosarkoma, dan tumor
testis.
Mitomisin C lV, 125 pg/kgBB, dua kati seminggu. Kanker lambung.
Mitramisin (Mitrasin) lV, 25 pg/kgBB seminggu. Karsinoma sel embrional testis,
penyakit Paget (dosis rendah)
L-asparaginase lV, 50-200 lU/kgBB/hari Leukemia limfosit akut.
Prednison Oral, 20-1 00 mg/1-2 hari. Leukemia limfosit akut & kro-
nik, limfosarkoma, penyakit
Hodgkin dan tumor payudara.
Hidroksiprogesteron kaproat lM, 1,0 g. Dua kali/minggu.
Oral 100-200 mg/hari.
Medroksiprogesteron asetat lM, 200-600 mg. Dua kati/minggu. Tumor endometrium.
Megestrol asetat Oral, 40 mg/hari. Minimum 2 bulan.

Dietilstilbestrol Oral, 1-5 mg. Tiga kali/hari.


Etinil estradiol Oral, 0,1-1 ,0 mg. Tiga kali/hari. Tumor payudara dan prostat.
Testosteron propionat lM 50-100. Tiga kati/seminggu
Fluoksimesteron Oral 10-20 mg/hari. Tumor payudara.
Natrium fosfat (p32) lV,2,5-5,0 mOi Polistemia vera.
dosis tunggal Leukemia limf osit/granulosit
kronik.

Natrium yodida 11131; Oral atau lV, 100-200 mCi Tumor tiroid.
Hidroksiurea Oral, 80 mg/kgBB/3 hari Leukemia granulosit kronik.
Oral, 20-30 mg/kgBB/hari Melanoma malignum.
Mitotan Oral 2-10 g/hari Tumor korteks adrenal.

Klorambusil dilaporkan berhubungan dengan nyakit Hodgkin mungkin diperlukan dosis 0,2 mg/
peningkatan frekuensi kejadian leukemia dan tumor kgBB, sedangkan pada limfoma lain cukup 0,1 mg/
lain, berdasarkan pengamatan pada suatu studi kgBB). Dosis penunjang tidak boteh metebihi 0,1
terkontrol penggunaan obat ini pada polisitemia mg/kgBB. Karena limitasi efek samping, dosis'yang
vera dan kanker payudara yang mendapat peng_ dapat diterima mungkin hanya 0,03 mg/kgBB, Obat
obatan jangka panjang. ini harus diberikan 1 jam sebelum makan pagi atau
2 jam setelah makan malam.
SEDIAAN DAN POSOLOG|. Ktorambusit rersedia Dosis alternatif pada leukemia limfositik kronik
sebagai tablet 2 mg. Untuk leukemia limlositik kro_ ialah 15-20 mglm' diberikan sebagai dosis-tunggal
nik, limloma Hodgkin dan non-Hodgkin diberikan tiap 2 minggu sekali dan dinaikkan 4 mglmz sampai
hitung leukosit terkontrol atau lerlihat tanda-tanda
1-3 mg/m'lhart sebagat dosis tunggal (pada pe-
keracunan.
Antikanker 695

2.2. SIKLOFOSFAMID SEDIAAN DAN POSOLOGI. Siklofoslamid tersedia


dalam bentuk kristal 100, 200, 500 mg dan 1,2 g
Siklofoslamid, alkilator yang paling banyak untuk suntikan, dan tablet 25 dan 50 mg. Untuk
digunakan, ialah ester losfamid siklik mekloretamin. pasien tanpa kelainan hematologis, diberikan 500-
Obat ini bersilat nonspesilik terhadap siklus sel dan 1500 mg/m' lV dengan interval 2 sampai 4 minggu.
elektil terhadap penyakit Hodgkin stadium lll dan lV, Dosis oral bersifat individual, umumnya 60-1 20 mg/
serta limloma non-Hodgkin terutama dalam kom- m2lhari. Sebaiknya diberikan bersama atau sesu-
binasi dengan kortikosteroid dan vinkristin. Siklofos- dah makan.
lamid merupakan salah satu obat primer terhadap
neuroblastoma pada anak dan sering dikombina-
sikan dengan antikanker lain untuk leukemia lim-
loblastik pada anak. Kombinasinya dengan daktino- 2.3. BUSULFAN
misin dan vinkristin elektif terhadap rabdomiosar-
koma dan tumor Ewing. Sikloloslamid bersifat pa- Busulfan, suatu alkilator, merupakan obat
liatif terhadap karsinoma mama, ovarium dan paru, paliatif pilihan pada leukemia mielositik kronik dan
serta menghasilkan remisi pada mieloma multipel. leukemia granulositik kronik. Juga berguna pada
Sebagai obat tunggal dalam dosis besar, siklofos- polisitemia vera dan mielolibrosis dengan metapla-
lamid dilaporkan menyembuhkan pasien limloma sia mieloid. Obat ini tidak efektif terhadap krisis
Burkitt. Sebagai imunosupresan sering digunakan blastik.
pada artritis reumatoid, sindrom nelrotik pada anak, Busulfan merupakan antikankeryang unik, ka-
granulomatosis Wegener dan pada pasien yang rena tidak memperlihatkan efek larmakodinamik
akan menjalani transplantasi sumsum tulang. lain kecuali mielosupresi. Berdasarkan hal ini digu-
Karena berupa pro drug, maka elek siklofos- nakan untuk pengobatan mieloablatil pada persiap-
lamid dipengaruhi oleh penghambat atau perang- an transplantasi sumsum tulang. Pada dosis ren-
sang enzim metabolismenya. Sebaliknya, obat ini dah, depresi selektil terlihat pada granulositopoesis
merangsang enzim mikrosom, sehingga dapat dan trombopoesis, sedangkan efek terhadap eritro-
mempengaruhi aktivitas obat lain. poesis terlihat pada dosis yang lebih tinggi. Efek
Leukopenia berat terjadi pada hari ke 10-12 toksik agaknya tidak mengenai jaringan limloid dan
setelah pengobatan dan pemulihan pada hari 17- epitel gastrointesti nal.
21 . Sistitis hemoragik dapat terjadi dengan angka Depresi sumsum tulang paling sering terjadi
kejadian 20% pada anak dan 10% pada dewasa. sehingga pemeriksaan darah harus sering dilaku-
Elek toksik ini sukar diatasi dan mungkin fatal, maka kan. Hiperpigmentasi dapat terjadi pada pengobat-
sebaiknya obat ini dikontraindikasikan pada pasien an jangka panjang yang merupakan salah satu
yang pernah mengalami sistitis hemoragik. Obat ini gejala mirip sindrom Addison yang terdiri dari as-
juga menyebabkan anoreksia, disertai mual dan tenia, hipotensi, mual, muntah dan penurunan berat
muntah. Sesekali terjadi amenore, stomatitis aftosa, badan, tetapi bukti obyektif hipolungsi kelenjar
hiperpigmentasi kulit, enterokolitis, ikterus dan hipo- adrenal tidak ada. Elek samping yang timbul lebih
protrombinemia. Miokarditis dilaporkan terjadi pada lambat berupa katarak, librosis ovarium, amenore,
pemberian dosis tinggi (100 mg/kgBB). Efek kar- atroli testis, aspermia dan ginekomastia dapat ter-
diotoksik doksorubisin diperberat oleh obat ini. jadi. Komplikasijangka panjang yang jqrang terjadi
Dosis siklolosfamid harus dikurangi sebanyak tetapi bersilat latal ialah busulfan /ung akibat fibro-
sepertiga sampai setengahnya, bila diberikan pada sis paru. Asam urat serum harus diawasi untuk
pasien dengan gangguan lungsi sumsum tulang. mencegah gagal ginial akibat hiperurisemia. Risiko
Lebih dari 50% pasien yang mendapat obat ini gangguan ginjal dapat diperkecil dengan pemberian
menderita alopesia yang umumnya bersilat reversi- cairan yang cukup, alkalinisasi urin dan pemberihn
bel. Untuk menghindarkan kerusakan kandung alopurinol.
kemih akibat metabolit yang bersifat iritatil, pasien
DOSIS. Untuk pengobatan jangka lama dan inter-
dianjurkan minum banyak dan mengosongkan kan-
miten pada leukemia mieloiitikkronik, 2-6 milm2l
dung kemih sesering mungkin. Kumulasi metabolit
aktil dapat terjadi pada gangguan lungsi ginjal, se- hari. Obat diberikan sampai hitung leukosit turun
hingga dosis harus dikurangi. Penggunaan pada menjadi 10000/pl; lalu dihentikan sampai hitung leu-
trimester pertama kehamilan harus dihindarkan, kosit mencapai 50000/pl, kemudian pengobatan
karena obat ini potensial bersilat teratogenik. dapat diulang lagi. Untuk pengobatan iangka lama
Farmakologi dan Terapi

dan terus menerus, 2-6 mg/m2lhari sampai hitung leosid alami, gugus gulanya bukan ribosa'atau de-
leukosit turun menjadi 10000/prl- 20000/pl, lalu dosis oksiribosa melainkan arabinosid. Dalam tubuh, sita-
diturunkan untuk mempertahankan jumlah leukosit rabin diubah menjadi derivat nukleosid trifosfat (ara-
dalam batas lersebut, biasanya 2 mg/hari ('l -3 mg CTP) yang menghambat enzim DNA polimerase
sehari). dan di-inkorporasikan ke dalam DNA, sehingga ter-
jadi terminasi pembentukan rantai DNA. Efek ini
terjadi pada fase S dalam siklus sel.
2.4. FLUOROURASIL Sitarabin efektil untuk induksi dari remisi leu-
kemia mielositik akut pada orang dewasa maupun
Pada saat ini, lluorourasil dan derivat deok- anak, dan untuk limfoma non-Hodgkin dalam kom-
siribosanya yaitu lloksuridin (FUDR) banyak digu- binasi dengan obat lain. Untuk leukemia limfositik
nakan sebagai terapi paliatil untuk karsinoma kolo- akut pada anak, obat ini merupakan pilihan kedua.
rektal diseminata dan karsinoma mama. Obat ini Obat ini juga berguna dalam krisis blastik leukemia
hanya berguna pada tumor padat (solid). Sebagai mielositik kronik. Remisi umumnya berlangsung
obat tunggal, respons untuk kedua kanker tersebut selama 3 bulan dan bila diberikan terapi penunjang
hanya 20 dan 30% . Bila diberikan dalam regimen
dapat berlangsung 5-8 bulan. Untuk leukemia mie-
CMF (siklofosfamid, metotreksat, lluorourasil) atau
lositik akut biasa dikombinasi dengan doksorubisin
CAF (siklolosfamid, adriamisin, lluorourasil),
atau daunorubisin dan tioguanid.
lluorourasil merupakan pilihan kemoterapi ajuvant
Karena masa paruh sitarabin pendek toksisi-
untuk karsinoma mama. Fluorourasil juga berguna
pada karsinoma ovarium, prostat, kepala, leher, tasnya lebih tergantung dari interval dan lamanya
pankreas, esofagus dan hepatoma. pemberian daripada dosis totalnya. Pemberian
Pemberian secara infus selama 2-8 jam menu- yang paling efektif ialah secara infus kontinyu atau
runkan toksisitas hematologik yang berarti diban- suntikan beberapa kali sehari.
ding suntikan bolus. Juga dilaporkan, bahwa pem- Efek samping utama ialah terhadap sumsum
berian sekali seminggu tanpa dosis awal memberi- tulang berupa leukopenia dan trombositopenia, se-
kan respons yang baik disertai toksisitas yang lebih sekali timbul anemia dan megaloblastosis. Leukosit
ringan. menurun setelah 24 jam dengan nadir pada hari ke
Elek samping terutama mengenai sistem 7 & 9. Gangguan fungsi hati ditandai dengan pe-
hemopoetik dan saluran cerna. Leukopenia ialah ninggian SGOT. Pengobatan optimal hanya dapat
efek samping primernya, pemulihan terjadi apabila diberikan, bila transfusi trombosit dimungkinkan.
dosis dikurangi. Trombositopenia lebih jarang ter- Penggunaan selama kehamilan tidak dibenarkan,
jadi. Stomatitis aftosa merupakan petunjuk bahwa karena kem un gkinan terjadinya efek teratogenik.
obat harus dihentikan secara temporer. Alopesia,
hiperpigmentasi dan ataksia serebelar dapat terjadi.
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Bubuk steril 100 dan
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Obat ini tersedia se- 500 mg sitarabin serta pelarutnya tersedia untuk
bagai larutan 50 mg/ml dalam ampul 10 ml untuk lV. penggunaan parenteral. Dosis lV ialah 100-200 mg/
Pada orang dewasa, dosis awal 400-500 mglm2l m2124 iam dalam infus kontinyu selama 5-7 hari.
hari diberikan selama 4 hari beruntun disusul dosis Biasanya dalam kombinasi dengan antraksiklin dan
penunjang 1 kali seminggu. Dosis awal kadang- tioquanin. Bila pada akhir masa pengobatan tidak
kadang diulang setiqp 4-5 minggu. Cara lain dengan terlihat elek antileukemia maka regimen tersebut
infus kontinyu 1 g/m'lhari selama 5 hari dan diulang dapat diulangi. Jika masih belum terlihat respons
setiap 3-4 minggu. Penyesuaian dosis harus dilaku- yang diharapkan, perlu ditambahkan obat lain
kan bila ada efek samping hematologik atau gastro- dalam regimen pengobatan penderita.
intestinal. Dosis tinggi lV, 2-3 g7m2 diberikan sebagai
infus selama 1 jam tiap 12 jam dengan jumlah total
2.5. SITARABIN 12 dosis. Dosis pemeliharaan pada leukemia akut
diberlkan 50 mg/m2 SK tiap minggu. Dosis intratekal
Sitarabin ialah suatu nukleosid sintetik yang untuk leukemia meningeal ialah 50-100 mg dalam
merupakan analog pirimidin. Berbeda dengan nuk- 10 ml garam laal yang diberikan 1-3 kali seminggu.
Antikanker 697

2.6. METOTREKSAT kehamilan karena dilaporkan menyebabkan abor-


tus.
Metotreksat ialah analog 4-amino, Nlo-metil
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Metotreksat tersedia
asam fOlat. Metotreksat sangat efektif pada korio-
dalam bentuk tablet 2,5 mg dan bubuk untuk sun-
karsinoma, korioadenoma destruens dan mola hi-
tikan dalam vial 25, 50, 100 dan 250 mg. Untuk
datidosa. Penyembuhan tercapai pada kebanyakan
koriokarsinoma diberikan dosis tunggal 15 mg/m2
kasus. Kombinasi metotreksat dengan klorambusil
dan daktinomisin elektif terhadap karsinoma testis,
oral atau lM selama 5 hari karena dalam dosis
terbagi metotreksat lebih toksik. Pengobatan biasa-
limfoma limfositik stadium lll dan lV terutama pada
nya diulang setelah 1-2 minggu. Pengobatan dite-
anak, dan memberikan remisi temporer pada miko-
ruskan sebanyak 2 regimen pengobatan setelah
sis fungoides. Dalam kombinasi dengan berbagai
titer gonadotropin korionik kurang dari 50 lUl24 jam.
antikanker, metotreksat digunakan pada karsinoma
Dosis standard harian untuk leukemia pada
mama, paru dan ovarium, limfoma Burkitt dan lim-
anak ialah 2,5-5 mg dan pada orang dewasa2,5-10
loma non-Hodgkin. Pada leukemia limloblastik akut
pada anak, metotreksat sebagai obat tunggal mem- mg, tetapi kini banyak dikembangkan regimen pe-
ngobatan dalam kombinasi dengan antikanker lain.
berikan remisi lengkap pada 20% pasien; dalam
Metotreksat sangat efektif untuk mempertahankan
kombinasi dengan prednison remisi lengkap men-
remisi dengan dosis 30 mg/m' lM secara intermiten
capai 80%. Untuk terapi penunjang leukemia lim-
fositik akut, metotreksat dalam kombinasi dengan
2 kali seminggu. Untuk induksi remisi, vinkristin
bersama prednison lebih efektif, dan lebih cepat
markaptopurin merupakan obat terpilih. Pemberian
kerjanya daripada metotreksat.
metotreksat intratekal disertai radiasi kepala rutin
Pada leukemia atau koriokarsinoma yang me-
dilakukan pada leukemia limlositik akut untuk men-
nyebar ke otak, metotreksat diberikan intratekal de-
cegah leukemia meningeal. Metotreksat ialah obat
ngan dosis 0,2-0,5 mg/kgBB sebagai dosis tunggal
primer untuk limfoma sel T kulit dan meduloblas-
atau tiap 2-5 hari sampai hitung sel dalam cairan
toma. Penggunaan metotreksat pada leukemia mie-
serebrospinal kembali normal,
loblastik akut tidak dianjurkan lagi. Penggunaan
metotreksat sebagai imunosupresan dibahas di
Bila diperlukan metotreksat dosis tinggi
secara lV (1 ,5 g/m') maka harus diikuti dengan
Bab 48.
pemberian leukovorin untuk menyelamatkan (res-
EFEK SAMPING DAN KONTRAINDIKASI. Toksi- cue) sel normal dan mencegah toksisitas sistemik.
sitas obat ini juga terutama mengenai saluran Setelah infus selama 6 jam, diberikan leukovorin
cerna, sumsum tulang dan mukosa mulut. Obat ini 6-15 mg/m2 lM setiap 6 jam selama 72 jam. Fescue
dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan ini dilakukan tiap 3 minggu.
sumsum tulang, hati dan terutama gangguan ginjal
karena metotreksat hanya dieliminasi melalui ginjal.
Pemeriksaan ureum dan kreatinin darah harus di- 2.7. VINKRISTIN
kerjakan 3-4 minggu sekali, Pengobatan jangka
panjang dilaporkan menyebabkan gangguan lungsi Vinkristin bersama dengan vinblastin merupa-
hati berat, librosis menetap dan sirosis. Sesekali kan alkaloid murni dari tanaman Vinca rosea. Obal
dapat terjadi demam disertai infiltrasi pulmonum ini terutama berguna pada leukemia limfoblastik
yang mungkin diikuti gangguan fungsi paru yang akut dan leukemia sel induk (stem ce//); limfoma
berat sehingga pengobatan harus dihentikan. malignum (penyakit Hodgkin, limfoma non-Hodgkin
Hitung leukosit dan trombosit harus dilakukan 2 kali dan limfoma Burkitt) dan neoplasma pada anak
seminggu dan dosis obat disesuaikan dengan hasil (neuroblastoma, rabdomiosarkoma, tumor Wilms,
pemeriksaan ini. Depresi sumsum tulang yang berat sarkoma Ewing dan retinoblastoma). Vinkristin
dapat diatasi dengan pemberian 3-6 mg kalsium sering digunakan dalam kombinasi dengan anti-
leukovorin dalam 42 jam setelah pemberian meto- kanker lain karena jarang menyebabkan depresi
treksat. Pengobatan dengan metotreksat harus di- hematologik; bila digunakan sebagai obat tunggal
hentikan bila stomatitis dan diare muncul karena cepat menimbulkan relaps.
enteritis hemoragik dan perforasi dapat ierjadi. Obat Baru-baru ini dilaporkan adanya lenomena
boleh diberikan lagi setelah gejala hilang. Metotrek- pleotropic drug resisfance, yaitu terjadinya resisten-
sat tidak boleh diberikan pada trimester pertama si silang lerhadap berbagai obat dengan struktur
698
Farmakologi dan Terapi

berbeda setelah terpajan terhadap obat tertentu. metotreksat atau merkaptopurin 75-g0 mg/m2 se-
Fenomena ini juga mengenai alkaloid vinka. pada hari sebagai dosis tunggal.
sel-sel tumor yang menunjukkan fenomena ini, ter- Dosis harus ditetapkan secara individual
jadi. peningkatan sintesis glikoprotein-p yang ber- karena batas keamanannya sempit. Hilangnya
peran untuk transport keluar sel. Akibatnya kadar refleks tendon dalam bukan petunjuk untuk peng-
sitotoksik dalam sel tidak tercapai. Verapamil, suatu hentian terapi tetapi bila timbul gejala neuropati
antagonis kalsium, secara eksperimental dapat perifer berupa kelemahan otot tungkai pengobatan
mengatasi resistensi jenis ini. harus dihentikan.
Pemberian vinkristin sebagai obat tunggal
pada leukemia limfoblastik akut pada anak mem-
berikan remisi lengkap pada 50-60% kasus dalam
3-4 minggu. Dalam kombinasi dengan prednison 2.8. BLEOMISIN
remisi meningkat sampai 90%, sebanding dengan
yang dicapai oleh kombinasi prednison-metotreksat
Bleomisin merupakan sekelompok glukopep-
atau dengan merkaptopurin. Sebagai terapi penun- tida yang dihasilkan dari Streptomyces verticiilus.
jang, digunakan kombinasi vinkristin dengan meto-
Efek sitotoksiknya berdasarkan hambatan sintesis
treksat atau merkaptopurin dan prednison yang di-
DNA. Obat ini memperlihatkan efek paliatif pada
berikan sebulan sekali.
beberapa karsinoma sel skuamosa kulit, leher dan
Efek samping khusus ialah menyangkut sis_
kepala (selaput lendir bukal, lidah, tonsil dan faring)
tem saraf. Hilangnya relleks lendon Achilles meru_
pakan tanda perlama neuropati. Manifestasi lebih serta karsinoma paru; demikian juga pada karsi-
berat termasuk parestesia berat, hilangnya refleks noma di testis, serviks dan esofagus serta limloma
tendo yang dalam, ataksia foot drop, slapping gait malignum.
dan menyusutnya otot. Yang terkena lebih dulu Untuk karsinoma testis, respons penyembuh-
ialah otot dorsofleksor tangan dan pergelangan an 30o/o dan meningkat menjadi g0% bila dikombi-
tangan, dan otot ekstensor kaki. nasi dengan vinblastin. Ditambah dengan sisplas-
Gangguan saraf otonom dapat berupa konsti- tin, remisi lengkap terjadi dan berlangsung bebe-
pasi dan nyeri abdominal. Gangguan saraf otak rapa tahun.
berupa ptosis, diplopia dan paralisis abdusens juga Berbeda dengan antikanker lainnya obat ini
dilaporkan terjadi. Alopesia terjadi pada lebih dari sedikit sekali menyebabkan depresi sumsum tulang
20% pasien, sedangkan mual dan muntah jarang sehingga masih boleh digunakan walaupun ada
terjadi. Toksisitas ini meningkat pada gangguan depresi sumsum tulang atau digabung dengan obat
fungsi hati. yang menyebabkan depresi sumsum tulang untuk
Reaksi di atas dapat terjadi pada orang dewa- mendapatkan remisi.
sa terutama pasien usia lanjut yang cenderung Elek samping terutama mengenai kulit dan
menderita toksisitas neuromuskular dan pasien de- selaput lendir berupa hiperestesia dan bengkak di
ngan gangguan fungsi hati. Karena reaksi obat lebih jari yang disusul dengan terjadinya vesikel, hiperke-
sering terjadi bila vinkristin diberikan dalam dosis ratosis telapak tangan dan stomatitis. Reaksi de-
terbagi, dianjurkan pemberian dosis tunggal per mam sering terjadi; sakit kepala, mual dan jarang-
minggu. Obat bersifat iritatif sehingga harus dijaga jarang alopesia juga dapat terjadi. Efek samping
tidak terjadi ekstravasasi. Neurotoksisitas merupa-
yang paling serius dari obat ini ialah toksisitas ter-
kan pembatas utama pemberian vinkristin,
hadap paru berupa infiltrasi yang kemudian menjadi
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Vinkristin tersedia librosis dengan insidens 5-10%. Reaksi terakhir ini
dalam vial berisi larutan 1, 2 dan 5 ml yang me- berhubungan dengan dosis total, usia pasien, pem-
ngandung 1 mg/ml zat aktif untuk penggunaan lV. berian antikanker lain dan pemberian oksigen. Bisi-
Dosis pada anak2 mg/m'diberikan satu kali semi- ko terjadinya toksisitas paru lebih tinggi bila obat ini
nggu. Prednison diberikan 40 mg/m2 sehari. Se- diberikan pada pasien usia di atas 70 lahun dan
telah tercapai remisi dosis boleh diturunkan sampai pada mereka yang mendapat dosis total lebih dari
seperenam dosis semula. Untuk pasien dewasa 400 unit. Pemeriksaan radiologik toraks perlu dila-
diberikan dosis 1 ,4-2 mglm2 Oitambah prednison. kukan 2 minggu sekali dan pengobatan dihentikan
Hemisi dapat dipertahankan dengan pemberian bila terjadi tanda toksisitas paru.
Antikanker 699

SEDIAAN DAN POSOLOGI, Bleomisin sulfat ter- SEDIAAN DAN POSOLOGI. Doksorubisin tersedia
dapat dalam vial berisi 15 unit untuk pemberian lV, sebagai bubuk sebanyak 10, 2O dan 50 mg, dan
lM, atau kadang-kadang SK atau intraarterial, diberikan bersama inlus garam fisiologis atau deks-
Pengobatan karsinoma sel skuamosa, kanker trosa 5% untuk mencegah ekstravasasi. Ekstrava-
testis dan limloma dimulai dengan dosis 0,25-0,5 sasi dapat menyebabkan nekrosis dan selulitis.
unit/kgBB (10-20 unit/mz), 1-2kali seminggu. Ber- Larutan yang disuntikkan harus diencerkan dengan
hubung dengan kemungkinan terjadinya reaksi NaCl menjadi larutan 2 mg/ml. Larutan ini stabil
anafilaksis, maka 2 dosis pertama diberikan se- selama 24iam dalam suhu ruang dan 48 jam dalam
banyak 2 unit atau kurang disusul dengan dosis lemari es.
biasa. Untuk penyakit Hodgkin diberikan dosis pe- Dosis lV dewasa: 60-75 mg/m2 diberikan se-
nunjang 5 unit/minggu setelah dicapai 50% bagai suntikan tunggal setiap 3 minggu sampai
respons. dosis total tidak melebihi 550 mg/m'. Alternatif lain
ialah 20 mg/m2 seilap minggu. Cara yang terakhir
ini lebih disukai untuk pemberian pada anak. Apa-
bila ada gangguan hati dosis dikurangi 25-75% baik
2.9. DOKSORUBISIN pada anak maupun dewasa. Setelah radiasi daerah
mediastinal dosis harus dikurangi menjadi 400 mg/
Doksorubisin (Adriamisin) diisolasi dari Sfrep- m2. Dosis total yang diberikan harus diturunkan bila
tomyces peucetius var. caesiug dan bersama dau- sebelumnya telah diberikan (atau diberikan ber-
norubisin termasuk antibiotik antrasiklin. samaan) dengan antineoplastik tertentu misalnya
Regresi sel kanker terjadi setelah pemberian sikloloslamid.
obat ini dalam kombinasi dengan berbagai sitostatik
lain pada leukemia limlositik dan mielositik akut,
tumor Wilms, neuroblastoma, sarkoma osteogenik 2.10. PROKARBAZIN
dan sarkoma jaringan lunak; karsinoma mama,
bronkogenik, sel transisional kandung kemih, ova- Prokarbazin ialah suatu derivat metilhidrazin
rium, endometrium, serviks, prostat, dan testis; lim- yang struktur kimianya tidak mirip dengan salah
foma Hodgkin dan limloma non-Hodgkin: karsino- satu antikanker lain. Mekanisme kerjanya belum
ma skuamosa leher dan kepala dan hepatoma. Elek diketahui, diduga berdasarkan alkilasi asam nu-
toksiknya meliputi sistem hematopoetik, jantung, kleat. Prokarbazin bersifat nonspesilik terhadap si-
kulit dan pencernaan. klus sel. lndikasi primernya ialah untuk pengobatan
Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien penyakit Hodgkin stadium lllB dan lV, terutama
dengan kelainan jantung atau depresi hemopoetik dalam kombinasi dengan mekloretamin, vinkristin
yang berat. Gangguan pada jantung dapat terjadi dan prednison (MOPP regimen). Prokarbazin
dalam beberapa menit setelah pemberian lV dan hanya diberikan pada pasien yang sebelumnya
mungkin bertahan beberapa minggu, meliputi peru- tidak mendapat kemoterapi. Remisi yang didapat
bahan elektrokardiograli yaitu takikardi sinus, pen- sama dengan yang dicapai dengan pengobatan
vinblastin dan alkilator. Bila diberikan pada pasien
dataran gelombang T, depresi segmen ST dan arit-
yang telah gagal diobati dengan alkilator dan vin-
mia lain. Perubahan ini umumnya bersifat reversi-
blastin, maka hasilnya lebih rendah daripada hasil
bel. Payah jantung akut dilaporkan terjadi setelah
pemberian primer. Prokarbazin, dalam kombinasi
pemberian 550 mg/m2 yang merupakan batas pem-
dengan berbagai antikanker lain, juga efektil ter-
berian total maksimal.
hadap tumor otak primer dan metaslatik, karsinoma
" Depresi sumsum tulang berupa leukopenia bronkogenik sel kecil (small cell) dan limfoma
berat juga sering terjadi. Pemberian darah harus Hodgkin.
dilakukan secara rutin termasuk pemeriksaan trom- Mual dan muntah yang merupakan elek sam'
bosit cian eritrosit. Fungsi hati juga harus diawasi ping tersering pada pemberian prokarbazin biasa-
selama pengobatan dengan pemeriksaan SGOT, nya berkurang setelah 1 minggu pengobatan. Ano-
SGPT, alkaliloslatase dan bilirubin. Alopesia biasa- reksia, stomatitis, dislagia dan diare lebih jarang
nya bersilat reversibel. Stomatitis dan esolagitis terjadi. Pada pemberian jangka panjang depresi
sering terjadi dan dapat mengakibatkan terjadinya sumsum tulang sering terjadi, Perdarahan dapat
ulserasi. terjadi akibat trombositopenia yaitu berupa patekia,
700 Farmakologi dan Terapi

purpura, epistaksis, hemoptisis, hematemesis dan (1) Kanker baru dapat dideteksi bila jumlah sel
melena. Hemolisis dapat terjadi seperti halnya de- kanker kira-kira 10e. Jumlah yang dapat dibasmi
ngan derivat hidrazin lainnya. Depresi SSP dan diperkirakan 99,9% jadi sel kanker yang tersisa
gangguan neurologik (parestesia, nistagmus, atak- sekurang-kurangnya 106 sel. Jelas sulit mencapai
sia) terjadi pada 10-20% pasien. Dermatitis, pru- pembasmian total, karena itu diperlukan pengobat-
ritus, hiperpigmentasi dan alopesia luga dapat ter- an jangka panjang. Untuk membasmi sel tumor
jadi. Prokarbazin bersifat karsinogenik dan muta- sampai jumlahnya cukup dapat dikendalikan oleh
genik pada hewan coba. mekanisme pertahanan tubuh (1 05).
Sebelum pengobatan harus dilakukan peme-
(2) Adanya hubungan dosis-respons yang jelas.
riksaan darah, sumsum tulang, fungsi hati dan gin-
Berkurangnya sel kanker ternyata berbanding lurus
jal. Toleransi berkurang pada gangguan lungsi hati
dengan dosis. Di lain pihak, elek non terapi juga
dan ginjal, dan pada pengobatan dengan zat mielo-
berbanding lurus dengan dosis. Pertimbangan un-
supresif atau radiasi sebelumnya. Pengobatan ha-
tung rugi harus dilakukan secara sangat cermat.
rus dihentikan bila leukosit kurang dari 4000/mm3,
trombosit kurang dari 100000/mm", timbul reaksi (3) Diperlukan jadwal pengobatan yang tepat.
alergi, stomatitis, diare atau perdarahan. Untuk dosis total yang sama, pemberian dosis be-
sar secara intermiten memberikan hasil yang lebih
INTERAKSI OBAT. Prokarbazin meningkatkan baik dan imunosupresi yang lebih ringan, diban-
efek obat-obat penghambat susunan saral pusat dingkan dengan pemberian dosis kecil setiap hari.
(barbiturat, lenotiazin; narkotik). Hal ini mungkin Jaringan normal memiliki kapasitas pemulihan yang
berdasarkan penurunan kadar sitokrom P-450 oleh lebih besar daripada jaringan tumor. Dengan dosis
prokarbazin. Prokarbazin merupakan penghambat besar intermiten, dapat dibasmi sejumlah sel lerten-
enzim MAO sehingga penggunaannya bersama tu dengan pengaruh minimal terhadap jaringan
simpatomimetik, antidepresi trisiklik dan makanan sehat. Dosis ulang diberikan segera setelah ter,adi
mengandung tiramin (pisang, keju tua, anggur pemulihan pasien dari efek samping antikanker.
merah dan yoghurt) harus dihindarkan.
(4) Kemoterapi harus dimulai sedini mungkin.
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Prokarbazin kapsul Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa pada kea-
berisi 50 mg zat aktif. Dosis oral pada orang dewa- daan dini jumlah sel kanker lebih sedikit dan
sa: 100 mg/m' sehari sebagai dosis tunggal atau fraksi sel kanker yang dalam pertumbuhan (yang
terbagi selama minggu pertama, diikuti pemberian sensitil terhadap obat) lebih besar. Selain itu ke-
150-200 mg/m2 sehari selama 3 minggu berikutnya, mungkinan terdapatnya klonus resisten terhadap
kemudian dikurangi menjadi 1 00 mg/m'sehari sam- obal (drug resisfanl c/onus) lebih kecil; obat lebih
pai hitung leukosit di bawah 4000/m'atau respons sukar mencapai bagian dalam tumor yang besar
maksimal dicapai, Dosis harus dikurangi pada karena buruknya vaskularisasi; dan pasien dengan
pasien dengan gangguan hati, ginjal dan sumsum tumor yang kecil umumnya masih berada dalam
tulang. kondisi umum yang baik sehingga lebih tahan ter-
Dalam kombinasi dengan obat lain digunakan hadap efek samping kemoterapi dan sistem per-
100 mg/m2 prokarbazin sehari (dewasa dan anak) tahanan tubuhnya masih utuh.
selama 14 hari dalam 1 bulan. Bila mungkin peng-
(5) Kemoterapi harus tertuju kepada sel kanker
obatan diteruskan selama 6 bulan. Dosis disesuai-
kan berdasarkan hasil pemeriksaan darah. tanpa menyebabkan gangguan menetap pada jari-
ngan normal. Obat kanker yang ada pada saat ini
umumnya bersifat sitotoksik, baik terhadap sel nor-
mal maupun sel kanker. Toksisitas terhadap sel
3. PRINSIP KEMOTERAPI KANKER normal selalu ter,iadi. Tetapi kenyataan bahwa ke-
moterapi dapat menghasilkan pemulihan jangka
Suatu tumor ganas harus dianggap sebagai panjang pada leukemia limfositik akut membuktikan
sejumlah sel yang seluruhnya harus dibasmi (total bahwa penyembuhan kanker dapat dicapai dengan
cell-killed). Perpanjangan hidup pasien berbanding kemoterapi. Sel-sel yang cepat berproliferasi peka
langsung dengan jumlah sel yang berhasil dibasmi terhadap pengobatan, tetapi untunglah kira-kira
dengan pengobatan. Hal-hal di bawah ini perlu di- 15% sel sumsum tulang berada dalam keadaan
pertimbbngkan dalam perencanaan pengobatan. istirahat sehingga tidak peka terhadap obat.
Antikanker 701

Sel sistem imun yang juga rusak akibat kemo- masing obat harus diberikan pada masa siklus sel,
terapi menyebabkan infeksi lebih mudah terjadi dan di mana obatnya paling efektif.
juga memberi peluang untuk pertumbuhan tumor. Dosis masing-masing obat pada terapi kom-
Agaknya"respons imun selular memegang peran binasi harus ditentukan melalui penelitian alau pe-
penting dalam pertahanan tubuh terhadap kanker. ngalaman yang disertai pengetahuan mendalam
Penelitian akhir-akhir ini mendapatkan bahwa ke- mengenai larmakologi obat maupun penyakitnya.
moterapi tambahan pada tumor paru, setelah pem- Kemoterapi kombinasi telah terbukti efektif
bedahan yang potensial kuratif, memperlihatkan pada leukemia akut, penyakit Hodgkin, limfoma
lrekuensi kekambuhan (recurrence rate) yang lebih non-Hodgkin, karsinoma mama, karsinoma testis,
tinggi, diduga akibat elek imunosupresil kemo- karsinoma ovarium, karsinoma saluran cerna, neu-
terapi. roblastoma pada anak, tumor Wilms dan sarkoma
osteogenik. Alkilator (klorambusil) dan vinblastin
(6) Silat pertumbuhan tumor ganas harus men- memberikan efek aditil atau sinergistik pada penya-
jadi pertimbangan. Pertumbuhan tumor mengikuti
kir Hodgkin.
fungsi Gompertzian, mula-mula bersifat ekspo- Kombinasi tioguanin dan sitosin arabinosid
nensial kemudian bersifat lambat (banyak sel ber- atau metotreksat dan sitosin arabinosid bekerja
ada dalam Go). Apabila populasi tumor dikurangi sinergistik untuk mengobati leukemia. Pada kom-
misalnya dengan radiasi atau penyinaran maka sel binasi terakhir ini jarak waktu antara pemberian
sisa berkembang secara eksponensial kembali dan kedua obat sangat kritis (penting) untuk men-
menjadi lebih peka terhadap kemoterapi. Protokol capai elek maksimum. Jarak waktunya tidak boleh
pengobatan atas dasar lersebut telah diterapkan melebihi beberapa jam saja.
pada manusia. Juga mungkin bahwa pada waktu Satu contoh lagi di mana jarak waktu sangat
tumor primer tidak tumbuh pesat lagi, anak sebar- penting ialah kombinasi antara metotreksat dan as-
nya masih dalam pertumbuhan eksponensial se- paraginase. Bilamana asparaginase diberikan 24
hingga lebih peka terhadap kemoterapi. jam setelah metotreksat, ditemukan elek antikanker
(7) Beberapa sitostatik dan hormon memperlihat- yang sinergistik terhadap beberapa tumor limfoid
kan efek selektif relatil terhadap sel dengan tipe eksperimental dan leukemia limfosit akut pada
histologik tertentu. 5- fluorourasil lebih elektif ter- manusia.
hadap tumor gastrointestinal daripada terhadap Prednison dengan dosis tinggi telah diguna-
tumor payudara, dan bleomisin lerutama efektil ter- kan dengan satu atau lebih obat (vinkristin, siklofos-
hadap kanker kulit. Hormon kelamin terutama efek- lamid, metotreksat atau 6-merkaptopurin) untuk
tif terhadap tumor payudara, tumor prostat dan mengobati leukemia akut dan leukemia limfoblastik
pada anak. Jumlah pasien yang mencapai remisi
tumor endometrium yang lisiologik dipengaruhi hor-
mon tersebut; demikian juga kortikosteroid terha- dengan salah satu kombinasi ini lebih besar dari-
pada dengan masing- masing obat tunggal.
dap tumor limfoid.
Beberapa tahun terakhir ini ditemukan laktor
(8) Terapi kombinasi. Dasar pemberian dua atau perangsang koloni- makrolag (macrophage-coloni
lebih antikanker ialah untuk mendapatkan siner- stimulating factor, M-CSF), laktor perangsang
gisme tanpa menambah toksisitas. Selain mening- koloni-granulosit (granulocyte-coloni stimulating
katkan indeks terapi, kemoterapi korhbinasi mung- facfor, G-CSF), laktor penstimulasi granulosit-ma-
kin juga dapat mencegah atau menunda terjadinya krofag (GM-CFS) dan faktor perangsang multipo-
resistensi terhadap obat-obat ini. Untuk mencapai tensial (multi-GFS). Zat perangsang ini didapat de-
hasil yang baik terapi kombinasi harus memenuhi ngan leknik kloning. Data sementara menyimpulkan
syarat-syarat sebagai berikut: masing-masing obat bahwa faktor perangsang ini menurunkan insideis
harus memiliki mekanisme kerja yang berbeda, efek inleksi sehubungan depresi sumsum tulang akibat
toksik masing-masing obat harus berbeda, se- kemoterapi, mengurangi lama perawatan dan me-
hingga dapat digunakan dengan dosis maksimum mungkinkan pemberian dosis antikanker yang lebih
yang masih dapat diterima pasien, dan masing- tinggi untuk membasmi sel kanker.
Farmakologi dan Terapi

48. IMUNOSUPRESAN
Dian Tirza dan Tony Handoko

1. Pendahuluan 3.2. Hubungan antara obat imunosupresan dan


2. Dasar imunologi kemoterapi
3. Obat-obat imunosupresan 3.3. Beberapa obat imunosupresan
3.1. Mekanisme kerja dan pilahan obat imuno- 3.4. Penggunaan klinik dan pemilihan sediaan
supresan

1. PENDAHULUAN reaksi yang bertujuan mempertahankan keutuhan


dirinya, Untuk ini, makhluk yang paling primitif me-
Dalam ilmu kedokteran, imunitas pada mula- miliki mekanisme fagositosis. Makhluk hidup filo-
genetik yang lebih tinggi, misalnya vertebrata, ter-
nya berarti resistensi relatif terhadap suatu mikroor-
ganisme. Flesistensi terbentuk berdasarkan masuk manusia, memiliki mekanisme imunologik di
respons imunologik. Selain membentuk resistensi samping mekanisme lagositosis tadi.
terhadap suatu infeksi, respons imun juga dapat Zat asing yang bersifat antigen (Ag) masuk
mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit. Oleh ke dalam tubuh manusia dan oleh makrolag atau
karena itu, pada masa sekarang arti respons imun monosit mengalami tagositosis (lihat Gambar 48-1).
sudah lebih luas, yang pada dasarnya mencakup Sifat antigenik dibedakan dengan sifat imunogenik,
pengertian pengaruh zat atau benda asing bagi Sifat imunogenik dimaksudkan sebagai daya res-
pons imun, sedangkan sifat antigenik ialah daya
suatu mahluk hidup, dengan segala rangkaian keja-
bereaksi khusus dengan antibodi (Ab) yang sesuai
dian yang melibatkan sistem retikuloendotelial.
suatu zat. Ag yang tidak mengalamifagositosis oleh
Rangkaian kejadian yang dimaksud mencakup
netralisasi, metabolisme ataupun penyingkiran zat makrolag dapat saja bersifat imunogenik, Tetapi
pada umumnya, Ag yang telah difagositosis oleh
asing tersebut dengan atau tanpa akibat berupa
gangguan pada mahluk hidup yang bersangkutan. makrofag memiliki sifat imunogenik lebih kuat.
Selanjutnya makrolag akan berkontak erat de-
Sekarang pengertian dasar imunologik sudah
berkembang demikian rupa, sehingga telah ditemu- ngan sel imunokompeten yaitu sel limfoid dari sis-
tem retikuloendotelial. Antigen yang telah diaktifkan
kan cara pengobatan penyakit imunologik secara
oleh sel plasma akan merangsang sel limloid dalam
lebih terarah.
proses imunologik selanjutnya. Sel limlosit terdiri
Dalam bab ini dibicarakan obat yang menekan
dari dua jenis sel, yaitu sel B dan sel T.
respons imun. walaupun umumnya imunosupresan
merupakan sitostatik atau turunannya, pembahas- Pada kontak pertama, di bawah pengaruh
an akan dibatasi pada hal-hal yang berhubungan rangsang Ag, sel B akan berdiferensiasi dan berpro-
dengan sifat imunosupresinya saja dengan terlebih
liferasi menjadi sel plasma yang menghasilkan Ab
dulu meninjau dasar-dasar imunologi secara sing- reaksi imun humoral. Sedangkan sel f ghymus
kat. Gambar 48-1 akan digunakan memudahkan derived) akan menjadi sel T yang tersensitisasi,
pembahasan.
yang menghasilkan lymphokines, reaksi imun
selular. Sel plasma merupakan sel penghasil Ab
yang jauh lebih efisien, dibanding dengan sel B. Hal
ini antara lain dapat terlihat pada ultrastruktur sel
2. DASAR IMUNOLOGI plasma tersebut. Di samping itu, dilerensiasi dan
proliferasi sel B dan T juga menghasilkan sel me-
Masuknya suatu zat asing ke dalam tubuh mori. Pada kontak ulang dengan Ag yang sesuai,
suatu makhluk hidup akan menimbulkan berbagai sel memori tersebut akan lebih cepat berproliferasi
lmunosupresan 703

y"::g".19
kedaamt** A.@
?t
Pengenalan Ag
@@ Sel B Sel T

Fagositosis &
imunogenik oleh
pengolahan Ag
selB&selT
oleh makrolag

Proliferasi &
diferensiasi
selB&selT
D@
Y
sel B sel T

Pembentukan

I
Sel B memori Sel T memori NHz

@**qh.ffi
Pembentukan sel T

,@
(Y g Pembentukan
lgL-+ yang tersensitisasi

on sel plasma
yang mengha-
silkan Ab COOH 6OOH

I
l:T?::T-Tl' \ r\( Pembebasan limfokin:

A)\
oleh sel plasma Faktor kemotaksis
Faktor penghambat migrasi
Faktor aktivasi makrof ag
Faktor agregasi
Limfotoksin, dsb.

I i I
I

lgE pada lgM & lgG Proses Pengrusakan iaringan:


sel mast free circulating a.l. akibat inliltrasi dan
Ag
lv aktivasi makrolag
I Pembentukan KomPleks
Pembebasan Ag-Ab
mediator kimia: Pengikatan
histamin komplemen
serotonin Presipitasi, I
kinin plasma, dsb. aglutinasi, v
,t inaktivasi, Fagositosis,
tagositosis lisis, dsb.
Reaksi
Anafilaksis

Gambar 48-1. Tahap-tahap rangkaian respons imunologik


704 Farmakologi dan Terapi

menjadi sel plasma dan sel T yang tersensitisasi. faktor transler (Transfer FactorfiF), faktor peng-
Secara histologis, sel ini dikenal sebagai sel pironi- hambat migrasi (Migration lnhibitory Factorl MIF),
nofilik (mengikat zat warna pironin) yang berukuran laktor kemotaksis (Che,r,rota ctic FactorlCF), laktor
besar dan diduga merupakan sel prekursor limfosit. aktivasi makrolag (Macrophage Activating Factorl
Sel T merangsang sel B untuk berproliferasi MAF) dan sebagainya. Faktor-faktor ini mengaki-
dan bertransformasi menjadi sel penghasil Ab. Jadi, batkan antara lain, terkumpulnya makrofag di seki-
di samping peranannya dalam respons imun selu- tar tempat penglepasan MlF, dan aklivasi fago-
lar, sel T juga mempengaruhi sel B berkembang sitosis makrofag tersebut oleh MAF. Karena kerja-
menjadi sel penghasil Ab. Antigen yang melibatkan nya yang nonspesifik, maka makrofag teraktivasi
sel T ini dinamakan Ag dependen timus (Thymus- (activated macrophages) ini tidak hanya menghan-
dependent antigens) yang biasanya berbentuk kon- curkan Ag spesifiknya, tetapi juga Ag lainnya dan
jugat hapten-protein. sel-sel tubuh normal sehingga menimbulkan keru-
Menurut leori cell surveillance, sel T mampu sakan jaringan.
mengenal protein pembawa (canier specific pro- Penyakit yang patogenesisnya dapat dijelas-
le/n). Sedangkan sel B mampu mengenal hapten kan berdasarkan reaksi imunologik dapat dibagi
(hapten specific). Beberapa Ag alamiah bersilat in- dalam tiga kelompok, berdasarkan asal/silat anti-
dependen timus (thymus independent antigens), gennya : (1 ) penyakit akibat Ag eksogenik, misalnya
misalnya polisakarida pneumokokus dan endotok- asma bronkial, urtikaria dan penyakit serum yang
sin bakteri karena dapat merangsang sel B dengan umumnya dikenal sebagai reaksialergi; (2) penyakit
atau tanpa bantuan sel T untuk bertranslormasi akibat Ag homolog, misalnya reaksi translusi darah,
menjadi sel penghasil Ab. reaksi penolakan pada bedah cangkok; dan (3)
Kesanggupan sel limfosit untuk dirangsang penyakit akibat Ag autolog, yang disebut penyakit
oleh Ag imunogenik ditentukan oleh sifat genetik autoimun, misalnya penyakit lupus eritematosus
sel. Akibatnya, setiap sel B hanya mampu meng- sistemik (SLE), tiroiditis, glomerulonelritis. Masing-
hasilkan satu jenis Ab saja. Sekelompok sel B masing kelompok penyakit ini dapat terjadi berda-
sejenis disebut klon. Bahwa terdapat berbagai klon sarkan reaksi imun humoral ataupun selular. Pe-
yang masing-masing dapat bereaksi hanya dengan nyakit yang sering dijumpai sehari-hari ialah kelom-
satu jenis Ag saja adalah prinsip dari Teori Seleksi pok pertama; yang pengobatannya lebih banyak
Klon (clonal se/ecfibn theory) (lihat Gambar 4B-2). bersifat simtomatik. Sasaran terapi dalam hal ini
Ab spesifik dapat mengikat Ag yang sesuai, pada umumnya belum tertuju pada tahap lebih dini
sehingga terbentuk kompleks Ag-Ab. Selanjutnya dalam rangkaian reaksi respons imun.
dapat timbul berbagai peristiwa biokimiawi pada Ag
yang bersangkutan, umpamanya: presipitasi (ter-
hadap Ag yang larut); aglutinasi (terhadap Ag yang
berupa partikel); inaktivasi (terhadap virus, toksin);
lisis (terhadap eritrosit); ataupun fagositosis (ter- 3. OBAT-OBAT IMUNOSUPRESAN
hadap bakteri). Dalam keadaan tertentu, kompleks
Ag-Ab akan melibatkan sistem komplemen dalam Kerja obat imunosupresan berdasarkan peng-
respons imun. Dengan liksasi berbagai komponen, hambatan/supresi reaksi umum secara dini. Pada
komplemen, akan terjadi lisis terhadap eritrosit atau Gambar 48-3 menunjukkan tempat kerja obat imu-
peningkatan terjadinya fagositosis oleh makrolag. nosupresan dalam mengatasi manifestasi imunolo-
Jadi jelaslah, bahwa apabila Ag-nya merupakan gik. Selain dengan obat, imunosupresi dapat juga
salah satu komponen jaringan tubuh, maka akan diperoleh dengan memanipulasi jumlah Ag dan Ab
terjadi pengrusakan jaringan tersebut. dalam tubuh. Penggunaan imunosupresan bertu-
Pada sistem respons imun selular diperlukan juan untuk mendapatkan toleransi spesi{ik (ter-
interaksi kuat anlara sel T dengan Ag imunogenik arah), yaitu toleransi terhadap suatu antigen ter-
yang telah mengalami proses dalam makrofag. tentu saja. Alasan dikehendakinya suatu toleransi
Patogenesis penyakit berdasarkan respons spesilik, dan bukan umum, ialah karena toleransi
imun selular dimulai dengan interaksi Ag spesifik umum dapat membahayakan individunya; khusus-
dengan sel T yang tersensitisasi. Akibat interaksi nya memudahkan timbulnya penyakit infeksi berat.
tersebut, sel T yang tersensitisasi akan membebas- Tetapi sayangnya toleransi spesifik seringkali sulit
kan limfokin, yaitu berbagai faktor terlarut misalnya dicapai.
lmunosupresan 7A5

V \-/ I
Selektif

66 Sel limlosit
?
@

J-
(@
Proliferasi KIon

,/ \

Sel B
@
-/
\---:
Maturasi
0 CI oe/\

/\ 1\ \l\
Sintesis Ab

Iu Hil uuIu
Gambar 48-2. Teori seleksi klon
706
Farmakologi dan Terapi

Komplemen

Allograft

__ Siklosporin

/," ILN
\

@::ri*''*

Gambar zl8-3. Target kerja dari obat


imunosupnesan
Singkatan: lL -interlukin;
CDs - celt difierentiatiorl complex g;
OKT 3 - mul;n. monoklonal y"ng langsung
melawan epitop CD3"niibodi
TNF - tumor n6krosis laktor
MCH Il - major histocompatjbitity c/ass // anrgens
lmunosupresan 707

Perlu dimengerti bahwa bila Ag masih ter- Berdasarkan fasejase tersebut diatas, imu-
dapat dalam tubuh, reaksi imunologik akan muncul nosupresan dibagi dalam tiga kelas. lmunosupre-
kembali dengan penghentian pemberian imunosu- san kelas I harus diberikan sebelum lase induksi,
presan.' yaitu sebelum terjadi perangsangan oleh Ag. Jadi,
kerjanya adalah merusak limfosit imunokompeten
(limfolitik). Contohnya: alkilator radiomimetik dan
3.1. MEKANISME KERJA DAN PILAHAN kortikosteroid (sinar X juga bekerja pada lase ini).
OBAT IMUNOSUPRESAN Jika diberikan setelah terjadi perangsangan oleh
Ag, biasanya tidak diperoleh efek imunosupresil
Efek imunosupresi dapat dicapai dengan sehingga respons imun dapat berlanjut terus.
salah satu cara berikut: menghambat proses
(1 ) lmunosupresan kelas ll adalah yang harus
fagositosis dan pengolahan Ag menjadi Ag imuno- diberikan dalam fase induksi; biasanya satu atau
genik oleh makrofag; (2) menghambat pengenalan dua hari setelah perangsangan oleh Ag berlang-
Ag oleh sel limloid imunokompeten; (3) merusak sung. Obat golongan ini bekerja menghambat pro-
sel limloid imunokompeten; (4) menekan diferen- ses diierensiasi dan prolilerasi sel imunokompeten,
siasi dan prolilerasi sel imunokompeten, sehingga misalnya antimetabolit. Jika diberikan sebelum ada-
tidak terbentuk sel plasma penghasil Ab, atau sel T nya perangsangan oleh Ag, umumnya tidak mem-
yang tersensitisasi untuk respons imun selular; dan perlihatkan elek imunosupresif; malahan sebalik-
(5) menghentikan produksi Ab oleh sel plasma, nya, beberapa obat tersebut justru dapat mening-
serta melenyapkan sel T yang tersensitisasi yang katkan respons imun, umpamanya azatioprin dan
telah terbentuk. Beberapa imunosupresan mem- metotreksat. Bagaimana mekanisme terjadinya hal
pengaruhi berbagai reaksi respons imun, umpama- yang disebut belakangan belum diketahui dengan
nya reaksi inllamasi. pasti.
Secara praktis, di klinik penggunaan obat imu- lrnunosupresan kelas lll memiliki sifat imu-
nosupresan berdasarkan waktu pemberiannya. nosupresan kelas I maupun kelas ll. Jadi, golongan
Untuk itu, respons imun dibagi dalam dua lase. ini dapat menghasilkan imunosupresi bila diberikan
Fase pertama adalah lase induksi, yang meliputi: sebelum maupun sesudah adanya perangsangan
(1 ) fase pengolahan Ag oleh makrofag, dan penge- oleh Ag.
nalan Ag oleh limlosit imunokornpeten; (2) fase Pilahan imunosupresan dapat dilihat dalam
proliferasi dan dilerensiasi sel B dan sel T, masing- Tabel 48-1 . Dari obat yang tertera dalam tabel ter-
masing untuk respons imun humoral dan selular. sebut hanya beberapa saja yang telah lazim diguna-
Fase kedua : fase produksi, yaitu lase sintesis kan sebagai imunosupresan, yaitu : (1 ) alkilator:
aktif Ab dan limfokin. siklofoslamid dan klorambusil: (2) antimetabolit:

Tabel 48-1 . PILAHAN IMUNOSUPBESAN

Kelas I Kelas ll Kelas lll

Busulfan Klorambusil Siklofosf amid


L-Melfalan Metotreksat Prokarbazin
D-Melfalan Azatioprin
Glukokortikoid : 6-Merkaptopurin (6-M P)
Prednison Sitarabin (ARA-C)
Prednisolon 5-Bromo-deoksiuridin (5-BUdR)
Glukokortikoid lainnya 5-Fluoro-deoksiuridin (5-FUdR)
Mitomisin C 5-Fluorourasil (5-FU)
Kolkisin Vinblastin (VBL)
Fitohemaglutinin Vinkristin (VcR)
Sinar-X Siklosportn.

* paling elektil bila diberikan bersamaan dengan antigen.


708
Farmakologi dan Terapi

azatioprin dan 6-merkaptopurin (analog purin), Perbedaan yang kedua ialah sewaktu obat
metotreksat (analog folat); (3) kortikosteroid: pred_ sitotoksik digunakan untuk imunosupresi, umum_
nisolon, prednison; dan (4) siklosporin. nya diberikan dosis rendah harian untuk meng_
. Obat yang digunakan sebagai imunosupresan hambat imunoproliferasi jangka panjang. Tetapi
sebagian besar termasuk dalam golongan obat dalam terapi kanker, obat ini diberikan secara inter-
kelas ll, contohnya azatioprin, 6-merkaptopurin, miten dengan dosis tinggi setiap 3-6 minggu.
klorambusil dan metotreksat. Efek utama obat ke-
lompok ini ialah menghancurkan sel yang sedang
berproliferasi, maka tahap prolilerasi dan diferen- 3.3. BEBERAPA OBAT IMUNOSUPRESAN
siasi umumnya merupakan lase yang lebih sensitil
daripada tahap lainnya. Obat-obat ini paling efektif
bila diberikan beberapa hari setelah berlangsung- Berikut akan dibahas mengenai beberapa
nya stimulasi Ag yaitu pada periode dengan sensi-
obat imunosupresan yang penting.
tivitas maksimal,
lmunosupresan kelas lll yang telah banyak
digunakan sampai kini hanyalah siklofosfamid. Efek AZATIOPRIN
imunosupresif dapat diperoleh, bila diberikan sebe_
lum maupun sesudah berlangsungnya stimulasiAg, Banyak obat kemoterapi kanker menimbulkan
tetapi elek initerkuat pada pemberian beberapa hari toksisitas pada sumsum tulang dan imunosupresi.
setelah stimulasi Ag berlangsung. Elek ini digunakan untuk mencegah penolakan
Golongan imunosupresan kelas I yang telah cangkok organ. Azatioprin sudah dipergunakan
digunakan sampai kini hanyalah glukokortikoid, selama 20 tahun untuk menekan penolakan dari
khususnya prednisolon dan prednison. cangkok ginjal dan sudah merupakan prosedur
yang diterima.
Dalam tubuh, azatioprin dipecah oleh glutation
3.2. HUBUNGAN ANTARA OBAT IMUNO. menjadi merkaptopurin yang akan mempengaruhi
sintesis dan penggunaan prekursor RNA dan DNA.
SUPRESAN DAN KEMOTERAPI Pemberian allopurinol bersama azatioprin
akan menimbulkan bahaya takarlajak dengan aza-
Walaupun tampaknya ada tumpang tindih an- tioprin, karena oksidasi merkaptopurin menjadi me-
tara obat imunosupresan dan obat kemoterapi kan_ tabolit yang tidak aktil oleh xanthin oksidase akan
ker, ada perbedaan prinsip yang jelas dalam peng- menurun oleh allopurinol.
gunaannya, Pertama, karakter dan kinetik dari Pengobatan dengan azatioprin dengan siklo-
proliferasi sel kanker tidak identik dengan proli- sporin dan prednison telah dilakukan dibeberapa
ferasi sel imun dan berbeda sifat dalam imunosu- pusat center untuk menekan penolakan cangkok
presi. Misalnya, prolilerasi sel kanker ierjadi secara organ, tetapi kombinasi ini dapat meningkatkan ter-
spontan, tetapi proliferasi sel imun biasanya meru_ jadinya keganasan dan komplikasi inleksi. Dokter
pakan respons Ag yang spesifik. pembelahan hanya menggunakan kombinasi ini, bila pemberian
sel kanker individual di dalam populasi yang siklosporin dan prednison saja tidak berkasiat. Aza-
besar, terjadi secara random dan unsynchro- tioprin juga dipergunakan untuk pengobatan artritis
nized. Sedangkan proliferasi sel imun berupa reumatoid berat yang refrakter.
ledakan pembelahan mitotik synch ronized dan ter- Toksisitas terhadap darah seperti leukopenia
jadilah kekebalan yang spesifik setelah mengenal dan trombositopenia harus dimonitor dengan baik
Ag. Sitotoksik yang digunakan pada awal terpajan- sebagai petunjuk penentuan dosis azatioprin. Elek
nya antigen asing (misalnya pada cangkok ginjal), samping mual, muntah, biasa terjadi tetapi peng-
akan merusak sebagian besar dari sejumlah kecil obatan tidak perlu dihentikan.
sel prekursor, Hal ini, terjadi karena antigen cende- SEDIAAN DAN DOSIS. Azatioprin untuk pemberi-
rung merangsang prolilerasi klon selektif daripada an oral terdapat dalam bentuk tablet S0 mg dan
semua klon sel imun. Dengan demikian tidak ter_ untuk intravena dalam bentuk vial berisi 100 mg.
jadi produksi klon imun yang tidak diinginkan (anti- Dosis prolilaksis adalah 3-10 mg/kgBB/hari, diberi-
bodi terhadap ginjal cangkok). Sebaliknya, hal ini kan 'l -2 hari sebelum cangkok ginjal atau pada hari
tidak dapat dilakukan dalam terapi kanker. operasi, untuk dosis penunjang 1-3 mg/kgBB/hari.
Imunosupresan
709

Pengobatan artritis reumatoid dimulai dengan dosis siklofosfamid menginaktivasi sel prekursor dan me-
1 mg/kgBB/hari. Selama 6-9 minggu setelah itu nurunkan populasi sel B dengan jelas. Bila diberi-
dosis diturunkan perlahan-lahan sampai maksimum kan 1-2 hari sesudah Ag masuk, obat ini mematikan
2,5 mg/kgBB. sel B yang sedang berproliferasi. pada manusia,
efeknya lebih jelas bila diberikan satu atau dua hari
setelah stimulasi Ag. Walaupun respons Ab primer
METOTREKSAT
ditekan, sedikil pengaruhnya terhadap respons se-
kunder. Kadang-kadang Ab-lgE meningkat, mung-
Metotreksat merupakan antineoplasia, digu-
kin karena inaktivasi sel supresor. pemberian siklo-
nakan sebagai obat tunggal atau kombinasi dengan
fosfamid beberapa hari sebelum imunisasi, umum-
siklosporin dalam mencegah penolakan cangkok
nya meninggikan imunitas selular. pada marmot
sumsum tulang. Metotreksat juga berguna untuk
dan tikus, respons hipersensitivitas larnbat (delayed
penyakit autoimun dan peradangan tertentu. Meto-
hipersensitivitl meningkat dan jumlah bakteri yahg
treksat merupakan penghambat kuat enzirn
dibutuhkan untuk menimbulkan respons tersebut
dihidrololat reduktase, sehingga akan menimbulkan
berkurang.
efek pada biosintesis timidilat dan purin.
Di dalam tubuh, siklofosfamid harus diaktifkan
Aktivitas imunosupresi dari obat ini menunjuk-
dulu oleh enzim mikrosom di hati. Karena itu peng-
kan hambatan replikasi dan fungsi dari sel T dan
gunaan bersama obat lain yang mempengaruhi sis-
mungkin sel B karena adanya efek terhadap sintesis
tem enzim ini, antara lain fenobarbital dan glukokor-
DNA secara selektif. Pada penderita leukemia yang
dilakukan tindakan cangkok sumsum tulang, kam-
tikoid, memerlukan penyesuaian dosis untuk
masing-masing obat yang berinteraksi tersebut,
buhnya leukemia lebih jarang bila diberikan meto-
guna memperoleh efek yang optimal.
treksat dibandingkan pemberian siklosporin. lni
Siklofosfamid, selain pada bedah cangkok,
mungkin disebabkan efek anti-leukemik intrinsik
juga digunakan pada artritis reumatoid, sindrom
dari metotreksat.
nefrotik (terutama pada anak) dan granulomatosis
Metotreksat akhir-akhir ini disetujui untuk di-
pergunakan dalam pengobatan artritis reumatoid Wegener; penggunaannya pada penyakil lainnya
masih perlu diteliti lebih lanjut. Dosis berkisar antara
yang aktif dan berat pada orang dewasa dan pada
1,5-3 mg/kgBB sehari. Pada artritis reumatoid, bia-
psoriasis yang sudah refrakter terhadap obat lain.
sanya respons klinis diperoleh bersamaan dengan
Untuk artritis reumatoid, dosis metotreksat yang
timbulnya leukopenia (2500-4000/ml). Untuk meng-
biasa digunakan adalah 7,5 mg sekali seminggu. lni
hindari bahaya infeksi berat, jumlah sel pMN diusa-
dapat diberikan secara terbagi 3 kali dalam interval
hakan paling sedikit 1.000/ml. Pada sindrom nefro-
12 jam. Dosis dapat ditingkatkan perlahan-lahan
tik anak yang sering kambuh dengan terapi korti-
sampai maksimum 20 mg per minggu. Untuk pso-
kosteroid, siklofosfamid dapat mempertahankan
riasis dapat diberikan dengan dosis yang sama.
remisi yang dihasilkan kortikosteroid, bahkan juga
Pada pengobatan jangka lama dengan meto-
setelah kedua jenis obat tersebut dihentikan pem-
treksat dosis rendah, maka elek toksik yang dilapor-
beriannya. Hasil terapi pada sindrom nefrotik lebih
kan yaitu terjadinya librosis dan sirosis hati pada
memuaskan daripada artritis reumatoid. Manfaat
3O-4Ooh penderita psoriasis yang diberikan obat
siklofosfamid jelas pada granulomatosis Wegener,
ini. Sedangkan pada pengobatan artritis reumatoid
suatu penyakit yang cepat sekali fatal sifatnya dan
kejadiannya rendah. Kelainan-kelainan ini terutama
tidak banyak dapat dipengaruhi oleh kortikosteroid.
terjadi pada peminum alkohol. Pneumonitis akut
Tetapi, remisi yang diperoleh tidak dapat dikatakan
dan kronik juga terjadi pada artritis reumatoid, berdasarkan mekanisme imunosupresan siklofos-
sedangkan pada psoriasis kejadiannya rendah.
famid, karena dasar penyakit masih belum jelas
Elek toksik ini umumnya reversib6l. Mekanisme dan
terungkap.
laktor risikonya belum diket?lhui.

SIKLOFOSFAMID KORTIKOSTEROID

Secara umum siklofoslamid mengurangi Yang digunakan sebagai imunosupresan ada-


respons imun humoral dan meningkatkan respons lah glukokortikoid yaitu prednisolon dan prednison.
imun selular. Bila diberikan sebelum Ag masuk, Terhadap respons imun humoral, efek glukokor-
710
Farmakologi dan Terapi

tikoid belum dapat disimpulkan secara tuntas; yang Target molekuler dari siklosporin adalah protein
jelas terlihat ialah pengurangan jumlah imunoglo_
yang disebut siklofilin. protein ini akan mengikat
bulin. Terhadap respons imun selular, glukokor_
siklosporin dengan kuat dan protein ini terutama
tikoid'menghambat efek MIF sehingga makrolag
ada di jaringan limfoid. Hubungan langsung antara
dibebaskan dari jeratan di sekitar tempat pembe_
target molekuler dan efek penghambatan produksi
basan MIF dan jaringan setempat terhindar dari
interleukin-2 secara cepat oleh I hetper sel masih
kerusakan akibat penghancuran oleh makrofag.
belum dapat dibuktikan.
Dalam hal ini, efek glukokortikoid sebenarnya ter-
jadi berdasarkan mekanisme anti inflamasi. FARMAKOKINETTK. Bioavailabilitas siklosporin
pada pemberian oral berkisar anta r a 20-50%, kadar
SEDIAAN DAN DOSIS. Dosis prednison 1-2 mg/
puncak dalam plasma tercapai dalam 3-4 jam; 60_
kgBB secara oral atau parenteral menimbulkan elek
70o/o dari obat ini dalam darah berada pada eritrosit.
imunosupresi pada limfoid, neutrofil dan monosit.
Masa paruh bervariasi, rata-rata 6 jam. Sangal se_
Dosis lebih besar dari 2 mg/kgBB tidak meningkat_
kan efek terapi, tetapi meningkatkan elek samping dikit siklosporin alau metabolitnya yang dieksl:resi
obat. Pada peradangan akut yang sedang mulai melalui urin. Umumnya diekskresi melalui empedu
nekrotik, pemberian dosis harian terbagi lebih disu_
sesudah dimetabolisme di dalam hati. Ada,nya
gangguan lungsi hati atau pemberian obat yang
kai daripada pemberian berselang (intermiten) pada
mempunyai efek pada aktivitas enzim sitokrom p+so
awal pengobatan. Bila penyakit atau peradangan
relatif stabil, dianjurkan pemberian berselang, akan menimbulkan perubahan dramatis dalam eli-
rninasi siklosporin. Penderita yang mendapat cbat
karena cara ini menguntungkan ditinjau dari segi
elek sampingnya. Banyak jadual pengobatan telah lenitoin, lenobarbital, trimetoprim-sulfametoksazol,
dicoba. Yang paling populer ialah pemberian ber_ dan rifampisin akan meningkatkan bersihan siklo-
selang dengan dosis dobel dan dosis harian. pada sporin. Juga dapat menimbulkan penolakan o gan
erupsi akibat obat yang hebat misalnya eritema cangkok karena menurunnya kadar siklosporin
dalam darah.
multiform yang mengenai membran mukosa salur-
Obat yang dapat menurunkan bersihan siklo-
an cerna, sebaiknya diberikan lV, karena adanya
gangguan absorpsi akibat rusaknya mukosa salur- sporin seperti eritromisin, ketokonasol atau am_
poterisin B dapat meningkatkan toksisitas siklo-
an cerna,
sporin, bila kadar siklosporin di dalam darah tidak
dimonitor dengan baik.
SIKLOSPORIN (Cyctosporin A)
TOKSISITAS Kl_tNtK. Efek toksik utama sik-
losporin ialah pada ginjal dan efek ini terjadi pada
Siklosporin berasal dari jamur Tolypoctadium
25-75% penderita yang diberikan obat ini. Efek tok-
inflatum gams. Siklosporin mempunyai efek imuno_
sik ini tergantung besarnya dosis yang diberikan
supresan karena mempunyai kemampuan yang se- dan silatnya reversibel, biasanya perlu dilakukan
lektif dalam menghambat sel T. Siklosporin tidak modifikasi dosis bila terjadi efek toksik.
menimbulkan penekanan pada sumsum tulang se_ Kadar kreatinin dan ureum dalam plasma me-
perti imunosupresan golongan sitotoksik. rupakan petunjuk untuk mengatur dosis, hanya ke-
Siklosporin menyebabkan menurunnya pro- sulitannya penolakan ginjal cangkok menimbulkan
duksi dan penglepasan limfokin dalam respons tanda-tanda yang sama dengan tanda-tanda efek
untuk merangsang antigenik. pada konsentrasi toksik; tetapi dengan biopsi ginjal, hal ini dapat
yang lebih tinggi, siklosporin menghambat ekspresi dibedakan.
dari reseptor interleukin-2. Walaupun siklosporin Hipertensi (10-15% peningkatan tekahan
dapat menghambat aktivasi T-helper sel, siklospo_ darah) terlihat pada lebih 30% penderita dengan
rin tidak mencegah stimulasi klonal ekspansinya cangkok ginjal, hati atau jantung yang mendapatkan
oleh interleukin-2. Hal ini berkaitan dengan ekspresi siklosporin. Toksisitas pada saraf juga terlihat pada
penderita dengan cangkok hati, gemetar pada lebih
dari sel supresor pada konsentrasi yang meng-
50% dan kejang- kejang pada 5% penderita. l-lampir
hambat induksi sitotoksik sel T.
50% penderita yang mendapatkan siklosporin, akti-
Siklosporin harus diberikan sebelum sel T ber-
vitas enzim transaminase dan bilirubinnya di dalam
proliferasi (lihat Gambar 48-3) akibat pajanan anti- plasma meningkat. Kelainan ini akan menghilang,
gen spesifik, tetapi obat ini tidak bersilat sitotoksik. bila dosis obat diturunkan, Pengobatan dengan si-
lmunosupresan 711

klosporin dihubungkan dengan meningkatnya keja- nya toksisitas akibat pemberian siklosporin. Alasan-
dian infeksi, tetapi elek ini kurang menonjol diban- nya, pada biopsi cangkok umumnya mempunyai
dingkan dengan pengobatan imunosupresan potensi untuk menolak. Kadar siklosporin di dalam
lainnya. Terjadinya keganasan relatif rendah, bila sirkulasi darah dimonilor 24iam setelah pemberian
pengobatan hanya dengan siklosporin. Tapi bila dosis tunggal oral.
obat ini diberikan bersama obat lain, dapat menim- Tanda toksisitas ini perlu dibedakan dengan
bulkan limloma maligna dengan kejadian metas- tanda penolakan cangkok. Bila karena elek toksik,
tasis pada otak yang tinggi. maka dosis harus diturunkan, sedangkan bila kare-
Hirsutisme dan hiperplasia gingiva terlihat na penolakan cangkok, dosis harus ditingkatkan.
pada 1 0-30% penderita yang mendapat siklosporin, Kadar 250-800 ng/ml dalam darah total atau
tetapi reaksi ini tidak mengganggu pengobatan. Sa- 50-300 ng/ml dalam plasma umumnya dapat diteri-
kit kepala, parestesia, muka merah, sinusitis, gine- ma. Pada penderita yang tak dapat mentoleransi
komastia, konjungtivitis dan kuping berdengung pemberian oral diberikan secara intravena (infus)
kadang-kadang terjadi. Meskipun obat ini embrio- perlahan-lahan selama 2-6 jam. Dosis harian (5-6
toksik pada hewan dan penggunaannya pada wa- mg/kgBB) hanya 1/3 dosis oral. Bila penderita su-
nita hamil tidak dianjurkan, tapi dilaporkan bahwa dah dapat mentoleransi pemberian oral, maka se-
banyak kelahiran yang baik selama pengobatan baiknya pemberian intravena segera dihentikan.
dengan siklosporin. Pada penderita cangkok hati sering terjadi
gangguan fungsi ginjal, karena sindroma hepato-
PENGGUNAAN. Siklosporin digunakan terutama renal. Pengobatan sebaiknya dimulai dengan aza-
dalam kombinasi dengan prednison untuk memper- tioprin dan prednison, kemudian diganti kombinasi
tahankan ginjal, hati dan cangkok jantung pada siklosporin dan prednison sesudah fungsi ginjal
transplantasi. Selama 1 tahun cangkok ginjal dari membaik.
mayat dapat dipertahankan 7O-85%, cangkok hati
lebih dari 60%, sedangkan cangkok iantung lebih
dari 80%. Transplantasi dengan pankreas juga ANTIBODI
memberikan hasil yang baik. RH" (D) imunoglobulin. Antibodi ini merupakan
Siklosporin juga dipergunakan pada cangkok bentuk spesifik dalam pengobatan imunologi untuk
sumsum tulang. Uji klinik menuniukkan, bahwa ibu dengan RHo (D) negatil yang terpapar darah
siklosporin mungkin berguna untuk mengobati ber- RHo (D) positif pada perdarahan karena abortus,
bagai penyakit autoimun seperti reumatoid artritis, amniosintesis, trauma abdomen atau kelahiran
glomerulonefritis, aplasia sel clarah merah, uveitis biasa dari janin. Pemberian obat ini akan mengham-
dan psoriasis terutama untuk mengatasi eksaser- bat respons imun dan mengurangi risiko hemolitik
basi akut yang refrakter terhadap obat-obat kon- janin pada kehamilan berikut. Dosis besar obat ini
vensional. dapat diberikan pada penderita transfusi darah
yang tidak cocok.
SEDIAAN DAN DOSIS. Siklosporin diberikan per
oral dalam larutan yang berisi 100 mg/ml (pelarut SEDIAAN DAN DOSIS. RHo (D) imunoglobulin ter-
12,5% etanol dalam minyak). Larutan ini dicampur dapat dalam alat suntik atau vial untuk pemberian
dengan susu atau air jeruk bila hendak diberikan. intramuskular, setiap dosis dapat menetralisir 15 ml
Formula untuk pemberian intravena 50 mg/ml darah merah BHo (D) positif. Dosis besar diper-
(pelarut 33% etanol dalam polioksietil minyak cas- gunakan untuk transfusi darah yang tidak cocok
tor) diencerkan dengan 0,9% NaCl alau 5o/o
atau pada perdarahan fetomaternal.
dekstrose segera sebelum infus. RHo (D) imunoglobulin terbaik diberikan sela-
Pemberian oral dilakukan 4-24 jam sebelum ma72 jam dari kelahiran. RHo (D) imunoglobulin
transplantasi, dengan dosis 15 mg/kgBB. Dosis ini juga terdapat dalam preparat dosis rendah yang
diteruskan 1-2 minggu sesudah operasi. Kemudian,
dapat menetralisir 2,5 ml darah merah RH6 (D)
tiap minggu dosisnya dikurangi sampai dosis untuk
positif. Preparat ini dipergunakan untuk pencegah-
penunjang 3-10 mg/kgBB tercapai. Dosis harus di-
observasi bila kemungkinan adanya tanda-tanda an pada wanita dengan RHo (D) negatif pada kela-
toksisitas pada ginjal dengan melihat bersihan krea- hiran atau 12 minggu kehamilan, bila suami wanita
tinin. Perlu perhatian pada penderita cangkok ginial tersebut RHo (D) positif. Preparat dengan dosis
yang tidak ada tanda-tanda penolakan dengan ada- besar digunakan pada kehamilan 13 minggu.
712 Farmakologi dan Terapi

Obat imunosupresan seperti klorambusil, kaitkan secara langsung dengan mekanisme imu-
levamisol tidak banyak lagi digunakan. nosupresif, melainkan hanya dapat dijelaskan ber-
Thalidomid sedang dalam penelitian lebih lan- dasarkan mekanisme anti-inf lamasi.
jut sebagai imunosupresan dalam cangkok sum- Kesulitan memilih imunosupresan unluk suatu
sum tulang. Meskipun mempunyai efek teratogenik penyakit tertentu disebabkan antara lain oleh laktor:
obat ini juga dipergunakan untuk mengatasi pera- (1 ) belum jelasnya peran patogenesis berdasarkan
dangan pada penderita lepra tipe leproma. proses imun pada berbagai jenis penyakit; (2) be-
lum dapat dirumuskannya kriteria obyektil yang se-
cara efektif dapat menilai efek obat imunosupresan
3.4. PENGGUNAAN KLINIK DAN terhadap perubahan- perubahan kecil pada kelang-
PEMILIHAN SEDIAAN sungan penyakit; dan (3) adanya risiko memberat-
nya penyakit akibat penekanan bagian tertentu
Pada masa kini, imunosupresan digunakan dalam sistem imun dan peningkatan ketidakseim-
pada tiga keadaan klinik, yakni: penyakit autoimun, bangan subpopulasi limfosit yang sudah ada. Sese-
penyakit isoimun dan bedah cangkok organ tubuh kali, bila suatu imunosupresan tidak efektif, imuno-
(Tabel 48-2). Penggunaan iniditujukan untuk mene- supresan lain mungkin dapat bermanfaat. Pene-
kan/menghalangi timbulnya respons imun primer rapan penggunaan imunosupresan tidaklah seder-
atau sekunder ataupun keduanya sekaligus. Pada hana, tetapi memerlukan pengetahuan dasar yang
bedah cangkok, saat mula stimulasi Ag diketahui cukup mantap mengenai masalah imunologi, terma-
dengan pasti, demikian pula jenis Ag yang mensti- suk pengetahuan dasar peran proses imun dalam
mulasi, maka imunosupresan ditujukan untuk mela- masing-masing kondisi/keadaan yang akan diinter-
wan respons primer. Dalam hal ini, terapi dapat vensi dengan imunosupresan.
lebih diarahkan untuk mencegah reaksi penolakan, Pada dasarnya, penyakit dengan patogenesis
tetapi pada beberapa keadaan, hasilnya masih proses imun dapat dipengaruhi oleh imunosupre-
belum memadai, karena khasiat imunosupresi san. Tetapi, karena pada umumnya imunosupresan
spesifik masing-masing imunosupresan belum yang dikemukakan di atas memiliki toksisitas tinggi,
cukup jelas. penggunaannya sangat dibatasi untuk penderita
Pada berbagai penyakit autoimun dan penya- yang benar-benar membutuhkan, yaitu setelah
kit kompleks imun, umumnya terapi hanya dapat gagalnya terapi atau hasilnya kurang dari yang di-
ditujukan terhadap respons imun sekunder, karena harapkan.
stimulasi Ag telah berlangsung beberapa lama tan- Antisera yang mengandung globulin spesifik
pa diketahui. Terapi kedua jenis penyakit ini dapat juga telah digunakan dalam keadaan klinik tertentu.
beragam, karena faktor yang mendasari penyakit ini Globulin antilimfositik heterolog (ALG) sangat rrer-
bersilat sangat kompleks. Terapi dapat ditujukan manlaat dalam bedah cangkok, khususnya bedah
untuk: (1) menghambat pembentukan Ab; (2) meng- cangkok ginjal. Globulin imun insani Rho (D) sangat
hambat pembebasan mediator kimia, dan dalam hal bermanfaat untuk anemia hemolitik neonatus.
ini, histamin dapat merupakan rangsang umpan Obat atau zat yang dapat digunakan untuk
balik untuk terjadinva kompleks imun pada endotel; masing-masing penyakiSkeadaan klinik tertentu
dan (3) menghambat proses inflamasi. Tetapi pene- dapat dilihat dalam Tabel4S-2. Yang masih diperlu-
rapan terapi secara terarah pada umumnya sukar kan ialah menetapkan jadwal pengobatan untuk
dilaksanakan. Untuk masing-masing jenis penyakit/ masing-masing keadaan klinik tersebut berdasar-
keadaan klinis, obat yang digunakan dapat ber- kan hasil evaluasi obyektif terhadap efektivitas rela-
beda; dan kalau digunakan obat yang sama, jadwal tifnya. Dalam keadaan tertentu, imunosupresarr di-
pemberiannya dapat berbeda. Sekalipun kedua ke-
gunakan dalam kombinasi, misalnya kornbinasi si-
klofoslamid dengan glukokortikoid pada sindrom
adaan tersebut telah menjadi kenyataan klinis, fakta
nefrotik. Tujuannya untuk mendapatkan hasil terapi
ini belum menunjukkan suatu terapi yang terarah;
seoptimal mungkin, dengan elek samping serendah
ditambah pula, banyak hasil terapi tidak dapat di-
mungkin.
lmunosupresan 713

Tabel 48-2. PENGGUNAAN IMUNOSUPRESAN Dl KLINIK

Penyakit/Keadaan Klinik lmunosupresan yang digunakan Respons

Autoimun
Purpura trombositopenik Prednison*, vinkristin, merkaptopurin, Biasanya baik
idiopatik. azatioprin.

Anemia hemolitik autoimun. Prednison*, siklofosfamid, klorambusil, Biasanya baik.


merkaptopurin, azatioPrin.

Glomerulonefritis akut. Prednison*, merkaptopurin, siklofosfamid. Biasanya baik

Antibodi faktor Xlll yang Siklofosfamid dan laktor Xlll. Biasanya baik.
acquired.

lsoimun
Anemia hemolitik neonatus. Globulin imun insani Rho (D)." Sangat baik

Transplantasi Organ
Ginjal. Azatioprin, prednison, globulin Baik sampai sangat baik.
antilimf ositik, daktinomisin,
siklosporin A.
Jantung. Siklofosfamid, siklosporin A. Sedang.
Sumsum tulang. Siklosfamid, prednison, metotreksat, Keberhasilan terus meningkat
globulin antilimfositik, penyinaran dengan menggunakan donor
tubuh total, siklosporin. yang cocok (matched).

* Obat terpilih
Farmakologi dan Terapi

XIV. VITAMIN

49. VITAMIN DAN MINERAL


Hedi R. Dewoto dan S. Wardhini B.P.

Pendahuluan 3.2. Vitamin D


3.3. Vitamin E
2. Vitamin larut air 3.4. Vitamin K
2.1. Vitamin B kompleks
2.2. Asam askorbat
4. Mineral dalam jumlah relatif banyak
3. Vitamin larut lemak
3.1. Vitamin A Trace elements

1. PENDAHULUAN vitamin larut air: vitamin B kompleks dan vitamin C.


Vitamin larut air disimpan dalam tubuh hanya dalam
jumlah terbalas dan sisanya dibuang, sehingga
Vitamin dan beberapa mineral penting untuk
untuk mempertahankan saturasi jaringan vitamin
metabolisme. Vitamin merupakan senyawa organik
larut air perlu sering dikonsumsi. Meskipun demi-
yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk
kian, pemberian vitamin larut air dalam jumlah ber-
mempertahankan kesehatan dan seringkali bekerja
lebihan selain merupakan pemborosan, juga mung-
sebagai kolaktor untuk enzim metabolisme. Vitamin
yang terdapat dalam lebih dari satu bentuk kimia kin menimbulkan elek yang tidak diinginkan. Seba-
(misalnya piridoksin, piridoksal, piridoksamin) atau liknya vitamin larut lemak dapat disimpan dalam
jumlah banyak, sehingga kemungkinan terjadinya
terdapat sebagai suatu prekursor (misalnya karo-
ten untuk vitamin A) kadang-kadang dinamakan toksisitas jauh iebih besar daripada vitamin larut air.
vitamer. Mineral merupakan senyawa anorganik Beberapa vitamin baru aktif setelah mengala-
yang merupakan bagian penting dari enzim, meng- mi aktivasi in vivo. Aktivasi vitamin larut air dapat
atur berbagai fungsilisiologis, dan dibutuhkan untuk berupa fosforilasi (tiamin, ribollavin, niasin, piridok-
pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan termasuk sin) dan dapat juga membutuhkan pengikatan de-
tulang. Sumber vitamin dan mineral yang paling ngan nukleotida purin atau pirimidin (riboflavin,
baik ialah makanan sehingga orang sehat yang ma- niasin). Vitamin larut air berperan sebagai kofaktor
kanannya bermutu baik, sudah mendapat jumlah untuk enzirn tertentu, sedangkan vitamin A dan D
vitamin dan mineral yang cukup. Akan tetapi indivi- mempunyai sifat lebih menyerupai hormon dan me-
du dengan diet rendah kalori (kurang dari 1 200 ka- ngadakan interaksi dengan reseptor spesitik intra-
lori/hari) seringkali asupan vitaminnya kurang dan selular pada jaringan target.
memerlukan tambahan. Selain terdapat dalam ma-
kanan, vitamin juga dapat diberikan dalarn bentuk Mineral dalam tubuh dibedakan atas mineral
murni sebagai sediaan tunggal atau kombinasi. Se- yang terdapat dalam jumlah relatif banyak (kalsium,
diaan untuk tujuan profilaktik harus dibedakan dari fosfor, magnesium, kalium, natrium, klorida, sulfur)
sediaan untuk tujuan pengobatan defisiensi. dan trace elements (fluor, seng, selenium, iodium,
Vitamin dibagi menjadi 2 golongan, yaitu (1) besi, kromium, kobalt, tembaga, mangan, molib-
vitamin larut lemak: vitamin A, D, E, dan K; dan (2) denum).
Vitamin dan Mineral 715

Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianiur' lalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. Dalam
kan (AKG = Recommended Dietary Allowances, menentukan kecukupan gizi yang dianjurkan telah
RDA). Penggunaan vitamin dan mineral berlebih diperhitungkan laktor variasi kebutuhan individual.
dapat menimbulkan gejala keracunan, sebaliknya Angka tersebut adalah angka kebutuhan rata-rata
bila kekurangan dapat menimbulkan gejala deli- ditambah 2 kali simpang baku. Dengan demikian
siensi. Oleh karena itu banyak negara telah menga- angka kecukupan yang dianjurkan merupakan jum'
dakan penelitian dan mengevaluasi kebutuhan vita- lah yang dibutuhkan oleh 97,5 % populasi. Untuk
min dan mineral serta zat gizi lainnya per hari pada vitamin dan mineral AKG sudah mencakup pula
masyarakatnya. Angka kecukupan gizi rata-rata untuk cadangan zal gizi tersebut di dalam tubuh.
yang dianjurkan (AKG) adalah suatu kecukupan AKG didasarkan pada patokan berat badan untuk
rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua masing-masing kelompok umur dan jenis kelamin.
orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukur- Patokan berat badan didasarkan pada berat badan
an tubuh dan aktivitas untuk mencapai derajat kese- yang mewakili sebagian besar pendudukyang digo'
hatan yang optimal. longkan mempunyai derajat kesehatan optimal.
Di lndonesia sejak tahun 1978 setiap 5 tahun Angka kecukupan berbagai zat gizi rata-rata
sekali secara nasional dibuat angka kecukupan gizi yang dianjurkan hasil Widya Karya Nasional Pa-
rata-rata yang dianjurkan yang disebarluaskan me- ngan dan Gizi 1993 tertera pada Tabel 49- 1 ,

Tabel 49-1. ANGKA KECUKUPAN Glzl RATA-RATA YANG DIANJURKAN (PER ORANG PER HARI)'

Golongan Brat Tinggi Enrgi Pro- Vit Tia- Ribo- Nia- Vit. Asam Vit Kal- Fos- Magn- Besi Seng Yodi- Sele-
umur badan badan tsin A min flavin sin 812 tolat C sium lor sium um nium

(ks) {cm) (Kkal)(s) (BE) (ms) (ms) (ms) (us) (us) (ms) (ms) (ms) (ms) (ms) (ms) (us) (us)

0- 6bl 5,5 60 560 12 3500,3 0,3 2,5 0,1 22 30 600 200 35 3 3 50 10


7- 12bl 8,5 71 800 15 3500,4 0,5 3,8 0,1 32 35 400 250 55 5 5 70 15

1- 3rh 12 90 1250 23 3500,5 0,6 5,4 0,5 40 I 500 250 75 8 10 70 20


4- 6rh 't8 110 1750 32 3600,8 1,0 8 0,7 60 45 500 350 110 I 10 100 20
7-9rh 24 120 1900 37 Q7 1,0 1 ,0 I 0,9 81,3 45 500 400 145 10 10 120 30

Pria:
10-12 rh 30 135 200045 450 1,0 1,0 9 1,0 90 50 700 500 180 14 15 150 N
13-15 rh 45 150 64 600 1,0 1,2 10
2ll00 1,0 125 60 700 500 275 17 15 150 50
16-19 rh 56 160 2500 66 600 1,0 1,3 1t 1,0 165 60 600 500 280 23 15 150 60
20-59 th 62 165 Hng 2800 55 600 1,2 ,5 12 1 1,0 190 60 500 500 280 13 15 150 60
Sdg 30OO 55 600 1,2 1,5 13 1,0 190 60 500 500 280 13 15 150 60
Brt 3600 55 600 1,5 1,8 16 1,0 190 60 5m 500 280 13 15 150 60
60 rh 62 165 2200 55 600 1,0 1,2 10 r,o 190 60 500 500 280 13 15 150 60
Wanita:
10-12 th 35 1lm 1900 54 500 1,0 1,0 I 1,0 100 50 700 450 210 14 15 150 70
13-15 rh 46 153 2100 62 500 1,0 1,2 10 1,0 130 60 700 450 250 19 15 150 45
16-19 rh 50 154 2000 51 500 1,0 1,0 10 1,0 160 60 600 450 250 2s 15 150 50
20-50 rh 54 156 Rng 2050 48 500 ,0 1,2 I 1 1,0 160 60 500 450 250 26 15 150 50
Sdg 2250 /A 5O0 1,0 1,0 10 r,0 t6o 60 500 450 250 26 15 150 50
8n 2600 500 1,0 1,3 12 1,0 160 60 500 450 250 26 15 150 50
>50rh 54 1g 1850 500 1,0 1,0 I 1,0 150 60 500 450 250 14 15 150 50

Hamil +285+12 +VN +O,2 +O,2 +1 +0,3 +150 +10 +400 +200 +30 +30 +5 +25 +15

Menyusul:
0-6bt +7OO +16 +350 +0,3 +0,4 +3 +0,3 +50 +25 +4OO +300 +40 +2 +10 +5O +25
7-12 bt +5OO +12 +300 +0,3 +0,3 +3 +0,3 +40 +10 +rtoo +200 +30 +2 +10 +50 +20

' HasilWklya Karya Nasbnal Pangan dan Gizi 1993


716
Farmakologi dan Terapi

Asupan Vitamin yang Berlebihan. Asupan (rn- Asupan Vitamin yang Kurang. Asupan vitamin
fake,) vitamin yang berlebihan dapat disebabkan yang kurang dapat terjadi sebagai akibat (1 asupan
)
karena: (1) penggunaan vitamin dalam jumlah makanan yang tidak mencukupi; (2) gangguan ab-
besar, bai[< untuk tujuan pencegahan maupun pe- sorpsi vitamin; dan (3) meningkatnya kebutuhan
ngobatan penyakit yang tidak jelas berhubungan tubuh. Asupan makanan yang tidak mencukupi da-
dengan defisiensi vitamin; (2) penggunaan vitamin pat disebabkan oleh anoreksia, diet rendah kalori,
secara rutin dengan jumlah yang jauh melebihi AKG diet khusus misalnya pada diabetes melitus dan
karena adanya anggapan bahwa vitamin dapat nilai gizi makanan yang rendah karena keadaan
memberikan tambahan energi dan membuat sese- ekonomi atau kurangnya pengetahuan mengenai
orang lebih sehat; dan (3) banyaknya sediaan yang nilai gizi makanan. Gangguan absorpsi vitamin da-
mengandung satu macam vitamin atau beberapa pat terjadi misalnya pada penyakit hati dan saluran
macam vilamin (multivitamin) dalam jumlah yang empedu, diare kronik, macam-macam gangguan
besar yang dinyatakan sebagai suplementasi ma- sistem pencernaan dan pada penggunaan antibiotik
kanan dan dapat dibeli tanpa resep dokter, Sediaan jangka lama. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan
multivitamin seringkali diperlukan untuk peng- vitamin terjadi selama masa pertumbuhan, hamil,
obatan karena defisiensi vitamin seringkali bersilat laktasi, haid, kerja fisik yang berat, stres dan pada
multipel, tetapi sediaan ini seyogyanya dibedakan penyakit yang disertai peningkatan metabslisme,
dengan sediaan multivitamin untuk suplemen- misalnya hipertiroidisme dan demam, Selain itu ke-
tasi/profilaksis. Sediaan multivitamin untuk pengo- lainan genetik juga dapat meningkatkan kebutuhan
batan penyakit delisiensi mengandung vitamin tubuh akan vitamin. Tambahan vitamin diperlukan
dalam jumlah lebih besar dan hanya boleh diberikan pada keadaan-keadaan tersebut di atas untuk men-
oleh dokter. cegah terjadinya defisiensi vitamin.
Menurut Food and Drug Administration (FDA)
di Amerika Serikat sediaan multivitamin digolong-
kan sebagai suplementasi makanan atau untuk pro-
filaksis bila mengandung 50-150% U.S.RDA (ke- 2. VITAMIN LARUT AIR
cuali untuk vitamin D dan asam lolat yang tidak
boleh melebihi U.S. RDA). Sediaan inimungkin di- 'Vitamin larut air terdiri dari
vitamin B kompleks
perlukan selama kebutuhan meningkat (misalnya
dan vitamin C. Vitamin B kompleks mencakup se-
masa hamil dan laktasi), selama sakit di mana ter- jumlah vitamin dengan rumus kimia dan elek bio-
dapat gangguan absorpsi makanan, dan pada logik yang sangat berbeda yang digolongkan ber-
pasien yang makanannya kurang baik. Selama
sama karena dapal diperoleh dari sumber yang
masa hamil dan laktasi, sediaan multivitamin yang sama, antara lain hati dan ragi. yang termasuk
diberikan sebaiknya mengandung asam folat, sia- dalam golongan vitamin ini ialah : tiamin (vitamin
nokobalamin dan besi, karena zal-zal tersebut Br), riboflavin (vitamin Bz), asam nikotinat (niasin)
mungkin tidak cukup didapdtkan dari makanan. piridoksin (vitamin Bo), asam pantotenat, biotin,
Tambahan vitamin D tidak diperlukan bila pajanan kolin, inositol, asam para-amino benzoat, asam lolat
terhadap sinar matahari sudah cukup atau bila diet dan sianokobalamin (vitamin Brz). Asam folat dan
normal. sianokobalamin dibicarakan dalam Bab 51. Asam
Sediaan vitamin untuk pengobatan hanya di- para-amino benzoat (PABA) merupakan bahan
perlukan untuk terapi penyakit delisiensi vitamin unluk sintesis asam tolat, tetapi ini hanya terjadi
dan terapi suportit pada keadaan patologik di mana pada bakteri. Manusia memperoleh asam folat lang-
kebutuhan makanan sangat meningkat misalnya sung dari makanan, sehingga PABA tidak esensial .
pada alkoholisme dan kaheksia pascabedah. pem-
untuk manusia atau mamalia pada umumnya. Vita-
beriannya memerlukan pongawasan dokter. Sedia- min C (asam askorbat) terutama didapatkan pada
an ini dapat mengandung vitamin sampai 5 kali buah jeruk.
U.S.RDA, kecualivitamin D yang tidak boleh mele-
bihi U.S.RDA. Selain itu asupan vitamin A harus Flavonoid (misalnya rutin dan hesperidin) juga me-
dibatasi untuk mencsgah hipervitaminosis A, Bila rupakan senyawa larut air dan semula dinyatakan
kebutuhan akan satu jenls vitamin melebihi 5 kali mempunyai aktivitas sebagai vitamin yang berman-
RDA, maka vitamin tersebul diberikan secara ter- faat untuk beberapa jenis penyakit perdarahan. Ter-
pisah. nyata hal ini tidak jelas terbukti. Pangamic acid dan
Vitamin dan Mineral 717

letril yang dipromosikan sebagai "Vitamin Brs" dan pembuluh darah periler berupa vasodilatasi ringan,
"Vitamin Br z" sebetulnya tidak memperlihatkan akti- disertai penurunan tekanan darah yang bersifat se-
vitas vitamin, dan juga bukan merupakan makanan. mentara. Meskipun tiamin berperan dalam metabo-
Kedua senyawa tersebut bersifat toksik. Pangamlc lisme karbohidrat, pemberian dosis besar tidak
acid alau asam pangamat mungkin bersifat mutage- mempengaruhi kadar gula darah. Dosis toksik pada
nik sedangkan letril mengandung sianida sebanyak hewan coba adalah 125-350 mg/kgBB secara lV
6 % sehingga dapat menyebabkan keracunan dan kira-kira 40 kalinya untuk pemberian oral. Pada
sianida menahun dan kematian. manusia reaksi toksik setelah pemberian parenteral
biasanya terjadi karena reaksi alergi.
Tiamin pirofosfat adalah bentuk aktil tiamin
yang berfungsi sebagai koenzim dalam karboksilasi
2.1. VITAMIN B KOMPLEKS asam piruvat dan asam ketoglutarat. Peningkatan
kadar asam piruvat dalam darah merupakan salah
satu landa defisiensi tiamin.
TIAMIN

SEJARAH. Sejak akhir abad ke 19 telah diketahui Defisiensi Tiamin. Delisiensi berat menimbulkan
bahwa insiden penyakit beri-beri dapat diturunkan penyakit beri- beri yang gejalanya terutama lampak
dengan suatu perubahan diet. Kemudian Eijkman, pada sistem saral dan kardiovaskular. Gangguan
seorang dokter dari Jawa menyatakan bahwa pe- saraf dapat berupa neuritis perifer dengan gejala
nyakit beri-beri dapat disembuhkan dengan pem- rasa berat dan lemah pada tungkai, gangguan sen-
berian bekatul beras. Ternyata vitamin inijuga dite- sorik seperti hiperestesia, anestesia, rasa nyeri dan
mukan dalam ragi, sayur- mayur, kacang-kacang- rasa terbakar. Kekuatan otot semakin berkurang
an, susu, kuning telur dan hati. dan pada keadaan berat dapat terjadi kelumpuhan
tungkai. Kelainan pada SSP dapat berupa depresi,
KlMlA. Tiamin (vitamin Br) merupakan kompleks kelelahan, lekas tersinggung, serta menurunnya ke-
molekul organik yang mengandung satu inti tiazol mampuan konsentrasi dan daya ingat. Gejala yang
dan pirimidin. Dalam badan zat ini akan diubah timbul pada sistem kardiovaskular dapat berupa
menjadi tiamin pirofosfat (tiamin-PP), dengan reaksi gejala insulisiensi jantung antara lain sesak napas
sebagai berikut :
setelah kerja jasmani, palpitasi, takikardi, gangguan
ritme serta pembesaran jantung dan perubahan
Tiamin + ATP Tiamin-PP + AMP elektrokardiogram. Pada saluran cerna gangguan
----) dapat berupa konstipasi, nafsu makan berkurang,
Rumus bangun tiamin dapat dilihat pada gam- perasaan tertekan dan nyeri di daerah epigastrium.
bar di bawah ini : Beri-beri basah adalah bentuk defisiensi tiamin
yang disertai udem. Bengkak ini terjadi karena hipo-
protrombinemia dan gangguan fungsi jantung.
Nl-tz.
- cHg
I ErcHz--cHz-oH Kebutuhan Sehari. Karena tiamin penting untuk
x7\ycHz-N*' metabolisme energi, terutama karbohidrat, maka
\\)) us I

kebutuhan akan tiamin umumnya sebanding de-


HsC' N
ngan asupan kalori. Kebutuhan minimum adalah
0,3 mg/1 000 kcal, sedangkan AKG di lndonesia
ialah 0,3-0,4 mg/hari untuk bayi, 1,0 mg/hari untuk
orang dewasa dan 1 ,2 mglhari untuk wanita harnil.
Tiamin
FARMAKOKINETIK. Setelah pemberian paren-
teral absorpsi berlangsung cepat dan sempurna.
Absorpsi per oral berlangsung dalam usus halus
FARMAKODINAMIK DAN FISIOLOGI. Pada dosis dan duodenum, maksimal 8-15 mg/hari yang di-
kecil atau dosis terapi tiamin tidak memperlihatkan capai dengan pemberian oral sebanyak 40 mg.
elek farmakodinamik yang nyata. Pada pemberian Dalam satu hari sebanyak 1 mg tiamin meng-
lV secara cepat dapat terjadi efek langsung pada alami degradasi dijaringan tubuh. Jika asupan jauh
Farmakologi dan Terapi

melebihi jumlah tersebut, maka zat ini akan dike- dalam rumus kimianya seperli terlihat pada gambar
luarkan melalui urin sebagai tiamin atau pirimidin. di bawah ini :

EFEK SAMPING. Tiamin tidak menimbulkan efek


toksik bila diberikan per oral dan bila kelebihan tia- CHz(CHOH)s-CHzOH
min cepat diekskresi melalui urin. Meskipun jarang I

;:rq.\rr'
reaksi anafilaktoid dapat terjadi setelah pemberian
lV dosis besar pada penderita yang sensitif, dan
beberapa di antaranya bersifat latal.

SEDIAAN DAN lNDlKASl. Tiamin HCt (vitamin 81, o


aneurin HCI) tersedia dalam bentuk tablet 5-500
mg, larutan steril 100-200 mg untuk penggunaan Riboflavin
parenteral, dan eliksir mengandung 2-25 mg tiamin
tiap ml.
Tiamin diindikasikan pada pencegahan dan Dalam badan riboflavin diubah menjadi koenzim
pengobatan defisiensi tiamin dengan dosis 2-5 mg/ riboflavin losfat atau llavin mononukleotida (FMN)
hari untuk pencegahan defisiensi dan 5-10 mg tiga dan llavin adenosin dinukleotida (FAD), melalui
kali sehari untuk pengobatan defisiensi. Dosis lebih reaksi berikut:
besar parenteral dianjurkan untuk kasus berat akan
tetapi respons tidak meningkat dengan dosis lebih Fliboflavin + ATP -----+ FMN + ADP
dari 30 mg/hari. Tindakan pencegahan dilakukan FMN + ATP -----+ FAD + pp (pirofosfat).
pada penderita dengan gangguan absorpsi, misal-
nya pada diare kronik, atau pada keadaan dengan
kecepatan metabolisme yang meningkat.
Tiamin berguna untuk pengobatan berbagai Keduanya merupakan bentuk aktif riboflavin
dan berperan sebagai koenzim dalam berbagai pro-
neuritis yang disebabkan oleh defisiensi tiamin, mi-
ses metabolisme.
salnya pada (1) neuritis alkoholik yang terjadi
karena sumber kalori hanya alkohol saja; (2) wanita FAR MAKODINAMIK. Pemberian riboflavin baik se-
hamil yang kurang gizi; atau (3) penderita emesis cara oral maupun parenteral tidak memberikan efek
gravidarum. Pada trigeminal neuralgia, neuritis larmakodinamik yang jelas.
yang menyettai anemia, penyakit infeksi dan pema-
kaian obat tertentu, pemberian tiamin kadang-ka- Defisiensi Riboflavin. Keadaan ini ditandai de-
ngan gejala sakit tenggorok dan radang di sudut
dang dapat memberikan perbaikan. Tiamin juga di-
mulut (stomatitis angularis), keilosis, glositis, lidah
gunakan untuk pengobatan penyakit jantung dan
berwarna merah dan licin. Timbul dermatitis sebo-
gangguan saluran cerna yang dasarnya defisiensi
roik di muka, anggota gerak dan seluruh badan.
tiamin.
Gejala-gejala pada mata adalah fotofobia, lakri-
masi, gatal dan panas. Pada pemeriksaan tampak
vaskularisasi kornea dan katarak. Anemia yang me-
RIBOFLAVIN nyertai defisiensi riboflavin biasanya bersifat nor-
mokrom normositer.
SEJARAH DAN KlMlA. Riboflavin (vitamin 82) di-
Kebutuhan Sehari. Kebutuhan tiap individu akan
kenal pertama kali pada tahun 1 879 sebagai suatu
riboflavin berbanding lurus dengan energi yang di-
zal berwarna kuning yang terdapat dalam susu, dan
gunakan, minimum 0,3 mg/1 000 kcal. AKG di lndo-
dinamakan laktokrom. Ternyata zatyang sama dite-
nesia lihat tabel.
mukan juga dalam daging, hati, ragi, telur dan ber-
bagai sayuran, dan selanjutnya disebut sebagai FARMAKOKINETIK. Pemberian secara oral atau
flavin. Oleh peneliti di lnggris disebut vitamin Bz se- parenteral akan diabsorpsi dengan baik dan didistri-
telah laktor antiberi-beri dinamakan vitamin Br. busi merata ke seluruh jaringan. Asupan yang ber-
Nama riboflavin diberikan karena adanya ribosa lebihan akan dikeluarkan melalui urin dalam bentuk
Vitamin dan Mineral 719

utuh. Dalam tinja ditemukan ribollavin yang di- Elek samping umumnya timbul pada dosis
sintesis oleh kuman di saluran cerna, tetapi tidak besar yang dapat menurunkan toleransi terhadap
ada bukti nyata yang menjelaskan bahwa zat ter- glukosa sampai terjadi hiperglikemia. Selain itu ter-
sebut dapdt diabsorpsi melalui mukosa usus. jadi kenaikao kadar asam urat dalam darah, gang-
guan lungsi hati, gangguan lambung berupa mual
lNDlKASl. Penggunaannya yang utama adalah sampai muntah serta peningkatan motilitas usus.
untuk pencegahan dan terapi delisiensi vitamin Bz Reaksi anafilahik dilaporkan terjadi pada pennberi-
yang sering menyertai pelagra atau defisiensi vita;
an secara lV.
min B kompleks lainnya, sehingga ribollavin sering
diberikan bersama vitamin lain. Dosis untuk peng- Defisiensi Niasin. Pelagra adalah penyakit defi-
obatan adalah 5- 10 mg/hari. siensi niasin dengan kelainan pada kulit, saluran
cerna dan SSP. Kulit mengalami erupsi eritema-
tosa, bengkak dan merah, pada saluran cerna ter-
ASAM NIKOTINAT jadi lidah membengkak, merah, stomatitis, mual,
muntah dan enteritis, Gejala gangguan SSP berupa
SEJARAH OAN KlMlA. Asam nikotinat atau niasin sakil kepala, insomnia, bingung, dan kelainan psikis
dikenal juga sebagai laktor PP tpellagra preven- seperti halusinasi, delusi dan demensia pada ke-
tive),karena dapat mencegah penyakit pelagra pa- adaan lanjut.
da manusia atau penyakit lidah hitam pada hewan.
Sumber alami vitamin ini adalah hati, ragi dan Kebutuhan Sehari. Kebutuhan minimal asam niko-
daging. tinat untuk mencegah pelagra rata-rata 4,4 mg/1 000
kcal, pada dewasa asupan minimal 13 mg.
Rumus bangun asam nikotinat dapat dilihat di
bawah ini: FARMAKOKINETIK. Niasin dan niasinamid mudah
diabsorpsi melalui semua bagian saluran cerna dan
didistribusi ke seluruh tubuh. Ekskresinya melalui
urin sebagian kecil dalam bentuk utuh dan sebagian
lainnya dalam bentuk berbagai metabolitnya anlara
O-cooH lain asam nikotinurat dan bentuk glisin peptida dari
asam nikotinat.
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Tablet niasin mengan-
dung 25-750 mg. Sediaan untuk injeksi mengan-
Asam nlkotlnat
dung 50 atau 100 mg niasin/ml. Tablel niasinamid
50-1000 mg, dan larutan untuk injeksi umumnya
mengandung 100 mg/ml.
FARMAKODINAMIK DAN EFEK NONTERAPI. Untuk pengobatan pelagra padakeadaan aku:t
Bentuk amida dari asam nikotinat yaitu niasinamid dianjurkan dosis oral 50 mg diberikan sampai 10 kali
juga berelek antipelagra. Dalam badan asam niko- sehari, atau 25 mg niasin 2-3 kali sehari secara
tinat dan niasinamid diubah menjadi bentuk aktil intravena. Hasil terapi umumnya sangat drarnatis,
NAD (nikotinamid adenin dinukleotida) dan NADF dalam 24 jam gejala pada kulit dan mulut dapat
(Nikotinamid adenin dinukleotida foslat). Keduanya hilang, rasa mual dan diare juga segera teratasi.
berperan dalam metabolisme sebagai koenzim Sebagai vasodilator obat inl tidak lerb,ukti
unluk berbagaiprotein yang penting dalam respirasi elektil.
jaringan.
Asam nikotinat merupakan suatu vasodilator
PIRIDOKSIN
yang terutama bekerja pada blushing area yaitu di
muka dan leher. Kemerahan di tempat tersebut SEJARAH DAN KlMlA. Piridoksin yang oleh Bire,lt
dapat berlangsung sampai dua jam disertai rasa dan kawan-kawan dinamakan vitamin Bo diketemu-
panas dan gatal. Pada dosis besar asam nikolinat kan kira-kira 40 tahun yang lalu. Kekurangan vita-
dapat menurunkan kadar kolesterol dan asam min ini dapat menyebabkan timbulnya dermatitis
lemak bebas dalam darah. Kedua efek ini tidak pada hewan percobaan. Sumbernya adalah ragi,
diperlihatkan oleh niasinamid. biji-bijian (gandum, jagung dan lain-lain) dan hati.
720 Farmakologi dan Tarapi

Dalam alam vitamin initerdapat dalam tiga bentuk EFEK SAMPING. Piridoksin dapat menyebabkan
yaitu piridoksin yang berasal dari tumbuh-tumbuh- neuropati sensorik atau sindrom neuropati dalam
an, serta piridoksal dan piridoksamin yang ter- dosis antara 50 mg-2 g per hari untuk iangka pan-
utama berasal dari hewan. Ketiga bentuk piridoksin jang. Gejala awal dapat berupa sikap yang tidak
tersebut dalam tubuh diubah menjadi piridoksalfos- stabil dan rasa kebas di kaki, diikuti pada tangan
lat. dan sekitar mulut. Gejala berangsur-angsur hiiang
setelah beberapa bulan bila asupan piridoksin di-
Bumus bangun piridoksin dapat dilihat di bawah ini.
hentikan.

SEDIAAN DAN lNDlKASl. Piridoksin tersedia se-


bagai tablet piridoksin HCI 10-100 mg dan sebagai
CH2OH
larutan steril 100 mg/ml piridoksin HCI untuk injeksi.
Selain untuk mencegah dan mengobati deli-
;:ifucH2oH siensi vitamin Bo, vitamin inijuga diberikan bersama
vitamin B lainnya atau sebagai multivitamin untuk
pencegahan dan pengobatan delisiensi vitamin B
kompleks. lndikasi lain untuk mencegah atau meng-
Plrldoksin obati neuritis perifer oleh obat misalnya isoniazid,
sikloserin, hidralazin, penisilamin yang bekerja se-
bagai antagonis piridoksin dan/atau meningkatkan
ekskresinya melalui urin. Piridoksin dapat diberikan
FARMAKODINAMlK DAN FISIOLOGI. PEMbETiAN secara profilaksis sejumlah 300%-500% AKG sela-
piridoksin secara oral dan parenteral tidak menun-
ma terapi dengan antagonis piridoksin. Pemberian-
jukkan efek farmakodinamik yang nyala. Dosis sa-
nya pada wanita yang menggunakan kontrasepsi
ngat besar yaitu 3-4 g/kgBB menyebabkan kejang
oral yang mengandung estrogen juga dibenarkan,
dan kematian pada hewan coba, letapi dosis kurang
karena kemungkinan terjadinya def isiensi piridoksin
dari ini umumnya tidak menimbulkan elek yang
jelas. Piridoksal fosfat dalam tubuh merupakan ko- pada wanita-wanita tersebut. Piridoksin juga dila-
porkan dapat memperbaiki gejala keilosis, derma-
enzim yang berperan penting dalam metabolisme
berbagai asam amino, di anlaranya dekarboksilasi, titis seboroik, glositis dan stomatitis yang tidak
transaminasi, dan rasemisasi triptolan, asam-asam memberikan respons terhadap tiamin, ribollavin
amino yang bersullur dan asam amino hidroksida. dan niasin serta dapat mengurangi gejala-gejala
yang menyertai tegangan prahaid (premenstrrual
Defisiensi Piridoksin. Pada hewan coba defisiensi tension). Piridoksin diindikasikan untuk anemia
vitamin ini menimbulkan akrodinia, dermatitis dan yang responsif terhadap piridoksin yang biasanya
penebalan cakar, telinga, hidung dan lain-lain. Pada sideroblastik dan mungkin disebabkan kelainan
manusia dapat timbul (1) kelainan kulit berupa der- genetik, Sebaliknya pemakaian piridoksin hendak-
matitis seboroik dan peradangan pada selaput len-
nya dihindarkan pada penderita yang mendapat
dir mulut dan lidah; (2) kelainan SSP berupa pe-
levodopa (lihat Bab 13).
rangsdngan sampai timbulnya kejang; dan (3)
gangguan sistem erilropoetik berupa anemia hipo-
krom mikrositer.
Kebutuhan Sehari. Kebutuhan manusia akan piri- ASAM PANTOTENAT
doksin berhubungan dengan konsumsi protein
yaitu kira-kira 2 mg/100 mg protein. SEJARAH DAN KlMlA. Asam pantotenat dikenal
sejak tahun '1933 sebagai suatu zat yang esensial
FARMAKOKINETIK. Piridoksin, pirldoksal dan piri- untuk pertumbuhan ragi. Selanjutnya diteliti bahwa
doksamin mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. suatu dermatitis akibat defisiensi suatu laktor pada
Metabolit terpenting darl ketiga bentuk tersebut makanan hewan coba ternyata dapat disembuhkan
adalah 4-asam plridoksat. Ekskreslmelalui urin ter- dengan ekstrak hati. Ternyata zat antidermatitis ter'
utama dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridok- sebut adalah asam pantotenat dengan rumus ba-
sal. ngun sebagai berikut:
Viamin dan Mineral 721

Pada manusia belum ditemukan adanya defi-


H CHrH O siensi spontan. Keadaan defisiensi baru timbul bila
tlltt diel hanya terdiri dari putih telur mentah sebagai
HO
-C -C - C--C-N{HzCHzCOOH sumber protein, atau jika diberikan antimetabolit
tllt
H CHrOH H biotin misalnya biotin sullon, destobiotin, atau
avidin. Gejala yang timbul pada manusia antara lain
dermatitis, sakit otot, rasa lemah, anoreksia, ane-
mia ringan dan perubahan EKG,
Asam Pantotcnat
Dalam lubuh biotin berlungsi sebagai koenzim
pada berbagai reaksi karboksilasi. Jumlah biotin
yang diperlukan sehari berkisar antara 1 50-300 pg,
Dalam tubuh asam pantotenat membentuk ko- dan sumbernyaterutama kuning telur, hati, dan ragi.
enzim A yang sangat penting dalam metabolisme, Penggunaan biotin dalam terapi belum jelas.
karena berlindak sebagai katalisator pada reaksi-
reaksi translerasi gugus asetil.

FARMAKODINAMIK. Pada hewan coba asam pan- KOL]N


totenat tidak menyebabkan efek larmakodinamik
yang penting dan bersifat nontoksik. Delisiensinya Kolin mempunyai lungsi lisiologi penting
pada manusia belum dikenal, letapi dapat ditimbul- dalam tubuh, diantaranya sebagai prekursor asetil-
kan dengan memberikan diet yang mengandung kolin, suatu neurotransmitor. Dalam metabolisme
antagonis asam pantotenat yaitu omega-metil lemak, kolin berkhasiat lipotropik, yaitu dapat menu-
asam pantotenat. Sindroma yang teriadi berupa: runkan kadar lemak dalam hati. Fungsi lain dari
kelelahan, rasa lemah, gangguan saluran cerna, kolin adalah dalam metabolisme intermedier yaitu
gangguan otot berupa kejang pada ekstremitas dan sebagai donor metil dalam pembentukan berbagai
parestesia. asam amino esensial. Akan tetapi beberapa silat
kolin dianggap bertentangan dengan sifat-sifat vita-
Kebutuhan sehari. Kebutuhan manusia akan min umumnya. Dalam jaringan tubuh ditemukan
asam pantotenat sehari adalah 5-10 mg.
kadar kolin jauh lebih besar dibandingkan kadar
FARMAKOKINETIK. Pada pemberian oral, pan- vitamin-vitamin lain. Ternyata zat ini dapat disintesis
totenat akan diabsorpsi dengan baik dan didistribusi dalam badan dari serin dengan metionin sebagai
ke seluruh tubuh dengan kadar 2-45 mcg/g. Dalam donor metil.
tubuh tidak dimetabolisme, dan diekskresi dalam Efek larmakologi kolin mirip dengan asetilkolin
bentuk utuh 70 % melaluiurin dan 30 % melaluitinia. tetapidengan potensi lebih kecil.
Kebutuhan tubuh akan kolin sehari-hari belum
SEDIAAN. Walaupun indikasinya belum jelas,
dapat ditentukan, tetapi dalam makanan sehari-hari
asam pantotenat tersedia sebagai Ca-pantotenat
rata-rata terdapat 500-900 mg. Penggunaan per
dalam bentuk tablet 10 atau 30 mg dan dalam
bentuk larutan steril untuk injeksi dengan kadar 50 oral cukup aman dengan LDso 200-400 g.
mg/ml.
Delisiensi kolin baru timbul bila pemasukan
kolin dan protein termasuk metionin dibatasi. Gejala
yang timbul berupa kenaikan kadar lemak dalam
BIOTIN hati dan sirosis hepatis, kelainan ginjal degeneratif.
Biotin dikenaljuga sebagai vitamin H (Haut) Pada kulit limbul kelainan, juga pada otot terjadi
yang berarti kulit, karena dianggap dapat melindu- kelemahan dan distrofi.
ngi tubuh terhadap suatu sindrom yang disebut egg Penggunaan kolin terutama sebagai zat lipo-
white iniury Sindrom ini timbul pada hewan coba tropik dalam pengobatan penyakit hati seperti siro-
yang hanya mendapat putih telur (agg white) men- sis hepatis, hepatitis. Akan tetapi, efektivitasnya
tah sebagai dietnya dengan geiala berupa gang- diragukan.
guan neuromuskular, darmatitis hebat dan rambut Sediaan yang digunakan berupa kolin, kolin
rontok. bitartrat, kolin dehidrogen sitrat dan kolin klorida.
722 Farmakologi dan Terapi

tNostToL Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzin dan


pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan
Sudah sejak lama diketahui bahwa penderita
antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau
diabetes mengekskresi inositol dalam urin dengan
tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang
kadar tinggi. lnositol merupakan isomer glukosa
membutuhkan ion-ion logam tereduksi, dan bekerja
dan dalam badan mudah berubah menjadiglukosa,
sebagai kolaktor untuk prolil dan lisil hidroksilase
sebaliknya glukosa pun mudah berubah menjadi
dalam biosintesis kolagen. Zat ini berbentuk kristal
inositol, Zat akil inositol adalah mio-inositol. Me-
dan bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan
nurut Eagle dkk mio-inositol esensial untuk pertum-
kering. Dalam bentuk larutan di wadah terbuka, zat
buhan dan kelangsungan hidup 18 jenis sel,
ini cepat rusak.
mungkin karena peranannya pada pembentukan
membran sel.
Pemberian inositol tidak menimbulkan elek FISIOLOGI DAN FARMAKODINAMIK
farmakodinamik yang nyata, sedangkan lungsinya
dalam tubuh belum diketahui, lnositol merupakan Vitamin C berperan sebagai suatu kolaktor
bagian dari foslolipid dan losfatidilinositol. dalam sejumlah reaksi hidroksilasi dan amidasi de-
Gejala delisiensi inositol yang terlihat pada ngan memindahkan elektron ke enzim yang ion
hewan coba adalah gangguan pertumbuhan, alo- metalnya harus berada dalam keadaan tereduksi;
pesia dan gangguan laktasi. dan dalam kondisi tertentu bersilat sebagai antiok-
Pernah dikemukakan bahwa inositol mempu- sidan. Dengan demikian vitamin C dibutuhkan untuk
nyai khasiat lipotropik dan antiskorbut, tetapi pen- mempercepat perubahan residu prolin dan lisin pa-
dapat tersebut tidak mendapatkan dukungan lagi. da prokolagen menjadi hidroksiprolin dan hidroksi-
Dalam terapi, inositol kadang-kadang digunakan lisin pada sintesis kolagen. Selain itu juga diper-
untuk mengobati penyakit-penyakit yang disertai lukan untuk perubahan asam folat menjadi asam
gangguan transport dan metabolisme lemak, akan
folinat, metabolisme obat oleh mikrosom dan hi-
tetapi ternyata tidak didapatkan bukti yang men- droksilasi dopamin menjadi norepinelrin. Asam as-
dukung efektivitasnya.
korbat meningkatkan aktivitas enzim amidase yang
berperan dalam pembentukan hormon oksitosin,
2.2. ASAM ASKORBAT (V|TAM|N C) hormon antidiuretik. Dengan mereduksi ion leri
menjadi fero dalam lambung, vitamin C meningkat-
SEJARAH DAN KlMlA. Delisiensivitamin C yang kan absorpsi besi. Selain itu vitamin C juga ber-
dinamakan skorbut alau scurvy telah dikenal se- peran pada pembentukan steroid adrenal.
menjak tahun 1720. Diketahui pula bahwa penyakit Pada jaringan lungsi utama vitamin C ialah
tersebut dapat dicegah dengan pemberian sayur- dalam sintesis kolagen, proteoglikan dan lain zat
mayur alau buah-buahan segar terutama golongan organik matriks antarsel misalnyA pada tulang, gigi,
jeruk yang lernyata mengandung vitamin C, Asam endotel kapiler. Dalam sintesis kolagen selain ber-
askorbal mula-mula dikenal sebagai asam heksu- peran dalam hidroksilasi prolin vitamin C juga nam-
ronat dengan rumus CeHsOo. Karena berkhasiat paknya berperan untuk menstimulasi langsung sin-
antiskorbut maka dinamakan asam askorbat atau tesis peptida kolagen. Pada penderita skorbut
vitamin C dengan rumus bangun berikut ini: gangguan siniesis kolagen terlihat sebagai kesulit-
an penyembuhan luka, gangguan pembentukan
CH2OH gigi dan pecahnya kapiler yang menyebabkan per-
I darahan seperti petekie dan ekimosis. Perdarahan
xO-C-n -zo:- tersebut disebabkan oleh kebocoran kapiler akibat
l,/ -\ adhesi sel-sel endotel yang kurang baik dan mung-
ct -co kin juga karena gangguan pada jaringan ikat peri-
kapiler sehingga kapiler mudah pecah oleh
'!\tt U-U
penekanan.
Pemberian vilamin C pada keadaan normal ti-
dak menunjukkan elek larmakodinamik yang jelas.
OH OH
Tetapi pada keadaan defisiensi, pemberian vitamin
C akan menghilangkan gejala penyakii dengan
Vltannln C
cepat.
Vitamin dan Mineral 723

Defisiensivitamin C. Gejala awal hipovitami- normal dalam serum. Wanita yang menggunakan
nosis C adalah malaise, mudah lersinggung, gang- kontrasepsi oral juga mempunyai kadar vitamin C
guan emosi, artralgia, hiperkeratosis lolikel rambut, dalam serum yang rendah, akan tetapi pengaruh
perdarah'an hidung dan petekie. Skorbut terlihat bila kliniknya tidak diketahui, Pada masa hamil dan lak-
kadar vitamin C pada leukosit dan trombosit < 2 tasi diperlukan tambahan vitamin C 't0-25 mg/hari.
mg/dl dan ini terjadi setelah mendapat diet yang
tidak mengandung vitamin C selama 3-5 bulan. EFEK SAMPING. Vitamin C dengan dosis lebih dari
Orang tua, alkoholisme, penderita penyakit mena- 1 g/hari dapal menyebabkan diare. Hal ini terjadi
hun sangat peka terhadap timbulnya skorbut. Gang- karena elek iritasi langsung pada mukosa usus
guan terlihat pada sebagian besar jaringan teruta- yang mengakibatkan peningkatan peristaltik. Elek
ma yang berasal dari mesodermal seperti kolagen, iritasi juga dapat menyebabkan uretritis nonspesilik
tulang yang sedang tumbuh dan pembuluh darah. terutama pada uretra distal. Dosis besar tersebut
Pada tulang yang sedang tumbuh dapat terjadi juga meningkatkan bahaya terbentuknya batu gin-
gangguan pertumbuhan, pembengkakan pada jal, karena sebagian vitamin C dimetabolisme dan
ujLrng tulang panjang akibat perdarahan subperios- diekskresi sebagai oksalat. Penggunaan kronik
teum serta osteoporosis pada orang dewasa. Gigi vitamin C dosis sangat besar dapat menyebabkan
geligi mengalami resorpsi dan. atroli dentin serta ketergantungan, dimana penurunan mendadak ka-
terjadi gangguan pada alveoli gigi yang mengaki- dar vitamin C dapat menimbulkan rebound scutvy.
batkan gigi mudah lepas. Gusi melunak, mudah ber- Hal ini dapat dihindari dengan mengurangi asupan
darah dan membengkak hingga menutupi bagian vitamin C secara bertahap. Vitamin C mega dosis
gigi. Gangguan pada dinding pembuluh darah me- parenteral dapat menyebqbkan oksalosis yang me-
ngakibatkan lragilitas pembuluh darah meningkat, luas, aritmia jantung, dan kerusakan ginjal berat.
sehingga trauma ringan mudah rnenimbulkan per- Dosis vitamin C 1 g/hari dilaporkan meningkat-
darahan kulit, otot, gusi dan tulang. Anemia nor- kan kadar etinil estradiol plasma. lnteraksi ini dapat
mositik atau makrositik (sebabnya dapat multilak- mengakibatkan break through bleeding dan kega-
torial) sering didapatkan. Bila skorbut tidak diobati galan kontrasepsi, bila pemakai kontrasepsi oral
dapat terjadi kejang, koma dan kematian, yang mengandung etinil estradiol tersebut meng-
hentikan penggunaan vitamin C secara tiba-tiba.
FARMAKOKINETIK. Vitamin C mudah diabsorpsi Vitamin C meningkatkan absorpsi besi, se-
melalui saluran cerna. Pada keadaan normal tam- hingga dosis besar dapat berbahaya pada pende-
pak kenaikan kadar vitamin C dalam darah setelah rita hemokromatosis, talasemia dan anemia sidero-
diabsorpsi. Kadar dalam leukosit dan trombosit blastik. Hemolisis ringan dilaporkan terjadi pada
lebih besar daripada dalam plasma dan eritrosit. penderita dengan defisiensi GOPD. Hemolisis akut
Distribusinya luas ke seluruh tubuh dengan kadar dapat mengakibatkan koagulasi intravaskular di-
tertinggi dalam kelenjar dan terendah dalam otot seminata dan gagal ginjal akut yang dapat menye-
dan jaringan lemak. Ekskresi melalui urin dalam babkan kematian. Vitamin C mega dosis juga dapat
bentuk utuh dan bentuk garam sullatnya lerjadijika mengakibatkan krisis Sickle cell.
kadar dalam darah melewati ambang rangsang gin-
ial 1,4 mgo/o. PENGARUH TERHADAP HASIL UJI LABORA-
TORIUM. Vitamin C dosis besar dapat memberikan
Kebutuhan sehari. AKG vitamin C ialah 35 mg hasil negatil semu pada uji untuk glikosuria (en-
untuk bayi dan meningkat sampai kira-kira 60 mg zymedip tesf) dan uji adanya darah pada tinja pen-
pada dewasa. Elisiensi absorpsi akan berkurang
derita karsinoma kolon. Selain itu hasil positil semu
dan kecepatan ekskresi menlngkat bila digunakan dapat terjadi pada c/rnitesf dan tes glikosuria de-
jumlah lebih besar. Kebutuhan akan vitamin C me-
ngan larutan Benedict.
ningkat 300%-500% pada penyakit inleksi, tuberku-
losis, tukak peptik, penyakit neoplasma, pasca SEDIAAN. Vitamin C terdapat dalam berbagai pre-
bedah atau trauma, pada hiperliroid, kehamilan dan parat baik dalam bentuk lablet yang mengandung
laklasi. Beberapa obat diduga dapat mempercepat 50-1500 mg maupun dalam bentuk larutan. Ke-
ekskresl vitamin C misalnya tetrasiklin, lenobarbital banyakan sediaan multivitamin mengandung vita-
dan salisilat. min C, Untuk sediaan suntik didapatkan larutan
Perokok diperkirakan membutuhkan tambah- yang mngandung vitamin C 100-500 mg. Air jeruk
an vilamin C 5oo/o untuk mempertahankan kadar mengandung vitamin C yang tinggi sehingga dapat
724 Farmakolagi dan Terapi

digunakan untuk terapi menggantikan sediaan vita- bulkan pada hewan coba dapat diatasi dengan me-
min C. nambahkan mentega atau telur pada makanan.
Kalsium askorbat dan natrium askorbat dida- Vitamin A terutama terdapat pada mentega,
patkan dalam bentuk tablet dan bubuk untuk peng- telur, hati dan daging, dan terdapat dalam beberapa
gunaan per oral. bentuk misalnya retinol (vitamin Ar) dan 3-dehidro-
retinol (vitamin A2). Asam retinoat (tretinoin, isotre-
lNDlKASl. Vitamin C diindikasikan untuk pence- tinoin) merupakan hasil oksidasi group alkohol dari
gahan dan pengobatan skorbut. Selain itu vitamin C retinol.
digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak ada Vitamin A dapat juga berasal dari karoten yang
hubungannya dengan delisiensi vitamin C dan se- merupakan pigmen tumbuh-tumbuhan, Karoten,
ringkali digunakan dengan dosis besar. Akan tetapi yang disebut juga provitamin A, banyak terdapat
ternyata elektivitasnya tidak jelas atau tidak terbuk- pada sayuran berwarna hijau atau kuning dan buah-
ti. Vitamin C tidak mengurangi insidens common buahan seperti pada wortel, pepaya, tomat. Terda-
colds meskipun dapat sedikit mengurangi beratnya pat beberapa jenis karoten yaitu karoten alfa, beta
sakit dan lamanya masa sakit. Juga terbukti vitamin dan gama, dan bentuk yang paling aktif ialah beta
C tidak bermanfaat untuk kanker lanjul. Vitamin C karoten. Hanya 113 karoten diubah menjadi vitamin
mega dosis tidak terbukti elektif untuk ateroskle- A pada dinding usus halus.
rosis, penyembuhan luka, dan skizofrenia.
Karena sifat reduktornya vitamin C digunakan
untuk mengatasi methemoglobinemia idiopatik, FARMAKODINAMIK
meskipun kurang elektif dibandingkan dengan biru
metilen, Dosis yang dianjurkan minimal 150 mg. Vitamin A dosis kecil tidak menunjukkan elek
larmakodinamik yang berarti. Sebaliknya pemberi-
an dosis besar vitamin A menimbulkan keracunan.
Vitamin A diperlukan untuk regenerasi pigmen
3. VITAMIN LARUT LEMAK retina mata dalam proses adaptasi gelap. Pigmen
retina yang lotosensitif yaitu rodopsin dan iodopsin,
Vitamin larut lemak (vitamin A, D, E dan K) bila terkena cahaya, akan memutih, terurai dan
diabsorpsi dengan cara yang kompleks dan sejalan menimbulkan impuls. Pada penguraian ini akan ter-
dengan absorpsi lemak. Dengan demikian keada- jadi kehilangan sebagian vitamin A. Sebaliknya,
an-keadaan yang menyebabkan gangguan absorp- pada tempat gelap akan terjadi regenerasi pigmen
si lemak seperti delisiensi asam empedu, ikterus yang memerlukan vitamin A. Pada delisiensi vita'
dan enteritis dapat mengakibatkan delisiensi satu min A, regenerasi pigmen terutama rodopsin yang
atau mungkin semua vitamin golongan ini' Vitamin penting untuk melihat dalam keadaan gelap akan
larut lemak mempengaruhi permeabilitas atau terhalang atau berlangsung lebih lambat, sehingga
transport pada berbagai membran sel dan bekerja kemampuan untuk adaptasi gelap akan berkurang
sebagai oksidator atau reduktor, koenzim atau inhi- dan timbul keadaan yang disebut buta senja atau
bitor enzim. Vitamin A dan D mempunyai aktivitas niktalopia. Delisiensi vitamin A yang sangat berat
mirip hormon. Vitamin-vitamin ini disimpan terutama dapat menyebabkan kebutaan.
di hati dan diekskresi melalui feses. Karena meta- Retinol (vitamin A1) memegang peranan pen-
bolismenya sangat lambat, dosis yang berlebihan ting pada kesempurnaan lungsi dan slruktur sel
dapat menimbulkan elek toksik. epitel, karena retinol berperan dalam dilerensiasi
sel dan prolilerasi epitel. Dengan adanya retinol sel
epitel basalis distimulasi untuk memproduksi
3.1. VITAMIN A mukus. Kelebihan retinol akan menyebabkan pem-
bentukan mukus yang berlebihan dan menghambat
SEJARAH DAN KIMIA keratinisasi. Bila tidak ada retinol, sel goblet mu-
kosa hilang dan terjadi atrofi epitelyang diikuti oleh
Beberapa gejala delisiensi vitamin A seperti proliferasi sel basal yang berlebihan. Sel-sel baru
xerottalmia dan keratomalasia mulai dikenal pada yang terbentuk ini merupakan epitel berkeratin dan
pertengahan abad ke 19. Timbulnya gejala tersebut menggantikan epitel yang mensekresi mukus. Pe-
disebabkan asupan makanan yang tidak mencu- nekanan sekresi mukus menyebabkan mudah ter'
kupi. Selanjutnya lernyata xeroftalmia yang ditim- jadi iritasi dan inleksi.
Vitamin dan Mineral 725

Selain fungsi-fungsi tersebut di atas vitamin A pada penyakit menahun dengan gangguan absorp-
iuga diperlukan untuk pertumbuhan tulang, alat re- si lemak, seperti pada penyakit obstruksi saluran
produksi dan perkembangan embrio. Hambatan empedu, sariawan dan fibrosis kistik. Defisiensi
reproduksi pada delisiensi vitamin A mungkin dise- vitamin A bersama dengan penyakil Protein Caloic
babkan oleh peran vitamin A pada interkonversi Malnutrition (PCM) masih merupakan penyakit
steroid. Asam retinoat mempercepat pertumbuhan, gangguan gizi yang sangat penting di lndonesia
diferensiasi serta memperlahankan epitel jaringan. serta negara berkembang lainnya, dan terutama
Akan tetapi asam retinoat tidak memperbaiki lungsi sering ditemukan pada anak.
penglihatan, pendengaran atau reproduksi. Pada Pada orang dewasa sehat terdapat persedia-
hewan coba yang kekurangan vitamin A, sintesis an vitamin A, sehingga gejala defisiensi baru timbul
RNA inti berkurang dan dapat distimulasi oleh 2 atau 3 tahun setelah orang tersebul tidak men-
retinol atau asam retinoat. Retinol dapat mengatur dapat vitamin A dalam dietnya. Gejala yang paling
sintesis protein termasuk keratin. dini dan paling mudah dikenal ialah buta senja,
Dewasa ini banyak penelitian ditujukan untuk Defisiensi lebih berat menyebabkan gangguan
mengetahui apakah retinol mempengaruhi karsino- pada mata yang berupa xerottalmia, timbulnya ber'
genesis. Bjelke (1975) berpendapat bahwa defi- cak Bitot, keratomalasia, dan akhirnya kebutaan.
siensivitamin A agaknya dapat meningkatkan kepe- Defisiensi vitamin A dilaporkan meningkatkan kepe-
kaan terhadap karsinogenesis termasuk pada kaan jaringan epitel terhadap karsinogenesis. Pada
manusia; didapatkan hiperplasia yang jelas dan umumnya, jaringan yang berprolilerasi cepat lebih
peningkatan sintesis DNA oleh sel basal berbagai
sensitil terhadap keadaan delisiensi retinol.
epitel dan pengurangan dilerensiasi sel, Pengguna-
Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan pe-
an retinol atau retinoid lain pada binatang dapat rubahan epitel, dan ini dapat menyebabkan mening-
mengatasi perubahan-perubahan ini. Menurut Hill
katnya insidens inleksi saluran napas; terbentuknya
dan Grubbs (1 982) pada hewan coba perubahan sel
batu saluran kemih di sekitar sisa-sisa epitel yang
premaligna menjadi sel maligna diperlambat, dihen-
rusak; kulit menjadi kering dengan penebalan lapis-
tikan atau bahkan dilawan. Efek antitumor terlihat
an tanduk disertai timbulnya papel-papel terutama
pada keganasan yang disebabkan antara lain oleh
pada lengan dan tungkai. Gangguan indra pen-
zat kimia, virus dan radiasi. Mekanisme antikarsino-
ciuman, perabaan dan pendengaran dapat terjadi
genik belum dikelahui jelas, Akan tetapi, berbagai
akibat keratinisasi. Kadang-kadang timbul diare
kemungkinan dikemukakan antara lain karena in- yang mungkin disebabkan oleh perubahan-peru'
duksi dilerensiasi sel maligna meniadi sel normal,
bahan pada epitel usus dan duktus pankreatikus.
penekanan ierhadap lenotip maligna yang sebe-
lumnya ditimbulkan oleh suatu karsinogen dan per- HIPERVITAMINOSIS A. Hipervitaminosis A biasa-
baikan mekanisme pertahanan tubuh. nya terjadi akibat penggunaan vitamin A lebih dari
Meskipun penelitian epidemiologis menunjuk- 700-3000 lU/kg/hari untuk beberapa bulan sampai
kan adanya hubungan antara asupan vitamin A beberapa tahun. Akan tetapi kerusakan hati pada
yang rendah dengan terjadnya kanker, hubungan- anak dapat timbul sebagai akibat penggunaan vita-
nya dengan asupan retinol yang rendah tidak kon- min A dengan dosis yang sesuai AKG untuk orang
sisten, Oleh karena itu saat ini perhatian ditujukan dewasa selama beberapa tahun dan dengan dosis
pada elek biologik beta karoten dan karotenoid lain. 5 kali AKG selama 7-10ltahun pada orang dewasa.
Salah satu dugaan ialah karena beta karoten beker- Gejalanya pada anak ahtara lain pseudotumor se-
ja sebagai antioksidan, sehingga dengan demikian rebri, tinitus, pelebaran Sutura dan ubun-ubun me-
dapat mempengaruhi elek mutagenik karsinogen nonjol, meningkatnya tekanan intrakranial, nyeri
tertentu atau akibat radiasi dan juga meningkatkan tulang, letargi, dermatitis eksloliativa, pruritus; sto-
matitis angular, hiperostosis dan paronikia' Dapat
elek sitotoksik leukosil PMM yang aktif.
terjadidiplopia dan papiludem dan selaniutnya atroli
DEFISIENSI VITAMIN A. Delisiensivitamin A ter- n. optikus dan kebutaan. Gejala yang umum pada
jadi bila kesanggupan tubuh untuk menyimpan orang dewasa ialah muntah, perubahan kulit, irita-
vitamin A terganggu (misalnya pada sirosis hati), bel, sakit kepala, hipermenore dan kelemahan.
bila terdapat delisiensi protein untuk transport dan Gejala psikiatrik mungkin terlihat seperti depresi
bila absorpsi di usus terganggu atau asupan vitamin berat atau skizofrenia. Dapat terjadi gangguan
A yang kurang. Delisiensi ini lebih sering terjadi lungsi hati yang mungkin disertai hepatosplenome-
726 Farmakologi dan Tenpi

gali. Selain itu hiperkalsemia berat dan asites juga sangat bergantung pada jumlah diet si ibu. Metabolit
dilaporkan terjadi. Hipervitaminosis A pada anak vitamin A diekskresi melalui urin dan tinja.
dan dewasa dapat menyebabkan kekeringan kulit Kadar normal vitamin A dalam plasma ialah
dan .membran mukosa, alopesia, anoreksia, brittle 100-230 uniV100 ml. Selama cadangan vitamin A di
narls, mialgia, ostealgia, artralgia, nyeri perut, sple- hati cukup, kadar normal akan dipertahankan. Bila
nomegali, anemia hipoplastik dengan leukopenia. terjadi penurunan kadar vitamin A berarti persedia-
Kebanyakan gejala hilang bila obat dihentikan. Ter- an vitamin A dalam hati sudah berkurang. Gejala
hambatnya pertumbuhan karena penulupan epifisis defisiensi vitamin A timbul bila kadar plasma di
yang terlalu cepat dapat terjadi pada anak. bawah 10-20 rrg/100 ml. (0,3 prg-1 unit).
Absorpsi karoten tidak sebaik dan semudah
TERATOGENISITAS. Dosis berlebihan vitamin A
absorpsi vitamin A. Proses ini juga tergantung dari
pada binatang menimbulkan malformasi pada SSP,
adanya empedu dan lemak yang diabsorpsi. Di
mata, palatum dan saluran kemih. Oleh karena itu,
dinding usus halus karoten diubah menjadi vitamin
dosis melebihi AKG tidak dianjurkan selama keha-
A. Satu molekul B-karoten akan diubah menjadi 2
milan normal. Dilaporkan lerjadinya delormitas molekul retinal, sedangkan satu molekul alfa dan
pada bayiyang ibunya mendapat 25000 lU vitamin
A segera sebelum dan beberapa bulan pertama B-karoten masing-masing hanya diubah menjadi
satu molekul retinal. Sebagian besar retinal direduk-
kehamilan.
si menjadi retinol untuk selanjutnya mengalami es-
KEBUTUHAN MANUSIA. Kebutuhan vitamin A terifikasi, sedangkan sebagian kecil retinal diok-
yang dianjurkan per hari untuk wanita 500 RE dan sidasi menjadi asam retinoat.
untuk pria 600 RE. Dosis karoten yang diperlukan Asupan karoten yang terlalu banyak dapat
kurang lebih 2 kali dosis vitamin A. menyebabkan hiperkarotenemia yang mengakibat-
kan kulit berwarna kuning. Berbeda dari ikterus,
warna kuning pada kulit ini tidak disertai warna
FARMAKOKINETIK kuning pada sklera.

Vitamin A diabsorpsi sempurna melalui salur-


an cerna dan kadarnya dalam plasma mencapai INDIKASI
puncak setelah 4 jam, tetapi absorpsi dosis besar
vitamin A kurang efisien. Gangguan absorpsi lemak Vitamin A diindikasikan untuk pencegahan
akan menyebabkan gangguan absorpsi vitamin A, dan pengobatan delisiensi vitamin A. Untuk pence-
maka pada keadaan ini dapat digunakan sediaan gahan tambahan vitamin A dapat dianjurkan untuk
vitamin A yang larut dalam air. Absorpsi vitamin A kebutuhan meningkat misalnya pada bayi. Akan
berkurang bila diet kurang mengandung protein, tetapi retinol sejumlah 20.000 lU/hariselama 1 atau
atau pada penyakit infeksi tertentu, dan pada pe- 2 bulan pada bayi atau anak sehat dengan makanan
nyakit hati seperti hepatitis, sirosis hati atau obstruk- yang baik mungkin dapat menimbulkan gejala kera-
si biliaris. Berkurangnya absorpsi vitamin A pada cunan. Pada masa hamil dan laktasi dianjurkan
penyakit hati berbanding lurus dengan derajat in- untuk meningkatkan asupan vitamin A meskipun hal
sufisiensi hati. Sebelum diabsorpsi, sebagian retinol ini juga tergantung pada jenis makanan yang di-
akan mengalami hidrolisis dan reesterilikasi ter- makan. Tambahan vitamin A juga diperlukan untuk
utama menjadi palmitat, sedangkan sebagian lain penderita steatore, obslruksi biliaris, sirosis hati,
akan langsung diabsorpsi. setelah gastrektomi total dan pada penyakit inleksi
Dalam darah retinol terutama diikat oleh crr- yang disertai peningkatan ekskresi vitamin A mela-
globulin yang disebut Retinol Binding Protein lui urin seperti pada nelritis menahun. Untuk suple-
(RBP). RBP dalam sirkulasimembentuk kompleks mentasi makanan umumnya diperlukan vitamin A
dengan protein prealbumin, sehingga liltrasi vitamin 5000 unit.
A melaluiginjaldapat dicegah dan jumlah vitamin A Buta senja yang disebabkan defisiensivitamin
berlebihan yang moncapai organ terbatas. Vitamin A memberikan respons yang baik terhadap vitamin
A terutama disimpan di dalann hati sebagai palmitat, A, tetapi keadaan defisiensi lebih lanjut ternyata
dalam jumlah kecil ditemukan juga diginjal, adrenal, sulit diobati. Hasil. penelitian pada anak lndonesia
paru, lemak intraperitoneal dan retina. Vitamin A (dibagian llmu Kesehatan Anak FKUI), menunjuk-
sukar melalui sawar uri dan jumlahnya dalam ASI kan bahwa gejala defisiensi vitamin A dapat diatasi
Vitamin dan Mineral 727

dengan pemberian vitamin A secara suntikan se- bentuk larutan yang mengandung 50,000 lU vitamin
banyak 100.000 unil untuk satu kali pemberian dan A/ml dapat diberikan secara lM untuk penderita
dilanjutkan dengan pemberian oral. Tambahan sun- malabsorbsi, mual, muntah dan gangguan mata
tikan 20,000 unit tiap minggu dapat dianiurkan. yang berat. Dosis lebih dari 25.000 lU/hari hanya
Pemberian vitamin E bersama dengan vitamin dapat diberikan pada pasien defisiensi berat. Peng-
A nannpaknya dapat meningkatkan elektivitas vita- gunaan oral lebih baik daripada parenteral, tetapi
min A dan mencegah atau mengurangi kemungkin- pemberian secara lM mungkin diperlukan unluk (1)
an terjadinya hipervitaminosis A. terapi jangka pendek bila absorpsi sangat tergang-
Vitamin A juga digunakan secara topikal untuk gu; (2) adanya gangguan mata; atau (3) bila peng-
pengobatan berbagai infeksi kulit, luka atau luka gunaan secara oral tidak memungkinkan.
bakar, meskipun manfaatnya masih diragukan.
Dosis pada defisiensi berat. Pemberian lM pada
Vitarn!n A juga digunakan untuk pengobatan penya-
orang dewasa dan anak berusia lebih dari 8 tahun:
kit kulii tertentu seperti akne, psoriasis, dan iktiosis.
50.000 - 100.000 lU/hari selama 3 hari diikuti de-
Tretinoin rnemberikan hasil baik untuk pengobatan
penyakil kulit misalnya akne dan iktiosis. Obat ini ngan 50.000 lU/hari untuk 2 minggu. Pada anak 1-
8 tahun diberikan dosis 5000 - 15.000 lU/hari untuk
efektif dan aman bila digunakan topikal. lsotretinoin
10 hari dan bayi 5000 - 10,000 lU/hari untuk 10 hari.
sama elektifnya dengan tretinoin pada penyakit
Dosis oral pada orang dewasa dan anak lebih
kulit.
dari 8 tahun ialah 100.000 lU/hari selama 3 hari di-
Meskipun pada saat ini sedang diteliti kemung-
kinan manfaat vitamin A untuk mencegah tumor
ikuti dengan 50.000 lU/hari selama 2 minggu, di-
lanjutkan dengan 10.000-20.000 lU/hari untuk 2
kulit, kandung kemih, payudara dan lain jaringan
bulan. Dosis suplementasi tergantung makanan
epitel, penggunaan vitamin A secara rutin untuk
prolilaktik kanker tidak dianjurkan mengingat tok- dan tidak melebihiAKG.
Tretinoin, untuk penggunaan topikal dalam
sisitasnya.
bentuk larutan 0,05%, krem 0,025-0,1%, gel 0,025-
INTERAKSI. Jika tidak ada indikasi yang spesifik, 0,01%. Sediaan ini bersilat iritatil menyebabkan
dosis besar vitamin A sebaiknya dihindarkan pada penglupasan kulit dan digunakan untuk pengobatan
pasien yang mendapat pengobatan antikoagulan. akne dan lain penyakit kulit.
Pada beberapa pasien terlihat peningkatan respons lsotretinoin, kapsul mengandung 1O, 20, 40
hipoprotrombinemik terhadap warlarin yang diberi- mg isotretinoin. Untuk pengobatan akne biasanya
kan bersama vitamin A dosis besar (25.000 lU/hari). dimulai dengan dosis 0,5-1 mg/kg/hari dibagi 2
dosis, maksimum 2 mg/kg. Lama terapi biasanya
15-20 minggu, bila diperlukan dapat diulangi de-
POSOLOGI ngan interval 2 bulan. Dosis lebih rendah mungkin
sama elektif tetapi kekambuhan lebih sering teriadi'
Vitamin A terdapat dalam berbagai sediaan lsotretinoin iuga digunakan untuk berbagai keadaan
untuk penggunaan secara oral, sunlikan dan topi- keratinisasi tetapi mungkin diperlukan dosis lebih
kal. Untuk penggunaan oral terdapat bentuk tablet, besar.
kapsul ataupun larutan/sirup yang mengandung Etretinat, kapsul mengandung 10 dan 25 mg
vitamin A saja atau dengan kombinasi vitamin D etretinat, Untuk pengobatan psoriasis dosis awal
ataupun vitamin lain dalam berbagai kombinasi do- biasanya 0,75-1 mg/kg, maksimum 1,5 mg/kg.
sis. Absorpsi vitamin A dalam sediaan larutan air
paling cepat dibandingkan bentuk emulsi dan larut-
an minyak (paling lambat). Sediaan vitamin A dalam
larutan air memberikan kadar plasma lebih tinggi 3.2. VITAMIN D
daripada vitamin A dalam minyak. Sebaliknya se-
diaan yang larut dalam minyak menyebabkan pe-
SEJARAH DAN KIMIA
nimbunan dalam hati lebih banyak dibandingkan
dengan sediaan dalam larutan air. Vitamin D, senyawa yang larut dalam lemak,
Vitamin A kapsul mengandung 3-15 mg retinol terbukti berguna untuk mencegah dan mengobati
(10.000-50.000 lU) per kapsul, Juga didapatkan rakitis yaitu penyakit yang banyak terdapat pada
sediaan tetes per oral. Sediaan suntikan dalam anak, terutama di daerah yang kurang mendapat
Farmakologi dan Tenpi

sinar matahari. Pada tahun 1920 Mellanby dan sebabkan terutama oleh berkurangnya resorpsi kal-
Huldschinsky mendapatkan bahwa rakitis dapat sium dari tulang.
dicegah ataupun diobati dengan minyak ikan atau Peran vitamin D pada pengaturan ekskresi
dgngan sinar matahari yang cukup. Ternyata slerol kalsium dan foslat oleh ginjal masih belum jelas.
yang terdapat pada hewan ataupun tumbuh-tum- Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa elek
buhan merupakan provitamin D yang dengan penyi- langsung dari dosis fisiologik ialah meningkatkan
naran ultraviolet akan diubah menjadi vitamin D. reabsorpsi kalsium dan foslat di tubuli proksimal.
Provitamin yang terutama didapatkan pada
jaringan hewan, ialah 7-dehidrokolesterol yang DEFISIENSI VITAMIN D. Pada defisiensivitamin D
terjadi penurunan kadar kalsium plasma, selanjut-
akan diubah menjadi vitamin D3 (kolekalsiferol).
nya merangsang sekresi HPT yang berakibat me-
Provitamin D yang terdapat pada ragi dan jamur
ningkatnya resorpsi tulang. Pada bayi dan anak hal
ialah ergosterol yang akan diubah menjadi vitamin
ini mengakibatkan gangguan pertumbuhan tulang
D2 (kalsiferol). Selain itu, 7-dehidrokolesterol juga
yang dikenal sebagai penyakit rakitis. Berkurang-
disintesis pada kulit. Potensi vitamin Dz dan Dr
pada manusia praktis tidak berbeda. nya kalsifikasi menyebabkan delormitas tulang se-
perti kifosis, skoliosis, tulang tasbeh pada dada,
kraniotabes pada anak usia di bawah satu tahun
FARMAKODINAMI dan genu varus atau genu valgus pada anak yang
sudah dapat berjalan. Pada orang dewasa, deli-
FISIOLOGI. Vitamin D mempunyai 2 fungsi lisiologi siensi vitamin D menyebabkan osteomalasia yang
sebagai pengatur homeostatik kalsium plasma. Pe- ditandai oleh berkurangnya densitas tulang, se-
ngaturan ini diperlukan untuk mempertahankan dangkan delormitas tulang hanya terjadi pada
kadar kalsium dan losfat plasma yang penting untuk kasus yang lanjut.
mineralisasi tulang dan untuk mempertahankan
lungsi normal neuromuskular serta lungsi lain yang HIPERVITAMINOSIS D. Hipervitaminosis D dapat
bergantung pada kalsium. timbul akibat asupan vitamin D yang berlebihan,
Terdapat variasi yang besar dari jumlah vitamin D
Pengaturan homeostatik kalsium plasma. Vita- yang dapat menyebabkan hipervitaminosis D. Se-
min D berelek meningkatkan absorpsi kalsium dan cara kasar diperkirakan 50.000 unit vitamin D tiap
loslat melalui usus halus, sehingga menjamin kebu- hari terus menerus, dapat mengakibatkan keracun-
tuhan kalsium dan loslat yang cukup untuk tulang, an, tetapi pada anak-anak keracunan dapat timbul
Selain itu, vitamin D memperlihatkan efek mobilisasi dengan dosis yang relatif kecil.
kalsium lulang dari tulang tua ke dalam plasma Gejala hipervitaminosis D berupa hiperkalse-
(resorpsi tulang) untuk selanjutnya mungkin diguna- mia, kalsilikasi ektopik pada jaringan lunak (misal-
kan pada mineralisasi tulang baru. Namun, penga- nya ginjal, pembuluh darah, jantung dan paru), ano-
ruhnya langsung pada mineralisasi tulang belum reksia, mual, diare, sakit kepala, hipertensi dan
pernah dibuktikan, hanya laju pembentukan tulang hiperkolesterolemia. Hiperkalsemia dapat menye-
yang normal agaknya lerjadi pada kadar kalsium babkan gangguan fungsi ginjal dengan gejala poliu-
dan loslat yang adekuat dan transler kalsium yang ria, polidipsia, nokturia. Mobilisasi kalsium dari
berjalan timbal-balik antara tulang dan plasma me- tulang menyebabkan osteoporosis lokal atau umum
rupakan hal yang penting pada pengaturan kadar yang terlihat pada pemeriksaan radiologik. Peru-
kalsium plasma. bahan yang khas ialah terdapatnya peningkatan
Selain oleh vitamin D, pengaturan kadar kal- kadar kalsium dan nitrogen nonprotein plasma.
sium plasma dipengaruhijuga oleh hormon parati- Asupan vitamin D yang berlebihan pada jbu hamil
roid (HPT) dan kalsitonin. HPT berelek meningkat- dihubungkan dengan timbulnya stenosis aorta su-
kan absorpsi kalsium dari usus halus, mempercepat pravalvular kongenital nonfamilial pada fetus yang
transfer kalsium daritulang dan meningkatkan reab- dilahirkan. Selain ilu, hiperkalsemia pada ibu hamil
sorpsi kalsium oleh ginjal, sedangkan kalsitonin me- dapat menekan lungsi paratiroid bayi yang dilahir-
nurunkan kadar ion kalsium plasma. HPT disekresi kan, sehingga dapat menimbulkan hipokalsemia
bila kadar ion kalsium menurun, sebaliknya kal- dan tetani.
sitonin dirangsang sekresinya bila kadar ion kalsium Hipervitaminosis D diatasi dengan penghen-
plasma meningkat. Turunnya kadar ion kalsium di- tian pemberian vitamin D, diet rendah kalsium,
729
Vitamin dan Mineral

minum banyak dan pemakaian glukokortikoid untuk dung campuran dengan kalsium dan sediaan yang
mengurangi absorPsi kalsium. hanya mengandung vitamin D saja. Selain itu, ter-
dapat sediaan yang mengandung metabolit vitamin
KEBU"TUHAN SEHARI. Bayimemerlukan 400 uniV D misalnya 25-HCC dan 1,25-DHCC dan yang me-
hari. Jumlah tersebut juga diperkirakan cukup untuk ngandung dihidrotakisterol, suatu analog vitamin D
anak, orang dewasa, pada masa hamil dan laktasi' hasil reduksi vitamin D2 alau Ds, yang pada dosis
besar lebih elektil daripada vitamin D dalam mobi-
lisasi kalsium tulang. Jumlah vitamin D yang dikan-
FARMAKOKINETIK dung pada sediaan bervariasi antara 200-1.000 lU'
Selain untuk pencegahan dan pengobatan
Absorpsi vitamin D melalui saluran cerna cu-
rakitis, vitamin D antara lain digunakan untuk osteo-
kup baik. Vitamin Dg diabsorpsi lebih cepat dan
malasia, hipoparatiroidisme dan tetani infantil, dan
lebih sempurna. Gangguan lungsi hati, kandung
untuk keadaan lain dengan alasan penggunaan
empedu dan saluran cerna sepeni steatore akan yang belum atau tidak diketahui misalnya pada pso-
menggangEu absorpsi vitamin D. Dalam sirkulasi
riasis, artritis dan hay-fever. Vitamin D juga diguna-
vitamin D diikat oleh cr- globulin yang khusus dan
kan untuk hipofoslatemia pada pasien sindrom
selanjutnya disimpan pada lemak tubuh untuk wak-
Fanconi dan pasien osteoporosis. Pemberian dosis
tu lama dengan masa paruh 19-25 jam' 25- hidrok-
besar vitamin D untuk pasien osteoporosis masih
sikolekalsiferol (25-HCC) mempunyai alinitas yang
diragukan hasilnya dan dapat berbahaya.
lebih besar terhadap protein pengikat sehingga
masa paruh daPat mencaPai 19 hari. Rakitis. Dosis vitamin D 1.000 unit per hari akan
mengembalikan kadar kalsium dan losfat plasma
Aktivasi vitamin D. Vitamin D disimpan dalam ben-
menjadi normal setelah kurang lebih 10 hari, se-
tuk inert di dalam tubuh, untuk menjadi bentuk aktif dangkan hasil pemeriksaan radiologik akan menun-
vitamin D harus dimetabolisme lebih dahulu melalui jukkan penyembuhan dalam waktu 3 minggu' Untuk
serangkaian proses hidroksilasi di ginial dan hati' mempercepat penyembuhan kadang-kadang digu-
Metabolit terpenting ialah 25-HCC yang dibentuk di nakan dosis 3.000-4.000 unit per hari. Pada keada-
hati dan 1,25-dihidroksikolekalsilerol (1,25-DHCC) an tertentu diperlukan dosis besar yaitu 20'000-
yang dibentuk dari 25-HCC di ginjal. 1'2s-DHCC 60.000 unit per hari untuk rakitis metabolik yang
jauh lebih efektif daripada 25-HCC dalam mening- vitamin D dependent; 50.000-200'000 unit per hari
katkan absorpsi dan mobilisasi kalsium' Hidroksilasi untuk rakitis yang resisten terhadap vitamin D; dan
ini diatur oleh mekanisme umpan balik negatif dari 20.000-200.000 unit per hari untuk osteodistroli gin-
kadar ion kalsium Plasma' jal.
Ekskresi vitamin D terutama melalui empedu
dan dalam jumlah kecil ditemukan dalam urin. Pada Tetani infantil. Gejala penyakit ini paling cepat di-
pasien yang mendapat antikonvulsi misalnya leni- atasi dengan pemberian kalsium, sedangkan pem-
toin dan lenobarbital untuk jangka lama dida- berian vitamin D berguna untuk menjamin absorpsi
patkan insidens rakitis dan osteomalasiayang tinggi kalsium Yang cukuP.
meskipun kadar 1,25 DHCC pada pasien yang me- Hipoparatiroidisme. Pada keadaan ini diperlukan
ngalaminya tetap normal. Selanjutnya beberapa pe- vitamin D dosis besar yaitu 50.000-250'000 unit
neliti mendapatkan bahwa terapi antikonvulsi me- sebagai dosis penuniang' Selain itu, dapat juga di-
nyebabkan target organ menjadi lebih resisten ter- grnuiun dihidrotakisterol yang mula kerjanya lebih
hadap vitamin D sehingga absorpsi kalsium melalui cepat dan masa kerjanya lebih singkat. Untuk men-
usus halus dan resorpsi tulang berkurang. Hal inilah cegah hiperkalsemia maka kadar kalsium .darah
yang menjadi penyebab terjadinya rakitis dan os- harus sering diPeriksa.
teomalasia pada pasien tersebut di atas'
Profilaksis. Pemberian vitamin D untuk tuiuan pen-
cegahan antara lain diperlukan untuk penyakit de-
SEDIAAN DAN INDIKASI
ngln gungguan absorpsi vitamin D seperti diare'
Vitamin D terdapat dalam beberapa macam sLutoi", obstruksi biliaris. Tambahan vitamin D
bentuk sediaan, misalnya dalam minyak ikan yang mungkin diperlukan pada masa hamil, laktasi dan
biasanya iuga mengandung vitamin A,, dalam se' pada orang tua agar asupan vitamin D per hari 400
diaan multivitamin, dalam sediaan yang mengan- iU. Sita dosis lebih besar digunakan untuk jangka
730
Farmakologi dan Terapi

lama, kadar kalsium darah dan dalam urin 24 jam vitamin E. Sebagian gejala defisiensivitamin E pada
harus sering dimonitor. Kalsium darah harus diper- hewan dapat dicegah atau diatasi oleh zat-zat ter-
tahankan pada kadar 9-10 mg/dl. pada bayi pre- sebut. Kelihatannya vitamin E juga memegang
malur atau bayi yang mendapat ASI dalam jumlah peran penting dalam sintesis heme. Fungsi lain ada-
yang tidak cukup diperlukan dosis pencegahan 400 lah meningkatkan utilisasi dari vitamin A, absorpsi,
lU/hari. Bayi yang kemungkinan besar mengalami kadar di hati dan sel lain. Vitamin E menghambat
rakitis (misalnya pada sindrom malabsorpsi, lahir produksi prostaglandin, dan merangsang kolaktor
dari ibu yang mengalami defisiensi vitamin D) me- yang penting pada metabolisme steroid. Vitamin E
merlukan sampai 30.000 lU/hari. juga membantu mernpertahankan fungsi dan struk-
tur saraf.

3.3. VITAMIN E Defisiensi vitamin E. Vitamin E banyak terdapat


pada makanan, maka detisiensi vitamin E biasanya
lebih sering disebabkan oleh gangguan absorpsi
SEJARAH DAN KIMIA misalnya steatore, obstruksi biliaris dan penyakit
pankreas. Tidak dikenal gejala defisiensi vitarnin E
Padatahun 1922 Evans dan Bishop menyata- yang khas pada orang dewasa. Bayi prematur de-
kan bahwa tikus betina membutuhkan bahan ma- ngan makanan yang kaya akan asam lemak tidak
kanan penting untuk mempertahankan kehamilan. jenuh ganda dan kurang akan vitamin E mengalami
Kekurangan zat tersebut dapat menyebabkan ke- lesi kulit, anemia henrolitik dan udem. pada hewan,
matian dan resorpsi janin, sedangkan pada tikus defisiensi vitamin E dapat menyebabkan gangguan
jantan dapat menyebabkan sterilitas, Karena itu reproduksi seperti sterilitas dan resorpsi fetus, dis-
dahulu vitamin E disebut juga vitamin antisterilitas, trotia otot, nekrosis miokard, payah jantung dan
tetapi kemudian ternyata bahwa defisiensi vitamin anemia. Anemia terjadi karena gangguan hemato-
E menimbulkan efek yang lebih luas. poiesis dan penghancuran eritrosit yang terlalu
Vitamin E antara lain didapatkan pada telur, cepat. Agaknya tokoferol melindungi lemak pada
susu, daging, buah- buahan, kacang-kacangan dan membran eritrosit dari peroksidasi yang menyebab-
sayur-sayuran misalnya selada dan bayam. Ter_ kan kerusakan membran dan hemolisis. Atas dasar
dapat I jenis tokolerol alam yang mempunyai akti- gejala yang limbul akibat defisiensi vitamin E pada
vilas vitamin E. Alla-tokoferol merupakan bentuk hewan, seringkali vitamin E digunakan untuk peng-
yang paling penting karena merupakan gOo/o dari obatan penyakit dan gejala yang mirip dengan
tokolerol yang berasal dari hewan dengan aktivitas keadaan tersebut pada manusia.
biologik yang paling besar. Bentuk d- lebih aktil dari
bentuk /. Struktur c,-lokoferol hampir sama dengan Hipervitaminosis E. Pemakaian vitamin E dosis
koenzim Q yang terdapat di dalam jaringan tubuh, besar untuk waktu lama dapat menyebabkan kele-
Tokolerol bersilat antioksidasi dan akan rusak bila mahan otot, gangguan reproduksi dan gangguan
terkena udara atau sinar ultraviolet. saluran cerna. Gejala-gejala ini hilang dalam bebe-
rapa minggu setelah asupan yang berlebihan dihen-
tikan.
FARMAKODINAMIK
KEBUTUHAN SEHARI. Pada orang lndonesia ke-
Mengenai elek dan mekanisme kerja vitamin butuhan ini belum diketahui. Diperkirakan asupan
E masih banyak pertentangan pendapat. Diduga 10-30 mg vitamin E cukup untuk mempertahankan
aktivitasnya berhubungan dengan sifat antioksidasi kadar normal di dalam darah. Kebutuhan vitamin E
yang dimilikinya. Sebagai antioksidan, vitamin E umumnya sudah dipenuhi oleh makanan sehari-
agaknya mencegah oksidasi bagian sel yang pen- hari. Diet yang kaya akan asam lemak tidak jenuh
ting atau mencegah terbentuknya hasil oksidasi akan meningkatkan kebutuhan vitamin E per hari.
yang toksik, misalnya hasil peroksidasi asam lemak Akan tetapi makanan yang mengandung asam le-
tidak jenuh. Pada hewan coba diet yang kaya akan mak tidak jenuh misalnya margarin, minyak sayur
asam lemak tidak jenuh membutuhkan vitamin E juga kaya akan vitamin E. Diet yang mengandung
lebih banyak. Beberapa zat yang terdapat pada anlioksidan, selenium dan asam amino yang me-
makanan misalnya selenium, asam amino yang me- ngandung sullur akan mengurangi kebutuhan vita-
ngandung sulfur, koenzim Q dapat menggantikan min E. Kebutuhan vitamin E mungkin meningkat bila
Vitamin dan Mineral
73'l

lingkungan kaya oksigen atau pada penderita yang Juga tidak didapatkan bukti-bukti yang me-
mendapat terapi sediaan besi atau mendapat dosis nyokong manfaatnya untuk prolilaksis terhadap
besar hormon tiroid. Lesi kulit, perubahan hemato- kanker, kerusakan paru akibat polusi udara atau
logik dan"edema terjadi pada bayi prematur yang proses penuaan, arteriosklerosis. Vitamin E tidak
mendapat makanan/susu formula yang kaya asam efektil untuk radang kulit, sindrom menopause,
lemak tak jenuh dan rendah vitamin E; defisiensi tukak peptik, luka bakar dan porfiria. Selain itu
vitamin E dapat diperberat oleh suplementasi besi masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
dosis besar. Penyembuhan terjadi bila diberikan manfaat vitamin E dosis besar untuk mengurangi
a-tokolerol 25-50 mg/hari atau pengurangan suple- insidens dan beratnya retinopati pada prematur.
mentasi besi dan jumlah asam lemak tak jenuh. Beberapa penelitian melaporkan adanya res-
pons yang baik terhadap o-tokoferol pada anemia
megaloblastik makrositer yang terdapat pada anak
FARMAKOKINETIK
PCM, anemia hemolitik pada bayi prematur, anemia
hemolitik pada sindrom akantositosis dan anemia
Vitamin E diabsorpsi baik melalui saluran cer-
na. Dalam darah terutama terikat dengan beta-lipo-
hemolitik pada sindrom malabsorpsi yang ditandai
protein dan didistribusi ke semua jaringan. Vitamin oleh steatore. Untuk anemia hemolitik pada bayi
prematur, digunakan dosis 200-800 mg cr- tokolerol
E sukar melalui sawar uri, sehingga bayi yang baru
asetat/hari, dan untuk anemia hemolitik pada sin-
lahir hanya mempunyai kadar tokoferol plasma
kurang lebih 1/5 kadar tokolerol plasma ibunya, drom akantositosis digunakan dosis 100 mg/hari
cr-tokoferol asetat secara parenteral.
tetapi ASI mengandung a- tokoferol yang cukup
untuk bayi. Gudang vitamin E di jaringan tubuh
dapat merupakan sumber vitamin E untuk waktu
larna. Kebanyakan vitamin E diekskresi secara lam- 3.4. VITAMIN K
bat ke dalam empedu, sedangkan sisanya dieks-
kresi melalui urin sebagai glukuronida dari asam
tokoferonat atau metabolit lain. SEJARAH DAN KIMIA

Tahun 1929 Dam mendapatkan perdarahan


SEDIAAN DAN INDIKASI spontan pada ayam dengan diet yang tidak sempur-
na. Selanjutnya ternyata perdarahan tersebut dapat
Vitamin E terdapat dalam bentuk d atau cam- diatasi dengan memberikan suatu zat yang larut
puran d dan / isomer dari tokoferol, o-tokolerol dalam lemak yang diberi nama vitamin K (koaguta-
asetat, q,-tokoferol suksinat. Sediaan oral, antara tion vitamin).
lain dalam bentuk tablel dan kapsul, mengandung Dikenal 2 jenis vitamin K alam, yaitu vitamin
30-1.000 lU, Untuk suntikan tersedia larutan yang K1 (filokuinon=fitonadion) dan vitamin Kz (senyawa
mengandung 100 atau 200 lU/ml. Selain itu vitamin menakuinon), dan 1 jenis vitamin K sintetik, Vitamin
E juga terdapat dalam sediaan campuran dengan K1, yang digunakan untuk pengobatan, terdapat
vitamin lain. pada kloroplas sayuran berwarna hijau dan buah-
Penggunaan vitamin E hanya diindikasikan buahan. Vitamin Kz disintesis oleh bakteri usus
pada keadaan defisiensi yang dapat terlihat dari terutama oleh bakteri Gram-positif. Vitamin K sin-
kadar serum yang rendah dan atau peningkatan tetik yaitu vitamin K3 (menadion) merupakan derivat
lragilitas eritrosit terhadap hidrogen peroksida. Hal naltokuinon, dengan aktivitas yang mendekati vita-
ini dapat terjadi pada bayi prematur dengan berat min K alam. Derivatnya yang larut dalam air, ffind.
badan yang rendah, pada penderita-penderita de- dion natrium dilosfat, didalam tubuh diubah menjadi
ngan sindrom malabsorpsi dan steatore, dan pe- menadion.
nyakit dengan gangguan absorpsi lemak. penggu-
naan vitamin E untuk penyakit-penyakit yang mirip
dengan keadaan yang timbul sebagai akibat defi- FARMAKODINAMIK
siensivitamin E pada hewan, misalnya distrolia otot,
abortus habitualis, sterilitas, toksemia gravidarum, Pada orang normal vitamin K tidak mempu-
penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah peri- nyai aktivitas larmakodinamil(, tetapi pada pende-
fer, ternyata hasilnya mengecewakan. rita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk
732 Farmakologi dan Terapi

meningkatkan biosintesis beberapa laktor pembe- menakuinon yang harus melalui saluran limle lebih
kuan darah yaitu protrombin, laktor Vll (prokonver- dahulu, menadion dan derivatnya yang larut air
tin), faktor lX (faktor Christmas) dan laktor X (faktor dapat langsung masuk ke sirkulasi darah. Vitamin
Stuqrt) yang berlangsung dihati. Mekanisme kerja K alam dan sintetik diabsorpsi dengan mudah se-
vitamin K ini masih belum diketahui dengan pasli. telah penyuntikan lM. Bila terdapat gangguan ab-
sorpsi vitamin t( akan terjadi hipoprotrombinemia
Kebutuhan Manusia. Jumlah kebutuhan manusia setelah beberapa minggu, sebab persediaan vita-
akan vitamin K tidak diketahui dengan jelas, tetapi min K di dalam tubuh hanya sedikit.
rupanya kebutuhan tersebut sangat kecil. Pada Metabolisme vitamin K di dalam tubuh tidak
orang dewasa sehat, kebutuhan akan vitamin K banyak diketahui. Pada empedu dan urin hampir
biasanya sudah terpenuhi dari makanan dan hasil tidak ditemukan bentuk bebas, sebagian besar di-
sintesis oleh bakteri usus. Sintesis vitamin K oleh konyugasi dengan asam glukuronat. Pemakaian
bakteri usus sekitar 50o/o dari kebutuhan vitamin K antibiotik sangat mengurangi jumlah vitamin K
per hari.
dalam tinja, yang terutama merupakan hasil sintesis
Defisiensi Vitamin K. Delisiensi vitamin K menye- bakteri usus.
"babkan hipoprotrombinemia dan menurunnya
kadar beberapa laktor pembekuan darah, sehingga
SEDIAAN DAN INDIKASI
waktu pembekuan darah memanjang dan dapat
terjadi perdarahan spontan seperti: ekimosis, epis- Tablet litonadiort (vitamin Kr) 5 mg. Emulsi
taksis, hematuria, perdarahan saluran cerna, per- litonadion yang mengandung 2 atau 10 mg/ml, un-
darahan intrakranial, perdarahan pascabedah dan tuk parenteral.
kadang-kadang hemoptisis. Tablet menadion 2,5; dan 10 mg, Larutan
lntoksikasi. Pemberian lilokuinon secara lV yang menadion dalam minyak yang mengandung 2, 10,
terlalu cepat dapat menyebabkan kemerahan pada dan 25 mg/ml, untuk pemakaian lM.
muka, berkeringat, bronkospasme dan sianosis, Tablet menadion natrium bisullit 5 mg. Larutan
sakit pada dada, dan kadang-kadang dapat menye- menadion natrium bisullit yang mengandung 5 dan
babkan kematian. Akan tetapi belum diketahuide- 10 mg/ml, untuk pemakaian parenteral.
ngan jelas apakah memang disebabkan oleh vita- Tablet menadiol natrium difoslat 5 mg. Larutan
min K atau bahan lain yang terdapat pada sediaan menadiol natrium dilosfat yang mengandung 5 dan
tersebut. Juga dilaporkan timbulnya hiperbilirubi- 10 mg/ml, untuk pemakaian parenteral.
nemia pada bayi yang mendapat filokuinon, Vitamin K berguna untuk mencegah atau me-
ngatasi perdarahan akibat delisiensi vitamin K. Deli-
Menadion bersilat irilatil pada kulit dan saluran
siensi vitamin K dapat terjadi akibal gangguan ab-
napas. Larutan menadion dapat menyebabkan kulit
sorpsi vitamin K, berkurangnya bakteri yang men-
melepuh. Pada bayi terutama bayi prematur, mena- sintesis vitamin K pada usus dan pemakaian anti-
dion dan derivatnya dapat menyebabkan anemia koagulan tertentu yang dapat mempengaruhi aktivi-
hemolitik, hiperbilirubinemia dan iherus. Menadion tas vitamin K. Defisiensi vitamin K akibat asupan
juga menimbulkan hemolisis pada penderita yang yang tidak mencukupi jarang terjadi, karena vitamin
eritrositnya kurang mengandung glukosa-6-fosfat- K terdapat pada banyak jenis makanan dan juga
dehidrogenase. Pada penderita dengan penyakit disintesis oleh bakteri usus. Gangguan absorpsi
hati yang berat, pemberian dosis besar lilokuinon vitamin K dapat terjadi pada penyakit obstruksi bilia-
atau menadion dapat lebih memperberat hipopro- ris dan gangguan usus seperti sariawan, enteritis,
lrombinemia. enterokolitis dan reseksi usus. Pemakaian obat se-
perti antibiotik dan sullonamid untuk waktu lama
FARMAKOKINETIK dapat mengurangi bakteri yang mensintesis vitamin
K di usus.
Absorpsi vitamin K melalui usus sangat ter- Pada bayi baru lahir hipoprotrombinemia da-
gantung dari kelarutannya. Absorpsi lilokuinon dan pat terjadi terutama karena belum adanya bakteri
menakuinon hanya berlangsung balk bila lerdapat yang mensintesis vitamin K di usus dan tidak ada-
garam-garam empedu, sedangkan menadion dan nya depot vitamin K. Karena itu dianjurkan untuk
derivatnyayang larut air dapat diabsorpsi walaupun memberikan prolilaksis vitamin K secara rutin pada
tidak ada empedu. Berbeda den$an filokuinon dan bayiyang baru dilahirkan. Filokuinon yang rupanya
733
Vitamin dan Mineral

kurang toksik merupakan obat terpilih unluk tin- diperlukan vitamin D. Kebutuhan kalsium mening-
dakan pencegahan tersebut dan diberikan sejumlah kat pada masa pertumbuhan, selama laktasi dan
0,5-1 mg lM atau lV segera setelah bayi dilahirkan. pada wanita pascamenopause' Bayi yang menda-
Dosis ini 'dapat ditambah atau diulangi setelah 1 pat susu buatan memerlukan tambahan kalsium'
minggu bila si ibu mendapat pengobatan antikoa-' Selain itu asupan kalsium juga perlu ditingkatkan
gulan atau antikonvulsi, atau bila terdapat kecende' bila makanan banyak mengandung protein dan/
rungan timbulnya perdarahan. Tindakan pencegah- atau losfor. Banyak peneliti yang menganjurkan
an ini dilakukan juga pada bayi prematur atau bayi asupan sekitar 1,2 glhari untuk pasien alkoholik'
aterm yang dilahirkan dengan bantuan lorseps atau sindrom malabsorpsi dan pasien- pasien yang men-
ekstraksi vakum, dan diberikan dengan dosis 2'5 dapat kortikosteroid, isoniazid, tetrasiklin atau an-
'mg 3'hari berturut-lurut. Untuk pengobatan
untuk tasid yang mengandung aluminium'
perdarahan pada bayidapat diberikan 1 mg lM atau
lV dan bila perlu dapat diulangi setelah 8 jam.
Antikoagulan, misalnya derivat kumarin, me- FOSFOR
ngadakan hambatan bersaing dengan vitamin K
sehingga dapat menyebabkan hipoprotrombinemia Mineral ini terlibat dalam penggunaan vita-
dan perdarahan. Hipoprotrombinemia berat dan min B kompleks di dalam tubuh. Fosfor terdapat
perdarahan ini dapat diatasi dengan vitamin K pada semua jaringan tubuh dan di dalam tulang dan
dalam beberapa jam, dalam hal ini lilokuinon jauh gigi didapatkan dalam jumlah yang hampir sama
lebih elektil daripada menadion dan derivatnya. Ke' dengan kalsium. Fosfor sangat penting sebagai bu-
adaan yang ringan dapat diatasi dengan meng- fer cairan tubuh. Lemak, protein, karbohidrat dan
hentikan atau mengurangi dosis antikoagulan ter- berbagai enzim yang berperan dalam transler ener-
sebut, atau dengan pemberian dosis tunggal 1-5 mg gi mengandung mineral ini. Makanan dengan kom-
lilokuinon. Bila perdarahan hebat, diperlukan 20-40 posisi yang baik sudah mengandung losfor yang
mg filokuinon yang diberikan dengan segera di sam- cukup. Perbandingan kandunEan kalsium dan los-
ping transluSi darah segar. Bila perlu setelah 4 jam lor dalam makanan dianjurkan 1 : 1. Pada orang
diberikan lagi lilokuinon. dewasa delisiensi umumnya tidak terjadi kecuali
Vitamin K mungkin bermanlaat pada hipopro- pada alkoholisme, penggunaan antasid yang tidak
trombinemia yang disebabkan oleh pemakaian sali- dapat diabsorpsi untuk jangka lama, muntah
silat dosis besar, racun ular yang menginaktivasi berkepanjangan, pasien penyakit hati atau hiper-
protrombin atau asupan vitamin A yang berlebihan. paratiroidisme.
Pada penyakit hepatoselular, misalnya hepa-
titis dan sirosis hati, dapat leriadi hipoprotrombine-
mia karena sel hati tidak dapat membentuk faktor' MAGNESIUM
laktor pembekuan darah' Pada keadaan ini pem-
Magnesium mengaktivasi banyak sistem en-
berian vitamin K biasanya tidak akan memberikan
zim (misalnya alkali losfatase, leusin aminopepti-
hasil yang baik, bahkan dosis yang besar pada
dase) dan merupakan kolaktor yang penting pada
hepatitis din sirosis yang berat dapat memperberat
losforilasi oksidatif, pengaturan suhu tubuh, kon-
hipoprotrombinemia. Dengan memanlaatkan res-
pons hipoprotrombinemia, pemberian vitamin K par-
iraktilitas otot dan kepekaan saraf' Pada orang
sehat dengan makanan yang bervariasi defisiensi
enteral dapat digunakan untuk membedakan ik-
magnesium jarang teriadi. Kebutuhan akan magne-
terus akibat obstruksi biliaris atau akibat penyakit
sium tergantung pada jumlah protein, kalsium dan
hepatoselular.
loslor yang dimakan.
Aipomagnesemia meningkatkan kepekaan
saraf dan transmisi neuromuskuler. Pada keadaan
4. MINERAL YANG DIBUTUHKAN delisiensi berat mengakibatkan tetani dan konvulsi'
DALAM JUMLAH RELATIF BANYAK Hipomagnesemia dapat teriadi pada pasien alko-
hotit<, t<wasiriorkor, tetani inlantil, diabetes, sindrom
malabsorpsi, hiper atau hipoparatiroidisme' penya-
KALSIUM kit ginjal, selama terapi diuretik, pada pasien yang
Kalsium merupakan mineral yang paling ba- nan'yi mendapat makanan secara parenteral,
pasca bedah.
nyak didapatkan di dalam tubuh. Untuk absorpsinya
734 Farmakologi dan Terapi

Hipermagnesemia menyebabkan vasodilatasi Hipernatremia jarang ditemui pada individu


perifer dan hilangnya relleks tendon, mempunyai sehat tetapi dapat terjadi setelah diare atau muntah
elek seperti kurare pada sambungan saral - otot dan yang lama terutama pada bayi, pada gangguan
menghambat penglepasan katekolamin dari kelen- ginjal, librosis kistik atau insulisiensi korteks adre-
jar adrenal. Kegagalan pernapasan dan henti jan- nal, atau pada penggunaan diuretik tiazid. Keringat
tung dapat terjadi selelah dosis sangat besar. yang berlebihan dapat mengakibatkan kehilangan
natrium yang banyak dan perlu diganti dalam ben-
KALIUM tuk air dan NaCl.

Perbedaan kadar kalium (kation utama dalam


cairan intrasel) dan natrium (kation utama dalam KLORIDA
cairan ekstrasel) mengatur kepekaan sel, konduksi
impuls saral dan keseimbangan dan volume cairan Klorida merupakan anion yang paling penting
tubuh. dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit.
Meskipun defisiensi jarang terjadi pada indivi- Alkalosis metabolik hipokloremik dapat terjadi sete-
du yang mendapat makanan yang cukup, hipokale- lah muntah yang lama atau penggunaan diuretik
mia dapat terjadi pada anak-anak yang makanan- berlebihan. Kehilangan klorida berlebihan dapat
nya tidak mengandung protein. Penyebab hipokale- menyertai kehilangan berlebihan natrium. Kemung-
mia yang paling sering adalah terapi diuretik ter- kinan terjadinya hiperkalemia perlu dipertimbang-
utama tiazid. Lain penyebab hipokalemia adalah kan bila terpaksa menggunakan KCI sebagai peng-
diare yang berkepanjangan lerutama pada anak, ganti klorida yang hilang.
hiperaldosteronisme, terapi cairan parenter'al yang
tidak tepat atau tidak mencukupi, penggunaan kor-
tikosteroid atau laksan jangka lama. Aritmia jantung SULFUR
dan gangguan neuromuskular merupakan akibat
hipokalemia yang paling berbahaya. Beberapa asam amino, tiamin dan biotin me-
Hiperkalemia paling sering disebabkan gang- ngandung sulfur. Meskipun sulfur esensial untuk
guan ekskresi kalium oleh ginjalyang dapat terjadi manusia fungsinya yang tepat selain sebagai kom-
pada pasien dengan insulisiensi korteks adrenal, ponen tersebut di atas tidak diketahui. Demikian
gagal ginjal akut, gagal ginjal kronik terminal, suple- pula sampai saat ini belum diketahui kebutuhannya
mentasi vitamin K yang tidak sesuai dosis atau per hari.
indikasinya, atau penggunaan antagonis aldoste-
ron. Aritmia jantung dan gangguan konduksi meru-
pakan gejala sisa yang paling berbahaya. Lain
manifestasi hiperkalemia termasuk kelemahan dan 5. UNSUR HARA (TRACE ELEMENTS)
parestesia.
Keterangan lain lihat Bab 25 (diuretik). FLUOR

NATRIUM Fluor terdapat pada gigi dan bermanlaat untuk


menurunkan insidens karies dentis terutama pada
Natrium'penting untuk membantu memper- anak. Selain itu lluor juga membantu retensi kalsium
tahankan volume dan keseimbangan cairan lubuh. pada tulang. Akan tetapi bukti-bukti yang menunjuk-
Kadamya dalam cairan lubuh diatur oleh mekanis- kan bahwa suplementasi fluor bermanlaat untuk
mer homeostatik. Banyak individu mengkonsumsi mencegah atau memperbaiki penyakit tulang se-
natrium melebihi dari yang dibuluhkan. Pembatas- perti osteoporosis masih kontroversial.
an natrium seringkali dianjurkan pada pasien gagal
jantung kongestif, sirosis hati dan hipertensi. Asup- Fluoridasi air minum dengan kadar optimum
an yang kurang dari normal yang dimulai sejak 0,7-1 ,2 ppm merupakan cara yang paling elisien
masa kanak-kanak dan berlanjut sampai dewasa dan ekonomis untuk menjamin asupan lluor yang
dapat membantu pencegahan hipertensi pada in- cukup. Dengan fluoridasi air minum dan pengguna-
dividu tertentu. Akan tetapi pembatasan natrium an pasta gigi yang mengandung lluor maka preva-
pada wanita sehat selama kehamilan tidak dian- lensi karies dentis menurun 30% - 6o0/o pada 2O
jurkan. tahun terakhir ini. Suplementasi lluor hanya dibu-
Vitamin dan Mineral 735

tuhkan bila kandungan lluor dalam air minum ku- ini disebabkan oleh adanya f itat dan serat tumbuhan
rang dari 0,7 ppm dan dosis yang diperlukan tergan- yang mengikalZn pada usus sehingga tidak dapat
tung dari kandungan lluor dalam air tersebut (Tabel diabsorpsi. Fosfat, besi, Cu, Pb, kadmium dan kal-
4s-2). sium juga menghambat absorpsi Zn. Sebaliknya
absorpsi Zn ditingkatkan pada masa kehamilan,
Tabel 49-2. DoSIS SUPLEMENTASI FLUoR (MG ION oleh kortikosteroid dan endotoksin.
FLUOR/HARI) DIDASARKAN PADA KANDUNGAN Zn didistribusi ke seluruh tubuh dan kadar ter-
FLUOR DALAM AIR MINUM' tinggi didapatkan pada koroid mata, spermatozoa,
rambut, kuku, tulang dan prostat. Di dalam plasma
sebagian besar Zn terikat pada protein terutama
Kadar lluor dalam air pada albumin, a-2- makroglobulin dan transferin.
(ppm) ASI mengandung 3 mg/L Zn pada saat setelah
melahirkan, tetapi selanjutnya menurun.
Umur (th) < 0,3 0,3 - 0,7 > 0,7 Ekskresinya terutama melalui feses sejumlah
kurang lebih 2/3 dari asupan Zn. Hanya sekilar 2o/o
diekskresi melalu urin. Kehilangan Zn dalam jumlah
lahir - 2 0,25 0 0
besar dapat terjadi akibat diare atau keluarnya cair-
2- 3 0,50 o,25 0 an dari listula.
3 - 13 1,00 0,50 0 Defisiensi Zn dapat terjadi sebagai akibat
asupan yang tidak cukup misalnya pada orang tua,
alkoholisme dengan sirosis dan gizi buruk; absorpsi
' dari Accepted Dental Therapeutics 1984 yang kurang misalnya pada sindrom malabsorpsi,
librosis kistik; meningkatnya ekskresi Zn misalnya
pada anemia sickle cell,luka bakar yang luas, fistula
Toksisitas menahun (fluorosis) biasanya aki- yang mengeluarkan cairan; atau pada pasien de-
bat pajanan jangka lama dengan insektisida atau ngan gangguan metabolisme bawaan misalnya ak-
debu industri atau meminum air yang mengandung rodermatitis enteropatik. Defisiensi Zn pada ibu ha-
lluor > 4 ppm untuk jangka lama. Fluorosis gigi mil mungkin dapat menimbulkan etek teratogenik,
(Mottled enamel) dapat terjadi pada gigi yang se- karena mallormasi dan gangguan tingkah laku ter-
dang tumbuh dan pada orang yang lebih tua dapat jadi pada janin hewan coba.
menyebabkan osteomalasia dan osteosklerosls. Manilestasi kulit akibat delisiensi Zn yang mi-
Gangguan yang nyata pada gigi dan tulang terjadi rip dengan akrodermatitis enteropatik dilaporkan
bila air mengandung lluor lebih dari 8 ppm atau terjadi setelah pemberian makanan parenteral jang-
akibat kombinasi suplementasi dan asupan lluor ka panjang. Oleh karena itu pasien yang mendapat
melalui air. seluruh makanan secara parenteral selama kurang
lebih satu bulan harus mendapat tambahan Zn. Bila
sumber makanan satu- satunya adalah makanan
SENG (Zn) lormula maka perlu diberikan Zn 100% AKG.
Disfungsi kelamin dan impoten yang terjadi
Zn merupakan kolaktor lebih dari 100 enzim pada pasien penyakit ginjal kadang-kadang seba-
dan penting untuk metabolisme asam nukleat dan gian dapat diatasi dengan pemberian Zn. Selama
sintesis protein. Mineral jni diperlukan untuk per- dialisis ZnCle mungkin dapat ditambahkan pada
tumbuhan, lungsi dan maturasi alat kelamin, nafsu dialisat dengan jumlah yang cukup (400 Fg/L) untuk
makan dan ketajaman rasa, serla penyembuhan mempertahankan kadar plasma 100-150 mg/dl.
luka. Bukti yang menunjukkan bahwa Zn dapdt
Absorpsi Zn dipercepat oleh ligand berat mempercepat penyembuhan luka atau tukak kronik
molekul rendah yang berasal dari pankreas. Kurang masih kontroversial. Percepatan penyembuhan
lebih 20-30% Zn peroral diabsorpsiterutama pada luka setelah pnggunaan Zn mungkin terjadi hanya
duodenum dan usus halus bagian proksimal. Jum- pada pasien yang mengalami delisiensi. Banyak
lah Zn yang diabsorpsi torgantung pada berbagai pasien rawat-inap dan usia lanjut mengalami defi-
laktor termasuk sumbernya. Zn yang berasal dari siensi Zn yang sangat ringan, unluk mereka tam-
hewan umumnya diabsorpsi lebih baik daripada bahan Zn mungkin bermanfaat bila mengalamipe-
yang berasal dari tumbuh-lumbuhan. Mungkin hal nyembuhan luka yang lambat.
Farmakologi dan Terapi

Zn mempunyai batas keamanan yang relatif nyakit ini terjadi di daerah dimana.tanahnya kurang
lebar. Dengan dosis 1 mg/kg/hari untuk mengobati mengandung yodium dan sering terjadi sebelum
defisiensi hampir tidak menimbulkan efek samping, tersedianya garam meja beryodium. Garam meja
meskipun dosis berlebihan jangka lama tidak dian- beryodium merupakan sumber yodium yang murah
jurkan. Kadar Zn yang tinggi dapat menghambat dan efisien. Selain itu yodium juga banyak didapat-
respons imun dengan menghambat migrasi neu- kan pada makanan laut.
trofil dan mengakibatkan terjadinya akumulasi. Mineral ini dibutuhkan sejumlah 100-300 pg/
Asupan Zn yang berlebihan juga dapat menyebab- hari dan sampai dengan 1 mg/hari mungkin dapat
kan delisiensi Cu dan besi, karena dapat mempe- dikonsumsi dengan aman. Kebutuhan yodium me-
ngaruhi absorpsi dan penggunaannya serta dapat ningkat pada anak yang sedang tumbuh dan wanita
menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, meng- pada masa hamil dan laktasi. Akan tetapi peng-
gigil, demam, malaise, dan nyeri abdomen. gunaan jumlah besar jangka lama selama kehamil-
an dapat mengakibatkan pembesaran tiroid
neonatus, hipotiroidisme atau kretinisme.
SELENIUM Manilestasi intoksikasi yodium akut terlihat
pada kelenjar tiroid, kelenjar saliva, mata dan dapat
Selenium merupakan unsur enzim glutation
menyebabkan edema, demam, konyungtivitis. Ede-
peroksidase yang terdapat pada sebagian besar
ma laring dapat mengakibatkan obstruksi jalan na-
jaringan tubuh. Dan hal ini menerangkan sebagian
fas yang bisa latal. Reaksi lokal pada saluran cerna
aktivitas biologik yang ditimbulkannya. Selain itu seperti nyeri abdomen, muntah dan diare yang
terdapat hubungan erat antara vitamin E dan kadang-kadang berdarah dapat terjadi dan dapat
6elenium.
mengakibatkan terjadinya dehidrasi dan syok.
Bukti yang menunjukkan bahwa selenium me-
lntoksikasi kronik yodium (yodisme) lebih se-
rupakan mineral yang penting untuk manusia ter-
ring terjadi. Sensitivitas terhadap yodium bervariasi
lihat pada penelitian penyakit Keshan yaitu kardio-
antar individu, dan yodium 6 mg atau lebih per hari
miopati yang fatal, yang terjadi pada anak dan dapat menghambat aktivitas tiroid dan mengakibat-
wanita muda di Cina. lnsidens penyakit ini ternyata
kan terjadinya hipotiroidisme. Gejala yang timbul
tinggi pada anak- anakyang hidup di daerah dimana
antara lain reaksi hipersensitivitas misalnya ruam
kadar selenium pada makanan utamanya rendah.
kulit dan dermatoses (yang nampaknya tergantung
Dengan tambahan selenium secara masal maka
dosis), mual, edema muka dan mata, sakit kepala,
praktis penyakit tersebut tidak terjadi. Kardomiopati
batuk dan iritasi lambung.
sejenis juga ditemukan pada beberapa pasien yang
Keterangan lebih lanjut mengenai yodium da-
mendapat makanan parenteral jangka panjang, pat dilihat pada Bab Hormon Tiroid.
mungkin sekurang-kurangnya sebagian hal ini dise-
babkan oleh defisiensi selenium. Akan tetapi masih
diperlukan inlormasi lebih lanjut mengenai kebutuh- KROMIUM
annya,
Diperkirakan asupan selenium melalui ma- Kromium trivalen berperan sebagai kompleks
kanan telah mencukupi kebutuhan. Selenium 0,05- kolaktor untuk insulin dan karena itu berperan pada
0,2 mg/hari nampaknya aman untuk orang dewasa. penggunaan glukosa secara normal di dalam tubuh.
Penggunaannya untuk memperpanjang hidup atau Kromium bentuk organik terdapat pada kompleks
pencegahan kanker dan penyakit jantung iskemik dinikotino-glutation pada makanan dan nampaknya
tidak disokong oleh data yang ada. Selenium dosis diabsorpsi lebih baik daripada bentuk anorganik.
besar bersifat toksik dan dapat menyebabkan alo- Defisiensi pernah dilaporkan pada penderita
pesia, lepasnya kuku, lemah, mual, dan muntah. yang hanya mendapat makanan secara parenteral
selama 5 bulan - 3 tahun. Penderita-penderita ter-
YODIUM sebut mengalami neuropati perifer dan atau en-
sefalopati yang membaik dengan penggunaan
Yodium merupakan bagian dari hormon tiroid: kromium 150 pg/hari. Gejala defisiensi lain seperti
letrayodotironin (tiroksin) dan triyodotironin. Keada- diabetes dengan gangguan penggunaan glukosa.
an delisiensi mengakibatkan terjadinya hiperplasia Akan tetapi pada orang normal tambahan kromium
dan hipertroli kelenjar tiroid (goiter endemik), Pe- tidak menimbulkan elek hipoglikemik.
Vitamin dan Mineral 737

MANGAN jut, kecuali bila pajanan dihindarkan. Rigiditas dan


distonia dapat diatasi dengan levodopa.
Mineral ini terdapat pada mitokondria sel, ter-
utamd pada kelenjar hipolisis, hati, pankreas, ginjal
dan tulang. Mangan mempengaruhi sintesis muko-
polisakarida, menstimulasi sintesis kolesterol hati MOLIBDEN
dan asam lemak, dan merupakan kofaktor banyak
enzim seperti arginase dan alkali losfatase di hati. Molibden merupakan konstituen penting dari
Banyak jenis makanan mengandung mangan da- banyak enzim. Mineral ini diabsorpsi baik dan ter-
lam jumlah besar. Fada orang dewasa asupan se dapat dalam tulang, hati, ginjal. Delisiensi jarang
jumlah 2-5 mg aman dan cukup jumlahnya. Bila terjadi. Molibden 0,15-0,5 mg/hari diperkirakan cu-
makanan hanya diberikan secara parenteral untuk kup dan aman untuk orang dewasa dan nampaknya
jangka panjang maka diperlukan suplementasi dapat dipenuhi oleh makanan sehari-hari,
mangan, Asupan sebesar 10-15 mg/hari disertai de-
Pada daerah tambang dan industri dapat ter- ngan gejala seperti pirai, sedangkan kelebihan ri-
jadi intoksikasi mangan menahun akibat inhalasi ngan mungkin disertai dengan keluarnya Cu secara
mangan. Gejala Parkinson dapat timbul dan berlan- bermakna melalui urin.
Farmakologi dan Terapi

XV. OBAT HEMATOLOGIK

50. ANTIANEMIA DEFISIENSI


S. Wardhini B.P. dan Hedi R. Dewoto

1. Antianemiahipokromik 2. Antianemia megaloblastik


1.1. Besi dan garam-garamnya 2.1. Sianokobalamin (Vitamin Brz)
1.2. Obat lain 2.2. Asam folat

Dalam bab ini dibahas obat yang penting un- siensi vitamin B12 juga menyebabkan kelainan neu-
tuk eritropoesis normal yaitu zat besi (Fe), vitamin rologik.
Brz (sianokobalamin) dan asam lolat. Dengan demi-
kian obat-obat ini digunakan untuk mengobati ane-
mia dan dinamakan juga sebagai hematinik. Obat 1. ANTIANEMIA HIPOKROMIK
lain yang berpengaruh terhadap eritropoesis yaitu
riboflavin, piridoksin, kobal dan tembaga akan di-
singgung sedikit, tetapi beberapa hormon yang se-
1.1. BESI DAN GARAM-GAHAMNYA
cara tidak langsung juga mempengaruhi eritropoe-
sis misalnya hormon tiroid, gonad dan adrenal dibi-
carakan dalam bab-bab yang bersangkutan. SEJARAH
Di samping itu dikenal adanya laktor pertum-
buhan sel darah merah yaitu eritropoetin yang di- Terdapatnya zat besi (Fe) dalam darah baru
bentuk oleh ginjal. Zat ini berperan sebagai regula- diketahui setelah penelitian oleh Lemery dan Goeffy
tor proliferasi eritrosit, sehingga bila terganggu da- (1713), kemudian Pierre Blaud (1831) mendapat-
pat berakibat anemia berat. Selain diproduksi oleh kan bahwa FeSO+ dan KzCOs dapat memperbaiki
ginjal dalam sel peritubuler dari tubuli proksimalis, keadaan klorosis, anemia akibat defisiensi Fe. Akan
dalam jumlah kecil protein ini disintesis oleh hati. tetapi, sebenarnya berabad-abad sebelum Masehi,
Untuk kepentingan pengobatan eritropoetin dipro- bangsa Yunani dan lndia telah menggunakan
duksi sebagai rekombinan eritropoetin manusia bahan-bahan yang mengandung Fe untuk menda-
yang disebut "epoetin alfa". Sedangkan indikasi patkan tentara yang kuat. Bangsa Yunani meren-
utama adalah untuk anemia pada gagal ginjal kronik dam pedang-pedang tua dan meminum airnya.
dan pada penderita yang menjalani hemodialisis.
Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin
(Hb), sehingga defisiensi Fe akan menyebabkan DISTRIBUSI DALAM TUBUH
terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil de-
ngan kandungan Hb yang rendah dan menimbulkan Tubuh manusia sehat mengandung + 3,5 g Fe
anemia hipokromik mikrositik. Vitamin Brz dan yang hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kom-
asam lolat dibutuhkan untuk sintesis DNA yang pleks dengan protein. lkalan ini kuat dalam bentuk
normal, sehingga defisiensi salah satu vitamin ini organik, yaitu sebagai ikatan nonion dan lebih
menimbulkan gangguan produksi dan maturasi eri- lemah dalam bentuk anorganik, yaitu sebagai ikatan
trosit yang memberikan gambaran sebagai anemia ion. Besi mudah mengalami oksidasi atau reduksi.
megaloblastik. Berbeda dengan asam folat, defi- Kira-kira 70 % dari Fe yang terdapat dalam tubuh
Antianemia Defisiensi 739

merupakan Fe fungsional atau esensial, dan 30 % kan sebagai obat, bentuk sediaan, dosis dan jumlah
merupakan Fe yang nonesensial. Fe esensial ini serta jenis makanan dapat mempengaruhi absorp-
terdapat pada (1) hemoglobin + 66 %i (2) mioglobin sinya.
3%; (3) enzim tertentu yang berfungsi dalam trans-
ler elektron misalnya sitokromoksidase, suksinil de- Transport. Setelah diabsorpsi, Fe dalam darah
hidrogenase dan xantin oksidase sebanyak 0,5 %, akan diikat oleh transferin (siderofilin), suatu beta
dan (4) pada transferin 0,1 %. Besi nonesensial 1-globulin glikoprotein, untuk kemudian diangkut ke
terdapat sebagai cadangan dalam bentuk feritin berbagai jaringan, terutama ke sumsum tulang dan
dan hemosiderin sebanyak25 %, dan pada paren-
depot Fe. Jelas bahwa kapasitas pengikatan total
kim jaringan kira-kira 5 To. Cadangan Fe pada
Fe dalam plasma sebanding dengan jumlah total
wanita hanya 200-400 mg, sedangkan pada pria
transferin plasma, tetapi jumlah Fe dalam plasma
kira-kira 1 gram.
tidak selalu menggambarkan kapasitas pengikatan
total Fe ini. Selain translerin, sel-sel retikulum dapat
FARMAKOKINETIK pula mengangkut Fe, yaitu untuk keperluan eritro-
poesis. Sel ini juga berfungsi sebagai gudang Fe.
Absorpsi. Absorpsi Fe melalui saluran cerna ter-
utama berlangsung di duodenum; makin ke distal Nasib. Kalau tidak digunakan dalam eritropoesis,
absorpsinya makin berkurang. Zal ini lebih mudah
Fe akan disimpan sebagai cadangan, dalam bentuk
diabsorpsi dalam bentuk lero. Transportnya melalui
terikat sebagai leritin. Feritin terutama terdapat da-
sel mukosa usus terjadi secara transport aktif. lon
fero yang sudah diabsorpsi akan diubah menjadi ion lam sel-sel retikuloendotelial (di hati, limpa dan
feri dalam sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan sumsum tulang). Cadangan ini tersedia untuk digu-
masuk ke dalam plasma dengan perantara trans- nakan oleh sumsum tulang dalam proses eritropoe-
ferin, atau diubah menjadi feritin dan disimpan da- sis; 10 % diantaranya terdapat dalam labile pool
lam sel mukosa usus. Secara umum, bila cadangan yang cepat dapat dikerahkan untuk proses ini, se-
dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi dangkan sisanya baru digunakan bila labile pool
rendah, maka lebih banyak Fe diubah menjadi feri- telah kosong. Besi yang terdapat di dalam parenkim
tin. Bila cadangan rendah atau kebutuhan mening- jaringan tidak dapat digunakan untuk eritropoesis.
kat, maka Fe yang baru diserap akan segera di- Bila Fe diberikan lV, cepat sekali diikat oleh
angkut dari sel mukosa ke sumsum tulang untuk apoleritin (protein yang membentuk feritin) dan di-
eritropoesis. Eritropoesis dapat meningkat sampai
simpan terutama di dalam hati, sedangkan setelah
lebih dari 5 kali pada anemia berat atau hipoksia.
pemberian per oral terutama akan disimpan di limpa
Jumlah Fe yang diabsorpsi sangat tergantung dan sumsum tulang. Fe yang berasal dari pemecah-
dari bentuk dan jumlah absolutnya seda adanya an eritrosit akan masuk ke dalam hati dan limpa'
zal-zal lain. Makanan yang mengandung + 6 mg Penimbunan Fe dalam jumlah abnormal tinggi da-
Fe/1000 kilokalori akan diabsorpsi 5-10 % pada pat terjadi akibat transfusi darah yang berulang-
orang normal. Absorpsi dapat ditingkatkan oleh ulang atau akibat penggunaan preparat Fe dalam
kobal, inosin, etionin, vitamin C, HCl, suksinat dan jumlah berlebihan yang diikuti absorpsi yang ber-
senyawa asam lain. Asam akan mereduksi ion leri
lebihan pula.
menjadi lero dan menghambat terbentuknya kom-
pleks Fe dengan makanan yang tidak larut. Sebalik- Ekskresi. Jumlah Fe yang diekskresi setiap hari
nya absorpsi Fe akan menurun bila terdapal fosfat sedikit sekali, biasanya sekitar 0,5-1 mg sehari.
atau antasida misalnya kalsium karbonat, alumi- Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel
nium hidroksida dan magnesium hidroksida. Besi kulit dan saluran cerna yang terkelupas, selain itu
yang terdapat pada makanan hewani umumnya juga melalui keringat, urin, feses, serta kuku dan
diabsorpsi rata- rata dua kali lebih banyak diban- rambut yang dipotong. Pada proteinuria iumlah
dingkan dengan makanan nabati. yang dikeluarkan dengan urin dapat meningkat ber-
Kadar Fe dalam plasma berperan dalam me- sama dengan sel yang mengelupas' Pada wanita
ngatur absorpsi Fe. Absorpsi ini meningkat pada ke- usia subur dengan siklus haid 28 hari, iumlah Fe
adaan defisiensi Fe, berkurangnya depot Fe dan yang diekskresi sehubungan dengan haid diperkira-
meningkatnya eritropoesis. Selain itu, bila Fe diberi- kan sebanyak 0,5- 1 mg sehari.
740 Farmakologi dan Terapi

KEBUTUHAN BESI Pemberian Fe secara lM dapat menyebabkan


reaksi lokal pada tempat suntikan yaitu berupa rasa
Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipe- sakit, warna coklat pada tempat suntikan, perada-
ngaruhi oleh berbagai faktor. Faktor umur, jenis ngan lokal dengan pembesaran kelenjar inguinal.
kelamin (sehubungan dengan kehamilan dan lak- Peradangan lokal lebih sering terjadi pada pemakai-
tasi pada wanita) dan jumlah darah dalam badan an lM dibandingkan lV. Selain itu dapat pula terjadi
(dalam hal ini Hb) dapat mempengaruhi kebutuhan, reaksi sistbmik yaitu pada 0,5-0,8 % kasus. Beaksi
walaupun keadaan depot Fe memegang peranan yang dapat terjadi dalam 10 menit setelah suntikan
yang penting pula. Dalam keadaan normal dapat adalah sakit kepala, nyeri otot dan sendi, hemolisis,
diperkirakan bahwa seorang laki-laki dewasa me- takikardi, flushing, berkeringat, mual, muntah, bron-
merlukan asupan sebesar 10 mg, dan wanita me- kospasme, hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi.
merlukan 12 mg sehari guna memenuhi ambilan Sedangkan reaksi yang lebih sering timbul dalam
sebesar masing-masing 1 mg dan 1,2 mg sehari. 112-24 jam setelah suntikan misalnya sinkop,
Sedangkan pada wanita hamil dan menyusui diper- demam, menggigil, rash, urtikaria, nyeri dada, pera-
lukan tambahan asupan 5 mg sehari, saan sakit pada seluruh badan dan ensefalopatia.
Bila kebutuhan ini tidak dipenuhi, Fe yang ter- Reaksi sistemik ini lebih sering terjadi pada pem-
dapat di dalam gudang akan digunakan dan gudang berian lV, demikian pula syok atau henti jantung.
lambat-laun menjadi kosong. Akibatnya timbul lntoksikasi akut sangat jarang terjadi pada
anemia defisiensi Fe. Hal ini dapat disebabkan oleh orang dewasa, kebanyakan terjadi pada anak aki-
absorpsi yang jelek, perdarahan kronik dan kebu- bat menelan terlalu banyak tablet FeSO+ yang mirip
tuhan yang meningkat. Keadaan ini memerlukan gula-gula. lntoksikasi akut ini dapat terjadi setelah
penambahan Fe dalam bentuk obat. menelan Fe sebanyak 'l g. Kelainan utama terdapat
pada saluran cerna, mulai dari iritasi, korosi, sampai
terjadi nekrosis. Gejala yang timbul seringkali beru-
SUMBER ALAMI pa mual, muntah, diare, hematemesis serta feses
berwarna hitam karena perdarahan pada saluran
Makanan yang mengandung Fe dalam kadar cerna, syok dan akhirnya kolaps kardiovaskular de-
tinggi (lebih dari 5 mg/'|00 g) adalah hati, jantung, ngan bahaya kematian. Elek korosif dapat menye-
kuning telur, ragi, kerang, kacang-kacangan dan babkan stenosis pilorus dan terbentuknya jaringan
buah-buahan kering tertentu. Makanan yang me- parut berlebihan di kemudian hari. Gejala keracun-
ngandung besi dalam jumlah sedang (1-5 mg/1009) an tersebut di atas dapat timbul dalam waktu 30
termasuk di antaranya daging, ikan, unggas, sayur- menit atau setelah beberapa jam meminum obal.
Terapi yang dapat dilakukan adalah sebagai ber-
an yang berwarna hijau dan biji-bijian. Sedangkan
ikut: pertama-tama diusahakan agar penderita
susu atau produknya, dan sayuran yang kurang
muntah, kemudian diberikan susu atau telur yang
hijau mengandung besi dalam jumlah rendah dapat mengikat Fe sebagai kompleks protein Fe.
(kurang dari 1 mg/100 g).
Bila obat diminum kurang dari 1 jam sebelumnya,
dapat dilakukan bilasan lambung dengan menggu-
nakan larutan natrium bikarbonat 1 %. Akan tetapi,
EFEK NONTERAPI
bila masuknya obat telah lebih dari satu jam, maka
Efek samping yang paling sering timbul beru- telah terjadi nekrosis sehingga bilasan lambung
pa intoleransi terhadap sediaan oral, dan ini sangat dapat menyebabkan perlorasi. Selanjutnya keada-
an syok dehidrasi dan asidosis harus diatasi. Selain
tergantung darijumlah Fe yang dapat larut dan yang
itu, deferoksamin yang merupakan zat pengkelat
diabsorpsi pada tiap pemberian. Gejala yang timbul
(chelating agent) spesifik untuk besi, elektif dntuk
dapat berupa mual dan nyeri lambung (!7 - 20 %), mengatasi efek toksik sistemik maupun lokal.
konstipasi (t tO X;, diare (+ 5 %) dan kolik, lntoksikasi menahun dapat mengakibatkan
Gangguan ini biasanya ringan dan dapat dikurangi hemosiderosis.
dengan mengurangi dosis atau dengan pemberian
sesudah makan, walaupun dengan cara ini absorpsi
SEDIAAN DAN POSOLOGI
dapat berkurang. Perlu diterangkan kemungkinan
timbulnya feses yang berwarna hitam kepada Sediaan Fe hanya digunakan untuk pengobat-
penderita. an anemia defisiensi Fe. Penggunaan di luar in-
Antianemia Defislensl 741

dikasi ini, cenderung menyebabkan penyakit pe- mg, dilanjutkan dengan 100-250 mg setiap hari atau
nimbunan besi dan keracunan besi. Anemia defi- beberapa hari sekali. Penyuntikan dilakukan pada
siensi Fe paling sering disebabkan oleh kehilangan kuadran atas luar m. gluteus dan secara dalam
darah. Selain itu, dapat pula terjadi misalnya pada untuk menghindari pewarnaan kulit.
wanita hamil (terutama multipara) dan pada masa Untuk memperkecil reaksi toksik pada pem-
pertumbuhan, karena kebutuhan yang meningkat. berian lV, dosis permulaan tidak boleh melebihi 25
Banyak anemia yang mirip anemia defisiensi Fe. mg, dan diikuti dengan peningkatan bertahap untuk
Sebagai pegangan untuk diagnostik dalam hal ini 2-3hari sampai tercapai dosis 100 mg/hari. Obat
ialah, bahwa pada anemia defisiensi Fe dapat ter- harus diberikan perlahan-lahan yaitu dengan me-
lihat granula berwarna kuning emas di dalam sel-sel nyuntikkan 20- 50 mg/menit.
retikuloendotelial sumsum tulang.
Sediaan Oral. Besi untuk pemberian oral tersedia
1.2. OBAT LAIN
dalam bentuk berbagai garam lero dari sulfat,
fumarat, glukonat, suksinat, glutamat dan laktat.
RIBOFLAVIN. Riboflavin (vitamin 82) dalam bentuk
Tidak ada perbedaan absorpsi di antara garam-
llavin mononukleotida (FMN) dan flavin-adenin di-
garam Fe ini. Jika ada, mungkin disebabkan oleh
nukleotida (FAD) berfungsi sebagai koenzim dalam
perbedaan kelarutannya dalam asam lambung.
metabolisme flavo-protein dalam pernapasan sel.
Dalam bentuk garam sitrat, tartrat, karbonat, piro-
Sehubungan dengan anemia, ternyata riboflavin
loslat, ternyata Fe sukar diabsorpsi; demikian pula
dapat memperbaiki anemia normokromik-normo-
sebagai garam feri (Fe***).
sitik (pure red-cell aplasia). Anemia defisiensi ribo-
Sediaan yang banyak digunakan dan murah
flavin banyak terdapat pada malnutrisi protein-
ialah hidrat sulfas ferosus (FeSO+.7 HzO) 300 mg
kalori, di mana ternyata faktor defisiensi Fe dan
yang mengandung 20 % Fe. Untuk anemia berat
penyakit infeksi memegang peranan pula. Dosis
biasanya diberikan 3 kali 300 mg sullas lerosus
yang digunakan cukup 10 mg sehari per oral atau
sehari selama 6 bulan. Dalam hal ini mula-mula
tM.
absorpsi berjumlah + 45 mg sehari, dan setelah
depot Fe dipenuhi menurun menjadi 5- 10 mg se- PIRIDOKSIN. Vitamin Bo ini mungkin berfungsise-
hari. Selama kausa anemia belum disingkirkan bagai koenzim yang merangsang pertumbuhan
terapi harus diteruskan. Pada mereka yang intole- heme. Defisiensi piridoksin akan menimbulkan ane-
ran terhadap dosis setinggi ini, dosis harus dikura- mia mikrositik hipokromik. Pada sebagian besar
ngi sampai jumlah yang terterima, atau bila perlu penderita akan terjadi anemia normoblastik sidero-
sediaan diganti dengan sediaan parenteral. akrestik dengan jumlah Fe non hemoglobin yang
Berbeda dengan lero sullat, fero fumarat tidak banyak dalam prekursor eritrosit, dan pada bebe-
mudah mengalami oksidasi pada udara lembab; rapa penderita terdapat anemia megaloblastik. Pa-
dosis elektifnya 600-800 mg/hari dalam dosis ter- da keadaan ini absorpsi Fe meningkal, Fe-binding
bagi. Fero glukonat, fero laktat, fero karbonat dosis protein menladi jenuh dan terjadi hlperferemia, se-
elektifnya kira-kira sama dengan fero sulfat. Ter- dangkan daya regenerasi darah menurun. Akhirnya
dapat pula sediaan Fe lepas lambat dan salut ente- akan didapatkan gejala hemosiderosis.
rik, tetapi biovailabilitasnya kurang baik.
KOBAL. Delisiensi kobal belum pernah dilaporkan
Sediaan Parenteral. Penggunaan sediaan untuk pada manusia. Kobal dapat meningkatkan jumlah
suntikan lM dan lV hanya dibenarkan bila pem- hematokrit, hemoglobin dan eritrosit pada beberapa
berian oral tidak mungkin; misalnya penderita ber- penderita dengan anemia refrakter, seperti yang
sifat intoleran terhadap sediaan oral, atau pem- terdapat pada penderita talasemia, infeksi kronik'
berian oral tidak menimbulkan respons terapeutik. atau penyakit ginjal, tetapi mekanisme yang pasti
lron-dextran (imferon) mengandung 50 mg Fe tidak diketahui. Kobal merangsang pembentukan
setiap ml (larutan 5 %) untuk penggunaan lM atau eritropoeitin yang berguna untuk meningkatkan am-
lV. Respons terapeutik terhadap suntikan lM ini bilan Fe oleh sumsum tulang, tetapi ternyata pada
tidak lebih cepat daripada pemberian oral. Dosis penderita anemia relrakter biasanya kadar eritro-
total yang diperlukan dihitung berdasarkan berat- poietin sudah tinggi. Penyelidikan lain mendapat-
nya anemia, yaitu 250 mg Fe untuk setiap gram kan bahwa kobal menyebabkan hipoksia intrasel
kekurangan Hb. Pada hari pertarna disuntikkan 50 sehingga dapat meran gsan g pembentukan eritrosit'
742 Farmakologi dan Terapi

Sebaliknya, kobal dosis besar justru menekan pem- 2.1. SIANOKOBALAMIN


bentukan eritrosit.
Kobal sering terdapat dalam campuran sedia- Sianokobalamin (vilamin 812) merupakan
an Fe, karena ternyata kobal dapat meningkatkan satu-satunya kelompok senyawa alam yang me-
absorpsi Fe melalui usus. Akan tetapi, harus diingat ngandung unsur Co dengan struktur yang mirip
bahwa kobal dapat menimbulkan elek toksik berupa derivat porfirin alam lain. Molekulnya terdiri atas
erupsi kulit, struma, angina, tinilus, tuli, payah jan- bagian-bagian cincin porfirin dengan satu atom Co,
tung, sianosis, koma, malaise, anoreksia, mual dan basa dimetilbenzimidazol, ribosa dan asam fosfat.
muntah. Umumnya senyawa dalam kelompok ini dinamakan
kobalamin; penambahan gugus-CN pada kobala-
TEMBAGA. Seperti telah diketahui kedua unsur ini
min menghasilkan sianokobalamin, sedangkan pe-
terdapat dalam sitokrom oksidase, maka ada
nambahan gugus-OH menghasilkan zat yang dina-
sangkut-paut antara metabolisme tembaga (Cu)
makan hidroksokobalamin.
dan Fe. Hingga sekarang belum ada kenyataan
Sianokobalamin yang aktil dalam tubuh manu-
yang menunjukkan pentingnya penambahan Cu
sia adalah deoksiadenosil kobalamin dan metilko-
baik dalam makanan ataupun sebagai obat, dan
balamin. Dengan demikian sianokobalamin dan hi-
defisiensi Cu pada manusia sangat jarang terjadi.
droksokobalamin yang terdapat dalam obat serta
Pada hewan coba, pengobatan anemia defisiensi
kobalamin lain dalam makanan harus diubah men-
Fe yang disertai hipokupremia dengan sediaan Fe,
jadi bentuk aktif ini.
bersama atau tanpa Cu, memberikan hasil yang
sama, Sebaliknya, pada anemia dengan defisiensi FUNGSI METABOLIK. Vitamin Brz bersama asam
Cu (yang sukar dibedakan dari defisiensi Fe) diper- folat sangat penting untuk metabolisme intrasel.
lukan kedua unsur tersebut karena pada hewan Pada rangkaian reaksi ini vitamin Brz terdapat se-
dengan defisiensi Cu absorpsi Fe akan berkurang. bagai koenzim Bl2yang aktif yaitu 5-deoksiadeno-
silkobalamin dan metilkobalamin. Yang pertama
merupakan unsur yang penting dalam reaksi enzi-
matik di mitokondria, sedangkan metilkobalamin di-
2. ANTIANEMIA MEGALOBLASTIK perlukan sebagai donor metil pada pembentukan
metionin dan derivatnya dari homosistein. Jumlah
Pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang vitamin B12 yang tidak adekuat ternyata juga mem-
memerlukan sianokobalamin dan asam folat. Keku- pengaruhi metabolisme intrasel dari asam folat me-
rangan salah satu atau kedua faktor ini dapat me- lalui interaksi yang kompleks. lnteraksi ini merupa-
nyebabkan anemia yang disertai dengan dilepas- kan rangkaian reaksi inti dalam sistesis purin dan
nya eritrosit muda ke sirkulasi (eritrosit dengan inti
pirimidin untuk pembentukan DNA. lnilah yang
mendasari terjadinya anemia megaloblastik pada
dan sel yang berukuran lebih besar dari normal).
defisiensi vitamin Bre.
Kekurangan vitamin 812 atau asam lolat dapat dise-
Kelainan neurologi pada delisiensi vitamin Brz
babkan oleh kurangnya asupan, terganggunya ab-
diduga karena kerusakan pada sarung mielin. Na-
sorpsi, terganggunya utilisasi, meningkatnya kebu- mun, mekanisme yang pasti belum dapat dijelas-
luhan, destruksi yang berkelebihan atau ekskresi kan. Agaknya pembentukan bagian lemak dari
yang meningkat, sarung mielin memerlukan isomerasi metilmalonat
Defisiensi sianokobalamin menimbulkan ane- menjadi suksinatyang menggunakan deoksiadeno-
mia megaloblastik yang disertai gangguan neuro- silkobalamin sebagai kolaktor.
logik; bila tidak cepat diobati kelainan neurologik ini
DEFISIENSI VITAMIN 812. Delisiensi kobalamin
dapat membuat penderita cacat seumur hidup.
ditandai dengan gangguan hematopoesis, ganggu-
Penggunaan asam folat pada anemia pernisiosa
an neurologi, kerusakan sel epitel, terutama epitel
dapat memperbaiki anemia, sedangkan kelainan
saluran cerna, dan debilitas umum. Delisiensi ini
neurologik tidak dipengaruhi. Jelas deni;an ini bah- dapat didiagnosis dengan mengukur kadar vitamin
wa pada suatu anemia megaloblastik harus benar- Bre dalam plasma dan dengan uji fungsi lambung.
benar dipastikan apakah kelainan yang ada meru- Delisiensi vitamin Brz pada orang dewasa le-
pakan anemia pernisiosa atau bukan agar dapal bih sering disebabkan oleh gangguan absorpsinya,
diberikan terapi yang tepat. misalnya pada defisiensi vitamin Brz yang klasik
Antianemia Delislensi 743

yang disebut anemia pernisiosa Addison. Pada plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam se-
penyakit tersebut terjadi kegagalan sekresi faktor telah suntikan lM. Hidroksokobalamin dan koenzim
intrinsik Castle (FlC) oleh sel parietal lambung yang Brz lebih lambat diabsorpsi, agaknya karena ikatan-
berfungsi dalam absorpsi vitamin Brz di ileum. nya yang lebih kuat dengan protein. Absorpsi per
Selain itu, sekresi FIC juga dapat berkurang oral berlangsung lambat di ileum; kadar puncak
pada kerusakan mukosa lambung oleh berbagai dicapai 8-12 jam setelah pemberian 3 mcg. Absorp-
sebab. Gangguan fungsi ataupun struktur pada si ini berlangsung dengan dua mekanisme, yaitu
ileum, penyakit pankreas dan adanya infestasi dengan perantaraan faktor intrinsik Castle (FlC)
parasit dalam usus dapat pula menyebabkan defi- dan absorpsi secara langsung.
siensi vitamin Brz.
Absorpsi dengan perantaraan FIC sangat pent-
KEBUTUHAN VITAMIN Brz. Kebutuhan vitamin ing, dan sebagian besar anemia megaloblastik di-
Brz bagi orang sehat kira-kira 1 Fg sehari yaitu sebabkan oleh gangguan mekanisme ini. Setelah
sesuai dengan jumlah yang diekskresi oleh tubuh. dibebaskan dari ikatan protein vitamin Brz dari ma-
Setiap hari tubuh akan mengeluarkan 3-7 Fg sehari kanan akan membentuk kompleks Brz - FlC. FIC
ke dalam saluran empedu; sebagian besar akan hanya mampu mengikat sejumlah 1,5-3 mcg
direabsorpsi melalui usus dan hanya 1 pg yang vitamin Brz. Kompleks ini masuk ke ileum dan di sini
tidak direabsorpsi. Jadijumlah tersebut cukup untuk melekat pada reseptor khusus di sel mukosa ileum
mempertahankan jumlah vitamin Brz dalam untuk diabsorpsi. Untuk perlekatan ini diperlukan
gudang. Pada delisiensi vitamin Brz tanpa kompli- ion kalsium (ion magnesium dapat juga membantu)
kasi, respons hematologik minimal sudah didapat dan suasana pH sekitar 6. Absorpsi bedangsung
dengan 1 pg sehari. Tetapi, pada anemia pernisiosa dengan mekanisme pinositosis oleh sel mukosa
di mana faktor intrinsik Castle berkurang atau tidak ileum. FIC yang dihasilkan oleh sel parietal lam-
ada, kebutuhan ini akan meningkat, sebab apa yang bung, merupakan suatu glikoprotein dengan berat
dikeluarkan melalui saluran empedu tidak dapat molekul 60 000. Bila sekresi FIC bertambah, misal-
direabsorpsi. nya akibat obat-obat kolinergik, histamin, dan
mungkin juga beberapa hormon seperti ACTH, kor-
SUMBER VITAMIN Brz ALAMI. Sumber asli satu-
tikosteroid dan hormon tiroid, maka absorpsi vita-
satunya untuk vitamin Brz adalah mikroorganisme.
min Brz juga akan meningkat. Karena untuk diab-
Bakteri dalam kolon manusia juga membentuk vita-
sorpsi vitamin Brz harus dibebaskan lebih dahulu
min Bre, tetapi ini tidak berguna untuk memenuhi
dari protein, maka jumlah yang diabsorpsi juga ter-
kebutuhan individu yang bersangkutan sebab ab- gantung dari ikatannya dengan makanan/jenis
sorpsi vitamin Brz terutama berlangsung dalam
makanan.
ileum. Selain itu, vitamin Brz dalam kolon ternyata
Faktor intrinsik konsentrat (eksogen) yang di-
terikat pada protein. Jadi sumber untuk memenuhi
berikan bersama vitamin Brz hanya berguna untuk
kebutuhan manusia adalah makanan hewani, se- penderita yang kurang mensekresi FIC dan pen-
bab tumbuh-tumbuhan tidak mengandung vitamin
derita menolak untuk disuntik. Kebanyakan pende-
Brz. Berbeda dengan manusia, usus halus hewan
rita akan menjadi refrakter setelah pengobatan lebih
mengandung mikroorganisme yang menyebabkan
dari satu tahun, diduga karena terbentuknya an-
hewan dapat memperoleh vitamin Brz dari llora
tibodi terhadap laktor intrinsik konsentrat di usus.
ususnya sendiri.
Yang juga dapat mengurangi absorpsi vitamin Brz
Vitamin Bre dalam makanan manusia juga ter-
ialah pengkelat kalsium dan sorbitol dosis besar
ikat pada protein, telapi akan dibebaskan pada (mungkin menyebabkan diare).
proses proteolisis. Jenis makanan yang kaya akan
vitamin Brz adalah jeroan (hati, ginjal, jantung) dan Absorpsi secara langsung tidak begitu p"nting,
kerang. Kuning telur, susu kering bebas lemak dan karena baru terjadi pada kadar vitamin 812 yang
makanan yang berasal dari laut (ikan sardin, kepit- tinggi, dan berlangsung secara difusi;jadi merupa-
ing) mengandung vitamin Bre dalam jumlah sedang. kan suatu mass action effect.

FARMAKOKINETIK. Transport. Setelah diabsorpsi, hampir semua vita-


min Bre dalam darah terikat dengan protein plasma.
Absorpsi. Sianokobalamin diabsorpsi baik dan Sebagian besar terikat pada beta-globulin (transko-
cepat setelah pemberian lM dan SK. Kadar dalam balamin ll), sisanya terikat pada alla-glikoprotein
744 Farmakologi dan Terapi

(transkobalamin l) dan inter-alta-g likoprotein (trans- gunaan sediaan oral pada pengobatan anemia per-
kobalamin lll). Vitamin 812 yang terikat pada trans- nisiosa kurang bermanlaat dan biasanya terapi oral
kobalamin ll akan diangkut ke berbagai jaringan, lebih mahal daripada terapi parenteral. Sediaan an-
terutama hati yang merupakan gudang utama pe- tianemia yang terdiri dari campuran Fe, vitamin 812,
nyimpanan vitamin Brz (50-90 %). Kadar normal
asam folat, kobal, Cu, ekstrak hati dan sebagainya,
vitamin Brz dalam plasma adalah 200-900 pg/ml
selain mahal, juga akan mengaburkan etiologi ane-
dengan simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar.
mia yang sebenarnya. Meskipun sediaan oral dapat
Nasib dan ekskresi. Baik sianokobalamin maupun bermanfaat sebagai suplemen diit, namun kecil
hidroksokobalamin dalam jaringan dan darah terikat manfaatnya untuk penderita yang kekurangan lak-
oleh protein. Seperti halnya koenzim Bre, ikatan tor intrinsik atau penderita dengan gangguan ileum,
dengan hidroksokobalamin lebih kuat sehingga su- karena absorpsi secara difusi tidak dapat diandal-
kar diekskresi melalui urin. Di dalam hati kedua kan sebagai terapi efektif. Maka cara pemberian
kobalamin tersebut akan diubah menjadi koenzim yang terbaik adalah secara lM atau SK yang disun-
Brz. Pengurangan jumlah kobalamin dalam tubuh tikkan dalam.
disebabkan oleh ekskresi melalui saluran empedu; Dikenal tiga jenis suntikan vitamin B12 yaitu (1 )
sebanyak 3-7 mcg sehari harus direabsorpsi de- larutan sianokobalamin yang berkekuatan 1 0-1 000
ngan perantaraan FlC. Ekskresi bersama urin ha- mcg/ml; (2) larutan ekstrak hati dalam air; dan (3)
nya terjadi pada bentuk yang tidak terikat protein. suntikan depot vitamin Brz. Suntikan larutan siano-
Delapan puluh sampai 95 % vitamin 812 akan dire- kobalamin jarang sekali menyebabkan reaksi alergi
tensi dalam tubuh bila diberikan dalam dosis sampai dan iritasi di tempat suntikan. Kalau terjadi reaksi
50 mcg; dengan dosis yang lebih besar, jumlah alergi biasanya karena sediaannya tidak murni.
yang diekskresi akan lebih banyak. Jadi bila kapa- Manfaat larutan ekstrak hati terhadap anemia perni-
sitas ikatan protein dari hati, jaringan dan darah siosa disebabkan oleh vitamin 812lang terkandung
telah jenuh, vitamin Brz bebas akan dikeluarkan di dalamnya. Penggunaan suntikan ekstrak hati ini
bersama urin sehingga tidak ada gunanya membe- dapat menimbulkan reaksi alergi lokal maupun
rikan vitamin Brz dalam jumlah yang terlalu besar. umum, dan dari yang ringan sampai berat. Reaksi
Vitamin B12 dapat menembus sawar urin dan ini disebabkan oleh alergen yang bersilat spesies
masuk ke dalam sirkulasi bayi. spesifik dan bukan organ spesifik. Tidak ada hiper-
sensitivitas silang antara larutan ekstrak hati de-
ngan sianokobalamin. Tujuan penggunaan suntik-
SEDIAAN DAN POSOLOGI an depot vitamin 812 adalah untuk mengurangi lre-
kuensi suntikan. Namun manfaat penggunaan
Vitamin Brz diindikasikan untuk penderita defisiensi
sediaan ini masih dalam penelitian.
vitamin 812 misalnya anemia pernisiosa. pada
Selain sediaan-sediaan di atas, terdapat pula
penderita tanpa komplikasi perbaikan subyektif dan
suntikan hidroksokobalamin 100 mcg yang mem-
obyektif cepat diperoleh. Karena kausa tidak
berikan efek lebih lama daripada sianokobalamin,
dihilangkan (kekurangan FIC tidak diperbaiki), pen-
sehingga interval penyuntikkan dapat diperpanjang.
derita memerlukan terapi seumur hidup. pada
Akan tetapi pada penyuntikkan sediaan ini dapat
penderita anemia pernisiosa yang berat, selain ge-
terbentuk antibodi terhadap transkobalamin ll yang
jala anemia mungkin terdapat trombositopenia dan
mengikatnya.
leukopenia berat, kerusakan neurologik yang me-
Dosis sianokobalamin untuk penderita anemia
nyolok, kerusakan hati berat atau komplikasi bentuk
pernisiosa tergantung dari berat anemianya, ada
lain. Walaupun diagnosis pasti belum ditegakkan,
tidaknya komplikasi dan respons terhadap pengo-
sebaiknya langsung disuntikkan 100 mcg sianoko-
batan. Secara garis besar cara penggunaannya
balamin dan asam folat 1-5 mg secara lM. Selanjut-
dibagi atas terapi awal yang intensif dan terapi
nya 100 mcg sianokobalamin lM dan 1-2 mg asam penunjang.
folat per oral diberikan selama 1-2 minggu. Tin-
Sebelum pengobatan dimulai dapat dilakukan
dakan ini dilakukan untuk menghindari kerusakan percobaan terapi untuk memastikan diagnosis ane-
neurologik yang lebih berat.
mia pernisiosa. Untuk ini hanya dibutuhkan dosis
Vitamin Br z tersedia dalam bentuk tablet untuk
1-10 mcg sehari yang diberikan selama 10 hari.
pemberian oral dan larutan untuk suntikan. peng-
Jumlah sekecil ini akan menimbulkan respons he-
Antianemia Defisiensi

matologik berupa reaksi retikulosit pada anemia terbentuk bertindak sebagai akseptor berbagai unit
pernisiosa tanpa komplikasi. Percobaan terapi ini karbon tunggal dan selanjutnya memindahkan unit
tidak dianjurkan pada penderita anemia megalob- ini kepada zal-zal yang memerlukan. Berbagai
lastik berat dengan gangguan neurologi, sebab reaksi penting yang menggunakan unit karbon tung-
pengobatan harus segera dimulai, demikian pula gal adalah: (1) sintesis purin melalui pembentukan
pada penderita usia lanjut yang lebih rentan ter- asam inosinat; (2) sintesis nukleotida pirimidin me-
hadap hipoksia jaringan akibat anemia. lalui metilasi asam deoksiuridilat menjadi asam
Pada terapi awal diberikan dosis 100 mcg timidilat; (3) interkonversi beberapa asam amino
sehari parenteral selama 5-10 hari. Dengan terapi misalnya antara serin dengan glisin, histidin dengan
ini respons hematologik baik sekali, tetapi respons asam glutamat, homosistein dengan metionin (yang
dapat kurang memuaskan bila terdapat keadaan terakhir ini memerlukan pula vitamin 812).
yang menghambat hematopoesis misalnya infeksi,
KEBUTUHAN FOLAT. Kebutuhan tubuh akan folat
uremia atau penggunaan kloramfenikol. Respons
yang buruk dengan dosis 100 mcg/hari selama 10 rata-rata 50 mcg sehari, dalam bentuk PmGA, tetapi
jumlah ini dipengaruhi oleh kecepatan metabolisme
hari, mungkin juga disebabkan oleh salah diagnosis
atau potensi obat yang kurang. Progresi kerusakan
dan lafu malih sel (cell turn-over) setiap harinya.
Jadi, peningkatan metabolisme akibat penyakit in-
neurologik pada anemia pernisiosa dapat dihenti-
kan dengan sempurna, sedangkan perbaikan yang
feksi, anemia hemolitik dan adanya tumor ganas
akan meningkatkan kebutuhan folat.
nyata dari kerusakan yang telah terjadi hanya dapat
diperoleh bila terapi dimulai sedini mungkin. DEFISIENSI FOLAT. Delisiensi lolat sering meru-
Terapi penuniang dilakukan dengan mem- pakan komplikasi dari (1) gangguan di usus kecil;
berikan dosis penunjang 100- 200 mcg sebulan (2) alkoholisme yang menyebabkan asupan makan-
sekali sampai diperoleh remisi yang lengkap yaitu an buruk; (3) efek toksik alkohol pada sel hepar; dan
jumlah eritrosit dalam darah + 4,5 juta/mm' dan (4) anemia hemolitik yang menyebabkan laju malih
morfologi hematologik berada dalam batas-batas eritrosit tinggi. Obat-obat yang dapat menghambat
normal. Kemudian 100 mcg sebulan sekali cukup enzim dihidrofolat reduktase (misalnya metotreksat,
untuk mempertahankan remisi. Pemberian dosis trimetoprim) dan yang mengadakan interaksi pada
penunjang setiap bulan ini penting sebab retensi absorpsi dan penyimpanan folat (misalnya bebe-
vitamin Brz terbatas, walaupun diberikan dosis rapa antikonvulsi dan kontrasepsi oral) dapat menu-
sampai 1000 mcg. runkan kadar lolat dalam plasma dan menimbulkan
anemia megaloblastik.
Dipandang dari sudut biologik, delisiensi lolat
2.2. ASAM FOLAT terutama akan memperlihatkan gangguan pertum-
buhan akibat gangguan pembentukan nukleotida
Asam lolat (asam pteroilmonoglutamat, purin dan pirimidin. Gangguan ini akan menyebab-
PmGA) terdiri atas bagian- bagian pteridin, asam kan kegagalan sintesis DNA dan hambatan mitosis
para-aminobenzoat dan asam glutamat. Dari pene- sel. Semua jaringan yang cepat berprolilerasi akan
litian terbukti bahwa yang memiliki arti biologik ada- dipengaruhi, misalnya pada darah, eritropoiesis
lah gugus PABA dan gugus asam glutamat. PmGA normoblastik akan menjadi megaloblastik. Peru-
bersama-sama dengan koniugat yang mengandung bahan megaloblastik ini dapat diperbaiki dengan
lebih dari satu asam glutamat, membentuk suatu pemberian timin sehingga timbul dugaan bahwa
kelompok zat yang dikenal sebagai folat. Folat ter- terjadi kegagalan lungsi timidilat sintetase. Dalam
dapat dalam hampir setiap jenis makanan dengan hal ini perubahan megaloblastik akibat delisiensi
kadar tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau yang vitamin Brz lidak dipengaruhi.
segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan (pe-
Gejala Klinik. Gejala delisiensi lolat yang paling
masakan) makanan.
menonjol adalah hematopoesis megaloblastik
FUNGSI METABOLIK. PmGA merupakan prekur- (yang menyerupai anemia defisiensi vitamin Btz).
sor inaktil dari beberapa koenzim yang berfungsi Selain itu, terjadi juga glositis, diare dan penurunan
pada transler unit karbon tunggal (single carbon berat badan. Perbedaan klinik yang nyata antara
unit). Mula-mula lolat reduktase mereduksi PmGA defisiensi {olat dengan defisiensi vitamin Btz ialah
menjadi THFA (asam tetrahidrofolat). THFA yang bahwa pada yang pertama tidak terdapat kerusakan
746 Farmakologi dan Terapi

sarung mielin sehingga tidak ada gangguan neuro- mia lainnya. Asam lolat injeksi biasanya hanya digu-
logik. Hal ini dapat diterangkan dengan sifat folat nakan sebagai antidotum pada intoksikasi antifolal
yang secara selektil dapat menumpuk dalam cairan (antikanker).
"serebrospinal, tetapi akibat gangguan metabolisme Penggunaan lolat yang rasional adalah pada
otak penderita dapat menunjukkan gejala insomnia, pencegahan dan pengobatan defisiensi folat.
pelupa dan iritabilitas. Harus diingat bahwa penggunaan secara membabi
Sel epitel usus, yang regenerasinya juga ting- buta dapat merugikan penderita, sebab folat dapal
gi, tidak dirusak secara lungsional maupun mor- memperbaiki kelainan darah pada anemia perni-
fologik, mungkin berdasarkan kebutuhan akan lolat siosa tanpa memperbaiki kelainan neurologik
yang rendah sehingga jumlah lolat yang dapat di- sehingga dapat berakibat penderita cacat seumur
pertahankan masih mencukupi. Sebaliknya, suatu hidup.
antagonis folat yang juga menyebabkan delisiensi Dosis yang digunakan tergantung dari berat-
lolat akan menimbulkan kelainan lungsional dan nya anemia dan komplikasi yang ada. Umumnya
morfologik pada epitel usus. lolat diberikan per oral, tetapi bila keadaan tidak
memungkinkan, folat diberikan secara lM atau SK.
FARMAKOKINETIK. Pada pemberian oral absorp-
Untuk tujuan diagnostik digunakan dosis 0,1
si folat baik sekali, terutama di 1/3 bagian proksimal
mg per oral selama 10 hari yang hanya menimbul-
usus halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi
memerlukan energi, sedangkan pada kadar tinggi kan respons hematologik pada penderita defisiensi
absorpsi dapat berlangsung secara dilusi. Walau- folat. Hal ini membedakannya dengan defisiensi
pun terdapat gangguan pada usus halus, absorpsi vitamin'Brz yang baru memberikan respons hema-
lolat biasanya masih mencukupi kebutuhan teruta- tologik dengan dosis 0,2 mg per hari atau lebih.
ma sebagai PmGA. Terapi awal pada defisiensi {olat tanpa kom-
Ada tidaknya transport protein belum dapat plikasi dimulai dengan 0,5-1 mg sehari secara oral
dipastikan, tetapi yang jelas 2/3 dari asam lolat selama 10 hari. Dengan adanya komplikasi di mana
yang terdapat dalam plasma darah terikat pada kebutuhan lolat meningkat disertai pula dengan su-
protein yang tidak dililtrasi ginjal. Distribusinya me- presi hematopoesis, dosis perlu lebih besar. Sete-
rata ke semua sel jaringan dan terjadi penumpukan lah perbaikan cukup memuaskan, terapi dilanjutkan
dalam cairan serebrospinal. dengan dosis penunjang yang biasanya berkisar
Ekskresi berlangsung melalui ginjal, sebagian antara 0,1-0,5 mg sehari.
besar dalam bentuk metabolit. Belum diketahui pas- Efek toksik pada penggunaan folat untuk ma-
ti apakah degradasi berlangsung di ginjal alau di nusia hingga sekarang belum pernah dilaporkan
tempat lain. Pada orang dengan diet normal, jumlah terjadi. Sedangkan pada tikus, dosis tinggi dapal
yang diekskresi hanya sedikit sekali, dan akan me- menyebabkan pengendapan kristal asam lolat da-
ningkat bila diberikan lolat dalam jumlah besar. lam tubuli ginjal, Dosis 15 mg pada manusia masih
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Folat tersedia sebagai belum menimbulkan efek toksik. Ada laporan yang
asam folat dalam bentuk tablet0,1;O,4;4;5; 10 atau menyatakan bahwa asam folat dapat menurunkan
20 mg dan dalam larutan injeksi asam lolat 5 mg/ml. elek antiepilepsi fenobarbital, fenitoin dan primidon
Selain itu, asam lolat terdapat dalam berbagai se- sehingga meningkatkan frekuensi serangan, tetapi
diaan multivitamin atau digabung dengan antiane- pernyataan ini disangkal oleh peneliti lain.
747
Antikoagulan, Antitrombosit, T romblitik dan Hemostatik

51. ANTIKOAGULAN, ANTITROMBOSIT, TROMBOLITIK DAN


HEMOSTATIK
Hedi Rosmiati dan Vincent H.S. Gan

1. Hemostasis 3. Antitrombotik
2. Antikoagulan 4. Trombolitik
2.1. Heparin 5. Hemostatik
2.2. Antikoagulan oral 5.1. Hemostatik lokal
2.3. Antikoagulan pengikat ion kalsium 5.2. Hemostatik sistemik

Pada bab ini akan dibahas obat-obat untuk membentuk sumbat trombosit' Selanjutnya sumbat
pencegahan dan pengobatan tromboemboli dan trombosit oleh librin yang dibentuk melalui proses
untuk mengatasi perdarahan. Kedua keadaan ter- pembekuan darah akan memperkuat sumbat trom-
sebut terjadi karena terganggunya proses hemos- bosit yang telah terbentuk sebelumnya' Dalam garis
tasis, khususnya lungsi trombosit dan proses pem- besar proses pembekuan darah berjalan melalui
bekuan darah. tiga tahap: (1) aktivasitromboplastin; (2) pemben-
Tromboemboli merupakan salah satu penye- tukan trombin dari protrombin, dan (3) pembentukan
bab sakit dan kematian yang banyak terjadi' Kelain- iibrin dari {ibrinogen. Dalam proses ini diperlukan
an ini sering merupakan penyulit atau menyertai faktor{aktor pembekuan darah dan hingga kini di-
penyakit lain misalnya gagal jantung, diabetes kenal 15 laktor pembekuan darah (Tabel 51-1).
melitus, varises vena dan kerusakan arteri. Banyak
faktor mempengaruhi timbulnya tromboemboli, mi- Tabel 51-1, FAKTOR-FAKTOR UNTUK PEMBEKU-
salnya trauma, kebiasaan merokok, pembedahan' AN DARAH
imobilisasi, kehamilan atau akibat obat-obat yang
mengandung estrogen. Obalyalg!1llunal<an untuk
I Fibrinogen

pen ce g an an d an pen gobalq-n !1om EofmS,gif leleli*-


ll Protrombin
"ioton1141 -anijkoadutan' antitrombosit d an trombo-
lll Tromboplastin iaringan
lV Ca'*
litik, din obal untuk mengatasi perdarahan terma- V Faktor labil, Proakselerin, Ac-globulin
suk hemostatik. Vll Faktor stabil, Prokonvertin, Akselerator konver-
Untuk mengerti mekanisme keria golongan si Protrombin serum (SPCA)
obat ini terlebih dahulu akan dibahas mengenai Vlll Globulin antihemolilik (AHG), faktor A antihe-
hemostasis. mofilik
lX Faktor Christmas, Komponen tromboplastin
plasma (PTC), faktor B antihemolilik
X Faktor Stuart-Prower
1. HEMOSTASIS Xl Anteseden tromboplastin plasma (PTA)' Faktor
C antihemofilik
Hemostasis merupakan proses penghentian xil Faktor Hageman
xilt Faktor penstabil fibrin
perdarahan pada pembuluh darah yang cedera' Faktor Fitzgerald, Kininogen dengan berat
HMW.K
Dalam proses tersebut berperan faktor-faktor pem- molekul tinggi
buluh darah, trombosit dan laktor pembekuan da- Pre-K Prekalikrein, Faktor Fletcher
rah. Dalam proses ini pembuluh darah akan menga- vWf Faktor von Willebrand
lami vasokonstriksi, trombosit akan beraggregasi
748
Farmakologi dan Terapi

Secara in vitro aktivasi tromboplastin, yang faktor Xll, faktor Fitzgerald dan prekalikrein. Faktor
akan mengubah protrombin (faktor ll) menjaditiom- Xlla selanjutnya akan mengaktivasi faktor Xl, dan
bin (faktor lla), terjadi melalui 2 mekaniime yaitu faktor Xla bersama ion kalsium akan mengaktivasi
mekanisme ekstrinsik dan intrinsik laktor lX. Faktor lX aktif, bersama_sama faltor Vlll,
lGambar 5i -1).
Pada mekanisme ekstrinsik, tromboplastin jaringan ion kalsium dan losfolipid akan mengaktifkan faktor
(faktor lll, berasal dari jaringan yang ,urak; X. Urutan mekanisme pembekuan darah selanjut_
bereaksi dengan faktor Vlla yang dengan adanya "kan nya sama seperti yang terjadi pada mekanisme
kalsium (faktor lV) akan mengaktifkan faktor X. Fak_ ekstrinsik.
tor Xa bersama-sama faktor Va, ion kalsium dan Proses pembekuan darah akan dihentikan
losfolipid trombosit akan mengubah protrombin oleh sistem antikoagulan dan fibrinolitik di dalam
trombin. Oleh pengaruh trombin, fibrinogen tubuh.
lgnladi
(faktor l) akan diubah menjadi fibrin monomer (fak- Faktor-faktor yang menghentikan proses pem_
tor la) yang tidak stabil. Fibrin monomer, atas pe- bekuan darah ialah: (1 ) larutnya faktor pembekuan
ngaruh faktor Xllla akan menjadi stabil dan resisten darah dalam darah yang mengalir; (2) bersihan
terhadap enzim proteolitik misalnya plasmin. bentuk aktjf laktor pembekuan darah yang cepat
Pada mekanisme intrinsik, semua faklor yang oleh hati; (3) mekanisme umpan balik dimana trom_
diperlukan untuk pembekuan darah berada dl da- bin menghambat aktivitas laktor V dan Vlll; dan (4)
lam darah. Pembekuan dimulai bila laktor Hageman adanya mekanisme antikoagulasi alami terutama
(faktor Xll) kontak dengan suatu permuka"i yang oleh antitrombin lll, protein C dan S.
bermuatan negatif, misalnya kolagen subendotel Antitrombin lll (AT-lll), suatu a-2 globulin plas_
pembuluh darah yang rusak. Reaksi tersebut ma, yang semula dikenal sebagai kolaktor heparin,
dipercepat dengan pembentukan kompleks antara merupakan inhibitor fisiologik yang utama terhadap

MEKANISME INTRINSIK MEKANISME EKSTRINSIK


Kontak permukaan
_ Kalikrein
/\r
^
Xll Xlta-r I
lll = Tromboplastin jaringan

prekalikrrein

Xla
---+I c"**
J
lX ___> lxa

Protrombin (ll) Trombin (lla)


J
Fibrinogen (l) ', Fibrin (la)
Xllla
I
Fibrin (stabit)

Gambar 51.1, Proses pembekuan darah


Antikoagulan, Antitombosit, Trombolitik dan Hemostatik 749

trombin dan bentuk aktif faktor-faktor pembekuan boemboli terutama pada vena. Kedua macam an-
darah lain, termasuk laktoJ lxa, Xa, Xla, Xlla. Untuk tikoagulan ini juga bermanlaat untuk pengobatan
mempertahankan kecairaiEah-ffiii6ncegah trombosis arteri karena mempengaruhi pemben-
trombosis diperlukan kadar normal AT-lll dan ikat- tukan librin yang diperlukan untuk mempertahan-
annya dengan bentuk aktil faktor- faktor pembe- kan gumpalan trombosit. Pada trombus yang sudah
kuan darah. Defisiensi AT-lll dapat terladi secara terbentuk, antikoagulan hanya mencegah membe-
heriditer. Selain itu kadar AT-lll mungkin menurun sarnya trombus dan mengurangi kemungkinan ter-
jadinya emboli, tetapi tidak memperkecil trombus.
setelah operasi atau pada pasien koagulasi intra-
vaskular diseminata (diseminated intravascular Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelom-
pok : (1) heparin; (2) antikoagulan oral, terdiri dari
coagulation, DIC), sirosis hepatis, sindrom nefrotik,
derivat 4-hidroksikumarin misalnya: dikumoral, war-
trombosis akut. Prqpalat konlrasepsi yang mengan-
larin, dan derivat-derivat indan-1 ,3-dion misalnya:
duns estrosen juga
*' *DetfSiensi'
ni;;0iire!"gffAljliltrljl-*- anisindion; (3) antikoagulan yang bekerja dengan
AT- il I
"yand' ber;if at h erid iter d itan-
mengikat ion kalsium, salah satu faktor pembekuan
dai dengan adanya gejala trombosis yang seringkali
darah.
terlihat untuk pertama kali pada masa kehamilan.
Pada pasien ini dilaporkan pula terjadi tromboem-
boliberulanq(recurrent){fin-tik66!il*lai-tirdl-meiiid6-
"+ . _L:\ 2.1. HEPARIN
//* =_r__
q3gg!-gllivitas AT-lll, maka obat ini merupakan u
, obat terpilih untuk pasien dengan gangguan heri- i Heparin endogen merupakan suatu mukopo-
)dileiTersebiit. i
lisakarida yang mengandung sullat. Zat ini disin-
t"*-
--,
tesis di dalam sel mast dan terutama banyak ter-
Protein C dan S. Sintesisnya tergantung pada vita-
dapat di paru. Peranan fisiologik heparin belum
min K. Protein C terikat pada trombomodulen pada
diketahui seluruhnya, akan tetapi penglepasannya
permukaan sel endotel dimana zat ini diaktivasi oleh
ke dalam darah yang tiba-tiba pada syok analilaksis
trombin. Protein C aktil, menginaktivasi laktor pem-
menunjukkan bahwa heparin mungkin berperan
bekuan V dan Vlll. Protein S merupakan kofaktor
dalam reaksi imunologik.
untuk meningkatkan aktivitas Protein C. Defisiensi
faktor-faktor ini dapat menyebabkan tromboemboli
misalnya pada pasien penyakit hati, dan DlC. FARMAKODINAMIK
Sistem fibrinolitik terdiri dari : (1) plasminogen
ialah proenzim dalam sirkulasi dan bentuk aktifnya, MEKANISME KERJA. Heparin mengikat antitrom-
plasmin; (2) aktivator plasminogen yang merupakan bin lll membentuk xomoffin
enzim-enzim yang berada dalam darah, endotel besar dari antitrg0lin Jllsend"ir,Lterhadap beberapa
pembuluh darah dan banyak jaringan; (3) inhibitor faktoibEffi66Kuan darah aktil, terutama trombin dan
spesilik yaitu cr2 antiplasmin dan inhibitor plasmino- faktor Xa. Oleh karena itu heparin lgg1ner9gt*"
gen aktivator. inaktivasi f aktor pembeku an darah. SGd'iEHilfi"5pa-
ri6 dengan berat moleiiJi r;;dafiI< 6000) beraktivi-
tas anti-Xa kuat dan sifat antitrombin sedang;
sedangkan sediaan heparin dengan berat molekul
2. ANTIKOAGULAN yang tinggi (> 25.000) beraktivitas antitrombin kuat
-i---.-*"
dan aktivitas anti-Xa yang sedang.
Antikoagulan digunakan untuk mencegah Dosis kecil heparin dengan AT-lll menginak-
pembekuan darah dengan jalan menghambat pem- tivasi faktor Xa dan mencegah pembekuan deingan
bentukan atau menghambat lungsi beberapa laktor mencegah perubahan protrombin menjadi trombin.
pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan di- Heparin dengan jumlah yang lebih besar bersama
perlukan untuk mencegah terbentuk dan meluas- AT-lll menghambat pembekuan dengan menginak-
nya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah tivasi trombin dan faktor- faktor pembekuan sebe-
bekunya darah in vitro pada pemeriksaan laborato- lumnya, sehingga mencegah perubahan fibrincgen
rium atau transfusi, Antikoagulan oral dan heparin menjadi fibrin. Heparin juga menginaktivasi laktor
menghambat pembentukan librin dan digunakan Xllla dan mencegah terbentuknya bekuan librin
secara prolilaktik untuk mengurangi insidens trom- yang stabil.
Farmakologi dan Terapi

Terhadap lemak darah, heparin bersilat lipo- blood clotting time), partial thromboplastin time
tropik yaitu memperlancar transfer lemak darah ke (PTT), atau activated partial thromboplastin time
dalam depot lemak. Aksi penjernih initerjadi karena (APTT). Tes APTT ialah yang paling banyak dilaku-
heparin membebaskan enzim-enzim yang menghi- kan. Trombosis umumnya dapat dicegah bila APTT
drolisis lemak (salah satu di antaranya ialah lipase 1 112 - 2 kali nilai normal (nilai APTT 60-80 detik bila
lipoprotein) ke dalam sirkulasi serta menstabilkan nilainormal40 detik).
aktivitasnya. Elek lipotropik ini dapat dihambal oleh
protamin,
FARMAKOKINETIK
Pengaruh heparin terhadap hasil pemeriksaan
darah. Bila ditambahkan pada darah, heparin tidak Heparin tidak diabsorpsi secara oral, karena
mengubah hasil pemeriksaan rutin kimia darah, itu diberikan secara SK atau lV. Pemberian secara
tetapi heparin mengubah bentuk eritrosit dan leu- SK memberikan masa kerja yang lebih lama tetapi
kosit. Ujilragilitas tidak dapat dilakukan pada darah efeknya tidak dapat diramalkan. Suntikan lM dapat
berheparin karena heparin mencegah hemolisis. menyebabkan terjadinya hematom yang besar pa-
Hitung leukosit darah yang dicampur heparin in vitro da tempat suntikan dan absorpsinya tidak teratur
harus dilakukan dalam dua jam, sebab setelah 2 serta tidak dapat diramalkan. Elek antikoagulan
jam leukosit dapal menghilang. Nilai laju endap segera timbul pada pemberian suntikan bolus lV
eritrosit (BSB) darah berheparin juga berbeda di- dengan dosis terapi, dan terjadi kira-kira 20-30
bandingkan darah dengan senyawa oksalat atau menit setelah suntikan SK. Heparin cepat dimeta-
sitrat. bolisme terutama di hati. Masa paruhnya tergan-
Sampel darah yang diambil melalui kanula lV, tung dari dosis yang digunakan, suntikan lV 100,
yang sebelumnya secara intermiten dilalui larutan 400, atau 800 unit/kgBB memperlihatkan masa
garam berheparin, mengandung kadar asam lemak paruh masing-masing kira-kira 1 , 2 112 dan 5 jam.
bebas yang meningkat, Hal ini akan menghambat Masa paruh mungkin memendek pada pasien em-
ikatan protein plasma dari obat-obat lipofilik misal- boli paru dan memanjang pada pasien sirosis hepa-
nya propranolol, kuinidin, lenitoin dan digoksin se- tis atau penyakit ginjal berat, Metabolit inaktif dieks-
hingga mempengaruhi pengukuran kadar obat-obat kresi melalui urin. Heparin diekskresi dalam bentuk
tersebut. utuh melalui urin hanya bila digunakan dosis besar
lV, Penderita emboli paru memerlukan dosis hepa-
Efek lain. Heparin dilaporkan menekan kecepatan rin yang lebih tinggi karena bersihan yang lebih
sekresi aldosleron, meningkatkan kadar tiroksin be- cepat. Terdapat variasi individual dalam elek an-
bas dalam plasma, menghambat aktivator fibrino- tikoagulan yang ditimbulkan maupun dalam kece-
litik, menghambat penyembuhan luka, menekan patan bersihan obat. Heparin tidak melalui plasenta
imunitas selular, menekan reaksi hospes terhadap dan tidak terdapat dalam air susu ibu.
graft dan mempercepat penyembuhan luka bakar.

Monitoring pengobatan. Agar obat elektif mence-


POSOLOGI
gah pembekuan dan tidak menimbulkan perdarah-
an maka diperlukan penentuan dosis yang tepat, Heparin tersedia sebagai larutan untuk pema-
pemeriksaan darah berulang dan tes laboratorium
kaian parenteral dengan kekuatan 1000-40.000
yang dapat dipercaya hasilnya. Pada saat ini telah
unit/ml (=USP unit), dan sebagai repository alau
terbukti bahwa dosis kecil heparin yang diberikan
depot heparin dengan kekuatan 20.000-40.000 uniV
subkutan unluk mencegah emboli vena tidak me-
ml.
merlukan pemeriksaan darah berulang. Akan tetapi
Pemberian lV (intermiten) : Pada orang dewa-
karena respons pasien terhadap heparin bervariasi
sa biasanya dimulai dengan 5.000 unit dan selanjut-
maka mungkin satu alau 2 tes untuk aktivitas
heparin diperlukan pada permulaan pengobatan. nya 5.000-10.000 unit untuk tiap 4- 6 jam, tergan-
Monitoring pemeriksaan laboratorium mungkin di- lung dari berat badan dan respons pasien. Pada
perlukan bila dosis standard heparin diberikan se- hakekatnya dosis ditentukan berdasarkan masa
cara intermiten lV atau secara infus lV. Berbagai tes pembekuan. Untuk DIC ada yang menganjurkan
yang dianjurkan untuk memonitor pengobatan de- dimulai dengan 50 unit/kg pada dewasa dan 25
ngan heparin ialah waktu pembekuan darah (whole unit/kg pada anak tiap 6 jam atau diberikan secara
Antikoagulan, Antitrombosit, Trombolitik dan Hemostatik 751

infus. Untuk anak, dimulai dengan 50 unit/kgBB dan atau mungkin kurang. Kadang-kadang dapat terjadi
selanjutnya 100 unit/kgBB tiap 4 jam. alopesia sementara dan perasaan panas pada kaki.
Pada inlus lV untuk orang dewasa heparin Trombositopenia ringan yang bersifat sementara
20.000-40.000 unit dilarutkan dalam 1 liter larutan dapat terjadi pada25 % pasien; dan pada beberapa
glukosa 5 % atau NaCl 0,9 % dan diberikan dalam pasien dapat terjadi trombositopenia berat. Nek-
24 jam. Untuk mempercepat timbulnya elek, dian- rosis kulit yang kadang-kadang cukup berat dapat
jurkan menambahkan 5.000 unit langsung ke dalam terjadi pada tempat penyuntikan SK. Penggunaan
pipa infus sebelumnya, Kecepatan infus didasarkan heparin pada masa kehamilan nampaknya tidak
pada nilai APTT. Komplikasi perdarahan umumnya lebih aman dari antikoagulan oral. lnsidens per-
lebih jarang terjadi dibandingkan dengan pemberi- darahan maternal, lahir mati dan lahir prematur
an secara intermiten. Untuk anak dimulai dengan 50 dilaporkan meningkat pada penggunaan heparin.
unig/kg diikuti dengan 100 unit/kg tiap 4 jam.
Heparin dapat juga diberikan secara SK da-
lam. Pada orang dewasa untuk tujuan prolilaksis
tromboemboli pada tindakan operasi diberikan KONTRAINDIKASI
5.000 unit 2 jam sebelum operasi dan selanjutnya
tiap 12 jam sampai pasien keluar dari rumah sakit. Heparin dikontraindikasikan pada pasien yang
Dosis penuh biasanya 10.000 - 12,000 unit tiap 8 sedang mengalami perdarahan atau cenderung
jam atau 14.000 - 20.000 unit tiap 12 jam. mengalami perdarahan misalnya: pasien hemolilia,
Pemakaian heparin lM tidak dianjurkan lagi permeabilitas kapiler yang meningkal, threatened
karena sering terjadi perdarahan dan hematom abortion, endokarditis bakterial subakut, perdarah-
yang disertai rasa sakit pada tempat suntikan. an intrakranial, lesi ulseratil terutama pada saluran
cerna, anestesia lumbal atau regional, hipertensi
berat, syok. Heparin tidak boleh diberikan selama
EFEK SAMPING DAN INTOKSIKASI atau setelah operasi mata, otak atau medula spinal,
dan pasien yang mengalami pungsi lumbal atau
Bahaya utama pemberian heparin secara lV anestesi blok. Heparin juga dikontraindikasikan pa-
atau SK ialah perdarahan, telapi pemberian secara da pasien yang mendapat dosis besar etanol, pemi-
lV atau SK jarang menimbulkan efek samping. Ter- num alkohol dan pasien yang hipersensitif terhadap
jadinya perdarahan dapat dikurangi dengan : (1) heparin. Meskipun heparin tidak melalui plasenta,
mengawasi/mengatur dosis obat; (2) menghindari obat ini hanya digunakan untuk wanita hamil bila
penggunaan bersamaan dengan obat yang me- memang benar-benar diperlukan. Hal ini disebab-
ngandung aspirin; (3) seleksi pasien;dan (4) mem- kan insidens perdarahan maternal, lahir mati dan
perhatikan kontraindikasi pemberian heparin. Sela- lahir prematur yang dilaporkan meningkat pada
ma masa lromboemboli akut, resistensi atau tole- penggunaan heparin.
ransi terhadap heparin dapat terjadi, dan karena itu
efek antikoagulan harus dimonitor dengan tes pem-
bekuan darah misalnya activated partial thrombo-
plastin frme (APTT). Perdarahan antara lain dapat INDIKASI
berupa perdarahan saluran cerna atau hematuria.
Wanita usia lanjut umumnya lebih mudah menga- Heparin merupakan satu-satunya antikoagu-
lami komplikasi perdarahan. Ekimosis dan hema- lan yang diberikan secara parenteral dan merupa-
tom pada tempat suntikan dapat terjadi baik setelah kan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat,
pemberian heparin secara SK maupun lM. misalnya untuk emboli paru-paru dan trombosis
Karena heparin berasal dari jaringan hewan, vena dalam, oklusi arteri akut atau infark miokard
maka harus digunakan secara hati-hati pada pasien akut. Obat inijuga digunakan untuk profilaksis trom-
alergi. Beaksi hipersensitivitas antara lain berupa boemboli vena selama operasi dan untuk memper-
menggigil, demam, urtikaria atau syok anafilaksis. tahankan sirkulasi ekstrakorporal selama operasi
Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi lantung terbuka. Heparin juga diindikasikan untuk
mialgia, nyeri tulang dan osteoporosis. Osteopo- wanita hamil yang memerlukan antikoagulan, Me-
rosis dan lraktur spontan dapat terjadi bila dosis ngenai manfaat heparin untuk DIC belum didapat-
melebihi 20.000 unit/hari diberikan selama 4 bulan kan kesepakatan.
752 Farmakologi dan Terapi

INTOKSIKASI HEPARIN siglutamat. Untuk berfungsi vitamin K mengalami


siklus oksidasi dan reduksi dihati. Antikoagulan oral
Perdarahan ringan akibat heparin biasanya mencegah reduksi vitamin K teroksidasi sehingga
cukUp diatasi dengan menghentikan pemberian he- aktivasi faktor- laktor pembekuan darah terganggu/
parin. Tetapi perdarahan yang cukup berat perlu di- tidak terjadi.
hentikan dengan antagonis heparin. Tersedia ber- Karena efek antikoagulan oral berdasarkan
macam-macam sediaan antagonis heparin antara penghambatan produksi faktor pembekuan, jelas-
lain protamin sulfat. lah bahwa efeknya baru nyata setelah sedikitnya
Protamin sulfat ialah suatu basa kuat yang 12-24 jam, yaitu setelah kadar faktor-faktor tersebut
dapat mengikat dan menginaktivasi heparin, tetapi
menurun sampai suatu nilai tertentu. Demikian juga
zat inijuga memiliki efek antikoagulan dan memper-
perdarahan akibat takar lajak antikoagulan oral,
panjang waktu pembekuan. Tiap mg protamin me-
tidak dapat diatasi dengan segera oleh vitamin K.
netralkan 80-100 USP unit aktivitas heparin (ter-
Untuk ini diperlukan transfusi darah segar atau plas-
gantung dari sumber heparin). Reaksi ini berlang-
ma.
sung segera dan menetap kira- kira 2 jam. Karena
elek heparin lebih ldma dari protamin maka per- Faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas. Res-
darahan dapat kambuh terutama pada pasien pas- pons terhadap antikoagulan oral dapat dipengaruhi
cabedah, sehingga diperlukan suntikan protamin oleh banyak faktor, misalnya asupan vitamin K,
berikutnya. banyaknya lemak yang terdapat dalam makanan
Penggunaan protamin biasanya cukup aman. atau interaksi dengan obat lain. Bayi baru lahir,
Dosis sampai 200 mg lV dalam 2 jam biasanya tidak pasien kahektik dan pasien dengan gangguan lung-
menimbulkan elek samping. si hati lebih sensitif terhadap antikoagulan oral.
Protamin tersedia dalam bentuk larutan atau Selain itu respons terhadap antikoagulan oral akan
serbuk untuk suntikan lV. Dosis total ditentukan ditingkatkan atau diperpanjang masa kerjanya pada
oleh jumlah heparin yang diberikan selama 3-4 jam pasien insufisiensi ginjal, demam dan skorbut. Se-
sebelumnya, 1 mg protamin sulfat menetralkan se- baliknya, terdapat juga pasien yang resisten ter-
kurang-kurangnya 80 USP unit aktivitas heparin hadap antikoagulan oral yang membutuhkan dosis
dari jaringan paru dan 100 USP unit aktivitas he- 10 sampai 20 kali dosis lazim. Keadaan ini dihu-
parin dari mukosa usus. Obat ini harus disuntikkan bungkan dengan kelainan genetik. Penggunaan an-
perlahan-lahan untuk mencegah trombosis. Larut- tikoagulan oral bersama kortikotropin atau kortiko-
an 1 Yo disuntikkan selama 1-3 menit, atau mak- steroid dapat menyebabkan perdarahan berat.
simal 50 mg dalam 10 menit. Penderita diabetes
melitus yang mendapal protamin zinc insulin jlka INTERAKSI OBAT. Meskipun banyak obat mem-
hipersensitif terhadap protamin dapat mengalami pengaruhi kerja antikoagulan oral pada hewan
reaksi berat dengan gejala antara lain hipotensi, coba, ternyata yang jelas mempengaruhi efek an-
sesak napas dan bradikardi. Kadang-kadang ter- tikoagulan oral pada manusia jauh lebih sedikit jum-
dapat perasaan panas danflushing pada muka. lahnya (Tabel 51-2).

Obat yang mengurangi respons terhadap anti-


2.2. ANTIKOAGULAN OHAL koagulan oral. Dalam kelompok ini terutama dike-
nal barbiturat, glutetimid dan rifampisin. Barbiturat
Dalam golongan ini dikenal derivat 4-hidroksi- menginduksi enzim mikrosom di hati sehingga me-
kumarin dan derivat indan-1,3-dion. Perbedaan ngurangi masa paruh kumarin. Pada kebanyakan
utama antara kedua derivat tersebut terletak pada pasien efek ini nyata setelah pemakaian bersama
dosis, mula kerja, masa kerja, dan efek samping- selama 2 hari; kadang- kadang elek baru terlihat
nya, sedangkan mekanisme kerjanya sama. setelah satu minggu. Dipercepatnya metabolisme
antikoagulan oral oleh obat tersebut di atas menye-
MEKANISME KERJA. Antikoagulan oral merupa- babkan dosis warfarin perlu ditingkatkan 2-4 kali
kan antagonis vitamin K. Vitamin K ialah kolaktor lipat bertahap dalam waktu beberapa minggu untuk
yang berperan dalam aktivasi faktor pembekuan mengembalikan efektivitasnya. Kemudian, sewaktu
darah ll, Vll, lX, X yaitu dalam mengubah residu zat penginduksi tersebut dihentikan, dosis warfarin
asam glutamat menjadi residu asam gama-karbok- harus diturunkan kembali secara bertahap pula.
Antikoagulan, Antitombosit, Trombolitik dan Hemostatik 753

Tabe| 51.2. INTERAKSI OBAT DENGAN AN- diperpendek. Selanjutnya akan tercapai kembali
TIKOAGULAN ORAL tarat-mantap baru dengan nilai kadar antikoagulan
bebas di dalam darah dan masa protrombin seperti
l. Obat Yang Mengurangi Respons Terhadap Anti- sebelum terjadi interaksi obat. Meskipun hanya ber-
koagulan Oral sifat sementara, peningkatan kadar antikoagulan
oral bebas dalam darah ini dapat menyebabkan
A. dengan menghambat absorpsi : griseofulvin perdarahan berat. Karena itu diperlukan pemerik-
B. dengan menginduksi enzim mikrosom hati : bar-
saan.waktu protrombin secara berkala selama pe-
biturat, etklorvinol, glutetimid dan griseofulvin*.
C. dengan merangsang pembentukan faktor pem- ngobatan.
bekuan darah : vitamin K. Dikumarol dapat menyebabkan tolbutamid
dan fenitoin mengalami akumulasi di dalam badan,
ll. Obat Yang Meningkatkan Respons Terhadap Anti- karena itu kedua obat ini harus dikurangi dosisnya
koagulan Oral
bila diberikan bersama kumarin atau derivat indan-
A. dengan menggeser antikoagulan dari ikatannya dion.
dengan plagma albumin : kloralhidrat, klofibrat",
asam mefenamat, fenilbutazen dan diazoksid. FARMAKOKINETIK. Semua derivat 4-hidroksiku-
B. dengan meningkatkan af initas terhadap reseptor: marin dan derivat indan-1 ,3-dion dapat diberikan
d-tiroksin*. per oral, warfarin dapat juga diberikan lM dan lV.
C. dengan menghambat enzim mikrosom hati : klo- Absorpsi dikumarol dari saluran cerna lambat dan
ramlenikol dan klof ibrat*.
tidak sempurna, sedangkan wadarin diabsorpsi le-
D. dengan menghambat availabilitas vitamin K: ste-
roid anabolik*, klofibrat', d-tiroksin" dan antibiotik bih cepat dan hampir sempurna. Kecepatan ab-
spektrum luas. sorpsi berbeda untuk tiap individu. Dalam darah
E. dengan menghambat pembentukan faktor pem- dikumarol dan warfarin hampir seluruhnya terikat
bekuan darah : steroid anabolik*, glukagon', pada albumin plasma; ikatan ini tidak kuat dan mu-
kuinidin" dan salisilat*.
dah digeser oleh obat tertentu misalnya fenilbuta-
F. dengan meningkatkan katabolisme faktor pem-
bekuan darah : steroid anabolik* dan d-tiroksin*. zon dan asarir mefenamat. Hanya sebagian kecil
dikumarol dan warfarin yang terdapat dalam bentuk
* mekanisme belum diketahui dengan pasti bebas dalam darah, sehingga degradasi dan eks-
kresi menjadi lambat. Masa paruh warfarin 48 jam,
sedangkan nasa paruh dikumarol 10-30 jam, Masa
Obat yang meningkatkan respons terhadap anti- paruh dikumarol sangat bergantung dosis dan ber-
koagulan oral. Pada pasien yang sedang dalam dasarkan faktor genetik berbeda pada masing-
pengobatan dengan antikoagulan oral, pemakaian
masing individu. Dikumarol dan warfarin ditimbun
dosis besar salisilat dapat menyebabkan perdarah- terutama dalam paru-paru, hati, limpa dan ginjal.
an. Elek ini mungkin disebabkan oleh efek langsung Efek hipoprotrombinemiknya berkorelasi dengan
salisilat berupa iritasi lambung, penekanan fungsi lamanya obat tinggal di hati.
trombosit; atau karena hipoprotrombinemik. Bila di- Elek terapi baru tercapai 12-24 jam setelah
sebabkan oleh hipoprotrombinemik, maka keadaan kadar puncak obat dalam plasma, karena diperlu-
ini dapat diatasi dengan pemberian vitamin K. kan waktu untuk mengosongkan laktor- faktor pem-
Antibiotik dan obat lain yang mempengaruhi bekuan darah dalam sirkulasi. Makin besar dosis
mikroflora usus dapat meningkatkan efek antivita- awal, makin cepat timbulnya efek terapi; tetapi dosis
min K dari antikoagulan oral sebab mikroflora usus harus tetap dibatasi agar tidak sampai menimbul-
merupakan sumbervitamin K. Tetapi efek ini biasa- kan efek toksik. Lama kerja sebanding dengan
nya tidak terlihat, kecuali bila terdapat defisiensi masa paruh obat dalam plasma.
vitamin K pada makanan. Dikumarol dan warfarin mengalami hidroksi-
Beberapa jenis antiinllamasi, antara lain {enil- lasi oleh enzim retikulum endoplasma hati menjadi
butazon, sullinpirazon, oksilenbutazon dan asam bentuk tidak aktif. Ekskresi dalam urin terutama
melenamat, dapat menggeser antikoagulan oral da- dalam bentuk metabolit; anisindion dapat menye-
ri ikatannya dengan albumin plasma. Penggeseran babkan urin berwarna merah jingga. Bagian yang
ini menyebabkan peningkatan sementara kadar an- tidak diabsorpsi diekskresi melalui tinja. Antikoagu-
tikoagulan oral bebas dalam darah; biotransformasi lan kumarin dapat melewati sawar uri. Pemberian
dan ekskresi juga meningkat sehingga masa paruh antepartum memungkinkan terjadinya hipoprotrom-
754 Farmakologi dan Terapi

binemia berat pada neonatus. Obat-obat ini juga cerna, divertikulitis, kolitis, endokardilis bakterial
disekresi ke dalam ASl, tetapi waktu protrombin subakut, keguguran yang mengancam, operasi
pada bayi tidak dipengaruhi secara bermakna. otak dan medula spinalis, anestesi lumbal, defisien-
si vitamin K serta penyakit hati dan ginjal yang berat.
EFEK NONTERAPI. Efek toksik yang paling sering Selain itu obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian
akibat pemakaian antikoagulan oral ialah perdarah- jangka panjang pada alkoholisme, pasien dengan
an dengan lrekuensi kejadian 2- 4%. Namun, per- pengobatan intensif salisilat, hipertensi berat, dan
darahan juga dapat terjadi pada dosis terapi karena tuberkulosis aktif. Pemberian antikoagulan oral pa-
itu pemberian antikoagulan oral harus disertai pe- da wanita hamil dapat menyebabkan perdarahan
meriksaan waktu protrombin dan pengawasan ter- pada neonatus; juga dilaporkan terjadinya embrio-
hadap terjadinya perdarahan. pati misalnya kondroplasia pungtata pada janin.
Perdarahan paling sering terjadi di selaput Penderita payah jantung seringkali lebih sensitif
lendir, kulit, saluran cerna dan saluran kemih. He- terhadap antikoagulan oral, sehingga mungkin di-
maturia sering terjadi tanpa gangguan fungsi ginjal, perlukan pengurangan dosis.
dapat disertai kolik dan hematom intrarenal. Gejala
perdarahan yang mungkin timbul ialah ekimosis, MONITORING TERAPI. Besarnya dosis yang dibe-
epistaksis, perdarahan gusi, hemoptisis, perdarah- rikan bergantung keadaan masing-masing pasien;
an serebral, perdarahan paru, uterus dan hati. Ku- sebagai pedoman harus selalu diperiksa masa pro-
rang lebih 25 o/o dari kematian akibat penggunaan trombin, serta diperhatikan kecenderungan untuk
antikoagulan kumarin disebabkan oleh perdarahan terjadinya perdarahan. Komplikasi perdarahan
berat di saluran cerna, biasanya berasal dari tukak umumnya terjadi bila Pf (Prothrombin tine) ralio
peptik atau neoplasma. 1,3-1 ,5 kali nilai normal. Kadang- kadang ditemukan
Pada perdarahan, tindakan pertama ialah pasien yang resisten terhadap antikoagulan oral,
menghentikan pemberian antikoagulan. Perdarah- sehingga diperlukan dosis yang lebih besar.
an hebat memerlukan suntikan vitamin Kr (filo-
lNDlKASl. Seperti halnya heparin, antikoagulan
kuinon) lV, dan biasanya perdarahan dapat diatasi
oral berguna untuk pencegahan dan pengobatan
dalam beberapa jam setelah penyuntikan. Perda-
tromboemboli. Untuk pencegahan, umumnya obat
rahan yang tidak terlampau berat cukup dengan
dosis tunggal 1-5 mg;tetapi untuk perdarahan berat
ini digunakan dalam jangka panjang. Terhadap
trombosis vena, efek antikoagulan oral sama de-
dapat diberikan dosis 20-40 mg, jika perlu dosis
ngan heparin, tetapi terhadap tromboemboli sistem
dapat ditambah setelah 4 jarn. Pemakaian vitamin
arteri, antikoagulan oral kurang efektif. Antikoagu-
Kr harus dibatasi untuk kasus-kasus perdarahan
lan oral diindikasikan untuk penyakit dengan kecen-
yang berat saja, karena pasien mungkin menjadi
derungan timbulnya tromboemboli, antara lain
refrakter berhari-hari terhadap terapi ulang dengan
infark miokard, penyakit jantung reumatik, serangan
antikoagulan oral.
iskemia selintas (transient ischemic attacts, TIA),
Dikumarol atau warfarin dapat menyebabkan
trombosis vena, emboli paru dan DlC.
anoreksia, mual, muntah, lesi kulit berupa purpura
Uji klinik terkontrol memperlihatkan bahwa
dan urtikaria, alopesia, nekrosis kelenlar mama dan
obat golongan ini mengurangi insidens tromboem-
kulit; kadang-kadang jari kaki menjadi ungu. Pada
boli pada pasien dengan katup jantur,g buatan; efek
penggunaan lenprokumon dapat timbul diare dan
terhadap tromboemboli ini meningkat secara ber-
dermatitis, sedangkan asenokumarol dapat menye-
makna bila digunakan bersama dipiridamol 400 mg/
babkan tukak pada mulut dan gangguan saluran
hari atau aspirin 325 mg/hari. Tetapi kombinasi anti-
cerna. Fenindion dapat menyebabkan leukopenia,
koagulan oral dengan aspirin meningkatkan ke-
agranulositosis, demam, ruam kulit, ikterus, hepa-
mungkinan perdarahan. Pada TIA antikoagulan oral
titis, diare, paralisis akomodasi, tukak pada mulut,
bermanfaat, selama beberapa bulan pertama peng-
neuropati dan urin berwarna merah jingga, sedang-
obatan tetapi tidak mempengaruhi mortalitas. Pada
kan difenadion menyebabkan mual, dan anisindion
suatu percobaan didapatkan bahwa penggunaan
menyebabkan urin berwarna jingga.
lebih dari satu tahun disertai peningkatan perdarah-
KONTRAINDIKASI. Antikoagulan oral dikontraindi- an intrakranial. Pada penderita emboli serebral ber-
kasikan pada penyakit-penyakit dengan kecende- ulang, morbidiias dan mortalitas menurun bila anti-
rungan perdarahan, diskrasia darah, tukak saluran koagulan diberikan setelah diagnosis ditegakkan.
Antikoagu I an, A ntitrom bo s it, T rom bol iti k d a n H e mo stati k 755

Untuk mencegah kekambuhan, terapi hendaknya utama sering ditemukan pada sistem arteri. Aspirin,
dimulai dalam 24-48 jam setelah terjadinya emboli sulfinpirazon, dipiridamol dan dekstran merupakan
serebral yang didiagnosis dengan teknik CAT scan- obat yang termasuk golongan ini. Selain itu bebe-
ning. Perdnan pencegahan antikoagulan oral untuk rapa obat misalnya epoprostenol (prostasiklin,
penyakit pembuluh darah perifer nampaknya kecil. PGlz) dan tiklopidin merupakan obat- obat yang
sedang diteliti mengenai manfaatnya sebagai an-
POSOLOGI. Natrium warfarin : oral, lV. Masa titrombosis.
protrombin harus ditentukan sebelum mulai terapi
dan selanjutnya tiap hari sampai respons stabil. Se-
telah taral mantap tercapai masa protrombin harus ASPIRIN.
tetap diperiksa dengan interval tertentu secara ter-
atur. Dosis dewasa biasanya 10-15 mg/hari untuk Aspirin menghambat sintesis tromboksan Az
2-4hari, dilanjutkan dengan 2-15 mg/hari yang dida- (TXA2) di dalam trombosit dan prostasiklin (PG12) di
sarkan pada hasil pemeriksaan masa protrombin. pembuluh darah dengan menghambat secara ire-
Dikumarol : Oral, dosis dewasa 200-300 mg versibel enzim siklo-oksigenase (akan tetapi siklo-
pada hari pertama, selanjutnya 25-100 mg/hari ter- oksigenase dapat dibentuk kembali oleh sel
gantung hasil pemeriksaan waklu protrombin. Pe- endotel). Sebagai akibatnya terjadi pengurangan
nyesuaian dosis mungkin perlu sering dilakukan agregasi trombosit. Aspirin dosis kecil (20-40 mg)
selama 7-14 hari pertama dan masa protrombin hanya dapat menekan pembentukan TXAz tetapi
harus ditentukan tiap hari selama masa tersebut. dosis yang terbukti efektif (325 mg - 1 g/hari) tidak
Dosis penunjang 25-150 mg/hari. selektif .

Anisendion : Oral, dosis dewasa 300 mg Pada infark miokard akut nampaknya aspirin
pada hari pertama,200 mg pada hari kedua dan 1 00 bermanfaat untuk mencegah kambuhnya miokard
mg pada hari ketiga. Dosis penunjang biasanya infark yang latal maupun nonlatal. Pada penderita
25-250 mg/hari. TIA penggunaan aspirin jangka panjang juga ber-
manlaat untuk mengurangi kekambuhan TlA, slro-
ke karena penyumbatan dan kemalian akibat Eang-
2.3. ANTIKOAGULAN PENGIKAT ION guan pembuluh darah. Berkurangnya kematian ter-
utama jelas pada pria. Beberapa penelitian mem-
KALSIUM perlihatkan bahwa dosis rendah aspirin sama efektil
dengan dosis tinggi aspirin atau sullinpirazon.
Elek samping aspirin misalnya rasa tidak enak
Natrium sitrat dalam darah akan mengikat
di perut, mual, dan perdarahan saluran cerna biasa-
kalsium rnenjadi kompleks kalsium sitrat. Bahan ini
nya dapat dihindarkan bila dosis per hari tidak lebih
banyak digunakan dalam darah untuk transfusi, ka-
dari 325 mg. Penggunaan bersama antasid atau
rena tidak toksik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi,
antagonist Hz dapat mengurangi elek tersebut
umpamanya pada transfusi darah sampai + 1.400
Obat ini dapat mengganggu hemostasis pada tin
ml dapat menyebabkan depresi jantung.
dakan operasi dan bila diberikan bersama heparin
Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya
atau antikoagulan oral dapat meningkatkan risiko
digunakan untuk antikoagulan in vitro, sebab terlalu
perdarahan.
toksik untuk penggunaan in vivo.
Natrium edetat mengikat kalsium meniadi Sebagai antitrombosit dosis yang paling
suatu kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan. banyak dianjurkan adalah 325 mglhari.
Uraian lebih lanjut terdapat dalam pembahasan an-
tagonis logam berat. DIPIRIDAMOL

Dipiridamol menghambat ambilan dan meta-


bolisme adenosin oleh eritrosit dan sel endotel pem-
3. ANTITROMBOSIT buluh darah, dengan demikian meningkatkan
kadarnya dalam plasma. Adenosin menghambat
Antitrombosit adalah obat yang dapat meng- lungsi trombosit dengan merangsang adenilat sik-
hambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan lase dan nrerupakan vasodilator. Dipiridamol juga
terhambatnya pembentukan trombus yang ter- memperbesar efek antiagregasi prostasiklin, Kare-
756 Farmakolqi dan Terapi

na dengan dosis yang diperlukan untuk mengham- pembuluh darah dengan mempengaruhi aliran da-
bat agregasi trombosit kira-kira 10 % pasien menga- rah. Dekstran dengan berat molekul rendah telah
lami flushing dan sakit kepala, maka sering diberi- digunakan sebagai profilaksis pada penderita yang
kan dosis dipiridamolyang lebih kecil bersama aspi- cenderung mengalami komplikasi tromboemboli
rin atau antikoagulan oral. Dipiridamol sering digu- pada pembedahan.
nakan bersama heparin pada penderita dengan ka-
tup jantung bualan. Obat ini juga banyak digunakan
bersama aspirin pada pasien infark miokard akut NATRIUM EPOPROSTENOL (PROSTAS|KL|N,
untuk prevensi sekunder dan pada pasien TIA untuk PGlz)
mencegah stroke. Belum diketahui secara pasti
apakah kombinasi dipiridamol dengan aspirin lebih Prostasiklin pada saat ini masih diteliti menge-
elektil dari aspirin saja. nai manfaat dan keamanannya. Prostasiklin meru-
pakan metabolit asam arakidonat dan dibentuk oleh
Elek samping yang paling sering yaitu sakit
kepala biasanya jarang menimbulkan masalah de- endotel pembuluh darah. Obat ini menghambat
ngan dosis yang digunakan sebagai antitrombosit. agregasi trombosit dan melebarkan pembuluh
Bila digunakan untuk pasien angina pektoris dipiri- darah, dan masih diteliti kemungkinannya untuk
damol kadang-kadang memperberat gejala karena menggantikan heparin selama hemodialisis. Efek
terjadinya fenomena coronary stea/. Efek samping sampingnya antara lain flushing, sakit kepala, nau-
lain ialah pusing, sinkop, dan gangguan saluran sea, muntah, gelisah, cemas, hipotensi, refleks taki-
cerna. kardia.
Bioavailabilitas obat ini sangat bervariasi. Le-
bih dari 90 % dipiridamol terikat protein dan meng-
TIKLOPIDIN HCI
alami sirkulasi enterohepatik. Masa paruh eliminasi
bervariasi 1 - 12 jam. Dosis untuk profilaksis jangka Tiklopidin masih dalam taral penelitian me-
panjang pada pasien katup jantung buatan 400
ngenai manfaat keamanannya. Mekanisme ker-
mg/hari bersama dengan warfarin. Untuk mence- janya belum diketahui seluruhnya tetapi diduga
gah aktivasi trombosit selama operasi by-pass
berdasarkan perubahan pada membran trombosit.
dosisnya 400 mg dimulai 2 hari sebelum operasi.
Dari 2 penelitian besar dan jangka panjang di-
dapatkan bahwa tiklopidin dapat mengurangi kam-
SULFINPIRAZON. buhnya sf/oke, infark miokard dan kematian pada
pasien yang baru menderita stroke karena lrombo-
Mekanisme kerja sulfinpirazon untuk meng- emboli. Elek samping antara lain gangguan saluran
hambat agregasi trombosit belum diketahui; letapi cerna, komplikasi perdarahan, urtikaria, ruam kulit,
seprti aspirin obat ini diperkirakan menghambat gangguan fungsi hati, gangguan darah (leukopenia,
bersaing sintesis prostaglandin yang lebih lemah. agranulositosis, pansitopenia), ikterus kolestatik,
Bila digunakan untuk prevensi sekunder infark mio- meningkatnya kadar LDL dan VLDL kolesterol.
kard akut obat ini dilaporkan dapat menurunkan
risiko kematian mendadak dan mengurangi ke-
mungkinan kekambuhan. Sullinpirazon tidak elektil
untuk mencegah infark miokard akut pada penderita
angina tak stabil. 4. TROMBOLITIK
Elek samping yang paling sering ialah gang-
guan saluran cerna. Elek samping lain ruam kulit Berbeda dengan antikoagulan yang mence-
dan kadang-kadang diskrasia darah, nelritis inter- gah terbentuk dan meluasnya tromboemboli, trom-
sisial akut, kolik ginjal, dan gagal ginjal akul dapat bolitik melarutkan trombus yang sudah ter-
terjadi. Sulfinpirazon dapat memperkuat efek anti- bentuk. Agar elektil trombolitik harus diberikan
koagulan warlarin. Dosis untuk prevensi sekunder sedini mungkin. lndikasi golongan obat ini ialah
setelah inlark miokard akut, 800 mg/hari. untuk infark miokard akut, trombosis vena dalam
DEKSTRAN dan emboli paru, tromboemboli arteri, melarutkan
Dekstran menghambat perlengketan (adhesi- bekuan darah pada katup jantung buatan dan
veness) trombosit dan mencegah bendungan pada kateter intravena.
Antikoagulan, Antitrombosit, Trombolitik dan Hemostatik 757

Untuk penderita inlark miokard akut agar pasien infark miokard akut, yang biasanya diguna-
reperfusi tercapai obat harus diberikan dalam 3-4 kan sebagai petunjuk terjadinya reperfusi. Elek
jam setelah timbulnya gejala. Tetapi bila penyum- samping lain mual, muntah. Streptokinaseyang me-
batan arteri koronaria bersilat subtotal atau terben- rupakan protein asing dapat menyebabkan reaksi
tuk sirkulasi kolateral yang baik, trombolitik dapat alergi seperti pruritus, urtikaria, flushing, kadang-
dimulai lebih lambat. Penelitian terbatas menunjuk- kadang angioedema, bronkospasme. Reaksi alergi
kan pengurangan mortalitas masih terjadi bila trom- lambat seperti demam, artralgia, sering dilaporkan.
bolitik diberikan dalam 24iam setelah gejala. Reaksi alergi ringan juga dilaporkan pada penggu-
Pasien inlark miokard akut memerlukan trom- naan urokinase dan rt-PA yang nonantigenik.
bolitik bila nyeri dada timbul sekurang-kurangnya
selama 30 menit dan peningkatan segmen ST per-
sisten dan relrakter terhadap nitrogliserin subli- STREPTOKINASE
ngual. Untuk pasien trombosis vena, trombolitik
Streptokinase berasal dari Streptococcus C.
hanya bermanfaat bila umur trombus kurang dari 7
hemolyticus, dan berguna untuk pengobatan fase
hari; sedangkan untuk pasien emboli paru indikasi
dini emboli paru akut dan infark miokard akut.
utama obat ini ialah untuk emboli paru masif dan
Streptokinase mengaktivasi plasminogen de-
akut yang dapat mengancam jiwa. Trombolitik
ngan cara tidak langsung yaitu dengan bergabung
mungkin juga diindikasikan untuk pasien emboli
terlebih dahulu dengan plasminogen untuk mem-
paru ringan yang juga berpenyakit jantung atau
bentuk kompleks aktivator. Selanjutnya kompteks
paru-paru.
aktivator tersebut mengkatalisis perubahan plasmi-
Obat-obat yang termasuk golongan trombolitik
nogen bebas menjadi plasmin. Kebanyakan pasien
ialah streptokinase, urokinase, aktivator plasmino-
gen, rt-PA (Recombinant Human Tissue-Type PIas-
memiliki antibodi terhadap streptokinase sebagai
akibat inleksi streptokokus sebelumnya; oleh
minogen Activator). Kelompok obat ini sangat
karena itu mula-mula diberikan loading-dose. Bila
mahal.
dengan dosis 1 juta lU tidak elektil obat ini mungkin
MONITORING TERAPI. Sebelum pengobatan di- tidak aktif dan tidak digunakan.
mulai heparin harus dihentikan (kecuali pada pasien
infark miokard akut yang memerlukan pengobatan FARMAKOKINETIK. Masa paruhnya bifasik. Fase
segera) dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan cepat + 11-1 3 menit dan fase lambat 23 menit.
laboratorium yaitu waktu trombin (thrombin time, DOSIS. lV: dosis dewasa untuk infark miokard akut
Ff), prothrombin time (PT), activated partial throm- dianjurkan dosis total 1,5 juta lU secara infus sela-
boplastin dme (APTD, hematokrit, kadar fibrinogen ma 1 jam. Untuk trombosis vena akut, emboli paru,
dan hitung trombosit, untuk menentukan ada tidak- trombosis arteri akut atau emboli dapat diberikan
nya perdarahan. TT dan APTT harus kurang dari 2 toading dose 250.000 lU secara inlus selama 30
x nilai normal pada awal teraPi. menit diikutidengan 100.000 lU/jam (biasanya sela-
EFEK SAMPING. Trombolitik dapat menyebabkan ma 24 jam pada penderita emboli paru,24'72 iam
perdarahan. Meskipun rt-PA menyebabkan fibrino- pada penderita trombosis arteri atau emboli dan
genolisis yang lebih sedikit dibandingkan dengan sampai dengan 72 jam pada penderita trombosis
streptokinase dan urokinase, selektivitas terhadap vena dalam.
bekuan darah nampaknya tidak mengurangi risiko
timbulnya perdarahan, Bila perdarahan hebat obat UROKINASE
harus dihentikan dan mungkin diperlukan translusi
darah. Untuk mengatasi librinolisis dengan cepat Urokinase diisolasi dari urin manusia. Berbe-
dapat diberikan asam aminokaproat, suatu inhibitor da dengan streptokinase, urokinase langsung me-
fibrinolisis, secara lV lambat. Atas dasar kemung- ngaktifkan plasminogen. Selain terhadap emboli
kinan terjadinya perdarahan trombolitik sedapat paru, urokinase juga digunakan untuk tromboem-
mungkin dihindarkan penggunaannya pada pende- boli pada arteri dan vena. Seperti streptokinase obat
rita dengan perdarahan internal, sfroke baru, proses ini tidak bekeria spesifik terhadap librin sehingga
intrakranial lain, hiperlensi, gangguan hemostatik, menimbulkan lisis sistemik (fibrinogenolisis dan
kehamilan, dan operasi besar. Bradikardia dan arit- destruksi laktor pembekuan darah lainnya). Peng'
mia dapat tedadi pada penggunaan obal ini pada gunaan urokinase bersama heparin menyebabkan
758 Farmakologi dan Terapi

insidens perdarahan yang lebih besar (45 %) diban- liputi daerah yang luas. Pemilihan obat harus dilaku-
dingkan dengan heparin saja (27 %). Sebaiknya kan secarb tepat sesuai dengan patogenesis per-
tidak diberikan pada penderita emboli paru yang darahan. Bila daerah perdarahan kecil, tindakan
berumur lebih dari 50 tahun, penderita dengan seja- lisik seperti penekanan, pendinginan atau kauteri-
rah penyakit kardiopulmonal atau gangguan hemo- sasi seringkali dapat menghentikan perdarahan de-
stasis berat. ngan cepat.
Perdarahan dapat disebabkan oleh delisiensi
FARMAKOKINETIK. Bila diberikan infus intravena
satu faktor pembekuan darah yang bersifat heriditer
urokinase mengalami bersihan yang cepat oleh misalnya delisiensi faktor antihemolilik (faktor Vlll),
hati. Masa paruh sekitar 20 menit. Sejumlah kecil
dan dapat pula akibat defisiensi banyak faktor yang
obat diekskresi dalam empedu dan urin.
mungkin sulit untuk didiagnosis dan diobati. Defi-
DOSIS. Dosis yang dianjurkan loading dose 1 .000- siensi satu laktor pembekuan darah dapat diatasi
4.500 lU/kg secara lV dilanjutkan dengan inlus lV dengan memberikan laktor yang kurang yang beru-
4.4001U/kg/jam. pa konsentrat darah manusia, misalnya faktor anti-
hemofilik (faktor Vlll), Cryoprecipitated antihemo-
Asam aminokaproat merupakan penawar spesifik philic factor, kompleks laktor lX (komponen trombo-
untuk keracunan urokinase. Dosis biasa dimulai plastin plasma). Perdarahan dapat pula dihentikan
dengan 5 g (oral atau lV), diikuti dengan 1,25 g tiap dengan memberikan obat yang dapat meningkat-
jam sampai perdarahan teratasi. Dosis tidak boleh kan pembentukan faktor-faktor pembekuan darah
melebihi 30 g dalam 24 jam. Penyuntikan lV cepat misalnya vitamin K, atau yang menghambat meka-
dapat menyebabkan hipotensi, bradikardia dan arit- nisme fibrinolitik seperti asam aminokaproat. Selain
mia. hemostatik sistemik di atas terdapat pula hemos-
tatik yang digunakan lokal (hemostatik lokal).

ALTEPLASE, RECOMBTNANT (RECOMBTNANT


HUMAN TISSUE.TYPE PLASMINOGEN AC. 5.1. I-IEMOSTATIK LOKAL
TIVATOR, rt-PA)
Yang termasuk dalam golongan inidapat diba-
rl-PA merupakan aktivator plasminogen jari-
gi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan
ngan yang diproduksi dengan teknik rekayasa DNA.
mekanisme hemostasisnya.
Obat ini bekerja lebih selektil mengaktivasi plas-
minogen yang mengikat librin daripada plasmino-
gen bebas di dalam darah. Dengan demikian rt-PA HEMOSTATIK SERAP
bekerja lebih selektif terhadap bekuan darahfibrin.
Hemostatik serap (absorbable hemostatics)
FARMAKOKINETIK. Masa paruh rt-PA i 5 menit, menghentikan perdarahan dengan pembentukan
mengalami metabolisme di hati dan kadar plasma suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-
bervariasi karena aliran darah ke hati yang ber- serat yang mempermudah pembekuan bila diletak-
variasi. kan langsung pada permukaan yang berdarah.
Dengan kontak pada permukaan asing, trombosit
DOSIS. lV: Dewasa, dosis total 100 mg, 60 mg dibe-
akan pecah dan membebaskan laktor yang memu-
rikan pada jam pertama, diikuti dengan 20 mg pada
lai proses pembekuan darah. Hemostatik golongan
jam ke dua dan 20 mg pada jam ke tiga. Untuk
ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang ber-
penderila dengan berat badan kurang dari 65 kg
asal dari pembuluh darah kecil saja, misalnya ka-
dosis total 1,25 mg/kg diberikan selama 3 jam
piler, dan tidak elektif untuk menghentikan peida-
seperti di atas. Obat ini mahal harganya.
rahan arteri atau vena yang tekanan intravaskular-
nya cukup besar. Termasuk kelompok ini antara lain
spons gelatin, oksisel (selulosa oksida) dan busa
5. HEMOSTATIK fibrin insani (human fibrin foam). Spons gelatin dan
oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka yang
Hemostatik ialah zat atau obat yang diguna- akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini menguntungkan
kan untuk menghentikan perdarahan. Obat-obat ini karena tidak memerlukan penyingkiran yang me-
diperlukan unluk mengatasi perdarahan yang me- mungkinkan perdarahan ulang, seperti yang terjadi
Antikoagulan, Antitrombosit, Trombolitik dan Hemostatik 759

pada penggunaan kain kasa. Untuk absorpsi yang VASOKONSTRIKTOR


sempurna dari kedua zat ini diperlukan waktu sam-
pai 6 jam. Selulosa oksida dapat mempengaruhi Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokonstrik-
regenerasi tulang dan dapat mengakibatkan pem- si, dapat digunakan untuk menghentikan per-
bentukan kista bila digunakan jangka panjang pada darahan kapiler suatu permukaan. Cara pengguna-
patah tulang. Selain itu karena dapat menghambat annya ialah dengan mengoleskan kapas yang telah
epitelisasi, selulosa oksida tidak dianjurkan untuk dibasahi dengan larutan 1 : 1.000 tersebut pada
digunakan dalam jangka panjang. Busa fibrin insani permukaan yang berdarah.
yang berbentuk spons, setelah dibasahi, dengan Vasopresin, yang dihasilkan oleh hipofisis,
tekanan sedikit dapat menutup dengan baik per- pernah digunakan untuk mengatasi perdarahan
mukaan yang berdarah. pasca-bedah persalinan, tetapi banyak elek sam-
ping dan telah ditinggalkan penggunaannya.
Namun perkembangan terakhir menunjukkan ke-
ASTRINGEN mungkinan kegunaannya kembali bila disuntikkan
langsung ke dalam korpus uteri untuk mencegah
Zat ini bekerja lokal dengan mengendapkan perdarahan yang berlebihan selama operasi korek-
protein darah sehingga perdarahan dapat dihenti- tif ginekologik.
kan. Sehubungan dengan cara penggunaannya,
zat ini dinamakan juga sfyptic. Yang termasuk ke-
lompok ini antara lain leri klorida, nitras argenti, 5.2. HEMOSTATIK SISTEMIK
asam tanat. Kelompok ini digunakan untuk meng-
hentikan perdarahan kapiler, tetapi kurang efektif Dengan memberikan transfusi darah, sering-
bila dibandingkan dengan vasokonstriktor yang di- kali perdarahan dapat dihentikan dengan segera.
gunakan lokal. Hal ini terjadi karena penderita mendapatkan se-
rnua faktor pembekuan darah yan terdapat dalarn
darah transfusi. Keuntungan lain dari transfusi ialah
KOAGULAN perbaikan volume sirkulasi. Perdarahan yang di-
sebabkan oleh delisiensi laktor pembekuan darah
Obat kelompok ini pada penggunaan lokal me- tertentu dapat diatasi dengan mengganti/memberi-
nimbulkan hemostasis dengan dua cara, yaitu de- kan laktor pembekuan yang kurang.
ngan mempercepat perubahan protrombin menjadi
trombin dan secara langsung menggumpalkan
librinogen. FAKTOR ANTTHEMOFILIK (FAKTOR Vlll) DAN
CRYOPRECIPITATED ANTIHEMOPHILIC FAC-
Aktivator protrombin. Ekstrak yang mengandung TOR
aktivator protrombin dapat dibuat antara lain dari
Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah
jaringan otak yang diolah secara kering dengan
atau mengatasi perdarahan pada penderita hemo-
asetat. Beberapa racun ular memiliki pula aktivitas filia A (defisiensi laktor Vlll yang silatnya heriditer)
tromboplastin yang dapat menimbulkan pembeku- dan pada penderita yang darahnya mengandung
an darah. Salah satu contoh adalah Fusse//'s vlper in h bitor lakto r V lll. C ryopreci pitated anti he mo ph i Ii c
i

venom yang sangat efektif sebagai hemostatik lokal factor didapat dari plasma donor tunggal dan kaya
dan dapat digunakan umpamanya untuk alveolus akan faktor Vlll, fibrinogen dan protein plasma lain.
gigi yang berdarah pada pasien hemofilia; untuk Akan tetapi jumlah laktor Vlll yang dikandung ber-
tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar variasi dan hal ini berbeda dengan preparat kbn-
sentrat faktor antihemofilik yang mengandung fak-
0,1%o dan ditekankan ke dalam alveolus sehabis
tor Vlll dalam jumlah baku. Selain untuk penderita
ekstraksigigi.
hemofilia A cryoprecipitated antihemophilic lactor
juga dapat digunakan untuk pasien dengan pe-
Trombin. Zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau nyakit von Willebrand, penyakit heriditer yang selain
larutan untuk penggunaan lokal. Sediaan ini tidak terdapat defisiensi faktor Vlll juga terdapat gang-
boleh disuntikkan lV, sebab segera menimbulkan guan suatu laktor plasma yaitu kofaktor rislosetin
pernbekuan dengan bahaya emboli. yang penting untuk adhesi trombosit dan stabilitas
760 Farmakologi dan Terapi

kapiler. Kolaktor ristosetin ini biasanya hilang se- dan menetap sampai dengan 6 jam. Pemberian
lama proses pembuatan sediaan konsentrat faktor lebih sering dari tiap 2 atau 3 hari dapat menurunkan
antihemolilik. respons terapeutik.
Obat ini diindikasikan untuk hemostatik jangka
Efek samping. Cryoprecipitated antihemophitic
pendek pada pasien dtjngan delisiensi laktor Vlll
lactor mengandung librinogen dan protein plasrfia
'yang ringan sampai sedang dan pada pasien pe-
lain dalam jumlah yang lebih banyak dari sediaan
nyakit von Willebrand tipe 1.
konsentrat laktor Vlll, sehingga kemungkinan ter-
jadinya reaksi hipersensitivitas lebih besar pula. Elek s'amping antara lain sakit kepala, mual,
flushing, sakit dan pembengkdkan pada tempat
Elek samping lain yang dapat timbul pada peng-
gunaan kedua jenis sediaan ini ialah hepatitis virus, s,untikan. Juga dilaporkan terjadinya peningkatan
anemia hemolitik, hiperfibrinogenemia, menggigil, tekanan darah yang ringan dan harus hati-hati
penggiloaannya pada pasien hipertensi dan penya-
dan demam.
kit arteri.koronaria.
Posologi. Kadar laktor antihemolilik 20.30 % dari Obat ini sering digunakan lV dengan dosis 0,3
normal yang diberikan lV biasanya diperlukan untuk mikrogram secara inlus dalam waktu 15-30 menit.
mengatasi perdarahan pada penderita hemofilia.
Biasanya hemostasis dicapai dengan dosis tunggal
15-20 unit/kgBB. Untuk perdarahan ringan pada FIBRINOGEN*INSANI
otot dan jaringan lunak, diberikan dosis tunggal 1O
Sediaan ini hanya digunakan bila dapat diten-
unit/kgBB. Pada penderita hemofilia sebelum ope-
tukan kadar librinogen dalam darah penderita, dan
rasi diperlukan kadar antihemotilik sekurang-
daya pembekuan yang sebenarnya.
kurangnya 50 % dari normal, dan pasca bedah di-
perlukan kadar 20-25 % dari normal untuk 7-1 0 hari.
VITAMIN K
KOMPLEKS FAKTOR IX
Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan
waktu untuk dapat menimbulkan elek, sebab vita-
Sediaan ini mengandung laktor ll, Vll, lX dan
min K harus merangsang pembentukan faktor-fak-
X, serta sejumlah kecil protein plasma lain dan
tor pembekuan darah lebih dahulu (lihat Bab 50),
digunakan untuk pengobatan hemolilia B, atau bila'
diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sedia-
an tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan ASAM AMINOKAPROAT
teiapi karena ada kemungkinan timbulnya hepatitis,
Asam aminokaproat merupakan penghambat
preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pen-
bersaing dari aktivator plasminogen dan pengham-
derita nonhemofilia. Elek samping lain adalah trom-
bat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancur-
bosis, demam, menggigil, sakit kepala, flusfiing,
kan librinogen, fibrin dan laktor pembekuan darah
dan reaksi hipersensitivitas berat (syok analilaksis).
lain. Oleh karena itu asam aminokaproat dapat
Posologi. Kebutuhan tergantung dari kqadaan membantu mengatasi perdarahan berat akibat libri-
penderita. Perlu dilakukan pemeriksaan pembeku- nolisis yang berlebihan. Dugaan akan adanya fibri-
an sebelum dan selama pengobatan sebagai petun- nolisis yang berlebihan dapat didasarkan atas hasil
juk untuk menentukan dosis. Satu unit/{gBB me- tes laboratorium berupa waktu trombin dan protrom-
ningkatkan aktivitas laktor lX sebanyak 1,5 %. Sela- bin yang memanjang, hipofibrinogenemia atau ka-
ma fase penyembuhan setelah operasi iliperlukan dar plasminogen yang menurun. Akan tetapl bebe-
kadar laktor lX 25-30 % dari normal. rapa dari hasil laboratorium di atas biasanya dida-
patkan pula pada penderita DlC, yang merupakan
kontraindikasi pemberian asam aminokaproat,
DESMOPRESIN karena dapat menyebabkan pembentukan trombus
yang mungkin bersifat fatal, Oleh karena itu asam
Desmopresin merupakan vasopresin sintetik aminokaproat hanya digunakan untuk mengatasi
yang dapat meningkatkan kadar faktor Vlll dan vWl perdarahan librinolisis berlebihan yang bukan dise-
untuk sementara. Peningkatan kadar laktor pem- babkan oleh DlC. Bila terdapat keraguan, kriteria
bekuan tersebut paling besar terjadi pada 1-2 jam untuk membedakan kedua keadaan tersebut ada-
Antikoagulan, Antittombsit, Tromlr,litik dan Hemostatik

lah hitung trombosit, tes parakoagulasi protamin manusia tidak didapatkan abnormalitas yang ber-
dan lisis bekuan euglobulin. Pada DIC : hitung trom- makna, meskipun demikian asam aminokaproat se-
bosit menurun, tes parakoagulasi protamin positil baiknya tidak digunakan selama kehamilan trimgs-
dan lisis bekuan euglobulin normal. Pada librinolisis ter pertama dan kedua, kecuali bila memang benar-
primer: hitung trombosil normal, tes parakoagulasi benar diperlukan. Bila asam aminokaproat diberi-
protamin negatit dan lisis bekuan euglobulin ber- kan selama operasi maka kandung kemih harus
kurang. Tetapi librinolisis jarang teriadi tersendiri, bebas dari bekuan darah, karena obat ini akan
biasanya terjadi sekunder akibat DlC. tertumpuk pada bekuan tersebut dan menghambat
disolusinya.
Farmakokinetik. Asam aminokaproat diabsorpsi
secara baik per oral dan juga dapat diberikan lV. Posologi. Dosis dewasa dimulai dengan 5-6 g per
Obat ini diekskresi dengan cepat melalui urin, seba- oral atau inlus lV secara lambat, lalu 1 g tiap jam
gian besar dalam bentuk asal. Kadar puncak sete- atau 6 g tiap 6 jam bila lungsi ginjal normal. Dengan
lah pemberian per oral dicapai kurang lebih 2 jam dosis tersebut dihasilkan kadar terapi etektif 13
setelah dosis tunggal. mg/dl plasma. Pada pasien penyakit ginial atau oli-
guri diperlukan dosis lebih kecil. Anak-anak, 100
lndikasi. Asam aminokaproat digunakan untuk me- mg/kgBB tiap 6 jam untuk 6 hari. Bila digunakan lV
ngatasi hematuria yang berasal dari kandung ke- asam aminokaproat harus dilarutkan dengan larut-
mih, prostat atau uretra. Pada penderita yang an NaCl, dekstrosa 5 % atau larutan Ringer. Na-
mengalami prostatektomi transuretral atau supra- mun, masih diperlukan bukti lebih laniut mengenai
pubik, asam aminokaproat mengurangi hematuria keamanan penggunaan obat ini untuk jangka pan-
pasca bedah secara bermakna. Akan tetapi peng- jang dengan dosis di atas.
gunaannya harus dibatasi pada penderita dengan
perdarahan berat dan yang penyebab perdarahan-
nya tidak dapat diperbaiki. Asam aminokaproat juga ASAM TRANEKSAMAT
dapat digunakan sebagai antidotum untuk melawan
elek trombolitik streptokinase dan urokinase yang Obat ini mempunyai indikasi dan mekanisme
merupakan aktivator plasminogen. Asam aminoka- kerja yang sama dengan asam aminokaproat tetapi
proat dilaporkan bermanfaat untuk pasien hemofilia 10 kali lebih potent dengan efek smaping yang lebih
sebelum dan sesudah ekstraksi gigi dan perdarah- ringan,
an lain karena trauma di dalam mulut.
Farmakokinetik. Asam traneksamat cepat diab-
Efek samping. Asam aminokaproat dapat menye- sorpsi dari saluran cerna. Sampai 40 % dari satu
babkan pruritus, eritema, ruam kulit, hipotensi dis- dosis oral dan 90 % dari satu dosis lV diekskresi
pepsia, mual, diare, inhibisi eyakulasi, eritema ko- melalui urin dalam 24 iam. Obat ini dapat melalui
nyungtiva, dan hidung lersumbat. Efek samping sawar uri.
yang paling berbahaya ialah trombosis umum, kare-
Posologi. Dosis yang dianjurkan 0,5 - 1 g, diberikan
na itu penderita yang mendapat obat ini harus dipe-
2-3 kali sehari secara lV lambat sekurang-kurang-
riksa mekanisme hemostatiknYa.
nya dalam waktu 5 menit. Cara pemberian lain per
Teratogenisitas. Penelitian teratogenisitas pada oral 'l -1 ,5 g,2-3 kali per hari. Pada pasien gagal
hewan memberikan hasil yang bervariasi. Pada ginjal dosis dikurangi.
762 Farmakologi dan Terapi

XV. TOKSIKOLOGI

52. DASAR TOKSIKOLOGI


I. Darmansiah

1. Pendahuluan 3. Keracunan
3.1. Pilahan keracunan
2. Toksikologi eksperimental 3.2. Penyebab keracunan
2.1 . Uji farmakokinetik 3.3. Gejala dan diagnosis keracunan
2.2. Uji farmakodinamik 3.4. Peranan laboratorium
2.3. Menilai keamanan zat kimia 3.5. Terapi keracunan
2.4. Uji toksikologi
2.5. Hubungan antara hewan coba dengan
manusia

1. PENDAHULUAN memungkinkan terdeteksinya xenobiotik dalam


tubuh dalam jumlah kecil sekali.
Toksikologi merupakan ilmu yang lebih tua Karena penilaian sifat xenobiotik tidak dapat
dari Farmakologi. Disiplin ini mempelajari sifat-sifat dilakukan pada manusia sebagaimana lazimnya di-
racun zat kimia terhadap mahluk hidup dan lingku- lakukan untuk obat, maka penelitian xenobiotik dila-
ngan. Sedikitnya 50.000 zat kimia kini digunakan kukan pada hewan coba. Karena itu penilaian ke-
oleh manusia dan karena tidak dapat dihindarkan, amanan dilakukan melalui ekstrapolasi data dari
maka kita harus sadar tentang bahayanya. hewan ke manusia (lihat 2.5). Dengan dernikian
hanya perkiraan, yang dapat kita berikan sebagai
Sintesis zat kimia yang diperkirakan berjumlah
jawaban atas pertanyaan yang sering terlontar oleh
1000 per tahun, menyebabkan toksikologi tidak
masyarakat, seperti : Berapa amankah zat x ini bila
hanya meliputi sifat-sifat racun, tetapi lebih penting
lagi mempelajari "keamanan" setiap zat kimia yang
kita makan terus-menerus? Apakah zat x ini dapat
menimbulkan tumor? Apakah peraturan-peraturan
dapat masuk ke dalam tubuh. Zat-zat kimia itu di-
yang dibuat untuk melindungi kita dari keracunan,
sebut "xenobiotik" (xeno=asing). Setiap zat kimia-
sudah benar-benar menjamin aman? Apa yang ter-
baru harus diteliti sifat-sifat toksiknya sebelum di-
jadi, bila saya melampaui makan zat x sebanyak
perbolehkan penggunaannya secara luas. Bila zat
berapa kali acceptable daily intake (ADI) ?
kimia merupakan obat atau makanan, instansi yang
harus menilai ialah Direktorat Pengawasan Obat Pertanyaan seperti ini sering timbul di mass
dan Makanan Departemen Kesehatan, zat kimia media, dan biasanya polemik menjadi hangat tanpa
lain diatur oleh Badan misalnya Environmental Pro- diperoleh jawaban yang pasti, karena penilaian ke-
tection Agency di A.S. (di lndonesia mungkin akan amanan xenobiotik hampir selalu merupakan suatu
tumbuh dari Departemen Lingkungan Hidup). Tok- perkiraan saja.
sikologi berkembang luas ke bidang kimia, kedok- Prosedur pemeriksaan toksisitas obat dan zat
teran hewan, kedokteran dasar dan klinik, perta- kimia menjadi sangat rumit dan semuanya dilaku-
nian, perikanan, industri, entomologi, hukum, ling- kan untuk mencegah kejadian yanE dapat merugi-
kungan dan juga ilmu perang. Perkembangan ini di- kan konsumen/pasien seperti pada kasus talidomid.
mungkinkan oleh teknologi analitik canggih yang Tetapi perlu disadari bahwa uji keamanan yang
Dasar Toksikologi
763

ketat sekalipun tidak dapat menjamin keamanan beri hasil yang sulit dievaluasi atau diramalkan tok_
konsumen seratus persen. penggunaan obat, teru_ sisitasnya.
tama yang baru selalu akan disertai risiko, walau_ Gejala keracunan dan tindakan untuk meng_
pun risiko ini telah diusahakan sekecil mungkin. Hal atasinya berbeda-beda. Tabel 52-1 memberi petun_
ini terjadi karena beberapa reaksi toksik atau elek juk singkat perihal keracunan beberapa zat kimia,
samping timbul dengan frekuensi kejadian yang perkiraan dosis letal, tanda dan gejala serta tin-
amat kecil. Food and Drug Administration di Ame_ dakan terapi.
rika Serikat misalnya, rnenyarankan penggunaan
pada sedikitnya 15.000 orang untuk melihat mani_
festasi reaksi yang tidak dikehendaki. Variabilitas
masyarakat dalam faktor umur, seks, ras, kehamii_ 2. TOKSIKOLOGI EKSPERIMENTAL
an atau kelainan gen mempengaruhi juga lrekuensi
kejadian. Parasetamol misalnya telah digunakan
Sejak awal harus disadari bahwa tidak mung_
berpuluh-puluh tahun, tanpa diketahui bahwa pada kin membuat suatu petunjuk lengkap mengenai
keracunan dapat terjadi kerusakan sel hati yang pemeriksaan toksisitas suatu obat atau zat kimia.
berakhir fatal, Pada hakekatnya tidak perlu dibedakan antara obal
Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan zat kimia dari sudut toksikologi, sehingga dalam
dan terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis pembahasan keduanya diperlakukan sama. Selan-
dan cara pemberian. Paracelsus pada tahun 1564 jutnya dalam bab ini akan disebut zat untuk penger-
telah meletakkan dasar penilaian toksikologis de_ tian zat kimia termasuk obat. percobaan toksisitas
ngan mengatakan, bahwa dosis menentukan apa-
sangat bejrvariasi dan suatu protokol yang kaku
kah suatu zat kimia adalah racun (dosis sota facit akan membuat penelitian tidak relevan atau meng-
venenum). Sekarang dikenal banyak laktor yang hasilkan kesimpulan yang tidak sahih. Karena itu
menentukan apakah suatu zat kimia bersilat racun, jenis pemeriksaan toksisitas harus didasarkan pada
namun dosis tetap merupakan faktor utama yang silat zat (kimia atau obat) yang akan digunakan
terpenting. Untuk setiap zat kimia, lermasuk air, serta cara pemakaiannya. penggunaan obat seca-
dapat ditentukan dosis kecilyang tidak berefek sa-
ra kronik seperti pada pengobatan hipertensi atau
ma sekali, atau suatu dosis besar sekali yang dapat penggunaan kontrasepsi harus disertai dengan
menimbulkan keracunan dan kematian, Untuk zat data karsinogenisitas dan teratogenisitas. Se-
kimia dengan efek terapi, maka dosis yang adekuat dangkan obat cacing yang digunakan dalam waktu
dapat menimbulkan efek farmakoterapeutik. pendek pertama- tama harus memenuhi syarat tok-
Banyak prinsip pengobatan keracunan yang sisitas akut.
dahulu dianut berubah drastik dan tindakan yang
Dengan tidak mengurangi kepentingan hal
lebih rasional telah ditemukan. Satu kemajuan men- yang telah dijelaskan tadi, akan dibahas beberapa
colok yang seolah-olah nihilistik, ialah dihilangkan-
aspek dari pemeriksaan toksisitas obat. penilaian
nya kebiasaan pengobatan keracunan hipnotik se- komprehensil dapat diperoleh melalui penyelidikan
datil dengan menggunakan analeptik dan meng- dalam bidang farmakokinetik, farmakodinamik dan
gantinya dengan pengobatan simtomatik, Tindakan
toksikologi. Toksikologi sendiri berhubungan de-
ini, bersama dengan perbaikan dalam cara merawat ngan farmakologi, karena perbedaan fundamental
pasien, telah menurunkan angka kematian akibat
hanya terletak pada penggunaan dosis yang lebih
keracunan barbiturat dari 20-25% sekitar tahun besar dalam eksperimen toksikologi. pengetahuan
1945 sampai 1-2% dewasa ini. dalam kedua ilmu ini bersifat komplementer dan
Manlaat antidotum umum yang terdiri dari saling menunjang.
norit, asam tanat dan magnesium oksida diragukan
dan kombinasi ini ternyata saling mengantagoni-
sasi. Aktivitas norit ditiadakan sebagian oleh mag-
2.1. UJI FARMAKOKINETIK
nesium oksida.
Beberapa macam keracunan telah dikelahui Uji larmakokinetik diperoleh melalui penelitian
terjadi berdasarkan kelainan genetik (primakuin, nasib obat dalam tubuh, yang menyangkut absorp-
lNH, suksinilkolin) atau defisiensienzim pada neo-
si, distribusi, redistribusi, biotransformasi dan eks-
natus prematur (kloramfenikol); interaksi pada kresi obat. Pengetahuan mengenai hal ini penting
pemberian obat kombinasi kadang-kadang mem-
untuk menalsirkan tidak saja elek terapi tetapi, juga
764 Farm akologi' dan Terapi

toksisitas suatu obat. Segala hal yang menyangkut luarkan melalui urin dalam bentuk aktif dan bukan
farmakokinetik ini memerlukan analisis kuantitatil dalam bentuk metabolit inaktil.
dari zat dalam cairan biologik atau organ tubuh. Parameteryang diperlukan untuk mempelajari
. Karakteristik absorpsi penting untuk diketa- nasib obat dalam tubuh ialah kadar plasma, masa
hui; zat kimia dengan sifat koefisien partisi yang paruh, karakteristik distribusi, produk biotransfor-
tinggi serta derajat ionisasi yang rendah akan mu- masi dan ekskresi. Data ini merupakan petunjuk
dah diserap melalui dinding sel. Sebaliknya alkaloid yang mengarahkan lebih tepat mengenai percoba-
dan gugus molekulyang berionisasi baik akan sukar an toksisitas apa yang masih harus dilakukan.
diabsorpsi. Banyak sekali faktor yang mempenga-
ruhi absorpsi ini, sehingga akan mempengaruhi
dosis dan toksisitasnya. Cara absorpsi yang diteliti 2.2. UJI FARMAKODINAM IK
sebaiknya disesuaikan dengan cara pemakaian-
nya. Suatu obat atau zat kimia yang akan dipakai Sebelum suatu obat dapat digunakan untuk
lokal saja pada kulit, harus dipelajari lerutama bera- indikasi tertentu, harus diketahui dahulu efek apa
pa jauh absorpsinya melalui kulit. Perbedaan kadar yang terjadi terhadap semua organ dalam tubuh
dalam darah dari pemberian oral dan parenteral yang sehat. Screening elek farmakodinamik ini sa-
akan memberi gambaran tentang derajat absorpsi ngat diperlukan.
per oral. Jarang terdapat suatu obat yang hanya memi-
Setelah diabsorpsi semua zat akan didistribusi liki salu jenis elek; hampir semua obat mempunyai
ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Distri- elek tambahan dan mampu mempengaruhi fungsi
busi ini mungkin tidak akan merata dan kumulasi berbagai macam alat dan faal tubuh. Efek yang me-
sering dilihat dalam organ tubuh tertentu. Elek tok- nonjol, biasanya merupakan pegangan daiam me-
sik obat dapat tergantung dari kumulasi ini seperti nentukan penggunaannya, sedangkan perubahan
juga efek terapinya. Pengikatan obat oleh protein lain merupakan efek samping yang bahkan dapat
plasma dapat mengurangi elektivitas/toksisitasnya. bersifat toksik. Seringkali sifat toksik suatu obat me-
Otak mempunyai semacam sawar yang rupakan lanjutan dari efek farmakodinamik atau
menghalangi beberapa obat dengan silat tertentu elek terapinya.
untuk masuk ke dalamnya. Keadaan distribusi ini
tidak statis tetapi sangat dinamis sehingga selalu
obat akan mengalami redistribusi dalam cairan dan 2.3. MENILAI KEAMANAN ZAT KIMIA
organ tubuh.
Setiap obat akan dianggap oleh tubuh sebagai Penilaian keamanan suatu obat atau zat kimia
suatu bahan asing, sehingga tubuh merombaknya merupakan bagian penting dari toksikologi, karena
menjadi bentuk yang dapat diekskresi (lebih larut setiap zat kimia yang baru disintesis dan akan diper-
dalam air, lebih polar). Metabolit yang terbentuk, gunakan harus diuji toksisitas dan keamanannya.
biasanya tidak aktif lagi dan toksisitas biasanya Bila zat kimia itu merupakan zat lambahan makan-
berkurang, walaupun kadang-kadang dapat terjadi an atau kontaminan yang tanpa sengaja dapat ma-
sebaliknya, sehingga mungkin metabolit lebih toksik suk dalam makanan, misalnya pestisida atau ber-
misalnya prontosil menjadi sulfa, lenasetin menjadi bagai metal, maka penilaian keamanannya dilaku-
parasetamol dan paration menjadi paraokson. kan melalui tahap-tahap yang telah baku.
Biotransformasi dapat terjadi cepat sekali, Setiap zat kimia, bila diberikan dengan dosis
sehingga suatu obat tidak bermanlaat dalam klinik, yang cukup besar akan menimbulkan gelala-gejala
karena kadar efektif tidak dapat dipertahankan toksis. Gejala-gejala ini pertama- tama harus diten-
(asetilkolin). Metakolin dan karbakol bertahan lebih tukan pada hewan coba melaluipenelitian toksisitas
lama dan karena itu bersifat lebih toksik. akut dan subkronik guna memperoleh kesan per-
tama tentang kelainan yang dapat ditimbulkan. Hal
Alat ekskresi terpenting ialah hati dan ginjal. ini diperlukan untuk meramalkan kemungkinan
Ekskresi obat dapat terjadi dalam bentuk asalnya yang dapat lerjadi pada manusia dengan dosis yang
maupun bentuk metabolit. Pengetahuan mengenai lebih kecil. Selanjutnya, perlu ditentukan suatu
ini penting dalam toksikologi karena pada keracun- dosis yang terbesar, dinyatakan dalam mg/kgBBl
an, usaha untuk meningkatkan diuresis hanya da- hari, yang tidak menimbulkan elek merugikan pada
pat bermanlaat bila obat yang bersangkutan dike- hewan coba; yang disebut No Effect Level (NEL)
Dasar Toksikologi 765

atau No (observed) effect level(NOEL). Hal ini dila- kirakan dan konsentrasi dalam setiap makanan per-
kukan dengan mencobakan berbagai tingkat dosis lu ditentukan. Dalam perhitungan ini tentu juga
sampai ditemukan dosis yang tidak menimbulkan dipikirkan mengenai batas maksimal seseorang
elek buruk pada hewan coba. NEL didelinisikan dapat minum atau makan sehingga kuantitas atau
sebagai :"jumlah atau konsentrasi suatu zat kimia rasa, secara otomatis membatasi jumlah zat kimia
yang ditemukan melalui penelitian atau observasi, yang dapat dikonsumsi.
yang tidak menimbulkan kelainan buruk, perubahan
modologi atau lungsi organ, pertumbuhan, perkem- Formula yang diterapkan ialah sbb. :

bangan, maupun mengurangi lama hidup hewan ADlx Berat Badan (kg)
coba", M.P.C, - ,...p.p.m.
Suatu faktor keamanan kemudian (pedu) di- laktor makanan (kg)
terapkan guna memperhitungkan perbedaan antara
tikus dan manusia dan antar manusia sendiri. Fak- Faktor makanan ialah "konsumsi rata-rata sesuatu
tor keamanan ini secara konsensus telah ditentukan makanan tertentu dalam kg/orang/hari.
sebesar 100 yang berasal dari laktor 10 untuk per-
bedaan hewan ke manusia dan 10 lagi untuk per-
bedaan antar manusia. Bila NEL dibagi 100 maka 2.4. UJITOKS|KOLOGT
diperoleh suatu batas keamanan yanQ disebut Ac-
ceptable Daily lntake (ADl). Berikut ialah rumus Sebelum percobaan toksikologi dilakukan se-
perhitungan ADI : baiknya telah ada data mengenai identifikasi, silat
obat dan rencana penggunaannya. Data ini dapat
NEL dipakai untuk mengarahkan percobaan toksisitas
ADt r_ mg/kgBB/hari yang akan dilakukan. Hal ini memerlukan iudge-
100 ment seorang yang berpengalaman dalam bidang
l ini. Beberapa segi akan dibahas di bawah ini.
ADI didefinisikan sebagai 'dosis suatu zat ki-
mia yang terbesar, yang dinyatakan dalam satuan HEWAN COBA. Respons berbagai hewan coba
mg/kgBB/hari, yang dapat diberikan setiap hari se- terhadap uji toksisitas sangat berbeda, tetapi hewan
umur hidup, dan diperkirakan tidak menimbulkan coba yang lazim digunakan ialah salah satu strain
efek kesehatan yang buruk pada manusia, ber- tikus putih. Kadang-kadang digunakan mencit dan
dasarkan pengetahuan yang ada pada waktu itu'. satu dua spesies yang lebih besar seperti anjing,
ADI ini merupakan suatu perkiraan, tetapi cu- babi atau kera.
kup menjamin bahwa bila angka itu tidak dilampaui Tikus putih yang digunakan biasanya yang
dalam konsumsi kita sehari-hari, maka zat kimia berumur 2-3 bulan dengan berat badan 180-200
yang bersangkutan akan cukup aman. gram, Tikus ini harus diaklimatisasi dalam laborato-
ADI juga dimaksudkan sebagai batas-atas rium dan harus semuanya sehat. Untuk ini ada yang
konsumsi harian sehingga makin kecil tentu akan menggunakan Specffic Pathogen Free (SPF) atau
lebih menjamin keamananny a. Zal kimia yang diku- Caesarean Orginated Barrier Susfained Animals
mulasi dalam tubuh tidak diperbolehkan dipakai se- (COBS) sehingga terjamin kesehatannya. Penggu-
bagai zat tambahan makanan dan zat kimia ini naan tikus sebagai suatu model patologik sering
harus sudah diekskresi dalam 24 jam. tidak relevan karena sulit untuk menyamakan ke-
Untuk mudahnya maka ADI biasanya diper- adaan ini dengan patologi manusia. Tikus jantan
hitungkan dengan jenis makanan yang mengan- dan betina sebaiknya dievaluasi terpisah karena
dung zat tambahan makanan atau kontaminan itu. kadang-kadang berbeda responsnya. Penggunaan
Dengan demikian dapat dihitung berapa konsen- hewan coba yang besar membawa konsekuensi
trasi zat kimia itu diperbolehkan berada dalam ma- biaya yang besar pula, namun tidak jarang diper-
kanan lertentu dan disebut Maximal Permissiile lukan hewan yang lebih tinggi misalnya anjing, babi,
Concentration (MPC). Hal inididasarkan atas data kera dan sebagainya.
statistik konsumsi berbagai makanan, seperti nasi, TOKSISITAS AKUT. Percobaan ini meliputi Srhg/e
ikan, gula, roli, dsb. Bila zat tambahan makanan Dose Experimenfs yang dievaluasi 3-14 hari sesu-
atau kontaminan itu digunakan dalam berbagai je- dahnya, tergantung dari gejala yang ditimbulkan.
nis makanan, maka jumlah seluruhnya perlu diper- Batas dosis harus dipilih sedemikian rupa sehingga
766 Farmakologi dan Terapi

dapat mempercleh suatu kurva dosis respons yang keamanan obat. Menafsirkan keamanan obat (atau
dapat berwujud respons bertahap (misalnya me- zat kimia) untuk manusia dapat dilakukan melalui
ngukur lamanya waktu tidur) atau suatu respons serangkaian percobaan toksisitas terhadap hewan.
kuantal (misalnya mati). Biasanya digunakan 4-6 Perhatikan, bahwa di sini digunakan istilah menaf-
kelompok terdiri dari sedikitnya 4 ekor tikus. sirkan, karena ekstrapolasi data dari hewan ke
Peningkatan dosis harus dipilih dengan log-in- manusia tidak dapat dilakukan begitu saja lanpa
terval atau antilog- interval, misalnya : l. 10 mg/ mempertimbangkan segala laktor perbedaan an-
kgBB; ll. 15 mg/kgBB; lll.22,5 mg/kgBB; lV. 33,75
tara hewan dan manusia. Mendekati penilaian ke-
mg/kgBB. Batas dosis ini diharapkan dapat menim-
amanan obaVzal kimia dapat dilakukan dengan
bulkan respons pada 10-90% dari hewan coba.
tahapan berikut: (1) menentukan LDsoi (2) melaku-
Perhitungan EDso atau LDso didasarkan atas per-
kan percobaan toksisitas subakut dan kronik untuk
hitungan statistik. Nilai LDso untuk zat kimia yang
sama dapat berbeda 0,002 sampai 16 kali bila dila- menentukan no elfect levels; dan (3) melakukan
kukan di berbagai macam laboratorium. Karena itu
percobaan karsinogenisitas, teratogenisitas dan
harus dijelaskan lebih lanjut tentang prosedur yang mutagenisitas yang merupakan bagian dari penya-
dipakai, misalnya berat badan dan umur tikus, zat ringan rutin mengenai keamanan.
pelarut, jantan atau betina, lingkungan dan sebagai- Dalam melakukan studi di atas, segala peru-
nya. Jumlah cairan yang diberikan per oral pada bahan berupa kumulasi, toleransi, metabolisme dan
tikus untuk semua golongan termasuk kontrol harus kelainan khusus di organ atau sistem organ tertentu
kira-kira sama, sedapatnya tidak melebihi 2 ml. harus dipelajari. Dan pada waktu tertentu sebagian
Cara pemberian obat harus dipilih sesuai de- tikus perlu dibunuh untuk mengetahui pengaruh
ngan yang akan digunakan di klinik. Jadi untuk obat bertahap obat terhadap organ. Sebagian lain digu-
yang akan dipakai sebagai obat suntik perlu diuji nakan untuk eksperimen pemulihan guna mem-
dengan cara parenteral dan obat yang digunakan pelajari reversibilitas dari kelainan yar,g terjadi.
sebagai salep terutama harus diuji terhadap kulit. Pemeriksaan kimia darah, urin dan tinja perlu diusa-
Evaluasi tidak hanya mengenai LD5e, tetapi hakan agar dapat diikuti kelainan yang timbul.
juga terhadap kelainan tingkah laku, stimulasi atau
MEKANISME TERJADINYA TOKSISITAS OBAT.
depresi SSP, aktivitas motorik dan pernapasan ti-
Berbagai mekanisme dapat mendasari toksisitas
kus untuk mendapat gambaran tentang sebab ke-
obat, Biasanya reaksi toksik merupakan kelanjutan
matian. Hal ini harus dilengkapi dengan pemerik-
dari elek larmakodinamik, Karena itu, gejala toksik
saan laboratorium klinik dan pembuatan sediaan merupakan elek farmakodinamik yang berlebihan.
histologik dari organ yang dianggap dapat mem-
Suatu obat jantung yang bekerja menghambat kon-
perlihatkan kelainan.
duksi atrioventrikular akan menimbulkan blok AV
Kematian yang timbul oleh kerusakan pada pada keracunan; suatu hipnotik akan menimbulkar,
hati, ginjal atau sistem hemopoetik tidak akan terjadi
koma. Hal ini akan lebih cepat terjadi, pada manusia
pada hari pertama. Kematian yang ditimbulkan yang hipereaktif terhadap obat bersangkutan.
karena kerusakan alat tersebut di atas, baru timbul Kelainan yang disebabkan oleh reaksi anti-
paling cepat pada hari ketiga. gen-antibodi bermanifestasi sebagai reaksi alergi.
TOKSISITAS JANGKA LAMA. Percobaan jenis ini Gugus kimia tertentu dapat menimbulkan reaksi
mencakup pemberian obal secara berulang selama toksik yang sama. Ketidakmurnian dalam sediaan
1-3 bulan (percobaan subakut), 3-6 bulan (percoba- hormon seperti insulin dapat menyebabkan reaksi
toksik.
an kronik) atau seumur hewan (lifelong studles).
Zat pengisi laktosa dalam produk feniloin da-
Memperpanjang percobaan kronik untuk lebih dari
pat memperbesar bioavailabilitas sehingga mening-
6 bulan tidak akan bermanfaat, kecuali untuk perco-
gikan kadar lenitoin dalam darah. Hal ini, dapat
baan karsinogenisitas. Hal ini telah dibuktikan de-
menimbulkan keracunan karena batas keamanan
ngan membandingkan penelitian 6 bulan dengan
lenitoin sempit. Di bawah kadar darah 10 pg/ml
yang lebih lama, dan ternyata tidak diperoleh infor-
fenitoin tidak elektil sedangkan di atas 20 pg/ml
masi baru dengan memperpanjang penelitian.
timbul reaksi toksik. Sedangkan penggunaan feni-
Berlainan dengan percobaan toksisitas akut toin dalam dosis 0,3 gram sehari dapat memberikan
yang mengutamakan mencari elek toksik, maksud kadar darah yang sangat bervariasi yaitu 4-60
utama percobaan toksisitas kronik ialah menguji
Fg/ml.
Dasar Toksikologi
767

Produk dekomposisi daritetrasiklin yang ber- terapi elek hepatotoksik hanya terjadi pada 1 per
warna coklat mengandung epi-anhidrotetrasiklin 10.000 orang, maka diperlukan ribuan tikus untuk
yang dapat merusak ginjal,.dan karena itu tetrasiklin percobaan dengan dosis ini sebelum lerlihat reaksi
yang telah menjadi coklat tidak boleh digunakan pada 1-2 ekor tikus saja, Selain itu waktu observasi
lagi. akan jauh lebih pendek bila kita menggunakan dosis
Kerusakan jaringan tubuh misalnya hati dan yang lebih besar, sehingga akan mengurangi biaya
ginjal dapat mengganggu secara tidak langsung pemeriksaan.
dan memudahkan terjadinya toksisitas. Namun akan timbul kesulitan dalam interpre-
tasi hasilnya pada manusia, sebab kelainan yang
ditemukan tidak dapat diekstrapolasikan begitu saja
2.5. HUBUNGAN ANTARA HEWAN COBA pada manusia. lnterpretasi ini harus dilakukan de-
DENGAN MANUSIA ngan bijaksana dengan memperhitungkan besar-
nya dosis dan kondisi percobaan.
Perbedaan antara tikus dan manusia cukup
besar. Memang suatu percobaan larmakologl mau- NILAI PREDIKTIF EKSPERIMEN HEWAN. Ada
pun toksikologi hanya dapat berarti bila dilakukan empat kombinasi kemungkinan jika hasil penelitian
pada manusia sendiri. Tetapi pengalaman telah toksikologi atau farmakologi pada hewan kemudian
membuktikan bahwa hasil percobaan toksisitas pa- dibandingkan dengan hasil klinis pada manusia.
da hewan coba dapat diekstrapolasikan pada ma- Kemungkinan pertama dan ke dua ialah :jika
nusia bila beberapa spesies hewan menunjukkan hasil eksperimen hewan atau in vitro menyamai
toksisitas yang sama. Sebagai suatu tindakan ke- hasil klinis pada manusia; hal ini dapat benarujud
amanan biasanya digunakan suatu laktor 10 x l0 hasil yang positif maupun hasil yang negatit.
dalam memperhitungkan bahaya pada manusia Kemungkinan ketiga ialah, jika efek in vitro
dari data hewan coba. Sepuluh yang pertama di- atau pada hewan coba menunjukkan hasil positif,
maksudkan untuk perbedaan spesies, dan sepuluh lapi pada manusia efek itu tidak terlihat. Kemung-
yang kedua dicadangkan untuk perbedaan individu kinan ke empat, ialah bila tidak terlihat efek pada
(variabilitas). Juga hasil LDso zal kimia atau obat, hewan coba, tetapi timbul elek klinis pada manusia.
sering diannbil sebagai patokan LD56 pada manusia a) Hasil positif yang benar. Pada kemungkinan ini,
jika tidak ada petunjuk yang menyarankan elek lain eksperimen hewan benar telah meramalkan efek-
pada manusia. Data langsung toksisilas pada ma- nya pada manusia. Kelainan yang tadinya ditemu-
nusia diperoleh dari penelitian kasus keracunan, kan pada hewan coba, kemudian terbukti juga pada
Selain itu percobaan pada manusia (uji klinik) yang manusia. Hasil positif-positil inijelas sangat diingin-
dikontrol secara baik adalah yang paling relevan kan oleh toksikolog karena nilai prediktilnya bergu-
(Bab 1). Hal ini dapat dilakukan dengan sukarela- na. Namun hasil positif-posltif yang 100% agak ja-
wan bila menyangkut suatu obat yang akan diguna- rang ditemukan. Hal ini biasanya berlanjut ke pene-
kan pada manusia, tetapi tidak etis dilakukan untuk muan suatu obat yang dapat digunakan secara
suatu zal kimia yang tidak direncanakan untuk kon- klinis.
sumsi manusia.
Subyek penelitian sebaiknya dipilih dari pa- b) Hasil negatif yang benar. Keadaan ini paling
sien dengan penyakit yang merupakan indikasi obat sering dijumpai: hasilyang negatil pada hewan juga
tersebut, setelah uji keamanan pada hewan tidak negatil pada manusia, Untuk toksikolog, hal ini me-
menunjukkan hal yang membahayakan. Ada baik- rupakan suatu penemuan penting, bila mengenai
nya menggunakan dosis sekecil mungkin pada per- suatu efek samping $otensial obat. Namun per-
cobaan pertama pada manusia ini untuk mengu- nyataan ini memerlukdn keyakinan yang mantap
rangi risiko yang mungkin timbul. Kemudian dosis dari percobaan yang dil'akukan, karena suatu hasil
ini dapat ditingkatkan untuk mengetahui toleransi negatil lebih sulit dipaslikan dibandingkan hasil
manusia, yang positif. '.
Dalam percobaan toksikologi pada hewan c) Hasil positif palsu. Banyak obat yang dalam
harus digunakan dosis yang sangat besar karena eksperimen hewan atau in vitro, memperlihatkan
ingin dilemukan kelainan jaringan atau elek toksik elek larmakologi ternyata tidak menunjukkan efek
yang jelas. Dengan cara ini, reaksi yang jarang terapi pada manusia, atau hasilnya sangat menge-
terjadi bisa dibuat lebih sering. Bila dengan dosis cewakan, Beberapa diantara obat seperti ini akhir-
768 Farmakologi dan Terapi

nya dipasarkan juga jika Badan Pengawasan Obat Attempted Suicide. Dalam hal ini, pasien memang
tidak cukup jeli melihat datanya. Karena itu hasil uji bermaksud bunuh diri, tetapi bisa berakhir dengan
klinik yang dilakukan dengan baik harus menyertai kematian atau pasien sembuh kembali bila ia salah
pendaftaran suatu obat baru. Dalam bidang tok- talsir tentang dosis yang dimakannya.
sikologi, hasil positif-negatit ini berarti sifat toksik
pada hewan tidak terlihat pada manusia. Hal ini Acc id enta I Poison ing. I ni jelas merupakan kecela-
kaan, tanpa faktor kesengajaan sama sekali.
mungkin disebabkan oleh perbedaan spesies atau
dosis yang besar pada eksperimen tidak ditemui Homicidal Poisoning. Keracunan ini akibat tin-
dalam terapi, atau karena perbedaan dalam silat dakan kriminal yaitu seseorang dengan sengaja
larmakokinetik dan metabolisme. meracuni orang lain,
d) Hasil negatif yang palsu. Hasil ini merupakan
hasil yang paling dikhawatirkan dalam toksikologi,
PILAHAN MENUBUT MULA WAKTU TERJADI-
karena eksperimen tidak mampu meramalkan efek
NYA KERACUNAN
samping atau silat toksik yang terjadi pada manu-
sia. Hal ini biasanya, bila menyangkut suatu obat, Diagnosis keracunan kronik sulit dibuat, kare-
akan berakhir dengan ditariknya obat tersebut dari na gejalanya timbul perlahan dan lama sesudah
peredaran atau diberlakukannya reslriksi dalam pajanan. Gejala juga dapat timbul secara akut sete-
penggunaannya. Hasil negatif- positil ini mungkin
lah pemajanan berkali-kali dalam dosis yang relatif
disebabkan ekskresi yang lebih lambat pada ma- kecil. Suatu ciri khas ialah bahwa zat penyebab
nusia, metabolit yang berbeda, sensitivitas reseptor diekskresi lebih lama dari 24 jam, waktu paruhnya
yang berbeda, perbedaan anatomi atau faal, ada- panjang, sehingga terjadi akumulasi.
nya kondisi penyakit yang menyertai, induksi enzim Juga mungkin terjadi suatu manifestasi kronik
dan sebagainya. pada organ oleh zat kimia yang mempunyai trTe
pendek, namun sifat toksisnya terhadap organ yang
kumulatif. Contoh untuk ini misalnya ialah nekrosis
3. KERACUNAN papila ginjal yang terjadi karena makan analgesik
bertahun-tahun. Berbagai kelainan organ yang
tidak dapat diterangkan patogenesisnya harus dicu-
3.1. PILAHAN KERACUNAN rigai sebagai akibat keracunan dan suatu anam-
nesis yang rinci sangat diperlukan.
Anamnesis amat penting dan sering dapat
Keracunan akut lebih mudah dikenal daripaQa ke-
menunjukkan adanya unsur keracunan. Tetapi ini
racunan kronik karena biasanya terjadi mendadak
hanya benar bila anamnesis menjurus ke suatu
setelah makan sesuatu. Ciri lain ialah sering me-
ceritera yang positit. Sering dokter dihadapkan pa-
ngenai banyak orang, misalnya pada keracunan
da pasien yang kesadarannya menurun sedangkan
makanan, dapat mengenai seluruh keluarga atau
anamnesis keluarganya tidak banyak menolong.
warga sekampung. Gejala keracunan akut dapat
Keracunan dapat terjadi karena beberapa hal,
menyerupai setiap sindrom penyakit, karena itu ha-
dan pilahan di bawah ini dapat membantu dalam
rus selalu diingat kemungkinan keracunan pada
mencari sebab keracunan.
keadaan sakit mendadak dengan gejala seperti
muntah, diare, konvulsi, koma dan sebagainya.
PILAHAN MENURUT CARA TERJADINYA KERA-
CUNAN
PILAHAN MENURUT ALAT TUBUH YAi'IG TER.
Sell Poisoning. Pada keadaan ini pasien makan KENA
obat dengan dosis berlebihan tetapi dengan penge-
lahuan bahwa dosis ini tidak akan membahayakan. Dalam pilahan ini keracunan digolongkan me-
Jadi pasien lidak bermaksud bunuh diri, biasanya nurut alat tubuh yang terkena, misalnya racun SSP,
hanya untuk menarik perhatian lingkungannya. racun jantung, racun hati, racun ginjal dan sebagai-
Pada anak muda kadang-kadang dilakukan untuk nya. Suatu alat cenderung dipengaruhi oleh banyak
coba-coba, tanpa disadari bahwa tindakan ini dapat macam obat, sebaliknya jarang terdapat obat yang
membahayakan dirinya. hanya mengenai satu organ. Karbon tetraklorida
Dasar Toksikologi 769

misalnya, bersifat toksik terhadap hati, ginjal dan dian yang dahulu disangka keracunan ptomain,lel
iantung sekaligus. nyata disebabkan oleh enterotoksin stafilokokus.
Kemungkinan besar enterotoksin ini pula penyebab
tersering dari keracunan makanan di lndonesia
PILAHAN MENURUT JENIS BAHAN KIMIA yang tidak diketahui etiologinya secara jelas.
Dengan berkembangnya industri di lndonesia,
Golongan zat kimia tertentu biasanya mem- tentu tidak boleh dilupakan beraneka zat kimia yang
perlihatkan sifat toksik yang sama. Misalnya golo-
digunakan di pabrik, yang semuanya merupakan
ngan alkohol, fenol, logam berat, organoklorin dan ' bahaya potensial bila tidak diadakan tindakan peng-
lain-lain. amanan.

3.2. PENYEBAB KERACUNAN 3.3. GEJALA DAN DIAGNOSIS


Tidak ada batasan yang tegas tentang kera-
. KERACUNAN
cunan berbagai macam obat dan zat kimia, praktis
Gejala yang mengarah ke suatu diagnosis
setiap zat kimia mungkin menjadi penyebabnya.
keracunan sebanding dengan banyaknya jumlah
Accidental poisoning terutama terjadi pada golongan obat yang beredar. Makin banyak golong-
anak di bawah umur 5 tahun karena kebiasaannya
an obat yang beredar makin beragam gejala kera-
memasukkan segala benda yang dijumpai ke dalam
cunan obat. Dan suatu gejala sering bersifat aspe-
mulut. Obat berlapis gula atau asetosal pun menarik
silik, misalnya koma yang dapat disebabkan oleh
bagi mereka. Minyak tanah merupakan penyebab
hipnotik, obat perangsang SSP, salisilat, antide-
keracunan terbesar pada anak menurut survai kera-
presi dan lain-lain. Dalam hal ini anamnesis dapat
cunan yang dilakukan di Jakarta pada tahun 'l 971
membantu menegakkan diagnosis, walaupun harus
dan 1972.
selalu dicocokkan dengan gejala yang ditemukan,
Barbiturat dan hipnotik-sedatif lain merupakan
karena suatu botol yang digenggam oleh pasien
pilihan pertama untuk bunuh diri pada orang de-
mungkin bukan berisi zat penyebab keracunan. Jadi
wasa, sedangkan opiat biasanya merupakan pe-
diagnosis memang sulit ditegakkan, karena harus
nyebab pada anak muda yang menyalah-gunakan-
dikenal segala efek farmakodinamik dari semua
nya. Keracunan insektisida dapat terjadi karena
obat yang potensial bersilat racun. Namun biasanya
self-poisoning atau suatu kecelakaan karena ku
keracunan menyangkut golongan obat terlentu dan
rang berhati-hati dalam penggunaannya. Namun
beberapa diantaranya mempunyai gejala yang
dalam 20 tahun terakhir ini, keracunan insektisida pasti. Obat-obat hipnotik misalnya, menimbulkan
merupakan salah satu penyebab paling sering di
koma dengan tonus dan relleks otot menurun se-
lndonesia. perti dalam anestesia. Antikolinergik juga memper-
Enterotoksin stalilokokus sering mencemari
lihatkan gejala khas yaitu midr,iasis, takikardi, kulit
makanan dan menyebabkan keracunan. Demikian
merah dan panas. Petunjuk singkat mengenai
pula toksin botulinus mungkin terdapat dalam ma-
gejala dan pengobatan beberapa keracunan yang
kanan kaleng yang sudah rusak karena pengawet-
sering terjadi dapat dilihat pada Tabel 52-1 .
an yang kurang sempurna. Makanan sehari-hari Pada pengelolaan pasien keracunan yang pa-
dapat mengandung racun yang amat kuat seperti
ling penting adalah penilaian klinis, walaupun se-
sianida pada singkong, muskarin atau laloidin pada
babnya belum diketahui. Hal ini disebabkan karena
jamur, ichtyosarcotoxin pada ikan dan sebagainya.
pengobatan simtomatis sudah dapat dilakukan ter-
Jengkol dapat menyebabkan penyumbatan tubuli hadap gejala-gejalanya. Diantaranya yang sangat
ginjal sehingga timbul hematuria dan anuria.
penting pada permulaan keracunan ialah derajat
Keracunan ptomaln dahulu disangka disebab-
kesadaran dan respirasi.
kan oleh makanan basi (ptoma = corpse). Anggap-
an ini ternyata tidak benar. Pada kenyataannya
banyak makanan yang justru dimakan setelah dibu- KESADARAN
sukkan, misalnya keju Limburg, ikan busuk dan
udang busuk yang disukai orang Eskimo dan telur Kesadaran merupakan petunjuk penting ten-
busuk tidak menyebabkan keracunan. Banyak keja- tang beratnya keracunan. Makin dalam koma, ma-
Farmakologi dan Terapi

kin berat keracunannya, dan angka kematian ber- (oleh striknin) atau hubungan saral otot (oleh insek-
tambah dengan bertambah dalamnya koma. Dera- tisida organofosfat). Keadaan ini harus dibedakan
jat koma ini sebanding dengan kadar obat dalam dari penyakit yang menimbulkan kejang misalnya
darah pasien, tetapi suatu kadar terlentu tidak me- epilepsi, kejang demam dan sebagainya.
nimbulkan derajat koma yang sama pada setiap Kombinasi antara koma dan rangsangan SSP
orang. Hal ini berhubungan dengan toleransi dan dapat terjadi pada keracunan beberapa obat.
perbedaan kepekaan seseorang. Misalnya metakualon dapat menimbulkan koma,
Dalam toksikologi derajat kesadaran dibagi hipertoni, relleks meninggi, klonus serta hipereks-
dalam 4 tingkat seperti pada anestesia. tensi relleks plantar.
Tingkat L Penderita ngantuk tetapi mudah diajak
bicara. PUPIL DAN REFLEKS EKSTREMITAS
Tingkat ll. Penderita dalam keadaan sopor, dapat
Bertentangan dengan pendapat umum, gejala
dibangunkan dengan rangsang minimal, misalnya
pupil dan relleks ekstremitas tidak begitu penting
bicara keras atau digoyang lengannya.
untuk diagnosis karena sangat bervariasi, kecuali
Tingkat lll. Penderita dalam keadaan soporokoma, pada keracunan atropin dan morfin. Juga dalam
hanya dapal bereaksi terhadap rangsangan mak- menentukan prognosis, gejala ini tidak dapat diiadi-
simal yaitu dengan menggosok sternum dengan kan pegangan. Pada keracunan hipnotik, pupil se-
kepalan tangan. ring anisokor dan midriasis menetap tetapi tidak
selalu menandakan prognosis buruk.
Tingkat lV. Penderita dalam keadaan koma, lidak
ada reaksi sedikit pun terhadap rangsangan mak-
simal seperti di atas. Keadaan ini paling berat teiapi BISING USUS
prognosisnya tidak selalu buruk.
Perubahan bising usus biasanya menyertai
perubahan derajat kesadaran. Pada kesadaran
RESPIRASI
tingkat lll biasanya bising usus negatif, dan pada
Seringkali hambatan pada pusat napas meru- tingkat lV selalu negatif, sehingga tanda ini dapat
pakan sebab kematian pada keracunan, karena itu dipakai unluk mencocokkan derajat kesadaran
lrekuensi napas dan volume semenit harus diper- misalnya pada pasien yang bersimulasi (berpura-
hatikan. Volume semenit dapat diukur dengan pura).
Wright's spirometer yang diletakkan di atas mulut
dan hidung pasien; bila kurang dari 4 liter/menit, JANTUNG
maka diperlukan Oe dan respirator mekanik bila
lersedia. Jalan napas juga sering terhambat oleh Beberapa obat menimbulkan kelainan ritme
sekresi mukus yang dapat berbahaya bila tidak jantung sehingga dapat terjadi gejala payah jantung
segera dibersihkan. Hal ini dijumpai pada keracun- atau henti jantung. Untuk menentukan keracunan
an insektisida organoloslat atau karbamat. obat misalnya digitalis, antidepresan trisiklik dan
hidrokarbon berklorida serta pengobatannya, diper-
lukan pengetahuan khusus lentang mekanisme ler-
TEKANAN DARAH
jadinya aritmia ini.
Syok sering dijumpai pada keracunan. Biasa-
nya keadaan syok tidak begitu berat dan dapat
LAIN-LAIN
diatasi dengan tindakan yang sederhana. Syok be-
rat biasanya berkaitan dengan kerusakan pusat va-
Gejala lain tentu perlu juga diperhatikan,
somotor dan prognosisnya buruk.
misalnya gangguan keseimbangan asam basa atau
air, tanda kerusakan hati dan ginjal, kelainan EEG,
KEJANG retensi urin, muntah dan diare serta kelainan spe-
sifik misalnya pada Xjoto tulang dan lain-lain, Pada
Kejang menandakan adanya perangsangan 6% pasien keracunan akut barbiturat atau hipnotik
SSP (misalnya oleh amfetamin), medula spinalis lain ditemukan bula di kulit.
Dasar Toksikologi 771

3.4. PERANAN LABORATORIUM intensif. Hanya di beberapa tempat tertentu ler-


dapat suatu Poisoning Treatment Ward, dengan
Diagnosis akhir keracunan ditsntukan oleh pe- staf khusus dan dilengkapi alat yang tidak banyak
meriksaari analitik darah, urin atau muntahan berbeda dengan perlengkapan suatu unit perawat-
pasien, Pemeriksaan laboratorium ini tidak mudah, an intensif. Banyak ahli berpendapat bahwa tidak
karena obat di dalam tubuh mengalami perubahan diperlukan pengobatan di suatu center tertentu ka-
molekular akibat proses biotransformasi. rena sebagian besar pasien memerlukan pengo-
batan simtomatik. Lima persen kasus memerlukan
Spesimen biologik dapat diperiksa secara kuali-
terapi khusus, misalnya hemodialisis. Antidotum
tatil maupun kuantitatif. Pemeriksaan secara kuali-
khusus hanya tersedia untuk kurang dari 2-30/o ka-
tatif dan semikuantitatif sudah cukup untuk diag-
sus, misalnya pada keracunan Pb, As, Hg, sianida,
nosis. Pemeriksaan kuanlitatit yang memerlukan
insektisida organofosfat, karbamat, derivat morfin
teknik dan alat yang lebih canggih terbatas nilainya
dan warfarin, Tetapi tidak dapat disangkal bahwa
sehingga tidak begitu praktis dilakukan, kecuali
suatu unit keracunan banyak manfaat dan keung-
unluk penelitian.
gulannya, yang tercermin dari kecilnyafatality rate
Keterbatasan ini disebabkan oleh beberapa
dalam unit seperti ini (kurang dari 1-2% pada in-
hal yaitu: (1 ) adanya variasi individu dalam biotrans-
stitusi yang baik). Case fatality rate di lndonesia
lormasi; (2) terjadinya toleransi dan habituasi misal-
(1 979-1 983) untuk keracunan pestisida berkisar an-
nya seorang yang biasa minum barbiturat kadang-
lara 4,1-7,7%.
kadang masih sadar dengan kadar dalam darah 8
Dalam tiga dekade terakhir ini pengobatan
mg%, sedangkan yang belum pernah mendapat
keracunan mengarah ke prinsip merawat pasien
barbiturat sudah tidak sadar dengan kadar 2 mgo/o;
dan tidak memberi pengobatan berlebihan. Hal ini
(3) adanya kombinasi obat yang dalam tubuh dapat
terlihat jelas pada pengobatan keracunan barbitu-
mengubah kadar obat dan metabolitnya dalam da-
rat. Pengobatan simtomatik tidak kalah pentingnya
rah; (4) digunakannya bermacam-macam metode
dari penggunaan antidotum, Selama lungsi vital
untuk menentukan kadar dalam cairan biologik
tubuh pasien dapat dipertahankan maka biotrans-
yang memberikan hasil berbeda-beda sehingga su-
lormasi dan ekskresi obat tetap berlangsung, de-
kar untuk membandingkannya; (5) data kadar ngan demikian dapat mengatasi keracunannya sen-
dalam kepustakaan jarang disertai penjelasan ten-
diri. Keadaan menjadi lebih sulit jika terjadi kom-
tang fraksi yang diperiksa, obat bebaskah atau me-
plikasi kerusakan alat penting misalnya otak, hati
tabolit inaktifnya; dan (6) beberapa kombinasi obat
dan ginial.
mengganggu pemeriksaan kadar yang dilakukan,
misalnya pengobatan dengan bemegrid memper-
sulit pemeriksaan kadar barbiturat. KEADAAN DARURAT
Dengan mempertimbangkan faktor-fahor di Dalam menangani pasien keracunan, pertim-
atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan semi- bangan pertama ialah memutuskan apakah diper-
kuantitatil saja sudah cukup. Untuk ini perlu diser- lukan suatu tindakan segera terutama pada lungsi
takan data gejala pasien dan permintaan mengenai vital, karena itu tindakan darurat meliputi penangan-
obat apa atau sedikitnya golongan apa yang harus an gagal napas dan syok serta mencegah absorpsi
diperiksa. Pemeriksaan ini cukup dilakukan dengan obat lebih lanjut,
kromatograli lapis tipis. Dalam hal yang meragukan
penentuan dapat diulangi dengan metode yang le- GAGAL NAPAS. Hambatan respirasi tidak hanya
bih akurat, misalnya kromatograli gas dan kroma- lerjadi pada keracunan obat hipnotik sedatif, tetapi .
tografi cair kinerja tinggi (hrgh performance liquid juga pada obat lain, misalnya salisilat dan obat
chromatography). perangsang SSP. Gangguan napas dapat berakibat
anoksia dan gangguan keseimbangan asam basa.
Sering sekresi saliva dan bronkus menyurnbat
3.5. TERAPI INTOKSIKASI jalan napas, terutama pada keracunan obat koliner-
gik. Dalam hal ini membersihkan mulut dan jalan
Dewasa ini pengobatan keracunan umumnya napas merupakan tindakan pertama yang harus di-
dilakukan di bagian Penyakit Dalam, llmu Kesehat- lakukan. Untuk mengurangi kemungkinan aspirasi,
an Anak dan jika perlu di suatu unit perawatan pasien harus selalu dibaringkan dalam posisi miring
772 Farmakologi dan Terapi

bergantian pada sisi kanan atau kiri bila ia tidak bulkan muntah pada pasien yang sadar dilakukan
sadar. dengan cara mengorek dinding farings belakang
Evaluasi napas yang obyektif dapat diukur dengan spatel atau memberikan apon'lor{in 5-8 mg
dengan respirometer; bila volume semenit kurang subkutan. Pemberian larutan garam tidak begitu
dari 4 liter maka diperlukan oksigen. Pengukuran baik karena ada kemungkinan terjadi penyerapan
pH, PCOz, POe dan standar bikarbonat daridarah garam berlebihan. Mustard dapat diberikan dua
arteri juga diperlukan. Dalam keadaan darurat nike- sendok makan dalam segelas air hangat. Tindakan
tamid boleh digunakan sebagai perangsang napas; ini mungkin sia-sia bila penyebab keracunan adalah
pemberian satu kali 2 ml sudah cukup. antiemetik.
Jika terjadi apne atau keadaan yang men- Bilas lambung dengan pipa karet berdiameter
dekati apne, maka suatu respirator mekanik harus besar dianggap lebih berguna sebab memungkin-
dipakai. Bila pipa endotrakeal dari respirator perlu kan keluarnya tablet yang belum hancur. Tindakan
dipertahankan lebih dari 48 jam, maka harus dilaku- ini hanya boleh dikerjakan bila pasien sadar, Cara
kan trakeotomi untuk mencegah kerusakan pita yang baik untuk mengerjakannya ialah dalam sikap
suara. miring ke kiri, kepala lebih rendah untuk mengurangi
SYOK. Pada keracunan barbiturat, syok terjadi ka- kemungkinan aspirasi paru. Prosedur ini dikerjakan
rena depresi otot jantung dan berkurangnya curah dalam 4 jam setelah obat ditelan, kecuali untuk
jantung. Kedua-duanya rupanya berdasarkan salisilat dan barbiturat atau obat lain yang memper-
panjang waktu pengosongan lambung. Cairan yang
mekanisme sentral, Curah jantung menurun karena
alir balik vena terganggu oleh dua hal : (1 ) permea- biasa digunakan untuk ini ialah air hangat, tetapi
bilitas kapiler meninggi, sehingga terjadi ekstrava- dalam beberapa keadaan bisa digunakan larutan
sasi cairan dengan akibat berkurangnya volume lain, misalnya untuk sianida dan pemutih pakaian
darah; dan (2) katup vena di ekstremitas tidak be- diberikan larutan tiosullat dan untuk opiat diguna-
kerja secara baik, sehingga darah terkumpul di kan larutan KMnOc.
bagian vena. Kemungkinan besar mekanisme ini Pemberian pencahar meningkatkan peristal-
juga terdapat pada keracunan sedatif lain. Berda- sis usus sehingga waktu absorpsi berkurang. Kar-
sarkan pendapat di atas, maka urutan tindakan bon aktil kadang-kadang berguna untuk menyerap
untuk mengatasi syok pada keracunan barbiturat obat yang terdapat dalam saluran cerna atau yang
ialah: (1) pasien diletakkan dalam sikap yaitu tung- diekskresi melalui empedu. Bubuk karbon aktil da-
kai sedikil (+ 10 cm) ke atas; (2) berikan metara- lam suspensi air, dapat diberikan melalui nasogas-
minol 5 mg lM dan diulangi 2-3 kali dengan interval tric'tube. Dosis awal 35-50 gram, disusul dengan
20 menit bila perlu;tekanan darah lidak boleh mele- dosis 1 5-20 g setiap 4-6 jam. Dengan demikian wak-
bihi 100 mm Hg sistolik, karena pada tekanan di tu paruh eliminasi dapat dikurangi, misalnya feno-
atas 100 mm Hg lerjadi inelisiensi kerja jantung barbital dari 110 menjadi 19,8 jam, karbamazepin
serta vasokonstriksi pembuluh darah ginjal; (3) bila dari 32 menjadi 17,6 jam, lenilbutazon dari 51,5
lindakan di atas belum menolong dapat diberikan menjadi 36,7 jam. Hasil serupa juga diperoleh pada
inlus dekstran (berat molekul 60-70.000); (4) ok- digoksin, propoksilen, nadolol, sotalol dan teolilin.
sigen perlu selalu diberikan; (5) asidemia dan payah Namun perlu diingat bahwa karbon aktil hanya me-
jantung memperhebat syok dan lindakan untuk me- rupakan tindakan tambahan, tidak dapat menggan-
ngatasi kedua hal ini perlu dilakukan; dan (6) hidro- tikan cara pengobatan kausal dan simtomqtik
kortison 100 mg tiap 6 jam dapat ditambahkan lainnya.
dalam pengobatan kasus yang resisten.
PREVENSI ABSORPSI OBAT. Bila keracunan TINDAKAN LAIN
terjadi melalui kulit, harus diingat bahwa tidak boleh
menggunakan zat pelarut organik untuk member- Selain perawatan yang baik, pasien memerlu-
sihkan; sabun dan air merupakan pembersih yang kan pengobatan simtomatik lain yang lidak banyak
paling baik. Pada keracunan per inhalasi, pasien berbeda dengan pengobatan penyakit. Karena itu
harus dipindahkan ke ruangan yang segar. penilaian keadaan klinik sangat penting. Hal-hal
Bila obat ditelan, ada 3 jalan untuk mengeluar- tersebut di bawah ini mungkin diperlukan: (1) bar-
kannya, yaitu dengan menimbulkan muntah, mem- biturat atau diazepam untuk kejang-kejang; (2) ca;n-
bilas lambung dan mernberikan pencahar. Menim- an lV untuk mengalasi gangguan keseimbangan air
Dasar Toksikologi 773

dan elektrolit serta gagal ginjal; atau (3) antibiotik DIURESIS PAKSA. Diuresis paksa ialah tindakan
pada komplikasi radang paru. memberi cairan parenteral dalam jumlah besar (0,5-
Tindakan simtomatik lain yang lebih khusus 1,5 liter sejam) untuk mempercepat ekskresi obat
dan penling untuk mempercepat ekskresi obat di- melalui ginjal. Semakin besar ekskresi bahan aktif
perlukan untuk kira-kira 5% dari pasien keracunan. oleh ginjal, semakin berhasil prosedur ini. Syarat
Ada beberapa cara untuk ini yaitu transfusi (ex- untuk dilakukannya tindakan ini adalah : (1) kera-
change transfusion), dialisis peritoneal, diuresis cunan harus cukup berat; (2) obat harus larut dalam
paksa, hemodialisis dan hemoperfusi (lihat Tabel air; (3) berat molekul obat harus kecil; (4) obat tidak
52-2). diikat oleh protein atau lemak; (5) obat tidak dikumu-
lasi dalam suatu rongga atau organ tubuh, dan (6)
TRANSFUSI DAN DIALISIS PERITONEAL. CaTa
obat tidak diekskresi lebih cepat melalui jalan lain
ini paling aman dan dapat dikerjakan di rumah sakit
misalnya paru atau usus. Obat yang memenuhi
kecil tanpa alat khusus. Transtusi total misalnya
kriteria ini misalnya alkohol, metilalkohol, amfeta-
dapat dikerjakan pada anak yang menderita keru-
min, lenobarbital dan barbital, bromida, litium,
sakan elemen darah akibat keracunan. Pada diali-
meprobamat, salisilat dan metilsalisilat, primidon,
sis peritoneal, peritoneum berfungsi sebagai mem-
kina, kuinidin dan sulfonamid.
bran semipermeabel dan karena perbedaan kadar,
Tindakan ini mudah dilaksanakan tetapi me-
racun akan berdifusi ke cairan dialisat yang kemu-
ngandung bahaya yang tidak boleh diabaikan kare-
dian dikeluarkan lagi dari abdomen. Tidak semua
na itu hanya dilakukan bila ada indikasi yang baik
keracunan dapat diatasi dengan tindakan dialisis.
dan dipenuhi syarat-syaratnya. Keadaan pasien
Syarat terpenting ialah bahwa zat toksik yang aktif
harus dievaluasi sebelumnya dan beberapa kontra-
dapat dikeluarkan dalam jumlah cukup besar. Bila
indikasi harus diperhatikan. Bila obat tidak dieks-
hanya metabolit yang tidak aktil yang diekskresi,
kresi dalam bentuk aktil oleh ginjal maka diuresis
maka tindakan dialisis tidak akan mengatasi kera-
paksa tidak bermanlaat. Adanya gangguan lungsi
cunan.
vital, misalnya gagal jantung, insulisiensi ginjal dan
Perbedaan kadar jelas sangat menentukan.
syok merupakan kdntraindikasi prosedur ini. Udem
Bila kadar obat bebas dalam darah besar, maka paru mungkin timbul oleh racunnya sendiri misalnya
dialisis akan lebih berhasil. Fenobarbital sering metakualon, maka penambahan cairan dalam jum-
mencapai kadar 15 mg% dan karena itu dialisis lah besar tentu akan memperburuk keadaan. Peme-
sangat berguna. Sedangkan klordiazepoksid pada riksaan kadar elektrolit setiap waktu iuga di-
keracunan hanya mencapai kadar sekitar 0,5 mg%, perlukan.
hal ini menerangkan inefektivitas dialisis. Dialisis Pada prinsipnya cairan diberikan dalam jum-
peritoneal efektivitasnya hampir menyamai diuresis lah kira-kira 500 mlflam, yang mungkin perlu ditam-
paksa tetapi tidak ada bahaya dan kontraindikasi bah sampai 1-2 liteiljam bila ada dehidrasi, misal-
mutlak sejauh syarat di atas dipenuhi. Obat yang nya pada keracunan salisilat. Pedoman pemberian-
dapat dipercepat ekskresinya oleh dialisis perito- nya adalah sebagai berikut : (1 ) 300 ml elektrolit
neal ialah alkohol, metilalkohol, amfetamin, barbi- ditambah 80 ml urea 50%' per jam untuk 4 jam
turat kerja panjang, asam borat, bromida, karbon pertama; bila diuresis tidak melebihi 350 mlilam,
tetraklorida, sikloserin, salisilat, metilsalisilat, primi- diuresis paksa harus dihentikan, karena keadaan ini
don, natrium klorat dan sulfonamid. Cairan yang menandakan adanya insufisiensi ginlal; (2) bila
digunakan untuk dialisis peritoneal ialah cairan dia- diuresis baik, cairan ditingkatkan sampai 600 ml
lisis baku yang ditambah dengan : (1) 3 ml KCI elektrolit ditambah 30 ml urea 50% per jam untuk 4
jam berikutnya; (3) prosedur diteruskan dengan 400
(berisi 1 gram KCI/S ml); (2) heparin t.000 U; (3) 2
mlfiam sampai pasien sadar.
ml prokain 1o/o',dan (4)bilaterjadi overhidrasi ditam-
Elektrolit yang digunakan pada dasarnya me-
bah 50 ml glukosa 50%.
ngandung NaCl 0,9% dan laevulosa 5ok.Padakera-
Cairan dengan suhu + 370C sebanyak 2 liter
cunan salisilat atau asam lain (lenobarbital) dapat
untuk orang dewasa (kurang dari 200 ml untuk bayi) ditambahkan natrium bikarbonat 1,26% dan KCI
dimasukkan ke dalam rongga peritoneum melalui 1,5% (untuk keracunan salisilat saja), ini disebut
trokar selama 10 menit. Tiga puluh menit kemudian diuresis alkali. Diuresis asam dengan pemberian
cairan ini dikeluarkan lagi dengan jalqn hevel dan amonium klorida 1% yang dahulu dilakukan pada
prosedur ini diulangi terus sampai pasien sadar. keracunan kina dan amfetamin tidak tagi dianiurkan
Tt4 Farmakologi dan Terapi

karena manfaatnya kecil sedang bahaya cukup be- Dalam tahun 1945 waktu digunakan analeptik
sar yaitu terhadap lungsi ginjal dan jantung. Tetapi untuk mengatasi koma, kematian karena keracunan
untuk diuresis alkali, pH urin harus di atas 7,5 dan barbiturat kira-kira 25ok, sekarang angka ini turun
untuk diuresis asam, pH urin harus di bawah 7,0. sampai 1-2o/o.lni dicapai dengan pengobatan simto-
Bila urin lidak memenuhi syarat di atas, maka harus
matik dengan menghilangkan atau mengobati syok-
ditambahkan bikarbonat untuk diuresis alkali dan
nya saja, sentralisasi perawatan dan menghentikan
amonium klorida untuk diuresis asam. Sebagai tam-
penggunaan analeptik (amfetamin dan bemegrid).
bahan, lurosemid dapat digunakan untuk memper-
lancar diuresis. Pemberian cairan lV tidak diperlukan untuk 12 jam
pertama walaupun pasien dalam keadaan koma
HEMODIALISIS DAN HEMOPERFUST. Mekanis-
me detoksikasi prosedur ini sama dengan dialisis kecuali bila terdapat dehidrasi misalnya pada kera-
peritoneal, tetapi diperlukan alat khusus dan lebih cunan salisilat.
banyak kelrampilan. Seperti metode lain di sinijuga Kateterisasi dan diuresis paksa adalah contoh
harus dipenuhi kriteria bahwa obat atau zat kimia lain dari tindakan yang sering berlebihan. lnkon-
harus dapat didialisis. Keterangan lebih lanjut me- tinensia urin pada keracunan tidak memerlukan
ngenai prosedur dapat ditemukan dalam buku yang kateterisasi sebab tidak berlangsung lama. lnkonti-
lebih spesifik. nensia di sini merupakan tanda perbaikan tonus
Pada hemoperfusi, darah dialirkan ke dalam kandung kemih dan tanda bahwa pasien akan
tabung yang perisi kolom karbon aktif yang dipre- sadar. Kateterisasi kandung kemih sering menim-
parasi secara khusus, minyak alau resin penukar
bulkan sistitis yang sulit diobati. Diuresis paksa
anion misalnya amberlite. Darah yang bebas obat sering dikerjakan tanpa indikasi yang tepat meng-
dikembalikan lagi ke dalam sirkulasivena. Tindakan
ingat bahwa hanya keracunan obat yang diekskresi
ini leoritis akan sedikit menganggu keutuhan eritro-
dalam bentuk aktil melalui urin yang diperbaiki oleh
sit dan elemen darah lain, letapi pengalaman me-
lindakan ini. Pada keracunan obat yang dapat me-
nunjukkan harapan yang baik di masa mendatang.
nyebabkan udem paru (misalnya metakualon) tin-
dakan diuresis paksa dapat membahayakan
TINDAKAN DAN PENGOBATAN BERLEBIHAN pasien.
Beberapa tindakan sering dilakukan tanpa Antibiotik sebagai prolilaksis hendaknya tidak di-
alasan yang tepat sehingga jusiru banyak kesalah- berikan secara rutin. Sedangkan pernapasan
an yang telah dilakukan dalam mengatasi keracun- mulut ke mulut dapat berbahaya jika kadar obat di
an. Pemberian analeptik yang dulu dilakukan untuk paru cukup besar. Seorang dokter dilaporkan men-
pasien dalam keadaan koma, tidak ada gunanya derita keracunan oleh tindakan ini waktu menolong
karena elek analeptik hanya sebentar serta menim- pasien dengan intoksikasi insektisida organotosfat.
bulkan bahaya kejang dan aritmia jantung,

Tabel 52-1. KERACUNAN DENGAN TINDAKAN TERAPINYA

Nama zat Pe*iraan dosis Tanda dan geiala Terapl


ketal

Alkohol (etili Muntah, delirium dan dspresi SSP Simlomatik. Bori kopi tubruk.
Emotik dengan rnustald satu
sendok makan dalam air atau
garam dapur.

Anilin (lain-lain: : 6-20 g Akul : methmoglobinmia dengan VitaminClglV.


astanilkJ, te- sianosis. Darah benrvarna coklat, Biru mtilon 1 % 1 mg/kgBB
nastin, asta- kulil dingin, lekanan darah turun, lV, perlahan-lahan. Simto-
minofen) nadl lemah, pornapasan cgpat, malik dngan perhatian
dangkal. Dlirium dan prangsangan trhadap sirkulasi dan pr
SSP. Koma. napasan.
Kronik: Netritis monahun, anemia. Hentikan obat dan slan.iutnya
simtomatik.
Dasar Toksikologi 775

Tabbl 52-1. KERACUNAN DENGAN TINDAKAN TERAPINYA (Sambungan)

Nama zal Perkiraan dosis Tanda dan gejala Terapi


ltal

Antihistamin Depresi SSP sampai koma. Kejang Simtomatik, perhatikan psrma-


disusul dengan depresi pernapasan pasan. Bila kejang dibori
Mulut kering. Takikardia. antikonvulsan, gunakan 3-4
ml tiopental 2-5 %,
secara lV. Luminal tidak
boleh diberikan.

Arsen trioks'da 200-300 mg Akut : Tenggorokan tercekik dan Mortin unluk menghilangkan
100 mg sukar msnelan. Kolik usus, din- nyeri. Bilas lambung. Beri
ding prut sakit, diare berda- susu. Berikan BAL 2,5 mg/
rah, muntah, oliguria, kejang, kgBB lM, tiap 4 jam sampai
koma dan syok. 10 mg/kgBB.
Kronik: Lemah, mual. Gejala Berikan BAL 2,5 mg/kgBB lM,
seperti koriza akut. Stomatitis, diulangi sampai 4 kali. Bila
salivasi, dermatiiis, arsenic geiala timbul kembali, peng-
melanosis. Edema lokal pada obalan diulangi lagi.
kelopak mata dan pergelangan
kaki. Keratosis palmaris dan
plantaris, hepatomegali, sirosis,
kerusakan ginjal dan ensetalopati.
Asam dan basa Korosil Simlomatik: beri susu. Bila
kuat (HCl, HzSO+, tertelan dalam larutan pe-
KOH, NaOH) kat, jangan melakukan bilas
lambung.

Asam boral 15 g Muntah, diare, suhu badan menurun, Simtomatik; diuresis paksa.
rasa lemah, sakit kepala, lidak
tenang, rash erythemateus.

Aspirin 20-309 Hiperventilasi, keringat, muntah, Simtomatik (awasi pernapasan).


dlirium, kejang dan koma. Beri susu. Bilas lambung
Akhirnya depresi napas. dengan Na-bikarbonat 5%,
vitamin K bila ada per-
darahan. Anlikonvulsi tidak
boleh diberikan.

Atropin (alkaloiJ 500-1000 mg Mulut kering, kulil merah dan pa- Simtomatik: beri susu. Bilas
beladona dan anti- 0umlah lebih kecil nas mirip beledru pada perabaan; lambung dengan air. Katetr
kolinrgik lain) mungkin sudah br- penglihatan kabur dan midriasis; urin. Perhatikan per-
bahaya) takikardia, retensi urin, napasan dan sistem kardio-
delirium, halusinasi dan koma. vaskuler.

Barbiturat: Relleks berkurang, depresi perna- Bilas lambung walaupun sudah


tenobarbital 5g pasan, koma, syok. Pupil kecil, lebih dari 4 jam. Tinggal-
dilalasi pada akhirnya. kan 30 g larutan MgSO4
dalam usus. Eeri kopi tu-
bruk.

pentobarbital 3g Sama dngan lenobarbital, hanya Diuresis paksa hanya pada ke-
dan sekobarbital. berlangsung lebih pendek. racunan lenobarbital. He-
modialisis paling baik. Bila
perlu berikan 2 ml niketamid
untuk memprbaiki pernapasan

Bensin lnhalasi atau oral : mual, muntah, Simtomatik: epinelrin dan nor-
sakit kepala, penglihatan ter- epinetrin tidak boleh di-
ganggu, mabuk, koma, dpresi berikan karena bisa menim-
sentral dan depresi napas. bulkan fibrilasi ventrikel.
Kronik: Lihat keracunan timbal
776 Farmakologi dan Terapi

Tabel 52-1. KERACUNAN DENGAN TTNDAKAN TERAptNyA (Sambungan)

Nama zal Perkiraan dosis Tanda dan gejala Terapi


letal

Bromida (Karbromal, Akut : jarang, karena dimuntahkan. Bila mungkin beri oral : NaCl
Iromisovalum) Subakut atau kronik : munlah, sa- atau NHrCI 6 g/hari. HCT
kil perut, gelisah, dlirium dan 2 x 25 mg atau lurosmide
kelainan mental srta nurologik 40 mg.
lain; dapat menjurus k6 bunuh
diri. Koma.
Diphon Angioneurotik edema dan kelainan Simlomatik: Gejala-gejala ku-
kulit, eksitasi, kadang-kadang lit dan angioneurotik edema
agranulosilosis. dapat diberikan antihistamin
dan 0,3 ml epinefrin 1 per-
mil subkutan.

Fenol lg Korosil (sel lendir mulut dan usus), Simtomatik: beri susu. Eilas
sakit hebat, muntah, koma & syok. lambung d6ngan hati-hati,
Kerusakan ginjal. bila ada gunakan o/eurn
olivarium.

lnsektisida
Golongan organo- Setiap dosis berbahaya Keracunan lewat oral, inhalasi Bersihkan jalan napas. Berikan
lostat misalnya, dan kontak kulit; muntah, segera 2 mg atropin sullat
DOVP, diazinon, diare, hipersalivasi, bronko- lV diulang tiap 10-15 menit
malation dan pa- konstriksi, koringat banyak, sampai terlihat muka merah,
ration. miosis, bradikardia (kadang- hipersalivasi berhenti dan
kadang takikardia); tnsi me- bradikardia berubah menjadi
nurun, ke.iang atau paralisis. takikardia dan kulit tidak
Depresi pernapasan. berkeringat lagi.
Observasi pasien t6rus-
menerus dan bila giala
kembali, ulangi pemberian
atropin.

Golongan karbamat Seperli organofosfat Eeri cepat atropin sullat 2 mg


(karbaril, Baygon)
lV, diulangi liap 10-15
menit sampai atropinisasi
penuh.

Golongan organo- DDT 15.30 g Ke.iang, trmor, koma. Kemudian Simtomatik. Bilas lambung dan
klorin misalnya Endrin : 1,5 g dapat limbul paralisis. tinggalkan larulan Mg SOa
aldrin, BHC, DDT, 30 g. Fenobarbital 100-200 mg
dildrin, endrin,
lM atau 5-10 mg diazepam lV.
klordan, tiodan
dan toksalen.

Jamur Trganlung jenis jamur: Atropin sullat 2 mg SK dan


Gejala muskarinik, atau simtomatik.
degenerasi sel hepar dan ginjal.

Jgngkol Kolik ureter dan renal, hematuria, Natrium bikarbon at 4 xi g


oliguria, kadang-kadang anuria per oral sehati. Bila ada
dengan bahaya uremia. anuria penOobatan tersebut
di atas tidak berguna. Obati-
lah sebagai pasien uromia.

Kalium prmanganat Kristal : beker.ia korosit Beri putih telur, susu dan lak-
(Larutan : tdak berbahaya), mun- san, bilas lambung. Persiap-
tah, nadi lemah, kulit dingin, an untuk lrakeotomi.
kolaps, dan edema glotis.
Dasar Toksikologi
777

Tabel 52-1. KERACUNAN DENGANTINDAKANTERAPINYA (Sambungan)

Perkiraan dosis Tanda dan gejala Terapi


Nama zat
llal

Kamler 2go'al Ksiang. Simtomatik,,luminal 1 00-200


mg lM.

Karbon monoks'da Sakit kepala, koma, dePresi Pr- Pernapasan bualan dsngan Q
napasan dan syok. murni di bawah lekanan.
(orcnasal mask).

Karbon tetraklorida 2-10ml Mual, muntah, sakil kePala, kulil Simlomatik. PrnaPasan buatan
dingin, kiang, koma, librilasi dengan Oz. lnlus glukosa
vntrikl. Gangguan lungsi hati Epinelrin dan norpinelrin
dan ginial. Ksmatian karena tidak boleh daberikan.
deprosi napas.

Kodein (opiat lain) Mual, muntah, pusing, kulit dingin, Bila ada depresi napas,
pupil k6cil. Depresi naPas. berikan nalokson HCI 5-10 mg.
Koma. Bila lidak ada depresi napas
simlomatik saia.

tinggi skali Menyerupai keracunan alropin dengan Simtomatik. Tidak berbahaya,


Marihuana (gan.ia)
perbedaan (lihat atroPin) : kesadaran pulih setlah 1/2
halusinasi nyata sebelum koma, - t hari lanpa amnosia.
mulut kering tidak begitu hebat;
retensi urin tdak ada; midriasis
tidak ielas.

Metilalkohol (dalam 30 ml Setelah priode laten 8-32 jam : Diuresis paksa. Simtomatik de-
bahan bakar: depresi SSP, asidosis, rotinitis, ngan m6mperbaiki asidosis,
bula, sal{t kepala, sakit Prut pernapasan diawasi. Berikan
5-10 %)
kulit dingin, mengigau, koma. etilalkohol unluk menghambat
Bradikardia menandakan prognosis oksidasi metanol. Berikan asam
buruk. nikotin lV untuk dilatasi arteri
rtina, sesudah koma diatasi.

120-150 ml. Aspirasi dalam paru'Paru Paling Bilas lambung tkJak bolh.
Minyak tanah
Dua sendok leh bila tr berbahaya. lritasi saluran crna. Simtomatik saia. Bslikan 02
aspirasi Depresi SSP dengan deprssi naPas, under prcssure, bila ada edema
Muntah : aspirasi dengan akibat paru. Antibiotika Prolilaktik.
dispnea, asliksia, udom Paru, dan
pneumonitis, dan kadang-kadang ke.lang

120-150 mg. Seperti kodin Seperti kodein.


Morfin
60 mg berbahaya

2'5 s Kolik usus, muntah, diar6, Berikan inlus glukosa 5 % dan


Natrium lluorida
(racun kecoa) kejang tstanilorm (Chvostekb CaCh 10 % lV (bisa diu'
sign)i paralisis PernaPasan. langi). Simtomatik, berikan
Al-hlJroksida gol secara oral.

30 ml larutan Bila pekat l6bih berbahaya, dan ber' Simtomatik, beri susu, Putih
Natrium hipoklorit
(pemutih pakaian, 15 o/o silat korosil pada selaPut lendir. lelur atau MgO. Jangan di-
Perlorasi lambung, Prdarahan, bri Na-bikarbonat. Bilas
bukan detergsn)
syok dan striklur (kemudian). lambung harus hati-hati.

1 gram Hipotonsi, sianosis karena mothe- Bilas lambung. Berikan 500 mg


Natrium nitrit
moglobinemia, keiang dan koma. vitamin C lV. Biru melilon
1 70, 1 mglkgBB lV.

60 mg Sakil kopala, Pusing, tremot, kiang Tidak ada antidolum. Bilas


Nikolin
paralisis pernapasan, koma. lambung dan laksan dngan
- 3 batang gigart yang
778

Farmakologi dan Terapi

Tabet 52-1. KERACUNAN


DENGAN TTNDAKAN
TERAptNyA (Sambungan)

Nama zal
Perkiraan dosis
tetal Tanda dan gjala
Terapi
dihrutkan dalam air.

MgSor 30 g. p"rnao""*
Nitrogen dioksida Duatan
(Noz) Se?a_gai gas menimbulkan
iritasi mata
dan saluran napas. Udm patu, Bersihkan jalan napas.
Berikan
otspnea, bronkiolitis u2 oan ptednison dosis
oblit18ns, besar.
Koma.
Reaksi obat
8elm-acam_macam
reaksi kulit; demam
o^b_al,
angioneurotik udm, Beri 0,3 ml adren alin
reaksi 1 %a.
s-eJum, ,eaksi anafilaktik subkutan, harus diulangi
dan tiap
tain_lain /- tu menit sampai
ada
?erbaikan. Antihistamin_
Deksametason 2 x
Sianida (singkong) 1 mg oral
stama 4 hari.

' X1 ;,f,,i1 jil,i*,f i:.# *0",, *H:;ii;50 mrNa riosurat


Timbat
Akut : jarang
Berikan I g CaNa2 EDTA dalam
Kronik : sakit kepala,
rasa logam
oalafi mulut. Garis biru paia intus 5OO ml glukosa
gusi, 5%
p:y,(kolik), diare, dua kali sehari selama
::l,l
Dasophiilic stippling
anemia,
3 hari.
dail
fltro^sil paralisis Ca glukonat 2 g lV.
dan kejang, Laksan de-
^oproportirinuria, kelainan
radiologik
ls-al.ygso4 Luminar too,zoo
pada tulang. keians' atau
Tingtur yodium
90-60 mt.
il:#fl1",i*
Tingtur yodium pkat. Eila pkat brsitat
korosir. Hioo-
rnst, lakikardia, BeJlkn air tajin dan
delifium susu dengan
stupor, nolritis. s-egera.- Bilas lambung
Warfarin atau denqan
Dosis brbahaya l-2 rarutan Na_tiosullat
derivat di- mg/kqBB 10 Vo.
Pordarahan kulit dan
kumarol untuk 6 hari. mukosa.
Vitamin K 5O mg lM
(racarn tikus)
atau 3 kali
bu mg oral sehari.
Fitomenadion, jauh
lebih
poten dan bermanraat

TAbEI 52-2. MANFAAT


OIALISIS DAN OIURESIS
PAKSA PADA KERACUNAN

Nama zat
Diuresis paksa
Dialisis
Hemodialisis
peritoneal Keterangan
Atkohot (etil)
++
++
Alkohot (merit)
++
++
+++
Penyembuhan dengan
dialisis
pentoneal dipercepat
bila
pada dialisat ditambahkan
Amfetamin
alkali.
Diuresis paksa dengan
me-
nambahkan amonium
klorida
aran meninggikan eliminasi.
Dasar Toksikologi 779

Tabet 52-2. MANFAAT DIALISIS DAN DIURESIS PAKSA PADA KERACUNAN (Sambungan)

Nama zat Diuresis paksa Dialisis Hemodialisis Keterangan


peritoneal

Amitriptilin 0 0 0
Anilin ++ ? ++

Asam borat 0 +++ +++ Jangan mencoba melakukan


diuresis paksa karena
kemungkinan adanya gagal
ginjal.

Barbiturat ++ ++ +++ Penyembuhan dengan dialisis


masa kerja lama peritoneal akan dipercepat
dengan menambahkan albumin.
masa kerja sedang 0 + +

masa kerja singkat 0 + +

Bromida +++ +++ +++

Desipramin 0 0 0
Diazepam 0 0 0
Dikloralfenazin +++ +++ +++

Etilen glikol ++ ++ ++

Etinamat ? 0 ++

Etklorvinol 0 + +++

Fenasetin + ? ++

Fenotiazin 0 0 ++

Fluorida + ? +++

Glutetimid 0 + ++ Penyembuhan akan dipercepat


dengan menambahkan emulsi
lemak pada dialisat.
lmipramin 0 0 0

lsoniazid 0 + ++

Jamur (Amanita ? ? +++ Hemodialisis mungkin tidak


phalloides) etektif 36jam sesudah
makan jamur.
Karbon tetraklorida 0 ++ ++ Jangan mencoba melakukan
diuresis paksa karena kemung-
kinan adanya gagal ginial.

Kinin & Kinidin ++ 0 0 Diuresis paksa.

Kloralhidrat +++ +++ +++

Klordiazepoksid 0 0 0

Litium +++ +++ +++

Meprobamat ++ 0 +

Metakualon 0 ? ++ Diuresis paksa jangan di-


lakukan karena cenderung
timbulnya edma pulmoner.
Metakualon + difenhi- 0 ? ++ Hemodialisis hanya dikerja'
780 Farmakologi dan Terapi

Tabel 52-2. MANFAAT DlALlsls oAN DtuREsts pAKsA PADA KERACUNAN (sambungan)

Nama zat Diuresis paksa Dialisis Hemodialisis Keterangan


peritoneal

dramin kan bila kadar dalam darah


lebih dari '12 mg o/o pada
pasien yang tidak toleran
terhadap obat ini. Diuresis
paksajangan dilakukan
karena cenderung timbulnya
edema paru yang berbahaya.
Metilpentinol + + +
Metil salisilat +++ +++ +++ Penyembuhan dengan dialisis
peritoneal akan dipercepat
dengan menambahkan albumin
pada dialisat.
Metiprilon + + +
Misolin ++ ++ +++ Seperti pada barbiturat
masa kerja lama.
Natrium klorat +++ +++ Jangan mencoba melakukan
diuresis paksa karena kemung-
kinan adanya gagal ginjal.

Nilrazepam 0 0 0
Nerotriptilin 0 0 0
Paraldehid + ++ ?
Parastanol 0 ? ++
Penghambat monoamin ? ? ++
oksidase
Penisilin ++ ++ ++
Salisilat +++ +++ +++ Penyembuhan pada dialisis
peritoneal akan dipercepat
bila ditambahkan albumin
pada dialisat. Diuresis
paksa alkali.
Sikloserin ++ +++ ?
Streptomisin + ? ++
Sulfonamida ++ ++ +++
Timbal 0 + ++ Dialisis hanya digunakan
dalam kombinasi dengan
chelating agent.
Trimipramin 0 0

0 : tindak8n lldak brmantaal.


? : tHak dikstahul.
+ : cukup brmanlsal.
++ : bormantaat.
+++ : sangat brmanlaat.
Logam Berat dan Antagonis 781

53. LOGAM BERAT DAN ANTAGONIS


Udin Sjamsudin

1. Pendahuluan 3. Antagonis logam berat


3.1. Kalsium dinatrium edetat
2. Logam berat 3.2. Dimerkaprol(BAL)
2.1. Timbal 3.3. Asam 2,3-dimerkaPtosuksinat
2.2, Merkuri 3.4. Penisilamin
2.3. Arsen 3.5. Deleroksamin
2.4. Kadmium
3.6. Asam dietilentriaminPenta
2.5. Besi
asetat (DTPA)
2.6. Logam berat radioaktif

1. PENDAHULUAN lating agent) khusus dirancang untuk berkompetisi


dengan ligan terhadap logam berat, sehingga me-
ningkatkan ekskresi logam dan mencegah atau
Manusia senantiasa terpajan (exposed) lo-
menghilangkan elek toksiknya. Logam berat bisa
gam berat dalam lingkungan hidupnya. Dilingkung-
bereaksi membentuk ikatan koordinat dengan ligan
an yang kadar logam beratnya cukup linggi, konta-
dalam tubuh yang berbentuk -oH, -coo-, -oPosH-
minasi dalam makanan dan air dapat menyebabkan
, - C=O, -SH, -S-S-, -NHz dan -NH.
keracunan. Logam yang terlepas dari alat makan-
Antagonis logam beratyang dibicarakan di sini
minum dan alat masak juga dapat menimbulkan
membentuk kompleks dengan logam berat, sehing-
keracunan tanpa disadari. Dalam abad industri ini,
ga mencegah'atau menggeser ikatan logam de-
penambangan secara besar-besaran telah menim-
ngan ligan tubuh. Kelat (chelate) ialah suatu kom-
bulkan penyakit-kerj a (occupational disease) beru-
pleks yang terbentuk antara suatu logam dan se-
pa keracunan berbagai logam toksik. Konstituen
nyawa yang mengandung dua ligan potensial atau
logam dalam pestisida dan obat merupakan iam-
lebih. Hasil reaksi ini ialah suatu cincin heterosiklik,
bahan sumber pajanan logam yang berbahaya bagi
dan cincin kelat yang berbentuk segi lima dan enam
manusia. Pembakaran batu bara yang mengan-
ialah yang paling stabil,
dung logam berat, tambahan Pb tetraetil pada ben-
Stabilitas kelat tergantung dari sifat kimia go-
sin, dan peningkatan penggunaan logam dalam longan ligan, misalnya plumbum dan merkurilebih
industri menjadi sumber pen@maran lingkungan besar alinitasnya terhadap ligan yang mengandung
dan penyebab utama keracunan logam berat. sullur dan nitrogen daripada terhadap ligan yang
Logam berat tidak mengalami metabolisme, mengandung oksigen. Kalsium memperlihatkan
tetap berada dalam tubuh dan menyebabkan elek silat yang sebaliknYa.
toksik dengan cara bergabung dengan suatu atau Elektivitas suatu kelator untuk pengobatan
beberapa gugus ligan yang esensial bagi fungsi keracunan logam berat tergantung dari beberapa
lisiologis normal. Ligan ialah suatu molekul yang faktor, yaitu : (1) alinitas relatil kelator terhadap
mengikat molekul lain yang umumnya lebih besar' logam berat dan logam esensial dalam tubuh; (2)
Ligand memberi atau menerima elektron untuk distribusi kelator dan logam dalam tubuh: dan (3)
membenluk ikatan kovalen biasanya dengan kemampuan kelaior untuk mengeluarkan logam
logam. Anlagonis logam berat, suatu kelatot (che- dari tubuh.
782 Farmakolqi dan Terapi

Suatu kelator yang ideal sebaiknya memiliki bak; pipa ledeng; pigmen cat para artis; abu dan
sifat sebagai berikut : (1) larut dalam air; (2) resisten asap dari pembakaran kayu yang dica| limbah
lerhadap biotransformasi; (3) mampu mencapai tukang emas/perhiasan, industri rumah, baterai dan
tempat penyimpanan logam; (4) kelat yang terben- percetakan (huruf cetak dari Pb). Keracunan pada
tuk mudah diekskresi; dan (5) harus aktil pada pH anak cukup sering karena termakannya serpihan
cairan tubuh. Alinitas kelator yang rendah terhadap cat yang berasal dari bangunan tua atau karena ke-
kalsium juga merupakan persyaratan, karena kal- biasaan menggerogoti lis dan kerangka jendela
sium dalam plasma mudah diikat. Suatu kelator yang dicat Pb. Cat tersebut mengandung Pb karbo-
mungkin menyebabkan hipokalsemia walaupun afi- nat (beruvarna putih) dan Pb oksida (benvarna
nitasnya tinggi terhadap logam berat. Silat terpen- merah) sebanyak 5-40%. Asosiasi Standar Ame-
ting kelator ialah mempunyai alinitas terhadap rika dalam tahun 1955 menentukan bahwa cat
logam yang lebih besar daripada alinitas logam mainan, perabot rumah tangga, dan interior.tempat
terhadap ligan. Banyaknya ligan dalam tubuh meru- tinggal tidak boleh mengandung lebih dari 1% Pb.
pakan rintangan besar bagi efektivitas suatu Per::ajanan Pb di tempat kerja di Amerika
kelator. Karena banyak hal yang belum diketahui telah berkurang secara mencolok selama 50 tahun
secara mendalam, penggunaan kelator dalam kera- terakhir ini karena adanya peraturan dan program
cunan sebagian besar didasarkan atas penelitian in tepat guna di bidang pengawasan medis. Pajanan
vitro dan pengalaman. Pb paling tinggi ialah ditempat peleburan Pb; kare-
na asap dan debu yang mengandung Pb'oksida.
Juga pekerja di pabrik aki menghadapirisiko seru-
pa. Dari suatu penelitian yang dilakukan di lndone-
2. LOGAM BERAT
sia, kadar Pb darah karyawan pabrik aki kurang dari
0,69 ppm (mcg/ml) belum melewati batas toksik
(0,72 ppm), tetapi perlu pemantauan kadar Pb da-
2.1. TIMBAL
rah karyawan untuk mendeteksi gejala dini keracun-
an Pb.
Timbal (Pb, timah hitam) terdapat dimana-
Absorpsi Pb terutama melalui saluran cerna
mana dalam lingkungan, karena terdapat di alam
dan digunakan dalam industri.
dan saluran napas. Absorpsi melalui usus pada
orang dewasa kira-kira 10%, pada anak kira-kira
Kira-kira 10% dari hasiltambang timbaldigu-
400/0. Ada dugaan bahwa Pb dan kalsium berkom-
nakan untuk produksi Pb tetraetil, yang ditambah-
petisi dalam transport lewat mukosa usus, karena
kan pada bensin sebanyak 1 m[L bensin sebagai
ada suatu hubungan timbal- balik antara kadar kal-
antiknock. Pengurangan kadar Pb dalam bensin
dalam dasawarsa terakhir menyebabkan penurun-
sium makanan dan absorpsi Pb. Kekurangan zat
besi dilaporkan meningkatkan absorpsi Pb melalui
an kadar Pb dalam darah manusia. Manusia ter-
pajan Pb terutama melalui makanan. Jumlah Pb saluran cerna. Absorpsi Pb yang dihirup berbeda-
yang dikonsumsi seorang dewasa di Amerika Seri- beda tergantung dari bentuk (uap atau partikel) dan
kadar Pb. Kira-kira 90% partikel Pb di udala diab-
kat rata-rata per hari 0,1-2 mg. Namun demikian,
sorpsi melalui saluran napas. Pb anorganill mula-
sebagian besartoksisitas nyata Pb diakibatkan oleh
pajanan di lingkungan dan industri. mula terdistribusi di jaringan lemak, terutama dalam
ginjal dan hali. Kemudian Pb mengalami redistribusi
Makanan dan minuman yang bersilat asam,
ke dalam tulang (95%), gigidan rambut. Sejumlah
seperti air tomat, air buah, minuman kola, air apel
kecil Pb anorganik ditimbun dalam otak, sebagian
dan asinan dapat melarutkan Pb yang lerdapat besar dari jumlah tersebut berada di substansia
pada lapisan mangkuk dan panci. Makanan dan grisea dan ganglia basal. Hampir semua Pb anor-
minuman yang terkena kontaminasi tersebut lelah ganik terikat dengan eritrosit dalam sirkulasi. Bila
menyebabkan keracunan latal pada manusia. Tim- kadar Pb relatif tinggi dalam sirkulasi, barulah dite-
bal juga merupakan kontaminan wiski yang disuling mukan Pb dalam plasma.
secara gelap di Amerika karena digunakannya ra- Kumulasi Pb dalam tulang mirip dengan ku-
diator mobil sebagai kondensor, dan komponen lain mulasi kalsium, letapi sebagai Pb losfat tersier,
yang disolder dengan Pb. garam Pb di tulang (fosfat, karbonat) tidak menye-
Kasus sporadis keracunan Pb bersumber dari babkan efek toksik. Pada pajanan yang,baru terjadi,
Pb dalam mainan; debu di tempat latihan menem- kadar Pb lebih tinggi dalam tulang pipih daripada
Logam Berat dan Antagonis 783

dalam tulang panjang, meskipun secara keseluruh- KERACUNAN AKUT


an tulang panjang mengandung lebih banyak Pb.
Dalam masa awal deposisi kadar Pb paling tinggi Keracunan Pb akut yang ditandai dengan
dalam epilisis tulang panjang. Hal ini terutama jelas kadar lebih dari 0,72 ppm dalam darah, jarang ter-
pada tulang yang sedang tumbuh dan dapat dide- jadi. Keracunan yang terjadi biasanya disebabkan
teksi dengan pemeriksaan radiologis. Ganqbaran oleh masuknya senyawa Pb yang larut dalam asam
radiologi berupa cincin dengan densitas tinggi pada atau inhalasi uap Pb. Efek astringen menimbulkan
pusat osifikasi tulang rawan epilisial, juga sebagai rasa haus dan rasa logam. Gejala lain yang sering
garis lransversal pada diafisis. Gambaran tersebut timbul ialah mual, muntah dengan muntahan me-
khas untuk diagnosis keracunan Pb pada anak. nyerupai susu karena Pb klorida, dan sakit perut
Faktor yang mempengaruhi distribusi kalsium hebat. Tinja warna hitam karena Pb sulfida, dapat
juga mempengaruhi distribusi Pb. Asupan losfat disertai diare atau konstipasi, Pb yang diserap de-
tinggi mempermudah penimbunan Pb dalam tulang ngan cepat dapat menyebabkan sindrom syok yang
dan mengurangi kadar Pb dalam jaringan lunak. juga disebabkan oleh kehilangan cairan lewat salur-
Asupan kalsium dosis tinggi tanpa peninggian asup- an cerna. Terhadap susunan saral, Pb anorganik
an foslat menyebabkan elek serupa, disebabkan menyebabkan parestesia, nyeri dan kelemahan
persaingan dalam pengikatan fosfat antara Pb dan otot. Anemia berat dan hemoglobinuria terjadi kare-
kalsium. Jika fosfat cukup, vitamin D mempermu- na hemolisis darah. Dapat timbul kerusakan ginjal,
dah penimbunan Pb dalam tulang; bila foslat ku- dan kematian dapat terjadi dalam 1-2 hari. Kalau
rang, deposisi kalsium melebihi Pb. Hormon parati- keracunan akut teratasi, umumnya terlihat gejala
roid dan dihidrotakisterol memobilisasi Pb dari keracunan Pb kronik.
tulang, meningkatkan kadar Pb dalam darah dan
ekskresinya dalam urin.
Pada hewan coba, ekskresi Pb melalui empe- KERACUNAN KRONIS
du dan tinja jumlahnya jauh lebih banyak daripada
yang dikeluarkan melalui urin. Pada manusia eks- Gejala keracunan Pb kronis (plumbism) dapat
kresi Pb melalui urin lebih penting, dan kadar Pb dibedakan atas enam macam sindrom yaitu sin-
dalam urin berbanding langsung dengan kadarnya drom abdominal, neuromuskular, SSP, hematologi,
dalam plasma. Tetapi kebanyakan Pb berada da- renal dan sindrom lain. Gejala ini bisa timbul sebagi-
lam eritrosit sehingga sangat sedikit Pb ditemukan an atau semua sekaligus. Sindrom neuromuskular
dan sindrom SSP terjadi pada pemajanan hebat,
dalam urin; Pb juga diekskresi malalui ASI dan
sementara sindrom abdominal merupakan manifes-
keringat, ditimbun dalam rambut dan kuku. Pb juga
tasi yang timbul perlahan-lahan. Di Amerika Serikat
dapat mencapai plasenta, Waklu paruh Pb dalam
sindrom SSP lebih sering ditemukan pada anak dan
darah ialah 'l - 2 bulan, kadar mantap dicapai dalam
sindrom abdominal lebih sering ditemukan pada
waktu kira-kira 6 bulan. Sesudah tercapai kadar orang dewasa.
mantap, jumlah Pb yang dikonsumsi setiap hari Sindrom abdominal dimulai dengan mual,
kira-kira sama jumlahnya dengan Pb yang dieks- malaise, sakil kepala. Konstipasi biasanya merupa-
kresi, dan kadar Pb dalam jaringan lunak sedikit kan gejala awal, terutama pada orang dewasa,
mengalami perubahan. Namun begitu, kadar Pb kadang-kadang terjadi diare. Rasa logam yang me-
dalam tulang meningkat, dan wahu paruh dalam netap merupakan gejala dini dari sindrom ini. De-
tulang diperkirakan 20-30 tahun. Karena ekskresi ngan memberatnya intoksikasi, anoreksia dan kon-
Pb terbatas, maka sedikit saja peningkatan asupan stipasi menghebat. Spasme intestinal yang meny6-
setiap hari dapat menimbulkan kumulasi Pb. Asup- babkan nyeri abdominal (kolik Pb) merupakap
an Pb normal per hari kira-kira 0,3 mg, sementara gejala abdominal lanjut yang paling mengganggu
keseimbangan positil dimulai pada asupan 0,6 mg dan berat. serangannya bersilat paroksismal beru-
per hari. Orang normal dengan asupan Pb 0,6 mg
pa kaku otot perut dan nyeri tekan daerah pusar.
per hari dalam jangka sangat lama dapat menderita
Kalsium glukonat lV dianjurkan untuk mengurangi
nyeriabdominal, dan biasanya lebih elektif daripada
keracunan. Asupan Pb yang lebih besar misalnya
morfin,
dengan asupan Pb 2,5 mg/hari keracunan terjadi Sindrom neuromuskular yang disebut juga
setelah 4 tahun, sedangkan asupan 3,5 mg/hari lead plsy lebih jarang terlihat, gejala ini merupa-
hanya memerlukan waktu beberapa bulan. kan gejala keracunan subakut lanjut. Gejala patog-
784 Farmakolqi dan Tempi

nomonisialah wrisf drop dan kadang-kadang foof porfirinogen lll), tetapi tidak jelas apakah hal ini
drop karena yang terserang ialah otot aktif, ter- karena hambatan aktivitas enzim atau laktor lain.
utama bagian ekstensor lengan bawah, pergelang- Peningkatan ekskresi porfobilinogen dan uroporfirin
an tangan, jari serta otot ekstraokuler. Kelemahan dilaporkan hanya terjadi pada kasus berat. Pening-
otot tidak terjadi kecuali setelah aktivitas otot ber- katan aktivitas delta-AlA sintase disebabkan oleh
lebihan. Sensoris umumnya tidak dipengaruhi. berkurangnya kadar heme dalam sel, yang meng-
Sindrom SSP yang disebut juga ensefalopati atur sintesis delta-AlA sintase dengan hambatan
timbaf (lead encephalopathy) lebih sering terjadi tolok balik (feedback inhibition) , Aktivitas delta-ALA
pada anak. Gejala permulaan berupa kekakuan, dehidratase dalam hemolisat dan delta-AlA dalam
ataksia, vertigo, insomnia, gelisah dan iritabilitas. urin merupakan indikator sensitif adanya pajanan
Dengan memberatnya enselalopati penderita akan Pb; perubahan paramater yang dapat dideteksi
terangsang dan bingung, delirium disertai konvulsi dengan prosedur laboratorium sederhana ini men-
tonik-klonik, letargi disusul koma. Sering terjadi dahului munculnya gejala keracunan.
muntah proyektil dan gangguan penglihatan. lni me- Sindrom renal terlihat dalam dua bentukyaitu
rupakan gejala tekanan intrakranial yang meninggi gangguan tubuli ginjal yang reversibel (biasanya
tetapi kraniotomi tidak dapat mengatasinya; angka karena pajanan Pb akut pada anak) dan nelropati
kematian 25o/o. Bila pengobatan dengan kelator
interstisial yang ireversibel, akibat pemajanan Pb
dimulai setelah timbul gejala enselopati akut, maka
kronik di industri. Terlihat kumpulan gejala yang
40% dari yang hidup mengalami kerusakan saral
mirip sindrom Fanconi dengan proteinuria, hema-
berupa retardasi mental, cerebral palsy, atrofi optik
turia, dan adanya silinder dalam urin, Pada bebe-
atau distonia otot. Pajanan Pb kadang-kadang me-
rapa penderita, terjadi hiperurisemia berhubungan
nimbulkan kemunduran mental yang jelas dan pro-
gresif pada anak. Kadar Pb dalam darah anak anla- dengan insufisiensi ginjal. Secara histologis, nefro-
ra 0,30-0,50 ppm, meningkatkan lrekuensi kejadian pati Pb ditandai oleh adanya badan inklusi nuklear
hiperkinetik dan menyebabkan penurunan lQ yang yang khas yaitu suatu kompleks Pb-protein. Hal ini
berarti. timbul dengan cepat dan menghilang setelah terapi
Sindrom hematologi antara lain berupa dengan kelator. Badan inklusi ini juga ditemukan
basophllic stippling akibat agregasi asam ribonu- dalam sedimen urin pekerja pabrik yang terpajan
kleat pada eritrosit, yang terjadi bila kadar Pb darah Pb.
0,80 ppm atau lebih. Hal ini dianggap merupakan Sindrom lain dari plumbism ialah muka warna
akibat penghambatan enzim pirimidin-5'-nukleoti- kelabu dan bibir pucat, bercak retina, tanda keluaan
dase oleh Pb, tetapi basophilic sfipp/rng bukan dini (bungkuk, menurunnya tonus otot, kurus-
tanda patognomonik keracunan Pb. Gambaran kering) dan adanya garis Pb yang merupakan pe-
hematologi intoksikasi Pb kronis yang sering timbul ngendapan Pb sullida benrvarna hitam keabu-abuan
pada anak ialah anemia hipokrom mikrositer. Ane- di tepi gusi, Gejala ini dapat dihindari dengan
mia ini mirip anemia delisiensi besi dan dianggap higiene gigi yang baik. Pigmentasi serupa dapat di-
disebabkan oleh dua laktor yaitu menurunnya umur akibatkan oleh merkuri, bismut, perak, talium dan
eritrosit dan hambatan sintesis heme. besi. Telah dilaporkan beberapa kasus adenokarsi-
Enzim yang diperlukan untuk sintesis heme noma ginjal pada pekerja industri Pb, tetapi bukti
lerdistribusi luas di jaringan mamalia, dan heme karsinogenisitas Pb belum mapan.
tersebut diinkorporasikan ke hemoglobin, mioglo-
bin, sitokrom dan katalase. Kadar Pb yang rendah DIAGNOSIS KERACUNAN TIMBAL. Tanpa dike-
mempengaruhi sintesis heme yaitu menghambat tahui adanya pemaparan Pb yang abnormal, diag-
pada beberapa tahap sintssis, Terbukti adanya nosis keracunan Pb sering tidak ditegakkan kar0na
penghambatan A-aminolevulinat (A-ALA) dehidra- gejala keracunannya yang tidak spesilik. Misalnya,
tase dan ferokelatase, yang merupakan enzim de- gejala ensefalopati Pb menyerupai gejala berbagai
ngan gugus sullhidril (-SH). Keracunan Pb pada keadaan degeneratif SSP. Dengan pemeriksaan
manusia dan hewan coba ditandai oleh adanya lisik sulit membedakan kolik Pb dari kolik akibat
akumulasi protoporlirin lX dan Fe nonheme dalam tukak peplik, pankreatitis atau porliria akut. Kecu-
eritrosil, A-ALA dalam plasma dan meningkatnya rigaan klinis harus dikonlirmasikan dengan peng-
ekskresi A-ALA dalam urin. Juga terjadi pening- ukuran kadar Pb darah dan protoporfirin dalam
katan ekskresi koproporlirin I ll (hasil oksidasi kopro- eritrosit.
Logam Berat dan Antagonis 785

Pada anak dan orang dewasa normal, nilai Pb Simtom utama intoksikasi Pb-tetraetil ialah
darah berkisar antara 0,10-0,40 ppm. Penderita de- pengaruhnya terhadap SSP berupa insomnia,
ngan kadar Pb darah 0,40-0,60 ppm tidak memperli- mimpi buruk, anoreksia, mual, diare, sakit kepala,
hatkan gejala keracunan, namun mungkin memper- kelemahan otot dan instabilitas emosional. Gejala
lihatkan penurunan aktivitas A-ALA dehidratase berikutnya ialah iritabilitas, gelisah, cemas, hipoter-
yang nyata dan sedikit peningkatan ekskresi A-ALA mia, bradikardi dan hipotensi pada pajanan kronis
dalam urin. Penderita dengan kadar Pb darah 0,6- atau akut berat. Bila gejala SSP berat akan terjadi
delusi, ataksia, gerakan otot berlebihan dan keada-
0,8 ppm memperlihatkan penurunan aktivitas A-
an maniak.
ALA dehidratase eritrosit, peningkatan ekskresi A-
Pada keracunan Pb-tetraetil, ekskresi Pb da-
ALA dan koproporfirin urin diserlai gejala keracunan
lam urin meningkat, tetapi kadar Pb darah normal.
Pb ringan yang nonspesifik. Protoporlirin dalam eri-
Anemia tidak umum terjadi pada keracunan Pb or-
trosit meningkat karena Pb menghambat ferokela- ganik, dan kadar protoporfirin eritrosit naik secara
tase. Gejala keracunan Pb jelas terlihat bila kadar tidak konsisten. Efeknya pada metabolisme porfirin
Pb darah melebihi 0,8 ppm, dan lead encephalo- tidak jelas, bercak basofilik eritrosit iarang terjadi.
pathy le(lihaljelas bila kadar Pb darah lebih dari 1 ,2 Pada keracunan berat bisa terjadi kematian dalam
ppm. Ekskresi Pb dalam urin orang dewasa normal beberapa jam sampai beberapa minggu. Jika pen-
umumnya kurang dari 80 mcg per liter. Kebanyakan derita berhasil melewati fase akut, maka penyem-
penderita dengan keracunan Pb yang nyata mem- buhan umumnya sempurna, walaupun kerusakan
perlihatkan kadar Pb 150-300 pg/L urin. Tetapi bila SSP yang menetap sesekali terjadi.
disertai nefropati Pb alau insufisiensi ginjal, eks-
kresi Pb urin mungkin dalam batas normal. PENGOBATAN KERACUNAN TIMBAL. Pengo-
Permulaan keracunan Pb biasanya tidak jelas, batan awal lase akut intoksikasi Pb ialah secara
sehingga perlu pengukuran kandungan Pb dalam suportif, dan selanjutnya harus dicegah pajanan
tubuh orang yang terpajan. Uji mobilisasi dengan lebih jauh. Serangan kejang diobati dengan diaze-
CaNazEDTA membantu menentukan terdapatnya pam; keseimbangan cairan dan elektrolit harus di'
peningkatan kandungan Pb'dalam tubuh orang pertahankan; udem otak diatasi dengan manitol dan
yang terpajan. Uji inidilaksanakan dengan inlus 1 g deksametason. Kadar Pb darah harus ditentukan
CaNaeEDTA dalam 250 ml larutan dekstrosa 5% sebelum pengobatan dengan kelator.
selama satu jam. Kemudian produksi urin selama 4 Kelator harus diberikan pada penderita de-
hari dikumpulkan. Batas tertinggi ekskresi Pb orang ngan gejala atau pada penderita dengan kadar Pb
dewasa normal ialah 600 pg. Uji mobilisasitidak di- darah melebihi0,5-0,6 ppm. Tiga kelator biasa digu-
lakukan pada penderita dengan gejala keracunan nakan dalam pengobatan intoksikasi Pb, yaitu kal'
Pb yang nyata, yailu pada orang yang mengan- sium disodium edetat (CaNazEDTA), dimerka-
dung Pb darah lebih dari 1 ppm, karena penderita prol (British antilewisite; BAL), dan D-penisilamin.
ini memerlukan regimen pengobatan kelator Mula-mula CaNaeEDTA dan dimerkaprol diberikan
yang tepat. secara kombinasi, diikuti pemberian penisilamin
Singkatnya diagnosis keracunan Pb didasar- untuk pengobatan langka paniang. CaNazEDTA
kan atas riwayat dan gejala klinik penderita dan dengan dosis 50-75 mg/kgBB per hari dibagi dalam
mudah ditegakkan secara laboratoris, lnlormasi dua kali pemberian, secara lM yang dalam, atau
diagnoslik lainnya mencakup : garis Pb yang khas sebagai inlus selama 5 hari berturut-turut. lnterval
dalam tulang panjang anak; Pb yang tidak terserap antara pemberian CaNazEDTA dan pemberian BAL
yang terlihat seclra radiogralis di saluran cerna pertama ialah 4 jam. Pengulangan pemberian
pada anak yang baru saja menelan Pb; bercak CaNazEDTA bisa diberikan setelah pengobatan di-
hentikan 2 hari. Setiap regimen terapi dengan
basofilik dengan anemia; dislungsi ginjal; dan lesi
CaNa2EDTA tidak boleh melebihijumlah dosis 500
neurologis.
mg/kgBB. Produksi urin harus dipantau, karena
Keracunan Pb organik. Pb-tetraetil dan Pb-tetra- kompleks logam-kelator bersilat nefrotoksik. Peng-
metil ialah senyawa larut lemak sehingga mudah obatan dengan CaNazEDTA dapal segera mengu-
diekskresi melalui kulit, usus dan paru. Toksisitas rangi gejala. Kolik hilang dalam waktu 2 Jann;
Pb-tetraetil disebabkan oleh melabolitnya yaitu Pb parestesia dan tremor dalam 4 atau 5 hari; kopro-
trietil dan Pb anorganik. porfirinuria, bercak basolilik eritrosit, dan garis Pb
786 Farmakologi dan Terapi

pada gusi cenderung berkurang dalam waklu 4 mengandung merkuri dalam jumlah besar; dan (2)
sampai t hari. Eliminasi Pb melalui urin biasanya meningkatnya penggunaan merkuri di bidang in-
paling besar selama berlangsungnya inlus awal. dustri dan pertanian. Selama berbulan-bulan, bah-
. Dimerkaprol dengan dosis 4 mg/kgBB diberi- kan berlahun-tahun epidemi keracunan merkuri
kan secara lM seliap 4 jam selama 48 jam, kemu- pada hewan dan manusia telah salah didiagnosis.
dian seliap 6 jam selama 48 jam berikutnya, dan Sebab keterlambatan diagnosis yang tragis ini an-
akhirnya setiap 6-12 jam selama '17 hari terakhir. tara lain karena onset yang lambat, tanda klinis dini
Kombinasi kedua obat tersebut lebih efektif dari- yang tidak jelas, dan prolesi kedokteran tidak me-
pada penggunaan salah satu saja, Berbeda dengan ngenal penyakit tersebut.
CaNazEDTA dan dimerkaprol, penisilamin elektif
secara oral, dan dapat ditambahkan dalam regimen
pengobatan dengan dosis empat kali 250 mg sehari JENIS DAN SUMBER MERKURI
selama 5 hari. Pada terapi jangka panjang, dosis
tidak boleh melebihi 40 mg/kgBB per hari. Ada tiga bentuk utama Hg yang harus dibeda-
Keracunan Pb pada anak lebih berbahaya kan yaitu uap Hg (unsur Hg), garam Hg, dan Hg
daripada orang dewasa, terutama karena tingginya organik. Unsur Hg ialah Hg anorganik yang paling
lrekuensi kejadian ensefalopati. Angka kematian mudah menguap. Pajanan manusia terhadap uap
Pb-ensefalopati yang tidak diobati dan berat bisa Hg sudah lama dikenal dan sebagian besar dise-
mencapai 65%, dan pada penderita yang bertahan babkan oleh jenis pekerjaan seseorang. Pajanan
hidup, umumnya ditemukan gejala sisa pada sistem kronis Hg dalam udara ialah akibat kontaminasi
saraf. Rawat inap dianjurkan untuk setiap anak de- yang tidak disengaja dalam ruangan berventilasi
ngan simtom keracunan Pb atau anak dengan ka- buruk, misalnya dalam laboratorium penelitian.
dar Pb darah 0,8 ppm atau lebih. Dengan demikian Garam Hg terdapat dalam bentuk garam mo-
pajanan dapal diakhiri, dan perhatian dapat dicu- novalen dan divalen. HgClz (kalomel) yang dahulu
rahkan untuk mmantau dengan crmat dan mela- diindikasikan sebagai obat cacing, masih terdapat
kukan terapi suportif. dalam sejumlah krim kulit sebagai antiseptik,
Terapi dengan kelator jangka panjang untuk Garam Hg merupakan iritan dan racun yang sangat
penderila dengan residual encephalopathy alau kuat dari logam tersebut. Hg (NOz)2 merupak4n
dengan kadar Pb darah melebihi 0,6 ppm dan de- bahaya umum dalam industri topi laken lebih dari
ngan gambaran deposit tulang Pb yang jelas secara 400 tahun yang silam. Kelainan neurologis dan ting-
ra-diogralis, paling praktis dengan pemberian peni- kah laku teriadi akibat pajanan di tempat kerja ter-
silamin oral maksimum 40 mg/kgBB per hari. Harus sebut. Hg Cl2, yang pernah digunakan sebagai anti-
diingat bahwa penisilamin dapat meningkatkan ab- septik juga digunakan untuk tujuan bunuh diri.
sorpsi Pb dari saluran cerna maka menghindari Garam merkuri masih digunakan dalam industri,
pajanan Pb ialah sangat penting. dan limbah industri ke sungai telah mencemari ling-
Pengobatan keracunan Pb organik bersifat kungan hidup. Merkuri anorganik di industridiguna-
simtomatik. Pemberian kelator akan meningkatkan kan untuk memproduksi kloralkali dan alat elektro-
sedikit ekskresi Pb anorganik yang dihasilkan dari nik;juga untuk pembuatan plastik, fungisida, germi-
metabolisme Pb organik. sida dan lanaman lormula amalgam dalam kedok-
teran gigi.
Hg organik yang digunakan dewasa ini me-
2.2. MERKURI ngandung merkuri dengan satu ikatan kovalen de-
ngan atom karbon. lni merupakan suatu kelompok
Merkuri (Hg) merupakan obat penting selama senyawa heterogen, dan masing-masing rnempu-
berabad-abad, yailu sebagai diuretik, antibakteri, nyai kemampuan yang berbeda untuk menghasil-
antiseptik, salep kulit, dan laksan. Sekarang ini kan efek toksik. Garam alkilmerkuri paling berba-
obat yang lebih efektil dan spesilik telah menggan- haya dari kelompok senyawa ini, terutama metil-
tikan Hg, sehingga keracunan merkuri dari obat merkuri. Garam ini digunakan sebagai lungisida
berkurang, namun keracunan merkuri dari pence- dan dapat menimbulkan efek toksik pada manusia.
maran lingkungan semakin menonjol. Kadar Keracunan merkuri pada manusia akibat konsumsi
merkuri di udara, tanah dan air telah meningkat biji bibit gandum bermerkuri telah terjadi di lrak,
karena : (1) penggunaan bahan bakar losil yang Pakistan, Ghana dan Guatemala selama musim
Logam Berat dan Antagonis 787

rontok tahun 1971 . lrak telah mengimpor sejumlah lase dalam eritrosit, Disposisi uap merkuri sama
besar biji gandum yang diawetkan dengan metil dengan garam Hg tetapi karena uap merkuri lebih
merkuri dan mendistribusi biji gandum tersebut cepat melinlasi membran maka sejumlah besar uap
untuk ditanam pada masa tanam musim semi. Mes- merkuri telah memasuki otak sebelum dioksidasi
kipun sudah diberi peringatan resmi, biji gandum sehingga toksisitasnya terhadap SSP lebih besar
tersebut digiling menjadi tepung dan selanjutnya daripada bentuk divalennya.
dibuat roti. Akibatnya, 6530 orang dirawat di rumah Garam Merkuri Anorganik. Garam merkuri yang
sakit dan 500 orang meninggal. larut (Hg2*) memasuki sirkulasi bila diberikan seca-
Penyakit Minamata juga disebabkan oleh ra oral. Absorpsi melalui usus kira- kira 10%, se-
metilmerkuri. Minamata ialah sebuah kota kecil di jumlah besar Hg2* tetap terikat pada mukosa usus
Jepang, tempat sebuah pabrik kimia yang besar dan isi usus. Senyawa merkuri anorganik yang tidak
menuang limbahnya langsung ke Teluk Minamata. dapat larut, seperti kalomel (HgClz), bisa menga-
Pabrik kimia tersebut menggunakan merkuri anor- lami oksidasi menjadi senyawa yang larut yang
ganik sebagai katalisator, dan sebagian telah dime- lebih mudah diabsorpsi. Distribusi merkuri anor-
tilasi sebelum disalurkan ke leluk tadi, Di samping ganik sangat tidak seragam. Kadar tertinggi Hg2*
itu, mikroorganisme mengubah merkuri anorganik ditemukan dalam ginjal dan bertahan lebih lama
menjadi metilmerkuri yang kemudian diambil oleh daripada di jaringan lain. Kadar merkuri anorganik
plankton algae dan selanjutnya terkumulasi dalam dalam darah sama tinggi dengan dalam plasma. Hg
ikan lewat rantai makanan. Penduduk Minamata anorganik sukar melewati sawar darah-otak atau
yang mengkonsumsi ikan dalam jumlah besar men- plasenta. Logam ini diekskresi melalui urin dan tinja,
jadi korban pertama. Dilaporkan 121 orang meng- tetapi ekskresi melalui tinja lebih penting. Masa
alami keracunan dan 46 orang meninggal. Di Ame- paruhnya pada manusia kira-kira 60 hari.
rika Serikat, keracunan serupa teriadi akibat makan
daging babi yang diberi makan biji-bijian yang di- Merkuri Organik. Hg organik diabsorpsi lebih leng-
awetkan dengan lungisida Hg organik. kap melalui usus daripada garam anorganik karena
Hg organik lebih larul dalam lemak dan kurang
korosif terhadap mukosa usus. Lebih dari 90% me-
KIMIA DAN MEKANISME KERJA tilmerkuri diabsorpsi melalui saluran @rna manu-
sia. Hg organik melintasi sawar darah otak dan
Merkuri mudah membentuk ikatan kovalen de- plasenta sehingga elek neurologis dan teratogenik
ngan sulfur, dan silat inilah yang mendasari sebagi- lebih nyata daripada yang disebabkan oleh garam
an besar efek biologisnya. Apabila sullur terdapat anorganik, Hg organik didistribusi ke seluruh jaring-
dalam bentuk sullhidril, maka merkuri divalen an lebih merata daripada garam anorganik. SebagF
menggantikan atom hidrogen membentuk merkap- an besar Hg organik terdapat dalam eritrosit. Rasio
tida, X-Hg-SH dan Hg (SR)z; X menunjukkan suatu kadar Hg organik dalam eritrosit dengan kadarnya
radikal elektronegatil dan R ialah protein. Hg orga- dalam plasma berbeda tergantung dari bentuk se-
nik membentuk merkaptida tipe BHg-SR'. Akibat- nyawa, untuk metilmerkuri ialah 2O : 'l . lkatan kar-
nya aktivitas enzim sullhidril tqrhambat sehingga bon-merkuri dari beberapa Hg organik terurai sete-
metabolisme dan fungsi sel terganggu. Alinitas mer- lah diabsorpsi. Penguraian ini sangat lambat pada
kuri terhadap tiol merupakan dasar pengobatan ke- metilmerkuri, dan Hg anorganik yang terbentuk
racunan merkuri dengan dimerkaprol dan penisi- iidak toksik. Arilmerkuri, misalnya merkurofen mem-
lamin. Merkuri mengikai ligan lain, yaitu fosforil, punyai ikatan merkuri-karbon yang labil, dan toksi-
karboksil, amida dan amin, sitas senyawa ini serupa dengan toksisitas Hg anor-
ganik. Ekskresi metilmerkuri terutama melalui tinja;
FARMAKOKINETIK kurang dari 10o/o melalui urin. Waktu paruh biologis
metilmerkuri pada manusia kira-kira 65 hari.
Unsur merkuri. Unsur merkuri tidak toksik bila ter-
makan karena absorpsi dari saluran cerna sangat
rendah dan Hg dalam bentuk ini fidak bereaksi TOKSISITAS
dengan molekul penting secara biologis. Uap mer-
kuri yang terhirup diserap seluruhnya oleh paru dan Unsur Merkuri. Pajanan akut terhadap uap merkuri
dioksidasi menjadi kation merkuri divalen oleh kata- bisa menyebabkan gejala dalam beberapa jam be-
788 Farmakologi dan Terapi

rupa rasa lemah, menggigil, rasa logam, mual, mun- kronis terhadap ion merkuri anorganik. Sindrom ak-
tah, diare, batuk dan sesak napas. Toksisitas paru rodinia berupa eritem ekstremitas, dada dan wajah,
bisa berkembang menjadi pneumonia interstisial dengan fotolobia, diaforesis, mual, takikardi, dan
disertai gangguan lungsi paru berat. Penyembuhan sembelit atau diare. Kompleks gejala ini terlihat
umumnya sempurna tetapi librosis interstisial resi- secara ekslusif akibat termakannya merkuri dan
dual dapat terjadi. Pajanan kronis terhadap uap diduga merupakan reaksi hipersensivitas lerhadap
merkuri menyebabkan toksisitas yang timbul lambat merkuri.
terutama gejala neurologis yang disebut sindrom
vegetatif astenik. Sindrom ini terdiri dari gejala neu-
rastenik ditambah tiga atau lebih gejala berikut : Hg Organik. Kebanyakan data toksikologi Hg orga-
peningkatan ambilan yodium radioaktil oleh kelen- nik pada manusia menyangkut metilmerkuri seba-
jar tiroid, takikardi, nadi labil, gingivitis, dermogralia gai akibat pajanan lidak disengaja. Gejala pajanan
dan peningkatan merkuri dalam urin. Pajanan yang metilmerkuri sebagian besar bersilat neurologis se-
lerus menerus menimbulkan tremor dan perubahan perti gangguan penglihatan (skotoma dan penyem-
psikologis misalnya deprpsi, iritabilitas, rasa malu pitan medan penglihatan), ataksia, parestesia,
berlebihan, insomnia, emosi labil, pelupa, bingung neurastenia, kehilangan pendengaran, disartri, ke-
dan gangguan vasomotor (perspirasi berlebihan munduran mental, tremor, gangguan motorik,
dan kemerahan di wajah) keseluruhan gejala ini paralisis dan kematian. Daerah otak yang sangat
disebut eretism. Ciri umum intoksikasi uap merkuri peka terhadap efektoksik metilmerkuri ialah korteks
ialah hipersalivasi dan gingivitis. Trias gejala yaitu serebri (terutama korteks visual) dan lapisan granu-
eksitabilitas yang meningkat, tremor dan gingivitis lar serebelum. Elek metilmerkuri pada letus dapat
merupakan manifeslasi utama pajanan uap merkuri terjadi walaupun ibunya asimtomatik, yailu berupa
pada industri topi bulu laken yang menggunakan kemunduran pental dan gangguan neuromuskular.
Hg-nitrit. Pernah dilaporkan dislungsi ginjal karena
pajanan kronis terhadap uap merkuri. DIAGNOSIS KERACUNAN MERKURI. Riwayat
pajanan lerhadap merkuri sangat menolong dalam
Garam Merkuri Anorganik. Merkuri anorganik dan diagnosis keracunan merkuri. Tanpa adanya riwa-
ionik (misalnya, merkuri klorida) dapat menyebab- yat serupa itu, kecurigaan klinik harus dikonfirmasi
kan toksisitas akut berat. Pengendapan protein dengan analisis laboratorium. Batas tertinggi mer-
selaput lendir akibat garam merkuri mengakibatkan kuri dalam darah ialah 0,03-0,04 ppm. Kadar
warna mulut, faring, dan saluran cerna keabu-abu- merkuri dalam darah di atas 0,04 ppm harus diang-
an disertai nyeri hebal dan muntah. Muntah ini gap abnormal pada orang dewasa. Karena melil-
bersilat protektil karena menyingkirkan merkuri dari merkuri terkumpul dalam eritrosit dan merkuri anor-
lambung. Elek korosif Hg anorganik pada mukosa ganik tidak, maka distribusi merkuri total antara
usus menyebabkan hematochezia yang ditandai eritrosit dan plasma merupakan petunjuk yang
dengan mukosa lepas dalam tinja. Syok hipovo- membedakan kerqcunan Hg anorganik atau orga-
lemik dan kematian biasanya diakibatkan oleh tin- nik. Pengukuran merkuri total dalam eritrosit mem-
dakan yang tidak tepat. Elek lokal ini sebenarnya berikan perkiraan yang lebih baik untuk kandungan
mudah diatasi dengan tindakan korektil dimulai da- metilmerkuri dalam tubuh daripada untuk kandung-
lam beberapa jam setelah pajanan merkuri dan an Hg anorganik. Hubungan antara kadar merkuri
berlangsung beberapa hari. Rasa logam diikutioleh dalam darah dan lrekuensi beberapa gejala kera-
stomatitis dengan iritasi gingiva, pernapasan ber- cunan metilmerkuri dapat dilihat pada Tabel 53-1.
bau dan goyahnya gigi. Elek sistemik paling serius Kadar merkuri dalam plasma merupakan indeks
dan paling sering terjadiakibat Hg anorganik ialah yang lebih baik dari kandungan merkuri anorganik,
toksisitas renal. Terjadi nekrosis tubuli ginjal disertai namun tidak ada dokumentasi tentang hubungan
oliguria atau anuria; namun kerusakan glomerular antara kandungan merkuri dalam tubuh dan kadar
lebih menonjol. Hal ini disebabkan oleh efek lang- Hg anorganik dalam plasma. Hubungan antara ka-
sung merkuri pada membran basal glomerulus dan dar Hg anorganik dalam darah dan toksisitasnya
efek tidak langsung yang diperantarai oleh kom- tergantung dari bentuk pajanan. Misalnya pajanan
pleks imun. Kerusakan ginjal umumnya terjadi aki- uap merkuri mengakibatkan kadar dalam otak kira-
bat pajanan kronis Hg anorganik, Sindrom akro- kira sepuluh kali lebih tinggi daripada kadar akibat
dinia (pink dr'sease) umumnya juga akibat palanan pajanan garam Hg anorganik dengan dosis sama.
Logam Berat dan Antagonis 789

Tabel 53-1. HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI GEJALA KERACUNAN METILMEBKURI DENGAN KAOAR
MERKURI DALAM DARAH

Kadar merkuri Kasus dengan gejala (%)


dalam darah
(ps/ml) Parestesia Ataksia Gangguan Disartri Gangguan Meninggal
penglihatan pendengaran

0,1 - 0,5 5 0 0 5 00
0,5 - 1,0 42 11 21 5 5 0

1,0 - 2,0 60 47 53 24 5 0

2,0 - 3,0 79 60 56 25 13 0
3,0 - 4,0 82 100 58 75 36 17
4,0 - 5,0 100 100 83 85 66 28

Kadar merkuri dalam urin juga digunakan se- lologis sangat penting dalam pajanan oral moderat
bagai ukuran kandungan merkuri dalam lubuh. hingga berat. Emesis harus dilakukan jika penderita
Batas tertinggi untuk ekskresi merkuri dalam urin sadar. Bilas lambung dapat dilakukan sebagai alter-
pada orang normal ialah 25 pg/L. Terdapat sualu natif. Karbon aktif dan magnesium sullat (katartik)
hubungan linear antara kadar dalam plasma dan diberikan untuk membatasi absorpsi lebih lanjut.
ekskresi merkuri dalam urin setelah pajanan uap Terapi kelasi dengan dimerkaprol digunakan
merkuri. lni terbukti pada pekerja sebuah pabrik secara rutin untuk mengobati keracunan merkuri
kloralkali yang mengalami lremor bila kadar dalam anorganik atau unsur Hg. Dosis dimerkaprol yang
urin mencapai 500 pg/L. Tetapi, ekskresi merkuri dianjurkan ialah 5 mg/kgBB, yang disusul dengan
dalam urin bukan merupakan indikator bagi jumlah 2,5 mg/kgBB secara lM setiap 12iam selama 10
metilmerkuri dalam darah, karena metilmerkuri hari. Penisilamin 250 mg secara oral setiap 6 jam
sebagian besar dieliminasi dalam tinja. bisa digunakan sendiri atau selanjutnya dikombina-
Rambut kaya akan gugus sulfhidril, dan kadar sikan dengan dimerkaprol. Kemajuan hasil terapi
merkuri dalam rambut kira-kira 300 kali kadarnya dapat dipantau dengan mengukur kadar merkuri
dalam darah. Pertumbuhan rambut yang paling dalam urin dan darah.
akhir mencerminkan kadar merkuri mutakhir dalam Hemodialisis boleh jadi diperlukan pada pa-
darah. Rambut manusia tumbuh kira-kira 20 cm sien keracunan dengan penurunan lungsi ginial.
setahun, dan riwayat mengenai pajanan dapat di- Dalam hal ini kelator masih bisa digunakan, karena
peroleh dengan analisis segmen rambut yang ber- kompleks dimerkaprol-merkuri dapat dikeluarkan
beda, dengan cara dialisis.
PENGOBATAN KERACUNAN MERKURI. Pengu- Merkuri Organik. Merkuri organik berantai pendek,
kuran kadar merkuri dalam darah harus dilakukan terutama metilmerkuri adalah bentuk merkuri paling
secepat mungkin setelah adanya keracunan logam sulit untuk dikeluarkan dari tubuh, diduga karena
tersebut. sukar diikat oleh kelator. Dimerkaprol dikontrain'
Uap Unsur Merkuri. Tindakan terapeutik menca-
dikasikan pada keracunan metilmerkuri karen3
dimerkaprol terbukti meningkatkan kadar metilmer-
kup : segera mengakhiri pajanan dan memberi per-
kuri pada hewan coba. Penisilamin memudahkan
hatian khusus terhadaplungsi paru. Bantuan napas
ekskresi metilmerkuri dari tubuh, tetapi hasil terapi
mungkin diperlukan secara akut. Terapi kelasi se-
perti pada keracunan Hg anorganik hendaknya di- keracunan metilmerkuri dengan penisilamin tidak
memuaskan. Penisilamin dengan dosis yang biasa
mulai segera dan dilaniutkan sesuai dengan kondisi
digunakan untuk mengobati keracunan Hg anor-
klinis dan kadar merkuri dalam darah/urin.
ganik, hanya menghasilkan sedikit penurunan ka-
Merkuri Anorganik. Tindakan segera lerhadap ke- dar metilmerkuri dalam darah; diperlukan dosis
seimbangan cairan dan elektrolit dan status hema- yang lebih besar (2 g per hari) pada keracunan Hg
790 Farmakologi dan Terapi

organik. Hemodialisis konvensional tak berarti CHe-SH CHe-\^


l
dalam pengobatan keracunan metilmerkuri, karena I | 5_:
metilmerkuri terkumpul dalam eritrosit dan hanya CHe CHz )As-R + HzO
sejumlah kecil yang terdapat dalam plasma, I
cH-sH + R-AS=O
|
cH'-s'
I - I
(P*ao (CHe)a
I I
cooH cooH
2.3. ARSEN

Arsen (As) digunakan lebih dari 2400 tahun


yang lampau di Yunani dan Roma sebagai racun FARMAKOKINETIK
dan untuk pengobatan. Sekarang As hanya penting Absorpsi As organik sebagai obat melalui
dalam pengobatan penyakit tropis tertentu. Di Ame- usus bervariasi. Distribusinya tergantung dari lama
rika Serikat dampak As atas kesehatan sangat me- pemberian dan jenis As. Sebagian besar As disim-
nonjol akibat pajanan dari industri dan lingkungan. pan dalam hati, ginjal, jantung dan paru. Karena
Arsen dijumpai dalam tanah, air dan udara. Unsur tingginya kandungan sulfhidril dalam keratin, kadar
As ditemukan sebagai hasil sampingan dari pele- As yang tinggi dijumpai dalam rambut dan kuku.
buran tembaga, timah, seng dan logam lainnya. lni Pengendapan dalam rambut dimulai 2 minggu sete-
dapat mengakibatkan dilepasnya As ke lingkungan. lah pemberian, dan As tetap utuh pada tempat ini
Arsen kadang-kadang digunakan sebagai bahan selama bertahun-tahun. Arsen juga diendapkan
tambahan pada makanan unggas dan hewan ter- dalam tulang dan gigi untukwaktu yang lama. Arsen
nak lainnya untuk meningkatkan pertumbuhan. dieliminasi melalui tinja, urin, keringat, ASl, rambut,
Sumber utama pajanan As di lingkungan kerja ada- kulit dan paru, Pada manusia sebagian besar As
lah dari pabrik pembuat herbisida dan pestisida dikeluarkan melalui urin. Masa paruh untuk ekskresi
yang mengandung As. Jumlah As yang dikonsumsi As dalam urin adalah 3-5 hari.
manusia rata-rata per hari ialah 300 pg. Hampir
semua jumlah ini ditelan bersama makanan dan air. FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI
Pada umumnya, toksisitas As meningkat dengan
urutan sebagai berikut : As organik < AsS* < Asg* < Sistem Kardiovaskular. Dosis kecil As anorganik
arsin (AsHs). menyebabkan vasodilatasi ringan. Dosis lebih
besar menyebabkan dilatasi kapiler dan meningkat-
nya permeabilitas kapiler yang paling nyata di
daerah splanik, sehingga bisa terjadi lransudasi
MEKANISME KERJA plasma dan penurunan volume intravaskular. Keru-
sakan miokard dan hipotensi muncul kemudian.
Arsenat adalah suatu uncoupler pada proses Kelainan EKG bisa berlangsung terus selama ber-
loslorilasi oksidatil mitokondria. Kerjanya dihubung- bulan-bulan setelah penyembuhan intoksikasi akut.
kan dengan substitusi kompetitif arsenat dengan Saluran Cerna. Dosis kecil As anorganik, terutama
loslat anorganik sehingga terbentuk ester arsenat senyawa trivalen, menyebabkan hiperemia splanik
yang cepat dihidrolisis. Proses ini disebut arseno- ringan. Transudasi kapiler plasma, yang diakibat-
lisis. kan oleh dosis lebih besar, menimbulkan vesikel
Arsen trivalen, termasuk arsenit anorganik, pada mukosa saluran cerna. Vesikel pecih dan
terulama mengikat gugus sullhidril. Dengan demi- epitel terlepas, plasma keluar ke lumen usus dan
kian As trivalen menghambat enzim yang mengan- mengental. Adanya kerusakan jaringan dan elek
dung gugus -SH. Sistem piruvat dehidrogenase ter- katartik akibat cairan yang meningkat dalam lumen
ulama sensitif terhadap As trivalen karena interak- usus menyebabkan peristalsis meningkat dan diare
sinya dengan dua kelompok sullhidril dari asam seperti air cucian beras. Prolilerasi epitel normal
lipoat akan membentuk cincin stabil seperli tampak ditekan, sehingga meningkatkan kerusakan. Akhir-
pada reaksi di bawah ini : nya kerusakan pada saluran cerna mengakibatkan
hematemesis dan melena.
Logam Bent dan Antagonis 791

Ginjal. Arsen bisa menyebabkan kerusakan pem- Karsinogenesis dan teratogenesis. Arsen me-
buluh kapiler ginjal, tubulidan glomeruli. Yang dipe- nyebabkan putusnya kromosom pada kultur leuko-
ngaruhi mula-mula adalah glomeruli sehingga ter- sit manusia dan bersilat teratogenik pada hamster.
jadi proteinuria. Kemudian terjadi berbagai tingkat Banyak sekali bukti epidemiologis yang menyata-
nekrosis tubular dan degenerasi. Oliguria disertai kan bahwa penggunaan air minum yang mengan-
proteinuria, hematuria dan silinderuria sering di- dung As secara rnenahun atau pajanan kronis ter-
sebabkan oleh pajanan As. hadap As anorganik yang ditemukan pada cairan
penyemprot kebun anggur atau untuk memandikan
Kulit. Secara akut, As bersifat vesikan (menimbul-
biri-biri, rnerupakan predisposisi terjadinya karsino-
kan vesikel) mengakibatkan nekrdsis dan pengelu-
ma skuamosa intraepidermis dan karsinoma basa-
pasan kulit. Arsen anorganik dosis rendah yang
lis. Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa penggu-
lermakan secara kronis menyebabkan vasodilatasi
naan kronis larutan Fowler (K-arsenit) untuk psoria-
kulit, hiperkeratosis, terutama pada lelapak tangan
dan tumit, d:n hiperpigmentasi pada tubuh, kaki
sis atau penyakit kulit lainnya dapat berakibat
kanker kulit. Di kalangan orang yang bekerja de-
dan tangan. Akhirnya menyebabkan atrofi, dege-
ngan logam terdapat korelasi kuat antara kanker
nerasi dan mungkin kanker kulit. Erupsi kulit lazirn
paru dengan intensitas dan lamanya pajanan terha-
pada penderita yang menerima pengobatan As
dap As. Hemangiosarkoma ditemukan pada peker-
anorganik.
ja kebun anggur yang terpajan As secara kronis.
Sistem Saraf, Pajanan kronis terhadap As anorga-
nik bisa menyebabkan neurilis perifer. Pada kasus
berat, medula spinalis bisa terkena. Setelah As
anorganik termakan secara akut dengan dosis tok-
sik, kira-kira 5% penderita mengalami depresi sen- KERACUNAN ARSEN AKUT
lral tanpa gejala saluran cerna. Gejala neurologis
Peraturan pemerintah mengurangi kandung"
mencakup sakit kepala berat, kantuk, bingung, de-
mam, kejang dan koma. Kelemahan otot juga terjadi an As yang diperbolehkan pada makanan dan ling-
pada kaki dan tangan, dan bila pajanan berlanjut, kungan pekerjaan, telah meningkatkan segi ke-
relleks tendo berkurang dan teriadi atroli otot. Ke- amanan dan menurunkan jumlah intoksikasi serta
lainan serebral trutama karena gangguan vaskular jumlah penggunaan As. Tetapi produksi herbisida
yang terjadi pada substansia grisea dan alba beru- yang mengandung As ttap meningkat. Timbulnya
pa lokus nekrosis hemoragi yang multipel dan keracunan As akibat kecelakaan, homisid dan bu-
simetris. nuh diri telah menurun dalam dasawarsa terakhir
ini. Dahulu AseOo menjadi penyebab umum kera-
Darah. Arsen anorganik mempengaruhi sumsum
cunan karena banyak tersedia, tidak mempunyai
tulang dan mengubah komposisi sel darah. Eva-
rasa, dan berbentuk seperti gula.
luasi hematologis biasanya mengungkapkan ane-
Gejala awal keracunan As akut ialah rasa tidak
mia dengan leukemia ringan sampai moderat; eosi-
enak dalam perut, bibir rasa terbakar, penyempitan
nofilia bisa juga dijumpai. Anisositosis menjadi
nyata dengan pajanan yang meningkat terhadap tenggorokan dan susah menelan, disusul oleh nyeri
As. Vaskularisasi sumsum tulang meningkat. Se- lambung hebat, muntah proyektil dan diare berat.
jumlah kasus agranulositosis pernah dilaporkan di- Gejala lain ialah oliguria, proteinuria, hematuria dan
sebabkan oleh glikobiarsol. anuria. Penderita sering mengeluh kejang otot ske-
let dan haus, Jika kehilangan cairan terus berlanjul,
Hati. Arsen anorganik dan sejumlah As organik akan timbul syok. Kejang hipoksik dapat terjadi
sangat toksik terhadap hati dan menyebabkan infil-
dalam lase lanjut, berakhir dengan koma dan ke-
trasi lemak, nekosis sentral dan sirosis hepatis.
matian.
Dosis terapi obat tripanosoma, triparsamid, dapat
Dengan pengobatan yang tepat dan cepat,
menyebabkan kerusakan hati ringan sampai berat.
penderita dapat bertahan melewati fase akut de-
Kerusakan umumnya terjadi pada parenkim hati,
ngan gejala sisa neuropati serta gangguan lainnya.
tetapi pada beberapa kasus gambaran klinis sangat
mirip dengan obstruksi saluran empedu. Kelainan Pernah dilaporkan dari suatu penelitian terhadap 57
utama berupa perikolangitis dan trombi empedu pasien, 37 mengalami neuropati perifer dan 5 orang
dalam saluran empedu yang lebih kecil. mengalami enselalopati.
792 Farmakolqi dan Terapi

KERACUNAN ARSEN KRONIS dariS% kadmium yang mengalami daur ulang. Batu
bara dan bahan bakar fosil lainnya mengandung
Tanda dini keracunan As kronis yang paling
kadmium, dan pembakaran benda ini melepaskan
umum ialah kelemahan dan nyeri otot, pigmentasi
unsur kadmium ke dalam lingkungan. Pekerja pada
kulii, hiperkeratosis dan udem. Gejala lain ialah
tempat peleburan dan pabrik pengolahan logam
napas dan keringat bau bawang putih, hipersalivasi,
lainnya dapat terpajan kadmium kadar tinggi di
hiperhidrosis, stomatitis, coryza, lakrimasi, pares-
udara; namun bagi kebanyakan penduduk, yang
tesia, gatal, dermatitis, vitiligo dan alopesia. Dapat
paling utama ialah pada kontaminasi makanan.
pula terjadi hepatomegali, obstruksi saluran em-
Bahan makanan yang tidak tercemar mengandung
pedu, gangguan tungsi ginjal, neuritis perifer, en-
sefalopati dan kerusakan sumsum tulang.
kadmium ku:rang dari 0,05 pg per gram berat
basah, dan jumlah asupan rata-rata per hari kira-
PENGOBATAN KERACUNAN ARSEN. Setetah kira 50 pg. Air minum biasanya lidak memberikan
pajanan akut terhadap As, maka tindakan suportif tambahan yang berarti dalam kadmium, telapi rokok
perlu diambil untuk menstabilkan penderita dan sebaliknya. Setiap batang rokok mengandung 1
mencegah penyerapan racun lebih lanjut. Perhatian sampai 2 pg kadmium. Walaupun absorpsi kad-
khususnya diarahkan untuk mengoreksi volume mium melalui paru 1Oo/o, mengisap satu bungkus
cairan intravaskular, karena eleknya terhadap rokok per hari berarti mengkonsumsi kira-kira 1 mg
saluran cerna dapat mengakibatkan syok hipovole- kadmium per tahun. Kerang serta hati dan ginjal
mik yang latal. Untuk memperbaiki hipotensi diper- hewan merupakan bahan makanan yang mengan-
lukan cairan infus dengan obat yang menaikkan dung kadmium melebihi 0,05 pg/g. Bila beras dan
tekanan darah, misalnya dopamin. Terapi kelasi gandum terkontaminasi kadmium dalam tanah dan
harus dimulai dengan dimerkaprol 3 mg/kgBB lM air, maka kidar kadmium bisa meningkat secara
tiap 4 jam sampai gejala abnominal reda. Peng- mencolok (1 f,S/S). Di Fuchu, Jepang setelah
obalan dilanjutkan dengan penisilamin 4 x 250 Perang Dunia ll, sejumlah besar orang menderita
mg/hari secara oral selama 4 hari berikutnya. Jika nyeri reumatik dan otot, penyakit lersebut diberi
gejala berulang kembali setelah dihentikannya tera- nama itai-itai (ouch-ouch). Kemudian diketahui bah-
pi kelasi, maka dapat dilakukan pemberian ulang wa kadmium yang berasal dari limbah sebuah
penisilamin. pabrik pengolahan Pb-seng telah mencemari
Keracunan As kronis dapat diobati dengan sawah setempat.
dimerkaprol dan penisilamin, tetapi penisilamin per
oral saja biasanya sudah cukup. Dialisis ginjal
FARMAKOKINETIK
mungkin diperlukan pada nelropati arsen berat; ke-
berhasilan dengan cara dialisis ini pernah dilapor-
Kadmium sukar diabsorpsi dari saluran cerna.
kan.
Absorpsinya pada hewan coba kira-kira 1,5%, dan
pada manusia kira-kira 5%. Absorpsi kadmium me-
2.4. KADMIUM lalui saluran napas para perokok anlara 1O- 4Oo/0.
Selanjutnya kadmium diangkut dalam darah, seba-
Kadmium merupakari logam toksik yang pen- gian besar terikat pada eritrosit dan albumin. Sele-
ting saat ini. Dalam alam, kadmium tercampur de- lah distribusi, kira- kira 50% darijumlah kadmium
ngan seng dan Pb; ekstraksi serta pengolahan ke- dalam tubuh ditemukan pada hati dan ginjal. Waktu
dua logam terakhir ini sering menyebabkan pen- paruh kadmium dalam tubuh berkisar antara 10-30
cemaran lingkungan oleh kadmium. Unsur kad- tahun. Eliminasi kadmium melalui leses secara
mium ditemukan dalam tahun 181 7, tetapi baru kuantitatil lebih penting daripada melalui urin.
digunakan kira-kira 50 tahun yang lalu. Resistensi
yang tinggi terhadap korosi, silat elektrokimiawi KERACUNAN KADMIUM AKUT
yang berharga, dan silat kimiawi yang bermanlaat
lainnya menyebabkan kadium digunakan secara Keracunan akut biasanya terjadi karena
luas dalam electroplating dan galvanisasi, dalam menghirup debu dan asap yang mengandung kad-
pembualan plastik, warna cat (kuning) dan baterai mium (kadmium oksida), dan garam kadmium yang
nikel-kadmium. Pencemaran lingkungan dengan termakan, Elek toksik dini disebabkan oleh pera-
kadmium akan bertambah karena hanya kurang dangan setempat. Kadmium yang termakan akan
Logam Berat dan Antagonis 793

menimbulkan mual, muntah, salivasi, diare dan kalsium dan vitamin larut-lemak seperti vitamin D
kejang perut. Secara akut, kadmium lebih toksik bila jauh lebih tinggi di negara ini daripada di Jepang.
dihirup. Tanda dan gejala yang timbul dalam waktu Korban di Jepang kebanyakan terdiri dari wanita
beberapa jam meliputi peradangan saluran napas multipara dan pascamenopause. Jadi, mungkin ter-
atas, sakii dada, mual, pusing dan diare, Toksisitas dapat suatu interaksi antara kadmium, gizi dan pe-
bisa berkembang menjadi udem paru atau rnfi- nyakit tulang. Penyimpanan kalsium dalam tulang
sema residual dengan librosis peribronkial dan peri- menurun pada orang yang terpajan kadmium' Elek
vaskular. kadmium ini bisa disebabkan oleh gangguan ter-
hadap pengaturan ginjal atas keseimbangan kal-
sium dan fosfat.
KERACUNAN KADMIUM KRONIS
Testis. Nekrosis testikuler terjadi pada hewan coba
Efek toksik pajanan kronis kadmium agak ber- dengan pajanan akut kadmium; tetapi hal ini tidak
beda, tergantung dari caranya masuk tubuh. Ginjal ditemukan pada manusia.
terkena akibat pajanan melalui paru atau saluran
PENGOBATAN KERACUNAN KADMIUM' TETA-
cerna. Efek yang berarti pada paru hanya ierlihat
pi efektif untuk keracunan kadmium sukar dilaku-
setelah adanya pajanan lewat jalan napas.
kan. Setelah penghirupan akut, penderita harus
Ginjal. Kadar kadmium 200 Fg/g ginjal, akan me- dipindahkan dari sumber kadmium dan ventilasi
nyebabkan cedera ginjal; ada kemungkinan bahwa paru harus dipantau dengan cermat. Napas buatan
metalotionein sebagai pengikat kadmium, melin- dan terapi steroid mungkin diperlukan' Terapi kelasi
dungiginjal pada kadar kadmium yang lebih rendah' dengan CaNazEDTA umumnya diberikan, meski-
Protenuria disebabkan oleh cedera tubuli proksi- pun tidak terbukti bermanfaat. Dimerkaprol dikon-
mal. Pengukuran pz-mikroglobulin dalam urin meru- traindikasikan karena obat ini meningkatkan nefro-
pakan petunjuk paling peka terhadap nefrotoksi- toksisitas. Hal tersebut mungkin karena kadmium
sitas kadmium. Pada pajanan kadmium berat, ter- didistribusi ke tempat yang sukar dicapai oleh
jadi cedera glomeruli, berkurangnya liltrasi serta kelator.
timbulnya aminoasiduria, glikosuria dan proteinuria.
Silat cedera glomeruli tersebut tidak diketahui tetapi
mungkin melibatkan suatu komponen autoimun. 2.5. BESI

Paru. Sesak napas merupakan keluhan yang paling Meskipun besi bukan suatu racun lingkungan'
sering terjadi karena emfisema dan fibrosis paru. garam besi yang digunakan untuk mengobati ane-
Patogenesisnya tidak diketahui, namun secara spe- mia kekurangan besi sering merupakan sumber
silik kadmium menghambat sintesis o1-antitripsin keracunan yang tidak disengaja pada anak' Pem-
plasma; dan terdapat asosiasi antara delisiensi ot-
bahasan tentang keracunan besi akut dapat dilihat
antitripsin bawaan yang berat dengan emfisema
dalam Bab 50.
pada manusia.

Sistem Kardiovaskular. Peran kadmium dalam


menyebabkan hipertensi sangat kontroversial. Pe-
2.6. LOGAM BERAT RADIOAKTIF
nelitian awal yang bersilat epidemiologis memperli-
hatkan bahwa orang yang meninggal karena hiper-
tensi mengandung kadmium lebih tinggi dan rasio Meluasnya produksi dan penggunaan logam
kadmium seng lebih tinggi dalam ginjal dibanding- berat radioaktif untuk pembangkit listrik tenaga nuk-
kan dengan orang yang meninggal karena sebab lir, senjata nuklir, riset laboratorium, industri dan
lain. Namun demikian, hipertensi tidak menoniol diagnosis medis menimbulkan masalah dalam ke-
pada keracunan kadmium dalam industri. Elek racunan oleh logam tersebut, Karena hampir semua
hipertensi yang ditimbulkan kadmium pada manu- toksisitas logam radioaktil merupakan akibat radiasi
sia masih belum jelas. ion, maka pengobatan bukan saia ditujukan pada
Tulang. Salah satu tanda utama pnyakit itai-itai kelasi logam tersebut, tetapi juga untuk mengeluar-
ialah osteomalasia. Tetapi penelitian di Swedia dan kan logam dari tubuh secepat dan sesempurna
lnggris tidak menyokong hal ini. Jumlah asupan mungkin. Pengobatan sindrom radiasi akut sebagi-
794 Farmakologi dan Terapi

an besar bersilat simtomatik. Telah diselidiki efekti- NaOOCCHz CHzCOONa


vitas reduktor organik misalnya sisteamin untuk
mencegah pembentukan radikal bebas, tetapi ke-
berhasilannya masih terbatas.
Produk radioaktif utama yang menyebabkan
kecelakaan radioaktil atau vanq diqunakan oada
,/ \
cHz
lr"'\l
-,,- \
)ca- bHa
senjata nuklir meliputl 23epu, 137cJ, 14ce,'d"n
'osr. Telah terbukti sangat sukar mengeluarkan Loott \oo/
isolop Sr dan Ra dari tubuh dengan kelator. Bebe-
rapa faktor yang menyebabkan logam radioaktil
relatil resisten terhadap terapi kelasi adalah: (1 ) Kalslum dinatrium edetal
alinitas logam bersifat spesilik terhadap masing-
masing kelator; dan (2) radiasi Sr dan Ra pada
tulang dapat menghancurkan pembuluh kapiler se- MEKANISME KERJA
kitarnya sehingga arus darah dalam tulang menu-
run dan radioisotop sukar dicapai. Telah banyak Efek larmakologis CaNa2EDTA disebabkan
kelator yang dimanfaatkan dalam percobaan ter- oleh ikatannya dengan logam divalen dan trivalen
masuk DTPA yang lerbukti elektil untuk meningkat- dalam tubuh, lon logam bebas (baik eksogen mau-
kan pengeluaran 'o'Pu. Satu gram DTPA (dietilene pun endogen) dengan alinitas tinggi terhadap Ca-
triamine penta asetat) yang diberikan dengan inlus NazEDTA akan menggantikan kalsium dari ikatan-
secara perlahan tiga kali seminggu, mempertinggi nya, dan diekskresi. Penelitian pada tikus menun-
pengeluaran radioisotop 50-100 kali lipat. Efektivi- jukkan bahwa pemberian CaNazEDTA memobilisa-
tas pengobatan menurun bila pajanan telah ber- si logam Zn, Mn dan Fe. CaNazEDTA digunakan
langsung lama dan mula terapi terlambat. sebagai lerapi utama dalam pengobatan intoksikasi
Pb; keberhasilannya sebagian disebabkan oleh ka-
pasitas Pb menggeser kalsium dari kelat. Mening-
katnya mobilisasi dan ekskresi Pb menunjukkan
3. ANTAGONIS LOGAM BERAT bahwa Pb dapat bereaksi dengan EDTA. Sebalik-
nya Hg tidak bereaksi terhadapnya, meskipun data
in vitro menunjukkan bahwa Hg dapat menggeser
kalsium dari CaNazEDTA. Hg tidak berikatan de-
3.1. KALSIUM DINATRIUM EDETAT
ngan EDTA, mungkin karena ikatan Hg sangat kuat
dengan gugus-SH atau mengalami sekuesterisasi
SEJARAH DAN KIMIA. dalam kompartemen tubuh yang tidak dapat dipe-
netrasi CaNazEDTA.
Asam elilendiamintetraasetat (EDTA), garam Tulang merupakan sumber utama dari Pb
natriumnya (natrium edetate, NazEDTA) dan sejum- yang diikat oleh CaNazEDTA, Setelah kelasi ini Pb
lah derivatnya banyak digunakan selama bertahun- mengalami redistribusi darijaringan lunak ke tulang.
tahun sebagai reagensia dalam industri dan labora-
torium karena kemampuannya mengikat logam
divalen dan trivalen. Kation yang digunakan untuk FARMAKOKINETIK
membuat garam EDTA yang larut dalam air ber-
peran penting dalam toksisitas kelator tersebut. Pe-
Kurang dari 5% CaNazEDTA diabsopsi dari
saluran cerna. Degradasi metabolik EDTA sangat
nelitian pada hewan menunjukkan bahwa Nae
kecil. Obat ini didistribusi terutama dalam cairan
EDTA menyebabkan tetani hipokalsemia. Namun
ekstraseluler, tetapi sangat sedikit yang masuk ke
demikian, dalam penelitian lebih lanjut didapatkan cairan serebrospinal yaitu 5% dari kadar dalam
bahwa kelat kalsium dinatrium edetat (CaNa2 plasma. Waktu paruh CaNazEDTA setelah pem-
EDTA) yang relatif nontoksik dapat dimanlaatkan berian lV antara 20-60 menit; kira-kira 50% dikeluar-
untuk pengobatan keracunan logam yang afinitas- kan dalam urin dalam waktu 1 jam dan lebih 95%
nya terhadap NazEDTA lebih tinggi daripada Ca2*. dalam waktu 24 jam. Karena itu diperlukan ginjal
Slruktur CaNazEDTA adalah sebagai berikut: yang memadai agar terapi berhasil. Pengubahan
Logam Berat dan Antagonis 795

pH atau kecepatan aliran urin tidak mempengaruhi CaNazEDTA diencerkan dengan dekstrosa 5%
kecepatan ekskresi. alau garam lisiologis dan diberikan perlahan-lahan
sekurang-kurangnya dalam 1 jam. Pengenceran ini
diperlukan untuk menghindari tromboflebitis.
TOKSISITAS Untuk anak, dosis maksimal per hari ialah 75
mg/kgBB yang dibagi dalam dua atau tiga kali pem-
Pemberian cepat NazEDTA secara lV dapat berian. Guna mengurangi nelrotoksisitas, produksi
menyebabkan tetani hipokalsemia, tetapi infus yang urin yang memadai harus diusahakan sebelum dan
lambat (kurang dari 15 mg per menit) pada orang selama pengobatan dengan CaNazEDTA. Tetapi
normal sama sekali tidak menimbulkan gejala hipo- pada penderita yang mengalami enselalopati dan
kalsemia karena adanya persediaan kalsium eks- tekanan intrakranial yang meningkat, kelebihan
travaskular. Sebaliknya, CaNazEDTA dapat diberi- cairan harus dihindarkan. Suntikan dinatrium edetat
kan secara lV dalam jumlah relatif besar tanpa dibutuhkan untuk pengobatan hiperkalsemia.
menimbulkan elek yang merugikan, karena peru'
bahan kadar kalsium dalam plasma dan seluruh
tubuh dapat diabaikan. INDIKASI
Efek toksik CaNazEDTA terutama terhadap
ginjal. Kelainan yang terlihat berupa vakuolisasi Penggunaan CaNaeEDTA untuk pengobatan
hidrops, hilangnya brushborder dan degenerasi sel intoksikasi berbagai logam sudah dibahas di atas.
tubuli proksimal. Cedera tubuli dapat ditimbulkan Kelasi dengan EDTA selain mengikat logam berat
oleh CaNazEDTA atau NazEDTA dosis tinggi. Peru- juga mengikat Caz*. Kalsium ini merupakan salah
bahan dalam tubuli distal dan glomerulitidak begitu satu komponen atheroselerotic plaque, sehingga
mencolok. Efek terhadap ginjal biasanya reversibel, timbul spekulasi bahwa EDTA dapat menghilang-
dan kelainan ini segera hilang setelah pemberian kan afheroselerotic plaque. Setelah menelaah se-
obat dihentikan, Toksisitas ini mungkin berhubung- mua literatur ilmiah tentang masalah ini dengan
an dengan lewatnya sejumlah besar logam yang di- seksama, American Heart Association (AHA) me-
ikat melalui tubuli dalam waktu relatil singkat sela- nyimpulkan bahwa penggunaan EDTA untuk meng-
ma terapi. Disosiasi kelat dapat terjadi karena ada- hilangkan atheroselerotic plaque tidak terbukti se-
nya kompetisi terhadap ligan secara lisiologis atau cara ilmiah, sehingga tidak menganjurkannya untuk
karena adanya perubahan pH dalam sel lumen pengobatan aterosklerosis.
tubuli. Akan tetapi mekanisme toksisitas yang lebih
mungkin, adalah interaksi antara kelator dengan
logam endogen dalam sel tubuli proksimal, 3.2. DIMERKAPROL
Elek samping lain yang berhubungan dengan
penggunaan CaNazEDTA antara lain malaise, letih SEJARAH DAN KIMIA
dan rasa haus berlebihan yang disusul oleh demam.
Halinidapat disertaioleh mialgia berat, sakit kepala Selama Perang Dunia ll telah dilakukan usaha
bagian frontal, anoreksia, mual dan muntah, me- intensif untuk mengembangkan antidotum terhadap
ningkatnya frekuensi dan keinginan berkemih. Elek lewisite, semacam gas As yang digunakan dalam
samping lain ialah bersin, penyumbatan hidung dan perang. Karena diketahui As bereaksi dengan mole-
lakrimasi, glukosuria, anemia, dermatitis dengan kul yang mengandung -SH, maka Stocken dan
gambaran mirip kelainan kulit akibat kekurangan Thompson meneliti secara sistematis dan menemu-
vitamn 86, penurunan tekanan darah sistolik dan kan senyawa yang mampu berkompetisi dengan
diastolik, memanjangnya waktu protrombin, dan in- radikal -SH jaringan tubuh untuk berikatan dengqn
versi gelombang T dari EKG. As. Penelitian mereka menunjukkan bahwa As akan
membentuk cincin kelat yang sangat stabil dan rela-
POSOLOGI
til nontoksik dengan dimerkaprol (2,3-dimerkapto-
propanol). Selanlutnya dimerkaprol disebut 8r?ish
CaNaeEDTA tersedia sebagai suntikan yang antilewisite (BAL). Dimerkaprol ternyata juga mem-
mengandung 200 mg/ml. Pemberian CaNazEDTA berikan perlindungan terhadap elek toksik logam
secara lM akan diabsorpsi seclra baik, tetapi timbul berat lainnya. Struktur kimianya adalah sebagai
rasa sakit di tempat suntik, Untuk pemakaian lV, berikut :
796 Farmakologi dan Terapi

HHH dicapai dalam waktu 30-60 menit. Waktu paruhnya


lrt c _c_H singkat; degradasi metabolik dan ekskresinya
ltt
SH SH OH
umumnya sempurna dalam waktu 4 jam. Penyunti-
kan BAL pada hewan coba meningkatkan ekskresi
sullur netral melalui urin yang 50% berasal dari BAL.
Dimerkaprol Kenaikan asam glukuronat dalam urin menunjuk-
kan bahwa sebagian BAL diekskresi sebagai gluku-
ronid.
BAL berupa cairan bening, tanpa warna, ken-
tal dan berminyak dengan bau tajam tidak sedap
yang merupakan silat khas senyawa merkaptan. TOKSISITAS
Zat ini larut dalam air, juga dalam minyak sayur,
alkohol, dan berbagai pelarut organik lainnya. Pemberian BAL pada manusia menghasilkan
Karena tidak stabil dalam larutan polar, maka digu- berbagai macam efek samping yang biasanya lebih
nakan minyak kacang sebagai pelarut. BAL dan banyak menimbulkan rasa khawatir tetapi tidak
senyawa tiol sejenis dengan mudah dioksidasi in serius;walaupun demikian efek samping ini menun-
vitro bila ada katalisator. Agaknya, oksidasi in vivo jukkan bahwa jumlah ditiol yang dapat diberikan
membentuk suatu senyawa siklik S-S. harus dibatasi. Reaksi terhadap BAL terjadi pada
kira-kira 50% pasien yang menerima 5 mg/kgBB lM.
:
Pemberian ulang dengan interval sedikitnya 4 jam
MEKANISME KERJA tidak menimbulkan efek kumulasi. Salah satu res-
pons paling konsisten terhadap BAL ialah naiknya
Efek larmakologi BAL adalah hasil pembentu-
tekanan darah sistolik disertai takikardi. Kenaikan
kan kompleks kelasi antara gugus sullhidril dengan
tekanan darah sebanding dengan dosis yang diberi-
logam. Reaksi BAL dengan Hg, emas dan arsen
kan dan bisa mencapai 50 mmHg bila dosis ulangan
diharapkan membentuk kompleks yang stabil untuk
yang sama (5 mg/kgBB) diberikan dalam jarak
meningkatkan elim,inasi logam tersebut. Di dalam
tubuh kompleks kelasi dapat mengalami disosiasi waktu 2 jam. Tekanan darah naik dengan cepat
dan BAL teroksidasi. Selain itu, ikatan sulfur-logam tetapi kembali normal dalam waktu 2 jam.
menjadi labil dalam cairan tubuh yang asam, dan ini 'Gejala lain kebanyakan paralel dengan peru-
meningkatkan toksisitas logam-logam tersebut ter- bahan tekanan darah yaitu mual dan muntah; sakit
hadap ginjal. Oleh karena itu, pengaturan dosis di- kepala; rasa terbakar pada bibir, mulut dan kerong-
rancang untuk mempertahankan kadar BAL dalam kongan; rasa tercekik pada kerongkongan; sakit
plasma yang menladai agar membentuk kompleks dada atau lengan; konjungtivitis, lakrimasi, rinore
(BAL : logam) 2 : 1 yang lebih stabil dan ekskresi- dan hipersalivasi; tangan terasa tertusuk-tusuk;
nya cepat. rasa panas pada penis; berkeringat terutama pada
BAL jauh lebih elektil bila diberikan segera tangan dan dahi; sakit perut dan kadang-kadang
setelah pajanan tbrhadap logam, karena BAL lebih timbul abses steril yang nyeri di tempat suntik.
efektif mencegah hambatan enzim bergugus -SH Gejala ini sering disertai rasa cemas dan khawatir.
daripada mengaktifkannya kembali. Prinsip terapi Gelala akibat BAL pada anak sama seperti pada
ini berlaku untuk penggunaan semua kelator.
orang dewasa, meskipun kira-kira 50% bisa meng-
BAL mengantagonis elek biologis logam ter-
alamidemam yang akan hilang sesudah obat dihen-
utama arsen, emas dan Hg yang membentuk mer-
tikan. Leukosit polimorlonuklear dapat menurun
kaptid dengan gugus -SH selular yang esensial.
selintas. BAL bisa menyebabkan anemia hemolitik
BAL juga digunakan dalam kombinasi dengan pada penderita delisiensi G6PD. BAL dikontrain-
CaNazEDTA untuk mengobati keracunan Pb. lntok-
dikasikan pada penderita insulisiensi hati, kecuali
sikasi selenit, yang menloksidasi enzim bergugus
kelainan hati akibat keracunan arsen.
-SH, tidak dipengaruhi oleh BAL.

FARMAKOKINETIK SEDIAAN

BAL tidak dapat diberikan secara oral, harus Dimerkaprol tersedia dalam bentuk larutan
disuntikkan lM dalam. Kadar puncak dalam darah suntik 100 mg/mldalam minyak kacang. Regimen
Logam Berat dan Antagonis 797

pengobatan telah dijelaskan pada pembahasan Penisilamin dibuat dari degradasi hidrolitik
masing-masing logam. penisilin, dan tidak beraktivitas antibakteri. Yang di-
gunakan di klinik adalah bentuk D-isomer. Penisi-
lamin membentuk kelat dengan tembaga, merkuri,
3.3. ASAM 2,3.DIMERKAPTOSUKSINAT seng dan timbal serta meningkatkan ekskresi
logam-logam ini dalam urin.
Asam dimerkaptosuksinat, seperti BAL, meru-
pakan senyawa disullhidfll dengan struktur sebagai
berikut: FARMAKOKINETIK

Penisilamin diabsorpsi secara baik dari salur-


cooH an cerna (4O-7Oo/o); ini merupakan kelebihan penisi-
I lamin dari kelator lain. Kadar puncak dalam darah
CHSH
diperoleh antara 1-2 jam setelah obat diberikan.
I
Penisilamin diekskresi dengan cepat melalui urin.
CHSH
Berbeda dengan sistein, penisilamin agak resisten
I

cooH terhadap sistein desulfhidrase atau L-asam amino


oksidase. Akibatnya penisilamin relatif stabil in vivo.
Hal ini menjelaskan elektivitas penisilamin dan
Asam 2,3-Dimerkaptosuksinat kurang efektilnya sistein dalam meningkatkan eks-
kresi logam, meskipun in vitro kedua senyawa ini
membentuk kelat logam yang stabil. Penjelasan ini
Asam dimerkaptosuksinat elektil secara oral dan diperkuat oleh lakta bahwa N-asetilpenisilamin bah-
jauh kurang toksik dibandingkan dengan BAL. kan lebih elektil daripada penisilamin dalam mem-
Penggunaan obat ini masih dalam penelitian, dan berikan perlindungan terhadap elek toksik merkuri,
ada harapan digunakan sebagai kelatoryang elektif karena derivat asetil lebih resisten terhadap degra-
secara oral dan relatil tidak toksik untuk pengobatan dasi metabolik daripada senyawa induknya. Bio-
keracunan merkuri, arsen dan timbal. transtormasi penisilamin sebagian besar terjadi
dalam hati, dan sedikit sekali yang diekskresi dalam
bentuk asal. Bentuk metabolit dijumpai dalam urin
3.4. PENISILAMIN dan tinja.

SEJARAH DAN KIMIA INDIKASI

Penisilamin digunakan untuk mengobati kera-


Tahun 1953 penisilamin Oiisotasi untuk perta-
cunan tembaga, merkuri, timbal dan mengobati pe-
ma kali dari urin penderita penyakit hati yang mene-
nyakit Wilson (degenerasi hepatolenlikuler karena
rima penisilin. Penemuan silat kelatornya meng-
kelebihan tembaga), sistinuria dan artritis reuma-
akibatkan obat ini digunakan untuk terapi penyakit
toid. Penisilamin digunakan pada sistinuria karena
Wilson dan intoksikasi logam berat.
penisilamin membentuk senyawa disullida dengan
Penisilamin adalah D-dimetilsistein dengan
sistein; zat ini relatil mudah larut, dengan demikian
struktur sebagai berikut :
menurunkan pembentukan batu ginjal yang me-
ngandung sistein.
Mekanisme kerja penisilamin pada artritis r.eu'
CHg
matoid belum diketahui dengan pasti, meskipun
I
H3C-C supresi terhadap penyakit bisa diakibatkan oleh
ll
-CH-COOH
SH NHe
penurunan kadar laktor lgM reumatoid secara ber-
arti. Uniknya, penurunan ini tidak disertai oleh penu-
runan kadar imunoglobulin dalam plasma. Penggu-
naan eksperimental lainnya dari penisilamin meli'
puti pengobatan sirosis bilier primer dan skleroder-
Penisilamin
ma, Mekanisme kerja penisilamin pada penyakit ini
798 Farmakologi dan Terapi

bisa juga melibatkan efek terhadap imunoglobulin menghindari gangguan oleh logam dalam makan-
dan kompleks imun. an. Untuk terapi kelasi, dosis biasa adalah 500-
'l 500 mg per hari yang diberikan dalam empat dosis
(lihat pembicaraan masing-masing logam). Pada
TOKSISITAS sistinuria ekskresi sistin dalam urin digunakan untuk
menyesuaikan dosis, meskipun biasanya diguna-
Meskipun penggunaan jangka pendek penisi-
kan 2 g per hari yang dibagi dalam empat dosis.
lamin sebagai kelator relatil aman, penggunaan kro-
Berbagai regimen dosis telah dipelajari untuk peng-
nis pada artritis reumatoid menimbulkan toksisitas
obatan artritis reumatoid. Untuk memulai terapi
yang berarti dan beragam. Penisilamin menyebab-
biasanya digunakan dosis tunggal 125-250 mg per
kan lesi kulit, urtikaria, reaksi makula dan papula,
hari, Dosis ditingkatkan dengan interval 1-3 bulan
lesi pemligus, lupus eritematosus, dermatomiositis,
tergantung keadaan. Diperlukan waktu dua atau
kulit kering dan bersisik. Reaktivitas silang antara
tiga bulan sebelum ada perbaikan yang nyata. Ke-
penisilamin dan penisilin bisa terjadi, misalnya reak-
banyakan penderita akhirnya memberikan respons
si urtikaria atau makulopapular dengan udem terhadap dosis 500-700 mg per hari atau kurang.
umum, pruritus dan demam yang ierjadi pada se-
Untuk pengobatan penyakit Wilson, diperlu-
pertiga penderita yang makan penisilamin.
kan empat dosis per hari, dan biasanya yang digu-
Pada sistem hematologi bisa terjadi leuko-
nakan adalah 1-2 g per hari. Ekskresi tembaga
penia, anemia aplastik dan agranulositosis. Kelain-
dalam urin harus dipantau guna menentukan apa-
an ini bisa timbul setiap saat selama terapi dan bisa
kah dosis penisilamin sudah memadai. Selama 6
bersifat latal sehingga penderita harus dipantau bulan pertama pengobatan 40 mg sulfurated potash
dengan teliti.
bisa diberikan bersama setiap dosis penisilamin
Toksisitas renal yang bisa timbul ialah protei- guna memperkecil absorpsi diet tembaga.
nuria yang reversibel; tetapi toksisitas ini bisa ber-
lanjut menjadi sindrom nelrotik dengan glomerulo-
pati membran. Jarang-jarang terjadi kematian aki-
3.5. DEFEROKSAMIN
bat sindrom Goodpasture, yaitu sindrom glomerulo-
nelritis disertai perdarahan paru-paru.
Deferoksamin dengan struktur di bawah ini di-
Toksisitas saluran napas tidak umurn terjadi,
isolasi sebagai kelat besi dari Streptomyces pilo-
tetapi sesak napas berat terjadi akibat bronkoal-
sus dan diproses secara kimiawi untuk memperoleh
veolitis yang disebabkan oleh penisilamin pernah
ligan yang bebas logam.
dilaporkan. Miastenia gravis disebabkan oleh terapi
Deleroksamin memiliki silat yang diinginkan
kronis dengan penisilamin juga pernah dilaporkan.
berupa afinitas yang sangat tinggi terhadap besi
Efek samping lain ialah mual, muntah, diare, dis-
valensi 3 dan alinitas yang sangat rendah terhadap
pepsia, anoreksia dan hilangnya merasakan rasa
kalsium. ln vitro, deleroksamin mengikat besi dari
manis dan asin untuk sementara, yang dapat di-
hemosiderin, leritin dan transferin. Besi dalam
sembuhkan dengan menambahkan tembaga dalam
hemoglobin atau sitokrom tldak diikat oleh deferok-
diet. Penisilamin dikontraindikasikan pada keha-
samin.
milan, penderila yang pernah mengalami agranulo-
Deferoksamin sukar diabsorpsi setelah pem-
sitosis atau anemia aplastik akibat penisilamin, dan
berian oral sehingga diperlukan pemberian secara
insufisiensi ginjal.
parenteral. Deferoksamin mengalami metabolisme
oleh pengaruh enzim plasma, tetapi caranya belum
POSOLOGI jelas. Obat ini mudah diekskresi bersama urin.
Penisilamin tersedia dalam bentuk kapsul 125 Deleroksamin bisa menimbulkan reaksi alergi
atau 250 mg atau sebagai tablet 250 mg. Obat misalnya pruritus, udem, ruam kulit dan reaksi anafi-
tersebut harus diberikan waktu perut kosong uniuk laksis. Efek samping lainnya meliputi disuria, sakit

HeN{CHz)s-N--C-(CHe)a -4-N - (CHe)s


-N -C-(CHz)e -C -N -{CHz)s -N -C
tll
HOO
It
OH
lil
HOO
It
OH
til
HOO
-CHg

Deleroksamin
Logam Berat dan Antagonis 799

perut, diare, demam, kram kaki dan takikardi. dapat translusi darah perlu diberikan 2,0 g deferok-
Kadang-kadang dilaporkan terjadinya kalarak. Kon- samin secara inlus dengan kecepalan tidak mele-
tradindikasi penggunaan deferoksamin meliputi ke- bihi 15 mg/kgBB per jam pada vena lain. Deferok-
hamilan, insulisiensi ginjal dan anuria. samin lidak dianjurkan untuk mengobati hemokro-
matosis primer; untuk ini tlebotomi merupakan tin-
dakan pengobatan terpilih.
POSOLOGT

Deleroksamin mesilat tersedia dalam botol 3.6. ASAM DIETILENTRIAMINPENTA.


kecil yang mengandung 500 mg. Pada keracunan
ASETAT
besi akut, lebih diutamakan pemberian lM, kecuali
jika penderita dalam keadaan syok. Untuk orang
Asam dietilentriaminpentaasetat (DTPA) se-
dewasa dan anak diberikan 1 g, disusul dengan 2 x
perti halnya EDTA, adalah suatu kelator asam poli-
500 mg tiap 4 jam. Dosis 500 mg ini bisa diteruskan
karboksilat, tetapi afinitasnya lebih besar terhadap
dengan interval 4-12 jam, tergantung dari respons
kebanyakan logam berat. Banyak penelitian pada -
klinis, tetapijumlah obat yang diberikan tidak boleh
melebihi 6 g dalam waktu 24lam. Pemberian lV hewan menunjukkan bahwa spektrum elektivitas
diperlukan bagi penderita yang berada dalam ke- klinik DTPA serupa dengan spektrum elektivitas
adaan syok. Jadwal dan pembatasan dosis sama klinik EDTA, Karena alinitasnya yang relatil besar
seperti pada pemberian lM, tetapi kecepatan inlus terhadap logam, DTPA pernah dicoba pada kasus
tidak boleh melebihi 15 mg/kgBB per jam. Begitu keracunan logam berat yang tidak memberikan res-
keadaan klinis mengizinkan, pemberian secara lV pons terhadap EDTA, terutama sekali keracunan
harus dihentikan dan obat diberikan secara lM. yang disebabkan oleh logam radioaktif. Manlaat
Aspek lain dari pengobatan keracunan besi akut DTPA ternyata terbatas karena sulit mencapai pe-
telah dibicarakan dalam 8ab 50. Untuk intoksikasi nyimpanan logam di intraseluler. Penggunaan
besi kronis misalnya pada lalasemia, dianjurkan DTPA masih dalam penelitian, dan lebih banyak
untuk menggunakan dosis 0,5-1,0 g perhari secara digunakan CaNazEDTA karena DTPA cepat meng-
lM. Pada penderita talasemia yang sedang men- ikat kalsium.
800 Farmakologi dan Terapi

XVII. ADENDUM

54. INTERAKSI OBAT


Arini Setiawati

1. Pendahuluan 3.3. lnteraksi dalam metabolisme


3,4. lnleraksi dalam ekskresi
2. lnkompatibilitas
3. lnteraksi larmakokinetik 4. lnteraksi farmakodinamik
3.1. lnteraksi dalam absorpsi di saluran cerna
5. lnteraksi lain-lain
3.2. lnteraksi dalam distribusi

1. PENDAHULUAN survai yang dilaporkan pada tahun 1977 mengenai


polifarmasi pada penderita yang dirawat di rumah
sakit menunjukkan bahwa insidens elek samping
Diantara berbagai faktor yang rnempengaruhi pada penderita yang mendapat 0-5 macam obat
respons tubuh terhadap pengobatan terdapat laktor
adalah 3,5%, sedangkan yang mendapat.l 6- 20
interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan macam obat adalah 54%, Peningkatan insidens
makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan, efek samping yang jauh melebihi peningkatan jum-
atau dengan obat lain. Dalam bab ini uraian dibatasi
lah obat yang diberikan bersama ini diperkirakan
hanya pada interaksi antar obat (obat resep mau-
akibat terjadinya interaksi obat yang iuga makin
pun obat bebas).
meningkat.
lnteraksi antar obat dapat berakibat mengun- lnteraksi obat dianggap penting secara klinik
tungkan atau merugikan. lnteraksi yang mengun- bila berakibat meningkatkan toksisitas dan/atau
tungkan, misalnya (1 ) penisilin dengan probenesid: mengurangi elektivitas obat yang berinteraksi, jadi
probenesid menghambat sekresi penisilin di tubuli
terutama bila menyangkut obat dengan batas
ginjal sehingga meningkatkan kadar penisilin dalam
keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah
plasma dan dengan demikian meningkatkan efek-
atau s/ope log DEC yang curam), misalnya glikosida
tivitasnya dalam terapi gonore; (2) kombinasi obat jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik.
antihipertensi: meningkatkan efektivitas dan me- Demikian juga interaksi yang menyangkut obat-obat
ngurangi elek samping; (3) kombinasi obat anti- yang biasa digunakan alau yang sering diberikan
kanker: juga meningkatkan elektivitas dan mengu-
bersama tentu lebih penting daripada obat yang
rangi elek samping; (4) kombinasi obat antituber- jarang dipakai.
kulosis: memperlambat timbulnya resistensi kuman
lnsidens interaksi obat yang penting dalam
terhadap obat; dan (5) antagonisme elek toksik obat
klinik sukar diperkirakan karena (1 ) dokumentasinya
oleh antidotnya masing-masing. Pembahasan lebih
masih sangat kurang; (2) seringkali lolos dari peng-
lengkap dapat dilihat dalam bab mengenai obat
yang bersangkutan. Hanya interaksi yang merugi- amatan karena kurangnya pengetahuan para dokter
kan yang akan diuraikan dalam bab ini. akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya inter-
Pengobatan dengan beberapa obat sekaligus aksi obat sehingga interaksi obat berupa peningkat-
(polifarmasi)-yang menjadi kebiasaan para dok- an toksisitas seringkali dianggap sebagai reaksi
ter memudahkan terjadinya interaksi obat. Suatu idiosinkrasi lerhadap salah satu obat sedangkan
-
lnteraksi Obat 801

interaksi berupa penurunan elektivitas seringkali lisme atau ekskresi obat kedua sehingga kadar
diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit; plasma obal kedua meningkat atau menurun.
selain itu terlalu banyak obatyang saling berinterak- Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas atau penu-
si sehingga sulit untuk diingat; dan (3) kejadian atau runan efektivitas obat tersebut. lnteraksi farmako-
keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi indi- kinetik tidak dapat diekstrapolasikan ke obat lain
vidual (populasi tertentu lebih peka misalnya yang segolongan dengan obat yang berinteraksi,
penderita lanjut usia atau yang berpenyakit parah, sekalipun struktur kimianya mirip, karena antar obat
adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar in- segolongan terdapat variasi sifat-sifat lisikokimia
dividu), penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau yang menyebabkan variasi sifat-sifat farmako-
penyakit hati yang parah), dan laktor-faktor lain kinetiknya.
(dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pem-
berian kronik).
Mekanisme interaksi obat secara garis besar 3.I. INTERAKSI DALAM ABSORPSI DI
dapat dibedakan atas 3 mekanisme, yakni: (1) inter- SALURAN CERNA
aksi larmaseutik atau inkompatibilitas, (2) interaksi
larmakokinetik, dan (3) interaksi larmakodinamik. lnteraksi langsung. lnteraksi secara fisik/kimiawi
antar obat dalam lumen saluran cerna sebelum
absorpsi dapat mengganggu proses absorpsi. lnter-
aksi ini dapatdihindarkan/sangat dikurangi bila obat
2. INKOMPATIBILITAS yang berinteraksi diberikan dengan jarak waktu
minimal 2 jam. Contoh interaksi ini dapat dilihat
lnkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh pada Tabel 54-1.
(sebelum obat diberikan) antara obat yang tidak
dapat dicampur (inkompatibel). Pencampuran obat Perubahan pH cairan saluran cerna. Cairan
demikian menyebabkan terjadinya interaksi lang- saluran cerna yang alkalis, misalnya akibat antasid,
sung secara lisik atau kimiawi, yang hasilnya mung- akan meningkatkan kelarutan obat bersifat asam
kin terlihat sebagai pembentukan endapan, peru- yang sukar larut dalam cairan tersebut, misalnya
bahan warna dan lain- lain, atau mungkin juga tidak aspirin. Dalam suasana alkalis, aspirin lebih banyak
terlihat. lnteraksi ini biasanya berakibat inaktivasi terionisasi sehingga absorpsi per satuan luas area
obat. absorpsi lebih lambat, tetapi karena sangat luasnya
Bagi seorang dokter, interaksi larmaseutik area absorpsi di usus halus maka kecepatan ab-
yang penting adalah interaksi antar obat suntik sorpsi secara keseluruhan tidak banyak dipe-
dan interaksi antara obat suntik dengan cairan ngaruhi. Dengan demikian, dipercepatnya disolusi
infus. Lebih dari 100 macam obat tidak dapat di- aspirin oleh basa akan mempercepat absorpsinya.
campur dengan cairan inlus, Lagipula, banyak obat Akan tetapi, suasana alkalis di saluran cerna akan
suntik lidak kornpatibel dengan berbagai obat suntik mengurangi kelarutan beberapa obat bersilat basa
lain, yaitu dengan bahan obatnya atau dengan (misalnya telrasiklin) dalam cairan saluran cerna,
bahan pembawanya (vehicle). Oleh karena itu, dengan akibat mengurangi absorpsinya.
dianjurkan tidak mencampur obat suntik dalam satu Berkurangnya keasamanan lambung oleh an-
semprit aiau dengan cairan inlus kecuali bila jelas tasid akan mengurangi pengrusakan obat yang
diketahui tidak ada interaksi. Contohnya, genta- tidak tahan asam sehingga meningkatkan bioavai-
misin mengalami inaktivasi bila dicampur dengan labilitasnya, dan mengurangi absorpsi Fe, yang
karbenisilin, demikian juga penisilin G bila dicampur diabsorpsi paling baik bila cairan lambung sangat
dengan vitamin O, sedangkan amfoterisin B meng- asam.
endap dalam1arutan garam lisiologis atau larutan Perubahan waktu pengosongan lambung dan
Ringer,
waktu transit dalam usus (motilitas saluran
cerna). Usus halus adalah tempat absorpsi utama
untuk semua obat termasuk obat bersifat asam. Di
3. INTERAKSI FARMAKOKINETIK sini absorpsi terjadi jauh lebih cepat daripada di
lambung. Oleh karena itu, makin cepat obat sampai
lnleraksi larmakokinetik terjadi bila salah satu di usus halus, makin cepat pula absorpsinya. De-
obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabo- ngan demikian, obat yang memperpendek waktu
802 Farmakologi dan Terapi

Tabel 54-1. CONTOH INTERAKSI FARMAKOKINETIK

ObalA ObatB

L Absorpsi
a. lnteraksl langsung
'Tetrasiklin Kation multivalen Terbentuk kelat yang tidak diabsorpsi
(Caz', Mgz*, Al& dalam antasid, + jumlah absorpsi obat A dan Fe2* I
caZ'dalam susu, FeZ* dalam
sediaan besi)

'Digoksin, digiloksin, Koles$ramin Obat A diikat oleh obat 6+ jumlah


kortikosteroid, tiroksin, absorpsi obat Al
'Digoksin, linkomisin Kaolin-pektin Obat A diadsorpsi oleh obat I +
jumlah abs6rpsi obat A I

'Digoksin Mg trisilikat, Al(OH)s gel ldem


'Rilampisin Bntonit (bahan pengisi tablet ldem
PAS)
b. Perubahan pH cairan saluran ccrna

'NaHCOs Aspitin Kecepatan disolusi B1 -


kecepatan absorpsi obat B I '

. NaHCOs Tetrasiklin Kelarutan obat B l_r, lumlah


absorpsi obat B I
' Antasid Penisilin G, eritromisin pH lambung | -pengrusakan obat B I
+ jumlah absorpsi obat B t
'Antasid Fe pH lambung | + jumlah aabsorpsi
obat B I

'Vilamin C Fe pH lambung J + jumlah absorpsi


obat B 1
c. Perubahan waktu pengosongan lambung dan trtn3ll usug
'Antikolinergik Parasetamol, diazepam,pro- Obat A memperpanjang waktu
antidepresi trisiklik pranolol, lenilbutazon pengosongan lambung -
memperlambat absorpsi obat B
narkotik
'Analgesik Parasetamol ldem
'Antikolinergik, Levodopa Obat A memperpaniang waktu
*
ns bioavaira-
i,",,l"t,oll:?T iambu
'Al gel
(OH)3 klorpromazin
lsoniazid, ldem
'Litium Klorpromazin ldem
. Antikorinersik Disoksin
:i,1i1';=*[il,':.nJo1:i*'-
trisiklik
'Anlidepresi Dikumarol ldem
'Metoklopramid Paraselamol, diazepam, Obat A memperpendek waktu pengo-
Propranolol songan lambung d merylpercepat
absorpsi obat B
lnteraksi Obat 803

Tabel 5tl-1. CONTOH INTERAKS| FARMAKOKTNETTK (Sambungan)

ObatA ObatB Elek

'Metoklopramid Levodopa Obat A memperpendek waktu pengo-


lsongan ambung +
bioavailabilitas
obat B I
'Metoklopramid' Digoksin Obat A memperpendek waktu transit
usus + bioavailabilitas obat B I
'Mg (oH)z Digoksin, prednison, dikumarol ldem
d. Elek toksik pada saluran cerna
'Kolkisin (kronik) Vitamin 812 Obat A mengganggu absorpsi obat B
'Neomisin (kronik) Penisilin, digoksin ldem
'Neomisin (kronik) Kolesterol, asam-asam empedu, Obat A mengganggu pembentukan
vitamin A misel + menghambat absorpsi obat B
e. Mekanisme tidak diketahui
'Al(OH)s Propranolol, indometasin Obat A mengurangi jumlah absorpsi
obat B
" Fenobarbital Griseof ulvin, dikumarol ldem
'Sulfasalazin Digoksin ldem

ll. Distribusl
lkalan protein plasma : Obat B (ikatan protein sangat kuat) menggsr obat A (ikatan protein kurang kuat diban-
ding obat B) dari ikatannya dengan protein pla$ma + etel(toksisitas obat Al
'Warlarin Fenilbutazon, oksitenbutazon, perdarahan
salisilat, klof ibrat, lenitoin,
sulfinpirazon, asam mefenamat
'Tolbutamid, klorpropamid Fenilbutazon, oksifonbutazon, Hipoglikemia
salisilal
* Metotreksat
Salisilat, sultonamid Pansitopenia
'Fenitoin Fenilbutazon, oksifenbutazon, Toksisitas lenitoin I
salisilat, valproat
'Kinin Pirimetamin Sinkonisme, depresi sumsum tulang
'Bilirubin Salisilat, sullonamid Kernikterus pada neonatus

lll. Metabollsme
a. Metabollsme dipercepat : Obat A menginduksi sintesis enzim metabolism obat B + metabolisme obat B I
+ kadar plasma obat B sedangkan metabolitnyal
I
'Fenobarbital Barbiturat, fenitoin, warlarin, dikumarol,
hormon sks steroid (kontrasepsi oral),
kortikosteroid, digitoksin, kuinidin,
lenilbutazon, kloramtenikol, parasetamol,
bilirubin, tiroksin
'Fenitoin Kortikosteroid, hormon sks steroid,
kuinidin
804 Farmakologi dan Terapi

Tabel 54-1. CONTOH INTERAKSI FARMAKOKINETIK (Sambungan)

Obat A Obat B Elek

* Fenitoin Kortikosteroid, hormon seks steroid,


kuinidin
'Rifampisin Tolbutamid, antikoagulan oral,
kortikosteroid, hormon seks steroid,
INH, PAS
'Karbamazepin Fenitoin, warfarin
* Fenilbutazon Kortikosteroid, hormon seks steroid
* DDT Kortikosteroid, hormon seks steroid,
tiroksin
* Merokok, makanan Teofilin, dekstropropoksifen
panggang arang
b. Metabolisme dihambat : Obat B menghambat metabolisme obat A+ efek/toksisitas obat A I
* Fenitoin
Dikumoral, disulfiram, kloramfenikol,
fenilbutazon, simetidin, dekstropropoksifen,
INH (pada asetilator lambat), PAS,
sikloserin, klorpromazin, imipramin
* Dikumarol Kloramfenikol, fenilbutazon, oksifenbutazon
* Warfarin Fenilbutazon, oksilenbutazon, kotrimoksazol,
disulfiram, metronidazol, simetidin,
dekstropropoksifen
* Tolbutamid
Dikumarol, fenilbutazon, oksitenbutazon,
kloramtenikol, probenesid, salisilat,
Penghambat MAO
* 6-merkaptopurin,
Alopurinol
azatioprin
* Lidokain
Simetidin
* lmipramin Klorpromazin, haloperidol
* Suksinilkolin
Heksaf luorenium, prokain
c. Perubahan alir darah hepar (-Qx)
* Obat-obat dengan
Propranolo! Obat B menurunkan curah jantung
Ex tinggi :
-Qnl*ClxobatAl
lidokain,
propranolol, lsoproterenol Obat B meningkat curah jantung
nitrogliserin, - Qx I + Clx obat Al
morfin,
dan lain-lain Fenobarbital Obat B meningkat Qn + Clx
obat At

lV. Ekskresi
a, Ekskresi melalui empedu dan sirkulasi enterohepatik
'Probenesid Rif ampisin, indornetasin Obat A mengurangi ekskresi obat B
melalui empedu + efek obat Bl
' Neomisin, rifampisin Kontrasepsi oral Obat A mensupresi bakteri usus +
nrenghambat sirkulasi enterohepatik
obal B + efek obat Bl
lnteraksi Obal 805

Tabel 5G1. CONTOH INTERAKSI FARMAKOKINETIK (Sambungan)

Obat A Obat B Efek

b. Sekrcsi tubuli ginjal


* Probenesid Metotreksat, penisilin, dapson,
furosemid, sulfinpirazon, PAS,
indometasin
* Salisilat Metotreksat, penisilin
* Sultonamid Metotreksat, Obat A menghambat sekresi obat B ke
dalam rubuli ginjal
* Fenilbutazon Klorpropamid, asetoheksamid, + bersihan ginjal obat B I
penisilin - eteUtoksisitas obat B t
'Dikumarol Klorpropamid
" Furosemid Gentamisin, sefaloridin
' lndometasin, sulfinpirazon Penisilin
* Salisilat Probenesid, sulf inpirazon Obat A menghambat sekresi obat B ke
dalam tubuli Qinjal+ efek obat B
sebagai urikosurik I
* Fenilbutazon, indometasin Tiazid, furosemid Obat A menghambat sekresi obat B ke
dalam tubuli ginjal + efek obat B
sebagai diuretik I
c. Perubahan pH urin
* Obat bersifat basa : Amonium klorida (untuk pengobat- Obat B mengasamkan urin + bersihan
amtetamin, efedrin, an pada keracunan obat A) ginjal obat Al - elek obat Al
fenfluramin, kuinidin
Natrium bikarbonat, asetazolamid Obat B membasakan urin + bersihan
ginjalobatA l- efekobatA t
* Obat bersifat asam : Natrium bikarbonat (untuk peng- Obat B membasakan urin + bersihan
salisilat, fenobarbital obatan pada keracunan obat A), ginjal obat A I * efek obat Al
antasid misalnya Al(OH)s dan
Mg (OH)z

pengosongan lambung, misalnya metoklopramid, untuk mencapai kadar lersebut tanpa mengubah
akan mempercepat absorpsi obat lain yang bioavailabilitas obat. Sebagai kecualian adalah obat
diberikan pada waktu yang sama. Sebaliknya, obat yang mengalami metabolisme lintas pertama oleh
yang memperpanjang waktu pengosongan lam- enzim dalam dinding lambung dan usus halus
bung, misalnya antikolinergik, antidepresi trisiklik, (misalnya levodopa dan klorpromazin). Karena
beberapa antihistarnin, antasid garam Al dan anal- kapasitas metabolisme dinding usus halus lebih
gesik narkotik, akan memperlambat absorpsi obat terbalas dibandingkan kapasitas absorpsinya,
lain. Kecepalan pengosongan lambung biasanya maka makin cepat obat ini sampai di usus halus,
hanya mempengaruhi kecepatan absorpsi tanpa makin tinggi bioavailabilitasnya.
mempengaruhi jumlah obat yang diabsorpsi, lni Waktu transit dalam usus biasanya tidak
berarti, kecepatan pengosongan lambung biasanya mempengaruhi absorpsi obat, kecuali untuk : (1)
hanya mengubah tinggi kadar puncak dan waktu obat yang sukar larut dalam cairan untuk saluran
806 Farmakologi dan Terapi

cerna misalnya digoksin dan kortikosteroid, atau 3.2. INTERAKSI DALAM DISTRIBUSI
sukar diabsorpsi misalnya dikumarol, sehingga
memerlukan waktu untuk melarut dan diabsorpsi; lnteraksi dalam ikatan protein plasma. Banyak
(2) obat yang diabsorpsi secara aktil hanya di satu obat terikat pada protein plasma, obat yang bersilat
segmen usus halus, misalnya Fe dan riboflavin di asam terutama pada albumin, sedangkan obatyang
usus halus bagian atas, vitamin B1 2 di ileum. Obat ,.bersifat basa pada asam a1-glikoprotein. Oleh
yang memperpendek waktu transit dalam usus karena jumlah protein plasmaterbatas, maka terjadi
(misalnya metoklopramid, laksans, antasid, garam kompetisi antara obat bersifat asam maupun antara
Mg) akan mengurangi jumlah absorpsi obat tadi. obat bersifat basa untuk berikatan dengan protein
Sebaliknya, obat yang memperpanjang waktu tran- yang sama. Tergantung dari kadar obat dan
sit usus (sama dengan obat yang memperpanjang alinitasnya terhadap protein, maka suatu obat dapat
waktu pengosongan lambung) akan meningkatkan digeser dari ikatannya dengan protein oleh obat
bioavailabilitas obat tersebut. lain, dan peningkatan kadar obat bebas menimbul-
kan peningkatan efek farmakologiknya. Akan tetapi
Kompetisi untuk mekanisme absorpsi aktif. keadaan ini hanya berlangsung sementara karena
Obat yang merupakan analog dari zat makanan,
peningkatan kadar obat bebas juga meningkatkan
misalnya levodopa, metildopa dan 6-merkap-
eliminasinya sehingga akhirnya tercapai keadaan
topurin, diabsorpsi aktil melalui mekanisme yang
mantap yang baru dimana kadar obat total menurun
sama dengan mekanisme untuk zal makanan. Oleh
tetapi kadar obat bebas kembali seperti sebelum-
karena itu, absorpsi obat tersebut dapat dihambat
nya (mekanisme konpensasi).
secara kompetitil oleh zat makanan yang ber-
lnleraksi dalam ikatan protein ini, meskipun
sangkutan. Misalnya, absorpsi levodopa dihambat
banyak terjadi, letapi yang menimbulkan masalah
oleh lenilalanin yang berasal dari diet tinggi protein
(2 g/kg/hari). Sebaliknya, diet rendah protein (0,5 g/
dalam klinik hanyalah yang menyangkut obat de-
kg/hari) akan meningkatkan absorpsi levodopa. ngan sifat berikut : (1 ) mempunyai ikatan yang kuat
dengan protein plasma (minimal 85%) dan volume
Perubahan flora usus. Flora normal usus berperan distribusi yang kecil sehingga sedikit saja obat yang
antara lain dalam: (1 ) sintesis vitamin K dan meru- dibebaskan akan meningkatkan kadarnya 2-3 kali
pakan sumber vitamin K yang penting (di samping lipat; ini berlaku terutama untuk obat bersilat asam,
dari diet) (2) memecah sulfasalazin menjadi bagian- karena kebanyakan obat bersilat basa volume dis-
bagiannya yang aktif; (3) sebagian metabolisme tribusinya sangat tuas; (2) mempunyai batas
obat (misalnya levodopa); dan (4) hidrolisis gluku- keamanan yang sempit, sehingga peningkatan
ronid yang diekskresi melalui empedu sehingga ter- kadar obat bebas tersebut dapat mencapai kadar
jadi sirkulasi enterohepatik yang memperpanjang
toksik; (3) elek toksik yang serius telah terjadi
kerja obat (misalnya kontrasepsi oral).
sebelum kompensasi lersebut di atas terjadi, misal-
Pemberian antibakteri berspektrum lebar
nya terjadinya perdarahan pada antikoagulan oral,
(misalnya telrasiklin, kloramlenikol, amipisilin, sul-
hipoglikemia pada antidiabetik oral; dan (4)
lonamid) akan mengubah/mensupresi llora normal
eliminasinya mengalami kejenuhan, misalnya feni-
usus, dengan akibat: meningkatkan elektivitas anti-
toin, salisilat dan dikumarol, sehingga peningkatan
koagulan oral (antagonis vitamin K) yang diberikan
kadar obal bebas tidak disertai dengan peningkatan
bersama, mengurangi efektivitas sulfasalazin, kecepatan eliminasinya.
meningkatkan bioavailabilitas levodopa, dan me-
lnteraksi ini lebih nyata pada penderita de-
ngurangi elektivitas kontrasepsi oral.
ngan hipoalbuminemia, gagal ginjal, atau penyakit
Efek toksik pada saluran cerna. Terapi kronik hati yang berat, akibat berkurangnya junilah al-
dengan asam mefenamat, neomisin dan kolkisin bumin plasma, ikatan obat bersifat asam dengan
menimbulkan sindrom malabsorpsi yang menye- albumin, serta menurunnya eliminasi obat.
babkan absorpsi obat lain terganggu.
lnteraksi dalam ikatan jaringan. Kompetisi untuk
Mekanisme tidak diketahui. Beberapa obat me- ikatan dalam jaringan terjadi misalnya antara digok-
ngurangi jumlah absorpsi obat lain dengan meka- sin dan kuinidin, dengan akibat peningkatan kadar
nisme yang tidak diketahui. plasma digoksin.
lntenksi Obat 807

3.3. INTERAKSI DALAM METABOLISME kadar plasma obat tersebut sehingga meningkatkan
elek atau toksisitasnya. Kebanyakan interaksi
Metabolisme obat dipercepat. Banyak obat yang demikian terjadi akibat kompetisi antar substrat
larut dalam lemak dapat menginduksi sintesis untuk qnzim metabolisme yang sama. Obat yang
enzim mikrosom hati, misalnya fenobarbital, seringkali menghambat metabolisme obat lain
lenitoin, rifampisin, karbamazepin, etanol, fenil- adalah, eritromisin, ketokonazol, kloramlenikol,
butazon, dan lain-lain. Tergantung dosis dan obat- dikumarol, disulfiram, simetidin, lenilbutazon dan
nya, induksi terjadi setelah 1-4 minggu. Waklu yang propoksifen. Elek penghambalan ini menjadi lebih
sama diperlukan untuk hilangnya elek induksi nyata bila menyangkut obat poten yang metabo-
setelah obat penginduksi dihentikan. Zal pengin- lismenya mengalami kejenuhan, seperti lenitoin
duksi seperti DDT dan gameksan bertahan lebih dan dikumarol, atau pada penderita dengan penya-
lama karena zat ini disimpan dalam lemak tubuh kit hati yang berat, status gizi yang buruk, usia eks-
dan mempunyai waktu paruh biologik yang sangat trim, atau kelainan genetik, di mana terdapat akti-
panjang, Merokok dan makanan panggang arang vitas enzim metabolisme yang rendah. Eritromisin
menghasilkan hidrokarbon polisiklik yang iuga dilaporkan meningkatkan kadar plasma karbama''
merupakan zat penginduksi enzim metabolisme. zepin, benzodiazepin, teolilin, kortikosteroid, disopi-r
ramid dan siklosporin.
:

Setiap reaksi metabolisme dikatalisis oleh


beberapa jenis enzim yang berbeda dalam spesi-
Perubahan alir darah hepar (=Qx). Untuk obat
lisitas substratnya dan kemampuannya untuk diin-
yang dimetabolisme oleh hepar dengan kapasitas
duksi (ditentukan secara genetik). Oleh karena ilu,
tinggi (mempunyai rasio ekstraksi hepar - E6 yang
tergantung dari jenis enzim yang diinduksinya,
suatu zat penginduksi dapat mempercepat metabo-
tinggi), bersihan heparnya sangat dipengaruhi oleh
perubahan Qn.
lisme beberapa obat tetapi tidak mempengaruhi
metabolisme obat-obat yang lain.
Bila metabolit hanya sedikit atau tidak mem-
punyai elek larmakologik, maka zat penginduksi
mengurangi elek obat. Sebaliknya, bila metabolit
3.4. INTERAKSI DALAM EKSKRESI
lebih aktif atau merupakan zat yang loksik, maka zat
penginduksi meningkatkan elek atau toksisitas
Ekskresi melalui empedu dan sirkulasi entero-
obat.
hepatik. Gangguan dalam ekskresi melalui empe-
Dipercepatnya metabolisme antikoagulan oral
du terjadi akibat kompetisi antara obat dan metabolit
oleh fenobarbital atau rilampisin menyebabkan
obat untuk sistem transport (sekresi aktif ke dalam
dosis warfarin perlu ditingkatkan 2-4 kali lipat
empedu) yang sama. Sedangkan sirkulasi entero-
(dalam waktu beberapa minggu) untuk mengem-
hepatik dapat diputuskan dengan mensupresi bak-
balikan efektivitasnya. Kemudian, sewaktu obat
penginduksi tersebut dihentikan, dosis warfarin teri usus yang menghidrolisis konyugat obat atau
dengan mengikat obat yang dibebaskan sehingga
harus diturunkan kembali (secara bertahap dalam
waktu beberapa minggu) untuk mencegah ter- tidak dapat direabsorPsi.
jadinya perdarahan. Sekresi tubuli ginjal. Penghambatan sekresi di
Pemberian rifampisin atau zat penginduksi tubuli ginjal terjadi akibat kompelisi antara obat dan
lain pada akseptor kontrasepsi oral dapat menye- metabolit obat unluk sistem transport aktil yang
babkan terjadinya kehamilan. Pada penderita sama, terutama sislem transport untuk obat asam
cangkok ginjal yang mendapat kortikosteroid seba- dan metabolit yang bersifat asam.
gai imunosupresi, pemberian rifampisin atau zat
penginduksi lain dapat menyebabkan terjadinya Perubahan pH urin. Perubahan ini akan mengha'-
penolakan cangkok ginial tersebut. silkan perubahan bersihan ginjal (melalui
Hepatotoksisitas parasetamol meningkat perubahan jumlah reabsorpsi pasil di tubuli ginjal)
pada penderita yang mendapat lenobarbital atau yang berarti secara klinik hanya bila: (1 ) lraksi obat
pada alkoholik yang kronik. yang diekskresi utuh oleh ginialcukup besar (lebih
dari 30%), dan (2) obat berupa basa lemah dengan
Metabolisme obat dihambat. Penghambatan me- pKa 7,5-1 0 atau asam lemah dengan pKa 3,0 -7'5.
tabolisme suatu obat menyebabkan peningkatan
808 Farmakolqi dan Terapi

4. INTERAKSI FARMAKODINAMIK Selanjutnya akan dibahas mekanisme interak-


si yang lebih terinci, masing-masing dengan
beberapa contohnya yang penting dalam klinik dan
lnleraksi farmakodinamik adalah interaksi an-
menyangkut obat yang sering digunakan. lni harus
tara obalyang bekerja pada sistem reseptor, tempat
dibedakan dari interaksi yang tidak mempengaruhi
kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga ter-
hasil terapi dan yang baru terlihal pada percobaan
jadi elek yang aditif, sinergistik atau antagonistik.
hewan atau in vitro (belum tentu terjadi pada
lnteraksi larmakodinamik merupakan sebagian manusia), yang jumlahnya jauh lebih banyak.
besar dari interaksi obat yang penting dalam klinik.
Berbeda dengan interaksi farmakokinetik, interaksi INTERAKSI PADA RESEPTOR. lnteraksipada sis-
larmakodinamik seringkali dapat di ekstrapolasi kan tem reseptor yang sama biasanya merupakan anta-
ke obat lain yang segolongan dengan obat yang gonisme antara agonis dan antagonis/bloker dari
berinteraksi, karena penggolongan obat memang reseptor yang bersangkutan. Beberapa contoh
berdasarkan persamaan efek larmakodinamiknya. agonis dan antagonis untuk reseptor lertentu dapat
Di samping itu, kebanyakan interaksi farmakodi- dilihat pada Tabel 54-2.
namik dapat diramalkan kejadiannya, karena itu
dapat dihindarkan bila dokter mengetahui meka- INTERAKSI FISIOLOGIK. lnteraksi pada sistem
fisiologik yang sama dapat menghasilkan pening-
nisme kerja obat yang bersangkutan dan menggu-
katan atau penurunan respons (potensial atau an-
nakan krgikanya.

TabeI 54-2. CONTOH INTERAKSI PADA RESEPTOR

Rercptor Agonis Antagonis

Kolinergil(muskarinik Asetilkolin, f isostigmin Atropin, propantelin, triheksifenidil


antihistamin Hr, fenotiazin, antidepre-
si trisiklik, kuinidin, disopiramid
Nikotinik neuromuskular Asetilkolin, nostigmin d-Tubokurarin, galamin, pankuronium,
vekuronium
Nikotinik ganglie Asetilkolin, nikotin Mekamilamin, trimetaf an
Adrcnergik crr Norepinefrin, epinefrin, fenilefrin, Fenoksibenzamin, fentolamin, prazosin,
lenilpropanolamin lenotiazin, antidepresi trisiklik
Adrenergik c2 Norepinekin, epinelrin, klonidin, Yohimbin
metildopa
Adrenergik Br lsoproterenol, epinefrin, nor- Beta-bloker nbnselektif (propranolol,
epinefrin, dobutarnin oksprenolol dan lain-lain) dan selektif
Br (metoprolol, atenolol)
Adrenergik 82 lsoproterenol, epinef rin, Beta-bloker nonselektif (propranolol,
salbutamol, terbutalin oksprenolol, nadolol, pindolol dan lain-
lain) dan selektif Ba (butoksamin)
Dopaminergk Dopamin, bromokriptin Fenotiazin, tioxanten, butirofenon
Seroloninergik Serotonin, LSD Metilsergid, siproheptadin, pizotifen,
fenotiazin, mianserin
Histamin Hl Histamin Klorf eniramin, dif enhidramin,
prometazin, siproheptadin, antidepresi
trisiklik
Histamin He Histamin Simetidin, ranitidin
Opioid Morfin, nalorfin, metadon, petidin Nalokson, nalorlin
Estrogen Estrogen Klomilen, tamoksifen
Reseptor vitamin K dalam sel hati Vitamin K Antikoagulan kumarin
809
Inieraksi Ottat

tagonisme). Contoh interaksi ini dapal dilihat pada antihiprtensi), dapat dihambat secara kompetitif
Tabel 54-3. oleh amln simpatomimetik misalnya yang terdapat
dalam obat llu (fenilelrin, lenilpropanolamin,
PERUBAHAN DALAI{ KESETIMBANGAN eledrin, pseudoefedrin) atau obat yang menekan
CAIRAN DAN ELEKTFOLIT. Perubahan inidapat napsu makan (am{etamin, mazindol), antidepresi
mengubah elek obat, terutama yang bekerja pada trisiklik (amitriptilin, imipramin, desipramin'
jantung, transmisi neuromuskular dan ginjal. Con-
maprotilin), kokain dan fenotiazin (klorpromazin)'
toh obatnya dapat dilihat pada Tabel 54-4. Dengan demikian, obat ini mengantagonisasi efek
GANGGUAN MEKANISHE AMBILAN AIIIN DI hipotensil pen gharnbat saraf adrenergik.
UJUNG SARAF ADRENERGIK. Penghambat INTERAKSI DENGAN PENGHAMBAT MONO.
saral adrenergik (guanetidin, bretilium, btanidin' AtlN OKSIDASE (PENGHAIiBAT llAO). Peng-
debrisokuin dan guanadrsl) diambil oleh uiung saraf hadtbat MAO menghasilkan akumulasi norepinelrin
adranergik dengan mekanism transport aktif untuk dalam iumlah bosar di uiung saral adrenergik. Pem-
norepinelrin. Mekanisrne arnbilan ini, yang dlper. berian penghambat MAO bersama amin sim-
lukan agar otat tersebut dapat bekeria (sebagai patomimetik keria tidak langsung (lenilelrin' fenil-

Tabcl 54-3. CONTOH INTERAKSI FISIOLOGIK

Obat A Obat B Etck

HipnotiVsedatil Analgesik narkotik, antihistamin, antikonvulsi, Depresi SSP I


antipsikotik, antidepresi, reserpin, klonidin, me-
tildopa, etanol, dan lain-lrin

Antihipertensi Diuretik, penghambat SSP, anostetik, anti' Elek obat A I


psikotik, antidepresi

Antihipertensi Simpatomimetik Efek obat A I


Diazoksid Hidralazin, antihipertensi poten lainnya Hipotensi berat

Pcngham bat neurornuskulat Anasldik (oler, cnllwan, isotlurrn, m.toksi- Elct obat A I
kompctitil (d-tubokurarin, tlurrn, hslotan), ane3tctik !okd, Iuinidin,
pankuronium, dan lain-lain) aminogilikoslda, garam Mg, t kr3tlin, kolislin'
klindamisin, linkomisin.

Antikoaguhn Aspirin, antiinf lamasi nonsteroid esarn lainnya Elck obat A I


Antikoagulan kumarin Klof ibrat, tiroksin, steroid anabolik, antibiotik Elek obat A t
spektrum lebar

Aminoglikosida Asam etakrinat, luroscrnid, vankomisin, ototoksisitas I


sisplatin

Amhogt$koeida Sc{rlo,ri{tin, sfalotin, rmtottrisin B, Jsplrtin' Nctrotoksisitag I


siklosporin, Yankomisin, kolistin, luroecmid

Antidiabetik Beta-bloker Elek obat A I


Antidiabetik tiazid, diazoksid, kortikosleroid, kontrasepsi Efek obat A
oral
1
Litium

Haloperidol
Hatoperidol, metildopa

Metildopa
.

I ;;;;;i^;,il;;;i;
Demensiairreversibel

lekstrapiramidal
)
Fenotiazin Etanol Gelala-gejala ekstraPiramidal

Amftamin Litium Stimulasi SSP oleh obat A I


Nilrogliserin sublingual Nitrat kerja lama (penggunaan langka paniang) EfekobatAl (erjadi
tolcransi silang)
810
Farmakologi dan Terapi

Tabel5'l-4. coNToH PERUBAHAN KESETTMBANGAN cAtRAN DAN ELEKTROLIT

Obat A Obat B Elek


Digitalis Diuretik, amfoterisin B Hipokalemia oleh obat B toksisitas
obatA 1
Penghambat neuromuskular kom- Diuretik, amfoterisin B Hipokalemia oleh obat B hiprpolari-
petitif (d-tubokurarin, pankuroni-
sasi motor andplate elek obat A t
um, dan lainlain)

Antiaritmia (lidokain, f enitoin, Diuretik, amfoterisin B


kuinidin, prokainamid)
Hipokalemia oleh obat B efek obat A 1

Digitalis Suksinilkolin Penglepasan K yang cepat dari dalam


sel otot oleh obat B aritmia ventrikel
oleh obat A (terutama pada penderita
dengan trauma jaringan lunak atau
luka bakar yang luas)
Diuretik yang meretensi K Garam K Hiperkalemia, terutama pada penderita
(amilorid, triamteren, spirono-
dengan gangguan fungsi ginjal
lakton)

Litium ,
Diuretik Natriuresis oleh obat B+ retensi obat
A + toksisitas obat A t
Litium NaHCOs Obat B meningkatkan ekskresi obat A
melalui ginjal + efek obat A I
Antihipertensi (misalnya guane- Fenilbutazon, oksif enbutazon, Retensi air dan garam oleh obat B +
tidin, diuretik, B-btoker) indometasin efek obat A I
propanolamin, efedrin, pseudoetedrin, amfetamin
atau tiramin), menyebabkan penglepasan norepi_
5. INTERAKSI LAIN.LAIN
nelrin jumlah besar tersebut sehingga terjadi krisis
hipertensi, sakit kepala berdenyut yang hebat, dan INTERAKSI ANMN ANTIMIKROBA. PAdA MENi.
kadang-kadang perdarahan intraserebral, Tiramin, ngitis yang disebabkan oleh pneumokokus yang
yang banyak ter- dapat dalam keju, bir, anggur dan sensitil terhadap ampisilin, pemberian ampisilin
makanan lain yang mengalami fermentasi, biasa_ bersama kloramlenikol menimbulkan antagonisme.
nya dimetabo{isme oleh MAO di dinding usus dan Pemberian ketokonazol bersama amfoterisin B
di hati sebelum dapat mencapai sirkulasi sistemik. untuk penyakit jamur sistemik bersifat antagonisme,
Tetapi pada penderita yang mendapat penghambat
MAO, tiramin terlindung dari metabolisme oleh MAO
LAIN.LAIN
dan dapat mencapai ujung saral adrenergik melalui
sirkulasi.
Fleaksi hipertensif yang sama juga terjadi awal Obat A Obat B
pengobatan dengan guanetidin, bretilium, beta_
nidin, debrisokuin, guanadrel dan reserpin, bila di_
berikan bersama penghambat MAO. Demikian juga
l-dopa Vitamin & Obat B meningkatkan
aktivitas enzim metabo-
pemberian penghambat MAO bersama dopamin
lisme obat A di perifer
/-dopa atau metildopa akan menimbulkan elek yang
efek obat A I
sama, Pemberian penghambat MAO bersama anti-
depresi trisiklik, anestetik atau petidin kadang- Klonidin Sotalol Tekanan darah 1 (pada
kadang dapat menimbulkan hiperpireksia dan beberapa penderita)
eksitasi serebral (agitasi, tremor, konvulsi, dan Spironolakton Aspirin Obat B menguiangi
koma). efek diuretik obat A
Farmakokinetik Kinik

55. FARMAKOKINETIK KLINIK


Arini Setiawati

1. Prinsiplarmakokinetik 2. Penetapan regimen dosis optimal


1.1. Model larmakokinetik tubuh manusia 2.1. Batas kadarteraPi obat
1.2. Kinetika linear dan nonlinear 2.2. Langkah penetapan regimen dosis optimal
1 .3. Parameter larmakokinetik

1.4. lnlus kontinyu dan dosis berulang

Efek obat terhadap tubuh pada dasarnya etek toksik pada kadar yang sedikit lebih tinggi dari
merupakan akibat interaksi obat dengan reseptor- kadar yang menimbulkan elek terapi; untuk obat
nya; maka secara teoritis intensitas elek obat, baik demikian juga telah diketahui kadar terapi dan
elek terapi maupun efek toksik, tergantung dari kadar toksiknya. Perhitungan farmakokinetik untuk
kadar obat di tempat reseptor atau tempat kerjanya, menetapkan regimen dosis berdasarkan data
Oleh karena kadar obat di tempat kerja belum dapat populasi akan cocok untuk sebagian besar pende-
diukur, maka sebagai penggantinya diambil kadar rita, tetapi belum tentu cocok untuk sejumlah pende-
obal dalam plasma/serum yang umumnya dalam rita yang lain. lni berarti bahwa untuk sebagian kecil
keseimbangan dengan kadarnya di tempat kerja (li- penderita masih perlu dilakukan penyesuaian dosis
hat pada Gambar 1-1, Bab 1)' Telah terbukti bahwa lebih lanjut, khususnya untuk obat-obat dengan
untuk kebanyakan obat, terdapat hubungan linear batas keamanan yang sempit.
anlara elek farmakologik obat dengan kadarnya Beberapa obat tidak memperlihatkan'hubung-
dalam plasma atau serum; tetapi tidak demikian an yang jelas antara kadar dalam plasma dengan
halnya antara elek dengan dosis obat. Hal ini dise- efek farmakologiknya, misalnya B-bloker dengan
babkan karena kadar obat dalam plasma ditentukan elek antihipertensinya, Untuk obat seperti ini sulit
tidak hanya oleh dosis obat tetapi juga oleh faktor- untuk mengadakan pendekatan larmakokinetik
laktor larmakokinetik yang ternyata sangat ber- dalam menentukan dosis.
variasi anlar individu (lihat Bab 56).
Disiplin ilmu farmakokinetik klinik menerap-
kan prinsip larmakokinelik dalam klinik, yakni dalam 1. PRINSIP FARMAKOKINETIK
larmakoterapi. Untuk itu disini diberikan prinsip
larmakokinetik yang perlu diketahui oleh seorang
dokter agar dapat menetapkan regimen dosis yang Farmakokinetik menggunakan model mate-
optimal bagi masing-masing penderita dengan ber- matik untuk menguraikan proses'proses absorpsi,
pedoman pada kadar obat dalam plasma atau distribusi, biotranslormasi dan ekskresi, dan mem-
serum.
perkirakan besarnya kadar obat dafam plasma
Sqat ini telah tersedia data farmakokinetik sebagai lungsi dari besarnya dosis, in'terval pem-
obat, yang meliputi berbagai parameter larmako- berian dan waktu,
kinetik, yaitu bioavailabilitas oral, waktu paruh, ber-
sihan (c/earance), dan volume distribusi, dalam ke-
adaan lisiologik maupun patologik. Beberapa kon- 1.1. MODEL FARMAKOKINET]K TUBUH
disi fisiologik dan berbagai kondisi patologik dapat MANUSIA
menimbulkan perubahan pada parameter larmako-
kinetik obat (lihat Bab 56). Data larmakokinetik MODEL 1 KOMPARTEMEN. Menurut model ini,
terutama penting untuk obat yang memperlihatkan tubuh dianggap sebagai 1 kompartemen tempat
batas keamanan sempit, artinya telah menimbulkan obat menyebar dengan seketika dan merata ke
812 Farmakologi dan Terapi

seluruh cairan dan jaringan tubuh. Model ini terlalu (kompademen 2) dan kompartemen perifer yang
disederhanakan sehingga untuk kebanyakan obat dalam (kompartemen 3).
kurang tepal. Model mana yang cocok untuk suatu obat
MODEL 2 KOMPARTEMEN. Tubuh dianggap ter- tergantung obatnya dan dapat diperkirakan dari
diri atas kompartemn sentral dan kompartemen
prolil kurva kadar obat dalam plasma terhadap
perifer. Kompartemen sentral terdiri dari darah waktu. Dalam penelitian larmakokinetik tentu saja
dan berbagai jaringan yang banyak dialiri darah harus digunakan model yang paling cocok untuk
obat yang bersangkutan. Tetapi untuk perhitungan
seperlijantung, paru, hati, ginjal dan kelenjar-kelen-
jar endokrin. Obat tersebar dan mencapai keseim- regimen dosis di klinik, yang harus cepat dan
bangan dengan cepat dalam kompartemen ini. tidak perlu terlalu tepat karena selalu harus dis-
Kompartemen perifer adalah berbagai jaringan esuaikan kembali menurut respons penderita,
yang kurang dialiri darah misalnya otot, kulit dan cukup digunakan model 1 kompartemen untuk pem-
jaringan lemak, sehingga obat lambat masuk ke berian oral dan kalau perlu model 2 kompartemen
dalamnya. Model 2 kompartemen ini pada prinsip- untuk pemberian lV. Pada pemberian bolus lV,
biasanya lase distribusi terlihat dengan jelas (yang
nya sama dengan model 1 kompartemen, bedanya
hanya dalam proses distribusi karena adanya kom- rnenandakan 2 kompartemen), sedangkan pada
parlemen perifer; eliminasi tetap dari kompartemen pemberian oral, lase distribusinya seringkali ler-
tutup oleh lase absorpsi (Gambar 55-1).
sentral. Model ini ternyala cocok untuk banyak obat.
Untuk keperluan farmakokinetik klinik, maka
MODEL 3 KOMPARTEMEN. Kompartemen periler pembahasan selaniutnya akan dibatasi pada
dibagi atas kompartemen perifer yang dangkal model I kompartemen saja.

tase distribusi

Co (oral)

Co (lV)

fase eliminasi

.k"
slope =-
2.303
log C
(log kadar obat
dalam plasma)

t (waktu)

Gambar 55-1 , Kurun waktu kadar obat dalam plasma setclah pemberian lV dan oral, untuk obat-obat yang rnengikuti
kinetika lirct ordeL
813
Farmakokinetik Klinik

1.2. KINETIKA LINEAR DAN NONLINEAR 1.3. PARAMETER FARMAKOKINETIK

KINETIKA LINEAR ATAU KINETIKA FIRST BIOAVAILABILITAS atau AVAILABILITAS SIS'


ORDER.'Proses-proses absorpsi, distribusi dan TEMIK (=F). Parameter ini menunjukkan fraksidari
eliminasi (metabolisme dan ekskresi bentuk utuh) dosis obal yang mencapai peredarah darah sis-
yang dialami oleh hampir semua obat pada dosis temik dalam bentuk aktif. Bila obat dalam bentuk
terapi mengikuti kinetika first order, artinya kece' aktif diberikan secara lV maka F-1 , tetapt bih di-
patan proses-proses tersebut sebanding dengan suntikkan dalam bentuk derivat yang perlu dikon-
jumlah obat yang ada (yang tinggal). Jadi jumlah versi dalam tubuh, maka F - lraksi yang dikonversi
obat yang diabsorpsi, didistribusi dan dieliminasi menjadi bentuk aktif, misalnya kloramlenikol etil-
per satuan waktu makin lama makin sedikit' suksinat, hidrokortison Na-suksinat, klindamisin
sebanding dengan jumlah obat yang masih belum loslat.
mengalami proses-proses tersebut. Kinetika first Bila obat diberikan per otal maka F biasanya
order ini terjadi pada proses-proses yang tidak kurang dari 1 dan besarnya bergantung pada jum-
mengalami kejenuhan. lah obat yang dapat menembus dinding sa'luran
cerna fiumlah obat yang diabsorpsi) dan iumlah
Pada obat-obat dengan kinetika first order obat yang mengalami elirninasi presistemik (meta-
atau kinetika linear ini terdapat hubungan yang bolisme lintasan pertama) di mukosa usus dan
linear antara log kadar obat dalam plasma dengan dalam hepar. Obat.obat yang mengalami eliminasi
waktu pada lase absorpsi, distribusi dan eliminasi- presistemik misalnya propranolol, metoprolol,
nya (Gambar 55-1), demikian juga antara dosis obat levodopa, klorpromazin, morfin, propoksifen, vera-
yang diberikan dengan kadar plasma yang dicapai pamil dan diltiazem.
pada seorang individu; yang terakhir ini menjadi Besarnya bioavailabilitas suatu obat oral di-
dasar perhitungan dalam menyesuaikan dosis pada gambarkan oleh AUC (area under the curve) alau
kegiatan Therapeutic Drug Monitoring (lihat uraian luas area di bawah kurva kadar obat dalam plasma
di bawah). terhadap waktu, dari obat oral tersebut dibanding-
KINETIKA ZERO ORDER. Proses-proses yang kan dengan AUC-nya pada pemberian lV. lni dise-
berlangsung dengan kecepatan konstan per satuan but bioavailabilitas oral, dan merupakan bioavaila-
waktu (tidak tergantung dari iumlah obat yang masih bilitas absolut dari obat oral tersebut.
tinggal) dikatakan mengikuti kinetika zero order. Bioavailabilitas oral = Bioavailabilitas absolut=F
Sebagai contoh: proses disolusi obat dan infus obat.
AUC or"l
KINETIKA NONLINEAR. Eliminasi obat dalam
dosis toksik mula-mula mengikuti kinetika zero
AUC tv
order karena kapasitas metabolisme hati dan/atau
kapasitas ekskresi ginjal mengalami keienuhan,
kemudian setelah iumlah obat dalam tubuh Bioavailabilitas suatu sediaan obat (preparat
menurun, kembali mengikuti kinetika first order. dagang) disebut bloavailabilitas produk yang ber-
sangkutan. lni ditentukan selain oleh bahan baku
Untuk beberapa obat, kinetika nonlinear ter- obatnya, juga oleh lormulasi produk tersebut; be-
jadi pada dosis terapi, misalnya dilenilhidantoin dan
sarnya dibandingkan dengan bioavailabilitas
salisilat. Pada obat-obat dengan kinetika nonlinear produk penemunya, sehingga merupakan
ini, terdapat hubungan yang nonlinear antara kadar bioavailabilitas relatil dari produk tersebut.
obat dalam plasma dengan waktu pada lase
eliminasinya, demikian iuga antara dosis obat yang Bioavailabilitas suatu produk x= Bioavailabi'
diberikan dengan kadar plasma yang dicapai pada litas relatif
seorang individu.
AUC or.l produk x
Pembahasan selaniutnya dibatasi pada
kinetika obat lirst order. AUC or"l produk standar
814 Farmakologi dan Terapi

VOLUME DISTRIBUSI (Va). Parameter ini menun- laju eliminasi oleh seluruh tubuh
jukkan volume penyebaran obat dalam tubuh de- Cl =
ngan kadar plasma atau serum. Vo tidak perlu me- kadar obat dalam plasma
nunjukkan volume penyebaran obat yang sesung-
guhnya ataupun volume secara anatomik, tetapi
hanya volume imajinasi dimana tubuh dianggap se- Pada pemberian dosis tunggal :
bagai 1 kompartemen yang terdiri dari plasma atau
serum, dan Vo menghubungkan jumlah obat dalam Dlv F'D orat
tubuh dengan kadarnya dalam plasma atau serum. Cl =
AUCIV AUCoral

X Dtv F'Dor"l dimana: AUC = Area Under the Curye - luas


V6= area di bawah kurva kadar obat
c
-= Co (lV) Co (oral) dalam plasma terhadap waktu
(dari 0 --+c'c;
dimana: Bersihan total merupakan hasil penjumlahan
X - jumlah obat dalam tubuh
\ pada waktu bersihan berbagai organ dan jaringan tubuh,
C = kadar obat dalam plasma I yang sama terutama ginjal dan hepar.
atau serum )
DIV = dosis obat pada pemberian lV Cl = CIR + Clx + Clo
Doral = dosis obat pada pemberian oral
F = traksi dosis oral yang mencapai peredaran Cln - 6"t"'n"n renal
darah sistemik dalam bentuk aktif Cln - 6"r*'n"n hepar
= bioavailabilitas oral Clo - bersihan organ lain
Co = kadar plasma/serum pada waktu t = O
(ekstrapolasi garis eliminasi ke t = 0, lihat
Gambar 55-1).
Laju eliminasi oleh organ - jumlah obat yang
masuk organ per satuan waktu dikurangi jumlah
obat yang keluar organ per satuan waktu.

Besarnya V6 ditentukan oleh ukuran dan kom-


posisi tubuh, lungsi kardiovaskular, kemampuan
= Q'CA'Q'Cv=A(Cn-Cv)
molekul obat memasuki berbagai kompartemen dimana: Q- aliran darah organ
tubuh, dan derajat ikatan obat dengan protein plas- Cl - kadar obat yang masuk (dalam
ma dan dengan berbagai jaringan. Obat yang ter- darah arteri)
timbun dalam jaringan sehingga kadar dalam Cv = kadar obat yang keluar (dalam
plasma rendah sekali mempunyai Vo yang besar darah vena)
sekali (misalnya digoksin), sedangkan obat yang
terikat dengan kuat pada protein plasma sehingga
kadar dalam plasma cukup tinggi mempunyai V6 laju eliminasi oleh organ
yang kecil (misalnya warlarin, tolbutamid, dan Cl organ =
salisilat). kadar obat yang masuk

BERSTHAN TOTAL (TOTAL BODy CLEARANCE o (cA-cv)


= Cl). Cl adalah volume plasma yang dibersihkan -'organ
^t - = a.E.
dari obat per satuan waktu oleh seluruh tubuh cA
(darah)
(ml/menit). Parameter ini menunjukkan kemam-
puan tubuh untuk mengeliminasi obat. Untuk obat
dengan kinetika first order, Cl merupakan bilangan cl'cv
konstan pada kadar obat yang biasa ditemukan = E = rasio ekstraksi obat oleh organ
dalam klinik. cA
Farmakokinetik Klinik 815

Bersihan hepar ( =Clx) ialah volume plasma oleh QH. Sebagai contoh :lenitoin, teofilin, tolbuta-
yang dibersihkan dari obat per satuan waktu oleh mid dan warfarin.
hepar (ml/menit). Pada orang normal, bersihan hepar paling
banyak dipengaruhi oleh aktivitas enzim metabo-
laju metabolisme obat oleh hepar lisme hepar (Cl) yang sangat bervariasi antar indi-
clH vidu akibat variasi genetik yang besar. Di samping
(plasma) kadar obat dalam plasma itu, untuk obat dengan Cl; yang rendah, ada pe-
ngaruh induksi atau inhibisi enzim tersebut oleh
obat lain atau laktor lingkungan.
Cli Cu Gli fu C Pada sirosis hepatis, tidak hanya Cl; yang
= Cli fu.......(a) menurun akibat kerusakan parenkim hati, tetapi Qn
cc juga menurun karena terjadrnya aliran darah pintas
sehingga hanya sebagian dari alir darah portal yang
Qx Cli fe melewati bagian hepar yang normal. Oleh karena
Clx= Qx Ex .........(b) itu pada penyakit ini terjadi penurunan CIH untuk
(darah) Qx + Cli fe semua obat yang dimetabolisme oleh hepar, baik
obat dengan Cli atau EH tinggi maupun rendah. lni
berarti bahwa pada sirosis hepatis, semua obat
di mana : Cl1 - bersihan intrinsik hepar, yaitu ke- yang eliminasinya terutama melalui hepar harus
mampuan enzim dalam hepar diturunkan dosisnya.
untuk memetabolisme obat bebas- Bersihan ginjal (=Clp) adalah volume plasma
per satuan waktu (tanpa dibatasi yang dibersihkan dari obat per satuan waktu oleh
eH) ginjal (mUmenit).
Cu= kadar obat bebas dalam plasma
fu lraksi obat bebas dalam plasma laju ekskresi obat utuh oleh ginjal
fe lraksi obat bebas dalam darah CIR
QH- aliran darah hepar (plasma) kadar obat dalam plasma
En rasio ekstraksi hepar

laju liltrasi + laju sekresi - laju reabsorpsi


Jadi besarnya Cl6 dipengaruhi oleh aktivitas enzim
metabolisme (Cl;), ikatan protein plasma (fu) dan kadar plasma
aliran darah hepar (QH).
Bila Cli besar, dibandingkan dengan jumlah
obat yang masuk hepar, maka semua obat yang di- Laju liltrasi obat = GFH.Cu = GFR.fu.C
bawa oleh darah ke hepar akan dimetabolisme (E11
tinggi, mendekali 1). Dalam hal ini CIH (darah) tidak
dipengaruhi oleh ikatan protein maupun oleh peru- di mana: GFR - laju filtrasi glomerulus
bahan kecil dalam Cli (akibat induksi atau penyakit Cu - kadar obat bebas dalam plasma
hepar yang ringan), tetapi dibatasi oleh q6 (ClH lu - lraksi obat bebas dalam plasma
mendekati nilai QH, lihat persamaan b), jadi sangat C - kadar obat dalam plasma
dipengaruhi oleh perubahan Qn. Sebagai contoh:
propranolol, lidokain, nitrogliserin dan morfin.
Bila Cli kecil dibandingkan dengan jumlah
obat yang masuk hepar, maka hanya sebagian kecil Jadi, laju liltrasi obat ditentukan oleh alir darah
obat yang akan dimetabolisme (Es rendah, men- ginjal, fungsi ginjal dan ikatan obat dengan protein
dekati O). Dalam hal ini Cln (plasma) sebanding plasma. Laju sekresi aktil di tubuli biasanya tergan-
dengan fraksi obat bebas (fu) dan Cli (lihat per- tung dari alir darah ginjal dan ada atau tidaknya
samaan a), sehingga dipengaruhi oleh perubahan kompetisi dengan zal-zal lain, dan tidak tergantung
ikatan protein (akibat penyakit atau interaksi obat) dari ikatan protein. Sedangkan laju reabsorpsi
dan oleh perubahan Cli(akibat induksi atau penyakit ditentukan oleh kelarutan bentuk nonion dalam
hepar), tetapi tidak atau hanya sedikit dipengaruhi lemak, pH urin dan laju aliran urin.
816 Farmakologi dan Terapi

Analog dengan ClH, maka : Bersihan (Cl), yang merupakan ukuran ke-
mampuan tubuh untuk mengeliminasi obat, tergan-
Cln = Qn.En tung tidak hanya dari t112, tetapi juga dari V6.
(darah) Misalnya diazepam, t1y2 nya memanjang dengan
= alir darah ginjal x rasio ekstraksi ginjal meningkatnya usia, tetapi bersihannya tetap karena
Vd nya juga meningkat.
Meskipun trTz bukan indeks yang baik untuk
Bila Er:r tinggi (akibat laju sekresiyang tinggi) kecepatan eliminasi obat, tetapi t112 merupakan in-
maka Cln dibatasi oleh Qn dan tidak atau hanya deks yang baik untuk waktu mencapai keadaan
sedikit dipengaruhi oleh ikatan protein maupun oleh mantap (sfeadystafe) atau tss, waktu untuk menghi-
insufisiensi ginjal yang ringan (misalnya penisilin G, langkan obat dari tubuh (sama besar dengan tss),
konyugat glukuronid). Sebaliknya, bila En rendah dan untuk memperkirakan interval dosis atau T
(filtrasi saja, atau dengan laju sekresi yang rendah, (lihat di bawah).
atau dengan laju reabsorpsi yang tinggi) maka Clp
dipengaruhi oleh ikatan protein dan oleh penyakit
ginjal, tetapi tidak atau hanya sedikit dipengaruhi 1.4. INFUS KONTINYU DAN DOSIS
oleh Qn (misalnya digoksin, gentamisin). BERULANG
Pada orang normal, bersihan ginial paling
banyak dipengaruhi oleh pH urin, terutama untuk Pada pemberian infus yang kontinyu atau
obat-obat yang bersilat asam atau basa lemah' dosis berulang, akan terjadi peningkatan kadar obat
(akumulasi) sampai tercapai keadaan mantap
cln (steady state), di mana kadar obat tidak lagi
rR--
a_
meningkat (stabil) karena kecepatan eliminasi obat
cl oleh tubuh telah menyamai kecepatan masuknya
obat ke dalam tubuh.
= fraksi obat diekskresi utuh oleh ginjal Kadar mantap atau kadar steady stale (Css)
dari dosis yang bioavailabel dicapai setalah 4-5 x waktu paruh obat.

WAKTU PARUH ELIMINASI (= t 1i2). lni adalah


tss - 4-5x\lz
waktu yang diperlukan untuk turunnya kadar obat
tgo% ss = 3.3 x t1/2
dalam plasma atau serum pada fase eliminasi
(setelah fase absorpsi dan distribusi) menjadi INFUS KONTINYU. Css dicapai ketika kecepatan
separuhnya. Untuk obat-obat dengan kinetika firsf eliminasi obat oleh tubuh (Cl) telah menyamai
order, l1/2 ini merupakan bilangan konstan, tidak kecepatan masuknya obat ke dalam tubuh
tergantung dari besarnya dosis, interval pemberian, (kecepatan infus).
kadar plasma maupun cara pemberian. Dosis awal (Loading dose = D1) ialah dosis
yang dimaksudkan untuk langsung mencapai Css
(Css adalah kadar terapi = Ctner)
0.693
tl12 =
ke
DL = Crs,max X Vd (lV)
ke = konstanta laiu eliminasi first order.
Vo
k? =C33,6syX- (oral)
F
S/ope fase eliminasi (Gambar 55-1)
2.303
F.Du I Vo Dn
0.693
Cl=ke.Vo=-Va vd 1-e-k"r F 1-e-k"r
1112
Farmakokinetik Klinik 817

Rint
Cs3 =-
ct
Rint
=-
ke'Vo

Rint
x1.44x\p
Vu

Rint = kecepatan infus

DOSIS BERULANG

(1) lntravena :
Du 'l
C"",^", = _x
lf Vo I -e-k"T
Dm 1.44xkp Du I
Cr","t = x-
log C Va TTCI -
Du e -kJ
Css,min =
Vo
-x I-e-kr
r = interval dosis
2T 3T Css,r"r * kadar mantap tertinggi
Css,"v = kadar mantap rata-rala (average)
Css,min = kadar mantap terendah
Du = dosis penunjang (malntenance dose)

(2) Oral :

F.Dm I
Csr.m.x x
Vo 'l - e'k.T

F.Du -'1.4/.xh12 F.Du I


log C C"","" =- x-
VaTTCI
F.Dm e -k.T
Crs,min =Csc,maxXe-kcT=
va t -e-*"i
-X
2T 3T -
818 Farmakologi dan Terapi

Dl biasanya diberikan untuk obat-obat yang \pnya untuk kebanyakan penderita. Ctner,max adalah
relatil terlalu panjang dibandingkan dengan waktu kadar toksik minimal, yakni kadar obat yang
yang diinginkan untuk mencapai kadar terapi, misal- menghasilkan efek toksik pada tidak lebih dari 5-
nya.: 10% penderita. Obat-obat yang sangat aman tidak
mempunyai Crh"r,r"t, sedangkan untuk obat-obat
- tetrasiklin (trlz - 11 jam)
dengan batas keamanan yang sempit nilai Crher,max
- digoksin (trlz - 36 jam), tetapi digitalisasi biasanya hanya 2 X Cther,min, dan bahkan memer-
biasanya dibagi dalam 3-4 dosis yang diberikan lukan kadar tinggi ini untuk mendapatkan respons
selama 1-2hari terapi, sedangkan beberapa penderita lainnya telah
- lidokain (\p- ljam) untukaritmiasetelahinfark mengalami efek toksik pada kadar yang jauh lebih
miokard. rendah. Tumpang tindih antara kadar terapi dan
kadar toksik adalah umum, dan untuk beberapa
lnterval dosis (T). Dari segi larmakokinetik, T yang obat, misalnya digoksin, meliputi kisaran (range)
rasional untuk kebanyakan obat sama dengan t1y2 kadar yang cukup lebar. Flegimen dosis yang op-
eliminasi obat yang bersangkutan, dengan timal akan menghasilkan kadar mantap, yang ter-
demikian kadarnya berlluktuasi 2 x lipat (Css,max = tinggi maupun yang terendah, di dalam batas-batas
2 x Css,min). Obat dengan trTz yang pendek dapat di- terapi obat.
berikan dengan T beberapa kali trlz nya bila obatnya
cukup aman untuk diberikan dalam dosis yang jauh
lebih besar dari yang dibutuhkan untuk menim- 2.2. LANGKAH-LANG KAH PENETAPAN
bulkan efek terapinya (misalnya penisilin G). Akan REGIMEN DOSIS OPTIMAL
tetapi bila batas keamanannya sempit, mungkin
obat tidak dapat diberikan dengan T lebih besar dari Untuk menetapkan regimen dosis yang op-
tr/z nya karena kemungkinan lluktuasi kadarnya timal bagi seorang penderita dilakukan langkah-
akan melampaui batas-batas kadar terapinya langkah berikut :

(misalnya teofilin). Obat dengan t1/2 yang lebih dari (1) Mula-mula ditentukan kadar target (Ctarset)
t hari, biasanya diberikan sekali sehari untuk me- yang biasanya merupakan nilai tengah dari
mudahkan pemberiannya (misalnya fenobarbital, kisaran nilai terapi.
digoksin). Difenilhidantoin yang mempunyai t112 - 1

hari sebenarnya tidak perlu diberikan 3 x sehari tapi Ctarget = 1/2 (Ctner,min + Cther,max)
cukup 1 x sehari. Tetapi pemberian dalam dosis
terbagi mungkin dimaksudkan untuk mengurangi (2) Kemudian dihitung regimen dosis yang diharap-
iritasi lambung. kan akan mencapai kadar target tersebut :

Rint
lnfuS I Crarger = Css =

2. PENETAPAN REGIMEN DOSIS ct

OPTTMAL Rint=CtargetxCl

Untuk maksud ini perlu diketahui batas-batas F.Dm 1

kadar terapi, Cl, F, Vo dan tr/e obat yang ber- Oral :C619gt=Css,av x- |
sangkutan (dari kepustakaan). TCI
Drrr ct
2.1. BATAS KADAR TEBAPI OBAT Ctarget x
(Cther,min dan Cshgy,riley) TF
-
Kadar efektif minimal (Ctner,mtn) adalah T dan Dr'l dipilih sedemikian sehinggd Css,max dan
kadar obat yang menghasilkan sekitar 50% elek Css,minhasil perhitungan akan berada dalam batas-
terapi maksimal. Kadar obat di bawah Ctner,min ini batas kadar terapi dan T tidak terlalu pendek untuk
dapat menimbulkan elek terapi tapi tidak cukup menjaga kepatuhan penderita makan obat.
Farmakokinetik Klinik 819

F.Dm 1 utama dalam melakukan penyesuaian dosis,


C"t,t.t artinya dalam menentukan kadar plasma yang
. Va l-e'k"T akan dituju (kadar plasma target). Selama res-
pons klinik dapat dijadikan pegangan, kadar
plasma hanya menjadi determinan tambahan.
Css,min = Css,max x e-kcT Hanya bila respons klinik tidak dapat dija-
dikan pegangan, maka penyesuaian dosis
0.693 ditentukan sepenuhnya oleh kadar plasma
dengan menggunakan perhitungan berikut :
^e-
tu2
Dosis baru =
- kadar plasma target
Bila diinginkan kadar target segera dicapai, maka
Dosis lama x
diberikan dosis awal (D1):
kadar plasma yang diukur

Bolus lV i Dr = Ctarset x Vd lndividualisasi regimen dosis obat dengan


pertolongan pengukuran kadar obat dalam plas-
vd ma merupakan kegiatan monitoring kadar terapi
Oral : D1 =Crargerx obat (therapeutic drug monitoring = TDM). De-
ngan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan
-F keamanan larmakoterapi, TDM diperlukan untuk
Untuk perhitungan regimen dosis ini diguna- obat-obat atau keadaan-keadaan klinik berikut :
\p dari kepustakaan,
kan nilai-nilai Cl, F, Vo dan (1) Obat poten dengan margin of safety yang sem-
bukan dari masing-masing penderita yang bersang- pit, misalnya digoksin, lenitoin, aminoglikosida, an-
kutan (karena tidak diketahui), maka Cs5 lang dica- tiaritmia dan teofilin.
pai belum tentu cocok, dan ternyata memang berki- (2) Obat yang menimbulkan kadar plasma sangat
bervariasi pada dosis yang biasa diberikan, contoh-
sar antara 35-270% dari C16yss1. Variasi ini teddu
nya propranolol, lenitoin, teolilin, aspirin, dan an-
besar untuk obat-obat yang batas keamanannya
tidepresan trisiklik.
sempit. Oleh karena itu, terutama untuk obat- obat
(3) Obat yang efek farmakologiknya sukar atau tidak
demikian, C33 yang dicapai dalam plasma atau
dapat dikuantifikasi dari respons kliniknya, misalnya
serum perlu diukur. obat-obat profilaksis termasuk antikonvulsi.
(3) Sampel darah harus diambil setelah tercapai (4) Obat yang efek toksiknya sukar dikenali secara
keadaan mantap, yakni setelah paling sedikit klinik atau tidak dapat dibedakan dengan efek sub-
4-S x \p, bila obat diberikan lanpa dosis awal. terapinya, misalnya digoksin.
Tetapi untuk obat-obat yang toksik, sampel di- (5) Penderita dengan penyakit ginjal, hepar, kar-
ambil setiap 2x t112 dan dosisnya langsung diovaskular atau saluran cerna; pada penderita ini
disesuaikan bila kadar yang dicapai lebih tinggi hubungan antara dosis dan kadar plasma dapat
dari yang diharapkan. Selain itu, sampel darah sangat menyimpang.
harus diambil tepat sebelum dosis berikut- (6) Kasus-kasus kegagalan terapi dengan dosis
nya, yakni waktu kadar obat paling rendah yang biasa diberikan: tidak efektif atau menim-
(Css,min), kecuali untuk obat-obat yang kerjanya bulkan efek toksik,
hanya di bagian awal dari interval dosis (sampel (7) Polilarmasi dengan kemungkinan terjadi interak-
harus diambil segera setelah pemberian) dan si obat.
untuk obat-obat yang \p nya lebih dari t hari (8) Penderita yang tidak patuh atau kepatuhannya
sehingga fluktuasi kadarnya kecil sekali sepan- diragukan.
jang hari (sampel dapat diambil setiap saat
setelah lase dislribusinya selesai). TDM tidak diperlukan untuk :
(4) Penyesuaian regimen dosis obat dilakukan
berdasarkan respons klinik penderita dan/atau (1) Obat yang relatif aman
kadar plasmanya. Harus diingat bahwa res- (2) Penderita yang memberikan respons klinis yang
pons klinik penderita merupakan determinan baik pada dosis yang biasa diberikan.
820 Farmakologi dan Terapi

56. FAKTOR.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPONS


PENDERITA TERHADAP OBAT
Arini Setiawati dan Armen Muchtar

1. Pendahuluan 3.2. Penyakit kardiovaskular


3.3. Penyakit hati
2, Kondisi fisiologik
3.4. Penyakit ginjal
2.1, Anak
2.2. Usia lanjut 4. Faktor genetik
3, Kondisi patologik 5. Faktor-faktor lain
3.1. Penyakit saluran cerna e Penutup

DOSIS YANG DIBERIKAN


1. PENDAHULUAN
(RESEP)
| - Kepatuhan penderita
Obat biasanya diberikan dalam dosis biasa - Kesalahan medikasi
J
atau dosis rata-rata, yang cocok untuk sebagian
DOSIS YANG DIMINUM
besar penderita. Untuk penderita lainnya, dosis
biasa ini terlalu besar sehingga menimbulkan efek Faktor-faktor larmakoki neti k
- absorpsi fiumlah dan kecepatan)
toksik atau terlalu kecil sehingga tidak efektif. Ber-
- distribusi
bagai laktor yang dapat mempengaruhi respons (ukuran dan komposisi tubuh, distribusi dalam
penderita terhadap obat dapat dilihat pada Gambar cairan-cairan tubuh, ikatan dengan protein
56-1. plasma dan jaringan)
Tanpa adanya kesalahan medikasi, kepatuh-
eliminasi (kecepatan)
an penderita menentukan jumlah obat yang di-
minum. Faktorjaktor larmakokinetik menentukan * Kondisi fisiologik
berapa dari jumlah obat yang diminum dapat men-
capai tempat kerja obat untuk bereaksi dengan 'Kondisi patologik
reseptornya. Faktor-faktor larmakodinamik menen-
' Faktor genetik
'lnteraksi obat
tukan intensitas efek larmakologik yang ditimbulkan * Toleransi
oleh kadar obat di sekitar tempat reseptor lersebut.
Untuk kebanyakan obat, keragaman respons
penderita terhadap obat terutama disebabkan oleh Faktor-faktor larmakodinamik
adanya perbedaan individual yang besar dalam fak-
tor-faktor larmakokinetik; kecepatan biotransfor-
obat-reseptor \
- interaksi .sensitivitas
jaringan J
- keadaan fungsional reseptor/
masi suatu obat menuniukkan variasi yang ter- - mekanisme homeostatik jaringan
besar. Untuk beberapa obat, perubahan dalam fak-
tor-faktor larmakodinamik merupakan sebab utama
yang menimbulkan keragaman respons penderita. INTENSITAS EFEK FARMAKOLOGIK
(RESPONS PENDERITA)
Variasi dalam berbagai laktor farmakokinetik dan
larmakodinamik ini berasal dari perbedaan indivi-
dual dalam kondisifisiologik, kondisi patologik, fak- Gambar 56-1. Faktor-faktor yang dapat mempenga'
tor genetik, interaksi obat dan toleransi. ruhl rcspons penderlta terhadap obat
Fanot-faktor yang Mempengaruhi Respons Pendeilta Terhadap Obat 821

2. KONDISI FISIOLOGIK NEONATUS DAN BAYI PREMATUR

Pada usia ekstrim ini terdapat perbedaan


. 2.1. ANAK responq yang terutama disebabkan oleh belum
sempurnanya berbagai fungsi farmakokinetik
Usia, berat badan, luas permukaan tubuh atau tubuh, yakni (1 ) fungsi bictranslormasi hati (ter-
kombinasi faktor- faktor ini dapat digunakan untuk utama glukuronidasi, dan juga hidroksilasi) yang
kurang; (2) lungsi ekskresi ginjal (filtrasi glomerulus
menghitung dosis anak dari dosis dewasa.
Untuk perhitungan dosis, usia anak dibagi dan sekresi tubuli) yang hanya 60-70% dari lungsi
ginjal dewasa; (3) kapasitas ikatan protein plasma
dalam beberapa kelompok usia sbb.: sampai 1
(terutama albumin) yang rendah; dan (4) sawar
bulan (neonatus), sampai 1 tahun (bayi), anak 1-5
tahun, dan anak 6-1 2 tahun. darah-otak serta sawar kulit yang belum sempurna.
Berat badan digunakan untuk menghitung Dengan demikian diperoleh kadar obat yang tinggi
dosis yang dinyatakan dalam mg/kg. Akan tetapi, dalam darah dan jaringan. Di samping itu terdapat
perhitungan dosis anak dari dosis dewasa berda- peningkatan sensitivitas reseptor terhadap
beberapa obat. Akibatnya terjadi respons yang ber-
sarkan berat badan saja, seringkali menghasilkan
lebihan atau efek toksik pada dosis yang biasa dibe-
dosis anak yang terlalu kecil karena anak mem-
punyai laju metabolisme yang lebih tinggi sehingga rikan berdasarkan perhitungan luas permukaan
per kg berat badannya seringkali membutuhkan tubuh. Contoh obat dengan respons yang berlainan
pada neonatus dan bayi prematur dapatdilihat pada
dosis yang lebih tinggi daripada orang dewasa
(kecuali pada neonatus). Tabel 56-2.
Luas permukaan tubuh lebih tepat untuk Prinsip umum penggunaan obat pada
neonatus dan bayi prematur adalah :
menghitung dosis anak karena banyak lenomen
fisik lebih erat hubungannya dengan luas per- (1) Hindarkan penggunaan sulfonamid, aspirin,
heksaklorofen (kadar berapapun untuk kulit yang
mukaan tubuh. Berdasarkan luas permukaan tubuh
tidak utuh, kadar 3o/o atau lebih untuk kulit yang
ini, besarnya dosis anak sebagai persentase dari
utuh), modin, barbiturat lV.
dosis dewasa dapat dilihat pada Tabel 56-1 .
(2) Untuk obat-obat lain : gunakan dosis yang lebih
rendah dari dosis yang dihitung berdasarkan luas
Tabel 56-1. USIA, BERAT BADAN, DAN DOSIS ANAK permukaan tubuh (lihat Tabel 56-1). Tidak ada
pedoman umum untuk menghitung berapa besar
Berat badan Dosis anak*
dosis harus diturunkan, maka gunakan educated
Usia
(ks) (% dosis dewasa) guess atau bila ada, ikuti petunjuk dari pabrik obat
yang bersangkutan. Kemudian monitor respons
Neonatus*' 3,4 < 12,5 klinik penderita, dan bila perlu monitor kadar obat
1 bulan** 4,2 < 14,5 dalam plasma, untuk menjadi dasar penyesuaian
dosis pada masing-masing penderita.
3 bulan 5,6 18

6 bulan 7,7 22
1 tahun 10 25 2.2. USIA LANJUT
3 tahun 14 33
18 40 Perubahan respons penderita usia lanjut dise-
5 tahun
babkan oleh banyak faktor, yakni :
7 tahun 23 50
(1 ) Penurunan lungsi ginjal (liltrasi glomerulus dan
12 tahun 37 75 sekresi tubuli) merupakan perubahan laktor farma-
kokinetik yang terpenting. Penurunan filtrasi glome-
Dihitung berdasarkan luas permukaan tubuh. rulus sekitar 30% pada usia 65 tahun. Perubahan
farmakokinetik lainnya adalah penurunan kapasitas
Untuk neonatus sampai usia 1 bulan, gunakan dosis
yang lebih kecil dari dosis yang dihitung berdasarkan metabolisme beberapa obal, berkurangnya kadar
luas permukaan tubuh ini. Untuk bayi prematur, albumin plasma (sehingga dapat meningkatkan
gunakan dosis yang lebih rendah lagi, sesuai dengan kadar cbat bebas), pengurangan berat badan dan
kondisi klinik penderita. cairan tubuh serta penambahan lemak tubuh
Farmakologi dan Terapi

Tabel 56-2. PERUBAHAN REspoNs TERHADAP OBAT pADA uMUR-uMUR


EKSTRTM

Obat Respons Mekanisme utama

Neonatus dan bayi prematur


* Heksaklorofen
topikal Neurotoksisitas Sawar kulit belum sempurna.
* Sulfonamid,
Kernikterus (bilirubin masuk otak) Obat mendesak bilirubin dari ikatan protein
salisilat, plasma, kapasitas ikatan protein plasma J,
vitamin K sintetik glukuronidasi bilirubin oleh hepar 1, dan
sawar darah-otak belum sempurna,
* Kloramfenikol
Sindrom bayi abu-abu Glukuronidasi obat oleh hepar t, dan tiltrasi
obat utuh oleh glomerulus ginjal .l kadar
-
obat dalam plasma dan jaringan 1
'Aminoglikosida lntoksikasi Filtrasi glomerulus .l
(misalnya gentamisin)
" Morfin, barbiturat lV Depresi pernapasan Sawar darah-otak belum sempurna
* Oksigen
Retrolental f ibroplasia Tidak diketahui

Usia lanjut
* Digoksin
lntoksikasi Berat badan J, f iltrasi glomeruluo l, adanya
gangguan elektrolit, dan penyakit kardiovas-
kular yang lanjut.
* Antihipertensi
(terutama Sinkope akibat hipotensi Mekanisme homeostatik kardiovaskular
penghambat saraf I
postural, insuf isiensi koroner
adrenergik)
* Diuretik tiazid,
furosemid Hipotensi, hipokalemia, hipo- Berat badan l, fungsi ginjal l, dan
volemia, hiperglikemia, hiper- mekanisme homeostatik kardiovaskular I
urikemia
* Antikoagulan
Perdarahan Respons hemostatik vaskular I
*
Antikoagulan oral Perdarahan Respons hemostatik vaskular .l , sensitivitas
reseptor di hati t, dan ikatan protein
plasma 1
* Barbiturat
Bervariasi dari gelisah sampai Sensitivitas otak 1 , metabolisme heparl
psikosis (terutama kebingungan
mental)
' Diazepam, nitrazepam, Depresi SSP t Sensitivitas otak 1 , metabolisme hepar I
flurazepam
* Fenotiazin (mis.
klor- Hipotensi postural, hipotermia, Sensitivitas otak 1 , metabolisme hepar I
promazin) reaksi koreiform
* Triheksifenidil
Kebingungan mental, halusinasi, Sensitivitas otak I eliminasi I
,
konstipasi, retensi urin
* Streptomisin,
Ototoksisitas Fungsi ginjal I
asam etakrinat
* lsoniazid
Hepatotoksisitas Metabolisme hepar I
'Klorpropamid Hipoglikemia Berat badan 1, filtrasi glomerulus .!
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respons Penderita Terhadap Obat 823

(sehingga dapat mengubah distribusi obat), dan glikosid dan klorpropamid), besarnya penurunan
berkurangnya absorpsi aktil. Resultante dari semua dosis dapat diperhitungkan berdasarkan besarnya
perubahan ini adalah kadar obat yang lebih tinggi penurunan bersihan kreatinin penderita. Sedang-
dan bertahan lebih lama dalam darah dan jaringan. kan untuk obat-obat lain, besarnya penurunan dosis
Waktu paruh obat dapat meningkat sampai 50%. hanya dikira-kira saja berdasarkan educafed guess.
(2) Perubahan faktor-faktor {armakodinamik, yakni
peningkatan sensitivitas reseptor, terutama resep-
tor di otak (terhadap obat- obat yang bekeria sen- 3. KONDISI PATOLOGIK
tral), dan penurunan mekanisme homeostatik,
misalnya homeostatik kardiovaskular (terhadap
obat-obat antihipertensi). Karena banyaknya jenis penyakit, maka pem-
(3) Adanya berbagai penyakit (lihat uraian di bahasan dibatasi pada penyakit organ-organ utama
bawah). yang melaksanakan lungsi larmakokinetik tubuh,
(4) Penggunaan banyak obat sehingga meningkat- yakni saluran cerna, kardiovaskular, hati dan ginjal.
kan kemungkinan terjadinya interaksi obat.
Akibatnya, seringkali terjadi respons yang ber-
3.1. PENYAKIT SALURAN CERNA
lebihan atau elek toksik serta berbagai efek samp-
ing bila mereka mendapat dosis yang biasa Penyakit ini dapat mengurangi kecepatan dan/
diberikan kepada penderita dewasa muda. Untuk
atau jumlah obat yang diabsorpsi pada pemberian
contoh obatnya, lihat Tabel 56-2.
oral melalui perlambatan pengosongan lambung,
Prinsip umum penggunaan obat Pada percepatan waktu transit dalam saluran cerna, mal-
penderita usia lanjut adalah : absorpsi, dan/atau metabolisme dalam saluran
(1 ) Berikan obat hanya yang betul-betul dipedukan, cerna (lihat contoh pada Tabel 56-3).
artinya hanya bila ada indikasi yang tepat. Bila di- Prinsip umum pemberian obat Pada
perlukan efek plasebo, berikan plasebo yang se- penyakit saluran cerna adalah :
sungguhnya (yang tidak mengandung bahan aktif). (1) Hindarkan obat iritan (misalnya KCl, aspirin,
(2) Pilih obat yang memberikan rasio manlaatrisiko
anti-inflamasi nonsteroid lainnya) pada keadaan
paling menguntungkan bagi penderita usia lan,ut
stasis/hipomotilitas saluran cerna.
(misalnya bila diperlukan hipnotik, iangan diguna-
(2) Hindarkan sediaan lepas lambat dan sediaan
kan barbiturat), dan tidak berinteraksi dengan obat salut enterik pada keadaan hiper- maupun hipomo-
lain atau penyakit lain pada penderita yang ber- tilitas saluran cerna.
sangkutan. (3) Berikan levodopa dalam kombinasi dengan kar-
(3) Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih bidopa.
sedikit dari dosis yang biasa diberikan kepada pen- (4) Untuk obat-obat lain: dosis harus disesuaikan
derita dewasa muda. berdasarkan respons klinik penderita dan/atau bila
(4) Selanjutnya sesuaikan dosis obat berdasarkan perlu melalui pengukuran kadar obat dalam plasma.
respons klinik penderita, dan bila perlu dengan me-
monitor kadar obat dalam plasma penderita. Dosis
penunjang yang tepat pada umumnya lebih rendah
daripada dosis untuk penderita dewasa muda.
3.2. PENYAKIT KARDIOVASKULAR
(5) Berikan regimen dosis yang sederhana (yang
ideal 1x sehari) dan sediaan obat yang mudah di- Penyakit ini mengurangi distribusi obat dan alir
telan (sebaiknya sirop atau tablet yang dilarutkan darah ke hepar dan ginjal untuk eliminasi obat'se-
dalam air) untuk memelihara kepatuhan penderita.
hingga kadar obat tinggi dalam darah dan menim-
(6) Periksa secara berkala semua obat yang dima-
bulkan elek yang berlebihan atau elek toksik
kan penderita, dan hentikan obat yang tidak diperlu-
(contoh obat pada Tabel 56-3).
kap lagi.
Prinsip umum pemberian obat pada keadaan
Besarnya dosis dapat diperkirakan dari berat ini : (1) Turunkan dosis awal (Dl) maupun dosis pe-
badan penderita, indeks terapi obat, dan cara elimi- nunjang (Du); (2) Sesuaikan dosis berdasarkan
nasi obat. Untuk obat-obat yang eliminasi utamanya respons klinik penderita dan/atau bila perlu melalui
mlalul ekskresl glnJal (misalnya digoksin, amino- pengukuran kadar obat dalam plasma.
824 Farmakologi dan Terapi

TAbeI 56.3. PERUBAHAN RESPONS TERHADAP OBAT PADA BEBBAGAI KEADAAN PATOLOGIK

Penyakit Obat Respons Mekanisme utama

Penyakit saluran cerna


* Diare/gastroenteritis Digoksin, kontrasepsi Respons t Waktu transit dalam saluran cerna J
sediaan
oral, fenitoin, - waktu untuk obat melarut dan di-
sediaan
salut enterik, absorpsi l, jumlah obat yang
-
lepas lambat diabsorpsi I
* Stenosis pilorus Parasetamol, aspirin Respons 1 Kecepatan pengosongan lambung J

- kecepatan absorpsi I
* Stenosispilorus, Levodopa Respons I waktu pengosongan lambung 1,
konstipasi waktu transit dalam saluran cerna 1
+ metabolisme di dinding
lambung dan usus 1r jumlah obat
yang mencapai sirkulasi sistemik 1
* Stenosis esofagus, KCl, aspirin, obat Ulserasi lokal Obat tertahan lama di suatu tempat
pilorus atau duodenum iritan lain obat
liff:li;:ilJ,ipentepasan
* Stenosis esofagus, KCl, aspirin, atau obatUlserasi di usus halus Obat iritan dilepaskan secara men-
pilorus atau duodenum iritan lain dalam sediaan (di samping ulserasi dadak dalam jumlah besar di usus
lepas lambat atau lokal) halus yang sedang stasis
sediaan salut enterik
* Sindrom malabsorpsi Digoksin, penisilin V Respons i Kapasitas absorpsi I

Penyakit kardiovaskular
* lnfark miokard, ter- Lidokain lntoksikasi Volume distribusi 1, alir darah hepar
utama dengan syok untuk eliminasi l -
kadar obat J
atau gagal jantung
* ldem Prokainamid, kuinidin lntoksikasi Volume distribusi 1, alir darah ginjal
untuk eliminasi I *
kadar obat l

Penyakit hati
* Koma/prekoma barbiturat
Morfin, Ensefalopati Sensitivitas otakl, depresi pernapasan
hepatikum
* sirosis denganudem Diuretik tiazid, Ensefalopati Kehilangan banyak K
atau asites diuretik kuat
* Hepatitis, Antikoagulan oral Perdarahan Sintesis faktor-faktor pembekuan
sirosis hepatis darah I
'lkterus obstrukti tldem ldem Absorpsi vitamin K I
* Penyakit hati/empedu Kontrasepsi
oral Kolestasis, toksi- Metabolisme estrogen I
kolestatik silas estrogen 1
Faktot-faktor yang Mempengaruhi Respons Penderita Terhadap Obat 825

TAbEI 56.3. PERUBAHAN RESPONS TERHADAP OBAT PADA BERBAGAI KEADAAN PATOLOGIK
(Sambungan)

Penyakit Respons Mekanisme utama

* Penyakit hati berat Sedatil-hipnotik, analge- Koma Sensitivitas otak t


sik-narkotik, antiPsikotik,
antihistamin
Antidiabetik oral Hipoglikemi, ikterus Metabolisme l, kadar obat
(sulf onilurea), asidosis bebas t
laktat (biguanid)
Teolilin Toksisitas 1 Metabolisme J

Rifampisin, Hepatotoksisitas 1 Metabolisme i


isoniazid, pirazinamid,
eritromisin estolat,
metildopa, klofibrat,
bezaf ibrat, klorpromazin,
penghambat MAO,
natrium valproat,
preparat emas,
parasetamol dosis besar,
ketokonazol
Lidokain Toksisitas SSP t Metabolisme I
Suksinilkolin Respons 1 Pseudokolinesterase Plasma J

Aspirin Perdarahan lambung Metabolisme I, kadar obat


bebas 1
Fenilbutazon Perdarahan lambung, Metabolisme l, kadar obat
retensi cairan bebas t
Androgen, steroid Toksisitas t Metabolisme I
anabolik
Klomifen Toksisitas 1 Metabolisme I
Simetidin Kebingungan mental Metabolisme I
Metotreksat Depresi sumsum Metabolisme I
tulang
Antasid garam Ca, Koma Konstipasi
difenoksilat
* Sirosis Kloramfenikol Depresi sumsum Metabolisme l
tulang
Niridazol Toksisitas SSP 1 Metabolisme I
* Penyakit hati berat, Fenitoin Toksisitas SSP 1 Metabolisme l, kadar obat
terutama dengan bebas t
dislungsi ginjal

* Hepatitis viral akut, Ergotamin Toksisitas 1 Metabolisme I


ikterus akibat obat
826
Farmakologi dan Terapi

Tabel 56-3. PERUBAHAN RESPONS TERHADAP OBAT PADA


BERBAGAI KEADAAN PATOLOGIK
(Sambungan)

Penyakit Obat Respons Mekanisme utama

Penyakit Ginjal
Gagal ginjal Penisilin dosis besar Enselalopati, Ekskresi
anemia hemolitik
Gagal ginjal kronik Aminoglikosid Ototoksisitas, Ekskresi
nefrotoksisitas, blok
neuromuskular
Gangguan ginjal Tetrasiklin Kerusakan ginjal Ekskresi I *efek anti anabolik t
(azotemia )
Gagal ginjal Digoksin Toksisitas EkskresiJ gangguan elektrolit
Gagal ginjal Prokainamid Toksisitas Ekskresi I
Gagal ginjal kronik Diuretik merkuri Nekrosis tubular akut Ekskresi 1
Gagal ginjal Spironolakton, Hiperkalemia Ekskresi I
triamteren, amilorid
Gagal ginjat tanjut Tiazid Respons I Ekskresi i
hiperurikemia,
hiperkalsemia,
hiperglikemia
Gagal ginjal Furosemid, asam Ototoksisitas 1 Ekskresi 1
etakrinat
Gagal ginjal kronik Klorpropamid, Hipoglikemia Ekskresi J
asetoheksamid
Uremia Aspirin Perdarahan lambung lkatan protein plasma 1
Uremia Tiopental Respons 1 Sensitivitas otak 1, ikatan
protein plasma J
Gagal ginjal, usia lanjut Simetidin Kebingungan mental, Ekskresi I
yang sakit parah
konvulsi

3.3. PENYAKIT HATI obat-obat yang mendepresi SSp (sedatif-hipnotik,


analgesik narkotik), diuretik yang menimbulkan
Penyakit ini mengurangi metabolisme obat di hipokalemi, dan obat yang menyebabkan konsti-
hati dan sintesis protein plasma sehingga mening- pasi, sehingga pemberian obat-obat ini dapat men-
katkan kadar obat, terutama kadar bebasnya, da_ cetuskan ensefalopati hepatik. Berkurangnya sin_
lam darah dan jaringan. Akibatnya terjadi respons tesis faktor-faktor pembekuan darah pada penyakit
yang berlebihan atau efek toksik. Tetapi perubahan hati meningkatkan respons penderita terhadap anti-
respons ini baru terjadi pada penyakit hati yang koagulan oral.
parah, dan tidak terlihat pada penyakit hati yang Udem dan asites pada penyakit hati kronik
ringan karena hati mempunyai kapasitas cadangan dapat diperburuk oleh obat-obat yang menyebab-
yang besar. kan retensi cairan, misalnya antiinflamasi nonste-
Pada penyakit hati yang parah juga terdapat roid, kortikosteroid dan korlikotropin. Di samping itu,
peningkatan sensitivitas reseptor di otak terhadap ada obat-obat yang hepatotoksik. Hepatotoksisitas
FaktorJaktor yang Mempengaruhi Respons Pencierlta Terhadap Obat 827

yang berhubungan dengan besarnya dosis terjadi (2) Hindarkan penggunaan : golongan tetrasiklin
pada dosis yang lebih rendah, dan hepatotoksisitas untuk semua derajat gangguan ginjal (kecuali doksi-
yang idiosinkratik terjadi lebih sering pada penderita siklin dan minosiklin yang dapat diberikan asal
dengan penyakit hati. fungsi ginlal tetap dimonito|, diuretik merkuri,
Contoh obat dengan perubahan atau diuretik hemat K, diuretik tiazid, antidiabetik oral,
peningkatan respons pada penyakit hati dapat dan aspirin (parasetamol mungkin merupakan anal-
dilihat pada Tabel 56-3. gesik yang paling aman pada penyakit ginjal).
(3) Gunakan dosis yang lebih rendah dari normal,
Prinsip umum penggunaan obat pada
penyakit hati yang berat: terutama untuk obat-obat yang eliminasi utamanya
(1 ) Sedapat mungkin dipilih obat yang eliminasinya
melalui ekskresi ginjal.
terutama melalui ekskresi ginjal. Untuk penurunan dosis tersebut dapat
(2) Hindarkan penggunaan : obatobat yang men- digunakan perhitungan sebagai berikut :

depresi SSP (terutama morfin), diuretik tiazid dan


Clcr,r
diuretik kuat, obat-obat yang menyebabkan konsti-
pasi, antikoagulan oral, kontrasepsi oral, dan obat- G = 1- fn (1 - ------ )
Clcr,H
obat hepatotoksik. Sedatif yang paling aman pada
penyakit hati adalah oksazepam dan lorazepam.
(3) Gunakan dosis yang lebih rendah dari normal, G = laktor penyesuaian dosis menurut
Giusti-Hayton
terutama untuk obat-obat yang eliminasi utamanya
melalui metabolisme hati. Tidak ada pedoman fn - lraksi obat yang diekskresi utuh dalam
urin dari dosis yang bioavailabel
umum untuk menghitung besarnya penurunan
Cln
dosis, maka gunakan educated guess. Mulailah de-
fraksi bersihan renal dari bersihan
ngan dosis kecil, kemudian dosis disesuaikan ber-
dasarkan respons klinik penderita, dan bila perlu
Cl total obat dalam keadaan fungsi
ginjal normal
dengan pengukuran kadar obat dalam plasma,
serta uji fungsi hati pada penderita dengan fungsi Clcr,r.t = bersihan kreatinin pada penderita dengan
lungsi ginjal normal
hati yang berlluktuasi.
Clc',r - bersihan kreatinin pada penderita dengan
gangguan lungsi ginjal
3.4. PENYAKIT GINJAL
Penyesuaian regimen dosis penuniang
(Du) dapat dilakukan dengan 3 cara :
Penyakit ini mengurangi ekskresi obat aktif
maupun metabolitnya yang aktif melalui ginjal (1) Besar dosis per kali (Du) tetap, intervaldosis (T)
sehingga meningkatkan kadarnya dalam darah dan diperpanjang : Tr = Tr x 1/G
jaringan, dan menimbulkan respons yang berle- (2) lnterval dosis [I) tetap, besar dosis per kali (Du)
bihan atau efek toksik. Di samping itu penyakit ginjal diperkecil : Dm,r = Du,N x G.
dapat mengurangi kadar protein plasma (sindrom (3) Gabungan (1) dan (2) : Drr,r diperkecil dan T
nefrotik) atau mengurangi ikatan protein plasma diperpanjang, asalkan total dosis per saluan
(oleh adanya peningkatan kadar ureum dan asam waktu pada gangguan lungsi ginjal - nilai ter-
lemak bebas dalam darah) sehingga meningkatkan sebut pada ginjal normal x G.
kadar obat bebas dalam darah, mengubah keseim-
bangan elektrolit dan asam - basa, meningkatkan Hasil perhitungan tersebut belum tentu meru-
sensitivitas atau respons jaringan terhadap bebe- pakan dosis yang tepat karena masih ada faktor-
rapa obat, dan mengurangi atau menghilangkan faktor farmakokinetik dan larmakodinamik yand ti-
efektiVitas beberapa obat (lihat contoh pada Tabel dak diperhitungkan di samping fungsi ginjal dapat
56-3). berubah dengan cepat. Oleh karena itu, dosis terse-
but hanya merupakan pedoman untuk pengobatan
Prinsip umum penggunaan obat pada gagal awal, yang harus disesuaikan kembali berdasarkan
ginial :
respons klinik penderita, dan untuk obat dengan
(1) Sedapat mungkin dipilih obat yang eliminasinya batas-batas keamanan yang sempit sebaiknya
terutama melalui metabolisme hati, untuk obatnya kadar obat dalam plasma juga dimonitor secara
sendiri maupun untuk metabolit aklifnya, berkala.
828 Farmakologi dan Terapi

4. FAKTOR GENETIK cara sederhana untuk mengenali orang-orangnya,


sehingga dosis obat yang sesuai dapat diberikan
kepada mereka. Beberapa obat yang menimbulkan
Kemampuan memetabolisme obat dipenga-
perbedaan respons berdasarkan faktor genetik
ruhi'oleh laktor genetik dan lingkungan. Metabolis-
dapat dilihat pada Tabel 56-4.
me obat yang dikendalikan oleh banyak gen akan
membentuk distribusi kemampuan metabolisme
yang berbentuk unimodal pada suatu populasi.
Meta-bolisme obat yang dikendalikan oleh gen 5. FAKTOR.FAKTOR LAIN
tunggal (yang berpadu dengan pengaruh lingkung-
an) akan membentuk distribusi dengan 2 atau 3 INTERAKSI OBAT. Perubahan respons penderita
modus bila sebagian dari anggota populasi mem-
akibat interaksi obat telah dibahas dalam Bab 54.
punyai cacat pada gen tersebut. Oleh karena itu di
sini disebut terjadi polimorfisme metabolisme obat. TOLERANSI. Toleransi adalah penurunan efek far-
Dengan demikian individu dalam suatu populasi makologik akibat pemberian berulang. Berdasarkan
dapat dibagi 2 kelompok yaitu pemetabolisme eks- mekanismenya ada 2 jenis toleransi, yakni toleransi
tensif dan pemetabolisme lemah. Berbagai dampak farmakokinetik dan toleransi larmakodinamik.
klinik dapat timbul akibat terjadinya polimorlisme Toleransi farmakokinetik biasanya terjadi
genetik dalam kemampuan memetabolisme obat. karena obat meningkatkan metabolismenya sendiri
Farmakogenetik adalah cabang ilmu farma- (obat merupakan se/f inducer), misalnya barbiturat
kologi klinik yang mempelajari perubahan respons dan rifampisin.
terhadap obat yang disebabkan oleh faktor genetik. Toleransi farmakodinamik atau toleransi
Disiplin ini bertujuan mengidentilikasi perbedaan- seluler terjadi karena proses adaptasi sel atau
perbedaan tersebut, mengetahui sebab-sebabnya reseptor terhadap obat yang terus menerus berada
pada tingkat molekuler, dan mengembangkan cara- di lingkungannya. Dalam hal ini jumlah obat yang

Tabe| 56{, CONTOH OBAT YANG MENIMBULKAN RESPONS BERBEDA KARENA PERBEDAAN GENETIK

Respons Mekanisme kerja

lsoniazid, hidralazin, prokainamid, Asetilator cepat : Perbedaan aktivitas enzim N-asetil-transferase


sulfametazin, dapson respons l, toksisitasoleh
derivat N-asetil 1
Asetilator lambat :

toksisitas 1
Debrisokuin, metoprolol, lidokain, Hidroksilator ekstensif : Perbedaan aktivitas salah satu sitokrom P450
perheksilin respons I hati yang mengoksidasi debrisokuin/spartein
Hidroksilator lemah :

respons 1

S-melenitoin, diazepam, Hidroksilator eksters'' =?':e]=*a- :"{1..d?S Sai3- sii:r::r :45: -e:
omeprazol responssa'ir - -.a-: -:-;:. s :as $r.elen.toin
!,i":{S ,a'.al ,eman .

respons'
Suksinilkolin Apnea i Aktivitas pseudokolinesterase dalam plasma I
Primakuin, klorokuin, kuinin, Hemolisis pada pemberian Def isiensi glukose-6Josf at dehidrogenase
kuinidin, sulfa, sulton, nitro- bersama obat-obat yang
f urantoin, kloramlenikol, bersifal oksidator
aspirin, PAS
Halotan, suksinilkolin Hipertermia maligna Tidak diketahui
829
Faktor-taktor yang Mempengaruhi Respons Penderita Tarhadap Obat

mencapai reseptor tidak berkurang tetapi karena terhadap obat antara lain kebiasaan (merokok,
sensitivitas reseptornya berkurang maka respons- minum alkohol) dan keadaan sosial budaya
nya berkurang. Toleransi ini dapat terladi terhadap (makanan, pekerjaan, tempat tinggal). Hidrokarbon
barbiturat, opiat, benzodiazepin, amfetamin dan polisiklik yang terdapat dalam asap rokok mengin-
nitrat organik. duksi sintesis enzim metabolisme obat-obat terlen-
Takifilaksis adalah toleransi larmakodinamik tu (misalnya teofilin) sehingga mempercepat bio-
yang terjadi secara akut. lni terjadi pada pemberian transformasi obat-obat tersebut dan dengan demi-
amin simpatomimetik yang kerianya tidak langsung kian mengurangi respons penderita.
(misalnya efedrin) akibat deplesi neurotransmitor
dari gelembung sinaps.

BIOAVAILABILITAS. Perbedaan bioavailabilitas


antar preparat dari obat yang sama (bioinekivalensi)
6. PENUTUP
yang cukup besar dapat menimbulkan respons
terapi yang berbeda (inekivalensi terapi)' Untuk Dari uraian di atas jelaslah bahwa pengaruh
obat dengan batas-batas keamanan yang sempit, berbagai faktor tersebut pada respons penderita
dan obat untuk penyakit yang berbahaya (life' terhadap obat pada umumnya menyebabkan
saving drugs), perbedaan bioavailabilitas antara 10- regimen dosis obat perlu disesuaikan. Besarnya
20% sudah cukup untuk menimbulkan inekivalensi penyesuaian dosis biasanya tidak dapat diperhi-
terapi. Contoh obat yang seringkali menimbulkan tungkan, jadi hanya dikira-kira saja berdasarkan
masalah dalam bioavailabilitasnya adalah : digok- educated guess, kecuali dalam hal penyesuaian ter-
sin, lenitoin, dikumarol, tolbutamid, eritromisin, am- hadap berat badan dan penyesuaian akibat gang-
loterisin B, dan nitroluranloin. guan lungsi ginial. Penyesuaian dosis hasil perhi-
EFEK PLASEBO. Dalam setiap pengobatan, tungan tidak meniamin dosis yang tepat' karena di
respons yang diperlihatkan penderita merupakan samping adanya asumsi-asumsi dalam melakukan
resultante dari elek farmakologik obat yang perhitungan larmakokinetik sehingga kadaryang di-
diberikan dan elek plasebo (efek yang bukan dise- capai belum tentu dalam batas-batas kadar terapi'
babkan oleh obat) yang selalu terikut selama peng- masih ada laktor- laktor larmakodinamik yang tidak
obatan. Efek plasebo ini dapat berbeda secara diperhitungkan, yang dapat memberikan respons
individual dan dapat berubah dari waktu ke waktu yang menyimpang meskipun kadar yang dicapai
pada individu yang sama. Elek ini dapat memper- sudah benar. Tetapi penyesuaian dosis hasil perhi-
baiki respons penderita terhadap pengobatan' tungan tentunya lebih mendekati dosis yang tepat
tetapi dapat juga merugikan, tergantung dari kuali- dibandingkan dengan dosis hasil perkiraan saja.
tas hubungan dokter-penderita. Manilestasinya da- Jadi pada prinsipnya, penyesuaian dosis hasil
pat berupa perubahan emosi, perasaan subyektif' perhitungan maupun hasil perkiraan hanya me-
dan gejala obyektif yang berada di bawah kontrol rupakan langkah pertama yang masih memerlu-
saral otonom ataupun somatik. kan penyesuaian dosis lebih lanjut berdasarkan
PENGARUH LINGKUNGAN. Faktor-faktor lingku- respons klinik dan/atau kadar obat dalam plas-
ngan yang dapat mempengaruhi respons penderita ma penderita.
lndeks

lndeks

Adriamisin, lihat doksorubisin


A Aerofagia, simetikon pada, 515
Afinitas, T, 14
A.duodenale mebendazol, 527 Ag-sulfadiazin, lihat juga sulf onamid, 587
a1-acid glycoprotein, interaksi obat, 306 Agar-agar, pencahar, sebagai, 51 1, 51 3
ACE, lihat enzim konversi angiotensin Aglikon, 272,273
ACfH, lihat adrenokortikotroPin Agonis,10,18,39
ACfH, vitamin 81 2 dan, 743 Agonis dopamin, 181-183
ADH, 395,396 Agonis parsial, 19, 205
ADH, oksitosik, sebagai 405 Akatisia, 151
AF-DX, s6,166 Akilia gastrika, pepsin pada, 508
A/DS, lihat acquired immuno deficiency syndrome Akne vulgaris, tetrasiklin pada, 655
A/NS, lihat antiinflamasi nonsteroid Akne, vitamin A pada,727
AT-lll, lihal antitrombin lll Akridin, 521
Abortus habitualis, 450, 731 Akrodermatitis, seng dan, 735
Abortus terapeutik, 409 Akrodinia, 720,7BB
Abses gigi, obat pilihan, 582 Akromegali, insulin dan, 474
Abses hati, metronidazol, pada, 541 Aktinomikosis, penisilin pada, 634
Abses otak, obat pilihan, 583 Aktinomisin, kerja antikanker, 690
Absorpsi, 3,764 Aktivator plasminogen, 7 49, 7 57
Acceptable daily intake, 762,765 Aktivator protrombin, 759
Accidental poi soning, 768,769 Aktivitas agonis parsial ,lihat partial agonist activity
Acq u i red - i m m u n o-d ef i c ie nc y- sy ndro me, 61 6 Aktivitas intrinsik, 14
Actinomyces israelli, klindamisin pada, 679 Aktivitas renin plasma, beta-bloker dan, 85
Acute Angle Closure Glaucoma, diuretik pada,393 Aktivitas simpatomimetik intrinsik,
Acute dissecting aorta aneurism, 1OB lihat intrinsic sympathomimetik activity
Acute mountatn srbkness, asetazolamid pada, 384
Acute yellow atrophy, keracunan jamur, 48 Aktivitas stabilisasi membran, 83
Addiction liability, 1 95 Al (OH)3 gel, isoniazid dan, 802, 803
Addison, penyakit, 489 Al-hidroksida, antidotum sebagai, 777
Adenilase, aminoglikosid dan, 665 Al-karbonat basa, antasid sebagai, 505
Adenohipofisis, insufisiensi, 496 Al-natrium dihidroksikarbonat, antasid, sebagai, 505
Adenosin, 755 Albendazol, 533
Adrenalin, lihat epinefrin
Adrenergic sweattng, 61 Alcaligen es, kotrimoksazol dan, 593
Adrenergik, 57-76 Aldosteron, 485, 489
- hipertensi dan,73 Aldosteron, heparin dan, 750
- kerja langsung, 57, 58 Aldosteron, kadar plasma, 486
- kerja obat, 57 Alergi, adrenergik dan, 74
- kerja tidak langsung, 58-59
Alfa bloker, 77-81
- kimia-isomeri optik, 60
- selektit, B0-81
- struktur kimia, 63
- vasokonstriktor lokal dan, 69 - interaksi obat, 325
Adrenergik lain, 63-65 - nonselektif, 77-80
Adrenokortikosteroid, 484-499 Alf a-Hidroksi alprazolam, 1 28
- biosintesis, 485 Alfa-Hidroksi midazolam, 1 28
- faal dan farmakodinamik, 486 Alfa-Hidroksi triazolam, 1 28
- farmakokinetik, 492 Alla-metiltirosin, cara kerja, 38
- mekanisme keria, 486 Alf a-tokolerol, 7 30, 7 31
- pengaturan sekresi, 486 Alfa2-agonis,69
- sediaan dan posologi, 493 Alfaprodin, 197,200
- struktur kimia dan aktivitas, 493 Alkali fosfatase, 7 33, 7 37
Adrenokortikotropin (ACTH), 482-484 Alkaloid Vinka, 690, 691
Adrenolitik sentral, hipertensi dan, 332 Alkaloid asam amino, 401
Adrenolitik sentral, interaksi obat, 325 Alkaloid belladona, 50-54
Adrenolitik, lihat penghambat adrenergik Alkaloid ergot, 79-80, 400-404
Adren oseptor bloker, 7 7 - efek samping, 402
832 Farmakologi dan Terapi

- farmakodinamik,402 Amilorid, 322, 389


- farmakokinetik, 401 Amilorid, digitalis dan, 283
- indikasi, 403 Amin simpatomimetik, 59
kimia, 401 Amino N10-metil asam folat, 697
"-
- sumber dan sejarah, 400 Am inoetil.im id azol, 248
Alkaloid opium, lihat juga morfin, 190, 191 , 196 Aminoglikosid, 661 -674
- papaver somniferum L, 190 - blokade neuromuskular, 670
- penggolongan, 1 90-1 91 - diuretik dan, 395
- posologi, 196 - efek nefrotoksik, 669, 670
Alkaloid rauwolfia, 333 - efek neurotoksik, 669
Alkaloid sinkona, 552-555 - efek samping, 667-669
Alkaloid tumbuhan, 47-48 - ekskresi, 667
Alkilamin, 253,254 - farmakokinetik, 665-667
Alkilator, 689, 691 - indikasi, 672
Alkohol, 143-147 - interaksi obat, 669
- dialisis peritoneal dan,773 - kadar efektif, 666
- farmakodinamik, 143 - kadar toksik, 666
- farmakokinetik, 144 - kontraindikasi, 672
- interaksi, 1214 - mekanisme kerja, 662
- ketergantungan fisik, 145 - non-sistemik, 667
- komplikasi khusus, 145 - ototoksisitas, 668, 670
- mekanisme kerja, 1M - parenteral, 665
- toleransi, 145 - pedoman kepekaan mikroba, 664
Alkoholisme kronik, pengobatan, 1 45 - pelumpuh otot dan, 100
Alkuronium, 96, 97, 99 - pemilihan obat, 673
Alopesia, 698, 700 - penggunaan klinik, 672
Alopesia, fluorourasil dan, 696 - resistensi, 665
Alopesia, heparin dan, 751 - sediaan dan posologi, 670
Alopurinol, 221 ,222 - spektrum antimikroba, 664
Alopurinol, antikanker dan, 692 - struktur, 662
Alopurinol, diuretik dan, 394 Aminoglutetimid, 500
Alprazolam, 128 8-aminokuinolin, 550
Alprenolol, 82, 322, 350 4-aminokuinolin, 547
Alteplase, 758 Aminopirin, 215
Aluminium lenol sulfonat, 516 Aminosidin, 662,672
Aluminium fosfat, antasid sebagai, 505 Aminosiklitol, 661
Aluminium hidroksida, antasid, 502. 505 Amiodaron, 297, 31 0-312
Aluminium hidroksida, besi dan, 739 Amiodaron, mekanisme antiaritmia, 296
Aluminium klorhidrat, 516 Amitiozon,612
Aluminium klorida, 516 Amitriptilin, 150, 158-1 59, 177
Aluminium sulfat, 516 Amlodipin, 322, 340,341 , 351
Alzheimer, penyakit, 43, 47 Amobarbital, 129, 130
Amanita muscaria,4S Amodiakuin, 551,558
Amanita phalloides,4S Amoksapin, 150, 159
Amantadin,'177, 1 84, 616 Amoksisilin, f armakokinetik, 627
Ambroksol, 51 7 Amoksisilin, posologi sediaan, 631
Amfetamin, 60, 70, 74, 805 Amoksisilin, struktur kimia, 624
Amfetamin, cara kerja, 38 Amoksisilin/kalium klavulanat 647
Amfetamin, dialisis peritoneal dan, 773 Amonium klorida, 516, 773, 774, 805
Amfetamin, struktur kimia, 64 Ampisilin, larmakokinetik, 627
Amfoterisin B, 560-562 Ampisilin, penisilin dan, 625
Amfoterisin B, aminoglikosida dan, 670 Ampisilin, posologi sediaan, 630
Amfoterisin B, digilitas dan, 283 Ampisilin, struktur kimia, 624
Amidopirin, 215 Ampisilin/sulbaktam, 646
Amikasin, 662,663, 671 Amrinon, 288
833

Amubiasis, 540 Anestetik parenteral, 1 19


Amubiasis hati, klorokuin pada, 542 Anestetik umum, 109-1 23
Amubiasis intestinal, klorokuin pada, 542 - cara pemberian, 113
Amubiasjs, metronidazol pada, 541 - def inisi, 109
Amubiasis, pemilihan obat, 5zl4 - farmakokinetik, 1 12-1 13
Amubiasis, senyawa arsen pada, 542-543 Angina Prinzmetal, 65, 344
Amubisid jaringan, 537 Angina stabil kronik, 359-361
Amubisid luminal, 537 Angina tidak stabil, 362
Amylaceous dyspepsia, 509 Angina varian, 361
Anabolik steroid, diabetes melitus dan, 464 A ngione urotik ude m, 77 I
Anaerob oral, amoksisilin/kalium klavulanat Angka kecukupan gizi rata-rata, 71 5
pada, 647 Analeptik, keracunan pada,774 Anisindion, 7 49, 7 53-755
Analgesik narkotik, parasetamol dan, 802 Antagonis, 10, I8, 39
Analgesik opiat, pelumpuh otot dan, 100 Antagonis adrenoseptor, 77
Analgesik opioid dan antagonis, 189-206 Antagonis aldosteron, 387-389, 734
Androgen, 456^464 Antagonis benzodiazepin, 1 33
- TBG dan, 464 Antagonis lisiologik, 61
- efek samping, 463 Antagonis folat, 690
- faal dan farmakodinamik 457 Antagonis kalsium, antiaritmia, 31 2-314
- farmakokinetik 459 Antagonis kalsium, hipertensi pada, 340-342
- hiperplasia prostat dan 464 Antagonis logam berat, 794-799
- interaksi obat 463 Antagonis opioid, 189, 203-205
- kimia dan biosintesis 456 Antagonis parsial, 19
- mekanisme kerja 458 Antagonis pirimidin, 689
- metabolisme 459 Antagonis purin, 690
- sediaan dan indikasi 460 Antagonisme farmakodinamik, 1 8
Androgenadrenal, biosintesis, 485 Antagonisme f isiologik, 18
Androstenedion, 459, 485 Antagonisme kompetitif , 18
Androsteron, 459 Antagonisme nonkompetitif, 1 9
Anemia hemolitik, penisilin oleh, 629 Antagonist H2, aspirin dan, 755
Anernia her:rolitik, sulfonamid oleh, 588 Antasid, 501 -506, 733
Anemia hemolitik, vitamin E pada, 730 - Fe dan, 802
Anemia hipokrom mikrositer, 720, 738 - Penisilin G dan, 802
Anemia megaloblastik, 7 42, 7 45 - aspirindan, 755
Anemia megaloblastik makrositer, vitamin E dan, 731 - efek carminative, 502
Anemia pernisiosa, 7 42, 7 44, 7 45 - eritromisin dan, 802
Anemia pernisiosa addision, 743 - larmakologi, 502
Anemia refrakter, androgen pada, 462 Anti foaming, lihat antibusa
Anemia sickle cell,735 AntiOhE, cara keria, 38
Antialergi, 248-261
Anemia, androgen pada, 461
Antiandrogen, 464
Anestesia umum, stadium, 1 10
Antianemia defisiensi, 738-7 46
Anestesia umum, teori, 1 10
Antianemia hipokromik, 7 38,7 39,7 42
Anestesia, blok, 243 Antianemia megaloblastik, 7 42-7 46
Anestesia, epidural, 246 - farmakokinettk, 7 43-7 44
Anestesia, infiltrasi, 243 - kebutuhan, 743
Anestesia, kaudal,247 - sediaan dan posologi, 74/'745
Anestesia, pelumpuh ototdan, 101 - sumber, 743
Anestesia, permukaan, 243 Antiangina, 346-363
Anestesia, spinal, 243 Antiangina, mekanisme, 353
Anestetik gas, 115-1 16 Antiansietas, 155-157
Anestetik lokal, farmakodinamik, 237 Antiaritmia, 289-314
- silat umum, 234 - klasitikasi obat, 296
: teknik pemberian, 243 - mekanisme kerja, 296
Anestetik lokal sintetik, 240-243 Antibiotic assocrated pseudomembranous colrtis, 679
Anestetik menguap, 116-1 19 Antibiotik, amubiasis pada, 543
834 Farmakologi dan Terapi

Antibiotik, antikoagulan oral dan, 753 - indikasi, 754-755


Antibiotik, definisi, 571 - kontraindikasi, 754
Antibiotik, padamomisin, 543 - monitoring terapi, 754
Antibiotik, vitamin Kdan, 732
Antikoagulan oral, 749, 752-755
Anti6iotika betalaktam, 636 - aspirin dan, 755
Antibodi, 711-712
- diuretik dan, 395
Antibusa, 515
- interaksi obat, 752-753
Antidepresi, 157-162
- interaksi obat, 753
Antidepresi trisiklik, 158, 159, 177,185
- mekanisme kerja, 752
- dikumarol dan, 802
- posologi, 755
- fenilbutazon dan, 802
- interaksi, 802-805
Antikolinergik, 182-'l84
Antikolinergik sentral, 1 77
- levodopa dan, 802
Antikolinergik, interaksi, 802
- parasetamol dan, 802
Antikolinesterase, 28, 43-47
- penyakit Parkinson dan, 1 83
Antikonvulsi, 163
- prokarbazin dan, 700
Antikonvulsi, asam folat dan,745
- propranolol dan, 802
Antikonvulsi, diuretik dan, 395
Antidiabetik oral, 476-480
Antimetabolit, kerja antikanker, 689
Antidotum,54, 63
Antimikroba, 571-598
Antiepilepsi,'l 65-1 73
- aktivitas dan spektrum, 571
- kadar dalam plasma, 164
- bakteriostatik, 571
- mekanisme kerja, 164
- bakterisid, 571
- pemilihan obat, 173
- definisi, 571
Antiestrogen, 4zl4
- educated guess, 581
Antihipertensi, 31 5, 329 -344 - efek samping, 575-576
- dosis sediaan, 321
- faktor penderita, 576
- interaksi obat, 324
- kadar bunuh minimal, 571
- kombinasi obat, 325
- kadar hambat minimal, 571
- pilihan obat, 323-324
- kegagalan lerapi,577
Antihistamin, 252-260
- kombinasi, 579-580
- nonsedatif, 254
- mekanisme kerja, 572
- efek samping, 255
- penggunaan, 577-583
- farmakokinetik,254 - pilihan, 578
- farmakologi, 252-254 - posologi, 578
- indikasi, 256
- profilaksis, 580
- kimia,252
- resistensi, 573-575
- pemilihan sediaan, 260
Antimuskarinik, 50-56
- penghambal reseptor Hz(AHz), 256-259
Antioksidan, 722, 725, 730
- penyakit Parkinson pada, 183
Antiperspirant, lihat obat keringat
- sebagai antidotum, 778
Antipirimidin, lihat juga antimetabolit, 689
- senyawa, 183
Antipirin, 2, 21 5
Antiinllamasi nonsteroid, 207 -222
Antipirin, struktur, 21 5
- efek samping, 21 0
Antiplasmin, 749
- farmakodinamik, 209-21 0
Antipsikotik, 150-155
Antijamur, 560-570 Antipsikotik lain, 1 52-1 55
Antijamur, pemilihan preparat, 569 Antipsikotik, pemilihan sediaan, 1 54
Antikanker, 686-701
Antipurin, lihat juga antimetabolit, 689
- efek nonterapi, 690-692
Antiseptik dan desinfektan, 5'17 -522
- indikasi dan dosis, 693, 694
Antiseptik saluran kemih, 594-596
- mekanisme kerja, 687
Antiserotonin, 265-266
- pilahan, 688
Antispasmodik, 52
- prinsip kemoterapi, 700-701
Antitiroid, efek samping, indikasi, 428
Antikoagulan, 749-755 Antitiroid, farmakokinetik, 427
- efek nonterapi, 754
Antitiroid, mekanisme kerja, 427 -429
- tarmakokinelik, 7 53-754
Antitrombin lll, 748, 749
lndeks

Antitrombosit, 755-756 Asam melenamal, 208, 217


Antitusif non-opioid, 206 Asam mefenamat, antikoagulan oral dan,753
Antrakinon,51 0,512 Asam mikolat, isoniazid dan, 599
Antraks,. penisilin pada, 634 Asam nalidiksat, 595, 682
Antrasiklin, kerja antikanker, 690 Asam nikotinal, 377, 7 1 9
Apnea pada bayi prematur, teofilin, 232 Asam oksalat, 755
Apomorf in, 181, 196 Asam pantotenal, 720, 7 2'l
Apomorfin, keracunan pada, 772 Asam para amino benzoal, 584, 716, 7 45
Aprobarbital, 129, 130 Asam para aminosalisilat, 604
Aprotimin,474 Asam pipemidat, 682
Araknoiditis, penisilin dan, 630 Asam piromidat,682
Areca catechu,4T Asam pteroilmonoglutamat, 745
Arekolin,4T Asam retinoat,724,725
Arginase, 737 Asam salisilat, 211, 568
Aritmia jantung, adrenergik dan, 73 Asam suksinat, besi dan, 739
Aritmia jantung, kalium dan, 734 Asam tanat,759,763
Aritmia jantung, lidokain dan,241 Asam tiaprofenat, 208, 21 9
Aritmia ventrikel, prognosis, 293 Asam traneksamat, 761
Aritmia, mekanisme, 292 Asam undesilent, 569
Aromatase, 463 Asam valproal,166, 172
Aromatic L-amino acid decarboxylase, 262 Asebutolol, 82, 83
Arsen, 790-792 Asebutolol, antiaritmia, 308
Arsenolisis, 790 Asebutolol, dosis antiangina, 350
Artemeter, 556 Asebutolol, dosis, sediaan, 322
Artemisinin, 556 Asebutolol, mekanisme antiaritmia, 296
Arteriosklerosis, 364 Asebutolol, sifat farmakologik, 350
Artesunat, 556 Aseklidin, 48
Arthus, fenomena,629 Asenokumarol, 754
Artritis, 729 Asetaminofen, 21 4
Artritis gonokokus, penisilin pada, 633 Asetazolamid, 173, 383-387
Artritis reumatoid, 709 - efek samping, 384, 387
Artritis reumatoid, metotreksat pada, 709 - farmakodinamik, 383, 385
Artritis reumatoid, siklolosfamid pada, 695, 709 - larmakokinetik, 384, 386
Artritis, kortikosteroid pada, 496 - indikasi, 387
Asam 2,3-dimerkaptosuksin at, 7 97 - kontraindikasi, 384
Asam S-hidroksi-indol asetat (5-HIAA), 265 - sediaan dan posologi, 385
Asam 7-amino-sef alosporanat, 636 Asetil isoniazid, 599
Asam aminokaproat, 7 57, 7 58, 7 60-7 61 Asetilase, aminoglikosid dan, 665
Asam arakidonat, T56 Asetilkolin klorida, sediaan, 42
Asam askorbat (vitamin C\, 722-724 Asetilkolin klorida, struktur kimia, 41
Asam benzoat,568 Asetilkolin, sifat-sifat, 42
Asam borat, dialisis peritoneal dan, 773 Asetilkolinesterase, 28
Asam dehidrokolat, 508 Asetilsistein, 517
Asam dietilentriaminpenta-asetat, 799 Asetofenazin, 1 50, 1 51
Asam etakrinat, 390, 392 Asetoheksamid, lihat sulf onilurea
Asam etakrinat, aminoglikosid dan, 668 Asetosal, struktur kimia, 21 1
Asam fenobarbital, lihat fenitoin Asiklo-GTP, asiklovir dan, 617
Asam fibrat, 371-373 Asiklovir, 61 7-61 8, 634
Asam folat, 71 6, 738, 742, 745 Asipimoks,377
Asam folat, angka kecukupan gizi rata-rata, 715 Asites, diuretik pada, 393
Asam folat, fungsi metabolik, 745 Askariasis, 526,527
Asam folinat, 690 Asma bronkial, kortikosteroid dan, 497
Asam glutamat,745 Asma bronkial, teofilin dan,232
Asam heksuronal,T22 Asparaginase, 689, 690, 701
Asam klavulanat,646 Aspergillus,560, 563
Farmakologi dan Terapi

Aspergilosis, 564 - larmakodinamik, I34


Aspirin, 2OB,755 - f armakokinetik, 136-137
Aspirin, TBG dan,422 - intoksikasl, 137
Aspirin, antikoagulan oral dan, 754 - keracunan, 769
Adpirin, sediaan, 212 - kimia, 134
Astemizol, 253 - kontraindikasi, 139
Astringen,516,759 - kumarin dan, 752
Ataksia serebelar, fluorourasil dan, 696 - pada keracunan,772
Atenolol, 83 - posologi, 139
- cara kerja, 38 - prokarbazin dan, 700
- dosis antiangina, 350 - struktur kimia, 135
- dosis sediaan, 322 Barbiturat kerja panjang, dialisis peritoneal dan, 773
- kardioselektivitas, 85 Basitrasin, 681
- migren dan, 92 Basitrasin, kolitis pseudomembranosa pada, 680
- sifat farmakologik, 350 B asoph il ic stippl in g, 77 I
- struktur kimia, 82 Batas keamanan obat, 21
Aterosklerosis, 364 Batu ginjal, diuretik dan, 393
Atherosclerotic plaque , EDTA dan, 795 Baume Bengue,5l6
Atrakurium, 96, 97, 99 Bayi prematur dan neonatus, penisilin pada, 628
Atrakurium, penglepasan histamin, 99 Bayi prematur, metabolisme, 9
Atrofi testis, androgen pada, 458 Bedah abdominal, tinidazol pada, 542
Atropa belladonna,5l Bedah cangkok, siklofosfamid pada, 709
Akopin, 50 Befen ium hidroksinaftoat, 523-524
Atropin, cara kerja, 38 Behcet,lihat sindrom
Atropin, pelumpuh otot dan, 100 Bekatul, 379
Atropin, sebagai antidotum, 776 Benazepril, 322
Atropin, sediaan, 54 Bendroflumetiazid, 321, 388
Attempted Sulcrde, 768 Benoksinat, 242
Attention def icit disorder, 226 Benorilat, 208
Autakoid, 248-252 Benserazid, lS0
Benzalkoniumklorida, 51 6, 520
Autoinduktif, 8
Benzatin penisilin G, 626
Avidin, 721
Azapropazon, 208 Benzfetamin, T5
Azatadin, 253 Benzil penisilin, struktur kimia, 623
Azatioprin, 707,708 Benzodiazepin, 124-1 U, 1 55, 1 71
- efek samping , 127,129
Az ido-3' deoksiti m id i n -3', 61 9
Azlosilin, 626, 631 - farmakodinamik, 125
Azlosilin, aminoglikosid dan, 669 - farmakokinelik, 127
Azo (biru evans), 520 - indikasi, 130
Aztreonam, 6z14-646 - kimia, 125
- mekanisme kerja, 126
Benzokain, lopikal, 242
B Benzotiadiazid, 385-387
Benzotiadiazid, diabetes insipidus pada, 399
B. malayi, dietilkarbamazin dan, 525
Benztiazid, dosis sediaan, 388
B. anthracis, penisilin pada,634
Benztropin mesilat, 177, 184
B. dermatitidis, ketokonazol pada, 563
Bercak Bitot,725
B. fragilis, sefoksitin dan, 642
Beri-beri basah,717
8.'subfrTls, 681
BAL, sebagai antidotum, 775 Bersihan hepar,815
Baklofen, 187 Bersihan total, 814
Besi, 715, 736, 738-742
Bakteri gram-negatif, sefamandol dan, 642 Besi, angka kecukupan gizi rata-rata,715
Balantidiasis, 540 Besi, kebutuhan, 740
Barbiturat, 1 34-139, 168-169 Besi, sumber alami, 740
- antikoagulan oral dan, 753 Beta bloker, 81, 83-90
- efek samping, 137 - angina pektoris pada, 90
837
Indeks

- ansietas pada, 92 Break through bleeding, 723


- aritmia pada, 90, 306 Bretilium, 31 0-31 2
- efek samping dan Perhatian, 88 Bretilium mekanisme antiaritmia 296
- farmakodinamik, 83-86 British antitewislte (BAL), lihat juga dimerkaprol 795
- f armakokinetik, 86-87 Broksikuinolin 539
- leokromositoma pada, 91 Bromleniramin maleat 253
- glaukoma pada, 92 Bromheksin 517
- glaukoma-timolol Pada, 92 Bromida, dialisis peritoneal dan, 773
- hipertensi pada, 90 Bromo-deoksiuridin, imunosupresan sebagai, 707
- infark miokard pada, 91 Bromokriptin, 171 , 181 , 415
- interaksi obat, 89,324 Bromokriptin, suPresi laktasi, 463
- kardio obstruktif hipertrofik pada, 91 Bronkitis akut, obat Pilihan, 581
- migren pada, 92 Bronkitis akut, sefiksim, 644
- penggunaan klinik, 90 Bronkitisobliterans, 778
- sediaan, 87-88 Bruse/osis, tetrasiklin Pada, 655
- struktur kimia, 81 Buffalo hump, 488
- tirotoksikosis pada, 91 Bumetanid, 390, 392
Beta eritroidin, 97 Bunazosin, 80,322
Beta imidazoliletilamin, 248 Bupropion, 150, 16'l
Beta laktamase, 626, 646 Busa librin insani, 758, 759
Beta sitosterol, 371 Buspiron, 156
Beta-metildigoksin, 285 Busulfan, 695-696,707
Beta2 agonis, 68-69 Butabarbital, 129, 130
Beta2 agonis, efek samPing, 71 Butanol e xtr actable iod i n e, 421
Beta2, asma bronkial, 74 Butirilkolinesterase, 28
Betalaktam, antibiotik, 622 Butirofenon, 152
Betametason, 487,494 Butodanol, 191 , 205
Betametason, sediaan, 494 Butropium bromida,54
Belanekol,42
Bezafibrat, 372 c
Biguanid, 473,478,479
Bikarbonat, 774 C- peptid e (con n ecti n g pe ptid e), 467

Bikarbonat, keracunan Pada, 7 7 3 C.albicans, klotrimazol dan, 567


Bilas lambung, keracunan Pada, 772 C.diphtheriae, penisilin dan, 625
Bilirubin, salisilat dan, 803 C.trachomatis, eritromisin dan, 676
Bilirubin, sulfonamid dan, 803 C1 0, lihat dekametomium
Bioavailabilitas, 4, 813 cAMP,11-12
Bioekuivalensi, 3 coMT, 29-31, 59, 62,758
Bioinekuivalensi, 3 CTZ, lthal chemoreeeptor trigget zone
Biotin, 721, 734 Ca glukonat, sebagai antidotum, 778
Biotranslormasi, 7-9 Ca++, aminoglikosid dan, 664
Biperiden, 177, 183 184 66++, lihat juga proses pembekuan darah, 748
Biru evans, 520 CaCl2, sebagai antidotum, 777
Biru metilen, pada methemoglobinemia, 522 CaNa2 EDTA, sebagai antidotum, 778'785
Biru metilen, sebagai antidotum, 522,774'777 Cacing pita, niklosamid Pada,527
Bisakodil, 510, 512 Cacing tambang, levamisol pada, 526
Bisbi-guanid, 51 9 Caesarean orgin ated barrier sustained anim als, 7 65
Bisoprolol, 82, 83, 322, 350 Calcium antagonist, lihat penghambat kanal Ca
Bisoprolol silat larmakologik 350 Calcium entry blocker, lihat penghambat kanal Ca
Blastomikosis 561 564 C ampylob acter, eritromisin pada, 67 7
Blastomyces dermatitidis,amfoterisin dan 560 Canabis indica,109
Bleomisin 690 698-699 Candida, amfoterisin Pada, 560
Blokade neuromuskuler, aminoglikosida dan 670 Candida, ketokonazol Pada, 562
Bordetelta, polimiksin B dan, 680 Candida, mikonazol Pada, 567
Branhamella catarrhalis,lluorokuinolon pada' 684 Candida, nistatin Pada, 568
838 Farmakologi dan Terapi

Cara pemberian obat, 5-6 Data karsinogenisitas, 763


Carica papaya, 5 Datura stramonium, 51
Celliycle nonspecific (CCNS), 689, 74S Daunorubisin, 689, 691, 699
Cell cycle specific (CCS), 689, 745 Daunorubisin, sitarabin dan, 696
Cell-mediate immune response, 258 Deferoksamin , 740,798
Cephalosporium acremonium, 636 Defisiensi enzim, keracunan dan, 763
Cerebral malaria, 557 Defisiensi imun, tuberkulosis dan, 609
Ch an croid, amoksisilin/k. klavulan at pada, 647 Dehidroemetin, 539
Chancroid, kotrimoksazol pada, 593 Dehidroepiandrosteron, 485
Chancroid, streptomisin pada, 673 Dehidrogenase 3- 4-isomerase, 485
Ch el ating agent, 7 80, 7 81 7-dehidrokolesterol, 728
Chemoreceptor tigger zone, 1 79, 1 93 3-dehidroretinol (vitamin M), 7 24
Chlamydia trachomatis, klaritromisin pada, 678 Dekametonium (C10), 96, 97,99
Chorionic gonadotropin hormone, 418 Dekongestan nasal, adrenergik dan, 73
Chromatopsia, 281 Deksametason, 487, 494
Ciri-ciri kelamin sekunder, zl40 Deksametason Najosfat, 494
Clitocybe, 47 Deksametason asetat, sediaan, 494
Clostridia, penisilin, pada, 625 Deksametason, sebagai antidotum, 778
Clostridium difficile, imipenem pada, 649 Deksbromfeniramin maleat, 253
Clostridium difficile, klindamisin dan, 679 Dekstran, 755,756
Clostridium pertringens,sefalosporin dan, 639 Dekstran, keracunan pada, 772
Coccidioides immitis, amfoterisin pada, 560 Dekstroamfetamin, 7 4, 7 5, 177
Coccidioides immitis, ketokonazol pada, 562 Dekstrometorfan, 206
Common colds, vitamin Qpada,724 Dekstrotiroksin, 379
Condylomata acuminata, 620 Delapril, 322
Coronary steal tenomena, 756 Demam reumatik, penisilin pada, 632
Coryn ebacteri um diphteriae, sef alosporin dan, 639
Demam tifoid,658
Counter irritant, S'16
Demeklosiklin, 651, 656
CreuZfeld-Jakob, penyakit, 41 3
Demetilasi imipramin, 1 58
Cryoprecipitated antihemophilic factor, 7S9-760
Demetilklortetrasiklin, 653
Cryptococcus neoform ans, 560, 563
Demetilklortetrasiklin, amubiasis pada, 543
Cu, 735,736,737
Demoksepam, l2S
Demulsen, 514-515
D Deodoran, 51 6
5-deoksiadenosilkobalamin, 742
D-melfalan, imunosupresan sebagai, 707 6-deoksiasiklovir, 618
D-penisilamin, keracunan timbal pada, 785 2-deoksistreptamin, 661
D-tubokurarin, penglepasan histamin, 99 Depolarisasi menetap/persisten, 44, 97
D.latum, diklorofen dan, 525, 656 Depresi endogen, 150
D.latum, niklosamid, 528 Dermatitis seboroik, riboflavin pada, 718
DDS, lihat sulfon Dermatofitosis, mikonazol pada, 567
DDT,804 Dermatomikosis, ketokonazol pada, 563
DFP, 44,46 Desalkilf lurazepam, 1 28
D/C, lihat di ssem in ated intravascular coagulation Desensitisasi, I3
DNA girase, 683 Desipramin, 158
DNA polimerase, 61 7, 696 Desmetilamitriptilin, 1 50
DOMA,32 Desmetildiazepam, 128
DOPA, 30 Desmetilklor diazepoksid, 128
DOPEG, 32 Desmetilmipramin, 150
DOPGAL, 32 Desmopresin, 395, 398, 760
Daktinomisin, klorambusil dan, 691 , 692, 695, 6g9 Desoksikortikosteron, 485, 489
Danazol,449, 463 Desoksikortikosteron asetat, sediaan, 494
Dantrolen, 102 11-desoksikortisol, 485
Dantron (dihidroksiantrakinon), S1 O, 512 Deteksi rasa nyeri, pelumpuh otot, 101
Dapson, lihat sulfon Diabetes insipidus, diuretik, 393, 398
839

Diabetes melitus, 471, 479-481 - interaksi obat, 279, 282'283


Diabetes, diuretik dan, 394 - intoksikasi, 280
Dialisis peritoneal, keracunan, 773, 778 - mekanisme keria, 274
Diare, morlin dan, 197 - pengobatan keracunan, 282
Diasilgliserol, 12 - sejarah,272
Diatesis hemoragik, penisilin dan, 630 - sindrom Wolff Parkinson White dan, 277
Diazepam, 'l 28, 155, 171 , 188 - sumber dankimia, 272
- anestesia dan, 121 Digitalis purpurea, 272
- kadar terapi, 166 Digitoksin, farmakokinetik, 279
- metabolisme, 128 Digitoksin, interaksi, 802
- pada keracunan, 772 Digoksin, 272,285
- penggolongan, 1 50 Digoksin, eritromisin dan, 676
- posologi, 130 Digoksin, llekainid dan, 307
- sebagai antidotum, 776 Digoksin, interaksi, 802, 803
Diazoksid, 336, 481 Dihidro-p-eritroidin, 96
- antikoagulan oral dan, 753 Dihidroartemisinin, 557
- diuretik dan, 395 Dihidroergotoksin, 79
- krisis hipertensi, Pada, 328 Dihidrofolat reduktase, 690, 745
Dihidroindolon, 154
Dibenamin, 77
Dihidroksi- propoksi-metil guanin, 618
Dibenzepin, 150
1,25-dihidroksikolekalsiferol, 729
Dibenzodiazepin, 153
Dihidropiridin, 340
Dibukain, 241 , 242
Dihidrotakisterol, 729
Didrogesteron, 447
Dihidrotestosteron, 78, 458
Dietazin, 177
Diklofenak, 208,218
Dietilamid asam lisergat, 150, 162
Dikloksasilin, 623, 627
Dietileter, lihat eter
Dietilkarbamazin, 524, 525 Diklonin lopikal, 242
Dikloroasetamid, 543
Dietilpentamin, 374
Diklorolen, 525
Dietilpropion, 75
Diklorofenamid, 385
Dietilstilbestrol, 440, 444
Dikloroisoproterenol, 81
Difenhidramin, 177
Dilenhidramin HCl, masa kerja, dosis sediaan, 253 Dikumarol, 749
- efek samping, 754
Dilenhidramin, farmakokinetik, 1 29
- farmakokinetik, 753
Difenilhidantoin, lihat f enitoin
- interaksi, 804, 805
Dilenilmetan, pencahar sebagai, 51 0
- posologi, 755
Difenoksilat, 122,200
Dilantin, f BG dan, 422
Diflunisal, 208,214
Diloksanid furoat, 543
Dilluolosfat, 429
Diltiazem, antiaritmia, 312-314
Difteri, eritromisin Pada, 677
- dosis sediaan, 322
Difteri, penisilin Pada, 634
- efek kardiovaskular, 353
Difusi pasil, 2
- efek samping, 356
Digestan, 507-509
- mekanisme antiaritmia, 296
Digestan, asam kenodeoksikolat, 508
Digestan zat hidrokoleretik, 508 - penggolongan, 351
Digitalis, 272-2BB - struktur kimia, 352
- amloterisin dan, 283 Dimenhidrinat, 253
- bubuk daun, 285 Dimerkaprol, 786, 789, 795-797
- diuretik dan, 395 Dimerkaprol, keracunan pada arsen, 792
- efek samping, 281 Dimerkaprol, keracunan pada timbal, 785,786
- farmakodinamik, 273 Dimetil polisiloksan, 515
- larmakokineltk, 279 Dimetisteron, struktur kimia, 447
- fibrilasi atrium, 276 Dinatrium tikarsilin/kalium klavulanat, 647
- flutter alrium, 277 Dinitrofenol, TBG dan, 422
- gagal jantung, 278 DiniVogen oksida, 115
- hipotiroid dan, 281 Dinoproston, 407
840 Farmakologi dan Terapi

Dinodin, 189 Dopamin, 30,64, 66


Dioktilkalsium sulfosuksinat, pencahar sebagai, 51 1, 513 Dopamin, pada syok, 70
Dipiridamol, 358, 755, 756 Dopaminergik sentral, 177 -182
Dipiron, 21 5 Dopamino antikolinergik, 1 77
Diseminated intravascular coagulation (DlC), 749,750, 751 Dosis anak, % dewasa, 821
Disentri amuba, 541 542 , Dosis awal, 816
Disentri basiler, sulfonamid pada, 589 Dosis berulang, 817
Diskinesia, 179 Dosis efektif median, 18
Diskinesia tardif , 151 Oosis so/a facit venenum, 763
Dislipoproteinemia, profil lipid, 368 Droperidol, 120
Dislokasi sendi, pelumpuh otot pada, 101 Dumping syndrome, 267
Disopiramid, 296-303
- absorpsi, distribusi, eliminasi, 299-300
E
- indikasi, 300
- mekanisme antiaritmia, 296 pada,
E col/, kolistin 681
- sediaan dosis cara pemberian, 300
E.floccosum, tolnaftat pada, 567
Distonia akut, 151 ED50, 766
Distribusi, 6-7, 764 EDTA, alheroselerotic plaque dan, 795
Distribusi bimodal, 9 EPSP, 103
Distrofia otot, 731 Edrofonium, miastenia gravis pada, 46
Disulfiram, 146 Edrofonium, pelumpuh otot, dan, 100
Diuresis alkali, pada keracunan, 773 Educated guess, antimikroba, 579
Diuresis asam, pada keracunan, 773,777,778 Efedrin, 74,805
Diuresis paksa, pada keracunan, 773,777 - cara kerja, 38
Diuretik, 329, 380-395, 734 - efek samping, 7l
- cara kerja, 381 - farmakodinamik, 67
- efek nonterapi, 380
kimia, 64
- struktur
- gagal jantung pada, 285
Elek kurariform, aminoglikosid dan, 668
- indikasi, 393 Efek obat, intensitas, 14
- interaksi, 324, 395
Efek sinergi, antimikroba, 580
- pelumpuh otot dan, 100
Efektivitas, 14
- penggolongan, 380-395 Eikenella corrcdens, amoksisilinikatiumktavulanat, 647
- sediaan posologi, 381 .Ekimosis, vitamin Kdan, 732
- tempat kerja, 382 Eksitabilitas jantung, 291
Diuretik hemat kalium, 329, 387-389 Ekskresi, 9-10
Diuretik kuat, 389-392 Ekspektoran, 516
Diuretik ostomik, 380-383 Ekstrak Belladon, sediaan, 54
Diyodohidroksikuin, 539 Ekstrak hipofisis posterior, 404, 405, 406
Diyodotirosin, 420 Ekstrak liroid, 427
Dobutamin, 287 Ekuilenin, 440
- cara kerja, 38 Ekuilin, 440
- efek samping, 70 Ekuivalensi biologik, 3
- farmakodinamik, 66 Ekuivalensi kimia,3
- struktur kimia, 64 Ekuivalensi terapi, 3
Doksapram, 225-226 Elektrofisiologi jantung, 28?, 297
Doksazosin, 38,80, 322 Elektrolit lemah, 2
Doksilamin, 129 Eliminasi,304
Doksisiklin, P.falciparumdan, 556 Eliminasi lintas pertama, 3
Doksisiklin, larmakokinetik, 651-652 Eliminasi obat dari otak, 7
Doksisiklin, indikasi, 558 Emboli paru akut, streptokinase pada, 757
Doksorubisin, 695, 696, 699 Emboli paru, antikoagulan oral pada,754
Doksorubisin, mekanisme dan tempat kerja, 691 Emesis gravidarum, vitamin 81 pada, 718
Doksorubisin, siklus kanker dan, 689 Emetic chemoreceptor trigger zone, 193
Domperidon, 152 Emetin, 537-539
ldopa, vitamin 86, 81 0 Empedu, 508
Enalapril, 322, 339 - sebagai vasokonstriktor, 759
Enalapril, dosis sediaan, 322 Epinephrine reversal, 59
Enalapril, gagal jantung, Pada, 287 Epistaksis, vitamin K dan, 732
Enalaprilat, krisis hipertensi, 328 Epoetin alfa, lihat eritropoetin
Endokarditis bakterial subakut, penisilin dan, 636 Epoprostenol, 755
Endokarditis gonokokus, penisilin pada, 633 Epstein-Barr virus, 62'l
Endokarditis, antimikroba pada, 580-582 Ergokornin, 79
Endokarditis, obat pilihan, 582 Ergokriptin, 79
Endokarditis, penisilin pada, 632, 633, 635 Ergokristin, 79
Endokarditis, vankomisin pada, 682 Ergoloid mesilat, 79
Endometriosis, z[49 Ergonovin, 79,401,408
Endoptalmitis, aminoglikosid pada, 667 Ergonovin maleat, sediaan, 404
Endorfin, 189 Ergopeptin, 401
Endothelium-derived relaxing factor (EDRF), 41 ,263 Ergosterol, 728
Energi angka kecukupan gizi rata-rata,715 Ergotamin, 79, 401 ,403,404
Enfluran, 117 Ergotoksin, 79,401
Enkainid, 306-308 Erisipeloid, penisilin pada, 634
Enkainid, mekanisme antiaritmia, 296 Eritema nodosum leprosum, 613
Enkefalin, 189 Eritritil tetranitrat, 166, 345
Enoksasin, 682,684 Eritroidin, 96
Ensefalopati, 736 Eritromisin, 675-678
E nsef alopati ti mbal, lihat lead en ceph a lopathy - amubiasis, pada, 543
Enselalopati, aminoglikosid dan, 668 - efek samping, 676
Ensefalopati, penisilin dan, 630 - farmakokinetik, 676
Ent. histolytica, aminoglikosid dan, 665 - hepatitis kolestatik akibat, 676
Enteritis infeksiosa, obat pilihan, 582 - interaksi obat, 676
Entercbacter, 592, 593, 631 - posologi, 677
E nte robacteriaceae, tlu orokuinolon pada, 684 - resistensi, 676
Enterobacteriaceae, imipenem pada, 649 - spektrum antimikroba, 675
Enterobacteriaceae, sefalosporin dan, 539 - struktur kimia, 675
Enterobiasis, mebendazol Pada, 527 Eritropoetin, 738, 741
Enterococcus, 673 Erratic migration, mebendazol dan, 526
Enteroglukagon, insulin dan, 468 Erysipelothrix rhusioph athiae, penisilin pada, 634
Enterokolitis stafilokokus, tetrasiklin dan, 654 Escherichia, 593, 680
Enterotoksin stalilokokus, keracunan, 769 Eserin, mata, 44
Environmental Protection Agency, 762 Esmolol, 82,87
Enzim TEM-1, 646 Esmolol, antiaritmia, 308
Enzim beta-glukuronidase, 8 Esmolol, mekanisme antiaritmia, 296
Enzim fosforilase, aminoglikosid dan, 665 Ester kolin, 40-42
Enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase, primakuin, 551 Estradiol, 440,485
Enzim konversi angiotensin, 324, 337'340 Estriol, zl40
Enzim mikrosom, 8 Estrogen, 439-M4
Enzim nonmikrosom, 8 - antiandrogen, 465
Enzim pankreas,507 - biosintesis dan kimia,439
Epi-anhidroletrasiklin, 767 - efek samping, 4{4
Epidermal growth factor, 11 - faal dan farmakologi, 440
Epidermophyton, asam undesilenat dan, 566, 569 - farmakokinetik, M2
Epiklorohidrin, 374 - indikasi, 443
Epilepsi, 163-164 - karsinogenisitas, 442
Epilepsi grand mal, penisilin oleh, 630 - karsinoma prostat, Pada, M3
E pinef rin, 29 -32, 59 -62 - kontrasepsi sebagai, 443
- cara kerja, 38 - kortikosteroid dan, 492
- metabolisme, 31 - mekanisme keria,442
- sebagai antidotum, 775 - mencipause, pada, 443
- struktur kimia, 63 - pada vaginitis senilis dan atropikans, 443
Farmakologi dan Terapi

- pemilihan ssdi666, fi{ Faringitis, 581, 632


- piridoksin dan, 720 Farmakodinamik, 10-20, 21 1
- sediaan dan dosis, 444 Farmakodinamik, definisi,'l
- tromboemboli dan, 747 Farmakogenetik, 828
Estion, 440 Farmakognosi, delinisi, 1
Etambutol, 602-603 Farmakokinetik klinik, 81 1-81 I
Etanol, 2, 5l7 Farmakokinetik, definisi, 1
Etanolamin, 253,254 Farmakokinetik, parameter, 81 3
Eter, 1 16 Farmakokinetik, proses, 2-1 0
'I
7a-etil-1 9-nortestosteron, 446 Farmakologi eksperimental, definisi, 1

o-etil-p-aminolenil glutarimid, 500 Farmakologi klinik, delinisi, 1


Etilalkohol, sebagai antidotum, 777 Farmakologi, definisi, 1
Etilendiamin, 253,254 Farmakoterapi, definisi, 1
Etilklorida, 119 Farmasi, definisi, 1
Etilnorepinefrin, 64, 68 Fasciola hepatica, indikasi dan, 539
Etinamat, 129, 130, 142 Fazadinium, 97
Etinilestradiol, 37 9, 440, 444 FeSO4, 740
Etinilestrenol, struktur kimia, 447 Febris puerpuralis, ergotamin dan, 403
Etinodiol, M6,447 Felodipin, 322, U0,351
Etiokolanolon, 459 Feminisasi,463
Etionamid, 606 Fenasemid, 172
Etionin, besi dan, 739 Fenbufen, 208, 2'18
Etisteron (1 7o-etiniltestosteron), 446, 447 Fendimetrazin, 75
Etklorvinol, 129, 130, 139, 753 Fenelzin, 100, 150
Etofamid, 543 Fenetisilin, 627
Etomidat, 122 Fenfluramin, 64, 75, 805
Etopropazin, 177 Fenilalanin, 30
Etosuksimid, 166, 170 Fenilbutazon, 208, 21 4-21 5
Etotoin, 165 Fenilbutazon, antikoagulan dan, 753
Etrelinal,727 Fenilbutazon, digitalis dan, 283
Ewrng, sarkoma, 695, 697 Fenilbutazon, interaksi, 804, 805
Exchange transfusion, keracunan, pada, 773 Fenilefrin, 38, 64, 68
Exchange transfusion, penisilin pada, 636 Feniletil malonamid, 1 68
Extensive metabolizers, I Feniletilamin, struktur kimia, 64
Fenilpiperidin, derivat, 1 97
Fenilpropanolamin, 68,71, 74, 75
F
Fenindamin,'177
FlC, lihat faktor intrnsic cast/e Fenindion, 754
FSH, lihat jugaa hormon pemacu folikel 441 Fenitoin, 303-306,729
- asam folal dan, 746
Facilitated exchange diffusion, 31
Faktor lX (faktor christmas), 732 - digitalis dan, 283
Faktor Vll (prokonvertin), 732 - farmakokinetik, 166
Faktor Vlll, 758 - interaksi, 306, 803-804
Faktor X (faktor Stuart), 732 - keracunan, 766
Faktor Xllla, 749 - lihat juga hidantoin, 165-168
Faktor Xa, 749 - mekanisme antiaritmia, 296
Faktorantihemofilik, 758, 759-760 - pelumpuh otot dan, 100
Faktor intrinsik Castle (FiC), 743 Fenklofenak, 208
Faktor keamanan, 765 Fenmetrazin, T5
Faktor makanan, 765 Fenobarbital, lihat juga barbiturat, 773
Faktor-faktor pembekuan darah, 7 47 - antasid dan, 805
Faloidin, 769 - asam lolat dan, 746
Famotidin, 258-259 - bilirubin, 803
Fanconi, 729 - digitalis dan, 283
Fansidar, 550, 558 - farmakokinetik, 129
843

- interaksi, 803-805 Flukloksasilin, 623' 627


- kadar terapi, 166 Flukonazol, 564
- posologi, 130 Flumazenil, 133
- sebagai antidotum, 776 Flumetason pivalat' 494
Fenofibrat, 372 Flunarizin' 351
Fenoksibenzamin, 38, 77, 78 Fluoborat, 429
Fenoksimetil penisilin, 623, 627 Fluoksetin, 150,'l 60, 267-268
Fenol, 517 Fluoksimesteron, 460
Fenolfsulfonftalein, 521 Fluor, 734
Fenolftalein, difenilmetan, 51 0,512 Fluoresein, 521
Fenomena Raynaud, 358 Fluoro-2-deoksiuridin 5'-monofosfat, 689
Fenomena acid rebound, antasid,503,505 Fluoro-deoksiuridin, imunosupresan, sebagai, 707
Fenomena coronary stea/, 756 Fluorokuinolon, 682, 683
Fenomena on-off, 179 Fluorosis, 735
Fenoperidin, 197 Fluorourasil, lihat juga antagonis pirimidin
Fenoprofen, 208 Fluorouridin monofosfat (FUMP), 689
Fenoterol, 64 Fluosulfonat, 429
Fenotiazin, 149, 150-'1 52 Fluotan, lihat halotan
Fenotiazin, antihistamin sebagai, 253,254 Fluotec, 118, 128, 129
Fenotiazin, penyakit Parkinson pada, 184 Flurazepam, 128, 129,130, 131
Fenotiazin, prokarbazin dan, 700 Flurbiprofen, 208
Fenprokumon, 754 Fluroksen, 119,122
Fentanil, 120, 197,200 Flusitosin,494,562
Fentermin, 75 Flutter atrium, digitalis pada,284
Fentolamin, 31 , 38, 78 Follicle stimulating hormone, 456
Fentolamin, hormon pertumbuhan dan, 41 5 Food and Drug Administation, 763
Fentolamin, krisis hipertensi, 328 Forane, lihat isofluran
Fentonium bromida, sediaan, 54 Formaldehid, 51 8
Feokromositoma, 42,43 Formalin, 518
Feri klorida, 759 Fosfoenolpiruvatkinase, 470
Ferning efek, 448 Fosfofruktokinase, 470
Fibrilasi atrium, digitalis pada, 283 Fosfolipase, 13
Ftbrin,747,748,749 Fosfor, 715,733
Fibrin, lihat juga proses pembekuan darah Fosinopril, 322
Fibrinogen, 749 Fotofobia, riboflavin pada,718
Fibrinogen insani, 760 Frambusia, tetrasiklin pada, 655
Fibrosis pulmonum interstisial, nitrofurantoin, 596 Framisetin, 662, 667
Fight or flight reaction, 26 Framisetin sulfat, 672
Fikomikosis, amfoterisin pada, 561 Frederickson, klasifikasi hiperlipoproteinemia, 369
Filokuinon, 731 ,732, 733 Freezing, 179
Filomenadion, sebagai antidotum, 778 Fruktosa-difosfatase, 470
Filtrasi, I Ftalilsultatiazol, lihat juga sulfonamid,584, 587
Fisostigmin, 44, 45, 46,54 Furosemid, 321 , 390, 392
Fitohemaglutinin, imunosupresan sebagai, 707 Furosemid, dosis sediaan, 322
Fitomenadion, 732, 778 Furosemid, gentamisin dan, 805
Flavin, senyawa, 718, 741 Furosemid, sefaloridin dan, 805
Flavonoid, 716 Furunkel, obat pilihan, 582
Flebiti-s, penisilin oleh, 630 Furunkulosis, 8-hidroksikuinolin oleh, 539
Flekainid, 296, 306-308 Fusarium solani, natamisin dan, 569
Floksuridin, 696 Fusospirochaeta, penisilin pada, 635
Flora usus, interaksi obat dan, 806
Flu-like myositis,fibrat dan, 371 G
FluJike syndrome, 525
Fludrokortison 487,, 494 G6PD, delisiensi niridazol dan, 528
Flulenazin, 150, 151 , 152 G6PD, nitrofurantoin dan, 596
844 Farmakologi dan Terapi

G6PD, sulfon dan, 61 1 Glukuronid, 8


G6PD, vitamin C dan, 723 G I uta m ic-oxal -acetic -tran sa mrnase, isoniazid dan, 600
G6PD, vitamin Kdan, 732 Glutation peroksidase, 736
GTP binding protein, 11 Glutetimid, 129, 130, 140
Gagal jantung kongestif, alfa-bloker pada, 81 Glutetimid, antikoagulan oral dan, 753
Gagal jantung, digitalis pada, 27 8, 283 Goiter,428, 429,736
Gagal jantung, diuretik pada, 285 Gom Arab, 515
Gagal jantung, vasodilator pada, 286 Gonadotropin, 418, 419, 466
Galaktore, haloperidol, 153 Gonadotropin, mekanisme kerja, 41 1
Galamin, 96,97, 99 Gonokoksemia, pertisilin pada, 633
Gandapura, 5'l 6 Gonokokus, 625,649
Gangguan akustik, akibat aminoglikosid, 668 Gonore, eritromisin pada, 678
Gangguan fungsi ginjal, akibat aminoglikosid, 667 Gonore, fluorokuinolon pada, 684
Gonore, penisilin pada, 633
Gangguan fungsi paratiroid, 434-435
Gonore, sefiksim pada, 644
Gangguan hematologik, kortikosteroid pada, 498
Gonore, tetrasiklin pada, 655
Gangguan pertumbuhan, androgen, 464
G ran u locyte-col on y sti m u I ati n g f actor (G -CSF), 701
Gangguan vestibular, akibat aminoglikosid, 668
Granuloma inguinale, streptomisin pada, 673
Gangren gas, penisilin pada, 634
Grcnulomatosis Wegener, siklofosfamid pada, 695, 709
Gansiklovir, 618
Granulositopenia, sefalosporin dan, 640
Garam magnesium, 100, 512
Grave penyakil,424
Garam perak, 520
Griseofulvin, 753, 565-566
Gas gangren, obat pilihan, 582
Guanabenz, 69,73,333
Gas gelak, 1 15
Guanadrel, 94,322,334
Gastrin, 468, 501
Guanadrel, cara kerja, 38
Gemeprost,407
Guanetidin, 38, 92
Gemfibrozil, 372,373 Guanfasin, 69, 322, 333
Genin, 272 Guanilat siklase, 11
Gentamisin, lihat ju ga am inoglikosid a, 662, 67 O, 67 4
Gentian violet, 521
Giardiasis, 540,542 H
Gilles de la Tourette sindrom, butirofenon dan, 153
H. capsulatum, ketokonazol pada, 563
Ginekomastia, 388
H. ducrey, amoksisilin/kalium klavulanat pada, 647
Gingivitis, obat pilihan, 582
Glaukoma sudut lebar, 74
H influenzae, aztreonani pacja, 645
H. influenzae, eritromisin pada, 676
Glaukoma, asetazolamid pada 384
H. influenzae, fluorokuinolon pada, 684
Glaukoma, diuretik pada, 393
H. influenzae, imipenem pada, 64p
Gliburid (glibenklamid), lihat juga sutfonilurea, 477
H. influenzae, kotrimoksazol dan, 593
Glikobiarsol, 542
H. influenzae, mupirosin dan, 681
Glikol, 518
glikon, 273 H. influenzae, penisilin pada, 635
H. influenzae,penisilin pada, 625, 632, 635, 636
Glikoprotein-P, 698
Glikosida jantung, pelumpuh otot dan, 100 H. influenzae, resistensi penisilin, 626
Glipizid, lihat juga sulfonil urea,477 H. influenzae, sefalosporin pada, 641, 642
Gliseril guaiakolat, 51 7 H. nana, diklorofen dan, 525
Gliseril trinitrat, lihat nitrogliserin H. nana, diklorofen pada,531
Gliserin, 380,383,515 H. nana, niklosamid, 528
Glisin xilidid, 241 HCI besi dan, 739
Globulin,7t2 HETP, lihat heksaetiltetrafosf at
Glositis, riboflavin pada, 718 HMGCoA reduktase, penghambat, 37 4-377
Glukagon, antikoagulan oral dan, 481, 753 Hairy-cell leukemia, 620
Glukokinase, 470 Halazepam, 1,28
Glukokortikoid, 487 Haloalkilamin, 77-78
Glukokortikoid, imunosupresan sebagai, 707 Halofantrin, 555-556
Glukosa, metabolisme, 469 Halofenat, hiperlipidemia, 379
Glukosa-6josfatase, 470 Haloperidol, 150-152
lndeks 845

Haloprogin, 569 Hidromorfon, 191


Halotan, 1 18 Himbasin, 56
Halsinonid, 494 Hiosin, 49
Halusinogenik, 150 Hiosin N-butilbromida, 54
Haylever,74,729 Hiperaldosteronisme, 392, 734
Heinz body, sulfon dan, 61 1 Hiperbilirubinemia, vitamin K dan, 732
Heksaetiltetrafosfat, 43 Hipereaktif, 2'l
Heksaklorofen, 517 Hiperkalemia, diuretik, 394
Heksametonium, 106 Hiperkalsemia, 394, 437, 464
Hematemesis, intoksikasi dan, 740 Hiperkeratosis, bleomisin dan, 698
Hematinik, 738 Hiperkinetik, sindrom, 75
Hematuria, vitamin Kdan, 732 Hiperlipidemia, 367, 370
Hemikolinium, 36, 38 Hiperlipoproteinemia, 368, 379
Hemiselulosa, 51 3 Hiperparatiroidisme, 435, 733
Hemodialisis, keracunan pada, 773, 774,778 Hiperpigmentasi, antikanker dan, 695, 696, 700
Hemofilia, 759, 760, 761 Hiperplasia adrenal kongenital, kortikoseroid pada, 496
Hemoperf usi, 773,77 4,778 Hiperplasia prostat, androgen, 464
Hemoroid, sklerosan pada, 515 Hiperrefleksi otonom, 1 08
Hemosiderosis, 7 40, 7 41 Hipersensitif, 21
Hemostasis, 747-749 Hipertensi beral, 326, 327
Hemostatik, 758-761 Hipertensi, diagnosis klasifikasi, 31 6-317
Heparin, 749-752 Hipertensi, diuretik pada, 392, 393
- aspirin dan, 755 Hipertensi, prognosis, 317
- urokinase dan, 757 Hipertensi, terapi farmakologik, 31 9
Hepatitis anikterik, penisilin dan, 629 Hipertermia maligna, 1 00
Hepatitis, interleron pada, 621 Hipertiroidism e, 424
Heroin, struktur kimia, 191 Hipertrofi prostat, 52,78, 81
Herpes genital, obat pilihan, 582 Hiperurisemia, 394
Herpes simpleks, 620 Hipervitaminosis A, 716, 725-726
Hesperidin, lihat flavonoid Hipervitaminosis D, 728
Hetasilin, 627 Hipervitaminosis E, 730
Hg organik, 520 Hipnotik sedatif, 124-143, 769, 771
Hialuronidase, 516 Hipofisis anterior, bubuk, 398
Hiccup, 152 Hipofisis posterior, bubuk, 398
Hidantoin, golongan, 165-1 68 Hipogonadisme, androgen pada, 461
Hidralazin, 287, 322, 3U Hipokalemia, 394,810
Hidralazin, krisis hipertensi, 328
Hipolipidemik, 364-379
Hidroflumetiazid, 388 Hiponatremia, 394,396
Hidroklorotiazid, 321 ,388, 399 Hipoparatiroidisme, 729, 434
Hidrokodon, struktur kimia, 191 Hipoprotrombinemia, 732, 733
Hipoprotrombinemia, sefalosporin dan, 640, 643
Hidrokortison, keracunan pada, 772
Hidroksiamletamin, 64, 68 Hiporeaktif, 2l
25-hidroksikolekalsif erol (?i-HCC|, 729 - Hipotiroidisme, 424,736
Hipovitaminosis C, 723
8-hidroksikuinolin, 539-540
Histamin, 248-261
Hidroksikumarin, farmakokinetik, 749, 752, 753
Histamin, vitamin 812 dan,743
Hidroksilase, 485
Hidroksimisin, 662 Histamine wheal, 99
Histoplasmosis, 561, 565
17a-hidroksipregnenolon, 485
Hidroksiprogesteron, 2147, 485 Homatropin, 54
Homicidal poisoning, 7 68
Hidroksistilbamidin, amfoterisin dan, 561
S-hid roksitript amin, 262
Homosistein, 742
5-hidroksitriptofol (5-HTOL), 265 Hormon, 41 0-500
Hormon Pemacu folikel, 41 8, 439,441
Hidroksiurea, 689, 691
Hidroksizin HCl, 253
Hormon adenohipofisis, 41 3-41 I
Hormon kelamin, tumor payudara, pada, 701
Hidroksokobalamin, 7 43-7 44
846 Farmakologi dan Terapi

Hormon paratiroid dan kalsitonin ,


432, 436,728 lnfeksi campuran, antimikroba, 579
Hormon pertumbuhan, 4'l 4-416 lnfeksi ekstragenital, penisilin pada, 633
Hormon steroid, mekanisme kerja, 41 1 lnleksi genitalia, kotrimoksazol pada, 593
Hormon tiroid, 420, 427,736 lnfeksi gonokokus, penisilin pada, 633
- biotransformasi larmakokin elik, 422 lnfeksi jamur sistemik, pengobatan, 564-565
- vitamin 812 dan, 743 lnfeksi jaringan lunak & tulang, fluorokuinolon, 685
- ekskresi, laal, 422 lnfeksi klamidia, eritromisin pada, 677
Human fibrin foam, 758 lnfeksi klamidia, tetrasiklin pada, 654
Human imunodeficiency virus, 616 lnfeksi klebsiella, sefalosporine pada, 641
Human menopausal gonadotropin, 419 lnfeksi kokus gram-positif, penisilin pada, 632
Human placental lactogen, 41 7 lnfeksi kuman anaerob, kloramfenikol pada, 659
Humatin, 543 lnfeksi meningokokus, penisilin pada, 633
Hyoscyamus niger, 51 lnfeksi mycoplasma, tetrasiklin pada, 655
lnfeksi pasca bedah, fluorokuinolon pada, 685
I lnfeksi pneumokokus, penisilin pada, 632
lnfeksi saluran cerna, fluorokuinolon pada, 5g3, 684
lNH, lihatjugaisoniazid, 167, 763 lnfeksi saluran kemih, flurokuinolon pada, 684
lbopamin, 287 lnfeksi saluran kemih, penisilin pada, 635
lbuprofen, 208, 2'18 lnfeksi saluran kemih, sefiksim pada, 644
lchtyosarcotoxin, 769 lnfeksi saluran kemih, sulfonamid pada, 58g
ldiosinkrasi, 21 lnfeksi saluran kemih, tikarsilin pada, 631
ldoksuridin, 61 9 lnfeksi saluran nafas bawah, fluorokuinolon pada, 684
lkterus, metiltestosteron, oleh, 464, 732 lnfeksi saluran nafas, kotrimoksazol pada, 5g3
lktiosis, vitamin A pada,727 lnfeksi stafilokokus, penisilin pada, 633
lmferon, lihat iron dextran lnfeksi streptokokus, eritromisin pada, 677
lmidazolin, 71 ,77 lnfeksi telinga tengah, penisilin pada, 632
lmipenem, 648-649 lnfertilitas, 4y'.5,463
lmipramin, 150, 1 58-159, 177 lnfluenza, 581
lmipramin, cara kerja, 38 lnhibin, 456
lmipramin, haloperidol, 804 lnkompatibilitas, 801
lmipramin, klorpromazin, 804 lnocybe, 47
lmpetigo, obat pilihan, 582 lnosin, besi dan 739
lmunostimulan, 526 lnosipleks 61 9
lmunosupresan, 702-7 13 lnositol 722
- indikasi 713 lnositol trifosfat (IPS) 12
- kemoterapi dan, 708 lnsektisida organofosfat, keracunan 45
- mekanisme kerja, 707 lnsufisiensiadrenal 495
- pilahan obat, 707 lnsulin, 467, 480,736
- target kerja, 706 - defisiensi, 471
lmunosupresi, tiabendazol dan, 532 - insulin like activity, 479
lnclusion conjunctivitis, tetrasiklin pada, 655 - metabolisme, 470
lndan-1,3-dion, 464, 752, 753 - beta-bloker, 85
lndapamid, 321, 388 - elek samping, 476
lndekainid, 296 - laal, 469
lndeks terapi, 17 - interaksi, 476
lndometasin, 208, 219, 397 - kebutuhan, 473
lndometasin, aminoglikosida pada 670 - kimia sintesis, 467, 468
lndometasin, diuretik dan, 395 - mekanisme kerja, 469
lndometasin, interaksi, 805 - metabolisme glukosa, 469
lnduksi partus aterm, 408 - posologi sediaan 474
lnekuivalensi terapi, 3 - resistensi 473
lnfark miokard akut, 755,756,751 lntensitas efek obat, 81 1
lnfark miokard, antikoagulan oral pada, 7S4 lnteraksilisiologik, 809
lnfeksi bakteri anaerob, metronidazol pada, 541 lnteraksi ikat protein, 806
lnfeksi batang gram negatif, penisilin pada, 634, 635 lnteraksi obat, 654, 800-810
lnteraksi, antimikroba, 81 0 Kalsium polikarbofil, pencahar sebagai, 51 1
lnteraksi, distribusi, 806 Kalsium, angka kecukupan gizi rata-rata, 715
lnteraksi, ekskresi, 807 Kalsium, vitamin B12dan, 743
lnteraksi, farmakodinamik, 808 Kalsium, diuretik dan, 395
lnteraksi, farmakokinetik, 801 -802 Kamler, 516
lnteraksi, ikatan jaringan, 806 Kanamisin, 605, 662, 673
lnteraksi, metabolisme, 807 Kandidiosis, ke'tokonazol pada, 563
lnteraksi, reseptor, 808 Kandidosis, 564, 582, 654
lnterferon,620 Kandidosis mukokutan, mikonazol pada, 567
lnterstitial cell stimulating hormone, 41 8, u156 Kandidosis vaginal, kandisidin pada, 568
lntestinal capillariasis, mebendazol pada, 527 Kandisidin, 568
lntoksikasi, terapi, 771 -780 Kanker payu dara, (lihat jugakarsinoma mama), 694
lntrinsic sympathomimetic activity (lSA), 83 Kaolin,515
lon Yodida, penghambat, 429 Kaposl's sarcoma, A|DS-related, 620
lpratropium bromida, 51 , 54, 55 Kapreomisin,605
lrama sirkadian, androstenedion, 457 Kaptopril, 322,339
lron-dextran, 741 Kaptopril, gagal jantung, pada, 287
lsoetarin, struktur kimia, 64 Kaptopril, krisis hipertensi, pada, 328
lsofluran, 117-1 18 Karamifen, 54, 177
lsokarboksazid, 150, 157 Karbakol klorida, 41 ,42,43
lsoniazid, 598-600, 733 Karbamazepin, 167, 170-171
lsoprenalin, lihat isoproterenol Karbamazepin, eritromisin dan, 676
lsopropilarterenol, lihat isoproterenol Karbamazepin, farmakokinetik, 1 66
lsopropilnorepinefrin, 65 Karbamazepin, interaksi, 804
lsoproterenol, 38, 64 Karbapenem, 640
lsosorbid, 380, 383 Karbarson, 542
lsosorbid dinitrat, 345 Karbenisilin, 626, 627, 628
lsotretinoin, 724,727 Karbenisilin, aminoglikosida dan, 669
lsradipin, 340, 341 Karbenisilin, posologi sediaan, 631
Itai-itai, penyakit, 792 Karbenisilin, struktur kimia, 624
Itrakonazol, 563 Karbidopa, 180
lvermektin,534 Karbimazol, lihat antitiroid
Karbinoksamin maleat, 253
J Karboksipenisilin, 626
Karbon aktif, pada keracunan, 515,772
Jarisch-Herxheimer, reaksi, 611, 690, 694 Karbon tetraklorida, 768
Karbon tetraklorida, dialisis peritoneal dan, 773
K Karbonik anhidrase, penghambat, 383-385
Karbopros trometamin, 407
Kadar obat, 81 1 Karditis reumatik, kortikosteroid pada, 496
Kadmium,735, 792-793 Karfenazin, 150, 151
Kafein, lihat juga xantin, 226, 231 233 Karies dentis, 734
Kalikrein, lihat proses pembekuan darah Karisoprodol, 187
Kalium,734 Karoten,714,724
Kalium Yodida, 430, 517, 564 Karolenemia,422
Kalium perklorat,5l9 Karsinogenisitas, 22, 766
Kalium permanganat, 105, 519 Karsinoma kolorektal diseminata, 696
Kalomel, 787 Karsinoma mama, androgen pada, 461 ,462
Kalsitonin, z86-438, 728 Karsinoma mama, doksorubisin pada, 699
Kalsium, 733, 735 Karsinoma mama, metotreksat pada" 697
Kalsium antagonis, interaksi obat, 325 Karsinoma mama, siklofosfamid pada, 695
Kalsium dinatrium edetat lihat juga EDTA, 794-795 Karsinoma ovarium, metotreksat pada, 697
Kalsium karbonat, antasid sebagai, 505 Karsinoma paru, metotreksat pada, 697
Kalsium karbonat, besi dan, 739 Karsinoma teslis, klorambusil pada, 692
Kalsium paratiroid, 433-434 Karsinoma testis, metrotreksat pada, 697
848 Farmakologi dan Terapi

Karteolol, dosis sediaan, 322 - hipertensi pada, 328, 332


Kaskara sagrada, 51 0, 51 2 - sotalol dan, 81 0
Katekol-O-metiltransferase, lihat juga COMT, 59 Kloralhidrat, 129, 130, 139
Katekolamin, 29-31 , 59 Kloralhidrat, antikoagulan oral dan, 753
Katekdlamin, pelumpuh otot dan, 100 Klorambusil, 692, 694, 695
Katenulin, 662 Klorambusil, imunosupresan, sebagai,707
Keganasan, kortikosteroid pada, 498 Kloramfenikol, 657-659
718
Keilosis, riboflavin pada, Kloramfenikol, antikoagulan oral dan, 753
Kejang, imipenem dan, 649 Kloramfenikol, fenitoin dan, 167
Kelainan genetik, keracunan dan, 763 Kloramfenikol, vitamin B1Z dan, 745
Kelator,781 Klorazepat, 128, 130, isO
Keracunan, 768-780 Klordiazepoksid,128,155-156
Keracunan akut, 146,768 Klordiazepoksid, penggolongan, 150
Keracunan, arsen, 792 Klordiazepoksid, posologi, 130
Keracunan, diagnosis, 768 Klorleniramin maleat, 253
Keracunan, gejala dan diagnosis, 769 Klorfenoksamid, lihat klelamid
Keracunan, kadmium, 793 Klorfenoksamin, 177
Keracunan, manfaat dialisis, 780 Klorheksidin, 519
Keracunan, penyebab, 769 Klorida, 734
Keracunan, lerapi, 774-778 Klorisondamin, 106
Keratitis mikotik,561 Klorkuinadol, 539
Keratokonjungtivitis, 517,616 Klorokuin, 542,547-549
Keratolitik, asam salisilat, 568 Klorokuin, indikasi, 558
Keratomalasia,7z{,7zs Klorokuin, pelumpuh otot dan, 100
Kerja obat, nonreceptor, 19 Klorotiazid, 388, 399
Ketamin, 120 Klorotrianisen,444
Ketanserin, 266 Klorpromazin, 150-152, 397
Ketobemidon, 197 Klorpropamid, interaksi, 803
Ketokonazol, 562, 563 Klorpropamid, lihat juga sulfonilurea, 477
Ketoprofen, 208,218 Klorprotiksen, antiemetik, 151
17-ketosteroid, 493 Klorsiklizin HCl, dosis, 253
Ketotilen, 261 Klortalidon dosis, sediaan, g2l ,398
Ketulian, vankomisin dan, 682 Klortetrasiklin, 651 , 653, 656
Kilokuinol,S40 Klorzoksazon, 1g7
Kina, 552, 554 555 Klotrimazol, 567
Kinetika obat, 813 Klozapin, 152, 153-154
Kinin, pirimetamin dan, 803 Koagulan, 75g
Kinolon,539 Koagulasi intravaskular diseminata, vitamin C, 723,749
Kista hidatid, mebendazol pada,527 Kobal, 741-742
Kl.pneumoniae, sefalotin dan, 641 Kobal, besi dan, 739
Klaritromisin, 678 Kobal, eritropoesis pada, 738
645
Klebsiella oxytoca, aztreonam pada, Kodein, 196
Klebsiella, kotrimoksazol dan,593 Koenzim 812, 742
Klefamid, 544 Koenzim Q,730
679
Klindamisin, 100, Kolahor ristosetin, 759, 760
Klolazimin,6l2 Kokain, 38,238-240
Klofibrat, 371-373 Koksidioidomikosis, 563, 565, 567
Klotibrat, antikoagulan oral dan, 753 Kokus gram-negatif dinatrium tikarsilin, 647
Klolikol, 379 Kolera, tetrasiklin pada, 655
Kloksasilin, 623,627 Kolesistitis akut, obat pilihan, 592
Klomifen, zl45 Kolesistokinin, insulin dan, 468
Klonazepam, 166, 17'l Kolestasis, penisilin dan, 629
Klonidin, 69 Kolestipol, 374
- cara kerja, 38 Kolestiramin, 373-374
- dosis sediaan, 322 Kolestiramin, kolitis pseudomembranosa, 680
lndeks

Kolin, 41 , 42,721 - mekanisme antiaritmia, 296


Kolinasetilase, 27 - nitrogliserin dan, 303
Kolinergik, definisi, 40 - pelumpuh otot dan, 100
Kolinesterase, 27 - sediaan dosis, 300
Kolinesterase reaktivator, 46 - vasodilator dan, 303
Kolistin, 100, 681 Kuinin, 552-555, 588
Kolitis pseudomembranosa, Kuinolin, 547
klindamisin dan, 541 ,654, 679 Kuinolon, 682, 683
Kolkisin, 220,803 Kumarin, 17-a-alkil androgen dan, 464
Kolkisin, imunosupresan sebagai, 707 Kumarin, lihat juga antikoagulan oral, 733
Koloid hidrofil,513 Kurare, 46,96
Kombinasi tetap, antimikroba, 580 Kussmaul, pernapasan, 472
Kompleks faktor lX, 758, 760
Kondroplasia pungtata, 754
L
Konstipasi patofisiologi, 509
Kontrasepsi oral, 449, 723,745 L-Asparaginase, 691
Kontrasepsi pria, 465 L-dopa, vitamin 86 dan, 810
Kooperativitas negatif, 19 L-histidin dekarboksilase, 250
Koproporf irinu ria, 77B L-melfalan, imunosupresan, sebagai, 707
Korioadenoma destruens, 697 L.monocytogenes, penisilin dan, 625
Koriokarsinoma, 697 1D50, 766
Kortikosteroid, 697 LH releasing hormon, 418
- analog sintetik, 494
Labetalol, 38, 82, 328
- diuretik dan, 395
Labetalol, dosis sediaan, 322
- eritromisin dan, 676
Laju filtrasi obat, 8l5
- kadar plasma, 486
Laktasi, prolaktin dan, 4'17
- kontraindikasi, 499
Laktokrom, 7l8
- lihat juga adrenokortikosteroid, 484-499
Laktulosa, 513
- mineral dan, 733, 734,735
Lanatosid C, 285
- pelumpuh otot dan, 100
Lanolin, 515
- sediaan, 487,494 Larutan Fowler, 791
- siklofosfamid dan, 695 Lead encephalopathy, 7 84, 785
- tuberkulosis dan, 61 0 Lead palsy, 783
- vitamin B12dan, 743
Lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT), 366
Kortikosteron, 485 Legionella pneumophila, eritromisin pada, 677
Kortikotropin, 484 Lemak domba, 515
Kortisol, 485, 491 , 494 Lepra, klasifikasi penyakit, 613
Kortisol, kadar plasma, 486 Leprostatik, 61 1-615
Kosintropin, 484 Leptospira, penisilin dan, 625
Kotrimoksazol, 591-593 LeptosprTosis, tetrasiklin pada, 655
Kretinisme, 424,736 Leukemia granulositik kronik, busulfan pada, 695
Kriptokokosis, 561, 564, 565
Leukemia limfoblastik akut, 695, 697, 698
Krisis hipertensi, 327
Leukemia limfositik akut, 696, 700
Krisis sickle cel/, vitamin C, 723
Leukemia limfositik kronik, klorambusil pada, 692
Kromium, 736
Leukemia limfositik, doksorubisin pada, 699
Kromoblastomikosis, llusitosin pada, 562
Leukemia meningeal, metotreksat pada, 696, 697
Kuinapril, 322
Leukemia mieloblastik akut, 697
Kuinetazon, dosis sediaan, 388
Kuinidin, 553, 805 Leukemia mielositik akut, 695, 696, 699
- antikoagulan oral dan, 753 Leukeran, lihat klorambusil
- cara pemberian, indikasi, 300 Leukopenia, antikanker dan, 690
- cinchonisme, 302 Leukovorin, 690,697
- efek samping, 301 Leusin aminopeptidase, 733
- farmakodinamik, 553 Levalor{an, 191 , 203
- interaksi obat, 303 Levamisol, 525,526
850 Farmakologi dan Terapi

Levodopa, 177-180 MK-486, lihat karbidopa


Levorfanol, struktur kimia, 't91 MOPEG, 32
Levotiroksin, 427 MOPGAL, 32
Li+, ADH dan, 397 MPTP, lihat N-metil-4Jenil-1 2 3 O-tetrahidropiridin
Libido, 458, 465 Mabuk perjalanan, antihistamin, 256
Lidokain, absorpsi, distribusi, eliminasi, 304 Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF), 701
Lidokain, anestesi lokal, 240-241 Maduromikosis, amfoterisin pada, 561
Lidokain, antiaritmia, 303-306 Mafenid, lihat juga sulfonamid, 588
Lidokain, interaksi obat, 306 Magnesium sulfat, pencahar, sebagai, 510
Lidokain, mekanisme antiaritmia, 296 Magnesium, 733
Lidokain, pelumpuh otot dan, 100 -angka kecukupan gizi rata-rata, 7'15
Ligan, 781 - antasid, sebagai, 503, 505, 763
Limfoma Burkitt, 695, 697 - pencahar, sebagai, 510
Limfoma Hodgkin, 699 Magnesium hidroksida, antasid, sebagai, 505
Limfoma limfositik, metotreksat pada, 697 Magnesium hidroksida, besi dan, 739
Limfoma non-Hodgkin, 697, 699 Magnesium trisilikat, silikon dioksid, 503-504
Limfoma non-Hodgkin, klorambusil pada, 692 Malaria, 545-547,557
Limfoma non-Hodgkin, siklofosfamid pada, 695 Malassezia furfur, 567, 569
Limfoma non-Hodgkin, sitarabin pada, 696 Malignan sindrom, 151
Linkomisin, 100, 679, 802 Mangan, 737
Liotironin, 427 Manitol, 380
Lipase lipoprotein, 750 Maprotilin, 160
Lipid plasma, 365-368 Marihuana, penggolongan, 1 50
Lipodistroli, 476 Maskulinisasi, androgen, oleh, 463
Lipoprotein, 366 Mastoiditis, penisilin dan, 632, 633
M axim al permissible concentration, 7 65
Lipresin, 399
Lisergat dietilamida (tSD), 265
Mazindol, 75
Mebendazol, 526, 527
Lisinopril, 287, 322, 339
Mebhidrolin napadisilat, 253
Listeria monocytogenes, sefalosporin dan, 639
Medikasi preanestetik, 1 13-1 14
Listeria, penisilin dan, 625
Medroksiprogesteron asetat, 446, 447
Litium, 161-162
Meduloblastoma, 697
- diuretik dan, 395
Melenesin, 187
- klorpromazin dan, 802
Mefenitoin, 165
Loa-loa, dietilkarbamazin dan, 525 Mefenoksalon, 187
Logam berat,. 781-799 Mefentermin, 64,68, 71
Logam berat radioaktif, 793 Meflokuin, 555, 558
Loksapin,153 Megaloblastosis, sitarabin dan, 696
Long acting thyroid stimulator, 424 Megestrol asetat, struktur kimia, 447
Loperamid, 200 Mekamilamin, 106
Loratadin, 253 Mekanisme kerja obat, 10
Lorazepam, 128, 130, 131 Mekanisme loloh balik, 412
Lovastatin, 375,376 Meklizin HCl, 253
Lugol, 519 Meklolenamat, 208,217
Luminal, lihat fenobarbilal Mekloretamin, prokarbazin dan, 699
Lupus eritematosus sistemik, 302 Meksiletin, 296, 303-306
Luteinizing hormone, 41 8, 456 Melanocyte stimutating hormon , cara kerja, 41 i , 483
Lymphogranuloma venereum, kloramfenikol pada, 659 Membran stabilizing activity, 83
Menadion, 732
M Menakuinon, 732
Meningitis, 632
M.auduoini, tolnaftat pada, 567 - llusitosin pada, 562
M.canis, klotrimazol dan, 567 - penisilin pada, 628,732
M.canis, tolnaftat pada, 567 - sefalosporin pada, 641
M.kansasi, isoniazid dan, 599 - sulfonamid pada, 589
M.pneumoniae, eritromisin dan, 676 Meningokok, imipenem pada, 649
851

Meningitis bakterial, obat pilihan, 582 Metiltestosteron, sediaan, 460


Meningitis pada neonatus, obat pilihan, 583 Metiltiourasil, lihat juga antitiroid, 429
Meningitis purulenta, kloramfenikol pada, 659 Metimazol, lihat juga antitiroid, 429
Meningitis purulenta, sefalosporin pada, 639 Metionin, 742
Menotropin, 4'l 9 Metiprilon, 129, 130, I40
Mepazin, antiemetik, 150, I51 Metirapon, 499
Meperidin, 197-200 Metirosin, 95
Mepivakain HCl, 241 Metisergid, 266,404
Meprobamat, 129, 130, 140 Metisilin, 623, 626-627
Merkaptopurin, imunosupresan, sebagai, 707, 708 Metoklopramid, 48-49, 802-803
Merkaptopurin, interaksi, 804 Metoksamin, 56, 64, 68, 71
Merkaptopurin, lihat juga antagonis purin, 689, 690,691 Metoksifluran, 118, 670
Merkaptopurin, prednison dan, 701 Metokurin, 96-97, 99
Merkuri, 786-789 Metoprolol, 82, 83, 85
Merkurokrom, 520 - cara ker,ia, 38
Meskalin, 150, 162 - dosis, 322,350
Mesoridazin, efek antiemetik, 152 - pada migren, 92
Metabolisme, 3 - sifal farmakologik, 350
Metabolit antara, B Metotreksat, asam folat dan, 745
Metadon,2Ol-202 Metotreksat, asparaginase dan, 701
Metakolin, 38,41 -43 Metotreksat, daktinomisin dan, 697
Metaksalon, I87 Metotreksat, imunosupresan, sebagai, 707
Metakualon, 770,774 Metotreksat, lihat juga antagonis folat, 697, 708, 709
Metallic taste, 479 Metotreksat, mekanisme dan tempat kerja, 691
Metamfetamin, 64, 67, 74,'177 Metotreksat, prednison dan, 697, 701
Metanefrin,32 Metotreksat, salisilat dan, 803
Metantelin bromida, 54 Metotreksat, siklus kanker dan, 689
Metaproterenol, struktur kimia, 64 Metotreksat, sulfonamid dan, 803
Metaraminol, 64, 68, 771 Metranidazol, kolitis pseudomembranosa dan, 680
Metasiklin, amubiasis pada, 543 Metronidazol, 540,541
Metazolamid, 385 Mevastatin, 375
Metdilazin HCl, 253 Mezlosilin, 624-627, 631
Metenamin, 594 Mezlosilin, aminoglikosida dan, 669
Metenolon asetat, 457 Mg SO4, sebagai antidotum, 776
Meteorisme, 44,515 Mg trisilikat Al, lihat karbon aktif , 515
Metergolin, 41 5 Ms(oH)2,803
Methemoglobinemia, vitamin C pada, 724 Mg++, s6inonlikosid dan, 664
6-methoxy-2 naphtylacetic acid (6-M NA), 219 MgO, sebagai antidotum, 777
6-metil merkaptopurin (MMPR), 690 Mianserin, 150
6-metil prednison, 494 Michaelis-Menfen, persamaan, 14
Metil salisilat, 212, 213, 516 Micromonospora purpurea, 662
1 -metil-4-fenil piperidin, 1 76
Microsporum, 566, 567, 569
Metilalkohol, dialisis periton eal dan, 77 3
Microsporum audiouini, amfoterisin dan, 560
Metilbenzetonium klorida, 51 6 Midazolam, 128
Metildopa, 69,322,333 Mielinisasi saraf , tiroksin dan, 422
Metildopa, krisis hipertensi, pada, 328 Mielofibrosis, busulfan Pada, 695
Metilergonovin maleat, 404 Mieloma multipel, 692, 695
Metilfenidat, 69, 75, 226 Mielosupresi busulfan, 695
Metilhidrazin, 699 Migren, 403-404
Metilklotiazid, dosis sediaan, 388 Mikonazol, 566-567
Metilkobalamin, 742 Miksudem, hormon tiroid, 424,425
Metilmerkuri, keracunan, 789 Milrinon, 288
Metilprednisolon, sediaan, 487, 494 Minamata, penYakit, 787
Metilsalisilat, dialisis peritoneal dan, 773 Mineral,714,733-737
Metilselulosa, 511, 51 3 Mineralokortikoid, def inisi, 487
852 Farmakologi dan Terapi

Minoksidil, 322,335 N.americanus, mebendazol pada, 527


Minosiklin, 651 -652, 656 N.gonorrhoeae, 676, 681, 682
Minyak jarak, asam risinoleat, 511 N.meningitidis, mupirosin dan, 681
Minyak kayu putih, 516 NH4Cl, sebagai antidotum, 776
Minyak tanah, keracunan, 769 NSA/D, lihat antiinflamasi nonsteroid
Minyak wintergen, lihat metil salisilat Na-bikarbonat, sebagai antidotum, 775, 776
Minyak zaitun, 511, 514 Na-morhuat, 515
Miopati tirotoksik, 422 Na-nitroprusid, gagal jantung, 287
Miopati, kortikosteroid, 499 Na-nitroprusid, krisis hipertensi, 328
Misetoma, amfoterisin pada, 561 Na-tiosulfat, sebagai antidotum, 778
Misoprostol, 507 NaHCO3, aspirin dan, 802
Mitomisin, 689, 707 Nabumeton, 21 9
Mitramisin, 691 Nadolol, dosis antiangina, 350
Moklobemid,'157 Nadolol, dosis sediaan, 322
Moksalaktam, 638-640, 643 Nadolol, lihat juga beta bloker, 81-92
Mola hidatidosa, 697 Nafazolin, 69, 71
Molibden, 737 Nafsilin, 626
Molindon, '152, 154 Nalbufin, struktur kimia, 191
Monoamin oksidase, 30,31 , 58 Nalokson, 203
Monoamin oksidase, penghambat, 58, 157-158 Nalodin, 191 ,203,777
Monoamine oksidase-8, penghambat, 1 85 Naltrekson, 203
Monobaktam, 644 Naproksen, 2A8, 21 I
Monoetilglisin xilidid, 241 Narkolepsi, 74
Mononukleosjs infeksiosa, penisilin pada, 629 Narkotik, prokarbazin dan, 700
Monoyodotirosin, 420 Natamisin, 569
Moon face, 488 Natrium ampisillninatrium sulbaktam, 648
Modin, 190-197, 804 Natrium bikarbonat, antasid, 502, 505
- abuse, 1 95 Natrium bikarbonat, tetrasiklin dan, 802
- adiksi, 195 Natrium edetat, 755
- efek samping, 195 Natrium epoprostenol, 756
- farmakodinamik, 192 Natrium fosfat, pencahar sebagai, 510
- f armakokinetik, 194
Natrium fusidat, 681
- indikasi, 196 Nakium karboksimetilselulosa, 51'l, 513
- sebagai antidotum, 775 Natrium klorat, dialisis peritoneal dan, 773
- struktur kimia, 191 Natrium kromolin, 260-261
- toleransi, 195 Natrium morkuat, 515
Mukolitik, 517 Natrium nitroprusid, 336-337
Mukormikosis, 561 , 565 Natrium perborat, 51 9
Mupirosin, 681 Natrium salisilat, struktur kimia, 21 1
Muskarin,47,769 Natrium silastatin, 648-649
Mustar nitrogen, lihat juga alkilator, 689 Natrium sitrat,755
Mutagenisitas, 22 Natrium sulfat, pencahar sebagai, 510
Mycoplasma pneumonia, kloramfenikol pada, 659 Natrium sulfobromoftalein, 521
Mycoplasma pneumoniae, eritromisin pada, 676, 671 Natrium sulfokson, 612
Myotonia kongenital, 554 Natrium tetradeksil sulfat, 515
Natrium tiosulfat, sebagai antidotum, 778
Natrium wadarin, posologi, 755
N
Natrium yodida, 430
N(2'-kloro-4"-nitrof enil)-5-klorosalisilamid, 527 Nebramisin faktor 6, 662
N-(5-benzoil-2-benzimidazolil) karbamat, 526 Nefropati hiperurisemik, antikanker dan, 692
N-asetil silastatin, 650 Nefropati, penisilin, 629
N-demetilklindamisin, 679 Ner'ssera, aminoglikosid dan, 665
N-desalkil flurazepam, metabolisme, 128 Nekrosis sel hati, penisilin dan, 629
N-hidroksietil flurazepam, 128 Neomisin, 516, 662, 667,672
N-metil-4-fenil-1,2,3,6-tetrahidropiridin, 1 76 Neomisin sulfat, hiperlipidemia, 378
lndeks 853

Neostigmin, pelumpuh otot dan, 100 Nitrovasodilator, 345


Netilmisin, 663, 67 2, 67 4 Nizatidin, 259-260
No (observed) effect level, 765
Neuritis perifer, aminoglikosid dan, 668, 669
No Effect Level (NEL), 764,766
Neuritis perifer, isoniazid oleh, 599
Nocardia, griseofulvin pada, 565
Neuritis perifer, vitamin 86 pada, 720
Nocturnal leg cramps, kina, 555
Neuritis retrobulbar, etambutol oleh, 602
Nokardiosis, sulfonamid pada, 589
Neuroblastoma, doksorubisin pada, 699
Nomifensin, 150, 161
Neuroblastoma, siklolosfamid pada, 695
Non convulsive neurotoxin, 225
Neuroblastoma, vinkristin pada, 697
Noradrenalin, lihat norepinefrin
Neurocysticercosis, 531 Nordiazepam, metabolisme,'l 28
Neurofisin, 395 Norepinefrin, 30-32
Neuroleptik, efek samping, 151 larmakodinamik, 65
-
Neuropati perifer, 736 sebagai antidotum, 775
-
Neurotoksisitas, vinkristin dan, 698 - struktur kimia, 64
Nialamid, 150, 157 - vasokonstriktor, sebagai, 759
Niasin, angka kecukupan gizi rata-rata, 715 Noretandrolon, 446
Niasin, lihat asam nikotinat Noretindron asetat, hiperlipidemia, 379
Niasinamid, 719 Noretindron, kimia, 446, 447
Nifedipin, 340-342, 351 -358 Noretisteron, kimia, 446
- digitalis dan, 283 Norlloksasin, 682, 685
- dosis sediaan, 322 Norgestrel (1 B-homonoretisteron), 446, 447
- efek kardiovaskular, 353 Norit, lihat karbon aktif
- efek samping, 356 Normetanefrin, 32
- krisis hipertensi, 328 Nortriptilin, 158
Nikardipin, 322, 340 351 Noskapin, 206
Niketamid, 225-226, 77 2 Nukleosid trifosfat, 696
Niketamid, sebagai antidotum, 775 Nux vomica, 224
Niklosamid, 527,528 Nyeri haid, estrogen, progestin, zl49
Nikotin, 38, 104 Nyeri morfin pada, 196
Nikotin, efek bifasik, 99
Nikotin-1'-N-oksid, 1 05 o
Nikotinamid adenin dinukleotida, 719
Niktalopia, 724 O.volvulus, dietilkarbamazin dan, 525
Nilai prediktil eksperimen hewan, 767 OM PA, lihat oktametilpirofosf ortetramid
Niridazol, 528 Obat cacing, 523-536
Nistatin, 567-568 Obat dopamino-antikolinergik, 1 84-186
Nitras argentii, astringen sebagai, 759 Obat gagal jantung, 271-288
Nitrat, 429 Obat gagal jantung, diuretik pada, 285
Nitratorganik, 345-349 Obat ganglion, 103
- elek samping, kontraindikasi, 347
Obat hiperglikemik, 481
- farmakodinamik, 346
Obat keringat, antiperspirant, 51 5
- farmakokinetik, 346, 348
Obat kolinergik, dan vitamin 812, 743
- indikasi, 349
Obat mirip-aspirin (aspirin-like drugsl, 207
- kimia, 345-349
Obat otonom, 24-1OB
- kontraindikasi, 347, 348
Obat pencahar, 51 0-51 1
- sediaan, posologi, 347
Obat penyakit parkinson, 175-186
Nitrazepam, 129, 171 obat pirai, 220-222
Nitrofurantoin, 595 Obat sintetik mirip atroPin, 54
Nitrogen oksida, 345
Obat susunan saraf pusat, 109-247
Nitrogliserin, gagal jantung, 287
Obat, definisi, 1
Nitrogtiserin, inteiakbi, 804
Obat, lisikokimia 2
Nitrogliserin, krisis hipertensi, 328
Obesitas, adrenergik Pada, 75
Nitrogliserin, lihat juga nitrat organik, 3, 345
Ofloksasin, 682, 683, 685
Nitroprusid, keracunan ergot, 79
Oftalmia neonatorum, basitrasin pada, 681
Nitrosourea, siklus kanker dan, 689
Oftatmia neohatorum, penisilin pada, 633
854 Farmakologi dan Terapi

Oksabetalaktam, 643 P.orbiculare, tolnaftat pada, 567


Oksamnikuin, 528 P.pestis, kloramfenikol pada, 659
Oksandrolon, hiperlipidemia, 379 P.vivax, meflokuin pada, 555
Oksasilin, 623, 626, 627 PABA, lihat asam para amino benzoat
Oksazepam, 1 28, 1 30 PAF, lihat platelet-activiting lactor
Oksazolidindion, 169, 170 PL, lihat proses pembekuan darah
Oksidase lungsi campur, 8 PPOM, lihat penyakit paru obstruktif menahun
Oksifenbutazon, 2OB, 21 6 Paget, penyakit, 437
Oksifenbutazon, antikoagulan oral dan, 753 Pamakuin, 551
Oksifenbutazon, metandrostenolon dan, 464 Pangamic acid, 716
Oksifenisatin, 510, 512 Pankreas fibrokistik, pankreatin pada, 508
Oksifenonium, 54 Pankreatitis, pankreatin pada, 508
Oksimetazolin, 69, 71 Pankuronlum, 96, 97, 99
Oksimorfon, 191 Papain, 509
Oksisel, hemostatik sebagai, 758 Para Amino Benzoic Acrd, prokain dan, 240
Oksitetrasiklin 651 653 656 Para amino lenol, 214-215
Oksitosik, 400-409 Paracelsus, 763
Oksitosin, 404-406 Parafin,514
Oksprenolol, 82, 322, 350 Parafin cair, pencahar sebagai, 51 1
Oktametilpiro-f osf ortetramid, 43 Parahidroksi sefaleksin, 642
Oktopamin, 58 Parakoksidioidomikosis, 563, 565, 567
Oleum olivariu, sebagai antidotum, 776 Paraldehid, 129, 130,141
Omeprazol, 506 Paralisis agitans, lihat penyakit parkinson
Ondansetron, 269 Paralisis periodik, asetazolamid dan, 384
Onikomikosis, 563 Parametason, sediaan, 487, 494
Open Angle Glaucoma, diuretik, 393 Paramomisin, 543, 662, 667, 672
Opiat, keracunan gada, 772 Parasetamol, ADH dan, 399
Opioid, 189, 1986 Parasimpatolitik, 177
Odenadrin, 177 Paration, 764
Oronasal mask, 777 Parkinson, mangan oleh, 737
Orsiprenalin, 64 Parkinsonisme, I51
Osteitis fibrosa generalisata, 435 Parkinsonisme, dekstroamfetamin pada, 75
Ostemyelitis akut, obat pilihan, 582 Partial agonist activity (PAA), 83
Osteomalasia, 728, 729, 7 35 Pasteurela, penisilin pada, 635
Osteomielitis, fluorokuinolon pada 685 Pasteurella multocida, amoksisilin/k.klavulanat, 647
Osteoporosis, M3, 728, 734 Pausinystalia yohimbe, 81
- androgen pada, 461, 463 Payah ginjal akut, diuretik, 393
- heparin dan, 751 Payah jantung kronik kongestif, diuretik, 393
- kalsitonin pada, 437 Pb, 735
- kortikosteroid dan, 499 Pefloksasin, 682, 685
- vitamin D pada, 729 Pelagra, asam nikolinat pada, 719
Osteosklerosis, 735 Pelemas otot, 175-1 88
Otitis media akut, penisilin dan, 632, 633 Pelemas otot yang bekerja sentral, 186-1 88
Otitis media akut, sefiksim pada, 644 Pelumpuh otot, 96-102
Otitis media, obat pilihan, 581 - blok fase I fase ll, 97
Ouabain, 272 - farmakokinetik, 98
- interaksi obat, 100, 101
P - sediaan dan posologi, 101
Pembengkakan payudara, oksitosin pada, 409
P vivax, kina dan, 553 Pemolin, 70,75
P-aminobenzoic acid, lihat asam paraamino benzoat Pencahar, 509-51 4
P.chrysogenum, 622 Pencahar emolien, 513
P.falciparum, 549, 556, 555 Pencahar garam, 512-5'l 3
P.malariae, kina dan, 553 Pencahar osmotik, 512-51 3
P.multocida, penisilin pada, 635 Pencahar pembentuk massa, 513
855
lndeks

Pencahar rangsang, 51 1 -51 2 Penurun tegangan permukaan, 513, 520


Pencahar penggunaan, 514 Penyakit Gull, 424
Pencahar penyalahgunaan, 514 Penyakit Hodgkin, 699
Pengaluran tekanan darah, 315-316 Penyakit Hodgkin, klorambusil pada, 692
Pengembangan obat, 21-23 Penyakit Hodgkin, siklolosfamid pada, 695
Penghambat ACE, gagal jantung pada, 286 Penyakit Hodgkin, vinkristin pada, 697
Penghambat ACE, interaksi obat, 324 Penyakit Keshan, 736
Penghambat adrenergik, 77-95 Penyakit alergi, antihistamin pada, 256
- hipertensi pada, 330,331 Penyakit alergi, kortikosteroid pada, 497
- interaksi obat, 325 Penyakit ginjal, kortikosteroid pada, 496
Penghambat betalaktamase, 646-648 Penyakit hepar, kortikosteroid pada, 498
Penghambat enzim konversi angiotensin, 337-340 Penyakit jantung iskemik,
Penghambat ganglion, 334 penghambat adrenosePtor beta, 349
Pengharnbat kanal Ca, 351-363 Penyakit kolagen, kortikosterid dan, 497
- angina pektoris pada,350 351-363 Penyakit kulit, kortikosteroid pada, 498
- dosis antiangina, 354, 355 Penyakit mata, kortikosteroid dan, 497
- efek samping, 354 Penyakitparkinson, 175
- farmakokinetik, 354, 355 Penyakit paru obstruktif menahun, 74,232
- kontraindikasi, 357 Penyakit serum, 629
- mekanisme kerja, 352 Penyakit von Willebrand, 759
Penghambat kortikosteroid, 499 Pepsin, akilia gastrika Pada, 507
Penghambat reseptor H1 (AH1), lihat antihistamin Peptida vasoaktif , insulin dan, 468
Penghambat sekresi asam lambung, 506-507 Perangsangan susunan saraf pusat, 223-233
Pen g hambatan pertu m bu han, kortikosteroid, 492 Perdarahan pascapersalinan, ergonovin pada, 408
Pengujian obat, 21 -23 Perdarahan rahim, disfungsi, 449
Penicillin-binding protein, 625, 645 Perlenazin, 150,1 51,1 52
Penicillium janczewski, 565 Pergolin, 181
Penicillium notatum, 622 Pergonal, 41 9
Penilaian keamanan obat, 766 Perheksilin, 351
Penisilamin, 797 Perindopril, 322
Penisilin, 622-636 Perklorat, 429
- elek samping, 628 Pertusis, erilromisin Pada 677
- farmakokinetik, 626-628 Pielonefritis, akut obat pilihan, 581
- iritasi lokal, 629 Pikrotoksin, 225
- kimia dan pemilahan, 622 Pilokarpin, 38,47
- mekanisme kerja, 625 Pilokarpus microphyllus, 47
- mekanisme resistensi, 626 Piminodin, 197
- reaksi toksik, 629 Pin point pupils, 193
- sejarah dan sumber, 622 Pindolol, dosis sediaan, 322,350
- spektrum antimikroba, 625 Pindolol, kardioselektivitas, 85
- struktur kimia, 623 Pindolol, sifat larmakologik, 350
Penisilin G, 622, 627, 630 Pindolol, struktur kimia 82
Penisilin V, 626, 630 Pinositosis, 3
Penisilin anti pseudomonas, 624, 626 Piperasilin, 624, 626, 631
Penisilin anti pseudomonas, aminoglikosida dan, 669 Piperazin, 253, 529-530
Penisilin dgn spektrum diperluas, struktur kimia, 624 Piperidin (antihistamin nonsedatif), 253
Penisilin isoksazolil, 627, 630 Piperokain HCl, 241
Penisilinase, 626 Pirantel pamoat, 530
Penjerap (Adsorben), 515 Pirazinamid, 603
Pentaeritritol tetranitrat. 345 Pirazolon, 215-217
Pentazosin, 205 Pirenzepin, 38, 52, 54, 55
Pentilentetrazol, 225 Piribedil,181
Pentobarbital, 129, 130 Piridium (3-fenil-2 6 diaminopiridin), 520
Pentoksifilin, lihat xantin Piridoksal, lihat piridoksin
Pentolinium, 106 Piridoksamin, lihat Piridoksin
856 Farmakologi dan Terapi

Piridoksin, 7 1 9, 738, 7 41 Premenstrual tenstion, piridoksin pada, 720


Piridostigmin, 47 Prenilamin penggolongan, 351
Pirilamin, '129,253 Prevensi absorpsi oba| 772
Pirimetamin, 549, 558 Prifinium bromida, sediaan, 54
Piroksikam, 208,219 Prilokain HCl, 242
Piruvatkarboksilase, 470 Pdmakuin, 558, 550-552
Piruvatkinase, 470 Primakuin, keracunan, 763
Pitresin, 398 Primidon, 166, 168, 746
Pivampisilin, 627 Primidon, dialisis peritoneal dan, 773
Plasmin, 748, 749,760 Prinsip pengobatan hipertensi, prognosis, g'17-329
Plasminogen, 745,757 Pro-opiomelanokortin, 1 89
Platelet-activating f actor, 2Og Proandrogen, 456
Platelet-derived growth factor, 11 Probenesid, 221, 222, 394
Pleotropic drug resistance, 697 Probenesid, penisilin dan, 634
Plikamisin, 689 Probukol, 378
Plumbism, 783 Prodinorlin, 'lB9
Plummer, penyakit, 424 Progesteron, 446, 447 , 485
Pneumocystis cannli, 588,61 9 Progestin, M6-451
Pneumocystis carinii, kolrimoksazol dan, 5g3 Proguanil, 555, 558
Fneumokokus, penisilin dan, 625 Proinsulin, 467,468
Pneumonia bakterial, obat pilihan, 581 Prokain, 1OO,240
Pneumonia, penisilin pada, 632 Prokainamid, 299-300, 302
Poisoning treatment ward, 771 Prokainamid, mekanisme antiaritmia, 296
Poliakrilik resin hidrofilik, 513 Prokarbazin, 699-700, 707
Polietilenglikol, 519 Proklorperazin, 150, 151
Polifarmasi, 800 Proktitis, spektinomisin pada, 682
Polikarbofil, 513 Prolaktin, 417 -418
Polimiksin B, 100,680 Proloid, 427
Polimorfisme genetik, 9 Promazin, 150, 151
Polineuropati, nitrofurantoin, 596 Prometazin, '177, 253
Polisitemia yera, busulfan pada, 694,695 Prontosil, 764
Politiazid, dosis sediaan, 388 Propafenon, 306-308
Polivinil pirolidon, 19, 519 Propantelin bromida, 54
Poloksamer,519 Propilheksedrin, vasokonstriktor, 69
Poor metabolizer, 9 Propiltiourasil, lihat antitiroid, 429
Porcine calcitonin, 438 Propolol, 122
Potensial aksi jantung, 290 Propoksifen, 202-203
Potensial inhibisi pascasinaps, 27 Propranolol, 81-91, 322
Potensial perangsangan pascasinaps, 26 - antiaritmia, 308
Povidon yodium, 519 - cara kerja, 38
Pr.mirabilis,sefalosporin dan, 639, 641 - dosis antiangina, 350
Pralidoksim, sebagai antidotum, 776 - interaksi obat, 804
Pramoksin, topikal, 242 - mekanisme antiaritmia, 296
Pravastatin, 375 - pelumpuh otot dan, 100
Prazepam, tarmakokinetik, metabolisme, 128 Proses pembekuan darah, 747-749
Prazikuantel, 530-532 Prosiklidin, 177, 183, 184
Prazosin, 38,80,322 Prostaglandin, 406-407, 7 56
Prazosin, gagal jantung, 287 Prostaglandin E, ADH dan, 397
Prednisolon, imunosupresan sebagai, 707 Prostaglandin, biosintesis, 208
Prednisolon, lihat juga kortikostersid, 487, 4g4,7Og Prostaglandin, penghambat sintesis, 399
Prednison, antidotum sebagai, 778 Prostasiklin, lihat juga prostaglandin, 755
Prednison, imunosupresan sebagai, 97, 698, 699,7O7 Prostatitis akut, 581
Prednison, lihat juga kortikosteroid, 4BZ, 494 Prostigmin, 44-46
Pregnenolon, 485 Protamin, 750,752
Prekalikrein, lihat proses pembekuan darah, 748 Protein C, 748,749
lndeks 857

Protein G, 11, 29, 33 Rauwolfia, 81 ,322,324


Protein P10, streptomisin dan, 664 Rauwollia serpentina, 94
Protein S, 748, 749 Raynaud, penyakit, 81
Protein indol positif, 631,642 Reabsorpsi pasif, 9
Protein kinase, 11,12, 33 Reaksi alergi, penisilin oleh, 628
Protein kinase C, reseptor alfa, 34 Reaksi anafilaksis, penisilin, 628
Protein plasma, 7 Reaksi fototoksik kuinolon dan, 683
Protein, angka kecukupan gizi rata-rata, 715 Reaksi, fase I dan ll, 8
Protein-binding iodine, 421 Rebound congestion, 74
Protektif , 515 Rebound headache, metisergid dan, 266
Proteus dan, 593, 635, 665 Recommanded daily allowances (RDA), 715
Prototip antimuskarinik, 51 Redistribusi obat, 7
Protrombin, 732, 7 48, 7 49 5a-reduktase, 458
Provitamin A, 724 Retleks kompensasi, 41-42
Provitamin D, 728 Refractoriness jantung, 291
Ps"aeruginosa,aminoglikosid dan, 665, 673 Regimen dosis, 818-819
Ps.aeruginosa,aztreonam pada, 645 Rekombinan eritropoetin, lihat eritropoetin
Ps.aerugrnosa,dinatrium tikarsilinik.klavulanat, 647 Reposisi tulang, pelumpuh otot, 101
Ps.aeruginosa,imipenem pada, 649 Reseptor H1(AH1), penghambat, 252
Ps.aeruginosa,kolistin pada, 681 Reseptor V, 397
Ps.aeruginosa,penisilin pada, 625, 635, 636 Beseptor alta, 31 -34
Ps.aeruginosa,sefalosporin dan, 639, 643, 644 Reseptor beta, 31-34
Pseudoefedrin, 73 Reseptor obat, 1 0-1 1
Pseudohermafroditisme, 458 Reseptor opioid, 189
Pseudotolerance, 95 Reseptor, DHT, 458
Psikologik paradoks, efek samping, 129 Reseptor, antagonisme, 18
Psikosis, kortikosteroid, 499 Reseptor, definisi, 10
Psikotogenik, 150,162 Reseptor, interaksi obat, 14
Psikotomimetik, 150 Reseptor, pengaturan lungsi, 13
Psikotropik, 148-1 62 Reseptor, sistem otonom, 29
Psilium (Plantago), 51 3 Reserpin, 38, 94, 95, 322, 333
Psitakosis, 654, 659 Resin, 373-374
Psoriasis, metotreksat pada, 709 Resistensi, 574-575
Psoriasis, vitamin pada, 727 ,729 Resorsinol, 518
Pteridin, 745 Respiratory syncytial vlrus, 619
Ptomain, keracunan, 769 Responsimunologik, 703
Ptosis, 698 Respons kuantal, 766
Respons obat, 1 6-1 8
o Respons obat, keadaan patologik, 824-826
Respons obat, usia, 821-822
Quazepam, 128 Respons penderita, f aktor-faktor, 820-829
Responsiveness, 292
R Retinoblastoma, vinkristin pada, 697
Retinol (vitamin A1), 724,726
RNA polimerase , pada testosteron, 458 Betinopati, vitamin E pada, 731
RNA-polymerase, rifampisin dan, 601 Rho(D) imunoglobulin, 711
Rabdomiosarkoma, siklofosfamid pada, 695 Rhodotorula, amfoterisin dan, 560
Rabdomiosarkoma, vinkristinpada, 697 Ribavirin, 618
Racun laba-laba black widow, 38 Riboflavin (vitamin B'2), 7 1 5, 7 1B-7 19
Radiasi ionisasi, 430 Riboflavin, pada eritropoesis, 738
Radikal bebas, antrasiklin, 690 Ridley dan Jopling, klasifikasi lepra, 613
Rakitis, 728, 729,730 Rifampisin, 600-602
Ramipril, 322 - digitalis cjan, 283
Ranitidin, 256-258 - interaksi obat, 306
Rat-bite fever, penisilin pada, 635 - leprostatik sebagai, 612
Farmakologi dan Tercpi

Riketsiosis, 654, 659 Sefalotin, 639,640, 641


Ritodrin, slruktur kimia, 64 Sefamandol, 637, 640, 642
Rivanol, etakridin laktat, 521 Sefapirin, 637, 639, 642
Ro 4-4602, lihat benserazid Sefazolin, 639, 640, 641
Roksitiomisin, 678 Sefiksim, 644
Rosanilin, 521 Sefmetazol, 639
Fusse//'s viper venom, 759 Sefoksitin, 637, 640, 642
Rutin, lihat flavonoid Sefonisid, 638
Sefoperazon, 638
S Seforanid, 638
Sefotaksim, 638, 639, 640, 643
S.epidermidis, sefalosporin dan, 639 Sefotiam,639
S.haematobium, 531 Sefradin,638,639, 640
S.japonicum, 531 Sefsulodin, 639, 640
S.mansoni, 531 Seftazidim, farmakokinetik, 640
S.typhi, obat pada, 593,658 Seftizoksim, 638, 639, 640
SLE, lihat juga lupus eritematosus sistemik, 308 Seftriakson, 639, 643, 682
SMON(subacute myelooptic neuropathyl, 540 - larmakokinetik, 640
Salbutamol, cara kerja, 38, 64 - penisilin dan, 625
Salisilamid, 213-214 kimia, 638
- struktur
Salisilat, 21 0-21 3, 733 Sefuroksim, 639, 643
- antikoagulan oral dan, 753 Sefuroksim aksetil, farmakokinetik, 640
- dialisis peritoneal dan, 773 Sefuroksim, farmakokinetik, 637, 640
- interaksi, 723, $Os Sefuroksim, indikasi, 643
- keracunan, 771 Sekobarbital, farmakokinetik, 129, 130
Salisilismus, 554 Sekresi aktif, 9
Salmonella, aminoglikosid dan, 665 Sekretin, insulin dan, 468
Salmonella, lihat juga demam tifoid, 658 Selektivitas, 20, 21
Salmonella, penisilin pada, 635 Selenium, 736
Salmonella, polimiksin B dan, 680 Self poisoning, 768
Sampar, tetrasiklin pada, 655 Selulitis, obat pilihan, 582
Saral adrenergik, definisi, 27 Selulosa oksida, hemostatik sebagai, 758,759
Saraf kolinergik, definisi, 27 Sena, 510,512
Saraf otonom, faal, 25-26 Seng (Zn), 715, 716,735
Saraf otonom, respons organ efektor, 35-37 Sepsis, obat pilihan, 583
Sarkoma Ewing, vinkristin pada, 697 Septikemia, vankomisin pada, 682
Sarkoma osteogenik, doksorubisin pada, 699 Serotonin, 262-265
Sawar darah-otak, 7 Sertralin, 268-269
Sawar sel, 2 Serum gonadotropin, 41 9
Sawar uri, 7 Servisitis, spektinomisin pada, 682
Scarlet fever, eritromisin pada, 677 Sex hormone binding globulin, 443,459
Seasonal hay fever, 256 Shigella, penisilin pada, 635
Second messenger, 1 1, 33 Shigellosis, kotrimoksazol pada, 593
Sediaan lepas lambat, 5 Sianida, 337, 769
Sediaan salut enterik, 5 Sianokobalamin, 71 6, 742-745
Sefadroksil, 637, 639, 642 Sifilis, obat pada, 582, 678
Sefaklor, 639,640, 642 Sililis, penisilin pada, 634
Sefaleksin, 637, 640, 642 Siklazosin, 203
Sefaloridin, 670 Siklizin, 253
Sefalosporin, 636-644 Siklofosfamid, 695, 701, 707, 7Og
- aktivitas antimikroba, 639 Siklopiroks olamin, 569
- kimia, 636, 637, 639 Siklopropan, 1 15
- klasifikasi, 636 Sikloserin, 604
- netrotoksisitas, 640 Sikloserin, dialisis peritoneal dan, 773
Sefalosporinase, 636 Siklosporin, 708,710
lndeks

Siklosporin, aminoglikosida dan, 670 Sistitis akut, obat Pilihan, 581


Siklosporin, eritromisin dan, 676 Sitarabin, 689, 696, 690, 691
Siklosporin, imunosupresan sebagai, 707 Sitarabin, imunosupresan sebagai, 707
Siklotiazid, dosis sediaan, 388 Sitokrom, 8,742
Sikrimin, 177,183 Sitosin deaminase, 562
Silika gel, 515 Skarlatina, 632
Simetidin, 308, 256-258 Skizofrenia, fenotiazin, 152
Simetidin, antagonis Ca dan, 341 Sklerosan, humoroid Pada, 51 5
Simetidin, efek antiandrogen, 465 Sklopolamin, 50,54
Simetidin, flekainid dan, 307, 308 Skorbut, lihat vitamin C
Simetidin, interaksi obat, 167, 306 Skotoma, akibat aminoglikosid, 669
Simetikon, 51 5 Slow reacting substance (SRS), 250
Simpatin, 29 SomatomamotroPin korion, 417
Simpatomimetik, prokarbazin dan, 700 Somatomedin, hormon pertumbuhan, 414
Simvastatin, struktur kimia, 375 Somatostatin, pengaturan, 41 5
Sinar-X, imunosupresan sebagai, 707 Somatrem, 416
Sinarizin, penggolongan, 351 Somatropin, 41 6

Sindrom Eehcet, 588 Sorbitol, dan vitamin 812,743


Sindrom Cushing, insulin dan, 474 Sotalol, 29, 82,90
Sindrom Fanconi, 653, 729, 784 Sotalol, antiaritmia, 31 0-31 2
Sindrom Goodpasture, 798 Sotalol, mekanisme antiaritmia, 296
Sindrom Stein-Leventahl, 439 Specific pathogen free (SPF), 765
Sindrom Stevens-Johnson, 588, 680, 690 Spektinomisin, 682
Sindrom Stlfman, 188 Spektrum antibakteri, 590
Sindrom Wegener, 709 Spermatogenesis, androgen, 458, 464
Sindrom Zollinger-Ellison, 251, 506 Spesifisitas, 20
Sindrom akantositosis, 731 Spesimen biologik, 771
Sindrom akrodinia, 788 Spindle poison, 690
Sindrom alkali susu, 502, 504 Spiramisin, 678
Sindrom cushing, 482, 491 Spirochaeta, penisilin dan, 625
Sindrom disulliram, sefoperazon, 643 Spironolakton
Sindrom egg white iniurY, 721 - aspirin, 810
- digitalis dan, 283
Sindrom lupus, hidralazin, 335
Sindrom malabsorpsi, 731 - dosis sediaan,322
Sindrom nefrotik, diuretik pada, 393 - etek antiandrogen, 465
Sindrom nefrotik, siklolosfamid pada, 695 Spons gelatin, hemostatik sebagai, 758
Sindrom renal, timbal dan, 784 Sporotrichum schenckii, amloterisin dan, 560
Slng/e dose experiments, 765 Sporotrikosis, 563-565
Sinkona, pohon,552 Stafilokokus, 625,677
Sinkonidin, 553 Starvation ketosis, 479
Sinkonin, 553 Steatore, vitamin E Pada, 730,731
Sinkonisme, 554 Sterilisasi, 517
Sinoksasin, 682 Sterilitas, 731
Sinusitis, obat pilihan, 581 Sterilitas, vitamin E Pada, 730
Siprolibrat, struktur kimia, 372 Steroid anabolik, 422, 753
Siprofloksasin, 682, 683, 685 Stomatitis aftosa, alkilator, 692, 696
siproheptadin, 253, 267, 41 5 Stomatitis angularis, ribollavin pada' 718
Siproteron asetat, 465 Str.anaerobic, klindamisin pada, 679
Sirkulasi enterohepatik, 8 Str.clavuligerus, 646
Sirosis hati, diuretik, 393 Str.f aecalis, amPisilin dan, 632
Sirup ipekak, 517 St.pneumoniae, kotrimoksazol dan, 593
Sisaprid, 49 Str.pyogenes group A, penisilin dan, 632
Sisomisin, 672,674 Str.pyogenes, eritromisin pada; 675, 677
Sisplatin, siklus kanker dan, 689 Sfr.pyogenes, Penisilin dan, 633
Sistem renin-angiotensin'aldosteron, 316' 337 Str.viridans, Penisilin dan, 633
Farmakologi dan Terapi

Str.viridans,sefalosporin dan, 639 Sulfisoksazol, lihat juga sulfonamid, 584,586


Streptidin, 661 Sulfon, 611
Streptobacill us (H averhi lia), moniformis, 635 Sullonamid, 584-590
Strep/ococcus C. h em ol yti c u s, 7 57 - aktivitas antimikroba, 584
Streptokinase, 757, 761 - dialisis peritoneal dan, 773
Streptokokus, penisilin dan, 632, 647 - efek nonterapi, 588
Streptomisin, 670,673 - farmakokinetik, 585
- aktivitas obat, 607 - fenitoin dan, 167
- regimen pengobatan, 607 - mekanisme kerja, 585
- tuberkulostatik, 597-598, 662 - metotreksat dan, 805
Streptomyces ambof aciens, 678 - penggunaan klinik, 589
Streptomyces cattleya, 648 - sediaan dan posologi, 586
Streptomyces erythreus, 675 - struktur kimia, 584
Streptomyces fradiae, 662 - vitamin K dan, 732
Sueptomyces griseus, 661 , 662 - struktur kimia, 584
Streptomyces kanamyceticus, 662 Sulfonilurea, 476-479
Streptomyces lactamdurans, sefoksitin dan, 642 Sulfonilurea, masa kerja, dosis, 478
Streptomyces lavendulae, 662 Sulfonilurea, perbandingan efek, 473
Slreptornyces lincolnensis, 679 Sulfur, 734
Stteptomyces orchidaceus,sikloserin dan, 604 Sulindak, 208
Streptomyces orientalis, 682 Sulkralfat, 507
Streptomyces peucetius var.caesrus, 699 Sulproston, 407
Streptomyces pllosus, 798 Sulsinilsulf atiazol, lihat sulf onamid
Streptom yces rim os us, 543, 662 Sumatriptan, 269
Streptom yce s spectab/is, spektinomisin dan, 682 Superinfeksi, 575
Streplomyces ten ebr a r i u s, 662 Supersensitif, 21
Streptomyces verticillus, 698 Supersensitivitas, 1 3, 28
Striknin, 224-225 Suplemen kalium, diuretik dan, 395
Strofantin, 272 Supresi sistem hemopoetik, antikanker, 690
Strophantus, 272 Surface active agent, 513
Sublimat, 519 Sudaktan perangsang produksi, 517
Suicide inhibitor, 646 Susu magnesium, pencahar sebagai, 510
Sukralfat, efek samping, 507 Syok, anafilaksis, 629
Suksinil sulfatiazol, 587 Syok, adrenergik dan, 72
Suksinilkolin, 96, 97, 98 Syok, kortikosteroid pada, 498
- diuretik dan, 395
- efek bifasik, 99 T
- interaksi, 804
- interaksi obat, 306 T-triyodotironin, 427
- keracunan, 763 T.saginata, diklorolen dan, 525
T.saginata, niklosamid, 528
Suksinimid, 170 T.solium, 525, 528, 531
Sulbaktam, 646 Ltonsurans, tolnaftat pada, 567
Sulbenisilin, 626, 627, 631 fBG , androgen dan, 464
Sulfadiazin, 584, 587 TD50, 18
Sulfadoksin, 550, 588 fEPP, lihat tetraetil pirofosfat
Sulfametizol, 587 7A, aspirin pada, 755
Taenia, 531
Sulfametoksazol, 584, 586 Takifilaksis, 21,31,58
SLffas ferosus, 741 Takikardi supraventrikuler paroksismal, 73
Sulfasalazin, digoksin dan, 803 Takikardia paroksismal, digitalis pada, 284
Sulfasetamid, 587 Takrin, Alzheimer pada, 44
Sulfasitin, 587 Tamoksifen, 446
Sulfinpirazon, 221, 222, 755 Tebain, struktur kimia, 191
- antikoagulan oral dan, 753 Teklozan, 543
Telenzepin, 56
- penisilin, 805
Temazepam, 1 28,1 30,1 32
- warfarin dan, 756 Tembaga (Au), 738,742
lndeks 861

Tembaga, pada eritropoesis, 738 Tiamin, angka kecukupan gizi rata-rata, 71 5


Tenoksikam, 208 Tiazid, 385,734
Teobromin, 226 Tiazid, diabetes insipidus, 399
Teofilin, eritromisin dan, 676 Tikarsilin, 626
Teofilin,' lihat juga xantin, 167, 226,231 - aminoglikosida dan, 669
Teori seleksi klon, 705 - farmakokinetik, 627
Terapi hipertensi, 31 5-342 - indikasi, 631
- hipertensi ringan, 31 9 - posologi sediaan, 631
- hipertensi sangat berat, 326 - struktur kimia, 624
- hipertensi sedang, 31 9 Tikarsilin/klavunamat potasium, 646
- manfaat, 31 8
Tiklopidin, 755,756
- modifikasi pola hidup, 31 9
Timbal, 782-786
- pedoman umum, 318
- keracunan akut, 783-785
- sebab kegagalan, 326
- keracunan kronis, 783-786
Terapi syok, pelumpuh otot dan, 1 01
Teratogenisitas, 692, 763 Timidilat sintetase, 745
Terazosin, 80 Timol, 518
Timoiol,dosis antiangina, 350
Terbutalin, 38,64
Timolol,dosis sediaan, 322
Terfenadin, 253 Timolol,lihat juga beta bloker, 80-91
Terminologi, 20-22 Timolol,pada migren, 92
Termogenik, etek,44B Timolol,sifat farmakologik, 350
Testosteron undekanoat, 457
Testosteron, lihat juga androgen, 459, 460, 485 Tinea versikolor, klotrimazol dan, 567
festosteron-estrad iol binding globulin, 459 Tinea versikolor, mikonazol pada, 567
Tetani, 728, 733 Tinidazol, 542
Tetani infantil, magnesium pada, 733 Tioguanid, sitarabin dan, 691,696
Tetani infantil, vitamin D pada, 729 Tioridazin, I50, 151, 152
Tetanolisin, 225 Tiosianat, 337,429
Tetanospasmin, 224 Tiosulfat, keracunan pada,772
Tetanus, eritromisin pada, 678 Tiramin, cara kerja, 38, 64, 700
Tetanus, penisilin pada, 634 Tiroglobulin, 427
Tiroid, 425
Tetraetil-pirofosfat, 43
Tiroid bubuk, 427
Tetraetilamonium, 106 Tiroid, pada eritropoesis, 738
Tetrahidrofolat, 690 d-tiroksin, antikoagulan oral dan, 753
Tetrahidrozolin, efek samping, 69, 71 Tiroksin, epinefrin dan, 423
Tetrakain, 242 Tiroksin, heparin dan, 750
Tetrakloretilen, 532 Tiroksin, llhat juga hormon ftoid, 420-427
Tetrasiklin, 733, 651-656 Tirosin, 30
- amubiasis pada, 543 Tissue plasminogen aktlvator, 758
- diuretik dan, 395 Tobramisin, 662,663,672,674
- efek samping, 653 Tokainid, 303-306
- farmakokinetik, 652 Tokainid, mekanisme antiaritmia, 296
- interaksi, 654 Toksiferin, 96,97
Toksikologi, 762-780
- kation multivalen dan, 802
- kimia, 651 - delinisi, 2
- malaria pada, 556 - keamanan zal,764
- mekanisme kerja resistensi, 651
- uji farmakokinetik, 763, 764
- pelumpuh otot dan, 100 - uji toksikologi, 765
Toksin botulinus, 38, 769
- posologi sediaan, 656
Toksin tetanus, 224-225
- vitamin C dengan, 723
Toksisitas akut, 764, 765
Tetrayodotiroasetat, 422 Toksisitas jangka lama, 766
Tetrayodotironin, 736 Toksisitas obat, mekanisme, 766
Tetrazosin, dosis sediaan, 322 Toksisitas paru, bleomisin dan, 698
Threatened abortion, 448 Toksisitas selektif, delinisi, 571
Thyroid stimulating hormone, 418 Toksisitas subkronik, 764
Thyroxine-binding prealbumin, 421 Toksisitas, uji, 22
Tiabendazol, 532 Toksoplasmosis, spiramisin pada, 678
Tiamfenikol, 659-660 Toksoplasmosis, sulfonamid pada, 590
Tiamin, 717 ,718 a-tokoferol, 731
Tiamin, Vitamin 81 , 734,717-718 Tolazamid, lihat juga sulfonilurea, 477
Farmakologi dan Tenpi

Tolazolin, 78 Trombomodulin, 749


Tolbutamid, dikumarol dan, 753 Tromboplastin jaringan, 748
Tolbutamid, interaksi, 803,804 Trombosis vena, antikoagulan oral pada, 754
Toleransi, 8,21 ,145 Trombositopenia, antikanker, 690
Tolmetin, 208 Trombositopenia, sefalosporin oleh, 640, 643,751
Tolnafat, 567 Tuberkulosis paru, obat pilihan, 581
Tolypocladium inflatum gams, 710 Tuberkulosis, pemilihan obat, 606
Torulopsis grabrata, amloterisin dan, 560 Tuberkulostatik, 597-6'11
Tragakan, 515 - efek nonterapi, 608
Trakoma, sulfonamid pada, 589 - pencegahan, 610
Trakoma, tetrasiklin pada, 655 - pengobatan ulang, 610
Transferin (siderofilin ), 739 Tubokurarin, cara kerja, 38
Transfusi, keracunan pada, 773
d-Tubokurarin, 96
Transient ischemic attacts, antikoagulan oral pd, 754
Tubulin, 690
Transkobalamin, 7 43, 7 44 Tukak peptik, asam lambung, 501-502
Transmisi adrenergik, 29-34 Tukak peptik, kortikosteroid, 499
Transmisi ganglion, 104 Tukak peptik, terapi, 504-506
Transmisi kolinergik, 27-29 Tuli-saraf, aminoglikosid, akibat 668
Transmisi neurohumoral , 26-U Tumor Ewing, siklofosfamid pada, 695
Transmisi sinyal biologis, 11 Tumor Wilms, doksorubisin pada, 699
Transmitor palsu, 58 Tumor Wilms, vinkristin pada, 697
Turbo inhaler, 26 1
Transport, 421
Transport lintas membran, 2
Transport obat, 3 U
Transport empedu, 10
Traveller's diarrhoea,fluorokuinolon pada, 684 Udem angioneurotik herediter, androgen pada, 462
Trazodon, 150,160 Udem idiopatik, diuretik, 394
Tremor perioral, 151 Udem otak, diuretik, 393
Tretinoin, 724,727 Udem paru akut, diuretik, 392, 393
Triamsinolon asetonid, 487, 494 Udem serebral, kortikosteroid pada, 498
Triamteren, 283, 389 Udem, androgen oleh, 464
Trias Whipple, 473 Uji ketergantungan, 22
Triazin, metabolit, 555 Uji klinik, 22-23
Triazolam, 128, 130,132 Uji oksitosin, 409
Trichophyton, 560, 566, 569 Ulcus molle, lluorokuinolon pada, 685
Trichophyton mentagrophytes, obat pada, 566, 567 Ulkus molle, obat pilihan, 582
Trichophyton rubrum, griseofulvin pada, 566, 567 Unsur hara (trace elements), 734
Trichuriasis mebendazol, 527 Urea, 2,380,382
Tridigitoksose, 2,72 Ureidopenisilin, 631
Trifluoperazin, 150, 151 Uremia, vankomisin akibat, 682
Triflupromazin, 150, 151 Uretritis akut, spektinomisin pada, 682
Trigeminal neuralgia, vitamin 81 pada,718 Uretritis nonspesifik, fluorokuinolon pada, 684
Triheksifenidil 177 ,182-183, 184 Uretritis nonspesifik, tetrasiklin pada 655
Trikloretilen, 119 Uretritis, obat pilihan, 582, 643
Trikomoniasis, 541, 542 Urginea maritima, 272
Trimazosin, 80 Urofollitropin, 419
Trimetadion, 169 Urokinase, 761, 7 57 -758
Trimetaf an, 106, 328,.334
Trimetafan, cara kerja, 38 V
Trimetafan, pelumpuh otot dan, 100
Trimetoprim, 590,745
Tripelenamin, 253 VMA, 32
Vagusstoff, 27
Triple response, 249 Vankomisin, 680, 682
Triyodotiro aselal, 422 Vankomisin, kolitis pseudomembranosa, 680
Triyodotironin, 420, 736 Variasi biologik, I7
Trombin 747 749 759 Varicella-zoster, infeksi virus, 621
Trombin(lla), lihat juga proses pembekuan darah, 748 Varises, sklerosan pada, 515
Tromboemboli, 747,749 Vaselin,515
Tromboflebitis, penisilin dan, 630 Vaskuler perifer, penyakit, 81
Tromboksan, lihat juga prostaglandin, 755 Vasodilalor, gagal jantung pada, 286
Trombolitik, 756-758 Vasodilator, hipertensi pada, 334
lndeks 863

Vasokonstriktor, 759 Vitamin, angka kecukupan gizi rata-rata, 715-716


Vasopresin, 395, 398, 399 Voltage sensrtrve Na+ channels, 235
Vasopresin, vasokonstriktor sebagai, 759 Volume depletion, 394
Vekuronium, 97 Volume distribusi, 814
Vekuronium penglepasanhistamin 99 Von Recklinghausen, penyakit, 435
Verapamil 698
- antiaritmia, 296, 312-314
- antihipertensi, 322 W
- efek kardiovaskular, 353
- efek samping, 356 W.bancrofti, dietil karbamazin pada, 525
- penggolongan, 351 Waldenstrom,692
- struktur kimia, 352 Warfarin, 749,752-754
Vibrio, polimiksin B dan, 680 - eritromisin dan, 676
Vinblastin, 697, 699 - interaksi, 803, 804
Vinblastin, bleomisin dan 698 - vitamin A dan, 727
Vinblastin, imunosupresan sebagai 707 W asse rman n-fast, uji, 634
Vinca rosea, 697
Vinkristin, 697-698
Wearing-off ,179
Wilms tumor, doksorubisin pada, 699
- imunosupresan sebagai, 707
- siklofosfamid dan, 695 Wilson, penyakit, penisilamin pada, 798
- siklus kanker, dan, 689 Wrigh{s spirometer, 226-233, 77 O
Virilisasi, androgen, 458
Vit.A, angka kecukupan gizi rata-rata, 715 X
Vit.812.angka kecukupan gizi rata-rata, 715
Vit.C. angka kecukupan gizi rata-rata, 715 Xantin, 226-233,392
Vitamer,714 - f armakodina mik, 226 -233
Vitamin, 7'14-733 - farmakokinetik, 230-231
- asupan berlebihan, 716 - intoksikasi, 231
- asupan kurang, 716 - kerja taraf seluler, 229
- definisi, 714 - sediaan, 231
- indikasi, 724 Xantin-oksidase, 618
- multivitamin, 716 Xenobiotik, T62
- penggolongan, 714
Xeroftalmia, 724,725
-vitamin larut air, 716-724 Xilokain, lihat lidokain
-vitamin larut lemak, 724-733 Xilometazolin, 71
Vitamin A, 716, 724-727
Xilometazolin, vasokonstriktor, 69
Vitamin A, vitamin K dan, 733
Xipamid, dosis sediaan, 322
Vitamin B kompleks, 717-722,733
Vitamin B, lihat tiamin
Vitamin B12 (sianokobalamin), 738, 742-745 Y
Vitamin 815, 717
Vitamin B17, 717 Yodida, 131, 430,431
Vitamin 82, lihat ribollavin Yodisme, 430
Vitamin 86, lihat piridoksin Yodium radioaktif, 430
Vitamin C, Fe dan, 802
Yodium tingtur, 519
Vitamin C, elek samping, 723,739
Vitamin D, 716,727-730,733 Yodium, angka kecukupan gizi rata-rata, 71 5
Vitamin D, diuretik dan, 395 Yodium, lihat juga hormon tiroid, 51 9, 736
Vitamin D2 (kalsiferol) , 728,729 Yodium, metabolisme, 426
Vitamin D3 (kolekalsife rol), 728, 729 Yodoform, 51 9
Vitamin E, 730-731, 736 Yodoklorhidroksikuin, 539
Vitamin E, defisiensi, 730 Yohimbin, 81
Vitamin H, 721 Yohimbin, cara kerja, 38
Vitamin K, 731 -733, 749,760
Vitamin K, antidotum sebagai, 778
Vitamin K, antikoagulan oral dan, 752,753 z
Vitamin K, hemostatik sebagai, 758,760
Vitamin K1 (filokuinon=fitonadion), 731 Zat besi (Fe), 738-741
Vitamin K1, antikoagulan oral dan, 754 Zat koleretik, 508
Vitamin K2 (menakuinon), 731 Zatwarna, 520
Vitamin K3 (menadion), 731 ZnCl2, 735

Anda mungkin juga menyukai