Anda di halaman 1dari 879

l

; lawetz, Melnick, 8t Adelberg


Mikrobiologi
!e.

't'
3
Iftdokteran
r!

'ii

Buku asli berstiker hologram 3 dimensi

,,\
-t/
Kutipan Pasal 72:
Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta
(Undang-Undang No. 19 Tahun 2002)
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakrikan perbuatan sebagaimaua din:raksud dalam Pasal 2 ayat
(1) dipidana dengan piclana penjara masing-masing paling singkat i (satu) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling iama 7 (tujuh) tahr-rr-r dan/atau denda
paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu
ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling iama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp'500.000.000'00
(lima rafus juta rupiah).

Pn.srlNc Drrauuut
penerbit adalah rekanan pengarang untuk menerbitkan sebuah buii"h. Bersama pellgarang, penelbit menciptakan buku
untuk diterbitkan. Penerbit mempunyai hak atas penerbitan bukr-r tersebut serta distribusinya, sedangkan pengaraug
memegang hak penuh atas karangannya dan berhak mendapatkan royalti atas penjualan brikunya dari penerbit.

percetakan adaiah perusahaan yang rnemiliki mesin cetak dan menjual jasa per.rcetakan. Pet'cetakan tidak memiliki
hak apa pun dari buku yang dicetaknya kecuali upah. Percetakan tidak bertanggung jawab atas isi buku yang
dicetaknya.

Pengarang adalah pencipta buku yang menyerahkan naskahnya unhrk diterbitkan di sebuah penerbit. Pengaraug
memrliki hak penuh atas karangannya, namun menyerahkan hak penerbitan dan disfi'ibusi bukunya kepada penerbit
yang ditunjuknya sesuai batas-batas yang clitentukan dalam perjanjran. Pengarang berhak mendapatkan royalti atas
lutyutryu dari penerbit, sesuai dengan ketentuan di dalam perjanjian Pengarang-Penerbit.
pembajak adalah pihak yang mengambii keuntungan dari kepakaran pengarang dau keburuhan belajar masyarakat.
Pembajak tidak mempunyai hak mencetak, tidak memiliki irak menggandakan, mendistribusikan, dan menjual buku
yang digandakannya karena tidak dilindungi copyrigltl ataupun perjanjian perlgarang-penerbit. Pembajak tidak
peAuti aias jerih payah pengarang. Buku pembajak dapat lebih murah karena mereka tidak perlu mempersiapkan
naskah mulai dari pemilihan judul, editing sampar persiapan pracetak, tidak membayar royalti, dan tidak terikat
perjanjian dengan pihak mana pun.

Psnrs,A.f,AxnN BuKU AolLaH KnlmtN,q.I-!


para
Anda jangan menggunakan buku bajakan. derni menghargai jerih payah para pengarang yang notabene adalah
guru.
Jawetz, Melnick, el Adelberg

Mikrobiologi
Iftdokteran
(Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical Microbiology)

Edisi zj
Geo F. Brooks, MD
Professor of Laboratory Medicine
Medicine, and Microbiology and immunotogy
Chief, Microbiotogy Section
ClinicaI Laboratories
University of Catifornia San Francisco
5an Francisco

Janet S. Butel, PhD


Distinguished Service Professor
Chair, Department of Molecutar Virotogy and Microbiotogy
Baylor Coltege of Medicine
Houston

Stephen A. Morse, PhD


Associate Director for Science
Bioterrorism Preparedness and Response Program
National Center for lnfectious Diseases
Centers for Disease Control and Prevention
AtIanta

Alih Bahasa:
dr. Huriawati Hartanto
dr. Chaerunnisa Rachman
dr. Alifa Dimanti
dr. Aryana Diani

Editor Edisi Bahasa lndonesia:


dr. Retna Neary Elferia
dr. Dian Ramadhani
dr. Sherli Karolina
dr. Fara lndriyani
dr. Srie Siska Prima Rianti
dr. Peni Yulia

pbxnnglT BUKU KEDOKTERAN


ME
EGC 1648

This is a translation of
JAWETZ, MELMCK &ADELBERG'S MEDICAL MICROBIOLOGX 23tI' Ed.
Copyright @ 2004 by The McGraw-Hill Companies, Inc.
All rights reserved.

MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN JAWETZMELNICK &ADELBERGEd. 23


Alih bahasa: dr. Huriawati Hartanto, dr. Chaerunnisa Rachman, dr'. Alifa Dimanti, & dr. Aryana Diani
Editor edisi bahasa Indonesia: dr. Retna Neary Elferia, dr. Dian Ramadhani, dr. Sherli Karolina, dr. Fara Indriyani,
dr. Srie Siska Prima Rianti, & dr. Peni Yulia
Copy Editor: Rina Saidah

Hak cipta terjermhan Indonesia


@ 2004 Penerbit Buku Kedokteran EGC
P.O. Box 421 6 I J akarta 100 42
Telepon: (02 I ) 6530 6283

Anggota IKAPI

Kerja sama penerjemahan dengan Badan Pertimbangan Pengembangan Buku Nasional,


Depafi emen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Desain kulit muka: Yohanes Duta Kurrria Utama

Hak cipta diiindungi Undang-Undang.


Dilarang mengutip, memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Cetakan I: 2008

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Brooks, Geo F.
Mikrobiologi kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg / Geo F. Brooks, Janet S. Butel,
Stephen A. Morse ; alih bahasa, Huriawati Hartanto ... fet al.] ; editor edisi bahasa Indonesia,
Retna Neary Elferia ... [et al.]. Jakarta : EGC. 2007.
-Ed.23-
xii, 862 hlrn. ;21 x27 cm.

Judul asli: J(wetz, Melnick, & Aclelbergs merlical microbiology, 23'l' etl.
rsBN 978-979448-859- I

1 . Mikrobiologi kedokteran. L Judul. II. Butel, Janet S. ilI. Morse, Stephen A.


IV. Huriawati Harlanto. V. Refira Neary Elferia.

616.9041

lsi d, luar tanggung jawab percetakan


Dafta r lsi

I. DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI ........ 1

Prinsip-Prinsip Biologi yang Dijelaskan oleh Prokariot 3


Mikrobioiogi I Protista 5
Virus 2 Pertanyaan Latihan 7
Prion 2

Metode Optik 8 Pewarnaan 39


Struktur Sel Eukariot 9 Perubahan Morfologi Selama Pertumbuhan 40
Struktur Sel Prokariot 1 1 Pertanyaan Latihan 4l

Definisi 43 Penentuan Subtipe & Aplikasinya 48


Kriteria Klasifikasi Bakteri 43 Metode Nonbiakan untuk Identifika.si
Identifikasi & Sistem Klasifikasi 44 Mikroorganisme Patogen 50
Deskripsi Kategori lJtama & Pengelompokan Pertanyaan Latihan 5 i
Bakteri 45

4. Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup, & Kematian Milroorganisme............. .....................52


Kelangsungan Mikroorganisme
Hidup Pemeliharaan Sel pada Fase Eksponensial 55
dalam lingkungan alami 52 Definisi Pengukuran Kemarian 55
&
Arti Pertumbuhan 52 Berbagai Agen Antimikroba 57
Pertumbuhan Eksponensial 53 Pertanyaan Latihan 52
Kurva Pertumbuhan 54

5. Pembiakan Mikroorganisme............. .........,........,... 63


Persyaratan 63
untuk Pertumbuhan Metode Pembiakan 68
Sumber Energi Metabolik 53 Pertanyaan Latihan 7l
Nutrisi 64
Faktor-Faktor Lingkungan yang Memengaruhi
Pertumbuhan 66
6. Metabolisme Mikroba ................,...72
Peran Metabolisme dalam Biosintesis & Jalur Biosintetik 83
Pertumbuhan 72 Pola Metabolisme Penghasil Energi pada Mikroba 85
& Interkonversinya
Metabolit Fokal 74 Pengaturan Jalur Metabolik ' 93
Jalur Asimilasi 77 Pertanyaan Latihan 95
Vi / DAFTAR ISI

7. Genetika Mikroba """""96


Susunan Gen 96 Kloning Fragmen Restriksi DNA 1i3
Repiikasi 100 Karakterisasi DNA Klon 114
' Transfer DNA 102 Mutagenesis Terarah 115
Mutasi & Penyusunan Ulang Gen i06 Analisis dengan DNA Klon: Probe Hibridisasi i16
Ekspresi Gen 107 Manipulasi Klon DNA ll7
Rekayasa Genetik 110 Strain Rekombinan dalam Lingkungan 117
Penyiapan Fralmen DNA dengan Enzim Pertanyaan Latihan 118
Restriksi i 10
Pemisahan Fisik Fragmen DNA dengan
Ukuran yang Berbeda 111

II. IMUNOLOGI """"r2r


8. PhD)
Imunologi (RoderickNairn, '..".:..,,..',..'.' """""""""""' 121
Imunitas & Respons Imun 121 Sistem Komplemen 138
Mekanisme Imunitas Bawaan 123 Selular 140
Imunitas
Mekanisme Pertahanan Pejamu Spesifik 127 Sitokin 142
Molekul Pengenal Antigen 128 Hipersensitivitas 142
Antibodi I2B Respons Imun Tidak Adekuat Terhadap Berbagai
Reseptor Permukaan Sel untuk Antigen 133 Agen Infeksius 144
Imunitas Diperantarai Antibodi uji Diagnostik Imunologi 145
(Humoral) 137 Pertanyaan Latihan 146

III.BAKTERIOLOGI.......... ........r49
9. Patogenesis Infelsi Bakteri """""""'t49
Mengidentifikasi Bakteri yang Menyebabkan Sifat Klonal Patogen Bakteri 152
Penyakit I49 Pengaturan Faktor Vrulensi Bakteri 153
Transmisi Infeksi 150 Faktor Viruiensi Bakteri 153
Proses Infel<si 1,52 Pertanyaan Latihan' 161

10. Kemoterapi Antimi[roba...........'. ""163


Mekanisme Kerja Aktivitas Antimikroba In vivo 171
Obat Antimikroba 163 Penggunaan Klinis Antibiotik 172
Resistansi Terhadap Obat-obatan Obat-Obat Antimikroba untuk Pemberian
Antimikroba 166 Sistemik 176
Aktivitas Antimikroba In Vitro 169 PertanyaanLatihan 196

11. Flora Mikroba Normal Tubuh Manusia """"""""""""""""'; 198

Peran Flora Residen 198 Flora Normal Uretra 201


Fiora Normal Kulit 199 Flora Normal Vagina 201
Fiora Normal Mulut & Flora Normal Konjungtiva 202
Saluran Pernapasan Atas 199 Pertanyaan Latihan 202
Flora Normal Saluran Cerna 200

12. Basilus Gram Positif Pembentuk Spora: spesies Basilus & Klostridium ............... ....."....204
Spesies Basilus 204 Pertanyaan Latihan 212
Spesies Klostridium 207
DAFTAR lsl I ix

................ 439
Sifat Herpesvirus 439 Herpesvirus 6 Manusia 459
Infelsi Herpesvirus pada Manusia 443 Herpesvirus 7 Manusia 460
. Virus Herpes Simpleks 443 Herpesvirus 8 Manusia 460
Virus Varisela-zoster 448 Virus B 460
Sitomegaiovirus 452 Pertanyaan Latihan 461
Virus Epstein-barr 455

Sifat Poxvirus 463 Infeksi Virus Orf 473


Infeksi Poxvirus pada Manusia: Vaksinia Moluskum Kontagiosum 473
& Variola 466 Infeksi Poxvirus Tanapox 8< Tirmor
Infeksi Cacar Monyet (Monkeypox) 471 Monyet Yaba 474
Infeksi Cacar Sapi (Coupox) 471 Pertanyaan Latihan 474
Infeksi Cacar Banteng(Bffilopox) 473

Sifat Virus Hepatitis 476 Pertanyaan Latihan 495


Infeksi Virus Hepatitis pada Manusia 481

36. Picornavirus (Grup Enterovirus & Rhinovirus) .,.............. ........497


Sifat Picornavirus 497 Tipe Enterovirus Lain 509
Grup Enterovirus 501 Enterovirus dalamLingkungan 509
Poiiomielitis 501 Grup Rhinovirus 509
Coxsackievirus 504 Penyakit Kaki-&-mulut (Aphthovirus pada Sapi) 51 1

Echovirus 508 Pertanyaan Latihan 512

Reovirus
Sifat 514 Calicivirus 519
Rotavirus 515 Astrovirus 522
Reovirus 518 Pertanyaan Latihan 522
Orbivirus 519

38. Penyakit Virus yang Ditularkan oleh Artropoda 8r Rodentia ....524


Infeksi Arbovirus Manusia 524 Demam Sengkenit Colorado 538
Ensefalitis Togavirus & Flavivirus 526 .Demam Berdarah yang Ditularkan oieh Rodentia 539
Demam Kuning 533 PenyakitBunyavirus 539
Dengue 536 Penyakit Arenavirus 540
Ensefalitis Bunyavirus 537 Penyakit Filovirus 542
Demam Lalat Pasir 538 Pertanyaan Latihan 544
Demam Rift Valley 538

Sifat Orthomprovirus 546 Pertanyaan Latihan 558


Infeksi Virus Influenza pada Manusia 552

40. Paramiksovirus danVirus Rubela ...'.560


Sifat Paramiksovirus 560 Infbksi Virus Can-rpak (Rubeola) 572
Infeksi Virus Parainfluenza 564 Infeksi Virus Nipah 6c Virus Hendra 575
Infelai Virus Sinsitium Respirasi 568 Infeksi Virus Rubela (Campak Jerman) 575
Infeksi Metapneumovirus Manusia 570 Pertanyaan Latihan 578
Infeksi Virus Gondor'g 571
X / DAFTAR ISI

41. Koronavirus .............. 581


Sifat Koronavirus 581 Pertanyaan Latihan 585
Infeksi Koronavirus pada Manusia 583

42. Rabies, Infelsi Vrus Lambat, & Penyakit Prion ...i................ ...............,...... 536
Rabies 586 Infeksi Virus Lambat & Penyakit Prion 593
Penyakit Borna 593 Pertanyaan Latihan 596

43. Virus Kankei Manusia 598


Gambaran lJmum Karsinogenesis Virus 598 Adenovirus 612
Retrovirus 600 Herpesvirus 613
Onkogen Selular 607 Poxvirus 6f4
Gen Penekan Tumor 608 Virus Hepatitis B & Virus Hepatitis C 614
Virus Tumor DNA 608 Bagaimana Membuktikan Bahwa Suatu Virus
Polyomavirus 608 Menyebabkan Kanker Pada Manusia 514
Papillomavirus 610 Pertanyaan Latihan 615

44. AIDS dan Lentivirus ...............


Sifat Lentivirus 617 Pertanyaan Latihan 632
Infeksi HIV pada Manusia 622

v. MrKoLoGr..........
45. Mikologi Kedokteran (Thomas G. Mitchell, PhD).......... ........635
Sifat Umum & Kasifikasi Fungi 635 Mikosis Oportunistik 657
Pertumbuhan & Isolasi Fungi 639 Hipersensitivitas Terhadap Fungi 664
Mikosis Superfisial 640 Mikotoksin 665
Mikosis Kutaneus 640 Kemoterapi Antifungi 665
Mikosis Subkutan 645 Pertanyaan Latihan 669
Mikosis Endemik 649

vr. PARASrTOLOGr.......... .........673


46. Parasitologi Kedokteran (Donald Heyneman, PhD).......... .......673
Klasifikasi Parasit 573 Sporozoa Darah 690
FlageiataUsus 674 Sporozoa Lain 696
Hemoflagelata 677 Mikrosporida 700
Ameba Usus 684 Helminthes 70f
Balantidium Coli 687 Pertanyaan Latihan 712
Amuba yang Hidup Bebas 689

VII. MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK &


KORETAST KLrNrS............. ...............717
47. Prinsip Mikrobiologi Kedokteran Diagnostik ..... 717
Komunikasi AntaraDokter Diagnosis Infeksi Berdasarkan Tempat Anatomi 730
& Laboratorium 717 Infelsi Anaerob 737
Diagnosis Infeksi oleh Bakteri & Fungi 718 Diagnosis Infeksi oleh Klamidia 738
Kepentingan Flora Fungi & Bakteri Normal 729 Dtagnosis Infeksi oleh Virus 739
Bantuan Laboratorium pada Pemilihan Pertanyaan Latihan 747
PengobatanAntimikroba 729
DAFTAR lsl I xt

48. Contoh Kasus & Korelasi Klinis .......'. """"""""749


Sistem Saraf Pusat 749 Penyakit yang Dipularkan Melalui Hubungan
Dada 753 Selsual 757
. Jantung 755 Infeksi Mycobacterium Tuberculosis 770
Abdomen 758 HIV-1 6{ AIDS 773
Saluran Kemih 760 Infelsi pada Pasien yang Menjalani Transplantasi 777
Tillang & Jaringan Lunak 765 Perang Biologi & Bioterorisme 781

Indels 788
Kata Penga nta r

Sasaran buku Mihrobiologi Kedohteran Jawetz, Melnick, dr Adelberg edisi kedua puluh tiga ini masih sama dengan edisi
pertama yang diterbitkan pada September, 1954: "...memberikan sajian yang singkat, akurat, dan up-to-date rentang
berbagai aspek mikrobiologi kedokteran yang mempunyai makna khusus di bidang infeksi klinis dan kemoterapi.l'
E,disi baru ini menampilkan kemajuan mencolok yang sudah dibuat sejak saat itu di bidang pemahaman ,.nr"r-rg
mikroba dan mekanisme molekuler penyakit mikroba serta perkembangan teknologi laboratorium dan diagnostik
modern.
Urutan bab edisi baru dan teks yang disajikan secara garis besar dan mendasar tetap dipertahankan. Perubahan
besar untuk edisi ini adalah dimasuklannya pertanyaan latihan dengan gaya United States Medical Licensing Examination
(USMLE). Beberapa dari kami yang bertugas menulis pertanyaan tersebut sebelumnya pernah berpengalaman membuat
pertanyaan USMLE, sementara yang lain tidak. Kami belajar bahwa menulis pertanyaan yang jelas dengan satu jawaban
yang benar bukan hal yang mudah. Beberapa pertanyaan dengan satu jawaban salah sudah diterima demi pertimbangan
pen gaj a ra n.
Dr. James Ransom mengedit edisi kedua puluh tiga ini, sama seperti ketika ia mengedit edisi pertama dan
hampir semua edisi-edisi berikutnya. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Beliau karena mau membantu
mempertahankan kualitas yang tinggi, kejelasan, dan konsistensi teks buku ini. Kami juga ingin menyampaikan
penghargaan kepada semua pihak yang memberi komentar demi mempertahankan revisi yang dilakukan atas buku
ini tetap akurat dan terkini.

Geo.F. Brooks Janet S. Butel Stephen A. Morse


San Francisco Houston Atlanta
Marer 2004

xil
BAGIAN I
Dasar-Dasar M i krobiologi

llrnU,,Mikrobiologi

PRINSIP-PRINSIP BIOLOGI YANG hubungan ini disebut parasitisme, suatu hubungan y^ng
menyebabkan pejamu memberikan keuntungan utama
DIJELASKAN OLEH MIKROBIOLOGI bagi parasitnya. Isolasi dan karakterisasi suatu parasit-
Keanekaragaman biologis tidak digambarkan secara lebih misalnya, bakteri patogenik atau virus-sering kali
dramatis di -"tt" pun juga kecuali oleh mikroorganisme, membutuhkan kesamaan lingkungan laboratorium dengan
mahluk yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata lingkungan pertumbuhan yang disediakan oleh sel pejamu
telanjang. Dalam bentuk dan fungsinya, baik komponen parasit tersebut. Kebutuhan ini sering kali menjadi
biokimia maupun mekanisme genetik, analisis tantangan besar bagi para peneliti.
mikroorganisme memberikan batasan pemahaman Istilah "mutualisme", "simbiosis" dan "parasitisme"
biologis. OIeh karena itu, kebutuhan akan orisinalitas- berhubungan dengan ilmu ekologi, dan prinsip-prinsip
satu cara menguji manfaat hipotesis ilmiah-dapat biologi iingkungan selalu digunakan dalam mikrobiologi'
terpenuhi seluruhnya dalam mikrobiologi. Hipotesis yang Mikroorganisme merupakan hasil evolusi, konsekuensi
bermanfaat harus dapat memberikan dasar bagi biologis akibat seleksi alam yang terjadi pada berbagai
generalisasi, dan keanekaragaman mikroba merupakan jenis organisme yang amat banyak yang secara genetis
"wilayah" tempat tantangan ini selalu ada. berbeda. Akan sangat baik untuk mengingat kompleksitas
Prediksi, sebagai perkembangan ilmu pengetahuan sejarah alam sebelum menggeneralisasikan mikroorganisme,
praktis, merupakan suatu produk yang diciptakan dari bagian kecil yang paling heterogen dari seluruh mahluk
percampuran teknik dan teori. Biokimia, biologi hidup.
molekular, dan genetika menjadi aiat yang dibutuhkan Penggolongan secara biologis yang utama membedakan
untuk menganalisis mikroorganisme. Mikrobiologi, eukariot, organisme yang memiliki satu nukleus di dalam
selanjutnya, memperluas horizon bidang-bidang ilmiah membran, dari prokariot, organisme yang DNA-nya
ini. Seorang ahli biologi mungkin menjelaskan perubahan secara fisik tidak terpisah dari sitoplasma. Seperti yang
semacam ini sebagai mutualisme, yaitu sesuatu yang akan dijelaskan di bawah dan di Bab 2, perbedaan besar
memberikan manfaat bagi seluruh kelompok yang selanjutnya dapat dibuat antara eukariot dan prokariot.
berperan. Liken adalah salah satu contoh mutualisme Eukariot, misalnya, dibedakan oleh ukuran mereka yang
mikroba. Liken terdiri atas fungi dan satu komponen relatif besar dan oleh keberadaan organel-organel khusus
fototropik, baik suatu alga (sua.tu eukariot) ataupun yang berselubung membran seperti mitokondria.
cyanobacterium (suatu prokariot). Komponen fototropik Seperti yang akan dijelaskan lebih rinci berikut ini,
merupakan produsen utama, sedangkan fungus kesamaan seluruh mikroorganismg 6ukxplsl-atau yang
menyediakan fototrop tempat hidup dan proteksi dari secara filogenetik diseLtut Eukarya-terletak pada struktur
ancaman eksternal. Dalam biologi, mutualisme disebut sel dan riwayat filogenetiknya. Kelompok mikroorganisme
simbiosis, hubungan berkelanjutan dari berbagai eukariot antara lain alga, protozoa, fungi, dan slime mold.
organisme yang berbeda. Apabila hubungan ini terjadi Sifat virus yang unik, membedakannya dari mahluk
terutama untuk keuntungan salah satu kelompok, hidup yang lain. Eukariot dan prokariot adalah organisme
BAB 1

karena memiiiki seluruh enzim yang dibutuhkan untuk dari 246 hingga 375 nukleotid. Bentuk viroid diluar sel
proses repiikasinya dan memiliki kelengkapan biologis berupa RNA telanjang-tanpa selubung kapsid apa pun.
yang dibutuhkan untuk produksi energi metabolik. Oleh Molekui RNA tidak memiliki gen penyandi-protein
karena itu, eukariot dan prokariot berbeda dari virus, sehingga viroid sepenuhnya bergantung pada kemampuan
yang bergantung pada sel pejamu untuk fungsi-fungsi yang sel pejamu untuk bereplikasi. RNA viroid digandakan
penting ini. oleh RNA polimerase yang bergantung pada DNA (DNA-
dependent RNA polymerase) dari tumbuhan pejamu;
VIRUS pe nguasaan e nzim ini mungkin berpe ran dalam
patogenisitas virus.
Virus tidak memiiiki banyak atribut sel, termasuk RNA viroid telah terbukti memiliki sekuens basa
kemampuan untuk bereplikasi. Suatu virus bisa berulang yang berkebalikan pada ujung ke-3' dan 5' nya,
bereprodulai hanya bila ia menginfeksi sebuah sel. Virus suatu ciri khas elemen yang urutannya dapat diubah-ubah
diketahui dapat menginfeksi semua sel, termasuk sel (transposable) (lihat Bab 7) dan retrovirus. Oleh karenanya,
mikroba. Interaiai antara virus dan pejamunya cenderung viroid mungkin telah berevolusi dari elemen yang
sangat spesifik dan cakupan biologis virus mencerminkan tansP0sable atau retrovirus de ngan menghilangkan
keanekaragaman sel-sel pejamu yang potensial. Virus lebih sekuens internalnya.
lanjut ditunjukkan oleh susunan strateginya yang luas untuk Sifat-sifat umum virus hewan yang patogenik bagi
bereplikasi dan bertahan hidup. manusia dijelaskan diBab 29. Virus-virus yang menyerang
Suatu partikel virus terdiri atas molekul asam nukleat, bakteri dibahas di Bab 7.
DNA atau RNA yang terlingkupi dalam selubung protein,
atau kapsid. p1616in-urnumnya glikoprotein-pada
kapsid menentukan spesifikasi interaksi suatu virus PRION
dengan pejamunya. Kapsid melindungi asam nukleat dan
Beberapa penemuan besar dalam tiga dekade terakhir
memfasilitasi perlekatan dan penetrasi virus ke sel pejamu.
telah membawa kita kepada karakterisasi molekular dan
Di dalam sel, asam nukleat virus mengalihkan mekanisme
genetik agen pembawa yang menyebabkan scrapie,
enzim dari sel pejamu agar berfungsi sesuai dengan
penyakit penurunan fungsi saraf pusat pada domba. Hasil
replikasi virus. Pada beberapa kasus, informasi genetik
penelitian telah menemukan protein spesifik-scrapie di
dari virus dapat dikombinasikan sebagai DNA ke dalam
dalam preparat otak domba yang terinfeksi yang mampu
kromosom sel pejamu. Pada keadaan-keadaan iain,
menunjukkan gejala penyakit ini pada domba-domba yang
informasi genetik virus dapat berfungsi sebagai dasar
sebelumnya tidak terinfeksi. Usaha untuk menemukan
manufaktur selular dan menghasilkan replika-replika virus.
kompone n lain, seperti asam nukle at, mene mui
Proses ini membutuhkan replikasi asam nukleat virus
dan pembentukan protein virus yang spesifik. Maturasi kegagalan. Untuk membedakan agen ini dari virus dan
terdiri atas penyusunan asam nukleat yang baru disintesis viroid, istilah prion diperkenalkan untuk menekankan
dan subunit protein menjadi partikel virus matur yang sifat alami agen ini yang menular dan berhubungan erat
kemudian dilepaskan ke lingkungan ekstraselular. dengan protein. Bentuk selular protein prion (PrP') disandi
Beberapa virus yang sangat kecil membutuhkan bantuan oleh DNA kromosom pejamunya. PrP'adalah sialogliko-
virus iain di dalam sel pejamu untuk berduplikasi. Agen protein dengan berat molekul antara 33.000-35.000
delta, yang juga dikenal sebagai virus hepatitis D, virus dengan isi struktur sekunder o-heliks dalam jumlah
ini terlalu kecil meskipun hanya untuk menyandi satu banyak yang sensitif terhadap protease dan dapat larut
selubung protein tunggal, dan membutuhkan bantuan virus dalam deterjen. PrP' diekspresikan pada permukaan
hepatitis B untuk proses transmisi. Virus-virus yang neuron dengan bantuan glikosilfosfatidil inositol yang
berbeda diketahui dapat menginfeksi berbagai macam melekat pada otak yang terinfeksi maupun yang tak
pejamu baik hewan ataupun tumbuhan yang spesifik, terinfeksi. Isoform abnormal dari protein ini (PrP"')
termasuk prokariot dan setidaknya satu alga eukariot dan merupakan satu-satunya komponen prion yang diketahui
satu protozoa. Partikel mirip-virus yang tampaknya tidak dan dikaitkan dengan kemampuan transmisinya. Isoform
memiliki fase ekstraselular yang infeksius telah ditemukan yang abnormal ini berbeda secara fisik dengan isoform
pada fungi, juga pada beberapa genus alga. selular. yang normal, dilihat dari isi nya yang kaya akan
Sejumlah penyakit tumbuhan yang menular B-sheet, sifatnya yang tidak Iarut dalam deterjen,
disebabkan oleh viroid-molekul RNA yang kecil, kecenderungannya untuk berkumpul, dan resistansi
beruntai*tunggal dan membentuk lingkaran tertutup parsialnya terhadap proteolisis. Sebuah protein hipotetikal
secara kovalen; yang muncul sebagai struktur mirip- yang disebut "protein X" dipercaya berinteraksi dengan
batang dengan banyak pasangan basa; viroid tidak bagian PrP'dan membantu dalam perubahannya menjadi
memiliki kapsid. Viroid memiliki ukuran beragam, mulai P rP '',
ILMU MIKROBIOLOGI

trdapat pula beberapa penyakit penting lainnya yang energi, pembentukan makromolekular, dan replikasi
disebabkan prion, diantaranya Kuru, Creutzfeldt-Jahob selular. Setiap prokariot membawa gen relatif sedikit yang
dis ease (CJD), Gerstmann-Striius ler-Sch einher dis ease, dan
s memungkinkan akomodasi fisiologis organisme tersebut
ins.omnia familial yang fatal bagi manusia. Bouine terhadap lingkungannya. Cakupan habitat yang potensial
spongiform encephalopathy (BSE) yang diduga berasal dari bagi prokariot amatlah luas, dan masing-masing memiliki
pangan dan pupuk yang terbuat dari olahan kotoran kemampuan khusus untuk bertahan pada tempat yang
domba, telah mengakibatkan kematian lebih dari 170.000 spesifik.
ekor sapi di inggris sejak penemuannya di tahun 1985. Cakupan tempat bagi prokariot didasarkan atas cara
Sebuah varian CJD baru juga dikaitkan dengan pajanan yang digunakan prokariot tersebut untuk menghasilkan
BSE ke manusia di Inggris dan Prancis. Gambaran umum energi metabolik. Sinar matahari adalah sumber energi
seluruh penyakit ini adalah konversi sialoglikoprotein utama bagi kehidupan. Beberapa prokariot s€Perti bakteri
yang disandi oleh pejamunya menjadi bentuk yang ungu mengubah energi cahaya menjadi energi metabolik
resistan terhadap protease sebagai akibat dari infeksi. pada lingkungan tanpa oksigen. Prokariot lain, misalnya
Penyakit prion pada manusia amat unik karena bakteri hijau-biru (cyano bacteria), menghasilkan oksigen
muncul sebagai penyakit genetis yang menular dan yang dapat menyediakan energi meialui proses respirasi
sporadis. Penelitian biologis tentang prion merupakan pada kondisi tanpa cahaya. Organisme aerob bergantung
wilayah penting dari investigasi biomedis yang sedang pada respirasi oksigen untuk menghasilkan ene rgi.
berkembang, dan masih banyak yang harus dipelajari. Beberapa organisme anaerob mampu menggunakan
akseptor elektron selain oksigen untuk berespirasi. Banyak
PROKARIOT sel anaerob melakukan fermentasi ulang yai ru proses
pembentukan energi melalui penyusunan metabolik dari
Ciri khas utama yang membedakan prokariot adalah substrat pertumbuhan kimia. Cakupan kimiawi yang amat
ukurannya yang relatif kecil, r-rmumnya berdiameter banyak dari substrat pertumbuhan yang potensial bagi
sekitar 1 pm, dan tidak mempunyai membran nukleus. perkembangan aerob maupun anaerob tercermin daiam
DNA pada hampir seiuruh bakteri berbentuk lingkaran keanekaragaman prokariot yang telah mamPu beradaptasi
dengan keliling sekitar I mm yang merupakan kromosom terhadap penggunaan substrat ini.
prokariot. Sebagian besar prokariot hanya memiliki
kromosom tunggal. DNA kromosom harus dilipat-lipat
lebih dari ribuan lipatan agar muat di dalam membran Komunitas Prokariot
sel prokariot. Bukti-bukti substansial menunjukkan bahwa Strategi bertahan hidup yang berguna bagi spesialis adalah
lipatan tersebut mungkin berurutan dan mungkin dengan bergabung ke dalam konsorsia, yaitu susunan
membawa area DNA yang spesifik berdekatan. Area karakter fisiologis dari organisme yang berbeda yang
khusus di dalam sel yang mengandung DNA disebut memberikan kontribusi agar kelompok tersebut dapat
nukleoid dan dapat dilihat dengan mitr<roskop elektron, bertahan hidup sebagai satu kesatuan. Bila organisme
.juga dengan mikroskop cahaya setelah dilakukan tindakan yang tergabung dalam komunitas yang terkait secara fisik
tertentu pada sel agar nukleoid terlihat. Dengan demikian berasal langsung dari makhluk unisel, komunitas tersebut
kita salah bila menyimpulkan bahwa diferensiasi merupakan klon yang mampu menampung hingga 10B
subselular, yang dibatasi oleh membran pada eukariot, sel. Biologi pada komunitas semacam ini berbeda secara
tidak ditemukan pada prokariot. Bahkan, beberapa substansial dari bentuk sel tunggalnya. Misalnya, klon
prokariotimembentuk struktur subselular yang terikat dengan sejumlah besar sel memastikan paling tidak satu
pada membran dengan fungsi khusus, sep€rti kromatofor sel membawa varian dari sebuah gen dalam kromosom.
pada bakteri fotosintetik. Struktur prokariot yang seperti Sehingga variabilitas genetika-sebagai sumber proses
itu berbeda dengan ciri eukariot karena membran yang evolusioner yang kita sebut seleksi alam-terjamin
menyelubungi area spesifik tersebut merupakan perluasan keberadaannya di dalam suatu klon. Sekumpulan sel yang
dari membran sel. banyak dalam suatu klon juga lebih memungkinkan untuk
memberikan perlindungan fisiologis bagi setidaknya
Keanekaragaman Prokariot sebagian anggota klonnya. Misalnya, polisakarida
Ukuran kromosom prokariot yang kecil membatasi ekstraselular mampu memberikan perlindungan teradap
jumlah informasi genetik yang dapat dimuat. Data terbaru agen yang mematikan sePerti antibiotika atau ion logam
berdasarkan pengurutan genom menunjukkan bahwa berat. Sejumlah besar polisakarida yang dihasilkan oleh
jumlah gen di dalam satu prokariot dapat bervariasi mulai banyak sel dalam suatu klon memungkinkan sel-sel di
dari 468 pada Mycoplasma genitalium hingga 4288 pada bagian dalam untuk bertahan hidup terhadap pajanan
Escherichia coli, dan banyak dari gen-gen ini yang agen mematikan dalam konsentrasi yang dapat mematikan
digunakan untuk fungsi-fungsi penting, seperti produksi sel tunggal.
4 BAB 1

Banyak bakteri melakukan komunikasi antarsel yang prokariot yang menjalin simbiosis dalam membran sel
disebut penginderaan kuorum (quorum sensing).untuk pejamunya yang berupa eukariot lampau. Adanya replika-
mengatur transkripsi gen yang terlibat dalam berbagai replika organel tersebut mungkin merupakan faktor yang
proses fisiologis, termasuk bioluminesens, rransfer menyebabkan ukuran sel eukariot menjadi relatif besar
konjugal plasmid, dan produksi determinan virulensi. dan mempunyai kapasitas untuk melakukan spesialisasi,
Penginderaan kuorum bergantung pada produksi satu atau suatu sifat yang digambarkan secara gamblang dalam
lebih molekul sinyal yang mampu berdifusi, yang evolusi proses diferensiasi organisme multiselular.
dinamakan autoinducer atau feromon yang memung-
kinkan sebuah bakteri unruk memonitor kepadatan Klasif ikasi Prokariot
populasinya sendiri. Ini merupakan salah saru conroh Untuk memahami suatu kelompok organisme dibutuhkan
perilaku multiselular pada prokariot. klasifikasi. Sistem klasifikasi yang tepat memudahkan
Karateristik prokariot yang membedakan adalah seorang ilmuwan untuk menentukan karakteristik yang
kemampuan mereka untuk bertukar "paket" kecil berisi membantu mengategorikan organisme yang baru
informasi genetik. Informasi ini dapat dibawa oleh ditemukan secara cepat dan akurat. Kategorisasi seperti
plasmid, elemen genetik kecil dan khusus yang mampu ini memungkinkan kita untuk memperkirakan sifat-sifat
bereplikasi dalam setidaknya saru baris sei prokariot. Pada baru yang dimiliki oleh anggota-anggota lain dalam
beberapa kasus, plasmid bisa ditransfer dari satu sel ke kategori yang sama. Dalam lingkungan rumah sakit,
sel lain sehingga dapat membawa sekumpulan informasi keberhasilan mengklasifikasikan organisme patogenik
genetik yang khusus dalam satu populasi. Beberapa dapat membawa kita langsung kepada cara untuk
plasmid memiliki cakupan pejamu yang luas (broad host memusnahkan organisme patogenik tersebut. Klasifikasi
range) yang memungkinkan mereka menyampaikan juga meluaskan pemahaman kita tentang hubungan
serangkaian gen ke organisme lain. Salah saru yang antarorganisme yang berbeda, dan pemahaman ini
mendapat perhatian khusus adalah plasmid resistan obat biasanya akan sangat bermanfaat saat proses penerapannya.
yang dapat membuat bakteri lain menjadi resistan Misalnya, pemusnahan organisme patogenik bisa
terhadap pengobatan dengan menggunakan antibiotika. berlangsung lebih lama jika di dalam habitatnya juga
Srategi yang digunakan sederet sel prokariot tunggal terdapat organisme-organisme lain yang nonpatogenik.
untuk bertahan hidup bisa menimbulkan sejumlah interaksi Prinsip-prinsip klasifikasi prokariot didiskusikan di
dengan organisme yang lain, rermasuk didalamnya Bab 3. Sejak awal, harus diperhatikan bahwa setiap
hubungan simbiotik yang dicontohkan oleh pertukaran karakteristik prokariot dapat dijadikan kriteria yang
nutrisi yang kompletra di antara organisme yang menempati potensial untuk proses klasifikasi. Namun, tidak semua
usus manusia. Pertukaran ini saling menguntungkan bagi kriteria sama efektifnya dalam pengelompokan suatu
mikroorganisme dan pejamunya (manusia). Interaksi organisme. Kepemilikan DNA, sebagai contoh,
parasitik dapat membahayakan pejamunya. Simbiosis atau merupakan kriteria yang tidak berguna untuk mem-
parasitisme yang berkelanjutan dapat mengakibatkan bedakan organisme karena semua sel mengandung DNA.
hilangnya beberapa fungsi yang dapat mencegah pertum- Keberadaan plasmid dengan cakupan pejamu yang luas
buhan simbion atau parasit saat terlepas dari pejamunya. (broad host range) juga merupakan kriteria yang kurang
Mycoplasma, misalnya, adalah prokariot parasitik yang baik karena plasmid semacam ini bisa ditemukan di
telah kehilangan kemampuan untuk membentuk dinding banyak pejamu dan tidak harus ada seriap saat. Kriteria
sel. Adaptasi organisme ini dalam lingkungan pejamunya yang baik bisa bersifat struktural, fisiologis, biokimiawi,
telah mengakibatkan bergabungnya sejumlah besar atau genetika. Spora-struktur sel istimewa yang
kolesterol ke daiam membran selnya. Kolesterol tidak memungkinkan kelangsungan hidup dalam kondisi
ditemukan pada prokariot jenis lain. Kolesterol diasimilasi lingkungan yang ekstrem-adalah kriteria struktural yang
dari lingkungan metabolik yang disediakan oleh baik karena sebagian bakteri yang telah dikenali dapat
pejamunya. Hilangnya fungsi juga terjadi pada parasit membentuk spora. Beberapa kelompok bakteri dapat
obligat intraselular, Chlamydiae dan Richettsiae. Dua diklasifikasikan secara efektif berdasarkan kemampuan
bakteri ini teramat kecil (berdiameter 0,2-0,5 pm) dan mereka untuk memfermentasikan karbohidrat tertentu.
sangat bergantung pada sel pejamunya untuk kebutuhan Kriteria macam ini bisa menjadi tidak efektif bila
koenzim dan metabolit yang esensiai. Hilangnya fungsi diaplikasikan pada kelompok bakteri lain yang tidak
hidup ini tercermin dari genom yang lebih kecil yang mampu melakukan fermentasi. Tes biokimia, pewarnaan
memuat gen yang lebih sedikir (lihat Tabel 7-1). Gram, adalah kriteria yang efektif karena respons yang
Contoh simbion bakteri yang paling umum adalah dihasilkan terhadap pewarnaan ini menunjukkan
kloroplas dan mitokondria, organel penghasil energi pada perbedaan yang kompleks sekaligus fundamental pada
eukariot. Bukti-bukti penting menunjukkan bahwa "nenek permukaan sel bakteri sehingga .membagi seluruh bakteri
moyang" dari organel-organel tersebut adalah endosimbion, ke dalam dua kelompok besar.
ILMU MIKROBIOLOGI

Kriteria genetik juga semakin banyak digunakan dalam PROTISTA


klasifikasi bakteri yang dimungkinkan karena berbagai
kemajuan dalam teknologi DNA rekombinan. Sekarang, "Nukleus sejati" pada eukariot (dari bahasa Yunam haryon
kita telah dapat merancang DNA probe yang secara cepat "nukleus") merupakan hanya .salah satu contoh ciri khas
mampu mengidentifikasi organism6,organisme yang mereka. Organel dalam membran sepeni mikrotubulus
m€mbawa wilayah gen spesifik dengan sumber yang sama dan mikrofilamen pada eukariot membentuk struktur
(memiliki nenek moyangyang sama). Dengan memban- intrasei kompleks yang berbeda dengan organel pada
dingkan sekuens DNA pada beberapa gen, diperoleh fakta prokariot. Aiat gerak pada sel-sel eukariot adalah flagel
bahwa terdapat hubungan filogenetik di antara prokariot. atau silia-yang strukturnva komplel.c dan berpilin,pilin
Garis leluhur bisa dilacak jejaknya, dan organisme dapat berbeda dengan flagel pad.r prokariot. Ekspresi gen pada
dikelompokkan berdasarkan pertalian evolusioner. eukariot terjadi melalui serenr€tan proses yang
Penelitian ini teiah membawa kita pada suatu kesimpulan menghasillcan integrasi fisiologis antara nukleus dengan
yang cukup menarik perhatian. Misalnya perbandingan retikulum endoplasma, stuktur yang tidak ada pada
sekuens sitokrom C menjelaskan bahwa seluruh eukariot, prokariot. Eukariot dapat dibedakan berdasarkan
termasuk manusia, berasal dari salah satu dari tiga organisasi DNA selnya di daiam kromosom yang
kelompok bakteri ungu forosinter'ik yang berbeda. dipisahkah oleh apparatus mitosis khusus seiama proses
Kesimpulan ini dapat menjelaskan evolusi asal mula pembelahan sel.
eukariot, namun tidak menjadi suatu pandangan umum Secara umum, perpindahan gen pada eukariot
bahwa sel eukariot berasal dari gabungan baris sel bergantung pada proses fusi dari (dua) gamet haploid
prokariot yang berbeda-beda yang mengalami evolusi. yang akan membentuk sel diploid yang memiliki
sekumpulan gen lengkap hasil turunan dari masing-masing
gamet. Siklus hidup pada banyak eukariot hampir
Bakteri & Arkhaebakteria: Subdivisi Utama pada berlangsung sepenuhnya dalam kondisi diploi.d, bentuk
Prokariot yang tidak ditemukan pada prokariot. Penggabungan
Keberhasilan filogeni molekular ditunjukkan dengan gamet untuk menghasilkan keturunan yang reproduktif
pembagian prokariot ke dalam dua kelompok besar. merupakan proses yang amat spesifik dan menjadi dasar
Kebanyakan penelitian difokuskan pada salah saru grup, bagi spesies eukariot. Proses yang sama bisa dianalogikan
yaitu bakteri. Kelompok yang lain (arkhaebakteria) secara metafora pada prokariot yang melakukan
cenderung kurang mendapat perhatian hingga saat ini. pertukaran porongan DNA melalui rekombinasi.
Salah satu alasannya adalah sulitanya untuk meneliti Pengelompokan secara taksonomi pada eukariot sering
sampel kelompok ini dalam labolatorium. Beberapa jenis didasarkan pada kesamaan morfologi yang dimiliki, dan
arkhaebakteria mati jika terkena kontak langsung dengan harus diketahui bahwa banyak kriteria yang digunakan
oksigen, dan yang lain hanya bisa tumbuh pada temperatur dalam taksonomi biasanya berhubungan dengan
diatas titik didih air. Sebelum bukti molekular ditemukan, reproduksi. Hampir seluruh spesies eukariot yang masih
pengelompokan arkhaebakteria ini tampak jelas berbeda. eksis adalah jenis yang hubungan selnya relatif dekat,
Metanogen berpe ran dalam respirasi anaerob yang anggota dari spesies yang sama, bisa berekombinasi untuk
meningkatkan kadar metana; halofil yang membutuhkan menghasilkan keturunan yang mampu hidup. Struktur
konsentrasi garam yang amat tinggi agar bisa tumbuh; yang berperan secara langsung ataupun tak langsung dalam
dan termoasidofil yang membutuhkan temperatur dan proses reproduktif cenderung akan sangar berkembang-
kadar asam tinggi. Saat ini telah diketahui bahwa prokariot dengan sedikit modifikasi pada spesies yang hubungannya
ini mempunyai ciri pembawaan biokimiawi (seperti dekat-dan akan tetap ada.
komponen membran atau dinding sel) yang memisahkan Eukariot mikroba-p1s1ls1a-zdxlah anggota dari
mereka dari kelompok organisme yang lain. Ciri empat kelompok besar: alga, protozoa, fungi, dan slime
pembawaan yang dimiliki bersama oleh arkhaebakteria mold. Harus diingat bahwa, pengelompokan ini tidak
maupun eukariot adalah adanya intron di dalam gen. sepenuhnya dilakukan secara filogenik. Organisme yang
Fungsi intron-segmen DNA yang memorong informasi hubungannya dekat bisa jadi dipisah dalam kelompok
DNA dalam gen-tidak diketahui pasti. Yang jelas, intron yang berbeda karena kesamaan genetik dan biokimia yang
merupakan karakteristik dasar yang dimiliki oleh DNA mendukung bukti kedekatannya belum ditemukan.
baik pada arkhaebakteria maupun eukariot. Ciri
pembawaan yang umum ini menimbulkan anggapan Alga
bahwa-seperti mitokondria dan kloroplas yang
tampaknya merupakan turunan evolusioner dari bakteri- Istilah "alga' telah lama digunakan untuk menyebut semua
nukleus eukariot mungkin berasal dari nenek moyang organisme yang menghasilkan O, sebagai hasil fotosintesis.
arkhaebakteria. Salah satu subkelompok utama dari organisme ini-
BAB 1

bakteri hijau-biru atau cyanobdcterid-merupakan (Phycomycetes), Ascomycotina (Ascomycetes), Bas idio-


prokariot dan kini tak lagi disertakan dalam kelompok mycotina (Basidiomycetes), dan Deuteromycotina (fungi
alga. Klasifikasi ini diperuntukkan khusus bagi organisme tak sempurna).
e ukariot yang melakukan fotosintesis. Seluruh alga Evolusi ascomycetes dari phycomycetes tamPak pada
memiliki klorofil dalam membran fotosintetik pada kelompok transisi, yang anggotanya membentuk zigot
kloroplas subselularnya. Banyak spesies alga yang namun kemudian berubah secara langsung menjadi askus.
merupakan mikroorganisme uniseluiar. Di lain pihak, Basidiomycetes diperkirakan merupakan bentuk
beberapa alga lainnya memiliki bentuk struktur perubahan dari ascomycetes. Klasifikasi fungi yang iebih
multiselular yang amat besar. Kelp, salah satu jenis alga mendalam dibahas pada Bab 45.
coklat, dapat tumbuh hingga sepanjang ratusan meter.
Slime Mold
Protozoa Organisme yang termasuk di dalam ketegori ini dicirikan
Protozoa merupakan protista uniselular yang ddak mamPu dengan adanya badan sitoplasma bernukleus banyak yang
melakukan fotosintesis. Protozoa yang paling primitif bersifat ameboid, sebagai salah satu fase dalam siklus
adalah protozoa yang memiliki flagel, yang dalam banyak hidupnya, yang disebut plasmodium. Plasmodium dari
ha1 menyerupai alga. Ada kemungkinan "nenek moyang" slime mold analog der-rgan miselium pada fungi sejati.
ini adalah aiga yang berubah sifat menjadi
protozoa jenis Keduanya merupakan koenosit. Pada miselium, aliran
heterotrof-yang kebutuhan nutrisinya dipenuhi oleh sitoplasma dibatasi oleh jaringan pembuluh-pembuluh
komponen organik. Proses adaptasi menjadi organisme kitin yang bercabang, sedangkan pada plasmodium,
heterotrof terkadang disertai dengan hilangnya kloroplas, sitoplasma dapat mengalir ke segala arah. Aliran ini
dan alga selanjutnya berkembang menjadi Protozoa yang membuat plasmodium berpindah ke arah sumber
masih memiliki hubungan dekat dengan alga' Kejadian makanannya, biasanya bakteri. Sebagai resPons terhadap
yang sama telah diamati di laboratorium sebagai hasil sinyal kimiawi, 3',5'-AMP siklik (lihat Bab 7),
mutasi maupun adaptasi fisiologis. plasmodium akan mencapai ukuran makroskopis dan
Selanjutnya mungkin Protozoa berflagel berevolusi berdiferensiasi meniadi badan bertangkai yang mamPu
menjadi ameboid dan siliata; diketahui adanya bentuk memproduksi sel-sel yang motil. Sel-sel tersebut baik yang
intermediet (pertengahan) yang memiliki f'lagel pada satu berupa ameboid atau yang berflagel menandai tahap baru
fase dalam siklus hidupnya dan memiliki pseudopodia dalam siklus hidup slime mold' Srl{us ini biasanya diawali
(yang menjadi ciri amuba) pada fase yang lain. Kelompok dengan penggabungan seksual sel-sel tunggal.
utama protozoa yang keempat adalah sporozoa, parasit Siklus hidup slime mold menggambarkan tema utama
dengan siklus hidup yang kompleks yang salah satunya dari bab ini: ketergantungan antarmahluk hidup.
adalah fase spora (disebut juga fase istirahat). Pertumbuhan slime mold amat bergantung pada nutrisi
yang disediakan oleh bakteri, atau pada beberapa kasus,
Fungi oleh sel tr-rmbuhan. Reproduksi slime mold melalui bentuk
Fungi adalah protista tak berfotosintesis yang tumbuh plasmodiumnya bergantung pada pengenalan interselular
sebagai sekumpulan filamen ("hifd') yang bercabang dan dan fusi sel dari spesies yang saria. Pemahaman
saling mengikat menjadi satu yang disebut miselium. menyeluruh mengenai mikroorganisme membutuhkan
Meskipun antarhifa ditemukan sekat, terdapat lubang- wawasan mengenai organisme lain yang ikut berevolusi,
lubang yang memungkinkan perpindahan nuklei dan dan juga pemahaman mengenai cakupan resPons fisiologis
sitoplasma. Hasilnya, organisme ini meniadi suatu yang mungkin berperan untuk kelangsungan hidupnya'
k..aiuan yang disebut koenosit ( badan sitoplasma dengan
banyak nukleus) yang dikelilingi oleh sekumpulan
pembuiuh yang bercabang. Pembuluh ini terbuat dari
polisakarida seperti kitin yang homolog dengan dinding
sel. Bentuk miseliumnya disebut kapang (mold). Beberapa
1.,'lI-l:l.l.t:!lrl,l trt,.!l.r.. r-al l r.,;!f rt'r ' . ::',':iri
tipe, misalnya ragi (yeast), tidak membentuk mi'selium
-ri:iliirlrl'rll
I

namun bisa dengan mudah dikenali sebagai fungi dilihat


dari proses reproduksi seksualnya dan adanya bentuk 1'.. Mana di'antai; iatilah berikul ydng menggambeiKan
transisi selama siklus hidupnya. intereksi antrra f aagi dan, alga pada': liken? ';1'
(A) Parasitisme
Fungi mungkin merupakan bagian evolusioner dari (B) Simbiosis
protozoa. Fungi tidak ada kaitannya dengan actinomycetes, (C) Endosimbiosis
bakteri bermiselium yang dari luar nampak mirip fungi. (D) Endoparasitisme
Fungi dibagi dalam 4 kelompok utama: Zygomycoina (E)r,,. K g n so rs i a':' :'r'. ..,,:...:,1
: :::' ::,'
ILMU MIKROBIOLOGI

KEPUSTAKAAN
Buhu
Lederberg J (editor); Encyclopedia of Microbiology,4 vols. Academic
Press, 1 992.
PelczarMJ Jr, Chm ECS, KriegNR : Mtcrobiology: Concepts andApplimtiotls.
McCraw Hill. 1993.
Reisser W (editor): Algae and Symbiosis: Plants, Animals, Fungi,Viruses,
I nteractions Explored. Bropress, 1992.

Sleigh MA: Prolozod and Other Proiisls. Chapman & Hall, 1990.

Artihel dan Tinjauan


Belay ED: Transmissible spongifom encephalopathies in hurnans. Aanu
Rev Microbiol 1999;53:283.
Diener TO: Viroids and the nature ofviroid disease. Arch Virol 1999;15
I Suppl );203.
Olsen GJ, Woese CR: The winds of(evolutionary) change: Breathing new
life into microbiology. J Bacteriol 1994;176:1.
Prusiner SB: Biology and genetics ofprion disease. Annu Rev Microbiol
1994:48;655.
Stru ktu r Sel

METODE OPTIK adalah mikroskop yang pertama dikembangkan dan


menggunakan pancaran elektron yang berasal dari sebuah
Mikroskop Cahaya penembak elektron yang diarahkan atau difokuskan oleh
lensa kondensor elektromagnetik di atas suatu spesimen
Daya resolusi dari mikroskop cahaya pada kondisi yang
ideal adalah sekitar setengah dari panjang gelombang tipis. Saat elektron menabrak spesimen tersebut, elektron
cahaya yang digur-rakan. (Daya resolusi adalah jarak yang
tersebut terhambur secara berbeda-beda berdasarkan
dapat memisahkan dua titik sumber cahaya saat mereka
jumlah dan massa atom spesimen; sebagian elektron
menembus spesimen dan terkumpui serta difokuskan oleh
terlihat sebagai dua objek yang berbeda). Pada sinar
kuning dengan panjang gelombang 0,4 pm, diameter lensa objektif elektromagnetik, yang menampilkan suatu
terkecil yang bisa dilihat terpisah adaiah sekitar 0,2 pm. gambaran spesimen pada sistem lensa proyektor untuk
Pembesatan yang baik pada mikroskop adalah pembesaran
semakin diperbesar. Gambar tersebut akan terlihat dengan
cara membiarkannya mengenai suatu layar yang berpendar
yang mampLr membuat partikel terkecil yang dapat
saat ditabrak dengan elektron. Gambar dapat direkam
dipisahkan menjadi terlihat. Mikroskop yang digunakan
dalam bakteriologi umumnya menggunakan lensa objektif pada film fotografik. TEM dapat menghasilkan gambar
berkekuatan 90x dan lensa okuler berkekuatan 10x yang baik pada partikel 0,001 F-. Virus, yang
berdiameter 0,01-0,2 pm, dapat dengan mudah diamati.
sehingga menghasilkan pembesaran 900x. Partikel
berdiameter 0,2 pm diperbesar menjadi sekitar 0,2 mm SEM umumnya memiliki daya resolusi yang lebih
dan menjadi jelas terlihat. Pembesaran lebih lanjut tidak lemah dibandingkan TEM; namun, sangat bermanfaat
akan menghasilkan resolusi yang lebih detil dan akan untuk menampilkan gambar tiga-dimensi dari permukaan
memperkecil area pandang. objek mikroskopik. Elektron difokuskan dengan memakai
Peningkatan daya resolusi clapat dicapai hanya dengan lensa ke arah titik yang sangat kecil. Interaksi elektron
dengan spesimen menghasilkan pelepasan berbagai bentuk
menggunakan sinar dengan panjang gelombang yang lebih
pendek (sekitar 0,2 pm) sehingga memungkinkan resolusi
radiasi (misalnya, elektron sekunder) dari permukaan
bahan, yang dapat ditangkap oleh detektor khusus, yang
pada partikel yang berdiameter 0,1 pm. Mikroskop
kemudian diperkuat dan kemudian ditampilkan pada layar
semacam itu, yang menggunakan lensa kuarsa dan sistem
fotografi, terlalu mahal dan sukar untuk digunakan sehari- televisi.
hari. Suatu teknik penting pada mikroskop elektron adalah
penggunaan teknik pembayangan ("shadowing'). Teknik
Mikroskop Elektron ini menggunakan satu lapisan tipis logam berat (misalnya
platinum) pada spesimen dengan menempatkannya pada
Daya resolusi yang tinggi pada mikroskop eiektron jaiur sinar ion logam dalam sebuah ruang hampa udara.
memungkinkan para ilmuwan untuk mengamati struktur Sinar diarahkan dengan sudut yang sempit terhadap
sel prokariot dan eukariot secara rinci. Resolusi pada spesimen sehingga pada sisi sebelahnya diperoleh suatu
mikroskop elektron yang jauh lebih sempurna ini "bayangan" dalam bentuk satu area yang tidak tertutup.
disebabkan oleh elektron-elektron yang memiliki panjang Saat sinar elektron kemudian menembus Pr€Parat yang
gelombang yang jauh lebih pendek daripada foton sinar tertutup pada mikroskop elektron dan cetakan positif
putih. terbentuk dari gambaran "negatif", dihasilkan efek tiga-
Ada dua tipe rnikroskop eiektron yang sering dimensi (misalnya, lihat Gambar 2-26).
digunakan: Tiansmission Electron Microscope (TEM), yang Teknik penting lainnya pada mikroskop elektron
daiam banyak hal memiliki kesamaan dengan mikroskop adalah penggunaan bagian supertipis dari bahan yang
cahaya; dan Scanning Electron Microscope (SEM). TEM ditanam, suatu metode spesimen beku-kering yang
I
STRUKTUR SEL

mencegah terjadinya distorsi akibat prosedur pengeringan


konvensional, serta penggunaan pewarnaan negarif dengan
bahan padat-elektron seperti asam fosfotungsrik arau
garam uranil (misal, Gambar 42-l). Tanpa garam logam
berdt ini, tidak akan terdapat kontras yang cukup untuk
mendeteksi spesimen secara rinci.

lluminasi Lapangan-gelap
Mikroskop lapangan-gelap umumnya dilakukan dengan
mikroskop yang sama dengan mikroskop lapangan-terang.
Iluminasi untuk mikroskop lapangan-gelap diperoleh
dengan menggunakan suatu kondensor khusus yang
menahan sinar cahaya langsung dan membelokkan cahaya Gambar 2-1. Pemeriksaan lapangan-gelap yang positif.
dengan cermin di sisi kondensor pada sudut oblik. Hal Treponema dikenali dengan ciri khas mereka yang
ini menghasilkan "lapangan-gelap" yang kontras dengan berbentuk seperti alat pembuka botol dan bergerak
tepi spesimen yang disorot dan dihasilkan saat sinar oblik maju-mundur dengan beba5 sambil berotasi di sekitar
sumbu longitudinal. (Direproduksi, dengan izin, dari Morse SA,
dipantulkan dari tepi spesimen langsung mengarah ke
Moreland AA,Thompson SE {editors). Atlas of SexuallyTransmitted Disease.
atas ke lensa objektif mikroskop. Teknik ini sangar
Gower, 1990.)
bermanfaat untuk mengamati organisme seperti
Treponema pallidum, suatu jenis spirochaeta yang
berdiameter < 0,2 prm sehingga tidak dapat dilihat dengan
cahaya langsung (Gambar 2-1).
khususnya dalam mengamati replikasi DNA, biasanya
menggunakan timidin berlabel-tritium sebagai jejak yang
Mikroskop Fase spesifik. Suatu variasi dari metode ini yang menggunakan
Mikroskop fase memiliki keunrungan karena gelombang probe asam nukleat berlabel disebut hibridisasi insitu,
cahaya menembus objek yang transparan, salah satu dan telah digunakan untuk mendeteksi keberadaan asam
contohnya adalah sel, muncul dalam berbagai "fase" nukleat virus, bakteri dan fungi dalam se1 dan jaringan.
bergantung pada sifat bahan yang dilewatinya. Sistem
optik khusus mengubah berbagai fase tersebut kedalam STRUKTUR SEL EUKARIOT
berbagai intensitas sehingga beberapa struktur tampak
lebih gelap dibandingkan yang lain. Ciri khas yang penring
Nukleus
adalah struktur-struktur internal dapat terlihat jelas pada Nulleus mengandung genom sel. Nukleus terikat dengan
sel hidup; dengan mikroskop biasa, harus digunakan suatu membran yang terdiri dari sepasang unit membran
Preparat mati yang diwarnai. dipisahkan oleh suatu ruangan dengan ketebalan yang
bervariasi. Membran bagian dalam biasanya adalah
Mikroskop Konfokal sebuah kantong sederhana, namun membran bagian luar
bersambungan dengan retikulum endoplasma. Membran
Mikroskop konfokal menggunakan sinar laser yang kuat
nukleus bersifat permeabilitas selektif sesuai dengan pori-
dan peningkatan kualitas gambar dengan bantuan
komputer untuk menghasilkan gambaran (yang hampir porinya, yang terdiri dari suatu kompleks protein yang
mendekati) tiga-dimensi dari spesimen yang berpendar berfungsi memasukkan zar-zzt ke dalam dan menge-
kuat. Mikroskop konfokal telah memberikan kontribusi
iuarkannya dari nukleus. Kromosom sei eukariot
mengandung makromolekul DNA linier yang tersusun
yang signifikan pada bidang biologi seluler.
sebagai suatu heliks ganda. Makromolekul DNA tersebut
hanya dapat dilihat dengan mikroskop cahaya pada saat
Autoradiografi
sel sedang membelah dan DNA dalam bentuk yang amar
Jika sel yang memiliki atom radioaktif tergabung difiksasi padat; sedangkan pada waktu-waktu lainnya, kromosom
pada sebuah kaca objek, ditutupi dengan emulsi fotografi, tidak padat dan tampak seperti pada Gambar 2-2.
dan disimpan dalam gelap dengan jangka waktu yang Makromolekul DNA eukariot berhubungan dengan
cukup, akan muncui jejak di film yang keluar dari rempar protein dasar yang disebut histon yang berikatan dengan
peluruhan bahan radioaktif. Jika sel diberi label dengan DNA melalui interaksi ionik.
pemancar yang lemah seperti tritium, jejak yang terbentuk Suatu struktur yang sering tampak di dalam nukleus
cukup pendek untuk menunjukkan label radioaktif pada adalah nukleolus, suatu area yang kaya RNA sebagai
suatu sel. Prosedur ini, disebut autoradiografi, bermanfaat tempat sintesis RNA ribosom (Gambar 2-2).
10 BAB 2

Gambar 2-2. Mikrograf elektron dari potongan tipis sebuah nukleus sel eukariot yang tipikal, menunjukkan nukleolus
yang tampak jelas dan sekumpulan besar heterokromatin ditepi membran nukleus, yang ditembus melalui pori-pori
pori-porinya. Sisipan
iOltunjut<ican dengan tanda panah). Sisipan kiri atas: Dua pori-pori pada inti dan diafragma
kanan bawah: Lamina fibrosa di bagian dalam selubung nukleus. Beberapa mitokondria tampak di dalam sitoplasma.
(Direproduksi denganizindari FawcettDW.BloomandFawcett,Atextboakof Histology,l2thed.CopyrightOlgg4 DenqanizinChapman&Hall,
New York, NY.)

Struktur Sitoplasmik berhubungan dengan membran inti. Diketahui terdapat


dua tipe retikulum endoplasrna: RE kasar, yang dilekati
Sitoplasma sel eukariot ditandai oleh adanya retikulum oleh banyak ribosom; dan RE, halus, yang tidak meniliki
endoplasma, vakuola, plastid yang bisa membelah sendiri, ribosom (Gambar 2-2). Retikulum endopiasma kasar
dan sitoskeleton besar yang tersusun dari mikrotubulus, berperan dalam sit'rtesis glikoprotein dan juga mem-
mikrofilamen, dan filamen intermediet. produksi bahan membran baru yang diangkut ke seluruh
Retikulum endoplasma (RE) adaLah sebuah jaringan bagian sel, sedangkan RE halus berperan dalam sintesis
terdiri dari kanal-kanal yang ada di dalam membran dar.r lipid dan beberapa bagian metabolisme karbohidrat'
STRUKTUR SEL 11

Aparatus Golgi terdiri atas tumpukan membran. Aparatus dengan gerakan seperti geiombang untuk menggerakkan
Golgi bersama-sama dengan RE berfungsi untuk sel ketika berada dalam air. Flagela pada eukariot keluar
memodifikasi secara kimiawi dan memilah-milah produk dari bagian polar sel (Gambar 2-3), sedangkan silia, yang
RE yang akan disekresikan ke bagian sei yang mem- lebih pendek daripada flagela, tumbuh mengeliiingi sel.
buiuhkan dan produk RE yang berfungsi pada struktur Baik flagela maupun silia pada sei eukariot memiliki
se1 bermembran lainnya. struktur dasar dan komposisi biokimia yang sama.
Plastid terdiri dari mitokondria dan kloroplas. Keduanya terdiri atas suatu rangkaian mikrotubulus,
Mitokondria seukuran dengan sel prokariot dan memiliki silinder protein berlubang yang tersusun atas protein
dua lapis membran. Mbmbran paling luar menutupi tubulin, yang dikelilingi oleh suatu membran. Susunan
membran dalam yang berlipat-lipat, lipatan tersebut mikrotubulus disebut "sistem 9+2" karena sistem ini
disebut krista. Krista merupakan tempat sistem transpor terdiri dari 9 pasang mikrotubulus di perifer yang
elektron pernafasar-r. Kloroplas adaiah organel se1 mengelilingi 2 mikrotubulus tunggal di bagian sentral.
fotosintetik yang mampu mengubah energi sinar matahari (Cambar 2-4).
menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis. Ukuran,
bentuk, dan jumlah kloroplas tiap sel sangat bervariasi. STRUKTUR SEL PROKARIOT
Berbeda dengan mitokondria, kloroplas umumnya jauh
lebih besar daripada ukuran sel prokariot. Mitokondria Sel prokariot lebih sederhana daripada sel eukariot pada
dan kloroplas memiliki DNA mereka sendiri, yang setiap tingkatan, dengan satu pengecualian yaitu selubung
mengode sebagian (tidak seluruhnya) komponen protein selnya lebih kompleks.
mereka dan mentransfer RNA.
Suatu variasi mikroorganisme eukariot yang bersifat
Nukleoid
aerotoleran atau anaetobik (misalnya, Trichomonas Nukleoid prokariot, padanan nukleus pada eukariot,
uaginalis) yang tidak merniliki mitokondria, sebagai dapat dilihat dengan mikroskop cahaya pada bahan yang
ganrinya memiliki organel pernafasan yang diliputi telah diwarnai (Gambar 2-5). Blla tes Fuelgen hasilnya
membran yang disebut hidrogenosom. Hidrogenosom, positif, menandakan adanya DNA. DNA yang bermuatan
meskipun berukuran sama dengan mitokondria, tidak negatif setidaknya akan dinetralisir sebagian oleh poliamin
memiliki krista dan enzim untuk siklus asam trikarbosilat. kecil dan ion magnesium, tetapi protein mirip-histon yang
Piruvat digunakan oleh hidrogenosom untuk meng- terdapat pada bakteri diduga memiliki Peran yang serupa
hasilkan H2, CO2, asetat, dan ATP. dengan histon yang ada pada kromatin sel eukariot.
Sitoskeleton mencakup susunan mikrotubulus aktin, Mikrograf elektron seperti pada Gambar 2-6
yang berperan dalam fungsi membran sitoplasmik dan memperlihatkan tidak adanya membran inti dan aDaratus
bentuk sel, juga dalam pembentukan spindel mitotik dan mitotik. Area inti ini terisi dengan serabut kecil DNA'
komponen flagela; kumpulan mikrofilamen yang Nukleoid pada sel bakteri diperkirakan terbentuk dari
mengandung aktin dan miosin, yang berperan dalam molekul sirkular tunggai yang kontinu dengan berat
mekanisme motilitas amuboid; dan filamen intermediet, molekul sekitar 3x10e. Molekul tersebut dianggap sebagai
yang.berfungsi menyusun struktur sitoplasma dan kromosom haploid runggal dengan panjang sekitar 1 mm
mempertahankan sel terhadap tekanan dari luar. pada keadaan tidak terlipat. Jumlah salinan kromosom
ini dalam suatu sel bergantung pada fase siklus sel; namun
Lapisan Permukaan ketika salinan menjadi banyak, semuanya sama'
Pandangan klasik mengenai kromosom bakteri ini baru
Sitoplasma dilapisi oleh membran plasma yang tersusun
saja direvisi dalam penelitian yang menggunakan gel
atas protein dan fosfolipid, serupa dengan membran sel
elektroforesis medan-getara n (puls ed-.f e ld ge I e le ctrop h oresis)
prokariot yang digambarkan pada Gambar 2-i4. Sebagian
untuk memisahkan molekul DNA yang besar dan untuk
besar sel hewan tidak memiliki lapisan permukaan
membedakan antara DNA bentuk sirkular dan linear.
tambahan; namun sel tumbuhan memiliki dinding sel di
Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa sebagian
bagian luar yang tersusun dari selulosa. Banyak prokariot (misalnya, Borrelia burgdoferi, agen penyakit
mikroorganisme eukariot juga memiliki dinding sel di
Lyme) memlliki kromosom linear. Kromosom linear juga
bagian luar, yang mungkin t€rsusun dari bahan telah ditemukan pada beberapa spesies streptomyces.
polisakarida seperti selulosa atau kitin, atau mungkin oleh Hampir seluruh nukleoid sel bakteri dapat diisolasi
bahan inorganik, seperti dinding silika diatom.
dengan proses lisis secara hati-hati diikuti dengan
sentrifugasi. Struktur yang diisolasi terdiri dari DNA
Organel Motilitas disertai dengan RNA dalam jumlah yang lebih sedikit,
Banyak mikroorganisme eukariot memiliki organel- RNA polimerase dan mungkin beberapa protein lain.
organel yang disebut flagela atau silia yang bergerak DNA bakteri, diisolasi langsung pada film mikroskop
12 BAB 2

Gambar 2-3. Flagella eukariot (3000x). Kiri: Sebuah zoospor dari fungi allomyces, dengan flagel tunggal. Kanan:
Flagellum allomycesyang terpisah secara parsial, menunjukkan 2 serabut bagian dalam (inner fibril, if) dan 9 serabut
bagian luar (outer fibril, of). (Sumbangan Manton let al: I Exp Bot 1952;3:204.)

Gambar2-4. Struktur halusflagella dan silia eukariot (31.500xj. A: Potongan longitudinal sebuah flagelum bodo,
suatu protozoa, memperlihatkan kinetoplas (k) tempat asal terbentangnya serabut bagian luar (of). Perhatikan
tempat asal serabut bagian dalam (if) pada permukaan sel. B: Potongan melintang dari f lagella yang sama di dekat
permukaan sel, memperlihatkan serabut bagian luar (of), serabut bagian dalam (if), dan perluasan membran sel (ce//
membrane, cm).C: potongan melintang melalui lapisan permukaan pada protozoa bersilia penyebab glaukoma, yang
memotong melewati lapang silia tepat di dalam membransel (bagian bawah) dan juga di sisi luar membran sel
(bagian atas) (cs, permukaan sel). Mikrograf elektron dikutip oleh Dr D Pitelka (Direproduksi dengan izin dari Stanier RY
Doudoroff M, Adelberg EA: The Microbial World,2nd ed, Copyright O1963. Dengan izin dari Prentice-Hall, lnc., Englewood Clif{s, NJ.)
STRUKTUR SEL 13

Gambar 2-5. Nuklei Bacilllus cereus (2500x). (Sumbangan


Robinow C: Bacteriol Rev 1956;20:207.)

Gambar 2-7. Preparat DNA bakteriofag ), dibuat dengan


melisiskan sel yang terinfeksi dengan lisozim dalam NaCl,
150'mmol/1, secaia langsung pada sebuah film mikroskop
elektron dengan melisiskan sel secara hati-hati dalam elektron. Substruktur yang menyerupai tasbih
larutan garam fisiologis. DNA bakteri tampak memiliki menunjukkan pola 13-nm yang berulang. (Direproduksi
suatu struktur berbentuk tasbih serupa dengan DNA dengan izin dari Griffith JD:Visuaiization of prokaryotic DNA in a regularly
bakteri pada kromatin eukariot. (Gambar2-7). condensed chromatln-like flber. Proc Natl Acad Sci U S A 1976,73'563.)
Pemeriksaan potongan tipis sel bakteri secara serial
dengan mikroskop elektron membuktikan bahwa pada
satu titik DNA berhubungan dengan suatu invaginasi
membran sitoplasmik yang disebut mesosom. Perlekatan
ini diperkirakan berperan daiam pemisahan dua
kromosom kembar setelah replikasi kromosom (lihat

Gambar 2-6. Potongan tipis sel F coli difiksasi dengan osmium tetraoksida dan setelah difiksasi dengan asetat uranil
encer memperlihatkan daerah dua inti yang terisi dengan serabut DNA. (Sumbangan Robinow C, Kellenberger E: Microbiol Rev
1994;58:21 1 )
14 BAB 2

Gambar 2-8. Potongan tipis sianobacteria, anakistis (80.500x). (/, lamela yang mengandUng pigmen fotosintetik; cw,
dinding sel; n, daerah inti.) (Dicetak kembali dengan izin the Rockefeller lnstitute Press, dar Ris H, Singh RN: J Biophys Biochem Cytol 1961;9:63.)

struktur berlapis banyak yang diker-ral sebagai tilakoid


Pembelahan Sel, di bawah). Genetika dan kimiawi
(Gambar 2-8). Pigmen aksesori utama yang digunakan
kromosom bakteri dicantumkan di Bab 4.
untuk menangkap cahaya adalah fikobilin yang ditemukan
pada permukaan luar membran tilakoid.
Struktur Sitoplasmik Bakteri sering menyimpan bahan cadangan dalam
Sel .prokariot tidak memiliki plastid otonom, se perti bentuk granula tidak larut, yang disimpan sebagai polimer
mitokondria dan kloroplas; enzim pengangkut elektron netral yang osmotiknya lamban. Apabila sumber nitroge n,
terletak di dalam membran sitoplasmik. Pigmen belerang, atau fosfor terbatas, atau bila pH rendah,
fotosintetik (karotenoid, bakterioklorofil) pada bakteri kelebihan karbon di dalam medium akan diubah oleh
fotosintetik menyatu ke dalam sistem membran internal beberapa bakteri menjadi polirner asam poli-p-hidroksi
yang terbentuk oleh invaginasi membran sitoplasmik, butirat (Gambar 2-9) dan oleh bakteri lain menjadi
membran sitoplasmik itu sendiri, atau struktui nonunit berbagai polimer glukosa seperti kanji dan glikogen.
khusus yang dilingkupi membran yang disebut klorosom. Granula digunakan sebagai sumber karbon ketika sintesis
Pada beberapa sianobakteria (dulu dikenal sebagai alga asam nukleat dan protein dimulai kembali.Demikian
biru-hijau), membran fotosintetik sering membentuk pula, bakteri fotosintetik tertentu mengoksidasi sulfida
STRUKTUR SEL 15

& (granula magnetit [FerOoJ atau besi sulfida yang terikat-


Q&F
{*l* membran) yang memungkinkan bakteri tertentu untuk
melakukan magnetotaksis (yaitu, migrasi atau orientasi
sel terhadap gaya magnetik bumi), dan vesikel gas

f$* ditemukan hampir secara khusus pada mikroorganisme


dengan habitat di air sehingga membuat bakteri dapat

'.** mengapung di air. Vesikel gas merupakan komponen


vakuola gas, yang ditemukan pertama kali pada
Cyano bacteria (Gambar 2-10).

k%$ f"
w
]Q

Selubung Sel

&
ffi # t& {x Lapisan y^ng mengelilingi sel prokariot
keseluruhan disebut sebagai selubung sel. Struktur dan
susunan selubung sel berbeda antara bakteri gram positif
secara

s_ dan gram negatif; pada kenyataannya, perbedaan inilah

ey s,,& {
f ns
yang membagi 2 kelompok utama spesies bakteri.
Diagram yang disederhanakan dari kedua jenis selubung
sel, ditampilkan pada gambar 2-11.
Banyak bakteri, baik eubakteria dan arkhaebakteria
Gambar 2-9. Pembentukan dan penggunaan asam poli- gram positif maupun gram negatif memiliki parakristalin
p-hidroksi butirat pada Bacillus megaterium (1900x). Kiri: dua dimensi, lapisan pola geometris tipe subunit dari
Seltumbuh pada medium yang diberi glukosa dan asetat, protein atau molekul glikoprotein (S-layerllapisan S)
pada gambar terlihat Eranula (area terang). Kanan: Sel- sebagai komponen terluar dari selubung sel. Lapisan S
sel dari kultur yang sama setelah diinkubasi selama 24 biasanya tersusun atas satu jenis molekul. Glikoprotein
jam lebih lama dalam keadaan terdapat sumber nitrogen pada lapisan S bakteri gram-positif secara struktural mirip
tetapi tanpa sumber karbon eksogen. Polimer telah dengan liposakarida pada bakteri gram-negatif (Gambar
dimetaLrolisme secara lenigkap. Fotornikrograf fase 2-12). Fungsi lapisan S masih belum jelas. Namun pada
kontras ciilakukan oleh Dr JF Wilklrrson. (Direproduksi dengan
beberapa kasus, telah terbukti bahwa lapisan S melindungi
izin dari Stanler RY Doudoroff M,Adelberg EA. The MicrobialWorld,Znd
sel dari enzim yang melumatkan dinding sel, dari invasi
ed. Copyright @1963. Dengan izin darr Prentice-Hall, Inc., Englewood
Bdellouibrio bacteriouorus (sejenis bakteri predator), dan
Cllffs, NJ.)
dari bakteriofag. Lapisan S juga berperan dalam
mempertahankan bentuk sel pada bebe rapa spesies
arkhaebakteria, dan mungkin juga terlibat dalam proses
perlekatan sel ke permukaan epidermis pejamunya.

dari H,S, menghasilkan granula ir.rtraselular yang berisi A. SELUBUNG SEL GRAM POSITIF
unsur sulfur. Akhin-rya, banyak bakteri yang n-renumpuk
Selubung sel pada sel gram positif relatif sederhana, terdiri
granula polifosfat, yang merupakan cadangan fosfat
inorganik yang dapat digunakan dalam sintetis ATP. dari dua sampai tiga lapisan: mebran sitoplasma dan
lapisan peptidoglikan yang tebal; beberapa bakteri
Granula-granula ini terkadang dinamakan granula volutin
arau granula metakromatik karena granula ini berwarna
memiliki lapisan luar, berupa kapsul atau lapisan S.
Struktur dan fungsi lapisan ini dijelaskan kemudian.
merah dengan pe\\.arnaan larutan biru. Granula dengan
sifat seperti itu merupakan ciri khusus Corynebacteria
(Bab 13).
Struktur mikrotubulus yang merupakan ciri khas sel Selubung sel gram negatif merupakan suatu struktur
eukariot, umumnya tidak ditemukan pada prokariot. berlapis banyak yang sangat kompleks (Gambar 2-21).
Namun, pada beberapa corrtoh, mikroskop elektron telah Membran sitoplasmik (disebut membran dalam pada
menemukan struktur bal<teri yang mirip mikrotubulus. bakteri gram negatif) dikelilingi oleh lembaran tunggal
Sejumlah kelompok bakteri khusus memiliki vesikel peptidoglikan bentuk planar yang dilekati oleh lapisan
yang berikatan dengan protein di dalam sitoplasmanya' kompleks yang disebut membran luar. Pada bagian paling
Vesikei-vesikel tersebut ;rdalah karboksisom (mengandung luaq mungkin juga terdapat kapsul atau lapisan S. Ruang
ribuiosebi{bsfat karboi<silase, enzim kunci untuk fiksasi di antara membran iuar dan membran dalam disebut
(iO,) pada bakteri autotrofik tertentu, magnetosom ruang periplasma.
16 BAB 2

Gambar 2-1O. Potongan transversal suatu sel yang sedang membelah dari spesies Cyanobacterium microcystls yang
memperlihatkan tumpukan bentuk heksagonal yang merupakan vesikel gas silindris (31.500x). (Mikrograf oleh H5 Pankratz.
Direproduksi dengan izin dari Walsby AE: Gas vesicles. Microbiol Rev 1994;58:94.)

Membran Sitoplasma membran eukariot oleh tidak adanya sterol, satu-satunya


pengecualian adalah mikoplasma yang memasukkan
A. STRUKTUR
steroi, misalnya kolesterol, ke dalam membrannya ketika
Membran sitoplasma bakteri, juga disebut membran sel, mikoplixma tumbuh di medium yang mengandung sterol.
dapat dilihat dengan mikrograf elektron pada potongan Invaginasi membran sitoplasma yang bergelung-gelung
yang tipis (Gambar 2-13). Membran tersebut merupakan membentuk stuktur khusus yang disebut mesosom
"unit membran" yang tipikal, tersusun atas fosfolipid dan (Gambar 2-15). Ada dua tipe: mesosom septal, yang
protein. Gambar 2-I4 memperlihatkan suatu model berfungsi membentuk dinding penyeberangan (cross-wall)
susunan membran. Membran prokariot dibedakan dari selama pembelahan sel, dan mesosom lateral. Kromosom
STRUKTUR SEL 17

Flagellum
(12-18 nm)

Pilus
(4-35 nm)

Kapsul >
Variabel
Membran Iuar
-8 nm
Peptidoglikan
-2nm
Membran
sitoplasma -B nm
Gram positif Gram negatif

Gamhar 2-11. Perbandingan struktur selubung sel gram positif dan gram negatif. Area antara membran sitoplasma
dan membran luar pada selubung gram negatif disebut ruang periplasma. (Direproduksi, dengan izin, dari lngrahamJL, Maaloe
0, Neldhardt FC: Growth of the Bacterial Ceil Sinauer Associates, 1 983.)

bakteri (DNA) melekat pada mesosom septal (lihat


Pembelahan Sel, di bawah). Invaginasi membran
sitoplasmik yar-rg lebih dalam ke arah sitoplasma
ditemukan pada bakteri dengan sistem transpor elektron
aktif yang luar biasa (misalnya, bakteri fotosintetik dan
bakteri pen gil<at-nitro gen)

B- FUNGSI

Fungsi utama membran sitoplasmik adalah ( 1)

permeabilitas selektif dan transpor zat terlarut; (2) transpor


elektron dan fosforilasi oksidatif pada spesies aerobik;

I
il

il
)€r< PG

il CM

I
Gamhar 2-12. Gambaran skematis komposisi selubung
sel pada bakteri gram positif (a) dan gram negatif (b)
menunjukkan kemiripan struktur antara glikoprotein
lapisan S dan LPS. C, area inti; CM, membran sitoplasma;
CW, dinding sel; G, rantai glikan; O, antigen O; OM, Gambar 2-13. Membran sel. Fragmen membran sel (CM,
membran luar; PG, peptidoglikan; S, lapisan S (Direproduksi cell membrane) terlihat melekat ke dinding sel (CW, cel/
dengan izin darl Messer P: Chemical compositron and biosynthesis of 5- wall) pada preparat Escherichia coli. (Direproduksi, dengan
layers. ln: Sleytr UB elal Crystalhne Bactenal Cell Surface Proteins.RG izin, dari Schnaitman CA: Solubilization of the cytoplasmic membrane of
Landes/Academic Press, l 996,) Escherichia coli byTriton X 100. J Bacteriol 1971;108:545.)
18 BAB 2

Gambar 2-14. Sebuah model struktur membran. Molekul polipeptida yang berlipat-lipat tampak tertanam dalam
lapisan ganda fosfolipid, dengan bagian yang hidrofilik mengarah ke ruanE intraselular, ruang ekstraselular, atau
keduanya. (Direproduksi dengan izin, dari Singer SJ, Nicolson AL:The fluid mosaic model of the structure of cell membranes. Science 1972175.720.
Copyright @ 1972 oleh the American Association for the Advancement of Science.)

(3) elakresi eksoenzim hidrolitik; (4) memproduksi enzim konsentrasi subtrat tersebut pada bagian dalam sel akan
dan molekul pembawa yang dibutuhkan dalam biosintesis selalu lebih kecil daripada konsentrasinya di bagian luar
DNA, polimer dinding sei, dan lipid membran; dan (5) sel. Gliserol adalah salah sarLl senyawa yang bisa memasuki
menghasilkan reseptor dan protein lain untuk kemotaktik sel prokariot dengan proses difusi terfasilitasi ini.
dan sistem transduksi sensorik lainnya.
b. Tianspor yang bergantung pada protein pengikat-
Setidaknya 50o/o dari membran sitoplasma harus
Pada bakteri gram negatif, pengangkutan banyak bahan
dalam keadaan semifluid (setengah cair) agar pertumbuhan
nutrisi dibantu oleh protein pengikat spesifik yang terletak
sel dapat terus berjalan. Pada temperatur yang rendah,
pada ruang periplasma. Protein ini berfilngsi dengan cara
keadaan ini dapat dicapai dengan cara meningkatkan
menghantarkan subtrat yang terikat (konstanta disosiasi
sintesis dan menyisipkan asam lemak tak jenuh
berkisar antara 10-7 hingga 10-6 mol/L) ke kompleks
1. Permeabilitas dan transpor-Membran sitoplasma protein transpor'terikat membran yang sesuai. Proses
membentuk suatu sawar hidrofobik yang tidak permeabel transpor ini mennggunakan energi ATP atau senyawa
terhadap sebagian besar molekul hidrofilik. Namun, fosfat berenergi tinggi lainnya, seperti asetil fosfat. Sistem
terdapat beberapa mekanisme (sistem transpor) yang semacam ini disebut "shock-sensitiue", karena jika sel
memungkinkan sel untuk memindahkan nutrisi ke dalam disuspensi dalam larutan buffer glukosa I0o/o yang
sel, dan memindahkan produk sampah ke luar sel. Sistem mengandung EDTA, ialu dilanjutkan dengan proses
transpor ini bekerja melawan gradien konsentrasi untuk sentrifugasi dan resuspensi cepat dalam MgCl, dingin,
meningkatkan konsentrasi nutrisi di dalam sel, sebuah membran luar akan rusak dan. menyebabkan protein
fungsi yang membutuhkan energi dalam beberapa bentuk. pengikat bocor keluar. Sekitar 4070 substrat yang diangkut
Ada empat bentuk mekanisme transpor yang umum, yang oleh Escherichia coli menggunakan mekanisme ini.
terlibat dalam transpor membran yaitu: difusi terfasilitasi
c. Transpor yang diarahkan oleh kemiosmotik-
\facilitated dffision), transpor yang bergantung pada Sistem ini menggerakkan sebuah molekul melewati
protein pengikat (binding protein-d.ependent transport), membran sitoplasma dengan memanfaatkan gradien ion
uanspor yang diarahkan oieh kemiosmotik (chemiosmotic-
yang sudah ada seperti daya penggerak proton atau daya
driuen transport), dan translokasi kelompok (group penggerak natrium. Terdapat tiga bentuk dasar: uniport,
translocation).
simport, dan antiport (Gambar 2-16). Kira-kira 40o/o
a. Difusi terfasilitasi-Merupakan satu-satunya proses transpor substrat oleh Escherichia coli menggunakan
mekanisme transpor yang tidak membutuhkan energi. mekanisme kemiosmotik ini. Uniporter mengatalisis
Difusi terfasilitasi adalah difusi substrat secara pasif yang transpor sebuah subtrat yang bukan berbentuk pasangan
proses kerjanya melawan gradien konsentrasi. Akibatnya, ion. Simporter mengatalisis transpor dua subtrat secara
STRUKTUR SEL 19

menyebabkan substratnya terfosforilasi selama proses


transpor. Proses ini memungkinkan bakteri untuk
memakai sumber energinya secara efisien dengan cara
merangkaikan proses transpor dengan metabolisme.
Dalam proses ini, mula-mula protein pembawa yang ada
pada membran akan difosfbrilasi dalam sitoplasma
dengan menggunakan fosfoenolpiruvat. Protein pembawa
yang telah terfosforilasi itu kemudian akan mengikat gula
bebas pada sisi luar membran dan menghantarkannya ke
dalam sitoplasma untuk melepasnya sebagai gula-fosfat.
Sistem transpor gula semacam ini disebut sistem
fosfotransferase. Sistem fosfotransferase juga rerlibat
dalam pergerakan menuju sumber karbon (kemotaksis)
dan dalam pengaturan beberapa jalur metabolik lainnya
(represi katabolit).
Pada Escherichia coli, transpor ion kalium diman-
faatkan untuk mengatur tekanan turgor. Peningkatan
osmolaritas eksternal dalam keadaan konsentrasi K. yang
konstan, akan mengaktifkan ekspresi penyandian gen
untuk tiap set protein transpor K- dan sekaligus
meningkatkan aktivitas protein tersebut.
2.'Iranspor elektron dan fosforilasi oksidatif--Sitokrom
beserta enzim lainnya dan komponen yang berperan dalam
siklus respirasi, termasuk beberapa dehidrogenase
tertentur terletak di dalam membran sitoplasma. Sehingga
membran sitoplasma bakteri disebut sebagai analog
fungsional dari membran mitokondria-sebuah hubungan
Gambar 2-15. Mesosom septal. Sebuah mesosom septal, yang telah banyak digunakan oleh para ahli biologi untuk
yang terbentuk sebagai Iipatan konsentrik membran menyokong teori yang menyatakan bahwa mitokondria
plasma, tumbuh ke arah dalam. Septum transversalyang merupakan hasil evolusi bakteri simbiosis. Mekanisme
baru terlihat berkumpul di dasar mesosom konsentrik. proses pernbentukan ATP yang terangkai dengan proses
Pembelahan sel akan terjadi saat penggabungan transpor elektron akan dibicarakan dalam Bab 6.
beberapa lapisan membran yang mengelilingi mesosom.
3. Ekskresi eksoenzim hidrolitik dan patogenisitas
(Direproduksi dengan izin darl Ellar DJ, Lundgren D, Slepecky RA: Fine
j protein-seluruh organisme yang bergantung pada
structure of Bacillus megaterium during synchronous groMh. Bacteriol
'1967;84:1 189 polimer organik makromolekular sebagai sumber
)
nutrisinya (misalnya protein, polisakarida, lipid)
mengeluarkan enzim hidrolitik yang memecah polimer
tersbbut menjadi subunit-subunit yang cukup kecil untuk
bersamaan ke arah yang sama yang dilakukan oleh menembus membran sitoplasma. Hewan tingkat tinggi
pembawa tunggal (single carrier); misalnya, adanya gradien menyekresikan enzim semacam itu ke dalam lumen
H. memungkir-rkan proses simport terhadap ion-ion saluran pe ncernaan. Bakteri (baik gram-positif maupun
dengan muatan yang berlawar.ran (misalnya, glisin) atau gram-negatif) menyekresikan enzim tersebut secara
.
molekul netral (misalnya, galaktosa). An tiporter langsung ke medium eksternal atau ke ruang periplasma
mengatalisis transpor dua buah senyawa yang bermuatan yang terletak di antara lapisan peptidoglikan dan membran
sama secara simultan ke arah vang berlawanan, proses luar dinding sel pada bakteri gram-negatif (1ihat, Dinding
ini dilakukan oleh pembawa umum (common carrier) Sel, di bawah).
(misalnya, H- ; Na'). Lima cara untuk menyekresikan protein telah
d. Translokasi kelompok-Selain transpor sejati, yang dijelaskan saat membahas bakteri gram-negatif: yakni
dapat memindahkan zat terlarut melewati tnembran tanpa sistem sekresi tipe I, tipe II, tipe lII, tipe IV, dan tipe V
terjadi perubahan struktur, bakteri menggunakan suatu Penjelasan skematis sistem sekresi tipe I, tipe Ii, dan
proses yang disebut translokasi kelompok (metaL,olisme tipe III dapat dilihat pada gambar 2-77. Prorein yang
vektorial) untuk memengaruhi ambilan akhir beberapa III akan melewati
disekresikan melalui .jalur tipe I dan tipe
jenis gula tertentu (misalnya, glukosa dan manosa), yang membran dalam (MD) dan membran luar (ML) dalam
20 BAB 2

Gambar 2-16. Tiga jenis pengangkut (porter): uniporter (atas), simporter (tengah), dan antiporter (bawah). Uniporter
mengatalisis transpor sebuah spesies tunggal secara independen dari yang lainnya, simporter mengatalisis kotranspor
dua spesies yang berbeda (biasanya zat terlarut dan ion bermuatan positif, H.) ke arah yang sama, dan antiporter
mengatalisis transpor pertukaran dua zat terlarut yang sama ke arah yang berbeda. Sebuah protein trans'por tunggal
dapat mengatalisis hanya salah satu dari tiga proses ini, dua dari tiga proses ini, atau bahkan ketiga proses ini,
bergantung pada keadaannya. Uniporter, simporter, dan antiportertelahterbukti memiliki strukturyang mirip dan
berkaitan secara evolusional, dan ketiga transporter ini bekerja dengan mekanisme yang serupa. (Direproduksi dengan
izin dari Saier MH Jr: Peter Mitchell and his chemiosmotictheories.ASM News 1997;63:13.)

satu langkah yang sama, se dangkan protein yang protein dan peptidase sinyal periplasmik. Setelah
disekresikan melalui sistem tipe II dan V melewati translokasi, sekuens teratas (sekuens leader) akan
membran dalam dan membran luar dengan langkah- dipecahkan oleh peptidase sinyal yang terikat membran,
langkah yang berbeda. Protein yang disekresikan melalui dan protein yang sudah matang akan dilepas ke ruang
tipe II dan V disintesis di ribosom sitoplasma dalam periplasma. Sebaliknya, protein-protein yang disekresikan
bentuk prekursor protein yang mengandung sekuens melalui sistem tipe I dan tipe III tidak memiliki sekuens
Ieader atau sekuens sinyal tambahan dari 15 hingga 40 sinyal dan akan diekspor secara utuh.
asam amino-biasanya sekitar 30 asam amino-di Meskipun protein-protein yang disekresikan melalui
terminal amino dan membutuhkan sistem src untuk sistem tipe II dan tipe V memiliki mekanisme yang serupa
transpor meler,vati membran dalam (sitoplasma). Pada untuk menembus membran dalam, perbedaan terletak
ini terdiri dari sejumlah protein
Escherichia coli, jafur sec pada cara protein-protein tersebut melewati membran
membran dalam (SecD sampai SecF, SecY), sebuah luar. Protein yang disekresikan oleh sistem tipe II diangkut
membran sitoplasma yang berhubungan dengan ATPase melewati membran luar oleh kompleks multiprotein
(SecA) yang menyediakan energi untuk proses ekspor, (Gambar 2-17). Ini merupakan jalur utama yang
sebuah pendamping (SecB) yang mengikat prekursor digunakan bakteri gram-negatif untuk menyekresikan
STRUKTUR SEL 21

q.
Tipe Tipe ll Tipe lll

€r
I

p
PP

IM

1\
(5v")
N ru-)>-75\
d--z

Gambar 2.17. Penampakan skematis dari sistem sekresi tipe l, ll. dan lll, yang dicontohkan dengan sekresi alfa-
hemolisin oleh E.coli(tipe l), sekresi pullulanase oleh K/ebsiella oxytoca (tipe ll), dan sekresi Yop oleh yersinia (tipe lll).
OM, membran luar; .PP, periplasma; lM, membran dalam; Cfl sitoplasma. Tampak hidrolisis ATP oleh HlyB, SecA, dan
YscN. Lokalisasi slnyal-sinyal sekresi ditunjukkan melalui protein yang disekresikan (garis-garis gelap). N, terminal
amino; C, terminal karboksil. Untuk sekresi tipe lll, sinyal sekresi bisa terletak pada bagian 5'dari mRNAyang menyandi
protein yang disekresikan. Sekresi tipe ll dan tipe lll melibatkan pendamping sitoplasmik (masing-masing SecB dan
Syc), yang berikatan dengan protein prasekretorik. Pada sekresi tipe ll, sekuens sinyal terminal amino diputus oleh
peptidase periplasma (LspA) setelah pengiriman protein melaluijalursec. Sekresitipe ll dan tipe lll memiliki komponen
membran luar multimerik yang homolog (PulD, YscC) , sedangkan protein aksesori S dan VirG yang memfasilitasi
insersi PulD dan YssC pada membran luar, secara berturut-turut, berbeda di kedua sistem tersebut (Sumbangan Hueck CJ:
Microbiol Mol Biol Rev 1998;62:379.)

enzim-enzim pemecah ekstraselular. Elastase, fosfolipase melekat pada membran dalam dan menjangkau ruang
C, dan eksotosin A disekresikan dengan cara ini oleh periplasma (Gambar 2-17). Sebagai ganti dari peptida
Pseudomonas aeruginosa. Namun, protein yang disekresikan sinyal, informasi diletakkan dalam terminai karboksii dengan
melalui sistem tipe V akan mengalami ototranspor untuk 60 asam amino yang berasal dari protein yang disekresikan.
melewati membran luar dengan bantuan sekuens terminal Perlengkapan untuk sekresi tipe III terdiri dari kurang
karboksil, yang secara enzimatis dipindahkan pada saat lebih 20 jenis protein, yang sebagian besar terletak di
pelepasan protein dari membran luar. Beberapa protein membran dalam. Hampir seluruh komponen membran
ekstraselular-seperti, IgA protease pada Neisseria dalam ini homolog d.rg"r perlengkapan untuk biosintesis
gonorrhoeae dan sitotoksin bervakuola pada Helicobacter flagela pada bakteri gram-negatif dan bakteri gram positif.
pylori-disekiesikan melalui sistem ini. Sebagaimana sekresi tipe I, protein yang disekresikan
Jalur sekresi tipe I dan tipe III merupakan jalur yang melalui jalur tipe III tidak berada dibawah kendali proses
tidak bergantung pada ser sehingga pada protein yang terminal amino selama sekresi berlangsung.
disekresikan, proses terminal amino tidak dilibatkan. Jalur tipe IV menyekresikan toksin polipeptida (yang
Sekresi protein melalui jalur ini berlangsung secara ditujukan untuk sel eukariot), ataupun kompleks protein-
kontinu tanpa munctlnya zat ant^r^ di periplasmik, DNA baik antara dua sei bakteri maupun antara sel bakteri
Sekresi tipe I bisa dicontohkan oleh alfa-hemolisin dari dan sel eukariot. Salah satu contoh sekresi tipe IV ini
Escherichia coli dan adenilil siklase dari Bordetella pernssis. adalah kompleks protein-DNA yang dilepaskan ke dalam
Sekresi tipe I memerlukan tiga jenis protein sekretorik: sel tumbuhan oleh Agrobacterium tumrtciens. Selain iru,
Transpor ATPase pada membran dalam (untuk Bordetella pertussis dan Helicobacter pylad memiliki sistem
menyediakan energi pada proses sei<resi protein); prorein sekresi tipe IV yang menghasilkan selresi racun pertusis
membran luar; dan protein gabungan membran, yang dan faktor perangsang-interleukin-8.
27 BAB 2

4. Fungsi biosintetik-Membran sitoplasma adalah Tekanan osmotik ir-rternal pada sebagian besar bakteri
tempat lipid pembawa (carrier lipid yang merupakan berkisar amara 5-2A atm, yang berasal dari korrsentrasi
subunit dinding sei dikumpulkan (lihat pembahasan zat terlarut yang diedarkan dengan cara transpor aktif.
tentang sintesis substansi dinding sel di Bab 6), dan tempat Pada sebagian besar lingkungan, tekanan ini cukup untuk
adanya e nzim-enzim untuk biosintesis dinding sel. menghancurkan sel biia tidak ada dinding sel yang marnpu
Berbagai enzim untuk sintesis fosfolipid juga terletak di bertahan terhadap tekanan tinggi (Gambar 2-i8). Dinding
membran sitoplasma. Juga tidak ketinggalan, beberapa sel bakteri bisa begitu kuat karena lapisannya yang tersusun
protein pe mbentuk .kompleks replikasi DNA yang atas suatu bahan yang disebut murein, mukopeptida, atau
tampak di beberapa tempat terpisah di dalam membran, peptidoglikan (semuanya merupakan satu bahan yang
kemungkinan terletak di mesosom septal tempat DNA sama). Struktur peptidoglikan akan dibahas kemudian.
akan meiekat. Bakteri diklasifikasikan menjadi bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif berdasarkan responsnya terhadap
5. Sistem kemotaktik-Zat-zat penarik dan penolak
prosedur pewarnaan Gran-r. Prosedur ini diberikan nama
berikatan dengan reseptor yang spesifik pada membran
yang sama dengan nama seorang ahli histoiogi Hans
bakteri (lihat Flagella, di bau'ah). Terdapat setidaknya 20
ke moresepto r y^ng berbeda pada rrre mb ran E.co/i,
Christian Gram, yang menemukan prosedur Pewarnaan
alternatif sebagai upaya untuk meu'.arnai bakteri di dalam
beberapa diantaranya juga berfungsi sebagai tahap pertama
jaringan terinfeksi. Mula-mula, sel diwarnai dengan kristal
dalam proses transpor.
violet dan iodin, la1u dibilas dengan aseton atau alkohol
C. AGEN ANTIBAKTERI YANG MEMENGARUHI yang akan menghiiangkan warna pada bakteri gram
MEMBRAN SEL negatif, namun pada bakteri gram positif, warnanya akan
Detergen, yang mengandung gugus lipofiiik dan hidrofilik, tetap bertahan.
memghancurkan me tnbran sitopiasma se hingga Perbedaan antara bakteri gram positif dan bakteri
membunuh sel (iihat Bab 4). Sebuah golongan antibiotik, gram negatif terletak pada dinding selnya. Pada sel gram
polimiksin, mengandung peptida siklik yang rnirip positif, warnanya bisa dihilangkan dengan aseton atau
deterjen yang secara selektif mampu merusak membran alkohol bila dinding seinya terlepas setelah proses
yan g terbuat dari fosfatidiletanolamin, se'buah komponen
pewarnaan tetapi sebelum proses pembilasan. Meskipun
utama pada membran bakteri. Se.iumlah antibiotik secara komposisi kimiawi dinding sel gram positif dan gram
spesifik m€ngganggu fungsi biosintetik rnembran negatif saat ini sudah cukup cliketahui (lihat di bawah),
sitoplasma-misalnya, asam nalidiksat dan novobiosin alasan mengapa dinding sel gram positif mamPu
menghambat sintesis DNA, novobiosin juga menghambat mengl.iambat proses hilangnya warna masih belum
d i ketahui.
sintesis asam teikoat.
Kelas ketiga dari agen yang aktif di membran sel Selain sebagai proteksi terhadap osmotik, dinding sel
adalah ionofot sebuah senyawa yang dapat mempercepat
juga berperan penting dalam pembelahan sei dan
merupakar.r bahan primer untuk biosintesisnya sendiri.
difusi beberapa tipe kation spesifik melew'ati membran.
Berbagai lapisan pada dinding sel merupakan lokasi dari
Valinomisin, misalnya, secara spesifik memediasi
perpindahan ion kalium. Beberapa ionofor bekerja dengan faktor pene ntu sifat antigenik utama yang ada pada
cara membentuk lubang-lubang hidrofilik pada membran;
beberapa ionofor yang lain bekerja sebagai pembawa ion '1. 'r.. . .3,r:ii-
dt:i;i-;:;l

yang larut dalam lemak yang bergerak bolak-balik di dalam


membran. Ionofor dapat membunuh sel dengan cara
. ....,rq*{1;r,r::.,'i'
.,1*f., :,.:tl$;::€:r',.,
melepas muatan potensial membran, yang esensial untuk
proses fosforilasi oi<sidatif juga untuk proses-Proses yang
dimediasi membran lainnya. Ionofor tidak hanya bekerja
pada membran bakteri, tetapi juga bekerja pada seluruh
membran sel.

Dinding Sel
Lapisan selubung sel yang terletak di antara membran
sitoplasma dan kapsul disebut dinding sel. Pada bakteri
gram positif, dinding sel terutama tersusun atas Gambar 2-18. Dinding sel Streptococcus faecalis,
peptidoglikan dan asam teikoat (lihat keterangan di dipisahkan dari protoplasnya dengan cara pemisahan
bawah). Sedangkan pada bakteri gram negatif, dinding mekanik dan sentrif ugasi diferensial (1 1.000 x). (Sumbangan
sel terdiri dari peptidoglikan dan membran luar. Salton M, Home R: Biochim Blophys Acra 1951;1 ,1ll .)
STRUKTUR SEL 23

(Asam N-asetil- (Asam lV-Asetil-


muramat peptida) muramat peptida)

H H

cH" cH"
t- t"
cH-co cH-co
lr ll
ol ol
NH-COCH3 H NH-COCH3 H NH -COCH3 H NH - COCH3
(a-NH) (a-NH)
I I

L-Alanin L-Alanin
I I

D-lsoglutamin D-lsoglutamin
I I

L-Lisin L-Lisin
I I

D-Alanin (cr-COOH) o-Alanin (o-COOH)

I I

lGtyls lGlyls

L-Ala L-Ala
I I
DJ-GIu-N DJ-Glu-N
I I

L-i-ys L-Lys
I

D-Ala ------) D-Ala --------\


I

lctyls lGtyls

L-Ala L-Ala
I I
D-l-Glu-N D-l-Glu-N
I I

L-Lys L-Lys
I I

.l D-Ala D-Ala

lctyls lclyls
- I I

Gambar 2-19. A: Segmen peptidoglikan pada Staphylococcus aureus. Bagian rangka polimertersusun atas subunit /V-
asetilglukosamin dan asam A/-asetilmuramat yang berselang seling yang dihubungkan oleh sambungan p1-+4. Residu
asam muramat berikatan dengan peptida pendek, komposisi ini bervariasi dari satu spesies bakteri dengan spesies
bakteri lainnya. Pada beberapa spesies, residu r--lisin digantikan oleh asam diaminopimelat, sebuah asam amino yang
ditemukan di alam hanya pada dinding sel prokariot. Perhatikan asam o-amino, yang juga merupakan salah satu
karakteristik dinding sel prokariot. Rantai-rantai peptida pada peptidoglikan bersilangan diantara bagian rangka
polisakarida yang berjajal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2-198. Bz Gambaran skematis dari pola geometris
peptidoglikan yang terbentuk saling terikat silang. Jembatan yang tersusun dari rantai peptida pentaglisin
menghubungkan o-karboksil dari residu terminal o-alanin pada rantaiyang satu dengan gugus e-amino dari residu r--
lisin pada rantai berikutnya. Bentuk alami dari jembatan yang berkait silang bervariasi antara spesies satu dengan
lainnya.
BAB 2

permukaan sel, dan salah satu komponennya- Meskipun demikian, rantai samping tetrapeptida pada
lipopolisakarida pada dinding sel gram negatif- semua spesies memiliki suatu gambaran urn-um yang
bertanggung jawab atas aktivitas endotoksin nonspesifik penting. Sebagian besar inemiliki l-alanin pada posisi 1
yang dimiliki oleh bakteri gram negatif. Pada umumnya, (yang melekat ke asam l/-asetilmuramat), o-glutamat atau
dinding sel bersifat permeabel nonselektif. Namun, saiah pengganti o-glutamat pada posisi 2, dan o-alanin pada
satu lapisan pada dinding sel gram negatif, yakni membran posisi 4. Posisi 3 merupakan posisi yang isinya sangat
luarnya, menghambat perpindahan molekul-molekul yang bervariasi. Pada kebanyakan bakteri gram negatif, posisi
berukuran relatif besar (lihat di bawah). ini diisi oleh asam diaminopimelat, yang berikatan dengan
Proses biosintesis dinding sel dan antibiotik yang komponen lipoprotein dari dinding sel, seperti yang akan
mengganggu proses. ini akan didiskusikan di Bab 6. dijelaskan kemudian. Sedangkan posisi 3 pada bakteri
gram positif, dapat diisi oleh asam diaminopimelat, l-
lisin, atau beberapa asam L-amino yang lain.
A. LAPISAN PEPTIDOGLIKAN
Asam Diaminopimelat adalah elemen unik dalam
Peptidogiikan adalah polimer kompleks yang tersusun dinding sei prokatiotik, dan merupakan prekursor lisin
(untuk kepentingan deskripsi) atas tiga bagian: bagian dalam proses biosintetis asam amino pada bakteri tersebut
rangka, yang tersusun atas Mnsetilglukosamin dan asam (Gambar 6-18). Bakteri mutan yang mengalami hambatan
.A/-asetilmuramat secara berselang-seling; satu set rantai pada jalur biosintesis asam diaminopimelat, bisa tumbuh
samping tetrapeptida yang identik, yang melekat pada normal bila diberikan asam diaminopimelat pada medium
asam .A/-asetilmuramat; dan satu set jembatan silang pertumbuhannya. Namun, bila hanya diberikan l-lisin,
peptida yang identik (Gambar 2-19). Bagian rangka sama sel akan lisis, karena mereka terus tumbuh namun tak
untuk seluruh spesies bakteri, walau rantai samping mampu membuat peptidoglikan dinding sel yang baru.
tetrapeptida dan jembatan silang peptida bervariasi antara Fakta yang menyatakan bahwa seluruh rantai
spesies satu dengan yang lainnya. (Gambar 2-19 peptidoglikan saling berkaitan silang menunjukkan bahwa
merupakan gambaran peptidoglikan pada Staphylococcus tiap lapisan peptidoglikah merupakan suatu molekul
aureus). Pada banyak dinding sel gram negatif, jembatan tunggai raksasa. Pada bakteri gram positif, terdapat 40
silangnya merupakan sambungan iangsung PePtida antara Iembar lapisan peptidoglikan, yang meruPakan 50% dari
gugus amino asam diaminopimelat (DAP) di satu sisi keseluruhan material dinding sei. Pada bakteri gram
dan gugus karboksil terminal o-alanin di sisi yang lain. negatii hanya terdapat satu atau dua lembar peptidoglikan,

-o- cH" B (R)-O-CH" C o-AI


//t'O t' O '
'in-r-o-cH
I

ll ," ll ,z' GlcNAc-P-O-CH,


..' -iH
o
t P' 1 ,P' ./ t'
_iH o
| ,z'
n-t-ot
'oH
I H"C-O-
'oH
| Ho
tP'
nrc-o/ OH
!,,

D -o-cH,' E HO- 9H,


.'/'
'@-o- | Ho- Jn
ct-t
,.1 I

iHo-cH
o-Al -j
r(Gal)'1-3(Glu)1-.(Rha), - o- C
i Ho- cH
t.
I

I
U
ll ,/
P.
,'/ no-JH
Lv na"
nrt-o/ OH I H^C-O'
'oH
I

Gambar 2-20A. Unit-unit dari beberapa asam teikoat. A: Asam teikoat gliserol pada Lactobacillus casei 7469 (R,o-
alanin). B: Asam teikoat gliserol pada Actinomyces antibioticus (R, o-alanin). C: Asam teikoat gliserol pada Staphylococcus
lactis 13.o-alanin terletJk pada posisi 5 yang berisi N-asetilglukosamin. D: Asam teikoat ribitol pada Bacillus subtilis (R,
glukosa) dan Actinomyces streptomysini (R, suksinat). (o-alanin terikat pada posisi 3 atau 4 yang berisi ribitol) E: Asam
ieikoat ribitol pada kapsul pneumokokus tipe 6. (Direproduksi dengan izin dari Stanier RY Doudoroff M, Adelberg EA The Microbial
World,Tnd ed. Hak cipta O 1963. Dengan izin dari Prentice-Hall, lnc., Englewood Cliffs, NJ.)
STRUKTUR SEL 25

yang mencakup 5-I0o/o dari keseluruhan material dinding B. KOMPoNEN KHUSUS PADA DINDING SEL
sel. Bakteri memiliki bentuk-bentuknya sendiri, yang GRAM PoSITIF
merupakan ciri khas tiap spesies, sesuai dengan srruktur
Kebanyakan dinding sel gram positif mengandung cukup
dinding selnya.
banyak asam teikoat dan asam teikuronat, yang
Beberapa kelo.mpok prokariot, yang secara kese-
merupakan 50Vo dari berat kering dinding sel dan 10%
luruhan disebut arkhaebakteria, tidak memiliki iapisan
dari berat kering keseluruhan sel. Selain itu, beberapa
peptidoglikan. Pada beberapa spesies dalam kelompok
dinding sel gram positif juga mengandung molekul
ini, terdapat polimer serupa yang mengandung gula l/-
polisakarida.
asetil dan tiga asam t--amiho, dan tidak ditemukan asam
muramat maupun asam D-amino. Pada arkhaebakteria (1) Asam teikoat dan asam 1siku16na1-Bahan-bahan ini
lainnya, terdapat lapisan protein sebagai pengganti lapisan merupakan poiimer yang larut dalam air, mengandung
peptidoglikan. Organisme-organisme di atas juga residu ribitol atau gliserol yang bergabung melalui ikatan
menunjukkan perbedaan urama dalam hal lipid dan fosfodiester, dan membawa satu atau lebih pengganti asam
RNAnya (Bab 1;. amino atau gula (Gambar 2-20A). Ada dua jenis asam
teikoat: asam teikoat dinding sel, yang secara kovalen
berikatan dengan peptidoglikan; dan asam teikoat
rnembran (asam lipoteikoat) yang secara kovalen berikatan
dengan glikolipid membran dan terkonsentrasi di
mesosom. Beberapa spesies gram positif tidak memiliki
asam teikoat dinding sel, tetapi seluruh spesies gram
positif memiliki asam teikoat membran.
Asam teikoat membentuk antigen permukaan utami
pada spesies gram positif yang memilikinya, dan sifat
mereka yang mudah dicapai oleh antibodi telah
membuktikan bahwa mereka terletak di permukaan luar
dari lapisan peptidoglikan. Namun, akrifitas mereka
kerap meningkat akibat adanya pencernaan sebagian
peptidoglikan; sehingga banyak asam teikoat berada di
antara membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan,
dan mungkin akan memanjang ke atas melewati pori-
pori (Gambar 2-208). Pada pneumokokl<us (Streptococcus
pneumoniae), asam teikoatnya membawa faktor antigenik
yang disebut antigen Forssman. Pada Streptococcus
?)rogenes, asam lipoteikoat berhubungan dengan protein
M yang menembus membran sei melewati lapisan
n peptidoglikan. Molekul protein M yang panjang bersama
i*F
It
te
t- dengan asam lipoteikoat membentuk mikrofibril yang
I
I ?i'
memudahkan periekatan S pyogenes pada sel hewan.
Unit pengulangan beberapa asam teikoat ditunjukkan
[nn n[[nnn t\ t\r\ dalam Gambar 2-20A. Unit pengulangan bisa berupa
gliserol, yang tergabungmelalui ikatan 1,3 atau I,2;ribitol,
yang tergabung dengan ikatan 1,5; arau unit yang lebih
kompleks berupa penggabungan gliserol atau ribitol
dengan residu gula seperti glukosa, galaktosa atau l/-asetil-
Gambar 2-208. Asam Lipoteikoat. Sebuah model dinding giukosamin. Rantai tersebut bisa memiliki panjang sekitar
sel dan membran sel pada bakteri gram-positif, 30 unit pengulangan atau lebih, walaupun sering dite-
memperlihatkan molekul-molekul asam lipoteikoat yang mukan rantai yang panjangnya sepuluh unit atau kurang.
memanjang melewati dinding sel. Asam teikoat dinding Kebanyakan asam teikoat mengandung banyak o-
sel, yang secara kovalen berikatan dengan residu asam alanin, yang biasanya melekat di posisi 2 arau 3 yang
muramat dari lapisan peptidoglikan, tidak digambarkan" ditempati oleh gliserol, atau posisi 3 arau 4 pada ribitol.
(A: dinding sel; B: protein; C: fosfolipid; D: glikolipid; E: Namun, pada beberapa asam teikoat yang lebih komplela,
fosfatidil glikolipid; F: asam Iipoteikoat) (Dari Van Drlel et al: o-alanin melekat ke salah satu residu gula. Selain D-alanin,
Cellular location of the lipoteichoic acids of Lactobacillus fermentiNCTC beberapa bahan pengganti dapat melekat pada gugus
6991 and Lactobacilluscasei NCTC 6375. J Ultrastruct Res 1971;43:483.) hidroksil bebas dari gliserol dan ribitol, misalnya glukosa,
26 BAB 2

galaktosa, N-asetilglukosamin, N-asetilgalaktosamin, atau permeabilitas eksternal pada bakteri gram positii yang
suksinat. Selain o-alanin, beberapa spesies bisa memiliki fungsinya serupa dengan membran luar pada bakteri gram
lebih dari satu jenis bahan pengganti gula. Pada kasus negatif (lihat di bawah). Asam teikoat membran mungkin
semacam ini, tidak bisa dipastikan apakah gula yang berfungsi untuk meiekatkan dinding sel ke membran sei.
berbeda terletak pada molekul asam teikoat yang sama Asam teikuronat adalah polimer yang seruPa, namun
atau berbeda. Komposisi asam teikoat yang dimiliki oleh unit pengulangannya terdiri dari asam gula (seperti l/-
spesies bakteri bisa berbeda-beda tergantung komposisi asetilmannosuronat atau asam o-glukosuronat) sebagai
medium pertumbuhannya. pengganti asam fosfat. Mereka disintesis di tempat yang
Fungsi asam teikoat ini masih menjadi spekulasi para sama dengan asam teikoat saat jumlah fosfat terbatas.
ahli. Asam teikoat mengikat ion magnesium dan bisa (2) Polisakarida-Pada beberapa spesies tert€ntu, proses
jadi berperan dalam menyediakan ion magnesium ke
hidrolisis dinding sel gram positif akan menghasilkan gula
dalam sel. Mereka juga berperan dalam fungsi normal netral seperti manosa, arabinosa, galaktosa, ramnosa, dan
selubung sei; sehingga penggantian kolin oleh etanoiamin glukosamin serta gula asam seperti asam glukuronat dan
sebagai komponen asam teikoat pada pneumokokus asam manuronat. Telah diketahui bahwa gula-gula ini
menyebabkan sel tahan terhadap autolisis, dan kehilangan merupakan subunit polisakarida dalam dinding sel; meski
kemampuannya untuk melakukan rransformasi DNA demikian, penemuan yang menyatakan bahwa asam
(lihat Bab 7). Penelitian terbaru mengenai batasan fraksi teikoat dan asam teikuroirat mungkin mengandung
periplasmia pada Bacillus subtilis secara operasional telah berbagai macaln gula (Gambar 2-20A), menyebabkan asal-
membawa kita ke suatu spekulasi yang menyatakan bahwa usul gula-gula ini menjadi tidak jelas.
lapisan dinding sel asam teikoat merupakan sawar

(L
lt t t tt I I I I I-'/
/*
Pengulangan
O-antigen

lT.T &TrT T{- GLcNAc )


Lipopoli-
sakarida
1[uH
l0 H
tn n
8-8-8-
rrn
n il +0
[
0.-
06-
['Hl*
I-
Gtukosa I
calaktosa
Heptosa
J
tnti
luar

I tnti
tDo0 ri r!fi rfl rfl
Porin
^tlu
-H KDo /
aatam

r. tr[JI iT-NA#V[]T ffiI MT ffiffiililT.- Lipid A


Membran luar

Lipoprotein
i;-----*
uuuuuuffireuuuuuu#r
CJ E9
,f,["-JlJlJlJlJ
ry \4/ F- Peptidoglikan

Periplasma
rffi
z--# #
l@z<1-*-\
I A^ A /".. {.) f-:\
'rc+
€(fu MDO
It*r- l

jrrnnnnrrnnhffinn} ( OnnnRlttt-
l: --- -Jrru tt ytt tt
Fosfolipid

I IJUIIIIUIJUUlJijljlJUlIlJ lffit
Membran dalam
lri,,t*gilllll ll {lll li
Gll \_i/.o#:*o
@
Sitoptasma \s? - Protein

Gambar 2-21. Gambaran molekular dari selubung bakteri gram negatif. Bentuk oval dan persegi menunjukkan
residu gula, sedangkan lingkaran menunjukkan gugus kepala polar dari gliserofosfolipid (fosfatidiletanolamin dan
fosfatidilgliserol). (fi4OO, hembrane-deiived otigolaccharide atau oligosakarida turunan membran). Daerah inti
menunjulkan inti E coli K-12, suatu strain yang biasanya tidak memiliki antigen-O berduplikasi kecuali ditransformasi
pada piasmid yang sesuai (Direproduksi dengan izin dari Raetz CRH: Bacterial endotoxins: Extraordinary lipids that activate eucaryotic signal
transduction. J Bacteriol 1993;1 75:5745.)
STRUKTUR sEL

C. KoMPoNEN KHUSUS PADA DINDING SEL dengan membran sitoplasma, sedangkan fosfoiipid pada
GRAH NEGATIF lapisan sebelah luar digantikan oleh molekul lipopolisakarida
(LPS) (lihat bawah). Akibatnya, kedua lapisan ini tidak
Dinding sel gram negatif mengandung tiga komponen
saling simetris sehingga sifat membran ini sangat berbeda
yang terletak di luar lapisan peptidoglikan: iipoprotein,
dengan membran biologis yang lapisannya saling simetris
membran luar, dan iipopolisakarida (Gambar 2-21).
seperti pada membran sitopiasma.
(1) Lipoprotein-Molekul lipoprotein yang tidak lazim Kemampuan membran luar untuk mengeluarkan
mengikat silang membran luar dan lapisan peptidoglikan. molekul hidrofobik adalah ciri yang tidak biasa dijumpai
Lipoprotein mengandung 57 asam amino, merupakan pada membran-membran biologis, dan berfungsi untuk
pengulangan sekuens 15 asam amino, yang terhubung melindungi sel dari garam empedu (misalnya pada kasus
melalui ikatan peptida dengan residu xam diaminopimelat bakteri enterik). Karena sifat alamiah lipidnya, membran
dari rantai samping tertrapeptida peptidoglikan. luar juga diperkirakan dapat mengeluarkan molekul
Komponen lipid, mengandung digliserida tioeter yang hidrofilik. Namun, membran luar memiliki jalur khusus,
berikatan dengan terminal sistein, disisipkan secara yang terdiri dari molekul protein yang disebut porin, yang
nonkovalen ke membran luar. Lipoprotein, dilihat dari memungkinkan difusi pasif komponen hidrofilik dengan
jumlahnya, merupakan protein yang paling banyak berat molekui rendah seperti gula, asam amino, dan
ditemukan pada sel gram negatif (n 700.000 molekul per beberapa jenis ion. Molekul antibiotika yang besar relatif
se1). Fungsinya (dilihat dari perilaku sel mutan yang tidak lambat saat menembus membran luar, yang menyebabkan
memiliki lipoprotein) adalah untuk menstabilkan bakteri gram negatif relatif lebih resistan terhadap
membran luar dan merekatkannya ke lapisan peptidoglikan. antibiotika. Permeabilitas membran luar sangat bervariasi
(2) Membran luar-merupakan struktur berlapis ganda; antara spesies gram negatif satu dengan yang lainnya'
lapisan sebelah dalamnya memiliki komposisi yang serupa M isal nya pada Pse u d o m o n a s a eru gi n os a yangsanga t resistan

Gambar 2.22. A: Lipatan monomer porin yang umum dijumpai (porin OmpF dari E.coli). Struktur tabung-B dengan
lubang yang besartersusun dari 16 pilinan-Byang antiparalel. Pilinan ini dihubungkan dengan lingkaran-lingkaran
kecil atau putaran reguler yang mengelilingi periplasmia (bawah), dengan bagian lingkaran panjang yang tidak
beraturan menghadap ke sisi luar sel (atas). Lingkaran dalam, yang menghubungkan pilinan-B 5 dan 6 dan meluas ke
dalam tabung, igak digelapkan. Terminal rantai diberi tanda khusus. Permukaan yang paling dekat dengan pembaca
terlibat dalam kontak subunit. B: Gambaran skematis OmpF trimerik. lni merupakan gambaran yang dilihat dari
ruang ekstraselular sepanjang sumbu simetri molekulyang terlipattiga. (Direproduksi dengan izin dari SchirmerT: General and
specific porins f rom bacterial out membranes. J Struct Biol 1 998; 1 2 1 :101 .)
28 BAB 2

terhadap agen antibakteri, permeabilitas membran luarnya hubungan fungsional, dapat dilihat di Gambar 2-27.
i00 kali lebih lemah daripada membran luar E coli. Membran luar terhubung ke lapisan murein dan ke
Protein'protein utama pe nyusun membran luar membran sitoplasma. Hubungan dengan lapisan murein
dinamai berdasarkan gen yang menyandi mereka. Prorein terutama diperantarai oleh lipoprotein pada membran
ini telah dibagi-bagi menjadi beberapa kategori fungsional, luar. Sekitar sepertiga dari keseluruhan molekul lipoprotein
berdasarkan sifat mutan yang tidak memiliki jenis prorein berikatan kovalen dengan murein dan membantu
tersebut, dan juga berdasarkan eksperimen yang menahan kedua struktur tersebut bersamaan. Hubungan
memasukkan kembali protein yang sudah dimurnikan yang nonkovalen antara beberapa porin dengan lapisan
ke dalam sebuah merribran buatan. Porin, dicontohkan murein memiliki peran yang lebih kecil dalam
oleh OmpC, D, dan F serta PhoE dari E coli dan menghubungkan membran luar dengan struktur ini.
Salmonella Typhimurium, adalah protein trimerik (tersusun Protein membran luar disintesis di ribosom yang terikat
atas tiga jenis molekul) yang mampu menembus kedua pada permukaan sitoplasma membran dalam. Bagaimana
sisi lapisan membran luar (Gambar 2-22). Protein ini cara protein tersebut bisa dipindahkan ke membran luar
membentuk pori-pori nonspesifik yang melewatkan bahan masih merupakan tanda tanya, namun sebuah hipotesis
terlarut kecil yang hidrofilik secara difusi bebas melewati menyatakan bahwa perpindahan tersebut terjadi di zona
membran. Porin dari tiap -tiap spesies memiliki batasan adhesi antara membran sitoplasma dengan membran luar
el<sklusi tert€ntu, mulai dari molekul dengan berat 600 yang bisa diiihat dengan mikroskop elektron. Zona-zona
pada E coli dan S Typhimurium hingga molekul dengan adhesi ini sering puLa disebut "Sambungan Bayer" (Bayer
berat lebih dari 3000 pada P aeruginosa. junction) yang dinamai sesuai nama penemunya. Ada
Kelompok prote in membran yang ke dua, ya'ng sekitar 200 sambungan semacaln ini dalam tiap se| E coli.
menyerupai porin dalam banyak hal, contohnya adalah
LamB dan Tsx. LamB, suatu porin yang mudah (3) Lipopolisakarida (LPS)-Lipopolisakarida pada
dirangsang, merupakan reseptor bakteriofag lambda. dinding sel gram negatif tersusun atas lipid kompleks
LamB berperan dalam sebagian besar proses difusi yang disebut lipid A, yangpadanya melekat sebuah polisaka-
antarmembran bagi maltosa dan maltodekstrin. Tsx rida yang terbentuk dari sebuah inti dan sebuah rangkaian
merupakan reseptor bakteriofag T6. Tsx berfungsi dalam terminal dari unit yang berulang (Gambar 2-23A). LPS
proses difusi antarmembran bagi nukleosida dan beberapa melekat pada membran luar melalui ikatan hidrofobik.
jenis asam amino. Namun, LamB memungkinkan LPS disintesis di membran sitoplasma dan ditranspor ke
perpindahan dari bahan terlarut yang lain; spesifisitasnya posisi terakhirnya di 1uar. Kehadiran LPS dibutuhkan
bersifat relatif, yang mencerminkan interaksi yang lemah untuk fungsi banyak protein pada membran luar.
antara bahan terlarut dengan rempar-rempar yang Lipid A tersusun atas disakarida glukosamin disakarida
konfigurasinya spesifik di dalam kanal tersebut. yang terfosforilasi yang padanya melekat sejumlah rantai
Protein OmpA merupakan protein yang banyak panjang asam lemak (Gambar 2-238). Asam p-
dijumpai pada membran luar. Protein OmpA berfungsi hidroksimiristat, sebuah asam lemak C,o, selalu ada dan
sebagai reseptor untuk beberapa jenis bakteriofag, dan merupakan kekhususan pada lemak ini. Asam lemak
juga berperan dalam merekatkan membran luar ke lapisan lainnya, dan juga gugus pengganti fosfat, bervariasi
peptidoglikan. Protein ini juga merupakan reseptor seks bergantung pada spesies bakterinya
berambut (berflagel) pada proses konjugasi bakteri yang Inti polisakarida, yang digambarkan pada Gambar 2-
diperantarai F (F-mediated bacterial conjugation) (Bab 7). 23C, serupa pada seluruh. spesies gram negatif yang
Membran luar juga mengandung sekelompok protein memiliki LPS. Meski demikian, tiap spesies memiliki
ya'ng jumlahnya lebih sedikit. Protein ini reriibat dalam unit duplikasi yang unik. Unit duplikasi pada Salmonella
transpor molekul-molekul spesifik seperti vitamin 8,, dan Newington ditunjukkan dalam Gambar 2-23D. Unir
kompleks besi-siderofor. Protein ini menunjukkan afi nitas duplikasi biasanya berupa trisakarida linear atau bisa
yang dnggi terhadap substratnya, dan mungkin berfungsi berupa tetra- atau pentasakarida yang bercabang.
sebagai sistem transpor pembawa yang klasik seperti fungsi Molekul LPS yang bermuatan negatif bertautan silang
protein pada membran dalam (sitoplasma). Agar protein- secara kovalen dengan kation yang divalen (bervalensi
protein ini dapat berfungsi dengan baik, mereka dua). Ikatan ini menstabilisasi membran dan merupakan
membutuhkan energi yang dirangkaikan dengan suatu sawar terhadap molekul hidrofobik. Pemindahan kation-
protein yang disebut TonB. Protein minor lainnya kation divalen oleh agen pengelat, atau penggantian
termasuk didalamnya adalah enzim-enzim yang jumlahnya mereka dengan antibiotik polikationik seperti polimil$in
terbatas, antara Iain fosfolipase dan protease, juga dan aminoglikosida, menyebabkan membran luar
beberapa protein pengikat penisilin. permeabel terhadap molekul hidrofobik yang besar.
Topologi berbagai protein utama di membran luar, LPS, yang sangat beracun bagi hewan, dikenal sebagai
berdasarkan penelitian perrauran silang dan analisis endotoksin pada bakteri gram negatifr karena terikat kuat
STRUKTUR SEL 29

A. LPS

Unit duplikasi (sampai 25 unit)

l lnti

Disakarida-difosfat

Asam lemak

B. Lipid A
---1---
o
I

CHz ;-o cHz


I

-o ,l H/I
c-o
I

H/
t/
C'.,
\l
,c
t/H
(\f
",rH
\H
\r
Ht I

Ht1
H2O3P- 6\_
CII
H
t/t
TC
'/l Ho\]r '-/ 6- po.u,
I I
.tl
o HN,
F OHN
I
\"=o
-c tl
C=o
=O c=o C=O
I I ll
cHz c
CHz cHz cHz
I I II
CH c CHOH CHOH
I

(cHz)ro
(
/,1
o"
o/<[n),o
ll
(cHz)ro (cHz)ro
I I I I tt
tr-
I
-o CHs C=O
I
CHs cHs cHs
'ld)e
(cH,
Hz) (P*t)''o
cH"
H3 cHs
(MM) (LM) (HM) (FrM)

C. lnti D. Unit duplikasi


lt
Glu-GlcNAc I fOO =Keto-deoksi-oktulonat Contoh:
t I neP =L-Glisero-D-manohePtosa (berulang sampai 25 unit)
Gal I HVt = Asam B-Hidroksimiristik (C14)
I I rH,r = Asam Lauroksimiristik I

Glu-Gal Manosa
II yt = {;;; miristoksimiristik
etfr'ru =Etanolamin I

Hep Ramnosa
1 | Ctu =Glukosa 'l
Hep-P-P-Eth lGlcNAc=N-Asetilglukosamin Galaktosa
I I Gal =Galaktosa I

KDo
rl
KDO-KDO-P-EIh . N
I

tt I

Gambar 2-23. Lipopolisakarida (LPS) pada selubung sel gram negatif. A:Suatu segmen polimer, memperlihatkan
susunan unsur polimer utama. B: Struktur lipid A pada Salmonelta Thypimurium. C: Inti polisakarida. D: Unit duplikasi
yang khas (Salmonella Newington). Spesifisitas serologis ditentukan sebagian oleh tipe ikatan (a atau p) antara unit-
unit monosakarida.
30 BAB 2

pada permukaan sel dan akan dilepaskan saat sel I''l meningitidis, dan H ducreyi) memiiiki residu terminal
mengalami lisis. Saat LPS dipecah menjadi lipid A dan N-asetillaktosamin (Galp1->4-GicNAc) yang secara
polisakarida, keseluruhan sifat toksisitasnya hanya imunokimiawi mirip dengan prekursor antigen i pada
berkaitan dengan lipid A. Sebaliknya, polisakarida sel darah merah manusia. Jika terdapat suatu enzim bakteri
merupakan antigen permukaan utama pada sel bakreri, yang disebut sialiltransferase dan substrat bakteri atau
yang disebut antigen O. Spesifikasi antigenik dihasilkan pej amu (si tidin mono fosfo-asam -A/-asetiln euraminat,
oleh terminal unit duplikasi, yang mengelilingi sel dalam CMP-NANA), residu l/-asetillaktosamin tersialilasi.
bentuk lapisan polisakarida yang hidrofilik. Jumlah Sialilasi ini, yang terjadi in uiuo, akan menyebabkan
kemungkinan jenis antigen sangat banyak: Pada satu sel terbentuknya lingkungan yang menguntungkan bagi
salmonella saja, telah ditemukan lebih dari 1000 jenis organisme tersebut untuk melakukan peniruan antigen
antigen. pejamu secara molekular dan pengaburan secara biologis.
Tidak semua bakteri gram negatif memiliki LPS Efek tersebut tampaknya dihasilkan oleh asam sialat.
membran luar yang tersusun atas sejumlah unit (4). Ruang periplasmik-Ruang antara membran bagian
oligosakarida berulang (Gambar 2-23); glikolipid dalam dan luar, disebut ruangan periplasma, berisi lapisan
membran luar pada bakteri yang berkoloni di permukaan murein dan suatu larutan protein mirip-gel. Ruang
mukosa (misalnya Neisseria meningitidis, N gonorrhoeae, periplasma mencakup 20-40o/o dari seluruh volume sel,
Haemophilus influenzae, dan H ducreyi) memiliki glikan yang jauh dari jumlah signifikan. Protein periplasma
multiantena (bercabang) yang relatif pendek. Glikolipid- terdiri dari protein pengikat untuk substrat-substrat
glikolipid yang lebih kecil ini telah dibandingkan dengan spesifik (misal, asam amino, gula, vitamin, dan ion), enzim
potongan struktur LPS "tipe-R", yang tidak mengandung hidrolitik (misal, alkaiin fosfatase dan 5'-nukleotidase)
antigen O dan diproduksi oleh mutan kasar bakteri yang mengubah suatu substrat yang tidak dapat ditranspor
enterik seperti E coli. Namun, struktur mereka lebih menjadi dapat ditranspor, dan enzim pendetoksifikasi
mirip dengan struktur glikosfingolipid pada membran (misal, B-laktamase dan aminoglikosida-fosforilase) y^ng
sel mamalia, dan lebih tepat dinamakan lipooligosakarida menonaktifkan antibiotik-antibiotik tertentu. Ruang
(LOS). Molekul ini menunjukkan sifat antigenik yang periplasma .juga mengandung polimer o-glukosa yang
luas dan memiliki keanekaragaman strukrural bahkan bercabang banyak dalam konsentrasi tinggi, sepanjang
dalam satu strain saja. LOS merupakan faktor virulensi delapan sampai sepuluh residu, yang secara bervariasi
yang amar penting. Epitop telah ditemukan pada LOS disubtitusi dengan residu gliserol fosfat dan fosfatidil-
yang menirukan struktur sel pejamu sehingga organisme- etanolamin; beberapa mengandung O-suksinil ester.
organisme ini dapat menghindari respons imun sel Polirner ini disebut oligosakarida yang berasal dari
pejamu. Sebagian LOS (misal, LOS pada N gonorrhoeae, membran, dan tampaknya berperan dalam osmoregulasi,

Gambar 2-24. Perlumbuhan dinding sel bakteri. (a) Rantai streptococcus, ditandai dengan antibodi berfluoresens
yang ditujukan untuk antigen dinding sel. (b) Setelah 1 5 menit tumbuh tanpa kehadiran antibodi, material dinding sel
yang baru yang tidak terwarnai dengan antibodi, telah tersimpan pada bagian ekuatorial setiap sel. (Dlreproduksi dengan
izin dari Cole RM, Hahn Jl: Cell wall replicatlon in Streptococcus pylgenes.Science 1962;135722.Copyright O 1962 oleh AmericanAssociation for
the Advancement of Science.)
STRUKTUR SEL 31

karena sel yang tumbuh pada media dengan osmolaritas misalnya protozoa, dan sel-sel fagosit pada hewan tingkat
rendah akan meningkatkan sintesis senyawa ini sebanyak tinggi.
16 kali lipat.
E, PERTUMBUHAN DINDING SEL
D. ENZIM YANG MENYERANG DINDING SEL
Seiling bertambahnya massa sel, dinding sel semakin
Ikatan $l-+4 pada bagian utama peptidoglikan di membesar karena penyisipan subunit-subunit bentukan
hidrolisis oleh enzim lisozim, yang ditemukan pada sekret baru ke dalam berbagai iapisan dinding sel. Pada
hewan (air mata, saliva, sekret nasal) dan juga pada putih streptokokus, penyisipan pada lapisan yang memiliki
telur. Bakteri gram positif diujicobakan dengan lisozim antigen utama dipusatkan pada bagian ekuator dinding
dalam media yang dapat melisiskan bakteri pada kekuatan sel (Gambar 2-24). Pada beberapa bakteri gram negatif,
osmotik yang lemah. Bila kekuatan osmotik pada medium telah diketahui adanya penyisipan (interkalasi) secara
tersebut dinaikkan untuk menyeimbangkan tekanan acak, walaupun penyisipan terpusat yang diikuti dengan
osmotik dalam sel, akan dilepaskan badan-badan sferis pemindahan atau penggantian tempat secara c€Pat juga
bebas yang disebut protoplas. Membran luar pada dinding bisa menghasilkan penampakan yang sama. Pada E coli,
sel gram negatif akan mencegah jalan masuk lisozim, pertumbuhan kerangka membran luar terjadi khusus di
kecuali jika diganggu oleh agen pengelat (chealating agent) kutub-kutub sel, di tempat ini komponen-komponen
seperti asam etiiendiamintetraasetat (EDTA). Pada media khusus seperti reseptor faga dan Permease disisipkan
yang terlindung secara osmotik, sel yang diujicobakan secara acak ke dalam kerangka ini. Lapisan peptidoglikan
dengan EDTAlisozim membentuk sferoplas yang masih pada E coli ampaknya juga tumbuh dengan cara
memiliki sisa-sisa kompleks dinding sel gram negatif, penyisipan terpusat secara acak. Pada Bacillus subtilis,
termasuk membran luar. penelitian berantai menunjukkan bahwa peptidoglikan
Bakteri sendiri memiliki sejumlah autolisin, enzim dan asam teikoat terdapat di dalam blok-blok sehingga
hidrolitik yang menye rang peptidoglikan, yaitu hanya ada kurang dari \2 tempat per sel untuk penyisipan
glikosidase, amidase, dan peptidase. Enzim-enzim ini materi-materi yang baru disintesis.
diduga memainkan peran yang esensial dalam pertumbuhan
dan pembelahan sel, namun perannya yang paling jelas F. PRoTOPLAS, SFEROPLAS, DAN BENTUK L
terlihat saat proses penguraian sel-sel mati (autolisis).
Enzim yang menghancurkan dinding sel bakteri juga Pelepasan dinding sel bakteri bisa dilakukan dengan cara
ditemukan pada sel-sel yang memakan bakteri secara utuh hidrolisis oleh lisozim, atau dengan cara penghambatan

Tahel 2-1 . Komposisi kimia polimer ekstraselular pada bakteri tertentu.

Bacillus anthracis Polipeptida Asam D-glutamat

E ntero ba cter ae rog e nes Polisakarida kompleks Glukosa, fukosa, asam glukuronat

Neisseria meningitid is Homopolimer dan heteropolimer, mis.,


Serog ru p A N-asetilmanosaminefosfat yang ter-
O-asetilasi secara parsial
Serogrup B Asam N-asetilneuraminat (asam sialat)
Serogrup c Asam sialat yang terasetilasi
Serogrup 135 Galaktosa, asam sialdt

Streptococcu s p n e u mo n i a e Polisakarida kompleks (banyak tipe), mis.,


(pneumokokus) Tipe ll Ramnosa, glukosa, asam glukuronat
Tipe lll Glukosa, asam glukuronat
Tipe Vl Galaktosa, glukosa, ramnosa
Tipe XIV Galaktosa, glukosa, N-asetilglukosamin
Tipe XVlll Ramnosa, glukosa

St repto coccu s pyog en es Asam hialuronat N-asetilglukosamin, asam glukuronat


(grup A)

Stre ptococcu s sa I iva r i us Fruktosa


32 BAB 2

Beberapa bentuk L bisa kembali menjadi bentuk


basilus biasa setelah stimulus yang berpengaruh
dihilangkan sehingga mereka bisa melanjutkan sintesis
dinding sel secara normal. Namun, beberapa jenis bentuk
L yang lain sangat stabil dan tidak pernah bisa kembali
ke bentuk asalnya. Faktor yang mungkin rnemengaruhi
kemampuan mereka untuk dapat kembali ke bentuk asai
adalah adanya peptidoglikan residu, yang biasanya
berperan sebagai bahan untuk biosintesisnya sendiri.
Beberapa spesies bakteri menghasilkan bentuk L
Gamhar 2-254. Bacillus megaterium, diwarnai dengan secara spontan. Pembentukan bentuk L secara spontan
kombinasi pewarnaan positif dan negatif (1400x). (Lihat ataupun yang diinduksi dengan antibiotik ini, di dalam
bagian yang terwarnai.) (Sumbangan Welshimer H: J Bacteriol pejamunya bisa menyebabkan infeksi kronis, organisme
1953;66: I 1 2.) ini akan menetap di dalam pejamunya dengan cara
mengasingkan diri di dalam area tubuh yang terlindung.
Karena infeksi yang diakibatkan bentuk L relatif resistan
biosintesis peptidoglikan oleh antibiotik seperti penisilin. terhadap pengobatan dengan antibiotik, mereka
Pada media yang terlindung secara osmotik, perlakuan memunculkan masalah baru di bidang kemoterapi.
semacam itu akan melepaskan protoplas pada sel gram Dengan kembalinya mereka ke bentuk asal (basilus),
positif dan sferoplas (yang mempertahankan membran dapat menyebabkan kekambuhan infeksi.
luar dan peptidoglikan) p"da seI gram negatif.
Jika sel semacam itu mampu tumbuh dan membelah, Kapsul& Glikokaliks
sel tersebut disebut sel bentuk L (L-form). Bentuk L sulit
Banyak bakteri me nyintesis sejumlah besar polimer
ditanam dan biasanya membutuhkan medium yang
ekstrasel saat tumbuh dalam lingkungan alami mereka.
dipadatkan dengan agar, dan juga membutuhkan
konsentrasi osmotik yang tepat. Bentuk L diprodulai lebih
Diketahui sebuah pengecualian (kapsul asam poli-o-
glutamat pada Bacillus anthracis dan Bacillus licheniformis),
cepat dengan penisilin dibandingkan dengan lisozim,
material ekstraselularnya adalah polisakarida (Tabel 2-1).
mengisyaratkan kebutuhan akan peptidoglikan residu.
Polimer yang me mbe ntuk selubung padat yang
menyelimuti sel disebut kapsul (Gambar 2-25A). Brla
polimer membentuk jaringan longgar berupa fibril-fibril
yang meluas ke arah luar sel disebut glikokaliks (Gambar
2-258). Pada beberapa kasus, sejumlah massa polimer
yang terbentuk tampak seluruhnya terlepas dari sel dan
mengurung sel tersebut. Polimer ekstraselular sepertj ini
biasa disebut "selubung lendir" (slime layer). Polimer
ekstraselular disintesis oleh enzim yang terlerak pada
permukaan sel bakteri. Misalnya Streptococcus mutans,
menggunakan dua enzim-glukosil transferase dan
fruktosil 112n5f6v25s-untuk menyintesis rantai panjang
dextran (poli-o-glukosa) dan levan (poli-o-fruktosa) dari
sukrosa. Polimer-poline r semacam ini disebut
homopolimer. Polimer yang mengandung lebih dari satu
jenis monosakarida disebut heteropolimer.
Kapsul berperan dalam tingkat keinvasiFan bakteri
patogenik (sel yang berkapsul terlindung dari fagositosis
kecuali jika mereka diselubungi oleh antibodi
antikapsular). Glikokaliks berperan dalam proses
melekatnya sel bakteri ke lingkungannya, termasuk ke
permukaan sel pejamu hewan atau tumbuhan. Misalnya
Gambar 2-258. Sel K/ebsiella pneumoniae (C), dikelilingi S.mutans memiliki kemampuan unruk menempel kuat
oleh glikokaliks (tanda panah).(Direproduksl dengan izin dari pada enamel gigi berkat adanya glikokaliks. Sel bakteri
Cagle GD: Fine structure and distribution of extracellular polymer dari spesies yang sama atau berbeda terperangkap.di
surrounding selected aerobic bacteria. Can J Microbiol 1915',71:395.) dalam glikokaliks membentuk lapisan yang dikenal
STRUKTUR SEL 33

Gambar 2-26.Flagel bakteri. A:Vibrio metchnikovil bakteri monotrik (7500x). (5umbangan van ltersonW: Biochim Biophys
Ac|a1947,1 .527.) B: Mikrograf elektron dariSpirillumserpens, menunjukkanflagel lopotrik(9000x).(Sumbanganvanlterson
W: Biochim Biophys Acta 1947;1 .527.) C: Mikrograf elektron dari Proteus vulgaris, menunjukkan flagel peritrik (9000x).
Perhatikan granula basal. (Sumbangan Houwink A, van lterson W: Biochim Biophys Acta 1950;5:10.)

sebagai plak pada permukaan gigi; produk asam yang 12-30 nm. Flagella adalah organ pergerakan bagi bakteri.
dikeiuarkan oleh bakteri ini menyebabkan karies pada Ada tiga bentuk yang telah diketahui: monotrik (flagela
gigi (Bab 1i). Peran penting glikokaliks dalam proses pada satu ujung), lopotrik (flagel pada banyak ujung) dan
ini-dan pembentukannya dari 5uk1652-rnsnjelaskan peritrik (flagel pada seluruh permukaan sel). Ketiga tipe
korelasi antara karies gigi dengan konsumsi suLrosa'pada tersebut digambarkan pada Gambar 2-26.
manusia. Flagel bakteri terbentuk dari ribuan molekul suatu
subunit protein yang disebut flagellin. Pada beberapa
Flagella organisme (misalnya, caulobacter), flagel tersusun atas dua
jenis flagelin, namun pada kebanyakan organisme hanya
A. STRUKTUR
tersusun atas satu jenis saja. Flagel terbentuk dari
Flagela bakteri adalah alat tambahan seperti benan g yang kumpulan subunit yang membentuk struktur helila. Jika
seluruhnya tersusun atas protein. Diameternya sekitar flagel dilepaskan secara mekanis melalui pemecahan
suspensi bakteri, akan segera terbentuk flagel baru yang
disintesis, disambung dan dibentuk oleh subunit flagelin.
Pergerakan bisa kembali dilakukan setelah 3-6 menit.
Terdapat dugaan bahwa flagelin pada berbagai spesies
bakteri memiliki struktur primeryang berbeda-beda.
Flagelin bersifat sangat antigenik (antigen H), dan
beberapa respons imun terhadap infeksi ditujukan untuk
protein ini.
Flagel melekat pada badan sel bakteri melalui suatu
struktur komplela yang tersusun atas kait dan badan basal.
Kait merupakan suatu struktur melengkung pendek yang
tampaknya berperan sebagai penghubung utama antara
Gambar 2-27, Mikrograf elektron dari lisat (produk lisis) motor dari badan basal dengan flagel. Pada badan basal,
Rhodospi ri u m mol ischi a nu m y angtelah diwarnai secara
I I terdapat beberapa pasang cincin, sepasang pada bakteri
negatif, menunjukkan struktur basal dari flagel yang gram positif dan dua pasang pada bakteri gram negatif.
diisolasi. (Direproduksi dengan izin dari Cohen-Bazire G, London L: Sebuah mikrograf elektron dan diagiam interpretasi
Basal organelles of bacterial flagella. J Bacteriol 1967',94.458) struktur bakteri gram negatif ditunjukkan pada Gambar
34 BAB 2

Filamen
Sambungan
20 nm kait-filamen Penggerak
(FlsK FlgL)
=10 Fm
\\/
,fi;[, p$\\\; Cincin L (FlsH) I
Membran luar
Ruangan periplasmik
EJ--"'
c-' .p- /-/
!- - -.J 2-/
Cincin P (Flgl) )
II' Beroutar
6" 3-
Membran sel ffi- Batang distal (Flgl) )
I Tangkai

\to,o,
ffil-=-- Babng proksimal (FliE,f 1p3n56;r;
FlgF)
.tS--".. \--
Kenop n (-':o
FlgB, FlgC, .J

Aparatus --"
(FliG, FI|M, FliN) cincin ,..v (FliF)
v,.,v,.. MS
Lempeng
\i i.. / ) bantalan
ekspor J
Ekspor------...-@l) \
(FrhA. FliH.
Frir) ? Motor (MotA, MotB)

Gambar 2-28. A: Struktur umum flagel pada bakteri gram-negatif, seperti E coli atau 5 Typhimurium. Kompleks
filamen-kait-badan basal yang telah diisolasi dan diidentif ikasi secara luas. Lokasi aparatus ekspor tidak diperlihatkan.
B: Sebuah diagram flagel yang memperlihatkan substruktur dan protein pembentuknya. Protein FliF berperan dalam
pembentukan karakteristik cincin M, cincin S, dan leher dari substrukturtersebut, yang secara keseluruhan disebut
cincin MS. Lokasi FliE terhadap cincin MS dan batang, serta susunan protein FlgB,FlgC, dan FlgF di dalam batang
proksimal belum diketahui. (Dari Macnab RM: Genetics and biogenesis of bacterial flagella.Annu Rev Genet 1992:26.131. Direproduksi
dengan izin dari Annual Review of GeneficS Volume 26, @ 1997 oleh Annual Reviews.)

2-27 dan 2-28. Cincin-cincin yang ditandai dengan label cara berotasi berlawanan arah jarum jam. Dalam selang
L dan P tidak terdapat pada sel gram positif. Kompleksitas waktu tertentu, flagel akan berotasi berbalik arah dan
flagel bakteri diungkapkan melalui penelitian genetika akan terpisah-pisah untuk beberapa saat, menyebabkan
yang menunjukkan bahwa lebih dari 40 produk gen sel tenggelam sampai sel melanjutkan berenang kembali
terlibat dalam perakitan dan fungsi dari flagel ini. ke arah baru secara acak. Perilaku ini memungkinkan
sel bersifat kemotaksis: sebuah sel yang bergerak menjauhi
B. MoTILITAS suatu sumber bahan kimia penarik akan iebih sering
Flagel bakteri adalah rotor heliks yang semikaku yang tenggelam dan menyesuaikan arahnya kembaii diban-
digunakan sel untuk gerakan memutar. Rotasi dipicu oleh dingkan dengan sel yang mendekati sumber bahan kimia
aliran proton menuju sel yang mengikuti gradien yang tersebut (yang hasilnya adalah gerakan sel menuju sumber
dihasilkan oleh pompa proton utama (lihat di atas). Bila bahan kimia). Adanya bahan kimia penarik (seperti gula
tidak ada sumber energi metabolik, pergerakan ini bisa atau asam amino) dirasakan oleh reseptor spesifik yang
dipicu oleh kekuatan daya proton yang dihasilkan oleh terletak pada membran sel (pada banyak kasus, reseptor
ionofor. Bakteri yang hidup dalam lingkungan basa yang sama juga berpartisipasi dalam proses transPor
(alkalofil) cenderung menggunakan energi dari gradien membran untuk molekul tersebut). Sel bakteri terlalu kecil
ion natrium daripada menggunakan gradien proton untuk untuk bisa mendeteksi adanya gradien kimiawi yang
memicu pergerakan flagel (Gambar 2-29). terpisah (yaitu, gradien kimiawi diantara kedua kutubnya).
Seluruh komponen motor flagel terletak pada selubung Namun, eksperimen menunjukkan bahwa bakteri
sel. Flagel melekat pada selubung sel yang tertutup secara mendeteksi gradien sesaat, yaitu konsentrasi yang semakin
terpisah, berotasi secara normal bila mediumnya berkurang seiring dengan gerak bakteri men.iauhi bahan
mengandung cukup substrat untuk respirasi atau bila kimia penarik dan akan meningkat seiring dengan gerak
terbentuk gradien proton artifisiai. sel mendekati zat kimia tersebut.
Saat bakteri peritrik berenang, flagel-flagelnya Beberapa senyawa lebih bersifat sebagai repellant (zat
bergabung membentuk suatu berkas posterior yang penolak) daripada attdctant (zat penarik). Suatu
menggerakkan sel ke depan searah garis lurus dengan mekanisme yang membuat sel berespons terhadap zat
STRUKTUR SEL 35

Gambar 2.29. Komponen struktural dl dalam badan basal flagel memungkinkan bagian dalam struktur ini, yaitu
bagian batang badan basal, dan kompleks perlekatan kait-filamen dapat berputar. Cincin luar tetap berhubungan
secara statis dengan membran luar dan dalam serta dengan dinding sel (murein), melekatkan kompleks flagel ke
selubung sel bakteri. Rotasi dipicu oleh aliran proton yang melalui motor di ruang periplasma (di bagian luar membran
sel), yang masuk ke dalam sitoplasma sebagai respons terhadap medan listrik dan gradien proton sewaktu melewati
membran, yang secara bersama-sama membentuk gaya gerak protein. Sebuah "saklar" menentukan arah rotasi,
yang kemudian akan menentukan arah renang bakteri ke depan (bila arah rotasi flagel berlawanan arah jarum jam)
atau tenggelam (rotasi searah jarum jam). (Direproduksi dengan izin dari Saier MH jr: Peter Mitchell and his chemiosmotictheories.ASM
News 1997;63:13.)

penarik dan zat penolak meiibatkan proses metilasi dan Pili (Fimbria)
demetilasi protein-protein tertentu pada membran yang Banyak bakteri gram negatif mempunyai permukaan
diperantarai oleh cGMP. Zat penaik akan menghambat bagian tubuh yang kaku yang disebut pili (dari bahasa
sem€ntara proses demetilasi pada protein-protein Latin yang artinya "rambut") atau fimbria (Latin
tersebut, sedangkan zat penolak justru akan menstimulasi "rumbai"). Organ ini lebih pendek dan lebih halus
proses demetilasinya. daripada flagel. Seperti flagel, pili tersusun atas subunit
Mekanisme yang menyebabkan perubahan perilaku protein struktural yang disebut pilin. Beberapa pili
sel sebagai respons terhadap perubahan lingkungannya mengandung satu jenis pilin, sedangkan pili lainnya
disebut transduksi sensorik. Tiansdutrrsi sensorik berperan tersusun atas beberapa jenis pilin. Protein minor, yang
tidak hanya dalam kemotaksis namun juga aerotaksis terletak pada ujung pili, menyebabkan bakteri dapat
(pergerakan menuju daerah dengan konsentrasi oksigen melekat pada sel lain. Pili dibagi dalam dua kelas: pili
yang optimal), fototaksis (pergerakan bakteri fotosintetis biasa, yang berperan dalam perlekatan bakteri simbiotik
ke arah cahaya), dan taksis penerima elektron (pergerakan atau patogen ke sel pejamu, dan pili'setr<suai yang berperan
bakteri respiratorik menuju penerima elektron alternatif, dalam perlekatan sel donor ke resipien pada proses
seperti nitrat dan fumarat). Dalam ketiga jenis respons konjugasi bakteri (lihat Bab 7). PiIi diilustrasikan pada
ini, seperti pada kemotaksis, hasil akhir gerakan Gambar 2-30; tampak pili seksual telah diliputi oleh
ditentukan oleh pengaturan respons mer.renggelamkan diri. partikel-partikel faga yang berfungsi sebagai resePtor
36 BAB 2

spesifik. Molekui pilin tersusun secara heliks untuk


membuat suatu silinder lurus yang tidak berotasi dan
tidak memiliki badan basal yang sempurna.
Virulensi beberapa bakteri patogen tidak hanya
bergantung pada produksi toksinnya tetapi juga produlai
"antigen kolonisasi" yang kini diketahui disebabkan oleh
sifat pili biasa yang membuat sel mampu melekatkan diri.
Pada strainE coli yang bersifat enteropatogen, baik
enterotoksin maupun antigen kolonisasinya (pili)
ditentukan secara genetik oleh plasmid yang dapat
dipindah-pindah, yang akan didiskusikan dalam Bab 7.
Pada satu kelompok bakteri kokus gram positif,
streptokokus, fimbria merupakan tempat antigen
permukaan utama, yaitu protein M. Asam lipoteikoat
yang dikaitkan dengan fimbria ini, berperan dalam proses
perlekatan streptokokus grup A dengan sel epitel
pejamunya.
Pili pada berbagai bakteri memiliki antigen yang
berbeda-beda yang mencetuskan pembentukan antibodi
oleh sel pejamu. Antibodi terhadap pili dari satu spesies
Gambar 2-30. Permukaan tubuh bakteri. Mikrograf
bakteri tidak bisa mencegah melekatnya spesies bakteri
elektron dari sel E coli yang memiliki 3 jenis organ
tambahan: pili biasa (rambut kaku yang lurus pendek),
lain. Beberapa bakteri (lihat Bab 21), sepe rti ,A/

pili seksual (lebih panjang, fleksibel, dengan perlekatan gonorrltoeae, mampu membuat pili dengan berbagai tipe
partikel faga), dan beberapa flagel (paling panjang dan antigen (variasi antigenik) sehingga tetap dapat menempel
tebal). Diameter: pili biasa 7nm; pili seksual 8,5 nm; flagel ke sel pejamu meskipun terbentuk antibodi untuk
25 nm. (Sumbangan J Carnahan dan C Brinton.) melawan pili aslinya.

ABC

Gambar 2-31. Sel spesies basil yang sedang bersporulasi. A: Basil yang tak dikenal dari dalam tanah. B': B cereus. C: B
megaterium.(Direproduksi denganizindari RobinowCF,dalam: Structure.Voll of TheBacteria:ATreatiseonStructureandFunction.GunsaluslC,
Stanier RY Ieditors]. Academic Press, 1960.)
STRUKTUR SEL 37

Pembentukan filamen
aksial

--> DNA

->

@ nembentukan septum
spora oepan

eenetanan spora depan


@

.-

@ sintesi, korteks
@ oeposit selubung
@ Maturasi

\-.,.+ Tl A.
Korteks
Dinding
sel kuman
Selubung
spora \@ :\

Lisis
sel
ind uk

Spora

Gambar 2-32. fahap-ta ha p pem bentuka n endospora. (Direproduksi dengan izin dari Merrick MJ: Streptomyces. lil Devellpnental
Biology of Procaryotes. Parish JH leditor]. Univ California Press, 1979.)
38 BAB 2

Endospora dinding sel . Titik pertumbuhan akan


sel yang menyintesis
bergerak secara progresif menuju kutub sel hingga
Anggota beberapa genus bakteri mampu membentuk melingkupi spora yang sedang berkembang.
endospora (Gambar 2-31). Dua yang paling umum adalah
Dua memhran spora selarang akan.terlibat dalam
batang gram positif: genus basil yang obligat aerob dan
sintesis aktif beberapa lapisan khusrs yang akan
klostridium yang obligat anaeriib. Jenis bakteri lain yang membentuk selubung sel: yaitu dinding spora dan korteks
diketahui mampu membentuk endospora adalah yang terletak diantara kedua tepi membran; dan selubung
sporosarcina yang merupakan kokus gram positif, dan (coat) serta eksosporium yang terletak di luar tepi
mungkin juga riketsia penyebab demam Q, Coxiella membran. Di dalam sitoplasma yang baru terpisah, atau
burnetii. Organisme-organisme tersebut menjalani sebuah
di dalam inti sel, banyak enzim dari sel vegetatif yang
sikius diferensiasi, sebagai respons terhadap kondisi dipecah dan digantikan oleh seperangkat organ berisi
lingkungannya. Pada kondisi kekurangan nutrisi, tiap sel
spora yang bersifat unik.
membentuk spora internal tunggal yang dilepaskan saat
sel induk mengaiami otolisis. Spora adalah se1 yang sedang
"beristirahat" yang sangat resistan terhadap kekeringan, B. SIFAT ENDOSPORA
panas, dan bahan-bahan kimia. Saat kondisi nutrisi 1. Inti-Inti merupakan protoplas suatu spora' Inti
membaik dan spora teraktivasi (lihat bawah), spora akan mengandung sebuah nukleus setnpurna (kromosom),
tumbuh dan menghasilkan sel vegetatif tunggal. semua komponen untuk perlengkapan sintesis protein'
dan sistem pembangkit energi berdasarkan Proses
A. SPoRULASI glikolisis. Sitokrom tidak ditemukan, bahkan pada spesies
aerob yang sporanya sangat bergantung pada jalur transpor
Proses sporulasi dimulai ketika kondisi nutrisi kurang
elektron yang dipersingkat yang melibatkan flavoprotein.
menguntungkan. Kekurangan sumber nitrogen atau Sejumlah enzim sel vegetatif bertambah banyak (misalnya,
karbon (atau keduanya) adalah salah satu faktor utama. alanin rasemase), dan terbentrik sejumlah enzirn yang unik
Sporulasi terjadi secara masif pada kultur bakteri yang (misalnya, asam dipikolinat sintetase). Energi untuk
pertumbuhan etr<sponensialnya terhenti akibat kekurangan
pertumbuhan disimpan dalam bentuk 3-fosfogliserat,
nutrisi.
bukan dalam bentuk ATP.
Sporulasi melibatkan produksi banyak struktur baru,
Ketahanan spora terhadap panas merupakan akibat
produksi enzirn dan metabolit bersamaan dengan dari keadaan mereka yang mengalami dehidrasi, dan juga
menghilangnya berbagai komponen sel vegetatif. karena adanya kalsium dipikolinat dalam jumlah besar
Perubahan tersebut menandai proses diferensiasi yang (5-15o/o dari berat kering spora) di dalam inti, yang berasal
sebenarnya: aktivasi sekelompok gen yang produknya
dari bentuk intermediet jalur biosintetis lisin (Gambar
menentukan pembentukan dan komposisi akhir spora,
6-18). Dari sudut pandang yang masih belum jelas, sifat
sedangkan sekelompok gen lain yang terlibat dalam fungsi
tersebut menyebabkan enzim-enzim spora menjadi stabil,
sel vegetatif akan dinonaktifkan. Berbagai perubahan ini
yang sebagian besar menunjukkan labilitas panas yang
melibatkan perubahan dalam spesifikasi transkripsional normal jika diisolasi dalam bentuk yang mudah larut.
RNA polimerase yang ditentukan oleh gabungan protein
ir-iti polimerase dengan protein promotor spesifik yang 2. Dinding spora-Lapisan paling dalam yang mengelilingi
disebut faktor sigma. Berbagai faktor sigma akan membran dalam spora disebut dinding spora. Lapisan
dihasilkan selama pertumbuhan vegetatif dan saat ini mengandung peptidoglikan normal dan akan menjadi
sporulasi. dinding sel vegetatif yang sedang tumbuh.
Urutan kejadian dalam proses sporulasi sangat 3. Korteks-Korteks adalah lapisan paling tebal dari
kompleks: Proses diferensiasi sel vegetatif B subtilis selubung spora. Korteks mengandung jenis peptidoglikan
menjadi endospora di dalam laboratorium memakan yang tidak umum, karena terdapat banyak sambungan
-waktu sekitar 7 jam. Terjadi berbagai peristiwa morfologis
dengan persilangan yang lebih sedikit dibandingkan
ian kimiawi dalam setiap tahap dari keseluruhan proses dengan sambungan yang ditemukan pada peptidoglikan
tersebut. Ti.rjuh tahap berbeda telah berhasil diidentifikasi. dinding sel. Peptidoglikan korteks sangat sensitif terhadap
Selama proses ini, beberapa bakteri melepaskan lisozim, dan sifat autolisisnya berperan dalam
antibiotika peptida yang mungkin berperan dalam pertumbuhan (germinasi) spora.
pengnturan sporogenesis.
Secara morfologis, sporulasi dimulai dengan 4. Selubung (coat)-Selubung tersusun atas.protein yang
pembentukan filamen aksial (Gambar 2-32). Proses ini mirip keratin yang mengandung banyak ikatan disulfida
dilanjutkan dengan peristiwa menggulungnya membran intramolekular. Lapisan ini bersifat tidak permeabel
untuk menghasilkan struktur membran ganda yang sehingga spora cenderung resistan terhadap bahan kimia
permukaannya berhadapan dengan permukaan selubung an ti ba k r eri.
STRUKTUR SEL 39

5. Eksosporium-Eksosporium adalah membran


lipoprotein yang mengandung sejumlah karbohidrat.

C. 0rnNrNasr (PERTUMBUHAN)

Proses germinasi terjadi melalui tigd tahapan: aktivasi,


inisiasi, dan pertumbuhan lanjutan.
1. Aktivasi-Kebanyakan endospora tidak bisa tumbuh
seketika setelah mereka terbentuk. Namun, mereka bisa
tumbuh setelah "beristirahat" seiama beberapa hari atau
diaktifkan lebih dulu di dalam medium kaya nutrisi oleh
satu faktor atau lebih yang merusak selubung spora. Di
antara faktor-faktor yang mampu mengganggu dormansi
spora adalah panas, abrasi, asiditas (tingkat keasaman), Gambar 2-33. Pewarnaan flagel pada spesies Pseudomonas
'dan senyawa yang mengandung gugus sulfhidril bebas. (Sumbangan Leifson E: J Bacteriol 1951 ,62'.377 .)

2. Inisiasi-Setelah diaktivasi, spora akan memulai proses


germinasi bila keadaan lingkungan memungkinkan.
Berbagai spesies memiliki res€pror yang telah berevolusi
sehingga mampu mengenali berbagai efektor yang Pewarna basa mewarnai sei-sel bakteri secara seragam,
menandai apakah suatu medium kaya nutrisi arau ridak. kecuali bila RNA sitoplasma hancur terlebih dahulu.
Jadi, pada satu spesies inisiasi ini dipicu oleh l-alanin, \Talaupun demikian, leknik pewarnaan khusus bisa
dan pada spesies lainnya dipicu oleh adenosin. Pengikatan digunakan untuk membedakan flagel, kapsul, dinding sel,
efektor akan mengaktifkan autolisin yang secara cepat membran sel, granula, nukleoid, dan spora.
menghancurkan peptidoglikan korteks. Lalu air diserap,
kalsium dipikolinat dilepaskan dan berbagai unsur pokok Pewarnaan Gram
spora dihancurkan oleh enzim hidrolitik.
Salah satu ciri taksonomi yang penting pada bakteri adalah
3. Pertumbuhan lanjutan-Proses degradasi korteks dan respons mereka terhadap pewarnaan Gram. Sifat
iapisan luar menghasilkan kemunculan sel vegetatif baru pewarnaan Gram tampaknya merupakan hal yang
yang terdiri atas protoplas spora yang dikelilingi oleh mendasar, karena reaksi Gram berkorelasi dengan banyak
dinding. Periode biosintesis aktif akan berlanjut. Periode properti morfologis lain dalam bentuk filogenetik (Bab
ini mengakhiri pembelahan sel, dan disebut pertumbuhan 3). Sebuah organisme yang potensial Gram positif hanya
lanjutan. Periode pertumbuhan lanjutan memerlukan muncul pada keadaan lingkungan tertentu dan pada kultur
suplai semua nutrisi yang penting bagi perkembangan yang masih muda.
sel. Prosedur pewarnaan Gram (lihat Bab 47 untuk lebih
jelasnya) dimulai dengan penggunaan pewarna basa, yaitu
kristal violet. Lalu digunakan larutan iodin. Pada tahap
PEWARNAAN ini, seluruh bakteri akan berwarna biru. Lalu sel akan
Zar warna akan bergabung secara kimiawi dengan diberi alkohol. Sel gram positif akan mempertahankan
protoplasma bakteri. Jika sel belum mati, proses kompleks kristal violet-iodin sehingga tetap berwarna biru;
pewarnaan inilah yang akan membunuhnya. Proses ini sedangkan sel gram negatifakan kehilangan warna birunya
adalah proses yang drastis dan bisa menghasilkan artefak. akibat alkohol. Pada langkah terakhir digunakan
Pewarna yang sering digunakan adalah garam. counterstain (misalnya, pewarna merah safranin) sehingga
Pewarna basa terdiri dari kation yang diwarnai dehgan sel gram negatif yang tadinya kehilangan warna akan
anion yang tidak berwarna (misalnya, metilen biru' memiliki warna yang kontras; sel gram positif sekarang
klorida-). Pewarna asam merupakan kebalikan dari akan berwarna ungu.
pewarna basa (misalnya, natrium' eosinar ). Sel bakteri Dasar proses pemilahan pada reaksi Gram adalah
kaya akan asam nukleat, yang banyak membawa muatan struktur dinding sel, sebagaimana yang telah dijelaskan
negatif dalam bentuk gugus fosfat. Muatan ini akan di awal bab ini.
bergabung dengan pewarna basa yang bermuatan positif.
Pewarna asam tidak mewarnai sel bakteri sehingga dapat Pewarna Tahan Asam (Acid-Fast Stain)
digunakan untuk menandai material larar belakangnya Bakteri tahan asam adaiah bakteri yang mempertahankan
dengan warna yang kontras (lihat Pewarnaan Negatif di karbolfuhsin (fuhsin basa yang terlarut dalam campuran
bawah). fenol-alkohol-air) bahkan jika dicuci dengan asam
40 BAB 2

hidroklorat dalam alkohol. Sediaan apus sel pada slide Pewarna Spora
dimasukkan dalam karbolfuhsin dan dipanaskan dengan
Spora adalah badan refraktil intraselular yang paling mudah
uap panas. Dalam proses ini pelunturan warna akan terjadi
diamati pada suspensi sel yang tidak diwarnai, atau
akibat alkohol-asam, dan pada tahap akhir digunakan
tampak sebagai area tak berwarna pada sel-sel yang
pewarna pembaiik (counterstain) yang kontras (biru atau
diwarnai dengan metode konvensional (Gambar 2-3 1).
hijau). Bakteri tahan asam (mycobacteria dan beberapa
Dinding spora relatif tidak permeabel, namun zat warna
keluarga acinomycetes) akan tampak merah, yang lain akan
bisa menembusnya dengan cara memanaskan preParat.
berwarna sama dengan pewarna pembalik.
Impermeabilitas ini juga mencegah pelunturan warna
spora akibat pemakaian alkohol dalam jangka waktu yang
Pewarnaan Negatif
cukup untuk melunturkan warna sel-sel vegetatif' Proses
Prosedur ini melibatkan pewarnaan latar belakang dengan yang kedua pada akhirnya bisa diberi counter stain. Spora
pewarna asam, menyebabkan sel yang diuji jelas tak biasanya diwarnai dengan malakit hijau atau karbolfuhsin.
berwarna. Pewarna hitam nigrosin kerap digunakan.
Metode ini dipakai pada sel atau struktur yang sulit untuk PERUBAHAN MORFOLOGI SELAMA
diwarnai secara langsung (Gambar 2-25A). PERTUMBUHAN
Pewarna Flagel Pembelahan Sel
Flagel akan tampak terlalu kecil (berdiameter 12-30 nm) Secara umum, bakteri bereproduksi dengan cara
jika dilihat dengan mikroskop cahaya. Namun, kehadiran pembelahan biner. Seiring dengan pemanjangan sel,
dan susunannya dapat dilihat dengan memberi suspensi terbentuk sebuah membran sel baru yang melintang, dan
koloid garam asam tanat yang tidak stabil, menyebabkan kemudian rerbentuk dinding sel baru. Pada bakteri,
terbentuknya presipitat tebal pada dinding sel dan flagel. membran dan dinding sel yang baru tumbuh ke arah dalam
Pada keadaan ini, diameter flagel akan tampak lebih besar dari lapisan 1uar, sebuah proses yang melibatkan mesosom
sehingga pewarnaan berikutnya dengan menggunakan basa septal secara penuh (Gambar 2-15). Nukleoid, yang telah
fuhsin dapat membuat flagel terlihat di bawah mikroskop menggandakan diri sebelum terjadi proses pembelahan
cahaya. Gambar 2-33 menunjukkan sel yang diwarnai ini, didistribusikan secara merata pada masing-masing
dengan metode ini. sel anak.
Fada jenis bakteri peritrik, flagel membentuk berkas- Meskipun bakteri tidak memiliki spindel mitosis,
berkas seiama pergerakan, dan berkas semacam itu membran yang baru terbentuk berfungsi untuk
mungkin cukup tebal untuk dilihat pada sel hidup dengan memisahkan dua kromosom kembar yang terbentuk oleh
menggunakan mikroskop lapangan gelap atau mikroskop proses replikasi kromosom. Hal ini diakhiri dengan
fase kontras. melekatnya kromosom ke membran sel. Berdasarkan
sebuah model, penyelesaian sebuah siklus replikasi DNA
Pewarna Kapsul akan memicu sintesis membran aktif di antara lokasi
perlekatan kedua kromosom kembar, yang akan
Kapsul biasanya dilihat dengan menggunakan prosedur
dipisahkan oleh pertumbuhan membran transversal ke
pewarnaan negatif atau modifikasinya (Gambar 2-25A).
arah dalam. Kemudian terbentuk endapan material
Prosedur seperti "pewarna kapsul" (metode Weich) dinding sel baru yang mer€gangkan selubung dan pada
melibatkan penggunaan larutan kristal violet panas yang
ak|imya akan menggandakan selubung sel tersebut.
dilanjutkan dengan pembilasan menggunakan larutan
tembaga sulfat. Proses pembilasan ini dimaksudkan untuk
Pengelompokan Sel
menghilangkan warna yang beriebihan karena pembilasan
konvensional dengan air bisa melarutkan kapsul. Garam Bila untuk sementara waktu sel-sel tetap melekat setelah
tembaga juga memberi warna pada latar belakang, dan proses pembelahan, akan terbentuk beberapa kelompok
memberikan tampakan hasil berupa latar belakang sel dengan ciri-ciri tertentu. Bergantung pada bidang
berwarna biru gelap dan kapsul berwarna biru pucat. pembelahan dan jumlah pembelahan yang terjadi ketika
sel tersebut masih melekat, hal berikut ini dapat muncul
Pewarnaan Nukleoid pada organisme bentuk kokus: rantai (streptokokus),
pasangan (pneumokokus), tumpukan kubus (sarcinae),
Nukleoid bisa diwarnai dengan pewarna Feulgen yang atau piring yang datar. Bentuk batang bisa muncul berupa
khusus untuk DNA (Gambar 2-5).
pasangan atau rantai.
Setelah terjadi proses pembelahan pada beberapa
bakteri, akan timbul pergerakan pasca pembelahan vang
STRUKTUR SEL 41

khas. Misainya, gerakan "mencambuk" dapat membawa


sel ke posisi paralel; pembelahan dan gerakan
"mencambuk" yang berulang-ulang akan menghasilkan
susunan "palisade" yang khas pada bakteri batang difteri.

Perubahan Siklus Hidup


Seiring perkembangan bakteri dari status dorman mer.ruju
kondisi tumbuh yang aktif, akan tampak beberapa 5. Mana dari. komponen berikut yang .ada pada
bakteri gram negatif namun tidak dimiliki oleh
perubahan. Sel cenderung menjadi lebih besar, granula bakteri gram positif?
akan lenyap, dan protoplasma akan lebih terwarnai bahkan (A) Pe[tidoglikan
jika diwarnai dengan pewarna basa. Saat pertumbuhannya (B) Lipid A
kembali melambat, perubahan bertahap ke arah (C) Ka psu I

sebaliknya akan terjadi. Pada akhirnya, pada kultur yang


(D) Flagel
(E) Piri
sudah sangat tua akan muncul sel yang tidak umum secara
morfologis, yang disebut bentuk invoiusi. Termasuk
j:.6; l ::iM a na.i.cl nen, bq 1i kqtl,1r6 9 :qdt, pad a!,,:
aii:rl ko m po 1'1

didalamnya yaitu filamen, kuncup Q"4, dan sel .',' iliki 9leh
bakte ri .g'ra m,:posilif ::na rh uh,,tidq-kl dim
bakteri gram negatif?
bercabang, yang banyak diantaranya bersifat nonviabel. (A) Peitidog- lik-an
(B) Kapsul
(C) Flagel
I (D) Asam teikoat
(E)
i
I
PERTAHYAAN LATIHAil
Piri
I
i,-::ii:.t:::::..rut.:::j::::::t.t,.:::rrrr.ti.::. .. ' :.:. 7. Di musim gugur tahun 2001, serangkaian surat yang
', mengandung ipor,? :ql cil I us"anthra.gjsr:,,cljkjrir:nkanl,:,,
r,1,.. Seolang',pria berusia'?2 tahun memiliki ulkus melalui pos ke beberapa media dan kantor-kantor
berukuran 1 crn yang tidak nyeri pada batang - Senat di Amerika Set'ikart, Akibatnya,Adalah limbul
,r' -,,,,,:,:Fb'ni,!ny€,,.,Terlihat' pu la i i rnf adenopati i n g u n a l. i 22 kasus antraks dengan 5 orang korban
ini mengaku melakukan hubungan seks
Pasien , men ingg 61,. :!lfq{:gp$i 5,'g':'4hth'f biis.;yb ngr ta h ani't,,.i. ,

'i :i r::r,,untukrr:dilukatka rl, dengqn,,la lloba dan mem ki ili . ,.rtanrsi:eeba$iah diiebabkan kBrena bakteri tersebut,,r,,,,: :
,,, - ..,:,b e b i-f a pe.:, P al.a t g e n, e k s a l . H a's i l - te :: RP R n y a
.,rs r-i 5
,,,r'.r dalirm" kondisi'dehidiasi dan: ieb;igianr.diigbabkan
rr "'i
, ,rr:tt:r,dinySjqkgn:posilifi:tq-,mun hasil,,p'ewi-ind-bn:Giam:.:1,:, .,..,,, ,,kqr"nu udanya unit berikut dalam riuml;hr,bglaf
,.i,,i.all,,,diai1i::ip.esimFn,:ian$' d iambil'daii .'ul k(s',,ltersebut yakni
..:l:l:..,,..'.m6htjnjukKan..!.ida.ka.da'iiya..:bakter"il.IreFonema
:,iiii.i rr:,',ta/ltdtgl;raEin"pentebabr iifil is; tidak bisa:,rd il ihat
l ti1:,, . karena
dengAn:,-mikr,ofkop,lahaya .','' ici Kaisium iipit<otinat
(A) Transparan :.'-,.t(D) Prqlein yang.menEandung sulfhidiitr.:'
(B) Tak bisa diwarnai dengan pewarna biasa (E) Lipid A
(C) Diameternya < 0.2 ym
,,:,'.:i:.(D):il:,P.r:a hi.ii'n 9,,6 1Orn Oa n g ca h aya :, puti h.. t'e r I a Iu lawaban .
l. c 5.8
panjang "
(E)' Gerakan organisme yang cepat tidak me- ?.A . ,.6.D
mungkinkan visualisasi 3.. D.r'; .r;7..C
t, Kf oramfenikol, antibiotik yang' menghambat 4, E, ,r:,ir,.i''t',;,.,.,.. l,i
1'

sintesis protein pada bakteri, juga akan meme- . t: _ ,: r,:t..lr.tr.. . .:..t. ...:- .t..:, r.... . .
. . .. ..t, r:..--
$ qei\-.Mr l 1..'.
ngaruhi organel eukariot berikut, yaitu 1 .--,^"*{W;:W}SS )..
ft1-- ---
.k1. ----\-.:_-
....:"-': -qgf *.^'
n-k..--"--"\r,-
-' -i"dni-- -
(A) Mitokondria
(B) Apparatus Golgi
(C) Mikrotubulus KEPUSTAKAAN
(D) Retikulum endoplasma Buhu
(E) Membran nukleus
Balows A et al (editors): The Proharyates, 2nd ed. A Handbooh cn the
Mana dari struktur berikut ini yang bukan Biology of Bacteria: Ecophy siology, Isokttiort, Identificotion,
merupakan bagian dari selubung sel bakteri? AppLicattons. Vols 1,2,3 and 4. Springer, 1992.
(A) Peptidoglikan Drlica K, Rilcy M (editors): The Bacterial C hromosatnc. Anerican Society
for Microbiology, 1990.
(C) Ka psu I

(D.) Moat AG, Foster JW: Microbial Physiolagy, 3rd ed. Wiley-Liss, 1995.
Flagel
(E) Lapisan-S Neidhardt FC, Ingraham JL, Schaechter M: Physiolagy of the Bacteria
Cell. Sinauer, 1990.
Sonenshein Al, Hoch JA, Los;ckR: Bacillus su-btilis an-d its Clasest Relatiues.
American Societl, for lr{icrobiclog-y, 2002.
42 BAB 2

Artikel da.n Tinjauan Messner P et a1: III. Biochemistry of S-layers. FEMS Microbiol Rev
1997;20:25.
Miiller M: The hydrogenosome. J Gen Microbiol 1993;139:28?9
Benz R; Structure and Function of porins from gram-negative bacteria.
Annu Rev Microbiol 1988;42:359. Naroninga N: Morphogenesis of Escherichia coli. Microbiol Mol Biol Rev
'Bermudes 1998;62:110
D, Hinkle G, Margulis L: Do prokaryotes contain microtubules?
Microbiol Rev 1994;58:387. Nikaido H: Porins and spesific diffusion channels in bacterial outer
membranes. J Biol Chem 1994;269:3905.
Biagini GA, Finlay BJ, Lloyd D: Evolution of the hydrogenosome. FEMS
Microbiol Letter 1997;155:133. Phillips NJ et al: Structural models ofthe cell surface lipooligosaccharides
of Neisseria gornrrhneae and Honmophilus influerure. Biomed Environ
Blair DF: How bacteria sense and swim. Alnu Rev Microbiol 1995;49:489.
Mass Spectrometry 1990;19:731.
Grossman AR et al: The phycobilisome, a light-haruesting complex
Rachel R et al: Fine structure of S-layers. FEMS Microbiol Rev 1997;20:13.
responsive to enviromental conditions. Microbiol Rev 1993;57:725.
Raetz CRH: Bacterial endotoxins: Extraordinary lipids that activate
Hinnebusch J, Tilly K: Linear plasmids and chromosomes in bacteria. Mol
eucaryotik signal transduction. J Bacteriol 7993;175:57 45.
Microbiol 1993;10:917.
Robinow C, Kellenberger E: The bacterial nucleoid revisited Microbiol
Hiiltie J-V: Growthof the stress-bearing and shape-maintaining murein
Rev 1994;58:211.
sacculus ofEsclrerichia coli. Microbiol MoI Biol Rev 1998;62:181.
Schimer T: General and specific porins fron bacterial outer membranes.
Hueck CJ: Type III protein secretion systems in bacterial pathogens of
J Struct Biol 1998;121:101.
animals and plants. Mirobiol Mol Biol Rev 1998;62:379.
Stoltz JF: Magnetosomes. J Gen Microbiol 1993;139:1663
Hultgren SJ et al: Pilus and nonpilus bacterial adhesins: Assembly and
function in cell recognition. Cell 1993;?3: 887. Vaara M: Agents that increase the pemeability of the outer membrane
Microbiol Rev 1992;56:395.
Koch AL: The biophysics ofthe gram-negative periplasmic space. Crit Rev
Microbiol 1998;62:379. Walsby AE: Gas vesicles. Microbiol Rev 1994;58:94.
Merchante R, Pooley HM, Karamata D: A periplasminBacillus subtilis. J Whittaker CJ, Klier CM, Kolenbrander PE: Mechanisms of adhesion by
Bacteriol 1995;177:6176. oral bacteria. Annu Rev Microbiol 1996;50:513.
Klasifikasi Bakteri

DEFINISI zona bersih yang mengelilingi koloni-koloni yang tumbuh


jika ada substrat yang tidak larut (misalnya' zon^-zona
Klasifikasi, tata nama, dan identifikasi adalah tiga area hemolisis pada medium agar yang mengandung sel darah
taksonomi yang terpisah tetapi saling berhrrbungan. merah). Penggunaan antibodi khusus dapat n-renjadi
Klasifikasi dapat didefinisikan sebagai susunan or:g:rnisme petunjuk cepat adanya struktur-struktur permukaan y3ng
menjadi kelompok-kelompok taksonomik (taks;r) ber- serupa yang dibawa oleh bakteri-bakteri yang diisolasi secara
dasarkan kemiripan atau adanya pertalian. Kl.lsifikasi bebas. Berbagai macam uji seperti uji oksidase, yang
organisme prokariot seperti bakteri memerlukan penge- menggunakan akseptor elektron artifisial, dapat digunakan
tahuan yang diperoleh dengan teknik observasi atau untuk membedakan organisme-organisme berdasarkan
meiakukan percobaan, karena sifat biokimia, fisiologi, adanya enzim respirasi, yaitu sitokrom c. Uji biokimia
genetika, dan morfologi sering diperlukan untilk deskripsi sederhana dapat memastikan adanya fungsi metabolik yang
adekuat suatu tatr<son. Tata nama adalah pen-rberiatt nama khas. Kriteriayang mengarah pada keberhasilan mengelom-
suatu organisme dengan aturan internasional berdasarkan pokan beberapa organisme yang terkait, termasuk dian-
karakteristiknya. Identifikasi berkenaan dengair penggunaan taranya adalah ukuran sensitivitasnya terhadap antibiotik.
praktis suatu skema klasifikasi: (1) untuk mengisolasi dan Semua sifat-sifat di atas, secara langsung atau tidak
membedakan organisme-organisme yan g diin ginkan dengan langsung, ditentukan oleh gen dari organisme yang sedang
yang lain; (2) untuk menguji keaslian atau sifat khusus suatu diperiksa. Perkembangan biologi molekular saat ini
biakan; atau, untuk kepentingan klinis yaitu (3) untuk memungkinkan dilakukannya investigasi tet-rtang keterkaitan
mengisolasi dan mengidentifikasi agen penyebab penyakit. antargen, dengan cara membandingkan sekuens gen dari
Identifikasi agen penyebab memungkinkan pemilihan terapi bakteri-bakteri yang berbeda (Bab 7).
farmakologis yang secara spesifik ditujukan untuk Nilai kriteria taksonomik bergantung pada l<elompok
eradikasinya (Bab i0). Skema identifikasi berbeda dengan biologi yang sedang dibandingkan . Ciri (trait) yang dimiliki
skema klasifikasi, meskipun mungkin dijumpai kemiripan oleh semua anggota atau ciri yang tidak dimiliki oieh semua
yang superfisial. Skema identifikasi untuk sekelompok anggota kelompok tidak dapat digunakan untuk membedaka-n
organisme hanya dapat direncanakan setelah kelompok anggotanya, tetapi dapat digunakan untuk mendefinisikan
tersebut diklasifikasikan lebih dulu, yaitu dikenal sebagai suatu kelompok (misalnya, semua stafilokokus menghasilkan
organisme yang berbeda dari organisme lainnya. enzim katalase). Selain itu, ketidakstabilan genetik dapat
menyebabkan beberapa ciri berubah-ubah dalam suatu
kelompok biologi, atau bahkan dalarn satu lini sel. Misalnl'a,
KRITERIA KLASIFIKASI BAKTERI gen resistansi antibiotika atau gen yang menyandi enzim
Kriteria yang cocok untuk tujuan klasifikasi bakteri meliputi (pemakaian laktosa, d11.) dapat dibawa oleh plasmid (Bab
banyak sifat seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya. 7), yairu suatu unsur genetik ekstrakromosom yang dapat
Informasi yang berharga dapat diperoleh melalui ditransfer ke bakteri yang tidak terkait, atau ke bakteri yang
pemeriksaan mikroskop dengan memeriksa bentuk sel dan hilang dari subset strainnyayang identik dalam semua hal
ada tidaknya struktur khusus seperti spora atau flagel. lain. Kebanyakan kriteria untuk klasifikasi bergantung pada
Prosedur pewarnaan seperti pewarnaan Gram merupakan pertumbuhan mikroorganisme dalam laboratorium (Bab 5)'
prosedur yang terpercaya untuk menilai sifat alami Organisme seperti treponema yang patogenik (Bab 25)
permukaan sel. Beberapa bakteri menghasilkan pigmen- kadang-kadang tidak tumbuh dalam labor:atorium, dan pada
pigmen yang khas, dan bakteri lainnya dapat dibedakan keadaan tersebut penggunaan teknik pengukuran hibridisasi
berdasarkan komplemen enzim ekstraselnya; aktivitas asam nukleat atau analisis sekuens DNA untuk menunjukkan
protein-protein tersebut sering dapat didetel<si sebagai zona- keterkaitan antarorganisme mungkin cukup bermanfaat.

43
44 / BAB3

IDENTIFIKASI & SISTEM KLASIFIKASI erat antardua organisme menunjukkan bahwa keduanya
mempunyai nenek moyang yang sama, dan dari catatan fosil
Kriteria yang ada teiah dapat ditarik kesimpulan yang reiatif mudah
Adanya kriteria akan mengorganisir ciri-ciri bakreri dengan untuk diterapkan bagi sebagian besar wakil hewan dan
suaru cara yang memungkinkan identifikasi organisme secara tanaman. Namun, tidak ada catatan semacam itu untuk
efisien. Sistem yang ideal seharusnya mengandung sejumlah bakteri-bakteri, dan tanpa adanya bukti molekular, sulit
gambaran yang diperlukan untuk identifikasi yang tepar. untuk melakukan pembedaan antara evolusi konvergen dan
Ke lompok akan dibagi-b.agi menjadi subkelompok yang lebih divergen pada ciri sifat suatu bakteri.
kecil berdasarkan ada (+) atau tidak adanya (-) karakter Sifat genetik bakteri memungkinkan beberapa gen
diagnostik. Kelanjutan proses identifikasi dengan meng- dipertukarkan di antara organisme-organisme yang
gunakan berbagai karakter akan menuntun peneliti berhubungan jauh. Lagi pula, multiplikasi bakteri hampir
menemukan subkelompok terkecil yang memuat organisme seluruhnya bersifat vegetatif, dan mekanisme pertukaran
yang sedang dianalisis. Pada tahap awal proses tersebut, genetiknya jarang me libatkan rekombinasi di antara sebagian
organisme-organisrne tersebut dapat ditempatkan ke dalam besar genomnya (Bab 7). Oleh karena itu, konsep spesies-
subkelompok berdasarkan karakteristik yang tidak unit fundamental filogeni sukaliel-rnsmpunyai arti yang
mencerminkan keterkaitan genetik. Misalnya, akan sangat sangat berbeda bila diterapkan pada bakteri. Spesies eukariot
beralasan bila suatu bakteri dimasukkan ke dalam kelompok adalah kelompok biologi yang mampu berkembang biak
dengan kriteria seperti "bakteri yang membentuk pigmen menghasilkan keturunan yang dapat hidup. Definisi spesies
merah" meskipun kriteria ini akan mencakup bentuk-bentuk mutakhir untuk bakteri bersifat pragmatis, operasional, dan
yang tidak terkait, sepefti Senatia marcescens (Bab 16) dan dapat dipakai secara universal serta berperan dengan baik
bakteri fotosintetik ungu (Bab 6). Dua kelompok bakteri dalam komunitas. Spesies adalah suatu kategori yang
tersebut menempati nisia yang berbeda dan bergantung pada membatasi setiap isolat atau strain dalam kelompok yang
bentuk-bentuk metabolisme energi yang sangar berbeda. saling bertalian (secara genomik) yang mempunyai
Meskipun dernikian, pengelompokan awalpada sekumpulan kemiripan (tingkat tinggi) dalam berbagai gambaran
bakteri tersebut akan bermanfaat,. karena memungkinkan independen, yang dapat dibandingkan pada keadaan dengan
para peneliti mengidentifikasi biakan berpigmen merah standar tertentu. Keputusan untuk membatasi kelompok
untuk mempersernpit renrang kemungkinan terhadap organisme dalam suatu spesies bakteri dibuat oleh ahli
beberapa tipe yang relatiflebih sedikit. taksonomi, yang dapat memilih membagi kelompok menjadi
biotipe dan mengelompokkan spesies berdasarkan genus.
Taksonomi hlr.rmerik Pengelompokan yang lebih iuas seperti famili dapat juga
diusulkan.
Taksonomi numerik (disebur juga talsonomi komputer,
urutan formal yang digunakan pada talsonomi bakteri
fenetik, ataul taksometrik) telah digunakan secara luas pada
diuraikan dalam Thbel 3-1. Untuk tujuan praktis, hanya
tahun 1960-an. Skema klasifikasi numerik menggunakan
susunan famili, genus, dan spesies yang sering digunakan.
banyak (sering kali 1 00 atau lebih) karakteristik yang berguna
Terdapat variasi genetik di antara berbagai bakteri.
untuk memudahkan proses taksonomi. Komputer
Karakterisasi kimia dalam DNA bakteri menunjukkan
mengelompokkan berbagai strain ke dalam tingkatan
kisaran komposisi basa nukieotida yang luas, ketika DNA
tertentu; pada tingkatan tersebut seluruh strain memiliki
dari berbagai sumber bakteri dibandingkan. Komposisi G
kesamaan (biasanya >80% pada tingkat spesies) berdasarkan
frekuensi kepemilikan ciri sifat tertentu. Selain itu, klasifikasi
numerik akan memberikan persentase frekuensi untuk
Tabel 3-1. Urutan Taksonomi.
keadaan karakter yang positif bagi semua strain di dalam
masing-masing kelompok. Data tersebut merupakan dasar
untuk pembuatan matriks frekuensi unruk mengidentifikasi
strain-strain yang tidak diketahui berdasarkan talaa yang Kerajaan Prokaryotae
telah ditetapkan. Data dasar secara komputerisasi telah
Divisi Gracilicutes
digunakan untuk mengembangkan uji diagnostik yang akan
mengidentifikasi isolat yang relevan secara klinis melalui kode Scotobacteria
angka atau sistem probabilitas.
Ordo Eubacteriales

Klasifikasi Filogenetik: Menuju Pemahaman Famili Enterobacteri aceae


Hubungan Evolusioner Bakteri Genus Escherichia
Klasifikasi filogenetik adaiah cara pembedaan genetik untuk
berbagai filum (divisi biologis). Keterkaitan filogenetik yang Spesies coli
KLASIFIKASI BAKTERI I 45

(guanin) dan C (sitosin) pada DNA dari satu sumber selalu Pada tahun 1980, International Committee on Systematic
sama, demikian juga dengan komposisi A (adenin) dan T Bacteriology menerbitkan daftar nama-nama bakteri yang
(timin). Data tersebut merupakan petunjuk penting telah disetujui. Daflar ini berisi sekitar 2500 spesies dan
berkenaan dengan pemasangan basa dari rantai komplementer menggantikan daftar sebelumnya yang mengembangkan
di dalam struktur fisik DNA (Bab 7). Bukti juga lebih dari 30.000 nama; sejak 1 Januari 1980, hanya daftar
memperlihatkan bahwa kandungan G + C pada bakteri yang baru yang dianggap sah.
berhubungan dekat adalah sama. Keadaan tersebut Karena adanya informasi yang berkenaan dengan
merupakan petunjuk pertama bahwa sifat kimiawi DNA dari hubungan filogenetik kemungkinan akan menyebabkan
organisme yang berbeda dapat memberikan petunjuk adanya modifikasi lanjutan dari organisasi kelompok bakteri yang
keterkaitan genetik. Dengan penelitian sifat fisik dapat ada dalam Bergeyi Manual, statusnya harus dianggap sebagai
diperlihatkan bahwa keterkaitan DNA pada organisme yang buku pedoman sem€ntara.
serupa dapat diketahui dengan cara mengukur kemampuan
DNA kromosomalnya untuk melakukan hibridisasi silang. DESKRIPSI KATEGORI UTAMA &
Akhir-akhir ini, kesamaan berbagai parameter DNA , dan PENGELOMPOKAN BAKTERI
perbedaan titik tengah denaturasi termal (A{)
(bila dapat
ditentukan) merupakan standar penentuan spesies. 3.p.rti dibahas pada Bab 2, terdapat dua kelompok
Pengurutan DNA telah menjadi suatu prosedur organisme prokariot yang berbeda; eubakteria dan
arkhaebakteria. Eubakteria terdiri dari berbagai bakteri yang
laboratorium rutin, dan perbandingan sekuens DNA pada
gen-gen yang memisahkan diri dapat mengukur keterkaitan lebih umum, yaitu, bakteri yang sangat dikenal oleh sebagian
besar orang. Arkhaebakteria tidakmenghasilkan peptidoglikan,
antargen tersebut. Berbagai gen dengan fungsi yang berbeda
telah memisahkan diri dengan kecepatan yang berbeda pula,
yang merupakan perbedaan utama antara arkhaebakteria
tetapi secara umum, kecepatan relatif untuk memisahkan dengan eubakteria tipikal. Arkhaebakteria juga berbeda
diri adalah sama. Oleh karena itu, perbedaan sekuens DNA dengan eubakteria dalam hal kemampuannya hidup dalam
pada gen-gen yang menyebar dengan cepat dapat digunakan
lingkungan yang ekstrem (misal, temperatur tinggi, tinggi
untuk menentukan jarak genetik dari kelompok-kelompok garam, atau pH rendah) dan melakukan reaksi metabolik
bakteri yang berhubungan dekat, dan perbedaan sekuens pada yang tidak lazim, seperti pembentukan metana. Suatu kriteria
gen-gen yang menyebar secara lambat dapat digunakan untuk
terhadap empat kategori utama bakteri dan kelompok-
mengukur keterkaitan pada kelompok-kelompok bakteri kelompok bakteri yang memenuhi kriteria tersebut disajikan
yang sangar berbeda. pada Tabel 3-2. Empat kategori utama didasarkan pada
Ribosom mempunyai peran penting dalam sintesis karakter dinding sel: eubakteria gram negatif yang
prorein. Gen-gen yang menyandi ribosom RNA dan protein mempunyai dinding sel, eubakteria gram positif yang
ribosom tidak terganggu selama evolusi dan telah menyebar mempunyai dinding sel, eubakteriayang tidak memiliki
lebih iambat daripada gen-gen kromosomal iain. Perbandingan
dinding sel, dan arkhaebakteria.
sekuens nukieotida pada ribosom RNA 165 dari berbagai
sumber biologis memperiihatkan hubungan evolusioner pada Eubakteria Gram Negatif yang Mempunyai
berbagai organisme yang sangat berbeda dan menyebabkan Dinding Sel
timbulnya kerajaan baru, arc haeb acteria. Bakteri ini merupakan keiompok bakteri heterogen yang
Lebih mutakhir lagi, hibridisasi DNA menjadi susunan mempunyai selubung sel kompleks (jenis gram negatif) yang
oligonukleotida berdensitas tinggi telah digunakan untuk terdiri dari membran luar, lapisan peptidoglikan tipis (yang
identifikasi spesies. mengandung asam muramat dan ada dalam semua bakteri
jenis ini, tetapi sebagian kecil organisme kehilangan bagian
Buku Pedoman Bergey Tentang Sistematika ini dari selubung selnya) di bagian dalam, dan membran
Bakteriologi sitoplasma. Sel (Gambar 3-l) dapat berbentuk sferis, oval,
batang lurus atau melengkung, heliks, atau filamentosa;
Kemungkinan bahwa seseorang menarik kesimpulan beberapa bentuk tersebut dapat berselubung atau berkapsul.
mengenai hubungan filogenetik di antara bakteri-bakteri Reprodul<si dilakukan dengan cara pembelahan biner, te tapi
ditunjukkan oleh organisasi pada edisi terakhir Bergey\ beberapa kelompok melakukan reproduksi dengan cara
Manual of Systematic Bacteri o logy. Pertamakali dipublikasikan budding(perrunasan). Badan berbuah dan milaospora dapat
pada tahun 1923, buku pedoman ini merupakan usaha untuk dibentuk oleh miksobakteria. Pergerakan, jika ada, terjadi
menggolongkan bakteri yang telah diketahui dan membuat melalui alat flagel atau melalui penggelinciran. Anggota
informasi tersebut dapat diakses dalam bentuk suatu kunci/ kategori ini mungkin berupa bakteri fototrofik atau
kriteria. Buku penyerta ,yailu Bergqt! Manual of Determinatiue nonfotouofik (Bab 5) dan mencakup spesies aerob, anaerob,
Bacteriologt, berperan untuk membanru mengidentifikasi fakultatif anaerob, serta miliroaerofi lik; beberapa anggota
bakteri-bakteri yang telah diuraikan dan telah dibiakkan. merupakan parasit obligat intraselular.
46 / BAB3

Tabel 3-2. Kategori utama dan kelompok bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia yang digunakan
sebagai suatu skema identifikasi dalam Bergey's Manual of Determinative Bacteriology, 9th ed.

l. Eubakteria gram negatif yang mempunyai dinding sel


' Grup 1'. Spirochetes Treponema
Borrelia
Leptospira
Grup 2: Bakteri gram negatif aerob/mikroaerofilik, pergerakan heliks/vibroid Campylobacter
Helicobacter
Spirillum
Grup 3: Bakteri melengkung yang tidak bergerak (atau jarang bergerak) Tidak ada
Grup 4: Kokus dan batang gram negatif mikroaerofilik/aerob Alcaligenes
Bordetella
Brucella
Francisella
Legionella
Moraxella
Neisseria
Pseudomonas
Rochalimaea
Ba cte ro i d es (beberapa spesies)
Grup 5: Batang gram negatif fakultatif anaerob Escherichia (dan bakteri coliform sejenis)
Klebsiella
Proteus
Providencia
Salmonella
Shigella
Yersinia
Vibrio
Haemophilus
Pasteurella
Grup 6: Batang gram negatif, anaerob, lurus, melengkung, dan heliks Bacteriodes
Fusobacterium
Prevotella
Grup 7: Bakteri pereduksi sulfur atau disimilator sulfat Tidak ada
Grup 8: Kokus gram negatif anaerob Tidak ada
Grup 9: Rickettsia dan chlamydia Rickettsia
Coxiella
Chlamydia
Grup l0: Bakteri fototrofik anoksigenik Tidak ada
Grup I 1: Bakteri fototrofik oksigenik Tidak ada
Grup 12: Bakteri aerob kemolitotrofik dan organisme sejenis Tidak ada
Grup 13: Bakteri tambahan atau bakteri bertunas Tidak ada
Grup 14: Bakteri berselubung Tidak ada
Grup 15: Bakteri menggelincir yang tidak berbuah, nonfotosintetik Capnocytophaga
Grup 16: Bakteri menggelincir yang berbuah: myxobacteria Tidak ada
ll. Bakteri gram positif yang mempunyai dinding sel
Grup 17: Kokus gram positif Enterococcus
Peptostreptococcus
Staphylococcus
Streptococcus
Grup 18: Kokus dan batang gram positif pembentuk endospora Bacillus
. Clostridium
Grup 19: Batang gram positiftidak berspora, beraturan Erysepelothrix
Listeria
Grup 20: Batang gram positif tidak berspora, tidak beraturan Actinomyces
Corynebacterium
Mobiluncus
Grup 21: Mycobacteria Mycobacterium
Grup 22-29: Acti no mycetes Nocardia
Streptomyces
Rhodococcus
(berlanjut)
KLASIFIKASI BAKTERI / 47

Tabel 3-2. Kategori utama dan kelompok bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia yang digunakan
sebagai suatu skema identifikasi dalam Bergey's Manual of Determinative Bacteriology, 9lh ed. (Lanjutan)

lll. Eubacteria tidak berdinding sel'. mycoplasma atau mollicuta


'Grup 30: Mycoplasma Mycoplasma
Ureaplasma
lY. Archaebacteria
Grup 31: Metanogen Tidak ada
Grup 32: Peredukii archaeal sulfate Tidak ada
Grup 33: Archaebacteria sangat halofilik Tidak ada
Grup 34: Archaebacteria tidak berdinding sel Tidak ada
Grup 35: Metabolizer sulfur yang sangat termofilik dan hipertermofilik Tidak ada

Eubakteria Gram Positif yang Mempunyai peptidoglikan. Bakteri tersebut diselubungi oleh suatu
Dinding Sel membran unit, yaitu membran plasma (Gambar 3-2). Bakteri
tersebut menyerupai bentuk L (Bab 26) yang dapar
Kelompok bakteri ini mempunyai profil dinding sel jenis
dihasilkan pada banyak spesies bakteri (khususnya eubakteria
gram positif; sel-sel biasanya, tetapi tidak selalu, memberi
gram positif); namun, tidak seperti bentuk L, mikoplasma
pewarnaan gram positif. Sei-sel dapat berbentuk sferis,
tidak pernah kembali menjadi keadaan berdinding, dan tidak
batang, atau filamen (Gambar 3- 1); batang dan filamen dapat
ada hubungan antigenik antara mikoplasma dan eubakteria
tidak bercabang, atau dapat memperlihatkan percabangan
bentuk L.
sejati. Reproduksi umumnya dengan cara pembelahan biner.
Enam genus telah ditunjuk sebagai mikopiasma (Bab 26)
Beberapa bakteri pada kategori ini menghasilkan spora
berdasarkan habitatnya dan kebutuhan akan kolesterol;
sebagai bentuk istirahat (endospora). Organisme-organisme
namunr hanya dua genus yang merupakan patogen hewan.
tersebut secara umum bersifat heterotrof kemosintetik (Bab
Mikoplasma adalah organisme yang sangat pleomorfik dan
5) dan meliputi spesies aerob, anaerob, dan fakultatif anaerob.
ukurannya berkisar dari bentuk seperti vesikel sampai ukuran
Kelompok dalam kategori ini mencakup bakteri asporogenus
yang sangat kecil (0,2 ;rm), bentuk yang dapat difiltrasi.
sederhana dan sporogenus serta actinomyceteJ yang
Reproduksi rnungkir.r nlelalui budding (pertunasan),
strukturnya kompleks dan keluarganya.
lragmentasi, atau pembelahan biner (salah satunya atau
kombinasi). Sebagian besar spesies memerlukan medium yang
Eubakteria yang Tidak Memiliki Dinding Sel kompleks untuk pertumbuhan, dan cenderung membentuk
Bakteri ini adalah mikroorganisme yang tidak memiliki koloni "telur goreng" yang khas pada medium padat. Ciri
dinding sel (sering disebut sebagai mikoplasma dan terdiri mollicute yang unik adalah terdapaq beberapa genus yang
I<has
dari kelas Mollicute) dan tidak menyintesis prekursor memerlukan kolesterol untuk pertumbuhan; kolesterol yang

l{'.r.
r '' $ralt

:lii!4:. il
';;:;;.'.:.;.;. I

Gambar 3-1. Bentuk sel yang terjadi pada bakteri-bakteri uniselular sejati. (A) Kokus. (B) Batang. (C) Spiral. (Fase
kontras, 1500 x). (Direproduksi dengan izln darl Stanier RY Doudoroff M,Adelberg EA The MicrobiaiWoil/3rd ed. Hak Cipta @ 1970. Dengan
izin dari Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, NJ.)
48 / BAB3

multiselular pada filamen-filamen atau agregat, Perkem-


bangbiakan terjadi dengan cara pembelahan biner, budding,
konstriksi, fragmentasi, atau dengan mekanisme yang tidak
dike tahui.

PENENTUAN SUBTIPE & APLIKASINYA


Dalam keadaan tertentu (seperti epidemik). penting untuk
membedakan strain-strain dari spesies tertentu ataupun
mengidentifikasi strain tertentu. Tindakan itu disebut
subtyping (penentuan subtipe) ; tindakan tersebut dilakukan
dengan cara memeriksa karakteristik isolat bakteri yang
memungkinkan diskriminasi di bawah tingkat spesies. Agar
sistem subryping efekrif, bedakan isolat kasus dengan isolat
b ukan kasus. S ecara ldasi k, s u b r1,p ing telah di len gkapi den gan

b iotyp ing, serotyp ing, uji kerentanan antimikroba, penentuan

Gamhar 3-2. Mikrograf elektron dari sel anggota jenis bakteriofag, dan penentuan jenis bakteriosin. Misainya,
kelompok mycoplasma, agen bronkopneumonia pada lebih dari 130 serogrup Wbrio cholerar telah diidentifikasi
tikus (1 960 X). (Direproduksi dengan izin dari Klieneberger-Nobel E, berdasarkan perbedaan antigenik pada polisakarida O LPS;
Cuckow FW: A study of organisms of the pleuropneumonia group by narnun, hanya serogrup O1 dan Ol39 yang berhubungan
electron microscopy. J Gen Microbiol 1955;12:99.) dengan epidemi dan pandemi kolera. Dalam serogrup
tersebut, hanya strain-strain yang menghasilkan toksin kolera
yang virulen dan menyebabkan penyakit kolera; strain O1
dari V cholerar yang nontoksigenik, yang tidak berhubungan
tidak teresterifikasi adalah suatu komponen membran yang
dengan epidemi kolera, telah diisolasi dari spesimen
unik, baikpadaspesies yangmemerlukan sterol maupun yang
lingkungan, dari makanan, dan dari pasien dengan diare
tidak memerlukan sterol jika tersedia dalam medium.
sporadik.
Klonalitas yang berkenaan dengan isolat mikroorganisme
Arkhaebakteria
dari sumber wabah yang umum merupakan konsep penting
Organisme prokariot ini terutama ditemukan dalam dalam epidemiologi penyakit infeksi. Pajanan terhadap
lingkungan berair atau habitat terestrial yang ekstrem (tinggi sumber agen penyebab yang umum telah dikaitkan dengan
garam, temperatur tinggi, anaerob); beberapa di antaranya sejumlah wabah infeksi. Secara umum, mikroorganisme
adalah simbion dalam saluran cerna hewan. Arkhaebakteria infeksius tersebut adalah klonal; dengan kata lain,
terdiri dari organisme fakultatifanaerob, anaerob, dan aerob mikroorganisme tersebut adalah progeni satu sel sehingga,
yang bersifat kemolitotrof, heterotrof, atau heterotrof demi praktisnya, identik secara genetik. Oleh karena iru,
fakultatif (Bab 5). Beberapa spesies adaiah mesofil, sub typ ing mempunyai peran pentin g dalam mengidentifi kasi
sedangkan spesies yang lain mampu tumbuh pada temperatur mikroorganisme tertentu rersebut. Kemajuan mutakhir
di atas 100 0C. Arkhaebakteria yang hipertermofilik tersebut dalam bioteknologi secara dramatis telah memperbaiki
secara unik beradaptasi untuk tumbuh dan berkembang biak kemampuan kita untuk menentukan subtipe mikro-
pada temperatur tinggi. Dengan sedikit pengecualian, enzim- organisme. Teknologi hibridoma telah menyebabkan
enzim yang diisolasi dari organisme tersebut secara intrinsik perkembangan antibodi monoklonal terhadap antigen
bersifat iebih termostabil daripada enzim yang sama dari permukaan sel, yang telah digunakan untuk menciptakan
organisme mesofilik. Beberapa enzim yang rermostabil ini, sistem penentuan subtipe berdasarkan antibodi dengan
seperti DNA polimerase dari Thermus aquaticus (Taq standardisasi tinggi.
polimerase), merupakan komponen penting dalam metode Elektroforesis enzim multilokus (MLEE), yang telah
amplifikasi DNA seperti reaksi rantai polimerase (PCR). menjadi metode standar untuk meneliti populasi genetik
Arkhaebakteria dapat dibedakan dengan eubakteria sebagian pada eukariot, juga telah digunakan untuk mempelajari
karena Arkhaebakteria tidak memiliki dinding sel keragaman genetik dan struktur klonal mikroorganisme
peptidoglikan, memiliki isoprenoid dieter atau lipid digliserol patogen. MLEE melibatkan penentuan mobilitas suatu set
tetraeter, dan sekuens RNA ribosomal yang khas. enzim yang dapat larut (biasanya 15 sampai 25 enzim)
Arkhaebakteria juga memiliki beberapa gambaran molekular dengan elektroforesis gel tepung. Karena kecepatan migrasi
yang sama dengan eukariot (Tabel 3-3). Sel-sel mungkin suatu protein selama elektroforesis dan muatan elektrostatiknya
memiliki keragaman bentuk, termasuk bentuk sferis, spiral, ditentukan berdasarkan sekuens asarn aminonya, varian
dan lempeng atau batang; juga ada bentuk uniselular dan mobilitas (disebut sebagai elektromorf atau alozim) suatu
KLASIFIKASI BAKTERI / 49

Tabel 3-3. Beberapa karakteristik yang sama pada sel- pada studi epiderniologi, dan secara teknis paling mudah
sel arkhaebakteria dan eukariot yang tidak ada pada dilakukan. Plasmid, yang merupakan unsur genetik
eubakteria. ekstrakromosom, diisolasi dari setiap isolat kemudian
dipisahkan dengan elektroforesis gel agarosa untuk
menentukan jumlah dan ukurannya. Namun, pada banyak
bakteri dapat dijumpai plasmid-plasmid dengan ukuran yang
Faktor elongasi-2 (EF-2) Tidak identik tetapi sekuens atau fungsinya sangat berbeda. Oleh
mengandung asam amino karena itu, digesti plasmid dengan endonuklease restrilai dan
diftamida sehingga, kemudian membandingkan jumlah dan ukuran fragmen-
dapat beribosilasi ADP
fragmen hasil restriksi tersebut, sering memberikan informasi
dengan toksin difteri
tambahan yang bermanfaat. Analisis plasmid telah terbukti
lnisiator metionil tRNA Tidak Ya paling berguna untuk memeriksa wabah yang waktu dan
tidak diformilasikan tempatnya terbatas (misal, wabah di rumah sakit) dan bila
Beberapa gen IRNA Tidak Ya digabungkan dengan metode penentuan subtipe lainnya.
mengandung intron Penggunaan endonul<Iease restriksi untuk memotong
DNA menjadi fragmen-fragmen yang berbeda adalah salah
Sintesis protein dihambat Tidak Ya
oleh anisomisin tetapi satu prosedur paling dasar dalam biologi molekular.
tidak oleh kloramfenikol Endonuklease restriksi mengenali sekuens DNA pendek
(sekuens restriksi) dan memotong DNA beruntai ganda yang
RNA polimerase bergantung Tidak ya
ada di dalam atau yang saling berdekatan dengan sekuens
DNA adalah enzim multi-
komponen yang tidak ini. Panjang sekuens restriksi berkisar anrara4 sampai lebih
sensitif terhadap antibiotik dari 12 basa dan terjadi di seluruh kromosom bakteri.
rifampin dan streptolidigin Sekuens restriksi pendek timbui lebih sering daripada sekuens
restriksi yang lebih panjang. Oleh karena itu, enzim-enzim
yang m€ngenaii empat pasangan basa sekuens restril<si (yang
lebih sering terjadi), akan menghasilkan lebih banyak
fragmen daripada enzim yang mengenaii delapan Pasangan
enzim disebabkan oleh substisusi asam amino pada sekuens basa sekuens restrii<si (yan g jarang terj adi). Beberapa metode
polipeptida, yang mencerminkan perubahan pada sekuens penentuan subtipe menggunakan endonuklease restriksi-
DNA yang menyandi polipeptida. Gen-gen struktural pemotong DNA. Metode dasar yang melibatkan Pemotongan
penyandi enzim pada Escherichia coli memperlihatkan DNA dengan suatu enzim yang mengenali tempat restriksi
keragaman genedkyang luas; namun, dengan menggunakan yang sering terjadi dan memisahkan ratusan fragmen, yang
MLEE, peneliti di Centers for Disease Control (Pusar panjangnya berkisar dari sekitar 0,J kb sampai 50 kb, dengan
Pengendalian Penyakit) malnpu memastikan bahwa strain menggunakan elektroforesis gel agarosa dan dilanjutkan
E coli serotipe OI57:H7, suatu patogen yang baru-baru ini dengan visualisasi di bawah sinar ultraviolet setelah diwarnai
dikenal berkaitan dengan wabah kolitis hemoragik dan dengan etidium bromida. Salah satu keterbatasan utama
sindrom uremik hemolitik (Bab 16), diturunkan dari suatu teknik tersebut adalah kesulitan menginterpretasikan profil
klon yang tersebar luas di Amerika Utara. kompleks yang terdiri dari ratusan pita yang mungkin tidak
Karakterisasi atau identifikasi isolat telah mengalami terputus dan bertumpang tindih. Pen ggunaan endonuk-lease
kemajuan dengan adanya penggunaan metode fisik terhadap restriksi yang memotong di tempat restriksi yang jarang
prokariot, seperti spektroskopi inframerah transformasi
sel-sel terjadi akan menghindarkan masilah tersebut. Digesti DNA
Fourier (FTIR, fourier transformed injiared ), spektrometri oleh enzim-enzim tersebut secara umum menghasilkan 5
massa-pirolisis, dan desorpsi/ionisasi laser-dibantu matriks sampai 20 fragmen yang panjangnya berkisar antara 10 kb
dengan jam terbang (Maldi/Tof), atau spektromerri massa sampai 800 kb. Pemisahan fragmen DNA yang cukup besar
ionisasi semprotan. ini dilengkapi dengan teknik yang disebut elektroforesis gel
Perkembangan isolasi asam nukleat, amplifikasi, dan medan getar (PFGE, pulsed /ield gel electrophoresis),
pengurutan DNA sejak tahun 1975 teiah menyebabkan memerlukan peralatan khusus. Secara teoretis, semua isolat
perkembangan sistem penentuan subtipe berbasiskan asam bakteri dapat ditentukan jenisnya dengan metode ini'
nukleat. Sistem ini mencakup analisis profil plasmid, analisis Manfaatnya adalah profil restriksi terdiri dari beberapa pita
endonuklease restriksi, ri b otyp ing, elektroforesis gel medan yang mudah terputus yang menampilkan keseluruhan
getar, amplifikasi PCR dan digesti endonuklease restriksi kromosom bakteri dalam satu gei.
pada gen-gen spesifik, PCR utama yang berubah-ubah, dan Analisis Southern blot, drberi nama dari peneliti yang
analisis sekuens asam nukleat. Analisis profil plasmid mengembangkan teknik tersebut, telah digunakan sebagai
merupakan teknik berbasis DNA pertama yang digunakan metode subtyping untuk mengidentifikasi isolat yang
50 / BAB3

menyebabkan wabah. Setelah elektroforesis gel agarosa, anthrach pada musim gugur tahun 2001 . Forensik mikroba
fragmen restriksi yang terpisah ditransfer ke membran adalah bagian dari investigasi kriminal, dan melibatkan
nitroselulosa atau nilon. Penggunaan fragmen DNA yang penggunaan banyak teknik yang dijelaskan di atas untuk
diberi label sebagai probe (penandanya), memungkinkan kita mengidentifikasi strain dan substrain mikroorganisme secara
untuk mengidentifikasi fragmen-fragmen restriksi yang tepat yang digunakan dalam biokriminal untuk men$iden-
mengandung sekuens (lokus) yang homolo gterhadap probe. tifikasi sumber yang berarti secara forensik-pelaku serangan.
Variasi jumlah dan ukuran fragmen-fragmen tersebut disebut
sebagai polimorfisme panjang fragmen restriksi (RFLB METODE NONBIAKAN UNTUK
restrictiln fagment length p o lymory h isms) dan mencerminkan
IDENTIFIKASI MIKROORGAN ISME
variasi jumlah lokus yang homolog terhadap probe danlokasi
tempat restriksi yang berada di dalam atau mengapit lokus- PATOGEN
lokus tersebut. Ribotyping adalah suatu metode yang Usaha untuk memperkirakan jumlah total bakteri, arkhae-
menggunakan analisis Southern blot untuk mendeteksi bakteria, dan virus membuat frustrasi karena adanya ber-
polimorfisme pada gen-gen rRNA, yang terdapat pada semua bagai kesulitan seperti deteksi dan pengambilan dari
bakteri. Karena sekuens ribosom sangat dipertahankan, lingkungan, pengetahuan kami yang tidak lengkap
sekuens ini dapat dideteksi denganpro bebiasayang disiapkan mengenai kelompok mikroba obligat, dan masalah konsep
dari rRNA 165 dan 23S dari E coli. Banyakorganisme yang spesies dalam kelompok tersebut. Namun demikian,
memiliki banyak salinan (lima sampai tujuh) gen ini, dan menurut taksiran didapatkan kesan bahwa jumlah taksa
membentuk pola dengan jumlah pita yang cukup untuk mikroba yang tidak dibiakkan jauh melebihi taksa
memungkinkan daya pisah yang baik; namun, riboryping organisme yang dibiakkan (Tabel 3-4). Sampai saat ini,
memberikan manfaat yang terbatas untuk beberapa identifikasi mikroba memerlukan isolasi biakan murni
mikroorganisme seperti mikobakterit yang hanya mempunyai (atau pada beberapa keadaan kokultur yang jelas) yang
salinan tunggal gen tersebut. diikuti dengan berbagai uji ciri biokimia dan fisiologi.
PCR terbukti berguna untuk deteksi dan identifikasi Klinisi telah lama mengetahui adanya penyakit manusia
agen-agen infelaius tanpa perlu dibiakan (lihat bawah). PCR yang disebabkan oleh mikroorganism€ yang dapat dilihat
juga telah digunakan dalam beberapa metode sub4tping. tetapi tidak dapat dibiakkan. Para ilmuwan saat ini meng-
Penggunaan PCR secaia langsung meiibatkan amplifikasi gunakan pendekatan dengan bantuan PCR yang
gen spesifik, digesti produk amplifikasi selanjutnya dilakukan menggunakan rRNA untuk mengidentifikasi mikro-
oleh endonuklease restriksi, dan analisis fragmen-fiagmen organisme patoge nik in situ. Fase perrama dalam
yang dihasilkan dari elektroforesis. Suatu contoh cara pendekatan ini melibatkan ekstraksi DNA dari spesimen
penggunaan metode ini: pola fragmen restriksi dari gen yang sesuai, penggunaan berbagai teknik moiekular
protein utama membran luar (MOMB major outer membrane standar untuk memperoleh perpustakaan klon, pencarian
protein) pada Chlamydia trachomatis dapat dikorelasikan informasi sekuens rDNA, dan analisis perbandingan dari
dengan hasil dari suatu sistem serotypingberbasiskan MOMP sekuens yang dicari. Tindakan ini menghasilkan informasi
Oleh karena iw, C nachomatis, suatr
patogen intraselular tentang identitas atau keterkaitan antarsekuens yang akan
obligat, secara cepat dapat ditentukan tipenya untuk tujuan dibandingkan dengan data dasar yang ada. Pada fase
epidemiologi atau lain-lain secara langsung dari spesimen kedua, untuk membuktikan bahwa sekuens ini berasal
klinis tanpa perlu dibiakkan. dari sel-sel yang ada di spesimen arnal diperoleh dengan
. Lapangan forensik mikroba dikembangkan saat cara hibridisasi in situ dengan menggunakan probekhusus
bangkitnya serangan bioteroris dengan spora-spora Bacillus untuk sekuens. Pendekatan ini telah digunakan dalam

Tabel 3-4. iumlah spesies biologi yang diketahui dan diperkirakanl

Virus 5.000 130.000 4%

Bakteri 4.160 40.000 12%

Fung i 69.000 r.500.000 5o/o

o/o
Alga 40.000 50.000 67

Protozoa 30.800 100.000 31o/o


I Dimodifikasi dari BullAT et al: Biodiversity as a source of innovation in biotechnology. Ann Rev Microbiol 1992;46:219.
KLASIFIKASI BAKTERI I 51

identifikasi mikroorganisme patogenik. Misainya, ..,:r,r,r..{,A) : -. M e.i6f iI (D) Termof il


actinomycetes yang sebelumnya tidak digolongkan telah ,.ii:'irl,{B) ,,r,rr:,?j.ikrof il (E) Kemolitotrof
diidentifikasi sebagai bakteri berbentuk batang penyebab 1:,1..{c):,.,,,..l,|l ?,]oJ i l,
l

penyakit Vhipple sehingga diusulkan agar bakteri tersebut


$l'iia,b a n :,:'',
diberi nama Tiopheryma whipplei. Pendekatan rRNA juga lrl::,.' :C., ri .
;';,t;:,;;:;111;1;:'':
i ii l: i.iliir:rri..
i. ",rrr.,.:

telah digunakan untuk mengidentifikasi agen penyebab D.,.


2rr.:rr,
-r :ti)ri:::,,_r:rt::.
t..:.
angiomatosis basilar yaitu Bartonel/a henselae, dan untuk 3,riirE., . .,.-,.a,,:::.:a-:

memperlihatkan bahwa patogen oportunistik Pneumoqtstis


jiroueci adalah suatu anggbta fungi. INN$i*ffiffi

KEPUSTAKAAN
Buku
Balows A et al (editors): The Proharyotes, A Handbooh on the Bi,ology of

-','-
1; Fubakteria yahgltidak memiliki din4ing 9ef .-.!ah Bacteria: Ecophysiology, I solcLtion, Identification, Applications, 2nd
tidak meny!n!91i1 :p1eku15o1r. pep!!doslikrnldf$!1rtt ed. Springer, 1991.
(A) Spirochetes
Goodfellow M, O'Donnell AG (editors): Handbooh of New Bacterial
,. Sy stematics. Academic Press, 1993.

:iil tr;ffiiii; Holt JG et al (editors): Bergey's Manual of Determinatiue Bacteriology,


9th ed. WilLiams & Wilkins, 1994.
Keim P (editor): Microbial Forensics: A Scientific Assessrnent. American
2;, Arkhaebakteria'depat dibedakah:dari . Society for Microbiology, 2003.
karena tidak memiliki
:' .:': :',,:
:
Krieg NR (editor): BergeJ's Manual of Systematic Bncteriology. Vol 1.
.',: 1.1[),.:,Kapiul ::::" ;.:'
Williams & Wilkins, 1984.
(B) '. Ffagelq.r ":..,1,,.,
,,,r,.,':r
',ri ,{C) Riboeom ' ' r:,.: Persing DH et al (editors): Diagnostic Molecular Microbiology. Principles
:'.,,:,(D) '- Pgptidoglikan-,r, r
and Applications. American Society for Microbiology, 1993.
'',.',,, (E)..., 'RNA'transfer, i ,.,,
Sneatlr PHA et al (editors): Bergey's Manual of Systematic Bacteriology
Vol 2. Williams & Wilkins. 1986.
3.,,:'5gqiih g. pen deiita kisrik,f i b rosii,beiusij,r,li o..!b h q n
Staley JT et al (edrtors): Bergey's Manual of Systenatic Bacteriology. Yol
:
',.-:
''6i1u* t. O' rumah sakit: Biak6n sp-uiurn mengha'iilkan 3. Williams & Wilkins, 1989.
:,:
;81tykho lde'iia.:'cep;acia.'Setelah,,itu;,rr-ter:depat, dua
,,,ip'asien:,'lain.dengan bakteremia B' cepacia;:::'dan Williams ST et al (editors): Bergel's Manual of Systematic Bacteriology.
:, . organismd dibiakkan dari !putum empat pasien lain. Vol 4. Williams & Wilkins. 1989.
,ili r,,,."5e1ama:wabah nosokomiaI oleh Bu rkhoIderia

cepacia, 50 lingkungan dan tujuh isolat pasien


r ditentukan subtipelnya untuk mengidentifikasi Artihel & Tinjauan
: sumber:. wabah. Teknik mAnakah yang paling Amann RI, Ludwig W, Schleiffer K-H; Phylogenetic identification and in
,. r,berguna Uqtqk,Usaha ini?' . I .t ..,.:, 'i. , ... situ detection of individual microbial cells without cultivation
(A) Biakdn :'." ""'l .,. . .'.. 't:
..r ir:.: '..,:r.r'. ... .::. '.::::''
..::. Microbiol Rev 1995;59: 143.
(B) Ribotyping -.:."a
:. .''
Bull AT et al: Biodiversity as a source of innovation in biotechnology.
rri':." (C) PengUr:utan (sequenaing): f RNA.1 65i,r:,:ii:f i Ann Rev Microbiol 7992;46:219.
.': {D) :,U--ii.ke1entanan.antt-mikrobar,.r:"'',',;,,,;,;;;t;,:;.:,".; Edman JC et al; Ribosornal RNA sequence shows Pneumocystic cariniito
:]'''.'....(E).l'''Pgngurutan',asam-ukleat]..:..:..,,.:.........::..:::.::..::..:..::.:.:..
be a member ofthe fungi. Nature (London) 1988;334:519.

4, Mikroorganisme gram positif yang tidak dapat Fredricks DN, Relman DA: Sequence-based identifrcation of microbial
pathogens: A reconsideration of Koch's postulates. Clin Microbiol
,, . diliakkqn lqmpqk, pada spesimenl jaqingan.,yang
,'r. ' diperaleh ldari pasien dengan'- penyaki! yang
Rev 1996;9:18.
:':':s b I - -ya tidak d!ketahui. Teknik manakah yang
'rrl Giirtler V, Mayall BC: Genomic approaches to typing, taxonomy and
,.;, palinlj beiguna, untuk mengidentifikasi organisme evolution ofbacterial isolates. Int J Syst Evol Microbiol 2001;51:3
in i? Maslow JN, Mulligan ME, Arbeit RD: Moiecular epidemiology: Application
(A) Serologi ofconternporary techniques to the typing ofmicroorganisms Clin
1.,,,.,,, (B) Amplifikasi PCR dan'pengurutanlrDNA. . Infect Dis 1993;17;153.
(C),,,:Elekiioforesitrren?imrmultilokui:r"':,,,1,:.,,,;'11::'::
,,,,,,,.,,,,,
Mayer LW: Use of plasmid profrles in epidemiologic suneillance of disease
'.r::ir (D)'rrr Eiekiiofof eSir,gel,Sp5:poliakrilam id.,.a.',t":' outbreaks intracingthe transmission of antibiotic resistance Clin
i 'i (E) '' Pl!;ed field'gel e/qqfrophorelil.'.11.1, ,,., ,11r,1, " Microbiol Rev 1988;l :228.
.i. . oruA potimeiiise aari rne rmus aquaiicus merup'akan', Rosell6-Mora R, Amann R: The species concept for prokaryotes FEMS
:i komponen penting dalam metode amplifikbsi DNA r Microbiol Rev 2001;25:39.
ranla! polimerase. .Organisme tefiebut
,',,. , sepe-rti reakti
Stringer JR et al: A new name @neumocystis jtroueci) for pneumocybtis
,',,,"dqpqt,tumb-uh, pedq {emperatut" di aJa5r 100,0C' r,
from humans. Emerg Infect Dis 2002;89:891
., Organii6e yang :dapat,turyrbuh padar,.teqp"qlgtul
tersebut disebut sebagai
Pertu'mbuhah, Kelangsungan Hidup,
& Kematian Mikroorganisme

KELANGSUNGAN HIDUP MIKROORGANISME . Pengukuran Konsentrasi Mikroba


DALAM LINGKUNGAN ALAMI Konsentrasi mikroba dapat diukur melalui konsentrasi
Populasi miluoorganisme dalam biosfer secara kasar bersifat sel (jumlah sel yang dapat hidup per unit volume biakan),
konstan: Pertumbuhan diimbangi dengan kematian. atau konsentrasi biomassanya (berat kering sel per unit
Kelangsungan hidup setiap kelompok mikroba dalam volume biakan). Dua parameter tersebut tidak selalu
nisianya sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan ekuivalen, karena berat kering rata-rata sel bervariasi pada
berkompetisi untuk mendapatkan zar makanan dan adanya tahapan yang berbeda dalam riwayat suatu biakan.
sekelompok sel yang bertahan hidup selama kekurangan zat Keduanya tidak mempunyai makna yang sama: Pada studi
makanan. Semakin banyak bukti yang menyatakan bahwa genetik mikroba atau inaktivasi sel, konsentrasi se1

banyak mikroorganisme yang terdapat dalam konsorsia merupakan kuantitas yang signifikan; pada studi biokimia
dibenruk dari wakii genus yang berbeda-beda. Milcroorganisme atau nutrisi mikroba, konsentrasi biomassa adalah
lain, sering ditandai sebagai sel tunggal dalam laboratorium, kuantitas yang signifikan.
membentuk koloni yang bersatu dalam lingkungan alami.
Sebagian besar pemahaman kami mengenai fisiologi A. KONSENTRASI SEL
mikroba berasal dari studi lini sel terisolasi yang tumbuh Jumlah sel yang dapat hidup (Tabel 4-1) biasanya dianggap
pada keadaan optimal, dan pengetahuan rersebur membentuk sebagai ukuran konsentrasi sel. Namun, untuk berbagai
dasar untuk urusan ini. Namun, harus diingat bahwa banyak tujuan, kekeruhan suatu biakan yang diukur dengan cara
mikroorganisme yang berkompetisi pada lingkungan alami fotoelektrik, dapat dihubungkan dengan jumlah sel yang
ketika berada dalam keadaan stres nuuisi, suatu keadaan yang dapat hidup dalam bentuk kurva standar. Perkiraan visuai
dapat mengarah pada keadaan fisiologi yang sungguh berbeda kasar kadang-kadang mungkin dilakukan: suatu suspensi
dengan yang diobservasi dalam laboratorium. Dan lagi, harus Escherichia coli yang sedikit keruh mengandung'sekitar
disadari bahwa nisia mikroba yang kosong di dalam 107 sel per mililiter, dan suspensi yang cukup keruh
lingkungan akan segera terisi. Prosedur kesehatan komunitas mengandung sekitar 108.sel per mililiter. Dalam
yang melenyapkan mikroorganisme patogenik dengan cara menggunakan ukuran turbidimetrik, harus diingat bahwa
membersihkan nisianya mungkin kurang berhasil dibandingkan korelasi antara tingkat kekeruhan dan jumiah yang dapat
dengan metode yang membiarkan nisia itu diisi oleh pesaing hidup dapat bervariasi selama pertumbuhan dan kematian
nonpatogenik yang berhasil tumbuh. suatu biakan; sel dapat kehilangan viabilitasnya tanpa
menyebabkan kehilangan kekeruhan pada biakan.
ARTI PERTUMBUHAN Tabel 4-1 . Contoh jumlah yang dapat hidup.
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah semua komponen
organisme secara teratur. Oleh karena itu, penambahan ____t_"1s_"T:':n____ :,,. llrl3l 'L"Tl2{.j,, -
ukuran yang terjadi pada saat sel mengambil air atau Tidak diencerkan Terlalu banyak
10,
1

menimbun lipid atau polisakarida bukanlah pertumbuhan .} urituk dihitung


yang sebenarnya. Multiplikasi sel adalah konsekuensi 10, 510
pertumbuhan; pada organisme uniselular, pertumbuhan 10,3 t2
104 6
menyebabkan penambahan jumlah individu yang membentuk
1 0-5 1

suatu populasi atau budaya. 'Setiap hitungan adalah rata-rata dari tiga lempeng replikasr

52
PERTUMBUHAN, KELANGSUNGAN HIDUP, & KEMATIAN MIKROORGANISME / 53
B. De Hsrrls B toMAssA dihasilkan dengan cara memplot logaritme konsentrasi
biomassa (8) sebagai suatu fungsi waktu (r).
Pada prinsipnya, biomassa dapat diukur secara langsung
dengan menentukan berat kering biakan mikroba setelah
dicuci dengan air suling. Pada praktiknya, prosedur tersebut Perhitungan Konstanta Kecepatan
ddak praktis, dan peneliti biasanya menyiapkan kurva standar Pertumbuhan & Prediksi Jumlah
yang menghubungkan berat kering dengan tingkat Pertumbuhan
kekeruhan. Alternatifnya, konsentrasi biomassa dapat
Banyak bakteri berkembang biak dengan cara pembelahan
diperkirakan secara tidak'langsung dengan cara mengukur
biner, dan waktu rata-rata yangdiperlukan unruk popuiasi,
komponen selular yang penting seperti protein atau dengan
atau biomassa, menjadi dua kali lipat disebut waktu generasi
cara menentukan volume yang diisi oleh sel-sel yang telah
atau waktu penggandaan (ro). Biasanya ro ditentukan dengan
men gendap dalam suspensi.
menggambarkan sejumlah pertumbuhan pada skala
semilogaritmik sebagai fungsi waktu; waktu yang diperiukan
PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL untuk penggandaan biomassa adalah ro (Gambar 4-1).
Konstanta kecepatan pertumbuhan dapat dihitung dari
Konstanta Kecepatan Pertumbuhan waktu penggandaan dengan cara mengganri nilai 2 untuk
Kecepatan pertumbuhan sel-sel yang tidak dibatasi oleh Brl Bn dan to untuk f, - t.pada persamaan (3), yang
nutrisi merupakan orde pertama: Kecepatan pertumbuhan menghasilkan
(diukur dalam gram biomassayangdihasilkan per jam) adalah
produk dari konstanta kecepatan pertumbuhan, k, dan ln2=kta
konsentrasi biomassa, .B:
k= lt3 (4)

dB
o' (1) \7aktu penggandaan yang cepat berhubungan dengan
;: konstanta kecepatan pertumbuhan yang tinggi. Misalnya,
Penyusunan kembali persamaan (1) memperlihatkan waktu penggandaan 10 menit (0,17 jam) berhubungan
bahwa konstanra kecepatan pertumbuhan adalah kecepatan dengan konstanta kecepatan perrumbuhan 4,1 jam-r. \XZakru
yang dibutuhkan oleh sel untuk menghasilkan lebih banyak penggandaan yang relatif lama, yaitu 35 jam berhubungan
sel: dengan konstanta kecepatan pemrmbuhan sebesar 0,02 jam-r.

.k=- Bdr (2)


d8
Konstanta kecepatan pertumbuhan adalah 4,3 jam-l
(salah satu nilai tertinggi yang pernah dicatat), berarti bahwa
setiap gram sel menghasilkan 4,3 g sel per jam selama periode
pertumbuhan tersebut. Organisme yang tumbuh secara
lambat dapat memiliki konstanta kecepatan pertumbuhan
sebesar 0,02 h-1. De ngan konstanta keceparan
pertumbuhan ini, setiap gram sel dalam biakan
menghasilkan 0,02 g sel per jam.
Integrasi persamaan (1) menghasilkan

Bt Bt
lnl:2,3logro- = k(tr - to) (3)
Bo Bo

Logaritma alami dari rasio 81 (biomassa pada waktu I


[r,J) terhadap Bn (biomassa pada.waktu nol [rr]) setara
dengan produk konstanta kecepatan pertumbuhan (h) dan fd 2ta 3fo 4ta
perbedaan waktu (1,-t,). Pertumbuhan yang menaati
Waktu penggandaan (fd)
persamaan (3) disebut eksponensial karena biomassa
meningkat secara eksponensial terhadap waktu. Gambar 4-1. Pertumbuhan eksponensial. Biomassa (B)
Pertumbuhan eksponensial yang diplot secara linear dapat berlipat dua pada tiap waktu penggandaan (td).
54 / BAB4

Perhitungan konstanta kecepatan pertumbuhan dapat


digunakan untuk menentukan jumlah pertumbuhan yang
akan terjadi pada periode waktu tertentu maupun untuk c)
a
menghirung jumlah waktu yang diperlukan untuk jumlah '6
o
pertumbuhan tertentu.
C
Jumlah pertumbuhan dalam periode'waktu tertentu
q)
6
c
dapat diprediksi berdasarkan penyusunan kembali Persamaan o
(3), o)
J

rog A k(tL
-ro) (s)
'o

Waktu
Misalnya, t i," a"p",l'.".",i"'"
jumlah pertumbuhan
yang akan terjadi jika suatu biakan dengan konstanta Gambar 4-2. Kurva konsentrasi sel.
kecepatan pertumbuhan 4,1 jamr tumbuh secara
eksponensial selama 5 1am:
spesies yang sukses bersaing untuk mendapatkan zat
Br 4,th-'x5jam makanan dan sukses menghindari pembinasaan oleh predator
log (6)
- 'o-Bo 2'3 dan bahaya lingkungan lainnya.
e; suatu
Pada contoh ini, peningkatan biomassa adalah 10
KURVA PERTUMBUHAN
sel bakteri dengan berat kering sebesar 2 x 10 g akan
13

menghasilkan 0,2 mg biomassa, suatu jumlah yang akan Jika suatu n-redium cair ditanami dengan sel-sel mikroba yang
memadati 5 mL biakan. Secara jelas, kecepatan Per- diambil dari biakan yang sebelumnya telah tumbuh sampai
tumbuhan ini tidak dapat dipertahankan seiatna periode jenuh, dan jumlah sel yang dapat hidup permililiter
waktu yang lama. Pertumbuhan selama 5 jam berikutnya ditentukan secara periodik dan kemudian diplot, biasanya
dengan kecepatan yang sama akan menghasilkan 200 kg akan didapat suatu kurva seperti yang tertera pada Gambar
berat kering biomassa, atau secara kasar satu ton sel. 4-2. Kurva ini dapat dibahas dalam enam fase, yang
Penyusunan kembali persalnaan (3) lainnya memungkin- digambarkan dengan huruf A sampai F (Tabel 4-2).
kan penghitungan jumlah waktu yang diperlukan untuk
sejumiah pertumbuhan tertentu. Pada persamaan (7), Fase Penyesuaian (A)
seperti yang diperlihatkan di bawah, l/, konsentrasi sel,
Fase penyesuaian menggambarkan suatu periode selama sel-
menggantikan ,8, konsentrasi biomassa, untuk memungkin-
sel, yang kekurangan metabolit dan enzim akibat adanya
kan perhitungan waktu yang diperlukan untuk
kondisi yang tak menguntungkan pada akhir riwayat biakan
pertambahan jumlah sel tertentu.
sebeiumnya, beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Berbagai enzim dan zat- antara terbentuk dan terkumpul
z,: log,o(ru,/ru0)
t, -to =---i- (7) sampai mencapai konsentrasi yang memungkinkan
pertumbuhan dimuiai kembali.
Jika sel diambil dari suatu medium yang sama sekali
Menggunakan persamaan (7), memungkinkan kita, berbeda, sel-sel tersebut sering kali secara genetik tidak dapat
misalnya, untuk menentukan waktu yang diperlukan oleh tumbuh di daiam medium yang baru. Pada kasus demikian,
organisme yang tumbuh secara lambat dengan konstanta dapat terjadi suatu penyesuaian yang lama, yang meng-
kecepatan pertumbuhan 0,02 jam-r untuk tumbuh dari gambarkan periode yang diperlukan untuk beberapa mutan
satu sel menjadi suspensi sel yang sedikit keruh dengan
konsentrasi 107 sel/mL.
Tahel 4-2. Berbagai fase pada kurva pertumbuhan
. 2,3 x7 mikroba.
++
- (n -
[,
0,02 jam '
Bagian rr,KelCepatah ,.

Kurva, Pertumbuhan
Pemecahan persarnaan (8) memperlihatkan bahwa sekitar Nol
A Penyesua ian
800 jam-sedikit lebih dari sebulan-diperlukan agar B Akselerasi Bertambah
sejumlah pertumbuhan tersebut terjadi. Kelangsungan hidup Eksponensial Konstan
B erku ra ng
organisme yang tumbuh secara lambat menunjukkan bahwa D Retardasi
Keseimbangan maksimum Nol
persaingan untuk kelangsungan hidup biologik tidak selalu E
F Pen u runan Negatif (mati)
ke arah kecepatan-spesies yang akan berkembang adalah
PERTUMBUHAN, KELANGSUNGAN HIDUP, & KEMATIAN MIKROORGANISME / 55
dalam inokulum untuk memperbanyak diri secukupnya tumbuh secara eksponensial. Dua alat yang telah
sehingga terlihat adanya peningkatan jumlah sel. diciptakan untuk melakukan proses tersebut secara
otomatis: kemostat dan turbidostat.
Fase Eksponensial (C)
Selama fase eksponensial, yang perhitungan matematikanya Kemostat
telah dibahas, sel-sel berada dalam keadaan stabil. Materi Alat ini terdiri dari suatu tabung biakan yang dilengkapi
sel baru disintesis dengan kecepatan konstan, tetapi dengan pipa alir dan suatu mekanisme untuk meneteskan
material yang baru itu sendiri bersifat katalitik, dan massa medium segar dari tempat penyimpanan dengan kecepatan
meningkat secara eksponensial. Keadaan tersebut terus yang dapat diatur. Medium di dalam tabung biakan diaduk
berlangsung sampai satu dari dua kejadian ini terjadi: oleh suatu aliran udara yang steril; masing-masing tetesan
kehabisan satu atau iebih zat gizi dr dalam medium, atau medium segar yang masuk menyebabkan satu tetes biakan
produk metabolik toksik berakumulasi dan menghambat dialirkan keluar.
pertumbuhan. Pada organisme aerob, nutrisi yang Medium dibuat sedemikian.rupa sehingga satu jenis zat
terbatas biasanya adalah oksigen. Bila konsentrasi sel lebih makanan membatasi pertumbuhan. Tabung biakan ditanami
I
dari sekitar x 107/mL (pada kasus bakteri), kecepatan sel, dan sel-sel tumbuh sampai zat makanan yang terbatas
pertumbuhan akan menurun kecuali jika oksigen dipaksa habis; medium segar dari tempat penyimpanan dibiarkan
masuk ke dalam medium dengan cara mengaduk atau mengalir dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga sel-
memasukkan gelembung-gelembung udara. Bila sel dapat menggunakan zat makanan yang terbatas itu secepat
konsentrasi bakteri mencapai 4-5 x 10elmL, kecepatan penyediaannya. Pada keadaan tersebut, konsentrasi sel tetap
difusi olaigen tidak dapat memenuhi kebutuhan walaupun konstan dan kecepatan pertumbuhan berbanding lurus
medium tersebut diberi udara, dan pertumbuhan akan dengan kecepatan aliran medium.
melambat secara progresif.

Fase Keseimbangan Maksimum (E) DEFINISI & PENGUKURAN KEMATIAN


Pada akhirnya, kehabisan zat makanan atau penumpukan Arti Kematian
produk toksik menyebabkan pertumbuhan berhenti secara
menyeluruh. Namun, pada sebagian besar kasus, terjadi Bagi sel mikroba, kematian berarti hilangnya kemampuan
pergantian sel pada fase keseimbangan ini: Terjadi bereproduksi (tumbuh dan membelah) secara ireversibel. Uji
kehilangan sel yang lambat akibat kematian, yang empiris kematian adalah biakan sel di atas medium padat:
diseimbangkan dengan pembentukan sel baru melalui Suatu sel dianggap mati jika gagai menghasilkan koloni pada
pertumbuhan dan pembelahan. Bila keadaan tersebut medium apa pun. Jelaslah bahwa keandalan uji ini
terjadi, jumiah sel total secara lambat akan meningkat bergantung pada pilihan medium dan berbagai keadaan
meskipun jumlah yang dapat hidup tetap konstan. berikut: Biakan yangggo/o selnya tampak "mati" dalam hai
kemampuannya membentuk koloni pada satu medium dapat
Fase Penurunan: Fase Kematian (F) terbukti mampu hidup 100% jika diuji pada medium lain.
Setelah suatu periode waktu pada fase keseimbangan, Lagi pula, penemuan beberapa sel yang mampu hidup dari
yang bervariasi sesuai dengan organisme dan keadaan spesimen kiinis yang sangat banyak tidaklah mungkin
biakan, kecepatan kematian meningkat sampai rriencapai dilakukan dengan cara pembiakan langsung pada lempeng
tingkat stabil. Perhitungan matematik kecepatan biakan, karena cairan sampel itu sendiri dapat menghambat
kematian yang stabil dibahas di bawah ini. Sering kali, pertumbuhan mikroba. Pada kasus demikian, sampel
setelah sebagian besar sei mati, kecepatan kematian mungkin harus diencerkan lebih duiu menjadi medium cait
menurun secara drastis, sehingga sedikit sel yang hidup sehingga memungkinkan pertumbuhan awal dari sel-sel yang

dapat bertahan selama beberapa bulan atau bahkan mampu hidup sebelum ditanam pada lempeng biakan.
beberapa tahun. Persistensi tersebut (pada beberapa kasus) Keadaan inkubasi pada jam pertama setelah perlakuan
dapat mencerminkan pergantian sel, beberapa sel tumbuh di atas juga merupakan faktor penting dalam penentuan
"kematian". Misalnya, apabila sel-sel bakteri diiradiasi dengan
dengan zat makanan yang dilepaskan dari sel yang mati
dan mengalami lisis. sinar ultraviolet dan segera ditanam pada lempeng biakan
di dalam medium apa pun, akan tampak 6ahwa99,99o/o sel
tersebut telah terbunuh. Namun, apabila sel-sel yang
PEMELIHARAAN SEL PADA FASE
diiradiasi tersebut mula-mula diinkubasi terlebih dulu daiam
EKSPONENSIAL larutan dapar yang sesuai selama 20 menit, penanaman paCa
Sel-sel dapat dipertahankan pada fase eksponensial lempeng hanya akan menunjukkan I0o/o yang terbunuh.
dengan mentransfernya secara berulang ke dalam medium Dengan kata lain, iradiasi menenrukan bahwa sel akan 'mati"
segar dengan komposisi yang identik sementara sel terus jika segera ditanam pada lempeng biakan, tetapi akan hidup
56/ BAB 4

A bahwa 9096 sel-sel yang bertahan hidup akan mati dalam


J
.E setiap interval 10 menit berikutnya, dan akan diperoleh
kurva kematian yang serupa dengan kurva pada Gambar
=co 4-3.
€4
t Jadi, jumlah sel yang mati dalam setiap interval waktu
o
! adalah fungsi dari jumlah yang seiamat, sehingga kematian
E3 populasi berlangsung sebagai proses elaponensial berdasarkan
6 rumus umlrm berikut
frz
E
=
s =soe-kt (9)
9i
j
* So adalah jumiah yang bertahan hidup pada waktu nol,
dan S adalah jumlah yang bertahan hidup pada setiap waktu
berikutnya, r. Seperti pada kasus pertumbuhan eksponen-
sial, -k merupakan kecepatan kematian eksponensial bila
fralai ln (S/Su) digambarkan terhadap waktu.
Kurva satu pukulan seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 4-3A merupakan kurva kinetika inaktivasi khas
J
E yang terlihat pada banyak agen antimikroba. Fakta bahwa
E-
ini merupakan suatu garis lurus dari waktu nol (dosis
E nol)-dan bukannya memperlihatkan bahu pada awal
c6
E4 ku1v4-g61x1ti bahwa "pukuian" tunggal oleh agen yang
E
no menginaktivasi cukup untuk membunuh sel; yaitu, hanya
O^
o satu target yang harus dirusak agar seluruh sel dapat
E diinaktifl<an. Target terse but mungkin merupakan
EZ
_a kromosom pada bakteri berinti satu atau membran sel;
c
'Zr
= sebaliknya, target itu tidak mungkin suatu enzim atau
o bagian sel lain yang ada dalam jumlah banyak.
9
Satu sel yang mengandung beberapa salinan t^rget yang
0
10 20 30 40 50 60 akan diinaktivasi memperlihatkan suatu kurva banyak
Menit pukulan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4-3B.
Ekstrapolasi dari bagian garis lurus kurva tersebut terhadap
Gamhar4-3. Kurva kematian mikroorganisme. A: Kurva ordinat memberikan perkiraan jumlah target (misalnya, 4
satu pukulan. B: Kurva banyak pukuian. Bagian garis pada Gambar 4-38).
lurus memperhitungkan sampai 6,5, sesuai dengan 4 x
106 sel.5ehingga, jumlah targetnya adalah 4 x 105, atau
Sterilisasi
empat per sel.
Dalam praktik, kita membicarakan "sterilisasi" sebagai
proses membunuh semua organisme dalam suatu sediaan.
jika dibiarkan untuk memperbaiki kerusakan akibat Namun, dari pertimbangan di atas, kita lihat bahwa tidak
radiasi sebelum ditanam di atas lempeng biakan. ada satu keadaan pun yang dijamin dapat mensterilkan suatu
Jadi, suatu sel mikroba yang tidak dirusak secara fisik sediaan. Sebagai contoh, perhatikan Gambar 4-3. Pada
hanya "mati" dari segi keadaan yang digunakan untuk 60 menit, tersisa satu organisme (100) untuk tiap mililiter.
menguji kemampuan hidup. Pada 70 menit, akan tersisa 10-r, pada 80 menit 10-2, dst.
Yang dimaksud dengan 10-2 organisme per mililiter ialah
Pengukuran Kematian bahwa dalam volume total 100 mL, satu organisme akan
Bila berurusan dengan mikroorganisme, biasanya kita bertahan hidup. Kemudian, berapa lama waktu yang diper-
tidak mengukur kematian sei secara individual, melainkan lukan untuk "mensterilisasi" biakan? Kita hanya dapat
mengukur kematian populasi. Keadaan tersebut merupakan mengatakan bahwa setelah sekian waktu dikerjakan,
masalah statistik Pada setiap keadaan yang dapat menl'e babkan
kemungkinan adanya organisme yang bertahan hidup
kematian sel, kemungkinan sel tersebut akan mati adalah dalam 1 mL sesuai dengan kurva pada Gambar 4-3. Setelah
konstan untuk tiap satuan waktu. Misalnya, apabila suatu 2 jam, pada contoh di atas, kemungkinannya adalah 1 x
keadaan menyebabkan 90o/o sel mati dalam 10 menit i0-6. Ini biasanya akan dianggap sebagai waktu sterilisasi
pertarna, kemungkinan tiap satu sel mati dalam interval 10 yang aman, tetapi bahan yang berisi 1000 liter mungkin
menit adalah 0,9. Oleh karena itu, dapat diharapkan masih mengandung satu organisme yang mampu hidup.
PERTUMBUHAN, KELANGSUNGAN HIDUP, & KEMATIAN MIKROORGANISME / 57
Perhatikan bahwa perhitungan tersebut bergantung Demikian pula, Crdan /, berturur-rurur adalah konsentrasi
pada kemiringan kurva yang rerap tidak berubah pada kedua dan waktu yang diperlukannya untuk meng,
seluruh renrang waktu. Sayangnya, kurva ini sangat sering inaktifkan 99o/o sel. Dari persamaan (10), kita lihat bahwa
melengkung ke atas setelah periode wakru tertentu, karena
clntr - c2nf2 (1 1)
populasi menjadi heterogen kepekaannya terhadap agen
inaktivasi tersebut. Ei<strapolasi ini berbahaya dan dapat Cari n, dan dihasilkan
menyebabkan kesalahan seperti yang ditemukan pada awal
pembuatan vaksin polio yang steril. logfr-logt,
n_ (2)
log c, , log C,
Efek Konsentrasi Obat
Jadi, n dapat ditentukan dengan cara mengukur kemiringan
Bila zat antimikroba (obat-obatan) digunakan untuk garis yang dihasilkan bila log r diplot terhadap 1og C
menginaktifkan sel-sel mikroba, sering dijumpai bahwa (Gambar 4-4). Jlka n.secara eksperimental ditentukan
konsentrasi obat yang digunakan berkairan dengan waktu dengan cara ini, K dapat ditentukan dengan mengganti
yang diperlukan untuk membunuh suatu bagian rertenru nilai yang diper:oleh untuk C t, dan n pada persamaan (10).
dari populasi, seperti terlihat dalam persamaan berikut:

c^t = K (10)
BERBAGAI AGEN ANTIMIKROBA
Pada persamaan tersebut, Cadalah konsentrasi obat, r adalah Definisi
waktu yang diperlukan untuk membunuh sejumlah sel Istilah berikut sering digunakan dalam hubungannya
tertentu, dan z serta Kadalah konstanta. dengan agen-agen antimikroba dan penggunaannya.
Persamaan tersebur menunjukkan bahwa, misalnya,
apabila z = 5 (seperti untuk fenol), kemudian penggandaan A. BrosrD
konsentrasi obat akan mengurangi waktu yang diperlukan Istilah umum untuk menggambarkan agen kimiawi,
untuk mencapai tingkat inaktivasi yang sama sebanyak 32 biasanya spektrum luas, yang menginaktivasi mikro-
kali lipat. Efektivitas suatu obat bervariasi sesuai dengan organisme (Tabel 4-3).
konsentrasi pangkat lima menunjukkan bahwa lima molekul
obat diperlukan untuk menginaktifkan suatu sel, meskipun B. BAKTERtoSTATTK
ddak ada bukti kimiawi langsung untuk kesimpulan ini Isdlah spesifik yang menunjukkar sifat biosid yang mampu
lJntuk menentukan nilai z bagi setiap obat, ditentukan menghambat multiplikasi bakteri; muitipiikasi dimulai iagi
kurva inaktivasi untuk tiap beberapa konsentrasi, dan waktu bila agen telah dihilangkan. (lstilah "fungistatik" dan
yang diperlukan oleh setiap konsentrasi untuk menginaktifkan "sporostatik" menunjukkan biosid yang berturut-rurut
suatu bagian tetap dari populasi. Misalnya, konsenrrasi menghambat pertumbuhan fungi dan spora.)
pertama yang digunakan adalah C, dan waktu yang
diperlukan untuk menginaktifkan 99o/o sel adalah r, C. BAKTERISIDAL
Istilah spesifik yang menunjukkan sifat biosid yang
mampu membunuh bakteri. Kerja bakterisidal berbeda
2,4
dari bakteriostasis hanya dalam hal sifat ireversibelnya;
yaitu, organisme yang "dimatikan" tidak lagi dapat
z,u
=c bereproduksi, meskipun sudah tidak terkena zat itu lagi.
o
E t,o Pada beberapa kasus, agen menyebabkan lisis (melarutkan)
E
(g
sel-sel; pada kasus lain, sel tetap utuh dan mungkin terus
6
E
,^
I'z aktif secara metabolik. (lstilah "fungisidal", "sporisidal",
dan "virusidal" menunjukkan sifat biosid yang mampu
o) U,O membunuh fungi, spora, dan virus).
o
J
0,4 D. STERILISASI
Proses fisika atau kimia yang menghancurkan atau
-1,00 1,10 1,20 1,30 melenyapkan semua kehidupan mikroba secara menyeluruh,
termasuk spora.
Log.,o C (dalam bagian per'1000)

Gambar 4-4. Hubungan antara konsentrasi obat dan E. DtstxrexrlN


waktu yang diperlukan untuk membunuh sejumlah Berbagai produk atau biosid yang digunakan untuk
populasi sel tertentu. membunuh mikroorganisme pada objek atau permukaan
58 / BAB4

Tabel 4-3. Beberapa biosid yang umum digunakan untuk antisepsis, disinfeksi, pengawetan, dan berbagai tujuan
lainnya.

f sll.ge;; }1{RF]!ssglf
xffig.9I *:t:t:i€t;iz:':z Aq.a

Alkohol I antisepsis,disinfeksi,
Etanol cH3-cHoH I pengawetan

Aldehid rHH I Disinfeksi,sterilisasi,


lll
Glutaraldehid
I O :CCHzCHzCHzC: O I P"n9t*"tun
tt
---tl
Formaldehid
[)"=o
Biguanid , l-\ ,/-\ |

Klorheksidin , o { \:/ h N(HcNhH(cH2)6N(HcN)rH


ll ll a \:,/ ,f cl r
r
Antisepsis, aktivitas antiplak,
| NH
penqawetan,
--'- disinfeksi
I NH t

Heksaklorofen
"S;:S" ,
I

I
Deodoran, pengawetan

Agen petepas halogen I

Senyawa klorin i

r
+ocl-,Hocl,cl, ___l Disinfeksi,antisepsis
Senyawa yodium r
+1, I

Senyawa merkuri I
Hg It___oisinfeksi
I

Peroksigen I

Disinfeksi, sterilisasi

-oii-
perasetat
Asam
---.1
I
---9,-
CH3COOOH
-------l I

-l- - - - - - - - l- - -
kresol
'Fenol
Fenol dan ' ?*
I

I,lll <\ I oisintetsi,pengawetan

, \'/ -'1
I

----'l
Kresol r oH I

rI (-t' I

',
,til \i"".
I

;;;;;.-."'"-;";;;; i
ll\./l
--;--;-l;-- I

L---
I Disinfeksi,antisepsis,
I I N 1..-
I P"ngu*",un
I L/ \ l^ I

rlR2R4i
,LI
I

(berla njut)
PERTUMBUHAN, KELANGSUNGAN HIDUP, & KEMATIAN MIKROORGANISME I 59

label 4-3. Beberapa biosid yang umum digunakan untuk antisepsis, disinfeksi, pengawetan, dan berbagai tujuan
lainnya. (Lanjutan)
.:: :i t..:..............1:.. .. ) :..".....
r'
ot myl e.',1. Pengguha€ln
., 1n9.".I.,',11,,,l:.'- ::r''' :':''-:"1
I
),,:,
;,a):,t;',,', .',:
F, ,-r.:::::'l:: r:r:lii::r . .i.. r. ::i 1,, 1.

-l+
Setrimid I r".
|IN ". , "
I
cH" I

I
I I

a,-
I
lz\
,lJ1
I
I CoHz*
I
L "." Disinfeksi, antisepsis,
a+
I pengawetan
Benzalkonium klorida --
I ( FcH, cHa
1- \ / I

I N lcr- I

l/\l
L H:c conrjj
Fase uap r o
Etilenoksida t ,/\
.:'^. t Sterilisasi,.disinfeksi
r HzC- CH2
Formaldehid tHt
rlr
r H-C:O I

-1 - - - - - - - - -l
Hidrogen peroksida
' Hro, I

yang mati. Disinfektan dapat bersifat sporostatik tetapi ultraviolet, dan bahan kimia reaktif DNA. Pada kategori
tidak harus bersifat sporisidal. terakhir adalah berbagai agen pengalkil dan senyawa lain
yang bereaksi secara kovalen dengan basa purin dan
F. SEPTIK pirimidin sehingga bergabung dengan DNA atau
Ditandai dengan adanya mikroba patogenik dalam membentuk ikatan silang antaruntai. Radiasi merusak
jaringan hidup. DNA dengan beberapa cara: Sinar ultraviolet, misalnya,
menginduksi ikatan siiang antarpirimidin yang berdekatan
G. ANTISEPTIK pada salah satu untai polinukleotida, membentuk dimer
pirimidin; radiasi pengion menyebabkan pecahnya untai
Suatu biosid atau produk yang menghancurkan atau tunggal dan ganda. Lesi DNA yang diinduksi secara kimia
menghambat pertumbuhan mikroorganism.e yang ada di dan radiasi akan membunuh sel terutama dengan cara
dalam atau di atas jaringan hidup. mengganggu replikasi DNA. Lihat Bab 7 untuk
pembahasan sistem perbaikan DNA.
H. ASEPTIK

Ditandai dengan tidak adanya mikroba patogenik. B. DENATURASI PROTEIN


Protein terdapat dalam bentuk tiga dimensi dan berlipat-
I. PENGAWETAN lipat, yang ditentukan dengan ikatan disulfida kovalen
Pencegahan muitiplikasi mikroorganisme pada produk- intramolekul dan sejumlah ikatari nonkovalen seperti ikatan
produk yang diformulasikan, termasuk obat-obatan dan ionik, hidrofobik, dan hidrogen. Bentuk ini disebut struktur
makanan. tersier protein; yang mudah terganggu oleh sejumlah agen
kimia atau fisik, menyebabkan protein menjadi tidak
J. ANTIBIOTIK berfungsi. Kerusakan struktur tersier protein disebut
denaturasi protein.
Senyawa organik sintetik atau yang terdapat secara alami yang
menghambat atau menghancurkan bakteri tertentu, biasanya
C, KERUSAKAN MEMBRAN ATAU DINDING SEL
pada konsentrasi rendah.
Membran sel bekerja sebagai sawar yang selektif,
Cara Kerja memungkinkan beberapa zat terlarut untuk melewatinya
dan menahan z^t lainnya. Banyak senyawa yang ditranspor
A. MERUSAK DNA
secara aktif melalui membran, menjadi terkonsentrasi
Sejumlah agen antimikroba bekerja dengan cara merusak dalam sel. Membran juga merupakan tempat enzim yang
DNA; termasuk di dalamnya adalah radiasi pengion, sinar terlibat dalam biosintesis komponen selubung sel' Zat
60 / BAB4

yang berkumpul pada permukaan sel dapat mengubah atau antara enzim dan substrar. Zat kimiayang bergabung
sifat fisika dan kimia membran, mencegah membran dengan mineral-mineral tersebut sekali lagi akan mencegah
berfungsi dengan normal sehingga akan membunuh atau perlekatan koenzim atau substrar; misalnya, karbon
menghambat sel. monoksida dan sianida bergabung dengan atom besi dari
' Dinding sel bekerja sebagai struktur pembe ri bentuk sel, enzim yang mengandung hem dan mencegah fungsinya
melindungi sel terhadap lisis osmotik. Oleh karena itu, dalam respirasi.
berbagai agen yang menghancurkan dinding (misal, lisozim) Antagonis kimia dapat dibahas dengan baik dalam dua
atau mencegah sintesis normalnya (misal, penisilin) dapat topik: antagonis dalam proses penghasil energi, dan antagonis
menimbulkan lisis sel. proses biosinietik. Antagonis pada proses penghasil energi
meliputi racun-racun enzim pernapasan (karbon monoksida,
D. PEMBUANGAN GUGUS SULFHIDRIL BEBAS sianida) dan fosforilasi oiaidatif (dinitrofenol) ; antagonis
proses biosintetik meliputi analog pembentuk protein (asam
Protein enzim yang mengandung sistein mempunyai rantai
amino) dan asam nukleat (nukleotida). Pada beberapa kasus,
samping yang berakhir pada gugus sulfhidril. Selain itu,
koenzim seperti koenzim A dan dihidrolipoat mengandung analog mencegah penggabungan metabolit normal (misal,
gugus sulfhidril bebas. Enzim dan koenzim semacam ini tidak
5-metil-triptofan mencegah penggabungan triptofan ke
dalam protein), dan pada kasus lain analog menggantikan
dapat berfungsi kecuali jika gugus sulfhidrilnya tetap bebas
dan tereduksi. Dengan demikian, berbagai agen pengoksidasi
metabolit normal dalam makromolekul, menyebabkan
makromolekul menjadi tidak berfungsi. Penggabungan p-
mengganggu metabolisme dengan membentuk ikatan
fluorofenilalanin di tempat fenilalanin pada protein adalah
disulfida antar gugus sulfhidril yang berdekatan:
suatu contoh jenis antagonisme pada proses biosintetik.

R-5H+HS-R -2H >R-s-s-R Pembalikan Aksi Antibakteri


Banyak logam seperti ion me rkuri juga dapat mengganggu
Pada bagian definisi, telah ditekankan bahwa kerja
dengan bergabung bersama sulfhidril: bakteriostatik, berdasarkan definisi, bersifat reversibel.
Pembalikan dapat dihasilkan dengan beberapa cara.
cl
R_sH+ HqI ------>R,S A.
R_SH I' R_S/
' Ho + 2HCl PEMUSNAHAN AGEN

cl Bila sel-sel yang dihambat oleh adanya agen bakteriostatik


dipisahkan dengan sentrifugasi, dicuci seluruhnya dalam
Terdapat banyak enzim sulfhidril dalam sel; oleh karena
itu,agen-agen pengoksidasi dan iogam berat dapat
alat sentrifugasi, dan disuspensi ulang dalam medium
menimbulkan kerusakan yang luas. pertumbuhan segar, sel akan bermultiplikasi kembali
secara normal.
E. ANTaeoNISHE KIMIA
B. PEMBALIKAN oLEH SUBSTRAT
Gangg t"n suatu agen kimia terhadap realai normal antara
enzim spesifik dan substratnya dikenai sebagai "antagonisme
Bila antagonis kimia dari jenis analog berikatan dengan
kimia." Antagonis bekerja dengan cara bergabung dengan enzim secara reversibel, antagonis dapat digantikan
dengan menambahkan substrat normal dalam konsentrasi
beberapa bagian dari holoenzim (apoenzim protein, aktivator
mineral, atau koenzim), sehingga mencegah perlekatan tinggi. Hal semacam ini disebut "inhibisi kompetitif".
Perbandingan konsentrasi inhibitor terhadap konsentrasi
substrat normal. ("Substrat" di sini digunakan dalam arti
luas, mencakup kasus yang inhibitornya bergabung dengan
substrat yang membalikkan inhibisi disebut indeks
antimiftroba; indetr<s biasanya sangat tinggi ( 100-10.000),
apoenzim, sehingga mencegah perlekatan koenzim pada
substrat).
yang menunjukkan afinitas enzim yang sangat besar
terhadap substrat normalnya.
Antagonis bergabung dengan suatu enzim karena afinitas
kimianya terhadap tempat penting pada enzim tersebut.
C. INAKTIVAsI AGEN
Enzim melakukan fungsi katalitiknya karena sifat afinitasnya
terhadap substrat alaminya; oleh karena itu, setiap senyawa Suatu agen sering kali dapat diinaktivasi dengan
yang secara struktural menyerupai substrat pada aspek menambahkan suatu zat ke dalam medium yang dapat
penting ini juga mempunyai afinitas terhadap enzim tersebut. bergabung dengan agen tersebut, dan mencegah terjadinya
Jika afinitas ini cukup besar, "analog" akan menggantikan penggabungan antara agen dengan bagian-bagian sel.
substrat normal dan menghalangi reatr<si yang biasa terjadi. Misalnya, ion merkuri dapat diinaktivasi dengan
Banyak holoenzim yang mengandung ion mineral penambahan senyawa sulfhidril seperti asam tioglikolat
berlaku sebagai suatu jembatan antara enzim dan koenzim ke dalam medirrm.
PERTUMBUHAN, KELANGSUNGAN HIDUP, & KEMATIAN MIKROORGANISME / 61

D. PROTEKSI TERHADAP LIsIs cepat melawan bakteri vegetatif, virus, dan fungi tetapi
Lisis osmotik dapat dicegah dengan membuat medium
tidak bersifat sporisidal. Aktivitasnya akan optimal bila
diencerkan dengan air hingga konsentrasinya menjadi
isotonik terhadap protoplas bakteri yang telanjang.
60-900/0.
Diperlukan konsentrasi sukrosa sebesar l0-20o/o. Pada
keadaan tersebut, protoplas yang diindulsi oleh penisilin
B. ALDEHID
tetap dapat hidup dan terus tumbuh sebagai bentuk L.
Glutaraldehid digunakan untuk disinfeksi dan sterilisasi
endoskop dan peralatan bedah pada temperatur rendah.
Resistansi Terhadap.Berbagai Agen
Biasanya digunakan sebagai iarutan 2o/o untuk mencapai
l\ntibakteri aktivitas sporisidal. Formaldehid bersifat bakterisidal,
Kemampuan bakteri untuk menjadi resistan terhadap agen sporisidal, dan virusidal.
antibakteri merupakan faktor penting dalam pengendalian
bakteri. Cara bakteri dapat memperoleh sifat resistensi ini C. BIGUANID
dibahas pada Bab 7 dan 10. Klorheksidin secara iuas digunakan untuk mencuci tangan
dan berbagai produk oral serta sebagai disinfektan dan
BerbagaiAgen Fisika pengawet. Mikobakteri umumnya sangat resistan terhadap
biguanid.
A. PANAs
i)emakaian panas adalah tindakan paling sederhana untuk D. BISFENOL

mensterilisasi bahan, asalkan bahan tersebut tahan terhadap Bisfenol secara luas digunakan untuk sabun dan agen pencuci
ke rusakan akibat panas. Gmperatur 100
0C akan membunuh
tangan antiseptik. Pada umumnya, bisfenol adalah agen yang
semua bakteri kecuali bentuk spora dalam waktu 2-3 menit berspektrum luas tetapi mempunyai sedikit efek terhadap
dalam biakan pada skala laboratorium; temperatur I21 0C Pseudomonas aeruginosa dan kapang. Triklosan dan
selama 15 menit digunakan untuk membunuh spora. heksaklorofen bersifat bakterisidal dan sporostatik.
Penguapan sering digunakan, karena bakteri lebih cepar mati
dalam keadaan yang lembab dan karena uap merupakan cara E. BERBAGAI AGEN PELEPAS HALOGEN
untuk menye barkan panas ke semua bagian tabung ste rilisasi. Jenis agen pelepas klorin yang paling penting adalah natrium
Uap harus dipertahankan pada tekanan 15 lb/sq di atas hipoldorit, ldori n diokida, dan narriu m dildoroisosianurat,
tekanan atmosfer untuk mendapatkan temperarur sebesar yang merupakan agen-agen pengoksidasi yang menghancurkan
I2l 0C; autoklaf atau panci bertekanan digunakan untuk aktivitas selular protein. Asam hipoklorat adalah senyawa
tujuan ini. Untuk mensterilkan bahan-bahan yang harus aktif yang menyebabkan efek bakterisidal dan virusidal dari
tetap kering, tersedia oven listrik yang mengedarkan udara senyawa-senyawa ini. Pada konsentrasi yang lebih tinggi,
efektifuntuk bahan yang kering,
panas ; karena panas kurang senyawa-senyawa ini bersifat sporisidal. Yodium secara cepat
biasanya digunakan temperatur 160-170 0C selama I jam bersifat bakterisidal, fungisidal, tuberkulosidal, virusidal, dan
atau lebih. sporisidal. Iodofor (misalnya, povidon-iodin) adalah
Pada keadaan yang dijelaskan di(yaitu, temperatur
atas kompleks yodium dan agen atau karier pelarut, yang berlaku
sangat tinggi yang digunakan dalam jangka waktu lama), sebagai sumber I, aktif.
panas bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel dan
asam nukleat serta dengan cara merusak membran sel. F. DERIVAT LOGAM BERAT
Sulfadiazin perak, suatu kombinasi dari dua agen antibakteri,
B. RADIAsI Ag. dan sulfadiazin, mempunyai aktivilas spektrum luas. Sifat
Sinar ultraviolet dan radiasi pengion mempunyai berbagai inhibisinya mungkin disebabkan oleh ikatannya dengan
kegunaan sebagai agen sterilisator. Cara kerjanya telah komponen sel seperti DNA.
dibahas di atas.
G. PERoKSIGEN

BerbagaiAgen Kimia Hidrogen peroksida mempunyai aktivitas spektrum luas


melawan virus, bakteri, ragi, dan spora bakteri. Aktivitas
Struktur kimia dan penggunaan biosid diperlihatkan pada sporisidal memerlukan konsentrasi HrO, yan1 lebih tinggi
Tabel4-3. (10-30o/o) dan waktu kontak yang lebih lama.

A. ALKOHOL H. FENoL
Etil alkohol, isopropil alkohol, dan z-propanol Fenol dan berbagai senyawa fenolat mempunyai sifat
memperlihatkan aktivitas antimii<roba spektrum iuas yang andseptik, disinfektan, atau pengawet.
62 / BAB4

I. SENYAwA AHoNIUM KUATERNER


3;, i Kerjr',a gen:ag e-n atau proiei nia nakah yang' da pat I

Senyawa ini mempunyai dua regio di dalam struktur d iba lik?


molekularnya, satu gugus penolak air (hidrofobik) dan (A) Disinfektan
satu gugus penarik air (hidrofilik). (B) Agen bakterisidal
Detergen kationik, seperti yang ditunjukkan oleh
'
:',:,,t:,,,:,,',,:t:.::.::lCl,'',Ageh,,:,bakt
gf
!
oi!a!i k
(D) Autoklaf pada suhu 12li] lcriisalariia,1 5 menit
senyawa amonium kuaterner (SAK), adalah antiseptik dan (E) Pemanasan kering padt::iuh 160.170 oC
disinfektan yang berguna. SAK telah digunakan untuk selama 1 jam
berbagai tujuan klinis .(misal, disinfei<si praoperasi untuk r:lril:l4;,,
rrKetep__atanr,-peitUm.bU han rr'bakteii se['ama-t..t" ],',
kulit yang tidak rusak) serta untuk
membersihkan ,,irlrr,ri.:.:r'. eksBoneh3ial. peitunibuhan'ladatah,..
permukaan yang keras. Senyawa tersebut bersifat (A) Nol
sporostatik; menghambat pertumbuhan spora tetapi tidak (B) Meningkat
menghambat proses germinasi yang sebenarnya. SAK juga (C) Konstan
bersifat mikobakteriostatik dan mempunyai efek pada
-',.;.-,.,,',r.:. (D).,.,:,r Mel rurl :,,,,r,,:.:

,'i r: (E)':1liNqgatif :.,,'


''
::::

selubung lipid tetapi bukan untuk virus yang tidak


berselubung lipid. ,',,:',i;.l,,fitiOiia n',"p'eiit.* U 0 han ba kte ii. :re I aiir a f as e
,;',,',;'';l.te.seimbangan, lnaksi mum ada] ah,,,,,rl'.,',',,.,,1,,,,,,r,
(A) Nol
J. STERILAN FASE UAP (B) Meningkat
(C) Konstan
Alat-alat kesehatan dan bedah yang sensitif terhadap panas
dapat disterilisasi secara efektif dengan sistem fase uap
t:1,,;21;'(D),,',.,Me.nu.r:un,.,.,,::,.,'-. 1,.,,,, ..
(E) Negatif ,

yang menggunakan etiien oksida, formaldehid, hidrogen


peroksida, atau asam perasetat.
1.A 4.C
;..:;.. ..:
Berbagai Agen Kemoterapi ;:1::',:2;g.:..,1:1'
,.:-;:::,',..111;:;11'1L:::::.
!,;:'p':,::; . ...
,.,,.. , . t,..
3.C
Sifat alami dan cara kerja obat-obat ini dibahas dalam ;ffix : ":$:ll:'r' I ;
Bab 10. ^Wffit$S'*ffi.*r".ffi

KEPUSTAKAAN
Buhu
i,:'" iaoi;;n,1;;;;;mpqja:.n.aini,ia:,):'ttr'.u;..q.enE!n
sep0f iih::rjch ai iahi i:"c6 ii' :y,en g. 119,!u!',,ke1,.d,9 lam Block SS (editor): Disinfection, Sterilization, and Preseruation, 5th ed.
Lippincott Williams and Wilkins 2001.
t',:.::,.;
kahd u nSr.kemihnya rsae!'berh0b'uaganrie,kiUal,..,.g
idli tteijebut..lp66rpii1:iy-a i',waktu..rr:!€g-eng,ra!i:?9 Gerhardt P et al (editors): Manual of Methods for General Bacteriology.
me nii;' Setelah,'s'el a n g'20 menit;,: 6:.io li mai{d,::lie' American Society for Microbiology, 1981.
:

fbset,io g a r itrn k, pe rtu m b u h an. Setelah l\it-6 :1t:


i 1l, Kjelleberg S (editor): S/oruolion in Bacteria. Plenum Press, 1993.
pertumbuhEn, logaritmik, :j umlah totali iet'adalah
Olmstad RN (editor): APIC Infection Control and Applied Epidemiology:
I ,,' (A) 2550 .li. i
Principles and Practices. Mosby Year Book, 1996.
, :-,:r, (B).r,,,,501? : ,.,::'.

:,t,:u].{C}.::i.90,::.::'i:r::t]ir,: .',' Russell AD, Hugo WB, Ayliffe GAJ (editors): Principles and Practice of
,,, Disinfection, Preseruation and Sterilization, 3rd ed. Blackwell
:::.trr'{D):':,r'1 028ii.i"':...
Scientifi c Publications, 1999.
'i,r,,, (E) 11.000.000

2; Seora n g'pe re mpr in. oa.usii i.j r:tin:u n rr.Oiiii


diiawat'.d1,
penoobatan
untuk mendaoatkan pengOb.at6n:$e-Cara
rumah sakit untukm-endapatkan
iUmah
Artihel & Tinjauan
,, Iniiavena,lerhadap] abiesnya yang, diiebabkanpeh r :: .: Donohue WD: The cell cycle of Escherichia coll. Annu Rev Microbiol
ph y qqr€usiittsqtela h pen goba,ladrteitebutr::,,,::. 1993;47:199.
. Sta locotsr--J{
dan::paiie ' keluaf deii rymeh sakilrruang'di rumah..t.ll.., ' Kjelleberg S et a1: The transient phase between growth and nongrowth of
',1 sakii
peilu'didisinfekii; Seratus sel]5 auieus'lelpqjan i heterotrophic bacteria. Annu Rev Microbiol 1987,4L:25
,,de_ngan,dif i0f ektqn :Sctplah.1 0 men i-ti90 a/a sel' matri.;:.,::,,:',:,:,: Kolter R, Siegels DA, Tormo A: The stationary phase ofthe bacterial life
.Bera pb.,tia nVe k ie l,ya ng,, tste0:, h! d up :,:Qt-Elnh,.,20 .,
.' cycle. J Bacteriol 1992;17 4:3 45.
,:,'men it?,,,,]rL"''
McDonnell G, Russell AD: Antiseptics and disinfcctants: Activity, action,
' (A) 500, and resistance. Clin Microbiol Rev 1999;12:147.
:,r(g) ' 100::
',,(C) :' ,10 I .:il Sancar A, Sancar GB: DNA repair enzymes Annu Rev Biochem
,irr:r(D) l, :, :.i
1988;57:29.
1,,r,::r:r

Siegels DA, Kolter R: Life after log. J Bacteriol 1992;174:345.


,',,,.(e),,',,,,,0.,;;1..1,:
Pem biakan M i kroorganisme

Pembiakan adalah proses memperbanyak organisme pelepasan energi bebas ketika proton masuk ke sitoplasma
dengan memberikan keadaan lingkungan yang tepat. dari luar membran. Proses metabolik yang menin-rbulkan
Menumbuhkan mikroorganisme adalah membuat replika gaya gerak proton dibahas dalam Bab 6. Energi bebas
dari mikroorganisme tersebut, dan memerlukan unsur- dapat digunakan untuk menggerakkan sel, untuk
unsur yang ada daiam komposisi kimianya. Zat makanan mempertahankan gradien ionik atau molekular pada
harus menyediakan unsur-unsur.tersebut dalam bentuk membran, untuk menyintesis ikatan anhidrida pada AIP,
yang dapat diatr<ses secara metabolik. Selain itu, organisme atau kombinasi berbagai tujuan ini. Alternatifnya, sel-sel
memerlukan energi metabolik untuk menyintesis yang mendapatkan sumber ATP dapat menggunakan
makromolekul dan mempertahankan gradien kimia'yang energi ikatan anhidridanya untuk membentuk gaya gerak
penting pada membrannya. Faktor-faktor yang harus proton yang dapat digunakan untuk menggerakkan sel
diatur selama pertumbuhan mikroorganisme adalah zat dan mempertahankan gradien kimia.
makanan, pH, temperatur, aerasi, konsentrasi garam, dan Untuk tumbuh, suatu organisme memerlukan semua
kekuatan ionik pada medium. unsur dalam bahan organiknya dan seluruh ion pelengkap
yang diperlukan untuk proses kerja dan katalisis. Seiain
PERSYARATAN UNTUK itu, harus ada sumber energi untuk menghasilkan gaya
gerak proion dan memungkinkan terjadinya sintesis
PERTUMBUHAN
makromolekular. Kebutuhan zat makanan dan sumber
Sebagian besar berar kering mikroorganisme adalah bahan energi metabolik pada mikroorganisme sangat beragam.
organik yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen,
nitrogen, oi<sigen, fosfor, dan sulfur. Selain itu, ion-ion
anorganik seperti kalium, natrium, besi, magnesium, SUMBER ENERGI METABOLIK
kalsium, dan klorida diperlukan untuk memfasilitasi Tiga mekanisme utama untuk menghasilkan energi
katalisis enzimatik dan untuk mempertahankan gradien metabolik adalah fermentasi, respirasi, dan fotosintesis.
kimia pada membran sel.
Sebagian besar bahan organik berupa makromolekul
Jika organisme sedang tumbuh, sekurangnya satu
mekanisme tersebut harus digunakan.
yang dibentuk oleh ikatan anhidrida antarunsur-unsur
pembangunnya. Sintesis ikatan anhidrida memerlukan
energi kimia, yang dihasilkan oleh dua ikatan fosfodiester
Fermentasi
dalam ATP (adenosin trifosfat; lihat Bab 6). Untuk Pembentukan ATP dalam fermentasi tidak dibarengi
mempertahankan komposisi sitoplasma y^ng relatif dengan transfer elektron. Fermentasi ditandai dengan
konstan selama pertumbuhan dalam berbagai iingkungan fosforilasi substrat, suatu proses enzimatik yang secara
kimia ekstrasel, diperlukan energi tambahan yang langsung memberikan ikatan pirofosfat pada ADP
dihasilkan dari gaya gerak proton. Gaya gerak proton (adenosin difosfat) lewat suatu zar ant^ra metabolik yang
adalah energi potensial yang dapat dihasilkan dari aliran terfosforilasi. Zat antara yang terfosforilasi dibentuk oleh
proton melewati membran. Pada eukariot, membran penataan ulang metabolisme suatu substrat yang dapat
mungkin merupakan bagian dari mitokondrion atau difermentasi seperti glukosa, laktosa, atau arginin. Karena
kloroplas. Pada prokariot, membran adalah membran fermentasi tidak disertai dengan perubahan keseluruhan
sitoplasma sel. status oksidasi-reduksi dari substrat itu, komposisi dasar
Gaya gerak proton adalah gradien elektrokimia hasil fermentasi harus identik dengan komposisi substrat
dengan dua komponen: perbedaan pH (konsentrasi ion tersebut. Misalnya, fermentasi molekul glukosa (C6Hr106)
hidrogen) dan perbedaan muatan ion. Muatan di sisi luar melalui jalur Embden-Meyerhof (lihat Bab 6) menghasilkan
membran bakteri iebih positif daripada muatan di sebelah dua ikatan pirofosfat dalam ATP dan menghasilkan dua
dalam, dan perbedaan muatan ini akan menyebabkan molekul asam laktat (C3H6O3).

63
64 BAB 5

Respirasi yang dapat diasimilasi. Naftalen, misalnya, dapat


menyediakan semua karbon dan energi yang diperlukan
Respirasi analog dengan serangkaian proses bergantung-
pada respirasi untuk pertumbuhan heterotrofik, tetapi
energi yang terjadi pada peristiwa pelepasan energi dari
sangat sedikit organisme yang memiliki jalur metabolik
suatu baterai. Reduksi kimia terhadap suatu oksidan
yang diperlukan untuk asimilasi naftalen. Di lain pihak,
(akseptor elektron) melalui rangkaian khurrl, pembawa
Glukosa dapat menunjang pertumbuhan fermentatif atau
elektron di dalam membran menimbulkan gaya gerak
respiratorik pada banyak organisme. Substrat pertumbuhan
proton pada membran bakteri. Reduktan (donor elektron)
harus disuplai pada kadar yang sesuai untuk strain
dapat berupa zat organik arau anorganik: Misalnya, asam
mikroba yang sedang ditumbuhkan: Kadar yang akan
laktat bekerja sebagai suatu reduktan untuk beberapa
menunjang pertumbuhan satu organisme dapat
organisme, dan gas hidrogen adalah suatu reduktan untuk
menghambat pertumbuhan organisme lain.
organisme lain. Gas oksigen (Or) sering digunakan sebagai
Karbon dioksida diperlukan untuk sejumlah reaksi
oksidan, tetapi oksidan alternatif yang digunakan oleh
biosintetik. Banyak organisme respiratorik menghasilkan
beberapa organisme adalah karbon diolaida (COr), sulfat
(SO42-), dan nirrat (NO3J.
karbon dioksida iebih dari cukup untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, retapi organisme yang iain
memerlukan sumber karbon dioksida dalam medium
Fotqsintesis
perrumbuhannya.
Fotosintesis menyerupai respirasi dalam hal reduksi suatu
oksidan melalui serangkaian pembawa eiektron khusus Sumber Nitrogen
yang menimbulkan gaya gerak proton. Perbedaan kedua
Nitrogen adalah komponen utama dari prorein dan asam
proses itu adalah pada fotosintesis, reduktan dan oksidan
nukleat, mencakup sekitar 10% dari berat kering sel
dibentuk secara fotokimiawi oleh energi cahaya yang
bakteri yang khas. Nitrogen dapat disuplai dalam berbagai
diserap pigmen dalam membran; oleh karena iru,
bentuk, dan kemampuan mikroorganisme untuk
fotosintesis hanya dapat terus berlangsung selama ada
mengasimilasi nitrogen juga berbeda-beda (Tabel 5-1).
sumber energi cahaya. Tanaman dan beberapa bakteri
Produk akhir dari semua jalur asimilasi nitrogen adalah
mampu menyimpan sejumlah energi cahaya saat
bentuk yang paling tereduksi dari unsur nitrogen, yaitu
memanfaatkan air sebagai reduktan untuk karbon
ion amonium (NH4-).
dioksida. Dalam proses ini, digunakan oksigen dan
Banyak mikroorganisme memiliki kemampuan untuk
dihasilkan bahan organik. Respirasi, oksidasi bahan
mengasimilasi nitrat (NO3-) dan nitrit (NOr-) secara
organik oleh akseptor elektron seperti oksigen yang
reduktif dengan mengubah ion ini menjadi amonia (NH3).
menguntungkan dalam proses pembentukan energi, dapat
memberikan energi bagi organisme fotosintetik dalam Jalur asimilasi tersebut berbeda dengan jalur yang
digunakan untuk disimilasi nitrat dan nitrit. Jalur
keadaan tanpa cahaya.
disimilasi digunakan oleh organisme yang memakai ion-
ion tersebut sebagai akseptor elektron terminal dalam
NUTRISI respirasi; proses tersebut dikenal sebagai denitrifikasi,
dan hasilnya adalah gas nitrogen (Nr), yang dilepaskan
Nutrisi pada medium pertumbuhan harus mengandung ke dalam atmosfer.
semua unsur yang diperlukan untuk sintesis organisme Kemampuan mengasimilasi N, secara reduktif melalui
baru secara biologis. Pada diskusi selanjutnya, nutrisi NHr, IanB disebut fiksasi nitrogen, adaiah suatu sifat
digolongkan berdasarkan unsur-unsur yang disuplainya. yang unik untuk prokariot, dan relatif sedikit bakteri
yang memiliki kapasitas metabolik ini. Proses ini
Sumber Karbon memerlukan sejumlah besar energi metabolik dan mudah
Seperti telah disebutkan sebelumnya, tanaman dan
beberapa bakteri mampu menggunakan energi fotosintetik
untuk mereduksi karbon dioksida dengan menggunakan Tabel 5-1 . Sumber nitrogen dalam makanan mikroba
air. Organisme tersebut masuk dalam kelompok autotrof,
makhluk yang tidak memerlukan nutrisi organik untuk Valehsi, N5,1;;;
pertumbuhannya. Autotrof jenis lainnya adalah Noi +5
kemolitotrof, organisme yang menggunakan substrat Not +3
anorganik seperti hidrogen atau riosuifat sebagai suatu N2 0
reduktan dan karbon dioksida sebagai sumber karbon. NHo- 3
R-NH21 -?
Heterotrof memerlukan karbon organik untuk
1R
pertumbuhan, dan karbon organik harus dalam bentuk = radikal organik.
PEMBIAKAN MIKROORGANISME / 65

Hzo
perri:angun A
l,.lnit Makralnolekul
Hzo
Asam amino Protein
Hzo
Mononukleotid Asam nukleat

Monosakarida A > Polisakarida 10

Prekursor
isoprenoid

Asam lemak

Gamhar 5-1. Sintesis makromolekul. Polimerisasi unit pembangun menjadi makromolekulterutama dilakukan dengan
memasukkan ikatan anhidrida. Pembentukan asam lemak dari asetat memerlukan beberapa tahap reduksi biokimia
yang menggunakan donor hidrogen organik (D . Hr).

diinaktivasi oleh oksigen. Kapasitas untuk fiksasi nirrogen Sumber Fosfor


ditemukan pada berbagai bakteri yang telah mengembangkan
strategi biokimia yang berbeda-beda untuk melindungi Fosfat (POr3-) diperlukan sebagai suatu komponen AIB
enzim pemfiksasi nitrogennya dari oksigen. asam nukleat, dan koenzirn-koenzim seperti NAD,
Sebagian besar mikroorganisme dapat menggunakan NADB dan flavin. Selain itu, banyak metabolit, lipid
NHr' sebagai satu-satunya sumb€r nitrogen, dan banyak (fosfolipid, lipid A), komponen dinding sel (asam teikoat),
organisme memiliki kemampuan untuk menghasilkan beberapa polisakarida kapsular, dan beberapa prorein
NH.- dari amina (R-NHr) atau dari asam amino mengalami fosforilasi. Fosfat selalu diasimiiasi .sebagai
(RCHNHTCOOH). Produksi amonia dari deaminasi fosfat anorganik bebas (P,).
asam amino disebut amonifikasi. Amonia dimasukkan
ke dalam bahan organik melalui jalur biokimia yang Sumber Mineral
melibatkan glutamat dan glutamin. Jaiur-jalur tersebut Berbagai mineral diperlukan untuk fungsi enzim. Ion
dibahas dalam Bab 6. magnesium (Mg'-) dan ion fero (Fe'z.) juga ditemukan
dalam derivat porfirin: magnesium dalam rnolekul klorofil,
Sumber Sulfur dan besi sebagai bagian dari i<oenzim sitokrom dan
peroksidase. M92- dan K. penting untuk fungsi dan
Seperti nitrogen, sulfur adalah komponen dari banyal< integritas ribosom. Ca2- diperlukan sebagai komponen
substansi sel organik. Suifur membentuk sebagian struktur dinding sei gram positif, meskipun mineral ini kadang-
beberapa koenzim dan ditemukan pada rantai samping kadang tidak diperlukan oieh bakteri gram negatif. Banyak
protein, yaitu sisteinil dan metionil. Sulfur dalam bentuk organisme laut memerlukan Na' untuk pertumbuhannya.
dasar tidak dapat digunakan oleh tanaman atau hewan. Dalam memformulasikan suatu medium untuk
Namun, beberapa bakteri autotrofik dapat mengoksidasinya pembiakan sebagian besar mikroorganisme, kita harus
menjadi sulfat (SOr'z-). Kebanyakan mikroorganisme dapar memberikan sumber kalium, magnesium, kalsium, dan
menggunakan sulfat sebagai sumber sulfur, yang mereduksi besi, biasanya dalam bentuk ion-ionnya (K-, Mg2., Ca'?t,
sulfat menjadi hidrogen sulfida (HrS). Beberapa dan Fe2'). Banyak mineral lain (misal, Mn2', Mo2-, Co2',
mikroorganisme dapat mengasimilasi HrS secara langsung Cu2-, dan Zn2-) yang juga diperlukan; mineral-mineral
dari medium pertumbuhan, tetapi senyawa tersebut tersebut sering dijumpai dalam air ledeng atau sebagai
bersifat toksik bagi banyak organisme. kontaminan pada bahan-bahan medium yang 1ain.
66 BAB 5

Pada banyak bakteri dan fungi, ambilan besi, yang Bila menggunakan medium cair; medium dapat dibuat
membentuk hidroksida tak larut pada pH netral, dalam bentuk gel untuk tujuan khusus dengan cara
di fasili tas i oleh siderofor yan g dihasilkannya--senyawa- menambahkan agar atau gei silika. Agar, suatu ekstrak
senyawa yang dengan besi membentuk kelat sehingga polisakarida dari alga laut, sangat cocok untuk pembiakan
mempermudah transpornya sebagai suatu kompleks yang mikroba karena resistan terhadap kerja mikroba dan
dapat larut. Senyawa-senyawa tersebut termasuk karena larut pada suhu 100 0C tetapi tidak menjadi gel
hidroksamat (-CONHTOH) yang disebut sideramin, sebelum suhu turun di bawah 45 0C; sel-sel dapat
dan derivat katekol (misal, 2,3-dihidroksibenzoilserin). disuspensi dalarn medium pada suhu 45 0C dan medium
Siderofor yang ditentuLan oleh plasmid berperan penting secara cepat didinginkan menjadi suatu gel tanpa merusak
dalam kemampuan invasi beberapa patogen bakterial sel-sel tersebut.
(lihat Bab 7).
Zat Makanan
Faktor Pertumbuhan Pada halaman sebelumnya, dijelaskan fungsi masing-
Faktor pertumbuhan adalah suatu senyawa organik yang masing jenis zat makanan dan telah disajikan daftar bahan
harus dimiliki sel agar dapat tumbuh, tetapi sel tersebut yang sesuai. Pada umumnya, hal berikut harus ada: (1)
tidak mampu menyintesisnya; Banyak mikroorganisme, donor dan akseptor hidrogen: sekitar 2 glL; (2) sumber
bila diberikan zat-zat makanan yang telah disebutkan di karbon: sekitar I glL; (3) sumber nitrogen: sekitar 1 g/
atas, mampu menyintesis semua unit pembangun L; (4) mineral: sulfur dan fosfor, masing-masing sekitar
makromolekul (Gambar 5-1): asam amino; purin, 50 mglL, dan unsur renik (trace element), ma.sing-masing
pirimidin, dan pentosa (prekursor metabolik asam 0,1-1 mg/L; (5) faktor pertumbuhan: asam amino, Purin,
nukleat); karbohidrat tambahan (prekursor polisakarida); dan pirimidin, masing-masing sekitar 50 mg/L, dan
dan asam lemak serta senyawa isoprenoid. Selain itu, berbagai vitamin, masing-masing 0,1-1 mg/L.
organisme yang hidup bebas harus mampu menyintesis Untuk studi metabolisme mikroba, kita biasanya harus
kompleks vitamin yang berperan sebagai prekursor menyiapkan medium yang seluruhnya sintetik, sehingga
koenzim. karakteristik dan konsentrasi setiap bahan diketahui
. Masing-masing senyawa penting tersebut disintesis dengan tepat. Sebaliknya, penggunaan bahan-bahan alami
melalui serangkaian reaksi enzimatik yang berlainan; seperti ekstrak ragi, sari protein, ata\t zat-zat serupa akan
masing-masing enzim diproduksi di bawah kontrol gen lebih murah dan iebih mudah. Sebagian besar mikroba
spesifik. Bila suatu organisme mengalami mutasi gen yang yang hidup bebas akan tumbuh baik pada ekstrak ragi;
menyebabkan kegagalan fungsi salah satu enzim ini, rantai berbagai bentuk parasit mungkin memerlukan zat khusus
akan rusak dan produk akhir tidak lagi dihasilkan. yang hanya ditemukan dalam darah atau ekstrak jaringan
Kemudian, organisme harus memperoleh senyawa hewan. Meskipun demikian, ada mikroba parasit (misal,
tersebut dari lingkungan: Senyawa tersebut telah menjadi Tleponema pallidum) yang tidak dapat tumbuh in uitro
faktor pertumbuhan bagi organisme tadi. Jenis mutasi atau yang tumbuh di dalam sel-sel eukariot (misal,
ini dapat diinduksi dengan mudah dalam laboratorium. C h lamydia trach ornatis) .

Spesies mikroba yang berbeda membutuhkan faktor Untuk banyak organisme, satu senyawa (seperti asam
pertumbuhan yang sangat berbeda pula. Senyawa-senyawa amino) dapat berperan sebagai sumber energi, sumber
yang terlibat ditemukan dalam organisme dan penting karbon, dan sumber nitrogen; organisme yang lain
bagi semua organisme; perbedaan kebutuhan mencerminkan memerlukan senyawa yang berbeda untuk masing-masing
perbedaan kemampuan sintetiknya. Beberapa spesies sumber. Jika bahan-bahan alami untuk medium
tidak memerlukan faktor pertumbuhan, sementara yang nonsintetik kekurangan salah satu zat makanannya, zat
lain-seperti beberapa laktobasilus-telah kehilangan, makanan tersebut harus disediakan tersendiri.
selama evolusi, kemampuan menyintesis sebanyak 30-
40 senyawa penting sehingga memerlukan faktor Konsentrasi lon Hidrogen (pH)
pertumbuhan tersebut di dalam mediumnya.
Sebagian besar organisme memiliki kisaran pH optimal
yang cukup sempit. pH optimal harus ditentukan secara
LI NGKUNGAN YANG
FAKTOR.FAKTOR empiris untuk masing-masing spesies. Sebagian besar
organisme (neutralofil) paling baik tumbuh pada pH 5,0-
MEMENGARUHI PERTUMBUHAN 8,0, meskipun beberapa bentuk (asidofil) mempunyai pH
Medium pertumbuhan yang cocok harus mengandung optimal 3,0 dan yang lain (alkalifil) mempunyai pH
semua zat makanan yang diperlukan oleh organisme agar optimal 10,5.
dapat dibiakkan, dan berbagai faktor seperti pH, Mikroorganisme mengatur pH internalnya terhadap
temperatur, dan aerasi harus dikontrol secara cermat. rentang nilai pH eksternal yang cukup luas. Asidofil
PEMBIAKAN MIKROORGANISME / 67

mempertahankan pH internal sekitar 6,5 pada kisaran pada ekstrak sel. Mikroorganisme dengan tanaman dan
pH eksternal 1,0-5,0; neutralofil mempertahankan pH hewan sama-sama memiliki respons syok-panas, berupa
internal sekitar 7,5 pada kisaran pH eksternal 5,5-8,5; sintesis sesaat seperangkat "protein syok-panas", bila
dan alkalifil mempertahankan pH internal sekitar 9,5 pada terkena suhu yang tiba-tiba meningkat di atas suhu
kisaran pH eksternal 9,0-11,0. pH internal diatur oleh optimum pertumbuhan. Protein-protein tersebut tampak
seperangkat sistem transpor proton dalam membran sangat tahan terhadap panas dan dapat menstabilkan
sitoplasma, termasuk sistem transpor primer, yaitu pompa protein-protein sel yang sensitif terhadap panas.
proton yang digerakkan oleh ATP, dan penukar Nat/H-. Hubungan antara kecepatan pertumbuhan dengan
Sistem pertukaran K'/H- diduga juga ikut berperan temperatur pada setiap mikroorganisme diperlihatkan
dalam pengaturan pH internal pada neutralofii. pada kurva Arrhenius yang khas (Gambar 5-2). Arrhenius
memperlihatkan bahwa logaritme kecepatan realsi kimia
Temperatur tertentu (log k) adalah fungsi linear yang berbanding
terbalik dengan temperatur (1/T); karena pertumbuhan
Spesies mikroba yang berbeda membutuhkan suhu
sel disebabkan oleh serangkaian reaksi kimia, diharapkan
optimal yang amat beragam untuk pertumbuhannya:
akan terlihat hubungan seperti ini. Gambar 5-2
Bentuk psikrofilik tumbuh paling baik pada temperatur
memperlihatkan keadaan tersebut, yang berlaku untuk
rendah (i5-20 0C); bentuk mesofilik tumbuh paling baik
rentang temperatur yang normal pada suatu spesies; log
pada 30-37 0C; dan sebagian besar bentuk termofilik
k menurun secara linear sebanding dengan 1/T. Namun,
tumbuh paling baik pada 50-60 0C. Sebagian besar
di atas dan di bawah kisaran normal ini, log k turun
organisme adalah mesofilik; 30 0C adalah suhu optimal
secara cepat sehingga nilai temperatur maksimum dapat
untuk banyak bentuk mikroba yang hidup bebas, dan
ditentukan.
temperatur tubuh pejamu adalah suhu yang optimal untuk
Diluar pengaruhnya terhadap kecepatan per-
simbiosis hewan berdarah panas.
tumbuhan, temperatur yang tinggi akan membunuh
Batas atas rentang temperatur yang dapat ditoleransi
mikroorganisme. Panas berlebih digunakan untuk
oleh setiap spesies berhubungan erat dengan stabilitas
mensterilisasi preparat (lihat Bab 4); dingin yang hebat
termal dari protein spesies tersebut seperti yang diukur juga membunuh sel mikroba, meskipun tidak dapat
digunakan secara aman untuk sterilisasi. Bakteri juga
memperlihatkan fenomena yang disebut syok dingin:
pembunuhan sel akibat pendinginan yang cepat (kebalikan
dari yang lambat). Misal, pendinginan Escherichia coli
37 0C sampai 5 0C dapat membunuh
secara cepat dari
90% sel. Sejumlah senyawa dapat melindungi sel dari
pembekuan atau syok dingin; gliserol dan dimetil
sulfoksida paling sering digunakan.

A Aerasi
I

I
Peran oksigen sebagai akseptor hidrogen dibahas pada
ll Bab 6. Banyak organisme adalah obligat aerob, yang secara
o spesifik memerlukan oksigen sebagai akseptor hidrogen;
J
beberapa organisme bersifat fakultatif, mampu hidup
.E
secara aerob maupun anaerob; dan organisme yang lain
t4
J E adalah obligat aerob, memerlukan zat selain oksigen
(!
\ sebagai akseptor hidrogen dan menjadi sensitif terhadap
I

I
I
inhibisi oksigen.
I
Produk sampingan alami dari metabolisme aerob
I
v I adalah senyawa-senyawa reaktif, yaitu hidrogen peroksida
Temperatur Temperatur I Temperatur (HrOr) dan superoksida (Or-). Dengan adanya besi, dua
tinggi
. normal _i. rendah ,
r.n a*a tersebut dapat membentuk radikal hidroksil
1/T ("K)
('OH), yang dapat merusak setiap makromolekul
biologis:
Gambar 5-2. Bentuk umum dari kurva Arrhenius pada 02- +H2o2-ld./Fui--62 +oH- +'oH
pertumbuhan bakteri. (Menurut lngraham JL, Maalse 0, Neidhardt
FC. Growth of the Bacierial Cell Sinauer Associates, 1 983.)
68 BAB.5

Banyak aerob dan anaerob aerotoleran dilindungi dari dalam larutan gula yang kuat, faktor-faktor tersebut harus
produk-produk tersebut dengan adanya superoksida dipikirkan. Organisme yang memerlukan konsentrasi
dismutase, suatu enzim yang mengatalisis reaksi garam tinggi disebut halofilik; organisme yang
' memerlukan tekanan osmotik tinggi disebut osmofilik.
2Or- +2H* -______+O2 +H2Oz Sebagian besar bakteri mampu menoleransi tekanan
dan dengan adanya katalase, enzim yang mengatalisis osmotik dan kekuatan ionik eksternal yang sangat
reaksi bervariasi karena kemampuannya untuk mengatur
osmolaiitas dan konsentrasi ion internal. Osmolalitas
2HrO; -.-.--2H2o+o2 diatur oleh transpor aktif ion K' ke dalam sel; kekuatan
Beberapa organisme fermentatif (misal, Lactobacillus
ionik internal dipertahankan konstan dengan kompensasi
p lantarum) bersifat aerotoleran, tetapi tidak mengandung
ekskresi putresin (suatu poliamin organik bermuatan
kataiase atau superoksida dismutase. Oksigen tidak positif). Karena putresin membawa beberapa muatan
direduksi sehingga tidak menghasilkan HrO, dan O, . positif per molekul, kekuatan ionik dapat sangat me nurun
akibat pengaruh dari perubahan kekuatan osmotik yang
Semua anerob sejati tidak memiliki superoksida
dismutase dan katalase. Beberapa organisme anaerob kecil saja.
(misal, Peptococcus anaerobius) sangat toleran terhadap
oksigen karena kemampuannya menghasilkan enzim METODE PEMBIAKAN
tingkat tinggi (NADH olaidase) yang mereduksi olaigen
menjadi air berdasarkan reaksi Dua masalah akan dibahas: pemilihan medium yang
cocok dan isolasi organisme bakteri dalam biakan murni.
NADH+ H- +/z)r-NAD* +HrO

Sebagian besar toksisitas hidrogen peroLsida dilakukan Medium


melalui perusakan DNA. Mutan-mutan yang tidak
memiliki sistem perbaikan DNA sangat sensitif terhadap Teknik yang digunakan dan jenis medium yang dipilih
hidrogen peroksida; produk gen recA, yang berfungsi bergantung pada sifat penelitian. Pada umumnya, dapat
untuk rekombinasi dan perbaikan genetik, telah terbukti ditemukan tiga situasi: (1) Mungkin kita harus
lebih penting daripada katalase atau superoksida dismutase membiakkan sel dari spesies tertentu yang sudah ada; (2)
dalam melindungi sel-sel E coli terhadap toksisitas mungkin kita harus menentukan jumlah dan jenis
hidrogen peroksida. organisme yangada dalam suatu bahan; atau (3) mungkin
Penyediaan udara ke dalam biakan aerob adalah kita bermaksud untuk mengisolasi jenis mikroorganisme
masaiah teknis utama. Tabung biasanya dikocok secara tertentu dari sumber alami.
mekanis untuk memasukkan oksigen ke dalam medium,
atau udara dipaksa melaiui medium dengan tekanan. A. MEMBIAKKAN SEL DARI SPESIES TERTENTU
Difusi oksigen sering menjadi faktor penghambat dalam Mikroorganisme yang dengan mii<roskop terlihat tumbuh
pembiakan bakteri aerob; bila tercapai konsenrrasi sel dalam lingkungan alamiah mungkin sangat sulit untuk
sebesar 4-5 x l}elmL, kecepatan difusi oksigen ke sel tumbuh dalam biakan murni pada medium buatan.
sangat membatasi kecepatan pertumbuhan selanjutnya. Bentuk-bentuk parasit tertentu, misalnya, tidak pernah
Di lain pihak, anaerob obligat, menghadapi masalah dibiakkan di luar pejamu. Namun, pada umumnya, dapat
pengeluaran olaigen. Banyak metode yang tersedia untuk dirancang suatu medium yang cocok dengan meniru
memcahkan masalah tersebut: Agen pereduksi seperti secara saksama keadaan yang ditemukan dalam
natrium tioglikolat dapat ditambahkan ke dalam biakan lingkungan alamiah organisme tersebut. pH, temperatur,
cair; tabung agar dapat disegel dengan selapis petrolatum dan aerasi mudah untuk ditiru; zat makanan merupakan
dan parafin; tabung biakan dapat ditempatkan dalam masalah utama. Kontribusi yang diberikan oleh
wadah yang oksigennya dikeluarkan dengan cara evakuasi lingkungan hidup sangat penting dan sulit untuk dianalisis;
atau cara kimia; atau organisme dapat dibiakkan dalam parasit mungkin memerlukan ekstrak jaringan pejamu,
suatu kotak anaerob. dan suatu bentuk yang hidup bebas mungkin memerlukan
substansi yang dieftskresi oleh mitr<roorganisme yang ada
Tekanan Osmotik & Kekuatan lonik hubungannya dengan bakteri tersebut dalam aiam.
Kadang-kadang, faktor-faktor seperti tekanan osmotik dan Diperlukan penelitian yang luas untuk menentukan
konsentrasi garam harus dikendalikan. Untuk sebagian kebutuhan organisme, dan keberhasilan bergantung pada
besar organisme, sifat-sifat medium yang biasa sudah penyediaan sumber yang cocok untuk setiap kategori
memuaskan; namun, misalnya pada bentuk yang hidup nutrisi yang terdaftar pada awal bab ini. Pembiakan
di laut dan organisme yang beradaptasi untuk tumbuh parasit obligat seperti riketsia dibahas pada Bab 47.
PEMBIAKAN MIKROORGANISME 59

B. PEMERIKSAAN MIKRoBIoLoGI BAHAN ALAMIAH koloni yang terlal-r penuh. Apabila ridak, kompetisi akan
Suatu bahan alami mungkin rnengandung berbagai jenis mencegah pembe ntukan koloni pada beberapa jenis
m il<roorgan isnre
lingkungan mikro yang masing-masing memberikan nisia .

untuk spesies yang berbeda. Penanaman suaru sampel


material daiam lempeng biakan pada satu ser keadaal.r
C. ISOLASI MIKRooRGANISME JENIs TERTENTU
tertentu akan memungkinkan kelompok mikroorganisme Sejumlah kecil sampel yang berasal dari tanah, apabila
tertentu untuk menghasilkan koloni, tetapi banyak jenis ditangani dengan baik, akan rnenghasilkan organisme
lainnya akan terabaikan. Oleh karena iru, biasanya sampel dengan jenis yang berlainan untuk tiap lingkungan mitr<ro
materiai ditanam pada sebanyak mungkin media yang ada. Pada tanah yang subur (lembab, dengan aerasi
pembiakan dan berbagai kondisi inkubasi yang dapat yang bail<, kaya akan mineral dan bahan organik)
dilakukan. Enam sampai delapan kondisi biakan yang mempunyai arti bahwa rarusan atau bahkan ribuan jenis
berbeda bukanlah jumlah yang tak masuk akal jika kita organisme dapat diisolasi. Keadaan tersebut diiakukan
ingin menemukan sebagian besar bakteri yang ada pada dengan cara menyeieksi jenis organisme yang diinginkan.
bahan tersebut. Satu gram tanair, misalnya, diranam ke dalarn tabung
Karena setiap jenis organisme yang ada pada bahan )'ang berisi medium cair yar-rg telah dibuat sedemikian
tersebut harus diberi kesemp'atan untuk rumbuh, rupa sehingga cocok untuk satu jenis organisme, misalnya,
digunakan medium padat dan dicegah per:tun.rbuhzrn perrgikat nitrogen aerobik (Azotobacter). Pada kasus ini,

Tabel 5-2. Beberapa biakan diperkaya.


Kandungan dari semua medium: MgSOo, K2HpO4, FeCl' CaCl, CaCO' unsur renik.

. ,, Oiganisme Utama yang


Atqt.qp"f,.e Periyinaran ', Pertama Ka.li Diperkaya '
:j------!. :-
--
N, CO, Aerob atau anaerob Gelap Tidak ada

Terang Cyanobacteria
Alkohol, asam lemak, dll Anaerob Gelap Tidak ada
Udara Gel ap Azotobacter
G I ukosa Anaerob Gelap Cl os t ri d i u m pasteu ri a nu m

Udara Gel ap Azotobacter


NaNO, CO, Aerob atau anaerob Gelap Tidak ada

Terang Alga hijau dan cyanobacteria


Alkohol, asam Iemak, dll Anaerob Gelap Kuman denitrifikasi
Uda ra Gel ap Aerob
Glukosa Anaerob Gelap Perag i

Udara Gel ap Aerob


NH4CI CO, Anaerob Gelap Tidak ada
Aerob Gel ap N itrosomon as

Aerob atau anaerob Terang Alga hijau dan cyanobacteria


Alkohol, asam lemak. dll Anaerob G elap Pereduksi sulfat atat-r karbonat

Aerob Gelap Aerob


Glukosa Anaerob Gelap Perag!

Aerob Gel ap Aerob


70 BAB 5

medium ddak dicampur dengan nitrogen dan diinkr.rbasi Tabel 5-2 menyajikan berbagai contoh keadaan biakan
secara aerobik. Jika ada di dalam tanah, sel-sel azotobakter yang diperkaya dan jenis bakteri yang akan diseleksi.
akan tumbuh dengan baik dalam medium ini; bentuk-
bentuk yang tidak mampu mengikat nitrogen akan lsolasi Mikroorganisme pada Biakan Murni
tumbuh hanya bila tanah tersebut memasukkan Untuk mempelajari sifat organisme tertentu' kita harus
kontaminan pengikat nitrogen ke dalam medium. Bila membiakkannya dalam biakan murni yang bebas dari
biakan tumbuh dengan baik, persentase azotobakter dalam
selnua jenis organisme lain. Untr,rk melakukan hal
populasi total akan sangat meningkat; oleh karena itu,
tersebut, satu sel harus diisolasi dari semua sel lain dan
metode ini disebut "biakan yang diperkaya'. Pemindahan dibiakkan dengan cara sedemikian ruPa sehingga seluruh
suatu sampel biakan ini ke medium segar akan turunannya juga tetap terisolasi. Bebe rapa metode
menghasilkan azotobakter yang semakin banyak lagi;
tersedia.
setelah beberapa kali pemindahan, biakan dapat ditanam
pada medium padat yang diperkaya dan koloni A, PENANAMAN PADA LEHPENG BIAKAN
azotobakter dapat diisolasi.
Medium cair digunakan untuk memungkinkan Tidak seperti sel-sel di dalam medium cair, sel-sel yang
terjadinya kompetisi dan seleksi yang optimal, meskipun ada di dalam atau di atas medium gel tidak dapat
di tanah itu hanya ada beberapa sel bakteri yang diinginkan bergerak. Oleh karena itu, apabila sel-sel dalam jumlah
dari populasi jutaan bakteri. Dapat diambil keuntungan secukupnya ditempatkan di dalam atau di atas medium
dari keadaan yang disebut sebagai "penyuburan alami". gel, setiap se1 akan tumbuh menjadi koloni yang terisolasi.
Misalnya, untuk mencari pengoksidasi minyak tanah, Bahan pemberi bentuk gel yang ideal untuk sebagian besar
dipilih tanah yang mengandung minyak, karena medium mikrobiologi adalah agar, suatu polisakarida
merupakan lingkungan yang subur untuk bentuk asam yang diekstraksi dari alga merah tertentu' Suatu
organisme tersebut. suspensi 1,5-2o/o daiam air akan larut pada suhu 100 ')C,
Biakan yang diperkaya adalah suatu prosedur yang membentuk larutan jernih yang akan menjadi gel pada
mediumnya disiapkan sedemikian rupa untuk meniru suhu 45 "C. Oleh karena itu, larutan agar steril dapat
lingkungan alami ("nisia') dari mikroorganisme yang didinginkan sampai suhu 50 "C, ditambahkan bakteri
diinginkan, sehingga sesuai untuk mikroorganisme atau sel-sel mikroba lain, dan kemudian larutan secara
0C untuk membentuk
tersebut. Prinsip penting yang terlibat pada seleksi cepat didinginkan di bawah suhu 45
semacam ini adalah sebagai berikut: Organisme yang suatu gel. (Meskipun sebagian besar sel mikroba mati
dicari adalah jenis organisme yang kebutuhan nutrisinya pada suhu 50 0C, perjalanan waktu proses pembunuhan
hampir tidak terpenuhi. Misalnya, azotobakter, paling cukup lambat pada temperatur ini sehingga metode ini
baik tumbuh pada medium yang mengandung nitrogen dapat dilakukan; lihat Gambar 4-3). Sekali terbentuk gel,
organik, tetapi kebgtuhan minimumnya adalah adanya agar tidak akan mencair lagi s,ampai dipanaskan di atas
Nr; karena itu digunakan suatu medium yang mengandung 80 i'C sehingga setiap tempdr"tut yang cocok untuk
N, sebagai satu-satunya sumber nitrogen untuk inkubasi biakan mikroba akhirnya dapat digunakan. Pada
mengisolasi azotobakter. Jika nitrogen organik metode lempeng-tuang suspensi sel dicampurkan dengan
ditambahkan ke dalam medium, keadaan tidak lagi cocok agar cair pada 50 0C dan dituangkan ke dalam cawan
untuk seleksi azotobakter tetapi lebih cocok untuk bentuk Petri. Bila agar mengeras, sel-sel terfiksasi dalam agar
yang kebutuhan minimumnya adalah nitrogen orgar-rik. dan tumbuh meniadi koloni-koloni. Jika suspensi sel
Bila mencari jenis organisme tertentu dalam bahan cukup encer, koloni akan terpisah dengan baik, sehingga
alamiah, penanaman organisme yang diperoleh pada masing-masing koloni mempunyai kemungkinan tinggi
medium diferensial (jika tersedia) adalah hal yang b.r"rai dari satu sei. Namun, untuk memastikannya kita
menguntungkan. Mediurn diferensial adalah medium yang harus mengarnbil koloni dari jenis yang diinginkan,
menyebabkan koloni dari jenis organisme tertentu disuspensikan dalam air, dan lakukan penanaman ulang.
memberikan suatu tampilan yang khas. Misalnya, koloni Pengulangan proses tersebut beberapa kali memastikan
E coli mempunyai kilau warna-warni yang khas pada agar kita untuk memperoleh suatu biakan murni.
yang mengandung pewarna eosin dan metilen biru (agar Cara lain iaiah dengan menggoreskan suspensi asal
EMB). Agar EMB yang mengandung satu jenis gula dalam pada lempeng agar dengan menggunakan sengkelit'
konsentrasi tinggi juga akan menyebabkan organisme yang Sambii terus menggores, semakin sedikit sel yang t€rtinggal
memfermentasi gula tersebut membentuk koloni berwarna pada sengkelit, dan akhirnya sengkeiit dapat menaruh
kemerahan. Medium diferensial digunakan untuk tujuan i"tu sel di agar. Lempeng tersebut diinkubasi, dan
"r".
kemudian setiap koloni yang tumbuh terpisah diambil,
tertentu seperti untuk mengenali adanya bakteri enterik
daiam air atau susu dan adanya patogen tertentu pada disuspensikan kembali dalam air, dan sekali lagi
spesimen klinis. digoreskan di atas agar. Jika suatu susPensi (dan bukan
PEMBIAKAN MIKROORGANISME I 71

hanya cuilan kecil yar-rg berasal dari koloni atau biakan


agar miring yang tumbuh) digoreskan, metode ini dapat
diandalkan (sama seperti metode lempeng tuang) dan lebih
cep.at daripada metode lempeng-tuang.

B. PEh]GENcERAN

Metode yang kurang dapat diandalkan adalah pengenceran


sarnpai habis" Suspensi.diencerkan secara serial, dan
sampel dari masing-masing pengcnceran diletakkan dalam
lempeng. Jika han1,a sebagian kecil. sampel dari suatu
pengenceran yang m€mperlihatkan adanya pertumbuhan,
diduga bahwa beberapa koloni dimulai dari satu sel.
Metode tersebut tidak digunakan kecuali jika penanaman
pada lempeng biakan karena beberapa alasan tertentu .i
tidak mungkin dilakukan. Efek yang tidak diinginkan
dari merode ini adalah hanya dapat digunakan untuk
mengisolasi jenis organisme yang dominan pada popr-rlasi
campuran.
KEPUSTAKAAN
Adarns MW: Enzyrnes and protcins lrom organisms that grow near or
above 100 degrees C. Annu Rev Med 7993;4'l:627 .
Koch AL: Microbial physiology and ecology o1'slow grorvth. Microbiol
PERTAHYAAi:I LATI
:l ::r
l'lAll Molec Biol Rer' 1997;61:305. .

Ledcrberg J (editor): Encyclopedia ofMicrobioLogv,4 voi. Acadernic Prcss,


Siriiiir;'*il*=*.*'uii+ rfi CI'b;-' t$,il*i#i;r"". 7992.
Maier RM, Pepper IL, Gerba CP: Enuironmentol ilIk:robiologt. Academic
:. laboratoiitrm bilb biakan diinkubasi pada suhu , , Prcss, I992.
i:rin!.,ir,t5:=26 ot Marzlut GA: Regliation of sulfur and nitrogen mctabolism rn filamentary
iF{B.} E-4, 01€
'!ir::,r tatjii g$'.37 0l:
fungi. Annu Rev Microbiol 1993;42:89.
{elit ?.n:?? o€ Pelczai\{J Jr, Chm ECS, KriegNR: Microbi.ology: Concepts antlApplicotions.
llsi(Dr) {D}, 38-50r'9Csc
McGraw-IIill, 1993.
(e)
(€)
r.:iriil tEl
-: . ..
50-55 nc
oC
. uo-51
I

2. Pio:ies pembedtuk-
t*O"nt;t.n ATP o-leh mikroorganisme
selama fermentasi $lut<osa diianOii dengan
I'tEi Produksi ATP yang terangkai:dengan proses
tran$feri elektibnii
(E) Denitrifikasi
(C) Reduksi oksigen
(D) Fosforilasi substrat
tE) Respirasi anaerob l*
.' , 1.,

' 3. Teknik biakan dan. medium'yang mana yang ,'


'menghasilkanjumlahspesiei.mikiobaterbesar
dalamsampel tanah? ,
(A) Biakan diperkaya :. ":"j
,, (B) Lempe4g medium ielektif ,

!C) Lernpeng medium diferensial


(D) Tabung berisi kaldu ' ,

yang berbbda-beda
-4. Polimerisasi dari unit pembangun (misal, asam .

:. amino) menjadi makromolekul (misal, protein)


t sebagian,besar dicap;ii dengan
(A) Dehidrasi '.,
(B) Reduksi r
'
(O Oksidasi .,1 ',i
(o) aiimira'ii :. '"'r''" '-r,
(E) Hidrotisis r_' t.,,
M eta bo IiS rn e,,.'Ml i,lqro ba

PERAN METABOLISME DALAM disebut metabolit fokal. Gambar 6-I, 6-2, 6-3, dan 6-4
menunjukkan cara masing-masing metabolit fokal seperti
BIOSINTESIS & PERTUMBUHAN
glukosa 6-fosfat, fosfoenolpiruvat, oksaloasetat, dan ct-
Pertumbuhan mikroba memerlukan polimerisasi unit ketoglutarat menghasilkan sebagian besar produk akhir
pembangun biokimiawi menjadi protein, asam nukleat, biosintetik. Metabolisme mikroba dapat dibagi menjadi
polisakarida, dan lipid. Unit pembangun harus sudah ada empat kategori umum: (1) jalur untuk interkonversi
dalam medium pertumbuhan atau harus disintesis oleh berbagai metabolit fokal, (2) jalur asimilasi untuk
sel-sel yang sedang tumbuh. Kebutuhan biosintetik pembentukan metabolit fokal, (3) rangkaian biosintetik
lainnya mencakup kebutuhan akan koenzim yang untuk mengubah metabolit fokai menjadi produk akhir,
berperan dalam katalisis enzimatik. Reaksi polimerisasi dan (4) jalur yang menghasilkan energi metabolik untuk
biosintetik membutuhkan transfer ikatan ahhidrida dari pertumbuhan dan pemeliharaan.
AIP. Pertumbuhan memerlukan sumber energi metabolik Bila tersedia unit pembangun dan sumber energi
untuk sintesis ikatan anhidrida dan untuk mempertahankan metabolik, sel dapat menyintesis makromolekul. Sekuens
gradien transmembran berbagai ion dan metabolit. unit pembangun dalam suatu makromolekul ditentukan
Biosintetik berbagai unit pembangun dan koenzim dengan salah satu dari dua cara berikut. Pada asam
dapat ditelusuri berasal dari beberapa prekursor, yang nukleat dan protein, sekuens ini diarahkan-cetakan

Metabolit fokal Zat antara Prnduk skhir

Heksosa fosfat Polisakarida

Asam nukleal

Pentosa fosfat Histidin

Triptofan

6liikiisa'6:fosfat Tetrosa fosfat --->' Korismat Fenilalanin

lrrosln

Triosa fosfat Lipid

Glisin
I
3-Fosfogliserat Serin Sistein
--*
Triptofan

Gambar 6'-1. Produk akhir biosintetik yang dibentuk dari glukosa 5-fosfat. Bentuk ester karbohidrat fosfat dengan
berbagai panjang rantai berperan sebagai zat antara dalam jalur biosintetik.

72
METABOLISME MIKROBA 73

Metabolit fokal Zat antara Produk akhir

Triosa fosfat Glisin


t *------*-->
3-Fosfogliserat Serin Sistein

Triptofan

Korismat Fenilalanin

Tirosin

. r,:t lrli:r:
Fosjgenof p.,igll!'4t Polisakarida

Alanin

Piruvat Valin

I lsoleusin
I
Asetil-koA Lipid
Gambar 6-2. Produk akhir biosintetik yang terbentuk dari fosfoenolpiruvat.

Kecepatan sintesis makromolekul dan akrivitas jalur


(template-directed): DNA berperan sebagai cetakan untuk
sintesisnya sendiri dan sintesis berbagai jenis
metabolik harus diatur sehingga biosintesis seimbang.
RNA; RNA
Semua komponen yang diperlukan untuk sinresis
messenger berperan sebagai cetakan untuk sintesis
protein. Di lain pihak, pada karbohidrat dan lipid, makromolekul harus ada untuk pertumbuhan secara
teratut dan harus dikontrol agar sumber daya sel itu ridak
penyusunan unit pembangun seluruhnya ditentukan oleh
spesifisitas enzim. Jika telah disintesis, makromolekul
digunakan untuk menghasilkan produk yang tidak
berperan dalam pertumbuhan atau kelangsungan hidup.
merakit diri sendiri untuk membentuk struktur sel
supramolekul, misalnya, ribosom, membran, dinding
Bab ini berisi tinjluan mengenai metabolisme
sel,
mikroba dan pengaturannya. Mikroorganisme mengalami
flagel, dan pili.
divergensi evolusioner yang ekstrem, dan terdapat banyak

Metabolit fokal Produk akhir

Asparagin

Aspartat Treonin ---------)' lsoleusin

Metionin
Koenzim
Pirimidin
Asam nukleat

Gambar 6-3. Produk akhir biosintetik yang terbentuk dari oksaloasetat. Produk akhirtreonin dan pirimidin berperan
sebagai zat antara dalam sintesis berbagai senyawa lain.
74 BAB 6

Metabolit fokal Zatanta6 Produk akhir

Lisin

Glutamin

Glutamatsemialdehid -<=------_->
.\----.\
Argtnin

------_, ,ro,,n

Gambar 5-4. Produk akhir biosintetik yang terbentuk dari cr-ketoglutarat,

sekali jalur metabolik di dalam kelompok ini. Misalnya, membantu interkonversi berbagai bentuk biokimiawi
satu dari setengah lusin lebih jalur metabolik yang berbeda
pentosa yang paling umum; ribulosa 5-fosfat, ribosa 5-
dapat digunakan untuk asimilasi senyawa yang relatif fosfat, dan xilulosa 5-fosfat. Tiansketolase memindahkan
sederhana, seperti benzoat, dan satu jalur untuk asimilasi gugus dua karbon dari molekul donor ke akseptor. Realai-
reaksi tersebut memungkinkan pentosa membentuk atar-t
benzoat dapat diatur oleh satu dari setengah lusin lebih
mekanisme kontrol. Tujuan kami adalah menggambarkan dibentuk dari karbohidrat dengan berbagai panjang rantai'
prinsip-prinsip yang mendasari jalur metabolik dan Seperti diperlihatkan pada Gambar 6-5, dua pentosa 5-
pengaturannya. Prinsip utama yang menentukan jalur fosfat (n = 5) dapat diinterkonversikan dengan triosa 3-
metabolik adalah bahwa jalur-jalur tersebut dicapai dengan fosfat (n =3) dan heptosa 7-fosfat (n = 7): pentosa 5-fosfat
mengorganisasikan jenis reaksi biokimia. yang relatif
(n = 5) dan tetrosa 4-fosfat (n = 4) dapat diinterkonversi
dengan triosa 3-fosfat (n = 3) dan heksosa 6-fosfat (" = 6)'
sedikit dalam suatu aturan khusus. Banyak jalur
biosintetik dapat disimpulkan dengan cara memeriksa Rantai heksosa enam karbon pada fruktosa 6- fosfat
struktur kimia dari bahan mentah, produk akhir, dan dapat dikonversi menjadi dua sampai tiga karbon derivat
mungkin, satu atau dua zat antara metabolik. Prinsip triosa melalui aksi berturut-turut suatu kinase dan aldolase
utama yang mendasari pengaturan metabolik adalah bahwa
pada fruktosa 6-fosfat. Pilihan lainnya, aldolase, yang
enzim cenderung digunakan hanya bila aktivitas bekerja sama dengan fosfatase, dapat digunakan untuk
katalitiknya diperlukan. Aktivitas enzim dapat diubah memp€rpanjang molekul karbohidrat: Triosa fosfat
dengan mengubah jumlah enzim atau jumlah substrat. menghasilkan fruktosa 6-fosfat; triosa fosfat dan tetrosa
Pada beberapa kasus,aktivitas enzim dapat diubah dengan 4-fosfat membentuk heptosa 7-fosfat' Bentuk akhir dari
mengikat efektor-efektor spesifik, metabolit yang interkonversi panjang rantai karbohidrat adalah reaksi
memodulasi akrivitas enzim. transaldolase, yang menginterkonversi heptosa 7-fosfat
dan triosa 3-fosfat dengan tetrosa 4-fosfat dan heksosa
6-fosfat.
METABOLIT FOKAL & Koordinasi reaksi penyusunan ulang karbohidrat vang
INTERKONVERSINYA beragam untuk mencapai seluruh tujuan rnetabolik
digambarkan dengan pintas heksosa monofosfat (Gambar
Glukosa 6-Fosfat & lnterkonversi 6-6). Siklus metabolik tersebut digunakan oieh bakteri
Karbohidrat hijau-biru unruk mereduksi NAD- menjadi NADH' yang
Gambar 6-lmenggambarkan cara glukosa 6-fosfat diubah berperan sebagai suatu reduktan untuk respirasi dalam
menjadi berbagai produk akhir biosintestik melalui ester gelap. Banyak organisme menggunakan pinta.s heksosa
fosfat pada karbohidrat dengan panjang rantai yang monofosfat untuk mereduksi NADP. menjadi NADPH,
berbeda-beda. Karbohidrat memiliki rumus empiris yang digunakan untuk berbagai reaksi reduksi biosintetik'
(CHrO)", dan tujuan utama metabolisme karbohidrat Tahap pertama pada pintas heksosa monofosfat adalah
adalih untuk mengubah n, panjang rantai karbon. reaksi oksidatif yang memperpendek enam heksosa 6-
Mekanisme terjadinya interkonversi pada panjang rantai fosfat (disingkat menjadi enam C,, pada Gambar 6-6)
karbohidrat fosfat diringkas pada Gambar 6-5. Pada satu menjadi enam pentosa 5-fosfat (disingkat menjadi enam
kasus, reaksi oksidatif digunakan untuk membuang satu C.). Reaksi penyusunan kembali karbohidrat mengubah
karbon dari glukosa 6-fosfat, menghasilkan derivat .J"* rnol.kul i, men jadi lima molekul C,, sehingga siklus
pentosa ribulosa 5-fosfat. Reaksi isomerase dan epimerase oksidatif dapat terus terjadi.
METABOLISME MIKROBA / 75

Dehidrogenase

NAD+ NADH+H+ NAD+ NADH+H+

Glukosa 6Josfat
\ t, \rr, Ribulosa SJosfat
(co) \ C(s)
CO,

Transketolase

Xilulosa 5-fosfat Gliseraldehid 3-fosfat


V
Ribosa S-fosfat
/'- \ ,"ooneptulosa 7-fosfat
(\.5/ (u7)

Xirulosa S-fosfa, ctiserald,ejjf 3-fosfat


V ,-'- \
Eritrosa 4-fosfat t'/- Frrktora ojosfat
(Ca) (Co)

Kinase, Aldolase

ADP ATP Dihidroksiaseton fosfat

Fruktosa 6-fosfat \
\t '/ > Fruktosa 1.6-difosfat
(ca)

(co)

Gliseraidehld 3-fosfat
(ca)

Aldolase, Fosfatase

Dihidroksiaseton fosfat
(cg)
--) HzO Fosfat
t
t--* Fruktosa 1, o-difosfat \ t Fruktosa 6-fosfat

Gliseraldehid 3-fosfat J
I rcor

(cs)

Dihidroksiaseton fosfat *l Hzo Fosfat


(ca)

I* sedoheptulosa 1, 7-difosfat \ ' r sedoheptulosa 7-fosfat


tc,)
Eritrosa 4-fosfat ) ,
(Cq)

Transaldolase

Sedoheptulosa 7-fosfat Eritrosa 4-fosfat


(Cz) (Ca)

Gliseraldehid 3-fosfat Fruktosa 6-fosfat


(cs) (Co)

Gambar 5-5. Mekanisme biokimiawi untuk mengubah panjang molekul karbohidrat. Rumus empiris umum untuk
ester karbohidrat fosfat, (C"Hr"O")-N-fosfat, disingkat (C") untuk menekankan perubahan panjang rantai.
76 BAB 6

Reaksi akhir
+
Glukosa6-fosfat+'12NAD-+ ,:,T.*HzO '6COz+ 12NADH + Fosfat

6NAD+ .6NAD+

I u*oo', I u*oo,
ac,U_+ f 4,
\
u..
6CO"
HzO
t_
I ostatl-

\/t>c.
2C:
Aldolase,
fosfatase

Gambar 6-5. Pintas heksosa monofosfat. Reaksi oksidatif (Gambar 6-5) mereduksi NAD" dan menghasilkan CO'
menyebabkan pemendekan enam heksosa fosfat (disingkat Cu) menjadi enam pentosa fosfat (disingkat Cn).
Penyusunan ulang karbohidrat (Gambar 6-5) mengubah-pentosa fosfat menjadi heksosa fosfat sehingga siklus oksidatif
dapat berlanjut.

Jelaslah bahwa semua reaksi ur-rtr-rk interkonversi Pembentukan & Penggunaan


panjang rantai karbohidrat tidak digunakarr pada saat Fosfoenolpiruvat
yang bersamaan. Pemilihan seperangkat enzim spesifik, Tiiosa fosfat, dibentuk melalui interkonversi karbol.ridrat
terutama penentuan jalur metabolik yang digunakan, fosfoester, diubah men.ladi fosfoenolpiruvat melalui
ditentukan oleh surnber karbon dan kebutuhan biosintetik serangkaian reaksi yarrg diperlihatkan pada Gambar 6-7.
sel itu. Misalnya, suatu sel yang diberi triosa fosfat sebagai Oksidasi gliseraldehid 3-fosfat oleh NAD- disertai
sumber karbohidrat akan menggunakan kombinasi pembentukan ikatan anhidrida asam pada satu karbor-r
aldolase fosfatase untuk membentuk fruktosa 6-fosfar; dari 1,3-difosfoglise rat. Anhidrida fosfat ter.sebut
kinase yang bekerja pada fruktosa 6-fosfat dalam ditransfer pada fosforilasi substrat ke ADP, menghasilkan
konversinya menjadi tiiosa fosfat tidak akan aktif dalam ikatan kaya energi pada ATP. Ikatan fosfat yang kaya
keadaan ini. Jika kebutuhar-r akan pentosa 5-fb.sfat tinggi, energi lainnya terbentuk melalui proses dehidrasi 2-
seperti pada kasus asimilasi karbon dioksida fotosintetik, fosfo gliserat menj adi fosfo er-rolpiruvat; melalui fosforilas i
transketolase yang dapat menghasilkan penrosa 5-fosfar substrat yang iain, fosioenolpiruvat dapat memberikan
menjadi sangat aktif. ikatan yang kaya energi ke ADB menghasilkan AIP dan
Singkatnya, glukosa 6-fbsfat clapat dianggap sebagai piruvat. Oleh karena itu, dua ikatan kaya energi pada
metabolit fokal karena berperan sebagai prekursor ATP dapat diperoleh n-relalui konversi metabolik triosa
langsung untuk unit pembangun metabolik dan sebagai fosfat menjadi piruvat. Peristiwa tersebut merupakar.r
sumber karbohidrat dengan panjang beragam yang proses oksidatif, dan tanpa adanya akseptor elektron
digunakan untuk tujuan biosintetik. Glukosa 6-fosfat eksogen, NADFi yang dihasilkan rnelalui oksidirsi
sendiri dapat dibentuk dari karbohidrat terfosforilase gliseraldehid 3-fosfat harus dioksidasi menjadi NAD' oleh
lainnya melalui pemilihan jalur dari seperangkat reaksi piruvat atau oleh metabolit-metabolit yang berasal dari
untuk interkonversi panjang rantai. Reaksi yang dipilih piruvat. Produk-produk yang terbentuk dari proses ini
ditentukan oleh porensial genetik sel tersebut, sumber sangat []ervaria.si dan, seperti yang dijelaskan ken-rudian
karbon utama, dan kebutuhan biosintetik organismc. dalam bab ini, dapat digunakan untuk mengidentifikasi
Regulasi metabolik diperiukan untuk mernasrikan bahwa bakteri yrlng secara klinis signifikan.
reaksi yang terpilih adalah reaksi vang dapat memenuhi Pembentukan fbsfoeno$iruvat dari piruvat memerlukan
kebutr-rhan organisme. sejurnlah besar energi metabolik, dan dua ikatan ATP
METABOLISME MIKROBA 77

FOSFORILASI
OKSIDASI SUBSTRAT

cH20H cHo NAD+ NADH+H+ [opo.r- ADP ATP


coz-
I

f-:f) HJou \ /' ,iJr-' I

I
1-"
cH2oPo31- f I
HCOH
cH20Po32-
;
I

cH2oPo32-
.,
Triosa fosfat ,-","t*],t,.?'-, 3-Fosfogl iserat

I
FOSFORILASI I
SUBSTRAT I

+
coz* ATP ADP co"-
HrO
t' coz-
*\
i
I

C=O COPO32- HCOPO32-


I il I

cHs cHs cH2oH


Piluvat Fosfoenolpi ruvat 2-Fosfogliserat

Gamhar 6'-7. Pembentukan fosfoenolpiruvat dan piruvat dari triosa fosfat. Perhatikan pada dua tempatfosforilasi
substrat dan pada tahap oksidatif yang menyebabkan reduksi NAD- menjadi NADH. Pengulangan jalur yang
menghasilkan energi ini membutuhkan suatu mekanisme untuk mengoksidasi NADH menjadi NAD-. Organisme
peragi mencapai tujuan ini dengan menggunakan piruvat atau metabolit yang berasal dari piruvat sebagai oksidan.

anhidrida selalu ditanam pada proses ini. Beberapa dibenruk melalui karbolsilasi piruvat atau fosfoenolpiruvat.
o rganisme- Es c h ri c h i a o I i, misalnya-secara lan gsun g
e c Pada cabang lain, piruvat diolaidasi menjadi asetil-KoA.
memfosforilasi piruvat dengan ATP, menghasilkan AMP Yang penting adalah, apapun rnekanisme enzimatik yang
dan fosfat anorganik (P,). Organisme lain menggunakan digunakan untuk pembentukan oksaloasetat, asetil-KoA
dua tahap metaboiik: Satu ikatan pirofosfat ATP ditanam diperlukan sebagai efektor metabolik positif untuk proses
dalam proses karboksilasi piruvat menjadi oksaloasetat, tersebut. Oleh karena itu, sintesis oksaloasetat
dan ikatan pirofosfat kedua (sering dibawa oleh GTP diseimbangkan dengan produksi asetil-KoA. Gabungan
bukan AIP) digunal.-an untuk men ghasi lkan fosfbenolpiruvat oksaloasetat dengan asetil-KoA menghasilkan sitrar.
dari oksaloasetat. Isomerisasi molekul sitrat menghasilkan isositrat, yang
secara oksidatif mengalami dekarboksilasi menjadi a-
Pembentukan & Penggunaan Oksaloasetat ketoglutarat.
Seperti diuraikan sebe lumnya, banyak organ isme
membentuk oksaloasetat rnelalui proses karboksilasi JALUR ASIMILASI
pituvat yang bergantung pada AIP. Organisme lain, seperti Pertumbuhan dengan Asetat
E coli, yang membentuk fosfoenolpiruvat secara langsung
dari piruvat, menyintesis oksaloasetat melalui karbotrailasi Asetat dimetabolisme melalui asetil-KoA, dan banyak
fosfoenolpi ruvat. organisme memiliki kemampuan untuk membentuk asetil-
Suksinil-KoA merupakan prekursor biosintetik yang KoA (Gambar 6-9). Asetil-KoA digunakan pada biosintesis
diperlukan untuk sintesis porfirin dan senyawa-senyawa o-ketoglutarat, dan pada sebagian besar organisme
esensial lain. Beberapa organisme membentuk suksinil- respiratorik, gugus asetil pada asetil-KoA dioksidasi secara
KoA dengan mereduksi oksaloasetat melalui malat dan lengkap menjadi karbon dioksida melalui siklus asam
fumarat. Reaksi-reaksi tersebut menggambarkan trikarboksilat (Gambar 6-10). Namun, kemampuan
pembalikan aliran metabolik yang diobservasi pada siklus menggunakan asetat sebagai sumber karbon, terbatas pada
asam trikarboksilat yang konvensional (Gambar 6-10). mikroorganisme dan tanaman tertentu dalam jumiah yang
relatif sedikit. Sintesis prekursor biosintetik dari asetat
Pembentukan o-Ketoglutarat dari Piruvat dicapai dengan merangkaikan reaksi siklus asam
trikarboksilat dengan dua reatr<si lain yang dikatalisis oleh
Konversi piruvat menjadi o-ketoglutarat memerlukan isositrat liase dan malat sintase. Seperti yang diperlihatkan
suatu jalur metabolik yang memencar dan kemudian pada Gambar 6-ll, reaksi-reaksi tersebut memungkinkan
mengumpul (Gambar 6-8). Pada satu cabang, oksaloasetat konversi akhir dua unit asetil dari asetil-KoA secara
BAB 6

NAD+
HSCoA coz NADH+H+

co"-
t'
C=O
I

cHe
Piruvat

cH2co2- ^1o cHCo2-


t' / |
co,- HOCCOT ---L-+ CCO2-
t- tl
cH2co2- cH2co2'
C=O O =CCOz-
I I
Sitrat Asonitat
cHe cH2co2-
Piruval Oksaloasetat

Hzo

coPo32-
it
CHz

Fosfoenol- o=ccoz- at o= ccoz- NADH+H+

cHco2- r \- -
piruvat )D*HocHcor-
cHco2-
?t,
c12co2- cH2co2- cHCO2-
cr-Ketoglutarat Oksalosuksinat lsositrat

Gambar 6-8. Konversi piruvat menjadi a-ketoglutarat. Piruvat diubah menjadi a-ketoglutarat melaluijalur biosintetik
yang bercabang. Pada satu cabang, piruvat dioksidasi menjadi asetil-KoA; pada cabang lain, piruvat dikarboksilasi
menjadi oksaloasetat.

oksidatif menjadi satu molekul suksinat. Sukrin"t d^p"t memungkinkan triosa fosfat diubah menjadi derivat
digunakan untuk tujuan biosintetik setelah diubah pentosa ribulosa 5-fosfat, yang difosforilasi untuk
menjadi oksaloasetat, cr-ketoglutarat, fosfoenolpiruvat, menghasilkan molekul akseptor, ribulosa 1,5-difosfat
atau glukosa 6-fosfat. (Gambar 6-l2F.^). Karbon tereduksi lainnya, yang
dibentuk melalui asimilasi reduktif karbon dioksida,
Pertumbuhan dengan Karbon Dioksida: diubah menjadi metabolit fokal untuk jalur biosintetik.
Siklus Calvin Sel-sel yang dapat menggunakan karbondioksida
Seperti tumbuhan dan alga, sejumlah spesies mikroba sebagai satu-satunya sumber karbon disebut autotrofik,
dapat menggunakan karbon diolaida sebagai satu-satunya dan kebutuhan untuk asimilasi karbon jenis ini dapat
sumber karbon. Pada hampir semua organisme tersebut, diringkas secara singkat sebagai berikut: Selain reaksi
jalur utama asimilasi karbon adalah meialui siklus Calvin, asimilasi utama yang menghasilkan 3-fosfogliserat, harus
yang menggabungkan karbon dioksida dan ribulosa ada mekanisme untuk meregenerasi molekul akseptor,
difosfat untuk membentuk dua molekul 3-fosfogliserat ribulosa 1,5-difosfat. Proses tersebut membutuhkan
(Gambar 5-l2A). 3-Fosfogliserat mengalami fosforilasi reduksi 3-fosfogliserat sampai tingkat karbohidrat; proses
menjadi 1,3-difosfogliserat, dan senyawa tersebut ini membutuhkan energi. Oleh karena itu, autotrof
direduksi menjadi derivat triosa, gliseraldehid 3-fosfat. memerlukan karbon diotr<sida, ATB NADPH, dan suatu
Reaksi penyusunan ulang karbohidrat (Gambar 6-5) rangkaian enzim spesifik.
METABOLISME MIKROBA 79

co"- NAD-
l'
C=O
I

cHs
Piiuvat

Asam lemak ATP AMP

Gambar 6-9. Sumber biokimiawi asetil-KoA.

Depolimerase tak akan terjadi pada organisme-organisme yang


menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron. Pada
Banyak substrat yang potensiai untuk pertumbuhan organisme tersebut, reduktan kuat dapat digunakan untuk
merupakan unit pembangun dalam struktur polimer mendorong reaksi yang memungkinkan asimilasi senyawa
biologis. Molekul besar tersebut tidak dapat dibawa yang relatif sulit dipecah. Suatu contoh adalah asimilasi
dengan mudah melewati membran sel dan sering terikat reduktif benzoat, suatu proses yang cincin aromatiknya
pada struktur sel yang lebih besar. Banyak mikroorganisme
direduksi dan dibuka untuk membentuk pimelat asam
membentuk depolimerase etr<straselular yang menghidrolisis dikarboksilat. Reaksi metabolik lanjutan mengubah
protein, asam nukieat, polisakarida, dan lipid. Pola pimelat menjadi metabolit fokal.
aktivitas de polimerase dapat bermanfaat dalam
identifi kasi mikroorganisme. Asimilasi Nitrogen
Oksigenase Asimilasi reduktif molekul nitrogen, juga disebut fiksasi
nitrogen, diperlukan untuk kelangsungan hidip di planet
Banyak senyawa dalam lingkungan yang relatif resistan kita. Fiksasi nitrogen dilakukan oleh berbagai bakteri
terhadap modifikasi enzimatik, dan pemakaian senyawa- dan sianobakteria yang menggunakan sistem nitrogenase
senyawa tersebut sebagai substrat pertumbuhan multikomponen. Meskipun terdapat bermacam-macam
membutuhkan golongan enzim khusus, yaitu oksigenase. organisme yang mampu mengikat nitrogen, tetapi
Enzim-enzim tersebut secara langsung menggunakan kompleks nitrogenasenya sama pada hampir semua
oksidan kuat yaitu molekul oksigen sebagai substrat dalam organisme tersebut (Gambar 6-14). Nitrogenase adalah
berbagai reaksi yang mengubah senyawa yang relatif sulit suatu kompleks dua enzim-satu enzim yang mengandung
dipecah menjadi suatu bentuk yang dapat diasimilasi besi dan yang lain mengandung besi dan molibdenum.
melalui reaksi-reaksi yang dipermudah secara termo- Bersama-sama, kedua enzim ini mengkatalisis reaksi
dinamik. Kerja oksigenase digambarkan pada Gambar berikut:
6-13, yang memperlihatkan peranan dua oksigenase
berbeda pada penggunaari benzoat.
N, + 6H' + 6e + I2ATP 2NH: + 12ADP + 12P
Jalur Reduktif -+
Asimilasi nitrogen yang bersifat reduktif ini membutuhkan
Beberapa mikroorganisme hidup dalam lingkungan yang sejumlah energi metabolik yang banyak: Dua belas sampai
sangat reduktif, yang memungkinkan reaksi kimia yang enam belas molekul ATP dihidrolisis, sementara satu
BAB 5

o
il
CH.CSCoA
c12co2-
Asetir-KoA '?o
'"ff:",- -<.'?HCot
X(
o=CCoz-' HSCoA Sitrat ?"or-
[,nr"or- Hro iurcor-a H.o

Akonitat
]"
Oksaloasetat \
NADH+H.
\/ \
HOCHCOT
NAD, _/ I

cHco2-
I
HOCHCOT
cH2co2-
cH2co2- lsositrat
L-Malat NAD*

f
.\ A
H"O NADH+Hn

O=CCo--
cHCO2- t'
CHCO?-
cHcot t-
cH2co2*
Fumarat
Oksalosuksinat

EnzlFADH,) z\
\ O:CCO^
-\ l'
/\ ct-trcor- cH-
EnzEAD\ / |
I'
CH2C02- HSCoA HSCoA CH2CO2- Coz

Suksinat t o Co, .) u-Ketoglutarat


il
CH,CSCoA
\
GTP I

I runo*
I cN2co;
GDP NADH
Suksinil-KoA +
HI

Gambar 6-1O- Siklus asam trikarboksilat. Terdapat empat tahap oksidatif, tiga menghasilkan NADH dan satu
menghasilkan flavoprotein-tereduksi, Enz(FADHT). Siklus dapat berlanjut hanya jika akseptor elektron tersedia untuk
mengoksidasi tIADH dan flavoprotein-tereduksi.

molekul N, direduksi menjadi dua molekul NH, oleh bidang pertanian adalah Rhizobiaceae, organisme yang
tiga molekul NADH + Ht. mengikat nitrogen secara simbiotik dalam bintil akar
Kebutuhan fisiologis tambahan didasarkan pada tanaman leguminosa.
kenyataan bahwa nitrogenase dapat diinaktivasi oleh Banyak organisme yang memiiiki kemampuan untuk
oksigen. Organisme aerob yang menggunakan nitrogenase menggunakan amonia sebagai sumber nitrogen. Bagi
telah membentuk mekanisme yang rumit untuk nitrogen, jalan masuk utama ke dalam metabolisme
melindungi enzim-enzim dari inaktivasi. Beberapa karbon adalah glutamat, yang terbentuk melalui aminasi
membentuk sel khusus untuk tempat pengikatan nitrogen, reduktif ct-ketoglutarat. Seperti yang diperlihatkan pada
dan yang lain mempunyai rantai transpor elektron yang Gambar 6-15, terdapat dua mekanisme biokimia yang
rumit untuk melindungi nitrogenase dari inaktivasi oleh dapat digunakan. Satu, reduksi satu tahap yang dikatalisis
oksigen. Bakteri yang paling signifikan dari jenis ini pada oleh glutamat dehidrogenase (Gambar 6-15A), efektif pada
METABOLISME MIKROBA / A1

cHCO^-
|'
O: CCO^-
l' ?'o,
cq2co2- cHzco2-
Oksaloasetat Asosinat

r
NADH+H+ I
Hzo

I
NAD*
I
HOCHC02-
HOCHCO2- cHco"-
I t"
cH2ca2- cH2co2*
r-Malat lsositrat

MALAT SINTASE ISOSITRAT LIASE

cH2co2-
I

cH2c02*
Suksinat

Gambar 6-1?.5iklus glioksllat. Perhatikan bahwa reaksi-reaksi yang mengubah malat menjadi isositrat juga dipakai
oleh siklus asam trikarboksilat (Gambar 6-10). Divergensi metabolik pada tingkat isositrat dan kerja dua enzim, yaitu
isositrat liase dan malat sintase, memodifikasi siklus asam trikarboksilat sehingga mereduksi dua molekul asetil-KoA
menjadi suksinat.

lingkungan yang suplai amonianya cukup. Lainnya, suatu sintase diatur oleh suplai amonia dan te rse dianya
proses dua tahap dengan glutamin sebagai zat antar^ metabolit yang mengandung nitrogen yang secara langsung
(Gambar 6-15B), digunakan dalam lingkungan yang berasal dari nitrogen amida pada glutam.in.
sedikit mengandung amonia. Mekanisme terakhir ini Sebagian besar nitrogen organik dalam sel berasal dari
memungkinkan sel-sel menyimpan energi bebas yang gugus ct-amino pada glutamat, dan mekanisme utama
dibentuk melalui hidrolisis ikatan pirofosfat pada ATP untuk transfer nitrogen adalah melalui transaminasi.
ke dalam asimilasi amonia dari lingkungan. Biasanya akseptor pada reaksi ini adalah asam o(-keto,
Nitrogen amida dari glutamin, suatu zat antara pada yang diubah menjadi asam cx-amino yang sesuai. ct-
asimilasi nitrogen dua langkah menjadi glutamat (Gambar Ketoglutarat, produk lain dari reaksi transaminasi, dapat
6-15B), juga ditransfer secara iangsung ke nitrogen diubah menjadi glutamat melalui aminasi reduktif
organik yang ada pada struktur purin, pirimidin, arginin, (Gambar 6- l5).
triptofan, dan glukosamin. Aktivitas dan sintesis glutamin
82 BAB 6

cH2oH cH2oPo32- 2AIP 2NADPH


I
c=o ATP APP c= o 9or co.- | ,oo, [oro"'- | ,*oor' cHo
*L* \ nt ,Jo, \ ' ,"Jo" \ ,*.t* ,""t*
"
I I I I I

HCOH HCOH cH20Po32- cH20Po32* cH2oPo32 -


I I

cH2oPo32- cH2oPo32-
Ribulosa Ribosa 2 3-Fosfo- 2'1,3-Difosfo- 2 Gliseraldehid
5-fosfat 1,5-difosfat gliserat gliserat 3-fosfat
(cs) (2 c3)

Metabolit fokal dan biosintesis

Aldolase,
fosfatase
4C,, .....-...----- 2Ca 2Cs
t Trans- 4
\ t .tot"..,/
\-1
(\
2Cs 2Cq
\ Atdotase,
\ fosfatase

(
2ct

-ry*TTaocu
Asimilasi reduktif CO,

l2NADPH 12ADP 12ATP 6CO2 6ADP 6ATP

,i

Gambar 5-12. Siklus Calvin. A: Asimilasi reduktif COr. ATP dan NADPH digunakan untuk mereduksi pentosa 5-fosfat
(Cr) menjadi dua molekul triosa fosfat (Cr). B: Siklus Calvin diakhiri dengan reaksi penyusunan ulang karbohidrat
(G-ambar 6-5) yang memungkinkan sintesis karbohidrat dan regenerasi pentosa fosfat sehingga siklus dapat terus
berlangsung.
METABOLISME MIKROBA 83

o @
o-
\." co^- r'
,'-
lrl
v ---f\*
NADH NAD' NAD* NADH
Benzoat + +
H* L{+

Suksinil-KoA + Asetil-KoA 5rangkah)


Gambar 6-13. Peran oksigenase pada penggunaan benzoat sebagai sumber karbon secara aerob. Oksigen molekular
ikut serta secara langsung dalam reaksi yang memecah cincin aromatik pada benzoat dan katekol.

JALUR BIOSINTETIK arginin dan prolin (Gambar 6-16) kurang jelas, tetapi
dapat dilihat. Demikian pula, rangka karbon pada aspartat,
Menelusuri Struktur Prekursor Biosintetik: secara langsung berasal dari oksaloasetat (suatu metabolit
Glutamat & Aspartat fokal), terbukti ada dalam struktur asparagin, treonin,
Pada banyak kasus, rangka karbon dari produk akhir metionin, dan pirimidin (Gambar 6-17). Pada beberapa
metabolik dapat ditelusuri sampai ke asal biosintetiknya. kasus, berbagai rangka karbon bergabung dalam jalur
Glutamin, suatu contoh yang fiyata, jelas berasal dari biosintetik. Misainya, aspartat semialdehid dan piruvat
glutamat (Gambar 6-16). Rangka glutamat pada struktur bergabung untuk membentuk prekursor metabolik lisin,

o2

I
Leghemoglobin

I
Karbohidrat
4;";\
---+ [ oksidasi )
glikolisis
(dari \ terminat ./
ataufotosintesis) \: -,/

l6MgATP lGMgADP

2H' + 2e-
/
,,/
H2
..emalan
nlorogenase

N2 2NH3

Gambar 5-14, Reduksi N, menjadi dua molekul NH, Selain reduktan, reaksi nitrogenase memerlukan sejumlah besar
energi metabolik.iumlahmolekul ATPyangdiperlukanuntukreduksi satu molekul nitrogenmenjadi amoniatidak
tetap; nilai ini tampaknya terletak antara 12 dan 16. Keseluruhan reaksi memerlukan SNADH + H*. Enam di antaranya
digunakan untuk mereduksi N, menjadi 2NH, dan dua lainnya digunakan untuk membentuk Hr. Ambilan hidrogenase
akan mengembalikan H, ke dilam sistem sehingga dapat menghemat energi. (Digambar ulang dan direproduksi dengan izin
dari Moat AG, Foster JW: Microbiol Physiology,3rd ed. Wiley-Liss, 1995. Dicetak ulang seizin John Wiley & Sons, lnc.)
84 BAB 6

asam diaminopimelat, dan asam dipikolinat (Gambar 6- dari pentapeptida ditambahkan secara berturut-turut,
18). Dua senyawa yang disebut terakhir hanya ditemukan masing-masing tambahan dikatalisis oleh enzim yang
pada prokariot. Asam diaminopimelat adalah suatu berbeda dan masir-rg-masing melibatkan reaksi pemecahan
komponen peptidoglikan pada dinding sel, dan asam ATP menjadi ADP + P.
dipikolinat merupakan komponen utama endospora. UDP asam-/V-asetilmuramat-pentapeptida menempel
pada baktoprenol (suatu lipid pada membran sel) dan
Sintesis Peptidoglikan Dinding Sel menerima molekul l/-asetilglukosan'rin dari UDP Derivat
Struktur peptidoglikan. tampak pada Gambar 2-19; lalur pentaglisin yang berikutnya dibentuk melalui rangkaian
sintesisnya terlihat pada Gambar 6-19 dalam bentuk yang reaksi yang menggunakan glisil-tRNA sebagai donor;
disederhanakan. Sintesis peptidoglikan dimulai dengan disakarida yang lengkap dipolimerisasi menjadi zat antara
sintesis bertahap UDP asam-l/-asetilmuramat-pentapeptida oligomerik sebelurn ditransfer ke ujung pertumbuhan
dalam sitoplasma. Mula-mula,A/-asetilglukosamin melekat polimer glikopeptida pada dinding sel.
pada UDP dan kemudian diubah menjadi UDP asam-i/- Pertautan silang akhir dicapai nrelalui reaksi
asetilmuramat melalui proses konclensasi dengan transpeptidasi. Pada reaksi ini, gtlgus asam amino bebas
fosfoenolpiruvat dan proses reduksi. Asam-asam amino dari residu pentaglisin menggantikan termir-ral residu D-

A. Amonia konsentrasi tinggi'


co"- CO;
t' +i
c=o
I
"!i*f H
CHz+NH3.+NADPH . CHz + NADP+
I
I

CH" CH,
t" t-
cot co;
cr-Ketoglutarat Glutamat

B. Amonia konsentrasi rendah.


qot +{
+{
H.NCH
H3NCH
I
"l
CHz+ATP+NH3 cHz+ADP*Pi
l''' I

Unz CH,
t-
cot
I

c:o I

,:rNFlt'

Glutamat Glutamin

co"- co-- co"- co;


+l t' +l +l
H3NCH C=O H3NCH H3NqH
I 'l tt
cH" CHz + NADPH cHz+cHr+NADP*
t' ll
CH.
I

cH^ cH^ CH"


t' l' t' l-
C=O CO; cot coz
I

':Nll,t
Glutamin cr-Ketoglutarat 2 Glutamat

Gambar 6-15. Mekanisme untuk asimilasi NHr. A: Bila konsentrasi NH3 tinggi, sel mampu mengasimilasi senyawa
melalui reaksi glutamat dehidrogenase. B: Bila, karena seringnya kasus tersebut, konsentrasi NH3 rendah, sel-sel
merangkaikan reaksi glutamin sintase dan glutamat sintase untuk menyimpan energi yang dihasilkan melalui hidrolisis
ikatan pirofosfat ke dalam asimilasi amonia.
METABOLISME MIKROBA 85

alanin pada pentapeptida di sebelahnya. Transpeptidasi teraktivasi. Proses ini tidak melibatkan carrier lipid yang
dikatalisis oleh salah satu dari seperangkat enzim yang terikat membran. Adanya kapsul sering ditentukan secara
disebut protein pengikat penisilin (PBP). PBP mengikat lingkungan: Dekstran dan levan, misalnya, hanya dapat
penisilin dan antibiotika p-laktam lain secara kovalen, disintesis menggunakan sukrosa disakarida (fruktosa-
sebagian karena kemiripan struktural antara antibiotika glukosa) sebagai sumber subunit yang sesuai sehingga
tersebut dengan prekursor pentapeptida. Beberapa PBP sintesisnya bergantung pada adanya sukrosa dalam
mempunyai aktivitas transpepddase atau karboksipeptidase, medium.
kecepatan relatifnya mungkin mengontrol tingkat
pertautan silang pada peptidoglikan (suatu faktor yang Sintesis Granula Cadangan Makanan
penting dalam pembentukan sekat sel).
Bila zat makanan yang tersedia melebihi kebutuhan untuk
Jalur biosintetik memegang peran khusus dalam
bidang kedokteran, karena meniberikan dasar kerja pertumbuhan, bakteri mengubah beberapa diantaranya
antibakteri selektif dari beberapa agen kemoterapi. Tidak menjadi granula cadangan makanan di dalam sel (intrasel).
seperti sel-sel pejamunya, bakteri tidak isotonik dengan
Zat yang utama adalah repungr glikogen, poli-B-
cairan tubuh. isi selnya berada dalam tekanan osmotik hidrolaibutirat (PBHB), dan volutin, yang rerutama terdiri
tinggi, dan kelangsungan hidupnya bergantung pada dari polifosfat anorganik. Jenis granula yang terbentuk
integritas pola geometris peptidoglikan dalam dinding bersifat kias untuk spesies itu. Granula didegradasi bila
sel yang dipertahankan selama siklus pertumbuhan. Setiap
zat makanan eksogen habis.
senyawa yang menghambat langkah apapun dalam
biosintesis peptidoglikan menyebabkan dinding sel POLA METABOI.ISME PENGHASIL
bakteri yang sedang tumbuh meiemah dan sel melisis.
ENERGI PADA MIKROBA
Tempat kerja beberapa antibiotika diperlihatkan pada
Gambar 6-19. Seperti telah dijelaskan pada Bab 5, terdapat dua
mekanisme metabolik utama untuk menghasilkan ikatan
Sintesis Lipopolisakarida Selubung Sel asam pirofosfat yang kaya energi dalam ATP: fosforilasi
substrat (transfer langsung ikatan anhidrida fosfat dari
Struktur umum iipopolisakarida antigenik pada selubung
donor organik ke ADP) dan fosforilasi ADP oleh fosfat
sel gram negatif diperlihatkan pada Gambar 2-20.
anorganik. Reaksi yang terakhir secara energi tidak
Biosintesis gugus akhir berulang, yang menghasilkan sifat
menguntungkan dan harus dilakukan oleh gradien
spesifisitas antigenik dari selubung sel tersebut,
elektrokimia transmembran, yairu daya gerak proron.
diperlihatkan pada Gambar 6-20. Perhatikan kemi-
Pada respirasi, gradien elektrokimia dihasilkan dari
ripannya dengan sintesis peptidoglikan: Pada kedua kasus,
reduktan dan oksidan yang diperoleh dari luar. Energi
rangkaian subunit dirakir pada carrier lipid dalam
yang dilepaskan oleh transfer elektron dari reduktan ke
membran dan kemudian ditransfer ke ujung terbuka
oksidan melalui canier yang terikat membran dibarengi
polimer yang sedang rumbuh.
dengan pembentukan gradien elekrrokimia transmembran.
Pada fotosintesis, energi cahaya menghasilkan reduktan
Sintesis Polimer Kapsular Ekstraselular
dan oksidan yang berhubungan dengan membran;
Polimer kapsular, yang beberapa contohnya disajikan terbentuk gaya gerak proton seiring dengan kembalinya
pada Tabel 2-1 , secara enzimatis disintesis dari subunit carrier elektron ini ke keadaan dasar. Berbagai proses ini
dibahas di bawah.

*?o'- Jalur Fermentasi


.,.,,*?91.t',*"#,9|*',,t't, A. STRATEGI UNTUK FoSFoRILAsI SUBsTRAT
H3NCH ?r' ?or- Tanpa respirasi atau fotosintesis, sel-sel bergantung
?t, ?*, tr"t-.)"t,
"T-?t seiuruhnya pada fosforilasi substrat untuk energinya:
Pembentukan ATP harus terangkai dengan penyusunan
?t, ?t,
,:1,.:,..,:lt,'C!ts.4:.,t NH ulang senyawa-senyawa organik secara kimiawi. Banyak
..;...;;;:.;1,,,,,,,,11;;!.J1:;..4..,..,......
''" 1""'''''"'"'t senyawa dapat berperdn sebagai substrat pertumbuhan
NH, l

?:*,
':::,.''.::':':::"1:))::"1:t,::r::.. ..::.'::.:.ttt,'

yang dapat difermentasi, dan ada banyak jalur untuk


NHz fermentasinya. Jalur-jaiur tersebut mempunyai tiga tahap
Glutamin ,Arginin Prolin
umum: (1) Konversi senyawa yang dapat difermentasi
menjadi donor fosfat untuk fosforilasi substrat. Tahap
Gambar 6-16. Asam amino yang dibentuk dari glutamat. ini sering kali terdiri dari berbagai reaksi metabolik yang
86 BAB 6

, 9o;* *:, o,
t- co"-
*l,,"
coi'
al
H.il'r- . ll "' -

'H3Nq.
- I qFl"' s,
H3NCH.
l:i *tnl', nT' lf-:
:
".- C=O
cHoH
CHs
l.ri@
SH
o-.c'*Xnn
I I

NHz cHs
Asparagin Treonin Metionin Urasil

Gambar 6-17. Produk akhir biosintetik yang terbentuk dari aspartat.

mereduksi NAD- menjadi NADH. (2) Fosforilasi ADP B. FERMENTASI GLUKOSA


oleh donor fosfat yang kaya energi. (3) Langkah-langkah Keragaman jalur fermentatif digambarkan berdasarkan
metabolik yang membawa produk fermentasi ke dalam pertimbangan beberapa mekanisme yang digunakan oleh
keseimbangan kimiawi dengan materi awal. Kebutuhan mikroorganisme untuk mencapai fosforilasi substrat
yang paling sering muncul dalam tahap akhir adalah dengan mengorbankan glukosa. Pada umumnya, fosforilasi
mekanisme untuk oksidasi NADH, yang dihasilkan pada ADP menjadi ATP dapat dirangkaikan dengan satu dari
tahap awal fermentasi, menjadi NAD- sehingga dua transformasi yang seimbang secara kimiawi berikut
fermentasi dapat berlangsung. Pada bagian berikut, akan ini:
dijelaskan masing-masing contoh dari ketiga tahap Glukosa +2 Asam laktat
fe rmentasi. (c6H1ro6) (caH5o3)

H H
a c\cH
H.c -2izo ttrcl
H'cl"'-\9
-l + l- rr
-2H
+lll ilt

HC-
HOOC/ -NH,
,t
o-l \cooH Hooc tc\ N--c-cooH Hooc\tt4coot-t
Aspartat semialdehid Piruvat Asam dihidropikolinat Asam dipikolinat
(spora)

-?n

fz /- -/ Du^>rrrrr-^uh +
suksinir-KoA l' --
- C---
nr?-'\gr, - T - -",t,
.- - C . .

\J
+Hro , "r?-"
HC. - c cr Hc-
Hooc2 \N-."tcoo{ Hooc/ \-o l-cooH
A,sam tetrahidropikolinat
-/ Tt
(succ)'
.( -/
cooH cooH
I
I

HC HC -NH2
-NH2 I
I

(CH,). (cH")"
t-- ""2
HC -NH2 H2C -NH2
I

cooH
Asam diaminoPimelat Lisin
(dinding sel) (protein)

Gambar 6-18. Produk akhir biosintetik yang terbentuk dari aspartat semialdehid dan piruvat.
METABOLISME MIKROBA /87

-- -'- Fosfoenolpiruvat

Fosfonomisin

Basitrasin GlisiltRNA

Peptidoglikan (ujung
polimer pada dinding
BP-P-P sel yang sedang tumbuh)

Vankomisin, ristosetin
I

*
Pi

o-Ala->Ala +Ala +1F r-Ala

Sikloserin Sikloserin

Gamhar 6-19. Biosintesis peptidoglikan dinding sel, yang menunjukkan tempat kerja enam antibiotik. BP = baktoprenol;
MurNAc = asam N-asetilmuramat; GlkNAc = N-asetilglukosamin. A: Sintesis UDP-asam asetilmuramat-pentapeptida.
B: Sintesis peptidoglikan dari UDP-asam asetilmuramat-pentapeptida, UDP-N-asetilglukosamin, dan residu glisil.
(Lihat Gambar 2-19 untuk struktur peptidoglikan.)
88 BAB 6

B P-@-@-(s at-ra-ma n),-1


ae-@-@-eal-ra-man

DP.man/
GDP-man BP-o-@
BP-@-@-oal-ra B P-@-(D-(s a t- ra- m a n )n

TDP
-'l Polisakarida
inti

TDP-ra /\ Polisakarida
inti-
ee-@-@-oar BP-@-@ (sal-ra-man)n

BP-@

UDP-gal
Gambar 6-2O. Sintesis unit berulang rantai samping polisakarida pada Salmonella newington dan transfernya ke inti
lipopolisakarida. BP = baktoprenol.

menjadi dua molekul triosa (Cr) fosfat. Empat reaksi


Glukosa+2 Etanol + 2 Karbon dioksida fosforilasi substrat menyertai konversi triosa fosfat
(c6Hrro5) (crH5o) (cor) menjadi dua molekul piruvat. Oleh karena itu, dengan
Mekanisme biokimiawi yang digunakan untuk mencapai mengingat dua ikatan ATP pirofosfat yang diperlukan
transformasi ini sangat bervariasi. untuk membe ntuk triosa fosfat dari glukosa, jalur
Pada umumnya, fermentasi glukosa dimulai dengan Embden-Meyerhof menghasilkan dua ikatan ATP
fosforilasinya menjadi glukosa 6-fosfat. Terdapat dua pirofosfat. Pembentukan piruvat dari triosa fosfat adalah
mekanisme untuk mencapainya: (1) Giukosa ekstraselular suatu proses olaidatif, dan NADH yang terbentuk pada
dapat dibawa melewati membran sitoplasma ke daiam langkah metabolik pertama (Gambar 6-21) harus diubah
sel dan kemudian difosforilasi oieh ATP untuk menjadi NAD- agar fermentasi dapat berlangsung; dua
menghasilkan glukosa 6-fosfat dan ADP. (2) Pada banyak mekanisme yang lebih sederhana untuk mencapai tujuan
mikroorganisme, glukosa ekstraselular difosforilasi ketika ini digambarkan pada Gambar 6-22. Reduksi langsung
dibawa melewati membran sitoplasma oleh suatu sistem piruvat oleh NADH menghasilkan laktat sebagai produk
enzim dalam membran sitoplasma yang memfosforilasi akhir fermentasi sehingga menyebabkan asidifikasi
glukosa ei<straselular dengan mengorbankan fosfoenolpiruvat, medium. Alternatifnya, piruvat dapat didekarboksilasi
menghasilkan glukosa 6-fosfat dan piruvat intraselular. menjadi asetaldehid, yang kemudian digunakan untuk
Proses yang disebut terakhir adalah suatu contoh mengoksidasi NADH, sehingga menghasilkan produk
metabolisme vektorial, suatu rangkaian reaksi netral yakni etanol. Jalur yang diambil ditentukan oleh
biokimiawi yang struktur maupun lokasi substratnya riwayat evolusi organisme itu dan, pada beberapa
diubah. Perlu dicatat bahwa pemilihan ATP atau mikroorganisme, oleh keadaan lingkungan pertumbuhan.
fosfoenolpiruvat sebagai suatu agen yang memfosforilasi
tidak mengubah hasil ATP dalam fermentasi, karena D. FERMENTASI HETEROLAKTAT DAN ENTNER-
fosfoenoipiruvat digunakan sebagai sumber ATP dalam DoUDoRoFF
tahap fermentasi selanjutnya (Gambar 6-7).
Jalur alternatif untuk fermentasi glukosa mencakup
beberapa reaksi enzim khusus, dan diperlihatkan pada
C, JALUR EMBDEN-MEYERHOF
Gambar 6-23. Jalur Entner-Doudoroff dibedakan dari
Jalur ini (Gambar 6-2 1), suatu mekanisme fermentasi jalur metabolisme karbohidrat lain oleh dehidrasi 6-
glukosa yang sering ditemui, menggunakan kinase dan fosfogiukonat diikuti dengan reaksi aldolase yang
aldoiase (Gambar 6-5) untuk mengubah heksosa (Cu) fosfat menghasilkan piruvat dan triosa fosfat (Gambar 6-23A).
METABOLISME MIKROBA 89

Glukosa co--
l'
U-U

K::
I

cHs
Piruvat
Glukosa 6josfat

//\ \-t co2


NADH+H* \ / \
+
I

NADLJY \g
\
'/ c:o
1

L-- ATP
( Kinase, atdotase
(lihat Gambar 6-5) /
/ J*,
osetaldehid
{\ OOt cor-
tru'ot-t+H.
\,
I

CHOH
I \ Nran+
I
cHe S--Y'"'"
+
Laktat
\
Triosa fosfat cH20H
I

zr'rno. cH.
[r Etanol
$ 2p1a9s*2H-
I 2ADP Gambar 6-22. Dua mekanisme biokimiawi yang
- (Lihat Gambar 6-7) piruvatnya dapat mengoksidasi NADH. Kiri: Pembentukan
f langsung laktat. yang menghasilkan produksi net asam
*> znrp
Iaktat dari glukosa. Kanan: Pembentukan produk netral
karbon dioksida dan etanol.
I

+
Meyerhof, jalur heterolaktat dan Entner-Doudoroff hanya
znoe menghasilkan satu substrat net fosforilasi ADP per
f molekul glukosa yang difermentasi. Mengapa jalur
lo ,ot, alternatif untuk fermentasi glukosa dipilih dalam
lingkungan alamiah? Saat menjawab pertanyaan tersebut,
2 Piruvat
harus diingat dua hal. Pertama, dalam kompetisi langsung
zvnon*zn.
I untuk pertumbuhan dua spesies mikroba, kecepatan
penggunaan substrat dapat lebih penting daripada jumlah
|* ,*oo. pertumbuhan. Kedua, glukosa hanya merupakan satu dari
2 Laktat banyak karbohidrat yang ditemukan oleh mikroorganisme
Gambar 6-21. )alur Embden-Meyerhof .
pada lingkungan alaminya. Pentosa, misalnya, dapat
difermentasi cukup efisien melalui jalur heterolaktat.

Fermentasi heterolaktat dan beberapa jalur fermentatif E. VARIAsI LAIN FERMENTASI KARBoHIDRAT
lain bergantung pada reatr<si fosfoketolase (Gamb ar 6-238)
yang secara fosforoiitik memecah ketosa-fosfat untuk Jalur fermentasi karbohidrat dapat mengakomodasi lebih
banyak substrat daripada yang dijelaskan di sini, dan
menghasilkan asetil fosfat dan triosa fosfat. Anhidrida
asam asetil fosfat dapat digunakan untuk menyintesis AIP
produk akhirnyajauh lebih beragam daripada yang
diperkirakan. Misalnya, terdapat banyak mekanisme
atau memungkinkan oksidasi dua molekul NADH
olaidasi NADH dengan menggunakan piruvat. Satu jalur
menjadi NAD- ketika zar ini direduksi menjadi etanoi.
seperti di atas adalah pembentukan suksinat secara
Garis besar keseluruhan jalur Entner-Doudoroff dan
reduktif. Banyak bakteri yang penting dalam klinik
heterolaktat berturut-turut diperliharkan pada Gambar
membentuk piruvat dari glukosa melalui jalur Embden-
6-24 dan Gambar 6-25. Jalw hanya menghasilkan satu
Meyerhof, dan dapat dibedakan berdasarkan produk
molekul triosa fosfat dari glukosa, dan energi yang
reduksi yang terbentuk dari piruvat, yang merefleksikan
dihasilkan juga rendah: Tidak seperti jalur Embden-
konstitusi enzimatik pada spesies berbeda. Produk utama
BAB 6

A l'
I' : l')
^n- co"-
t" t' I

HCOH c=o cHa


I
I
Piruvat
HOCH cH^
I t'
HCOH HCOH
I I
cHo
HCOH HCOH I

I
I
HCOH
cH2oPO32- cH2oPo32* I

cH20Po32-

6-Fosfoglukonat 2-Keto-3-deoksi- Gliseraldehid


6-Fosfoglukonat 3-fosfat

o
ll
cH20H
I
cH3coPo32
C=O Asetil fosfat
I

HOCH
I

HCOH cHo
I
I

cH20Po32- HCOH
I

cH2oPo32-
Xilulosa s-fosfat Gliseraldehid
3-fosfat

Gambar d-23. Reaksi-reaksi yang berhubungan dengan jalur khusus fermentasi karbohidrat. A: Reaksi-reaksi
dehidratase dan aldolase yang digunakan pada jalur Entner-Doudoroff. B: Reaksi fosfoketolase. Reaksi ini, ditemukan
pada beberapa jalur fermenlasi karbohidrat, menghasilkan campuran anhidrida asam asetil fosfat, yang dapat
digunakan untuk fosforilasi substrat ADP.

fermentasi, disajikan pada Tabel 6-1, membentuk dasar Pola Respirasi


untuk banyak uji diagnostik. Respirasi memerlukan membran tertutuP. Pada bakteri,
membran tersebut adalah membran sel' Elektron dibawa
F. FERMENTASI SUBSTRAT-SUBSTRAT LAIN
dari reduktan kimiawi ke oksidan kimiawi melalui
Karbohidrat bukan satu-satunya substrat yang dapat rangkaian khusus karier elektron di dalam membran, dan
difermentasi. Metabolisme asam amino, Purin, dan akibatnya, terbentuk gaya gerak Proton (Gambar 6-26);
pirimidin memungkinkan terjadinya fosforilasi substrat. kembalinya proton melewati membran dirangkaikan
Misainya, arginin dapat berperan sebagai sumber energi dengan sintesis ATP. Seperti ditunjukkan pada Gambar
dengan menghasilkan karbamoil fosfat, yang dapat 6-26, reduktan biologis yang sering digunakan untuk
digunakan untuk memfosforilasi ADP menjadi ATP. respirasi adalah NADH, dan oksidan yang sering
Beberapa organisme m€mfermentasi pasangan asam digunakan adalah oksigen.
amino, menggunakan satu asam amino sebagai donor Keragaman mikroba yang luar biasa terlihat melalui
elektron dan yang lain sebagai akseptor elektron: sumber reduktan yang digunakan untuk menghasilkan

cH3cHNH2COOH
Alanin
-r 4H
cH3cooH
Asetat
NADH, dan banyak mikrooganisme dapat menggunakan
akseptor elektron selain oksigen. Substrat pertumbuhan
organik diubah menjadi metabolit fokal yang dapat
mereduksi NAD. menjadi NADH baik melalui pintas
heksosa monofosfat (Gambar 6-6) atau melalui siklus asam
trikarboksilat (Gambar 6-10). Reduktan lain dapat
2CH2NH2COOH \ 2CH3COOH + 2NHs dihasilkan selama pemecahan beberapa substrat
Glisin Asetat Amonia pertumbuhan, misal, asam lemak (Gambar 6-9).
METABOLISME MIKROBA I 91

Glukosa Glukosa
l- ATP
rI
K::
Glukosa 6-fosfat
}\ oot
Glukosa 6-fosfat
NAD* (Lihat Gambar
6-5 dan 6-6)

K:::- NADH+H+

6-Fosfoglukonat
I
F ryoo.

l* n,o (Lihat Gambar 6-234) co, <+> NADH+H*

+ Pentosa 5-fosfat

_J-
{--l
(Lihat Gambar 6-238)

Piruvat Triosa fosfat O Triosa fosf at

[r.-
rueoH+x.
[r,-
runo. cHrSoeo,'- f NADJ

Aseritfosfat
$* *o. $* *oon*n. I NADH+H* ia, NADH+H*

L*oo. *-tr
Laktat Ir ADp
- ADP
Y (Lihat Gambar 6-7) (Lihat Gambar 6-7)

|s o,, Hrnon*n. ATP

[z'--
I

l $* *oo.
* cH3cH2oH I
nae Etanol
I f
|* ot, ,f* ATP

Piruvat Piruvat
r'rnoH*H' NADH+H'
[r.-
|* ,oo. K NAD+

Laktat Laktat

Gambar 6-24. Jalur Entner-Doudoroff . Gambar 5-25. Fermentasi heterolaktat terhadap


glukosa.

Beberapa bakteri, disebut kemolitotrof, mampu merupakan suatu ciri mikroba yang tersebar luas'
menggunakan reduktan anorganik untuk respirasi. Akseptor elektron yang sesuai untuk proses ini adalah
Sumber energi tersebut mencakup hidrogen, besi fero, nitrat, sulfat, dan karbon dioksida. Metabolisme respirasi
dan beberapa bentuk suifur dan nitrogen yang tereduksi. yang bergantung pada karbon dioksida sebagai akseptor
ATP yang berasal dari respirasi dan NADPH yang elektron adalah sifat yang ditemukan pada anggota
dihasilkan dari reduktan dapat digunakan untuk kelompok mikroba 6esar, archaebacteria. Anggota
men.jalankan siklus Calvin (Gambar 6-12). keiompok tersebut memiliki, misalnya, kemampuan
Senyawa-senyawa dan ion-ion selain O, dapat untuk mereduksi karbon dioksida menjadi asetat sebagai
digunakan sebagai oksidan terminal pada respirasi. suatu mekanisme untuk menghasilkan energi metaboiik.
Kemampuan ini, kapasitas untuk respirasi anaerob,
92 BAB 6

Tabel 6-1. Fermentasi mikroba berdasarkan jalur Embden-Meyerhof.

Sg..S$ tt}a :$ l?;l$*


(terutama beberapa ragi) Etanol, CO,

l-aktat (homofermentasi) Streptococcus Laktat (memberikan sekurang-kurangnya 90%


Beberapa spesies /actobacil/us sumber energi karbon)

Laktat (heterofermentasi) Enterobacter Etanol, asetoin, 2,3-butilen glikol, CO'


Aeromonas laktat, asetat, format. (Asam total = 2'l mol.r)
Bacillus polymyxa

Propionat Clostrid iu m propion icu m Propionat, asetat, suksinat, CO,


Propionibacteriu m
Coryne ba cte riu m d i phthe ri ae
Beberapa spesies:
Neisseria
Veillonella
Micromonospora

Asam campuran Escherichia Laktat, asetat, format, suksinat, H' CO2,


Salmonella etanol. (Asam total = 159 mol.l)
Shigella
Proteus

I uta nol -butirat Butyri bacteriu m Butanol, butirat, aseton, isopropanol, asetat,
Zymosarcina maxima etanol, H, COr.
Beberapa spesies:
Clostridium
lPer 100 ml glukosa yang difermentasi.

Fotosintesis Bakteri
Organisme fotosintetik menggunakan energi cahaya untuk
memisahkan muatan elektronik, untuk menghasilkan
reduktan dan olaidan yang terkait membran sebagai hasil
dari peristiwa fotokimiawi. Transfer elektron dari
reduktan ke oksidan membentuk gaya gerak proton.
Bapyak bakteri melakukan metabolisme fotosintetik yang
secara keseluruhantidak bergantung pada oksigen, Cahaya
digunakan sebagai sumber energi metabolik, dan karbon
yang digunakan untuk pertumbuhan berasal dari senyawa
organik maupun dari kombinasi reduktan anorganik
Medium
(misal, tiosulfat) dan karbon dioksida. Bakteri-bakteri
tersebut memiliki satu fotosistem yang, meskipun cukup
untuk memberikan energi bagi sintesis ATP dan

2H"
Gambar 6'-26. Perangkaian transpor elektron pada
respirasi dalam pembentukan ATP. Gerakan-gerakan
proton dan elektron yang ditunjukkan diperantarai oleh
carrier (Ilavoprotein, quinon, sitokrom) yang berhubungan
dengan membran. Aliran proton menuruni gradien
elektroki mianya, melalui ATPase mem bran, memberikan
energi untuk pembentukan ATP dari ADP dan P,. Lihat
teks untuk penjelasan. (Menurut Harold FM: Chemiosmotic
interpretation of active transport in bacteria. Ann N Y Acad Sci
197 4;221 .297 .)
METABOLISME MIKROBA 93

pembentukan gradien ionik transmembran yang esensial, bila sumber karbon yang tersedia secara sporadis tiba-
tidak memungkinkan reduksi NADP- dengan memakai tiba menjadi banyak, jumlah dan aktivitas enzim yang
air, suatu reaksi vang sangat eksergonik. Proses tersebut, diperlukan untuk katabolismenya akan meningkat;
pendng untuk fotosintesis penghasil oksigen, bergantung sebaliknya, bila unit pembangun (seperti asam amino)
pada energi tambahan yang berasal dari rangkaian dua tiba-tiba menjadi banyak, jumlah dan aktivitas enzim
peristiwa fotokimiawi berbeda, dilakukan oleh dua sistem yang diperlukan untuk biosintesisnya akan menurun.
fotokimiawi yang tidak berkaitan. Di antara prgkariot, Pengaturan aktivitas enzim serta sintesis enzim
ciri tersebut hanya ditemukan pada cyanobacteria (bakteri memberikan kontrol halus dan kontrol kasar pada jalur
biru-hijau). Di antara organisme eukariotik, ciri ini metabolik. Misalnya, inhibisi aktivitas enzim oleh produk
dimilik oleh alga dan tanaman yang memiliki kloroplas akhir menghasilkan mekanisme kontrol halus, karena
sebagai organel penyedia energi yang penting. aiiran karbon yang melalui jalur tersebut diatur secara
cepat dan tepat. Inhibisi sintesis enzim oleh produk akhir
yang sama, menghasilkan mekanisme kontrol kasar.
PENGATURAN JALUR METABOLIK Molekul enzim yang telah ada terus berfungsi sampai
Dalam lingkungan normal, umumnya sel-sel mikroba konsentrasinya menjadi sangat rendah akibat pertumbuhan
mengatur jalur metaboliknya sehingga tidak ada zat antara sel selanjutnya, meskipun sintesis protein yang tidak
yang dibuat secara berlebihan. Masing-masing reaksi diperlukan akan segera berhenti.
metabolik diatur tidak hanya dengan memperhatikan Mekanisme sel yang mengatur aktivitas enzim dibahas
reaksi-reaksi lain dalam sel tetapi juga memperhatikan pada bagian berikut. Pengaturan sintesis enzim dibahas
konsentrasi nutrisi dalam lingkungan. Oleh karena itu, pada Bab 7.

I
Y

i
I

I
Y

l-Treonin
I
t-Ireontn I
I <-------
deamtnase I r
lr
vr
a-Keto- cr-Aseto-cr- c,p-Dihidroksi- tr-Keto-P-

I
butirat hidroksibutirat p-metilvalerat metilvalerat
I
I I
I I I
El E2 E3 E4

I I I I

I cr,-Aseto-
I cr,B-Dihidroksi-
I cr,-Keto-
I
Piruvat p-isovalerat
laktat isovalerat

t
t
t

Gambar 5-27. lnhibisi umpan balik L-treonin deaminase oleh L-isoleusin (garis putus-putus). Jalur biosintesis isoleusin
dan valin diperantarai oleh rangkaian empat enzim yang biasa, seperti yang diperlihatkan pada gambar.
BAB 6

Pengaturan Aktivitas Enzi m B. INHIBISI UHPAN BALIK

A. ENzIM_ENzIM SEBAGAI PROTEIN ALoSTERIK Mekanisme umum yang terjadi pada mikroorganisme
untuk mengatur aliran karbon melalui jalur biosintetik
Pada banyak kasus, aktivitas enzim yang mengatalisis merupakan mekanisme paling efisien yang dapat
langkah awal dalam jalur metabolik diinhibisi oleh produk dibayangkan. Produk akhir pada masing-masing kasus
akhirjalur tersebut. Namun, inhibisi tersebut tidak dapat secara alosterik menghambat aktivitas enzim pertama-
bergantung pada kompetisi di tempat pengikatan substrat hanya yang pertama-pada jalur tersebut. Misalnya,
enzim, karena struktur produk akhir dan zat antara avtal langkah pertama pada biosintesis isoleusin yang tidak
(substrat) biasanya sangat berbeda. Sebaliknya, inhibisi melibatkan jalur lain adalah konversi L-treonin menjadi
ini bergantung pada lakta bahwa enzim yang diatur adalah asam G-ketobutirat, dikatalisis oleh treonin deaminase.
alosterik: Masing-masing enzim memiliki tidak hanya Treonin deaminase secara alosterik dan spesifik dihambat
tempat katalitik, yang mengikat substrat, tetapi juga saru oleh r-isoleusin dan bukan senyawa lain (Gambar 6-27);
tempat atau lebih lainnya yang mengikat molekul pengarur keempat enzim lain pada jalur ini tidak terpengaruh
kecil, atau efektor. Pengikatan efektor pada tempatnya (meskipun sintesisnya ditekan).
menyebabkan perubahan konformasional pada enzim
sedemikian rupa sehingga afinitas tempar katalitik untuk C. AKTIVASI ALOSTERIK
substrat berkurang (inhibisi alosterik) atau bertambah
(aktivasi alosterik). Pada beberapa kasus, sel lebih untung bila produk akhir
Protein alosterik biasanya oligomerik. Pada beberapa atau, zat antara mengaktivasi enzim tertentu dan tidak
kasus, subunitnya identik, masing-masing subunit menghambatnya. Pada pemecahan glukosa oleh E coli,
memiliki tempat kataiitik dan tempat efektor; pada kasus misalnya, produksi berlebih zat antara glukosa 6-fosfat
lain, subunitnya berbeda, satu jenis hanya memiliki dan fosfoenolpiruvat menandakan pengalihan sebagian
tempat katalitik dan yang lain hanya memiliki tempat glukosa ke jalur sintesis glikogen; ini dicapai mel,alui
efektor. aktivasi alosterik enzim yang mengubah giukosa 1-fosfat
menjadi ADP-glukosa (Gambar 6-28).

Glukosa

I
t
Glukosa 6-fosfat ----+ Glukosa 1-fosfat + ADP-Glukosa
I I

{
I
v
Fruklosa 6-fosfat Glikogen

I ---- ADP
*
Fruktosa 1,6-difosfat
I
I I
v I
I
3-Fosfogliserat
I
I I

{ I
I
I
Fosfoenol piruvat --T
t
AMP ---- |

*
Piruvat

I
Y

Gambar 6-28. Pengaturan pemakaian glukosa melalui kombinasi aktivasi alosterik (r) dan inhibisi alosterik (r).
(Menurut Stanier RY Adelberg EA, lngraham )L'. The Microbial Woild,4h ed. Prentice-Hall, 1976.)
.METABOLISME MIKROBA 95

D. KoOPERATIVITAS

Banyak enzim oligomerik, memiliki lebih dari satu tempat


pengikatan substrat, menunjukkan interaksi yang
kooperatif antar molekul-molekul substrat, Pengikatan
substrat oleh satu tempat katalitik meningkatkan afinitas
tempat lain r-rntuk n-rolekul substrat tambahan. Efek akhir
interaksi tersebut adalah peningkatan aktivitas katalitik
secara eksponensial sebagai respons terhadap peningkatan
konsentrasi substrat secara aritmetik.

E. MoDIFIKASI KoVALEN ENZIM

Sifat pengarur beberapa enzim diubah oieh modifikasi


kovalen protein. Misalnya, respons glutamin sintetase
terhadap efektor me tabolik diubah ole h adenililasi,
perlekatan kovalen ADP pada rantai samping tirosil
spesifik dalarn setiap subunit enzim. Enzim yang
mengontroi adenililasi juga dikontrol oleh modifikasi 4:ilrB
5.:C
kovalen. Aktivitas enzim lain diubah oleh fosforilasinya.

F. INAKTIVASI ENZIM

Aktivitas beberapa enzim dihilangkan oleh hidrolisisnya.


Proses tersebut dapat diatur dan kadang-kadang ditandai
dengan modifikasi kovalen pada enzim yang ditargetkan
r-rntuk dihilangkan. KEPUSTAKAAN
Buhu
Attas RM, Barth aR: Microbial Ecology: Fundamentals and Appliccttions,
4th ed. Benjamin Cummings, 1998.
i'''r,PiRr YAAH LATIHAH Hur:t CJ et al (editors): Manual of EnuironmentaL MicrobioLogy, Znd ed.
ASM Press,2002.
ini yang bergqllqng Maier RM, Pepper IL, Gerba CP: Enuironmental Microbiology. Academic
pada template adalah: ...,..' . I r.',:: .,,liir,':r,.,,,.r..t:i.,,ti::,:i.:,.::.. Press,2000.
(A) Lipopolisakarida
(B) Peptidoglikan ' ':::ii ..lll:l Moat AG, Foster JW: Microl:ial Physiology, 4th ed. Wiley-Liss, 2002
(C) Polisakarida kapsular .. :..'..:,,::..,,::t,::.::.:-:.::a::a::::::.,:a.::,a:::aa: Neidlrardt FC et al (editors): Osclrerichia coli and. Salmonella. Cellular and
(D) Asam deoksiribonukleat Molecular Biology, 2nd ed. Vols 1 and 2. ASM Press, 1996.
(E) Fosf olipid
2. Sintesis komDonen-komponen sel berikut ini yang
Artihel & Tinjauan
ielufqhnya ditentukan oleh spesifisitas enzim Gibson J, Hamood CS: Metabolic diversity h aromatic compound utilization
adalah: by anaerobic microbes. Annu Rev Microbiol 2002;56:345.
(A) DNA Hillen W, Strilke: Regulation of earbon catabolism in Baclllus species
(B) RNA ribosom Aanu Rev Microbiol 2000;54:849.
(C) Flagel l, ' . r. , .....r,,: .... ,:. ,. .,,,..-.,,. ..' ,, ., ,.. Ishihama A: Functional modulation of Escherlcfria coli RNA polymerase
(D) Lipopolisakarida Arnu Rev Microbiol 2000;54:499.
(E) Protein
Merrick MJ, Edwards RA: Nitrogen control in bacteria. Microbiol Rev
3. Langkah-langkah sintesis peptidoglikah',:tefjqdi 1995t59:604.
dalam'sitoplaima,'membran sitoplasma;rdan:di luar Peters JW, Fisher K, Dean DR: Nitrogenase structure and function Annu
sel,r 'Antibiotik manakah !ang rvlsngh,ambat Rev Microbiol 1995;49: 335.
nQkah biosintesis peptidog ikan' ekiitasel ulat'?.
la I
Roberti IS: The biochemistry and genetics of capsular polysaccharide
(A) Sikloserin production in bacteria. Arnu Rev Microbiol 1996;50:285.
(B) Rifampin
(C) Pen isilin Russeil JB, Cook GM: Energctics ofbacterial growth: Balance ofanabolic
and catabolic reactions. Microbiol Rev 1995;59:48.
(D) Basitrasin
(E) Streptomisin Silvers S, Phung LT: Bacterial heavy metal resistance: New surprises
Arnu Rev Microbiol 1996; 50:753
Van Rhijn P, Vanderieyden J: 'line Rhizobium-plant symbiosis. Microbiol
Rev 1995;59:124.
Ge net i'ka,, M.i',kf ,6''6a'

Ilmu mengenai genetika menjelaskan dan menganalisis diekspresikan pada tingkat tinggi. Oleh karena itu, genetik
hereditas, atau keretapan dan perubahan berbagai fungsi bakteri membantu perkembangan rekayasa generik, suaru
fisiologi yang membentuk sifat organisme. Unit hereditas teknologi yang menimbulkan kemajuan besar di bidang
adalah gen, suatu segmen DNA yang ururan nukleotidanya kedokteran.
membawa sifat biokimia atau fisiologi yang spesifik.
Pendekatan tradisional terhadap genetika dilakukan
SUSUNAN GEN
dengan mengidentifi kasi gen-gen berdasarkan kontribusinya
terhadap fenotip, atau keseluruhan sifat struktural dan Struktur DNA & RNA
fisiologi suatu sel atau organisme. Sifat fenotipik, berupa Informasi genetik disimpan sebagai sekuens basa dalam
warna mata pada manusia atau resistansi terhadap asam deoksiribonuldeat (DNA). (Pada bakteriofag RNA
antibiotik pada bakteri, umumnya diobservasi pada [misal, Qp, MS2] dan beberapa virus RNA [misal,
tingkat organisme. Dasar kimia untuk variasi fenotip influenza dan reovirusl, informasi genetik disimpan
adalah perubahan genotip, atau perubahan sekuens DNA sebagai sekuens basa dalam asam ribonukleat [RNA] .
di dalam gen atau susunan gen. Lihat Bab 29). Sebagian besar molekul DNA beruntai
Genetika mikroba tradisional sebagian besar ganda, dengan basa-basa komplementer (A-T; G-C) yang
didasarkan pada observasi pertumbuhan. Variasi fenotipik dipasangkan oleh ikatan hidrogen di bagian tengah
telah diobservasi berdasarkan kapasitas gen untuk molekul (Gambar 7-1). Kelengkapan basa-basa ini
memungkinkan pertumbuhan dalam kondisi seleksi; memungkinkan satu untai (untai template) memberikan
misal, suatu bakteri yang mengandung gen yang informasi untuk menyandi atau mengekspresikan
menyebabkan resistansi terhadap ampisilin dapat informasi ke untai yang lain (untai penyandi; Gambar 7-
dibedakan dengan bakteri yang tidak memiliki gen 2). Pasangan basa tersusun di dalam pusat heliks ganda
tersebut dengan menanamnya dalam medium yang DNA (Gambar 7-2), dan menentukan informasi
mengandung antibiotik, yang berperan sebagai agen genetiknya. Masing-masing dari keempat basa tersebut
seleksi. Perhatikan bahwa seieksi gen memerlukan terikat pada fosfo-2'-deoksiribosa untuk membentuk
ekspresinya, dalam keadaan yang sesuai dapat diobservasi suatu nukleotida. Badan fosfodiester DNA yang
pada tingkat fenotipe. bermuatan negatif menghadap sisi pelarut, dan gaya tolak
Genetika mikroba memperlihatkan bahwa gen-gen menolak muatan ikut berperan dalam mempertahankan
terdiri dari DNA, suatu observasi yang menjadi dasar struktur yang kurang lebih lurus sepanjang molekul DNA
untuk biologi molekular. Penelitian selanjutnya pada yang panjang itu. Panjang molekul DNA biasanya
bakteri memperlihatkan adanya enzim restriksi yang diekspresikan dengan ribuan pasangan basa, atau
rnemotong DNA di rempar khusus, menghasilkan pasangan kilobasa (hilobase pairlkbp). Virus yang kecil
fragmen restriksi DNA. Plasmid-plasmid diidentifikasi dapat mengandung satu molekui DNA sebesar 5 kbp,
sebagai unsur genetik kecil yang mampu bereplikasi bebas sedangkan molekul DNA tunggal yang membentuk
dalam bakteri dan ragi. Masuknya fragmen restriksi DNA kromosom Escherichia coli adalah 4639 kbp. Masing-
ke dalam plasmid memungkinkan fragmen mengalami. masing pasangan basa dipisahkan dari yang lain sekitar
amplifikasi berulang kali. Amplifikasi area DNA tertentu 0,34 nm, arau 3,4 x 10'7 mm, sehingga panjang"total
juga dapat dicapai dengan enzim bakteri y^ng kromosom E coli secara kasar adalah 1 mm. Karena
menggunakan reaksi rantai polimerase (PCR) atau metode dimensi keseluruhan sel bakteri kira-kira 1000 kali iipat
amplifikasi asam nuklear yang berbasis-enzim lainnya lebih kecil daripada panjangnya, terbukti bahwa jumlah
(misal, amplifikasi diperantarai transkripsi). DNA yang pelipatan yang banyak, atau supercoiling, memberikan
dimasukkan ke dalam plasmid pada area tersebut dapat kontribusi terhadap struktur fisik molekul in uiuo.
ditempatkan melalui kontrol promotor bakteri beretr<spresi Asam ribonukleat (RNA) paling sering ditemukan
tinggi yang memungkinkan protein yang disandi dalam bentuk untai tunggal. Basa urasii (U) berperan pada

96
GENETIKA MIKROBA 97

H
ru N-H--------O
z,-'i\
HC; ' -C
,/ \\C- C/CHs
\n //u-C'
r\\ /o u\\
N-Ci iN--- -H-N: eCH
T / \z z/ \, t/
(dR) N:C C-N
I
H//\
I
o (dR)
I

E lkatan
c
\t-
(r)
p .o ----H-il t"-
il nc/d;\c-J
//u 6\
:oo \.
N-C4 lN-H- ---Ne
//o'\\ "n
oCH
c / \s z/ \z ./
a
o (dR) *:", zzc-Nt
tu
f N-H- ---O (dR)
H
3
I
Gambar 7-2. Pasangan basa normal pada DNA. lkatan
I
hidrogen ditunjukkan oleh garis putus-putus. (dR,

l deoksiribosa dari rangka fosfat-gula DNA). Atas:


Pasa ngan adeni n-tim in. Bawah: Pasan gan guani n-sitosi n.

mempunyai kisaran ukuran mulai dari IRNA kecil, yang


mengandung kurang dari 100 basa, sampai mRNA, yang
dapat membawa pesan genetik sampai beberapa ribu basa.
Ribosom bakteri mengandung tiga jenis rRNA dengan
ukuran masing-masing 120, 1540, dan 2900 basa dan
sejumlah protein (Gambar 7-3). Molekul IRNAyang sesuai
di dalam ribosom eukariot berukuran sedikit lebih besar.
Kebutuhan akan ekspresi masing-masing gen berubah-
ubah sebagai respons terhadap kebutuhan fisiologi, dan
Gambar 7-1 . Skema yang menggambarkan struktur DNA kebutuhan untuk ekspresi gen yang fleksibel tercermin
menurut Watson-Crick , yang memperlihatkan struktur
dalam pergantian metabolik yang cepat pada sebagian
heliks gula-fosfat dari kedua untai yang disatukan oleh
besar mRNA. Sebaliknya, IRNA dan rRNA-yang
ikatan hidrogen antara pasangan basa (Dlgambar ulang dari
Snyder L, Champness W. Molecular Genetics of Bacteria. A5M Press,
dihubungkan dengan fungsi sintesis protein yang
1997.)
diperlukan secara univgl5xl-6enderung stabil dan
bersama-sama menyumbangkan lebih dari 95% RNA
total dalam sel bakteri.
fungsi hibridisasi dalam RNA, seperti fungsi timin dalam
DNA, oleh karena itu basa komplementer yang Genom Eukariot
menentukan struktur RNA adalah A-U dan C-G. Struktur
keseluruhan molekul RNA beruntai tunggal ditentukan Genom adalah totalitas informasi genetik pada suatu
oleh hibridisasi antara sekuens basa yang membentuk organisme. Hampir semua genom eukariot dibawa oleh
loop, dengan hasil yang membuktikan bahwa molekul dua kromosom linear atau lebih yang dipisahkan dari
RNA beruntai tunggal merupakan struktur padat yang sitoplasma dalam membran nukleus. Sel-sel eukariot
mampu mengekspresikan informasi genetik yang diploid mengandung dua homolog (salinan evolusioner
terkandung dalam DNA. yang berbeda) dari masing-masing kromosom. Mutasi,
Beberapa molekul RNA telah terbukti berfungsi atau perubahan genetik, sering tidak dapat didetetrai pada
sebagai enzim (ribozim). Fungsi RNA yang paling umum sel-sei diploid karena kontribusi satu salinan gen yang
adalah menyampaikan sekuens gen DNA kepada ribosom m€ngompensasi perubahan fungsi homolognya. Suatu gen
dalam bentuk P.NA tnessenger (mRNA). fubosom, yang yang tidak mencapai ekspresi fenotipik bila ada
mengandung RNA ribosom (rRNA) dan protein-protein, homolognya disebut resesif, sedangkan suatu gen yang
mentranslasi pesan ini menjadi struktur primer protein menutupi pengaruh homolognya adalah dominan. Efek
melalui RNA transfer (tRNA)-aminoasil. Molekul RNA mutasi paling mudah dilihat pada sel-sel haploid, yang
98 BAB 7

DNA repetitif, yang muncul dalam jumlah besar pada


sel-se1 eukariot, semakin sering ditemukan pada
prokariot. Pada genom eukariot, DNA repetitif jarang
dihubungkan dengan area penyandian dan terutama
terietak pada area ekstragenik. Pengulangan sekuens
pendek tersebut (SSR) atau sekuens pendek yang berulang
23S 5S 165 secara bersama-sama (STR) terjadi pada beberapa salinan
(2,s kb) (0,12kb) (1,54 kb)
sampai ribuan salinan yang tersebar di sepanjang genom.
Adanya SSR prokariot tercatat dengan baik, dan beberapa
di antaranya memperlihatkan polimorfisme yang sangat
31 (11-131) 21 (S1-S21) panjang. Variabilitas ini diduga disebabkan oleh kesalahan
pemasangan untai yang tergelincir dan merupakan syarat
penting untuk adaptasi dan variasi fase bakteri. Banyak
intron, mengganggu sekuens
gen eukariot yang diseia oleh
DNA yang hilang pada mRNA yang ditranslasi. Intron
telah diobservasi pada gen-gen arkhaeal tetapi tidak

m
ditemukan pada eubakteria (dengan sedikit pengecualian

(@ yang)arang terjadi) (Tabel 3-3).

Genom Prokariot
Kebanyakan gen-gen prokariot dibawa oleh kromosom
\ / bakteri. Data sekuens genom telah menunjukkan bahwa
sebagian besar genom prokariot terdiri dari satu molekul
DNA sirkular yang mengandung DNA mulai dari 580
kbp sampai lebih dari 4600 kbp (Tabel 7-1). Banyak
bakteri mengandung gen-gen tambahan di dalam plasmid
yang berukuran mulai dari beberapa kbp sampai 100
Gambar 7-3. Komposisi ribosom yang mengandung satu kbp. Lingkaran DNA (kromosom dan plasmid), y"ng
salinan RNA, masing-masing 165, 23S, dan 55 serta mengandung informasi genetik yang diperlukan untuk
banyak protein. Protein pada subunit 505 yang besar
replikasinya sendiri, disebut replikon. Membran tidak
disebut L1 sampai 131. Protein pada subunit 305 yang
memisahkan gen-gen bakteri dari sitoplasma seperti pada
kecil disebut S1 sampai 521. (Digambar ulang dari Snyder L,
eukariot. Dengan beberapa pengecualian, gen-gen bakteri
Champness W: Molecular Genetics of Bacteria. A5M Press, 1997.)
adalah haploid.
Beberapa spesies bakteri dapat menginvasi organisme
tingkat tinggi karena memiliki gen-gen spesifik untuk
hanya membawa salinan tunggal dari sebagian besar gen. determinan patogenik. Gen-gen ini sering berkelompok
Sel-sel ragi (yang merupakan eukariot) sering diteliti dalam DNA dan disebut kepulauan patogenisitas. Blok-
karena dapat dipertahankan dan dianalisis dalam keadaan blok gen tersebut dapat berukuran sangat [s521-52rnp2i
h aploid. sekurang-kurangnya 200 kb-dan dapat menyandi banyak
Sel eukariot mengandung mitokondria dan, pada gen virulensi. Kepulauan patoge nisitas mengandung
beberapa kasus, kloroplas. Dalam setiap organel tersebut, berbagai gen yang penting untuk patogens5i5-1s1rnx5uk
terdapat suatu molekul sirkular DNA yang mengandung adhesin, invasin, dan eksotoksin-serta gen-gen yang
sedikit gen yang fungsinya terkait dengan organel tertentu. mungkin terlibat dalam- mobilisasi organisme.
Namun, sebagian besar gen yang terkait dengan fungsi Gen-gen yang penting untuk pertumbuhan bakteri
organel ini dibawa oleh kromosom eukariot. Banyak ragi dibawa oleh kromosom, dan plasmid membawa gen-gen
mengandung unsur genetik tambahan, suatu lingkaran yang berhubungan dengan fungsi-fungsi khusus (Tabel 7'
berukuran 2 pm yang bereplikasi bebas mengandung 2). Banyak plasmid membawa gen yang memperantarai
sekitar 6,3 kbp DNA. Lingkaran-lingkaran kecii DNA transfernya dari satu organisme ke organisme lain serta
tersebut, disebut plasmid, sering ditemukan pada genetika gen-gen lain yang berhubungan dengan akuisisi atau
prokariot. Ukuran kecil plasmid membuatnya mampu penyusunan DNA kembali. Oleh karena itu, gen-gen
melakukan manipulasi genetik dan, setelah berubah, dengan asal evolusi yang bebas dapat diasimilasikan oleh
plasmid dapat masuk ke dalam sel. Oleh karena itu, plasmid yang tersebar luas di antara populasi bakteri.
plasmid sering digunakan daiam rekayasa genetik. Akibat dari peristiwa genetik ini dapat diamati pada
GENETIKA MIKROBA I 99

Tabel 7-1. Perbandingan ukuran genom pada Tabel 7-2. Contoh-contoh aktivitas metabolik yang
prokariot, bakteriofag, dan virus tertentu. ditentukan oleh plasmid

Spesies Pseudomonas Degradasi kamfor, tcluen,


Prokariot oktan, asam salisilat
Archae M etha n ococcu s j a n n a sch i i 1 660
Bacillus stearothermophilus cr-Amilase
Arch a eo'g Io bu s f u lg i d us 2180
Alcaligenes eutrophus Pemakaian H, sebagai sumber
Eubacteria Mycoplasma genitalium s80 energi yang dapat dioksidasi

Mycoplasma pneumoniae 820 Escherichia coli Ambilan dan metabolisme


sukrosa, ambilan sitrat
Borrelia burgdorferi 910
Spesies Klebsiella Fiksasi nitrogen
Chlamydia trachomatis 1 040
Streptococcus (grup N) Pemakaian laktosa, sistem
Rickettsia prowazekii 1110 galaktosa fosf otransferase,
metabolisme sitrat
Treponema pallidum 1140
Rhodospirillum rubrum Sintesis pigmen fotosintetik
Chlamydia pneumoniae 1 230
Spesies Flavobacterium Degradasi nilon
Helicobacter pylori '1670

Haemoph i ! us i nf I uenzae 1 830

Ne isse ri a me n ing itidi s masing-masing spesiesnya memiliki ciri khasnya sendiri.


serogrup A 2180 unsur-unsur IS yang terkait kadang-kadang dapat
Neisseria meningitidis
ditemukan pada bakteri yang berbeda. Plasmid juga
membawa unsur-unsur IS, yang penting dalam
_ 1"1o9'1p_B pembentukan strain rekombinan frekuensi tinggi (Hfr)
Bacillus subtilis 4210 (lihat bawah). Transposon kompleks membawa gen-gen
Myco ba cte ri u m tu be rcu losis 4410 untuk fungsi khusus seperti resistansi antibiotik dan diapit
oleh sekuens insersi. Tidak seperti plasmid, transPoson
Escherichia coli 4640 tidak mengandung informasi genetik yang diperlukan
Bakteriofag Lambda 48 untuk replikasinya. Seleksi transposon bergantung pada
replikasinya sebagai bagian replikon. Deteksi atau
Virus Variola 186 elaploitasi genetik transposon dicapai melalui pemilihan
Vaccinia 192
informasi genetik khusus (biasanya, resistansi terhadap
antibiotik) yang dibawanya.'
Cytomegalovirus 229

Genom Virus
penyebaran cepat sifat resistansi (yang dibawa plasmid) Virus-virus mampu bertahan hidup, tetapi tidak dapat
populasi bakteri terhadap antibiotik, setelah antibiotik tumbuh, tanpa sel pejamu. Replikasi genom virus
digunakan secara bebas di rumah sakit. bergantung pada energi metabolik dan perlengkapan
Transposon adalah unsur-unsur genetik yang sintetik makromolekular yang dimiliki sel pejamu. Sering
mengandung beberapa kbp DNA, termasuk informasi kali, bentuk parasitisme genetik tersebut menyebabkan
yang diperlukan untuk migrasinya dari satu lokus genetik kelemahan atau kematian sel pejamu. Oleh karena itu,
ke yang lainnya. Dalam melakukan itu, unsut-unsur agar berhasil berkembang biak virus memerlukan (1)
tersebut membentuk mutasi insersi. Keterlibatan bentuk stabil yang memungkinkan virus bertahan hidup
transposon yang relatif pendek (750-2000 bp), dikenal tanpa pejamunya, (2) mekanisme untuk menginvasi sel
sebagai unsur insersi, menghasilkan sebagian besar mutasi pejamu, (3) informasi genetik yang diperlukan untuk
insersi. Unsur-unsur insersi tersebut (dikenal juga sebagai replikasi komponen virus dalam sel, dan (4) informasi
unsur sekuens insersi [IS]) hanya membawa gen-gen untuk tambahan yang mungkin diperlukan untuk pengemasan
enzim yang diperlukan untuk meningkatkan transposisinya. komponen virus dan membebaskan virus yang dihasilkan
Hampir s€mua bakteri membawa unsur IS, dengan dari sel pejamu.
100 BAB 7

Sering dibuat pembedaan antara virus-virus yang yang menentukan respons litik atau lisogenik terhadap
berhubungan dengan eukariot dan virus-virus yang infeksi )" telah diketahui dan interaksi kompleksnya
berhubungan dengan prokariot. Virus yang berhubungan dieksplorasi secara detail.
dengan prokariot disebut bakteriofag. Fokuskan perharian Faga filamentosa, contohnya ialah faga M13 pada E
pada subgrup virus, tetapi jangan pernah melupakan coli yang telah dipelajari dengan baik, memiliki beberapa
diktum Andrd Lwoffi "Virus adalah virus". Banyak pengecualian. Filamen-filamennya mengandung DNA
pemahaman kita mengenai virus-tentu saja, banyak untai tunggal yang membentuk kompleks dengan protein;
konsep fundamental biologi molekular-berasal dari filamen dijulurkan dari pejamuny^, y^ng lemah te tapi
penelitian bakteriofag, dan grup virus-virus inilah yang tidak mati akibat infeksi faga. Rekayasa DNA ke dalam
dibahas pada bab ini. faga M13 dapat menghasilkan untai tunggal yang
Molekul asam nukleat pada bakteriofag dilapisi oleh merupakan sumber berharga untuk analisis dan
selubung protein. Beberapa faga juga mengandung lipid, manipulasi DNA.
tetapi ini merupakan pengecualian. Berbagai variabiiitas
ditemukan pada asam nuklear faga. Banyak faga REPLIKASI
mengandung DNA untai ganda, yang lain mengandung
RNA untai tunggal, dan beberapa mengandung DNA DNA untai ganda disintesis dengan replikasi semi-
untai tunggal. Basa yang jarang muncul, seperti konservatif. Dengan lepasnya dupleks parental, setiap
hidroksimetilsitosin, kadang-kadang ditemukan pada untai berperan sebagai template (yaitu, sumber informasi
asam nukleat faga. Banyak faga mengandung struktur sekuens) untuk replikasi DNA. Untai baru disintesis
khusus mirip suntikan yang terikat pada reseptor bersama dengan basanya untuk melengkapi untai yang
permukaan sel dan menginjeksikan asam nukleat faga ke telah ada. Bila sintesis lengkap, setiap molekul anak
dalam sel pejamu (Gambar 7-4). mengandung satu untai induknya dan satu untai yang
Faga dapat dibedakan berdasarkan cara mereka baru disintesis.
berkembang biak. Faga litik
menghasilkan banyak salinan
dirinya sendiri ketika ia membunuh sel pejamunya. Faga DNA Eukariot
litik yang telah dipelajari secara menyeluruh, faga T-genap
Replikasi DNA eukariot mulai di beberapa titik
(misal, T2, T4) coli, menunjukkan bahwa
pada Escherichia
pertumbuhan sepanjang kromosom linear. Ileplikasi
untuk mengoordinasikan peristiwa yang berhubungan
ujung-ujung kromosom linear yang akurat memerlukan
dengan pembentukan faga diperlukan ekspresi gen virus
aktivitas enzimatik yang berbeda dari fungsi normal yang
pada waktu yang sangat tepat. Faga tempelate mampu
berhubungan dengan replikasi DNA. Aktivitas-aktivitas
memasuki keadaan profaga nonlitik yang replikasi asam
tersebui dapat melibatkan telomer, sekuens DNA khusus
nukleatnya dihubungkan dengan replikasi DNA sel
(dibawa pada ujung kromosom eukariot) yang tampaknya
pejamu, bakteri yang membawa profaga disebut lisogenik
berhubungan dengan replikasi ujung kromosom yang
karena sinyal fisiologi dapat mencetuskan siklus litik yang
akurat. Eukariot memiliki perlengkapan khusus. disebut
menyebabkan kematian sel pejamu dan dibebaskannya
gelendong, yang menarik kromosom anak menjadi
banyak salinan faga. Faga tem?erate yang sifat-sifarnya
nukleus terpisah yang baru terbentuk melalui proses
paling dikenal adaiah faga ), (lambda) E coli. Gen-gen
mitosis. Pembelahan inti yang lebih luas melalui meiosis
membagi dua jumlah kromosom sel-sel diploid menjadi
bentuk sel-sei haploid. Pemisahan kromosom secara tepat
selama pembelahan reduktif pada proses meiosis
merupakan faktor penting dalam mempertahankan

r+
struktur kromosom dalam suatu spesies. Sering kali, se1-
Kepala (ada
Kepala sel haploid adalah gamet. Pembentukan gamet diikuti
asam nukleat)
kosong dengan fusinya menjadi bentuk zigot diploid adalah
lnti berongga sumber primer variabilitas genetik melalui rekombinasi
Selubung pada eukariot.

H
Selubung (memendek)
(memanjang) DNA Bakteri
Serabut ekor
Bakteri tidak memiliki apa pun yang menyerupai struktur
Lempeng dasar
kompleks yang berhubungan dengan segregasi kromosom
eukariot menjadi nukleus anak yang berbeda. Replikasi
Gambar 7-4. Diagram faga T2 berdasarkan observasi DNA bakteri muiai pada saru titik dan bergerak ke dua
mikrografik elektron. arah dari titik tersebut. Pada prosesnya, dua untai tua
GENETIKA MIKROBA 101

DNA dipisahkan dan digunakan sebagai ftmplate Lrniltk komplementer yang melakukan hibridisasi. Ligasi,
menyintesis untai baru (replikasi semikonservatif). pembentukan ikatan fosfodiester di antara kedua ujung,
Struktur t€mpat dua untai dipisahkan dan terjadi sintesis menghasilkan DNA sirkular berikatan kovalen yang dapat
barq disebut sebagai garpu replikasi. Replikasi i<romosom bereplikasi dengan carayangsama dengan yang digunakan
bakteri dikontrol sangar kerat, dan jumlah kromosom untuk replikon lain. Pemecahan lingkaran menghasilkan
per sel yang sedang tumbuh berjumlah antara satu dan DNA linear yang dikemas di dalam selubung protein
empat. Beberapa plasmid bakteri mungkin mempunyai untuk membentuk faga anak.
30 salinan dalam satu sel bakteri, dan mutasi yang DNA untai tunggal pada faga filamentosa diubah
menyebabkan kontrol repiikasi plasmid menjadi longgar menjadi benruk replikatif untai ganda yang sirkular. Satu
dapat menyebabkan jumlah salinan yang lebih banyak untai bentuk replikatif digunakan sebagai template dalam
lagi. suatu proses kontinu yang menghasilkan DNA untai
Replikasi DNA bakteri dengan untai ganda sirkular tunggal. Tbmplate adalah suatu lingkaran berputar, dan
dimulai di lokus ori dan melibatkan interaksi dengan DNA untai tunggal yang dihasilkannya akan dipecah dan
beberapa protein. Pada E coli, replikasi kromosom dikemas oleh protein untuk dikeluarkan dari se1.
berakhir di area yang disebut ter. Dua kromosom anak Di antara faga RNA untai tunggal terdapat partikel-
dipisahkan, atau hilang, sebelum pembelahan sei, sehingga partikel ekstraselular terkecil yang mengandung informasi
setiap progeni mendapatkan saru DNA anak. Fial ini untuk replikasi dirinya sendiri. RNA pada faga MS2,
dapat dilakukan dengan bantuan topoisomerase arau misalnya, mengandung tiga gen (kurang dari 4000
melalui rekombinasi. Proses yang serupa menyebabkan nui<leotida) yang dapat berperan sebagai mRNA setelah
replikasi DNA plasmid, kecuali pada beberapa kasus infeksi. Satu gen menyandi selubung protein, dan vang
replikasi terjadi dalam satu arah (unidirectional). lain menyandi RNA polimerase yang rnembentuk RNA
untai ganda bentuk replikatif. RNA untai tunggai yang
Transposon dihasilkan dari bentuk replikatif adalah inti dari partikel
Transposon tidak membawa informasi generik yang infektif yang baru. Mekanisme perkembangbiakan
diperlukan untuk merangkaikan repiikasinya sendiri bakteriofag RNA melalui RNA intermediet sangar
berbeda dengan perkembangbiakan retrovirus, virus-virus
dengan pembelahan sel, dan oleh karena itu perkembang-
biakannya bergantung pada integrasi fisiknya dengan RNA pada hewan yang menggunakan RNA sebagai suatu
template untuk sintesis DNA.
replikon bakteri. Hubungan tersebut dimungkinkan
Beberapa bakteriofag temperate, contohnya ialah faga
dengan kemampuan transposon untuk membentuk salinan
dirinya sendiri, yang dapat diinsersikan ke dalam replikon
P1 pada E coli, dapat dibentuk dalam keadaan profaga
yang sama atau dapat diintegrasikan ke dalam replikon
seperti plasmid. DNA untai ganda pada bakteriofag
temperate yang lain dibentuk sebagai profaga melalui
lain. Spesifisitas sekuens pada tempat insersi umumnya
insersinya ke dalam kromosom pejamu. Tempat insersi
rendah, sehingga transposon sering rampak disisipkan
dalam pola acak. Banyak plasmid ditransfer di antara sel-
mungkin sangat spesifik, seperti yang ditunjukkan oleh
sel bakteri, dan insersi transposon ke dalam plasmid
integrasi faga X E coli pada \okus int tunggal dalam
tersebut dapat menyebabkan penyebaran transposon ke
kromosom bakteri. Spesifisitas integrasi ditentukan
berdasarkan identitas ,.krr.n, DNA ylng dimiliki oleh
seluruh populasi.
lokus int dan area yang sesuai pada genom faga. Faga
temperate lain, seperti faga Mu pada E coli, berintegrasi
Faga
di sejumlah besar tempat di kromosom dan dalam hal
Asam nukleat bakteriofag memperlihatkan sifat yang ini menyerupai transposon.
sangat beragam, dan keragaman tersebur ditunjukkan Profaga mengandung gen-gen yang diperlukan untuk
melalui cara replikasi yang berbeda. Strategi perkembang- replikasi litik (juga disebut replikasi vegetatif), dan
biakan yang secara fundamental berbeda diperlihatkan ekspresi gen-gen tersebut ditekan selama status profaga
oleh faga litik dan temperate. Faga litik menghasilkan dipertahankan. Manifestasi represi adalah bahwa profaga
banyak salinan diri sendiri dalam satu ledakan yang dibentuk sering menimbulkan imunitas selular
pertumbuhan. Faga temperate membentuk dirinya sendiri terhadap infeksi iitik oleh faga yang serupa. Kaskade
sebagai profaga dengan cara menjadi bagian replikon interaksi molekular mencetuskan derepresi (lepas dari
yang sudah ada ataupun dengan membentuk replikon represi), sehingga profaga mengalami replikasi vegetatif,
bebas. menyebabkan pembentukan banyak partikel infeksius.
DNA untai ganda pada banyak faga litik merupakan Stimuli artifisial seperti sinar ultraviolet dapat
rantai iinear, dan tahap pertama dalam replikasinya adalah menyebabkan depresi profaga. Perubahan lisogeni-
pembentukan DNA sirkular. Proses tersebut bergantung perkembangbiakan genom faga bersama pejamu-
pada ujung-ujung kohesif, ujung DNA untai tunggal menjadi pertumbuhan faga vegetatif yang merusak sel
142 BAB 7

dapat ditentukan sebagian oleh keadaan fisiologi sel. Sei Donor Resipien
yang tidak tumbuh tidak dapat membantu pertumbuhan
vegetatif.faga, sedangkan sel yang tumbuh dengan cepat
rnengandung energi dan unit pembangun yang cukup
untuk membantu replikasi faga secara cepat.

TRANSFER DNA Pembentukan pasangan kawin

Transfer DNA antarstrain prokariot terjadi secara luas


dan merupakan penyebab umma dmbulnya keanekaragaman
genetik pada bakteri. Rekombinasi genetik pada bakteri
sangat berbeda dengan fusi zigot yang diobservasi pada
eukariot. Pertukaran genetik bakteri dilambangkan dengan
transfer fragmen yang relatifkecil dari suatu genom donor
Takik untai tunggal padaoiT
ke sel resipien. Agar rekombinasi genetik berhasil, DNA dan pergeseran untai
donor harus direplikasi dalam organisme rekombinan.
Replikasi dapat dicapai melalui integrasi DNA donor ke
replikon resipien atau melalui pembentukan DNA donor
sebagai replikon bebas.

Batasan & Kendala Lain pada Transfer Gen


Transfer dan replikasi
Enzim restriksi (endonuklease restriksi) memberikan untai
bakteri suatu mekanisme untuk membedakan DNA-nya
sendiri dengan DNA dari sumber biologis lain. Enzim
irri menghidrolisis DNA pada tempat restriksi yang
ditentukan oleh sekuens DNA spesifik yang berkisar
antara empat sampai tiga belas basa. Dalam spesifisitas
pengenalan sekuens DNA ini, terletak selektivitas untuk
penyiapan fragmen DNA yang merupakan dasar bagi
Pemisahan pasangan kawin
rekayasa genetik. Setiap strain bakteri yang memiliki
sistem restriksi juga mampu menyamarkan temPat
pengenalan tersebut pada DNA-nya sendiri dengan
memodifikasinya melalr-ri metilasi residu adenin atau
sitosin di tempat tersebut. Sistem restriksi-modiflkasi
ini dibagi rnenjadi dua keias utama: sistem tipe 1, yang
aktivitas restriksi dan modifikasinya dikombinasikan Transkonjugan
pada satu protein multisubunit, dan sistem tipe II, terdiri
dari endonuklease dan metilase yang terpisah. Akibat
bioiogis iangsung dari sistem restriksi dapat memecah Gambar 7-5. Mekanisme transfer DNA selama
konjugasi. Sel donor menghasilkan suatu pilus, yang
DNA donor sebelum ia sempat menjadi bagian dari
disandi oleh plasmid dan melakukan kontak dengan sel
replikon rekombinan. Oleh karena itu, banyak resipien
resipien potensial yang tidak mengandung plasmid.
yang digunakan dalam rekayasa genetik mengalami Retraksi pilus menyebabkan sel-sel berdekatan, dan
disfungsi pada gen res akibat proses restrik^si. terbentuk pori-pori pada membran sel yang berdekatan.
Beberapa plasmid menunjukkan kisaran pejamu yang Pembentukan pasangan kawin memberi sinyal kepada
sempit dan hanya mampu berepiikasi pada kelompok plasmid untuk memulaitransfer dari takik untai tunggal
bakteri yang berhubungan dekat. Plasmid-plasmid 1ain, pada orill Takik dibuat oleh plasmid yang menyandi fungsi
dicontohkan oleh beberapa plasmid yang resistan terhadap fra. Ujung 5' untai tunggal plasmid ditransfer ke resipien
obat, bereplikasi pada berbagai jenis rekombinan bakteri. melalui pori-pori. Selama transfer, plasmid dalam donor
Namun, tidak semua jenis plasmid dapat hidup bersama direplikasi, sintesis DNA-nya dipicu oleh 3'OH takik ori I'
secara stabil dalam suatu sel. Beberapa jenis plasmid akan Replikasi untai tunggal pada resipien berlangsung melalui
mengganggu replikasi atau pembeiahan jenis lain, sehingga mekanisme yang berbeda dengan RNA primer. Kedua
jika dua plasmid tersebut dimasukkan ke dalam sei yang sel saat ini mengandung plasmid untai ganda, dan
sama, salah satunya akan hancur dengan kecepatan yang pasangan kawin menjadi terpisah. (Digambar ulang dari Sn)'det
'1997.)
lebih tinggi dari normal ketika sel itu membelah. L, Champness W . Molecular Genetics of Bacteria. ASM Press,
GENETIKA MIKROBA 103

Fenomena tersebut disebut inkompatibilitas plasmid; dua


,tt.i::,,'
Sirinh' tra .-
plasmid yang tidak dapat hidup bersama secara stabil :,,i ir,' r ll 'i'!r;
dimasukkan ke dalam kelompok inkompadbilitas (Inc) \' ,i" li il
:r.tj, ,.'Ss:". .. . 1,L$n,
. .

yang sama, sementara dua plasmid yang dapat hidup


bersama masuk ke dalam kelompok Inc yang berbeda. Plernd srvaharsrnisi ne"yandi
fungsi tsa ya.rg mernungkinkan
Mekanisme Rekombinan konbksel
DNA donor yang tidak membawa informasi yang
diperlukan untuk replikasinya sendiri harus direkombinasi
dengan DNA resipien agar replikasinya dapat dilakukan
dalam strain resipien. Rekombinan dapat bersifat
homolog, akibat adanya kemiripan sekuens DNA antara
donor dan resipien, atau nonhomolog, hasil rekombinasi Takik dibuat di onf
pada plasmid yang
(dikatalisis enzim) antara sekuens DNA yang berbeda. dapat dimobilisasi
Rekombinasi homolog hampir selalu melibatkan
pertukaran antara gen-gen yang mempunyai nenek
moyang sama. Proses ini memerlukan sekelompok gen
yang disebur rec, dan disfungsi gen-gen tersebut
menghasilkan bakteri yang dapat mempertahankan gen-
gen homolog terkait tanpa adanya rekombinasi. Plasmid yang dapat
Rekombinasi nonhomolog bergantung pada enzim-enzim dimobilisasi ditransfer
yang disandi oleh DNA terintegrasi, dan sebagian besar
secara jelas ditunjukkan melalui insersi DNA ke dalam
resipien untuk membentuk salinan transposon donor.
Mekanisme rekombinasi yang diperantarai oleh
produk gen rec bersifat timbal balik: Masuknya ururan
donor ke resipien dicerminkan oleh transfer sekuens
DNA donor. Perhatian
resipien yang homolog ke dalam
Plasmid yang dapat dimobi-
ilmiah kini semakin banyak ditujukan pada peran lisasi bereplikasi dalam resipien
,

konversi gen-transfer tidak timbal balik suatu sekuens


DNA dari donor ke resipien-dalam pembentukan
keanekaragaman genetik.

Mekanisme Transfer Gen


Tiga bentuk utama pertukaran genetik prokariot Gambar 7-6. Mekanisme mobilisasi plasmid. Sel donor
dibedakan berdasarkan bentuk DNA donor. Pada membawa dua plasmid, suatu plasmid swatransmisi, F,
konjugasl, hanya satu untai DNA yang ditransfer (Gambar yang menyandi fungsi tra yang memicu kontak sel dan
7-5). Resipien melengkapi struktur DNA untai ganda transfer plasmid, serta plasmid yang dapat dimobilisasi.
dengan menyintesis untai pasangannya sebagai pelengkap Fungsi mob disandi oleh plasmid yang dapat dimobilisasi
bagi untai yang diperoleh dari donor. Pada transduksi, dan membuattakik untaitunggal di orlf pada area mob.
DNA donor dibawa dalam selubung faga dan ditransfer Kemudian terjadi transfer dan replikasi plasmid yang
ke resipien meialui mekanisme yang digunakan untuk dapat dimobilisasi. Plasmid swatransmisi juga dapat
infelai faga. Tiansformasi, ambilan langsung DNA donor ditransfer. (Digambar ulang dari Snyder L, Champness W. Molecular
.1997.)
oleh sel resipien, dapat bersifat alami atau'sengaja Genetics of Bacteria, A5M Press,

dipaksakan. Relatif sedikit spesies bakteri yang kompeten


secara alamiahuntuk transformasi; spesies tersebut A. KoNJUGAsI
mengasimilasi DNA donor dalam bentuk linear.
Transformasi yang dipaksakan diinduksi dalam Plasmid adalah unsur-unsur genetik yang paling sering
laboratorium, di mana, setelah diberi garam dengan kadar ditransfer melalui konjugasi. Fungsi genetik vang
tinggi dan syok suhu, banyak bakteri dianggap kompeten diperlukan untuk transfer disa"ndi oleh gen-gen ta, y^ng
untuk asimilasi plasmid ekstraselular. Kemampuan untuk dibawa oleh plasmid yang bersifat swatransmisi. Beberapa
memaksa bakteri menggabungkan plasmid-plasmid plasmid yang swatransmisi dapat memobilisasi plasmid
ekstraselular melalui transformasi merupakan hal lain atau bagian kromosom untuk transfer. Pada beberapra
mendasar dalam rekayasa genetik. kasus, mobilisasi dapat terjadi karena gen-gen tra
104 BAB 7

menyediakan fungsi yang diperlukan untuk mentransfer utama menyebabkan pemisahan kedua spesies bakteri
plasmid yang tidak dapat dipindahkan (Gambar 7-6).Pada tersebut.
kasus lain, plasmid swatransmisi berintegrasi dengan Prosedur analog dengan menggunakan plasmid lain
DNA replikon lain dan, sebagai perluasan diri, rnembawa rnemungkinkan peneliti memetakan kromosom sirkular
untai DNA tersebut ke sel resipien. pada anggota genus baktcri yang berjauhan; misal,
Analisis genetik E coli mengalami kemajuan yang pesat plasmid resistansi obat, disebut faktor R, dapat memicu
setelah diketahui adanya faktor-faktor fertilitas yang transfer kromosom dari bermacam-macam bakteri,
dibawa oleh plasmid yang disebut F'. Plasmid tersebut termasuk spesies pseudomonar. Perbandingan Peta
memberi ciri khas donor tertentu kepada sel; ciri khas kromosom antara Pseudomanas aetuginosa dan Pseudomonas
tersebut rnencakup pilus seks, suatu penonjolan protein putida memperlihatkan bahrva hanya sedikit, meskipun
multimerik ekstraselular yang melekatkan sel donor ke signifikan, penyusunan ulang genetik yang disertai dengan
or€lanisme resipien yang tidak memiliki faktor fertilitas. pemisahan kedua spesies yang memiliki hubungan dekat
Jembatan antarsel memungkinkan suatu untai plasmid ini. Peta-peta Pseudomonas mempunyai sedikit kesamaan
F', yang disintesis oleh donor, untuk masuk ke dalam dengan peta bakteri koliform yang secara biologis jauh.
resipien, tempat untai DNA komplementer dibentuk Integrasi DNA kromosom ke dalam plasmid konjugal
(Gambar 7-7). Fakr.or fertilitas F' dapat berintegrasi ke dapat menghasilkan replikon rekombinan-7rima, F
dalam banyak lokus pada kromosom sel-sel donor. Faktor (fertititas)', atau R (resistansi)', bergantung pada plasmid-
fertilitas yang terintegrasi menghasilkan donor Hfr yang yang DNA kromosom terintegrasinya dapat direplikasi
mentransfer DNA kromosom (dari tempat insersi) ke dalarn plasmid tanpa bergantung pada kromosom. Ha1
arah yang ditentukan oleh orientasi insersi (Gambar 7-8). tersebut terjadi ketika plasmid yang tcrintegrasi (misal,
Kecepatan transfer kromosom dari sel-sel llfr adalah F) dilekatkan dengan dua salinan unsur IS. Bakteri yang
tetap, dan kumpulan hasil dari banyak e kspe rimen membawa saiinan gen, satu set lengkaP pada kromosom
konjugasi telah memungkinkan pembuatan peta genetik dan sebagian set pada prima, ac{alah diploid parsial, atau
E coli yang jarak antarlokusnya diukur dalam hitungan merodiploid, dan berguna ur-rtuk studi kon-rplementasi.
menit yang diperlukan untuh transfer dalam proses Gen jenis liar sering melengkapi homolog mutannya, dan
krrnjugasi. Peta serupa telah dibuat untuk bakteri koliform pemilihan fenotip jenis liar memungkir.rkan diper-
terkait, Salmonella Typhimuri um, dan perbandingan kedua tahankannya merodiploid dalam laboratorium' Dengan
peta memperlihatkan adanya pola terkait pacia susunan strain-strain semacam itu, dapat dilakukan analisis
gen, meskipun penyusunan ulang beberapa kromosom mengenai interaksi antara alel-alel yang berbeda, varian

. 3 ,.,

,..rr.rr,rr...rr...r..:,,f ., .....r r..rl


llL l

Gambar 7-7. A: Sel betina dan jantan telah disatukan oleh pilus F (pilus seks). Pilus F "diwarnai" dengan partikel faga
RNA spesifik jantan. Sel jantan juga memiliki pilus F yang biasa, yang tidak mengadsorpsi faga spesifik jantan dan
tidak terlibat dalam perkawinan. B: Pasangan kawin sel-sel E coli. Sel-sel Hf r memanjang" C: Mikrograf elektron pada
irisan tipis pasangan kawin. Dinding sel pasangan kawin saling berhubungan erat di area "jembatan" (Mikrograf elektron
fAl olehCarnahanJandBrinronC.Dari StanierRYDoudoroff M,AdelbergEA.TheMicrobialWorld,3rded.CopyrightOl9T0 DenganizinPrentice-
Hall, tnc., Englewood Cliffs, NJ. Photographs tBl and ICI dari Cross lD and Caro LG: DNA transfer in bacterial coniugation. J Mol Biol 1966;16:269.)
GENETIKA MIKROBA 105

genetik dari gen yang sama. Merodiploid sering kali ddak


stabil secara genetik karena rekombinasi antara plasmid
Hfr dan kromosom homolog dapat menyebabkan peng-
hilangan atau pertukaran mutan atau alel-alel jenis liar.
Masalah tersebut sering dapat dihindari dengan
mempertahankan merodiploid dalam latar belakang
genetik yang recA-nya, suatu gen yang diperlukan untuk
rekombinasi antara segmen-segm€n homolog DNA, telah
Plasmid F menyandi diinaktivasi akibaL mutasi.
fungsi fra, termasuk pilus Gen-gen homolog dari organisme yang berbeda
mungkin akan berbeda sampai tingkat yang dapat
mencegah terjadinya rekombinasi di antara gen-gen
tersebut, tetapi tidak mengubah kapasitas satu gen untuk
melengkapi aktivitas gen lain yang hilang. Misai, asal
genetik suatu enzim yang diperlukan untuk biosintesis
I
Takik pada oriT
asam amino tidak mungkin memengaruhi aktivitas
memulai transfer katalitik dalam sitoplasma pejamu yang secara biologis
berhubungan jauh. Merodiploid yang membawa suatu
gen untuk enzim semacam itu juga akan membawa gen-
gen sampingan yang berasal dari organisme donor. Oleh
karena itu, genetik mikroba konvensional, berdasarkan
pemilihan plasmid prima, dapat digunakan untuk
menqisolasi gen-gen dari organisme tertentu pada E coli
Replikasi terjadi dalam
atau P aeruginosa. Arti penting teknologi ini terletak pada
donor ketika satu untai
ditransfer kemampuannya menyederhanakan atau menghindari
prosedur yar,g re latif mahal yang dibutuhkan dalam
rekayasa genetik.

B. TRANSDUKST

Fragmen yang ditransfer Tiansduksi adalah rekombir.rasi genetik pada bakteri yang
mengalami rekombinasi diperantarai faga. Dalam istilah yang paling sederhana,
di dalam resipien
partikel yang me ngalami transduksi dapat dianggap sebagai
DNA bakteri dalam selubung faga. Bahkan populasi faga
t/ "
litik dapat mengandung beberapa partikel yang selubung
F :'
'1"
*a;*ff:i::ri:n"
faganya mengelilingi DNA yang berasal dari bakteri
bukan dari faga. Populasi semacam ini telah digunakan
Hfr F_ untuk mentransfer gen-gen dari satu bakteri ke bakteri
lain. Faga temperate adalah kendaraan yang lebih dipilih
untuk transfer gen karena infeksi bakteri resipien pada
kondisi yang memudahkan lisogeni akan meminimalkan
Gambar 7-8. Tranfer DNA kromosom oleh plasmid yang
lisis sel sehingga membantu kelangsungan hidup strain-
terintegrasi. Pembentukan pasangan kawin, penakikan
sekuens oriTF, dan transfer ujung 5' untai tunggal DNA F
strain rekombinan. Tentu saja bakteri resipien yang
berlangsung seperti yang terjadi pada transfer plasmid membawa profaga yang sesuai dapat membentuk suatu
F. Transfer DNA kromosom yang berikatan kovalen juga
represor yang memungkinkan seL menjadi kebal terhadap
akan terjadi asalkan pasangan kawin stabil. Transfer infeksi litik; sel-sel demikian masih dapat mengambil
seluruh kromosom jarang terjadi, sehingga sel resipien DNA bakteri dari partikel-partikel transduksi. Campuran
tetap F-, bahkan setelah perkawinan. Replikasi di dalam transduksi yang membawa DNA donor dapat disiapkan
donor biasanya menyertai transfer DNA. Sebagian dalam berbagai kondisi yang memudahkan siklus faga
replikasi untai tungga I yang ditransfer juga dapat terjadi. iitik.
Begitu ada di dalam sel resipien, DNA yang ditransfer Ukuran DNA partikel transduksi biasanya hanya
dapat berekombinasi dengan sekuens homolog pada beberapa persen dari ukuran kromosom bakteri, sehingga
kromosom resipien. (Digambar ulang dari Snyder L, ChampnessW: kotransduksi-mentransfer lebih dari satu gen pada satu
Molecular Genetics of Bacteria. A5M Press, 1997,) 1v2[6u-16s[xtas pada gen-gen bakteri terkait. Proses ini
106 BAB 7

mem,)rrnyai arri penring pada Pemetaan gen-gen yang Transformasi alami adalah proses aktif yang
terletak sangat dekat satu sama lain untuk ditempatkan memerlukan protein aktif yang dihasilkan oleh sel resipien.
pada peta berdasarkan transfer konjugal. Faga mutan Banyak bakteri, tidak mampu melakukan transformasi
{apat diidentifikasi berdasarkan morfologi plak yang aiami, tetapi dapat dipaksa untuk menggabungkan
dibentuknya dengan melisiskan sekumpulan bakteri yang beberapa plasmid dengan memberikan kalsium klorida
tumbuh pada medium yane dipadatkan. Peta genetik dan syok suhu. Transformasi piasmid rekombinan yang
^g{
untuk berbagai faga telah drbuit berdasarkan analisis plak direkayasa melalui prosedur tersebut merupakan inti
yang berasal dari bakteri yang telah terinfeksi secara biologi molekular modern karena memungkinkan DNA
serempak oleh dua faga yang berbeda. dari sumber biologi yang berbeda menjadi bagian
Pulau patogenisitas sering ditranspor melalui faga. replikon bakteri yang telah dikenal dengan baik.
Misalnya, dua faga yang mentranspor pulau patogenisitas
menyebabkan perubahan Vibrio choleraa bentuk jinak
men.iadi bentuk patogenik yang menyebabkan kolera
MUTASI & PENYUSUNAN ULANG GEN
epidemik (lihat Bab 18).
Mutasi Spontan
Kecepatan faga melakukan rekombinasi dan replikasi
telah membuatnya menjadi subjek sentral untuk studi Mutasi adalah perubahan sekuens DNA. Mutasi spontan
proses-proses tersebut, dan banyak generalisasi yang untuk gen tertentu umumnya terjadi dengan frekuensi
berkenaan dengan mekanisme dasar proses ini berasai 10-8 sampai 10'6 dalam suatu populasi yang berasal dari
dari genetika faga. Kemampuan faga untuk membuat satu bakteri. Mutasi meliputi substitusi, delesi, insersi,
replika DNA-nya secara cepat menjadikan faga tersebut dan penyusunan ulang basa. Substitusi basa dapat timbul
berarti bagi rekayasa genetik. Yang lebih penting lagi sebagai akibat salah pemasangan antara basa-basa
adalah faga-faga rekombinan yang direkayasa, sehingga komplementer selama replikasi. Pada E coli, hal ini terjadi
faga tersebut mengandung DNA yang disisipkan dari sekitar setiap 10r0 kali ketika menggabungkan suatu
sumber biologi lain. DNA yang dimasukkan dapat nukleotida. Terjadinya mutasi ini diminimalkan oleh
direplikasikan dengan kecepatan yang mencirikan DNA enzim-enzim yang berkaitan dengan perbaikan salah
fa,ga dan diperoleh kembali dalam suatu bentuk yang pasang (mismatch repair), suatu proses yang secara esensial
berguna untuk manipulasi. DNA untai tunggal, dihasilkan mengoreksi cetakan untai yang baru disintesis untuk
oleh faga M13 dan derivatnya, berperan sebagai temPlate memastikan bahwa untai tersebut telah melengkapi
untuk pengururan dan tempat tuiuan mutagenesis. template-nya dengan sempurna. Enzim-enzim mem-
bedakan untai yang baru disintesis dengan untai yang
telah ada berdasarkan metilasi adenin pada sekuens
C. TRANSFORMASI
GATC dari untai yang telah ada. Sistem perbaikan DNA
Ambilan langsung DNA donor oleh sel-sel resipien khusus, respons SOS, dianggap berPeran untuk sel-sel
bergantung pada kompetensinya untuk transformasi. yang DNA-nya telah rusak.
Kemunculan alami sifat ini iarang terjadi pada bakteri, Banyak substitusi basa yang luput dari deteksi di
dan beberapa strain tersebut dapat ditransformasi hanya tingkat fenotipik, karena tidak mengganggu fungsi produk
jika ada faktor-faktor kompetensi, yang hanya dihasilkan gen secara bermakna. Misalnya, mutasi missense, yang
di titik tertentu pada siklus pertumbuhan. Strain-strain menyebabkan substitusi satu asam amino dengan yang
lain dengan mudah mengalami transformasi alamiah, dan lain, mungkin tidak disertai dengan efek fenotipik yang
organisme-organisme tersebut menjanjikan untuk dipakai dapat terlihat. Mutasi nonsense mengakhiri sintesis protein
dalam rekayasa genetik karena kemudahannya mengga- sehingga menyebabkan prote in terpotong di tempat
bungkan DNA yang sudah dimodifikasi ke dalam terjadinya mutasi. Produk-produk gen mutasi nonsense
kromosomnya. Bakteri-bakteri yang secara alami biasanya ridak akti[.
kompeten untuk melakukan transformasi ditemukan pada Mutasi delesi atau insersi juga menimbulkan efek yang
beberapa genus, yaitu Bacillus subtilis, Haemophilus berat karena secara drastis dapat mengubah sekuens asam
inf-luenzae, Neisseria gonorrhoeae, dan Streptococcus amino dari produk gen. Seperti dijelaskan di bawah ini,
Pneumlniae. Fragmen-fragmen DNA yang mengandung ekspresi sekuens DNA yang akurat bergantung pada
gen-gen dari organisme tersebut dapat dikenali dengan translasi kodon triplet nukleotida dalam fase yang
mudah berdasarkan kemampuannya untuk mentransformasi sempurna. Insersi atau delesi satu nukleotida mengganggu
se1-se1 mutan menjadi jenis liar. Teknik-teknik tersebut fase translasi, dan dengan demikian akan memasukkan
menggambarkan kemajuan mendasar pada prosedur sekuens protein yang sangat berbeda di distal kodon asam
laboratorium yang digunakan oleh Avery dan rekan untuk amino yang telah diubah oleh mutasi.
memperlihatkan bahwa prinsip transformasi pneumokokus Bagian penting mutasi spontan adalah delesi, yang
adalah DNA. menghilangkan sebagian besar atau bahkan satu set gen.
GENETIKA MIKROBA 107

Delesi melibatkan rekombinasi antara sekuens-sekuens yang asalnya terkena. Contoh yang baik adaiah supresor
yang berulang secara langsung (misal, unsur IS), dan nonsense, yang biasanya merupakan suatu mutasi pada
hampir tidak pernah reuersible. Muiasi spontan yang lain gen tRNA yang mengubah antikodon IRNA, sehingga
menyebabkan duplikasi, sering kali beriringan, pada dapat berpasangan dengan kodon nonsense dan
p^nj".rg DNA yang sebanding. Mutasi tersebut biasanya memungkinkan masuknya asam amino di tempat mutasi
tidak stabil dan dapat kembali dengan mudah. Mutasi nonsense yang menyebabkan terminasi sintesis protein.
lain dapat membalikkan sekuens DNA yang panjang atau
mengubah sekuens DNA tersebut menjadi lokus baru. EKSPRESI GEN
Peta gen komparatif dari strain-strain bakteri terkait
memperlihatkan bahwa penyusunan ulang semacam itu Jauhnya pemisahan evolusi antara genom eukariot dan
dapat diperbaiki dalam populasi alami. Pengamatan ini prokariot digambarkan dengan membandingkan
menekankan pada fakta bahwa pemisahan linear fragmen- mekanisme ekspresi gennya, yang memPunyai sifat
fragmen DNA tidak sama sekali menghilangkan tertentu yang sama. Pada kedua kelompok, informasi
kemungkinan interaksi fisik dan kimia di antaranya. genetik disandi dalam DNA, ditranskripsikan menjadi
mRNA, dan ditranslasi dalam ribosom melalui IRNA
Mutagen menjadi struktur protein (Gambar 7-9). Kodon nukleotida
triplet yang digunakan dalam translasi biasanya dimiliki
Frekuensi mutasi akan sangat meningkat bila sel terpajan oleh kedua genom, dan banyak enzim yang berkaitan
mutagen. Sinar ultraviolet (UD adalah mutagen fisik yang
dengan sintesis makromolekui pada dua kelompok biologi
merusak DNA dengan cara menghubungkan basa-basa ini mempunyai sifat yang seiupa. Di luar persamaan-
timin di sebelahnya untuk membentuk dimer. Kesalahan ini, terdapat perbedaan nyata antara eukariot
persamaan
sekuens dapat terjadi selama perbaikan enzimatik untuk
dan prokariot pada setiap tahapan ekspresi gen.
kerusakan genetik tersebut. Mutagen kimia dapat bekerja
Mekanisme penentuan sekuens asam amino protein oleh
dengan mengubah struktur fisika atau kimia DNA. sekuens nukleotida pada suatu gen adalah sebagai berikut:
Kimiawi reaktif mengubah struktur basa di dalam DNA. (1) RNA polimerase membentuk untai poliribonukleotida
Misalnya, asam nitrit (HNOr) menggantikan gugus tunggal, disebut "messenger R,n/r4" (mRNA), yang
hidroksil dengan gugus amino. DNA yang dihasilkan telah menggunakan DNA sebagai template; proses ini disebut
mengubah aktivitas tem?late selama Putaran replikasi transkripsi. mRNA mempunyai sekuens r.rukleotida yang
berikutnya. Mutasi frameshijl-masuk atau keluarnya melengkapi untai remplate dalam DNA helila ganda jika
satu pasang basa dari DNA-disebabkan oleh sedikit dibaca dari arah 3' ke 5'.
pergeseran pada untai DNA. Pergeseran ini dibantu oleh (2) Asam amino secara enzimatis diaktif-kan dan
pewarnaan akridin, yang dapat masuk di antara basa- ditansfer ke molekul adaptor RNA spesifik, yang disebut
basa. "tansfer Rl/,4" (IRNA). Setiap molekul adaptor
Pada umumnya, efek langsung mutagen kimiawi atau
mempunyai triplet basa (antikodon) yang melengkapi
fisika adalah merusak DNA. Mutasi yang dihasilkan triplet basa mRNA, dan pada ujung yang lain terdapat
dimasukkan oieh enzim-enzim yang berkaitan dengan asam amino spesifik. Tiiplet basa pada mRNA disebut
replikasi atau perbaikan. Mutasi yang m€ngubah sifat kodon untuk asam amino tersebut.
enzim-enzim ini dapat membuatnya menjadi mutagen (3) mRNA dan IRNA bertemu di permukaan ribosom.
biologik, produk gen mutator. Bentuk lain mutagenesis Ketika setiap IRNA menemukan triplet nukleotida
biologi adalah insersi ke dalam gen perbaikan yang komplementernya pada mRNA, asam amino yang
disebabkan oleh transposon seperti faga Mu.
dibawanya diikat dengan ikatan peptida pada asam amino
molekul IRNA yang terdahulu (bersebelahan)' Enzim
Reversi & Supresi peptidiltransferase (yang sebenarnya merupakan RNA
Mendapatkan kembali aktivitas yang hilang sebagai akibat 23S, yaitu suatu ribozim) mengatalisis pembentukan
mutasi, disebut reversi fenotipik, dapat disebabkan oleh ikatan peptida. Ribosom bergerak sepanjang mRNA,
pemulihan sekuens DNA asai, tetapi dapat juga tidak; terbentuk polipeptida secara berurutan sampai seluruh
pemulihan seperti ini dibutuhkan oleh reversi genotipik. molekul mRNA telah ditranslasikan menjadi sekuens
Sering, mutasi pada lokus kedua, disebut mutasi supresor, asam amino yang sesuai. Proses ini, disebut translasi,
dapat memulihkan aktivitas yang hilang. Pada supresi dilukiskan pada Gambar 7-9.
intragenik, setelah mutasi primer mengubah struktur Pada prokariot, gen-gen yang memiliki fungsi saling
enzim sehingga aktivitasnya hilang, mutasi kedua, di berkaitan sering dimasukkan dalam satu kelompok'
tempat berbeda pada gen erizim, memperbaiki struktur sedangkan pengelompokan semacam itu pada gen-gen
y".tg dip.rlnkar untuk aktivitas. Supresi eukariot jarang terjadi. Sekuens Penguat (enhancer
"kttr.gettik sequence) adalah area di DNA eukariot yang dapat
disebabkan oleh mutasi kedua yang terletak di luar gen
108 BAB 7

oI
oI

NH NH NH^
llz
M '"w wffi
I

tt
c:o
I

o C:OC:O
tt
oo
I

TempatA o Tempat B

mRNA

@ @
I I

NH NH^
I l'
@I
m
I
C=O c:o
I

o\\ NH NH

m ,"w
I I

RNAI \A @
c:o c:o
I
I

*.-r-\ o
(J I I

r)_ o oHo
()

Gambar 7-9. Empattahap pemanjangan rantai polipeptida pada permukaan ribosom 70S. Kiri atas: Suatu molekul
IRNA yang mengandung antikodon yang melengkapi kodon 1 pada satu ujung dan AA, di ujung lain, berikatan di
tempat A. AA1 menempel pada IRNA melalui gugus karboksilnya; nitrogen aminonya mengandung gugus formil (F).
Kanan atas: Suatu molekul IRNA yang mengandung AA, berikatan dengan tempat B; antikodonnya merupakan
komplementer kodon 2. Kanan bawah: Suatu kompleks enzim mengatalisis transfer AA, ke gugus amino pada AA'
membentuk ikatan peptida (Perhatikan bahwa transfer ke arah berlawanan dihambat oleh formilasi gugus amino
pada AA,yang terjadi sebelumnya). Kiri bawah: Ribosom bergerak ke kanan, sehingga tempat A dan B sekarang
berhadapan dengan kodon 2 dan 3; pada proses ini, IRNA, digeser dan tRNA, bergerak ke tempat A. Tempat B sekali
lagi kosong dan siap menerima tRN43 yang mengandung AAr. (bila polipeptida telah selesai dirangkai dan dilepaskan,
gugus formil diganti secara enzimatis.) (Digambar uiang dan dlreproduksi dengan izin Stanier RY Doudoroff M,Adelberg EA:The Microbial
Woild,3rd ed. Copyright O 1970. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, Nl.)
GENETIKA MIKROBA 109

meningkatkan transkripsi, dan dapat terletak jauh dari sekuens DNA yang mengikat RNA polimerase. Tingkat
gen-gen yang ditranskripsi. Gen-gen eukariot membawa ekspresi gen ditentukan sebagian oleh kemampuan
intron, insersi DNA yang umumnya tidak ditemukan promotor mengikat polimerase, dan efektivitas intrinsik
pada gen-gen prokariot. Intron memisahkan ekson-ekson, setiap promotor sangat berbeda-beda. Kontrol ekspresi
area penyandi pada gen eukariot. Intron yang gen selanjutnya dilakukan oleh protein pengatur yang
ditranskripsikan dibuang dari transkrip eukariot selama dapat berikatan di area-area DNA di dekat promotlr.
proses pengolahan RNA, suatu rangkaian reaksi enzimatik Beberapa gen strukturai prokariot yang menyandi
yang terjadi dalam nukleus. Se.jauh yang diketahui, serangkaian reaksi metabolik dikelompokkan dalam suatu
mRNA prokariot diganti dengan cepat, sedangkan operon. Gen-gen tersebut diei<spresikan sebagai tranikrip
beberapa molekul mRNA eukariot, yang dicontohkan mRNA tunggal, dan ekspresi transkrip dapat dipengaruhi
oleh RNA hemoglobin pada eritrosit, bersifat sangat stabil. oleh satu gen regulator. Misalnya, lima gen yang
Ribosom eukariot dan prokariot berbeda dalam berhubungan dengan biosintesis triptofan dikelompokkan
banyak ha1. fubosom eukariot berukuran lebih besar, dan dalam operon trp E coli. Ekspresi gen dipengaruhi oleh
mempunyai koefisiensi sedimentasi 80S dibandingkan attenuatizn, seperti yang dijelaskan sebelumnya, dan juga
dengan koefisiensi sedimentasi 70S pada ribosom dikontrol oleh represi: Pengikatan triptofan oleh protein
prokariot. Subunit ribosomal eukariot 40S dan 605 represor memberikan suaru benruk yang memungkinkannya
berukuran lebih besar daripada subunit ribosomal 30S menempel pada operator trp, suatr sekuens DNA pendek
dan 50S pada prokariot, dan ribosom eukariot relatif yang membantu mengatur ekspresi gen. Pengikatan
kaya akan protein. Perbedaan yang signifikan merupakan protein represor ke operator mencegah transkripsi gen-
dasar dari sensitivitas aktivitas ribosomal terhadap gen trp. Bentuk kontrol tersebut tidak bergantung pada
antibiotik, banyak di antaranya yang secara selektif attenuation, yang juga digunakan untuk memengaruhi
menghambat sintesis protein pada prokariot tetapi tidak ekspresi gen trp.
pada sitoplasma eukariot (lihat Bab 9). Namun, harus Pencegahan transkripsi oleh protein represor disebut
diingat bahwa ribosom mitokondria pada eukariot kontrol negatif. Kebalikan dari bentuk regulasi
menyerupai ribosom mitokondria pada prokarior. transkripsional-inisiasi transkripsi sebagai respons
terhadap pengikatan protein aktivator-disebut kontrol
Pengaturan Ekspresi Gen positif. Kedua bentuk kontrol ini digunakan dalam
ekspresi operon lac, gen-gen yang berhubungan dengan
mRNA eukariot dibawa dari nukieus ke sitoplasma, fermentasi laktosa pada E coli. Operon mengandung tiga
tempat terjadinya translasi. Sebaliknya, translasi mRNA gen struktural. Tianspor laktosa ke dalam sel diperantarai
prokariot dirangkaikan dengan sintesisnya, dan pada oieh produk gen lacY. Beta-galaktosidase, enzim yang
proses perangkaian ini terdapat kesempatan untuk menghidrolisis laktosa menjadi galaktosa dan glukosa,
melakukan regulasi yang khas pada prokarior. Misalnya, disandi oleh gen lacZ. Produk gen ketiga (lacA) adalah
asssrxtaati6tx-terminasi dini mRNA yang ditranskripsikan transasetilase; fungsi fisiologi enzim tersebut belum
dari gen-gen biosintetik jika enzim tidak diperlukan- diketahui dengan jelas.
dipengaruhi oleh kapasitas selular untuk menyintesis Sebagai produk samping dari fungsi normalnya, B-
peptida awal Attenuation kadang-kadang ditentukan oleh galaktosidase menghasilkan allolaktosa, suatu isomer
apakah kodon tertentu pada sekuens awal ditranslasikan struktural dari laktosa. Laktosa sendiri tidak memengaruhi
atau tidak. Pemberhentian sementara ribosom pada regulasi transkripsi. Fungsi tersebut diiakukan oleh
kodon-kodon tersebut dapat menyebabkan perubahan allolaktosa, yang merupakan inducer karena operon lac
struktur sekunder pada mRNA awal, yang menyebabkan merupakan metabolit yang paling langsung mencetuskan
terminasi transkripsi oieh RNA polimerase sebelum ekspresi gen. Tanpa allolaktosa, represor lac, suatu produk
mencapai gen pertama operon. Penghambatan sintesis gen lacl yang dikendalikan secara bebas, melakukan
peptida awal, yang dapat terjadi akibat ketiadaan asam kontrol negatif terhadap transkripsi operon lac dengan
amino, menyebabkan mRNA mengambil struktur yang cara mengikat operator /ac. Dengan adanya inducer,
dapat menyamarkan sinyal terminasi dan memungkinkan represor dilepaskan dari operator, dan terjadi trdnskripsi.
transkripsi berlanjut menjadi gen-gen struktural. Oleh Ekspresi operon lac dan banyak operon lainnya untuk
karena itu, tanpa adanya asam amino yang diperlukan enzim-enzim yang berkaitan dengan fermentasi diperkuat
untuk sintesis peptida, produk akhir biosinretik akan melalui pengikatan protein pengikat AMP siHik (cyclic
mengurangi dttenuatiln dan menyebabkan peningkatan AMP-binding protein, CAP) ke sekuens DNA spesifik di
kadar enzim biosinterik. dekat promotor untuk pengaturan operon. Protein
Protein spesifik, produk gen pengatur, menentukan melakukan kontrol positif dengan meningkatkan aktivitas
ekspresi gen-ge.n struktural yang menyandi enzim. RNA polimerase. Metabolit yang mencetuskan kontrol
tanskripsi DNA menjadi mRNA dimulai pada promotol, positif dengan cara berikatan pada CAP adalah 3'-5'-AMP
110 BAB 7

siklik (CAMP). Senyawa ini, dibentuk dalam sel-sel yang Gen-gen yang diisolasi dapat digunakan untuk
kekurangan energi, bekerja melalui CAP untuk berbagai tujuan. Mutagenesis terarah (site-directed
meningkatkan ekspresi enzim-enzim katabolik yang mutagenesis) dapat mengidentifikasi dan mengubah
menghasilkan energi metabo.lik. sekuensDNA gen. Oleh karena itu, residu nukleotida
Bukan hanya AMP siklik yang mampu melakukan yang penting untuk fungsi gen dapat ditentukan dan,
kontrol terhadap gen-gen yang ddak berhubungan dalam apabila diinginkan, dapat diubah. Dengan teknik
E coli. Banyak gen yang berbeda memberikan respons hibridisasi, DNA dapat digunakan sebagai probe yang
terhadap ppcpp nukleotida ("p" menunjukkan fosfodiester mengenali asam nukleat yang sesuai dengan sekuens
dan "G" menunjukkan guanin) sebagai suatu sinyal komplementer DNA-nya sendiri. Misalnya, virus laten
kekurangan asam amino, dan gen-gen yang tidak pada jaringan hewan dapat dideteksi dengan probe DNA
berhubungan diei<spresikan sebagai bagian respons SOS meskipun tidak ada aktivitas virus. Produk protein dari
terhadap kerusakan DNA. Namun, kelompok gen yang gen virus yang diisolasi adaiah produk yang baik untuk
tidak berhubungan lainnya dianggap berperan dalam dijadikan vaksin karena dapat disiapkan tanpa adanya
menimbulkan respons terhadap syok panas. Respons gen yang menyandi replikasi asam nukleat virus. Dan
tersebut ditemukan pada prokariot dan eukariot. lagi, protein-prorein seperti insulin yang mempunyai
Penjelasan mengenai sistem kontrol transkripsional fungsi yang bermanfaat dapat disiapkan dalam jumlah
pada prokariot terbukti mempunyai nilai konseptual dan besar dari bakteri yang mengekspresikan gen-g€n yang
teknis. Operon lac merupakan model yang berguna untuk telah diklon.
studi perbandingan ekspresi gen. Misalnya, fenomena
represi, pertama kaii secara jelas diuraikan untuk operon
PENYIAPAN FRAGMEN DNA DENGAN
lac, menyebabkan respons lisogenik terhadap infelai oleh
faga temperatur seperti ),. Studi menyeluruh mengenai ENZIM RESTRIKSI
sistem lac E coli memberikan banyak derivat genetik yang
Keanekaragaman genetik bakteri tercermin melalui
berguna dalam rekayasa genetik. Insersi DNA asing ke
banyai<nya enzim restriksi yang digunakan, yang memiliki
dalam piasmid untuk membentuk vektor rekombinan
selektivitas yang memungkinkannya mengenali area-area
sering dimonitor secara fenotipik dengan menggunakan
DNA tertentu untuk proses pembeiahan. Sekuens DNA
uji warna untuk memantau inaktivasi insersional pada yang dikenali oleh enzim restriksi terutama adalah
gen lac{ dan promotor lac sering digunakan untuk
palindrom (pengulangan sekuens basa yang terbalik).
mengendalikan ekspresi gen-gen yang disisipkan.
Sekuens yang khas pada palindrom, dikenali oleh enzim
restriksi yang sering digunakan (EcaRl), adalah GAATTC;
REKAYASA GENETIK pengulangan terbalik, sesuai dengan sifat komplementer
Rekayasa adalah aplikasi ilmu pengetahuan untuk pada pasangan basa G-C dan A-T, menyebabkan urutan
kebutuhan sosial. Pada tahun-tahun belakangan ini, 5' TTC direfleksikan sebagai AAG pada untai 3'.
rekayasa yang didasarkan pada genetika bakteri telah Panjang fragmen DNA yang dihasilkan oleh enzim
mengubah bentuk biologi. Fragmen DNA tertentu dapat restriksi sangat bervariasi karena sifat individualitas
diisolasi dan diperbanyak, dan gen-gennya dapat masing-masing sekuens DNA. Panjang tata-rata fragmen
diekspresikan pada tingkat tinggi. Spesifisitas nukleotida DNA sebagian besar ditentukan oleh jumlah basa spesifik
diperlukan untuk pembelahan oleh enzim-enzim restriksi yang dikenali oleh enzim. Sebagian besar enzim restriksi
dan memungkinkan fragmen-fragmen yang mengandung mengenali empat, enam, atau delapan sekuens basa;
gen atau bagian gen secara kovalen berikatan dengan namunJ enzim restriksi lain dapat mengenali 10, 11, 12,
plasmid ("vektor") yang kemudian dapat disisipkan ke atau 15 sekuens basa. Pengenalan .empat basa menghasiikan
dalam pejamu bakteri. Koioni bakteri atau klon yang fragmen-fragmen dengan pa,njang rata-rata 250 pasang
membawa gen-gen khusus dapat diidentifikasi melalui basa sehingga umumnya berguna untuk analisis atau
hibridisasi DNA atau RNA dengan pelacak (probe) manipulasi fragmen gen. Gen yang lengkap sering diliputi
kimiawi atau radiokimia. Alternatifnya, produk protein oleh enzim restriksi yang dapat mengenali enam basa
yang disandi oleh gen-gen dapat dikenali melalui aktivitas dan menghasilkan fragmen dengan ukuran rata-rata sekitar
enzim atau teknik-teknik imunologi. Teknik imunologi 4000 pasangan basa. Enzim restriksi yang mengenali
telah mengaiami kemajuan yang berarti dengan adanya delapan basa menghasiikan fragmen dengan ukuran yang
selektivitas yang ny^r^ akibat antibodi monoklonal khas sebanyak 64.000 pasangan basa, dan berguna untuk
berikatan dengan determinan antigen spesifik di dalam analisis area genetik yang luas. Enzim restriksi yang
protein. Oleh karena itu, teknik-teknik rekayasa genetik mengenali lebih dari sepuluh basa berguna untuk
dapat digunakan untuk mengisolasi hampir setiap gen konstruksi peta fisik dan penentuan jenis molekular
dengan sifat yang dapat dikenali secara biokimia. dengan cara elektroforesis gel medan-getaran.
GENETIKA MIKROBA 111

A. Fragmen-fragmen restriksi G. Hibridisasi fragmen restriksi


Ukuran Ukuran Enzim
Enzim
fragmen fragmen
(kbp) E/S EIHlS (kbp) E E/H E/S

4 4
l"\:.S. 1

3 3 LIfreIrl

2 2

1 1'

0,5 0,5 l=S.,r-..:r lffi"--l-


B. Tempat restriksi
Panjang (kbp)
I
Tempat enzim
ll'
EH
W
at t
\ Probe

Gambar 7-1O. A:, Pemisahan fragmen-fragmen DNA berdasarkan ukuran dengan menggunakan elektroforesis
melalui suatu gel. Fragmen-fragmen yang lebih kecil bermigrasi lebih cepat daripada fragmen yang besar. dan pada
suatu kisaran yang ditentukan oleh sifat gel, jarak migrasi secara kasar sebanding dengan logaritme ukuran fragmen.
Fragmen DNA dapat divisualisasi berdasarkan fluoresensinya setelah diwarnai dengan suatu zat warna. B: Ukuran
fragmen restriksi ditentukan oleh lokasi tempat restriksi dalam DNA. Pada contoh ini, suatu fragmen berukuran 4,0
kbf yang dibentuk oleh enzim restriksi EcoRl (E) mengandung situs untuk enzim restriksi Hindlll (H) dan Sa/l (S) pada
posisi 1,0 dan 3,5 kbp. Pola elektroforesis pada gambar A memperlihatkan bahwa enzim restriksi E tidak memotong
fragmen 4,0 kbp (balok tipis pertama); pemotongan dengan enzim restriksi H menghasilkan fragmen-fragmen 3,0
dan 1,0 kbp (baloktipis kedua); pemotongan dengan enzim restriksi S menghasilkan fragmen-fragmen 3,5 dan 0,5
kbp (balok tipis ketiga); dan pemotongan dengan H dan 5 membentuk fragmen-fragmen 2,5, 1,0 dan 0,5 kbp (balok
tipis keempat). Fragmen 0,5 kbp yang terletak antara tempat S dan E dipilih sebagai probe untuk menentukan
. sek_uels_,DNA yang berhibridisasi seperti diperlihatkan
pada gambar C. C: ldentifikasi fragmen yang berhibridisasi.
Fragmen-fragmen restriksi dipisahkan seperti pada gambar A. Prosedur hibridisasi memperlihatkan fragmen-fragmen
yang dihibridisasi dengan probeO,5 kbp. Fragmen-fragmen tersebut adalah fragmen 4,0 kbp yang dibentuk oleh
enzim restriksi E, fragmen 3,0 kbp yang terletak antara tempat E dan H, dan fragmen 0.5 kbp yang terletak antara
tempat 5 dan H.

PEMISAHAN FISIK FRAGMEN DNA berfluoresens terang sewaktu berikatan dengan DNA,
sehingga sejumlah kecil fragmenDNA yang terpisah dapat
DENGAN UKURAN YANG BERBEDA difoto pada gel tersebut (Gambar 7-10). Fragmen DNA
Banyak teknik rekayasa genetik yang menerapkan fakta tertent; ciapat dikenali oleh probe yang mengandung
bahwa elektroforesis gel memungkinkan fragmen DNA sekuens komplementernya (Gambar 7-108 dan 7-10C)'
dipisahkan berdasarkan ukurannya (Gambar 7-l0A): Elektroforesis ge1 berpulsasi memungkinkan
Semakin kecil fragmennya, semakin cepat laju migrasinya. pemisahan fragmen-fragmen DNA yang mengandung
Laju migrasi keseluruhan dan kisaran ukuran yang optimal sampai dengan 100.000 pasang basa (100 kilobase pairs
untuk pemisahan ditentukan oleh sifat kimiawi gel dan lkbp]). Karakterisasi fragmen yang berukuran besar ini
deraj at pen gikatan silang (cro ss - li n h ing) . Ge1 yan g berikatan memungkinkan konstruksi peta fisik untuk kromosom
silang dengan kuat akan mengoptimalkan pemisahan dari beberapa spesies bakteri. Pada satu penelitian, telah
fragmen-fragmen DNA yang kecil. Zat warna etidium diperlihatkan bahwa gen-gen bakteri diatur dalam dua
bromida membentuk suatu produk reaksi yang kromosom terpisah.
112 BAB 7
Vektor resipien
ampR

DNA donor
Tempat reslriksi Tempat restriksi
EcoRl EcoRl

G^^r-iclgryr_cA.ArrG
3'- s17aa6wW& CTTA.AG 5'

5'- G
@nmrc
3,- cTrAA@ G
+ @enrt9
-5'
@A,ArrcWc
:WI.,.*6
HIBRIDISASI
UJUNG-UJUNG
YANG LENGKET

"<ffi-:K:-fl6*

Plasmid rekombinan (atau kimera)

Gambar 7-11. Pembentukan rekombinan, atau kimera, plasmid dari DNA donor dan vektor resipien. Vektor, suatu
plasmid yang membawa tempat restriksi EcoR1, dipotong oleh enzim dan disiapkan untuk ligasi dengan menghilangkan
gugus fosfat terminal. Langkah-langkah tersebut mencegah ujung-ujung plasmid yang lengket agar tidak terligasi
tanpa adanya suatu sisipan. DNA donor diberi enzim restriksi yang sama, dan lingkaran yang berikatan secara
kovalen dibentuk melalui ligasi. Penanda resistansi obat, diperlihatkan sebagai ampR pada plasmid, dapat digunakan
untuk menyeleksi plasmid rekombinan setelah ditransformasikan ke dalam E coli. Enzim-enzim bakteri pejamu
melengkapi ikatan kovalen DNA sirkular dan memperantarai replikasinya.
GENETIKA MIKROBA 113

Transfer ke filter

j''n*'' o*o

Tambahkan probe
DNA yang
diberi label

Pencucian
label yang
tidak menempel
Autoradiograf

Gambar 7-12. Penggunaan probe untuk mengidentifikasi klon-klon yang mengandung f ragmen DNA spesifik. Koloni-
koloni dapat ditransfer ke suatu filter dan kemudian dipanggang sehingga sel menjadi lisis dan DNA menempel pada
filter. Kemudian, filter dapat diberi larutan yang mengandung probe DNA yang telah diberi label, yang secara spesifik
akan berhibridisasi dengan klon-klon yang diinginkan. Selanjutnya, autoradiograf terhadap filter akan mengidentifikasi
klon-klon ini (lingkaran hitam).Cara lain, klon-klon dapat dilacak dengan antibodi untuk menentukan apakah klon
telah menyintesis produk protein tertentu.

KTONING FRAGMEN RESTRIKSI DNA dalam DNA sirkular yang tertutup secara kovalen
(Gambar 7-11). Plasmid harus dalam bentuk sirkular
Tinjauan untuk dapat bereplikasi dalam pejamu bakteri.
Banyak enzim restriksi membelah secara asimetris dan Plasmid rekombinan dapat dimasukkan ke dalam
menghasilkan fragmen-fragmen DNA dengan ujung pejamu bakteri, sering kali Escherichia coli, melalui
kohesif (lengket) yang dapat melakukan hibridisasi satu transformasi. Sel-sel yang mengalami transformasi dapat
sama lain. DNA tersebut dapat digunakan sebagai donor dipilih berdasarkan satu atau lebih faktor resistansi obat
dengan resipien plasmid untuk membentuk plasmid yang disandi oleh gen-gen plasmid (Gambar 7-11).
rekombinan me lalui rekayasa ge netik. Misalnya, Populasi bakteri yang dihasilkan mengandung kepustakaan
pembelahan DNA dengan EcoRl menghasilkan DNA plasmid rekombinan yang membawa berbagai fragmen
yang mengandung urutan AATT pada ekor 5' dan urutan restriksi sisipan yang diklon. Fragmen tersebut berasal
TTAA komplementer pada ekor 3' (Gambar 7-11). dari DNA donor. Teknik hibridisasi dapat digunakan
Pembelahan plasmid (potongan sirkular DNA) dengan untuk mengidentifikasi koloni bakteri yang membawa
enzim restriksi yang sama menghasilkan suatu fragmen fragmen-fragmen DNA spesifik atau, jika plasmid
linear dengan ujung-ujung kohesi{: yang identik satu sama mengekspresikan gen sisipan, koloni dapat ditentukan
lain. Pemindahan enzimatik gugus {bsfat bebas dari ujung- berdasarkan produk gen tersebut (Gambar 7-12).
ujung tersebut memastikan bahwa gugus tersebut tidak Elektroporasi adalah prosedur yang baru saja
akan diikat (diligasi) untuk membentuk plasmid sirkular dikembangkan untuk memasukkan DNA ke dalam
asal (Gambar 7-11). Ligasi pada keadaan adanya fragmen bakteri. Prosedur ini mernberikan kemungkinan agar
DNA lain yang mengandung gugus fosfat bebas akan berbagai bakteri dapat digunakan sebagai pejamu dalam
menghasilkan plasmid rekombinan, atau plasmid kimera, rekayasa genetika.
yang mengandung fragmen-fragmen DNAsebagai sisipan
114 BAB 7

KARAKTERISASI DNA KLON area regulator yang mengontrol ekspresi gen dan "tempat-
tempat" yang terutama rentan terhadap mutasi.
Pemetaan Restriksi Perbandingan beberapa sekuens DNA memperlihatkan
pntuk manipulasi DNA klon dibutuhkan pemahaman hubungan evolusi yang memberikan kerangka kerja untuk
mengenai strukturnya. Penyiapan peta restriksi adalah klasifikasi organisme dan virus yang sudah jelas.
langkah pertama untuk mendapatkan pemahaman Perbandingan tersebut dapat memudahkan identifikasi
tersebut. Peta restriksi disusun seperti teka-teki menyusun daerah lestari yang terbukti berguna sebagai probe
potongan gambar da.ri ukuran-ukuran fragmen yang hibridisasi spesifik untuk mendeteksi organisme atau
dihasilkan melalui pencernaan tunggal (single dige*s), yang virus dalam sampel klinis.
dipotong dengan enzim restriksi tunggal, dan melalui Dua metode yang umum digunakan untuk menentukan
pencernaan ganda (double digests), yang dibentuk oleh sekuens DNA adalah teknik Maxam-Gilbert, yang
pasangan enzim restriksi (Gambar 7-10). Peta restriksi bergantung pada kecenderungan kimia relatif yang dimiliki
juga merupakan langkah awal menuju pengurutan DNA, oleh berbagai ikatan nukleotida, dan metode Sanger
karena dapat mengidentifikasi fragmen-fragmen yang (terminasi dideoksi), yang mengganggu pemanjangan
akan membentuk subklon (fragmen DNA yang relatif urutan DNA dengan menggabungkan dideoksinukleotida
kecil) yang dapat dianalisis dengan lebih teliti, dan ke dalam sekuens tersebut.
mungkin melibatkan pengurutan DNA. Selain itu, peta Kedua teknik ini menghasilkan rangkaian oligo-
restriksi memberikan dasar informasi yang sangat spesifik nukleotida yang berasal dari sumber tunggal, dan
yang memungkinkan fragmen-fragme n DNA, yang memerlukan pemisahan untai DNA pada suatu gel
diidentifikasi berdasarkan ukurannya, dihubungkan pengurut yang dapat membedakan tambahan satu
dengan fungsi gen spesifik. nukleotida. Gel pengurut memisahkan untai-untai dengan
panjang yang berbeda-beda, mulai dari satu sampai
Pengurutan (Seguen cing) beberapa ratus nukleotida, dan mengungkapkan sekuens
DNA dengan berbagai ukuran. Suatu sekuens DNA
Pengurutan DNA menunjukkan struktur gen dan diungkapkan dengan melakukan campuran reaksi yang
memungkinkan peneliti untuk menyimpulkan strukrur serupa pada empat jalur paralel t fang masing-masing
produk gen. Sebaliknya, informasi tersebut memungkinkan memperlihatkan suatu nuldeotida khusus dari keseluruhan
kita memanipulasi gen untuk memahami atau mengubah sekuens DNA (Gambar 7-13). Misalnya, mengakhiri
fungsinya. Selain itu, analisis sekuens DNA memperlihaftan pemanj an gan den gan men ggab un gkan 2',3' - deoksi adeni n-
5'-fosfat dapat memperlihatkan panjang relatif suatu untai
yang mengandung adenin pada posisi yang diakhiri.
Terminasi pada Rangkaian untai ini, masing-masing diterminasi pada
posisi yang berbeda, dibentuk dengan memasukkan
beberapa dideoksinukleotida dalam suatu campuran reaksi
DNA polimerase.
Empat jalur paralel pada gel yang sama memperlihatkan
panjang relatif untai-untai yang mengalami terminasi
dideoksi pada tempat adenin, sitidin, guanidin, dan
timidin. Perbandingan empat jalur yang mengandung
campuran reaksi ini, yang hanya berbeda dalam metode
terminasi rantai, memungkinkannya untuk menentukan
sekuens DNA dengan metode Sanger (Gambar 7-13).
Karena relatif sederhana maka metode Sanger lebih
sering digunakan, tetapi teknik Maxam-Gilbert digunakan
Urutan: CACGI'G
secara luas karena dapat menunjukkan daerah DNA yang

Gambar 7-13. Penentuan sekuens DNA dengan metode


dilindungi oleh protein pengikat spesifik terhadap
modifikasi kimiawi.
Sanger (terminasi dideoksi). Pemanjangan DNA secara
enzimatik terganggu karena inklusi analog dideoksi Pengurutan DNA dapat dipermudah dengan
trinukleotida yang sesuai dengan A, C, G. dan T secara manipulasi genetik bakteriofag E coli Ml3, yang
terpisah dalam campuran reaksi paralel. Hasil pemanjangan mengandung DNA untai tunggal. Bentuk replikatif DNA
untai DNA yang terganggu dipisahkan dalam gel faga adalah lingkaran DNA untai ganda yang tertutup
penguru! dan sekuensnya dapat disimpulkan dengan secara kovalen, bentuk ini telah direkayasa sehingga
mencatat basa yang sesuai dengan tiap penambahan mengandung tempat kloning multipel yang memungkinkan
panjang rantai. integrasi fragmen DNA spesifik yang sebelumnya telah
GENETIKA MIKROBA 115

diidentifikasi dengan pemetaan restriksi. Bakteri yang menggunakan prosedur yang dikenal sebagai shotgunning.
terinfeksi dengan bentuk replikatif ini akan menyekresi Pada prosedur ini, DNA dipotong menjadi fragmen-
faga-faga termodifikasi yang mengandung, di dalam fragmen acak yang lebih kecil untuk menghasilkan
selubung proteinnya, DNA untai tunggal yang mengandung kepustakaan fragmen acak. Fragmen yang tak berurutan
sekuens sisipan. DNA tersebut berperan sebagai temltkte ini diurutkan dengan pengurut DNA otomatis dan disusun
untuk reaksi pemanjangan. Asai mula pemanjangan ulang dalam urutan yang tepat menggunakan perangkat
ditentukan oleh primer DNA, yang dapat disintesis oleh Iunak komputer berkapasitas tinggi. Sejumlah fragmen
mesin automatis untuk sintesis oligonukleotida kimiawi. diurutkan agar dapat mencakup genom secara adekuat
Mesin-mesin tersebut, ying dapat menghasilkan untai- sehingga bila fragmen ini dirangkai, sebagian besar genom
untai DNA berisi 75 oligonukieotida atau lebih dalam terwakili tanpa meninggalkan banyak celah. (Untuk
suatu urutan yang sudah ditentukan, sangat berguna dalam mencapai keadaan tersebut, seluruh genom biasanya
proses pengurutan dan modifikasi DNA dengan cara dicakup sebanyak lima sampai deiapan kali lipat,
mutagenesis terarah. meninggalkan sekitar 0,1% DNA total yang tidak
Oligonukleotida yang disintesis secara kimia dapat diurutkan). Setelah fragmen-fragmen acak disusun oleh
berperan sebagai primer untuk reaksi rantai polimerase area dengan sekuens yang saling tumpang tindih, setiap
(PCR), suatu prosedur yang memungkinkan amplifikasi celah yang tersisa dapat diidentifikasi dan ditutup.
dan pengurutan DNA yang terletak di antara primer- Pemrosesan data yang canggih memungkinkan pencatatan
primer. Oleh karena itu, pada banyak keadaan, DNA data sekuens yang dapat mengidentifikasi dugaan area
tidak perlu diklon lagi untuk diurutkan atau disiapkan penyandi, operon, dan sekuens regulatornya. Genom
bagi kepentingan rekayasa. sejumlah mikroorganisme yang penting telah berhasil
Studi biologi telah mengalami revolusi dengan adanya diurutkan (Tabel 7-1). Analisis data sekuens secara terus-
perkembangan teknologi yang memungkinkan pengurutan menerus pada patogen manusia yang penting dikom-
dan analisis seluruh genom, muiai dari virus dan binasikan dengan studi patogenesis molekular akan
mikroorganisme eukariot serta prokariot uniselular mempermudah pemahaman kita mengenai bagaimana
sampai ke manusia. Hal tersebut dipermudah dengan organisme-organisme tersebut dapat menyebabkan

Heterodupleks replikatif

";-'&K"?;;"

Bentuk replikatif mutan Bentuk replikatif jenis liar

Gambar 7-14. Mutagenesis terarah. Primer yang disintesis secara kimiawi yang mengandung mutasi G (dalam kotak)
dihibridisasi dengan sekuens jenis liaryang disisipkan dalam DNAdari faga untaitunggal. Reaksi polimerisasi digunakan
untuk membentuk heterodupleks untai ganda yang membawa mutasi pada satu untainya. Masuknya heterodupleks
ke dalam bakteri pejamu yang diikuti dengan proses pemisahan menghasilkan strain-strain derivat yang membawa
bentuk replikatif baik dengan sisipan jenis liar maupun sisipan termutasi yang telah dirancang secara kimiawi.
116 BAB 7

A. Hibridisasi fragmen restriksi tunggal, yang membawa sekuens jenis liar sebagai suatu
Ukuran sisipan (Gambar 7-14). DNA untai ganda yang terbentuk
fragmen sebagian kemudian diubah menjadi bentuk replikatif
(kbp) EH untai ganda yang iengkap. DNA tersebut, yang
4 r7:Fl mengandung sekuens jenis liar pada satu untai dan sekuens

2
l:,:F,l mutan pada untai yang iain, digunakan untuk menginfeksi
3.5 kbp pejamu bakteri dengan cara transformasi. Replikasi
FF;.",,... menyebabkan pemisahan DNA jenis liar dan mutan, dan
2 2.5 kbp gen mutan untai ganda dapat diisolasi dan kemudian
diklon dari bentuk replikatif faga.
Sintesis oligonukleotida secara kimiawi memungkinkan
1
pembentukan gen-gen sintetik yang mengandung tempat
restriksi yang tersebar Iuas, sehingga dapat terjadi
substitusi modular sekuens DNA yang menyandi protein
B. Peta restriksi mutan. OIeh karena itu, mutasi multipel dapat
Panjang dimasukkan dengan mudah. Pada prinsipnya, sifat yang
(kbp)
diinginkan (seperti antigenisitas) dapat dipertahankan,
Tempat
enzim
I Hl
E '|wl'
t$rlo" l

s
dan sifat yang tidak diinginkan (seperti toksisitas) dapat
dieliminasi.

Gambar 7-15. Penggunaan hibridisasi untuk mengiden-


ANALISIS DENGAN DNA KLON:
tifikasi DNA yang mengapit suatu probe dari fragmen PROBE HIBRIDISASI
DNA yang diklon. Fragmen DNA dan probe 0,5 kbp yang
Probe hibridisasi digunakan secara rutin untuk kloning
dihasilkan oleh enzim restriksi 5 dan E diperlihatkan pada
Gambar 7-10. Di sini kita perhatikan masing-masing DNA. Sekuens asam amino suatu protein dapat
tempat untuk H pada 4,5 kbp dan S pada 6,0 kbp dalam digunakan untuk menyimpulkan sekuens DNA dari probe
peta restriksi (B). Adanya tempat-tempat ini dapat yang telah dirancang, dan digunakan untuk mendeteksi
disimpulkan dari munculnya fragmen H yang ber- koloni bakteri yang mengandung gen yang diklon. DNA
hibridisasi pada 3,5 kbp dan fragmen S yang berhibridisasi komplementer, atau cDNA, yang disandi oleh mRNA,
pada 2,5 kbp setelah dilakukan elektroforesis terhadap dapat digunakan untuk mendeteksi gen yang menyandi
DNA kromosom yang direstriksi (A). Pemurnian mRNA tersebut. Hibridisasi DNA dengan RNA melalui
fragmen-fragmen pada ukuran tersebut, diikuti dengan Northern blot dapat memberikan informasi kuantitatif
kloning dan penapisan oleh probe, harus menghasilkan mengenai sintesis RNA. Sekuens DNA spesifik pada
area pengapit yang berkisar dari 4 kbp sampai 6 kbp fragmen-fragmen restriksi yang dipisahkan di atas gel
pada peta restriksi. dapat diperlihatkan dengan Southern bht, suatu metode
yang menggunakan hibridisasi DNA dengan DNA.
Metode blot ini dapat digunakan untuk mendeteksi
fragmen-fragmen restriksi yang saling tumpang tindih.
penyakit dan, akhirnya, kita akan memperoleh strategi Kloning fragmen ini menyebabkan area pengapit dalam
vaksinasi dan terapeutik yang lebih baik. DNA dapat diisolasi dengan teknik yang dikenal sebagai
perjalanan kromosom (chromosomal utalbing) (Gambar
MUTAGENESIS TERARAH 7-15). Pada metode Vestern blot; teknrk deteksi lain yang
sering dilakukan, antibodi digunakan untuk mendeteksi
Sintesis kimia o-ligonukleotida memungkinkan peneliti gen-gen yang diklon dengan cara berikatan dengan
melakukan pemasukan substitusi basa secara terkontrol produk-produk proteinnya.
ke dalam sekuens DNA. Substitusi basa spesifik dapat Probe dapat digunakan secara luas untuk prosedur
digunakan untuk mempelajari efek mutasi (yang telah analitik. Beberapa regio DNA manusia memperlihatkan
dirancang sebelumnya) terhadap ekspresi gen, mempelajari variabilitas substansial dalam hai distribusi tempat
peran asam amino yang disubstitusi dalam fungsi protein, restriksi. Variabilitas tersebut dinamakan polimorfisme
atau-berdasarkan informasi sebelumnya mengenai panjang fragmen restriksi (res*iction fragment length
residu-residu yan g pen ting untuk fungsi-menginaktifkan polymorphisz, RFLP). Probe oligonukleotida yang
suatu gen. Oligonukleotida untai tunggal yang berhibridisasi dengan fragmen-fragmen DNA RFLP
mengandung mutasi spesifik disintesis secara kimiawi dapat digunakan untuk melacak DNA donor manusianya
dan dihibridisasikan dengan DNA bakteriofag untai hanya dari suatu sampel kecil. Oleh karena itu, teknik
GENETIKA MIKROBA 117

ini sangat berharga untuk bidang ilmu pengetahuan hibridisasi ditentukan oleh keketatan prosedur yang
forensik. Aplikasi RFLP di bidang kedokteran adalah digunakan. Keketatan, yang ditentukan oleh keadaan fisik
mengidentifikasi area genetik yang sangar terkait dengan dan kimia, menentukan tingkat hibridisasi. Probe yang
gen. manusia yang disfungsinya dihubungkan dengan mengandung relatif sedikit nukleotida paling sensitif
penyakit genetik. Informasi tersebut akan menjadi terhadap perubahan kondisi keketatan. Pada beberapa
bantuan yang berharga untuk konseling genetik. kasus, perubahan keketatan dapat digunakan untuk
Probe DI\A merupakan te knik yang menjanjikan mengontrol kisaran organisme yang dapat diungkapkan
untuk mengidentifikasi organisme rewel secara cepat dari melalui hibridisasi: Sr"ratu kelompok biologi luas yang
spesimen klinis yang sulii tumbuh daiam laboratorium mengandung sejumlah substitusi nukleotida dapat
mikrobiologi. Lagi pula, perluasan teknik ini memberikan diungkapkan pada kead:ran keketatan rendah, sedangkan
kita kesempatan untuk mengidentifikasi agen-agen pada keadaan yang sangat ketat probe yang sama hanya
patogenik secara cepat dan langsung pada jaringan yang dapat mendeteksi organisme yang mempunyai hubungan
terinfeksi. Perangkat untuk identifikasi beberapa parogen era t.
spesifik (misal, Chlamydia trachomatis, Mycobacterium
tuberculosis) telah tersedia secara komersil. MANIPULASI KLON DNA
Aplikasi probe DI\A diagnostik memerlukan
pengetahuan tentang (l) probe itu sendiri, (2) sistem yang ltknik rekayasa genetik memungkinkan pemisahan dan
digunakan untuk mendercksi probe, (3) targer (DNA yang ekspresi gen patogen yang benar-benar bebas. Vaksin yang
akan berhibridisasi dengan probe), dan (4) keadaan disiapkan dari gen-gen yang teiah direkayasa mempunyai
hibridisasi. Probe dapat berupa fragmen restriksi yang tingkat keamanan yang lebih tinggi. Misalnya, suatu
relatif panjang berasal dari DNA yang diklon atau vaksin dapat dibuat untuk melawan protein selubrrng virus
oligonukleotida yang sesuai dengan area DNA rerrenru. yang dihasilkan dalam keadaan tanpa adanya gen yang
Probe yang lebih besar dapat memberikan akurasi yang berhubungan dengan fungsi replikatif virus; sehingga
lebih besar karena probe ini kurang sensitif terhadap inokuiasi dengan vaksin semacam ini tidak menimbulkan
perubahan basa tunggal dalam DNA target. Sebaliknya, risiko masuknya virus fungsional. Kesulitar.r potensial
reaksi hibridisasi terjadi lebih cepat pada probe yang kecil, dalam mengembangkan vaksin ini berasal dari kemudahan
dan dapat dirar.rcang untuk area lestari dalam DNA karena mutasi virus yang dapat menghasilkan variasi genetik yang
substitusi basa tidak mungkin terjadi di area ini. tidal< dikenali oleh sistem pertahanan imun pada
Amplifikasi suatu targ€t oleh PCR diikuti dengan deteksi seseorang yang telah divaksinasi. Akhirnya, vaksin
produk yang diamplifikasi setelah berhibridisasi ke suatu mengandung suatu kisaran protein yang dapat mengantisipasi
probe terbukri lebih sensitif daripada metode deteksi respons genetika patogen.
Iangsung.
Teknik radiokimia digunakan secara tradisional untuk STRAIN REKOMBINAN DALAM
mendetetrai probe dalam laboratorium riset. DNA paling
LINGKUNGAN
sering dilabel dengan fosfat P32 melalui proses translasi
takik, proses masuknya patahan atau "takik" ke dalam Kemajuan ilmu pengetahuan yang peset kadang-kadang
untai DNA. Nukleotida radioaktif yang dimasukkan ke mendatangkan reaksi publik yang bertentangan, sehingga
dalam DNA oleh suatu poiimerase akan menggantikan kita harus memikirkan akibat potensial dari rekayasa
nukleotida pada posisi yang dimulai di tempat patahan. genetik. Masalah yang paiing mendesak adalah patogen-
Sayangnya, waktu paruh fosfat radioaktifhanya 2 minggu, patogen yang diketahui telah mengalami modifikasi
dan radioaktivitas dapat membahayakan lingkungan genetik yang relatif ringan. Hal ini telah dan harus diteliti
laboratorium. Masalah-masalah ini dapat dihindari dengan dalam laboratorium yang secara klusus dirancang untuk
menggunakan molekul pelapor (reporter) yang berikatan menampung patogen tersebut. Syarat ini gugur setelah
Molekul pelapor
secara kovalen dengan probe tersebut. gen-gen untuk fungsi spesifik, seperti selubung protein,
dapat berupa suatu enzim yang menghasilkan produk dipisahkan dari gen-gen yang menyebabkan replikasi atau
berwarna atau molekul yang relatif kecil yang akan toksisitas patogen. Secara umum, apabila tidak ada alasan
berikatan dengan suatu protein secara spesifik setelah lain melainkan untuk mengembangkan kebiasaan yang
terjadi hibridisasi. Ikatan protein pada enzim yang baik jika suatu patogen potensial masuk ke laboratorium,
menghasilkan produk berwarna akan mengungkapkan maka seluruh tindakan pencegahan standar yang
probe yang dihibridisasikan itu. berhubungan dengan laboratorium mikrobiologi harus
Persiapan DNA target untuk hibridisasi mencakup ditaati.
berbagai prosedur yang memastikan lisis sel-sel yang Pengecualian yang menarik terhadap aturan umum
mengandung DNA, sehingga DNA akan terpajan dan tersebut adalah organisme hasil rekayasa yang dapat
siap untuk proses hibridisasi. Kemungkinan untuk memberikan manfaat sosial jika dilepas ke lingkungan.
118 BAB 7

Banyak organisme seperti itu berasal dari bakteri (A) Transformasi


nonpatogen yang terjadi secara alami dengan frekuensi ...:.:., {B;. .Kohjugasit,l ,.
" ,,,t...,
sebanyak 105/g tanah. Bukti ini menunjukkan bahrva (C) Transfeksi'
.pemangsaan dan persaingan secara cepat akan (D) Transduksi
menghilangkan strain bakteri hasil rekavasa setelah dilepas
(E) Semua yang disebut di atas

ke dalam lingkungan. Dengan denikian, lantangan yang 4.:' Replikasi berikut ini.memerlukan integrasi'fisik., "'
utama tampaknya adalah bagaimana cara mempertahar-rkan dengan suatu replikon bakteri
,.:,:,,:,.(A) Bakteriofag'DNA untai tunggal ,:t' ,. '
organisme irasil rekayasa di d;,iam iingkungan dan bukan (B) Bakteriofag DNA untai ganda ,l,' ,::';' ..
:,.:
1'L:

bagaimana cara mengeliminasinya. (C) Bakteriofag RNA untai tunggal


Contoh terbaik dari organisme hasil rekayasa adalah (D) Plasmid
strain PseudomlTtds yang menghasilkan suatu protein 1'ang (E) Transposon
membantu pembentukan kristal es. Nilai orgar.risn-re jenis 5. Pembentukan pasangan kawin selama proses
liar ini disadari oleh pemilik tempat arena ski, yang secara :.: r koniugasi pada Escheilchia colj'memerlukari ::
sengaja memasukkan bakteri ke dalam lingkr-rngan tanpa (A) Lisis donor
menimbulkan perhatian umllrn. Efek yang tidak (B) Pilus seks
...(C) Transfe.r,kedua untai DNA- ..:,.' ,"r ' .,. .
menguntlrngkan akibat masukn--va organisn-re ini adalah
.'

' (D) Suatu.endonuklease restrikii, ' ' , .-.


kristal es yang dihasilkan dapat mencederai tanam;in yang (E) lntegrasitransposon "'.
sensitif seperti selada selama musim dingin saat es mulai
beku. Bakteri mutan yang tidak membentuk kristal es Jawaban
didesain oleh ahii mikrobiologi yang berharap bahwa l. t 4.E
or.ganisme mutan dapat rnelindungi tanaman seiada 2.D , 5.8
dengan cara m€nempati habitat selnentara yang biasanya
ditempati oieh strain-strain pembentuk es; namun, usaha iiir{]iiK:ril;tKi*.;i!;r$3ilt:l:li.i..ii*{ri*l *i$S}* ffi ,Wffi
menggunakan organisme mutan pada studi lapangan telah
menyebabkan protes keras, dan perrelitian baru dapat
dilakukan setelah penundaan yang iama dan mahai.
Mungkin preseden hukum yang timbul dari kasus ini KEPUSTI\KAAN
dan kasus-kasus serupa dapat menjadi pedoman bagi
penggunaan teknik rekayasa genetik yang progresif dan Buku
bermanfaat, serta memudahkan kita dalam menentukan Alberts B et al: MolecuLar Biology ol the Cell, 4Lh ed. Garlanci, 2002.

situasi yang memerlukan peihatian klrusus. Ausubel FM el a|: Current Protocals in MolecuLttr Biology Wiiey' 1987
Bainbriclge BW; Gertetics ctf Microbcs, 2nd ed. Chapman & Hal1, 1987.
Bcrg DE, Howe X{M (editors): Mobile DNA. American Society for
Mrcrobiology, 1989.
Bushnran F: -Lal eral DNAT'ransler. Mechonisns and Consequences. Cold
PERTAilYAAN LATIHAN Spring Flarbor Laboratory Press, 2002.
Charlebois RL (e diLor): Organizationaf the Proharyotic Genome. American
Society lbr Nlicrobiology, 1999.
1;' Mutagi,,pada' bakleri dapat tqrjadi dengan
:
salah
Drlica K, Riley M (editors): The Bucteriul Chromosotne. American Society
"satu.ilekbniime berikut'ihi,:"-...,:,,r1
1.,
'.,:,,,,:..,.
t ''
': ' '

for N).crobiology. I 990.


,,.-.;,.:(!l),:Substit.usi .basd ,-,,,1
::''
"';:".,,' ' ' ''''
(B) Komberg A, Bakter T: DNA Replication, 2nd ed Freeman, 1992.
Delesi
(C) lnsersi Lengler JW, Drcws G, Schlegel HG (editors): Biology of the Proharyotes.
'..' (D) :P-qhyusunan'ulang ' ::':;':'' ..:,: :'. .: :,,';.1.:1;. Blackwell Science, 1999.
1:-1, (E!,.:,!emqaryangrrdilebut'di atas ":: " "'.'':' :""':'
Lervin B: Gen.es,3rd, ed. W:iley, 1987.
2. ..8enttk,.pe{ukaran .genqtik :y?ng,',DNA'rd9_nornya,.,r.:,',,r Ptaslme NI: A Ge neti.c Switc:h: Phage Luntbda ond Higher Orgnnisms,2nd
'r,,:::''diriGiukkan:ke,iiiipien oleh virus bakteri.adiilah, ed. Blackweii, 1992.
(A) Transformasi Sambrook J, Rrrsscll NO: Molecul ar Cloning: A LtLborutory MttnuaL,3rd ed"
(B) Konjugasi Cold Spring Harbor Laboratory, 2001.
:i
.
'. : (C)
(D)
TranSleksi.,r,::,,::,,;-:
Singleton P, Sainsbury D: A Dictionary of Micrabiology and Molecular
Transduksi Biology, 3rrl ed. Wiley, 2002.
...,,
'. (E)' :Tlansfel horizontal . ... "': ' , . ::.. ' .), .1..

Snyder L, Chanp nessW: MoLtzcular Genetics of Bacteria. ASM Press, 199?'


3. Bentukpertukaran gen6tik pada bakteri:yang rentan
': terhadapraktiVitas deoksiriboriukleaie acialah '1 "' ,,,. Artikel & Tiniauan
Condon C: RNAprocessing and degradalion inBacilLus subtilis Microbioi
Mol Biol Rev 2003:67:157.
GENETIKA MIKROBA I 119

Grohmann E, Muuth G, Espinosa M: Conjugative plasnid transfer in RawlingsDE,TietzeE: ComparativebiologyoflncQmdlncQJikeplasmids.


gram-positive bacteria. Microbiol Mol Biol Rev 2003;67:277. Microbiol Mol Biol Rev 2001;65:481.
Koonin EV, Makarova KS, Aravind L: Horizontal gene transfer in Rhodius V et al: Impa'ct of genomic technologies on studies ofbacterial
prokaryotes: Quantifrcation and classification. Arnu Rev Microbiol gene expression. Annu Rev Microbiol 2002;56:599.
' 2001;55:709' Riley MA, Wertz JE: Bacteriocins: Evolution, ecology, and application.
Liebert CA, Hal1 RM, Sumrners AO: Transposon Tn2-2, flagship of the Annu Re Microbiol2002;56:777 .
floating genome Microbiol MoI Biol Rev 1999;63:507 ar: Short-sequence DNA repeats in prokaryotic genomes.
van Belkum A et
Murray NE: Type I restriction systems: Sophisticated molecular machines Microbiol Mol Biol Rev 1998;62:27 5.
(a legacyofBertani andWeigle). MicrobiolMolBiolRev 2000;64:412.
BAGIAN II
lmunologi

|muh6l'og
Roderick Nairn, PhD"

Studi imunologi, suatu bidang luas yang meliputi riset diperantarai oleh antibodi maupun sel limfoid. Imunitas
dasar dan aplikasi klinis, mempelajari reaksi pertahanan ini dapat bersifat aktif atau pasif.
pejamu terhadap benda asing (bukan bagian dirinya) yang
dikenal sebagai antigen, molekul pengenal antigen, dan A. IMUNITAS PAsIF
fungsi pertahanan pejamu yang diperantarai sel, rerurarrla Imunitas pasif dibawa oleh antibodi atau limfosit yang
yang berkaitan dengan imunitas terhadap penyakit, sudah terbentuk dalam pejamu lain. Pemberian antibodi
hipersensitivitas (termasuk alergi), autoimunitas, secara pasif (dalam antiserum) melawan virus tertentu
imunodefisiensi, dan transplantasi. Pembaca dianjurkan (misal, hepatitis B) bermanfaat selama periode inkubasi
membaca buku teks imunologi untuk pembahasan yang untuk membatasi multiplikasi virus, misalnya, setelah
lebih rinci. cedera tertusuk jarum pada orang yang belum pernah
divaksinasi. Manfaat utama imunisasi pasif dengan
]MUNITAS & RESPONS IMUN antibodi semacam ini adalah tersedianya sejumlah besar
antibodi dalam waktu cepat; kerugiannya adalah masa
Respons imun dapat bersifat bawaan (nonadaptif) atau hidup antibodi yang singkat dan kemungkinan terjadi
adaptif (didapat) (lihat Gambar 8-1). reaksi hipersensitivitas jika diberikan antibodi
(imunoglobulin) dari spesies lain.
lmunitas Bawaan
Imunitas bawaan adalah resistansi yang tidak didapat
B. II,IUNITAS AKTIF

melalui kontak dengan entitas nonself(asing) yang dikenal Imunitas aktif dihasilkan setelah kontak dengan antigen
sebagai antigen. Imunitas ini bersifai tidak spesifik dan asing (misal, mikroorganisme atau produk-produknya).
mencakup berbagai sawar terhadap agen-agen infeksi- Kontak tersebut dapat berupa infeksi klinis atau subklinis,
misal, kulit dan selaput lendir, sel-sel fagosicik, mediator imunisasi dengan agen infeksius hidup atau dimatikan
inflamasi, dan komponen komplemen. Imunitas bawaan atau antigen-antigennya, pajanan terhadap produk
dapat bervariasi sesuai dengan usia dan aktivitas hormonal mikroba (misal, toksin, toksoid), atau transplantasi sel-
atau metabolik. sel asing. Pada semua keadaan ini, pejamu secara aktif
menghasilkan antibodi, dan sel limfoid mendapatkan
lmunitas Adaptif kemampuan untuk berespons terhadap antigen.
Keuntungan imunitas aktif adalah pertahanan tubuh
Imunitas adaptif, yang terjadi setelah pajanan terhadap jangka panjang (berdasarkan memori kontak dengan
suatu antigen (misal, agen infeksi) bersifat spesifik dan antigen sebelumnya serta kemampuan berespons lebih
cepat dan hebat setelah kontak dengan antigen yang sama);
kerugiannya adalah awitan resistansi yang lambat dan
*Senior Associate Dean for Academic Affairs and Professor and Chair,
Department of Medical Microbiology and lmmunology, Creighton University
kontak harus lama atau beruiang-ulang dengan antigen
School of Medicine, Omaha. tersebut.

121
"122 I BAB 8

DAFTAR ISTILAH1
Molekul adhesir Misalnya, rintegrin dan selektin' Molekul- ..':,,"; 1;0. ;t.,'Antigen.pada permukaqn sel, bergabqng
molekul ini memperantarai pengikatan sel ke sel lain ' 1 ,1 dengan anlibodi, menyebabkan lisis yang,diperantarai
.
aiau molekul matriks ekstraselular seperli fibronektin. , , -,r komplqmen
:: (misal;
transfusi atau reaksi'Rh) atau
Alel: Varian. lokus genetik tunggal. ', '. : kerusakan'membran sitotoksik lain (misal, Qnemia
Anafilatoksin: Fragmen protein komplernen yang r,: hemolitl(6Lr1qirnu6). , ,, .'
: dilepaskan selama aktivasi. Menyebabkan peningkatan Tipe lll. Kompleks imun: Kompleks imun antigen-
permeabi litas vaskuiar. antibodi tersimpan dalam jaringan, komplemen
Antibodi (Ab); Suatu.protein yang dihasilkdn sebagai ' ..,r':,. :, diaktivasi,ir,dan s€.i-sel polimorfqnukleAn tertarik ke
akibat interaksi dengan suatu antigen. Protein ini -,,r:rr,,r',,i,-.tem pat in!, : f, s4 6"n1rebab kan kerusbkan. j a ri n g a n.
,il.

'
. mampu bergabung dengan antigen yang menstimulasi , :, 1::(2), Hipersensitivitas "diperantaqai sell ,
prod u ksi nya. ,,r',,'-.:,:i.: Tipe lV. Lambatl limfositi disenjitisasi oleh antigen,

Antigen (Agi: Suatu zat yang dapat bereaksi dengan .',i r:'':'r' . melepaskan sitqkin-sitokin pada kontak.kedua dengan
antibodi. Tidak semua antigen dapat memicu 'r - .:r. antigen'yang sama: Sitokin menginduksi peradangan
produksi antibodi; zat yang dapat memicu produksi ' ' ' ; dan mengaktifkan makrofag. ':1, ' ..':.:.a.: ::
antibodi disebut imunogen. Respons imun: Terjadinya:resiltansi (imunitas) terhadap
Sel B fir,rga limfosit B): Dalam artian sempit, suatu sel 2at asing (misal, agen infeksius). Respons'imun dapat
, yang berasal dari bursa pada spesies burung dan, diperantarai antibodi (humoral), diperantarai sel
.dengan menggunakan analogi tersebut, juga berlaku (selular), atau keduanya.
untuk sel yang berasal dari organ yang sama dengan lmunitas:... . ,,.i

bursa'pada spesies bukan burung. Sel B adalah :,: (1) lmunitas bawaan: Resistansi nonspesifik yang tidak
:prekursoi sel plasma yang menghasilkan antibodi.'',, , i didapat melalui kontak dengan suatu antigen.
lmunitas yang diperantarai sel (selular): lmunitas -l : lmuniias tersebut. meliputi:saw4r kulit dan:selaput
. rr tahg didominasi oleh limfqsit dan'makrofag. lmunitas lendir terhadap agen-agen infeksius dan berbagai
, i,diperantarai sel adalah istilah yang umum digunakan: ,,{aktoi, imunologi nonspesifik; dan be.rvaribsi. sesqqi
,untuk ieakii hipersensitivitas tipe IV (lihat bawah), r' . . dengan usia dan aktivitas hormonal ata'u metabolik.
Kemokinll Protein dengan berat molekul rendah yang : (2) lmunitas adaptif: Proteksi yang dip-eroleh dengan
memasukkan antigen lsecara sengaja kq'dalam suatu
'
merangsang gerakan leukosit 'r j .r '.' .
I pejamu yang responsif. lmunitas aktif bersifat spesifik
Kemoiaksis: Suatu proses yang menarik sel fagositik ke '
,..',:sekitar patogen. penginvasi. , . dan diperantarai oleh antibodi atdu sel limfoid
Komplemen: Suatu set protein plasma yang merupakan (atau keduanya).
l'mediatol primer reaksi-reaksi antigen-antibodi. lmunoglobulin:'Suatu glikoprotein; teldiri dari rantai H
SitoliEis:, Lisis bakteri atau sel-sel seperti tumor .atau sel ' -I : dan L, yang berfungsi sebagai-antibodi. Semua antibodi
'"'.,:da|ah,.meran.,UL;661:'penyisipan kompleks serangan '' adalah imunoglobulin, tetapi tidak semua imunoglobulin
,, ,r'membran yang ditimbulkan oleh aktivasi komplemen, mempunyai {ungsi antibodi. : ,, '

Sel'T sitotoksik: Sel-sel T yang dapat membunuh sel Kelai imunoglobulin: Subdivisi molekul imunoglobulin
lain, misal, sel-sel yang terinfeksi patogen intraselular. berdasarkan perbedaan struktural (urutan asam amino).
Endotoksin: Toksin bakteri yang dilepaskan dari sel-sel Pada manusia terdapat lima kelas imunoglqbulin: lgG,
yang rusak. lgM,l9A,lgE,danlgD'........:...
Epitopi Tempat'di dalam antigen yang dikenali oleh Subkelas imunoglobulin: Subdivisi kelas imunoglobulin
:, rantibodi. Juga dikenal sebagai determinan antigenik. berdasarkan perbe-daan struktural pada,rantai H. Untuk
Hiptenl,suatu,molekul yang tidak bersifat imunogenik lgG manusia terdapat empat subkelas: 19G1, lgG2, lgG3,
irr .''ridenEan ienditinya,tetapi dapat bereaksi dengan dan lgG4.
antibodi spesifik. inflamasir Akumulasi lokal cairan dan sel-sel Setelah
Histokompatibilitasl Memil iki anti gen transplantasi iedera atau infeksi^
' Yang 50lTl!.'::, . lnterferon: Salah satu kelompok heterogen protein-
lmunitas humoral: Berkaitan dengan imunitas dalam protein dengan berat molekul rendah yqng dibentuk
, qajfen tubuh dan digunakan untuk menunjukkan oleh sel pejamu yang terinfeksi untuk melindungi sel-
imunitas yang diperantarai oleh antibodi dan sel yang iiolt terinr"fai dari infeksi virus- lnterferon]yung
komplemen. merupakan suatu sitokin, juga mempunyai fungsi
rReaksi hipersensitivitas: , r'" . ::
imu nomodu lasi.
. {'!) Hipersensitivitas diperantarai antibodi:
.,' :
Leukosit: lstilah umum untuk sel putih, :. :

,. .,,'.Tipe:l" Segerar Antibodi lgE diinduksi oleh alergen Limfosit: Sel mononuklear berdiameter 7-12 pm yang
' -,,,,,. :: dan berikatan dengan sel mast dan eosinofil melalui '
mengandung nukleus dengan kiomatin padat dan
'r ',' ieseptor Fc.nya. Setelah bertemu dengan antigen lingkaran kecil sitoplasma: Limfosit meliputi sel T dan
:
' , ' , itu iagi, lgE ying'tqrfiksasi akan berikatan silang, ' 8, yang mempLinyai peran piimer pada imunitas.
' :, :. mengiriduksi degranulasi dan pelepasan mediator, Makrofag: Sel mononuklear fagositik yang berasal dari
.:. '. ,."terutama histamin' monosit sumsum tulang dan ditemukan dalam

1
Dimodi{ikali dan dlreproduksi; dengan izin, dari Stitei DB Stobo lD, Wells JV (editors): I asic & Ctinical lmmunology,6s ed. Awalnya diterbitkan
oleh Appleton & Lange. HaK cipta @ 1987 oleh The Mcgraw-Hili Companies, lnc.
IMUNOLOGI 123

., ' ,jaringan serta tgmpat peradangan.,Makrofag berperan Sel pembunuh alami (natural killec NK): Sel:sei ,

' I,: sebagai.pembanturdalam imunitas, terutama- sgbagai .


' . limfoid besar dengan reseptor speslfik itntig-en yang '
'r '::.:s€l
penyaji antigen {anfrgen presenling celf APC). '' tidak diketahui, Sel-:sel tersebut mqmpu mengenali:
Kompleks histokompatibilitas utama (major .. . dan'membunuhriel abnormal tefcentu,'misalnya, sel ,

, trr, tr'sfocornpatibility complex;:MHC): Kelompok gen tumor.


' :,iang'letaknya,ber:.dekatan, misal, kromosom 6 padq,, Opsonin: Suaturzat yang mampu meningkatkan fagositosis.
' ,. man usia; :yan g mengode anti gen histokompatibi I itas
1.,
Antibodi dan komplemen adalah dua opsonin utama.
(molekul MHC). Opsonisasii Penyelubungan, antigen atau partikel (misal,
Kompleks serangan membran: Produk akhir aktivasi aEen infekiius) oleh zat-za\ seperti antibodi, komponen
::.: 1rrpu6n, komplemen. yang mengandung ,C5,, C6, C7, komplemen, fibronektin, dan sebagainya, yang .

,,t,:.,,.,,6un at,terta,C9). Kompleks serangaI membran ,r r mempermudah ambilan pafiikel a5ing Ou Ou'"* t*,
.,:. .irnembuat, lrJbEng pada membran bakteri gram negatii fagositik.
yang dapat membunuhnya serta, pada sel darah Sel plasma: Hasil akhir diferen3iasi sel B yang inenyekresikan
merah atau sel lain, yang menyebabkan lisis. anti bodi.
Antibodi monoklonal: Setiap limfosit B menghasiikan Sel polimorfonuklear {pMN): Juga dikenal sebagai
. 'neutrofil atau granuiosit, PMN berasal dari sel
lrr:' antibodi dengql'spesifisitas tunggal. Narnun. sel B - hematogoietik dalam sumsum'tulang dan ditandai
:,rr: -horfial tidaF'iumbuh untuk jangka waktu yang tak 'dengan nukleus berlobus banyak. PMN bermigrasi-
terbatas. Jika sel-sel B dileburkan dengan sel r-nieloma
.dari-iirkulasi ke tempat peradjngan melalui kernotaksis
melalui hibridisasi sel somatik, dan akhirnya didapatkan
dan bersifat fagositik untuk'bakteri dan pa*ikel lain.
sel berfusi yang menyekresikan antibodi dengan
Sel T (.iuga limfosit T): Suatu sel berasal dari timus yang
spesifisitas yang diinginkan, akan dihasilkan suatu lini berpartisipasi dalam berbagai reaksi imun selurlar.
',.:', 'sel penghasil antibodi yang tahan lama, dikenal
Timosit: Pembentuk sei T yang ditemukan dalam timus.
sebagai hibridoma, dan sel-sel hibrid ini memproduksi Vaksinaei; lnduksi imunitas,dengan cara menyuntikkan
. antibodi monoklonal. , ' svalrl bentuk patogen yang dimatikan atau dilemahkan.
Monosit: Sel darah fagositik dalam sirkulasi yang akan
menjadi makrofag jaringan.

menempel pada lapisan ini. Selain itu, mukus dan air


MEKAN ISME IMUNITAS BAWAAN mata mengandung lisozim dan zat-zat iain dengan silat
Sawar Fisiologis pada Tempat Masuk Kurnan antimikroba. Untuk beberapa mikroorganisme, langkah
ar'val infeksi adalah peie katannya pacia sel-se l epitel
A. KULIT permukaan rnelalui protein permukaan bakteri vang
bersifat adhesif (misal, pili pa<ia gor.rokokus dan
Sedikit mikroorganisme yang mampu menembus kulit
Eschericltia coli). Jika.sel-sel ter:sebut mempunyai antibodi
intak, tetapi banyak yang dapat masuk kelenjar keringat
IgA di atas permukaannya--mekanisme resisiansi
atau sebasea dan folikel rambut serta menetap di sana.
pejarnu-pelekatan dapat dicegah. (Organisme dapat
Sekresi keringat dan sebasea---karena pH asam dan zat
menanggulangi mekanisme resistansi ini melalr-ri
kimia tertentu (tbrutama asarn lemak) yang dimilikinya-
pernecahan antibodi clengan protease).
mempunyai sifat antimikroba yang cenderung meng-
Ilila masuk ke dalam tubuh melalui nr.enbran mukosa,
eliminasi organisme-organisme patogenik. Lisozim, suatu
organisrne cenderung akan diainbil oleh fagosit clan
enzim yang melarutkan dinding sel beberapa bakteri,
diangkut ke dalam saluran limfatik regional yanr
terdapat di kulit dan dapat membantu memberikan
membarvanya ke keienjar getah bening. Fagosit berperarr
perlindungan terhadap beber:apa mikroorganisme. sebagai sarvar untrtk penyebaran bakteri selanjutnva.
Lisozim juga ada dalam air mata dan sekret pernapasan
Organ n.rukosiliaris yang digunakan urltuk membuang
serta serviks.
bakteri clalam saluran pernaoasan dibantu oleh makrofag
Resistansi kulit bervariasi sesuai usia. Misalnva, anak-
paru. Seluruh Sistem pertahanan tubuh ini dapat c{irekan
anak sangat rentan terhadap infeksi kurap. Setelah
dengan alkohol, narkotika, rokok, hipoksia, asidosis, dan
pubertas, resistansi terhadap fungi ini akan meningkat
pengaruh n-re rnbahayakan lainnya. lv{ekanisme per-
secara nyata seiring bertambahnya kandungan asarn lemak
lindur.rgan kiusus dalam saiuran pernapasan mencakup
jenuh dalam sekret sebasea.
rambut-rambLrt di lubang hidung dan refleks batuk, yang
mencegah aspirasi.
B, MEMBRAN MUXOSA
Pada saluran gastrointestinal, beberapa sistem
Dalam saluran pernapasan, suatu lapisan mukus menritupi berfri:rgsi untuk menginaktifkan bakteri: Saliva
permukaan dan secara konstan digerakkan ke atas oleh mengandung banvak enzim hidrolitik; asarn lambring
sel-sel bersilia ke arah orifisium alami. Bakteri cenderung membun'-rh banl'n[ bakteri yang tercerna (n-risal, F
124 BAB 8

Gambar 8-1. Atas: Sistem imun bawaan ditandai oleh adanya sawarfisiologisterhadap organisme patogenyang
masuk dan respons pertahanan pejamu yang sangat cepat. Bawah: Sistem imun adaptif terdiri dari sel-sel yang
memperlihatkan molekul pengenalan antigen dan mempunyai kapasitas memori jangka panjang.

cholerae); dan usus haius mengandung banyak enzim berfungsi sebagai antagonis kompetitif sitokin. Keadaan
proteolitik dan makrofag aktif. tersebut memperlambat respons imun sehingga tersedia
Harus diingat bahwa sebagian besar membran mukosa cukup waktu bagi mikroorganisme untuk membentuk
tubuh mempunyai flora mikroba normal yang konstan nisia.
yang melawan mikroorganisme patogenik ("interferensi
bakteri") dan mempunyai fungsi fisiologis penting. A. SISTEM RETIKULoENDoTELIAL
Misalnya, dalam vagina dewasa, pH asam dipertahankan
Sistem ini melibatkan sel-sel fagositik mononukleat y^ng
oieh laktobasilus normal, menghambat pembentukan ragi,
terdapat dalam darah, jaringan limfoid, hati, limpa,
bakteri anaerob, dan gram negatif.
sumsum tulang, paru, dan jaringan lain yang efisien dalam
pengambilan dan pembuangan bahan partikulat dari
Mekanisme Imunitas Bawaan saluran limf dan aliran darah. Sistem ini terdiri dari sel-
sei yang melapisi darah dan sinus limf (seI-sei Kupffer
Respons dini terhadap infeksi (beberapa jam pertama), dalam hati) serta histiosit jaringan (makrofag). Fungsi
penelanan mikroorganisme oleh makrofag (fagositosis),
penting limpa, sumsum tulang, dan organ-organ
dan aktivasi komplemen melalui jalur alternatif (lihat
retikuloendotelial lain adalah menyaring mikroorganisme
Gambar 8-9 dan diskusi lebih lanjut dalam bab ini)
dari aliran darah. Pasien yang limpanya telah diangkat
merupakan respons pejamu nonspesifik yang penting.
atau tidak berfungsi (misal, pada penyakit sel sabit) sering
Lini pertahanan berikutnya meliputi beberapa respons menderita sepsis bakteri, terutama dengan pneumokokus
yang masih bersifat nonadaptif-misal, pelepasan sitokin
dan saimonela. Fagositosis yang dilakukan sel-sel
dari makrofag-dan pelepasan mediator lain yang retikuioendoteliai ditingkatkan oleh opsonin. Bila
mencetuskan respons radang. Respons radang terjadi
makrofag mengenali bagian mikroba, makrofag dirangsang
secara cepat dan biasanya berperan untuk menghalangi
untuk melepaskan sitokin yang menyebabkan pengerahan
penyebaran patogen sampai respons adaptif spesifik
lebih banyak sel fagositik ke tempat infeksi.
dimulai. Namun, beberapa mikroorganisme telah
menemukan cara untuk menghindari respons pejamu B. JALUR ALTERNATIF AKTIVASI KOMPLEMEN
yan g nonspesifi k i n'i-mis"l.ryf , b (pn.umokokus)
"kt.ri Sistem komplemen, suatu rangkaian protein yang
dengan kapsul yang kaya polisakarida dapat menghindari
fagositosis, dan beberapa .rirus (seperti poxvirus) me ningkatkan fungsi respons adaptif dan barl'aan
menghasilkan homolog-homolog reseptor sitokin yang terhadap infelai, dibahas lebih lanjut dalam bab ini. Salah
IMUNOLOGI 125

satu jalur aktivasi komplemen, jalur aiternatif, sangat mempunyai reseptor pada membrannya untuk bagian Fc
penting sebagai lini pertama pertahanan melawan i4feksi antibodi dan untuk komponen kompiemen C3. Reseptor
mikroorganisme. Seperti diperlihatkan pada Gambar 8, tersebut membantu fagositosis partikel-partikel yang
9, jalur komplemen alternatif dapat diaktivasi oleh diselubungi antibodi.
per'mukaan mikroba dan terus berlangsung pada keadaan Pencernaan partikel asing (misal, mikroorganisme)
tanpa antibodi. Protein komplemen memiliki beberapa berpengaruh terhadap granulosit fhgositik sebagai berikut:
sifat antimikroba yang berperan untuk pertahanan (1) Konsumsi oksigen meningkat, dan terjadi peningkatan
pejamu, termasuk opsonisasi, lisis bakte ri, dan amplifikasi pembentukan anion superoksida (Or-) dan peningkatan
respons radang melalui anafilatotr<sin C5a, C4a, dan C3a. pelepasan H,Or (2) glikolisis meningkat melalui jalur
Beberapa mikroorganisme membentuk mekanisme pintas heksosa monofosfat; dan (3) ruptur lisosom, serta
yang dapat mengganggu sistem komplemen dan dengan enzim hidrolitiknya dikeluarkan ke dalam vakuola
cara itu menghindari terjadinya respons imun. Misalnya, fagositik untuk membentuk vakuola digestif, atau
virus uaccinia mengode protein yang dapat larut yang "fagolisosom". Secara morfologis, proses tersebut tampak
berfungsi sebagai suatp protein pengendali komplemen sebagai "degranulasi" granulosit. Inhibisi mekanisme ini
dan menghambat kaskade komplemen di beberapa merupakan bagian penting dalam proses infeksi, atau
tempati termasuk pembentukan C3b baik melalui jalur patogenesis, pneumonia legionella. Pada sindrom
klasik maupun alrernarif. Chddiak-Higashi, sebagian besar mikroorganisme
difagositosis secara normal, tetapi pembunuhan
C. Faeostrosrs intraselular terganggu, karena defek pada protein
Selama infeksi bakteri, jumlah sel fagositik yang sitoplasma menyebabkan kelainan fusi membran granula,
bersirkulasi sering bertambah. Fungsi urama sel-sel menyebabkan disfungsi lisosom dan infelai rekuren oleh
fagositik adalah migrasi, kemotaksis, mencerna, dan bakteri piogenik.
membunuh mikroba. Mikroorganisme (dan partikel- 2. Granulosit (leukosit polimorfonuklear, atau
partikel iain) yang masuk saluran limfatik, paru, sumsum neutrofil)-Granulosit mengandung granula yang terdiri
tulang, atau aliran darah ditelan oleh salah satu sel dari lisozim, enzim hidroiitik lain, beberapa protein
fagositik. Beberapa diantaranya adalah leukosit kationik, defensin (komponen antimikroba), laktoferin,
polimorfonuklear (granulosit), monosit fagositik dan oksida nitrogen toksik.
(makrofag), dan makrofagyang terfiksasi pada sistem Mekanisme fungsional pembunuhan mikroorganisme
retikuloendotelial (lihat di atas). Banyak mikroorganisme intraselular dalam granulosit fagositik tidak sepenuhnya
menghasilkan faktor kemotaktik yang menarik sel-sel diketahui. Mekanisme tersebut termasuk mekanisme
fagosidk. Defek kemotalais dapat menyebabkan manusia nonoksidatif (misal, aktivasi enzim-enzim hidrolitik
menjadi sangar renran terhadap infeksi rertentu; defek ketika kontak dengan mikroorganisme, kerja peptida
ini dapat bersifat didapat atau herediter. Fagositosis dapat antimikroba) dan mekani.sme oksidatif. Mekanisme
terjadi pada keadaan tanpa anribodi serum, terutama jika oksidatif melibatkan beberapa peristiwa berikut:
dibantu oleh arsitektur jaringan. Oleh karena itu, sel-sel a. Peningkatan aktivitas oksidatif menyebabkan
fagositik tidak efisien dalam ruang terbuka yang halus akumulasi HrOr. Dengan adanya kofaktor-kofaktor yang
dan luas seperti pleura, perikardium, atau persendian dapat dioksidasi (halida seperti yodium, brom, dan klor),
tetapi mungkin lebih efektif untuk mikroorganisme pH asam, dan enzim mieloperoksidase, HrO, diubah
pencerna yang terperangkap dalam ruang jaringan kecil
menjadi HOCI, yang merupakan agen antimikroba efektif.
(misal, alveoli) atau pada permukaan yang kasar.
b. Pada granulosit normal, anion superoksida (O, )
"Fagositosis permukaan" terjadi pada tahap awal proses
dihasilkan ketika partikel difagositosis. Radikal
infeksius sebelum ada antibodi.
superoksida secara langsung dapat bersifat 1etal untuk
1. Faktor-faktor yang memengaruhi fagositosis- banyak mikroorganisme. Anak-anak yang menderita
Fagositosis akan lebih efisien dengan adanya antibodi penyakit granulomatosa kronik mempunyai granulosit
(opsonin) yang melapisi permukaan bakteri dan yang mencerna mikroba secara normal, tetapi mereka
mempermudah pencernaannya oleh fagosit. Opsonisasi mengalami defisiensi genetik sistem oksidase NADPH
dapat terjadi melalui tiga mekanisme: (1) Antibodi sendiri yang diperlukan untuk menghasilkan anion superoksida
dapat berperan sebagai opsonin; (2) antibodi dan antigen yang begitu penting untuk aktivitas antimikroba fagosit
dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik untuk tersebut. Defek tersebut dapat menyebabkan kemampuan
menghasilkan opsonin; dan (l) opsonin dapat dihasilkan granulosit untuk membunuh menjadi terganggu karena
melalui sistem yang labil terhadap panas. Pada sistem penyakit ini dan dapat menjelaskan mengapa pasien-
ini, imunoglobulin atau faktor-faktor lainnya mengaktifuan pasien ini rentan terhadap infeksi, terutama infeksi oleh
C3 meialui jalur alternatif (Gambar 8-9). Makrofag stafilokokus.
126 BAB B

Bila sumsum tulang pasien tertekan akibat penyakit, intrasel. pH area yang meradang segera menjadi lebih
obat-obatan, atau radiasi, jumlah granulosit fungsional asam, dan protease selular menginduksi lisis leukosit.
akan jauh berkurang. Jika kadar granulosit kurang dari Makrofag mononuklear yang besar sampai di tempat
500 neutrofil polimorfonuklear per mikroliter, pasien cedera dan, kemudian, menelan debris leukosit serta
iangat rentan terhadap in{tksi oportunistik oleh bakteri. rnikroorganisme dan membuka jalan untuk resolusi proses
3. Makrofag (monosit fagositik dalam sirkulasi)- radang lokal.
Makrofag berasal dari sel stem monosit dalam sumsum Sitokin dan derivar asam arakidonat, termasuk
tulang, mempunyai masa hidup lebih iama daripada prostaglandin dan leukotrien, merupakan mediator
fagosit granuiositik dalam sirkulasi, dan dapat respons radang. Obat-obatan yang menghambat sintesis
melanjutkan aktivitasnya pada pH yang lebih rendah. prostaglandin (dengan cara menyekat enzim siklooksigenase)
Makrofag dalam darah dapat diaktifkan oleh berbagai berperan sebagai agen anti-inflamasi.
stimulan, atau "aktivator", termasuk mikroba dan produk-
produknya, komp'le}<s an ti gen-anti bodi, inflamas i, limlosi t
E, DEMAM

T tersensitisasi, sitokin (lihat bawah), dan cedera. Demam adalah manifestasi sistemik yang paling sering
Makrofag teraktivasi memiliki jumlah lisosom yang lebih terjadi pada respons radang dan merupakan gejala utama
banyak dan menghasilkan serta melepasi<an interleukin- penyakit infeksi.
l, yang mempunyai aktivitas luas pada peradangan. 1. Mekanisme yang mungkin menyebabkan demam-
Interleukin-1 berperan dalam timbulnya demam dan Pengatur utama temperatur tubuh adalah pusat
aktivasi sel-sei limfoid, yang menyebabkan peiepasan termoregulasi di hipotalamus, yang mendapat stimulus
sitokin lain. fisik dan kimia. Cedera mekanis langsung atau pemajanan
Pembunuhan intrasel dalam makrofag kemungkinan zat kimiawi ke pusat-pusat tersebut akan menimbulkan
mencakup berbagai mekanisme yang sama dengan yang demam. Namun, bentuk stimr,rlasi yang nyata ini tidak
diuraikan sebelumnya untuk granulosit. ditemukan pada banyak jenis demarn yang berkaitan
dengan infeksi, neoplasma, hipersensitivitas, dan
D. RESPoNS PERADANGAN
penyebab radang lainnya.
Setiap cedera jaringan, seperti yang terjadi setelah Zat-zar yang dapat menimbulkan demam (pirogen)
masuknya dan multiplikasi mikroorganisme, menimbulkan antara lain adalah endotoksin bakteri gram negatif dan
respons radang. Respons imun bawaan pada makrofag sitokin yang dilepaskan dari sel-sel iimfoid, seperti
meliputi pelepasan sitokin, termasuk interleukin-1 (IL- interleukin- 1 .
1) dan faktor nekrosis tumor-o (TNF-cr). Mediator lain Bcrbagai aktivator dapat bekerja pada fagosit
yang dilepaskan dari makrofag teraktivasi adalah mononuklear dan sel-sel lain serta rnenginduksinya untuk
prostaglandin dan leukotrien. Mediator radang tersebut melepaskan interleukin-1. Di antara aktivator-aktivator
mulai menimbulkan perubahan pada pembuluh darah tersebut adalah mikroba dan produknya; toksin, termasuk
lokal. Perubahan ini dimulai dengan dilatasi arteriol dan endotoksin; kon-rpleks antigen-antibodi; proses radang;
kapiler lokal, tempat plasma keluar. Cairan edema dan lain-lain. Interleukin-1 dibawa alirar-r darah ke pusat
menumpuk di area cedera, dan fibrin rnembentuk suatu pengatur suhu di hipotalamus, mencetuskan respons
jaringan yang menyumbat saluran limfatik, membatasi fisiologik yang menyebabkan demam (misal, peningkatan
penyebaran organisme. Efek mediator yang kedua adalah produksi panas, pengeluaran panas yang berkurang). Efek
menginduksi perubahan ekspresi berbagai molekul adhesi interleukin-l yang lain dibahas di bawah ini.
pada sel endotel dan leukosit. Molekul adhesi seperti Sitokin adalah protein kecil yang dapat larut yang
selektin dan integrin menyebabkan leukosit menempel dihasilkan oleh satu sel dan memengaruhi sel-sel lain.
pada sel-sel endotel pembuluh darah sehingga membantu Molekul-moiekul ini mempunyai berbagai sifat-misal,
pergerakannya melewati dinding pembuluh. Oleh karena interleukin-1 membantu proliferasi limfosit selain
itu, leukosit polimorfor.ruklear dalam kapiler menempel menginduksi demam; dan interleukin-2, yang dihasilkan
oleh sel-sel T, menyebabkan proiiferasi se I T dan
pada dinding kapiler dan kemudian bermigrasi keluar
(ekstravasasi) menuju iritan. Migrasi tersebut (kemotaksis) mempunyai banyak fungsi imunomodulasi lain. Molekul-
dirangsang oleh zat-zat dalam eksudat radang, termasuk molekul tersebut diuraikan lebih lanjut pada bab ini.
beberapa polipeptida kecil yang disebut kemokin. 2. Efek demam yang menguntungkan-Peneliti dapat
Kemokin disintesis oleh makrofag dan sel-sel endotel. menunjukkan beberapa manfaat detnam untuk mengen-
IL-8 adalah contoh suatu kemokin ( llbel 8-3). Senyawa- dalikan infeksi melalui beberapa contoh berikut. Misal,
senyawa ini terutama berfungsi rnengerahkan monosit produksi antibodi dan proliferasi'f lebih efisien pada
dan neutrofil dari darah ke dalam tempat infeksi. Fagosit temperatur tubuh yang lebih tinggi daripada temperatur
menelan mikroorganisme, dan mulai terjadi digesti normal. Kadai yang bersifat poikilotermik dapat menahan
IMUNOLOGI 127

infeksi bakteri pada temperatur lingkungan yang tinggi, diambil oleh sel-sel penyaji antigen (antigen ?resenting cell,
tetapi akan mati akibat infeksi yang sama dalam APC), misalnya, makrofag. Antigen asing tersebut muncul
lingkungan dingin. Namun, pada manusia, tidak ada kembali di permukaan makrofag yang membentuk
manfaat demam untuk pengendalian infeksi yang kompleks dengan protein yang dikode oleh kompleks
konsisten. Supresi demam d.ngan obat-obatan (misal, histokompatibilitas utama (MHC) dan dipresentasikan
aspirin) tidak membahayakan selama infeksi dan sering ke klon limfosit T. Kompieks MHC-antigen dikenali oleh
membuat pasien demam merasa lebih nyaman. reseptor spesifik pada permukaan sel T, kemudian sel-sel
tersebut menghasilkan berbagai sitokin yang menginduksi
F. INTERFERON proiiferasi limfosit. Dua macam respons imun-
diperantarai sel dan diperantarai antibodi-terbentuk
Infeksi virus mencetuskan ekspresi protein antivirus yang
secara bersamaan.
dikenal sebagai interferon. Protein-protein ini, disebut
Pada respons imun yang diperantarai antibodi,
interferon-ct (lFN-ct) dan interferon-p (IFN-F), berbeda
limfosit'f pernbantu (COz+; mengenali antigen Patogen
dengan interferon-y (IFN-y) yang dihasilkan oleh limfosit
yang membentuk kompleks dengan protein MHC kelas
T teraktivasi. ]nterferon alfa dan be ta membantu
II di permukaan sel penyaji antigen (makrofag atau sel
pengendalian replikasi virus dengan cara menghambat
B) dan menghasilkan sitokin. Sitokin mengaktifkan sel B
sinresis protein dalam sel.
yang mengekspresikan antibodi yang secara spesifik sesuai
dengan antigen tersebut. Sel B mengalami proliferasi
G. SEL PEMBUNUH AIaUI (NK)
klonal dan berdiferensiasi membentuk sel-sel plasma, yang
Sel-sel pernbunuh alami mewakili populasi limfosit ken-rudian menghasilkan imunoglobulin spesifik
dengan fungsi khusus. Sel-sel tersebut berperan dalam (antibodi). Fungsi antibodi sebagai pertahanan pejamu
sitotoksisitas selular yang bergantung pada antibodi utama adalah menetralkan toksin dan virus serta
(antibody-dependent cellular cytotoxicity, ADCC), dan opsonisasi (penyelubungan) patogen, yang membantu
mempunyai peran pada fase dini infeksi oleh herpesvirus ambilan patogen oleh sel-sel fagositik. Pertahanan yang
dan patogen-patogen intrasel lainnya. Sel-sel ini diperantarai antibodi penting untuk meiawan patogen
menyerupai limfosit granular yang besar yang secara yarrg menghasilkan toksin (misal, Clostidium tetani) atau
morfologis terkait dengan sel T. Sel NK tidak merniliki kapsul poiisakarida yang mengganggu fagositosis
mengekspresikan reseptor spesifik antigen. Sel pembunuh (misai, pneumokokus). Pertahanan tersebut terutama
alami ini mempunyai dua jenis reseptor permukaan, berlaku ur.rtuk patogen ekstraselular dan toksinnya.
termasuk "reseptor pengaktif" yang mengenali ligand Pada respons imun yang diperantarai sei, kompleks
karbohidrat dan "reseptor inhibitor" yang mengenali antigen-Ml{C kelas II dikenali oleh limfosit T pembantu
molekul MHC kelas I. Sel-sel ini dapat melisiskan sel (CD4), sementara kompleks antigen-MHC kelas i
target yang mengalami transformasi maligna dan mungkin dikenali oleh iimfosit f' sitotoksik (CD8). Setiap kelas
berperan dalam surveilans irnun melawan terjadinya sel T menghasilkan sitokin, menjadi aktif, dan
tumor. Sel-sel NK dapat membunuh sel-sel yang terinleksi berkembang biak dengan cara proliferasi klonal.
virus tertentu yang disertai dengan perubahan kadar Aktivitas sel T pcmbantu, selain rnerangsang sel B
molekul MHC kelas I. interferon alf'a dan beta dalam untuk menghasilkan antibodi, membantu terjadinl'a
kadar tinggi memperkuat aktivitas lisis sel-sel NK. hipersensitivitas tipe lambat dan dengan demikian juga
berperan dalam pertahanan tubuh melawan agen-agen
intraselular, termasuk bakteri intrasel (misal, mikobakteri),
MEKANISME PERTAHANAN PEJAMU fungi, protozoa, dan virus. Aktivitas se1 T sitotoksik
SPESIFIK terutama ditujukan untuk destruksi sel pada tandur
jaringan, sel-sel tumor, atau sel-sel yang terinfeksi oleh
Respons Adaptif
beberapa virus. Oleh karena itu, sel T terutama digunakan
Respons adatif dapat bersifat humoral (diperantarai untuk mengaktifl<an respons sel B dan melawan Patogen
antibodi), selular (diperantarai sel), atau keduanya. in traselular.
Respons adaptif jika bertemu dengan agen mikroba atau Gambar 8-1 meringkas mekanisme pertahanan
virus biasanya menimbulkan kompleks respons yang bawaan dan adaptif pada pejamu yang digunakan untuk
beragam. Tinjauan tentang hal tersebut akan dibahas di melawan mikroorganisme. Hasil akhir imunitas yang
sini, dan uraiannya secara detil akan disajikan kemudian efektif adalah resistansi pejamu terhadap mikroba dan
daiam bab ini. patogen lain serta sel-sel asing. Sebaliknya, gangguan
Pada saat masuk ke dalam pejamu dan setelah imunitas akan bermanifestasi sebagai keadaan rentan yang
berinteraksi dengan sistem pertahanan nonadaptif yang berlebihan terhadap patogen atau tllmor tersebut. Contoh-
baru dijelaskan, patogen potensial atau antigen utamanya contoh khusus disajikan berikut ini.
128 BAB 8

Antigen Respons lmun Berbasis Selular


Ciri-ciri antigen yang sebagian besar menentukan Kemampuan memberikan respons terhadap stimulus
imunogenisitas respons imun adalah sebagai berikut. imunologi terutama dimiliki oleh sel-sel limfoid. Selama
perkembangan embrionik, prekursor sel darah ditemukan
A, KEASINGAN (BERLAwANAN DENGAN SEIF) dalam hati fetus dan jaringan lain; pada masa postnatal,
Umumnya, molekul yang dikenali sebagai "bagian tubuh sel stem terletakdi dalam sumsum tulang. Sel stem dapat
berdiferensiasi dengan beberapa cara. Dalam hati dan
pejamu (self)" tidak bersifat imunogenik; agar bersifat
imunogenik, molekul'harus dikenali sebagai "nonself sumsum tulang, sel stem dapat berdiferensiasi menjadi
.
sel-sel rangkaian sel darah merah atau sel-sel rangkaian
B. UKURAN MoLEKULAR limfoid. Sel stem limfoid berkembang menjadi dua
populasi limfosit utama, sel B dan sel T.
Imunogen yang paling poten biasanya adalah protein
berukuian besar. Secara umum, molekul dengan berat A. SEL B
molekuiar kurang dari 10.000 mempunyai sifat
imunogenik yang lemah, dan molekul yang sangar kecil Sel B adalah iimfosit yang berkembang dalam sumsum
(misal, asam amino) bersifat nonimunogenik. Molekul tulang mamalia. Pada burung, sel tersebut berkembang
kecil tertentu (misal, hapten) dapat menjadi imunogenik dalam bursa Fabricius, suatu usus tambahan. Sel B
hanya bila berikatan dengan protein karier. menyusun kembali gen-gen imunoglobulinnya dan
mengekspresikan suatu reseptor unik untuk antigen di
C. KOMPLEKSITAS STRUKTURAL DAN KIMIAwI permukaan selnya. Kemudian, sel ini bermigrasi ke organ
Iimfoid sekunder-misalnya, limpa-dan bila bertemu
Diperlukan sejumlah kompleksitas kimiawi rertentu- dengan antigen, sel ini dapat diaktifkan menjadi sel plasma
misalnya, homopolimer asam amino kurang bersifat yang menyekresikan antibodi.
imunogenik dibandingkan dengan heteropolimer yang
mengandung dua atau tiga asam amino yang berbeda. B. SEL T

D. DETERMTNAN ANrrcENrK (Eptrop) Sel T adalah iimfosit yang memerlukan maturasi daiam
timus dah membentuk beberapa subkelas dengan fungsi
Unir terkecil dari suatu antigen komplela yang mampu spesifik. Sel-sel tersebut merupakan sumber imunitas
berikatan dengan antibodi dikenal sebagai determinan selular yang akan dibahas kemudian.
antigenik, atau epitop. Antigen dapat memiliki satu Beberapa sel limfositik (misal, sel pembunuh alami;
determinan atau lebih. Umumnya, suatu determinan lihat perhbahasan sebelumnya) tidak memiliki ciri sel B
secara kasar terdiri dari iima asam amino atau gula. atau T tetapi mempunyai peran imunologi yang signifikan.
Gambar 8-2 menyajikan tinjauan mengenai limfosit yang
E. KONsTITUsI GENETIK PEJAHU aktif secara imunologis dan interaksinya.
Dua strain spesies hewan yang sama mungkin
memberikan respons yang berbeda terhadap anrigen yang MOLEKUL PENGENAL ANTIGEN
sama karena komposisi gen respons imun yang berbeda-
Agar sistem imun dapat berespons terhadap nonself,, yaitu
beda pula.
antigen asing, harus ada sistem pengenalan yang mampu
secara tepat membedakan self dengan nonself. Bagian
F. DOsIs, RUTE, DAN WAKTU PEMBERIAN ANTIGEN
berikut pada bab ini akan membahas mengenai molekul
Karena derajat respons imun bergantung pada jumlah yang digunakan untuk mengenali antigen asing. Pertama,
antigen yang diberikan, respons imun dapat dioptimalkan kita harus mempelajari kembali struktur dan fungsi
dengan cara menentukan dosisnya secara cermat antibodi, produk limfosit B yang mengenali antigen dan
(termasuk jumlah dosis), cara pemberian, dan waktu bersifat mudah larut. Kemudian kita harus mengetahui
pemberian (termasuk interval antara dosis satu dengan beberapa reseptor antigen yang terikat membran, resepror
dosis berikutnya). sel B untuk antigen, akseptor sel T untuk antigen, dan
Imunogenisitas suatu zat dapat ditingkatkan dengan produk-produk kompleks histokompatibilitas utama
cara mencampurkannya dengan suatu ajuvan. Ajuvan (MHC).
adalah z t yar,g merangsang respons imun-misalnya,
dengan cara mempermudah ambilan ke dalam sel penyaji ANTIBODI
antigen.
Antibodi (imunoglobulin) dibentuk oleh limfosit B. Setiap
individu mempunyai cadangan berbagai limfosit B dalam
IMUNOLOGI 129

Sel T

@, Sel T

/-\ Akivasi
-. sitokin
makrofag
@
/ (@, Sel T

":,il@ lnteraksi
soesifik-
t
|
* l.e.
w)
l+ sitokin * ;""!:il11n;1, r,,
antigen +

\ s"r -q--\
Sel T

\\- ffifiI:'J c.-g:-/ 6-- sitokin * Diferensiasi


sel T sitoioksik
APC, misal, makrofag \w_/
\
\ ,@ Sel T

lo's*l
I serupa I
Bursa
I I a set B lnteraksi I Sitot in
\ \'t@, spesifik- I
antigen V
.,,-----.-\
/^;

Sel plasma

Gambar 8-2. Diagram skematik interaksi selular dalam respons imun.

jumlah besar (sekitar 10rr) yang mempunyai masa hidup pada sel B terdapat tempat pengikatan antigen yang cocok
beberapa hari sampai minggu dan ditemukan dalam untuk hampir semua dere rminan antigen.
sumsum tulang, kelenjar getah bening, dan jaringan Langkah awal pembentukan antibodi adalah
limfoid di saluran cerna (misal, tonsil atau apendiks). fagositosis antigen, biasanya oleh sel-sel penyaji antigen
Sel B memperlihatkan molekul-molekul imunoglobulin (terutama makrofag atau sel B) yang memproses dan
(1Ot/sel) di atas permukaannya. Imunoglobulin tersebut menyajikan antigen kepada sel T. Sel T yang teraktivasi
berperan sebagai reseptor untuk antigen spesifik, sehingga ini kemudian berinteraksi dengan sel B. Sel-sel B yang
setiap sel B dapat memberikan respons terhadap satu membawa imunoglobulin permukaan yang sangat cocok
antigen saja atau sekelompok antigen yang sangat terkait. dengan antigen tersebut dirangsang untuk berproliferasi
Semua sel-sel B imatur membawa imunoglobulin IgM dan berdiferensiasi menjadi sel-sel plasma (Gambar 8-
pada permukaannya, dan sebagian besar juga membawa 2), yang membentuk protein-protein antibodi spesifik
IgD. Sel-sel B juga mempunyai reseptor permukaan untuk atau berdiferensiasi menjadi sel-sel memori jangka
bagian Fc imunoglobulin dan untuk beberapa komponen panjang. Sel-sel plasma menyintesis suatu imunoglobulin
kompleme n. dengan spesifisitas yang sama seperti yang dibawa oleh
Suatu antigen berinteraksi dengan limfosit B yang sel-sel prekursor B.
memperlihatkan "kecocokan" paling baik berdasarkan
sifat reseptor permukaan imunoglobulinnya. Antigen Struktur & Fungsi Antibodi
berikatan dengan reseptor ini, dan sel B dirangsang untuk Antibodi adalah imunoglobulin yang bereaksi secara
membelah dan membentuk suatu klon (seleksi klonal). spesifik dengan antigen yang merangsang produksinya.
Sel B yang terpilih segera rnenjadi sel-sel plasma dan Antibodi mencakup sekitar 2070 protein plasma.
menyekresikan antibodi. Karena setiap orang dapat Antibodi yang berasal dari hewan sebagai respons
membuat sekitar 10r' molekul antibodi yang berbeda, terhadap satu antigen kompleks mempunyai sifat
130 BAB 8

heterogen karena dibentuk oleh beberapa klon sei yang H dan dua rantai L. Keempat rantai ini secara kovalen
berbeda-beda, setiap klon sel n-rengekspresikan antibodi berikatan melalui ikatan disulfida.
yang mampu bereaksi dengan berbagai determinan Jika molekul antibodi semacam ini diberi suatu enzim
antigen pada antigen kompleks. Antibodi-ar-rtibodi ini proteolitik (misal, papain), ikatan peptida pada regio
disebut poliklonal. Antibodi-antihodi yang berasal dari engsel akan rusak. Kerusakan tersebut menghasilkan dua
satu klon sel, misalnya, pada tumor sel plasma (mieloma), fragmen Fab identik, yang membawa tempat pengikatan
bersifat homogen dan disebut monoklonal. Antibodi antigen, c{an satu fragmen Fc, yang terlibat dalam transfer
monoklonal dapat dihasilkan dengan cara meleburkan plasental, fiksasi komplemen, pelekatan untuk berbagai
suatu sel mieloma dengan limfosit penghasil antibodi. sel, dan aktivitas biologis lainnya.
Hibridoma tersebut menghasilkan antibodi monoklonal Rantai L dan H dibagi menjadi: regio variabel dan
in uitro dalam jumlah hampir tak terbatas. Informasi regio konstan. Regio-regio tersebut terdiri dari segmen-
penting mengenai struktur dan fungsi antibodi berasal segmen ulangan yang melipat secara tiga dimensi. Segmen
dari studi antibodi monoklonal ini. ini disebut domain. Struktur domain-domain ini telah
Semua molekul in'runoglobulin disusun oleh rantai- ditentukan sccara tepat melaiui kristalografi sinar-x"
rantai polipeptida yang ringan maupun berat. Istilah Rantai L terdiri dari satu domain variabel (V.) dan satu
ringan dan berat menunjukl<ar.r berat molekulnya-yaitu, domain konstan (C.). Sebagian besar rantai H tcrdiri
rantai ringan mempunyai berat molekul sekitar 25.000, dari satu domain variabel (V.,) dan tiga atall lebih domain
sedangkan rantai berat/panjang mempunyai berat molekul konstan (Cn). Setiap domain rnempunyai panjang sekitar
sekitar 50.000. Rantai ringan (light chain, L) adalah satu 1 10 asan-r amino. Re gio variabel be rperan dalam
dari dua dpe berikut, r< (kappa) atau l, (lambda); klasifikasi pengikatan antigen; regio konstan berperan dalam
dibuat berdasarkan asam amino yang berbeda regio berbagai fungsi biologis, seperti yang dijelaskar.r kemudian.
konstannya. Kedua jenis rantai ringan terdapat pada Dila- regio variabel pada rantai L dan I-I, terdapat
semua kelas imunoglobulin (lgG, IgM, IgA, IgE, dan subregio yang terdiri dari urutan asam amino yang sangat
IgD), tetapi setiap molekul imunoglobulin hanya bervariasi (hipervariabel) yang membentuk tempat
mengandung satu tipe ranrai L. Bagian terminal amit.ro pengikat antigen. Ilegio hipervariabel membentuk area
masing-masing rantai L mengandung tempat pengikat molekul antibodi yang sesuai dengan struktur determinan
antigen. Rantai berat (heauy chain, I-l) berbeda-beda antigenik atau epitop sehingga dikenal juga sebagai regio
untuk setiap lin.ra kelas imunoglobulin. Rantai ini disebut penentu komplemer-rter (comp lententarity-determ in i ng
y (gama), p (mu), cr (alfa), 6 (clelta), dan e (epsilon) (Tabel region, CDR). Hanya lima sampai sepuiuh asam amino
8-l). Bagian terminal arnino masing-masing rantai FI pada setiap regio hipervariabel yang merupakan tempat
berpartisipasi di tempat pengikatan antigen; terminal lain pengikat antigen. Pengikat antigen bersifat nonkovalen,
(karboksil) membentuk fragmen Fc, yang mempunyai yang melibatkan gaya van der Waals, elektrostatik, dan
berbagai aktivitas biologis (misal, aktivasi komplernen gaya lemah lain serta ikatan hidrogen dan ikatan lainnya.
dan berikatan dengan reseptor permukaan sel). Molekul kecil seperti hapten berikatan dengan antibodi
Setiap molekul antibodi selalu terdiri dari rantai H pada suatu celah yang dibentuk oleh domain variabel pada
identik dan rantai L identik. Molekr-rl antibodi yang paling rantai L dan H. Sebaliknya, interaksi antibodi dengan
sederhana mempunyai bentuk seperti huruf Y (Gambar protein asal yang besar (misal, protein virus) terjadi
8-3) dan terdiri dari empat rantai polipeptida: dua rantai melalui epitop konformasional atau diskontinu yang

Tabel 8-1 . Sifat imunoglobulin manusia.


li L lili:iiiri,l its,.iiit
-:.::,!,941;
ri lli$:$iil;5t1 ,rr
iWil rl$l,-i$.$i$t f:t{.{=,,
i

Lambang rantai H ct Irt6


;;.;;",.;"; u l*oJ 150 170 atau 4001 900 190 150

Konsentrasi serum (mq/mL) 0.5-10 0,5-3 1,5 0,003 0,03

Waktu paruh dalam serum (hari) 23 1-5 1-6

Fiksasi komplemen ya tida k ya tidak

Persentase imunoglobulin total dalam serum 80 13 <1 <1


lDalam sekret, misalnya, saliva, susu, dan air mata serta dalam sekret yang berasal dari saluran napas, pencernaan, dan genital.
IMUNOLOGI 131

\ eeritatan dengan
Rantai
Terminal amino flngan\ntigen
\
Rantai
a(! berat
U*

o
E
O)
a
l{

Regio engsel

o
r.L Mengaktiftan
Karbohidrat komplemen
c)
dan fagosit
O)
(U
TL

Terminal karboksil

lkatan S-S

Gambar 8-3. Gambaran skematik molekul lgG. yang menunjukkan lokasi regio konstan dan variabel pada rantai
ringan dan berat.

menunjukkan area permukaan antigen protein. Sebagian


besar atau semua CDR molekul antibodi terlibat dalam
proses pengikatan ini.

Kelas lmunoglobulin
A.lgG
Setiap molekul IgG terdiri dari dua rantai L dan dua
rantai H yang dihubungkan oleh ikatan disulfida (rumus
molekul HrLr). Karena mempunyai dua tempat pengikatan
antigen yang identik, imunoglobulin ini disebut divalen.
Grdapat empat subkelas (IgGl sampai IgG4), berdasarkan
perbedaan antigenik pada rantai H dan jumlah serta lokasi
ikatan disulfida. IgG 1 mencakup 650/o dari IgG total.
IgG2 digunakan untuk melawan antigen polisakarida dan
"\o
mungkin merupakan pertahanan pejamu yang penting 4
h
terhadap bakteri berkapsul. lin 3l
IgG adalah antibodi yang dominan pada respons
sekunder dan merupakan pertahanan penting terhadap : ?
bakteri dan virus. IgG merupakan satu-satunya antibodi
yang dapat melewati plasenta dan dengan demikian Gambar 8-4. Diagram skematik struktur pentamerik
merupakan imunoglobulin terbanyak pada bayi baru lahir' pada lgM manusia.
132 BAB 8

B. lgM Gen lmunoglobulin & Terbentuknya


IgM adalah imunoglobulin utama yang dihasilkan pada Keanekaragaman
awal respons imun primer. IgM terdapat pada hampir Mekanisme genetik khusus dikembangkan untuk
semua permukaan sel B tak terikat. IgM terdiri dari lima menghasilkan molekul imunoglobulin dalam jumlah
unit HrL, (masing-masing serupa dengan satu unit IgG) sangat besar (sekitar 101r) yang terbentuk pada pejamu
dan satu molekul rantai J (joining) (Gambar 8-4). Pentamer sebagai respons terhadap stimulasi antigenik tanpa
(BM 900.000) mempunyai total sepuluh tempat pengikat memerlukan gen yang terlalu banyak. Oleh karena itu,
antigen yang identik dan dengan demikian bervalensi 10. gen-gen imunoglobulin (dan, seperti yang akan kita lihat
IgM merupakan imunoglobulin yang paling efisien pada nanti, gen-gen reseptor sel T) mengalami rekombinasi
aglutinasi, fiksasi komplemen dan reaksi antigen-antibodi somatik untuk menghasilkan keanekaragaman spesifisitas
lainnya serta penting pada pertahanan melawan bakteri antibodi yang sangat besar.
dan virus. Imunoglobulin tersebut dapat dihasilkan oleh Setiap rantai imunoglobulin terdiri dari regio variabel
janin yang mengalami infelai. Karena interaksinya dengan (V) dan regio konstan (C). Untuk setiap jenis rantai
antigen dapat melibatkan kesepuluh tempat pengikatan, imunoglobulin-yaitu, rantai pendek kappa (rc), rantai
imunoglobulin tersebut paling sering bereaksi di antara pendek lambda (7,), dan lima rantai panjang (yi{, pFi,
semua imunoglobulin. crH, eH, dan 6H)-terdapat kelompok segmen gen
terpisah yang terletak pada kromosom berbeda. Masing-
C.lgA masing ketiga lokus gen mengandung satu set segmen
gen V berbeda yang secara luas terpisah dari segmen gen
IgA merupakan imunoglobulin utama dalam se.kresi
seperti susuJ saliva, dan air mata serta pada sekresi saluran
C. Selama diferensiasi sel B, DNA disusun uiang untuk
membawa beberapa segmen gen terpilih yang berdekatan
pernapasan, pencernaan, dan genital. IgA melindungi
selaput lendir dari serangan bakteri dan virus. satu sama lain pada suatu genom. Keluarga enzim yang
dikenal sebagai V(D)J rekombinase berperan dalam proses
Setiap molekul IgA sekretoris (BM 400.000) terdiri
dari dua unit HrL, dan satu molekul rantai J dan penyusunan ulang gen tersebut.
komponen sekretoris. Komponen sekretoris adalah suatu Regio variabel pada setiap rantai L dikode oleh dua
segmen gen: V dan J. Regio variabel pada setiap rantai H
protein yang berasal dari pemecahan reseptor poli-Ig.
Reseptor tersebut berikatan dengan dimer IgA dan dikode oleh tiga segmen gen: V, D, dan J. Segmen-segmen
mempermudah transpornya melewati sel-sel epitel ini disatukan menjadi satu gen variabel V fungsional
mukosa. Beberapa IgA terdapat dalam serum sebagai melalui penyusunan ulang DNA. Setiap gen variabel V
yang terbentuk kemudian akan ditranskripsi dengan gen
suatu monomer HrL, ('BM 170.000). Terdapat sekurang-
kurangnya dua subkelas, IgAl dan igA2. Beberapa bakteri
konstan C yang sesuai untuk rnenghasilkan RNA
(misalnya, Neisseriae) dapat menghancurkan IgAl dengan messenger (mRNA) yang mengode rantai peptida lengkap.
Rantai L dan H disintesis secara terpisah pada polisom
cara menghasilkan suatu protease sehingga dapat
mengatasi resistansi yang diperantarai antibodi pada dan akhirnya dirakit dalam sitcplasma untuk membentuk
permukaan mukosa. unit-unit HrL, melalui ikatan disulfida. Kemudian
ditambahkan satllan karbohidrat selama perkembangan
D.lgE proses ini melewati kompouen membran sel (misalnya,
aparatus Golgi), dan molekul imunoglobulin dilepaskan
Regio Fc pada IgE berikatan dengan reseptor di dari sel.
permukaan sel mast dan eosinofil. IgE yang terikat Mekanisme penyusunan ulang gen ini memungkinkan
tersebut bekerja sebagai suatu reseptor untuk antigen yang perakitan berbagai molekul imunoglobuiin dalam jumlah
merangsang produksinya, dan kompleks antigen-antibodi besar. Keanekaragaman antibodi bergantung pada (1)
yang terbentuk mencetuskan respons alergik tipe segera segmen gen V, D, dan J multipel; (2) asosiasi kombinasi,
(anafilaktik) melalui pelepasan mediator. Pada orang-orang yaitu asosiasi setiap segmen gen V dengan setiap segmen
dengan hipersensitivitas alergik yang diperantarai D atau J; (3) p.ngg"bungan acak berbagai rantai l- dan
antibodi, konsentrasi IgE meningkat tajam, dan IgE dapat H; (4) hipermutasi somatik; dan (J) keanekaragaman
ditemukan pada sekresi eksternal. IgE serum juga sambungan, terbentuk akibat penyatuan yang tidak tepat
meningkat secara khas seiama infeksi cacing. selama proses penyusunan ulang dengan tambahan suatu
nukleotida oleh enzim terminal deoksinukieotidil
E.lgD transferase untuk menbentuk suatu sambungan yang
IgD bekerja sebagai suatu reseptor antigen bila terdapat lengkaP'
pada permukaan limfosit B tertentu. Di dalam serum
hanya terdapat sedikit IgD.
IMUNOLOGI

Pergantian Kelas lmunoglobulin cr dan B pada kelas yang satu dan sebagai y dan 6 pada
kelas yang lain. Sel-sei T yang mengekspresikan y6 relatif
Awalnya, semua sel B yang dipasangkan dengan suatu
jarang dijumpai pada manusia dan tampaknya merupakan
antigen membawa IgM yang spesifik untuk antigen
predisposisi untuk pengenalan antigen-antigen bakteri
tersebut dan menghasilkan IgM
sebagai respons terhadap
yang sering ditemukan-misalnya, protein syok panas
pemajanan antigen. Kemudian, penyusunan uiang gen
yang tidak terganggu pada mikobakteri tertentu. Sel T y
memungkinkan pembentukan antibodi untuk spesifisitas
crB membentuk fenotip sel T yang dominan dan dibagi
antigenik yang sama, tetapi dengan kelas imunoglobulin
menjadi subdivisi berdasarkan ekspresinya pada penanda
yang berbeda. Pada proses pergantian kelas ini, hasil
permukaan sel lain, protein-protein ini dikenal sebagai
rakitan gen V' yang sama dapat dihubungkan dengan
gen-gen C" yang berbeda sehingga imunogiobulin yang
CD4 dan CDS, masing-masing menjadi kelas fungsional
helper dan sitotoksik.
dihasilkan kemudian (lgG, IgA, atau IgE) mempunyai
Protein reseptor sel T mempunyai regio variabel dan
spesifisitas yang sama seperti IgM asal, tetapi dengan
konstan yang sama seperti antibodi. Regio variabel
karakteristik biologis yang berbeda. Pergantian keias
terletak pada terminal amino rantai polipeptida yang
bergantung pada sitokin yang dilepaskan dari sel T dan
juga terjadi setelah stimulasi antigenik. tempatnya paling jauh dari membran sel. Kedua rantai
mempunyai kontribusi terhadap domain variabel yang
telah terbukti berinteraksi dengan anrigen yang
RESEPTOR PERMUKAAN SEL UNTUK
dipresentasikan oleh protein self yang dikode dalam
ANTIGEN kompleks histokompatibilitas utama (MHC).
7. Reseptor Sel B untuk Antigen Gen-gen reseptor sel T sangat menyerupai gen-gen
imunoglobulin, dan keanekaragaman reseptor sel T timbul
Sel-sel B mengekspresikan suatu bentuk IgM yang terletak dengan cara yang sebagian besar analog dengan yang
pada permukaan sel. Permukaan sel IgM mempunyai terjadi pada imunoglobulin. Oleh karena itu, terdapat
spesifisitas antigen yang sama seperri molekul antibodi banyak segmen regio variabel, yang mempunyai kontribusi
IgM yang disekresi. Keadaan ini dicapai meialui pada repertoar spesifisitas antigen yang berbeda; segmen
mekanisme penyisipan RNA diferensial. Transkrip RNA V D, dan J multipel yang dapat bergabung dengan
rantai-p dapat mencakup suatu sekuens yang mengode berbagai cara (sama seperti antibodi); dan kombinasi acak
sekitar 25 asam amino hidrofobik, yang memungkinkan sejumlah besar rantai cr dan B. Terdapat dua perbedaan
molekul IgM untuk menentukan lokasi dalam membran dari situasi yang telah dijelaskan untuk antibodi: (1) Tidak
sel sebagai suatu reseptor transmembran. Pada perkem- diperoleh bukti tentang adanya mutasi somarik pada
bangan sel B selanjutnya, regulasi pemrosesan RNA reseptor sel T, dan (2) potensi untuk meningkatkan
memungkinkan ekspresi bentuk IgD yang terikat repertoar spesifisitas anrigen potensial melalui
membran, sekali lagi dengan spesifisitas pengikatan keanekaragaman junctional iebih besar untuk resepror
antigen yang sama. Sepanjang proses tersebur, segmen sel T daripada untuk antibodi. Terdapat lebih banyak
regio V yang sama diekspresikan dengan segmen regio C segmen J dan D untuk gen-gen reseptor sel T daripada
yang berbeda. untuk gen-gen imunoglobulin. Namun, pada dasarnya,
Sebagai resepror yang terikat membran, IgM atau IgD penyandian reseptor sel T
sangat menyerupai penyandian
berinteraksi dengan molekul permukaan sel lainnya, yang dijelaskan untuk imunoglobulin. Misalnya, regio-
dikenal sebagai Iga dan IgB, yang dapat mentransduksi regio variabel pada rantai cr dan y reseptor sel T sama
sinyal selanjutnya ke tempat pengikatan antigen melalui seperti regio variabel pada rantai pendek imunoglobulin
interaksinya dengan molekul tirosin kinase, dan karena keduanya memiliki segmen V dan J, sedangkan
komponen alat transduksi sinyal lainnya. Sinyal-sinyal rantai p dan 6 sama seperti rantai panjang imunoglobulin
tersebut menyebabkan peristiwa biokimia yang melibatkan yang dikode oleh segmen-segmen V, D, dan J.
fosfatase intrasel, kinase, protein-protein pengikat GTII Pada semua sel T spesifik antigen fungsional, dua rantai
mediator lipid, ion kalsium, dan zat antara lainnya, yang reseptor sel T berhubungan secara nonkovalen dengan
akhirnya menyebabkan aktivasi sel. enam rantai polipeptida lain yang terdiri dari lima protein
berbeda yang membentuk kompleks CD3. Protein-
2. Reseptor Sel T untuk Antigen protein kompieks CD3 yang konstan berperan untuk
mentransduksi sinyal yang diterima oleh reseptor sel T
Reseptor sel T adalah suaru protein heterodimerik
pada proses pengenalan antigen ke bagian dalam sel.
transmembran yang terdiri dari dua rantai berikatan
disulfida. Reseptor tersebut menyerupai fragmen Fab Kelima .protein kompleks CD3 yang berbeda-beda
merupakan protein transmembran yang dapat berinteraksi
imunoglobulin yang terikat membran. Terdapat dua kelas
dengan tirosin kinase sitosolik di bagian dalam membran,
r€septor sel T yang berbeda. Dua rantai ini dikenal sebagai
Interaksi tersebut memulai peristiwa biokimia yaitu
134 I BAB 8

transduksi sinyal yang menyebabkan transkripsi gen, antigen disajikan oleh bentuk alelik molekul MHC yang
aktivasi sel, dan inisiasi aktivitas fungsional sel T. lainsecara in uitro (biasanya hanya pada situasi
Molekul-molekul CD4 dan CDS yang membedakan eksperimental), tidak terjadi pengenalan antigen oleh
.dua kelas fungsional utama sel T berfungsi sebagai mole kul reseptor sel T. Fenomena ini dikenal sebagai restriksi
koreseptor pada permukaan sel T. Selama pengenalan MHC.
antigen, molekul CD4 dan CD8 berinteraksi dengan Pada manusia, MHC adalah sekelompok gen yang
komplela reseptor sel T dan dengan molekul MHC. CD4 dipelajari secara luas yang terletak pada kromosom 6.
berikatan dengan molekul MHC kelas II, dan CD8 Banyak yang diketahui mengenai lokus yang penting ini,
molekul MHC kelas I. Keadaan tersebut
berikatar-r dengan dan pembaca dianjurkan agar merujuk teks imunologi
meningkatkan sensitivitas pengenalan antigen oleh se1- untuk mendapatkan informasi tambahan. Di antara gen-
sel T. gen yang Penting pada MHC manusia, yang juga dikenal
sebagai HIA (antigen leukosit manusia), adalah gen-gen
3. Kompleks Histokompatibilitas Utama yang menyandi protein MHC kelas I, kelas II, dan kelas
III. Seperti yang ditampilkan pada Tabel B-2, protein kelas
Kompleks histokompatibilitas utama (MHC) pertama kali
I disandi oleh gen HIA-A, -8, dan -C. Protein-protein
terdeteksi sebagai iokus genetik yang menyandi molekul
tersebut tersusun atas dua rantai: (1) glikoprotein
glikoprote in (antigen transplantasi). Antigen ini transmembran dengan BM 45.000' yang secara
menyebabkan penolakan tandur jaringan secara cepat yang
nonkovalen berhubungan dengan (2) polipeptida yang
ditransplantasi antara dua orang yang secara genetis ddak
tidak disandi oieh molekul MHC, polipeptida ini
identik. Sekarang diketahui bahwa molekul MHC mempunyai BM 12.000 dan dikenal juga sebagai pr-
mengikat antigen peptida dan menyajikannya ke sel-sel
milaoglobulin. Molekul kelas I ditemukan pada hampir
T. Oleh karena itu, antigen transplantasi terse but
semua sel-sel berinti dalam tubuh.
menyebabkan pengenalan antigen oleh reseptor sel T.
Protein kelas II disandi oieh regio HLA-D. Seperti
Dalam hal ini, reseptor sel T berbeda dengan antibodi.
yang diperlihatkan pada Tabel 8-2, terdapat tiga set utama:
Molekul antibodi berinteraksi dengan antigen secala
langsung; reseptor sei T hanya mengenali antigen yang
dipresentasikan oieh molekul MHC pada sel lain, yaitu
Helai
sel penyaji antigen. Reseptor sel T bersifat spesifik untuk lipatan-p
suatu antigen, tetapi antigen harus disajikan pada molekul beruntai
delapan
MHC yang berasal dari bagian tubuhnya sendiri (self).
Reseptor sel T juga spesifik untuk molekul MHC. Jika

Tabel 8-2. Gambaran penting beberapa produk gen


MHC pada manusia.

;,,;;:..,,:..1 119143 :l li., r',,..:]1..'

Lokus genetik HLA-A, -B; dan HLA-D? -DQ, dan


(daftar parsial) -C -DR

Komposisi BM 45.000 + P,M Rantai cr

pol i peptida (BM 12.000) (BM 33.000),


rantai p
(BM 29:000),
rantai li
(BM 30.000)

Distribusi sel Semua sel Sel-sel Penyaji


somatikberinti antigen
(makrofag, sel B,
dll.), sel T manusia
yang teraktivasi

Menyajikan antigen Sel T CD8 Sel T CD4


peptida ke Gambar 8-5. Struktur diagramatik molekul HLA kelas I

(Direproduksi, dengan izin, dari Bjorkman PJ et al: Structure of the


Ukuran ikatan 8-1 1 residu 10-30 residu atau human class I histocompatibility antigen, HLA'A2. Nature 1987;329-
peptida lebih
506.)
IMUNOLOGI 135

molekul-molekul yang disandi oleh DP, DQ, dan DR. membran. Domain ini disusun oleh dua helila cr paralel
Lokus ini mempertahankan pengendalian respons imun, di atas suatu dataran yang di bentuk oleh helai lipatan-p.
dan gen-gen dengan bentuk alel y"ng berbeda menyebabkan Seluruh struktur ini sangat menyerupai suatu celah yang
peibedaan besar dalam hal kemampuannya meningkatkan sisi-sisinya dibentuk oleh heliks cr dan didasari oleh helai-
respons imun terhadap antigen tertentu. B. Analisis sinar-x juga memperlihatkan bahwa celah
Protein-protein yang dikode oleh lokus HLA-D tersebut diisi oleh suatu peprida. Kemudian, pada
tersusun atas dua glikoprotein transmembran dengan BM dasarnya, reseptor sel T melihat antigen peptida yang
33.000 dan BM 29.000 yang berikatan secara nonkovalen. terikat pada suatu celah yang dibentuk oleh protein MHC.
Tidak seperti protein kelas I, protein tersebut mempunyai Diagram interaksi antar berbagai molekul yang telah
distribusi jaringan yang terbatas dan ditemukan terutama disederhanakan diperlihatkan pada Gambar 8-6,4'.
pada makrofag, sel-sel B, dan sel-sel penyaji antigen Protein MHC memperlihatkan spesifisitas yang luas
lainnya. Ekspresinya pada sel-sel lain-misai, sel-sel untuk antigen peptida, dan banyak peptida yang berbeda
endotel-dapat diinduksi oleh interferon gamma. dapat disajikan oieh setiap alel MHC yang ada (satu
Lokus MHC kelas II juga mencakup gen-gen yang peptida diikat pada satu waktu). Heliks cr yang
menyandi protein yang terlibat pada pemrosesan antigen, membentuk celah pengikat adalah tempat residu asam
misalnya, TAP (lihat Gambar 8-7). Lokus MHC kelas amino yang bersifat polimorfik pada protein MHC (yaitu,
III menyandi protein komplemen dan beberapa sitokin. yang ale1-alelnya sangat bervariasi). Keadaan ini
Gen-gen MHC memperlihatkan variabilitas genetik menunjukkan bahwa alel yang berbeda dapat mengikat
yang luar biasa.'MHC bersifat poligenik, yaitu terdapat dan menyajikan antigen-antigen peptida yang berbeda
beberapa gen untuk setiap kelas molekul. MHC juga pu1a. Unruk semua alasan tersebut, polimorfisme MHC
bersifat polimorfik. Oleh karena itu, dalam populasi berperan penting dalam proses pengenalan antigen.
terdapat banyak alel untuk setiap gen. Masing-masing Analisis fungsi sei T berkenaan dengarr interaksinya
mewariskan rangkaian alel terbatas dari orang tuanya. dengan molekul MHC memperlihatkan bahwa antigen
Rangkaian gen-gen MHC cenderung diwariskan sebagai peptida yang berikatan dengan molekul MHC kelas I
suatu blok atau haplotipe, karena pada lokus ini relatif dikenali oleh iimfosit T sitotoksik CD8-positif, sedangkan
jarang terjadi gangguan. antigen peptida yang berikatan dengan kelas II dikenali
Banyak yang diketahui mengenai organisasi struktural oleh sel T heiper CD4-positif.
dan sekuens gen serta protein MHC. Namun, informasi
yang paling penting mungkin berasai dari analisis kristal 4. Famili Supergen Imunoglohulin
protein MHC dengan sinar-x. Peneiitian inilah yang Semua molekul yang dibahas dalam bab ini-antibodi,
membantu menjelaskan fungsi protein MHC secara jelas. reseptor sel T, dan protein-protein MHC-mempunyai
Analisis sinar-x (Gambar 8-5) memperlihatkan bahwa kesamaan gambaran struktural. Sernua molekul ini-dan
domain molekul MHC kelas I terletak paling jauh dari sederet molekul lain yang relevan secara imunologis,

Gambar 8-6. Pengikatan antigen oleh MHCdan reseptorsel T. Pada panel A, diperlihatkan suatu model interaksi
antara antigen peptida, MHC, dan reseptor sel T. Regio V. dan V,, pada TCR tampak berinteraksi dengan,heliks o yang
membentuk alur pengikatan peptida pada MHC. Pada panel A, diperlihatkan suatu model interaksi antara
superantigen, MHC, dan reseptor sel T. Superantigen berinteraksi dengan regio Vfl TCR dan dengan MHC kelas ll di
luaralurpengikatpeptida.(Dimodifikasi dandireproduksi,denganizin,dari ParslowTGetal(editors): Medical lnmunology, l)Ihed.McGraw-
Hill, 2001 .)
136 / BAB I

Jalur MHC kelas ll

Jalur MHC kelas I

Kompleks Kompleks
MHC kelas ll-Ag Antigen MHC kelas l-Ag
permukaan eksogen Permukaan sel permukaan

Gamhar 8-7. Jalur pemrosesan antigen. (Dimodifikasi dan drreproduksi, dengan izin, dari ParslowTG et al (editors): Medical lmmunology,
1Oth ed. McGraw-Hill, 2001.)

termasuk subpopuiasi sel T


yang menandai CD4 dan molekul MtsIC self sehingga dapat dipresentasikan ke
CD8-mempunyai struktur domain dalam bentuk tiga sel T dengan reseptor yang sesuai. Protein-protein dari
dimensi yang dikenal sebagai lipatan imunoglobulin. antigen eksogen, seperti bakteri, diinternalisasi melalui
Tidak diragulcan lagi, anggota famili tersebut berkembang vesikel endositik ke dalam sel-sel penyaji antigen seperti
dengan cara demikian untuk menyuplai fungsi umum makrofag. Kemudian, seperti yang diilustrasikan pada
organisme tersebut. Satu bagian fungsi tersebut adalah Gambar 8-7, antigen-antigen terpajan oleh protease
bekerja sebagai unit pengenal atau reseptor pada selular dalam vesikel intrasel. Peptida, dengan panjang
permukaan sel. sekitar 10 sampai 30 residu asarn atnino, dihasilkan
dalam vesikel endosom. Kemudian vesikel endosom
5. Presentasi & Pemrosesan Antigen dapat bergabung dengan vesikel eksositik yang
Presentasi dan pemrosesan antigen adalah tindakan- mengand,rng molekul MHC kelas II.
tindakan yang diiakukan agar antigen terhubung dengan
IMUNOLOGI 137

Molekul MHC kelas II disintesis, seperti glikoprotein Respons sekunder


membran lainnya, di dalam retikulum endoplasma kasar,
(tr
dan kemudian berjalan keluar melalui aparatus Golgi. (E
ro
Polipeptida ketiga, rantai invarian (Ii), melindungi tempat
Hc
pengikatan dimer oB kelas iI sampai terjadi penurunan SF
pH kompartemen setelah fusi dengan vesikel €ndosom cq)
G?)
menyebabkan disosiasi rantai li. Kemudian kompleks s
antigen peptida-MHC kelas II dibawa ke permukaan sel
')
agar terlihat dan dikenali oleh reseptor sel T pada sel T
CD4.
Waktu
Antigen-antigen endogen-6i5x], protein-protein (bulan)
virus sitosolik yang disintesis dalam sel yang terinfeksi-
diproses untuk dipresentasikan oleh molekul MHC kelas
lnjeksi lnjeksi kedua antigen A,
I. Beberapa langkah yang terlibat dalam proses ini A
antigen injeksi antigen B

digambarkan pada Gambar 8-7. Singkatnya, protein


Gamhar 8-8. Laju produksi antibodi setelah pemberian
sitosolik dihancurkan oleh kompleks peptidase yang
antigen awal dan injeksi "booster".
dikenal sebagai proteasom. Peptida sitosol mendaparkan
akses ke molekul MHC kelas I yang baru muncul dalam
retikulum endoplasma kasar melalui sistem rransporr€r
peptida (transporter terkair dengan pemrosesan anrigen;
superantigen dapat menyebabkan hingga 10% sel T
TAP). Gen-gen TAP juga disandi dalam MHC. Dalam
teraktivasi secara nonspesifik, sedangkan setiap peptida
lumen retikulum endoplasma, anrigen peptida dengan
yang membentuk kompleks dengan molekul MHC
panjang sekitar 8 sampai 11 residu membentuk kompleks
biasanya akan merangsang sed.ikit sel T saja pada setiap
dengan protein MHC kelas I yang baru muncul dan
orang. Contoh superantigen adalah tolain bakteri tertentu,
bekerja sama dengan Fr-mikroglobulin untuk membentuk
termasuk enterotoksin stafilokokus, toiain pada sindrom
komplela antigen peptida-MHC kelas I yang seluruhnya
syok toksik, dan eksotoksin A pirogenik pada
terlipat yang kemudian dibawa ke permukaan sel agar
streptokokus grup A. Antigen-antigen tersebut berikatan
terlihat dan dikenali oleh sel-sel T sitotoksik CD8.
dengan "bagian luar" protein MHC dan reseptor sel T
Alur pengikatan molekul kelas I lebih sempir (Gambar 8-68). Antigen ini aktif pada konsentrasi sangat
dibandingkan dengan moiekul kelas II, sehingga peptida
rendah (10-e mol/L) dan menyebabkan sel T meng-
yang lebih pendek lebih sering ditemukan pada kelas I
ekspresikan sekuens VB tertentu untuk dirangsang dan
daripada molekul MHC kelas II.
Memahami pemrosesan antigen secara rinci telah .untuk melepaskan banyak sitokin, termasuk IL-l dan
faktor nekrosis tumor (TNF). Pelepasan banyak sitokin
menjernihkan pemikiran kita mengenai fungsi sel T. Oleh
akibat stimulasi cadangan limfosit T dalam jumlah besar
karena itu, kita dapat memahami mengapa sel-sel T tidak
ini dapat menjeiaskan luasnya patogenesis penyakit yang
berespons terhadap antigen karbohidrat (alur tidak dapat
disebabkan oleh organisme-organisme yang'meng-
memuat antigen) dan mengapa sel T hanya mengenali
ekspresikan superantigen.
determinan antigenik linear (sel T hanya merespons
andgen yang diproses secara proteolitik). Apakah anrigen
ditujukan untuk presentasi kelas I atau kelas il hanya IMUNITAS DIPERANTARAI ANTIBODI
bergantung pada komparte me n intraselular yang (HUMORAL)
dilaluinya.
Respons Primer
Beberapa virus mencoba mengalahkan respons imun
dengan cara mengganggu jaiur pemrosesan anrigen. Bila seseorang bert€mu antigen untuk pertama kalinya,
Misalnya, suatu protein Tat HIV mampu menghambat antibodi terhadap antigen tersebut dapat dideteksi dalam
ekspresi molekul MHC kelas I. Protein herpesvirus serum dalam waktu beberapa hari atau minggu,
berikatan dengan protein-prorein transporter (TAP), bergantung pada sifat dan dosis antigen serta rute
mencegah transpor peptida virus ke dalam retikulum pemberian (rnisal, oral, parenteral). Konsentrasi antibodi
endoplasma, tempat molekul kelas I disintesis. Mekanisme serum terus meningkat selama beberapa minggu
inhibisi ini menyebabkan herpes virus dapat menghindari kemudian menurun; konsentrasi antibodi dapat turun
respons imun karena sel-sel yang terinfeksi tidak dikenaii sampai kadar sangat rendah (Gambar 8-8). Antibodi yang
oleh limfosit efektor. pertama terbentuk adalah IgM, diikuti oleh IgG, igA,
' Beberapa superantigen mampu berikatan dengan atau keduanya. Kadar IgM cenderung menurun lebih
molekul MHC di luar ceiah pengikat peptida. Akibatnya cepat daripada kadar IgG.
138 / BAB 8

Respons Sekunder Jalur Jalur Jalur

Pada kejadian pertemuan kedua dengan antigen yang sama


(atau antigen "reaksi silang" yang terkait erat) berbulan-
bulan atau bertahun-tahun setelah respons primer, respons
klasik

I
Kompleks
MB

tI
lektin
Permukaan
mlKroba
alternatif

Permukaan
mikroba
imun
antibodi akan lebih cepat terbentuk dan meningkat sampai
kadar yang lebih tinggi daripada respons-primer. \ MGL
It T
Perubahan respons tersebut dihubungkan dengan c1/c3
persistensi "sel-sel mehrori" yang sensitif antigen setelah teraktivasi ./ /

c2A,1p'+uzo1 tceuJut
.,L r"urore
respons imun pertama. Pada respons sekunder, jumiah
c4
IgM yang dihasiikan secara kualitatif sama dengan yang
dihasilkan setelah kontak pertama dengan antigen; namun, Fi$Tfi.
IgG yang dihasilkan jauh lebih banyak, dan kadar IgC
cenderung menetap lebih lama dibandingkan dengan
respons primer. Dan lagi, antibodi tersebut cenderung
mengikat antigen lebih kuat (yaitu, dengan afinitas yang
iebih tinggi) sehingga lebih sulit berdisosiasi. c3b

Fungsi Protektif Antibodi ^/\ [c3bBbc3b]


[c4b2b3b] Anafilatoksin
Karena komplementer struktural yang erat antara antibodi
dan antigen yang merangsangnya, keduanya cenderung
berikatan satu sama lain setiap kali bertemu, in uitro
atau in uiuo. Penglkatan tersebut bersifat nonkovalen dan
meiibatkan gaya elektrostatik, gaya van der tWaals, dan
c5b
gaya lemah lain serta ikatan hidrogen dan ikatan lainnya.
c6,c7,c9,ca
Antibodi dapat menghasilkan pertahanan terhadap infelsi V
dengan cara mengopsonisasi (melapisi) organisrne, yang ---l
t--csb-caY
membuatnya lebih mudah ditelan oleh fagosit; antibodi
dapat mengikat virus dan mengurangi kemampuannya
I .l

Kompleks serangan membran


berikatan dengan molekul reseptor seluiar serta
I
menginvasi sel pejamu; dan yang paling penting, antibodi
dapat menetralkan toksin-toi<sin mikroorganisme (misal, +
Lisis sel
difteri, tetanus, dan botulisme) serta menginaktifkan
efeknya yang membahayakan. Gambar 8-9. Urutan reaksi komplemen.
Antibodi-antibodi dapat diinduksi secara aktif pada
pejamu dengan -.-^r.,kk"n antigen yang sesuai atau
preparat yang mengandung antigen tersebut (toksoid
difteri, tetanus), tetapi perlindungan tertunda hingga Banyak respons imun selular yang juga memerlukan
antibodi mencapai konsentrasi yang bermanfaat. kerja sama antibodi untuk melawan antigen p€ngganggu
Sebaliknya, antibodi dapat diberikan secara pasif (yaitu, sebelum antigen dapat diinaktifkan atau dieliminasi (lihat
prekursor antibodi dari pejamu lain), sehingga antibodi bawah). Sebaliknya, pengikatan antibodi dengan antigen
dapat segera tersedia untuk tujuan pencegahan atau terapi. menyebabkan pembentukan kompleks imun, dan deposit
Cara semacam ini (imunisasi pasif) telah digunakan kompleks tersebut dapat menjadi gambaran penting pada
untuk penanganan cedera "jarum suntik" pada orang yang perkembangan disfungsi organ, misal, glomerulonefritis
tidak divaksinasi hepatitis B. pos tsrrep rokokal.

Imunitas humoral (diperantarai antibodi) melawan


bakteri paling efektif bila ditujukan untuk melawan SISTEM KOMPLEMEN
infeksi mikroba yang virulensinya dihubungkan dengan
Sistem komplemen terdiri dari serum dan protein yang
kapsul polisakarida (misal, pneumokokus, hemofilus,
terikat membran yang berfungsi pada sistem pertahanan
ria). Pada infeksi semacam ini, antibodi
ne isse
pejamu yang bersifat adaptif mauPuan nonadaptif.
membentuk kompleks dengan antigen kapsular dan
Protein-protein tersebut sangat diatur dan berinteraksi
membuat organisme mudah ditelan oleh sel-sel fagositik
melalui serangkaian kaskade proteolitik. Istilah
dan dihancurkan di dalam sel. "komplemen" berkaitan dengan kemampuan protein-
IMUNOLOGI 139

prorein tersebut untuk menambah (memperkuat) efek- B. JALUR ALTERNATIF


efek komponen lain pada sistem imun (misal, antibodi).
Banyak zat yang tidak terkait, mulai dari zat kimia
Komplemen-mempunyai beberapa efek utama: (1) lisis
komplela (misal, endotoksin) hingga agen infeksius (misal,
sel .(misai, bakteri dan sel tumor), (2) produksi mediator
parasit), dapat mengaktifkan jalur berbeda. C3 dipecah,
yang berperan dalam proses peradangan dan menarik dan C3 konvertase dihasilkan melalui kerja faktor B, D,
fagosit, (3) opsonisasi organisme dan kompleks imun
dan properdin. C3 konvertase alternatif (C3bBb)
untuk pemusnahan organisme melalui fagositosis, dan menghasilkan lebih banyak C3b. C3b tambahan berikatan
(4) peningkatan respons imun yang diperantarai antibodi.
dengan C3 konvertase untuk membentuk C3bBbC3b,
Protein komplemen terutama disintesis oleh hati dan sel-
yang merupakan jalur alternatif C5 konvertase yang
sel fagositik.
menghasilkan C5b, menyebabkan terbentuknya
kompieks serangan membran seperti yang relah dijelaskan
Aktivasi Komplemen se belumnya.
Beberapa komponcn komplemen adalah proenzim, yang Dalam tahun-tahun belakangan, telah berkembang
harus dipecah untuk membentuk enzim-enzim aktil. lain-jalur lekdn
konsep jalur aktivasi komplemen yang
Komponen-komponen pada jalur klasik diberi nomor dari MB. Konstituen utamanya adalah protein plasma yang
Cl sampai C9, dan urutan reaksinya adalah C1-C4-C2- disebut MBL, yang merupakan.kependekan dari mannan-
C3-C5-C6-C7-C8-C9. Hingga C5, aktivasi melibatkan binding lectin. MBL berikatan dengan residu gula seperti
pemecahan proteolitik, membebaskan fragmen-fragmen mannosa yang ditemukan pada polisakarida permukaan
yang lebih kecil dari C2 sampai CJ. Fragmen yang lebih suatu mikroba seperti LPS. Keseluruhan jalur letr<tin MB
kecil berdasarkan persetujuan bersama ditandai dengan sama seperti jalur klasik aktivasi komplemen, kecuali
huruf a (misal, C4a) dan fragmen yang lebih besar bahwa jalur ini dapat teraktivasi tanpa adanya antibodi.
ditandai dengan huruf & (misal, C5b). Aktivasi sistem
komplemen dapat dipicu oleh kompleks antigen-antibodi Pengaturan Sistem Komplemen
maupun oleh berbagai molekul nonimunologik.
Beberapa protein serum mengarur sistem komplemen pada
Urutan aktivasi komponen komplemen (Gambar 8-
berbagai tahapan yang berbeda: (1) inhibitor Ci mengikat
9) terjadi melalui dua jalur utama. dan menginaktifkan aktivitas serin protease pada C1r
dan C1s; (2) faktor I memecah C3b dan C4b, sehingga
A. JALUR KLASIK
mengurangi jumlah C5 konvertase yang tersedia; (3)
Hanya IgM dan IgG yang dapat mengaktifkan atau faktor H meningkatkan efek faktor I terhadap C3b; dan
memfiksasi komplemen meialui jaiur klasik. Dalam (1r) faktor P (properdin) melindungi C3b dan menstabilkan
kelompok IgG, hanya subkelas IgG l, 2, dan 3 yang C3 konvertase pada jalur alternatif. Pengaturan ini juga
memfiksasi komplemen; 1gG4 tidak. C1, yang berikatan diiakukan oleh protein yang mempunyai kemampuan
dengan suatu tempat di regio Fc, terdiri dari tiga protein: mempercepat kerusakan protein komplemen-misalnya,
C1q, C1r, dan C1s. Clq merupakan suatu agregat faktor yang mempercepat pembusukan, suatu protein yang
polipeptida yang berikatan dengan bagian Fc IgG dan terikat membran yang ditemukan pada sebagi'an besar
IgM. Kompleks imun antibodi-antigen yang berikatan permukaan se1 darah yang dapat bekerja mempercePat
dengan C1 akan mengaktifkan C1s, yang memecah C4 disosiasi C3 konvertase pada kedua jalur.
dan C2 untuk membentuk C4b2b. C4b26 merupakan
C3 konvertase yang aktif, yang memecah molekul C3 Efek Biologis Komplemen yang Utarna
menjadi dua fragmen: C3a dan C3b. C3a, suatu lPsgYs$r
anafilatoksin, akan dibahas kemudian. C3b membentuk L
kompleks dengan C4b2b, menghasilkan enzim baru, C5 Sel-sel, kompleks antigen-antibodi, dan partikel-partikel
konvertase, yang memecah C5 untuk membentuk C5a lain difagositosis lebih efisien dengan adanya C3b karena
dan C5b. C5a adalah suaru anafilatoksin dan faktor ditemukan reseptor C3b pada permukaan banyak fagosit.
kemotaktik (lihat pembahasan berikutnya). C5b mengikat
C6 dan C7 untuk membentuk suatu kompleks yang B. KEMoTAKSIS
masuk ke dalam lapisan membran ganda. Kemudian C8
C5a merangsang pergerakan neutrofil dan monosit ke
berikatan dengan kompleks C5blC6lC7, diikuti dengan
tempat deposit antigen.
polimerisasi enam belas molekul C9 unuk menghasilkan
kompleks serangan membran yang menghasilkan suatu C, ANAFILAToKSIN
saluran atau pori-pori pada mernbran dan mcnyebabkan
sitolisis dengan cara memungkinkan air meiewati C3a, C4a, dan C5a dapat menyebabkan peningkatan
membran sel secara bebas. permeabilitas vaskular dan kontrai<si otot polos. C3a dan
140 / BAB 8

C5a juga merangsang sel-sel mast untuk melepaskan berdiferensiasi dalam timus menjadi sel-sel yang
histamin. mengekspresikan reseptor sel T spesifik dan positif untuk
ekspresi molekul reseptor CD4 maupun CD8. Setelah
D. SrroLrsrs berdiferensiasi dalam timus, sel-sel T mengalami proses
pemilihan positif dan negatif sehingga hanya sel-sel dengan
Insersi kompleks C5b6789 ke dalam permukaan sel reseptor antigen yang paling berguna yang akan disimpan,
menyebabkan terbunuh atau lisisnya banyak jenis sel, yaitu, sel T yang bersifat spesifik untuk antigen nonself
termasuk eritrosit, bakteri, dan sel-sel rumor. dan terbatas pada MHC self Kon-Hon yang merupakan
antiself potensial akan dihilangkan atau fungsinya
Konsekuensi Klinis Defisiensi Komplemen diinaktifkan (dibuat anergi). Proses seleksi ini
Banyak defisiensi genetik protein kompiemen yang telah menyebabkan sekitar 9570 timosit mati dalam timus.
dijelaskan sebelumnya, dan hai ini biasanya menyebabkan Hanya sedikit sel T yang berkembang dan mengekspresikan
peningkatan kerentanan individu terhadap penyakit reseptor yang sesuai. Sel inilah yang disimpan dan
infeksius-misalnya, defisiensi C2 sering menyebabkan dikeluarkan ke perifer tempat sel-sel matur menjadi sel-
infei<si bakteri piogenik yang serius. Defisiensi komponen sel T yang efektif.
kompleks serangan membran meningkatkan kerentanan
individu terhadap infeksi neisseria. Juga dikenal defisiensi Proliferasi & Diferensiasi SelT
komponen jaiur alternatif-misal, defisiensi properdin
dihubungkan dengan kerentanan terhadap penyakit Proliferasi sel T bergantung pada berbagai peristiwa. Sel-
meningokokus. sei Tyang naif akan diaktifkan bila bertemu dengan
antigen pada APC. Namun, antigen saja tidak cukup.
IMUNITAS SELULAR Sel-sel T yang dorman harus menerima dua sinyal agar
terjadi aktivasi. Satu sinyal datang dari reseptor sel T
Imunitas yang diperantarai antibodi berperan penting yang berinteraksi dengan kompleks antigen-MHC yang
pada berbagai penyakit yang diinduksi toksin, pada terbentuk pada sel lain. Molekul adhesi sel berperan
infeksi mikroba yang virulensinya ditentukan oleh kapsui penting dalam proses interaksi antara dua jenis sel ini.
polisakarida, dan sebagai bagian respons pertahanan Pengenalan antigen mencetuskan serangkaian jalur
pejamu terhadap beberapa infeksi virus. Namun, pada biokimia di dalam sel yang akhirnya menghasilkan sintesis
sebagian besar infeksi mikroba, pertahanan dan dan mitosis DNA. Seperti yang telah dijelaskan
pemulihan dibantu oleh imunitas selular, meskipun sebelumnya, yang penting bagi peristiwa pengiriman sinyal
mungkin diperlukan pula kerjasama dengan antibodi. Dan adalah protein-protein kompleks CD3 yang dihubungkan
lagi, imuniras selular adalah pusat perrahanan pejamu dengan rantai reseptor sel T. CD3 mentransduksi sinyal
melawan patogen intraselular seperti virus dan untuk ke sitoplasma yang akhirnya menyebabkan transkripsi,
melawan sel tumor. Peran penting imunitas selular misalnya, gen reseptor IL-2 dan IL-2. Pelepasan IL-2
ditekankan pada situasi klinis yang supresi imunitas selular menyebabkan aktivasi sei-sel T lain yang mengandung
ini (misal, AIDS) dapat menyebabkan infeksi atau tumor. reseptor IL-2. Sinyal kostimulasi lain yang diperlukan
Sistem imun selular meliputi beberapa jenis sel dan untuk aktivasi sel T berasal dari interaksi antara suatu
produk-produknya. Makrofag menyajikan antigen ke molekul yang dikenal sebagai CD80 (B7), yang ditemukan
limfosit T melalui protein MHC yang terletak di pada sel-sel penyaji antigen profesional seperti makrofag
permukaan sel. Reseptor sel T mengenali antigen, dan dan sel B, dan pasangan reseptornya, CD28, pada sel T.
klon sel T yang spesifik menjadi aktif dan mulai 'l-anpa sinyal kedua ini, pemajanan sel T ke antigen dapat
berproliferasi. Karena terdapat banyak subpopulasi sel T menyebabkan inaktivasi fungsionalnya (anergi) atau
dan karena interaksinya (secara langsung maupul.r melalui kematian. Begitu diaktifkan oleh kompleks MHC-antigen
produlai sitokin yang mudah larut) menyebabkan sistem ditambah adanya sinyal kostimulasi, sel T naif menyekresi
respons yang sangat rurrrit, aspek tertentu sistem ini akan sitokin lL-2 dan mengekspresikan reseptor lL-2.
dibahas secara terpisah pada pembahasan seianjutnya. Proliferasi sel T sekarang dapat diinduksi dengan cara
autokrin. Sel-sel T yang berproliferasi kemudian dapat
Perkernbangan Sel T berdiferensiasi menjadi sel-sel efektor yang telah
dipersenjatai.
Di daiam timus, sel-sel progenitor sel T mengalami
diferensiasi (di bawah pengaruh hormon timus) menjadi
Sel-sel T dibagi menjadi dua kategori umum: sel-sel
yang mengekspresikan CD4 dan sel-sel yang meng-
subpopulasi sel T. Banyak yang telah dipelajari mengenai
ekspresikan CD8.
proses tersebut dalam tahun-tahun belakangan ini, dan
Sel T CD4 yang berproliferasi dapat menjadi satu
pembaca dianjurkan membaca teks khusus untuk
dari dua kategori utama sel T efektor: sel Tul inflamasi
mendapatkan penjelasan yang lebih detail. Sel-sel T
IMUNOLOGI 141

atau sel Tri2 helper. Pengendalian diferensiasi ini sebagian (pembunuh) mengekspresikan CD8 dan mengenali
sitokin yang ditimbulkan oleh interaksi
besar terletak pada peptida asing yang dihasilkan dari patogen-patogen
patogen dengan sistem imun nonadaptif. Sel T inflamasi sitotoksik, seperti virus-virus, yang berhubungan dengan
mengaktifkan makrofag dan menimbulkan imunitas molekul MHC kelas I. (2) Sel T inflamasi (Tu1)
selular. Sel-sei helper (Tn2) mengaktifkan sel B untuk mengei<spresikan CD4 dan mengenali peptida asing yang
membuat antibodi sehingga merangsang imunitas dihasilkan dalam jalur 'endositik yang berhubungan
humoral. Pertemuan pertama antara patogen dan dengan molekul MHC kelas II. Sei-sel tersebut
mekanisme imunitas bawaan pada pejamu dapat menjadi mengaktifkan makrofag, memungkinkannya untuk
peristiwa yang penting bagi pejamu dalam menentukan menghancurkan bakteri intraselular secara lebih efisien.
hasil keluaran suatu infeksi. (3) Sel T helper (TH2) mengekspresikan CD4 dan
Sel T CD8 dapat menjadi sel-sel efektor yang mengenali peptida asing yang dihasilkan seperti cara di
sepenuhnya teraktivasi baik melalui interaksi dengan atas yang berhubungan dengan molekul MHC kelas II.
kompleks MHC-antigen pada sel-sel penyaji antigen Sel-sel tersebut mengaktifkan sel-sel B untuk menyeftresikan
profesional yang mengekspresikan banyak molekul imunoglobulin dan memulai respons imun humoral
kostimulasi (CD80; 87) atau melalui bantuan sel-sel T dengan target patogen dan toksin ekstrasel.
CD4 yang berinteraksi dengan antigen yang sama pada
suatu sel yang hanya mengekspresikan sedikit molekul
Fungsi Sel T
kostimulasi. Melalui cara kedua, sitokin yang dilepaskan
dari sel T helper dapat membantu menjalankan tahap Sel-sel T mempunyai fungsi efektor dan regulator.
akhir proses aktivasi sel T CD8: (l) Sel T sitotoksik

Tahel 8-3. Sitokin-sitokin tertentu yang penting

IFN-o, -B Leukosit (lFN-o), fibroblas (lFN-0) Antivirus, pirogenik

IFN-y (interferon) Sel T, sel NK Mengaktifkan fagosit mononuklear

TNF-a (faktor nekrosis tumor alfa) Makrofag, sel NK Aktivasi sel, demam, kakheksia, antitumor

TNF-p (faktor nekrosis tumor beta), Sel T, sel B Mengaktifkan leukosit, antitumol
LT (limfotoksin)

lL-'l (interleukin-1) Makrofag, sel epitel Aktivasi sel T dan makrofag, demam,
kakheksia

lL-2 (interleukin-2) Sel T Pertumbuhan dan aktivasi sel T

lL-3 (interleukin-3) Sel I sel epitel timus Hematopoiesis

lL-4 (interleukin-4) Sel T, sel mast, sel NK Proliferasi sel B dan pergantian ke
kelas lgE

lL-5 (interleukin-5) Sel T Diferensiasi eosinof il

lL-7 (interleukin-7) Sel stroma sumsum tulang Diferensiasi progenitor limfoid

lL-8 (interleukin-8) Makrofag Kemotaktik untuk neutrofil

lL-1 0 (interleukin-1 0) Sel T Menghambat makrofag

lL- l 2 (interleukin-12) Sel B. makrofag Diferensiasi sel Ts1, aktivasi sel NK

G M-CSF (g ra nul ocyte-m acroph age Sel T, makrofag Hematopoiesis granulosit, sel-sel lini
col ony-sti m u I ati ng f a cto r) monosit

M-CSF (mono cyte-macrop h age Makrofag, dll Diferensiasi menjadi monosit


co I o ny-sti mu I ati n g f a cto r)

G-CSF (granulocyte colony- Fibroblas, monosit Merangsang produksi neutrofil dalam


stimulating factor) sumsum tulang
142 BAB 8

A. FUNGSI EFEKTOR Bila terdapat ketidakseirnbangair jumlah sel CDll dan


CD8 yang aktil, mekanisme imun selular secara keseluruhan
Imunitas selular dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat
terganggu. Oleh karena itu, pada AIDS, rasio normal
terutama dihasilkan untuk melarvan antigen parasit
sel-sel CDll terhadap CD8 (>1,5) menghilang. Beberapa
'intrasel, termasuk virus, fur.rgi, beberapa protozoa, dan
sel CD4 dihancurkan oleh I{]V. Rasio CDlr:CD8 menjadi
bakteri (misal, mikobakteri). Defisier.rsi imunitas selular
kurang dari 1, menyebabkan individu tersebut sangat
terutama bermanifestasi dalam bentuk kerentanan
individu yang nyara terhadap infelisi oleh mikroorganisme
rentan terhadap perkernbangan berbagai infeksi
oportunistik dan tumor tertentll.
tersebut dan tumor-tumor tertentu.
Dalam merespons allograf atau tumor, sel-sel CD4-
positif dapat mengenali molekul MIIC kelas II asing dan SITOKIN
antigen spesifik, kemudian sel ini menjadi aktif. Sel T Sitokin adalah mediator mudah larut yang ada pada
sitotoksik CD8-positif kemudian berespons tcrhadap respons pertahanan pejamu, bersifat spcsifik maupun
produksi sitokin oleh sel-sel CD1r, mengenali molekul nonspesifik. Dengan demikiar-r, sitokin-sitokin berperan
MHC kelas I pada sel-scl "asing", dan terus meng- penting dalam mekanisme efekror yang terlibat dalam
hancurkan sei-sel tersebut. Pada kasus sel-sel yang pemusnahan antigen asing seperti mikroorganisme. Tabel
terinfeksi virus, limfosit CD8 harus mengcnali enrigen- 8-3 rnenyajikan sebagian kecil sitoldn yang penting.
antigen yang ditentukan olel"r virus dan molekul MHC Banyak sitokin yang berbeda-beda dihasilkan selama
kelas I pada sel yang terinfeksi. respons ir.nun. Sitokin yang sama dapat dihasilkan oleh
berbagai jenis sel dan dapet mcnirnbulkan banyak efek
B. FUNGsI REGULAToR terhadap scl yang sama, dan juga dapat bekerja pada
Sel T berperan penting dalam rnengatur imunitas humoral berbagai jenis se1. Efeknya diperantarai oleh pengikatan
(diperantarai antibodi) mauplrn selular (diperantarai sel). ke reseptor spesifik pada sei-sel targer. Oleh karena itu,
Produksi antibodi oleh sel B biasanya n-remerlukan sitokir.r sama seperti hormon lain yang efeknya
partisipasi sel T helper (respons bergantung pada sel T), diperantarai melalui reseptor yang mengirimkan sinyal
tetapi antibodi terhadap beberapa antigen (misal, ke sel-sel target yang merespons sinyal tersebut. Seperti
makromoiekul yang mengalami polimerisasi seperti yang dapat dinilai dari Tabel 8-3, sitokin (seperti hormon-
polisakarida kapsular pada bakteri) merupakan hasil hormon lain) sering bekerja sebagai faktor pertumbuhan:
respons yang tidak bergantung pada sel T.
Pada respons sei B terhadap antigen yang bergantung HIPERSENS!TIVITAS
pada sel T, baik sel-sel B dan T harus mempunyai
Istilah "hiperser"rsitivitas" atau "alergi", menunjukkan
spesifisita.s lvlHC kelas II yang sama. Pada respons
suatu kead:ran dengan respons imr,rn yang menyebabkan
semacam ini, antigen berinteraksi dengan IgM pada
reaksi berlebihan atau tidak sesuai yang membahayakan
permukaan sei B. Kemudian antigen djinternalisasi dan
pcjamu. Pada orang tertentur reaksi-reaksi tersebut secara
diproses. Fragmen-fragmen antigen dikembalikan ke
khas terjadi setelah kontak kedua dengan antigen spesifik
permukaan sel B dalam hr-rbr-rngannya dengan molekul
(alergen). Kontak pertama adalah kejadian pendahulu
MHC kelas II. Sernuanya berinteraksi dengan reseptor
yang diperlukan yang dapat menginduksi sensitisasi
sel Tpada sel T helper, dar.r menghasilkan sitokin yar.rg
terhadap alergen tersebut.
membantu pembelahan sel-sel B dan juga membantunya
T'erdapat empat jenis utarna reaksi hipersensitivitas.
berdiferensiasi menjadi sel-sel plasma penghasil antibodi, 'Iipe I, II, dan lll dirnediasi antibodi; tipe IV dimediasi sel.
yang mengekspresikan imunoglobulin kelas lainnya (misal,
IgG, igA). Sama seperti sel T, sel-sel B memerlukan dua
Tipe l: Hipersensitivitas Tipe cepat
sinyal untuk aktivasi. Satu sinyal dari reseptor sel B untuk
(Anafilaktik)
antigen, dan yang kedua adalah sinyal kostimulasi yang
dihasilkan akibat interaksi CD40 pada sel B dengan l-lipersensitivitas tipe I bermanilestasi sebagai rcaksi
CDl54 (ligand CDzrO) pada sel T helper. jaringan yang terjadi dalam waktu 5 menit setelah antigen
Pada respons selular lainnya. antigen diproses oleh bergabung dengan antibodi yang sesuai. Hipersensitivitas
makrofag, dan ftagmen-fragmen disajikan dengan bantuan ini bisa berupa anafilaksis sistemik (misa1, setelal.r
molekul MHC kelas II pada permukaan makrofag. pemberian protein heterolog) ataupun reaksi Iokal (misal,
Molekul-molekul tersebut berinteraksi dengan reseptor alergi atopik seperti hay feuer).
sel T pada sei T helper, yang menghasilkan sitokin untuk Mekanisme umum hipersensitivitas tipe cepat
merangsang pertumbuhan sel-sei CDlr (T helper) yang melibatkan beberapa tahap berikut. Suatu antigen
sesuai. Berbagai sitokin p€nting secara sirrgkat diuraikan menginduksi pembentukan antibodi lgE, yang berikatan
pada pembahasan selanjutnya dan'Tabcl 8-3. kuat melalui bagian Fc ke suatu reseptor pada sel-sel mast
IMUNOLOGI 143

dan eosinofil. Beberapa waktu kemudian, kontak kedua Marrifestasi klinis yang umum terjadi adalah hay feuer,
seseorang dengan antigen yang sama menyebabkan fiksasi asma, eksema, dan urtikaria. Banyak penderita
antigen ke IgE yang terikat sel, membentuk ikatan silang menunjuld<an reaksi tipe cepat ketika dilakukan uji kulit
pada molekul IgE, dan melepaskan mediator yang aktif (injeksi, uji ternpel, garukan) dengan menggunakan
secara farmakologis dari sel-sel dalam waktr.r beberapa antigen pengganggu.
menit. Nukleotida siklik dan kalsium berperan penting
dalam pelepasan mediator. Dapat juga terjadi "fase Hipersensitivitas Tipe I I
lambat" kedua yang berlangsung selama beberapa hari
Hipersensitivitas tipe II melibatkan pengikatan antibodi
dan melibatkan infiltrasi neutrofil, tnonosit, dan leukosit- (IgG atau IgM) ke antigen permukaan sel atau molekul
leukosit lain ke dalam jaringan.
matriks ekstraselular. Antibodi yang ditujukan pada
antigen permukaan sel dapat mengaktifkan komplemen
A. MEDIAToR HIPERSENSITIVITAS TIPE I
(atau efektor lain) untuk merusak sel. Antibodi (IgG atau
Beberapa mediator penting dan efek utamanya ciisajikan IgM) melekat pada antigen melalui regio Fab dan bekerja
di bawah ini. sebagai jembatan terhadap komplemen melalui regio'Fc.
Hasilnya dapat terjadi lisis yang diperantarai komplemen,
1. Flistamin-daiam trombosit histamin acla dalam
bentuk prekursor. Histamin juga ditemukan di daiam
seperti yang terjadi pada anemia hemolitik' reaksi
transfusi ABO, dan penyakit hemolitik Rh.
granula sel mast dan eosinofil. Pelepasan histamin
menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas
Obat-obatan seperti penisilin dapat melekat pada
kapiler, dan kontraksi otot polos (misal, bronkospasme).
protein permukaan sel darah merah dan mencetuskan
Obat-obat antihistamin dapat menghalangi tempat pembentukan antibodi. Antibodi autoimun tersebut
kemudian dapat bergabung dengan permukaan sel, dan
reseptor histamin dan relatif efbktif dalam pengobatan
rinitis alergika. Histamin adalah salah satu mediator akibatnya terjadi hemolisis. Patogen tertentu (misal,
Mycop lasma pneumoniae) dapat n'rengindutr<si antibodi yang
primer pada realai tipe I.
bereaksi silang dengan antigen sel darah merah,
2. Prostaglandin dan trombok.an-Terkait dengan minyebabkan anemia hemolitik. Pada demam rematik,
leukotrien, prostaglandin dan tromboksan dibentuk dari antibodi terhadap streptokokus grup A bereaksi silang
asam arakidonat melalui jalur siklooksigenase.' dengan jaringan jantung. Pada sindrom Goodpasture,
Prostaglandin menyebabkan bronkokonstriksi dan dilatasi antibodi yang terbentuk melawan membrana basalis gin.ial
serta peningkatan permeabilitas kapiier. Tromboksan dan paru, menyebabkan kerusakan membran yang hebat
menyebabkan agregasi trombosit. akibat aktivitas leukosit yang ditarik oleh komplemen.
Mediator-mediator tersebut beserta sitokin sePerti Pada beberapa kasus, antibodi terhadap resePtor
TNF-cr danIL-4, disebut sebagai mediator sekunder pada permukaan sel dapat mengubah fungsi tar.rpa mencederai
reaksi tipe I. sel-misalnya, pada penyakit Grave, suatu autoantibodi
berikatan dcngan reseptor hormon perangsang tiroid
B.PENANGANAN DAN PENCEGAHAN ('fSH) dan menyebabkan hipertiroidisme dengan cara
REAKSI ANAFILAKTIK merangsang tiroid.
Penatalaksanaan ditujukan untuk melawan kerja mediator
dengan cara mempertahankan jalan napas, memberikan Tipe lll: Hipersensitivitas Kompleks lmun
ventilasi buatan jika perlu, dan menopang fungsi jantung. Bila antibodi bergabung dengan antigen spesifiknya, akan
Satu atau lebih obat ini dapat diberikan: epinefrin, terbentuk kompleks imun. lliasanya, kompleks imun akan
antihistamin, dan kortikosteroid. segera dibuang oleh sistem retikuloendotelial, tetapi
Pencegahan dilakukan der.rgan cara mengidentifikasi kadang-kadang kompleks ini menetap dan tersimpan
aiergen (sering kali dengan uji kulit) dan menghindarinya. dalam jaringan, menyebabkan beberapa gangguan. Pada
infetrai mikroba atau virus yang persisten, kompleks imun
C. AroPl dapat tersimpan dalam organ (misal, ginjal)' yang menye-
Gangguan hipersensitivitas atopik memperlihatkan b"tkan disfungsi. Pada gangguan autoimurt, antigen " s elf
predisposisi familial yang kuat dan disertai dengan dapat memicu antibodi yang berikatan dengan antigen
peningkatan kadar IgE. Predisposisi atopi jelas bersifat o.g"n tersimpan dalam organ dan jaringan dalam
genetik, tetapi gejalanya dicetuskan oleh pemajanan bentuk","u
suatu kompleks, terutama pada persendian
terhadap aiergen spesifik. Antigen-antigen ini biasanya (artritis), ginjal (nefritis), dan pembuluh darah (vaskulitis).
berasal dari lingkungan (misal, alergi pernapasan terhadap Akhirnya, antigen lingkungan sePerti spora fungi dan
serbuk sari, suatu jenis rumput, atau debu rumah) atau beberapa obat tertcntu dapat menyebabkan pembentukan
makanan (misal, alergi terhadap kerang-kerangan). kompieks imun disertai der.rgan timbulnya penyakit.
144 / BAB 8

Di mana pun tersimpan, kompleks imun dapat \2-48 jam. Uji tempei pada area kecil di kulit kadang,
mengaktifkan sistem komplemen, dan makrofag serta kadang dapat mengidentifikasi antigen pengganggu.
neutrofil tertarik menuju rempar tersebut, kemudian di Penghindaran berikutnya terhadap bahan tersebut akan
sini akan terjadi peradangan dan cedera jaringan. Terdapat mencegah rekurensi. Sel penyaji antigen pada sensitivitas
dua bentuk utama hipersensitivitas yang diperantarai oieh kontak ini kemungkinan adalah sel-sel Langerhans di
kompleks imun. Bentuk pertama bersifat lokal (reaksi epidermis, yang berinteraksi dengan sel-sel Tn1 CD4
Arthus) dan khas timbul pada kulit bila antigen dosis yang akan memberikan respons.
rendah disuntikkan dan terbentuk kompleks imun
ini melibatkan antibodi IgG, dan aktivasi
setempat. Reaksi B. HIPERSENSITIvITAS TIPE TUBERKULIN
komplemen yang terjadi menyebabkan aktivasi sel-sel
mast dan neutrofil, peiepasan mediator, dan peningkatan
Hipersensitivitas tipe lambat terhadap anrigen
mikroorganisme terjadi pada banyak penyakit infeksi dan
permeabilitas vaskular. Keadaan tersebut khas terjadi
telah digunakan sebagai alat bantu diagnosis. Hal ini juga
sekitar 12 jam. Bentuk kedua hipersensitivitas tipe III
dikenal sebagai reaksi tuberkulin. Bila sedikit tuberkulin
menyebabkan penyakit komplei<s imun sistemik. Terdapat
disuntikkan ke dalam epidermis pasien yang sebelumnya
beberapa contoh, termasuk penyakit-penyakit seperti
terpajan Mycobacterium tuberculosis, akan terjadi reaksi
glomerulonefritis po-ststreptokokus akut.
Glomerulonefritis poststreptokokus akut adalah tipe cepat yang ringan; narnun, secara bertahap akan
timbui indurasi dan kemerahan serra mencapai puncaknya
penyakit kompleks imun yang sangat terkenal. Awitannya
dalam waktu 24-72 jam. Sel-sel mononuklear menumpuk
terjadi beberapa minggu setelah infeksi streptokokus B-
dalam jaringan subkutan, dan terdapat banyak sel Ts1
hemolitik grup A, terurama pada kulit, dan sering terjadi
pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus tipe
CD4 inflamasi. Uji kulit positif menunjukkan bahwa
orang tersebut teiah terinfei<si agen ini tetapi bukan berarti
nefritogenik. Kadar komplemen biasanya rendah, yang
orang tersebut sedang sakit. Namun, perubahan respons
menunjukkan suaru reaksi antigen-antibodi dengan
konsumsi komplemen. Deposit imunoglobulin dan uji kulit yang baru terjadi (dari negarif menjadi positif)
menunjukkan infeksi baru terjadi dan kemungkinan
komponen komplemen C3 yang padat tampak di akrivitas saar ini.
sepanjang membran basal glomerulus yang rerwarnai
Respons uji kulit yang positif dapat membantu
dengan imunofluoresen, menunjukkan adanya kompleks
antigen-antibodi. Kompleks antibodi-antigen streptokokus
diagnosis. Misalnya, pada penyakit lepra, uji kulit
kemungkinan disaring keluar oleh glome rulus, lepromin yang posirif menunjukkan adanya penyakit
tuberkuloid, dengan imunitas selular aktif, sedangkan hasil
memfiksasi .komplemen dan menarik neutrofil, dan
menghasilkan proses radang yang merusak ginjal.
uji negatif menunjukkan lepra tipe iepromatosa, dengan
imunitas selular yang lemah.
Tipe lV: Hipersensitivitas Selular (Lambat)
RESPONS IMUN TIDAK ADEKUAT
Hipersensitivitas selular bukanlah suatu fungsi antibodi
tetapi limfosit T yang tersensitisasi secara spesifik TERHADAP BERBAGAI AGEN
sehingga mengaktifkan makrofag dan menimbulkan INFEKSIUS
r€spons radang. Respons lambat-yaitu, biasanya dimulai
Terdapat banyak penyakit defisiensi imun herediter yang
2-3 hari setelah kontak dengan antigen dan sering
dapat memengaruhi respons pejamu terhadap infeksi.
berlangsung selama berhari-hari.
Harap pembaca merujuk ke buku teks lain untuk
A, HIPERsENsITIVITAs KoNTAK
rinci, tetapi singkatnya, defek rersebut
penjelasan lebih
dapat menyebabkan berbagai perubahan sistem imun,
Hipersensitivitas kontak terjadi seteiah sensitisasi dengan termasuk penurunan kadar antibodi, perubahan sel
zat kimia sederhana (misal, nikel, formaldehid), bahan fagositik, dan kekurangan sel efektor. Seriap perubahan
tanarrran Qtoison iuy, racun pohon oak), obat-obatan yang tersebut dapat menyebabkan pejamunya sangat rentan
digunakan secara topikal (misal, sulfonamid, neomisin), terhadap infeksi. Beberapa situasi telah disebutkan di
beberapa kosmetika, sabun, dan zat-z?t lain. Pada semua sepanjang bab ini-misalnya, defek seperti penyakit
kasus, molekul kecil masuk ke kulit, dan kemudian granulomatosa kronik yang menurunkan aktivitas
bekerja sebagai hapten, melekat pada protein tubuh untuk antibakteri.
berperan sebagai anrigen yang lengkap. Keadaan ini Pada beberapa kasus, patogen akhirnya menyebabkan
menceruskan hipersensitivitas selular, terutama pada kulit. supresi imun-6onlohnya adalah infeksi HIV, yang
Bila kulit sekali lagi kontak dengan agen pengganggu, mengubah imunitas sel T dan memungkinkan terjadinya
orang yang tersensitisasi akan mengalami eritema, gatal, infelsi lanjutan oleh patogen oportunistik. Pada situasi
kulit melepuh, eksema, atau nekrosis kulit dalam waktu lain, bakteri tertentu melepaskan toksin yang berfungsi
IMUNOLOGI 145

sebagai superantigen, awalnya merangsang banyak sel T enzim dengan antibodi. Enzim didetelai dengan menilai
untuk berproliferasi tetapi, karena pelepasan sitokin dari aktivitas enzim terhadap substratnya.
se1T, akhirnya menekan respons imun dan memungkinkan Untuk mengukur antibodi, antigen yang diketahui
patogen memperbanyak diri. difiksasi pada suatu fase padat (misal, lempeng
'Patogen sendiri mungkin mempunyai mekanisme mikrodilusi plastik), diinkubasi dengan antibodi yang
untuk secara aktif menghindari respons imun. Misalnya, diencerkan, dicuci, dan diinkubasi kembali dengan anti-
beberapa patogen mengubah struktur antigeniknya melalui imunoglobulin yang dilabei dengan enzim (misal,
mutasi untuk menghindari pertahanan imun. Virus horseradish peroxidase). Aktivitas enzim, diukur dengan
influenza mengaiami variasi antigenik melaiui dua menambahkan suatu substrat spesifik dan memperkirakan
mekanisme mutasi yang disebut pergeseran antigenik dan reaksi warna yang terjadi, merupakan fungsi langsung
penyimpangan antigenih yang menciptakan fenotip sejumlah ikatan antibodi. Jenis pemeriksaan ini
antigenik baru yang dapat menghindari imunitas pejamu digunakan, misalnya, untuk mendeteksi antibodi terhadap
dan memungkinkan reinfeksi oleh virus. Beberapa patogen protein-protein HIV daiam sampel darah.
lain mempunyai strategi menghindar yang serupa-
misalnya, tripanosoma mengubah glikoprotein permu-
lmunofluoresensi
kaannya dan streptokokus mengubah antigen karbohidrat
permukaannya. Zat warna fluoresen (misal, fluorescein, rhodamin) dapat
Contoh strategi menghindar yang lain telah dibahas melekat secara kovalen dengan molekul antibodi sehingg?
sebelumnya, misalnya, protein virus yang menghambat dapat dilihat dengan sinar ultraviolet pada rnikroskop
perkembangan respons imun efektif. Strategi yang fluoresens. Antibodi yang dilabel seperti ini dapat
digunakan oleh beberapa patogen adalah dengan digunakan untuk mengidentifikasi antigen-antigen (misai,
menjadikan dirinya tidak aktif; misalnya, virus herpes pada permukaan bakteri seperti streptokokus atau
simpleks menjadi tidak aktif secara transkripsional pada treponema) atau antigen dalam sel-sel pada potongan
keadaan yang disebut sebagai masa laten di dalam sel-sel histologi atau spesimen lainnya. Reatrai imunofluoresensi
saraf tertentu setelah terjadi infeksi dan dapat bertahan langsung terjadi bila antibodi yang diketahui dan diberi
dalam keadaan tersebut sampai respons imun menurun, label berinteraksi secara langsung dengan antigen yang
kemudian siklus replikasi virus yang baru dapat dimulai. tidak dikenal. Reaksi imunofluoresensi tidak langsung
terjadi bila proses dua tahap digunakan-misalnya,
UJI DIAGNOSTIK IMUNOLOGI antigen yang diketahui dilekatkan pada s,tar',s, slide,
ditambahkan serum yang tidak dikenal, dan preparat
Realai antigen dan antibodi bersifat sangat spesifik. Suatu dicuci. Jika cocok, antibodi yang tidak dikenal akan tetap
antigen hanya akan bereaksi dengan antibodi yang terfiksasi dengan antigen pada slide dan dapat dideteksi
ditimbulkan oleh antigen tersebut atau oieh antigen yang dengan menambahkan antiimunoglobulin yang dilabel
berhubungan dekat. Karena spesifisitas yang sangat tinggiJ fluoresen atau reagen spesifik-antibodi lainnya seperti
reai<si antara antigen dan antibodi dapat digunakan untuk protein A stafilokokus dan memeriksa slide tersebut
mengidentifikasi salah satunya dengan menggunakan dengan ririkroskop ultraviolet.
Pasangan nya. Penggunaan lain moiekul antibodi yang dibubuhi
Reaksi antigen-antibodi digunakan untuk mengiden- fluoresen adalah untuk menghitung dan menggolongkan
tifikasi komponen spesifik dalam campuran salah satunya. sel-sel dengan sitometri aliran yang menggunakan sortir
Mikroorganisme dan sel-sel lain memiliki berbagai antigen sel teraktivasi yang berfluoresen ffluorescence-actiuated cell
sehingga dapat bereaksi dengan banyak antibodi yang sorter, FACS).
berbeda. Antibodi monoklonal adalah alat yang hebat Sitometri aliran menganalisis suspensi sel tunggal yang
untuk identifikasi antigen karena mempunyai satu mengalir melalui satu set sinar laser untuk mengukur
spesifisitas yang dikenal dan bersifat homogen. Antiserum jumlah relatif cahaya yang disebarkan oleh partikel
yang dihasilkan sebagai bagian respons imun mengandung mikrokospik (memberikan informasi berdasarkan ukuran
campuran antibodi yang kompleks dan bersifat heterogen. relatif dan granularitas) dan fluoresensi relatif partikel-
Keadaan tersebut membuatnya kurang berguna untuk uji partikel tersebut. Untuk suatu campuran sel darah putih,
yang spesifik. Realai silang yang mungkin terjadi antara pemisahan sel-sel dalam campuran tersebut menjadi kelas-
antigen-antigen terkait dapat membatasi spesifisitas uji. kelas utama relatif mudah dilakukan-misalnya, limfosit
kecil dipisahkan dari granulosit yang lebih besar dan
Enzy me - Li n ked I m mu n o sorbe nt As say mengandung lebih banyak granula (menyebarkan lebih
(ELTSA) banyak cahaya). Dengan tersedianya panel-panel antibodi
Pengujian reaksi imun dengan menggunakan enzim, yang monoklonal (yang dapat dideteksi dengan anti-
mempunyai banyak variasi, bergantung pada konjugasi imunoglobulin berfluoresen) terhadap protein permukaan
146 BAB 8

sel, penghitungan sel-sel subpopulasi jugd mungkin ^: "; .'1.,


Antibodi yarig berasal dari serum seseorang
dilakukan---n-risalnya, sel T he$er yang mengekspresikan ^yang
telah diimunisasi dengan saiu antigen kompleks
CD4 dengan se1 T sitotoksik yang mengekspresikan CD8 yang mengahdung banyak epitop (determinan ii
pa -i.:
j6'tu+l-ekiro{o*s
sel, atau sel B yang rriengekspresikan anribodi dengan antisailk',.dfuriksa an
iel-sel T. Teknologi tersebut secara luas digunakan pada dilakukan jnjtisis struktural (urutan asam amino,.
kedokteran klinis maupun riset biomedis--misalnya, dll). Mana berlkut ini yang paling baik menjelaskand". '
antibodi-antibodi yang dihasilkan? .
menghitung sel-sel T CD4 pada pasien positif I{IV atau (A) Antibodi dengan struktur kimia yang homogen
membedakan sel tumor dari sel darah putih yang normal. (B) Monoklonal
ir, (clir,l ntibbdi dengah stfuktur kimia yang hetelogeh:.::,,
lmmunoblotting (D) Pada elektroforesis gel tampak seperti satu
paku tajam ,'
Immurt ob lo tt iag (kadan g- kadan g disebu t Wr s r r m b lo tting) (E) iatu protein murni ,

adalah suatu metode untuk mengidentifikasi antigen 3i Big'a'i m ana carenti keen e,kb rag a$b n rii:oon g imd
tertentu dalam campuran kompleks suatu protein. terbe ntu k?
Campuran kompleks protein ini diproses dalam ,!A) L:Rekofi bi ndsi.,d ir 5 ntaia ra ng kaia 111a n g (a1*.
elektroforesis gel poliakrilamid (polyacrylamide gel segmen gen untuk menghasilkan repertoar
electrophoresis, PAGE)-sodiam dodec/ sulfate (SDS). (B) 5ejumlah besar DNA diberikan kepada gen-
Elektroforesis tersebut memisahkan protein-protein gen yang mengekspiesikan molekul pengenal
berdasarkan ukuran molekulnya. Gel kemudian dilapisi an tigen
dengan suatu membran (sering kali berupa lapisan r..:.:JC)',t Ha'nya div€rsiJikasi lini induli suatu sen yalg
,1-'11,11.1., dap .menyandi molekul p$nldhal .qtig*n
nitroselulosa), dan protein-protein "ditrans{tei" olch
elektroforesis kc membran tersebut. Membran yan.g dapat menyandi molekul pengenal
nitroselulosa (blot) memperoleh suatr-r replika protein yang anttgen l
dipisahkan oleh SDS-PAGE. Selama transfer, SDS (E) "lnsiruksi"antigen pada serangkaian kecil
r:.,:
sebagian besar dilcpaskan dari protein-protein tadi, dan ,i, lim{oSitit #enghasilkan. susun.an mole'kul
pengenal antigen yang tak terbatas
sekurang-kurangnya untuk bebe rapa proteir-r terjadi :

pelipatan ulang dan konfbrmasi dipulihkan sel'ringga l. Mekanilme*enetik nqlapal,pgningka.t:kgn


antibodi dapat bereaksi dengan protein pada membran. ta h. b-Qlb,gi i rilo|ekut an!jb'g{i,,.sql ama respgns
:,:l...', ju m

Membran nitroselulosa kemudian direaksikan dengan imun tanpa meningkatkan keragaman pada area
.'j:ii, be iku m pu-i ny- ii le# plq r an-t! g eh. V_an O sp.epi{f k
antibodi yang dilabel enzirn n.relalui suatu uji lar-rgsur.rg adalah
atau uji tak iangsung. Pada reaksi ini, antibodi diikr"rti i.:fr r (A).,Reko.m'b si te,sElinrgeh;ti,.',., ;: r
dengan anti-imunoglobulin yang dilabel enzim. Antigen (s)-:,:Pergahtia.n ela5ir:-
{B).,;:Pefgant!.an elas -.t,.1l.,lliiiirilii, i-:..
protein kernudian dapat tcrlihat sebagai suatu pita pada (C) Hipermutasi somatik ,,, : .r

membran. Tidak ada protein lain yang terdeteksi dalam


(D) Variabiliibs sambungan ikibat penyatuan V
tidak,*pat::.I.,,t::t: ji.-. . ,r:i:!ii!,::tri i
D-;:.J:t:ang rr

campuran ini. l-eknik tersebut digunakan, misalnya, untuk (E) Duplikasi gen, yaitu, segmen-segmen gen V
kor.r{.irmasi hasil positif FIIV yang didapat dari uji ELISA D: drn J multipel ,

dengan memperlihatkan adanya antibodi-antibodi yang


spesifik untuk protein-protein HiV dalam serunr pasien.
5; Apdif ia i'arna mol'eku! ,nltH€iiel3ilf.dan naLo.ij;i?
tn) Mol-e.k imotekul,teiienut mengha|angi ,.
upaya transplantasi yang dilakuk-an oleh para
ahli bedah
(B) Molekul-molekuI tersebut mengikat antigen
peptida untuk dipreientasikan ke reseptor
spesifik
:antigen. pada
sei B . t: 1

(C) Molekul-moletut tersebut membantu endo-


sitosis antigen oleh sel-sel fagosltik
(D) Molekul-molekul tersebut mehgikat antiQen
karbohidrat secara langiung untuk dipresen-
tasikan pada sel:sel T :.r
(E' Molekul-molekul tersebut mempertunjukkan
antigen-antig-en peptida untuk ditinjau
kembali:oleh reieptoi spesifik antigen padp
sel-sel T .
'''''' -

Molekul MHC kelas lharus berikatan dengan


antigen peptida agar dapat melipat'secara tep"at
dan diekspresikan pada permukaan s'el Apa y;ing
Anda perkirakan dapat menjadi masalah kesehatan
' ::i: :
IMUNOLOGI 147

' : :: ''
t2.Proiei 'ieleksi positif dan negatif dalbm timus
S, .i fr I i i el T
E b e r s i f at l'sdf;;r, rii
kdilt=?..i#e rt o a yan I

1!11f1
"g11g.h!:ii
tiif!*i'i;*.pn'0.'a terseblrJ baie liillii
lr'i,e..l,,qjdttg, He-l
bahwa sel-sei T matur yang terbentuk mempunyai
repertoar r'esepior yang spesifik untuk
.,.' (A) eeptida antigenik'nonself yang terikat pada j '
' :r il
molekul MHC nonse/f .'i ;,'
, (B) Peptida antigenik se/i'yang terikat n"dul-
molekul MHC se/f
"'.;' ,, i:ijbti t ntiaenik self ya,ng- 1erikiti.$Hua 't,'1
,, ;,,.,,1,,iii,,,,tmo1€kill MHC, ionself ,.rr : :,:i
(D) Peptida antigenik nonself yang terikat pada
molekul MHC ie/f
i.., ,,:fF)::=.Fgiep $:htiit!n pepiida yang terikatlP,Hd.4 ,
, mo ekul MHC ,

il3; n, li'l*,no -, use pto i " m a n a k ah y"a.l g,.


l,e-,.a.ng.b i
. memberikan sinyal kedua yang penting untuk
aktivasi sel T naif oleh suatu APC dalam organ
i'i i iimfoid..sik* )1,,
.itr:,1--.,
.,. : (A) cp,8o:'{,87].,)l{D28.'
,,:- {s} MnF;!g,l$p1f !{cna
Mfie:k€las llcD&
=(c) MHC, las llffdn
=t(D)
(E) |CAM,1/LFA-1
.

14. Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang ke ruang


gawat darurat dengan napas pendek dan fatigue-
la juga sangat pucat. Dua hari sebelumnya ia
diberikan penisitih untuk infeksinya. Sebelumhya
ia juga pernah diberikan penisilin tanpa menim:
'.., bnttqllt.;:matalqhran menyatakan bahwa.ia tjdtik,
irii'l lialetgii ter,liadap penisiIin. Uji laborator:iugr;,,
,: memperlihatkanbahwaantibodi-antiboditer-
. hadap penisilin terdapat dalam serum pasien dan
','.'=.,,,i me ruli kriei,dr6ib ii mera h nya send iri. a terd agnBiiil l i

.i.i * n eH ia h6@ ul,.Pqsien .terseput 1 e nAeiif


it'itq i m
reaksi hipersensitivitas tipe apa?
l-
(A) Tipe | '
(B) ripe ll
(C) Tipe lll
{D) ripe lv (DrH)
-+i,ilniitii.ml*n utii[ut yans menseksn1ei1651
. reseptor-reseptor untuk!nilgE pada perryrukaan ..

' selnya yang merangsang sel meningkatkan respons


' terhadap parasit seperti cacing?'

(C) Promonosit
(D) Sel NK
. (E) Sel mast

16. Uji imunologi yang digunakan secara luas untuk


menghitung dengan tepat dan mengumpulkan sel-
sel yang mengekspresikan suatu antj.gen yang
antjbodi monoklonal berfluoresehsi ;

:i:t^rleh
(A) EL|SA -
(B) lmunofluoresensi direk '

, (C) Permukaan mikroba (C) Western btotting :


'i.: (D) Kompleks imun antigen-lgM (D) Pemilahan sel teraktifkan yang berfluoresensi
(E) Endotoksin (f) lmunofluoresensi tidak langsung
"' 1
148 BAB 8

KEPUSTAKAAN
Abbas AK, Lichtman AH: Cellular and Molecular Immunology, lth ed..
Saunders,2003.
Benjamini E, Coico R, Sunshine G: Imm,unology,5th ed. Wiley-Liss,2003.
Coligm JE et al: Current Protocols in Imnxunology. Wi1ey. lRegular updates
by section.l
Gallin JI, Snydeman R: Inflammation, 3rd ed. Lippincott Williams &
Wilkins, 1999.
Janeway CA Jr et aI: Immunobiology, Sth ed. Elsevier/Garland, 2001.
Naim R, Helbert M: Immunology for Medical Students. Mosby, 2002.

Parslow TG et al (editors): Medical Immunology, 10th ed. McGraw-Hill,


200 1.

Paul WE (editor): Fundamental Immunology, Sth ed. Lippincott,Raven,


200.3.
BAGIAN ilt
Ba kteriolog i

Patogen,esis I nfeksi Bakteri

Patogenesis infeksi oleh bakteri mencakup awal mula Istilah yang sering digunakan untuk menjellskar.r
proses infeksi dan mekanisme timbulnya tanda dan gejala aspek patogenesis didefinisikan dalam Daliar Lsrilah
penyakit. Ciri khas bakteri yang bersifat patogen adalah berikut (lihat bawah). Lihat Daftar Istilah pada Bab 8 untuk
mempunyai kemampuan menularkan, melekat pada sel definisi istilah-istilah yang digunakan dalam irnunologi
p.jq"r, menginvasi sel pejamu dan jaringan, toksigenisiras, dan menjelaskan aspek respons pejamu terhadap infeksi.
dan mampu menghindari sistem imun pejamu. Banyak
infel<si yang disebabkan oleh bakteri yang sering dianggap MENGIDENTIFIKASI BAKTERI YANG
patogen tidak menunjukkan gejala dan bersifat
asimtomatik. Penyakit terjadi jika bakteri atau reaksi
MENYEBABKAN PENYAKIT
imunologi terhadap keberadaan parogen tersebut Manusia dan hervan mempunyai flora normal yang
menyebabkan kerusakan pada tubuh seseorang. banyak yang biasanya tidak menimbuikan penyakit (lihat

r,:,,,:: ..,l.t_: . .,r.:'.:.' t'l]-l :'.t' :: ....

',,;,
,1'.:

.,.' ,.',DAFTAR ISTILAH' : ; .1;; ,

.r.Nonpatogen: Mikroorganisme yang tidak' menyebabkan


ri:i,,:.,: : pgnyakit;. niunnOtn,*erupa ka n'bag ian f loia norma L
.r: Patgg€h, opgrtuniqtikl,Ag e.n yan g mam pq.menygbabkan
:r :

i :,rt,;,:penyakitrha nya bi lal peitahalan' tubuh,.pejb mu


:
-- -- -9u..{yait0;,rbila pasien'mengalqmi'"-tanggap
rl:::
ii1r.:::rrr: rii.muni yang,llemah" (m m u nocompromiied)).
r

:i::.-P_dtogen: {lkioolganiime ya n g ma m pu me_nye ba bka n


penyakit.
:rirr.Pitogehisitas:, Kemampqan agen :infeksiui:i.intuk
.,tt..t.i ...tnglf i"0abkgn penya kit;' (Lihat j u ga' Vi ru le'nt i.)
.'Tokiigenisitas: Kemampuan mikroorganisme, meng-
.,,,. hasilkan toksin yang membqri konirjbuii pada
.:::..:...:terjadiny3penyakit;..,.,..:
Virulensi: Kemampuan kuantitatif suatu agen untuk
. ii menyebabkan penyakit. Agdll:aEen,virulen menye-
-.,.r
r,,.'r.,, babkan. penyakit: bila dlmasukkan ke'dalam pejamu
:t,::,,:,,r,, .daldm jumlah kecil ,,Vir:ulensi melibatkan invasi dan
:':r:',:i' toksigd,riisitas (lihat'di atas), I :,' t ':''.' ' .'

149
150 BAB 9

Bab l1) tetapi mencapai


keseimbangan yang memastikan Pendekatan tersebut telah digunakan unruk menentukan
kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangbiakan penyebab beberapa penyakit, termasuk penyakit Whipple
bakteri maupun pejamu. Beberapa bakteri yang (Tiop h e ry m a w h ipp le i), an giomatosis basilaris (B arto n e lla
merupakan penyebab penting penyakit sering dibiakkan hen-selae), human monocytic ehrlichiosis (Ehrlichia
dengan flora normal (misal, Streptococcus pneumoniae, chffiensis), sindrom paru hantavirus (virus Sin Nombre),
Staphylocaccus aureus). Kadang-kadang terdapat bakteri dan sarkoma Kaposi (human herpesuirus 8).
yang jelas bersifat patogen (misal Salmonella Typhi), tetapi Analisis infeksi dan penyakit melalui Penggunaan
tetap laten atau subklinis dan pejamu merupakan
infetr<si prinsip-prinsip seperti postulat Koch menyebabkan
"carriey'' b akteri. bakteri digolongkan menjadi bakteri Patogen' patogen
Kadang-kadang sulit dibuktikan bahwa suatu spesis oportunistik, atau nonpatogen' Beberapa spesies bakteri
bakteri spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu. r.l"iu di"nggap patogen' dan keberadaannya merupakan
Pada tahun 1884, Robert Koch menga.iukan serangkaian hal yang abnormal; contohnya adalah Mycobacterium
postulat yang telah digunakan secara luas untuk tu b er cu (tuberkulosis) dan Yers in i a pasrir (p enyaki t pes).
lo s is
menghubungkan banyak spesies bakteri spesifik dengan Bakteri-bakteri tersebut memenuhi kriteria postulat Koch.
penyakit tertentu. Posnrlat Koch diringkas daiam Thbel 9-1. Spesies lain umumnya merupakan bagian flora normal
Postulat Koch tetap menjadi bagian utama mikrobiologi; pada manusia (dan hewan) tetapi juga sering menyebabkan
namun, sejak akhir abad 19, banyak mikroorganisme penyakit. Misalnya, Escherichia coli metupakan bagian
yang tidak memenuhi kriteria postulat, tetapi terbukti flora gastrointestinal pada manusia normal tetapi juga
menyebab kan penyaki t. Misal, Trep o n e m a p a I I i du m (slfiIis) sering menyebabkan infeksi saluran kemih, diare
dan Mycobacterium leprae (lepra) tidak dapat tumbuh lz peiancong, dan penyakit-penyakit lain. Strain E coli yang
uitro; namun, terdapat model hewan yang terinfeksi agen- menyebabkan penyakit dibedakan dari yang tidak dengan
agen tersebut. Pada contoh lain, Neisseria gonorrltoeae menentukan (i) apakah strain tersebut virulen pada hewan
(gonorea), tidak terdapat modei hewan yang terinfeksi atau model infeksi in uitro dan (2) apakah strain
meskipun bakteri dapat dibiakkan in uitro; telah dibuat merrrpunfai komposisi genetik yang secara signifikan
infeksi ekperimental pada manusia, yang menggantikan berhubungan dengan produksi penyakit. Bakteri lain
model hewan. (misa1, spesies Pseudomonas, Stenotrophomonas
Pada keadaan lain, sekurang-kurangnya sebagian maltophilia, dan banyak ragi serta kapang) hanya
postulat Koch terpenuhi dengan memperlihatkan menyebabkan penyakit pada orang yang mengalami
patogenisitas bakteri pada suatu infeksi model in uitro penekanan imun dan lemah, bakteri seperti ini merupakan
dan tidak pada model hewan. Misal, beberapa bentuk patogen oportunistik.
diare yang disebabkan oleh f coli (Bab i6) telah dijelaskan
melalui interalai E coli dengan sel pejamu dalam biakan. TRANSMISI INFEKSI
Respons imun pejamu juga harus dipikirkan ketika
Bakteri (dan mikroorganisme lain) beradaptasi dengan
organisme diinvestigasi sebagai kemungkinan penyebab
lingkungan, termasuk hewan dan manusia; biasanya,
suatu penyakit. Oleh karena itu, perkembangan kenaikan
linfkungan tersebut menjadi tempat bakteri menetap dan
antibodi spesifik selama penyembuhan penyakit
merupakan tambahan penting pada postulat Koch'
hiJup. Dengan demikian, bakteri melangsungkan
hidupnya dan meningkatkan kernungkinan transmisi'
Genetika mikroba modern telah membuka garis
Dengan menimbulkan infetr<si asimtomatik atau penyakit
perbatasan baru untuk mempelajari bakteri patogenik
ringan, bukan kematian pejamu, mikroorganisme yang
dan membedakannya dengan nonPatogen. Kloning
.molekular memungkinkan para peneliti untuk mengisoiasi
biasanya hidup dalam tubuh manusia meningkatkan
dan memodifikasi gen virulensi spesifik serta mempelajarinya .kemungkinan transmisi dari satu orang ke orang lain.
Beberapa bakteri yang secara umum menyebabkan
melalui suatu model infeksi. Kemampuan untuk
penyakit pada manusia terutama ada pada hewan dan
mempelajari gen yang berhubungan dengan virulensi
menginf&si manusia secara tidak disengaja. Misal,
menyebabkan terbentuknya postulat Koch molekular.
Postulat-postulat ini diringkas dalam Tabel 9-1.
,p..i., salmonella dan kampilobakter yang kha.s
menginfeksi hewan dan ditularkan dalam pro{9k
Beberapa patogen sulit atau tidak mungkin tumbuh
-"k"ttat-t ke manusia. Bakteri lain menyebabkan
infeksi
dalam biakan, dan untuk alasan tersebut kita tidak
pada manusia secara tidak sengaja, suatu kesalahan dalam
mungkin menentukan penyebab penyakit terkait dengan
siklus hidup organisme yang normal; organisme tidak
postulat Koch atau postulat Koch molekular. Reaksi rantai
beradaptasi dengan manusia, dan penyakit yang
polimerase digunakan untuk memperbanyak sekuens
ditimbulkan dapat sangat berat. Misal , Yersinia pestis
asam nukleat spesifik mikroorganisme dari jaringan atau
(penyakit pet) mempunyai sikius hidup tetap pada hewan
cairan pejamu. Petunjuk molekular untuk menentukan
p..rg.r", ian kutu pengerat, dan transmisi oleh lalat ke
penyebab penyakit mikroba terdapat dalam Tabel 9-1.
PATOGENESIS INFEKSI BAKTERI / 151

Tabel 9-1. Penuntun untuk menentukan penyebab penyakit infeksi.

riil'j

1. Mikroorganisme harus 1. Fenotip atau sifat yang l.Sekuens asam nukleat dari patogen yang dicurigai
ditemukan pada semua diteliti harus secara harus ada pada sebagian besar kasus penyakit infeksi,
kasus penyakit yang signifikan berhubungan dan terutama di tempat anatomi yang patologinya
dipertanyakan, dan dengan strain patogenik jelas.
distribusinya dalam tubuh suatu spesies dan bukan
harus sesuai dengan lesi strain nonpatogenik..
yang diobservasi.

2. Mikroorganisme harus 2. lnaktivasi gen secara 2. Sekuens asam nukleat dari patogen yang dicurigai
tumbuh dalam biakan spesifik yang berhubungan seharusnya tidak ditemukan pada sebagian besar
murni ln vitro (atau di luar dengan ciri virulensi yang kontrol yang sehat. Jika terdeteksi pada kontrol yang
tubuh pejamu) untuk dicurigai harus menyebabkan sehat, sekuens tersebut harus ada dengan prevalensi
beberapa generasi. penurunan patogenisitas atau yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang
virulensi yang dapat diukur. sakit, dan dengan jumlah salinan gen yang lebih
sed ikit.

3. Bila biakan murni diinokulasi 3. Reversi atau penggantian 3. Jumlah salinan sekuens asam nukleat terkait patogen
ke dalam spesies hewan yang gen yang termutasi dengan seharusnya berkurang atau menjadi tak dapat
rentan, dapat menyebabkan gen jenis liar seharusnya dideteksi seiring dengan pemulihan penyakit (misal,
terjadinya penyakit yang khas menyebabkan pemulihan dengan pengobatan efektif) dan seharusnya mening-
patogenisitas atau virulensi. kat seiring dengan relaps atau kekambuhan penyakit.
4. Mikroorganisme harus diiso- 4. Adanyi sekuens asam nukleat terkait patogen pada
lasi lagi dari lesi penyakit subjek yang sehat seharusnya membantu memprediksi
yang ditimbulkan secara perkembangan penyakit selanjutnya.
eksperimenta L

5. Sifat patogen, yang disimpulkan dari analisis


filogenetik sekuens asam nukleatnya, harus sesuai
dengan ciri khas biologis yang dimiliki oleh organisme
yang berkaitan erat dengan patogen tersebut dan
juga sifat penyakitnya. Arti penting sekuens rnikroba
yang terdeteksi akan meningkat bila genotip mikroba
(filogeni) dapat memprediksi fenotip mikroba dan
respons pejamu (misal, morfologi mikroba, serologi,
patologi, gambaran klinis penyakit).

6. Hubungan respons-dosis antara sekuens asam nukleat


terkait patoger, dengan patologi penyakit harus
tampak jelas. Jaringan yang sakit seharusnya
mempunyai jumlah salinan sekuens asam nukleat yang
lebih banyak daripada jaringan normal. Pasien dengan
penyakit berat seharusnya mempunyai beban sekuens
mikroba yang lebih tinggi daripada pasien dengan
penyakit ringan. Hibridisasi in situ atau PCR harus
dapat menentukan lokasi sekuens patogen pada area
_ !'l*giiT_'Tt'l if:kjilrs_ l':':ni _
7. Temuan berdasarkan sekuens ini harus dapat diperbanyak.

manusia terjadi secara tidak sengaja; Bacillus anthracis [botulisme]) atau bila luka terkontaminasi tanah (misal,
(antraks) hidup dalam lingkungan, kadang-kadang C perfingens [g"ngr.n gas] dan C tetani ltetanus]).
menginfeksi hewan, dan ditularkan ke manusia melalui Manifestasi klinis penyakit (misal, diare, batuk,
produk-produk seperti rambut kasar dari hewan yang discharge genital) yang ditimbulkan oleh mikroorganisme
terinfelai. Spesies Clostridium ada di mana-mana dalam sering mencetuskan transmisi agen penyakit. Beberapa
lingkungan dan ditularkan ke manusia melalui makanan contoh sindrom klinis dan bagaimana sindrom ini dapat
(misai, gastroenteritis akibat C per/iingens dan C botulinum meningkatkan transmisi bakteri penyebab adalah sebagai
152 BAB 9

berikut: Vibrio cholerar dapat menyebabkan diare masif yang tidak mempunyai antibodi protektif terhadap jenis
yang dapat mengontaminasi garam dan air bersih; minr,rm polisakarida kapsular pneumoicokus. Multiplikasi
air atau makanan laut seperti tiram dan kepiting dapat pneumokokus dan peradangan yang terjadi menyebabkan
terkontaminasi; met-relan air atau makanan laut yang pr.reumonia. Pneumokokus memasuki limfatik paru dan
ierkontaminasi dapat menimbulkan infeksi dan penyakit. bergerak ke aliran darah. Antara 10-20o/o orang dengan
Demikian pula, kontaminasi produk makanan dengan pneumonia yang disebabkan ole h pne umokokus
kotoran yang mengandung E coli yang menyebabkan diare mengalami bakteremia pada saat diagnosis pneumonia
dapat menimbulkan transmisi bakteri. Mycobacterium dibuat. Begitu terjadi bakteremia, pneumokokus dapat
tubernrlosis (tuberkulosis) secara alami hanya menginfeksi menyebar ke tempat infeksi sekunder (misal, cairan
manusia; organisme tersebut menimbulkan penyakit serebrospinalis, katup jantung, dan ruang sendi).
pernapasan disertai dengan batuk dan produksi aerosol, Komplikasi utama pneumonia yang disebabkan oleh
menyebabkan transmisi bakteri dari satu orang ke orang pneumokokus adalah meningitis, endokarditis, dan artritis
lain. septik.
Banyak bakteri dapat ditularkan dengan mudah dari Proses infeksi pada penyakit kolera melibatkaq
satu orang ke orang lain. Seseorang pembawa S aureus penelanan Vibrio cho/erae, penarikan bakteri secara
dalam nares anterior mungkin akan menggosok hidungnya, kemotaktik ke epitel usus, motilitas bakteri dengan satu
membawa stafilokokus di rangannya, dan menyebarkan flagel polar, dan penetrasi lapisan mukosa pada
bakteri ke bagian tubuh lainnya atau ke orang lain, permukaan usus. Pelekatan V cholerae pada permukaan
sehingga menimbulkan infeksi. Banyak patogen sel epitel diperantarai oleh pili dan mungkin juga adhesin
oportunistik yang menyebabkan infeksi nosokornial lainnya. Produksi toksin kolera menyebabkan mengaiirnya
dirularkan dari satu pasien ke yang lain melalui tangan klorida dan air ke dalam lumen usus, yang menyebabkan
petugas rumah sakit. Oleh karena itu, tindakan mencuci diare dan ketidakseimbarrgan elektrolit.
tangan merupakan komponen pengendalian infeksi yang
penting. SIFAT KLONAL PATOGEN BAKTERI
Tempat masuk bakteri patogen ke dalam tubuh yang
paling sering adalah tempat bertemunya selaput lendir Bakteri bersifat haploid (Bab 7) dan membatasi interaksi
dengan kulit: saluran pernapasan (jalan napas atas dan genetik yang dapat mengubah kromosom-kromosomnya
bawah), gastrointestinal (terutama mulut), genital, dan dar"r mengganggu adaptasi serta kelangsungan hidup bakteri
saluran kemih. Area selaput lendir dan kulit yang tersebut dalam nisia lingkungan yang spesifik. Mekanisme
abnormal (misal, terpotong, luka bakar, dan cedera lain) primer untuk pertukaran informasi genetik di antara
juga sering menjadi tempat masuk bakteri patogen. Kulit bakteri adalah transfcr unsur-unsur genetik ekstra-
dan selaput lendir yang normal merupakan pertahanau kromosom yang bersifat mobil: plasmid atau iaga. Gen-
primer terhadap infeksi. Patogen harus mengarasi sawar gen yang mengode berbagai faktor virulensi bakteri sering
tersebut untuk dapat menyebabkan penyakit. berada dalarn plasmid atau dibawa oleh fbga. Tiansfer
unsur-unsur genetik yang bersifat mobil di antara anggota
s:ltu spcsi€s atau, yang lebih jarang, antarspesies yang
PROSES INFEKSI
berbeda dapat menyebabkan transfer faktor-faktor
Begitu masuk ke dalam tubuh, bakteri harus melekat atau virulensi. Kadang-kadang unsur genetik rnerupakan bagian
menempel pada sel pejamu, biasanya sel epitel. Setelah DNA yang sangat mobil (transposons; Bab 7) dan terdapat
menempati tempat infe ksi primer, bakteri-bakteri pula rekombinasi antara DNA ekstrakromosom dengan
memperbanyak diri dan menyebar secara langsung ke kromosom (rekombinasi yang tidak lazim atau
aiiran darah melalui jaringan atau sistem limfatik. Inleksi nonlromolog; Bab 7). Jika terjadi rekombinasi ini, gen
tersebut (bakteremia) dapat bersifat sementara atau yang mengode faktor-faktor virulensi dapat menjadi
persisten. Bakteremia rnemungkinkan bakteri menyebar kromosomal.
luas dalam tubuh dan mencapai jaringan yang cocok untuk Satu hasil penting konservasi gen-gen kromoson-t
muitiplikasinya. bakteri adalah bahwa organisme tersebut bersifat klonal.
Pneumonia yang disebabkan oleh pneumokokus lJnruk sebagian besar patogen hanya terdapat satu atau
merupakan suatu contoh proses infeksi. S pneumoniae sedikit .jenis klonal yang tersebar di dunia selama suatu
dapat dibiakkan dari nasofaring pada 5-40o/o orang sehat. periode waktu tertentu. Misalnya, epidemi meningitis
Kadan g-kadan g, pneumokokus dari nasofarin g terasp i resi meningokokus serogrup A yang terjadi di Asia, Timur
ke dalam paru; aspirasi terjadi paling sering pada orang 'lengah, dan Afrika, dan kadang-kadang menyebar ke
yang lemah dan dalam keadaan koma ketika refleks Eropa lJtara dan Amerika. Pada beberapa keadaan, selama
muntah dan batuk yang normal berkurang. Infeksi lebih dari satu dekade, satu jenis klonal l{eisseria
berkembang dalam ruang udara terminal paru pada orang meningitidis serogrup A telah diobservasi dan tampak pada
PATOGENESIS INFEKSI BAKTERI / 153

satu area geografi kemudian menyebar ke tempat lain Motilitas memungkinkan bakteri menyebar dan
dan mengakibatkan penyakit epidemik. Terdapat banyak memperbanyak diri dalam nisia lingkungannya atau daiam
tipe 11 influenzae, tetapi hanya ldonal 11 influenzae tipe b tubuh pasien. Yersinia enterocolitica dan Listeria
yang sering dikaitkan dengan penyakit. Terdapat dua jenis mlnorytogenes terdapat di mana-mana dalam lingkungan,
klonal Bordetella pertusis, keduanya disertai dengan dengan demikian motilitas mempunyai peran yang amat
penyakit. Demikian pula, Salmonella Typhi (demam tifoid) penting. Agaknya, motilitas tidak berperan penring dalam
dari pasien merupakar-r dua jenis klonal. patogenesis penyakit yang disebabkan oleh bakteri-bakteri
tersebut. Y enterlcolitictz bersifat motil bila ditanam pada
PENGATURAN FAKTOR VIRULENSI suhu 25 !C tetapi tidak motil bila ditanam pada sr-rhu 37
0C. Demikian juga, listeria bersifat motil bila ditanam
BAKTERI
pada suhu 25tiC dan ddak motil atau sedikit motil bila
Bakteri patogenik (dan parogen-patogen lain) telah ditanam pada suhu 370C.
beradaptasi dengan keadaan hidup bebas maupun
saprofitik, kemungkinan hidup di lingkungan lr,rar tubuh, FAKTOR VIRULENSI BAKTERI
dan dalam pejamu manusia. Pada proses adaptif, parog€n
menghemat produk-produk dan kcbutuhan metaboliknya. llanyak faktor yang menentukan virulensi bakteri, atau
Patogen telah mengembangkar-r sistern transdrrksi sinyal kemampuan baktcri untuk menimbulkan infcksi dan
yang kompleks untuk mengarlrr gen-gen yang penring penyakit.
untuk virulensi. Sinyal dari linglcungan sering nrengontrol
ekspresi gen-gen virulensi. Sinyal-sinyal yang sering Faktor Perlekatan
dijumpai adalah temperatur, rersedianya besi, osmolalitas, Ketika masuk ke dalam tubuh pejamu, bakteri harus
fase pertumbuhan, pH dan ion-ion rertenru (misal, Ca2-) melekat pada sel-sel permukaan jaringan. Jika tidak
atau faktor nutrisi. Beberapa contoh disajikan dalam menempel, bakteri akan tersapr.r oleh mukus dan cairan
paragraf berikut. lain yang membasahi permukaan jaringan. Perlekatan,
Gen unruk toksin difteri .dari Corynebacteriunt yang hanya merupakan satu langkah dalam proses infeksi,
diphtheriae dibawa oleh bakteriofag temperarr. Toksin diikr-rti dcr-rgan pembentukan mikrokoloni dan langkah-
dihasilkan hanya oleh strain,strain yang dilisogenisasi oleh langkah patogenesis infeksi selan.jr-rtnya.
faga. Produksi toksin sangat meningkat bila C diphtheriae interaksi antara bakteri dan permukaan sel jaringan
ditanam dalam medium dengan kadar besi rendah. pada proses perlekatan bersifit sangar komplefts. Beberapa
Ekspresi gen-gen virulensi pada Bordetella pertusis faktor mempunyai peran penting; hidrofobisiras dan
meningkar bila bakteri ditanam pada suhu 37 0C dan muatan ion di. permukaan, pengikatan molekul pada
menurun bila ditanam pada temperatur lebih rendah atau bakteri (ligand). dan interaksi resepior sel pejamu.
bila terdapat magnesium suihr atau asam nikotinat dengan Permukaan bakteri dan sel pejarnu sering kali bermuatan
korrsentrasi ringgi. negatif sehingga menin.rbulkan gaya elektrostatik repulsif
Faktor virulensi Vibrio cholerae diarr-rr pada tingkat (tolak-menolak). Gaya tersebur dapat diatasi oleh sifat
multipei dan oleh banyak faktor lingkungan. Ekspresi hidrolobik dan interaksi yang lebih spesifik lainnya alrtara
toksin kolera lebih tinggi pada pH 6,0 daripada pLI S,5 bakteri dan sel pejamu. Berbagai strain bakteri dalam
dan juga lebih tinggi pada suhu 30 0C dibandingkan suhu suatu spesies memiliki sifat permukaan hidrofobik dan
37 0C. Osmolalitas dan komposisi asam amino juga kemampuan melekat pada sel pejamu yang sangat
penting. Sebanyak 20 gen V cholerae lainnya juga diatur bervari as i.
dengan cara serupa. Bakteri juga mempunyai molekr-rl permukaan spesifik
Yops adalah serangkaian protein yang dikode oleh yang berinteraksi dengan sel-sel pejamu. Banyak bakteri
plasmid yang mengarur faktor virulensi yersinia dan mem- memiliki pili, bagian tambahan seperti rambut yang
berikan fungsi antifagositik. Yops diekspresikan secara membentang dari permukaan sel bakteri dan membantu
maksimal pada suhu 370C dalam keadaan tanpa kalsium. memperantarai perlekatan bakteri ke permukaan sel
Bila ada kalsium, produksi Yops masih lebih tinggi pejamu. Misalnya, beberapa strain organisme E coli
dibandingkan dengan produksinya pada suhu 25 0C. Oleh mempunyai pili tipe 1, yang melekat pada reseptor sel
karena itu, produksi faktor virulensi antifagositik paling epitel yang mengandung D-manosa; perlekatan dapat
tinggi pada remperatur tubuh hewan dan manusia dihambat secara in vitro dengan menambahkan D-manosa
dibandingkan dengan temperarur tubuh kutu pengerar; ke dalam medium. Crganisme E coli yang menyebabkan
pada temperarur tersebut faktor-faktor antifagositik tidak infeksi saluran kemih sering kali tidak memiliki sifat
penting bagi bakteri. Pengaturan faktor-faktor virulensi perlekatan yang diperantarai oleh D-manosa tetapi
lain pada spesies yersinia juga dipengaruhi oleh faktor- mempunyai P-pili, yang melekat pada bagian antigen
faktor lingkungan. golongan darah P; struktur pengenai minimal adalah
154 BAB 9

disakarida ct-o-galaktopiranosil-( 1 -4) -B-o-galakto- Studi lz uitro detgan menggunakan sel-sel dalam
piranosida (adhesi pengikatan GAL-GAL). E coli yang biakan jaringan telah membantu kita mengetahui
menyebabkan penyakit diare (iihat Bab 16) mempunyai karakteristik mekanisme invasi beberapa patogen; nalnun'
sifat perlekatan ke sel-sel epitel usus yang diperantarai model in uitro tidak harus menuniukkan gambaran proses
oleh pilus, meskipun pili dan mekanisme molekular invasi yang lengkap. Pemahaman Penuh mengenai proses
spesifik pada proses perlekatan E coli tampak berbeda- invasi, seperti yang terjadi pada infeksi yang didapat secara
beda bergantung pada bentuk E coli yang menyebabkan alami, memerlukan studi tentang mutan hasil rekayasa
diare. genetika dan kemampuannya menginfeksi hewan dan
Mekanisme reseptor-ligand yang spesifik lainnya telah manusia yang rentan. Oleh karena itu, pemahaman
berkembang untuk membantu perlekatan bakteri pada mengenai invasi sel eukariot oleh bakteri harus memenuhi
sel pejamu, yang menggambarkan berbagai mekanisme banyak postulat Koch dan postulat Koch molekular.
yang dilakukan oleh bakteri. Streptokokus Grup A Paragraf berikut memuat contoh-contoh invasi bakteri
(Streptococcus pyogenes) (lihat Bab 15) .iuga mempunyai pada sel pejamu sebagai bagian proses infeksi.
organ tambahan seperti rambut, yang disebut fimbria, Spesies shigella melekat pada sel-sel pejamu in uitro.
yang membentang dari permukaan sel. Asam lipoteikoat, Umumnya, digunakan sei-sel HeLa; sel-sel yang tak
protein F, dan protein M diternukan pada fimbria. Asam berpolarisasi dan tak berdiferensiasi ini berasal dari
lipoteikoat dan protein F menyebabkan perlekatan karsinoma serviks. Perlekatan menyebabkan polimerisasi
streptokokus pada sel-sel epitel bukal; perlekatan tersebut aktin di kat bagian sel FIeLa, yang meginduksi
de
diperantarai oleh fibronektin, yang bekerja sebagai pembentukan pseudopodia oleh sel-sel HeLa dan
molekul reseptor sel pejamu. Protein M bekerja sebagai peneianan bakteri. Sekurang-kur^ngny^ sebagian
molekul antifagositik. perlekatan dan invasi diperantarai oleh produk gen yang
Antibodi yang bekerja melawan ligand bakteri spesifik terletak pada suatu plasmid besar yang sering dijumpai
yang membantu perlekatan bakteri (misal, pili dan asam pada banyak shigella. Sekurang-kurangnya tiga protein
lipoteikoat) dapat menghambat perlekatan ke sel-sel (antigen plasmid invasi, Ipa), IpaB, IpaC, dan IpaD, turut
pejamu dan melindungi pejarnu dari infeksi. berperan dalam proses ini. Ketika berada di dalam sel
i-leLa, shigella dilepaskan atau keluar dari vesikel
lnvasi Sel dan Jaringan Peiamu fagositik, tempat shigella memperbanyak diri dalam
sitoplasma. Polimerisasi aktin mendorong shigella dalam
Untuk banyak bakteri yang menyebabkan penyakit, invasi sel FIeLa dan dari satu sel ke sel lain. Patogenesis
epitel pejamu merupakan hal pokok dalam proses infeksi. in uiuo tampak agak
perlekatan dan invasi shigella secara
Beberapa bakteri (misal, spesies salmbnella) menginvasi
berbeda dan kurang dapat dipahami pada tingkat
jaringan melalui taut antara sei-sel epitel. Bakteri lain
nolekular. Shigella menempel pada integrin di permukaan
(misal spesies yersinia, N gonorrhoeae, Chlamydia
sel M pada bercak Peyer dan tidak meiekat pada sel-sel
trachomatis) menginvasi sel epitel pejamu jenis tertentu
absorptif terpolarisasi yang ada di mukosa. Sel-sel M
dan seianjutnya dapat masuk ke dalam jaringan. Ketika
biasanya menelan antigen dan mempresentasikan antigen
berada dalam sel pejamu, bakteri tetap tertutup dalam
ke makrofag dalam submukosa. Shigeila difagositosis oleh
suatu vakuola yang dibentuk oleh membran sei pejamu,
sel-sei M, berjalan meialui sel M, dan keluar kemudian
atau membran vakuola dapat larut dan bakteri terdispersi
dibunuh oleh makrofag. Shigella diduga menempel pada
dalam sitoplasma. Beberapa bakteri (misal, spesies
shigella) memperbanyak diri dalam sel pejamu, sedangkan
integrin di permukaan basal dekat sel mukosa diikuti
dengan penelanan shigella oieh sel-sel mukosa dan
bakreri lain tidak.
"Invasi" adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebar ke sel-sel berdekatan. dengan cara yang sama
mendeskripsikan masuknya bakteri ke dalam sel pejamu,
dengan model invasi sel secara in ui*o.
yang menunjukkan peran aktif organisme dan peran pasif
Dari studi-studi yang menggunakan sel-sel in uitro,
sel-sel pejamu. Pada banyak infelai, bakteri menghasilkan tampak bahwa proses periekatan-invasi pada Y
faktor virulensi yang memengaruhi sel pejamu, sehingga enterocolitica sama dengan shigella' Yersinia menempel
dapat menelan bakteri. Sel-sel pejamu memPunyai peran pada membran sel pejamu dan menyebabkannya
sangat aktif dalam proses ini. mengeluarkan tonjolan protoplasma. Kemudian bakteri
Produksi toksin dan sifat virulensi lainnya secara diteian oleh sel pejamu dengan Pembentukan vakuola;
umum tidak bergantung pada kemampuan bakteri lalu membran vakuola iarut. Invasi meningkat bila bakteri
0C.
menginvasi sel dan jaringan. Misalnya, Corynehacterium ditanam pada suhu 22ItC dan bukan pada suhu 37
diphtheriae mampu menginvasi epitel nasofaring dan Ketika yersinia telah masuk ke dalam sel, membran
menyebabkan gejala nyeri tenggorok bahkan bila strain vakuoia larut dan bakteri dilepaskan ke dalam sitoplasma.
C diphtheriae bersifat nontoksigenik. In uiuo, yersinia diduga menempel dan menginvasi sel M
PATOGENESIS INFEKSI BAKTERI I 155

pada bercak Peyer dan bukan pada sel-sel mukosa tertentu memperantarai perlekatan bakteri ke sel-sel
absorptif yang terpolarisasi, seperti shigeiia. polimorfonuklear. Beberapa gonokokus bertahan hidup
L monocytogenes dari lingkungan tertelan dalam setelah fagositosis oleh sei-sel tersebut. Pili dan Opa
makanan. Agaknya, bakteri menempel dan menginvasi bersama-sama meningkatkan invasi ke sel yang dibiakkan
mukosa usus, mencapai aliran darah, dan berdiseminasi. in uitro. Pada biakan organ tuba uterina (fallopii),
Patogenesis proses tersebut telah dipelajari in uitro. L gonokokus melekat pada mikrovili sel-sel tak bersilia dan
monocytrgenes menempel dan menginvasi makrofag dan tampaknya menginduksi proses penelanan oleh sel-sel
sel-sel usus tak berdiferensiasi yang dibiakkan. Listeria tersebut. Gonokokus memperbanyak diri dalam sel dan
menginduksi proses penelanan oleh sel-sel pejamu. Dua bermigrasi ke ruang subepitel melalui mekanisme yang
protein, internalin, tampaknya berperan penting dalam tidak dikerahui.
proses ini. Proses penelanan, pergerakan di dalam sel
dan pergerakan antar sei, memerlukan polimerisasi aktin Toksin
untuk menggerakkan bakteri, seperti pada shigella.
Toksin yang dihasilkan oleh bakteri secata umum
Legi o ne lla p neum o? h i la menginfeksi makrofag.paru dan
digolongkan menjadi dua kelompok: eksotoksin dan
menyebabkan pneumonia. Perlekatan legionella ke
endotoksin. Gambaran utama kedua kelompok ini
mai<rofag menyebabkan pembentukan pseudopodia yang
diuraikan dalam Thbel 9-2.
panjang dan tipis yang kemudian menggulung di sekitar
bakteri, membentuk suatu vesikel (fagositosis meng- A. EKSoTOKSIN
gulung). Vesikei tetap intak, fusi fagolisosom dihambat,
dan bakteri memperbanyak diri di dalam vesikel. Banyak bakteri gram positif dan gram negatif menghasilkan
Neisseria gonorrhoeae menggunakan pili sebagai eksotoksin yang sangat penting dalam bidang kedokteran.
adhesin primer dan protein terkait opasitas (Opa) sebagai Beberapa toksin tersebut telah berperan penting dalam
adhesin sekunder terhadap sel-sel pejamu. Protein Opa sejarah dunia. Sebagai contoh, tetanus yang disebabkan

Tabel 9-2. Ciri khas eksotoksin dan endotoksin (l ipopolisakarida)

ilft stsoiJiiiin,:,j _ $fl,:,q . '+:;ti:i .

Diekskresi oleh sel hidup; konsentrasi tinggi dalam medium Bagian integral dinding sel bakteri gram negati{.
cair. Dilepaskan saat sel mati dan sebagian selama
pertumbuhan. Mungkin tidak perlu dilepaskan untuk
menimbulkan efek biologis.

Dihasilkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Hanya ditemukan dalam bakteri gram negatif.

Polipeptida dengan berat molekul 10.000-900.000. Kompleks lipopolisakarida. Bagian lipid A yang
kemungkinan menyebabkan toksisitas.
oC
Relatif tidak stabil; toksisitas sering hilang dengan cepat Relatif stabil; tahan panas pada temperatur di atas 60
melalui pemanasan pada temperatur di atas 60 oC. selama berjam-jam tanpa kehilangan toksisitasnya

Sangat antigenik; merangsang pembentukan antitoksin lmunogenik lemah; antibodi bersifat antitoksik dan
titer tinggi. Antitoksin menetralisir toksin. protektif. Hubungan antara titer antibodi dan
perlindungan dari penyakit kurang jelas dibandingkan
dengan eksotoksin.

Diubah menjadi toksoid yang bersifat antigenik dan Tidak diubah menjadi toksoid
nontoksik oleh {ormalin, asam, panas, dll. Toksoid
digunakan untuk imunisasi (misal, toksoid tetanus)

Sangat toksik; fatal bagi hewan dalam jumlah mikrogram Toksik sedang; fatal bagi hewan dalam jumlah puluhan
atau kurang. sampai ratusan mikrogram.

Biasanya berikatan dengan reseptor spesifik pada sel. Reseptor spesifik tidak ditemukan pada sel.

Biasanya tidak menimbulkan demam bagi pejamu. Biasanya menimbulkan demam bagi pejamu dengan
melepaskan interleukin-1 dan mediator lain.

Sering dikontrol oleh gen ekstrakromosom (misal, plasmid). Sintesis dikendalikan oleh gen kromosom.
1s6 BAB 9

oleh toksin C tetani telah membunuh sebanyak 50.000 glisinergik dan neuron-neuron yang menghasiikan asam
tentara Negara AS pada Perang Dunia II; namun, y-aminobutirat dari batang otak. Toksin menguraikan
angkatan bersenjata sekutu, mengimunisasi para sinaptobrevin) suatu protein yang diperlukan untuk
tentaranya dengan imunisasi reranus, dan sangat sedikit menambatkan vesikel-vesikel neurotransmiter pada
yang meninggal akibat penyakit tersebut. Vaksin telah membran prasinaptik. Pelepasan glisin inhibitor dan y-
dikembangkan untuk beberapa penyakit yang disebabkan aminobutirat dihambat, dan neuron motorik tidak
eksotoksin dan terus dibutuhkan dalam pencegahan terhambat. Terjadi paralisis spastik. Sejumlah kecil toksin
penyakit. Vaksin-vaksin 1915sSLl1-disebut toksoid- dapat membahayakan manusia. Tetanus mutlak dapat
terbuat dari eksotoksih, yang dimodifikasi sedemikian dicegah pada orang yang secara imunologis normal karena
rupa sehingga tidak lagi bersifat toi<sik. Banyak e}<sotoksin sudah mendapat imunisasi toksoid tetanus.
terdiri dari subunit A dan B. Subunit B umumnya C botulinum menyebabkan botulisme. Bakteri tersebut
memperantarai perlekatan kompleks toksin pada sel ditemukan daiam tanah atau air dan dapat tumbuh dalam
pejamu dan membantu masuknya eksotoksin ke dalam makanan (yang dikalengkan, dalam kemasan hampa
sel pejamu. Subunit A memberikan aktivitas toksik. udara, dll.) jika lingkungannya benar-benar anaerob.
Contoh beberapa mekanisme patoge netik y^ng Dihasilkan tolain yang sangar poten (toksin paling poten
berhubungan dengan eksotoksin diuraikan di bawah. yang diketahui). Toksin ini tidak tahan panas dan rusak
lbksin lain dari bakteri rerrenru dibahas dalam bab yang pada pemanasan yang cukup. Terdapat banyak jenis
mencakup bakteri-bakteri tersebut. serologi toksin yang berbeda-beda. Jenis A, B, dan E,
C diphtheriae adalah batang gram positif yang dapat adalah jenis-jenis yang paling sering dihubungkan dengan
tumbuh pada selaput lendir saluran pernapasan atas atau penyakit manusia. Tolain ini sangat mirip dengan toksin
luka kulit minor {Bab 13). Strain C diphtheriae yang tetanus, dengan BM protein 150.000 yang dipecah
membawa bakteriofag tem?erate dengan gen struktural menjadi protein dengan berat molekul 100.000 dan
untuk toksin merupakan strain yang bersifat toksigenik 50.000 yang dihubungkan melalui ikatan disirlfida. Toksin
dan menghasilkan toksin difteri serra menyebabkan botulinum diabsorpsi dari usus dan mengikat reseptor
difteri. Banyak faktor mengatur produksi toksin; bila membran prasinaptik pada neuron motorik sistem saraf
ketersediaan besi anorganik merupakan faktor yang perifer dan nervi craniales. Proteolisis, oleh rantai ringan
membatasi laju pertumbuhan, akan terjadi produksi toksin botulinum, pada protein targer di neuron
toksin maksimal. Mole kul toksin disekresi sebagai menghambat peiepasan asetiikolin di sinaps, yang
molekul polipeptida tunggal (BM 62.000). Toksin alami menyebabkan hilangnya kontraksi otot dan paralisis.
ini secara enzimatis diuraikan menjadi dua fragmen, A Spora-spora C perfingens masuk ke dalam luka melalui
dan B, yang saling berikatan melalui ikatan disulfida. kontaminasi dengan tanah atau feses. Bila ada jaringan
Fragmen B (BM 40.700) berikatan dengan reseptor sel nekrotik (lingkungan anaerob), spora tumbuh dan sel-sel
pejamu spesifik dan mempermudah masuknya fragmen vegetatif dapat menghasiikan be berapa toksin yang
A (BM 2I .150) ke dalam sitoplasma. Fragmen A berbeda. Banyak dari toksin-toksin ini menyebabkan
menghambat fbktor elongasi (EF-2) rantai peptida dengan nekrosis dan hemolitik 5g11x-[sl5amaan dengan distensi
mengatalisis reaksi yang menghasilkan nikotinamid bebas jaringan oleh gas yang terbentuk dari karbohidrat dan
dan kompleks adenosin difosfatase-ribosa-EF-2 yang ridak gangguan pada aliran d212[-666udahkan penyebaran
aktif. Sintesis protein yang rerhenti mengganggu fungsi gangren gas. Toksin alfa C perfringens adaiah suatu
fisiologis selular yang normal. Tolain difteri bersifar sangar lesitinase yang merusak membran sel dengan memecah
Poten. iesitin menjadi fosforilkolin dan digliserida. Toksin teta
C tetani merupakan batang gram positif anaerob yang juga mempunyai efek yang menyebabkan nekrosis.
menl's[2bk.r retanus (Bab 12). C tetani dari lingkungan Kolagenase dan DNA juga dihasilkan oleh klostridia.
mengontaminasi luka, dan spora tumbuh daiam Beberapa strain' S aureus yang tumbuh pada selaput
lingkungan anerob pada jaringan yang mati. Infelsi sering lendir (misal, vagina seiring dengan menstruasi), atau pada
kali bersifat minor dan tidak tampak secara klinis. Bentuk Iuka, membentuk toxic shoch syndrome toxin-1 (TSST-
vegetatif C tetani menghasiikan toksin tetanospasmin (BM 1), yang menyebabkan sindrom syok toksik (Bab 14).
150.000) yang dipecah oleh protease bakteri menjadi dua Penyakit ini ditandai dengan syok, demam tinggi, dan
peptida (BM 50.000 dan BM 100.000) yang berikatan ruam merah difus yang kemudian mengalami deskuamasi;
melalui ikatan disulfida. Mula-mula toksin mengikat banyak sistem organ lain yang juga terlibat. TSST-1 adalah
reseptor di membran prasinaptik neuron motorik. suatu super antigen dan merangsang limfosit untuk
Kemudian, toksin bermigrasi melalui sistem transpor menghasilkan sejumlah besar IL-1 dan TNF (Bab 8).
aksonal retrograd ke badan sel neuron-neuron tersebut Manifestasi klinis penyakit yang utama tarnpaknya terjadi
menuju medula spinalis dan batang otak, Toksin berdifusi sekunder akibat efek sitokin. TSST-1 dapat bekerja secara
ke ujung-ujung sel inhibitor, termasuk interneuron sinergis dengan lipopolisakarida dalam kadar rendah
PATOGENESIS INFEKSI BAKTERI / 157

untuk menghasilkan efek toksik. Banyak efek sistemik Tabel 9-3- Komposisi "endotoksin" lipopolisakarida
TSST-1 yang serupa dengan toksisitas yang disebabkan pada dinding sel bakteri gram negatif.
oleh lipopolisakarida (bawah). :r.'i.r,rNamai
Beberapa strain streptokokus beta hemolitik grup A
trl.:rKi ririariiii UmUm
menghasilkan eksotoksin pirogenik A yang serupa atau Pengulangan kombinasi (a) Polisakarida spesifik-O.
sama seperti toksin streptokokus eritrogenik, yang oligosakarida (misal, man- Menginduksi imunitas
menimbulkan demam skarlet. Infeksi jaringan lunak yang rha-gal) merupakan spesifi k
penentu hapten tipe
berkembang dengan cepat oleh streptokokus yang
spesifik (bagian paling luar
menghasilkan eksotoksin pirogenik A mempunyai banyak dinding sel).
manifestasi klinis yang serupa dengan manifestasi klinis
sindrom syok toksik akibat stafilokokus. Eksotoksin (b) (N-Aseti lglukosamin, (b) Polisakarida inti yang
glukosa, galaktosa, hep- umum
pirogenik A juga merupakan super antigen yang bekerja
tosa). Sama pada semua
dengan cara yang sama seperti TSST-1. bakteri gram negatif.

(c) Kerangka gugus heptosa (c) Lipid A dengan KDO


B. EKSoToKSIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN dan fosfat yang selang menyeba bkan
PENYAKIT DIARE DAN KERAcUN-AN MAKANAN seling dan dihubungkan toksisitas primer
dengan lipid melalui KDO
Eksotoksin yang dihubungkan dengan penyakit diare (asam 2-keto-3-deok-
sering disebut enterotolain. (Lihat juga Tabel 48-Z). Ciri sioktonat). Lipid dihubung-
khas beberapa enterotoksin penting dibahas di bawah kan dengan peptidoglikan
ini. (melalui ikatan glikosida).
(Lihat Gambar 2-23).
V cholerae merupakan penyebab penyakit diare
epidemik (kolera) di berbagai belahan dunia (Bab 18).
Kolera merupakan suatu penyakit yang juga disebabkan
beberapa jam. Diare jarang terjadi. Keracunan makanan
oleh tolain dan mempunyai arti penting pada masa lalu
akibat stafilokokus merupakan bentuk keracunan
hingga saat ini. Setelah memasuki pejamu melalui
makanan yang paling sering. Enterotoksin S aureus adalah
makanan atau minuman yang terkontaminasi, V cholerae
suatu suPer antigen.
masuk ke mukosa usus dan menempel pada mikrovili
Enterotoksin juga dihasilkan oleh beberapa strain /
brush border di sel-sel epitel usus. V cholerae, biasanya
enterocolitica (Bab 20), Vibrio parahaemolyticus (Bab 18),
s€rotipe O1 (dan O139), dapat menghasilkan enterotoksin
spesies Aeromonas (Bab 18), dan bakteri lain, tetapi peran
dengan berat molekul 84.000. Toksin terdiri dari dua
toksin-toksin tersebut dalam patogenesis penyakit tidak
subunit-A, terurai menjadi dua peptida, A, dan Ar, yang
jelas. Enterotoksin yang dihasilkan oleh C perfringens
berikatan melalui ikatan disulfida, dan B. Subunit B
dibaha.s dalam Bab 12.
mempunyai lima peptida identik dan secara cepat
mengikatkan toksin pada membran sel moiekul C. LIPoPoLISAKARIDA PADA BAKTERI GRAM
gangliosida. Subunit A memasuki membran sel dan sangat NEGATIF.
meningkatkan aktivitas adenilil siklase serta konsentrasi
cAMP. Efek akhirnya adalah sekresi cepat elektrolit ke Lipopolisakarida (LPS, endotoksin) pada bakteri gram
dalam lumen usus halus, disertai dengan gangguan negatif berasal dari dinding selnya dan sering dikeluarkan
absorpsi natrium dan kiorida serta hilangnya bikarbonat. ketika bakteri mengalami lisis. Zat ini bersifat tahan
Dapat terjadi diare masif yang mengancam nyawa (misal, panas, mempunyai berat molekul antara 3000 dan 5000
20-30 llhari), dan menimbulkan asidosis. Efek kolera (lipooligosakarida, LOS) dan beberapa juta (lipo-
yang membahayakan disebabkan oleh hilangnya cairan polisakarida), dan dapat dielatralai (misai, dengan fenol-
dan ketidakseimbangan asam-basa; oleh karena itu, air). Substansi tersebut mempunyai tiga regio utama (Tabel
penanganannya adalah penggantian elektroiit dan cairan. 9-3; Gambar 2-20).
Beberapa strain S aureus menghasilkan enterotoksin Efek patofisiologi LPS adalah sama apa pun bakterinya
saat bakteri ini tumbuh dalam daging, produk susu, atau kecuali untuk spesies bakteroides, yang mempunyai
makanan lain. Pada kasus yang khas, makanan baru saja struktur berbeda dan bersifat kurang toksik (Bab 11).
dibudt tetapi tidak didinginkan secara tepat. Terdapat LPS dalam aliran darah awalnya berikatan dengan protein
sedikitnya enam jenis enterotoksin stafilokokus yang dalam sirkulasi yang kemudian berinteraksi dengan
berbeda. Setelah ditelan, prekursor toksin diabsorpsi reseptor pada makrofag dan monosit serta sel-sel lain
dalam usus, tempat toksin merangsang reseptor neural. dalam sistem retikuloendotelial. IL-1, TNR dan sitokin
Stimulus ditransmisikan ke pusat muntah dalam sistem lain diiepaskan, dan komplemen serta kaskade koagulasi
saraf pusat. Muntah, sering kali proyektil, terjadi dalam diaktivasi. Hal-hal berikut ini dapat diobservasi secara
158 BAB 9

klinis atau eksperimental: demam, leukopenia, dan Kadar endotoksin dapat dinilai dengan uji limulus:
hipoglikemia; hipotensi dan syok yang menyebabkan Suatu lisat amebosit dari gel kepiting tapal kuda (limulus)
gangguan perfusi ke organ-organ yang penting (misal, otak, atau koagulat dengan adanya endotoksin 0,0001 pg/ml.
jantung, ginjal); koagulasi intravaskular; dan kematian
akibat disfungsi organ yang masif. D. PEPTIDoGLIKAN PADA BAKTERI GRAM PoSITIF
Injeksi LPS menimbulkan demam setelah 60-90
Peptidogiikan pada bakteri gram positif t€rsusun atas
menit, waktu yang diperlukan rubuh untuk melepaskan
IL-1. Injeksi IL-1 menimbulkan demam dalam waktu 30 beberapa makromoiekul yang berikatan silang dan
mengelilingi sel-sel bakteri (Bab 2 dan Gambar 2-17).
menit. Pengulangan ihjeksi IL-1 menimbulkan respons
Perubahan vaskular yang menyebabkan syok dapat juga
demam yang sama setiap kali injeksi, tetapi pengulangan
injeksi LPS menyebabkan berkurangnya respons demam
terjadi pada infeksi bakteri gram positif yang tidak
mengandung LPS. Bakteri gram positif mempunyai
secara tetap karena adanya toleransi yang sebagian
peptidoglikan terkait dinding sel yang jauh iebih banyak
disebabkan oleh blokade retikuloendotelial dan sebagian
lagi disebabkan oleh adanya antibodi IgM terhadap LPS. daripada bakteri gram negatif. Peptidoglikan yang
dilepaskan selama infeksi dapat menghasilkan banyak
Injeksi LPS menyebabkan leukopenia dini, seperti
bakteremia yang terjadi pada injeksi organisme gram
aktivitas biologis yang sama seperti LPS, meskipun
peptidogiikan kurang poten dibandingkan LPS.
negatif. Kemudian terjadi leukositosis sekunder.
Leukopenia dini yang terjadi bersamaan dengan awitan
demam disebabkan oleh peiepasan IL-1. LPS meningkatkan Enzim
glikoiisis pada banyak jenis sel dan dapat menyebabkan Banyak spesies bakteri menghasilkan enzim yang secara
hipoglikemia. intrinsik tidak toksik terapi berperan penting dalam proses
Hipotensi terjadi pada awal bakteremia grarn negatif infelai. Beberapa enzim tersebut dibahas di bawah ini.
atau setelah injeksi LPS. Mungkin terjadi konstriksi
venula dan arteriol yang luas diikLrti dengan dilatasi
vaskular perifer, peningkatan permeabilitas vaskular,
A. ENzIH PERUSAT JARINGAN
penurunan aliran balik vena, penurunan curah jantung, Banyak bakteri menghasilkan enzim perusak jaringan.
stagnasi mikrosirkulasi, vasokonstriksi perifer, syok, dan Yang paling khas adalah enzim dari C perjlingens (Bab
gangguan perfusi organ serta konsekuensinya. Koagulasi 12), S auretts (Bab 14), streptokokus Grup A (Bab 15),
intravaskular diseminata juga ikut menyebabkan dan dalam jumlah yang lebih sedikit, bakteri anaerob
perubahan-perubahan vaskular tersebut. (Bab 22). Peran enzim perusak jaringan pada patogenesis
LPS adalah salah satu agen yang dapat mengaktiflan infeksi tampak jelas tetapi sulit dibuktikan, terutama
jalur alternatif kaskade komplemen, yang mencetuskan untuk enzim-enzim tertentu. Misalnya, antibodi terhadap
berbagai reaksi yang diperantarai komplemen (anafilatoksin, enzim perusak jaringan yang berasal dari streptokokus
respons kemotaktik, kerusakan membran, dll.) dan tidak memodifikasi gambaran penyakit yang disebabkan
penurunan kadar komponen komplemen (C3, C5-C9) oleh streptokokus.
dalam serum. Seiain lesitinase, C perfingens menghasiikan enzim
Koagulasi intravaskular diseminata (DIC) adalah proteolitik, kolagenase, yang memecah kolagen, suatu
komplikasi bakteremia gram negatif yang paling sering protein utama pada jaringan ikat fibrosa, dan
dan dapat juga terjadi pada infeksi lain. LPS mengaktifkan menyebabkan penyebaran infeksi dalam jaringan.
faktor XII (faktor Hageman)-langkah pertama sistem S aureus menghasilkan koagulase, yang bekerja sama
pembekuan darah intrinsik-dan memulai pergerakan dengan faktor-fakror serum untuk menggumpalkan
kaskade koagulasi, yang mencapai puncaknya ketika plasma. Koagulase ikut berperan dalam pembentukan
fibrinogen diubah menjadi fibrin. Pada waktu yang sama, dinding fibrin di sekitar lesi stafilokokus, yang
plasminogen dapat diaktivasi oleh LPS menjadi plasmin membantunya menetap di dalam jaringan. Koagulase juga
(suatu enzim proteolitik), yang dapat menyerang fibrin menyebabkan terbentuknya deposit fibrin pada
dengan pembentukan produk pemecah fibrin. Penurunan permukaan stafilokokus tertentlr, yang dapat membantu
kadar trombosit dan fibrinogen serta deteksi produk melindunginya dari fagositosis atau destruksi dalam sel-
pemecah fibrin merupakan bukti adanya DIC. Heparin sel fagositik.
kadang-kadang dapat mencegah terbentuknya lesi akibat I-Iialuronidase adalah sekelompok enzim yang
DIC. menghidrolisis asam hialuronat, yang merupakan unsur
LPS menyebabkan trombosit menempel pada endotel pokok dari zat dasar jaringan ikat. Enzim ini dihasilkan
vaskular dan menyumbat pembuluh darah kecil, yang oleh banyak bakteri (misal, stafilokokus, streptokokus,
menyebabkan nekrosis hemoragik atau iskemik pada dan anaerob) serta membantu, penyebarannya melalui
berbagai organ. jaringan.
PATOGENESIS INFEKSI BAKTERI / 159

Banyak streptokokus hemolitik menghasilkan primer yang diternukan pada permukaan mukosa sehingga
streptokinase (fibrinolisin), suatu zat yang mengaktifkan akan mengelin.rinasi proteksi pejamu oleh antibodi.
enzim proteolitik dalam plasma. Enzim'tersebut kemudian
marnpu meiarutkan plasma yang terkoagulasi dan Faktor-f aktor Antif agos iti k
kemungkinan membantu penyebaran cepat streptokokus Banyak patogen bakteri dibunuh secara cePat ketika
melalui jaringan. Streptokinasc telah digunakan dalam tertelan oleh sel-sel polimorfonuklear atau makrofag.
pengobatan infark miokard akut untuk menghilangkan Beberapa patogen menghindari f'agositosis atau mekani'sme
bekuan fibrin. mitraobisidal leukosit dengan cara mengadsorpsi komponen
Banyak bakteri menghasilkan zat-zat yang merupakan
pejamu normal ke permukaannya. Misalnya, S aureus
sitolisin-yaitu, zat-zat yang melarutkan sei darah merah mempunyai protein permukaan A, yang berikatan dengan
(hemolisin) atau membunuh sel-sei jaringan atau leukosit
bagian Fc pada IgG. Patogen lain mempunyai faktor
(leukosidin). Streptolisin O, misalnya, dihasilkan oleh
permukaan yang mengganggu fagositosis-misal, S
streptokokus grup A dan bersifat letal untuk tikus serta pneumoniae, N meningitidis; br.nyal< bakteri lain yang
bersifat hemolitik untuk sel darah merah pada banyak (streptokokus
mempunyai kapsul polisakarida. S pyogenes
hewan. Bersifat labil terhadap oksigen sehingga dapat grup A) mempunyai protein M.,A/ gonorrltoeae
dioksidasi dan diinaktif-kan, tetapi dapat direaktivasi oleh (gonokokus) mempunyai pili. Sebagian besar struktur
agen-agen pereduksi. Streptolisin O bersifat antigenik.
permukaan antifagositik tersebut menunjukkan banyak
Streptokokus yang sama juga menghasilkan streptolisin heterogenisitas antigenik. Misalnya, terdapat lebih dari
S dalam serum yang dapat diinduksi, bersifat stabil 90 jenis polisakarida kapsular Pada Pnelrmokokus dan
terhadap oksigen, dan tidak bersifat antigenik. Klostridia
lebih dari 80 jenis protein M pada streptokokr-rs grup A.
menghasilkan berbagai hemolisin, termasuk lesitinase Antibodi yang melawan satu jenis faktor antifagositik
yang telah diuraikan sebelumnya. Hemolisin dihasilkan (misal, polisakarida kapsular, protein M) rnelindungi
oleh sebagian besar strain .S aureus; stafilokokus juga pejamu dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri jenis
menghasilkan leukosidin. Kebanyakan batang gram tersebut tetapi tidak dari bakteri dengan jenis antigenik
negatif yang diisolasi dari tempat penyakit menghasilkan lain dari laktor yang sema.
hemolisin. Misainya, strain E coli yang menyebabkan Beberapa bakteri (misal, kapnositofaga dan bordeteila)
infeksi saluran kemih s€cara khas menghasilkan menghasilkan faktor-faktor atau toksin yang dapat larut
hemolisin, sedangkan strain-strain tersebut, yang yang mcnghambat kemotaksis oleh leukosit sehingga
merupakan bagian flora normal dalam saluran cerna, dapat
n-rengl'rindari firgositosis melalui mekanisme yang berbeda.
menghasilkan hemolisin atau bahkan tidak meng-
hasiikannya. Patogenisitas lntrasel ular
Beberapa bakteri (misal, M tubarmlosls, spesies bru'sela,
B. PnorelsE lcAl dan spesies legionella) hidup dan tumbuh dalam iingkungan
Imunogiobulin A merupakan antibodi sekretorik pada yang bertentangan, yaitu di dalam sel-sel polimorfonuklear,
permukaan mukosa. Imunoglobulin tersebut mempunyai makrofag, atau monosit. Bakteri ini melakukannya melalui
dua bentuk primer, IgAl dan IgA2, yang mempunyai beberapa mekanisme: Bakteri dapat menghindarkan
perbedaan struktur di dekar regio pusat atau engsel pada dirinya masuk ke daiam fagolisosom dan hidup dalam
rantai panjang molekul ini (Bab 8). IgAl mempunyai sitosol fagosit; bakteri dapat mencegah fusi llasosom-
'lisosom
serangkaian asam amino di regio engsel yang tidak dan hidup di dalam fagosom; atau mttngkin
ditemukan pada IgA2. Beberapa bakteri penyebab resistan terhadap enzim lisoson-r dan bertahan hidup dalam
penyakit menghasilkan enzim protease IgAl yang [agolisoso rn.
memecah IgAl pada ikatan spesifik prolin-treonin atau Banyak bakteri dapat hidup di dalam sel-sel
prolin-serin di regio engsel dan menginaktifkan aktivitas nonfagositik (lihat Invasi Sel dan Jaringan Pejamu pada
antibodinya. Protease IgAl merupakan faktor virulensi penjelasan sebelumnya).
yang pendng untuk patoge n N gonorrhoeae, N meningitidis,
H influenzae, dan S pneumoniae. Enzim-enzim ini juga Heterogenisitas Anti genik
dihasilkan oleh beberapa strain Preuotella melaninogenica,
beberapa streptokokus yang dihubungkan dengan penyakit Struktur permukaan bakteri (dan banyak mikroorganisme
gigi, dan beberapa strain spesies lain yang kadang-kadang lain) mempunyai he rerogenisitas antigenik yang besar.
menyebabkan penyakit. Spesies nonpatogenik dari genus Antigen-antigen tersebut sering digunakan sebagai bagian
yang sama tidak mempunyai gen-gen yang menyandi sistem klasifikasi serologi untuk bakteri' Pada prinsipnya,
enzim ini dan tidak menghasilkannya. Produki protease klasifikasi 2000 salmonella yang berbeda atau lebih
IgAl memungkinkan patogen menginaktifkan antibodi didasarkan pada jenis antigen O (rantai samPing
160 BAB 9

lipopolisakarida) dan H (flagela). Demikian pula, terdapat hidroksida yang sangat tidak mudah larur, karbonat, dan
lebih dari 100 E coli tipe O dan lebih dari 100 E coli :.pe fosfat. Konsentrasi besi ionik bebas dalam darah, limf,
K (kapsul). Tipe antigenik bakteri dapat mcnjadi penanda cairan jaringan ekstraseiular, dan sekresi eksterna sangat
virulensi, berkaitan dengan sifat klonal parogen, meskipun rendah, yaitu sekitar 10 r8 mol/L dalam bentuk Fe3..
mungkin sebenarnya bukan merupakan faktor virulensi. Konsentrasi besi ionik bebas yang rendah ini disebabkan
Antigen O tipe I pada V choleraa dan antigen O tipe 139 oleh protein transpor dan molekul pengikat besi di dalam
khusus menghasilkan toksin kolera, sedangkan sangar tubuh pejamu, transferin dalam darah dan iimf, serta
sedikit dari banyak tipe O lain yang menghasilkan toksin laktoferin dalam sekresi eksterna. Tiansferin dan laktoferin
ini. Dari 80 (atau lebih) jenis protein M pada streptokokus mempunyai hubungan erat yang konstan dengan Fe3. dan
grup A, hanya beberapa jenis yang dihubungkan dengan hanya tersaturasi sebagian dalam keadaan metabolisme
tingginya angka kejadian glomeruionefritis pasca- besi yang normal. Feritin dan hemoglobin juga mengikat
A dan C pada l/
streptokokus. Polisakarida kapsular tipe besi. Oleh karena itu, metabolisme besi di dalam tubuh
meningitidis dihubungkan dengan insiden me ningitis pejamu tidak memungkinkan bakteri parogenik unruk
epidemik. Pada contoh yang disebutkan di atas dan siStem mendapat sumber besi yang adekuat bagi pertumbuhannya.
penentuan jenis lainnya yang menggunakan antigen Bakteri telah mengembangkan beberapa metode untuk
permukaan dalam klasifikasi serologi, tipe antigenik mendapatkan besi yang cukup bagi metabolisme dasar.
untuk isolat terrenru dari suatu spesies akan tetap konstan Kebanyakan bakteri mempunyai sistem asimilasi besi
selama infeksi maupun pada subkulrur bakteri tersebut. dengan afinitas yang rendah, sehingga bakteri dapat
Beberapa bakteri dan mikroorganisme lain sering kali menggunakan bentuk besi polimerik meskipun daya larut
mampu membuat pergeseran bentuk antigenik pada senyawa-senyawa feri rendah. Beberapa bakteri telah
struktur permukaannya pada in uitro, dan mungkin .juga menyusun sistem asimilasi besi berafinitas tinggi. Bagian
pada in uiuo. Satu contoh yang sangat dikenal baik adalah dari sistem yang berafinitas tinggi ini melibatkan siderofor,
Borrelia recurrentis, yang menyebabkan demam berulang. Iang merupakan suatu ligand kecil (BM 500-1000) yang
Contoh lain yang banyak dipelajari adalah N gonlrrl)leae spesifik untuk besi feri sehingga dapat menyuplai besi ke
(lihat Bab 2i). Gonokokus mempunyai tiga anrigen sel bakteri. Banyak variasi siderofor yang telah diketahui,
permukaan yang terbuka yang berubah bentuk dengan tetapi sebagian besar digolongkan ke dalam dua kategori:
kecepatan yang sangar tinggi, yaitu sekitar satu dari dalam katekol (fenolat), conroh yang dikenal dengan baik adalah
setiap 1000; lipooligo.sakarida, tipe 6-8; pili, pada banyak enterobaktin; dan hidroksamar, contoh yang dikenal
tipe; dan Opa (protein II), tipe 10-12 untuk masing- dengan baik adalah ferikrom. Enterobaktin dihasilkan
masing strain. Bentuk antigenik jumlahnya sangat banyak oleh E coli dan beberapa Enterobacteriaceae lainnya.
sehingga masing-masing strain N gonorrhoeae rampak Hidroksarnat sering ditemukan dalam fungi. Produksi
berbeda .secara antigenik dengan se tiap strain lain. siderofor secara gen€tik responsif terhadap konsentrasi
Perubahan bentuk ketiga antigen di atas tampaknya besi dalam medium. Misalnya, enterobaktin hanya
dikendalikan oleh mekanisme genetik yang berbeda. Para dihasilkan bila konsentrasi besi rendah. Siderofor
ahli menduga bahr.va bentuk antigenik yang sering berubah berfungsi untuk menangkap besi; enterobaktin dapat
memungkinkan gonokokus untuk menghindari sistem mengangkut besi dari transfrrin. Begitu menangkap besi,
imun pejamu; gonokokus yang tidak diserang oleh sistem siderofor diinternalisasi ke dalam sel melalui kerja reseptor
imun akan bertahan hidup dan menimbulkan penyakit. protein membran luar yang spesifik, yang juga disintesis
bila konsentrasi besi rendah.
Beberapa bakteri tidak terbukti mempunyai siderofor.
Kebutuhan Besi
Y pestis dapat menggunakan besi dari hemin dan mungkin
Bakteri paiogen harus mampu berebut makanan secara mampu menimbulkan infeksi dengan menggunakan besi
sukses dengan bakteri nonparogen dan sel-sel pejamu, dari hemin dalam usus seekor kutu yang menggigit. l/
atau harus mengubah lingkungan agar sesuai dengan gonorrltoeae membuat serangkaian protein membran luar
kebutuhannya. Besi merupakan zat makanan yang penring yang diatur oleh besi, tetapi bagaimana mekanismenya
untuk proses infeksi dan telah dipelajari secara mendalam. sehingga protein tersebut dapar berfungsi untuk
Besi mempunyai potensi oksidasi-reduksi yang 1uas, menangkap dan menginternalkan besi tidak dipahami
sehingga besi penting untuk berbagai fungsi metabolik. dengan baik. Bakteri lain (misal, Legionella pneumophila,
Seperti sel-sel lain, bakteri memerlukan besi sebanyak spesies listeria, spesies salmonella, dan bakteri lain) dapat
0,4-4 pmolll untuk perrumbuhannya. Manusia dan memperoleh besi dari cadangan besi intraselular pejamu.
hewan mempunyai banyak besi ; namun, sebagian besar Ketersediaan besi memengaruhi virulensi patogen.
terletak intraselular (yaitu, dalam hemoglobin dan Misalnya, viruiensi N meningitidis untuk tikus meningkat
mioglobin) dan tidak dapat diakses oleh bakteri. Besi 1000 kali atau lebih bila bakteri tumbuh pada keadaan
bebas dalam bentuk feri (Fe3.) rerurama ditemukan sebagai dengan jumlah besi yang terbatas. Efek yang sama telah
PATOGENESIS INFEKSI BAKTERI / 161

dibLrktikan untuk spesies bakteri lainnya. Beberapa


plasmid yang mempunyai gen untuk virulensi juga
mengodekan sistem sekuestrasi besi.

Peran Biofilm Bakteri


Biofilm adaiah kumpr-rlan bakteri interakti{ yang melekat ' rinoplasii fampon hidung dipasang untuk
pada permukaan yang keras atau melekat satu sama lain -mengontrol perdarahan. Sekitar 4 jam yang lalu,
dan dibungkus dalam matriks eksopolisakarida. Hal ia mengalami sakit kepala, nyeri otot, dan kram
tersebut berbeda dengan planktonik atau pertumbuhan abdomen disertai dengan diare. Kemudian ia
bakteri yang hidup bebas; karena tidak ditemukan adanya mengalami ruam eritematosa (menyerupai luka
interaksi mikroorganisme. Biofilm mer.nbentuk lapisan aharl)$da pebag ian !ubuhnya, tgrrrraiuk,: r

beriendir pada perrnukaan keras dan terjadi di sclurr-rh iii.i i,iidipdlk]r"gin tali iet"lrn aarin agq$0.ifi fi"r.i
Hg, Tampon hidung tetrp di tempatnya. Uji enzim
alam. Satu spesies bakteri dapat terlibat, atau lebih dari hati meningkat,- dan terdapat tanda gagal ginjal
satu spesies dapat berkumpul bersama untuk membenruk sedang. Penyakit pasien tersebut kemungkinan
biofilm. Fungi--termasuk ragi-kadang-kadang juga disebabkanoIehsalahsatuhaldibawahini.
terlibat.
(A) . Lipopolisakarida
(B) PeptidogIikan
Biofilm penting pade inleksi manusia yarrg bersifrt
".i (C) Toksin yang merupakan suatu superantigen ,
persisten darr sulit ditangani. Contohnya adalah infeksi (D) Toksin yang mempunyai bLlnlt A dan.:B i '.-..
Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus pada (E) Lesitinase (toksin alfa)
kateter vena sentral, infeksi mata seperti yang terjadi i.:2.', . Orga n irmaj v-,,a nU pi ii h g' m u n g ki n im'en ye b a b k i n
dengan lensa kontak dan lensa intraokular, pada plak gigi, penyakit pasien ini (Pertanyaan 1) adalah
dan infeksi jalan napas oleh Pseudomonas aerugittosa pada (A) Escherichia coli
penderita kistik fibrosis.'lerdapat banyak contoh lain. (B) Corynebacterium diphtheriae
(C) Clostridium perfringens
Langkah awal pembcntukan biofilm adalah kolonisasi (D) Neisseria meningitidis
permukaan. Bakteri dapat menggunakan flagel untuk (E) Slaphylococcus aureus
bergerak di atas permukaan dan memulai kolonisasi,
Beberapa bakteri dapat rnenggunakan pili untuk menarik , 3,,,1{'a1] timana,,d.i.;Uawah Ini Vang $ali1g .mun$,kin'i.
.,,,u.ih.ug g[anlldlnsan pembentukan bjofilm',]r,,
diri bersama-sama metljadi satu kelompok sementara bakterir?
yang lain bergantung pada pembelahan sel untuk memulai (A) Kolonisasi jalan napas oleh strain mukoid:
pembentukan kolor.ri. Bakteri secara kontinu menyekresikan Pieudomonas aeruginosa (penghasil alginat)
pAda,,giiisie-h lciStik brosis:r,:rt,:,,:', :'':1',:t
molekul dalam kadar renclah yang disebut sinyal
pengindera kuorum (misal, sinyal asilhomoserin Iakton). iii L i (B) I n fe
Menilgitis,
ki i:ia I
u ig
olbh,
h kq mifi o]-e h'.f,pcf ericft la:icplf I
rxer:l.q eningltidis. i
i,:'llirii (C)
t:

Bila jumlah bakteri meningkat, konsentrasi sinyal tersebut i.'- (D) Tetanus 1

juga meningkat. Bila ambang rangsang tercapai, bakteri i:l:it , (f;) lmpeiigo yang disebabkan oleh Staphyto-
memberi respons dan mengubah perilakunya dengan cara rirf].:l fof-c(/.{:rdull€uJ
'

mengubah aktivasi gen. Banyak gen yang terlibat, dan 4.. Seorang anak perempuan Bangladesh berusia 15
juga bervariasi dari satu spesies bakteri dengan yang lain. ,';:,.taiiiln methgalami' d!a1e qa!r yang beiat, f e!es,.,..
Itampak sepe"rti "air beras". oiaie sa"ngat banya[--
Dilrasilkan polisakarida ckstraselular; P acrugittosa
menghasilkan alginat. Gen-gen dapat diaktivasi 1'ang lebih dari 1 ldalam 90 menit terakhir. Anak
perempuan tersebut tidak demam dan tampak
memengaruhi jalur metabolik dan produksi faktor normal kecuali mengalami kehilangan cairan dan
virulensi. Bakteri di dalam matrila cenderung mengalami elektrolit. Penyebab penyakit tersebui yang paling
penurunan metabolisn-re. mungkin adaiah
Bakteri dalam matriks eksopolisakarida dapat (A) Enteioioksin C!ostridium dtffjcile
dilindungi dari mekanisme imun pejamu. Matriks juga :t= ipi
l..1,, rolliinj:d'ehban*u*oit:n*iiB-:iir.
ici'init b iia:dyie nraiiae tiil*ang ini
s
:

n g h as i I tan
menunjukkan sawar difusi untuk beberapa antimikroba,
sedangkan antimikroba 1'ang lain dapat berikatan (Dl Escherichii co/i enterotoksrgenik yang meng-
."111,,r,,i
dengannya. Beberapa bakteri dalam biofiirn memperlihatkan hqsi{,kan tok5[n 51an-g stabil terhadap pgnas
resistansi yang nyata te rhadap antimikroba berbeda i r,':.,.. ,1ii dpp,fabil te-iladap panas
(E) Enterotoksin F dari stafilokokus
dengan strain bakteri yang sama yang tumbuh dan hidup
bebas dalam bahan mediurn. Hal inilah yang membanru 5. Hal paling peniing yang dapat dilakukan untuk ::i{
ii:,:=
menjelaskan mengapa infeksi yang disebabkan oleh r::; (A) Memberikan siproflokqasi*,.1,; iirrj ,
.:;iji m"nangqi1 pg.s,!en*iiiiItPtr,ti'ti'aniul.,aualan'
r, i.;,
,:i
biofilm sulit diobati. .

" , (B) Memberikan vakiin tbksoia;.'..'s',iri=.. ,r,,,,


.
":a

.":'.
...: ll
162 BAB 9

. ..",, ' ,i ''' '"


1 iiltiil'F.,t #tfi u#iddi$ilt$ri
i
i
de n ga n p- p ir (f im br i ali iiii i:d
1r,,1ir.i'l{.1),,;,,i #}t#eriqti/.}i,.to/i O 1 57 ; H 7 (f ip opo t i sa k.g,ti
*'tlsl$liil
ii'l l.$urtisbn:....a
a
0..,5.e-:l:+ i
p a n d..e.
7;{ras.et

i:lB I a n.g:atrLrh bs,iii$$i


p e}}+a k it,.lyn
i 'lt i,l

sebanyak tz5 penumpang pesawat terbang da1il


1,., reru, t<ei@engel'is, M$kd's'qirtg saYvll'. d
.,, '!.'.[@
",i
,r,,'d,eii-$an sala{..ki:oiting, yang dimakan ole..-fr sel<ita*:l'llirii
dua: pertiga penumpang. Setelah mendarat di Loi
; I ii'ililA,n*t*t, bafi yl.d ari pe nu mpa n g,*tsE6u1 :ya n ,lili
;, ,,,,,.d.ipi dahkan k*5e1erbangan fain deng-q4 tllju,F iiilii
dierah lain di Californij dan negara bagian Barat'
lairinya. Dua penumpang yang tetap t'inggal di"
,:: ,,"l':l* nge|er mlE ,lamj dia1e g.air yarrg b€-14 S'tfiI1;ii.ilrlii
penumpang lain tidak diketahui. Kemungkinan
penyebab diare pada dua penumpang- tersebut
aCalafr -.
(Aj rscherichia coti A157:H7 (lipopolisakaridb'
antigen O 157; flagela antigen 7)
1 ;'.:,1' ):..,I,/ibrio ch6,fE:rae tipe Oil39 {lipopo'li aka'rif,i ri'irl

antigen O 139)
' (C) Shigella dyse.nteriae tipe 1

i* (q}.:l€eqpy'Jppp,gtqr ie.l,upi, , , ,,,ii,


Entamoeba histolytica
l"
Jiwaban
l.C 6 D
2. E 7.8',
3 4
a,8,",
! !'D
9
5.D-., 10 B

KEPUSTAKI\AN
Costerton JW et al: Bacterial bioJilms: A cornmon cause of pcrsistent
infeclions. Scielcc 1999;284: 13 18.
Falkorv S: Molccular Koch's postulates appiiecl to microbial pathogcnicity.
llev Infcct Dis 1988;10(Suppl 3):5274.
!'redricks DN, Relman DA; Sequence-based identification of microbial
pathogens: A reconsiderations ofKoch's postulates. CIin Microbiol
Rev 1996;9:18.
Gritz F: MicroReview: SfapAs,loroccus and biofilms. Mol Microbiol
2002.43:7367.
Relman DA, Falkow S: A molecular perspectivc of microbial pathogenicity.
In: Marulell, Douglos andBennztt's Principles and Practiceof Infectinus
Disenses,5th ed. Mandell GL, Bemett JE, Dolin R (editom). Churchill
Livingstone,2000.
Salyers AA, WhitlDD: Bacterial Pathogenesis,2nd cd. American Society
for Microbiology, 2002.
Kemotera pi Anti m i kroba

Obat-obatan telah digunakan untuk mengobati infeksi TOKSISITAS SELEKTIF


sejak abad ke-17 (misal, kina untuk malaria, emetin untuk
amebiasis); namun, kemoterapi baru dipelajari sebagai Agen antimikroba yang ideal memperlihatkan tol<.si.sitas
suatu ilmu pengetahuan pada dekade pertama abad ke- selektif, yang berarti bahwa obat tersebut berbahaya bagi
20 dengan memahami prinsip toksisitas selektif, patogen tanpa membahayakan pejamu. Sering kali,
hubungan kimia spesifik antara patogen mikroba dan toksisitas selektif Iebih bersifat relatif dan bukan absolut;
obat-obatan, timbulnya resistansi obat, dan peran terapi ini berarti bahwa suatu obat dalam suatu konsentrasi
kombinasi. Eksperimen telah menghasilkan arsfenamin tertentu yang dapat ditoleransi oleh pejamu dapat merusak
untuk sifilis, suatu regimen kemoterapi terencana yang mikroorganisme'penyebab infeksi.
Pe rrama. Toksisitas selektif dapat berfungsi sebagai reseptor
Era mutakhir kemoterapi antimikroba dimulai pada spesifik yang diperlukan untuk pelekatan obat, atau dapat
tahun i935 dengan ditemukannya sulfonamid. Pada tahun bergantung pada inhibisi proses biokimia yang Penting
1940, diperlihatkan bahwa penisilin, yang ditemukan pada bagi patogen tetapi tidak bagi pejamu. Mekanisme kerja
tahtn 1929, dapat rnenjadi zat terapeutik yang efektif. obat antimikroba dapat dibahas dalam empat bahasan:
Selama 25 tahun berikutnya, riset terhadap age n (1) Inhibisi sintesis dinding sel
kemoterapi sebagian besar berpusat pada zat-zar yang (2) Inhibisi fungsi membran sel
berasal dari mikroba yang disebut antibiotik. Isolasi, (3) Inhibisi sintesis protein (yaitu, inhibisi translasi
konsentrasi, purifikasi, dan produksi massal penisilin dan transkripsi bahan genetik)
diikuti penemuan streptomisin, tetrasiklin, kloramfenikol, (4) Inhibisi sintesis asam nukleat
dan banyak agen lainnya. Zat-zat terse but mula-mula
diisolasi dari filtrat medium tempat jamur tumbuh.
Modifikasi sintetik pada obat-obat yang diuraikan di atas INHIBTSI SINTESIS DINDING sEL
menjadi metode penting dalam pengembangan agen
antimikroba baru. Bakteri mempunyai lapisan luar yang kaku, yaitu dinding
Agen-agen antimikroba yang sering digunakan pada
sel. Dinding sel mempertahankan bentuk dan ukuran
pengobatan infeksi bakteri diuraikan dalam bab ini. mikroorganisme, yang mempunyai tekanan osmotik
Kemoterapi pada virus, fungi, dan parasit masing-masing internal tinggi. Cedera pada dinding sel (misal, karena
dibahas dalam Bab 30,45, dan 46. Keterangan tambahan
lisozim) atau inhibisi pada pembentukannya dapat
mengenai uji kerentanan antimikroba untuk bakteri menyebabkan sel menjadi lisis. Dalam lingkungan
hiperto ni k (misal, sukros a 20o/o), kerusakan pembentukan
dicantumkan dalam Bab 47.
dinding sel mengakibatkan terbentuknya "protoplas"
bakteri sferis pada organisme gram positif atau "sferoplas"

r MEKANISME KERJA
pada organisme gram negatif; bentr.rk-bentuk tersebut
dilapisi oleh membran sitoplasma yang rapuh. Jika
OBAT ANTIMIKROBA protoplas atau sferoplas tersebut ditempat-kan pada
lingkungan dengan tonisitas normal, keduanya akan
Obat-obat antimikroba bekerja dengan saiah satu cara mengambil cairan secara cepat, membengkak, dan dapat
berikut: melalui toksisitas selektif, inhibisi sintesis dan pecah. Spesimen dari pasien yang telah diobati dengan
fungsi membran sel, inhibisi sintesis protein, atau melalui antibiotik aktif-dinding sel seting memperiihatkan bakteri
inhibisi sintesis asam nukleat. yang membengkak atau mengalami kerusakan bentuk.

163
164 BAB 1O

Dinding sel mengandung polimer kompleks silang, aktivitas enzim autolitik) yang menentukan
"mukopeptida" ("peptidoglikan") yang khas secara penetrasi, pengikatan, dan aktivitas obat-obatan.
kimiawi, yang terdiri dari polisakarida dan polipeptida Resistansi terhadap penisilin dapat ditentukan oieh
dengan banyak hubungan silang. Polisakarida tersebut pembentuk enzim perusak penisilin (B-laktamase) oleh
biasanya mengandung gula amino N-asetilglukosamin dan organisme. Beta-laktamase membuka cincin B-laktam
asam asetilmuramat. Asam asetilmuramat ditemukan penisiiin dan sefalosporin dan menghilangkan aktivitas
hanya pada bakteri. Rantai peptida pendek menempel antimikrobanya. Beta laktamase telah ditemukan pada
pada gula amino. Rigiditas akhir dinding sel dibentuk banyak spesies bakteri gram positif dan gram negatif.
oleh ikatan silang rantai peptida (misal, melalui ikatan Beberapa B-laktamase diperantarai plasmid (misal,
pentaglisin) sebagai akibat reaksi transpeptidasi yang penisilinase Staphylococcus aureu), sementara yang lain
dikerjakan oleh beberapa enzim. Lapisan peptidoglikan diperantarai kromosom (misal, banyak spesies bakteri
lebih tebal pada dinding sel bekteri gram positif daripada gram negatif ). Lebih dari 30 B-laktamase yang
bakteri gram negatif. diperantarai plasmid dihasiikan secara konsritutif dan
Semua obat B-laktam merupakan inhibitor selektif mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk berpindah
terhadap sintesis dinding sei bakteri sehingga secara aktif dari satu spesies bakteri ke spesies yang lain (misal,
melawan pertumbuhan bakteri. Inhibisi ini hanyalah salah Neisseria gonorrltoeae, Haemophilus influenzae, dan
satu dari beberapa aktivitas obat, tetapi inilah yang paling enterokokus yang menghasilkan B-laktamase). B-
dimengerti. Langkah awal kerja obat berupa pengikatan Iaktamase yang diperantarai kromosom dapat dihasilkan
obat ke res€ptor sel (protein pengikat penisilin; penicillin- secarakonstitutif (misal, B actero ides, Ac ineto bacter), atau
binding protein, PBP). Grdapat tiga sampai enam PBP dapat diinduksi (misal , Enterobacter, Cinobacter,
(BM 4-12 x 10t), beberapa di antaranya adalah enzim Pseudomonas).
transp€ptidasi. Reseptor yang berbeda mempunyai Terdapat satu grup B-laktamase yang kadang-kadang
afinitas yang berbeda pula untuk suatu obar, dan masing- ditemukan pada spesies terrentu basil gram negatif,
masing reseptor dapat memperanrarai efek yang berbeda. biasanya Klebsiella pneumoniae dan Escherichia coli. Enzim-
Misalnya, pelekatan penisilin ke satu PBP dapat enzim tersebut disebut p-laktamase spektrum diperluas
menyebabkan pemanjangan sel yang abnormai, sedangkan (extended-spectrum $-lactamases, ESBL) karena
pelekatan pada PBP lain dapat menyebabkan defek di memberikan kemampuan tambahan agar bakteri mampu
tepi dinding sel, sehingga mengakibatkan lisis sel. PBP menghidroiisis cincin B-laktam cefotaksim, ceftazidim,
dikendalikan oleh kromosom, dan mutasi dapat atau aztreonam.
mengubah jumlah atau afinitas PBP terhadap obat-obat Klasifikasi pJaktamase sangat kompleks, didasarkan
B-laktam. pada genedka, sifat biokimia, dan afinitas substrat untuk
Setelah obat B-laktam melekat pada satu resepror atau inhibitor pJaktamase (asam klavulanat). Asam klavulanat,
lebih, reaksi transpeptidase dihambat dan sintesis sulbaktam, dan tazobaktam adalah inhibitor BJaktamase
peptidogiikan tertahan. Langkah selanjutnya kemungkinan yang m€mpunyai afinitas yang tinggi untuk B-iaktamase
melibatkan perpindahan atau inaktivasi inhibimr enzim dan dapat mengikat beberapa p-laktamase (misal,
autolitik di dinding sel. Ini mengaktifkan enzim litik dan penisilinase Stap hy loco ca.ts aureus) secara ireversibel tetapi
dapat menyebabkan lisis bila lingkungannya isotonik. tidak dihidrolisis oleh p-laktamase. Inhibitor-inhibitor
Pada lingkungan yang sangar h;perronik, mikroba berubah ini melindungi secara simultan penisilin yang dapat
menjadi protoplas atau sferoplas, hanya dilapisi oleh dihidrolisis (misal, ampisilin, amoksisilin, dan tikarsilin)
membran sel yang rapuh. Pada sel-sel rersebur, sintesis dari penghancuran. Penisilin tertentu (misal, kloksasilin)
protein dan asam nukleat dapat berlanjut beberapa waktu juga mempunyai afinitas tinggi untuk B-laktamase.
lamanya. Terdapat dua jenis mekanisme resistansi lainnya. Jenis
Inhibisi enzim transpeptidase oleh penisilin dan pertama disebabkan oleh tidak adanya beberapa reseptor
sefalosporin mungkin karena adanya kesamaan struktur penisilin (protein pengikat penisilin; PBP) dan terjadi
obat-obat tersebut dengan asil-o-alanil-o-alanin. Reaksi sebagai akibat mutasi kromosom; jenis kedua disebabkan
transpeptidase melibatkan hilangnya o-alanin dari oleh kegagalan obat p-iaktam untuk mengaktivasi enzim
pentapeptida. autolitik pada dinding sel. Sebagai akibatnya, organisme
Tidak toksiknya obat B-laktam terhadap sel mamalia diinhibisi tetapi tidak dimatikan. Toleransi seperti ini
disebabkan oleh karena sel hewan tidak memiliki dinding ditemukan terutama pada stafilokokus dan streptokokus
sel tipe bakteri dengan peptidoglikannya. Perbedaan tertentu.
kerentanan bakteri gram positifdan gram negatifterhadap Contoh-contoh agen yang bekcrja dengan cara inhibisi
berbagai penisilin atau sefalosporin mungkin bergantung sintesis dinding sel adalah penisilin, sefaiosporin,
pada perbedaan struktur dinding selnya (misal, jumlah vankomisin, dan sikloserin. Beberapa obat lain, termasuk
peptidoglikan, adanya resepror dan lipid, sifat hubungan basitrasin, teikoplanin, vankomisin, ristosetin, dan
KEMOTERAPI ANTIM IKROBA 165

novobiosin, menghambat langkah awal dalam biosintesis keduanya sama. Langkah pertama adalah pelekatan
peptidoglikan. Karena tahap awal sintesis terjadi di dalam aminoglikosida ke protein res€ptor spesifik (P12 pada
membran sitoplasma, obat-obat tersebut harus menembus streptomisin) pada subunit 30S ribosom mikroba. Kedua,
membran agar efektif. aminoglikosida menyekat aktivitas normal "kompleks
inisiasi" pembentukan peprida (mRNA + formil metionin
INHIBISI FUNGSI MEMBRAN SEL + IRNA). Ketiga, pesan mRNA dibaca salah pada "regio
pengenalan" ribosom; akibatnya, asam amino yang salah
Sitoplasma semua sel yang hidup diikat oleh membran dimasukkan ke daiam peptida, menyebabkan protein
sitoplasma, yang bekerja sebagai barier permeabilitas nonfungsional. Keempat, pelekatan aminoglikosida
selektif, berfungsi sebagai rranspor aktif, sehingga menyebabkan pemecahan polisom menjadi monosom
mengontrol komposisi internal sel. Jika integritas sehingga tidak mampu melakukan sintesis protein.
fungsional membran sitoplasma terganggu, makromolekul
Aktivitas tersebut terjadi kurang lebih secara simultan,
dan ion dapat keluar dari sel sehingga dapat menyebabkan
dan efek keseluruhan biasanya adalah kejadian
kerusakan atau kematian sel. Membran sitoplasma bakteri
ireversibel-membunuh bakteri.
dan jamur mempunyai struktur yang berbeda dari sel-sel
Resistansi kromosom mikroba terhadap aminoglikosida
hewan dan dapat lebih mudah dirusak oleh agen rertentu. secara prinsip bergantung pada kurangnya reseptor
Oleh karenanya, kemote rapi selekrif mungkin untuk protein spesifik pada subunit 30S ribosom. Resistansi
dilakukan.
bergantung-plasmid terhadap aminoglikosida bergantung
Contoh mekanisme tersebut adalah polimilain yang pada produksi enzim-etrzim adenilasi, foslorilasi, atau
bekerja pada bakteri gram negatif dan poliene yang asetilasi oleh mikroorganisme yang dapat menghancurkan
bekerja pada jamur. Poliene perlu berikatan dengan sterol
obat. Tipe ketiga resistansi berupa "defek permeabilitas",
yang ada dalam membran sel jamur tetapi tidak ada pada
suatu perubahan membran luar yang mengurangi rranspor
membran sei bakteri. Sebaliknya, polimiksin tidak aktif aktif aminoglikosida ke dalam sel sehingga obat tidak
.melawan jamur dan poliene tidak aktif melawan bakteri-
dapat mencapai ribosom. Sering kali kejadian tersebut
suatu contoh tolsisitas selektif yang menyolok. diperantarai oleh plasmid.
Contoh-contoh agen lainnya yang bekerja dengan cara
inhibisi fungsi membran sel adalah amfoterisin B, kolistin,
dan imidazol serta triazol.
Makrolid, Azalid
Obat-obat ini (eritromisin, azitromisin, dan klaritromisin)
INHIBISI SINTESIS PROTEIN berikatan dengan subunit 50S ribosorn, dan tempat
pengikatannya adalah rRNA 23S. Obat-obat tersebut
Telah dibuktikan bahwa eritromisin, linkomisin, dapat mengganggu pembentukan kompleks inisiasi untuk
tetrasiklin, aminoglikosida, dan kloramfenikol dapat sintesis rantai peptida atau dapat mengganggu reaksi
menghambat sintesis protein pada bakteri. Mekanisme translokasi aminoasii. Beberapa bakteri resistan makrolid
kerja yang tepat dari obat-obat tersebut belum sepenuhnya
tidak memiliki reseptor yang tepat pada ribosom (melalui
diketahui. metilasi rRNA). Keadaan tersebut mungkin diatur plasmid
Bakteri mempunyai ribosom 70S, sedangkan sel atau kromosom.
mamalia mempunyai ribosom 80S. Subunir setiap tipe
ribosom, komposisi kimianya, dan spesifisitas
fungsionalnya cukup berbeda untuk menjelaskan mengapa
Linkomisin
obat antimikroba dapat menghambat sintesis protein pada Klindamisin berikatan dengan subunit 50S ribosom
ribosom bakteri tanpa berefek besar pada ribosom mikroba. Tempat pengikatan, aktivitas antibakteri, dan
mamalia. cara kerja klindamisin serupa dengan rnakrolid. Mutar.r
Pada sintesis protein mikroba normal, pesan mRNA kromosom resistan karena tidak memiliki tempar
secara simultan "dibaca" oleh beberapa ribosom yang pengikatan yang tepar pada subunit 50S.
memanjang di sepanjang untai mRNA. Ini disebut
polisom. Tetrasiklin
Contoh obat yang bekerja dengan cara inhibisi sintesis
protein adalah eritromisin, linkomisin, tetrasiklin, Tetrasiklin berikatan dengan subunit 30S ribosom
mikroba. Tetrasiklin menghambat sintesis protein dengan
aminoglikosida, dan kloramfenikol.
menghambat pelekatan tRNA-aminoasil yang bermuatan.
Aminoglikosida Oleh karena itu, tetrasiklin mencegah masuknya asam
amino baru ke rantai peptida yang barr-r tin'rbul. Kerja
Cara kerja streptomisin telah dipelajari lebih intensif tetrasik.lin biasanya bersifar inhibicor dan reversibel pada
daripada aminoglikosida, tetapi kemungkinan cara kerja penghentian obat. Resistansi terhadap tetrasiklin
166 BAB 1O

disebabkan oleh perubahan permeabilitas selubung sel nukleat. Sulfonamid adalah analog struktural PABA dan
mikroba. Pada sel-sel yang rentan, obat terkonsentrasi menghambat dihidropteroat sintetase.
dari lingkungan dan tidak siap meninggalkan sel. Pada Sulfonamid dapat masuk ke dalam reaksi di temPat
sel-sel yang resistan, obat tidak ditranspor secara aktif ke PABA dan bersaing untuk pusat aktif enzim. Akibatnya,
dalam sel atau meninggalkan sel secara cepat sehingga terbentuk analog asam folat nonfungsional, yang
konsentrasi inhibitorik tidak dipertahankan. Keadaan mencegah pertumbuhan sel bakteri lebih lanjut. Kerja
tersebut sering diatur plasmid. Sel-sel mamalia tidak penghambat sulfonamid pada pertumbuhan bakteri dapat
memekatkan tetrasiklin secara aktif. ditiadakan dengan PABA yang berlebihan dalam
lingkungan (inhibisi kompetitif). Sel-sel hewan tidak dapat
Kloramfenikol menyintesis asam folat dan harus bergantung pada sumber
eksogen. Beberapa bakteri, seperti sel hewan, tidak
Kloramfenikol berikatan dengan subunit 50S ribosom.
dihambat oleh sulfonamid. Namun, banyak bakteri lain,
Obat tersebut mengganggu pengikatan asam amino baru menyintesis asam folat seperti yang disebutkan di atas
ke rantai peptida yang baru timbul, sebagian karena
dan akibatnya rentan terhadap kerja sulfonamid.
klorarnfenikol menghambat peptidil transferase. Trimetop rim (3,4,5'trimetoksi benzi lpirimidin)
Kloramfenikol terutama bersifat bakteriostatik, dan menghambat asam dihidrofolat reduktase 50000 kali lebih
pertumbuhan mikroorganisme berlanjut ketika obat efisien dalam bakteri daripada dalam sel mamalia. Enzim
dihentikan. Mikroorganisme yang resistan terhadap ini mereduksi asam dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat,
kloramfenikol menghasilkan enzim kloramfenikol suatu tahap pada sekuens yang menyebabkan sintesis
asetiltransferase, yang menghancurkan aktivitas obat.
purin dan akhirnya DNA. Sulfonamid dan trimethoprim
Produksi enzim tersebut biasanya diatur oleh suatu masing-masing dapat digunakan secara tunggal untuk
piasmid.
menghambat pertumbuhan bakteri. Jika digunakan
bersamaan, akan menimbulkan penghambatan sekuensial,
INHIBISI SINTESIS ASITM NUKLEAT menyebabkan peningkatan aktivitas yang nyata
Contoh obat yang bekerja dengan cara inhibisi sintesis (sinergisme). Campuran sulfonamid (lima bagian)
asam nukleat adalah kuinolon, pirimetamin, rifampin, ditambah trimetoprim (satu bagian) telah digunakan pada
sulfonamid, trimetoprim, dan trimetreksat. Rifampin pengobatan pneumonia pneumosistis, malaria, enteritis
menghambat pertumbuhan bakteri dengan secara kuat Shigella, infeksi Salmonella sistemik, infeksi saluran
berikatan pada RNA poiimerase dependen-DNA bakteri. kemih, dan banyak lainnya.
Oleh karena itu, rifampin menghambat sintesis RNA Pirimetamin juga menghambat dihidrofolat reduktase,
bakteri. Resistansi rifampin disebabkan oleh perubahan tetapi lebih aktif melawan enzim dalam sel-sel mamalia
RNA polimerase akibat mutasi kromosom yang terjadi sehingga bersifat lebih toksik daripada trimetoprim.
dengan frekuensi tinggi. Mekanisme kerja rifampin pada Pirimetamin ditambah sulfonamid atau klindamisin
virus berbeda. Obat tersebut menghambat tahap lanjut adalah pengobatan pilihan terbaru pada toksoplasmosis
pada asembli poxvirus. dan beberapa infeksi protozoa lain.
Semua kuinolon dan fluorokuinolon menghambat
sintesis DNA mikroba dengan menghambat DNA girase.
Untuk banyak mikroorganisme, asam p-aminobenzoat
(PABA) merupakan metabolit penting. Cara kerja spesifik
r RESISTANSI TERHADAP OBAT.
PABA berupa kondensasi suatu pteridin yang dependen OBATAN ANTIMIKROBI\
adenosin trifosfat (ATP) dengan PABA untuk meng-
hasilkan asam dihidropteroat, yang kemudian diubah Terdapat berbagai mekanisme yang menyebabkan
menjadi asam folat. PABA berperan daiam sintesis asam mikroorganisme bersifat resistan terhadap obat.
folat, suatu prekursor yang penting dalam sintesis asam
(1) Mikroorganisme menghasilkan enzim yang
menghancurkan bbat akr.if . Contoh" Stafilokokus yang
NH^ NH, resistan terhadap penisilin G menghasilkan p-laktamase

z\ >-t
frl
yang menghancurkan obat. B-Laktamase lain dihasilkan
oleh bakteri batang gram negatif. Bakteri gram negatif

V
' cooH
Asam p-amino-
[\
\-
so2NH-
Struktur
resistan terhadap aminoglikosida (disebabkan oleh
plasmid) menghasilkan enzim asetilasi, fosforilasi, atau
adeniliiasi yang menghancurkan obat.
(2) Mikroorganisme mengubah permeabilitasnya
benzoat (PABA) cincin dasar terhadap obat. Contoh Tetrasiklin menumpuk pada
sulfonamid bakteri yang rentan tetapi tidak pada bakteri resistan.
KEMOTERAPIANTIMIKROBA I 167

Resistansi terhadap polimiksin juga dikaitkan dengan penisilin. Dengan tidak adanya dinding sel, organisme
perubahan permeabilitas terhadap obat. Streptokokus menjadi resistan terhadap obat-obat inhibitor-dinding sel
me mpunyai sawar pe rme abilitas alami terhadap (penisilin, sefalosporin) dan dapat tetap demikian selama
aminoglikosida. Sebagian keadaan tersebut dapat diatasi beberapa generasi. Bila organisme ini kembali ke bentuk
dengan obat yang aktif dinding sel yang simultan, misal, asalnya dengan memulai kembali produksi dinding sel,
penisilin. Resistansi terhadap amikasin dan beberapa organisme tersebut akan kembali rentan terhadap
aminoglikosida lain dapat bergantung pada kurangnya pen isilin.
permeabiiitas terhadap obat-obatan, tampaknya Mikroorganisme dapat menginfeksi pejamu di tempat
disebabkan oleh perubahan membran luar yang kerja antimikroba tidak aktif atau ditiadakan. Contoh:
mengganggu transpor aktif ke dalam sel. Aminoglikosida seperti gentamisin tidak efektif untuk
(3) Mikroorganisme menyebabkan perubahan target mengobati demam enterik salmonela karena salmonela
struktural untuk obat (lihat juga 1T[5], ai bawah). Contoh: terdapat di intraselular dan aminoglikosida tidak masuk
organisme resistan eritromisin mempunyai reseptor yang ke dalam sel. Demikian pula dalam mengobati penyakit
berubah pada subunit 50S ribosom, disebabkan oleh Legionnaire, hanya obat-obat yang dapat masuk ke dalam
metilasi RNA 23S ribosom. Resistansi terhadap beberapa sel yang efektif mengobati penyakit tersebut karena
penisilin dan sefalosporin mungkin diakibatkan oleh Legionella pneumophila terletak di intraselular.
hilangnya atau berubahnya PBP. Resistansi penisilin pada
Streptococcus pneunioniae dan enterokokus disebabkan oleh 2. Asal Genetik Resistansi Obat
perubahan PBP.
(4) Mikroorganisme menyebabkan perubahan jalur Kebanyakan mikroba yang resistan obat timbul sebagai
metabolik yang melintasi reaksi yang dihambat oleh obat. akibat perubahan genetik dan proses seleksi yang terjadi
Contoh: Beberapa bakteri yang resistan terhadap kemudian oleh obat antimikroba.
suifonamid tidak memerlukan PABA ekstraselular tetapi,
seperti sel mamalia, dapat menggunakan asam folat yang Resistansi kromosom
telah dibentuk sebelumnya.
(5) Mikroorganisme menyebabkan perubahan enzim
ini terjadi sebagai akibat mutasi spontan pada
Resistansi
lokus yang mengontrol kerentanan terhadap obat
yang masih dapat melakukan fungsi metaboliknya tetapi
antimikroba tertentu. Adanya obat antimikroba berperan
kurang dipengaruhi oleh obat. Contoh: Pada bakteri yang
sebagai mekanisme penyeleksi untuk menekan organisme
resistan trimetoprim, asam dihidrofolat reduktase
yang rentan dan mempermudah pertumbuhan mutan yang
dihambat kurang efisien daripada pada bakteri yang
resistan obat. Mutasi spontan terjadi dengan frekuensi
rentan trimetoprim.
10-r2 sampai 10-r7 sehingga jarang menjadi penyebab
timbulnya resistansi obat klinis pada pasien tertentu.
ASAL RESISTANSI OBAT Namun, mutan kromosom yang resistan terhadap
rifampin terjadi dalam frekuensi tinggi (sekitar 10-7
7. Asal Resr'stansi Obat Nongenetik sampai 10-5). Akibatnya, pengobatan infeksi bakteri
dengan rifampin sebagai obat tunggal sering mengalami
Replikasi aktif bakteri diperlukan untuk sebagian besar
kegagalan. Mutan kromosom paling sering resistan melalui
kerja obat antibakteri. Akibatnya, mikroorganisme yang
perubahan reseptor struktural untuk suatu obat. Oleh
secara metabolik tidak aktif (tidak memperbanyak diri)
karena itu, protein P12 pada subunit 30S ribosom bakteri
dapat resistan terhadap obat secara fenotipis. Namun,
berperan sebagai reseptor untuk pelekatan srreptomisin.
keturunannya sangat rentan terhadap obat. Contoh:
Mutasi pada gen yang mengontrol protein struktural
Mikrobakteri sering dapat bertahan hidup dalam jaringan
tersebut menyebabkan resistansi streptomisin. Mutasi
selama beberapa tahun setelah infeksi namun tetap
juga dapat menyebabkan hilangnya PBP sehingga
dikendalikan oleh pertahanan pejamu dan tidak
mengakibatkan mutan seperti ini men.jadi resistan
memperbanyak diri. Organisme yang "menetap" tersebut
terhadap obat-obat p-laktam.
resistan terhadap pengobatan dan tidak dapat dieradikasi
oleh obat. Jika mulai memperbanyak diri (misal, setelah
Resistansi Ekstrakromosom
pasien mengalami supresi imunitas selular), organisme
tersebut sepenuhnya rentan terhadap obat yang sama. Bakteri sering mengandung unsur genetik ekstralromosom
Mikroorganisme dapat kehilangan struktur target yang disebut plasmid. Gambarannya telah diuraikan dalam
spesifik untuk suatu obat selama beberapa generasi Bab 7.
sehingga menjadi resistan. Contoh: Organisme yang Beberapa plasmid membawa gen untuk resistansi
rentan terhadap penisilin dapat berubah menjadi bentuk terhadap salah satu-dan sering beberapa-obat-obatan
L yang tidak memiliki dinding sel selama pemberian antimikroba. Gen plasmid untuk resistansi antimikroba
168 BAB 1O

sering mengontrol pembentukan enzim yang mampu sulfonan-rid. Kebanyakan gonokokus masih sangat rentan
menghancurkan obat-obat antimikroba. Oleh karena itu, terhadap penisilin. Lewat beberapa dekade kemudian,
plasmid menentukan resistansi terhadap penisilin dan terjadi peningkatan resistansi terhadap penisilin sccara
.sefalosporin dengan membawa gen untuk pembentukan bertahap, tetapi dengan dosis tinggi, obat tersebut masih
B-laktamase. Plasmid mengode untuk enzim-enzim yang bersifat kuratil Pada tahun l970-an, muncul gonokokus
melakukan asetilasi, adenililase, atau fosforilase berbagai yang menghasilkan p-laktamase, p€rtama kali di Filipina
aminoglikosida; untuk enzim-enzim yang menentukan dan Afrika Barat, kemudian menyebar mcmbentuk fokus
transpor aktif tetrasildin melewati membran sel; dan r,rntuk endemi di seluruh dunia. Infeksi tersebut tidak dapat
lain-lain. diobati secara efektif dengan penisilin tetapi diobati
Bahan genetik dan plasmid dapat dipindahkan dengan dengan spektinomisin. Namun, terjadi resistansi terhadap
transduksi, transformasi, dan konjugasi. Proses-proses spektinomisin sehingga dianjurkan menggunakan
tersebut dibahas dalam Bab 7. sefalosporin generasi ketiga atau kuinolon untuk
mengobati gonorrhea.
RESISTANSI SILANG
Meningokokus
Mikroorganisme yang resistan terhadap obat tertentu juga
dapat resistan terhadap obat lain yang mempunyai Sampai tahun 1962, meningokokLls secara keseluruhan
mekanisme kerja yang sama. Hubungan tersebut terutafira rentan terhadap sulfonamid, dan obat ini efektif baik
terdapat di antara agen-agen yang secara kimia terkait r-rn ruk ptro{rilaksis mau pun terapi. Akibatnya, menin gokokus

erat (misal, aminoglikosida yang berbeda) atau yang resistan sul{bnamici menyebar secara luas, clan sulfonan"rid
mempunyai cara pengikatan atau cara kerja yang sama saat ini sudah tidak lagi berguna untuk mengobati infeksi
(misal, makrolid-linkomisin). Pada golongan obat tertentu, meningokokus. Penisilin tetap efekti{ untuk terapi, dan
inti aktif senyawa kimia memiliki kesamaan di antara rifarnpin digunakan untuk profilaksis. Namun,
banyak clngener (misal, tetrasiklin) sehingga sangat meningokokus yang resistan rifampin muncul pada
mungkin terjadi resistansi silang yang luas. sekitar 170 orang yang telah menerima rifampin untuk
profi laksis.
PEMBATASAN RESISTANSI OBAT
Stafilokokus
Timbulnya resistansi obat pada infeksi dapat diminimalisasi
dengan cara-cara berikut: (1) dengan mempertahankau Pada tahtrn 1944, sebagian besar stafilokokus rentan
kadar obat yang cukup tinggi daiam jaringan untuk terhadap penisilir-r G, meskipun telah ditemukan beberapa
menghambat populasi asli maupun mutan yang pertama; strain 1'ang resistan. Setelah penggunaan penisilin secara
(2) dengan memberikan sekaligus dua obat yang tidak masif, sebanyak 65-85o/o stafilokokr-rs yang diisolasi dari
memberikan resistansi silang, masing-tnasing saling rumah sakit pada tahun 1948 menghasilkan BJaktamase
menghambat timbulnya mLltan yang resistan terhadap obat sehingga resistan terhadap penisilin G. Kemajuan penisilin
lainnya (misal, rifampin dan isoniazid pada pengobatan yang resistan p-laktamase (misal, nafsilin) menghentikan
tuberkulosis); dan (3) dengan mencegah pajanan infeksi sen-rentara, tctapi sering kali terjadi infeksi yang
mikroorganisme ke obat tertentu yang sangat berguna disebabkan oleh stafilokokus yang resistan nallilin. Saat
dengan membatasi penggunaannya, terLltama di rumah ini, stafilokokus yang resistan penisilin tidak hanya
sakit. ditemul<at.r dalam rtrmah sakit tetapi 80-90% organibme
yang diisolasi dalanr kotnunitas juga resistan terhadap
ARTI KLINIS RESISTANSI OBAT penisilin. Organisrne ini juga ccnderung resistan terhadap
obat lain, misal, tetrasiklin. Stafilokokus yang resistan
Beberapa contoh berikut akan menggambarkan pengaruh nafsilin sering ditemukan di rumah sakit tersier.
timbulnya organisme yang resistan obat dan selel<sinya Vankomisin merupakan obat utama yang digunakan untuk
akibat penggunaan obat-obat antimikroba secara luas. perrgobatan infeksi S aureus y^ng resistan nafsilin, tetapi
beberapa strain S Auretts mempunyai kerentanan
Gonokokus intern-rediat terhadap vankomisin itt uitro dan kemungkir-ran
resisran sec:rra klinis itt uiuo.
Ketika sulfonamid pertama kali digunakan pada akhir
tahun 1930-an untuk pengobatan gonorrhea, sebenarnya
Pneumokokus
semua isolat gonokokus rentan terhadap sulfonamid dan
sebagian besar infeksi dapat sembuh. Beberapa tahun Streptococctts pneumonina secara keseluruhan rentan
kernudian, sebagian besar strain menjadi resistan terhadap terhadap penisilin G sampai tahun 1963, ketika
sulfonamid, dan gonorrhea jarang dapat disembuhkan oleh ditemukannya strain yang resistan penisilindi Papua
KEMOTERAPI ANTIM IKROBA 169

Nugini. Sesudah itu, ditemukan pneumokokus yang Amerika Serikat mungkin berperan dalam penyebaran
resistan penisilin di Afrika Seiatan, Jepang, Spanyol, dan plasmid resistan dan Salmonellae yang resistan obat.
kemudian di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, 5-10% Plasmid yang membawa gen-gen resistan obat terdapat
pneumokokus resistan terhadap penisilin G (MIC > 2 dalam banyak bakteri gram negatif flora normal usus.
pg/ml) dan sekitar 207o resistan sedang (MIC 0,1-1 pg/ Penggunaan berlebih obat-obat antimikroba--terutama
mL). Resistansi penisilin disebabkan oleh perubahan pada pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit--
protein pengikat penisilin. Resistansi penisilin pada menyebabkan supresi organisme yang rentan obat dalam
pneumokokus cenderung klonal. Pneumokokus juga flora usus dan memudahkan persistensi dan pertumbuhan
sering resistan terhadap triinetoprim-sulfametoksasol dan bakteri yang resistan obat, termasuk enterobakter,
kadang-kadang terhadap eritromisin dan tetrasiklin. klebsiela, proteus, pseudomonas, dan 5s1141ix-5sv12
fungi" Organisme tersebut akan menimbulkan masalah
Enterokokus pada pasien dengan daya tahan tr-rbuh yang menurun dan
granulositopenia. Lingkungan rumah sakit yang tertutup
Enterokokus mempunyai resistansi intrinsik terhadap
memudahkan transmisi organisme yang resistan tersebut
berbagai antimikroba: penisilin G dan ampisilin dengan
melalui petugas dan peralatannya serta melalui kontak
MIC tinggi; sefalosporin dengan MIC sangat tinggi;
langsung.
resistansi tingkat rer-rdah terhadap aminoglikosida; dan
resistansi terhadap trimetoprim-sulfametoksasol in uiuo. Mycobacte ri u m tu be rcu I osi s
Enterokokus juga telah memperlihatkan resistansi didapat
Resistansi obat primer pada M tuberculosis terjadi pada
terhadap hampir semua (jika tidak semua) antimikroba
sekitar 1070 isolat dan paling sering terhadap isoniazid
lain seperti berikut: perubahan PBP dan resistansi
atau streptomisin. Resisransi terhadap rifampin atau
terhadap B-laktam; resistansi tingkat tinggi terhadap
aminoglikosida; dan resistansi terhadap fluorokuinolon,
etambutoi jarang terjadi. Isoniazid dan rifampin
merupakan obat-obat primer yang digunakan pada
makrolid, azalid, dan tetrasiklin. Beberapa enterokokus
kebanyakan regimen pengobatan standar; obat-obat lini
mendapatkan suatu plasmid yang mengode untuk B-
laktamase dan sepenuhnya resistan terhadap penisilin dan
pertama lain adalah pirazinamid, etambutol, dan
streptomisin. Resistansi terhadap isoniazid dan rifampin
ampisiiin. Kepentingan terbesar adalah perkembangan
dianggap merupakan resistan terhadap banyak obat. Di
resistansi terhadap vankomisin, yang menjadi umum di
Eropa dan Amerika Utara meskipun terdapat variasi
Amerika Serikat, resistansi banyak obat pada M
tuberculosis berkisar mulai dari nol sampai 30o/o. Di
geografi pada persentase enterokokus yang bersifat resistan
seluruh dunia, angka rertinggi tuberkulosis yang resistan
vankomisin. Enterococcus faecium adalah spesies yang
banyak obat telah dilaporkan dari Nepal (48o/o), Gujarat,
paling sering resistan terhadap vankomisin. Pada wabah
India (33 ,8o/o), Kota New York (30 ,l%o) , Bolivia (15 ,3Vo) ,
infeksi yang disebabkan oleh enterokokus resistan
vankomisin, isolat dapat klonal atau bermacam-macam
dan Korea (14,5o/o). Kepatuhan pasien yang buruk
secara genetis. Resistansi terhadap streptogramin
terhadap pengobatan adalah faktor utama yang
menyebabkan terjadinya resistansi obat selama terapi.
(quinupristin-dalfopristin) juga terjadi pada enterokokus.
Kontrol tuberkulosis yang resistan terhadap banyak obat
adalah masalah yang signifikan di seluruh dunia.
Bakteri Enterik Gram Negatif
Kebanyakan resistansi obat pada bakteri enterik
disebabkan oleh penyebaran resistansi plasmid yang
meluas di antara genus yang berbeda. Saat ini, sekitar
r AKTIVITAS ANTIMIKROBA
separuh strain spesies shigella di berbagai bagian dunia IN VITRO
resistan terhadap banyak obat.
Aktivitas antimikroba diukur in vitro untuk menentukan
Salmonellae yang dibawa oleh hewan juga telah resistan, (1) potensi agen antibakteri dalam larutan, (2)
terutama terhadap obat-obatan (khususnya tetrasiklin) konsentrasinya dalam cairan tubuh atau jaringan, dan
yang dimasukkan dalam makanan hewan. Praktik (3) kerentanan mikroorganisme tertentu rerhadap obat
pemasukan obat ke dalam makanan hewan menyebabkan
dengan konsentrasi tertentu.
hewan-hewan ternak tumbuh lebih cepat tetapi disertai
peningkatan organisme enterik yang resistan obat dalam
flora feses pekerja peternakan. Peningkatan infeksi FAKTOR YANG MEMENGARUHI
di Inggris
Salmonellae yang resistan obat secara bersamaan AKTIVITAS ANTIMIKROBA
menye babkan pembatasan penggunaan suple me n Di antara banyak faktor yang memengaruhi aktivitas
antibiotik dalam makanan hewan. Penggunaan supiemen antimikroba lz uitro, hal-hal berikut ini harus
tetrasiklin secara kontinu dalam makanan hewan di dipertimbangkan, karena sangat memengaruhi hasil tes.
170 BAB 10

pH Lingkungan mengontrol semua faktor yang memengaruhi aktivitas


antimikroba; di Amerika Serikat, ufi-uji dilakukan
Beberapa obat lebih aktif pada pH asam (misal, berdasarkan metode National Committee for Clinical
nitrofurantoin); obat lainnya lebih aktif pada pH basa Laboratory Standards (NCCLS). Uji-uji tersebut juga
' (misal, aminoglikosida, sulfonamid).
dibahas dalam Bab 47.
Metode-metode tersebut dapat dilakukan untuk
Komponen Medium mernperkirakan baik potensi anribiotik dalam sampel
Natrium polianetolsulfonat (dalam medium biakan darah) maupun kerentanan mikroorganisme dengan menggunakan
dan deterjen anion lain menghambat aminoglikosida. organisme uji snndar yang tepat dan sampel obat tertentu
PABA dalam ekstrak jaringan bersifat antagonis terhadap untuk perbandingan.
sulfonamid. Protein serum mengikat penisilin dalam
berbagai derajat, berkisar dari 40o/o untuk metisilin Metode Dilusi
sampai 987o untuk dikloksasilin. Penambahan NaCl ke
Sejumlah zat antimilcoba dimasukkan ke dalam medium
medium meningkatkan deteksi resistansi metisilin pada
S aureus. bakteriologi padat atau cair. Biasanya digunakan
pengenceran dua kali lipat (logr) zat antimikroba. Medium
Stabilitas Obat akhirnya diinokulasi dengan bakteri yang diuji dan
diinkubasi. Tujuan akhirnya adalah untuk mengetahui
Pada suhu inkubator, beberapa agen antimikroba seberapa banyak jumlah zat antimikroba yang diperlukan
kehilangan aktivitasnya. Penisilin diinaktivasi secara untuk menghambat pertumbuhan-atau membunuh-
lambat, sedangkan aminoglikosida dan siprofloksasin bakteri yang diuji. Uii kerentanan dilusi agar
sangat stabil unruk jangka waktu lama. membutuhkan waktu yang banyak, dan kegunaannya
terbatas pada keadaan-keadaan tertentu. Uji dilusi kaldu
Ukuran lnokulum tidak praktis dan kegunaannya sedikit apabila dilusi harus
Pada umumnya, semakin besar inokulum bakteri, dibuat dalam tabung pengujian; namun' adanya
semakin rendah "kerentanan" bakteri tersebut. Inhibisi serangkaian preparat dilusi kaldu untuk berbagai obat
pada populasi bakteri yang besar lebih lambat dan kurang yang berbeda dalam lempeng mikrodilusi telah
sempurna dibandingkan pada populasi yang kecil. Selain meningkatkan dan mempermudah metode. Keuntungan
itu, mutan yang resistan lebih mungkin timbul dalam uji dilusi kaldu mikrodilusi adalah bahwa uji tersebut
populasi besar. memungkinkan adanya hasil kuantitatif, yang menunjukkan
jumiah obat tertentu yang diperlukan untuk menghambat
Lama lnkubasi (atau membunuh) mikroorganisme yang diuji.
Pada banyak keadaan, mikroorganisme tidak dimatikan
tetapi hanya dihambat dengan pajanan singkat ke agen Metode Difusi
antimikroba. Semakin lama inkubasi berlangsung, Metode yang paling luas digunakan adalah uji difusi
semakin besar kemungkinan mutan resistan timbul atau cakram. Cakram kertas filter yang mengandung sejumlah
anggota populasi antimikroba yang kurang rentan mulai tertentu obat ditempatkan di atas permukaan medium
mernperbanyak diri seiring dengan berkurangnya obat.
padat yang telah diinokulasi pada permukaan dengan
organisme uji. Setelah inkubasi, diameter zona jernih
Aktivitas Metabolik Mikroorganisme inihibisi di sekitar cakram diukur sebagai ukuran
Pada umumnya, organisme yang tumbuh secara aktif dan kekuatan inhibisi obat melawan organisme u,ii tertentu.
cepat lebih rentan terhadap kerja obat daripada organisme Metode tersebut dipengaruhi banyak faktor fisik dan kimia
dalam fase istirahat. Organisme tidak aktif secara selain interalai sederhana antara obat dan organisme (misal,
metabolik yang bertahan terhadap pajanan obat dalam sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular,
jangka lama dapat mempunyai keturunan yang benar- dan stabilitas obat). Meskipun demikian, standardisasi
benar rentan terhadap obat yang sama. keadaan memungkinkan penentuan kerentanan organisme.
Interpretasi hasil uji difusi harus berdasarkan
PENGUKURAN AKTIVITAS perbandingan antara metode dilusi dan difusi.
Perbandingan tersebut menyebabkan ditentukannya
ANTIMIKROBA standar rujukan. Garis regresi linear dapat menunjukkan
Penentuan kerentanan patogen bakteri terhadap obat- hubungan antara log konsentrasi inhibitor minimum pada
obatan antimikroba dapat dilakukan dengan salah satu uji dilusi dengan diameter zona inhibisi pada uji difusi.
dari dua metode utama: dilusi atau difusi. Penting untuk Penggunaan cakram tunggal untuk masing-masing
menggunakan metode yang distandardisasi yang antibiotik dengan standardisasi yang cermat terhadap
KEMOTERAPIANTIMIKROBA I 171

keadaan uji, memungkinkan pelaporan kerentanan atau Lokasi Organisme


resistansi mikroorganisme dengan membandingkan
Dalam tubuh, mikroorganisme sering terletak dalam sel-
ukuran zona inhibisi dengan standar obat yang sama.
sel jaringan. Obat memasuki sel jaringan dalam
Inhibisi di sekitar cakram yang mengandung sejumlah
konsentrasi yang berbeda-beda. Beberapa obat (misal,
obit antimikroba tertentu tidak menunjukkan kerentanan
tetrasiklin) mencapai konsentrasi yang sama di dalam
terhadap konsentrasi obat yang sama per miliiiter
monosit dan cairan ekstraselular. Sedangkan yang lain
medium, darah, atau urine. (misal, gentamisin), mungkin sama sekali tidak masuk
ke dalam sel pejamu. Keadaan ini kebaiikan dengan
tabung uji; dalam tabung uji, mikroorganisme berkontak
I AKTIVITAS ANTIMIKROBA langsung dengan obat.
IN VIVO
Analisis aktivitas agen antimikroba in uiuo lebih rrmir Zat-Zat Pengganggu
daripada keadaan in uitro. Aktivitas in uiuo tidak hanya Lingkungan biokimia mikroorganisme dalarn tubuh
melibatkan obat dan parasit tetapi juga faktor ketiga, sangat kompieks dan dapat rnenyebabkan interferensi
pejamu. Flubungan parasit-obat dan parasit-pejamu yang signifikan terhadap kerja obat. Obat dapat diikat
dibahas dalam paragraf berikut. I-Iubungan obat-pejamu oleh darah dan protein jaringan atau fbsfolipid; obat juga
(absorpsi, ekskresi, distribusi, metabolisme, dan dapat bereaksi dengan asam nukleat dalam pus dan secara
uji farmakologi.
toksisitas) terutama berhubungan dengan fisik diadsorpsi ke dalam eksudat, sel-sel, dan debris
nekrotik. Pada jaringan nekrotik, pH dapat sangat asam
HUBUNGAN OBAT-PATOGEN sehingga tidak menguntungkan untuk kerja obat (misal,
aminoglikosida).
Beberapa interaksi penting antara obat dan patogen telah
dibahas dalam halaman sebelumnya. Hal-hal berikut
merupakan faktor tambahan in uiuo yang penting. 2. Konsentrasi
Dalam tubuh, mikroorganisme tidak terpajan pada
7. Lingkungan konsentrasi obat yang konstan; dalam tabung uji,
Pada pejamu, bermacam-macam pengaruh lingkungan
konsentrasinya konstan.
memengaruhi mikroorganisme yang terletak di jaringan
berbeda dan di bagian tubuh yang berbeda-kebalikan Absorpsi
dengan tabung uji atau cawan Petri; di sini lingkungan
konstan untuk semua anggota populasi mikroba. Oleh Absorpsi obat dari saluran cerna (jika diminurn/per oral)
karena itu, respons populasi mikroba beragam dalam atau dari jaringan (jika disuntikkan) bersifat irregular.
pejamu daripada dalam tabung uji. Jr"rga terjadi ekskresi serta inaktivasi obat secara terus
menerus. Akibatnya, kadar obat dalam kompartemen
Keadaan Aktivitas Metabolik tubuh berfluktuasi secara terus menerus, dan mikro-
Dalam tubuh, keadaan aktivitas metabolik bermacam- organisme terpajan dengan berbagai konsentrasi agen
macam-tidak diragukan lagi, banyak organisme terdapat antimikroba.
pada tingkat aktivitas biosintetik yang rendah sehingga
relatif tidak rentan terhadap kerja obat. Mikroorganisme Distribusi
"dormanf' (yang tidur) tersebut sering dapat bertahan
hidup terhadap pajanan obat dengan konsentrasi tinggi dan Distribusi obat sangat beragam untuk berbagai jaringan.
akibatnya dapat menimbulkan relaps infeksi secara klinis. Beberapa obat sukar memasuki jaringan tertentu (misal,
sistem saraf pusat, prostat). Oleh karena itu, konsentrasi
Distribusi Obat obat setelah pemberian sistemik mungkin tidak adekuat
Dalam tubuh, agen antimikroba tersebar secara tidak untuk pengobatan yang efektif. Pada luka permukaan atau
merata dalam jaringan dan cairan. Banyak obat tidak membran mukosa seperti konjungtiva, pemakaian obat-
mencapai sistem saraf pusat secara efektif. Konsentrasi obat yang diabsorpsi buruk secara lokal (topikal)
dalam urine sering lebih besar daripada konsentrasi dalam memungkinkan konsentrasi lokal yang sangat efektif tanpa
darah atau jaringan lain. Respons jaringan yang diinduksi efek samping toksik. Alternatifnya, beberapa obat yang
oleh mikroorganisme dapat melindungi mikroorganisme dipakai topikal pada luka permukaan diabsorpsi baik.
dari obat. Jaringan nekrotik atau pus dapat mengadsorpsi Konsentrasi obat dalam urine sering jauh lebih tinggi
obat sehingga mencegah kontaknya dengan bakteri. daripada dalam darah.
172 BAB 1O

Variabilitas Konsentrasi (kemungkinan melalui eliminasi cepat antigen). Obat dan


dosis yang secara cepat membasmi streptokokus penyebab
Penting untuk mempertahankan konsentrasi efektif suatu
infeksi (misal, penisilin) lebih efektif dalam mencegah
obat yang di dalamnya mikroorganisme penyebab infeksi
demam rematik daripada obat dan dosis yang hanya
berproliferasi. Konsentrasi ini harus diperrahankan menekan mikroorganisme secara sementara (misal,
selama waktu yang cukup sehingga dapat rnembasmi
rctrasiklin).
mikroorganisme. Karena obat diberikan secara
intermiten dan diabsorpsi serta diekskresi secara irregular,
Perubahan Flora Mikroba
kadar di tempat infeksi.terus-menerus berfluktuasi. Untuk
mempertahankan konsentrasi obat yang cr-rkup untuk Obat-obatan antimikroba tidak hanya memengaruhi
waktu yang cukup, hubungan waktu-dosis harus mikroorganisme yang penyebab penyakit, tetapi juga
diperhatikan. Semakin besar dosis obat, semakin lama anggota flora mikroba normal yang rentan. Oleh karena
interval di antara dosis. Semakin kecil dosis, semakin itu, dapat terjadi ketidakseimbangan yang justru dapat
singkat interval di antara dosis agar dapat menjamin kadar menyebabkan penyakit. Beberapa contoh di bawah ini
ob,rt adekuat. menunjukkan keadaan tersebut.
(1) Pada pasien yang dirawat c{i rumah sakit yang
Efek Pascaantibiotik menerima antimikroba, flora mikroba normalnya
tertekan. Keadaan tersebut menyebabkan sebagian
Efek pascaantibiotik adalah melambatnya pertumbuhan
kekosongan terisi oleh organisme paling banyak dalam
kembali bakteri setelah pajanan ke agen-agen antimilroba.
lingkungan, terutama bakteri aerob gram negatif yang
Efek tersebut rnerupakan sifat sebagian besar antimikroba,
resistan obat (misal, pseudomonas, stafilokokus).
kecuali untuk sebagian besar B-laktam tidak memperlihatkan
Organisme penyebab superinfeksi tersebut dapat
efek pascaantibiotik dengan basil gram negarif.
menyebabkan infeksi yang resistan obat secara serius.
Karbapenem mempunyai efek pascaantibiotik rerhadap
(2) Pada wanitiyang minum antibiotik melalui mulut,
basii gram ncgariF.
l1ora vagina normal dapat tertekan, yang memungkinkan
pertumbuhan berlebih kandida yang nyata. Keadaan
HUBUNGAN PEJAMU.PATOGEN tersebut menyebabkan inflamasi lokal yang tidak nyarnan
(vulvovaginitis) dan rasa ga:al yang sulit ditahan.
Hubungan pejamu-patogen dapat diubah oieh obat-obat
(3) Pada keadaan obstruiai saiuran kemih, kecenderungan
antimikroba melaiui beberapa cara.
terkena infeksi kandung kemih besar. Bila infeksi saluran
kemih tersebut yang disebabkan oleh mikroorganisme
Perubahan Respons Jaringan
yang sensitif (misal Escherichia coli) diobati dengan obat
Respons inflamasi jaringan terhadap infeksi dapat diubah yang repat, organisme tersebut dapat dibasmi. Namun,
jika obat menekan multiplikasi mikroorganisme tetapi sering terjadi infeksi ulang yang disebabkan oleh basil
tidak mengeliminasinya dari tubuh. Proses akut dapat gram negatif tesistan obat iain setelah mikroorganisme
berubah menjadi kronik melalui car^ tersebut. yang sensitif obat dibasmi. Proses serupa juga
Sebaliknya, penekanan reaksi inflamasi dalam jaringan menyebabkan superinfeksi saluran pernapasan pada pasien
akibat gangguan imunitas selular pada pasien yang yang diberikan antimikroba untuk bronkitis kronik.
mendapat transplan jaringan atau terapi antineoplastik (1r) Pada orang yang menerima obat antimikroba selama
atau akibat keadaan imunokompromais yang disebabkan beberapa hari, sebagian besar flora usus normainya dapat
oleh suatu penyakit (misal, AIDS), dapat menyebabkan tertekan. Organisme yang resistan obat dapat muncul
peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan gangguan dalam jumlah besar di dalam usus dan dapat menyebabkan
respons terhadap obat antimikroba. enterokolitis yang serius (Clostridium dilrtcih, dll.).

Perubahan Respons lmun


Jika infeksi diubah oleh obat antimikroba, respons imun
pejamu juga dapat berubah. Satu contoh yang T PENGGUNAAN KLINIS
menggambarkan fenomena tersebut: infeksi faring akibat
streptokokus B-hemolitik grup A sering diikuti oleh ANTIBIOTIK
pembentukan antibodi antistreptokokus, dan jika terdapat
respons hiperimun, infeksi dapat diikuti oleh demam
PEMILIHAN ANTIBIOTIK
rematik. Jika proses infektif dapat diganggu sejak dini
dan secara lengkap dengan obat antimikroba, pembentukan Pemilihan obat-obat antimikroba secara rasional
respons imun dan demam rematik dapat dicegah bergantung pada pertimbangan berikut.
KEMOTERAPIANTIMIKROBA /

Diagnosis (1) Sensitisasi yang tersebar luas pada populasi, dengan


akibat hipersensitivitas, anafilaksis, ruam, demam,
Diagnosis etiologi yang spesifik harus diformuiasikan.
gangguan darah, hepatitis kolestatik, dan mungkin
Diagnosis sering dapat dilakukan berdasarkan gambaran
penyakit kolagen-vaskular.
klinis. Oleh karena itu, pada pneumonia lobaris tipikal (2) Perubahan flora normal tubuh, dengan penyakit
atau infeksi saiuran kemih akut, hubungan antara
yang disebabkan oleh "superinfeksi" akibat pertumbuhan
gambaran klinis dan agen penyebab cukup konstan
berlebih organisme yang resistan obat.
sehingga memungkinkan pemilihan antibiotik pilihan (3) Menyamarkan infeksi yang Serius tanPa
hanya berdasarkan gambaran ldinis saja. Namun, bahkan
membasminya. Misal, manifestasi klinis abses dapat
pada kasus tersebut, sebagai usaha perlindungan terhadap
ditekan sementara proses infeksi berlangsung terus.
kesalahan diagnostik, lebih dianjurkan untuk mendapatkan
(4) Toksisitas obat langsung (misal, granulositopenia
spesimen representatif untuk studi bakteriologi sebelum
atau trombositopenia akibat sefalosporin dan penisilin
memberikan obat antimikroba.
serta kerusakan ginjai atau kerusakan saraf pendengaran
Pada sebagian besar infeksi, hubungan antara agen
akibat aminoglikosida).
penyebab dan gambaran klinis tidak konstan. Oleh karena
(5) 'fimbulnya resistansi obat pada populasi mikroba,
itu, penting untuk mendapatkan spesimen yang tepat
terutama melalui eliminasi mikroorganisme yang sensitif
untuk identifikasi bakteriologi agen penyebab. Segera
obat dari lingkungan yang jenuh dengan antibiotik (misal,
setelah spesimen ditutup rapat, kemoterapi dapat dimulai
rumah sakit) dan penggantiannya oleh mikroorganisme
berdasarkan "tebakan terbaik'. Sekali agen penyebab telah
yang resistan obat.
diidentifikasi melalui prosedur laboratorium, regimen
awal dapat diubah jika diperlukan.
"Tebakan terbaik' organisme penyebab berdasarkan OBAT.OBAT ANTI M I KROBA YAN G
pada pertimbangan berikut,.antara lain: (1) tempat infeksi DIGUNAKAN DALAM KOMBINASI
(misal, pneumonia, infeksi saluran kemih); (2) usia pasien
(misal. meningitis: neonatal, anak muda, dewasa); (3) lndikasi
asal infeksi (rumah sakit atau masyarakat); (1t) faktor Alasan tepat untuk menggunakan dua atau lebih
predisposisi mekanis (drip intravena, kateter urine, antimikroba secara bersamaan dan bukan satu obat adalah
respirator, pajanan ke vektor); dan (5) faktor pejamu sebagai berikut:
predisposisi (imunodefisiensi, kortikosteroid, transplan, (l) Untuk memberikan pengobatan yang tepat pada
kemoterapi kanker, dll.). pasien benar-benar sakit yang dicurigai mengalami inGksi
Bila agen penyebab infeksi klinis diketahui, obat rnikroba serius. Dibuat tebakan yang baik mengenai dua
pilihan sering dapat dipilih berdasarkan pengalaman klinis atau tiga patogen yang paling mungkin, dan obat-obatan
mutakhir. Uji laboratorium unruk kerentanan antibiotik ditujukan untuk organisme tersebut. Sebelum pengobatan
(lihat bawah) kadang-kadang diperlukan untuk tersebut dimulai, spesimen yang adekuat harus diambil
menentukan obat pilihan. untuk mengidendfikasi agen etiologi dalam laboratorium.
Dicurigai adanya sepsis stafilokokus atau gram negatif
Uji Kerentanan pada pasien imunokompromais dan meningitis bakterial
Uji laboratorium untuk kerentanan antibiotik diindikasikan pada anak-anak merupakan indikasi terp€nting dalam
pada keadaan berikut: (1) bila mikroorganisme yang kategori ini.
(2) Untuk memperlambat timbulnya mutan milroba
ditemukan adalah jenis yang sering resistan terhadap obat
antimikroba (misal, bakteri enterik gram negatif); (2) yang resistan terhadap satu obat pada infeksi kronik
bila proses infeksi kemungkinan menjadi fatal kecuali jika dengan penggunaan obat kedua atau ketiga yang tidak
diobati secara spesifik (misal, meningitis, septikemia); dan bereaksi silang. Contoh yang paling menonjol adalah
(3) pada infelai tertentu yang pembasmian organisme infek- tuberkulosis aktif.
siusnya memerlukan obat yang bersifat bakterisidal cepat,
(3) Untuk mengobati infeksi campuran, terutama
tidak hanya bakteriostatik (misal, endokarditis infektif). infeksi seteiah trauma berat atau infeiai yang melibatkan
Prinsip dasar uji kerentanan antimikroba dijabarkan pada struktur-struktur vaskular. Masing-masing obat ditujukan
bagian awal bab ini. Aspek laboratorium tambahan uji untuk mikroorganisme patogen penting.
kerentanan antimikroba dibahas dalam 6ab 1t7.
(4) Untuk mencapai sinergisme bakterisidal atau
memberikan kerja bakterisidal (lihat bawah). Pada
beberapa infeksi, misalnya sepsis oleh enterokokus,
BAHAYA PEMAKAIAN SEMBARANGAN
kombinasi obat lebih mungkin dapat membasmi infeksi
Indikasi untuk penggunaan antibiotik kadang-kadang daripada penggunaan obat secara tunggal. Sinergisme
harus mempertimbangkan hal-hal berikut: tersebut hanya dapat diprediksi sebagian, dan sepasang
174 BAB 1O

obat tertentu mungkin bersifat sinergistik hanya untuk penggunaan asam 1-aminobenzoat ekstraselular oleh
satu strain mil<roba saja. Kadang-kadang, penggunaan dua beberapa mikroba untuk sintesis asam folat. Tiimetoprim
obat secara bersamaan memungkinkan penurunan dosis atau pirimetamin menghambat langkah metabolik
yang signifikan sehingga menghindari toksisitas tetapi selanjutnya. Penggunaan sulfonamid ditambah trimetoprim
masih menunjukkan kerja antimikroba yang memuaskan. secara bersamaan efektif pada beberapa bakteri (shigelosis,
salmonelosis, serasia) dan beberapa infeksi lain
Kerugian (pneumosistosis, malaria). Pirimetamin ditambah
sulfonamid atau klindamisin digunakan pada tokso-
Kerugian dalam pe(rggunaan obat-obat antimikroba
plasmosis.
kombinasi berikut iniharus selalu dipertimbangkan:
(2) Suatu obat seperti inhibitor dinding sei (penisilin
(1) Dokter dapat merasa karena telah memberikan
atau sefalosporin) dapat meningkatkan masuknya
beberapa obat, segala sesuatu yang mungkin telah
aminoglikosida ke dalam bakteri sehingga menghasiikan
dilakukan untuk pasien, menyebabkan kurangnya usaha
efek sinergistik. Penisilin meningkatkan ambilan
untuk menegakkan diagnosis tertentu. Sikap ini mungkin
juga dapat memberikan rasa aman yang palsu. gentamisin atau streptomisin oleh enterokokus. Oleh
(2) Semakin banyak obat yang diberikan, sernakin karena itu, ampisilin ditambah gentamisin dapat
bermanfaat untuk membasmi Enterococcus faecalis,
besar kemungkinan terjadinya reaksi obat atau pasien
terutama pada endokarditis. Demikian pula, piperasilin
menjadi sensitif terhadap obat-obatan.
(3) Biaya tinggi yang tidak semestinya. ditambah tobramisin dapat bersifat sinergistik melawan
beberapa strain pseudomonas.
(4) Kombinasi antimikroba biasanya tidak lebih efektif
(3) Satu obat dapat memengaruhi membran sel dan
dibandingkan dengan satu obat yang efektif.
(5) Sangat jarang, satu obat dapat bersifat anragonis memudahkan masuknya obat kedua. Efek kombinasi
lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Misalnya,
terhadap obat kedua yang diberikan secara bersamaan
(lihat di bawah). amfoterisin bersifat sinergistik dengan flusitosin melawan
fungi tertentu (misal, kriptokokus, kandida).
(4) Satu obat dapat mencegah inaktivasi obat kedua
Mekanisme
oleh enzim mikroba. OIeh karena itu, inhibitor B-
Bila dua agen antimikroba bekerja secara bersamaan pada laktamase (misal, asam klavulanat, sulbaktam, tazobaktam)
populasi mikroba yang homogen, efeknya dapat berupa dapat melindungi amoksisilin, tikarsilin, atau piperasilin
salah satu di bawah ini: (1) tidak berbeda, yaitu, kerja dari inaktivasi oleh B-laktamase. Pada keadaan tersebut,
kombinasi tidak lebih besar daripada kerja agen yang terjadilah sinergisme.
lebih efektif bila digunakan tunggal; (2) bertambah, yairu Antagonisme antimikroba secara jelas dibatasi oleh
kerja kombinasi setara dengan jumlah ker.ia masing- hubungan dosis-waktu sehingga sangat jarang terjadi pada
masing obat bila digunakan tunggal; atau (3) sinergisme, terapi antimikroba klinis. Antagonisme yang menyebabkan
yaitu, kerja kombinasi secara nyata lebih besar daripada angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi paling jelas
jumlah kedua efek; atau (4) antagonisme, yaitu, kerja diperlihatkan pada meningitis bakterial. Hal tersebut
kombinasi kurang efektif daripada kerja agen yang lebih terjadi bila obat bakteriostatik (yang menghambat sintesis
efektif bila digunakln tunggal. Semua efek tersebut dapat protein pada bakteri) seperti kloramlenikol atau tetrasiklin
diobservasi in uitro (terutama berhubungan dengan tingkat diberikan bersama dengan obat bakterisidal seperti
bakterisidal) dan in uiuo. penisilin atau aminoglikosida. Antagonisme terjadi
Efek yang dapat dicapai dengan kombinasi obat-obat terutama jika obat bakteriostatik mencapai tempat infel$i
antimikroba bervariasi sesuai kombinasi yang berbeda sebelum obat bakrerisidal; jika pembunuhan bakteri
dan spesifik untuk masing-masing strain mikroorganisme. penting untuk penyembuhan; dan hanya jika terdapat
Oleh karena itu, tidak ada kombinasi yang sinergistik. dosis efektif minimal salah satu obat berpasangan. Contoh
Terapi kombinasi seharusnya tidak digunakan tanpa lain adalah kombinasi obat-obat B-laktam pada
pandang bulu; setiap usaha seharusnya dilakukan untuk pengobatan infeksi P aeruginosa (misal, imipenem dan
menggunakan antibiotik tunggal pilihan. Pada infeksi yang piperasilin; imipenem adalah penginduksi p-iaktamase
resistan, studi laboratorium yang terperinci pada waktunya yang poten dan B-laktamase memecah piperasilin yang
dapat menjelaskan kombinasi obat sinergistik yang kurang stabil).
berguna untuk membasmi rnikroorganisme.
Sinergisme antimikroba dapat terjadi pada beberapa
KEMOPROFILAKSIS ANTIM I KROBA
jenis situasi. Kombinasi obat sinergistik harus dipilih
melalui prosedur laboratorium yang rumit. Kemoprofilaksis anti-infeksi secara tak langsung berarti
(1) Dua obat dapat menghambat jalur metabolik pemberian obat antimikroba untuk mencegah infeksi.
mikroba secara berurutan. Sulfonamid menghambat Dalam arti yang lebih luas, hal tersebut juga mencakup
KEMOTERAPIANTIMIKROBA I 175

penggunaan obat-obat antimikroba segera setelah akuisisi bakteremia. Se.iumlah besar streptokokus viridan
mikroorganisme patogenik (misal, setelah fraktur terdorong ke dalam sirkulasi selama tindakan pada gigi
compound) tetapi sebelum munculnya tanda-tanda infelai' dan operasi di dalam mulut atau tenggorok. Pada saat
Manfaat kemoprofilaksis terbatas pada kerja suatu tersebut, peningkatan risiko memerlukan penggunaan obat
.
obat tertentu terhadap organisme tercentu. Usaha antimikroba profilaktik yang ditujukan untuk streptokokus
pencegahan yang ditujukan pada semua mikroorganisme viridans. Misalnya, amoksisilin yang diminum sebelum
dalam lingkungan akan berakibat timbulnya infel<si yang tindakan dan 2 jam setelahnya dapat efektif. Orang yang
disebabkan oleh organisme yang paling resistan obat. Pada alergi terhadap penisilin dapat minum eritromisin secara
setiap penggunaan antimikroba untuk profilaksis, harus oral. Pemberian dosis lain secara oral dan parenteral dapat
dipertimbangkan untung ruginya antara risiko pasien efektif.
terkena infelcsi dengan tokisitas, biaya, ketidaknyamanan' Enterokokus menyebabkan 5 -15o/o kasus endokarditis
dan risiko timbulnya supdrinfeksi akibat obat profilakdk. infektif. Organisme tersebut mencapai aliran darah
melalui saluran kemih, gastrointestinal, atau saluran
7. Profilaksis pada Orang-orang dengan genital perempuan. Selama tindakan di area tersebut,
Kerentanan Normal yang Terqaian orang yang n-renggunakan prostese atau menderita
.Patogen Tertentu kelainan katup jantung dapat diberikan ampisilin yang
dikombinasi dengan aminoglikosida (misai' gentamisin)
Dalam kategori ini, suatu obat tertentu diberikan untuk dan diberikan secara intramuskular mauPun intravena
mencegah suatu infeksi tertentu pula. Contoh yang paling
30 menit sebelum tindakan.
menonjol adalah injeksi benzatin penisilin G intramuskular Selama dan setelah kateterisasi jantung, biakan darah
setiap 3-4 minggu untuk mencegah infeksi ulang oleh mungkin positif pada l0-20o/o pasien. Sebagian besar dari
streptokokus hemolitik grup A pada pasien rematik; pasien ini juga mengalami demam, tetapi sangat sedikit
pencegahan meningitis.dengan membasmi keadaan karier y"ng mengalami endokarditis' Antimikroba profilaktik
meningokokus menggunakan rifampin; pencegahan sifi lis t"-pakny" tidak memengaruhi kejadian tersebut.
dengan injeksi benzatin penisilin G; pencegahan plague
pneumonia dengan pemberian tetrasiklin .oral pada orang Penyakit Saluran PernaPasan
yang terpajan droplet infeksius; pencegahan penyakit
riketsia klinis (tetapi bukan infeksinya) dengan pemberian Orang dengan kelainan fungsional dan anatomi pada-
tetrasiklin setiap hari selama pajanan; dan pencegahar.r saluran pernapasan-misal, penyakit paru obstruktif
leptospirosis dengan pemberian doksisikiin oral pada kronik (PPOK) atau bronkiektasis-mudah terserang
lingkungan hiperendemik. bronkitis kronik. Keadaan tersebut merupakan infeksi
Pengobatan awal infeksi asimtomatik kadang-kadang bai<teri yang rekuren, sering dicetuskan oleh infeftsi virus
disebut profilalais. Oleh karena itu, pemberian isoniazid, akut dan menyebabkan dekompensasi respirasi.
6-10 mg/kg/hari (maksimum, 300 mg/hari) per oral Organisme yang paling sering adalah pneumokokus dan
selama 6-12 bulan, pada orang yang asimtomatik dengan H influenzae. Antibiotik dapat diberikan pada penderita
uji kulit tuberkulin yang berubah dari negatif rnenjadi PPOK pada keadaan klinis berikut: sebagai profilaksis
positif dapat mencegah tuberkulosis yang aktif secara untuk pasien sering mengalami rekurensi bronkitis
klinis yang timbul kemudian. kronik, untuk n-rengobati episode akut bronkitis, atau
untuk mer.rgobati eksaserbasi berat PPOK. Terdapat
2. Profilaksis pada Orang dengan sedikit bukti yang menunjang Penggunaan antibiotik
profilaktik, tetapi terapi antibiotik bermanfaat bagi pasien
Kerentanan Meningkat
yang mengalami eksaserbasi akut bronkitis kronik dengan
Kelainan fungsional atau anatomik tertentu menjadi p.r,tb"h".t karakter atau kuantitas sputum. Profilaksis
predisposisi infeksi yang serius. Pemberian obat tertentu ,ed.rhana untuk infeksi bakteri telah dilakukan pada
dalam jangka waktu singkat mungkin dapat mencegah anak-anak yang menderita fibrosis kistik yang tidak
atau menghilangkan infeksi tersebut. Beberapa contoh dirawat di rumah sakit. Namun, anak-anak tersebut terkena
penting dibahas di bawah ini. komplikasi infeksi yang disebabkan oleh pseudomonas
dan stafilokokus. Tlimetoprim-sulfametoksazol secara oral
Penyakit Jantung atau pentamidin dengan aerosol digunakan untuk
profilaksis pneumonia pneumosistis pada penderita AIDS.
Orang dengan kelainan katup jantung atau katup jantung
prostetik biasanya sangat rentan terhadap implantasi
lnfeksi Saluran Kemih Rekuren
mikroorganisme yang beredar dalam aliran darah.
Endokarditis infektif tersebut kadang-kadang dapat Llntuk wanita tertentu yang sering mengalami rekurensi
dicegah jika menggunakan obat yang tePat selama periode infeksi saluran kemih, asupan oral nitrofurantoin atau
176 BAB 10

trimetoprim-sulfametoksasol baik setiap hari maupun tiga (3) Dosis awal antibiotik profilaksis sistemik sebaiknya
kali setiap minggu dapat menurunkan frekuensi rekurensi diberikan pada saat induksi anestesi. Pengecualiannya
simtomatik secara nyata untuk waktu yang lama. adalah pada bedah kolon elektii pada bedah tersebut,
Wanita tertentu cenderung mengalami gejala sistitis antibiotik oral harus diberikan beberapa jam sebelum
sbtelah hubungan seksual. Pemberian obat antimikroba prosedur.
dosis tunggal (nitrofurantoin, uimetoprim-sulfametoksasol, (4) Pemberian obat antimii<roba dalam jangka panjang
dll.) dapat mencegah sistitis pascakoitus melalui inhibisi cenderung mengubah flora normai pada sistem organ,
awal pertumbuhan bakteri yang berpindah dari introirus yang menekan mikroorganisme rentan dan memudahkan
ke dalam uretra proksi'mal arau kandung kemih selama implantasi mikroorganisme yang resistan obat. Oleh
koitus berlangsung. karena itu, profilaksis antimikroba biasanya sebaiknya
diteruskan hanya sampai t hari seteiah pembedahan dan
secara ideal sebaiknya hanya diberikan praoperasi.
lnfeksi Oportunistik pada
(5) Kadar sistemik obat antimikroba biasanya tidak
Granulositopenia Berat
mencegah infeksi pada luka, pneumonia, atau infeksi
Pasien imunokompromais yang menerima transplantasi saluran kemih jika terdapat kelainan fisiologi atau benda
organ atau kemoterapi antineoplasma sering mengalami asing.
leukopenia yang hebat. Bila hitung neutrofii rurun di Kegunaan antimikroba topikal untuk profilaksis
bawah 1000/pL, pasien biasanya menjadi sangar renran (tempat kateter intravena, drainase urine tertutup, dalam
terhadap infeksi oportunistik, paling sering terhadap sepsis luka bedah, semen tulang akrilik, dll.) masih terbatas.
gram negatif. Orang-orang yang demikian kadang-kadang
diberikan fluorokuinolon atau sefalosporin atau Disinfektan
kombinasi obat (misal, vankomisin, gentamisin,
Disinfektan dan antiseptik berbeda dengan antimikroba
sefalosporin) yang ditujukan untuk oportunis yang paling
yang aktif secara sistemik; perbedaannya adalah bahwa
umum pada saat timbul tanda dini-atau bahkan tanpa
disinfektan dan antiseptik memiliki toksisitas selektif yang
tanda klinis-adanya infeksi. Pemberian obat tersebut
sedikit: disinfektan dan antiseptik tidak hanya toksik
diteruskan selama beberapa hari sampai hitung granulosit
naik lagi. Beberapa studi menunjukkan bahwa prosedur
untuk patogen mikroba tetapi juga untuk sel pejamu.
tersebut bermanfaat. Dua kasus klinis-transplantasi hati
Oleh karena itu, disinfektan dapat digunakan pada
dan sumsum tulang-yang disajikan dalam Bab 48
mikroorganisme yang inaktif di luar tubuh atau, secara
terbatas, pada permukaan kulit. Disinfektan dan
menggambarkan infeksi yang terjadi pada pasien-pasien
antiseptik tidak dapat diberikan secara sistemik.
tersebut dan antimikroba yang digunakan untuk
profilaksis dan pengobatannya.
Kerji antimikroba disinfektan ditentukan oieh
konsentrasi, waktu, dan suhu, dan evaluasi efeknya dapat
rumit. Beberapa contoh disinfektan yang digunakan dalam
3. Profilaksis dalam Pembedahan kedokteran atau kesehatan masyarakat tercantum dalam
Sebagian besar obat antimikroba yang digunakan di rumah
Tabel l0-l
sakit, dipakai pada bagian bedah untuk tujuan profilaksis.
Beberapa gambaran umum mengenai profilaksis dalam
pembedahan yang patut dipertimbangkan:
(1) Pada prosedur pembedahan elektif bersih (misal,
I OBAT.OBAT ANTIMIKROBA
prosedur bedah yang memotong jaringan yang UNTUK PEMBERIAN SISTEMIK
mengandung flora normal selain kulit yang akan dioperasi),
Lihat Tabel 10-2 untuk daftar organisme penyebab infeksi,
kerugian profilaksis antibiotik "rutin" (alergi, toksisiras,
pilihan obat pertama dan obat penggantinya.
superinfeksi) mungkin lebih berat daripada manfaatnya
kecuali bila dipasang jaringan keras (misal, panggul sendi
artifisial). Namun, bahkan pada herniorafi yang "bersih",
PENISILIN
pemberian dosis tunggal sefalosporin praope rasi Penisilin berasal dari kapang genus Penicillium (misa|,
merupakan tindakan yang sangar bermanfaat. Penicillium notatum) dan didapat meialui ekstraksi biakan
(2) Pemberian profilaktik antibiotik umumnya di bawah permukaan air yang tumbuh dalam medium
dipertimbangkan hanya jika diduga angka komplikasi khusus. Penisilin alami yang paling banyak digunakan
infeksi sebesar 3-5o/o. Pengecualian aturan ini adalah pada adalah penisilin G. Dari pemarangan fermentasi
pemasangan prostese (kardiovaskular, ortopedi) secara penisilium, asam 6-aminopensilanat dapat diisolasi dalam
elektii yang dapat menimbulkan efek berbahaya bila ,jumlah besar. Hal ini memungkinkan untuk menyintesis
infeksi. berbagai senyawa penisilin dalam jumlah yang hampir
KEMOTERAPI ANTIM IKROBA 177

label 1O-1. Disinfektan kimia yang praktis.

Disinfektan lingkungan
Permukaan meja, alat-alat Lisol atau senyawa fenol lain
Forma ldeh id
Glutaraldehid akuosa
Senyawa amonium kuaterner

Ekskreta, pembalut, pispot Natrium hipoklorit


Lisol atau senyawa fenol lain

Udara Debu atau aerosol propilena glikol


Uap formaldehida

Alat-alat yang sensitif panas Gas etilena oksida (asam nukleat alkilat; sisa gas harus
dibuang dengan penganginan)

Disinfeksi kulit atau luka Cuci dengan sabun dan air


Sabun atau detergen yang mengandung heksaklorofen
atau triklokarbanilida atau klorheksidin
lodium tinktur
Etil alkohol; isopropil alkohol
Povidon-iodin (larut air)
Jeli atau larutan nitrofurazon

Obat-obat topikal pada kulit atau membran mukosa


Pada kandidiasis Krim nistatin
Salep Kandisidin
Krim mikonazol

Pada luka bakar Krim mafenid asetat


Perak sulfadiazin

Pada dermatofitosis Krim atau bubuk asam undesilenat


Krim tolnaftat
Krim azol

Pada pioderma Salep basitrasin-neomisin-pol imiksin


Kalium permanganat

Pada pedikulosis Losion malation atau permetrin

Pemakaian topikal obat-obatan ke mata


Untuk profilaksis gonore Salep eritromisin atau tetrasiklin

Untuk konjungtivitis bakteri Salep sulfasetamid


Salep gentamisin atau tobramisin

tak terbatas melalui perangkaian gugus amino bebas asam senyawa ters.ebut membawa de.terminan antigenik
penisilanat ke gugus karboksil bebas dari berbagai radikal penisilin dan bekerja sebagai hapten yang menyebabkan
yang berbeda. sensitisisasi ketika melekat pada protein pembawa.
Semua penisilin mempunyai struktur dasar yang sama Berbagai radikal berbeda (R) yang menempel pada
(lihat asam 6-aminopenisilanat dalam Gambar 10-1). asam aminopenisilanat menentukan sifat farmakologi
Cincin tiazolidin melekat pada cincin B-laktam yang penting obat-obat yang dihasilkan. Penisilin yang secara
membawa gugus amino bebas. Radikal asam yang klinis penting dibagi menjadi empat golongan utama: (1)
menempel pada gugus amino dapat dipecah oleh amidase golongan yang memiliki aktivitas tertinggi melawan
bakteri dan amidase lain. Kesatuan struktur inti asam 6- organisme gram positif, spiroketa, dan beberapa lainnya
aminopenisilanat penting bagi aktivitas biologi senyawa tetapi rentan terhadap hidrolisis oleh B-laktamase dan
itu. Jika cincin B-laktam secara enzimatik dipecah oleh tidak tahan asam (misai, penisilin G); (2) golongan yang
B-laktamase (penisilinase), produk yang dihasilkan, asam
relatif resistan terhadap p-laktamase tetapi memiiiki
penisiloat, ticlak memiliki aktivitas antibakteri. Namun, aktivitas yang lebih rendah melawan organisme gram
178 BAB 1O

positif dan tidak aktif melawan gram negatif (misal, inhibisi tanpa membunuh bakteri (misal, toleransi
nafsilin); (3) golongan yang memiliki aktivitas relatif tinggi beberapa stafilokokus). (4) Kegagalan menyintesis
melawan organisme gram positif dan gram negatif tetapi peptidoglikan, misal, pada mikoplasma, bentuk-L, atau
dapat dirusak oleh B-laktamase (misal, ampisilin, bakteri yang secara metabolis tidak aktif.
piperasilin); dan (4) golongan yang relatif stabil terhadap
asam lambung dan cocok diberikan secara oral (misal, Absorpsi, Distribusi, & Ekskresi
penisilin V kloksasilin, amoksisillin), Beberapa contoh
Seteiah pemberian intramuskular atau intravena, absorpsi
diperlihatkan dalam Gambar.10-1. Kebanyakan penisilin
sebagian besar penisilin cepat dan lengkap. Setelah
tersedia sebagai garam natrium atau kalium dari asam
pemberian oral, hanya 5-30o/o dosis penisilin yang
bebas. Kalium penisilin G mengandung sekitar 1,7 meq
diabsorpsi, bergantung pada stabilitas asam, pengikatan
Kt per juta unit (2,8 meq/g). Garam prokain dan garam
ke makanan, adanya bufer, dll. Amoksisilin diabsorpsi
benzatin pada penisilin merupakan bentuk sediaan untuk
dengan baik. Setelah absorpsi, penisilin didistribusikan
injeksi intramuskular. l)alam bentuk kering, penisilin
secara luas ke dalam jaringan dan cairan tubuh.
stabil, tetapi dalam bentuk larutan, penisilin secara cepar
Beberapa bentuk dosis khusus telah dibuat untuk
kehilangan aktivitasnya dan harus disiapkan segera saar
absorpsi lambat agar menghasilkan kadar obat tertentu
dibe rikan.
untuk jangka waktu lama. Setelah dosis tunggai
Aktivitas Antimikroba intramuskular benzatin penisilin, 1,5 g (2,4 juta unit),
kadar serum 0,03 unit/ml dipertahankan selama i0 hari
Langkah awal kerja penisilin adalah pengikatan obat ke
dan kadar 0,005 unit/ml selama 3 rninggu. Prokain
reseptor sel. Reseptor tersebut adalah PBP dan beberapa
penisilin yang diberikan secara intramuskular menghasilkan
di antaranya merupakan enzim yang terlibat pada reaksi
kadar terapeutik selama 24 jam.
transpeptidasi. Pada setiap sel terdapat tiga sampai enam
(atau lebih) PBP Setelah molekul penisilin menempel pada
Di banyak jaringan, konsentrasi penisilin sama dengan
reseptor, sintesis peptidoglikan dihambat bersamaan
di dalam serum. Kadar yang rendah terdapat di mata,
prostat, dan sistem saraf pusat. Namun, pada meningitis,
dengan dihambatnya transpeptidase akhir. Peristiwa
penetrasi ditingkatkan, dan kadar 0,5-5 mg/ml terdapat
bakterisidal akhir adalah pembuangan atau inaktivasi
dalam cairan serebrospinalis dengan dosis parenteral
inhibitor enzim autolitik pada dinding sel. Peristiwa
harian sebesar 12g. Oleh karena itu, meningitis
tersebut mengaktifkan enzim autolitik dan menyebabkan
pneumokokus dan meningokokus diobati dengan penisilin
lisisnya sel. Organisme dengan gangguan fungsi autolisin
sistemik, dan injeksi intratekal telah ditinggalkan.
dapat dihambat tetapi tidak dimatikan oleh obat-obat p-
Sebagian besar penisilin secara cepat diekskresi oleh
laktam, dan organisme tersebut disebut "toleran".
ginjal. Sekitar 10%o ekskresi ginjal melalui filtrasi
Karena sintesis dinding sel aktif diperlukan untuk kerja
glomerulus dan 90o/o melalui sekresi tubulus. Yang melaiui
penisilin, mikroorganisme yang secara metabolis inaktif
tubulus dapat dihambat sebagian oleh probenesid agar
tidak rentan terhadap obat ini.
kadar cairan serebrospinalis dan sistemik lebih tinggi.
Penisilin G dan penisilin V sering diukur dalam satuan
Pada bayi baru lahir dan penderita gagal ginjal, elskresi
unit (1 juta unit = 0,6 g), tetapi penisilin semisinretik
penisilin menurun dan kadar sistemik tetap tinggi dalam
diukur dalam gram. Karena 0,002-1 pg/ml penisilin G jangka waktu yang lebih lama. Beberapa penisilin (misal,
bersifat letal untuk sebagian besar organisme gram positif
nafsilin) dieliminasi terutama dengan mekanisme non-
yang rentan, diperlukan dosis l0-100 kali lipat untuk
ginjal.
membunuh bakteri gram negatif (kecuali neisseria).

Resistansi Penggunaan Klinis


Resistansi terhadap penisilin dibagi menjadi beberapa Penisilin adalah antibiotik yang paling banyak digunakan,
kategori: (1) Produksi p-laktamase oleh stafilokokus, terutama untuk hal-hal berikut.
bakteri gram negatif, hemofili, gonokokus, dan lain-lain. Penisilin G adalah obat pilihan pada sebagian besar
Lebih dari 50 B-laktamase yang berbeda telah dikenal, infeksi yang disebabkan oleh streptokokus, pneumokokus,
sebagian besar dihasilkan di bawah pengendalian plasmid meningokokus, spiroketa, klostridia, batang gram posidf
bakteri. Beberapa B-laktamase dapat diinduksi oleh aerob, gonokokus dan stafilokokus tidak menghasilkan
sefalosporin yang lebih baru. (2) Tidak adanya reseptor penisilinase, serta aktinomiseces.
penisilin (PBP) atau perubahan PBP (misal, pneumokokus, Penisilin G adalah inhibitor untuk enterokokus (S
enterokokus) atau tidak terjangkaunya reseptor karena faecalis), tetapi untuk efek bakterisidal (misai, pada
sawar permeabilitas membran luar bakteri. Semuanya endokarditis enterokokus) harus ditambahkan amino-
sering di atur oleh kromosom. (3) Kegagalan aktivasi glikosida. Penisilin G dengan dosis lazim diekskresi ke
enzim autolitik pada dinding sel, yang dapat menyebabkan urine dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk
KEMOTERAPI ANTIM IKROBA 179

Tabel 1O-2. Obat-obat pilihan untuk patogen mikroba yang terbukti atau dicurigail

:...=Ei.*ti,

Kokus Gram negatif


Moraxella catarrhalis TMP-5MZ'?, suatu fluorokuinolon3 Sefuroksim, sefotaksim, seftizoksim,
seftriakson, sefepim, sefuroksim aksetil,
eritromisina, tetrasiklins, azitromisin,
amoksisilin-asam klavulanat, klaritromisin

Ne isseria go norrhoeae (gonokokus) Seftriakson, siprof loksasin, Spektinomisin, sef podoksim


atau ofloksasin prokseti I

Nersseria meningitidis (meningokokus) Penisilin6 Sefotaksim, seftizoksim, seftriakson,


ampisilin, kloramfenikol

Kokus gram positif


Stre ptococcus p n e u m o n i ae3 Penisilin6 Eritromisina, sefalosporinT, vankomisin,
(pneumokokus) TMP-SMz'?, kloramfenikol,. klindamisin,
azitromisin, klaritromisin, tetrasiklins,
imipenem, meropenem, kuinupristin-
dalfopristin, fluorokuinolon tertentu,3
linezolid

Streptokokus, hemolitik, Penisilin6 Eritromisin4, sefalosporinT, vankomisin,


grup A,B. C, G klindamisin, azitromisin, klaritromisin

Streptokokus viridans Penisilin6 + gentamisin SefalosporinT, vankom isin

Stafilokokus, resistan metisilin Vankomisin + gentamisin lrifampin TMP-SMZ'z, minosiklin, fluorokuinolon3


linezolid, kuinupristin-dalfopristin
Stafilokokus, tidak menghasilkan Pen isilin6 Sefalosporin8, vankomisin, imipenem,
penisilinase meropenem, fluorokuinolonr, klindamisin

Stafilokokus, penghasil penisilinase Penisilin resistan penisilinasee Vankomisin, sefalosporinT, klindamisin,


amoksisilin-asam klavulanat, tikarsilin-
asam klavulanat, ampisilin-sulbaktam,
piperasi lin-tazobaktam, im ipenem,
meropenem, fluorokuinolon3, TMP-5MZ'?

Enterococcus faecalis Ampisilin + gentamisinro Vankomisin + gentamisin

Enterococcus faecium Vankomisin + gentamisinlo Ku inupristin-dalfopristin, linezolid


Batang gram negatif
Asinetobakter lmipenem atau meropenem Minosiklin, TMP-SMZ'?, doksisiklin,
aminoglikosidall, piperasilin, seftazidim,
fluorokuinolon3
Prevote II a, strain orofaring Klindamisin Penisilin6, metronidazol, sefoksitin,
sefotetan

Bacteroides, strain gastrointestinal Metronidazol Sefoksitin, kloramfenikol, klindamisin,


sefotetan, sef metazol, imipenem,
meropenem, tikarsilin-asam klavulanat,
ampisilin-sulbaktam, piperasilin-
tazobaktam

Brucella Tetrasiklin + rifampins TMP-5MZ'? + gentamisin; kloramfenikol


+ gentamisin; doksisiklin + gentamisin

Campylobacter jejuni Eritromisin4 atau azitromisin Tetrasiklins, fluorokuinolon3, gentamisin

(bersambung)
180 / BAB 10

lahel 1O-2. Obat-obat pilihan untuk patogen mikroba yang terbukti atau dicurigail (lanjutan)

TMP-SMZ'7,imipenem,meropenem Aminoglikosida,fluorokuinolon3,
sefepime

Esche rich i a coli (sepsis) Sefotaksim,seftizoksim.seftriakson, lmipenemataumeropenem,


seftazidim, sefepim aminoglikosidalr, fluorokuinolon3

Escherichia coli (infeksi urine Fluorokuinolon3, nitrofurantoin TMP-SMZ'z, sefalosporin oral, fosfomisin
tidak berkomplikasi)
Haemophilus (meningitis dan Sefotaksim, seftizoksim, seftriakson, Kloramfenikol, meropenem
lain)
infeksi serius seftazidim

Haemophilus (infeksi pernapasan, TMP-SMZ'Z Ampisilin, amoksisilin, doksisiklin,


otitis) azitromisin, klaritromisin, sefotaksim,
seftizoksim, seftriakson, sefepim,
sefuroksim, sefuroksim aksetil, ampisilin-
kl avu la nat

Helicobacter pylori Amoksisilin+ klaritromisin + Klaritromisrn + bismuth subsalisilat


omeprazole; atau tetrasiklins + (Pepto-Bismol) + tetrasiklin; amoksisilin
metronidazol + bismuth subsalisilat + metronidazole + bismuth subsalisilat;
amoksisilin + klaritromisin

Klebsiella Sefa I ospori n TMP-SMZ'z, aminoglikosidall, imipenem


atau meropenem, fluorokuinolon3,
piperasilin, mezlosilin, aztreonam

Legionella sp (pneumonia) Eritromisina atau klaritromisin TMP-SMZ'?, doksisiklin + rifampin


atau azitromisin, atau
fluorokuinolon3 + rifampin

Proteus mirabilis Ampisilin Aminoglikosida,ll TMP-SMZ,'Z


fluorokuinolon,s sefalosporin

Proteus vulgaris dan spesies lain Sefotaksim, seftizoksim, seftriakson, Aminoglikosidall, imipenem, T[/lP-SMZ,'z
(Morganella, Providencia) seftazidim, sefepim fluorokuinolon3

Pse u domonas ae ru gi nosa Aminoglikosidall + penisilin Seftazidim + aminoglikosida; imipenem


anti pseudomonasl2 atau meropenem + aminoglikosida;
aztreonam + aminoglikosida; siprofloksasin
+ piperasilin; siprofloksasin +seftazidim;
siprofloksasin + sefepim

Burkhold eri a pseudoma I lei Seftazid im Kloramfenikol, tetrasiklins, TMP-SMZ'z,


(melioidosis) amoksisilin-asam klavulanat, imipenem
atau meropen.em

Burkholderia maliei (keleniar) Streptomisin + tetrasiklins Kloramfenikol + streptomisin

Sa I monel la (bakteremia) Seftriakson, f luorokuinolon3 TMP-SMZ'z, ampisilin, kloramfenikol

Serratia Sefotaksim, seftizoksim, seftriakson, TMP-SMZ', aminoglikosidal, imipenem


seftazidim, sefepim atau meropenem, fluorokuinolon3

Shigella Fluoroku inolon3 Ampisil in, TMP-SM22, seftriakson

Vibrio (kolera, sepsis) Tetrasikl ins TMP-SMZ'?, f luorokuinolon3

Yersinia pestrs (pes, tularemia) Streptomisin ltetrasiklins Kloramfenikol, TMP-5Mz'z

(berlanjut)
KEMOTERAPIANTIMIKROBA I 181

Tabel 1O-2. Obat-obat pilihan untuk patogen mikroba yang terbukti atau dicurig ai1 (lanjutan)

Batang Gram positif


Actinomyces Pen isilin5 Tetrasiklins, klindamisin

Basil (termasuk antraks) Penisilin6 (siproflokiasin atau Eritromisin4, tetrasiklins, fluorokuinolon


doksisiklin untuk antraks)

Clostridium (misal, gangren gas, Pen isilin6 Metronidazol, kloramfenikol, klindamisin,


tetanus) imipenem atau meropenem

Co ryne ba cte ri u m d ip hth e ri ae Eritromisina Pen isilin6

Corynebacterium jeikeium Vankomisin Siprofloksasin, penisilin + gentamisin

Listeri a Ampisilin + aminoglikosidall TMP-SMZ'

Batang tahan-asam
Mycoba cte ri u m tu be rcu I osis13 INH + rifampin + pirazinamid + Obat-obat antituberkulosis lain
etambutol atau streptomisin
Mycobacterium leprae Dapson + rifampin + klofazimin Minosiklin, ofloksasin, klaritromisin

Mycoba cte ri u m ka nsasi i INH + rifampin + etambutol Etionamid, sikloserin

Myco bacte ri u m aviurn kompleks Klaritromisin atau azitromisin + satu Amikasin


atau lebih obat berikut: etambutol,
rifampin atau rifabutin, siprofloksasin
Myco bacte ri u m fo rtu i tu m-ch e iIo ne i Amikasin + klaritromisin Sefoksitin, sulfonamid, doksisiklin,
linezolid
Nocardia TMP-SMZ' Minosiklin, imipenem atau meropenem,
sulf isoksazol, linezolid

5piroketa
Borrelia burgdorferi (penyakit Lyme) Doksisiklin, amoksisilin, sefuroksim Seftriakson, sefotaksim, penisilin,
aksetil azitromisin, klaritromisin

Borre li a recu rre ntis (demam Doksisiklin5 Penisilin6


hilang timbul)
Leptospi ra PenisilinG Doks isiklin s

Tre pone m a pa I I id u m (sifilis) Penisilin5 Doksisilin, seftriakson

Treponema pertenue $taws) Penisilins Doksisiklins

Mikoplasma Eritromisin4 atau doksisiklin Klaritromisin, azitromisin, fluorokuinolon3

Klamidia
C psittaci Doksisiklin Kloramfenikol

C trachomatis (uretritis atau penyakit Doksisiklin atau azitromisin Of loksasin


radang panggul)

C pneumoniae Doksisiklin Eritromisin4, klaritromisin, azitromisin,


f luorokuinolonlla

Riketsia Doksisiklin Kloramfenikol, f luorokuinolon3


lDiadaptasi dari Med Lett Drugs Ther 2001;43:59.

'?TMP-SMZ adalah campuran 1 bagian trimetoprim dan 5 bagian sulfametoksasol.


182 BAB 1O

3Fluorokuinolon meliputi siprofloksasin. ofloksasin, levofloksasin, moksifloksasin, gatifloksasin, dan lain-lain (lihat teks).
Gatifloksasin, levofloksasin, dan moksifloksasin mempunyai aktivitas terbaik melawan organisme gram positif, termasuk S
pneumoniae resistan penisilin dan 5 aureus sensitif metisilin. Aktivitas melawan enterokokus dan S epidermidls berubah-
ubah. Siprofloksasin mempunyai aktivitas terbaik melawan P aeruginosa.
4Eritromisin estolat paling baik diabsorpsi secara oral tetapi mempunyai risiko hepatitis tertinggi; eritromisin stearat dan
eritromisin etilsuksinat juga tersedia.
ssemua tetrasiklin mempunyai aktivitas yang sama terhadap sebagian besar mikroorganisme. Minosiklin dan doksisiklin
mempunyai aktivitas yang meningkat melawan S aureus. Pemberian dosis ditentukan oleh laju absorpsi dan ekskresi
berbagai preparat.
sPenisilin G lebih baik untuk injeksi parenteral; penisilin V untuk pemberian oral-hanya digunakan untuk mengobati infeksi
yang disebabkan oleh organisme yang sangat sensitif.
TSebagian besar sefalosporin intravena (pengecualian seftazidim) mempunyai aktivitas baik melawan kokus gram positif.
sResistansi intermediat dan tingkat tinggi terhadap penisilin telah diuraikan. lnfeksi yang disebabkan oleh strain dengan
resistansi intermediat dapat berespons terhadap dosis tinggi penisilin, sefotaksim, atau seftriakson. lnfeksi yang disebabkan
oleh strain sangat resistan harus diobati dengan vankomisin + rifampin. Banyak strain pneumokokus yang resistan penisilin
bersifat resistan terhadap eritromisin, makrolid, TMP-SMZ, dan kloramfenikol.
sNafsilin atau oksasilin parenteral; dikloksasilin, kloksasilin, atau oksasilin oral.
loPenambahan gentamisin hanya diindikasikan untuk infeksi enterokokus berat (misal, endokarditis, meningitis).
ttAminoglikosida-gentamisin, tobramisin, amikasin, netilmisin-harus dipilih berdasarkan pola kerentanan setempat.
t2Penisilin antipseudomonas: tikarsilin, piperasilin.
l3Resistansi dapat menjadi suatu masalah, dan harus dilakukan uji kerentanan.
laSiprofloksasin mempunyai aktivitas antiklamidia lebih rendah dibandingkan dengan fluorokuinolon yang lebih baru.

menghambat be.berapa organisme gram negatif kecuali piperasilin-tazobaktam tidak lebih aktif melawan P
jika organisme tersebut menghasilkan sejumlah besar B- aeruginosa daripada piperasilin bila digunakan sendiri.
laktamase .

Benzatin penisilin G adalah garam dengan daya larut Efek Samping


sangat rendah yang diberikan secara intramuskular untuk Penisilin memiliki toksisitas langsung yang lebih kecil
mencapai kadar obat yang rendah tetapi lama. Injeksi dibandingkan sebagian besar obat antimikroba lain.
tunggal sebesar 1,2 juta unit (0,7 g) cukup memuaskan Sebagian besar efek samping yang serius disebabkan oleh
untuk pengobatan faringitis streptokokus grup A dan hipersensi tivi tas.
sifilis primer. Injeksi yang sama setiap 3-4 minggu Semua penisilin dapat menimbulkan sensitisasi silang
merupakan profilaksis yang memuaskan terhadap infeksi dan dapar bereaksi silang. Setiap bahan (termasuk susu,
ulang streptokokus grup A pada penderita demam rematik. kosmetik) yang mengandung penisilin dapat menimbulkan
Infeksi oleh stafilokokus penghasil B-laktamase sensitisasi. Antigen yang menjadi penyebab adalah produk
adalah satu-satunya indikasi untuk penggunaan penisilin degradasi (misal, asam penisiloat) yang terikat pada
resistan iaktamase, misal, nafsilin atau oksasilin. protein pejamu. Uji kulit dengan penisiloilpolilisin,
Kloksasilin atau dikloksasilin melalui mulut dapat dengan produk hidrolisis alkali, dan dengan penisilin yang
diberikan untuk infeksi stafilokokus yang lebih ringan. tidak terdegradasi dapat digunakan untuk mengindentifikasi
Stafilokokus yang resistan terhadap oksasilin dan nafsilin orang-orang yang hipersensitif. Di antara reaktor positif
mempunyai gen mecA dan membuat protein pengikat terhadap uji kulit, insidensi terjadinya reaksi alergi segera
penisilin berafinitas rendah. yang besar, tinggi. Reaksi tersebut disebabkan oleh
Amoksisilin oral diabsorpsi lebih baik daripada ISE y*"C terikat sel. Antibodi IgG terhadap
"nti'bodi
ampisilin dan menghasilkan kadar yang lebih tinggi. penisilin sering ditemukan dan tidak berhubungan dengan
Amoksisilin yang diberikan bersamaan dengan asam reaksi alergi selain anemia hemolitik yang jarang terjadi.
klavulanat aktif melawan H influenzae penghasil B- Riwayat adanya reaksi penisilin di masa lalu tidak dapat
laktamase. Tikarsilin menyerupai ampisilin tetapi lebih dipercaya, tetapi obat harus diberikan orang tersebut
aktif melawan batang gram negatif. Obat tersebut biasanya dengan hati-hati, atau gunakan obat pengganti.
diberikan pada sepsis gram negatif bersama dengan Reaksi alergi dapat berupa syok anafilaktik yang khas,
aminoglikosida (misal, gentamisin). Piperasilin lebih reaksi tipe penyakit serum yang khas (urtikaria,
efektif melawan batang gram negatif aerob, terutama pembengkakan sendi, edema angioneurotik, pruritus,
pseudomonas. Piperasilin yang dikombinasi dengan gangguan pernapasan dalam 7-12 hari setelah pemberian
tazobaktam penghambat p-laktamase mempunyai penisilin), dan berbagai ruam kulit, demam, nefritis,
akdvitas yang meningkat melawan beberapa batang gram eosinofilia, vaskulitis, dan sebagainya' Insidensi
negatif penghasil p-laktamase. Namun, kombinasi hipersentivitas terhadap penisilin pada anak-anak sangat
KEMOTERAPI ANTIM I KROBA 183

Tempat kerja amidase


\ ff
lI .-s:
R_N-CH-CH C -cH,
i I l-cHg
c-N-cH-cooH
ilt
O \ tempat kerja penisilinase
(cincin B-laKam rusak)
Asam 6-aminopenisilanat

StruKur n"rikrt *r"ing-masing dapat mengalami substitusi di R untuk menghasilkan penisilin baru.

ct
o
lt
o c-
ll
cH-c-
cHs
I
ct
H
Penisilin G (benzilpenisilin): Oksasilin (tidak ada atwn Cll; kloksasilin {satu C pda sdruktur);
AKivitas tinggi melawan baKeri gnm positif. dikkcksasilin (2 Cl pada stn*tur); fu^ddoksasilin (satu Cl dan satu F
AKivitas rendah melawan baKeri gram negatif. pada struktur) (isoksazolil penisilin):
Tidak tahan asam. Diharcurkan oleh ftlaKamase. Sama dengan metisilin dalam hal resistensi plaldamase, tetapi tahan asam.
600,6 terikat protein. Dapat diberikan secara oral. Sangat taikat protein (95-980,6).

t---1,
/\
\./
\_/ o
/ \ll
( /fc- o
\\ // cH-c-
ll

\ I

oc2H5 NHz

Nafsilin (e{oksinaftamklopenisilin): Ampisilin (alfa.an*nobenzifirniilitr):


Sama dengan isoksazolil penisilin. lkatan protein Sama dengan penisilin G (dihancurkan oleh $laKamase) tetapi
lebih lemah (900,6). Dapat diberikan melalui oral tahan asam dan lebih aKif melawan baKeri gram negatif.
atau vena. Resislen terhadap stafilokokus $laKamase. Karbenisilin mempunyai- COONa bukan - gugus NH2.

o
il
/\il
:o
qr::il- 'o\ /i?-"- NH,
Tikarsilin: Arnoksisilin:
Sama dengan karbenisilin, tetapi memberikan kadar dalam Sama dengan ampisilin tetapi diabsorpsi lebih baik,
darah png lebih tinggi. Piperasilin, azlosilin, dan mezlosilin memberikan kadar darah yang lebih tinggi.
menyerupai tilGrsilin dalam kerja melawan gram negatif aerob

Gambar 1O-1. Struktur beberapa penisilin.

sedikit tetapi dapat mencapai 1-5o/o di antara orang dengan gagal ginjal, dosis kecil dapat menyebabkan
dewasa di Amerika Serikat. Realai anafilaktik akut yang ensefalopati, delirium, dan kejang. Dengan dosis
mengancam Ryawa sangat jarang terjadi (0,5oio). demikian, dapat juga terjadi toksisitas kation (K-)
Kortikosteroid kadang-kadang dapat menekan manifestasi langsung. Nafsilin kadang-kadang menyebabkan
alergi terhadap pinisilin. granulositopenia. Penisilin secara oral dapat menyebabkan
Dosis sangat tin'ggi dapat menimbulkan konsentrasi diare. Penisilin dosis tinggi dapat menyebabkan
sistem saraf pusat yang bersifat iritatif. Pada pasien kecenderungan perdarahan. Beberapa penisilin sudah
184 I BAB 1O

o
.,-3-*r-11tt1
o)--\acH2-R2
cooH
lnti asam 7-aminosefalosporanat. StruKur berikut masing-masing dapat
mengalami substitusi pada R1 dan R2 untuk menghasilkan derivat yang dikenal

Z->-cn- Sefaleksin _H
Vi,.,
"Generasi
pertama" I N:N
I i.r-"*,-
N
-./
Sefazolin
N-N
-s-{r jL*r.
_H

t G",*- NHe
Cefradin

"Generasi
kedua"
fs"tor,.itin
seramisin) [1.,.-8--,9ry'-.,
o+*{cH2-o-c-NH2
ff
It-o*t

o
lt
HrCr-N N-C- NH_CH_ N-N
X
Sefoperazone

-rf\r-[
I

oo
a OH
I

cHs

N-C- Sefotaksim o
llllll il
Hlt^s/ N. -o-c-cH3
o-cH
'Generasi
ketiga" NH.

,-\;
'-' ?-
T
Seftriakson
\i'N\r'o
cH.

ocH3 -.A*lor"
Seftazidim
-o
,,-I7[-"_,*,
\"n,

Gambar 10-2. Struktur beberapa sefalosporin.


KEMOTERAPI ANTIM I KROBA 185

&

Sefepim
'Generasi
keempat"
,,*ry[1o.,,
Gambar 1O-2. (lanjutan) .

tidak digunakan lagi karena toksisitasnya yang semakin yang banyak terjadi. Sefaiosporin generasi kedua dan
meningkat. Pemberian metisilin yang terlalu sering dapat ketiga tertentu dapat menginduksi p-iaktamase khusus
menyebabkan nefritis interstisial. Pemberian karbenisilin pada bakteri gram negatif. Namun, pada umumnya,
yang terlalu sering dapat menurunkan agregasi trombosit sefalosporin cenderung resistan terhadap B-laktamase
normal, yang dapat menyebabkan perdarahan yang yang dihasilkan oleh stafilokokus dan bakteri gram negatif
bermakna secara klinis. biasa yang menghidrolisis dan menginaktifkan banyak
penisiiin.
SEFALOSPORIN Untuk mempermudah acuan, sefalosporin telah dibagi
menjadi empat golongan utama, atau "generasi", yang
Beberapa fungi spesies Cephalosporiuia menghasilkan zat dibahas di bawah (Tabel i0-3). Banyak sefalosporin
antimikroba yang disebut sefaiosporin. Sefalosporin diekskresi terutama oleh ginjal dan dapat terakumuiasi
merupakan senyawa B-laktam dengan inti asam 7- serta menginduksi toksisitas pada insufisiensi ginjal.
aminosefaiosporanat (Gambar 10-2) dan bukan inti
penisilin asam 6-aminopenisilanat. Sefalosporin alami Sefalosporin Generasi Pertama
mempunyai aktivitas antibakteri rendah, tetapi
penggabungan pelbagai gugus samping R menghasilkan Sefalosporin generasi pertama sangat aktif melawan kokus
proliferasi banyak obat dengan berbagai sifat farmakologi gram positif-kecuali enterokokus dan stafilokokus
dan spektrum serta aktivitas antimikroba" Sefamisin resistan nafsilin-dan cukup aktif melawan beberapa
menyerupai sefalosporin tetapi berasal dari aktinomisetes. batang gram negatif-161u12rn2 E coli, proteus, dan
Mekanisme kerja sefalosporin analog dengan penisilin: klebsiella. Kokus anerob sering sensitif, tetapi Bacteroides
(1) berikatan dengan PBP spesifik yang berperan sebagai fragilis 6dak.
reseptor obat pada bakteri; (2) menghambat sintesis Sefaleksin, sefradin, dan sefadroksil diabsorpsi dari
dinding sel dengan me nghambat transpeptidase usus dalam jumlah tert€ntu dan dapat digunakan untuk
peptidoglikan; dan (3) mengaktivasi enzim autolitik pada mengobati infeksi saluran kemih dan pernapasan.
dinding sel yang dapat menimbulkan lesi yang Sefalosporin generasi pertama lainnya harus disuntikkan
menyebabkan kematian bakteri. Resistansi terhadap untuk dapat tercapai kadar yang adekuat dalam darah
sefalosporin dapat disebabkan oleh (1) obat yang masuk dan jaringan. Sefazolin adalah obat pilihan untuk
ke dalam bakteri sedikit; (2) tidak adanya PBP untuk profilaksis pembedahan karena obat ini dapat mencapai
obat spesifik; dan (3) degradasi obat oleh B-laktamase, kadar tertinggi (90-tZO pglml) dengan pemberian dosis

Tabet 1O-3. Golongan utama sefalosporin

Sefa lotin Sefamandol Sefotaksim Sefepim


Sefapi rin 5efuroksim Seftizoksim
Sefazol in 5ef on isid Seftriakson
Sefa leksinl Seforanid Seftazid im
Sefrad inl Sefaklorl Sefoperazon
Sefad roksil Sefoksitin Sefiksiml
Sefotetan Sefpodoksim proksetill
Sefprozi l1 Seftibutenl
Sefuroksim aksetill 5efd i n irr
Sef metazol
I Agen oral
186 BAB 1O

setiap 8 jam. Sefalotin dan Sefapirin dalam dosis yang seftazidim melawan P aeruginosa. Aktivitasnya terhadap
sama memberikan kadar yang lebih rendah. Tidak ada streptokokus dan stafilokokus yang rentan terhadap
obat-obat generasi pertama yang menembus sistem saraf nafsilin lebih besar daripada seftazidim dan sebanding
.
pusat, dan obat-obat tersebut bukan obat pilihan pertatna dengan senyawa generasi ketiga lain. Sefpirom adalah
untuk infelsi apa pun. sefalosporin generasi keempat yang tersedia di luar
Amerika Serikat.
Sefalosporin Generasi Kedua
Efek Samping Sefalosporin
Sefalosporin generasi. kedua adalah golongan heterogen.
Semuanya aktif melawan organisme yang dapat diatasi Sefalosporin menyebabkan sensitisisasi dan dapat
oleh obat-obat generasi pertama tetapi mempunyai menimbulkan berbagai reaksi hipersensitivitas, termasuk
jangkauan yang lebih luas melawan batang gra-m negatiF- anafi lalsis, demam, ruam kulit, nefritis, granulositopenia,
termasuk klebsiella dan proteus tetapi bukan P aeruginosa. dan anemia hemolitik. Frekuensi alergi silang antara
Beberapa (tidak semua) sefalosporin generasi kedua sefalosporin dan penisilin adalah sekitar 5ol0. Pasien
oral dapar digunakan untuk mengobati sinusitis dan otitis dengan alergi penisilin ringan sering dapat menoleransi
yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae, termasuk sefalosporin, tetapi pasien yang memiliki riwayat
strain penghasil p-laktamase; anafilaksis tidak.
Sefoksitin dan Sefotetan terutama aktif melawan B Tiomboflebitis dapat terjadi setelah suntikan incravena.
sehingga digunakan pada infeksi anerob campuran,
frnsilit Hipoprotrombinemia sering terjadi akibat sefalosporin
termasuk peritonitis atau penyakit radang panggul. yang mempunyai gugus me tiltiotetrazol (misal,
sefamandol, sefmetazol, sefotetan, sefoperazon).
Sefalosporin Generasi Ketiga Pemberian vitamin K (10 mg) secara oral dua kali
Sefalosporin generasi ketiga mempunyai sedikit aktivitas seminggu dapat mencegah komplikasi tersebut. Obat-
terhadap kokus gram posicif; enterokokus sering obat tersebut juga dapat menyebabkan reaksi disulfiram
menimbulkan superinfeksi selama pemakaiannya: berat, dan penggunaan alkohol harus dihindari.
Sebagian besar sefalosporin generasi ketiga aktif melawan Karena banyak sef,alosporin generasi kedua, ketiga,
stafilokokus, tetapi Seftazidim hanya aktif secara lemah. dan keempat yang mempunyai sedikit aktivims terhadap
Manfaat utama obat generasi ketiga adalah aktivitasnya organisme gram positif, terutama enterokokus, dapat
yang meningkat melawan batang gram negatif. Sementara terjadi superinfeksi oleh organisme tersebut dan fungi.
obat generasi kedua cenderung gagal melawan P aeruginosa,
seftazidim atau sefoperazon berhasil. Oleh karena itu, OBAT-OBAT BETA.LAKTAM LAI N
obat generasi ketiga sangat berguna pada penanganan
Monobaktam
bakteremia gram negatif yang didapat di rumah sakit.
Pada pasien imunokompromais, obat-obat tersebut sering Monobaktam mempunyai cincin B-laktam monosiklik
dikombinasi dengan aminoglikosida. Seftazidim juga dan resistan terhadap B-laktamase. Monobaktam aktif
dapat menyelamatkan nyawa pada melioidosis berat meiawan batang gram negatif tetapi tidak akdf melawan
(infeksi Burhholderia pseudomalle). bakteri gram positif atau anaerob. Monobaktam yang
Keistimewaan beberapa obat generasi ketiga yang pertama kali tersedia adalah aztreonam, yang aktivitasnya
penting lainnya-kecuali sefoperazon-adalah kemam- menyerupai aminoglikosida dan diberikan s€cara
puannya mencapai sistem saraf pusat dan muncul dalam intravena atau intramuskular setiap 8 atau 12 jam. Pasien
cairan serebrospinalis dalam konsentrasi cukup untuk dengan alergi penisilin diperantarai IgE dapat menoleransi
mengobati meningitis yang disebabkan oleh barang gram obat tersebut tanpa timbul reaksi, dan-selain ruam kulit
negatif. Sefotaksim, seftriakson, atau seftizoksim yang dan gangguan aminotransferase minor-tidak pernah
diberikan secara intravena adalah pilihan untuk dilaporkan adanya toksisitas yang besar. Superinfeksi
pengobatan meningitis dan sepsis akibat bakteri gram dengan stafilokokus dan enterokokus dapat terjadi.
negarif.
Karbapenem
Sefalosporin Generasi Keempat Karbapenem secara struktur terkait dengan antibiotik B-
Sefepim adalah satu-satunya sefalosporin generasi laktam. Imipenem, obat pertama dari golongan ini,
keempat yang saat ini digunakan secara klinis di Amerika mempunyai aktivitas yang baik melawan banyak batang
Serikat. Obat tersebut memiliki aktivitas yang meningkat gram negatif, organisme gram positif, dan anaerob. Obat
melawan spesies enterobakter dan sitrobakter yang tersebut resistan terhadap B-laktamase tetapi diinaktivasi
resistan terhadap sefalosporin generasi ketiga. Sefepim oleh dihidropepddase dalam tubulus ginjal. Oleh karena
mempunyai aktivitas yang sebanding dengan aktivitas itu, obat diberikan bersama inhibitor peptidase, cilastatin.
KEMOTERAPI ANTIM I KROBA 187

Imipenem menembus jaringan tubuh dan cairan Aktivitas Antimikroba


dengan baik, termasuk cairan serebrospinal. Obat Tetrasiklin dipekatkan oleh bakteri yang rentan dan
diberikan melalui intravena setiap 6-8 jarn dan dosis harus menghambat sintesis protein dengan menghambat
dikurangi pada insufisiensi gin.ial. Imipenem dapat pengikatan aminoasil-tRNA ke unit 30S ribosom bakteri.
digunakan untuk infei<si yang disebabkan oleh organisme Bakteri yang resistan gagal memekatkan obat' Resistansi
yang resistan terhadap obat-obat 1ain. Spesies Pseudomonas
tersebut dikontrol oleh plasmid yang ditransmisi.
secara cepat mengalami resistansi, sehingga diperlukan
Tetrasiklin pada dasarnya merupakan agen bakteriostatik.
penggunaan aminoglikosida secara bersamaan; namun'
Obat tersebut menghambat pertumbuhan bakteri gram
hal tersebut tidak menunda timbulnya resistansi. positif dan gram negatif yang rentan (dihambat dengan
Kombinasi tersebut dapat efektif pada pengobatan pasien
dosis 0,1-10 pg/ml-) dan merupakan obat pilihan pada
neutropenia yang demam.
infeksi yang disebabkan oleh riketsia, klamidia, dan
Efek samping imipenem antara lain muntah, diare, Mycoplasma pneumoniae. Tetrasiklin digunakan pada kolera
ruam kulit, dan reaksi di tempat infus. Kadar yang untuk memperpendek ekskresi vibrio. Tetrasiklin
berlebih pada pasien dengan gagal ginjal dapat hidroklorida atau doksisiklin secara oral selama 7 hari
menyebabkan kejang. Pasien yang alergi penisilin dapat
efektif melawan infeksi genital oleh klamidia. Tetrasiklin
juga alergi rerhadap imipenem.
kadang-kadang digunakan dalam kombinasi dengan
Sifat farmakologi dan spektrum antimilroba aktivitas
streptomisin untuk mengobati infeksi Brusella, Yersinia
meroPen€m sama sePerti imipenem. Namun, meropenem
dan Francisella. Minosiklin sering aktif melawan nokardia
tersebut tidak diinakdvasi oleh dipeptidase dan lebih kecil
dan dapat membxmi keadaan carier meningokokus. Dosis
kemungkinannya menyebabkan kejang daripada rendah tetrasiklin selama beberapa bulan diberikan pada
imipenem.
pengobatan akne untuk menekan bakteri kuiit dan
lipasenya, yang menimbulkan perubahan inflamasi.
TETRASIKLIN Tetrasiklin tidak menghambat fungi. Obat tersebut
Tetrasiklin adalah golongan obat yang berbeda dalam ciri menekan sebagian-bagian flora usus normal secara
khas fisik dan farmakologi tetapi sebenarnya mempunyai sementara, tetapi dapat terjadi superinfeksi, terutama oleh
sifat andmikroba yang identik dan memberikan resistansi Pseudomonas, Proteus, stafilokokus, dan sel ragi yang
silang lengkap. Semua tetrasiklin dapat diabsorpsi dengan resisran retrasiklin.
mudah dari saluran pencernaan dan tersebar luas dalam
jaringan tetapi kurang dapat menembus cairan Efek Sarnping
serebrospinal. Beberapa jenis dapat juga diberikan secara
Tetrasiklin menyebabkan berbagai derajat gangguan
intramuskular atau intravena. Tetrasiklin diekskresi dalam
gastrointestinal (mual, muntah, diare), ruam kulit, lesi
tinja dan empedu serta urine dengan kecepatan yang membran mukosa, dan demam pada banyak pasien
berbeda-beda. Dengan dosis tetrasiklin hidroklorida, 2
terutama bila diberikan dalam jangka panjang dan dosis
g/hari secara oral, konsentrasi dalam darah mencapai 8 tinggi. Penggantian flora bakteri (lihat di atas) sering
pg/ml. Minosiklin dan doksisiklin diekskresi lebih terjadi. Pertumbuhan sel ragi pada membran mukosa anus
lambat sehingga diberikan dengan interval yang lebih
dan vagina secara berlebihan selama pemberian tetrasiklin
lama.
menimbulkan peradangan dan pruritus. Pertumbuhan
Tetrasiklin mempunyai struktur dasar seperti yang berlebihan organisme dalam usus dapat menyebabkan
diperlihatkan di bawah. Radikal berikut terjadi dalam enterokolitis.
bentuk yang berbeda: Tetrasiklin tersimpan dalam jaringan tulang dan gigi,
Klircns terutama pada janin dan selama 6 tahun Pertama
ginjal kehidupan. Perubahan warna dan fluoresensi pada gigi
R Rl R, (mUmenit) terjadi pada bayi baru lahir jika tetrasiklin diminum oleh
Tetrasiklin -H -CHe -H 65 wanita hamil dalam jangka waktu yang lama. Kerusakan
Doksisiklin -H -CHs -OH 16 hepatik dapat terjadi. Minosiklin dapat menyebabkan
llinosiklin -N(CH.)2 -H -H <10 gangguan vestibular yang ny^ta.

oHOOHO^ c Pemeriksaan Bakteriologi


il
Efektivitas antimikroba tetrasiklin sebenarnya sama saja,
sehingga hanya diperlukan satu tetrasiklin stabil untuk
dipakai pada uji kerentanan antibiodk. Resistansi silang
-ikrooig"ttisme terhadap tetrasiklin sangat luas;
188 BAB 10

organisme yang resistan rerhadap salah satu obat Pada bayi prematur dan bayi baru lahia kloramfenikol
tetrasiklin, maka dapat dianggap resistan juga rerhadap dapat menyebabkan kolaps ("gray syndrome") karena
tetrasiklin yang lain. mekanisme detoksifikasi yang normal (konjugasi
glukuronida di hati) masih belum berkembang.
KLORAMFENIKOL
Kloramfenikol adalah suatu zar kimia yang mulanya
ERITROMISIN
dihasilkan oleh biakan Streptomlces uenezuelae tetapi saat Eritromisin diperoleh dari Streptomlces erythreus dan
ini sudah dibuat secara sintetis. mempunyai formula kimia C.rHurNO,r. Obat-obat yang
terkait dengan eritromisin adalah klaritromisin,
azitromisin, dan lain-lain. Eritromisin melekat pada
?" ?"o'? reseptor (suatu rRNA 23s) pada subunir 50S ribosom
ozN
?
-? - N -c -cHcrz bakteri. Eritromisin menghambat sintesis protein dengan
HHH mengganggu reaksi translokasi dan pembenrukan
Kloramfenlkol kompleks inisiasi. Resistansi terhadap eritromisin
disebabkan oleh perubahan (metilasi) resepror rRNA. Hal
Kloramfenikol kristalin adalah senyawa srabil yang tersebut diatur oleh plasmid yang dapat dirransmisi.
secara cepat diabsorpsi dari saluran pencernaan dan Aktivitas eritromisin sangat meningkat pada pH basa.
tersebar secara luas ke dalam jaringan dan cairan tubuh, Eritromisin dengan konsentrasi 0,1-2 pg/ml aktif
termasuk sistem saraf pusar dan cairan serebrospinal; meiawan bakteri gram positif, termasuk pneumokokus,
obat tersebut menernbus sel dengan baik. Kebanyakan streptokbkus, dan korinebakterium. Mycoplasma
obat diinaktivasi dalam hati melalui konjugasi dengan pneumoniae, Chkmydia trachomatis, Legionella pneumophik,
asarn glukuronar atau reduksi menjadi arilamin yang tidak dan Campylobacter jejuni juga rentan terhadap obat ini.
aktif. Elakresi obar ini reruralna melalui urine, 90olo dalam Varian resistan terdapat pada populasi mikroba yang
bentuk tidak aktif. Meskipun kloramfenikol biasanya rentan dan cenderung rimbul selama pengobatan,
diberikan secara oral, sr.rksinat dapat disilntikkan terutama pada infeksi stafilokokus.
intravena dalarn dosis yang sama. Eritromisin dapat menjadi obat pilihan pada infeksi
Klorarnfenikol adalah suatu inhibitor sintesis protein yang disebabkan oleh organisme yang disebutkan di atas
yang poren pada mikroorganisme. Obat tersebut dan merupakan obat pengganti unruk orang yang
menghambat pelekatan asam amino ke rantai peprida hipersensitif terhadap penisilin. Eritrornisin stearar,
yang baru timbul pada unit 50S ribosom dengan suksinat, atau estolat secara orai empat kali sehari
mengganggu kerja pepridil transferase. Kloramfenikol menghasilkan kadar serum sebesar 0,5-2 F,glml. Bentuk
pada dasarnya bersifat bakteriostatik; spektrum, dosis, lain diberikan secara intravena.
serta kadarnya dalam darah sama dengan tetrasiklin. Efek sampingyang tidak diinginkan adalah demam
Kloramfenikol telah digunakan untuk mengobati berbagai obat, gangguan gastrointestinal ringan, dan hepatitis
jenis infeksi (misal, yang disebabkan oieh almonella, kolestatik sebagai reaksi hipersensitif, terutarna terhadap
meningokokus, H influenza), rc:api saar ini tidak lagi estolat. Flepatotoksisitas d"apat meningkat selama
menjadi obat pilihan untuk infeksi apa pun. kehamilan. Eritromisin cenderung meningkatkan kadar
Resistansi kloramfenikol disebabkan oleh destruksi obat antikoagulan, siklosporin, dan obat-obat iain yang
obat oleh enzim (kloramfenikol aseriltransferase) yang diberikan secara bersamaan dengan cara menekan enzim
dikendalikan oleh plasmid. mikrosom.
Kloramfenikol jarang menyebabkan gangguan Diritromisin adalah suatu makrolid dengan spektrum
gastrointestinal. Namun, pemberian lebih dari 3 glhari aktivitas antimikroba yang sama dengan eritromisin.
secara teratur menimbulkan gangguan pada maturasi sel Diritromisin mempunyai waktu paruh serum yang
darah merah, peningkatan kadar besi serum, dan anemia. panjang dan aman diberikan sekali sehari.
Perubahan tersebut akan menghilang bila obat dihentikan. Klaritromisin dan azitromisin adalah azalid yang secara
Jarang sekali orang memperlihatkan idiosinkrasi yang kimia terkait dengan eritromisin. Seperti eritromisin,
nyata terhadap kloramfenikol dan mengalami anemia baik klaritromisin maupun azitromisin aktif melawan
aplastik berat atau fatal yang berbeda dengan efek stafilokokus dan streptokokus. Klaritromisin mempunyai
reversibei terkait dosis yang relah dijelaskan di atas. aktivitas meningkat melawan Legionella ?neumophila,
Karena alasan-alasan tersebut, penggunaan kloramfenikol Helicobacter pylori, Moraxella catarrhalis, Chlamydia
umumnya terbatas pada infeksi-infeksi rerrenru yang trachomatis, dan Borrelia burgdorferi. Azitromisin
dapat diobati paling efektif dengan obat ini, berdasarkan mempunyai aktivitas meningkat melawan Campylobacter
pengalaman atau uji laboratorium. jejuni, Haemophilus influenza, Mycoplasma pneumoniae,
KEMOTERAPIANTIMIKROBA I 189

Moraxella cataffhalis, Neisseria gonorrhoeae, dan Borrelia GLIKOPEPTIDA


burgdorferi. Kedua obat aktif melawan kompleks
Mycobacterium auium, dan kedua obat menghambat t. Vankomisin
sebagian besar strain Mycobacterium chelonei dan Vankomisin (BM 1450) dihasilkan oleh Streptomyces
Mycbbacterium fortuitum. Bakteri yang resistan terhadap orientalis. Vankomisin tidak dapat diabsorpsi dari usus.
eritromisin .fuga resistan terhadap klaritromisin dan Vankomisin sangat bersifat bakterisidal untuk
azitromisin. Modifikasi bahan kimia mencegah stafilokokus, beberapa klostridium, dan beberapa basilus.
metabolisme klaritromisin dan azitromisin menjadi Vankomisin menghambat tahap awal sintesis peptidoglikan
bentuk tidak aktif, dan klaritomisin diberikan dua kali dinding sel. Strain yang resistan obat tidak muncui secara
sehari sedangkan azitromisin sekali sehari. Kedua obat cepat. Vankomisin diberikan secara intravena untuk
menyebabkan insidensi efek samping gastrointestin al yang infeksi stafilokokus sistemik yang serius, termasuk
lebih rendah dibandingkan dengan eritromisin. endokarditis, terutama jika resistan terhadap nafsilin.
Untuk endokarditis atau sepsis akibat enterokokus,
Cincin vankomisin dapat efektif jika dikombinasi dengan
makrolid penisilin. Vankomisin oral diindikasikan pada kolitis
pseudomembranosa yang disebabkan oleh antibiotik (lihat
Klindamisin).
HO Perkembangan resistansi vankomisin pada enterokokus
R
*)-o.o mempunyai dampak yang besar pada pengobatan infeksi
berat oleh enterokokus yang resistan terhadap banyak
obat. Lihat bagian Implikasi Klinis Resistansi Obat pada
o""o""rin (NR, ) awal bab ini dan Bab 15.

onI Staphylococcui aureus dengan kerentanan intermediat


terhadap vankomisin in uitro telah diisolasi dari pasien
,o/-oi di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat. Pasien-
pasien cersebut cenderung menderita penyakit kompleks
tclaolnosa \!R / dengan salah satu terapinya adalah vankomisin dalam
R/
jangka panjang. Pada beberapa kasus, infeksi gagal
diterapi dengan vankomisin.
Kemungkinan resistansi vankomisin tingkat tinggi
pada S aureus telah menjadi perhatian dunia internasional.
Mekanismenya serupa dengan resistansi vankomisin yang
KLINDAMISIN & LINKOMISIN diperantarai transposon pada enterokokus (lihat Bab 15).
Isolat demikian telah dibiakkan dari sekurang-kurangnya
Linkomisin (berasal dari Streptomyces lincolnensls) dan satu pasien dan dapat terjadi pada lebih banyak pasien di
klindamisin (suatu derivat digantikan klorin) menyerupai masa mendatang.
eritromisin dalam cara kerja, spektrum antibakteri, dan Efek samping vankomisin dapat berupa trombo-
tempat reseptor ribosomnya tetapi secara kimiawi flebitis, ruam kulit, tuli saraf, dan mungkin kerusakan
berbeda. Klindamisin sangat aktif melawan bakteroides ginjal bila digunakan bersamaan dengan aminogliko5ida.
dan anaerob lain.
Obat-obat tersebut stabil dalam suasana asam dan 2. Teikoplanin
dapat diberikan melalui oral atau intravena. Obat tersebut Teikoplanin mempunyai struktur'yang sama dengan
didistribusikan secara luas dalam jaringan, kecuali sistem vankomisin. Teikoplanin aktif melawan stafilokokus
saraf pusat. Ekskresi obat-obatan ini terutama melalui (termasuk strain yang resistan nafsilin), streptokokus,
hati, empedu, dan urine. enterokokus, dan banyak bakteri gram positif lain.
Indikasi yang paling penting untuk pemberian Enterokokus dengan resistansi VanA terhadap vankomisin
klindamisin secara intravena kemungkinan adalah juga resistan terhadap teikoplanin, tetapi enterokokus
pengobatan infeksi anaerob yang berat, termasuk infeksi dengan resistansi vankomisin VanB rentan terhadap
yang disebabkan oleh B fragilis. Linkomisin pernah teikoplanin. Obat ini mempunyai waktu paruh yang
tercatat berhasil mengobati infeksi stafilokokus tulang. panjang dan diberikan sekali sehari. Efek samping berupa
Linkomisin sebaiknya tidak digunakan pada meningitis. iritasi lokal di tempat injeksi, hipersensitivitas, serta
Klindamisin bermanfaat pada kolitis terkait antibiotik berpotensi mengalami ototoksisitas dan nefrotoksisitas.
yang disebabkan oleh C dfficile; namun, kebanyakan Teikoplanin tersedia di Eropa tetapi tidak di Amerika
antimikroba menyebabkan kolitis C dfficile. Serikat.
1!)O BAB 10

STREPTOGRAMIN kanamisin, amikasin, gentamisin, tobramisin, sisomtsin,


netilmisin, dan lainlain. Semuanya menghambat sintesis
Quinopristin-da:lfopristin adalah antibiotik streptogramin protein bakteri dengan menempel pada subunit 30S
yang dapat disuntikkan yang mengandung campuran ribosom bakteri dan menghambat fungsinya. Resistansi
'30:70 dua derivat semisintetik pristinamisin (streptogramin
terhadap aminoglikosida berdasarkan pada (1) defisiensi
grup B) dan dalfopristin (streptogramin grup A). Dua reseptor ribosom (mutan kromosom), (2) destruksi
kornponen bekerja secara sinergis untuk menghambat enzimatik obat (resistansi diperantarai plasmid yang dapat
spektrum luas bakteri gram positif termasuk stafilokokus ditransmisi yang memiiiki makna klinis), atau (3)
resistan nafsilin, enterokokus resistan vankomisin, dan kurangnya permeabilitas terhadap molekul obat dan ddak
pneumokokus resistan penisilin. Quinupristin-dalfopristin adanya transpor aktifke dalam sel. Tidak adanya transPor
aktif melawan beberapa bakteri anaerob dan gram negatif aktif ke dalam sel dapat bersifat kromosomal (misal,
tertentu (misal, Neisseria gonorrltoeae, Haemophilus streptokokus relatif tidak permeabel terhadap
infl.uenzae) tetapi tidak aktif melawan Entero bacteri a ceae, aminoglikosida), atau dapat diperantarai plasmid (misal,
Pseudomonas aeruginosa, atau asinetobakter. Enterokokus pada bakteri enterik gram negatif). Bakteri anaerob sering
resistan vankomisin yang juga resistan terhadap resistan terhadap aminoglikosida karena transPor melalui
quinupristin-dalfopristin dapat muncul tetapi iarang. membran sel adalah suatu proses yang memerlukan energi
yang bergantung pada oksigen.
BASITRASIN Semua aminoglikosida lebih aktif pada pH basa
Basitrasin adalah suatu polipepcida yang diperoleh dari daripada pH asam. Semua aminoglikosida berpotensi
suatu strain (strain Tracy) Bacillus subtilis. Basitrasin stabil ototoksik dan nefrotoksik, meskipun pada tingkat yang
dan tidak dapat diabsorpsi dari saluran cerna. Kegunaan berbeda. Semua aminoglikosida dapat menumpuk pada
basitrasin hanya untuk pemakaian topikal ke kulit, luka, gagal ginjal; oleh karena itu, bila terjadi retensi nitrogen
atau selaput lendir. harus dibuat penyesuaian dosis yang nyata. Aminoglikosida
Basitrasin terutama bersifat bakterisidal untuk bakteri banyak digunakan untuk melawan bakteri enterik gram
gram positif, termasuk stafilokokus resistan penisilin. negatif atau bila terdapat kecurigaan terjadi sepsis' Pada
Untuk pemakaian topikal, digunakan i<onsentrasi 500- pengobatan bakteremia atau endokarditis yang disebabkan
2000 unit per mililiter larutan atau per gram salep. Dalam oleh streptokokus fekal atau beberapa bakteri gram
kombinasi dengan polimilsin B atau neomisin, basitrasin negatif, aminoglikosida diberikan bersamaan dengan
berguna untuk menekan flora bakteri carnpuran pada lesi penisilin yang mempermudah masuknya aminoglikosida.
permukaan. Aminoglikosida dipilih berdasarkan pola kerentanan
Basitrasin bersifat toksik untuk ginjal, dapat terakhir di area tertentu atau rumah sakit sarnpai tersedia
menyebabkan proteinuria, hematuria, dan retensi uji kerentanan pada isolat yang khusus. Kegunaan klinis
nitrogen. Untuk alasan ini, basitrasin tidak dapat aminoglikosida telah menurun seiring majunya
digunakan untuk terapi sistemik. Basitrasin tidak sefalosporin atau kuinolon, tetapi tetap digunakan dalam
menyebabkan hipersensitivitas. kombinasi (misal, dengan sefalosporin untuk bakteremia
gram negatif yang resistan banyak obat). Semua
aminoglikosida yang bermuatan positif dihambat dalam
POLIMIKSIN
biakan darah oleh natrium polianetolsulfonat dan deterjen
Polimiksin merupakan polipeptida kation dasar yang polianionik lain. Beberapa aminoglikosida (terutama
bersifat nefrotoksik dan neurotoksik. Polimiksin dapat streptomisin) berguna sebagai obat antimikobakteri.
bersifat bakterisidal uncuk berbagai batang aerob gram
negatif-termasuk pseudomonas dan seratia-dengan Neomisin & Kanamisin
mengikat membran sel yang kaya akan fosfatidiletanolamin
Kanamisin adalah keluarga dekat neomisin, dengan
dan menghancurkan fungsi membran tranpor aktif serta
aktivitas dan resistansi silang lengkap yang sama.
sawar permeabilitas. Karena tol<sisitas dan distribusinya
Paramomisin juga terkait erat dan digunakan pada
yang buruk ke jaringan, polimiksin digunakan secara
amubiasis. Obat-obat ini stabil dan tidak dapat diabsorpsi
topikal dan jarang untdk infeksi sistemik.
dari saluran cerna dan permukaan lain. Obat-obat ini
tidak digunakan secara sistemik karena bersifat ototoksik
A*ilr*(reUKOS|DA dan neurotoksik. Dosis oral neomisin dan kanamisin
Aminoglikosida adalah suatu golongan obat yang digunakan untuk mengurangi flora usus sebelum bedah
mempunyai ciri khas toksik, farmakologi, antimikroba, usus besar, sering dalam kombinasi dengan eritromisin'
dan bahan kimia. Saat ini, yang termasuk golongan Selain itu, obat-obat ini dibatasi Penggunaannya secara
aminoglikosida adalah stre ptomisin, ne omisin, topikal di permukaan yang terinfelsi (kulit dan iuka).
KEMOTERAPIANTIMIKROBA / 191

Amikasin Seperti aminoglikosida lainnya, tobramisin bersifat


ototoksik tetapi mungkin kurang nefrotoksik daripada
Amikasin adalah suatu derivat semisintetik kanamisin.
gentamisin. Tobramisin sebaiknya tidak digunakan
Amikasin relatif resistan terhadap beberapa enzim yang
bersamaan dengan obat lain yang mempunyai efek samping
menginaktifkan gentamisin dan tobramisin sehingga dapat
sama atau dengan diuretik, yang cenderung meningkatkan
digunakan melawan beberapa mikroorganisme yang
konsentrasi aminoglikosida dalam jaringan.
resistan terhadap gentamisin dan tobramisin. Namun,
resistansi b"kteri yang disebabkan oleh impermeabilitas
Netilmisin
terhadap amikasin secara perlahan meningkat. Banyak
bakteri enterik gram negatif dihambat oleh amikasin Netilmisin mempunyai banyak kesamaan dengan
dalam konsentrasi yang dicapai setelah pemberian injelai. gentamisin dan tobramisin, tetapi netilmisin tidak
Infeksi sistem saraf pusat memerlukan injeksi intratekal diinaktivasi oleh beberapa bakteri yang resistan terhadap
atau intraventrikular. obat-obat lain.
Seperti semua aminoglikosida, amikasin bersifat Indikasi utama netilmisin adalah infeksi iatrogenik
nefrotoksik dan ototoksik (terutama untuk bagian pada pasien yang fungsi imunnya terganggu dan pada
auditorius nervus VIII). Kadarnya harus dipantau pada pasien yang sakit berat dengan risiko tinggi terhadap sepsis
pasien dengan gagal ginjal. bakteri gram negatif pada waktu dirawat di rumah sakit.
Netilmisin kurang bersifat ototoksik dan nefrotolaik
Gentamisin daripada aminoglikosida lain.

Gentamisin dalam konsentrasi 0,5-5 pg/ml bersifat


Strefiomisin
bakterisidal untuk banyak bakteri gram positif dan gram
negatif, termasuk banyak strain proteus, serratia, dan Streptomisin adalah aminoglikosida yang pertama kali
pseudomonas. Gentamisin tidak efektif melawan ditemukan pada tahun 1940-an sebagai produk
streptokokus dan bakteroides. Streptomyces griseus. Streptomisin diteliti secara detil dan
Gentarnisin telah digunakan pada infeksi serius yang menjadi prototipe golongan aminoglikosida. Karena itu,
disebabkan oleh bakteri gram negatif yang tidak rentan sifatnya dijabarkan di sini, meskipun resistansi yang
terhadap obat lain. Penisilin dapat mempresipitasi banyak terjadi pada mikroorganisme telah mengurangi
gentamisin pada in uitro (sehingga tidak boleh dicampur), kegunaan klinisnya.
tetapi pada in uiuo, penisilin dapat mempermudah . Pada pemberian injeksi intramuskular, streptomisin
masuknya aminoglikosida ke dalam streptokokus dan secara cepat diabsorpsi dan tersebar luas dalam jaringan
batang gram negatif serta menghasilkan sinergisme kecuali sistem saraf pusat. Hanya 5olo konsentrasi
bakterisidal, yang dapat bermanfaat untuk sepsis dan ekstraselular streptomisin yang mencapai bagian dafam
endokarditis. sel. Streptomisin yang diabsorpsi diekskresikan melalui
Gentamisin bersifat toksik, terutama bila ada filtrasi glomerulus ke dalam urine. Pada pemberian oral,
gangguan fungsi ginjal. Gentamisin sulfat, 0,170, telah streptomisin tidak dapat diabsorpsi dari usus; sebagian
digunakan secara topikal dalam bentuk lrim atau larutan besar diekskresikan ke dalam tinja.
untuk luka bakar atau lesi kulit yang terinfeksi. Krim Streptomisin dapat bersifat bakterisidal untuk
tersebut cenderung memilih bakteri yang resistan enterokokus (misal, pada endokarditis) bila dikombinasi
gentamisin, dan pasien yang menerima krim tersebut dengan penisilin. Pada tularemia dan plak, streptomisin
harus tetap dalam isolasi ketat. dapat diberikan bersama dengan tetrasiklin. Pada
tuberkulosis, streptomisin digunakan dalam kombinasi
Tobramisin dengan obat antituberkulosis lain (isoniazid, rifampin).

Aminoglikosida ini sangat menyerupai gentamisin, dan


terdapat resistansi silang antara tobramisin dan gentamisin. Tabel 10-4. Kuinolonl
Dibutuhkan uji kerentanan secara terpisah. Tobramisin
mempunyai aktivitas yang sedikit lebih besar melawan
Pseudomonas aeruginosa bila dibandingkan dengan
gentamisin. Asam nalidiksat 5iprofloksasin Clinafloksasin
Sifat farmakologi tobramisin sebenarnya identik Konoksasin Enoksasin Gatif loksasin
Asam oksolinat Lomefloksasin Gemifloksasin
dengan gentamisin. Sebagian besar obat diekskresi melalui
Ofloksasin Levofloksasin
fiitrasi glomerulus. Pada gagal ginjal, pemberian dosis Moxif loksasin
obat harus dikurangi, dan diperlukan pemantauan kadar Sparfl oksasi n
darah. lSeizin B. Joseph Guglielmo, PharmD.
192 BAB 1O

Streptomisin sebaiknya tidak digunakan secara tunggal dengan obat lain (Tabel 10-5). Obat-obat an ini sangat
untuk mengobati infel<si apa pun. aktif melawan EnterobacteriaceAe, termasuk yang resistan
Efektivitas terapeutik streptomisin dibatasi oleh terhadap sefalosporin generasi ketiga, spesies hemofilus,
timbulnya mutan yang resistan secara cepat. Semua strain neisseria, klamidia, dan lain-lain. P aeruginosa dan
mikroba menghasilkan mutan kromosom resistan legionela dihambat oleh obat ini dengan dosis yang lebih
streptomisin dengan frekuensi yang relatif tinggi. Mutan besar. Aktivitas kuinolon bervariasi dalam melawan
lromosom mempunyai perubahan pada reseptor P12 pada patogen gram positif. Beberapa obat ini aktif melawan S
30S subunit ribosom. Resistansi diperantarai plasmid pneumoniae yang resistan terhadap banyak obat (lihat Thbel
menyebabkan destruLsi enzimatik obat. Enterokokus yang t0-5). Obat-obat tersebut dapat aktif melawan
resistan terhadap. kadar tinggi streptomisin (2000 pg/ml-) stafilokokus yang resistan nafsilin dan E faecalis.
atau gentamisin (500 pg/ml) resistan terhadap kerja Enterokokus yang resistan vankomisin biasanya resistan
ini dengan penisilin.
sinergistik obat-obat terhadap kuinoion. Fluorokuinolon yang terbaru
Demam, ruam kulit, dan manifestasi alergi lainnya mempunyai aktivitas yang meningkat melawan bakteri
dapat disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap anaerob, sehingga memungkinkan untuk digunakan
streptomisin. Keadaan ini paling sering terjadi pada sebagai monoterapi pada pengobatan infeksi campuran
kontak yang lama dengan obat, pada pasien yang aerob dan anaerob.
menerima pengobatan jangka panjang (misal, untuk Fluorokuinolon juga dapat mempunyai aktivitas
tuberkulosis), atau pada staf yang melakukan persiapan melawan M tuberculosis, M fortuitum, M hansasii, dan
dan penanganan obat. (Mereka yang mempersiapkan kadang-kadang M chelonei.
larutan harus menggunakan sarung tangan) Seiama terapi fluorokuinolon, pernah diamati
Streptomisin sangat toksik untuk pars vestibularis timbulnya resistansi pseudomonas, stafilokokus, dan
nervus kranialis VIII, yang dapat menyebabkan tinitus, patogen lain. R.esistansi kromosom terjadi melalui mutasi
vertigo, dan ataksia, yang sering kali bersifat ineuersible. dan melibatkan salah satu dari dua mekanisme-
Streptomisin bersifat nefrotoksik sedang, perubahan pada subunit A enzim target, DNA girase;
atau perubahan pada permeabilitas membran luar, yang
Spektinomisin menyebabkan penurunan akumulasi obat pada bakteri.
Spektinomisin adalah antibiotik aminosiklitol (rerkait
dengan aminoglikosida) unruk pemberian intramuskular. Absorpsi & Ekskresi
Spektinomisin hanya dipakai pada pengobatan dosis Setelah pemberian oral, fluorokuinolon representatif
tunggal untuk gonorea yang disebabkan oleh gonokokus diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara luas
penghasil p-laktamase atau yang terjadi pada orang yang ke dalam cairan tubuh dan jaringan dengan derajat
hipersensitif terhadap penisilin. S'ekitar 5 -l0o/o gonokokus berbeda-beda, tetapi tidak mencapai sistem saraf pusat.
kemungkinan resistan. Biasanya terasa nyeri di tempat \Waktu paruh dalam serum berbeda-beda (3-B jam) dan
suntikan, dan terdapat mual dan demam. dapat memanjang pada gagal ginjal yang bergantung pada
obat tertentu yang digunakan.
KUINOLON Fluorokuinolon terutama diekskresi ke dalam urine
Kuinolon adalah analog sintetik asam nalidiksat. Kuinolon melalui ginjal, tetapi beberapa dosis dapat dimetabolisme
yang saat ini tersedia terdapat dalam Thbel l0-4. Cara dalam hati.
kerja semua kuinolon melibatkan inhibisi sintesis DNA
bakteri dengan menghambat DNA girase. Penggunaan Klinis
Kuinolon yang terdahulu (asam nalidiksat, asam Fluorokuinolon umumnya efektif pada infeksi saluran
oksolinat, dan cinoksasin) tidak dapat mencapai kadar kemih, dan beberapa di antaranya bermanfaat untuk
antibakteri sistemik setelah asupan oral sehingga hanya prostatitis. Beberapa fluorokuinolon (misal, ofloksasin)
berguna sebagai antiseptik urine (lihat bawah). Derivat bermanfaat pada pengobatan penyakit menular seksual
fluorinasi (misal, siprofloksasin, norfloksasin, dan lain- yang disebabkan oleh N gonorrhoeae dan C trachomatis
lain; Iihat Gambar l0-3 unruk struktur beberapa obat tetapi tidak mempunyai efek terhadap penyakit yang
tersebut) mempunyai aktivitas antibakteri yang lebih besar disebabkan oleh I pallidum. Obat-obat ini dapat
dan toksisitas rendah serta dapat mencapai kadar yang mengontrol infeksi pernapasan bawah yang disebabkan
bermanfaat secara klinis dalam darah dan jaringan. oleh ll influenza (tetapi bukan merupakan obat pilihan)
dan enteritis yang disebabkan oleh salmonela, shigela,
Aktivitas Antimikroba atau kampilobakter. Fluorokuinolon dapat digunakan
Fluorokuinolon menghambat berbagai jenis bakteri, untuk pengobatan infeksi bakteri pada jaringan lunak
meskipun spektrum akdvitasnya bervariasi dari satu obat dan ginekologik, dan untuk osteomielids yang disebabkan
KE MOTERAPI ANTI M IKROBA 193

o o
cooH

N -^,,---:fY).'oo'
HN\j\\-,\ll,/ ^,.-:(#"""'
HN\_JN"\
czHu a
r
I

CzHs

Asam nalidiksat Norfloksasin Siprofloksasin

Gambar 1O-3. Struktur beberapa f I uorokuinolon.

oleh gram negatiL Walaupun obat-obat ini bermanfaat semua jaringan dan cairan tubuh. Kebanyakan sulfonamid
pada beberapa eksaserbasi fibrosis kistik yang disebabkan diekskresi melalui urine secara cepat. Beberapa (misal,
oleh pseudomonas, sekitar sepertiga organisme mukoid sulfametoksipiridazin) diekskresi sangat lambat sehingga
resistan terhadap obat ini. cenderung bersifat toksik. Saat ini, sulfonamid bermanfaat
pada pengobatan nokardiosis dan serangan pertama
Efek Samping infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri
koliform. Sebaliknya, banyak meningokokus, shigela,
Efek samping yang paling sering terjadi adalah mual, streptokokus grup A, dan organisme y^ng menyebabkan
insomnia, nyeri kepala, dan pusing. Kadang-kadang, dapat infeksi saluran kemih rekuren saat ini resistan terhadap
berupa gangguan saluran cerna lain, gangguan fungsi hati,
ruam kulit, dan superinfeksi, rerurama dengan
enterokokus dan stafilokokus. Pada anak anjing,
pemberian fluorokuinolon dalam jangka lama dapat Tabel 1O-5. Spektrum relatif aktivitas antibakteri dari
kuinolonl
menyebabkan kerusakan sendi, sehingga fluorokuinolon
jarang diresepkan untuk anak-anak tetapi digunakan jika
diperlukan pada pasien fibrosis kistik.
Aktivitas Gram positif
SULFONAMID & TRIMETOPRIM Clinaf loksasin Of loksasin Lomef loksasin
Gatif loksasin Siprofloksasin Norfloksasin
Gemif loksasin En oksasin
Sulfonamid adalah golongan senyawa dengan formula
Levofloksasin
dasar telah diperlihatkan pada awal bab ini. Dengan Moksifloksasin
mengganti berbagai radikal R, diperoleh serangkaian
senyawa dengan berbagai sifat antibakteri, farmakologi, Aktivitas gram negatif
dan fisik. Mekanisme dasar kerja semua senyawa tersebut Clinaf loksasin Enoksasin Norfloksasin
Siprof loksasin Gatif loksasin
adalah inhibisi kompetitif pada penggunaan asam p- Gemifloksasin
amino b enzo at (PABA). Penggunaan sulfonamid bersamaan Levofloksasi n
dengan trimetoprim menyebabkan inhibisi langkah Lomef loksasin
metabolik sekuensial dan kemungkinan terjadinya Moksifloksasin
Of loksasin
sinergisme antibakteri.
Spa rfl oksasin
Sulfonamid bersifat bakteriostatik untuk beberapa
bakteri gram negatif dan gram positif, klamidia, nokardia, Aktivitas anerob
dan protozoa. Clinaf loksasin Sparfloksasin Siprofloksasin
Sulfonamid yang "dapat larut" (misal, trisulfapirimidin,
G atifl oksasin loksasin
Levof Lomef loksasin
Gemif loksasin Ofloksasin Enoksasin
sulfisoksasol) dapat secara mudah diabsorpsi dari saluran Moksifloksasin Norf loksasin
cerna setelah pemberian oral dan didistribusikan ke dalam lSeizin B. Joseph Guglielmo, PharmD.
194 BAB 1O

sulfonamid. Campuran lima bagian sulfametoksasol Penggunaan primer trimetreksat adalah pada pengobatan
ditambah satu bagian trimetoprim banyak digunakan infeksi P jiroueci pada penderita AIDS yang tidak toleran
untuk infeksi saluran kemih, shigelosis, dan salmonelosis atau sulit disembuhkan dengan trimetoprim-sulhmetoksasol
serta infeksi dengan infelai bakteri gram negatif lain serta dan pentamidin isetionat. Karena trimetreksat bersifat
pada pneumonia pneumosistis. lipofilik, obat tersebut berdifusi melewati membran sel
Trimetoprim secara tunggal juga dapat menjadi pejamu dengan toksisitas yang menyertai, terutama
pengobatan yang efektif untuk infelai saluran kemih tanpa menyebabkan supresi sumsum tulang. Oleh karena itu,
komplikasi. obat tersebut harus diberikan bersama-sama dengan
kalsium leukovorin, suatu koenzim folat direduksi, yang
Resistansi dibawa ke dalam sel pejamu dan melindungi sel pejamu
Mikroorganisme yang tidak menggunakan PABA tetapi tidak P jiroueci.
e kstraselular tetapi, sepe rti s.e I mamalia, dapat

menggunakan asam folat preformed, resistan terhadap Dapson


sulfonamid. Pada beberapa mutan yang resistan Dapson adalah sulfon yang terkait erat dengan sulfonamid.
sulfonamid, asam tetrahidropteroat sintetase mempunyai
Terapi kombinasi dapson dan rifampin sering diberikan
afinitas yang lebih tinggi unuk PABA daripada untuk
pada pengobatan awal lepra. Dapson juga dapat digunakan
sulfonamid. Kebalikannya terjadi pada organisme yang
untuk mengobati pneumonia pneumosistis pada penderita
rentan terhadap sulfonamid.
AIDS. Dapson diabsorpsi baik dari saluran cerna dan
Efek Samping didistribusikan secara iuas dalam jaringan. Efek samping
sering terjadi, termasuk anemia hemoiitik, intoleransi
Sulfonamid yang dapat larut dapat menimbulkan efek
gastrointestinal, demam, gatal, dan ruam.
samping yang dibagi menjadi dua kategori, alergi dan
toksisitas. Banyak orang yang mengalami hipersensitivitas
terhadap sulfonamid setelah kontak pertama dengan obat
ini dan, pada pajanan ulang, dapat mengalami demam,
urtika, ruam kulit, dan penyakit vaskular kronik seperti
poliarteritis nodosa. Efek toksik mempunyai manifestasi Dapson
demam, .ruam kulit, gangguan gastrointestinal, depresi
sumsum tulang yang menyebabkan anemia atau Metronidazol
agranulositosis, anemia hemolitik, dan kelainan fungsi
Metronidazol adalah obat antiprorozo^ yang digunakan
ginjal dan hati. Toksisitas sering terjadi pada penderita
untuk mengobati infelai trikomonas, giardia, dan amuba.
AIDS.
Obat ini juga mempunyai efek langsung pada infeksi
Pemlri ksaan Bakteriologi bakteri anerob, misalnya, yang disebabkan oleh spesies
bakteroides, dan pada vaginosis bakterial. Tampaknya
Ketika melakukan biakan spesimen yang diambil dari
obat ini efektif untuk persiapan praoperasi kolon dan
pasien yang menerima sulfonamid, penggabungan PABA
pada diare yang disebabkan oleh antibiotik akibat
(5 mg/dl) ke dalam medium mengatasi inhibisi
Clostridium dfficile toksigenik. Efek samping obat ini
sulfonamid.
berupa stomatitis, diare, dan mual.
oKsAzouDriloH Antiseptik untuk Saluran Kemih
Olaazolidinon adalah golongan obat yang disintesis secara
organik. Linezolid adalah oksazolidinon yang tersedia di Terdapat obat-obatan dengan efek antibakteri yang
Amerika Serikat. Golongan obat tersebut aktif melawan terbatas penggunaannyahanya pada saluran kemih. Obat-
bakteri gram positif, termasuk S aureus yang resistan obat tersebut gagal menghasilkan kadar yang signifikan
nafsilin dan stafilokokus koagulasi negatif, pneumokokus dalam jaringan sehingga tidak mempunyai efek pada
resistan penisilin, dan enterokokus resistan vankomisin infeksi sistemik. Namun, obat-obatan tersebut secara
(dan agaknya S aureus intermediat vankomisin). efekdf mengurangi .iumlah bakteri dalam urine sehingga
mengurangi gejala infeksi saluran kemih bagian bawah.
Obat-obatan tersebut hanya digunakan pada penanganan
OBAT.OBAT IAIN DEHGAN infeksi saluran kemih.
KEGUI{AAN KHUSUS Obat-obat berikut merupakan antiseptik untuk saluran
Trimetrekaat kemih yang sering digunakan: nitrofurantoin, asam
Tiimetrelaat adalah analog asam folinat yang mekanisme nalidiksat, metenamin mandelat, dan metenamin hipurat.
kerjanya adalah inhibisi dihidrofolat reduktase. Nitrofurantoin aktif melawan berbagai bakteri tetapi
KEMOTERAPIANTIMIKROBA / 195

dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal. Asam Isoniazid secara cepat dan sempurna diabsorpsi dari
nalidiksat, suatu kuinolon, hanya efektif pada saiuran saluran cerna dan sebagian diasetilasi serta sebagian
kemih, tetapi bakteri resistan secara cepat dapat muncul diekskresikan dalam urine. Dengan dosis lazim,
dalam saluran kemih. Baik metenamin mandelat maupun manifestasi toksik, seperti hepatitis, jarang terjadi.
metenamin hipurat mengasamkan urine dan membebaskan Isoniazid secara bebas berdifusi ke dalam cairan jaringan,
formaldehid. Zat lain yang mengasamkan urine (misal, termasuk cairan serebrospinalis.
metionin, jus cranberry) dapat menyebabkan bakteriostasis Pada orang yang mengalami perubahan uji kulit
dalam urine. tuberkulin dari negatif menjadi positif nalrlun tidak ada
Obat-obat oral yang diabsorpsi secara sistemik yang tanda-tanda penyakit, isoniazid dapat digunakan sebagai
diekskresikan dalam konsentrasi tinggi di dalam urine profilaksis.
biasanya lebih dipilih untuk mengobati infeksi saluran
kemih akut. Obat-obat tersebut termasuk ampisilin, Etambutol
amoksisilin, sulfonamid, kuinolon, dan lain-lain. Etambutol merupakan isomer-D sintetik yang tahan panas
dan larut dalam air dengan struktur yang diperlihatkan
BATAN YAN G TE RUTAMA
O BAT.O di bawah ini.
DIGUNAKAN UNTUK MENGOBATI cH2oH
INFEKSI MIKOBAKTERI
f"u
H- C-NH -(CH2)2-HN-C-H
lsoniazid czHs cll2oH

Isoniazid mempunyai efek kecil pada sebagian besar Etambutol


bakteri tetapi secara mencolok aktif melawan mikobakteri, Banyak strain M tuberculosis dan mikobakteri "tipikal"
terutama Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar basil dihambat in vitro oleh etambutol, 1-5 pg/ml.
tuberkel dihambat dan dibunuh in uino oleh isoniazid, Etambutol diabsorpsi dengan baik dari usus. Sekitar
0,1-l pg/ml, tetapi populasi basil tuberkel yang besar 20o/o obat diekskresi melalui feses dan 50olo melalui urine
biasanya mengandung beberapa organisme yang resistan dalam bentuk yang ddak berubah. Elalnesi larnbat pada
isoniazid. Oieh karena itu, obat ini digunakan dalam gagal ginjal. Pada meningitis, etambutol terdapat dalam
kombinasi dengan agen antimikobakteri lain (terutama cairan serebrospinalis.
etambutol atau rifampin) unruk mengurangi timbulnya Resistansi terhadap etambutol timbul cukup cepat di
basil tuberkel resistan. Isoniazid bekerja pada antara mikobakteri bila obat digunakan secara tunggal.
mikobakteri dengan menghambat sintesis asam mikolat. Oleh karena itu, etambutol selalu diberikan dalam
Isoniazid dan piridoksin adalah analog struktural. Pasien kombinasi dengan obat-obat antituberkulosis lain.
yang menerima isoniazid mengekskresikan piridoksin Etambutol biasanya diberikan sebagai dosis tunggal
dalam jumlah berlebih, yang dapat menyebabkan neuritis setiap hari per oral. Jarang terjadi hipersensitivitas
perifer. Hal teisebut dapat dicegah dengan pemberian terhadap etambutol. Efek samping tersering adalah
piridoksin, yang tidak mengganggu kerja antituberkulosis gangguan penglihatan, tetapi jarang terjadi jika diberikan
isoniazid. dengan dosis standar: Penurunan ketajaman penglihatan,
neuritis optikus, dan mungkin kerusakan retina terjadi
o
il pada beberapa pasien yang diberikan dosis tinggi selama
_NH beberapa bulan. Kebanyakan perubahan tersebut mereda
C -NH;
secara nyata bila etambutol dihentikan. Walaupun
I

HcZC\cH demikian, uji ketajaman penglihatan secara periodik harus


ril
***-* dilakukan selama pengobatan. Pada pemberian dosis
rendah, jarang sekali terjadi gangguan penglihatan.
leoniazid
Rifampin
Rifampin adalah derivat semisintetik rifamisin, suatu
cH2oH antibiodk yang dihasilkan oleh Steptomyces mediterranei.
Obat tersebut aktif in uitro melawan beberapa kokus gram
Ho-czc-c-cH.oH positif dan gram negatif, beberapa bakteri enterik,
til mikobakteri, klamidia, dan poxvirus. Meskipun banyak
H3C -C\N/, meningokokus dan mikobakteri dihambat oleh rifampin
Piridoltdn kurang dari 1 pglml, mutan yang sangat resistan dapat
ditemukan pada semua populasi mikroba dengan
196 BAB 1O

frekuensi 10-6 sampai 10-t. Pemberian rifampin dalam kedua secara bersamaan menghambat timbulnya mutan
jangka lama sebagai obat tunggal memungkinkan tersebut. Dosis oral penuh PAS sering menyebabkan efek
timbulnya mutan yang sangat resistan tersebut; Tidak samping gastrointestinal yang berat. Oleh karena itu,
. terdapat resistansi silang terhadap obat antimikroba lain. penggunaan PAS telah ditinggalkan.
Rifampin berikatan kuat pada RNA polimerase
cooH
dependen DNA sehingga menghambat sintesis RNA
dalam bakteri. Obat tersebut menghambat tahap lanjut
asembli poxvirus. Rifampin menembus sel fagositik Hczc\c:oH
dengan baik dan dapat membunuh organisme intraselular.
til
t"o"-"n
Mutan yang resistan rifampin memperlihatkan perubahan
RNA polimerase. ,!r,
Rifampin diabsorpsi baik melalui pemberian oral,
Asam Aminosalisilat
didistribusikan secara menyeluruh ke dalam jaringan, dan
diekskresikan terutama melalui hati dan urine dalam Pirazinamid
jumlah sedikit. Pirazinamid terkait dengan nikotinamid. Obat tersebut
Pada tuberkulosis, dosis tunggal secara oral diberikan
dapat diabsorpsi dengan mudah dari saluran cerna dan
bersamaan dengan etambutol, isoniazid, arau obar didistribusikan secara menyeluruh di dalam jaringan. M
antituberkulosis lain untuk memperlambat timbulnya tuberculosis dapat secara mudah mengalami resistansi
mikobakteri yang resistan rifampin. Regimen yang sama terhadap pirazinamid, tetapi ddak terdapat resistansi silang
dapat digunakan untuk mikobakteri atipikal. Pada dengan isoniazid atau obat-obat antituberkulosis lain. Efek
pengobatan jangka pendek untuk tuberkulosis, rifampin samping pirazinamid yang utama adalah hepatotoksisitas
diberikan secara oral, pertama kali diberikan seriap hari (l-5Vo), mual, muntrh hinerensiri'itas, dan hiperurisemia.
(bersama dengan isoniazid) kemudian dua atau tiga kali
setiap minggu selama 6-9 bulan. Namun, obat tersebut
7N-'-t!-run'
sebaiknya diberikan tidak kurang dari dua dosis setiap
minggu untuk menghindari "sindrom flu" dan anemia.
til
til
Rifampin yang digunakan dalam konjugasi dengan sulfon \*/
efektif pada lepra. Pirazinamid (PZA)
Rifampin oral dapat mengeliminasi sebagian besar
meningokokus dari carrier. Sayangnya, beberapa strain Siktoserin
meningokokus yang sangat resistan tidak tereliminasi oleh
Sikloserin adalah antibiotik yang aktif melawan banyak
prosedur tersebut. Anak-anak yang kontak dekat dengan jenis mikroorganisme, termasuk bakteri koliform,
infeksi H influenzae (misal, pada keluarga atau di pusat
proteus, dan basil tuberkel. Obat ini bekerja dengan
perawatan sehari) dapat diberikan rifampin sebagai
menghambat penggabungan o-alanin ke dalam peptido-
profilaksis. Pada infeksi saluran kemih dan bronkitis
glikan dinding sel bakteri dengan menghambat alanin
kronik, rifampin tidak berguna karena resistansi timbul rasemase. Kadang-kadang obat ini digunakan untuk
secara cepat.
infeksi saluran kemih tetapi sering menyebabkan efek
fufampin memberi warna jingga pada urine, keringat,
samping neurotoksik atau syok sehingga jarang
dan lensa kontak. Efek sampingy^ng kadang-kadang
digunakan.
timbul berupa ruam, trombositopenia, proteinuria rantai
ringan, dan gangguan fungsi hati. fufampin mengindulai
enzim-enzim mikrosom (misal, sitokrom P450).
Rifabutin adalah obat antimikobakteri yang terkait,
aktif dalam pencegahan infeksi yang disebabkan oleh
kompleks M auium.

Asam Aminosalisilat
Asam aminosalisilat (asam p-aminosalisilat; PAS) sangat
menyerupai asam p-aminobenzoat dan sulfonamid.
Kebanyakan bakteri tidak dihambat oleh PAS, tecapi basil
tuberkel biasanya dihambat oleh kadar obat sebesar 1-5
pg/ml. Mikobakteri yang tipikal bersifat resistan. Pada
populasi mikobakteri yang rentan, cenderung muncul
mutan yang resistan PAS. Penggunaan obat antituberkulosis
KEMOTERAPI ANTIMIKROBA 197

,':. ." iir il , .,r.1


:F {A) Bac{eroides fragilis - '., ; - .
.,,din nefrotoksisitai ,l'.. t ,'i "'
;(Dl" Ami n og i kosida menyiOabtan f otosdnsitiiita;
:' ' I

(C)' Virus herpes simpleks :.


,".' (D) Streptococcus pyogenes (streptokokus,$rup A)
7. Enzim mana di bawah ini yang bila terdapat dalam
i'r Escherichia cloli atau:Klebsiella pn\umoniae')bkan ltt
:
(E) Mycobacterium tubeiculosis ',,', ;:
. ' .. ":- melilnbulkan resistansi terhadap sefalosporin, l"
.,2. ,:r, , : 'r *:'.l'
Resistansi Stapihytbiioccus aureuirterhadap obat : generasi ketiga? ... .
,' iang diperlihatkari di atas disebabkan oleh {A) 6'-Asetiltransf erase ',
(A) Kerja asiltransferase (B) 3'-Fosfotransferase
(B)
:

Keria beta laktamase.


-, (D) Beta laktamaseriF,E:Miit iljt;1:11L,=:'.5'; 1 1;1: ,,::f
,. i-i 'irtjrtit*i Jip"piiJr, o nra o-,qra J"nsun :,1:1;

i dipeptida D-Ala-o-Lac padb peptidoglikan


' .
8.
'':
i' : - dinbing iel r' : .Golongan agen ahtimikroba manakah berikut'ini
r' ,(D) Pehurunan permeabilitas diriding sel bakteri .
;' yang bekerja pada mikiborganism'€ dengan
obat , menghambat sinteiis protein?
,
'(E) terhadap :
(A) Fluorokuinolon.,
5 aureus yang menjadi patogen intraselular
" (B) Aminoglikosida :: ir'
3. Resistansi Stieptogo1gus
".;' pneimoniae terhadap obat ,, (C) Penisilin : '1,,. ;
yangl diperlihatkan -di atas disebabkan oleh
; l(A) Keria asetiltransferase .,". -{olGlikopeptida(misjl,.vankomisin)".'.,]'
'(E) Polimiksin . ''
- (B) Keila beta laktamase ',t r
-
.'
j

(q) Substitusi dipeptida D-Aia-D-Ala dengJn 9.Terdapatbanyakkombinasiresistaniiantimikroba-


bakteri. Resistandi manakah di bawah ini yang ' ,i
: dipeptida.D-Ala-D-Lac pada peptidoglikan :
menjgdi perhatian utama dunia internasional?
(A) , Resistansi sulfonamid pada Nelsse/a meningitidis
" (D) Penurunan peimeabilitai drnding set bakteri. l
'. (B) Resistansi penisilin G pada fVersseria gonorrhoeae
tE) Secara genetis protein pengikat.dimodifikasi . (C)
,, I pada dinding sel bakteri :
(D)
Resistansi ampiiitin $ad* Hatm-Bfift infl;ienza e,;:::=
Resistansi eritromisin pada Strepfococcus'".,i
4.Pernyataanmanadibawahinimengenairesistansi , pyggenes (streptokokus grup A) ,. ,,'
(E) Rbsistansi vankomisin pada Sfaphylococius
(A) Enterokokus rentbn terhadap sulfametoksasol- i' aureus
,"1(B) trimetoprim in vivo. .
10. Faktor manakah di bawah in! yang umumnya tidak , iJ
_ Sefalosporin sangat rktif melawan enterokokus.
dipertimbangkan ketika memilih terapi antimikroba
tq Resistansi teihadap streptogramin (quinupristin-
dalfopristin) tidak terjadi. awal untuk suatu infeksii
(D) Enterokokus resiitan vankomisin terdapat di (A) Usia pasien
i"i Tempat anatomik infeksi (misat, meningitis
(E) fnterokokus resistan vankomisin selalu klonal. atau infeksi ialuran kemih)
(C) Apakah pasien mengalami g;ngguan imun ..5
5. Seora-ng peiempuan Asia berusia 20 tahun, baru- 1 atau tidak
:r barq ini berirnigrasi ke Amerika Serikat, mengalami (D) Apakah pasien mempunyai prostese di
demam dan batuk yang mengeluarkan sputum tubuhnya (misal, sendi pinggul artifisial,
j.
. dengan garis-garis darah. la mengalami penurunan katup jantungi,artiff1!.a,{; kateter:ui={@ r
' berat badan sebesar 6 kg dalam 6 minggu terakhir. , (E), Menunggu hasil uji biakan dan kerentanan =,t,ir
;:'Foto dadanya memperlihatkan inf iltrat lobus atas
-i bilateral dengan kavitas. Pewarnaan tahan asam liwaban
pada sputumnya memperlihatkan banyak basil
i taharl asam. Diagnosis klinis adalah tuberkuiosis. 2.8 7.C . . "l
Telah'dilakukan blakan sputum untuk mikobakteri 3.E 8.8 , -,-,
., 4.D g.E '
, dan pelmintaan untul< uji kerentanan. Regimen
obRt manakah:di bbwah ini ya-ng ilapat dijadikan 5.A 10.E
'' -
'

sebag-ai terapi awal saat fnenunggu hasil uji


kerentanan dan biakan?' ,:., .^
(A) lsoniazid. rifampin, pirazinamid, dan etambutol.
(B) Penisilin G dan rifampin. ,
"'
" {C) Sefotaksim, klindamisin, dan trimetoprim-
J '4' sulfametokiasol.i i-
i ; (D) lqoniazid saja. ,, r' i. ,:"
(E) Vankomisin, gentamisin, dan ItinOamisin. .''
'
''- ,:,,
'
!' ' KEPUSTAKAAN
) -6. Antibiotik'Hminoglikosida mempunlai 'ialah iatu
di b"{'ivahrini, yaitu: 1\{oeilering RC et al: Anti-infcctivc therapy. Volume I Part I Section E, In:
:r

I "ls:sifat
" (A) Aminoglikosida
Apihoglikoiida rir_enyebabkap:f nemia aplastik
riisnyebabkarygnemia aplastik"'
''' ,
Mtutdell, DougLas, and Bcnnett's PrinciSxtls nnd Practice oflnfectious

di
er
(ll Am
(B) Diseases,5th ed. Mmdell GL, Bennetl JE, Dolin R (editors). Churchill
Livingstone.2000.
,:'-, ..i 111:ql!d:ida,".genvebabkan,stimulari
nor
Yu VL, Merrigan TC Jr, Barriere SL (editors): Arzllrnicrobial Therupy rLnd
_'' -tCl Am
Vacci.nes. Williams & Wilkins, 1999.
Fl o.ia', ffi [liioba','N o rm a I
T,u b.Uh,,, lY1 alh'U.s i a

istilah "flora mikroba normal" menunjukkan populasi absorpsi zat'makanan. Pada membran mukosa dan kulit,
mikroorganisme yang hidup di kuiit dan membran mukosa flora residen mencegah kolonisasi patogen dan
orang normal yang sehat. Keberadaan flora virus normal kemungkinan terjadinya penyakit melalui "interferensi
pada manusia masih diragukan. bakteri". Mekanisme gangguan (interferensi) bakteri tidak
Kuiit dan membran mukosa selalu mengandung jelas. Mekanisme tersebut dapat meliputi kompetisi
berbagai mikroorganisme yang dapat tersusun menjadi terhadap reseptor atau tempat pengikatan (binding site)
dua kelompok: (1) Flora residen terdiri dari jenis pada sel pejamu, kompetisi mendapatkan zat makanan,
mikroorganisme yang relatif tetap dan secara teratur saling menghambat oleh hasil metabolik atau toksik, saling
ditemukan di daerah tertentu pada usia tertentu; jika menghambat oleh bahan antibiotik atau bakteriosin, atau
terganggu, flora tersebut secara cepat akan hidup kembali mekanisme lain. Supresi flora normal secara jelas
dengan sendirinya. (2) Flora transien terdiri dari menyebabkan kekosongan lokal parsial yang cenderung
mikroorganisme yang nonpatogen atau secara potensial diisi oleh organisme dari lingkungan atau dari bagian
bersifat patogen yang men€mpati kulit atau membran tubuh yang iain. Organisme tersebut bersifat oportunistik
mukosa selama beberapa jam, hari, atau minggu; berasal dan dapat menjadi patog€n.
dari lingkungan, tidak menyebabkan penyakit, dan tidak Sebaliknya, anggota flora normal sendiri dapat
dapat menghidupkan dirinya sendiri secara Permanen di menyebabkan penyakit dalam keadaan tertentu.
permukaan. Anggota flora transien secara umum memiliki Organisme-organisme tersebut beradaptasi dengan cara
makna yang kecil selama flora residen normal tetap utuh. hidup yang noninvasif yang disebabkan oleh terbatasnya
Namun, apabila flora residen terganggu, mikroorganisme keadaan lingkungan. Jika dipindahkan secara paksa akibat
transien dapat berkoionisasi, berproiiferasi, dan pembatasan lingkungan tersebut dan dimasukkan ke dalam
menyebabkan penyakit. aliran darah atau jaringan, organisme tersebut dapat
Organisme yang sering ditemukan dalam spesimen menjadi patogenik. Sebagai contoh, streptokokus dari
yang diperoieh dari berbagai area tubuh manusia-dan grup viridan merupakan organisme residen yang paling
dianggap flora normal-diuraikan dalam Tabel 11-1. sering berada dalam saluran PernaPasan atas. Jika masuk
Klasifikasi flora bakteri normal anaerob dibahas dalam ke dalam aliran darah dalam jumlah banyak (misalnya,
Bab 22. setelah pencabutan gigi atau tonsilektomi), mikrooganisme
tersebut dapat menetap pada katup jantung Prostetik atau
katup yang mengalami kelainan dan menyebabkan
PERAN FLORA RESIDEN
endokarditis infektif. Sejumlah kecil terdapat secara
Mikroorganisme yang secara konstan ada di
permukaan transien dalam aliran darah karena trauma minor
tubuh bersifat komensal. Pertumbuhannya di daerah (misalnya, scaling gigi atau menyikat gigi yang secara kuat-
tertentu bergantung pada faktor-faktor fisiologi, yaitu kuat). Spesies bakteroides merupakan bakteri residen
temperatur, kelembaban, dan adanya zat gizi serta zat paling sering terdapat dalam usus besar dan cukup tidak
inhibitor tertentu. Keberadaan flora tersebut tidak penting membahayakan di lokasi tersebut. Jika dimasukkan ke
bagi kehidupan, karena hewan "bebas-mikroorganisme" dalam rongga peritoneum bebas atau jaringan pelvis
dapat hidup pada keadaan tidak adanya flora mikroba bersama bakteri lain sebagai akibat trauma, organisme
normal. Namun, flora residen di daerah tertentu tersebut dapat menyebabkan supurasi dan bakteremia'
memainkan peran yang nyata dalam mempertahankan Terdapat banyak contoh lain, tetapi hal yang penting
kesehatan dan fungsi normal. Anggota flora residen dalam adalalr bahwa mikrobayang tergolong flora residen normal
saluran cerna menyintesis vitamin K dan membantu tidak membahayakan dan dapat menguntungkan di lokasi

198
FLORA MIKROBA NORMAL TUBUH MANUSIA / 199

Tabel 7 7 -7. Flor a bakteri norma l. mikroorganisme transien. Namun demikian, terdapat
floia residen yang konstan dan jelas, yang mengalami
Kulit modifikasi di area anatomi berbeda oleh sekresi, kebiasaan
Staphylococcus epid e rm id i s
mengenakan pakaian, atau jaraknya yang dekat dari
Staphylococcus aureus (dalam jumlah sedikit)
Spesies mikrokokus membran mukosa (mulut, hidung, dan area perineal).
Spesies neisseria nonpatogenik Mikroorganisme residen terbanyak di kulit adalah
Streptokokus alfa-hemolitik dan nonhemolitik basilus difteroid aerob dan anaerob (misalnya,
Difteroid co ryn b ac ter ium, p r op to nibakterium) ; s tafi lo kokus aerob
e
Spesies propionibakterium
dan anaerob nonhemolitik (Staphylococcus epidermid;s,
Spesies peptostreptokokus
Sejumlah kecil organisme lain (spesies kandida, spesies kadang-kadang S aureus, dan spesies peptostreptokokus);
asinetobakter. dll) basilus pembentuk spora, aerob, gram positif yang ada
Nasofaring di dalam udara, air, dan tanah; streptokokus alfa hemolitik
Berapa pun jumlah organisme berikut: difteroid, spesies (streptokokus viridans) dan enterokokus (spesies
neisseria nonpatogenik, streptokokus o-hemolitikus; 5
epidermidis, streptokokus nonhemolitik, spesies
enterokokus); basilus koliforrnis gram negatif dan
anaerob (terlalu banyak spesies untuk didata; jumlah asinetobakter. Fungi dan ragi sering terdapat di iipatan
spesies prevotella yang bervariasi, kokus anaerob, kuiit; mikrobakteri nonpatogen yang tahan asam, terdapat
spesies fusobakterium, dll) di daerah yang banyak sekresi sebaseanya (genitalia,
Sedikit organisme berikut bila disertai organisme yang telinga luar).
disebutkan sebelumnya: ragi, spesies hemofilus,
pneumokokus, 5 aureus, batang gram negatif, Di antara faktor-faktor yang mungkin penting dalam
Neisseria meni ng itid is mengeliminasi mikroorganisme nonresiden dari kulit
Saluran gastrointestinal dan rektum adalah pH rendah, asam iemak dalam sekresi sebasea,
Berbagai Enterobacteriaceae kecuali salmonella, shigella, dan adanya lisozim. Berkeringat banyak, mencuci maupun
yersinia, vibrio, dan spesies campylobacter
mandi tidak dapat mengeliminasi atau memodifikasi flora
Batang gram negatif yang tidak dapat memfermentasi
dekstrosa residen normal secara signifikan. Jumlah mikroorganisme
Enterokokus superfisial dapat berkurang dengan menggosok secara
Streptokokus alfa-hemolitik dan nonhemolitik kuat setiap hari menggunakan sabun yang mengandung
Difteroid heksaklorofen atau disinfektan lain, tetapi flora secara
S aureus dalam jumlah kecil
cepat dapat timbul lagi dari kelenjar sebasea dan kelenjar
Ragi dalam jumlah kecil
Anaerob dalam jumlah banyak (terlalu banyak spesies keringat bahkan ketika kontak dengan area kulit lain atau
untuk didata) lingkungan benar-benar ditiadakan. Penempatan pembalut
Genitalia oklusif pada kulit cenderung menyebabkan peningkatan
Berapa pun jumlah organisme berikut: spesies besar populasi mikroba total dan dapat juga menyebabkan
corynebacterium, spesies laktobasilus, streptokokus cr-
perubahan kualitatif pada flora.
hemolitik dan nonhemolitik, spesies neisseria
non patogen ik Bakteri anaerob dan aerob sering bergabung
Organisme berikut bila dicampur dan tidak dominan: membentuk infeksi sinergistik (ga.rgren, fasiitis
enterokokus, Enterobacteriaceae dan batang gram nekrotikans, selulitis) pada kulit dan jaringan lunak.
negatif lain, S epidermidis, Candida albicans, dan ragi Bakteri sering merupakan bagian flora mikroba normal.
la in
Biasanya sulit untuk menunjuk satu organisme spesifik
Anaerob (terlalu banyak untuk didata); yang berikut
mungkin penting bila secara murni ditumbuhkan atau yang menyebabkan lesi progresif, karena gabungan
secara jelas mendominasi: spesies prevotella, klostridium, organisme biasanya terlibat.
dan peptostreptokokus
FLORA NORMAL MULUT &
SALURAN PERNAPASAN ATAS
normalnya pada pejamu serta pada keadaan tanpa
kelainan yang menyertai. Organisme tersebut dapat Flora hidung terdiri dari corynebacterium, staflokokus
(S epidermi/is, S aureu), dan streptokokus yang menonjol.
menyebabkan penyakit jika dimasukkan ke dalam lokasi
Membran mukosa mulut dan faring sering steril saat
lain dalam jumlah besar dan jika terdapat faktor
lahir tetapi dapat terkontaminasi saat melewati jalan lahir.
predisposisi.
Dalam 4-\2 jar.:' setelah lahir, streptokokus viridans dapat
ditemukan sebagai anggota flora residen yang paling
FLORA NORMAL KULIT menonjoi dan tetap demikian seumur hidup. Organisme
Karena pajanan yang terus menerus dan adanya kontak tersebut kemungkinan berasal dari saluran p€rnapasan
dengan Iingkurlgan, kulit sangat mudah menganciung ibu dan ota.ng yang hadir saat persalinan. Pada awal
200 BAB 11

kehidupan, stafilokokus aerob dan anerob, diplokokus plak dan karies. Pelekatan pada permukaan halus
gram negatif (neisseria, Moraxella catanhalis), difteroid, memerlukan sintesis polimer glukan yang tidak dapat larut
dan kadang-kadang laktobasilus juga ditambahkan. Ketika dalam air oleh glukosii transferase dan partisipasi tempat
gigi mulai erupsi, spiroketa anaerob, spesies prevotella pengikatan di permukaan sel-sel mikroba. (Mungkin
(terutama P melaninogenica), spesies fusobakterium, polimer karbohidrat juga membancu pelekatan beberapa
spesies rothia, dan spesies kapnositofaga (lihat bawah) streptokokus ke permukaan endokardial). Anggota lain
rumbuh dengan sendirinya, bersama dengan beberapa mikroflora mulut, seperti, veillonellae, dapat membentuk
vibrio anaerob dan laktobasilus. Spesies aktinomises kompleks dengan glukosil transferase StrePt0c0ccus
secaranormal terdapai dalam jaringan tonsilar dan gingiva saliuarius dalam saliva dan kemudian menyintesis polimer
orang dewasa, dan juga terdapat berbagai protozoa. Fungi karbohidrat yang tidak larut dalam air untuk menempel
(spesies candida) terdapat dalam muiut. pada permukaan gigi. Perlekatan dapat dimulai oleh
Di faring dan trakea; flora yang serupa tumbuh antibodi IgA saliva terhadap S mutans. Difteroid tertentu
sendiri, sedangkan beberapa bakteri ditemukan dalam dan streptokokus yang menghasilkan leuans dapat
bronkus normal. Bronkus kecil dan alveoli secara normal menginduksi kerusakan jaringan iunak spesifik dan
adalah steril. Organisme yang dominan dalam saluran resorpsi tulang yang khas pada penyakit periodontal.
pernapasan atas, terutama faring, adalah neisseria dan Organisme proteolitik, termasuk aktinomisetes dan
streptokokus alfa-hemolitik, dan nonhemolitik. basi|-rs, memainkan peranan pada kerja mikroba di dentin
Stafilokokus, difteroid, hemofilia, pneumokokus, yang terjadi setelah kerusakan email. Terjadinya karies
mikoplasma, dan prevotella juga ditemukan. juga bergantung pada faktor genetik, hormonal, nutrisi,
Infeksi mulut dan saluran pernapasan biasanya dan banyak faktor lain. Pengendalian karies termasuk
disebabkan oleh flora oronasal campuran, termasuk pengangkatan plak secara fisik, pembatasan asupan
anaerob. Infeksi periodontal, abses perioral, sinusitis, sukrosa, nutrisi yang baik dengin asupan protein yang
dan mastoiditis dapat melibatkan terutama Preuotella adekuat, dan penurunan produksi asam dalam mulut
melaninogenlra, fusobakteri, dan peptostreptokokus. dengan membatasi karbohidrat yang tersedia dan sering
Aspirasi saliva (yang mengandung sampai 102 organisme melakukan pembersihan. Penggunaan fluorida unruk gigi
tersebut dan mikroorganisme aerob) dapat menyebabkan atau memakannya bersama air menyebabkan peningkatan
pneumonia nekrotikans, abses paru, dan empiema. resistansi asam email. Pengendalian penyakit periodontal
memerlukan pengangkatan kalkulus (deposit yang
mengalami kalsifikasi) dan kesehatan mulut yang baik.
Peran Flora Normal Mulut pada Karies Gigi
Pocbet periodontai dalam gingiva secara khusus
Karies adalah disintegrasi gigi yang dimulai pada merupakan sumber yang kaya akan organisme, termasuk
permukaari dan berkembang progresif ke dalam. Pertama- di tempat
organisme anaerob, yang jarang ditemukan
tama, email permukaan, yang seluruhnya nonselular, lain. Sementara organisme tersebut dapat ikut
mengalami demineralisasi. Keadaan ini dikaitkan dengan menyebabkan penyakit periodontal dan destruksi
efek produk asam oleh fermentasi bakteri. Dekomposisi jaringan, perhatian diarahkan kepada mereka ketika
yang terjadi pada dentin .dan semen sesudah itu meli- mereka diimplantasikan di tempat lain, misalnya,
batkan proses pencernaan matriks protein oleh bakteri. menyebabkan endokarditis infektif atau bakteremia pada
Langkah pertama yang penting pada timbulnya karies pejamu yang granulopenik. Contoh-contohnya adalah
tampaknya adalah pembentukan plak pada permukaan spesies Capnocytophaga dan Rothia dentocariosa. Spesies
email keras dan halus. Plak terutama terdiri dari deposit Capnocytophaga adalah mikroorganisme anerob gliding
gelatinosa glukan dengan berat molekul besar, tempat gram negatif berbentuk fusiformis; spesies Rothia adalah
bakteri penghasil asam melekar pada email. Polimer bakteri batang gram negatif aerob dan bersifat
karbohidrat (glukan) terutarna dihasilkan oleh streptokokus pleiomorfik. Keduanya mungkin turut berpartisipasi
(S trep to c o c cus mutans, peptostreptokokus), dan mun gkin dalam flora mikroba kompleks pada penyakit periodontal
berhubungan dengan aktinomisetes. Tampaknya terdapat dengan destruksi tulang yang menonjol. Pada pasien
hubungan kuat antara adanya S mutans dan karies pada imunodefisiensi granulopenik, organisme tersebut dapat
area email tertentu. Langkah kedua yang esensial pada menyebabkan lesi oportunistik yang serius pada organ
timbulnya karies tampaknya adalah pembentukan lain.
sejumlah besar asam (pH <5,0) dari karbohidrat oleh
streptokokus dan laktobasilus pada plak. Konsentrasi FLORA NORMAL SALURAN CERNA
asam yang tinggi menyebabkan demineralisasi email di
sebelahnya dan memulai timbulnya karies. Saat lahir usus steril, tetapi organisme segera masuk
Pada hewan percobaan yang "bebas mikroorganisme", bersama makanan. Pada anak yang mendapat ASI, usus
streptokokus kariogenik dapat menginduksi pembentukan mengandung banyak streptokokus asam laktat dan
FLORA MIKROBA NORMAL TUBUH MANUSIA / 2O1

laktobasilus. Organisme aerob dan anaerob, gram positil bakteri koliformis aerob, hanya sedikit seroripe yang
nonmotil ini (misalnya, spesies bifidobakrerium) menetap dalam kolon untuk waktu yang lama, dan
menghasilkan asam dari karbohidrat dan menoleransi pH kebanyakan serotipe Escherichia coli hanyaterdapat selama
5,0.. Pada anak yang minum susu formula, lebih banyak periode beberapa hari.
flora campuran terdapat dalam usus, dan laktobasilus lebih Obat-obat antimikroba yang diminum oral, pada
sedikit. Seiring berkembangnya pola makan menuju pola manusia, dapat menekan komponen obat yang renran
dewasa, flora usus berubah. Diet mempunyai pengaruh flora feses secara sementara. Keadaan tersebut sering
yang nyata dalam komposisi relatif flora usus dan feses. dilakukan melalui pemberian obat-obatan oral yang tidak
IJsus neonatus dalam ruang perawatan intensif cenderung dapat larut saat praoperasi. Misalnya, neomisin ditambah
terkoionisasi oleh Enterobacteriaceae, misalnya, kiebsiella, eritromisin dalam 1-2 hari dapat menekan sebagian flora
sitrobakter, dan enterobakter. usus, terutama aerob. Metronidazol digunakan untuk
Pada orang dewasa normal, esofagus mengandung organisme anaerob. Jika bedah usus bagian bawah
milroorganisme yang masuk bersama saliva dan makanan. dilakukan ketika organisme dalam jumlah terendah,
Keasaman lambung menjaga jumlah mikroorganisme pada beberapa proteksi melawan infeksi melalui tumpahan tak
angka minimum (103-105/g kandungan) kecuali jika terjadi disengaja dapat tercapai. Namun, segera setelahnya
obstruksi di pilorus yang menyebabkan pioliferasi kokus jumiah flora feses meningkat lagi menjadi normal atau
dan basilus gram positif. pH asam yang normal pada lebih tinggi daripada tingkat normal, rerurama organisme
lambung secara nyata melindungi dari infeksi oleh tertentu karena memiliki resistansi relatif terhadap obat-
beberapa patogen enterik, misalnya, kolera. Pemberian obatan. Mikroorganisme yang rentan obat digantikan
simetidin untuk ulkus peptikum menyebabkan oleh mikroorganisme yang resistan obat, terutama
peningkamn yang banyak dari flora mikroba lambung, stafilokokus, enterobakter, enterokokus, proteus,
termasuk banyak organisme yang biasanya banyak dalam pseudomonas, Clostridium dfficih, dan ragi.
feses. Seiring pH isi usus menjadi basa, flora residen Mengonsumsi banyak Lacto baci llus acidop h i lus dapat
secara bertahap meningkat. Dalam duodenum orang menyebabkan hidupnya organisme tersebut secara
dewasa, terdapat 103-106 bakteri per gram isi; dalam sementara dalam usus dan penekanan sebagian mikroflora
yeyunum dan ileum, 105-108 bakreri per gram; dan dalam usus lain secara bersamaan.
sekum serta kolon transversus, 108-1010 bakteri per gram. Flora anaerob kolon, termasuk B fiagilis, klostridia,
Dalam usus bagian atas, iaktobasiius dan enterokokus dan peptostreptokokus, memainkan peran penring dalam
menonjol, tetapi di ileum bawah dan sekum, flora seperti pembentukan abses yang berasal dari perforasi usus.
yang ada di dalam feses. Di kolon sigmoideum dan Preuotella biuia dan P dissiens penting pada abses pelvis
rektum, terdapat sekitar 10rr bakteri per gram isi, yang yang berasal dari organ genital perempuan. Seperti -B
merupakan 10-30 o/o massa feses. Organisme anaerob fragilis, spesies tersebut resistan terhadap penisilin; maka
melebihi organisme fakuitatif hingga 1000 kaii lipat. Pada seharusnya digunakan agen lainnya.
keadaan diare, jumlah bakteri dapat berkurang secara
nyata, sedangkan pada stasis usus, jumlahnya meningkat.
FLORA NORMAL URETRA
Pada kolon orang dewasa normal, 96-990/o flora bakteri
residen terdiri dari organisme anaerob: spesies Uretra anterior kedua jenis kelamin mengandung sedikit
bakteroides, terutama B flagilis; spesies fusobakterium; organisme yang sama jenisnya dengan yang ditemui<an
laktobasilus anaerob, misalnya, bifidobakteri; klostridia di kulit dan perineum. Organisme-organisme tersebut
(C petftingens, 103-105/g); dan kokus gram positif anaerob secara teratur tampak dalam urine yang dikeluarkan secara
(spesies peptostreptokokus). H anya 1 - 4o/o o r ganisme aero b normal dalam jumlah iOL10a/ml.
fakultatif (bakteri koliformis gram negatif, enterokokus,
dan sedikit protei, pseudomonas, laktobasiius, kandida,
FLORA NORMI\L VAGINA
dan organisme lain). Lebih dari 100 jenis organisme yang
berbeda terdapat secara regular pada flora feses normai. Segera setelah lahir, laktobasilus aerob tampak dalam
flauma minor (misalnya, sigmoidoskopi, enema barium) vagina dan menetap sepanjang pH tetap asam (beberapa
dapat menyebabkan bakteremia transien pada sekitar minggu). Bila pH menjadi netral (menetap sampai
10%o prosedur. pubertas), terdapat flora campuran, kokus, dan basilus.
Bakteri usus penting dalam sintesis vitamin K, Saat pubertas, laktobasilus aerob dan anaerob tampak
konversi pigmen empedu dan asam empedu, absorpsi kembali dalam jumlah banyak dan mempertahankan pH
nutrien dan pemecahan produk, serta antagonis terhadap asam dengan menghasilkan asam dari karbohidrat,
patogen mikroba. Flora usus menghasilkan amonia dan terutama glikogen. Keadaan ini tampaknya merupakan
produk pemecahan lain yang diabsorpsi dan dapat mekanisme penting dalam mencegah timbulnya
berperan pada terjadinya koma hepatikum. Di antara organisme yang lain, yang mungkin membahayakan di
202 BAB 11

dalam vagina. Jika laktobasilus ditekan akibat pemberian 'tr ,

obat-obat antimikroba, ragi atau berbagai bakteri ',, {lJ ltry\1ofcus,Pneutmoniae


(B) Escherichii
; :i:
coli .. , -r. l'-
":', '-"'"i*
meningkat jumlahnya dan menyebabkan iritasi serta (c) Mycobiiierium tiberculoiil
peradangan. Setelah menopause, iaktobasilus kembali (D) Siaipkylococcus auleus .l ': 4q
berkurang jurniahnva dan flora campLlran kembali timbul. Ner'sseiia meiiigiti!,is 'f
.(E)
Flora vagina normal termasuk streptokokus grup B 3. $'e:orang anak 'perempuan berusia 9 tahun
:1

terdapat pada sebanyak 25o/o perempuan usia subur. mengalami demam dan nyeri yang heb;t di iiii.
Selama proses keiahiran, bayi dapat terpajan streptokokus , kanan tenggorokannya. Pada pemeriksaah, terlihiit'
kemerahan dan pembengkakqn di area peritonsilar '
grup B, yang kemudian dapat menyebabkan sepsis
kanan.Pasiendidiagn.osiss^ebagaiabsesperitonsilaris.
neonatal dan meningitis. Flora vagina normal juga sering
Organisme yang palingrmungkin dibiakkan dari
mencakup streptokokus alfa hemolitik, streptokokus absestersebut adalah '"* -r
anaerob (peptostreptokokus), spesies prevotella, klostridia, : (n) staphytococ:iis aureus r:
.
Gardnerella uaginalis, Ureaplasma urealyticttm, dan kadang- (B) Streptococcus pneumoniae , ,li;
_

kadang listeria atau spesies mobilunkus. Mukus servikal (C) 5pesies Corynebicterium dan Preiotella 5i
mempunyai aktivitas antibakteri dan mengandung lisozim. (D) Flora nasai oral normal il
t
Pada beberapa perempuan, introitus i,agina mcngandung irl Streptokokui uiridans dan cjndid'a albicans.:
flora yang banyak yang menyerupai flora di perineum
4. Seorang laki-laki berusia 70 tahun dengan riwayat'.',
dan area perianal. Keadaan tersebut dapat merrjadi faktor divertikulosis pada kolon sigmoidbum mengalami :'i '
predisposisi infeksi saluran kemih rekuren. Organisme awitan nyeri hebat di:abdomen kqadran bawah ;:r'
di vagina yang terdapat saat persalinan dapat menginfeksi kiri yang mendadak. la mengalami:demam. Nyeri
neonatus (misalnya, streptokokus grup B). -hebat secara bertahap menghilang dan diganti
dengan nyeri tajam konltan dan nyeri tekan yang.
nyata pada abdomen. Kemungkinan diagnosisnya
FLORA NORMAL KONJUNGTIVA adalah diverlikulum yang ruptur dan pa^sien
: dibawa ke. iuang operaii. Diagnosis iuptur
Organisme yang dominan pada konjungtiva adalah divertikulum dikonfirmasi dan ditemLikan abses di
difteroid (Cc,rynebacteriurt xerosii), S epiderxtidis, dan iebetafr kolon sigmoideum. Bakteri yang paling
streptokokus nonhemolitik" Neisseriae dan basilus gram mungkin ditemukan dalam abses tersebut duluh, ".,
negadf yang menyerupai hemofili (spesies mora-rella) juga
(Al rlora gastrointestinal normal campurin
sering ada. Flora konjungtiva secara normal tertahan oleh
tB) Bacteroiddi fragilii saja ' '

(9 Fscherichia coli saja ,


aliran air mata, yang mengandung lisozin-r antibakteri. ' (D) Clostridium perfringeii saia - , .

iel Spesies enteroiiokus saja


5, Terapi antimikroba dapat menurunkan jumlah'flora "'
usus yang rentan dan memungkinkan pr:oliferasi
:x bakteri kolon yang relatif iesistan. Spesies mana
dan mengi
iii.$ -berikut ini yang dapat berproliferasi
' hasjlkan ioksin yang menyebabkan diare? ,
(A) Spesies Enterokokus ,,, ':

l (e) Staphyloi'occus epidermidis , -,


, (q Pseudomonas .aeruginosa
(D) a/ostridium diflicile .,r I .i..
(E) Bacteroidei fragilis .r'
,"
5, Mikroorganisme mana berikut ini yang dapat
menjadi bagian flola normal vagina dan'
menyebabkan meningiiis pada neonatus? ;l
(A) Candida albicans -

. (B) Spesies Corynebacterium' ;


' * {c)''staphylococcui epidermidis
'' (D) lJreaplama .urealyticum "i -
,

tE) Streptokokus grup B , i.


' 7. sebagian besar serotipe Est:helichia'co/i dapat
" dihiiapkan menetap dalam kolon untuk berapa
i'' lama?
ili'' i"u",.upu r.u'i . : s;:

{B) BeberaPa'minggir , t 'jo ,

,
':;
(c) , ,6 bulqn i,:' ,.r1:'
(D) 2 tahun .:
' ' +

',
' l; . ri;
(E)- Seumur t'i9y-p , _i, 1
FLORA MIKROBA NORMAL TUBUH MANUSIA I 2O3

KEPUSTAKAAN
Hentges DJ: The anaerobic microflora of the human body. Clin Infect Dis
1993;16(Suppl 4):S175,
Macowiak PA: The normal microbial flora. N Engl J Med 1982;307:83.
The pathogenesis of periodontal diseases. J Periodontal 1999;70:457
Redondo-Lopez V, Cook RL, Sobel JD: Emerging role oflactobacilli in the
control and maintenance of the vaginal bacterial microflora. Rev
Infect Dis 1984;6(Suppl 1):S62.
Basilus G'rann Positit FembentUk
Spona: Spesies Basilus & Klostridium

Basil gram positif pembentuk spora adalah spesies basilus Morfologi & ldentifikasi
dan klostridium. Basil-basil tersebut terdapar di mana-
A. CIRI KHAs ORGANISME
mana, dan karena membentuk spora maka basil tersebut
dapat bertahan hidup dalam lingkungan selama beberapa Sel-sel tipikal, yang berukuran I x 3-4 prm, mempunyai
tahun. Spesies basilus bersifat aerob, sedangkan ujung persegi dan tersusun dalam rantai panjang; spora
klostridium bersifat anaerob. terletak di tengah basilus nonmotil.
Di antara banyaknya spesies genus basilus dan
klostridium, sebagian besar tidak menyebabkan penyakit B. BIAKAN
dan tidak dikenali dengan baik dalam mikrobiologi medis.
Koloni B anthracis berbentuk bulat dan mempr-Lnyai
Namun, beberapa spesies, menyebabkan penyakit yang
gambaran "kaca terpotong" dalam cahaya yang tersebar.
penting pada manusia. Anthrax, suatu penyakit prototipe
Hemolisis tidak sering terjadi pada B anthracis retapi
dalam riwayat mikrobiologi, disebabkan oleh Bacillus
sering pada basilus saprofit. Gelatin mencair, dan
anthracis. Anthrax tetap merupakan penyakit penting pada
pertumbulran dalam gelatin stabs (medium biakan yang
hewan dan kadang-kadang pada manusia, dan B anthracis
dipadatkan pada posisi tegak lurus dalam sebuah tabung
merupakan agen utama dalam perang biologi dan
dengan tujuan membuat luas permukaan menjadi sekecil
bioterorisme. Bacillus cereus menyebabkan keracunan
mungkin) menyerupai pohon cemara terbalik.
makanan dan kadang-kadang infeksi mata atau infeksi
lokal lainnya. Klostridium menyebabkan beberapa C, SIFAT PERTUMBUHAN
penyakit diperantarai toksin yang penting: Clostridium
tetani, tetanus; Clt,stridium botulinum, botulisme; Basilus saprofitik menggunakan sumber sederhana
Clostridium perfringens, gangren gas; dan Clos*idium nitrogen dan karbon untuk energi dan pertumbuhan.
dfficile, kolitis pseudomembranosa. Klostridium lain juga Spora resistan terhadap perubahan lingkungan, tahan
ditemukan pada infeksi anaerobik campuran pada terl.radap panas kering dan disinfektan kimia tertentu
manusia (lihat Bab 22). untuk waktu yang tidak terlalu lama, dan menetap selama
bertahun-tahun dalam lingkungan kering. Produk hewan
yang terkontaminasi dengan spora anthrax (misalnya,
f SPESIES BASILUS kulit, bulu, rambut, wol, tuiang) dapat disterilisasi hanya
dengan autokiaf.
Genus basilus mencakup batang gram positif, aerob besar
yang berbentuk rantai. Sebagian besar anggota genus ini BACILLUS ANTTTRACIS
adalah organisme saprofit yang lazim terdapat dalam
tanah, air, dan udara serta pada tumbuh-tumbuhan, Patogenesis
seperti Bacillus cereus dan Bacillus subtilis. Beberapa anggota Anthrax pada awalnya merupakan penyakit pada
genus adalah patogen serangga. B cereus dapat. tumbuh herbivora-kambing, domba, sapi, kuda, dll; hewan lain
dalam makanan dan menghasilkan enterotoksin atau toksin (misalnya, tikus) relatif resistan terhadap infeksi. Manusia
emetik yang dapat menyebabkan keracunan makanan. menjadi terinfeksi secara tidak disengaja melalui kontak
Organisme tersebut kadang-kadang dapat menyebabkan dengan hewan yang terinfeksi atau produk-produknya.
penyakit pada manusia dengan daya imun lemah (misalnya, Tempat masuk (port d'entree) pada hewan adalah m.ulut
meningitis, endokarditis, endoftalmitis, konjungtivitis, dan saluran cerna. Spora dari tanah yang terkontaminasi
atau gastroenteritis akut). B anthracis, yang menyebabkan mudah menemukan jalan masuk bila termakan bersama
anthrax, merupakan patogen utama genus tersebut. tanaman yang berduri atau mengiritasi. Pada manusia,

204
BASILUS GRAM POSITIF PEMBENTUK SPORA: SPESIES BASILUS & KLOSTRIDIUM I 2Os

infeksi biasanya didapat n.relalui spora yang masuk melalui Toksin anthrax tersusun atas tiga protein: antigen
kulit yang luka (anthra-x kutaneus) atau membran mukosa protektif (PA), faktor edema (EF), dan faktor letal (LF)'
(anthrax gastrointes.tinai), namun ini lebih jarang terjadi, PA berikatan dengan reseptor sel spesifik, dan setelah
atau melalui inhalasi spora ke dalam paru (anthrax aktivasi proteoiitik, membentuk suatu kanal membran
inhalasi). yang memperantarai masuknya EF dan LF ke dalam sei.
Spora bertumbuh dalam jaringan di tempat masuk, EF adalah adenilil siklase; bersama dengan PA
dan pertumbuhan organisme vegetatif menyebabkan membentuk suatu toksin yang dikenal sebagai toksin
pembentukan edema gelatinosa dan kongesti. Basil edema. LF ditambah PA memLentuk toksin letal' yang
menyebar melalui limfatik ke aliran darah, dan merupakan faktor virulensi utama dan menyebabkan
berkembang biak secara bebas dalam darah dan jaringan kematian pada hewan yang terinfeksi. Bila disuntikkan
segera sebelum dan setelah kematian hervan. ke dalam hewan laboratorium (misalnya, tikus), toksin
B anthracis (lihat Gambar 12- 1) yang tidak menghasilkan letal secara cepat dapat membunuh hewan. Gen toksin
kapsul bersifat tidak virulen dan tidak menyebabkan anthrax berada pada plasmid lain.
anthrax pada hewan percobaar.r. Kapsul asam poli-D- Pada anthrax inhalasi ("penyakit woolsorter"), spora
glutamat bersifat antifagositik. Gen kapsul berada pada dari debu wol, rambut, atau kulit terinhalasi, terfagositosis
sebuah plasmid. dalam paru, dan dibawa melalui drainase limfatik ke
kelenjar getah bening mediastinumJ tempat terjadinya
pertumbuhan, diikuti dengan produksi toksin dan
terjadinya mediastinitis hemoragika dan sepsis, yang
biasanya secara cepat menjadi fatal. Pada sepsis anthrax,
jumlah organisme dalam darah melebihi 107/mL tepat
sebelum terjadi kematian.

Patologi
Pada hewan yang rentan, organisme berproliferasi di
tempat masuknya. Kapsul tetap intak, dan organisme
dikelilingi oleh sejumlah besar cairan proteinasea yang
mengandung sedikit leukosit; yang meruPakan tempat
organisme secara cepat menyebar dan mencapai aliran
darah.
Pada hewan yang resistan, organisme berproliferasi
untuk beberapa jam, pada saat terdapat penumpukan
leukosit yang masif. Kapsul secara bertahap hancur dan
menghilang. Organisme tetap terlokalisir.
rr:trt - 1"
. ,t.,i...iait.,,.
Temuan klinis
I
,.s Pada manusia, sekitar 957o kasus adalah anthrax kutaneus
. . tia' .. r.iill dan 5o/o adalah anthrax inhalasi. Anthrax gastrointestinal
I
., i.''.....].* sangat jarang terjadi; dan telah dilaporkan dari Afrika,
Asia, dan Amerika Serikat setelah kejadian orang makan
;., 11,'
daging dari hewan yang terinfeksi.
rq. )1, Kejadian bioterorisme pada musim gugur 2001 (lihat
Bab 48) menyebabkan 22 kasus anthrax: 1 1 anthrax
inhalasi dan anthrax I 1 kutaneus. Lima pasien anthrax
inhalasi meninggal dunia. Pasien lainnya selamat.
Anthrax kutaneus secara umum terjadi pada
permukaan lengan dan tangan yang terpajan, diikuti
wajah dan leher. Papul pruritus terjadi selama 1-7 harr
setelah masuknya organisme atau spora melalui garukan.
Awalnya menyerupai gigitan serangga. Papul secara cepat
Gambar 12-1. A". Bacillus anthracis dalam biakan berubah menjadi vesikel atau cincin kecil vesikel yang
(pembesaran asal 1000x). B: Dalam jaringan (pembesaran menyatu (koalesen), dan terjadi ulkus nekrotik. Lesi
asal 400x). (Sumbangan P5 Brachman). secara khas berdiameter 1-3 cm dan mempunyai
206 BAB 12

karakteristik eskar hitam di tengah. Terjadi edema yang anthrax spesifik dapat membantu dalam mengidentifikasi
jelas. Limfangitis dan limfadenopati serta tanda dan gejala organ isme .

sistemik seperti demam, malaise, dan nyeri kepala dapat En z,ym e- lin b e d im m un o as s ay (ELISA) telah dikembangkan
terjadi. Setelah 7-10 hari eskar terjadi secara penuh. untuk mengukur antibodi terhadap edema dan toksin
Akhirnya mengering, kendur, dan terpisah; penyem- letal, tetapi uji tersebut belum dipelajari secara luas.
buhannya melalui granulasi dan meninggalkan parut. Serum akut dan konvalesen yang diperoleh dengan selang
Butuh waktu beberapa minggu bagi lesi untuk waktu 4 minggu harus diuji. Hasil yang positif adalah
menyembuh dan edema menghilang. Terapi antibiotik perubahan empat kali atau titer tunggal lebih dari 1:32.
tidak tampak mengubah perkembangan alami penyakit.
Pada sebanyak 20o/o pasien, anthrax kutaneus dapat Resistansi & lmunitas
menyebabkan sepsis, sebagai akibat infeksi sistemik- Imunisasi untuk mencegah anthrax didasarkan pada
termasuk meningitis-dan kematian. percobaan klasik Louis Pasteur. Pada tahun 1881 ia
Periode inkubasi anthrax inhaiasi dapat mencapai 6 membuktikan bahwa biakan yang ditumbuhkan dalam
minggu. Manifestasi klinis awal berupa nekrosis agar kaldu (groth) pada suhu 42 0C-52 0C seiama beberapa
hemoragika yang jelas dan edema mediastinum. Nyeri bulan kehilangan banyak daya virulensinya dan dapat
substernal dapat menonjol, dan terdapat pelebaran disuntikkan dalam keadaan hidup ke dalam domba dan
mediastinum yang nyata yang terlihat pada pemeriksaan sapi ianpa menyebabkan penyakit; kemudian, hewan-
sinar-X dada. Efusi pleura hemoragika terjadi setelah hewan tersebut terbukti menjadi imun. Imunitas aktif
pleura terkena; batuk disebabkan oleh efek pada trakea. terhadap anthra-\ dapat diindulai pada hewan yang rentan
Terjadi sepsis, dan dapat terjadi penyebaran hematogen dengan vaksinasi basilus hidup yang dilemahkan, dengan
ke saluran cerna, yang menyebabkan ulserasi usus, atau suspensi spora, atau dengan antigen protektif dari filtrat
ke meningen, menyebabkan meningitis hemoragika. biakan. Hewan-hewan.yang diternak di daerah yang
Angka fatalitas pada anthrax inhalasi tinggi dalam keadaan diketahui sebagai daerah anthrax harus diimunisasi
pa.janan yang diketahui; lebih tinggi bila diagnosis antrax anthrax setiap tahun.
tidak diduga sejak awal. Vaksin anthrax yang tersedia untuk manusia di
Hewan mendapatkan anthrax melalui penelanan spora Amerika Serikat adalah preparat antigen protektif yang
dan penyebaran organisme dari traktus intestinalis. dipresipitasi aluminum hidroksida dari filtrat steril biakan
Keadaan ini jarang pada manusia, dan anthrax strain tak berkapsul yang tidak virulen. Dua inokulasi
gastrointestinal secara ekstrim jarang terjadi. Nyeri vaksin tersebut menghasilkan proteksi yang signifikan
abdomen, muntah, dan diare berdarah adalah tanda-tanda terhadap anthrax inhalasi pada monyet rhesus. Di Rusia,
klinis yang jarang. vaksin berbasis spora hidup yang dilemahkan telah
digunakan secara luas pada manusia dalam berbagai
bidang uji coba yang luas.
Uji Laboratorium Diagnostik
Spesimen yang diperiksa adalah cairan atau pus dari lesi Pengobatan
lokal, darah, dan sputum. Apusan yang diwarnai dari lesi Banyak antibiotik efektif melawan anthrax pada manusia,
lokal atau darah dari hewan yang mati scring memper- tetapi pengobatan harus dimulai sejak awal. Siproflolaasin
lihatkan batang gram positif besar berbentuk rantai. dianjurkan untuk pengobatan anthrax. Banyak antibiotik
Anthrax dapat diidentifikasi dalam apusan yang aktif terhadap B anthracis; penisilin G, bersama
dikeringkan dengan teknik pewarnaan imunofluoresensi. gentamisin atau streptomisin, sebelumnya telah digunakan
Bila ditumbuhkan dalam lempeng agar darah, untuk mengobati anthrax.
organisme menghasilkan koloni nonhemolitik abu-abu Pada keadaan terdapat pajanan potensial terhadap .B
sampai putih dengan tetr<stur kasar dan gambaran 'ground- antl)racis sebagai agen perang biologik, profilaksis dengan
glass". Perutmbuhan keiuar berbentuk koma (Kaput siprofloksasin atau doksisiklin seharusnya dilanjutkan
Medusa) dapat menonjol dari koloni. Pewarnaan Gram selama 4 minggu sementara tiga dosis vaksin diberikan,
memperlihatkan batang gram positif besar. Fermentasi atau selama 8 minggu .iika tidak ada vaksin yang diberikan.
karbohidrat tidak berguna. Pada medium semi-padat, Beberapa basil gram positif lain, seperti B cereus,
basilus anthrax selalu nonmotii, sedangkan organisme resistan terhadap penisilin dengan produlsi B-laktamase.
nonpatogenik terkait (misal nya, B cereus) memperlihatkan Doksisiklin, eritromisin, atau siprofioksasin mungkin
motilitas secara "berkelompok". Biakan anthrax yang alternatif yang efektif terhadap penisilin.
virulen membunuh tikus atau marmut pada injeksi
intraperitoneal. Demonstrasi kapsul memerlukan Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian
pertumbuhan pada medium yang mengandung bikarbonat Tanah terkontaminasi oleh spora anthrax dari kerangka
dalam 5-70/o karbon dioksida. Lisis oleh bakteriofag-y hewan yang mati. Spora tersebut tetap dapat hidup
BASTLUS GRAM POSITIF PEMBENTUK SPORA: SPESIES BASILUS & KLOSTRIDIUM I 2O7

berpuluh-puluh tahun lamanya. Mungkin spora dapat organisme tersebut. Lima spesies basiius (B thuringiensis,
tumbuh dalam tanah pada pH 6,5 dan pada temperatur B popilliae, B sphaericus, B laruae, dan .B lentimorbus)
yang sesuai. Hewan ternak yang terinfeksi melalui bersifat patogen untuk serangga, dan beberapa telah
membran mukosa yang iuka berperan mempertahankan digunakan sebagai insektisida komersial. Gen-gen dari B
terus-menerus rantai infeksi. Kontak dengan hewan yang thuringiensis yang mengode senyawa insektisidal telah
terinfeksi atau dengan kulit, rambut, dan bulunya adalah dimasukkan ke dalam bahan genetik beberapa tanaman
sumber infeksi pada manusia. Tindakan pengendalian komersial. Keadaan tersebut telah meniadi keprihatinan
meliputi (1) membua.ng kerangka hewan dengan sebagian aktivis lingkungan mengenai pengembangan
membakar atau menanamnya dalam lubang kapur, (2) tanaman dan produk makanan secara genetis.
dekontaminasi (biasanya dengan autoklaf) produk-produk
hewan, (3) pakaian dan sarung tangan pelindung untuk
menangani bahan-bahan yang berpotensi terinfeksi, dan
(4) imunisasi aktif hewan peliharaan dengan vaksin hidup
T SPESIES KLOSTRIDIUM
yang dilemahkan. Orang-orang dengan risiko pekerjaan Klostridium adalah batang anaerob, gram positif, besar
ringgi harus diimunisasi. yang motil. Banyak yang melakukan dekomposisi protein
atau membentuk totr<sin, dan beberapa spesies melakukan
keduanya. Habitat alaminya adalah tanah atau saluran
BACILLTIS CERET'I cerna hewan dan manusia, tempat mereka hidup sebagai
Keracunan makanan yang disebabkan oleh Bacillus cereus saprofit. Di antara patogen-patogen tersebut adalah
mempunyai dua jenis berbeda: jenis emetik, disebabkan organisme yang menyebabkan botulisme, tetanus, gangren
oleh nasi goreng, dan jenis diare, disebabkan oleh gas, dan kolitis pseudomembranosa.
hidangan daging dan saus. B cereus menghasilkan toksin
yang menyebabkan penyakit yang lebih berupa intoksikasi Morfologi &_ldentif i kasi
daripada infeksi yang ditularkan melalui makanan. A. CIRI KHAs ORGANISME
Manifestasi jenis emetik berupa mual, muntah, kram
Spora klostridium biasanya lebih lebar daripada diameter
abdomen, dan kadang-kadang diare dan swasirna, dengan
bakteri batang tempat mereka dibentuk. Pada berbagai
pemulihan yang terjadi dalam 24 jam. Gejala-gejala mulai
spesies, spora terletak di tengah, subterminal, atau
l-5 jam setelah makan nasi dan kadang-kadang hidangan
terminal. Kebanyakan spesies klostridium motil dan
pasta. B cereus adalah organisme tanah yang sering
memiliki flagel peritrikosa.
mengontaminasi beras. Bila sejumlah besar beras dimasak
dan dibiarkan dingin secara lambat, spora,B cereus rumbuh
dan sel-sel vegetatif menghasilkan toksin selama
B. BIAKAN

pertumbuhan log-fase atau selama sporulasi. Bentuk diare Klostridium adalah organisme anaerob dan tumbuh dalam
mempunyai periode inkubasi selama l-24 jam dan kondisi anaerob; beberapa spesies aerotoleran dan juga
menimbulkan gejala diare hebat dengan nyeri dan kram akan tumbuh dalam udara ambien. Keadaan biakan
abdomen; demam dan muntah jarang terjadi. Enterotoksin anaerob dibahas dalam Bab 22. Secara umum'
dapat terbentuk sebelumnya (preformed) dalam makanan klostridium tumbuh baik pada medium yang diperkaya
atau dihasilkan dalam usus. Adanya B cereus dalam darah yang digunakan untuk menumbuhkan anaerob dan
spesimen tinja pasien tidak cukup untuk menegakkan pada medium lain yang digunakan untuk membiakkan
diagnosis penyakit B cereus; karena bakteri tersebut organisme anaerob juga.
mungkin terdapat dalam spesimen tinja yang normai;
suatu konsentrasi 105 bakteri atau lebih Per gram makanan C. BENTUK KOLONI
dianggap diagnostik.
Beberapa klostridium menghasiikan koloni menonjol yang
B cereus merupakan penyebab penting infeksi mata,
besar (misalnya, C per/iingen); yang lain menghasilkan
keratitis berat, endoftalmitis, dan panoftalmitis. Secara
koloni yang lebih kecil (misalnya, C tetani). Beberapa
khas, organisme masuk ke dalam mata melalui benda
klostridium membentuk koloni yang menyebar pada
asing aki"bat trauma. B cereus juga disertai dengan infeksi
permukaan agar. Banyak klostridium menghasilkan zona
lokal dan infeksi sistemik, termasuk endokarditis, hemolisis pada agar darah. C perfringens secara khas
meningitis, osteomielitis, dan pneumonia; adanya alat
menghasilkan zona multipel hemolisis di sekitar koloni.
medis atau penggunaan obat intiavena menjadi
predisposisi infeksi-infeksi ini. D. SIFAT PERTUMBUHAN
Spesies basilus lain jarang terdapat pada penyakit
manusia. Sulit membedakan kontaminasi superfisiai oleh Klostridium dapat memfermentasi berbagai gula; banyak
basil dengan penyakit asli yang disebabkan oleh yang dapat m€ncerna protein. Susu diasamkan oleh
208 BAB 12

molekul (BM) 150000 yang dipecah menjadi protein-


protein BM 100000 dan BM 50000 yang dihubungkan
dengan ikatan disulfida. Toksin botulinum diabsorpsi dari
usus dan berikatan dengan reseptor membran prasinaptik
neuron motorik sistem saraf perifer dan nerui raniales.
Proteolisis-oleh rantai ringan toksin botulinum- target
protein SNARE pada neuron menghambat pelepasan
asetilkolin di sinaps sehingga menyebabkan tidak adanya
kontraksi otot dan paralisis. Protein SNARE adaiah
sinaptobrevin, SNAP-25, dan sintaksin. Toksin C
bonlinum jenis A dan E.memecah SNAP-25 dengan berat
molekul 25000. Toksin jenis B memecah sinaptobrevin.
Tolain C botulinum adalah salah satu zat-zat yang paling
toksik: Dosis letal untuk manusia kemungkinan sekitar
1-2 *g.Toksin dihancurkan dengan pemanasan selama
20 menit pada suhu 100 oC.
Gambar 12-2. Pewarnaan Gram pada Klostridium.
Setiap basil Gram positif tampak di sini (lihat panah). Patogenesis
Beberapa basil mempunyai spora terminal (panah
panjang). Meskipun C botulinum jenis A dan B telah terlibat pada
kasus infeksi luka dan botulisme, kebanyakan penyakit
sering bukan merupakan infeksi. Agaknya, keadaan
beberapa spesies dan dicerna oleh yang t"ir a".r mengalami tersebut merupakan intoksikasi yang disebabkan oleh
"stormy
fermentation" (yaitu, bekuan rusak oleh gas) oleh konsumsi makanan yang di dalamnya telah tumbuh C
kelompok ketiga (misalnya, C perfingezr). Berbagai enzim botulinum dan menghasilkan toksin. Organisme tersebut
dihasilkan oleh spesies berbeda (lihat bawah). paling sering terdapat dalam makanan yang banyak
bumbu, diasap, dikemas hampa udara, atau makanan
E. SIFAT ANTIGENIK basa yang dikalengkan dan dimakan tanpa dimasak. Daiam
Klostridium membagi beberapa antigen yang sama retapi makanan seperti ini, spora C botulinum tumbuh; pada
juga memiliki antigen spesifik yang dapar larut yang keadaan anaerob, bentuk vegetatif. tumbuh dan
menghasilkan toksin.
mernungkinkan pengelompokan melalui uji presipitin.
Toksin bekerja dengan menghambat peiepasan
asetilkolin pada sinaps dan neuromuscular junction (lihar
CLOSTRIDIUM BOTULINUM
di atas). Paralisis flasid dapat terjadi. Elektromiogram
C lo s nidium bo tu linum (G ambar 12 -2), yang menyebab kan dan uji kekuatan edrofonium bersifat klas.
botulisme, tersebar di seiuruh dunia; spesies tersebut
ditemukan dalam tanah dan kadang-kadang pada tinja Temuan klinis
hewan.
Gejala-gejala mulai timbul 18-24 jam setelah memakan
Jenis C botulinum dibedakan berdasarkan jenis makanan toksik, dengan munculnya gangguan penglihatan
antigenik toksin yang dihasilkan. Spora organisme ini (inkoordinasi otot mata, penglihatan ganda), ketidak-
sangat resistan terhadap panas, tahan sampai 100 0C
mampuan menelan, dan kesulitan bicara; tanda-tanda
selama beberapa jam. Resistansi panas berkurang pada
paralisis bulbar yang progresif, dari kematian terjadi akibat
pH asam atau konsentrasi garam yang tinggi. paralisis pernapasan atau henti jantung. Gejala-gejala
gastrointestinal tidak selalu menonjol. Tidak ada demam.
Toksin
Pasien tetap sadar sampai segera sebelum terjadi
Selama pertumbuhan C botulinum dan selama autolisis kematian. Angka mortalitas tinggi. Pasien yang pulih tidak
bakteri, toksin dilepaskan ke dalam lingkungan. Dikenal memiiiki antitoksin dalam darah.
tujuh variasi toksin antigenik (A-G). Jenis A, B, dan E Di Amerika Serikat, botulisme bayi sama s€ringnya
(dan kadang-kadang F) merupakan penyebab utama atau lebih sering daripada bentuk klasik botulisme
penyakit pada manusia. Jenis A dan B telah banyak paralitik yang disebabkan oleh termakannya makanan
ditemukan pada berbagai makanan dan jenis E rerutama yang terkontaminasi toksin. Bayi dalam bulan pertama
pada produk ikan. Jenis C menghasilkan limberneck memiliki pola makan yang buruk, keiemahan, dan tanda-
(botulisme) pada burung; jenis D menyebabkan botulisme tanda paralisis ("floppy baby').Botulisme bayi dapat
pada mamalia. Toksin adalah protein dengan berat menjadi satu-satunya penyebab sindrom kematian bayi
BASILUS GRAM POSITIF PEMBENTUK SPORA: SPESIES BASILUS & KLOSTRIDIUM I 2O9

mendadak. C botulinum dan toksin botulinum ditemui<an Toksin botulinum dianggap sebagai agen utama untuk
dalam feses tetapi tidak dalarn serum. Dianggap bahwa bioterorisme dan perang biologi (lihat Bab 48).
spora C botulinum berada dalam makanan bayi,
menyebabkan produksi toksin dalam usus. Madu telah CLOSTRIDIUM TETANI
dilibatkan sebagai sarana yang mungkin bagi spora.
Kebanyakan bayi tersebut sembuh dengan terapi suportif Clostridium tetani, yang menyebabkan tetanus'
saj a.
mempunyai distribusi yang tersebar luas di seluruh dunia
dalam tanah dan feses kuda dan hewan lain. Beberapa
jenis C tetani dapar dibedakan berdasarkan antigen flagelar
Uji Laboratorium Diignostik
spesifik. Semua mempunyai antigen O (somatik) yang
Toksin sering ditemukan daiam serum pasien, dan toksin sama, yang dapat disamarkan, dan s€mua menghasilkan
dapat ditemukan dalam makanan sisa. Tikus yang disuntik jenis antigenik neurotoicsin yang sa.ma, yairu tetanospasmin.
intraperitoneal secara cepat akan mati. Jenis antigenik
toksin diidentifikasi melalui neutralisasi dengan antitol$in Toksin
spesifik pada tikus. C botulinum dapat tumbuh dari sisa
makanan dan diuji apakah menghasilkan toksin, tetapi Sel-sel vegetatif C tetani menghasilkan toksin tetanospasmin
hal ini jarang dilakukan dan signifikansinya masih (BM i50000) yang dipecah oleh protease bakteri menjadi
dipertanyakan. Pada botulisme bayi, C botulinum dan dua peptida (BM 50000 dan 100000) yang dihubungkan
toksin dapat ditemukan di dalam isi usus tetapi tidak oleh ikatan disulfida. Pada awalnya toksin berikatan
dalam serum. Toksin dapat diperlihatkan dengan dengan reseptor pada membran prasinaptik neuron
hemaglutinasi pasif arau radioimmunoassa)/. motorik, kemudian toksin bermigrasi melalui sistem
transpor aksonal retrograd ke badan sel neuron-neuron
ini ke medula spinalis dan batang otak. Toksin berdifusi
Pengobatan ke bagian terminal sel-sel inhibisi, termasuk interneuron
Antitoksin poten terhadap tiga jenis toksin botulinum glisinergik dan neuron penyekresi asam aminobutirat dari
telah disiapkan pada kuda. Karena jenis yang berperan batang otak. Toksin melakukan degradasi sinaptobrevin,
pada masing-masing kasus biasanya tidak diketahui, sebuah protein yang diperlukan untuk menghubungkan
antitoksin trivalen (A, B, E) harus segera diberikan secara vesikel neurotransmiter pada membran prasinaptik.
intravena dengan tindakan pencegahan yang biasa. Pelepasan glisin inhibisi dan asam 1-aminobutirat
Ventilasi adekuat harus dipertahankan dengan respirator dihambat, dan neuron motorik tidak dihambat. Sebagai
mekanis, jika perlu. Tindakan-tindakan tersebut telah akibatnya terjadi hiperefleksi, spasrne otot, dan paralisis
menurunkan angka mortalitas.dari 65Vo sampai 25o/o. spastik. Secara ekstrim sejumlah kecil toksin dapat bersifat
letal bagi manusia.
Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian
Patogenesis
Karena tersebar secara luas dalam tanah, spora C
botulinum sering mengontaminasi sayur-sayuran, buah- C tetani bukan organisme invasif. Infeksi tetap bersifat
buahan, dan bahan-bahan lain. \Wabah hebat berasal dari lokal di daerah jaringan yang mengalami devitalisasi (luka,
restauran disebabkan oleh sautded onion. Bila dikalengkan luka bakar, cedera, sisa umbilikus, jahitan bedah); spora-
atau diawetkan, makanan tersebut harus cukup spora telah masuk ke area tersebut. Volume jaringan yang
dipanaskan untuk memastikan terjadi desuuksi spora atau terinfeksi kecil, dan penyakit hampir seluruhnya
harus dididihkan selama 20 menit sebelum dikonsumsi" toksemia. Germinasi spora dan perkembangan organisme
Peraturan ketat pengalengan komersil telah mengatasi vegetatif yang menghasilkan toksin ditambahkan oleh (1)
secara luas bahaya tersebarnya wabah, namun demikian
jaringan nekrotik, (2) garam i<alsium, dan (3) infeksi
makanan siap saji komersil telah menyebabkan kematian. piogenik yang terkait, semua membantu timbulnya
Faktor risiko utama botulisme terletak pada makanan potensial oksidasi-reduksi yang rendah.
rumah yang dikalengkan untuk dikonsumsi, terutama Toksin yang dilepaskan dari sel-sel vegetatif mencapai
kacang panjang/buncis, jagung, lada, buah zaitun, kacang sistem saraf pusat dan secara cepat menempel pada
polong, dan ikan yang diasap atau ikan segar yang dikemas reseptor di medula spinalis dan batang otak, kemudian
hampa udara dalam kantong plastik. Makanan toksik melakukan aksinya seperti yang dijeiaskan di atas.
dapat busuk dan tengik, dan kaleng dapat "mengembang',
atau tampak rusak. Risiko akibat makanan rumah yang Temuan klinis
dikalengkan dapat dikurangi jika makanan dimasak lebih Periode inkubasi dapat berkisar dari 4-5 hari sampai
dart 20 menit sebelum dikonsumsi. Toksoid digunakan beberapa minggu. Penyakit ditandai dengan kontraksi
untuk imunisasi aktif ternak di Afrika Selatan. tonik otot voluntar. Spasme otot pertama kali sering
210 BAB 12

mengenai area cedera dan infeksi dan kemudian otot Bila individu yang sebelumnya telah diimunrsasr
rahang (trismus, lochjaw), yang berkontraksi sedemikian mendapatkan luka yang secara potensial berbahaya, dosis
rupa sehingga mulut tidak dapat dibuka. Secara bertahap, tambahan toksin harus disuntikkan untuk merangsang
otot voluntar lain terkena, menyebabkan spasme tonik. ulang produksi antitoksin. Suntikan toksoid "recalf'
Setiap rangsang eksterna dapat mencetuskan spasme otot tersebut dapat disertai pemberian dosis antitoksin jika
t€tanik generalisata. Pasien sadar penuh, dan nyeri dapat pasien belum menerima imunisasi baru-baru ini a,tau
hebat. Kematian biasanya disebabkan oleh gangguan booster atau jika riwayat imunisasi tidak diketahui.
mekanis respirasi. Angka mortalitas pada tetanus
generalisata sangat tinggi Pengendalian
Tetanus adalah penyakit yang dapat dicegah. imunisasi
Diagnosis
aktif universal dengan toksoid tetanus harus diwajibkan.
Diagnosis bersandar pada gambaran klinis dan riwayat Toksoid tetanus dihasilkan dengan mendetoksifikasi
cedera, meskipun hanya 500/o pasien tetanus yang toksin dengan formalin kemudian mengons€ntrasikannya.
menderita cedera mencari pertolorrgan medis. Diagnosis Digunakan toksoid yang diadsorpsi garam-aluminum.
banding primer retanus adalah keracunan striknin. Biakan Imunisasi awal diberikan dalam tiga suntikan, diikuti
anaerob jaringan dari luka yang terkontaminasi dapat dosis lain sekitar I tahun kemudian. Imunisasi awal harus
menghasilkan C tetani, tetapi pencegahan maupun diberikan pada semua anak selama tahun pertama
penggunaan terapeutik antitoksin seharusnya tidak kehidupannya. Injeksi "booster" toksoid diberikan pada
ditunda untuk menunggu terjadinya hai tersebut. Bukti saat masuk sekolah. Setelah itu, "boostei' dapat bertahan
isolasi C tetani harus bergantung pada produksi toksin selama 10 tahun untuk mempertahankan kadar serum
dan neutralisasinya oleh antitoksin spesifik. lebih dari 0,01 unit antitoksin per mililiter. Pada anak
kecil, toksoid tetanus sering dikombinasi dengan toksoid
Pencegahan & Pengobatan difteri dan vaksin pertusis.
Tindakan pengendalian tidak mungkin dilakukan
Hasil pengobatan tetanus tidaklah memuaskan. Oleh
karena penyebaran organisme yang luas dalam tanah dan
karena itu, pencegahan sangat penting. Pencegahan
daya hidup sporanya yang panjang.
tetanus bergantung pada (1) imunisasi aktif dengan
toksoid; (2) perawatan secara tepat luka yang ter-
kontaminasi dengan tanah, dll; (3) penggunaan profilaktik KLOSTRIDIUM YANG MENIMBULKAN
antitoksin; dan (4) pemberian penisilin. INFEKSI INVASIF
Pemberian intramuskular sebanyak 250-500 unit
Banyak jenis klostridium yang menghasilkan toksin
antitol$in manusia (imunoglobulin tetanus) memberikan (C los tridium p erfingens dan klostridium terkait) (Gambar
proteksi sistemik yang adekuat (0,01 unit atau lebih per
l2-3) dapar menyebabkan infeksi invasif .(termasuk
mililiter serum) selama 2-4 minggu. Antitoksin r€rsebut
mionekrosis dan gangren ga$ jika dimasukkan ke daiam
menetralisir toksin yang tidak terikat pada jaringan saraf.
jaringan yang rusak. Sekitar 30 spesies klostridium dapat
Imunisasi aktif dengan toksoid tetanus harus menyertai
menimbulkan efek tersebut, tetapi yang paling sering pada
profi laksis antitoksin.
penyakit invasif adalah Clostridium perfringens (9OVo1.
Pasien yang mengalami gejala-gejala tetanus harus
Enterotoksin C perfringens adalah penyebab sering
menerima relaksan otot, sedasi, dan bantuan ventilasi.
keracunan makanan.
Kadang-kadang pasien diberikan antitoksin dalam dosis
besar (3000-i0.000 unit imunoglobulin tetanus) melalui
Toksin
intravena dalam usaha menetralisir toksin yang belum
berikatan dengan jaringan saraf. Namun, efikasi Klostridium invasif menghasilkan berbagai toksin dan
antitoksin untuk pengobatan masih diragukan kecuali enzim yang menyebabkan penyebaran infeksi. Banyak
pada tetanus neonatus, yang mungkin dapat menye- toksin ini mempunyai sifat hemolitik, nekrotikan, dan
lamatkan hidup. letal. Pada beberapa kasus, ini adalah perbedaan sifat
Debridemen bedah sangat penting karena mengangkat suatu zat; pada keadaan lain hal ini karena disebabkan
jaringan nekrotik yang penting untuk proliferasi oleh entitas bahan kimia yang berbeda. Toksin alfa C
organisme. Oksigen hiperbarik tidak terbukti efektif. perfringens jenis A adalah lesitinase, dan kerja letalnya
Penisilin secara kuat menghambat pertumbuhan C sebanding de ngan kecepatannya memecah lesitin
tetani dan menghentikan produksi toksin lanjutan, (kandungan membran sel yang penting) menjadi
Antibiotik juga dapat mengontrol infeksi piogenik yang fosforilkolin dan digliserida. Toksin theta.mempunyai efek
menyertai. hemolitik dan nekrotikan yang sama tetapi bukan
merupakan suatu lesitinase. DNase dan hialuronidase,
BASILUS GRAM POSITIF PEMBENTUK SPORA: SPESIES BASILUS & KLOSTRIDIUM / 211

!h
memudahkan penyebaran infeksi. Nekrosis jaringan
E meluas, memberikan kesempatan untuk meningkatnya
il: i:ll ia,' :,1 pertumbuhan bakteri, anemia hemolitik, dan akhirnya
r,ll:ill:ii'rii l
roksemia berar .lan kematian.
':,.,:.r.: ,,
Pada gangren gas (mionekrosis oleh kiostridium),
an
J penyebabnya adalah infeksi campuran. Selain klostridium
toksigenik, klostridium proteolitik dan berbagai organisme
kokus serta gram negatif juga ada. C oerfringens terdapat
; dalam saluran genital 57o perempuan. Sebelum legalisasi
..,].,i&11." abortus di Amerika Serikat, infeksi uterus akibat
klostridium terjadi setelah abortus instrumentai.
Bakteremia klostridium merupakan kejadian yang sering
pada pasien neoplasma. Di Papua Nr-rgini, C perilingens
k tipe C rner.ryebabkar-r enteritis nekrotikan (pigbel yang
i.... sangat l;tal pada anak-anak. Imunisasi dengan toksoid
tipe C tampaknya dapat bermanfaat sebagai pencegahan.

{b.: Temuan Klinis


Dari lul<a yang terkontaminasi (misalr.rya, compound
fracture, uterus pascapartum), infeksi menyebar dalam
1-3 hari untuk menimbuikan krepitasi di jaringan
subkutan dan otot, sekret yang berbau busuk, nekrosis
Gambar 72-3" Basil gangren gas. C perf ringens secara yang progresif secara cepat, demam, hemolisis, toksemia,
khas tidak membentuk spora bila tumbuh dalam medium syok, dan kematian. Pengobatan adalah dengan
laboratorium. pembedahan dini (amputasi) dan pemberian antibiotik.
Sampai dite mukannya terapi spesi{ik,. ampr-rtasi dini
ad:rlair satu-satunya pengobatan. Kadang-kadang, inf'eksi
suatu kolagenase yang mencerna kolagen jaringan hanya menyebabkan {hsiiti.s anaerob atau sclulitis.
subkutan dan otot, juga dihasilkan. Keracunan makanan oleh C petfringezs biasanya terjadi
Beberapa strain C perfingens menghxilkan enterotoksin setelah makan banyak klostridium yang telah tumbuh
yang kuat, rerutama bila tumbuh dalam hidangan daging. dalam hiclangan daging yang dihangatkan. Toksin dibentuk
Bila lebih dari 103 sel-sel vegetatif tertelan dan melakukan ketika organisme melakukan sporulasi dalam usus, dengan
sporulasi dalam usus, enterotoksin terbentuk. Enterotoksin awitan diare-biasanya tanpa muntah atau demam-
adalah suatu protein (BM 35000) yang mungkin dalarn 6-18 jarn. Penyakit hanya bcrlangsung 1-2 hari.
merupakan komponen selubung spora nonesensial; hal
tersebut berbeda dari toksir.r klostridium lain. Toksin Uji Laboratorium Diagnostik
tersebut menyebabkan diare hebat dalam 6-18 jam. Kerja
Spesimen terdiri dari bahan-bahan dari luka, pus, jaringan
enterotoksin C pe(ringens antara lain berupa hipersekresi
Adanya batang gram positifyang besar dalam apusan yang
yang nyata dalam jejunum dan ileum, disertai hilangnya
diwarnai Gram menunjukkan klostridiurn gangren gas;
cairan dan elektrolit saat diare. Gejala yang kurang lebih
spora tidak seialu ditemukan.
sering berupa mual, muntah, dan demam. Penyakit
Bahan diinokulasikan ke dirlam meciium glukosa-
tersebut sama seperti yang disebabkan oleh B cereus dan
daging cincang dan medir-rm tioglikolat dan ke dalam
cenderung srvasirna.
lempeng agar darah yang diinkubasi secara anaerob.
Pertumbuhan dari salah satu medium dipindahkan ke
Patogenesis dalanr susu. Bekuan yang rusak oleh gas dalam 21+ jam
Pada infelai klosridium invasif, spora mencapai jaringan menunjukkan C perfringens. Jika biakan murni telah
melalui kontaminasi area-area yang mengalami trauma diperoleh dengan cara memilih koloni dari lempeng darah
(tanah, feses) atau ciari salurar-r cerna. Spora tumbuh pada vang diinkubasi secara anaerob, biakan tersebut
keadaan potensial oksidasi-reduksi rendah; sel-sel diidentifikasi melalui reaksi biokimia (berbagai gula dalam
veg€tati f berrr'-ultipli kasi, memfertnentas i karbohidrat tioglikolat, kerja pada susu), hemolisis' dan pembentukan
yang terdapat dalam jaringan, dan menghasilkan gas. koloni. Aktivitas lesitinase dievaluasi melaiui presipitat
Distensi jaringan dan gangguan asupan darah, bersamaan yang terbentuk di sekitar koloni pada medium kuning
dengan sekresi toksin nekrotikan dan hialuror-ridase, telur. Identifikasi akhir bergantung pada produksi toksin
212 BAB 12

dan neutralisasi oleh antitoksin spesifik. C perfringens Pemberian antibiotik menyebabkan proliferasi C
jarang menghasilkan spora biia dibiakkan pada agar di dfficile resistan obat yang menghasilkan dua toksin. Toksin
laboratorium. A, suatu enterotoksin pote n yang juga men.rpunyai
beberapa aktivitas sitotoksik, terikat pada membran brush
Pengobatan bord.er usus di tempat reseptor. Toksin B adalah sitotoksin
poten. Kedua toksin ditemukan dalam tinja penderita
Aspek paling penting dalam pengobatan adalah
kolitis pseudomembran. Tidak semua strain C dfficile
debridemen bedah yang tepat dan ekstensif di daerah
menghasilkan toksin, dan gen tox rampaknya tidak terbawa
yang terkena dan eksisi semua jaringan yang mengalami
pada plasmid atau faga.
devitalisasi, yang merupakan tempat organisme rumbuh
secara mudah. Pemberian obat antimikroba, terutama
Diare yang Disebabkan oleh Antibiotik
penisilin, dimulai pada waktu yang sama. Oksigen
hiperbarik dapat membantu dalam penanganan medis Pemberian antibiotik sering menyebabkan diare bentuk
infeksi jaringan oleh klostridium. Dianjurkan untuk ringan sampai sedang, yang disebur diare yang disebabkan
"mendetoksifikasi" pasien secara cepar. oleh antibiotik. Penyakit tersebut secara umum Lebih
Antitoksin tersedia untuk melar.van roksin C ringan dibandingkan bentuk klasik kolitis pseudomembran.
perfringens, Clostridittm nouyi, Clostidium h istolyticum, Sebanyak 250lo kasus diare akibat antibiotik dapat
dan Clostridium septicum, biasanya dalam bentuk disebabkan oleh C difl)cile.
imunoglobulin yang terkonsenrrasi. Antitolain polivalen
(mengandung antibodi terhadap beberapa toksin) telah
digunakan. Meskipun antitoksin seperri ini kadang-
kadang diberikan pada individu dengan luka terkontaminasi
yang mengandung banyak jaringan yang mengalami
devitalisasi, tidak ada bukti kemanjurannya. Keracunan
makanan yang disebabkan oleh enterotoksin C perfringens
hanya memerlukan perawatan simtomarik.

Pencegahan & Pengendalian


.*l
Pembersihan luka yang terkontaminasi serta debridemen
bedah secara adekuat dan dini, bersamaan dengan
..

pemberian obat antimikroba yang ditujukan unruk


melawan klostridium (misalnya, penisilin), merupakan
tindakan pencegahan paling baik yang tersedia. Antitoksin
sebaiknya tidak diandalkan. Meskipun toksoid untuk
imunisasi aktif telah disiapkan, namun tidak digunakan
dalam praktik.

CLOSTRIDIUM DIFFICILE
& PENYAKIT DIARE
Kolitis Pseudomembran
Kolitis pseudomembran didiagnosis dengan deteksi satu
atau kedua toksin C dfficile dalam tinja dan melalui
observasi endoskopik adanya pseudomembran atau
mikroabses pada pasien yang menderita diare dan teiah
diberikan andbiotik. Plak dan mikroabses dapat terbatas
pada satu area di usus. Diare dapat berair atau berdarah,
dan pasien sering mengalami kram abdomen, leukositosis,
dan demam. Meskipun banyak antibiotik yang
dihubungkan dengan kolitis pseudomembran, namun
paling sering adalah ampisiiin dan klindamisin. Penyakit
diobati dengan menghentikan pemberian antibiotik yang
mengganggu dan memberikan metronidazol atau
vankomisin secara oral.
BASILUS GRAM POSITIF PEMBENTUK SPORA: SPESIES BAS|LUS & KLOSTRIDIUM t 213

,t. "

9., 'Pernyataan mana'di. bawah ini mengenai tetanus


tr hemdglobjn bebas. Mikroorganisme mana yang i' dan toksoid tetanus yang benar?
*&!e merupakair penye.bab^paling mungkin in{eksi ini? -
{A} Toksin itetanur r*rinrnrt't ;b;;;"
'' .- in)., cloitridium tetaii
fl* r,-(B) lmunisasi toksoid tetanus mempunyai anjka"'
* ;'
;., {BI" : Slaphylococcus aureus ',:, kegagalan 10Yr
t' (C)
I. {scherichia cotr
lL) tscnertcnta coli ''l ,
::lr
,' {C} Angka mortali^!qstetanus generalisata adalah
(Dj Bacillus anthracis ;
:
^.1
' i
i <1o/o ,r,i,. .t
&. Gi {stii,nn'i pe*iriins,inj
.-,
'
].(D)Pengli|ratangandaseringnie.njadiianda
pertama tetanus ...
,1;i4 , Untuk pasien yani'diuraikanrpada pertanyaan 3,
'$'di.atas,,"apa
yang mringkin menyebabkan hemolisisli
($ Faktor eoema . . t$slt bbB$,it#.nFRffi
ii'tiifihjb;t itl|riti;:ti
$sin3e {.d..,+-
.
(B) Tetan0spasmin '
-. . ":j

i,, . (C) Lesitinase ,, 6l tahun


i0. Seorang laki-laki berusii menjalani
|a-enia n:'j
- ,l .
.
:, pembedahan untuk divertikulum kolon sigmoideum
Sr (D).:Stieptolisin
: . .;1r1' rokiin e O :
yang ruptur {engan abses-.,Perbaikan
abses- Perbaikan sudah
sudah l

, + ',:. dilakukan dan 'abses didrainase.'la diobati dengan


gentamisin intravena.dan ampisilin Sepuluh harJ
5. (eriode inkubasi yang dilaporkan untuk anthrax
ihhalasi dapat mencapai liradu*i$tirgbn.:4'.ii'$ i Eeffin retuti.id;? iij r'
tA) Dua hari - I
:
:i:,$ iitisakit,
' pu5ie4 rnend€i,
#d l alte, Cema.:m;lannyeri
1' (B) Sepuluh hari
.
abdomen yang disertai kram la mengalami diare
' yang sering. Pemeriksaan darah samar tinja positif
r ici
(D)
riia minssu -
-dan terdapat sel-sel polimorfonuklear. Pada
;

Enam minggu
(E) lnam .b.ulan .sigmoidoskopi mukosa eritem dan tampak
ti" meradang, dan terdapat banyak plak menonjol
r'5.,.Makanan yang sering dihubungkan dengan
' ' berwarna putih sampai kekuningarr berdiameter
,
,lkeracunan makanan oleh Baciilus iereus adalah 4-8 mm. Mana di antara Ueiikut yang paling
;, (A) t'tiii goreng
r iei mungkin menjadi penyebab masalah pasign.
. renta"ng bJtar tersebut ? r ..

tl (C) ;Beras yang dikukus fanas


' - ,
(.4) Enterotoksin Staphytococcus aurqus
;{D) eunCis' hi;au. .
';;;" ''"' (B) Toksin Bacilius cereus
"iii, (C) Toksin C/osfridium difficile .;: , , ''
r-1 roks1nl letanus (t"tunoii;.r*inj: r*ngalami difusi
(D), Toksin Clostridium perfringens ;-
(E) €scherichia cali enteiohemoragika
ke ujung sel-sel inhibisi di medula spinalis dan
.'. batang o-tak sertb menyekat salah satu di bawah
'"
ini;. , 1. C 6.A
i'ti r"l.ousan asetitkolin
2. A 7.C r , .;j";i
"i (B) Pemecahan protein SNARE
{C) Pelepasan glisin inhibisi dan asam y-aminobutirat 3.:E S.D
4, C
:

I 5(D) rPelepasan Arytigen protektif '


$.E
Alctivasi asuiitiiottn esterase
5; D 10,C
L]'(e) !r
,*. Sgor"ng laki-laki berrsia qS tahun ybng berimigrasi .'I War":,ty-.M).2',.1i2.ktu "%:- " ,2ffi-.ffiffi z
r K'e Amerika Serikat 5 tahun lalu mengalami luka
i) tusuk d! bagian bawah tuhgkai kanannya ketika
I ,* terk€na kayu kecii dari mesin pemotong rumputnya

KEPUSTAKAAN
Allen SDS, Emery CL, Lyerly DX{; CLostndiun. In: Manua.l oi Clinical
MicrobioLogv,8lh ed. &lurray PR et ai (editors). ASM Press, 2003.
Dixon TC et al: Arthrax. N Engl J X{ed 1999;341:815.
Drobniewski FA: Bacillus cerezs and relatcd species. Clin Microbioi Rev
1993;6:324.
Logan NA, Turnbull PCB: Bacillus and other aerobic endospore-forming
bacteria. In: Martual of Clinical Microbiology, 8th ed. Murray PR et
al (editors). ASI{ Press. 2003.
Shapiro RL et al: tsotulisn in the Unitcd States; a clinical and epidemiologic
revrcw. Anrr Intenr Mcd 1998;129:22 l.
Thielman NM: ,Antibiotic-associated colitis. In: Mnndel| Douglas, and
Bennc.tt's Principles und Practice of hfectiaus Diseoses. 5th ed. N{mdell
GL, llennett JE, Dolin R (edilors). Churchill Livingstone, 2000.
Basil Gram Positif Tidak
Membentuk Spora:
Carynebacteriu m ,
Prapioni bacteri u m, Listeri a,
E rysi pe I oth ri x, Acti n o mycetes,

& Patogen Terkait

Basil gram positif yang tidak membentuk spora merupakan secara medisdicantumkan dalam Thbel 13-1 dan meliputi
kelompok berbeda dari bakteri. Banyak anggota genus beberapa genus pembentuk spora dan anaerob. Bakteri
Corynebacteriurn dan ekuivalen anerobnya yaitu spesies anaerob dibahas secara singkat dalam bab ini dan Ba6 22.
propionibakteriurn, adalah anggota flora normal kulit dan Tidak ada metode penyatLr untuk identifikasi basil
membran mukosa manusia. Corynebacterium lain gram positif. Beberapa iaboratorium dilengkapi dengan
ditemukan pada hewan dan tanaman. Corynebacterium peralatan untuk mengukur isi guanosin dan sitosin.
diphtheriae adalah anggota kelompok basil tersebut yang Pertumbuhan yang hanya dapat berlangsung pada keadaan
paling penting, karena dapat menghasilkan eksotoksin anaerob menunjukkan bahwa i'solat tersebut bersifat
kuat yang menyebabkan difteri pada manusia. Listeria anaerob, tetapi banyak isolat laktobasilus, spesies
m o n o qt t0 ge n e s dan E ry s ip e lo t h r ix r h
e ter utama u s i op a t/t i a aktinomises, dan propionibakterium dan lain-lain bersifat
ditemukan pada hewan dan kadang-kadang menyebabkan aerotoleran. Kebanyakan isolat spesies mikobakterium
penyakit yang berat pada manusia. yang tumbuh cepat dan nokardia serta spesies rhodococctts
Spesies corynebacteriun dan bakteri terkait cenderung bersifat tahan asam, dan karena itu, dapat dibedakan
berbentuk tidak teratur dan seperti gada; meskipun tidak dari bakteri korineformis. Banyak (tetapi tidak semua)
semua isolat mempunyai bentuk tidak beraturan, namun genus basilus dan klostridium menghasilkan spora, dan
istilah "bakteri korineformis" merupakan istilah yang adanya spora dapat membedakan isolat dari bakteri
cocok untuk menunjukkan kelompok spesies tersebut' korineformis; namun, Clostridium perfringens dan
Bakteri-bakteri tersebut mempunyai kandungan sitosin klostridium filamentosa lain secara umum tidak
dan guanosin yang tinggi dan mencakup genus menghasilkan spora pada medium laboratorium' Untuk
Corynebacterium, Arcano bacterium, Breuibacteri u m, menentukan bahwa isolat adalah suatu laktobasilus (atau
Mycobacterium, dan lain-lain (Tabel ta-t). Aktinomises propionibakterium), mungkin diperlukan kromatografi
dan propionibakterium digolongkan sebagai anaerob' gas-cair untuk mengukur produk metabolik asam laktat
tetapi beberapa isolat tumbuh baik dalam suasana aerob ("r"r., propionat), tetapi secara umum tidak praktis.
"."-yang digunakan untuk membantu identifikasi
Uji iain
(aerotoleran) dan harus dibedakan dengan bakteri
korineformis aerobik. Basil gram positif yang tidak isolat basil gram positif yang tidak membentuk spora
member.rtuk spora lain mempunyai bentuk yang lebih sebagai anggota suatu genus atau spes.ies antara lain
teratur dan kandungan guanosin serta sitosin yang lebih adalah produksi katalase, produksi indol, reduksi nitrat,
sedikit. Genus met.rcakup listeria dan erysipelothrix; dan fermentasi karbohidrat.
bakteri-bakteri tersebut lebih berhubungan erat dengan
spesies laktobasilus anaerob, yang kadang-kadang tumbuh CORYNEBACTERI UM DIPHTHERIAE
baik di udara, dengan basil pembentuk spora dan spesies
ldostridium-dan dengan kokus gram positif pada spesies
Morfologi & ldentifikasi
stafilokokus dan streptokokus-daripada dengan bakteri Corynebacterium memilikt diameter 0,5-1 pm dan panjang
korineformis. Genus-genus basil gram positif yang penting beberapa mikrometer. Corynebacterium l'tersifar khas

214
BASIL GRAM POSITIF TIDAK MEMBENTUK SPORA 215

label 13-1 . Beberapa basil gram positif yang sering ditemukan dan penting secara medis

'.:l:
r,:,,',t,:t.'ri].:'rtrg'iiil, Gtarh, positif Aerob Dengan .qs1.r'G, i.:c
y::;;',t:;:,')',,):,11ilry1h-l:1t",:Y!t-"!i-\3,31":--
Genus Genus
Lazi m Lazim
Corynebacterium Listeria
Tidak lazim Erysipe lothrix
Arcanobacterium Gardnerella
Rhodococcus Anaerob aerotoleran/jelas anaerob
Rothia La ktobasi usI

Banyak genus lain pada kulit dan flora lingkungan Klostridium (pembentuk spora) (Bab 12)
Anaerob aerotoleran Aerob
Aktinom ises Basilus (pembentuk spora) (Bab 12)
Propion ibakterium

Patogen utama: Corynebacterium diphtheriae Patogen umum


Li ste r a mon acytoge nes
i

lsolat genus Corynebacterium yaiig sering ditemukan E rysi pe I oth rix rhusiopath ia e
atau secara klinis penting
C amycolatum
C minutissimum
C jeikeium
C pse u d od i phthe r iti cu m
C striatum
C urealyticum
C xerosis
G + C = basa guanin ditambah sitosin
lBakteri korineformis yang secara medis penting

dengan memiiiki pembengkakan yang tidak teratur pada tampak sejajar atau saling membentuk sudut satu dengan
satu ujungnya sehingga memberi gambaran "bentuk gada" yang lain. Percabangan yang sebenarnya jarang terlihat
(Gambar i3-1). Granul tersebar secara tidak teratur dalam pada biakan.
batang (sering dekat kurub) dan dapat diwarnai dengan Pada agar darah, koloni C diphtheriae berbentuk kecil,
bahan celupan aniiin (granula metakromatik) yang granular, dan berwarna abr-r-abu, dengan tepi tidak
memberikan gambaran manik-manik pada batang. Setiap beraturan, dan mungkin memiliki zona hemolisis kecil.
Corynebacterium pada apusan yang diwarnai cenderung Pada agar yang mengandung kalium telurit, koloni
berwarna coklat sampai hitam dengan daerah halo
berrvarna cokiat-hitam karena telurit direduksi secara
intraseluler (stafilokokus dan streptokokus juga dapat
menghasilkan koloni hitam). Empat biotipe C diphtheriae
teiah dikenal secara luas: gravis, mitis, intermedius, dan
belfanti. Varian-varian tersebut telah digolongkan
berdasarkan ciri khas pertumbuhan seperti morfologi
koloni, reaksi biokimia, dan keparahan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi. Sangat sedikit laboratorium
rujukan yang memberikan karakterisasi biotipe; insiden
difteri sangat berkurang dan hubungan keparahan
penyakit dengan biovarian tidak penting bagi penanganan
kesehatan klinis atau masyarakat terhadap kasus atau
keadaan wabah. Jika diperlukan, pada keadaan wabah,
imunokimia dan metode molekular dapat digunakan
untuk menentukan isolat C diphtheriae.
Gambar 13-1. Corynebacterium diphtheriae dari medium C diphtheriae dan Corynebacterium lain tumbuh secara
Pai dan diwarnai dengan biru metilen. Panah menun- aerob pada kebanyakan medium laboratorium yang biasa.
jukkan ujung yang seperti gada pada beberapa bakteri. Propionibakterium adalah bakteri anaerob. Pada medium
216 BAB 13

serum Loeffler, Corlnebacterium tumbuh lebih baik menyebabkan efek-efek nekrotikans dan neurotoksik
daripada organisme pernapasan lain, dan morfologi toksin difteri. Eksotoksin dengan cara kerja yang sama
organisme tersebut terlihat khas pada apusan. dapat dihasiikan oleh suain Pseudomonas aeruginosa.
. Coryne bacterium cenderung pleomorfik pada
morfologi mikroskopik dan kolonial. Bila beberapa Patologi
organisme difteri nontoksigenik terinfeksi bakteriofag
Toksin difteri diabsorpsi ke dalam membran mukosa dan
basii difteri toi<sigenik tertentu, keturunan bakreri yang
menyebabkan destruksi epitel dan respons radang
terpajan bersifat lisogenik dan toksigenik, dan ciri ini
superfisial. E,pitel nekrotik melekat pada fibrin yang
kemudian bersifat herbditer. Bila secara seri disubkultur
menonjol dan sel-sel darah merah serta Putih, sehingga
pada antiserum spesifik terhadap faga temperate yang
terbentuk "pseudomembran" keabuan-seringnya pada
dibawanya, basil difteri toksigenik cenderung menjadi
tonsil, faring, atau laring. Setiap usaha untuk mengangkat
tidak toksigenik. Oleh karena itu, akuisisi faga pseudomembran akan rnembuka dan merobek kapiler
menyebabkan toksigenisitas (konversi lisogenik). Produlai
sehingga menyebabkan timbulnya perdarahan. Keienjar
toksin sebenarnya mungkin hanya terjadi bila profaga
getah bening regional di leher membesar, dan terdapat
lisogenik C diphtheriae menjadi terinduksi dan melisiskan
edema yang jelas di seluruh leher. Basil difteri di dalam
sel. Toksigenisitas dikendalikan gen faga, sedangkan
membran terus menghasilkan toksin secara aktiL Tolain
invasivitas dikendalikan gen bakteri
diabsorpsi dan menyebabkan kerusakan toksik di tempat
yang jauh, terutama degenerasi parenkimatosa, infiltrasi
Patogenesis lemak, dan nekrosis pada otot jantung, hati, ginjal, dan
Patogen utama manusia pada kelompok ini adalah C adrenal, kadang-kadang disertai perdarahan makroskopis.
diphtheriae. Di alam, C diphtheriae terdapat dalam saluran Toksin juga menyebabkan kerusakan saraf, sering
pernapasan, luka, atau kulit orang yang terinfeksi arau mengakibatkan paralisis palatum molie, otot mata, atau
carrier normai. Organisme tersebut menyebar melalui ekstremi tas.
droplet atau melalui kontak dengan orang yang rentan; Difteri kulit atau luka terutama terjadi di negara tropis.
basil kemudian tumbuh di membran mukosa atau pada Membran dapat terbentuk pada luka terinfeksi yang gagai
abrasi kulit, dan basil yang toksigenenik mulai sembuh. Namun, absorpsi toksin biasanya ringan dan
menghasilkan toksin. efek sistemik dapat diabaikan. Sejumlah.kecil toksin yang
Semua C diphtheriae toksigenik mampu menguraikan diabsorpsi selama infeksi kulit mencetuskan timbulnya
eksotoksin yang menimbulkan penyakit yang sama. antibodi antitoksin. "Virulensi" basil difteri disebabkan
Produksi in vitro toksin ini sangat bergantung pada oleh kapasitasnya dalam menyebabkan infe ksi,
konsentrasi besi. Produksi tolsin bersifat optimal pada pertumbuhannya yang cepat, dan kemudian dengan cepat
0,14 pg besi per mililiter medium tetapi sebenarnya menguraikan toksin yang diabsorpsi secara efektif. C
mengaiami supresi pada 0,5 pm/ml. Faktor-faktor lain diphtheriae tidak perlu bersifat toksigenik untuk
yang memengaruhi hasil toksin lz uitro adalah tekanan menyebabkan infeksi lokal*-misainya, di nasofaring atau
osmotik, konsentrasi asam amino, pH, dan tersedianya kulit-tetapi strain nontoksigenik tidak menimbulkan efek
sumber nitrogen dan karbon yang sesuai. Faktor-faktor tolaik lokal atau sistemik. C diphtheriae tidak menginvasi
yang mengontrol produksi toksin iz uiuo belum dipaharni secara aktif jaringan profunda dan hampir tidak pernah
dengan baik. masuk ke dalam aliran darah.
Toksin difteri adalah suatu polipeptida yang labil
terhadap panas (BM 62000) yang dapat bersifat letal pada Temuan Klinis
dosis 0,1 pglkg. Jika ikatan disulfida dipecah, molekui Bila radang difteri mulai terjadi di saiuran pernaPasan'
dapat dibagi menjadi dua fragmen. Fragmen B (BM = biasanya timbul nyeri tenggorok dan demam. Kelemahan
38000) tidak mempunyai aktivitas bebas tetapi diperlukan dan dispnea segera terjadi karena obstruksi yang
untuk transpor fragmen A ke dalam sel. Fragmen A disebabkan oleh membran. Obstruksi tersebut bahkan
menghambat pemanjangan rantai polipepida-6.-6u", dapat menyebabkan rasa tercekik jika tidak segera
nikotinamid adenin dinukleotida (NAD) ada-dengan dihilangkan dengan intubasi atau trakeostomi.
menginaktivasi fakror elongasi EF-2. Faktor ini diperlukan Ketidakteraturan irama jantung menunjukkan kerusakan
untuk translokasi RNA transfer polipeptidil dari akseptor jantung. Kemudian, dapat terjadi gangguan pada mata,
ke tempat donor pada ribosom eukariotik. Fragmen A kesulitan bicara, menelan, atau menggerakkan lengan atau
toksik menginaktifkan EF-2 dengan mengataiisis reaksi tungkai. Semua manifestasi tersebut cenderung
yang menghasilkan nikotinamid bebas ditambah menghilang secara spontan.
kompleks adenosin difosfat-ribosa-EF-2 inaktiL Ada Secara umum, uar grauis cenderung menyebabkan
anggapan bahwa sintesis protein yang berhenti mendadak penyakit yang lebih berat daripada uar mitis, terapi
BASIL GRAM POSITIF TIDAK MEMBENTUK SPORA / 217

penyakit yang sama dapat ditimbulkan oleh semua jenis sedangkan yang tidak dilindungi mati, isolat dianggap
(varian). bersifat toksigenik. Uji ini sebagian besar telah digantikan
oleh teknologi yang lebih baru/modern.
Uji. Laboratorium Diagnostik
Resistansi & lmunitas
Uji laboratorium ini berfungsi untuk menegakkan kesan
klinis dan signifikansi epidemiologi. Catatan: Pengobatan Karena difteri secara prinsip disebabkan oleh kerja toksin
spesifik jangan pernah ditunda untuk laporan laboratorium yang dibentuk oleh organisme bukan karena invasi oleh
jika gambaran klinis secara kuat menunjukkan difteri. organisme, resistansi terhadap penyakit sebagian besar
Apusan dari hidung, tenggorok, atau lesi lain yang bergantung pada tersedianya antitoksin penetral spesifik
dicurigai harus diperoleh sebelum obat-obat antimikroba dalam aliran darah dan jaringan. Secara umum, benar
diberikan. Apusan diwarnai dengan metilen biru alkali bahwa difteri hanya terjadi pada orang yang ddak memiliki
atau pewarnaan Gram yang memperlihatkan batang- antitoksin (atau kurang dari 0,01 Lf unit/ml). Penilaian
batang bermanik dalam susunan yang khas. imunitas terhadap toksin difteri untuk seorang pasien
Inokulasikan lempeng agar darah (untuk menyingkirkan yang paiing baik dapat dibuat dengan meninjau catatan
streptokokus hemolitik), slant Loeffler, dan lempeng telurit imunisasi toksoid difteri dan imunisasi primer atau
(misalnya, agar sistin-telurir atau medium Tinsdale ulangan jika diperlukan.
dimodifikasi) dan inkubasikan semuanya pada suhu 37 0C.
Kecuali jika dapat diinokulasikan secara cepat, apusan Pengobatan
harus dijaga tetap lembab dengan serum kuda steril sehingga
Pengobatan difteri terletak terutama pada supresi cepat
basil akan tetap hidup. Dalam 12-18 jam, slant Loeffler
bakteri penghasil toksin oleh obat-obat antimikroba dan
dapat menghasilkan organisme dengan morfologi "seperti
pemberian awal antitoksin spesifik melawan toksin yang
difteri" yang khas. Dalam 36-48 jam, koloni dalam medium
telurit cukup jelas untuk mengenali C diphtheriae.
dibentuk oleh organisme di tempat masuk dan
multiplikasinya. Antitoksin difteri dihasilkan oleh
Isolat C diphtheriae presumtif harus dijadikan subjek
berbagai hewan (kuda, domba, kambing, dan kelinci)
pada pengujian untuk toksigenisitas. Uji-uji seperri ini
dengan injeksi berulang toksoid yang dimurnikan dan
dilakukan hanya di laboratorium kesehatan masyarakat
dikonsenrasikan. Pengobatan dengan antitoksin
rujukan. Terdapat beberapa metode, sebagai berikut:
merupakan keharuian bila terdapat kecurigaan klinis kuat
(1) Cakram kertas filter yang mengandung antitoksin
terjadi difteri. Dari 20.000 sampai 100.000 unit
ditempatkan di atas lempeng agar. Biakan yang diuji untuk
disuntikkan secara intramuskular atau intravena setelah
memeriksa toksigenisitas digores di atas lempeng yang
tindakan pencegahan yang sesuai dilakukan (uji kulit atau
berdekatan dengan diskus. Setelah 48 jam inkubasi,
konjungtiva) untuk menyingkirkan hipersensitivitas
antitoksin yang berdifusi dari cakram kertas mempre-
terhadap serum hewan. Antitoksin sebaiknya diberikan pada
sipitasikan toksin yang berdifusi dari biakan toksigenik
hari diagnosis klinis difteri dibuat dan tidak perlu diulang.
dan menyebabkan pita presipitat antara cakram dan
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada kasus ringan.
pertumbuhan bakteri. Uji tersebut adalah metode Elek
Obat-obat antimikroba (penisilin, eritromisin)
yang dimodifikasi yang dideskripsikan oleh Unit Rujukan
menghambat pertumbuhan basil difteri. Meskipun
Difteri \7HO.
sebenarnya tidak mempunyai efek yang nyata terhadap
(2) Metode berbasis reaksi rantai polimerase telah
proses penyakit, obat-obat ini menghentikan produksi
dijelaskan untuk deteksi gen toksin difteri (tox). Uji PCR
toksin. Obat-obat tersebut juga membantu mengeiiminasi
untuk tox juga dapat digunakan secara langsung pada
streptokokus yang muncul bersama penyakit dan C
spesimen pasien sebelum ada hasil biakan. Biakan positif
diphtheriae dari saluran pernapasan pasien atau carrier
menegaskan uji PCR positif. Biakan negatif setelah terapi
penyakit.
antibiotik bersama dengan uji PCR yang positif
menunjukkan bahwa pasien mungkin menderita difteri.
(3) Enzyme-linked immunosorb€nt assd! dapat digunakan
Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian
unruk mendeteksi toksin difteri dari isolat C diphtheriae Sebelum adanya imunisasi buatan, difteri adalah penyakit
klin is. yang terutama menyerang anak kecil. Infeksi terjadi secara
(4) Suatu uji suip imunokromografi memungkinkan klinis atau subklinis pada usia dini dan menyebabkan
deteksi toksin difteri dalam beberapa jam. produksi antitoksin yang menyebar luas dalam populasi.
Berdasarkan sejarah, toksigenisitas isolat C diphtheriae Infeksi asimtomarik selama masa remaja dan dewasa
dapat diperlihatkan dengan menyunrikkan isolat yang berperan sebagai stimulus untuk mempertahankan kadar
diemulsi ke dalam tubuh dua marmut. Jika marmut yang antitoksin tetap tinggi. Oleh karena itu, kebanyakan
dilindungi dengan antitol$in difteri dapat bertahan hidup, anggota masyarakat, kecuali anak-anak, menjadi imun.
218 BAB 13

Pada usia 6-8 tahun, sekitar 75o/o anak di negara korineformis digolongkan sebagai noniipofilik atau
berkembang tempat sering terjadinya infeksikulit oleh lipofilik bergantung pada peningkatan pertumbuhan
C diphtheriae, mempunyai kadar antitoksin serum dengan menambahkan lipid ke medium pertumbuhan.
protektif. Absorpsi sejumlah kecil toksin difteri dari Corynebacterium lipofiik tumbuh secara lambat pada agar
infeksi kulit agaknya memberikan stimulus antigenik darah domba, menghasilkan koloni dengan diameter <0,5
uncuk respons imun; jumlah toksin yang diabsorpsi tidak mm setelah inkubasi selama 24 jam. Reaksi penting
menimbulkan penyakit. tambahan untuk klasifi kasi bakteri korineformis meliputi,
Imunisasi aktif pada masa kanak-kanak dengan tetapi tidak terbatas pada, uji-uji berikut: metabolisme
tolaoid difteri menghasilkan kadar antitolsin yang secara fermentatif atau oksidatif; produksi katalase, motiiitas,
umum adekuat sampai remaja. Dewasa muda sebaiknya reduksi nitrat, produksi urease, dan hidrolisis eskulin.
diberikan boster toksoid, karena basil difteri toksigenik Spesies Corynebacterium secara khas tidak motii dan
tidak cukup lazim pada populasi di banyak negara maju bersifat positif katalase. Bakteri korineformis merupakan
untuk memberikan stimulus infeksi subklinis dengan penghuni normal pada membran mukosa kulit, saluran
stimulasi resistansi. Kadar antitoksin menurun seiring pernapasan, saluran kemih, dan konjungtiva.
waktu, dan banyak orang tua mempunyai jumlah
antitoksin dalam sirkulasi yang tidak cukup untuk Corynehacteri um Nonl ipof i I ik
melindungi mereka terhadap difteri.
Corynebacterium ulcerans dan Corynebacterium pseudo-
Tujuan utama pencegahan adalah membatasi distribusi
tuberculosis berkaitan erat dengan Corynebacterium
basil difteri toksigenik pada populasi dan untuk
diphtheriae dan dapat membawa gen tox difteri;
mempertahankan kadar imunisasi aktif setinggi mungkin.
kemungkinan semua spesies tersebut bukan spesies
Untuk membatasi kontak dengan basil difteri sampai
terpisah dari C diphtheriae. C ulcerans toksigenik dapat
minimum, penderita difteri sebaiknya diisolasi. Tanpa
menyebabkan penyakit yang serupa dengan difteri klinis,
pengobatan, sejumlah besar pasien yang terinfeksi tetap
sementara C pseudotube rculosis jarang menyebabkan
melepaskan basil difteri selama berminggu-minggu atau
penyakit pada manusia. Spesies lain dalam kelompok
bulan setelah pemulihan (carrier konvalesen). Bahaya ini
fermentatif nonlipofi lik termasuk Coryne bacterium xerosis,
dapat banyak dikurangi dengan pengobatan awal yang
Coryne bacterium striatum, Coryne b acterium minutis simum,
aktif dengan pemberian antibiotik.
dan Corynebacterium amycolatum. Semua ini merupakan
Filtrat biakan kaldu strain toksigenik diberikan bakteri korineformis yang paling sering diisolasi. Banyak
formalin 0,3o/o dan diinkubasi pada suhu 37 0C sampai
isolat yang sebelumnya diidentifikasi sebagai C xerosis
toksisitas hilang. Toksoid cairan tersebur dimurnikan dan
telah salah diidentifikasi dan sebenarnya C amycolatum.
distandarisasi daiam satuan flokulan (dosis Lf). Toksoid
Terdapat sedikit kasus penyakit yang disebabkan oleh C
cairan yang disediakan seperti di atas diadsorpsi ke dalam
minutissimum, yang tercatat baik" meskipun organisme
aluminum hidroksida atau aluminum fosfat. Bahan
tersebut sering diisolasi dari spesimen klinis. Berdasarkan
tersebut bertahan lebih iama dalam depot setelah suntikan
sejarah, C xerosis dan C striatum telah menyebabkan
dan.merupakan antigen yang iebih baik. Toksoid tersebut
berbagai infeksi pada manusia.
sering dikombinasi dengan toksoid tetanus (Td) dan
Kelompok Corynebacteriutn nonfermentatif noniipofilik
kadang-kadang dengan vaksin pertusis (DPT) sebagai
meliputi banyak spesies. Corynebacterium auris
suntikan tunggal untuk digunakan pada imunisasi awal
menyebabkan infelsi telinga pada anak, dan Cotynebacterium
anak-anak. Untuk suntikan ulangan dewasa, hanya totr<soid
pseudodiphthericum menyebabkan infeksi saluran
Td yang digunakan; semua ini mengombinasi dosis penuh
pernapasan. Corynebacterium glucuronolyticum sering
toksoid tetanus dengan dosis toksoid difteri sepuluh kali
bersifat positif urease dan merupakan patogen saluran
iipat lebih kecii untuk mengurangi kemungkinan reaksi kem i h.
yang merugikan.
Semua anak harus menerima imunisasi awal dan
Corynebacteriu m I ipof iIi k
ulangan. Ulangan teratur dengan Td terutama penting
untuk orang dewasa yang berpergian ke negara-negara Corynebacterium jeiheium adalah bakteri korineformis
berkembang, tempat insidens difteri klinis 1.000 kali lebih yang paling sering diisolasi dari pasien sakit akut.
tinggi daripada di negara maju, tempat imunisasi bersifat Organisme tersebut dapat menyebabkan penyakit pada
universal. pasien dengan tanggap imun lemah dan penting karena
menimbulkan infeksi, termasuk bakteremia, yang
BAKTERI KORINEFORMIS LAIN mempunyai angka mortalitas tinggi dan karena organisme
ini resistan terhadap banyak obat antimiLroba yang sering
Banyak spesies Corynebacterium dan propionibakterium di gunakan. C o ry n e b a c te rium ure a ly t i c um adalah spesi es
lain telah menyebabkan penyakit pada manusia. Bakteri yang tumbuh lambat yang berkali-kali resistan terhadap
BASIL GRAM POSITIF TIDAK MEMBENTUK SPORA I 219

antibiotik. Sesuai dengan namanya, organisme tersebut menyebabkan abses dan endokarditis, agaknya setelah
bersifat positif urease. Spesies tersebut menyebabkan masuk ke dalam darah dari mulut.
infelai saluran kemih dengan manifestasi pH urine alkaii
dan pembentukan kristal. LI STERI A M ON OCYTOG E N ES
Coryne ba ite r i u m Anaerob 'ltrdapat beberapa spesies dalam genus listeria. Di
antaranya, L monocytogenes penting sebagai penyebab
Corynebacterium anaerob (misalnya, spesies propioni-
spektrum luas penyakit pada hewan dan manusia.
bakterium) menecap dalam kulit normal. Namun,
Propionibakterium acnes, tiersifat aerotoleran dan tumbuh
secara aerob. Spesies tersebutmembantu patogenesis akne Morfologi & ldentifikasi
dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak L monoqttogenes adalah batang pendek, gram positif, tidak
bebas dari lipid kulit. Asam lemak tersebut dapat membentuk spora. Spesies tersebut mempunyai motilitas
menimbulkan peradangan jaringan dan berperan dalam 0C tetapi
ujung ke ujung yang berguling pada suhu 22-28
timbulnya akne. Karena merupakan bagian flora kulit bukan pada suhu 37 oC; uji motilitas secara cepat
normal, P acnes kadang-kadang tampak dalam biakan membedakan listeria dari difteroid yang merupakan
darah dan harus dibedakan sebagai kontaminan biakan anggota flora normal kuiit.
atau penyebab sejati penyakit. P acnes kadang-kadang
menyebabkan infeksi katup jantung prostetik dan pintas Biakan & Sifat Pertumbuhan
cairan serebrospinalis.
Actinomyces ?)rogenes, Actinomyces neuii, dan spesies
Listeria tumbuh pada medium seperti agar N4ueller-
Actinomyces lain kadang-kadang menyebabkan infelai yang
Hinton. Identifikasi meningkat jika biakan primer
secara klinis signifikan. Actinomlces uiscosis tumbuh
dilakukan pada agar yang mengandung darah domba'
karena zona hemolisis kecil yang khas dapat diobservasi
dengan baik daiam keadaan aerob.
di sekitar dan di bawah koloni. Isolasi dapat bertambah
Genus Korineformis Lain jika .jaringan dipertahankan pada suhu 4 "C selama
beberapa hari sebelurn inokulasi ke dalam medium
Terdapat banyak genus dan spesies bakteri korineFormis
lain. Arcanobacterium haemolyticun menghasilkan bakteriologi. Organisme bersifat anaerob fakultatif dan
bersifat katalase posidf serta motil. Listeria menghasilkan
hemolisis beta pada agar darah. Kadang-kadang
asam dan bukan gas dalam berbagai karbohidrat.
menyebabkan faringitis dan dapat tumbuh dalam medium
yang selektif untuk streptokokus. ,4 haemolyticum bersifat
Motilitas pada temperatur ruangan dan produksi
hemolisin merupakan temuan primer yang membantu
katalase negadf, seperti streptokokus grup A, dan harus
membedakan listeria dari bakteri korineformis.
dibedakan berdasarkan morfologi pewarnaan Gram
(batang versus kokus) dan ciri khas biokimia. Kebanyakan
bakteri korineformis pada genus lain jarang menyebabkan Klasifikasi Antigenik
penyakit dan sering tidak teridentifikasi dalam Klasifikasi serologi hanya dilakukan di laboratorium
laboratorium klinis. rujukan, dan terutama digunakan untuk studi epidemiologi.
Rhodococcus equi (dahulu Corynebacterium equi) dapat Serotipe Ia, Ib, dan IVb membentuk lebih dari 90%o isolat
tampak sebagai basilus setelah beberapa jam inkubasi dari manusia. Serotipe IVb diketahui menyebabkan
dalam kaldu, tetapi pada inkubasi lanjutan menjadi epidemik listeriosis yang disebabkan oleh pembuatan keju
kokoid. Organisme secara umum merupakan bakteri dari susu yang dipasteurisasi secara tidak adekuat.
tahan asam yang lemah bila diwarnai dengan metode
Kinyoun yang dimodifikasi. R equi kadang-kadang Patogenesis & lmunitas
menyebabkan infeksi seperti pneumonia nekrotikans
pada pasien dengan penekanan imun dengan imunitas L monocTtogezss masuk ke tubuh melalui saluran cerna
selular abnormal (misalnya, penderita AIDS). R equi setelah memakan makanan yang terkontalniuasi seperti
terdapat dalam tanah dan dalam kotoran herbivora. keju atau sayur-sayuran. Spesies rersebut memiliki protein
Organisme tersebut kadang-kadang menyebabkan permukaan dinding sel yang disebut internalin yang
penyakit pada sapi, domba, dan babi serta dapat berinteraksi dengan E-cadherin, suatu r€septor pada sel-
menyebabkan infeksi paru yang berat pada anak kuda. sel epitel, yang meningkatkan fagositosis ke dalam sel-sel
Spesies lain dari gews rh:odococcus yang berbeda terdapat epitel. Setelah fagositosis, bakteri tertuttlP dalam suatu
di iingkungan tetapi jarang menyebabkan penyakit pada fagolisosom, pH rendah mengaktivasi bakteri untuk
manusia. menghasilkan listeriolisin O. Enzim ini melisis membran
Rothia dentocariosa adalah batang gram positif yang fagolisosom dan memungkinkan listeria masuk ke dalam
membentuk fiiamen pembentuk cabang. Spesies tersebut sitoplasma sel epitel. Organisme melakukan proliferasi
220 BAB 13

dan menginduksi polimerisasi aktin sel pejamu, yang ke dalam sel pejamu dan mungkin tidak membantu
mengeluarkannya ke membran sel. Dengan mendorong mengobari infeksi [isteria.
ke arah membran sel pejamu, menyebabkan pembentukan
protrusi memanjang yang disebut filopod. Filopod ini ERYS I PE I.OTH RI X RH U S I O PATH I AE
dimakan oleh sel-sel epitel yang berdekatan, makrofag,
dan hepatosit, listeria dilepaskan, dan siklus dimulai lagi. Erysipelothrix rhusiopathie (disebut juga Erysipelothrix
L monocytogenes dapat bergerak dari sel ke sel tanpa insidiosa) adalah basilus gram positif yang menghasilkan
terpajan dengan, antibodi, komplemen, atau sel-sel koloni kecil berkiiau transparan. Spesies tersebut dapat
polimorfonuklear. Shigella flexneri dan riketsia juga bersifat alfa hemolitik pada agar darah. Pada pewarnaan
merebut aktin sei pejamu dan sistem kontraktil untuk Gram kadang-kadang tampak gram negatif karena dapat
menyebarkan infeksinya. mengaburkan warna secara mudah. Bakteri dapat tampak
Besi merupakan faktor virulensi penting. Listeria tunggai, berantai pendek, tersebar acak, atau terletak
menghasilkan siderofor dan mampu mendapatkan besi dalam filamen panjang yang tak membentuk cabang.
dari transferin. Morfologi koloni dan gambaran pewarnaan Gram
Imunitas terhadap L monoqttogenes terutama imunitas bervariasi bergantung pada medium pertumbuhan,
selular, seperti yang diperlih.atkan oleh lokasi infeksi temperatur inkubasi, dan pH. Erysipelothrix bersifat
intrasel dan hubungan yang nyata antara infeksi dan katalase-, oksidase-, dan indo le-neeatif. Bila Erysip e lothrix
keadaan imunitas selular yang terganggu seperti tumbuh pada agar besi gula berlapis tiga, dihasilkan
kehamilan, AIDS, limfoma, dan transplantasi organ. hidrogen sulfida, menyebabkan ujung TSI menjadi hitam.
Imunitas dapat dipindahkan melalui limfosit yang E rhusiopathiar harus dibedakan dari L monocytlgenes,
tersensitisasi tetapi tidak oleh antibodi. Arcanobacterium ?y0genes, dan Arcanobacterium
haemolyticum, tetapi ketiga spesies ini bersifat beta
hemolitik dan tidak menghasilkan hidrogen sulfida bila
Temuan Klinis
tumbuh pada medium TS1. Lebih sulit membedakan E
Listeriosis manusia perinatal (granulomatosis infan- rhusiopathiae dengan laktobasilus aerotoleran; keduanya
tiseptika) mungkin merupakan suatu infeksi intrauterin. dapat bersifat alfa-hemolitik. Spesies tersebut bersifat
Sindrom berawitan dini menyebabkan sepsis intrauterin katalase negatif dan resistan terhadap vankomisin (8070
dan kematian sebelum atau setelah persalinan. Sindrom laktobasilus). Selain itu, beberapa strain laktobasilus
berawitan lanjut menyebabkan timbulnya meningitis pada menghasilkan HrS seperti E rhusiopathiae.
periode antara kelahiran dan minggu ketiga kehidupan; E rhusiopathiae tersebar pada hewan darat dan laut di
sindrom tersebut sering disebabkan oleh serotipe IVb seluruh dunia, terrnasuk berbagai vertebrata dan
dan mempunyai tingkat mortalitas yang signifikan. invertebrata. Spesies tersebut menyebabkan penyakit pada
Orang dewasa dapat menderita meningoensefalitis, babi peliharaan, kalkun, bebek, dan domba. Dampak
bakteremia, dan (yang jarang) infeksi fokai lisreria. paling penting adalah pada babi, yang dapat menyebabkan
Meningoensefalitis dan bakteremia paling sering terjadi erisipelas. Pada manusia, erisipelas disebabkan oleh
pada pasien dengan penekanan imun dan listeria streptokokus beta-hemolitik grup A dan sangar berbeda
merupakan salah satu penyebab tersering meningitis. dengan erisipelas pada babi. Orang mendapatkan infeksi
Gambaran klinis meningitis listeria pada pasier.r-pasien E rhusiopathiae melalui inokulasi langsung dari hewan
ini bervariasi dari tersembunyi dan berbahaya sampai atau produk hewan. Orang-orang yang berisiko tinggi
fulminan dan bersifat tidak spesifik. adalah pelaut, pekerja yang menangani ikan, pekerja di
Diagnosis listeriosis terletak pada isolasi organisme pejagalan, tukang jagal, dan mereka yang kontak dengan
pada biakan darah dan cairan spinal. produk hewan.
Infeksi spontan terjadi pada hewan-hewan peliharaan Infeksi E rhusiopathiae paling sering pada manusia
dan liar. Pada hewan memamah biak (misalnya, domba); disebut erisipeloid. Biasanya terjadi pada jari-jari melalui
listeria dapat menyebabkan meningoensefalitis dengan inokulasi langsung di tempat yang terpotong atau lecet
atau tanpa bakteremia. Pada hewan-hewan yang lebih (dan disebut "jari anjing laut" dan ".jari ikan paus").
kecil (misalnya, kelinci, ayam), terjadi septikemia dengan Setelah 2-7 hari inkubasi, dapat timbul nyeri yang dapat
abses fokal di hati dan orot jantung serta monositosis bersifat berat, dan pembengkakan. Lesi meninggi dan
yang jeias. berwarna violet. Pus biasanya tidak ada di tempat infeksi,
Banyak obat antimikroba menghambat listeria in uitro. yang membantu membedakannya dengan infeksi kulit
Kesembuhan klinis dipe roleh dengan pemberian akibat stafilokokus dan streptokokus. Erisipeloid dapat
ampisilin, eritromisin, atau trimetoprim-sulfametoksasoi sembuh setelah 3-4 minggu, atau lebih cepat dengan
intravena. Ampisilin ditambah gentamisin sering pengobatan antibiotik. Bentuk klinis tambahan pada
dianjurkan untuk terapi, tetapi gentamisin ridak masuk infeksi (keduanya jarang) adalah bentuk kutaneus difus
BASIL GRAM POSITIF TIDAK MEMBENTUK SPORA I 221

dan bakteremia dengan endokarditis. Erys ip e lothrix sangat oleh Actinomyces israelii, Actinomyces naeslundii, dan
rentan terhadap penisiiin G, obat pilihan untuk infeksi bakteri anaerob terkait atau fakultatif. Berdasarkan pada
yang parah. Organisme secara intrinsik resistan terhadap tempat terkenanya, tiga bentuk yang sering adalah
vankomisin. aktinomikosis servikofasial, torasik, dan abdominal. Di
mana pun tempatnya, infelsi bermula dari trauma yang
memasukkan bakteri endogen tersebut ke dalam mukosa.
I AKTINOMISETES Selain agen primer aktinomikosis, sering kali terdapat
bakteri lain yang ikut menyebabkan infeksi tersebut.
Aktinomisetes adalah kelompok besar terdiri dari Beberapa di antaranya adalah basil gram negatif yang
bermacam-macam basil gram positif dengan kecen- relatif khusus seperti Actino bacillus actinom)/cetemcomitarN,
derungan membentuk rantai atau filamen. Basil tersebut Haemophilus aphrophilus, Eihenella corrodens, dan spesies
berhubungan dengan Corynebacterium dan mikobakteri c ap n o cy top h aga. Kadan g-kadang, ditemukan stafi lokokus,

serta streptomisetes. Seiring pertumbuhan basil, sel-sel streptokokus, atau basil gram negatif enterik.
tetap bersatu setelah pembelahan untuk membentuk rantai
panjang bakteri (lebar I pm) dengan cabang yang jarang. Morfologi & ldentif ikasi
Luasnya proses tersebut bervariasi pad^ taxa yang berbeda.
Beberapa aktinomisetes bersifat rudimenter-berantai
Kebanyakan strain A israelii dan agen lain pada
aktinomikosis adalah anaerob fakultatif yang tumbuh
pendek, terpisah setelah pembentukan, dan menyerupai
difteroid; yang lain mempunyai substrat yang iuas atau
paling baik pada suatu atmosfer dengan peningkatan
karbon dioksida. Pada medium yang diperkaya, seperti
filamen aerial (atau keduanya); dan masing-masing dapat
agar infusi jantung-otak, koloni muda (24-48 jam)
mengubah spora atau fragmen menjadi bentuk kokobasil.
menghasilkan filamen substrat gram positif yang
Kebanyakan adalah saprofit yang hidup dalam tanah,
membentuk fragmen menjadi rantai pendek, difteroid,
tetapi anggota kelompok bakteri ini menyebabkan tiga
dan kokobasil. Setelah seminggu, koloni "laba-laba' ini
infeksi pada manusia: aktinomikosis, nokardiosis, dan
berkembang menjadi koloni tumpukan "gigi molar" ke
aktinomisetoma.
atas berwarna putih. Pada kaldu tioglikolat, A israelii
tumbuh di bawah permukaan pada koloni padat. Spesies
AKTINOMIKOSIS diidentifikasi berdasarkan pada kemotipe dinding sel dan
Aktinomikosis adalah infeksi granulomatosa dan reaksi biokimia.
supuratif kronik yang menimbulkan lesi piogenik dengan Granula sulfur yang ditemukan dalam jaringan
saluran sinus yang saling berhubungan; lesi mengandung mempunyai gambaran berwarna kekuningan, ukuran
granul yang terdiri dari mikrokoloni bakteri yang sampai 1 mm, dan terdiri dari makrofag, sel-sel jaringan
dilekatkan pada unsur jaringan. Agen-agen etiologi lain, fibrin, dan bakteri. Pembesaran berbentuk
adalah beberapa anggota flora normal mulut dan saluran gerombolan eosinofilik pada sel bakteri sering keluar dari
cerna yang terkait erat. Kebanyakan kasus disebabkan perifer granula.

s'
Gambar 13-2. Aktinomyces israelii. A: Granul sulfur dalam pus. B: Filamen gram positif dalam biakan kaldu. C: Basil
bercabang dan seperti difteroid dalam biakan agar.
222 BAB 13

Patogenesis & Patologi mungkin ireversibel. Eksisi bedah dan drainase mungkin
iuga diperlukan.
Di bagian tubuh mana pun, riwayat alamiahnya sama.
Bakteri menjembatani permukaan mukosa atau epitel
Epidemiologi
mulut, saluran pernapasan, atau saluran gastrointestinal
bawah-menyebabkan karies gigi, gingivitis, komplikasi Karena A israelii dan agen terkait aktinomikosis adalah
bedah, atau trauma. Aspirasi dapat menyebabkan infeksi anggota endogen flora bakteri, spesies-spesies tersebut
paru. Organisme tumbuh dalam nisia anae rob, ridak dapat dieliminasi. Beberapa orang dengan infeksi
menginduksi respons .radang campuran, dan menyebar rekuren diberikan penisilin profilaktik, terutama sebelum
dengan membentuk sinus, yang berisi granula dan dapat prosedur gigi.
terdrainase ke permukaan. Infeksi menyebabkan
pembengkakan dan dapat menyebar ke organ di NOKARDIOSIS
sebelahnya, termasuk tulang. Sering terdapat superinfeksi
Nokardiosis disebabkan oleh infeksi kompleks Nocardia
dengan bakteri endogen lain.
asteroides arau, yang kurang sering, Nocardia brasiliensis
atau Nocardia otitidiscauiarum, dan hanya yang jarang
Temuan Klinis sekali oleh spesies nokardia lainnya. Kompleks Nocardia
Penyakit servikofasial bermanifestasi sebagai proses asteroides meliputi Nocardia abscessus, Nocardia farcinia,
pembengkakan dan eritema, di area rahang. Seiring Nocardia noua, dan lain-lain. Kepentingan kompleks adaiah
perkembangan, massa menjadi fluktuan, menimbulkan bahwa anggotanya cenderung mempunyai kerentanan
fistula drainase. Penyakit akan menyebar ke jaringan, antimikroba yang berbeda, yang dapat memengaruhi
tulang, kelenjar getah bening kepala dan leher yang pengobatan. Nokardia patogen, seperti banyak spesies
berdekatan. Gejala-gejala aktinomikosis torasik nokardia nonpatogen, ditemukan di seluruh dunia dalam
menyerupai gejala infeksi paru subakut: demam ringan, tanah dan air. Nokardiosis dimulai dengan inhalasi
batuk, dan sputum puruien. Akhirnya, jaringan paru bakteri-bakteri ini. Gamba: :n yang lazim adalah sebagai
hancur, traktus sinus dapat bererupsi ke dinding dada, infeksi paru subakut atau kronik yang dapat menyebar
dan dapat terjadi invasi iga. Aktinomikosis abdominal ke organ-organ lain, biasanya otak atau kulit. Nokardia
sering terjadi setelah ruptur apendiks atau ulkus. Pada tidak ditularkan dari orang ke orang.
rongga peritoneum, patologinya sama, tetapi salah satu
organ dapat terkena, termasuk ginjal, vertebra, dan hati. Morfologi & ldentif ikasi
Aktinomikosis genital jarang terjadi pada perempuan yang
Spesies nokardia bersifat aerob dan tumbuh pada
disebabkan oleh kolonisasi alat intrauterin dengan invasi
berbagai medium. Melalui perjalanan beberapa hari
berikutnya.
sampai minggu atau lebih, spesies tersebut menjadi koloni
yang m€numpuk, tidak beraturan, berlilin. Strain-strain
Uji Laboratorium Diagnostik bervariasi dalam pigmentasinya dari putih menjadi oranye
Pus dari sinus, sputum, atau spesimen jaringan diperiksa dan kemudian merah. Bakteri-bakteri ini bersifat gram
apakah terdapat granul sulfur. Granul keras, berlobus, positif, katalase positif, dan sebagian basil bersifat tahan
dan terdiri dari jaringan dan filamen bakteri, yang asam. Bakteri-bakteri tersebut menghasilkan urease dan
berbentuk gerombolan pada tepinya (Gambar 13-2). dapat mencerna parafin. Nokardia membentuk substrat
Spesimen dibiakkan dalam kaldu tiogiikolat dan lempeng pembentuk cabang yang luas dan fiiamen aerial yang
agar infus otak-jantung, yang diinkubasi dalam suasana menjadi fragmen setelah pembentukan, dipecah menjadi
anaerob atau pada keadaan kadar karbon dioksida yang sel-sel kokobasilar. Dinding sel mengandung asam
meningkat. Pertumbuhan diperiksa apakah terjadi reaksi mikolat. Nokardia dianggap merupakan spesies tahan
biokimia dan terdapat morfologi yang khas. Agen-agen asam yang lemah, tetapi jika diwarnai dengan reagen tahan
utama aktinomikosis adalah katalase negatif, sedangkan asam s€cara rutin (karbol-fuksin) dan dihilangkan
kebanyakan aktinomikosis lain bersifat katalase positif. warnanya dengan l-/+o/o asam sulfurat sebagai ganti
Lesi permukaan juga dapat mengandung spesies bakteri penghilang warna asam-alkohol yang lebih kuat,
iain. kebanyakan isolat akan bersifat tahan asam. Spesies
nokardia diidentifikasi melalui uji fisiologi rutin.
Pengobatan
Patogenesis & Ternuan Klinis
Pemberian penisilin yang lama (6-12 bulan) efektif pada
banyak kasus. Klindamisin atau eritromisin efektif untuk Pada sebagian besar kasus, nokardiosis adalah infeksi
pasien yang alergi penisilin. Namun, obat-obatan kurang oportunistik yang disebabkan oleh beberapa faktor risiko,
dapat menembus abses dan beberapa kerusakan jaringan kebanyakan adalah yang mengganggu resPons imun
BASIL GRAM POSITIF TIDAK MEMBENTUK SPORA / 223

selular: pengobatan kortikosteroid, imunosupresi,


transplantasi organ, AIDS, tuberkulosis, dan alkoholisme.
Nokardiosis bermula sebagai pneumonia lobar kronik,
dan. berbagai gejala dapat terjadi, termasuk demam,
7:

1.,figa
.,Tiga
n$
* ,
seoran perempuan berusia
bulan yang lalu, seorang
=plf.,fiil
rliiit$
53 tahu4 menjalani pembedahan dan kemoterapi
penurunan berat badan, dan nyeri dada. Manifestasi klinis
:: untuk ka"nker payudara. Empat min99u ya4g lalu,":;-:,,;
tidak bersifat khusus dan menyerupai tuberkulosis serta ;';;";;;r; ["i* v."g nJo-rig-.kii;^s di'.,t.i
infeksi lain. Konsolidasi paru dapat terjadi, tetapi r'produksi iputum puiulen. Sekitar 2 minggu yang
terbentuknya granuloma dan kaseasi jarang terjadi. Proses lalu, ia mengalami kelemahan ringan tetapi
patologi yang biasa adalah pembentukan abses. Penyebaran pr,ogreslf pada lengan dan-tungkai kirinya. Pada
pemeiiksaan dada. terdengar ronki pada Pung- ..,
dari paru sering melibatkan sistem saraf pusat, temPat ';, gung atas kiri bila pasien menarik napas dalam':
terjadinya abses dalam otak, yang menyebabkan berbagai l" Femirit<sg"n nurroiogi menegaskan kelemahan :
gejala klinis. Beberapa pasien mengalami gangguan paru ru tungkai dan lengan kiri, Sinar-x dada'mernper-
subklinis dan bersamaan dengan adanya lesi otak. ': iihatkan infiltrat lobus atas kiri. Pemindaian otak
Penyebaran dapat juga terjadi ke kulit, ginjal, atau temPat memperlihatkan dua lesi pada hemisier kanan.
lain.
,, Pewarnaan Gram spesimen sputum purulen:
memperlihatkan batang gram positif pembentuk
cabang yang sebagibn tahan asam. Organisme
Uji Laboratorium Diagnostik mana di bawah ini yang merupakan penyebab '
penyakit pasien? "

Spesimen terdiri dari sputum, pus, cairan spinal, dan (A) Actinomyces israelii
bahan biopsi. Apusan diwarnai Gram memperlihatkan ,. (B) Corynebacterium pieudodiphthericum
basil gram positif, sel-sel kokobasilar, dan filamen (Cl Aspergitlus fumigatus - :

'1,: (D) Nocardla asteroides


pembentuk cabang. Kebanyakan isolat akan tampak tahan
asam dengan pewarnaan tahan asam yang dimodifikasi.
iij' iiii
p
"
ii i i
i ni.,-,'i o
t'p u u
"tn
i

Spesies nokardia tumbuh pada sebagian besar medium z. Oiat o,,,nun untuk metrgobati infeksj Orr."
laboratorium. Saat ini, uji serologi tidak dapat diandalkan. ieriebut (Pertanyaan 1) adalah
1n1 eeniiilin G:
(B) Trimetoprim-sulfametoksazol
Pengobatan (C) Gentamisin
(o) amioterisin B -i
Pengobatan pilihan adalah trimetoprim-sulfametoksasol. (E) Sefalosporin generasi ketiga
Jika pasien gagal berespons, sejumlah antibiotik lain telah
digunakan dengan sukses, seperti amikasin, imipenem,
3. Sulii membedakan antara Eryiipelothrix rhusiopathiae '
dan sefotaksim. Drainase bedah atau reseksi mungkin (A| Corynebacterium diphtheriae
diperlukan. (B) Bacillus cereus
lCl Actinomyces iirae.lli .,
'Noca.rdia asteroides ' l

AKTINOMISETOMA I !91
(E)'',5pesies laktobasilus r' ..,

Misetoma (kaki Madura) adalah infeksi kronik lokal, ', 4. Gerakan listeria menocvtoqenes
' di dalam sel
lambat progresif yang dimulai di jaringan subkutan dan . pejamu disebabkan oleh
menyebar ke jaringan yang berdekatan. Bersifat destruktif ''"' (A) lnduksi polimerisasi aktin sel pejamu
dan sering tanpa nyeri. Pada banyak kasus, penyebab
(B) Pembentukan pili (fimbria) pada permukaan
listeria
adalah fungi tanah yang telah masuk ke dalam jaringan -
(C) Pemnentukan pseudopoda
subkutan melalui trauma minor. Bentuk misetoma ini (D) Gerakan flagel lii{eria
dibahas dalam Bab 45. Aktinomisetoma adaiah suatu (E) Motilitas berguling-guling
misetoma yang disebabkan oleh bakteri pember.rtuk 5. Seorang anak laki-laki berusla B tahun menderita
cabang filamentosa. Granul aktinomisetoma terdiri dari tenggorok berat. Pada pemeriksaan, terlihat
"nyeri
unsur jaringan dan basil gram positif serta rantai basilar eksudat keabuan (pseudomembran) di tonsil dan
atau filamen (diameter 1 Frn). Penyebab paling sering faring. Diagnosis banding faringitis berat seperti
aktinomisetoma adalah Nocardia brasiliensis, Streptomyces
ini meliputi infeksi oleh streptokokus grup A,
infeksi virus Epstein-Barr (EBV), faringitis Neisseria
somaliensis, dan Actinomadura madurae. N brasi/iensis '. ,: gonorrhoeae, dan difteri. Penyebab faringitis anak
"i
mungkin tahan asam. Spesies ini dan aktinomisetes ''*, laki-laki tersebut yang paling mungkin adalah
patogenik lain dibedakan dengan uji biokimia dan analisis
i (e) Basil gram negatif
kromatografi komponen dinding sel. Aktinomisetoma
(et virus RNA sense positi{ beruntai tunggal
(q Kokus gram positif katalase positif yang
berespons baik terhadap berbagai kombinasi streptornisin, tumbuh berkelomPok
trimetoprim-sulfametoksasol, dan dapson jika terapi - (D) Basil gram posi{if berbentuk gada
dimulai dini sebelum kerusakan yang luas terjadi. i;i ffi;'nnn ri"*",ti sanda
224 BAB 13

$$

.:ai=

$ltii

KEPUSTAKAAN
:t
Funke G et al: Clinical microbiology ofcorynefom bacteria. Clin Microbiol
Rev 1997;10:125
Funke G, Bernard ILA,: Coryneform gram-positive rods. In: ManuaL of
Clinicol Microbiology, 8th ed. Murray PR et al (editors). ASM Press,
2003.
Lorber B: Listeriosis. Clin Inl'ect Dis 1997;24:1.
Reboli AC, Farrar WE: Erysipelothrix rhusiopathiae: an occupational
pathogen. Clin Microbiol Rev 1989;2:354.
Russo TA: Agents of actinornycosis. In: Mandell, Douglas, and Bennett's
Principles and Practice of Infectious Diseases, 5th ed. Mandell GL,
Bennett JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone, 2000.
Sorrell.TC, Ircdell JR, Mitchell DH:Nocardla species:In: Mandell, Douglas,
and Bennett's Principles and Prnctice oflnlbctious Diseoses. 5th ed.
Mandcll GL, Bennett JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone,
2000.
Southwick FS, Purich DL: Intracellular pathogenesis oflistcriosis. N FJngl
J Med 1996:334:770.
Staf ilokokus

Stafilokokus adalah sel sferis gram-positii biasanya penyebab infeksi saluran kemih pada wanita muda.
tersusun dalam kelompok seperti anggur yang tidak teratur. Spesies lainnya penting pada kedokteran hewan.
Stafilokokus tumbuh dengan mudah di berbagai medium
dan aktif secara metabolik, melakukan fermentasi Morfologi & ldentifikasi
karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi
dari putih hingga kuning tua. Beberapa tipe stafilokokus
A. CIRI KHAs ORGANISME

merupakan flora normal kulit dan membran mukosa Stafilokokus adalah sel sferis, berdiameter sekitar 1 pm
manusia; tipe lainnya dapat menimbulkan supurasi, tersusun dalam kelompok yang tidak teratur. (Gambar
membentuk abses, berbagai infeksi piogenik, dan bahkan 14-1). Kokus tunggal, berpasangan, tetrad, dan bentuk
septikemia yang fatal. Stafilokokus patogen dapat rantai juga terlihat di biakan cairan. Kokus yang muda
menyebabkan hemolisis darah, mengkoagulasi plasma, memberikan pewarnaan gram-positif yang kuat; akibat
serta menghasilkan berbagai enzim dan toksin penuaan, banyak sel menjadi gram-negatif. Stafilokokus
ekstraselular. Bentuk keracunan makanan yang paling tidak motil dan tidak membentuk spora. Bila dipengaruhi
sering terjadi disebabkan oleh enterotoksin stafilokokus obat-obat seperti penisilin, stafilokokus lisis.
yang tahan-panas. Stafilokokus cepat menjadi resistan Spesies mikrokokus sering menyerupai stafilokokus.
terhadap banyak obat antimikroba dan menyebabkan Spesies tersebut ditemukan hidup-bebas di lingkungan dan
masalah terapi yang sulit. membentuk kelompok empat atau delapan kokus yang ter-
Genus stafilokokus sedikitnya memiliki 30 spesies. atur. Koloninya dapat berwarna kuning, merah, atau jingga.
Tiga spesies utana yang memiliki kepentingan klinis
adalah S tap hy lo c o c cu s aur e u s, S tap hy lo c o c c us ep i derm i dis, B. BIAKAN
dan Staphyloclccus saprophyticus. Staphylococcus /zureus
Stafilokokus mudah berkembang pada sebagian besar
bersifat koagulase-positif, yang membedakannya dari medium bakteriologik dalam lingkungan aerobik atau
spesies lainnya. S aureus adalah patogen utama pada
mikroaerofilik. Organisme ini paling cepat berkembang
manusia. Hampir'semua orang pernah mengalami infeksi
pada suhu 37')C tetapi suhu terbaik untuk menghasilkan
S aureus selama hidupnya, dengan derajat keparahan yang
pigmen adalah suhu ruangan (20-25 0C). Koloni pada
beragam, dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan
medium padat berbentuk bulat, halus, meninggi, dan
hingga infeksi berat yang mengancam jiwa. Stafilokokus
berkilau. S aureus biasanya membentuk koloni berwarna
koagulase-negatif adalah flora normal manusia dan
abu-abu hingga kuning tua kecoklatan' Koloni S
kadang-kadang menyebabkan infeksi, seringkali berkaitan
epidermidis biasanya berwarna abu-abu hingga putih pada
dengan implantasi alat-alat, terutama pada pasien yang
isolasi pertama; banyak koloni hanya menghasilkan
sangat muda, tua, dan dengan fungsi imun yang terganggu.
pigmen setelah inkubasi lama. Pigmen tidak dihasilkan
Sekitar 75o/o infeksi yang disebabkan oleh stafilokokus
pada keadaan anaerob atau pada kaldu. Berbagai derajat
koagulase-negatif ini akibat S epidermidis; infeksi yang
hemolisis disebabkan oleh S aureus dan kadang-kadang
disebabkan oleh Stap hy lo co ccus lugdunens is, Stap hy lo coccus
oleh spesies lainnya. Spesies Peptostreptokokus, yang
warneri, Staphylococcus hominis, dan spesies lainnya lebih
merupakan kokus anaerobik, sering menyerupai
jarang terjadi. S saprophyticus relatif sering me njadi
morfologi stafi lokokus.

225
225 / BAB 14

€F
-s GS
ry
u. b €*4p tersedianya protein pengikat penisilin (penicillin-binding
protein; PBP) pada organisme tersebut.
&
#
'*{
L*
r *--tr t ll 3. Di Amerika Serikat, S aureus dianggap sensitif
terhadap vankomisin jika konsentrasi penghambat
s
grT r minimumnya (minimum inhibitory consentration, MIC)
kurang atau sama dengan 4 ytgl mL; kerentanan
I tr*
\A 1S # & intermediat jika MIC 8-16 pg/ml; dan resistan jika MIC
!r"t > 16 pg/mL. Strain S aureus dengan kerentanan

- "f.L
-l
intermediate terhadap vankomisin telah diisoiasi di Jepang,

&\ffi"e *&*: Amerika Serikat, dan beberapa negara lain. Organisme

,**
Lba
,F
& ini juga disebut sebagai uancomycin-intermediate S aureus,
atau "VISA". Organisme tersebut umumnya diisolasi dari
pasien-pasien dengan infeksi kompleks yang mendapat

FF \-s
€3
th+ E I &
*
terapi vankomisin lama. Kegagalan terapi vankomisin
sering kali terjadi. Mekanisme resistansi berhubungan
dengan peningkatan sintesis dinding sel serta perubahan
dinding sel dan bukan sebagai akibat gen uan yang
r! dS
*.%&t
rkgpt
aa€t
'lte&
-^f
iff
fr '
ditemukan pada enterokokus. Strain S aureus dengan
kerentanan intermediate terhadap vankomisin biasanya
resistan terhadap nafsilin tetapi umumnya sensitif terhadap
ffi
re
?-.p€
€ w
'-a=r q* b oksazolidinon dan quinupristin/dalfopristin.
4. Pada tahun 2002, strain uancomycin-resistant S
aureus (YRS.\) diisolasi dari pasien di Amerika Serikat.
Isolat mengandung gen uartA resistan vankomisin dari
Gambar 74-7. Pev.tarnaan Gram dari Staphylococcus
aLtreus memperiihatkan kokus gram positif berpasangan, enterokokus (lihat Bab 15) dan gen mecA resistan nafsilin
tetrad, dan berkelompok. (lihat di atas). Kedua strainYRSA di atas sensitif terhadap
antibiotik lain. S aureus yang resistan terhadap vankomisin
menjadi perhatian besar di seluruh dunia.
C. SIFAT PERTUMBUHAN
5. Resistansi yang diperantarai plasmid (plasmid-mediated
memproduksi katalase, yang membedakannya
Stafi lokc,ku.s resistance) terhadaptetrasiklin, eritromisin, aminoglikosida,
dengan streptokokus. Stafilokokus memfetmentasikan dan obat-obat lain sering terjadi pada stafilokokus.
banyak karbohidrat secara lambat, menghasilkan asam 6. "Toieransi" menunjukkan bahwa stafilokokus
laktat tetapi tidak menghasilkan gas. Aktivitas proteolitik dihambat oleh suatu obat tetapi tidak dibunuh-yaitu,
pada masin g-rnasi n g tra itt sangat bervari a.si. S tafi lokokus
s terdapat perbedaan besar antara konsentrasi penghambat
patogen menghasilkan banyak substansi ekstraselular, minimal dan konsentrasi letal minimal obat antimikroba.
yang akan diuraikan di barvah ini. Pasien dengan endokarditis yang disebabkan oleh S aureus
Stafilokokus relatif resistan terhadap pengeringan, yang toleran dapat menunjukkan .perjalanan klinis yang
panas (tahan pada suhu 50 0C selama 30 menit), dan lebih lama dibandingkan dengan pasien yang menderita
natrium klorida 9o/o retapi mudah dihambat oleh bahan endokarditis akibat S aureus yang masih sensitif. Toleransi
kimia tertentu, seperti heksaklorofen 3%o. kadang-kadang terjadi akibat kurangnya aktivasi enzim
Stafilokokus memiliki sensitivitas yang berbeda-beda autolitik di dinding sel.
terhadap obat antimikroba. Re.sisransi stafiiokokus dibagi
menjadi bebcrapa kelas: D. VARIASI
1. Sering memproduksi p-laktamase, dike ndalikan Biakan stafilokokus mengandung beberapa bakteri yang
oleh plasmid, dan membuat organisme ini resistan berbeda dari sebagian besar populasi dalam membentuk
terhadap berbagai penisilin (penisilin G, ampicilin, karakteristik koloni (ukuran koioni, pigmen, hemolisis),
tikarsilin, piperasilin, dan obat yang serupa). Plasmid elaborasi enzim, resistansi obat, dan patogenitas. Secara
ditransmisikan melalui transduksi dan mungkin juga in uitro, ekspresi karakteristik koloni ditentukan oleh
melalui konjugasi. kondisi pertumbuhan: Bila S aureus y^ng resistan terhadap
2. Resistansi terhadap nafsilin (dan terhadap metisilin nafsilin diinkubasi pada agar darah pada suhu 37 "C, satu
dan oksasilin) tidak tergantung pada produksi p- dari 107 organisme menunjukkan resistansi terhadap
laktamase. Gen mecA yang resistan terhadap nafsilin nafsilin; bila diinkubasi pada agar yang mengandung
terletak di dalam kromosom. Mekanisme resistansi natrium klorida 2-5o/o pada suhu 30')C, satu dari 103
nafsilin dikaitkan dengan kekurangan atau tidak organisme resistan terhadap nafsilin.
STAFILOKOKUS 227

Struktur Antigen membedakan stafilokokus, yang positif, dengan


streptokokus, yang negatif.
Stafilokokus mengandung polisakarida antigenik dan
protein serta substansi penting lainnya di dalam struktur
dinding sel. Peptidoglikan, polimer polisakarida yang
B. KoAGuLASE DAN FAKTOR PENGGUHPAL
mengandung subunit-subunit yang terangkai, merupakan S aureus menghasilkan koagulase, suatu protein mirip
eksoskelet yang kaku pada dinding sel. Peptidoglikan enzim yang dapat menggumpalkan plasma yang
dihancurkan oleh asam kuat atau pajanan terhadap mengandung oksalat atau sitrat. Koagulase berikatan
lisozim. Hal ini penting pada patogenesis infeksi: dengan protrombin; bersama-sama keduanya menjadi
Peptidoglikan memicu produksi interleukin-l (pirogen aktil secara'enzirriatik dan menginisiasi polimerisasi
endogen) dan antibodi opsonik oleh monosit, dan dapat fibrin. Koagulase dapat menyimpan fibrin pada
clt emo attractan / untuk lekosit poiimorfonuklear,
menjadi permukaan stafilokokus, mungkin mengubah ingestinya
yang memiliki aktivitas mirip-endotoksin, dan oleh sel fagositik atau destruksi stafilokokus dalam sel-
mengaktifkan komplemen. sel tersebut. Memproduksi koagulase dianggap sama
Asam teikoat, yang merupakan polimer gliserol atau dengan memiliki potensi menjadi patogen invasif.
ribitol fosfat, berhubungan dengan peptidoglikan dan Faktor penggumpal adalah kandungan permukaan .9
dapat menjadi antigenik. Andbod.i anti-asam-teikoat yang aureus yang berfungsi melekatkan organisme ke fibrin
dapat didetelsi dengan difusi jel dapat ditemukan pada atau fibrinogen. Bila berada di dalam plasma, S aureus
pasien endokarditis aktif yang disebabkan oleh S aureus. membentuk gumpalan. Faktor penggumpal berbeda
Protein A adalah.komponen dinding sel pada banyak dengan koagulase.
strain S aureus yang berikatan dengan bagian Fc dari
molekul IgG kecuali IgG3. Bagian Fab dari IgG yang C. ENZIM LAIN
terikat dengan protein A bebas berikatan dengan antigen
spesifik. Protein A menjadi reagen yang penting dalam Enzim-enzim lain yang dihasilkan oleh stafilokokus antara
imunologi dan teknologi laboratorium diagnostik; lain adalah hialuronidase, atau faktor penyebar;
misalnya, protein A yang berikatan dengan molekul IgG stafilokinase menyebabkan fibrinolisis tetapi bekerja jauh
yang berhadapan secara langsung dengan antigen bakteri lebih lambat daripada streptokinase; proteinase; lipase;
spesifik akan mengaglutinasi bakteri yang memiliki antigen dan B-laktamase.
tersebut ("koaglutinasi").
Beberapa strain S Aureut memiliki kapsul, yang D. EKSoToKSIN
menghambat fagositosis oleh lekosit polimorfonuklear
cr,-toksin merupakan protein heterogen yang bekerja
kecuali terdapat antibodi spesifik. Sebagian besar strain
dengan spektrum luas pada membran sel eukariot. cr-
S aureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal,
toksin merupakan hemolisin yang kuat. B-toksin dapat
pada permukaan dinding sel; koagulase terikat dengan
menguraikan sfingomielin sehingga toksik untuk berbagai
fibrinogen secara nonenzimatik, sehingga menyebabkan
sel, termasuk sel darah merah manusia. y-toksin
agregasi bakteri.
melisiskan sel darah merah manusia dan hewan. 6-toksin
Uji serologi memiliki keterbatasan dalam mengiden-
bersifat heterogen dan terurai menjadj beberapa subunit
tifikasi stafilokokus.
pada detergen nonionik. Toksin tersebut m€ngganggu
membran biologik dan dapat berperan pada penyakit
Enzim & Toksin
diare akibat S aureus.
Stafilokokus dapat menyebabkan penyakit baik melalui
kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar E. LEUKOSIDIN
luas di jaringan serta dengan cara menghasilkan berbagai
substansi ekstraseluiar. Beberapa substansi tersebut adalah Toksin S aureus ini memiliki dua komponen. Leukosidin
enzim; lainnya dianggap sebagai toksin, tetapi dapat dapat membunuh sel darah putih manusia dan kelinci.
berfungsi sebagai enzim. Banyak dari toksin tersebut di Kedua komponen tersebut bekerja secara sinergis pada
bawah kontrol genetik plasmid; beberapa dapat membran sel darah putih membentuk pori-pori dan
dikendalikan kromosomai dan ekstrakromosomal; dan meningkatkan permeabilitas kation.
mekanisme kontrol genetik lainnya tidak dapat diiabarkan
dengan baik.
F. TOKSIN EKSFOLIATIF

Tolain epidermolitik S aureus ini merupakan dua protein


KATALASE yang berbeda dengan berat molekul yang sama. Toksin
t._
Stafilokokus menghasilkan katalase, yang mengubah epidermolitik A adalah produk gen kromosomal dan tahan
hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Uji katalase panas (tahan dididihkan seiama 20 menit). Toksin
228 BAB 14

epidermolitik B diperantarai plasmid dan ridak tahan dan bersifat hemolitik. Smfilokokus yang nonpatogen dan
panas. Toksin epidermolitik menyebabkan deskuamasi tidak invasif seperti S epidermidis bersifat koagulase-negatif
generalisata pada staphylococcal scalded skin syndrome. dan cenderung nonhemolitik. Organisme ini jarang
Toksin-tolain tersebut merupakan superantigen. menyebabkan supurasi tetapi dapat menginfeksi protese
ortopedik atau kardiovaskular, atau menyebabkan
G, ToKsIN sINDRoH-sYoK-ToKSIK penyakit pada orang dengan fungsi imun yang terganggu.
S saprophyticu.r kiasnya tidak berpigmen, resistan terhadap
Sebagian besar strain S aureus yang diisolasi dari pasien novobiosin, dan nonhemolitik; bakteri ini menyebabkan
dengan sindrom syok.toksik menghasilkan toksin yang infelai saluran kemih pada wanita muda.
disebut toksin sindrom-syok-toksik-1 (TSST-1), yang
serupa dengan enterotoksin F. TSST-1 merupakan Regulasi Determinan Virulensi
superantigen prototipikal (iihat Bab 8). TSST-1 berikatan
dengan moiekul MHC kelas II, menstimulasi
T, yang
sel Protein permukaan S aureus, seperti protein A dan
menimbulkan manifestasi protean pada sindrom syok adhesin, disintesis selama fase pertumbuhan eksponensial.
toksik. Toksin ini menyebabkan demam, syok, dan Protein yang disekresikan, seperti toksin, disintesis pada
melibatkan berbagai sistem tubuh, termasuk ruam kulit fase stasioner. Fase-fase pertumbuhan ini dapat juga
deskuamatif. Gen untuk TSST-1 ditemukan pada sekitar menggambarkan stadium awal infeksi dan fase ketika
2070 isolasi S aureus. terjadi penyebaran infeksi ke jaringan sekitar.
Gen regulon global aksesori, agr, memiliki dua operon
H. ENTERoToKSTN
utama. Satu mengandung kode molekul RNA yang unik,
RNAIII. Mole kul ini menginduksi peningkatan
Terdapat berbagai enterotoksin (A-E, G-1, K-M). Sekitar pembentukan protein yang disekresi dan penurunan
50%o strain S aureus dapat menghasilkan satu enterotoksin pembentukan protein permukaan. Berlawanan dengan
atau lebih. Seperti TSST-1, enterotoksinnya merupakan RNAIII, terdapat promoter yang bertugas membentuk
superantigen. Enterotoksin.tahan terhadap panas dan RNAII dari sebuah operon empat-gen, agrB-DCA. Produk
resistan terhadap kerja enzim usus. Enterotoksin RNAII dibutuhkan untuk pembentukan RNAIII yang
merupakan penyebab penting keracunan makanan; opdmal. Gen agrB dan agrD juga menghasilkan peptida
enterotoksin dihasilkan brla S aureus tumbuh di makanan penanda kecii yang mengaktifkan pembentukan RNAIII
yang mengandung karbohidrat dan protein. Ingesti 25 pg dengan cara yang bergantung pada densitas sel S aureus.
enterotoksin B dapat menyebabkan muntah dan diare. Selain itu, protein regulator aksesoris stafilokokus, yang
Efek muntah enterotoksin B kemungkinan terjadi akibat dikodekan oleh sarA, berikatan dengan daerah promoter
stimulasi sistem saraf pusat (pusat muntah) setelah toksin di lokus agr, sehingga meningkatkan kadar RNAII dan
bekerja pada reseptor saraf di usus. RNAIII.
Toksin eksfoliatii TSST-1, dan gen enterotoksin
terdapat pada elemen kromosom yang disebut pulau Patologi
patogenisitas. Gen-gen tersebut berinteraksi dengan
elemen genetik aksesoris-bakteriofag-untuk meng- Prototipe lesi stafilokokus adaiah furunkel atau abses
hasilkan tolain. setempat lainnya. Kelompok S aureus yang terdapat di
folikel rambut menyebabkan nekrosis jaringan (faktor
Patogenesis demonekrotik). Koagulase dihasilkan dan mengoagulasi
fibrin di sekitar lesi dan di dalam limfatik, mengakibatkan
Stafilokokus, terutama S epidermidis, merupakan flora pembentukan dinding yang membatasi proses dan
normal pada kulit, saiuran napas, dan saluran cerna diperkuat oleh akumulasi sel-sel radang dan kemudian
manusia. S aureus ditemukan dalam hidung pada 20-50o/o jaringan fibrosa. Di tengah lesi, terjadi pencairan jaringan
manusia. Stafilokokus juga sering ditemukan di pakaian, nekrotik (dibantu oleh hipersensitivitas lambat), dan abses
seprai, dan benda-benda lainnya di lingkungan manusia. "mengarah" pada daerah yang resistansinya paling rendah.
Kemampuan patogenik S aureus tertentu merupakan Setelah cairan di tengah jaringan nekrosis keluar, rongga
gabungan efek faktor ekstraseluiar dan toksin serta sifat secara peian-pelan diisi dengan jaringan granulasi dan
invasif strain tersebut. Salah satu akhir spektrum penyakit akhirnya sembuh.
oleh stafilokokus adalah keracunan makanan, yang semata- Supurasi fokal (abses) merupakan ciri khas infeksi
mata akibat konsumsi makanan yang mengandung entero- stafilokokus. Dari fokus mana pun, organisme dapat
toksin; sedangkan bentuk akhir lainnya adalah bakteremia menyebar melalui aliran darah dan sistem limfatik ke
stafilokokus dan abses yang tersebar di semua organ. bagian tubuh lain. Supurasi dalam vena, yang menimbulkan
S aureus yang patogen dan invasif menghasilkan trombosis, merupakan gambaran umum penyebaran
koagulase dan cenderung menghasilkan pigmen kuning tersebut. Pada osteomielitis, fokus primer pertumbuhan
STAFILOKOKUS 229

S aureus secara khas terdapatdi pembuluh darah terminal Uj i Laboratorium Diagnostik


bagian metafisis tulang panjang, menyebabkan nekrosis
A. SPESIMEN
tulang dan supurasi kronik. S aureus dapat menyebabkan
pneumonia, meningitis, empiema, endokarditis, atau Usapan permukaan, pus, darah, aspirat trakea, cairan
sepsis dengan supurasi di berbagai organ. Stafiiokokus spinal untuk biakan, tergantung pada lokalisasi proses.
dengan daya invasif rendah dapat menyebabkan berbagai
infelai kulit (misalnya, akne, pioderma, atau impetigo). B. SEDIAAN APUS
Kokus anaerob (peptostreptokokus) berperan dalam
Stafilokokus yang khas terlihat pada pewarnaan apusan
menimbulkan infeksi anaerobik campur.
pus atau sputum. Tidak mungkin membedakan organisme
Stafilokokus juga menyebabkan penyakit melalui kerja
saprofitik (S epidermidis) dengan organisme patogen (S
toksin, tanpa memperiihatkan infeksi invasif. Bula
a'ureus) berdasarkan sediaan apus.
eksfoliatif-sindrom lepuh kulit (scalded shin syndrome)-
disebabkan oleh pembentukan toksin eksfoliatif. Sindrom
C. BIAKAN
syok toksik disebabkan oleh toksin sindrom syok toksin-
I (TSST:r). Spesimen yang ditanam di cawan agar darah membentuk
koloni yang khas dalam 18 jam pada suhu 37"C, tetapi
Temuan Klinis tidak menghasilkan pigmen dan hemolisis sampai
Infeksi lokal stafilokokus tampak sebagai "jerawat", beberapa hari kemudian dan dengan suhu ruangan yang
infeksi foiikel rambut, atau abses. Biasanya terjadi reaksi optimal. S aureus memfermentasikan manitol, tetapi
radang yang berlangsung hebat, terlokalisasi, dan nyeri, stafilokokus iainnya tidak. Spesimen yang terkontaminasi
yang membentuk supurasi sentral dan cepat menyembuh dengan flora campuran dapat dibiakkan di medium yang
bila dilakukan drainase pus. Dinding fibrin dan sel di mengandung NaCl 7,5%; garam menghambat perrumbuhan
sekitar inti abses cenderung mencegah penyebaran sebagian besar flora normal tetapi tidak menghambat S
organisme dan sebaiknya ddak dirusak dengan manipulasi Aureus. Agar garam manitol digunakan untuk memindai
atau trauma. S aureus yang berasal dari hidung.
Infeksi S aureus juga dapat terjadi akibat kontaminasi
langsung pada luka, misalnya infeksi stafilokokus pada D. UJI KATALASE
luka pascaoperasi atau infeksi yang terjadi setelah trauma Setetes larutan hidrogen peroksida diletakkan di gelas
(osteomielitis kronik setelah fraktur terbuka, meningitis
objek, dan sedikit pertumbuhan bakteri yang diletakkan
setelah fraktur tengkorak). di dalam larutan tersebut. Terbentuknya gelembung
Jika S aureui menyebar luas dan terjadi bakteremia, (pelepasan oksigen) menandakan uji yang positif. Uji ini
dapat terjadi endokarditis, osteomielitis hematogen akut, juga dapat dilakukan dengan menuangkan larutan
meningitis, atau infeksi paru. Gambaran klinisnya hidrogen peroksida di atas bakteri yang tumbuh subur di
menyerupai gambaran klinis pada infeksi lainnya yang agar miring dan meneliti gelembung yang muncul.
melalui aiiran darah. Lokalisasi sekunder dalam organ
atau sistem ditandai oleh gejala dan tanda disfungsi organ E. UJI KOAGULASE
dan supurasi setempat yang hebat.
Keracunan makanan akibat enterotoksin stafilokokus Piasma kelinci (atau manusia) yang mengandung sitrat
ditandai dengan waktu inkubasi yang pendek (1 sampai dan diencerkan 1:5, dicampur dengan biakan kaldu atau
8 jam); mual hebat, muntah, dan diare; dan penyembuhan
pertumbuhan koloni pada agar dengan volume yang sama
yang cepat. Tidak ada demam. dan diinkubasi pada suhu 37 0C. Tabung plasma yang
Sindrom syok toksik timbul secara tiba-tiba dengan dicampur dengan kaldu steril disertakan sebagai kontrol.
gejala demam tinggi, muntah, diare, mialgia, ruam bentuk Jika terbentuk bekuan dalam l-4 jam, tes ini positif.
skarlatina, dan hipotensi yang disertai gagal jantung dan Stafilokokus koagulase-positif dianggap patogen bagi
gagal ginjal pada sebagian besar kasus yang berat. Gejala manusia; namun, stafilokokus koagulase-positif pada
tersebut sering terjadi dalam 5 hari setelah permulaan anjing (Staphylococcus intermedius) dan lumba-lumba
(Staphylococcus delphini) jarang menyebabkan penyakit
haid pada wanita muda yang menggunakan tampon, te tapi
juga dapat terjadi pada anak-anak atau laki-laki dengan pada manusia. Infeksi pada peralatan protesis dapat
luka yang terinfeksi stafilokokus. Sindrom ini dapat disebabkan oleh organisme koagulase-negatif, kelompok
berulang. S aureus yang menyebabkan sindrom syok tolsik S epidermidis.
dapat ditemukan di vagina, pada tampon, pada luka atau
infeksi lokal lainnya, atau di tenggorok tetapi hampir
F. UJI SENSITIVITAS

tidak pernah ditemukan dalam aliran darah. Uji sensitivitas dengan menggunakan pengenceran mikro
kaldu atau uji sensitivitas lempeng difusi (disk dffision)
230 I BAB 14

seharusnya rutin dilakukan pada isolat stafilokokus dari Namun, sulit untuk membasmi stafilokokus patogen dari
infeksi yang bermakna secara klinis. Resistansi terhadap pasien yang terinfeLsi, karena organisme ini sangat cepat
penisilin G dapat dilihat dengan uji p-laktamase yang menjadi resistan terhadap berbagai obat antimikroba dan
positif; sekitar 9070 S aureus menghasilkan B-laktamase. obat tersebut tidak dapat bekerja pada bagian pusat
Resistansi terhadap nafsilin (serta oksasilin dan metisiiin) nektotik lesi supuratif. S aureus pada keadaan canier juga
terjadi pada sekitar 207o isolat S aureus dan sekitar 7570 S sangat sukar dibasmi.
epidermidis. Resitensi nafsiiin berkaitan dengan adanya Osteomielitis hematogen akut memberikan respons
mecA, gen yang mengode protein pengikat penisilin (PBP yang baik terhadap obat antimikroba. Pada osteomielitis
2a) tidak terpengaruh oleh obat-obat tersebut. Gen ini dapat kronik dan berulang, drainase bedah dan pengangkatan
dideteksi dengan menggunakan teknik polymerase chain tulang yang mati disertai dengan pemberian obat
reaction, tetapi teknik tersebut mungkin tidak perlu antimikroba yang sesuai dalam jangka panjang, tetapi
dilakukan karena stafilokokus yang tumbuh pada agar pembasmian stafilokokus tetap sulit dilakukan. Oksigen
Mueller-Hinton yang mengandung NaCi 4% dan 6 pgiml hiperbarik dan penggunaan flap miokutan dengan
okasilin biasanya menunjukkan mecA-postrif dan resistan vaskularisasi sangat membantu penyembuhan pada
terhadap oksasilin. Seiain itu, terdapat pemeriksaan untuk osteomielitis kronik.
produk gen mecA, PBP 2a yang tersedia di pasaran dan Bakteremia, endokarditis, pneumonia, dan infeksi
lebih cepat dibandingkan dengan pemeriksaan mecA yang berat lain akibat infeksi S aureus memerlukan terapi
menggunakan teknik PCR atau daripada pemeriksaan dengan penisilin resitan-p-laktamase secara intravena
resistansi yang menggunakan biakan pada agar garam yang dalam jangka panjang. Vankomisin serir"rg dicadangkan
mengandung oksasilin. untuk stafilokokus yang resistan terhadap nafsilin. Jika
infeksi disebabkan 61eh S aureus yang tidak menghasilkan
G..UJI SERoLoGI DAN PENENTUAN TIPE B-laktamase, penisilin G merupakan obat pilihan, tetapi
hanya sebagian kecil strain S aureus yang sensitif terhadap
Uji serologi untuk mendiagnosis infeksi S aureus sangat
penisilin G.
tidak praktis. Infeksi S epidermidlr sulit disembuhkan karena
Pola sensitivitas antibiotik membantu menelusuri
organisme ini terdapat di alat protesis, temPat bakteri
infelai S aureus dan menentukan apakah berbagai isolat
dapat memperbanyak diri di bioflm. S epidermidis le6ih
S epidermidis dari biakan darah menunjukkan bakteremia
sering resistan terhadap obat antimikroba daripada S
akibat strain yang sama, yang berasal dari suatu temPat
aureus; selotar 75o/o strain S epidermidis resistan terhadap
infeksi.
nafsilin.
Teknik penentuan tipe secara molekular telah Karena banyak strainyangresistan terhadap obat, isolat
digunakan untuk mendokumentasikan penyebaran
stafilokokus yang bermakna harus dilakukan uji
penyakit epidemik-akibat klon S aureus.
sensitivitas untuk menentukan pilihan obat sistemik.
Resistansi terhadap obat golongan eritromisin cenderung
Pengobatan meningkat dengan cepat sehingga sebaiknya golongan obat
Sebagian besar orangmemiliki stafilokokus pada kulit ini tidak digunakan sebagai terapi tunggai untuk infei<si
dan di dalam hidung atau tenggorok. Bahkan jika kulit kronik. Resistansi obat (terhadap penisilin, tetrasiklin,
dapat dibersihkan dari stafilokokus (seperti pada elaema), aminoglikosida, eritrornisin, dll.) yang ditentukan oleh
akan segera terjadi reinfeksi oleh droplet. Karena plasmid, dapat ditransmisikan antarstafilokokus melalui
organisme patogen umumnya menyebar dari satu lesi proses transduksi dan mungkin juga melalui konjugasi.
(rnisalnya furunkel) ke daerah kuiit lain melalui jari tangan Pada infeksi klinis, strain S Aureut yang resistan
atau pakaian, pemberian antiseptik lokal secara hati-hati terhadap penisilin G selalu menghasilkan penisilinase.
sangat penting untuk mengontrol rekurensi furunkulosis. Saat ini terdapat sekitar 90%o strain S aureusyang resistan
Infeksi kulit multipel yang serius (akne, furunkulosis) terhadap penisilin-G pada komunitas di Amerika Serikat.
paling sering terjadi pada para remaja. Infeksi kulit yang Strain ini biasanya sensitif terhadap penisilin yang resistan
serupa ter.iadi pada pasien Fng menggunakan kortikosteroid terhadap B-laktamase, sefalosporin, atau vankomisin.
dalam jangka panjang. Pada akne, lipase stafilokokus dan Resistansi terhadap nafsilin tidak tergantung pada
korinebakterium melepaskan asam lemak dari lemak dan produksi B-laktamase, dan gejala klinisnya sangat
menimbulkan iritasi jaringan. Tetrasiklin digunakan untuk bervariasi di berbagai negara dan pada waktu yang
terapi jangka panjang. berbeda. Pengaruh seieksi obat antimikroba yang resistan
Abses dan lesi supuratif tertutup iainnya diobati dengan terhadap B-laktamase mungkin bukan satu-satunya faktor
drainase, tindakan yang penting, dan pemberian terapi yang menentukan timbulnya resistansi terhadap obat-obat
antimikroba. Banyak obat antimikroba mempunyai tersebut: Misalnya, di Denmark, S aureus yang resistan
beberapa efek yang meiawan stafilokokus secara in uitro. terhadap nafsilin berjumlah 40o/o dari seluruh isolat pada
STAFILOKOKUS I 231

tahun 1970 dan hanya berjumlah 10% pada tahun 1980, ming gu, kem ud ian n gg u keiebelas}.,'i nfeKii,:
{m i
tanpa perubahan yang nyata pada pemakaian nafsilin atau
lambuh,dan paiiiln kembali dibeiikan,vankomisirl
obat yang serupa. Di Amerika Serikat, S aureus yang lnlrb vena. Ko rise-nt'rasi pe ng h a'm bat., min i mum
resistan terhadap nafsilin hanya berjumlah 0,1% dari (MlC)'vankomisin untuk isolat J aureus,d'dal'ah
sebagai beiikut;,,iiolat awal (hari pertama), 1'.irg/
mt; 61'n -n i,rke!ima, 2 ';rg/mL;,'dan mingg0
jumlah isolat pada tahun 1970 tetapi pada tahun 1990
berjumlah sebanyak 20-30o/o isolat dari infeksi pada kesebel?s. B pg/mL. Pada infeksi yang ketiga; pasien
beberapa rumah sakit. Untungnya, S Aureus dengan tidbk
.se
mbu h den ga n'pen gobata n,,v,a nkomi1i1,
sensitivitas intermediat terhadap vankomisin sudah relatif dan digunakan terapi alter,natif., Mekanllrrie yang
jarang, dan isolat strain yan! resistan terhadap vankomisin pbiing baik' un!uk me.njelaskan t'esistansi ietatif;,.,
relah jarang ditemukan. iiiaih 5 aureus,:pasien.terh ada p Van kom isin q dalah ;
g e n: va n A da r i m i kroo r g a n isrn E la n
'(Al,,1,,,aklilsrs;' .
i

(B) Trdhspqr::: aktif 'Vankomiiin, keluai,, dafj,r'sel rs


Epidemiologi & Pengendalian aureus
:. {C} Aktivitas beta,la ktamase
Stafilokokus adalah parasit manusia yang dapat , (D) Peningkatan sintesis dinding sel dan perubiihan
ditemukan di mana-mana. Sumber utama infetr<si adalah strukiut dinding sel
lesi terbuka, barang-barang yang terkontaminasi lesi {E) IFosforilasir dan :menyebabkan inaktivasi
tersebut, serta saluran napas dan kulit manusia. Penyebaran vankomisin
infelai melalui kontak langsung dianggap sangat penting Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun'mengalamj
di rumah sakit, karena sebagian besar staf atau pasien demam iingan d:in nyeri di lengan ataSny,ai.
membawa stafilokokus yang resistan terhadap antibiotik Pemeriksaan Idengan sinar-X memperlihatkan-i leli
di dalam hidung atau kulitnya. 'Valaupun kebersihan, litik (disolusi) di bagian atas humerus''delgan
elevasi periosteai di atas lesi^ Pasien.mepjalqli
higiene, dan manajemen aseptik pada lesi dapat pembedahan dan dilakukan tindakan debrideman
mengendalikan penyebaran stafilokokus dari lesi, terdapat pada lesi (tulang yang'mati dan pus d.ikeluarkan),
beberapa metode yang dapat digunakan untuk mencegah Biakan: iesi memperlihatkan kokus gram-positif.
penyebaran stafilokokus secara 1uas. Aerosol (misalnya Suatu uji menunjukkan bahwa'organisme tersebuf
adalah siafilokokus dan bukan itreptok6kus.
glikol) dan radiasi ultraviolet sedikit bermanfaat. Berdasar:kan i nformaii tersebut, organ isme tersebut
Di rumah sakit, tempat yang berisiko tinggi adalah:
mengalami infeksi stafilokokus berat adalah perawatan : (A) Sensitif terhadap nafsilin ' 'ril:ii l"r , 'i '
neonatus, unit perawatan intensif, ruang operasi, dan . {B).. ,. Beta-laktamase-positif
'1'
',, . . ' :'::;:.,::.'...,:.'
bangsal kemoterapi kanker. S aureus patogen "epidemik' ,.,,..,(C) Penghasil proteinAl.'r I r''ir::t..'. ::,,
(D) Berkapsul
yang masuk secara masif pada daerah-daerah tersebut '
.'Katalase-positif
:(El
:::,:,:,,;,,;

,.::...,...
dapat menimbulkan penyakit klinis yang berat. Staf
dengan lesi S aureus aktif atau carrier mungkin harus i; , Seorang pasien laki-laki berusia,36 tahun:menderita
, yang,disebabkan oleh s*ain.Staphylac-occus
diiarang memasuki daerah-daerah tersebut. Pada orang- . abses
auieus dengan beta-laktarnaeq'"positif. Ha!:.i4.i r,1
orang ini, pemakaian antiseptik topikal di hidung atau menunjukkan bahwa organisme ini resistan
daerah perineal dapat mengurangi penyebabran organisme terhadap,rsalah satu antibiotik di bawah ini; ya-itu:, :

yang berbahaya ini. Rifampin yang diberikan bersama . (A) Penisilin:G;.ampisilin, dan pipeiasilin ::

1r;:,,,.(B) .Trimetoprim.sulfametoksasol: "''',':''.,. :' .:


dengan obat antistafilokokus oral lini kedua kadang-kadang (C)
'",,: Eritromisin,'klaritiomi(in; dan azitromisin , i

dapat menimbulkan supresi jangka panjang dan mungkin (D) Vankomisin r,:r:,,ti
tli.iiii'..
:

dapat menyembuhkan carrier di hidung; bentuk terapi .:f,irr(E).:Sefaiolinidan,,seftriak:on. :r,rr::..,.i:llii

ini biasanya digunakan untuk masalah besar pada 4.'' Tu j u h h ar i ya n g l a l u, se o ra n g'm aha s is w a,*e a okLeiii.,,t',,t.t'..:,:,
pembawa stafilokokus, karena stafilokokus dapat segera i. kqmbali dari Amerika Tengahr tempat ia irielakukani:,::
. r,' ::til

menjadi resistan terhadap rifampin. pekerjaan musim panas di sebuah: kli,[ik rnl]Jkl..,.:,:,
'', :, pend uduk,r,setempat. f6 p3i:,: fi 31i :ryaQg l:la q;.;:iart;;''.: t
.::.,::,.:::..-mengalami I f uam eritematoia :iy6ng :,m.qnyglupqi
,i,,:,..':',.lrka bakar matahbr:.i:, la jugalmera5bkan.'saki!.kepala,
r]ye{ o!o{; den,krani,qbdomenlyaqg diserfai'd!are:::::lrr.r.,
';:'',,,;,,,r'
Tekanan darahnya 70/40 mmHg. Pemeriksaan
l',;l i' .,;..p an ggul m 4n u n ju kka n : ba hwa', i a ied a n g,,me-nstru asi . .
l:1,:r:::irrrrdan menggunakan,tampon;.,selain itui'pemeriksaai":::':,:.::
,,t:r,rt, . .:pangSuI rnotmal. Pemeriksaan fu!Sli: ginjalnya
i,,lr,,t,:: (u f ea,n itrog en,5eru'p': d a n : k reati n i n) te rd a pa!,11:11ir1
.,;:t,.:
',kelainan,.menandakdn,adanya,gdgal'glnjal-ringan. .

Kemungkinanii penyakitnyat.disebabkan...oleh'r,salah.,":lli:
,,1':rr.,.,,,,,

:.r,ll:,::.;:,,,iatu 'ridrnya143n''.5erikulr
,y?itui.,: ,,.. t:::,,,,,,.';.,:,.-' . j.i
232 BA8 14

(A) ';
Toksin yang menyebabkan kadar cyciic
adenosrhe mono;phosphate (cAMP) intraselular
.:. 'sangat meningkat.
(B) Toksin yJng mendegradasi iiingomielin -. 8-
ii:i,,i;ii {C} i ,tlUn}iin.j,yd*. *iikata*.1d.en:$c*:. rnaj#, h i sto
-
,,,,,.r11;,','O, e$pU r4l"i11i1y; compl.a; {.M}lC} k$l,as.,il, dn ([l;,,,
,,, =. =r,
,a"-tr9.chl#resehu#$.,t-q,llii$ iitegip :.Iei . :' T
ii,rti ;#nliri ;fO,kaiiil$Ub'k6Hpo$.e,4+F$_grfi E$lbehtllk
"V., pqri: :
' pori pada,.sel darah putlh dan meningkblk"n,
,,
permea0llrta5 k8tlOn.
fi$ir#nshamuat ra5lor e!on!f fu
: .
iltl
': ri.IiI liii,r'ftksili
.lilii,i
,(EF2). '
_ ,
.'::li, .l t{S-," :i $i}s$il}iii'lbrd.apat ma ne.o.,q,qtu;dii si
li

1ieriwatanrumahsakityangrnenga|amibakteremia
5aureusakibatinfeksi5taphylococcusaureus.
Seluruh isolai memBJnyai moifotogi koloni dan
ffi,'t,ernampurinjiib;e$,e.li fi va1o :s,a,,Bilj *eltb pota,.,1
,i,,f i.snii.itivitai,,lilildtlfi itii*u gii a,n,s. bn,ti k, va ns 1

menunjukkan bahwa organismg tersebut adalah

, ,f id*n.tj.I.l)1rindeK,i{.Uangt<shiy$n,s iuidifbkukbn? i

iii)..i i F)liitifilifl,pil:.p.l,. laksis pada iemua neonatvti;i i

Gl ,:&lasi protekiif pada.lemug neonatul; i :.,.'


=
iltliirtrtii e,putu and $rii$qr$$ i*Un Uuiui tru
,r:wanita hamit l1e rumah'sej<'it:
,,,:,,rr til.I lain ,',,,....
(D) Menambah staf baru sebagai perawat rumah
saKtt. ,..-:

N ttii i aia KS,tl id e * ga it m€FE" S.q k.*-n;$.$ ii'$3-a m l.r.,-,


:,r 1
a.

:,i ,E E, *,enir*l p,ad!hidung" igliiot .,l<t,e.]i;,.,ijawgt,.

n-iiiiii ;xil n6${iru,vafls


meraw;t bal v'rs t"1 1ii[!$
ijl siii, lri 1$k$$Jiatiti toksin..syok. toksr-ll:trssr- f )),:.: n , ii.i;
$r,r ili::+nt.djoth i!1.:$r.e1up$,Fen:.;,u*,elanlig$irGgry, unruk,,,,:
ni,adal4::r ,.,.;,,.;..
L

iliilr, .$kli$it$35Q.. '

l.i,tJ,.{Ful.:=:i::.:.,.11. ,..,:--,:
i
,,,.:-
.t:1. ..F) $iiep-.,pi;;1;.;t:4akromcis'o*;$taf ilokokut:,1+: iJAWA.qA.lll-,
:i;'. Pada kromoson stafilokokus (T55T-1 dan - :,-1;,' D ,iillilrt 6..D
t'ct toksin eksfoliatif) dan plasmid (enterotoksin). +.,f i: i17,,:i1,,,;,.;l :,,..:.,:.::;::

Pada kromosom stafilokokus di pulau pato-


' -
$,:lA iitr,,:.1,.g
r.8;:;:?;, I :ri:.i:rr:Yi
iLli, lgl genitas r
.' -
r: .'." ... . " i$,(, r.1:, ;$1O 1,,;-'*,
.i::l:r::::-,1
ii' t$. Di plasmid
:r:..Y,l I -*' i.5'.3..:iji l0r' {
' tt tut I ::t:t::: tt I ::
Ir TiPai:ien.b'er,ti$ia ;lEialiuny.a mmj*lant: ap;phme.$i,
1,r, 1it's *d.li*.1 * $ ti
rj b,. a ti n ; a u i-1nt i,a;n- Ur tiii:
.irl
t

""
eai[bt[i'it?.,teiah,terp4nsiiielflr-r-r dta rninggu.
l::' j a:,fi€hjig1t,r,rake4'-k ter,*iihc lg ju$a tefah ,, .
,.:.,1i
i:;, '
if:Atatlg s"6ld.$ 2ir11.in u.,|fr, Ll.l*n iqmi demam
, iedangkan jumlah sel darah putihnya rendah dan
ii:liti r$b$.*,$itr3'*.*'p.1;:i*.1.s.{.ild,liukii.!:ri$ifblili!i$n iisi,,
., biak"an darah, dan pada ketiganya tumbuh. KEPUSTAKAAN
Staphylococcu5 epidermidis. Pernyataan yang .: Bannernran TL: Staphylococcus, Micrococctls, and other catalase-positive
.,h*ynli:,, i|lXliritliiililiir;+ cocci that grow aerobically . In: Martual of Clinicul Microbiologv,
:F (A), Q,i si$r tl, i s i$ en'.5-l*alitr::::liiiiririi
:,,,,,,:311,,!s1a14119f
,,
ta p li.tld.( $ $ liit$ig,Rl pl45*i" t
s, l Sth ed. Murray PR et al (editors). ASM Press, 2003
,:=,'::':,i k-difiUtloKinan sensi,llt$i,fi,addrfti$.eai$ilin"9. :
(B) Organisme Staphylococcus. epidermidis '' Lowy FD. Staphylococcus cturezs infections. N Engl J Med L998;339:520
ikemungkinanberasaldaripermukaankateter Novick RP, Schlievert P, Ruzin A: Pathogenicity and resistance island of
, saluran kemih. :
staphylococci. Microbes Infect 2001;3:585

" :'(C)
' Organisme Staphylocociii epidermidis Waldvogel FA; Siaphl,lococcuc aurezs (inciuding staphylococcaltoxic shock).
ieiistan terhadap vankomisin
',-'(D) t<emungl<inan
Organisme Sfaphylococcus epidermidis
In: Maru4eII, Douglas, anrl Bennet's Principles and Practire of Infectiou s
Dlseose, 5'r' ed. Mandell GL, Bennett JE, Dolir R (editors). Churchill
kemungkinan berasal dari kulit. ,',.' ,t. i . Livingstone,2000.
,...:,.;...j:. :.!r.::..:..:: 1. -:.: t, :...:j

trriltr,t.::ri,lt ji..,li::l::i jtr|rtl,?;ii-.!'l


ti:..::.,,;l::t:4.,.':::::.: :, ..:.,, ; ..:,\: .

Streptokokus '::.:r:,...r
il:.-.,:ri::r,:
t:::.:1,::r, :,.:
.r:,
rrtii\i,,;
.i1r.ir:r.rr:

-:a-..:.:... :..4.t;:., :l
il::il,:

.)r.1i.:r..:,.i.,ii,.r. ::iri.r,iirrr,,r,.,r:ii:i
. ...1:r I , :rt:.:r ,: r,trt,t iri::.,rr:rr:fl

Streptokokus adalah bakteri sferis gram positif yang rambut menonjol menembus kapsul streptokokus grup
khasnya berpasangan atau membentuk rantai selama A. Piii terdiri sebagian dari protein M dan diiapisi oleh
pertumbuhannya. Organisme ini banyak terdapat di alam. asam lipoteikoat. Asam lipoteikoat penting untuk
Beberapa kelompok streptokokus merupakan flora normal perlekatan streptokokus ke sel epitel.
manusia; kelompok lainnya berhubungan dengan
penyakit-penyakit penting yang sebagian disebabkan oleh B, BIAKAN
infeksi streptokokus dan sebagian lagi karena Proses S.U"gi"
sensitisasi terhadap bakteri ini. Streptokokus menghasilkan sebagai koloni diskoid, biasar-rya berdiameter 1-2 mm.
berbagai enzim dan substansi ekstraselular. Strain yang menghasilkan bahan kapsular sering
Streptokokus merupakan kelompok bakteri yang membentuk koloni mukoid. Koloni strain grup A yang
heterogen, dan tidak ada sistem yang dapat mengkla- mengilat atau suram akan dibahas di bawah. Pepto-
sifikasikannya. Dua puluh spesies, termasuk Streptococcus streptokokus merupakan obligat anaerob.
pyogenes (grup A), SffePtococcus agalactie (grup B), dan
enterlclcci (grup D), memiliki ciri-ciri dengan kombinasi C. SIFAT PERTUMBUHAN
gambaran: sifat pertumbuhan koloni, pola hemolisis pada
agar darah (cr, hemolisis, B hemolisis, atau iidak ada
Energi terutama diperoleh dari penggunaan gr-rla'
Pertumbuhan streptokokus cenderung kurang subur pada
hemolisis), komposisi antigenik pada substansi dinding
rnedium padat atau kaldr.r kecuali diperkaya dengan darah
sel grup-spesifik, dan reaksi biokomia. Tipe StrePtococcus
atau cairan jaringan. Kebutuhan nutrisi sangat bervariasi
pneumoniae (pneumokokus) diklasifikasikan lebih lanjut
berdasarkan komposisi antigenik polisakarida kapsular.
untuk setiap spesie.s. Patogen manusia paling banyak
memeriukan bermacam-rnacam faktor pertumbuhan.
Morfologi & ldentifikasi Pertumbuhan dan hemoiisis dibantu dengan inkubasi
dalam 10% CO,.
A. CIRI KHAS ORGANISME Pertumbuhan sebagian besar streptokokus hen'rolitik
Kokus tunggal berbentuk batang atau ovoid dan tersusun patogen paling baik pada suhu 37 0C, sedangkan
enterokokus grup D tumbuh paling baik pada suhu antara
seperti rantai (Gambar 15-1). Kokus membelah pada
bidang yang tegak iurus sumbu panjang rantai. Anggota 15 0C dan 45 0C. Enterokokus juga dapat tumbuh pada
rantai tersebut sering membentuk gambaran diplokokus, agar dengan konsentrasi natrium klorida yang tinggi
(5,5%), dalam me tilen biru 0,lo/c:, dan dalam agar
dan kadang-kadang terlihat bentuk seperti batang. Panjang
rantai bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan' empedu-eskulin. Sebagian besar streptokokus adalah
Streptokokus merupakan gram positif. Namun, pada
fakultatif anaerob.
biakan lama dan bakteri yang mati, streptokoktts
kehilangan gram positifnya dan terlihat sePerti gram
D. VARIASI

negatif; keadaan ini dapat terjadi setelah inkubasi Varian strain streptokokus yang salna dapat memperlihatkan
semalaman. bentuk koloni yang berbeda. Keadaan ini terutama terlihat
Beberapa streptokokus menguraikan polisakarida jelas pada strain grup A, yang membentuk koloni suram
kapsular, seperti pneumokokus. Sebagian besar strain atau mengilap. Koloni yang suram terdiri dari organisme
grup A, B, dan C (Tabel 15-1) menghasilkan kapsul yang yang menghasilkan banyak protein M. Organisme ini
terdiri dari asam hialuronat. Kapsul paling mudah teriihat cenderung virulen dan relatif tidak kebal terhadap
pada biakan yang masih sangat muda. Kapsul ini fagositosis oleh leukosit manusia. Kolor.ri yang mengilap
mengganggu proses fagositosis. Dinding sel streptokokus cenderung menghasilkan sedikit protein M dan sering
mengandung protein (antigen M, T, dan R), karbohidrat tidak virulen.
(spesifik untuk grup), dan peptidoglikan. Pili seperti

233
234 BAB 15

memiliki protein M tidak bersifat virulen. Kekebalan


terhadap infeksi streptokokus grup A berkaitan dengan
adanya antibodi spesifik terhadap protein M. Karena
terdapat lebih dari 80 tipe protein M, seseorang dapat
mengalami infeksi beruiang oleh S pyogenes grup A dengan
tipe M yang berbeda. Baik streptokokus grup B dan C
memiliki gen yang bersifat homolog terhadap gen untuk
protein M dari grup A, dan protein M telah ditemukan
pada streptokokus grup G.
Molekul protein M memiliki struktur seperti batang
yang melingkar-lingkar dan memisahkan bagian-bagian
yang fungsional. Struktur ini memungkinkan serangkaian
perubahan yang besar sambil tetap memelihara fungsinya,
sehingga imunodeterminan protein M dapat berubah
dengan mudah. Terdapat dua kelas struktur utama protein
M, yaitu kelas I dan kelas II.
Gambar t5-1. Streptokokus yang tumbuh pada biakan Tampaknya proteinM dan mungkin antigen dinding
kaldu, memperlihatkan rantai kokus gram positif. sel streptokokus lainnya memiliki peran penting pada
patogenesis demam rematik. Membran dinding sel
streptokokus yang telah dimurnikan menginduksi
Struktur Antigenik antibodi yang bereaksi dengan sarkolema jantung
Streptokokus hemolitik dapat dibagi menjadi grup manusia; karakteristik reaksi silang antigen masih belum
jelas. Komponen dinding sel tipe M tertentu menginduksi
serologik (A-H, K-U), dan grup-grup tertentu dapat dibagi
menjadi beberapa tipe. Ditemukan beberapa substansi antibodi yang bereaksi dengan jaringan otot jantung.
antiger.rik: Antigenik yang terdapat pada protein M kelas I berealai-
silang dengan otot jantung manusia, dan protein M kelas
A. ANTIGEN DINDING SEL GRUP-SPESIFIK I mungkin merupakan penentu viruiensi untuk demam
re marik.
Karbohidrat ini terdapat di dinding sel banyak
streptokokus dan merupakan dasar pengelompokan C. Z^r T
serologi (grap LancefieldA-H, K-U). Ekstrak dari antigen Antigen ini tidak berhubungan dengan virulensi
spesifik-grup untuk pengelompokan streptokokus dapat streptokokus. Tidak seperti protein M, zat T tidak tahan
dibuat dengan mengekstraksi biakan yang telah asam dan tidak tahan panas. Zat ini diperoleh dari
disentrifugasi dengan asam hidroklorida panas, asam streptokokus melalui pencernaan proteolitik, yang
nitrat, atau formamida; dengan proses iisis sel merusak protein M secara cepat. Zat T memungkinkan
streptokokus secara enzimatik (misalnya, dengan pepsin pembedaan tipe-tipe streptokokus tertentu melalui
atau tripsin); atau dengan memasukkan sr,rbstansi sel ke aglutinasi dengan antiserum spesifik, sedangkan tipe-tipe
dalam autoklav dengan tekanan i5 Ib selama 15 menit. lainnya memiliki zat T y^ng sama. Antigen permukaan
Spesifisitas serologik pada karbohidrat spesifik-grup lainnya disebut protein R.
ditentukan oleh gula amino. Untuk streptokokus grup A,
gula amino tersebut adal ah ramnosa-i/-asetilglukosamin ; D, NUKLEOPROTEIN
untuk grup B poiisakarida ramnosa-glukosamin; untuk Ekstraksi protein dengan basa lemah menghasilkan
grup C ramnosa-N-asetilgalaktosamin; untuk grup D asam campuran protein dan zat-zat lain dengan spesifisitas
gliserol teikoat yang mengandung o-alanin dan glukosa; serologi yang rendah, dan disebut zat P. Zat ini
dan untuk grup F, glukopiranosil-l/-asetilgalaktosamin. kemungkinan menyusun sebagian besar badan sel
streptokokus.
B. PROTEIN M

Substansi ini merupakan faktor viruiensi S pyogenes grup Toksin & Enzim
A yang utama. Protein-M terlihat seperti tonjolan mirip- Lebih dari 20 produk ekstraselular antigenik dihasilkan
rambut pada dinding sel streptokokus. Streptokokus oleh streptokokus grup A, di antaranya adalah:
bersifat virulen bila terdapat protein M, dan apabila tidak
ada antibodi spesifik-tipe M, organi.sme ini mampu A. STREpToKTNASE (FrBRrNoLlstN)-_=-
bertahan terhadap proses fagositosis oleh leukc,sit Streptokinase dihasilkan oleh berbagai strain streptokokus
polimorfonukiear. Streptokokus grup A yang tidak p-hemolitik grup A. Enzim ini mengubah plasminogen
STRTPTOKOKUS 235

Tabel 15-1. Karakteristik streptokokus yang penting di bidang medis.

lt; : :\: i: :::\N I

lli
Streptococcus Tenggorok, Koloni besar (>0,5 mm), Faringitis, impetigo,
pyo9enes kulit uji PYR3 positif, dihambat demam rematik,
oleh basitrasin g lomerulonef ritis

Streptococcus Traktus Hidrolisis hipurat, CAMP-positi{4 Sepsis dan meningitis


agalactiae genitalia pada neonatus
perempuan

Streptocaccus C, G Beta Tenggorok Koloni besar (>0,5 mm) Faringitis, infeksi


dysgatactiae (infeksi piogenik serupa dengan
subipesies manusia), streptokokus grup A
equisimilis; alfa, tidak
lainnya terjadi

Enterococcus D Tidak Kolon Tumbuh bila ada empedu, Abses abdomen, infeksi
faecalrs (dan terjadi, eskulin hidrolisa, tumbuh saluran kemih,
enterokokus alfa pada NaCl 6,5%, PYR positif endokarditis
lain)

Streptococcus Tidak ada Kolon Tumbuh bila ada empedu, Endokarditis, perdarahan
bovis (non- eskulin hidrolisa, tidak tumbuh yang terisolasi pada
enterococcus) pada NaCl 6,570, menguraikan kanker kolon
zat tepung

Grup Streptococcus F (A, C, G) Alfa, beta, Tenggorok, Koloni kecil (<0,5 mm) varian lnfeksi piogenik, termasuk
anginosus dan yang tidak terjadi kolon,' spesies beta-hemolitik. GruP A abses otak
(Grup 5 tidak tra ktus resistan terhadap basitrasin dan
anginosus, dapat genita lia PYR-negatif
S intermedius, digolongkan perempuan
S constellatus,
S milleri)

Biasanya Alfa, beta, Tenggorok, Pola fermentasi karbohidrat Tidak jelas


tidak tidak terjadi kolon,
tergolongkan traktus
atau tidak genitalia
dapat perempuan
dls:r:1s91
Streptokokus Biasanya Alfa, Mulut, Resistan terhadap optokin. Karies gigi (S mutans),
viridans tidak tidak terjadi tenggorok, Koloni tidak larut dalam endokarditis, abses
(banyak tergolongkan kolon, empedu. Pola fermentasi (dengan berbagai sPesies
spesies) atau tidak tra ktus karbohidrat bakteri lain)
dapat genita lia
digolongkan perempuan

Streptococcus Tidak ada Alfa Tenggorok Rentanterhadapoptokin. Pneumonia, meningitis,


pneumoniae Koloni larut dalam empedu, endokarditis
reaksi Quellung positif

Peptostrepto- Tidak ada Tidak terjadi, Mulut, Obligat anaerob Abses (dengan berbagai
coccus (banyak alfa kolon, spesies bakteri lain)
spesies) ' traktus
genitalia
perempuan
1 Klasifikasi Lancefield
'?
Hemolisis yang diamati pada agar darah domba 5% setelah inkubasi satu malam
3 Hidrolisis L-pirolidoni I-2-naftilamid ("PYR")
a
Uji Christie, Atkins, Munch-Peterson
BAB 15

pada plasma manusia menjadi plasmin, suaru enzim E. DIFoSFoPIRIDIN NUKLEoTIDAsE


proteolitik aktif yang mencerna fibrin dan protein lain. Enzim ini dilepaskan ke lingkungan oleh beberapa
ini dapat terganggu oleh penghambat
Proses pencernaan
streptokokus. Zat ini kemungkinan berkaitan dengan
serum nonspesifik dan antibodi spesifik, yaitu kemampuan organisme membunuh leukosit. Beberapa
antistreptokinase. Streptokinase diberikan secara strain menghasilkan proteinase dan amilase.
intravena untuk mengobati emboli paru serta trombosis
arteri dan vena koroner. E. Hruollsltt
B. STREPToDoRNASE.
Banyak streptokokus mampu untuk melakukan hemolisis
sel darah merah secara in uitro dalam berbagai tingkatan.
S trep todorna se (s trep t o c o c c a I de o xy ri b o nu c le as e) melakukan
Pemecahan total eritrosit dengan pelepasan hemoglobin
depolimerisasi DNA. Aktivitas enzimatik dapat diukur disebut p hemolisis. Lisis eritrosit yang ridak sempurna
dengan menghitung penurunan viskositas larutan DNA dengan pembenrukan pigmen hijau disebut o hemolisis.
yang diketahui. Viskositas eksudat purulen rerurama S pyogenes B-hemolitik grup A menghasilkan dua
akibat adanya deoksinukleoriboprotein. Campuran hemolisin (streptolisin).
streptodornase dan streptokinase digunakan pada Streptolisin O merupakan protein (BM 60.000) yang
"debridemen enzimatik." Campuran tersebut membantu aktif se cara hemolitik dalam keadaan tereduksi
mencairkan eksudat dan membantu pengeluaran pus dan (mempunyai gugus -SH) tetapi segera menjadi ddak aktif
jaringan nekrotik; sehingga obat antimikroba dapar masuk bila ada oksigen. Streptolisin O berperan pada beberapa
lebih mudah, dan permukaan yang terinfeksi lebih cepat proses hemolisis yang terlihat ketika pertumbuhan berada
sembuh. Antibodi terhadap DNase terbentuk setelah dalam potongan yang dalam medium agar darah. Zat ini
infeksi streptokokus (batas normal = 100 unit), rerutama secara kuantitatif terikat dengan antisrreprolisin O, suatu
setelah infeksi kulit. antibodi yang terdapat pada manusia seteiah infeksi oleh
streptokokus apapun yang menghasilkan streptolisin O.
C. HIALURoNIDASE Antibodi ini menghambar hemolisis oleh streptolisin O.
Hialuronidase memecah asam hialuronat, sebuah Fenomena ini menjadi dasar uji kuanritatif untuk
komponen penting bahan dasar jaringan ikat. Karena itu, antibodi. Titer antistreptolisin O serum yang lebih dari
hialuronidase membantu penyebaran mikroorganisme 160-200 unit dianggap r".rg", tinggi dan menunjukkan
yang infeksius (faktor penyebar). Hialuronidase bersifat adanya infeksi streptokokus yang baru terjadi atau adanya
antigenik dan spesifik untuk setiap bakteri atau jaringan. kadar antibodi yang tetap tinggi akibat respons imun yang
Setelah terjadi infeksi oleh organisme penghasil- berlebih terhadap pajanan sebelumnya pada orang yang
ditemukan antibodi spesifik di dalam hipersensitif.
lj:l;:"t0"'e, Streptolisin S adalah z r yang berperan membentuk
zona hemoiitik di sekitar koloni streptokokus yang
D. EKsoToKstN PtRocENtK (TorstH EnttnoeeHrx) tumbuh di permukaan medium agar darah. Zar ini
dilepaskan bila ada serum-karena itu disebut streptolisin
Eksotoi<sin pirogenik dihasilkan oleh streptokokus grup
A. Ada tiga jenis eksotoksin streptokokus pirogenik yang S. Streptolisin ini tidak bersifat antigen, tetapi dapat
dihambat oleh inhibitor nonspesifik yang sering terdapat
dibedakan berdasarkan sifat antigennya: A, B, dan C.
Eksotolsin A merupakan eksotoksin yang paling banyak
di serum manusia dan hewan serta tidak tergantung pada
pajanan streptokokus terdahulu.
dipelajari. Eksotoksin ini dihasilkan oleh streptokokus
grup A yang mempunyai faga lisogenik (lysogenic ?hoCt)
yang merupakan sebuah superanrigen. Eksotoksin
Klasif ikasi Streptokokus
streptokokus pirogenik menimbulkan sindrom syok Setelah bertahun-tahun, klasifikasi streptokokus
toksik streprokokus dan demam Scarlet. Sebagian besar dikelompokkan menjadi beberapa kategori urama
streptokokus grup A diisolasi dari pasien dengan sindrom berdasarkan serangkaian pengamaran: (1) morfologi
syok toksik streptokokus yang menghasilkan eksotoksin koloni dan reaksi hemolitik pada agar darah; (2)
streptokokus pirogenik A atau memiliki gen yang spesifisitas serologi substansi dinding sel spesifik-grup
me ngode kannya; sebaliknya, hanya sekitar l5o/o (klasifikasi Lancefeld) dan dinding sel lain atau antigen
streptokokus grup A yang diisolasi dari pasien lain yang kapsular; (3) reaksi biokimia dan resistansi terhadap faktor
memiliki gen tersebut. Elaotolsin streptokokus pirogenik kimia dan fisik; dan (4) gambaran ekologi. Pemeriksaan
C juga dapat berperan menyebabkan sindroma ini, biokimia tambahan dan genetika molekular juga telah
sedangkan peran eksotoksin streptokokus pirogenik B digunakan untuk mempelajari hubungan satu spesies
masih belum jelas. Streptokokus grup A yang menimbulkan streptokokus dengan spesies lainnya. Kombinasi metode-
sindrom syok toksik rerurama protein M tipe I dan 3. motede tersebut memungkinkan penggolongan streptokokus
STREPTOKOKUS 237

unruk kepentingan klinis dan epidegriologi, tetapi'ketika seielah pengamatan terhadap pertumbuhan koloni dan
pengelompokkan telah dibuat, muncul metode-metode sifat hemolisis. Pemeriksaan biokimia digunakariuntuk
baru yang menghasilkan beberapa klasifikasi yang telah spesies yang secara khas tidak bereaksi dengan preparat
disebutkan. Pada beberapa kasus, nama spesies yang antibodi yang biasa digunakan untuk substansi spesifik-
berbeda digunakan untuk mendeskripsikan organisme gruP, grup A, B, C, R dan G. Contohnya, streptokokus
yang sama; pada contoh lain, beberapa anggota spesies viridans bersifat a-hemolitik atau nonhemolidk dan tidak
yang sama dimasukkan ke dalam spesies lain atau bereaksi dengan antibodi yang umumnya digunakan untuk
dikelompokkan secara terpisah. Misalnya, genus klasifi kasi Lan cefi e ld. Pen ggolon gan spesies streptokokus
enterokokus yang saat ini disatukan dengan beberapa viridans'membutuhkan serangkaian pemeriksaan
spesies yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai biokimia.
streptokokus grup D.
Klasifikasi streptokokus diuraikan pada paragraf Klasifikasi Sireptokokus yang Menjadi
seianjutnya dan, dirangkum dalam Tabel I 5-l yang Perhatian Medis
merupakan pendekatan logis.
Streptokokus dan enterokokus berikut terutama
berhubungan dengan bidang medis. (Nama spesies yang
A. HEMoLIsIs
jarang ditemukan turut dikelompokkan untuk mengkla-
Karakteristik hemolisis ct dan 0 (dan nonhemolisis) rifikasi klasifikasi yang terdahulu dan saar ini.)
diuraikan di atas dan daiam Thbel 15-1. Pada beberapa
sistem klasifikasi, strain p-hemolitik meliputi srrain yang A, STREPT1coccIIs PYOGENES
memperlihatkan hemolisis a setelah inkubasi satu malam
Sebagian besar streptokokus yang mengandugrg antigen
pada agar darah domba 5o/o. Pada klasifikasi lain, hanya
grup A adalah S pyogezar. Organisme teisebut bersifat p-
strain yang menunjukkan hemolisis 0 y"ng dianggap
hemolitik. S pyogenes merupakan patogen utama pada
bersifat hemolitik, dan strain a-hemolitik dikelompokkan
manusia yang menimbulkan invasi lokal dan sistemik dan
dalam strain nonhemolitik. Namun, klasifikasi yang paling
kelainan imunologi pasca infeksi streptokokus. S pyogenes
praktis adalah dengan mengelompokkan streptokokus dan
secara khas menghasilkan zona hemolisis B yang besar
enterokokus ke dalam B-hemolitik, cr-hemolitik, atau
(berdiameter 1 cm) di sekitar koloni yang berdiameter
nonhemolitik. Klasifikasi pola hemolitik digunakan
terutama untuk streptokokus dan tidak untuk bakteri lain
lebih dari 0,5 mm. Organisme ini bersifat PYR-positif
(hidrolisis r--pirolidonil-2-naftilamid) dan biasanya sensitif
yang menyebabkan penyakit dan secara khas meng-
terhadap basitrasin.
hasilkan berbagai hemolisin.
B. STREPT}coccIIs AGALAcTIAE
B. SUESTANSI SPESIFIK-GRUP
(Klasrrrxast LaNcEFtELD) Organisme ini merupakan streptokokus grup B;
merupakan anggota flora normal traktus genitalia wanita
Asam panas atau ekstrak enzim mengandung substansi
dan penyebab penting sepsis dan meningitis pada
karbohidrat yang spesifik-grup. Substansi ini membuat neonatus. S agalactiae secara khas merupakan B-hemolitik
presipitin bereaksi dengan antiserum spesifik yang dan menghasilkan zona hemolitik yang sedikit lebih besar
memungkinkan penyusunan menjadi grup A-H dan K- daripada koloninya (diameter 1-2 mm). Streptokokus grup
U. Penentuan jenis umumnya dilakukan hanya pada grup B menghidrolisis natrium hipurat dan memberikan
A-C, F, dan G, yang menyebabkan penyakit pada manusia uji CAMP (Christie, Atkins, Munch-
respons positif pada
dan ketersediaan reagen yang memungkinkan penentuan Peterson).
jenis menggunakan aglutinasi sederhana atau reaksi warna.
C. GRUP C DAN D
C, POLISAKARIDA KAPSULAR
Kadang-kadang streptokokus tersebut terdapat di
Spesifisitas antigenik pada polisakarida kapsular nasofaring dan dapat menyebabkan sinusitis, bakteremia,
digunakan untuk menggolongkan S pneumoniaa menjadi atau endokarditis. Streptokokus grup C dan D sering
lebih dari 90 jenis dan untuk menggolongkan streptokokus terlihat seperri S pyogens grup A pada medium agar darah
grup B (S agalactiae). dan bersifat p-hemolitik. Organisme ini diidentifikasikan
melalui reaksi dengan antiserum spesifik untuk grup C
D. REAKSI BIOKIMIA atau G.
Pemeriksaan biokomia meliputi reaksi fermentasi gula,
pemeriksaan enzim, dan ujisensitivitas atau resistansi
D. ENTERoc,orrrr rorroLls (E FAEItul., E ouna*s)
terhadap zat kimia tertentu. Pemeriksaan biokimia paling Enterokokus adalah bagian dari flora normal usus. Karena
sering digunakan untuk menggolongkan streptokokus antigen grup D adalah suatu asam teikoat, antigen ini
238 BAB 15

bukanlah suatu penanda antigenik yang baik, dan J. STREPTOCOCCUS VIRIDANS


enterokokus kadan g-kadan g diidentifi kasikan berdasarkan
Sireptokokus viridans meliputi S mitis, S rnutans, S
sifat 1ain. Enterokokus biasanya bersifat nonhemolitik Ciri khas organisme
saliuarius, S sanguis, dan lain-lain.
dan kadang-kadang cr-hemolitik. Walaupun dianggap ini adalah sifat cx,-hemolitik, tetapi dapat juga
katalase-negatif, enterokokus kadang-kadang merupakan
nonhemolitik. Pertumbuhannya tidak dihambat oleh
katalase-positif lemah. Organisme ini bersifat P\iR-positif.
optokin, dan koloninya tidak larut dalam empedu
Enterokokus tumbuh bila ada empedu dan eskuiin (deoksikolat). Streptokokus viridans merupakan anggota
hidrolisa (eskulin empedu positil); tumbuh pula dalam flora normal yang paling banyak ditemukan di saluran
NaCl 6,5%. Organisme ini lebih resistan terhadap napas atas dan penting untuk menjaga kesehatan membran
penisilin G daripada streptokokus, dan jarang ditemukan mukosanya. Organisme ini dapat masuk ke peredaran
isolat yang memiliki plasmid yang mengodekan B- darah karena trauma dan menjadi penyebab utama
laktamase. Banyak isolat enterokokus yang resistan endokarditis pada katup jantung yang abnormal. Beberapa
terhadap vankomisin. streptokokus viridans (mis, S rnutans) menyintesis
polisakarida besar seperti dekstran atau levans dari suk-
E. STREPTococcus Eovts
rosa dan berperan penting pada pembentukan karies gigi'
Streptokokus ini adalah streptokokus grup D nonenterokokus.
Mereka bagian dari flora normal usus, kadang-kadang K. STREPTOKOKUS VARIAN SECARA NUTRISI
menyebabkan endokarditis, dan bakteremia pada pasien
Streptokokus varian secara nutrisi (Abionophia adjacens,
karsinoma kolon. Organisme ini bersifat PYR-negatif dan sebelumnya Streptococcus adiacens, dan Abiotrophia
nonhemolitik. Tumbuh dalam empedu dan eskulin u a, sebelumnya S tr ep to c o c c u s d efe c tiu u ) telah di ken al
defe c ti
hidrolisa (eskulin empedu positif) tetapi tidak tumbuh sebagai "streptokokus defisiensi nutrisi", "stereptokokus
dalam NaCl 6,50/0. S bouis sering diklabifikasikan sebagai dependen piridoksal", dan nama lainnya. Organisme ini
streptokokus viridans. membutuhkan piridoksal atau sistein untuk tumbuh di
agar darah atau tumbuh sebagai koloni satelit di sekitar
F. GRUP STREPTOCOCCUS AN6,NOSUS
koloni stafilokokus dan bakteri lain. Kelompok ini
Nama spesies lain untuk S anginosus adalah S constellarus, biasanya bersifat cr-hemolitik tempi dapat juga nonhemo-
S intermedius, dan S milleri. Streptokokus ini merupakan litik. Mereka merupakan bagian dari flora normal dan
bagian flora normal. Mereka dapat bersifat p-hemolitik, kadang-kadang menyebabkan bakteremia atau endokarditis
cr-hemolitik, atau nonhemolitik. Grup S rtnginosus serta dapat ditemukan pada abses otak dan infeksi lain.
meliputi streptokokus p-hemolitik yang membentuk Pemberian suplementasi medium agar darah dengan
koloni kecil (diameter < 0,5 mm) dan bereaksi dengan piridoksil memungkinkan penemuan kembali organisme ini.
anriserum grup A, C, atau G dan semua streptokokus p-
hemolitik grup F. Streptokokus yang merupakan grup A L. PEprosrREPTococcus (BANYAK Srestes)
bersifat PYR-negatif. S anginosus menghasiikan uji Voges-
Streptokokus ini hanya tumbuh dalam kondisi anaerobik
Proskauer positif. Streptokokus ini dapat dikeiompokkan
atau mikroaerofilik dan menghasilkan berbagai hemolisin.
sebagai streptokokus viridans.
Streptokokus ini adalah bagian flora normal mulut, saluran
napas atas, usus, dan traktus genitalia PeremPuan.
G. STREPTOKOKUS GRUP N Organisme ini bersama-sama dengan berbagai spesies
Organisme ini jarang ditemukan pada penyakit manusta bakteri Iain sering menimbuikan infeksi bakteri
campuran di abdomen, pelvis, paru, atau otak.
-.nt.Oabkan koagulasi normal (pengasaman) pada
::,:X]
Patogenesis & Temuan Klinis
H. STREPToKOKUS GRUP E, F, G, H, DAN K*U Bermacam-macam proses penyakit yang berbeda
disebabkan oleh infeksi streptokokus. Sifat biologi
Streptokokus ini terutama terdapat pada hewan selain
organisme penyebab infeksi, sifat respons imun pejamu,
manusia dengan pengecuralian yang telah disebutkan.
dan port d'enty'e infeksi sangat memengaruhi gambaran
patologis. Infelai dapat dibagi menjadi beberapa kategori.
I. STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE

Pneumokokus bersifat o-hemolitik. Pertumbuhannya A. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH INVASI


dihambat oleh optokin (etilhidrokuprein hidroklorida), STREproKoKus B-HEMoLtilK GRUP A (s Pl'ocENEs)
dan koloninya larut dalam empedu. Perannya dalam Port d'entrie menentukan gambaran klinis utama. Namun,
menimbulkan penyakit dibahas secara terPisah di bawah' pada setiap kasus terjadi penyebaran infeksi secara luas
STREPTOKOKUS 239

dan cepat yang mengenai jaringan dan menjalar sepan- klinis yang serupa dapat terjadi pada infetr<si mononukleosis,
jang jalur limfatik dengan supurasi lokal yang minimal. difteri, infeksi gonokokus, dan infeksi adenovirus.
Dari sistem limfatik, infeksi dapat menyebar ke aliran Infeksi streptokokus pada saluran naPas atas biasanya
darah. tidak mengenai paru. Pneumonia yang disebabkan oleh
streptokokus B-hemolitikus biasanya berkembang dengan
1. Erisipelas-Jika port d'en*ie berada di kulit, terjadi
cepat dan berat; pneumonia ini paling sering terjadi
erisipelas, dengan edema masif kecoklatan dan tepi infeksi
sebagai sequela penyakit virus, contohnya, influenza atau
yang cepat melebar.
campak, yang tampaknya sangat me ningkatkan
2. Selulitis-Selulitis streptokokus merupakan infeksi kerentanan.
kulit dan jaringan .ubkuta.t akut yang cepat -eny.b"r.
Kelainan ini terjadi setelah infeksi akibat trauma, luka
2. Pioderma streptokokus-lnfeksi lokal pada lapisan
kulit superfisial, khususnya pada anak, disebut impetigo.
bakar, luka, atau insisi bedah. Terdapat rasa nyeri, nyeri
Infeksi ini ditandai dengan lepuh superfisial yang mudah
tekan, bengkak, dan eritema. Selulitis dibedakan dari
pecah dan permukaan daerah yang mengalami erosi
erisipelas dengan dua temuan klinis: Pada selulitis, lesi
terbuka ditutupi oleh pus dan krusta. Penyakit ini
tidak meninggi dan batas antara jaringan yang sakit dan
menyebar ke tempat yang berdekatan dan bersifat sangat
yang sehar tidak jelas.
menular, terutama di ikiim yang panas dan lembap.
3. crotizing fasciitis ( gangren streptokokus)-Infeksi
Ne Infei<si yang lebih meluas terjadi pada kulit yang terkena
ini mengenai jaringan subkutan dan fascia. Nekrosis eksema atau kulit yang terluka atau pada luka bakar, dan
menyebar luas dengan sangat cepat di kulit dan jaringan dapat berkembang menjadi selulitis. Infeksi kulit akibat
subkutdn. Bakteri selain streptokokus grup A juga dapat streptokokus grup A sering disebabkan oieh tipe M 49,
menyebabkan necrotizing fasciitis. Streptokokus grup A 57 dan 59-6I dan dapat mengakibatkan glomerulonefritis
yan g menyeb abkan n e c r o t i z in g fas c i i t is kadan g-kadan g tapi jarang mengakibatkan demam rematik.
disebut "bakteri pemakan-daging".
4. Demam puerperalis-Jika streptokokus masuk ke C, ENDoKARDITIS INFEKTIF
dalam uterus setelah persalinan, terjadi demam
puepuralis, yang pada dasarnya merupakan septikemia 1. Endokarditis akut-selama bakteremia, streptokokus
yang berasal dari luka yang terinfeksi (endometritis). hemolitik, pneumokokus, atau bakteri lain dapat
menempel pada katup jantung yang normal atau yang
5. Sepsis-Infeksi streptokokus pada luka operasi atau
sebelumnya telah rusak dan mengakibatkan endokarditis
luka akibat trauma dapat mengakibatkan sepsis atau
demam scarlet bedah..
akut. Destruksi cepat pada katup jantung sering
menyebabkan gagal jantung yang fatal dalam beberapa
hari atau minggu kecuali prostesis dapat dipasang selama
B. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH INFEKSI terapi. antimikroba. S aureu.r dan basil gram negatif kadang-
LoKAL S PY'GENES B-HEMOLITIK GRUP A DAN kadang juga menimbulkan penyakit ini, terutama pada
PRO DUK -PRoDUK NY A pengguna narkotika. Pasien dengan katup jantung
prostetik memiliki risiko khusus.
l. Nyeri tenggorok streptokokus-Infeksi tersering akibat
streptokokus B-hemolitik adalah nyeri tenggorok 2. Endokarditis subakut-Endokarditis subakut sering
streptokokus. Streptokokus grup A yang virulen menempel mengenai katup yang abnormal (deformitas kongenital
pada epitei faring dengan pili permukaan yang dilapisi dan lesi rematik atau aterosklerotik). Meskipun setiap
oleh asam lipoteikoat. Fibronektin glikoprotein (BM organisme yang masuk ke aliran darah dapat menetaP
440.000) pada sel epitel mungkin bertindak sebagai ligan pada lesi trombosis yang timbul pada endotel yang cedera
asam lipoteikoat. Pada bayi dan anak kecil, penyakit ini akibat stres sirkulasi, endokarditis subakut paling sering
timbul sebagai nasofaringitis subakut dengan sekret serosa disebabkan oleh flora normal saluran napas atau saluran
yang encer dan demam ringan tetapi dengan kecenderungan cerna yang secara tidak sengaja masuk ke peredaran
terjadi penyebaran infeksi ke telinga tengah, rnastoid, darah. Setelah ekstraksi gigi, sedikitnya 30o/o pasien
dan selaput otak. Kelenjar getah bening servikal biasanya mengalami bakteremia sueptokokus viridans. Streptokokus
membesar. Penyakit ini dapat berlangsung selama ini, merupakan organisme yang paling banyak di saluran
berminggu-minggu. Pada anak yang lebih tua dan orang napas atas dan juga merupakan penyebab tersering
dewasa, penyakit ini lebih akut dan ditandai dengan endokarditis bakterial subakut. Streptokokus grup D juga
nasofaringitis berat, tonsilitis, dan membran mukosa sering menjadi penyebab endokarditis subakut. Sekitar
membengkak dan berwarna sangat merah, dengan eksudat 5-l0o/o kasus disebabkan oleh enterokokus yang berasal
purulen; dan (biasanya) demam tinggi. Dua puiuh persen dari usus atau saluran kemih. Lesi berkembang secara
dari seluruh infeksi berlangsung asimtomatik. Gambaran lambat, dan beberapa proses penyembuhan menyertai
240 BAB 15

peradangan aktif; vegetasi mengandung fibrin, trombosit, endometritis pascapartum, setelah ruptur viskus
sel-sel darah, dan bakteri yang menempei di katup jantung. abdominal, atau supurasi kronik pada paru. Pus biasanya
Perjalanan klinisnya berkembang secara bertahap,. tecapi berbau busuk. Berbagai streptokokus lain (grup C-L dan
j.ika tidak diobati, dapat menyebabkan kematian. O) yang biasanya ditemukan pada hewan iain kadang-
Gambaran klinis yang khas antara lain adalah demam, kadang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
anemia, lemah, murmur jantung, fenomena embolik, Streptokokus grup B meiupakan bagian flora normal
pembesaran limpa, dan lesi ginjal. vagina pada 5-25o/o wanita. Infeksi streptokokus grup B
selama satu bulan pertama setelah kelahiran dapat
D. INFEKSI STREPToIioKUS GRUP INvASIF, A menimbulkan sepsis fulminan, meningitis, atau sindroma
SINDROM SY0K ToKSIK STREPToKoKUS, DAN gawat napas. Pemberian ampisilin intravena pada masa
DEMAM ScARTET intrapartum tampaknya menghambat kolonisasi pada bayi
Infeksi streptokokus grup A yang invasif dan fulminan dengan ibu carrier streptokokus grup B.
dengan sindrom syok toksii< streptokokus ditandai dengan
syok, bakteremia, gagal napas, dan kegagalan multi-organ. F. PENYAKIT PAScASTREPTOKOKUS
Terjadi kematian pada sekitar 307o pasien. Infeksi (DrNlu REMATTK, GroNenuLoHEFRrils)
cenderung terjadi setelah traur,na minor tidak terkecuali
Setelah infeksi akut akibat streptokokus grup A, terdapat
pada orang yang sehat dengan beberapa infeksi jaringan
lunak. Infelai tersebut dapat berupa nerotizing fasciitis,
periode laten selama l-4 minggu, kadang-kadang
selanjutnya terjadi nefritis atau demam rematik. Periode
miositis, dan infelai pada jaringan lunak di tempat lain.
laten menunjukkan bahwa penyakit pascastreptokokus
Sering terjadi bakteremia pada pasien dengan infeksi
streptokokus grup A yang berat. Pada beberapa pasien,
ini tidak disebabkan oleh efek langsung bakteri yang
tersebar melainkan respons hipersensitivitas. Nefritis lebih
terutama yang terinfeksi dengan streptokokus grup A tipe
sering didahului oleh infeksi kuiit; demam rematik, oleh
M I atau 3, penyakit ditandai dengan infeksi jaringan
infeksi saluran napas.
lunak lokal yang disertai oleh demam dan syok yang
memburuk secara cepat dan kegagalan multiorgan. 1. Glomerulonefritis akut-Penyakit ini kadan g-kadan g
Eritema dan deskuamasi dapat terjadi. Streptokokus grup timbul 3 minggu setelah infeksi streptokokus, terutama
A tipe M I dan 3 (dan tipe 12 dan28) yang menghasiikan tipe M 12,4,2, dan 49. Beberapa strain terutama bersifat
eksotoksin pirogenik A atau B menyebabkan infeksi nefritogenik. Pada satu penelitian, 23Vo anak-anak dengan
berat. Toksin-toksin tersebut dan protein M bertindak infeksi kulit akibat strain tipe 49 menderita nefritis atau
sebagai superantigen, yang menstimulasi sel T dengan hematuria. Tipe M yang bersifat nefritogenik lainnya
MHC (major histocompatibility complex)
berikatan dengan adalah tipe 59-61. Setelah meneliti infeksi streptokokus
kelas II T yang teraktivasi
pada regio Vo reseptor sel T. Sel nefritis kurang dari 0,5o/o.
secara acak, insidensi
melepaskan sitokin'yang memediasi syok dan cedera Giomerulonefritis dapat diawali oleh kompleks
jaringan. Mekanisme kerjanya tampaknya serupa dengan antigen-antibodi pada membran basalis glomerulus.
mekanisme akibat toksin-1 sindrom syok toksik Antigen yang paling penting kemungkinan terdapat pada
streptokokus dan enterotoksin stafilokokus. membran protoplasma streptokokus. Pada nefritis akut
Eksotoksin pirogenik A-C juga menyebabkan demam ditandai dengan adanya darah dan protein di urine,
scarlet yang berkaitan dengan faringitis streptokokus grup edema, tekanan darah tinggi, dan retensi urea-nitrogen;
A atau dengan infeksi kuiit atau jaringan lunak. Faringitis kadar komplemen serum rendah. Beberapa pasien
dapat berat. Ruam muncul di badan setelah 24 jam meninggal; beberapa lainnya menderita glomerulonefritis
perjalanan pe nyakit dan menyebar ke ekstremitas. kronik dengan gagal ginjal stadium akhir; dan sebagian
Sindrom syok toksin streptokokus dan demam scarlet besar pulih sempurna.
merupakan penyakit yang secara klinis tumpang tindih.
2. Demam Rematik-lni merupakan sequela paling serius
dari infeksi streptokokus hemolitik karena menyebabkan
E, INFEKSI LAIN
kerusakan pada katup dan otot jantung. Strain tertentu
Berbagai streptokokus, khususnya enterokokus, dapat streptokokus grup A memiliki antigen sel membran yang
menyebabkan infeksi saluran kemih. Streptokokus bereaksi-silang dengan antigen jaringan janrung manusia.
anaerob (p ep tostreptoco ccus) terdapat di traktus genitalia Serum penderita demam rematik mengandung antibodi
perempuan, muiut, dan usus yang normal. Organisme terhadap antigen tersebut.
tersebut dapat menimbulkan lesi supuradf, kadang-kadang Demam r€matik sering didahului oleh infeksi
sendirian tetapi paling sering bersama-sama dengan streptokokus grup A 1-4 minggu sebelumnya, meskipun
organisme anaerob lain, terutama Bacteroides. Infeksi infeksi tersebut ringan dan tidak terdeteksi. Namun,
seperti ini dapat timbul di dalam luka, payudara, secara umum, pasien dengan nyeri tenggorok streptokokus
STREPTOKOKUS 241

yang lebih berat memiliki kesempatan yang iebih besar organisme anaerob, medium anaerob yang sesuai juga
untuk menderita demam rematik. Infeksi streptokokus harus inokulasikan. Inkubasi dalam i0% CO, sering
yang tidak diobati, yang diikuti dengan demam rematik, mempercepat hemolisis. Penggoresan inokulum ke dalam
terjadi pada kira-kira 3o/o anggora militer dan 0,370 anak- agar darah juga memberikan efek serupa, karena otraigen
anak sipil pada tahun 1950-an. Pada tahun 1980-an, tidak dapat dengan mudah berdifusi menembus medium
demam rematik relatif jarang ditemukan di Amerika untuk mencapai tempat organisme tertanam di dalamnya,
Serikat (<0,05% infeksi streptokokus), tetapi terjadi dan oksigeniah yang menginaktivasi streptolisin O.
hingga 100 kaii lebih sering di negara tropis, misainya Biakan darah akan menumbuhkan streptokokus
Mesir, dan merupakan fenyebab terpenting penyakit hemolitik grup A (misalnya pada sepsis) dalam beberapa
jantung pada anak muda di negara berkembang. jam atau hari. Streptokokus o-hemolitik dan enterococcus
Tanda dan gejala khas demam rematik antara lain tertentu mungkin tumbuh secara lambat, sehingga biakan
adalah demam, malaise, poliartritis nonsupuratif migrans, darah pada kasus yang dicurigai endokarditis kadang-
dan peradangan di seluruh bagian jantung (endokardium, kadang tidak menunjukkan hasil positif dalam beberapa
miokardium, pe rikardium). Karditis secara khas hari.
menyebabkan penebaian dan deformitas katup serta Derajat dan jenis hemolisis (dan bentuk koloni) dapat
timbulnya granuloma perivaskular kecil di miokardium membantu meletakkan organisme pada kelompok yang
(badan Aschoff) yang akhirnya digantikan oleh jaringan tepat. Streptokokus grup A dapat segera diidentifikasi
parut. Laju endap eritrosit, kadar transaminase serum, melalui tes fluoresens antibodi, tes PYR, dan tes spesifik
elektrokardiogram, dan pemeriksaan lain digunakan yang cepat untuk antigen spesifik-grup A. Pengelompokkan
untuk mengukur aktivitas rematik. dan penentuan jenis secara seroiogi dengan tes presipitin
Demam rematik cenderung aktif kembali oleh infelai atau tes koagulasi harus dilakukan bila diperlukan
streptokokus berulang, tetapi hal ini tidak terjadi pada klasifikasi yang pasti dan untuk alasan epidemiologik.
nefritis. Serangan pertama demam rematik biasanya hanya Streptokokus yang termasuk dalam grup A dapat juga
menimbulkan kerusakan jantung ringan, tetapi akan diidentifikasi secara perkiraan dengan menghambat
bertambah pada setiap serangan selanjutnya. Karena itu, pertumbuhannya menggunakan basitrasin, tetapi hal ini
pendng untuk melindungi pasien dari infeksi ulang oleh sebaiknya hanya digunakan bila pemerilsaan definitif lain
streptokokus B-hemolitik grup A dengan memberikan tidak tersedia.
penisilin profilaktik.
D. UJI DETEKSI ANTIGEN
Uji Laboratorium Diagnostik Beberapa alat komersial tersedia untuk menguji antigen
A. SPESIMEN streptokokus grup A dari usapan tenggorok secara cePat.
Peralatan ini menggunakan metode enzimatik atau
Spesimen diambil sesuai asal infeksi streptokokus. Usapan
kimiawi untuk mengekstraksi antigen dari usapan, lalu
tenggorok, pus, atau darah diambil untuk biakan. Serum
menggunakan EIA atau tes aglutinasi untuk menunjukkan
diambil untuk penentuan antibodi. adanya antigen. Tes ini dapat selesai dalam beberapa menit
atau jam setelah spesimen diambil. Sensitivitas tes ini
B. SEDIAAN APUS adalah 60-90o/o dan spesifisitasnya 98-99o/o bila
dibandingkan dengan metode biakan. Tes ini lebih cepat
Sediaan apus dari pus lebih sering memperiihatkan kokus
daripada biakan.
tunggal atau berpasangan daripada rantai yang jelas.
Kokus kadang-kadang bersifat gram negatif karena
organisme tidak lagi aktif (non uiable) dan kehilangan E. PEHERIKSAAN SERoLoGI
kemampuannya untuk menahan pewatnaan biru (kristal
Peningkatan titer antibodi terhadap berbagai antigen
violet) sehingga ddak menjadi gram-posidf. Jika Sediaan streptokokus grup A dapat dihitung: Antibodi tersebut
apus memperlihatkan streptokokus tetapi tidak tumbuh
antara lain adalah antistreptolisin O (ASO), khususnya
pada biakan, harus dicurigai organisme anaerob. Sediaan
pada penyakit pernapasan; anti-Dnase dan antihialuronidase,
usap tenggorok jarang membantu karena streptokokus khususnya pada infeftsi kulit; antistreptokinase; antibodi
(viridans) selalu ada dan terlihat serupa dengan spesifik tipe anti-M; dan lain-lain. Di antara semua ini,
streptokokus grup A pada sediaan yang diwarnai. yang paling sering digunakan adalah titer anti-ASC)'
C. BIAKAN
lmunitas
Spesimen yang dicurigai mengandung streptokokus Resistansi terhadap penyakit streptokokus bersifat spesifi k
dibiakkan pada lempeng agar darah. Jika diduga ada untuk setiap tipe (type+pecif.c). Karena itu, pejamu yang
242 BAB 15

teiah sembuh dari infeksi akibat salah satu streptokokus Sumber utama streptokokus grup A adalah orang yang
grup A tipe M relatif tidak rentan terhadap infei<si oleh memiiiki banyak organisme ini. Individu dapat mengalami
tipe yang sama tetapi sangat rentan terhadap infeksi infeksi klinis atau subklinis atau dapat menjadi carrier
dengan tipe M lainnya. Antibodi yang spesifik untuk tipe yang menularkan streptokokus secara langsung ke orang'
anti-M dapat ditemukan dengan tes yang memanfaatkan lain melalui droplet dari saluran napas atau kulit. Sekret
fakta bahwa streptokokus segera mati dengan proses hidung dari orang yang membawa streptokokus B-
fagositosis. Protein M mengganggu fagositosis, tetapi hemolitik adalah sumber penyebaran organisme yang
dengan adanya antibodi spesifik-tipe terhadap protein paling berbahaya. Penyebaran melalui seprai, peralatan,
M, streptokokus dibunuh oleh leukosit manusia. atau pakaian yang terkontaminasi diragukan. Ambing sapi
Antibodi untuk streptolisin O (antistreptolisisn O, perahan yang terinfeksi dapat menyebabkan penyebaran
ASO) terbentuk setelah infeksi; antibodi ini menghambat streptokokus B-hemolitik secara epidemik. Pengelompokan
hemolisis oleh streptolisin O tetapi tidak menunjukkan dan penentuan tipe streptokokus secara imunoiogik
imunitas. Titer yang tinggi (>250 unit) menandakan infeksi merupakan alat yang bermanfaat untuk melacak jejak
yang baru saja terjadi atau infeksi ulang dan lebih sering rantai transmisi epidemiologi.
ditemukan pada penderita rematik daripada penderita Tindakan pengendalian terutama ditujukan pada
infeksi streptokokus tanpa komplikasi. sumber manusia:
(1) Detelcsi dan terapi antimikroba dini pada infeksi
Pengobatan saluran napas dan infeksi kulit oleh streptokokus grup A.
Pemberantasan streptokokus secara cepat pada infeksi
Semua streptokokus B-hemolitik grup A sensitif terhadap
awal dapat secara efektif mencegah terjadinya penyakit
penisilin-G, dan paling sensitif terhadap eritromisin.
pascastreptokokus. Diperlukan kadar penisilin yang
Beberapa di antaranya resistan terhadap tetrasiklin. Sensi-
adekuat di jaringan selama 10 hari (misalnya, benzatin
tivitas streptokokus cr-hemolitik-dan enterokokus terhadap
penisilin G yang diberikan sekali melalui intramuskular).
obat antimikroba bervariasi. Khususnya pada endokarditis
Eritromisin merupakan aiternatif obat pilihan.
bakterial, tes sensitivitas antibiotik berguna untuk menen-
(2) Kemoprofilaksis antistreptokokus pada orang yang
tukan obat yang dapat digunakan agar pengobatan optimal.
menderita serangan demam rematik. Ini meliputi
Aminoglikosida sering meningkatkan daya bakterisidal
pemberian satu injeksi benzatin penisilin-G secara
penisilin terhadap streptokokus, terutama enterokokus.
intramuskular, setiap 3-4 minggu, atau penisilin oral atau
Obat antimikroba tidak memberikan efek pada
sulfonamid oral setiap hari. Serangan pertama demam
glomeruionefritis dan demam rematik yang telah terjadi.
rematik jarang menyebabkan kerusakan jantung yang
Namun, pada infeksi streptokokus akut, setiap upaya
besar. Namun, orang tersebut sangat rentan terhadap
harus dilakukan untuk segera memberantas streptokokus
infeksi ulang oleh streptokokus yang mencetuskan
dari pasien, menghilangkan rangsangan antigenik
kekambuhan aktivitas rematik sehingga menimbulkan
(sebelum hari ke-S) sehingga dapat mencegah penyakit
kerusakan jantung. Kemoprofil4ksis pada individu ini,
pascastreptokokus. Dosis penisilin dan eritromisin yang
terutama anak-anak, harus dilanjutkan selama bertahun-
di jaringan selama 10 hari
menghasilkan kadar efektif
tahun. Kemoprofilaksis tidak diberikan pada glomerulo-
biasanya dapat memberantas streptokokus. Obat
nefritis karena jumlah streptokokus tipe nefritogenik
antimikroba juga sangat bermanfaat mencegah infeksi
sedikit. Terdapat pengecualian untuk kelompok keluarga
ulang oleh streptokokus p-hemolitik grup A pada
yang banyak menderita nefritis pascastreptokokus.
penderita demam rematik.
(3) Pemberantasan streptokokus grup A dari carrier.
Hal ini sangat penting blla carrier berada di ruangan
Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian
seperti ruang bersaiin, ruang operasi, bangsal, atau ruang
Berbagai streptokokus (streptokokus viridans, enterokokus, perawatan. Sayangnya, sering kali sulit untuk memberantas
dll.) merupakan bagian flora normal pada tubuh manusia. streptokokus B-hemolitik dari carrier permanen, dan
Bakteri-bakteri ini menyebabkan penyakit hanya bila kadang-kadang individu harus dijauhkan dari arca yang
berada di bagian tubuh yang normalnya tidak didiami "sensitiF'selama beberapa waktu.
bakteri-bakteri ini (misalnya katup jantung). Untuk (4) Pengendalian debu, ventilasi, penyaringan udara,
mencegah keadaan tersebut, terutama selama pembedahan sinar ultraviolet, dan semprotan aerosol diragukan
saluran napas, saluran cerna, dan saiuran kemih yang efisiensinya dalam mengendalikan transmisi streptokokus.
dapat mengakibatkan bakteremia sementara, obat Susu harus selalu dipasteurisasi.
antimikroba sering diberikan untuk profilaksis kepada (5) Streptokokus grup B paling banyak menyebabkan
orang yang diketahui memiliki kelainan katup jantung sepsis neonatus pada saat ini. Organisme ini ditularkan
dan pada orang yang memakai katup jantung atau sendi dari traktus genitalia ibu, yang men jadi carrier
Prosrerik. asimtomatik. Penyakit pada neonatus dapat disebabkan
STREPTOKOKUS 243

oleh defisiensi antibodi ibu. Penyakit ai<ibat streptokokus yang membatasi pertumbuhan. Bila pada selang waktu
grup B pada neonatus dapat dicegah dengan memberikan tertentu dilakukan netralisasi biakan kaldu dengan basa,
obat profilatr<sis pada ibu yang biakannya positif dan pada akan menyebabkan pertumbuhan yang masif.
ibu yang mengalami persalinan prematur atau ketuban
pecah yang lama. D. VARrasr

Isolat pneumokokus yang menghasilkan banyak kapsul


STREPTOCOCCU S PN EU M O N I AE menumbuhkan koioni mukoid yang besar. Produksi
Pneumokoku s (S pneumoniae) adalah diplokokus gram kapsul tidak diperlukan untuk pertumbuhan pada medium
positif, sering berbentuk-lanset atau tersusun seperri agar sehingga tidak terjadi produksi kapsul sesudah
rantai, memiliki kapsui polisakarida yang digunakan dilakukan beberapa subbiakan. Namun, pneumokokus
untuk penentuan tipe dengan antiserum spesifik. akan menghasilkan kapsul lagi dan meningkatkan virulensi
Pneumokokus dapat dengan mr-rdah dilisiskan oleh zat bila diinjeksikan pada tilcus.
aktif-permukaan seperti garam empedu. Zat akrif-
permukaan kemungkinan memindahkan atau mengin- Struktur Antigen
aktivasi inhibitor autolisin dinding se1. PneumokokuS A. STRUKTUR KOMPoNEN
normalnya terdapat di saluran napis atas pada sekitar J-
4070 manusia dan dapat menyebabkan pneumonia, Dinding sel pneumokokr-rs memiliki peptidoglikan dan
sinusitis, otitis, bronkitis, bakteremia, meningitis, dan asam teikoat, seperti streptokokus lainnya. Polisakarida
proses infeksi lainnya. kapsular berikatan secara kovalen dengan peptidoglihan
dan dengan polisakarida dinding sel. Polisakarida kapsular
Morfologi dan ldentifikasi berbeda secara imunoiogis untuk setiap tipe yang
berjumlah lebih dari 90 tipe.
A. CIRI KHAs ORGANISME
Diplokokus gram positif berbentuk lancet yang khas B. REAKSI OUELLUNG
(Gambar 15-2) sering terlihat pada spesimen biakan muda.
Pada sputum atau pus, juga terlihat kokus tunggal atau Bila pneumokokus tipe tertentlr dicampur dengan serum
rantai kokus. Dengan bertambahnya usia, organisme ini antipolisakarida spesifik dengan tipe yang sama-atau
cepat menjadi gram negatif dan cenderung mengalami dengan antiserum polivalen-pada kaca objek mikroskop,
lisis secara spontan. kapsul akan sangat membengkak, dan organisme
Autolisis pneumokokus sangat meningkat bila ada zat mengalami aglutinasi oleh ikatan silang antibodi.
aktif-permukaan. Lisis pneumokokus terjadi dalam Pemeriksaan ini bergr.rna untuk identif-ikasi cepat dan
beberapa menit bila empedu sapi (10%) atau natrium untuk penentuan tipe organisme, baik pada sputlrm atau
deoksikolat (2%) ditambahkan ke dalam biakan atau biakan. Antiserum polivaler-r, yang mengandung andbodi
terhadap seluruh tipe ("ornr.riserum"), merupakan reagen
suspensi organisme di dalam kaldu pada pH netral.
yar.rg baik untuk penenruan cepat secara mikroshopik
Streptokokus viridans tidak mengalami lisis sehingga
adanya pr-reumokokus di dalam sputum segar.
mudah dibedakan dari pr.reumokokus. Pada medium padat,
pertumbuhan pneumokokus dihambat disekitar diskus
optokin; streptokokus viridans tidak dihambat oleh optokin.
Faktor lain yang mengidentifikasikan pneumokokus
antara lain adalah hampir semua bersifat virulen bagi
tikus bila disuntikkan secara intraperitoneal dan "tes
pembengkakan kapsule (capsule swelling rest)", atau reatr<si

quellung (lihat di bawah).

B. BIAKAN
Pneumokokus membentuk koloni bulat yang kecil,
awalnya berbentuk kubah dan kemudian timbul lekukan
dibagian tengahnya dengan pinggiran yang meninggi.
Pneumokokus bersifat cr-hemolitik pada agar darah.
Pertumbuhan bakteri ini ditingkatkan oleh 5-10o/o COr.

C, SIFAT PERTUMBUHAN

Sebagian besar energi didapatkan dari Fermentasi glukosa; Gamhar 15-2. Gambaran pneumokokus dari mikroskop
proses ini disertai oleh produksi asam laktat secara cepat, e ektron
I
244 BAB 15

Patogenesis Dinding alveoli tetap utuh normal selama terjadinya


A. TIPE-TIPE PNEUMoKoKUS
infeksi. Kemudian, sel mononuklear melakukan
fagositosis terhadap debris secara aktif, dan fase liquid
,Pada orang dewasa, tipe 1-8 menyebabkan sekkar 75Vo ini secara berangsur-angsur akan diabsorbsi. Pneumokokus
kasus pneumonia pneumokokus dan menyebabkan lebih dibawa oleh sei fagosit dan dicerna di dalam sel.
dari separuh kasus bakteremia pneumokokus yang faral;
pada anak-anak, tipe 6, 14, 19, dan 23 merupakan Temuan Klinis
penyebab yang sering.
Onset pneumonia pneumokokus biasanya mendadak,
B. PRODUKSI PENYAKIT
disertai oleh demam, menggigil, dan nyeri pieura yang
tajam. Sputumnya mirip dengan eksudat alveoli, secara
Pneumokokus menimbulkan penyakit melalui kemam- khas mengandung darah atau seperti karat. Pada awal
puannya bermultiplikasi di jaringan. Organisme ini tidak penyakit ini, ketika demam tinggi, terjadi bakteremia
menghasilkan toksin yang bermakna. Virulensi organisme
pada l0-20o/o kasus. Dengan terapi antimikroba, penyakit
ditentukan oleh kapsulnya, yang mencegah atau biasanya dapat sembuh dengan cepat; jika obat diberikan
menghambat fagositosis. Serum yang mengandung lebih awal, pembentukan konsolidasi dapat dicegah.
antibodi terhadap polisakarida spesifik-tipe melindungi Pneumonia pneumokokus harus dibedakan dari
dari infeksi. Jika serum seperri ini diabsorbsi oleh infark paru, atelektasis, neoplasma, gagal jantung
polisakarida spesifik-tipe, serum ini akan kehilangan kongestifl, dan pneumonia yang disebabkan oleh berbagai
fungsi protelainya. Hewan atau manusia yang diimunisasi bakteri lain. Empiema (pus di dalam ruang pleura)
dengan polisakarida pneumokokus ripe tertentu akan merupakan komplikasi penting dan memerlukan aspirasi
kebal terhadap pneumokokus tipe yang sama dan dan drainase.
memiliki antibodi presipitasi dan opsonisasi untuk tipe Dari saluran napas, pneumokokus dapat mencapai
polisakarida tersebut. tempat iain. Sinus dan telinga tengah merupakan daerah
yang paling sering terlibat. Infeksi kadang-kadang
C. KEHILANGAN KEKEBALAN ALAHI
menyebar dari mastoid ke meninges. Bakteremia akibat
Karena sekitar 40-70o/o manusia suatu waktu menjadi pneumonia memiliki tiga serangkai komplikasi:
carrier pneumokokus yang virulen, mukosa saluran napas meningitis, endokarditis, dan artritis septik. Dengan
yang normal harus memiliki pertahanan alami yang baik menggunakan kemoterapi secara dini, endokarditis
terhadap pneumokokus. Beberapa faktor yang dapat pneumokokus akut dan artritis pneumokokus akut
melemahkan pertahanan ini sehingga menjadi predisposisi menjadi jarang terjadi.
infeksi pneumokokus adalah sebagai berikur:
i. Infeksi saluran napas akibat virus arau lainnya yang Uji Laboratorium Diagnostik
merusak permukaan sel; akumulasi mukus yang abnormal
(misalnya, alergi), yang melindungi pneumokokus dari Darah diambil untuk biakan, dan sputum dikumpulkan.
proses fagositosis; obstruksi bronkus (misalnya, untuk melihat pneumokokus dengan apusan dan biakan.
atelektasis); dan trauma pada saluran napas akibat iritan
Pemeriksaan antibodi serum tidak praktis dilakukan.
yang mengganggu fungsi mukosiliar. Sputum dapat diperiksa dengan berbagai cara.
2. Intoksikasi alkohol atau obat, yang menekan
aktivitas fagositik, menekan refleks batuk, dan A, PEWARNAAN SEDIAAN APUS

memudahkan terjadinya aspirasi benda asing. Pewarnaan Gram pada sputum yang berwarna kuning
3. Dinamika sirkulasi yang abnormal (misal, kongesti kecoklatan menunjukkan organisme yang khas, banyak
paru, gagal jantung). neutrofii polimorfonuklear, dan banyak sel darah merah.
4. Mekanisme iain, misalnya malnutrisi, debilitas
umum, anemia sel sabit, hiposplenisme, nefrosis, atau B. TEs PEMBENGKAKAN KAPSUL
defisiensi komplemen. Emuisifikasi sputum segar yang dicampur dengan
antiserum menyebabkan pembengkakan kapsul (reaksi
Patologi quellung) untuk mengidentifikasi pneumokokus dan
Infeksi pneumokokus menyebabkan melimpahnya cairan penentuan tipe yang mungkin. Eksudat peritoneal juga
edema fibrinosa ke dalam alveoli, diikuti oleh sel darah dapat digunakan untuk tes pembengkakan kapsul.
merah dan leukosit, yang menyebabkan konsolidasi
beberapa bagian paru. Banyak pneumokokus ditemukan C. BIAKAN
di seluruh eksudat ini, dan organisme tersebut dapat Sputum dibiakkan pada agar darah dan diinkubasi di
mencapai peredaran darah melalui drainase limfatik paru. dalam CO, atau tabung lilin. Biakan darah.
STREPTOKOKUS 245

D. INJEKSI SPUTUM SECARA INTRAPERITONEAL pascasplenektomi. Pada tahun 1983, vaksin polisakarida
PADA TIKUS yang dikembangkan sehingga mengandung 23 ripe
Hewan mati dalam i8-48 jam; jantung memberikan polisakarida diizinkan unruk digunakan di Amerika
biakan pneumokokus murni. Bentuk biakan pneumokokus Serikat. Vaksin seperti ini cocok untuk orang usia lanjut,
ini sangat sensitif tetapi jarang digunakan karena harus Iemah, atau yang mengalami imunokompromais. Vaksin
merawat koloni tikus. konjugasi pneumokokus mengandung polisakarida
kapsular yang berkonjugasi dengan protein difteri CRlv{,rr.
E. MENINGITIS PNEU}loKoKUs Vaksin tujuh-valen ini direkomendasikan unruk semua
anak yang berusia 2-23 bulan dan untuk anak-anak
Pemeriksaan secara saksama dan biakan cairan tertentu yang berusia 24-59 buIan. Vaksin ini memberikan
serebrospinal akan menegakkan diagnosis ini. perlindungan terhadap pneumokokus yang paling dominan
di Amerika Serikat yang juga paling resistan terhadap
lmunitas antibiotik.
Kekebalan terhadap infeksi pneumokokus bersifat spesifik Selain itu, faktor-faktor predisposisi harus disingkirkan
terhadap setiap tipe dan bergantung pada antibodi sehingga diagnosis dapat ditegakl<an secara repar, dan
terhadap poiisakarida kapsular dan keutuhan fungsi kemoterapi yang adekuat harus diberikan secara dini.
fagosit. Vaksin dapat menginduksi produksi antibodi Saat ini, pneumonia pneumokokus yang paling fatal terjadi
terhadap polisakarida kapsular (lihat di bawah). pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun; orang dengan
gangguan kekebalan alami tubuh, misalnya pasien dengan
Pengobatan anemia sel sabit atau asplenia; dan penderita bakteremia.

Karena pneumokokus sensitif terhadap berbagai obat


antimikroba, pengobatan dini biasanya menimbulkan ENTEROKOKUS
pemulihan yang cepar, dan respons antibodi tampaknya
Paling sedikit terdapat 12 spesies enterokokus.
sangat berperan dalam menghilangkan organisme ini.
Enterococcus faecalis merupakan spesies yang paling umurn
Penisilin G merupakan obat pilihan, tetapi di Amerika
dan menyebabkan 85-900/o infeksi enterokokus,
Serikat, 5 -l0o/o pneumokokus resisran terhadap penisilin
sedangkan Enterococcus faecium menyebabkan 5-10o/o
(MIC > 2 p,gl mLJ dan sekirar 20%o pneumokokus infeksi. Enterokokus adalah salah satu penyebab infeksi
(MIC 0,1-1 pg/ml). Penisilin
memiliki resistansi sedang
nosokomial yang paling sering, terutama di unit
G dosis tinggi dengan MIC 0,1-2 y,glmL tampaknya perawatan intensif, dan hanya pada pengobatan dengan
efektif untuk mengobati pneumonia yang disebabkan oleh
sefalosporin dan antibiotik tertentu karena enterokokus
pneumokokus terapi tidak efektif unruk pengobatan
resistan terhadap obat-obatan ini. Enterokokus ditularkan
meningitis yang disebabkan oleh strain yang sama.
dari satu pasien ke pasien lainnya rerutama melalui tangan
Beberapa strain yang resistan rerhadap penisilin, juga
pegawai medis, beberapa pegawai ini mungkin membawa
resistan terhadap sefrizoksime. Juga terjadi resistansi
enterokokus di saluran cernanya. Enterokokus kadang-
terhadap tetrasiklin dan eritromisin. Pneumokokus tetap
kadang ditularkan melalui alat-alat medis. Pada pasien,
sensitif terhadap vankomisin. lokasi infeksi yang paling sering adalah saluran kemih,
luka, saluran empedu, dan darah. Enterokokus dapat
Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian menyebabkan meningitis dan bakteremia pada neonatus.
Pneumonia pneumokokus menyebabkan sekitar 600/o dari Pada orang dewasa, enterokokus dapat menyebabkan
semua pneumonia bakterial. Penyakit ini merupakan endokarditis. Namun, di intraabdomen, luka, urine, dan
penyakit endemik dengan insidensi carrier yang tinggi. infeksi lainnya, enterokokus biasanya dibiakkan bersama
Dalam perkembangan penyakit, faktor-faktor predisposisi spesies bakteri lainnya, sehingga sulit menentukan peran
(lihat di atas) lebih penting daripada pilanan dengan agen patologis enterokokus.
infeksius, dan carrier yang sehat lebih penting daiam
penyebaran penyakit daripada pasien yang sakit. Resistansi Antibiotik
Imunisasi polisakarida spesifik-tipe dapat dilakukan
Masalah utama pada enterokokus adalah organisme ini
pada ind.ividu. Vaksin seperri ini dapat memberikan
dapat menjadi sangat resisran terhadap antibiotik. E faecium
perlindungan 90olo terhadap pneumonia bakterial. Di
biasanya bersifat jauh lebih resistan daripada E faecalis.
antara pekerja tambang di Afrika Selatan, vaksin yang
mengandung 12 tipe polisakarida memberikan respons
A. ResrsraNst lNTRtNstK
antibodi yang baik dan perlindungan yang baik terhadap
penyakit. Valain yang mengandung 14 tipe pneumokokus Enterokokus secara intrinsik resistan terhadap sefalosporin,
bermanfaat pada penderita anemia sel sabit atau penisilin resistan-penisilinase, dan monobaktam.
246 BAB 15

Enterokokus memiliki tingkat resistansi yang rendah tinggi (MIC > 500 pg/ml-) terhadap gentamisin dan
terhadap aminoglikosida, dan sensitivitas atau resistansi streptomisin untuk memperkirakan efektifi tas pengobatan.
intermediat terhadap fluorokuinolon, dan kurang rentan
terhadap penisilin dan ampisiiin daripada streptokokus C, RESISTANSI TERHADAP VANKOMISIN
(10- sanpai 1000- kali lipat). Enterokokus dihambat oleh
Vankomisin glikopeptida merupakan obat alternatif utama
B-laktam (misai, ampisilin) tetapi umumnya tidak terhadap penisilin (ditambah aminoglikosida) untuk
dibunuh oleh golongan ini. mengobati infeksi enterokokus. Di Amerika Serikat,
jumlah enterokokus yang resistan terhadap vankomisin
B. REsISTANSI TERHADAP AMINOGLIKOSIDA
meningkat. Enterokokus tersebut tidak rentan secara
Terapi dengan kombinasi antibiotik dinding sel-aktif sinergistik dengan pemberian vankomisin dan
(penisilin atau vankomisisn) dengan aminoglikosida aminoglikosida. Resistansi vankomisin paling sering
(strepromisin atau gentamisin) bermanf'aat untuk terapi terjadi pada E faecium, tetapi juga terdapat E faecalis yang
infeksi enterokokus berat, seperti endokarditis. tWalaupun resistan terhadap vankomisin.
enterokokus memiliki resistansi tingkat-rendah terhadap Ada berbagai fenotipe resistan vankomisin. Fenotipe
aminogiikosida (MIC < 500 pg/mL), enterokokus VanA bermanifestasi sebagai resistansi tingkat-tinggi yang
memiiiki kerentanan sinergistik bila diberikan terapi dapat diinduksi terhadap vankomisin dan teikoplanin.
kombinasi antibiotik dinding sel-aktif dengan Fenotip VanB secara induksif resistan terhadap
aminoglikosida. Namun, beberapa enterokokus memiliki vankomisin tetapi sensitif terhadap teikoplanin. Strain
resistansi tingkat-tinggi terhadap aminoglikosida (MIC VanC memiliki resistansi intermediat hingga moderat
> 500 prg/mL) dan tidak rentan terhadap sinergisme. terhadap vankomisin. VanC terbentuk pada spesies yang
Resistansi tingkat-tinggi terhadap amonoglikosida ini jarang diisolasi, Enterococcus gallinarum (YanC-|) dan
terjadi akibat adanya modifikasi enzim aminoglikosida Enteroco ccus casseliflauus/Enterococcus flauescens (CanC-2|
enterokokus (entero co ccal aminoglycos ide-modifi ing en zryme) VanC-3). Fenotipe VanD bermanifestasi dengan resistansi
(Tabel 15-2). Gen yang mengodekan sebagian besar enzim sedang terhadap vankomisin dan resistansi atau
ini biasanya berada pada piasmid konjugatif atau kerentanan tingkat-rendah terhadap teikoplanin. Fenotipe
transposon. Enzim-enzim ini memiliki aktivitas vang VanE memiliki resistansi sedang terhadap vankomisin
berbeda terhadap aminoglikosida. Resistansi terhadap dan rentan terhadap teikoplanin.
gentamisin memperkirakan adanya resistansi terhadap Teikopianin adalah suatu glikopeptida yang memiliki
amonoglikosida lain kecuali streptomisin. (Sensitivitas banyak kesamaan dengan vankomisin. Teikoplanin
terhadap gentamisin tidak memperkirakan sensitivitas tersedia untuk pasien di Eropa tetapi tidak ada di Amerika
terhadap aminoglikosida lain.) Resistansi terhadap Serikat. Teikoplanin diperlukan dalam penelitian terhadap
streptomisin tidak memperkirakan resistansi terhadap resistansi enterokokus terhadap vankomisin.
aminoglikosida lain. Kesimpulannya bahwa hanya Vankomisin dan teikoplanin mengganggu sintesis
streptomisin atau gentamisin (atau keduanya atau tidak dinding sel pada bakteri gram-positif dengan cara
satu pun) yang kemungkinan menunjukkan aktivitas berinteraksi dengan kelompok o-alanil-o-alanin (o-Ala-
sinergistik dengan antibiotik dinding sel-aktif dalam o-Ala) pada rantai pentapeptida prekusor peptidoglikan'
melawan enterokokus. Enterokokus pada infeksi berat Penenru resistansi vankomisin terbaik yang pernah diteliti
harus dilakukan uji sensitivitas untuk resistansi tingkat- adalah operon VanA. Ini merupakan sistem gen yang

Tabef 15-2. Enzim termodifikasi aminoglikosida enterokokus (Enterococcal aminoglycoside-modifying enzymes)


yang menghilangkan sinergi aminoglikosida-penisilin,

.:.: |_, . i: : i.i.;.::... ): :,,:,:,a.:::::: .


...:.::.::.: . ,..: .:::. :,.t',:,,.,a:.:aa,::: ,: ..:.,::. :

g;; ilii, :;'' d


l,,,:.itir.
iiiiiiisin:,,,r
l. :;..:::.. ! .;. ;rr,:
-

3'-Fosfotra nsferase

6'-Asetiltransferase +

4'-Aden iltransferase

2'-Fosfotra nsferase/6'-aseti ltra n sferase


STREPTOKOKUS 247

terbungkus di dalam plasmid yang dapat mentransfer penisilin dan ampisilin pada tes sensitivitas rutin. B-
sendiri (self-transferab le p lasmid) yang mengandung laktamase dapat dideteksi dengan menggunakan inokulum
transposon yang berhubungan erar dengan Tn1546 tinggi dan tes sefalosporin kromogenik atau dengan
(Gambar 15-3). Ada dua frame bacaan terbuka yang metode lain. Resistansi gentamisin tingkat-tinggi sering
mengodekan transposase dan resolvase; tujuh gen sisanya menyertai produksi B-iaktamase. Gen yang mengodekan
mengodekan resistansi terhadap vankomisin dan protein dua substansi ini berada pada plasmid konjugatif dan
tambahan. Gen uanR dan uanS mertpakan dua-komponen dapat dipindahkan dari satu srrain enterokokus ke strain
sistem regulator yang.peka terhadap keberadaan lainnya. Infeksi akibat enterokokus penghasil B-laktamase
vankomisin atair teikoplanin di lingkungan. uanH, uanA, dapat diobati dengan kombinasi penisilin dan penghambat
dan uanX diperlukan untuk resistansi terhadap B-laktamase atau vankomisin (dan streptomisin), bila uji
vankomisin. uanH dan uanA mengodekan protein yang sensitivitas in uitro telah dilakukan.
menghasilkan depsipeptida (o-Ala-o-laktat) dan bukan
peptida normal (o-Ala-o-Ala). Depsipeprida, bila E. RESISTANSI TERHADAP TRIMETOPRIM-
berikatan dengan UDP-muramil-tripeptida membentuk SULFAHEToKSAzoL (TMP-SMZ)
prekursor pentapeptida yang tidak akan mengikat
Enterokokus sering menunjukkan sensitivitas terhadap
vankomisin dan teikoplanin,. uanX mengodekan TMP-SMZ pada pemeriksaan in uitro, tetapi obat
dipeptidase yang mengurangi dipeptida o-Ala-o-Ala yang
tersebut tidak efektif mengobati infeksi. Ketidaksesuaian
normai di lingkungan. uanY dan uanZ tidak diperlukan
ini terjadi karena enterokokus dapat menggunakan folat
untuk resistansi terhadap vankomisin. uanY mengodekan
ei<sogen yang tersedia secara in uiuo sehingga tidak dapat
karboksipeptidase yang memurus o-Ala terminal dari
dihambat oleh obat ini.
rantai pentapeptidase, mengurangi fungsi pentapeptida
di lingkungan yang mungkin telah terbentuk oleh proses
sintesis dinding sel yang normal. Fungsi uanZ masthbelum
KOKUS GRAM-POSITIF
jelas. KATALASE.NEGATIF LAIN
uanA, uanB, dan uanC mengodekan o-Ala-o-Lac, Terdapat kokus gram-positif atau kokobasil nonstreptokokus
sedangkan uanC dan uanE mengodekan o-Ala-o-Ser.
yang kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit (Thbel
p-larrauasE 15-3). Organisme ini memiliki banyak karakteristik
D. PR0DUKST DAN REstsrANst
pertumbuhan dan morfologi seperti streptokokus viridans.
TERHADAP p-laxrar
Mereka dapat bersifat cr-hemolitik atau nonhemolitik.
E faecalis yang menghasilkan B-Laktamase diisolasi dari Sebagian besar merupakan katalase negatif; yang lain
spesimen pasien di Amerika Serikat dan negara lainnya. mungkin katalase-positif lemah. Pediococcus dan
Terdapat variasi geografik yang besar. Isolat dari Amerika Leuconostoc adalah genus yang anggotanya bersifat resistan-
Serikat bagian Timur Laut dan Selatan tampaknya berasal vankomisin. Laktobasil merupakan organisme anaerob
dari penyebaran strain tunggal, yang menunjukkan akan yang dapat bersifat aerotoleran dan cr-hemolirik, kadang-
ada penyebaran ke area geografik lainnya. Gen yang kadang menyerupai bentuk kokobasil yang serupa dengan
mengodekan enterokokus p-laktamase sama dengan gen streptokokus viridans. Sebagian besar laktobasil (80-90%)
yang ditemukan pada Staphylococcus Aureur. Gen ini resistan terhadap vankomisin. Organisme lain yang
diekspresikan pada enterokokus dan dapat diinduftsi pada kadang-kadang menyebabkan penyakit dan harus
stafilokokus. Karena enterokokus dapat memproduksi dibedakan dari streptokokus dan enterokokus antara lain
sedikit enzim, organisme ini tampaknya rentan terhadap Lactococcus, Aerococcus, dan Gemella, g€nus yang

lR*

rransposase Resorvase ?"?,i:i:? ijiiqi ?:llis Lisase oJ:::,' D,D-karboksi-ril'5:[;


- l(nase
\_____\.____J
Transposisi Regulasi
+o'o*rn[1,H;!;k resistensil______\r___J
Protein tambahan

Gambar 15-3. Peta skematik transposon Tnl 546 dari Enterococcus faecium yang mengodekan resistansi vankomisin.
lR,. dan lR* menandakan inversi pengulangan transposon di kiri dan kanan. (Diadaptasi dan direproduksi, dengan izin dari Arthur
M, Courvalin P: Genetic and mechanism of glycopeptide resistance in enterococci.AntimicrobAgents Chemother 1993;37:1563.)
244 BAB 15

Tabel 15-3. Kokus gram-positif dan kokobasil nonstreptokokus yang bersifat katalase negatif

,':. .t.'' . .:.


: :' :
Pewarnaan Sensitivitas Uraian
,'Genul!:','.., ,,r':.,. KatalaSe ,.r l: lGfani Vankomisin
:i':,,,:.. -:*-'-
Aerococcus Negatif hingga Kokus dalam bentuk Sensitif Organisme di lingkungan kadang-kadang
positif lemah tetrad dan kelompok diisolasi dari darah, urine, dan tempat yang
ste ri I

Gemella Negatif Kokus dalam bentuk Sensiti{ Mudah berubah warna, dan dapat terlihat
berpasangan, tetrad, seperti gram-negatif; tumbuh secara lambat
kelompok, dan rantai (48 jam); bagian dari flora normal manusia;
pendek kadang-kadang diisolasi dari darah dan
tempat yang steril.

Leuconostoc Negatif Kokus dalam bentuk Resistan Organisme lingkungan; terlihat seperti
berpasangan dan enterokokus pada agar darah; diisolasi dari
rantai; kokobasil berbagai infeksi.
berbentuk batang

Pediococcus Negatit Kokus dalam bentuk Resistan Terdapat pada produk makanan dan feses
berpasangan, tetrad, manusia; kadang-kadang diisolasi dari darah
dan kelompok dan abses

Lactabacillus Negatif Kokobasil, batang Resistan Anaerob aerotoleran umumnya digolongkan


dalam bentuk (e0%) sebaqai basil; flora normal vagina; kadang-
berpasangan dan kadang ditemukan pada infeksi yang terletak
ra nta i di dalam.
lGenus lain yang jarang atau tidak sering diisolasi dari manusia: Alloiococcus, Globicatella,llelcotoccus, Lactococcus, Tetragenococcus, Vagococcus

umumnya sensitif terhadap vankomisin. Stontatococcus


mucila.ginosus sebelumr.rya dianggap stafilokokus, tetapi poiitif yang berbentuk-lanset. Pada pungii:lumbal,',r'rr.r
organisme ini katalase-negatifi koloninya menunjukkan cairan serebrospinal tampakr keruh dan jumlah-sel
perlekatan yang berbeda pada agar. ,darah. p!tihnya 57olpL denganrg5,!/or sel poli-
morf onu klea r.; pewarnaan,:Grarii I monunju kkan
banyak diptokokus gram-positif. Belda5arkan
informasi tersebut, kemungkinan diagnosisnya
adalah : :.' ::::::':"

(A) :Pneumonia dan meningitis yang: disebabkan''...'


. ;';'1 roleh 5taphylococcus...aureus. ' .. ' .'. -:.:..,, '' ,.; :
' ,

,,(B) Pneumonia dan.meningitig yqr.rg,dlsebabkqn


','.'..
IATIIIAN', ..',.:,. 1 .g1ah strcptacoccus pyogenes., ... .. . ...

::(QPneumqniadan.meningitis'ya1g'''di5eb.abkan
oteh Streptococcus pneumoni ae.
:., 1;ri..5e-oianb laki.taki 48 tahun dibawa ke rumah sakit ' (D) Pneumonia dan meningitis yangirdisebabkan
l: :, :., :iikareila:itupol'r la. terlihat kurnuh dan tuna-wisma . oleh Enterocaccus faecalis..: ,.':: r.. ,1. -.

"," ' seitalhidup di'pendmpqngan,'dengan para. tuna- (E) Pneumonia dan meningitis yang disebabkan
.rr r'l :',',,wisnna''.lainr. yang'.menghUbUngir,pihak.berwenang
olehNeisserra meningitidis. : ::.:
., I - ketika.'0asien !idak:dapat::'dibangunlqn.,Pgsie1
,.i ''meminum banyqk anggur,;yang t9lah:i'difo$ifikali : .-: ,2. Pasien padi pertanyaE.n No.ll mulai diberikan terapi
:

.,,..,.,,1,,f,611,'11,inum.::,jangat banyak pqda 2 malamr' :.l


t::-.::.11:
'antibiotik iintuk'melawan berbagai kemungkinan .,.
i
l, ,,,:'.rr,'leb-e-lUiiinyat:Suhu tubuhnyai38,5.!C,dan,;tekanari:,,::"', mikroorganisme. Kernudian, biakan sputum dan
' r;]1;. dardhnta',,l:SIAQ':rmmHg. !a mengerani iketika cairan serebrgspinal menumbuhkan -diplokokus
r'::r,.:, ii.,.,6"ritrna d ib.an g p nka n.,i. la,, m e n U nj Ukkan. tan d a ..,:,' gram positif dengan minimum inhibitory con'
'r,Kgihi0,ddn Brudzinski positif; yahg, menahdakan :'
,,1,,'1', centration (MlC) terhadap penisilin G > 2 pglmL.
:.'' ".adariya' iritasl:meningi' Pemeriksaan,fisik dan Obat pilihan untuk pasien ini sampai uji sensitivitas
,.r:1:,l,, riintge['thoiaks memperlihatkan konsolidasi,pada' : lebih lanjut dapat dilakukan adalah
I I : '- lqbuil'b'awah, paru kir:i. rAspirat endotrakeal" (A) Penisilin G
,.''r' .:meririierlihatkan'sputum yang .berwarnd coklat (B) Nafsilin -

.:::.,,.,''.kemerahani: Pemeriksaan usapan.sputum dengan (C) Trimetoprim-sulfametoksazol .,


.., '.:.r,. peWarna'an ..'G r.a m men unj u k ka ba nyak' sel'.'.
:,1. n (D) Gentamisin
,:r,, ::' :: poI inioiidnuklearida n banyak d i pIokokus gra m'':' ,(E) Vankomisinr, . :::
STREPTOKOKUS 249

''. . :;l
3i lnfeksi ini (pertanyaan No,1) dapat dicegah oleh e. iuotung perempuan +o iur'un *.:na:eritu ,rtit :-l
(A) Benzatin penisilin intramuskular pro{ilakiik kepala hebat dan demam. Pemeri[sian :niur-o- . ,,
logiknya noimal. Pemindaian otak menuiijukkan
. (B) Vaksin polisa-kirida kapsular 23-valen iesi beibentuk-cincin di hemisfer kiri.5aat
(C) Vaksin yang melawan polisakarida kapsular pembedahan, ditemukan ibses otak. Biakan pada
' serogrup A, C, Y dan W135. cairan abses menumbuhkan basil gram-nggatif
(D) Vaksin poliribosilribitol polisakarida kJpsufar anaerob (Bacteroldes' lragilis) dan kokus:,grarn-
i1 , yang terikat secara kovalen dengan protein positif katalase-negatif yang pada pewarnaani'
(a) Penisilin V oral iqtiap hari G-ram, bentuknya berpae4itgb$ an,i4n1a[,,04ani
,. ini beta-hemolitik dan membeniuk koloni yang
!.:i;Lq

4.:' Mana yang termasuk patogenesis organisme yang


, rnenyebabkan infeksi (pertanyaan No. 1)? sangat kecil (diamiter <0,5 m4}',,Seseorang
menganggap organisrne tersebut berbau -sepelJ!i .: :.
i.'(A)'Invasiselyangmelapisialveo|idanmasukke
' .: dalam sirkulasi venula paru ' , :l '' buffersCotch. Organisme ini beragiutinasi,ijengbn",'
i (g) Resistansi terhadap fagositosis yang diperantarai antiserum grup F, Kemungkinan organisme
'tersebut
'oleh protein M adalah
'i (A) Streptococcus p"yogenes (grup A) I
(C) Migrasi ke kelenjar limfe mediastinum tempat (B) Enterocbccus faecalis igrup D)
,

perdarahan
._. lerjadinya
(P) Setelah fagositosis, organisme melisiskan
(C) Streptococcus agalaitiae (grup B)
:.' vakuola fagosit dan dilepaskan ketika sel .. (D) Grup Streptoioccis aginosus
(E) Staphytococcus aureus
,o (E) ' fagositik masuk ke dalam sirkulasi. .r,

Pelnghambatan fagositosis oleh kapsul poli-


j' sakarida
.
9. Metode yang paling pent;ng untuk melakukan
klasifikasi dan spesifikasi streptokokus adalah
5. Protein polisakarida kapsular tujuh-valen mengon- {A) Aglutinasi menggunakan antiserum terhadap
t juga5i vaksin untuk patogen pada pertanyaan No.1 ' substansi dinding sel spesifik-grup
(B) Pemeriksaan biokimiawi '' ,
'' ,

(A)'Untuk usia 18 tahun dan orang (c)5ifathemolitik(alfa,beta,nonhemoiitik)


dewasa (D) Reaksi pembengkakan kapsular (quellung)
. tertentu
r,. (B) Hanya untuk orang yang terpajan dengan ::
, (E) Bukan salah satu di atas
::l
:i ' , penderita penyakit yang disebabkan oleh 10.Seorang anak perempuan berusia 8 tahun
. (C) organisme tersbbut me n ga1.a m i Sy_de-n ha mti;gdiea::,{$f tus:, nci"i}$
Untuk anak-anak berusia 2-23 bulan dan dengan tik fasial cepat dan tidak terkoordinasi serta
" I anak-anak tertentu yang beruiii hingga 59 gerakan ektremitas involuntar yang tidak ber-
tujuan, yang sangat mengesankan demam rematik
* (D) Untuk anak-anak yang berusia 24-72 bulan
(E) Uniuk semua kelompok umur di atas usia 2.
akut. la tidak mengalami manifestasi utama demam .

'bulan rematik lainnya (karditis, artriiis. nodui subkutan,


ruam kulit). Biakan dari tenggorok pasien tidak
l'" 5. Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun mengalami
terdapat Streptococcus fyogenes (streptokokus
nyeri tenggorok berat. Pada pemeriksaan, terlihat - grup A). Namun, pasien, kakaknya,-dan ibunya
mengalami nyeri tenggorok 2 bulan yang lalu. .

rl faring. Diagnosis bandingnya antara lain adalah Pemeriksaan yang dapat menunjukkan !nfeksl
infeksi stieptokokus grup A, infeksi virus Epiiein- Streptococcus pyogens baru-baru ini adalah
rBarr (EBV), infeksi berat oleh adenovirus, dan (A) Titer antibodi antistreptolisin 5
difteria. (Faringitis Neisseria gonorrhoeae juga
(B) Polymerase chain reaction untuk antibodi
telah disertakan, tetapi tidak ada iiwayat peng- terhadap protein M
aniayaan seksual pada pasien). Penyebab faringitis
(C) Titer antibodi antistreptolisin O
pada pasien yang paling mungkin adalah
(D) Hidrolisis eskulin
(A)
Kokus gram-positif katalase-negatif yang
(E) Titer antibodi anti-a5am hialuronat
tumbuh rnembentuk rantai
(B) Virus RNA untai-tungqal posltive-sense :i:r...:.:::.=:. :i';iii.:.n:
jAWA:BAN= ',i:t
,i (Q Kokus gram-positif katalase-negat!f yang .,'"=
1S ',St Ail il.il'-'i.
: r tumbuh membentuk kelompok L.r 7-S rtii'ir.ir . ..
. (D) Basil gram-positif katalase-negatif 3: B ,1 1 11 8.D
,' ifj virus-RNR unt"i-grnAt 4. f',.,:.:,1,1.;ii
.r+.ri :- tr :.4
uF, ':: tt
5, -:C:r, r..lt:r..
, ,7,. Mekapisme utama yang berperan pada patogenesis
pbnyekit anak ini (pertanyaan No.6) adaljh lP''Riii iiffi
i-
(A) Peningkatan akhir siklik adenosin monofosfat
. intraselular
i
"
. tB) Kerja protein M
,;'f
'
ici ,x"r;. proiease rgnt
' . {D) Kerja enterotoksin A
' ''" "'(E) lnaktivasi faktor elongasi 2
u
250 BAB 15

Facklam R, Elliott JA: Identifrcation, classifrcation, and clinical relevance


KEPUSTAKAAN of catalase-negative, gram-positive cocci, excluding streptococci
and enterotocci. Clin Microbiol Rev 1995;8:479.
Bisno AL: Nonsuppurative poststreptococcal sequelae: rheumatic fever
and glomemlpnephit;rs. Irr: Mandell, Douglns, and. Bennett's P rincipbs Murray BE: Vancomycin-resistant enterococcal infections. NEngl J Med
and Practire oflnfectious Diseases, lth ed. Mandeli GL, Bennett JE, 2000;342:710.
Dolin R (editors). Churchiil Livingstone, 2000.
Musher DM: Sfrep tococcus pruumonirc. ln: Mandell, Douglas, and Benrutt's
Bisno AL, Stevens DL: Streptococcus pyogenes (includilg streptococcal Principles and Practice oflnfectious Diseases,5th ed. Mandeli GL,
toxic shock syndrome and necrotizing fasciitis). In: Mandell, Douglns, Bennett JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone,2000'
and Bennett's Principles and Prdctice oflnfectious Diseases, Sth ed.
Mandell GL, Bennet JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone,
RuoffKL, Whiley RA, Beighton D'. Streptococcus.ln: Manual of Clinical
2000.
Mitobiolngy,8th ed, Murray PR et al (editors). ASM Press, 2003.
Bata'ng G ra m-Negatif E,nterik
(Enterobacteriaceae)

Entero b acteriac eae adalah kelompok batang gram-negatif pada agar MacConkey; tumbuh secara anaerob maupun
yang besar dan heterogen; dengan habitat alaminya di anaerob (fakultatif anae rob); melakukan fe rme ntasi
saluran cerna manusia dan hewan. Familinya memiliki glukosa bukannya oksidasi glukosa, sering disertai dengan
banyak gens (Es c h er i c h i a, shigela, salmoneia, enterob akter, produksi gas; rnerupakan karalase-positil, oksiciase-negatif,
klebsiela, serratia, proteus, dan lain-lain). Beberapa dan mereduksi nitrat n-renjadi nitrit; mengandung 39-
organisme enterik, misalnya Escherichia coli, merrpakan 59o/o G + C DNA. Contoh-contoh pemeritraaan biokimia
bagian dari flora normal dan kadang-kadang dapat yang digunakan untuk membedakan spesies Enterr-
menimbulkan penyakit, sedangkan lainnya, salmonela dan bacteriaceae terdapat pada Tabel 16-1. Ada berbagai
shigeia, biasanya bersifat patogen untuk manusia. pemeriksaan lain selain yang tercantum pada tabel tersebut.
Enterobacteriaceae bersifat fakultatif aerob atau anaerob, Di Amerika Serikat, perangkat komersil digunakan secara
memfermentasikan berbagai karbohidrat, memiliki luas untuk tujuan ini.
struktur kompleks antige n, dan menghasilkan berbagai Kelompok utama Enterobacteriateae diuraikan d:in
toksin dan faktor virulensi lainnya. Enterobacteriaceae, dibahas secara singkat pada oaragraf berikut. Siiat spesifik
batang gram-negatif enterik, dan bakteri enterik adalah salmonela, shigela, dan batang gram-negatif enterik lain
istilah yang digunakan pada bab ini, tetapi bakteri-bakteri yang penting di bidang medis dan penyai<it yang
ini juga disebut koliform. ditimbulkannya akar-r dibahas secara terpisah pada brrb ini.

KLASIFIKASI Morfologi & Identif ikasi


Ent ero b ae adalah kelompok batan g gram-ne gatif
ac te r i ac e
A. CIRI KHAS ORGANISME

yang paiing sering dibiakkan di laboratorium klinis dan Entero b acteriaceae adalah batang gram-negatif yang pendek.
bersama dengan stafilokokus dan streptokokus Morfologi yang khas terlihat pada pe rtumbuhan di
merupakan bakteri yang paling sering menimbulkan medium padat in uitro, tetapi morfologinl'a sangat
penyaki t. Talao nomi En t ero b a c teriac e ae sangat kompleks bervariasi pada spesimen klinis. Kapsul pada klebsieia
dan cepat berubah karena adanya teknik yang mengukur besar dan teratur, sedikit lebih kecil dan kurang teratur
jarak evolusi, seperti hibridisasi dan sekuens asam pada enterobakter, dan tidak lazim pada spesies lain.
nukleat. Lebih dari 25 genus dan 110 spesies atau
kelompok teiah ditentukan; namun, Enterobacteriaceae B. BIAKAN
yang memiliki arti klinis hanya 20-2J spesies, dan spesies
lainnya jarang ditemukan. Pada bab ini, penyederhanaan E coli dan sebagian besar bakteri enterik lainnya
taksonomi tidak banyak dibahas, dan akan dipakai nama- membentuk koloni yang sirkular, konveks, dan halus
nama yang digunakan dalam literatur kedokteran. dengan tepi yang tegas. Koloni enterobakter sama dengan
Pende katan kompre hensif terhadap identifikasi koloni tersebut tetapi lebih mukoid. Koloni klebsieia besar,
Enterobacteriaceae disajlkan oleh Murray PR et a1 (editors): sangat mukoid dan cenderung bersatu pada inkubasi lama.
Manual of Clinical Milobiologt, S'h ed. ASM Press, 2003, Salmonela dar.r shigela membentuk koloni yang menyerupai
dalam Bab 41,42, dan 44. E coli tetapi tidak memfermentasikan laktosa. Beberapa
Famili Enterobacteriaceae memiliki karakteristik strain E coli menyebabkan hemoiisis pada agar darah.
sebagai berikut: Merupakan batang gram-negatif, bersifat
motil dengan flagel peritrika atau nonmotil; tumbuh pada C. SIFAT PERTUMBUHAN

medium pepton atau ekstrak daging tanpa penambahan Pola fermentasi karbohidrat dan aktivitas dekarboksilase
natrium klorida atau suplemen lain; berkembang baik asam amino dan enzim lainnya digunakan untuk

251
252 / BAB 16

esorqrleN rseluaujol oorLr.)ololoohohono


r)OlF\OrOt<tOOrNln

esolrx-a lselual'rllal OIOnOTOO@@N1.. l'.NN


oloororoorC'r0oor

esouuequ-r rseluatrJral OTOIOOTOOFOO Ll)onh


olol000loo Ol F-

esour++eu rseluatrJlal O(OOOIOOeFONNmO


rnolho)c)rn

esourqeJV-r rseluaural ooorol€oooNoroho


<)Oololorolol\o

lolrqros-o rseluaurJal 000$ororoooorhorNo


oOOrOroOrOrOrom
lolruopv rseluetlraJ ocornoo)oooooooo
or6ror$
lolrslnc rseluaural hhoornoono(oooN
h@mho

lolr uey\|-o rseluaurJaJ olo@olotoo@oootolan


drOc'rOrOrOlOOOrOtOr
esor)ns rselual'rlral OOOOTOOhOOFOTFO
mohoo6

esollel rselua[!JaJ Ohn@OeNOeFNNO


nolororo
se9 'esolnlg-a rnornt.Fo\orno(orloN
oroolorororololorln
Luesv'eso)nl9-a ooooooooooooo
ooooooooooooo
()o ZZ) urlelag srsrlolprH oooooooooooooor or
-i
P
c (f o 9€) selrlrlot^ !nF\nOOnlntnF\r)F\OO
ol or or or ol or ol o) ol
t6J

{J aselrs)oqie)ac u rlruro OconOO0O('TO(>NOr@


P NOTOOTOOOOTOT
'-(u
_\z

hOl-\OOO.OLnrnO()Nn
P
aselorprqro urur6rv @nF\
c
a
asels)oqJe)oo ursrl O@OcOorOoh0O@OrOO
=P(o OlOlOlOrOO('rOl
O)
OJ aseurLueac uruelelrual OOO(tFn@OOOOOO
cI
or o\
E
o earn srsrlorprH ONrnOcO6OOehOO
rololoror
o)
c'l ep!+lns ua6orprH OOeOOInOOF\rnOOO
c(I' @olnolor
P(t
-o suoulr.l_rs lerlrs nLnrCOtnOhhO ncooo
oooo(oN ol ol
.g
tE lane)sord-so 6on ocoo@60000
ctr ol ol n
o@oo
or
.9
_o
,a qeralA lrlalA OhOrOOr'.F\OOOOO.O
oorFNoloroooNoo
lz
IE
lopul rs)npord 6O@<>Ot@NOOFFOO
C] ooon
co
P
c

o
o
u g:\;I
,-[E 'H E E c ,^ di
P
c
o
(J

6
eFulge;sS$ **i
o
a
.o ssss$giss;ss$$l
BATANG GRAM.NEGATIF ENTERIK (ENTEROBACTERIACEAE) I 253

pembedaan secara biokimia (Tabel 16-1). Beberapa alkalin dan bagian pangkal yang bersifat asam, organisme-
pemeriksaan, misalnya produksi indol dari triptofan, organisme tersebut dapat diidentifikasikan karena cepat
sering digunakan pada sistem identifikasi cepat, sedangkan terbentuk warna merah pada medium urea Christensen.
yang lainnya, seperti reaksi Voges-Proskauer (produksi Bakteri enterik lain menghasilkan asam pada bagian
asetilmetilkarbinol dari de kstrosa), lebih jarang miring dan asam serta gas (gelembung) pada pangkal.
digunakan. Biakan pada medium "diferensial" yang 1. Escherichia-E coli secara khas menunjukkan hasil
mengandung zat warna khusus dan karbohidrat (misal,
positif pada tes indol, lisin dekarbolailase, dan fermentasi
eosin-metilen biru (EMB), medium MacConkey, atau manitol, serta menghasilkan gas dari glukosa. Pada isolat
medium deoksikolat) 'membedakan koloni yang dari urin dapat segera diidentifikasi sebagai E coli dengan
memfermentasi-laktosa (berwarna) dengan yang tidak melihat hemolisisnya pada agar darah, morfologi koloni
memfermentasi laktosa (tidak berwarna) dan memungkinkan
yang khas dengan warna pelangi yang "berkilau" pada
identifikasi presumtif secara cepar pada bakteri enrerik medium diferensial seperti agar EMB, dan tes bercak
(Tabel l6-2).
indol yang positif. Lebih dari 907o isolat E coli positif
Banyak medium kompleks telah dirancang untuk terhadap B-glukuronidase dengan menggunakan substrat
mengidentifikasi bakteri enterik. Salah satu medium 4-metilumbeliferil-p-glukuronida (MUG). Isolat dari
tersebut adaiah agar triplet gula besi (triple sugar iron [TS1]),
tempat anatomik lain selain urine, dengan sifat yang khas
yang sering digunakan untuk membedakan salmonela dan (yang telah disebutkan di atas ditambah uji oksidase
shigela dari batang gram-negatif enterik lainnya pada negatif) umumnya dapat dipastikan sebagai E coli dengan
biakan feses. Medium tersebut mengandung 0,1% tes MUG positif.
glukosa, 1%o sukrosa, 170 laktosa, ferosulfat (untuk
mendeteksi produksi HrS), ekstrak jaringan (substrat 2. Grup Kle bsie lk-Entero bacter-S erratia-Pertvmbuhan
pertumbuhan protein), dan indikator pH (fenol merah). spesies Kiebsiela menghasilkan pertumbuhan yang
Zat-zat tersebut dituangkan ke dalam tabung reaksi mukoid, kapsul polisakarida yang besat dan kurangnya
sehingga menghasilkan agar miring (slant) dengan bagian motil, dan spesies ini menunjukkan hasil yang positif
pangkal (butt) yang dalam dan diinokulasi dengan untuk lisin dekarboksilase dan sitrat. Kebanyakan spesies
menusukkan pertumbuhan bakteri ke dalam bagian enterobakter menunjukkan hasil positif terhadap uji
pangkal. Jika hanya glukosa yang difermentasikan, bagian motilitas, sitrat, dan ornitin dekarboksilase dan
miring dan pangkal pada awalnya akan berubah warna menghasilkan gas dari glukosa. Enterobacter aerogenes
menjadi kuning akibat sej umlah kecil asam yang mempunyai kapsul yang kecil. Serratia menghasilkan
dihasilkan; ketika produk fermentasi kemudian diol<sidasi DNase, lipase, dan gelatinase. Klebsiela, enterobakter,
menjadi CO, dan HrO dan dilepaskan dari agar miring dan serratia biasanya memberikan hasil positif terhadap
serta ketika dekarboksilasi oksidatif protein berlanjut reaksi Voges-Proskauer.
dengan pembentukan amino, bagian miring berubah 3. Grup Proteus-Morgane lla-Prouidencia-Anggota grup
menjadi alkalin (merah). Jika laktosa atau sukrosa yang ini mendeaminasi fenilalanin, motil, rumbuh pada medium
difermentasikan, banyak asam yang dihasilkan sehingga kalium sianida (KCN), dan memfermentasi xilosa. Spesies
bagian miring dan pangkal tetap berwarna kuning (asam). proteus bergerak sangat aktif dengan menggunakan flagel
Salmonela dan shigela secara khas menghasilkan bagian peri trika (p e ri tri c h o u s fl a ge I la), men gakib
atkan " w ar m in gj' s

miring yang bersifat alkalin dan bagian pangkal yaSrg pada medium padat kecuali swarming dihambat oleh zat-
bersifat asam. \Talaupun Proteus, Prouidencia, dan zat kimia, seperti medium feniletii alkohol atau CLED
Morganella menghasilkan bagian miring yang bersifat (cystine-lactose-electo lyte-deficient). Spesies Proteus dan

Tabel 16-2.ldentifikasi piesumtif bakteri enterik gram-negatif secara cepat.

Escherichia coli: pada medium Edwardsiella, Serratia, Citrobacter, Shigellae 5p.: nonmotil; tidak
diferensial terlihat mengilap Arizona, Providencia, Erwinia menghasilkan gas dari dekstrosa
seperti logam; motil; koloni Salmonella 5p.: motil; menghasilkan asam
rata dan tidak lengket dan biasanya gas dari dekstrosa
Enterobacter aerogenes: koloni Proteus 5p.: membentuk "swarming" pada
meninggi, tidak ada kilauan agar; urea dihidrolisis dengan cepat
logam; sering motil; (tercium bau amonia)
pertumbuhan lebih lengket Pseudomonas 5p. (lihat bab 17): pigmen
K le bsie I I a p neu mo ni ae'. sangat biru-hijau yang dapat larut dan
lengket dan mukoid; nonmotil berflouresensi; tercium bau manis.
BAB 16

Morganella morganii merupakan urease-positif, sedangkan yang spesifik pada manusia, misalnya E coli tipe O spesifik
spesies Prouidencia biasanya urease-negatif. Kelompok ditemukan pada diare dan infeksi saluran kemih.
Proteus'Prouidencia sangat lambat memfermentasi laktosa Antigen K terletak diluar antigen O pada beberapa
4tau tidak memfermentasikannya sama sekali. Proteus Enterobacteriaceae tetapi tidak semuanya. Beberapa
mirabilis lebih rentan terhadap obat antimikroba, antara antigen K merupakan poiisakarida, termasuk antigen K
lain penisilin, dan anggota kelompok penisilin lainnya. pada E coli; yang lainnya merupakan protein. Antigen K
4. Citrobacter-Bakteri ini secara khas bersifat sitrat- dapat mengganggu agiutinasi dengan antiserum O, dan
positif dan berbeda dari salmonella karena organisme ini dapat berhubungan dengan virulensi (misalnya, strain .E
tidak mendekarboksilasi lisin. Organisme ini sangat coli yang menghasilkan antigen Kl sering ditemukan pada
lambat memfermentasi laktosa. meningitis neonatal, dan antigen K pada E coli
menyebabkan perlekatan bakteri pada sel epitel sebelum
5. Shigella-Shigela nonmotil dan biasanya tidak invasi ke saluran cerna atau saluran kemih.
memfermentasikan laktosa tetapi memfermentasikan Klebsiela membentuk kapsul besar yang mengandung
karbohidrat lain, memproduksi asam retapi tidak polisakarida (antigen K) yang menutupi antigen somatik
menghasilkan gas. Organisme ini tidak memproduksi (O atau H) dan dapat diidentifikasikan derrgan
HrS. Keempat spesies shigela. berhubungan sangat erat menggunakan uji pembengkakan kapsul dengan antiserum
dengan E coli. Banyak organisme yang mempunyai antigen spesifik. Infeksi saluran napas pada manusia terutama
yang sama satu dengan yang lain dan dengan bakteri disebabkan oleh kapsular tipe I dan 2; infeksi saluran
enterik lainnya (misal, Hafnia aluei dan Plesiomonas kemih, disebabkan oleh tipe 8 ,9, 10, dan 24.
shigel/o i des). Antigen H terdapat di flagela dan didenaturasi atau
6. Salmonella-Salmonela merupakan batang motil yang dirusak oleh panas atau alkohol. Antigen ini dipertahankan
secara khas memfermentasikan laktosa dan manosa tanpa dengan memberikan formalin pada varian bakteri yang
memproduksi gas tetapi tidak memfermentasikan laktosa motil. Antigen H seperti ini beraglutinasi dengan antibodi
atau sukrosa. Sebagian besar salmonela menghasilkan HrS. anti-H, terutama IgG. Penentu dalam antigen H adalah
Or$anismeini umumnya bersifat patogen untuk manusia fungsi sekuens asarn amino pada protein flagel (flagelin).
dan hewan biia termakan. Arizona termasuk kelompok Di dalam saru serotipe, antigen flagel terdapat dalam satu
salmonela. atau dua bentuk, disebut fase I (biasanya ditunjukkan
. Entero bacteriaceae lain-Spesies Yers in ia dibahas pada
dalam hurufkecil) dan fase 2 (biasanya ditunjukkan dalam
7
bab 20. Genus lainnya y^ng kadang-kadang ditemukan angka fuab), seperti terlihat pada Thbel 16-4. Organisme
pada infeksi manusia antara latn Edwardsiella dan ini cenderung berubah bentuk dari satu fase ke fase lainnya;
Ewingella, Hafuia, Cedecea, dan Kluyuera. ini yang disebut variasi fase. Antigen H pada permukaan
bakteri dapat mengganggu aglutinasi dengan antibodi anti-
Struktur Antigenik o.
Enterobacteriaceae memtliki struktur antigenik yang
kompleks. Enterobacteriaceae di golongkan berdasarkan
lebih dari 150 antigen somatik O (liposakarida) yang
tahan panas, lebih dari 100 antigen K (kapsular) yang
tidak tahan panas, dan lebih dari 50 antigen H (flageia)
(Gambar 16-1). Pada Salmonella typhi, antigen kapsular
disebut antigen Vi.
Antigen O adalah bagian terluar dari lipopolisakarida
dinding sel dan terdiri dari unit polisakarida yang berulang.
Beberapa polisakarida O-spesifik mengandung gula yang
unik. Antigen O resistan terhadap panas dan alkohol dan
biasanya terdeteksi oleh aglutinasi bakteri. Antibodi
terhadap antigen O terutama adalah IgM.
Sementara masing-masing genus Enterobacteriaceae
berkaitan dengan kelompok O spesifik, sebuah organisme
dapat membawa beberapa antigen O. Sehingga, sebagian
besar shigela memiliki satu atau beberapa antigen O yang Selubung sel (membran sitoplasma,
sama dengan E coli. E coli dapat bereaksi silang dengan peptidoglikan, membran luar)
beberapa spesies providensia, klebsiela, dan salmonela.
Kadang-kadang, antigen O berkaitan dengan penyakit G ambar t 6- t. Stru ktu r a nti g en i k E nte ro ba cte ri a cea e.
BATANG GRAM-NEGATIF ENTERIK (ENTEROBACTERIACEAE) I 255

Terdapat banyak contoh struktur antigen yang Tabel 16-3. Spesies shigela yang patogen
tumpang tindih antara Enterobacteriaceae dengan bakteri
lain. Kebanyakan Entero bacteriaceae memiliki antigen O 1 4
yang sama dengan E coli. Polisakarida kapsular tipe 2
pada klebsiela sangat'mirip dengan polisakarida tipe 2 5 dysenteriae A
pada pneumokokus. Beberapa antigen K bereaksi-siiang S flexneri B +
dengan polisakarida kapsular Haemophilus influenzae atau S boydii C +

Neisseria meningitidis.. Dengan demikian, E coli Ssonnei D + +

O75:K100:H5 dapat menginduksi antibodi yang berealai


dengan H influenzae tipe b. infeksi yang penting secara klinis, biasanya disebabkan
Klasifikasi antigenik pada Enterobacteriacede seting oleh E coli, tetapi bakteri enterik lain dapat menyebabkan
menunjukkan adanya antigen spesifik. Karena itu, formula infeksi yang didapat dari rumah sakit (nosokomial) dan
antigenik pada E coli dapat menjadi O55:K5:H21; kadang-kadang menyebabkan infeksi yang didapat dari
sedangkan pada Salmonella Schottmiilleri adalah komunitas. Bakteri hanya menjadi patogen bila bakteri
OI,4,5,12;Hb'.1,2. ini berada dalam jaringan di luar jaringan usus yang
normal atau di tempat yang jarang terdapat flora normal.
Kolisin (Bakteriosin) Tempat yang paling sering terkena infeksi yang Penting
Banyak organisme gr.am-negatif yang menghasilkan secara klinis adalah saluran kemih, saluran empedu, dan
bakteriosin. Zat-zat bakterisidal yang menyerupai virus tempat lain di dalam rongga abdomen, tetapi setiap tempat
ini diproduksi oleh suain bakteri tertentu yang aktif anatomi (misal, bakteremia, kelenjar prostat, paru, tulang,
melawan bakteri lain dari spesies yang sama atau meninges) dapat menjadi tempat penyakit. Beberapa
serumpun. Produksi bakteriosin dikendalikan oleh bakteri enterik (misal, Serratia mercescens, Enterobacter
plasmid. Kolisin dihasi'lkan oleh E coli, marcescens oleh aerogenes) merupakan patogen oportunistik. Bila
serratia, dan piosin oleh pseudomonas. Strain penghasil pertahanan pejamu yang normal tidak adekuat-terutama
bakteriosin resistan terhadap bakteriosinnya sendiri; pada bayi atau usia tua, stadium akhir penyakit lain,
dengan demikian, bakteriosin dapat digunakan untuk setelah mengalami imunosupresi, atau pada orang dengan
"menentukan tipe" organisme. kateter vena atau urin yang terpasang lama-dapat terjadi
infeksi lokal yang bermakna klinis, dan bakteri dapat
Toksin dan Enzim masuk ke peredaran darah dan menimbulkan sepsis'

Sebagian besar bakteri gram-negatif memiliki lipo- Patogenesis & Gambaran Klinis
polisakarida kompleks di dinding selnya. Zat ini,
endotoksin, memiliki bermacam-macam efek patofisiologik Manifestasi klinis infeksi oleh .E coli dan bakteri enterik
yang diringkas dalam bab 9. Banyak bakteri gram-negatif lain tergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat
enterik juga menghasilkan eksotoksin yang penting bagi dibedakan dengan gejala atau tanda akibat proses yang
klinis. Beberapa toksin spesifik dibahas pada bahasan disebabkan oieh bakteri lain.
berikut.
A. E coLt

PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH 1. Infeksi saluran kemih-E coli adalah penyebab infei<si
saluran kemih yang paling sering pada sekitar 90% infel<si
ENTEROBACTERI ACEAE SELAI N
saluran kemih pertama pada wanita muda (lihat bab 4S).
SALMONELLA & SHIGELLA Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering berkemih,
disuria, hematuria, dan piuria. Nyeri pinggang
Organisme Penyebab
ditimbulkan oleh infeksi saluran kemih bagian atas. Tidak
E coli adalah anggota flora normal usus (lihat bab 11). ada satu pun tanda dan gejala tersebut, yang khas untuk
Bakteri enterik lain (Proteus Sp.,Enterobacter Sp., Ktebsiella infeksi E coli. Infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan
Sp., Morganella Sp., Prouidencia Sp., dan Serratia Sp.) bakteremia dengan tanda-tanda klinis sepsis.
juga merupakan anggota flora normal usus tetapi lebih E coli nefropatogenik secara khas menghasilkan
jarang dibandingkan dengan E coli. Bakteri enterik hemolisin. Sebagian besar infeksi disebabkan oleh E coli
kadang-kadang ditemukan dalam jumiah kecil sebagai dengan sejumlah kecil antigen tipe O. Antigen K
bagian flora normal saluran napas atas dan saluran genital. tampaknya penting pada patogenesis infeksi saluran
Bakteri enterik biasanya tidak menyebabkan penyakit, kemih bagian atas. Pielonefritis ditimbulkan oleh pilus
dan di dalam usus organisme ini bahkan mungkin tipe spesifik, piius P, yang berikatan dengan zat golongan
berperan terhadap fungsi dan nutrisi normal. Bila terjadi darah P.
256 BAB 16

2. Penyakit diare yang berkaitan dengan E coli-E coli diare akibat pajanan ulang oleh E coli penghasil LL
yang menyebabkan diare sangar banyak ditemukan di Pemeriksaan terhadap LT antara lain: (1) akumulasi cairan
seluruh dunia. E coli ini diklasifikasikan berdasarkan di usus pada hewan percobaan; (2) perubahan sitologik
karakteristik sifat virulensinya (lihat bawah), dan masing- yang khas pada biakan sel ovarium hamster Cina dan sel
masing kelompok menyebabkan penyakit melalui lainnya; (3) stimulasi produksi steroid pada biakan sel
mekanisme yang berbeda. Sifat pelekatan sel epitel usus tumor adrenal; dan (4) pemeriksaan ikatan dan
halus atau usus besar dikodekan oleh gen di plasmid. imunologik dengan antiserum standar terhadap LT.
Dengan can yang sam.a, toksin sering dipe rantarai oleh Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan di laboratorium
plasmid atau faga. Beberapa aspek klinis penyakit diare rujukan.
dibahas dalam bab 48. Beberapa strain ETEC menghasilkan enterotoksin
E coli Enteropatogenik (EPEC) merupakan penyebab yang tahan panas ST" (BM 1500-4000), yang berada di
diare yang penting pada bayi, re rutama di negara bawah kendali kelompok plasmid heterogen. ST"
berkembang. EPEC sebelumnya dikaitkan dengan wabah mengaktillan guanilil siklase dalam sel epitel enterik dan
diare di ruang perawatan di negara maju. EPE,C merangsang sekresi cairan. Banyak strain ST",positif juga
menempei pada sel mukosa usus halus. Faktor yang menghasilkan LT. Strain yang memproduksi kedua toksin
diperantarai oleh kromosom meningkatkan perlekatan. tersebut menyebabkan diare yang lebih berat.
Grdapat kehilangan milrovili (penumpulan), pembentukan Plasmid yang mambawa gen untuk enterotoksin (lil,
tumpuan filamen aktin atau struktur mirip-mangkuk, dan ST) mungkin juga membawa gen untuk faktor kolonisasi
kadang-kadang, EPEC masuk ke dalam sel mukosa. Lesi yang memfasilitasi penempelan strain E coli pada sel epitel
yang khas dapat dilihat pada biopsi lesi usus halus di usus. Faktor kolonisasi rertentu muncul dalam frekuensi
mikrograf elektron. Akibat infeksi EPEC adalah diare tertentu pada beberapa seroripe. Serotipe ETEC tertentu
encer, yang biasanya sembuh sendiri tetapi dapat menjadi tersebar luas; yang lainnya memiliki distribusi yang
kronik. Diare EPEC disebabkan oieh berbagai serotipe terbatas. Ada kemungkinan bahwa sebenarnya setiap .B
spesifik E coli; strain diidentifikasi dengan antigen O coli dapat memperoleh penyandi plasmid untuk
dan kadang-kadang dengan penenruan tipe antigen H. enterotoi<sin. Tidak ada hubungan yang jelas antara strain
Model infelsi dua-tahap yang menggunakan se1 HPEp-2 ETEC dan strain EPEC dalam menimbulkan diare pada
juga dapat dilakukan. Pemeriksaan untuk mengidentifikasi anak. Begitu juga, tidak ada keterkairan anrara strain
EPEC dilakukan di iaboratorium rujukan. Lamanya diare enterotoksigenik dengan strain yang dapat menginvasi
EPEC dapat diperpendek dan diare i<ronik dapat diobati sel epitel usus.
dengan terapi antibiotik. Sangat dianjurkan untuk berhati-hati dalam memiiih
E coli Enterotoksigenik (ETEC) adalah penyebab dan memakan makanan yang mungkin terkontaminasi
umum "diare wisatawan" dan penyebab diare yang sangat dengan ETEC agar terhindar dari diare wisatawan.
pe nting'pada bayi di negara'berkembang. i"k;t Profilaksis antimikroba mungkin efektif r€rapi dapar
kolonisasi ETEC spesifik untuk mendorong perlekatan meningkatkan resistansi bakteri terhadap antibiotik dan
ETEC pada se1 epitel usus halus manusia. Beberapa strain sebaiknya tidak direkomendasikan secara umum. Bila
ETEC menghasilkan eksotoftsin yang tidak tahan panas terjadi diare, terapi antibiotik dapat secara efektif
(LTXBM 80.000) yang berada di bawah kendali genetik mempersingkat durasi penyakit.
plasmid. Subunit B-nya menempel pada gangliosida GM1 E coli Enterohemoragik (EHEC) menghasilkan
di brush border sel epitei usus halus dan memfasilitasi verotoksin, dinamakan berdasarkan efek sitotoksiknya
masuknya subunit A (BM 26.000) ke dalam sel, yang terhadap sel Vero, suatu sel ginjal monyet Afrika. Paling
kemudian mengaktivasi adenil siklase. Ha1 ini sedikit ada dua bentuk antigenik toksin. EHE,C
meningkatkan konsentrasi lokal sikiik adenosin menimbulkan kolitis hemoragik, diare yang berat, dan
monofosfat (cAMP) secara bermakna, yang mengakibatkan pada sindroma hemolitik uremik, suatu penyakit yang
hipersekresi air dan klorida yang banyak dan lama serra mengakibatkan gagal ginjal akut, anemia hemolitik
menghambat reabsorbsi natrium. Lumen usus teregang mikroangiopati, dan trombositopenia. Verotoksin
oleh air, terjadi hipermotilitas dan diare yang berlangsung memiliki banyak sifat yang serupa dengan toksin Shiga
selama beberapa hari. LI besifat antigenik dan bereal<si- yang dihasilkan oleh beberapa stain Shigella dysenteriae
silang dengan enterotoksin Vibrio cholerar. LI merangsang tipe 1; namun, dua toksin tersebut berbeda secara
produksi antibodi penetralisir di dalam serum (dan antigenik dan genetik. Serotipe E coli yang menghasilkan
kemungkinan di permukaan usus) pada orang yang verotoksin, 0157:H7 adalah serotipe y^ng paling sering
sebelumnya terinfeksi dengan enterotoksin E coli. Orang ditemukan dan satu-satunya y^ng dapat diidentifikasi.
yang hidup di daerah dengan prevalensi organisme yang ETEC Ol57:H7 tidak menggunakan sorbitol, tidak
sangat tinggi (misal, pada beberapa negara berkembang), seperti kebanyakan E coli lain, dan juga negatif pada agar
kemungkinan memiliki antibodi dan jarang mengalami sorbitol MacConkey (sorbitol lebih digunakan daripada
BATANG GRAM-NEGATTF ENTERTK (ENTEROBACTERTACEAE) / 2s7

laktosa);strain O157:l-I7 jvganegatif pada uji MUG (lihat 2. Enterobdcter aerogenes-Organisme ini mempunyai
di atas). Antiserum spesifik digunakan untuk mengiden- kapsul yang kecil, dapat ditemukan hidup-bebas atau
tifikasikan strain' Ol57:H7. Pemeriksaan untuk berada di dalam saluran cerna, dan menyebabkan infeksi
verptoksin dilakukan di laboratorium ru.jukan. Banyak saluran kemih dan sepsis.
kasus kolitis hemoragik dan komplikasinya dapat dicegah
3. Senatia-S marcescens merupakan patogen oportunistik
dengan memasak daging sampai matang. yang umum pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Enteroinvasif E coli (EIEC) menimbulkan penyakit Serratia (biasanya tidak berpigmen) menyebabkan
yang sangat mirip shigelosis. Penyakit ini terjadi paling
pneumonia, bakteremia, dan endokarditis-terutama
sering pada anak-anak di negara berkembang dan pada pada pengguna narkotika dan pasien yang dirawat di
pengunjung negara-negara tersebut. Seperti shigela, strain rumah sakit. Hanya sekitar 10%o isolat yang membentuk
EIEC tidak memfermentasikan laktosa atau memfermentasi pigmen merah (prodigiosin) yang menandakan Serratia
laktosa dengan lambat dan nonmotil. EIEC menimbulkan
mArscescens. S marcescens sering resistan terhadap
penyakit dengan menginvasi sei epitel mukosa usus.
aminoglikosida dan penisilin; infeksi dapat diobati dengan
Enteroagregatif E coli (EAEC) menyebabkan diare sefalosporin generasi ketiga.
akut dan kronik (durasi > 14 hari) pada masyarakat di
/1. prsssus-Proteus .9p. menimbulkan infeksi pada
negara berkembang. Organisme.ini juga menyebabkan
penyakit yang dituiarkan melaiui makanan di negara manusia hanya bila bakteri keluar dari saluran cerna.
industri. Organisme ini ditandai oleh pola perlekatannya Organisme ini ditemukan pada infeksi saluran kemih
yang khas pada sel manusia. EAEC menghasilkan tolain dan menimbulkan bakteremia, pneumonia, dan infeksi
mirip-ST (lihat di atas) dan hemolisin. fokal pada pasien yang lemah atau pada pasien menerima
infus intravena. P mirabilis menyebabkan infeksi saluran
3. Sepsis-Bila pertahanan pejamu yang normal tidak kemih dan kadang-kadang infelai iainnya. Proteus uulgaris
adekuat, E coli dapat rnasuk ke peredaran darah dan dan Morganella morganii merupakan patogen nosokomial
menyebabkan sepsis. Neonatus mungkin sangat rentan
yang penting.
terhadap sepsis E coli karena sedikitnya kadar antibodi
Proteus .9p. menghasilkan urease, yang mengakibatkan
IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih. hidrolisis urea secara cepat dan membebaskan amonia.
4. Meningitis-E coli dan streptokokus grup B Karena itu, pada infeksi saluran kemih akibat proteus,
merupakan penyebab utama meningitis pada bayi. Kira- urine bersifat basa, sehingga memudahkan pembentukan
kiraT5o/o E coli dari kasus meningitis mempunyai anrigen batu dan membuat pengasaman hampir tidak mungkin.
K1. Antigen ini bereaksi-silang dengan polisakarida Motilitas proteus yang cepat rnembantu invasinya ke
kapsular grup B dari l/ meningitidis. Mekanisme virulensi saluren kemih.
yang berhubungan dengan antigen Kl beium dimengerti. Sensitivitas strain proteus terhadap antibiotik sangat
bervariasi. P mirabilis sering dihambat oleh penisilin;
B. KLEBSIELLA.ENTEROBAcTER_SERRA TIAi PR,TEus- Antibiotik yang paling aktif untuk anggota lain dari
MORGANELLA_PRovIDENcIA; DAN CITRoBAcTER kelompok ini adalah aminoglikosida dan sefalosporin.
Patogenesis penyakit yang disebabkan oleh kelompok
5. Prouidencia-Prouidencia Sp. (Prouidencia rettgeri,
batang gram-negatif enterik ini mirip dengan faktor
Prouidencia alcalifaciens, dan Prouidencia stuartii)
nonspesifik pada penyakit yang disebabkan oleh E coli.
merupakan flora normal usus. Semua organisme tersebut
1. Klebsiela-K pneumoniae terdapat dalam saluran napas menimbulkan infeksi saluran kemih dan kadang-kadang
dan feses pada sekitar 5% individu normal. Organisme infeksi lain serta sering resistan terhadap terapi
ini menyebabkan sebagian kecil (sekitar 170) pneumonia anrimikroba.
bakteri. K pneumonia dapat menimbulkan konsolidasi
6. Citrobacter-Citrob(tcter dapat menyebabkan infeksi
luas yang disertai nekrosis hemoragik pada paru.
saluran kemih dan sepsis.
Organisme ini kadang-kadang menyebabkan infeksi
saluran kemih dan bakteremia yang disertai dengan infeksi
Uji Laboratorium Diagnostik
fokal pada pasien yang sangat lemah. Bakteri enterik lain
juga dapat menyebabkan pneumonia. K pneumonia dan A. SPESIMEN
Klebsiella lxltlca menyebabkan infeksi nosokomial. Dua Urine, darah, pus, cairan spinal, sputum, atau material
klebsiela lain berhubungan dengan proses inflamasi saluran lain, sesuai yang ditunjukkan oleh iokasi proses penyakit.
napas atas; Klebsiella zznenae pernah diisolasi dari mukosa
nasal ozena, atrofi membran rnukosa yang progresif dan B. SEDIAAN APUS
berbau busuk; dan Klebsiella rhinoscleromatis dari Morfologi Enterobacteriaceae saling menyerupai satu
rhinoskleroma, sebuah granuloma yang destruktif pada dengan yang lain. Adanya kapsul yang besar menunjukkan
hidung dan faring. klebsiela.
BAB 16

C. BIAKAN dikendalikan seperti salmonela (lihat di bawah). Beberapa


Spesimen ditanam pada agar darah dan medium bakteri enterik merupakan masalah yang penting dalam
diferensial. Pada medium diferensial, identifikasi infeksi di rumah sakit. Terutama periu diketahui bahwa
preliminer yang cepat terhadap bakteri enterik gram- banyak bakteri enterik merupakan "oportunis" yang
negatif mungkin dilakukan (lihat bab 47). menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam penderita
yang lemah. Di dalam rumah sakit atau lembaga lainnya,
tmunitas bakteri ini biasanya ditularkan melalui petugas, alat-alat,
Antibodi spesifik terbentuk pada infeksi sistemiiq tetapi
atau pengobatan parenteral. Pengendalian bakteri
tidak pasti apakah diikuti dengan pembentukan imunitas
dilakukan dengan pencucian tangan, asepsis secara
cermat, sterilisasi peralatan, disinfei<si, pembatasan terapi
yang bermakna terhadap organisme ini.
intravena, dan tindakan pencegahan yang ketat untuk
mempertahankan saluran air kemih agar tetap steril
Pengobatan
(misalnya, drainase rerrurup).
Tidak ada pengobatan tunggal yang tersedia. Sulfonamida,
ampisilin, sefalosporin, florokuinolon, dan aminoglikosida
memiliki efek antibakteri yang nyata melawan bakteri SHIGELLA
enterik, tetapi sensitivitasnya sangar bervariasi, dan Habitat asli shigela terbatas pada saluran cerna manusia
pemeriksaan sensitivitas pada laboratorium sangat penting dan primata lain, tempat organisme ini menimbulkan
dilakukan. Resistansi terhadap banyak obat sering disenteri basilar.
ditemukan dan resistansi ini berada dalam kendali plasmid
yang dapat ditransmisikan.
Kondisi tertentu yang merupakan presdisposisi infeksi
Morfologi dan ldentifikasi
oleh organisme ini memerlukan koreksi pembedahan, A. CrRt KHas OneaursNr
misal, memperbaiki obstruksi saluran kemih, penurupan
perforasi organ abdomen, atau reseksi bagian paru yang Shigela adalah batang gram-negarif yang ramping; bentuk
mengalami bronkiektasis. kokobasil ditemukan pada biakan yang muda.
Terapi bakteremia gram-negatif disertai syok septik
yang akan terjadi memerlukan terapi antimikroba cepat, B. BIAKAN
pengembalian keseimbangan cairan dan eiektrolit, dan Shigela bersifat fakultatif anaerob tetapi tumbuh paling
terapi disseminated intrauas cu lar coagu lation. P emberian baik secara aerob. Koloni berbentuk konveks, bulat,
antibodi antiglikolipid merupakan tindakan eksperimental uansparan dengan tepi yang utuh dan mencapai diameter
tetapi dapat mencegah syok dan kematian. sekitar 2 mm dalam 24 jam.
Berbagai cara telah dilakukan untuk mehcegah diare
wisatawan, termasuk mengonsumsi suspensi bismuth C. SIFAT PERTUMBUHAN
subsalisilat setiap hari (bismuth subsalisilat dapar
menonaktifkan enterotoksin E coli in uirro) dan pemberian Semua shigela memfermentasikan glukosa. Kecuali
S h igella sonne i, shigella tidak memfermentasikan laktosa.
dosis lazim tetrasiklin atau obat antimikroba lain selama
waktu tertentu. Karena tidak ada satu metode pun yang Ketidakmampuannya me mferme ntasikan laktosa
benar-benar berhasil atau ranpa efek samping, sangar membedakan shigella pada medium diferensial. Shigela
disarankan untuk memperhatikan makanan arau minuman
membentuk asam dari karbohidrat tetapi jarang
di daerah dengan sanitasi yang buruk dan diberikan terapi menghasilkan gas. Organisme ini juga dapat dibagi
dini dan singkat sebagai profilaksis (misalnya, dengan menjadi organisme yang memfermentasikan manitol dan
siprofloksasin atau trimetoprim-sulfamethoksazol). tidak memfermentasikan manitol (Tabel 16-3).

Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian Struktur Antigen


Bakteri enterik akan langsung menghuni saluran cerna Shigela memiliki struktur antigen yang komplels. Terdapat
normal dalam beberapa hari setelah lahir dan sejak itu banyak tumpang tindih pada sifat serologik berbagai
menjadi bagian utama flora mikroba aerobik (anaerobik spesies, dan sebagian besar organisme memiliki antigen
fakultatif) normal. E coli merupakan protoripenya. O yang sama dengan basil enterik lain.
Ditemukannya bakteri enterik di dalam air dan susu Antigen O somatik shigella adalah lipopolisakarida.
dianggap sebagai bukti terjadinya kontaminasi feses dari Spesifisitas serologiknya bergantung pada polisakarida.
selokan atau sumber lain. Ada lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi shigela berdasarkan
Tindakan pengendalian sulit dilakukan terhadap flora pada karakteristik biokimiawi dan antigennya. Spesies
endogen normal. Serotipe E coli Enteropatogenik harus yang patogen diperlihatkan pada Tabel 16-3.
BATANG GRAM-NEGATIF ENTERIK (ENTEROBACTERIACEAE) I 259

Patogenesis & Patologi meningkat; feses lebih kental tetapi sering mengandung
lendir dan darah, Setiap pergerakan usus diikuti oleh
Infeksi shigela hampir selalu terbatas di saluran cerna; "mengedan" dan tenesmus (spasme rektum), yang
jarang terjadi invasi ke aliran darah. Shigela sangat
mengakibatkan nyeri perut bagian bawah. Pada lebih dari
mertular; dosis infektifnya adalah 103 organisme (sedangkan
setengah kasus pada orang dewasa, demam dan diare
pada salmonela dan vibrio biasanya 105-108). Proses
menghilang spontan dalam 2-5 hari. Namun, pada anak-
patologi yang penting adalah invasi ke sel epitel mukosa
anak dan lanjut usia, kehilangan air dan elektrolit dapat
(misal, sel M), dengan menginduksi fagosicosis, keluar
menimbulkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
dari vakuola fagositik, bermultiplikasi dan menyebar di
Penyakit yang disebabkan oleh S dysenteriae kadang-kadang
dalam sitoplasma sel epitel, dan menyebar ke sel yang
dapat sangat parah.
ada di dekatnya. Mikroabses di dinding usus besar dan
Pada pemulihan, kebanyakan orang mengeluarkan
ileum terminal menyebabkan nekrosis membran mukosa,
basil disentri dalam waktu singkat, tetapi beberapa orang
ulserasi superfisial, perdarahan, dan pembentukan
tetap menjadi carrier usus kronik dan dapat mengalami
"pseudomembran" pada derah ulserasi. Pseudomembran
serangan penyakit secara berulang. Setelah sembuh dari
ini terdiri dari fibrin, lekosit, debris
sel, membran mukosa
infeksi, kebanyakan orang membentuk antibodi sirkulasi
yang neftrotik, dan bakteri. Saat proses mereda, jaringan
terhadap shigela, tetapi antibodi ini tidak mencegah
granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan parut.
terjadinya infeksi ulang.

Toksin
Uji Diagnostik Laboratorium
A. ENDoToKSIN
A, SPESIHEN
Pada autolisis, semua shigela melepaskan lipopolisakarida
yang tolaik. Endotoksin ini kemungkinan yang berperan lendir, dan usapan rektum dapat digunakan
Feses segar,

menimbulkan iritasi pada dinding usus. untuk biakan. Ditemukan banyak leukosit pada feses dan
kadang-kadang juga ditemukan beberapa sel darah merah
B. EKsoToKsIN SH/6EttA DYsENTERIAE pada pemeriksaan mikroskopik. Spesimen serum, apabila
dibutuhkan, harus diambil dengan jarak 10 hari untuk
S dysenteriae tipe 1 (basil Shiga) menghasilkan eksotoksin melihat kenaikan titer antibodi aglutinasi.
yang tidak tahan panas yang dapat mengenai usus dan
sistem saraf pusat. El$otoksin ini adaiah protein yang B. BIAKAN
bersifat antigenik (merangsang produlai antitoksin) dan
bersifat mematikan untuk hewan percobaan. Sebagai Bahan digoreskan pada medium diferensial (misalnya,
enterotoksin, zat ini menimbulkan diare seperti verotoksin agar MacConkey atau EMB) dan pada medium selektif
E coli, mungkin melalui mekanisme yang sama. Pada
(agar enterik Hektoen atau agar salmonela-shigeia), yang
manusia, enterotoksin juga menghambat absorbsi gula menekan Enterobacteriaceae lain dan organisme gram
dan asam amino di usus halus. Sebagai "neurotoksin", positif. Koloni yang tidak berwarna (laktosa-negatif)
materi ini menyebabkan infeksi S dysenteriae yang sangat diinokulasi pada agar triplet gula besi. Organisme yang
berat dan fatal serta menimbulkan reaksi susunan saraf tidak menghasilkan HrS, yang menghasilkan asam tetapi
pusat yang berat (misalnya, meningismus, koma). Pasien tidak menghasilkan gas pada pangkal dan bagian miring
yang menderita infel<si Shigelk flexneri atau Shigella sonnei yang basa di medium agar triplet gula besi, dan tidak
membentuk antitoksin yang menetralisir eksotoksin S motil sebaiknya dilakukan pemeriksaan aglutinasi slide
dysenteriae secara in uitrd. Aktivitas yang bersifat toksik dengan antiserum spesifik shigela.
ini berbeda dengan sifat invasif shigela pada disentri.
Keduanya dapat bekerja berurutan, toksin menyebabkan
C. SERoloGt
diare awal yang tidak berdarah, encer, dan banyak Orang normal sering memiliki aglutinin terhadap
kemudian invasi usus besar mengakibatkan disenteri beberapa spesies shigela. Namun, serangkaian penentuan
lanjut dengan feses yang disertai dengan darah dan nanah. titer antibodi dapat menunjukkan peningkatan antibodi
yang spesifik. Serologi tidak digunakan untuk
Gambaran Klinis mendiagnosis infeksi shigela.

Setelah masa inkubasi yang pendek (1-2 hari), secara


mendadak timbul nyeri perut, demam, dan diare cair. lmunitas
Diare ini disebabkan oleh kerja enterotoksin di usus halus Infeksi diikuti oleh respons antibodi spesifik-tipe. Injeksi
(lihat di atas). Sehari atau beberapa hari kemudian, ketika shigela yang telah mati merangsang produksi antibodi di
infeksi mengenai ileum dan kolon, jumlah feses serum tetapi tidak dapat melindungi manusia dari infeksi.
26fJ BAB 16

Antibodi IgA di usus mungkin penting daiam membatasi natrium deoksikolat) yang menghambat bakteri enterik
infeksi ulang; Antibodi ini
dapat distimulasi dengn lain; oleh karena itu, senyawa-senyawa tersebut berguna
pemberian strain shigela hidup yang telah dilemahkan untuk inklusi isolat salmonela dari feses pada medium.
rnelalui orai seperti vaksin percobaan. Antibodi serum
terhadap antigen somarik shigellae adalah IgM.
Klasifikasi
Pengobatan Klasifikasi salmonela sangar rumit karena organisme
tersebut merupakan rangkaian kesatuan dan bukan
Siprofloksasin, ampisilin, doksisiklin, dan trimetoprim-
tertenftr. Anggota genus Salmonelke awalnya dikiasifi kasikan
sulfametoksazol merupakan inhibitor yang paling sering
berdasarkan epidemiologi, jangkauan pejamu, reaksi
untuk isolat shigela dan dapat menekan serangan klinis
biokomia, dan struktur antigen O, H, dan Vi (bila ada).
disentri akut dan memperpendek durasi gejala. Obac
N amanya (misal, S a Im o n e I la typ h i, S a lm o n eI la typ h imu rium)
obat tersebut mungkin tidak dapat membasmi organisme
tersebut dari saluran cerna. Resistansi terhadap banyak
ditulis seakan keduanya merupakan genus dan spesies;

obat dapat ditransmisikan oleh plasmid, dan infeksi yang


be ntuk nomenklatur ini banyak dipakai, tetapi
penggunaannya tidak benar. Studi hibridisasi DNA-DNA
rebistan telah menyebar luas. Banyak kasus dapat sembuh
telah dilakukan dan terdapat tujuh kelompok evolusionar.
sendiri. Pemberian opioid sebaiknya dihindarkan pada
disenteri shigela.
Hampir semua serotipe Salmoneia yang menginfeksi
manusia berada dalam hibridisasi DNA grup I; jarang
Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian teriadi infeksi pada mausia oleh grup IIIa dan IIIb.
Nanra spesies Salmonella enterica teiah diterima secara
Shigela ditularkan melalui "makanan, jari, feses, dan lalat" luas, dan organisme yang masuk dalam hibridisasi DNA
dari satu orang ke orang lain. Kebanyakan kasus infeksi grup I adalah S enterica subspesies enterica. Organisme
shigela terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. S pada kelompok lain memiliki nama subspesies lain.
dysenteriae dapat menyebar luas. Kemoprofilaksis massal Sepertinya nomenklatur klasifikasi yang kemungkinan
selama periode terrentu (misal, pada personei militer) dapat diterima secara luas adalah sebagai berikut: S
telah dicoba, tetapi strain shigela yang resistan cenderung enterica subspesies enterica serotipe Typhimurium, yang
mur.rcul dengan cepat. Karena manusia adalah pe.jamu dapat dipendekkan menjadi Salmonella Typhimurium
utama shigela patogen yang telah diketahui, usaha dengan nama genus ditulis miring dan nama seroripe
pengendalian harus ditujukan untuk mengeliminasi ditulis tegak. Laboratorium rujukan nasional dan
organisme dari reservoir dengan cara (1) pengendalian internasional mungkin menggunakan formula antigenik
sanitasi air, makanan, dan susu; pembersihan saluran air; setelah nama subspesies karena mereka memberikan
dan pengendalian lalat; (2) isolasi pasien dan disinfeksi informasi yang lebih tepar mengenai isolat (lihat Tabel
ekskreta; (3) deteksi kasus-kasus subklinis dan carrier, i6-4). Contohnya adalah S enterica subspesies salamae
terutama pengelola makanan; dan (4) terapi antibiotik serotipe 50:z:e,n,x, yang juga dapat ditulis s enterica
pada indivitu yang terinfeksi. serotipe II 50:z:e,n,x, dengan huruf Romawi II yang
menunjukkan subspesies salamae hibridisasi DNA grup
GRUP SALMON ELLA-ARIZONA II.
Terdapat lebih dari 2500 seroti pe Salmonellae,
Salmonela umumnya bersifat parogen untuk manusia atau termasuk lebih dari 1400 dalam kelompok hibridisasi
hewan bila masuk melalui mulut. Organisme ini DNA grup I yang dapat menginfeksi manusia. Empat
ditularkan dari hewan dan produk hewan ke manusia, tipe salmonella yang menyebabkan demam enterik dapat
dan rnenyebabkan enteritis, infeksi sistemik, dan demam diidentifikasikan di laboratorium klinis melalui
enrerik. pemeriksaan biokimia dan serologik. Serotipe-serotipe
ini sebaiknya rutin diidentifikasi karena serotipe-seroripe
Morfologi & ldentifikasi ini bermakna secara klinis. Serotipe tersebut adalah
Panjang salmonela bervariasi. Sebagian besar isolat motil sebagai berikut: Salmonella Paratyphi A (serogrup A),
dengan flagel peritrika (peritrichous flagella). Salmonela Salmonella Paratyphi B (serogrup B), Salmonella
mudah tumbuh pada medium sederhana, tetapi hampir Cholerasuis (serogrup Cl), dan SalmonellaTyphi (serogrup
tidak pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa. D). Lebih dari 1400 salmonellae lain yang diisolasi di
Organisme ini membentuk asam dan kadang-kadang gas laboratorium klinik digolongkan menjadi beberapa
dari glukosa dan manosa. Salmonela biasanya menghasilkan serogrup berdasarkan antigen O sebagai A, B, Cr, C2,
HrS. Mereka bertahan dalam air yang membeku unruk D, dan E: beberapa organisme tidak dapat digolongkan
waktu yang lama. Salmonela resistan terhadap bahan dengan rangkaian antiserum tersebut. Isolat kemudian
kimia tertentu (misal, hi.1au brilian, natrium terrarionar, dikirim ke laboratorium rujukan untuk identifikasi
BATANG GRAM.NEGATIF ENTERIK (ENTEROBACTERIACEAE) 261

Tabel 16-4. Contoh formula antigenik salmonela darah. Organisme ini dibawa oleh darah ke berbagai
organ, termasuk usus. Salmonela bermultiplikasi di
j*T{el1llryd}i}1,., : jaringan limfoid usus dan diekskresikan di dalam feses.
'D Setelah masa inkubasi selama 10-14 hari, timbul
5 Typhi 9, 12 (Vi):d:-
A 5 Paratyphi A 1,2, 12:a-
demam, malaise, sakit kepala, konstipasi, bradikardia,
C1 5 Choleraesuis 6, 7: c:1,5 dan mialgia. Demam meningkat sampai plateau yang
B 5 Typhimurium 1,4.5, 12:i:1,2 tinggi, dan terjadi pembesaran limpa serta hati. Meski
D 5 Enteritidis 1,9, 12zg,m:- jarang, pada beberapa kasus terlihat bintik-bintik merah
lAntigen O: angka ya.ng dicetak tebal. (Rose spots).yang timbul sebentar, biasanya pada kulir
(Vi): Antigen Vi jika ada.
abdomen atau dada. Hitung sel darah putih normal atau
Fase 1 Antigen H: huruf kecil.
Fase 2 Antigen H: angka.
menurun. Pada masa sebelum antibiotik, komplikasi
utama demam enterik adalah perdarahan dan perforasi
serologik definitif. Hal ini memungkinkan petugas usus, dan angka mortalitasnya adalah 10-15%. Terapi
kesehatan masyarakat untuk memantau dan mengetahui dengan antibiotik menurunkan angka mortalitas hingga
epidemiologi infeksi salmonela berdasarkan penyebaran kurang dari 7o/o.
wilayah dan nasional. Lesi utama adalah hiperplasia dan nekrosis jaringan
limfoid (misa|, Peyer\ patch), hepatitis, nekrosis fokal di
Variasi hati, serta inflamasi pada kandung empedu, periosteum,
paru, dan organ lainnya.
Organisme dapat kehilangan antigen H dan menjadi tidak
motil. Hilangnya antigen O menimbulkan perubahan B. BAKTEREHIA DENGAN LEsI FoKAL
bentuk koloni yang halus menjadi kasar. Antigen Vi dapat
hilang sebagian atau seluruhnya. Antigen dapat diperoleh Keadaan ini umumnya disebabkan oleh S cltoleraesuis,
(atau hilang) pada proses transduksi. tetapi juga dapat disebabkan oleh serotipe salmonela apa
pun. Setelah infelai melalui mulut, terjadi invasi dini ke
Patogenesis & Gambaran Klinis aliran darah (dengan kemungkinan lesi fokal di paru,
tulang, meninges, dan lain-lain), tetapi manifestasi di usus
Salmonella Typhi, Salmonella Choleraesuis, dan mungkin sering tidak ada. Biakan darah positif.
juga Salmonella Paratyphi A dan Salmonella Paratypht B
bersifat infeksius untuk manusia, dan infeksi oleh C. ENTERoKoLrrrs
organisme tersebut didapatkan dari manusia. Namun,
sebagian besar salmonella bersifat patogen terutama bagi
Enterokolitis merupakan manifetasi infeksi salmonela
hewan yang menjadi reservoir untuk infeksi manusia: yang paling sering terjadi. Di AS, SalmonellaTyphimurium
unggas, babi, hewan pengerar, hewan ternak, binatang dan Salmonella F.nteritidis lebih menonjol, tetapi
piaraan (dari kura-kura hingga burung kakaktua), dan
enterokolitis dapat disebabkan oleh lebih dari 1400
banyak lainnya. serotipe salmonela grup 1. Delapan hingga 48 jam setelah
tertelannya salmonela, timbul mual, sakit kepala, muntah,
Organisme ini hampir selalu masuk melalui rute oral,
dan diare hebat, dengan beberapa lekosit di dalam feses.
biasanya bersama makanan atau minum an yang
terkontaminasi. Dosis infektif r ata4 ara unruk menimbulkan Sering timbul demam ringan, tetapi biasanya sembuh
infeksi klinis atau subklinis pada manusia adaiah 10t-108 dalam 2-3 hari.
salmonela (mungkin cukup dengan 103 organisme Terdapat lesi inflamasi pada usus halus dan usus besar.
Salmonella Typhi). Beberapa faktor pejamu yang Bakteremia jarang terjadi (2-4o/o) kecuali pada pasien
menimbulkan resistansi terhadap infelai salmonela adalah yang mengaiami imunodefisiensi. Biakan darah biasanya
keasaman lambung, flora mikroba normal usus, dan negatif, tetapi biakan feses biasanya positif untuk
kekebalan usus setempat (lihat di bawah). salmonela dan dapat tetap positif selama beberapa minggu
Salmonela menyebabkan tiga macam penyakit utama setelah penyakit sembuh secara klini.s.
pada manusia, tetapi sering juga ditemukan bentuk
campuran (Tabel l6-5). Uj i Diagnostik Laboratori um
A. SPESIMEN
A. [DeNlN ENrenrx[ (DruaN Trroro)
Darah untuk biakan harus diambil berulang kali. Pada
Sindroma ini hanya ditimbulkan oleh beberapa salmonela, demam enterik dan septikemia, biakan darah sering
yang terpenting adalah Salmonella Typhi (dimam tifoid). positif dalam minggu pertama penyakit. Biakan sumsum
Salmonella yang tertelan mencapai usus halus, masuk ke tulang dapat bermanfaat. Biakan urine dapat positif setelah
dalam aliran limfatik dan kemudian masuk ke aliran minggu kedua.
262 BAB 16

label 16-5. Penyakit klinis yang disebabkan oleh salmonela


kr:.,
Ili$iiiff-i,.iitL;,,,21 lj :il$.tljl.iiiSiir;il.ijE\i=llfli=
7-20 hari

Awitan Perl a han Mendadak mendada k

Demam Bertahap, kemudian plateau , Meningkat dengan cepat, Biasanya demam ringan
tinggi dengan keadaan mirip kemudian temperatur
demam tifoid menukik seperti sepsis

Lama Penyakit Beberapa minggu Bervariasi 2-5 hari

Gejala Gastrointestinal Awalnya sering konstipasi; Seringnya tidak ada Mual, muntah, diare saat
selanjutnya diare berdarah awitan

Biakan darah Positif pada minggu pertama Positif saat kondisi demam negatif
hingga kelima penyakit tinggi

Biakan feses Positif sejak minggu kedua; Jarang positif Positif segera setelah awitan
negatif pada awal perjalanan
penyak it

Spesimen feses juga harus diambil berulang-ulang. Pada


C. METODE SEROLOGI
demam enterik, feses akan memberikan hasil positif mulai ltknik serologi digunakan untuk mengidentifikasi biakan
minggu kedua atau ketiga; pada enterokolitis, selama yang tidak diketahui dengan serum yang telah diketahui
minggu pertama. (iihat di bawah) dan jr,rga dapat digunakan untuk
Biakan positif dari drainase duodenum menunjr-rkkan menentukan pada pasien yang tidak
titer antibodi
adanya salmonela di traktus billiar pada orang carrier. diketahui penyakitnya, walaupun penentuan titer antibodi
ini tidak terlalu bermanfaat untuk diagnosis infeksi
B. METoDE BAKTERIOLOGIK UNTUK ISOLASI salmoneia.
SALHoNELLA 1. Uji aglutinasi-Pada pemeriksaan ini, serum yang telah
1 Biakan pada medium diferensial-Medium EMB, diketahui dan biakan yang tidak diketahui dicampur di
MacConkey, atau deoksikolat memungkinkan deteksi atas slide. Bila terjadi gumpalan, dapat dilihat dalam
cepat organisme yang tidak memfermentasikan laktosa beberapa rnenit. Pemeriksaan ini teiutama berguna untuk
(tidak hanya salmonela dan shigela tetapi juga Proteus, identifikasi preliminer biakan dengan cePat. TerdaPat alat-
serratial pseudomonas, dan lain-lain). Organisme gram- alat untuk meng-aglutinasi dan menentukan serogruP
positif sedikit dihambat. Medium bismuth sulfit salmonela melalui antigen O-nya: A, B, Cl, Cr, D, dan
memungkinkan deteksi cepat salmonela yang membentuk E, yang dijual bebas di pasaran.
koloni hitam karena produksi HrS. Banyak salmonela 'Widal)-
2. Uji aglutinasi pengenceran tabung (tes
menghasilkan HrS. Aglutinin serum tneningkat tajam selama minggu kedua
2. Biakan pada medium selektif-Spesimen diletakkan din ketiga pada infeksi salmonela' Sedikitnya dua
pada agar salmonella-shigella (SS), agar enterik Hektoen, spesimen serum, yang diambil dengan selang waktu 7-10
XLD, atau agar deoksikolat-sitrat, yang membantu hari, dibutr-rhkan untuk membuktikan adanya kenaikan
pertumbuha n salmonellae dan shigellae melebihi titer antibodi. Pengenceran serial (dua kali lipat) dari
Ent ero b a cteri acea e lain. serum yang tidak diketahui diuji terhadap antigen
salmonela. Interpretasi hasiinya adalah sebagai berikut:
3. Biakan pada medium yang diperkaya-Spesimen (1) 'I'iter O yang tinggi atau rneningkat (> 1:160)
(biasanya feses) juga diletakkan di dalam seienit F atau
menandakan adanya infeksi aktif. (2) Titer H yang tinggi
kaldu tetrationat, keduanya menghambat replikasi bakteri
6 1:160) menunjukkan riwayat imunisasi atau infeksi di
normal usus dan memungkinkan multiplikasi salmonella' Titer antibodi yang tinggi
masa lampau. (3) terhadap
Setelah inkr,rbasi selama I-2 hari, spesimen tersebut
antigen Vi timbul pada beberapa carrier' Hasil
diletakkan pada medium diferensial dan medium seiektif.
pemeriksaan serologi pada infeksi salmonela harus
4. Identifikasi akhir-Koloni yang dicurigai pada medium Jiir.rt.rpret"sikan dengan hati-hati. Kemungkinan adanya
padat diidentifikasi dengan pola reaksi biokimia (Tabel antibodi yang bereaksi silang, membatasi Penggunaan
16-i) dan uji aglutinasi slide dengan serum spesifik. serologi dalarn diagnosis infeksi sahronela.
BATANG GRAM-NEGATIF ENTERIK (ENTEROBACTERIACEAE) I 263

lmunitas dipublikasikan secara [uas. Di Amcrika Serikat, insidensi


demam tifoid menurun, tetapi insidens infeksi salmonela
Infeksi oleh Salmonella'lyphi atau Salmonella Pararyphi
lainnya meningkat ta.jam. Masalah ini mungkin
biasanya menimbulkan imunitas dalam tingkat tertentu.
diperberat dengan meluasnya penggunaan makanan
Infeksi ulang dapat terjadi tetapi biasanya iebih ringan
hewan yang mengandung obat antimikroba yang
daripada infeksi pertama. Adanya antibodi terhadap O
membantu proliferasi salmonela yang resistan-obat dan
dan Vi dalam sirkulasi berhubungan dengan resistansi
potensi penyebarannya ke manusia.
terhadap penyakit dan infeksi. Namun, kekambuhan
dapat terjadi dalam 2-3 minggu setelah penyembuhan A. CARRIER
meskipun telah terbentuk antibodi. Antibodi IgA
sekretorik dapat mencegah penempeian salmonela pada Setelah infeksi nyata atau subklinis, beberapa indivitu
epitel usus. terus menyimpan salmonela di dalam jaringannya selama
Orang dengan hemoglobin S/S (penyakit sel sabit) waktu yang tidak tentu (carrier konvalesen atau carrier
sangat rentan terhadap infeksi salmonela, terutama permanen yang sehat). Tiga persent individu yang sembuh
osteomielitis. Orang dengan hemoglobin A/S (ciri sel dari tiFoid men jad i carrier permane n, mempunyai
sabit) mungkin lebih rentan daripada individu normal organisme di dalam kandung empedu, saluran empedu,
(orang dengan hemoglobin A/A)' atau kadang-kadang di dalam usus atau saluran kemih.

B. SUMBER INFEKSI
Pengobatan
Sumber infeksi adalah makanan dan minuman yang
Demam enterik dan bakteremia dengan lesi fokal terkontaminasi oleh salmonela. Berikut adalah sumber-
memerlukan terapi antimikroba, sedangkan sebagian sumber infeksi yang penting:
besar kasus enterokolitis tidak membutuhkan terapi
1. Air-Kontaminasi dengan feses sering menimbulkan
tersebut. Terapi antimikroba terhadap enteritis salmonela
epidemik yang luas.
pada neonatus sangat penting. Pada enterokolitis, gejala
klinis dan ekskresi salinonela dapat menjadi lebih iama 2. Susu dan produk susu lainnya (es krim, keju, puding)-
oleh terapi antimikroba. Penggantian cairan dan elektrolit Kontaminasi dengan feses dan pasteurisasi yang tidak
sangat penting pada diare berat. adekuat atau penanganan yang salah. Beberapa wabah
Terapi antimikroba untuk infeksi salmonela yang dapat ditelusuri sampai sumber kumannya.
invasif adalah dengan menggunakan arnpisilin, 3. Kerang-Dari air yang terkontaminasi.
trimetoprim-sulfametoksazol, atau sefalosporin generasi
ketiga. Resistansi terhadap banyak obat yang ditransmisikan
4. Telur beku atau dikeringkan-Dari unggas yang
secara genetik oieh plasmid berbagai bakteri enterik
terinfeksi atau terkontaminasi saat pemrosesan.
merupakan masalah pada infeksi salmonela. Uji 5. Daging dan produk daging-Dari hewan yar,g
sensitivitas merupakan pemeriksaan penunjang yang terinfeksi (hewan ternak) atau kontaminasi oleh feses
penting untuk memilih antibiotik yang sesuai. melalui hewan pengerat atau manusia.
Pada sebagian besar carrier, organisme menetap di 6. Obat 'rrekreasi'-Mariyuana dan obat lainnya.
kandung empedu (terutama jika terdapat batu empedu)
dan di saluran empedu. Beberapa canier kronik dapat 7 . Pewarnaan fisvr2n-pewarnaan (misal, carmine)

diobati hanya dengan menggunakan ampisilin, tetapi pada digunakan untuk obat, makanan, dan kosmetik.
kebanyakan kasus kolesistektomi harus dikombinasikan 8. Hewan piaraan-Kura-kura, anjing, kucing, dll.
dengan rerapi obar.
Pencegahan & Pengendalian
Epidemiologi
Tindakan sanitasi harus dilakukan untuk mencegah
Feses yang berasaldari orang yang tidak dicurigai kontaminasi makanan dan air oleh hewan pengerat atau
mengidap penyakit subklinis arau carrier merupakan hewan lain yang mengeluarkan salmonela. Hewan ternak,
sumber kontaminasi yang lebih pendng daripada kasus daging, dan telur yang terinfeksi harus dimasak sampai
klinis yang jelas yang segera diisolasi; misalnya, 61Ia canier matang. Carrier tidak boleh diizinkan bekerja sebagai
yang bekerja sebagai pengelola makanan akan pemegang makanan dan mereka harus melakukan
"mengelgarkan" organisme itu. Banyak hewan, termasuk tindakan peniegahan higienis yang ketat.
hewan ternak, binatang pengerat, dan unggas, secara alami Dua injeksi suspensi Salmonella Typhi yang dimatikan
terinfeksi dengan berbagai salmonela dan mengandung dengan aseton, diikuti oleh injel<si booster beberapa bulan
bakteri di dalam jaringan (daging), ekskresi, atau telur. kemudian, memberikan resistansi parsiai terhadap
Insidensi salmonela yang dnggi pada ayam kemasan telah inokulum basil tifoid yang kecil tetapi tidak terhadap
264 BAB 16

ir.roknlum yang besar. Pemberian strain mutan Sa/mone/l,z 4. Em t


Snggotn.kelua:rga pekerja Rert.anian$
Typhi yang tidak virulen sccara oral mcmberikan transmigrasi-ibu, ayJh, dan dua anak kecil-'
datang ke Unit Gawat Darurat karena diare dan ' '
perlir-rdungan yang bermakna di dacrah der"rgan
demam dengan selama 6-i2 jam. Mereka iering
ei.rdemisitas tinggi. Vaksin terhadap saln'ronela lain kurang buang air besar dan fesesnya teidapatbercak darah.
memberi perlindur.rgan dar-r tidak dianjurkan. Beberapa oring di perumahan pekerja juga
menderita diare yang sama. Termaiuk orang yang
menyiapkan makan malam sehari sebelumnya.
Pemeriksaan fisik pada kedua orang tua normal.
t Anak-anaknya menunjukkan tanda-tanda kehi-
..]*.lr:iti:ii,,,:,..:= lj: ''r

Kitft,IAnYA$ l*HIlit$fl langan cairan dan elektrolit yang berat. Kemungkinan " . ;
..t I

:t,li oenvebab wabah ini adalah;


'
tA) 5a/mone lla enterica subspesies enterica sero-
as i sw a. p4,,r=dmpu! n. ba!11ii g 20 tah n, tipe Typhimurium (Sa/monella Typhimurium)
. 1......S-e o 1 a n g.. ma l^r u
pergi ke pusat kesehatan mahaiiswa karena (B) Salmonella enterica subspesies enterica
serotipe Typhi (sa/rnonil/a fyphi)
:
mengalami disuria, sering berkemih, dan urgensi
,.:,,,,1a atl1bg(kem !.hi:s,ela rna,,24 iSnj :, akh I r,akh i r, i n i i e i,'
(C) Shigella flexneri :

(D) Rotavirus
ilir iiineiladi.qktif.s, dksuaJ,IP:a-d9,!rqinaIili$,ftiIiha!..
{E) tnteroioksigenik" Escheiicfiiarcoli,,, ili,Ec}r, ,
l*l :.Uanyak,!€I'pol.imo;fonuklq4f,.pfganiimq y;nS
"" -
;

il
paling mungkin menimbulkan tanda dan gejala
terqebut a'dalah:",' : I -1'r i. pertffiunro'-J1,siop;,:iliiiili"g
::: rt
disimpan di ruang bawah tanah gereja yang
(A) itaph ylococcus euteus lembab sebelum digunakan pada upacara'
(B) Sfreptococcus agalactiae :
Kadang-kadang terliha"t bercak merah pada roti.
(C) Gardnerella vaginalis Bakteri yang merah dan terdapat pada roti adalah:
(D) Spesies Lactobaciltis (A) Serrati a marcescens
(B) Pseudomonas aeruginosa ii.:=
:{c} fiihelir:hia'|cail . .:-r,, ,,..,i.
,, 2*'.Seg'rang:,pe..remprian Qer:usia 27 tahuh dibawa ke
.,,_i1,Umah;fhkit. de*gan,d'ernamf slorpksia makin
(D) K/ebsie// a pneumoniae
r.i,:,,ibert'q.mp-ah!.lakit kepa! a; ke em ahan; da n peiubahah. I
(E) Proteus.mirabilis ,' r,;:..:lt!

+ !..status mehtaf ,],rhqri yans la,tui Dia irekerja'dii


;.1gjak :
6. Seorang perempuan berusia 37 tahun dengan iN
:,,: penerb.a an rebagai ,.
b:uah,re.ills.ghqg,a"L riwayat infeksi saluran kemih datang ke Unit Gawat
.;.::.,''p1brilv$eiiiil.glba9g- ara :anak nua lndia.dan.-. Darurat dengan rasa panas saat berkemih disertai
:,. r . mpat lejn:di.,{SiA,Tenggalq:!:ei:tia,,!antaj Baiat ASr::,: oleh treku.ensi dan urgensi berkemih. la mengatakan
Sepulun hari sebelum masuk rumah sakit ia =.,,,,: uiinen'y.a.::t bau .ielperti a mon ia, f e p u n g5in
f, ,.i1gxE,lami diai*yang berf angr.V.ng s$fpmq.36' jam.,:., ,,,. rpenye6pb, infeksi,mluran kertrihnya adalair ,1
q:::.::
li.i| i ,i:r jnga mengalami.konstipasi sej ak iiga hari terakhir,::, {A}, Fnfelobacf$r,:aerogeneS I

,iSi I llghq., b'uhnya.39,0C. denyu.t jprL{ung 68,\alilmenit.,:,, (B) Proteus mirabilis l:i.il '.il.':
tekanan darah 120/80 mmHg, dan trekuensi napas (C)'jtrobHcf€ir:.f.reundtt,, "',.

*il, '
.,,,
ilil.lr, 18i:kblllm€ni,t,, il1a,,me1g,q,lahu!rnafiri,n.lemp9t (Dl Escherichia coli ,,
r, ia,lbeirgdn, fF,.lapi tidbk,.mengetahui:,.:,l.inggaL hii'r'i; I (E) Serratia marcescens
i ii:.r itui ladipah,bikan p,,aju pgi.itja, Terlihat intik merah,
'= di:badan p.a;ieni Pqmeliliaan tirik $ihnya normal;. 7. Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke rumah
i Te.f ah dj!el(ufian bib kan'd arah daniipasang jalur,; sakit dua minggu yang lalu karena trauma kepala
Kerrrun g(inan,'penlelrab pepyqkf t pada dan cedera lain yang terjadi akibat kecelakaan
',',i:,,'in!iavpiiai
pasien ini adalah: mobil. Kaieter urine dipasang clan tetap berada "
- ..tAi. rnterototligedik*cneflitria,,foli trrrc) 'r ditempatnya. Pasien ini mengalami infeksi saluran
(B) Shigella sonnel kemih akibat basil gram-negati{. Kemungkinan
. (C) Salmonella enterica subspesies enferica sero- penyebab infeksi pada pasien ini adalah:
-ti
p e Ty ph i m g iiu m {S-qL{3 o,}5 t{ar if yp.fr.!,q u i,i.g1!} i (A) Pseudomonas aeruginosa
:r

(B) Providencia rettgeri


r

serotipe Typhi (Sa/mone//a Typhi) (C) Escherichia coli


(E) Enteroinvasif Escherithia coli (EIEC) (Dl Morganella morganii
(E) Tidak dapat ditentukan tanpa biakan dan uji
ii $iiriBiakani$5 ,dari,pasien pada Pertanyaan nomorri identifikasi
:t,. I'iie metu 6'unrcao, i2$sia*.1fi esnii,lil.4g tidakirii
llli l'... eni{e,i. ;rr'e.n-t:a,s'ir.k,. a klo,!a,..',1pig q nisme. - i ni r'..
i J
8. Seorang pelajar berusia 1B tahun mengalami kram
kemungkinan mengandung: . abdomen dan diare. Dilakukan inokulasi pada
(A) Antigen O 157. antigen H 7 (O157:H7) lempeng agar MacConkey dan tumbuh batang
(B) Antigen Vi (kapsul; antigen virulensi) gram,negalif. agar trlpl-ei gula.btli iD dl a.krn
, , (C) Antigen O 139 (0139) !; u nt uk me n yaring iso fat{grhad a'p...s-i tm o1 q !a,.{-a n
shigela. Hasil yang dapat menunjukkan satu dari
kedua patogen tersebut adalah: --:-'.
BATANG GRAM-NEGATIF ENTERIK (ENTEROBACTERIACEAE) I 265

KEPUSTAKAAN
Abbott S: Kiebsiella, Enterobacter, Citrobacter, Serratia, Plesiomonas
and Otlrer Enterobacteriaceae. In: Manual ofClinicul Microbiology,
8th ed. Murray PR et al (editors). ASM Press, 2003.
Bopp CA et al:Esclrcrichia, Shigella, mdSalmonella.In:Manual of Clinical
Microbiology, Sth ed. Murray PR et al (editors). ASM Press, 2003.
Dupont HL: Shigella species (bacillary desentery). In: MandeII, Douglas,
and Bannett's Principles and Practice of Infectious diseuses, St}r ed.
Mandell GL, Bennett JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone,
2000.
Eisenstein BI, Azaleznik DF: Enterobacteriaceae. In: Mandell, Douglas,
and Bennetts's Principles and Practice of'Infectious Dlseases, 5th ed.
Mandell GL, Bennett JE, Dolin R (editors). Churchili Livingstone.
2000.
Famer JJ III: Enterobacteriaceae Introduction and Identification. In:
ManuaL of ClinicaL Microbiology,8th ed. Murray PR et al (editors).
ASM Press, 2003.
Miller SI, PeguesDA: Salmonella species, including Salmonella typhi. In:
MandeLl, Douglas, arLd Bennet's Principles attd Practice oflnfectious
Disease, Slh ed.. Mande 1l GL, Bennet JE, Dolir R (editors). Churchill
Livingstone, 2000.
Pseudomonas, Acinetobacter; &
Bakteri Gram-Negatif yang Jarang
Ditemukan

Pseudomonas dan Acinobacter tersebar luas dalam tanah sebagai saprofit. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit
dan air. Pseudomonas aeruginosa kadang membe ntuk bila daya tahan tubuh pejamu abnormal.
koloni dalam tubuh manusia dan merupakan kelompok
patogen manusia yang besar. P aeruglnosa bersifat invasif
Morfologi & identif ikasi
dan toksigenik, menyebabkan infeksi pada pasien dengan
daya tahan tubuh yang abnormai, dan merupakan patogen A. CIRI KHAs ORGANISME
nosokomial yang penting.
Bakteri gram negatif yang jarang menimbulkan P aeruginosa berbentuk batang, motil dan berukuran
penyakit pada manusia juga dibahas dalam bab ini. sekitar 0,6 x 2 mm. Bakteri ini gram negatif dan dapat
Beberapa bakteri ini (misalnya, kromobakteri dan muncul dalam bentuk tunggal, berpasangan atau kadang-
kriseobakteri) ditemukan daiam tanah atau air dan kadang dalam bentuk rantai pendek.
merupakan patogen oportunistik untuk manusia. Bakteri
gram negatif lainnya (misalnya, Capnocytophaga, Eileenella
B. BIAKAN

corrodens, Kingella, dan Moraxella) adalah flora normal P aeruginosa aciaiah b,akteri obligat ae*rob yang dapat
manusia dan ditemukan dalam berbagai jenis infeksi; tulrihuh dengar rnudah pada banyak jenis medium
bakteri-bakteri ini sering menjadi penyebab penyakit yang biakan, kadang menghasilkan bau manis atau seperti
tak diduga. anggur atau seperti jagung. Beberapa strain menyebabkan
hemolisis darah. P aeruginosa membentuk koloni bulat
GRUP PSEUDOMONAS halus dengan warna fluoresensi kehijauan. Bakteri ini juga
sering menghasilkan piosianin, pigmen kebiru-biruan yang
Grup Pseudomonas adalah bakteri gram negatif yang tidak berfluoresensi, yang berdifusi ke dalam agar. Spesies
berbentuk barang, motii dan bersifat aerob; beberapa di
pseudomonas yang lain tidak memproduksi piosianin.
antaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air.
Banyak strain P aeruginosa juga memproduksi pigmen
Pseudomonas banyak ditemukan di tanah, air, tumbuh-
pioverdin yang berfluoresensi, yang memberikan warna
tumbuhan, dan binatang. Pseudontonas aeruginosa sering
kehijauan pada agar. Beberapa strain menghasilkan
terdapat di dalam flora normal usus dan pada kulit manusia
pigrnen piorubin yang berwarna merah gelap atau pigmen
dalam jumlah kecil serta merupakan patogen utama dari
piomelanin yarrg hitam.
kelompoknya. Spesies pseudomonas yang lait-r jarang P aeruginosa pada biakan dapat membentuk berbagai
menyebabkan penyakit. Klasifikasi Pseudomonas jenis koloni. P aeruginosa dari jenis koloni yang berbeda,
didasarkan pada homologi rRNA/DNA, dan ciri khas juga dapat mempunyai aktivitas biokimia dan enzimatik
biakannya yang lazirn. Pseudomonas yang penting dalam
yang berbeda dan pola kerentanan antimikroba yang
bidang kedokteran dicantumkan pada label 17-1.
berbeda pu1a. Kadang tidak jelas apakah suatu jenis koloni
merupakan strain P aeruginosa yang berbeda atau varian
7. Pseudormonas aeruginosa dari strain yang sama. Biakan dari pasien dengan fibrosis
P aeruginosa tersebar luas di alam dan biasanya terdapat kistik sering menghasilkan organisme P aeruginosa yang
di lingkungan rumah sakit yang lernbab. Bakteri ini dapat membentuk koloni mukoid akibat produksi berlebihan
membentuk koloni pada manusia normal, dan bertindak dari alginat, suatu eksopolisakarida. Pada pasien fibrosis

266
PSEUDOMONAS, ACINETOBACTER, & BAKTERIGRAM-NEGATIF YANG JARANG DITEMUKAN I 267

Tabel 1 7-1. Klasifikasi beberapa pseudomonas yang menghasilkan enzim ekstraselullar, termasuk elastase,
penting dalam bidang kedokteran.l proteaser dan dua hemolisin: fosfolipase C tidak tahan
panas dan glikolipid tahan panas.
Banyak strain ? aerugittosa menghasilkan eksotoksin
A, yang menyebabkan nekrosis jaringan dan bersifat letal
untuk binatang jika disuntikkan dalam bentuk murni.
I Grup fluoresen Pseu d o mon as ae rug i nosa Toksin tersebut menghambat sintesis protein melalui suatu
Pseu domon as f I u oresce ns mekanisme kerja yang serupa seperti mekanisme toksin
Pseudomonas putida difteri, walaupun struktur kedua toksin tersebut tidak
Grup nonfluoresen Pseudomonas stutzeri
sama. Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan pada
Pseudomonas mendocina
beberapa serum manusia, termasuk pasien yang telah
il Burkholderi a pseud o m a I le i sembuh dari infeksi berat P aeruginosa.
Burkholderia' mallei
Burkholderia cepacia
Ralstonia pickettii
Patogenesis
P aeruginosa bersifat patogenik hanya biia terpajan pada
ilr Comamonas species
Acidovoiax specles daerah yang tidak terdapat pertahanan tubuh normal,
misalnya, apabila membran mukosa dan kulit rusak akibat
Brevundimonas species kerusakan jaringan langsung; jika digunakan kateter
Ste notrophomo nas ma ltop h i II i a
intravena atau urine; atau jika terdapat neutropenia'
seperti pada penyakit kanker yang diberikan kemoterapi.
1Banyak spesies lain yang kadang ditemukan di dalam Bakteri ini menempel dan membentuk koloni pada
spesimen klinis atau lingkungan. membran mukosa atau kulit, menginvasi secara iokal,
dan menyebabkan penyakit sistemik. Proses ini dilakukan
oleh pili, enzim, dan toksin, yang telah diuraikan diatas.
kistik, tampaknya eksopolisakarida berfungsi menghasilkan Lipopolisakarida berperan langsung dalam menyebabkan
matriks sehingga organisme dapat hidup dalam bioflm demam, syok, oliguria, leukositosis dan leukopenia,
(lihat Bab 9). dis em in ate d intr au as cu /ar c o agu la ti o n, dan adu lt r e sP irato ry/
s

distress syndrome.
C. SIFAT PERTUMBUHAN
P aeruginosa dan spesies pseudomonas lainnya resistan
P aeruginosa dapat tumbuh dengan baik pada suhu 37- terhadap banyak obat antimikroba sehingga bakteri ini
420C; pertumbuhannya pada suhu 420C membantu menjadi dominan dan penting jika bakteri f'lora normal
membedakan spesies ini dari spesies pseudomonas yang yang rentan ditekan.
lain dalam kelompok fluoresensi. Bakteri ini bersifat
oksidase-positif, dan tidak memfermentasi karbohidrat, Ibmuan Klinis
tetapi banyak strain yang mengoksidasi glukosa. P aeruginosa menyebabkan infeksi pada luka dan luka
Identifikasi biasanya berdasarkan morfologi koloni, sifat bakar, menimbulkan pus hijau kebiruan; meningitis, bila
oksidase-positif, adanya pigmen yang khas, dan masuk bersama pungsi lumbal; dan infeksi saluran kemih,
pertumbuhan pada suhu 420C. Untuk membedakan P bila masuk bersama kateter dan instrumen lain atau dalam
aeruginosa dari spesies pseudomonas yang lain berdasarkan larutan untuk irigasi. Keterlibatan saiuran naPas, terutama
aktivitas biokimianya, diperlukan pengujian dengan akibat respirator yang terkontaminasi, menyebabkan
berbagai substrat. terjadinya pneumonia nekrotik.. Bakteri ini sering
ditemukan pada otitis eksterna ringan pada perenang dan
Struktur Antigen & Toksin dapat menyebabkan otitis eksterna invasif (bersifat
Pili (fimbria) menjulur dari permukaan sei dan membantu maligna) pada pasien diabetes. Infeksi mata, yang dapat
pelekatan pada sel epitel pejamu. Eksopolisakarida dengan cepat menyebabkan kerusakan pada mata, paling
merupakan komponen yang menyebabkan terlihatnya sering terjadi setelah trauma atau proseCur pembedahan.
koloni mukoid pada biakan pasien fibrosis kistik' Pada bayi atau orang dengan kondisi lemah, ? aeruginosa
Lipopolisakarida, yang ada dalam berbagai immunotype, dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis
bertanggung jawab untuk kebanyakan sifat endotoksik yang fatal; keadaan ini biasanya terjadi pada pasien
organisme. P aeruginosa dapat dibedakan jenisnya leukemia atau limfoma yang mendapat obat antineoplastik
berdasarkan pada immunotype lipopolisakarida dan atau terapi radiasi dan pada pa.sien yang mengalami luka
kerentanannya terhadap piosin (bakteriosin). Sebagian bakar hebat. Pada kebanyakan infelai P aeruginosa, gejala
besar isolat P aeruginosa yang berasal dari infeksi klinis dan tanda yang muncul tidak spesifik dan 'berhubungan
254 BAB 17

dengan organ yang terkena. Kadang-kadang, verdoglobin Epidemiologi & Pengendalian


(produk pemecahan hemoglobin) atau pigmen yang
P aeruginosa t€rutama merupakan patogen nosokomial,
berfluoresens dapat dideteksi pada luka, luka bakar, arau
dan metode untuk mengontrol infeksinya sama dengan
urine dengan menggunakan fluoresensi ultraviolet.
metode yang digunakan pada patogen nosokomial lainnya.
Nekrosis hemoragik kulit sering terjadi pada sepsis yang
Karena pseudomonas tumbuh subur pada lingkungan
disebabkan oleh P aeruginosa; lesi yang disebut ektima
basah, perhatian khusus harus ditujukan pada kasus
gangrenosum tersebut, dikelilingi oleh eritema dan sering
tenggelam, bak cuci, sltower, bak air panas, dan daerah
tidak berisi pus. P aeruginosa dapat dilihat pada spesimen
basah lainnya. Untuk tujuan epidemioiogik, strain dapat
yang diambil dari iesi'ektima dengan pewarnaan Gram,
dan biakannya positif. Ektima gangrenosum jarang terjadi
digolongkan berdasarkan piosin dan imunotipe
lipopolisakarida. Vaksin dari jenis yang tepat yang
pada bakteremia yang disebabkan oleh organisme selain
P aeruginosa.
diberikan kepada pasien berisiko tinggi memberikan
perlindungan terhadap sepsis pseudomonas. Terapi seperti
Uji Diagnostik Laboratorium itu telah digunakan pada penderita leukemia, luka bakar,
kistik fibrosis, dan imunosupresi.
A. SPESIMEN

Spesimen dari lesi kulit, pus, ririne, darah, cairan spinal, 2. Burkholderia pseudomallei
sputum, dan bahan lainnya harus diambil seperti yang motil, dan bersifat
B pseudontallei adalah basil yang kecil,
diindikasikan sesuai dengan jenis infeksinya. giam negatif aerob. Bakteri ini dapat tumbuh pada
medium bakteriologik standar, membenruk koloni yang
B. SEDIAAN APUS
bervariasi dari mukoid dan halus sampai kasai serta
Batang gram negatif sering tampak pada sediaan apus. berkerut dan berwarna dari kecoklatan sampai jingga.
Tidak ada karakteristik morfologi spesifik yang dapat Bakteri ini tumbuh pada suhu 42 0C dan mengotr<sidasi
membedakan pseudomonas di spesimen dari bakteri glukosa, laktosa, dan berbagai macam karbohidrat lainnya.
enterik atau batang gram negarif lainnya. B pseudomallel menyebabkan melioidosis pada manusia,
terutama di Asia Tenggara dan Australia Utara. Organisme
C. BIAKAN tersebut merupakan saprofit alami yang telah dibiakkan
Spesimen di oleskan pada agar darah dan medium dari tanah, air segar, beras, dan sayur-sayuran. Infeksi
diferensial yang biasanya digunakan untuk menumbuhkan pada manusia mungkin berasal dari sumber-sumber ini
bakteri batang gram ne gatif enterik. Pseudomonas melalui kontaminasi abrasi kulit dan mungkin melalui
pencernaan atau inhalasi. Infeksi epizootik B pseudomallei
tumbuh dengan mudah pada sebagian besar rnedium ini,
tetapi pseudomonas tumbuh lebih lambat daripada bakteri terjadi pada domba, kambing, babi, kuda, dan binatang
enterik. P aeruginosa tidak menfermentasikan laktosa dan lainnya, walaupun binatang tidak bertindak sebagai
reservoir primer untuk organisme tersebut.
dapat dengan mudah dibedakan dari bakteri yang
memfermentasi laktosa. Biakan adalah uji spesifik untuk Melioidosis dapat bermanifestasi sebagai infetrai yang
diagnosis infeksi P aeruginosa. akut, subakut, atau kronis. Masa inkubasi dapat singkat
selanra 2-3 hari, tetapi masa laten dapat terjadi selama
Pengobatan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Infelai supuratif
lokal dapat muncul pada daerah inokulasi tempat
Infeksi P aeruginosa yang berat secara klinis tidak boleh terjadinya luka pada ku1it. Infeksi lokal ini dapat
diobati dengan terapi obat tunggal karena tingkar mengakibatkan infeksi bentuk septikemik akut dengan
keberhasilannyayang rendah dan karena bakterinya dapat melibatkan banyak organ. Tanda dan gejala tergantung
dengan cepat menjadi resistan jika diberikan obat tunggal. pada tempat utama yang terlibat. Bentuk meliodosis yang
Penisilin yang aktif melawan P aeruginosa-tikarsillin atau paling sering terjadi adalah infeksi paru, yang dapat berupa
piperasillin-digunakan daiam kombinasi dengan pne umoniris primer (B pseudomallei yang ditularkan
aminoglikosida, biasanya tobramisin. Obar lainnya yang melalui saluran napas atas atau nasofaring) atau berlanjut
aktif melawan P aeruginosa melipuri aztreonam, menjadi infeksi supuratif lokal dan bakteremia. Pasien
imipenem, dan yang golongan kuinolon yang baru, seperti dapat mengalami demam dan leukosirosis, dengan
siprofloksasin. Golongan sefalosporin yang baru, konsolidasi pada lobus atas. Setelah itu, pasien dapat
seftazidim dan sefoperazon aktif melawan P aeruginosa; menjadi afebris, sementara itu timbul kavitas pada lobus
seftazidim digunakan sebagai terapi primer infeksi P atas, menghasilkan gambaran yang mirip dengan
aeruginosa. Pola sensitivitas P aeruginasa bervariasi secara tuberkulosis pada rontgen dada. Beberapa pasien
geografis, dan uji sensitivitas harus dilakukan sebagai mengalami infeksi supuratif kronik dengan abses di kulit,
penunjang dalam memilih terapi antimikroba. otak, paru, miokardium, hepar, tulang dan tempat-tempat
PSEUDOMONAS, ACINETOBACTER, & BAKTERI GRAM-NEGATIF YANG JARANG DITEMUKAN / 269

lainnya. Pasien dengan infeksi supuratif kronik dapat Diagnosis dibuat berdasarkan peningkatan titer
menjadi afebris dan mengalami penyakit yang berkembang aglutinin dan biakan organisme tersebut dari lesi lokal
lambat. Infeksi laten kadang-kadang teraktivasi kembali pada manusia atau kuda. Kasus pada manusia dapat
akibat imunosupresi. diterapi secara efektif dengan tetrasiklin dan aminoglikosida.
Diagnosis meliodosis harus dicurigai pada pasien yang Penyakit ini telah dikendalikan dengan adanya
berasal dari daerah endemik dengan penyakit paru lobus penyembelihan kuda dan bagal yang terinfeksi dan saat
atas yang fulminan atau penyakit sistemik yang ridak dapat ini, penyakit ini sangat jarang. Pada beberapa negara,
dijelaskan. Pewarnaan Gram terhadap spesimen yang infelai dari laboratorium merupakan satu-satunya sumber
sesuai akan menunjukkan gambaran basil gram negatif penyakit ini.
yang kecil; pewarnaan bipolar (gambaran titik aman)
terlihat pada pewarnaan Wright atau pewarnaan biru 4. Burkholderia cepacia
metilen. Biakan yang positif bersifat diagnostik. Uji
serologi yang positif membantu secara diagnostik dan Burkholderia cepacii adalah organisme lingkungan yang
menunjukkan adanya infeksi di masa lampau. dapat tumbuh di air, tanah, tanaman, binatang, dan bahan
Melioidosis mempunyai angka mortalitas yang tinggi sayuran yang sudah busuk. Di rumah sakit, I cepacia
jika tidak diterapi. Mungkin diperlukan drainase telah diisolasi dari berbagai macam sumber air dan
pembedahan pada infeksi lokal. Uji sensitivitas antibiotik
lingkungan tempat bakteri tersebut dapat ditularkan ke
pasien. Penderita kistik fibrosis rentan terkena infeksi B
adalah petunjuk penting dalam memberikan terapi. .B
pseudomallei biasanya sensitif terhadap berbagai jenis
cepacia. Penderita ini dapat mengalami periode
asimtomatik, dapat mengalami perburukan yang progresif
antibiotik, termasuk tetrasiklin, suifonamid, trimetoprim-
selama berbulan-bulan, dan perburukan progresif yang
sulfametoksazol, kioramfenikol, amoksisilin, atau
cepat disertai pneumonia nekrotik dan bakteremia.
tikarsillin dengan asam klavulanat, piperasilin, imipenem,
Meskipun presentase penderita kistik fibrosis yang
dan sefalosporin generasi ketiga. Pasien dengan infeksi
terinfeksi jumlahnya relatif sedikit, adanya progresifitas
berat harus diberikan terapi secara parenteral (misalnya
penyakit membuat B cepacia menjadi perhatian utama
trimetoprim-sulfametoksazol atau sefalosporin generasi
pada pasien-pasien ini. Ada kemungkinan .B cepacia dapat
ketiga seperti seftazidim) ; terapi kombinasi dapat ditularkan dari satu pasien kistik fibrosis ke pasien lainnya
bermanfaat. Terapi oral untuk pasien dengan penyakit
melalui kontak langsung.
yang tidak begitu berat dapat dengan tetrasiklin, B cepacia tumbuh hampir pada sebagian besar medium
trimetoprim-sulfametoksazol, atau kloramfenikol, sering yang digunakan dalam membiakkan spesimen pasien untuk
kali diberikan dalam kombinasi. Lama terapi antimikroba
bakteri gram negatif. Medium selektif yang berisi kolistin
paling tidak harus selama 8 minggu; terapi selama 6 bulan juga dapat digunakan. B cepacia tumbuh lebih lambat
sampai 1 tahun harus dipertimbangkan pada pasien daripada bakteri batang gram negatif enterik sehingga
dengan lesi supuratif ekstraparu. Kekambuhan pada butuh waktu 3 hari sampai koloninya dapat dilihat. Untuk
meliodosis sering terjadi, namun pilihan obat yang membedakan B cepacia dengan pseudomonas lainnya
optimal dan durasi terapi antibiotik untuk mencegah cermasuk Stenotrophomonas maltlPhilia memerltkan
kekambuhan belum dapat ditentukan. Tidak ada vaksin serangkaian uji biokimia dan dapat sulit untuk dilakukan.
atau tindakan pencegahan yang spesifik. Dianjurkan untuk mengirimkan isolat ke laboratorium
rujukan karena kolonisasi bersifat prognostik pada
3, Burkholderia mallei penderita kistik fibrosis. Uji sensitivitas harus dilakukan
pada isolat B cepacia, walaupun pertumbuhannya yang
B mallei adalah bakteri yang kecil, nonmotil, tidak lambat.dapat membuat uji rutin sulit dilakukan. B cepacia
berpigmen, berbentuk batang, dan bersifat gram negatif yang diambil dari penderita kistik fibrosis sering resistan
aerob yang tumbuh dengan mudah pada berbagai medium terhadap banyak obat.
bakteriologik. Bakteri ini menyebabkan glander, suatu
penyakit pada kuda, bagal, dan keledai yang dapat
ditularkan kepada manusia. Pada kuda, penyakit ini
5 Steno trophomonas maltoPhitia
rerutama melibatkan paru, lesi ulseratif subkutan, dan Stenotrophomonas mabophilia adalah bakteri batang gram
penebalan limfatik dengan nodul; juga terjadi penyakit negatifyang hidup bebas yang tersebar luas di lingkungan.
sistemik. Infelai pada manusia, yang dapat bersifat fatal, Pada agar darah, koloninya menghasilkan warna hijau-
biasanya diawali sebagai sebuah ulkus kulit atau membran ungu atau abu-abu. Organisme tersebut bersifat oksidasi-
mukosa yang diikuti oleh limfangitis dan sepsis. Inhaiasi negatif dan lisin dekarboksilase-positif.
organisme tersebut dapat menyebabkan timbulnya S maltophilia adalah penyebab penting infeksi
pneumonia primer. nosokomial yang terus meningkat pada pasien yang
270 BAB 17

menjalani terapi antimikroba dan pada pasien yang "spesirnen dari pasien. Acinetobacter yang ditemukan pada
imunokompromais. Bakteri ini telah diisolasi dari banyak .meningitis dan sepsis pernah salah dikenali sebagai
tempat anatomik, antara lain sekret saluran napas, urine, Neisseria meningitidis; begitu pula halnya dengan
luka di kulit, dan darah. isolat sering merupakan bagian Acinerobacter y^ng ditemukan pada traktus genitaiia
'dari flora campuran yang ada pada spesimen tersebut. perempuan juga pernah salah dikenali sebagai Neisseria
Jika biakan darah positif, biasanya hal ini akibat dari gonorrhoeae. \Talaupun demikian, neisseria menghasilkan
penggunaan kateter plastik intravena yang terus-menerus oksidase sedangkan Acinetobacter tidak.
tefPasang. Acinetobacter sering menjadi kuman komensal, tetapi
S maltophi/ia biasanya rentan terhadap trimetoprim- kadang-kadang menyebabkan infeksi nosokomial. I
sulfametoksazol dan tikarsilin-asam klavulanat serta baumannii telah diisolasi dari darah, sputum, kulit, cairan
resistan terhadap antimikroba lain yang sering digunakan pleura, dan urine, biasanya pada infeksi yang terjadi
termasuk sefalosporin, aminoglikosida, imipenem, dan akibat penggunaan instrumen medis. A johnsonii adalah
kuinolon. Penggunaan secara luas obat-obat yang resistan patogen nosokomial dengan virulensi rendah dan telah
terhadap S ma/tophilia tersebut memegang peranan pe nting ditemukan pada biakan darah pasien yang menggunakan
dalam peningkatan frekuensi penyakit yang disebabkan kateter intravena plastik. Acinetobacter yang ditemukan
oleh bakteri tersebut. pada pneumonia nosokomial sering berasal dari air aiat
pelembab udara atau alat penguap ruangan. Pada pasien
6. Pseudomonas lainnya dengan bakteremia aklbar Acineto b acter, kateter intravena
hampir selalu menjadi sumber infeksi. Pada pasien luka
Beberapa genus dan spesies grup pseudomonas tercantum bakar atau defisiensi ir;run, Acinetobacter berperan sebagai
dalamThbel 17-1; kadang-kadang pseudomonas ini bersifat patogen oportunistik dan dapat mengakibatkan sepsis.
patogen oportunistik. Diagnosis infeksi yang disebabkan Strain Acinetobacter sering resistan terhadap obat-obatan
oleh pseudomonas ini ditegakkan dengan membiakkan antimikroba, dan terapi untuk infeksinya dapat sulit
bakteri tersebut dan mengidentifikasinya dengan berbagai dilakukan. Uji sensitivitas harus dilakukan untuk
reaksi pada serangkaian substrat biokimia. Banyak spesies membantu pemilihan obat antimikroba yang terbaik untuk
selain 1 aeruginosa bersilat nohfermentatif dan sulit untuk terapi. Strain I cinetobacter paling sering merespons dengan
diidentifikasi dengan metode rutin; mungkin perlu gentamisin, amikasin, atau tobramisin dan penisilin serta
mengirimkan isolat kepada laboratorium rujukan untuk sefalosporin golongan baru.
memperoleh identifikasi definitif. Banyak pseudomonas
mempunyai poia sensitifitas antimikroba yang berbeda BAKTERI GRAM NEGATIF YANG
dengan pola pada P aeruginosa.
JARANG DIJUMPAI
ACINETOBACTER Actinobasillus
Actino bacil/us (Haemophilus) actinom)/cetemcomitans adalzh
Spesies Acinetobacter merupakan bakteri aerob gram
organisme kokobasil gram negatif berukuran kecil yang
negatif yang tersebar luas di dalam tanah dan air serta
tumbuh perlahan-lahan. Sesuai dengan namanya, bakteri
kadang-kadang dapat dibiakkan dari kuiit, membran
ini sering ditemukan pada aktinomikosis. Bakteri ini juga
mukosa, sekret, dan lingkungan rumah sakit.
menyebabkan penyakit periodontal yang berat pada
Acinetobacter baumannii adalah spesies yang paling
remaja, endokarditis, abses, osteomielitis, dan infeksi
sering diisolasi. Kadang-kadang Acinetobacter lwoffii,
lainnya. Bakteri ini dapat diterapi dengan tetrasiklin atau
Acinetobacter johnsonii, Acinetobacter haemolyticus, dan
kloramfenikol dan kadang-kadang dengan penisilin G,
spesies lainnya juga diisolasi. Beberapa bakteri yang
ampisilin, atau eritromisin.
diisolasi belum mempunyai nama spesies. Dahuiu,
Acinetobacter disebut dengan berbagai nama yang berbeda-
beda, antara lain adalah Mima polymorpha dan Herellea
Alcaligenes
uaginicola, yang menggambarkan banyak karakteristik Grup Alcaligenes rneliputi spesies batang gram negatif
organisme . ini mempunyai flagel peritrika dan
oksidase-positif. Grup
Acinetobacter biasanya tampak berbentuk kokobasil motil, yang membedakannya dari grup pseudomonas.
atau kokus; menyerupai neisseria pada sediaan apus, Alcaligenes menyebabkan alkalinisasi pada medium sitrat
karena bentuk diplokokus banyak terdapat pada cairan dan medium oksidasi-fermentasi yang berisi glukosa dan
tubuh dan medium padat. Juga dapat terlihat dalam bentuk bersifat urease-negatif. Bakteri ini dapat menjadi bagian
batang, dan kadang-kadang bakteri tampak bersifat gram dari flora normal bakteri pada manusia dan telah diisolasi
positif. Acinetobacter tumbuh dengan baik pada sebagian dari alat respirator, nebulizer, dan sistem dialisis ginjal.
besar jenis medium yang digunakan untuk membiakkan Bakteri ini kadang diisolasi dari urine, darah, cairan
PSEUDOMONAS, ACINETOBACTER, & BAKTERI GRAM-NEGATIF YANG JARANG DITEMUKAN / 271

spinal, luka, dan abses. Alcaligenes xylosoxidans, subspesies flora normal usus dan gusi pada 40-70% manusia. Sekitar
dari xylosoxidan telah diisolasi dari berbagai bagian tubuh, 507o isolat membentuk lekukan di agar selama beberapa
tetapi jarang menjadi penyebab utama infeksi. hari inkubasi yang diperlukan untuk pertumbuhannya.
Eikenella bersifat oksidase-positif dan tidak memfer-
CaSinocytophaga mentasikan karbohidrat. Bakteri ini ditemukan pada
Spesies Capnocytophaga adalah basil kapnofilik yang infeksi flora campuran karena kontaminasi oleh
tumbuh-lambat, gram negatif, berbentuk fusi atau bakteri organisme mukosa mulut; bakteri ini sering ditemukan
filamentosa. Spesies ini bersifat fermentatif dan fakultatif bersama dengan streptokokus. Bakteri paling sering
anaerob yang memerlukin CO, untuk pertumbuhan ditemukan pada infeksi yang disebabkan oleh gigitan
aerobik. Bakteri ini dapat terlihat bergerak menggelincir manusia. Semua Eikenella resistan terhadap klindamisin,
(gliding motili7i yang dapat terlihat sebagai pertumbuhan yang dapat digunakan untuk membuat medium agar
koloni ke arah iuar. Bakteri ini menghasilkan suatu selektif. Eikenella biasanya rentan terhadap ampisilin dan
substansi yang memodifikasi aktivitas kemotatik sel penisilin serta sefalosporin golongan baru.
po limorfo nukl ear. Cap n o ry top h aga o c h ra c e a, C ap n o q, top h aga
sputig€na, dan Capnocytophaga gingiualis adalah bagian dari
Chryseobacterium
flora normal rongga mulut manusia. Bakteri-bakteri Organisme kelompok Chryseobacterium adalah batang
tersebut telah dikaitkan dengan penyakit periodontal yang gram-negatif yang berbentuk panjang, tipis' dan tidak
berat pada anak-anak dan kadang-kadang menyebabkan motil, yang bersifat oksidase-positif, proteolitik, dan
bakteremia serta penyakit sistemik yang berat pada pasien fermentasi lemah. Bakteri ini sering membentuk koloni
imunokompromais, terLltama pasien granulositopenia kuning yang khas. Chryseobacterium sering ditemukan
dengan ulkus mulut. Capnocytophaga canimorsus (dahulu pada saluran air bak cuci piring, keran air, dan pada
disebut DF-2-dysgonic fermenter 2) terdapat di dalam peralatan medis yang telah terpajan dengan air yang
flora rongga mulut anjing. Jika tertular kepada manusia, terkontaminasi dan tidak steril. Ch ryseo bacterium kadang-
bakteri ini kadang-kadang menyebabkan infeksi fulminan kadang membentuk koloni di saluran napas. Chryseo'
pada pasien yang sudah tidak mempunyai limpa, bacterium meningosepticum jarang menyebabkan
alkohoiik, dan jarang, pada orang sehat. Capnocytophaga meningitis. Spesies Chryseobacterium sering re sistan
cynodegmi (seperti DF-2) berhubungan dengan infeksi luka terhadap banyak obat antimikroba.
yang berasal dari gigitan atau cakaran anjing atau kucing'
Kingella
Cardiohacterium Kelompok Kingella meliputi tiga spesies, yang dianraranya
Cardiobacterium hominis, bakteri lain dengan nama adalah Kingella kingae yang bersifat oksidase-positif, tidak
deskriptif, adalah bakteri batang gram-negatif pleomorfik motil, yang bersifat hemolitik jika ditumbuhkan pada
yang fakultatif anaerob, yang merupakan flora normal agar darah. Bakteri ini berbentuk batang gram-negatif,
saluran napas atas dan usus, dan kadang-kadang tetapi sering juga ditemui dalam bentuk kokobasil dan
menyebabkan endokarditis. Dengan menggunakan diplokokus. Bakteri ini merupakan bagian dari flora
medium biakan darah yang modern, tidak lagi diperlukan normal mulut dan kadang-kadang menyebabkan infeksi
untuk menyimpan biakan darah selama lebih dari waktu pada tulang, sendi, dan tendon. Organisme ini mungkin
inkubasi standar, yaitu 5 sampai 7 hari untuk masuk ke dalam sirkulasi melalui trauma kecil pada mulut
menumbuhk an Cardio b acterium. misalnya akibat penyikatan gigi. Bakteri ini rentan
terhadap penisilin, ampisilin, eritromisin, dan obat
Kromobakteri antimikroba lainnya.
Chromobacterium uiolaceum adalah basil gram-negatif yang
menyerupai pseudomonas. Organisme ini biasanya
Moraxella
menghasiikan pigmen violet dan muncul pada iklim Kelompok Moraxella meliputi enam spesies. Bakteri ini
subtropis di tanah dan air serta dapat menginfeksi tidak motii, tidak dapat melakukan fermentasi, dan
binatang dan manusia melalui luka pada kulit atau melalui bersifat oksidase-positif. Pada Pewarnaan, bakteri ini
usus. Bakteri ini menyebabkan terjadinya abses, diare, tampak seperti basil kecil gram-negatif, tapi dapat juga
dan sepsis, yang dapat menimbulkan banyak kematian. ,"-p", berbentuk kokobasis, atau kokus. Moraxella
Kromobakteri sering rentan terhadap kloramfenikoi, merupakan bagian dari flora normal saluran napas atas
tetrasiklin, dan aminoglikosida. dan kadang-kadang menyebabkan bakteremia, endokarditis,
konjungtivitis, meningitis, atau infeksi lainnya. Sebagian
Eikenella corrodens besar bakteri ini rentan terhadap penisilin dan obat anti
E corrodens adalah bakteri batang gram negatif berukuran mikroba lainnya. Moraxella catat'rh alis sering menghasilkan
keciI, fastidiozzs, kapnofilik yang meruPakan bagian dari B-laktamase (lihat Bab 21).
272 BAB 17

,1.:r,.,.(pertanyaan'no 4) paling sering ditemukan pada


saluran napas pasien bagian
(A) Di dalam sel epitel
t; Seor€ing. petugas:,Fiemadam ksbakhran yang (B) Tepat di sebelah sel epitel
: befusia'37 tahun mengisap asap'dan diiawat di (C) Tumbuh di dalam sel polimorfonuklear
.it'umah sakit untuk bdntJan ventilasi. Dia mengalami (D) Dalam biofilm
..batukhebatdanmulaimengeluarkan.sputumyang (E) Bukan salah satu jawaban di atas
purulen. Hasil pewarnaan Gram.pada spesimen 6; Sputum yang berasal dari pa3ien befusia '17 tahun
, sputumnya menunjukkan' banyak sel pdlimorfo- dengan kistik fibrosis (pertanyaan no 4) juga
nukleai dan barlyak batang gram-negatif. Biakan ,' diletakkan pada agar garam manitol, yang berubah
'r'sputum men umbu hkan banyak''bakteri:l batan g
warna menjadi kuning (dari warna awal merah
' :gram-negatif yang bersifat oksidase-positif. Bakteri :
r' ,
.'niuda). dan tumbuh koloni kokus gram'negatif
-.,'ini,.dapat,'tumbuhdengan].baik....pada5uhU420c. berwarna putih; kokus tersebut bersifat katalase-
Pada medium agar jernih, bakteri ini menghasilkan positif dan koagulase-positif. Mikroorganisme yang
: warna bilq-hijau pada agar tersebul. Agar yang
tumbuh pada agar garam manitol tersebut adalah
: berWa rna' bi ru-.hijau : men gala m i:,:f l u,gr.elensi ji ka
(A) Burkholderia cepacia
..terkena. cahaya ultra'violet. Orgbnirm'e,yang (B) Streptococcus pneumonia
.'lmenyilbabkan petugas tersebut terinfeksi'adalah .:..i.(C):5ten9trophomonasmaltophi!ia
(Al Burkholderia cepacia (O) Staphylococcus aureus
t, (B)I: K/ebsiella pineumonia t .'r ,:, 'i-' :. ,..ir:- : i:

(C) Escherichia coli .(E) streptococcus pyogenes


(D) Pseudomonas aeruginosa :1,. Sputum'yang diambil dari pasien kistik'fibrosir
(E) Burkholderia pseudomallei :::.,: ::,,::b?r,uria 17 tahuri (pertanyaan no 4) juga ditempatkan
pada agar yang berisi kolistin.5etelah masa
2: ' Pigmen yang. diproduksi oleh miliiooiginiirnelrr,
pada .pertaqyaan no' 1 'adelah::' i.r' ,' ..
.inkubasi 72 jam, pada agar yang berisi kolistin
,. .: ter:sebut tumbuh basil gram-negatif yang beriifat
,

(A) Hijau kebiru-birUan oksidase-positif tetapi sulit uniuk diidJntif ikasi.


(B)r Aerobaktin: " '
Mikroorganisme ini menjadi perhatian utama.
(c) Enterochelin
r '' ,,Bakteri ini dikiiim ke labor:atorium'ru jukan
:(D) 'Pioverdin I ,..':.
sehingga metode molekular dapat digunakan
(E), Piodigiorin' .. , ,. , -,.1.:.,. .,.. uritUk mengidentifikasi atdu meny-ingkirkan
3. ,',8asil' giam:negatif l.d i I ingku n gan'yang resistan, - r1 bakteri tertentu. Bakteri ini adalah
terhad ap sef a I os porin, e mi noglikogid'a;,,..'d a n
.',', . ,.
lAl ,.Pseudomonaq aeruginosa ' .. ,

'.kuinolon telah menjadi patogen nosokoriiial:yang : (B) Burkholderia cepacia


,':,rangat pehting. sebagian besar karena hal ini dapat , "(C) Haemophilus'infl.uenzae , ;, . : '

,: terjad i ak ibat penggu naa n a ntibiotik tersebutr Bas il


(D) Pseudomonas putida
gram-negatif ini membutuhkan waktu 2-3 hari (E) Burkholderia pseudomallei
untuk tumbuh dan harus dibedakan dari Bur- 8. Burkholderia cepacia jarang ditemukan di
r,kho-lderia.:cepacr'a. Bakteri tersebut adalah , ' (A) Kolam renang
(A) Pseudomonas aeruginosa (B) Tanah
'; {Bl''Actinobacillus actinomycetemcomitans',: (C) Air kolam
.'.(C|.AlcaligenesxyIosoxtd,n'......,'..l:l.111l.::''..1.
(D) Tumbuh-tumbuhan
(Dl Klebsiella pneumoniae
(E) . , islenottoph.gmor.tas'maltophitia .'i 1..'.,,,,:.,,,,,,,,..,.,.
.,,. l. 9, Mekanisme kerja eksotoksin A Pseudomonas
aeruginosa adalah
4; ,,Seoranglgadis.ber-uiia ::1 Z ,tahUn dengan kistik (A) Mengaktivasi asetilkolin esterase
,fibrosis rnengalami, peningkatan: frekuensi batuk'', ,' '' (B) Menghambat:,faktor elongasi 2 (EF2)
ya.n g katan.prod u ksi sputu m
rf n ga n',,-da.h' pe n i n g (C) Membentuk pori-pori di sel darah putih dan
mukoid. Spesimen sputum diambil dan diletakkan meningkatkan permeabilitas kation
pada,:medium biakan rutin.,Bakteri-yang'paling (D) Meningkatkan adenosin monofosfat siklik
banyak tumbuh adalah basil gram-negatif yang intraselular
menipenfqk,koloni yang sangat mukoid setelah ,' (E) .Memecah lesitin menjadi fosforilkolin dan
48 jam inkubasi. Basil ini bersifat oksidase-positif, d iasilg I ise rol
,ilumbuh.pada suhu 42!C,:dan. mempunyai bau .

,,,,seperti anggur. Basil gram:negatif ini adalah 10, Basil gram-negatif ini ber:iifat ok5idase'posi_tif dan
' :,':,.(A) K/ebsiella';pneumonia:'.r. ' . r .... .,,.. tidak memfermentasikan karbohidrat. sering
(B) Pseudomonas aeruginosa r,., ditemukan pqda infeksi akibat gigitan,rrmanusia.
::;:,;11::,:(Ql ",'Staphylococcu$,,aureus',.,:l :.'i,. .' .'.r.., Bakteri ini adalah
(D) Streptococcus pneumoniae (Al Escherichia coli
(E) BJrkholderia cepacia (B) Nersseria meningitidis
(C) Chromobacterium violaceum
5.,:Mikroorgaiiisme' yang dapai tumbuh dengan : ::(Dl Eikenella corroden5 . . . ::..'.,;.; ' .,
,',':l,.be_ntuk'koloni ,yang mqkoid .di mediu'm rutin
PSEIJDOMONAS, ACINETOBACTER, & BAKTERI GRAM-NEGATIF YANG JARANG DITEMUKAN / 273

Kiska DL, Gilliga nPIJl: Pseudomonas. ln: Manual of Clinical Microbiology,


Sth ed. Murray PR et al (editors). ASM Press, 2003
Pollack M: Pseud omond.s aeruginosa. 7t: Mandell, Douglds, and B ennett's
Principles and Practice of Infectious Diseases, ltln ed. Mandell GL,
Bennett JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone, 2000.
Schreckenberger PC, et aL: Acinetobacter, Achromobacter, C hry seobacterium,
Moraxella, and other nonfermentative gram-negative rods. In:
Manual of CLinical Micobiology,Sth ed Murrav PR et al (editors).
ASM Press,2003.
Vartivarian S , Anaissie E : Slenofrop hnmoms maltophilitt and Burhholderia

KEPUSTAKAAN cepacin. In: MandeLl, Douglas, cLnd Bennett's Principles and Practice
of Infectious Diseases,Sth ed. Mandell GL, Bennett JE, Dolin R
Gilligan PH et al: BurhhoLderia, Stenotrophomonas, Rdlstonia, (editors).Churchill Livingstone, 2000.
Breuund.imms, Comamcjnas, Delftia, Pandoreae and Acidouorax.
In: Manual of ClinicalMicrobiology,8th ed. Murray PR et al(editors).
ASM Press, 2003.
o, Ca m pylobacte r,
Vi b ri
Helicobacter, & Bakteri Sejenis

Spesies Vi brio, Aeromonas, Plesiomonas, Campy lo bacter, dan aktif menggunakan flagel kutubnya. Pada biakan yang
Helicobacter adalah bakteri batang gram negatif yang lama, vibrio dapat terlihat dalam bentuk batang lurus
tersebar luas di alam. Vibrio d"apat ditemukan di laut dan yang menyerupai bakteri enrerik gram negatif.
perairan dangkal. Aeromonas ditemukan paling banyak
di air segar dan kadang-kadang pada hewan berdarah B. BIAKAN
dingin. Pleisomonas dapat ditemukan pada hewan
berdarah dingin maupun yang berdarah panas. V cholerae membentuk koloni konveks, halus, dan bundar
Campylobacter dapat ditemukan di berbagai spesies hewan, yarig tampak opak dan granular bila disinari cahaya. V
termasuk hewan piaraan. Vibrio cholerae menghasilkan cholerae dan sebagian besar vibrio lain dapat tumbuh
enterotoksin yang menyebabkan kolera, diare cair yang dengan baik pada suhu 370 C pada berbagai macam
sangat banyak, yang secara cepar dapat mengakibatkan medium, termasuk medium kliusus yang mengandung
dehidrasi dan kematian. Campylobacter jejuni sering garam mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan
menyebabkan enteritis pada manusia. Aeromolnas-dan nitrogen. V cholera tumbuh dengan baik pada agar
jarang Pleisolnonas-dikaitkan dengan penyakit diare tiosulfat-sitrat-empedu-sukrosa (TCBS), tempat bakteri
pada manusia. Helicobacter pylori menyebabkan gasrritis tersebut menghasilkan koloni kuning yang dapat dilihat
dan ulkus duodenum. langsung dengan latar belakang yang berwarna hijau
^gar
gelap. Vibrio bersifat oksidase-positif, yang membe-
VIBRIO dakannya dari bakteri enterik gram-negatif. Secara klas,
vibrio tumbuh pada pH yang sangat tinggi (8,5-9,5) dan
Wbrio adalah bakteri yang paling banyak ditemukan pada dapat dibunuh dengan cepat oleh asam. Oleh sebab itu,
permukaan air di seluruh dunia. Bakteri ini berbentuk biakan yang mengandung karbohidrat yang dapat
batang bengkok, bersifat aerob dan motil, serta difermentasikan dapat men.jadi steril dengan cepat.
mempunyai satu flagel kutub. V cholerae serogrup O1 Pada daerah endemik kolera, biakan feses langsung
dan O139 menyebabkan kolera pada manusia, semenrara pada medium selektif seperti TCBS, dan biakan yang
vibrio lainnya dapat menyebabkan sepsis atau enreriris. diperkaya dengan air pepton basa, cukup memadai.
Vibrio yang penting dalam bidang kedokteran dican- \Talaupun demikian, biakan feses rutin pada medium
tumkan pada Tabel l8-1. khusus seperti TCBS biasanya tidak diperlukan atau
kurang efektif dalam segi biaya bila digunakan di daerah
1. Vibrio cholerae yang jarang terjadi kolera.

Epidemiologi kolera sangar berhubungan dengan


pengetahuan mengenai transmisi V cholerae
C. SIFAT PERTUMBUHAN
di dalam air
dan perkembangan sistem sanitasi air. V cho/erae umumnya memfermentasikan sukrosa dan
manosa tetapi tidak arabinosa. Uji ol<sidase-positif adalah
Morfologi & tdentif ikasi langkah kunci dalam identifikasi awal V cholerae dan
A. CIRI KHAs ORGANISME vibrio lainnya. Spesies vibrio rentan terhadap senyawa
O I 129 (2,4- diamino-6, 7-diisoprop i lpteridi n fosfat), yan g
Pada isolasi pertama, V cholerae adalah bakteri batang membedakannya dari spesies Aeromonas, yang resistan
yang melengkung yang berbentuk koma dengan panjang terhadap O1129. Sebagian besar spesies vibrio bersifat
2-4 ym (Gambar 18-1). Bakteri ini dapat bergerak secara halotolerant (tahan terhadap garam), dan NaCl sering

274
VIBRIO, CAMPYLOBACTER, HELICOBACTER, & BAKTERI SEJENIS 275

Tabel 18-1 . Vibrio yang penting dalam bidang Enterotok stn Vi br i o ch o I erae
kedokteran
V cholerae dan vibrio sejenis lainnya menghasilkan
enterotoksin yang tidak tahan panas dengan berat molekul
sekitar 84.000, yang terdiri dari subunit A (BM 28.000)
V cholerae serogrup Kolera epidemik dan dan B (lihat Bab 10). Gangliosid GM, berfungsi sebagai
01 dan O139 pandem ik
reseptor mukosa untuk subunit B, yang mendorong
V cholerae serogrup Diare seperti kolera; diare masuknya subunit A ke dalam sel. Aktivasi subunit A,
non-O1/ non-O'139 ringan; infeksi menyebabkan peningkatan kadar cAMP intraselular dan
ekstraintestinal (arang) mengakibatkan hipersekresi air dan elektrolit yang terus
V parahaemolyticus Gastroenteritis, mun gkin menerus. Terdapat peningkatan sekresi klorida yang
infeksi ekstraintestinal tergantung natrium, dan absorpsi natrium dan kiorida
terhambat. Diare terjadi--sebanyak 20-30 I'lhari-
Lainnya
mengakibatkan dehidrasi, syok, asidosis, dan kematian.
V mimicus, V vulnificus, lnfeksi pada telinga, luka
V hollisae, V fluvialis, jaringan lunak dan infeksi Gen untuk enterotoksin V cho/erae terdapat pada
V damsela, V anginolyticus, ekstraintestinal lainnya, kromosom bakteri. Enterotoksin 1<olera secara antigenik
V metschnikovii semuanya jarang terjadi berhubungan dengan [f Escherichia coli dan dapat
merangsang produksi antibodi netralisasi. Walaupun
demikian, peran antitoksik dan antibodi antibakteri yang
vibrio bersifat
merangsang pertumbuhannya. Beberapa sebenarnya dalam perlindungan terl.radap kolera masih
halofilik, memerlukan NaCl untuk dapat tumbuh. belum jelas.
Perbedaan lain antara vibrio dan Aeromonas adaiah vibrio
tumbuh pada rnediurn yang mengandur.rg 6% NaCl,
s€mentara Aeromonas tidak dapat tumbuh.
.. , '
- .'S
iiiit:l,rt,.t.r',:..."'..'. ...r ..
ii:,rit..i''r r*.&

Struktur Antigen & Klasifikasi Biologi {tt1l:,1,,,,1::,,'::t .,'.',,'"''1,*


.:'.:.:
"
::
Banyak vibrio yang mempunyai satu antigen flagel H yang -rt
G ' t'
:.
.,.;,'

tidak tahan panas. Antibodi terhadap antigen Fl n'rungkin *': .161'r

tidak berperan melinclungi pejamu yang rentan.


V cltolera mempunyai lipopolisakaricla O yang -
d
il:t::r:.1:"": *. it.
memberi spesifisitas serologik. Terdapat lebih dari i39 l

kelompok antigen O. Strain V cholerae grup O1 dan grup 's


O139 menyebabkan kolera klasik; kadarrg-kadang, V utlt,li:,:r..,.i. - '.. . .. :*,.
cholerae non-O1/non-O139 menyebabkan penyakit seperti .' ,.': *
kolera. Antibodi terhadap antigen O cenderung untuk di
melindungi hewan laboratorium terhadap infeksi 7 .'.*, r. w'
clto lerae.
ll:lll,:lt,#.
*.'.
Antigen V cholerae serogrup O1 mempunyai :

determinan yang memungkinkannya digolongkan lebih


,.'.,,...r... ,.lb.,k.
. ,,,' ..' .'.
,
$,, . ..,,169;r, '

tr*
lanjut; serotipe utama adalah Ogawa dan Inaba. Dua '*.,
'tia " . , ....
biotipe V cholerae epidemik telah ditetapkan, yaitu klasik '

. ...ir '..t.t&'. ....


dan El Tor. Biotipe E1 'l-or menghasilkan hemolisin, .,: .," '

memberikan hasil yang positif pada u;i Voges-Proskauer, l':,:;1':


. .
: .:;
dan resistan terhadap polirliksin B. Teknik molekular ':,rr l :1. .
," d. '' .... , tl ' ,,
juga dapat digunakan untuk menentukan tipc V cho/erae. ,i*: , ,,

Penentuan tipe digunakan untuk studi epidemiologik, dan


uji biasanya dilakr-tkan hanya pada laboratorium rr-rjr-rkar.r. I
,, ,.,,.. . i:..*fl

V cholerae O139 sangat mirip dengan V cholerae Ol ....id!b'- .r :t ,it:.:::.:

r*
biotipe El Tor. V cholerae O139 tidak n.renghasilkan !A
iipopolisakarida O1 dan tidak mempunyai semua gen
yang diperlukan untuk membuat antigen ini. V cholerae
Gambar 1 8-1, Vi bri o chol e rae y angtumbuh pada medium
O139 menghasilkan kapsul polisakarida seperti strain 7
cltolerae non-O1 iainnya, sementara V cholera Ol tidak kaldu terlihat berbentuk batang gram negatif dan sedikit
menghasilkan kapsul. melengkung.
276 BAB 18

Patogenesis & Patologi agar TCBS, dan koloni yang k|as dapat dilihat dalam
waktu 18 jam. Untuk pengayaannya, beberapa tetes feses
Dalam kondisi yang normal, V cholerae bersifat patogenik
dapat diinkubasi selama 6-8 jam dalam kaldu taurokolat
hanya pada manusia. Seseorang yang mempunyai tingkat
pepton (pH 8,0-9,0); organisme dari biakan ini dapat
.keasaman lambung normal harus menelan V cholerae
diberi pewarnaan atau dilakukan pembiakan lebih lanjut.
sebanyak 10r0 atau lebih agar dapat terinfeksi jika medium
pembawanya adalah air, karena organisme tersebur rentan
D. UJI SPESIFIK
terhadap asam. Jika medium pembawanya makanan,
diperlukan organisme sebanyak 102-104 agar terinfeksi, Organisme V. Cholerae dapat diidentifikasi lebih lanjut
akibat kapasins bffir makanan tersebut. Setiap obat dengan uji aglutinasi mikroskopik yang menggunakan
atau keadaan yang menurunkan derajat keasaman antiserum anti-O grup I dan pola reaksi biokimia.
lambung membuat ses€orang menjadi iebih rentan
terinfeksi V cholerae. lmunitas
Kolera bukan infelai yang invasif. Organisme tersebut
Asam lambung memberikan perlindungan terhadap vibrio
tidak memasuki aliran darah tetapi tetap di dalam usus.
kolera.
Organisme V cholerae yang virulen menempel pada
Serangan kolera akan diikuti dengan kekebalan
mikrovili brush border sel epitel. Di tempat ini, mereka
terhadap reinfeksi, tetapi lama dan derajat kekebalan
berkembang biak dan mengeluarkan toksin kolera dan
belum diketahui. Pada hewan percobaan, antibodi IgA
mungkin musinase serra endoroksin.
spesifik muncul pada iumen usus. Antibodi yang sama
muncul dalam serum setelah infeksi tetapi hanya
Temuan Klinis
berlangsung selama beberapa buian. Antibodi vibriosidal
Sekitar 60% infeksi akibat V cholerae klasik bersifat dalam serum (titer > 1:20) teiah dikaitkan dengan
asimtomatik, seperti yang terjadi pada 75% infelai akibat perlindungan terhadap kolonisasi dan penyakit. Adanya
biotipe EI Tor. Masa inkubasinya adalah i-4 hari untuk antibodi antitoksin tidak dikaitkan dengan perlindungan
orang yang mengalami gejala, tergantung dari ukuran tersebut.
inokulum yang terteian. Secara tiba-tiba, timbul mual,
muntah dan diare hebat yang disertai dengan kram Pengobatan
abdomen. Feses, yang tampak seperti air cucian beras
Bagian pengobatan yang paling penting adalah
mengandung mukus, sel epitei, dan banyak vibrio. Terjadi
penggantian air dan elektrolit untuk memperbaiki
kehilangan cairan dan elektrolit secara cepar sehingga
dehidrasi hebat dan kekurangan garam. Terdapat banyak
mengakibatkan dehidrasi hebat, kolaps sirkulasi, dan
obat antimikroba yang efektif melawan V cholerae. Obat
anuria. Angka mortalitas tanpa terapi antara 25o/o sampai
tetrasiklin oral cenderung mengurangi pengeluaran feses
50%. Diagnosis kasus kolera yang nyata dapat ditegakkan
pada kolera dan memperpendek masa ekskresi vibrio.
dengan mudah bila terjadi dalam suatu endemik. Namun,
Pada beberapa daerah endemik, terjadi resistansi 7
kasus sporadis atau ringan tidak mudah dibedakan dari
cholerae terhadap tetrasiklin, yang dibawa oleh plasmid
penyakit diare lainnya. Biotipe El Tor cenderung
yang dapat ditransmisikan.
menyebabkan penyakit yang lebih r,ingan daripada biotipe
klasik.
Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian
Uji Laboratorium Diagnostik Enam pandemik (epidemik seluruh dunia) kolera muncul
antara tahun 1817 dan 1923, yang paling banyak
A, SPESIMEN
disebabkan oleh V cholerar O1 biotipe klasik dan sebagian
Spesimen unruk biakan terdiri dari bintik-bintik mukus besar berasal dari Asia, yang biasanya merupakan anak
yang berasal dari feses. benua India. Pandemik yang ketujuh dimulai pada tahun
1961 di pulau Sulawesi, Indonesia, dengan penyebarannya
B. SEDIAAN APUS ke daerah Asia, Timur Tengah, dan Afrika. Pandemik ini
Gambaran mikroskopik sediaan apus yang diambil dari disebabkan oleh 7 cholerae biotipe Ei Tor. Mulai tahun
sampei feses tidak khas. Mikroskop iapangan-gelap atau 1991, pandemik ketujuh menyebar ke Peru lalu ke negara
kontras fase dapat menunjukan adanya vibrio yang lain di Amerika Seiatan dan Amerika Tengah. Kasus-kasus
bergerak dengan cepat. serupa juga muncul di Afrika. Jutaan orang telah menderita
kolera pada pandemik ini. Beberapa adayangberanggapan
C. BIAKAN bahwa kolera yang disebabkan oleh stra,in serotipe Ol39
Pertumbuhan bakteri ini berlangsung cepat pada agar menjadi pandemik kedelapan yang dimulai di anak benua
pepton, pada agar darah dengan pH hampir 9, atau pada India pada tahun 1992-1993, dengan penyebaran ke Asia.
VIBRIO, CAMPYLOBACTER, HELICOBACTER, & BAKTERI SEJENIS / 277

Penyakit ini jarang terjadi di Amerika Utara sejak Amerika Serikat di daerah pesisir Atlantik, Teluk, dan
pertengahan tahun 1800, tetapi terdapat fokus endemik Pasifik. Infeksi pernah dilaporkan terjadi di Korea, dan
di Pantai Teluk Louisiana dan Texas. organisme tersebut mungkin tersebar di seluruh dunia.
.Kolera bersifat endemik di India dan Asia Tenggara. V uulnifcus cenderung ditemukan pada tiram, terutama
Dari kedua tempat ini, kolera tersebar melalui jalur pada musim panas. Bakteremia tanpa fokus infeksi terjadi
penerbangan, rute perdagangan, dan rute migrasi haji. pada orang yang telah memakan tiram yang sudah
Penyakit ini disebarkan melalui kontak dengan orang yang terinfeksi dan orang yang alkoholik atau mempunyai
sakit ringan atau baru. saja sakit, atau melalui air, penyakit hati. Luka dapat menjadi terinfeksi pada orang
makanan, dan lalat. Biasanya hanya 1-5o/o dari orang normal atau imunokompromais yang kontak dengan air
rentan yang terpajan dengan kolera yang akan menjadi yang mengandung bakteri tersebut. Infeksi sering mulai
sakit. Stadium carrier jarang melebihi 3-4 minggu, dan dengan cepat dan berlanjut menjadi penyakit berat.
jarang ditemukan carrier ftronik sejati. Vibrio dapat hidup Sekitar 50% pasien yang mengalami bakteremia meninggal
dalam air sampai 3 minggu. dunia. infeksi pada luka dapat ringan tetapi sering
Pengendalian dilakukan melalui penyuluhan dan berkembang dengan cepat (dalam waktu beberapa jam),
perbaikan sanitasi, terutama makanan dan air. Pasien dengan timbuinya lesi kulit berupa bula, selulitis, dan
harus diisolasi, sekret mereka didisinfeksi, dan orang miositis yang disertai nekrosis. Akibat perkembangan
yang kontak dengannya diamati. Kemoprofilaksis dengan infeksi yang cepat, sering diperlukan terapi dengan
obat-obatan antimikroba dapat dilakukan. Injeksi berulang antibiotik yang tepat sebelum hasil biakan diperoleh untuk
dari vaksin yang berisi baik lipopolisakarida yang diekstrak mencari etiologinya. Diagnosis ditegakkan dengan
dari vibrio maupun suspensi vibrio pekat dapat membiakkan organisme tersebut pada medium laborato-
memberikan perlindungan terbatas kepada orang yang rium standar; TCBS adalah medium yang dipilih untuk
banyak terpajan dengan bakteri ini (misalnya kontak biakan feses, tempat sebagian besar strain menghasilkan
dengan keluarga) tetapi tidak efektif sebagai tindakan koloni berwarna biru-hijau (sukrosa-negatif).
pengendali epidemik. Hanya sedikit negara yang Tetrasiklin merupakan obat pilihan untuk infeksi 7
mewajibkan wisatawan yang berasal dari daerah endemik uu ln if cus; sipro fl oksasin j uga dapat efektif be-rdasarkan
mempunyai. bukti telah diimunisasi dengan vaksin ini. akriviras in uitro.
Sertifikat vaksinasi \fHO untuk kolera hanya berlaku Beberapa jenis vibrio lainnya juga menyebabkan
selama 6 bulan. penyakit pada manusia: Vibrio mimicus menyebabkan
diare setelah memakan makanan laut yang tidak dimasak,
2. Vibrio parahaemolyticus & klrususnya tiram mentah . Vibrio hollisae dan Vibrio fluuialis
Vibrio lainnya j u ga menyeb abkan diare. Vi b r i o a lgi n o l1t t i cu s meny eb abkan

infeksi pada mata, telinga atau luka sesudah pajanan


Vibrio parahaemolyticus adalah bakteri halofilik yang terhadap air laut, Vibrio damselajuga menyebabkan infeksi
menyebabkan gastroenteritis akut setelah memakan pada luka. Vibrio iainnya sangat jarang menjadi penyebab
makanan laut seperti ikan mentah atau kerang. Setelah penyakit pada manusia.
masa inkubasi selama 12-24 jrm, muncul gejala mual,
muntah, kram perut, demam, dan diare encer sampai
AEROMONAS
berdarah. Sering ditemukan leukosit pada feses. Enteritis
cenderung mereda secara sponran dalam wakru 1-4 hari Thksonomi genvs aerzmonas masih dalam transisi. Genus
tanpa terapi selain pemulihan keseimbangan air dan tersebut telah dimasukkan ke dalam famili Aeromonadaceae
elektrolit. Belum ada enrerotoksin yang dapat diisolasi yang baru, sebelumnya dari famili Vibrionaceae.
dari organisme ini. Penyakit ini muncul di seiuruh dunia, Berdasarkan kelompok hibridisasi DNA, banyak
dengan insidensi tertinggi pada daerah yang masyarakatnya genospesies yang telah dikenaii; beberapa spesies diberi
memakan makanan laut mentah. V parahaemolyticus tidak nama ulang, beberapa yang lain baru diberi nama, dan
dapat tumbuh dengan baik pada beberapa medium ada beberapa yang beh-rm diberi nama. Tiga kelompok
diferensial yang digunakan untuk menumbuhkan berikut ini mempunyai makna klinis dalam infeksi
salmonela dan shigela, tetapi bakteri ini dapat tumbuh manusia: kompleks Aeromonas hydrophila, kompleks
dengan baik pada agar darah. Bakteri ini juga tumbuh Aeromonas cauiae, dan Aeromonas ueronii biovar sobria.
dengan baik pada TCBS yang akan menghasilkan koloni Aeromonas mempunyai panjang 1-4 pm dan motil.
hljav V parahaemo[,ticus biasanya diidentifikasi dengan Morfologi koloni bakteri ini mirip dengan bakteri batang
pertumbuhan oksidase-positifnya pada agar darah. gram-negatif (Bab i6), dan bakteri ini memproduksi zona
Vibrio uulnifcus dapar menyebabkan infetr<si luka yang hemolisis yang luas pada agar darah. Spesies Aeromonas
berat, bakteremia, dan mungkin gastroenteritis. Bakteri yang dibiakkan dari spesimen feses tumbuh dengan baik
ini hidup bebas di muara sungai dan ditemukan di pada n-redium diferensial yang digunakan untuk
278 BAB 18

membiakkan bakteri batang gram-negatif enterik serta dalam kelompok kampilobakter dan merr.rpakan penyebab
dapat dengan n-rudah menjadi rancu dengan bakteri diare yang paling sering pada manusia.
enterik. Spesies aerc)mlnas dapat dibedakan dari bakteri
batang gram-negatif dengan reaksi oksidase positif pada 1. Campylohacter jejuni &
pertumbuhan yang diambil dari lempeng agar darah. Campylobacter coli
Spesies AeromlnAs dibedakan dari vibrio dengan adanya
resistansi terhadap senya$'a OlI29 (lihat diatas) dan tidak Campylobacter jeiuni dan Carnpy/ttbacter coli merupal<an
adanya pertumbuhan pada medium yang mengandung patog€n manusi:r yang paling sering muncui, terutama
6% NaCl. menyebabkan enteritis dan kadang-kadang infeksi
Biasanya, aer0m0nas menghasilkan hemolisin. sistemik. C jejuni dan C coli menyebabkan infeksi yang
Beberapa strain menghasilkan enterotoksin. Juga telah secaraldinis tidak dapat dibedakan, dan hasil pemeriksaan
diketahui tentang adanya sitotoksin dan kemampuannya laboratorium biasanya tidak dapat membedakan kedua
dalam menginvasi sel pada biakan jaringan. tWalaupun .",,:L' *.;*t, - ,lll$
|$11,,,
demikian, tidak ada satu pun karakteristik ini yang
terbukti berkaitan dengan penyakit diare padir tnanusia.
sl {'.]' , it.,
o-*t1 *, s. , :.....
Postulat Koch belum memuaskan, secara umum karena rt
tidak adanya model hewan yang tepat yang mengalarni :rr' u 1.r1., n,",' '
diare akibat Aerlmonas seperti pada manusia.
. 9r.. ..,&,,. ',lit "'i'.r',. ..
Strain aertmonas rentan terhadap tetrasiklin, .

aminoglikosida, dan sefalosporin.

PLESIOMONAS
.::,S,rr:r
'ilx. 'rl
Plesiomonas shigelloida adalah bakteri batang gram neg:rtif r,aSi.
ll

der-rgan flagel kutub. Plcsiomonas paling banyak ., ...:!a(.. . 1


t*. :fit .,:, ili
ditemukan pada daerah tropis dar.r subtropis. Bakteri ini a,'' rr' .' 'ri Y... .r.ii..
!.
dapat diisolasi dari ikan air tawar dan hervan lainny:r. l'.t ,r, . ..: . rr€ .*:.
: :; !]i. '.: 4.
Se bagian besar bakteri yang diisolasi dari menusia
Sr. ,irf .r l{l' . .;.
:::,:b:

diambil dari biakan feses penderita diare. Plesiomonas Fa.


' ic" *,
tumbuh pada medium di{Lrensial yang digunakan unruk
mengisolasi salmonela dan shigela dari spesimen feses
(lihat Bab l6). Beberapa strain plesiomonas mempunyai
antigen yang sama dengan Shigel/a sonne, sehingga terjadi ffi,i,i t ,r',,
*1

&
reaksi silang dengan antiserum shigela. Pleisomonas dapat
dibedakan dari shigela pada feses penderita diare dengan
uji oksidase: Plesiomonas bersifat oksidase-positil
sedangkan shigeia tidak. Plesiomonas positif untuli
DNase; uji ini dan uji biokimia lainnya daprt
mernbedakan plesiomonas dari aerotnonas.
' ,i'. :...,

KAMPILOBAKTER
Kampilobakter menyebabkan diare dan penyakit si'stemik
serta merupakan penyebab infeksi yang tersebar paling
luas di seluruh dunia. Infeksi kampilobakter
binatang piaraan juga terjadi secara meluas. Klasifikasi
pada
F$
bakteri dalam famili Kampilobakter sering mengalami !i

perubahan. Beberapa spesies yang dahulu diklasifikasikan


B
sebagai kampilobakter telah diklasifikasi ulang dalam
genus helikobakter. Genus arkobakter telah dibuat' Gambar 18-2. A: Campylobacter ieiuni bertumbuh pada
Organisme yang menyebabkan penyakit intestinal atau media yang padat menunjukkan batang negatif
sistemik dibahas pada bagian ini. Ifelicobacter pylori, yang berbentuk "koma" atau "sayap burung camar". B:
menyebabkan infeksi lambung, dibahas di barvah secara Campylobacter(panah kecil) pada biakkan darah pasien;
jugja terlihat sejumlah sel darah merah (panah besar).
terpisah. Campylobacter jejuni adalah organisme prototipe
VIBRIO, CAMPYLOBACTER, HELICOBACIFR. & BAKTERI SEJENIS 279

spesies ini. Antara 5%o sampai 10% infeksi yang katalase-positif. Kampilobakter tidak mengoksidasi atau
dilaporkan disebabkan oleh C jejuni, kemungkinan memfermentasikan karbohidrat. Sedian apus yang
disebabkan oleh C coli. Kedua organisme ini merupakan diwarnai Gram menunjukkan morfcrlogi yang khas.
penyebab diare yang sama seringnya dengan Salmonella Reduksi nitrat, produksi hidrogen suifida, uji hipurat,
dan Shigella; diperkirakan sebanyak 2 juta kasus terjadi dan kerentanan antimikroba dapat digunakan untuk
di Amerika Serikat setiap rahun. identifikasi spesies lebih lanjut.

Morfologi & ldentifikasi Struktur Antigen & Toksin


A. CIRI KHAS ORGANISME Kampilobakter mempunyai lipopolisakarida dengan
aktivitas endotoksik. Toksin ekstraselular sitopatik dan
C jejuni dan kampilobakter lainnya adalah bakteri enterotoksin telah ditemukan, retapi peran toksin tersebut
berbentuk batang gram-negatif berbentuk koma, S, atau pada penyakit manusia belum dapat ditentukan dengan
"sayap burung camar" (guil Luing) (Gambar 18-2). Bakteri
pasri.
ini bersifat motil dengan menggunakan satu flagel kurub
dan tidak membentuk spora. Patogenesis & Patologi
B. BIAKAN Infeksi. didapat melalui rute oral dari makanan, minuman,
atau kontak dengan hervan atau produk hewan yang
Karakteristik biakan adalah hal yang paling penting dalam
terinfeksi. C jejuni sensitif terhadap asam lambung, dan
isolasi dan identifikasi C jejuni dan kampilobakter lainnya.
diperlukan konsumsi sekitar 10a organisme untuk
Diperlukan juga medium selektif, dan inkubasi harus menimbulkan infeksi. Inokulum ini sama seperri
dilakukan dalam lingkungan dengan kadar O, rendah (5%
inokulum yang dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi
Or) dengan tambahan CO, (I0o/o COr). Cara yang relatif
salmonela dan shigela tetapi lebih sedil<it daripada infeksi
sederhana untuk membuat lingkungan inkubasi adaiah
vibrio. Organisme ini bermultiplikasi di dalam usus kecil,
dengan meletakkan lempeng dalam tabung inkubasi
menginvasi epirel, dan menyebabkan inflamasi yang
anaerob tanpa katalis dan mer-rghasilkan gas dengan alat
mengakibatkan munculnya sel darah merah dan putih
penghasil gas yang dijual bebas atau dengan pertukaran
pada feses. Kadang-l<adang, bakteri ini masuk ke dalam
gas. Inkubasi lempeng penama harus dilakukan pada suhu
aliran darah dan menirnbulkan gambaran klinis demam
42 0C. Meskipun C jejuni tumbuh dengan baik pada enterik. Invasi jaringan Iokal bersama dengan aktivitas
suhu 36-37 0C, inkubasi pada suhu 420C dapat mencegah
toksik kcmungkinan yang menyebabkan terjadinya
pertumbuhan sebagian besar bakteri lain yang ada di
en teritis.
dalam feses, sehingga mempermudah identifikasi C jejuni.
Beberapa medium selektif telah digunakan secara luas.
Temuan Klinis
Medium Skirrow berisi vankomisin, polimiksin B, dan
trimetoprim sehingga dapat menghambat pertumbuhan Manifestasi ldinisnla adalah kram perut yang akut, diare hebat
bakteri lain. Medium seiektif lainnya juga n-rengandung yang dapat disertai dengan darah, sakit kepala, malaise,
antimikroba, termasuk sefalotin atau sefoperazon, dan dan demam. Biasanya penyakitnya dapat sembuh dengan
senyawa inhibitor; karena medium ini mengandung ser-rdiri dalam rvaktu 5-8 hari, tetapi kadang-kadang
sefaiosporin, medium ini tidak akan menumbuhkan C berlangsung lebih lama. Isoltt C jejuni biastnya rentan
fetus dan beberapa spesies kampilobakter lainnya. tcrhadap eritromisin, dan pemberian terapi mempersingkat
Medium selektif cocok untuk isolasi C jejuni pada suhu lamanya pengeluaran bakteri dalam fbses. Sebagian besar
42 0C; jika medium Skirrow diinkubasi pada suhu 36- kasus dapat sernbuh sendiri tanpa terapi antimikroba.
37 0C, jenis kampilobakter lainnya dapat terisolasi. Koloni
tersebut cenderung tidak membentuk warna atau berwarna Uji Laboratorium Diagnostik
abu-abu. Bakteri ini be rair,'menyebar atau bulat dan A. SPESIMEN
konvela; kedua jenis koloni tersebur dapat muncul pada
satu lempeng agar. Feses c{iare adalah spesirnen yang biasa digunakan.
Kampilobakter dari spesimen lain biasanya ditemukan
C. SIFAT PERTUMBUHAN secara tidak sengaja atau ditemukan pada keadaan wabah
penyakit tertenrll.
Karena diperlukan medium selektif dan kondisi inkubasi
tertentu untuk pertumbuhannya, biasanya hanya B. SEDIAAN APUs
dibutuhkan serangkaian uji yang singkat untuk
identifikasi. C jejuni dan kampilobakter lainnya yang Sediaan apus feses yang diwarnai Gram dapat
patogenik untuk manusia bersifar oksidase-positif dan menunjr-r"kkan adanya bakteri batang berbentuk 'tayap
280 BAB 18

burung camar"yang khas. Mii<roskop lapangan gelap.atau HELICOBACTER PYLORI


kontras fase dapat rnenunjukkan motilitas organisme yang
Helic.bacter pylori adalah bakteri batang gram-negatif yang
cepat dan khas.
berbentuk spiral H pylori berhubungan dengan gastritis
C. BIAKAN antral, penyakit ulkus (peptik) duodenum, ulkus gaster,
dan karsinoma lambung. Te rdapat juga
spesies
Biakan pada medium selektif yang disebutkan di atas
helikobakter lainnya yang menginfeksi mukosa lambung,
adalah uji definitif untuk mendiagnosa enteritis C jejuni.
tetapi jarang ditemukan.
Jika dicurigai terdapat spesies kampilobakter yang lain,
medium tanpa sefalosporin harus digunakan. dan Morfologi & ldentifikasi
diinkubasi pada suhu 36-37 aC.
A. CIRI KHAs ORGANISME
Epidemiologi & Pengendal ian H pylori mempunyai banyak karakteristik yang sama
Enteritis kampilobakter menyerupai diare bakteri akut dengan kampilobakter. Bakteri ini mempunyai flagel
lainnya, khususnya disentri shigela. Sumber infeksinya multipel pada satu kutub dan bergerak secara aktif.
dapat berasal dari makanan (misalnya susu, unggas yang
dimasak setengah matang) atau kontak dengan hewan B. BIAKAN
atau manusia yang terinfeksi atau ekskretanya. Sensitivitas biakan dapat dibatasi oleh terapi sebelumnya,
Berjangkitnya penyakit yang berasal dari sumber yang kontaminasi dengan bakteri mukosa lainnya, dan faktor-
umum, misalnya susu yang tidak dipasteurisasi, mungkin faktor lainnya. H pylori tumbuh dalam waktu 3-6 hati
memerlukan tindakan pengendalian kesehatan masyarakat. jika diinkubasi pada suhu 37 "C pada lingkungan
mikroaerofilik, seperti pada C jejuni. Medium yang
2. Campylobacter fetus digunakan untuk isolasi primer meliputi medium Skirrow
yang mengandung vankomisin, polimiksin B, dan
Campylobacter fetus subspesies fetus adalah patogen
trimetoprim, mediurn coldat, dan medium selektif lainnya
oportunistik yang menyebabkan infeksi sistemik pada yang mengandung antibiotik (misalnya vankomisin, asam
pasien imunokompromais. Bakteri ini kadang-kadang
nalidiksat, amfoterisin). Koloni yang terbentuk bersifat
menyebabkan diare. Saluran cerna dapat menjadi pintu
translusen dan berdiarneter 1-2 mm.
masuk untuk C fetu.r dalam menyebabkan bakteremia
dan infeksi sistemik. C fetus mempunyai beberapa C. SIFAT' PERTUMBUHAN
susunan protein permukaan (protein S, BM 100000- H. pylori bersifat oksidase-positif dan katalase-positif'
149000) yang membentuk struktur seperti kapsul pada Bakteri ini mempunyai morfologi yang khas, motil, dan
permukaan mikroorgani:,1,'re (sebanding dengan kapsul merupakan penghasil urease yang kuat.
polisakarida patogen seperti Neisseria meningitidis dan
Streptococcus pneumoniae). Pada tikus percobaan yang
Patogenesis & Patologi
terinfeksi C fetus, adanya protein S sebagai kapsui
H pylori rumbuh optimal pada pH 6,0-7,0 dan akan mati
permukaan berhubungan dengan kemampuan bakteri
untuk menyebabkan bakteremia setelah pajanan meialui atau tidak tumbuh pada pH di dalam lumen lambung'
oral dan menyebabkan kematian hewan dalam persentase
Lendir lambung relatif tidak permeabel terhadap asam
dan mempunyai kapasitas dapal yang kuat. Pada sisi lumen
yang tinggi.
mukus, pHnya rendah (1,0-2,0) sementara pada sisi epitel
pFlnya sekitar 7,4. H pylori ditemukan di dalam lapisan
3. Campylobacter lainnya mukosa dekat permukaan epitel tempat terdapat pH
Spesies kampilobakter selain C jejunijarang d.itemukan. fisiologik. H pylori juga menghasilkan protease yang
Hal ini sebagian disebabkan oleh metode standar yang memodifikasi lendir lambung dan kemudian menurunkan
digunakan untuk isolasi kampilobakter dari spesimen kemampuan asam untuk berdifusi melewati lendir. 11
feses: inkubasi pada suhu 42 0C dan penggunaan medium pylori menghasilkan aktivitas urease yang poten' yang
yang berisi sefalosporin. Campylobacter lari sering menghasilkan produtr<si amonia dan kemudian mendapar
ditemukan pada burung camar dan kadang-kadang asam. 11 pylori cukup motil, bahkan dalam lendir
menyebabkan diare pada manusia. Campylobacter sekalipun, dan bakteri ini mampu menemukan jalannya
dari anjing kadang-kadang menyebabkan diare
upsaliensis ke permukaan epitel. H pylori melapisi sel epitel tipe-
pada manusia. Helicobacter fennelliae dan Helicobacter gastrik tetapi tidak tipe-intestinal.
cinaedi dapat rnenyebabkan diare dan penyakit Pada sukarelawan manusia, konsumsi H pylori
ekstraintestinal. Spesies arkobakter adalah patogen enterik menyebabkan terjadinya gastritis dan hipoklorhidria.
yang jarang ditemukan. Terdapat keterkaitan yang kuat antara adanya infelai H
VIBRIO, CAMPYLOBACTER, HELICOBACTER, & BAKTERI SEJENIS / 281

pylori dan ulkus duodenum. Terapi antimikroba II pylori telah dibasmi, sehingga peran uji antibodi dalam
nrengakibatkar.r terbasminya, H pylori dan perbaikan mendiagnosis infeksi aktif atau untuk mengetahui
penyakit gastritis serta penyakit ulkus duodenum. kelanjutan terapi masih terbaras.
Mekanisme inflamasi dan kerusakan mukosa oleh 11
pytoii masih belum diketahui tetapi mungkin melibatkan E. UJI KHusus
faktor pejamu dan faktor bakteri. Bakteri menginvasi Uji cepat untuk mendeteksi adanya aktivitas urease
permukaan sel epitel sampai batas tertentu. Toksin dan digunakan secara luas untuk perkiraan identifikasi F1
lipopolisakarida dapat merusak sel mukosa, dan amonia pylori pada spesimen. Bahan biopsi lambung dapat
yang diproduksi oleh aktivitas urease juga dapat langsung diletakkan diatas medium yang berisi urea dengan
merusak sei tersebut. indikator warna. Jika terdapat H pylori, urease secara
Secara histologi, gastriris ditandai dengan adanya cepat akan memecah urea (1-2 hari) dan perubahan pH
inflamasi kronis dan aktif. Di anrara epitel dan iamina yang dihasilkan akan menunjukkan perubahan warna pada
propia terlihat adanya infiltrat sel polimorfonuklear dan medium. Uji in uiuo untuh aktivttas urease juga dapat
mononuklear. Sering ditemukan vakuola di dalam sel. dilakukan. Urea berlabel IrC atau raC ditelan oleh pasien.
Destruksi epitel sering dijumpai, dan atrofi glandular juga
Jika terdapat H pylori, aktivitas urease menghasilkan CO,
dapat terjadi. OIeh karena iru, H pylori dapat menjadi berlabel yang dapat dicietelai dalam embusan napas pasien.
faktor risiko yang besar untuk kanker lambung. Deteksi antigen H pylori pada spesimen feses cukup
sebagai uji kesembuhan pada pasien yang telah diketahui
Temuan Klinis mengalami infeksi H pylori dan rcLah diterapi.
Infeksi akut dapar menyebabkan penyakit gasrrointestinal
bagian atas yang ditandai dengan mual dan nyeri; dapat lmunitas
juga disertai dengan munt4h dan demam. Gejala akut Pasien yang terinfeksi dr:rrgan H pltlori akan membentuk
dapat berlangsung kurang dari I minggu arau selama 2 antibodi IgM sebagai respons terhadap infeksinya.
minggu. Jika bakteri ini membentuk koloni, infeksi F1 Selanjutnya, akan dibentuk IgG dan IgA, yang akan terus
pylori dapar. berlangsung selama bertahun-tahun clan ada, baik secara sistemik maupun pada mukosa, dalam
mungkin puluhan tahun atau bahkan seumur hidup. kadar yang tinggi pada orang yang terinfeksi secara kronis.
Sekitar 900/o penderita ulkus duodenum dan 50-80% Terapi dini infeksi H pylori dengan antimikroba
penderita ulkus lambung mengalami infetcsi F1 pylori. H menumpulkan respons antibodi; pasien-pasien yang
pylori juga dapat berperan dalam karsinoma dan limfoma. seperti ini, diduga akan mengalami infeksi berulang.

Uji Laboratorium Diagnostik Pengobatan


A. SPESIMEN Terapi tiga obat dengan metronidazol dan bismut
subsalisilat atau bismut subsitrat ditambah amoksisilin
Spesimen biopsi lambung dapat digunakan untuk atau tetrasiklin selama 14 hari dapat membasmi infeksi
pemeril$aan histologi atau dipotong-porong dalam larutan H pylori pada 70-95o/o pasien. Obat penekan asam yang
salin dan digunakan untuk biakan. Darah diambil untuk diberikan selama 4-5 minggu membantu penyembuhan
menentukan antibodi serum. ulkus. Inhibitor pompa proton secara langsung
menghambat H pylori dan tampaknya merupakan inhibitor
B. SEDIAAN APUS
urease yang poten. Pemberian inhibitor pompa protclr
Diagnosis gastritis dan infeksi H pylori dapat ditegakkan ditambah amoksisilin dan klaritromisin atau amoksisilin
secara histologis. Perlu dilakukan prosedur gastroskopi ditambah metronidazol juga sangat efektif dalam
dengan biopsi. Pewarnaan rurin menunjukkan gastriris, mengobati infeksi H pylori.
dan pewarnaan Giemsa atau perak khusus dapat
menunjukkan organisme yang melengkung atau spiral. Epidemiologi & Pengendalian
H pylori terdapat pada mukosa lambung pada kurang dari
C, BIAKAN 20o/o pasien dibawah usia 30 tahun tetapi prevalensinya
meningkat pada 40-600/o pasien usia 60 tahun, termasuk
Seperti yang disebutkan di atas.
pasien yang asimtomatik. Pada negara berkembang,
D, ANTIBoDI prevaiensi infeksi dapat mencapai 8070 atau lebih tinggi
pada orang dewasa. Penularan H pllori dari orang ke
Beberapa pemeriksaan telah dikembangkan untuk orang sering terjadi karena terdapatnya pengelompokan
mendeteksi adanya antibodi serum spesifik untuk 11 infeksi dalam keluarga. Epidemik gastritis akut memberi
pylori. Andbodi serum akan tetap ada meskiprm infeksi dugaan adanya banyak sumber unttk H pylori.
242 BAB 18

bengkak dan nyeri. la tidak memakai ,.0ut';'Oor':'t"


T*i{gfi,=:isr Sekitari jam setelah terjadi luka tersebut, luka
' akibat oarukan"meniadi merah dan nyeri, serta ' .
menlair'belngkak. ba!3m wakiu 3 jam, kaki ':
t. seoianq *ut'iiu' usia 18 iahun di pedesaan :
dibawjh lututnya menladi sangat bengkak.
Bangladesh mengalami diare hebat (8 Uhr). Dia
Kulitnya menjadi merah dan nyeri tekan.Terdapat
tidak mengalami gejalJ lainnya selain diare dan -
l
mani{estasi kehilangan cairan dah elektrolit yang
cairan serosi'dari luka yang telah mengalami
ulserasi din semakin m-embesar. Dekat dengan
disebabkan oleh diare. Organisme yang paling
luka, terbentuk bula-yang paling besar kira-kira'
myngkin menjadi penyebab diare pada wanita ini
' , berdiameter 2,5 cm. Penyebqb kegawatdaruratan
adalah
(A) eampylobacter iejuni medis ini yang paling mungkin adalah
(B) Esch,erichia co/l Enterotoksigenik (A1.. Staphylococcus aureui . r ''.
,.
' (C) Salmonella TyPhimurium (B) Streptococcus pyogenes :1^
(C) Ctostridiurn Peifringes
, ioi vitri" chotera,e
(E) Shigella dysenteriae (D) Escherichia colti ' ,
:!

lF"kto,
(El Vibrio vulnificus
2. mikroba yang menyebabkan diare pasien
tersebut (Pertanyaan 1) adalah suatu toksin yang
6. Seoranq laki-laki usia 63 tahun telah mengunjungi
(A) restoran tiram favoritnya di sebuah kota kecil di
Menihambat EF"2
(B) Mendorong peningkatan kadar iAvtp intraselullar
[toitn timur Pantai teluk Texas. Dia telah
".niui
makan dJa lusin ti.i*. puu hari'kemudian dia
(C) Memotong SNARE '
diLrawa ke rumah sakit karena tiba-tiba menggigil, ',
io) Httengrrambat pengikatan dependent EF-1
" demam, dan pusing jika berdiri (Di unil gawat ':
aminoasil.tRNA ke ribosom.
darurat, iekanan daiahnya 60/40 mmHg.) Ketika
iet Memotong VAMP
di unii gawatl darurat, ia mengalami lesi kulit
iiiL
'i:" Seorang laki:!aki 45 tahun mengalami ulkus
,{iLrBif.
ti:r:
eritema. Lesi ini secara cepat beikembang menjadi
lambu^ng yang dapat diiihat pada foto sinar x
,i i
.dengan medium kontras pada lambungnya.
bula hem'oragik, yang kemudian akan membentuk
ulkus. Laki-laki tersebut sebelumnya minum 6 bir
Spesimen biopsi diambil dari mukosa lambung dan satu setengah botol wiski setiap hari. Mikro- ::
pada tempat ulkus. Ferkiraan diagnosis dapat organisme penyebpb kelainan paiien ini adalah
diperoleh paling cepat dengan rnelakukan (al viArio vuliificus l

'inokulasi spesimen pada (B) Escherichia coli :


(A) Medium yang digunakan untuk mendeteksi (C) Sa/mo nella Typhi
urease dan diinkubasi pada suhu 37 0C (D) C/ostrldium Perfingens '

ffii Medium yang mengandung vankomisin,


polimiksin B, dan trimetoprim, dan diinkubasi
oada suhu 42 oC
;ti
iej streptocociis pyogenes (grup A ttreptokokkus)
7., Selama tahun El ruino pada f"r,.ngul-,un sampai
r=tiil ill1edium agar MacConkey dan diinkubasi
akhir 1990-an, perairan Puget Sound antara .

-pada suhu 37 oC Washington dan Columbia lnggris sangat panas.


(D) Medium tiosulfat-sitrat-empedu-sukrosa dan Ketika itu; banyak.orang yang makan kerang dan
diinkubasi pacia suhu 42 oC
tiram dari p"tuiran ini terjangkit penyakit dengan' '"
qelala diare hebat dan kram abdomen yang cukup
. (r) Medium agar dgiah cian dlinkubasi padaril]lid,r,, beiat. Diare biasapya cair, tetapi pada beberapa
pasien dapat berdarah. Diare biasanya mempunyai
4. Usia dan geografr adalah faktor utama dalam terjadi dalam waktu 24 jam setelah makan kerang.
prevalensi ioloiisasi oleh organisme yang penting Biakan feses biasanya menunjukkan adanya basil
s rl"'-;;g Jri vun g' putog"n it. n,t i ktootgu
padt pertanyaan No 3. Pada negara berkembang. nisme
prevalensi kolonisasi dapat > B0% pada orang vanq dimaksud pada cerita diaibs adalah
dewasa. Di Amerika Serikat, prevalensi kolonisasi {,Al Escherichra coli Fnterotoksigenik
miliroorganisme yang menyebabkan penyakit F) iibiia cholerae
. (periinyaan no 3) pada orang dewasb dengan usia (C) Escherichia coil Enterohemoragik
di utus bo tuttrn adalah iebelar tD) Vibrio'parahaemolYticui
(A) 1-2ok (El Shigella dyseiiriae
, (B) 5-10%
(c) 15-20% B. Sebuah'*uf rurnu yang terdiri dari empat orang
. makan suatu hidangan yang didalamnya terdapat
t* , ioj qo-e o./" ayam setengah matang. Dalam waktu 3 h5ri, tiga
,

; (E) 80-95% anggota keluarga terjangkit penyakit dengan


tSeorang
5. pria usia 59 iahun Oatang ke unit gawat qeiala demam, nyeri kepaia, mialgia, dan malaise'
daruiat pada sore hari karena pembengkakan akut 6uu Jari pasien mengalami diare ying terus
Ju" nyet; pada lengan kanannya.-Pada'pagi menerus dan nveri abdomen' Orang yang ketiga
harinya, ia bekerja pada kapal ikan di muara Pantai menqalami diare setelah gejala sistemiknya hilang'
i;i;tii;;";. tietika sedans berjalan *engita'i padJbiakan feses tum6uh bakteri Campylobacter
', perahu di perairan yang dangkal, ia menggaruk iqrri r.lo;;" ul.r.-." berikut yang paling r..
kakinya sehingga melukai kulit pada tempat yan0
VIBRIO, CAMPYLOBACTER, HELICOBACTER, & BAKTERI SEJENIS / 283

; l-: l.' ,,. ,, : ;.i. .


i /mungkin -
digunakan'uhtuk mengiiblasi Carnpylo- '

$1;i;ffi4$i;i;ejvnj;;adfi1p,.|r,:iqf rEi.uii:#r' :tll


riili ti$$nFr,Mffuiii,1,rlo.d$f:aiii$atie:iii'p-e.i*.il+ut<to;aiy-,,a"fig:u.li:|
li

, .*(Blr YF9iyt selektif 'salmoriela.shigela ygnS


I f diinkubasi pada suhu 37 0C di udara ambient.,
.

o.A
li tr$iiffii *!'ei naacdo,nket*n ;cEi.e*'ii ri$btio"nil
, ..S : .tiii
r

S Uiihltu q$iiip ii gUfl.u


"4?,q€*a[am
5Yo riiiiiiiiilrii;D
oksigen dan 10% CO,
)

.l iiiitllri fiii F
. or
uii ,*, (D} riima per*en *$ar ddia dbmb$,i$,a.tg$iinkub'A-.i.:.:
iii lffii
1ffi ffi ilffitilldUHiUH,yan!: ng au$;p.p1i*is-in, ,

llltitlg, l iiffi ltniks-,,in s,den tjiiSi*bpttlt yd*'iild'li.nkubasi .

','1. i,jF$$il+ h.rtl4ap{ d ai ni sozo o r.sig l -q4n:iil,.!ft ,,


a e :.=rt
=,,,i"*ii at\
!V- t :::::::: : i: 'i' / jl
:,r9. oi Ameriki'Serikat, kantor kesehatan masyarakat
, , sering memperingatkan mqsyarakat untuk memasak . .

ayam'yang dibeli dari supermarket dan toko-toko KEPUSTAKAAN


,,, sampai matang: Berapa persen ayam yang
Abbott SI-:Aer r:rnomts. In: Manuul of Cltnicnl. NIicroblology. Sth ed. ]lurray
kontaminasi dengan CanpytoUaaer jejuniT Pll et al (editor). ASM Press, 2003.
Blaser \{J: llrlicobncter ltylori andrelat,cd organisrn .In: LIarulell, Daugkts,
(BJ
6-150/o
{,,,t {c) is-:o%
i
: aru! Rennett's Principles ttnd PnLcti,ce af Infectiaus Dlscoscs, Sth ecl.
Mandell GL, Ilennett JE, llolin R (editors). Churchill l,ivingstorrc,
I tD) 30-s07o 2000.

Farmer JJ III, .Ianda JM, Birkhcad K. Vibria. In: Mttnuul of Clinical


5J.all$;ffi ilgffi t&ii j.iffi 'r1,*i1=i'' bhuA,lltd;;
Microbtology, Sth ed. N{urray PR et al (edttors). ASI{ Press, 2003.

W' i tBrb n41fl,ii:$i1p:::5 i gsi .i g is n ny'a "| a m bat


i i 1'1
Nachamkin I: Campylobucter and Arcobacter. In: Manuul of clintc:al
Microbiologt,Sth ed. Murray PR et al (editor). ASM Press, 2003.
Seas C, Gotuzzo E: Vibrio clnlerae. In: MarudeLl, Douglas, ond Bennett's
I gawat darurat kalena nyeri dan bengkak pada Principles and Practtce of Irulbctious Diseases, 5th ed. Mandell GL,
.te p,p a! .l.y li a"_ d.bt''. lielittl . pUsl:U a1l,.$rn pat l uka i1ur,,,. Bennett JE, Dolin R (edilors). Churchill Livrngstone, 2000.
ilii L Lii'a-*ijiail *",
y;iin g,$it t,i n$l$eni.rft k in:l m eny,ebah'kan, .r
Versalovic J. Fox JG. Helicobacter. ln: Manual of Clinical Microbiology.
I i$ iffiry*bb.u1adal*r- El,5'1i 8th ed, Murray PR et al (editor). ASM Prcss 2003.
Haemopthiliir',,Boi efu I Ia,';, BrLtce ! I a,,
&'Ffe:nrajie lle

SPESIES HAEMOPHILUS stafilokokus ("fenomena satelit"). H haemofiticus dan H


parah a e m o ly ti cu s b er turut- turut adalah varian hemoli tik
Spesies ini adalah kelompok bakteri berukuran kecil, H influenzae dan H parainfluenzae.
gram-negatif, dan pleomorfik yang memerlukan media
yang subur, biasanya mengandung darah atau derivatnya, C, SIFAT PERTUMBUHAN
untuk isolasi. Haemophilus influenzaa tipe b adalah
patogen manusia yang penting; Haemophilus ducreyi, Identifikasi organisme grup hemofilus sebagian
patogen menular selaual, menyebabkan chanroid; spesies tergantung pada demonstrasi kebutuhan akan faktor-
haemophilus lainnya merupakan flora normal membran faktor pertumbuhan tertentu yang disebut faktor X dan
mukosa dan hanya kadang-kadang menyebabkan penyakit. V. Faktor X berfungsi secara fisiologi sebagai hemin; faktor
V dapat digantikan dengan nukleotida adenin nikotinamid
7. Haemophilus influenzae (NAD) atau koenzim lainnya. Koloni stafilokokus pada
agar darah domba menyebabkan pelepasan NAD,
Haemophilus influenzae ditemukan pada membran mukosa menimbulkan fenomena pertumbuhan satelit. Kebutuhan
saluran napas atas manusia. Bakteri ini adalah penyebab faktor X dan V berbagai spesies hemofilus dapat dilihat
penting meningitis pada anak dan dewasa. pada Tabel 19-1. Karbohidrat difermentasikan dengan
tidak sempurna dan tidak teratur.
Morfologi & ldentifikasi
A. CIRI KHAS ORGANISME D. VARIASI

Daiam spesimen yang berasal dari infeksi akut, organisme Sebagai tambahan pada variasi morfologik, H influenzae
ini menjadi pendek (1,5 pm) basilokokus, yang kadang- mempunyai kecenderungan nyata untuk menghilangkan
kadang muncul berpasangan atau berupa rantai pendek. kapsulnya dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
Dalam biakan, morfologinya tergantung pada lama dan spesifisitas tipe sel. Koloni varian yang tidak berkapsul
mediumnya. Selama 6-8 jam dalam medium kaya, tidak berwarna.
sebagian besar akan berbentuk kokobasilus kecil.
Kemudian akan berbentuk batang panjang, bakteri yang E. TnaNronuast
mengalami lisis, dan bentuk sangat pleomorfik. Dalam lingkungan eksperimental yang sesuai, DNA yang
Organisme pada biakan yang singkat (6-18 jam) pada diekstraksi dari tipe H influenzae mampu mentransfer
medium yang diperkaya mempunyai kapsul yang tampak spesifisitas tipenya ke sel lain (tranformasi). Resistansi
jelas. Kapsul tersebut adalah antigen yang digunakan terhadap ampisilin dan kloramfenikol dikendalikan oieh
untuk"4tpin{' H influenzar (lihat di bawah). gen di plasmid yang dapat ditransmisikan.

B, BIAKAN Struktur Antigen


Pada agar coklat, setelah masa inkubasi 24 jam akan H influenzae yang tidak berkapsul mempunyai
timbul koloni rata, berwarna coklat keabu-abuan dengan polisakarida kapsular (BM t 150.000) satu dari enam
diameter 1-2 mm. IsoVitaleX pada media dapat macam tipe (a-f). Antigen kapsular tipe b adalah fosfat
mempercepat pertumbuhan bakteri. H influenzae tidak poliribosa-ribitol (PRP). H influenzae yang tidak berkapsul
tumbuh pada agar darah domba kecuali disekitar koloni dapat dicetak oleh aglutinasi slide, koaglutinasi dengan

284
HAEMOPHILUS, BORDETELLA, BRUCELLA, & FRANCISELLA / 245

Tabel 19-1. Karakteristik dan faktor pertumbuhan ditemukan antibodi bakterisidal, dan telah terjadi infeksi
yang diperlukan beberapa spesies hemofilus. (X = klinis pada orang dewasa.
heme; V = dinukleotida nikotinamid-adenin.)
Temuan Klinis
H influenzae tipe b masuk melalui saiuran napas. Dari
saluran napas, mungkin terdapat penyebaran lokal dengan
H influenzae (H aegyptius) + + keterlibatan sinus atau telinga tengah. H influenzae ripe
H parainfluenzae + - b dan pneumokokus adalah dua penyebab otitis media
H ducreyi +
bakterial dan sinusitis akut yang paling sering. Organisme
Hheamolyticus + + +
Hparahaemolyticus + tersebut dapat masuk ke aliran darah dan dibawa ke
- +
H aphrophilus meningen atau, yang lebih jarang dapat berkembang biak
di sendi sampai mengakibatkan artritis septik. Sebelum
penggunaan vaksin konjugat, H influenzae adalah
penyebab meningitis bakterial yang paling sering pada
stafilokokus, atau aglutinasi partikel lateks yang dilapisi anak usia 5 bulan sampai 5 tahun di Amerika Serikat.
dengan antibodi tipe-spesifik. Uji-pembengkakan kapsul Secara klinis, gejalanya menyerupai bentuk iain
dengan antiserum spesifik analog dengan tes quellung meningitis anak, dan diagnosis ditegakkan berdasarkan
untuk pneumokokus. Pencetakan juga dapat dilakukan penampakan bakteriologik organisme tersebut.
oleh imunofluoresen. Sebagian besar organisme 11 Kadang-kadang, pada bayi terjadi laringotrakeitis
influenzae pada flora normal saluran napas atas tidak obstruktif fulminan dengan pembengkakan dan epiglottis
berkapsul. merah ceri serta memerlukan trakeostomi atau intubasi
Antigen somatik H influenzae terdiri dari protein segera sebagai prosedur yang menyelamatkan jiwa.
membran luar. Lipooligosakarida (endotoksin) mempunyai Pneumonitis dan epiglotitis akibat H influenzae dapat
banyak struktur yang sama dengan struktur yang terdapat terjadi setelah infeksi saiuran napas atas pada anak kecil
pada neisseria. dan orang tua atau lemah. Orang dewasa dapat mengalami
bronkitis atau pneurnonia akibat 11 influenzae.
Patogenesis
H influenzae tidak menghasilkan eksotoksin. Organisme Uj i Diagnostik Laboratorium
yang tidak berkapsul adalah flora normal saluran napas A. SPESIMEN
manusia. Jika tidak terdapat antibodi antikapsular spesifik,
kapsulnya bersifat antifagositik. Kapsul fosfat poiiribosa Spesimen terdiri dari swab nasollaring, pus darah, dan
H inJluenzae tipe b adalah faktor virulensi yang utama. cairan spinaiis untuk sediaan apus dan biakan.
Presentase carrier pada saluran napas atas untuk 11
influenzae tipe b adalah 2-4o/o. Presenrase carrier untuk B- IDENTIFIKASI LANGSUNG
H influenzae nontypeable sebesar 50-80o/o atau lebih besar. Telah tersedia alat pendeteksi imunologik antigan 11
H influenzae tipe b menyebabkan meningitis, pneumonia influenzae di cairan spinal di pasaran. Hasil tes positif
dan empiema, epiglotitis, selulitis, artritis septik, dan
menandakan bahwa cairan tersebut mengandung
kadang-kadang bentuk lain infeksi invasif. H influenzae
konsentrasi tinggi polisakarida spesifik dari H influenzae
nontypeable cenderung menyebabkan bronkitis kronis,
tipe b. Uji deteksi antigen ini secara umum tidak lebih
otitis media, sinusitis, dan konjungtivitis yang terjadi sensitif daripada pewarnaan Gram sehingga tidak
setelah turunnya daya tahan tubuh normal. Persentase
digunakan secara luas
carrier unruk tipe a dan c-f yang tidak berkapsul rendah
(I-2o/o), dan tipe seperti ini yang berkapsul jarang
C. BIAKAN
menyebabkan penyakit. Walaupun tipe b dapat
menyebabkan bronkitis kronis, otitis media, sinusitis, Spesimen ditumbuhkan pada agar coklat yang diperkaya
dan konjungtivitis, namun semua ini lebih jarang terjadi dengan IsoVitaleX sampai muncul koloni yang khas. 11
dibandingkan dengan H influenzae nontypeable. Sama infl.uenzae dibedakan dari basil gram-negatif lainnya
seperti tipe b, H
infl.uenzae nontypeable hanya kadang- dengan kebutuhannya akan faktor X dan V serta dengan
kadang menyebabkan penyakit invasif (sekitar 5% kasus). sifatnya yang tidak mengalami hemolisis pada agar darah
Darah banyak orang diatas usia 3-5 tahun bersifat (Thbel 19-i).
bakterisidal untuk l/ influenzae, dan infeksi klinis lebih Uji untuk kebutuhan faktor X (hem) dan V
jarang terjadi pada orang-orang tersebut. Namun, pada (dinukleotida nikotinamid-adenin) dapat dilakukan dengan
25o/o orang dewasa di Amerika Serikat tidak pernah berbagai cara. Spesies hemofilus yang memerlukan faktor
246 BAB 19

V tumbuh disekitar secarik kertas atau cakram yang memperkecil gangguan neurologi dan intelektual lanjut.
mengandung faktor V yang diletakkan pada permukaan Di antara komplikasi lanjut meningitis influenz^, yang
agat y^ng telah diautoklaf sebelum ditambahkan darah mencoiok adalah munculnya akumulasi cairan subdural
(faktor V bersifat labil dalam panas). Cara lain, sebuah lokal yang memerlukan drainase secara pembedahan.
strip berisi faktor X dapat diletakkan paralel dengan snip
berisi faktor V pada agat yang tidak mengandung nutrien- Epidemiologi, Pen€egahan, & Pengendalian
nutrien ini. Pertumbuhan hemofilus di area di antara
strip-strip ini menandakan adanya kebutuhan terhadap
H influenzae tipe b yang berkapsul dituiarkan
antarmanusia melalui saluran napas. Penyakit H influenzae
kedua faktor terseBut. Uji yang lebih baik untuk
tipe b dapat dicegah dengan pemberian vaksin konjugat
mengetahui kebutuhan akan faktor X berdasarkan pada
hemofilus b pada anak. Anak usia 2 bulan atau lebih
ketidakmampuan F1 influenzae (dan beberapa spesies
dapat diimunisasi dengan vakin 11 influenzae tipe b yang
hemofiius lainnya) untuk mensintesis hem dari asam 5-
berkonjugasi dengan satu dari dua carrier (HbOC dengan
aminolevulinat. Inokulum diinkubasi dengan asam 5-
mutan protein carrier CRM1e7 protein toksin Coryne-
aminolevulinat. Organisme hemofilus yang tidak
bacterium diphtheriae; atau kompleks membran luar
memerlukan faktor X dapat mensintesis porfobilinogen,
I{eisseria meningitidis) dengan dosis booster yang sesuai
porfirin, protoporfirin IX, d,an hem. Adanya fluoresen
berdasarkan rekomendasi standar. Anak usia 15 bulan
merah dibawah cahaya ultraviolet (kira-kira 360 nm)
atau lebih dapat menerima vaksin H influenzae tipe 6
menandakan adanya porfirin dan hasil uji yang positif.
yang berkonjugasi dengan toksoid difteria (yang tidak
Spesies hemofilus yang mensintesis porfirin (dan juga
bersifat imunogenik pada anak yang lebih muda).
hem) bukan H influenzae (Lihat Tabel 19-1.)
Penggunaan vaksin 11 influenzae tipe b yang tersebar luas

lmunitas telah menurunkan insidensi meningitis H influenzae tipe


b pada anak sampai lebih dari 95%. Vaksin tersebut
Bayi dibawah usia 3 bulan mempunyai antibod.i serum mengurangi jumlah carrier H influenzae tipe b.
yang ditransmisikan dari ibunya. Seiama waktu ini, infetr<si Pada orang dewasa, kontak dengan penderita infeksi
H influenzae jarang terjadi, tetapi setelah itu antibodinya klinis 1/ influenzae mempunyai risiko yang kecil untuk
akan menghilang. Anak-anak sering terkena infeksi 1/ tertular, tetapi pada saudara kandung dan anak lain
influenzae, yang biasanya asimtomatik tetapi dapat dibawah 4 tahun yang tidak diimunisasi yang kontak erat
menimbulkan gejala dalam bentuk penyakit pernapasan mempunyai risiko yang besar. Profilai<sis dengan rifampin
atau meningitis. 11 influenzae telah menjadi penyebab direkomendasikan untuk anak dalam kasus seperti itu.
meningitis bakterial yang paling sering pada anak dari
usia 5 bulan sampai 5 tahun. Banyak anak usia 3-5 tahun 2. Haemophilus aegyptus
yang tidak diimunisasi mempunyai antibodi anri PRP
Organisme ini dahulu disebut basil Koch-\feeks, kadang
yang didapat secara alami yang mendorong terjadinya
disebut H influenzae biotipe IIL Bakteri ini sangat mirip
pembasmian bakterisidal tergantung-komplemen dan
dengan H influenzae dan dikaitkan dengan konjungrivitis
fagositosis. Imunisasi anak dengan vaksin konjugat F1
yang sangat menular. H aegyptius adalah penyebab demam
influenzae tipe b menginduksi antibodi yang sama.
purpura Brazilian, penyakit pada anak yang ditandai
Terdapat korelasi antara adanya antibodi bakterisidal
dengan adanya demam, purpura, syok, dan kematian.
dat.r resistansi terhadap infeksi nnyor H influenzae ripe
b. \Walaupun demikian, belum diketahui apakah hanya
antibodi-antibodi ini yang berperan pada proses imunitas.
3. Haemophi lus aphrophilus
Pneumonia atau artritis akibat 11 influenzae dapat terjadi Organisme ini kadang-kadang dapat ditemukan pada
pada orang dewasa dengan antibodi sepeni itu. endokarditis infektif dan pneumonia. Bakteri ini flora
normal pada rongga mulut dan saluran napas serta bertalian
Pengobatan dengan Actinobacillus (Haemophilus) actinomlcetemcomitans.

Tingkat mortalitas meningitis H influenzae yang tidak 4. Haemophilus ducreyi


diterapi dapat mencapai 90o/o. Banyak strain l1 influenzae
tipe b sensitif terhadap ampisilin, terapi 25o/onya Haemophilus ducreyi menyebabkan chancroid (chancre
menghasilkan B-laktamase dibawah kontrol plasmid yang lunak), suatu penyakit menular seksual. Chancroid terdiri
dapat ditransmisikan dan jenis yang seperti ini resistan. dari sebuah ulkus yang tepinya tidak rata pada genitalia,
Pada dasarnya, semua strain sensitif terhadap sefalosporin dengan pembengkakan dan nyeri tekan yang nyata. Nodus
golongan baru. Sefotaksim yang diberikan secara limfe regional membesar dan nyeri. Penyakit ini harus
intravena dapat memberikan hasil yang baik. Diagnosis dibedakan dari infeksi sifilis, herpes simpieks, dan
dan terapi antimikroba segera penting dilakukan untuk limfogranuloma veirereum.
HAEMOPHILUS, BORDETELLA, BRUCELLA, & FRANCISELLA I 287

Bakteri batang gram-negatif yang kecil muncul dalam toluidin biru, dapat dilihat adanya granul bipoiar
bentuk barisan pada lesi, biasanya bersama dengan metakromatik. Bakteri ini mempunyai kapsul.
mikroorganisme piogenik lainnya. I-{ duueyi memerlukan
faktor X tetapi tidak faktor V. Bakteri ini paling baik B. BIAKAN
ditumbuhkan dari kikisan dasar ulkus pada agar coklat Isolasi primer B pertussis memerlukan medium yang subur.
yang mengandung IsoVitaleX 1olo dan vankomisin 3 pg/ Medium Bordet-Gengou (agar kentang-darah-gliserol)
ml, dan diinkubasi dalam CO, 10% pada suhu 33 0C. yang mengandung penisilin G, 0,5 prg/ml, dapat digunakan;
Seteiah terjadi infeksi chancroid tidak terdapat imunitas walaupun demikian, medium yang mengandung carkoal
permanen. Terapi dengan seftriakson intramuskular, yang mirip dengan yang digunakan untuk Legionella
trimetoprim-sulfametoksazol oral, atau eritromisin oral pneumophila lebih dipilih. Cawan diinkubasi pada suhu
sering dapat menyembuhkan dalam waktu 2 minggu.
3547 0C selama 3-7 hari pada iingkungan yang lembap
(misalnya, tas plastik yang disegel). Bakteri batang gram-
5. Spesies Haemophilus Lainnya negatif kecil yang sedikit dapat diidentifikasi oleh
Haemophilus haemoglobinophilus memerlukan faktor X p€warnaan imunofluoresen. .B ?ertustis tidak dapar
tetapi tidak faktor V dan telah ditemukan pada anjing bergera k.
tetapi tidak pada penyakit manusia. Pada in uitro,
Haemophilus haemolyticus adalah organisme dengan sifat C. SIFAT PERTUMBUHAN
hemolitik yang sangat mencolok; bakteri ini muncul di Organisme ini sangat aerob dan membentuk asam tetapi
nasofaring normal dan dihubungkan dengan infeksi tidak menghasilkan gas dari glukosa dan laktosa.
saluran napas atas pada masa kanak-kanak yang jarang Organisme ini tidak metnerlukan faktor X dan V pada
dengan tingkat keparahan sedang. Haemophilus sr,rbkultur. Hemolisis medium yang mengandung darah
parainfluenzaa mirip dengan H influenzae dan merupakan dikaitkan dengan virulensi B pertussis.
flora normal saluran napas manusia; bakteri ini kadang-
kadang ditemukan pada endokarditis infektif dan uretritis. D. VARIASI
H suis mirip dengan H influenzae secara bakteriologik
dan bekerja secara sinergis dengan virus influenza babi Jika diisolasi dari pasien dan dibiakkan pada media yang
untuk menimbulkan penyakit pada babi. subur, B pertussis sedang dalam fase hemolitik dan fase
virulen produLsi-toksin pertusis. Terdapat dua mekanisme
BORDETELLA yang dipakai B pertussis untuk berubah ke bentuk
nonhemolitik, avirulen yang tidak memproduksi toksin.
Terdapat beberapa spesies bordetella. Bordetella pertusis, Modulasi fenotipik reversibel terjadi jika B pertussis
patogen manusia yang sangat menular dan penting' ditumbuhkan pada kondisi lingkungan tertentu (misalnya,
menyebabkan batuk whooping (pertusit). Bordetella 28 0C lawan 37 0C, mengandungs MgSOr, dsb.). Variasi
parapertussis dapat menyebabkan penyakit yang sama. fase reversibel terjadi setelah mutasi frekuensi rendah
Bordetella bronchiseptica (Bordetella bronchicanis) pada lokus genetik yang mengontrol ekspresi faktor
menyebabkan penyakit pada binatang seperti ba:tlk hennel virulensi (lihat di bawah). Terdapat kemungkinan bahwa
pada anjing dan snffies pada kelinci, dan hanya kadang- mekanisme ini berperan pada proses infeksi, tetapi hal
kadang menyebabkan penyakit seperti-Pertusis pada ini belum pernah dibuktikan secara klinis.
manusia. Bordetella auium menyebabkan coryza pada
kalkun dan belum pernah menginfeksi manusia. Spesies Struktur Antigen, Patogenesis, & Patologi
bordetella lainnya jarang diisolasi dari manusia. B pertussis,
B pertussis menghasilkan sejumlah faktor yang terlibat
B parapertussis, dan B bronchiseptica saling bertalian erat,
dalam patogenesis penyakit. Satu lokus dalam kromosom
dengan DNA homologi sebesar 72-94o/o dan perbedaan
B perntssis berfungsi sebagai regulator sentral gen virulen.
yang sangat sedikit pada analisis enzim muitilokus; ketiga
Lokus ini mempunyai dua gen virulen \ordetella, bugA
spesies tersebut dapat dianggap tiga subspesies dalam satu
dan bugS. Produk lokus A dan S mirip dengan lokus
spesies. B auium adalah spesies yang berbeda.
yang dikenal sebagai sistem reguiator dua-komponen.
bugS bereaksi terhadap sinyal lingkungan sementara bugA
7. Bordetella pertussis
adalah aktivator transkripsional gen virulen. Hemaglutinin
Morfologi & ldentifikasi filamentosa memediasi adhesi ke sel epitel bersilia.
Toksin pertusis menyebabkan terjadinya limfositosis,
A. CIRI KHAS ORGANISME
sensitisasi histamin, dan mendorong sekresi insulin serta
Organisme ini berukuran kecil, kokobasilus gram-negatif mempunyai aktirritas ribosilasi-ADB dengan struktur AJ
yang mirip dengan H influenzae. Dengan Pewarnaan B dan mekanisme kerja yang mirip dengan toksin kolera'
288 BAB 19

Hemaglutinin filamentosa dan toksin pertussis adalah Uji Laboratorium Diagnostik


protein yang disekresikan dan ditemukan diluar sel ,B
pertussis. Toksin adenilat siklase, toksin dermonekrotik,
A. SPESIMEN

dan hemolisin juga diatur oleh sistem bug. Sitotoksin Pencucian nasal dengan larutan salin adalah spesimen yang
trakeal menghambat sintesis DNA dalam sel bersilia pada dipilih. Usapan nasofaring atau droplet yang dikeluarkan
saluran napas atas. Piii mungkin berperan pada adhesi dari batuk ke dalam "cawan batuk" yang dipegang di
bakteri ke se1 epitel bersilia saluran napas aras. depan mulur pasien selama batuk paroksismal kadang-
Lipopolisakarida di dinding sel juga dapat berperan kadang digunakan tetapi tidak sebagus pencucian nasal
penting dalam menyebdbkan kerusakan sel epitel saluran dengan larutan salin.
naPas atas.
B pertussh bertahan hanya dalam wai<tu yang singkat B. UJI ANTIBODI FLUoRESEN (FA) LANGSUNG
diluar pejamu manusia. Tidak terdapat vektor. Tiansmisi
Reagen FA dapat digunakan untuk memeriksa spesimen
sebagian besar melalui jalan napas dari kasus-kasus
usapan nasofaring. \Walaupun demikian, hasil positif-palsu
terdahulu dan mungkin melalui carrier..Organisme
dan negatif-palsu dapat terjadi; sensitivitasnya sekitar
tersebut menempel dan bermultiplikasi dengan cepat pada
50%o. Uji FA paling berguna dalam mengidentifikasi ,B
permukaan epitel trakea dan br,onkus serta memengaruhi
pertussis setelah biakan pada media soiid.
kerja silia. Organisme ini tidak menginvasi darah. Bakteri
ini mengeluarkan toksin dan substansi yang mengiritasi C. BIAKAN
permukaan sel, menyebabkan batuk dan limfositosis yang
nyata. Kemudian, mungkin rerjadi nekrosis bagian Cairan hasil pencucian nasal dengan salin dibiakkan pada
epitelium dan infiltrasi polimorfonuklear, dengan agar medium solid (lihat di atas). Antibiotik di dalam
inflamasi peribronkial dan pneumonia interstitial. Kuman media cenderung untuk menghambat flora respirasi yang
sekunder seperti stafilokokus atar H influenzae dapat lain tetapi memungkinkan pertumbuhan B pertussis.
meningkatkan terjadinya pneumonia bakterial. Obstruksi Organisme diidentifi kasi dengan pewarnaan imunofluoresen
bronkiolus yang lebih kecil oleh mukus plak mengakibatkan atau dengan aglutinasi slide menggunakan antiserum
atelektasis dan menghambat oksigenasi darah. Hai ini spesifik.
mungkin meningkatkan frekuensi kejang pada bayi yang
mengalami 6atuk whooping. D. REAKSI RANTAI POLIMERASE

PCR adalah metode yang paling sensitif untuk


Temuan Klinis mendiagnosis pertusis. Primer untuk .B pertussis dan B
parapertissis harus tercakup. Jika memungkinkan, uji PCR
Setelah masa inkubasi sekitar 2 minggu, akan timbul harus dapat menggantikan biakan dan uji fluoresen
"stadium kataral", dengan batuk ringan dan bersin. Selama
antibodi langsung.
stadium ini, organisme yang tersebar dalam droplet
dalam jumlah besar, dan pasien menjadi sangat infelaius
tetapi tampak sakit ringan. Selama stadium "paroksismal",
E. SERoLOGI
batuknya menjadi khas yaitu bersifat eksplosif dan Uji serologi pada pasien mempunyai peran yang tidak
berbunyi "\Y/hoop" saat inhalasi. Hal ini mengakibatkan begitu penting dalam membuat diagnosis karena
pasien cepat lelah dan dapat disertai muntah, sianosis, peningkatan aglutinasi atau presipitasi antibodi tidak
dan kejang. "Whoop" dan komplikasi mayor terjadi terjadi sampai minggu ketiga perjalanan penyakit. Serum
terutama pada bayi; batuk paroksismal muncul terutama tunggal dengan titer antibodi yang tinggi dapat berguna
pada anak yang lebih besar dan dewasa. Jumlah sel darah dalam mendiagnosis penyebab batuk lama, satu dari durasi
putih meningkat (16.000-30.000/pL), dengan limfositosis beberapa minggu.
absolut. Masa penyembuhannya berlangsung lama. B
pertussis adalah penyebab batuk lama (4-6 minggu) yang lmunitas
sering dijumpai pada dewasa. Bar"uk whooping jarang
diikuti dengan komplikasi ensefalitis yang serius dan Imunitas muncul setelah sembuh dari batuk whooping
berpotensi fatal. Beberapa tipe adenovirus dan Chlamydia atau imunisasi. Infelai kedua dapat muncul tetapi ringan;
pneumoniae dapat menyebabkan timbulnya gejala klinis reinfeksi yang muncul beberapa tahun kemudian saat
yang mirip dengan gejala klinis penyakit yang disebabkan dewasa dapat parah. Antibodi mungkin sebagai
oleh B perrussis. pertahanan pertama melawan infeksi B pertussis dengan
mencegah perlekatan bakteri ke silia epitel saluran napas.
HAEMOPHILUS, BORDETELLA, BRUCELLA, & FRANCISELLA I 289

Pengobatan Organisme ini menyebabkan snffies pada kelinci dan


rinitis atrofi pada babi. Organisme ini jarang
B pertussis sensitif terhadap beberapa obat antimikroba
menyebabkan infeksi kronis saluran napas pada manusia'
in uitro. Pemberian eritromisin selama fase kataral
B broncbiseptica tumbuh pada medium agar darah dan
penyakit membantu menghilangkan organisme dan dapat mempunyai toksin yang mirip dengan gen toksin pertusis.
bersifat profilaksis. Pengobatan setelah awitan fase
paroksismal jarang merubah fase klinis penyakit. Inhalasi
oksigen dan sedasi dapat mencegah kerusakan pada otak
BRUSELLA
akibat anoksia. Brusella adalah parasit obligat hewan dan manusia dengan
karakteristik lokasi di intraselullar dan secara metabolik
Pencegahan relatif inaktif . Brucella melitensis biasanya menginfeksi
kambing; Brucella suis, babi; Brucella abortus, sapi; dan
Setiap bayi seharusnya menerima tiga injeksi vaksin
Brucella canis, anjing. Spesies lainnya hanya ditemukan
pertusis selama tahun pertama kehidupan diikuti dengan
pada hewan. tWalaupun diberi nama spesies, studi yang
sen booster sehingga totalnya lima dosis. Terdapat vaksin
berhubungan dengan DNA telah menunjukkan bahwa
pertusis aselular multipel yang diijinkan digunakan di
hanya terdapat satu spesies pada genus' Brucella melitensis,
Amerika Serikat dan di tempal lainnya. Penggunaan
dengan biovar multipel. Penyakit pada manusia, bruselosis
vaksin-vaksin ini direkomendasikan. Vaksin aselular
(demam naik turun, demam Malta), ditandai dengan
mempunyai satu sampai lima antigen. Vaksin dengan tiga
adanya fase bakteremik akut yang diikuti dengan stadium
sampai lima antigen memberikan respons imun yang lebih
kronis yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun dan
baik daripada vaksin dengan satu atau dua antigen.
dapat melibatkan banyak jaringan.
Karena vaksin yang berbeda mempunyai antigen yang
berbeda, produk yang sama harus digunakan selama
imunisasi serial. Vaksin peitusis biasanya diberikan dalam Morfologi & ldentif ikasi
kombinasi dengan toksoid difteri dan tetanus (DPT).
A. CIRI KHAS ORGANISME
Pemberian profilaksis eritromisin untuk 5 hari juga
dapat memberikan keuntungan bagi bayi yang tidak Penampakan organisme ini pada biakan dini bervariasi
diimunisasi atau dewasa yang benar-benar terpajan. dari kokus sampai batang dengan panjang I,2 pm, dengan
sebagian besar berbentuk kokobasilus pendek. Organisme
Epidemiologi & Pengendalian ini bersifat gram-negatif tetapi sering terwarnai secara
tidak beraturan, dan bersifat aerob, nonmotil, dan tidak
Batukwhoopizgendemik di daerah yang populasinya sangat
membentuk spora.
padat di seluruh dunia dan juga muncul secara intermiten
pada daerah epidemik. Sumber infeksi biasanya adalah
B. BIAKAN
pasien dalam fase kataral awal penyakit. Penularannya
tinggi, berkisar dari 307o sampai 90%. Sebagian besar Akan tampak koloni kecil, konveks, halus pada medium
kasus muncul pada anak di bawah usia 5 tahun; sebagian yang diperkaya selama 2-5 hari.
besar kematian terjadi pada tahun pertama kehidupan.
Pe n gendali an 6 atuk w h o op i n g dilakukan teru tama C. SIFAT PERTUMBUHAN
dengan imunisasi aktif adekuat semua bayi.
Brusella hidup di intraselular, dan kebutuhan nutrisi
mereka kompleks. Beberapa strain telah diolah pada
2. Bordete I I a parapertu ss i s medium terbatas berisi asam amino, vitamin, garam, dan
Organismeini dapat menghasilkan penyakit yang sama glukosa. Spesimen segar dari sumber hewan atau manusia
dengan batuk whooping. lnfeksinya sering bersifat biasanya diinokulasi pada media agar trytticase-sly atau
subkiinis. Bordetella parapertussis tumbuh lebih cepat media biakan darah. B abortus memerlukan COr 5-l0o/o
daripada B pertussis yang khas dan membentuk koloni untuk tumbuh, sementara tiga spesies lainnya tumbuh di
yang lebih besar, Organisme ini juga tumbuh pada agar udara.
darah. Toksin B parapertusris mempunyai kemiripan Brusella memetabolisme karbohidrat tetapi tidak
dengan gen toksin pertusis. menghasilkan baik asam maupun gas dalam jumlah yang
cukup untuk klasifikasi. Katalase dan oksidase diproduksi
oleh keempat spesies yang menginfeksi manusia.
3. Bordetella hronchiseptica Hidrogen sulfida diproduksi oleh banyak strain, dan nitrat
Bordetella bronchiseptica adaiah basilus gram-negatif kecil direduksi menjadi nitrit.
yang menempati saluran napas anjing, dan dapat Brusella cukup sensitif terhadap panas dan asam.
menyebabkan "batuk hennef' serta pneumonitis. Organisme ini mati dalam susu yang dipasteurisasi.
,I9
290 BAB

D. VARIASI penyakit ringan. Infeksi B suis cenderung menjadi kronis


dengan lesi supuratif; dapat juga timbul granuioma
Organisme virulen yang khas membentuk koloni halus,
kaseosa. Infeksi B melitensis bersifat lebih akut dan berat.
transparan; pada biakan, cenderung berubah menjadi
bentuk kasar, yang tidak virulen. Orang dengan bruseiosis aktif bereaksi lebih hebat
(demam, mialgia) terhadap injeksi endotoksin brusella
Serum hewan yang rentan mengandung suatu globulin
daripada orang normal. Sehingga sensitivitas terhadap
dan suatu lipoprotein yang menekan pertumbuhan ripe
endotoksin mungkin berperan pada patogenesis.
avirulen yang kasar dan membantu pertumbuhan tipe
Plasenta dan membran fetus sapi, babi, domba, dan
yang virulen. Spesies hewan resistan tidak mempunyai
kambing mengandung eritritol, faktor pertumbuhan untuk
faktor-faktor ini, sehingga dapat muncul mutasi yang cepat
brusella. Proliferasi organisme ini pada binatang hamil
menjadi avirulen. o-Alanin mempunyai efek yang sama
menyebabkan plasentitis dan aborsi pada spesies-spesies
secara in uitro.
ini. Tidak terdapat eritritol pada plasenta manusia, dan
aborsi bukan bagian dari infeksi brusella pada manusia.
Struktur Antigen
Spesies atau biovar brusella dapat dibedakan berdasarkan Penemuan Klinis
sensitivitas karakteristiknya, terhadap pewarna dan Masa inkubasi 1-6 minggu. Awitan terjadi bertahap,
kemampuannya dalam memproduksi HrS. Beberapa dengan malaise, demam, lemas, pegal, dan berkeringat.
laboratorium telah mempunyai prosedur untuk uji ini, Demamnya biasanya meningkat pada sore hari; turunnya
dan brusella jarang dijadikan spesies percobaan. Karena demam pada malam hari disertai dengan banjir keringat.
brusella berbahaya, uji untuk mengklasifikasikan Dapat terjadi gejala gastrointestinal dan saraf. Kelenjar
organisme ini harus dilakukan hanya di laboratorium getah bening membesar, dan limpa menjadi teraba.
kesehatan masyarakat rujukan yang menggunakan sistem
Hepatitis mungkin disertai dengan ikterus. Bila terdapat
pengamanan biologi.
nyeri hebat dan gangguan pergerakan, terutama pada
tulang belakang, kemungkinan terjadi osteomieiitis. Gejala
Patogenensis & Patologi infeksi brusella yang umum ini biasanya mereda dalam
beberapa minggu atau bulan, meskipun lesi dan gejala
Meskipun setiap spesies brusella mempunyai pejamu yang
spesifik, senlua spesies dapat menginfeksi berbagai lokal Lerus berlanjut.
Setelah infeksi awal, dapat terjadi stadium kronis, yang
macam hewan, termasuk manusia.
ditandai dengan kelernahan, pegal dan nyeri, demam
Jalur infeksi yang umum pada manusia adalah saluran
intestinal (konsumsi susu yang terinfeksi), membran subfebris, gelisah, dan manifestasi nonspesifik lainnya
disertai gejala psikoneurotik. Brusella tidak dapat diisolasi
mukosa (droplet), dan kulit (kontak dengan jaringan
binatang yang terinfeksi). Keju yang dibuat dari susu dari pasien pada stadium ini, tetapi titer aglutinin
kambing yang tidak dipasteurisasi biasanya sering mungkin tinggi. Diagnosis "brusellosis kronis" sulit
menjadi sumber pembarva infeksi. Organisme tersebut ditegakkan dengan pasti kecuali jika terdapat lesi lokal.
berkembang dari jalan masuknya melalui aliran limfatik
dan kelenjar getah bening regional, ke duktus torasik Uji Laboratori um Diagnostik
dan peredaran darah, yang akan membawa organisme A. SPESIMEN
ini organ-organ parenkim. Nodul granulomatosa yang
Darah harus diambil untuk biakan, materi biopsi untuk
dapat berkembang menjadi bentuk abses pada jaringan
biakan (kelenjar getah bening, tulang, dsb), dan serum
limfatik, hati, limpa, sumsum tulang, dan bagian sistem
unruk uji serologi.
retikuloendotelial lainnya. Pada lesi-lesi seperri iru,
brusella secara prinsip berada intraselular. Kadang-kadang
juga dapat teriadi osteomielitis, meningitis, atau B. BIAKAN

kolesistitis. Reaksi histologi utama pada bruselosis terdiri Agar brusella secara khusus dirancang untuk membiakkan
dari proliferasi sel mononuklear, eksudasi fibrin, nekrosis bakteri spesies brusella. Medium tersebut sangat subur
koaguiasi, dan fibrosis. Granuloma terdiri dari sel epitel dan-dalam bentuk yang dikurangi--digunakan terutama
dan sel raksasa, dengan nekrosis sentral dan fibrosis pada biakan untuk bakteri anaerob. Pada bentuk yang
peri fer. dioksigenasi, medium tersebut dapat menumbuhkan
Brusella yang menginfeksi manusia mempunyai bakteri spesies brusella dengan sangat baik. Meskipun
perbedaan yang nyata dalam patogenisitas. B abortus demikian, infeksi dengan spesies brusella sering tidak
biasanya menyebabkan penyakit ringan tanpa komplikasi dicurigai jika biakan spesimen pasien dibuat, dan agar
supuratif; granuloma nonkaseosa pada sistem retikulo- brusella yang diinkubasi secara aerob jarang digunakan.
endotelial dapat ditemukan. -B canis juga menyebabkan Bakteri spesies bruseila akan tumbuh pada media yang
HAEMOPHILUS, BORDETELLA, BRUCELLA, & FRANCISELLA 291

sering digunakan termasuk medium trypticase soy dengan IgA paralel terhadap kadar lgG. Uji seroiogi yang biasa
atau tanpa darah domba 5olo, medium infus otak jantung, dilakukan dapat gagal dalarn mendeteksi infeksi dengan
dan agar coklat. Medium biakan darah (iihat di bawah) B canis.
dengan cepat menumbuhkan bakteri spesies brusella. 1. Uji Aglutinasi--Agar akurat, uji aglutinasi serum harus
Medium cair yang digunakan untuk membiakkan dilakukan dengan antigen brusella yang distandardisasi
Mycobacterium tuberculosis juga menyokong pertumbuhan yang mati pada suhu panas, dapat lisis,dengan fenol, dan
minimal beberapa strain. Semua biakan harus diinkubasi halus. Titer aglutinin IgG diatas 1:80 menandakan adanya
dalam CO, 8-i0% pada suhu 35-37 0C dan harus infeksi aktif. Orang yang diinjeksi dengan vaksin kolera
diobservasi selama 3 minggu sebelum dinilai negatif; dapat menimbulkan titer aglutinasi terhadap brusella. Jika
biakan medium cair harus disubkultur apa adanya selama uji aglutinasi serum negatif pada pasien yang terbukti
waktu ini. secara klinis menderita infeksi brusella, uji harus
Brusela paling sering diisola"^i dari sumsum tulang dan dilakukan untuk mencari adanya antibodi " blocking' .
darah. Metode pilihan untuk sumsum tulang adalah Antibodi ini dapat dideteksi dengan menarnbahkan
dengan menggunakan Isolator tube anak-anak, yang tidak globulin antiltuman ke dalarn campuran antigen-serum.
perlu disentrifugasi, dcngan inol<ulasi seluruh isi t'ube ke Aglutinin brusellosis bereaksi silang dengan aglutinin
dalam medium padat. Medium yang digunakan pada tularemia, dan uji untuk kedua penyakit harus dilakukar-r
sistem biakan darah se mio tomatis dan otornatis
pada serum yang positif, biasanya titer untuk satu penyakit
menumbuhkan brusella dengan cepat, biasanya dalan akan jauh lebih tinggi daripada yang lainnya'
waktu 1 minggu; walaupun demikian, tetap direkomen-
dasikan untuk menunggu hasil biakan selama 3 minggu. 2. Antibodi bloching-adalah antibodi IgA yang
bercampur dengan aglutir.rasi oleh IgG dan IgM serta
Biakan negatif untuk bruselia tidak menyir-rgkirkan
kemungkinan penyakitnya karena brr-rsella dapat menyebabkan uji serologik meniadi negatif pada dilusi
dikultivasi dari pasien hanya pada fase akut penyakit atau serum yang rendah (proz.on) '"valaupun positif pada dilusi
selarna rekurensi aktivitas.
yang lebih tinggi. Antibodi ini mttncul selama stadium
Setelah diinkubasi beberapa irari pada rnedium agar,
subakut infeksi, cenderung untuk menetaP selama
brusella membentuk koloni pada iapisan primer yang bertahun-rahur.r tidak tergantung aktivitas infeksi, darr
berdiameter < 1 mm. Mereka bersifat nonhernolitik. dideteksi dengan metode antiglobulin Coombs'
Observasi adanya kokobasilus gram-negatif kecil yang
bersifat katalase-positif dan oksidase-positif n-renunjukkan lmunitas
spesies brusella. Semua tindakan seianjutnya pada biakan
Respons antibodi rnuncul dengan infeksi, dan mungkin
ini harus dilakukan dengan pengamanan biologik.
muncul suatu resistansi terhadap serangan berikutr-rya'
Christensen urea slant harus sering diinol<ulasi dan Irraksi imunogenik dari dinding sel brusella mempunyai
tJji urease positif adalah tattda khas spesics
dioLrservasi.
kandungan tinggi fosfolipid; sebagian besar merrlpakan
brusella. B suis dan beLrerapa strain B melitensis dapat lisin di antara delapan asam amino; dan tidak terdapat
menunjukkan hasil yang positif kurang dari 5 rnenit heptosa (jadi dapat membedakan fraksi tersebut dari
setelah menginokulasi slant; strain lainnya akan endotoksin).
membutuhkan waktu beberapa jam sampai 2/+ )am.
Bakteri yang memenuhi kriteria ini harus dengan cepat
dikirim ke laboratorium l<esehatan masyarakat rujukar"r Rujukan
untuk identifikasi presumtif. Jika orgar.risnre yang Brusella rnungkin sensitif terhadap tetrasiklin atau
menyerupai brusella diisolasi, mereka digolongkan ampisilin. Gejala mereda dalam beberapa hari .setelah
berdasarkan produksi I{,S, inhibisi zat warna dan terapi dengan obat-obaran ini dimulai. \flalaupun
aglutinasi dengan serum yang diserap. demikian, akibat iokasinya yxng intraseluLlar, orgenisme
ini tidak dapat cepat dieradika.si secara komplit dari
C. SEROLOGI pejamunya. [Jntuk hasil yang terbaik, terapinya hatr'rs
diperpanjang. Terapi kombinasi dengan streptomisin dan
Kadar antibodi IgM selama minggu pertama penyakit tetrasiklin dapat dipertimbangkan.
akut akan meningkat, puncaknya setelah 3 bulan, dan
dapat bertahan selama penyakit kronis. Meskipun sudah
Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian
diberikan terapi antibiotik, kadar IgM yang tinggi dapat
menetap san.rpai 2 tahun pada presentase kecil pasien. Brusella adalah patogen binatang yang ditularkan ke
Kadar antibodi IgG meningl<at sckitar 3 minggu setelah manusia rnelalui korrtak tidak sengaja dengatr feses, urine,
awitan penyakit akut, yang mencapai puncaknya pada 6- susu, dan jaringan binatang yang terinfel<si. Sumber
8 minggu, dan tetap tir-rggi selama penyakit kronis. Kadar infeksi yang sering untuk manusia adalah susu, produk
292 BAB 19

susu dan keju yang tidak dipasteurisasi, serta kontak laboratorium, fransisella sebaiknya tidak dibiakkan di
okupasional (misalnya, petani, dokter hewan, pekerja di fasilitas laboratorium klinik biasa; tetapi hanya boleh
tempat pemotongan hewan) dengan hewan yang dilakukan pada laboratorium dengan fasilitas isolasi yang
.terinfeksi. Keju yang dibuat dari susu kambing yang ddak tepat termasuk pengamanan biologik.
dipasteurisasi adalah pembawa yang umum untuk
transmisi brusellosis. Kadang-kadang dapat terjadi D. SEROLOGI
penularan melalui udara. Akibat kontak okupasional,
Semua kuman yang diisolasi secara serologi identik,
infeksi brusella lebih sering terjadi pada pria. Sebagian
mempunyai antigen polisakarida dan satu atau lebih
besar infeksi t.t^p (laten).
"ri-to-atik'
Frekuensi infeksi sangat bervariasi pada hewan yang
antigen protein yang bereaksi silang dengan brusella.
\Walaupun demikian, terdapat dua biogrup strain mayor,
berbeda-beda dan pada negara yang berbeda-beda. Di
yang disebut Jellison tipe A dan tipe B. Tipe A hanya
luar Amerika Serikat, infeksi lebih sering terjadi.
muncul di Amerika Utara, bersifat letal untuk kelinci,
Eradikasi brusellosis pada sapi dapat dilakukan dengan
mengakibatkan penyakit yang parah pada manusia,
uji dan pemotongan hewan, imunisasi aktif sapi dengan
memfermentasikan gliserol, dan mengandung sitrulin
strain 19 avirulen yang hidup, atau uji kombinasi,
ureidase. Tipe B tidak mempunyai sifat-sifat biokimiawi
pemisahan, dan imunisasi- Sapi diperiksa dengan
ini, tidak letal untuk kelinci, menyebabkan penyakit yang
peralatan uji agludnasi
lebih ringan pada manusia, dan sering diisolasi dari tikus
Imunisasi aktif manusia terhadap infeksi brusella
atau dari air di Eropa, Asia, dan A,rnerika Utara. Biogrup
bersifat eksperimental. Pengendalian bergantung pada
lainnya mempunyai patogenisitas yang rendah.
keterbatasan penyebaran dan eradikasi infeksi hewan yang
Ilespons antibodi yang biasanya terjadi terdiri dari
mungkin dilakukan, pasteurisasi susu dan produknya,
aglutinin yang muncrrl 7-10 hari setelah awitan penyakit.
serta reduksi bahaya lingkungan jika memungkinkan.

F RAN CI S ELLA TU LARE N S I S Patogenesis & Temuan Klinis


& TULAREMIA F tularensis sangat infeksius: Penetrasi kulit atau membran
mukosa atau inhalasi 50 organisme dapat menyebabkan
F tularensis dapat ditemukan secara luas pada reservoir infeksi. Paling sering, organisme masuk melalui abrasi
binatang dan ditularkan ke manusia melalui gigitan kulit. Dalam 2-6 hari, akan terjadi papui yang meradang,
artropoda, kontak langsung dengan jaringan binaang yang dan berulkus. Kelenjar getah bening regional membesar
terinfeksi, inhalasi aerosol, atau konsumsi makanan atau dan menjadi nekrotik, kadang-kadang mengeluarkan air
air yang terkontaminasi. Penyakit yang ditimbulkan- selama berminggu-minggu. Inhalasi aerosol yang terinfeksi
lulxlsrnix-lelatif jarang terjadi di Amerika Serikat. mengakibatkan inflamasi peribronkial dan pneumonitis
Gejala klinisnya tergantung dari jalur infeksinya. lokal. Dapat terjadi .tularemia okuloglandular .iika jari
atau droplet yang terinfeksi mengenai konjungdva. Lesi
Morfologi & ldentif ikasi granulomatosi- yang berwarna kekuningan pada kelopak
A. CIRI KHAs ORGANISME mata dapat disertai dengan adenopati preaurikular. Pada
semua kasus terdapat demam, malaise, nyeri kepala, dan
F tularensis adalah batang gram-negatif, pleomorfik dan nyeri pada regio yang terkena dan kelenjar getah bening
berukuran kecil. Organisme ini jarang terlihat pada regional.
sediaan apus jaringan.

B. SPESIMEN
Uji Laboratorium Diagnostik
Secara umum, sediaan apus dan biakan tidak membantu
Darah diambil untuk uji serologi.
dalam penegakan diagnosis dan diagnosis ditegakkan
C. BIAKAN berdasarkan pada studi serologik. Sepasang sampel serum
yang dikumpulkan secara terpisah dengan jarak 2 minggu
Pertumbuhan tidak terjadi pada medium bakteriologik dapat menunjukkan peningkatan titer aglutinasi. Titer
biasa kebanyakan, tetapi dalam 1-3 hari akan muncul serum tunggal 1:160 sangat rnenunjukkan diagnosiS
koloni kecil pada agar darah glukosa sistein arau agar tularemia jika ditunjang dengan anamnesis dan
darah glukosa yang diinkubasi pada suhu 37') C dibawah pemeriksaan fisik yang sesuai. Karena reaksi antibodi
kondisi aerob. Organisme ini biasanya diidentifikasi pada uji aglutinasi untuk tuiaremia juga bereaksi pada
dengan kebutuhan pertumbuhannya dan pewarnaan uji untuk brusellosis, kedua uji tersebut harus dilakukan
imunofluoresen atau aglutinasi oleh antiserurn spesifik. untuk serum yang positif; titer untuk penyakit ini pada
Perhatian: Unruk menghindari infeksi yang didapat dari pasien biasanya empat kali lebih besar daripada titer pada
H AE M O P H I LU S, BA RD ET E LLA, B R U C E LLA, & F RAN CI SE LLA 293

penyakit lain.Uji kulit (antigennya terbatas) dapat


memberikan respons seperti tes tuberkuiin pada minggu ::..a; :,::', {A, H a e m o p h i I u s i nf lodn2ae.,'.'r''
pertama penyakit, sering sebelum titer aglutinasi r,:iii:i','',r,.:
"'
{B} : Hae m o p h i t u s' d u ci e yi : .. . .,,,.,..
meningkat. (Cl Francisella tularensis
(Dl Brucella species
Pengobatan (E) Staphylococcus aureus

Pengobatan streptomisin atau gentamisin selama 10 hari


2. Setelah biakannya (pertanyaan no. 1) menjadi
,:
i,', politif,ra!dmng5is. tqmbahanrdilakukan' la$i,Sekitar.
hampir seialu member.ikan perbaikan yang cepar. rtt,.iii i..:.4r: minggu !ebelum awitan:rhyeiir Iututn){a;..rpasien
Tetrasiklin dapat sama efektifnya, tetapi tingkat tersebut mengunjungi saudaranya di lsrael dan
kekambuhan dapat muncul lebih sering. Seftriakson tidak ,.r, ,l',berpergia.n kelnegqra lain di,qre,q Meditprania. Dia
mempunyai satu produk makanan favorit yang
efektif.
mungkin menjadi zat pembawa untuk infeksinya.
.,-':.,,,:r,'Produk'.teisebut mungkin:t adalah,i,..i..,....,,,.:.;.'.:;,: .::'
Pencegahan & Pengendalian (A) Pisang
,:.,,-., {B) Keju susu:':kambing yang tidak: dipasteur:isasi
Manusia terkena tularemia dari kontak dengan kelinci, (C) Hamburger yang jarang
tikus air, atau dari gigitan kutu binatang yang terinfeki. (D) Jus jeruk segar
Sumber yang lebih jarang adalah air atau makanan yang (E) Teh h ija u
terkontaminasi atau kontak dengan anjing atau kucing kepala penjara 55 tahun di
r3it,seora'ng::petugirs
-rr,':,:ivermonl
yang telah memakan binatang liar yang te rinfeksi. mehemukan seekor tikus air mati di pinggir
Menghindari sumber-sumber yang telah disebutkan sungai. Kemudian dia ambit mayat binatang
sebelumnya adalah kunci pencegahan. Infeksi pada hewan ., ;1' ,!q15ebut, dan berpikir mungkin tikus ini mati
karena terperangkap atau ditembak secara ilegal;
iiar tidak dapat dikendalikan. ternyata tikus ini tidak ditembak atau terperangkap,
Orang yang mempunyai risiko sangat tinggi- , r.,:dan petugas teriebut menguburnya. Empat hari
terutama petugas laboratorium-dapat diimunisasi kemudian dia menderita ulkus 1,5 cm yang terasa
dengan pe mberian strain -F tularensis hidup yang nyeri pada jari telunjuk tangan kanannya, ulkus 1

dilemahkan, yang tersedia dari US Army Medical Research .: ,cm'pada dahi kanannya; dan nyeri'padaraksila
kanannya; Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan
Institute of Infectlous Disease, Fort Detrick, Frederick, adanya limfadenopati aksila kanan. Pasien tersebut
MD 217A1. Vaksin tersebut diberikan dengan sunrikan mungkin terinfeksi oleh
multipel melalui kulit dan hanya memberikan imunitas (A) 5pesies brusela
parsial. Vaksin hidup yang serupa telah diberikan di Rusia (8, Rickettsia rickettsii
(C) Salmonella Typhi
pada skala besar.
(Dl Haemophilus ducreyi
(E) Francisell a tularensis
4, Seorang anak laki-laki 18 bulan sedang bermain
dengan seorang anak penderita meningitis
Haemophilus influenzae. Orang tua anak laki-laki
I..PENTANYAAH ::LATI HAH ,'lr',
tersebut..konsu ltasi d en g an: dokterr. anaknyit;. dan :

.: dokter tersebut mengatakan bahwa tidak perlu


khawatir anaknya tidak akan tertular karena sudah
1' Seor:anE.winiij,ee.iahu n,,Oatjng, ke kI inik karena . 'diimunisasi dengan vaksin konjugat poliribosa
"
...',.,diarrmengalami demam''dan,,nygr:i,y.ang terus , fosfat (PRP) protein. Mengapa bayi usia'2 bulan
:, :: :,,' l'm e n i ng kat, sertalb qn g ka k, pa d a u_i ut k i r i n ya ! e a m a
I I sampai 2 tahun perlu diimunisasi dengan vaksin
.:., :,3 minggu:terakhiirrEmpatJahqn sebqlu.mnya, suatu konjugat polisakarida-protein?
sendi prostetik telah dipasang di lutut kirinya. Pada
pemeriksaan, lututnya bengkak, dan dapat
: (A) Plotein konji:gat adalah toksqid, difteri den
tujuannya adalah agar bayi yang diimunisasi
dideteksi adanya cairan. Kemudian dilakukan '':'' . . dapat membentuk antibodi sp.ontan terhadap
',,,
,:,,r::::,,rir0iraii.'caiianrD-i-dapatkan,,15..0i0Sel.:polim-6donuklear difteria
per mililiter di cairan tersebut. Pada pewarnaan (B) Bayi usia 2 bulan sampai 2 tahun tidak
i,tir. ,, ir'r:Gi€m:tidgk*gitih;f,adahya or:ganlsme::Biakah rutin berespons secara imunologi terhadap vaksin
:;.,',, .keiiiudiaii'djldkukan, padb'hari:keempat inkubasi, polisakarida yang tidak terkonjugasi dengan
..:,...r', .1e1ii11!t.k6loni tiu g k Uer:warna adenga n,diameter < l suatu protein
r,, : ll :::'mm:p,adq,,qqwan agar,,darah dan:coklat.l Oiganisme (C) Vaksin konjugat dirancang untuk anak yang
, :::tersebut beiukqran'pscil,'giam-negatif.ko-kobasilus, lebih besar dan dewasa serta bayi.
,,,,,'::', ;y4Ag;,,6drsifat katilase.politif dan oksidase-positif., (D) Antibodi maternal (transplasenta) yang
: .,':'SIarit.,area,'diir!.okUlis.! da1.me1ghasi!kan niIai melawan Haemophilus influenzae hilang dari
,-:;'_ r', :.r;pQsitif1 !,11!0k aktivitas ureAie',5s1tlah inkubasi ,': :: 5ii(gl6si bayi pada usia 2 bulan, : ,. ,::,
.,,..'. .r." semalaman.' Mikroorganisme apakah yang.mungkin (E) Tidak ada jawaban yang benar
iii ,..-., rmenglnfeksi paSien,t'eisebut? I :-r'..'].:::
294 BAB 19

5; rrseoiandraxEk laki.fakl '! 1.tahun. dari Peru dirujuk ..r,


l,l:
,.r,.{C):, Leblh, mudah unluk: membeiikan sefotaktim.
::.:,],:i.ji.:.:......ihtraveha,daripadaamBisilinint.raVena.
,,:.', ke,lnstitut TtmoiOtak; Tiga'b,ulan 5ebelumhya Qia' ,,,1 :Ada, kekhawatiran bahwa anak'teiSebut.akanrl;'
i, 'lr':,lriiehgaIami sakitr keDal* 'dan. peilahiiq.Iahan r.,::,, tD)
'r,ii,,r::''
, :':.,,inengaltmi'lemas,pada
liii,:,tubth bdgian :kanan.
"
:,,:1:):'.::,' (sngan eepetl.mengaldmi,a1er!ir:penisiliri:1i'
,, r:tr.,,,, Pbmindaian. olak-' mgnu njukkan. adanya r..lesi:mass.a, ,,
(ampisilin).
.rr,::ir,ii,.dj, hemisfer. kiii.,Dia diperkir:6kan'menderitarlumorrlr ,r',':: (E) Sekitar 200/0 organisme u ae mdphi !i5 infii ui eriai
"'',:,
']]:':,:otak,r rPungsi lqmhtl,tidak dilakukan' karg66,:161qu1r'',.l', mempunyai plasmid yang mengode beta-
l::: ., 1gi.ip61 -peniri gkatan' tekana n intrakran ial ;:{6n.:, :1r'', laktamase. .rt,..,...,r l.-:_ :.:, l,'..-t.-
-:::. : :;a:,::: :::
,. :,'r: :::.heiniaii- otik, m0iatul,feniorium serebelum,ri,,Keti ka, Jawaban
. .,i:

' 1:,;':',:1 di l6(11lq6n op,erasi, ditemukan leii


massa d i.heimisfer.r.,'
rri': :,r.lrkiri'l''Keniudian dilakukan frolzei secfion jaringan
1. D 4.8
:,,,teiiqb,ut kC1ika pasien'berada di-ruang'operasi;:t,: 1'-.
j, 2. B 5.A
.::.:'r',:
:,,,,Hasil.'tniklO-tkopr jAringan tetsebut: rnsnunjgkk6rr'rrrll ' 3. E 6.E
:r i,.:rada:'
i .ieeksi'. inf Iamasi gianu Iomatctsa, : Tidak
*ffiffi
u.

'r: ,r tdrlihat adanya tumor.,,Jaringan kemudian diambil: .


ir:i irii*i, 9,hirf:ii!{$:Ki{1ffiNi$\*$i$: $
':::: untuk:i:pembiakkan Mikbbakterium tuberk'ulosis,
r,.'',..''.dengani menggunakbn',medium' air' kaldu Middle., r". r..

, I. ,7H9. Enam hari Setelah. dibiakkan; mesin


l,r: oroot r',
otomiiis,mendeteksi bahwa haiil biakan 'positi{. ,-
.., ..,,':Pew-ainaa.n'tahan .asani dan pewa.rnaan...Gi4m :..".',

',. '':r :*"*5"rikin


rhasil yalg negatif ^ Subkultr.ii' juga KEPUSTAKAAN
'i'.. ':. dilakukin.:Dua ihari kemud ian, terl ihat:kolon i ya ng
' "r,' sangit k"iil,padu'cawan, agar darlah domba. :
Clru MC,Wyanl RS: Fronciselkt and Brucellct ln: Manual of CLinical
Organiime tersebijt berukuran kecil;'$ram-negatif ,':
:r-,.'',:r,,
Microbiotogy,Sth ed. Murray PR et al (editors) ASM Press, 2003
.:. , ' be be tuk'kokobasillus yang 'bersifat.katalase-',.,'':.,. Cross JT Jr, Penn RL: Francisella tularerLsis (tularemia) In: MandeLl'
:i,,:,,iposiiif:d4n:ok5idqgq'positif, selta:mehunjukkan : Dougkrs, and BenrLett's Principles rtnd Practice of Infectious Diseases,
,:,r, r-
raktiVitai ulease:rsetelah 2,jam inkubasi::di 'medium :'-. Sth ed. Mandell GL, Bennett JE, Dolin R (editors) Churchill
.,'i..:.l.]iangmqngindungurea..Anakiniterinfeksidengan Livingstone,2000.
.1.,,ir,.,:, (A).Spesies:,br.usella., ':,--:,r..,::,;..::.:.l ri::..t.,...',',.,..,r',.,. Hand.WL: Haemophilus spectes \ rncluding chancroid ). In: Mandell, Douglas'
and Bennett's Principles and Practice oflnfectious Dlseoses, 5th ed'
'; :,{,Q)':'f T.6nCisdllA tulare:nsli I :r"':' :':'',ll','-: ir.r' ''r '': ::,'
,:1',,.,,; Mandell GL, Bennett JE, Dolin R (editors) Churchill Livingstone,
.,. :,...l,.
't' t,,.,(D)'Haemophilus influenzae,,:"r., 2000.

.l. I1e;, .Moraxella.catarrhalis. '.,.''' .: 't"" Hewletl EL: Bord etelLn. ln: MtLrtdell, Dou glns and Bennett's Priruiples ancl
Practice of Infectious Diseases,5th ed. Mandell Gl,Bennett JE,
,l 6; Seoibng.:,en5k:3' tahun menderita meningitis Dolin R (editors). Churchill Livingstone, 2000
,.;;::',,; :,i, H ad fu o p hiI u s i nf-l u e nzae. Terapi di mu Ia i, denIa n
: .', sefetaksimr;Men gapa, di pi! Killian M: Huemophilus. In: Manual of Clinicttl Microbiology, 9lh ed'
', I
!h sefaloiporin. gbnerasi Murray PR et al (editors). ASM Press, 2003
.:.'keti6a'daripada ampisilin? ,'":':::' ' ',;: 1| .;
:r...:,, .: (A)' 5- kitai e0%:organiSmi'e Haemophilus influenzae ,. ., Loefi'clholz MJ: Bordetella. In: Manual of Clinical Microbiologl', 8th ed'
i''''rr,::r.'ielah,memodifikasi protqin:pengikat:pe..ni5iIin r : Murray PR et al (editors) ASI\{ Press,2003'
'-,,,'1 ,.:i1;.1,-,,ya1d menyebabkqn kuman ini !"esistan terhadap - ,
Moxon ER, MurphyTF. Haemophilus influenzae.In: Mandell, Douglas, anrl
ampisilin. Bennett's PrincipLes and Practtce of Infectious Diseases, Sth ed Mandell
'. :rr {B).,Obat'pilihan, trimetoprim-zulfametoksazol, GL, Bennett JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone, 2000
:, ':r .i,::,,:tidak:dapat d!gunekantkarena anak tersebut i,,,.'
Young EJ: Brucella species. In: MandelI, Douglrts, and Bennett's Principles
. :i.ii,.'r',..:.,.'..r:aiergi
terhadap sulfonamid' :.: ' '
and Practice of Infectious Disedse,s, 5th ed Mandell GL, Bennett JE,
Dolin R (editors). Churchill Livingstone, 2000
Yersin ia & Pasteu rella

Organisme yang dibahas di dalam bab ini adalah batang Organisme tersebut menghasilkan banyak antigen dan
gram-negatif pleomorfik, pendek yang dapat menam- toksin yang berfungsi sebagai faktor virulen. Selubung
pakkan pewarnaan bipolar. Organisme ini bersifat organisme tersebut mengandung suatu protein (fraksi l)
katalase-positif, oksidase-negatif, dan mikroaerofilik atau yang dihasilkan te rutama pada suhu 370C dan
fakultatif anaerob. Sebagian besar bakteri ini meng- memberikan sifat antifagositlk. Y pestis ripe liar yang
gunakan binatang sebagai pejamu alaminya, tetapi juga viruien membawa antigen V-W, yang dikodekan oleh gen
dapat menimbulkan penyakit yang serius pada manusia. pada plasmid. Sebuah plasmid 72-kb penting untuk
Genus yersinia meliputi Yersinia pestis, penyebab plague; virulensi; strain yang avirulen tidak mempunyai plasmid
Yersinia pseudotuberculosis dan Yersinia enterocolitica, seperti ini. Beberapa strain avirulen yang stabil telah
penyebab penting penyakit diare pada manusia; dan lain- dibuat sebagai vaksin hidup.
lain. Beberapa spesies pasteurella s€cara primer Y pestis memproduksi koagulase pada suhu 28 0C
merupakan patogen pada binatang tetapi dapat juga (temperatur normal kutu) tetapi tidak pada suhu 35 0C
menyebabkan penyakit pada manusia. (transmisi melalui kutu rendah atau tidak ada pada cuaca
yang sangat panas).
YERSINIA PESTIS & PLAGUE Di antara beberapa eksotoksin yang dihasilkan, satu
bersifat letal untuk tikus pada jumlah 1 pg. Protein
Plague adalah infeksi hewan pengerat liar, yang homogen ini (BM 74.000) menghasilkan blokade beta-
ditransmisikan dari satu hewan ke hewan lainnya dan adrenergik dan bersifat kardiotoksik untuk binatang.
kadang dari hewan ke manusia melalui gigitan kutu. Perannya dalam infeksi pada manusia belum diketahui.
Infeksi yang serius sering terjadi, yang menyebabkan Y pestis juga menghasilkan bakteriosin (pestisin); liase
pandemi "blacle death" dengan jutaan kasus yang berakibat isositrat enzim, yang dikatakan bersifat khusus; dan
fatal pada beberapa abad yang lalu. produk-produk lainnya. Beberapa antigen Y pestis bereaksi
silang dengan yersinia lain; bakteriofag Y pestis dapat
Morfologi & ldentifikasi melisis yersinia lainnya.
Y pestis adalah bakteri batang gram-negatif yang
menampakkan pewarnaan bipolar dengan pewarnaan Patogenesis & Patologi
khusus (Gambar 20-1). Bakteri ini tidak dapat bergerak, ekor kutu mengisap binatang pengerat yang
Jika se
tumbuh sebagai bakteri fakultatif anaerob pada banyak terinfeksi dengan Y pestis, organisme yang telah diisap
medium bakteriologik. Pertumbuhannya lebih cepat pada tersebut akan bermultiplikasi dalam usus kutu dan dibantu
medium yang berisi darah atau cairan jaringan dan paling dengan koagulase, akan memblok prouentriculus-nya
cepat pada suhu 30 0C. Pada biakan di agar darah dengan sehingga tidak ada makanan yang dapat masuk.
suhu 37 0C, koloni yang terbentuk dapat sangat kecil Kemudian, kutu yang "diblok" dan lapar itu menggigit
dalam waktu 24 jam. Suatu inocu/um virulen, yang diambil dengan ganas dan darah yang diisap, terkontaminasi
dari jaringan yang terinfeksi, menghasilkan koloni abu- dengan Y pestis dari kutu tersebut, dikeluarkan kembali
abu dan kental, tetapi setelah dibawa ke laboratorium, ke dalam luka gigitan. Organisme yang berinokulasi dapat
koloni tersebut menjadi tidak beraturan dan kasar. difagositosis oieh sel polimorfonuklear dan monosit.
Organisme tersebut mempunyai aktivitas biokimia yang Organisme Y pestis dibasmi oleh sel polimorfonuklear
rendah dan hal ini agak bervariasi. tetapi bermultiplikasi di dalam monosit; karena bakteri
tersebut bermultiplikasi pada suhu 37 0C, bakteri ini
Struktur Antigen menghasilkan protein antifagositik dan kemudian resistan
Semua yersinia mempunyai lipopolisakarida yang terhadap fagositosis. Patogen tersebut secara cepat akan
mempunfai aktivitas endotoksik jika dilepaskan. mencapai limfatik dan akan terjadi inflamasi perdarahan

295
296 BAB 20

penting dilakukan agar dapat membcrikan terapi yang


dapat menyelamatkan jiwa.

A. SPESIMEN

Darah diarnbil untuk biakan dan aspirasi dari kelenjar


getah bening yang membesar diambil untuk sediaan apus
dan biakan. Serum pada saat akut dan penyembuhan
dapat diperiksa untuk melihat kadar antibodi. Pada
pneumonia, dilakukan biakan sputum; bila kemung-
kinannya meningitis, cairan serebrospinalis diambil untuk
sediaan apus dan biakan.

B. SEDIAAN APUS

Bahan dari aspirasi jarum diperiksa setelah diwarnai


dengan pewarnaan Giemsa dan dengan pewarnaan
imunofluoresen spesifik. Dengan pewarnaan \7ayson,
penampakan Y pestis bipolar. Cairan spinal dan sediaan
Gambar .
Yersinia pestis (panah) dalam darah,
2O-1 apus sputum juga harus diwarnai.
pewarnaan Wright Giemsa. Beberapa organisme Y pestis
mempunyai pewarnaan bipolar, yang membuat C. BIAKAN
penampakan mereka seperti jepit rambut. (Sumbangan K
Semua bahan dibiakkan pada agar darah, cawan agar
Gage, Plague Sectiln, Centers for Disease Contral and Prevention, FI".
MacConkey dan pada sediaan air kaldu. Pertumbuhan
Coilins, Colorado.)
pada media padat mungkin lambat, tetapi biakan darah
sering positif dalam waktu 24 jarn. Biakan sementara
dapat diidentifikasi dengan reaksi biokimia. Identifikasi
hebat pada kelenjar getah bening yang membesat yang
pasti biakan paling baik dilakukan dengan imunofluoresen
dapat menjadi nekrosis dan n-rengalami fluktuasi.
(Konfirmasi dapat dilakukan melalui bagian laboratorium
Sementara proses invasi dapat berhenti di sana, organisme
departemen kesehatan dan melalui konsultasi dengan
Y pestis sering mencapai aliran darah dan tersebar secara
Centers for Disease Control and Preuention, ?lague Branch,
luas. Lesi hemoragik dan nekrotik dapat terjadi pacla
Fort Collins, CO 80522).
semua organ; meningitis, pncumonia, dan pleuroperikarditis
Semua biakan sangat infeksius dan harus ditangani
serosanguinosa adalah gejala yang tampak jelas.
dengan sangat hati-hati.
Plague pneumonia prirner terjadi akibat inhalasi
droplet yang terinfeksi (biasanya dari pasien yar"rg batuk),
D, SERoLoGI
dengan konsolidasi hemoragik, sepsis, dan kematian.
Pada pasien yang sebelumnya belum pernah divaksin,
Temuan Klinis titer antibodi serum pada masa penyembuhan sebesar
l:16 atau lebih besar adalah bukti presentif infeksi I
Setelah masa inkubasi selama 2-7 hari, ter.jadi .demam
pestis. Peningkatan titer pada dua spesimen berturut-turut
tinggi dan limfadenopati yang nyeri, biasanya disertai
mengonfi rmasi diagnosis serologik.
dengan pembesaran kelenjar getah bening yang sangat
besar, nyeri rekan ( "buboes') di daerah inguinal atau aksiia.
Pengobatan
Muntah dan diare dapat muncul pada awal sepsis. Kemu-
dian, koagulasi intravaskr-rlar diseminata rnenyebabkan Jika tidak diobati segera, Plagre dapat mempunyai ang[x
hipotensi, perubahan status rnental, serta gagal ginjal dan nrortalitas sebesar hampir 50o/o; plague pneun-ronia,
jantung. Pada akhirnya, dapat muncul pneun-ronia dan hampir 100%. Obat pilihann)'a adalah streptomisin'
meningitis, dan Y pestis bermultiplikasi secara ir-rtravaskular fttrasiklin adalah obat alternatif dan kadang-kadang
dan dapat dilihat pada sediaan apus darah. diberikan dalam kombir"rasi dengan streptomisin.
ll"esistansi obat pada Y pestis be|-rm ditemukan.
Uji Laboratorium Diagnostik
Epidemiologi & Pengendalian
Plague harus dicurigai pada pasien demam yang terpajan
hervan pengerat pada daerah yang dikenal endemik. Plague adalah sebuah infeksi hewan pengerat liar (tikus
Deteksi dini dan konfirmasi laboratorium penyakit ini tanah, tikus lorong, tikus mondok, sigung, dan hewan
YERSINIA&PASTEURELLA / 297

lainnya) yang muncul di berbagai belahan dunia. Daerah Y enterocolitica rclah diisolasi dari binatang pengerat
enzootik utama adalah India, Asia Tenggara (terutama dan binatang domestik (misainya, domba, sapi, babi,
Vietnam), Afrika, dan Amerika Utara serta Selatan. anjing, dan kucing) serta dari air yang terkontaminasi
Bagian barat Amerika Serikat dan Meksiko selalu oieh hewan-hewan tersebut. Transmisi ke manusia
mempunyai reservoir infeksi. Epizootik dengan laju mungkin terjadi meialui kontaminasi makanan, minuman
mortalitas yang tinggi muncul secara intermiten; pada atau benda-benda yang telah terkontaminasi dan dapat
waktu seperti itu, infeksi dapat menyebar ke hewan berperan dalam transmisi organisme tersebut. Y
pengerar rumah (misal, tikus) dan hewan lainnya (misal, pseudotuberculosis terdapat pada binatang piaraan dan
kucing), dan manusia dapit terinfelai melalui gigitan kutu sawah serta burung, yang rnengeluarkan organisme itu
'fesesnya.
atau kontak. Vektor plague yang paling sering dijumpai melalui Infeksi pada manusia mungkin
adaiah kutu ikus (Xenopsylla cheopis), tetapi infeiai juga disebabkan oleh konsumsi bahan yang terkontaminasi
dapat ditransmisikan oleh kutu jenis lain. dengan feses binatang. Penularan antarmanusia dengan
Pengendalian plague memerlukan survey hewan yang organisme-organisme tersebut mungkin jarang terjadi.
terinfeksi, vektor, dan kontak dengan manusia-di
Amerika Serikat, hal ini dilakukan oieh agensi wilayah
Patogenesis & Temuan Klinis
dan agensi negara bagian dengan dukungan dari Plague
Branch of the Centers for Disease Control and Preuention- Suatu inokulum sebanyak i08-10e yersinia harus
serta dengan pembasmian hewan yang terinfeksi plague. memasuki saluran pencernaan agar dapat menimbulkan
Jika terdiagnosis sebuah kasus pada manusia, departemen infeksi. Sclama masa inkubasi 5-10 hari, yersinia
kesehatan harus segera diberitahu. Semua pasien yang bermultiplikasi di dalam mukosa Llsus) t€rutama ileum.
dicurigai terkena plague harus diisolasi, terutama jika Hal ini menyebabkan inflamasi dan ulserasi, serta
beium disingkirkan adanya keterlibatan pulmonal. Semua munculnya leukosit pada feses. Proses tersebut dapat
spesimen harus diperiakukan dengan sangat hati-hati. meluas ke kelenjar getah bening mesenterik dan,
Orang yang kontak dengan pasien yang dicurigai walaupun jarang, dapat menyebabkan bakteremia.
menderita pneumonia plague harus diberikan tetrasiklin, Gejala awalnya meliputi demam, nyeri abdmen, dan
sebagai kemoprofi laksis. diare. Diare bervariasi dari cair sampai berdarah dan
Vaksin yang telah dimatikan dengan formalin sudah dapat terjadi akibat enterotoksin atau invasi mukosa.
tersedia untuk orang yang akan berpergian ke daerah Kadang-kadang, nyeri abdomen yang terjadi dapat parah
hiperendemik dan untuk orang yang berisiko sangat dan berada di kuadran kanan bawah, menimbulkan
tinggi. kecurigaan apendisitis. Satu sampai 2 minggu setelah
awitan penyakit, beberapa pasien mengalami artralgia,
artritis, dan eritema nodosum, yang diduga terjadi akibat
YERSINIA ENTEROCOLITICA & reaksi imunologik terhadap infeksinya. Infeksi yersinia
YERSINIA PSEUDOTUBERCULOSIS sangat jarang yang menyebabkan pneumonia, meningitis,
atau sepsis; pada kebanyakan kasus, penyakit infeksi ini
Kedua bakteri ini adalah batar.rg gram-negatif yang tidak dapat sembuh dengan sendirinya.
memfermentasi laktosa serta bersifat urease-positif dan
oksidase-negatif. Bakteri ini tumbuh paiing baik pada
suhu 25 "C dan dapat bergerak pada suhu 25 0C tetapi Uji Laboratorium Diagnostik
tidak dapat bergerak pada suhu 37 0C. Bakteri ini dapat A. SPESIMEN
ditemukan di saluran intestinal berbagai jenis binatang,
yang dapat menyebabkan penyakit, dan dapat ditularkan Spesimen dapat berupa feses, darah, atau materi yang
ke manusia. Pada tubuh manusia, bakteri-bakteri ini diperoleh ketika eksplorasi pembedahan. Pewarnaan
dapat mengakibatkan berbagai macam sindrom klinis. sediaan apus tidak termasuk .ienis spesimen.
Y enterocolitica terbagi dalam lebih dari 50 serotipe;
sebagian besar yang diisolasi dari penyakit manusia
B. BIAKAN

memiliki serotipe 03, 08, dan 09. Terdapat perbedaan Jumlah yersinia di feses dapat sedikit dan dapat
geografik yang mencolok daiam distribusi serotipe f ditingkatkan dengan "cold enrichment": Selum|ah kecil
entero co litica. Y p seudotuberculos is terbagi dalam minimai feses atau swab rektal diletakkan di dalam salin bffit
6 serotipe, tetapi yang paling banyak menyebabkan infeksi pH 7,6 dan disimpan pada suhu 4 0C selama 2-4 minggu;
pada manusia adalah serotipe O1. Y enterocolitica dap^r banyak organisme fekal yang tidak hidup, tetapi },
menghasilkan enterotoksin yang tahan panas, tetapi enterocolitica akan bermultiplikasi. Subkuitur yang dibuat
peranan toksin ini pada diare yang disebabkan infeksi dengan interval pada agar MacConkey dapat menumbuhkan
belum diketahui. yersinia.
298 BAB 20

C. SERoLoGI Pasteurella multocida muncul di seluruh dunia pada


saluran pernapasan dan gastrointestinal banyak hewan
Sepasang spesimen serum yang diambil secara terpisah 2
minggu atau lebih, dapat terlihat adanya peningkatan pada
piaraan dan liar. Bakteri ini rnungkin merupakan
organisme yang paling sering ditemukan pada luka manusia
antibodi yang rnengalami aglutinasi; meskipun demikian,
yang disebabkan gigitan kucing dan anjing. Bakteri ini
reaksi silang antara yersinia dan organisme lainnya (vibrio,
merupakan salah satu penyebab sering septikemia
salmonella, brusela) dapat membuat rancu hasilnya.
hemoragik pada berbagai macam binatang, termasuk
kelinci, tikus, kuda, domba, unggas, kucing, dan babi.
Pengobatan
Bakteri ini juga menyebabkan infeksi pada manusia di
Sebagian besar diare yang disebabkan infeksi yersinia berbagai sistem dan kadang-kadang merupakan bagian
dapat sembuh dengan sendirinya, dan manfaat terapi dari flora rrormal manusia.
antimikroba masih belum diketahui. Y enterocolitica secara Pasteurella haemolytica muncul pada saluran pernapasan
umum sensitif terhadap aminoglikosida, kloramfenikol, atas sapi, domba, babi, kuda, dan unggas. Bakteri ini
tetrasiklin, trimetoprim-sulfametoksazol, piperasilin, adalah penyebab pneumonia epizootik yang menonjol
sefaiosporin generasi ketiga, dan fluorokuinolon; bakteri pada sapi dan domba serta penyebab kolera unggas pada
ini secara khas resisran terhadap ampisilin dan sefalosporin ayam dan kalkun, dan menghabiskan banyak dana untuk
generasi pertama. Sepsis atau meningitis yersinia yang mengatasinya. Infeksi pada manusia jarang terjadi.
sudah terbukti mempunyai laju mortalitas yang tinggi, Pasteurella ?neumltropica adalah flora normal pada
tetapi kematian rerurama rerjndi pada pasien irnuno- saluran pernapasan dan usus tikus dan dapat men).ebabkan
kompromais. Sepsis yersinia dapat diobati dengan sukses pneumonia atau sepsis jika keseimbangan pejamu-parasit
menggunakan sefalosporin generasi ketiga (mung[<in tcrganggu. Beberapa infeksi pada manusia tirnbul setelah
dalam kombinasi dengan aminoglikosida) arau gigitan binatang.
flurokuinolon (mungkin dalam kombinasi dengan Pasteurella ureae jarang ditemukan pada hewan tetapi
antibiotika lain). Pada kasus-kasus yang gejala klinisnya rnuncul sebagai bagian dari flora campuran pada penyakit
mengarah jelas pada apendisitis atau adenitis mesenterik, respirasi kronis manusia atau infeksi supuratif lainnya.
eksplorasi pembedahan harus dilakukan kecuali pada
beberapa kasus yang muncul secara simulran meng- Temuan Klinis
indikasikan adanya kemungkinan infeksi yersinia.
Penampakan yang paling sering muncul adalah adanya
Pencegahan & Pengendalian riwayat gigitan binatang yang diikuti dengan awitan akut
kemerahan, bengkak, dan nyeri dalam waktr.r beberapa
Kontak dengan hewan sawah dan hewan piaraan, fesesnya, jam. Limfadenopati r€gional bervariasi, dan demam yang
atau bahan yang terkontaminasi oleh hewan tersebut muncul sering tidak terlalu tinggi. Infeksi pasteurella
mungkin merupakan penyebab sebagian besar infeksi kadang-kadang menimbulkan bakteremia atau infeksi
pada manusia. Daging dan produk susu kadang-kadang saluran napas kronis tanpa kontak yang jelas dengan
menjadi sumber infeksi, dan kelompok rvabah telah binatang.
ditelusuri sampai makanan atau minuman yang Pastettre/la multocida rentan terhadap sebagian besar
terkontaminasi. Menjaga kesehatan lingkungan mungkin antibiotik. Penisilin G dianggap sebagai obat pilihan untuk
dapat membantu. Belum ada alat ukur pencegahan yang in{eksi P multocida akibat gigitan binatang. Tetrasiklin
spesifik" dan fluorokuinolon adalah obat alternatif.

PI\STEURELLA
Spesies pasteurella adalah patogenbinatang primer, tetapi
organisme ini dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit pada manusia. Terminologi generik pasteurella
dahulu meiiputi semua yersinia dan fransisella serta
pasteurella yang didiskusikan di barvah ini.
Pasteurella adaiah bakteri kokobasilus nonmotil gram
negatif dengan penarnpakan bipolar pada pewarnaan
sediaan apus. Bakteri ini bersifat aerob atau fakultatif
anaerob yang tumbuh dengan cepat pada medium
bakteriologik biasa pada suhu 37 0C. Bakteri ini semuanya
bersifat oksidase-positif dan karalase-positif tetapi berbeda
pada reaksi biokimia yang lain.
YERSINIA & PASTEURELLA 299

- 4. Manakah yang berikut ini yang secara umum tidak


. dianggap sebagai brkteri potensibl untuk bio-
terorisme dan perang biologik? .
(A) Yersinia pestis
(B) Toksin botulinum
ici stapnyncoccus aureus' ,

ioj sp.rier Brusella


i;i ;;;t); iiii,*i'
5. Seorang anak laki-laki 8 tahun digigit oieh kucing
yang berkeliaran. Dua hari kemudian, luka
gigiiannya menjadi merah'dan bengkak serta
- mengeluarkan cairan purulen. Pasteiiella mutocida
;i;;;;tk;;;rol r..,"'ir ui.r.un uaii luka tersebut
Obat pilihan untuk mengobati in{eksi ini adalih
(A) Amitasin
(B) Eritromisin
' (C) Gentamisin
ioj Penisilin G
(E) Klinda.nisin
6. Pas;teurella ynutocida biasanya resistan terhadap
(A) Penisilin G
(B) 5iprof loksasin
. 1!l T.etrasiklin
(D) Kloramfenikol., ,

, (E) Tidak -da yang benar


.):. :1. ,j::' :. '::.:::ll
Jbnrapan,l
1.A: 4. I , :

Pertanyaan t adalah i,ziE.


{A} nrnpisitin r
l-. E i: 3
i.. |t(ej sui;tatsi. , ,.:.1 '

ffillii,r//zltfMltiw
ici'levofloksasin'
"i'
"s io) Eritromisin
ft (E) Strbntomisin ,i, l KEPT.ISTAKAAN
a, v"rriniu pestis memasuti nmerifi Utara melalui 5an
llockcnt.ihl J, Wo ngJI):Yersinia.In: Mnnuul of Clinical Micrabiclogy' 9lh
Francisco p_aila tahun 1890-rn, dibawa oleh tikus ed. ldurray PR ct al (cciitors). ASI!{ Prcss, 2003.
,:" {e,ngan kapal yang berlayar dari Hong Kong, ,
Buticr T: Yersitia specics, including plaguc ln: Mundell, DougLrts, rtnd
tempat epidemik p/ague muncul. Reservoir untuk '
',. :
Yeisinia'pesfis di Amerika Serikat saat ini adalrh
Ihennett's Principles und Practice ofIn,fectious Diseases' 5th ed l\{aadell
Gl, Ilcnnett JE, Doiin R (editors). Churchill Livingstone, 2000
't,, (n) rucing feral kota
" iil iil;i"i; i ' Vorr Graevenitz A, Zbhclen R, 1\lutLersR: Actinobrtci.llus, Caprtocytophngo,
Ei.henL:lkL, Kingt:Lta, Pasteurella, and othcr lasridious ol rarcly
: (C) Sapi piaraan
enco,-rnlered gram-negative rods. In: ManuuL of Clinicttl Microbioktgy,
' (D) Anjing hutan
Stlr ed. I{urray IrR et al (editor). ASNI Pre-os, 2C03
desa
,

fit". (E) Hewan pengerat liar ,


,r" i^ ,-: :...1.
. .:. '. Zurlo JJ: ['asteurellc species. In: fulonrleil, Dotr.gLus, uttd BatrLelt's Principles
.

au! Pructice rtf InfecLious Di'serLses,5th cd I{andell GL, Benilctl


JE, Dolin R (editors). ChurcJrill Livingstone, 2000
tVelss eriae

Famili Neisseriaceae meliputi spesies neisseria dan sicca membentuk koloni opak, rapuh , berkerut. M
Moraxella catarrhalis dan juga asinetobakter serta kingella catarrhalis membentuk koloni tidak berpigmen atau koloni
dan spesies moraxella lainnya (lihat Bab 77). Neisseriae merah muda-abu abu opak.
adalah bakteri kokus gram-r.regatif yang biasanya muncul
berpasangan . Neisseria gonorr/toeae (gonokokus) dan C. SIFAT PERTUMBUHAN
Neisseria meningitidis (meningokokus) bersifat parogen
Neisseria tumbuh paling baik pada kondisi aerob, tetapi
pada manusia dan biasanya ditemukan terkait dengan
beberapa akan tumbuh di lingkungan anaerob. Bakteri
atau di dalam sel polimorfonuklear. Beberapa neisseria
merupakan flora normal saluran napas manusia, jarang
ini memerlukan persyararan yang rumit untuk dapat
tumbuh. Sebagian besar neisseria memfermentasikan
menyebabkan penyakit, dan timbui secara eksrraselullar.
karbohidrat, menghasilkan asam tetapi tidak gas, dan
Anggota kelompok bakteri ini dapat dilihat pada Tabel
pola fermentasi karbohidratnya dapat membedakan
2i -1.
neiseseria dengan organisme lainnya (Tabel 2l-l).
Gonokokus dan meningokokus sangat berhubungan,
Neisseria menghasilkan oksidase dan memberikan hasil
dengan homologi DNA sebesar 7Ao/o, dan dapat
yang positif pada reaksi otraidase; tes otr<sidase adalah tes
dibedakan dengan beberapa uji laboratorium serta
kunci untuk mengidentifikasi neisseria. Jika bakteri
karakteristik yang spesifik: Meningokokus mempunyai
diletakkan pada kertas filter yang direndam dengan
kapsul polisakarida, sedangkan gonokokus tidak, dan
tetrametilparafenilenediamin hidroklorid (oksidase),
meningokokus jarang mempunyai plasmid, sedangkan
neisseria akan berubah warna dengan cepat menjadi ungu
sebagian besar gonokokus mempunyai plasmid. Yang
ge lap.
paiing penting, kedua spesies tersebut dapat dibedakan
Meningokokus dan gonokokus tumbuh paling baik
dengar-r gejala klinis penyakitnva yang biasa: Meningo,
pada media yang berisi substansi organik kompleks
kokus biasanya ditemukan di saluran napas atas dan
seperti darah yang dipanaskan, hemin, dan protein hewani
rnenyebabkan meningitis, sementara gonokokus
serta pada lingkungan dengan COr5o/c (misalnya, tempat
menyebabkan infeksi genital. Walaupun demikian,
lilin). Pertumbuhan bakteri ini dihambat oleh beberapa
spektrum klinis kedua penyakit vang disebabkar.r olel.r
unsur toksin medium, misalnya, asam lemak atau geram.
gonokokus dan meningokokus saling rumpang tindih.
Organisme ini dapat dengan cepat dibunuh dengan
pengeringan, sinar matahari, pemanasan lembap, dan
Morfologi & ldentif i kasi banyak disinfektan. Organisme ini memproduksi enzim
A. CIRI KHAs ORGANISME autolitik yang menyebabkan pembengkakan dengan cepat
dan lisis in uitro pada suhu 25 0C dan pada pH basa.
Neisseria bersifat gram-negarif, tidair dapat bergerak,
diplokokus, berdiameter kira-icira 0,8 pm (Gambar 21-1
dan 21-2). Kokus individual berbentuk seperti ginjal; NEISSERIA GOruORRHOEAE
apabila organisme tersebut muncui berpasangan, sisi yang
Gonokokus hanya memfermentasikan glukosa dan
rata atau konkaf saling menempel.
berbeda dengan neisseria jenis lainnya secara antigen.
Gonokoku.s biasanya mengha.silkan koloni yang lebih kecil
B. BIAKAN
daripada koloni neisseria lain. Gonokokus yang
Dalam 48 jam di medium yang diperkaya (rnisalnya, memerlukan arginin, hipoxantin, dan urasil (ar.rxotipe
Mueller-Hinton, Ti,ayer-lv{artin modifikasi), gonokokus Arg, Hix-, Ura ) cenderung tumbuh paling lambat pada
dan meningokokus berbentuk koioni konveks, mengilap, biakan primer. Gonokokus yang diisolasi dari spcsimen
meninggi, mukoid dengan diamerer 1-5 mm. Koloninya kiinis atau dipertahankan dengan subkultur .selektif
berwarna transparan atau opak, tidak berpigmen, dan mempunyai koloni kecil yang khas yang mengandung
nonhemolitik . Ne is seria Jlau es cens, I{eis seria s u bflau a, dan bakteri berpili. Pada subkuitur nonselektif, juga terbentuk
Neisseria lactamica mempunyai pigmen kuning. Ilelsseria koloni yang lebih besar berisi gonokokus tak berpili.

300
NEISSERIAE 301

Tabel 21-1 . Reaksi biokimia neisseria

B€ntuk asam dari


Pertumbuhan pada medium
MTM, ML, atau NYCI Glukosa Maltosa Laktosa Sukrosa atau Fruktosa DNase
N gonorrhoeae

N meningitidis
N !actamica

N sicca

N subflava

N mucosa

N flavescens

N cinerea

M catarrhal is

lMTM
= medium Thayer-Martin yang dimodif ikasi; ML = medium Martin-Lewis; NYC = medium New York City

Varian opak dan transparan kedua tipe koloni besar dan A- PILI
kecil juga muncul; koloni opak berkaitan dengan adanya
Pili adalah anggota badan yang seperti rarnbut yang
protein permukaan, Opa.
menjulur keluar beberapa mikrometer dari permr-rkaan
gonokokus. Struktur ini berfungsi untuk menempei pada
Struktur Antigeni sel pejamu dan resistan terhadap fagositosis. Struktur ini
I{ gonorrhoedr secara antigen heterogen dan mampu tersusun dari turnpukan protein pilin (BM 17.000-
n.rengubah struktur permukaannya in uitro-dan mr-ingkin 21.000). Ar-rino terminal rnolekul pilin, yang meng'.rndung
i77 vivs-un1uk menghindari daya tahan tubuh pejamu. asam amino hidrofobik dengan presentase tinggi,
Struktur permukaannya meliputi adalah sebagai berikut. diawetkan. Rangkaiar-r asam amino dekat bagian tengah
rnolekul juga diawetkan; bagian rnolekr-rl ini berperan
dalam perlekatan organi.srr-re ke sel pejamr-r darn kurang
berperan pada respons imun. Rangkaian asam atnino
dekat karboksil terminal sangat bervariasi; bagiarr rnolekul

Gambar 27-7 Pewarnaan Gram dari eksudat uretra


pasien dengan gonorrhea. Tampak nukleus dan garis
membran sel banyak sel polimorfonuklear (dua
ditunjukkan dengan panah besar)..Kumpulan diplokokus
gram-negatif intraselular (Neisseria gonorrhoeae) Gambar 21-2 Struktur dan gambar N gonorrhoeae yang
ditunjukkan dengan panah kecil. menunjukkan pili dan tiga lapis selubung sel.
302 BAB 21

ini paling berperan pada respons imun. Pilin hampir digambarkan pada Gambar 2l-3. LOS gonokokus dan
semua strain N gonorrhoeaa secara antigen berbeda, dan glikosfingolipid manusia dari kelas struktural yang sama
satu strain dapat membentuk banyak pilin yang dapat bereaksi dengan antibodi monoklonal yang sama, yang
dibedakan secara antigen. menandakan adanya kemiripan molekular. Satu struktur
LOS yang diawetkan mempunyai bagian unsur lakto-,A/-
B. PoR neotetraose glikose yang sama dengan sert paragloboside
glikosfingolipid manusia. Struktur glikose neisseria LOS
Por menjulur dari membran sel gonokokus. Struktur ini
yang lain memiliki seri globosid, gangliosid, dan laktosid.
muncul dalam trimers untuk membentuk pori-pori pada
Adanya struktur tersebut pada permukaan gonokokus
permukaan, tempat beberapa nutrien memasuki se1. Berat
yang struktur permukaannya sama dengan manusia
molekul Por bervariasi dari 34.000 sampai 37.000. Setiap
membantu gonokokus agar tidak dikenali oleh sistem imun.
strain gonokokus mengekspresikan hanya satu tipe Por,
Galaktosa terminal glikosfingolipid manusia sering
tetapi Por dari strain yang berbeda secara antigen terkonjugasi dengan asam sialat. Asam sialat adalah asam
berbeda. Pemetaan serologi Por dengan reaksi aglutinasi
ketulosonat 5-ll-asetilasi, sembilan karbon yang iuga
menggunakan antibodi monoklonal dapat membedakan
disebut asam l/-asetilneuraminat (NANA). Gonokokus
18 serovar PorA dan 28 serovar PorB. (Uji s€rotipe
tidak membuat asam sialat tetapi membuat sialiltransferase
dilakukan hanya pada laboratorium rujukan).
yang berfungsi untuk mengambil NANA dari gula
C. OPA
nukleotida manusia; cytidine 5'-monophospho-IV-
acetylneuraminic acid (CMP-NANA) dan meletakkan
Protein ini berfungsi pada adhesi gonokokus di dalam NANA pada galaktosa terminai LOS akseptor gonokokus.
koloni dan pada perlekatan gonokokus ke sel pejamu. Sialilasi ini memengaruhi patogenesis infelai gonokokus
terutama sel yang mengekspresikan antigen karsino- dan membuat gonokokus resistan terhadap aksi
embrionik (CD66). Satu bagian molekul Opa berada pembunuhan oleh sistem antibodi-komplemen manusia
dalam membran luar gonokokus, dan bagian lainnya serta memengaruhi pengikatan gonokokus ke reseptor
terpajan pada permukaan. Berat molekul Opa berkisar pada sel fagositik.
anrara 24.000 sampai 32.000. Suatu strain gonokokus Neisseria meningitidis dan Haemophilus influenzae
dapat mengekspresikan satu, dua, kadang-kadang tiga tipe membuat banyak struktur LOS, tetapi tidak semua
Opa atau tidak sama sekali, meskipun setiap strain struktur tersebut mirip dengan struktur I{ gonorrhoeae.
mempunyai sepuiuh atau lebih gen untuk Opa yang Biologi LOS untuk ketiga spesies tersebut mirip dengan
berbeda. Opa terdapat dalam gonokokus dari koloni opak beberapa spesies neisseria nonpatogen. Empat serogruP
tetapi bisa ada atau tidak pada gonokokus yang berkoloni N meningitidis yang bermacam-nacam membuat kapsul
transparan. asam sialat yang berbeda-beda (lihat di bawah)' yang
menandakan bahwa bakteri ini juga mempunyai jalur
D. RMP biosintetik yang berbeda dengan gonokokus. Empat
serogrup ini melakukan sialisasi LOSnya menggunakan
Protein ini (BM sekitar 33.000) secara antigen diawetkan
asam sialat dari kelompok endogennya.
pada semua gonokokus. Protein ini merupakan reduction-
modifiable protein (Rmp) dan berat molekulnya berubah
jika dalam keadaan tereduksi. Rmp berhubungan dengan
F. PRoTEIN LAINNYA

Por dalam pembentukan pori-pori pada membran sel. Beberapa protein gonokokus yang secara antigen konstan
tidak begitu berperan dalam patogenesis. Lip (H8) adalah
E. LrPooLrcosAKARrDA (LoS) protein yang terpajan permukaan heat-modifiable seperti
Opa. Fbp (protein pengikat besi), yang mempunyai berat
Beriawanan dengan bakteri enterik batang gram-negatif
(lihat Bab 2 dan 16), LPS gonokokus tidak mempunyai molekul mirip Por, diekspresikan jika pasokan besi yang
tersedia terbatas, misalnya, pada infeksi manusia.
rantai sisi antigen O panjang dan disebut sebagai
Gonokokus menguraikan protease IgAl yang memecah
lipooligosakarida. Berat molekulnya 3000-7000.
dan menginaktivasi IgA1, suatu imunoglobulin mukosa
Gonokokus dapat mengekspresikan secara seremPak lebih
mayor manusi a. Menin go kokus, H aem op h i lus inJluenzae,
dari satu rantai LOS yang secara antigen berbeda.
dan Streptococcus pneumoniae menguralkan protease IgAl
Toksisitas pada infeksi gonokokus sangat berhubungan
yang serupa.
dengan efek endotoksik LOS.
Dalam meniru bentuk molekulnya, gonokokus
membuat molekul LOS yang secara struktural mirip
Heterogenitas Genetik & Antigen
dengan membran sel giikosfingolipid manusia. Struktur- Gonokokus telah mengembangkan mekanisme untuk
struktur ini terdapat pada Tabel 21-2; sebuah struktur berubah secara sering dari satu bentuk antigen (piiin,
NEISSERIAE 303

lahel 21-2. Lipopoolisakarida Nersseria gonorrhoeae, ekuivalen dengan struktur glikosfingolipid membran sel
manusia; dan antibodi monoklonal spesifik-struktur yang membantu mengenali karakteristiknya.

Sialog lobosid Tidak ada Neu NAco2-+?Gala 1-+4Ga lB 1-+4GlcB1+4Hep 1+Kdo

G lobosid Galcrl -+4Gal B 1 -+4G lcpl +4Hep'l -+Kdo

Laktosi I 2-1 L-8,4CA GalB 1 -+4G lc01 .>4Hep1 +Kdo


La ktosid GlcNAcB 1_>3Galp 1+4G lcBl +4Hep'l >Kdo

Parag lobosid 182 Ga I B 1 -+4G IcNAcp 1 -+3G a IB 1 +4G lcB 1 +4Hep 1 +Kdo

Sialoparag lobosid Tidak ada Neu NAccr2-+3Gal B1 -+4G lcNAcBl +3G lcp 1 +4G lcp l +4Hep 1 +Kdo

Gang liosid 1-1-M Ga I NAcB1 -+3GaI p 1 -+4G IcNAcp 1 -+3 Ga I p 1 +4G lcp1 +4Hep 1 ->Kdo

G lobosid P1 Galcl+4Galp1 +4GlcNAcpl >3Galp1 +4Glcp1+4Hep1 >Kdo


1
Sumbangan Mcleod Griff iss
Keterangan:
Gal= qalaktosa
Sl6= glukosa
GalNAc=N-asetilgala ktosam in
GlcNAc=N-aseti glukosamin
I

NeuNAc=asam N-asetilneuraminik
Hep=l-19p1656
Kdo=asam 3-deoksi-o-manno-2-oktu losonik
GalB lr4Glc=laktosa
Galp I +4GlcNAc=laktosamin
Ga lB1 +G lcNAcp 1+3Ga lp 1+4G lc=lakto-N-neotetraose

Opa atau lipopolisakarida) ke bentuk antigen lainnya


dengan molekul yang sama. Perubahan ini terjadi pada
satu dari setiap 102'5-103 gonokokus, suatu frekuensi
perubahan untuk bakteri yang sangat cepat. Karena pilin,
Opa dan lipopolisakarida adalah antigen yang terpajan
permukaan dari gonokokus maka antigen ini berperan
penting pada respons imun terhadap infeksi. Perubahan
molekul dari satu bentuk antigenik ke bentuk lainnya Tabel 21-3. Heterogenitas antigen Nelsseria
yang cepat membantu gonokokus terhindar dari sistem gonorrhoeae.
imun pejamu.
Mekanisme perubahan untuk pilin, yang paling r:rti r,. : _...:..';
llnligdn,;;,';.;i:it
banyak dipelajari, berbeda dari mekanisme pada Opa. Pilin Ratusa n
Gonokokus mempunyai multipel gen yang mengode
pilin, tetapi hanya satu gen yang dimasukkan ke dalam Por (protein) (Sistem AS) Por A dengan 18 subtipe
Por B dengan 28 subtipe
tempat ekspresi. Gonokokus dapat menyingkirkan semua
atau sebagian gen pilin ini dan menggantinya dengan Opa (protein ll) Banyak (diperkirakan
semua atau sebagian gen pilin lainnya. Mekanisme ini rat usa n)
memungkinkan gonokokus untuk mengekspresikan
Rmp (Protein lll) satu
banyak rnolekul pilin yang berbeda secara antigen dari
waktu ke waktu. Lipooligosa ka rida Delapan atau lebih
Mekanisme perubahan Opa melibatkan, minimal
Fbp (protein pengikat besi) satu
sebagian, penambahan atau pengambilan dari DNA satu
atau lebih pengulangan koding pentametrik sebelum Lip (H8) satu
rangkaian yang mengode gen Opa struktural. Mekanisme
Protease lgAl Dua
perubahan lipopolisakarida belum diketahui.
304 BAB 21

Antigen dan heterogenisitas tipe dapat diiihat pada Kemudian dapat terus menyebar ke tuba uterina,
Tabe|2l-3. menyebabkan salpingitis, fibrosis, dan obliterasi tuba.
Gonokokus mengandung beberapa plasmid; 950lo Infertilitas terjadi pada 20o/o wanita dengan salpingitis
strainnya mempunyai piasmid kecil, "cryptic" (BM 2,4 x gonokokus. Servisitis gonokokus kronis atau proktitis
106) dengan fungsi yang belum diketahui. Dua plasmid sering tanpa gejala.
lainnya (BM 3,4 x 106 dan 4,7 x 106) mengandung gen Bakteremia gonokokus menyebabkan lesi kulit
yang mengkode untuk produksi B-iaktamase, yang (terutama papul dan pustul hemoragik) pada tangan,
menyebabkan resistansi terhadap penisilin. Plasmid- lengan bawah, kaki, dan tungkai serta menyebabkan
plasmid ini dapat dipindahkan dengan konjugasi antara tenosinovitis serta artritis supuratif, yang biasanya
gonokokus; plasmid ini mirip dengan plasmid yang mengenai lutut, pergelangan kaki, dan pergelangan tangan.
ditemukan pada hemofilus yang memproduksi peni- Gonokokus dapat dibiakkan dari darah atau cairan sendi
siiinase dan dapat diperoleh dari hemofilus atau organisme hanya pada 30%o pasien dengan artritis gonokokus.
gram-negatif lainnya. Lima sampai 20o/o gonokokus Endokarditis gonokokus tidak sering terjadi, namun
mengandung sebuah plasmid (BM 24,5 X 109 dengan merupakan penyakit infeksi yang parah. Gonokokus
gen yang mengode untuk konjugasi; kejadiannya paling kadang-kadang menyebabkan meningitis dan infeksi mata
tinggi di daerah geografik tempat gonokokus yang pada dewasa; gejaia klinisnya mirip dengan yang
memproduksi penisilinase banyak dijumpai. Banyaknya disebabkan oleh meningokokus.
resistansi terhadap tetrasiklin telah berkembang pada Oftalmia neonatorum gonokokus, infelsi mata pada
gonokokus dengan insersi pengode gen streptokokus bayi baru lahir, terjadi akibat adanya kontak antara bayi
untuk resistansi tetrasiklin ke dalam plasmid konjungtiva. dengan jalan lahir yang terinfeksi. Konjungtivitis yang
muncul pertama kali cepat menyebar, dan jika tidak
Patogenesis, Patotogi, & Temuan Klinis diterapi, mengakibatkan kebutaan. Untuk mencegah
Gonokokus mempunyai beberapa tipe morfologi koloni oftahnia neonatorum gonokokus, pemberian tetrasiklin,
(lihat di atas), tetapi hanya bakteri yang berpili yang eritromisin, atau nitrat perak ke dalam kantong
bersifat virulen. Gonokokus yang membentuk koloni konjungtiva bayi baru lahir wajib dilakukan di Amerika
opak diisolasi dari pria dengan gejala uretritis dan dari Serikat.
biakan servii<s uterus pada sik.lus pertengahan. Gonokokus Gonokokus yang rnengakibatkan infeksi lokai, sering
yang membentuk koloni transparan sering diisolasi dari bersifat sensitif-serum (dibunuh oleh antibodi dan
pria dengan infeksi uretra asimtomatik, dari wanita yang komplemen) tetapi secara relatif resistan terhadap obat
sedang menstruasi, dan dari bentuk invasif gonorrhea, antimikroba. Sebaliknya, gonokokus yang masuk ke
termasuk salpingitis dan infelai diseminata. Pada wanita, daiam aliran darah dan menyebabkan infeksi diseminata
tipe koloni yang dibentuk oleh strain tunggal gonokokus biasanya bersifat resistan-serum tetapi mungkin cukup
mengalami perubahan se lama siklus menstruasi. rentan terhadap penisilin dan obat antimikroba lainnya.
Gonokokus yang diisolasi dari pasien dapat membentuk
koloni opak atau transparan (lihat di atas), tetapi secara Uj i Laboratorium Diagnostik
umum gonokokus mempunyai satu sampai tiga protein
Opa jika pertumbuhan pada biakan primer diperiksa. A. SPESIMEN
Gonokokus dalam koloni transparan dan tidak memiliki Pus dan sekret diambil dari uretra, serviks, rektum,
protein Opa hampir tidak pernah ditemukan pada konjungtiva, tenggorokan, atau cairan sinovial untuk
praktiknya tetapi dapat diseleksi pada laboratorium dibiakkan dan dibuat sediaan apus. Biakan darah penting
penelitian. dilakukan pada penyakit sistemik, tetapi sistem biakan
Gonokokus menyerang membran mukosa traktus khusus dapat membantu, karena gonokokus (dan
genitourinaria, mata, rektum, . dan tenggorokan, meningikokus) sensitif terhadap sulfonat polianetol yang
menyebabkan supurasi akut yang dapat mengakibatkan ada dalam medium biakan darah standar.
invasi jaringan; halini diikuti oleh inflamasi kronis dan
fibrosis. Pada pria, biasanya terdapat uretritis, dengan
B. SEDIAAN APUs
pus berwarna kuning, keruh, dan nyeri ketika berkemih.
Proses ini dapat meluas ke epididimis. Seiring dengan Sediaan apus eksudat uretra atau endoserviks yang
meredanya proses supurasi pada infeksi yang tidak diwarnai Gram menunjukkan adanya banyak diplokokus
diterapi, akan muncul fibrosis, kadang-kadang dalam sel pus. Hal ini memberikan diagnosis presumtif.
mengakibatkan striktur uretra. Infeksi uretra pada pria Sediaan apus eksudat uretra yang diwarnai Gram dari
dapat tanpa gejala. Pada wanita, infeksi prime rnya pria mempunyai sensitivitas sebesar 90% dan spesifisitas
terdapat pada endoserviks dan menyebar ke uretra dan sebesar 990lo. Sediaan apus eksudat endoserviks
vagina, menyebabkan peningkatan sekret mukopurulen. mempunyai sensitivitas sebesar 50o/o dan spesifisitas
NEISSERIAE 30s

)o o: '-E
OY
o=[-O il f f
O_O-O g>
Oo (Ic
O =o--O ul.{ co
AJ?
ll f r f f
rz-o-(J-o-g-o 96
!
r0F
a\16 ;-
-6
CJA
p II III=
o-(J-o-()-9-o
UNo
-6-
o-
O!
or: oj 6:',
)xJ
OY rN6 _o
mP l-r
()-O_(J Gr9
r-
a '; _o
Oo !o
o I --a cJ(u
rll
z-a)- rI:EI
O_O-O_O
NO
PC
C(u
EE
(oC)
o
arll^:f6 f Y f f o-
o- {-o o-o-o-9-()
PO
6U
(oL
cr6
o O:o--O
o. (ou
ll )o 9C
I
i'o ga
N
rO {:
!'E T_Z_T O:O 5rt
EE I
I_O_I
I
I

3ff o 6rs
o!
.s,
I

i +cu ct)
o A6
o-0--o
I

Oi.',:,.1
rO \-z *I f,u
lQ)
I T, I
._
I_O -I _o
(o(o
I
>l
o I_O _I =o
o_ ru
I O:O
I

-O
C-
oJ.
I

o -3
C(('

5
i
I @ o rll
o
Z_C)-()
f
Pb
6-o
>-6
:JrU
-y -O
Oro
o) O_O_(J -:z -o
I
u)
o ll r O'-
C(o

@..K +-
g o
o
Oll
cD(o
I o
0)
(o9
c o .Y cn
* ll r vLJ
O_O gd

N
o
(!
J
,-w
Y
o';
o) :l
oo
otr
o o .-o

j9'

@ -)- rilf
L(!
fio)
hp
rg
l\o
o-: z-o-c) ,-P
lzl'- G.=
{lE-
tr---9) tros
G=:t
()oG
306 BAB 21

sekitar 95o/o jika diperiksa oleh ahli mikroskop yang gonokokus. Saat antibodi muncul, termasuk IgA dan IgG
berpengalaman. Biakan eksudat uretra dari laki-laki tidak pada permukaan mukosa, antibodi ini sangat spesifik
perlu dilakukan jika hasil pewarnaannya positif, tetapi untuk setiap strain atau rnernpunyai sedikit kemampuan
biakan harus dilakukan pada wanita. Sediaan apus eksudat proteksi.
konjungtiva yang diwarnai Gram juga dapat bersifat
diagnostik, tetapi sediaan apus spesimen dari tenggorokan Pengobatan
atau rektum secara umum tidak membantu.
Karena perkembangan dan penggunaan luas penisilin,
resistansi gonokokus terhadap penisilin telah meningkat
C. BIAKAN
perlahan-lahan, akibat adanya seleksi mutan kromosom,
Segera setelah dikumpulkan, pus atau mukus ditorehkan sehingga banyak strain yang saat ini me merlukan
ke atas medium selektif yang subur (misalnya, medium konsentrasi tinggi penisilin G untuk inhibisi (MIC 2 2
Thayer-Martin dimodifikasi-Public Health Rep pg/ml). N gonorrhoe/te yang memproduksi penisilinase
1966;81 559) dan diinkubasi pada lingkungan yang (PPNG) juga meningkat prevalensinya (lihat di atas) .
mengandung COr5o/o (tabung candle extinctioz) pada suhu Resistansi terhadap tetrasiklin yang dimediasi melalui
37 0C. Untuk menghindari pertumbuhan kontaminan kromosom (MIC 2 2 ygl ml) sering ter.jadi. Resistansi
yang berlebihan, medium Selektif yang digunakan tetrasiklin dosis tinggi (MIC > 32 pglml) juga terjadi.
mengandung antimikroba (misalnya, vankomisin, 3 pg/ Resistansi spektinomisin dan resistansi terhadap
ml; kolistin, 7,5 pgl mI; amforerisin B 1 pg/ml; dan antimikroba lainnya juga ditemukan. Karena adanya
trimetoprim,3 Vgl ml). Jika inkubasi tidak dapat masalah resistansi antimikroba pada l/ gonorrhoeae,
diiakukan segera, spesimen tersebut harus diietakkan di Pelayanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat
sistem biakan-transpor mengandung COr. Empat puluh merekomendasikan bahwa inleksi genital atau rektum
delapan jam setelah biakan, organisme tersebut dapat tanpa komplikasi diterapi dengan seftriakson intra-muskular
dengan cepat diidentifikasi melalui penampakannya pada dosis tunggal. -lerapi tambahan dengan doksisiklin oral
sediaan apus yang diwarnai Gram, dengan sifatnya yang dua kali sehari selama 7 hari, direkomendasikan untuk
oksidase-positif, dan dengan koaglutinasi, pewarnaan kemurigkinan adanya infeksi yang bersamaan dengan
imunofluoresen, atau uji iaboratorium lainnya. Spesies klamidia; eritromisin oral empat kali sehari selama 7
bakteri subkultur dapat ditentukan oleh reaksi fermentasi hari, menggantikan doksisiklin pada wanita hamil.
(Tabel 21-1). Gonokokus yang diisolasi dari tempat Modifikasi terapi ini direkomendasikan untuk infeksi ly'
anatomik selain traktus genitalia atau dari anak-anak harus gonorrhoeae tipe lain.
diidentifikasi sebagai spesies dengan menggunakan dua Karena penyakit menular seksual lainnya bisa didapat
uji konfirmasi yang berbeda karena impikasi legal dan bersamaan dengan gonorrhoea, beberapa langkah harus
sosial hasil isolasi bakreri. diambil untuk diagnosis dan mengobati penyakit ini (lihat
diskusi mengenai klamidia, sifilis, dll.)
D. SEROLOGI
Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian
Cairan serum dan genital mengandung antibodi igG dan
IgA yang melawan pili gonokokus, protein membran luar, Gonorrhea tersebar luas di seluruh dunia. Di Amerika
dan LPS. Beberapa lgM serum manusia bersifat Serikat, insidennya meningkat dengan cepat dari tahun
bakterisidal terhadap gonokokus in uitro. 1955 sampai akhir 1970-an ketika insidennya antara 400
Pada individu yang terinfetr<si, antibodi terhadap pili dan 500 kasus per 100.000 popuiasi. Pada tahun 1997,
gonokokus dan protein membran luar dapat dideteksi dengan adanya epidemi AIDS dan penggunaan alat
dengan immuno b lotting, radioimmunl ass /t)/, dan uji E LISA kontrasepsi secara luas dalam melakukan hubungan
(enzyme- linhed immunosor b ent ass ay). tValaupun demikian, seksual, insidennya menurun menjadi 122,5 kasus per
uji-uji ini tidak berguna dalam penegakan diagnosis 100.000 populasi. Gonorrhea terutama ditularkan
karena beberapa alasan: heterogenisitas antigen melalui kontak seksual, sering oleh pria dan wanita dengan
gonokokus; tertundanya pembentukan antibodi pada infeksi asimtomatik. Kemungkinan seorang pria terkena
infelai akut; dan latar belakang tingginya kadar antibodi infeksi gonorrhea pada pajanan tunggal dengan partner
pada populasi yang aktif secara seksual. seksualnya adalah sebesar 20-30o/o dan pada wanita
kemungkinannya lebih besar. Frekuensi infeksi dapat
lmunitas dikurangi dengan menghindari berganti-ganti pasangan,
mengobati gonorrhea dari individu yang terinfeksi dengan
Infeksi gonokokus berulang sering terjadi. Imunitas segera melalui diagnosis dan terapi dini, serta mencari
protektif terhadap reinfelai tidak muncul sebagai bagian kasus dan kontak melalui penyuluhan dan uji penapisan
dari proses penyakit, karena adanya variasi antigen terhadap populasi risiko tinggi. Profilaksis mekanik
NEISSERIAE 307

(kondom) memberikan proteksi parsial. Kemoprofilaksis Patogenesis, Patologi, & Temuan Klinis
mempunyai peran terbatas karena adanya peningkatan
Manusia adalah satu-satunya pejamu alami patogen
resistansi gonokokus terhadap antibiotik.
meningokokus. Nasofaring adalah tempat masuk bakteri
PPNG pertama kali muncul pada tahun 1976. Strain
ini. Di sini, organisme tersebut berikatan dengan sel epitel
gonokokus resisran-penisilin ini teiah muncul di berbagai
dengan bantuan pili; organisme ini menjadi bagian dari
belahan dunia, dengan insiden tertinggi pada populasi-
flora yang bersifat sementara di nasofaring tanpa
populasi tertentu, misalnya, 50o/o pada pekerja seks menimbulkan gejala. Dari nasofaring, orgar.risme dapat
komersial di Filipina. Daerah lain dengan insiden PPNG
masuk ke aliran darah, mengakibatkan bakteremia; gejala
yang tinggi antara lain adalah Singapura, bagian Afrika
yang ditimbulkan dapat mirip dengan gejala infeksi
sub-Saharan, dan daerah fokal di Amerika Serikat. Wabah
saluran napas atas. Meningokoksemia fulminan
fokal penyakit akibat PPNG telah terjadi di berbagai
menunjukkan gejala yang lebih parah, dengan demam
daerah di Amerika Serikat dan di daerah lainnya, serta
tinggi dan ruam hemoragik; mungkin terjadi koagulasi
ini sedang ditentukan.
fokus endemik saat
intravaskular diseminata dan kolaps sirkulasi (sindrom
Oftalmia neonatorum gonokokus dapat dicegah \Taterhouse-Friderichsen).
dengan pemakaian salep mata eritromisin 0,5%o atau salep
tWalaupun Meningitis adalah komplikasi meningokoksemia yang
tetrasiklin 17o ke daerah konjungtiva neonatus.
paling sering, dan biasanya timbul tiba-tiba, dengan sakit
pemberian cairan larutan perak nitrat juga efektif dan
kepala hebat, muntah, dan kaku kuduk, serta berlanjut
merupakan metode l<lasik untuk mencegah oftalmia
menjadi koma dalam waktu beberapa jam.
neonatus, perak nitrat sulit untuk disirnpan dan Selarna terjadi rneningokoscmia, terjadi trombosis
menyebabkan iritasi konjungtiva; penggunaannya secara
banyak pernbuluh darah kecil pada banyak organ, dengan
Iuas telah diganti dengan salep eritromisin atau tetrasiklin.
infiltrasi perivaskular dan hemoragi petekie. Mungkin
terjadi miokarditis interstitial, arrritis, dan lesi kuit. Pada
N EISSERIA M ENI NG ITI DIS meningitis, lapisan meninges mengalami peradangan akut,
Struktur Antigen dengan trombosis pembuluh darah dan eksudasi leukosit
poiimorfonuklear, sehingga permukaan otak dilapisi
Setidaknya, telah diidentifikasi i3 serogrup meningokokus
dengan eksudat purulen yang tebal.
berdasarkan spesifisitas imunologik kapsul polisakarida.
Belum diketahui apa yang menyebabkan perubahan
Serogrup yang berhubungan dengan penyakit pada
inleksi asimtomatik nasofaring menjadi mer-ringokoksemia
manusia yang paling penting adalah serogrup A, B, C, Y
dan meningitis, tetapi ha1 ini dapat dicegah dengan
dan \7-135. Polisakarida grup A adalah suatu polimer N-
antibodi serum bakterisidal yang melawan serotiPe bakteri
asetiimanosamin fosfat, dan yang grup C adalah polimer
yang menyebabkan infeksi. Bakteremia neisseria dapat
i/-asetil-O-asam asetilneuraminat. Antigen meningokokus
terjadi akibat tidak adanya antibodi bakterisidal (IgM
ditemukan di darah dan cairan serebrospinal pasien
dan IgG), inhibisi kerja bakterisidal serum dengan
dengan penyakit aktif. Kasus wabah dan sporadik di
penghambatan antibodi IgA, atau defisiensi komponen
bagian Barat pada dekade terakhir terutama disebabkan
komplemen (C5, C6, C7, atau C8). Meningokokus cepat
oleh grup B, C, \7-135, dan Y; wabah di Finlandia selatan
difagosit bila terdapat opsonin yang spesifik.
dan Slo Paulo, Brazil, terjadi akibat grup A dan C; wabah
di Afrika terutama disebabkan oleh grup A. Grup C dan Uji Laboratorium Diagnostik
terutama grup A menyebabkan penyakit epidemik.
Protein membran luar meningokokus telah dibagi A. SPESIMEN
menjadi beberapa kelas berdasarkan berat moiekulnya. Spesimen darah diambil untuk biakan dan spesimcn catran
Semua strain mempunyai protein baik protein kelas 1,
spinal diambil untuk dibuat sediaan apus, biakan, dan
kelas 2, atau kelas 3; protein-protein ini analog dengan
penentuan kimiawi. Biakan aPusan nasofaring sesuai
protein Por gonokokus dan berperan pada spesifisitas untuk survei carrier. Spesimen dari aspirxi petekie dapat
serotipe meningokokus. Protein ini membantu diambil untuk sediaan aPus dan biakan.
membentuk pori-pori di dinding sel meningokokus.
Sebanyak 20 serotipe telah diidentifikasi; serotipe 2 dan B. SEDIAAN APUS
15 telah dikaitkan dengan penyakit epidemik. Protein.
Opa (keIas 5) mirip dengan Opa yang terdapat pada Sediaan apus sedimen dari cairan spinal yang disen-
gonokokus. Meningokokus mempunyai pili, tetapi tidak trifugasi atau dari aspirasi petekie yang diwarnai Gram
seperti gonokokus, bakteri ini tidak membentuk tipe sering menunjukkan adanya neisseriae yang khas dalam
koloni yang jelas yang menandakan bakteri berpili. LPS leukosit polimorfonuklear atau ekstraselular.
meningokokus berperan terhadap banyak efek toksik
yang ditbmukan pada penyakit meningokokus.
308 BAB 21

C. BIAKAN Epidemiologi, Pencegahan & Pengendalian


Medium biakan tanpa natrium polietanol sulfonat dapat Meningitis meningokokus muncul pada gelombang
membantu dalam membiakkan spesimen darah. Spesimen epidemik (misalnya, pada perkemahan militer, musafir,
cairan serebrospinal diletakkan pada agar darah yang dan di Afrika sub-Sahara; di Brazil, terdapat lebih dari
dipanaskan (agar "coklat") dan diinkubasi pada suhu 37{rC 15.000 kasus pada tahun 1974) dan kasus interepidemik
pada lingkungan CO, 5% (tabung lilin). Cairan spinal sporadii< dalam jumlah yang lebih kecil. Lima sampai
segar dapat langsung diinkubasi pada suhu 37 "C jika 30% populasi normal terjangkit meningokokus (sering
medium biakan agar tidak segera tersedia. Medium berupa isolat yang tidak dapat ditentukan tipenya) di
Thayer-Martin modifikasi dengan antibiotik (vankomisin, nasofaring selama periode interepidemik. Selama
kolistin, amfoterisin) membantu pertumbuhan neisseria, epidemik, jumiah carrier meningkat sampai 70-80o/o.
menghambat banyak bakteri lainnya, dan digunakan untuk Peningkatan jumlah kasus didahului dengan peningkatan
biakan nasofaring. Koloni neisseria prefentif pada medium jumlah carrier respirasi. Terapi dengan penisilin oral tidak
solid, terutama pada biakan campuran, dapat dibukdkan dapat membasmi status canier. Rifampin oral, 600 mg
dengan pewarnaan Gram dan uji olaidase. Cairan spinal dua kali sehari selama 2 hari (atau minoksiklin, 100 mg
dan darah secara umum menunjukkan biakan murni yang setiap 12 jam), sering dapat membasrni status carrier dan
dapat diidentifikasi lebih lanjut dengan reaksi fermentasi berfungsi sebagai kemoprofilaksis untuk orang sekitar
karbohidrat (Tabel 21-1) dan aglutinasi dengan serum rumah atau yang berkontak erat lainnya. Sejak banyak
spesifik-tipe atau polivalen. meningokokus yang resistan terhadap sulfonamid muncul,
ken'roprofilaksis dengan sulfonamid tidak banyak
D, SERoLoGI digunakan lagi.
Kasus klinis n-reningitis hanya sebagai sumbcr infeksi
Antibodi terhadap polisakarida meningokokus dapat
diukur dengan aglutinasi lateks atau uji hemaglutinasi yang tidak signifikan, dan isolasi penderita yang secara
atau dengan aktivitas bakterisidalnya. Uji ini dilakukan klinis meningitis sedikit manfaatnya. Yang lebih penting
hanya pada laboratorium rujukan. adalah penurunan kontak personal dengan populasi yang
starus carrier-nya tinggi. Hal ini dapat tercapai dengan
menghindari kepadatan. Polisakarida spesifik grup A, C,
lmunitas Y, dan \f-135 dapat menstimulasi respot.rs ar.rtibodi dan
Imr.rnitas terhadap infeksi meningokokus berhubungan melindungi orang yang rentan terhadap infelai. Vaksin-
dengan adanya antibodi bakterisidal yang spesifik, vaksin tersebut saat ini digunakan pada populasi-populasi
bergantung kompiemen, di daiam serum. Antibodi ini tertentu (misalnya, epidemik militer dan sipil).
muncul setelah infeksi subklinis dengan strain yang
berbeda atau injeksi antigen dan bersifat spesifik-grup,
spesifik-tipe, atau keduanya. Antigen imunisasi untuk
NEISSERIA LAINNYA
grup A, C, Y dan \7-135 adalah polisakarida kapsular. Neisseria lactamica sangat jarang menyebabkan penyakit,
Untr,rk grup B, antigen spesifik yang cocok untuk tetapi mempunyai peranan penting karena bakteri ini
digunakan sebagai vaksin belum ditenrukan; walaupun tumbuh pada medium selektif (misalnya, medium Thayer-
demikian, vaksin grup B dengan campuran antigen telah Martin modifikasi) yang digunakan untuk biakan
digunakan di banyak negara di dunia. Vaksin konjugat gonokokus dan meningokokus dari spesimen klinis. iV
untuk banyak grup sedang dikembangkan dan men- lactamica dapat dibiakkan dari spesimen nasofaring pada
janjikan hasil yang sangat bail(. Bayi memperoleh imunitas 3-40o/o orang dan paling sering ditemukan pada anak-
pasif melalui antibodi IgG yang ditransfer dari ibunya. anak. Tidak seperti neisseria lainnya, bakteri ini dapat
Masih diragukan bahwa anak-anah usia dibawah 2 tahun mernfermentasikan laktosa.
yang diimunisasi dengan polisakarida meningokokus atau Neisseria sicca, Neisseria subflaua, Neisseria cinera,
bakteri lainnya memproduksi antibodi. I{eisseria mucost, dan Neisseria flauescens juga merupakan
flora normal saluran napas, terutama nasofaring, dan
Pengobatan sangat jarang menimbulkan penyakit. N cinera kadang-
kadang mirip dengan N gonorrhoeae kare.na pola
Penisilin G adalah obat pilihan untuk terapi penyakit fermentasi karbohidratnya.
meningokokus. Baik ldoramfenikol maupun sefalosporin Moraxella catarrhalis dulu disebut s ebzgai Branhamella
generasi ketiga seperti sefotaksim atau sefrriakson catarl/)alis dan sebelum nya Neisseria catarrhalis.
digunakan pada orang yang alergi penisilin. Organisme ini merupakan bagian dari flora normal pada
40-50o/o anak usia sekolah yang normal . M catarrhalis
menyebabkan bronkitis, pneumonia, sinusitis, otitis
NEISSERIAE 309

media, dan konjungtivitis, serta penyebab inlcksi pada


pasien imunokompromais. Sebagian besar strain M 4. Seorang anak laki-laki 6 tahun mengalami,demam
catarrha/is dari infeksi yang nyilra secara klinis dan sakit kepala. Dia dibawa ke IGD tempat dia
diperiksa dan dikatakan mengalami kaku kuduk,
menghasilkan B-laktarnase. M catarrhalis dapat dibedakan
yang menandakan adanya iritasi meningeal. Pungsi
dengan jenis neisseria lainnya kare na mampu rneng, lumbal telah, dilakukan dan:hasil biakan cdiran
hasilkan DN:ue dan tidak memferncnr:isikan karbohidrat. serebrospi na l rne nu nj u kan rveisseria me n i n g iti d i s
Bakteri ini menghasilkan butirar cstera.se, yang serogrup B. Tindakan apa yang perlu diper-
membentuk dasar untuk Lrji 11r-rorometrik cepat untuk timbangkan terhadap anggota keluarga anak
tersebut?
ide n r i{l kasi .
(A) Tidak diperlukan pemberian profilaksis atau
pengobatan lainnya
(B) Mereka harus diberikan vaksin pilin Nersseria
meningitid is
I
(C) Mereka harus diberikan vaksin kapsul poli-
i rentnnYAAn
I
LATTHAN sakarida Nelsseria meningitidis serogrup
(D) Mereka harus diberikan profilaksis rifampin
B

(E) Mereka harus diberikan profilaksis sulfonamid


l. Penduduk desa kecil di pedesa6n sub-Sahara 5. Seorang wanita 1B tahun yang melakukan
mengalami epidemik meningitis. Sepuluh persen hubungan seksual tidak aman dengan pasangan
penduduk meninggal dunia, sebagian besar barunya 2 minggu yang lalu, mengalami demam
berusia kurang dari 15 tahun. Mikroorganisme dan nyeri abdomen kuadran kiri bawah dengan
yang paling mungkin menyebabkan epidemik ini awitannya berhubungan dengan siklus menstruasi.
adalah Pada pemeriksaan pelvis di IGD terdapat nyeri tekan
(A) Streptococcus agalactiae (grup B) bilateral jika uterus diraba. Sebuah massa
(Bl Escherichia coli K1 (kapsular tipe 1) berdiameter 2-3 cm dapat dirasakan pada bagian
(Cl Haemophilus influenzae serotipe b kiri, menunjukkan adanya abses tubo'ovarian.
(D) meningitidis serogrup A
/Versseria Sblanjutnya, didapatkan Neisseria gonorrhoeae
(E) Virus West Nile dari hasil biakan spesimen yang berasal dari
endoserviksnya. Diagnosis yang ditegakkan adalah
2, Seorang pria 19 tahun datang ke klinik dengan
penyakit radang pelvik yang disebabkan gono-
duh uretra selama 24 jam terakhir. Neisseria
gonorrhoeae didapatkan dari biakan spesimen kokus. Sequela yang sering terjadi akibat infeksi
ini adalah
tersebut dan bersifat beta-laktamase positif dan (A) Kanker jika yang terkena serviks
resistan terhadap tetrasiklin kadar tinggi $32 ygl
(B) Striktur uretra
ml). Pernyataan manakah mengenai faktor resistan (C) Tumor fibroid uterin
antimikroba yang benar? (D) Infertilitas
(A) Produksi beta-laktamase dan resistansi tetra- (E) Fistula rektovagina
siklin kadar tinggi dimediasi oleh gen pada
plasm id 6. Seorang polisi vice squad 3B tahun datang ke IGD
(B) Produksi beta-laktamase dimediasi oleh gen dengan keluhan utama seperti berikut: "Saya
pada kromosom bakteri sedangkan resistansi mengalami infeksi gonokokus diseminata lagi." Dia
tetrasiklin kadar tinggi dimediasi oleh gen benar. Hasil biakan uretra dan cairan lututnya
pada plasmid. menunjukkan adanya Neisseria gonorrhoeae.
(C) Produksi beta laktamase dimediasi oleh gen Sebelumnya dia pernah mengalami lima episode
pada suatu plasmid sedangkan resistansi infeksi gonokokus diseminata. Pasien harus
tetrasiklin tingkat-tinggi dimediasi oleh gen dievaluasi untuk
pada kromosom bakteri. (A) Defisiensi lgA selektif
(D) Produksi beta laktamase dan resistansi tetrasiklin (B) Defek kemotaktik sel polimorfonuklear
kadar tinggi dimediasi oleh gen pada kromosom (C) Defisiensi komponen komplemen reaksi
ba kteri. lambat C5, C6, Cl atau CB
(D) Tidak adanya aktivitas deaminase adenosin
3. Medium Thayer-Martin modifikasi dikembangkan
limfosit
untuk meningkatkan proses pertumbuhan Nersseria
Defisiensi mieloperoksidase
gonorrhoeae dari spesimen traktus genitalia.
Medium ini juga dapat digunakan untuk mem-
biakkan neisseria dari spesimen tenggorokan. Jawaban
Kandungan yang membuat medium ini selektif 1. D 4, D
untuk neisseria adalah 2.A 5. D
(A) Aqar 3.C 6. C
(B) Sumber asam amino
(C) Antibiotik
(D) Glukosd
(E) Vitamin
310 BAB 21

Knapp JS, Koumans EH: Neisseria and' Branhamella. ln: Mund eII, Douglas,
KEPUSTAKAAN and Bennett's Principles and Practice oflnfectious Disenses, 5th ed
Mandell GLr Bennett JE, Dolin R (editers). Churchill Livingstone,
Apicella MA: Nel sseria meningitidis. In: Mandell, Douglas, and Bennett's
2000.
. Principles and Praitice oflnfectious Diseases,5th ed. Mandell GL,
. Bennett JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone, 2000. Sparling PF, Handsfreld HII: Neis seria gonorrhoeae. In: Mandell, Douglas,
and. Bennett's Principles and Practice oflnfectious Diseases' SLhed.
Janda WM, Knapp JS: Nelsserlo and Branhnmella catarrhalis.ln: Manual
Mandell GL, Bennett JE, Dolin R (editors) Churchill Livingstone,
of Clinical Microbiology,8th ed. Murray PR et al (editors) ASM
2000.
Press,2003.
lnfeksi yang Disebabkan
oleh Bakteri Anaerob

Inleksi yang penting secara medis akibat bakteri anaerob dismutase (SOD) dengan kaclar rendah dan dapat atar-r
sering terjadi. Infeksinya sering bersifat polimikroba- tidak mempunyai katalase . Sebagian besar kelompok
yaitu, bakteri anaerob ditcmr-rkan pada infeksi carnpurarl bakteri B/lLteroid6 frrryi/is---pttogen anaerob yang paling
dengan bakteri anaerob lainnya, fakulratif anaerob, dan pentir.rg-menrpr-rnyai sejun.rlah kecil katalase dan SOD.
aerob (lihat daftar definisi). Bakteri anaerob diternukan Pada bakteri ini, tampaknya terciapat berbagai macam
di semua bagian tubuh mxnll5l2-di kulit, di permukaan mekanisme untr-rk toksisitas oksigen. Agaknya, apabiia
mukosa, dan di mulut serta saluran cerna de ngan bakteri anaerob merr-rpuny:ri SOD atau katalase (atau
konsentrasi tinggi-sebagai bagian dari flora normal (lihat keduar"rya), mereka mampll mengatasi efek toksik radikal
Bab 1 1). Infeksi ter;adi ketika bakteri anaerob dan bakteri oksigen dan hidrogen peroksida, sehingga dapat
llora normal lainnya mengontaminasi bagian tubuh yang menoleransi oksigen. Bakteri obligat anaerob biasanya
secara normal steril. tidak mempunyai sr-rperoksida dismutase dan katalase
Beberapa penyakit pentilrg disebabkan oleh spesies serta sensitif terhadap efek mematikan oksigen; bakteri
klostridium anaerob dari lingkungan atau flora normal:
botulisme, tetanus, gas gangren, keracunan makanan, dan
kolitis pesdomembran. Penyakit-penyakit ilri dibahas pada
Bab 9 dan 12 serta pada bab ini secara singkat. DAFTAR ISTILAH ., '

Bakteri aerob: Bakteri yang.memerl'ukan oksigen


KONDISI FISIOLOGI & PERTUMBUHAN sebagai akseptor elektron terminal dan tidak akan
UNTUK BAKTERI ANAEROB tumbuh pada kondisi anaerob (yaitu, tidak ada Or).
Beberapa spesies mikrokokus dan Nocardia asteroides
Bakteri anaerob tidak akan rumbuh bila ada oksigen dan adalah anaerob obligat (misalnya, bakteri ini harus
dapat dibunuh dengan oksigen atau radikal oksiger-r toksik berada di lingkungan yang ryrengandung oksigen
agar dapat hidup).
(lihat di bawah). pH dan potensial oksidasi-reduksi (8,,)
Bakteri anaerob: Bakteri ini tidak menggunakan
.juga penting dalam membuat kondisi yang membantu oksigen untuk pertumbuhan dan metabolisme tetapi
pertumbuhan bakteri anaerob. Anaerob tumbuh pada E,, .. .mendapatkan energinya dari reaksi fermentasi.
rendah atau negatif. Definisi fungsional anaerob adalah bakteri yang
Bakteri aerob dan anaerob fakultatif sering mempunyai memerlukan tekanan oksigen yang rendah untuk
tumbuh dan tidak dapat tumbuh pada permukaan
sistem metabolik seperti di barvah ini, sementara bakteri medium padat dalam udara yang mengandung CO,
anaerob seringnya tidak demikian. 10% di udara. Spesies bakteroides dan klostridium
(1) Sistem sitokrom untuk merabolisme Or. adalah contoh bakteri anaerob.
(2) Superoksida dismutase, yang mengatalisis reaksi Bakteri kapnofilik: Bakteri yang memerlukan karbon-
dioksida untuk tumbuh.
be rikut:
Anaerob fakultatif: Bakteri yang dapat tumbuh baik
Or+Or+2H+ + HrO, +O, secara oksidatif, menggunakan oksigen sebagai
akseptor elektron terminal, atau secara anaerob,
m_enggunakan reaksi fermentasi untuk mendapatkan
(3) Katalase, yang mengatalisis reaksi berikut:
energi. Bakteri jenis ini adalah patogen yang sering
2HrO, > 2HrO + O, (gelembung-gelembung dijumpai. Spesies streptokokus dan Enterobakteria
gas) r, (misalnya. Escherichia colr) adalah salah satu contoh
Bakteri anaerob tidak mempunyai sistem sitokrom bakteri anaerob fakultatif yang dapat menyebabkan
penyakit. Bakteri yang bersifat anaerob fakultatif
untuk metabolisme oksigen. Bakteri anaerob y:.ng tidak sering disebut sebagai "aerob".
begitu aktif bergerak dapat mempunyai superoksida

311
312 BAB 22

anaerob obligat seperti itu .iarang dapat diisolasi dari Tabel 22-1. Bakteri anaerob yang penting dalam
infetr<si manusia, dan sebagian besar infeksi anagrob pada kedokteran
manusia disebabkan oieh "bakteri anaerob obligat
.moderat. "
Kemampuan bakteri anaerob untuk menoleransi
oksigen atau untuk tumbuh pada kondisinya bervariasi Basil (batang)
Gram-negatif
pada satu spesies dengan spesies lainnya. Begitu pula Kelompok Bacteroides fragilis Kolon
dengan strainnya, terdapat variasi pada strain yang satu Prevotel I a me I a ni nogen i ca Mulut
dengan strain lainnya dalam suatu spesies (misalnya, satu Fusoba kteri u m Mulut, kolon
strain Preuotella melaninogenica dapat tumbuh pada Gram-positif
Aktinomises Mulut
konsentrasi O,0,1% tetapi tidak pada lo/o; strain lainnya
Laktobasi lus Vagina
dapat tumbuh pada konsentrasi 2o/o rerapi ddak 4o/o). Propion ibakterium Ku lit
Juga, bila tidak ada oksigen, beberapa bakteri anaerob Eubakterium, bifidobakterium,
akan tumbuh pada En yang lebih positif. dan arakhnia Mulut, kolon
Bakteri anaerob fakultatif tumbuh dengan baik arau Klostridium Kolonl
lebih baik pada kondisi anaerob daripada pada kondisi Kokus (Sferis)
aerob. Bakteri yang bersifat anaerob fakultatif sering Gram-positif
disebur "aerob". Ketika bakteri anaerob fakultatif seperti Peptostre ptococcus Kolon
Escherichia coli ada di tempat infeksi (misalnya, abses Gram-negatif
Ve illonella Mulut, kolon
ini dapat dengan cepat menggunakan
abdomen), bakteri
semua oksigen yang ada dan berubah men jadi lDltemukan juga di tanah
metabolisme anaerob, menghasilkan lingkungan anaerob
dan En yang rendah, sehingga memungkinkan bakteri
yang ada untuk tumbuh dan menimbulkan luatus, B distasonis, B uu/gatus, B thetailtaomicron, dan
^nr.rob
penyakit. lain-lain), terutama dari infeksi akibat kontaminasi oleh
isi kolon, yang dapat menyebabkan suPurasi' misalnya,
BAKTERI ANAEROB YANG DITEMUKAN peritonitis setelah trauma usus. Klasifikasi dibuat
PADA INFEKSI MANUSIA berdasarkan gambaran koloni dan biokimia serta
karakteristik pola asam lemak rantai pendek pada
Terdapat lebih dari 30 genus dan 200 spesies anaerob kromatografi gas-cair.
dan nama spesies untuk beberapa bakteri anaerob yang Pada infeksi (misalnya, abses intra-abdomen), spesies
belum ditentukan. Klasifikasi anaerob terus menelus bakteroides sering dikaitkan dengan organisme anaerob
berkembang. Nomenldatur yang digunakan pada bab ini lainnya-terutama kokus anaerob (peptostreptokokus),
merujuk pada genus anaerob yang sering ditemukan pada batang anae rob gram-positif (klostridium),
dan
infeksi manusia dan pada spesies tertentu yang dikenal eubakterium-juga bakteri anaerob fakultatif gram-positif
sebagai patogen yang penting bagi manusia. Anaerob yang dan gram-negatif yang merupakan bagian dari flora
umumnya ditemukan pada infeksi manusia dapat dilihat normal.
pada Tabel 22-1.
2. Prevotella-spesies prevotella adalah bakteri basillus
Anaerob Gram-Negatif gram-negatif dan dapat nampak sePerti batang yang tipis
atau kokobasillus. Prevotella meliputi spesies yang baru
A. BASILUS GRAM-NEGATIF
diberi nama dan spesies yang dahulu diklasifikasikan ke
1. Bakteroides-spesies bakteroides adalah anaerob yang dalam spesies bakteroides (misalnya, Preuotella
sangat penting yang menyebabkan infeksi pada manusia. melaninogenica yang dahulu disebut Bacteroides
Spesies ini adaiah kelompok besar basilus gram negatif melaminogenlrzzs). Spesies yang paling sering diisolasi
dan dapat tampak seperti batang yang tiPis atau adalah P melaninogenica, P biuia, dan P disiens. P
kokobasillus. Banyak spesies yang dahulu dimasukkan melaninogenica dan spesies lain yang mirip dengannya
ke dalam genus bakteroides telah diklasifikasi ulang ke ditemukan pada infeksi yang berhubungan dengan saluran
dalam genus prevotella atau genus porfiromonas. napas atas. P biuia dan P disiens ditemukan pada saluran
Spesies bakteroides adalah flora normal usus dan genitalia wanita. Spesies prevotella dapat ditemukan di
bagian tubuh lainnya. Feses normal mengandung 10rr otak dan abses paru, empiema, dan penyakit radang pelvis
crrganisme B fagilis per gram (dibandingkan dengan 108/g serta abses tubo-ovarium.
untuk fakultatif anaerob). Spesies yang paling banyak Pada infeksi ini, provetella sering dikaitkan dengan
diisolasi adalah anggota kelompok B fagilis (B /iagilis' B organisme anaerob lainnya yang meruPakan bagian dari
INFEKSI YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERIANAEROB I 313

flora normal*-terutama peptostreptokokus, batang 2. Laktobasilus-Spesies laktobasi]us adalah flora normal


anaerob gram-positif, dan spesies fusobakterium--dan utama vagina. Produk asam laktat hasil metabolismenya
juga dikaitkan dengan bakteri anaerob fakultatif gram- membantu mempertahankan pH traktus genitalia wanita
positif dan gram-negadf yang merupakan bagian dari flora dewasa agar tetap rendah. Spesies ini jarang menyebabkan
normal. penyakit.

3. Porfiromonas-Spesies porfiromonas juga merupakan 3. Propionibakterium-Spesies propionibakterium


basilus gram-negatif yang merupakan bagian dari flora adalah anggota flora normal kulit dan dapat menimbulkan
normal mulut dan juga terdapat pada tempat anatomik penyakit jika spesies ini menginfeksi shunt dan peralatan
yang lain. Genus porfiromonas meliputi spesies yang baru plastik. Produk metaboliknya meliputi asam propionat,
diberi nama dan spesies yang dahulu dimasukkan ke dalam yang kemudian dijadikan nama genusnya. Pada pewarnaan
genus bakteroides. Spesies porfiromonas dapat dibiakkan Gram, spesies ini sangat pleomorfik, menunjukkan ujung
dari infeksi gusi dan gigi periapikal serta lebih .sering yang berbentuk lengkung, seperti gada, atau titik, bentuk
dari infeksi payudara, aksila, perianal, dan genitalia pria. panjang dengan pewarnaan seperti manik-manik dan tidak
rata, serta kadang-kadang berbentuk kokus atau sleris.
4. Fusobakterium-Fusobakterium adalah bakteri batang Propionibakterium berperan pada pembentukan akne.
pleomorfik gram-negatif. Sebagian besar spe sies Karena bakteri ini merupakan bagian dari flora normal
menghasilkan asam butirat dan merubah treonin menjadi kulit, Propionibacterium acnes kadang me ngontaminasi
asam propionat. Kelompok fusobakterium meliputi biakan darah atau cairan serebrospinai yang diperoleh
beberapa spesies yang sering diisolasi dari infelai bakteri melalui penetrasi kulit. Oleh sebab itu, penting (tetapi
-yang
campuran disebabkan oleh flora normal mukosa. kadang sulit) untuk dapat membedakan biakan yang
Kadang-kadang, spesies fusobakterium akan menjadi satu- terkontaminasi dari biakan yang positif dan meng-
satunya bakteri pada sebuah infeksi (misalnya, osteomielitis) indikasikan adanya infeksi.
4. Eubakterium, bifidobakterium, dan arakhnia-Ketiga
B, KoKus GRAM-NEGATIF
genus ini adalah bakteri anaerob, pleomorfik, batang
SpesiesVeillonella adalah kelompok kokus kecil, anaerob, gram-positif. Terdapat beberapa spesies. Bakteri ini
gram-negatif yang merupakan bagian dari flora normal ditemukan pada infeksi campuran yang berhubungan
mulut, nasofaring, dan mungkin usus. Dahulu spesies dengan orofaring atau flora usus.
ini disebut dengan berbagai macarn nama, sekarang spesies
5. Klostridiurn-([6511idium bersifat gram-positif,
ini seluruhnya disebut veillonella. Meskipun kadang- berbentuk basilus dan dapat membentuk spora (lihat Bab
kadang spesies ini diisolasi pada infeksi polimikroba
12). Terdapat lebih dari 50 spesies. Penyakit urama yang
anaerob, spesies ini jarang menjadi satu-satunya penyebab
disebabkan oleh bakteri ini disebabkan oleh eksotoksin
suatu infeksi. (lihat Bab 9).
Spora Closnidium tetani, yang menyebabkan tetanus,
Anaerob Gram-Positif terdapat di seluruh lingkungan. Bakteri ini berkecambah

A. BASILUS GRAM-PoSITIF
di jaringan yang tidak vital pada 8,, + 1OmV (jaringan
normal sebesar + 120 mV). Sekali bakteri ini tumbuh,
1. Aktinomises-Kelompok aktinomises meliputi organisme ini mengeluarkan toksin tetanospasmin. Infeksi
beberapa spesies yang menyebabkan aktinomikosis, yang lokal sering tidak penting secara klinis. Toksin tersebut
paling sering ditemukan adalah Actinomyces israelii. Pada menyebar sepanjang saraf ke sistem saraf pusat, temPat
pewarnaan Gram, kelompok ini sangat bervariasi toksin ini berikatan dengan gangliosida, menekan
panjangnya: dapat berukuran pendek dan berbentuk gada pelepasan neurotransmiter inhibisi, dan menyebabkan
atau panjang, tipis, fiiamen bermanik-manik, dapat spasme otot. Kematian dapat ter.iadi akibat tidak dapat
bercabang atau tidak bercabang. Karena kelompok ini bernapas. Jelas bahwa, trauma hebat dapat mengakibatkan
sering tumbuh perlahan-lahan, inkubasi biakan yang lama terjadinya tetanus; walaupun demikian, lebih dari 50%
mungkin diperlukan sebelum konfirmasi laboratorium kasus tetanus terjadi setelah trauma minor. Tetanus dapat
terhadap diagnosis klinis aktinomikosis diregakkan. dicegah secara total: imunitas aktif dapat diinduksi
Beberapa strain menghasilkan koloni pada agar yang mirip dengan tetanus toksoid (toksin tetanus yang sudah
dengan gigi molar. Beberapa spesies aktinomises dapat diformalin). Tetanus tolaoid adalah bagian dari imunisasi
menoleransi oksigen (aerotoleran) dan tumbuh dengan DPT anak-anak rutin (difteria-, tetanus, pertusis); dewasa
adanya udara; strain ini dapat rancu dengan spesies harus diberikan booster setiap l0 tahun.
korinebakterium (difteroid; lihat Bab 13). Spesies Clostridium botulinum menyebabkan botulism (lihat
aktinomises sensitif terhadap penisilin G, eritromisin, Bab 9 dan 12). C bt,tulinum tersebar di .seluruh
dan antibiotik lainnya. lingkungan. Sporanya terdapat pada makanan kaleng atau
314 BAB 22

makanan yang diawe&an dengan kadar oksigen rendah, resistan terhadap antibiotik yang paling sering digunakan.
8,, yang rendah, dan nutrien yang mendukung pertum- Berhubungan dengan penggunaan antibiotik atau sesudah
buhannya. Organisme ini berkecambah dan mengeluarkan penggunaan rt-rrilriotik, flor" nor-"1 gastrointestinal
toksin seiring dengan terjadinya proses pertumbuhan dan ditelran dan C dfficile berproliferasi, menghasilkan toksin
ii.i.nya. Neurotoksir-r botulinus adalah toksin yang sitopatik dan enterotoksin. Gejala penyakit ini berwariasi
diketahui paling poten tetapi dapar dinetralis-ir dengan dari diare ringan sampai diare hebat dan nekrosis mukosa
antibodi yang spesifik. Tolcsinnya labil dalam suhu panas, dengan,rkurnulasi se1 inflamasi dan fibrin, yang
jadi makanan yang dipanaskan dengan benar tidak akan membentuk pseudomembrar.r. Diagnosis ditegakkan
menyebabkan botulism'e. Toksin botulinus yang dihasilkan dengan memperlihatkan sitotoksin yang dapat dinetralisir
ditelan dan diserap. Toksin tersebut bekerja pada sistem di dalam feses melalui efek sitopatiknya pada biakan sel
saraf perifer dengan menghambat pelepasan asetilkolin atau dengan mendeteksi enterotoksin melalui imunoassay.
di sinaps kolinergik, dan menyebabkan paralisis. Sekali Spesies klostridium lainnya kadang-kadang ditemukan
toksin tersebut terikat, prosesnya akan berlangsung pada infeksi polimikroba, terutama infeksi yang
ireversibel. Gejala yang muncul berhubungan dengan kerja berhubungan dengan kontaminasi jaringan normal oleh
antikolinergik dan meliputi disfagia, mulut kering, i.si kolon.
diplopia, dan kelemahan atau kesulitan bernapas.
Botulisme harus diterapi dengan antitoksin. Botulisme B. KoKUs GRAM_PoSITIF
pada bayi terjadi setelah tertelannya spora, berkecambah- Sp*"". p.p,.-t.p;"1-k". tp"ti.t k
nya spora, dan produksi toksin; madu adalah zat pembawa "d.l^h
positif dengar.r ukuran dan bentuk yang bervariasi yang
yang sering untuk penyebaran spora pada bayi. ditemukan pada kulit dan merupakan bagian dari flora
Clostridium perfringens menyebabkan gas gangren. normal membran mukosa. 'ferdapat benyak spesics,
Terdapat minimal 12 antigen berbeda yang dapat larut, meliputi spesies 1'ang dahulu disebut peptokokus. Spesies
yang banl'ak diantaranya bersilat toksin. Semua tipe C ini sering diternukan pada in{etr<si calnpuran akibat flora
perfingens menghasilkan toksin alfa, eksotol<sin nekrotik, normal. Kadang-kadang, Lriakan dari infeksi payr-rdara,
hemolitik yang merupakan suatu lesitinase. Jbksin lainnya otak, atau paru akan me nghasilkan nilai positif hanya
mempunyai aktivitas yang bervariasi, rneliputi nekrosis untuk satu spesies kokus gram-positif ini.
jaringan dan hemolisis. C perfringens terdapat di seluruh
lingkungan. Gas gangren terjadi jika luka jaringan lr-rnak PATOGENESIS I NFEKSI ANAEROB
terkontaminasi dengan C perfingens, seperti yang terjadi
pada trauma, aborsi septik, dan luka pepe rangan. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob biasanya
Bakteremia yang disebabkan C perfingens dapat menjadi disebabkan oleh kombinasi baktcri yang berlungsi dalam
fatal dengan cepat. Bentuk peny2[11 yang lebih ringan patogenisitas sinergistik. Meskipun studi patogcnesis
juga dapat muncul. Ketika infeksi dimulai, organisrne infeksi anaerob sering cli{okuskan pada .satu spesies,
tersebut mengeluarkarl toksin nekrotik; CO, darr I-1, penting untuk mengenali bahrva inf'eksi anaerob paling
terakumulasi dalam jaringan dan secara klinis terdeteksi sering disebabkan oleh beberapa spesies anaerob yang
sebagai gas (misalnya, gas gangren). Proses infeksius bekerja bersama untuk menyebabkan infeksi.
lainnya menimbulkan gas di jaringar.r dar.r harus dapat B fagilis adalah patogen tunggal yang paling penting
dibedakan dari gas gangren klostridium. Infeksi ini di antara bakteri anaerob yang merllpakan bagian dari
meliputi mionekrosis streptokokus anaerob, mionekrosis flora normal. Patogenesis infeksi anaerob paling banyak
anaerob nonklostridium sinergistik, gangren vaskular dipelajari dengan B fagilis yang menggunakan model tikus
terinfeksi, dan mionekr osis Aeromonas ltldrop h ila. Edema untuk menderita infeksi intraabdominal, yang banyak
muncul dan sirkulasi menjadi terganggu, membantu kemiripannya dengan penyakit pada manusia. Rangkaian
penyebaran infeksi anaerob. Terapinya rneliputi karakteristik rnuncul setelah isi kolon (termasuk B fragilis
meniadakan infeksinya rnelalui pembedahar.r dan dan bakteri anaerob {akultatif seperti .E coli) dimasukkan
pemberian penisilir-r G. ke dalam abdomen tikus melalui jarum, kapsul gelatin,
C perfringens sering menjadi penyebab kcracunan atau alat lain. Sebagian besar hewan percobaan tersebut
makanan (tetapi lebih jarang daripada Staphylococcus nati akibat sepsis yang disebabkan oleh bakteri anaerob
ini di.sebabkan oleh enterotoksin yang
aureus). Penyakit fakuitatif. \X/alaupun demikian, apabila binatang tersebut
dihasilkan dan dilepaskan selama proses sporulasi. Masa awalnya diterapi dengan gentamisin, suatu obat yang
inkubasi untuk nyeri abdomen, mual, dan diare akur efektif untuk melawan bakteri anaerob fakultatif tetapi
adalah 8-24 jam. tidak untuk bakteroides, beberapa binatang akan mati,
Clostridium difficile menyebabkan koliti.s pseudo- dan setelah beberapa hari, binatangyang hidup akan
membran. Bakteri ini merupakan bagian dari flora normal rnengalami abses intraabdominal akibat infeksi
gatrointestinal pada 2-10Vo manusia. Organisme ini relatif bakteroides. Terapi pada binatang dengan gentamisin dan
INFEKSIYANG DISEBABKAN OLEH BAKTERIANAEROB / 315

klindamisin, suatu obat yang efektif untuk melawan Tabel 22-2. Bakteri anaerob dan infeksi yang terkait'
bakteroides, mencegah sepsis awal tersebrrt dan abses
abdomen yang timbul setelah itu. Abses otak
adalah faktor virulensi Peptostreptokokus dan bakteri lainnya
.Kapsul polisakarida bakteroides lnfeksi orofaring
yang penting. Jika disuntikkan ke dalam perut tikus, kapsul
Anaerob orofaring; aktinomises, Prevotella
polisakarida yang dimurnikan dari B /iagilis menyebabkan me I a ni nogen ica, spesies fusobakterium
pembentukan abses, sementara yang berasal dari bakteri Infeksi pleuropulmonal
lainnya (misalnya, Strelttococcus pneumoniae dan E coli) Peptostreptokokus; spesies fusobakterium; P
tidak menyebabkan abs'es. Mekanisme pembentukan melaninogenica, B fragilis sebanyak 20-25%; dan
bakteri lainnya.
abses yang diinduksi oleh kapsul B fiagilis masih belum
lnfeksi intra abdomen
dipahami. Abses hati: anaerob campuran sebanyak 40-90o/o;
Spesies bakteroides mempunyai lipopolisakarida organisme fakultatif
(endotoksin; lihat Bab 9) tetapi tidak mempunyai struktur Abses abdomen: B fragilis; flora gastrointestinal lainnya
lipopolisakarida dengan aktivitas endotoksik (termasuk lnfeksi traktus genitalis wanita
Abses vulva: Peptostreptokokus dan bakteri lainnya
asam p-hidroksi-miristal). Lipopolisakarida B /iagi lis tidak Abses tubo-ovarium dan pelvik: P bivia dan P disiens;
begitu toksik jika dibandingkan dengan bakteri gram- peptostreptokokus dan bakteri lainnya
negatif lainnya. Jadi, infeksi yang disebabkan oleh lnfeksi kulit, jaringan lunak, dan tulang
bakteroides tidak langsung menunjukkan gejala klinis Flora anaerob campuran
sepsis (misainya, demam dan syok) separah infeksi akibat
Bakteremia
B fragilis; peptostreptokokus; klostridia; propionibakteria;
bakteri gram-negatif lainnya. Ketika tanda klinis infeksi dan lain-lain
ini muncul pada infeksi bakteroides, tanda ini tcrjadi Endokarditis
sebagai respons imun inflamasi terhadap infeksi tersebut. B fragilis
B fragilis memproduksi superoksida dismutase dan
dapat hidup dalam lingkungan beroksigen selama berhari-
hari. Ketika bakteri fakultatif anaerob seperti E coli ada
pada tempat infeksi, bakteri ini dapat memakai semua
oksigen yang ada dan ole h sebab itu menciptakan
lingkungan tempat bakteroides dan bakteri anaerob abses di abdornen; pada model tikus yang terinfeksi, yang
lainnya dapat tumbuh (lihat di atas). mencegah pembentukan abses adalah r€sPons imun sel
Banyak bakteri anaerob menghasilkan heparinase , T-dependent. lltansfer pasif sel imun limpa atau faktor
kolagenase, dan enzim lainnya yang merusak atau cell-free berat molekul rendah mencegah pernbentukan
menghancurkan jaringan. Thmpaknya, enzim mempunyai abses abdomen pada model tikus.
peranan dalam patogenesis infeksi anaerob camPuran,
meskipun pe rcobaan laboratorium belum dapat SIFAT POLIMIKROBA
membuktikan hal tersebut. INFEKSI ANAEROB
Sebagian besar infeksi anaerob berl-rubungan dengan
IMUNITAS PADA INFEKSI ANAEROB kontaminasi jaringan oleh flora normal mukosa mulut,
Imunitas pada infeksi anaerob belum banyak diketahui. faring, traktus gastrointestinai, atau traktus genitalia.
Informasi yang paling lengkap telah diperoleh dari studi Biasanya, spesies multipel (terdapat lima atau enam
menggunakan model binatang infelai B ilagilis. spesies atau lebih jika menggunakan kondisi biakan
Banyak anaerob (te rmasuk spesies bakteroides, standar) ditemukan, termasuk anaerob dan anaerob
propionibakterium, dan fusobakterium) menghasiikan fakultatif. Infeksi orofaring, pleuropulmonal, abdominal,
fakror kemotaktik serum-independent yang menarik sel dan pelvik wanita yang berhubungan dengan kontaminasi
polimorfonuklear. Kapsul B jiagilis bersifat antifagositik oleh flora mukosa normal mempunyai distribusi yang
dan inhibitor terhadap kerja bakterisidal yang dimediasi relatif sama dengan bakteri anaerob dan anaerob fakultatif
oleh komplemen. Spesies bakteroides secara optimai sebagai agen penyebab: sekitar 25o/o hanya anaerob saja;
difagosit oleh sel polimorfonukiear ketika organisme sekitar 25o/o hanya mengandung anaerob fakultatif; dan
tersebut diopsonisasi oleh antibodi dan komplemen. Baik sekitar 50% mengandung anaerob dan anaerob fakr-rltatif.
hewan maupun manusia menghasilkan antibodi terhadap Bakteri aerob iuga dapat muncul, tetapi aerob obligat
antigen bakteroides, termasuk materi kapsular.'Iransfer lebih jarang muncul daripada anaerob dan anaerob
pasif antibodi dari hewan yang imun ke hewan yang fakultatif. Bakteri anaerob dan infeksi yang timbul yang
nonimun bersifat protektif terhadap bakteremia berkaitan dengan bakteri ini, dapat dilihat pada Tabel
bakteroides tetapi tidak dapat mencegah pembentukan 22-2.
316 BAB 22

DIAGNOSIS INFEKSI ANAEROB


Gcjala klinis yang menandakan kemungkinan adanya
infeksi oleh anaerob adalah
"^ebagai
berikut:
(1) Sekret yang bt:rbau busuk lakibar prodlri< asam
lemak ranrai pendek dari metabolisme anaerob).
' rJeorang';piia
$$ -* ru'=-**=
usia 55 tahun da'tpng.ks a-o.ti,ite.il
mengeluhkan batuk hebat dengan produksi
a
' ,

sputum purulen. Napasnya sangat berbau brisuk.


(2) Infeksi di proksimal permukaan mukosa (ar.raerob Foto ronigen dada menunjukkan adanya cairan -
adalah bagian dari flora nornral) yang banyak di rongga pleura kiri dan kavitas paru "
(3) Gas dalam jaringan (produksi CO, dan I I") se besa r 5 cm d e nga n g ambaran air-fluidr ierr^eJr;'ii L ;,.

(1t) Hesil lrirkrrr acroh yeng ncgatil Sebuah jarum disuntilckan melalui dinding dada
dansebagiancairandiIonggapleurakeluar;cairan
Diagnosis infeksi anaerob ditcgakkan dcngan biakan itu nampa k .kental,. berwa'r.n*k{fijng,,,ke$$ ;;da1.r;,,,.
anaerob spesimen yang diambil dan dibarva secara benar
. :.
berbau busuk. Organisme atau kelompok organisme':;'i
(lihat Bab 47). Anaerob tumbuh paling cepar pada mcdia apakah yang mungkin tumbuh dari hasil biakan"
kompleks seperri tryptic/lse soJt dgar base, ttgar darah cairan pleura ?
Schaedler, agar Brucella, agar infr-rs otai<-jantune, dan iain- . ) f a cre r9i gg i.fia's.iilf4 fi d,ii t@, id lfiai N
(A s.

::t' '(E) Entefokokus ;.t "u: .:.1:


lain--setiap agar tcrsebur mcngandrrng banyak suplemen Prevotella bivia, peptostre"ptokokus, dan l
(misalnya, hemin, vitamin K,, darah). Medium komplcks Staphylococcus epidermidii' * ,i
selektif berisi kirnamisin dieLrnakan secrra paralel. (Cl Prevotella melaninoiQenic4 spesies fusobaLr"rlu6, ^ i '

Kanamisir.r (seperti scmLra aminoglil<osida) tidak dan streptokokus viridans


( D) Spesies p ro p i o n i b a ct eriurn, peptostreptokokus,
mengharnbat pertumbuhan anrerob obiigatl jadi, bakteri .
cJan Staphytococcus aureus .. -, 1.. , _.1 , :.
tetap dapat bcrproliferasi ranpa diharnbar oleh (E) Streptococcus pieumonipe '. : '.
pertumbuhan anaerob lakultatif. lliakan diinkubasi pada
2, Seorang Iaki-laki 23 tahun mengalami abses
.. ;
suhu 35-37 "C dalam lingkungen arraerob vang perirektal. Abses ini didrainase melalui pem--
mengandung CO,. . bedahan. Spesiryren dibiakkan dan tumbUh bakte'i.i:.::.',,
Morfologi koloni, pigmer-rrasi, dan fluoresensi dapar anaeiob. Petunjuk yang menunjukkan adanya
membantu dalarn mengidcnti{lka.si anaerob. Aktivitas infeksi oleh bakter:i anaerob adalah : ' - , l

biokimia dan produksi asam lemak ranrai pendek seperti


(A) Biakan aerob r'.egatif 1

(B) Gas dalam jaringan


yang diukur dengan kromatogr:rli gas-cair digunakan (C) Proksimal terhadap permukaan mukosa j.,,
unrrrk konflrmasi lrbor,rrorium. (D),Sekret berbau busuk .:
(E) Semua hal diatas benar !'': t"'
,,i::

PENGOBATAN INFEKSI ANAEROB akni;h,:.mehgendui riuuiii-[ rofai'g :,:i,r


rlt:-,uatte[]yan},uiiso;asi?ari
Pengobatan inf'eksi anaerob campuran adalah dcngan ,,,'....... i'eF ornpok:5-esar pasi en
,=,'dengiin-ih{eksi pteu l pu,im a}:,an rab=etlth ;,i
drainase pembedahan (pecla kebanl'akan l<a.sus) dan rerapi diterbitkan. Distribusi aerob, anaerob dan anaeiob
antimikroba. -:ir fakultbtif vn644kah yang paiing,.,muhgkin erjadi.=
Keiompok organisn're B /ragi/is venq ditenrukan di pada bakteri yang diisolasi dari pasien-paiien ini? :
abdomen dan infeksi iainnya secirra unrum rnenghasilkan (A) Dua puluh lima persen aerob, 50% ahaerob,
p-laktarr.rase, seperri .iuga halnya dengan banval< strain 1)
;;:; (B) Limarputuh qbiSq- g,nae1bb dqn:,!0% ana.eto.,g1|:i
biuia dan P disiens yang ditemr-rkan pada inlcksi trektus fakultatif
genitalia pada wanita. Terapi dengan antimikroba (selain i:r.rir:i i {C) n ua.p-uL+tr.. i i i..il!rsen:iniaeiob'j.50y, $ni.roO i

penisilin G) diperlukan untuk mengobari in{!ksi oleh dan anaerob fakultatif, dan 25% anaerob
f ak u ltatif
organi.sme ini. Sekitar dua per tiga srrain P me/attinogenica -,tbi'
dari infeksi pulmonal dan orofaring juga mcmproduksi iir";]'r'1ql :,,[e rs en. ana erob da n,11 a gioffi
B-laktamase . (E) Tiga puluh tiga persen anaerob dan 670/a
Obat yang paling al<ti1- untuk, rne ngobari infe ksi anaeiob dan anaerob fakultatif
anaerob adalah klindamisin dan lnerronidazol. Klindarnisin
l- Sborang,pr.i 63 lahtn'pqhgidap:idl'abetbsrrsecara'
dipilih untuk infeksi di atas diafiagma. Secara relatil, terdapat ' rutin menginjeksi insulin ke otot paha klrinya.
beberapa anaerob yang resistan rerhadap klindamisin dan Akhir-akhir ini, dia mengalami nyeri hebat dengan
terdapat beberapa juga, apabila ada, yang resistan rcrhadap pembengkakan pada paha kirinya. Pada pemeriksaan r-

metronidazol. Obat alternatif meliputi sefoksirin, sefotetan, , .$diFalkan p.ah.a t<irini-i b$ngkpk $an$eitihff
beberapa sefalosporin baru lainnya, dan piperasilin, terapi r,i,. .,Ki€ p itU 5, da ptl,t$e rah h pbd ai Op 1
p.g yan
s''i ;: 9-,
.'..,,1, enandakan qdqriy"q $as,dAIg,tn jbli$gp,f*as jugA
obar-obat ini tidak seakril ldindamisin dan rnetronidazol. biffl11$.fr-c
:,-' ., _dapat diIi-|atLpada.!,:9,
.ryntufl {Rada
Penisilin G tetap menjadi obat pilihan untuk pengob.rran n :'r paha nya,:Gas gangre,nakibp$ostndru1lLp.erfrrnge....i,=::
infeksi anaerob yang tidak melibatl<an baiiteroides yang i.,;,j a gaIah. !igm* nskineFdia't sisny.pjiili,!.l ti'i:1di$.ii
menghasilkar-r B-laktama.se clan spcsies prevorella. , i aPntlh,vai lu:,srFs,tti$,,9,q. p.,ttdE ".'.:i, ti
INFEKSI YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI ANAEROB 317

KEPUSTAKAAN
Allen SD, Emery CL, Lyerly DM: CLostridium.In: Manual of CLinical
Microbiologt, Sth ed. Murray PR et al (editors). ASM Press, 2003.
Finegold SM: Anaerobic bacteria: general conceps. In: Mandell, DougLas,
md Bennett's Principles and Practice oflnfectious Dlseases, 5th ed.
Mandell GL, Bennett JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone,
2000.
Jousimies-Somer HR et al: Bocle roides, Porphyromonas, PreuotelLa,
Fusobacterium, and other anaerobic gram-negative bacteria. In:
Manual of Clinical Microbiology,8th ed. Murray PR et al (editors).
ASM Press,2003.
Moncla BJ, HillierSL: Peptostreptuucus, Propionibttcterium, LoctobaciLlus,
Actinomyces, and othernon-spore-forming anaerobic gram-positive
bacteria,In: Manual of Clinical Microbiology 8th ed. Murray PR et
al (editors). ASM Press, 2003.

i,r?, E
r3:rC
Legionella, Bartonella, & Patogen
Bakteri yang Tidak Lazim

LEG I ON ELLA PN EU M OPH I LA Medium BCYE bifasik dapat digunakan untuk biakan
darah.
& LEGIONELLAE LAINNYA
Legionella tumbuh secara perlahan; koloni biasanya
Hasil pemeriksaan terhadap wabah pneumonia pada dapat dilihat setelah 3 hari inkubasi. Koloni yang timbul
orang-orang yang hadir pada pertemuan American Legion setelah inkubasi semaiaman bukan legionella. Koloni
di Philadeiphia menunjr,rkkan adanya Legione/la legionella berbentuk bulat atau rata pada seluruh tepinya.
pneumophila dan legionella. Wabah penyakit respirasi Bakteri ini mempunyai warna yang bervariasi dari tidak
lainnya yang disebabkan oleh organisme terkait sejak berwarna sampai berwarna merah muda atau biru dan
tahun 1947 telah didiagnosis secara retrospektif. Terdapat tembus cahaya atau berbintik-bintik. Variasi morfologi
beberapa lusin spesies legioneila, beberapa dengan serotipe koloni sering dijumpai, dan koloni bakteri ini dapat
multipel. L pneumophila adalah penyebab utama penyakit dengan cepat kehilangan warna dan bintiknya. Banyak
pada manusia; Legionella micdadei dan beberapa spesies genus bakteri lainnya yang dapat tumbuh pada medium
lainnya kadang-kadang menyebabkan pneumonia. BCYE dan harus dibedakan dengan legionella dengan
Legionella lainnya jarang dapat diisolasi dari pasien atau pewarnaan Gram dan uji lainnya.
hanya dapat diisolasi dari lingkungan. Legionella pada biakan darah biasanya memerlukan
waktu 2 minggu atau lebih agar dapat tumbuh. Koloni
Morfologi & ldentif ikasi dapat dilihat pada permukaan agar medium bifasik.
L pneumophila adalah prototipe bakteri kelompok ini.
Legionella yang penting secara medis dapat dilihat pada
Tabel23-1.
Tabel 23-1 . Spesies legionella yang penting secara
A. CIRI KHAs ORGANISME medis

Legionella adalah bakteri dengan kebutuhan nutrisi yang Spdsies .:,: Pneumohia Demam Pontiak
kompleks, aerob gram-negatif yang mempunyai lebar 0,5-
L pneumophila Serogrup 1 dan 6
1 pm dan panjang 2-50 pm. Bakteri ini sering tidak
terwarnai dengan metode Gram dan tidak terlihat pada L micdadei
pewarnaan spesimen klinis. Sediaan apus pewarnaan-
L gormanii
Gram harus dibuat bila dicurigai adanya pertumbuhan
legionella pada medium agar. Fuchsin basa (0,170) harus L dumoffii
digunakan sebagai counters tain, karena safranin mewarnai
bakteri tersebut dengan tidak sempurna. L bozemanii

L longbeachae
B, BIAKAN ,

L wadsworthii
Legionella dapat tumbuh pada medium kompleks seperti
buffired charcoal-yeast extract (BCYE) dengan o- L jordanis
ketoglutarat, pada pH 5,9, temperatur 35 0C dan L feeleii
kelembapan 90%. Antibiotik dapat ditambahkan untuk
membuat medium menjadi selektif untuk legionella. L oakridgensis

318
LEG I O N E LLA, BARTO N E LLA, & PATOGEN BAKTERIYANG TIDAK LAZIM / 319

C. SIFAT PERTUHBUHAN dibunuh secara efektif den gan leukosit polimorfonuklear.


Secara in uitro, apabila terdapat serunr tetapi tidak
Legionella bersifat katalase-positif . L pneumop h ila bersifar
rerdapat antibodi imun, komponen komplemen C3
oksidase-positif; jenis legior-rella yang lain mempunyai
dideposit pada permukaan bakteri dan bakteri tersebut
aktivitas oksidase yang bervari asi. L pneumophila dapat
akan berikatan dengan reseptor komplemen CR1 dan
mer-rghidrolisis hippurat; sementara legionella yang lain
CR3 pada permukaan sel fagositik. Masuknya bakteri
tidak. Sebagian besar legioneila menghasiikan gelatinase
ke dalam sel adalah melalui proses fagosit dengan
dan B-laktamase L micdadei tidak menghasilkan gelatinase
menggulungnya pseudopod tunggal di sekitar bakteri
dan B-laktamase.
tersebut. Jika terdapat antibodi imun, bakteri masuk
melalui proses fagositosis khas yang dimediasi oleh Fc.
Antigen dan Produk Sel
Jika sudah berada di dalam sel, bakteri tersebut berada
Spesifisitas antigen L pneumophila diduga disebabkan oleh di dalam vakuola fagosom, tetapi mekanisme daya tahan
struktur antigen yang kompleks. Terdapat lebih dari sel makrolrag berhenti pada titik itu. Bahkan, vakuola
sepuluh serogrup L pneurnophila; serogrrp 1 adalah fagosom gagal untuk berfusi dengan granula lisosom.
penyebab rvabah penyakit Legionnaire tahun 1976 dan Letupan metabolik oksidatif fagosit berkurang. Fagosom
tetap menjadi serogrup yang paling sering diisolasi dari yang berisi L pneumophila lersifat tidak begitu asam
manusia. Spesies legionella tidak dapat diidentifikasi seperti fagosom yang berisi partikel lain. Ribosom,
hanya dengan serogrupnya saja, karena terdapat mitokondria, dan vesikel kecil berakumulasi disekitar
antigenisitas reaktif silang diantara spesies yang berbeda. vakuola yang berisi L pneumophlla. Bakteri akan
Kadang-kadang, bakteroides, bordetella, dan beberapa bermultiplikasi di dalam vakuola sampai jumlahnya
pseudomonas juga bereaksi silang dengan antiserum .I banyak, kemudian sel tempat bakteri bermultiplikasi akan
pneumophila. dihancurkan, dan bakteri akan keluar, serta akan
Legionella menghasilkan asam lemak rantai cabang menginfeksi makrofag lainnya. Adanya besi (transferin-
karbon 14 sampai 17. Kromatografi gas-cairan dapat besi) penting untuk proses pertumbuhan bakteri
digunakan untuk membantu menunjukkan sifat dan intraselullar, tetapi faktor-faktor lainnya yang Penting
menentukan spesies legionella. dalam proses pertumbuhan, destruksi sel dan kerusakan
Legionella dapat membuat protease, fosfatase, lipase, jaringan masih belum diketahui.
DNase dan RNase. Protein sekresi mayor, metalloprotease,
mempunyai aktivitas hemolitik dan sitotoksik; walaupun
demikian, protein ini belum terbukti menjadi faktor Temuan Klinis
virulensi. Infbksi asimtomatik sering terjadi pada semua umur, yang
dirunjukkan dengatr peningkatan titer antibodi spesifik.
Patologi & Patogenesis Insidens penyakit yang penting secara kiinis lebih tinggi
Legionella terdapat pada lingkungan yang hangat dan pada pria diatas 55 tahun. Faktor-faktor yang dikaitkan
lembap. Infeksi pada orang yang lemah dan imuno- dengan risiko tinggi meliputi merokok, bronkitis kronis
kompromais biasanya terjadi setelah inhalasi bakteri dari dan emfisema, terapi dengan steroid dan obat-obatan yang
udara yang keluar dari sistem AC yang terkontaminasi, menekan sistem imun iainnya (seperti pada transplantasi
shower head, dan sumber-sumber yang serupa. I ginjal), kemoterapi kanker, dan diabetes melitus. Jika
?neumlphila biasanya menghasilkan infiltrasi pulmonal pneumonia muncul pada pasien dengan faktor risiko ini,
lobar, segmental, atau berbercak. Secara histologi, legionella harus diselidiki sebagai penyebab.
penampakannya mirip dengan yang dihasilkan banyak Infeksi dapat terjadi dengan gejala penyakit demam
patogen bakteri lainnya. Pneumonia purulen akut yang yang tidak dapat dijelaskan selama waktu yang singkat
mengenai alveolus timbul dengan eksudat tebal intra- atau dengan gejala penyakit yang memburuk dengan cepat
alveolar yang mengandung makrofag, leukosit polimorfo- disertai oleh demam tinggi, menggigil, malaise, batuk
nuklear, sel darah merah, dan bahan-bahan prote in. tidak produktif, hipoksia, diare, dan delirium. Foto
Sebagian besar legionella di lesi tersebut terdapat di dalam rontgen dada menunjukkan adanya gambaran bercak,
sel fagosit. Terdapat sedikit infiltrasi interstitial dan sedikit sering kali berupa konsolidasi multilobular. Mungkin juga
atau tanpa inflamasi bronkiolus dan saluran napas atas, terdapat leukositosis, hiponatremia, hematuria (dan
Pengetahuan mengenai patogenesis infeksi Z bahkan gagal ginjal), atau fungsi hati yang tidak normal.
pneum0phila berasal dari studi sel yang diisolasi dari Pada beberapa wabah, tingkat mortalitas tclah mencapai
manusia dan dari studi hewan yang sensitif seperti 10%. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada garnbaran
marmut. klinis dan eksklusi penyebab pneumonia lainnya dengan
L pneumophila dengan cepat masuk dan tumbuh dalam uji laboratorium. Adanya legionella pada spesimen klinis
makrofag dan monosit alveolar manusia serta tidak dapat dapat menunjukkan diagnosis yang spesifik dengan cepat.
320 BAB 23

Diagnosis juga dapat dibuat dengan biakan untuk muncul sampai 1l-8 minggu setelah infeksi. Peran antibodi
legionella atau dengan uji serologi, tetapi hasil uji ini dan respons imun seluiar pada imunitas protektif manusia
sering tertunda melebihi waktu yang ditentukan ketika belum dapat ditentukan. Binatang yang diberikan dosis
terapi spesifik harus dimulai. subletal L pneumophila virulen, L pneumophila avirulen,
L pneumophila juga menyebabkan penyakit yang atau vaksin protein sekresi mayor mempunyai imunitas
disebut "Demam Pontiac", setelah sindroma klinis yang terhadap dosis letal L pneumophila berikutnya. Respons
muncul pada suatu wabah di Michigan. Sindrom ini imun humoral dan selular akan muncul. Respons imun
ditandai dengan demam dan menggigil, mialgia, malaise, selular penting dalam imunitas proteksi karena adanya
dan nyeri kepala yang ierjadi selama lebih dari 6-12 1am. infeksi intraselullar dan pertumbuhan legionella.
Pusing, fotofobia, kaku kuduk, dan konfusi juga dapat
muncul. Gejala respirasi tidak begitu hebat pada demam Pengobatan
Pontiac dibandingkan dengan penyakit Legionnaire dan
Legionella sensitif terhadap eritromisin dan beberapa obat
meliputi batuk ringan dan nyeri tenggorok.
lainnya. Terapi pilihannya adalah eritromisin, yang bahkan
efektif untuk pasien imunokompromais. Rifampin, 10-
Uji Laboratorium Diagnostik
20 mglkglhari, telah digunakan pada pasien yang
A. SPESIMEN responsnya terhadap terapi lambat. Mungkin diperlukan
Pada infeksi manusia, organisme dapat ditemukan dari bantuan ventilasi, dan penting untuk melakukan
bilasan bronkus, cairan pleura, spesimen biopsi paru, penanganan syok.
atau darah. Isolasi legionella dari sputum lebih sulit
dilakukan karena banyaknya bakteri flora normal. Epidemiologi & Kontrol
Legionella jarang bisa ditemukan dari tempat anatomik Habitat alami untuk legionella dalam kelompok kecil
lain. adalah danau, sungai, dan terutama pengendalian badan
air yang dipanaskan dan tanah. L pneumophila dapat hidup
B. SEDIAAN APUs pada temperatur sampai 63 aC. Organisme ini dapat
Legionella tidak dapat terlihat pada sediaan apus spesimen bertahan pada proses terapi air, dan sebagian kecil akan
klinis yang diwarnai Gram. Uji antibodi fluoresen masuk ke dalam sistem distribusi air tempat organisme
langsung spesimen dapat bersifat diagnostik, tetapi uji ini berproliferasi. Legionella paling baik tumbuh pada
tersebut mempunyai sensitivitas yang rendah dibandingkan air hangat dengan adanya amuba dan bakteri air.
dengan biakan. Pewarnaan perak kadang-kadang Organisme ini berproliferasi dalam amuba dengan jumlah
digunakan pada spesimen jaringan. yang saqa seperti ketika berproliferasi di makrofag
pulmonal di paru-paru. Mesin pendingin dan kondensor
C. BIAKAN evaporasi dapat terkontaminasi dengan hebat oleh Z
Spesimen dibiakkan pada agar BCYE (lihat di atas). pneumophila. Agaknya, udara yang dikeluarkan oleh mesin
Organisme yang dibiakkan dapat diidentifikasi dengan dan kondensor seperti itu menyebarkan organisme
cepat menggunakan pewarnaan imunofluorescen. Agar tersebut ke orang yang rentan. Selain itu, terdapat
BCYE yang berisi antibiotik dapat digunakan untuk hubungan antara kontaminasi sistem air perumahan dan
membiakkan spesimen yang terkontaminasi. penyakit Legionnaire yang didapat di masyarakat serta
antara kontaminasi sistem air rumah sakit dan infeksi
D. UJI SPESIFIK nosokomial L pneumophila. Hiperklorinasi dan
Kadang kadang, antigen legionelia dapat ditemukan pada
pemanasanair dengan suhu tinggi dapat membantu
urin pasien menggunakan metode imunologi. mengendalikan multiplikasi legionella di air dan di sistem
AC.
E. UJI SERoLoGI
Kadar antibodi legionella meningkat perlahan-lahan BARTONELLA
selama proses penyakit. Uji serologi mempunyai Tiga spesies yang penting secara medis dalam genus
sensitivitas sebesar 60-800/o dan spesifisitas sebesar 95- bartonella adalah Barto nella baci llifo rmzs, penyebab demam
99o/o. U1i serologi paling berguna dalam mendapatkan
Oroya dan verruga peruana; Bartone/la quintana,
diagnosis retrospektif pada wabah infeksi legionella. penyebab demam trench pada Perang Dunia I dan
beberapa kasus angiomatosis basilar; serta Bartortella
lmunitas penyakit cat-soatch dan telah
/tenselae, yang menyebabkan
Pasien yang terinfeksi akan menghasiikan antibodi dikaitkan dengan angimatosis basilar. Penyakit-penyakit
terhadap legionella, tetapi puncak respons andbodi tidak ini mempunyai banyak kesamaan karakteristik. Terdapat
LEG I O N E LLA, BARTO N E LLA, & PATOGEN BAKTERIYANG TIDAK LAZIM / 321

tambahan kelompok kecil spesies dan subspesies insektisida, obat nyamuk oles, dan eliminasi tempat
bartonella yang jarang dikaitkan dengan penyakit berkembang biaknya lalat sangat bermanfaat. Pencegahan
manusia, dan terdapat kelompok besar yang dikaitkan dengan antibiotik dapat bermanfaat.
dengan binatang yang tidak murrgkin ditularkan ke
manusla. Bartonella henselae & Bartonella quintana
Spesies bartonella adalah bakteri batang gram-negatif
A. PENYAKIT CAT_SCRATCH
yang bersifat pleomorfik, tumbuh-larr-rbat dan sulit untuk
diisolasi di laboratorium. Organisme ini dapat dilihat di Penyakit cat-scratch biasanya adalah penyakit .iinak dan
jaringan terinfeksi yang sudah diwarnai dengan pewarnaan self-limited yang bermanifestasi sebagai demam dan
impregnasi perak'Warthin-Starry. limfadenopati yang terjadi 2 minggu setelah kontak dengan
kucing (biasanya sebuah cakatan, jiiatan, gigitan, atau
mungkin gigitan kutu). Lesi kulit primer (papul atau
Bartone I I a hasi I iformis pustul) terjadi di tempat kontak 3-10 hari setelah kontak.
Terdapat dua stadium infcksi Bartonella basiliformis: Pasien biasanya nampak sehat tctapi mengalami demam
stadium awal adalah demam Oroya, anemia yang infeksius subfebris dan kadang-kadang nyeri kepala, sakit
dan serius; dan stadium eruptif, verruga peruana' yang tenggorokan, atau konjungtivitis. Kelenjar getah bening
biasanya muncul 2-8 minggu kemudian, meskipun regional sangat membesar dan kadang nyeri tekan, dan
verrugae juga dapat muncul tanpa didahului dengan tidak mereda selama beberapa minggu atau bahkan bulan.
demam Oroya. Kelenjar dapat mengalami supurasi dan mengeiuarkan
Demam Oroya ditandai dengan anemia hebat yang pus" Diperkirakan sebanyak lebih dari 20.000 kasus per
berkembang dengan cepat akibat destruksi sel darah tahun muncul di Amerika Serikat.
merah, pembesaran lirnpa dan hati, serta perdarahar.r ke Diagnosis demam cat-scratch berdasarkan ( 1)
dalam kelenjar getah bening. Massa bartonella mengisi anamnesis yang sugestif dan temuan fisik; (2) aspirasi
sitoplasma seI yang melapisi pembuluh darah, dan pus dari kelcnjar getah bening yang tidak mengandung
pembengkakan endotel dapat mengakibatkan oklusi bakteri yang dapat dibiakkan dengan metode rutin; dan
vaskular dan trombosis. Presentase mortalitas demam (3) hasil temuan histopatologi yang khas dengan lesi
Oroya yang tidak diterapi sekitar 40%0. Diagnosis granuloma, yang dapat meliputi bakteri yang terlihat pada
ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan apusan darah pewarnaan impregnasi perak. Uji kulit yang positif juga
yang diwarnai dan biakan darah pada medium semisolid. dapat dimasukkan sebagai kriteria. 'lircr l:64 atau lebih
Verruga peruana terdiri dari lesi kulit vaskular yang besar pada serum tunggal dalam uji antibodi fluoresen
muncul dalam kelompok-kelompok yang berurutan; tidak langsung sangat membantu diagnosis' tetapi
proses ini berlangsung selama sekitar satu tahun dan peningkatan titer diagnostik dapat tertunda.
menyebabkan reaksi sistemik ringan dan tidak fatal. Penyakit cat-scratclt disebabkan oleh B henselae, kecr|,
Bartonella dapat dijumpai pada granuloma; biakan darah pleomorfik, batang gram-negatif yang terutama terdapat
sering positif, tetapi tidak terdapat anemia. pada dinding kapiler dekat hiperplasia folikular atau dalam
B basiliformis menghasilkan sebuah protein yang mikroabses. Organisme ini paling baik dilihat pada
menimbulkan deformitas (indentasi) membran sel darah potongan jaringan yang diwarnai dengan pewarnaan
merah, dan flagel yang membuat organisme tersebut impregnasi perak \Warthin-Starry; organisme ini juga
dengan tekanan mekanik menginvasi sel darah rnerah. B dapat dideteksi dengan pewarnaan imunofluoresen.
basiliformis juga menginvasi sel endotel dan bagian lain Biakan B henselae secara tlmum tidak disarankan untuk
sel manusia secara in uilro. penyakit yang relatif jinak ini.
Bartonellosis hanya terdapat pada daerah pegunungan lleservoir untuk B benselae adalah kucing rurnah, dan
Amerika Andes di Peru tropikal, Colombia, darr Ekuador saru pertiga kucing atau lebih (dan mungkin kutunya)
serta ditularkan melalui lalat (flebotomus dan lutzomyia). dapat terinfeksi. Kontak dengan kucing yang terinfeksi
B basiliformis tumbuh pada agar nutrien semisolid melalui le.si kulit diduga menjadi penyebab terjadinya
yang berisi serum kelinci 10% dan hemoglobin 0,5%. infeksi.
Setelah inkubasi selama l0 hari atau lebih pada suhu 28
0C, Penyakit cat-scratc/l muncul paling sering pada orang
terjadi turbiditas dalam medium itu, dan dapat dilihat dengan sisten'r imun yang baik dan biasanya dapat sembuh
adanya organisme berbentuk batang dan bergranular pada sendiri. Terapinya terutama adalah terapi suportif, dengan
sediaan apus pewarnaan Giemsa. tetap tenang, berendam dengan air hangat dan lembap,
Penisilin, streptomisin, dan kloramfenikol efektif pada serta analgesik. Aspirasi pus atau pengangkatan kelenjar
demam Oroya dan dapat sangat mengurangi presentase getah bening yang sangat membesar secara pembedahan
mortalitas, terutama jika juga diberikan transfusi darah. dapat mengurangi gejalanya.'lerapi dengan tetrasiklin atau
Kontrol penyakit terganrung pada eliminasi vektor lalat: eritromisin dapat membantu.
322 BAB 23

B. ANGIOMATOSIS BASILAR Angimatosis basilar diobati dengan eritromisin atau


Ar.rgiomatosis basilar adalah penyakit yang sebagian besar doksisiklin oral (ditambah gentamisin unruk pasien yang
menyerang orang imunokompromais, terurama penderira sakit parah) selama minirnal 2 bulan. Kekambuhan sering
AIDS. Kasus jarang muncul pada orang dengan sistem tetapi awalnya dapat diobati dengan obat yang
imun baik. Angiomatosis basilar mempunyai karakteristik ::K"]t
histopatologi berupa lesi bundar dengan proliferasi kapiler Reservoir untuk B henselae biasanya adalah kucing
lobular dan melingkar, pembuluh yang terbuka dengan rumah, dan pasien angiomatosis basilar yang disebabkan
sel endotel kuboid masuk ke dalam lumen vaskular. Hasil organisme ini sering mempunyai riwayat kontak dengan
temuan yang bermakna adalah jika ditemukan hisriosit kucing atau pernah digigit oleh kutu kucing. Satu-satunya
epiteloid yang dikelilingi oleh matriks fibromiksoid rescrvoir yang sudah diketahui untuk B quintana adalah
ionggar. Basilus pleomorfik dapar dilihat pada jaringan manusia dan kutu pada tubuh manusia.
subendotel jika diwarnai dengan pewarnaan .impregnasi
perak \Warthin-Starry. Lesi yang timbul dapat diinfilrasi BAKTERI YANG MENYEBABKAN
oleh leukosit polimorfonuklear. VAGINOSIS
Pada bentuknya yang biasa dijumpai, angiomatosis
basilar timbul sebagai sebuah papul merah yang besar Vaginosis bakterial adalah kondisi vagina yang scring
(cranberry-like), sering dikelilingi dengan sisik dan eritema. dialami wanita usia reproduktif. Hal ini berhubungan
Lesi tersebut mernbesar dan diameternya dapat sampai dengan ruptur prematur membran dan persalinan serta
beberapa sentimeter dan berulkus. Mungkin terdapat satu kelahiran prematur. Vaginosis bakrerial mempunyai
atau banyak lesi. Gejala klinisnya sering mirip dengan mikrobiologi yang kornpleks; dua organisme, Gardnerella
gejala penyakit sarkoma Kaposi pada penderita AIDS, uaginalis dan spesies mobilunkus, adalah spesies yang
tetapi kedua penyakit tersebut berbeda secara histologi. paling dikaitkan dengan proses penyakit.
Angiomatosis basilar sebenarnya muncul pada semua
organ. Keterlibatan hati (dan iimpa) ditandai dengan Gardnerella vaginalis
proliferasi kisdk ruang yang terisi darah yang diketilingi G uaginalis adalah organism€ yang secara serologi berbeda,
oleh matriks fibromiksoid yang berisi bakteri; bentuk yang diisolasi dari traktus genitourinarius wanita dan juga
penyakit ini disebut peliosis hepatis dan biasanya disertai berhubungan dengan vaginosis, disebut demikian karena
dengan demam, penurunan berat badan, dan nyeri tidak dijumpai sel inflamasi. Pada sediaan apus basah,
abdomen. Bentuk bakteremia infeksi dengan tanda-tanda vaginitis "nonspesifik"
ini, atau vaginosis bakterial,
nonspesifik malaise, demam, dan penurunan berat badan menunjukkan gambaran "sel c/ue," yang merupakan sel
juga muncul. epitel vagina dilapisi dengan banyak basilus gram-variabel,
Diagnosis dikonfirmasi dengan remuan histopatologi dan tidak terdapat penyebab vaginitis lainnya, seperti
karakteristik dan adanya basilus pleomorfik pada bagian trikomonas atau ragi. Sekret vagina sering mempunyai
yang terwarnai perak. B henselae dan B quintana dapat bau "amis" yang khas dan mengandung banyak bakteri
diisolasi dengan biakan langsung biopsi jaringan yang anaerob selain G uaginalis. pH sekret vagina lebih dari
terlibat yang diambil dengan hati-hati, sehingga q,S
@H normal adalah < 4,J). Vaginosis yang disebabkan
terkontaminas! oleh bakteri kulit. Spesimen biopsi oleh organisme ini dapat ditekan dengan metronidazol,
dicampur dalam medium biakan jaringan subur dan yang menunjukkan adanya hubungan dengan bakteri
diinokulasi ke dalam agar coklat segar dan agar inlusa anaerob. Metronidazol oral biasanya dapat menjadi
jantung dengan darah kelinci 5o/o. Biakan darah yang pengobatan kuratif.
diperoleh dari metode lisis-sentrifugasi dapat diino-
kulasikan ke dalam medium yang sama. Biakan harus Mobilunkus
diinkubasi di lingkungan yang mengandung CO, 5o/o pada
suhu 36 uC selama minimum 3 minggu. Spesimen juga Genus ini terdiri dari bakteri motil, berbentuk lengkung,
dapat dibiakkan pada monolayer biakan jaringan gram-variabel atau gram-negatif, batang anaerob yang
eukariotik. Secara biokimia, B hanselae dan B quintana diisolasi dari " vaginosis bakterial," yang mungkin
relarif inert, termasuk reaicsi katalase dan oksidase negarif merupakan varian klinis vaginosis yang disebabkan G
serta uji pemakaian giukosa yang negatif. Aktivitas enzim uaginalis. Bakreri ini mungkin merupakan bagian dari
dapat dilihat dengan substrat asam amino menggunakan flora normal anaerob vagina pada wanita, dan mungkin
metode untuk menguji kerja enzim. Identifikasi definitif juga merupakan bagian dari flora anaerob pada vaginosis
diperoleh dengan mengurur semua atau sebagian gen RNA bakterial. Organisme ini paling sering dideteksi dengan
ribosom 165 yang diamplifikasi oleh realai rantai polimerase. sediaan apus sekret vagina yang diwarnai Gram, tetapi
organisme ini sulit tumbuh pada biakan anaerob.
LEG I ON E LLA, BARTO N E LLA, & PATOGEN BAKTERI YANG TIDAK LAZIM 323

STREPTO BACI LLU S MON I LI FORM I S Analisis filogenetik telah menunjukkan organisme tersebut
adalah aktinomises gram-positif yang tidak berkerabat
S monlliformis adalah organisme aerob, gram-negatif, dekat dengan semua genus yang sudah diketahui.
sangat pleomorfik vang membentuk rantai basilus iregular Organisme ini sementara disebut sebagai Tropheryma
yang diselingi dengan pembesaran fusiform dan badan whipplei. Diagnosis penyakit Whipple adalah melalui
besar bulat. Organi.sme ini tumbr-rh paling baik pada suhu amplifikasi PCR spesimen yang sesuai (biopsi usus, biopsi
37 0C pada media yang berisi protein serum, kuning otak, d1l.) untuk 7 whipplei.
telur, atau kanji tetapi berhenti tumbuh pada suhu 22
')C. Bentuk L mudah ditemukan pada sebagian besar
biakan organisme. Subkultur koloni murni bentuk L di
n-redium cair sering menunjukkan adanya streptobasilus
PERTA'YAAT' LAT'F.AN
iagi. Semua strain streptobasillus tampaknya identik secara
an tige n.
EZ -
..'...
S moniliformis adalah flora normal tenggorokan tikus, i,' Sdorang pria 70 tahun datang ke IGD karena merasa
'' ,, ,,,i
. demam dan 'lsangat:lelah", Dia,mengalami batuk
dan manusia dapat terinfeksi melalui gigitan tikus. 'kronis akibat rokok, tetapi batuk ini terus
Penyakit manusia (demam gigitan-tikus) ditandai dengan - meningkai secara dramatis pada minggu terakhir :
demam septik, ruam berbercak dan petekial, serta . ''dan menghasilkan sputum putih. l-lari tebelumnya
- '
poiiartritis yang nyeri. Diagnosis ditegakkan berdasarkan "' ,suhu badannya 38 !C dan mengalami diare cair,"
biakan darah, cairan sendi, atau pus; pada inokulasi tikus; Pada pemeriksaan {isik didapatkan adanya mengi
I ',t: inspif?lorik dan 'ekspiralorik
ser.ta ronki bada t,,
dan pada uji serum aglurinasi. : 'lapahg,:'par,u kanan bawah; Fo!o' rontgen idada ,:'l
Organisme ini ;uga dapat menyebabkan infeksi setelah I, ''menunjukkan infiltrat bercak pada lobus kanan ':
tertelan melalui susu. Penyakit ini disebut demam ",, bawah. Diagnosis diferensial pneumohia pada':r-
Haverhill dan teiah muncul sebagai epidemik. pasien ini adalah
Penisilin dan mungkin antibiotik lainnya adalah terapi
(A) Pneumonia .Streptococcus pneamoniae
(B) Pneumonia Legionella pneumophila
yang efektif. (C) Pneumonia Haemophilus influenzae
Demam gigitan-tikus dengan gejala klinis yang berbeda (D) Pheumonia Mycoplasma pneumoniae
(sodoku) disebabkan oleh Spirillum minor (lihat Bab 25). ,(E) Semua yang diatas bengr - ,i
2. Biakan sputum rutin untuk pasien pada Pertanyaan
CALYMMATOBACTERIUM 1menunjukkan flora normal. Terapi dengan
ampisilin selama 2 hari tidak ada perbaikan.
(DON OVAN rA) G RANU LOMATT S Dipertimbangkan diagnosis penyakit Legionnaire
-dan dilakukan bronkoskopi untukl memperoleh
C granttlomatls, berkaitan dengan klebsiella, menyebabkan cairan lavase alveolar bronkhial dan spesimen jalan '

granuloma inguinalis, penyakit menular seksual yang , napas dalam. Pemeriksaan 'apakah yang dapat
jarang terjadi yang ditandai dengan adanya ulkus genital. , ,' menunjukkan diagnosis penyakit akibat Legionaella
f)rganisme ini sulit tumbuh pada rnedium yang ' pneumoPhila serotiPe 1?' - :

(A) Assay antigen urin legionella


mengandung kuning telur. Ampisilin dan tetrasiklin adalah ' ,"'" (B) Antibodi f luoresen langsung pada'cairan,
terapi yang efektif. lavase bronkhial alveolar l
: (c) Biakan lavase bronkhial alveoiar pada medium
ektrak carkoal ragi dengan antibiotik
PENYAKIT WHIPPLE (D) Assayantibodi pada sepasang serum (fase akut
dan penyembuhan)
Penyakit Whipple ditandai dengan demam, nyeri (E) Semua di atas benar
abdomen, diare, penurunan berat badar-r, dan poliartralgia
migran. Per-ryakit ini terutama menyerang usus halus dan 3, Faktor yang penting dalam patogenesis penyakit
Legionnaire adalah
keienjar getah bening mesenterika, tetapi semua organ (Al Legionella pneumophlla membunuh sel
dapat terkena. Secara hisrologi, secara nyata terdapat polimorfonu k elar
infiltrasi makrofag dan deposit lemak. Vakuola yang khas (B) Makrofag alveolar memfagosit Legionella '
dalam makrofag yang terwarnai oleh pewarnaan periodic
acid-Schiff (PAS) bersifat patognomonik untuk penyakit (C) Legionella pneumophila menginvasi kapiler
pulmonar, menyebabkan diseminasi -dan
ini. Materi intraselullar dan ekstraselullar yang l)AS-positif '' , penyakit sistemik
adalah basilus, tetapi biakan yang dilakukan untuk ,'r ,' (D) Legionella'pneumophila menginduksi fagosom
mengisolasi organisme tersebut tidak berhasil dilakukan. makrofag. alveolar untuk berfusi dengan
Amplifikasi reaksi rantai polimerase (PCR) RNA ribosom ' 'i lisosom
165 bakteri mernungkinkan dilakukannya identifikasi
(El Legionella pneumophl/a menginvasi sel yang
melapisi alveolus,
rangkaian ur.rik dari bakteri di ternpat lesi tersebut.
324 BAB 23

' 4. r Seofang,;lrnak perempuant .'! l tahun menSqlaIn i .


begitu pula dengan pemeriksaan fisik lainnya. pH
. avriitan akut.demam; ,menggigil,,'nyeri, kepala,
"
cairan vaginanya 5,5 (normal <4,5). Jika ditambahkan
rr, ,'..:. muntah, dan arthralgia'hebatryang beipindah- KOH pada preparat cairan vagina, akan timbul bau
,, :,,,:pindah,(nyeri sendi) gerta mialgia (nyeriotot). Dua -.ir rr,amis: Preparat'bbsah isekret menuniukkan' bany?k
rr- ..i;..1 hari kemudian,'rdi;1'mengalamirruam makulOpapulairtrl: :, :.1",,fs€|,'epitel ,dengan bakter:i dia,tasnya Gel c/ue). Tidak ,
di atas telapak tangan, telapak kaki, dan ekstre- ,.,,, iterlihbt'sel.polimoifonuklear. Diagnosisnyaiadalah
,'. : , 'mitasny.b. Pada waktu. yang.;sama,;.:,lut.lJtr:kirinya (A) Gonorrhea
menjadi sangat nyeri dan membehgkak. Pada (B) Vaginitis trikomonas
pemeriksaan, terdapat cairan di lututnya. Pada (C) Sifilis
1';, ahamn siS,,,selanjutnya.,diketbhui,:biahwa dia (D) Vaginitis ragi
:''_:,, mempunyai hewan pelihalaan tikus'r:dan,:sering .(E) Vaginosis bakterial
bermain dengan tikus tersebut. Biakan cairan dari
.:;,'. I ututnya pdda agar;darah,do1nb.q, 5olqr: rhenunj u kkan lawaban
koloni 2 mm berbehtuk seperti kapas setelah 1.E 4. B
. -:, t,, rinkubasi 3r hari..Biakan air kaldu menunjukkarr.,r.:,
2.E 5. E
,.:,,''. pg,rt1-r m buha h.,r seperti rbu l atbni;rr pa da :
pgw.i.ln q a,n, ., . 3.8
..,,. ,:r;Gi'a m j u kk-ain:tga mb'O'iahr.; 6ai'ilu's:r,g ra m -
negatif':tltenuii
dengan lebar 0,5 pm dan panjang t-C Um. Wffi{ffi''qffirtr;ffi #,'.r"- .-j$* kffii}ffi #S;"J
:':,: , ,selairi.itu juga terlihat bentuk yang sangat panjang
,:,:', (iampai: I50,pm) dengan,rantai seperti.: m.anik,'.. ,,

.r,,'.,:-.manik; pe.mbengkalan.fusiform;' dan


.bddan bulat
rl, : besar.'Ahli, mikrobiolo'gi yangi mengobservasi','
KEPUSTAKAAN
': r:5s6;ufn apus pewafnaan-Gram segera mengetahui
:]..penyebabinfeksi.9adisitu,yaitu]]]':,'.,.i'|]]ll1' Hart G: Donovanosis. CIin lnl'ect Dis 7997:25:24.
(A) Treponema p4llidum ,:' :i,' . -, ,,:::' Muder RR: Other Legionella species. In:Mandell, Dougl.us, und ]Sennett's
(B) Streptoba ci llus moni liformis Pri.nciples and Pructice of Infectious Disenses,Sth cd. Mandell GL,
'.;-l' r-(C) Francisetla tilarensis ", ' ',.'. ;,.'.:.'rli, Bennett JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone, 2000.
(D) Bartonetta bacil liformis
Slater LN, Welch DF: Bartonelln species, including cat-scratch disease.
(E) Yersinia pestis In: Mandell, DougLas, arul Bennett's Prirreiples and Prortice of Infectious
5. Seorang wanita i8 trhun datang ke klinik dengan Diseases,Sth ed. Mandell GL, BemettJE, Dolin R (editors). Churchill
Livingstone, 2000.
keluhan keluar sekret vagina berwarna putih
r :,:, r.,:':lSeahu:Qbua.n;:den!an bau busuk sejak:6'hari yang Stout JE, Rilrs JD,YuYL: Legionella.ln: ManuaL of Clinicul Microbiology,
:r 1 W{njta ini-adalah seseorang yang aktif secara
1;.1lalU. 8th ed. Murray PR et al (editors). ASM Press,2003.
' , tgksu.al r.selama''sebulan terakhir ini dengan satu Welch DF, Slater LN: Bartonellu and Afipia. ln: ManuaL of Clinicul
pasangan yang baru baginya. Pemeriksabn fisik Microbiologv,8th ed. Murray PR et al (editors). ASM Press, 2003.
didapatkan sekret berwarna putih keabu-abuan, YU W: Legiorw.lkr pnewnop hila (1*giomaire's disease). In: MandeLI, Douglus,
:. iri:,:]ihornogen; tipis,:yang lengket pada dinding vagina. anrJ Bennett's Principles ancl Practice oflnfectious Dlseases, 5th ed.
' -, lidak.!erdatat, sekret ,p'ada ostium,.ierviks. Mandell GL, Bennett JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone,
':.:',;,l eriklaan,,o9.lyik bimanuaI tidak ada keIainan. :
2000
Mikobakterium

Mikobakterium adalah bakteri berbentuk batang aerob B. BIAKAN


yang tidak membentuk spora. Meskipun bakteriini tidak
Medium untuk biakan primer mikobakterium harus
terwarnai dengan mudah, sekali terwarnai, bakteri ini
meliputi medium nonselektif dan medium selektif.
dapat menahan warnanya walaupun diberikan asam atau
Medium selektif mengandung antibiotik untuk mencegah
alkohol dan oleh sebab itu, disebut basil "tahan asam".
pertumbuhan berlebihan bakteri yang mengontaminasi
Mycobacterium ntberculosis menyebabkan tuberkulosis dan
dan fungi. Tetdapat tiga formulasi umum yang dapat
merupakan patogen manusia yang sangat penting.
digunakan untuk kedua medium selektif dan nonselektif.
Mycobacterium leprae menyebabkan lepra. Mycobacterium
auium-innacellular (kompleks M auium, atau MAC) dan 1. Medium agar semisintetik-Medium ini (misalnya,
mikobakterium atipikal lainnya yang sering menginfeksi Middlebrook 7H10 dan 7H11) mengandung garam,
penderita AIDS, adalah patogen oportunistik pada pasien vitamin, kofaktor, asam oleat, albumin, katalase, gliserol,
yang imunokompromais lainnya, dan kadang-kadang glukosa, dan malakit hijau; medium THll juga
menyebabkan penyakit pada pasien dengan sistem imun mengandung kasein hidrolisat. Albumin menetralisir efek
normal. Terdapat lebih dari 50 spesies mikobakterium, toksik dan efek inhibisi asam lemak dalam spesimen atau
termasuk banyak yang bersifat saprofit. Mikrobakterium medium. Inokulum yang besar menunjukkan pertumbuhan
yang menginfeksi manusia tercantum padaTabel 24-1. pada medium ini dalam beberapa minggu. Karena
inokulum besar mungkin diperlukan, medium ini
MYCOBACTERI U M TU B ERCU LO5'5 mungkin kurang sensitif dibandingkan dengan medium
lain untuk isolasi primer mikobakterium.
Morfologi & ldentif ikasi Medium agar semisintetik digunakan untuk meng-
observasi morfologi koloni, unruk uji sensitifitas, dan dengan
A. CIRI KHAs ORGANISME
menambahkan antibiotik, sebagai medium selektif.
Pada jaringan, basil tuberkulosis adalah bakteri batang
2. Medium telur inslsissated-Medium ini (misalnya,
tipis lurus berukuran sekitar 0,4 x 3 pm (Gambar 24-i).
Lowenstein-Jensen) mengandung garam, gliserol, dan
Pada medium artifisial, bentuk kokoid dan filamen terlihat
substansi organik kompleks (misalnya, telur segar atau
dengan bentuk morfologi yang bervariasi dari satu spesies
kuning telur, tepung kentang, dan bahan-bahan lain dalam
ke spesies yang lainnya. Mikobakterium tidak dapat
berbagai macam kombinasi). Malakit hijau dimasukkan
diklasifikasikan menjadi gram-positif atau gram-negatif.
untuk menghambat bakteri lain. Inokulum yang kecil
Jika sudah terwarnai dengan bahan ceiup dasar, organisme
dalam spesimen dari pasien akan tumbuh pada medium
ini tidak dapat diwarnai dengan alkohol, tanpa ini dalam waktu 3-6 minggu.
menghiraukan pengobatan iodin. Basil tuberkulosis sejati
Medium ini dengan penambahan antibiotik digunakan
ditandai dengan "tahan asam"-yaitu, 95o/o eril alkohol
sebagai medium selektif.
mengandung 3o/o asam hidroklorat (asam-alkohol) dengan
cepat menghilangkan warna semua bakteri kecuali 3. Medium kaldu-Medium kaldu (misalnya, Middlebrook
mikobakterium. Sifat tahan asam ini tergantung pada 7H9 dan 7Hl2) mendorong proliferasi inokulum kecil.
integritas selubung yang terbuat dari lilin. Teknik Awalnya, mikobakterium tumbuh dalam bentuk rumpun
pewarnaan Ziehl-Neelsen digunakan unruk mengidentifi kasi atau massa karena sifat hidrofobik permukaan selnya.
bakteri tahan asam. Metode ini dijelaskan secara rinci Jika ditambahkan Tweens (ester asam lemak yang larut
pada Bab 47. Pada sediaan apus sputum arau porongan air), zat ini akan membasahi permukaannya dan
jaringan, mikobakterium dapat ditunjukkan dengan memungkinkan terjadinya penyebaran pertumbuhan pada
fluoresensi kuning-oranye setelah pewarnaan dengan medium cair. Pertumbuhan sering lebih cepat diban-
fluorokrom (misalnya, auramin, rodamin). dingkan pada medium kompleks.

325
BAB 24

L,ii:,.H tllllllllll
!it lllll
r r r I I
llloll
I I I E I
llllllYll
I c c I I I I l*n I I

E< ,
r=- I
; ; ;f ; ; g ; i
r I II I I I I
itE i E€5 , E ,
Ii I IEE; I I I I I

t-l
i5: t€
ls I: :I fiel I i:iE is
l{ :tE;
l;;t Ii l5
i-P
Ii :I if';
i€t I I

iEi lt i I ?5; i
r€r 1ar r r €Ei i
i; iia= ; i3 i i l;--u;Ei
,FE'$ , rE I l d'P ,.q,
o

rS , I &5, Ir 'E
rE 'P
,P rtES l.-l
'i' r! r r -Er rc ' - '; n I'| 11 I I l:E r-or
,:l

ii!
,3,
rfrr
r.or
; ;
r: i I E;i ir
rp r r Ei,
, t rS I
iE ia i;Fi
rE r-Pt iE)
15 i I i:5
i, r: I I iE; irr
,E , , ,Et r;r I r;: r3r
:.!
;=;
ror iE
rf, J-H'
r, rr 68, ':_..PE'8H;
r| ro*''5.4,f.3i , l€
r€, rg ?F' E3[ | ,.:- || i| IEE'?,
l:Fgl Ei
t:,:11

g bt t ^,HF,Ev
9'i t P' I gE P I I :e I I I F sE r :r
rP' !-r-[ [ror
Xl6l ?n'3'.E ,t '.8
| !4 I I . I I
;*, ;E ; ; E:i ir .9.rYtriir6r6..il
!'t I

rvr r< r r i5, t'. rgr rgE:r


,i' ti
inl lE lEl {gl
Ei:;l*til*Eg i| ip
lol e[l iI :i.5E'E;,-_=_B '*
i,li liSFiei
'or ' -*!iEi
tE-
'd8l '4' (l=>l;-ol?'o: I t - l\r r?For

B;e; ig,;=; ?!i i


tt r t- rJr oXl I O-'
fi:b, ;s ,z', : !l€3't''aEi
:iiEiEEi ;iE-i5i:ri€iEl-eiSi il
Ei5i iI
-<;;; ;'; ,<,
!, ,'. iil
id,
I.r.l
6.,, i ;i;;l:;l::a€l:rH€:t:arEP€i5i
6,-:iEi;fi:HF;=iiiiE"l
3,Es,-tsrisd-:zr.'iEg' fr;5e 1ei!i
I'E'; *i€r4'|!r$r i
9;*;
;;:; ;: hH;.t;
ii=il{ii=i *:r Iii;'Jaiif t;,e Fe [t* -7oI
?r ;'.-r ==rE455,-?';l', 3' Ftr:rr*r

Iigi
e;;;
gEtEi ii!iri
iL: <; -;,6r, iiil;;iiatpt;l;*l;iel;;Elll
e,3-e ,_J.rgil|,T,.:f

ltElqlqE'l5l
! E*iii
5EtEl
ii;iai
Ei iii:iic:s=iii*[iEiii:sii
=s H:.i' ai
'-or9r?!jrEr

=i:i !r eh o' G)'= -!:€';


o'|'#lgEl5gtglglEilSlilEFFlFl
= -9r 38r qr i5.Er dr irr d
5,F'
url I I lEl I I I I I I I I I I I I

Vtt I I r-(t
ur i i € I I 11, I I I I I I I I I

4t l r 'H,
16r -o r r rb I lc I l! I I I I
I
16 i, i, i,. ,
I

o llEi i; I; :Ei g iE' iI


;S; e'i i i, ;: I; i?
i!^ ii l€ I

-q9' 5 i!= rc iI iE I i rF II
'a

6; I; i, i[i
,Ai ; i i[-i;
,

:l
c(u
E
Fi 5; lj lg I l=l! I
i

r I r.= Io.r 59r rPFr5 tE tE I rF I lgro


"-5; ,fi!'n rs rs ' ,l r.:rsr'E
I

ll
; ; ;ft;6; torr

i:i : i i r;:i ai Iii: ii i; i:ii iiili p i:l


F0)
.g
('l
c

=i I llSFtalIsls lS lE lriF isiFis lii


lilsli
OJ

E
ol
c(E il

E :r:.:li !
lllll!:llcllllllll

i I I i ii I i[ I I I II Ii I I
ll
i

'-:, $i lllllortllo|lllllllll
rf; , ,E I I I I I I I I I
0, ;:];l:rr:J r r r r ll
I

IZ &,:il rlrrri.^rrillllllll I I
(o trl i r r I r ,,: \ I l.E I I r I I I I I I

-o a.i , ,* I r! t- I rF I I I I
o r I r , I

ini;pirif i* i:ii
'i5 , ,i I I I I

i'iti
IZ
I I I I rit ri-tot ri rf I

'
= I
vf\ iSl rrisi u isi
apo iii$i! ii;sl*i;Iisisis
,ErErE l rc I tE I I I
iSi;iiili:
I I I I I
isi
I I
MIKOBAKTERIUM I 327

tlt
I i r r € :;
r € r r F #E
I r r r ; 9X_
I Yr I I F
tftri:6 E_s5
; ;S ;, ;, qFpEE othio
5 ' cYj:orc
E I 'I ;.3tE9
G I I a=€ X.=
P'biY- 9 -R
no r r nc
€ I I sE'F=;
ilt--Lc
.-6
, I
-.9 or i
: I r !ggeE:
E

r ;n- !s! 6xs*;


, ! l6l
ij
,t, O_" .:E
;
t E ;=; ^==93
g r=r 9,=fioP i;Ef;
i I-i^<i 8.€:&E
Irr iE:F:
c!r-r
'-.trtsr
ri!€-
;"xFE
d+: a
Gambar 24-7 . M yca b a cte r i u m t u b e r cu I osrs (ta n
dalam spesimen sputum yang sudah diproses yang
da pa n a h)

;r *i;rzt
,
g;;s; :e;ihHi
c:,v,

-tsbvr
ob:u'- diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. M tuberculosis
tunggaltampak merah dengan latar belakang biru pucat.
r, dC r E I
.==.

:r *Erlr =6,UJ,
n:lel FEgi;
39-*-
iF -.c: c

r:r =E:Ei i;5[€


;!irEir
rsrSr e*iEE .ihEor
C. SIFAT PERTUMBUHAN

Mikobakterium adalah aerob obligat dan mendapatkan

ii !!i=i
energi dari oksidasi banyak komponen karbon sederhana.

I
se;=i ISEe'x
IEn*e I l',l o-
Peningkatan tekanan CO, mendukung pertumbuhan.
Aktivitas biokimia tiCak khas, dan laju pertumbuhannya
I 4:I<L-.::c-cc E..i
b+: iebih lambat daripada kebanyakan bakteri" \7aktu
r p! gr giF;E replikasi basilus tuberkulosis sekitar 18 jam. Bentuk
i,ll<|''Fii*i
,F,
gE!56
I I r
saprofitik cenderung untuk tumbuh iebih cepat, untuk
berproliferasi dengan baik pada suhu 22-23 0C, untuk
I .s rgir I I I

I o tZl I I I
memproduksi pigmen, dan tidak terlalu bersifat tahan
rC asam bila dibandingkan dengan bentuk parogennya.
;i e ;t9:
i'i rr rr r

r =
1o I Zt
i ! iFi i i
.
r
:
D. REAKSI TenHaonp BAHAN FIsIK DAN KIMIA
i

I tYt I I I Mikobakterium cenderung lebih resistan terhadap bahan-


r -'
6 I I
'F, lllol
I
bahan kimia daripada bakteri lainnya karena sifat
t,5,E, I 'o' r r r'f c
lEl hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhanftya yang
6 l<l berkelompok. Bahan ceiup (misalnya, malakit hijau) atau
'r-tult r'6r'6r-ro E zat antibakteri (misalnya, penisilin) yang bersifat
.-ctct-ct-
l:;EP
P :n:-rPr[rtr
:;:<rprprI
bakteriostatik terhadap bakteri lain dapat dimasukkan
'O 'lll' I I I
ke dalam medium tanpa menghambat pertumbuhan basil
l9 tct :r I
:
tuberkulosis. Asam dan basa memungkinkan beberapa
,c.
,G G ,rr; I I
r

ldrc I
; ; II iI basil tuberkel yang terpajan dapat hidup dan digunakan
I

;E€
rto t r r
r

i unruk membanru mengeliminasi organisme pengontaminasi


dan untuk "konsentrasi" spesimen klinis. Basil tuberkel
|I |I rI rI
I

!€>
tA _
r

I
tahan pengeringan dan dapat hidup untuk waktu yang
lE o I I I I la,r,,: pada sputum yang dikeringkan.
,fE I

lF
lEr\llat:t '
c 'olhl I

rf;._E ' rirgr,r._ I

E. VARIASI
r;E ' rXrSr-eri
j'5€ : :u.rrt c,E Variasi dapat muncul pada penampilan koloni, pigmentasi,
:i> I i>:>i>l>
rt!rrrr
tcl I I I I I
virulensi, temperatur pertumbuhan optimal, dan banyak
sifat pertumbuhan atau selular lainnya.
324 BAB 24

F. PATOGENITAS MIKOBAKTERIUM dengan wax jlaction can, setelah injeksi, akan menginduksi
sensitivitas tuberkulin. Protein ini juga dapat merangsang
Terdapat perbedaan yang bermakna dalam kemampuan
pembentukan berbagai antibodi.
berbagai mikobakterium untuk menyebabkan lesi pada
'berbagai macam spesies pejamu. Manusia dan marmut
C. POLISAKARIDA
sangat sensitif terhadap infeksi M tuberculosis, sementara
unggas dan sapi resistan. M tuberhulosis dan Myco- Mikobakterium men gandun g berbagai polisakarida. Peran
bacterium bouis sama-sama patogen untuk manusia. Rute polisakarida dalam patogenesis penyakit manusia tidak
infeksi (respirasi uersas intestinal) menentukan pola lesi. jeias. Polisakarida tersebut dapat menginduksi hiper-
Pada negara ma1u, M bouis saat ini sangat jarang muncul. sensitifitas tipe cepat dan dapat berperan sebagai antigen
Beberapa mikobakterium "atipikal" (misalnya, Myco' dalam reaksi dengan serum pasien yang terinfeksi.
bacterium kansasii) menghasilkan penyakit manusia yang
tidak dapat dibedakan dari tuberkulosis; mikobakterium Patogenesis
yang iain (misalnya, Mlcobacterium fortuitum) hanya Mikobakterium dalam droplet berdiameter 1-5 pm
menyebabkan lesi pada permukaan atau berfungsi sebagai
terhirup dan mencapai alveoli. Penyakit disebabkan
o portun is.
karena kehadiran dan proliferasi organisme virulen dan
interaksinya dengan peiamu. Basil avirulen yang
Komponen Basi I Tuberkel disuntikkan (misalnya, BCG) dapat hidup hanya selama
Komponen berikut ini terutama ditemukan pada dinding beberapa bulan atau tahun pada pejamu normal.
sel. Dinding sel mikobakterium dapat menginduksi Resistansi dan hipersensitivitas pejamu sangat
hipersensitifitas lambat dan beberapa resistansi terhadap mempengaruhi perkembangan penyakit.
infeksi serta dapat menggantikan seluruh sel mikobakterium
pada adjuvan Freund. Kandungan sel mikobakterium Patologi
hanya membangkitkan reaksi hipersensitivitas lambat Produlai dan perkpmbangan lesi serta Penyembuhan atau
pada binatan g yang se belumnya disensitisasi. progresifitasnya terutama ditentukan oleh (1) jumlah
A. LIPID mikobakterium dalam inokulum dan multiplikasi
berikutnya, dan (2) resistansi dan hipersensitivitas
Mtk"brk"tt-- ktyt tk"" Itptd, y""g dart
"td"t
mikolat (asam lemak rantai panjang C78-C90), Iilin,
^.
dan
pejamu.

fosfat. Di dalam sel, lipid banyak terikat dengan protein A. DUA TIPE LESI UUTA
dan polisakarida. Muramil dipeptida (dari peptidoglikan)
yang membuat kompleks dengan asam mikolat dapat 1. Tipe eksudatif-Tipe ini terdiri dari reaksi inflamasi
menyebabkan pembentukan granuloma; fosfolipid akut, dengan cairan edema, leukosit polimorfonuklear,
penginduksi nekrosis kaseosa. Lipid pada beberapa hal dan, kemudian, monosit di sekitar basil tuberkel. Tipe
bertanggung jawab pada sifat tahan asamnya. Pe nghilangan ini terutama terlihat pada jaringan Paru' yang mirip
lipid dengan menggunakan asam yang panas menghancurkan dengan pneumonia bakteri. Tipe ini dapat sembuh dengan
sifat tahan asam bakteri ini, yang tergantung dari integritas resolusi sehingga seluruh eksudat terabsorpsi; tipe ini
dinding sei dan adanya iipid-lipid tertentu. Sifat tahan juga dapat berlanjut menjadi nekrosis masif jaringan;
asam juga dapat dihilangkan setelah sonikasi sel d"p"t berkembang menjadi lesi tipe 2 (produktif).
"t",,
Selama fase eksudatif, uji tuberkulin menjadi positif.
mikobakterium. Analisis lipid oleh kromatografi gas
menunjukkan pola yang dapat membantu klasifikasi 2. ^lipe produktif-Jika lesi berkembang sepenuhnya,
spesies yang berbeda. lesi inl, gi"nuloma lronis, terdiri dari tt'gazona: (1) daerah
Strain virulen basil tuberkel membentuk "serpentine sentral yang terdiri dari sel-sel raksasa besar dan
cordi' mikroskopik; pada bentuk ini basil tahan asam multinuklear yang berisi basil tuberkel; (2) daerah tengah
tersusun dalam untai paralel. Pembentukan cord berkaitan terdiri dari daerah pucat berisi sei epiteioid, sering
dengan virulensi. Sebuah "faktor cori' (trehalosa-6,6'- tersusun radial; dan (3) zona perifer yang terdiri dari
dimikolat) telah diekstraksi dari basil virulen dengan fibrob1as, limfosit, dan monosit. Setelah itu, terjadi
petroieum eter. Faktor ini menghambat migrasi leukosit, jaringan fibrosa perifer, dan daerah sentral mengalami
menyebabkan granuloma kronis, dan dapat berfungsi nekrosis kaseosa. Lesi seperti itu disebut tuberkel'
sebagai "adjuvan" imunologik. Tuberkel kaseosa dapat pecah dan masuk ke dalam
bronkus, menumpahkan isinya di sana, serta membentuk
B. PRoTEIN
sebuah kavitas. Kemudian dapat menyembuh melaiui
Setiap tipe mikobakterium mengandung beberapa protein proses fibrosis atau kalsifikasi'
yang membangkitkan reaksi tuberkulin' Protein berikatan
MIKOBAKTERIUM / 329

B, PENYEBARAN ORGANISME DI DALAH TUBUH PEJAHU mekanisme komponen-komponen di atas dapat


Basil tuberkel menyebar dalam tubuh pejamu dengan menimbulkan respon yang bervariasi dalam reaktivasi
tuberkulosis masih belum jelas.
penyebaran iangsung, melaiui aliran limfatik dan aliran
dara"h, serta melalui bronkus dan traktus gastrointestinal. lmunitas & Hipersensitivitas
Pada infeksi pertama, basil tuberkel selalu menyebar
Kecuali pejamu mati selama infei<si pertama dengan basil
dari tempat awalnya melalui aliran limfatik menuju ke
kelenjar getah bening regional. Basil dapat menyebar lebih
tuberkel, resistansi rertenru timbul dan terdapat
jauh dan mencapai aliran. darah, yang selanjutnya akan peningkatan kapasitas untuk melokalisasi basil tuberkel,
menyebarkan basil ke semua organ (penyebaran milier).
memperlambat multiplikasi bakterinya, membatasi
Aliran darah juga dapat diinvasi oleh basil tuberkel penyebarannya, d.an mengurangi penyebaran melalui
sistem limfatik. Hal ini menyebabkan berkembangnya
melalui erosi vena oleh tuberkel kaseosa atau kelenjar
imunitas selular selama infeksi awal, dengan bukti berupa
getah bening. Jika sebuah lesi kaseosa pecah dan
kemampuan fagosit sel mononuklear untuk membatasi
mengeluarkan isinya ke dalam bronkus, Iesi tersebut
dapat diaspirasi dan menyebar ke bagian lain paru-paru
multiplikasi organisme yang ada dan bahkan meng-
hancurkannya.
atau terteian dan masuk ke dalam la-mbung dan usus.
Terbentuk antibodi terhadap berbagai macam
C, TEHPAT PERTUMBuHAN INTRAsELULAR komponen selular basil tuberkei. Adanya antibodi dapat
Sekali mikobakterium masuk ke dalam jaringan, bakteri
ditentukan dengan banyak uji serologi yang berbeda-beda.
ini terutama berada intraselular di dalam monosit, sel
Tidak ada satupun dari reaksi serologik tersebut
retikuloendotelial, dan sel raksasa. Lokasinya yang menunjukkan hubungan yang jeias dengan status imun
peJamu.
intraselular adalah salah satu alasan yang membuat bakteri
ini sulit ditangani dengan kemoterapi dan membantu Selama infeksi primer, pejamu juga mengalami
timbulnya resistansi mikobakterium. Di daiam hipersensitifitas terhadap basil tuberkel. Hal ini
sel
binatang yang sudah mempunyai sistem imun, muitiplikasi dibuktikan dengan adanya perkembangan reaksi
basil tuberkel sangat dihambat. tuberhiilin y:ing positif (lihat di bawah). Sensitivitas
tuberkulin dapat diinduksi oleh semua basil tuberkel atau
Infeksi Primer & Tipe Reaktivasi Tuberkulosis ole h tuberkuloprotein dalam kombinasi dengan
Horoform-soluble wax D basil tuberkel, tetapi tidak oleh
Ketika pejamu perrama kaii kontak dengan basil tuberkel, tuberkuloprotein saja. Hipersensitifitas dan resistansi
biasanya timbul tanda berikut: (1) Timbul Iesi eksudatif tampaknya menjadi aspek yang dapat dibedakan dalam
akut dan secara cepat menyebar ke sistem limfatik dan reaksi selular yang bcrkairan.
kelenjar getah bening regional. Lesi eksudatif pada
jaringan s€ring menyembuh dengan cepar. (2) Kelenjar Tes Tuberkulin
getah bening mengalami kaseosa masif, yang biasanya
mengalami kalsifikasi. (3) Uji uberkulin menjadi positif A. MATERIAL

Tipe infeksi primer seperri ini dulu dapat dijumpai, Tuberkulin yang iama adalah konsentrasi filtrat kaldu
biasanya pada anak-anak, tetapi sekarang sering dijumpai tempat basil tuberi<el ditumbuhkan selama 6 minggu.
pada orang dewasa yang selama ini bebas dari infeksi Selain tuberkuloprotein reaktif, material ini mengandung
dan oleh sebab itu, uji tuberkulin memberikan hasil yang berbagai macam unsur pokok basil tuberkel lainnya dan
negatif pada awal kehidupan. Pada infeksi prime r, medium pertumbuhan. Derivat protein yang dimurnikan
tuberkulosis dapat menyerang semua bagian paru tetapi (PPD) diperoleh melalui fraksionasi kimiawi tuberkulin
paling sering di daerah basal. lama. PPD distandardisasi sesuai dengan reaktivitas
Tipe reaktivasi ini biasanya disebabkan oleh basil biologiknya sebagai "unit tuberkulin" (TU). Melalui
tuberkel yang telah bertahan hidup pada lesi primer. kesepakatan internasional, TU didefinisikan sebagai
Reaktivasi tuberkulosis dita.ndai dengan adanya lesi kronis aktivitas yang terdapat di dalar, bc;a-t PPD Seibert yang
jaringan, pembentukan tuberkel, kaseosa, dan fibrosis. dispesifikasi Lot No. 49608 dalam buffer yang spesifik.
Kelenjar getah bening regional hanya sedikit yang terkena, Ini adalah PPD-S, standard untuk tuberkulin yang harus
dan tidak mengalami kaseosa. Tipe reaktivasi hampir selalu dilawan oleh potensi semua produk yang harus dibangun
dimulai pada apeks paru, rempat tekanan olaigennya (Por) dengan assay biologlk--yaitu melalui ukirran reaksi pada
paling tinggi. manusia. Tuberkulin dengan ke kuatan pertama
Perbedaan-perbedaan antara infeksi primer dan mempunyai 5 TU; dan kekuatan kedua mempunyat 250
reinfeksi atau reaktivasi ini terjadi akibat adanya (1) TU. Bioequivalensi produk PPD tidak berdasalkan pada
resistansi dan (2) hipersensitifiras yang diinduksi oleh berat material tetapi pada aktivitas perbandingan.
infeksi pertama pejamu dengan basil tuberkel. Bagaimana
330 BAB 24

B, DOsIs TUBERKULIN reaktivasi infeksi primer, sementara orang dengan


tuberkulin-negatif yang belum pernah terinfeksi tidak
Ti.iberkulin dosis tinggi yang disuntikkan ke dalam pejamu
mempunyai risiko seperti itu, meskipun mereka d4pat
yang hipersensitif dapat meningkatkan reaksi lokal yang
terinfeksi dari sumber eksternal.
'berat dan timbulnya reaksi inflamasi dan nekrosis pada
t€mpat utama terjadinya infeksi (reaksi fokal). Untuk
Temuan Klinis
alasan ini, uji tuberkulin pada survey memerlukan J TU;
pada orang-orang yang dicurigai mengalami hipersensitifitas Karena basil tuberkei dapat mengenai setiap sistem organ.
yang ekstrem, uji kulit dimulai dengan l TU. Material manifestasi klinisnya bervariasi. Fatigue, lemas, penurunan
yang lebih pekat (250 TU) diberikan hanya jika reaksi berat badan, dan demam mungkin merupakan tanda
terhadap 5 TU negatif. Volumenya biasanya 0,1 ml yang penyakit tuberkulosis. Keterlibatan pulmonal yang
disuntikkan secara intrakutan. Preparat PPD harus mengakibatkan batuk ftronis dan sputum berbercak darah
distabilkan dengan polisorbat 80 untuk mencegah biasanya terjadi akibat lesi yang sudah lanjut. Meningiti'
penyerapannya pada kaca. atau keterlibatan traktus urinarius dapat muncul, padr
saat tanda-tanda lain tuberkulosis tidak dijumpai
C. REAKSI TERHADAP TUBERKULIN Penyebaran melalui aliran darah menyebabkar.
Pada orang yang belum
'pernah kontak dengan tuberkulosis milier dengan lesi pada banyak organ dan
mikobakterium, tidak terjadi reaksi terhadap PPD-S, laju mortalitas yang tinggi.
sedangkan pada orang yang pernah mengalami infeksi
primer dengan basil tuberkel, terjadi indurasi, edema, Uji Laboratorium Diagnostik
eritema dalam waktu 24-48 jam, dan dengan realsi yang Uji tuberkulin yang positif bukan merupakan lukd adany,
sangat berat, bahkan terjadi nekrosis sentral. Uji kulit penyakit yang aktif akibat basil tuberkel. Isolasi basi
harus dibaca dalam waktu 48 atau 72 jam. Dianggap tuberkel dapat dijadikan sebagai bukti.
positif, apabila injeksi 5 TU diikuti dengan indurasi
berdiameter 10 mm atau lebih. Hasil uji positif A. SPESIMEN
cenderung untuk menetap selama beberapa hari. Reaksi
Spesimen terdiri dari sputum segar, hasil bilas lambung,
yang lemah dapat menghilang lebih cepat.
urine, cairan pleura, cairan serebrospinal, cairan sendi,
Uji tuberkulin menjadi positif dalam waktu 4-6
material biopsi, darah, atau material lainnya yang
minggu setelah infeksi (atau injeksi basil avirulen). Uji
dicurigai.
ini dapat negatif pada infeksi tuberkulosis, apabila terjadi
"anergi" akibat tuberkulosis yang sangat berat, campak,
B, DEKONTAMINASI DAN KONSENTRASI SPESIMEN
penyakit Hodgkin, sarkoidosis, AIDS, atau imunosupresi.
Uji tuberkulin positif kadang-kadang dapat kembali Spesimen dari sputum dan tempat nonsteril lainnya harus
menjadi negatif akibat pengobatan isoniazid, conuerter dicairkan dengan N-asetil-L-sistein, didekontaminasi
saat ini. Setelah vaksinasi BCG, uji tuberkulin dapat dengan NaOH (membunuh banyak bakteri dan fungi
menjadi positif, tetapi hal ini hanya berlangsung selama lainnya), dinetralisir dengan buffer, dan dikonsentrasi
3-7 tahun. Hanya eliminasi basil tuberkel yang hidup dengan sentrifugasi. Spesimen yang diproses dengan cara
yang dapat mengubah uji tuberkulin menjadi negatif. ini dapat digunakan untuk pewarnaan tahan-asam dan
'Walaupun demikian, orang yang pernah positif-PPD untuk biakan. Spesimen dari tempat yang steril, seperti
bertahun-tahun yang laiu dan sehat dapat tidak cairan serebrospinal, tidak memerlukan prosedur
memberikan hasil yang positif pada uji kulit. Ketika orang dekontaminasi tetapi dapat langsung disentrifugasi,
itu diuji ulang 2 minggu kemudian, uji kulit PPDnya- diperiksa, dan dibiakkan.
yang di"booster" dengan injeksi antigen saat ini-akan
memberikan ukuran positif indurasi lagi. C, SEDIAAN APUS

Sputum, cairan eksudasi, atau material lain diperiksa


D. INTERPRETASI UJI TUBERKULIN
untuk basil tahan-asam dengan Pewarnaan Ziehl-Neelsen.
Ufi tuberkulin yang positif menandakan bahwa seorang Pewarnaan cairan hasil bilas lambung dan urine secara
individu pernah terinfeksi di waktu yang lampau dan terus umum tidak direkomendasikan, karena mungkin terdapat
mengandung mikobakterium yang hidup dalam beberapa mikobakterium saprofitik dan menunjukkan pewarnaan
jaringan. Hai ini tidak menandakan bahwa orang tersebut yang positif. Mikroskopi fluoresens dengan pewarnaan
mengalami penyakit atau imunitas yang aktif terhadap auramin-rodamin lebih sensitif daripada pewarnaan tahan-
penyakit. asam. Jika organisme tahan-asam ditemukan pada
Orang yang mempunyai hasil uji tuberkulin positif spesimen yang sesuai, hal ini merupakan bukti presumtif
mempunyai risiko terjangkit penyakit tuberkulosis akibat adanya infeksi mikobakterium.
MIKOBAKTERIUM I 331

D. BIAKAN, IDENTIFIKASI, DAN UJI SENSITIFITAS Tahel 24-2. Klasifikasi mikobakterium Runyon

Spesimen yang diproses dari tempat nonsteril dan


spesimen yang disentrifugasi dari tempat steril dapat
dibiakkan langsung pada medium selektif dan nonselektif Kompleks TB M tuberculosis
M africanum
(lihat di atas). Biakan kaldu selektif sering merupakan M bovis
metode yang paling sensitif dan memberikan hasil paling
cepat. Medium agar selektif (misalnya, Lowenstein-Jensen Fotokromogen M aisiaticum
atau Middlebrook 7H1017F{1 i dicampur dengan M kansasii
M marinum
antibiotik) harus diinokulasi secara paralel dengan biakan M simiae
medium kaldu. Inkubasi dilakukan pada suhu 35-37 0C
dengan COr5-\0o/o selama 8 minggu. Jika biakan negatif, Skotokromogen M flavescens
dengan hasil pewarnaan tahan-asam positif atau dicurigai M gordonae
M scrofulaceum
adanya mikobakterium tidak khas yang tumbuhnya M szulgai
perlahan-lahan (lihat di bawah), seperangkat medium
inokulasi harus diinkubasi pada suhu yang lebih rendah Nonkromogen M avium complex
(misalnya, 24-33 0C) dan kedua perangkat diinkubasi M celatum
M haemophilum
selama 12 minggu. M gastri
Darah untuk biakan mikobakterium (biasanya M genavense
kompleks M auium) harus diberi antikoagulasi dan M malmoense
diproses dengan salah satu dari tiga metode ini: (1) sistem M nonchromogenicum
sentrifugasi lisis yang tersedia secara komersil; (2) M shimoidei
M terrae
inokulasi ke dalam medium kaldu yang dirancang secara M trivale
spesifik untuk biakan darah dan tersedia secara komersil; M. ulcerans
atau (3) sentrifugasi darah dan inokulasi lapisan bffi M xenopi
coat se| darah putih, dengan atau tanpa lisis deoksikolat
Bakteri yang tumbuh cepat M abscessus
sel, ke dalam biakan kaldu. Medium padat dapat Grup M fortuitum
digunakan secara paralel. Grup M chelonae
Secara medis penting untuk mencirikan dan M phlei
memisahkan M tuberculoszi dari spesies mikobakterium M smegmatis
M vaccae
yang lain. Mikobakterium yang terisolasi harus
diidentifikasi sebagai spesies. Metode konvensional untuk
identifikasi mikobakterium meliputi observasi laju
pertumbuhan, morfologi koloni, pigmentasi, dan sifat digunakan untuk mengidentifikasi hanya sejumiah kecil
biokimia. Metode konvensional sering memerlukan ha.sil isolat klinis. Metode konvensional untuk
waktu 6-8 minggu untuk identifikasi. Laju pertumbuhan mengelompokkan mikobakterium dengan cepat
memisahkan bakteri yang tumbuh cepat (tumbuh dalam ditinggalkan karena metode probe molekular lebih cepat
waktu < 7 hari) dari mikobakterium lain (Tabel 24-1). dan mudah.
Fotokromatogen menghasilkan pigmen dalam terang tetapi Probe molekular memberikan metode yang cePat,
tidak dalam kegelapan; skotokromogen menghasilkan sensitii dan spesifik unruk mengidentifikasi mikobakterium.
pigmen ketika tumbuh dalam gelap; nonkromogen Probe dapat digunakan pada pertumbuhan mikobakterium
(nonfotokromogen) adalah koloni yang tidak berpigmen dari medium solid atau dari biakan kaldu. ?role DNA
atau mempunyai warna coklat muda atau warna kekuning- yang spesifik untuk urutan rRNA organisme yang diuji
kuningan. Masing-masing spesies atau kompleks spesies digunakan dalam prosedur hibridisasi. Terdapat sekitar
didefinisikan dengan karakteristik biokimia tambahan 10.000 kopi rRNA pada setiap sel mikobakterium, yang
(misalnya, uji niasin positif seperti pada M tuberculosis, memberikan sistem amplifikasi aiami, dan memudahkan
redulai nitrat, produksi urease atau katalase, uji arilsulfat, deteksi. Hibrid untai ganda dipisahkan dari probe untai
dan banyak lagi yang lainnya. Klasifikasi tradisional yang tunggal yang tidak dihibrid. Probe DllA berhubungan
dibuat berdasarkan metode konvensional identifikasi dengan zat kimia yang diaktivasi di dalam hibrid dan
dapat dilihat pada Tabel 24-2. Mer.ode probe molekular didetelai dengan kemiluminessens. Probe untuk kompleks
tersedia untuk empat spesies (lihat di bawah) dan lebih M tuberculosis (M tuberculosis, M bouis, dan M aficanum),
cepat daripada metode konvensional. Di Amerika Serikat, kompleks M auium (M auium, M intracellulare, dan
empat spesies tersebut membuat 95o/o atau lebih isolat mikobakterium yang erat kekerabatannya), M kansasii
klinis mikobakterium, dan metode konvensional dan M gordonae saat ini sedang digunakan. Kegunaan
332 BAB 24

probe ini, telah mempersingi<at waktu untuk mengidentifikasi tertentu yang parah (misalnya, gagal pengobatan, resistansi
mikobakterium yang penting secara l<linis dari beberapa obat multipel). Obat lini kedua meliputi kanamisin,
minggu menjadi sampai t hari saja. kapreomisin, etionamid, sikloserin, ofloksasin dan
. Kromatografi cair high-performance (HPLC) telah siprofloksasin.
digunakan untuk menentukan spesies mikobakterium. Regimen standar 9 bulan yang berdasarkan pada
Metode ini berdasarkan pada perkembangan profil asam isoniazid dan rifampin yang diberikan setiap hari;
mikolat, yang bervariasi dari satu spesies ke spesies pirazinamid, etambutol, atau streptomisin diberikan
lainnya. HPLC untuk menentukan spesies mikobakterium secara bersamaan sampai ada hasil uji sensitivitas.
tersedia di laboratorium rujukan. Isoniazid dan rifampin dapat diberikan setiap hari selama
Uji sensitifitas mikobakterium adalah pemeriksaan 1-2 buian dan dua kali seminggu selama sisa 9 bulan,
tambahan yang penting dalam pemilihan obat untuk retapi regim€n ini tidak boleh digunakan jika terdapat
pengobatan, yang efektif. Teknik biakan kaldu radiometrik kemungkinan adanya resistansi obat. Selain itu, juga
yang distandardisasi dapat digunakan untuk menguji terdapat beberapa regimen 6-bulan untuk pengobatan awal
sensitivitas terhadap obat lini pertama. Teknik tuberkulosis yang secara umum menggunakan tiga atau
konvensional dengan dasar agar kompleks dan lebih sulit empat regimen obat selama 2 bulan yang diikuti dengan
biasanya dilakukan di laboratorium rujukan; Obat-obatan pemberian isoniazid dan rifampin dua kali seminggu
lini pertama dan kedua dapat diuji dengan metode ini. untuk keseluruhan 6 bulan. Pada pasien yang tidak patuh
dalam meminum obat, pengobatan dengan observasi
D. DETEKsI DNA, SERoLOGI, DAN DETEKSI ANTIGEN langsung juga perlu dilakukan.
Resistansi obat pada M tuberculoszs adalah masalah
Reaksi untai polimerase memberikan janji yang besar
yang sudah tersebar luas di seluruh dunia. Mekanisme
untuk deteksi cepat dan langsung M tuberculosis pada
yang menjelaskan resistansi yang terjadi pada banyak
spesimen klinis. Sensitivitasnya secara keseluruhan adalah
strain tetapi tidak semua strain yang resistan telah
55-90o/o dengan spesifisitas sebesar 99o/o, U)i ini
didefinisikan. Resistansi isoniazid telah dikaitkan dengan
mempunyai sensitifitas paling tinggi ketika dipakai pada
delesi atau mutasi pada gen katalase-peroksidase (hatG);
spesimen yang positif pada sediaan apus untuk basil tahan-
isolat yang resistan isoniazid ini menjadi kataiase-negatif
asam; Uji PCR disetujui untuk penggunaan ini pada
atau mengalami penurunan aktivitas katalase. Resistansi
spesimen sputum yang bersifat positif pada pewarnaan
isoniazid juga dikaitkan dengan perubahan pada gen inhA,
tah an -asam.
yang mengode suatu enzim yang berfungsi dalam sinresis
Imunoassay enzim telah digunakan untuk mendeteksi
asam mikolat. Resistansi streptomisin telah dikaitkan
antigen mikobakterium, tetapi sensitivitas dan
dengan mutasi gen yang masing-masing mengode protein
spesifisitasnya lebih rendah daripada metode lainnya.
ribosom S12 dan rRNA 165, rpsL dan rrs. Resistansi
Masalah yang sama timbul pada aplikasi EIA untuk
rifampin telah dikaitkan dengan perubahan subunit b
mendeteksi antibodi terhadap antigen M tuberculosis.
RNA polimerase, gen rpoB. Mutasi pada gen DNA girase
Tidak satupun metode-metode ini yang adekuat untuk
penggunaan diagnostik ruiin.
gyrA telah dikaitkan dengan resistansi terhadap
fluorokuinolon. Adanya kemungkinan terdapat resistansi
obat pada pasien isolasi M tuberculosis harus dijadikan
Pengobatan
pertimbangan dalam rriemilih pengobatan.
Pengobatan primer untuk infeksi mikobakterium adalah Regimen empat-obat isoniazid, rifampin, pirazinamid,
kemoterapi spesifik. Obat untuk pengobatan infeksi dan etambutoi direkomendasikan untuk orang di Amerika
mikobakterium dibahas pada Bab 10. Dua kasus Serikat yang mengalami risiko ringan sampai sedang
tuberkulosis terdapat pada Bab 48. terkena infeksi basil tuberkel yang resistan-obat. Faktor
Diantara satu dalam 106 sampai satu dalam 108 basil risikonya meliputi emigrasi yang baru terjadi akhir-akhir
tuberkel adalah mutan spontan yang resistan terhadap ini dari Amerika Latin atau Asia; orang dengan infeksi
obat antituberkulosis lini pertama. Jika obat tersebut HIV atau orang yang mempunyai risiko tinggi terkena
digunakan secara tunggal, resistansi basil tuberkel infeksi HIV dan tinggal di daerah dengan prevalensi basil
berkembang secara cepat dan berlipat-lipat. Oleh karena tuberkel resistan multiobat yang rendah; dan orang yang
itu, regimen pengobatan menggunakan obat-obatan dulu pernah diobati dengan regimen yang tidak termasuk
kornbinasi untuk mencapai angka kesembuhan > 95o/o. rifampin.
Dua obat utama untuk mengobati tuberkulosis adalah M tuberculosis resistan-multiobat (resistan terhadap
isoniazid dan rifampin. Obat lini pertama lainnya adalah rifampin dan isoniazid) adalah masalah besar dan terus
pirazinamid, etambutol, dan streptomisin. Obat lini kedua meningkat dalam pengobatan dan pengendalian
lebih toksik atau kurang efektif (atau keduannya), dan tuberkulosis. Strain seperti itu, sering terjadi di daerah
obat lini kedua ini harus digunakan hanya pada keadaan geografis tertentu (misalnya, New York) dan populasi
MIKOBAKTERIUM I 333

tertentu (rumah sakit dan penjara). Telah terjadi banyak AIDS dan orang lanjut usia yang malnutrisi atau pria
wabah tuberkulosis dengan strain resistan-multiobat, alkoholik yang miskin.
terutama penting pada orang dengan infeksi HIV. Orang
yang terinfeksi dengan organisme yang resistan multiobat Pencegahan & Pengendalian
atau orang yang mempunyai risiko tinggi terkena infeksi, (1) Pengobatan pasien tuberkulosis aktif dengan segera
termasuk pajanan kepada orang lain yang terinfelai, harus
dan efektif serta tindak lanjut terhadap kontak mereka
diobati sesuai dengan hasil uji sensitifitas untuk strain melalui uji tuberkulin, foto rontgen sinar X, dan
yang menginfeksi. Jika hasil uji sensitivitas tidak tersedia,
pengobatan yang sesuai secara saksama adalah tujuan
obat harus dipilih sesuai'dengan pola sensitivitas yang utama p€ngendalian tuberkulosis kesehatan masyarakat.
diketahui di komunitas tersebut dan dimodifikasi jika Timbulnya kembali penyakit tuberkulosis menunjukkan
hasil uji sensitifitas tersedia. Pengobatan harus meliputi
bahwa metode pengendalian ini belum dilakukan secara
minimal tiga obat dan sebaiknya lebih dari tiga obat yang adekuat.
telah terbukti masih sensitif untuk organisme tersebut. (2) Pengobatan obat pada orang asimtornatik yang uji
tuberkuiinr.rya positif pada kelompok umur yang paling
Epidemiologi rentan terhadap timbulnya komplikasi (misalnya' anak-
Sumber infeksi yang paling sering adalah manusia yang anak) dan pada orang yang uji tuberkulinnya posidf yang
mengekskresikan, terutama dari trakcus respiratorius, basil harus menerima obat-obatan imunosupresif sangat
tuberkel dalam jumlah banyak. Kontak erat (misalnya, mengurangi reaktivasi infeksi.
dalam sebuah keiuarga) dan pajanan masif (misalnya, pada (3) Resistansi seorang pejamu: faktor-faktor
petugas kesehatan) membuat transmisi melalui droplet nonspesifik dapat mengurangi resistansi pejamu sehingga
paling mungkin terjadi. membantu konversi infeksi asimtomatik menjadi sebuah
Kerentanan terhadap tuberkulosis adalah fungsi risiko penyakit. Faktor-faktor tersebut meliputi kelaparan,
infeksi yang didapat dan risiko penyakit klinis setelah gastrektomi, dan supresi imunitas selular dengan obat
infeksi muncul. Untuk orang yang hasil tuberkulinnya (misalnya, kortikosteroid) atau infeksi. Infeksi HIV adalah
negatif, risiko terkena basil tuberkel tergantung pada faktor risiko utama untuk tuberkulosis.
pajanan sumber-sumber basil infeksius-terutama pasien (1+) Imunisasi: Berbagai macam basil tuberkel avirulen,

dengan sputum yang positif. fusiko ini sebanding dengan terutama BCG (bacillus Calmette-Guerin, organisme
laju infeksi aktif dalam populasi, komunitas, kerugian attenuated bouine), telah digunakan untuk menginduksi
sosioekonomi, dan perawatan medis yang tidak adekuat. sejumlah tertentu resistansi pada orang yang sangat
Perkembangan penyakit klinis setelah infeksi dapat terpajan dengan infeksi. Vaksinasi dengan orgnisme ini,
mempunyai komponen genetik (telah terbukci pada sama dengan infeksi primer dengan basil tuberkel virulen
binatang dan diduga pada manusia dengan adanya insiden tanpa disertai bahaya dikemudian hari. Vaksin yang
penyakit yang lebih tinggi pada manusia yang memprinyai tersedia tidak adekuat menurut banyak sudut pandang
antigen histokompatibilitas HLA-Bw 15). Komponen teknis dan biologis.'Walaupun demikian, BCG diberikan
genetik ini dipengaruhi oleh umur (risiko tinggi pada kepada anak-anak pada banyak negara. Di Amerika
bayi dan usia lanjut), status kurang gizi, dan status Serikat, BCG hanya diberikan pada orang dengan hasil
imunologik, penyakit yang ada (misalnya, silikosis, uji tuberkulin negatif yang sangat terpajan (anggota
diabetes), serta faktor resistansi masing-masing pejamu keluarga pasien tuberkuiosis, petugas kesehatan). Bukti
lainnya. statistik menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
Infeksi terjadi pada usia lebih muda di daerah resistansi untuk periode tertentu yang muncul setelah
perkotaan daripadadi daerah pedesaan. Penyakit hanya vaksinasi BCG.
muncul pada sebagian kecil individu yang terinfeksi. Di (5) Eradikasi tuberkulosis pada sapi dan pasteurisasi
Amerika Serikat saat ini, penyakit aktif mempunyai susu telah sangat mengurangi infeksi M bouis.
beberapa pola epidemiologik tempat individu berada pada
risiko tinggi: kaum minoritas, terutama Afrika-Amerika MIKOBAKTERIUM LAINNYA
dan Hispanik; pasien yang terinfeksi HIV; tuna wisma;
dan orang usia sangat muda dan sangat tua. Insiden Sebagai tambahan pada basil ruberkei (M ruberculosit M
tuberkulosis terutama tinggi pada kaum minoritas yang bouis), mikobakterium lainnya dari berbagai derajat
rerinfeksi HIV. Infel<si primer dapat muncul pada setiap patogenisitas telah ditumbuhkan dari sumber manusia
orang yang terpajan dengan suatu sumber infelai. Pasien pada beberapa dekade yang lalu. Mikobakterium
yang pernah terinfeksi dengan tuberkulosis dapat "atipikal" ini awalnya dikelompokkan menurut kecepatan
terinfeksi kembali secara eksogen. Reaktivasi endogen pertumbuhan nya pada berbagai temPeratur dan produksi
tuberkulosis muncul paling sering diantara orang dengan pig-..t (lihat di atas). Beberapa mikobakterium sekarang
334 BAB 24

diidentifikasi mehggunakan probe DNA. Sebagian besar berguna adalah rifabutin (Ansamisin), klofazimin,
bakteri ini muncul di lingkungan, dan tidak mudah fluorokuinolon, dan amikasin. Obat-obat multipel sering
ditularkan dari orang ke orang, serta merupakan patogen digunakan dalam bentuk kombinasi. Pengobatan
yang oportunistik (Tabel 24-l). sebaiknya dilanjutkan seumur hidup. Pengobatan
' Spesies atau kompleks yang menjadi penyebab pendng menyebabkan penurunan jumiah organisme MAC dalam
penyakit dibahas pada uraian berikut. darah dan perbaikan gejala klinis. Profilaksis rifabutin
menurunkan insidensi bakteremia sebesar 50o/o dan
Kompleks Mycohacte riu m avi um mengurangi gejala klinis ketika penyebaran penyakit
terj adi.
Kompleks Mycobactn:ium auium sering disebur sebagai
kompleks MAC atau MAI (M auium-in*acellulare). Mycohacte ri um ka nsas i i
Organisme ini tumbuh optimal pada suhu 41 0C dan
menghasilkan koloni halus, lembut, tidak berpigmen. M kansasii adalah fotokromogen yang memerlukan
Organisme tersebut terdapat di mana-mana dalam medium kompleks untuk peffumbuhannya pada suhu 37 0C.
lingkungan dan telah dibiakkan dari air, tanah, makanan, Bakteri ini dapat mengakibatkan penyakit pulmonal dan
dan hewan, termasuk burung. sistemik yang tidak dapat dibedakan dari tuberkulosis,
Organisme MAC jarang rnenyebabkan penyakit pada t€rutama pada pasien dengan respon imun terganggu.
manusia imunokompromais. \Walaupun demikian, di Sensitif terhadap rifampin, bakteri ini sering diobati
Amerika Serikat, infeksi MAC diseminata adalah salah dengan kombinasi rifampin, etambutol, dan isoniazid
satu infelai oportunistik bakteri yang paling sering terjadi dengan respon klinis yang baik. Sumber infeksinya tidak
pada pasien AIDS. Risiko terjadinya infeksi MAC pasti, dan penularannya rendah atau tidak ada.
diseminata pada orang yang terinfeksi HIV sangat
meningkat ketika hitung limfosit CD4-positif menurun Mycoba cteri u m scrafu I aceu m
sampai < 100/uL. (Lihat Kasus 17 pada Bab 48.) Jenis
kelamin, ras, etnik, dan faktor risiko individual untuk
Ini adalah suatu skotokrornogen yang kadang-kadang
ditemukan di air dan sebagai saprofit pada orang dewasa
infeksi HIV tidak memengaruhi perkembangan infeksi
dengan penyakit paru kronis. Bakteri ini menyebabkan
MAC diseminata, tetapi infeksi Pneumosistis jiroueci
sebelumnya, anemia berat, dan interupsi pengobatan
limfadenitis servikal kronis pada anak dan jarang
menyebabkan penyakit granulomatosa lainnya. Eksisi
antiretrovirus dapat meningkatkan risiko tersebut.
pembedahan kelenjar getah bening servikal yang terlibat
Selama 15 tahun pertama epidemik AIDS, kira-kira
dapat menjadi pengobatan yang kuratif, dan resistansi
25o/o dan mungkin mencapai 50%o pasien yang terinfeksi
terhadap obat antituberkulosis sering terjadi. (Myco-
HIV mengalami bakteremia MAC dan infelai diseminata
bacterium szulgai dan Mycobacterium xenopi mirip dengan
selama perjalanan penyakit AIDS. Se relah itu,
bakteri ini).
penggunaan profi laksis azitromisin atau klaritromisin telah
sangat menurunkan insiden infeksi MAC diseminata
Mycohacterium marinum & Mycobacterium
pada pasien AIDS.
Pajanan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya
ulcerans
kolonisasi MAC baik pada seluran napas arau saluran Organisme ini terdapat di air, dan tumbuh paling baik
cerna. Bakteremia sementara muncul diikuti dengan pada suhu rendah (31 0C), dapat menginfeksi ikan, dan
invasi jaringan. Bakteremia persisten dan infiltrasi dapat menyebabkan lesi kulit superfisial (ulkus,
jaringan yang luas mengakibatkan terjadinya disfungsi "granuloma kolam renang") pada manusia. Eksisi
organ. Setiap organ dapat terkena. Pada paru-paru, sering pembedahan, tetrasiklin, rifampin, dan etambutol kadang-
dijumpai adanya nodul, infiltrat difus, kavitas, dan lesi kadang eFektiF.
endobronkhial. Manifestasi lainnya meliputi perikardids,
abses jaringan lunak, lesi kulit, keterlibatan kelenjar getah Kompleks Mycobacteri um fortu itu m-
bening, infeksi tulang, dan lesi sistem saraf pusat. Pasien chelonae
sering mengalami gejaia nonspesifik demam, keringat
Kompleks ini adalah saprofit yang ditemukan di tanah
malam, nyeri abdomen, diare dan penurunan berat
dan air yang tumbuh dengan cepat (3-6 hari) dalam biakan
badan. Diagnosis dibuat dengan membiakkan organisme
MAC dari darah atau jaringan. dan tidak membentuk.pigmen. Kompleks ini dapat
menyebabkan penyakit superfisial dan sistemik pada
Organisme MAC secara rutin bersifat resistan
manusia pada keadaan yang jarang. Organisme ini sering
terhadap obat anti tuberkulosis lini pertama. Pengobatan
resistan terhadap obat-obat antimikobakterium tetapi
awal dengan klaritromisin ataupun azitromisin ditambah
dapat memberikan respon terhadap amikasin, doksisiklin,
dengan etambutol lebih disukai. Obat lain yang mungkin
sefoksitin, eritromisin, atau rifampin.
MIKOBAKTERIUM / 335

Spesies Mikobakterium Lainnya difus. Gangguan neurologi terjadi karena infiltrasi dan
penebalan sarai yang berakibat anestesia daerah yang
Risiko tinggi untuk infeksi mikobakterium pada pasien terkena, neuritis, parestesia, ulkus tropik, dan resorpsi
AIDS telah mengakibatkan peningkatan kewaspadaan tulang serta pemendekan jari-jari. Gangguan bentuk
infeksi mikobakterium secara umum. Spesies yang anatomi badan yang terkena terjadi akibat adanya infiltrasi
dulunya dianggap mencurigakan dan sangat jarang telah kuiit dan keterlibatan saraf pada kasus-kasus yang tidak
banyak dikenali secara luas (TabeI 24-\). Mycobacterium diobati dapat menjadi parah.
malmoense telah banyak dilaporkan terutama dari Eropa
Penyakit ini dibagi menjadi dua tipe utama,
Utara. Spesies ini menyebabkan penyakit seperti- lepromatosa dan tuberkuloid, dengan beberapa stadium
tuberkulosis puimonal pada orang dewasa dan limfadenitis intermedia. Pada tipe lepromatosa, perjalanan penyakitnya
pada anak. Mycobacterium haemophilum dan Mycobacteriurn
progresifdan ganas, dengan lesi kulit nodular; keterlibatan
genauense menyebabkan penyakit pada pasien AIDS. Peran
saraf simetrik lambat; terdapat banyak basil tahan-asam
kedua spesies ini belum sepenuhnya dimengerti. di lesi kulit; bakteremia yang terus menerus; dan uji kulit
lepromin yang negatif (ekstraksi jaringan lepromatosa)'
Mikobakterium Saprofit yang Tidak Pada iepra lepromatosa, imunitas seluiar sangat menurun
Berhubungan dengan Penyakit Manusia dan kulit diinfiltrasi oleh sel T supresor. Pada tipe
Mycobacterium phlei se ring ditemukan pada tanaman, tuberkuloid, perjalanan penyakitnya jinak dan tidak
tanah, atau air. Mycobacterium gordonae juga demikian. progresif, dengan lesi kulit makular, keterlibatan saraf
Mycobacterium smegmatis muncul secara teratur pada asimetrik yang parah dengan awitan yang mendadak dan
sekresi sebaseus manusia dan dapat rancu dengan pada lesi, terdapat sedikit basil serta uji kulit lepromin
organisme patogen tahan-asam, Mycobacterium yang positii. Pada lepra tuberkuloid, imunitas selularnya
p aratu bercu losls menyebabkan enteritis kronis pada sapi. utuh dan kulit diinfiltrasi dengan selT helper.
Gejala sistemik anemia dan limfadenopati juga dapat
MYCOBACTERIUM LEPRAE muncui. Keterlibatan mata sering dijumpai. Dapat terjadi
amiloidosis.
Meskipun organisme ini digambarkan oleh Hansen pada
tahun 1873 (9 tahun sebelum penemuan Koch tentang Diagnosis
basil tuberkel), organisme ini belum dikultivasi pada
Pengerokan kulit atau mukosa nasal dengan skalpel atau
medium bakteriologik tidak hidup. Organisme ini dari biopsi kulit daun telinga digoreskan pada slide dan
menyebabkan lepra. Terdapat lebih dari 10 juta kasus diwarnai dengan tehnik Ziehl-Neelsen. Biopsi kulit atau
lepra, rerurama di Asia.
saraf yang menebal memberikan gambaran histologi yang
Basil tahan-asam yang [[25-566x1x tunggal, dalam khas. Uji serologi tidak berguna. Uji serologi nentrepo-
bentuk kelompok yang paralel, atau massa globular- nema untuk sifilis sering menunjukkan hasil positif palsu
biasanya ditemukan pada serpihan kuiit atau membran
pada lepra.
mukosa (terutama septum nasal) pada lepra lepromatosa.
Basilnya sering ditemukan dalam sel endotel pembuluh Pengobatan
darah atau daiam sel mononuklear. Ketika basil yang
berasal dari lepra manusia (serpihan jaringan bawah nasal)
Golongan sulfa seperti dapson (lihat Bab 10) adalah
diinokuiasi ke dalam kaki tikus, lesi granulomatosa lokal pengobatan lini pertama untuk lepra tuberkuloid dan
timbul dengan multiplikasi basil yang terbatas. Binatang lepromatosa. Rifampin atau klofazimin secara umum
pemakan serangga (armadillo) yang diinokulasi mengalami
dimasukkan ke dalam regimen pengobatan awal. Obat-
lepra lepromatosa yang hebat, dan armadillo yang secara obat untuk M leprae lainnya meliputi minosiklin,
alami terinfeksi dengan lepra telah ditemukan di Texas klaritromisin, dan beberapa fluorokuinolon. Regimen
dan Meksiko. M leprae dari armadillo atau jaringan yang direkomendasikan oleh WHO bersifat praktis.
Beberapa tahun pengobatan mungkin diperlukan untuk
manusia mengandung o-difenoloksidase yang unik,
mungkin suatu enzim yang khas pada basil lepra. mengobati lepra secara adekuat.

Temuan KIinis Epidemiologi


Awitan lepra bersifat perlahan-lahan dan tersembunyi. tansmisi lepra paling sering muncul jika anak kecil
Lesi timbul pada jaringan tubuh yang lebih dingin: kulit, terpajan dengan basil yang banyak untuk waktu yang lama.
saraf superfisial, hidung, faring, laring, mata, dan testis. Sekresi nasal adalah bahan yang paling infeksius untuk
Lesi kulit dapat muncul sebagai lesi makular anestetik, kontak keluarga. Masa inkubasinya mungkin adalah 2-
pucat dan berdiameter 1-10 cm; eritema difus atau diskret, 10 tahun. Tanpa profilai<sis, sekitar 1070 anak-anak yang
nodul infiitrasi berdiameter 1-5 cm; atau infiltrasi kulit terpajan dapat terjangkit penyakit. Pengobatan yang
336 BAB 24

diberikan cenderung untuk mengurangi dan menghilangkan


r', r,i (rA) Mycobacterium tuberculosit ' '
infektifitas pasien. Armadillo yang terinfeksi secara aiami (Bl Mycobacterium kansasii
yang ditemukan di Texas dan Meksiko mungkin tidak (C) Mycobacteriu m gordonae
berperan dalam transmisi lepra ke manusia. (D) Mycobacterium avium complex
(E) Mycobacte rium fortuitum
Pencegahan & Pengendalian 4; 'seorang wanita,Asia 31 tahun dibawa ke rumah .','
sakit dengan riwayat malaise, mialgia, batuk tidak
Identifikasi dan pengobatan pasien lepra adalah kunci produktif, dan sesak napbs yang terus bertambah'-'.'
dari Pengendalian. Anak-anak dari orang tua yang diduga r,par:ah sejak 7 minggu terakhir. Dia mengalami i'
dapat menularkan penyakit ini diberikan obat :.:,...demam setiap ha!'i,dengan suhu 38-39 0C dan.:::l:'
ke moprofilaksis sampai pengobatan yang diberikan penurunan berat badan sebanyak 5 kg. Hasil foto
,' r ''rontgen dadanya normal 7 lahun'yang lqlu ketlkg ,
kepada orang tuanya telah membuat mereka menjadi tidak
infelaius. Jika dalam suatu kelompok lingkungan rumah
r', ia datang ke Amerika Serikat. Nenek pasien .

meninggal akibat tuberkr:losis ketika pasien masih


ada yang menderita lepra lepromatosa, profilaksis seperti bayi. Foto rontgen dada terbaru normal; hasil uji, ,:'
itu harus diberikan pada anak-anak dalam kelompok -: : yang.
lain menunjukkan adanya-penurunan
tersebut. Vaksinasi BCG eksperimental dan vaksin M
i-'.' hematokr.it dan uji fungsi hati yang tidak normal,,,,.:1;.;
rr Eiqpsi hati dan sumsum tulang menupjukkan
leprae luga sedang diselidiki kegunaannya untuk kontak
keiuarga dan mungkin untuk kontak komunitas pada - : , gambqlan granuloma dengan sel raksasa dan basil',1r,ll,:
,tahan-asam. Pasie,r ini mungkin terinfeksi dengan
daerah endemik. '.'r '1A) Mycobacteriurn leprae
: (gl Mycabacterium fortuitum:
.

(C) Mycohacterium u lce rans


(Dl Mycobacterium gordonae
(E) Mycobacterium tubercu losis
t Pasien tersebut (Pertanyaan no. 4) juga penting

:,,.:,.,,,. .,' ma 5 bul an' ter:akh ir:'da'n.


..,sem.akin,.pa ra.h,sela :'', l;liul;:'iuk
(B) Demam tifoid
penurunan berat badan sebanyak 13 kg disertai
(C) Abses hati r
,r1 , .feina,m,.inieimiten; menggigil, dan .batuk ktonis
(D) Limfoma
r r .,..ipllqlktif .{eh gb5.lip.utum g,, kaQan g:kad a n g
kq4 In
:i:r,,,,:.9ehg€4,:i:,b,ei,b.gf,c,Kr,d,afahr,.,5pei;nj'g,n,5pu{um,'f111,11 (E) Malaria
,,11,,,

. diperoleh dan pada sediaan apus terlihat adanya 6. Yang dikhawatirkan pada pasien pertanyaqn no.4
banyak bakteri tahbn-asam. Biakan sputum adalah dia dapat terinfeksi dengan mikobakterium
memberikan hasil yang positif untuk Mycobacterium yang
r,iir:!l :::tlbe-i! iF.:', R eg,i m e I ,:pe n $ o bata n ap aka h yan g (A) Sensitif hanya terhadap isoniazid :".
:'ilil:,,.'pating.cbi6kri(ntuk pengobatan: awel?' :
(B) Resistan terhadap streptomisin : :.

:'iiil'.l'. i{A}r,,!sonilazid,,'dan'rifarn0in .,
:.;
,:.i;,;:',,1.'';,:.:'... , . (C) Resistan terhadap klaritromisin . ,1, ..
,,1

. (B) 5ulfametoksazol/trimetoprim dan streptomisin (D) Sensitif hanya terhadap siprofloksasil , .t


:i:.i':.tliir:::r,r(C)-tlltl,l5oniazid;l:,rifampiryt,pyrazinamid;,.denreteiiibutql,r. i -.
(D) lsoniazid, sikloserin, dan siprofloksasin ,(E) lesistan lqrhadap isoniazid dan rifampin .
(E) Rifampin dan streptomisin 7. .Anda melihat seorang pengemis Iaki-laki 40 tahun
,sedang mehgemis di jalan pada sebuah kota di
2, Jika hasil isolasi Mycobacterium tuberculosis dari India.rJari keempat dan kelimanya mengalami
,,,,,,.,i.,.,, piiiln 1(Peiianyaan 'l) terbukti resistan terhadap r'' clawing dengan hilangnya bagian distal'jari kedqa
isoniazid, mekanisme resistansi yang mungkin tangan. sangat mengarah kepada penyqki! lepra.
terjadi adalah Agen penyebab penyakit ini bersifat . 1 r', ''i ,," , '
(A) Beta-laktamase {A} Sensitif terhadap isoniazid dan rifampin: 'r
(B) Mutasi pada gen katalase-peroksidase (B) Dapat tumbuh pada bagian tubuh yang l.ebih
,,t :,, l.tr' (c),t.Pg i!,beh $',p.ad a ubu n't p RNA,p9! lme 1a 99.
.: s
dingin daripada 37.0C 'i .. ..,.....:rr'
,r,:,r,rrrr,Ltr{D)...Mu!.q.!!tp-ad.a ggnrDl'lA giiasQ,,,:.':",.rrr:,':.'..,,lli:ir'., .. . , (€) Dapat dibiakkan di laboratorium mengguhikan
" (E) Mutasi pada gen yang mengkode protein S12 ',:'r'-r' rirediurrt Middlebrook 7H11 ..:.- . .::'
dan rRNA 165 (D) Terlihat dalam jumlah banyak pada biopsilesi
3. Seorang wanita 47 tahun mengalami batuk lepra tuberkuloid
selamar3:bubnr;le'iakhir;Lpenui:u'n6n berat (E) Biasanya'menginfeksi orang di Texat kargna
:]]:r:.l,:::::rpiiigiri'3if
badan, dan demam. foto rontgen sinar X
r

': ' armadillo adalah pejanu Mycobacterium


menunjukkan.gambaran kavitas bilateral yang ,: '.'.:,,,:,,le?lae
' .:
:rtr:t::n]i:tt.Jnbngel-aht,,kepada::p'enyakitltubFrkuloiii:,.Pada:,,,:::'::,':: 8. Manakah diantara pernyataan berikut yang paling
;r':,,'r..,,::;bial(bn_ iFutum;]Yl4nunjukkenr,adanyar pe-rtumb-uhan i;,,',r' 'benar mengenai rderivat protein yang dimurnikan
,tt,l]::,:::Uafii,:tafiih;asa,m,,tyAng ber:sifat fotokf:o_m,o-gbniir,r,r,,: dan uji kulit tuberkulin? : : -- : . ' '
(membuat pigmen oranye jika terkena cahaya). ,(PPD)
tersebut
,...,..,.;1.rt<;{.s.ie ,Yi2r1112,;o|11,2:',o.rsanisme "dillh::.::,....,....
MIKOBAKTERIUM 337

r; KEPUSTAKAAN
{A) Sangat disarankan untuk mahasiswa kedokleran
, 'it ' dan ilmu kesehatan lainnya melakukan uji -:: Brown BA, Wallace RJ Jr: Infections due to nontuberculous mycobacteria.
,ir kulit PPD setiap 5 iahun ' ,' l In: MundelL, Dougkrq arul Bennett's Prinriples and Practice of Infectious
(B) Orang yang diimunisasi dengan BCG iarang ' Diseases,Sth ed. Mandell GL, Bennett JE, Dolin R (editors) Churchill
*:
Fl yang mehghaiilkan uji kulit PPD yang positif Livingstone, 2000.

, (ct uii kulit intradermal biasanya dibaca 4 iam Gelber RH, Rea TH: Mlcobacterium leprae(leprosy, Hansen's disease). In:
ietelah dilakukan ,, ,,, 1
Manrtell, Douglas, and Be,nnett's Principles and Practice oflnfectious
tD) Uji tuberkulin yang positif menandaka'n' ; Diseases,5ih ed. Mandell GL, Bcmett JE, Dolin R (editors). Churchill
bahwa seorang individu telah terinfeksi ' Livingstone, 2000.

.dengan Mycobacterium tuberculosis di masa FIaas DW: M1,cob acteriumtu.berculosis.It Mandell, Douglas, and Bennett's
.. :
"
lampau dan dapat terus membawa miko- Principles anr! Practice of Infectious Diseoses, 5th ed Mandell GL,
"-t bakierium yang'hidup Bennett JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone, 2000.
(E) Uji kulit FPD yang positif menandakan bahwa r J J : My c ob act erium auiun complex ln: M andell, Do ug Ia s,
Havlir DV, Ellne
. :ii : 91,,1,19.tersebu!
kB,b1r,terhadaftt...1..! ktll$Iii mrl Bennett's Principle,s artd Practi'ce. oflnfectious Dlsease.s, 5th ed.
aktif Mandcll GL, Bennett JE, Dolin R (editors) Churchill Livingstone,
2000.
,. ,uor.nn wanita 72 tahun mempunlai alat artifisial :

'l 'yung dtaruh di sendi pih" kur"nu id"ny" penyakit Pablos-Mcndez A ct al: Global surveillance for antituberculosis-drug
rcsistancc. 1994-1997. N cngl J Med 1998;338: 164 1.
pemasangan alat tersebut, dia mengalami demam i Pfyffer GE, Brown-Eliot BA, Wallace RJ Jr: Mycobrcterium. General
dan nyeri sendi. Sendi tersebut diaspirasi dan clraractcristics, Isolation, and staining procedures ln: Man'uaL of
cairan diambil untuk biakah rutin dan-untuk biakan ,
Clirticitl Microbiology, 8th ed. Nlurray PR et al (editors). ASM Press,
' oroanisme tahan-asam. Setelah inkubasi selama 2 2003.
ha"ri, tidak terdapat pertumbuhan pada setiap Rattan A, Kalia A, Ahmad N: Multidrug-resistant Mycobacterium
medium. Setelah 4 hari, rvalaupun demikian, basil tub erculosis: molecular prospectives. Emerg Infect Dis 1998;4: 195.
--
' ': ierlihat tumbuh pada cawan agar darah .domba Vincent V et al. My cobacterium: Phenotypic and genotupic identification.
': dan basil yang menyerupai basil tahan-asam In: Manual of Clinical Microbiology, 8th ed Munay PR el al (editors).
tumbuh pada biakan untuk bakteri tahan-asam.." ASM Press,2003.
pisien lni mungkin terinieksi dengan
Mycobacteri.um tubircutoi,sis :
tl]
(C) Mycobacterium leprae
{D) Mycobacterium kansasii
',. (:1. y!r.orrrd,!:1m avry cbmrlef :l.iiiii,;igi
to.5eoranganak10tahunmengalamiinfeksiMyco.
baiterium tuberculosis pulmonai primer. Yang
i., :mjnakah sifat tuberkulosis berikut ini yang paling
','
''.. denirl , r,
":,
..':: (A) Pada tuberkulosis primer;
primer: terjadi lesi
le3i ekiudatif
eksudatif
' ' jktif dan secara cepat menyeb,r ke aliran '
." i limfatik dan keleniai getah'bening regional
.tei- r;si ekiudatif tu'oerlutoiis priilerlering
menyembuh secara perlahan
;.(c)Jikaterjadituberkulosisbeberbpatahun
'- i kemudian, hal ini terjadi akibat pajanan yang
'e lain terhadap Mycobacterium tuberculosis
(D) pada tuberkulosis primei, semua organisme
'Myiobacieiiumtubercu/osisyang.dapat
'-:"i. mengakibatkan infeksi dapat dibunuh dengan .

, tgl" p,i.da, tubeiltuIosi i,pri m ..q.5;i-.!,em im U nnya " ;


i '+U*iii iat.billi,lie@
ddat if ji*'
h
te rd
$!i
dp
ii uj]*ulir FFpitetail
it F,a;ia-.nb.n]::*,g ua
=trii
$rii&er:pa;1;; aiiilit; a m p6erc.ul.oiii:.i.,$
sp
La nnya

Spiroketa adalah bakteri berukuran besar, kelompok TREPO'NEMA PALLIDUM & SIFILIS
heterogen bakteri spiral yang motil. Satu famili
(Spirochaetacear) dari ordo Spirochaetales terdiri dari tiga Morfologi & ldentif ikasi
genus organisme yang hidup bebas, berukuran besar dan
A. CIRI KHAs ORGANISME
berbentrrk spiral. Famili lainnya (Treponemataceae)
meliputi tiga genus yang anggotanya merupakan patogen Organisme ini berbentuk spiral yang ramping dengan
manusia: (1) treponema, (2) borrelia, dan (3) leptospira. lebar kira-kira 0,2 pm dan panjang 5-15 pm. Lengkung
Spiroketa mempunyai banyak karakteristik struktur spiralnya secara teratur terpisah satu dengan lainnya
yang sering dijumpai, sepe rti yang terdapat pada Tieponema dengan jarak 1 pm. Organisme ini aktif bergerak, berotasi
pallidum (Gambar 25-l). Treponema pallidum merupakan dengan cepat di sekitar endoflagelnya bahkan setelah
basil berukuran panjang, ramping berbentuk lengkung menempel pada sel melalui ujungnl'a yang lancip. Aksis
heiiks, spiral atau bentuk alat pembuka tutup botol panjang spiral biasanya lurus tetapi kadang-kadang
(corkscrew), basil gram-negatif. T pallidttm mempunye,i melingkar, yang membuat organisme tersebut kadang-
selubung luar atau lapisan glikosaminoglikan. Di dalam kadang membentuk lingkaran penuh dan kemudian akan
selubung luar terdapat membran luar, yang mengandung kembali lurus ke posisi semula.
peptidoglikan dan yang mempertahankan integriras Spiralnya sangat tipis sehingga tidak dapat dilihat
struktur organisme. Endoflagel (filamen aksial) adalah secara langsung kecuali menggunakan pewarnaan
organel yang mirip-flagel dalam ruang periplasma yang imunofluoresensi atau iluminasi lapangan ge1ap.
ditutupi oleh membran 1uar. Endoflage I dimulai pada setiap Organisme ini tidak dapat terwarnai dengan baik dengan
ujung organisme dan melingkar di sekelilingnya, meluas bahan celup anilin, tetapi dapat dilihat pada jaringan jika
dan menumpuk ke arah tengah. Di dalam endoflagel diwarnai dengan metode impregnasi perak.
terdapat membran dalam (membran sitoplasma) yang
memberikan stabilitas osmotik dan melindungi silinder B. BIAKAN
protoplasma. Seperangkat tubulus sitoplasma (fibril
badan) terdapat di dalam sel dekat membran daiam. Organisme patogen T pallidum belum pernah dibiakkan
Treponema bereproduksi dengan cara pembelahan secara iangsung pada medium artifisial, dalam telur fertil,
melin tang. atau dalam biakan jaringan. Treponema nonpatogen
(misalnya, strain Reiter) dapat dibiakkan secara anaerob
in uitro. Organisme ini bersifat saprofit dan secara antigen
I TREPONEMA berhubungan dengan T pallidum.

Genus treponema adalah Treponema pallidum subspesies C. STFAT PeRlur,rgur-rlr.l


pallidum, yang menyebabkan sifilis; Treponema pallidum T pallidum adalah organisme mikroaerofilik; organisme
subspesies pertenue,yang menyebabkan yaws; 7/eponema ini paling baik hidup dalam lingkungan dengan kadar
pallidum subspesies endemicum, yang menyebabkan sifilis oksigen 1-470. Strain Reiter saprofitik tumbuh p,rda
endemik (juga disebut bejel); dan Treponema cltrAteum, medium yang mengandung I I asam amino, vi tanrir
yang menyeb abkan pinta. garam, mineral, dan alb,rmin .se rum.

338
SPIROKETA & MIKROORGANISME SPIRAL LAINNYA 339

membran protein yang menganciung lipid yang terikat


secara kovalen dengan asam amino terminalnya. Lipid
tampaknya mengikat protein ke sitoplasma atau membran
luar dan menjaga agar proteinnya terhindar dari antibodi.
Endoflagel terdapat dalam ruang periplasma. T pallidum
subspesies pdllidum mempunyai hialuronidase yang
memecah asam hialuronat dalam substansi dasar jaringan
dan kemungkinan meningkatkan sifat invasif organisme
tersebut. Profil protein T pallidunt (semua subspesiesnya)
tidak dapat dibedakan; lebih dari 100 antigen protein
telah diketahui. Endoflagel terdiri dari tiga protein inti
yang homolog dengan protein flagelin bakteri lain, serta
protein selubung yang tidak berhubungan. Kardiolipin
adalah komponen penting dari antigen treponema.
Orang yang terkena sifilis akan membentuk antibodi
yang dapat mewarnai T pallidum dengan imunofluoresensi
tidak langsung, yang dapat mengimobilisasi dan
membunuh T pallidum yang dapat bergerak dan membuat
Gamhar 25-?. Mikrograf elektron bentuk keseluruhan komplemen dengan adanya suspensi T pallidum atau
Trepo nema pal I i d u m subspesies pa I I id u m. Endof lagelnya spiroketa lainnya. Spiroketa juga menyebabkan muncuinya
(EF) terlihat jelas. Bar = 0,2 pm. Lampiran: mikrograf substansi seperti-antibodi, reagin, yang memberikan hasil
elektron potongan tipis f paltidum. Perhatikan posisi oositif pada uji CF dan flokulasi yang positif dengan
endoflagel (EF) di ruang periplasmik di antara membran suspensi air kardiolipin yang diekstraksi dari jaringan
dalam (lM) dan membran luar (OM). Bar = 50 nrn. mamaiia normal. Baik reagir-r maupun antibodi treponema
(Sumbangan Eldon M.Walker, University of Texas, Houston, Health Sciences dapat digunakan untuk diagnosis serologi sifilis.
Center.)
Patogenesis, Patologi, & Temuan Klinis
Pada cairan suspensi yang cocok dan adanya substansi
pereduksi, T pallidum dapat tetap bergerak selama 3-6
A. SIFILIS DIDAPAT

hari pada suhu 25 0C. Pada darah iengkap (zuhole blood) infeksi alami dengan T pallidum hanya terbatas pada
atau plasma yang disimpan pada suhu 4 0C, organisme pejamu manusia. Infeksi pada manusia biasanya
dapat bertahan hidup selama minimal 24 jam. Hal ini ditularkan rnelalui kontak seksual, dan lesi infeksius pada
penting untuk transfusi darah. kulit atau membran mukosa genitalia. \Walaupun
demikian, pada 10-20o/o kasus, lesi primernya terdapat
D. REAKSI TERHADAP BAHAN FISIK DAN KIMIAWI di intrarektal, perianal, atau oral. Lesi primer dapat terjadi
Proses pengeringan dan peningkatan temperatur sampai
di lokasi rubuh mana pun. T pallidum kemungkinan dapat
42 aC dapat membunuh spiroketa dengan cepat. berpenetrasi ke membran mukosa yang utuh, atau dapat
Treponema dapat dihamL,at dan dibunuh dengan cepat masuk melalui epidermis yang rusak.
menggunakan arsenik trivalen, merkuri, dan bismut Spiroketa bermultiplikasi di tempat masuknya, dan
(terdapat dalam obat untuk pengobatan sifilis). Penisilin beberapa di antaranya menyebar ke keienjar getah bening
bersifat treponemisidal dalam konsentrasi yang kecil, tetapi
terdekat dan kemudian mencapai aliran darah. Dalam 2-
10 minggu setelah infelai, akan timbul papul pada temPat
kecepatan kematian organisme ini lambat, kemungkinan
karena inaktivitas metabolik dan kecepatan multiplikasi
infeksi dan pecah membentuk ulkus dengan dasar yang
T pallidum yang lambat (diperkirakan rvaktu pembelahan
bersih dan keras ("cltancre keras"). Proses peradangannya
sekitar 30 jam). Resistansi terhadap penisilin belum ditandai dengan jumlah Iimfosit dan se1 plasma yang
terbukti pada sifilis. banyak. "Lesi primer" ini selalu menyembuh spontan'
tetapi 2-10 minggu kemudian muncul lesi "sekunder".
Lesi sekunder ini terdiri dari ruam makulopapular merah
Struktur Antigen
di lokasi tubuh mana punJ termasuk tangan dan kaki,
Kenyataan 6ahwa T pallidum tidak dapat dibiakkan secara serta papul lunak, pucat (kondiloma) di regio anogenital,
in uitro sangat membatasi karakterisasi antigennya. aksila, dan mulut. Juga dapat terjadi meningitis sifilitik,
Membran luar mengelilingi ruang periplasma dan korioretinitis, hepatitis, neiritis (tipe kompleks imun),
komplela membran peptidoglikan-sitopiasma. Membran atau periostitis. Lesi sekunder juga dapat mereda spontan.
luar tidak mengandung iipopolisakarida. Te rdapat Lesi primer maupun sekunder banyak mengandung
340 BAB 25

spiroketa dan sangat infeksius. Lesi yang dapat menular B. PEMERIKSAAN LAPANG GELAP
dapat timbul kembali dalam waktu 3-5 tahun setelah infeksi,
Setetes cairan jaringan atau eksudat diletakkan di atas
tetapi setelah itu, individu yang terkena tidak infeksius
slide dan penutup kaca ditekan diatasnya untuk membuat
lagi. Infeksi sifilis tetap dapat subklinis, dan pasien dapat
lapisan yang tipis. Preparat tersebut kemudian diperiksa
inelewati stadium primer atau sekunder (atau keduanya)
dengan minyak imersi menggunakan iluminasi lapangan
tanpa adanya gejala atau tanda namun timbul lesi tersier.
gelap untuk spiroketa khas yang dapat bergerak.
Pada sekitar 3070 kasus, infeksi dini sifilis menyembuh
Tleponema hilang dari lesi dalam waktu beberapa jam
total secara spontan tanpa pengobatan. Pada 30o/o lainnya,
setelah dimulainya pengobatan antibiotik.
infelai yang tidak diobati tetap menjadi laten (terutama
dibuktikan dengan uji serologi yang positif). Sisanya,
C. IMUNoFLUoRESENSI
penyakit ini berlanjut ke "stadium tersier," yang ditandai
dengan pertumbuhan lesi granulomatosa (guma) pada Cairan jaringan atau eksudat diusapkan di atas slide kaca,
kulit, tulang, dan hati; perubahan degeneratif di sistem dikeringkan dan dikirim ke laboratorium. Sediaan ini
saraf pusat (sifilis meningovaskular, paresis, tabes); atair difiksasi, diwarnai dengan serum antitreponema yang
lesi kardiovaskular (aortitis, aneurisma aorta, insufisiensi dilabel dengan fluoresein, dan diperiksa dengan
katup aorta). Pada semua lesi tersier, treponema sangat mikroskop imunofluoresensi untuk spiroketa yang khas
jarang ditemukan, dan respons jaringan yang berlebihan berfluoresensi.
harus dihubungkan dengan hipersensitifitas terhadap
organisme. tValaupun demikian, kadang-kadang D. UJI SERoLoGI UNTUK SIFILIS (STS)
treponema dapat ditemukan pada mata atau sistem saraf
Uji ini digunakan untuk antigen nontreponema atau
pusat pada sifilis stadium lanjut.
tre Ponema.
B. SIFILIS KONGENITAL 1. Uji antigen. nonteponema-Antigen yang digunakan
adalah lipid yang diekstraksi dari jaringan mamalia
Seorang wanita hamil dengan sifilis dapat menularkan 7 normal. Kardiolipin yang dipurifikasi dari jantung sapi
pallidum ke fetusnya melalui plasenta dimulai pada minggu adalah difosfatidilgliserol. Lesitin dan kolesterol
ke 10 sampai minggu ke 15 usia kehamilan. Beberapa ditambahkan untuk mendorong terjadinya reaksi dengan
fetus yang terinfeksi meninggal dunia, dan menimbulkan antibodi "reagin" sifilis. Reagin adaiah campuran antibodi
keguguran; yang lainnya masih dapat lahir aterm. Lainnya IgM dan IgA yang ditujukan untuk melawan kompleks
dapat lahir hidup tetapi mengalami tanda-tanda sifilis kardiolipin,kolesterol-lesitin. Uji VDRL (Wnereal D isease
kongenital pada masa kanak-kanak: keratitis interstisial, Research Laboratory) dan uji F.PP. (rapid plasma reagin)
gigi Hutchinson, hidung pelana kuda, periostitis, dan adalah uji antigen nontreponema yang paling sering
berbagai macam kelainan sistem saraf pusat. Pengobatan digunakan. Uji reagin serum yang tidak dipanaskan (USR)
adekuat pada ibu selama kehamilan mencegah sifilis dan uji serum toluidin merah yang tidak dipanaskan
kongenital. Titer reagin dalam darah seorang anak (TRUST) juga dapat digunakan. Keempat uji ini
meningkat bersamaan dengan infeksi aktif tetapi menurun didasarkan atas fakta bahwa partikel antigen lipid tetap
seiring dengan berjalannya waktu jika antibodi secara tersebar dengan serum normal tetapi mengalami flokulasi
pasif ditransmisikan dari seorang ibu. Pada infeksi ketika dikombinasi dengan reagin. Uji VDRL dan USR
kongenital, anak akan membuat antibodi IgM antitreponema. memerlukan pemeriksaan mikroskopik untuk mendeteksi
adanya flokulasi, sementara RPR dan TRUST telah
C. PENYAKIT PERcoBAAN ditambahkan partikel yang telah diwarnai dan dapat
Kelinci secara eksperimen dapat terinfeksi T pallidum d.ibaca tanpa pembesaran mikroskopik. Hasilnya akan
manusia di kulit, testis, dan matanya. Binatang tersebut keluar dalam beberapa menit, terutama jika suspensinya
akan mempunyai lesi cbancre yang banyak mengandung diaduk. Uji ini dilakukan berdasarkan atas otomatisasi
spiroketa, dan organisme itu akan terus ada di dalam dan digunakan untuk survei karena biayanya yang tidak
kelenjar getah bening, limpa, dan sumsum tulang mahal.
meskipun tidak terdapat penyakit yang progresif. Uji VDRL atau RPR yang positif terjadi setelah 2-3
minggu infeksi sifilis yang tidak diobati dan positif dengan
Uji Laboratorium Diagnostik titer yang tinggi pada sifilis sekunder. Uji VDRL atau
RPR yang positif berubah menjadi negatif dalam waktu
A. SPESIMEN
6-18 bulan setelah pengobatan sifilis yang efektif. Uji
Cairan jaringan dikeluarkan dari lesi permukaan dini VDRL dan RPR juga dapat dilakukan pada cairan spinal
untuk menunjukkan spiroketa; serum darah untuk uji dan menjadi positif setelah 4-8 minggu infeksi. Antibodi
serologi. reagin tidak dapat mencapai cairan serebrospinal dari
SPIROKETA & MIKROORGANISME SPIRAL LAINNYA I 341

aliran darah tetapi mungkin terbentuk dalam sistem saraf ' Pengobatan
pusat sebagai respon terhadap infeksi sifilis. Penisilin dengan konsentrasi 0,003 unit/ml mempunyai
Uji flokulasi dapat memberikan hasil kuantitatif. aktivitas treponemisidal yang jelas, dan penisilin adalah
Perkiraan jumlah reagin yang terdapat dalam serum dapat pengobatan pilihannya. Sifilis dengan durasi kurang dari
dibuat dengan melakukan uji dengan pengenceran serum I tahun diobati dengan injeksi tunggal benzatin penisilin
dua kali lipat dan menyatakan titer dengan pengenceran G secara intramuskular. Pada sifilis stadium yang lebih
tertinggi yang memberikan hasil yang positif. Hasil lanjut atau laten, benzatin penisilin G secara intramuskular
kuantitatif berguna dalam menegakkan diagnosis- diberikan tiga kali dalam interval satu minggu. Pada
terutama pada neonatus-dan dalam mengevaluasi efek neurosifilis, juga diberikan pengobatan yang sama, tetapi
pengobatannya. dosis tinggi penisilin intravena kadang direkomendasikan.
Uji nontreponema sering memberikan hasil positif Antibiotik lainnya, misalnya, tetrasiklin atau eritromisin,
palsu "biologi" yang diakibatkan oleh adanya "reagin" kadang-kadang dapat diberikan. Pengobatan gonorea
pada berbagai gangguan manusia. Yang penting di anrara diduga dapat menyembuhkan sifilis yang sedang berada
berbagai gangguan pada manusia adalah penyakit infeksi dalam masa inkubasi. Tindak lanjut jangka panjang juga
lainnya (malaria, lepra, cacar, mononkleosis infeksiosa, diperlukan. Pada neurosifilis, treponema kadang-kadang
dll.), vaksinasi, penyakit vaskular-kola gen (s1ste m i c lupu s dapat bertahan terhadap pengobatan tersebut. Kekam-
erythematotus, poliarteritis nodosa, gangguan rematik), buhan neurologik yang parah pada sifilis yang sudah
dan kondisi lainnya. diobati terjadi pada penderita acquired immunodeficienqt
2. Uji antibodi treponema- syndrome (AIDS) yang terinfeksi oleh HIV dan T pallidum.
a. Uji fluoresensi antibodi treponema (FTA-ABS)- Reaksi khas Jarisch-Herxheimer dapat muncui dalam
Uji ini adalah uji yang memerlukan imunofluoresensi beberapa jam setelah dimulainya pengobatan. Hal ini
tidak langsun g (T pallidum yang sudah mari + serum pasien terjadi akibat pelepasan produk toksin dari spiroketa yang
+ gamma globulin antimanusia yang dilabel). Uji ini hampir mati atau telah mati.
menunjukkan spesifisitas dan sensitivitas yang baik sekali
untuk antibodi sifilis jika serum pasien telah diabsorpsi Epidemiologi, Pencegahan, & Pi:ngendalian
dengan spiroketa Reiter yang telah diolah dengan getaran Sifilis ditularkan melalui pajanan selsual, kecuali sifilis
frekuensi tinggi (sonicated) sebelurn uji FTA. Uji FTA- kongenital dan pajanan okupasional yang jarang terhadap
ABS yang pada sifilis dini awalnya positif, secara rutin petugas kesehatan. Reinfeksi pada orang yang sudah
selalu positif pada sifilis sekunder, dan biasanya tetap diobati biasa terjadi. Orang yang terinfeksi tetap dapat
positif selama bertahun-tahun setelah pengobatan yang menularkan selama 3-5 tahun selama sifilis "dini". Sifilis
efektif. Jadi, tes ini tidak dapat digunakan untuk menilai stadium "lanjut", dengan durasi lebih dari 5 tahun,
efektifitas pengobatan. Adanya IgM FTA dalam darah biasanya tidak menular. Akibatnya, ukuran untuk
bayi baru lahir adalah bukti utama infelai iz utero (sifilis pengendalian tergantung pada (1) pengobatan segera dan
kongenital). adekuat semua kasus yang ditemukan; (2) tindak lanjut
sumber-sumber infeksi dan kontak sehingga mereka dapat
b. Uji aglutinasi partikel Tieponema pallidum (TP-
diobad; dan (3) perilaku seksual yang aman menggunakan
PA)-Partikel gelatin disensitisasi dengan anrigen Z
kondom. Beberapa penyakit menular seksual dapat
pallidum subspesies pallidum. Uji ini dilakukan dalam
ditularkan secara bersamaan. Oleh sebab itu, perlu
tray mikrodllusi dengan serum yang diencerkan. Antibodi
dipikirkan kemungkinan sifilis pada setiap orang yang
terhadap T pallidum bereaksi dengan partikel gelatin yang
terkena penyakit menular seksual.
sudah disensitisasi. Adanya sebuah tatakan partikel yang
teraglutinasi menandakan hasil yang positif. Uji ini
mempunyai spesifisitas dan sensitivitas yang mirip dengan
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN
uji FTA-ABS. DENGAN SIFILIS
Penyakit ini semuanya disebabkan oleh treponema yang
lmunitas sangat berhubungan dengan T pallidum. Semua penyakit
Orang dengan sifilis aktif atau laten atau yaus rampaknya ini memberikan uji serologi treponema dan nontreponema
resistan terhadap superinfeksi dengan T pallidum. yang positif untuk sifilis, dan beberapa reaksi silang dapat
'Walaupun demikian, apabila sifilis dini atatr laus diobati didemonstrasikan pada binatang percobaan dan mungkin
dengan adekuat dan infeksinya dieradikasi, orang tersebut pada manusia. Tidak satu pun dari penyakit ini merupakan
akan menjadi sangat rentan lagi.'Berbagai respons imun penyakit menular seksual; semuanya biasanya ditularkan
biasanya tidak dapat mengeradikasi infeksi atau melalui kontak langsung. Belum ada organisme penyebab
mengurangi progresifi tasriya. yang sudah dibiakkan pada medium artifisial.
342 BAB 25

Bejel
Bejel (akibat T pallidum subspesies endemicum) muncul
terutama di Alrika tetapi juga muncul di Timur Tengah,
di Asia Tenggara, dan di temPat lainnya, terutama pada
anak-anak, dan menimbulkan lesi kulit yang sangat
inf ^<sius; Jarang terjadi komplikasi viseral lanjut.
Penisilin merupakan obat pilihannya.

Frambusia (Yaws)
Frambusia bersifat endemik, terutama pada anak-anak,
di berbagai negara yang lembap dan tropis. Penyakit ini
disebabkan oleh I pallidum subspesies pertenue. Lesi
primer, papul berulkus, biasanya muncul di lengan atau
kaki. Penularannya melalui kontak orang ke orang pada Gambar 25-2. Borrelia recurrentis (panah) pada sediaan
anak dibawah usia 15 tahun. Infeksi kongenital, apus darah perifer pasien dengan demam berulang'
transplasental tidak terjadi. Pembentukan jaringan parut
lesi kulit dan destruksi tulang sering terjadi, tetapi
komplikasi sistem viseral atau sistem saraf sangat jarang
.erladi. Masih diperdebatkan apakah frambusia r BORRELIA
merupakan varian dari sifilis yang didapat melalui cara
nonseksual pada iklim yang Panas. Tampaknya terdapat & DEMAM
SPESIES BORRELIA
reaksi silang antara frambusia dan sifiiis. Prosedur
diagnostik dan pengobatannya mirip dengan sifilis. BERULANG
Penyakit ini sangat berespon terhadap pengobatan Demam berulang dalam bentuk epidemik disebabkan
penisilin. oleh Borrelia recurrentis,yang ditularkan melalui kutu pada
tubuh manusia; penyakit ini tidak muncui di Amerika
Pinta Serikat. Endemik demam berulang disebabkan oleh
Pinta disebabkan oleh Treponema carateum dan muncul borrelia yang ditularkan oleh sengkenit genus Ornithodoros'
secara endemis pada semua kelompok umur di Melaiko, Nama spesies genus borrelia sering sama dengan nama
Amerika Tengah dan Selatan, Filipina, serta beberapa sengkenit. Borrelia hermsii, misalnya, penyebab demam
,1' rh Pasifik. Penyakit ini tampaknya terbatas hanya b.rnl".tg di bagian barat Amerika Serikat, ditularkan oleh
,.ada ras kulit hitam. Lesi primer, papul yang tidak Ornithodoros hermsii.
t.rulkur, muncul pada daerah yang terpajan. Beberapa
bulan kemudian, lesi yang rata dengan, hiperpigmentasi Morfologi & ldentifikasi
akan muncul pada kulit; kemudian akan terjadi A. CIRI KHAS ORGANISME
depigmentasi dan hiperkeratosis bertahun-tahun
setelahnya. Keterlibatan kardiovaskular lanjut dan sistem Borrelia berbentuk spiral tidak beraturan dengan panjang
saraf sangat jarang terjadi. Penyebaran Pinta bersifat 10-30 pm dan lebar 0,3 ;rm. Jarak antara putaran spiral
nonseksual, yaitu melalui kontak langiung atau melalui bervariasi dari 2 p.m sampai 4 pm. Organisme ini sangat
lalat atau agas. Diagnosis dan pengobatannya sama sePerti flelaibel dan dapat bergerak dengan berotasi dan berputar.
sifilis. Borrelia dapat langsung terwarnai dengan bahan celup
bakteriologik dan juga dengan pewarnaan darah seperti
Sifilis Kelinci pewarnaan Giemsa atau Vright.

Sifilis kelinci (infeksi Treponema cuniculi) adalah infeksi B. BTAKAN _


kelinci yang ditularkan secara seksual yang menyebabkan
lesi minor genitalia. Organisme penyebabnya tidak dapat Organisme ini dapat dibiakkan pada medium cair yang
dibedakan iecara morfologi dari T pallidum dan dapat rn.ng"ttdu.tg darah' serum, atau jaringan (Gambar 25-
membingungkan pada kerja percobaan. 2); tetapi batteri ini dapat dengan cepat kehilangan sifat
p",og.niti,"snya untuk binatang jika dipindahkan
t.r,rl-"ttg kali in uitro. Mukiplikasi berjalan cepat pada
embrio itik ketika darah dari pasien diinokuiasi ke dalam
membran korioalantoik.
SPIROKETA & MIKROORGANISME SPIRAL LAINNYA I 343

C. SIFAT PERTUHBUHAN menyebabkan terjadinya seleksi varian antigenik berbeda,


yang kemudian bermultiplikasi dan menyebabkan relaps.
Tidak banyak yang diketahui mengenai kebutuhan
Beberapa varietas borrelia yang secara antigen berbeda
metabolik atau aktivitas borrelia. Pada suhu 4 0C,
dapat diisolasi dari serangkaian kasus relaps seorang
organisme ini dapat hidup selama beberapa bulan dalam
pasien bahkan seteiah inokulasi eksperimental dengan
darah yang terinfeksi atau dalam biakan. Pada beberapa
satu organisme.
sengkenit (tetapi tidak pada kutu), spiroketa diturunkan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Uji Laboratorium Diagnostik
D. VARrAsr A. SPEsIMEN

Satu-satunya variasi borrelia yang penting adalah Spesimen darah diperoleh seiama peningkatan suhu ketika
berdasarkan struktur antigeniknya. demam, untuk pembuatan sediaan apus dan inokulasi
hewan.
Struktur Antigen
B. SEDIAAN APUS
Antibodi dengan titer tinggi terbentuk setelah infeksi
borrelia. Struktur antigen organiime ini berubah dalam Sediaan apus darah tebal atau tipis yang diwarnai dengan
perjalanan infeksi tunggal. Antibodi yang dihasilkan Vright atau Giemsa, menunjukkan gambaran spiroketa
pertama kali berfungsi sebagai faktor selektif yang besar, dengan belitan longgar di antara sel darah merah.
memungkinkan varian antigenik rertenru saja yan$ dapat
hidup terus. Kekambuhan penyakit tampaknya rerjadi C. lNoKULAsr HErivAN

akibat multiplikasi varian antigen seperri itu sehingga Tikus putih atau dkus muda diinokulasi di intraperitoneum
pejamu harus membentuk antibodi baru. Penyembuhan dengan darah. Film yang;sudah diwarnai dari darah ekor
akhir (setelah tiga sampai sepuluh kali berulang) disertai diperiksa unruk spiroketa 2-4 hari kemudian.
dengan adanya andbodi terhadap beberapa varian anrigen.
D. SERoLoGI
Patologi
Spiroketa yang ditumbuhkan dibiakkan dapat berperan
Kasus-kasus yang fatal memperlihatkan spiroketa dalam uji CF, tetapi preparat antigen yang
sebagai antigen untuk
jumlah besar pada limpa dan hati, fokus nekrotik pada memuaskan sulit untuk dibuat. Pasien yang menderita
organ parenkim lainnya, dan lesi hemoragik di ginjal dan demam berulang epidemik (yang dirularkan melalui kutu)
saluran cerna. Spiroketa kadang-kadang dapar ditemukan dapat menunjukkan uji VDRL yang positif.
pada cairan spinal dan otak orang yang pernah mengalami
meningitis. Pada binatang percobaan (marmot, tikus), lmunitas
otak dapat berfungsi sebagai reservoir borrelia setelah
Imunitas yang terjadi setelah infeksi biasanya berdurasi
organisme ini dihilangkan dari darah.
singkar.

Patogenesis & Temuan Klinis


Pengobatan
Masa inkubasinya addlah 3-10 hari. Awitannya terjadi
Variabilitas remisi spontan demam berulang yang besar
tiba-tiba, disertai dengan menggigil dan peningkatan suhu
membuat evaluasi efektifitas kemoterapi sulit dilakukan.
yang tiba-tiba. Selama masa ini, spirokera banyak
Tetrasiklin, eritromisin, dan penisilin dipercaya efektif
terdapat dalam darah. Demam berlangsung selama 3-5
sebagai pengobatannya. Pengobatan untuk satu hari dapat
hari dan kemudian menurun, diikuti dengan rasa lemas
mencukupi untuk menyembuhkan serangan individual.
tetapi tidak tampak sakit. Periode bebas demam
berlangsung selama 4-10 hari dan diikuti dengan serangan
Epidemiologi; Pencegahan, & Pengendalian
kedua menggigil, demam, nyeri kepala hebat, dan maiaise.
Terdapat tiga sampai sepuluh kejadian kekambuhan seperti Demam berulang endemik pada berbagai belahan dunia.
itu, yang umumnya menurun tingkat keparahannya. Reservoir utamanya adalah populasi tikus, yang bertindak
Selama stadium demam (terutama ketika suhunya sedang sebagai sumber infelai untuk sengkenit genus ornithodorus.
naik), organisme ini terdapat dalam darah; selama periode Distribusi fokus endemik dan insiden musiman penyakit
bebas demam, ofganisme ini tidak rerdapar dalam darah. sangat ditentukan oleh ekologi kutu pada daerah yang
Antibodi terhadap spiroketa muncul selama stadium berbeda. Di Amerika Serikat, sengkenit yang terinfeksi
demam, dan seiangannya mungkin rerhenti oleh efek ditemukan di seluruh daerah barat, terutama di daerah
aglutinasi dan lisis antibodi ini. Antibodi ini dapat pegunungan, tetapi kasus klinis jarang dijumpai. Pada
344 BAB 25

sengkenit, borrelia dapat diturunkan melalui ovarium dari migrans; isolasi organisme dari temPat lain sulit dilakukan.
generasi ke generasi. Organisme tersebut juga dapat dibiakkan dari sengkenit.
Spiroketa terdapat pada semua jaringan sengkenit dan Karena biakan organisme adalah prosedur yang kompleks
dapat ditularkan oleh gigitan atau dengan mematikan dan khusus dengan nilai diagnostik yang rendah, biakan
sengkenit tersebut. Penyakit yang ditularkan melalui ini jarang dilakukan.
'Walaupun
sengkenit ddak bersifat epidemik. demikian,
ketika orang yang terinfeksi mempunyai kutu, kutu Struktur & Variasi Antigen
tersebut menjadi terinfeksi dengan mengisap darah orang B burgdorferi mempunyai gambaran morfologi yang mirip
tersebut; 4-5 hari kemudian, kutu ini dapat bertindak dengan morfologi spiroketa lainnya. Seluruh genom -B
sebagai sumber infeksi untuk orang lain. Infeksi kutu burghrferi telah diurutkan sehingga memungkinkan untuk
tidak ditularkan ke generasi berikutnya, dan penyakit ini dibuat prediksi banyak struktur antigen. Terdapat
timbul akibat menggaruk-garuk tuma yang telah terpencet kromosom linier yang tidak biasa pada sekitar 950 kb
ke dalam luka gigitan. Epidemik yang parah dapat timbul dan banyak plasmid sirkular serta linier. Terdapat
pada populasi yang telah terinfeksi oleh kutu, dan rangkaian yang besar untuk lipoprotein, termasuk protein
penularan dipermudah dengan adanya kepadatan, OspA-F pada permukaan luar. Ekspresi diferensial protein
malnutrisi, dan iklim yang dingin. ini diduga membantu B burgdorferi untuk hidup dalam
Di daerah endemik, infeksi pada manusia kadang- sengkenit yang sangat berbeda dan pejamu mamalia. OspA
kadang terjadi akibat kontak dengan darah dan jaringan dan OspB bersama dengan lipoprotein 6.6 diekspresikan
tikus yang terinfeksi. Angka mortalitas penyakit endemik terutama di dalam sengkenit. Protein permukaan luar
rendah, tetapi pada epidemik dapat mencapai 30o/o. lainnya diperbarui selama pemberian makan sengkenit,
Pencegahan dilakukan dengan menghindari pajanan ketika organisme bermigrasi dari usus tengah sengkenit
terhadap sengkenit dan kutu serta tindal€n pembersihan ke kelenjar liur. Hal ini dapat menjelaskan mengaPa
(cairan pembersih, insektisida).
sengkenit harus makan selama 24-48 iam sebelum
transmisi B burgdorferi muncul.
BORRELIA BURGDORFERI &
PENYAKIT LYME Patogenesis & Temuan Ktinis
Penyakit Lyme diberi nama setelah nama kota Lyme, Penularan B burgdorferl ke manusia adalah melalui
Connecticut, tempat sejumlah kasus pada anak masuknya organisme di dalam saliva sengkenit atau
diidentifikasi. Penyakit Lyme disebabkan oleh spiroketa melalui regurgitasi isi usus tengah rengkenit. Organisme
Borrelia burgdorferi dan ditularkan ke manusia melalui ini melekat ke proteoglikan pada sel pejamu; peristiwa
gigitan sengkenit ixodes yang kecil. Penyakit ini ini dimediasi oleh reseptor glikosaminoglikan borrelia.
mempunyai gejala dini lesi kulit yang khas, eritema Setelah penusukan oleh sengkenit, organisme tersebut
migrans, bersamaan dengan gejala seperti flu, dan gejala keluar dari tempat penusukan, mengakibatkan lesi kulit
lanjut yang seringkali berupa artralgia dan artritis. yang khas. Penyebaran terjadi melalui aliran limfatik atau
darah ke kulit lainnya dan tempat muskuloskeletal serta
Morfologi & ldentifikasi banyak organ lainnya.
Penyakit Lyme, seperti penyakit spiroketa lainnya'
A, CIRI KHAS ORGANISME muncul dalam beberapa stadium dengan manifestasi dini
B burgdorferi adalah organisme berbentuk spiral dengan dan lanjut. Lesi kulit yang unik yang muncul 3 hari sampai
panjang 20-30 pm dan lebar 0,2-0,3 pm. Jarak 4 minggu setelah gigitan sengkenit sering kali menandakan
antarputaran bervariasi dari 2 pm sampai 4 F-. stadium awal. Lesi tersebut, britema migrans, mulai
Organisme ini mempunyai jumlah endoflagel yang sebagai daerah yang merah merata dekat gigitan sengkenit
bervariasi (7-11) dan sangat motil . B burgdorferi dapat dan perlahan-lahan menyebar, dengan daerah sentral yang
terwarnai dengan cepat menggunakan bahan celup asam bersih. Bersamaan dengan lesi kulit, juga sering terjadi
dan anilin serta dengan teknik impregnasi perak. penyakit seperti flu dengan demam, menggigil, mialgia,
dan nyeri kepala. Stadium dua muncul berminggu-minggu
B. BIAKAN DAN SIFAT PERTUMBUHAN sampai berbulan-bulan berikutnya dan meliputi artralgia
B burgdorferl tumbuh paling cepat pada medium dan artritis; manifestasi neurologik dengan meningitis,
kompleks cair, medium Barbour-Stoenner-Kelly (BSK II). kelumpuhan saraf fasial, dan radikulopati yang nyeri; dan
Rifampin, fosfomisin (fosfonomisin), dan amfoterisin B penyakit jantung dengan defek konduksi dan mioperikardids'
dapat ditambahkan ke dalam BSK II untuk mengurangi Stadium ketiga dimulai berbulan-bulan sampai bertahun-
laju kontaminasi biakan oleh bakteri dan jamur yang lain. tahun kemuJian dengan keterlibatan kulit yang kronis,
B burgdoferi paling mudah diisolasi dari lesi kulit eritema sistem saraf, atau sendi. Spiroketa telah diisolasi dari
SPIROKETA & MIKROORGANISME SPIRAL LAINNYA I 345

semua tempat di atas, dan mungkin beberapa manifestasi lebih besar bahwa uji yang positif berasal dari orang yang
lanjut disebabkan oleh deposit kompleks antigen- tidak menderita penyakit Lyme daripada orang yang
antibodi. m€mang menderita penyakit tersebut (nilai prediksi positif
sekitar 1-20lo). Jadi, serologi untuk penyakit L1'me hanya
Uji Laboratorium Diagnostik dilakukan jika terdapar. gejala klinis yang sangat
mencurigakan, dan diagnosis penyakit Lyme tidak boieh
Pada beberapa pasien simtomatik, diagnosis dini penyakit
dibuat berdasarkan hasil uji yang positif dan tidak disertai
Lyme dapat ditegakkan secara klinis dengan melihat lesi
dengan gejala klinis yang mendukung.
kulit yang unik. Bila lesi'kulit ini tidak ditemukan pada
Uji yang paling banyak digunakan adalah antibodi
saatini dan pada stadium lan.jut penyakit, yang harus fluoresensi tidak langsung (lFA) dan imunoassay enzim
dibedakan dari banyak penyakit lainnya maka penting (EIA atau ELISA). Telah dipasarkan berbagai variasi assay
untuk melakukan uji dianostik laboratorium. \Walaupun
ini yang menggunakan preparat andgen, teknik, dan titik
demikian, tidak ada uji yang mempunyai sif,at spesifik
akhir yang berbeda. Pemeriksaan imunoblot (Wutem blot)
maupun sensitif.
kadang-kadang dilakukan untuk mengonfirmasi hasil yang
A. SPESIMEN diperoleh oleh uji lainnya. Antigen B burgdorferi dipisah
secara elektroforesis, ditransfer ke membran nitroseiulosa,
Darah diambil untuk uji serologi. Cairan serebrospinal
dan direaksikan dengan serum pzsien. Interpretasi
atau cairan sendi dapat diambil, terapi biasanj'a tidak
imunoblot didasarkan atas jumlah d,'n ukuran molekul
disarankan untuk biakan. Spesimen-spesimen ini dan
reaksi antibodi dengan protein B burgdorferi.
lainnya dapat digunakan untuk mendeteksi DNA B
burgdorferi melalui reaksi rantai polimerase.
lmunitas
B. SEDIAAN APUS Respons imunologi terhadap B burgdorferi timbul jr;i1':iii
B burgdorferi ditemukan pada spesimen potongan biopsi, perlahan-iahan. Serum fase akut positif pada 30-4Cl'a
tetapi pemeriksaan sediaan apus yang sudah diwarnai pasien, dan serum yang diperoleh 2-4 minggu kemudian
adalah metode yang ddak sensitif untuk diagnosis penyakit positif pada 60-70o/o pasien. Pada 4-6 minggu setelah
Lyme. .B burgdorferi pada potongan jaringan kadang- infeksi, sekitar 900/o pasien mempunyai IgG yang reaktif
kadang dapat diidentifikasi menggunakan metode terhadap B burgdorferi. Respons antibodi terus berlanjut
antibodi dan imunohistokimia. selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dan muncul
secara berurutan langsung melawan protein B burgdorferi,
C. BIAKAN berkulminasi pada perkembangan antibodi IgG terhadap
Biakan umumnya tidak dilakukan karena membutuhkan OspA dan OspB. Pengobatan antimikroba dini
waktu 6-8 minggu untuk menyelesaikannya dan kurang menurunkan respons antibodi. Titer antibodi menurun
sensitif. r secara perlahan setelah pengobatan, tetapi sebagian besar
pasien dengan manifestasi lanjut penyakit Lyme tetap
D. PENANDA MoLEKULAR menghasilkan seropositif selama bertahun-tahun.
Pemeriksaan reaksi rantai polimerase telah digunakan
untuk mendeteksi DNA B burgdorferi pada banyak cairan Pengobatan
tubuh. Pemeriksaan ini cepat, sensitif, dan spesifik, tetapi Infeksi dini, baik lokai maupun menyebar, harus diobati
tidak membedakan antara DNA dari B burgdorferi yang dengan doksisiklin atau amoksisilin-atau alternatif
hidup pada penyakit aktif dengan DNA dari B burgdorferi lainnya-selam a 20-30 hari. Pengobatan menyembuhkan
yang mati pada penyakit yang diobati atau yang tidak gejala dini dan menimbulkan resolusi lesi kulit.
aktif. Pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas sekitar boksisiklin mungkin lebih efektif daripada amoksisilin
850/o jika digunakan pada sampel cairan sinovial, tetapi dalam mencegah gejala lanjut. Artritis yang sudah lanjut
sensitivitasnya lebih rendah ketika digunakan pada sampel dapat memberikan respons baik terhadap penisilin dosis
cairan serebrospinal dari pasien dengan neuroborreliosis. tinggi. Pada kasus refrakter, seftriakson juga efektif.
Hampir 50olo pasien yang diobati awal dengan dolsisiklin
E. SERoLoGI
atau amoksisilin selama perjalanan penyakit Lyme
Pemeriksaan serologi telah dijadikan sebagai alat utama mengalami komplikasi minor lanjut (nyeri kepala, nyeri
untuk mendiagnosis penyakit Lyme, tetapi 3-5o/o orang sendi, dsb.). Artritis Lyme yang berlangsung lama dapat
normal dan orang dengan penyakit lain (misalnya, diobati dengan doksisiklin atau amoksisilin ditambah
reumatoid artritis, banyak penyakit infeksi lainnya) dapat probenesid seiama 30 hari atau lebih lama.
seropositif dengan beberapa uji. Karena prevalensi
penyakit Lyme yang rend4h,.terdapat kemungkinan yang
346 BAB 25

Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian dan nonpatogen yang tidak dapat disamakan dengan
spesies pada klasifikasi tradisional.
B burgdorferi ditularkan melalui sengkenit kecil genus Klasifikasi serologi tradisional mempunyai batasan
Ixodes. Vektornya adalah Ixodes scapularis (juga disebut
pada level molekular tetapi berguna secara epidemiologi.
Ixodes dammizl) di Amerika Serikat bagian Northeast dan \Walaupun demikian, identifikasi seroiogi tidak dapat
Midwest serra lxodes pacificus di Pantai. Barat Amerika
digunakan untuk memprediksi identifikasi molekular.
Serikat. Di Eropa, vektornya adalah lxodes ricinus, dan
Uraian berikut ini menggunakan klasifikasi tradisional.
vektor sengkenit lainnya tampaknya berperan penting di
daerah lain di dunia.'Tikus dan domba tetap menjadi
reservoir utama -B burgdorferi, tetapi tikus lainnya dan Morlologi & ldentifikasi
burung juga dapat terinfeksi. Di Amerika Serikat bigian A. CIRI KHAs ORGANISME
timur, 10-50o/o sengkenit terinfeksi, sementara di bagian
barat laju infei<si sengkenit lebih rendah, sekitar 270. Leptospira adalah spiroketa dengan bentuk bergelung,
Pajanan paling banyak terjadi pada bulan Mei sampai tipis, dan fleksibel dengan panjang 5-15 pm, spiral yang
sangat halus dengan lebar 0,1-0,2 pm; ujung sel kuman
Juli, ketika stadium nimfe sengkenit paling aktif; walaupun
demikian, stadium larva (Agustus dan September) dan sering kali bengkok yang membentuk seperti pancingan.
stadium dewasa (musim semi dan gugur) juga menggigit Kuman ini bergerak aktif, yang paling baik dilihat dengan
manusia dan dapat menularkan B burgdorferi. menggunakan mikroskop lapangan gelap. Mikrograf
Pencegahan dilakukan berdasarkan penghindaran elektron menunjukkan fiiamen aksial yang tipis dan
terhadap pajanan sengkenit. Disarankan untuk membran yang lembut. Spiroketa bentuknya juga halus
memasukkan lengan panjang dan celana panjang ke dalam sehingga pada pandangan lapangan gelap tampak hanya
kaos kaki. Pemeriksaan kuiit dengan saksama untuk sebagai rantai kokus yang kecil. Leptospira tidak dapat
melihat adanya sengkenit setelah keluar rumah dapat diwarnai dengan mudah tetapi dapat diwarnai dengan
menemukan sengkenit untuk dibersihkan sebelum impregnasi perak.
sengkenit tersebut menularkan B burgdorferi.
Pengendalian lingkungan terhadap sengkenit B. BIAKAN

menggunakan insektisida teiah menunjukkan hasil yang Leptospira tumbuh paling baik di lingkungan aerob pada
cukup sukses dalam mengurangi jumlah sengkenit nimfe suhu 28-30 0C daiam medium semisolid yang berisi serum
pada suatu musim. (medium Fletch, Stuart, dan lain-iain). Seteiah 1-2
Vaksin OspA mempunyai efektifitas sebesar 66-760/o minggu, leptospira menghasilkan zona pertumbuhan difus
atau lebih tinggi dan diberikan pada orang yang tinggal dekat bagian atas tabung sebagai respons terhadap kadar
atau bekerja di daerah endemik. Vaksin tersebut telah optimal tekanan oksigen untuk organisme. Medium
ditarik dari peredaran. biakan dapat dibuat selektif untuk leptospira dengan
menambahkan neomisin atau 5-fluorourasil.
LEPTOSPIRA & LEPTOSPIROSIS C. PERSYARATAN PERTUHBUHAN
Leptospirosis adalah zoonosis dengan distribusi di seluruh
Leptospira mendapatkan energi dari oksidasi rantai
dunia, dan disebabkan oleh spiroketa genus leptospira. panjang asam lemak dan tidak dapat menggunakan asam
Sistem klasifikasi tradisional dibuat berdasarkan pada amino atau karbohidrat sebagai sumber energi utama.
spesifisitas biokimia dan serologi untuk membedakan Garam amonium adalah sumber nitrogen utama.
antara spesies yang patogen, Leptospira intenogans, dan Leptospira dapat hidup selama berminggu-minggu dalam
spesies tidak patogen yang hidup bebas, Leptospira biflexa.
air, terutama yang mempunyai pH basa.
Spesies ini kemudian dibagi lagi menjadi lebih dari 200
serovar L interrogans dan lebih dari 60 serovar L bflexa.
Serovar tersebut kemudian disusun ke dalam serogrup Z
Struktur Antigen
interrogans dan serogrup L biflexa yang didasarkan pada Strain utama ("serovar") L interrogans yang diisolasi dari
antigenisitas yang dibagi dan terutama untuk penggunaan manusia atau hewan di berbagai tempat yang berbeda di
Iaboratorium. dunia (Tabel 25-1) semuanya saling berhubungan secara
Sistem klasifikasi kedua berdasarkan pada studi seroiogi dan menunjukkan reaksi silang pada uji serologi.
hibridisasi DNA-DNA, yang menunjukkan heterogenitas Hal ini menunjukkan adanya saling tumpang tindih di
derajat tinggi dalam dua spesies klasifikasi tradisional. antara struktur antigen, dan diperlukan uji kuantitatif
Terdapat tiga genus dalam klasifikasi yang berhubungan serta studi absorpsi antibodi untuk diagnosis serologik
dengan DNA: leptospira dan dua genus nonpatogen. spesifik. Selubung luar mengandung banyak lipo-
Genus leptospira meliputi beberapa spesies yang patogen polisakarida (LPS) struktur antigen yang bervariasi pada
SPIROKETA & MIKROORGANISME SPIRAL LAINNYA / 347

satu strain dengan strain lainnya. Variasi ini membentuk sifatnya ringan atau subklinis. Hepatitis sering terjadi
dasar klasifikasi serologi spesies leptospira, dan juga pada penderita leptospirosis. Hal ini sering diserrai dengan
menencukan spesifisitas respons imun manusia terhadap peningkatan kreatin fosfokinase serum sedangkan kadar
leptospira. enzim tersebut normal pada hepatitis virus.
Keterlibatan ginjal pada banyak spesies binatang
Patogenesis & Temuan Klinis bersifat kronis dan mengakibatkan pengeluaran sejumlah
besar leptospira di urine; ini mungkin meniadi sumber
Infeksi pada manusia biasanya terjadi akibat ingesti air
utama kontaminasi lingkungan yang mengakibatkan
atau makanan yang terkontaminasi leptospira. Lebih infeksi pada manusia. Urine manusia juga dapat
jarang lagi, organisme tersebut masuk ke dalam tubuh
mengandung spiroketa pada minggu kedua dan ketiga
melalui membran mukosa atau luka pada kuiit. Setelah
penyakit.
masa inkubasi 1-2 minggu, terjadi awitan demam yang
Antibodi yang beraglutinasi, ikatan komplemen, dan
bervariasi, yang selama waktu itu spiroketa terdapat dalam
litik muncul selama proses infeksi. Serum dari pasien
aliran darah. Organisme ini kemudian berkembang dalam
yang sedang dalam masa penyembuhan dapat melindungi
organ parenkim (terutama hati dan ginjal), menimbulkan
hewan percobaan dari infeksi yang fatal. Imunitas yang
perdarahan dan nekrosis jaringan serta mengakibatkan
didapat dari infeksi pada manusia dan hewan tampaknya
disfungsi organ-organ tersebut (ikterus, perdarahan retensi
mempunyai sifat serospesifik.
nitrogen). Penyakit ini seringkali bifasik. Setelah
mengalami perbaikan pada awalnya, timbul fase kedua
ketika titer antibodi IgM meningkat. Fase kedua ini sering Uji Laboratorium Diagnostik
memberikan gejala seperti "meningitis aseptik" dengan A. SPESIMEN
nyeri kepala hebat, kaku kuduk, dan pleositosis pada
cairan serebrospinal. Nefritis dan hepatitis juga dapat Spesimen terdiri dari darah yang diambil secara aseptik
berulang timbul, dan mungkin terdapat lesi kulit, otot, dalam tabung heparin, cairan serebrospinal, atau jaringan
dan mata. Derajat dan distribusi keterlibatan organ untuk pemerilaaan mikroskopik dan biakan. Urine harus
bervariasi pada berbagai penyakit yang berbeda yang dikumpulkan dengan sangat hati-hati untuk menghindari
ditimbulkan oleh leptospira yang berbeda-beda di kontaminasi. Serum dikumpulkan untuk uji aglutinasi.
berbagai belahan dunia (Tabel 25-l). Banyak infeksi yang

Tabel 25-1. Penyakit leptospira yang penting

'/k .l

g. r .];.
t " .';,.-i'."1'] -r#.1: ;
autumnalis Demam pratibia atau Demam, ruam di atas tibia AS, jepang
demam Ft. Bragg

ballum Tikus kecil Demam, ruam, ikterus AS, Eropa, lsrael

bovis Sapi, vole Demam, lemah A5, lsrael, Australia

caninola Urine anjing lkterus infeksius Penyakit seperti influenza, Seluruh dunia
meningitis aseptik

grippotyphosa Hewan pengerat. Demam Marsh Demam, lemah, meningitis Eropa, A5, Afrika
air aseptik

hebdomadis Tikus, tikus kecil Demam tujuh-hari Demam, ikterus Jepang, Eropa

icterohaemorrhagiae Urinetikus,air Penyakit Weil ikterus, perdarahan, Seluruh dunia


meningitis aseptik

mitis Babi Penyakit Swineherd Meningitis aseptik Australia

pomona Babi, sapi Penyakit 5wineherd Demam, lemah, meningitis Eropa, AS, Australia
aseptik
lSecara resmi disebut spesies
BAB 25

B. PEMERIKSAAN MIKRoSKoPIK Pengobatan


Pemeriksaan lapangan gelap atau sediaan apus yang Leptospirosis ringan harus diobati dengan doksisiklin,
diwarnai dengan teknik Giemsa kadang-kadang ampisilin, atau amoksisilin oral. Pengobatan penyakit yang
menunjukkan leptospira pada darah segar dari infeksi sedang atau parah harus dengan pemberian penisiiin atau
dini. Pemeriksaan lapangan gelap dari urine yang ampisilin intravena.
disenuifugasi juga dapat memberikan hasil yang positif.
Andbodi konjugasi-fl uoresensi atau teknik imunohistokimia Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian
Iainnya juga dapat digunakan.
Pada dasarnya, leptospirosis adalah penyakit infelai pada
C. BIAKAN
hewan; infeksi pada manusia hanya terjadi secara tidak
sengaja, setelah kontak dengan air atau material lainnya
Darah segar lengkap atau urine dapat dibiakkan pada yang terkontaminasi dengan ekskresi pejamu binatang.
medium semisolid Fletcher atau medium lainnya. Tikus, binatang pengerat liar, anjing, babi, dan sapi adalah
Medium selektif dan nonselektif harus digunakan. Karena sumber infeksi pada manusia yang utama. Hewan-hewan
adanya substansi inhibitor dalam darah, sebanyak I atau ini mengekskresikan leptospira pada urin dan fesesnya
2 tetes saja diteteskan ke dalam setiap lima tabung yang baik selama penyakit tersebut aktif maupun selama
berisi medium 5 ml. Sampai sebanyak 0,5 ml cairan kondisi carrier asimtomatik. Leptospira tetap dapat hidup
serebrospinal dapat digunakan. Satu tetes urine yang ddak pada air yang tenang selama beberapa minggu; minum,
diencerkan dapat digunakan setelah diteteskan sebanyak berenang, mandi, atau kontaminasi makanan dapat
1 tetes pada setiap urine yang diencerkan sepuluh kali mengakibatkan infelai pada manusia. Orang yang paling
secara serial-untuk toral sebanyak empat tabung. sering berkontak dengan air yang terkontaminasi dengan
Jaringan berdiameter kira-kira 5 mm harus dihancurkan tikus (misalnya, pekerja pertambangan, tukang jahit,
dan digunakan sebagai inokulum. Pertumbuhannya lambat, petani, dan nelayan) mempunyai risiko terkena infeksi
dan biakan harus disimpan selama minimal 8 minggu. yang paling besar. Anak-anak lebih sering terkena infeksi
dari anjing daripada orang dewasa. Tindakan pengendalian
D. INoKULASI BINATANG terdiri dari pencegahan terhadap pajanan air yang
Teknik yang sensitif untuk isolasi leptospira terdiri dari terkontaminasi dan mengurangi kontaminasi dengan
inokulasi intraperitoneum hamster muda atau marmot pengendalian binatang pengerat. Doksisiklin oral 200 mg
dengan plasma segar atau urine. Dalam waktu beberapa seminggu sekali selama terkena pajanan berat, efektif
hari, spiroketa'menjadi terlihat dalam rongga peritoneum; sebagai pengobatan profilaksis. Anjing dapat menerima
pada binatang yang mati (B-14 hari), lesi hemoragik dengan
vaksinasi distemper-hepatitis-leptospirosis.
spiroketa ditemukan pada banyak organ.

E. SERoLoGI r PENYAKIT SPIROKETA


Andbodi yang mengalami aglutinasi dengan titer yang LAINNYA
sangat tinggi (l:10.000 atau lebih tinggi) terbentuk
perlahan-lahan pada infeksi leptospira, mencapai
puncaknya pada 5-8 minggu setelah infeksi. Laboratorium SPIRILLUM MINOR (SPIRILLUM
standar rujukan menggunakan aglutinasi organisme yang MORSUS MUR|S)
hidup untuk mendetelsi adanya antibodi leptospira. Cara
Spirillum minor menyebabkan satu bentuk demam gigitan-
ini sangat sensitif tetapi dapat berbahaya. Aglutinasi
tikus (sodoku). Organisme yang sangat kecil (3-5 pm)
suspensi hidup paling spesifik untuk serovar leptospira
dan berbentuk spiral kaku ini dibawa oleh tikus di seluruh
yang terinfeksi. Hemaglutinasi tidak langsung sel darah
dunia. Organisme ini diinokulasi ke dalam tubuh manusia
merah dengan leptospira yang teradsorbsi kadang-kadang
melalui gigitan seekor tikus, dan mengakibatkan lesi lokal,
digunakan. Berbagai macarn enzim imunoassay jtga telah
pembengkakan kelenjar regional, ruam kulit, dan demam
dijelaskan. Karena adanya variasi geografik dalam
tipe berulang. Frekuensi penyakit ini bergantung pada
distribusi serovar, uji-uji ini dapat mempunyai sensitivitas
derajat kontak antara manusia dan tikus. Spirrilum dapat
dan spesifisitas yang berbeda-beda pada daerah geografi
diisolasi dengan inokulasi dengan material dari kelenjar
yang berbeda.
getah bening regional atau darah pada marmot atau tikus
tetapi belum ditumbuhkan pada medium bakteriologi. Di
lmunitas Amerika Serikat dan Eropa, penyakit ini jarang dikenali.
Imunitas spesifik-serovar terjadi setelah infeksi, tetapi Beberapa mikroorganisme motil gram-negatif spiral
reinfeksi dengan serovar yang berbeda dapat terjadi. aerobik dapat menyebabkan demam spiriilum.
SPIROKETA & MIKROORGANISME SPIRAL LAINNYA I 349

SPIROKETA PADA MULUT &


MEMBRAN MUKOSA NORMAL
Sejumlah spiroketa ada pada setiap mulut normal. ^'1. 5eorang f a"tcirtatcl zs iii'rn
Beberapa spiroketa ini telah diberi nama (misalnya, makulopa[ulii badan.'ya ietapi tiiiat< meiigenai
makulopipular di badanrryt
Borrelia buccalil, tetapi baik morfologi maupun fisiologi ...-, mulut dan telapak tangaiihya. karena difilis
"'i, sekunder oifitirt<an i"uugii diagnosii banding, uji
organisme ini tidak dapat memberikan klasifikasi yang
pasti. Pada genitalia normal, spiroketa yang disebut ' reagin plasma cepat (RPR) dilakukan dqn hasilnya
positi{ pada pengenceran 1:2. Walaupun demikian,
positj{
Borrelia refingens kadang-kadang ditemukan yang dapat uji Jluoresensi bntibodi treponema (FTA-ABS)
rancu dengan T pallidum. Organisme ini adalah saprofit merhberikan hasil yang negatif. Manakah di bawah 'i
yang tidak berbahaya pada kondisi biasa. Sebagian besar ' i_"i dapat disingkirkan? ,
vlfg
organisme ini anaerob obligat yang dapat ditumbuhkan "{,$$!r''t*}l
sif ili!i:i.n=k &.ii1i:,i$, ;l}il\\:!;.$il
(B) Campak atipikal
, ' i l.': I

pada tabung yang mengandung kaldu infus daging yang


' (C) lnfeksi virus.Coxsackie
ditambahkan jaringan dan ditutup dengan petrolatum. :(D) lnfeksi HIV 1 akut
irj ne-at<si alergi,obat
PENYAKIT FUSOSPI ROKETA 2. Seorang wanltb 20 tahun-datang dengan ulkus,^.
Pada beberapa keadaan, terutaffIa iuka pada membran
sebesar 2 cm pada labia mayornya, l-esinya' r

.'., mempun'yli tebi yang meninggi drn tidak nyeri. '


mukosa, defisiensi nutrisi, atau infeksi yang terjadi -' jDiagnosis banding lesi ini meliputi
bersamaan (misalnya, infeksi virus herpes simpleks) pada ,., (A) lnfeksi Adenovirus
epitel, spiroketa normal mulut bersama dengan basil (B) Infeksi virus Papiloma. j. '
r'

fusiform anaerob (fusobakteria), menemukan kondisi iti r"t.tii ru.,*..]u gonotrrhoeae '

yang cocok untuk pertumbuhannya yang sangat pcsat.


rr (D) Seivisitis Chlamydia tll,1lomatis :

(E) lnfeks.i 'Trepone'mi paltidum


Hal ini terjadi pada gingivostomatitis ulseratif (trenclt
mouth), sering disebut sebagai stomatitis Vincent. Jika 3; lnfeksi dengan organisme apakah yalg dapat
menyebabkan hasil uji nontreponemt (VDRL-RPR)
proses seperti ini mengakibatkan tonsilitis ulseratif dan .:,t:::::::t:l !:
1 , ;,1;3.o-'iti ifsu.uninkrl$lff tis?
keterlibatan jaringan masif, dapat disebut sebagai angina (A) Virus Varicella-zoster
Vincent. Penyakit ini juga muncul pada abses paru tempat .' (B) Borrelia burgdorteri
mikroorganisme piogenik dan spesies bakteroides (C) Streptococcus pyoigenes
(D) Virui Epstein-Barr
merusak jaringan; pada bronkiektasis, tempat gangguan
(E) Virus Hepatitis B
anatomi dan fisiologi mengganggu drainase normal; pada (F) Semua yang diatas benar
ulkus kaki ("tropikal") dengan infeksi campuran dan stasis
vena; serta pada luka gigitan dan kejadian yang serlrpa.
a, Seorang petugas kesehatan 27 tahun dibawa ke
Pada semua keadaan tersebut, terbentuk jaringan yang tiba-tiba dan nyeri kepala.'Oua Tinggu
nekrosis yang membuat keadaan menjadi anaerob yang iebelumnya ia berlibur ke daerah deia Oregon,
diperlukan oleh flora fusospiroketa. Keadaan anaerob tempat ia sering berenang di sebuah kanal irigasi
selanjutnya dapat mencegah proses penyembuhan cepat , iung me!intas pada bidang tanah tempat
melakukan pasteurisasi hewan sapi. Tes darah l
dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan. Spesies r dilakukan segera ietelah pada pemeriksaan
fusobakterium bersimbiosis dengan spesies anaerob menunjukkan adpnya abnormalitas fungsi ginjal
lainnya. Flora fusospiroketa segera dihambat dengan dan peningkatan 6ilirubin serta uji fungsi hati
antibiotik. Jadi, pengobatan antibiotik dapat mengen- Ii";ivr. dr.t." darah. urine, dan'cairan
dalikan gingivostomatitis atau angina. tValaupun seieUrospinal rutin memberikan hasil yang negatif.
Leptospirosisadalahkemungkinandiagnosisyang
demikian, organisme fusospiroketa bukan patogen dibuat. Manakah hal berikut yang paling mungkin
primer. Pengobatan yang efektif harus ditujukan langsung dapat mengonf irmasi diagnosis tersebu-t?
kepada penyebab awal kerusakan jaringan. (A) Menguji serum fase akut dan penyembuhan
Penyakit fusospiroketa biasanya tidak ditularkan menggunakan uji reagin plasma cepat (RPR) .

melalui kontak langsung, karena semua orang mempunyai


(B) Biakan urine pada iel fibroblas diploid manusia
].(c)naengu1iierumdenganpemeriksaanlaparigan
organisme ini di dalam mulutnya. Meskipun demikian, gelap untuk melihat ada tidaknya leptospirosis
kaciang-kadang timbul penjangkitan pada anak-anak atau {p)' :uniuk serum tase jtut dan penyembuhin
illenguji
dewasa muda. Hal ini mempermudah penularan virus antibodi antileptospira -

(misalnya, virus herpes simpleks) pada kelompok populasi , (E) ;;;;;;;;l;;.;;;;;;;ili pada asar darah
., dan'agar ioklat . .
yang rentan atau pada defisiensi nutrisi dan higiene oral
yang buruk ("trench mouth").
.,
350 BAB 25

i:.:-l.s KEPUSTAKAAN
Johnson WD Jr, Golightly LM: Borrelia species (relapsing fever). In:
Marulell, Douglas, dnd Bennett's Principles and Practice oflnfectious
Diseases,Sth ed. Mmdell GL, BennettJE, Dolin R (editors). Churchill
Livingstone, 2000.
Levett PN: Zeplo spira arul Leptonema.In: Manual of Clinical Microbiology,
8th ed. Murray PR et al (editors). ASM Press,2003.
Norris SJ et al: Treponema andother human host-associated spirochetes.
It Manual of Clinical Microbiologv,8th ed, Muray PR ct al (editors).
ASM Press,2003.
Steere AC: Botelia burgdorferi (Lyme disease, Lyme borreliosis). In:
Mundell, Douglas, and Bennett's Principles and Practice oflnfectictus
Diseases,Sth ed. Mandell GL, BennettJE, Dolin R (editors), Churchill
Livingstone, 2000.
Tappero JW; Ashford DA, Perkins BA: Leptospira species (leptospirosis).
ln: Mandell, Douglas, and Bennett's Principles and Practice of
Infectious Diseases, 5th ed. Mandell GL, Bennett JE, Dolin R (editors).
Churchill Livingstone, 2000.
Tramont EC: Treponema pallidum (sifilis). In: Manclelt, Douglas, and.
Benrett's Principles awl Practice of Infectious Diseases, lth ed. Mandell
GL, Bennett JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone, 2000.
Wilske B, SchrieferlME: Borrelia.In: Manual of Clinical Microbiology, Sth
ed. Munay PR et al (editors). ASM Press, 2003.

,N.fi rAiiiii,.E+oLF$$
M i,ko'plasmo' &' Bakteri den'gan
Kel.enah' pada: Di ndi h:g',se,l' (cel I
i

Wall-Defect'ive)

tetrasiklin atau eritromisin. (4) Mikoplasma dapat


r MIKOPLASMA bereproduksi dalam media bebas sel; pada agar, pusat
keseluruhan koloni melekat di bawah permukaannya' (5)
Pertumbuhan mikoplasma dihambat oleh antibodi yang
Terdapat lebih dari 150 spesies pada kelas bakteri dengan
spesifik. (6) Mikoplasma mempunyai afinitas untuk
kelainan dinding sel. Minimai 15 spesies ini diduga berasal
membran sel mamalia.
dari manusia, sementara yang lainnya telah diisolasi dari
binatang dan tumbuhan. Pada manusia, terdapat empat
spesies yang sangat penting: Mycoplasma pneumoniae
Morfologi & tdentifikasi
menyebabkan pneumonia dan menyebabkan infeksi sendi A. CIRI KHAS ORGANISME
dan infeksi lainnya. Mycoplasma hominis kadang
Mikoplasma tidak dapat dipelajari dengan metode
menyebabkan demam postpartum dan ditemukan
bakteriologik biasa karena ukuran koloninya yang kecil
bersama dengan bakteri lainnya pada infeksi tuba uterina.
dan plastisitas serta kehalusan sel-selnya (karena dinding
[Jreaplasma urealyticum adalah penyebab uretritis
selnya tidak kaku). Pertumbuhan dalam medium cair
gonokokuS pada pria dan dikaitkan dengan penyakit paru-
menghasilkan banyak bentuk yang berbeda. Pertumbuhan
paru pada bayi prematur dengan berat lahir rendah.
padi medium padat terutama terdiri dari massa
Mycoplasma genitalium sangat berhubungan dengan M
protoplasmik plastik dengan bentuk yang tidak pasti yang
pneumoniae dan telah dikaitkan dengan infeksi uretra dan
Jrp"r d..tg"n mudah mengalami perubahan. Struktur-
infeksi lainnya. Spesies lain genus mikoplasma bersifat
struktur ini memiliki ukuran yang sangat bervariasi,
patogen terhadap saluran pernapasan dan urogenitalia
diameternya berukuran mulai dari 50 sampai 300 nm'
serta sendi-sendi binatang.
Morfologinya tampak berbeda-beda' tergantung pada
Asal mula nenek moyang mikoplasma tidak jelas.
metode pemeriksaannya (misalnya' lapangan gelap,
Genom terkecil mikoplasma lebih kecil daripada dua kali
imunofluoresensi, film pewarnaan Giemsa dari medium
ukuran genom virus besar tertentu. Mikoplasma adalah
di alam padat atau cair, fiksasi agar).
organisme terkecil yang dapat hidup bebas dan
bereplikasi sendiri pada medium laboratorium. Bakteri
B. BIAKAN
ini mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) Ukuran
mikoplasma terkecii adalah 125-250 nm. (2) Mikoplasma Banyak strain mikoplasma tumbuh pada heart infusion
sangat pleomorfik karena dinding selnya tidak kaku dan peptone broth dengan agar 2o/o (pH 7'8) yangpadz medium
dilapisi dengan tiga iapis "membran unit" yang i.ir.but ditambahkan sekitar 30o/o cairan asam manusia
mengandung sterol (mikoplasma memerlukan tambahan atau serum hewan (kuda, kelinci)' Setelah inkubasi pada
serum atau kolesterol ke dalam medium agar dapat suhu 37 0C selama 48-96 jam, mungkin tidak terjadi
menghasilkan sterol untuk pertumbuhannya) . (3) kekeruhan; waiaupun demikian, pewarnaan Giemsa
Mikoplasma sangat resistan terhadap penisilin karena sedimen yang disentrifugasi menunjukkan adanya
pada dinding selnya tidak terdapat struktur temPat struktur karakteristik pleomorfik, dan subkultur pada
penisilin bereaL.i, tetapi mikoplasma dapat dihambat oleh media padat menunjukkan koloni yang kecil.

351
BAB 26

Setelah 2-6 hari pada difasik (air daging di atas agar) glikolipid. Antigen untuk uji ELISA adalah protein.
dan medium agar yang diinkubasi dalam sebuah cawan Beberapa spesies mempunyai lebih dari satu serotipe.
Peui yang telah dibuat untuk mencegah evaporasi, koloni
yang diisolasi berukuran antara20-500 pm dapat dideteksi Patogenesis
dengan sebuah kaca pembesar. Koloni-koloni ini
berbentuk bulat, dengan permukaan yang granular dan Banyak mikoplasma patogenik mempunyai bentuk
pusat yang gelap yang biasanya terkubur dalam agar. seperti Wash-lihe) atau filamen dan mempunyai struktur
Bakteri ini dapat disubkultur dengan memotong sekorak polar khusus yang memediasi proses penempelan ke sel
kecil agar berisi satu'koloni atau lebih dan menoreh pejamu. Struktur-struktur ini adalah grup kompleks yang
materi ini pada cawan baru atau menaruhnya ke dalam terdiri dari protein interaktif, adhesin, dan protein
medium cair. Organisme tersebut dapat diwarnai untuk aksesori adheren. Protein tersebut kaya akan prolin, yang
pemeriksaan mikroskopik dengan melecakkan organisme memengaruhi pelekukan dan pengikatan protein serta
tersebut dengan ukuran persegi yang sama pada sebuah slide penting dalam proses penempelan organisme ke sel.
dan menutup koloni tersebut dengan kaca penutup yang Mikoplasma menempel pada permukaan sel yang bersilia
telah diberikan larutan alkohol biru metilen dan azure serta dan tidak bersilia, mungkin melalui sialoglikokonjugat
kemudian dievaporasi (fiksasi agar). Slide seperti itu juga mukosa sel dan glikolipid sulfa. Beberapa mikoplasma
dapat diwarnai dengan antibodi fluoresens yang spesifik. tidak mempunyai struktur ujung yang tampak nyata tetapi
me nggunakan protein adhesin atau me mpunyai
C. SIFAT PERTUMBUHAN mekanisme alternatif untuk menempel pada sel pejamu.
Proses infeksi selanjutnya belum begitu jelas tetapi dapat
Mikoplasma merupakan mikrobiologi yang unik karena melibatkan beberapa faktor berikut: sitotoksisitas
(1) Ukurannya yang sangat kecil dan (2) pertumbuhannya
langsung melalui pembentukkan hidrogen peroksida dan
pada medium kompleks cetapi bebas sel. radikal superoksida; sitolisis yang dimediasi oleh reaksi
Mikoplasma dapat melewati filter dengan pori-pori antigen-antibodi atau oleh kemotaksis dan kerja sel
sebesar 450-nm sehingga mikoplasma sebanding dengan
mononuklear; serta kompetisi dan deplesi nutrien.
klamidia atau virus besar. Meskipun demikian,
mikopiasma parasitik tumbuh pada medium bebas sel
yang mengandung lipoprotein dan steroi. Kebutuhan lnfeksi Mikoplasma
sterolnya untuk pertumbuhan dan sintesis membran unik. Mikoplasma tampaknya bersifat spesifik-pejamu, dapat
Mikoplasma resistan terhadap talium asetat, yang dapat dirularkan dan kemungkinan besar bersifat patogen hanya
digunakan untuk menghambat bakteri. pada satu spesies pejamu. Pada binatang, mikoplasma
Banyak mikoplasma menggunakan glukosa sebagai muncul sebagai parasit intraselular dengan predilelai pada
sumber energi; ureaplasma memerlukan urea. sel mesotel (pleura, peritoneum, sinovia sendi). Beberapa
Beberapa mikoplasma manusia menghasilkan produk ekstraselular dapat diuraikan (misalnya,
peroksida dan menghemolisis sel darah merah. Pada hemolisin).
biakan sel dan in uiuo, mikoplasma berkembang rerurama
pada permukaan sel. Banyak biakan sel binatang cian A, INFEKSI PADA MANUSIA
manusia membawa mikoplasma sebagai kontaminan.
Mikoplasma telah dikultivasi dari membran mukosa dan
jaringan manusia, terutarna dari genital, saluran kencing,
D. Vanrasr
dan saluran napas. Mikoplasma adalah bagian dari flora
Sifat mikoplasma yang sangat pleomorfik merupakan satu normal mulut dan dapat ditumbuhkan dari saliva normal,
karakteristik utamanya. membran mukosa mulut, spurum atau jaringan tonsil. tl1
saliuarium, M orale, dan mikoplasma lainnya dapat
Struktur Antigenik ditemukan di rongga mulut pada banyak orang dewasa
sehat, tetapi hubungannya dengan penyakit klinis masih
Banyak spesies mikoplasina yang secara antigenik dapat belum jelas. M hominis ditemukan di orofaring pada
dibedakan telah diisolasi dari binatang (misalnya, tikus, kurang dari 5o/o orang dewasa. M pneumonia di orofaring
ayam, kalkun). Pada manusia, minimal terdapat 14 spesies biasanya berkaitan dengan penyakit (lihat di bawah ini).
yang dapat diidentifikasi, termasuk M hominis, Beberapa mikoplasma terdapat pada saluran
Mycoplasma saliuarium, Mycoplasma orale, Mycoplasrna genitourinaria, terutarna pada wanita. Pada pria maupun
fermentans, M pneumoniae, M genitalium, .(J ureabticum, wanita, genital yang membawa mikoplasma secara
dan lain-lain. langsung berhubungan dengan jumlah partner seksual
Spesiesnya diklasifikasikan dengan gambaran sepanjang hidup. M hominis dapat dibiakkan dari L-5o/o
biokimia dan serologik. Antigen CF mikoplasma adalah p'ria asimtomatik dan 30-700/6 wanita asimtomatik;
MIKOPLASMA & BAKTERI DENGAN KELAINAN PADA DINDING SEL (CEIT WALL-DEFECTIVE) I 353

Frekuensinya meningkat sampai 20Vo dan secara dalam kaldu khusus dan diinkubasi secara aerob.
berurutan lebih dari 900/o positif untuk pria dan wanita, Pemindahan satu atau lebih medium mungkin diperlukan
pada klinik penyakit menular seksual. U urealyticum sebelum organisme tersebut tumbuh yang dapat diperiksa
ditemukan pada .saluran genital 5-20Vo pria sekbual aktif secara mikroskopik dengan pewarnaan atau imuno-
dan 40-80% wanita seksual aktif. Sekitar 20o/o wanita fluoresensi. Koloni dapat tampak seperti "telur goreng"
yang datang ke klinik penyakit menular seksual, pada pada agar.
saluran genitalia bawahnya terdapat M genitalium.
Mikoplasma jenis lainnya juga dapat dijumpai pada D. SEROLOGI

saluran genital bawah. Pada man.usia yang terinfeksi dengan mikoplasma


B. INFEKSI PADA BINATANG terbentuk antibodi dan dapat dibuktikan dengan beberapa
metode. Uji CF dapat dilakukan dengan antigen glikolipid
Pleuropneumonia Bovin adalah penyakit sapi menular, yang diekstraksi dengan metanol-kloroform dari
yang kadang-kadang mematikan yang berhubungan dengan
mikoplasma yang dibiakkan. Uji HI dapat digunakan
pneumonia dan efusi pleura. Penyakit ini kemungkinan pada sel darah merah berwarna coklat dengan antigen
disebarkan melalui udara. Mikoplasma ditemukan di mikoplasma diadsorbsi. Imunofluoresensi tidak langsung
eksudat inflamasi. dapat digunakan. Uji yang mengukur inhibisi per-
Agalaksia domba dan kambing di daerah Mediterania tumbuhan oleh antibodi cukup spesifik. Dengan semua
adalah infelsi sistemik dengan lesi lokal pada kulit, mata,
teknik serologi ini, terdapat spesifisitas yang adekuat
sendi, ambing, dan slrotum; penyakit ini menimbulkan untuk spesies mikoplasma manusia yang berbeda, tetapi
atropi kelenjar laktasi pada wanita. Mikoplasma terdapat diperlukan adanya peningkatan titer antibodi untuk
dalam darah pada stadium dini dan setelah itu terdapat kepentingan diagnostik karena tingginya insiden uji
pada susu dan eksudat. serologik positif pada individu normal. M pneumoniae
Pada unggas, beberapa penyakit respirasi yang penting
dan M genitalium secara serologik dapat menimbulkan
secara ekonomi, disebabkan oleh mikoplasma. Organisme
reakrif-silang
tersebut dapat ditularkan dari induk ayam ke telur dan
kemudian ke anak ayam. Babi, anjing, tikus, tikus kecil Pengobatan
dan spesies lainnya mengandung mikoplasma yang dapat
menimbulkan infeksi yang terutama mengenai pleura, Banyak suain mikoplasma dihambat oleh berbagai macarn
peritoneum, sendi, saluran napas, dan mata. Pada tikus, obat antimikroba, tetapi kebanyakan strain resistan
mikoplasma bentuk spiral (spiroplasma) dapat meng- terhadap penisilin, sefalosporin, dan vankomisin.
induksi terjadinya katarak. Tetrasiklin dan eritromisin masih efektif secara in uitro
maupun in uiuo, dan saat ini merupakan obat pilihan
C, INFEKSI PADA TUMBUH-TUHBUHAN untuk pneumonia mikoplasma. Beberapa ureaplasma
Aster yang berwarna kuning, tanalrlan jagung yang pendek resistan terhadap tetrasiklin.
dan penyakit tumbuhan lainnya tampaknya disebabkan
oleh mikoplasma. Penyakit ini ditransmisikan melalui Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian
serangga dan dapat ditekan dengan tetrasiklin.
Isolasi hewan ternak yang terinfetr<si akan mengendalikan
pleuropneumonia dan agalaksia yang sangat menular.
Uii Laboratorium Diagnostik Belum ada vaksin yang tersedia. Pneumonia mikoplasma
A. SPESIMEN berperilaku seperti penyakit respirasi virus yang dapat
menular (lihat uraian di bawah).
Spesimen terdiri dari swab tenggorok, sputum, eksudat
inflamasi, dan sekret dari saluran naPas, uretra' atau
genital. MYCOPASMA PNEUMONIAE &
PNEUMONIA ATIPIKAL
B. PEHERIKSAAN MIKROSKOPIK
Mycoplasma pneumoniae adalah penyebab pneumonia yang
Pemeriksaan langsung sebuah spesimen untuk mikoplasma
utama, terutama pada orang usia 5-20 tahun.
tidak bermanfaat. Biakan diperiksa seperti yang
digambarkan di atas.
Patogenesis
C. BIAKAN M pneumoninr ditularkan dari orang ke orang melalui
Materi tersebut diinokulasi ke dalam medium padat sekret saluran napas yang terinfeksi. Infeksi dimulai
khusus dan diinkubasi selama 3-10 hari pada suhu 37
0C dengan penempelan ujung organisme ke reseptor pada
dengan 5o/o CO, (pada kondisi mikroaerofilik), atau ke petrnnk"^tt sel epitel saluran naPas (Gambar 26-l)'
BAB 26

Penempelan dimediasi oleh protein adhesin spesifik pada anemia hemolitik dapat muncul. Penemuan patologi yang
struktur terminal yang berdiferensiasi pada organisme paling sering adalah pneumonitis interstitial dan
itu. Selama proses infeksi, organisme tersetrut menerap peribronkial serta bronkiolitis nekrolitik. Penyakit lainnya
,di ekstraselular. yang mungkin berhubungan dengan M pneumoniae
meiiputi eritema multiforme; keterlibatan sistem saraf
Temuan Klinis pusat, termasuk meningitis,meningoensefalitis, dan
mono-serta polineuritis; miokarditis; perikarditis; artritis;
Pneumonia mikoplasma biasanya merupakan penyakit
yang ringan. Spektrum klinis infeksi M pneumoniae dan pankreatitis.
bervariasi dari infeksi asimtomatik sampai pneumoniris
Penyebab umum pneumonia bakteri community-
serius yang kadang diserrai dengan keterlibatan neurologi
acquired, selain Mycoplasma pneumoniae, adalah
Streptococcus pneumoniae, Legionella pneumophila,
dan hematologi (misalnya, anemia hemolitik) serta
berbagai macam lesi kulit. Miringitis bulosa muncul pada
Chlamydia pneumonia, dan Haemophilus influenzae.
Bakteri-bakteri lainnya adalah penyebab pneumonia yang
kasus-kasus yang timbul secara sponran dan pada
sukarelawan yang diinokulasi secara eksperimen.
tidak lazim dan cenderung muncul pada kondisi-kondisi
khusus: pneumonia Klebsiella pneumoniae muncul pada
Masa inkubasinya bervariasi dari 1-3 minggu. Awitan
pria lansia peminum alkohol dan pneumonia Staphylococcus
biasanya periahan-lahan, rasa lemah, demam, nyeri kepala,
aureus cenderung muncul setelah infeksi virus influenza.
nyeri tenggorok, dan batuk. Awalnya, batuk nonproduktif,
tetapi kadang-kadang paroksismal. Kemudian dapat
terjadi batuk dengan spurum dengan bercak darah dan Uji Laboratorium
nyeri dada. Pada sradium awal penyakit, pasien hanya Diagnosis pneumonia M pneumonia secara umum dibuat
tampak sakit sedang, dan tanda-tanda fisik konsolidasi didasarkan atas gejala klinis sindrom. Uji laboratorium
pulmonal seringkali dapat diabaikan dibandingkan dengan mempunyai nilai tambahan. Jumlah sel darah putih sedikit
bercak-bercak konsolidasi yang tampak pada foto meningkat. Pewarnaan sputum dengan Gram tidak
rontgen. Selanjutnya, apabila infiltrasi mencapai dianjurkan karena tidak akan menunjukkan parogen
puncaknya, penyakitnya menjadi berat. Resolusi infiltrasi bakteri yang lain (misalnya, Streptococcus pneumoniae).
pulmonal dan perbaikan klinis muncul secara perlahan- Mikoplasma sebagai penyebab penyakit dapat diperoleh
lahan selama 1-4 minggu. Walaupun durasi penyakimya dari biakan yang diambil dari faring dan sputum, tetapi
sangat bervariasi, kematian jarang rerjadi dan biasanya biakan adalah uji yang sangat khusus dan hampir tidak
akibat gagal jantung. Komplikasi jarang terjadi, tetapi pernah dilakukan untuk mendiagnosis infeksi M
pneumoniae. Cold hemagglutinin untuk eritrosit manusia
golongan O muncul pada sekitar 5070 pasien tanpa
pengobatan, daianr titer yang tinggi, dengan kadar
maksimum dicapai pada minggu ketiga atau keempat
setelah awitan. Tircr l:64 atau Ie bih mendukung diagnosis
infeksi M pneumoniae. Terdapat peningkatan antibodi
yang spesifik terhadap M pneumoniae yang dapar.
ditunjukkan dengan uji fiksasi komplemen (CF); serum
akut dan masa penyembuhan penting untuk menunjukkan
peningkatan antibodi CF sebanyak empar kali lipat. EIA
yang berfungsi untuk mendereksi antibodi rcrhadap M
pneumoniae, mempunyai kegunaan yang terbatas, begitu
pula halnya dengan seperangkat alat untuk mendeteksi
RNA ribosom M pneumoniae yang menggunakan DNA
yang dilabel radioaktif.

Pengobatan
Gambar 25-1. Mikrograf elektron dari Mycoplasma Teuasiklin atau eritromisin dapat memberikan perbaikan
pneumoniae yang menempel pada sel epitel saluran klinis tetapi tidak menghilangkan mikoplasmanya.
napas bersilia di dalam sampel sputum dari seorang pasien
dengan bukti biakan pneumonia M pneumonia. Organisme
tersebut (M) terlihat pada batas lamina yang menempel Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian
di antara silia (C). (Sumbangan Alt/ Collier, Department of pediatricl Infeksi M pneumoniar endemik di seluruh dunia. Pada
University of North Carolina.)
populasi anak dan dewasa muda, yang berkontak erat
MIKOPLASMA & BAKTERI DENGAN KELAINAN PADA DINDING SEL (CEtt WALL-DEFECTIVE) / 355

dan dalam sebuah keluarga, frekuensi infeksinya dapat M genitalium sulit dilakukan, dan observasi selanjutnya
tinggi (50-90o/o), retapi insiden pneumonitis bervariasi didisarkan pada dan yang diperoleh dengan menggunakan
(3-lOVo1. Untuk setiap kasus dengan pneumonitis murni, reaksi rantai polimerase (PCR), probe molekular, dan uji
terdapat beberapa kasus penyakit respirasi ringan. M serologi. Data tersebut menyebutkan bahwa M genitalium
pniumoniae tampaknya ditularkan terutama melalui menyebabkan beberapa kasus uretritis nongonokokus
kontak langsung yang melibatkan sekret saluran napas. akut dan kronis.
Serangan kedua jarang terjadi. Timbulnya antibodi
terhadap M pneumoniae mengakibatkan resistansi
terhadap infeksi tetapi inungkin tidak berperan pada r BAKTERI DENGAN KELAINAN
terjadinya infeksi tersebut. Reaksi imun selular akan
muncul. Proses pneumonik sebagian mungkin disebabkan
DINDING SEL
oleh respons imunologik daripada infeksi oleh Varian fase-L (bentuk L) adalah bentuk mikroba dengan
mikoplasma. kelainan dinding sel yang dapat bereplikasi secara serial
sebagai sel yang tidak keras dan membentuk koloni pada
MYCOPASMA HOMINIS medlum padar. Beberapa varian fase L bersifat stabil;
jenis lainnya tidak stabil dan kembali kepada bentuknya
Mycoplasma hominis telah dikaitkan dengan berbagai
semula. Bentuk kelainan dinding sel secara genetik tidak
macam penyakit tetapi hanya beberapa yang dapat
berhubungan dengan mikoplasma. Mikroba ini dapat
dibukdkan. Bukti untuk menunjukkan hubungan kausal
muncul akibat mutasi spontan atau akibat pengaruh
penyakit dilakukan dengan biakan dan studi serologik.
kimiawi. Pengobatan eubakteria dengan obat penghambat
M horninis dapat dibiakkan dari traktus urinarius atas
dinding sel atau lisozim dapat menghasilkan bentuk
pada sekitar 1070 pasien dengan pielonefritis. M hominis
mikroba dengan kelainan dinding sel. Protoplas adalah
sangat berhubungan dengan infeksi tuba uterina
(salpingitis) dan abses tuba-ovarium; organisme tersebut
bentuk mikroba yang biasanya berasal dari organisme
gram positif; mikroba ini rapuh secara osmotik, dengan
dapat diisolasi dari tuba uterina sekitar 107o wanita
permukaan eksternalnya bebas dari konstituen dinding
dengan salpingitis tetapi tidak dapat diisolasi dari wanita
sel. Sferoplas adalah bentuk dengan keiainan dinding sel
yang tidak ada gejala penyakit. \Wanita dengan salpingitis
yang biasanya berasal dari bakteri gram negatif; mikroba
lebih sering memiliki antibodi terhadap M hominis
ini mempunyai beberapa material membran luar.
daripada wanita yang tidak mengalami penyakit. M
Tidak ada hubungan genetik antara mikoplasma
hominis telah diisolasi dari darah pada sekitar l0o/o wanita
dengan bentuk mikroba yang memiliki kelainan dinding
yang mengalami demam pascaaborsi atau pascapartum
sel atau asal bakterinya. Karakteristik bentuk bakteri
dan kadang-kadang dari biakan cairan sendi pasien
dengan kelainan dinding sel mirip dengan mikoplasma,
arrri tis.
,.r.pi -..tutut definisi,mikoplasma tidak kembali ke
beniuk asal bakteri atau tidak berasal dari bentuk asal
UREAPLASMA U REALYTICU M tersebut. Bakteri dengan kelainan dinding sel terus
(Jreaplasma urealyticum, seperti iuga M hominis, telah menyintesis beberapa antigen yang normalnya berada di
menyebabkan berbagai jenis penyakit, tetapi hanya dinding sel bakteri asalnya (misalnya, bentuk L
beberapa yang dapat dibuktikan. U urealyticum, yang streptotokus menghasilkan protein M dan kapsul
memerlukan urea 1070 untuk pertumbuhannya, mungkin poliiakarida). Kembaiinya bentuk L ke bentuk bakteri
menyebabkan uretritis nongonokokus pada beberapa pria, didorong oleh pertumbuhan dengan adanya geiatin
".alny"
tetapi sebagaian besar kasus uretritis nongonokokus l5-30o/o atau agar 2,5o/o. Pengembalian bentuk tersebut
disebabkan oleh Chlamydia *achomatis (Bab 28). U dihambat oleh inhibitor sintesis piotein.
urealyticum sering dijumpai pada traktus genitalia wanita, Masih belum jelas apakah bentuk mikroba dengan
yang keterkaitannya sebagai penyebab penyakit rendah. kelainan dinding sel menyebabkan reaksi jaringan yang
(J urealyticum menyebabkan penyakit Paru-Paru pada bayi menimbulkan penyakit.' Bentuk ini mungkin Penting
prematur berat lahir rendah yang mendapatkan organisme untuk menetapnya mikroorganisme dalam jaringan dan
tersebut selama proses persalinan. Bukti yang menyatakan rekurensi infeksi setelah pengobatan antimikroba, seperti
bahwa IJ urealyticum berhubungan dengan infertilitas pada kasus endokarditis yang jarang.
involunter sangat sedikit.

MYCOPASMA GENITALIUM
Mycopasma genitalium awalnya diisolasi dari biakan uretra
dua pria dengan uretritis nongonokokus, tetapi biakan
3s6 BAB 26

: ; :a::,:, t:,,,
a,,,,: t,,:: al"li
.'.i' l;rii:t': :,::

;PENTAHYAAH
:.:-:.,:'tlr:,'ii:ll::illt).,,i. i:.|:.],:,:.:r,.-;
1r..

KEPUSTAKAAN
Baseman JB, Tully JG: Mycoplasmas: Sophisticated, reemerging, and
burdened by their notoriety. Emerg Infect Dis 1997;3:21.
lwww.cdc. govlncidod/EID/vol3no l/baseman. html
serum. akut.dan Baum SG: Mycop lasma pneumoniae md atypical pneumoniae. In: Mandell,
Douglas, and Benrntt's Prinriples and Practice of Infectious Diseuses,
5th ed.Mandell Gl,Bennett JE, Dolin R (editors). Churchill
Livingstone, 2000.
Taylor-Robinson D: [Jreaplasmu urealyticum, Mycoplasma homizis, and
Mycopktsmn genitaliurn. In: M an deIL, Douglas, an d Benrett's Pincip les
ud. Practice of Infectious Diseases, 5th ed. Mandell GL, Bennett
JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone, 2000.
Waites KB, Rikilrisa Y, Taylor-Rob inson D: Mycoplasma and (Jreuplasma.
[n: Manual of Clinical Microbiology,8th ed. Murray PR et al
(editors). ASM Press, 2003.
Rickettsia & Ehrlichia

Patogen manusia dalam famili Richettsiaceae adalah bakteri dengan obat-obatan ini. Tetrasiklin dan kloramfenikoi
kecil dari genus Richettsia, Orientia, Coxiella, dan menghambat pertumbuhan riketsia dan merupakan
Ehrlichia. Bakteri ini adalah parasit obligat intraselular, pengobatan yang efektif.
kecuali untuk demamQ y"^g ditularkan melalui ovarium Sebagian besar riketsia hanya hidup untuk waktu yang
pada artropoda, yang berlaku sebagai vektor maupun singkat di luar vektor atau pejamu. Riketsia dapat dengan
reservoir. Infeksi riketsia-kecuali demam Q dan cepat dihancurkan dengan proses pemanasan, pengeringan,
ehrlichiosis-biasanya ditandai dengan gejala deinam, dan zat kimia bakterisidal. Feses kering dari kutu yang
ruam, dan vaskulitis. Bakteri-bakteri ini dikelompokkan terinfeksi dapat mengandung Rihetsia prowazekii yang
berdasarkan atas gejala klinisnya, aspek epidemologi, dan infeksius selama berbulan-bulan pada suhu ruangan.
karakteristik imunologi (Tabe| 2/ - l). Organisme demam Q adalah riketsia yang paling resistan
terhadap proses pengeringan. Organisme ini dapat hidup
Sifat Riketsia meskipun sudah dilakukan pasteurisasi pada suhu 60 0C
selama 30 menit dan dapat hidup selama berbulan-bulan
fuketsia merupakan kokobasilus pleomorfik, yang muncul
dalam feses atau susu yang kering. Hal ini mungkin akibat
seperti batang pendek (0,3 x l-2 pm) atau seperti kokus
pembentukan struktur seperti-endospora oleh Coxiella
(diameter 0,3 ;rm). Bakteri ini tidak dapat terwarnai
burnetii.
dengan baik dengan pewarnaan Gram tetapi dapat langsung
dilihat di bawah cahaya mikroskop jika diwarnai dengan
Antigen & Serologi Riketsia
pewarnaan Giemsa, Gimenez, akridin oranye, atau
pewarnaan lainnya. Uji antibodi imunofluoresensi langsung dapat digunakan
fuketsia mudah tumbuh dalam kuning telur embrio. untuk mendeteksi riketsia pada sengkenit dan potongan
Preparat murni riketsia untuk digunakan pada uji jaringan. Uji ini paling berguna dalam mendeteksi R
laboratorium dapat diperoleh dengan sentrifugasi iicketsii pada spesimen biopsi kulit untuk membantu
diferensial suspensi kuning telur. Banyak strain riketsia menegakkan diagnosis demam Roclzy Mountain spotted;
juga tumbuh dalam biakan sel. Dalam biakan sel, waktu walaupun demikian, uji ini hanya dilakukan oleh
unmk berkembang biak adalah 8-10 jam dengan suhu 34 0C. beberapa laboratorium rujukan.
Untuk alasan keamanan biologik, isolasi riketsia hanya Bukti serologik infeksi tidak muncul lebih awal dari
boleh dilakukan di laboratorium rujukan. minggu kedua perjalanan penyakit untuk semua penyakit
Riketsia mempunyai struktur dinding sel gram-negatif riketsia. Jadi, uji serologi hanya berguna untuk
yang terdiri dari peptidoglikan yang mengandung asam mengonfirmasi diagnosis, y^ng didasarkan atas gejala
muramat dan asam diaminopimelat. Grup tifus dan klinis (misalnya, demam, nyeri kepala, ruam) dan
spottedfeuer mengandung lipopolisakarida. Protein informasi epidemiologi (misalnya gigitan sengkenit)
dinding sel terdiri dari lapisan protein dengan BM Pengobatan untuk penyakit yang secara Potensial dapat
135.000 (rOmpB), lipoprotein dengan BM 17.000, dan menjadi berat, seperti demam Rocky Mountain spotted
pada kelompok spotted feuer, terdapat protein permukaan dan tifus, harus diberikan sebelum muncul serokonversi.
yang terpajan dengan variasi tandem yang berulang. Berbagai macam uji serologi telah digunakan untuk
fuketsia tumbuh pada bagian sel yang berbeda-beda. mendiagnosis penyakit riketsia. Sebagian besar uji ini
Riketsia yang merupakan bagian dari grup tifus biasanya hanya dilakukan pada laboratorium rujukan. Antigen untuk
ditemukan di sitoplasma; sedangkan yang merupakan uji fiksasi komplemen untuk mendiagnosis demam Q
bagian dari grup spotted feuer, ditemukan di nukleus. dan untuk imunofluoresensi tidak langsung, aglutinasi
Coxiellae hanya tumbuh pada vakuola sitoplasma. lateks, dan imunoassay enzim untuk demam Rochy
Pertumbuhan riketsia didukung dengan adanya Mountain s?otted secara komersial tersedia. Reagen untuk
sulfonamid, dan penyakit riketsia dapat bertambah berat uji yang lain hanya tersedia di laboratorium kesehatan

357
358 BAB 27

I, I, ,sE i,
l-n i, iu{
,53. *:E i iE*'$
E iE iE i?iaei' i

g
qa,
o*a Lt:lE6
EEE 6=
rgo
I
r-
rgor
I
r-
li6.F9rg
t <X;
r*-'=-r-
,tr : , I
d I a,
i; isEiigi;i5Eg=i
rE i i.**;
iEpiS^E iss i: i5 ;_ iEiaxi i

ipiiiriE;iiigitc; isi r; rE* i*r iEsiqi


:$E$;i-s"E[;ie'!Eie'l€ i:ieiit ig*5 *p€E
E;FErgqa;iggEis*E;. iqggiE; is* iE iteipi
d.s"*Eiei5:r
iipi F;E i-*;;iE'-
I g$f iE€*.3lEa*;aE"t
tllllllll
;I E 9;xE i8.*
tn* ,o iiii;
ig ,z .,-o o,
i

E iHH
d rEg
iHgiHE-l
rEg rEP.E r3 rE9'erEp.E-
igr+lHIi iPHisEE;i
rEgr E.-'df
s l*[ l;[ ;58'r lr
I

tllllllll
;5RE;5[r l5[lEfrft;
lll_ll-l-.1-l
r i r.t I l.! tl t!- | c .:l
16 t$: :5 i? :! ij'ol i! i!-E€i
5 iF i5 t; i5
=
is i$tllllllll
'o) 'o,
lE
I
lp;€fl1
d,.g rS I I r; rE I
'FI
I

Eg"E r*
<S: rb r r r'E8t 1.o I I

'b r.sl- r rIF r[ r


rE
sk_g ie
r=
igfi rii
'E_
r*<
i.E-
ro:
iE;
r:H '' ',tE rE,.6
rE r!
I

:+5i: lF*i*Eelgqi* i:i 'E.E I

=i';
l:.i;
;*ti5r itiigs*i;tiE igq= i#i;
i

.rrlllllll
? r r r r I rE S^E r. I
iE^i
I

:* i . i i i i.: iHt'.i,gE i

;*$ i.Ps I i i is i$$!]:F i:Ei i

SEii€iBi
E:E igEa i^ iE iE! lx
iR iI
i; lH€*gElBii
iQH.sI;"itEi-
it
i

i:t .j-e
ii
;
oo)co t ,6.p ri rS rXc6.YE!rt.trO
i$ isE*:; I

t$-* i;Et
.(o

.9
E
-c
u
c(It
rE*rEH€iE iEE
ii,l,=ll.iiil
ig ii iE$Ie$gi3fiE i

i€
:o
.s
sd ls i\ iF lt
ls
i*
l$
rH i'F
E i,x
le iE
ifi iS
P

.g is 'ii:rEE ig
CJ i

-:z
'8,
.€
lz E._ ,E tfi i.$ is
rE rE
ig
rE rt rt i!
i

o
!* r! rt r! rt rt tt 'X I

c
o
o-
Eft rE '.33 i:
r6E rE rt r€ rE rU i

r\
a\

ao
,a
s3
O
iHr
i3e
rO
i;;5
to
i
,

I
. RICKETTSIA & EHRLICHIA / 359
ttt
-l-tt
h';-oi r-<9Er r-<P€ masyarakat atau laboratorium rujukan. Teknik fluoresensi
O.--FL r E'.ciO
o.-6l)r Ed=o
r.o,-6.0
Eo<'._
-.tsr O)E
| EEPE
I - Oo o
|I I'E.E
PE
- O o (!
antibodi tidak langsung merupakan metode yang paltng
banyak digunakan, karena ketersediaan reagennya dkn
{6';i;r r32_v*
9t-*t
iE+EEiiEEE'
: E-vi:
iEEE
o I : otF = I I : OIF f
kemudahan dalam melakukannya. Uji ini relatif sensitlf,
memerlukan sedikit antigen, dan dapat digunakan untuk
tll mendeteksi IgM dan IgG. Riketsil- yang secara parsial
rtt
oJ'or' ll dimurnikan dari material kantong kuning telur yang
6loll
terinfeksi diuji dengan pengenceran serum pasien.
si
66
ri-
,66
rsi
, (g
r-d
,(o Antibodi reaktif didetelai dengan globulin antimanusia
o-v'o-izroro
_9.+ 9llll
rE:4 rg rg yang dilabel dengan fluoresein. Hasilnya menunjukkan
'CO "Eo "t "C adanya antibodi yang sebagian bersifat spesifik-spesies,
6- lO- lo loJ
a; rii rF
li..
ri
I
tetapi beberapa reaksi-silang dapat ditemukan.
i6.
lf
li.A
E_c i E= | E'6 | i.6'd',
EP IES IE6 IE6 Patologi
E€ r3€ ,3'E r3'E
tll Rickettsia, kecuali untuk C burnetti, bermultipiikasi di
t,-l'l dalam sel endotel pembuluh darah kecil dan menyebabkan
rr .- ?(o rI .6.9.> r- 6

q
E
;Eg
l';E
;JFE
l'F E o I <
I 9'
;,:.
G

a<
vaskulitis. Sel teriebut menjadi bengkak dan nekrotik;
terdapat trombosis pada pembuluh, yang menimbulkan
lll c ruptur dan nekrosis. Lesi vaskular tampak jelas terlihat
o
-o
lll pada kulit, tetapi vaskulitis muncul pada banyak organ
pl*tl*l*
'E o
dan tampaknya menjadi dasar terjadinya gangguan
I E','a: r'- r'E o
_9
o)
IEEX rJ
lo)
t!
lol
q hemostatik. Koagulasi intravaskuiar diseminata dan oklusi
I -etr vaskular dapat terjadi. Di otak, agregasi limfosit, leukosit
5
ql=selhlh
,E'EE rE rE
rs.
cI
Or
;
polimorfonuklear, dan makrofag dikaitkan dengan
a_o
ttl .e. 6 pembuluh darah pada substansi grisea; ini disebut nodul
-trl qE
I .o r,irc yr o'P tifus. Jantung menunjukkan lesi yang sama pada pembuluh
Ei 3:
53
gror
t'ir
rg ':E
liih
er
rit 6E
darah kecilnya. Organ-organ lainnya juga dapat terkena.
6c cE
iEr :g :E€gs:FE 6
Eg lmunitas
B€$ ;Ei i;E:F;Eg
OD- r o r -O c io - r !i
.9=
9o Pada struktur sel makrofag, riketsia difagosit kemudian
?E€ ;q EE
-O

rtt
itSE*iec 6F
3.e bereplikasi intraselular walaupun terdapat antibodi.
r t.9 r.9 9t) Penambahan limfosit dari hewan yang telah kebal
.g
66'cc r.9 'rG3 'rG3 menghentikan multiplikasi ini secara in uitro.lnfeksi pada
f rl !c
LL
ot(!tclc
oQ manusia diikuti dengan timbulnya kekebalan parsial
cc
E r= r.H r.fi o: terhadap reinfelai dari sumber-sumber luar, tetapi dapat
#p rfi r9 t9 63
Eb muncul kekambuhan (lihat penyakit Brill Zinsser di
rp
19
rZ
rg '3
rg .E EE PF bawah).
IE
tE 16 to. t\tr
oEc
.9 r.9 Temuan Klinis
6rh16'6
.9
-!!
'.9
1.o
.9
'.9
1.o
. .6
r.o
.9
F€
5rE
g
tl=l=r=
lJlUlqlU
!t'o Kecuali untuk demam Q, y*ng tidak terdapat lesi kulit,
I9a. infeksi riketsia ditandai dengan demam, nyeri kepala,
tll ixE
llgl EJO
.-oo malaise, lemas, ruam kulit, dan pembesaran limpa dan
I I S lt; r rts
hd r r E t.e' .1,5: hati.

.S i$
,"?E ieB i;
r'!
rJlro
.. - >
9+o
u Ip
A, GRUP TIFUS

F.s ri9 'hi


raB rE o -.-
e>5 1. Tifus epidemik-P-,a tifus epidemik, infetsi sistemik
:n
f E
,8F
ri9
,Ee
r{d-
tlrtr r=o
iF .:
.-oo -o dan rasa lemas tera.:a !e'bat, serta demam yang berlangsung
E-6 sekitar 2 minggu. Penyakit ini lebih berat dan sering kali
9.9G
!QO
bersifat fatal pada pasien usia lebih dari 40 tahun. Selama
o oE't
.9 epidemik, angka mortalitas kasus sebesar 6-300/o'
c fo!
t 2. Tifus endemik-Gambaran klinis tifus endemik
-c
U
#gs mempunyai banyak gejala yang sama dengan tifus
360 BAB 27

epidemik, tetapi penyakit ini lebih ringan dan jarang fatal Jika marmot gagal menunjukkan gejala penyakit
kecuali pada pasien usia lanjut. (demam, pembengkakan skrotum, nekrosis hemoragik,
dan kematian), serum diambil untuk uji antibodi untuk
3. Tifus scrub-Penyakit ini secara klinis serupa dengan
menentukan apakah hewan tersebut terkena infeksi yang
tifus epidemik. Salah satu gejalanya adalah adanya eschar,
tidak nyata.
punched-out ulcer yang dikelilingi kusta hitam yang
Beberapa riketsia dapat menginfetr<si tikus, dan riketsia
menandakan lokasi gigitan kutu. Limfadenopati umum
terlihat pada sediaan apus etr<sudat peritoneum. Pada Rocky
dan limfositosis sering dijumpai. Terkenanya jantung dan
Mountain spotted feuer, biopsi kulit yang diambil dari
serebral dapat berat.
pasien antara hari keempat dan kedelapan penyakit dapat
B. GRUP SP'TTED FEVER menunjukkan riketsia dengan pewarnaan imunofluoresensi.
Uji serologi yang paling banyak digunakan adalah
Grup sponed feuer secara klinis menyerupai tifus; walaupun imunofluoresensi tidak langsung dan fiksasi komplemen
demikian, tidak seperti ruam di penyakit riketsia yang (lihat di atas). Peningkatan antibodi harus terlihat seiama
lain, ruam grup spotted feuer biasanya muncul pertama perjalanan penyakit. Pada Rochy Mountain sPotted feuer,
kali pada ekstremitas, bergerak secara sentripetal, dan respons antibodi dapat tidak muncul sampai setelah
mengenai telapak tangan dan kaki. Beberapa penyakit, minggu kedua penyakit.
seperti Brazilian spltted feuer, dapat menyebabkan infeksi Reaksi rantai polimerase telah digunakan untuk
yang berat; penyakit lainnya, seperti demam Mediteranian membantu diagnosis Ro c hy M oun rain sp o tte d feu er, penyakit
sifatnya ringan. Angka mortalitas kasus sangat bervariasi. lain dalam grup spoxed feuer, tifrrs murine, tifirs scrub, dan
Pada Rocky Mountain spotted feuer yang tidak diobati, demam Q. Sensitivitas metode untuk Racky Mountain
angka mortalitas biasanya lebih tinggi pada orang usia lanjut spotted fever adalah sekitar 70%, sebanding dengan metode
(sampai 50%) daripada dewasa muda atau anak-anak. biopsi kulit yang menggunakan imunositologi.
Cacar air riketsia adalah penyakit ringan dengan ruam
yang mirip seperti varisela. Sekitar seminggu sebelum Pengobatan
awitan demam, muncul papui merah keras pada tempat
Tetrasiklin dan kloramfenikol adalah pengobatan efektif
gigitan tungau dan berkembang menjadi vesikel dalam
(deep-seateAl yang nantinya akan menjadi eschar hitam yang dimulai pada stadium dini. Tetrasiklin atau kloram-
(lihat di bawah). fenikol diberikan setiap hari secara orai dan diteruskan
selama 3-4 hari setelah suhu normal. Pada pasien yang
C. DEHAM Q
sakit berat, dosis awal dapat diberikan secara intravena.
Sulfonamid akan memperberat penyakit dan
Penyakit ini lebih menyerupai influenza, pneumonla dikontraindikasikan. Beberapa fluorokuinolon (misalnya,
nonbakteri, hepatitis, atau ensefalopati daripada tifus. siprofloksasin) efektif untuk spotted feuer.
Terdapat peningkatan titer antibodi spesifik terhadap Antibiotik tidak membuat rubuh bebas dari riketsia,
Coxiella burnetii, fase 2. Penularan ter.iadi akibat inhalasi tetapi dapat menekan pertumbuhannya. Proses Penyem-
debu yang terkontaminasi dengan riketsia dari plasenta, buhan tergantung pada mekanisme imun pasien.
feses kering, urin atau susu atau dari aerosol di tempat
pemotongan hewan. Epidemiologi
Endokarditis infektif kadang-kadang timbul pada
demam Q kronis. Hasil biakan darah untuk bakteri Berbagai macam artropoda, terutama sengkenit dan
negatif, dan terdapat titer antibodi terhadap C burnetii tungau, membawa organisme sePerti riketsia di dalam
i. sel yang melapisi saluran pencernaan. Banyak organisme
yang tinggi, fase Sebenarnya, semua pasien mempunyai
kelainan katup sebelumnya. Pengobatan secara terus seperti itu tidak terbukti bersifat patogen pada manusia.
menerus menggunakan tetrasiklin selama berbulan-bulan, Siklus hidup riketsia yang berbeda-beda bervariasi.
Richettsia prowazehii mempunyai siklus hidup pada
yang kadang-kadang disertai dengan penggantian karuP,
dapat memberikan ketahanan hidup yang lama. manusia dan kutu manusia (Pediculus humanus corporis
dan Pe di c u lus h um anus c aP itis ). Tuma tersebut mendapatkan

TEmuan Laboratorium organisme dengan menggigit orang yang terinfeksi dan


menularkannya lewat elakresi feses pada permukaan kulit
Isolasi rickettsiae secara teknis sulit dilakukan dan orang lain. Bila tuma itu menggigit, pada saat yang
mempunyai manfaat yang terbatas dalam membantu bersamaan itu juga tuma berdefekasi. Penggarukan di
diagnosis. Isolasi ini juga berbahaya. Darah lengkap (atau daerah gigitan memungkinkan riketsia yang diekskresikan
bekuan darah yang diemulsifikasi) diinokulasi ke dalam dalam feses menembus kulit. Akibat infeksi tersebut,
marmot, tikus, atau telur. Riketsia paling sering ditemu- tuma akan mati, tetapi organisme tersebut akan tetap
kan dari pengambilan darah segera setelah awitan penyakit. hidup selama beberapa waktu dalam feses tuma yang
RICKETTSIA & EHRLICHIA 361

kering. Riketsia ddak ditularkan dari satu generasi tuma transovarium. Sengkenit yang terinfeksi di Amerika
ke generasi lainnya.Penyemprotan sejumlah besar Serikat bagian barat kadang-kadang menggigit vertebrata
populasi dengan insektisida telah mengendalikan seperti hewan pengerat, rusa, dan manusia. Untuk menjadi
epidemik tifus. infeksius, sengkenit yang mengandung riketsia harus
'Penyakit Brill-Zinsser adalah rekrudesensi infeksi tifus masuk ke dalam darah sehingga akan meningkatkan
yang lama. Riketsia dapat bertahan iama selama bertahun- jumlah riketsia di dalam sengkenit. Jadi, terdapat
tahun di kelenjar getah bening seseorang tanpa penundaan 45-90 menit antara waktu perlekatan sengkenit
menimbulkan gejala. Riketsia yang diisolasi dari kasus- hingga menjadi infeksius. Di Amerika Serikat bagian
kasus ini berperilaku saina seperti R prowazekii klasik; timur, sengkenit anjing Dermacentor uariabilis menularkan
hal ini menunjukkan bahwa manusia sendiri adalah Rocky Mountain spotted feuer. Anjing merupakan pejamu
reservoir riketsia tifus epidemik. Epidemik tifus dikaitkan bagi sengkenit ini dan dapat bertindak sebagai reservoir
dengan perang dan rendahnya standar higiene personal, untuk infeksi sengkenit. Hewan pengerat kecil adalah
yang akan meningkatkan kesempatan pada kutu manusia reservoir yang lain. Sebagian besar kasus Rochy Mountain
untuk berkembang. Jika hal ini muncul ketika terjadi spotted feuer di Amerika Serikat sekarang muncul di
rekrudesensi infeksi tifus lama, dapat terjadi suatu daerah timur dan tenggara.
epidemik. Penyakit Brill-Zinsser muncul pada populasi R aleari mempunyai vektornya pada tungau penghisap
lokal daerah tifus dan juga padi orang yang bermigrasi darah pada spesies Allodermanyssus sanguinezs. Tungau
dari daerah seperti itu ke tempat yang belum ada penyakit ini dapat ditemukan pada tikus (Mus musculus) yang
itu. Karakteristik serologi dapat dengan cepat terperangkap dalam kompleks apartemen di Amerika
membeCakan penyakit Brill dari tifus epidemik primer. Serikat tempat cacar air riketsia muncul. Penularan secara
Antibodi meningkat lebih awal dan yang lebih meningkat transovarium riketsia terjadi di tungau. Jadi, tungau
adalah IgG dibandingkan dengan IgM yang dideteksi tersebut dapat berperan sebagai reservoir sejati dan juga
setelah infeksi primer. . Kadar antibodi me ncapai sebagai vektor. R akari juga telah diisolasi di Korea.
puncaknya pada hari kesepuluh perjalanan penyakit. C burnetii ditemukan pada sengkenit, yang menularkan
Respops antibodi IgG yang muncul dini dan perjalanan organisme tersebut ke domba, kambing, dan sapi. Pekerja
penyakitnya yang ringan menunjukkan bahwa masih di tempat pemotongan hewan dan di pabrik temPat
terdapat imunitas parsial dari infeksi primer. pengolahan wol dan kulit sapi menderita penyakit ini
Di Amerika Serikat, 'R prowazehll mempunyai akibat menangani jaringan hewan yang terinfeksi. C
reservoir di luar manusia pada tupai terbang selatan, burnetii lebih banyak ditularkan melalui jalur pernapasan
Glaucomys uolans. Di daerah yang terdapat tupai terbang daripada melalui kulit. Mungkin terdapat infeksi kronis
selatan (daerah Maine selatan menuju Florida sampai pada ambing sapi. Pada kasus-kasus seperti itu, riketsia
pusat Amerika Serikat), infeksi pada manusia muncul dielakresikan ke dalam susu dan jarang dapat ditularkan
setelah gigitan oleh ektoparasit binatang pengerat ini. ke manusia melalui konsumsi susu yang tidak di
Richettsia typhi berstmber pada tikus, yang infeksinya pasteurisasi.
tidak nyata dan berjalan lama. Pinjal yang hinggap pada Domba yang terinfeksi dapat mengekskresikan C
tikus membawa riketsia dari tikus ke tikus dan kadang- burnetii dalam feses dan urin serta sangat mengontaminasi
kadang dari tikus kepada manusia, yang akan menimbulkan kulit dan lapisan wolnya. Plasenta sapi, domba, kambing,
tifus endemik. Pinjal yang hinggap pada kucing dapat dan kucing yang terinfeksi mengandung riketsia, dan
berfungsi sebagai vektor. Pa'da tifus endemik, lalat tidak proses kelahirannya menimbulkan aerosol yang infeksius.
dapat menularkan riketsia melalui ovarium. Tanahnya dapat sangat terkontaminasi oleh salah satu
Orientia (Richettsia) tsutsugatnushi mempunyai sumber di atas, dan inhalasi debu yang terinfeksi dapat
reservoir sejatinya di dalam tungau yang menginfeksi menimbulkan infeksi pada manusia dan hewan ternak.
hewan pengerat. Riketsia dapat tinggal dalam tubuh tikus Telah ditemukan bahwa endospora yang dibentuk oleh C
selama lebih dari setahun setelah infeksi. Tungau burnetii berperan pada persistensi dan penyebarannya.
menularkan infeksi melalui ovarium. Kadang-kadang, Infeksi Coxiella sekarang tersebar luas pada domba dan
tungau yang terinfeksi atau pinjal pada tikus menggigit sapi di Amerika Serikat. Coxiella dapat menyebabkan
manusia sehingga menimbulkan tifus scrub. Riketsia tetap endokarditis (dengan peningkatan titer antibodi terhadap
berada dalam siklus tungau-tikus-tungau pada semak C burnetii, fase 1) selain pneumonitis dan hepatitis.
belukar atau vegetasi di hutan sekunder yang telah
menggantikan hutan yang asli di daerah kultivasi parsial. Pola Geografik
Daerah-daerah seperti itu dapat dipenuhi dengan tikus A. TIFUs EPIDEMIK
dan tungau trombikulid.
R richettsii dapat ditemukan di dalam sengkenit kayu Infelai yang potensial dapat menyebar ke s.eluruh dunia
yang sehat (Dermacentlr andersoni) dan ditularkan secara ini telah hilang dari Amerika Serikat, Inggris, dan
362 BAB 27

Skandinavia. Infeksi ini masih ada di Balkans, Asia, Pola Musiman


Afrika, Meksiko, dan pegunungan Andes di Amerika Tifus epidemik lebih sering terjadi pada iklim yang dingin,
Selatan. Karena penyakit ini berdiam lama pada manusia dan mencapai puncaknya pada musim dingin dan
sebagai infelai laten (penyakit Brill-Zinsser), infeksi ini berkurang pada musim semi. Hal ini mungkin reflelai
'dapat timbul dan berkembang dengan cepat dalam kondisi
dari padatnya, kurangnya bahan bakar, dan standar
lingkungan yang sesuai, seperti yang terjadi di Eropa higiene personal yang rendah, yang membantu infestasi
selama Perang Dunia II, akibat buruknya higiene tuma.
masyarakat. Insiden infeksi riketsia, harus ditularkan ke pejamu
manusia melalui vektor, mencapai puncaknya ketika
B. ENDEH'' MUR,NE TYPHUS jumlah vektornya paling banyak-musim panas dan gugur.

Penyakit ini terjadi di seluruh dunia, terutama di daerah Pengendalian


dengan jumlah tikus yang banyak. Endemik ini dapat
terjadi pada daerah yang sama seperti-dan dapat rancu Pengendalian harus dibuat dengan memutus rantai
dengan-tifus epidemik atau tifus scrub. infeksi, mengobati pasien dengan antibiotik, dan
memberikan imunisasi jika memungkinkan. Pasien
dengan penyakit riketsia yang bebas dari ektoparasit
C. TIFUS SCRUB
bersifat tidak menular dan tidak menularkan infeksi
Terjadi di Timur Jauh, terutama Myanmar (Burma), tersebut.
India, Sri Langka, Papua Nugini, Jepang, dan Taiwan.
Stadium larva (chigger) dari berbagai macam tungau A. PENCEGAHIN PexuIIRAN DENGAN MEMUTUS
trombikulid berperan sebagai reservoir, melalui penularan RANTAI INFEKSI
transovarium, maupun sebagai vektor untuk menginfelai 1. Tifus epidemik-Penyemprotan dengan insektisida
manusia dan hewan pengerat.
2. Murine typbus-Bangman rat?roofngdan menggunakan
racun tikus.
D. GRUP SP0TTED FEVER
3. Scrub typhus-Membersihkan tempat kemping dan
Infeksi ini muncul di seluruh dunia yang menunjukkan hidup tikus dan tungau.
vegeta6i hutan sekunder tempat
beberapa perbedaan epidemiologi dan imunologi pada
4. Spotted feuer-Tindakan yang sama untuk sponed feaer
daerah yang berbeda-beda. Pada grup ini, penularan paling
dapat digunakan; pembersihan tanah yang dipenuhi tikus;
sering terjadi meialui sengkenit famlLi lxodidar. Penyakit
profilaksis personal dengan memakai baju untuk
yang digolongkan dalam kelompok ini adalah Rochy
perlindungan seperti sepatu bot tinggi, kaos kaki panjang;
Mountain ryottud feuer dan Colornbian, Brazilian, dan
reppellen sengkenit; dan pembersihan sengkenit yang
Mex ican s? o tted
feu eti M editenanean (boutunneus e), S outh melekat pada kulit dengan sering.
Afican tich, dan Kenya feueri tifus sengkenit Queensland
Utara; dan riketsiosis Asia Utara ditularkan oleh sengkenit 5. Cacar air riketsia-Eliminasi hewan pengerat dan
(tich-borne). parasitnya dari domisili manusia.

E.. CAcAR AIR RIKETSIA


B. PENCEGAHAN PENULARAN DEMATl Q DENGAN
PASTEURISASI SUsu YANG ADEKUAT
Penyakit pada manusia telah ditemukan pada penduduk
Kondisi yang direkomendasikan saat ini untuk
komplela apartemen di Utara Amerika Serikat. W'aiaupun
menghancutkan Coxiella hidup secara adekuat adalah
demikian, infeksi ini juga muncul di Rusia, Afrika, dan
dengan pasteurisasi dengan "temperatur tinggi dan waktu
Korea.
yang singkat" pada suhu 71,5 0C selama 15 detik.

F. DEHAH Q C. PENCEGAHAN DENGAN VAXsINASI


Penyakit ini
telah dikenal di seluruh dunia dan terutarna Imunisasi aktif telah diupayakan dengan antigen formalin
muncul pada orang yang berhubungan dengan kambing, yang dibuat dari kantong kuning telur. embrio itik yang
domba, sapi penghasil susu, atau kucing peliharaan. terinfelai atau dari biakan sel. Vaksin-vaksin seperti itu
Penyakit ini menarik perhatian karena pernah terjadi disiapkan untuk tifus epidemik (R prowazehii), Rochy
wabah pada tempat praktik dokter hewan dan pusat Mountain spotted feuel(R rihetsia), dan demam Q (C
kesehatan tempat banyak orang terpajan pada binatang burnetii). Valain Coxiella (fase 1 yang telah diformalin)
yang melepaskan Coxiella. memberikan manfaat bagi pekerja rumah potong hewan
RICKETTSIA & EHRLICHIA 363

Secara okupasional. Walaupun


di Australia yang terpajan Temuan Klinis
demikian, valain yang diproduksi secara kornersil tidak
Gejala klinis ehrlichiosis pada manusia tidak spesifik:
tersedia di Amerika Serikat. Sel yang ditumbuhkan
demam, menggigil, nyeri kepala, mialgia, mual atau
melalui biakan, suspensi riketsia yang tidak diaktifkan
muntah, anoreksia, dan penurunan berat badan. Gejala
sedang dalam penelitian untuk dijadikan vaksin. Vaksin
klinis ini sama dengan gejala klinis pada Rochy Mountain
hidup (strain E) untuk tifus epidemik efektif dan s?otted feuer tanpa disertai ruam. E chffiensis sering
digunakan secara eksperimental tetapi menyebabkan menyebabkan penyakit yang berat atau fatal dan A
penyakit swasirna.
h i lum jarang. Studi seroprevalensi menunjukkan
pbagoqttop
6ahwa ehrlichiasis subklinis sering muncul.
D. KEMoPRoFILAKSIS

Kloramfenikol digunakan sebagai obat kemoprofilaksis Temuan Laboratorium


untuk melawan scrub ryphus pada daerah endemik. Dosis
Diagnosis dikonfirmasi dengan ditemukannya morula
oral dengan interval mingguan mengendalikan infeksi
yang khas dalam sel darah pudh. Uji antibodi fluoresensi
sehingga tidak timbul penyakit meskipun terdapat riketsia
tidak langsung juga dapat digunakan untuk mengonfirmasi
dalam darah. Antibiotik harus diteruskan selama 1 bulan
diagnosis. Antibodi terhadap E chffiensis dan A
setelah dimulainya infeksi untuk'membuat orang tersebut
phagocytophilum diukur. E chaffensis juga digunakan
sehat. Tetrasiklin tampaknya sama efektifnya.
sebagai substrat untuk E ewingii, karena kedua spesies
tersebut saling berbagi antigen. Serokonversi dati < 1:64
EHRLICHIOS$ sampai > 1:128 atau peningkatan titer sebesar empat kali
Ehrlichiae yang menyebabkan penyakit pada manusia lipat atau lebih besar dapat mengonfirmasi diagnosis
dikelompokkan dalam sejumlah kecil spesies, berdasarkan serologi ehrlichiosis monositotropik manusia pada seorang
pada sebagian besar analisis serangkaian gen rRNA. pasien dengan penyakit yang secara klinis sama.
Patogennya adalah sebagai berikut: Ehrlichia chaffeensis, Metode multipel telah dijelaskan untuk deteksi PCR
yang menyebabkan erlisiosis monosit pada manusia; ehrlichia pada darah EDTA-antikoagulasi. Biakan yang
Ehrlichia ewingii, yang menyebabkan erlisiosis granulosit menggunakan berbagai macaln lapisan sel biakan jaringan
pada manusia Anaplavna phagocytophilurz (dahulu disebut juga dapat digunakan. PCR dan biakan dilakukan di
Erlichia phagocytophila), yang menyebabkan erlisiosis laboratorium rujukan dan sejumlah kecil laboratorium
granulosit pada manusia; dan Neorichettsia sennetsu (dahulu komersil.
disebut Ehrlich ia senrietsu), yang menyebabkan erlisiosis
monosit pada manusia. Genus yang sama mengandung Pengobatan
spesies tambahan yang menginfelsi hewan tetapi jarang Tetrasiklin, biasanya dalam bentuk doksisiklin, bersifat
menginfeksi manusia. Patogen manusia dalam grup mematikan untuk ehrlichiae dan merupakan pengobatan
tersebut mempunyai reservoir binatang dan dapat pilihannya. fufamisin juga bersifat erlisiasidal.
menyebabkan penyakit pada hewan.
Organisme grup ehrlichia adalah bakteri obligat Epidemiologi & Pencegahan
inuaselular yang secara taksonomi dikelompokkan dengan
riketsia. Organisme inimempunyai vektor sengkenit, Insiden erlisiosis pada manusia belum diketahui dengan
meskipun N sennetsu dapat ditularkan melalui konsumsi pasti. Di Oklahoma, yang memPunyai insiden Rocky
ikan yang terinfeksi dengan trematoda. LihatTabel 27-l' Mountain sp otted feuer tertinggi, erlisiosis monositotropik
pada manusia juga belum ditentukan insidennya.
Erlisiosis granulositotropik pada manusia diduga muncul
SilatEhrlichiae dengan frekuensi sekitar 15 kasus per 100.000 populasi
Ehrlichiae adalah bakteri gram-negatif kecil (0,5 pm), yang di Oklahoma pertengahan barat bagian atas dan frekuensi
menginfelai leukosit dalam sirkulasi tempat bakteri ini yang lebih tinggi di beberapa negara.
bermultiplikasi dalam vakuola fagositik, membentuk Lebih'dari 90%o kasus muncul antara pertengahan
kelompok dengan penampakan seperti inklusi. Kelompok April dan Oktober, dan lebih dari 80% kasus terjadi pada
Ehrlichiae ini disebut momla, yang berasal dari kata Latin, pria. Sebagian besar pasien mempunyai riwayat terpajan
yang berarti mulberi. Ehrlichiae dan chlamydiae (Bab 28) dengar. sengkenit sebulan sebelum awitan penyakit. Kasus
saling menyerupai satu sama lain yaitu keduanya dapat Erliiiosis monositotropik pada manusia telah terjadi pada
ditemukan di dalam vakuola intraselular. Walaupun lebih dari 30 negara bagian, terutama di Amerika Serikat
demikian, ehrlichia seperti riketsia yaitu mampu bagian selatan-tengah dan tenggara. Daerah ini sesuai
menyintesis NfP; chlamydiae tidak mamPu menyintesis dengan daerah distribusi sengkenit Lone Star, Amblyomma
ATP. americanurn Kasus erlisiosis monositotropik pada
364 BAB 27

manusia di Amerika Serikat bagian barat dan di Eropa


serta Afrika menunjukkan adanya vektor sengkenit iainnya ,.:,r,l:'din g;n.rtepar .b-elu befiil. me'njadi miku'l-oqa,puf r' a,,.:
seperri Dermacentor uariabilis. Kasus erlisiosis ,:',,,i_ beberapa _den ga rj. petekier.dl
r,.66gy6h-.ntiAl i.,lialu,:,,]
granulositotropik manusia muncul di negara bagian ,,..i:,,, pri
A .i n i, d i d lagnos! s m €nd.erita
:fi 0lky;Mo,vnia in,
i :.,,jDo f tedrr :feter:rr,ya n kf g
{ !ie. bt Q [,lQt e!',' RickeJtsi.L :
pertengahan barat bagian atas dan Pantai Timur serta rr,l.:,,rilcketsii,iMEla,kah:.periyriiaaii.irbe'iikUtr yafrg'benar
Pantai Barat. Daerah ini sesuai dengan distribusi vektor
iri :: rndno ana i,.dema.m-:Rotki,MognJf li!,rsp,0f!gd?,t.,,: r

sengkenit lxodes scapularis dan lxodes pacif,cus. i .ii


: (A) Ve ktd i ]..Rr'ike fflra,cke.ffsii:a d A la h, ,ien g ke n it,,
;;':::, :1.,,,,-,:,9 gn Ui..':ikod eS
].:]]:::,:.genu5.ll..i,(qd€s...l.,.]:,]]]:.i:]l.]]..'':'l'..l..ll:::.''.:ili'l'''.]:.:llll...:
(B)lR.0am.,lierusme4ei.usmuncn|..ipadi.:'ht!!..:ker
k.€-4".,.,::'.':':,,

pe n ya k it ."
:.
,1,1,,t,,.:::: r.rir,l,:.l.l,:

m,
:,,, ,:,

, :r(a) i hick;ttit; :l i gkft,lTii i'i;ibeniurinki&ir.o r''cil a


'':t""' :-:
' '. .4.) :a:.:.:.. ::a :.: ::a a
.:::a.::,
...::.ta. a:: -. '. - ;-:..- .aa::.i

,':r:: {D) Reip'.onr antiboUi :pilien:,dap-at:tidak:


dapdi:lidbk, milpqu
mi. 1,i,,,,:
.':;'.:;,: ;..;:;::1'-..,. jarllp-ai'ietelah, minggu,,kedua'penyakit:r', ' :' ': r:

., ,r.': ,.Oklah orrt!.f


m e nd ak,i:::, m eld lu i: r.d a€.[o h.;.,,h uta
.llt.1 n:::.,:,.'- " ':r {E) ,lnside'n'tert"ing!i penyakit: i.ii. adalah pada' rr',,,
ir,:, :r:.l pidesaan'da-ndaerah:yang dipenlrhidengan'semek,,,,,,,,,,,r.i
i ',',i,::r,belukar d i'dekatrilurnahnye,r Kles.okan.pagihya,
dib,.;,,:,,,:, :'5,lrrr" .'Sekeloi'ir pok,::remdja :: beikotaa n: lmon giihj ung i,rr, ::':
,,r.,.''':'melih'', dan,ir membef5ihknn ie!gkenit dengqn ',..lr,r,::,l,lpeterndkan:dpmba,di:nrnrra Onnianrbaratr yangrri:i.iir.l
r:: l:.l.:..tJkur;nr,6E r.,,{!rr]:i,r1,t6}r,d;ij linbrh:,atalsnya,:Sekitdr.:r,, ,;l i
.r:'r lu.si'ielima:2,',m ir.igg U:' 5ela ma,:'meieka,rrd .5a n a;,li:liii':::
,. ,,:r:r,1r,rnii.nggu,'.r,k'e.rriudian, di.a mengalami a.wita.,n.,'::aiil'
r,
'i:':'r.l
banyak domba.betirib ylng sedang :hamil. melah ifka nr .,.
rrrt-r.,
, .:. ,:.,,f,,,,denjQm.yang,Feflqtjen-tatian:rr'dan-:malaise.,Did 5aati:: i.:i:ri . :.,,r.66qkhya yangidiqbservasi::dali dekiJ,,,,gleh pafa -.
,,,rirr,:::r-.ini',menae'r!'pairtotonganirnedis, kai€na dia khawpti!..r',,,:::, , ,',rr,,trrt:,t'l'iemaja tersebut:'sekitar 1 0 htii kemudian;tiga,,del'i,r:':..., :

:iii,r,,::,'l:r'lak-an'kertiungkindn, adanyairinfek5i yang'dit'ularkan:,,r:,.,:


,,,,.:r'.'l.1,',.rsrnqjq.:.1er:sebut',,mg6galami,lpenyakit.,seper!i flq. .

,1'.:1li.t:ig!eh.iangkenitlteis.ebut..;:fenya!it.'m;'iiakah,idi .""''", ,',.:::,,,,,,yan g ditand6i denEan malaisg;rbatuk;,,dan demam.,,,


,,r. l. :, bowth.ih i,,yan g., Dal in g. mn-ngkin d idapatkan, dari: "',r lr,,l,,::t.:]::.jatu.,t.oiahg.:,,m e. m puny4 i:,,,,,!'nf.iltra1.,,i:rpa da,:1Oto,r,,r,..,l
seekor sengkenit? :rl'j':::
toraksnta; yang :menunjukkan pneumonia,.: K.etiga:r: '.
:,t'.;i:::,,. (A). "D-e R g u e, .,'' r:r.r:'trr'
r,
,:":',;;,;:':,, v taiae b ut, d ata n g ke,. d o ktg rrlan g be r beda; r r.:,:; :
,,,,:,,:::,,.:(BJ,.ROCkj{'lliloAnttlin'$potted,feuer,,,::.ii:i:,ir ,:rri
,i "^ "i ^
,l.tetapiisemua
.'rr,:t: d6kter tersebut:mehgambil spelimen . .
. ...1::t:t.:,:r.1(),,1ttt_ut: :l: 1i', - I i . ::,,: . .l.l
.ll]].darah:danmengirimnyakedeparteme'n.k9sehq.tan.
(D) Demam kuning ',: l1ot-r,' untuk uji.serologi. K4ti9a lB99im.en,,.y.ahg: ':
r,i:,:rr,,.:ii,..(E).,.:i:.Malafia', ..::.,:.,,r,i.':, , ,,ii::i:idikir:im.membefikan,.hasil'yang'p,Ositif
... . . ......,.::. ,,q'n!uk'r,.r,r,r'
,,ri;:::rMdnatah .petnyataan 6"y;ku1 ,yant paling benar :,,,., demam . Q.r--n.Peiie,l p.eoy,el id ik :kese-halan m altyarakati:,,',
:,.:.;:'1:;',,.r 1'ylsngiinai'Ehirlichiae dan.,.erlisiosis? :, .,, ; .. ..:
.
.::riii:rl -u ba hWa :sem Ua f ema ja.,ter,s
men'---''t,,trl.ker,:peteinakan,' ebutpeihah::,:':,;|:!,,
:re5ervgif'. ,r,,ri,r..ril''iJ-- dombb:,r,,,,Ketjkar:p-qia,::r,,,:l:,,
..i,..r1r,::{A}:,:61ii119 rdan,tikusl me.rupakan
,,,r,',:1..':1r:{l).::rN}QmUk'adalah. vektgf.;,::r,.:',.:i,.'r,ii.:,::,:tr a:.::...
:,;:.;;;;: p e'
,:;;;',;;:'
y'
d i k : it u r C ata n gr ker'petef h:a ka nl,'niele ka:'',,rr.
g6 '..:'.::.',,:,,,..,,diberiiiahU:r.ib€hwa'di tgmpatritn:tidak,letdapat:i:r,
;1':::,r rrrl:r (Qr,:r'r pisi t in, ad al a h ipe n g obrta n. p.il i ha.n,::
ri;r:'].irri(D),tlB ia kan ,'a d 6J6 h',rm etod e 'yah'gr:' b'a ik,1u'rit ii k' :r ':l
:r:rit rl':'.,d eiia-
Q' da n, :::ti d a k: pe'rnt h . ad a' Fen d u d u k,; ya1 g'::,1,
',',:'::,iinggal di
:r,,:::.i:i:l,i:.t:,. irnWngonfiimasi.,diagnos!s,,,,',1':,:,:',,::,,:,::::,: ,, peterrnakan,iitersebut-mend",1r5'6sm3rn:':i'.,,,:.,.
Q.', Penjglaian yang'paling mungkiri untUk,periyakit.,l.,l,-
i,r,r,.,,,,,,'.:'
rrrrr,r:':':i.,(E),:rEhiliciiae biasEnya.ditemukin':rdi"',daIdm
'::.'',,,,:'.,t:rr:,.:,tlr.:. limfOSit.,, ,,,.:' ' ., ..,,l
.,',,,
::rilil:'
: p;ra r aja teisepl!:dan tidak11adqnya','p-gnd.u-duk,,.,
:i l,,.: , di peternakan yairg salSit.Adalah.,,, ,,,,,r :.lrrl:, ' :::
.,:, 3;ri:it'M;naRth:'1pairnyatAan .berikut yang r,paling'i'benaa,,'i,: (A) Tidak terdapat demam Q di peternakan,' dan
:',,,,l::,,1n'in0tirtai:..tif uf .ep i d.em ! k {penya k R jck e ftsia it r::,iir:::''jr' demam:O,inirdid-apatkandidaeiah.lqinl,.,r.
prowazekii)? , .(B), r i'.pite rn? kani:te|9hj:ms n d a p at
Pe n d u 6 1 1q.,4
, .'. .: lii
i{A} dniaflt, in i,,'iainia mir.] m u nitird .:Ai.rika i ru u, ::,::::,,:,.:::,::,.;: kekebalart:;,ler:hadapt,:demAm:.:Q, ,::l: .,1l::.'11.,,-;11
Sahara (Q Para remaja mendapatkan demani Q di
.'' 1,,,,, (B)-' Pqnyakil i ni ditula rka n: melq l u i
:Sehglien l!,:lr'i,iri,11,,; r','
:.rr,:: pet-- akan,dan.,oiang-oi.6t tan$:,rhfdyp
,r:i:,.,,.i.'.rr:{C}.,i.Ti.kUs.,adalah.. reserVbirnya'r'':., '' r ,,,,::t::.t.i...r l ,
-,, .,:.. :...:: 1:,,,'4rtuna semUanya r,perhah I me n gata m i dq4qm
:,t:: r',(D):r iu'lunla;i penyakit in i'mU niu l pada, ina3a.:yAng ii,lr,rr, :'1 : 1' .:i,;1: :,'i' q idan,iekarahg sudah:mgmp-unVni:,li'ekeba!en,:.::,:
makmur :: . ,r.i.itr,']'... tefhadqp penyakit ini]i:,,:t':;..]:l i'l:']l,i,i::.:::]r rri:ut,t..:1

pat I be rta h u n "t-ah u n Para1smalt:menderitapenyakit'lain;dahr,hasili:


:
.rr.,r,.:',,,
'i. -,.:,:.r.r.r:ti:,
tE},r]Rekiu-desehsi
rr.ri,ibtelah..
infgkSi:.aWal
da m un
ll., ',,,..,,,..
c u
.. .:., i: r: .r:r.'r
. r.
: : ::rri
'',(D)
". :
"':.' :"
ierolog i de mam 11ang,,,poiiti f: tida k.'''a da,'.,::
r
:
;.Q 1

i.4. :r ir5ttu, min ggur ,.,,,: -,,.., hubunganriya dengan, penyakit y.ang did6iitq,'. :r1'1'

' i.etilah berbur!' rusa d i daerah h uta n,


::'' (E)',. ta bo rato ii U m' kesehata n . m ilyqla ka.t,,:'te.l d []:r .,,
, ::',,,,r,,,rr,ie,oian g:.| a'ki:la ki 33 .te h u n rnenga I qm j,.d emam ':":,,:::rr.,.,,.:
rriCfnbUat,rkg!a.l.a han,, da la m:, iiji.,!er.olOEik,.'.,,
,:,r':t:,

,,,rri:.ii hihgEa.,lgr:,tie.dengaq:nye1i;k-ep-!l,q_,dan:malaise.,::.,
:r, : S4lamar'Za .iam kemudian dia' mehgalami:m0al;
demam Q
,,.:,l]i]r.:.:muntafi:lrnyeii:.a bd pneil;r'd a n dia rel,,Fad a h a ri. "'
i a m e n S a a m i ru a m ; ::awd I nye:li e k ta r
.,,r,lr.r.l.i. .kiem p.attd r I i

n.tan gan dan,.kakj nya;


59116 i, Oe?gela nga ya n g ,..,,.,1. B .i:::,i:,. ...4: D..r,,:.r...
2.A
:,:, :.11,;,11

,l::,:-rr fem u d iatr,,,menye.bq6,,,'- e i puti'Je n g a n;:. bq d a.n, 5. C


! .
:rrr:tel-apak.trenge n;i:dbn, tel apak, kQ ki' .Awallya rtl bm'::,. 3.E
: .',:

.,r -.tr,.1..f.'y;n g lt!,nb;u.l. b:er,!.1p3:.


rn a
!y l af., etl p i ke m ud i a h, ::"
RICKETTSIA & EHRLICHIA 365

Section E: Rickettsioses and ehrlichioses.In:Mandell, Douglas, anl'Benrutt's


KEPUSTAKAAN Priniiples and Practice oflnfectious Diseases,5th ed. Mandell GL,
Bennett JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone, 2000.
Aguero-Rosenfeld ME, Dumler JS : Ehrlic hia, Anaplasma, Neorichettsia,
end Aegyptianella. In: Manual of Clinical Microbiology, 8th ed. ThornerAR, Walker DH, Petri WA Jr: Rocky Mountain spotted fever. Clin
. Murray PR et al (editors). ASM Press,2003. Infect Dis 1998;27: 1353.
Buller RS et al: Ehrlichia ewingii, a newiy recognized agent ofhuman Walker DH et al: Diagnosing human ehrlichioses: Current status and
ehrlichiosis. N Engl J M6d 1999;341:148. recommendations. ASM News 2000;66:287.
Foumier P-8, Marrie TJ, Raoult D: Diagaosis of Q fever. J Clin Microbiol
1998;36:1823.

t.-
Klamidia yang menginfeksi manusia (Gambar 28-1) dibagi dan pinositosis melalui lekukan tidak berselubung. Fusi
menjadi tiga spesies-Chlamydia trachomatis, Chlamydia lisosom diinhibisi oleh mekanisme yang belum diketahui,
p neum oniae, dan Ch lamydia p sittaci-berdasarkan pada membuat suatu lingkungan di sekitar klamidia yang
komposisi antigennya, inklusi intraselularnya, sen- dilindungi oleh ikatan membran. Segera setelah masuk
sitifitasnya terhadap sulfcrnamid, dan akibat penyakit yang ke dalam sel pejamu, ikatan disulfida protein membran
ditimbulkannya. Spesies yang keempar, Chlamydia EB tidak lagi berikatan silang dan badan elementer disusun
pecorum, menginfelai berbagai macam hewan tetapi tidak kembali menjadi sesuatu yang berukuran besar yang
diketahui apakah menginfei<si manusia atau tidak. Semua disebut badan retikuloendotelial (RB) berukuran 0,5-1
klamidia menunjukkan gejala klinis yang sama, berbagi pm dan tanpa nukleoid padat-elektron. Dalam vakuola
kelompok antigen yang sama, dan bermultiplikasi dalam yang terikat dengan membran, RB dapat bertambah
sitoplasma sel pejamunya dengan perkembangan siklus ukurannya dan membelah berulang kali melalui
yang dapat dibedakan. Klamidia dapat dipandang sebagai pembelahan biner. Akhirnya, seluruh vakuola menjadi
bakteri gram-negatif yang tidak mempunyai mekanisme ierisi dengan badan elementer dari badan retikulat untuk
untuk menghasilkan energi metabolik dan tidak dapat membentuk inklusi sitoplasmik. Badan elementer yang
menyintesis ATP. Defek ini membuat klamidia untuk baru terbentuk dapat dikeluarkan dari sel pejamu untuk
berada dalam intraselular, tempat sel pejamu meng- menginfeksi sel yang baru. Sikius perkembangannya
hasilkan energi intermediet. Jadi, klamidia adalah parasit memerlukan waktu 24-48 jam.
obligat intraselular.
Komposisi Struktur & Kimia
Siklus Perkembangan Pada klamidia, dinding sel luarnya sama dengan dinding
Semua kiamidia mempunyai siklus reproduftsi yang sama. sel bakteri gram-negatif, dan mempunyai kandungan
Partikel infelaius yang stabil di lingkungan adalah sel kecil lemak yang relatif tinggi. Dinding sel ini keras tetapi
(badan elementer; EB) berdiameter 0,3 pm. dengan tidak mengandung peptidoglikan bakteri yang khas;
nukleoid padat-elektron. Protein membran EB kaya akan mungkin mengandung matriks ikatan-tetrapeptid. Protein
protein membran yang berikatan-silang. EB mempunyai pe ngikat penisilin te rdapat pada klamidia, dan
afinitas yang tinggi terhadap sel epitel pejamu dan dengan pembentukan dinding sel klamidia dihambat oleh penisilin
cepat masuk kedalamnya. Mungkin terdapat berbagai dan obat lainnya yang menghambat transpeptidase pada
adesin, reseptor, dan mekanisme masuknya. Proteoglikan peptidoglikan bakteri. Lisozim tidak mempunyai efek
yang mirip dengan heparan sulfat pada permukaan C pada dinding sel klamidia. Asam N-asetilmuramat
ftachomatis mungkin digunakan untuk memperantarai iampaknya tidak terdapat pada dinding sel klamidia.
setidaknya interaksi awal antara Ebs dan sel peiamu. DNA maupun RNA terdapat pada badan elementer dan
Adesin lain yang potensial menyebabkan hai tersebut retikulat. Badan retikulat mengandung RNA sekitar empat
terjadi adalah protein membran iuar mayor (Major Outer kali lebih banyak daripada DNA, sementara badan
Membrane Protein, MOMP), MOMP yang terglikosilasi, elementer mengandung DNA dan RNA dalam jumlah
dan protein permukaan lainnya. Mekanisme yang diduga yang sama. Dalam badan elementer, sebagian besar DNA
berperan untuk memperantarai masuknya bakteri ke terkonsentrasi dalam nukleoid sentral padat-elektron.
dalam sel pejamu juga bervariasi. EB biasanya terlihat Sebagian besar RNA terdapat dalam ribosom' Genom
menempel dekat dasar mikrovili, tempat EB ini kemudian sirkular klamidia (BM 7 x 108) mirip dengan genom yang
ditelan oleh sel pejamu. Tampaknya terdapat lebih dari terdapat pada kromosom bakteri.
satu mekanisme yang berfungsi: endositosis yang Seluruh genom klamidia telah disusun sebagai bagian
dimediasi oleh reseptor kedalam lekukan selubung klatrin dari Proyek Genom Chlamydia.

366
CHLAMYDIAE 367

Gambar 28-?, Klamidia. Kiri: Klamidia dalam berbagai stadium perkembangan intraselular. (EB, partikel badan
elementer dengan dinding sel;RB, badan retikulat). Kanan: badan inklusi fluoresens pada Ctrachomatis di sel epitel
(kerokan konjungtiva) yang diwarnai dengan antiserum spesifik berlabel fluoresen.

Sifat Pewarnaan spesifik-genus ini dapat dideteksi dengan CF dan


imunofluoresensi. Antigen spesifik-spesies atau spesifik-
Klamidia mempunyai sifat pewarnaan yang dapat serovar t€rutama adalah protein membran luar. Antigen
dibedakan (sama seperti riketsia). Badan elementer spesifik paling baik dideteksi dengan imunofluoresensi,
berwarna ungu dengan pewarnaan Giemsa-berlawanan terutama dengan menggunakan antibodi monoklonal.
dengan warna biru pada sitoplasma sel pejamu. Badan Antigen spesifik hanya dimiliki oleh sejumlah kecil
retikulat noninfektif yang lebih besar berwarna biru klamidia, tetapi organisme tertentu dapat mengandung
dengan pewarnaan Giemsa. Reaksi gram klamidia adalah beberapa antigen yang spesifik. Terdapat setidaknya 15
negatif atau bervariasi dan tidak memberikan manfaat serovar C trachomatis; meliputi A, B, Ba, C-K, dan Ll-
dalam mengidentifikasi bakteri tersebut. Partikel klamidia L3. Beberapa serovar C psittaci dapat dilihat dengan fiftsasi
dan inklusi berwarna t€rang dengan imunofluresens, komplemen (CF) dan uji mikroimunofluoresensi. Hanya
dengan antibodi yang spesifi k-grup, spesifi k-spesies, atau satu serovar C pneumoniae yang telah dijelaskan.
spesifik-serovar.
Jika telah terbentuk dengan sempurna, inklusi C Pertumbuhan & Metabolisme
tachomatis intraselular yang matang berupa masba padat Klamidia memerlukan habitat intraselular, karena bakteri
dekat nukleus yang berwarna ungu gelap jika diwarnai ini tidak mampu menyintesis AIP dan tergantung pada
dengan Giemsa karena partikelnya yang matang dan padat. sel pejamu untuk kebutuhan energinya. Klamidia dapat
Jika diwarnai dengan larutan Lugol iodin yang diencerkan, tumbuh pada biakan berbagai macarn lapisan sel eukariot.
beberapa inklusi C nachomatis (tetapi tidak C pneumoniae Sel McCoy yang diobati dengan sikloheksimid biasanya
atau C psittacl) tampak coklat karena matriks glikogen digunakan untuk mengisolasi klamidia; C pneumoniae
yang melingkari partikel tersebut. Inklusi
C psinaci berupa tumbuh lebih baik pada sel HL atau Hep-2. Semua tipe
agregat intrasitoplasmik yang difus. klamidia berproliferasi dalam telur embrio, terutama
kantung kuning telur.
Antigen Beberapa klamidia mempunyai metabolisme endogen
seperti bakteri lain, dan dapat menghasilkan CO, dari
Klamidia mempunyai spesifik-grup (genus) yang sama. glukosa, piruvat, dan glutamat; serta mengandung
Antigen ini adalah lipopolisakarida yang stabil pada suhu dehidrogenase. 'Walaupun demikian, bakteri ini memer-
panas dengan asam 2-keto-3-deoksioktanoik sebagai lukan energi yang didapat dari sel pejamu untuk
komponen immunodominant. Antibodi terhadap antigen menjalankan aktivitas biosintetiknya.
BAB 28

Replikasi klamidia dapat dihambat dengan banyak menekan pembentukan antibodi. Pengobatan yang
obat-obatan antimikroba. Inhibitor dinding sel seperti terlambat menggunakan obat antimikroba dalam dosis
penisilin dan sefalosporin menimbulkan defek bentuk sedang dapat menekan penyakit tetapi membuat agen
morfologi tetapi tidak efektif menimbulkan penyakit penginfeksi t€tap berada dalam jaringan.
klinis. Inhibitor sintesis protein (tetrasiklin, eritromisin) Imunisasi pada manusia tidak berhasil melindungi
efektif pada'sebagian besar infeksi klinis. Strain C manusia terhadap reinfeksi. Kebanyakan infeksi
trachomatis menyintesis folat dan sensitif terhadap inhibisi sebelumnya atau imunisasi, cenderung menyebabkan
oleh sulfonamid. Aminoglikosida tidak dapat menghambat penyakit yang lebih ringan sebelum reinfeksi, tetapi
bakteri ini. kadang-kadang hipersensitifitas yang menyertai dapat
memperburuk inflamasi dan pembentukan jaringan parut
Sifat Hubungan Pejamu-Parasit t (misalnya, pada trakoma).

Gambaran biologik infeksi yang menonjol oleh klamidia


adalah suatu keseimbangan yang seringkali dicapai antara Klasifikasi
pejamu dan parasit, mengakibatkan infeksi memanjang Klamidia disusun sesuai dengan potensiasi sifat
yang persisten. Pada pejamu aiami bakteri ini, infeksi patogennya, rentang pejamu, perbedaan antigen, dan
subklinis biasa terjadi dan jarang ditemukan penyakit metode lainnya. Ketiga spesies yang menginfelsi manusia
dengan gejalayang jelas. Penyebaran dari satu spesies ke telah diberikan ciri-cirinya (lihat Tabel 28-1).
spesies lainnya (misalnya, burung kepada manusia, seperti
pada psitakosis) lebih sering menyebabkan penyakit.
A. C TRA?HIHATIS
Antibodi terhadap beberapa antigen klamidia secara terus-
menerus diproduksi oleh pejamu yang terinfeksi. Antibodi Spesies ini menghasilkan inkiusi padat intrasitoplasma
ini mempunyai efek proteksi yang sedikit terhadap yang mengandung glikogen, dan biasanya dapat dihambat
reinfeksi. Agen infeksius biasanya tetap ada pada titer dengan sulfonamid. Spesies ini dapat menyebabkan
antibodi yang dnggi. Pengobatan dengan obat antimikroba gangguan pada manusia seperti trakoma, konjungtiviris
yang efektif (misalnya, tetrasiklin) untuk waktu yang lama inklusi, uretritis nongonokokus, salpingitis, servisitis,
dapat mambasmi klamidia dari pejamu yang terinfeksi. pneumonitis bayi, dan limfogranuloma venereum. Varian
Pengobatan intensif yang diberikan sangat dini dapat C trachomatis juga menyebabkan pneumonitis tikus.

Tabel 28-1. Karakteristi k klamidia


.;::r.: :illll.i5i:.',::ll:rrl
r:rj.9tlS9,g\,ir:
l lll

;l+t;*ii+::r,+
Morfologi inklusi bulat, vakuolar bulat, padat besar, ukurannya bervariasi,
padat

Glikogen dalam inklusi ya tidak tida k

Morfologi badan elementer bulat berbentuk buah pir, bulat bulat

Sensitif terhadap sulfonamid ya tidak tida k

Homologi DNA terhadap


C pneumoniae <1Oo/o 100% <10o/o

Plasmid tidak ya

Serova r 15

Pejamu alami Manusia Manusia Burung

Metode penularan manusia ke manusia, ibu manusia ke manusia lewat kotoran burung ke
kepada bayinya udara manusia lewat udara

Penyakit Utama Trakoma, penyakit menular Pneumonia, bronkitis, Psittacosis, pneu mon ia,
seksual, pneumonia pada bayi, faringitis, sinusitis demam yang tidak dapat
limfogranuloma venereum dijelaskan
CHLAMYDIAE I 369

B. C PNEUM?NIAE dan kedua penyakit tersebut bersama-sama memberikan


ge.iala klinis. Gejala dini trakoma adalah lakrimasi, sekret
Spesies ini menghasilkan inklusi intrasitoplasma yang
mukopurulen, hiperemia konjungtiva, dan hipertropi
tidak mengandung glikogen, dan biasanya resistan folikular. Pemeriksaan mikroskopik kornea menunjukkan
terh'adap suifonamid. Spesies ini menyebabkan infeksi
adanya keratitis epitel, infiltrat subepitel, dan pelebaran
saluran napas pada manusia.
pembuluh darah limbus ke dalam kornea (pannus). Seiring
dengan meluasnya pdnnus ke bawah menembus kornea,
C. C Pstrract
di konjungtiva, deformitas
terbentuk jaringan parut
Spesies ini
menghasilkan inklusi intrasitoplasma difus kelopak mata (entropion, trikiasis), dan kelainan
yang tidak mengandung glikogen, dan biasanya resistan tambahan yang disebabkan oleh bulu mata yang mengenai
terhadap sulfonamid. Spesies ini meliputi bakteri kornea. Dengan infeksi bakteri sekunder, penurunan
penyebab psittacosis pada manusia, ornitosis pada burung, penglihatan terus berlanjut selama bertahun-tahun.
meningopneumonitis, pneumonitis felin, dan penyakit \Walaupun demikian, tidak terdapat gejala sistemik atau
hewan lainnya. tanda infeksi.

Diagnosis Laboratorium
. CHLAMYDIA TRACHOMATIS Diagnosis laboratorium infeksi klamidia juga dibahas
AKIBAT INFEKSI OKULAR, pada Bab 47.

GENITAL, & SALURAN NAPAS A. BIAKAN


Manusia adalah pejamu alami untuk C trachomatis. Inklusi sitoplasma yang khas ditemukan pada sel epitel
Monyet dan simpanse dapat terinfeksi pada mara dan serpihan konjungtiva yang diwarnai dengan antibodi
saluran genitalnya. C trachomatis juga bereplikasi dalam fluoresensi atau dengan metode Giemsa. Inklusi
sel pada biakan jaringan. C trachomais dari serovar yang sitoplasma paling sering rnuncul pada stadium dini
berbeda bereplikasi dengan carayang berbeda pula. Hasil penyakit dan pada konjungtiva tarsal atas.
isolasi bakteri dari trakoma tidak tumbuh sebaik hasil Inokulasi serpihan konjungtiva ke dalam biakan sel
isolasi bakteri dari limfogranuloma venereum atau infeksi McCoy yang diobati dengan sikioheksimid memungkinkan
genital. Replikasi intrasitoplasma mengakibatkan C trachomatis tumbuh jika jumlah partikel infeksius yang
terbentuknya inklusi padat dengan matriks glikogen hidup cukup besar. Sentrifugasi inokulum ke dalam sel
tempat badan elementer berada. meningkatkan sensitivitas metode ini. Diagnosis kadang
Antiserum spesifik-imunotipe memungkinkan dapat ditegakkan pada pasase pertama setelah 2-3 harr
pengodean bakteri hasil isolasi yang memberikan hasil masa inkubasi dengan mencari inklusi menggunakan
analog dengan pengodean oleh imunofluoresensi. Serovar imunofluoresensi atau pewarnaan dengan iodin atau
yang secara spesifik mengakibatkan penyakit menular G iemsa.
seksual adalah D-K; dan serovar yang menyebabkan
limfogranuloma venereum adalah Ll, L2, dan L3. B. SEROLOGI

Orang yang terinfeksi sering kali membentuk kedua


TRAKOMA kelompok antibodi dan antibodi spesifik serovar dalam
Tiakoma adalah penyakit mata kuno, yang digambarkan serum dan sekret mata. Imunofluoresensi adalah metode
dengan baik dalam Ebert Papyrus, yang ditulis di Egypt yang paling sensitif untuk mendeteksi antibodi tersebut.
3800 tahun yang lalu. Penyakit ini merupakan Antibodi okular atau serum tidak menunjukkan resistansi
keratokonjungtivitis kronis yang dimulai dengan yang bermakna terhadap reinfeksi.
perubahan inflamasi akut pada konjungtiva dan kornea
serta berlanjut menjadi jaringan parut dan kebutaan. Pengobatan
Di daerah endemik, eritromisin dan tetrasiklin telah
Temuan Klinis digunakan untuk menekan klamidia dan bakteri yang
Pada infeksi eksperimental manusia, masa inkubasi untuk menyebabkan infeksi mata. Pemakaian obat-obatan ini
infeksi konjungtiva klamidia adalah 3-10 hari. Pada daerah secara topikal dan periodik ke konjungtiva semua anggota
endemik, infeksi awal muncul pada masa kanak-kanak komunitas kadang-kadang ditambahkan juga dengan
dini, dan awitan akibat jangka panjang, trakoma, terjadi pemberian dosis oral; dosis dan frekuensi pemberian
dengan perlahanJahan. Infeksi klamidia sering tercampur bervariasi sesuai dengan area geografis dan derajat
dengan konjungtivitis bakterial pada daerah endemik, beratnya trakoma endemik. Bahkan dosis tunggal tiap
BAB 28

bulan 300 mg doksisiklin dapat memberikan perbaikan 50o/o bayr dari ibu yang terinfeksi mungkin akan
klinis, mengurangi risiko terjadinya kebutaan. Peng- mendapatkan infeksi, dengan l5-20o/o bayi baru lahir yang
gunaan kortikosteroid topikal tidak diindikasikan dan terinfeksi mengalami gejala pada mata dan l0-20o/o
{apat mengaktifkan kembali trakoma laten. Klamidia mengenai saluran napas. Konjungtivitis inklusi bayi baru
dapat terus ada selama dan setelah pengobatan obat, dan lahir ditandai dengan konjungtivitis mukopurulen yang
kekambuhan aktivitasnya sering terjadi. terjadi 7-12 hari setelah proses pelahiran. Penyakit ini
cenderung mereda dengan pengobatan eritromisin atau
Epidemiologi & Pengendalian tetrasiklin, atau sembuh secara spontan setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Kadang-kadang,
Diyakini bahwa lebih dari 400 juta orang di seiuruh dunia
konjungtivitis inklusi tetap ada sebagai infeksi klamidia
menderita trakoma dan 2A jutanya mengalami kebutaan
kronis dengan gambaran klinis yang tidak dapat dibedakan
akibat trakoma. Penyakit ini paling sering terjadi di
dari trakoma anak subakut atau kronis pada.daerah
Afrika, Asia, dan lembah Mediteranian, y^ng kondisi
nonendemik dan biasanya tidak disertai dengan
higienenya tidak terjaga dengan baik, dan sarana air amat
konjungtivitis bakterial.
kurang. Pada daerah hiperendemik seperti itu, infeksi
pada anak-anak dapat terjadi di seluruh dunia dan
Diagnosis Laboratori um
seringkaii terjadi penyakit kebutaan yang berat (akibat
superinfeksi bakteri yang sering). Di Amerika Serikat, A. BIAKAN
trakoma terutama muncul secara sporadik di beberapa Spesimen endoserviks dikumpulkan setelah pengambilan
daerah, dan fokus endemik terus terjadi. discharge dan sekret dari servila. Swab atau sikat sitologi.
Pengendaiian trakoma terutama tergantung pada digunakan untuk mengambil sel epitel dari kedalaman 1-
perbaikan standar higiene dan pengobatan obat. Jika 2 cm ke endoserviks. Metode yang sama digunakan
tingkat sosio-ekonomi meningkat pada suatu daerah, untuk mengumpulkan spesimen dari vagina, ureua, atau
trakoma menjadi iebih kecil dan akhirnya dapat konjungtiva. Spesimen biopsi tuba uterina atau epididimis
menghilang. Vaksin eksperimen trakoma belum dapat juga dibiakkan. Daftron, kapas, rayon, atau alginasi
memberikan hasil yang memuaskan. Koreksi secara kalsium pada wadah plastik harus digunakan untuk
pembedahan pada deformitas kelopak mata mungkin mengumpulkan spesimen; beberapa material usapan
perlu dilakukan pada kasus lanjut. lainnya dan batang kayu bersifat toksik terhadap klamidia.
Spesimen usapan harus diletakkan ke dalam medium
INFEKSI GENITAL CHLAMYDIA transpor klamidia dan disimpan dalam suhu lemari es

TRACH OMAT'S & KONJ U N GTIVITI S sebelum dibawa ke laboratorium. Sel McCoy ditumbuhkan

INKTUSI dalam monolayer di atas couerslip dalam dram atau vial


tertutup. Beberapa iaboratorium menggunakan flat-
Serovar C trachomatis D-K menyebabkan penyakit bottomed rnicrodilution tray, tetapi sensitivitas biakan
menular seksual-biasanya di negara maju-dan juga dengan metode ini kurang dibandingkan metode yang
dapat menyebabkan infeksi pada mata (konjungtivitis menggunakan vial tertutup. Sel McCoy diobati dengan
inklusi). Pada pria yang aktif secara seksual, C tachomatis sikloheksimid untuk menghambat metabolisme dan
menyebabkan uretritis nongonokokus dan, kadang- meningkatkan sensitivitas isolasi klamidia. Inokulum dari
kadang, epididimitis. Pada wanita, C nachomatis spesimen usapan disentrifugasi ke dalam monolayer dan
menyebabkan uretritis, servisitis, dan penyakit radang di inkubasi pada suhu 35-37 0C selama 48-72 jam.
panggul, yang dapat menyebabkan sterilitas dan Monolayer yang kedua dapat diinokulasikan, dan setelah
merupakan faktor predisposisi terjadinya kehamilan inkubasi, dapat disonikasi dan dipindahkan ke monolalter
ektopik. Semua tempat anatomik infeksi tersebut dapat yang lain untuk meningkatkan sensitivitas. Monolayer
memberikan gejala dan tanda, atau infeksinya dapat tetap diperiiaa dengan imunofluoresensi langsung untuk melihat
asimtomatik tetapi dapat ditularkan ke pasangan inklusi sitoplasmik. Biakan klamidia dengan metode ini
seksualnya. Sampai 5070 uretritis nongonokokus (pria) mempunyai sensitivitas sekitar 807o tetapi spesifisitas
atau sindrom uretra (wanita) disebabkan oleh klamidia se besar 100%.

dan mengakibatkan disuria, discharge nonpurulen, dan


sering berkemih. Sekret genital dewasa yang terinfeksi B, PEMERIKsAAN SIToLoGI LANGsUNG (ANTIBODI
dapat terinokulasi sendiri ke konjungtiva, menimbulkan FLUoRESENSI LANGSUNG ATAU DFA) DAN
konjungtivitis inklusi, infeksi okuiar yang sangat IHUNOASSAY TERKAIT ENZIU (EIA)
menyerupai trakoma. Assay DFA dan EIA yang secara komersil tersedia untuk
Bayi baru lahir mendapatkan infeksi saat proses mendetei<si C trachomatis dapat digunakan di laboratorium
pelahiran melalui jalan lahir yang terinfelsi. Sekitar 20- yang tidak mempunyai tenaga ahli atau fasilitas untuk
CHLAMYDIAE / 371

melakukan biakan. Spesimen dikumpulkan dengan teknik keturunannya untuk mencegah reinfeksi. Tetrasiklin
yang sama dengan teknik yang digunakan untuk (misalnya, dolaisiklin) biasanya digunakan pada uretritis
mengumpulkan spesimen untuk biakan. Spesimen urine nongonokokus dan pada wanita terinfeksi yang tidak
dapat digunakan untuk beberapa tes tersebut. DFA hamil. Azitromisin adalah pengobatan yang efektif dan
menggunakan antibodi monoklonal yang ditujukan untuk dapat diberikan kepada wanita hamil. Tetrasiklin atau
melawan antigen spesifik spesies pada protein membran eritromisin topikal digunakan untuk konjungtivitis
luar mayor klamidia (MOMP). EIA mendeteksi adanya inkiusi, kadang-kadang digunakan dalam kombinasi
antigen lipopolisakarida spesifik-genus yang diekstrak dari dengan obar sistemik.
badan elementer dalam spesimen. Sensitivitas DFA adalah
sebesar 80-90o/o, dan spesifisitasnya sebesar 98-99o/o; Epidemiologi & Pengendalian
sensitivitas EIA adalah 80-95o/o, dan spesifisitasnya
Infeksi chlamydia genital dan konjungtivitis inkiusi adalah
sebesar 98-99o/o; jika dibandingkan dengan biakan.
penyakit menular selsual yang ditularkan melalui kontak
C. DETEKSI ASAH NUKLEAT dengan pasangan seksual yang terinfeksi. Konjungtivitis
inklusi neonatus berasal dari traktus genitalia ibu yang
Spesimen yang digunakan untuk metode molekular untuk
terinfeksi. Pencegahan penyakit mata neonatus tergantung
mendiagnosis C tachomatis sama.dengan spesimen yang
pada diagnosis dan pengobatan pada wanita hamil dan
digunakan unruk biakan; urine juga dapar dites. Satu
pasangan seksualnya. Seperti pada semua penyakit seksual
metode kome rsial menggunakan cetakan DNA
kemiluminesen yang menghibridisasi serangkaian
menular, adanya agen etiologi multipel (gonokokus,
16S
rRNA klamidia yang spesifik spesies; kiamidia treponema, trikomonas, herpes, dsb.) harus diper-
timbangkan. Penetesan eritromisin atau tetrasikiin ke
mempunyai salinan 16S rRNA sampai sebanyak 10a
dalam mata bayi baru lahir tidak mencegah terjadinya
salinan. Sekali terbentuk hibrid, hibrid ini akan diabsorpsi
kedalam bea.d danjumlah kemiluminesen kemudian dapat
konjungtivitis klamidia. Pengendalian akhir penyakit
dideteksi dengan sebuah luminomerer. Metode ini
ini-dan semua-penyakit menular seksual tergantung
pada perilaku seks yang aman dan pada diagnosis serta
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas berrurut-turut
pengobatan dini orang yang terinfeksi.
sekitar 85o/o dan 98-99o/o.
Uji amplifikasi asam nukleat juga telah dikembangkan
dan disebarluaskan. Satu uji dibuat berdasarkan pada KETERLIBAilAN SALURAN
reaksi rantai polimerase (PCR) dan uji yang lainnya PERNAPASAN OLEH CHLAMYDIA
berdasarkan pada reaksi rantai ligase (LCR). Uji-uji ini TRACHOMATIS
lebih sensitif daripada biakan dan uji nonamplifikasi
lainnya serta memerlukan definisi ulang sensitivitas pada Dari semua bayi baru lahir yang mendapatkan infeksi
pembuktian laboratorium infeksi klamidia. Spesifisitas dari ibunya, l0-20o/o dapat mengenai iraktus respiratorius
uji ini tampaknya hampir mencapai 100%. Uji 2-12 minggu setelah proses kelahiran, dan mengakibatkan
Amplifikasi asam nukleat adalah uji pilihan untuk pneumonia. C trachomatis dapat rnenjadi penyebab
mendiagnosis infelai.genital C nachomatis. pneumonia neonatus yang paling sering, dan menimbulkan
gejala takipneu berat, batuk paroksismal yang khas, tanpa
D. SEROLoGI demam, dan eosinofilia. Konsolidasi paru dan hiperinflasi
Karena masa antigen klamidia yang relatif besar pada dapat terlihat pada foto rontgen. Diagnosis pneumonitis
infeksi qaktus genitalia, antibodi serum muncul jauh lebih harus dicurigai jika terjadi pada bayi baru lahir yang
sering daripada pada trakoma dan dengan titer yang lebih mengalami konjungtivitis inklusi dan dapat ditegakkan
tinggi. Peningkatan titer muncul selama dan setelah infelsi dengan mengisolasi C tachomatis.dari sekret saluran
klamidia akut. Karena prevalensi infeksi uaktus genitalia napas. Pada pneumonia neonatus seperti itu, titer antibodi
yang tinggi pada beberapa masyarakat, adanya riwayat IgM terhadap C trachomatis sebesar 1:32 atau lebih
antibodi antiklamidia yang tinggi dalam populasi; uji dianggap suatu diagnostik. Eritromisin sistemik adalah
serologi untuk mendiagnosis infelai klamidia pada traktus pengobatan yang efektif pada kasus-kasus yang berat.
genitalia secara umum tidak berguna. Orang dewasa dengan konjungtivitis inklusi seringkali
Pada sekret genital (misalnya, serviks), antibodi dapat mengalami gejala-gejala saluran napas (misalnya, otalgia,
dideteksi selama infeksi aktif dan ditujukan untuk otitis, obstruksi nasal, faringitis), mungkin akibat dari
melawan imunotipe (serovar) penginfeksi. drainase klamidia yang infeksius melaiui duktus
nasolakrimal. Pneumonitis jarang terjadi pada orang
Pengobatan dewasa.
Penting untuk mengobati infeksi klamidia secara
bersamaan pada kedua pasangan seksual dan pada
372 I BAB28

LIMFOGRANULOMA VENEREUM B. BIAKAN

Material yang dicurigai diinokulasi ke dalam biakan sel


Limfogranuloma venereum adalah penyakit menular
McCoy. Inokulum dapat diobati dengan aminoglikosida
seksual yang disebabkan oleh C trachomatis dan ditandai
(tetapi tidak dengan penisilin) untuk mengurangi
dengan adenitis inguinal supuratif, dan lebih sering terjadi
kontaminasi bakteri. Agen tersebut diidentifikasi dengan
pada daerah dengan iklim panas.
melihat morfologi dan uji serologinya.
Sifat Bakteri c. SERoLocr
Partikel tersebut berisi antigen grup klamidia CF yang Antibodi biasanya ditunjukkan dengan reaksi CF. Uji
stabil pada suhu panas yang dimiliki oleh semua klamidia ini menjadi positif dalam wakru2-4 minggu setelah awitan
lainnya. Partikel ini juga mengandung satu dari tiga penyakit, yang kadang-kadang juga dapat diperlihatkan
antigen serovar (L1-L3), yang dapat terlihat dengan dengan hipersensitivitas kulit. Pada kasus yang secara
imunofluoresensi. Partikel yang infeksius bersifat toksik. klinis sama, kadar antibodi yang meningkat atau titer
tunggal yang lebih dari l:64 adalah bukti kuat adanya
Temuan Klinis infeLi aktif. Jika pengobatan telah mengeradikasi infelai
limfogranuloma venereum, titer CF akan menurun'
Beberapa hari sampai beberapa minggu setelah pajanan, Diagiosis seroiogi limfogranuloma venereum dapat
akan timbul papul atau vesikel kecil yang cenderung dapat menggunakan imunofluoresensi, tetapi antibodi secara
menghilang pada semua bagian genitalia eksterna, anus, umum reaktif dengan banyak antigen klamidia'
rektum, atau di tempat lainnya. Lesi tersebut dapat
berulkus, tetapi biasanya tetap tidak diketahui dan lmunitas
menyembuh dalam beberapa hari. Segera setelah itu,
keienjar getah bening regional membesar dan cenderung Infeksi yang tidak diobati cenderung untuk menjadi
untuk menjadi keras dan nyeri. Pada pria, kelenjar inguinal kronis, dengan persistensi bakteri tersebut selama
yang paling sering terkena, di atas mauPun di bawah bertahun-tahun. Imunitas aktif tidak banyak diketahui.
ligamen Poupart, dan kulit di atasnya sering kali berubah Koeksistensi infeksi laten, antibodi, dan reaksi imun
warna menjadi keunguan seiring dengan kelenjar getah selular khas untuk banyak infeksi klamidia.
bening mengalami supurasi dan akhirnya mengeluarkan
pus melalui saluran sinus yang multipel. Pada wanita dan Pengobatan
pria homoseksual, kelenjar perirektal sering terkena, Sulfonamid dan tetrasiklin telah digunakan dan
dengan proktitis dan discharge anal mukopurulen yang memberikan hasil yang baik, terutama pada stadium awal.
berdarah. Limfadenitis mungkin merupakan tanda yang Pada beberapa orang yang diobati dengan obat, terdapat
paling jelas terlihat pada rantai serviks. penurunan antibodi pengikat komplemen, yang dapat
Selama stadium limfadenitis aktif, sering terdapat menandakan hilangnya bakteri infektif dari dalam tubuh.
gejala sistemik nyata, seperti demam, nyeri kepala, Stadium lanjut memerlukan tindakan pembedahan.
meningismus, konjungtivitis, ruam kulit, mual dan
muntah, serta artralgia. Meningitis, artritis, dan Epidemiologi & Pengendalian
perikarditis jarang terjadi. Proses inflamasi kronis akan \7alaupun insiden limfogranuloma venereum tertinggi
berlanjut menjadi fibrosis, obstruksi limfatik, striktur dilaporkan terjadi pada daerah subtropis dan tropis,
rektum kecuali jika diberikan pengobatan obat infelsi ini terjadi di'seluruh dunia. Penyakit ini paling
antimikroba yang efektif pada stadium tersebut. sering disebarkan melalui kontak seksual, tetapi tidak
Obsruksi limfatik dapat menyebabkan elefantiasis penis, hanyi disebabkan oleh hal tersebut. Tempat ma.suk infeksi
skrotum, atau vulva. Proktitis kronis pada wanita atau ini kadang-kadang melalui mata (konjungtivitis dengan
pria homoselaual dapat mengakibatkan striktur rektum, sindrom okuloglandular). Tiaktus genitalia dan rektum
obstruksi rektosigmoid, dan pembentukan fistula. orang yang terinfeksi kronis (tetapi kadang-kadang
asimtomatik) berfungsi sebagai reservoir infeksi. Petugas
Diagnosti k Laboratori um laboratorium yang terpajan dengan aerosol C trachomatis
serovar L1-L3 dapat mengalami pneumonitis klamidia
A. SEDIAAN APUS
dengan adenopati mediastinum dan hilus. Jika infeksi
Pus, kelenjar getah bening di inguinal yang meradang, ini dikenali, pengobatan dengan tetrasiklin atau eritromisin
atau material biopsi dapat diwarnai, tetapi partikel jarang dapat memberikan hasil yang efektif.
yang dapat dikenali. Tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan
penyakit seksual menular yang lain juga dapat dilakukan
CHLAMYDIAE 373

untuk mengendalikan limfogranuloma venereum. cepat diinaktivasi pada suhu ruang. Bakteri ini tumbuh
Penemuan-kasus dan pengobatan dini serta pengendalian dengan lambat pada biakan sel, membentuk inklusi yang
orang yang terinfeksi penting untuk dilakukan. lebih kecil daripada inklusi yang dibentuk oleh klamidia
lainnya. C pneumonia tumbuh lebih baik pada sel HL
dan Hep-2 daripada di sel HeLa 229 atau sel McCoy;
r INFEKSI CHLAMYDIA Sel McCoy digunakan secara luas untuk membiakl<an C
trachomatis. Sensitivitas biakan tersebut meningkat
PNEUMONIAE & SALURAN dengan dimasukkannya sikloheksimid ke dalam medium
NAPAS biakan sel untuk menghambat metabolisme sel eukariot
dan dengan sentrifugasi inokulum ke lapisan sel.
Strain C pneumoniae yanB pertama (TVAR) ditemukan Pertumbuhan lebih baik pada suhu 35 0C daripada 37
tahun 1960-an di dalam biakan kuning telur embrio itik. {)C. Sesudah inkubasi selama 3 hari, sel-sel terfiksasi dan
Setelah perkembangan metode biakan sel, strain awal ini inklusi yang terdeteksi oleh antibodi fluoresensi diwarnai
diduga merupakan anggota spesies C psittari. Setelah itu, dengan antibodi spesifik-genus atau spesifik-spesies, atau
C pneumoniar telah ditetapkan sebagai spesies baru yang dengan antibodi monoklonal spesifik-C pneumonia yang
menyebabkan penyakit pernapasan. Manusia adalah satu- dikonjugasi dengan fluorescein. Pewarnaan Giemsa tidak
satunya pejamu yang diketahui. sensitii dan inklusi glikogen-negatif tidak terwarnai
dengan iodin, serta relatif sulit untuk menumbuhkan C
Sifat bakteri pneumonia-seperti yang dibuktikan oleh jumiah hasil
C pneumoniae membentuk inklusi glikogen-negatif yang isolat bakteri yang ditemukan, dibandingkan dengan
bulat dan padat, dan resistan terhadap sulfonamid, seperti insiden infeksi.
C psittaci (Tabel 28-1). Badan elementer kadang-kadang
tampak seperti berbentuk buah pir. Keterkaitan genetik C. SERoLocr
bakteri hasil isolasi C pneumonia adalah > 95o/o. Hanya Serologi menggunakan uji mikroimunofluoresensi adalah
satu serovar yang telah ditunjukkan. metode yang paling sensitif untuk mendiagnosis infeksi
C pneumoniar. Uji ini spesifik untuk spesies tertentu dan
Temuan Klinis dapat mendeteksi antibodi IgG atau IgM dengan
Sebagian besar infeksi dengan C pneumoniae bersifat menggunakan reagen yang sesuai. Infeksi primer
asimtomatik atau menyebabkan penyakit yang ringan, menyebabkan .terbentuknya antibodi IgM setelah sekitar
tetapi penyakit yang berat juga pernah dilaporkan. Tidak 3 minggu yang diikuti dengan terbentuknya antibodi IgG
terdapat tanda dan gejala yang secara spesifik dapat dalam waktu 6-8 minggu. Pada reinfeksi, respons IgM
membedakan infeksi C pneumoniae dari infeksi yang mungkin tidak terjadi atau minimal dan respons IgG
disebabkan oleh banyak bakteri lainnya. Penyakit saluran muncul dalam waktu 1-2 minggu. Kriteria berikut telah
napas atas maupun bawah dapat muncul. Faringitis sering disarankan untuk diagnosis serologi infeksi C pneumoniae:
terjadi. Sinusitis dan otitis media dapat muncul dan Titer IgM tunggal > 1:16; titer IgG tunggal > 1:512; dan
disertai dengan penyakit saluran napas bawah. Pneumonia peningkatan titer IgM atau IgG empat kali lipat.
atipikal sama seperti yang disebabkan oleh Mycoplasma Uji fiksasi komplemen dapat digunakan, tetapi uji
pneumoniae adalah penyakit utama yang telah dikenali. ini bersifat bereaksi terhadap grup, tidak dapat
Lima sampai 20 persen pneumonia yang didapat dari membedakan infeksi C pneumoniae dari psittacosis atau
komunitas pada orang usia muda diduga disebabkan oleh limfogranuloma uenereum, dan kurang sensitif dibandingkan
C pneumoniae. dengan uji mikroimunofluoresensi.

Diagnosis Laboratorium lmunitas


A. SEDIAAN APUS Tidak banyak yang diketahui dari imunitas aktif atau
imunitas yang secara potensial protektif. Infeksi jangka
Deteksi langsung badan elementer pada spesimen klinis
panjang dapat muncul pada C pneumoniae dan carrier
menggunakan teknik antibodi fluoresensi bersifat tidak
asimtomatik dapat sering dijumpai.
sensitif. Pewarnaan lainnya tidak dapat memperlihatkan
organisme tersebut secara efektif.
Pengobatan
B. BIAKAN C pneumoniaa sensitif terhadap makrolid dan tetrasiklin
Spesimen usapan faring harus diletakkan pada medium serta terhadap beberapa fluorokuinolon, Pengobatan
transpor klamidia pada suhu 4 oC C pneumoniae secara dengan doksisiklin, azitromisin, atau klaritromisin terlihat
374 BAB 28

sangat menguntungkan pasien penderita infeksi C deolaikolat dan tripsin menghasilkan eksuak yang berisi
pneumoniae, terapi hanya terdapat sedikit data mengenai antigen CF grup reaktif, sementara dinding sel
efisiensi pengobatan antibiotik. Laporan yang ada mempunyai antigen spesifik-spesies. Antibodi terhadap
menunjukkan bahwa gejala dapat berlanjut atau kambuh antigen spesfik-spesies mampu menetralisir toksisitas dan
setelah pengobatan rutin dengan eritromisin, doksisiklin, infektifitas. Karakterisitik serovar spesifik untuk spesies
atau tetrasiklin, dan obat-obatan ini harus diberikan mamalia dan burung tertentu dapat diperlihatkan dengan
selama 10-14 hari. pengodean imunofluoresensi. Netralisasi infektifitas
bakteri tersebut dengan antibodi spesifik atau proteksi
silang hewan yang diimunisasi juga dapat digunakan
Epidemiologi
untuk serotip, dan hasilnya paralel dengan yang digunakan
Infeksi dengan C pneumoniae sering terjadi. 30-50o/o orang pada pengodean imunofluoresensi.
di seluruh dunia mempunyai antibodi rerhadap C
pneumoniae. Sedikit anak usia muda mempunyai antibodi,
Patogenesis & Patologi
tetapi setelah umur 6-8 tahun, prevale nsi antibodi
meningkat selama fase dewasa muda. Infeksi bersifat Bakteri masuk melalui saluran napas, dan ditemukan
endemik dan epidemik, dengan banyaknya wabah akibat dalam darah selama 2 minggu pertama penyakit, dan dapat
C pneumonia. Tidak diketahui adanya reservoir binatang, ditemukan di sputum pada saat penyakit ini mengenai
penularannya diperkirakan terjadi dari orang ke orang, Paru-paru.
terutama melalui udara. Psittacosis menyebabkan bercak-bercak peradangan
Sederetan bukti menunjukkan bahwa C pneumoniae pada paru dengan daerah yang mengalami konsolidasi
mengakibatkan aterosklerosis arteri koronaria dan berbatas tegas. Eksudat t€rutama terdiri dari mononuklear.
penyakit serebrovaskular yang diketahui dari studi Hanya perubahan kecil yang muncui pada bronkiolus dan
seroepidemiologi, deteksi C pneumoniae pada jaringan bronkr-rs besar. Lesi yang muncul sama seperti lesi yang
aterosklerotik, studi biakan sei, modei binatang, dan ditemukan pada pneumonitis yang disebabkan oleh
percobaan pencegahan menggunakan obat-obatan beberapa virus dan mikoplasma. Hati, limpa, jantung,
antibiotik. Hubungannya tampak valid, tetapi tambahan dan ginjal sering membesar dan mengalami kongesti.
kerjanya dibutuhkan sebelum penyebabnya dapat
ditegakkan atau dibuktikan.
Temuan Klinis
Awitan penyakit yang tiba-tiba dengan gejala mirip
influenza atau pneumonia bakterial pada seseorang yang
I CHLAMYDIA PSITTACI & terpajan dengan burung, mengarahkan kepada psittacosis.
Masa inkubasinya rata-rata l0 hari. Awitan penyakitnya
PSITTACOS'S biasanya tiba-tiba, disertai dengan malaise, demam,
anoreksia, nyeri tenggorokan, fotofobia, dan nyeri kepala
Kara"psittacos#' digunakan untuk penyakit C psittaci pada hebat. Perjalanan penyakit ini dapat tidak berlanjut, dan
manusia yang didapat dari kontak dengan burung dan pasien dapat mengalami perbaikan dalam waktu beberapa
juga infeksi burung psitasin (burung beo, burung betet, hari. Pada kasus yang berat, tanda dan gejala pneumonia
burung kakatua)" Kata "ornitosis" digunakan untuk infeLsi bronkhial muncul pada akhir minggu pertama penyakit.
dengan bakteri yang sama pada semua tipe burung gambaran klinis seringkali menyerupai gambaran klinis
peliharaan (merpati, ayam, bebek, angsa, kalkun, dsb.) influenza, pneumonia bakterial, atau demam tifoid. Angka
dan burung yang hidup bebas (burung camar, burung mortalitas dapat mencapai 20o/o pada kasus yang tidak
bangau, burung laut, dsb.). Pada manusia, C psittaci diobati, terutama pada usia lanjut.
menimbulkan spektrum gejala klinis yang berkisar dari
pneumonia berat dan sepsis dengan angka mortalitas yang Diagnosis Laboratorium
tinggi sampai infeksi ringan.
A, BIAKAN

Sifat Bakteri Biakan C psittaci dapat berbahaya, dan lebih dipilih


deteksi organisme yang menggunakan imunoasay atau
C psittaci dapat diperbanyak di telur embrio, pada tikus reaksi rantai poiimerase. Jika perlu, C psittaci dapar.
dan binatang lainnya, serta pada beberapa biakan sel. dibiakkan dari darah atau sputum atau dari jaringan paru
Antigen CF grup reaktif yang stabil pada suhu panas tahan dengan membiakkannya pada sel biakan jaringan, telur
terhadap enzim proteolitik dan muncul sebagai embrio, atau tikus. lsolxi C psittacl dikonfirmasi dengan
lipopolisakarida. Pengobatan infeksi C psittaci dengan
CHLAMYDIAE I 375

transmisi seriai, gambaran mikroskopik, dan identifikasi misalnya, pasien dapat menjadi carrier. Pengobatan
serologi. antibiotik intensif juga dapat menghambat terbentuknya
antibodi secara normal. Strain dapat menjadi resistan
B. DETEKSI C PSITTA.I terhadap obat-obatan. Dengan pengobatan antibiotik,
angka mortalitasnya menjadi 2o/o arau kurang.
Deteksi antigen menggunakan pewarnaan antibodi
fluoresensi langsung atau dengan imunoassay atau
diagnosis molekular melalui reaksi rantai polimerase
Epidemiologi & Pengendalian
dilakukan di laboratoriurn rujukan atau laboratorium \Wabah penyakit pacia manusia dapat muncul kapan pun
penelitian. jika terdapat kontak erat dan terus-menerus antara
manusia dan burung yang terinfeksi yang mengelakresikan
C. SERoLocr atau menghasilkan banyak bakteri infeksius. Burung
Diagnosis psittacosis biasanya dikonfirmasi dengan sering mendapatkan infeksi saat kecil di sarangnya, dan
dapat menimbulkan penyakit diare atau tidak menimbulkan
memperlihatkan antibodi fiksasi komplemen atau antibodi
mikroimunofluoresensi dalam spesimen serum. Kasus penyakit, serta sering membarva bakteri infeksius untuk
yang sudah dikonfirmasi adalah kasus dengan biakan siklus kehidr,rpan normainya. Jika dihadapkan pada stres
(misalnya malnutrisi, proses pengiriman), burung dapat
positif atau yang disertai dengan penyakit klinis yang .sama
ditambah dengan perubahan titer antibodi empat kali menjadi sakit dan kemudian mati. Bakteri terdapat dalam
jaringan (niisainya, limpa) dan sering dikeluarkan ke
lipat atau lebih besar sampai minimal sebesar l:32 arau
dalam feses oleh burung yang sehar. Inhalasi feses burung
titer IgM mikroimunofluoresensi minimal 1:16. Kasus
yang masih mungkin (probable) adalah kasus yang disertai
kering yang terinfeksi adalah cara penularan yang sering
dengan penyakit yang sama yang berhubungan secara terjadi pada infeksi manusia. Sumber infeksi yang lain
adalah kontak dengan jaringan yang terinfeksi (misalnya,
epidemiologi berhubungan dengan kasus yang dikonfirmasi
atau titer minimal 1:32 pada spesimen tunggal. Uji fiksasi
tanaman yang digunakan untuk unggas) dan inhalasi
aerosol yang rerinfeksi.
komplemen bereaksi silang dengan C trachomatis dan C
pneumoniae. Uji mikroimunofluoresen (MIF) lebih Burung yang dipelihara sebagai peliharaan adalah
sensitif dan spesifik daripada uji CR tetapi dapat juga sumber infelai pada rnanusia yang penting. Yang paling
terjadi reaksi silang. MIF memungkinkan deteksi IgM penting adalah adanya burung psitasin import yang
banyak. Infeksi laten sering timbul pada burung-burung
dan IgG. Walaupun biasanya antibodi terbentuk dalam
waktu l0 hari, penggunaan anribiotik dapat menunda ini selama transpor dan berkumpul, dan burung yang
perkembangannya selama 20-40 hari atau menekannya sakit mengeluarkan bakteri infeksius dalam jumlah yang
secara keseluruhan.
sangat banyak. Pengendaiian pengiriman burung,
Pada burung yang hidup, infeksi didukung oieh uji
karantina, uji burung import untuk infeksi psittacosis,
CF yang positif dan pembesaran limpa dan hati. Hal ini dan pemberian tetrasiklin profilaksis pada makanan
dapat dikonfirmasi dengan menemukan partikel pada burung telah membantu mengendalikan sumber infeksi
sediaan apus atau potongan organ dan dengan ini. Burung merpati yang digunakan untuk perlombaan,
atau dipelihara sebagai hewan peliharaan, atau digunakan
menemukan bakteri ini pada tikus dan telur.
untuk daging anak burung dara merupakan sumber
lmunitas infeksi yang penting. Populasi merpati yar.rg berterbangan
di gedung-gedung dan jalan-jalan pada banyak kota,
Imunitas pada hewan dan manusia tidak lengkap. Keadaan apabila terinfeksi, menyebarkan sejumlah bakteri yang
carrier pada manusia dapat menetap selama 10 tahun relatif kecil.
setelah proses penyembuhan. Seiama periode waktu ini,
bakteri dapat terus dielskresikan di dalam spurum.
Vaksin hidup atau yang diinaktifkan hanya menginduksi
resistansi sebagian pada binatang. Vaksin belum
digunakan pada manusia.

Pengobatan
Tetrasikiin adalah obat pilihan dan harus dilanju&an
pemberiannyg selama l0 hari setelah demam turun untuk
mencegah kekambuhan. \Talaupun pengobatan antibiotik
dapat mengendalikan bukti klinis penyakit, hal ini tidak
dapat membebaskan pasien dari bakteri tersebut;
376 BAB 28

(c) Trakoma celiat'd i(egah dengan vaksih'chlamyd ia


Progrbiifitas trakoma dapat dikulangi dengan
iD.l
pengobatan..:lin!ermiten'menggundkan
:: r....'
ii.l rrl,r'jl:" : rr,,:':r i: r':'j'
.d O kSiS i kl i.n:".

iE Tibkoma teid iri''d- " pem bgntukan,:jarin gan


::.r'
"

pa rut,] pa dd ko-nj 0n gliva I d ef orh itas : kef opa k


mata, dan luka bulu mata yang mengenai
kofn€a.ir.r r.--:',:t,.i.r.
.:;.i:.''Jrrlanakah:.uarikot ini v.aiiE bufan,, bdgian oari
.,,':::+enEend aliai;, Ch I a mydi a trachom atis,dan psitfacosrs
pada burung?
::',a)::.::t.t':riAr,.Karantina:.l.bur:U!'rg''ptitasin yeng;.diinpot,ke
,:'r,.:'1rr,11,:',.,'.,,l,.:1t,tm'Anieiika.r,$e111i6i.:r:. :,.,.r'l ,::,: ..,1:.;.,.,,,:::.

(B) Hanya'.burun g :'psitacin yang d iperbolehkan


dijual di Amerika Serikat
(c) Menguji burungr untuk,infeksl'.6h Ia myd i a
. psittaci
:,..':',';,i(D)''Men'gontiol pen$iriman burung,rpsitacin
:l
,,

::,:,,,1r-1tr *"masu'kkan ltetrasikl i n ke,idll la m maka nan,, :'-',:

'Jawaban .:: ''.".::.'.':' ... .t . ,l '. .,,,,.. .,:, i

1.A 4. C
2.C 5. B
3.E

KEPUSTAKAAN
Chlamydial diseases. Vol 2 SectionCln: Mundell, Douglrts, ond Bennett's
Principles and Proctice oflnfectious Diseases,5th ed. Mandell GL,
.:..-..' Beanctt JE, Dolin R (editors). Churchill Livingstone, 2000
tiakoma
Gilbert DN, Grayston JT (editors): The potential etiologic role of
ChLamvdia pneumoniae in atherosclerosis. J Infect Dis 2000;181
(Suppl 3): [Entire issue.]
MahonyJB, Coombs BK, Chemesky MA: Chlamydia andChlamydophila.
In: Manual of Clinical Miu'obiology. 8th ed. Munay PR et al (editors)
ASM Press,2003.
BAGIAN IV
Vi rologi

S ifat-S ifat U'm u m:,iVi rUs

Virus adalah agen penyebab infelai yang berukuran paling bakteriofag, virus yang menyerang bakteri. Subjek ini
kecil (diameter berkisar dari sekitar 20 nm sampai sekitar dibahas pada Bab 7. Sifat masing-masing virus dibahas
300 nm). Genom virus hanya mengandung satu jenis asam dalam Bab 3l-44.
nukleat (RNA atau DNA). Asam nukleat dibungkus dalam
selubung protein, yang dikelilingi oleh membran yang
ISTILAH & DEFINISI DALAM VIROLOGI
mengandung lipid. Seluruh unit infeksius disebut virion.
Virus bersifat inert dalam iingkungan ekstraselular; virus
(Gambar 29-1)
hanya bereplikasi dalam sel yang hidup, menjadi parasit Kapsid: Selubung protein, atau.lapisan, y^ng
pada tingkat genetik. Asam nukleat virus mengandung menyelubungi genom asam nukleat.
informasi penting untuk memerintahkan sel pejamu yang
terinfeksi agar menyintesis makromolekul spesifik virus
Kapsomer: Unit morfologi yang terlihat pada
yang diperlukan untuk produksi turunan virus. Selama
mikroskop elektron di permukaan partikel virus
siklus replikatif, dihasilkan banyak salinan asam nukleat
ikosahedral. Kapsomer merupakan sekelompok
virus dan protein selubung. Protein selubung menyatu polipeptida, tetapi unit-unit morfologi tidak perlu
sesuai dengan sifat kimia unit struktur
membentuk kapsid, yang membungkus dan menstabilkan
asam nukleat virus terhadap lingkungan ekstrxelular dan Virus defektifi Partikel virus yang kurang berfungsi
mempermudah pelekatan dan penetrasi virus ketika pada beberapa aspek replikasi.
berkontak dengan sel-sel rentan yang baru. Infeicsi virus Selubung (Enaelope): Membran yang mengandung
mungkin sedikit atau tidak mempunyai efek pada sel lipid yang mengelilingi beberapa partikei virus.
pejamu atau dapat menyebabkan kerusakan atau kematian Selubung tersebut diperoleh selama maturasi virus
sel. dengarr proses budding suatu proses reproduksi
Dunia virus sangat beraneka ragam. Virus mempunyai aseksual melalui membran sel. Giikoprotein yang
struktur, susunan dan ekspresi genom, serta strategi dikode virus terpajan pada permukaan selubung.
replikasi dan transmisi yang sangat bervariasi. Kisaran Proyeksi tersebut disebut peplomer.
pejamu untuk virus tertentu dapat beragam atau sangat
Nukleokapsid: Kompleks asam nukleat-protein yang
terbatas. Virus diketahui menginfeksi organisme
merupakan bentuk kemas genom viral. Istilah tersebut
uniselular seperti mikoplasma, bakteri, dan aiga serta serta
sering digunakan pada kasus yang nukleokapsidnya
semua hewan dan tanaman tingkat tinggi. Efek infeksi
merupakan substruktur partikel virus yang lebih
oleh virus pada pejamu secara lengkap diuraikan dalam
kompleks.
Bab 30.
Banyak informasi yang berkenaan dengan hubungan Unit struktural: Protein dasar yang membangun
virus-pejamu telah diperoleh dari studi terhadap Unit tersebut biasanya merupakan
cetakan lapisan.

377
378 BAB 29

sel. Beberapa sekuens viral dihubungkan dengan bagian


gen-gen selular yang mengode domain fungsional protein.
Kapsomer
Beberapa virus kemungkinan berkembang dengan cara
terseb ut.
lnti asam I
nukleat
t
(2) Virus-virus mungkin merupakan bentuk degenerasi
Nukleokapsid
I parasit intraselular. Tidak ada bukti yang rnenunjukkan
Kapsid )
bahwa virus.berkembang dari bakteri, meskipun
Selubung (envelope)
organisme intraselular obligat lain, misal, riketsia dan
klamidia, kemungkinan demikian. Namun, poxvirus
sangat besar dan kompleks yang mungkin merupakan
produk evolusi dari beberapa sel asalnya.
Protein matriks

Nukleokapsid
KLASIFIKASI VIRUS
Dasar Klasifikasi
Selubung lipid Sifat berikut telah digunakan sebagai dasar untuk
klasifikasi virus. Jumlah informasi yang tersedia pada
setiap kategori tidak sama untuk semua virus. Cara virus
Sprke glikoprotein
digolongkan berubah secara cepat. Sekuens genom
sekarang sering dilakukan dini dalam identifikasi virus,
Gambar 29-1. Diagram skematik yang menggambarkan dan perbandingan dengan data dasar menyingkirkan
komponen partikel virus lengkap (virion). A: Virus yang kebutuhan untuk mendapatkan data yang lebih klasik
(densitas ringan virion, dil.). Data sekuens genomik adalah
berselubung dengan simetri ikosahedral. B: Virus dengan
simetri heliks. kriteria taksonomik yang berkembang (misal, ordo gen)
dan dapat memberikan dasar bagi identifikasi famili virus
b aru.
(1) Morfologi virion, termasuk ukuran, bentuk, jenis
kumpulan lebih dari satu subunit protein yang tidak simetris, ada atau tidak adanya peplomer, dan ada atau
identik. Unit struktural sering disebut sebagai tidak adanya membran.
Protomer.
(2) Sifat genom virus, termasuk jenis asam nukleat
(DNA atau RNA), ukuran genom dalam kilobasa (kb)
Subunit: Rantai polipeptida viral yang berlipat tunggal.
arau pasangan kiiobasa (kbp), rantainya (tunggal atau
Virion: Partikel virus lengkap. Pada beberapa keadaan ganda), apakah linear atau sirkular, sensasi (positif,
(misal, papiiomavirus, picornavirus), virion identik negatif, ambisense), segmen (angka, ukuran), urutan
dengan nukleokapsid. Pada virion yang lebih kompleks nukleotida, kandungan G +- C, dan adanya gambaran
(herpesvirus, orthomp<ovirus), termasuk nukleokapsid khusus [unsur ulangan, isomerisasi, 5'-terminal cap, 5'-
ditambah selubung sekitar. Struktur tersebut, virion, protein terkait secara kovalen terminal, 3'-traktus poli(A)
berperan untui< memindahkan asam nukleat virus dari terminai].
satu sel ke sel lain. (3) Sifat fisikokimia virion, meliputi massa molekular,
densitas ringan, stabilitas pH, stabilitas termal, dan
ASAL EVOLUSI VIRUS kerentanan terhadap agen-agen fisik dan kimia, terutama
eter dan detergen.
Asal virus tidak diketahui. Terdapat banyak perbedaan
(4) Sifat protein virus, adalah jumlah, ukuran, dat-r
di antara virus DNA, virus RNA, dan virus-virus yang aktivitas fungsional protein-protein struktural dan
menggunakan DNA maupun RNA sebagai bahan
nonstruktural, sekuens asam amino, modifikasi
genetiknya selama tahap yang berbeda dalam siklus (glikosilasi, fos{brilasi, miristilasi), dan aktivitas fun gsionai
hidupnya. Jenis agen yang berbeda kemungkinan juga
khusus (transkriptase, reuerse transcriptase, neuraminidase,
mempunyai asal yang berbeda. Dua teori mengenai asal
akriviras lusi).
virus dapat diringkas sebagai berikut: (5) Susunan dan replikasi genom, adalah ordo gen,
(i) Virus mungkin berasal dari komponen asam jumlah dan posisi pola pembacaan terbuka, strategi
nukleat DNA atau RNA sel pejamu yang mampu replikasi (pola transkripsi, translasi), dan tempat selular
melakukan replikasi secara otonom dan berkembang (akumulasi protein, asembli virion, pelepasan virion).
secara bebas. Virus-virus tersebut menyerupai gen yang
(6) Sifat airtigenik.
mendapatkan kapasitas untuk hidup secara bebas dalam
SIFAT-SIFAT UMUM VIRUS 379

(7) Sifat biologi, termasuk kisaran pejamu alami, cara B. PoLIoMAVIRUS


transmisi, hubungan vektor, patogenisitas, tropisme Virus-virus bersifat resistan terhadap eter, tahan terhadap
jaringan, dan patologi.
panas, tidak berselubung, dan kecil (40 nm) yang
mempunyai simetri kubik, dengan 72 kapsomer.
Sistem Universal Taksonomi Virus Genomnya berupa DNA beruntai ganda, sirkular, dan
Suatu sistem telah dibuat yang memisahkan virus ke berukuran 5 kbp. Agen-agen tersebut mempunyai siklus
dalam kelompok utama-disebut famili-berdasarkan pertumbuhan yang lambat, merangsang sintesis DNA sel,
morfologi virion, struk(ur genom, dan cara replikasi. dan bereplikasi dalam nukieus. Poliomavirus manusia yang
Nama-nama famili virus mempunyai akhiran -viridae. dikenal adalah virus JC, agen penyebab leukoensefalopati
TabIe 29-lmemberikan skema standar yang digunakan multifokal progresif, dan virus BK, penyebab nefropati
untuk klasifikasi. Diagram famiii virus hewan pada resipien transplan. SV40 juga menginfeksi manusia
diperlihatkan pada Gambar 29-4. dan ditemukan dari tumor manusia. Kebanyakan spesies
Dalam setiap famili, subdivisi yang disebut genus hewan memiliki satu atau lebih poliomaviius. Spesies
biasanya didasarkan pada perbedaan fisikokimia atau tersebut menimbulkan infeksi laten dan kronik dalam
serologi. Kriteria yang digunakan untuk menjelaskan genus pejamu alaminya, dan semuanya dapat menimbulkan
bervariasi di antara famili-famili. Nama genus ditandai tumor pada beberapa spesies hewan. Dahulu, poliomavirus
dengan akhiran -uirus. Pada empat famili (Poxuiridae, merupakan bagian famili Papovaviridae sebelum terpecah
Herpesuiridae, Paruouiridae, Paramyxouiridae), penge- menjadi dua famili. (Lihat Bab 42 dan 43).
lompokkan yang lebih besar yang disebut subfamili telah
diterangkan, menggambarkan komplelaitas hubungan di C, PAPILoMAVIRUS
antara sejumlah virus. Ordo virus dapat digunakan untuk
mengelompokkan famili-famili virus yang mempunyai ciri
Dahulu juga merupakan anggota famili Papovaviridae.
khas umum yang sama. Saat ini, satu ordo sa.ja yang Pada banyak hal serupa dengan poliomavirus, retapi
telah didefinisikan: Mononegauirales, meliputi famili dengan genom yang lebih besar (6,8-8,4 kbp) dan ukuran
F i lou i ri dae, Paramyx ou iri da e, dan Rh a b do u ir i da e.
partikel (55 nm). Terdapat banyak genotipe papilomavirus
manusia, yang dikenal juga sebagai virus "kondiloma'
Pada tahun 2000, International Committee on Taxonomy
(kutil); jenis-jenis tertentu merupakan agen penyebab
of Viruses telah menyusun lebih dari 4000 virus hewan
dan tanaman menjadi 56 famili, 9 subfamili, dan 233 kanker genital pada manusia. Papilomavirus sangat
genus, dengan ratusan virus masih belum ditetapkan.
spesifik jaringan dan pejamu. Banyak spesies hewan
membawa papilomavirus. (Lihat Bab 42 dan 43).
Akhir-akhir ini, 24 famili merupakan virus yang
menginfeksi manusia dan hewan.
Sifat famili utama pada virus hewan yang mempunyai
D. ADENOVIRUS

anggota yang penting karena menimbuikan penyakit pada Virus-virus yang tidak memiliki selubung, berukuran
manusia diringkas pada Tabel 29-1. Sifat-sifat tersebut sedang (70-90 nm), memperlihatkan simetri kubik, dengan
dibahas secara ringkas di bawah ini dan diuraikan secara 252 kapsomer. Serat-serat keluar dari kapsomer verteks.
lebih detail dalam bab-bab berikut. Genomnya merupakan DNA beruntai ganda, linear
dengan ukuran 26-45 kbp. Replikasi terjadi dalam
Survei Virus yang mengandung DNA nukleus. Pola pembelahan kompleks menghasilkan
A. PARVovIRUS mRNA. Sekurang-kurangnya 47 jenis menginfeksi
manusia, terutama di membran mukosa, dan beberapa
Virus-virus yang sangat kecil dengan ukuran partikel jenis dapat menetap dalam jaringan limfoid. Beberapa
sekitar 18-26 nm. Partikel tersebut mempunyai simetri adenovirus menyebabkan penyakit pernapasan akut,
kubik, dengan 32 kapsomer, tetapi tidak mempunyai konjungtivitis, dan gastroenteritis. Beberapa adenovirus
selubung. Genomnya merupakan DNA beruntai tunggal, manusia dapat menimbulkan tumor pada hamster yang
linear, dan berukuran 5,6 kb. Replikasi hanya terjadi di baru lahir. Ada banyak serotipe yang menginfeksi hewan
dalam sel-sel yang aktif membelah; pembentukkan kapsid (Lihat Bab 32 dan 43).
terjadi di dalam nukles sel-sei yang terinfeksi. Banyak
parvovirus yang bereplikasi secara otonom, tetapi virus E. HEPADNAVIRUS
satelit yang berkaitan dengan adenovirus bersifat cacat,
memerlukan adanya adenovirus atau herpesvirus sebagai Virus kecil (40-48 nm) yang mengandung molekul DNA
"pembantu". Parvovirus manusia B 19 bereplikasi dalam beruntai ganda sirkular yang berukuran 3,2 kbp. Partikel
sel-sel eritroid imatur dan menyebabkan beberapa akibat DNA virus mengandung untai tunggal besar. Virion yang
yang merugikan, termasuk krisis aplastik, penyakit membawa polimerase DNA mampu membuat molekul
kelima, dan kematian janin. (Lihat Bab 31 dan 32). tersebut sepenuhnya beruntai ganda. Replikasi terdiri dari
380 BAB 29

'.,':'::rir,l.:.:::::i:iiii.i:,.r !
.tt t!tl
.
:,.: :t,
l7lt,,l 11:ii'., I tt trl to
. :lL ql l-I

>l QJ.:.\
S$,: {.,: aB I > Q I
'-l
*::P r'\P r q,

:i F E:, 3'i,*
B 5S P'| : p' S I
tE,
.,lii:
t!l
::tr-:r:,.],'::, ] l'r:.:ti,.i
:,,-...:.1,'',1.:,.-
;l.i.'t ,t
I
tSds ++r i t:srkl stiEl FrttFr
{8{iittis ii{celFisisei6dsErE
. ._..:_,,..: I
i
o
trtt
'tt E
lt lltl
*Ei
.3!; lt r
r
fir
:
El r
t c
d, tcLoo
| trtr
OQ
..v
. .lr I: I tr
6 {:N
.o Z
(gG lo r Pr r 3r
g orgg 616' 'iio
cr
F, ,
I
:Jf r l gE
E cl
g Fl
JY
oo''a
.t 'r ir
o
r g ,"rggh ^
LL

ot -- 6 6 u I u o I o | - - --L1 -l u o o 6l - - - - - -
:@
<l ;iE!E t EE t E
l6h6-l-lOO66l666OOO
6C
lL
crc
..t tl Itll o>
hC

a!-E I lt tttt lo
-#.5a1 I gl- trtt fO
L: _=
F f E5l
*, \-m I
^\, I rm r, @rrN aol\n' --' 3o^. r rrrnYrN'- OE
Co
5z:*l 6 N cO <fI I N'^' _ '_jrmr ----1-o- :P

I {i,{=Ni i ::,nrs
r /\
g
:-l:-P lot-
I

5E6J:
v - F.g !l
hL/166
dN I
m.L
Kj | -
O
i co
9 y'>
l-l t- !6;
.si
f
$E i tl
II
lttl
ttl I
->o
66t
ol
c>o
c tt lltl fxY
!of
(o tt lttt '6 o:
E CorE I POi

OL C @ o 6ool9 =
I oooo I o | -sQF i lllEHE c q;
g€
_v.
CJ

.E
!Lq isn3;::;r
xr$nrH
rmm$6rNr@!?-
| 661io t o f oio-l
tNNN6tnt$;:tst;;;R3;
| -l-t-t xo .-
=
oov
!3=
^ol
d! -
(') lrN tlt tco otrd
-''-,|'rt ) c@F
c tt lrtt 356
c)
E
- i....'
l, :' .:,. :t'l .:. tt
ll
tttl
lllt
R;
obr
ts
J
rEE l^
E
(o
?0
c6 ilsRRlFgi -Rl^l
l.nmmlrfll
I
iLo
E?;-
E
rlL
::.-r'16.
l1 lllt -';>
::i,ii i,,,,t -iti.:.: Y l1 lllt c:vd
O)
c(o ll lltt c--o
I... r:,..{|t ..-.
tl
tl
llrl
llrr
s.q *
rS roE!
.._... -..i,....iu..r..r.r- .
tl llrr av
._JL
ry
o 6.-l
O) .;',:,. ;;.:1 ). rl-' c l* r=- lcl*r*r+ oo6
'-!l
O)
c
'-O
?9 i:'!r.i: lS l=r: r! E->
t tt"
'6 ur,
6Clh tff rErE rE L'Q
qoo
! .,,' - ttt
..t:,O :..:.. 0Jla6)
d6ld
r(JlooJOJ
't hl6 16
!-c
c-o
=
'7 ,,,'. . '.w.;.;tt1
It llrr
- l'-
,'y
llrr Y'o o
CJ

E ol 'to llr >o l


ol Etc lo 1l
r

I o) iio=
yc9l
::.'a;;:raE .,'i't!, ,orc | , orl or
c(o ,i < r-
:q rb | 'ctc lc N-iry
E :€ 9lrrY tcDl:ff
' ;
t=r= o
ol i! 6n>

c(o
3
:!i3
>g- c' lqJ
JrL
t.- X
ri
rcloJcro, 6t6to
r= -1rc
;LE

E5S
P>L.J
E
i:rLO I ?j
c)
SSI ocJl6 'cJt qr I or Q!*!6
rOnao>
_c F lco 1F I col co I -
J ,l':l l ::,,.,:::' l,:,:,:,!'l
t-
It.-t s.E*-e 3
't I

I
' ri-9 |
O';
*td9=
; .
-
6
I
:;' . a::ii..' :ir:::.:r l- rf9o
=
'F 6
I
r 6
r' ;:o
I
;:
X Y C.*
>b:Y
c .,t:t;,i.! L16 lic I *!
xild>c9J o O
i

lo !'r I
o! olo lEOl
.t el! oll
6,E
r€ ,-ito:J r! YoC.f
y!;1
O:- cil:
9€ ;
c
'= ';'o lln 16
,i''.t-.',,ii I voro
c trol:o:
lr Eo9:1
{U
L
:::, ",.a,',. :: lt::,:..
I
ri:E tt .EEX-:E:
l?qx=ts1
+
F
or CP
, ..t-r'.t!.,l!
...,.,
I
PEcTbgE
g.:i:filc:!
I

N i i,.':i, lri O
: l
3 50 3 ! s
o .,.';..'l:,,,,5
'-5
!, I

l< g-3 3; F a
E
a
g cc z tz :"otrOJc'
-=IrPO.'!a

.. r-"ri.::... :i.!t.r::r ri.r:, o td 9$!F9FP^d


SIFAT.SIFAT UMUM VIRUS I 381

perbaikan gap beruntai tunggal dalam DNA, transkripsi Survei Virus yang Mengandung RNA
RNA, dan transkripsi RNA terbalik untuk membuat DNA
A. PIcoRNAvIRUS
genomik. Virus terdiri dari inti nukleokapsid ikosahedral
27 nm dalam selubung yang hampir menempel yang Virus-virus bersifat resistan eter, berukuran kecii (28-30
mengandung lipid dan antigen permukaan virus. Protein nm) yang mempunyai simetri kubik. Genom RNAnya
permu.kaan secara khas dihasilkan berlebih selama merupakan untai tunggal dan positiue-sense (yaitu, dapar
replikasi virus, yang terjadi di dalam hati, dan dilepaskan berperan sebagai mRNA), dar.r berukuran 7,2-8,1+ k6.
ke dalam aiiran darah. .Hepadnavirus menyebabkan Kelompok tersebut yang menginfeksi manusia adalah
hepatitis akut dan kronik; infeksi persisten berisiko tinggi enterovirus (virus-virus polio-, coxsachie-, dan echouirus
menimbulkan kanker hati. Tiga jenis virus diketahui serta virus-virus yang tidak tergolongkan), rinovirus (lebih
menginfeksi mamalia (manusia, woodcltuchs, dan tupai dari 100 serotipe yang menyebabkan selesma), dan
tanah) dan lainnya yang menginfeksi bebek (Lihat Bal> hepatovirus (hepatitis A). Rinovirus labil dalam asam dan
35). mempunyai densitas tinggi; enterovirus stabil dalam asam
dan mempunyai densitas yang lebih rendah. Picornavirus
menginfeksi hewan dengan manifestasi penyakit kaki dan
F. HERPESvIRUS
mulut pada sapi dan ensefalomiokarditis pada hewan
Famili virus yang besar dengan diameter 150-200 nm. pengerat (Lihat Bab 36).
Nukleokapsid berdiameter 100 nm, dengan simetri kubik
dan 162 kapsomer, dikelilingi oleh selubung yang B. ASTRoVIRUS
mengandung lipid. Genomnya merupakan DNA beruntai
Ukurannya sama seperti picornavirus (28-30 nm), tetapi
ganda, linear, dengan ukuran 125 kbp sampai lebih dari
partikel memperlihatkan skema berbentuk bintang yang
240 kbp. Adanya sekuens pengulangan internal dan
jelas pada permukaannya. Genomnya merupakan RNA
terminal menghasilkan beberapa bentuk isomerik pada
beruntai tunggal, positiue+ense, linear, ukuran 7,2-7,9 kb.
DNA genomik. Virion mengandung lebih dari 30 protein.
Agen-agen tersebut dapat menyebabkan gastroenteritis
Infeksi laten dapat berlangsung sepanjang hidup pejamu,
pada manusia dan hewan (Lihat Bab 37).
biasanya dalam sel gangiia atau limfoblastoid. Herpesvirus
manusia antara lain herpes simpleks jenis 1 dan 2 (lesi
C. CALtctvtRUs
orai dan genital), virus varisela-zoster (cacar air dan herpes
zoster), sitomegalovirus, virus Epstein-Barr (mononukleosis Sama seperti picornavirus tetapi sedikit lebih besar (27-
infetr<siosa dan menyebabkan neoplasma pada manusia), 40 nrn). Partikel tampak mempunyai cekungan berbentuk
herpesvirus manusia 6 dan 7 (limfotropik T), dan mangkuk pada permukaannya. Genomnya merupakan
herpesvirus manusia 8 (menyebabkan sarkoma Kaposi). RNA beruntai tunggal, positiue-sense, berukuran 7,4-7,7
Herpesvirus lain terdapat pada banyak hewan (Lihat Bab kb; virion tidak mempunyai selubung. Patogen manusia
33 dan 43). yang penting adalah virus Norwalk, penyebab gastroenteritis
akut epidemik. Agen-agen lain menginfeksi kucing dan
singa laut serta primata (Lihat Bab 37).
G. POXvIRUS

Virus besar berbentuk ovoid atau batu bata yang D. REOVIRUS


mempunyai panjang 220-450 nm x lebar 140-260 nm x Virus-virus bersifat resistan terhadap eter, tidak
tebal 140-250 nm. Struktur partikel kompleks, dengan berselubung, berukuran sedang (60-80 nm) yang
selubung yang mengandung lipid. Genomnya merupakan mempunyai simetri ikosahedral. Partikel mempunyai dua
DNA beruntai ganda, tertutup secara kovalen, iinear, atau tiga selubung protein dengan saluran yang
dengan ukuran 130-375 kbp.Partikel poxvirus membentang dari permukaan ke inti; duri pendek
mengandung sekitar 100 protein, termasuk beberapa yang membentang dari permukaan virion. Genomnya
dengan aktivitas enzimatik, seperti polimerase RNA yang merupakan RNA bersegmen, beruntai ganda, linear
bergantung DNA (Dll,4 -dependent RNA polymerase). dengan total ukuran 1.6-27 kbp. Setiap segmen RNA
Replikasi seluruhnya terjadi dalam sitoplasma sel. Semua mempunyai ukuran berkisar dari 680 sampai 3900 bp.
poxvirus cenderung menimbulkan lesi kuiit. Beberapa Rcplikasi terjadi dalam sitoplasma; penyusunan kembali
bersifat patogenik terhadap manusia (cacar, vaksinia, segmen genom terjadi dengan mudah. Reovirus manusia
moluskum kontagiosum); beberapa yang patogenik mencakup rotavirus, yang mernpunyai gambaran
lainnya bagi hewan dapat menginfeksi manusia (cacar berbentuk seperti roda dan menyebabkan gastroenteritis.
sapi, cacar monyet) (Lihat Bab 34). Reovirus yang serupa secara antigen menginfeksi banyak
hewan. Genus Cohiuirus melipuri virtss Colorado tich feuer
pada manusia (Lihat Bab 37).
382 BAB 29

E. ARBOvIRUS tersebut memerlukan keadaan isolasi maksimum dalam


laboratorium (Lihat Bab 38).
Pengelompokkan ekologi (bukan famili virus) virus yang
mempunyai sifat fisis dan kimiawi yang beragam. Semua
virus tersebut (terdapat lebih dari 350) mempunyai siklus
l. CoRoNAvrRUs

yang kompleks yang melibatkan artropoda sebagai vektor Partikel berselubung dengan ukuran 80 sampai 220 nm
yang membawa virus ke pejamu vertebrata melalui gigitan. yang mengandung genom tak bersegmen RNA untai-
Replikasi virus tampaknya tidak membahayakan artropoda tunggal, positiue-sense, berukuran 20-30 kb; nukleokapsid
yang terinfeksi. Arbovirus menginfeksi manusia, mamalia, mempunyai diameter 10-20 nm, dan berbentuk heliks.
burung, dan ular serta menggunakan nyamuk serta Coronavirus menyerupai orthomyxovirus tetapi
sengkenit sebagai vektor. Patogen manusia adalah virus mempunyai tonjolan permukaan berbentuk daun bunga
dengue, virus demam kuning, virus ensefalitis, dan lain- yang tersusun di pinggir, seperti korona matahari.
lain. Arbovirus termasuk dalam beberapa famili virus, Nukleokapsid coronavirus berkembang dalam sitoplasma
termasuk togavirus, flavivirus, bunyavirus, rabdovirus, dan matang melalui proses budding ke dalam vesikel
arenavirus, dan reovirus (Lihat Bab 38). sitoplasma. Virus-virus tersebut mempunyai rentang
pejamu yang sempit. Kebanyakan coronavirus manusia
F. ToGAVIRUS menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas akut yang
Banyak arbovirus yang merupakan patogen manusia ringan*-"{lu"--tetapi coronavirus baru yang diidentifi kasi
utama, disebut alfavirus-serta virus rubela-masuk pada tahun 2003 menyebabkan sindrom respirasi akut
dalam kelompok ini. Virus-virus tersebut mempunyai yang berat (SARS). Torovirus, yang menyebabkan
selubung yang mengandung lipid dan bersifat sensirif erer, gastroenteritis, membentuk genus yang berbeda.
serta genomnya merupakan RNA positiue-sense, beruntai Coronavirus hewan menyebabkan infeksi persisten dan
tunggal, dengan ukuran.9,7-11,8 kb. Virion mempunyai meliputi virus hepatitis tikus serta virus bronkitis
selubung dan berukuran 50-70 nm. Pematangan partikel infeksius. burung (Lihat Bab 41).
virus melalui budding dari membran sel pejamu.
Contohnya adalah virus ensefalitis kuda timur. Virus J. RETRovIRUS
rubela tidak mempunyai vektor artropoda (Lihat Bab 38 Virus sferis berselubung (diameter 80-100 nm) yang
dan 40). memiliki genom yang mengandung salinan duplikat RNA
untai-tunggal, positiue-sense, linear dengan polaritas yang
G. FLAvIVIRUS sama seperti mRNA virus. Masing-masing RNA
Virus berselubung, berdiameter 40-60 nm, mengandung monomer berukuran 7-11 kb. Partikel mengandung
RNA positiue-sense beruntai tunggal. Ukuran genom nukleokapsid heliks dalam kapsid ikosahedral. Replikasi
bervariasi dari 9,5 kb (hepatitis C) sampai 10,7 kb bersifat unik; virion mengandung enzim reaerse
(flavivirus) sampai I2,5 kb (pestivirus). Virion matang nanscriptase yang menghasilkan salinan DNA pada genom
berkumpul dalam sisterna retikulum endoplasma. RNA. DNA tersebut menjadi bentuk sirkular dan
Kelompok arbovirus ini adalah virus demam kuning dan berintegrasi menjadi DNA kromosom pejamu. Kemudian
virus dengue. Kebanyakan anggotanya ditularkan melalui virus bereplikasi dari salinan DNA "provirus" yang
artropoda pengisap-darah. Virus hepatitis C tidak terintegrasi. Perakitan virion terjadi melalui proses budding
mempunyai vektor yang dikenal (Lihat Bab 35 dan 38). pada membran plasma. Pejamu tetap terinfeksi secara
kronis. Retrovirus tersebar luas; juga terdapat provirus
H. ARENAvIRUS endogen yang disebabkan oleh infeksi terdahulu pada sel-
Virus berselubung, pleomorfik yang mempunyai ukuran sel germinal yang ditransmisikan sebagai gen-gen yang
berkisar dari 50 sampai 300 nm. Genomnya merupakan diwariskan pada sebagian besar spesies. Termasuk dalam
RNA yang bersegmen, sirkular, untai-tunggal yang bersifat kelompok tersebut adalah virus leukemia dan sarkoma
negatiue-sense dan ambisense, total ukuran 10-14 kb. pada hewan dan manusia (lihat Bab 43), virus busa pada
Replikasi terjadi dalam sitopiasma yang perakitannya primata, dan lentivirus (virus imunodefisiensi manusia;
melalui budding pada membran plasma. Virion menyaru visna pada domba) (lihat Bab 42 dan 44). Retrovirus
dengan ribosom sel pejamu selama pematangan, yang menyebabkan sindrom imunodefisiensi didapat (AIDS)
menyebabkan partikel mempunyai gambaran "seperti (lihat Bab 44) dan memungkinkan identifikasi onkogen
pasir". Kebanyakan anggota famili tersebut bersifat unik selular (lihat Bab 43).
bagi daerah Amerika tropis (yaitu, kompleks Tacaribe).
Semua arenavirus yang patogen terhadap manusia K, ORTHoMYxoVIRUS
menyebabkan infelsi kronik pada hewan pengerat. Satu Virus berselubung 80-120 nm dengan ukuran sedang
contohnya adalah virus demam Lassa di Afrika. Virus mempunyai simetri helifts. Partikel berbentuk bundar atau
SIFAT-SIFAT UMUM VIRUS 383

filamentosa, dengan tonjolan permukaan yang mengandung dari membran sel. Kisaran pejamu virus luas. Virus rabies
aktivitas neuraminidase atau hemaglutinin. Genomnya merupakan anggota dari kelompok ini. (Lihat Bab 42)
merup akan RNA untai - tu nggal, n egatiu e - s e ns e, berse gmen,
linear, dengan total ukuran 10-13,6 kb. Setiap segmen O, PARAMYxOVIRUS

berkisar dari 900 sampai 2350 nukleotida. Heliks Serupa dengan orthomlxovirus tetapi lebih besar (150-
nukleoprotein interna berukuran 9-15 nm. Selama 300 nm). Partikelnya bersifat pleomorf. Nukleokapsid
replikasi, nukleokapsid dirakit dalam nukleus, sedangkan interna berukuran 13-18 nm, dan berat molekul RNA
hemaglutinin dan neuraminidase berkumpul di dalam y^ng negatiu e-sens e, rrdak bersegmen, untai-tunggal, dan
sitoplasma. Pematangan virus melalui budding pada linear adalah 16-20 kb. Nukleokapsid maupun
membran sel. Semua orthomyxovirus adalah virus hemaglutinin terbentuk dalam sitoplasma. Virus yang
influenza yang menginfeksi manusia atau hewan. Sifat menginfeksi manusia adalah parotitis, campak,
bersegmen genom virus menyebabkan penyusunan parainfluenza, dan virus sinsitial pernapasan. Kisaran
kembali genetik dengan cepat saat dua virus influenza pejamu virus ini sempit. Kebalikan dengan virus influenza,
menginfeksi sel yang sama, kemungkinan yang membantu paramlxovirus secara genetis stabil (lihat Bab 40).
berkembangnya angka variasi alami yang tinggi pada virus
influenza. Transmisi dari spesies iain dianggap menjelaskan P. FILovIRUS
timbulnya strain pandemi manusia baru pada virus Virus pleomorfik berselubung yang dapat tampak sangat
influenza A (Lihat Bab 39). panjang dan seperti benang. Khas mempunyai lebar 80
nm dan panjang sekitar 1000 nm. Selubung mengandung
L. BUNYAvIRUS peplomer besar. Genomnya merupakan RNA untai-
tunggal, negatiue-sense, linear, mempunyai ukuran i9,1
Partikel berselubung 80-i20 nm, berbentuk sferis atau
kb. Virus Marburg dan Eboia menyebabkan demam
pleomorfik. Genom tersusun atas RNA ambisense atau
berdarah berat di Afrika. Penanganan virus ini
negatiue-sense, untai-tunggai, sirkular, bersegmen rangkap
memerlukan kondisi isolasi maksimum (Keamanan hayati
tiga, dengan ukuran keseluruhan 11-21 kb. Partikel virion
Tingkat 4) (lihat Bab 38).
mengandung tiga nukleokapsid simetrik heliks, sirkular,
berdiameter sekitar 2,5 nm dan panjang 200-3000 nm. O. VIRUS_vIRUs LAIN
Replikasi terjadi dalam sitoplasma, dan selubung diperoleh
Informasi tidak cukup untuk membuat klasifikasi.
meialui budding ke dalam Golgi. Kebanyakan virus Kelompok virus ini adalah adalah virus hepatitis E (lihat
tersebut ditransmisikan ke vertebrata melalui artropoda
Bab 35), beberapa virus gastroenteritis (lihat Bab 37),
(arbovirus). Hantavirus ditransmisikan tidak melalui
dan agen-agen yang menyebabkan beberapa penyakit virus
artropoda t€tapi melalui hewan pengerat yang terinfeksi "lambat" atau tidak konvensional, termasuk gangguan
persisten, melalui aerosol ekskreta yang terkontamiasi.
neurologi degeneratif seperti penyakit kuru atau
Virus tersebut menyebabkan demam berdarah dan Creutzfeldt-Jakob atau scra?ie pada domba (lihat Bab 42).
nefropati serta sindrom pulmonal berat (lihat Bab 38).
R, VIROID
M. BoRNAvIRUs
Berbagai agen infeksius kecil yang menyebabkan penyakit
Virus berbentuk sferis (80-125 nm) dan berselubung. pada tanaman. Viroid adalah agen-agen yang tidak sesuai
Genomnya merupakan RNA negative-sense, tidak dengan definisi virus klasik. Virus ini adalah molekul
bersegmen, untai-tunggai, linear, dan berukuran 8,5-10,5 asam nukleat (BM 70.000-120.000) tanpa selubung
kb. Virus ini bersifat unik di antara virus-virus RNA protein. Viroid tanaman merupakan molekul RNA untai-
negatiue-sense, tidak bersegmen, replikasi dan transkripsi tunggal berbentuk sirkular tertutup secara kovalen' yang
genom virus terjadi dalam nukleus. Virus penyakit borna terdiri dari sekitar 360 nukleotida dan dengan struktur
bersifat neurotropik pada hewan; postulat hubungan seperti batang berpasangan basa tinggi. Viroid bereplikasi
penyakit ini dengan gangguan neuropsikiatri manusia dengan mekanisme baru secara keseluruhan. RNA viroid
tidak terbukti (lihat Bab 42). tidak menyandikan produk protein apa pun; mekanisme
penyakit tanaman yang berat yang disebabkan oleh viroid
N. RABDOvIRUS tidak diketahui. Sampai saat ini, viroid terdetelai hanya
Virus berselubung yang menyerupai peluru, berbentuk pada tanaman; tidak satu pun terdapat pada hewan atau
pipih pada satu ujung dan bulat pada ujung lain, berukuran ,manusia.
sekitar 75 X 180 nm. Selubung mempunyai duri
berukuran 10 nm. Genomnya merupakan RNA negatiue- s. PRroN

sense, tidak bersegmen, untai-tunggal, linear, dengan Partikel infeksius hanya terdiri dari protein tanpa asam
ukuran 13-16 kb. Partikeinya dibentuk melalui budding nukleat yang dapat dideteksi. Sangat resistan terhadap
BAB 29

inaktivasi oleh panas, formaldehid, dan sinar ultraviolet Jenis Simetri Partikel-parti kel Virus
yang menginaktifkan virus. Protein prion disandikan oleh
Mikroskop elektron, mikroskop elektron-beku, dan
gen selular tunggal. Penyakit prion, disebut "ensefalopati
teknik-teknik difralai sinar X memungkinkan terlihatnya
spongiformis yang dapat disebarkan," termasuk snapie
perbedaan-perbedaan kecil pada morfologi dasar virus.
pada domba, penyakit sapi gila, dan penyakit kuru serta
Studi simetri virus dengan mikroskop elektron standar
Creutzfeldt-Jakob pada manusia. Prion tidak tampak
memerlukan pewarnaan logam berat (misal, kalium
seperti virus (lihat Bab 42).
fosfotungstat) untuk memperjelas struktur permukaan.
Logam berat menutupi partikel virus seperti awan dan
PRINSIP STRUKTUR VIRUS memperlihatkan struktur permukaan virus berdasarkan
Virus mempunyai banyak bentuk dan ukuran. Informasi atas "pewarnaan negatif". Tingkat resolusi tipikal adalah
struktural diperlukan untuk klasifikasi virus dan 3-4 nm (Ukuran heliks ganda DNA adalah 2 nm). Namun,
menentukan hubungan fungsi-struktur protein virus. metode konvensional preparat sa-mpel sering menyebabkan
Gambaran struktural tertentu sedap famili virus ditentukan distorsi dan perubahan morfologi partikel. Mikroskop
oleh fungsi virion: morfogenesis dan pelepasan dari sel- elektron-beku menggunakan sampel virus beku cepat pada
sel terinfeksi; transmisi ke pejamu baru; dan pelekatan, es vitreosa; gambaran struktur yang kecil dipertahankan,
penetrasi, dan pelepasan seiubung pada sel-sel yang baru dan penggunaan pewarnaan negatif dihindari. Informasi
terinfeksi. Pengetahuan mengenai struktur virus akan stiuktur tiga dimensi dapat diperoleh dengan menggunakan
meningkatkan pemahaman kita terhadap mekanisme prosedur proses pencitraan komputer.
proses tertentu seperti interaksi partikel virus dengan Kristalografi sinar X dapat memberikan informasi
reseptor permukaan sel dan antibodi penetral. Hal tersebut resolusi atomik, umumnya pada tingkat 0,2-0,3 nm.
juga dapat menghasilkan rancangan rasional obat-obatan Spesimen harus kristalin, dan hanya tercapai oleh virus
antivirus yang mampu menghambat pelekatan virus, kecil dan tidak berselubung. Namun, data struktur resolusi
pelepasan selubung, atau perakitan pada sel-sel yang tinggi mungkin diperoleh pada substruktur jelas yang
rentan. disiapkan dari virus yang iebih komplela.

vPmffi
VPO

7 --.
^VP4
\ /e /
\ {f tll
\:rW,'VP2
Vr
-.,u F\
)
L'.:.\
\Jver
\\\
',1

bd
VP3

Gambar 29-2. A: Tinjauan kumpulan subunit pada picornavirus. Protein terpisah dari prekursor, seperti yang terlihat.
VP1-VP3 digambarkan dengan blok berbentuk baji (domain B-barel kapsid virus) dengan ekstensi terminal amino
dan karboksil. Ekstensi terminal amino saling mengait membentuk kerangka internal. Sebagai akibatnya, VP4 adalah
bagian dari ekstensi terminal amino VP0. Pada poliovirus dan rinovirus, GH yang menonjol pada lengkung VP1 terletak
menyilang VP2 dan VP3 seperti yang terlihat. Suatu pandangan "letusan" satu protomer diperlihatkan di kanan. B:
Pandangan permukaan poliovirus dengan orientasi yang sama seperti pada (A). (Direproduksi seizin Harrison 5C, Skehel i.i,
Wiley DC:Vlrus structure. ln. FieldsVirology,3rd ed. Fields BN et al leditorsl. Lippincott-Raven, 1996).
SIFAT-SIFAT UMUM VIRUS / 385

Sistem pengoperasian berbagai proses di dalam l:adan simetri ikosahedral, dicapai dengan subtriangulasi masing-
organik genetik memerlukan struktur virus yang terbuat masing wajah ikosahedron. Tinjauan pengemasan subunit
dari berbagai molekul satu atau sedikit protein yang pada picornavirus ditampilkan dalam Gambar 29-2.
identik. Arsitektur virus dapat dikelompokkan menjadi Kebanyakan virus yang mempunyai simetri ikosahedral
tiga jenis berdasarkan pada penyusunan subunit tidak mempunyai bentuk ikosahedral-agaknya,
morfologi: (1) simetri kubik, misai, adenovirus; (2) gambaran fisik partikel sferis.
simetri heliks, misal orthomyxovirus; dan (3) struktur Asam nukleat virus terkondensasi dalam partikel
kompleks, misal, poxvirus. isometrik; protein inti yang disandikan virus-atau pada
kasus poliomavirus dan papilomavirus, histon-histon
A. SIMETRI KUBIK selular-berperan dalam kondensasi asam nuk-leat menjadi
t'Ututan
suatu bentuk yang sesuai untuk pengemasan.
Semua simetri kubik yang diobservasi .bersama virus
pengemasan" pada asam nukleat virus terlibat dalam
hewan memiliki pola ikosahedral, penyusunan subunit
perakitan menjadi partikel virus. Ada batasan ukuran
paling efisien dalam selubung yang tertutup. Ikosahedron
pada molekul asam nukleat yang dapat dikemas menjadi
mempunyai 20 walah (masing-masing segitiga sama sisi),
kapsid ikosahedral tertentu. Kapsid ikosahedral terbentuk
12 puncak, dan aksis simetri rotasi lima kali lipat, tiga
secara terpisah dari asam nukleat. Kebanyakan preParat
kali lipat, dan dua kali lipat. Unit puncak mempunyai
virus isomerik akan mengandung beberapa partikel
lima tetangga (pentavalen), dan yang lain mempunyai "kosong" tanpa asam nukleat virus. Golongan virus DNA
enam (heksavalen).
dan RNA menunjukkan contoh-contoh simetri kubik.
Ada tepat 60 subunit identik pada permukaan
ikosahedron. Selubung virus terdiri dari beberapa 60 unit
struktural agar ukuran partikel cukup untuk enkapsidasi
B. SIMETRI HELIKS
genom virus,. Penggunaan sejumlah besar subunit protein Pada kasus simetri heliks, subunit protein terikat secara
yang secara kimiawi identik, sementara mempertahankan berkala ke asam nukleat virus, melilitkannya menjadi
suatu heliks. Kompleks protein-asam nukleat virus
filamentosa (nukleokapsid) kemudian bergulung ke dalam
selubung yang mengandung lipid. Oleh karena itu' tidak
seperti kasus struktur ikosahedral, terdapat ir.rteraksi
berkala yang reguler antara protein kapsid dan asam
nukleat virus bersimetri heliks. Partikel heliks "kosong"
tidak mungkin terbentuk.
Contoh simetri heliks ditunjukkan pada Gambar 29-
3. Virus mosaik tembakau, virus tanaman, berupa batang
kaku. Semua contoh yang dikenal pada virus hewan
bersimetri heliks mengandung genom RNA dan, dengan
pengecualian rabdovirus, mempunyai r-rukleokapsid
dililit menjadi suatu bola di dalam selubung
fleksibel yang
(Gambar 29-lB dan 29-4).

C. STRUKTUR KoMPLEKS

Beberapa partikel virus tidak memperlihatkan simetri


kubik sederhana atau heliks tetapi memperlihatkan
struktur yang lebih rumit. Misal, poxvirus berbentuk batu
bata, dengan tonjolan pada permukaan luar dan sebuah
inti serta badan lateral di bagian dalam (Gambat 29-1t
0 100 nm dan 34-1).

Gambar 29-3. Gambaran skematik virus mosaik Menentukan Ukuran virus


tembakau. Seperti yang dapat dilihat dengan potongan
lancip ke belakang, heliks RNA dihubungkan dengan Ukuran yang kecil dan mampu melewati filter yang dapat
molekul protein dalam rasio tiga nukleotida per molekul menyaring bakteri adalah sifat klasik virus. Namun,
protein. (Direproduksi seizin Mattern CFT: Structure. ln Medical karena beberapa bakteri berukuran lebih kecil daripada
Microbiology.Baron 5 [editor].Addison-Wesley. 1986. Dimodifikasi dari virus terbesar, kemampuan melewati penyaring tidak lagi
Caspar DLD: Adv Protein Chem 1963;18:37). dipandang sebagai ciri unik virus.
386 BAB 29

Metode berikut digunakan untuk menentukan ukuran pelekatan partikel virus ke sel yang peka, dan memberikan
virus dan komponen-komponennya. simetri struktural pada partikel virus.
Protein menentukan ciri antigenik virus. Respons imun
A. OBSERVASI LANGSUNG MENGGUNAKAN pelindung pejamu ditujukan untuk melawan determinan
MIKRoSKoP ELEKTRoN antigenik protein atau glikoprotein yang terpajan pada
Jika dibandingkan dengan mikroskop cahaya, mikroskop permukaan partikel virus. Beberapa protein permukaan
elektron menggunakan elektron bukan gelombang cahaya juga dapat memper'lihatkan aktivitas spesifik; misal,
dan lensa elektromagnetik bukan lensa kaca. Sinar elektron hemaglutinin virus influenza menyebabkan aglutinasi sel
mempunyai panjang gelombang lebih pendek daripada darah merah.
sinar cahaya sehingga objek yang lebih kecil daripada Beberapa virus membawa enzim-enzim (merupakan
panjang gelombang cahaya yang terlihat atau sinar protein) dalam virion. Enzim terdapat dalam jumlah sangat
ultravioler dapat tampak. Virus dapat terlihat dalam sedikit dan mungkin tidak penting daiam struktur partikel
sediaan dari ekstrak jaringan dan potongan sangat tipis virus; namun, penting untuk inisiasi siklus replikatif virus
sel-sei yang terinfeksi. Mikroskop elektron adalah metode bila virion memasuki sei pejamu. Contohnya antara lain,
yang paling sering digunakan untuk memperkirakan RNA polimerase yang dibawa oleh virus yang memiliki
ukuran partikel. genom RNA negatiue-sense (misal, orthomyxovirus,
rhabdovirus) yang diperlukan untuk menyalin mRNA
B. SEDII.{ENTASI ULTRASENTRIFUGASI pertama, dan reuerse rranscriptase, suatu enzim pada
retrovirus yang membuat salinan DNA dari RNA virus,
Jika partikel disuspensikan ke dalam suatu zat cair,
suatu langkah penting dalam replikasi dan transformasi.
partikel akan mengendap dengan kecepatan yang
sebanding dengan ukurannya. Pada ultrasentrifugasi, Contoh virus yang el.strem untuk hal ini adalah poxvirus,
kekuatan lebih dari 100.000 kali gaya gravitasi dapat yang intinya mengandung sistem transkripsional; banyak
enzim yang berbeda dikemas dalam partikel poxvirus.
digunakan untuk mendorong partikel ke dasar tabung.
Hubungan antara ukuran dan bentuk suatu partik€l dan
laju sedimentasi memungkinkan penentuan ukuran Asam Nukleat Virus
partikel. Namun, struktur fisik virus akan memengaiuhi
perkiraan ukuran yang diperoleh.
Virus mengandung satu jenis asam nukleat-DNA atau
RNA-yang menyandikan informasi genetik yang penting
C, PENGUKuRAN PERBANDINGAN (TABEL 29-I) bagi replikasi virus. Genom dapat untai-tunggal atau
ganda, sirkular atau iinear, dan bersegmen atau tidak
Untuk tujuan rujukan, data berikut sebaiknya diingat: bersegmen. Jenis asam nukleat, untai, dan ukurannya
(1) Stafilokokus memiliki diameter sekitar 1.000 nm. adalah ciri utama yang digunakan untuk menggolongkan
(2) Ukuran virus bakterial (bakteriofag) bervariasi (10- virus menjadi famili-famili (Thbel 29-1).
100 nm). Beberapa berbentuk sferis atau heksagonal dan Ukuran genom DNA virus berkisar dari 3,2 kbp
mempunyai ekor pendek atau panjang. (3) Molekul (hepadnavirus) sampai 375 kbp (poxvirus). Ukuran genom
protein representatif mempunyai kisaran diameter dari RNA virus berkisar dari sekitar 7 kb (beberapa
albumin serum (5 nm) dan globulin (7 nm) sampai picornavirus dan astrovirus) sampai 30 kb (coronavirus).
hemosianin tertentu (23 nm). Semua kelompok utama vlrus DNA dalam Tabel 29-
Ukuran relatif dan morfologi berbagai famili virus I mempunyai genom yang merupakan molekul tunggal
diperlihatkan pada Gambar 29-4. Partikel dengan DNA dan mempunyai konfigurasi linear atau sirkular.
perbedaan diameter dua kali lipat mempunyai perbedaan RNA virus ada dalam beberapa bentuk. RNA dapat
volume sebesar delapan kali lipat. Oleh karena itu, massa berupa molekul linear tunggal (misal, picornavirus). Untuk
poxvirus adalah sekitar 1.000 kali lebih besar daripada virus iain (misal, orthomyxovirus), genom terdiri dari
partikel poliovirus, dan massa bakteri kecil adalah 50.000 beberapa segmen RNA yang mungkin terikat longgar di
kali lebih besar. dalam virion. RNA yang diisolasi dari virus dengan
genom positiue-sense (yaittt, picornavirus, togavirus)
KOMPOSISI KIMIAWI VIRUS bersifat infeksius, dan molekul berfungsi sebagai mRNA
di dalam sel yang terinfeksi. RNA yang diisolasi dari
Protein Virus virus RNA negatiue-sen r/, seperti rabdovirus dan
Protein struktural virus mempunyai beberapa fungsi orthomlD(ovirus, tidak bersifat infeksius. Untuk famili
penting. Tujuan utamanya adalah mempermudah transfer virus ini, virion membawa RNA polimerase yang
asam nukleat virus dari satu sel pejamu ke sel pejamu mentranskripsi molekul RNA genom ke dalam beberapa
lainnya. Protein tersebut berfungsi untuk melindungi molekul RNA komplementer di daiam sel, masing-masing
genom virus terhadap inaktivasi oleh nukiease, membantu dapat berperan sebagai mRNA.
SIFAT-sIFAT UMUM VIRUS / 387

Virus DNA

@
Parvoviidae

@
Circoviidae

Virus RNA

ffi
ssRNA (-)

M
s #ffi
Reoviidae
Ofthomyxoviidae

%eFParamyxoviidae

s
Birnaviidae ssRNA (+) S
Filoviidae

s A
Seperti HE Caliciviidae Astroviidae
rY-
Vc.B
ffi
"SSffi& .'r>--1::;-1 ,//_7\-\\
':r
r::
1r,lt-.
tr: ,
r':]rrdt'-' ,.b:_'
(rc)
lrl,l ql:.a

100 nm Coronaviidae Arleiviidae Togaviidae

Gambar 294, Bentuk dan ukuran relatif virus"virus hewan dari famili yang menginfeksi vertebrata. Pada beberapa
diagram, struktur internal partikel tertentu digambarkan. Hanya famili-famili yang merupakan patogen manusia
yang dicantumkan dalam Tabel 29-1 dan dijelaskan dalam teks. (Direproduksi seizin van Regenmortel MHV et al leditors]: Virus
taxonomy: Classif icatlon and nomenclature of viruses. Seventh report of the lnternational Committee 0n Tax0n0my of Viruses. Academic Press, 2000.)
388 BAB 29

Sekuens dan komposisi nukleotida masing-masing pejamu, glikoprotein merupakan selublrng yang
asam nukleat virus bersifat khusus. Banyak genom virus disandikan virus. Namun, karbohicirat yang ditambahkan
telah disekuensi. Sekuens dapat memperliha*an hubungan pada glikoprotein virus sering kali menunjukkan sel
genetik di antara isolat, termasuk hubungan tak jelas pejamu tempat tumbuhnya virus.
hntara virus yang dianggap tidak terkait erat. Jumlah gen Glikoprotein permukaan pada virus berselubung
daiam virus dapat diperkirakan dari frame bacaan terbuka melekatkan partikel virus ke sel target dengan cara
yang dideduksi dari sekuens asam nukleat. berinteraksi dengan reseptor seiular. Glikoprotein tersebut
Asam nukleat virr,rs dapat ditandai dengan isi G + C- juga sering terlibat dalam langkah fusi membran pada
nya. Genom virus DNA dapat dianalisis dan dibandingkan infeksi. Glikoprotein juga merupakan antigen virus yang
menggunakan endonuklease restriksi, enzim yang penting. Karena posisinya di permukaan iuar virion,
memecah DNA pada sekuens nukleotida tertentu. glikoprotein sering kali terlibat dalam interaksi partikel
Masing-masing g.tto* akan menghasilkan berbagai pola virus dengan antibodi penetralisir. Glikosilasi yang luas
fragmen DNA yang khas setelah pemecahan dengan dapat mencegah neutralisasi efektif partikel virus oleh
enzim tertentu. Dengan menggunakan salinan DNA yang antibodi spesifik. Struktur tiga dimensi dari regio yang
diklon secara molekular dari RNA, peta restriksi juga menonjol keluar pada kedua glikoprotein membran virus
dapat dibuar untuk genom virus RNA. Uji reaksi rantai influenza (hemaglutinin, neuraminidase) berhasil diperoleh
polimerase dan teknik hibridisasi molekular (DNA ke dengan kristalografi sinar-x (lihat Gambar 39-2). Studi
DNA, DNA ke RNA, atau RNA ke RNA) memungkinkan seperti ini rnemberikan gambaran mengenai struktur
studi transkripsi genom virus di dalam sel yang terinfeksi antigenik dan aktivitas fungsional glikoprotein virus.
serta perbandingan keterkaitan virus-virus yang berbeda.
PEMBIAKAN & UJI VIRUS
Selubung Lipid Virus
Sejumlah virus yang berbeda mempunyai selubung lipid Pembiakan Virus
sebagai bagian strukturnya (misal, virus Sindbis; Gambar Banyak virus dapat ditumbuhkan dalam biakan sei atau
29-5). Lipid diperoleh ketika nukleokapsid virr-rs telur fertil dalam keadaan yang sangat terkendali.
melakukan proses budding melalui membran selular pada Pertumbuhan virus pada hewan masih digunakan untuk
proses maturasi. Budding terjadi hanya di tempat protein
spesifik virus telah dimasukkan ke dalam membran sel
pejamu. Proses budding sangat bervariasi bergantr.ing pada
cara replikasi virus dan struktur nukleokapsid. Dua
mekanisme berbeda dibandingkan pada Gambar 29-6.
Komposisi fosfolipid yang khusus dari suatu selubung
virion ditentukan oleh jenis khusus membran sel yang
terlibat dalam proses budding. Misal, herpesvirus bertunas
melalui membran inti sel pejamu, dan komposisi
fosfolipid virus yang dimurnikan menunjukkan adanya
lipid pada membran inti. Perolehan suatu membran yang
mengandung lipid merupakan langkah integral dalam
morfogenesis virion pada beberapa golongan virus (lihat
Replikasi Virus, di bawah).
Selalu terdapat protein virus yang mengalami glikosilasi
yang menonjol dari selubung dan terpajan di permukaan
luar partikel virus. Ada protein yang tidak terglikosilasi
berasal dari virus di bawah selubung yang menyatukan partikel.
Virus yang mengandung lipid sensitif terhadap
pengobatan dengan eter dan pelarut organik lain (Tabel
29-l), yangmenun.iukkan bahwa gangguan atau hiiangnya
lipid menyebabkan hilangnya kemampuan menginfeksi. Gambar 29-5. Partikel virus Sindbis. Nukleokapsid
Virus yang tidak mengandung lipid umumnya resistan ikosahedral dikelilingi oleh lapisan ganda lipid yang
terhadap eter. mengandung duri heterodimer (berbentuk buah pir) yang
tersusun seperti trimer pada permukaan virus pada kisi-
Glikoprotein virus kisi ikosahedral. (Sumbangan S Harrison; direproduksi dariSchlesinger
Selubung virus mengandung glikoprotein. Kebalikan 5, Sch lesinger MJ:Togaviridae:The viruses and their replication. ln'. Fields
dengan lipid pada membran virus, berasal dari sel Virology,3rd ed. Fields BN et al leditors]. LippincottRaven, l996).
SIFAT-SIFAT UMUM VIRUS I 389

isolasi primer virus tertentu dan studi patogenesis penyakit berubah dan mempunyai jumlah kromosom yang tidak
virus serta onkogenesis virus. Laboratorium diagnostik beraturan. Jenis biakan sel yang digunakan untuk
mencoba mengembangbiakkan virus dari sampel klinis pembiakan virus bergantung pada sensitivitas sel terhadap
untuk menentukan penyebab penyakit (lihat Bab 47). virus yang bersangkutan.
La6oratorium riset mengembangbiakkan virus sebagai
dasar untuk analisis rinci terhadap ekspresi dan replikasi A. DETEKSI SEL YANG TERINFEKSI VIRUS
vi rus.
Adanya sel-sel biakan in uitro mempermudah Multiplikasi virus dapat dipantau dengan berbagai cara:
identifikasi dan pembiakan virus yang baru diisolasi dan 1. Terjadinya efek sitopatik, yaitu, perubahan
karakterisasi virus-virus fang sebelumnya telah dikenal. morfoiogi sel-sel. Jenis efek sitopati akibat virus meliputi
Terdapat tiga jenis dasar biakan sel. Biakan primer dibuat lisis atau nekrosis sel, pembentukan inklusi, pembentukan
dengan cara memisahkan sel (biasanya dengan tripsin) sel raksasa, dan vakuolisasi sitoplasma (Gambar 29-7A,
dari jaringan pejamu yang baru saja diambil. Secara B, dan C). Kebanyakan virus menimbulkan efek sitopatik
umum, virus tidak dapat tumbuh dalam biakan selama yang nyata pada sel-sel terinfeksi yang umumnya
lebih dari beberapa masa pertumbuhan sel. Lapisan sel merupakan ciri khas golongan virus.
diploid adalah biakan sekunder yang telah mengalami 2. Gambaran protein yang disandi oleh virus, seperti
perubahan yang memungkinkan mencapai batas hemaglutinin virus influenza. Antiserum spesifik dapat
biakannya (sampai 50 masa pertumbuhan) tetapi tetap digunakan untuk mendeteksi sintesis protein virus pada
mempertahankan pola kromosom normal. Lapisan sel sel-sei yang terinfeksi.
kontinu adalah biakan yang mampu tumbuh lebih lama- 3. Adsorpsi eritrosit pada sel-sel yang terinfeksi, disebut
mungkin tak dapat ditentukan-yang berasal dari lapisan hemadsorpsi, disebabkan oleh adanya hemaglutinin yang
sel diploid atau jaringan maligna. Lapisan sel ini telah disandi virus (parainfluenza, influenza) dalam membran

E t,
,
@---@^.. RNP M

I o^"8q$
I
je8

Gambar 29-6. Dua mekanisme yang berbeda pada proses b uddingvirusyang berselubung. A: Biosintesis dan perakitan
virus sindbis. Protein struktur virus disintesis sebagai poliprotein dari satu pesan. Protein inti terlepas dari prekursor
pada stadium dini, dan polisom kemudian bergabung dengan membran untuk menyelesaikan sintesis glikoprotein,
yang dikirim kg permukaan sel. Protein inti dan RNA membentuk nukleokapsid, yang berhubungan dengan patch
glikoprotein dan memulai budding.B= Eudding virus influenza. Protein nukleokapsid (NP), protein matriks (lM), dan
glikoprotein (HA, NA) disintesis dari pesan bebas. Glikoprotein sampai di permukaan sel, dan pertunasan merupakan
coassembly pada permukaan sel glikoprotein dengan segmen M dan RNP. Segmen RNP terdiri dari RNA virus, protein
NP, dan protein polimerase. Protein sel pejamu dikeluarkan (panah). (Direproduksi seizin Harrison SC, Skehel JJ,Wiley DC:Virus
Structure. ln: Fields Virology,3rd ed. Fields BN et al leditorsl. Lippincott-Raven, 1996).
390 BAB 29

sel. Reaksi tersebut menjadi positif sebeium terlihat adanya terjadinya hemaglutinin dalam cairan embrional atau
perubahan sitopatik dan pada beberapa kasus terjadi tanpa jaringan (misal, influenza), atau timbulnya virus yang
efek sitopatik (Gambar 29-7D). infektif (misal, poliovirus tipe 2),
4. Deteksi asam nukleat spesifik virus. Uji berdasarkan
molekular seperti reaksi rantai polimerase memberikan B, PEMBENTUKAN BADAN INKLUSI
rnetode deteksi yang cepat, sensitif, dan spesifik.
Selama multiplikasi virus dalam sel, struktur spesifik virus
5. Perrumbuhan virus pada embrio telur ayam dapat yang disebut badan inklusi dapat terbentuk. Struktur
menyebabkan kematian embrio (misal, virus ensefalitis),
tersebut menjadi jauh lebih besar daripada partikel virus
tinrbulnya bercak pudh (poch) atau plak pada membran
dan sering mempunyai afinitas untuk pewarnaan asam
korioalantois (misal, herpes, cacar arr, vaksinia) ,
(misai, eosin). Badan inklusi tersebut terletak dalam
nukleus (herpesvirus; lihat Gambar 33-3), dalam
sitoplasma (poxvirus), atau keduanya (virus campak; lihat
Gambar 40-5). Pada banyak infeksi virus, badan inklusi
merupakan tempat perkembangan virion (pabrik virus).
Variasi gambaran bahan inklusi sangat bergantung pada
fiksatif jaringan yang digunakan.
Adanya badan inklusi dapat menjadi alat bantu
diagnostik. Inklusi intrasitoplasma pada sel-sel saraf-
badan Negri-patognomonik untuk rabies.

Penghitungan Virus
A. METoDE FISIS

Uji berbasis asam nukleat kuantitatif .seperti reaksi rantai


poiimerase dapat menentukan jumlah salinan genom virus
daiam suatu sampe 1. Genom infeksius maupun
noninfetraius dapat dideteksi. Variasi sekuens virus dapat
mengurangi deteksi dan penghitungan virus dengan
metode tersebut.
Sejumlah uji serologi seperti radioimrnunoassay (RIA)
dan enzyme-linhed. irnmunosorbent assalt (ELISA; lihat Bab
47) dapat distandardisasi untuk menghitung jumlah virus
dalam suatu sampel. Uji-uji tersebut tidak membedakan
partikel infei<si us den gan non infelsius dan kadan g-kadan g
mendeteksi protein virus yang tidak dibentuk menjadi
partikel.
Virus-virus terten ru mengandung protein (hemagludnin)
yang mampu mengaglutinasi sel darah merah manusia
atau beberapa hewan. Uji hemaglutinasi adalah metode
Gambar 29-7. Efek sitopatik dihasilkan pada lapisan yang mudah dan cepat untuk menghiung jenis virus ini
tunggal sel yang dibiakkan dari virus-virus yang berbeda. (lihat Bab 47). Partlkel infektif maupun noninfektif
Biakan tampak normal seperti yang diperlihatkan dalam menghasilkan reaksi tersebut; oleh karena itu, hemaglutinasi
iaboratorium, tidak terf iksasi dan tidak terwarnai (60X). mengukur kuantitas total virus yang ada.
A: Enterovirus-putaran sel secara cepat menimbulkan Partikel virus dapat dihitung secara langsung pada
kerusakan sel lengkap. B: Herpesvirus-area fokal sel- mikroskop elektron dengan membandingkan suspensi
sel bulat yang membengkak. C: Paramyxovirus-area standar partikel lateks dengan ukuran kecil yang sama.
fokal sel-sel yang mengalami fusi (sinsitia). D; Hemad- Namun, sediaan virus yang relatif terkonsentrasi
sorpsi. Eritrosit menempel pada sel-sel tersebut pada diperlukan untuk prosedur tersebut, dan partikel virus
lapis tunggal yang terinfeksi oleh virus yang menye- infelaius tidak dapat dibedakan dengan yang noninfel<sius.
babkan hemaglutinin masuk ke dalam membran plasma.
Banyak virus berselubung yang matang melalui proses B. METoDE BIoloGI
buciding dari membran sitoplasma menimbulkan
hemadsorpsi. (5umbangan lJack; direproCuksi dariWhite D0, Fenner Tujuan akhir uji biologi bergantung pada pengukuran
FJ: Medical Virology,3'd eci. Aradernic Press, 1 986). kematian hewan, infeksi hewan, atau efek sitopadk pada
SIFAT-SIFAT UMUM VIRUS / 391

biakan jaringan pada serangkaian dilusi virus yang sedang pada kecepatan yang ditentukan terutama oleh ukuran
diuji. Titer diekspresikan sebagai 50% dosis infeksius dan berat parrikel virus.
(IDr), yang berbanding terbalik dengan*dilusi virus yang Virus juga dapat dimurnikan dengan sentrifugasi
menimbulkan efek pada 50% sel-sel atau hewan-hewan kecepatan tinggi pada gradien densitas sesium klorida,
yang diinokulasi. Uji yang tepat perlu menggunakan kalium tartrat, kalium sitrat, atau sukrosa. Bahan gradien
subjek uji yang banyak. pilihan adalah bahan yang kurang toksik terhadap virus.
Uji yang paling sering digunakan untuk virus infeksius Partikel virus bermigrasi ke posisi setimbang yang densitas
adalah uji plak. Lapisan tunggal sei pejamu diinokulasi larutannya setara dengan densitasnya ringan dan
dengan pengenceran virus'yang cocok dan setelah adsorpsi membentuk pita yang dapat dilihat.
di tambahkan medium yang mengandung agar ar^tr Metode tambahan pemurnian didasarkan pada sifat
karboksimetilselulosa untuk mencegah penyebaran virus kimiawi permukaan virus. Pada kromatografi kolom,
di seluruh biakan. Setelah beberapa hari, sei yang pada virus terikat pada suatu zat seperti dietilaminoetil atau
awalnya terinfeksi menghasilkan virus yang hanya fosfoselulosa dan kemudian dielusi dengan merubah
menyebar ke sel-sel sekitar, menimbulkan area kecil konsentrasi garam atau pH. Elektroforesis zona
infeksi, atau plak. Dalam keadaan terkontrol, plak tunggal memungkinkan pemisahan partikel virus dari kontaminan
dapat berasal dari satu partikel virqs yang infelaius, disebut berdasarkan muatan. Antiserum spesifik juga dapat
unit pembentuk plak (PFU). Efek sitopatik sel-sel yang digunakan untuk memindahkan paftikel virus dari bahan-
terinfeksi dalam plak dapat dibedakan dengan sel yang bahan pejamu.
tidak terinfeksi pada lapis tunggal dengan atau tanpa Virus-virus ikosahedral lebih mudah dimurnikan
pewarnaan yang sesuai, dan plak biasanya'dapat dihitung daripada virus berselubung. Populasi virus bersifat
secara makroskopis. Rasio jumlah partikel infeksius heterogen pada ukuran dan densitasnya karena virus
terhadap jumlah total partikel sangat bervariasi, dari yang berselubung biasanya mengandung jumlah selubung
mendekati satu sampai kurang dari satu per 1000. berbeda-beda per partikel.
Virus-virus tertentu, misal, herpes dan vaksinia, Sangat sulit untuk mendapatkan virus yang benar-
membentuk bercak bila diinokulasi ke dalam membran benar murni. Sedikit bahan selular cenderung menempel
korioalantois embrio telur. Virus-virus tersebut dapat ikut termurnikan. Kriteria minimal
pada partikel dan
dihitung dengan menghubungkan jumlah bercak yang untuk kemurnian adalah gambaran homogen pada
dihitung dengan dilusi virus yang diinokulasi. mikrograf eiektron.dan kegagalan prosedur pemurnian
tambahan untuk membuang "kontaminan" tanpa
PEMURNIAN & IDENTIFIKASI VIRUS men guran gi i nfekrivi tas.

Pemurnian Partikel Virus ldentifikasi Suatu Partikel sebagai Virus


Virus murni harus tersedia agar dapat dilakukan studi- Bila sifat-sifat fisis partikel yang khas telah diperoleh,
studi yang bermakna mengenai sifat dan biologi molekular kriteria berikut harus dipenuhi sebelum diidentifikasi
agen yang diperilaa. Untuk melakukan pemurnian, bahan sebagai partikel virus:
awal biasanya merupakan medium biakan jaringan dalam (1) Partikel dapat diperoleh hanya dari sel atau jaringan
volume yang besar, cairan tubuh, atau sel-sel yang yang terinfeksi.
terinfelai. Langkah pertama sering meliputi konsentrasi (2) Partikel yang diperoleh dari berbagai sumber
pardkel virus melalui presipitasi dengan amonium sulfat, identik tanpa memandang asal sel tempat virus rumbuh.
etanol, atau polietilen glikol atau dengan ultrafiltrasi. (3) Tingkat aktivitas infektif dari sediaan bervariasi
Hemaglutinasi dan elusi dapat digunakan untuk sebanding jumlah partikel yang ada.
memekatkan orthomyxovirus (lihat Bab 39). Setelah (4) Destruksi partikel fisik yang disebabkan oleh
pemekatan, virus dapat dipisahkan dari bahan pejamu tindakan fisis atau kimiawi disertai hilangnya aktivitas
dengan sentrifugasi diferensial, sentrifugasi gradien vi rus .

densitas, kromatografi kolom, dan elektroforesis. (5) Sifat tertentu partikel dan infektivitas harus terbukti
Lebih dari satu langkah biasanya diperlukan untuk identik, misal, perilaku sedimentasinya pada uluasenuifugasi
mencapai pemurnian yang adekuat. Pemurnian awal akan dan kurva stabilitas pHnya.
membuang sebagian besar bahan nonvirus. Langkah (6) Spektrum absorpsi paftikel fisik yang dimurnikan
pertama tersebut dapat meliputi sentrifugasi; langkah pada rentang ultraviolet harus bertepatan dengan spektrum
pemurnian akhir hampir selalu memakai senrrifugasi inaktivasi ultraviolet virus.
gradien densitas. Pada sentrifugasi rate-zonal, suatu (7) Antiserum yang disediakan terhadap virus infeksius
sampel virus yang ciipekatkan dilapis pada gradien densitas harus bereaksi dengan partikel yang dimaksudkan dan
linear yang telah dibuat dari sukrosa atau gliserol, dan sebaliknya. Observasi langsung virus yang tidak dikenal
selama sentrifugasi, virus mengendap sebagai suatu pita dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskop elektron
392 BAB 29

dari agregat yang terbentuk dari campuran antiserum dan Virus dapat diawetkan dengan menyimpan pada suhu
suspensi virus kasar. di bawah titik beku, dan beberapa dapat tahan terhadap
(8) Partikel harus mampu menyebabkan penyakit yang Iipofilisasi sehingga dapat diawetkan dalam keadaan
[has secara in uiuo (jika percobaan seperti ini mudah kering pada suhu 4 ')C atau bahkan pada suhu ruangan.
d kerjakan).
i Virus yang tahan terhadap lipofilisasi lebih resistan
(9) Masuknya partikel dalam biakan jaringan harus terhadap panas bila dipanaskan dalam keadaan kering.
menyebabkan produksi progeni dengan sifat biologi dan Virus berselubung cenderung kehilangan infektivitas
0C dan
antigenik virus. setelah penyimpanan yang lama pada suhu -90
terutama sensitif terhadap pembekuan dan pencairan
berulang.
KEAMANAN LABORATORIUM
Banyak virus merupakan patogen bagi manusia, dan Stabilisasi Virus dengan Garam
infeksi yang didapat dalam laboratorim dapat terjadi. Banyak virus dapat distabilkan dengan garam pada
Prosedur laboratorium sering membahayakan jika tidak konsentrasi I mol/l; yaitu, virus tidak diinaktifi<an
mengikud prosedur y*ng ,.f"r. Di antara bahan-bahan walaupun dengan pemanasan pada suhu 50
0C selama I
berbahaya yang lazim yang mungkin memajankan perugas jam. Mekanisme garam menstabilkan sediaan virus tidak
'-"terhadap risiko infeksi adalah sebagai berikut: (l) dikerahui. Virus-virus terutama distabilkan dengan garam-
aerosol-dihasilkan akibat homogenisasi jaringan yang gararn tertentu. MgClr, I mol/I, menstabilkan picornavirus
ierinfeksi, sentrifugasi, vibrasi ultrasonik, peralatan dari dan reovirus; MgSOr, 1 mol/l mensmbilkan orthomyxovirus
kaca yang pecah; (2) ingesti-akibat memakai mulut saat dan paramyxovirus; dan NarSOo, 1 mol/l menstabilkan
menggunakan pipet, makan, atau merokok dalam herpesvirus.
laboratorium, pencucian tangan yang tidak bersih; (3) Stabilitas virus penting dalam pembuatan vaksin.
penetrasi kulit-akibat tusukan jarum, peralatan dari Vaksin polio oral yang tidak distabilkan harus disimpan
kaca yang pecah, kontaminasi tangan oieh wddah yang pada temperatur beku untuk menjaga potensinya. Namun,
bocor, penanganan jaringan yang terinfeksi, gigitan dengan penambahan garam untuk stabilisasi virus, potensi
binatang; dan (4) percikan ke dalam mata. dapat dipertahankan selama berminggu-minggu pada
Praktik keamanan hayati yang baik meliputi hal temperatur ambien bahkan pada temperatur tinggi di
berikut ini: (1) Pelatihan dan penggunaan teknik-teknik daerah tropis.
aseptik; (2) larangan menyedot dengan pipet; (3) tidak
makan, minum, atau merokok dalam laboratorium; (4) pH
menggunakan peralatan pelindung diri (pakaian, sarung
tangan, masker, dll.) yang tidak digunakan di iuar Virus biasanya stabil antara pH 5,0 dan 9,0. BeberaPa

laboratorium; (5) sterilisasi bahan-bahan buangan virus (misal, enterovirus) resistan terhadap keadaan asam.

percobaan; (6) penggunaan helm biosafety; dan (7) Semua virus dihancurkan dengan keadaan basa. Pada
imunisasi jika tersedia vaksin yang sesuai. Peringatan reaksi hemaglutinasi, variasi kurang dari satu satuan pH
tambahan dan fasilitas penahan khusus (Keamanan hayati dapat memengaruhi hasil. .
tingkat 4) diperlukan bila petugas bekerja dengan agen-
agen yang berisiko tinggi seperti filovirus (lihat Bab 38) Radiasi
dan virus rabies. Ultraviolet, sinar X, dan partikel berenergi tinggi
menginaktifkan virus. Dosis bervariasi untuk virus-virus
REAKSI TERHADAP AGEN.AGEN berbeda. Infektivitas merupakan sifat paling radiosensitif
karena replikasi memerlukan ekspresi kandungan genetik
KtMrAWl & FISIS
keseluruhan. Partikel iradiasi yang tidak mampu
Panas & Dingin bereplikasi masih mampu menunjukkan beberapa fungsi
spesifik pada sel pejamu.
Virus-virus yang berbeda memiliki stabilitas yang berbeda-
beda terhadap panas. Virus ikosahedral cenderung stabil,
lnaktivasi fotodinamik
kehilangan sedikit infektivitasnya setelah beberapa jam
pada suhu 37 0C. Virus berselubung lebih labil terhadap Virus dapat dipenetrasi sampai beberapa tingkat oleh zat
panas, secara cepat titernya turun pada 37 0C. Infektivitas warna vital seperti toluidin biru, merah netral, dan
virus umumnya dihancurkan dengan pemanasan pada 50- proflavin. Pewarnaan ini berikatan dengan asam nukleat
60 0C selama 30 menit, meskipun terdapat beberapa virus sehingga virus menjadi rentan terhadap inaktivasi
pengecualian yang perlu diingat (misal, virus hepatitis B, oleh cahaya yang dapat dilihat. Merah netral sering
poliomavirus, scrapie). digunakan untuk mewarnai uji plak sehingga plak terlihat
^gen
SIFAT-SIFAT UMUM VIRUS I 393

dengan mudah. Lempeng pengujian harus dilindungi dari Steriiisasi dapat dikerjakan dengan uap (steam) dalam
cahaya terang setelah ditambahkan merah netral; tekanan, panas kering, etilen oksida, dan radiasi gama.
meskipun demikian, terdapat risiko virus progeni akan Disinfektan permukaan meliputi natrium hipoklorit,
menjadi inaktif dan perkembangan plak akan terhenti. glutaraldehid, formaldehid, dan asam Perasetat.
i)irinf.kt"n kulit meliputi klorheksidin, 70o/o etanol, dan
Kerentanan Eter iodofor. Pembuatan vaksin dapat meliputi Penggunaan
formaldehid, B-propiolakton, psoralen + radiasi
Kerentanan ter.hadap eter dapat digunakan untuk ultraviolet, atau detergen (vaksin subunit) untuk
membedakan virus-virus yang memiliki selubung dengan
menginaktifkan virus vaksin.
yang tidak berselubung. Sensitivitas eter kelompok virus
berbeda diperlihatkan dalam Tabel 29-1.
REPLIKASI VIRUS: TINJAUAN
Detergen Virus memperbanyak diri hanya di dalam sel yang hidup.
Detergen nonionik-misal, Nonidet P40 dan Tiiton X- Sel pejamu harus menyediakan energi dan mesin sintetik
l00-melarutkan kandungan lipid pada membran virus. serta prekursor dengan berat molekul rendah untuk
Protein virus dalam selubung dilepaskan (undenatured). sintesis protein virus dan asam nukleat. Asam nukleat
Detergen anionik, misal, sodium dodeksil sulfat, juga virus membawa spesifisitas genetik untuk menyandikan
melarutkan selubung virus; selain itu, detergen semua makromolekul spesifik virus der.rgan sangat
mengganggu kapsid menjadi polipeptida terpisah. terorganisir.
Agar virus bereplikasi, protein virus harus disintesis
dengan mesin penyintesis protein sel pejamu. Oleh karena
Formaldehid
itu, genom virus harus mampu menghasilkan mRNA yang
Formaldehid menghancurkan infektivitas virus dengan dapat digunakan. Berbagai mekanisme telah diidentifikasi
bereaksi dengan asam nukleat. Virus dengan genom untai- sehingga memungkinkan RNA virus berhasil berkompetisi
runggal lebih mudah diinaktifkan daripada virus dengan dengan mRNA seluiar untuk menghasilkan sejumiah
genom untai-ganda. Formaldehid mempunyai efek protein virus yang adekuat.
samping yang minimal terhadap antigenisitas protein dan Gambaran khas muitiplikasi virus adalah, segera
oleh karena itu sering digunakan dalam pembuatan vaksin setelah berinteraksi dengan sel pejamu, virion penyebab
virus yang tidak diaktifkan. infeksi pecah dan infektivitas yang dapat diukur hilang.
Fase siklus pertumbuhan ini disebut periode eklips;
Antibiotik & Agen Antibakteri Lain lamanya bervariasi bergantung pada virus t€rtentu mauPun
sel pejamu, dan diikuti dengan interval penumpukan cepat
Antibiotik antibakterial dan sulfonamid tidak mempunyai partikel virus progeni yang infeksius. Periode eklips
efek pada virus. Namun, telah tersedia beberapa obat sebenarnya adalah salah satu aktivitas sintesis yang giat
antivirus (lihat Bab 30). karena sel dituntun untuk memenuhi kebutuhan virus
Pada umumnya, senyawa amonium emPat gugus ddak "pembajak'. Pada beberapa kasus, segera setelah asam
efektif melawan virus. Senyawa yodium organik juga nukleat virus meniasuki sel pejamu, metabolisme selular
tidak efektif. Konsentrasi klorin yang lebih besar
dialihkan semata-mata untuk sintesis partikel virus baru
diperlukan untuk menghancurkan virus daripada untuk dan sel akan dihancurkan. Pada kasus lain, proses
membunuh bakteri, terutama bila ada protein asing. metabolik sel pejamu tidak berubah secara signifikan,
Misal, penanganan klorin pada tinja yang adekuat untuk meskipun sel menyintesiq protein dan asam nukleat virus,
menginaktifkan basil tifoid tidak adekuat untuk serta sel tidak dimatikan.
menghancurkan virus poliomielitis yang ada dalam tinja. Setelah sintesis asam nukleat virus dan protein virus,
Alkohol, seperti isopropanol dan etanol, relatif tidak efektif komponen membenruk virion infeksius baru. Hasil virus
melawan virus-virus tertentu, terutama picornavirus. infeLsius per sel mempunyai rentang yang luas, dari
jumlah yang paling ringan sampai lebih dari 100.000
Metode Umum untuk Menginaktifkan Virus partikel. Durasi siklus replikasi virus juga sangat
untuk Berbagai Tujuan tervariasi, dari 6-8 jam (picornavirus) sampai lebih dari
Virus-virus dapat diinaktifkan untuk berbagai alasan: 4A jam (beberapa herpesvirus).
'lldak semua infeksi menimbulkan virus progeni baru.
untuk mensterilisasi peralatan dan perlengkapan
laboratorium, disinfeksi permukaan atau kulit, membuat Infeksi produktif terjadi pada sel permisif dan
keamanan air minum, dan membuat vaksin virus yang menyebabkan produksi virus yang infeksius' Infeksi
diinaktifkan. Berbagai Metode dan kimiawi digunakan aboriif gagal menghasilkan progeni infeksius, karena sel
untuk tujuan tersebut. mungkin bersifat tidak permisif dan tidak mampu
394 BAB 29

Sitoplasma
1
ADSORPSI Nukleus

,=,-JJo.o* &K $ ,=*=1r*.,

I /..-..--_-./ I G DNAvirus
]@pr_einsn^r
I \=-,r\
DNAvirus pELEpAsAN
eenartrnruf I tt
rr
- l-
'
/ ,--:;.,iI';::]:
\'^/v
Protein dini
I
din
mRNA virus I \SELUBUNG

Transfer
krpsid
I €G
I ;;;;""
I \./
()
protein
,,u^,Eu.
nukleus
Kapsici
: t.",",nu.u"
Protein virus
Ribosom
I
Aapsrovrrus
virus
|
| ,-=\

\__-/
-DNnvrrus
/ffiV^-''.-nuldgu5
(wp )"""
A ^qpJ,u ke
^s I
g I I
protein TRANSKRIPSI
^o"olrror, \ (protein
:intesis
laryut
dini ,r-a\
I
Kapsro) sintesis protein
t"n=ir /ffi\_
"!p"'tior.rn iffi:ffi:l
polimerase) sintesis
mRNAdini
sintesisDNAvirus \ \W/
dan mRNA lanjut

*^,'*>A A\4;*
LANJUT('WTW
\ ,,

DNr

SINTESIS DNA
DAN TRANSKRIPSI

Gambar 29-8. Contoh siklus pertumbuhan virus. Diperlihatkan siklus pertumbuhan adenovirus, virus DNA tidak
berselubung. (Direproduksi seizin Levlnson W Jawetz E: Medical Microbiology & lmmunology Examination & Board Review 6th ed. N4ccraw-Hill,
2000. Dimodifikasi dari Jawetz E, Melnlck JL, Adelberg EA: Review of Medical Microbiology,l6h ed. McGraw-Hill, 1984).

menunjang ekspresi s€mua gen virus atau karena virus A. PELEKATAN, PENETRASI, DAN
penginfelsi dapat bersifat defektif, kekurangan beberapa PELEPASAN SELUBUNG
gen virus fungsional. Infeksi laten dapat terjadi, dengan
Langkah pertama pada infeksi virus adalah pelekatan,
menetapnya genom virus, ekspresi sedikit atau tidak ada
interaksi virion dengan tempat reseptor tertentu di
gen virus, dan kesintasan sel yang terinfelai.
permukaan sel. Molekul reseptor berbeda untuk virus
'Langkah-Langkah Umum pada Siklus yang berbeda, tetapi umumnya merupakan glikoprotein.
Pada beberapa kasus, virus mengikat sekuens protein
RqplikasiVirus (misal, picornavirus) dan pada kasus yang lain oligoprotein
Virus yang berbeda mengembangkan berbagai srrategi (misal, orthomiksovirus dan paramyxovirus). Pengikatan
untuk berkembang pada sel-sel pejamu yang ditumpangi. reseptor dianggap menunjukkan homologi konfigurasional
Meskipun rinciannya bervariasi untuk mesing-masing yang terjadi kebetulan antara struktur permukaan virion
kelompok, garis besar umum siklus replikasi sama. Siklus dan komponen permukaan sel. Misalnya, virus
pertumbuhan virus DNA dibuatkan diagram pada imunodefisiensi manusia berikatan dengan reseptor CD4
Gambar 29-8. Uraian rinci dimasukkan dalam bab pada sel sistem imun, rinovirus mengikat ICAM-1, dan
berikut yang menerangkan kelompok virus spesifik. virus Epstein-Barr mengenali reseptor CD21 pada sel B.
SIFAT-SIFAT UMUM VIRUS / 395

Tabet 29-2, Jalur transkripsi asam nukleat untuk berbagai golongan virus.

+ds DNA +MRNA Kebanyakan virus DNA


(misal, herpesvirus, adenovirus)

+ss DNA tds DNA +mRNA Parvovirus

*ds RNA Tidak ada +mRNA Reovirus Virion mengandung RNA polimerase yang
mentranskripsi setiap segmen ke mRNA

+ss RNA +ds RNA +mRNA Picornavirus,togavirus, flavivirus Asam nukleat virus infeksius dan bekerja
sebagai mRNA. Untuk togavirus, +mRNA
lebih kecil juga terbentuk untuk protein
tertentu.

-ss RNA Tidak ada +mRNA Rabdovirus, paramyxovirus, Asam nukleat Virus tidak infeksius; virion
.. orthomyxovirus menganciung RNA polimerase yang
membentuk +mRNA yang lebih kecil
daripada genom. Untuk orthomiksovirus,
+mRNA ditranslasi dari setiap segmen.

+ss RNA -DNA, IDNA +mRNA Retrovirus Virion mengandung reverse trancriptase;
RNA virus tidak infeksius, tetapi DNA
komplementer dari sel yang mengalami
transformasi infeksius.
dr *rt t"', S-d4- rt = ,"t"i tunggal; -menunjukkan untai negatif; + menunjukkan untai positif; * menun,iukkan heliks yang mengandung untai positif dan
negatil.

Ada atau tidak adanya reseptor mempunyai peran penring Pelepasan selubung mungkin memerlukan pH asam dalam
yang menentukan tropisme sel dan patogenesis virus. endosom. Infektivitas virus parental hilang pada tahap
Tidak semua sel pada pejamu yang rentan akan pelepasan selubung. Virus adalah satu-satunya agen
mengekspresikan reseptor yang diperlukan; misalnya, infeksius yang harus mengalami pelarutan agen penyebab
poliovirus hanya mampu menempel pada sel di sistem infeksi dalam jalur replikatif.
saraf pusat dan saluran cerna primata. Setiap sel yang
rentan dapat mengandung sampai 100.000 temPat B, EKSPRESI GENOM VIRUS DAN
reieptor untuk virus tertentu. Langkah pelekatan dapat SINTESIS KOMPONEN VIRUS
memulai perubahan struktural irreuersible dalam virion. Fase sintetik siklus replikatifvirus terjadi setelah pelepasan
Setelah pengikatan, partikel virus masuk ke daiam selubung genom virus. Bagian penting'dalam replikasi
sel. Langkah tersebut disebut penetrasi atau penelanan. virus adalah bahwa mRNA spesifik harus ditranskripsikan
Pada beberapa sistem, peristiwa tersebut dilakukan dengan dari asam nukleat virus untuk keberhasilan ekspresi dan
endositosis diperantarai reseptor, dengan pengambilan duplikasi informasi genetik. Se telah selesai, virus
partikel virus yang teringesti di dalam endosom. Juga menggunakan komponen sel untuk mentranslasikan
terdapat contoh penetrasi langsung partikel virus yang mRNA. Berbagai golongan viru.i menggunakan jalur
melewati m€mbran plasma. Pada kasus lain, terdapat fusi berbeda untuk menyintesis mRNA yang bergantung pada
selubung virion dengan membran plasma sel. Sistem- struktur asam nukleat vir.us. Tabel 29-2 meringkaskan
sistem tersebut meliputi interaksi protein fusi virus berbagai jalur translripsi (tetapi bukan yang penting pada
dengan reseptor selular kedua atau "koreseptor" (misal, replikasi) asam nukleat berbagai golongan virus yang
reseptor kemokin untuk virus imunodefisiensi manusia)' berbeda. Beberapa virus (misal, rabdovirus) membawa
Pelepasan selubung (uncoating) terjadi bersamaan RNA polimerase untuk mensintesis mRNA. Virus RNA
dengan atau segera setelah penetrasi. Pelepasan selubung jenis ini disebut virus untai-negatif (negatiue-sense), karena
adalah pemisahan fisis asam nukleat virus dari komponen genom RNA untai tunggalnya komplementer terhadap-
struktural luar virion sehingga asam nukleat virus dapat *RNA, yang secara konvensional disebut untai positif
Qtositiue-sense). Virus untai negatif
berfungsi. Genom dapat dilepaskan sebagai asam nukleat harus menggunakan
bebas (picornavirus) atau sebagai nukleokapsid (reovirus). RNA polimerase sendiri, karena sel eukariot kekurangan
Nukleokapsid biasanya mengandung polimerase. enzim yang marnpu mensintesis mRNA tem?late RNA.
396 BAB 29

Tabel 29-3. Perbandingan strategi replikasi beberapa famili virus RNA penting.

: ,: .:- ,: :.-
t, Virug,,...',,,.' '''Vifus .tiril
,.,, Untai 'i.,,.', r.r' Untal .::

tNegatif: ' Gando "-, ,

Paramyxo.dan' .:.,.',,
Ciri khag l Picomaviridie,,ri-:': bgarliildie. r::',.. pltroviridis,r ":rlr''r.r'Ofthomyxoviridai Rhabdoviridae Reoviridte 'l

Struktur RNA genomik s5 ds

sense RNA genomik Positif Positif Positi{ Negatif Negatif


Genom bersegmen 02

RNA genomik infeksius

RNA genomik bekerja


sebagai pembawa pesan

Polimerase terkait virion +3

Pesan subgenomik

Prekursor poliprotein
rSingkatan yang digunakan; ss untai tunggal; ds untai ganda; positif sensasi yang sama seperti mRNA; negatif
= = = - komplementer terhadap mRNA; +
= menunjukkan sifat yang dimiliki famili virus tersebut; 0 = sifat yang tidak dimiliki famili virus tersebut.
'?Retrovirus mengandung genom diploid (dua salinan RNA genomik tidak bersegmen)
3Retrovirus mengandung reverse franscfllotase (polimerase DNA dependen-RNA)

Pada perjalanan replikasi virus, semua makromolekul sekuens yang dipisahkan oleh sekuens tak bersandi pada
khusus virus disintesis. pada sekuens yang sangat terarur. cetakan yang terlepas pada saat transkripsi.
Pada beberapa infeksi virus, terutama yang melibatkan Variasi paling luas dalam strategi ekspresi gen
virus yang mengandung DNA untai ganda, protein virus ditemukan pada virus yang mengandung RNA (Thbel 29-
dini disintesis
segera setelah infeksi dan protein lanjut 3). Beberapa virion membawa polimerase (ortl.romiksovirus,
dibuat hanya pada infeksi lanjut, setelah sintesis DNA reovirus); beberapa sistem menggunakan pesan
virus. Gen-gen awal dapat atau tidak dapat dihentikan subgenomik, kadang-kadang dihasilkan melalui proses
bila produk akhir dihasilkan. Sebaliknya, sebagian besar splicing (orthomyxovirus, retrovirus); dan beberapa virus
informasi genetik virus yang mengandung RNA menyintesis prekursor poliprotein besar yang diproses
diekspresikan pada waktu yang sama. Selain pengendalian dan dipecah untuk menghasilkan produk gen akhir
sementara ini, pengendalian kuantitatif juga ada, karena (picornavirus, retrovirus). Protease virus dari virus
tidak semua protein virus dibuat dalam jumlah yang sama. imunodefisiensi manusia adalah enzim yang dihambat
Protein spesifik virus dapat mengatur luasnya transkripsi oleh golongan obat yang disebut inhibitor protease.
genom atau translasi mRNA virus. Tingkat keterlibatan enzim spesifik virus pada proses
Virus hewan kecil dan bakteriofag adalah contoh yang ini bervariasi dari satu golongan dengan kelompok lain.
baik untuk studi ekspresi gen. Pengurutan nukleotida total Virus DNA yang bereplikasi dalam nukleus umunnya
pada banyak virus telah dilakukan. Keadaan tersebut menye- menggunakan polimerase RNA dan DNA sel pejamu dan
babkan ditemukannya gen-gen yang tumpang tindih yang e nzim-enzim pengolah. Virus yang le bih besar
beberapa sekuens pada DNA-nya digunakan untuk sinresis (herpesvirus, poxvirus) lebih tidak bergantung pada fungsi
dua polipeptida yang berbeda, masing-masing dengan selular dibandingkan virus-virus yang lebih kecil. Keadaan
menggunakan dua pola pembacaan berbeda atau dua tersebut merupakan salah satu alasan mengapa virus yang
molekul mRNA yang menggunakan pola pembacaan yang lebih besar lebih rentan terhadap kemoterapi antivirus
sama tetapi titik awalnya berbeda. Sistem virus (adenovirus) (lihat Bab 30)-karena lebih banyak proses yang spesifik
pertama kali menunjukl<an fenomena pengolahan mRNA virus dapat menjadi target bagi kerja obat.
yang disebut " splicin/'; pada proses tersebut sekuens mRNA Tempat intraselular yang merupakan tempat terjadinya
yang menyandikan unruk protein t€rtentu dihasilkan dari peristiwa replikasi virus yang berbeda-beda bervariasi dari
SIFAT-SIFAT UMUM VIRUS 397

Tahel 29-4. Ringkasan siklus replikasi famili-famili virus utama.

Virus-virus DNA
Parvoviridae

Polyomaviridae 48

Adenoviridae

Hepadnaviridae M-E

Herpesviridae 15-72

Poxviridae 20

Virus-virus RNA
Picornavirus 6-8

Reoviridae 15

M-P 10-24
_ Jo_g:u':9u:
Flaviviridae M-E

Retroviridae M.P

Bunyaviridae M-G 24

Orthomyxoviridae M.P 1 5-30

Paramyxoviridae M-P 10-48

Rhabdoviridae M.P 6-1 0


lTingkatanyangdigunakan: C=sitoplasma;N=nukleus;M=membran;M-G=membranGolgi; M-P=membran
plasma; M-E = membran retikulum endoplasma.
25intesis protein virus selalu terjadi dalam sitoplasma.
3Nilai-nilai yang diperlihatkan untuk durasi siklus multiplikasi adalah suatu perkiraan; kisaran menunjukkan bahwa
berbagai anggota dalam famili tertentu bereplikasi dengan kinetika berbeda. Jenis-jenis sel pejamu yang berbeda
juga memengaruhi kinetika replikasi virus.

satu kelompok dengan kelompok yang lain (Tabel 29-4). mekanisme khusus untuk pelepasan virus-virus tak
Beberapa keadaan umum mungkin terjadi. Protein virus berselubung; sel-sel yang terinfeksi akhirnya mengalami
disintesis dalam sitoplasma pada poliribosom yang terdiri lisis dan rnelepaskan partikel virus.
dari mRNA spesifik virus dan ribosom sel pejamu. Banyak Virus-virus berselubung mengalami pematangan
protein virus mengalami modifikasi (glikosilasi, asilasi, melalui proses buddizg Glikoprotein selubung spesifik
pemecahan, dll.). DNA virus biasanya direplikasi di virus dimasukkan ke daiam membran sel; nukleokapsid
dalam nukleus. Genom RNA virus umumnya digandakan virus kemudian bertunas melalui membran pada tempat
di dalam sitoplasma sel, meskipun terdapat beberapa yang dimodifikasi ini sehingga mendapatkan selubung.
pengecualian. Budding sering terjadi di membran plasma tetapi dapat
mengenai membran sel lain. Virus-virus berselubung tidak
C, MORFoGENESIS DAN PELEPASAN infeksius sampai mendapatkan selubungnya. Oleh karena
Genom virus yang baru saja disintesis dan polipeptida itu, virion progeni yang infeksius secara khas tidak
kapsid bergabung membentuk virus-virus progeni. Kapsid berkumpul di dalam sel yang terinfeksi.
ikosahedral dapat memadat pada keadaan ranpa asam Maturasi virus kadang-kadang merupakan proses yang
nukleat, sedangkan nukleokapsid virus dengan simetri tidak efisien. Jumlah komponen virus yang berlebih dapat
heliks tidak dapat terbentuk tanpa RNA virus. Tidak ada menumpuk dan terlibat dalam pembentukan badan inklusi
398 I BAB29

di dalam sel. Sebagai akibat efek merusak yang berat Untuk virus-virus yang mudah diklon, analisis sekuens
pada replikasi virus, akhirnya terjadi efek sitopatik selular dan perbandingan dengan virus-virus yang dikenal dapat
dan sel-sel mati. Namun, terdapat keadaan yang sel-selnya digunakan sebagai pengganti pendekatan yang akan
gidak rusak oleh virus dan terjadi infeksi persisten yang diuraikan di bawah untuk pemetaan genom virus.
lama (lihat Bab 30). Mekanisme yang diinduksi virus Teknik-teknik pemetaan Penyusunan uiang telah
dapat mengatur apoptosis, kejadian yang terProgram digunakan bersama dengan virus influenza A, yang
secara genetis yang menyebabkan sel-sei mengaiami mempunyai genom delapan segmen RNA, masing-masing
destruksi sendiri. Beberapa infeksi virus mernperlarnbat menyandikan untuk satu protein virus. Dalam keadaan
apoptosis dini, yang memberikan banyak waktu untuk yang sesuai, segmen'genom RNA dan polipeptida virus-
menghasiikan jumlah virus progeni yang dnggi. Selain virus influenza Ayang berbeda bermigrasi pada kecepatan
itu, beberapa virus secara aktif menginduksi apoptosis yang berbeda dalam gel poliakrilamid sehingga strain-
pada stadium lanjut yang akan mempermudah penyebaran strain dapat dibedakan. Dengan menganalisis rekombinan
virus progeni ke sel-sel baru. yang terbent uk (reass ortant) antara virus-virus infl uenza
yang berbeda, segmen RNA yang menyandikan untuk
setiap protein ditentukan.
GENETTKA VIRUS HEWAN Endonukiease restriksi dapat digunakan untuk
Analisis genetika adalah pendekatan yang sangat berguna identifikasi strain-strain spesifik virus DNA. DNA virus
untuk memahami struktur dan fungsi genom virus, diisolasi dan diinkubasi dengan suatu endonuklease
produk gennya, dan perannya pada infeksi dan penyakit' spesifik sanpai sekuens DNA yang peka terhadap
Variasi sifat virus sangat pendng bagi kedokteran manusia. nuklease terputus. Fragmen-fragmen kemudian dipisahkan
Virus-virus yang mempunyai antigen stabil pada berdasarkan pada ukuran dengan menggunakan
permukaannya (poliovirus, virus campak) dapat elektroforesis gel. Fragmen yang besar paling tertahan
dikendalikan dengan vaksinasi. Virus-virus lain yang oieh efek saringan gel sehingga hubungan terbalik antara
memiliki banyak jenis antigen (rinovirus) atau sering ukuran dan migrasi terlihat. Posisi fragmen DNA dapat
berubah (virus influenza A) sulit dikontrol dengan ditentukan berdasarkan radioautografi atau teknik
vaksinasi; genetik virus dapat membantu berkembangnya pewarnaan khusus. Teknik pemetaan fisis seperti ini
vaksin agar lebih efektif. Beberapa jenis infeksi virus sangat bermanfaat dalam membedakan jenis-jenis virus
kambuh secara berulang (virus parainfluenza) atau pada jenis virus yang tidak dapat dibiakkan (misal,
menetap (retrovirus) pada keadaan adanya antibodi dan papilomavirus).
lebih baik dikonuol oleh obat-obat antivirus. Analisis Peta fisik dapat dihubungkan dengan peta genetik jika
genetik akan membantu mengidentifikasi Proses-Proses tersedia peta genetik. Keadaan tersebut memungkinkan
spesifik virus yang mungkin merupakan target yang tepat produk gen virus dipetakan terhadap masing-masing regio
untuk perkembangan terapi antivirus. genom yang diuraikan oleh fragmen enzim restriksi.
Istilah berikut adalah dasar untuk diskusi genetikar tanskripsi mRNA di sepanjang siklus replikasi dapat
Genotipe menunjukkan konstitusi genetik organisme. diberikan ke fragmen DNA spaifik. Dengan menggunakan
Fenotipe menunjukkan sifat yang dapat dilihat pada suatu mutagen, fragmen-fragmen DNA virus yang diisolasi dapat
organisme, hasil interaksi antara genotipe dengan diubah untuk memperoleh mutasi pada regio genom
lingkungan. Mutasi adalah perubahan pada genotipe yang tertentu. Fragmen genom virus yang dihasilkan oleh reaksi
dapat diturunkan. Genom adalah jumlah gen dalam suatu rantai polimerase dapat digunakan sebagai pengganti
organisme. Virus jenis liar menunjukkan virus asal mutan fragmen enzim restriksi pada studi mutagenesis dan
dan dengan mutan yang dibandingkan; istilah mungkin Pemetaan.
tidak secara akurat menandakan virus karena diisoiasi
dalam alam. Virus segar diisolasi dari pejamu alami yang Jenis Mutan Virus
disebut sebagai isolat lapangan atau isolat primer.
Studi genetik klasik yang bermakna dengan virus hewan
memeriukan metode uji kuantitatif yang sensitif dan
Pemetaan Genom Virus
akurat, seperti uji plak untuk infektivitas virus, dan mutan
Kemajuan akhir-akhir ini pada genetika virus hewan vang yang baik (disebabkan oleh mutasi tunggai) yang secara
menggunakan teknik biologi molekular yang cePat dan muJah diberi nilai dan sangat stabil. Beberapa penanda
tepat mempermudah identifikasi produk gen virus dan yang sering digunakan meliputi morfologi plak, escape
pemetaan pada genom virus. Pemetaan biokimiawi dan antibodi atau resistansi terhadap antisera yang
?'rsis dapat dilakukan jauh lebih cepat daripada menetralisir, hilangnya protein virus, resistansi obat,
"biasanya
pemetaan genetik yang menggunakan teknik-teknik kisaran pejamu, dan ketidakmamPuan tumbuh pada
genetika klasik. temperatur yang rendah atau tinggi. Mutan dengan
SIFAT-SIFAT UMUM VIRUS I 399

penanda t€rsebut diperoieh setelah mutasi spontan, setelah mengganggu multiplikasi virus homolog tersebut. Diduga
pengobatan dengan mutagen, atau setelah perlakuan pada partikei pengganggu yang cac^t dapat berperan untuk
mutasi dengan menggunakan teknik-teknik molekular. menimbulkan dan mempertahankan infeksi persisten.
Pembuatan klon DNA rekombinan pada sekuens virus Kategori lain virus cacat adalah dibutuhkannya virus
saat ini sering digunakan untuk analisis genetik moiekular. kompeten yang tidak terkait replikasi sebagai pembantu.
Virus DNA untai-ganda paling mudah diklon, meskipun Contohnya antara lain virus-virus satelit terkait adeno
virus yang lebih besar memerlukan kloning yang tepat dan virus hepatitis D (agen delta), yang hanya bereplikasi
pada fragmen-fragmen subgenom, Genom-genom virus bila terdapat adenovirus manusia atau virus hepatitis B
RNA diklon sebagai salinan cDNA. Keadaan tersebut yang menginfeksi bersama-sama. Tidak pernah ditemukan
memungkinkan analisis genetik pada virus-virus yang isolat yang tidak cacat dari jenis virus cacat ini. Fungsi
tidak dapat dibiakkan (papilomavirus) dan virus-virus pembantu yang pentingyang diberikan oleh virus penolong
RNA (karena metode biokimiawi dan genetik tidak bervariasi, bergantung pada sistemnya.
tersedia untuk genom RNA) dan jaminan kemurnian Pseudovirus, suatu jenis partikel cacat yang lainnya,
sekuens DNA sedang dipelajari-yang menghindari mengandung DNA sel pejamu bukan genom virus. Selama
perubahan yang mungkin terjadi pada virus parental replikasi virus, kapsid kadang-kadang menyelubungi
selama replikasi pada sel-sel yang dibiakkan. Saat ini, potongan asam nukleat pejamu secara acak bukan asam
jenis mutasi yang berbeda secara teknik mungkin nukleat virus. Partikel-partikel tersebut tampak seperti
dimasukkan ke dalam tempat yang tepat dalam DNA partikei virus biasa bila diobservasi dengan mikroskop
virus yang diklon. Mutasi delesi, mutasi penghubung, elektron, tetapi mereka tidak melakukan replikasi.
dan mutasi titik berguna untuk analisis fungsional sekuens Pseudovirus secara teoretis mungkin mampu mengubah
penyandi dan unsur cis-acting virus. (transduce) asam nukleat selular dari satu sel ke sel lain.
Mutan ietal-bersyatat adalah mutan yang bersifat letal Retrovirus yang melakukan transformasi biasanya
(yaitu tidak ada virus infeksius yang dihasilkan) dalam cacat. Bagian genom virus telah dihilangkan dan
suatu keadaan-disebut keadaan tak memungkinkan digantikan dengan sebuah DNA yang berasal dari sel yang
(tidak permisif)-tetapi menghasilkan progeni normal menyandikan protein untuk transformasi. Virus-virus
yang infeksius dalam keadaan lain-disebut keadaan tersebut memungkinkan identifikasi onkogen selular (lihat
permisif. Mutan-mutan sensitif temperatur tumbuh pada Bab 43). Retrovirus lain diperlukan sebagai penolong agar
temperarur rendah (permisif) tetapi tidak pada temperarur virus yang melakukan transformasi dapat bereplikasi.
yang tinggi (tidak permisif). Mutan kisaran-pejamu
mampu tumbuh dalam satu jenis sel (sel permisif), lnteraksi antarvirus
sedangkan infeicsi abortif terjadi pada jenis lain (sel tidak
Bila dua atau lebih partikei virus menginfeksi sel pejamu
permisif). Seteiah indui<si dan isolasi satu set mutan letal
yang sama, mereka dapat berinteraksi dengan berbagai
sesuai kondisi, studi infeksi campuran dengan pasangan
cara. Partikel virus tersebut harus mempunyai hubungan
mutan dalam keadaan permisif dan tidak permisif dapat
dekat, biasanya dalam famili virus yang sama, untuk
memberikan informasi yang berkenaan dengan fungsi gen,
sebagian besar jenis interaksi agar terjadi. Interaksi
sekuens gen (pemetaan genetik), dan mekanisme replikasi
genetik menghasilkan beberapa progeni yang secara
virus pada tingkat molekular.
genetis berbeda dari kedua induknya. Progeni yang
dihasilkan sebagai akibat interaksi nongenetik serupa
Virus-Virus Cacat dengan virus parentalnya. Pada interalai genetik molekul
asam nukleat sebenarnya berinteraicsi, sedangkan produk
Virus cacat adalah virus yang tidak memiiiki satu atau
gen rerlibat pada interaksi nongenetik.
lebih gen fungsional yang diperlukan untuk replikasi virus.
Virus-virus cacat memerlukan aktivitas pembantu dari
virus lain untuk beberapa langkah replikasi atau maturasi.
A. REKoMBINASI

Satu jenis virus cacat tidak memiliki sebagian Rekombinasi menghasilkan produk virus progeni
genomnya (yaitu, mutan delesi). Tingkat kehilangan akibat (rekombinan) yang membawa ciri-ciri yang tidak
delesi dapat bervariasi dari sekuens basa yang pendek ditemukan pada kedua induknya. Mekanisme klasiknya
sampai sejumlah besar genom. Mutan delesi spontan dapat adalah rantai asam nukleat terlepas, dan sebagian genom
mengganggu replikasi virus yang homolog dan disebut induk yang satu digabungkan ke sebagian genom induk
partikel virus pengganggu yang cacat. Partikel pengganggu kedua. Virus rekombinan secara genetis stabil,
yang cacat kehilangan segmen-segmen genom esensial menghasilkan progeni seperti diri sendiri pada replikasi
tetapi mengandung protein kapsid normal; partikel (lihat Bab 39). Frekuensi virus-virus yang mengalami
tersebut memerlukan virus homolog yang infeksius sebagai rekombinasi sangat bervariasi. Pada kasus virus dengan
pembanil untuk replikasi, partikel pengganggu yang c c t genom-genom bersegmen, seperti virus influenza,
400 BAB 29

pembentukan rekombinan disebabkan oleh penyusunan "penyamaran fenotipik' atau transkapsidasi". Pencampuran
ulang setiap fragmen genom bukan akibat ke.iadian pindah tersebut bukan suatu perubahan genetik yang stabil karena,
silang, dan hal ini terjadi dengan mudah. setelah replikasi, induk yang memPunyai fenotipe
campuran akan menghasilkan progeni yang terbungkus
B. REAKTIVASI GENETIK dalam kapsid yang homolog dengan genotiPe,
Fenomena ini merupakan kasus khusus rekombinasi. Pencampuran fenotipe biasanya terjadi antara anggota
Penyelamatan penanda terjadi antara genom suatu berbeda pada famili virus yang sama; protein kapsid antar
virion aktif dan geno.m partikel virus yang mengalami campuran harus mampu berinteraksi secara tepat untuk
inaktivasi dengan beberapa cara. Bagian genom virus yang membentuk kapsid yang intak secara struktural. Namun,
tidak aktif melakukan rekombinasi dengan bagian genom pencampuran fenotipe juga dapat terjadi antar virus-virus
induk yang aktif sehingga penanda tertentu dari induk yang berselubung, dan pada kasus ini virus tidak harus
yang tidak aktif terselamatkan dan tampak pada progeni berhubungan dekat. Nukleokapsid satu virus menjadi
yang hidup. Tidak ada progeni yang dihasilkan bersifat terbungkus dalam suatu selubung yang ditentukan oleh
identik dengan induk yang tidak aktif. Progeni yang yang lain, suatu fenomena yang disebut "pembentukan
membawa penanda yang terselamatkan pada induk yang pseudotipe". Ada banyak contoh pembentukan pseudotipe
tidak aktif secara genetis stabil. pada virus-virus tumor RNA (lihat Bab 43). Nukleokapsid
Reaktivasi penggandaan terjadi ketika banyak partikel virus stomatitis vesikular, yaitu rabdovirus, mempunyai
virus yang tidak aktif berinteraksi di dalam sel yang sama kecenderungan tak lazim untuk terlibat dalam pembentukan
untuk menghasilkan virus yang hidup. Keadaan tersebut pseudotipe dengan bahan selubung virus lain yang tak
dapat terjadi bila sediaan virus yang sangat rusak berkerabat.
digunakan untuk menginfeksi sel dengan penggandaan
E. INTERFERENSI
infeksi tinggi. Rekombinasi terjadi antara asam nukleat
induk yang rusak, yang menghasilkan genom hidup yang Infelai pada biakan sel atau seluruh hewan dengan dua
dapat bereplikasi. Semakin besar kerusakan genom virus sering kali menyebabkan inhibisi penggandaan salah
parental, semakin banyak jumlah partikel tidak aktif yang satu virus, suatu efek yang disebut interferensi.
diperlukan per sel untuk memastikan informasi genom Interferensi pada hewan berbeda dari imunitas spesifik.
yang hidup. Lebih lanjut lagi, interferensi tidak terjadi pada semua
kombinasi virus; dua virus dapat menginfeksi dan
C. KoMPLEMENTASI memperbanyak diri di dalam sel yang sama efektifnya
dengan infeksi tunggal.
Komplementasi menunjukkan interaksi produk gen virus Beberapa mekanisme telah diielaskan sebagai penyebab
dalam sel yang terinfeksi oleh dua virus, salah satu atau interferensi: (1) Satu virus dapat menghambat
keduanya mungkin cacat. Keadaan tersebut menyebabkan kemampuan virus kedua untuk diadsorpsi ke sel, dengan
replikasi satu atau keduanya dalam keadaan yang biasanya menghambat reseptornya (retrovirus, enterovirus) atau
tidak akan ter.iadi replikasi. Dasar untuk komplementasi dengan menghancurican reseptornya (orthomyxovirus)'
adalah satu virus memberikan suatu produk gen kepada (2) Satu virus dapat bersaing dengan virus kedua untuk
virus kedua y^ng cacat, yang memungkinkan virus kedua mendapatkan komponen aparatus replikasi (misal,
tumbuh. Jenis genotipe kedua virus tetap tidak berubah. polimerase, faktor inisiasi transiasi). (3) Virus Pertama
Jika kedua mutan defektif pada produk gen yang sama, dapat menyebabkan sel-sel yang terinfeksi menghasilkan
keduanya tidak akan mampu melengkapi pertumbuhan inhibitor (interferon; lihat Bab 30) yang mencegah
satu sama lain. Oleh karena itu, uji tersebut
secara rutin replikasi virus kedua.
digunakan untuk mengelompokkan mutan letal bersyarat
suatu virus sebagai awal analisis biokimiawi yang detail Genom Virus sebagai Vektor
pada fungsi gen yang dimiliki oleh mutan tersebut.
A, DNA REKOMBINAN
D. CAMPURAN FENOTIPE Teknologi DNA rekombinan telah merevolusionerkan
Kasus khusus komplementasi adalah pencampuran produksi bahan-bahan biologi, hoimon, vaksin, interferon,
fenotipe, atau gabungan antara genotipe dengan fenotipe dan produk-produk gen lain. Genom virus telah
heterolog. Keadaan tersebut terjadi bila genom satu virus direkayasa agar dapat berperan sebagai vektor replikasi
bergabung secara acak dalam protein kapsid dengan virus dan ekspresi untuk gen-gen virus dan selular. Hampir
berbeda atau kapsid yang terdiri dari komponen- seluruh virus dapat dikonversi menjadi vektor jika cukup
komponen kedua virus. Jika genom terbungkus dalam dikenal fungsi replikasi, kontrol transkripsi, dan sinyal
selubung protein yang benar-benar heterolog, contoh pengemasannya cukup dikenal. Teknologi vektor virus
ekstrem pencampuran fenotipik tersebut dapat disebut didasarkan atas virus-virus DNA (SV40' parvovirus,
SIFAT-SIFAT UMUM VIRUS / 4O1

papilomavirus sapi, adenovirus, herpesvirus, virus vaksin) transmisi dari satu pejamu ke pejamu berikutnya. Cara
maupun virus-virus RNA (poliovirus, virus Sindbis, transmisi yang digunakan oleh virus tertentu bergantung
retrovirus). Masing-masing sistem mempunyai keuntungan pada sifat interaksi antara virus dan peiamu.
dan. kerugian yang berbeda. Virus-virus dapat ditransmisikan dengan cara-cara
Vektor ekspresi eukariotik tipikal mempunyai unsur- berikut: (1) Transmisi langsung dari orang ke orang
unsur pengaturan virus (pencetus atau peningkat) yang melalui kontak. Cara transmisi utama dapat melalui
mengendalikan transluipsi gen hasil klon yang diinginkan droplet atau infeksi aerosol (misal, influenza, campak,
yang terletak berdekatan, sinyal untuk terminasi yang cacat); melalui jalur fekal-oral (misal, enterovirus,
efisien dan poliadenilasi tianskripsi, dan sekuens intronik rotavirus, hepatitis A infbksius); melalui kontak seksual
yang diikat oleh donor sambungan dan tempat akseptor. (misal, hepatitis B, herpes simpleks tipe 2' virus
Terdapat sekuens yang meningkatkan translasi atau imunodefisiensi manusia); melalui kontak tangan-mulut,
memengaruhi ekspresi pada jenis sel tertentu. Prinsip tangan-mata, atau mulut-mulut (misal, herpes simpleks,
teknologi DNA rekombinan diuraikan dan digambarkan rinovirus, virus Epstein-Barr); atau dengan pertukaran
pada Bab 7. Pendekatan tersebut memungkinkan produksi darah yang terkontaminasi (misal, hepatitis B' virus
sejumlah besar antigen murni untuk tujuan vaksin. imunodefisiensi manusia). (2) Tiansmisi dari hewan ke
hewan, dengan manusia merupakan pejamu yang tidak
B. TRANSFER GEN DIPERANTARAI GEN tetap. Penyebaran dapat melalui gigitan (rabies) atau
PADA SEL MAHALIA infeksi droplet atau aerosol dari tempat tinggal yang
terkontaminasi hewan Pengerat (misal, arenavirus,
Jika secara stabil dapat dimasukkan ke daiam sel-sei
eukariotik, informasi genetik eksterna memungkinkan hantavirus). (3) Tiansmisi melalui vektor aruopoda (misal,
perbaikan cacat genetik. Misalnya, galaktosemia arbovirus, kini terutama digolongkan sebagai togavirus,
kongenital dapat diperbaiki dengan memasukkan gen flavivirus, dan bunyavirus).
galaktosidase ke dalam sel pasien. Terdapat hasil yang Sedikitnya tiga pola transmisi berbeda telah dikenal
memberikan harapan pada beberapa sistem percobaan, pada virus-virus yang dibawa oleh artropoda:
dan berbagai penelitian yang ditujukan pada perbaikan (1) Siklus manusia-artropoda Connh: Demam
gen manusia sedang dirintis. Berbagai upaya sedang kuning perkotaan (urban yellow feuer), dengue.
dilakukan untuk menggunakan terapi gen untuk memani- Artroooda
pulasi sel-sel pasien AIDS agar mereka menjadi resistan /\
ierhadap infeksi virus imunodefisiensi manusia.-Terapi Manusia Manusia
gen juga sedang dikembangkan untuk pengobatan kanker.
Tiansfer gen dengan bakteri dapat dilakukan dengan \ onrooor,
/
transformasi, transduksi faga, dan konjugasi (lihat Bab
(2) Siklus artropoda-vertebrata tingkat rendah dengan
7). Pada sel-sel eukariotik, transfer gen dilakukan dengan
transformasi, mikroinjelsi, dan transfeksi fragmen DNA infeksi tangensial pada manusia: Contoh: Demam kuning
atau genom rekombinan. Satu pendekatan yang sedang hutan, ensefalitis St. Louis. Manusia yang terinfeksi
adalah pejamu "buntu'. Mekanisme transmisi ini paling
dipelajari untuk terapi gen pada kelainan genedk manusia
adalah penggunaan vektor virus cacat yang membawa gen sering terjadi.
pengganti yang diklon. Dengan menggunakan retrovirus . Artroooda
atau sistem vektor lain, sulit untuk mengirimkan vektor /\
ke sel-sel target yang sesuai sehingga ekspresi gen yang Vertebratia Vertebrata
dimasukkan tidak dapat diprediksi. Juga kemungkinan tingkat rendah tingkat rendah
terdapat masalah inkompatibilitas imunologi pada produk
gen baru, transfer gen yang tidak diinginkan bersamaan
\/ 'Artropoda '+ Manusia
dengan yang diinginkan, efek samping yang merusak
disebabkan oleh tempat integrasi vektor, dan perubahan
(3) Siklus artropoda-artropoda dengan infeksi
regulasi ekspresi gen yang dapat merusak' manusia dan vertebrata tingkat rendah yang kadang
terjadi: Contoh: demam sengkenit Colorado, ensefalitis
LaCrosse.
RIWAYAT ALAMI (EKOLOGI) &
CARA TRANSMISI VIRUS
Ekologi adalah studi mengenai interaksi antara organisme
/i\
Manusia I
Artroooda

Vertebrata
I
yang hidup dan lingkungannya. Berbagai virus telah
mengembangkan berbagai mekanisme yang cerdik dan
L,.I
Artropoda
tingfat rendah

sering kali rumit untuk kelangsungan hidup di alam dan


BAB 29

Pada siklus tersebut, virus dapat ditransmisikan dari (sanitasi yang tidak adekuat dan tindakan pengendalian
artropoda dewasa ke anaknya melalui telur (melalui vektor, pembatasan program pencegahan, tidak adanya
ovarium); oleh karena itu, siklus dapat berlanjut dengan tenaga terlatih dalam jumlah yang memadai).
atau tanpa intervensi pejamu vertebrata yang mengandung Contoh-contoh mutakhir timbulnya infeksi virus di
virus. regio berbeda di dunia meliputi virus Lbola, penyakit
Pada vertebrata, invasi kebanyakan virus menimbulkan paru hantavirus, infeksi HIV demam berdarah dengue,
reaksi singkat yang hebat. Akibatnya bersifat menentukan. demam Lassa, dema^ Rrft Valley, dan ensefaiopati
Pejamu dapat mati atau hidup dengan menghasilkan spongiformi.s sapi.
antibodi yang menetralisir virus. Tanpa memandang hasil- Hal iain yang juga menjadi perhatian adalah
akhir, persinggahan virus aktif biasanya singkat, meskipun kemungkinan penggunaan organ-organ hewan sebagai
infeksi persisten atau laten yang berlangsung selama xenograf pada manusia. Karena jumlah organ donor
beberapa bulan sarnpai tahun dapat terjadi (hepatitis B, manusia yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan
herpes simpleks, sitomegalovirus, retrovirus). Pada vektor semua pasien yang akan ditransplantasi, xenotransplantasi
artropoda virus, hubungan biasanya sangat berbeda. Virus primata bukan manusia dan organ babi dipikirkan sebagai
menghasilkan sedikit atau tidak sama sekaii efek penyakit alternatif. Adanya perhatian mengenai kejadian yang tidak
dan tetap aktif pada artropoda sepanjang hidup alaminya. diharapkan akibat pengenalan patogen virus baru dari
Oleh karena itu, berbeda dengan vertebrata, artropoda spesies donor ke dalam manusia.
bekerja seb4gai pejamu dan reservoir permanen.

Munculnya Penyakit Virus


Karena perubahan pencapaian luas pada perilaku sosial,
teknologi, dan lingkungan-ditambah penurunan
efektivitas pendekatan sebelumnya terhadap kontrol llri*ki*b'rk-$',Fi il*il
penyakit-spektrum penyakit infeksius meluas saar ini. y.a*$-:ii,lg.l j.a:g$,uf at;

Muncul agen-agen baru, dan insiden penyakit yang


dianggap telah terkontrol meningkat seiring penyebaran
dan berkembangnya patogen. Istilah "penyakit infeksius
yang muncul" menunjukkan fenomena tersebut.
Penyakit virus timbul setelah satu dari tiga pola umum
berikut: pengenalan agen baru, peningkatan mendadak
penyakit yang disebabkan oleh agen endemik, dan invasi
populasi pejamu baru.
I(ombinasi faktor-faktor memberi kontribusi pada
terjadinya penyakit. Beberapa faktor meningkatkan
pajanan manusia pada patogen yang tidak dikenai; yang
lain untuk diseminasi infeksi lokalisata; dan yang lain
mendorong perubahan sifat virus atau resDons pejamu
terhadap infeksi. Faktor-faktornya adalah (1) perubahan
lingkungan (penebangan hutan, pembendungan arau
perubahan lain pada ekosistem air, banjir atau kemarau,
kelaparan); (2) perilaku manusia (perilaku seksuai,
penyalahgunaan obat, rekreasi di alam); (3) fenomena
sosioekonomi dan demografi (perang, kemiskinan,
pertumbuhan dan migrasi populasi, rusaknya kota); (4)
lalu lintas dan perdagangan (jalan layang, lalu lintas udara
internasional); (5) produksi makanan (globalisasi suplai
kiriman, perubahan metode pemprosesan dan pengemasan
makanan); (6) perawatan kesehatan (alat kedokteran baru,
transfusi darah, transplantasi organ dan jaringan, obat-
obat yang menyebabkan imunosupresi, penggunaan
antibiotik yang luas); (7) adaptasi mikroba (perubahan
virulensi, perkembangan resistansi obat, kofaktor pada
penyakit i<ronik); dan (B) tindakan kesehatan masy-arakar
SIFAT-SIFAT UMUM VIRUS I 4O3

KEPUSTAKAAN
Chiu W, Burnet?, RllI, Garcea RL (editors): StructuruL Biology ofViruses.
Oxford Univ Press, 1997.
Guideline for hand hygiene in health-care settings. Recommendations of
lhe Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee
and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force
Society for Healthcare Epidemiology of America/Association for
Professionals in Infection ControVlnfectious Diseases Society of
Amenca. MMWR Recomm Rep 2002;51(RR-16):1.
Knipe DM et al (edrtors): Fields Virology,4th ed. Lippincott Williams &
Wilkins,2001.
Nathanson N: The emergence ofinfectious diseases: Societal causes and
consequences. ASM News 1997;63:83.
Preventing emerging infectious diseases; a strateg-v for the 21st century.
Overuiew of the updated CDC plan MMWR Morb Mortai Wkly Rep
1998;47(RR- 15):1.

U.S. Public Health service guideline on infectious disease issues in


xenotransplantation. Centers for Disease Control and Prevention'
MMWR Recomm Rep 2001;50(RR-15):1'
van Regenmortel MHV, et al (editors): Vims tuonomy: Classification and
nomenclature of viruses. Seventh report of the International
Committee on Taxonomy of Viruses Academic Press, 2000.
Patogenesis & Pengenda lia n
Penyakit Virus

PRINSIP PENYAKIT VIRUS PATOGENESIS PENYAKIT VIRUS


Proses dasar infeksi virus adalah terjadinya siklus Untuk menimbulkan penyakit, virus harus masuk ke
replikatif virus (parsial atau komplet) pada sel pejamu. dalam pejamu, melakukan kontak dengan sel yang rentan,
Respons selular terhadap infeksi tersebut berkisar dari bereplikasi, dan menimbulkan cedera Sel. Pemahaman
tidak ada efek yang tampak sampai efek sitopatologi patogenesis virus pada tingkat molekular diperlukan
disertai kematian sel hingga hiperplasia atau kanker. untuk merancang strategi antivirus yang efektif dan
Penyakit virus adalah beberapa kelainan akibat infeksi spesifik. Banyak pengetahuan kita mengenai patogenesis
virus pada organisme pejamu. Penyakit klinis pada virus didasarkan atas hewan peraga, karena cara tersebut
pejamu memiliki tanda dan gejala yang jelas. Suatu sudah dapat dimanipulasi dan dipeiajari.
sindrom merupakan kumpulan tanda dan gejalz yang
spesifik. Infeksi virus yang tidak menimbulkan gejala apa Langkah Patogenesis Virus
pun pada hospes disebut subklinis. Bahkan, kebanyakan
Langkah spesifik yang terlibat pada patogenesis virus
infelai virus tidak menimbulkan penyakit (Gambar 30-1).
adalah sebagai berikut: masuknya virus ke dalam pejamu,
Pernyataan di bawah ini menunjukkan prinsip-prinsip
replikasi virus primer, penyebaran virus, cedera sel,
penting yang berkenaan dengan penyakit virus: (1) Banyak
respons imun pejamu, pembersihan virus atau terjadinya
infeksi virus bersifat subklinis. (2) Penyakit yang sama
infeksi virus yang persisten, dan pelepasan virus.
dapat ditimbulkan oleh berbagai virus. (3) Virus yang
sama dapat menyebabkan berbagai penyakit. (4) Penyakit
A. MASUKNYA VIRUs DAN REPLIKASI PRIMER
yang timbul tidak mempunyai hubungan dengan
morfologi virus. (5) Hasil pada setiap kasus ditentukan Agar terjadi infeksi pada pejamu, pertama-tama vlrus
oleh interaksi virus dan pejamu dan dipengaruhi oieh harus menempel dan memasuki sel pada salah satu
genetik masing-masing. permukaan tubuh-kulit, saluran pernapasan, saluran
Patogenesis virus merupakan interaksi faktor virus pencernaan, saluran urogenital, atau konjungtiva.
dan pejamu yang menimbulkan penyakit. Virus bersifat Kebanyakan virus memasuki pejamu melalui mukosa
patogen untuk pejamu tertentu jika dapat menginfeksi saiuran pernapasan atau pencernaan (Tabel 30-2).
dan menimbulkan tanda penyakit pada pejamu tersebut. Pengecualian utama adalah virus yang dimasukkan
Strain virus tertentu lebih virulen daripada strain lain langsung ke dalam aliran darah melalui jarum (hepatitis
jika sering menimbulkan penyakit yang lebih parah pada B, virus imun,rdefisiensi manusia tHIV]), melalui transfusi
pejamu meskipun kedua strain patogenik. Virulensi virus darah, atau vektor serangga (arbovirus).
pada hewan yang sehat seharusnya tidak dikacaukan oleh Virus biasarrya bereplikasi di tempat pertama masuk.
sitopatogenitas untuk sel yang dibiakkan; virus yang Beberapa virus, seperri virus influenza (infeksi pernapasan)
sangat sitosidal secara in uitro rnungkin tidak berbahaya dan rotavirus (infelai penccrnaan), menimbulkan penyakit
secara in uiuo, dan sebaliknya, virus nonsitosidal dapat di port d'enrree dan tidak harus menyebar secara sistemik.
menyebabkan penyakit yang berat. Penyakit tersebut menyebar secara lokal pada permukaan
Gambaran penting dua kategori umum penyakit virus epirel, retapi rirlak terdapat invasi jaringan di bawahnva
akut (lokal, sistemik) dibandingkan pada Tabel 30-1. atau penyebaran ke tempar yang jauh.

404
PATOGENESIS & PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS / 4O5

=
€ .&
.q
{U =.
z
x
itt c
o
X o-
o
UJ

.E
i.:iMukipl si.lE -€npattrEhat lr.,itlnfeksi ranpa :penyakit
6 .a
v :.*tryh' n:il@.irrpttL,i
:fi., klinis iinfgks,i=
:: q
{ ratvhblangtiiakbEbp ,
i'r,1, :-:aqimptomatik)
1
-o
3
b
c6 ts
>
C
6 nalananianpe I \^
\ i'alanan :
x
c
-c.
G metettat Uinfatau ,t .:t:it::-.1,,':,:,..tlit. : !anPii r,:. c,
!
i: i'ii::ll:r o-
f
l:'...:,..mernasukl qel,, 'trt ,:
: r::1.\: , infgkSi
ftri.i:r.:r.'S,:: '.-:ii:j....t. . .:.:.
(L

Konsep gunung es pada inleksi

Gambar 3O-1. Jenis respons pejamu dan selular terhadap infeksi virus. (Dimodifikasiseizin EvansAS:
Epidemiologicalconcepts.ln:EvansAS, Brachman PS Ieditors]: Bacteriallnfections of Hunans,2nd ed. Plenum, 1991).

B. PENYEBARAN VIRUS DAN TRoPISME SEL enterovirus, togavirus) atar,r berhubungan dengan jenis
sel tertentu (mis, virus campak) (Tabcl 30-3). Beberapa
Banyak virus menyebabkan penyakit di tempat yang jauh
dari tempat masuknya (misal, enrerovirus yang masuk viru.s bahkan rnemperbanyak diri dalam sel-sel tersebut.
melalui saluran pencernaan, tetapi dapat menyebabkan
Fase viremia terjadi singkat pada banyak infeksi virus.
Pada beberapa keadaan, ter.iadi penyebaran neuronal;
penyakit sistem saraf pusat). Setelah replikasi primer di
keadaan tersebut menerangkan bagaimana virus rabies
tempat masuk, virus tersebut kemudian menyebar dalam
mencapai otak untuk menyebabkan penyakit dan
pejamu (Gambar 30-2). Mekanisme penyebaran virus
bagaimana virus herpes simpleks bergerak ke ganglion
bervariasi, tetapi rute yang paling sering adalah melalui
aliran darah atau limfatik. Adanya virus dalarn darah untuk memulai infeksi laten.
disebut viremia. Virion dapat bebas di dalam plasma (mis,
Virus cenderung memperlihatk,rn spesifikasi sel dan
organ. Tiopisme sel dirn jaringan scperti ini oleh virus
tertentu biasanya menunjukkan adar-rya reseptor
permukaan sel yang spesifik untr,rk virus tersebut. Reseptor
merupakan komponen pen.r-rukaan sel yang berinteraksi
Tabel 3O-1. Gambaran penting penyakit virus akut
secara spesifik dengan suatu daerah di permukaan virus
(kapsid atau selubung) untuk memuiai inlelai. Il.eseptor
adalah konstituen sel yang berfungsi pada metabolisme
Contoh penyakit Respirasi Campak selular normal tempi juga memiliki afinitas untuk virus
spesifik (rhinovirus) tertentu. Pada banyak kasus, sifat kimiarvi reseptor virus
Tempatpatologi Port.d'entree Tempat yang jauh tidak diketahui.
Iiaktor l'ang mcmer-rgaruhi ekspresi gen virus
Periode inkubasi Relatif singkat Relatif lama merupakan determinan penting pada tropisme sel. Daerah
Viremia Tidak ada Ada enltancer yang menunjukkan beberapa spesifikasi jenis
sel dapat mengatur transkripsi gen virus. Sebagai contoh,
Durasi imunitas Bervariasi-dapat Biasanya seumur enltancer poliomavirus JC lebih aktif pada sel glia daripada
singkat hidup jenis sel lain.
Peran antibodi Biasanya penting Biasanya tidak Mekanisme lain yang menentukan tropisme jaringan
sekretoris (lgA) penting melibatkan enzim proteolitik. Paramlxovirus tertentu
pada resistansi tidak infeksius sampai selubung glikoprotein mengalami
406 BAB 30

Tabel 3O-2. Jalur umum infeksi virus pada manusia.

Saluran pernapasan Parvovi rus 819

Adenovirus Sebagian besar jenis

Herpesvi rus Virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks Virus varisela

Poxv i ru s Virus cacar air

Picornavi rus Rh in ovirus Beberapa enterovirus

Virus Rubela
I"g1i::
Coron avi rus Sebagian besar jenis

9th_'ivli"'ju: _ yi:ul':fluln:u-
Paramyxovirus Virusparainfluenza,virussinsitial Virus campak, virus gondong
perna pasan

Mulut, saluran Adenovirus Beberapa jenis


pencernaan
Herpesvirus Virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks 5itomegalovirus
Picornavirus Beberapa enterovirus, termasuk
poliovirus dan virus hePatitis A

Reovi rus Rotavi rus

Kulit
Trauma ringan Papilomavirus Sebagian besar jenis

Herpesvirus Virus herpes simpleks

Poxvirus Virus moluskum kontangiosum, virus orf

5u ntika n Hepadnavirus Hepatitis B

Herpesvi rus Virus Epstein-Barr, sitomegalovirus

Retrovirus Virus imunodefisiensi manusia

Gig itan Togavirus Banyak spesies, termasuk virus


ensefalitis kuda timur

Flavivirus Banyak spesies, termasuk virus


demam kuning

Rhabdovirus Virus rabies

pemecahan proteolitik. Replikasi virus yang berulang tidak C. CEDERA SEL DAN PENYAKIT KLINIS
akan terjadi pada jaringan yang tidak mengekspresikan Destruksi sel yang terinfeksi virus pada jaringan target
enzim pengaktif yang sesuai. dan perubahan fisiologi yang terjadi pada pejamu akibat
Penyebaran oleh virus dapat ditentukan sebagian oleh cedera jaringan sebagian menyebabkan timbulnya
gen virus spesifik. Studi terhadap reovirus memperlihatkan penyakit. Beberapa jaringan, sePerti epitel usus, secara
bahwa luasnya penyebaran dari saluran Pencernaan cepat dapat beregenerasi dan menahan kerusakan yang
ditentukan oleh salah satu protein kapsid luar. Iuas lebih baik daripada organ lain, misalnya otak.
Beberapa efek fisiologi dapat disebabkan oleh gangguan
nonletal terhadap fungsi khusus sel, seperti hilangnya
PATOGENESIS & PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS I 407

lnfluenza (pernapasan)
Rotavirus (saluran
Kondiloma (kulit)

--+ Gerakan virion


c+ Tempat pelepasan
+ Tempat replikasi
yang mungkin

Limpa + Pembuluh darah +


(endotel)

(viremiu
""r.ffi

-4
^*''*$
*ffi", @
dan mulut + Kulit + Kelenjar liur +, ginjal +
$ pelepasan S
f:oFl lffi'l"*,-l re"qp"k
-l
lRabies I I'Gondons I

campak (SSPE) Sitomesalovirus


I I I I

Gambar 3O-2, Mekanisme penyebaran virus melaluitubuh pada infeksi virus manusia, + menunjukkan kemungkinan
tempat replikasi virus; panah besar menunjukkan tempat pelepasan virus, dengan contoh ilustratif penyakit yang
memiliki jalur ekskresi yang penting. Transfer dari darah melaluitransfusi pada hepatitis B dan gigitan nyamuk pada
infeksi arbovirus tertentu. (Dimodlfikasi dan direproduksi seizin Mims CA,White D0: Viral Pathogenesis and lnnunology.Blackwdl, 1984).

D. PENYEMBUHAN DARI INFEKSI


produksi hormon. Penyakit klinis dari infeksi viral
merupakan akibat rangkaian kejadian yang kompleks dan Pejamu dapat meninggal atau sembuh dari infeksi virus.
banyak.faktor y^ng menentukan dera.iat penyakit tidak Mekanisme penyembuhan melibatkan imunitas selular
diketahui. Gejala umum yang disebabkan oleh banyak dan humoral, interferon dan sitokin lain, serta
infeksi virus, seperti malaise dan anoreksia, dapat kemungkinan faktor pertahanan pejamu yang lain.
disebabkan oleh unsur respons pejamu seperti produksi Kepentingan relatif masing-masing komponen berbeda
sitokin. Penyakit klinis adalah indikator yang tidak sensitif dengan virus dan penyakit.
pada infelai virus; infeksi subklinis akibat virus sangat Kepentingan faktor pejamu dalam memengaruhi hasil
sering terjadi. infeksi virus digambarkan melalui insiden vang terjadi
408 BAB 30

Tabel 3O-3. Penyebaran virus melalui aliran darah.l yang diperlukan untuk mengindulsi imunitas selular dan
humoral spesifik.
Komponen selular maupun humoral pada respons
imun terlibat dalam pengendalian infeksi viral. Respons
jaringan terhadap virus berbeda dari respons terhadap
Limfosit Virus Epstein-Barr, Virus gondong,
bikteri patogen. Leukosit polimorfonuklear membentuk
sitomega lovirus, campak, rubela,
virus hepatitis B, virus imunodefisiensi respons selular utama terhadap radang akut yang
virus JC, virus BK manusia disebabkan oleh bakteri piogenik, sedangkan infiltrasi
sel mononuklear dan limfosit menandai reaksi radang
Monosit- Sitomegalovirus Poliovirus, virus
pada lesi virus yang tidak mengalami komplikasi.
makrofag imunodef isiensi
manusia, virus Protein yang dikode virus berperan sebagai arget bagi
campak respons imun. Sel yang terinfeksi virus dapat dilisiskan
oleh limfosit sitotoksik T akibat polipeptida virus pada
Neutrofil Virus influenza permukaan sel dikenali. Imunitas humoral melindungi
Sel darah merah Parvovirus 819 Colorado tick fever pejamu terhadap reinfeksi oleh virus yang sama. Antibodi
virus penetralisir yang ditujukan untuk melawan protein kapsid
menghambat inisiasi infeksi virus, kemungkinan pada
Tidak ada Togavirus,
(bebas di dalam picornavirus tahap pelekatan atau pelepasan pembungkus luar.
plasma) Andbodi IgA sekretoris penting untuk melindungi saluran
pernapasan atau pencernaan terhadap infeksi virus.
'Dimodifikasi dari Tyler KL, Fields BN: Pathogenesis of viral infections. ln:
FieldsVirology,3rd ed. Fields BN et al (editors). Lippincott-Raven, 1996. Ciri khas virus tertentu yang khusus dapat sangat
memengaruhi respons imun pejamu. Beberapa virus
menginfeksi dan merusak sel sistem imun. Contoh yang
pada tahun l94}-an yaitu saat 45.000 anggota tentara paling dramatis adalah retrovirus manusia mengakibatkan
disuntik vaksin virus demam kuning yang terkontaminasi sindrom imunodefisiensi didapat (AIDS) yang menginfel<si
virus hepatitis B. Meskipun para personel tampaknya limfosit T dan menghancurkan fungsinya (lihat Bab 44).
menjadi subjek terhadap pajanan yang dapat diban- Jenis gangguan imunopatologi ditemukan pada orang
dingkan, hepatitis klinis hanya terjadi pad,a 2o/o (914 yang diimunisasi dengan vaksin yang mengandung virus
kasus) dan hanya 4o/o yang mengalami penyakit serius. sinsitial pernapasan atau campatr< yang dimatikan (tidak
Pada infeksi akut, penyembuhan disebabkan hilangnya digunakan lagi). Beberapa orang mengalami respons imun
virus. Namun, ada saatnya ketika pejamu temp terinFelai yang tidak lazim yang menyebabkan konsekuensi serius
oleh virus. Infeksi jangka panjang tersebut diuraikan di bila kemudian terpajan pada virus yang secara alami
bawah. infeksius. Demam berdarah dengue dengan sindrom
syok, yang terjadi pada orang yang pernah sedikitnya
E. PELEPASAN VIRUs sekali terinfeksi dengan serotipe dengue lain sebelumnya,
Tahap akhir patogenesis adalah pelepasan virus infeksius mungkin merupakan manifesrasi yang teriadi secara alami
ke lingkungan. Tahap tersebut merupakan langkah penting pada jenis imunopatologi yang sama.
untuk mempertahankan infeksi virus pada populasi Efek merugikan potensial lain dari respons imun
pejamu. Pelepasan biasanya terjadi dari permukaan tubuh adalah timbulnya autoantibodi. Jika antigen virus untuk
tempat masuknya virus (Gambar 30-2). Pelepasan terjadi menimbulkan antibodi yang secara kebetulan mengenali
pada stadium penyakit yang berbeda bergantung pada determinan antigenik pada protein selular dalam jaringn
agen tertentu yang terlibat. Keadaan tersebut merupakan normal, cedera selular atau hilangnya fungsi yang tidak
waktu seseorang yang terinfeksi bersifat infeksius. Pada terkait dengan infeksi virus dapat terjadi. Besarnya
masalah potensial ini pada penyakit manusia saat ini ddak
beberapa infelsi virus, seperti rabies, infeksi yang terjadi
di manusia berakhir dengan kematian, dan pelepasan diketahui.
virus tidak terjadi. Virus telah mengembangkan berbagai cara untuk
menekan atau menghindar dari respons imun pe.iamu
Respons tmun Pejamu sehingga dapat terhindar dari eradikasi. Sering kali,
protein virus yang terlibat dalam pengaturan resPons
Mekanisme pertahanan pejamu yang tidak spesifik pejamu tidak penting untuk pertumbuhan virus pada
biasanya diperoleh segera setelah infeksi virus. Respons kultur jaringan dan sifatnya hanya disadari pada percobaan
yang paling menonjol di antara respons "nonimun" adalah patogenesis pada hewan- Virus dapat menginfeksi sel
induksi interferon (lihat di bawah). Respons tersebut sistem imun dan menghilangkan fungsinya (HIV), juga
membantu menghambat pertumbuhan virus selama waktu dapat menginfeksi neuron yang menunjukkan sedikit
PATOGENESIS & PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS I 4O9

MHC kelas I MHC kelas i (herpesvirus),


atau tidak ada oleh makrofag hati dan limpa. Virus memperbanyak diri
atau dapat mengode protein imunomodulatoris yang secara cepat di kedua organ. Setelah pelepasan dari hati
menghambat fungsi MHC (adenovirus). Virus dapat dan limp,a, virus bergerak melalui aliran darah dan
melqkukan mutasi dan mengubah tempat antigenik pada menetap di lapi.san epidermis basal kulit, pada sel
protein virion (virus influenza) atau dapat mengatur turun konjungtiva, dan dekat folikel kelenjar di usus. Virus
tingkat ekspresi protein permukaan sel virus (herpesvirus). kadang-kadang juga menetap di sel epitel ginjal, paru,
kelenjar submaksila, dan pankreas. Lesi primer terjadi
Perbandingan Patogenesis Penyakit Virus di tempat masuknya virus. Lesi tersebut tampak seperti
pada Kulit & Sistem Saraf Pusat pembengkakan terlokalisasi yang ukurannya dengan cepat
bertambah, menjadi edematous, ulserasi, dan berlanjut
Patogenesis mtusepox, suatu penyakit pada kulit, dan ke pembentukan parut. Ruam generalisata yang terjadi
poliomielitis manusia, suatu penyakit sistem saraf pusat, berperan melepaskan sejumlah besar virus ke lingkungan.
dijelaskan dalam Gambar 30-3. Kedua virus ini Pada poliomielitis, virus masuk melalui saluran
memperbanyak diri di tempat primer port d'entree pencernaan, memperbanyak diri lokal di tempat awal
sebeium penyebaran sistemik ke organ-organ target. implantasi virus (tonsil, plak peyeri) atau kelenjar getah
Pada mousepox, virus masuk ke dalam tubuh melalui bening yang memberikan aliran ke jaringan tersebut dan
abrasi kecil di kulit dan memperbanyak diri di sel mulai tampak di tenggorokan dan feses. Penyebaran virus
epidermis. Pada waktu yang sama, virus tersebut dibawa sekunder terjadi melalui aliran darah ke jarit.rgan rentan
aliran limfatik ke kelenjar getah bening regional, rempat lainnya-secara spesifik, kelenjar getah bening lain, lemak
multiplikasi juga terjadi. Beberapa partikel virus coklat, dan sistem saraf pusat. Dalam sistem saraf pusat,
memasuki darah melaiui aliran limfatik eferen diambii virus menyebar di sepanjang serabut saraf. Jika terjadi

Kulit: Usus kecil:


invasi INVASI
Multiplikasi multiplikasi

Kelenjar getah bening regional


Kelenjar getah bening mesenterik
multiplikasi multiplikasi
Aliran darah: I

viremia primer Aliran darah:


viremia primer
I
Limpa dan hati I

multiplikasi Lokasi utama


multiplikasi

I
Gambaran
Aliran darah: antibodi awal
viremia sekunder I

SSP:
Kulit: invasi
multiplikasi fokal multiplikasi
penyebaran
Antibodi intraneural
dalam serum
/
Pencemaran
pada lingkungan
w" Rq

Kadar tinggi antibodi


dalam serum

Paralisis

Ekskresi
Ruam berat, dalam feses
ulserasi
Mousepox Poliomielitis manusia

Gambar 3O-3. llustrasi skematik patogenesis mousepox dan poliomielitis (Dimodifikasi dari F Fennert).
410 BAB 30

multiplikasi tingkat tinggi bersamaan dengan penyebaran Infeksi subklinis atau tak tampak adalah infeksi yang
virus melalui sistem saraf pusat, neuron motorik tidak memperlihatkan tanda jelas adanya infeksi.
dihancurkan dan terjadi paralisis. Pelepasan virus ke Infeksi kronik terjadi akibat sejumlah virus hewan,
lingkungan tidak bergantung pada penyebaran virus dan persistensi pada keadaan tertentu bergantung pada
sekunder ke sistem saraf pusat. Penyebaran ke sistem usia pejamu saat terinfeksi. Misalnya pada manusia,
saraf pusat dapat dicegah dengan adanya antibodi yang infelai virus rubela dan sitomegalovirus yang didapar in
diinduksi oleh infeksi sebelumnya atau vaksinasi. utero secara khas mengakibatkan persistensi virus yang
mempunyai durasi terbatas, mungkin karena ber-
kembangnya kapasitas imunologi untuk bereaksi terhadap
PersistensiVirus: lnfeksi Virus Kronik &
Laten infeksi seiring bertambahnya usia bayi. Bayi yang
terinfeksi virus hepatitis B sering kali infeksinya menetaP
infeksi virus biasanya swasirna. Namun, kadang virus (karier kronik); kebanyakan merupakan carrier
menetap untuk periode yang lama dalam pejamu' asimtomatik (lihat Bab 35). Pada infeksi kronik oleh virus
Interaksi pejamu-virus jangka panjang dapat terjadi dalam RNA, popuiasi virus sering mengalami banyak perubahan
beberapa bentuk. Infeksi kronik adalah infeksi yang genetik dan anrigenik.
virusnya secara kontinu dapat dideteksi, sering pada kadar Herpesvirus secara khas menimbulkan infeksi laten.
rendah; gejala klinis dapat ringan atau tidak terlihat' Virus herpes simpleks masuk ganglion sensorik dan
Infeksi laten adalah infeksi yang virusnya kebanyakan menetap dalam keadaan tidak infeksius (Gambar 30-11).
menetap dalam bentuk samar atau kriptik. Penyakit klinis ltrdapat reaktivasi periodik selama lesi yang mengandung
dapat timbul serangan akut intermiten; virus infeksius virus infeksius tampak di perifer (misal, demam bisul).
dapat ditemukan selama timbulnya serangan tersebut. Virus cacar air (varisela-zoster) juga bersifat laten di

Neuron di ganglion
radiks dorsal
Mrus laten

(A-A) Medula spinalis

J
t"
,
Virus berpindah
ke atas melewati
saraf tepi
Faringitis ringan
atau stomaiitis Cacar air

Demam [Jsia
Sinar matahari ke wajah Radiasi sinar x
(belerja nelalui penekanan CMI)
Menstruasi
Potongan saraf pada * Medula spinalis

Sariawan Zoster (shlngle)


Virus berpindah ke bawah
melewati saraf tepi
@
Gambar 3O-4. lnfeksi laten oleh herpesvirus. Contoh diperlihatkan untuk virus herpes simpleks maupun virus varisela-
zoster. lnfeksi primer terjadi pada masa anak-anak atau remaja, diikuti penetapan virus laten di serebrum atau
ganglia spinalis. Aktivasi yang kemudian terjadi menyebabkan herpes simpleks atau zoster rekuren. Rekurensijarang
ierlaal untuk zoster. (Direproduksi seizin Mims CA, White D0: Virat Pathogenesis and lmmunology. Blackwell, 1984)
PATOGENESIS & PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS I 411

ganglion sensorik. ltekurensi jarang dan terjadi bertahun- penyakit degeneratif progresif sistem sara{: pusat manttsia
tahun kemudian, biasanya setelah penyebaran pada saraf (lihat Bab 42). Conroh berbagai jenis inleksi virus
rcpi (shingle). Anggota lain famili herpesvirus juga persisten disajikan dalam Gambar 30-5.
menyebabkan infeksi laten, termasuk sitomegalovirus dan Enselalopati spongiformis adalal.r sekelompok infeksi
virus Epstein-Barr. Semua virus dapat direaktivasi dengan sistem saraf pusat yang kronik, progresif, dan latal yang
imunosupresi. Akibatnya, infeksi herpesvirus yang disebabkan oleh agen tidak konvensional yang dapat
direaktivasi dapat menjadi komplikasi serius untuk orang- ditransmisi yang disebut prion (lihat Bab 42). Prion
orang yang menerima terapi imunosupresan. dianggap bukanlah virus. Contoh paling baik jenis ini
Infeksi virus persistein berperan luas pada penyakit pada infeksi "lambat" adalah suaPie pada domha dan
manusia. Infeksi virus persisten dihubungkan dengan ensefalopati spongiformis sapi pada ternak; penyakit kuru
jenis kanker tertentu pada manusia (lihat Bab 43) serta dan Creutzfeldt-Jakob yang terjadi pada manusia.

3. lnfluenza,
. -, Ambang infeksi yang
tampak (penyakit klinis)
demam kuning r . AKivasi produksi virus
' pada pejamu asal
Perjalanan penyakit
Adanya virus yang tersembunyi

EEE pada burung

11. Virus LCM pada 12. Virus LCM pada tikus


mencit yang
baru lahir

Gambar 30-5. Jenis interaksi virus-pejamu; tampak, tidak tampak, kronik, laten, tersembunyi, dan infeksi lambat. (1)
Campak bersifat akut, hampir selalu tampak secara klinis yang menimbulkan imunitas jangka panjang. (2) Campak
juga dapat disertai dengan persistensi infeksi laten pada panensefalitis sklerosan subakut (lihat Bab40). (3) Demam
kuning dan influenza mengikuti pola yang sama dengan campak kecuali infeksi lebih sering subklinis darlpada klinis.
(4) Pada virus hepatitis tipe B, pemulihan dari penyakit klinis dapat dihubungkan dengan infeksi kronik dengan virus
yang sepenuhnya aktif menetap dalam darah. (5) Beberapa infeksi, pada spesies tertentu, selalu subklinis, seperti
ensefalomielitis kuda timur (eastern equine encephalamyelitrs (EEE)) pada beberapa spesies burung yang kemudian
bertindak sebagai reservoar virus. (5) Pada papiloma kelinci, perjalanan infeksi kronik, dan kronisitas diakibatkan
oleh virusyang menjadi samar. (7) lnfeksi manLlsia dengan adenovirustertentu dapat bersifat klinis atau subklinis.
Terdapat infeksi laten jangka panjang selama virus ada dalam jumlah kecil; virus juga dapat menetap setelah timbul
penyakit. (8) Aktivasi periodik virus herpes simpleks laten, yang dapat kambuh di sepanjang kehidupan manusia,
sering kali setelah episode akut awal stomatitis pada masa anak-anak. (9) lnfeksi dapat bersifat laten untuk waktu
yang lama sebelum aktivasi. Contoh infeksi "lambat" tersebutyang ditandaidengan periode inkubasi yang panjang
adalah scrapie (penyakit pada domba yang menyerang sistem saraf pusat) pada domba dan kuru pada manusia
(dianggap disebabkan oleh prion, bukan virus). (10) Pada babiyang makan cacing paru yang mengandung virus, "flu"
babi bersifat samar sampai stimulus yang tepat menginduksi produksi virus dan, kemudian, penyakit klinis, (11) Vlrus
koriomeningitis limfositik (LCM) dapat ditemukan pada tikus melalui infeksi in utero. Berkembang bentuk toleransi
imunologiyang sel-selT spesifik virusnya tidak diaktivasi. Antibodi dihasilkan terhadap protein virus; antibodi tersebut
dan virus koriomeningitis limfositik dalam sirkulasi membentuk kompleks antigen-antibodi yang menyebabkan
penyakit kompleks imun pada pejamu. Adanya virus koriomeningitis limfositik pada infeksi kronik ini (virus dalam
sirtcutasi dengan sedikit atau tanpa penyakityang tampak) dapat ditemukan melalui transmisi ke pejamu penunjuk,
misal, tikus dewasa dari keturunan yang bebas virus. Semua tikus dewasa mengalami gejala akut klasik koriomeningitis
limfositik dan sering kali mati (12). (13) Memperlihatkan kemungkinan infeksi laten dengan virus samar yang tidak
teraktivasi. Bukti adanya virus ini tetap sulit dan merupakan tugas yang sulit, namun, hal ini menarik perhatian
banyak peneliti kanker (lihat Bab 43).
412 / BAB 30

Tinjauan lnfeksi Pernapasan Virus Akut dan virus Epstein-Barr, mungkin menginfeksi sel dalam
mulut. Virus terpajan pada unsur kasar dalam saluran
Banyak jenis virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pencernaan yang terlibat dalam digesti makanan-asam,
saluran pernapasan, terutama dalam bentuk droplet
garam empedu (detergen), dan enzim proteolitik.
aerosol atau saliva. Cara ini yang paling sering digunakan
Akibatnya, virus yang mampu memulai infeksi melalui
virus untuk masuk ke dalam pejamu. Infeksi yang berhasil jalur tesebut adalah semua virus yang resistan garam
terjadi walaupun pejamu memiliki mekanisme
empedu dan asam. Karena itu terdapat juga IgA sekretoris
perlindungan yang normal, seperti mukus yang menutupi
spesifik virus dan inhibitor nonspesifik replikasi virus
sebagian besar permukaan, aktivitas siliar sekumpulan
untuk mengatasinya.
sel limfoid, makrofag alveolar dan IgA sekretoris. Banyak
Gastroenteritis akut adalah bentuk penyakit
infeksi tetap terlokalisasi pada saluran pernapasan,
gastrointestinal jangka pendek dengan gejala mulai dari
meskipun beberapa virus menimbulkan gejala penyakit
ringan, diare berair sampai penyakit demam tinggi yang
yang khas seteiah penyebaran sistemik (misal, cacar air,
ditandai dengan muntah, diare, dan lemah. Rotavirus,
campak, rubela; Tabel J0-2, Gambar 30-2).
virus Norwalle, dan kalisivirus adalah penyebab utama
Gejala penyakit yang ditunjukkan pe.jamu bergantung
gastroenteritis. Bayi dan anak-anak paling sering terkena.
pada apakah infeksi terpusat di saluran pernapasan atas
Beberapa virus yang menimbulkan infeksi enterik
atau bawah (Tabel 30-4). Meskipun diagnosis definitif
menggunakan protease pejamu untuk mempermudah
memerlukan isolasi virus atau adanya peningkatan titer
infeksi. Pada umumnya, digesti proteolitik mengubah
antibodi, penyakit virus spesifik sering kali dapat ditarik
kapsid virus dengan memecah sebagian protein
kesimpulan dengan memperhatikan gejala utama, usia
permukaan virus yang kemudian mempermudah kejadian
pasien, musim, dan setiap pola penyakit pada komunitas.
khusus seperti pelekatan virus atau fusi membran.
Beratnya infeksi pernapasan berkisar dari tidak
Enterovirus, koronavirus, dan adenovirus juga
tampak sampai sangat berat. Penyakit yang paling berat
menginfeksi saluran pencernaan, tetapi infeksi tersebut
biasinya terjadi pada bayi yang terinfeksi paramixovirus
sering kali asimtomatik.. Beberapa enterovirus, khususnya
tertentu dan pada orang tua atau dewasa yang sakit kronik
poliovirus dan virus hepatitis A, merupakan penyebab
yang terinfeksi virus influenza.
penting penyakit sistemik tetapi tidak menimbulkan ge.iala
pencernaan.
Tinjauan lnfeksi Virus pada Saluran
Pencernaan Tinjauan Infeksi Virus pada Kulit
Banyak virus yang memulai infeksi melalui saluran
Kulit adalah sawar yang kuat dan tidak permeabei terhadap
pencernaan. Beberapa agen, seperti virus herpes simpleks
masuknya virus. Namun, beberapa virus mampu

Tabel 3O-4. lnfeksi virus pada saluran pernapasan

:.'"1:"
l:t!tti:tli; : !-
:1
:.. i,:. .t
I BaVr
r:jji,:iili'll $iilil llu

Obstruksi hidung, Ri no Rino Ri no


discharge hidung Adeno Adeno Koron a

Fa ring itis Nyeri tenggorok Adeno Adeno Adeno


Herpes simpleks Coxsackie Coxsackie

La rin g itis/croup Suara serak, Para influenza Parai nfl uen za Pa ra inf luenza
batu k I nfl uenza Infl u enza I nfl uenza
" menggonggong "

Trakeobronkitis Batuk Pa ra i nfluenza Parainfluenza Parainfluenza


I nfl ue nza lnf luenza Adeno

Bronkiolitis Batuk, dispnea Sinsitial pernapasan Jarang Ja ra ng


Parai nfluenza

Pneumonia dada
Batuk, nyeri Sinsitial pernapasan I nfl u enza I nfl u enza
Parainfluenza lnfluenza Adeno
PATOGENESIS & PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS I 413

menembus sawar tersebut dan memulai infeksi pada endotel vaskular, dengan jalur pleksus koroid ke cairan
pejamu (Tabel 30-2). Beberapa virus dapat masuk melalui serebrospinalis, n-raupun transpor dalam monosit,
abrasi kecil pada kulit (poxvirus, papilomavirus, virus leukosit, atau limfosit yang terinftksi. Setelah sawar otak-
herpes simpleks), virus lain masuk melalui gigitan vektor darah ditembus, penyebaran yang lebih iuas di selqruh
artropoda (arbovirus) atau pejamu vertebrata yang otak dan medula spinalis mungkin terjadi. Ada
terinfeksi (virus rabies, virus herpes B), dan virus lain kecenderungan hubungan antara tingkat viremia yang
melalui suntikan selama transfusi darah atau manipulasi dicapai oleh virus neurotropik yang ditularkan melalui
lain yang menggunakan jarum terkontaminasi, seperti darah dan neuroinvasivirasnya.
akupunktur dan pembuatan tato (virus hepatitis B, HIV). Jalan lain ke sistem saraf pusat adalah melalui saraf
Beberapa agen tetap terlokalisasi dan menimbulkan tepi. Virion dapat tertangkap pada ujung saraf sensorik
lesi pada tempat masuk (papilomavirus dan moluskum atau motorik dan dipindahkan ke dalam akson melalui
kontagiosum); sebagian besar menyebar ke tempat lain. ruang endoneural atau oleh infeksi sel Schwann.
Lapisan epidermis tidak memiliki pembuluh darah dan Herpesvirus berjalan di akson untuk dibawa ke neuron
serabut saraf sehingga virus yang menginfeksi sei ganglion radiks dorsal.
epidermis cenderung tetap terlokalisasi. Virus yang masuk Jalur penyebaran tidak hanya satu dan virus dapat
Iebih dalam ke dermis mempunyai akses ke pembuluh menggunakan lebih dari sacu metode. Banyak virus,
darah, aliran limfatik, sel dendritik, dan makrofag dan termasuk herpes-, toga', flavi-, entero-, rabdo-, paramFo-'
biasanya menyebar serta menyebabkan infeksi sistemik. dan bunyavirus, dapat mengin{bksi sistem saraf Pusat dan
Banyak ruam kulit generaiisata yang disebabkan oleh menyebabkan meningitis, ensefalitis, atau keduanya.
infeksi virus timbul karena virus menyebar ke kulit Ensefalitis yang disebabkan oieh virus herpes simpleks
melaiui aliran darah setelah bereplikasi di beberapa tempat merupakan penyebab tersering ensefalitis sporadik pada
Iain. Infeksi tersebut berasal dari jalur lain (misal, infelai manusia.
virus campak melalui saluran pernapasan) dan kulit Reaksi patologi terhadap infeksi virus sitosidal pada
menjadi terinfeksi dari bawah. sistem saraf pusat adalah nekrosis, inflamasi, dan
Lesi pada ruam kulit disebut makula, papula, vesikel, fagositosis oleh sel glia. Penyebab gejala pada beberapa
atau pustula. Makula, yang disebabkan oleh dilatxi lokal infeksi sistem saraf pusat lain, seperti rabies, tidak jelas.
pembuluh darah dermis, berkembang menjadi papula jika Ensefalitis pascainfeksi yang terjadi setelah infeksi campak
terdapat edema dan infiltrasi selular di area tersebut. (sekitar satu per 1000 kasus) dan lebih jarang setelah
Vesikel terjadi jika epidermis terkena, dan menjadi pusruia infeksi rubela ditandai dengan demielinasi tanpa
jika reaksi radang membawa leukosit polimorfonuklear degenerasi neuronal dan mungkin merupakan penyakit
ke lesi. Sebagai akibatnya timbul ulserasi dan keropeng. autolmun.
Perdarahan dan ruam petekie terjadi bila pembuluh darah Terdapat beberapa gangguan neurodegeneratif yang
dermis terkena lebih berat. jarang terjadi, disebut infeksi virus lambat, yang tidak
Lesi kulit sering kali tidak berperan pada transmisi semuanya fatal. Gambaran infeksi ini berupa periode
virus. Virus yang infeksius tidak dikeluarkan dari ruam inkubasi yang panjang (berbulan-bulan sampai bertahun-
makulopapula campak atau dari ruam yang disebabkan tahun) diikuti awitan penyakit klinis dan kemunduran
oleh infeksi arbovirus. Sebaiiknya, lesi kulit penting pada progresif, yang menimbulkan kematian dalam beberapa
penyebaran poxvirus dan virus herpes simpleks. Titer minggu sampai bulan; biasanya hanya sistem saraf pusat
partikel virus infeksius tinggi dalam cairan ruam yang terkena. Beberapa infeksi virus lambat, seperti
vesikulopustular tersebut dan mampu memulai infeksi leukoensefalopati multifokal progresif (poliomavirus JC)
melalui kontak langsung dengan pejamu lain. Namun, dan panensefalitis sklerosan subakut (virus campak),
pada keadaan tersebut, virion-virion pada sekret orofaring disebabkan oleh virus yang tipikal. Sebaliknya,
dianggap iebih penting bagi transmisi penyakit daripada ensefalopati spongiformis subakut, yang dilambangkan
lesi kulit. oleh scrapie, disebabkan oleh agen tidak konvensional
yang disebut prion. Pada infeksi tersebut, terjadi
perubahan neuropatologi yang khas, tetapi tidak muncul
Tinjauan lnfeksi Virus pada Sistem Saraf respons imun atau radang.
Pusat
Invasi sistem saraf pusat oleh virus selalu menjadi masalah
Tinjauan lnfeksi Virus Kongenital
yang penting. Virus dapat masuk ke otak melalui dua
cara: melalui aliran darah (penyebaran hematogen) dan Beberapa virus menimbulkan penyakit pada janin
melalui serabut saraf tepi (penyebaran neuronal). Akses manusia. Kebanyakan infeksi virus maternal tidak
darah dapat terjadi melalui pertumbuhan melewati endotel menimbulkan viremia dan melibatkan ianin. Namun,
pembuluh darah kecil otak, melalui transpor pasif melewati
414 BAB 30

apabila virus melewati plasenta dan terjadi infeksi in utero, organ, dapat rnenimbulkan defek struktural dan anomali
kerusakan yang serius dapat terjadi pada janin. kongenital.
"figa prinsip yang terlibat pada timbulnya defek Banyak virus yang sama dapat menimbulkan penyakit
tongenital adalah (l) kemampuan virus menginfeksi serius pada neonatus ('label 30-5). Infeksi tersebut dapat
wanita hamil kemudian ditularkan ke janin; (2) tahap diperoleh dari ibu selama per,salir-ran (natal) dari sekret
gestasi saat terjadinya infeksi; (3) kemampuan virus genital, tinja, atau darah yang terkontaminasi. Yang
menyebabkan kerusakan pada janin secara langsung, jarang, infeksi bisa didapat selama minggu Pertama setelah
melalui infelai janin, atau tidak langsung, melalui infeksi pelahiran dari ibu, anggota keluarga, petugas rumah sakit,
ibu yang menyebabkan perubahan lingkungan janin (misal, atau transfusi darah.
demam). Urutan peristiwa yang dapat terjadi sebelum
dan setelah invasi virus janin diperlihatkan pada Gambar Efek Usia Pejamu
30-6.
Usia pejamu adalah satu faktor dalam patogenisitas virus'
Virus rubela dan sitomegalovirus sekarang ini Penyakit yang lebih berat sering terjadi pada neonatus.
merupakan agen penyebab utama defek kongenital pada
Selain maturasi respons imun seiring pertambahan usia'
manusia (lihat Bab 33 dan 40). Infeksi kongenital juga
tampaknya terdapat juga perubahan terkait usia pada
dapat terjadi oleh virus herpes simpleks, varisela-zoster,
kerentanan jenis sel tertentu terhadap infeksi virus. Inftksi
hepatitis B, campak, dan parotitis serta oleh virus HIV,
virus biasanya dapat terjadi pada semua golongan usia
parvovirus, dan beberapa enterovirus (Tabel 30-5).
tetapi mungkin mempunyai dampak utama pada waktu
Infeksi in utero dapat menyebabkan kematian janin,
yang berbeda dalam kehidupan. Contohnya adalah rubela,
kelahiran prematur, retardasi pertumbuhan intrauterin,
yang paling berbahaya selama gestasi; rotavirus, yang
atau infeksi setelah pelahiran yang persisten. Infeksi
paling berbahaya untuk bayi; dan ensefalitis St. Louis,
tersebut dapat menyebabkan malformasi perkembangan,
yang paling berbahaya pada orang tua.
meliputi defek jantung kongenital, katarak, tuli,
mikrosefali, dan hipoplasia ekstremitas. Jaringan janin
berproliferasi dengan cepat. Infeksi virus dan multiplikasi
PENCEGAHAN & PENGOBATAN
dapat menghancurkan sel atau mengubah fungsi sel. Virus INFEKSI VIRUS
litik, seperti herpes simpleks, dapat menimbulkan Kemoterapi Antivirus
kematian janin. Virus yang kurang sitoiitik, seperti rubela,
dapat memperlambat laju pembelahan sel. Jika keadaan Tidak seperti virus, bakteri dan protozoa tidak bergantung
tersebut terjadi selama fase kritis pada perkembangan pada perangkat selular pejamu untuk melakukan replikasi
sehingga proses spesifik terhadap organisme tersebut
merupakan target untuk perkembangan obat-obat
Virus antibakteri dan antiprotozoa. Karena virus adalah parasit
I
I
intraselular obligat, agen antivirus harus mampu
Wanita hamil menghambat fungsi virus secara selektif tanpa merusak
yang rentan pejamu, yang membuat perkembangan obat-obat tersebut
sangat sulii. Keterbatasan lainnya adalah bahwa banyak

g*'lT:\
lnfeksi lnfeksi pada
plasenta
rentetan replikasi virus terjadi selama periode inkubasi
dan virus telah menyebar sebelum tampak gejala sehingga
obat menjadi relatif tidak efektif.
Adanya kebutuhan akan obat antivirus yang aktif
melawan virus yang vaksinnya tidak ada atau sangat tidak
amnion
efektif--vaksin tidak efektif mungkin disebabkan oleh
banyaknya serotipe (misal, rinovirus) atau karena

./i"'\\
perubahan virus secara konstan (misal, influenza, HIV).
\,^)r.,) Antivirus diperlukan untuk mengurangi morbiditas dan
kerugian secara ekonomi karena infeksi virus dan untuk
mengobati peningkatan jumlah pasien dengan imuno-
supresi yang mempunyai risiko tinggi mengalami infelai.
Janin Janin yang Kematian ianin Malformasi Studi virologi molekular berhasil mengidentifikasi fungsi
normal terinfeksl (abortus; lahir (t kematian) spesifik virus yang dapat bertindak sebagai target untuk
(t penyakit) mati)
terapi antivirus. Stadium yang paling dapat diterima
Gambar 3O-5. lnfeksi virus pada janin (Seizin Catalano dan sebagai target oada infeksi virus adalah pelekatan virus
Sever). pada sel pejamu; peiepasan genom virus; sintesis asam
PATOGENESIS & PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS I 415

Tabel 3O-5. Akuisisi infeksi virus perinatal yang signifikan

Rubela J a rang 0.1-0.7

Sitomegalovirus ++ s-2 5

Herpes simpleks ++ 0,03-0,5

Varisela-zoster Jarang J a rang Ja rang

Hepatitis B ++ 0-7

Enterovirus ++ Tidak lazim

HIV ++ larang r' Bervariasi

Parvovirus B19 J a rang Jarang

nukleat virus; translasi protein virus; serta perakitan dan resistan terhadap obat biasanya timbul berlebihan, kadang-
pelepasan partikel virus progeni. Pada kenyataannya, sulit kadang sangat cepat. Penggunaan kombinasi obat antivirus
untuk membuat antivirus yang dapat membedakan proses dapat menunda timbulnya varian resistan (misal, terapi
replikatif virus dengan pejamu. "obat tripcl" yang digunakan untuk mengobati infeksi
Namun, pada dekade terakhir telah dikembangkan HIV).
sejumlah senyawa yang mempunyai niiai dalam Contoh analog nukleosida termasuk asiklovir
pengobatan beberapa penyakit virus, terutama melawan (Acycloguanosine), lamivudin (3 TC), ribavirin' vidarabin
virus herpes dan infeksi HIV ('Iabel 30-6). Contoh- (Adenine Arabinoside), dan zidovudin (azidothymidine,
contohnya diringkas di bawah. Mekanisme kerja masing- AZT).
masing antivirus berbeda. Sering kali, obat harus
diaktivasi oleh enzim di dalam sel sebelum dapat bekerja B. ANALoG NUKLEOTIDA
sebagai inhibitor replikasi virus; obat-obat paling selektif
Analog nukleotida berbeda dengan analog nukleosida
diaktivasi oleh enzim yang disandi virus pada sel yang
yaitu memiliki gugus fosfat yang menempel. Kemam-
terinfeksi.
puannya untuk tetap berada dalam sel dalam waktu lama
Langkah di masa mendatang diperlukan untuk meningkatkan potensinya. Cidofovir (HPMPC) adalah
mempelajari cara meminimalisasi timbulnya virus varian
suatu contoh
resistan obat dan merancang antivirus yang lebih spesifik
berdasarkan pengetahuan molekular mengenai struktur C. INHIBITOR REYERSE TRANSCRIPTASE
dan replikasi golongan agen yang berbeda. NONNU KLEOS I DA

A. ANALoG NuxuEostol Nevirapin adalah anggota pertama golongan inhibitor


reuerse transcriptase nonnukleosida. Agen tersebut tidak
Kebanyakan agen antivirus yang tersedia adalah analog memerlukan fosforilasi untuk aktivitas dan tidak bersaing
nukleosida. Agen-agen tersebut menghambat replikasi dengan nukleosida trifosfat. Agen tersebut bekerja dengan
asam nukleat dengan cara melakukan inhibisi polimerase mengikat secara langsung ke reuerse transcriptase dan
replikasi asam nukleat. Selain itu, beberapa analog dapat mengganggu tempat katalisasi enzim. Mutan resistan
digabungkan ke dalam asam nukleat dan mengharnbat rimbul secara cepat.
sintesis selanjutnya atau mengubah fungsinya.
Analog dapat menghambat enzim selular serta enzim- D. INHIBITOR PROTEASE
enzim yang disandi virus. Analog yang paling efektif
adalah yang mampu secara spesifik melakukan inhibisi Saquinavir adalah inhibitor protease Pertama yang
enzim yang disandi virus, melalui inhibisi minimal disepakati untuk pengobatan infeksi HIV' Obat tersebut
terhadap enzim sel pejamu analog. Varian virus yang adalah agen peptidomimetik yang dirancang dengan
416 BAB 30

Tabel 3O-6. Contoh senyawa antivirus yang digunakan untuk pengobatan infeksi virus

r,. A.n3tog,: .
Obat .Nukleosidi naetinisme Keijii,.: I .,1...'',...,'1,,-'., Spektrum,:Virusl.
Asiklovir Ya lnhibitor polimerase virus Herpes simpleks, varisela-zoster

Ama ntadin Tidak Menghambat pelepasan virus lnfluenza A

Cidof ovir Tidak lnhibitor polimerase virus Sitomegalovirus, herpes simpleks, poiiomavirus

Didanosin (ddl) Ya lnhibitor reverse transcriptase Htv- 1, Htv-2

Foska rnet Tidak lnhibitor polimerase virus Herpesvirus, HIV-1, HBV

Fuzeon Tidak lnhibitor fusi HIV (menghambat HIV-1


masuknya virus)

Ga nsik lovir Ya lnhibitor polimerase virus Sitomega lovirus

lndinavir Tid ak lnhibitor protease HIV HIV-1, HIV-2

Lamivudin (3TC) Ya lnhibitor reverse transcriptase HIV-1, HIV.2, HBV

Nevirapin Tidak lnhibitor reverse transcriptase HIV.1

Ribavirin Ya Mungkin menghambat penudungan Virus sinsitial pernapasan, influenza A dan B,


mRNA virus demam Lassa, hepatitis C, dll.
R itonavir Tidak lnhibitor protease HIV HIV-1, HIV-2

5aquinavir Tidak lnhibitor protease HIV HIV.1, HIV_2

Stavudin (d4T) YA lnhibitor reverse transcriptase HIV-1, HIV.2

Trifl u rid in Ya lnhibitor polimerase virus Herpes simpleks, sitomegalovirus, vaksin

Va lasiklovir Ya lnhibitor polimerase virus Herpesvi rus

Vidarabin Ya lnhibitor polimerase virus Herpesvirus, vaksin, HBV

Zalsitabin (ddC) Ya lnhibitor reverse transcriptase HfV-1, HIV-2, HBV

Zidovudin (AZT) Ya lnhibitor reverse transcriptase HIV-1, HIV-2, HTLV-1


lHlV l, HIV-2, virus imunodefisiensi manusia tipe 1 dan 2; HBV, virus hepatitis B; HTLV-1, virus leukemia sel T manusia tipe 1.

menggunakan model komputer sebagai molekul yang pas F. JENIs AGEN ANTIVIRUS LAIN
untuk tempat aktif enzim protease HIV. Obat tersebut
Sejumlah jenis senyawa lain telah memperlihatkan
menghambat protease virus yang diperlukan pada stadium
memiliki beberapa aktivitas antivirus dalam keadaan
lanjut siklus replikasi untuk memecah prekursor
tertentu.
polipeptida gag-pol dan gag virus untuk membentuk inti
virion matang dan mengaktivasi reuerse ffanscrip;ase ya,ng 1. Amantadin dan rimantadin-Amina sintetik tersebut
akan digunakan dalam renteran infeksi berikutnya. secara spesifik menghambat virus influenza A dengan
Inhibisi protease menghasilkan partikel virus noninfeksius. menghambat pelepasan selubung virus. Agen tersebut
Inhibitor protease lain adaiah indinavir dan ritonavir. harus diberikan sebagai profilaksis agar mempunyai efek
proteksi yang signifikan.
E. INHIBIToR FUsI 2. Foskarnet (asam fosfonoformat, PFA)-Foscarnet,
Fuzeon adalah peptida besar yang menghambat virus dan suatu analog organik dari pirofosfat anorganik, secara
langkah fusi membran selular yang terlibat pada masuknya selektif menghambat polimerase DNA virus dan reuerse

HIV-1 ke dalam sel. transcriptase di lokasi pengikatan pirofosfat.


PATOGENESIS & PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS I 417

3. Metisazon-Metisazon sangat bersejarah sebagai Interferon yang berbeda memiliki ukuran yang sama'
inhibitor poxvirus. Agen tersebut merupakan agen tetapi tiga golongan berbeda secara antigen. IFN-ct dan
antivirus yang pertama kali dibuat dan memberi IFN-B resistan terhadap pH rendah. IFN-B dan IFN-1
kontribusi pada kampanye eradikasi cacar. Agen tersebut mengalami giikosilasi, tetapi gula tidak diperlukan untuk
menghambat tahap akhir replikasi virus, yang menyebabkan aktivitas biologik sehingga interferon yang diklon dalam
terbentuknya partikel virus imatur dan noninfeksius. bakteri aktif secara biologis.

lnterferon B. SINTESIS INTERFERoN


Interferon (IFN) adalah protein yang disandi pejamu yang Interferon dihasilkan oleh semua spesies vertebrata. Sel
merupakan anggota famili sitokin besar dan yang normal biasanya tidak menyintesis interferon sampai
menghambat replikasi virus. Interferon dihasilkan sangat diinduksi untuk melakukannya. Infeksi virus adalah
cepat (dalam beberapa jam) sebagai respons terhadap gangguan poten yang menimbulkan indulai; virus RNA
infeksi virus atau penginduksi lain dan merupakan salah merupakan penginduksi interferon yang lebih kuat
satu reaksi pertahanan pertama tubuh terhadap infeksi daripada virus DNA. Interferon juga dapat diindulai oleh
virus. Interferon merupakan sitokin pertama yang dikenal. RNA untai ganda, endotoksin bakteri, dan molekul kecil
Interferon memodulasi imunitas humoral dan selular dan s€perti tiloron. IFN-y tidak dihasilkan sebagai respons
mempunyai aktivitas pehgaturan pertumbuhan sel yang terhadap kebanyakan virus tetapi diinduksi oleh stimulasi
luas, tetapi pembahasan di sini akan menekankan pada mitogen.
efek antivirusnya. Golongan interferon berbeda dihasilkan oleh jenis sel
yang berbeda. IFN-ct dan INF-p disintesis oleh banyak
A. SIFAT INTERFERoN jenis sel, tetapi IFN-y terutama dihasilkan oleh limfosit,
khususnya sel T dan sel pembunuh alami (NK).
Terdapat banyak spesies interferon yang dibagi menjadi
tiga kelompok umum, yaitu IFN-c, IFN-p, dan IFN-1 C. AKTIVITAS ANTIVIRUS DAN EFEK BIOLOGI LAIN
(Tabel 30-7). Famili IFN-ct besar, disandi oleh
sekurangnya 20 gen pada genom manusia; famili IFN-p Interferon pertama kali dikenali berdasarkan
dan IFN-1 masing-masing disandi oleh satu gen. Tiga kemampuannya mengganggu infeksi oleh virus pada sel
famili gen berbeda sehingga proses penyandian saat ini yang dikultur. Interferon dapat dideteksi segera setelah
tidak terkait erat. infeksi virus pada hewan yang sehat, dan kemudian

Tabel 3O-7. Sifat interferon manusia.

Nomenklatur saat ini IFN-cr rFN-0 IFN-y

Penamaan yang lama Leukosit Fibroblas lnterferon imun

Jumlah gen yang menyandikan untuk famili >20

Sumber sel utama Leukosit Fibroblas Limfosit

Agen pengindr:rksi Virus;dsRNA Virus;dsRNA Mitogen

Stabilitas pada pH 2,0 Stabil Stabil Labil

Glikosilasi Tidak Ya

lntron dalam gen Tidak Tidak Ya

Homologi dengan IFN-cr 80-95% 3Oo/o <1Oo/o

Lokasi gen kromosom 12

Ukuran protein yang disekresi (umlah asam amino) 165 166 143

Lokasi gen reseptor IFN kromosom 21 21


418 BAB 30

Titer virus oksida sintetase, yang diinduksi oleh IFN-y pada


makrofag. Namun, penjelasan ini tidak dapat meng-
Titer interferon
gambarkan mengapa keadaan antivirus bekerja selektif
melawan mRNA virus dan bukan mRNA selular. Langkah
/ lain pada replikasi virus juga dapat dihambat oleh
Titer antibodi
interferon.
Interferon hampir selalu mempunyai fungsi spesifik
spesies pejamu tetapi tidak spesifik untuk virus tertentu.
Replikasi berbagai macarn virus DNA dan RNA dapat
dihambat. Bila interferon ditambahkan ke sel sebelum
infeksi, terdapat inhibisi nyata pada replikasi virus tetapi
fungsi sel hampir normal. Interferon sangat poten sehingga
14 21 28
hanya diperlukan sedikit saja untuk berfungii.
Hari setelah infeksi Diperkirakan kurang dari 50 molekul interferon per sel

Gambar 3O-7. Gambaran pergerakan interferon dan cukup untuk rnenginduksi keadaan antivirus.
sintesis antibodi setelah infeksi virus pernapasan.
Hubungan sewaktu menunjukkan bahwa interferon D. MEKANIsME VIRUs UNTUK MENIADAKAN
terlibat pada sistem pertahanan awal pejamu melawan INTERFERON
infeksi virus.
Virus memperlihatkan mekanisme berbeda yang
menghambat aktivitas inhibisi interferon terhadap
produksi virus berkurang (Gambar 30-7). Antibodi tidak replikasi virus, proses diperlukan untuk mengatasi jalur
ada dalam darah hewan sampai beberapa hari setelah ini pada pertahanan pejamu. Protein virus spesifik dapat
produksi virus berkurang. Hubungan yang semencara ini menghambat aktivasi kunci protein kinase PKIt
(adenovirus, herpesvirus); dapat mengaktifl<an inhibitor
menunjukkan bahwa interferon mempunyai peran utama
dalam pertahanan nonspesifik pejamu melawan infeksi selular PKR (influenza, poliovirus); dapat menghambat
virus. Kesimpulan ini juga didukung oleh observasi bahwa transduksi sinyai diinduksi interfrron (adenovirus, virus
masing-masing agamaglobulinemia biasanya sembuh dari Epstein-Barr, virus hepatitis B); atau dapat menetralkan
infeksi virus primer sebaik orang normai. INF-y dengan bekerja sebagai reseptor interferon yang
Interferon tidak melindungi sel yang terinfeksi virus dapat larut (virus miksoma).
yang menghasilkan interferon dan interferon sendiri
bukan agen antivirus. Agaknya, interferon bergerak ke E. STUDI KLINIS
sel lain yang menginduksi keadaan antivirus dengan Interferon pada awalnya diharapkan merupakan jawaban
mengupayakan sintesis protein lain yang secara nyata untuk pencegahan banyak penyakit virus, seperti infeksi
menghambat replikasi virus. Molekul interferon berikatan
pernapasan yang melibatkan banyak virus berbeda.
dengan reseptor permukaan sel spesifik pada sei target. Namun, penggunaannya tidak praktis karena agar menjadi
IFN-cr dan IFN-B mempuhyai reseptor yang sama efektif, harus diberikan dosis tinggi sebelurn pajanan virus
sedangkan IFN-y mengenali reseptor yang berbeda. atau awal infeksi sebelum munculnya tanda klinis
Pengikatan reseptor mencetuskan fosforilasi tirosin dan
penyakit. IFN-cr rekombinan menguntungkan dalam
aktivasi faktor transkripsi (protein STAT) dalam mengontrol infeksi oleh virus hepatitis B dan C (Bab
sitoplasma, yang kemudian melakukan transiokasi ke
35), meskipun sering terjadi relaps setelah penghentian
dalam nukleus dan memediasi transkripsi gen yang dapat pengobatan. Interferon topikal pada mata dapat menekan
diinduksi interferon (yang terjadi dalam beberapa menit keratitis herpetik dan mempercepat penyembuhan.
setelah pengikatan interferon). Hasil sintesis beberapa Beberapa sediaan interferon disetujui untuk digunakan
enzim dipercaya menjadi alat dalam pembentukkan dalam klinik. Interferon menimbulkan banyak efek
keadaan antivirus. Beberapa jalur tampak terlibat, samping, paiing sering sistemik dan hematologi.
termasuk berikut ini: (l) protein kinase yang bergantung
dsRNA, PKR, yang memfosforilasi dan menginaktifkan
faktor inisiasi seltilar eIF-2 dan mencegah pembentukan
Vaksin Virus
komplela inisiasi yang diperlukan untuk sintesis protein Tujuan vaksin virus adalah unruk menggunakan resPons
virus; (2) sintetase oligonukieotida, 2-5A sintetase, yang imun pejamu untuk mencegah penyakit virus. Beberapa
mengaktifkan endonuklease selular, RNase L, yang vaksin telah terbukti efektif mengurangi insiden tahunan
menyebabkan degradasi mRNA; (3) fosfodiesterase, yang penyakit virus (Gambar 30-8). Vaksinasi adalah metode
menghambat pemanjangan rantai peptida; dan (4) nitrit pencegahan infeksi virus serius yang hemat.
PATOGENESIS & PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS I 419

800
700
600
500
4ffi
c
(g 300 -ka
l
.o 2oo €
10
E
o 1oo _E
6 -6
0 UlJ
a
f,
;
J
o 70 160 II
v6
E(g 60 140 €
E
:, 50 120 5
- '100 -
Q
BO
30
bU
20 40
10 20
0 U
1950 1960 1970 1980 1950 1960 1970 1980

Gambar 3O-8. lnsiden tahunan berbagai penyakit virus di Amerika Serikat. Tanggal/waktu diperkenalkannya vaksin
ditunjukkan dengan panah. (Data dikumpulkan oleh Centersfor Disease Control and Prevenlion).

A. PRINSIP UMUH influenza, membuat produksi vaksin menjadi sulit.


Rintangan lain berupa integrasi DNA virus ke dalarn
Imunitas terhadap infeksi virus didasarkan pada
DNA kromosom hospes (retrovirus) dan infeksi sel pada
perkembangan respons imun terhadap antigen spesifik
sistem imun pejamu (HIV).
yang terletak pada permukaan partikel virus atau sel yang
terinfeksi virus. Untuk virus berselubung, antigen yang
B, VAKSIN VIRUs YANG DIMATIKAN
pendng adalah glikoprotein permukaan. Meskipun hewan
yang terinfelai dapat memiliki antibodi melawan protein Vaksin yang tidak diaktifkan (virus dimatikan) dibuat
inti virion atau protein nonstruktural yang terlibat pada dengan memurnikan sediaan virus sampai tahap tertentu
replikasi virus, respons imun tersebut dianggap hanya dan kemudian menginaktifkan infektivitas virus dengan
mempunyai peran kecil atau tidak mempunyai peran pada suatu cara yang menyebabkan kerusakan minimal pada
pembentukkan resistansi terhadap infeksi. protein struktural virus; sering kali menggunakan formalin
Vaksin tersedia untuk pencegahan beberapa penyakit lemah (Tabel 30-9). Untuk beberapa penyakit, hanya
manusia yang signifikan. Akhir-akhir ini, tersedia vaksin vaksin virus yang dimatikan yang tersedia saat ini.
(Tabel 30-8) yang dideskripsikan secara detail pada bab- Vaksin yang mengandung virus dimatikan yang dibuat
bab yang membahas penyakit dan famili virus spesifik. dari seluruh virion umumnya merangsang terbentuknya
Patogenesis infeksi virus tertentu memengaruhi antibodi sirkulasi terhadap protein selubung virus, yang
objektivitas imunoprofilaksis. Imunitas mukosa (IgA menyebabkan beberapa tingkat resistansi.
Iokal) penting pada resistansi terhadap infetr<si oleh virus Keuntungan vaksin yang diinaktifkan adalah bahwa
yang bereplikasi hanya pada membran mukosa (rinovirus, tidak ada reversi terhadap virulensi oleh virus vaksin dan
virus influenza, rotavirus). Virus-virus yang mempunyai vaksin dapat dibuat ketika tidak tersedia virus yang
cara penyebaran viremia (polio, hepatitis, campak) dilemahkan yang dapat diterima.
dikendalikan oleh antibodi serum. Imunitas selular juga Hal yang merugikan berikut ini berkenaan dengan
terlibat dalam proteksi melawan infeksi sistemik (campak, vaksin virus yang dimatikan:
herpes). (1) Perlu penanganan yang ketat dalam pembuatannya
Ciri khas tertentu virus atau penyakit virus dapat untuk memastikan bahwa tidak ada virus virulen hidup
menjadi penyulit pembuatan vaksin yang efektif. di dalam vaksin.
Keberadaan banyak serotipe, seperti pada rinovirus, dan (2) Imunitas yang didapat biasanya singkat dan harus
sejumlah besar reservoir hewan, seperti pada virus dngkatkan (boost), yang tidak hanya melibatkan masalah
420 BAB 30

Tabel 3O-8. Vaksin virus yang digunakan di Amerika Serikat (2003).

l:::r.n:\\\

Hepatitis A Dimatikan Fibroblas diploid manusia (MRC-5)

Hepatitis B Subunit (HBsAg) Ragi (DNA rekombinasi)

lnfluenza A dan B Dimatikan Telur ayam yang diembrionisasi


Campak Hid up Fibroblas embrio ayam

Parotitis Hid up Fibroblas embrio ayam dan telur ayam yang diembrionisasi

Poliovirus (lPV) Dimatikan Sel ginjal monyet (Vero)

Poliovirus (OPV) Hidup Sel ginjal rnonyet

Rabies Dimatikan Fibroblas diploid manusia (MRC-5) atau sel diploid


paru janin rhesus atau fibroblas ayam

Rubela Hidup Fibroblas diploid manusia (W138)

Varisela-zoster Hidup Fibroblas diploid manusia (MRC-5)

Situasi khusus Adenovirusl Hid up Fibroblas diploid manusia (Wl-38)

Ensefalitis Jepang2 Dimatikan otak tikus


Cacar air Hid up Limfe sapi
Demam kuning'z Hidup Telur ayam diembrionisasi
lDigunakan oleh militer Amerika Serikat; tidak ada lagi.
'zDigunakan bila bepergian ke daerah endemik.
Catatan: Vaksin rotavirus hidup ditarik dari pasaran pada tahun I 999 karena dihubungkan dengan intususepsi pada bayi.

logistik yaitu berulang kali menemui orang yang perlu terbatas pada beberapa langkah dalam patogenesis
diimunisasi, tetapi juga ada kemungkinan efek yang penyakit (Tabel 30-9).
mungkin terjadi (reaksi hipersensitivitas) pada pemberian Da.sar genetik untuk melemahkan kebanyakan vaksin
berulang protein asing. virus tidak diketahui karena mereka dipilih secara emPiris
(3) Pemberian parenteral vaksin virus yang dimatikan, dengan cara pasase berulang pada hewan atau kultur sel
bahkan ketika perangsangan antibodi dalam sirkulasi (biasanya dari spesies )'ang berbeda dengan pejamu
(lgM, IgG) mencapai kadar yang memuaskan, kadang- alami).
kadang memberikan proteksi terbatas karena resistansi Vaksin virus hidup yang dilemahkan mempunyai
lokal (IgA) tidak diinduksi secara adekuat pada tempat manfaat yang bekerja seperti infeksi alami berhubungan
masuk alami atau ttmpat primer muldplikasi infelai virus dengan efeknya terhadap imunitas. Virus memperbanyak
liar-misal, nasofaring untuk virus respiratorik, saluran diri dalam tubuh pejamu dan cenderung merangsang
pencernaan unruk poliovirus (lihat Gambar 30-9 serta pembentukan antibodi yang berlangsung lama, untuk
Bab 36 dan 39). menginduksi respons selular yang baik, dan untuk
(4) Respons selular terhadap vaksin yang diinaktifkan menginduksi pembentukan antibodi serta resistansi pada
umumnya buruk. port d'entree (Gambar 30-9).
(5) Beberapa vaksin virus yang dimatikan telah Kerugian vaksin virus hidup yang dilemahkan meliputi
menginduksi hipersensitivitas terhadap infelsi berikutnp, hal berikut:
mungkin karena respons imun yang tidak seimbang (1) Risiko reversi virulensi yang lebih besar selama
terhadap antigen permukaan virus yang gagal menyerupai multiplikasi dalam vaksin. Meskipun tidak terbukti
infeksi oleh virus alami. menjadi masalah dalam praktik, potensi tetaP ada-
(2) Agen dari luar yang tidak dikenai menginfeksi secara
C. VAKSIN VIRUS HIDUP YANG DILEM.AHKAN laten substrat kultur (telur, kultur sel primer) dapat
memasuki sediaan vaksin. Virus yang ditemukan dalam
Vaksin virus hidup menggunakan mutan virus yang secara
vaksin meliputi virus leukosis burung, poliomavirus SV40
antigenik rumpang tindih dengan virus jenis liar tetapi
PATOGENESIS & PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS / 421

label 3O-9. Perbandingan ciri khas vaksin virus hidup dan dimatikan

Durasi imunitas Lebih pendek Lebih Iama

Efektivitas perlindungan (lebih menyerupai infeksi alami) Lebih rendah Lebih besar

lmunoglobulin yang dihasilkan lsG lgA dan lgG

lmunitas mukosa yang dihasilkan Buruk


lmunitas selular yang dihasilkan Buruk

Virulensi balik Tidak Mu ngk in

Ekskresi virus vaksin dan transmisi ke kontak nonimun Tidak Mu ngkin

lnterferensi oleh virus lain pada hospes Tidak Mungkin


Stabilitas pada suhu ruangan Tinggi Rendah

simian, dan sitomegalovirus simian. Masalah pencemar vaksin dan menurunkan efektivitasnya. Keadaan ini
yang tidak diduga dapat dihindari dengan penggunaan diketahui terjadi pada strain virus poliovirus yang dapat
sel normal yang secara terus-menerus dibiakkan dalam dihambat oleh infrksi yang terjadi bersamaan oleh banyak
kultur (misal, Iini sel diploid manusia) sebagai subsrrar enterovi rus.
untuk kultivasi virus vaksin.
(3) Penyimpanan dan keterbatasan hidup selubung D. PENGGUNAAN VAKSIN YANG ADA SEcARA TEPAT
vaksin yang dilemahkan menjadi masalah, tetapi dapat
Satu kenyataan tidak dapat dibantah: Vaksin yang efektif
diatasi pada beberapa kasus dengan menggunakan
tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit sampai
stabilisator virus (misal, MgCl, untuk vaksin polio).
diberikan dalam dosis yang tepat ke individu yang rentan.
(4) Interferensi akibat koinfeksi oleh virus liar yang
Kegagalan mencapai semua sektor populasi dengan
terdapat secara alami dapat menghambat replikasi virus
imunisasi lengkap ditunjukkan pada adanya kejadian
kontinu campak pada orartg yang tidak divaksin. Anak
balita di daerah miskin merupakan kelompok yang kurang
mendapat vaksin di Amerika Serikat.
Vaksin virus tertentu dianjurkan untuk digunakan oleh
masyarakat umum. Vaksin lain dianjurkan hanya untuk
" " - * Parenteral yang dimatikan
Qy2l hilup digunakan orang-orang yang berisiko khusus karena
- pekerjaan, bepergian, atau gaya hidup.
Secara teori ada kemungkinan respons antibodi dapat
berkurang atau dapat terjadi interferensi jika dua atau
lebih vaksin virus hidup diberikan pada waktu yang sama.
Namun, pada praktiknya, pemberian secara simultan
vaksin virus hidup aman dan efektif. Vaksin polio oral
Duodenum
hidup trivalen atau vaksin hidup kombinasi yang terdiri
dari gondrong, campak, dan rubela bersifat efektif.
Respons antibodi terhadap masing-masing komponen
dalam vaksin kombinasi tersebut dapat dibandingkan
48 dengan respons antibodi terhadap vaksin tunggal yang
Hari diberikan secara terpisah.
Gambar 3O-9. Respons antibodi serum dan sekretorik
terhadap vaksin polio hidup yang dilemahkan yang
E. PRoSPEK MAsA DEPAN

diberikan secara oral. dan inokulasi poliovaksin yang Biologi molekular dan teknologi modern digabungkan
dimatikan yang diberikan secara intramuskular. untuk merencanakan pendekatan pada perkembangan
(Direproduksl seizin 0gra PL et al: Rev lnfect Dis 1980;2:352).
vaksin. Banyak pendekatan tersebut menghindari
BAB 30

penggabungan asam nukleat virus dalam produk akhir,


untuk nreningkatkan keamanan vaksin. Contoh y^ng
^p^
sedang berlangsung dalam bidang tersebut terdapat dalam
daftar berikut ini. Sukses akhir pendekatan baru tersebut
tetap harus ditentukan.
(1) Penggunaan teknik DNA rekombinasi untuk
menyisipkan gen yang menyandikan protein yang
diinginkan ke dalam genom virus avirulen yang kemudian
dapat diberikan sebagai vaksin (seperti virus vaksin).
(2) Yang termasuk dalam vaksin hanya virus yang
komponen subviralnya diperlukan untuk merangsang
antibodi protektif sehingga meminimalkar-r kejadian efek
samping valain.
(3) Penggunaan protein yang dimurnikar.r yang
dihasilkan dengan menggunakan gen yang diklon (vaksin
virus hepatitis B rekombinasi mengandung protein virus
yang disintesis dalam sel ragi).
(4) Penggunaan peptida sintetis yang berhubungan
dengan determinan antigenik pada protein virus sehingga virus, tetapi beberapa virus dapat menembussawar .
menghindari setiap kemungkinan virulensi baiik karena tersebut.dan memulai infeksi"pada pejamu" Virus I

tidak akan ada asam nukleat virus-meskipun respons {"'"virus


manakah di bawah'ini ttng merupbkan contoh
ying masuk melalul" abrasi kulit? ', ' .:.,,
imun yang diindutr<si oleh peptida sintetis jauh lebih lemah (A) Adenovirus '"

[i"':il;il .;i',
l, "1,
:
daripada yang diinduksi oleh protein utuh.
(5) Perkembangan vaksin yang dapat diberikan per
oral. Dengan demikian, tanaman transgenik yang
[Ei
(D) P.apilomavirus
,,"
'd:i;,,, ,,
,
1 ,:;l
ii1,,.. ,.:
'*]
(E) virus lnffyenzu i,
menyintesis antigen dari virus patogen dapat memberikan ,
cara pemberian vaksin yang murah. 5, Seorang laki'llki berusia 40 tahun,menderita HIV/
(6) Penggunaan vaksin DNA tak berselubung-yang AIDS ditandai dengan jumlah CD4 yang rendah
,. dan beban virus yang tinigi. Terapi antiretroviral
sederhana, murah dan aman-yang plasmid rekombinannya
yang sangat aktif (HAART) akan diinisiasi. Salah
mernbawa gen untuk protein yang diinginkan disuntikkan satu obat yang masih dalam pertimbangah adalah'r ..

ke dalam pejamu dan DNA menghasilkan protein analog nukleosida yang menghambat reverse'
pengimun. tianicripatase virus sefia aktif melawan Hlvr"dan ,'.}i
(7) Pemberian vaksin secara lokal untuk merangsang : HBV. Obat tersebut ad'alah .-.t1 ' '"i:
""
antibodi di tempat masuk (seperti vaksin aerosol untuk
lii iil:;Ji:in 1;,:'. " "' ]r"
''r**" 1+
virus penyakit pernapasan). ,'i',
'n*]',,
,
Ei il?il[l?,,.
(ii Fuzeon '
",'
(E) Lamivudin . :
'
'.',
j'-
.4"
,'
r',,6. Berhubungan dengan papjen HIV-/AIDS pada
" Pertanyaan 5, agen'peptiflomimetik yang meng-
hambat pemecahan diperantarai virus pada
prekursor protein struktural virus dipilih sebagai-
obat kedua. Obat tersebut adalah lr ,
"'

lfi t1:;Ii:," 'o


;iil;;;;;;' ,: '-
' n*'l**,1 ici
[3i
(F) Fuzeon
'*
,F

'*.'
7. Seorang perempuan bgrusia p3 taftun dirawat di
rumih sakit untuk pengobatari'leukerqiS Satu hari
. seielah dirawat ia mehggigil, demam; batuk, nyeii
kepalal.,den mia!Eia. la menyatakan bahwa'-
suaminyq juga minderita penyakit yahg sama;';'
.'..bebeiapaharisebelumn1"'",1l'o.",pertim[angan
PATOGENESIS & PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS / 423

KEPUSTAKAAN
Ada G: Vaccines and vaccination. N Engl J Med 2007;345:1042.
Alcami. A, Koszinowski UH: Viral mechanisms of immune evasion. Trends
Microbiol 2008;8:410.
Biron CA, Sen GC: Interferons and other cytokines. In: Fields Virologt,
4th ed. Knipe DM et al (editors). Lippincott Williams & Wilkins,
2001.
Combination vaccines for childhood immunization: Recommendations of
the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP), the
American Academy ol Pediatrics (AAP), and the American Acaderny
of Family Physicians (AAFP). MMWR Morb Mortal Wkly Rep
1999;48rRR-5t:1.
Hawley RJ, Eitzen EM Jr: Biological weapons-a primerfor microbiologists.
Annu Rev Microbiol 2001;55:235.
Immunization of health-care workets: Recommendations oJ the Advisory
Committee on Immunization Practices (ACIP) and the Hospital
Infection Control Practice Advisory Committee (IIICPAC). MMWR
Morb Mortal Wkly Rep 1997;46(RR-18):1.
Preventing emerging infectious discases: A strategy for the 21st century.
Overuiew of the updated CDC plan. MMWR Morb l\tlortal Wkly Rep
1998:4 7/RR-15):1.

Tyler KL, Nathanson N; Pathogenesis ofviral ilfectir:ns. In: FieLds ViroLogy,


4th ed. Knipe DM et al (editors). Lippincott Williams &Wilkins,
2001.
Pa rvovirus

Parvovirus adalah virus hewan DNA yang paling Klasifikasi


sederhana. Karena kapasitas penyandian genomnya kecil,
Terdapat dua subfamili Parvoviridae: Parvovirinae' yang
replikasi virus bergantung pada fungsi yang diberikan
menginfeksi vertebrata, dan Densovirinae yang
oleh sel pejamu yang bereplikasi atau virus penolong yang
menginfeksi serangga. Parvovirinae terdiri dari tiga genus.
menginfeksi bersama-sama. Satu-satunya parvovirus yang
Anggota genus Paruouirus maupun genus Erythrouirus
dikenal bersifat patog€n untuk manusia, B19, mempunyai
mampu bereplikasi secara otonom dalam sel yang
tropisme terhadap sel progenitor eritroid. Parvovirus
membelah secara cepat. Virus panleukopenia felinum dan
merupakan penyebab eritema infeksiosum ("penyakit
parvovirus kaninum, keduanya merupakan penyebab
kelima'), suatu eksantema pada anak yang sering terjadi;
penyakit pada hewan yang serius, digolongkan sebagai
sindrom poliartralgia-artritis pada orang dewasa normal;
anggota genus Paruouirus, yang diisolasi dari banyak
krisis aplastik pada pasien dengan gangguan hemolitik;
hewan lain. Parvovirus B19 manusia adaiah satu-satunya
anemia kronik pada orang imunokompromais; dan
anggota genus Erythrouirus. Genus Dependouirus
kematian letal.
mempunyai anggota yang cacat dan bergantung pada virus
penolong (adenovirus atau herpesvirus) untuk bereplikasi.
SIFAT PARVOVIRUS "Virus terkait adeno" pada manusia dihubungkan dengan
Sifat penting parvovirus terdapat dalam Tabel 3 1 - 1 . Penting semua penyakit.
diketahui bahwa terdapat parvovirus yang cacat dan secara
otonom bereplikasi. Replikasi Parvovirus
Siklus replikasi parvovirus Bi9 manusia diringkas dalam
Struktur & Komposisi Gambar 31-2. Virus ini sangat tropik untuk sel eritroid
Partikel tak berselubung, ikosahedrai mempunyai manusia. Reseptor selular untuk 819 adalah antigen P
diameter 18-26 nm (Gambar 31-l). Partikel mempunyai golongan darah (globosid). Antigen P diekspresikan pada
berat molekul 5,5-6,2 x 106, berat sebesar 1,39-1,42 gcm3, eritrosit matang, progenitor eritroid, megakariosit, sel
dan Sr,,*sebesar 110-122. Virion sangat resistan terhadap
inaktivasi. Virion stabil antarapH 3 dan 9 dan tahan Tatbel 31-1. Sifat penting parvovirus
('C
terhadap pemanasan 56 selama 60 menit, tetapi dapat
diinaktifkan dengan formalin, B-propiolakton, dan agen Virion: lkosahedral, diameter 18-26 nm, 32 kapsomer
pengoksidasi. Komposisi: DNA (20%), protein (80%)
. Virion mengandung dua protein selubung yang dikode Genom: DNA untai tunggal, linear, 5,6 kb, BM 1,5-2,0 juta
oleh sekuens kerangka DNA yang tumPang tindih. Protein: Satu mayor dan satu minor
Protein kapsid utama, YP2, sekitar 90%o berupa protein Selubung: Tidak ada
virion. Genomnya merupakan DNA untai tunggal, linear, Replikasi: Nukleus, bergantung pada fungsi sel pejamu
sekitar.5 kb. Virus otonom, Bl9, mengandung 5596 yang membelah
nukleotida, sedangkan parvovirus yang cacat, AAV-Z, Ciri khas yang menonjol:
mengandung 4680 basa. Parvovirus otonom biasanya Virus yang sangat sederhana
mengenkapsi untaian DNA pelengkap bagi mRNA virus; Patogen manusia, B19, mempunyai tropisme untuk
virus yang cacat cenderung menjadi kapsid untaian DNA progenitor sel darah merah
Satu genus tidak mampu melakukan replikasi dan
kedua polaritas menjadi virion yang terpisah dengan
memerlukan virus penolong
frekrrensi sama.

424
PARVOVIRUS / 425

Satu atau lebih DNA polimerase selular terlibat; sekuens


terminal pada DNA parvovirus yang linear digunakan
primer untuk memulai sintesis DNA. Terdapar dua
protein kapsid. Protein nonstruktural diperlukan untuk
replikasi virus dan penting pada patogenesis beberapa
penyakit terkait B19 dengan memodulasi gen sel pejamu.
Replikasi virus n-renyebabkan kematian sel.

INFEKSI PARVOVIRUS PADA MANUSIA


Patogenesis & Patologi
Perjalanan khas infeksi parvovirus 819 pada orang dewasa
digambarkan dalam Gambar 3l-3. B19 teiah dilibatkan
sebagai agen penyebab beberapa penyakit (-|abel 31-2).
Sel imatur pada garis eritroid merupakan target utarna
parvovirus B19 manusia. OIeh karena itu, tempat utama
Gambar 31-1. Mikrograf elektron partikel parvovirus
replikasi virus pada pasien diduga adalah sumsum dewasa
(5umbangan FA Murphy dan EL Palmer).
dan hati janin. Replikasi virus menyebabkan kematian
sel sehingga memutuskan produksi sel darah merah. Pada
pasien imunokompromais, terjadi infeksi B19 persisten,
endotel, piasenta, dan jantung serta hati janin, yang
menyebabkan anemia kronik. Pada kasus kematian janin'
membantu menjelaskan tropisme jaringan virus B19 yang
infeksi kronik mungkin menyebabkan anernia berat pada
luas.
janin.
Parvovirus sangat bergantung pada fungsi selular untuk
Parvovirus yang tidak cacat memerlukan sel pejamu
di dalam nukleus.
replikasi. Replikasi DNA virus terjadi
yang membelah untuk bereplikasi dan penyakit parvovirus
Bagi sel pejamu perlu untuk melalui fase S, tetapi
yang diketahui menunjukkan spesifikasi target tersebut
parvovirus tidak mempunyai kemampuan untuk (Gambar 31-4).
merangsang sel iainnya untuk memulai sintesis DNA.
Antibodi IgG maupun IgM spesifik virus terbentuk
setelah infeksi B19. Infeksi parvovirus yang persisten
terjadi pada pasien dengan defisiensi imun yang gagal
membuat antibodi penetral virus. Ruam yang disebabkan
oleh eritema infeksiosum sebagian diperantarai kompleks
imun.
B19 dapat ditemukan dalam darah dan sekret
pernapasan pasien yang terinfeksi. Transmisi mungkin
melalui jalur pernapasan. Tidak ada bukti adanya ekskresi
virus dalam feses atau urine. Virus dapat ditularkan secara

Tabel 31-2. Penyakit manusia yang disebabkan oleh


parvovirus 8191

Sindrom Pejamu atau ..,.,:,,Gambq1an.' KliniS


. Keadaan,1, '':"': -:"::
' .

Gamhar 31-2. Silus hidup parvovirus 819. (1)Berikatan


pada antigen P eritrosit dan masuk; (2) translokasi DNA
Penyakit kelima Anak-anak Ruam kutaneus
Dewasa Artra lg ia-artritis
virus ke nukleus; (3) transkripsi RNA nonstruktural dan
(4) RNA protein kapsid terakhir: diikuti oleh (5) translasi Krisis aplastik Hemolisis yang Anemia akut berat
protein. Yang tidak dapat dipisahkan secara temporal transien mendasari
(6) perakitan sendiri kapsid, (7) aksi protein nonstruktural
Aplasia sel darah lmunodefisiensi Anemia kronik
pada DNA virus, (8) translokasi kapsid ke nukleus, (9) merah murni
replikasi DNA, (10) insersi DNA ke dalam kapsid intak,
dan (1 1) pelepasan virus dan lisis sel. (Direproduksi seizin Young Hidrops fetalis Janin Anemia fatai
N5: Parvoviruses.ln FieldsVirology,3rd ed. Fields BN et al leditorsl. rDimodifikasi dari Young NS: Parvovlruses.ln'. Fields Virology, 3rd ed.
Lippincott Raven, 1996). Fields BN et al (editors). Lippincott-Raven, 1996.
426 BAB 31

lc

12

Zo
o
E
'i;
E
(U6
=c
f

I 10 12

Hari pascainokulasi

-.-, DNA 819 ---lgMB19 ......... lgG 819

l/o Retikulosit normal % Trombosit normal Gejala

- -
Gambar 31-3. Gambaran klinis dan laboratorium selama perjalanan infeksi 819 parvovirus manusia pada sukarelawan
der,tasa. Fase pertama penyakit dengan gejala seperti flu terjadi bersamaan dengan viremia (hari ke-6 sampai 12);
fase kedua penyakit dengan ruam tampak sekitar hari ke-18. (Direproduksi seizin Anderson U: Human parvovirus B19.ln. Clinical
Virology,2nd ed. Richman DD,Whitley RJ, Hayden FG [editors].ASM Press, 2002; data diambildari Anderson MJ et al: Experimental parvoviral infections
rn h.rmans. J Infect Dis 1985;152:257).

parenteral melalui transfusi darah atau produk darah yang Periode inkubasi biasanya 1-2 minggu tetapi dapat
terinfeksi dan secara vertikal dari ibu ke janin. Karena memanjang sampai 3 minggu. Viremia terjadi 1 minggu
resistan terhadap pengobatan yang menginaktifkan virus setelah infeksi dan menetap sekitar 5 hari. Selama periode
berselubung, B19 mungkin terdapat dalam beberapa viremia, virus terdapat dalam bilasan hidung dan spesimen
konsentrat faktor pembekuan. kumur, yang mengidentifikasi saluran pernapasan atas-
Beberapa parvovirus patogen hewan bereplikasi dalam paling mungkin faring-sebagai tempat pelepasan virus.
sel mukosa usus dan menyebabkan enteritis. Fase pertama penyakit terjadi pada akhir minggu
pertama; gejala seperti flu, yaitu demam, malaise, mialgia,
Temuan klinis menggigil, dan gatal. Episode pertama penyakit
bersamaan dengan viremia dan retikulositopenia dan
A. ERtTEMA lNFEKsrosuM (PeNvaxtr KELTHA)
dengan deteksi kompleks imun parvovirus IgM dalam
Manifestxi paling sering infelai B19 parvovirus manusia sirkulasi. Setelah periode inkubasi sekitar 17 hari, fase
adalah eritema infeksiosum, atau penyakit kelima. kedua penyakit dimulai. Gambaran ruam wajah
Penyakit eritema ini paling sering terjadi pada anak usia eritematosa dan ruam seperti renda pada ekstremitas atau
sekolah dini dan kadang-kadang menyerang orang dewasa. tubuh dapat disertai. dengan gejala sendi, terutama pada
Gejala konstitusional ringan dapat menyertai ruam, yang orang dewasa. Penyakit berlangsung singkat, ruam yang
mempunyai gambaran khas seperti "pipi ditampar". Kasus menghilang setelah 2-4 hari meskipun gejala sendi dapat
sporadis maupun epidemik telah dilaporkan. Terkenanya menetap lebih lama.
sendi merupakan gambaran yang jelas pada kasus orang
dewasa; persendian tangan dan lutut paling sering terkena.
B. KRISIS APLASTIK TRANSIEN
Gejalanya menyerupai artritis reumatoid dan artropati
dapat menetap selama berminggu-minggu, bulan, atau Parvovirus 819 merupakan penyebab krisis aplastik
tahun. transien yang dapat mempersulit anemia hemolitik kronik'
PARVOViRUS 427

819 .it,l't. - Deoosisi{y--


;-.^.\,- +kompteks penvakit
>\ -( \/ k;ii;;'
Y ^ -{, -r imun /J-\
Kelebihan antibodi

819
\. TAC

Hemoliiik
atau eritron
tefiekan

''\r,'.';'.N-
\ l-/ rid"k,P
Tidak ada
k .k D
.J,,*.o

rgkomersiar
antibodi, persistensi virus

?
Jantung f)

#rQ";#d
Hati\turans \ 'i:*r'
&t

Gambar 31-4. Patogenesis penyakit yang disebabkan oleh parvovirus 819. A: Pada anak dan dewasa. (TAC, krisis
aplastik transien; PRCA, aplasia sel darah merah murni). B: Pada infeksi janin. (Dimodifikasi dengan seizin dari Young NS:
Parvovirus. ln: Fields Virology,3rd ed. Fields BN et al leditors]. Lippincott-Raven, 1 996).

misal, pada pasien dengan penyakit sel sabit, talasemia, C. INFEKSI PADA PASIEN DEFISIENSI IMUN
dan anemia hemolitik didapat pada dewasa. Krisis aplastik
819 dapat menyebabkan infelai persisten dan menyebabkan
transien juga dapat terjadi setelah transplantasi sumsum
supresi kronik sumsum tulang dan anemia kronik pada
tulang. Sindrom merupakan penghentian mendadak pasien imunokcrnpromais. Penyakit disebut aplasia sel
sintesis sel darah merah pada sumsum tulang dan darah merah murni. Anemia berrifat berat, dan pasien
ditunjukkan dengan tidak adanya prekursor eritroid dalam bergantung pada transfusi darah. Teiah diobservasi pada
sumsum, disertai pemburukan cepat anemia. Infeksi populasi pasien dengan imunodefisiensi kongenital,
mengurangi produlai eritrosit, menyebabkan penurunan keganasan, AIDS, dan transplantasi organ.
kadar hemoglobin darah perifer. Hend produksi sel darah
merah yang sementara menjadi nyata hanya pada pasien D, INFEKSI SELAHA KEHAMILAN
dengan anemia hemolitik kronik karena masa hidup
eritrosit yang pendek; interupsi eritropoiesis selama 7 Infeksi maternal oleh virus B19 dapat memberikan risiko
hari diharapkan tidak akan menyebabkan anemia yang serius bagi janin, yang menimbulkan hidrops letalis dan
dapat terdeteksi pada orang normal. Beberapa pasien kematian jarrin akibat anemia yang berat. Risiko
anemia mengalami ruam. Gejala krisis aplastik transien keseluruhan infeksi parvovirus pada manusia selama
terjadi selama fase viremik infeksi. kehamilan rencah; kehilangan janin terjadi pada kurang
428 BAB 31

dari 10% infeksi maternal primer. Kematian janin terjadi bersifat subklinis. Perkiraan angka serangan pada kontak
paling sering sebelum minggu ke-20 kehamilan. Meskipun yang rentan berkisar dari 20o/o sampai 50%.
-lransmisi B19
sering terdapat transmisi intrauterin pada parvovirus dari pasien dengan krisis aplastik ke
manusia, tidak ada bukti bahwa infeksi B19 menyebabkan anggota staf rumah sakit telah diliporkan. Pasien dengan
kelainan fisik. krisis aplastik cenderung infeksius selama perjalanan
penyakitnya, sedangkan pasien dengan penyakic kelima
E. LatN-LArN mungkin tidak lagi infeksius saat awitan ruam.

Infeksi 819 dihubungkan dengan sejumlah penyakit lain, Pengobatan


retapi peran virus, apabila ada, masih perlu pembuktian.
Penyakit tersebut meliputi gangguan kardiovaskular, Penyakit kelima dan krisis aplastik transien diobati secara
dermatologi, hematologi, hepatik, neurologi, ginjal, simtomatis. Krisis aplastik transien mungkin m€merlukan
respirasi, dan reumatik. terapi transfusi.
Sedian imunoglobulin komersial mengandung antibodi

Diagnosis Laboratorium penetral terhadap parvovirus manusia. Sedian tersebut


dapat digunakan untuk menyembuhkan atau memperbaiki
Uji paling sensitif dapat mendeteksi DNA virus. Uji yang infelai Bl9 persisten pada pasien imunokompromais dan
tersedia adalah reaksi rantai polimerase, pemeriksaan pasien anemia.
hibridisasi ekstrak jaringan atau serum, dan hibridisasi
in situ jaringan yang terfiksasi. Reaksi rantai polimerase Pencegahan & Pengendalian
merupakan uji paling sensitif. DNA 819 telah dideteksi 'l'idak ada vaksin yang melawan parvovirus manusia,
dalam serum, sel darah, sampel jaringan, dan sekresi
meskipun prospeknya baik sehingga vaksin dapat
PernaPasan.
Uji serologi yang didasarkan pada antigen parvovirus dikembangkan. l-erdapat vaksin yang efektif melawan
parvovirus hewan untuk digunakan pada kucing, anjing,
rekombinasi yang dihasilkan in uitro rnenggunakan sistem
dan babi. il'idak ada terapi obat antiviral.
ekspresi bakulovirus atau bakterial digunakan untuk
Praktik higiene yang baik, seperti mencuci tangan
mengukur antibodi. Detelai antibodi IgM B19 merupakan
indikasi terjadinya infeksi terbaru; antibodi tersebut dan tidak bertukar minuman, seharusnya membantu
mencegah penyebaran B19 melalui sekret pernapasan,
ditemukan selama 2-3 bulan seteiah infelai. Antibodi IgG
aerosol, dan peralatan. Praktik pengendalian infelai yang
B19 menetap selama bertahun-tahun, meskipun antibodi
standar sebaiknya diikuti untuk mencegah transmisi B19
mungkin tidak ditemukan pada pasien imunodefisiensi
ke pekerja pelayanan kesehatan dari pasien dengan krisis
dengan infelai B19 kronik. Pada pasien tersebut, infeksi
aplastik dan dari pasien imunodefisiensi dengan infeksi
kronik didiagnosis dengan mendeteksi DNA virus.
819 kronik.
Uji deteksi antigen dapat mengidentifikasi virus
bertiter tinggi pada sampel klinis. Imunohistokimia telah
digunakan untuk mendeteksi antigen Bl9 dalam jaringan
janin dan sumsum tulang.
Virus sulit tumbuh. Isolasi virus tidak digunakan untuk
mendeteksi infeksi.

Epidemiologi
Virus B19 tersebar luas. Infeksi dapat terjadi sepanjang
tahun, pada semua kelompok usia, dan berupa wabah
atau berupa kasus sporadik. Infelai paling sering terjadi
berupa wabah di sekolah. Infeksi parvovirus sering terjadi
pada masa kanak-kanak; antibodi paling sering timbul
antara usia 5 hingga l9 tahun. Hampir 607o semua orang
dewasa dan 90o/o orang tua adalah seropositif.
Infeksi tampaknya ditularkan melalui saluran
pernapasan. Virus stabil dalam lingkungan dan permukaan
yang terkontaminasi juga dapat terlibat dalam transmisi.
Perpindahan antara anggota keluarga mungkin merupakan
bagian penting transmisi. Sumber infeksi maternal selama
kehamilan sering kali adalah anak rertua. Banyak infelsi
PARVOVIRUS 429

.ti{!:
:t':=

i*.ii.'l'ifift
KEPUSTAKAAN
Azzi A, Morfini M,I'Iannucci PM: The translusion-associated trmsmission
of parvovirus B19.'lranslusion Med llev 1999;13:194.

Faisst S. Ronnrelaere J (editors): Paruouiruses: From Molecular BioLo51l


to Pathology and ?herapeutic Uses. Karger, 2000.

Magro CM, Dawood MR, Crowson AN: The cutancous manilestations of


human paruovirus B19 infections. Hum Pathol 2000;31:488.
Parrish CR: Molecular epidcmiology of parvoviruses. Semin Virol
1995;6:4 15.

Saldanha J et al: Establishment of the frrst World Health Organization


Intemational Standard for hurnan paruovirus 819 DNA nucleic acid
amplifi cation techniques. Y ox S ang 2002;82:24.
Adenovirus

Adenovirus dapat bereplikasi dan menimbulkan penyakit infeksius, dan infektivitas relatif DNA dapat berkurang
pada saluran pernapasan, pencernaan, dan kemih serta paling sedikit i00 kali jika protein terminal dihilangkan
pada mata. Banyak infeksi adenovirus bersifat subklinis, dengan proteolisis. DNA dipadatkan dalam inti virion;
dan virus dapat menetap dalam pejamu selama berbulan- protein disandi virus, polipeptida VII (Gambar 32-28),
bulan. Sekitar sepertiga dari 49 serotipe manusia yang penting dalam pembentukkan struktur inti.
dikenal menyebabkan sebagian besar kasus penyakit Diperkirakan terdapat 11 protein virion; posisi
adenovirus pada manusia. Beberapa jenis berperan sebagai strukturalnya dalam virion diperlihatkan pada Gambar
model penginduksi kanker pada hewan. Adenovirus 32-28. Kapsomer hekson dan penton merupakan
merupakan sistem yang sangat penting untuk mempelajari komponen utama pada permukaan partikel virus. Terdapat
proses molekular dan biokimia sel eukariotik. epitop spesifik jenis dan grup pada hekson maupun
polipeptida serat. Semua adenovirus manusia menunjukkan
SIFAT ADENOVIRUS antigenisitas hekson yanglazim ini. Penton terdapat pada
12 verteks kapsid dan mempunyai serat yang menonjol
Sifat penting adenovirus diberikan dalam Tabel 32-1. keluar darinya. Dasar penton membawa aktivitas seperti
toksin yang menyebabkan timbulnya efek sitopatik yang
Struktur & Komposisi cepat dan pelepasan sel dari permukaan tempat
Adenovirus berdiameter 70-90 nm dan memperlihatkan tumbuhnya. Antigen reaktif grup lain diwakili oleh dasar
simetri ikosahedral, dengan kapsid yang rcrdiri dari 252 penton, Serat mengandung antigen spesifik jenis yang
kapsomer. Adenovirus tidak mempunyai selubung. penting dalam penentuan serotipe. Serat dihubungkan
Adenovirus mengandung 13% DNA dan 80% protein. dengan aktivitas hemaglutinasi. Karena hemaglutinin
Diperkirakan berat molekul partikel adalah 150-180 x spesifik jenis, uji HI sering digunakan untuk menentukan
106. Adenovirus adaiah virus yang unik di antara virus- isolat. Namun, sangat mungkin menemukan isolat
virus ikosahedral karena memiliki struktur yang disebut rekombinasi dan memberikan realai diskordan pada uji
"serat" yang keluar dari masing-masing 12 verteks atau Nt dan Hi.
dasar penton (Gambar 32-I dan 32-2). Kapsid lain terdiri
dari 240 kapsomer hekson. Hekson, penton, dan serat
merupakan antigen adenovirus utama yang penting pada
klasifikasi virus dan diagnosis penyakit. Tabel 32-1 .5ifat penting adenovirus
DNA adenovirus (26.45 kbp) linear dan beruntai
ganda. Seluruh sekuens DNA genom pada banyak jenis Virion: lkosahedral, berdiameter
70-90 nm, 252 kapsomer;
adenovirus sudah diketahui. Genom virus untuk jenis 2 serat mencuat dari masing-masing verteks
mengandung 36.000 pasang basa. Kandungan guanin plus Komposisi: DNA (13%), protein (87%)
sitosin pada DNA paling rendah (48-49o/o) pada Genom: DNA untai ganda, linear, 26-45 kbp, terikat protein
adenovirus grup A (tipe 12, 18, dan 31), yaitu jenis yang sampai terminal, infeksius
bersifat onkogenik paling kuat, dan pada tipe lain dapat Protein: Antigen penting (hekson, dasar penton, serat)

berkisar sampai 61%. Kandungan ini merupakan salah dihubungkan dengan protein kapsid luar utama
satu kriteria yang digunakan dalam mengelompokkan isolat
Selubung: Tidak ada
manusia. DNA virus mengandung protein yang disandi Replikasi: Nukleus
Ciri khas yang menonjol: Model yanng baik untuk
virus yang secara kovalen berikatan dengan setiap ulung
mempelajari ploses molekular sel eukariotik
5' genom linear. DNA dapat diisolasi dalam bentuk

430
ADENOVIRUS 431

Gambar 32-1. Mikrograf elektron adenovirus. A: Partikel virus memperlihatkan simetri kubik dan tidak berselubung.
Kapsomer hekson (dikelilingi oleh enam hekson identik) dan kapsomer penton (dikelilingi oleh lima hekson) ditandai
dengan titik-titik. B: Perhatikan bahwa struktur serat mencuat dari kapsomer penton verteks (285.000 X) (Direproduksi
dengan seizin Valentine RC, Pereira HG: Antigens and structure of the adenovirus. J Mol Biol 1 965;1 3:1 3).

Klasifikasi berurutan secara cermat diringkas dalam Gambar 32-3.


Perbedaan antara tahap dini dan lanjut tidak harus pada
Adenovirus ditemukan dari berbagai spesies dan sel yang terinfelai; gen awal terus diekspresikan sepanjang
dikelompokkan menjadi dua genus: satu genus yang siklus; beberapa gen mulai diekspresikan pada waktu
menginfeksi burung (Auiadenouirus) dan yang lain "intermediet"' dan tingkat rendah transtr<ripsi gen lambat
menginfeksi mamalia (Mastadenouirzzs). Sedikitnya 49
dapat terjadi setelah infeksi.
jenis antigenik berbeda telah diisolasi dari manusia dan
banyak jenis lain dari berbagai hewan. A. PELEKATAN, PENETRASI, DAN PELEPASAN VIRUS
Adenovirus manusia dibagi menjadi enam kelompok
(A-F) berdasarkan sifat fisis, kimia, dan biologinya (Thbel Virus menempel pada sel melalui struktur serat. Reseptor
sel pejamu untuk beberapa serotipe adalah CAR (reseptor
32-2). Adenovirus kelompok tertentu mempunyai serat
dengan panjang tertentu, mempunyai homologi DNA
adenovirus coxsackie), anggota super famili ge n
yang tinggi (>850/0, dibandingkan dengan <20o/o dengan
imunoglobulin. Interaksi basa penton dengan integrin
selular setelah proses pelekatan mempermudah langkah
anggota kelompok lain), dan memperlihatkan kapasitas
yang sama untuk menimbulkan aglutinasi eritrosit monyet
internalisasi. Adsorpsi dan internalisasi merupakan
atau tikus. Anggota kelompok adenovirus tertentu sama-
langkah terpisah pada proses infeksi adenovirus yang
memerlukan interaksi protein serat dan Penton dengan
sama memiliki kandungan guanin plus sitosin DNA-nya
dan menyebabkan tumor pada hewan pengerat baru lahir.
protein target selular yang berbeda. Virus yang diadsorpsi
Yang penting, virus dalam suatu kelompok cenderung
diinternalisasikan ke dalam endosom; kebanyakan
mempunyai penyebaran epidemiologi dan hubungan partikel (=90o/o) bergerak cepat dari endosom ke dalam
penyakit yang serupa.
sitosol (waktu paruh =5 menit) melalui Proses yang
dicetuskan oleh pH endosom yang asam. Mikrotubulus
mungkin terlibat dalam transpor partikel virus melewati
Replikasi Adenovirus
sitoplasma ke nukleus. Pelepasan selubung dimulai dalam
Adenovirus bereplikasi baik hanya pada sei yang berasal sitoplasma dan diselesaikan di nukleus, bersamaan dengan
dari epitel. Siklus replikasi secara tegas dibagi menjadi pelepasan DNA mungkin terjadi pada membran nuklear.
tahap dini dan lanjut. Pengaturan ekspresi tahapan yang Pelepasan selubung merupakan proses berurutan dan
432 BAB 32

Kapsid
ilm
ilt v
lllar
lV<
6
vl o
Vlll r
txv

AB
Gambar32-2. Model-model virion adenovirus. A: Rekonstruksi gambaran tiga dimensi partikel adenovirus intak
yang dilihat sepanjang aksis tiga kali lipat ikosahedral (Direproduksi seizin Stewart PL, et al: lmage reconstruction reveals the complex
molecular organization of adenovirus. Cell 1991;67:.l45. llak Cipta O 1991 oleh Cell Press). B: Potongan dalam berbagai segi partikel
adenovirus yang memperlihatkan komponen polipeptida dan DNA. Tidak ada potongan sebenarnya pada virion
ikosahedralyang mengandung semua komponen. Konstituen virion ditunjukkan dengan nomor polipeptida kecuali
protein terminal (TP) (Direproduksi dari Stewart PL, Burnett RM:Adenovirus structure as revealed by x'ray crystallography, electron microscopy and
difference lmaging. Jpn J Appl Phys 1993;32:1342).

teratur yang secara sistematis memecahkan interaksi mengandung gen adenovirus yang terlibat pada
stabilisasi yang teiah terjadi selama maturasi partikel transformasi sel karena produk gen tersebut mengikat
virus. protein selular (misal, pRb, p300, p53) yang mengatur
progresi siklus sel. Protein dini diwakili oleh protein
B. TAHAP DINI pengikat DNA 75-kDa yang diperlihatkan dalam Gambar
4) -4
Langkah yang terjadi sebelum dimulainya sintesis DNA
virus disebut tahap dini. Tujuan tahap dini adalah
C, REPLIKASI DNA VIRUs DAN TAHAP LANJUT
menginduksi sel pejamu untuk memasuki fase S pada
siklus sel untuk menciptakan keadaan yang kondusif bagi Replikasi DNA virus berlangsung dalam nukleus. Protein
replikasi virus, untuk mengekspresikan fungsi virus yang terminal disandikan virus yang dihubungkan secara
melindungi sel yang terinfeksi dari mekanisme pertahanan kovalen berfungsi "primer" untuk inisiasi sintesis DNA
pejamu, dan menyintesis produk gen virus yang vi rus .

diperlukan untuk replikasi DNA. Tahap lanjut dimulai bersamaan dengan dimulainya
Tianskrip dini ("E") berasal dari tujuh bagian genom sintesis DNA virus. Promoter lanjut utama rnengen-
virus yang jauh terpisah dan dari kedua untai DNA virus. dalikan ekspresi penyandian gen lanjut ("L") untuk protein
Lebih dari 20 protein dini, banyak merupakan protein struktural virus. Terdapat satu transkrip utama yang sangat
nonstruktural dan berperan dalam replikasi DNA virus, besar (o29.000 nukleotida panjangnya) yang diproses
disintesis di dalam sel yang terinfeksi adenovirus. Gen dengan penyambungan untuk menimbulkan sedikitnya
dini E1A sangat penting; gen ini harus diekspresikan agar 18 mRNA lanjut yang berbeda. mRNA ini dikeiom-
bagian awal yang lain ditranskripsikan. Modulasi siklus pokkan (Ll sampai L5) berdasarkan pemakaian tempat
sel diselesaikan dengan produk gqn ElA. Daerah dini tambahan poli(A) yang umum. Tianskrip yang telah
E1B menyandikan protein yang menghambar kematian diproses dipindahkan ke sitoplasma, tempat protein virus
sel (apoptosis) yang terjadi akibat fungsi E1A; ini disinte sis.
diperlukan untuk mencegah kematian sel prematur yang Meskipun gen pejamu terus-menerus ditranskripsi di
akan memberikan pengaruh yang sebaliknya terhadap dalam nukleus pada perjalanan infeksi lanjut, beberapa
virus yang dihasilkan. Daerah EIA dan EIB hanya sekuens genetik pejamu dipindahkan ke sitoplasma.
ADENOVIRUS 433

Kompleks yang melibatkan polipeptida 55-kDa ElB dan 104


polipeptida 3l+-kDa E4 menghambat penumpukan mRNA :-
vo
selular dalam sitoplasma dan mempermudah penumpukan ^a
mRNA virus, mungkin dengan cara merelokasi faktor L:
UIL Banyaknya .'
seh-ilar yang telah ada sebelumnya yang diperlukan untuk -&
xv RNA virus \ ^g
{^
-9N
transpor mRNA. Sejumlah protein struktural virus dalam --':
C<
::v
tl
*a C
jumlah besar dibuat. OX
Pene litian dengan mRNA he kson ade novirus 9;rr
9<
a-z
menemukan bahwa mltNA eukariot biasanya tidak sejajar o) -^

dengan gennya tetapi merupakan produk pecahan dari


6o
!c
(Ei
>.;
'6o
daerah penyandian t€rpisah pada DNA genom. CU g>
tra ';u
c(o
D, PERAKITAN DAN MATURASI VIRUS
O)L
c(g
>: t(
p-
oia
-0) (L:
Morfogenesis virion terjadi dalam nukleus. Masing- d3
r! -c
b<o
masing kapsomer hekson merupakan suatu trimer ro .E
F-o
ao

polipeptida yang identik. Penton te rdiri dari lima <:


polipeptida basa penton dan tiga poiipeptida serat. o2
"Protein rangka" yang disandikan L1r Ianjut membantu
<1
agregasi polipeptida hekson tetapi bukan merupakan 0 5 10 15 20 25 30 35
bagian struktur akhir.
Waktu setelah infeksi (jam)
Kapsomer terpasang sendiri menjadi kapsid selubung
kosong dalam nukleus. DNA tanpa selubung kemudian
Gambar 32-3. Perjalanan waktu siklus replikasi
memasuki kapsid yang baru terbentuk. Unsur DNA czr-
adenovirus. Waktu antara infeksi dan tampilan pertama
acting dekat ujung lengan kiri kromosom virus berperan virus progeni berupa periode eklips. Perhatikan peng-
sebagai sinyal pengemasan yang diperlukan untuk tahap aturan yang berurutan pada tahap khusus siklus replikasi
pengenalan kapsid-DNA. Protein rangka virus lain, yang virus. "PFU" berarti "unit pembentuk plak", suatu
disandikan dalam kelompok L1, mempermudah ukuran virus infeksius (Darl M Green).
enkapsidasi DNA. Akhirnya, prekursor protein inti
terpisah, memungkinkan partikel merapatkan kon-
figurasinya, ditambahkan beberapa atau semua penton.
Proteinase sistein yang disandi virus berfungsi dalam agar tidak mengalami lisis yang diperantarai oleh limlosit
beberapa pemisahan protein prekursor. Partikei matang T sitotoksik. Protein yang disandi E3 lain menghambat
kemudian menjadi stabil, infeksius, dan resistan terhadap induksi sitolisis oleh sitokin TNF-ct.
nuklease. Siklus infeksius adenovirus memerlukan sekitar
24 jam. Proses perakitannya tidak efisien; sekitar 807o F. EFEK VIRUs TERHADAP SEL
kapsomer hei<son dan 90o/o DNA virus tidak digunakan.
Adenovirus bersifat sitopatik terhadap biakan sel manusia,
Namun, sekitar 100.000 partikel virus dihasilkan per
terutama biakan primer ginjal dan sel epitel yang kontinu.
sel. Protein struktural yang berhubungan dengan partikel
Efek sitopatik biasanya terdiri dari pembuldtan,
virus matur tertera di dalam Gambar 32-28.
pembesaran, dan agregasi yang nyata pada sel yang
terinfeksi menjadi kelompok sel seperti anggur (gralte'
E. EFEK VIRUs TERHADAP MEKANISME
libe cluster). Sel yang terinfeksi tidak mengalami lisis
PERTAHANAN PEJAMU
meskipun sel tersebut membulat dan meninggalkan
Adenovirus menyandikan beberapa produk gen yang permukaan kaca pada tempat tumbuhnya.
melawan mekanisme pertahanan pejamu antivirus. RNA Pada sel yang terinfeksi oleh beberapa jenis adenovirus,
VA yang banyak dan kecil memberikan perlindungan terlihat inklusi intranuklear yang membulat dan
terhadap efek antivirus interferon dengan mencegah mengandung DNA (Gambar 32-1t). Inklusi nuklear
aktivasi kinase yang diinduksi interferon yang melakukan tersebut dapat keliru dengan inklusi sitomegalovirus, tetapi
fosforilasi dan inaktivasi faktor 2 inisiasi eukariotik. infeksi adenovirus tidak menginduksi sinsitia atau sel
Protein regio adenovirus, yang tidak penting untuk raksasa multinukleus. Meskipun tidak patognomonik
pertumbuhan virus dalam kultur jaringan, menghambat untuk adenovirus, perubahan sitologi membantu tujuan
sitolisis sel yang terinfeksi oleh respons pejamu. Protein diagnosis pada biakan jaringan dan spesimen biopsi.
19-kDa gp E3 menghambat gerakan antigen MHC kelas Partikel virus dalam nuldeus sering kali memperlihatkan
I ke permukaan sel sehingga melindungi sel yang terinfbl<si susunan sePerti kristal. Sel yang terinfel<si virus grup B
BAB 31

juga mengandung kristal yang terdiri dari protein tanpa


asam nukleat. Partikel virus tetap di dalam sel setelah
siklus lengkap dan sel mati.
Adenovirus manusia memiliki rentang pejamu yang
sempit. Bila sel yang berasal dari spesies selain manusia
terinfeksi, adenovirus manusia biasanya mengalami siklus
replikasi abortif dan tidak ada progeni infeksius yang
dihasilkan.

Terapi Gen
Tumbuhnya minat akan kemungkinan penggunaan
adenovirus sebagai alat pengiriman gen untuk terapi gen
atau vaksinasi DNA. Adenovirus bersifat menarik karena
virus cacat-replikasi mampu melisiskan endosom setelah
internalisasi dan melepaskan DNA ke dalam sitoplasma.
Pengiriman efisien DNA asing telah dicapai dengan
penggandaan DNA secara kimiawi menggunakan partikel
adenovirus.

Kerentanan Hewan & Transformasi Sel


Kebanyakan hewan iaboratorium tidak dapat terinfeksi
oleh adenovirus manusia, meskipun hamster baru lahir
menderita infeksi fatal oleh adenovirus tipe 5. Beberapa
serotipe, terutama tipe 12, 18, dan 31, mampu
menginduksi tumor bila diinokulasikan pada hamster
baru lahir (l'abel 32-2). Semua adenovirus dapat
mengubah morfologi sel dalam kultur tanpa memandang
Gambar 32-4. Sitopatologi adenovirus pada jaringan
potensi onkogeniknya secara in uiuo (lihat Bab 43).Hanya
manusia. 5el epitel tubular dengan badan inklusi basofilik
sebagian kecil (<20%) genom adenovirus terdapat pada
pada pasien dengan nefritis tubulointerstisial nekrotikans
(450 X) (Sumbangan M lto), hampir semua sel yang mengalami transformasi.
Gen pentransformasi pada adenovirus manusia terletak
di daerah awal (ElA dan EIB) pada ujung lengan kiri
Tahel 32-2. Skema klasifikasi untuk adenovirus manusia

12,18,31 48-49 Ti nggi

3,7 ,11,14, Monyet 50-52 seda ng


16,21,34,35 (lengkap)

1,2,5,6 Tikus (parsial) 5t-59 Rendah atau tidak ada

8-10,13,15,17 Tikus (lengkap) 57 -61 Rendah atau tidak ada3


19,20,22-30
32,33,36-39,
42-47

ilt Tikus (parsial) 51 Rendah atau tidak ada

40, 41 ilt Tikus (parsia!) 57-59 Rendah atau tidak ada


lGuanosin plus sitosin.
'?lnduksi tumor pada hamster baru lahir.
3Adenovirus 9 dapat menginduksi tumor mamaria pada tlkus
PARVOVIRUS 435

genom virus. Pengecualian adalah tipe 9; gen E4 Adenovirus-terutama tipe 3, 7, dan 2l-dianggap
diperlukan untuk tumorigenesis mamaria pada tikus. menyebabkan sekitar l0-20o/o pneumonia pada masa
Penelitian gen pentransformasi adenovirus menunjukkan kanak-kanak. Pneumonia adenovirus dilaporkan
mekanisme pengendalian pertumbuhan seiular yang menyebabkan angka kematian 8-l0o/o pada anak yang
mefubah banyak jenis sel kanker. sangat kecil.
Sifat adenovirus tipe 12 yang sangat onkogenik Adenovirus merupakan penyebab sindrom penyakit
mungkin dihubungkan dengan pengamatan bahwa salah pernapasan akut pada calon tentara. Sindrom ini ditandai
satu efek pada daerah dini virus tipe ini adalah untuk dengan demam, nyeri tenggorok, kongesti hidung, batuk,
menghentikan sintesis antigen histokompadbilitas mayor dan malaise, kadang-kadang menyebabkan pneumonia.
kelas I (H2 atau HIA) pada beberapa sel yang mengalami Penyakit ini terjadi dalam bentuk epidemik pada calon
transformasi dan terinfelai sehingga mencegah penghan- tentara muda dalam kondisi lelah, stres, dan di tengah
curan oleh CTL. keramaian segera setelah pelantikan. Penyakit ini
Adenovirus tidak dianggap penting pada kanker manusia. disebabkan oleh tipe 4 dan 7 dan kadang-kadang oleh
tipe 3. Karena tidak tersedia vaksin, militer Amerika
INFEKSI ADENOVIRUS PADA Serikat menghentikan vaksinasi melawan adenovirus (tipe
MANUSIA 4 dan 7) pada tahun 1990-an; keadaan ini menyebabkan
terjadinya epidemi besar yang menyerang ribuan peserta
Patogenesis latihan.
Adenovirus menginfeksi dan bereplikasi dalam sei epitel
saluran pernapasan, mata, saiuran cerna, kandung kemih, B. INFEKSI MATA
dan hati. Virus tersebut biasanya tidak menyebar sampai Penyakit mata ringan dapat menjadi bagian sindrom
ke kelenjar getah bening regional. Virus grup C menetap faring-pernapasan yang disebabkan oleh adenovirus.
sebagai infeksi laten selama bertahun-tahun di adenoid Demam faringokonjungtiva cenderung terjadi sebagai
dan tonsil dan melakukan pelepasan virus dalam feses wabah, seperti saat kemah musim panas anak-anak
selama beberapa bulan setelah infeksi awal. Sebenarnya, ("konjungtivitis kolam renang") dan disebabkan oleh tipe
nama "adenovirus" mencerminkan penemuan isolat awal 3 dan 7. Durasi konjungtivitis adalah 1-2 minggu dan
dari cangkokan adenoid manusia. pemulihan lengkap tanpa terjadi sekuela merupakan hasil
Kebanyakan adenovirus manusia bereplikasi dalam yang lazim.
epitel usus setelah ingesti tetapi biasanya menimbulkan Penlakit yang lebih berbahaya adalah keratokonj ungtivitis
infeksi subklinis dan bukan gejala yang nyata. epidemik. Penyakit tersebut terutama terjadi pada orang
dewasa dan sangat menular. Adenovirus dapat tetap hidup
Temuan Klinis selama beberapa minggu dalam bak cuci dan handuk
Sekitar sepertiga serotipe manusia yang diketahui sering tangan serta dapat menjadi sumber transmisi. Penyakit
menyebabkan penyakit pada manusia. Harus diperhatikan ditandai dengan konjungtivitis akut diikuti keratitis yang
bahwa satu seroripe dapat menyebabkan penyakit klinis biasanya sembuh dalam 2 minggu tetapi dapat
yang berbeda dan, sebaiiknya, lebih dari satu tipe dapat meninggalkan kekeruhan subepitel di kornea sampai 2
menyebabkan penyakit klinis yang sama. Adenovirus 1-7 tahun. Penyakit ini disebabkan oleh tipe 8, 19, dan 37.
merupakan tipe yang paling umum ditemukan di seluruh
dunia dan menyebabkan sebagian besar penyakit yang C. PENYAKIT PENcERNAAN
diakibatkan adenovirus. Banyak adenovirus bereplikasi dalam sel usus dan terdapat
Adenovirus bertanggung jawab untuk sekitar 570
dalam tinja, tetapi keberadaan sebagian besar serotipe
penyakit pernapasan akut pada anak tetapi lebih sedikit tidak menyebabkan penyakit gastroihtestinal. Namun,
pada orang dewasa. Kebanyakan infeksi bersifat ringan dan
dua serotipe (tipe 40 dan 41) menyebabkan gastroenteritis
swasirna. Virus kadang-kadang menyebabkan penyakit infantil dan menyebabkan 5-15o/o kasus gastroenteritis
pada organ lain terutama mata dan saluran pencernaan.
virus pada anak kecil. Adenovirus tipe 40 dan 41 dapat
ditemukan dalam jumiah besar dalam tinja diare.
A. PENYAKIT PERNAPASAN
Adenovirus enterik sangat sulit dibiakkan.
Gejala yang khas adalah batuk, kongesti hidung, demam,
dan nyeri tenggorok. Sindrom tersebut paiing sering D. PENYAKIT LAIN
tampak pada bayi serta anak dan biasanya melibatkan
virus grup C. Kasus tersebut sulit dibedakan dengan infeksi
'Iipe 11 dan 21 dapat menyebabkan sistitis hemoragik
pernapasan virus ringan lain yang dapat menunjukkan akut pada anak, terutama anak laki-laki. Virus sering
gejaia serupa. ditemukan dalam urine pasien.
436 BAB 32

Pasien imunokompromais dapat menderita berbagai Isolasi virus pada kultur sel memeriukan sel manusia.
infeksi adenovirus yang biasa dan berat. Masalah paling Sel ginjal embrionik manusia primer paling rentan tetapi
sering yang disebabkan oleh infeksi adenovirus pada biasanya tidak tersedia. Galur sel epitel manusia yang
pasien yang menjalani transplantasi adalah penyakit diketahui, seperti HEp-2, HeLa, dan KB, sensitif tetapi
pernapasan yang dapat berkembang menjadi pneumonia sulit dipertahankan tanpa degenerasi selama 28 hari, yairu
berat dan dapat fatal (biasanya tipe l-7). Anak yang waktu yang diperlukan untuk mendeteksi beberapa isolat
menerima transplantasi hati dapat mengalami hepatitis alami yang tumbuh lambat. Perkembangan efek sitopatik
adenovirus pada allograf. Selain itu, anak yang menjalani 1s116nflr-5sl bengkak yang membulat dan berkelompok-
transplantasi jantung yang mengalami infeksi adenovirus menunjukkan adanya adenovirus dalam kultur yang
miokardium berisiko ringgi kehilangan graft. Pasien diinokulasi. Adenovirus menyebabkan peningkatan
dengan sindrom imunodefisiensi didapat (AIDS) dapat glikolisis dalam sel sehingga medium pertumbuhan
menderita infbksi adenovirus rerutama pada saluran cerna. cenderung sangat asam pada kultur yang terinfeksi. Isolat
dapat diidentifikasi sebagai adenovirus dengan uji
lmunitas imunofluoresensi yang menggunakan antibodi antihekson
Kebalikan dengan sebagian besar agen infeksius pada dan sel yang terinfeksi. LJji HI dan Nt mengukur anrigen
pernapasan, adenovirus menginduksi imunitas jangka spesifik tipe dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi
panjang dan efektif melawan reinfetr<si. Keadaan tersebut serotipe spesifik.
dapat mencerminkan kenyataan bahwa adenovirus juga Deteksi adenovirus dapat dilakr,rkan secara cepar
menginfeksi kelenjar getah bening regional dan sel limfoid menggunakar.r teknik vial selubung. Spesimen virus
pada saluran pencernaan. Resistansi terhadap penyakit disentrifugasi Iangsung ke dalam sel kultur.jaringan; kultur
klinis tampaknya secara iangsung berhubungan dengan diinkubasi selama 1-2 hari kcmudian diuji dengan
adanya antibodi penetral dalam sirkulasi yang mungkin antibodi monoklonal yang ditujukan melawan epitop
menetap seumur hidup. Meskipun antibodi penetral reaktif grup pada antigen hekson. Juga, sel epitel hidung
spesifik tipe dapat melindungi penderita terhadap gejala dari pasien dapat diwarnai secara langsung untuk
penyakit, antibodi ini tidak selalu mencegah reinfeksi mendeteksi antigen virus.
(Infeksi oleh adenovirus sering terjadi tanpa timbul Karakterisasi DNA virus dengan hibridisasi atau
penyakit yang jelas). rcstriksi pola pencernaan enzim endonuklease dapat
Antibodi maternal biasanya melindungi bayi terhadap mengidentifikasi suatu isolat sebagai adenovirus dan
infeksi pernapasan adenovirus yang berat. Antibodi mcngelompokkannya. Pendekatan ini sangat berguna
penetral yang melawan saru ripe atau lebih terdeteksi pada untuk tipe-tipe yang sulit dibiakkan. Uji reaksi rantai
lebih dari 50o/o bayi berusia 6-11 bulan. Pada keadaan polimerase (PCR) dapat digunakan untuk mendiagnosis
normal, dewasa yang sehat biasanya mempunyai antibodi infeksi adenovirus pada sampel jaringan atau cairan tubuh,
terhadap beberapa tipe. biasanya dengan menggunakan primer dari sekuens virus
Respons antibodi reaktif grup, berbeda dari antibodi yang diawetkan (misal, hekson, VA I) yang dapat
penetral spesifik tipe, dapat diukur dengan uji CF, IF, mendeteksi semua serotipe. Namun, sensitivitas uji PCR
atau EI ISA. Antibodi spesifik grup tidak bersifat dapat mendeteksi adenovirus laten pada beberapa pasien.
protektif, menurun seiring wakru, dan tidak menunjukkan Adenovirus enterik yang sukar dibiakkan dapat
serotipe infeksi virus sebelumnya. dideteksi dengan pemeriksaan langsung ekstrak feses
melalui mikroskop elektron, ELISA, atau uji aglutinasi
Diagnosis Laboratorium lateks. \Walaupun sulit, adenovirus dapat diisolasi pada
jalur sel ginjal embrionik manusia yang ditransformasi
A. DETEKSI, IsoLAsI, DAN IDENTIFIKASI VIRUs dengan fragmen DNA adenovirus 5 (293 sel).
Sampel sebaiknya dikumpulkan dari tempat yang terkena Karena adenovirus dapat menetap dalam usus dan
pada awal penyakit untuk mengoptimalkan isolasi virus. jaringan limfoid dalam waktu yang lama dan pelepasan
Bergantung pada penyakit klinis, virus dapat diperoleh virus rekrudensi dapat dipresipitasi oleh infeksi lain,
dari tinja atau urine atau dari apusan tenggorokan, signifikansi isolasi virus harus diinterpretasi dengan hati-
konjungtiva, atau rektum. Durasi ekskresi adenovirus hati. Ditemukannya virus dari mata, paru, atau traktus
bervariasi pada penyakit yang berbeda; l-3 hari, di genitalia diagnostik unruk infelai yang baru ter.iadi. Isolasi
tenggorokan pada orang dewasa dengan selesma; 3-5 hari virus dari sekret tenggorokan pasien dengan penyakit
di tenggorokan, tinja, dan mata, untuk demam faringo- peinapasan dianggap relevan dengan penyakit klinis.
konjungtivitis; 2 minggu, di mata, unruk kerato- Isolasi virus dari spesimen feses tidak dapat disimpulkan
konjungdvitis; 3-6 minggu, di tenggorokan dan tinja anak kecuali jika salah satu tipe yang sangat mendetail
dengan penyakit pernapasan; 2-12 l:ulan, di urine, ditemukan dari pasien dengan gastroenteritis.
tenggorokan, dan tinja pasien imunokompromais.
ADENOVIRUS 437

B. SERoLOGI disebut "mata galangan kapal") dan melewati Amerika


Serikat. Di Amerika Serikat, insiden antibodi penetrai
Infeksi manusia oleh semua tipe adenovirus merangsang
terhadap-tipe 8 pada masyarakat umum sangat rendah
peningkatan antibodi fiksasi komplemen terhadap anrigen
(sekitar 1olo), sedangkan di Jepang lebih dari 30o/o. Baru-
grup adenovirus yang dimiliki oleh semua tipe. Uji CF
baru ini, adenovirus tipe 19 dan 37 menyebabkan epidemi
merupakan metode yang mudah dilakukan untuk
mendeteksi infelai oleh semua anggota grup adenovirus.
keratokonjungtivitis epidemik yang khas. Wabah
Peningkatan titer antibodi fiksasi komplemen empat kali
konjungtivitis menyebar dari ruang praktik dokter
spesialis mata yang mungkin disebabkan oleh larutan mata
atau lebih antara fase akut dan sera fase konvaiesen
atau peralatan diagnostik yang terkontaminasi.
menunjukkan infeksi yang baru terjadi oleh adenovirus,
Insiden infeksi adenovirus pada pasien yang menjalani
meskipun tidak memberi petunjuk mengenai tipe spesifik
transplantasi sumsum tulang diperkirakan sebesar 570
yang terlibat.
sampai 30%. Insiden yang dilaporkan lebih tinggi pada
Jika diperlukan identifikasi spesifik respons serologi
pasien pediatri daripada orang dewasa. Pasien dapat
pasien, uji Nt atau HI dapat digunakan. Pada sebagian
mengalami infeksi diseminata yang fatal.'fipe 34 dan 35
besar kasus, titer antibodi penetral pada orang yang
ditemukan paling sering pada resipien transplantasi ginjal
terinfeksi memperlihatkan peningl<aran empar kali atau
dan sumsum tulang. Sumber infcksi yang paling mungkin
Iebih terhadap tipe adenovirus yang diambil dari pasien.
pada pasien transplantasi adalah reaktivasi virus endogen,
Epidemiologi meskipun infeksi primer dapat merupakan faktor pada
populasi pediatri.
Adenovirus terdapat di seluruh dunia. Adenovirus
terdapat sepanjang tahun dan biasanya tidak menyebabkan Pengobatan
wabah penyakit di komunitas. Serotipe yang paling sering
ditemukan pada sampel klinis adalah tipe pernapasan yang
Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi adenovirus.
bernomor rendah (1, 2, 3, 5,7) dan tipe gastroenreritis
(40, 4l). Adenovirus ditularkan melalui kontak langsung, Pencegahan & Pengendalian
jalur fekal oral, droplet pernapasan, atau benda yang Cuci tangan yang baik adalah cara termudah untuk men-
terkontaminasi. Sebagian besar penyakit terkait adeno- cegah infeksi. Permukaan lingkungan dapat didisinfektan
virus tidak patognomonik secara klinis dan banyak infeksi dengan natrium hipoklorit. Di tempat umum, handuk
bersifat subklinis. kertas dapat disarankan karena handuk yang kotor dapat
Infeksi oleh tipe I,2, 5, dan 6 terutama terjadi selama menjadi sumber infeksi pada wabah. Risiko wabah yang
tahun pertama kehidupan; dpe 3 dan 7 menyerang selama ditularkan melalui air pada konjungtivitis dapat
usia sekolah; dan tipe lain (seperti 4, 8, dan 19) tidak diminimalisasi dengan melakukan klorinasi pada kolam
ditemukan sampai masa dewasa. renang dan air limbah. Asepsis ketat selama pemeriksaan
Sementara adenovirus hanya menyebabkan 2-5o/o mata disertai sterilisasi yang adekuat terhadap peralatan,
semua penyakit pernapasan pada populasi umum, penting untuk mengendalikan keratokonjungtivitis
penyakit pernapasan yang disebabkan oleh tipe 3, 1+, dan epidemik.
7 sering menyerang calon tentara. Penyakit adenovirus Usaha untuk mengendalikan infcksi adenovin-is pada
dapat menyebabkan morbiditas tinggi pada para calon satuan militer difokuskan pada penggunaan vaksin. Vaksin
militer. Namun, penyakit adenovirus bukan suatu masalah adenovirus hidup yang mengandung tipe 4 dan 7, yang
pada pasukan tentara yang berpengalaman. dibungkus dalam kapsul berlapis gelatin dan diberikan
Wabah penyakit pernapasan akut yang disebabkan oleh secara oral, diperkenalkan pada tahun 1971. Melalui cara
tipe I I terjadi pada tahun 1997, menyerang dewasa muda tersebut virus melewati saluran pernapasan; tempat virus
yang tinggal di tempat pelatihan kerja-wabah yang dapat menyebabkan penyakit dan dilepaskan di dalam
pertama kali dikenali pada penduduk sipil. usus, tempat virus bereplikasi dan menginduksi antibodi
Infeksi mata dapat ditularkan melalui beberapa cara penetral. Virus tidak menyebar dari orang yang divaksin
tetapi pemindahan dari tangan-ke-mata sangat penting. ke orang lain yang berkontak dengannya. Vaksin terbukti
Wabah konjungtivitis kolam renang diduga ditularkan sangat efektif tetapi setelah tahun 1999 tidak lagi tersedia
melalui air, biasanya ter.jadi pada musim panas, dan sering karena pabrik telah menghentikan produtr<sinya. _

disebabkan oieh tipe 3 dan 7. Keratokonjungtivitis


epidemik merupakan penyakit yang berbahaya dan sangat
menular. Penyakit ini disebabkan oleh tipe 8, menyebar
pada tahun 1941 dari Australia melalui Kepulauan Hawaii
sampai pantai Samudera Pasifik. Penyakit menyebar
secara cepat melalui galangan kapal (oleh karena itu,
438 BAB 32

i*frs-tffi

lL, ' rsnlon .:: : '. ;. .


'ii1
(D) Protiin teinfinat r
t"{.
(E) Protein regio E1 '' ",
(F) sistein"
. :,
r, ".
"
{Fi Proteinase sistein ,;i ,
.

'2, Protein adenovlrusapa yang'bekerja primel untuk


:'t:
mernulal
memulai slilLesl5 DNA virusi .
sintesis lJl\Avllu!: -.', '
..
'
-' ^,'l
. \talserabut
" (B)r,,Hek3<in
):;
l:
."t*'r I ' :
:'
'i.. (O Penton r'
(Di Pi'oteln terminal . :t
.

, (E) Protein regio E1


;(F) Proteinase sistein '
. (G) Protein regio*E3
3.
3: piotein ,.iiiri dari
,unl terdiri
Protein adenovirus apa yang ,"rugian '
uuri sebagian
"i"^""'r",yang
besar kapsomer "0,menyusun kapsid virus?* " v,
-lfi n*Xl;
tq Penton.rr
i, r
,,i:,
i;", f3j
(*) ::::H
Pioteln regio E1
l'" {r! prot"inasJsistein
:::l'?1' :.j'
-:
:" I ',,,,
,.;'i
5i

"
(G) Protein regio E3 .
i

;r -lo
4. Sgoiang ljr,ayi berusial bulan oiare leiair - I

".'* ;;;";;;;;-;;r;;;-i0
."
r'"irl-n"ii";;ll-u1uu r-r
adpnovirus tipe 40 dan {1 adalih age,n-igenlydng I
; dic'urigai. Apakah jenis spesimen yang paling tepat
. .untuk deteksi infeksi 'adenovirus tipe 40 dan 41
,
I'*,i$,
pada. pasien tersebut?
" ' ' '\
, ll'[{*,o"",,nsriJ; ]:.i'
'*-
}t "1o1 rin;i r${r ''" ":,:. ; 'r ' ';1.
t" {E) {pusan teng$orok ;*; i a ,i- 1.'.;'.,^; ,,
Clifal ''l
..,lF) .serebrospinal*"
5."Mana penyakit manGia berikiit'ini yang tidak

. (A) Kankel . *.r ".*i ' , . !


t- *[gt;::,'"i$t p_.,n,p;i"l iou, , o*
(D) T(eraiokonJungtivitis ,,i : - .-,r' , :':

:l
' (E) Gastroenteritis i5
' ,- '. lf:.i: - ir" .,.,

"ltri sGiitis*1."moragik? -,,.:. ,' lr


KEPUSTAKAAN
u Ie." s"lluns inil;u"tutii'2,5 tahun:!ang m"asuk ke
ijmln- kanak-kanak mendapatkan in{eksi pernapasan
-" Koiavic-Gray SA et al: Large epiciemic of adenovirus type 4 infection
'ringin.
Anak-anak lain di iaman kandk-kahak ; ,
among military trainees: Epidemiological, clinical, and laboraiory

6i* tgriebut menderita penyakit ya4g sama. Tipe : studies. Clin Infecl Dis 2002;35:808.

gdfnovjrul mqll,vanu'paIing nidngkin menye- Shenk TE: Ad.enouiridae: the viruses and their replication lt Fields
Virology,4th ed. Knipe DM et al (editors). Lippincott Williams &
Wilkins,2001.
::1, :'.tt.j/ i,:,.::.: :i.:rflri .r:;

Herpesvirus iiiiir,,:t:1i:lii
:l:il,,r:,r!
i:::ir,i
i,r.,rt,.". .':rr
:,..:'i:
1

.1
l.i1-r 1.....i.....)..ir...i....i. i..r

Famili herpesvirus terdiri dari beberapa patogen manusia Genom DNA untai ganda (L21+-235 kbp) berbentuk
yang sangat penting. Herpesvirus menunjukkan linear. Gambaran jelas tentang DNA herpesvirus adalah
keanekaragaman penyakit secara klinis. Beberapa susunan sekuensnya (Gambar 33-1). Genom herpesvirtLs
mempunyai kisaran sel-pejamu yang luas, sedangkan yang merniliki sekuens berulang internal dan terminai. Ileberapa
lain mempunyai kisaran sel-pejamu sempit. Sifat anggotal seperti virus herpes simpleks, mengal:rmi
herpesvirus yang menonjol adalah' kemampuannya untuk penyusunan ularrg genom yang menghasilkan "isomer"
menimbulkan infeksi persisten seumur hidup pada genom yang berbeda. Komposisi basa DNA herpesvirus
pejamu dan mengalami reaktivasi secara periodik. bervariasi da:ri 3lo/o sampai 75Vo (G + C). ltrdapat sedikit
Reaktivasi yang sering tersebut pada pasien imunosupresi homologi DNA di antara herpesvirus yang berbeda
menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius. Infeksi kecuali untuk herpes simpleks tipe 1 clan 2 yang
yang direaktivasi secara klinis dapat sangat berbeda memperlihatkan 50o/o homologi sekuens dan herpesvirus
dengan penyakit yang disebabkan oleh infeksi primer. manusia 6 dan 7 menunjukkan homologi sekuens terbatas
Herpesvirus memiliki sejumlah besar gen, beberapa di (30-50V0). Pengobatan dengan endonulilease restriksi
antaranya terbukti rentan terhadap kemoterapi antivirr-rs. menghasilkan pola pemecahan berbeda yang khas untuk
Herpesvirus yang sering menginfeksi manusia adalah herpesvirus dan bal-rkan untuk strain berbeda pada ma.sing-
virus herpes simpleks tipe I dan 2, virus varisela-zoster, n'rasing tipe. "Sidik jari" strain ini memungkinkan
sitomegalovirus, virus Epstein-Barr, herpesvirus manusia jiplakan epide miologi st rain te rtentu.
6 dan 7, serta herpesvirus yang menyebabkan sarkoma Genom he rpesvirus sar dan menyandikan
be
Kaposi. Virus herpes B pada monyet juga dapat sekurangnya 100 protein berbeda. Di antaranya, lebih
menginfeksi manusia. Terdapat hampir 100 virus dalam dari 35 polipeptida tetlibat dalam struktur partikel virus;
kelompok herpes yang menginfeksi berbagai spesies beberapa merupakan bagian selubung virus. Herpesvirus
hewan berbeda. menyandikan rangkaian enzim spesifik virus yang terlibat
dalam metabolisme asam nukleat, sintesis DNA, dan
SIFAT HERPESVIRUS pengaturan protein (DNA polimerase, timidin i<inase,
protein kinase).
Sifat penting herpesvirus diringkas dalam Tabel 33-i.

Struktur & Komposisi Tabel 33-I . Sifat-sifat penting herpesvirus

Herpesvirus adalah virus yang besar. Anggota kelompok Virionl Sferis, diameter 150:200 nm (ikosahedral)
yang berbeda memiliki detail arsitektural dan tidak dapat Genom: DNA untai ganda, lineal 124-235 kbp, sekuens
dibedakan dengan mikroskop elektron. Semua diulang
herpesvirus mempunyai inti DNA beruntai ganda dalam Protein: Lebih dari 35 protein dalam virion
bentuk toroid dan dikelilingi oleh selubung protein yang Selubung: Mengandung glikoprotein virus, reseptor Fc
memperlihatkan simetri ikosahedral dan mempunya\ 162 Replikasi: Nukleus, bertunas dari membran nuklear
kapsomer. Nukleokapsid dikelilingi oleh selubung yang Ciri khas yang menonjol:
berasal dari membran inti sel yang terinfeksi dan Menyandikan banyak enzim
Menyebabkan infeksi laten
mengandung tonjolan glikoprotein virus dengan panjang
Menetap tidak terbatas dalam pejamu yang terinfeksi
sekitar 8 nm. Struktur yang amorf dan kadang-kadang
Sering diaktifkan kembali di dalam pejamu dengan
asimetris antara kapsid dan selubung membentuk
imunosupresi
tegum€n. Bentuk berselubung mempunyai ukuran 150-
Beberapa menyebabkan kanker
200 nm; virion "telanjang', 100 nm.

439
44fJ BAB 33

Kelas Susunan sekuens


UTR RTR
A

B rfilltliliftt illililt$llllllilil

R4 R3 R2 Rl
C lltlllryjlsnnr:rrr{ii'r:{lllt$Er}rrrrfl t

Gamhar 33-1. Diagram skematik susunan sekuens DNA herpesvirus. Kelas genom A. B, C, D, E, dan F masing-masing
dicontohkan secara berturut-turut oleh channel catfish virus, herpesvirus saimiri, virus Epstein-Barr, virus varicela-
zoster, virus herpes simpleks, dan herpesvirus tupaia. Garis horizontal menggambarkan regio unik. Domain yang
diulang diperlihatkan sebagai bujur sangkar; terminal kiri dan kanan berulang (LTR dan RTR) untuk kelas A; mengulang
R1 sampai R4 untuk pengulangan internal kelas C; dan pengulangan internal dan terminal (lR dan TR) untuk kelas D.
Pada kelas B, sekuens terminal diulang beberapa kali pada kedua terminal. Ujung kelas E terdiri dari dua unsur.
Sekuens terminal (ab dan ca) disisipkan dalam orientasi terbalik yang memisahkan sekuens unik menjadi domain
panjang (U,) dan pendek (U,). Genom kelas F tidak memiliki pengulangan terminal. Komponen genom dalam kelas D
dan E terbalik. Pada kelas D (virus varicela-zoster), komponen pendek terbalik relatif terhadap yang panjang, dan
DNA membentuk dua populasi (isomer) yang berbeda dalam orientasi komponen pendek. Pada kelas E (virus herpes
simpleks), komponen panjang maupun pendek dapat terbalik, dan DNA virus ter.diri dari empat isomer (Direproduksi
seizin Roizman B: Herpesviridae: A brief Introduction. Pages 1187 1793 in Virology,2'd ed. Fields BN et al Ieditorsj. Raven Press, 1990).

Klasifikasi
cenderung menyebabkan infeksi laten di neuron;
Klasifikasi banyaknya anggota famili herpesvirus sulit anggotanya adaiah virus herpes simpleks (genus
dilakukan. Pembagian yang berguna menjadi subfamili Simplexuirul dan virus varicella-zoster (genus Varicellouirus).
didasarkan atas sifat biologi agen (TabeI 33-2). Betaherpesvirus tumbuh lambat dan dapat bersifat
Alfaherpesvirus adalah virus sitolitik yang tumbuh cepat, sitomegalik (pembesaran masif sel yang terinfeksi) serta

Tabel 33-2. Klasifikasi herpesvirus manusia.

Neuron Simpleks Virus herpes simpleks tipe 'l

Virus herpes simpleks tipe 2

Varicello Virus varicela-zoster

Beta Panjang,sitomegalik Kelenjar, ginjal Cytomegalo Sitomegalovirus

Panjang, limfo- Jaringan limfoid Roseo/o 6 Herpesvirus manusia 6


proliferatif 7 Herpesvirus manusia 7

Gama Bervariasi, limfo- Jaringan limfoid Lymphocrypto Virus Epstein-Barr


proliferatif
Rhadino Herpesvirus terkait sarkoma
Kaposi
H ERPESVIRUS 441

menjadi laten pada kelenjar sekretoris dan ginjal;


sitomegalovirus di golon gkan dalam genus CTto m ega lo u irus.
Pada genus Roseolouirus, yang termasuk dalam virus
tersebut adalah herpesvirus manusia 6 dan 7; dengan
kriteria biologi, virus ini lebih seperti gammaherpesvirus
karena menginfeksi limlosit (limfotropik T), terapi analisis
molekular genomnya memperlihatkan bahwa virus ini
lebih erat hubungannya dengan betaherpesvirus.
Gammaherpesvirus, contohnya vin-rs Epstein-Barr (genr.rs
Lymphocryptouirus), menginfbksi dan menjadi laren dalam
sel limfoid. Herpesvirus terkait sarkoma Kaposi, yang
disebut sebagai herpesvirus manusia 8, digolongkan dalam
genus Rhadinouirus.
Banyak herpesvirus menginleksi hewan, tercarar yang
paling banyak adalah virus B dan herpesvirus saimiri,
aotus, dan ateles pada monyet; ..herpesvirus marmoser;
virus pseudorabies pada babi; dan virus rhinotrakeitis
sapi infeksius pada ternak. Gambar 33-2. Siklus replikasi virus herpes simpleks. 1:
Grdapat sedikit keterkaitan antigen di antara anggo{a Virus menyatukan selubung virus perfusi dengan
grup herpesvirus. Hanya virus herpes simpleks ripe 1 membran plasma setelah pelekatan pada permukaan
dan 2 yang memiliki sejurnlah antigen biasa yang sel. 2: Fusi membran melepaskan dua protein dari virion:
signifikan. Herpesvirus manusia 6 dan 7 menunjukkan VHS menghentikan sintesis protein; faktor penginduksi
beberapa epitop bereaksi silang. trans-o (cr-TlF atau VP16) dibawa ke nukleus. 3: DNA
virus dilepaskan dari kapsid pada inti ke dalam nukleus
dan segera beredar masuk sirkulasi. 4: Transkripsi gen c
Reptikasi Herpesvirus oleh enzim selular diinduksi oleh cr-TlF. 5: mRNA c lima
Siklus replikasi virus h6rpes simpleks diringkas dalam dibawa ke dalam sitoplasma dan ditranslasi (terisi
poliribosom); protein dibawa ke dalam nukleus. 6: Tahap
Gambar 33-2. Virus masuk sel melalui fusi dengan
membran sel setelah berikatan dengan reseptor seluiar
baru transkripsi menyebabkan sintesis protein 8.7:
Kromatin (c) didegr,adasi dan dipindahkan ke arah
spesifik melalui glikoprotein selubung. Beberapa
membran nuklear; nukleoli (struktur lubang bundar)
herpesvirus berikatan dengan glikosaminoglikan mengalami disagregasi. 8: DNA virus direplikasi melalui
permukaan sel, terutama heparan sulfat. Pelekatan virus mekanisme lingkaran berputar yang menghasilkan
juga melibatkan pengikatan pada satu dari beberapa
konkatemer DNA virus. 9: Tahap baru transkripsi-
koreseptor (misai, anggota superfarnili imunoglobulin). translasi menghasilkan protein y, terutama terdiri dari
Setelah fusi, kapsid dibawa melalui sitoplasma ke nuldeus; protein struktural virus. 1O: Protein kapsid membentuk
terjadi pelepasan selubung; dan DNA rnenjadi kapsid kosong. 11: DNAvirus panjang unitterpisah dari
berhubungan dengan nukleus. DNA virus segera konkatemer dan dikemas menjadi kapsid yang baru
membentuk suatu lingkaran setelah pelepasan kapsid. dibentuk. 12: Kapsid yang mengandung DNA virus
Ekspresi genom virus diatur ketat dan secara berurutan memerlukan protein baru. 13: Gllkopotein virus dan
tersusun dalam kaskade. VP16, suatu protein regumen, protein tegumen menumpuk dan membentukpafch pada
membentuk kompleks bersama beberapa protein selular membran selular. Kapsid menempel pada sisi bawah
dan mengaktivasi ekspresi gen virus awal. Gen awal-segera membran yang mengandung protein virus dan memiliki
diekspresikan, menghasilkan protein "alfa'. Protein ini selubung. 14: Partikel berselubung menumpuk dalam
memungkinkan ekspresi rangkaian awal gen, yang retikulum endoplasma dan dibawa ke ruang ekstra-
ditranslasi menjadi protein "beta'. Replikasi DNA virus selular. (Direproduksi seizin Roizman B, SearsAE: llerpes simplexviruses
and their replication. ln. FieldsVirology,3'd ed. Fields BN et al Iedilors].
dimulai, dan transkripsi lanjut dihasilkan yang
Lippincott-llaven, 1 996).
menghasilkan proteir.r "gama'. I-ebih dari 50 protein tang
berbeda disintesis dalam sel yang terinfeksi herpesvirus.
Banyak prorein alfa dan beta adalah enzim atau protein berputar. Herpesvirus berbeda dengan virus DNA nuklear
yang mengikat DNA; kebanyakan protein gama adalah lain, yaitu dalam hal menyandi banyak enzim.yang terlibat
komponen struktural. pada sintesis DNA (Enzim ini adalah target yang baik
DNA virus ditranskripsi sepanjang siklus replikatif untuk obat-obatan antivirus). DNA virus yang baru
oleh RNA selular polimerase II tetapi dengan partisipasi disintesis dikemas ke dalam nukleokapsid kosong yang
faktor virus. DNA virus disintesis dengan mekanisme telah dibentuk sebeiumnva dalam nukleus sel.
442 BAB 33

Maturasi terjadi dengan pertunasan (budding) tertentu dapat melibatkan jenis sel yang berbeda dan
nukleol<apsid melalui membran nuklear dalam yang menimbulkan gambaran klinis yang berbeda.
berubah. Partikel virus berselubung kemudian dibarva Virus herpes simpleks tipe 1 dan 2 menginfeksi sel
melalr,ri gerakan vesikular ke permr-rkaan sel. epitel dan menyebabkan ir-rfeksi laten di neuron. Tipe 1
Lamanya siklr.rs replikasi bervariasi dari sekitar 18 secara klasik dihubungkar-r dengan lesi orofaring dan
jam untuk virus herpes simpleks sampai lebih dari 70 menyebabkan serangan berulang "demam lepuh". Tipe 2
jam untuk sitomegalovirus. Sel yang secara produktif terutama menginfeksi mukosa genital dan terutama
terinfeksi oleh herpesvirus semuanya akan mati. Sintesis menyebabkan herpe s ge nital. Kedua virus jug"
makromolekular peiamu dihentikan pada awal infeksi; menyebabkan penyakit neurologi. Virus herpes simpleks
DNA selular normal dan sintesis protein akhirnya berhenti tipe 1 merupakan penyebab utama ensefalitis sporadis di
saat dimulainya replikasi virus. Efek sitopatik yang Amerika Serikat. Tipe I maupun 2 dapar menyebabkan
diiinduksi oleh herpesvirus manusia sangat berbeda infeksi neonatus yang sering kali bersifat berat.
(Cambar 33-3). Virus varisela-zoster menyebabkan cacar air (varisela)
pada infeksi primer dan n-renimbulkan infeksi laten di
neuron. Pada reaktivasi, virus menyebabkan zoster
Tinjauan Penyakit Herpesvirus (shingle). Orang dewasa yang terinfeksi r-rntuk Pertama
Banl'ak penyakit yang disebabkan oleh infeksi herpesvirus kalinya oleh virus varisela-zoster mudah rnengalami
infeksi primer dan penyakit yang direaktivasi oleh virus pneumonia virus yang serius.

ffi''
*

f *d+- d'il
'
-i\"{f{
:rr#{&
rifif:l,g,l::11,

c D

Gambar 33-3. Efek sitopatik yang diinduksi oleh herpesvirus. A: Virus herpes simpleks pada sel HEp-2 (pewarnaan
H&E, 57 X), dengan fokus awal sel-sel bulat, membengkak. B: Virus varisela-zoster pada sel ginjal manusia (Pewarnaan
H&E,228 x, dengan sel raksasa berinti banyak yang mengandung inklusi intranuklear asidofilik (panah)' C:
Sitomegalovlrus p-ada fibroblas manusia (tidak terwarnai, 35 X) dengan dua fokus efek sitopati yang berkembang
lambat. D: Sitomegalovirus pada fibroblas manusia (pe'rr,rarnaan H&E,228 x), yang memperlihatkan sel raksasa
dengan inklusi asiJofilik dalam nukleus (panah kecil) dan sitoplasma (panah besar), yang terakhir ini secara khas
direproduksi seizinWhiteD0,FennerFJ: MedicalVirology,3'ded.AcademicPress, 1986).
menjadi besardanmembulat.(Sumbanganllack;
H ERPESVIRUS / 443

Sitomegalovirus bereplikasi dalam sel epitel saluran Sifat Virus


pernapasan, kelenjar saliva, dan ginjal serta menetap dalam
Grdapat dua virus herpes simpleks yang berbeda: tipe I
limfosit. Virus tersebut menyebabkan mononukleosis
dan tipe 2 (HSV-1, FISV-2) (Tabcl 33-3). Virus mempunyai
infeksiosa (negatif-heterofi l). Pada neonatus, dapat ter,iadi
organisasi genom yang serupa dan genomnya memPer-
penyakit inklusi sitomegalik. Sitomegalovirus merupakan
lihatkan homologi sekuens substansial. Namun, keduanya
penyebab pendng defek kongenital dan retardasi mental.
dapat dibedakan dengan analisis enzim restriksi DNA
Herpesvirus manusia 6 menginfelai iimfosit T. Secara
virus. Dua virus tersebut bereaksi silang secara serologis,
khas virus tersebut terj.adi pada awal masa bayi dan
tetapi ada beberapa protein unik untuk setiap tipe. Kedua
menyebabkan eksantema subitum (roseola infantum).
virus tersebut memiliki cara penyebalan yang berbeda;
Herpesvirus manusia 7, juga virus limfotropik T, belum
penyebaran HSV-1 melalui kontak, biasanya melibatkan
dihubungkan dengan penyakit tertentu.
air liur yang terinfeksi, sedangkan penularan HSV-2
Virus Epstein-Barr bereplikasi dalam sel epitel melalui hubungan seksual atau dari infeksi genital ibu ke
orofaring serta kelenjar parotis dan menyebabkan infeksi
bayi baru lahir. Keadaan tersebut menimbulkan infeksi
laten dalam limfosit. Virus ini menyebabkan mononukleosis
pada manusia dengan gambaran. klinis yang berbeda'
infeksiosa dan merupakan penyebab gangguan limfo-
Siklus pertumbuhan HSV terus berlangsung secara
proliferatif pada manusia, terutama pada pasien cepat, selesai dalam waktu 8-16 jam. Genom HSV besar
imunokompromais. Herpesvirus manusia 8 tampaknya (sekitar 150 kbp) dan dapat menyandikan setidaknya 70
menyebabkan sarkoma Kaposi, suatu tumor vaskular yang
polipeptida; fungsi protein ini dalam replikasi atau latensi
sering terjadi pada pasien AIDS.
tidak diketahui. Setidaknya delapan glikoprotein virus
Virus herpes B pada monyet macaqde dapat
merupakan produk gen akhir. Salah satu (gD) adalah
menginfeksi manusia. Infeksi tersebut jarang terjadi,
penginduksi paling poten pada antibodi penetral.
tetapi bila terjadi biasanya menyebabkan penyakit
Glikoprotein C adalah protein pengikat komplemen
neurologi dan sering kali fatal.
(C3b), dan gE merupakan reseptor Fc, yang berikatan
Herpesvirus manusia sering direaktivasi pada pasien
dengan bagian Fc IgG. Glikoprotein G spesifik tipe dan
dengan imunosupresi (misal, resipien transplantasi, pasien
memungkinkan diskrimasi antigenik antara HSV-1 (gG-
kanker) dan dapat menyebabkan penyakit yang berat,
1) dan HSV-2 (gG-2).
seperti pneumonia atau limfoma.
Herpesvirus dihubungkan dengan penyakit keganasan
Patogenesis & Patologi
pada manusia dan hewan tingkat rendah; virus Epstein-
Barr dengan limfoma Burkitt pada anak di Afrika, dengan A. PAToLoGI
karsinoma nasofaring, dan limfoma iain; herpesvirus
Karena HSV menyebabkan infeksi sitolitik, perubahan
terkait sarkoma Kaposi dengan sarkoma Kaposi; virus patologi disebabkan oleh nekrosis sel yang terinfeksi
penyakit Marek dengan limfoma ayam; dan sejumlah
disertai respons peradangan. Lesi yang diinduksi di kulit
herpesvirus primata dengan sarkoma sel retikulum dan
dan seiaput lendir oleh HSV-1 dan HSV-2 sama dan
limfoma pada monyet
menyerupai iesi yang disebabkan oleh virus varisela-zoster.
Perubahan yang diindulai oleh HSV serupa dengan infeksi
primer dan rekuren tetapi tingkatannya berbeda,
menunjukkan luasnya sitopatologi virus.
I INFEKSI HERPESVIRUS PADA Perubahan histopatologi khas mencakup peng-
MANUSII\ gelembungan sel yang terinfeksi, produksi badan inklusi
intranuklear Cowdry tipe A, marginasi kromatin, dan
pembentukan sel raksasa berinti banyak. Inklusi awal
VIRUS HERPES SIMPLEKS sebenarnya mengisi nukleus tetapi kemudian memadat
dan dipisahkan oleh halo dari kromatin pada tepi nukleus.
Virus herpes simpleks tersebar sangat luas pada populasi Fusi sel menyediakan metode yang efisien untuk
manusia. Virus tersebut menunjukkan rentang pejamu penyebaran I{SV dari sel-ke-sel bahkan saat ada antibodi
yang luas sehingga mampu bereplikasi pada banyak tipe penetral.
sel dan menginfeksi banyak hewan yang berbeda. Virus
tumbuh secara cepat dan sangat sitolitik. Virus herpes B. INFEKSI PRIMER
simpieks menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari
gingivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, HSV ditularkan meialui kontak terhadap orang yang
penyakit genital, dan infeksi pada bayi baru lahir. Virus rentan oleh individu yang mengeluarkan virus. Virus harus
herpes simpleks menyebabkan infelsi laten pada sel saraf; menembus permukaan mukosa atau kulit yang luka untuk
sering terjadi rekurensi. memulai infeksi (kulit yang utuh bersifat resistan). Infeksi
BAB 33

Tabel 33-3. Perbandingan virus herpes simpleks tipe 1 dan tipe 2.1

giokim ia
Komposisi basa DNA virus (G + C) 67 o/o
69o/o
Densitas ringan DNA (g/cm3) 1,726 1,728
Densitas ringan virion (g/cm3) 1,211 1,267
Homologi antara DNA virus -5Oo/o -50o/o

Biolog i
Vektor hewan atau reservoar Tidak ada Tidak ada
Tempat latensi Ganglia trigeminalis Ganglia sakralis

Epidemiologi
Usia infeksi primer Anak kecil Dewasa muda
Tra nsmisi Kontak (sering saliva) Seksua I

Klinis
lnfeksi primer:
G ing ivostomatitis
Faringotonsilitis
Ke ratoko n ju n gtivitis
lnfeksi neonatus
lnfeksi rekuren:
Cold sore, lepuh demam
Keratitis
lnfeksi primer atau rekuren:
Herpes kutaneus
Kulit di atas pergelangan tangan a
Kulit di bawah pergelangan tangan +
Tangan atau lengan +
Herpetic whitlow +
Eksema herpetikum
Herpes genital +
Herpes ensefalitis
Herpes meningitis +
lDimodif ikasi dari Oxman MN: Herpes stomatitis. Pages 752-772 in: lnfectious Diseases and Medical Microbiology,2nd ed. Braude Al, Davis CE, Flerer J
(editors). Saunders, 1 985.

HSV- i biasanya te rbatas pada orofaring dan virus yang diekspresikan. Persistensi virus pada ganglion yang
terinfeksi laten berlangsung selrmur hidup pejamu. Tidak
menyebar melalui droplet pernapasan atau kontak
ada virus yang ditemukan antarrekurensi pada atau dekat
iangsung dengan air iiur yang terinfeksi. HSV-2 biasanya
ditularkan melalui jalur genital. Replikasi virus terjadi tempat biasa terjadi lesi rekuren. Stimulus provokatif,
pertama kali di tempat infeksi. Virus kemudian termasuk cedera aksonal, demam, stres fisik atau
menginvasi ujung saraf lokal dan dibawa melalui aliran
emosional, dan pajanan sinar ultraviolet, dapat
mengaktifkan kembali virus dari stadium laten. Virus
aksonal retrograd ke ganglion radiks dorsalis, tcmpat
memungkinkan akson kembali ke perifer, dan replikasi
terjadinya latensi setelah replikasi lanjutan. infeksi HSV-
terus berlangsung di kulit atau selaput lendir. Reaktivasi
I orofaring menyebabkan infeksi laten pada ganglia
trigeminalis, sedangkan infeksi HSV-2 genital menyebabkan
spontan terjadi meskipun timbul imunitas selular dan
humoral spesifik HSV pada pejamu. Namun, imunitas
ganglion sakralis terinfeksi secara laten.
Infeksi HSV primer biasanya bersifat ringan; bahkan ini membatasi repiikasi virus setempat sehingga infeksi
rekuren ddak terlalu luas dan tidak terlalu berat. Banyak
kebanyakan bersifat asimtomatik. Jarang terjadi penyakit
rekurensi bersilit asimtomatik, hanya ditunjukkan oleh
sistemik. Terkenanya organ yang tersebar luas dapat terjadi
pengeluaran virus dalam sekresi. Bila simtomatik, episode
bila pejamu imunokompromais tidak mampu membatasi
replikasi virus dan timbul viremia.
infeksi HSV-l rekuren biasanya bermanifestasi sebagai
lepuh demam (cold sores) di dekat bibir. Lebih dari 80%
populasi manusia mengandung I{SV- 1 dalam bentuk laten,
C. INFEKSI LATEN
tetapi hanya sedikit yang mengalami rekuren.si. Belum
Virus menetap di ganglion yang terinfeksi secara laten diketahui mengapa beberapa individu menderita
pada stadium tidak berepiikasi; hanya sedikit gen virus reaktivasi dan yang lainnya tidak.
H ERPESVIRUS

Gambaran Klinis sering terjadi dan tampak sebagai keratitis dendritik atau
ulkus kornea atau vesikel pada kelopak mata. Pada
Virus herpes simpleks tipe 1 dan 2 dapar menyebabkan
keratitis rekuren, terdapat srroma kornea yang progresif
banyak penyakit klinis, dan infeksi dapat bersifat primer
atau rekuren (Tabel 33-3). Infeksi primer terjadi pada
dengan opasifikasi permanen dan kebutaan. Di Amerika
Serikat, infeksi HSV-1 merupakan penyebab kedua
orang tanpa antibodi dan pada kebanyakan individu yang
kebutaan kornea (setelah trauma).
secara klinis tidak bergejala tetapi menyebabkan produksi
antibodi dan menimbulkan infeksi laten pada ganglion
C. HERPES GENITAL
sensorik. Lesi rekuren sering terjadi.
Penyakit genital biasanya disebabkan oleh HSV-2,
A, PENYAKIT ORoFARING meskipun HSV-1 juga dapat menyebabkan episode klinis
Infeksi HSV-l primer biasanya asimtomatik. Penyakit herpes genital. Infeksi herpes genital primer dapat berat
simtomatik paling sering terjadi pada anak (1-5 tahun) yang berlangsung sekitar 3 minggu. Flerpes genitai
dan mengenai mukosa bukal dan gingiva mulut (Gambar ditandai dengan lesi vesikuloulseratif pada penis atau
33-4). Periode inkubasi singkat (sekitar 3-5 hari, dengan serviks, vulva, vagina, dan perineum pada perempuan.
kisaran 2-12 harl), dan penyakit ldinis berlangsung 2-3 I-esi sangat nyeri dan dapat disertai demam, rnalaise,
minggu. Ge.jalanya berupa demam, nyeri tenggorokan, disuria, dan limfadenopari inguinal. I(ompiikasinya adalah
lesi vesikular dan ulseratif, ederna, gingivosromatitis, lesi ekstragenttal (=20o/o kasus) dan rneningitis asepsis
limfadenopati submandibula, anoreksia, dan malaise. (-1070 kasus). Ekskresi virus menetap selama sekitar 3
Gingivitis (gusi yang membengkak dan nyeri) merupakan minggu.
Iesi yang paling mencolok dan sering terjadi. Infeksi Karena reaktivitas silang antigenik antara HSV-1 dan
primer pada orang dewasa sering menyebabkan faringitis HSV-2, imunitas yang telah ada mernberikan beberapa
dan tonsilitis. Limfadenopari setempar dapat terjadi. proteksi melarvan infeksi heterotipik. Infeksi IISV-2 awal
Penyakit rekuren ditandai dengan sekelompok vesikel pada orang sudah yang kebal HSV-1 cenderung kurang
yang paling sering terdapat di tepi bibir (Gambar 33-5). berat.
Pada awalnya, terjadi nyeri hebat tetapi reda setelah /+-5 Rekurensi infeksi herpes genital sering terjadi dan
hari. Lesi berkembang menjadi tahap pustular dan cenderung ringan. Vesikel dalam jumlah yang terbatas
pembentukan krusta, dan penyembuhan tanpa jaringan tampak pada keadaan tersebut dan sembuh sekitar 10
parut biasanya lengkap dalam 8-10 hari. Lesi dapat timbul hari. Virus keluar hanya untuk beberapa hari. Beberapa
kembali, berulang dan pada berbagai interval pada lokasi rekurensi bersifat asimtomatik. Walaupun (rekurensi
yang sama. Frekuensi rekurensi sangat bervariasi pada bersifat simtomatik maupun asimtomatik) seseorang yang
setiap individu. mengeluarkan virus dapat menularkan infelsi ke pasangan
scksual nl a.
B. KERAToKoNJUNGTtvtTtS
Infeksi HSV-1 dapat rerjadi di mata, rnenyebabkan
keratokonjungtivitis yang berat. Lesi rekurcn di mata

Gambar 33-4. Gingivostomatitis herpes simpleks. Gambar 33-5. Herpes simpleks labialis rekuren.
(Direproduksi seizin Whitley RJ: llerpes simplex viruses. ln FieldsVirology, (Direproduksi seizin Whltley RJ: Herpes simplex viruses. ln: FieldsVirology,
3rd ed. Flelds BN et al ieditorsl. Lippincott-Raven, 1996.) 3rd ed. Fields BN et al leditors]. Lippincott-Raven, 1996.)
446 BAB 33

D. INFEKSI KULIT Infcksi herpes neonatus hampir selalu simtomatik.


Angka rnortalitas keseluruhan pada penyakit yang tidak
Kulit yang utuh resistan terhadap HSV, sehingga infeksi
diobati adalah 50%. Bayi dengan herpes neonatus terdiri
HSV kulit jarang terjadi pada orang yang sehat. Lesi dari tiga kategori penyakit: (1) lesi setemPat di kulit,
ietempat yang disebabkan oleh HSV-1 atau FISV-2 dapat
mata, dan mulut; (2) ensefalitis dengan atau tanPa
terjadi pada abrasi yang terkontaminasi virus (herpes
terkenanya kulit setempat; dan (3) penyakit diseminata
traumatik). Lesi tersebut terlihat pada jari dokter gigi yang mengenai banyak organ' termasuk sistem saraf pusat.
dan petugas rumah saki (herpetic whitlow) dan badan Prognosis terburuk (angka mortalitas sekitar 80%)
pegulat (herpes gladiatorum).
terdapat pada bayi dengan infeksi diseminata; banyak di
Infeksi kulit sering kali berat dan mengancam nyawa
antaranya mengaiami ensefalitis. Penyebab kematian bayi
bila terjadi pada orang dengan gangguan kulit, seperti dengan penyakit diseminata biasanya pneumonitis virus
eksema atau luka bakar, yang memungkinkan replikasi
atau koagulopati intravaskular. Banyak yang selamat dari
dan penyebaran virus lokal yang luas. Eksema herpetikum
infeksi berat dapat hidup dengan gangguan neurologi
merupakan infeksi primer, biasanya oleh HSV-I pada
menetap.
orang dengan eksema kronik. Pada keadaan yang jarang,
penyakit dapat fatal. G. INnEXSI PADA PEJAHU IMUNOKOMPROMAIS

E. ENSEFALITIS Pasien imunokompromais mempunyai peningkatan


B."r"k .rr.f't[*t y"'rg-b;tt, dtp* dk.btbl*. "l"h risiko rnenderita infeksi HSV yang berat. Keadaan tersebut
herpesvirus. Infeksi HSV-1 dianggap merupakan termasuk pasiendengan imunosupresi oleh penyakit atau
penyebab paling sering ensclalitis yang fatal dan sporadis terapi (terutama mereka yang memiliki defisiensi imunitas
di Amerika Serikat. Penyakit nrenyebabkan angka selular) dan orang-orang yang menderita malnutrisi.
kematian yang tinggi, dan mereka yang bertahan hidup Resipien transplantasi sumsum tulang, ginjal, dan jantung
sering kali menderita cacat ncurologi residual. Sekitar sangat berisiko menderita infeksi herpes yang berat.
separuh pasien dengan ensefalitis HSV tampaknya Pasien dengan keganasan hematologi dan pasien AiDS
mengalami infei<si primer dan yang lain menderita infeksi mcnderita infelai HSV yang lebih berat dan lebih sering.
reku ren.
Lesi herpes dapat menyebar dan meny€rang mukosa
saluran pernapasan, esofagus, dan usus. Anak malnutrisi
F. HERPES NEONATUS rentan terkena infeksi HSV disemin^t^ yang fatal. Pada
sebagian besar kasus, penyakit menunjukkan reaktivasi
b"y'ibartr l^l* -"tgl". dtd"P., -l**
Iri.k i tlSV ptd" infeksi HSV laten.
dalam kandungan, selama persaiinan, atau setelah lahir.
Ibu merupakan sumber infeksi tersering pada semua kasus.
lmunitas
Herpes neonatus diperkirakan terjadi pada sekitar satu
dari 5.000 keiahiran setiap tahun. Bayi barr-r lahir Banyak bayi baru lahir mendapatkan antibodi dari ibu
tampaknya tidak mampu membatasi replikasi dan yang ditransfer secara pasif. Andbodi tersebut menghilang
penyebaran HSV sehingga cenderung berkembang selama 6 bulan pertama setelah lahir dan periode paling
menjadi penyakit yang berat. rentan terhadap infeksi herpes primer terjadi antara usia
Jalur infeksi yang paling sering (*75o/o kasus) adalah 6 bulan dan 2 tahun. Antibodi yang diperoleh transplasenta
penularan FISV bayi selama pelahiran melalui kontak dari ibu tidak rnelindungi sepenuhnya bayi baru lahir
dengan lesi herpetik pada jalan lahir. lJntuk menghindari terhadap infeksi, tetapi tampaknya akan meredakan
infeksi, dilakukan persalinan dengan seksio sesarea pada infeksi jika tidak dicegah. Antibodi HSV-1 mulai tampak
per€mpuan hamil yang memiliki lesi herpes genital. pada populasi masa kanak-kanak dini; bagi remaja'
Namun, lebih banyak terjadi infeksi HSV neonatal antibodi tersebut ada pada sebagian besar orang. Antibodi
daripada kasus herpes genital rekuren meskipun virus terhadap FISV-2 meningkat pada usia remaja seiring
ditemukan pada bayi cukup bulan. dengan aktivitas seksual.
Herpes neonatus dapat diperoleh pascalahir melalui Selama infeksi primer, antibodi IgM timbul sementara
pajanan terhadap HSV-1 maupun HSV-2. Sumber infeksi dan diikuti oleh antibodi IgG dan IgA yang menetaP
mencakup anggota keluarga dan petugas rumah sakit yang untuk waktu yang lama. Semakin berat infeksi primer
menyebarkan virus. Sekitar 75o/o infel<si herpes neonatal atau semakin sering terjadi rekurensi, kadar respons
disebabkan oleh HSV-2. Tidak tampak adanya perbedaan antibodi lebih besar. Namun, pola respons antibodi tidak
antara sifat dan derajat berat herpes neonatus pada bayi berkorelasi dengan frekuensi rekurensi penyakit. Imunitas
prematur atau cukup bulan, pada infeksi yang disebabkan selular dan faktorpejamu nonspesifik (sel pembunuh
oleh HSV-1 atau HSV-2, atau pada penyakit ketika virus alami, interferon) penting dalam mengendalikan inleksi
didapatkan selama persalinan atau pasca persalinan. HSV primer maupun rekuren.
HERPESVIRUS 447

Setelah sembuh dari infeksi primer (tidak tampak, Epidemiologi


ringan, atau berat), virus berada dalam keadaan laten
saat terdapat antibodi. Antibodi ini tidak mencegah Virus herpes simpleks tersebar di seluruh dunia. Tidak
reinfeksi atau reaktivasi virus laten, tetapi dapat mengubah ada reservoir hewan atau vektor yang terkait dengan virus
perjalanan penyakit selanjurnya. manusia. 'lransmisi melalui kontak dengan sekret yang
terinfeksi. Epidemiologi virus herpes simpleks tipe 1 dan
Diagnosis Laboratorium 2 berbeda.
HSV-1 mungkin menetap pada manusia lebih konstan
A. SIToPAToLoGI daripada virus lain. Infcksi priurer terjadi pada awal
Metode sitologi yang cepat adalah dengan mcwarnai kehidupan dan biasanya asimtomatik; kadang-kadang
goresan yang diperoleh dari dasar vesikel (misal, dengan rnenyebabkan penyakit orofaring (gingivostomatitis pada
pewarnaan Giemsa); adanya sel raksasa berinti banyak anak kecil, {aringitis pada dervasa muda). Antibodi
menunjukkan adanya herpesvirus (HSV-1, FISV-2, atau terbentuk tetapi virus tidak dieliminasi dari tubuh; timbul
varisela-zoster), mernbedakan lesi dengan yang disebabkan keadaan carrier yang berlangsung seumur hidup dan
oleh coxsackievirus dan penyakit nonvirus. ditandai oleh serangan herpes rekuren yang bersilat
scnlcn tara
Insidcn tertinggi infeksi HSV-1 terjadi pada anak usia
B. ISoLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS
6 bulan sanrpai 3 tahun. Pada masa dewasa, 70-90Vo orang
Isolasi virus tetap merupakan .cara diagnostik yang mempunyai antibodi tipe 1. Terdapat tingkat variasi
definitif. Virus dapat diisolasi dari lesi herpes dan juga geografi yang tinggi pada seroprevalensi. Orang-orang
dapat ditemukan dalam apusan tenggorok, cairan kelas menengah di negara maju mendapatkan antibodi
serebrospinalis, dan tinja, selama infeksi primer maupun lebih lambat daripada mereka dari populasi sosioekonomi
selama periode asimtomatik. Oleh karena itu, isolasi yang lebih rendah. Diduga, gambaran ini menunjukkan
HSV bukan bukti yang cukup untuk menun.jukkan bahrva keadaan lingkungan yang lebih padat dan higiene lcbih
virus adalah agen penyebab per-ryakit yang diselidiki. buruk pada masyarakat golongan sosioekonomi rendah.
Inokulasi biakan jaringan digunakan untuk isolasi Virus disebarkan melalui kontak langsung dengan saliva
virus. Agen kemudian diidentifikasi dengan uji Nt atau yang rerinfel<si atau melalui peralatan yang terkontaminasi
pewarnaan imunofluoresensi dengan antiserum spesifik. saliva yang melepaskan virus. Sumber infelai untuk anak
Penentuan tipe isolat HSV dapat dilakukan menggunakan biasanya orang dewasa yang rnemiliki lesi herpes
andbodi monoklonal atau analisis endonuklease restriksi simtomatik atau dengan pengeluaran virus asirntomatik
DNA virus tetapi hanya berguna untuk studi epidemiologi. dalanr saliva.
Frekuensi inf'eksi HSV-1 rekuren sangat bcrvariasi di
antara orang-orang. Pada waktu tcrtentu, I-5o/o orang
C: Reaxsr RANTAT Por-rurnasr (PCR) dewasa normal akan mengeluarkan virus, sering kali tanpa
Uji PCR dapat digunakan untuk mendeteksi virus dan gejala klinis.
bersifat sensitif serta spesifik. Amplikasi PCR DNA virus FISV-2 biasanya didapat sebagai penyakit vang
dari cairan serebrospinalis telah menggantikan isolasi virus ditularkan secara seksual, sehingga antibodi tcrhadap virus
dari jaringan otak yang diperoleh dengan biopsi atau saat tersebut jarang ditemukan sebclum pubertas. Diperkirakan
pemeriksaan postmortem sebagai uji standar untuk terdapat sekitar 1+0-60 iuta orang yang terinfeksi di
diagnosis spesifik infeksi HSV pada sistem saraf pusat. An.rerika Serikat. Penelitian prevalensi antibodi telah
dipcrsulit oleh reaksi silang antara HSV tipe 1 dan 2.
Survei yang rnenggunakan antigen glikoprotein spesifik-
D. SERoLoGI
tipe akhir-akhir ini menentukan bahwa 20o/o orang
Antibodi muncul dalam 4-7 hari seteiah infeksi dan dewasa di Amerika Serikat merniliki antibodi IISV-2,
mencapai puncak dalam 2-4 minggu. Antibodi menetap dengan seroprevalensi lebih tinggi pada peremPuan
dengan sedikit fluktuasi selama kehidupan pejamu daripada lal<i-laki dan lebih tinggi pada orang kulit hitam
tersebut. daripada kulit putih.
. Niiai diagnostik pada uji serologi dibatasi oleh Infeksi genital rekuren dapat bersifat simtomatik atau
banyaknya antigen yang dimiliki oleh HSV-1 dan FISV- asimtomatik. Masing-masing situasi memiliki reservoir
2. Terdapat juga beberapa respons anamnestik heterotipik virus untuk transmisi ke orang yang rentan. HSV-2
terhadap virus varisela-zoster pada orang yang terinfeksi cenderung lebih sering kambuh daripada FISV-1, tanpa
HSV dan sebaiiknya. Penggunaan antibodi spesifik-tipe meneandang tempat infeksi.
HSV yang tersedia di beberapa laboratorium riset, infeksi HSV genital ibu merniliki risiko bagi ibu
memungkinkan uji serologi lebih bermakna. maupun bayi. Perempuan hamil jarang menderita
BAB 33

penyakit diseminata setelah infeksi primer, dengan angka primer dengan virus, sedangkan zoster adalah sebagian
mortalitas tinggi. Infeksi primer sebelum usia kehamilan respons imun pejamu terhadap reaktivasi virus varisela
20 minggu menyebabkan abortus spontan. Janin mungkin dalam bentuk laten di neuron pada ganglion sensorik.
pendapat infeksi sebagai akibat pelepasan virus dari lesi
rekuren pada jalan lahir ibu saat persalinan. Perkiraan Sifat Virus
frekuensi pelepasan virug di servils pada perempuan hamil Virus varisela-zoster secara morfologis identik dengan
sangat bervariasi. virus herpes simpleks. Virus ini tidak memiliki reservoir
Infeksi HSV genital meningkatkan akuisisi infeksi hewan. Virus memperbanyak diri dalam kultur jaringan
virus imunodefisiensi manusia (HIV) tipe I karena lesi embrionik manusia dan menghasilkan badan inklusi
ulseratif terbuka pada permukaan mukosa. intranuklear yang khas (Gambar 33-38). Perubahan
sitopatik lebih bersifat fokai dan menyebar jauh lebih
Pengobatan, Pencegahan, & Pengendalian lambat daripada yang diinduksi oleh HSV. Virus yang
Beberapa obat antivirus terbukti efektif melawan infeksi infeksius tetap berkaitan-sei secara kuat, dan serangkaian
HSV termasuk asiklovir, valasiklovir, dan vidarabin (Lihat reproduksi lebih mudah dikerjakan dengan melewati sel
Bab 30). Saat ini, asiklovir merupakan terapi standar. vang terinfeksi daripada cairan kultur jaringan.
Semuanya merupakan inhibitor sintesis DNA virus. Virus yang sama lnenyebabkan cacar air dan zoster.
fuiklovir, analog nukleosida, mengalami monofoslbrilasi Isoiat virr-rs dari vesikel pasien varisela atau zoster tidak
oleh HSV timidin kinase kemudian diubah menjadi memperlihatkan variasi genetik yang signifikan. Inokulasi
bentuk trifosfat oleh kinase selular. Asiklovir trifosfat cairan vesikel zoster ke anak mengakibatkan varisela. Anak
secara efisien digabungkan ke dalam DNA virus oleh yang telah sembuh dari infeksi akibat virus zoster resistan
HSV polimerase, tempat mencegah pemanjangan rantai. terhadap varisela.
Obat-obatan ini dapat menekan manifestasi klinis,
memperpendek waktu penyembuhan, dan menurunkan Patogenesis & Patologi
rekurensi herpes genital. Namun, I{SV tetap laten pada A. VARISELA
ganglion sensorik. Strain virus yang resistan obat dapat
Jalur infeksi adalah mukosa saluran pernapasan aras atau
timbul.
konjungtiva (Gambar 33-6). Setelah replikasi awal di
Bayi baru lahir dan orang dengan elsema sebaiknya
kelenjar getah bening regional, viremia primer
dilindungi dari pajanan orang dengan lesi herpetik aktif.
menyebarkan virus dan menyebabkan replikasi dalam hati
Sedang dikembangkan berbagai jenis vaksin dan limpa. Viremia sekunder yang meiibatkan sel
percobaan. Satu pendekatan dengan menggunakan antigen
mononuklear terinfeksi membawa virus ke kulit, tempat
glikoprotein dirnurnikan yang ditemukan dalam selubung
terjadinya ruam yang khas. Pembengkakan sel epitel,
virus, diekspresikan pada beberapa sistem rekombinan.
degenerasi balon, dan penumpukan cairan jaringan
Vaksin tersebut dapat mencegah infeksi primer. Vaksin
menyebabkan terbentuknya vesikel (Cambar 33 -7).
glikoprotein HSV-2 rekombinan yang diuji di pusat
Replikasi dan penyebaran virus varisela-zoster dibatasi
percobaan mutakhir mencegah infeksi herpes genital pada
oleh respons imun selular dan humoral pejamu.
perempuan yang seronegatif untuk HSV-1 dan HSV-2;
Interferon juga dapat terlibat.
vaksin tidak efektif pada perempuan yang seropositif
untuk HSV-I atau pada laki-laki. B. ZoSTER
Lcsi kulit zoster secara histopatologis identik dengan lcsi
-l-erdapat
VIRUS VARISELA-ZOSTER pada varisela. juga peradangan akut saraf dan
ganglia sensorik. Sering kali hanya mengenai satu
Varisela (cacar air) adalah penyakit yang ringan, sangat ganglion. Biasanya, distribusi lesi pada kulit sangat
menular, terutama pada anak-anak, ditandai secara klinis berhubungan dengan area inervasi setiap ganglion radiks
dengan erupsi vesikular generalisata kulit dan membran dorsalis.
mukosa. Penyakit dapat berat pada orang dewasa dan Pencetus reaktivasi infeksi virus varisela-zoster laten
anak-anak yang imunokompromais. di ganglia tidak jelas. Dianggap bahwa Penurunan
Zoster (ruam saraf) adalah suatu penyakit sporadis dan imunitas memrlngkinkan terjadinya replikasi pada
melemahkan yang menyerang orang dewasa atau orang ganglion, yang menyebabkan peradangan dan nyeri hebat.
imunokompromais yang ditandai dengan ruam dengan Virus berjalan ke bawah saraf hingga kulit dan
distribusi terbatas pada kulit yang dipersarafi ganglion rnenginduksi terbentuknya vesikel. Imunitas selular
sensorik tunggal. Lesi serupa dengan lesi varisela. mungkin merupakan pertahanan pejamu yang paling
Kedua penyakit disebabkan oleh virus yang ma. penting untuk menahau virus varisela-zoster. Reaktivasi
Varisela adalah penyakit akut yang terjadi setelah kontak bersifat sporadis dan jarang kambuh.
HERPESVIRUS 449

Periode inkubasi

lnokulasi pada mukosa pernapasan


Replikasi virus pada nodus regional
e sel-sel yang terinfeksi virus
menuju kapiler
rdi8 ::tt r*::
Viremia primer
+ replikasi dalam hati/limpa -: r*. :r:-

&r4,, ,

Penyakit akut Viremia sekunder:


sel mononuklear berpindah ke kulit
dan membran mukosa
&
" *
jlf 'ce
Pelepasan virus ke dalam sekret *$t .i,. &
{ pernapasan
lb
l*SF ,ri*
l, **,,#
f Replikasi pada sel epidermis
I Virus dalam ganglia radiks dorsalis
t':,.

lmunitas spesifik VZV CA


J ffi
l. -resolusi replikasi **t- ^

Gamhar 33-6. Patogenesis infeksi primer virus varisela- Gambar 33-7. Perubahan histologi yang khas pada
zoster. Periode inkubasi pada viremia primer berlangsung infeksi virus varisela-zoster. Potongan Biopsi tusukan dari
10 sampai 21 hari. Fase viremia sekunder menyebabkan vesikel virus varisela zoster difiksasi dan diwarnal dengan
transpor virus ke kulit dan mukosa pernapasan. Replikasi hematoksi li n-eosin. A: I nfeksi awal yang memperlihatkan
pada sel epidermis menyebabkan ruam varisela yang "degenerasi balon" pada sel dengan nukleus basofil dan
khas, disebut cacar air. lnduksi imunitas spesifik virus kromatin di pinggir (dikurangi dari 480 X). B: lnfeksi
varisela-zoster diperlukan untuk mengakhiri replikasi lanjutan yang memperlihatkan inklusi intranuklear
virus. Virus mendapatkan akses ke sel ganglia akar dorsalis eosinofilik yang dikelilingi oleh zona jernih yang luas
dan trigeminalis selama infeksi primer dan menimbulkan (dikurangi dari 480X). C: 5el raksasa berinti banyak pada
latensi (Direproduksi seizin Arvin AM: Varicella-zoster virus. ln: Fields atap vesikel varisela (dikurangi dari 480 X). D: Tampilan
Virology,3rd ed. t'ields BN et al leditorl. Lippincott-Raven, 1996.) kekuatan rendah pada vesikel awal yang memperlihatkan
pemisahan epidermis (akantolisis), edema dermis, dan
infiltrasi sel mononuklear (dikurangi dari 40 X). (Direproduksi
Gambaran Klinis
dengan seizin darl Gelb LD: Varicella-zoster virus. ln: Virology,2.nd ed.
A, VARISELA Fields IIN et al Ieditors]. Raven Press, 1990.)

Varisela subklinis tidak lazim terjadi. Periode inkubasi


penyakit yang khas adalah 10-2 I hari. Malaise dan demam
adalah gejala paling awal, kemudian segera diikuti oleh menyebar luas dan terbukti fatal. Kasus sindrom varisela
ruam, yang pertama kali muncul pada badan kemudian kongenital setelah kasus ibu yang me nealami varise la selama
wajah, ektremitas, dan mukosa bukal serta faring dalam kehamilan telah dideskripsikan,
mulut. Vesikel baru berturut-turur tampak berkelompok, Pneumonia varisela jarang pada anak yang sehat terapi
sehingga semua stadium makula, papula, vesikel, dan merupakan komplikasi yang paling sering pada neonatus,
krusta dapat terlihat pada satu waktu (Gambar 33-8). dewasa, dan pasien imunokompromais. Pneumonia
Ruam berlangsung sekitar 5 hari, dan kebanyakan anak menyebabkan banyak kemarian akibat varisela.
memiliki ratusan lesi kulit. Pasien imunokompromais, termasuk mereka dengan
Komplikasi jarang terjadi pada anak yang normal dan keganasan, transplantasi organ, atau infeksi iJIV dan
angka mortalitasnya sangat rendah. Ensefalitis jarang mereka yang menerima dosis tinggi kortikosteroid,
terjadi dan dapat mengancam jiwa. i)enderita yang selamat mempunyai risiko meningkat terhadap komplikasi
dari ensefalitis varisela dapat mengalami sekuel permanen. varisela.Koagulasi intravaskular diseminata dapat terjadi
Pada varisela neonatus, infeksi didapat dari ibu tepat dan dengan cepat menimbulkan kematiar.r. Anak-anak
sebelum atau setelah lahir tetapi tanpa respons imun yang dengan leukemia muclah rerserang penyakit virus variscla-
cukup untuk membatasi penyakit. Virus sering kali sangat zoster diseminata yang berat.
450 BAB 33

sering terkena (Gambar 33-9), dan pars oftalmika nervus


trigeminus terkena pada 10-15% kasus. Komplikasi zoster
yang paling sering pada orang tua adalah neuralgia
pascaherpetik-nyeri berkepanjangan yang dapat
berlangsung beberapa bulan. Komplikasi ini terutama
sering terjadi setelah zoster oftaimika. Penyakit visera,
terutana pneumonia, menyebabkan kematian yang terjadi
pada pasien zoster dengan imunosupresi (<1% pasien).

lmunitas
Virus variseia dan zoster identik, dua penyakit ini timbul
akibat respons pejamu yang berlreda. In{cksi varisela
sehelumnya dianggap menghasilkan imunitas seumur
hidup terhadap varisela. Antibodi yang diinduksi oleh
veksin varisela menetap sedikitnya 20 tahun. Zoster
Gambar 33-8. Berbagai stadium atau "crop" lesi kulit tcrjadi saat terdapat antibodi penetral terhadap varisela.
varisela (Direproduksi seizin dari Gelb LD: Varicella z0s1er virus, In:
Peningkatan titer antibodi varisela dapat terjadi pada
Virolagy,2nd eb. Fields BN et al {editorsl. Raven Press, 1990.)
orang dengan infeksi HSV.
Terbentuknya imunitas selular spesifik virus zoster-
B. Z0STER
varisela penting pada penyembuhan dari vari"sela mauPun
Zoster biasanya terjadi pada pasien imunokompromais zoster. Adanya interferon lokal juga dapat membantu
akjbar penyakir, terapi, atau proses pcnuaan, cetapi penyembuhan.
kadang-kadang terjadi pada orang yang seirat. Biasanya Virus varisela-zoster, seperti herpesvirus lain,
dimulai dengan nyeri hebat di daerah kulit atau mukosa menyandikan sistem yang menghindari respons imun
yang dipersarafi oleh satu atau lebih kelompok saraf dan pejamu. Misalnya, virus menyebabkan pengaturan
ganglia sensorik. Dalam beberapa hari setelah onset, ekspresi kompleks antigen histokompatibilitas mayor
kumpulan vesikel tampak di atas kulit yang diperserafi kelas I dan II.
oleh saraf yang terkena. Badan, kepala, dan leher pa.ling

Gambar 33-9. Herpes zoster dalam distribusi nervus torasika. (Sumbangan AA Gershon.). B: Herpes zoster yang
A:
mengenai cabang oftalrhika nervustrigeminus disertai konjungtivitis dan terkenanya sisi hidung (Direproduksi seizindari
Arvin AM:Varicella-zoster virus. ln: f ields Virology,3rd ed. Fields BN et al leditorsl. Lippincott-Raven, 1996.)
H FRPESVIRUS 451

Diagnosis Laboratorium
Pada pewarnaan apusan kerokan atau bilasan dasar vesikel
(apusan Tzanck), terlihat sel raksasa berinti banyak
(Gambar 33-7).Sel tersebut ticial.- ada pada vesikel
nonherpetik. Antigen virus intraselular dapat diper-
lihatkan dengan pewarnaan imunofluoresensi dari apusan
yang sama.
Prosedur diagnostik yang cepar secara klinis berguna
untuk virus varisela-zostbr. Antigen spesifik virus a(au
DNA virus dapat dideteksi pada cairan vesikel, pada
kerokankulit, atau bahan biopsi. Herpesvirus dapat
dibedakan dari poxvirus berdasarkan gambaran morfologi
partikel dalam cairan vesikel yang diperiksa dengan
mikroskop elektron (Gambar 33-10).
Virus dapat diisolasi dari cairan vesikel pada awal
perjalanan penyakit yang lxcnggunakan [<ultur sel manusia
dalarr.- 3-7 hari. Virus varisela-zoster daiam cairan vesikel
sangat labii dar, kuitur sei scbaiknya diinokulasi dengan
tePar.
Peningkatan titer antibodi spesifik dapat dideteksi
pada serum pasien dengan berbagai tes, termasuk antibodi
fluoresensi, aglutinasi lateks, <lan immu.noassay enz,im.
Piiihan pemeriksaan yar"rg digunakan bergantung pacla
tujuan tes dan fasilitas laboratoriunl yang tersedia.
Imunitas selular penting, tetapi sr-ilir untuk diperlihatkan.
Gambar 33-10. Atas: Partikel herpesvirus dari cairan
Epidemiologi vesikel manusia, diwarnai dengair uranil asetat untuk
memperlihatkan inti DNA (140000 X). tsawah: Virion
Varisela dan zoster terdapat di seluruh dunia. Varisela
(cacar air) sangat menular dan merupakan penyakit diwarnai untuk memperlihatkan kapsomer protein
selubung virus (140000 X). Catatan: herpesvirus yang
epidemik yang sering terjadi pada masa kanak-kanak
berbeda tidak dapat dibedakan dengan rnikroskop
(sebagian besar kasus pada anak di baivah usia 10 tahun).
elektron (5umbangan K0 5mith Can JL li4elnick.)
Kasus dewasa dapat terjadi. Pcnyakit lebih sering terjadi
pada musim dingin dan semi daripada musim panas pada
daerah beriklim sedang. Zoxer terjadi secara sporadis,
terutama pada orang dewasa tanpa prevalensi musim.
Sepuluh sampai 20o/o orang dewasa akan mengalami pasien imunokompromais clengan infeksi yang berat
sekurang-kurangnya satu serangan zoster selama hidup, harus diobati.
biasanya setelah usia 50 tahun. Gamaglobulin pada titer antibodi virus varisela-zoster
Varisela menyebar dengan cepat melalui droplet udara yang tinggi (imunoglobulin variseia-zoster) dapat
dan kontak langsung. Pasien varisela mungkin infeksius digunakan untuk mencegah berkembangnya penyakit
(mampu menularkan penyakit) secara cepar sebelum pada pasien yang terpajan varisela dengan risiko tinggi
timbul ruam sampai beberapa hari pertama timbulnya menderita penyakit yang berat. Ketika varisela dimulai,
ruam. Infbksi kontak jarang pada zoster, mungkin karena imunoglobulin tidak mempunyai nilai terapeutik.
virus tidak terdapat pada saluran pernapasan atas pada Imunoglobuiin standar tidak bermanfaat karena rendahnya
kasus tipikal. Pasien zoster dapat menjadi sumber varisela titer pada antibodi variseia.
pada anak yang rentan. DNA virus varisela-zoster telah Beberapa senyawa antivirus memberikan terapi yang
dideteksi, menggunakan metode amplifikasi PCR dalarn efektif untuk varisela, termasuk asiklovir, valasiklovir,
sampel udara dari ruangan di rumah sakit dari pasicn famsiklovir, dan foskarnet. Asiklovir dapat mencegah
dengan varisela aktif (82o/o) dan infeksi zoster (7Ao/o). timbulnya penyakit sistemik pada pasien dengan
imunosupresi yang terinfeksi varisela dan dapat
Pengobatan menghentikan perkembangan zoster pada orang dewasa.
Varisela pada anak normal merupakan penyakit yang Asiklovir tampaknya tidak mence gah neuralgia
ringan dan tidak memerlukan pengobatan. Neonatus dan pascaherperik.
452 BAB 33

Pencegahan & Pengendalian cukup tcrkait secara antigen, sehingga perbedaan strain
mungkin merupakan determinan yang ddak penting pada
Vaksin varisela hidup 1'ang dilcmahkan ditemukan tahun
penyakit manusia.
1995 untuk digunakan secara umum di Amerika Serikat.
Sitomegalovirus sangat spesifik spesies dan spesifik
Vaksin serupa telah berhasil digunakan di Jepang selama
tipe sel. Semua usaha yang telah dilakukan untuk
sekitar 30 tahun. Vaksin sangat efektif untuk menimbulkan
menginfeksi hewan dengan sitomegalovirus manusia gagal.
perlindungan terhadap varisela pada anak (85% efektif),
Terdapat sejumlah sitomegalovirus hewan, semua bersi{at
tetapi kurang melindungi pada orang dewasa (70Vn1 .
spesifik spesies.
Sekitar 5o/o orang mengalami ruam ringan yang Sitomegalovirus manusia bereplikasi irt uitro hanya
disebabkan vaksin I bulan setelah imunisasi. Tiansmisi
pada fibroblas manusia, meskipun virus sering kali
virus vaksin jarang tetapi dapat terjadi bila orang yang
diisolasi dari sel epitel pejamu. Sitomegalovirus bereplikasi
divaksin mengalami ruam. Timbulnya infeksi varisela
sangat lambat pada sel kultur, dengan cara kerja
dapat terjadi pada orang divaksin, tetapi biasanya bersifat
pertunrbuhan yang lebih lambat daripada FISV atau virus
ringan. Orang yang divaksin berisiko mengalami zoster,
variscla-zoster. Sangat sedikit virus menjadi bebas sel;
tetapi gejalanya tidak terlalu berat dibandingkan setelah
infeksi terutama menyebar sel-ke-sel. Penyebaran
inlcksi alami.
memerlukan beberapa minggu untuk mengenai seluruh
lapisan tr-Lnggal.
SITOMEGALOVIRUS Sitomegalovirus menimbtrlkan cfek sitopatik yang
lilras (Gambar 33-3C). Inklusi sitoplasma perinuklear
Sitomegalovirus adalah herpesvirus yang ada di rnana-
tcrber.rtuk selain adanya inklusi intranuklear yang khas
mana yang sering menyebabkan penyakit pada manusin.
pada hcrpesvirus. Juga terlihat sel bcrinti banyak. Ilanyak
Nama untuk penyakit inklusi sitomegalik klasik bcrasal
sel yang tcrkenamenjadi sangat membesar. Sei sitomegalik
dari kecenderungan pembesaran masif sel yang terinfeksi
yang mengandung inklusi dapat ditemukan pada sampel
sitomegalovirus.
dari orang yang terinfeksi (Gambar 33-ii).
Penyaki t inklusi si tornegalik adalah infeksi generalisata
pada bayi yang disebabkarr oleh infeksi sitomegalovirus
Patogenesis & Patologi
intrauterin atau awal pascanatal. Sitornegalovirus
merupakan masalah kcsehatan masyarakat yane pcnting A. PEJAHU NoRMAL
-J
karena frekuensi inl-eksi kongenital yang tinggi vang dapat Si.o'n.g.lo"l.rs dapet ; *l.rkrn .i;or*n g-l.e-or",t g
menimbulkan anomali konger.rital berat. Infeksi subldinis dengan beberapa cara, semua memerlukan kontak erat
sering terjadi pada masa anak-anak dan remaja. Infeksi dengan bahan yang mengandung virus. Periode inkubasi
sitomegalovirus berat sering ditemukan pada orang dewa.sa 4 sampai 8 nringgr.r pada anak norrnal yang berusia lcbih
dengan imunosupresi.

Sifat Virus
Sitomegalovirus mempllnyai isi genetik tcrbcsar di antare
herpesvirus manusia. Genom DNAnya (240 kbp) secara
khas lebih besar daripida genom DNA FISV. Flanya
sedikit dari banyak protein yang disandikan oleh virus
(lebih dari 200) telah dikenal. Satu, glikoprotein
permukaan sel, bekerja sebagai reseptor Fc yang secara
nonspesifik dapat mengikat bagian Fc imtrnoglobulin.
Hal tersebut dapat membantu sel yang terinfeksi terhinder
dari eliminasi sistem imun dengan memberikan selubung
perlindungan pada imunoglobulin pejamu yang ticlak
berkaitan
Promoter-enhancer sitomegalovirus awal segera yang
utama adalah salah satu enhacer terkuat yang dikenal,
disebabkan oleh konsentrasi tempat pengikatan untul<
faktor transkrip.si selular. Enhancer tersebut digunakan
secara eksperimental untuk menunjang ekspresi gen asing Gambar 33-71. Sel "sitomegalik" yang membesar secara
tingkat tinggi. masif yang khas untuk infeksi sitomegalovirus pada paru
Banyak strain sitomegalovirus yang berbeda secara bayi prematur yang meninggal karena penyakit
genetis beredar pada populasi rnanusia. Natnun, straiunya sitomegalovirus diseminata (Sumbangan GJ Demmlcr.)
HERPESVIRUS

tua dan orang dewasa serelah pajanan virus. Virus Sitomegalovirus juga dapat diperoleh bayi melalui
menyebabkan infeksi sistemik; virus diisolasi dari paru, pajanan terhadap virus pada saluran genital ibu selama
hati, esofagus, kolon, ginjal, monosit, dan limfosit T serta persalinan dan melalui pemberian ASI. Pada kasus ini,
B. ?enyakit ini merupakan sindrom yang menyerupai bayi biasanya teiah menerima beberapa antibodi marernal
mononukleosis infeksius, meskipun kebanyakan inf&si dan infeksi sitomegalovirus yang didapat selama
sitomegalovirus bersifat subkiinis. Seperti semua persalinan cenderung subkiinis. Infeksi sitomegalovirus
herpesvirus, sitomegalovirus menimbulkan infeksi laten yang didapat dari transfusi pada bayi baru lahir akan
seumur hidup. Virus dapat lepas secara intermiten dari bervariasi, bergantung pada jumlah virus yang diterima
faring dan di urine selama'berbulan-bulan sampai tahunan dan status serologi pendonor darah. Sitomegalovirus yang
setelah infeksi primer (Gambar 33-12). Infeksi didapat in utero atau selama persalinan, lebih sering
sitomegalovirus yang lama pada ginjal tampaknya tidak menimbulkan infeksi kronik-berkenaan dengan ekskresi
merusak pada orang normal. Kelenjar ludah sering terkena virus-daripada bila virus diperoleh pada masa hidup
dan kemungkinan bersifat kronik. selanjutnya (Gambar 33-12).
Imunitas selular ditekan pada infei<si primer (Gambar
33-12), dan hal tersebut menyebabkan persistensi infeksi Gambaran Klinis
virus. Diperlukan beberapa bulan bagi respons selular
untuk pulih. A. PEJAMU NoRM^L

Infelai sitomegalovirus primer pada anak yang lebih tua


B. PEJAMU DENGAN IMUNoSUPREsI
dan dewasa biasanya asimtomatik tetapi kadang-kadang
Infeksi sitomegalovirus primer pada pejamu dengan menyebabkan sindrom mononukleosis infeksius yang
imunosupresi lebih berat daripada pejamu normal. Orang spontan. Penyakit ditandai dengan maiaise, mialgia,
yang berisiko tinggi menderita penyakit sitomegalovirus demam lama, kelainan fungsi hati, dan limfositosis.
adalah mereka yang menerima transplanrasi organ, rumor Sitomegalovirus diperkirakan menyebabkan 20-50o/o
ganas yang menerima kemoterapi, dan AIDS. Ekskresi kasus mononukleosis negatif heterofil (bukan virus
virus meningkat dan semakin lama, dan infeksi lebih Epstein-Barr).
mudah menjadi diseminata. Pneumonia merupakan Mononukleosis sitomegalovirus adalah penyakit yang
komplikasi yang paling sering terjadi. ringan dan komplikasi jarang terjadi. Hepatitis suklinis
Respons imun pejamu mungkin mempertahankan sering terjadi. Pada anak (usia kurang dari 7 tahun),
sitomegalovirus dalam keadaan laten pada individu yang hepatosplenomegali sering kali ditemukan.
seropositif. Infeksi reaktivasi yang disertai dengan Telah diobservasi hubungan antara adanya sito-
penyakit lebih sering terjadi pada pasien dengan gangguan megalovirus dengan restenosis setelah angioplasti koroner.
imun daripada pejamu normal. Meskipun biasanya kurang Diduga bahwa virus dapat berperan pada proliferasi sel
berat, infeksi reaktivasi mungkin sama virulennya dengan otot polos, yang menimbulkan restenosis.
infeksi primer.
B. PEJAMU I}4UNoKoHPRoMAIS
C. INFEKSI KoNGENITAL DAN PERINATAL
Angka morbiditas maupun mortalitas meningkat akibat
Infeksi janin dan bayi baru lahir oleh sitomegalovirus
infeksi sitomegalovirus rekuren dan primer pada individu
dapat bersifat berat. Sekitar 17o kelahiran hidup setiap
imunokompromais. Pneumonia adalah komplikasi yang
tahun di Amerika Serikat mengalami infeftsi sitomegalovirus
kongenital dan sekitar 5-l0o/o di antaranya akan menderita
sering terjadi. Pneumonitis interstisial yang disebabkan
penyakit inklusi sitomegalik. Persenrase yang tinggi dari
oleh sitomegalovirus terjadi pada l0-20o/o resipien
transplantasi sumsum tulang. Leukopenia akibat virus
bayi dengan penyakit ini akan memperlihatkan defek
perkembangan dan retardasi mental.
sering terjadi pada resipien transplantasi organ padat;
juga ditemui bronkiolitis obliterans pada transplantasi
Virus dapat ditularkan in utero akibat infeksi maternal
paru, aterosklerosis graft setelah rransplanrasi jantung,
primer maupun reaktivasi. Sekitar sepeniga perempuan
dan penolakan terkait sitomegalovirus pada alograf ginjal.
hamil dengan infeksi primer menularkan virus. Penyakit
Sitomegalovirus sering menyebabkan penyakit diseminata
inklusi sitomegalik generalisata paling sering disebabkan
pada pasien AIDS yang tak diobati; gastroenteritis dan
oleh infeksi maternal primer. Tidak terdapat bukti bahwa
korioretinitis adalah masalah yang sering. Korioretinitis
usia kehamilan saat infeksi maternal memengaruhi
sering menyebabkan kebutaan progresif.
ekspresi penyakit pada janin. Ti"ansmisi intrauterin terjadi
pada sekitar 170 perempuan yang seropositif. Kerusakan
janin jarang disebabkan oleh infeksi maternal yang C. INFEKsI KoNGENITAL DAN PERINATAL
reaktivasi ini; infEksi bayi tetap bersifat subklinis meskipun Infeksi kongenital dapat menyebabkan kematian janin
kronik (Gambar 33-12). dalam kandungan. Penyakit inklusi sitomegalik pada
454 / BAB 33

'6 Limfosit atipikal


6
of Disfungsi hepatik
50,
.YO'
-c -c
OE
9o
9r +Ptito"i=
LS
c)
o. ;>.
+++
Danah
Tenggorokan +++++
+++++ +++
Virologis
Urine /-
lmunologis
a.*-**---z
EE -.-.".-,n"oo
FZ (E NtAb
CFAb

.c
F(!
OF
a3i=

234 123
Bulan Tahun
A Waktu setelah onset gejala

-9
:-g Kerusakan SSP (otak,
c
{!
C'
-o
E
(,o
Darah +
Tenggomkan
Urine
++
++
Virologir

E
bP
rc
r!

3
Bulan Tahun
Waktu setelah onset gejala

Gambar 33-12. Gambaran klinis, virologi, dan imunologi pada infeksi sitomegalovirus (CMV) pada individu normal (A)
dan pada bayi yang terinfeksi kongenital (B). LTR, respons transformasi limfosit (Direproduksi seizin Alford CA, Britt WJ:
Cytomegalovirus.ln. Virology,2nd ed. Fields BN et al leditorsl. Raven Press, 1990.)
H ERPESVIRUS 455

neonatus ditandai dengan terkenanya sistem saraf pusat B. lsoLAsr VlRus


dan sistem retikuloendotelial. Gambaran klinis berupa Fibroblas manusia digunakan untuk usaha isolasi virus.
retardasi pertumbuhan intrauterin, ikterus, hepatospleno- Virus dapat ditemukan dari bilasan tenggorokan dan
megali, tiombositopenia, mikrosefali, dan retinitis. urine. Pada kultur, biasanya diperlukan 2-3 minggu unruk
Angka mortalitas dapat mencapai 30o/o. Kebanyakan gambaran perubahan sitologi yang terdiri dari fokus kecil
orang yang seiamat akan mengalami defek sistem saraf sel translusen, membengkak degan inklusi intranuklear
pusat yang signifikan dalam 2 tahun; tuli berat, kelainan besar (Gambar 33-3C, 33-3D). Virus tetap terkait sel.
okular, dan retardasi mental sering terjadi. Sekitar l0%
bayi dengan infeksi sitomegalovirus kongenital subkiinis C. SERoLocr
akan mengalami ketulian. Diperkirakan bahwa satu dari
Banyak jenis pemeriksaan dapat mendeteksi antibodi
setiap 1000 bayi yang lahir di Amerika Serikat secara
IgG sitomegalovirus, yang menunjukkan infeksi lampau
serius mengalami retardasi akibat infeksi sitomegalovirus
(dan potensial mengalami reaktivasi). Deteksi antibodi
kongenital.
IgM virus menunjukkan infeksi yang baru terjadi.
Banyak perempuan yang sebelumnya terinfeksi
Pemeriksaan serologi tidak informatif pada pasien dengan
sitomegalovirus memperlihatkan reaktivasi dan mulai
gangguan imun. Lebih lanjut, teknik serologi tidak dapat
mengelskresikan virus dari serviks selama kehamilan.
membedakan strain di antara isoiat klinis.
Pada waktu persalinan melalui jalan lahir yang terinfeksi,
bayi menjadi terinfeksi, meskipun mereka memiliki titer
Epidemiologi
antibodi maternal yang tinggi yang didapat secara
transplasenta. Bayi tersebut mulai melepaskan virus pada Sitomegalovirus endemik di seluruh dunia; tidak dikenal
usia sekitar 8-12 minggu. Mereka terus mengeluarkan virus bentuk epidemik. Sitomegalovirus terjadi sepanjang tahun
selama beberapa tahun tetapi tetap sehat. tanpa variasi musiman terhadap'angka infeksi.
Infeksi sitomegalovirus didapat sering terjadi dan Prevalensi infeksi bervariasi sesuai status sosioekonomi,
biasanya subklinis. Virus dilepas di dalam saliva dan urine kondisi hidup, dan praktik higiene. Prevalensi antibodi
orang yang terinfeksi selama beberapa minggu atau bulan. dapat sedang (40-70%) pada orang dewasa dalam
Sitomegalovirus dapat menyebabkan pneumonia saja pada kelompok sosioekonomi tinggi di negara maju-
bayi berusia kurang dari 6 bulan. sebaliknya prevaiensi gAVo pada anak dan orang dewasa
di negara berkembang dan dalam kelompok sosioekonomi
lmunitas rendah di negara maju.
Antibodi terhadap sitomegalovirus timbui pada sebagian Manusia adalah satu-satunya pejamu yang dikenal
besar serum manusia. Antibodi spesifik sitomegalovirus untuk sitornegalovirus. Tlansmisi memerlukan kontak
kelas IgM, IgA, dan IgG telah diderelai. Reaktivasi infeksi dekat orang-ke-orang. Virus dapat dilepaskan dalam urine,
laten terjadi saat adanya imunitas humoral. Adanya saliva, semen, ASI, dan sekret serviks dan dibawa dalam
antibodi dalam ASI tidak mencegah penularan infelai ke sel darah putih yang bersirkulasi. Penyebaran oral dan
bayi yang minum ASI. Antibodi maternal lebih melindungi pernapasan mungkin merupakan jalur dominan transmisi
terhadap terjadinya penyakit serius pada bayi daripada sitomegalovirus. Virus tersebut juga dapat menyebar
transmisi virus. secara transplasenta, melalui transfusi darah, transplantasi
organ, dan kontak seksual.
Diagnosis Laboratori um Infeksi baru hampir selalu asimtomatik. Setelah
infeksi, virus dilepaskan dari banyak tempat. Pelepasan
A. REAKSt RANTAT Fot-m.rERAsE DAN virus dapat berlangsung kontinu selama beberapa tahun,
UJI DETEKSI ANTIGEN sering kali intermiten, karena virus laten mengalami
Pemeriksaan PCR telah menggantikan isolasi virus untuk reaktivasi. Oleh karena itu, pajanan terhadap sito-
deteksi rutin infelai sitomegalovirus. Metode kultur sel megalovirus tersebar luas dan sering terjadi.
berupa isolasi virus terlalu lambat untuk digunakan dalam Infeksi intrauterin dapat menyebabkan penyakit serius
menuntun terapi, terurama pada pasien dengan pada neonatus. Sekitar lo/o bayi yang lahir di Amerika
imunosupresi. Pemeriksaan PCR dirancang untuk Serikat terinfeksi sitomegalovirus. Kebanyakan menderita
mendeteksi virus yang bereplikasi, bukan genom virus infeksi subklinis tetapi ftronik; 5-10o/o menderita penyakit
laten. Darah dan urine paling sering dites. Pemeriksaan inklusi sitomegalik disertai defek perkembangan mental
PCR dapat memberikan data beban virus yang tampaknya dan angka mortalitas yang tinggi. Infeksi kongenital,
pendng dalam memprediksi penyakit sitomegalovirus. subklinis atau tampak secara klinis, menimbulkan infeksi
Antibddi monoklonal terhadap antigen virus dapat kronik dengan pelepasan virus yang dapat dideteksi selama
digunakan untuk mendeteksi leukosit positif virus dari beberapa tahun. Bayi lebih banyak terinfeksi sito-
pasien. megalovirus dalam bulan-bulan pertama kehidupannya,
456 BAB 33

sering kali dari ASI yang terinfeksi atau melalui Penggunaan darah dari pendonor seronegatif telah
penyebaran perawatan. Sebagian besar infeksi tersebut dianjurkan bila bayi memerlukan banyak transfusi.
bersifat subklinis tetapi biasanya kronik, dengan pelepasan Pendekatan ini akan mengurangi infeksi sitomegalovirus
virus persisten. yang didapat dari transfusi, tetapi sulit untuk
Infeksi maternal primer selama kehamilan meny€- diimplementasikan.
babkan sebagian besar kasus penyakit inklusi sitomegalik. Vaksin sitomegalovirus hidup maupun rekombinan
Bayi dan anak dengan infeksi sitomegalovirus subklinis masih dikembangkan.
merupakan sumber utama pajanan. Infeksi kongenital
lain disebabkan oleh reaktivasi infeksi maternal laten. VIRUS EPSTEIN.BARR
Sitomegalovirus dapat ditularkan melalui transfusi
darah. Perkiraan risiko sangat bervariasi tetapi sekitar 1-50lo Virus Epstein-Barr (EB$ adalah herpesvirus yang terdapat
per unit darah lengkap (whole blood). Resipien trans- di mana-mana dan merupakan agen penyebab mono-
plantasi organ padat yang seronegatif memiliki risiko nukleosis infeksius akut, karsinoma nasofaring, limfoma,
karena organ yang seropositif menularkan virus pada 60- limfoma Burkitt, dan gangguan limfoproliferatif lain pada
807o kasus. orang dengan defisiensi imun.
Infeksi sitomegalovirus secara nyata meningkat pada
populasi dengan sistem imun yang ditekan; resipien Sifat Virus
transplantasi sering mengalami infeksi, kebanyakan Genom DNA EBV mengandung sekitar 172 kbp'
disebabkan oleh reaktivasi virus laten pada resipien sendiri. mempunyai kandungan G + C sebesar 59Vo, dan
menyandikan sekitar 100 gen. Ada dua tipe (EBV-I, EBV-
2), berdasarkan perbedaan latensi gen antigen nuklear
Pengobatan & Pengendalian (EBNA, EBER).
Terapi obat pada infeksi sitomegalovirus telah
menunjukkan beberapa hasil yang memberikan harapan.
A. BIOLoGI EBV
Gansiklovir, suatu nukleosida yang secara struktur terkait Sel target utama EBV adalah limfosit B. Bila limfosit B
dengan asiklovir, telah berhasil digunakan untuk manusia terinfeksi EBV, galur sel kontinu dapat terbentuk,
mengobati infeksi sitomegalovirus yang mengancam nyawa menunjukkan bahwa sel mengalami imortalisasi oieh
pada pasien dengan imunosupresi. Beratnya retinitis virus. Sedikit sekali sel yang imortal menghasilkan virus
esofagitis, dan kolitis oleh sitomegalovirus dikurangi yang infeksius. Studi laboratorium EBV terhambat akibat
dengan pemberian gansiklovir. Selain itu, pengobatan awal tidak adanya sistem sel yang benar-benar membiarkan
dengan gansiklovir mengurangi insiden pneumonia virus diperbanyak.
sitomegalovirus pada resipien alograf sumsum tulang. EBV memulai infeksi sel B dengan berikatan ke
Gansiklovir juga mengendalikan tuli progresif pada reseptor virus yang merupakan reseptor untuk komponen
neonatus yang mengalami infelai kongenital. Foskarnet, komplemen C3d (CR2 atau CD2l). EBV langsung
suatu analog pirofosfat anorganik, dianjurkan untuk memasuki keadaan laten dalam limfosit tanpa mengalami
pengobatan retinitis sitomegalovirus. Asiklovir dan siklus replikasi virus yang lengkap. Tanda utama latensi
valasiklovir telah memperlihatkan beberapa manfaat pada adalah persistensi virus, ekspresi virus yang terbatas, dan
pasien transplantasi ginjal dan sumsum tulang. potensial untuk reaktivasi dan replikasi litik.
Tindakan pengendalian spesifik tidak tersedia untuk Efisiensi imortalisasi sel B oleh EBV sangat tinggi.
mencegah penyebaran sitomegalovirus. Dianjurkan unruk Bila virus berikatan dengan permukaan sel, sel diakdvasi
mengisolasi neonatus yang mengalami penyakit inklusi untuk memasuki siklus sel. Akibatnya, diekspresikan
sitomegalik generalisata dari neonatus lain. kemampuan gen EBV yang terbatas, dan sel mampu
Penapisan antibodi sitomegalovirus pada donor dan berproliferasi dalam jangka waktu tidak terbatas. Genom
resipien transplantasi dapat mencegah beberapa transmisi EBV linear membentuk lingkaran dan diperbesar selama
sitomegalovirus primer. Populasi resipien transplantasi fase S siklus sel; kebanyakan DNA virus pada sel yang
seronegatif untuk sitomegalovirus merupakan kelompok mengalami imortilisasi berupa episom sirkular.
risiko tinggi terkena infetr<si sitomegalovirus. Pemberian Limfosit B yang mengalami imortalisasi oleh EBV
IgG manusia yang dibuat dari kumpulan plasma yang menunjukkan fungsi yang terdiferensiasi, seperti sekresi
didapat dari orang sehat dengan titer ahtibodi imunoglobulin. Produk aktivasi sel B (misal, CD23) |uCa
sitomegalovirus yang tinggi (imunoglobulin sito- diekspresikan. Sepuluh produk gen virus diekspresikan
megalovirus) telah memberikan hasil yang banyak pada sel yang mengalami imortalisasi, termasuk enam
ditentang pada pemeriksaan menurunkan insiden infeksi andgen nuklear EBV yang berbeda (EBNA 1,2, 3A-3C,
virus pada penerima transplantasi. Ketersediaan LP), dua protein membran laten (LMPI,2), dan dua RNA
imunoglobulin sitomegalovirus masih terbatas. kecil yang tidak ditranslasi (EBERI, 2).
HERPESVIRUS 457

Pada setiap waktu, sedikit sekali sel (<10%) pada Infeksi primer pada anak biasanya bersifat subklinis,
populasi yang mengalami imortalisasi melepaskan partikel tetapi jika terjadi pada dewasa muda, sering terjadi
virus. Latensi dapat terganggu dan genom EBV diaktifkan mononukleosis infeksiosa. Mononukleosis adalah suatu
untuk bereplikasi dalam sel melalui berbagai rangsangan, stimulasi yang bersifat limfosit poliklonal. Sel B terinfeksi
termasuk agen kimiawi penginduksi atau imunoglobulin EBV menyintesis imuno globulin. Autoantibodi merupakan
permukaan sel terkait silang. ciri khas penyakit dengan antibodi heterofil yang berealai
EBV dapat bereplikasi in uiuo pada sel epitei orofaring, dengan antigen pada autoantibodi klasik eritrosit domba.
kelenjar parotis, dan serviks uteri; EBV dapat ditemukan
dalam sel epitel pada beberapa karsinoma nasofaring. B. REAKTIVASI DARI LATENSI
Meskipun sel epitel in uiuo mengandung reseptor EBV,
Reaktivasi pada infeksi EBV laten dapat terjadi, dibuktikan
reseptor ini hilang pada sel yang dikultur.
dengan meningkatnya kadar virus dalam saliva dan DNA
EBV menyebabkan sejumlah gangguan limfoproliferatif.
dalam sel darah. Reaktivasi ini secara klinis biasanya tidak
Ekspresi gen virus pada sel ini terbatas dan bervariasi
terlihat. Imunosupresi diketahui menimbulkan reaktivasi
dari hanya EBNAI sampai komplemen protein penuh
infeksi, kadang-kadang dengan akibat yang serius.
yang ditemukan pada sel B yang terinfeksi secara laten.
C. TUMoR
B. ANTIGEN VIRUs
EBV dikenal sebagai penyebab limfoma Burkitt,
Antigen EBV dibagi menjadi tiga kelas, berdasarkan fase
karsinoma nasofaring, penyakit Hodgkin, dan beberapa
siklus hidup virus yang mengekspresikannya: (1) Antigen
limfoma lain. Serum dari pasien limfoma Burkitt atau
fase laten disintesis oleh sel yang terinfeksi secara laten.
karsinoma nasofaring mengandung peningkatan kadar
Antigen ini adalah EBNA dan LMP. Ekspresinya
antibodi terhadap antigen yang spesifik virus, sedangkan
menunjukkan bahwa terdapat genom EBV. Hanya EBNA
jaringan tumor mengandung DNA EBV dan menun.iukkan
l, yang diperlukan untuk mempertahankan episom DNA
gen virus dalam jumlah terbatas. Limfoma sel B terkait
virus, dielspresikan setiap saat; ekspresi antigen fase laten
EBV merupakan komplikasi pada pasien dengan defisiensi
lain dapat diatur pada sel yang berbeda. LMPI imun.
menyerupai reseptor faktor pertumbuhan yang diaktivasi.
(2) Antigen dini adalah protein nonstruktural yang
Gambaran Klinis
sintesisnya tidak bergantung pada replikasi DNA virus
yang produktif. Ekspresi anrigen awal menunjukkan Kebanyakan infeksi primer pada anak bersifat
dimulainya replikasi virus yang produktif. (3) Antigen asimtomatik. Pada remaja dan dewasa muda, sindrom
lanjut merupakan komponen struktural kapsid virus klasik yang disebabkan oleh infeksi primer adalah
(antigen kapsid virus) dan selubung virus (glikoprotein). mononukleosis infeksius (sekitar 50% infeksi). EBV juga
Antigen tersebut dihasilkan dalam jumlah banyak dalam menyebabkan beberapa jenis kanker.
sel yang mengalami infeksi virus produktif.
A. MoNONUKLEoSIS INFEKSIUS
C. INFEKSI HEwAN EKSPERIMENTAL
Setelah periode inkubasi selama 30-50 hari, timbul gejala
EBV sangat spesifik spesies. Namun, cotton-top tamarins nyeri kepala, demam, malaise, lelah, dan nyeri tenggorok.
yang diinokulasi dengan EBV sering kali mengalami Pembesaran kelenjar getah bening dan limpa merupakan
limfoma maligna yang fatal. ciri khas. Beberapa pasien mengalami tanda-tanda
hepatiris.
Patogenesis & Patologi Penyakit lihas bersifat swasirna dan berlangsung selama
2-4 minggu. Selama penyakit, terdapat peningkatan jumiah
A. INFEKSI PRIHER
sel darah putih dalam sirkulasi dengan dominansi limfosit.
EBV biasanya ditularkan melalui saliva yang terinfelsi Banyak di antaranya merupakan limfosit T yang atipikal
dan memulai infelai di orofaring. Replikasi virus terjadi dan besar. Demam ringan dan malaise dapat menetap
pada sel epitel (atau limfosit B permukaan) faring dan selama beberapa minggu sampai bulan setelah penyakit
kelenjar saliva. Banyak orang melepaskan virus dalam akut. Komplikasi jarang terjadi pada pejamu yang normal.
jumlah sedikit selama beberapa minggu hingga bulan
setelah infeksi. Sel B yang terinfeksi menyebarkan infeksi B. HAIRY LE,K'PLAKIA PADA MULuT
dari orofaring ke seluruh tubuh. Pada orang normal, Lesi ini merupakan iesi yang tumbuh seperti kutil yang
kebanyakan sel yang terinfeftsi virus dieliminasi, tetapi berkembang di lidah pada beberapa orang yang terinfeksi
sejumlah kecil limfosit yang terinfeksi secara laten rrienetap HIV dan pasien transplantasi. Penyakit ini adalah suatu
seumur hidup di dalam pejamu (satu dari sel B l0t-106). fokus epitelial pada replikasi EBV
BAB 33

C, LIMFOMA BURKITT Diagnosis Laboratorium


EBV menyebabkan timbulnya limfoma Burkitt (tumor A. IsoLAsI DAN IDENTIFIKASI VIRUS
rahang pada anak dan dewasa muda di Afrika) (lihat Bab
Hibridisasi asam nukleat merupakan cara yang paling
'43). Kebanyakan tumor dari Afrika (>90%) mengandung
sensitif dalam mendeteksi EBV pada bahan dari pasien'
DNA EBV dan mengekspresikan antigen EBNA1. Di RNA EBER sangat banyak diekspresikan pada sel yang
belahan dunia lain, hanya sekitar 20% limfoma Burkitt
terinfelai secara laten maupun litik dan merupakan target
mengandung DNA EBV. Diperkirakan bahwa EBV
diagnostik yang bermanfaat untuk mendeteksi sel yang
mungkin terlibat pada stadium awal limfoma Burkitt
terinfeksi EBV melalui hibridisasi. Antigen virus dapat
dengan menyebabkan imortalisasi sel B. Malaria, suatu
ditunjukkan secara langsung pada jaringan limfoid dan
kofaktor yang dikenal, dapat membantu terjadinya karsinoma'nasofaring. Selama fase akut infeksi, sekitar
pembesaran kelompok sel yang terinfeksi EBV. Alhirnya,
1% limfosit dalam sirkulasi mengandung penanda EBV;
terdapat translokasi lromosom khas yang melibatkan gen
setelahpulih dari infeksi, sekitar satu dari I juta limfosit
imunoglobulin dan menyebabkan deregulasi ekspresi
B akan membawa virus.
proto-onkogen c-rry/c.
EBV dapat diisolasi dari saliva, darah perifer, atau
jaringan limfoid dengan imortalisasi limfosit mariusia
D- KARSINOMA NASOFARING,
normal, biasanya diperoleh dari darah tali pusat.
Kanker sel epitel ini sering terjadi pada laki-laki yang Pemeriksaan tersebut harus dilakukan di laboratorium,
berasal dari Cina. DNA EBV sering ditemukan pada sel membutuhkan waktu yang lama (6-8 minggu), memer-
karsinoma nasofaring dan pasien mempunyai kadar lukan fasilitas khusus, dan jarang dilakukan. Kultur
antibodi terhadap EBV yang tinggi. EBNAI dan LMPI limfosit B yang "ditransformasi secara spontan" dari DNA
diekspresikan. Faktor genetik dan lingkungan dianggap EBV atau pasien yang terinfeksi virus juga mungkin
penting pada perkembangan karsinoma nasofaring. dilakukan. Setiap agen penyebab imortalisasi dipastikan
sebagai EBV dengan deteksi DNA EBV atau antigen
E. PENYAKIT LIMFOPROLIFERATIF PADA PEJAHU spesifik virus pada limfosit yang mengalami imortalisasi.
DENGAN DEFISIENSI IMUN EBV terdapar dalam saliva pada banyak pasien dengan
imunosupresi. Hingga 20o/o orang dewasa sehat juga akan
Pasien defisiensi imun rentan terhadap penyakit
memberikan hasil positif virus pada bilasan tenggorok.
limfoproliferatif yang diinduksi EBV dan dapat bersifat
fatal. Dari 1% sampai l0%o pasien transpiantasi mengalami
gangguan iimfoproiiferatif yang disebabkan EBV, sering
B. SEROLoGI

kali saat mengalami infei<si primer. Keadaan ini mungkin Prosedur serologi yang sering untuk deteki antibodi EBV
merupakan proliferasi sel B poliklonal yang tidak meliputi uji ELISA, immunoblot assay, dan uji imuno-
memperlihatkan kelainan kromosom seperti limfoma fluoresensi tidak langsungy^ng menggunakan sel limfoid
Burkitt. Limfoma sel B monoklonal agresif dapat timbul. positif EBV.
Pasien AIDS rentan terhadap limfoma yang Pola khas respons antibodi terhadap antigen spesifik
disebabkan oleh EBV dan hairy leuhoplakia pada lidah. EBV setelah infeksi primer diperlihatkan pada Gambar
Sebenarnya semua limfoma non-Hodgkin sistem saraf 33-13. Pada awal penyakit akut, terjadi peningkatan
pusat disebabkan oleh EBV, sedangkan kurang dari 50o/o sementara antibodi IgM terhadap antigen kapsid virus,
limfoma sistemik positif EBV. Selain itu, EBV tampaknya kemudian digantikan dalam beberapa minggu oleh
menyebabkan penyakit Hodgkin klasik, dengan genom antibodi IgG terhadap antigen tersebut yang menetaP
virus yang didetelai pada sel Reed-Sternberg maligna pada seumur hidup. Tak lama kemudian, antibodi terhadap
507o kasus. antig€n dini timbul dan menetap selama beberapa bulan.
Beberapa minggu setelah infeksi akut, antibodi terhadap
lmunitas EBNA dan antigen membran meningkat serta menetap
seumur hidup.
Infeksi EBV dapat mencetuskan respons imun yang hebat
yang terdiri dari antibodi terhadap banyak protein spesifik
Uji agiutinasi heterofil yang kurang spesifik dapac
digunakan untuk mendiagnosis infeksi EBV. Pada
virus, sejumlah respons selular, dan sekresi limfokin.
perjalanan penyakit mononukleosis infeksius, kebanyakan
Imunitas selular dan sel T sitotolaik penting dalam mem-
batasi infeksi primer dan mengendalikan infeksi kronik.
pasien memiliki antibodi heterofil sementara yang
mengaglutinasi sel domba. lJji spot yang tersedia bebas
Pemeriksaan serologi untuk menentukan pola antibodi
sangat memudahkan. Hubungan antigenik tak disengaja
spesifik untuk kelas antigen EBV yang berbeda merupakan
rnemberikan spesifikasi reaksi heterofil tersebut.
tindakan yanglazim untuk memastikan status pasien yang
berhubungan dengan infeksi EBV.
HERPESVIRUS / 459

terhadap mononukieosis infeksius. Di negara industri,


lebih dari 50% infeksi EBV terjadi lambat sampai masa
remaja akhir dan dewasa muda. Pada hampir separuh
kasus, infeksi bermanifestasi sebagai mononukleosis
E
o infeksius. Diperkirakan terdapat 100.000 kasus
-o.
c(! mononukleosis infeiaius setiap tahun di Amerika Serikat.
o
tr Pencegahan, Pengobatan, & Pengehdalian
Tidak tersedia vaksin EBV.
Asiklovir mengurangi^pelepasan EBV dari orofaring
selama periode pemberianbbat, te rapi tidak memengaruhi
Bulan Tahun
jumlah sel B yang mengalami imortalisasi oleh EBV.
Waktu setelah inbksi
Asiklovir tidak memberikan efek pada gejala mono-
nukleosis dan tidak memberikan manfaat yang dapat
Gambar 33-1 3. Pola khas pembentukan antibodi
dibuktikan pada pengobatan limfom^ yang disebabkan
terhadap antigen spesifik EBV setelah infeksi primer.
lndividu dengan infeksi yang baru terjadi mempunyai oieh EBV pada pasien imunokompromais.
antibodi lgM dan lgG terhadap antigen kapsid virus (VCA- Tiansfer adoptif sel T reaktif EBV menjanjikan sebagai
lgM, VCA-IgG); hanya antibodi lgG yang menetap selama pengobatan untuk penyakit limfoproliferatif terkait-EBV.
bertahun-tahun. Antibodi terhadap antigen awal (EA)
timbul pada banyak pasien dan menetap selama HERPESVIRUS 6 MANUSIA
beberapa bulan. Beberapa minggu setelah infeksi akut,
antibodi terhadap antigen terkait nuklear EBV (EBNA) Herpesvirus 6 manusia limfotropikT pertama kali dikenal
dan antigen membran (MA) tampak dan menetap pada tahun 1986. Isolasi awal dibuat dari kultur sel
seumur hidup. (Dimodifikasi seizin penerbit dari Straus 5E, Smith HA: mononuklear darah perifer dari pasien dengan gangguan
Cytomegalovirus, varicella-zoster virus, and Epstein-Ban virus.ln Clinical limfoproliferatif.
Virology Manual. Specter S, Lancz GJ leditorsl. Copyright 1 986 by Elsevier
Sclence Publishing Co.)
Sifat Virus
DNA virus berukuran sekitar 160-170 kbp dan
C. INTERPRETASI HASIL
mempunyai komposisi rata-rata 43-44o/o (G + C).
Uji serologi untuk antibodi EBV memerlukan beberapa Penyusunan genetik genom herpesvirus 6 manusia
interpretasi. Adanya antibodi tipe IgM terhadap antigen menyerupai genom pada sitomegalovirus manusia.
kapsid virus menunjukkan infeksi yang baru terjadi. Herpesvirus 6 manusia tampaknya secara antigenik
Antibodi tipe IgG terhadap antigen kapsid virus tidak terkait dengan herpesvirus manusia yang dikenal
merupakan tanda infeksi di masa lampau dan menunjukkan lainnya kecuali untuk beberapa herpesvirus yang bereaksi
imunitas. Antibodi antigen dini umumnya merupakan silang secara terbatas dengan herpesvirus 7 manusia. Isolat
mnda infelai virus yang baru terjadi, meskipun antibodi herpesvirus 6 manusia mengalami segregasi menjadi dua
seperti ini sering ditemukan pada pasien dengan limfoma gugus antigenik yang sangat terkait tetapi berbeda (disebut
Burkitt atau karsinoma nasofaring. Antibodi terhadap A dan B).
antigen EBNA menunjukkan infelai di masa lampau oleh Virus tumbuh baik pada limfosit T CD4' Jenis sel
EBV meskipun peningkatan antibodi anti-EBNA akan lain juga menunjang replikasi virus, termasuk yang berasal
menunjukkan adanya infelai prirner. Tidak semua orang dari sel B dan sel glia, fibroblastoid, dan megakariosit.
mempunyai antibodi terhadap EBNA. Sel pada orofaring dipastikan terinfeksi karena virus
berada dalam saliva. Tidak diketahui sel mana dalam
Epidemiologi tubuh yang terinfeksi secara laten. CD46 manusia adalah
reseptor selular untuk virus.
EBV biasa terdapat di seluruh dunia dengan lebih dari
9070 orang dewasa merupakan seropositif. EBV ditularkan Epidemiologi & Temuan Klinis
terutama melalui kontak dengan sekresi orofaring. Di
daerah yang sedang berkembang, infelai terjadi pada masa Studi seroepidemiologi menggunakan uii imuno-
awal kehidupan; lebih dari 90o/o anak terinfeksi sebelum fluoresensi memperlihatkan bahwa herpesvirus 6 manusia
usia 6 tahun. Pada masa kanak-kanak awal, infeksi tersebar luas dalam populasi. Diperkirakan bahwa lebih
biasanya terjadi tanpa penyakit yang dikenali. Infeksi dari 90o/o anak berusia lebih dari 1 tahun dan orang
subklinis tersebut menyebabkan imunitas permanen dewasa adalah seropositif.
460 BAB 33

Infeksi oleh herpesvirus 6 manusia khas terjadi pada KSHV tidak sebanyak herpesvirus yang lain; sekitar
awal masa kanak-kanak. Infeksi primer tersebut 5o/o masyarakat umum di Amerika Serikat dan Eropa
menyebabkan eksantema subitum (roseola infantum, atau sebelah utara mempunyai bukti serologi menderica infeksi
"penyakit keenam"), penyakit umum ringan pada masa KSHV. Tampaknya infeksi tersebut ditularkan melalui
tanak-kanak yang ditandai dengan demam tinggi dan hubungan seksuai antara laki-laki yang mempunyai
ruam kulit. Varian 68 tampaknya menyebabkan penyakit seroprevalensi lebih tinggi (30-600/o), Infeksi sering terjadi
tersebut. Virus menyebabkan kejang demam pada anak. di Afrika (>50o/o), didapat pada awal kehidupan melalui
Infeksi menetap seumur hidup. Akibat infeksi yang jalur nonseksual, mungkin melalui kontak dengan sekret
mengalami reaktivasi'masih diteliti. Infeksi ini dapat oral.
menyebabkan kasus yang jarang yaitu ensefalitis pada Virus dapat ditularkan melalui transplantasi organ dan
individu dengan atau tanpa gangguan imun. Reaktivasi menjadikan resipien transplantasi berisiko menderita
tampaknya sering terjadi pada pasien transplantasi dan penyakit yang disebabkan oleh KSHV.
selama kehamilan. DNA virus dapat dideteksi dalam spesimen pasien
Cara penularan herpesvirus 6 .manusia diperkirakan dengan menggunakan pemeriksaan PCR. Kultur virus
melalui sekret oral. Kenyataannya adalah bahwa langsung sulit dilakukan dan tidak prakcis. Terdapat
herpesvirus 6 ada di mana-mana, menunjukkan bahwa pemeriksaan serologi untuk mengukur antibodi persisten
agen tersebut harus dilepaskan ke lingkungan dari carrier terhadap KSHV dengar-r menggunakan imunofluoresensi
yang terinfeksi. indirek, bekuan'Western, dan format ELISA.
Foskarnet, gansiklovir, dan cidofovir mempunyai
HERPESVIRUS 7 MANUSIA aktivitas terhadap replikasi KSHV Angka sarkoma Kaposi
menurun pada pasien yang positif HIV yang
secara nyata
Herpesvirus manusia limfotropik T, disebut herpesvirus
menerima terapi antiretrovirus yang efektif, kemungkinan
7 manusia, pertama kali diisolasi pada tahun 1990 dari menunjukkan surveilans imun yang disusun kembali
sel T yang diaktivasi yang diambil dari limfosit darah
terhadap sel-sel yang terinfeksi KSHV.
perifer orang sehat.
Herpesvirus 7 manusia secara imunologis berbeda
dengan herpesvirus 6 manusia meskipun memiiiki sekitar
VIRUS B
507o homologi di tingkat DNA. Virus herpes B dari monyet Dunia Lama sangat patogenik
Herpesvirus 7 manusia merupakan agen yang ada di untuk manusia. Penularan virus ke manusia terbatas, tetapi
mana-mana, sebagian besar infeksi terjadi pada masa infeksi yang terjadi disertai angka mortalitas yang tinggi
kanak-kanak tetapi dengan usia yang lebih tua (sekitar 600/o). Penyakit virus B pada manusia berupa
dibandingkan usia termuda pada infelsi oleh herpesvirus ensefalomielitis dan mielitis asenden akut.
6 manusia. Infeksi persisten dibuktikan pada kelenjar
saliva dan virus dapat diisolasi dari saliva sebagian besar Sifat Virus
individu. Setiap hubungan herpesvirus 7 manusia dengan
penyakit masih ditentukan. Virus B adalah herpesvirus khas dan asii pada macaque,
monyet dari Dunia Lama di Asia. Virus B bersifat
enzootik pada monyet rhesus, cynomolgus, dan macaque
HERPESVIRUS 8 MANUSIA lain (genus Macaca). Virus tersebut disebut herpesvirus I
Suatu herpesvirus baru, disebut juga herpesvirus penyebab cerco?ithecine, menggantikan nama lama yaitu Herpes
sarkoma Kaposi (KSHV), pertama kali dideteksi pada simiae. Organisasi genomnya sama seperti virus herpes
tahun 1994 dalam spesimen sarkoma Kaposi. KSHV simpleks, yaitu banyak gen yang tersusun kolinear.
bersifat limfotropik dan lebih terkait erat dengan EBV Genomnya 75o/o G + C, tertinggi di antara herpesvirus.
dan herpesvirus saimiri daripada dengan herpesvirus yang Sama seperti semua herpesvirus, virus B menyebabkan
dikenal lainnya. Genom KSHV (sekitar 165 kbp) infeksi laten pada pejamu yang terinfeksi. Virus tumbuh
mengandung banyak gen yang terkait gen regulasi selular baik pada kultur gin.ial monyet, ginjal kelinci, dan sel
yang terlibat dalam proliferasi sel, apoptosis, dan respons manusia dengan siklus pertumbuhan yang singkat. Efek
pejamu (siklin D, sitokin, reseptor kemokin) yang sitopatik sama dengan efek pada virus herpes simpleks.
mungkin berperan pada patogenesis virus. Pembajakan
molekul tersebut pada gen regulasi sel merupakan Patogenesis & Patologi
gambaran virus yang mencolok. KSHV adalah penyebab
sarkoma Kaposi, tumor vaskular dengan komposisi Infeksi virus B jarang menyebabkan penyakit pada monyet
selular campuran, dan terlibat pada patogenesis limfoma rhesus. Lesi vesikular orofaring dapat terjadi dan
berbasis rongga tubuh yang terjadi pada pasien AIDS menyerupai lesi yang diindulai oleh virus herpes simplels
dan penyakit Castleman multisentrik. pada manusia. Lesi genital juga timbul. Banyak monyet
HERPESVIRUS 461

rhesus membawa infeksi virus B laten yang dapat r.,,,,,


t ::: tt.lt:,ll:,. lllt' :l
1l

direaktivasi oleh kondisi stres. Zt'.!.tt1..::,1,r::i'-'... rtAf nArr


l.' P'CRiA H VAAn I
Virus dapat ditularkan ke monyet lain, kelinci,
marmot, tikus, dan mencit. Kelinci secara rutin
mengalami infeksi fatal setelah inokulasi virus B. i. :!eor:ang,anak, laki-lbki berusia 3 tahun yang
Infeksi virus B pada manusia biasanya disebabkan ,;;lgebelumnya:sehat menderita:'penyakit virus masa
l'.: r,(anak-kanak yang klasik,'lnfeksi viius prlmer pada
oleh gigitan monyet meskipun mungkin saja melalui r,..,,: .-
ma'jbr,,,k.anak:ka riak i. m€ina,,d i .bawa.h_ in i 'yang
pernapasan atau terpajan percikan mata. Gambaran , :,',biasanyaiasimtomatik?,,,' ., '' .1" " ' '. .,,. '

infeksi virus B pada manuiia yang mencolok adalah sangat (A) Siiomegalovirus
cenderung untuk menyebabkan penyakit neurologi. l":::::.,{B) ''.Virqs. Epstein-Barr.'.r'i. I l_ .'.:.:.',:. ". l

Banyak yang selamat menjalani sisa hidup dengan (C) Virus hepatitis B
i.r..:(D)':Viiiis:.vaii5ef . l-.
', a"ioster .,.. ,,-:'. ... .,::..,i' , 'ri, : .:.,.
gangguan neurologi. (E) Parvovirus B19

Epidemiologi & Temuan Klinis 2,:,Ierapitnaria di: bawaf ,'ini yang dianjurkap untuk
:1,; , infeksir:genital virus herpes simplekpl,.-,,:r' '
Virus B ditularkan melalui kontak langsung dengan virus (A) Asiklovir
atau bahan yang mengandung virus. Penularan terjadi di .;...'.,'.(B}:V615;nVirushidupdilemahkan,::::.......':,',.l.'
(C) lmunoglobulin herpes
antara monyet Macaca, antara monyet dan manusia, serta (D) lnterfeion alfa
jarang manusia ke manusia. Virus mungkin terdapat (E) Ribavirin
dalam saliva, cairan konjungtiva dan vesikular, area
genital, dan feses monyet. Penularan melalui pernapasan
3. Keban:yakan infeksi herpesvirus bersifat endemik
. i"iiirrieiuiuh'dunia:Viius ,mana di bawah, ini yang
dapat terjadi. Sumber infeksi lain adalah kontak langsung ,,,r in€mperlihatkan :.perbedadn.,,rrgE'69iifi "pdda
dengan kgndang hewan dan kultur sel monyet yang sero preva lensi ?
terinfeksi. !L) :lJom:salovirus
Infeksi pada pejamu alami menyebabkan penyakit :" "::::,:,::t..:. ', .....'
,.,.:,(B)..Virus.Epstein:Barr.' , .

,,::(C) vifus herpeq qimpleks'tipe:2':i-ili ,. :.,


yang jelas. Infeksi dengan virus B sangat sering terjadi ..':":. .'.
r.,,''.:(D) Heipesviru5.sarkoma, Kapol.i ,,, ' ...
pada koloni monyet rhesus. Seroprevalensi pada hewan
dewasa adalah 70o/o atau lebih tinggi. Karena infeksi laten
4. Seorang mahasiswa perempuan berusia 19 tahun
dapat direaktivasi, hewan seropositif merupakan ' m e n g a I a m i d e m a m ;:,:,ni4 e ( i.,tea E g o19ka n; d a n
-
reservoar untuk penularan infeksi virus B. Frekuensi , limfadenqpati.yand.diser:tai.limfqiitoiig.dengqn sel
,: | : atipi ka l, d gn' peningkaten,, agl0ti nin'i sef
ekskresi virus B oleh monyet mungkin tidak lebih dari ,,do_ryr ba.
3o/o. :,. Diagrlosls, y9ng. paf ing:, mungkin, adalah "', ::l
Pekerja hewan dan orang yang bekerja menangani ;(A),,Hqp.atiti5'infeksius:r ::,.,i ,,,,rr,' .:. rr.....:i': .'. -::.,,::..1
.,r.',,..(B) Mononukle,oiis infekiius.' , :': ..,...:.:,:'. '':.. .. - .

monyet macaque berisiko menderita infeksi virus B. .'r., ili(C), Valisgla .. '.:
, ,.,11.. : :.:.":'... .:
Individu yang berkontak erat dengan pekerja hewan yang ,'r.
(D) lnfekgi::heipes si,mpfeks:' :::':'
'',
terpajan pada monyet juga mempunyai risiko. (E) Meningitis virus
S-;r.:Ap0san Tzanck dqri ke-iokan yang diperoleh'dari
Pengobatan & Pengendalian ,:1.r:yes'k I :pada kulit mempeilihatkar.r tsel r-aksasa
:,, .berinti,banyak,,Virus'mana,.berikut ihi: menye-
Tidak ada pengobatan spesifik ketika penyakit klinis ' :'.babkan .sel raksasa berinti banyak?i',,'..,, ,' '.
muncul. Namun, pengobatan dengan asiklovir dianjurkan ''(A)'Vir.us herpes simpleks'tipe-2'::.,'. '.. ': '. '
segera setelah pajanan. Gamaglobulin ddak terbukti efektif (B) Variola mayor
untuk infeksi virus B pada manusia. Tidak tersedia vairsin (C) Coxsackievirus
(D) Moluskum kontagiosum
untuk virus B. .:::],]:]'(E)..Bukansalah.satudi.atas..]:.:i.::.:..
Risiko infelai virus B dapat dikurangi dengan prosedur
yang benar dalam laboratorium dan dalam penanganan 5. Pernyaiaan mana:,berikut ini mengenai'beta
,':':.herpesvi.ru!.:yq.n.g.benar'l'' : : :: :.: : :''
dan pengobatan monyet macaque. Risiko ini membuat , , ,{A} ViruS menyebabkan infeksi laten den menet.ap
macaque tidak cocok dijadikan hewan peliharaan. . ', '.;',i' l . dalam jangka waktu yang tidak dapat ditentukan
I i: ir dalam pejam!r yang.16tln1ekii :', r.....' :'
",::
,i ', (B) Virus mengalami, reaktiv-asi :-0ada:..pasien
dengan gangguan imun
..' I
ic) reoinyu[un-iif"t si ber:iifat s!b[liniii.', ,,.i ,i
.:: (D) Virqs dap,at,mengin.{ebi sel'sel limfoid ':'.

..,, .. (E), Sem,Ua. pernyataan.r d i. atas benai.' :': :::,:' :.:.1. : :'
462 BAB 33

'z.,seoring,perempu,an, Eeiusia za,tahun mengalami


, 'heipel genita['fekuren. Pernyataan mana bei.iktit-:;i: ,I
,',, '',',,ih! mengenair.infekg! fre-rp,.e1 g_enitel :yqiis.;PQial?,i;:;:;,t1;,,
'. (A) Rgaktiv4si,viius la-ten'selama,,:kehejmilan:tidah:.r,
.'.:'''',.l...l.:j,:.'m94ga'n!aD::neoriatusi.il.]j:i'|':']']:::.]:.'::..l]]iii::]..:i:ii.]::i.]]:i.]
,,r,,:: m(B)i, lnfeksi,l,,tiilak dbpat d ituIarkan pada keadqan t;r::.,
' li..:,. .,...,,r'..tan'pa.lgsiJang'...tampak'r.. .'.;:r,r',.i,:i:r 'r'":' ;"'''r
'
' , {C} :Episodeiekureri yang disebabkan o'un tut;.11;;ei::..1:il:
.,'r'',,tiru!:laten:reriderijng idbih bera.t: daiipada
infeksi primei
r,(D) lhfeksidapatdisebabkanbaikiol'eh..viiusrherpes
simpleks tjpe:.1 maupun.tipei.2 .r1..', ,t,, ,"',.i.,..,. .,., . ,. ,

, (E) iVirus herp.gs, 5impleks laten dapat ditemukan''::'.:


pada sel dendritik
8. : Virus:mqna berikut i4i yqng menyebobkanrtindrorn,., .,
,.,,ie pe rti m o n o n u t i eos i5;1, te ri ri g',.ii'r q n ye ba b ka n
rrr

:.',, infekii k- n genital;dan diekskresikan melalui.ur:ine? .


(A) Sitomegalovirus
(B) Virus Epstein-Barr KEPUSTAKAAN
(C) Herpesvirus 6 manusia
(D) Virus varisela-zoster Anin AM, Gershon AA: Live attenuated varicella vaccine. Annu Rev
t '!r),Vilys'herpes- slmpleksrtipe:2 t ,: . -,:,,'
Microbiol 1996;50:59.
Ashley RL, Wald A: Genital herpes: Review of the epidemic and potential
. 9i, Segtang perempuan'berusia,,53 tahun':metlgalami use oftype-specific serology. Clin Microbiol Rev 1999;12:1
r' I demam'dan't6nda-tanda
neurologi fgkal. Pencitraah,': ,,,

resonansi magnetik memperlihatkan lesi lobus Fields BN et al (editors): Herpesviridae. In: Fields Virology, 3rd ed.
Lippincott-Raven, 1996.
:.. tempora! kiii; Uji mana berikut ini yang paling.r:,::iri
,tepat untuk rne.maslikan d iagnosis ensefalilis,herpes Hengel H, BruneW, KoszinowskiLIH: Immune evasionby cytomegalovirus-
simpleks 'pada'pasibn tersebu!? - ' .:, ,:: ,,:,:.:': "'. suruival strategies ofa highly adapted opportunist. Trends Microbiol
(A) Biopsi otak 1998;6:190.
(B) Apusan Tzanck HuffJL, Barry PA: B-virus (Cercoplthecine herpesuirus 1) infection in
(Ci Pemeriksaan reaksi rantai polimerase untuk humans and macaque. Potential for zoonotic disease. Emerging
' , ,,: r,ot"tA.viiui dilamicairan serebrospinalii, Infect Dis 2003;9:246.
'.., (D) Uji serologi untuk antibodi lgM virus Kimberlin DW, Whitley RJ: Human herpesvirus-6: Neurologic implication
ofa newly-described viral pathogen. J Neurovirol 1998;4:474
, 10iTumor:lmana,,berikutrini,iang,disebibkan,,oleh virus .,,
Krause PR, Klinman DM: Varicella vaccination: Evidence for frequent
(A) Lirnfonra pascatransplantasi reactivation of the vaccine strain in healthy children Nat Med
2000;6;45
(B) Penyakit Hodgkin 1.

tci sar[oma rapoli Prevention ofvaricella. Recommendations o{ the Advlsory Committee on


(D) Limfoma nonHodgkin sistem saraf pusat Immunization Practices (ACIP). MMWR Morb Mortal Wkly Rep
r:- .:': r.''' disebabkan oleh AIDS .. . : ',.;.. 1996;45(RR- 1 1):1.
..,..(E)].Li,mfoma{u1kii!,':' vaccine to prevent genital
Stanberry LR et al: Glycoprotein-D-adjuvant
herpes. N Engl J Med 2002;347:7652.
PoxVri,tr,lus

Poxvirus adalah virus yang terbesar dan paling kompleks. variola. Genom vaksinia mengandung sekitar 185 lrame
Famili virus tersebut terdiri dari sekelompok besar agen bacaan terbuka. DNA mengandung urutan berulang
yang secara morfologis sama dan memiliki antigen terminal yang terbalik dengan panjang yang bervariasi,
nukleoprotein yang serupa. Infeksi oleh sebagian besar dan untai dihubungkan di bagian ujung oleh iingkar
poxvirus ditandai dengan ruam meskipun lesi yang penjepit. Pengulangan terminal dalam urutan terbalik
diinduksi oleh beberapa anggota famili secara nyata dapat mencakup penyandian regio sehingga beberapa gen
bersifat proliferatif. Kelompok ini mencakup virus varioia, ada di kedua ujung genom. DNA kaya akan basa adenin
agen penyebab cacar-suatu penyakit virus yang telah dan timin.
menyerang manusia sepanjang catatan sejarah. Komposisi kimiawi poxvirus menyerupai komposisi
Meskipun variola dinyatakan telah dieradikasi dari bakteri. Virus vaksinia terutama terdiri dari protein
dunia (pada 1980) setelah kampanye intensif yang (9OVo1,lipid (5%), dan DNA (3%). Lebih dari 100
dikoordinasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polipeptida struktural telah terdeteksi. Sejumlah protein
terdapat pemikiran bahwa virus dapat diperkenalkan mengalami glikosilasi atau fosforilasi. Lipid adalah
kembali sebagai senjata biologi. Masih tetap diperlukan koiesterol dan fosfolipid.
pengetahuan tentang virus vaksinia (digunakan untuk Virion mengandung berbagai macam enzim, termasuk
vaksinasi cacar) dan komplikasi yang mungkin terjadi sistem transkripsi yang dapat menyintesis poliadenilat,
pada manusia. Perlu juga mewaspadai penyakit poxvirus tutup, dan mRNA virus yang mengandung metil.
lain yang dapat menyerupai cacar dan harus dibedakan
dengan pemeriksaan laboratorium. Akhirnya, virus
vaksinia masih dalam penelitian intensif sebagai vektor
untuk memasukkan gen imunisasi aktif sebagai vaksin Tabel 34-1 .5ifat penting poxvirus
virus hidup untuk berbagai penyakit virus pada manusia
dan hewan peliharaan. Virion: Struktur kompleks, oval atau seperti batu bata,
panjang 400 nm x diameter 230 nm; permukaan luar
SIFAT POXVIRUS memperlihatkan lekukan; mengandung inti dan badan
latera L

Sifat penting pada porvirus tertulis dalam Tabel 34-1. Komposisi: DNA (3%), protein (90%), lipid (5%)
Genom: DNA untai ganda, linear; ukuran 130-375 kbp;
Struktur & Komposisi mempunyai lengkung terminal; mempunyai isi G + C
(30-40%) kecuali untuk Parapoxvirus (63Vo)
Poxvirus cukup besar untuk dilihat sebagai partikel tanpa Protein: Virion mengandung lebih dari 100 polipeptida;
bentuk dengan mikroskop cahaya. Dengan mikroskop pada inti terdapat banyak enzim, iermasuk sistem
elektron, virus tersebut tampak sebagai partikel berbentuk transkripsi
elipsoid atau batu bata yang berukuran sekitar 400 x Selubung: Perakitan virion melibatkan pembentukan
230 nm. Strukturnya kompleks dan tidak berbentuk membran multipel
ikosahedral maupun simetri heliks. Permukaan luar Replikasi: "Pabrik" sitoplasma
partikel mengandung lekukan. Virus memiliki membran Ciri khas yang menonjol:
lipoprotein luar, atau selubung, yang menutup inti dan Virus yang paling besar dan kompleks; sangat resistan
dua struktur fungsi yang tidak diketahui fungsinya, yang terhadap inaktivasi
disebut badan lateral (Gambar 34-1). Protein yang disandikan virus membantu menghindari
Inti mengandung genom virus DNA untai ganda linear sistem pertahanan imun pejamu
yang besar (130-375 kbp). Sekuens genom yang komplet Cacar adalah penyakit virus yang pertama kali
dikenali untuk beberapa poxvirus, termasuk vaksinia dan dieradikasi dari dunia

463
464 BAB 34

AB
Gambar 34-7. Mikroskop elektron virion vaksinia (Orthopoxvirus). A: Partikel dengan pewarnaan negatif yang
memperlihatkan lekukan atau unsur tubular yang menutupi permukaan (228.000 x). (Direproduksi dengan seizin Dales S: J Cell
Biol 1963;18:51.) B: Potongan tipis -virion vaksinia yang memperlihatkan inti bikonkaf sentral, dua badan lateral, dan
membran luar (220.000 x) (Direproduksiseizin Pogo BGI Dales S:Proc NatlAcad SciU 5A 1969;63:820.)

Klasifikasi Genomnya lebih kecil (sekitar 135 kbp) dan mempunyai


kandungan guanin plus sitosin lebih tinggi (630/o) daripada
Poxvirus dibagi menjadi dua subfamili berdasarkan
genom orthopoxvirus (sekitar 185 kbp; G + C, 30-40o/o).
apakah virus tersebut menginfelsi pejamu vertebrata atau
Semua poxvirus vertebrata memiliki antigen
serangga. Poxvirus vertebrata dibagi menjadi delapan
nukleoprotein yang mirip di inti dalam. Terdapat realai
genus, yang menunjukkan morfologi dan rentang pejamu
serologi silang di antara virus-virus dalam genus tertentu
yang sama serta beberapa keterkaitan antigenik.
tetapi reaksi sangat terbatas pada genus. Akibatnya,
Kebanyakan poxvirus yang dapat menyebabkan
imunisasi dengan virus vaksinia tidak memberikan
penyakit pada manusia termasuk dalam genus Orthopomirus
perlindungan terhadap penyakit yang disebabkan oleh
dan Parapoxuirus; rcrdapat juga beberapa yang digoiongkan
parapoxvirus atau poxvirus yang tidak masuk peng-
dalam genus Yatapoxuirus dan Molluscipoxuinu (Tabel 34-2).
golongan.
Orthopoxvirus mempunyai rentang pejamu luas yang
mengenai beberapa vertebrata; termasuk virus ektromelia
(cacar tikus), cacar unta, cacar sapi, cacar monyet, Replikasi Poxvirus
vaksinia, dan variola (cacar). Empat yang disebutkan Siklus replikasi virus vaksinia diringkas dalam Gambar
terakhir bersifat infeksius bagi manusia. Morfologi virus 34-3. Poxvirus unik di antara virus DNA, yaitu seluruh
vaksinia hanya berbeda sedikit dengan virus variola dan siklus multiplikasi dilakukan dalam sitoplasma sel yang
cacar sapi. Struktur dan replikasi tersebut merupakan terinfeksi. Namun, faktor inti mungkin terlibat pada
prototipe untuk poxyvirus. Cacar monyet d3pat transkripsi dan perakitan virion. Poxvirus selanjutnya
menginfeksi hewan pengerat, monyetr serta manusia dan dibedakan dengan semua virus hewan karena tahap
menyerupai cacar secara klinis. pelepasan selubung memerlukan protein yang disandikan
Beberapa poxvirus mempunyai renrang peiamu virus dan baru disintesis.
terbatas dan hanya menginfeksi kelinci (fibroma dan
miksoma) atau hanya burung. Yang lain terutama A. PELEPASAN, PENETRASI, DAN PELEKATAN VIRUS
menginfeksi domba dan kambing (cacar domba, caczr
kambing) atau ternak sapi (pseudocolu?ox, atau nodul Partikel virus mengadakan kontak dengan permukaan sel
pembuat susu). dan berfusi dengan membran sel. Beberapa partikel dapat
Parapoxvirus secara morfologis berbeda. Dibandingkan tampak dalam vakuola. Inti virus diiepaskan ke dalam
dengan orthopoxvirus, parapoxvirus merupakan partikel sitoplasma. Di antara beberapa enzim di dalam partikel
yang lebih kecil (260 x 160 nm), dan permukaannya poxvirus, terdapat RNA polymerase virus yang
memperlihatkan pola silang-menyilang (Gambar 34-2). mentranskripsi sekitar separuh genom virus menjadi
POXVIRUS 455

Tabel 34-2. Poxvirus yang menyebabkan penyakit pada manusia

--------
i1:1';1,il;i.q9,l!U.::t1.,i.i,,.;l l;i...,.'''.,.,,t:..',,.:

Ortfiopoxvirus Variola Manusia Cacar (sekarang telah dibasmi)

Vaksinia Manusia Lesi terlokalisasi; digunakan untuk vaksin


caca r

Cacar banteng Banteng air lnfeksi manusia jarang; lesi terlokalisasi

Cacar monyet Hewan pengerat, lnfeksi manusia jarang; penyakit


monyet generalisata

Cacar sapi Sapi lnfeksi manusia jarang; lesi ulkus terlokalisasi

Parapoxvirus Orf Domba lnfeksi manusia jarang; lesi terlokalisasi

Pseudocowpox Sapi

Stomatitis papula sapi Sapi

Molluscapoxvirus Moluskum kontagiosum Banyak nodul kulit jinak

Yatapoxvi rus Monyet lnfeksi manusia jarang; lesi terlokalisasi

Yabapox Monyet lnfeksi manusia sangat jarang .dan tak


disengaja; tumor kulit terlokalisasi

mRNA awal. mRNA tersebut ditranskripsi di dalam inti DNA polimerase dan timidin kinase. Kenyataan bahwa
virus dan kemudian dilepaskan ke dalam sitoplasma. replikasi DNA virus terjadi dalam sitoplasma menun-
Karena enzim yang diperlukan terdapat di dalam inti juklan bahwa poxvirus menyandikan duplikat virus untuk
virus, transkripsi awal tidak dipengaruhi inhibitor sintesis banyak protein selular yang diperlukan untuk replikasi.
protein. Protein "pelepas" yang bekerja pada inti adalah Replikasi DNA virus dimulai segera setelah pelepasan
satu di antara lebih dari 50 polipeptida yang dihasilkan DNA virus pada tahap kedua pelepasan selubung.
awal setelah infeksi. Tahap kedua proses pelepasan Replikasi ini terjadi 2-6 )am setelah infeksi di daerah
selubung membebaskan DNA virus dari inti; tahap tertentu pada sitoplasma, yang pada mikrograf elektron
tersebut memerlukan RNA maupun sintesis protein. tampak sebagai 'pabrik" atau badan inklusi. Jumlah badan
Sintesis makromolekul sel pejamu dihambat pada tahap inklusi per sel sebanding dengan penggandaan infeksi,
ini. menunjukkan bahwa masing-masing partikel infeksius
Poxvirus yang diinaktivasi dengan pemanasan dapat dapat menginduksi "pabrik". Laju rekombinasi homolog
diaktifkan kembali oleh poxvirus yang hidup maupun yang tinggi terjadi di dalam se1 yang terinfeksi poxvirus.
yang diinaktifkan oleh nitrogen mustard (yangmenginaktifkan Hal tersebut telah dimanfaatkan secara eksperimental
DNA). Proses ini disebut reaktivasi nongenetik dan untuk membangun dan memetakan mutasi.
disebabkan oleh kerja protein pelepas selubung. Virus Pola ekspresi gen virus berubah secara nyata seiring
yang diinaktifkan oleh pemanasan saja tidak dapat dengan dimulainya replikasi DNA virus. Sintesis banyak
menyebabkan pelepasan selubung tahap kedua karena protein awal dihambat. Terdapat suatu kelas gen
RNA polimerase bersifat labil terhadap panas. Rupanya, intermediet kecil yang ekspresinya secara temporal
virus yang dimatikan oleh pemanasan berperan sebagai mendahului ekspresi kelas gen akhir; mRNA virus akhir
cetakan dan virus kedua berperan sebagai enzim yang ditranslasi menjadi protein struktural dalam jumlah besar
diperlukan untuk transkripsi. Setiap poxvirus vertebrata dan enzim serta protein virus iain dalam jumlah sedikit.
dapat mereaktivasi poxvirus vertebrata lain.
C. MATURASI
B. Replixasr DNA VrRUs DAN SrNrEsrs
Perakitan partikel virus dari komponen yang telah dibuat
PROTEIN VIRUs
merupakan proses yang kompleks. Poxvirus bersifat unik
Protein awal yang dihasilkan setelah infeksi virus vaksinia yaitu saat pembenrukan de nouo membran virus. Virion
adalah enzim yang terlibat pada replikasi DNA, termasuk matang tampak pada mikrograf elektron sebagai inti
466 BAB 34

Beberapa gen poxvirus menyerupai gen mamalia untuk


protein yang akan menghambat mekanisme pertahanan
pejamu. Contohnya adalah reseptor faktor nekrosis umor,
reseptor interfero.n gamma, reseptor IL-1,,dan protein
pengikat komplemen. Pemodifikasi pertahanan pejamu
yang disandi poxvirus agaknya melawan satuan
komplemen dan sitokin yang penting pada respons imun
pejamu terhadap infeksi virus, yang memungkinkan
peningkatan replikasi virus dan mungkin, mempermudah
transmisi virus.

INFEKSI POXVIRUS PADA MANUSIA:


VAKSINIA & VARIOLA
Pengendalian & Eradikasi Cacar
Pengendalian cacar dengan cara sengaja menimbulkan
infeksi dalam bentuk penyakit ringan telah dilakukan
selama berabad-abad. Proses ini, yang disebut variolasi,
berbahaya tetapi mengurangi efek bencana pada epidemi
besar, menurunkan angka kematian kasus dari 25o/o
menjadi 1%o. Edward Jenner memperkenalkan vaksinasi
dengan virus cacarsapi hidup pada tahun 1798.
Pada tahun 1967, \fHO mulai berkampanye untuk
eradikasi cacar di seluruh dunia. Gambaran epidemiologi
penyakit (dijelaskan di bawah) membantu upaya eradikasi
total. Pada waktu itu, terdapat 33 negara dengan cacar
endemik dan 10-15 juta kasus per tahun. Kasus di Asia
terakhir terjadi di Bangladesh pada tahun 1975, korban
G ambar 34-2. M i krog raf e Ie ktro n vi rus o rf (Pa ra p o xv i r u s). terakhir didiagnosis di Somaiia pada tahun 1977. Cacar
Perhatikan pola silang-menyilang yang nyata pada secara resmi dinyatakan teiah dieliminasi pada tahun
permukaan virion (200.000 x) (Sumbangan FA Murphy dan EL 1980. Ada tiga alasan utama keberhasilan yang gemilang
Pa lme r. ) ini: Vaksin mudah disiapkan, stabil, dan aman; vaksin
dapat mudah diberikan oleh petugas kesehatan di
mengandung DNA yang dibungkus dalam membran
lapangan; dan tidak diperlukan vaksinasi masal untuk
ganda, dikelilingi oleh protein, dan dibungkus dalam dua
penduduk dunia. Kasus variola dilacak dan orang yang
membran luar. Beberapa partikel dilepaskan dari sel kontak dengan pasien serta mereka yang berada pada
melalui pertunasan, tetapi sebagian besar partikel poxvirus
daerah berdekatan segera divaksin.
tetap berada dalam sel pejamu. Sekitar 10.000 partikel
Meskipun tidak terdapat bukti transmisi cacar di
virus diproduksi per sel. Tidak diketahui bagaimana seluruh dunia, V'HO mengoordinasi investigasi terhadap
komponen berbagai sistem transkripsi digabungkan di
173 kemungkinan kasus cacar antara tahun 1979 sampai
dalaminti partikel virus perakitan. 1984. Ternyata semua adalah penyakit selain cacar, paling
Obat-obat antivirus memengaruhi morfogenesis sering cacar air atau penyakit lain yang menimbulkan
partikel poxvirus. Rifampin dapat menghambar ruam. Meskipun demikian, kasus yang dicurigai cacar
pembentukan dan perakitan selubung virus vaksinia.
menjadi keadaan darurat kesehatan masyarakat dan harus
diselidiki dengan cepat melalui evaluasi klinis,
D. GEN PEMODIFIKASI PEJAMU DISANDI VIRUS
pengumpulan spesimen laboratorium, dan diagnosis
Polipeptida yang disandi oleh gen awal virus vaksinia sangat mendahului laboratorium.
terkait dengan faktor pertumbuhan epidermis dan faktor Adanya sediaan virus c^cat yang virulen di
c[ transformasi pertumbuhan. Produksi faktor pertum- laboratorium menjadi perhatian karena bahaya infeksi
buhan yang serupa dengan faktor pertumbuhan epidermis laboratorium yang dapat menyebar ke tengah masyarakat.
oleh sel terinfeksi virus menyebabkan penyakit proliferatif Sediaan virus cacar sebaiknya dihancurkan pada semua
akibat anggota famili poxvirus misalnya, fibroma shope, laboratorium kecuali dua pusat yang berkolaborasi milik
tumor yaba, dan moluskum kontangiosum. \fHO (satu di Atlanta dan satu di Moskow) yang
POXVIRUS 467

Selubung
lnti I

DNAI I

,rll.
lril
llff-ll petekatan

b'
-T- I

Faktor transkripsi
RNA Polimerase
Capping einzim
Poli(A) polimerase

Gambar 34-3. Bagan siklus replikasi virus vaksinia. (Direproduksi seizin dari Moss B: Poxvirldae:The viruses and'their replication. ln'. Fields

Virology. Fields BN et al leditors]. Lippincott-Raven, 1996.)

meneruskan penelitian dan diagnostik terhadap poxvirus Sekuens nukleotida variola (186 kb) dan vaksinia (192
terkait variola. Terdapat perdebatan apakah sediaan vaksin kb) serupa, sebagian besar menyebar pada regio terminal
sisa ini sebaiknya dimusnahkan. Namun, pada tahun 1990- genom. Dari 187 protein tersangka, 150 secara jelas
an diketahui bahwa Uni Sovyet dahulu teiah menggunakan sekuensnya mirip antara kedua virus; 37 lainnya berbeda
virus cacar pada rencana perang biologi. Jumlah negara atau spesifik variola serta dapat menampilkan dererminan
yang memiliki virus saat ini tidak diketahui. yang berpotensi virulen. Sekuens tidak menunjukkan asal
virus variola atau men.jelaskan dengan tegas rentang
Perbandingan Virus Vaksinia & Variola pejamu manusia atau virulensinya.
Virus vaksinia, agen yang digunakan untuk vaksinasi
Patogenesis & Patologi Cacar
variola, merupakan spesies Orthopoxuirur yang berbeda.
Peta endonuklease restriksi genom virus vaksinia jelas Meskipun cacar telah dieradikasi, patogenesis penyakit
berbeda dengan peta virus cacar sapi, yang dipercaya memberikan gambaran untuk infeksi poxvirus lain.
sebagai nenek moyangnya. Beberapa waktu setelah Patogenesis cacar tikus digambarkan pada Gambar 30-3.
penggunaan virus "cacar sapi" asli dari Jenner, virus vaksin Port d'entrie virus variola adalah membran mukosa
menjadi "virus vaksinia"; waktu dan alasan perubahan saluran pernapasan atas. Setelah virus masuk, hal berikut
tidak diketahui. Virus vaksinia mungkin merupakan terjadi: (1) multiplikasi primer dalam jaringan limfoid
produk rekombinasi genetik, suatu spesies baru yang yang mendapat aliran dari tempat masuk; (2) viremia
dihasilkan dari virus cacar sapi atau virus variola melalui dan infeksi s€mentara pada sel retikuloendotelial di
beberapa cara, atau keturunan genus virus yang saat ini seluruh tubuh; (3) fase kedua multiplikasi dalam sel
sudah punah. tersebut, menyebabkan (4) viremia kedua yang lebih
Variola mempunyai rentang pejamu yang terbatas hebat; dan (5) penyakit klinis.
(hany.a manusia dan monyet), sedangkan vaksinia Pada fase praerupsi, penyakit hampir infeksius. Pada
mempunyai rentang pejamu yang luas termasuk kelinci hari keenam sampai kesembilan, lesi dalam mulut
dan tikus. Beberapa strain vaksinia dapat menyebabkan cenderung menga.lami ulserasi dan mengeluarkan virus.
penyakit berat pada kelinci percobaan yang disebut cacar Oleh karena itu, pada awal penyakit, virus yang infeksius
kelinci. Virus valainia juga menginfeksi ternak sapi dan berasal dari lesi dalam mulut dan saiuran PernaPasan atas'
banteng air, dan penyakit pada banteng bersifat menetap Kemudian, pustul pecah dan menyebarkan virus ke
di India (buffilopox). Virus vaksinia maupun variola lingkungan pasien cacar.
tumbuh pada membran korioalantoik embrio ayam hari Pemeriksaan histopatologi kulit memperlihatkan
ke.10 sampai 12, tetapi virus variola menimbulkan bintik proliferasi lapisan sel yang menonjol sePerti duri. Sel yang
yang jauh lebih l<ecil. Keduanya tumbuh pada beberapa berproliferasi tersebut mengandung banyak inklusi
jenis galur sel primata dan anak ayam. sitoplasma. Terdapat infiltrasi sel mononuklear, terutama
468 BAB 34

di sekitar pembuluh darah di dalam korium. Sel epitel pada stadium perkembangan yang sama (kebalikan dengan
lapisan malpiglii mernbengkak karena sitoplasma varisela).
menggembung dan mengalami "degenerasi balon". "Kartu Pengenalan Cacar" yang disiapkan oleh WHO
Vakuola dalam sitoplasma membesar. Membran sel pecah memperlihatkan ruam tipikal (Gambar 34-4). Lesi timbul
dan bersatu dengan membran sei sebelahnya yang juga paling banyak di wajah dan sedikit di tubuh. Pada kasus
terinfeksi, menyebabkan terbentuknya vesikel. Vesikel berat, ruam bersifat hemoragi. Angka kematian kasus
membesar dan terisi sel putih dan debris jaringan. Semua bervariasi dari 5o/o sampai 40Vo. Pada cacar ringan,
lapisan kulit terkena dan terjadi nekrosis yang nyata pada disebut cacar minor, atau pada orang yang divaksinasi,
korium. Oleh karena itu, pembentukan parut terjadi angka mortalitas di bawah 1%.
setelah infeksi variola. Histopatologi yang sama terjadi
pada vaksinia meskipun virus vaksinia menyebabkan lesi lmunitas
pustular yang terlokalisasi hanya di tempat inokulasi.
Semua virus dalam genus Orthopoxuirus sangat terkait
secara antigen sehingga tidak mudah dibedakan secara
Gambaran Klinis
serologi. Infeksi oleh salah satu virus dapat menginduksi
Periode inkubasi variola (cacar) adalah 10-14 hari. Awitan respons imun yang bereaksi dengan semua anggota
biasanya mendadak. Demam dan malaise selama satu kelompok virus yang lain.
sampai 5 hari mendahului timbulnya eksantema, yang Serangan cacar memberikan proteksi lengkap terhadap
dimulai sebagai makula, kemudian papula, kemudian infeksi ulang. Vaksinasi dengan vaksinia menimbulkan
vesikel, dan akhirnya pustula. Krusta yang terbentuk ini kekebalan terhadap virus variola selama setidaknya 5
kemudian lepas setelah sekitar 2 minggu, meninggalkan tahun dan kadang lebih lama. Antibodi saja tidak cukup
parut berwarna merah muda yang memudar secara lambat. untuk sembuh dari infeksi poxvirus primer. Pada pejamu
Pada setiap daerah yang terkena, lesi umumnya ditemukan manusia, antibodi penetral timbul dalam beberapa hari

SMALLPOX
RSCOGNITIT]N C,ARN

Gambar 34-4. Ruam cacar. "Kartu Pengenalan cacar" dari Organisasi Kesehatan Dunia menggambarkan distribusi
dan slfat ruam tipikal cacar pada anak yang tidak divaksinasi (Sumbangan F. Fenner dan theWorid Health Organization).
POXVIRUS 469

setelah awitan cacar tetapi tidak mencegah progresi lesi dikultur; parapoxvirus dan tanapoxvirus tumbuh kurang
dan pasien dapat meninggal pada stadium pustular dengan baik, dan virus moluskum kontagiosum masih belum
kadar antibodi yang tinggi. Imunitas selular mungkin lebih dapat ditumbuhkan dalam kultur sel.
penting daripada antibodi dalam sirkulasi. Pasien dengan Antigen virus dapat dideteksi dengan gel agar
hipogamaglobulinemia umumnya bereaksi normal presipitasi pada bahan yang dikumpulkan dari lesi kulit.
terhadap vaksinasi dan timbul kekebalan meskipun jelas Uji tersebut mengidentifikasi orthopoxvirus sebagai suatu
tidak terdapat antibodi. Pasien yang mempunyai defek kelompok. Uji tersebut merupakan pengganti yang baik
respons imunitas selular maupun respons antibodi jika mikroskop elektron tidak tersedia. Tersedia
mengalami penyakit progresif yang biasanya fatal setelah pemeriksaan reaksi rantai polimerase (PCR) yang spesifik
vaksinasi. untuk berbagai poxvirus dan dapat digunakan untuk
Produlai interferon (lihat Bab 30) adalah kemungkinan deteksi dan identifikasi.
mekanisme imunitas yang lain. Hewan yang diradiasi
tanpa antibodi yang terdeteksi arau hipersensitivitas B. SERoLoGI
lambat dapat sembuh dari infelai vaksinia secepar hewan
Isolasi virus perlu untuk identifikasi cepar dan akurat
kontrol yang tidak diradiasi.
pada infeksi poxvirus. Namun, pemeriksaan antibodi
dapat digunakan untuk memperkuat diagnosis. Antibodi
Diagnosis Laboratori um
muncul setelah minggu pertama infeksi yang dapat
Beberapa uji laboratorium tersedia untuk memperkuat dideteksi dengan pemeriksaan HI, Nt, ELISA, RIA, atau
diagnosis cacar. Sekarang meskipun penyakit telah imunofluoresensi. Tidak satu pun pemeriksaan tersebut
dieradikasi, penting untuk mendiagnosis seriap kasus akan membedakan virus di antara orthopoxvirus.
yang menyerupai cacar. Uji bergantung pada pemeriksaan
mikroskopik direk pada bahan dari lesi kulir, penemuan Diagnosis Banding
virus dari pasien, identifikasi antigen virus dari lesi, dan
Cacar dapat dibingungkan dengan varisela, akne pustular,
yang kurang penting, adanya antibodi dalam darah.
meningokoksemia, sifilis sekunder, ruam obat, dan
penyakit lain yang disertai dengan erupsi kulit, tetapi
A, ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUs
tidak satu pun penyakit tersebut menghasilkan bahan yang
T kulit adalah spesimen pilihan untuk isolasi virus.
esi memberikan uji laboratorium positif untuk poxvirus.
Poxvirus stabil dan tetap dapat hidup pada spesimen Penggunaan PCR atau enzim restriksi pemecah DNA
selama berminggu-minggu walaupun tidak dibekukan. virus atau analisis polipeptida pada sel yang terinfeksi
Pemeriksaan langsung bahan klinis dengan mikroskop poxvirus dapat memperlihatkan ciri khas yang nyata untuk
elektron digunakan untuk identifikasi cepat partikel virus variola, vaksinia, cacar monyet, dan cacar sapi. Hal ini
.(sekitar I jam) dan dengan mudah dapat membedakan penting karena penyakit seperti cacar harus diidentifikasi
infeksi poxvirus dari cacar air (cacar air disebabkan oleh untuk memastikan bahwa variola telah dieradikasi.
herpesvirus). Orthopoxvirus tidak dapat dibedakan satu
sama lain dengan mikroskop elektron karena ukuran dan Pengobatan
morfoioginya sama. Namun, virus tersebur dapar
Imunoglobulin vaksinia dibuat dari darah orang yang
dibedakan dengan mudah dari ranapoxvirus dan
divaksinasi dengan virus vaksinia. Dianjurkan untuk
parapoxvi rus
pengobatan pada semua komplikasi kecuali ensefalitis
Isolasi virus dilakukan dengan inokulasi cairan vesikel
pascavaksin. Sampai tahun 2003, persediaan imunoglobuiin
ke membran korioalantoik embrio ayam. Uji ini
vaksinia sangat terbatas dan hanya tersedia dari Pusat
merupakan uji laboratorium yang paling dipercaya. Uji
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
ini merupakan cara t€rmudah unruk membedakan kasus
Metisazon adalah agen kemoterapi yang bermanfaat
cacar dari valainia generalisata, untuk lesi yang dihasilkan
melawan poxvirus. Agen ini efektif sebagai profilaksis
oleh virus tersebut pada membran yang jelas berbeda.
tetapi tidak bermanfaat untuk mengobati penyakit yang
Selama 2-3 hari, bintik valainia berukuran besar dengan
telah ada. Sidofovir memperlihatkan aktivitas melawan
pusat nekrotik sedangkan bintik variola berukuran jauh
poxvirus in uiilo.
lebih kecil. Cacar sapi dan cacar monyet menimbulkan
lesi hemoragi yang berbeda. Parapoxvirus, virus
moluskum kontagiosum, dan tanapoxvirus tidak tumbuh
Epidemiologi
pada membran. . Ti"ansmisi cacar terjadi melalui kontak antara kasus. Cacar
Kultur sel juga dapat digunakan untuk isolasi virus. sangat menular. Virus stabil dalam lingkungan ekstraselular
Sel primata manusia dan bukan manusia adalah yang tetapi paling sering ditularkan melalui penyebaran
paling rentan. Orthopoxvirus tumbuh baik dalam sel yang kulit dapat
pernapasan. Virus kering pada krusta dari lesi
470 / BAB 34

bertahan hidup pada pakaian atau bahan lain dan vaksinasi dalam tahun Pertama. Revaksinasi telah
menyebabkan infeksi. dilakukan dengan interval 3 tahun.
Pasien sangat infeksius selama ruam minggu Pertama
ketika dimulainy^ d.-"m. Droplet PernaPasan lebih dulu B. REAKSI DAN INTERPRETASI
infeksius daripada lesi kulit.
Gambaran epidemiologi berikut memungkinkan cacar 1. Vaksinasi pertama-Pada orang yang sangat rentan'
dapat dieradikasi total: Tidak ada reservoir selain manusia tampak papul yang dikelilingi oleh daerah hiperemia pada
yang diketahui. Ada satu serotiPe yang stabil. Terdapat hari-ketiga atau keempat. Ukuran papul bertambah sampai
u"L.in y*tg efektif. Kasus infelaius subklinis tidak terjadi. tampak iesikula (pada hari kelima atau keenam)' Vesikel
Carrier viius kronik yang asimtomatik tidak terjadi' met.*p"i ukutan maksimutn pada hari kesembilan
Karena virus yang berada di lingkungan pasien berasal kemudLn menjadi pustula' Kemudian terjadi pengeringan
dari lesi di mulut dan tenggorokan (dan terakhir di kulit)' pustul dan berakhir setelah sekitar 2 minggu, meninggalkan
pasien dengan infeksi yang cukup berat untuk dapat p"rut c.kurrg merah muda yang akhirnya menjadi putih'
menularkan penyakit mungkin dalam keadaan sakit yang i'.mba.""t hasil biasanya pada hari ketujuh' Seseorang
sedemikian berat sehingga mereka cepat mendapat dianggap terlindungi penuh setelah terjadi respons pustular
perhatian petugas kesehatan...syarat kontak erat untuk y^ng mengelilingi lesi sentral (keropeng
p.ny.b"t"n penyakit yang efektif umumnya dibuat "r"u-u.iikul"r
atau ulkus). Jika reaksi tersebut tidak terlihat, vaksinasi
sebagaiidentifikasi cePat orang-orang yang kontak dengan harus diulang.
pasien sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalian
2. Revaksinasi-Pada revaksinasi yang berhasil, hari ke
spesifik untuk memutus siklus transmisi.
6-8 tampak lesi pustula atau vesikula atau area indurasi
\fHO berhasil melakukan eradikasi cicar dengan y".rg d"pat diraba mengelilingi lesi sentral, dapat berupa
menggunakan program karantina surveilans. Sumber
keropeng atau ulkus. Hanya reaksi tersebut yang
setiap wabah ditentukan dan semua kontak yang rentan
-.nurrj,r[k"n dengan pasti bahwa multiplikasi virus telah
diidentifikasi dan divaksinasi.
terjadi. Reaksi samar dapat merupakan reaksi imunitas tetapi
dapat.iuga hanya merupakan reaksi alergi terhadap valsin
Vaksinasi dengan Vaksinia yang dihaktivasi. Bila terjadi reaksi samar, revaksinasi
Virus vaksinia untuk vaksinia dibuat dari lesi vesikel ir"t* di,rl".tgi menggunakan bagian vaksin yang baru'
("limfe") yang dihasilkan di kulit anak sapi atau dapat
ditumbuhkan pada embrio ayam. Vaksin akhir C. KOMPLIKASI VAKSINASI
mengandung gliserol 4070 untuk menstabilkan virus dan
frnol 0,4o/o untuk menghancurkan bakteri. Standar \fHO Valainasi cacar berhubungan dengan risiko yang dapat
untuk vaksin cacar adalah bahwa vaksin mempunyai dihitung dengan pasti. Di Amerika Serikat, risiko
potensi tidak kurang dari 108 unit pembentuk bintik per kematian akibat semua komplikasi adalah sebesar 1 per
mililiter. Vaksin yang dihasilkan kultur sel baru masih sejuta untuk penerima vaksin primer dan 0,6 per- sejuta
dikembangkan. Vaksin vaksinia tidak mengandung virus unuk pasien yang mendapatkan revaksinasi' Untuk anak
cacar (variola). berusia di bawah 1 tahun, risiko kematian sebesar 5 per
Keberhasilan eradikasi cacar berarti bahwa tidak sejuta penerima vaksin primer. Di antara penerima vaksin'
dianjurkan lagi vaksinasi rutin. Vaksinasi cacar rutin Pada pii-.t, insiden gabungan ensefalitis pascavaksinasi dan
anak di Amerika Serikat dihentikan pada tahun 1971' nekrosis vaksinia sebesar 3,8 per juta orang pada semua
OIeh karena itu, semua anak yang lahir sejak tahun 1972 usia. Pada penerima revaksinasi, dua komplikasi tersebut
mudah terkena infeksi. Pertimbangan saat ini mengenai terjadi 0,7 per sejuta orang. Komplikasi berat vaksinasi
kemungkinan serangan teroris menggunak^n cacar terjadi berhubungan dengan imunodefisiensi, imuno-
men gha-silkan suatu iekomendasi untuk men ggun aka.n supresi, keganasan hematologi atau keganasan lain, dan
uakrin cacar pada skala terbatas (misal, dimulai pada ke^hamilan.keadaan ini merupakan kontraindikasi untuk
peugas kesehitan). fungkasan mengenai.vaksinasi berikut pemberian vaksin vaksinia, serta eksema' alergi terhadap
juga'diberikan karena virus vaksinia dipertimbangkan Lo-po.t.n vaksin, dan tinggal serumah dengan seseorang
sebagai vektor memasukkan gen asing untuk tujuan yang memiliki kontraindikasi vaksinasi.
imunisasi. 1. Inokulasi yang ddak disengaja-Keadaan ini terjadi
bila bagian t"b"h yang jauh dari tempat inokulasi
A. WAKTU VAKSINASI terinfeksi dan merupakan komplikasi yang paling sering
Komplikasi vaksinasi (lihat di bawah) paling sering terjadi terjadi, ditemukan sekitar 25 kali per sejuta Vaksinia
pada anak usia kurang dari 1 tahun. Oleh karena itu, okul"r *..upakan masalah yang paling sering terjadi dan
valainasi antara usia I dan 2 tahun lebih dipilih dariPada kadang-kadang menyebabkan defek sisa pada penglihatan'
POXVIRUS 471

2. Vaksinia generalisata-Keadaan ini ditunjukkan Komplikasi sering terjadi dan bersifat serius.
dengan timbulnya sekumpulan lesi vaksinia pada Komplikasi umumnya berupa distres paru dan infeksi
permukaan tubuh (23 kasus per sejuta). Setelah vaksinasi, bakteri sekunder. Pada pasien yang tidak divaksinasi,
anak yang menderita eksema dapat mengalami lesi angka kematian adalah sekitar 11%. Vaksinasi dengan
vaksinia pada area eksema itu (eftsema vaksinatum). Anak vaksinia melindungi terhadap cacar monyet atau
dengan eksema seharusnya tidak divaksinasi. Angka mengurangi keparahan penyakit.
mortalitas vaksinia generalisata yang tidak diobati adalah Infeksi cacar monyet pada manusia umumnya
30-40o/o. Dermatitis atopik merupakan faktor risiko dipercaya tidak mudah ditularkan dari orang ke orang.
eksema vaksinatum. VakSinia generalisata dapat terjadi Perkiraan sebelumnya adalah bahwa hanya sekitar l5%
tanpa eksema, tetapi keadaan ini jarang terjadi. kontak keluarga yang rentan mendapat cacar monyet dari
pasien. Nainun, satu wabah di Zane pada tahun 1996
3. Ensefalitis pascavaksinasi-Angka mortaliras
komplikasi serius ini dapat mencapai 40o/o. Insiden di sampai 1997 menunjukkan potensi transmisi orang-ke-
Amerika Serikat sekitar 3 per sejuta pada penerima vaksin orang yang lebih besar.
'lfabah
primer semua golongan umur. Awitan mendadak dan pertama cacar monyet di belahan bumi sebelah
terjadi sekitar 12 ha:i setelah vaksinasi. Penyebabnya tidak barat terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2003, Lebih
je las .
dari 80 kasus manusia (tidak ada kematian) didiagnosis,
sebagian besar di negara bagian barat tengah. Sumber
4. Vaksinia progresif atau nekrosis vaksinia-Keadaan
ditemukan di suatu toko hewan peliharaan eksotik di
ini disebabkan oleh ketidakmampuan untuk membuat Illinois tempat tikus Afrika import rernyata menyebarkan
antibodi atau membentuk kekebalan selular dan sering virus ke anjing padang rumput peliharaan dan
kali bersifat fatal. Insiden penyakit di Amerika Serikat menularkannya ke manusia.
sekitar 1 per sejuta. Pengobatan dengan imunoglobulin
vaksinia atau metis^zon dapat bermanfaat. Imunodefisiensi
dan imunosupresi yang didapat atau kongenital TNFEKST CACAR SAP| (COWPOX)
merupakan kontraindikasi vaksinasi. Virus cacar sapi adalah spesies latn Orthopoxuirus,
5. Vaksinia janin-Meski sangat jarang, perempuan yang Penyakit pada sapi ini lebih ringan daripada penyakit
divaksinasi pada akhir kehamilan dapat menularkan virus cacar pada hewan lain, lesi terbatas di puting susu dan
vaksinia ke janin, yang menyebabkan janin lahir mati. ambing (Gambar 34-5A). Infeksi manusia terjadi melalui
Oleh karena itu, vaksinasi sebaiknya tidak diberikan kontak langsung selama pemerahan iusu dan lesi pada
selama kehamilan. pemerah susu biasanya hanya terbatas di tangan (Gambar
34-5D). Penyakit timbul iebih berat pada orang yang tidak
INFEKS| CACAR MONYET (MONKEYPOX) divaksinasi daripada orang yang divaksinasi dengan virus
Virus cacar monyet adalah spesies Orthopoxuirus. Penyakit vaksinia. Lesi lokal disertai dengan demam dan
ini pertama kali dikenal pada monyet yang ditangkap limfadenitis.
pada tahun 1958. Infeksi pada manusia oleh virus ini Virus cacar sapi sama dengan virus vaksinia secara
ditemukan pada awal 1970-an di Afrika Barat dan Afrika imunologis dan kisaran pejamunya. Virus ini juga
tengah setelah eradikasi cacar dari daerah tersebut. berkerabat secara imunologi dengan virus variola. Jenner
Penyakit ini merupakan zoonosis langka yang mengobservasi bahwa mereka yang menderita cacar sapi
ditemukan hanya di daerah terpencil di hutan hujan tropis, akan kebal terhadap cacar. Virus cacar sapi dapat
terutama di Republik Demokratik Kongo. Infeksi ini dibedakan dari virus vaksinia berdasarkan lesi hemoragi
mungkin didapat melalui kontak langsung dengan hewan merah yang dalam yang dihasilkan virus cacar sapi pada
liar yang dibunuh untuk dimakan dan diambil kuiitnya. membran korioalantoik embrio ayam.
Pejamu reservoir primer tidak diketahui tetapi mungkin Reservoir alami cacar sapi tampaknya adalah hewan
tupai. Hewan pengerat juga dapat terinfeksi. pengerat; sapi maupun manusia hanyalah pejamu yang
Gambaran klinis cacar monyet pada manusia tidak disengaja. Kucing peliharaan juga mudah terkena
ditemukan berdasarkan pemeriksaan 282 pasien yang virus cacar sapi. Lebih dari 50 kasus pada kucing
terinfelai di Zate dari tahun 1980 sampai 1985. Pasien dilaporkan dari Inggris, tetapi transmisi dari kucing ke
berasal dari semua usia, tetapi kebanyakan (90%) berusia manusia diyakini jarang terjadi. Cacar sapi bukan lagi
kurang dari.15 tahun. Gejala klinisnya serupa dengan enzootik pada sapi, meskipun kasus pada sapi dan manusia
be ntuk cacar biasa dan bentuk modifikasi cacar. yang terkait lainnya kadang-kadang terjadi. Cacar sapi
"Pengelompokan" ruam terjadi pada beberapa pasien pada kucing bersifat sporadik, dan penularannya
sehingga mengaburkan diagnosis dengan cacar air. kemungkinan dari hewan pengerat liar kecil, termasuk
Limfadenopati berat terjadi pada sebagian besar pasien, uole ladang (hewan pengerat seperti tikus). Kasus pada
gambaran yang tidak muncul pada cacar atau cacar aft. manusia (dengan lesi kulit hemoragik, demam, dan
472 BAB 34

Gamhar 34-5, Cacar sapi, pseudocowpox, dan orf pada hewan dan manusia. A: Ulkus cacar sapi pada puting susu sapi
pada 7 hari setelah dimulainya tanda-tanda .B: Pseudocowpox (milker's nodule virus) pada puting susu sapi. C: Mulut
berkeropeng pada anak domba, disebabkan oleh virus orf .D, E, F: Lesi tangan disebabkan oleh virus-virus tersebut.
D: Cacar sapi. E: milker's nodule virus (pseudocowpox). F: Orf (A dan B sumbangan EPJ Gibbs; € sumbangan A Robinson; D
sumbangan AD McNae; E dan F sumbangan J Nagington. Direproduksi dari Fenner F: Poxviruses. ln'. Fields Virology,3rd ed. Fields BN et al leditors],
Lippincott-Raven, 1996.)
POXVIRUS 473

kelelahan menyeluruh) dapat terjadi tanpa kontak dengan


hewan yang diketahui dan mungkin tidak terdiagnosis.
Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini.

INFEKSI CACAR BANTENG (BUFFALOPOX)


Virus cacar banteng merupakan turunan virus vaksinia
yang menetap di India pada banteng air sejak vaksin
variola dihentikan. Penyakit yang terjadi pada banteng-
dan kadang-kadang pada sapi-tidak dapat dibedakan
dari cacar sapi. Cacar banteng dapat ditularkan ke
manusia, dan timbul lesi bintik terlokalisasi. Ada beberapa
pemikiran bahwa penuiaran manusia-ke-manusia juga
dapat terjadi.

INFEKSI VIRUS ORF Gambar 34-6. Lesi moluskum kontagiosum pada manusia
(Sumbangan D Lowy, Direproduksl dari Fenner F: Poxviruses. ln, Fields
Yirus orf adalah suatu spesies Parapoxuirus. Virus ini Virology,3rd ed. Fields BN et al Ieditors]. Lippincott-Raven, 1996.)
menyebabkan penyakit pada domba dan kambing yang
sering terjadi di seluruh dunia (Gambar 34-5C). Penyakit
ini disebut juga dermatitis pustular menular atau luka
Lesi pada penyakit tersebut berupa tumor seperti kutil,
pada mulut (sore mouth).
berwarna merah muda, kecil yang terletak di wajah,
Ot'ditularkan ke manusia melalui kontak langsung
lengan, punggung, dan bokong (Gambar 34-6).Lesi jarang
dengan hewan yang terinfeksi. Orf merupakan penyakit
ditemukan di telapak tanganr telapak kaki, atau membran
akibat kerja pada pekerja yang menangani domba. Infeksi
mukosa. Penyakit terjadi di seluruh dunia dalam bentuk
pada manusia biasanya timbul sebagai lesi tunggal di jari,
sporadis maupun epidemik dan lebih sering pada anak
tangan, atau lengan bawah (Gambar 34-5F) tetapi dapat
daripada orang dewasa. Penyakit disebarkan melalui
tampak di wajah atau leher. Lesi berupa nodul besar,
kontak langsung dan tidak langsung (misal, melalui tukang
agak nyeri, dengan kulit di sekitarnya meradang. Infeksi
jarang bersifat generalisata. Penyembuhan memerlukan cukur, penggunaan handuk bersama, kolam renang).
Insiden moluskum kontagiosum sebagai penyakit yang
waktu beberapa minggu.
dirularkan melalui hubungan seksual pada dewasa muda
meningkat. Hal tersebut terjadi pada beberapa pasien
MOLUSKUM KONTAGIOSUM AIDS. Kulit penderita AIDS stadium lanjut dapat
Moluskum kontagiosum adalah tumor epidermis jinak tertutupi banyak papul. Meskipun lesi yang khas adalah
yang hanya terdapat pada manusia (meskipun terdapat papul cekung, lesi di area genital yang lembap dapat
bukti adanya virus yang berkerabat pada kuda). Agen meradang atau mengalami ulserasi dan dapat dikacaukan
penyebab digolongkan sebagai satu-satunya anggota genus dengan lesi yang dihasilkan oleh virus herpes simpleks
Molluscipoxuirus. (HSV). Spesimen dari lesi ini sering kali diajukan untuk
Virus tidak ditularkan ke hewan dan tidak tumbuh pemeriksaan laboratorium diagnostik virus untuk isolasi
dalam kultur jaringan serta telah dipelajari dari lesi pada HSV (lihat di bawah).
manusi.a dengan mikroskop elektron. Virus yang Periode inkubasi dapat memanjang sampai 6 bulan.
dimurnikan berbentuk seperti batu bata atau oval Lesi dapat terasa gatal yang menimbulkan autoinokulasi.
berukuran 230 x 330 nm; virus ini menyerupai vaksinia. Lesi dapat menetap sampai 2 tahun tetapi aklirnya akan
Antibodi terhadap virus tidak bereaksi silang dengan menghilang spontan. Virus merupakan imunogen yang
poxvirus lain. buruk; sekitar sepertiga pasien tidak pernah menghasilkan
Ikatan silang terminai dan pengulangan terminal antibodi terhadap virus. Serangan kedua sering terjadi.
terbalik pada DNA virus menyerupai virus vaksinia. DNA Meskipun virus moluskum kontagiosum secara
virus mempunyai kandungan G + C seluruhnya sekitar berturut-turut diperbanyak pada kultur sel, virus dapat
60%. Seluruh genom virus moluskum kontagiosum (= menginfeksi manusia serta sei primata dan mengalami
190 kbp) telah diurutkan. Virus mengandung setidaknya infeksi abortif. Pelepasan selubung terjadi untuk
163 gen, sekitar dua pertiga menyerupai gen virus cacar menghasilkan inti, diikuti efek sitopatik sementara yang
dan cacar sapi. Sejumlah besar gen yang tidak sama khas . Perubahan selular dapat disalahartikan dengan yang
menjelaskan penyakit yang berbeda pada manusia yang dihasilkan oleh HSV oleh karena itu, isolat dari spesimen
ditimbulkan oleh moluskum kontagiosum dan virus cacar. yang dicurigai mengandung HSV harus secara spesifik
474 BAB 34

diidentifikasi. Pada tahun 1985 studi 137 spesimen


dikultur untuk HSV dengan menggunakan sel fibroblas
manusia, 49 mengandung HSV; enam lainnya menim-
bulkan efek sitopatik tetapi negatif untuk antigen HSV.
Mikroskop elektron memastikan adanya virus moluskum
kontagiosum pada sampel HSV negatif tetapi berefek
sitopadk positif tersebut.
Diagnosis moluskum kontagiosum biasanya dapat
ditegakkan secara klinis. Namun, bahan kaseosa
semipadat dapat ditunjukkan dari lesi dan digunakan
untuk diagnosis laboratorium. PCR dapat mendeteksi
sekuens DNA virus, dan mikroskop elektron dapat
mendeteksi partikel poxvirus.

INFEKSI POXVIRUS TANAPOX &


TUMOR MONYET YABA
di beberapa
Thnapox, suatu infeksi kulit yang agak sering
bagian Afrika, terutama di Kenya dan Republik
Demokratik Kongo. Pejamu alaminya mungkin monyet,
meskipun mungkin terdapat reservoir lain dan monyet
hanya sebagai pejamu yang tidak disengaja. Cara
penuiaran tidak diketahui.
Virus tumor monyet Yaba dan Thnapox secara serologis
berkerabat tetapi berbeda dengan semua poxvirus yang
lain. Virus tersebut digolongkan kedalam genus
Yatapoxuirus. Secara morfologis, virus ini sama dengan
orthopoxvirus. Genom virus tanapox berukuran 160 kbp,
sedangkan poxvirus tumor monyet Yaba berukuran lebih
kecil (145 kbp;32,5o/o G + C). Virus hanya tumbuh pada
kultur sel manusia dan monyet dengan efek sitopatik.
Virus tidak tumbuh pada membran korioalantoik telur
berembrio.
Tanapox dimulai dengan periode demam selama 3-4 Gambar 34-7. lesi yang dihasilkan oleh virus tanapox.
hari disertai dengan nyeri kepala hebat dan keadaan lemah. A: Sepuluh hari setelah munculnya lesi pertama. B: Tiga
Biasanya hanya terdapat satu atau dua lesi kulit; pusrulasi puluh satu hari setelah munculnya lesi (Sumbangan ZJezek.
tidak pernah terjadi (Gambar 34-7). Penyembuhan Direproduksi dari Fenner F: Poxvirus, ln'. Fields Virology,3rd ed. Fields
mungkin memerlukan 4-7 minggu. BN et al Ieditors]. Lippincott-Raven, 1996.)

Poxvirus rumor monyet Yaba menyebabkan histiositoma


jinak 5-20 hari setelah pemberian intramuskular atau
subkutan ke monyet. Tumor akan mengecil setelah sekitar
5 minggu. Pemberian virus intravena menyebabkan
gambaran histiositoma multipel pada paru, jantung, dan
otot rangka. Perubahan neoplastik sejati tidak terjadi.
;: :Seoraiig 'p,ekefia i nstalas i ked a1u
lgtan yi n g berusia
Virus mudah diisolasi dari jaringan tumor dan inklusi '',1
'II 4! ltdhunlni erencanak-an menda patkdn,,Vaksi nasi
.r: r :

khas ditemukan pada sel tumor. Monyet dari berbagai r', . . va ri glar-ka,1ena potehsia I i m gfrd a p.atlitg;3 n gs.
spesies dan manusia rentan terhadap efek proliferatif ,,,::i,:.,.i.,,r,,,,biote,toliime;'!a.,menanyrakan'rnengenai'vakiin dan
selular virus, tetapi hewan laboratorium lain tidak. menemukan bahwa efek samping atau komplikasi
. yang paling sering setelah vaksinasi vaksinia (cacar)
Meskipun orang yang mengurus hewan menjadi terinfeksi,
adalah
infeksi virus Yaba secara alami pada manusia belum
ditemukan di Afrika. . (B) Eksema vaksinatum

1,,,,1;: .,;.
(D):..[eaksitalgfgi,,,.beral:..,",' :":.:" : . ...,..-1.:,1: ".':
t,,,,,t.,11.;11:;,(Ei.a,,;,linofulasi,kUlane,,haJi:hati,,',,
POXVIRUS 475

. Dipertimbangkan untuk mendapatkan peng-


obatan imunoglobulin vaksinia. Keadaan mana
:llll l'$ii ki.i!':riii i: yang., tidl! k.,bqrm! nfaqtr,b.ila, di bba!i
11111.:1{!,11ganiini,qn00,!abutin,vakqiqial,:..':,,,:r:r,,r,, r,,, ,, ,, . .

t;r:,. :i tni:;Vt t :ini{:'s en!ft lltFtalle id!, :,,,,1..:,


.;
:,,,,r.,

;t;:;:j:19),,,,tEnietalit!f,,pas,tg.takj!nafi.:,.1:t,r.,.,r,ririr.rrri:r ir,

(D) Eksema vaksinatum


(E) Vaksinia okular
,'.'$- lpe!; d'ri .,iiti n :.Oiil,.r.r e! 9 !9.d a ru r q.ta n va n g'rrr taria :

ti,1*:,:iiije;+ir, ijgn1iip.Ad.e,.a-oi!..tt,o:...,7
jugg,menq?palkahi
.:.:,].',!rr'irt'a(slniii,,.veiiolatPaddrr,teih.ap apa.kah',iA:dianggap

iA)'sepu lu h t,.hgrt! ;tseto a h d os i per:t-a m.a va ksi n;


r
,,, rrl,,rr, l ] i

,." .' ianpr tem.nQqng.lesBons d 1timpq! p.embe1!en'


(B) Sepuluh hari setelah dosis kedua vaksin, tanpa
l::,:,,::,.;',r lr'tr,,iringinahdllng, q-dsporis.'td!,IetlpA! peniberian
a,..1,.1tt (i)' Sei'e| a ii rii p b ri! ua,,,ri a lii i. p g d a :'te pat'
.. ..-sem 11'n

pemberian.
tpt !"ieLin timbut lesi vesikular atau pustular di
- tempat
',
:,
Pemberian
li--.^
orans
luarn eenfiel irtla,
-,, pa.da:
^^f,- ^'^-^
i 'lr.t,:,trl;,S.eieiltiitlmbull
'

:'1'';'t,,,,.,ritvenE ,"liit,\iinasi ,1,,:,,-',,

lawaban
2,E 5, D
3.8 7. C
4.A 8. D

$ l^ "" .

KEPUSTAKAAN
Cono J, Casey CG, Bell DM: Smallpox vaccination and adverse reactions'
Guidance for clinicians MMWR Recomm Rep 2003;52(RR-4):1
Haig DM: Poxvirus interference with the host cytokine response Vet
Immunol ImmunoPathol 1998;63; 149.
JezekZ et al: Human monkeypox: Clinical features of 282 patients J
Infect Dis 1987;156:293.
Mercer A et al: Molecular genetic analyses olparapoxviruses pathogenic
for humans. Arch Virol 1997;13(Suppl):25
Moss B: Genetically engineered poxviruses forrecombilant gene expression'
vaccination, and safety Proc Natl Acad Sci U S A 1996;93:11341.
Wharton M et al: Recommendations for using smallpox vaccine in a pre-
event vaccination program: Supplemental recommendations olthe
Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) and the
Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee
(HICPAC). MMWR Recomm Rep 2003;52(RR-7):1.
Vaccinia (smallpox) vaccine: Recommendations of the Advisory Committee
on Immunization Practices (ACIP), 2001' MMWR Recomm Rep
200 1;50(RR- 10):1.
Virus hlepatit'is

Hepatitis virus merupakan penyakit sistemik yang yang melibatkan sambungan gen 1D dan 2A membagi
terutama mengenai hati. Kebanyakan kasus heparitis virus isolat HAV menjadi tujuh genotipe. Sifat penting famili
akut pada anak dan orang dewasa disebabkan oleh salah Picornauiridaa dicantumkan pada Tabel 36-1.
satu dari agen berikut: virus hepatitis A (HAV), agen HAV stabil ierhadap eter 20o/o, asam (pH 1,0 selama
penyebab hepatitis virus tipe A-(hepatitis infelaius); virus 2 jam), dan pemanasan (60 0C selama 1 jam), dan
hepatitis B (HBV), penyebab hepatitis virus B (hepatitis infektivitasnya dapat dijaga selama setidaknya 1 bulan
serum); virus hepatitis C (HCV), agen hepatitis C setelah dikeringkan dan disimpan pada temperatur 25
(penyebab sering hepatitis pascatransfusi); arau virus 0C dan kelembapan relatif 42o/o arau selama bertahun-
hepatitis E (HEV), agen hepatitis yang ditularkan secara tahun pada suhu -20 0C. Virus hancur dengan autoklaf
enterik. Virus lain yang menjadi penyebab hepatitis yang (121 0C selama 20 menit), air mendidih selama 5 menit,
tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan agen yang panas kering (180 0C selama 1 jam), radiasi ultraviolet (1
telah diketahui dan penyakit yang terkait dinyatakan menit pada 1,1 watt), formalin (1:4.000 selama 3 hari
sebagai hepatitis non-A-E. Virus lain yang telah diketahui pada suhu 37 0C), atau klorin (10-15 ppm selama 30
sifatnya yang dapat menyebabkan hepatitis sporadik, menit). Makanan yang dipanaskan sampai >85 0C (185
seperti virus demam kuning, sitomegalovirus, virus 0F) selama 1 menit dan permukaan yang didisinfeksi
Epstein-Barr, virus herpes simpleks, virus rubela, dan dengan natrium hipoklorit (pengenceran pemutih klorin
enterovirus, dibahas dalam bab lain. Virus hepatitis 1:100) diperlukan untuk menginaktifkan FIAV. Resistansi
menimbulkan peradangan hati akut, memberikan relatif HAV terhadap prosedur disinfeksi mengharuskan
gambaran klinis penyakit berupa demam, gejala penanganan yang lebih hati-hati dalam menangani pasien
gastrointestinal seperti mual dan muntah serta ikterus. hepatitis dan produk mereka.
Tanpa memandang tipe virus, lesi histopatologi yang HAV awalnya diidentifikasi dalam sediaan tinja dan
identik ditemukan pada hati selama penyakit akut. hati dengan menggunakan mikroskop elektron imun
sebagai sistem deteksi (Gambar 35-l). Pemeriksaan
SIFAT VIRUS HEPATITIS serologi sensitif dan metode reaksi rantai polimerase
(PCR) memungkinkan deteksi HAV dalam tinja dan
Ciri khas kelima virus hepatitis yang dikenal ditunjukkan sampel lain serta mengukur antibodi spesifik dalam
pada Tabel 35-l.Tata nama virus hepatitis, antigen, dan
serum.
antibodi disajikan pada TabeI 35-2. Berbagai galur sel primata akan menunjang
pertumbuhan HAV meskipun isolat virus segar sulit untuk
Hepatitis Tipe A beradaptasi dan tumbuh. Biasanya tidak ada efek sitopatik
HAV adalah an ggo ta f amili p i c o rn au i ru s y an g b erb eda (li hat yang tampak. Mutasi genom virus dipilih selama adaptasi
Bab 36). HAV merupakan.partikel sferis 27-32 nm terhadap kultur jaringan.
berbentuk simetri kubik, yang mengandung genom RNA
untai tunggal linear berukuranT,5 kb. Meskipun awalnya Hepatitis Tipe B
digolongkan semenrara sebagai enrerovirus 72, sekuens
asam amino dan nukleotida HAV cukup berbeda untuk HBV digolongkan sebagai hepadnavirus (Thbel 35-3). HBV
dimasukkan ke dalam genus picornauirus bart, menyebabkan infeksi kronik, terutama pada mereka yang
Hepatouirus. Hanya saru seroripe yang diketahui. Tidak terinfeksi saat bayi; HBV merupakan faktor urama pada
terdapat reaksi silang anrigen dengan HBV atau virus perjalanan akhir penyakit hati dan karsinoma hepato-
hepatitis lain. Analisis sekuens genom pada regio berbeda selular pada orang-orang tersebut.

476
VIRUS HEPATITIS 477

Tabel 35-1. Ciri khas virus hepatitis.

Famili Picornaviridae Hepadnaviridae Flaviviridae Tidak digolongkan Tidak digolongkan


Genus Hepatovirus Orthohepadnavirus Hepacivirus Deltavirus Seperti hepatitis E

Virion 27 nm, ikosahedral 42 nm, sferis 60 nm, sferis 35 nm, sferis 30-32 nm, ikosahedral

Selubung Tidak ;ida Ya (HBsAg) Ya (HBsAq)

Genom ssRNA dsDNA ssRNA ssRNA ssRNA

Ukuran genom 7,5 kb 3,2 kb 9,4 kb 1,7 kb 7,6 kb

Stabilitas Stabil dalam panas Sensitif asam Sensitif eter, Sensitif asam Stabil panas
dan asam sensitif asam

Transmisi Fekal-oral Parenteral Parentera I Pa renteral Feka I -ora I

Preva lensi Tinggi Seda ng Rendah,regional Regional

l":vi!' fulminan Jarang Jarang Jarang Seri ng Pada kehamilan

Penyakit kronik Tidak pernah Seri ng Sering Seri ng Tidak pernah

Onkogen i k Tidak ")


Tidak

A. STRUKTUR DAN KoMPoSISI mungkin panjangnya lebih dari 200 nm-dan disebabkan
oleh produksi HBsAg berlebihan. Virion sferis besar
Mikroskop elektron pada serum yang positif HBsAg berukuran 42 nm (asalnya disebut sebagai partikel Dane)
menunjukkan tiga bentuk morfologi (Gambar 35-2 dan jarang ditemukan (Gambar 35-2). Permukaan luar, atau
35-3A). Bentuk yang paling banyak adalah partikel sferis selubung, mengandung HBsAg dan mengelilingi inti
berdiameter 22 nm (Gambar 35-3F). Partikel kecil ini nukleokapsid dalam berukuran 27 nm yang mengandung
secara khusus tersusun atas HBsAg-berbentuk rubular HBcAg (Gambar 35-3C). Panjang regio untai tunggal
atau filamentosa, mempunyai diameter yang sama tetapi genom DNA sirkular yang berbeda menyebabkan partikel
secara genetik bersifat heterogen dengan kisaran berat
jenis yang luas.
Genom virus (Gambar 35-4) terdiri dari sebagian
DNA sirkular untai ganda dengan panjang 3200 bp. Isolat
HBV yang berbeda memiliki homologi sekuens nukleotida
90-98o/o yang sama. Seluruh panjang DNA dikurangi
rantai (untai L atau panjang) merupakan pelengkap seluruh
mRNA HBV untai positif (untai pendek atau S) berubah-
ubah dan panjang unitnya antara 50o/o-80o/o.
Terdapat empat frame bacaan terbuka yang menyan-
dikan tujuh polipeptida. Keempatnya merupakan protein
struktural permukaan virion dan inti, transaktivator
transkripsi kecil (X), dan protein polimerase besar (P)
yang mencakup aktivitas DNA polimerase, reuerse
transtiptase, dan H RNase. Gen S mempunyai tiga
kerangka kodon awai dan menyandikan HbsAg mayor,
Gambar 35-7. Mikrograf elektron virus hepatitis A serta polipeptida yang mengandung selain sekuens pra-
berukuran 27 nm yang beragregasi dengan antibodi 52 atau pra-Sl dan pra-S2. Gen C mempunyai dua
(222.000 x). Perhatikan adanya "halo" antibodi di sekitar kerangka kodon awal dan menyandikan HBcAg ditambah
masing-masing partikel, (Sumbangan DW Bradley, CL Hornbeck, protein HBe yang diproses untuk menghasilkan HBeAg
dan JE Maynard.) yang dapat larut.
478 BAB 35

Tabet 35-2. Tata nama dan definisi virus hepatitis, antigen, dan antibodi.

Hepatitis A HAV Virus hepatitis A. Agen etiologi hepatitis infeksius. Picornavirus, bentuk asli genus baru,
Hepatovirus.

Anti-HAV Antibodi terhadap HAV. Dapat dideteksi pada awitan gejala; menetap seumur hidup.

tgM anti-HAV Antibodi kelas lgM terhadap HAV. Menunjukkan infeksi saat ini oleh hepatitis A;
positif sampai 4-6 bulan setelah infeksi

Hepatitis B HBV Virus hepatitis B. Agen etiologi hepatitis serum. Hepadnavirus.

HBsAg Antigen permukaan hepatitis B. Antigen permukaan HBV dapat dideteksi dalam jumlah
banyak dalam serum; beberapa subtipe diidentifikasi.

HBeAg Antigen hepatitis Be. Dihubungkan dengan nukleokapsid HBV; menunjukkan replikasi
virus; beredar sebagai antigen yang dapat larut dalam serum.

tnJg-"l
ilt:Toilt': ti
IB_'ts_ ---
Anti-HBs Antibodi terhadap HBsAg. Menunjukkan infeksi HBV masa lalu dan imunitas terhadap
HBV. adanya antibodi pasif dari HBIG atau respons imun terhadap vaksin HBV.

Anti-HBe Antibodi terhadap HBeAg. Adanya antibodi tersebut dalam serum carrier HBsAg
menunjukkan titer HBV lebih rendah.

Anti-H Bc Antibodi terhadap HbcAg. Menunjukkan infeksi oleh HBV masa lampau pada waktu
g'Ji 9i1"1'*1n:
- - - _vils-trgt
lgM anti-HBc Antibodi golongan lgM terhadap HbcAg. Menunjukkan infeksi HBV yang baru terjadi;
positif pada 4-6 bulan setelah infeksi.

Hepatitis C HCV Virus hepatitis C, agen etiologi yang sering pada hepatitis pascatransfusi. Flavivirus, genus
Hepacivirus.

Anti-HCV Antibodi terhadap HCV

Hepatitis D HDV Virus hepatitis D. Agen etiologi hepatitis delta; menyebabkan infeksi hanya jika terdapat
HBV.

HDAg Antigen delta (delta-Ag). Dapat dideteksi pada infeksi HDV akut awal'

Anti-HDV Antibodi terhadap delta-Ag (anti-delta). Menunjukan infeksi HDV masa lalu atau saat ini.

Hepatitis E HEV Virus hepatitis E. Virus hepatitis yang ditularkan secara'enterik. Menyebabkan epidemik
besar di Asia dan Afrika Utara; transmisi fekal-oral atau melalui air. Tidak digolongkan.

lmunoglobulin lG USP imunoglobulin. Mengandung antibodi terhadap HAV; tidak ada antibodi terhadap
HBsAg, HCV atau HlV.

HBIG lmunoglobulin hepatitis B. Mengandung titer antibodi terhadap HBV yang tinggi'

Partikel yang mengandung HBsAg bersifat kompleks epidemiologi karena kasus sekunder memPunyai subtipe
secara antigenik. Masing-masing mengandung antigen yang sama seperti kasus penunjuk.
spesifik grup, d., selain dua pasang subdeterminan saling Stabilitas HBsAg tidak selalu serupa dengan stabilitas
('C
terpisah, dly dan wl r. OleH karena itu, empat fenotipe agen infeksius. Namun, keduanya stabil pada suhu -20
HBsAg telah ditemukan: adw, ayw, adr, dan ayr' Di r.l"-" lebih dari 20 tahun dan stabil terhadap pembekuan
Amerika Serikat, adw adalah subtipe yang dominan. berulang dan pencairan. Virus juga stabil pada suhu 37 "C
Penanda spesifik virus ini berguna pada investigasi selama 60 menit dan tetap dapat hidup setelah
VIRUS HEPATITIS 479

Tabel 35-3. Sifat penting hepadnavirusl

Virion: Keseluruhan diameter sekitar 42 nm (nukleokapsid,


18 nm).
Genom: Satu molekul DNA untai ganda, sirkular, dan
berukuran 3,2 kbp. Pada virion, untai DNA negatif A 15-25 nm
adalah panjang keseluruhan dan untai DNA positif
hanya sebagian. Kekosongan yang ada harus dilengkapi
pada awal siklus replikasl.
Partikel yang AK
mengandung Mrus tidak lengkap
Protein: Dua polipeptida mayor (satu mengalami glikosilasi) HBsAg dalam
terdapat dalam HBsAg; satu polipeptida terdapat dalam darah
H BcAg. Mrlon d I I llt ltt tlltililtlill,//l/t/t/i
20P0-200 nm
K
Selubung: Mengandung HBsAg dan lipid.
DetJrjen
Replikasi: Dengan memakai salinan RNA intermediet nonionik Untai L
genom DNA (HbcAg dalam nukleus; HBsAg dalam
lnti vibfl +
sitoplasma). Kedua virus matang dan partikel sleris 22 28 nm Untai S
dengan HBcAg
nm terdiri dari HBsAg yang disekresi dari permukaan sel.
Ciri Khas yang menonjol:
Famili tersusun atas banyak jenis yang menginfeksi
manusia dan hewan tingkat rendah (misal,
ffi-
lnti virion
I
Deterbn
kudt
g
DNA virus
woodchucks, tupai, bebek). Deterien 3200 bp
Menyebabkan hepatitis akut dan kronik, sering kuat
HBeAg yang I
berkembang menjadi keadaan pembawa permanen dapat larut .' t.. .
dan karsinoma hepatoselular. dilepaskan '.':':'.:.
lUntuk HAV lihatsifat p.icornavirus (Tabel 36-1); untuk HCV, lihat deskripsi dari inti ':::'...'
f lavivirus (Tabel 38-1). virion

dikeringkan dan disimpan pada suhu 25 0C selama


sekurang-kurangnya 1 minggu. HBV (bukan HBsAg)
sensitif terhadap temperatur yang lebih tinggi (100 0C
seiama 1 menit) atau periode inkubasi yang lebih lama
(60 "C selama 10 jam). HBsAg stabil pada pH 2,4 selama
6 jam, tetapi kemampuan infeksi HBV hilang. Natrium
hipoklorit 0,5% (misal, pemutih klorin 1:10) merusak
antigenisitas dalam 3 m€nit pada konsentrasi protein
rendah, tetapi spesimen yang tidak diencerkan
memerlukan konsentrasi yang lebih tinggi (J%). HBsAg
tidak dirusak oleh radiasi ultraviolet plasma atau produk
darah lain dan infektivitas virus juga dapat bertahan Gambar 35-2. Bentuk subvirus dan virus hepatitis B. A:
terhadap perlakuan tersebut. Gambaran skematik tiga bentuk yang mengandung
HBsAg yang dapat diidentifikasi dalam serum dari carrier
B. REPLIKASI VIRUs HEPATITIS B HBV. Partikel Dane sferis 42 nm dapat dirusak oleh
deterjen nonionik untuk melepaskan inti 28 nm yang
Virion infeksius melekat pada sel dan menjadi tidak mengandung sebagian genom DNA virus untai ganda.
berselubung (Gambar 35-5). Dalam nukleus, sebagian Antigen yang dapat larut, disebut HBeAg. dapat
genom virus untai ganda diubah menjadi DNA untai dilepaskan dar:i partikel inti dengan menggunakan
ganda sirkular yang tertutup secara kovalen (cccDNA), detergen kuat. B: Mikrograf elektron yang mem-
yang berperan sebagai cetakan untuk semua transkripsi perlihatkan tiga bentuk partikel yang mengandung
virus, termasuk RNA pregenom 3,5 kb. RNA pregenom HBsAg berbeda: partikel sferis pleomorfik 20 nm (A),
menjadi berkapsul dengan HBcAg yang baru disintesis. bentuk filamentosa (B), dan partikel Dane sferis
Dalam inti, polimerase virus disintesis oleh transkripsi berukuran 42 nm, bentuk infeksius HBV (C). (Direproduksi
terbalik salinan DNA untai negatif. Polimerase mulai seizin Wiley-Liss, Divisi John Wiley and Sons, lnc., dari Robinson WS,
menyintesis DNA untai positif, tetapi proses tidak Klote L, Aoki N: Hepadnaviruses in cirrhotic iiver and hepatoceilular
lengkap. Inti bertunas dari membran pre-Golgi, carcinoma. I Med Virol 1990;31 :18.)
BAB 35

Gamhar 35-3, A: Plasma manusia positif HBsAg yang tidak terfraksinasi. Partikel sf eris22 nm, f ilamen, dan beberapa
virion 42 nm diperlihatkan (77.000 x). B: HBsAg yang dimurnikan (55.000 x). (Sumbangan RM McCopnbs dan JP Brunschwig). C:
HBcAg yang dimurnikan dari nukleus hati yang terinfeksi (122.400 x). Diameter partikel inti adalah 27 nm (Sumbangan
HA Fields, GR Dreesman, dan G Cabral).

mendapatkan selubung yang mengandung HBsAg, dan beberapa belahan dunia berbeda. Virus mengalami variasi
dapat meninggalkan sel. Kemungkinan lain, inti dapat sekuens selama infeksi kronik. Populasi virus kompleks
dikirim kembali ke dalam nukleus dan memulai siklus ini pada pejamu disebut "quasi-species". Keberagaman
repiikasi lain daiam se1 yang sama. genetik ini tidak berhubungan dengan perbedaan penyakit
klinis meskipun perbedaan terjadi akibat respons terhadap
Hepatitis Tipe C terapi antivirus yang berdasarkan genotipe virus.
Studi epidemiologi dan klinis serta percobaan cross-
challenge pada simpanse menunjukkan bahwa terdapat Hepatitis tipe D (Hepatitis Delta)
beberapa agen hepatitis non-A, non-B (NANB) yang Sistem antigen-antibodi yang disebut antigen delta (Ag-
berdasarkan uji serologi tidak terkait dengan HAV atau delta) dan antibodi (anti-delta) terdeteksi pada beberapa
HBV. Agen utama diidentifikasi sebagai virus hepatitis infeksi HBV. Antigen ditemukan dalam partikel HBsAg
C (HCV). HCV adalah virus RNA untai positif, tertentu. Dalam darah, HDV (agen delta) mengandung
digolongkan sebagai famili Flaviviridae, genus Ag-delta (HDAg) yang dikelilingi oleh selubung HBsAg.
Hepaciuirus. Berbagai virus dapat dibedakan dengan Antigen tersebut mempunyai partikel berukuran 35-37
analisis sekuens RNA menjadi setidaknya enam genotipe nm dan berat jenis sebesar 1,24-1,25 g/ml pada CsCl.
(clade) utama dan lebih dari 70 subtipe. Genom Genom HDV terdiri dari RNA sense negatif sirkular,
berukuran 9,4 kb dan menyandikan protein inti, dua '
untai tunggal, berukuran 1,7 kb. Virus ini merupakan
glikoprotein selubung, dan beberapa protein struktural patogen manusia yang diketahui sebagai yang terkecil
(Gambar 35-6). Ekspresi klon cDNA HCV pada kapang dan menyerupai patogen tanaman subvirus, yaitu viroid.
berperan dalam perkembangan uji serologi antibodi Tidak ada homologi dengan genom HBV. HDAg adalah
terhadap HCV. Kebanyakan kasus hepatitis NANB satu-satunya protein yang disandi oleh RNA HDV dan
pascatransfusi disebabkan oleh HCV. berbeda dari determinan antigenik HBV. HDV adalah
Kebanyakan infeksi HCV yang baru bersifat subklinis. virus cacat yang memerlukan selubung HBsAg untuk
Kebanyakan pasien HCV (70-90o/ol mengalami hepatitis transmisi. HDV sering dihubungkan dengan kebanyakan
kronik dan banyak di antara mereka berisiko berkembang bentuk hepatitis berat pada pasien yang positif HBsAg.
menjadi hepatitis aktif kronik serta sirosis (10-20%). Di
beberapa negara, seperti Jepang, infeksi HCV sering
menyebabkan karsinoma hepatoselular. Sekitar 25.000 Hepatitis Tipe E
orang meninggal setiap tahun akibat penyakit hati kronik Virus hepatitis tipe E (HEV) ditularkan melalui saluran
dan sirosis di Amerika Serikat; HCV tampaknya menjadi cerna dan terjadi epidemik di negara berkembang yang
penyebab utama masalah ini (sekitar 4070). suplai airnya kadang-kadang terkontaminasi fekal. Virus
HCV memperlihatkan keanekaragaman genom, ini pertama kali ditemukan dalam sampel yang
dengan genotipe yang berbeda (clade) mendominasi di dikumpulkan selama wabah di New Delhi pada tahun
VIRUS HEPATITIS 441

X:154a4

Gambar 35-4. Organisasi genetik genom HBV. Empat f rame bacaan terbuka yang menyandi tujuh peptida ditunjukkan
oleh panah besar. Sekuens pengatur (promoters [prom], enhancer [Enh], dan unsur responsif glukokortikoid [GRE]
jelas. Hanya dua transkrip utama (inti/pre-genom dan mRNA S) yang disajikan. DR1 dan DR2 adalah dua sekuens
berulangsecaralangsungpadall bpdi lengan5'DNAuntai minusdanplus.(Direproduksi seizinBuendiaN/A: HepatitisBviruses
and hepatocellular carclnoma. Adv Cancer Res 1 992;59;1 67, Academic Press lnc, 1 992.)

1955, ketika 29.000 kasus hepatitis ikterik terjadi setelah


parenkim tersebut disertai hiperplasia sel retikulo-
kontaminasi kotoran pada suplai air kota untuk minum.
endotelial (Kupffir), infiltrasi periporta oleh sel
Angka mortalitas perempuan hamil dapat tinggi (20%).
mononuklear, dan degenerasi sel. Area nekrosis yang
Genom virus telah disandi dan merupakan RNA sanse
terlokalisasi dengan ballooning atau badan asidofilik sering
positif untai tunggal dengan ukuran 7,6 kb. Virus terlihat. Pada perjalanan penyakit tahap lanjut, terdapat
menyerupai calicivirus tetapi tidak digolongkan. Strain
akumulasi makrofag yang mengandung lipofusin dekat
hewan HEV sering terjadi di seLuruh dunia. Terdapat
hepatosit yang berdegenerasi. Gangguan kanalikuli biliaris
bukti infetrai HEV atau infeksi seperti HEV pada hewan atau hambatan ekskresi empedu dapat terjadi setelah
pengerat, babi, domba, dan sapi di Amerika Serikat.
pembesaran atau nekrosis sel hati. Kerangka retikulum
yang tetap baik memungkinkan te rjadi regenerasi
INFEKSI VIRUS HEPATITIS PADA hepatosit sehingga arsitektur lobulus hati yang sangat rapi
MANUSIA akhirnya didapatkan. Kerusakan jaringan hati biasanya
membaik dalam 8-12 minggu.
Patologi
Carrier HBsAg kronik dapat atau tidak dapat
Melalui mikroskop, dapat dilihat degenerasi parenkim
se1 memperlihatkan tanda penyakit hati. Hepatitis virus yang
berbercak dengan nekrosis hepatosit, suatu reaksi radang persisten (tidak sembuh), penyakit jinak ringan yang dapat
lobular difus, dan gangguan korda sel hati. Perubahan terjadi setelah hepatitis B akut pada 8-10% pasien dewasa,
442 BAB 35

Masuk kembali ke siklus

Gambar 35-5. Siklus replikasi HBV. Pelekatan HBV ke reseptor di permukaan hepatosit terjadi melalui bagian regio
pre-S pada HBsAg. Setelah pelepasan selubung virus, enzim selular yang tidak diidentif ikasi mengubah sebagian DNA
untai ganda menjadi DNA sirkular tertutup kovalen (ccc) yang dapat dideteksi dalam nukleus. cccDNA berperan
sebagai cetakan untuk produksi mRNA HBV dan pregenom RNA 3,5 kb. Pregenom dienkapsidasi oleh suatu sinyal
pengemasan dekat ujung 5'RNA ke dalam partikel inti yang baru disintesis. yang berperan sebagai cetakan reverse
transcriptase HBV yang disandi dalam gen polimerase. Aktivitas H RNase pada polimerase melepaskan cetakan RNA
saat DNA untai negatif disintesis. Sintesis DNA untai positif tidak berlangsung terus hingga lengkap di dalam inti yang
menimbulkan intermedia replikatif yang terdiri dari seluruh panjang DNA untai-minus ditambah berbagai panjang
DNA untai positif (20-80%). Partikel inti yang mengandung intermedia replikatif DNA tersebut bertunas dari membran
pra-Golgi (mendapatkan HBsAg dalam proses) kemudian dapat keluar sel atau masuk kembali ke siklus infeksi
intrasel (Direproduksi seizin Butel J5, LeeTH, Slagle BL: ls the DNA repair system involved in hepatitis B-virus-mediated hepatocellular carcinogenesis?
Trends Microbiol 1996;4:1 19.)

Struktural Nonstruktural

Gambar 35-6. Organisasi genetik genom HCV. Frame bacaan terbuka tunggal ditunjukkan sebagai poliprotein yang
diproses; terlihat posisi domain struktural dan nonstruktural. HVR-1 merupakan regio glikoprotein selubung yang
sangat bervariasi. (Digambar ulang dengan izin dari Chung Rl Liang TJ: Hepatitis C vlrus and hepatocellular carcinoma. ln. Microbes and
Malignancy: lnfection as a Cause of Human Cancers, Parsonnet J feditor]. 0xford University Press, 1 999.)
VIRUS HEPATITIS I 483

ditandai dengan sporadis oleh nilai amniotransferase yang sirkulasi dianggap sebagai penyebab sindrom tersebut.
abnormal dan hepatomegali. Sgcara histologi, arsitektur Penyakit akibat infeksi HCV kronik adalah krioglo-
lobulus tetap baik, disertai peradangan porta, hepatosit bulinemia campuran dan glomerulonefritis. Manifestasi
yang pucat dan membengkak (susunan sePerti batu aspal), ekstrahepatik tidak biasa terjadi pada infelai HAV.
dan fibrosis ringan sampai tidak ada. Lesi tersebut sering Hepatitis virus tanpa komplikasi janng berlanjut
terlihat pada carrier asimtomatik, biasanya tidak hingga lebih dari 10 minggu tanpa perbaikan. Relaps
berkembang menjadi sirosis, dan mempunyai prognosis terjadi pada 5-20o/o kasus ditandai dengan kelainan fungsi
yang baik. hati dengan atau tanpa rekurensi gejala klinis'
Hepatitis lronik yang'aktif memperlihatkan spektrum Median periode inkubasi berbeda untuk setiap jenis
perubahan histologi dari inflamasi dan nekrosis sampai hepatitis akibat virus (Tabe| 35-4). Namun, Penentuan
kolapsnya kerangka retikulum normal dengan jembatan *"kt,, ,.tg"t rumpang tindih dan pasien mungkin tidak
antara trias porta atau vena hepatika terminal. HBV mengetahui telah terjadi pajanan sehingga periode
terdeteksi pada 10-50o/o pasien tersebut. inkubasi tidak terlalu bermanfaat dalam menentukan
Kadang-kadang, selama hepatitis virus akut dapat penyebab virus yang spesifik.
terjadi kerusakan yang lebih luas yang mencegah Awitan penyakit cenderung terjadi mendadak pada
regenerasi sel hati yang teratur. .Nekrosis hepatoselular HAV (dalam 24 jam), sebaliknya pada HBV dan HCV
yang masif atau fulminan ini terjadi pada 1-270 pasien terjadi lebih perlahan-lahan. Penyembuhan sempurna
yang mengalami ikterus pada hepatitis B. Nelrosis terjadi terjadi pada sebagian besar kasus hepatitis A; tidak
sepuluh kali lebih sering pada koinfeksi dengan HDV ditemukan hepatitis A kronik(Thbel 35-5)' Penyakit timbul
daripada tanpa HDV. lebih berat pada orang dewasa daripada anak karena sering
Tidak ada satu virus hepatitis Pun yang bersifat tidak diperhatikan. Relaps infelai HAV dapat terjadi 1-4
sitopatogenik khas dan dipercaya bahwa kerusakan sel bulan setelah gejala awal menghilang.
yang terjadi pada hepatitis diperantarai oleh imun. Akibat infeksi oleh HBV'berbeda-beda, mulai dari
HBV maupun HCV mempunyai peran yang signifikan sembuh sempurna sampai berkembang menjadi hepatitis
pada perkembangan karsinoma hepatoselular yang dapat kronik dan jarang, kematian akibat penyakit fuiminan.
tampak beberapa tahun (15-60) setelah timbul infeksi Pada orang dewasa, 65-800/o infelai bersifat subklinis dan
kronik. 90-95o/o pasien pulih semPurna. Sebaliknya, 80-95o/o bayi
dan anak yang terinfeksi HBV menjadi carrier kronik
(Tabel 35-6), dan HBsAg tetap positif dalam serum.
Temuan Klinis Kebanyakan orang dengan HBV kronik tetap asimtomatik
Gambaran klinis infeksi olehHAV HBV dan HCV selama beberapa tahun; mungkin ada atau tidak ada bukti
diringkas pada Tabel 35-4. Pada setiap kasus, tidak biokimia dan histologi penyakit hati' Carrier kronik
mungkin membuat perbedaan klinis yang dapat berisiko tinggi mengalami karsinoma hepatoselular.
diandalkan untuk kasus yang disebabkan oleh virus Hepatitis fulminan kadang-kadang terjadi selama
heparitis. hepatitis virus akut, disebut sebagai ensefalopati
Penyakit virus lain yang dapat timbul sebagai hepatitis hepatikum dalam 8 minggu pcrtama penyakit pada pasien
adalah mononukleosis infeksius, demam kuning, infelai tanpa riwayat penyakit hati sebelumnya. Hepatitis
sitomegalovirus, herpes simpleks, rubela, dan beberapa fulminan bersifat fatal pada 70-90o/o kasus dengan harapan
infeksi enterovirus. Hepatitis kadang-kadang terjadi hidup rendah pada usia di atas 40 tahun' Penyakit HBV
sebagai komplikasi leptospirosis, sifilis, tuberkulosis, ful-inan disertai superinfeksi oleh agen lain, termasuk
toksoplasmosis, dan amebiasis, semua orang yang rentan HDV. Pada sebagian besar pasien yang bertahan hidup,
terhadap terapi obat tertentu. Penyebab noninfeksius biasanya terjadi.restorasi parenkim hati yang lengkap dan
adalah obsuuksi biliaris, sirosis biliaris Primer, penyakit fungsi hati normal. Penyakit fulminan jarang terjadi pada
'!7ilson, tolsisitas obat, dan reaksi hipersensitivitas obat. infeksi HAV atau HCV.
Pada hepatitis virus, awitan ikterus sering didahului Hepatitis C biasanya secara klinis ringan, hanya
gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia, terjadi peningkatan
-Pasien
enzim hati yang. minimal sampai
dan demam ringan. Ikterus dapat tampak dalam beberapa sedang. tidak perlu dirawat di rumah sakit dan
\Walaupun
hari selama periode prodromal, tetapi hepatitis anikterik ikterus terjadi pada kurang dari 25o/o pasien.
lebih sering terjadi. sifat penyakit ringan, 70-90o/o kasus berkembang menjadi
Manifestasi ekstrahepatik pada hepatitis virus p.ny"kit hati kronik. Kebanyakan pasien asimtomatik,
(terutama tipe B) berupa gejala prodromal sepetti serum ietapi evaluasi histofogi sering menunjukkan bukti
sichnes sementara yang terdiri dari demam, ruam kulit, hepatitis kronik aktif, terutama pada mereka yang
dan poliartritis; vaskulitis nekrotikans (poliarteritis menderita penyakit setelah transfusi. Banyak pasien (20-
nodosa); dan glomerulonefritis. Kompleks imun dalam 50%) mengalami sirosis dan berisiko tinggi terjadi
484 BAB 35

Tabel 35-4. Gambaran epidemiologi dan klinis hepatitis virus tipe A, B, dan C.

Periode inkubasi 10-50 hari (rata-rata 25-30) 50-180 hari (rata-rata 60-90) 15-160 hari (rata-rata 50)

Distribusi usia utama Anakl, dewasa muda 15-29 tahun2, bayi Dewasa2

lnsiden musim Sepanjang tahun tetapi Sepanjang tahun Sepanjang tahun


cenderung memuncak
pada musim gugur

Jalur infeksi Terutama fekal-oral Terutama parenteral Terutama parenteral

Ditemukannya virus
Darah 2 minggu sebelumnya sampai Beberapa bulan sampai Beberapa bulan sampai tahun
< 1 minggu setelah ikterus tahun
Tinja 2 minggu sebelumnya sampai Tidak ada Mungkin tidak ada
2 minggu setelah ikterus

Urine Jarang Tidak ada Mungkin tidak ada

Saliva, semen Jarang (saliva) Sering ada Ada (saliva)


Gambaran klinis dan
laboratorium
Awitan Mendadak Perl ah an Perl a ha n

Demam >380C Sering Kurang sering Kurang sering


Durasi kenaikan 1-3 minggu 1-6+ bulan 1-6+ bulan
am inotransferase

lm unog lobu lin Men ingkat Normal sampai sedikit Normal sampai sedikit
(kadar lgM) meningkat mening kat

Komplikasi Jarang, tidak ada kronisitas Kronisitas 5-10% Kronisitas 70-90o/o


(95% neonatus)

Angka mortalitas <0,5vo <1-2o/o 0,5-10/o


(kasus ikterik)

HBsAg Tidak ada Ada Tidak ada

lmunitas
Homolog Ya Ya Mungkin tidak
Heterolog Tidak Tidak Tidak

Durasi Mungkin seumur hidup Mungkin seumur hidup ?

lmunoglobulin intra- Secara teratur mencegah Mencegah ikterus hanya bila


muskular (lG. ikterus imunoglobulin mempunyai
gamaglobulin, ISG) potensi cukup untuk
melawan HBV
lHepatitis nonikterik sering terjadi pada anak.
'?Padakelompok usia 1 5-29 tahun, hepatitis B dan C sering disebabkan oleh penyalahgunaan obat atau perilaku seks bebas. Pasien dengan HBV atau HCV
yang disebabkan oleh transfusi umumnya berusla lebih dari 29 tahun.

karsinoma hepatoselular (5-25o/o) dalam beberapa dekade kematian setiap tahun di Amerika Serikat. Penyakit hati
berikutnya. Sekitar 40o/o penyakit hati kronik terjadi stadium akhir yang disebabkan oleh HCV merupakan
akibat HCV menyebabkan kira-kira 8.000-10.000 indikasi paling sering transplantasi hati pada orang dewasa.
VIRUS HEPATITIS 485

Tabel 35-5. Akibat infeksi virus hepatitis A1 hingga ticiak terdeteksi dalam 3-6 bulan. IgG anti-l-{AV
muncui se gera setelair arvitan penyakir dan me netap selama
Akibat Anak Dewasa beberapa dekade. Oleh karena itu, ditemukannyir igM
lnfeksi tidak tampak (subklinis) 80-95% 10-25% spesifik anti-HAV dalam darah pasien yang terinfeksi akut
menegakkan diagnosis hepatids A. ELISA adalah metode
Penyakit ikterik 5-2Ao/o 7 5-9Ao/o pilihan untuk mengukur antibodi I IAV.
Penyembuhan sempurna >98Vo >98o/o
B. HEPATITIS B
Penyakit kronik Tidak ada Tidak ada
Gambaran klinis dan serologi setelah pajanan HBV
;;;;;";,; 0,1 0/o
0,3-2,10/o diperlihatkan pada Garnbar 35-8 dan diringkas padaThbel
rDiadaptasi dari Hollinger FB, Ticehurst iR: Hepatitis A virus. ln: Fields 35-8. Akti'ritas DNA polimerase, HBV DNA, dan
Virology,3rd ed. Fields BN et al (editors). Lippincott-Raven, 1996. FiBeAg, yang ditemukan pada stadium viremia hepatitis
B, terjadi pada awal periode inkubasi, bersamaan atau
segera setelah timbulnya HBsAg pertama kali. Konsentrasi
partikel HBV yang.tinggi dapat timbul dalam darah
Gambaran Laboratorium (sampai 10r') partikel/ml) selama fase arval infeksi;
kemampr.ran menularkan paling tinggi pada waktu ini.
Biopsi hati memungkinkan diagnosis jaringan akibat
I{BsAg biasanya dapat dideteksi 2-6 minggu setelah
hepatitis. Tes untuk fungsi hati abnormal, seperti alanin
berkembangnya tanda klinis dan biokimia hepatitis serta
aminotransferase serum (AtT) dan bilirubin, merupakan
menetap sepanjar.rg perjalanan klinis penyakit tetapi khas
temuan tambahan selain gambaran klinis, patologi, dan
menghilang enam br-rlan setelah pajanan.
epidemiologi.
Kadar IgM spesifik anti-llBc yang tinggi sering
terdeteksi saat awitan per.ryakir klinis. Karena antibodi
A, HEPATITIS A
ini c{itujukan untuk komponen inti internal FIBV
Gambaran klinis, virologi, dan serologi setelah pa.janan berukuran 27 nn, kemunculannya dalam serufir
terhadap HAV diperlihatkan pada Gambar 35-7. Partikel menunjukkan replikasi virus. Antibodi terhadap HBsAg
virus telah dideteksi dengan mikroskop elektron imun terdeteksi perrarna kali pada periode yang berubah-ubah
pada ekstrak tinja pasien hepatitis A (Gambar 35-1). Virus setelah menghilangnya HBsAg. Antibodi terdapat dalam
muncul pada awal penyakit dan hilang dalam 2 minggu konsentrasi rendah. Sebelum I{BsAg menghilang, HBeAg
seteiah awitan ikterus. digantikan oieh anti-IlBe, yang menandai dimulainya
HAV dapat didetei<si pada hati, tinja, empedu, darah resolusi penyakit. Kadar anti-IIBe sering tidak lagi
manusia yang terinfetr<si alami dan primata bukan manusie terdeteksi setelah 6 l-.ulan.
yang terinfeksi pada eksperimen dengan menggunakan Berdasarkan definisi, carrier kronik IIBV adalah
immunoassay, pemeriksaan hibridisasi asam nukleat, atau mereka dengan FIBsAg )'ang menetap selama lebih dari 6
PCR. HAV dideteksi daiam tinja dari sekitar 2 minggu bulan dengan adanya HIleAg atau anti-HBe. HBsAg dapat
sebelum awitan ikterus sampai 2 minggu setelahnya. menetap selama bertairun-tahun setelah hilangnya HBeAg.
Anti-HAV muncul dalam fraksi IgM selama fase akut, Kebalikan dengan titer tinggi IgN,l spesifik anti-HBc yang
memuncak sekitar 2 minggu setelah kenaikan enzim hati ditemukan pada penvakit akut, titer rendah IgM anti-
(Tabel 35-7). Kadar IgM anti-FIAV biasanya menrrrun HBc ditemukan dalam serum sebagian besar carrier

Tabel 35-6. Transmisi virus hepatitis B dan spektrum akibat infeksi

Usia saat infeksi Neonatus, bayi Remaja, dewasa

Penyembuhan dari infeksi akut 5% 20o/o 90-95%

Progresi menjadi infeksi kronik 95o/o 5-10%

Carrler kronik'z (% poFjulasi total) 10-20o/o 10-2A% 0,5%


lTransmisi melalui kontak dan vertikal terjadi di daerah endemik; transmisi parenteral dan seksual adalah cara utama transmisi di daerah nonendemik.
'lRisiko tinggi timbulnya karsinoma hepatoselu lar.
BAB 35

Mrus dalam darah


KA:>4

Gejala-gejalaliherus
lC:-=>4
?
I
c(!

ls
E
6
(!
c
o
o
c deteksi -/
o Kadar
V
Minggu setelah pajanan

Gamhar 35-7. Gambaran imunologi dan biologi disebabkan oleh infeksi hepatitis A pada manusia (Direproduksi dari
HollingerFB,TicehurstJR: HepatitisAvirus. ln: f:ieldsVirotogy,3rded.FieldsBNetal leditors].Lippincott-Raven, lgg6.Dlmodifikasi dari HollingerFB,
DienstagJL: Hepatitisviruses. ln: Manual of Clinical Microbiology,4thed.AmericanSocietyforMicrobiology, 1985.)

HBsAg kronik. DNA HBV dalam jumiah sedikit biasanya pada 50-70o/o pasien saat awitan gejala, sedangkan pada
dapat didetelai dalam serum jika terdapat HBsAg. yang lainnya, andbodi muncul lambat dalam 3-6 minggu.
Metode deteksi yang paling berguna adalah ELISA untuk Antibodi ditujukan untuk inti, selubung, dan protein NS3
antigen HBV dan antibodi serta PCR untuk DNA virus. dan NS4 serta titernya cenderung relatif rendah.
Pemeriksaan berdasarkan asam nukleat (misal, RI-PCR)
C. HEPATITIS C
me ndeteksi adanya RNA HCV dalam sirkulasi dan
Gambaran klinis dan serologi yang disebabkan infeksi berguna untuk memantau pasien yang menerima terapi
HCV diperlihatkan pada Gambar 35-9. Sebagian besar antivirus. Pemeriksaan asam nukleat juga digunakan
infeksi primer bersifat asimtomatik atau secara klinis untuk menentukan genotipe isolat HCV.
ringan (20-30o/o mengalami ikterus, l0-20o/o hanya Infeksi HBV samar sering terjadi (sekitar 330/o) pada
mengalami gejala nonspesifik seperti anoreksia, malaise, pasien dengan penyakit hati HCV kronik. Infeicsi samar
dan nyeri abdomen). Pemeriksaan serologi tersedia untuk adalah infeksi dengan HBsAg yang tidak dapat dideteksi
diagnosis infeksi HCY. Itnmunoassa! enzim (EIA) tetapi DNA HBV dapat diiden.tifikasi dalam sampel hati
mendeteksi antibodi terhadap HCV tetapi tidak atau serum. Infeksi HBV yang tidak dikenali ini secara
membedakan antara infeksi akut, kronik, atau yang sudah klinis mungkin signifikan.
sembuh (Tabel 35-7). Antibodi anti-HCV dapat dideteksi

label 35-7. lnterpretasi penanda serologi HAV HCV, dan HDV pada pasien hepatitis.

lgM anti-HAV positif lnfeksi HAV akut

lgG anti-HAV positif lnfeksi HAV lama

Anti-HCV positif lnfeksi HCV baru atau lama

Anti-HDV positif, HBsAg positif lnfeksi HDV

Anti-HDV positif, lgM anti-HBc positi{ Koinfeksi HDV dan HBV

Anti-HDV positif, lgM anti-HBc negati{ Superinfeksi HDV pada infeksi HBV kronik
VIRUS HEPATITIS 487

Periode Prodroma, Konvalesensi


inkubasi penyakit akut Awal Lanjut

Uji diag-
nostik penting
,

Tingkat
deteksi

Bulan setelah
pajanan

ALT
Gejala

Gambar 35-8. Gambaran klinis dan serologi yang terjadi pada pasien dengan infeksi virus hepatitis B. Uji diagnostik
yang umum dan interpretasinya disajikan pada Tabel 35-8. (Direproduksi dengan izin dari Hollinger FB, Dienstag JL: Hepatitis B and
D viruses. ln Manual of Clinical Microbiology,6th ed. American Society for Microbiology, 1995.)

D. HEPATITIS D salah satu tipe dipercaya memberikan perlindungan


homolog tetapi bukan perlindungan heterolog terhadap
Pola serologi setelah infeksi HDV diperlihatkan pada
reinfeksi. Pengecualian yang mungkin adalah HCV yang
Gambar 35-10 dan diuraikan dalam Tabel 35-7. Karena
dapar terjadi reinfeksi.
HDV bergantung pada infeksi HBV yang terjadi
Kebanyakan kasus hepatitis A agaknya terjadi tanpa
bersamaan, infeksi tipe D akut terjadi sebagai infeksi
ikterus selama masa kanak-kanak; dan ketika akhir masa
simultan (koinfe ksi) dengan HBV atau sebagai
dewasa, terdapat resistansi yang luas terhadap reinfetr<si.
superinfeksi pada seseorangyang terinfeksi HBV kronis.
Namun, studi serologi di Amerika Serikat menunjukkan
Pada pola koinfeksi, antibodi terhadap HDAg muncul
bahwa insiden infeksi dapat berkurang akibat perbaikan
pada fase akut infeksi tahap lanjut dan mungkin titernya
sanitasi yang setara dengan peningkatan standar hidup.
rendah. Pemeriksaan untuk HDAg atau RNA HDV dalam
Diperkirakan bahwa sebanyak 60-900/o orang dewasa muda
serum atau and-HDV spesifik IgM lebih disukai. Semua
berpenghasilan menengah sampai tinggi di Amerika
penanda replikasi HDV menghilang selama konvalensi;
Serikat rentan terhadap hepatitis tipe A.
bahkan antibodi HpV dapat menghilang dalam beberapa
Infeksi HBV oleh subtipe tertentu mtsaI,HBsAgladw,
bulan sampai tahun. Namun, superinfeksi oleh HDV
tampaknya memberikan kekebalan terhadap subtipe
biasanya menimbulkan infeksi HDV yang menetap (lebih
HBsAg lain, mungkin karena adanya kesamaan spesifisitas
dariT0o/o kasus). Kadar IgG dan IgM anti-HD yangtinggi
gr$p a. Mekanisme imunopatogenik yang menimbulkan
akan menetap, demikian juga kadar RNA HDV
dan
persistensi virus dan cedera hepatoselular pada hepatitis
HDAg. Superinfeksi HDV dapat menyebabkan hepatitis
tipe B masih perlu dijelaskan. Karena virus tidak bersifat
fulminan.
sitopatik, cedera hepatoselular selama fase akut dipercaya
merupakan akibat respons imun pejamu pada hepatosit
Reaksi lmun Virus-Pejamu
yang terinfeksi HBV.
Akhir-akhir ini, bukti menunjukkan terdapat lima virus
hepatitis-tipe A, B, C, D, dan E. Infeksi tunggal oleh
488 BAB 35

Tabel 35-8. lnterpretasi penanda serologi HBV pada pasien dengan hepatitisl

Positii (t) Positif lnfeksi HBV akut maupun kronik. Bedakan dengan lgM anti-HBc. Tentukan tingkat
aktivitas replikatif (infektivitas) dengan HBeAg atau DNA HBV.

N egatif Positif Positif Menunjukkan infeksi HBV yang lalu dan kekebalan terhadap hepatitis B

Negatif Negatif Positif Kemungkinannya mencakup: infeksi HBV di masa lalu; pembawa HBV "kadar
rendahi; periode "jendela (window)" antara hilangnya HBsAg dan munculnya anti-
HBs; atau reaksi positif palsu atau nonspesifik. Periksa dengan lgM anti-HBc, periksa
dengan vaksin HBsAg, atau keduanya. Eila ada, anti-HBe membantu memvalidasi
reaktivitas anti-HBc.

Negatif Negatif Negatif Agen infeksius lain, cedera toksik terhadap hati, gangguan imunitas, penyakit
herediter pada hati, ata penyakit saluran empedu.

Negatif Positif Negatif Respons tipe vaksin.


1D
imod if ikasi dan direprodu ksi deng an izin dari Hollinger FB: Hepatitis B virus" ln: Fields Virology,3rd ed. Fields B N et al (editors). Lippincott-Raven, 1 996

Gambaran

RNA
HCV

Bulan // Tahun
3bln 6bln 9bln 12bln Sthn 1Othn 15thn 20thn 25thn
:/)..:.4..,:,-r.-..l::tt | :t .t -...

,:,,',:':,1 1.. ;.,. : :::: 1::;:i3.


li$$CC:i:r
.'r:':::: .:.! . ,.'. t:..:::: a.-

Gambar 35-9. Gambaran klinis dan serologi pada infeksi virus hepatitis C. ALI alanin aminotransferase (Direproduksi
denganizindari GarnierL, lnchauspriG,Tr6poC: llepatitisCvirus. ln: ClinicalVirology.2nded.RichmanDD,WhitleyRJ,HaydenFGleditors].A5MPress,
2002.)
VIRUS HEPATITIS 489

Koinfeksi HBV-HDV

lgM HBsAg
lgG _ - _Anti-HBc
HDV RNA
lgM 'Anti-HD HDAg
lgG

HDV akut, superinfeksi

HDV Kronik, superinfeksi

Minggu setelah pajanan

Gambar 35.10. Pola serologi hepatitis tipe D setelah koinfeksi atau superinfeksi pada seseorang dengan infeksi HBV.
Atas: Hepatitis D dan hepatitis B akut yang terjadi bersamaan. Tengah: Hepatitis D akut superimposed pada infeksi
kronik virus hepatitis B. Bawah: Hepatitis D akut yang berkembang menjadi hepatitis kronik, superimposed pada
infeksi virus hepatitis B kronik. (Direproduksi dengan izin dari Purcell Rtl et al: Hepatitls. ln: Diagnostic Procedures forViral, Rickettsial and
Chlanydial tnfections,6Ih ed. Schmidt NJ, Emmons RW {editorsl.American Public Health Association, 1989,)

Respons pejamu, imunologi maupun genetik, telah nyata pada gambaran epidemiologi infeksi tersebut (Tabel
dikemukakan menyebabkan frekuensi kronisitas HBV 35-4).
pada mereka yang terinfeksi ketika bayi. Sekitar 950lo Risiko virus ditularkan melalui transfusi saat ini di
neonatus yang terinfeLsi saat lahir menjadi carrier \<ronik Amerika Serikat secara nyata menurun akibat perbaikan
virus, sering kali seumur hidup (Tabel 35-6). Risiko uji penapisan dan terbentuknya populasi donor sukarela.
berkurang seiring berjalannya waktu, sehingga risiko pada Diperhitungkan bahwa pada tahun 1996 risiko transmisi
orang dewasa yang terinfeksi menjadi pembawa berkurang HBV melalui transfusi darah adalah 1:63.000 dan untuk
sampai 10ol0. Karsinoma hepatoselular paling mungkin HCV 1:103.000.
terjadi pada orang dewasa yang mengalami infeksi HBV
pada usia sangat dini dan menjadi carrier. Oleh karena A. HEPATITIS A
itu, agar vaksinasi mencapai hasil maksimal untuk HAV tersebar luas di seluruh dunia. \7abah hepatitis tipe
melawan kondisi carrier, sirosis, dan hepatoma, vaksinasi
A sering terjadi dalam keluarga dan institusi, perkemahan
harus diiakukan selama minggu pertama kehidupan.
musim .panas, pusat perawatan sehari, unit perawatan
Respons pejamu terhadap HCV masih sedikit intensif neonatus, dan pasukan militer. Cara transmisi
diketahui. Kebanyakan infeksi akut bersifat asimtomatik yang paling mungkin pada keadaan tersebut adalah melalui
atau ringan, dan infeksi kronik biasanya berkembang jalur fekal-oral lewat kontak erat perorangan. Spesimen
lambat dan perlahan-lahan. Respons imun tampaknya tinja dapat bersifat infeksius selama 2 minggu sebelum
berkembang lambat dan relatif lemah. Keadaan ini dapat
sampai 2 minggu setelah awitan ikterus.
men.jelaskan kegagalan pejamu untuk mencegah infeksi
Dalam lingkungan yang padat dan sanitasi yang buruk,
kronik oleh HCV. infeksi HAV terjadi pada usia dini; pada keadaan ini
kebanyakan anak menjadi kebal pada usia 10 tahun'
Epidemiologi Penyakit klinis jarang terjadi pada bayi dan anak; penyakit
Distribusi di seluruh dunia inleksi hepatitis A, B, dan C paling sering bermanifestasi pada anak dan remaja dengan
diperlihatkan pada Gambar 35-11. Terdapat perbedaan angka tertinggi pada usia antara 5 dan 14 tahun. Rasio
490 BAB 35

D
)
d

wHo,2001

lffil Negan/daerah dengan tisiko infeksl sedang sampai tinggi Sumber: WHO, 2001

Gambar 35-11. Distribusi virus hepatitis di seluruh dunia yang menyebabkan penyakit pada manusia di tahun 2001.
(A) Virus hepatitis A. (B) Virus hepatitis B. (C) Virus hepatitis C (halaman berikutnya.)
VIRUS HEPATITIS 491

p
t|t)
,6r

Prevalensi infeksi

wl > 10%

fSs{ll 2,5 - 10.4

I - 2.5.h

Gambar 35-11. (lanjutan) Distribusi virus hepatitis di seluruh dunia yang menyebabkan penyakit pada manusia di
tahun 2001. (C) Virus hepatitis C. (Sumber, Organisasi Kesehatan Dunia,2001 )

kasus anikterik terhadap kasus ikterik pada orang dewasa karena stadium viremia infeksi terjadi selan-ra fase
adalah sekitar 1:3; pada anak, dapat sebesar 12:1. Namun, prodromal dan mempunyai durasi yang singkat, titer virus
ekskresi fekal antigen HAV dan RNA menetap lebih lama dalam darah rendah, dan tidak adanya keadaan carrier'
pada anak daripada orang dewasa Namun, laporan tahun 1996 mencatat transmisi HAV
Epidemik berulang merupakan gambaran yang ke pasien hemofilia melalui konsentrat faktor pembekuan.
menonjol. Ledakan epidemik hepatitis A yang mendadak Bukti transmisi HAV melalui pajanan urine atau.sekret
biasanya disebabkan oleh kontaminasi fekal pada satu nasofaring pasien yang terinfeksi masih sedikit.
sumber (misal, air minum, makanan, atau susu). Hernodialisis tidak berperan pada penyebaran infeksi
Konsumsi tiram mentah atau kerang yang kurang dimasak hepatitis A ke pasien atau petugas.
dengan benar dan berasal dari air yang tercemar bahan Di Amerika Serikat, 330/o orang mempunyai antibodi
buangan juga menimbulkan beberapa wabah hepatitis. terhadap HAV. Prevalensi anti-HAV terkait langsung
\7abah hepatitis A terbesar terjadi di Shanghai pada tahun dengan usia: 10%o untuk mereka berusia kurang dari 10
1988, ketika lebih dari 300.000 kasus hepatitis A tahun; 1870 untuk mereka berusia 20-29 tahun; 49o/o
disebabkan oleh kerang yang tidak dimasak dan diperoieh untuk mereka berusia antara 40-49 tahun; dan 75o/o untuk
dari air yang tercemar. W'abah akibat makanan di banyak mereka berusia lebih dari 70 tahun. Prevalensi yang iebih
negara bagian yang ditemukan pada stroberi yang tinggi terdapat pada mereka yang berasal dari kelompok
dibekukan terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1997. sosioekonomi rendah.
Sumber infeksi potensial la,in yang teridentifikasi
adalah primata bukan manusia. Terdapat lebih dari 35
B. HEPATITIS B

wabah akibat primata, terutama simpanse; mereka HBV tersebar di seluruh dunia. Cara penularan dan
menginfei<si manusia yang berkontak erat dengan mereka. respons terhadap infelai bervariasi, bergantung pada usia
HAV jarang ditularkan melalui penggunaan jarum dan saar infelai (Tabel 35-6). Kebanyakan orang yang terinfelai
spuit yang terkontaminasi atau melalui pemberian darah. saat bayi mengalami infeksi kronik' Bila terkena saat
Hepatitis A yang disebabkan oleh transfusi jarang terjadi dewasa, mereka mudah terkena penyakit hati dan berisiko
492 BAB 35

tinggi mengalami karsinoma hepatoselular. Terdapat lebih tampaknya bervariasi sesuai dosis HBV yang diterima
dari 250 jura carrier, sekitar 1 juta di antaranya hidup di dan cara pemberian, akan memanjang pada pasien yang
Amerika Serikat; 25o/o carrier mengalami hepatitis kronik menerima dosis virus yang rendah atau pada pasien yang
aktif. Di seluruh dunia, 1 juta kernatian setiap tahun terinfeksi melalui jalur bukan perkutan.
disebabkan oleh penyakit hati akibat HBV dan karsinoma
hepatoselular. C. HEPATITIS C
Tidak ada kecenderungan musiman untuk infeksi
Infeksi oleh HCV meluas di seluruh dunia. \fHO
HBV dan tidak ada predileksi tinggi untuk setiap memperkirakan pada tahun 1997 bahwa sekitar 37o
kelompok usia, meskipun ada keiompok tertentu yang
populasi dunia telah terinfeksi dengan populasi subgrup
berisiko tinggi seperti penyalahguna obat parenteral, orang-
di Afrika mempunyai angka prevalensi sebesar 1070.
orang yang dilernbagakan, petugas kesehatan, penerirna
Daerah prevalensi tinggi lain ditemukan di Amerika
transfusi beruiang, pasien transplantasi organ, pasien dan
Selatan dan Asia. Diperkirakan bahwa terdapat iebih dari
petugas hemodialisis, orang dengan promiskuitas, dan
i70 juta carrier kronik di seiuruh dunia yang berisiko
bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B. Sejak
mengalami sirosis hati, kanker hati, atau keduanya-
diberlakukan kewajiban penapisan pada pendonor darah
dan bahwa lebih dari 3 juta di antaranya berada di
terhadap l{BsAg, jumlah kasus hepatitis yang disebabkan
Amerika Serikat.
oleh transfusi secara dramatis teiah menurun. Orang
HCV ditularkan terutama melalui pajanan perkutaneus
terinfeksi melalui spuit, jarum, atau skalpel yang tidak
langsung terhadap darah, rneskipun pada 10-50% kasus
disterilisasi secara baik dan bahkan akibat pembuatan
sumber HCV tidak dapat diidentifikasi. Urutan kasar
tato atau tindik telinga. Perkiraan rasio infeksi anikterik
prevalensi infeksi yang semakin berkurang adalah pada
terhadap ikterik diiaporkan sebesar 4:1.
penyalaguna obat suntikan (sekitar B0%), penderita
Ada cara lain penularan hepatitis B. HBsAg dapat
hemofilia yang diobati dengan produk faktor pembekuan
dideteksi dalam saliva, bilasan nasofaring, semen, cairan
sebelum tahun 1987, resipien transfusi dari donor positif
menstruasi, dan sekret vagina serta dalam darah. Terjadi
HCV, pasien hemodialisis kronik (10%), orang yang
penularan dzd carrierke orang yang berkontak erat melalui
melakukan praktik seksual berisiko tinggi, serta petugas
jalur oral atau hubungan seksual atau pajanan intim lain.
kesehatan (1%). Virus dapat ditularkan dari ibu ke janin,
Ada bukti kuat penularan dari orang dengan l<asus
meskipun tidak sesering HBV. HCV diremukan dalam
subklinis dan carrier HBsAg ke pasangan homosck.sual
saliva yang berasal dari lebih dari sepertiga pasien dengan
dan heteroseksual dalam jangka panjang. Penularan fbkal-
IICV dan koinfeksi dengan virus imunodefisiensi
oral belum terbukti. Mengingat bahwa terdapat lebih dari (HIV). HCV ditularkan melalui sediaan
mandsia
1 juta virion per miliiiter darah pada carrier positif FIBeAg
imunogiobulin intravena yang dipasarkan, termasuk wabah
dan virus resistan terhadap pengeringan, scmua cairan tubuh
di Amerika Serikat pada tahun 1994. Penduduk di Mesir
pasien yang terinfeksi HBV harus dianggap infeksius.
mempunyai prevalensi HCV yang tinggi (sekitar 20o/o).
Infeksi subk.linis sering terjadi dan infeksi vang tidak dike-
Per.rularan HCV dihubungkan dengan upaya (dari tahun
nali ini merupakan risiko utama bagi petugas rumah sakit.
1950-an sampai 1980-an) untuk mengobati penyakit
Pada petugas kesehatan (ahli bedah gigi dan
parasit skistosomiasis dengan terapi yang menggunakan
kedokteran, ahli patologi, dokter lain, perawat, teknisi
banyak suntikan, sering dengan jarum yang digunakan
laboratorium, dan petugas bank darah), terdapat insiden
kcmbali atau disterilisasi dengan tidak benar. Di beberapa
hepatitis dan prevalensi HBsAg atau anti-HBs yang dapat
negara, infeksi HCV disebabkan oleh praktik kesehatan
dideteksi yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak
tradisional.
berhubungan dengan pasien atau produk darah karena
Periode inkubasi rara-rata untuk HCV adalah 6-7
pekerjaan. Risiko pada carrier HBsAg yang tampak sehat
ini (terutama ahli bedah kedokteran dan gigi), bagi pasien-
minggu. \faktu rata-rata dari pajanan men jadi
serokonversi adalah 8-9 minggu dan sekitar 90% pasien
pasien yang mereka rawat belum dapat dipastikan, retapi
positif anti-HCV dalam 5 bulan.
kemungkinannya kecil.
Infeksi hepatitis B sering terjadi pada pasien dan D. HEPArrns D (AGEN Deira)
petugas di unit hemodialisis. Sebanyak 50olo pasien dialisis
ginjal yang menderita hepatitis B dapat menjadi carrier HDV ditemukan di seluruh dunia tetapi dengan distribusi
HBsAg kronik dibanclingkan dengan 2o/o dari kelompok yang tidak merata. Prevalensi tertinggi dilaporkan di Italia,
petugas, mempertegas perbedaan respons imun pejamu Timur Tengah, Asia bagian tengah, Afrika Barat, dan
antara pasien dialisis ginjal dengan petugas. Kontak Amerika Seiatan. HDV menginfeksi semua kelompok
keluarga juga meningkatkan risiko. usia. Orang yang telah menerima transfusi berulang,
Periode inkubasi hepatitis B adalah 50-180 hari, penyalahguna obat intravena, dan kontak erat dengan
dengan rata-rata antara 60-90 hari. Periode inkubasi pasien berisiko tinggi.
VIRUS HEPATITIS 493

Jalur utama transmisi dianggap sama dengan HBV resistan terlibat. Terapi kombinasi interferon-alfa dan
meskipun HDV tampaknya bukan penyakit yang ribavirin untuk hepatitis C kronik memberikan respons
ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi tergantung terus-menerus sampai 507o, meskipun terapi kurang
pada replikasi HBV karena HBV memberikan selubung berhasil pada pasien dengan genotipe 1. Kortikosteroid
HBsAg untuk HDV. Periode inkubasi bervariasi mulai terbukti tidak efektif pada pengobatan hepatitis virus.
dari 2 sampai 12 minggu, lebih singkat pada carrierHBY Ti'ansplantasi hati ortotopik adalah pengobatan untuk
yang mengalami superinfeksi dengan HDV daripada kerusakan hati stadium akhir pada hepatitis B dan C
orang yang rentan yang secara simultan terinfeksi oleh kronik. Namun, risiko reinfeksi pada pencangkokan
HBV dan HDV. HDV ditransmisikan perinatal, tetapi sekurang-kurangnya 80% pada HBV dan 50% pada HCV.
untungnya tidak sering terjadi di beberapa daerah di dunia
(seperti Asia) tempat penularan perinatal HBV sering Pencegahan & Pengendalian
terj adi.
Dua pola epidemiologi infeksi delta telah dikenali. Vaksin virus dan. sediaan imunoglobulin protektif tersedia
Di negara Mediterania, infeksi delta bersifat endemik untuk HAV dan I-IBV. Kedua tipe reagen tersebut saat
pada orang-orang dengan hepatitis B, dan kebanyakan ini tidak digunakan untuk mencegah infeksi HCV.
infeksi dianggap ditularkan melalui kontak erat. Di daerah
nonendemik, seperti Amerika Serikat dan bagian utara A, TINDAKAN PENCEGAHAN STANDAR
Eropa, infeksi delta terbatas pada orang yang sering
Prosedur lingkungan yang sederhana dapat membatasi
terpajan dengan darah dan produk darah, rerutama
risiko infeksi bagi perugas kesehatan, petugas laboratorium,
pecandu obat dan penderita hemofilia.
dan lain-lain. Dengan pendekatan ini, semua darah dan
Hepatitis delta dapat terjadi pada ledakan wabah dan
cairan tubuh serta bahan yang terkontaminasi oleh virus
mengenai seluruh daerah sumber caruier hepatitis B.
diperiakukan seolah-olah infeksius untuk HIV HBV
\7abah hepatitis delta yang kronik, berat, dan sering kaii
HCV dan patogen lain yang dituiarkan melalui darah.
fuiminan telah terjadi sejak beberapa puiuh tahun lalu
Pajanan yang mungkin memberikan risiko infeksi pada
pada masyarakat di lembah sungai Amazon dan Orinoco
para pekerja adalah cedera kulit (rnisal, tusukan jarum)
di Amerika Selatan. Di Amerika Serikat, Hl)V atau kontak membran mukosa atau kulit yang ddak utuh
ditemukan berperan pada 20-30o/o kasus hepatitis B (misal, kulit pecah-pecah, terpotong, dermatitis) dengan
kronik, hepatitis B kronik eksaserbasi akut, dan hepatitis
darah, jaringan, atau cairan tubuh lain yang berpotensi
B fulminan, serta 3-l2o/o donor darah dengan HBsAg infeksius. Berbagai metode diciptakan untuk mencegah
serum mempunyai andbodi terhadap HDV. Hepadtis delta
kontak dengan sampel tersebut. Contoh tindakan
saat ini bukan penyakit baru karena sekumpulan globulin
pencegahan yang spesifik mencakup hal berikut: sarung
yang dibuat dari plasma yang dikumpulkan di Amerika
tangan harus digunakan ketika menangani. semua bahan
Serikat lebih dari 40 tahun lalu mengandung antibodi
yang berpotensi infeksius; pakaian pelindung harus
terhadap HDV.
dikenakan dan dilepaskan sebelum meninggalkan tempat
Pengobatan kerja; masker dan pelindung rnata harus digunakan setiap
kali droplet atau percikan dari bahan infeksius
Pengobatan pasien hepatitis bersifat suportif dan memberikan risiko; hanya jarum sekali pakai yang harus
bertujuan agar kerusakan hepatoselular menyembuh dan
digunakan; jarum harus dibuang langsung ke dalam wadah
melakukan perbaikan sendiri. Hanya HBV dan HCV
khusus tanpa dibungkus kembali; permukaan kerja harus
mempunyai pengobatan spesifik.
didekontaminasi menggunakan larutan pemutih; dan
Interferon-alfa rekombinan saat ini merupakan terapi
petugas iaboratorium menghindari menggunakan pipet-
yang terbukti bermanfaat pada pengobatan pasien yang
mulut, tidak makan, minum, dan'merokok di tempat
terinfeksi kronik oleh HBV atau HCV. Tidak scmua yang
kerja. Objek dan alat-alat logam dapat didisinfelai dengan
berespons secara klinis dan biokimia mengalarni autoklaf atau pajanan terhadap gas etilen oksida.
perbaikan histologi; banyak yang kambuh setelah
penghentian pengobatan. Hanya sekitar 35o/o pasien
dengan infeksi HBV kronik mempunyai remisi jangka
B. HEPATITIS A
panjang dan sekitar 25o/o dari mereka dengan infeksi HCV Vaksin HAV yang diinaktivasi formalin yang dibuat dari
kronik mempunyai respons yang terus menerus. virus yang diadaptasi kultur sel mendapatkan izin di
Beberapa obat antivirus sedang diuji untuk infeksi Amerika Serikat pada tahun 1995. Vaksin harus aman,
hepatitis kronik. Lamivudin, suatu inhibitor reuerte efektif, dan dianjurkan untuk digunakan pada orang yang
nansniptase (Tabel 30-6), menurunkan kadar DNA HBV berusia lebih dari 2 tahun. Sebelum semua kelompok
tetapi replikasi virus dimulai kembali pada sebagian besar yang berisiko rentan diimunisasi, pencegahan dan
pasien bila pengobatan dihentikan dan mutan virus pengendalian hepatitis A harus ditekankan pada
494 BAB 35

pemutusan rantai penuiaran dan penggunaan imuntsast Kelompok dengan imunosupresi, seperti pasien
pasif. hemodialisis atau mereka yang menerima kemoterapi
Timbulnya hepatitis di kemah atau institusi sering kanker atau terinfeksi HIV berespons kurang baik
kali mengindikasikan sanitasi dan higiene personal yang terhadap vaksinasi daripada orang yang sehat.
buruk. Tindakan pengendalian ditujukan untuk Studi terhadap imunisasi pasif menggunakan
pencegahan kontaminasi fekal pada makanan, air, atau imunogiobulin hepatitis B (HBIG) spesifik mem-
sumber lain oleh individu. Higiene yang layak-seperti perlihatkan efek protektif jika diberikan segera setelah
mencuci tangan, menggunakan piring dan aiat makan palanan. HBIG tidak dianjurkan untuk profilaksis sebelum
sekali pakai, dan menggunakan natrium hipoklorit 0,5% pajanan karena vaksin HBV tersedia dan efektif. Orang
(misal, 1:10 larutan pemudh klorin) sebagai disinfektan- yang terpajan HBV perkutan atau meialui kontaminasi
penting untuk mencegah penyebaran HAV selama fase permukaan mukosa harus segera menerima vaksin HBIG
akur penyakir. maupun HBsAg yang diberikan secara simultan di tempat
Imunoglobulin (gama) (IG) dibuat dari sejumlah besar berbeda untuk memberikan perlindungan segera dengan
kumpulan plasma orang dewasa normal dan memberikan antibodi yang didapat secara pasif diikuti dengan
perlindungan pasif pada sekirar 907o orang yang terpajan kekebalan aktif yang dibangkitkan oleh vaksin.
bila diberikan dalam l-2 minggu setelah pajanan dengan Imunoglobulin yang diisolasi dari plasma dengan
hepatitis A. Nilai profilaksis berkurang seiring waktu dan metode fraksionasi etanol dingin tidak terbukti
tidak diindikasikan pemberian lebih dari 2 minggu .setelah menularkan HBV HAV atau HIV meskipun penularan
pajanan atau setelah awitan gejala klinis. Pada dosis yang HCV melalui sediaan ini terjadi di Amerika Serikat pada
biasanya diberikan, IG tidak mencegah infeksi tetapi 1994. Imunoglobulin yang dibuat di luar Amerika Serikat
membuat infeksi menjadi ringan rr.rbklinis dan dengan metode lain telah diimplikasikan pada wabah
"t"u
memungkinkan terbentuknya kekebalan aktif. Vaksin hepatitis B dan C.
HAV menghasilkan kekebalan lebih lama dan sebaiknya Perempuan yang merupakan carrier HBV atau yang
menggantikan penggunaan IG. menderita hepatitis tipe B saat hamil dapat menularkan
penyakit ke bayinya. Efektivitas vaksin hepatitis dan HBIG
dalam mencegah hepatitis B pada bayi yang dilahirkan
C. HEPATITIS B
dari ibu positif HBV telah terbukti. Penurunan harga
Vaksin hepatitis B telah tersedia sejak 1982. Valain awal vaksin untuk program kesehatan masyarakat memungkinkan
dibuat dengan memurnikan HBsAg yang berhubungan vaksinasi pada bayi baru lahir mudah diberikan di area
dengan partikel 22 nrn dari carrier positif HBsAg yang endemik tinggi. Harga HBIG yang tinggi menghambat
sehat; pada partikel diberi perlakuan dengan zat yang penggunaannya di sebagian besar negara.
menginaktifkan virus (formalin, urea, pemanasan). Pasien hepatitis B akut umumnya tidak perlu diisolasi
Sediaan yang mengandung partik^e | 22 nm intak sangat selama tindakan pencegahan terhadap peralatan dan darah
efektif dalam menurunkan infeksi HBV. Meskipun masih dijalankan dengan ketat di area perawatan pasien umum
digunakan di negara tertentu, di Amerika Serikat, val.cin maupun di laboratorium. Karena Pasangan suami-istri
yang berasal dari plasma telah digantikan dengan vaksin dan kontak intim dengan penderita hepatitis B akut
yang berasal dari DNA rekombinan. Vaksin ini berisiko mendapatkan hepatitis tipe B, kepada mereka
mengandung HBsAg yang dihasilkan oleh DNA perlu diinformasikan mengenai kebiasaan yang dapat
rekombinan pada sel ragi atau pada galur sel mamalia meningkatkan risiko infeksi atau penularan. Tidak ada
yang kontinu. HBsAg yang diekspresikan dalam ragi bukti bahwa pengolah makanan yang positif HBsAg
membentuk partikel berdiameter 15-30 nm, dengan ciri asimtomatik memiliki risiko kesehatan terhadap
khas morfologi antigen permukaan bebas dalam plasma masyarakat umum.
meskipun antigen poiipeptida yang dihasilkan oleh ragi
rekombinan tidak mengalami glikosilasi. Vaksin yang D. HEPATITIS C
diformulasikan menggunakan bahan yang dimurnikan ini Tidak ada vaksin untuk hepatitis C. Tindakan
mempunyai potensi yang sama dengan vaksin yang dibuat pengendalian berfokus pada.kegiatan pencegahan yang
dari antigen yang berasal dari plasma. menurunkan risiko mengidap HCV. Tindakan tersebut
Profilaksis sebelum pajanan dengan vaksin hepatitis mencakup penapisan dan pengujian pendonor darah,
B yang tersedia secara komersil saat ini dianjurkan oleh plasma, organ, jaringan, dan semeni inaktivasi virus pada
\fHO, Centers for Disease Control and Prevention, dan produk yang berasal dari plasma; memberikan konsultasi
Advisory Commitee on Immunization Practise untuk pada orang yang melakukan praktik seksual atau Pengguna
semua kelompok yang berisiko dan rentan. Di Amerika obat yang berisiko tinggi; implementasi praktik
Serikat, vaksin HBV dianjurkan untuk semua anak pengendalian infeksi di tempat pelayanan kesehatan dan
sebagai bagian jadwal imunisasi yang telah ada. tempat lain; serta mengadakan penyuluhan dan seminar.
VIRUS HEPATITIS / 495

E. HEPATITIS D 1

1,,.,,5, seo qaq g,,p*.1 g r.r.r p,.u a 4:', r*tii'*'l1J-i6nnt'ber i * *'j


Hepatitis delta dapat dicegah dengan vaksinasi orang- melakukan perialanan selama 1 tahun melewati
orang yang rentan HBV menggunakan vaksin hepatitis Eropa, Mesir, dan anak benua lndian dan menerima.. _.:,
B. Namun, vaksinasi tidak melindungi pembawa HBsAg vaksin hepatitis A. Vaksin hepatitis A saat ini adalah i
dari superinfeksi oieh HDV.
(Al Vaksin virus hidup dilemahkan.
(B) Vaksin DNA rekombinan.
(C) Vatsin virus yang diinaktivasi formalin
(D) Vaksin subunit glikoprotein selubung
(E) Poliovirus cimerik yang menunjukkan HAV
yang menetralisir epitop '
, . i
:i::6. rPg{*yr+!.iirifi$,pawah. rnen g eLd ! in-f-eksi HCV dan,
,'; ip.e,hii!'kit i lth:ij,,:-,kro* ik **g imentertr,i,, d i Emerik a
:.ill iii5efi(ai-"dalb:!- nar lecygli
-'1 " .kronik
(A) HCV menyebabkan 40% penyakit haii
rl.:,::
(B) lnfeksi kronik berkembang pada sebagian
. besar (70-90%) orang yang terinfeksi HCV
(C) Penyakit hati akibat HCV merupakan keadaan

(p) Viremia HCV terjadi transien selama stadium


iii
i:: i:

=. t*) Fa5!eq}': n$ teri.n-feksi H-CV-beris]ko t!n9'9i tgr


20Vo) untuk menderita kanker hati
lj;i!

''
5.q r.ang .liiki.i&ki uii€per!,en'gAhail
',;,7; demam, mual,'dan nyeri di kuadran abdomen
me *Iuh.:l
kanan atas yang awitannya akut. Terdapat ikterus
dan urine gelap terlihat selama beberapa hari lebih
awal, Uji laboratbrium pd:ltrf untuk, $nlib-adi-,lgM j,
HAV. Dokter dapat memberitahu pasien bahwa
kplit tnl Mungkin pasien mendapatkan infeksi dari
utuh .
-,.... tiansfqli qarah.V.artg batu, $.$ja:trqijt!-n.[ ,-, ;,.,; ,,,'
r l {B) Pasien mnngkin:rAkhn iiighg.€.lEjni,h*patitjs ,,,.r

k ron ik
(C) Pasien akan mempunyai risiko tinggi mengalami
karsinoma hepatoselular . r:
(D) Pasien akan resistan terhadap infeksi dengan
hepatitis E
(E) Pasien dapat menularkan infeksi ke anggota
., penyebaian-.,,gfEl,q.ifre,-,;t
Lkelilarg:?nya.ry.eta]ui

$r Bebplapi'.n"i'.t1llyang,,b *6":,d6p;1.$ny,ebabkan .

,,rr,r hegatiti$.i,:5.a!ah sattiarl petiy,a.ta


iberi!,11t irl[ .

berlaku untuk keempat virus: HAV, HCV, HDV dan

(A) Mengandung genom RNA untai tunggal :'l


ii ., tB)'Difularkin rutam?*elalni'iatur par er-at , .,,
,ir 1i.;{C)
Dit"glafkan.,ie-rutafn'A':r:neta tui ial*l fek!1iora I ,
.

iii,,;Q')iM4ny.eb-3bl(dn'hepatit fuiminan .r,;,i'1,1,,


i rri..i tF),1 M e 19 a !a m i4r i asi'iek u* n s se t a mei n feli$i.:r,ii r:i t
kronlk
1..
q, Seorang mahasiswa berusia 30 tahun pergi ke
iuang gaWilt'd6iurat kaiehqrd€mam daninorE-ksi.a
,.t:.-: itr sejel( 3 hSq,i,ggbef urn'ny,,a1 16.;!ampp,'l< iKtprus. llatihyar.: .
,,,,,:,=' membgsa in te5.d,ap,dtilhy,efi tFHka!, ji,,l'a-b,,l
,i.' iatorlumi.*id'mpgll ihatkqn.iii.gninS.k.atan
transferase. la mencerita(an r!wayat vaksin
a m'ino;r,,

, ,,,y.a!!.r:in,
. "h,€p.atitii Bli?,:t!tiUn,1 alu,, tbt!p.i; b'elq-p1.; rren erima
nepbtili$: Haii..$ji seiqlo.$j.,!1fparitisrlrilelah,,-
i1,'::;Eb,;ti ii i<ti*# na:v. nebiiii;$6i HAv$ps11ir,.=:i;
.,'. 8's$gnega-tif; $Ap pgiitif. HBcAg nesa-tl l{$uV..S
Ab-positif. Kesimpulan yang paling akurat adalah

ii f,Ilwf, i,.1.lifi-iotr1'^ski4an 'r.;iiffi


496 BAB 35

KEPUSTAKAAN
Advisory Cornmittee on Lnmunization Practices: Prevention of hepatitis
A through active or passive immunization. MXIWR Morb Mortal
Wkly Itep 1996;45(RR- 15).
Alter MJ et al: The prevalence of hepatitis C virus infection in the United
States, 1988 through 1994. N Engl J Med 1999;341:556.
Alter MJ, Kuhnert WL, Finelli L: Guidelines for laboratory testing and
result reporting of antibody to hepatitis C virus MMWR Recornm
Rep 2003;52(RR-3):1

Gerin JL, Casey JL, Purcell RH: Hepatitis delta virts.ln: Fields Virology,
4th ed. Knipe DM et al (editors). Lippincott Williams & Wilkins'
2001.

Hollinger FB, Emcrson SU: Hepatitis A viru s.In: FieldsVirology, 4Ih ed.
Knipc DM et al (editors). Lippincott Williams & Wilkins, 2001
Hollinger FB, Liang TJ: Hepatitis B virus. In: Fields Virology, 4th ed"
Knipe DM et al (editors). Lippincott Williams & Wilkins' 2001.
Major ME, Rehemann B, Feinstone SM; Hepatitis C viruses. In: Fields
Virology,4th ed, Knipe DM et al (editors). Lippincott Williams &
Wilkins,2001.
Recommendations for prevention and control ofhepatitis C virus (IICV)
infection and HCV-ielated chronic disease. MMWR Morb Mortal
Wkly Rep 1998;47(RR-19).
lJpdated U.S. Public Health Seruice guidelines Ibr the management of
occupational exposures to HBV, HCV, and HIV and recommcndations
for postexposure prophylaxis. MMWR Morb Mortal Wkly Rep
2001;50(RR-11).

x$w Weinbaum C, Lycrla R, Margolis HS: Prevention and control of infections


with hepatitis viruses in corrcctional settings. MMWR Recomm
Rep 2003;52(RR-1):1.
ii::'$tiii,,
Picornavirus (G ru p E nterovirus
& Rhinovi rus)

Picornavirus mewakili famili virus yang sangat besar virus terbesar, VPi-VP3, mempunyai struktur inti 1,3119
jumlah anggotanya tetapi terkecil ukuran virionnya dan sangat mirip, sumbu peptida lengkung proteinnya bcrbalik
kompleksitas genetiknya. Virus ini mencakup dua membentuk barel delapan untai yang disatukan oleh ikatan
kelompok utama patogen manusia: enterovirus dan hidrogen (barel beta). Rantai asam amino antara barel
rhinovirus. Enterovirus adaiah organisme yang tinggal beta dan bagian terminal karboksil serta amino pada
sementara pada saluran cerna manusia dan dapat diisolasi protein mengandung suatu rangkaian lengkung. Lengkung
dari tenggorok atau usus bawah. Rhinovirus terutama tersebut mencakup tempat antigenik utama yang
diisolasi dari hidung dan tenggorok. ditemukan pada permukaan virion dan terljbat pada
Banyak picornavirus menyebabkan penyakit pada netralisasi inFeksi virus.
manusia yang berkisar dari paralisis be rat sampai Terdapat celah menonjol atau jurang di sekitar masing-
menigitis aseptik, pleurodinia, miokarditis, lesi kulit masing verteks pentamerik pada permukaan partikel
eksantema dan vesikular, lesi mukokutaneus, penyakit virus. Tempat pengikatan reseptor yang digunakan untuk
pernapasan, penyakit demam tidak diketahui penyebabnya, melekatkan virion pada sel pejamu diduga terletak dekat
konjungtivitis, dan penyakit generalisata berat pada bayi. dasar jurang. Lokasi ini mr-rngkin akan melindungi ternpat
Namun, infeksi subklinis jauh lebih sering terjadi pelekatan sel yang penting dari variasi struktural yang
daripada penyakit yang bermanifestasi klinis. Etiologi sulit dipengaruhi oleh pemilihan antibodi pada pejamu, karena
ditentukan karena virus yang berbeda dapat menyebabkan jurang terlalu sempit untuk tnemunglcinkan penetrasi lebih
sindrom yang sama; picornavirus yang sama dapat dalam pada molekul antibodi (Gambar 36-1).
menyebabkan iebih dari satu sindrom; dan gejala klinis RNA genom mempunyai ukuran yang berkisar dari
yang sama tidak dapat dibedakan dengan gejala yang 7,2 kb (rhinovirus manusia), 7,4 kb (poliovirus, virus
disebabkan oleh jenis virus lain. Penyakit paling serius
yang disebabkan oleh semua enterovirus adalah
poliomielitis. Tabel 35-1. Sifat penting picornavirus.
Upaya seluruh dunia saat ini sedang berlangsung
Virion: lkosahedral, diameter 28-30 nm, mengandung 60
dengan tujuan eradikasi total poliomielitis.
subu n it
Komposisi: RNA (30%), protein (7070)
SIFAT PICORNAVIRUS Genom: RNA untai tunggal, linear, sense positif, ukuran
7,2-8,4 kb, BM 2,5 juta, infeksius, mengandung protein
Sifat penting picornavirus ditunjukkan pada Thbel 36-1.
yang terikat genom (VPg).
Protein: Empat polipeptida utama yang dipecah dari
Struktur & Komposisi poliprotein prekursor besar. Protein permukaan VP1 dan
Virion enterovirus dan rhinovirus terdiri dari selubung VP3 adalah tempat ikatan antibodi utama. Protein
kapsid 60 subunit, masing-masing dari empat protein internal VP4 dihubungkan dengan RNA virus.
(VP1-VP4) tersusun dengan simetri ikosahedral di sekitar Selubung: Tidak ada
genom yang terbuat dari RNA sense positif untai tunggal Replikasi: Sitoplasma
(Gambar 36-1). Parechovirus serupa kecuali bahwa Ciri khas yang menonjol: Famili terdiri dari banyak tipe
enterovirus dan rhinovirus yang menginfeksi manusia
kapsidnya hanya mengandung tiga protein, karena VPO
dan hewan tingkat rendah, menyebabkan berbagai
tidak dipecah menjadi YP2 dan YP4.
penyakit mulai dari poliomielitis, meningitis aseptik
Dengan penelitian difralai sinar X, struktur molekular
sampai common cold.
poliovirus dan rhinovirus dapat ditentukan. Tiga protein

497
BAB 36

Pentamer

Miristat
(vP1)
J urang
lubang
(vP2)

tr
cooH

b
cooH

b qq:

fl\
br\
Vtr, Verteks 5 lipatan
tcAM-'1

l* l* l;l ?tr @

Gamhar 36-l.Struktur picornavirus yang khas. A: Diagram yang memperlihatkan lokasi internal genom RNAyang
dikelilingi oleh kapsid yang terdiri dari pentamer protein VP1, VP2, VP3, dan VP4. Perhatikan penurunan "jurang"
yang mengelilingi verteks pentamer. B: Pengikatan reseptor selular pada dasar jurang. Reseptor rhinovirus utama
(molekul ICAM-1)mempunyai diameter kira-kira sepdruh molekul antibodi lgG. C: Lokasi tempat pengikatan obat
pada VP1 pada rhinovirus. Obat antivirus diperlihatkan, WIN 52084. mencegah pelekatan virus dengan merusak
bagian dasar jurang. (Direproduksi seizin dari Rueckert RR: Picornavlridae:The viruses and thelr replication. ln FieldsVirology,3rd ed. Fields BN
et al Ieditors]. Lipprncott-Raven, 1996.)

hepatitis A) sampai 8,4 kb (aphthovirus). Organisasi Enterovirus stabil pada pH asam (3,0-5,0) selama 1-3
genom pada semua virus sama (Gambar 36-2). Genom jam, sedangkan rhinovirus labil dalam asam. Enterovirus
mengalami poliadenilasi pada ujung 3' dan mempunyai dan beberapa rhinovirus distabilkan oleh magnesium
protein disandikan virus kecil (VPg) yang berikatan secara klorida akibat pengaruh inaktivasi termal. Enterovirus
kovalen dengan r.rjung 5'. RNA genomik sense positif mempunyai berat jenis dalam cesium klorida sekitar 1,34
bersifat infeksius. g/m1; rhinovirus manusia sekitar 1,4 gl mI.
prcoRNAVlRUS (GRUP ENTEROVIRUS & RHINOVIRUS) / 499

VPg

Gambar 36-2. Struktur RNA picornavirus dan organisasi genetik poliproteinnya (potongan terbuka). RNA adalah 5'-
VPg-ntr-poliprotein-ntr-poli(A) yang terorganisir; ntr menunjukkan regio yang tidak ditranslasi yang mengapit
poliprotein. L menentukan protein pemuka yang ditemukan pada cardiovirus dan aftovirus tetap tidak pada
enterovirus, rhinovirus manusia, atau virus hepatitis A manusia. P1, P2, dan P3 menunjukkan piotein prekursor yang
dipecah oleh proteinase yang disandi virus masing-masing menjadi ernpat, tiga, dan empat produk akhir. (Direproduksi
dengan seizin dari Rueckert RR: Picornaviridae: The viruses and their replication.'ln: Fields Virology,3'd ed. Iields BN et al Ieditors]. Lippincott-ltaven,
1996.)

Klasifikasi nama yang biasa dipakai untuk enterovirus yang


Famili Picornaviridae mengandung enam genus: sebelumnya diidentifikasi. Enterovirus juga terdapat pada
Enterouirus (enterovirus), Rhinouirui (rhinovirus), banyak hewan, termasuk sapi, babi, monyet, dan mencit.
Hepatouirus (virus hepatiti s A), Parechouizz;s (parechovirus), Rhinovirus manusia meliputi lebih dari 100 tipe
Aphthouirus (virus penyakit kaki dan mulut), serta antigenik. Rhinovirus pada spesies pejamu lain termasuk
Cardiouirus (cardiovirus). Empat kelompok pertama rhinovirus pada kuda dan sapi.
terdiri dari patogen manusia yang penting. Virus hepatitis A awalnya digolongkan sebagai
Enterovirus yang berasal dari manusia meliputi berikut enterovirus ripe 72 tetapi sekarang ditetapkan sebagai
ini: (1) poliovirus, tipe 1-3; (2) coxsackievirus grup A, genus yang terpisah. Hal tersebut diuraikan pada Bab
trpe I-24 (tidak terdapat tipe 23); (3) coxsackievirus grup 35.
B, tipe 1-6; (4) echovirus, tipe 1-33 (tidak terdapat tipe Parechovirus, sebelumnya digolongkan sebagai
70,22,23,atau28); dan (5) enterovirus, tipe 68-71 (Tabel 22 dan 23, ditemukan berbeda sifat biologi
echovirus
36-2). Sejak 1969, tipe enterovirus baru telah diberi tanda maupun ciri khas molekular secara signifikan dengan
dengan nomor tipe enterovirus bukan dimasukan dalam enterovirus dan digolongkan menjadi suatu genus baru
subgolongan coxsackievirus atau echovirus. Digunakan (Parechouirus).

Tabel 36-2. Ciri khas picornavirus manusia.

':.1::. ...',.'.'-

lEnterg!r;,1 ,,Pa.rechovirgql Rhinovirus


68-11 1-2 >100

pH asam (pH 3,0) Stabil Stabil Sta bi I Sta bi I Stabil Stabil Labil

Berat jenis (g/ml) 1,34 1,34 1,34 1,34 1,34 1,4

0C 0C 0C 0C 0C 33 0C
Temperatur optimal 37 37 0C
37 37 37 37
untuk tumbuh
Tempat isolasi yang umum dari manusia
H idu ng 00
Tenggorok

Usus bawah

Menginfeksi bayi mencita


lKarena klasifikasi ulang, tidak terdapat coxsackievirus A23 atau echovirus tipe 10,22,23, atau 28'
,Se.iak '1969, enterovirus barutelah diberi tanda dengan satu nomor bukan disubgolongkan sebagai coxsackievirus atau echovirus.
rSebelumnya digolongkan sebagai echovirus tipe 22 dan 23.
4Terdapat beberapa variabilitas pada sifat ini.
500 BAB 36

Picornavirus lain adalah virus penyakit kaki-dan-mulut Tidak semua rhinovirus atau echovirus menggunakan
pada sapi (Aphthouiru) dan virus ensefalomiokarditis pada reseptor selular yang sama. Pengikatan reseptor
hewan pengerat (Cardiouirus). mencetuskan perubahan struktur dalam virion yang
. Kisaran pejamu picornavirus sangat bervariasi dari menyebabkan pelepasan RNA virus ke dalam sitosol sel.
di antara strain-
satu jenis dengan yang lain dan bahkan VPg dilepaskan dari RNA virus karena.berhubungan
strain dari jenis yang sama (Tabel 36-2). Banyak dengan ribosom. Tianslasi terjadi melalui mekanisme rap-
enterovirus (poliovirus, echovirus, beberapa coxsackievirus) independent yang menggunakan daerah hilir tempat masuk
dapat tumbuh pada temperatur 37 0C dalam sel manusia ribosom internal (IRES) dari ujung 5' genom virus. Proses
dan monyet; kebanyakan strain rhinovirus hanya dapat ini memintas kebutuhan akan kompleks faktor inisiasi
ditemukan dalam sel manusia pada suhu 33 0C. selular intak (eIF4F), yang diperlukan oleh banyak mRNA
Coxsackievirus bersifat patogen untuk mencit baru lahir. selular berrudung. elFll sering dipecah oleh protease virus,
menyebabkan berhentinya sintesis protein pejamu dan
Repl ikasi Picornavirus translasi istimewa RNA virus.
RNA virus penginfeksi ditranslasi menjadi poliprotein
Siklus replikasi picornavirus terjadi dalam sitoplasma sel
yang mengandung baik protein selubung mauPun protein
(Gambar 36-3). Pertama-tama, virion melekat pada
replikasi esensial. Poliprotein ini secara cePat diPecah
reseptor khusus pada membrin plasma. Reseptor untuk
menjadi fragmen oleh proteinase yang disandi pada
poliovirus dan rhinovirus manusia adalah semua anggota
poliprotein (Gambar 36-4). Sintesis RNA virus baru tidak
superfamili g€n imunoglobulin yang meliputi antibodi
dapat dimulai sampai dihasilkan protein replikasi yang
dan beberapa molekul adhesi permukaan sel. Sebaliknya,
disandi virus, termasuk RNA polimerase dependen RNA.
echovirus mengenali anggota superfamili adhesi integrin.
Untai RNA virus penginfeksi disalin dan untai

Membran
sitoplasma

\
\
lnfeKosom

s/
Pelekatan
/
ffi

Mrion W4 +VP2
(infeksius) ffi

Gambar 36-3. Tinjauan siklus infeksi picornavirus. (Direproduksi selzin dari Rueckert RR: Picornavlrldae:The viruses and thelr replication
ln: FieldsVirology,3'd ed. Fields BN et al Ieditors]. Lippincott-Raven, 1996.)
PICoRNAVTRUS (GRUp ENTEROVTRUS & RHTNOVTRUS) / 501

komplemen berperan sebagai cerakan untuk sinresis unrai flaksid. Namun, sebagian besar infeksi poliovirus bersifat
positif yang baru. Banyak untai positif dihasilkan dari subklinis.
masing-masing cetakan unrai negatif. Beberapa untai Poliovirus berperan sebagai contoh picornavirus pada
pos.itif baru digunakan sebagai cerakan untuk mem- banyak penelitian laboratorium biologi molekular
perbanyak kumpulan RNA progeni; banyak untai positif mengalami replikasi picornavirus.
dikemas dalam bentuk virion.
Maturasi melibatkan beberapa peristiwa pemecahan. Sifat Virus
Protein prekursor selubung Pi (Gambar 36-4) dipecah
untuk membentuk agregar VPO, VP3, dan VPl. Bila
A. SIFAT UMUM

tercapai konsentrasi yang adekuat, "protomer" ini dirakit Pardkel poliovirus merupakan enterovirus yang khas (lihat
menjadi penramer yang membungkus VPg-RNA untai diatas). Partikel ini tidak aktif bila dipanaskan pada suhu
positif untuk membentuk "provirion". Provirion tersebur 55 0C selama 30 menit, tetapi Mg2-, 1 mol/l, mencegah
tidak infeksius sampai pemecahan akiir mengubah VPO inaktivasi ini. Karena poliovirus yang dimurnikan
menjadi VP4 dan VP2. Partikel virus yang marang diinaktifkan oleh konsentrasi klorin sebesar 0,1 ppm,
dilepaskan saat sel pejamu hancur. Siklus multiplikasi diperlukan konsentrasi klorin yang lebih tinggi unruk
untuk sebagian besar picornavirus.,memerlukan 5-10 jam. mendesinfeksi kotoran yang mengandung virus pada
suspensi fekal dan adanya bahan organik lain. Poliovirus
tidak dipengaruhi oleh eter atau natrium deoksikolat.
r GRUP ENTEROVIRUS
B. KERENTANAN HEwAN DAN PERTUMBUHAN VIRUs

Poliovirus mempunyai kisaran pejamu yang sangar


POLIOMIELITIS
terbatas. Sebagian besar strain akan menginfeksi monyet
Poliomielitis adalah penyakit infeksius akut yang dalam bila diinokulasi secara langsung ke dalam otak atau medula
bentuk berat menyerang sistem saraf pusat. Destruksi spinalis. Simpanse dan monyet clnomolgus juga dapat
saraf motorik pada medula spinalis menyebabkan paralisis terinfeksi melalui jalur oral; pada simpanse, infeksi

Gen orotein selubuno Gen untuk pemecahan & sintesis RNA

PRODUK TRANSLASI

N terminus C terminus
Poliprotein
P1-+P2++P3€ _l
Et-- iABcp --lf ,ABc 3ABCD

lABC zBC ll3ABll 3CD

VPO I 1CD
trt-,q:lE!ffif-."
/
I
vP4l vP2_l vP3 | VP1 VPg

Gambar 36-4. Organisasi dan ekspresi genom picornavirus. Potongan bergaris pada regio 5'yang tidak ditranslasi
menunjukkan adanya kumpulan asam polisitidilat yang ditemukan pada cardiovirus dan aphthovirus. Sintesis protein
dari kiri (terminal N) ke kanan (terminal C ). Fungsi pertumbuhan, yaitu protein yang dibutuhkan untuk sintesis RNA
dan proteinase yang diperlukan untuk memecah poliprotein, disandikan di daerah hilir protein kapsid. pemecahan
poliprotein disertai dengan tiga proteinase disandi virus: proteinase maturasi atau M, proteinase 2A awal, dan
proteinase 3C. Pemecahan maturasi (VP0-+VP4+VP2) hanya terjadi setelah RNA dikemas dalam selubung protein.
Protein 2A melakukan pemecahan poliprotein awal dan semua pemecahan lain dilakukan oleh proteinase 3C atau
oleh bentuk prekursornya, 3CD. (Direproduksi seizin dari Rueckert RR: Picornaviridae:The viruses and thelr replication. ln: FieldsVirology,3,d
ed. Fields BN et al [editors]. Lippincott-Raven, 1996.)
BAB 36

biasanya asimtomatik dan hewan menjadi carrier vtrus Temuan Klinis


dalam usus. Bila seseorang yang rentan terhadap infeksi terpajan virus,
Sebagian besar strain dapat tumbuh pada biakan galur respons b.ttir"t dari infeksi subklinis tanpa gejaia'
sei primer atau kontinu dari berbagai jaringan manusia penyakit demam ringan, sampai paralisis permanen dan
atau dari ginjal, testis, atau otot monyet tetapi tidak dari Lerat. Sebagian besar infeksi bersifat subklinis; hanya
jaringan hewan tingkat rendah.
' sekitar l% infeksi menyebabkan penyakit klinis.
Poliovirus memerlukan resePtor membran spesifik Periode inkubasi biasanya 7-14 hari, tetapi dapat
primata untuk infeks! dan jika resePtor ini tidak ada berkisar dari 3 hari sampai 35 hari.
pada permukaan sel nonprimata maka mereka akan
menjadi resistan terhadap virus. Restriksi ini dapat
diatasi dengan memasukkan poliovirus ke dalam sel yang 4:_lolioM|ELlils ABoRrlF
resistan dengan menggunakan vesikel lipid sintetik yaitu Keadaan ini merupakan bentuk penyakit yang paling
liposom. Setelah di dalam sel, poliovirus bereplikesi secara sering. Pasien hanya menderita penyakit minor yang
ntrm"l. Masuknya gen resePtor virus juga mengubah sel ditandai dengan demam, malaise, lelah, nyeri kepala,
yang resistan menjadi sel yang rentan. Mencit transgenik muai, muntah, konstipasi, dan nyeri tenggorok dalam
yang mengandung gen reseP.tor primata telah dikem- berbagai kombinasi. Pemuiihan terjadi daiam beberapa
bangkan; mencit tersebut rentan terhadap poliovirus hari.
manusia.
B. PoLtoMtELtrls NoNPARALlsls (MrnlNetrls
C. SIrAT ANTIGEN rsllnI)
Terdapat tiga jenis antigen poliovirus. Selain gejala dan tanda yang disebutkan dalam para.graf
.elrelu-nya, pasien dalam bentuk nonparalitik mengalami
Patogenesis & Patologi kekakuan dan nyeri di punggung serta leher. Penyakit
berlangsung 2-10 hari dan pemulihannya berlangsung
Mulut adalah port d'entrde virus dan multiplikasi primer cepat serta sempurna. Pada persentase kecil kasus,
terjadi dalam orofaring atau usus. Virus menetap dalam penyakit berkembang menjadi paralisis. Poliovirus hanya
tenggorok dan tinja sebelum awitan penyakit. Satu minggu iatu dari banyak virus yang menyebabkan meningitis
setelah infeksi terdapat virus dalam jumlah sedikit pada aseptik.
tenggorok, tetapi virus terus dikeluarkan dalam tinja
sel"ma beberapa minggu meskipun kadar antibodi yang C. PoLtotilELtrts PARALlsls ...-.-------'--------.-----
tinggi terdap"i dal"m d"t"h.
Virus dapat ditemukan dalam darah pasien poiiomielitis Keluhan yang menonjol adalah paralisis flaksid akibat
nonparalitik dan monyet yang terinfeksi secara oral pada kerusakan lower motor neufon. Namun, juga dapat terjadi
fase praparalitik penyakit. Antibodi terhadap virus tam-
inkoordinasi akibat invasi batang otak dan sPasme yang
biasanya sebelum terjadi paralisis. nyeri pada otot nonparalisis. Jumlah kerusakan sangat
- pada awal penyakit,
pak
bervariasi. Pemulihan maksimal biasanya terjadi dalam
Dipercaya bahwa virus pertama kali memperbanyak
diri dalam tonsil, kelenjar getah bening leher, plak Peyeri, 6 bulan dengan gejala sisa paralisis yang berlangsung lebih
dan usus halus. Sistem saraf pusat kemudian diinvasi lama.
melaiui darah dalam sirkulasi'
Poliovirus dapat menyebar di sepanjang akson saraf q:jIRoF I elgljl:gllglr0IIELIrIs PRoGRESIF

perifer sampai sistem saraf pusat, temPat virus terus Rekrudesensi paraiisis dan pelemahan otot ditemukan
terk"rnbang di sepanjang ser^t lott)er motor neuron untuk pada orang beberapa dekade setelah mereka mengalami
semakin melibatkan meduia spinalis atau otak. Poliovirus poliomielitis paralisis. Meskipun jarang terjadi, atrofi
menyerang jenis sel saraf tertentu dan pada proses ttot pasc"poliomielitis progresif merupakan sindrom yang
multiplikasi intraselular dapat merusak atau meng- spesifik. k."daan tersebut tampaknya bukan akibat
hancurkan seluruh sel tersebut. infekri persisten tetapi akibat perubahan fisiologi dan
Poliovirus tidak memperbanyak diri dalam otot.in p.rru"^.t pada pasien paralisis yang telah terbebani oleh
uiuo. Perubahan yang terjadi pada saraf perifer dan otot hilangnya fungsi neuromuskular.
volunter disebabkan oleh destruksi sel saraf. Beberapa
sel yang kehilangan fungsi dapat puiih sempurna' Diagnosis Laboratorium
Peradangan terjadi akibat serangan pada sel saraf.
Selain perubahan patologi sistem saraf, mungkin juge Vims dapat ditemukan dari apusan tenggorok yang diambil
terjadi miokardids, hiperplasia limfadk, dan ulserasi plak segera setelah awitan penyakit dan dari aPusan rektum
Peyeri. ,a-pel tinja yang dikumpulkan dalam jangka waktu
"rau
PTCoRNAVTRUS (GRUp ENTEROVTRUS & RHTNOVTRUS) / 503

lama. Tidak diketahui adanya carcier yang permanen. menunjukkan pola pravaksin. Penjelasan yang s€cara
Poliovirus jarang ditemukan dari cairan serebrospinalis- umum diterima adalah bahwa perbaikan sistem higiene
tidak seperti beberapa coxsackievirus dan echovirus. dan sanitasi di daerah berildim lebih dingin meningkatkan
lpesimen sebaiknya tetap beku selama penghantaran transisi dari penyakit paralisis endemik menjadi epidemik
ke laboratorium. Biakan sel manusia atau monyer pada masyarakat tersebut.
diinokulasi, diinkubasi, dan diobservasi. Efek Sebelum usaha eradikasi global dimulai, poliomielitis
sitopatogenik tampak dalam 3-6 hari. Suatu virus isolasi terjadi di seluruh dunia-sepan.jang tahun pada daerah
diidentifikasi dan ditentukan jenisnya dengan neutralisasi tropis dan selama musim panas dan gugur di zona
menggunakan antiserum spesifi k. beriklim sedang. \X/abah pada musim dingin jarang
Spesimen serum berpasangan diperlukan unruk terjadi.
memperlihatkan peningkatan titer antibodi selama Penyakit terjadi pada semua kelompok usia, tetapi
perjalanan penyakit. Hanya infeksi pertama oleh anak biasanya lebih rentan daripada orang dewasa karena
poliovirus yang sangar menimbulkan respons spesifik tipe. kekebalan yang didapat pada populasi dewasa. Di daerah
Infeksi berikutnya oleh poliovirus heteroripik meng- yang sedang berkembang dengan kondisi kehidupan yang
induksi antibodi melawan sekelompok antigen yang memudahkan penyebaran virus secara luas, poliomielitis
dimiliki oleh ketiga jenis tersebur. merupakan penyakit pada masa bayi dan kanak-kanak
(l'paralisis infantil"). Di negara maju, sebelum adanya
lmunitas vaksinasi, distribusi usia bergeser sehingga sebagian besar
Imunitas bersifat permanen terhadap jenis virus yang pasien berusia di atas 5 tahun dan 25o/o dt atas 15 tahun.
menyebabkan infeksi. Mungkin terjadi resistansi Angka kasus kematian bervariasi. Angka tersebut paling
heterotipik derajat rendah yang diinduksi oleh infeksi, tinggi pada kelompok usia paling tua dan dapat mencapai
terutama antara poliovirus tipe I dan tipe 2. 5-l0o/o.
Imunitas pasif dirransfer dari ibu ke keturunannya. Manus.ia adalah satu-satunya reservoir infeksi yang
Antibodi maternal secara bertahap hilang selama 6 bulan diketahui. Dalam iingkungan yang padat dengan higiene
pertama. Antibodi yang diberikan secara pasif hanya dan sanitasi yang buruk di daerah beriklim panas, daerah
bertahan 3-5 minggu. dengan hampir semua anak menjadi kebal pada awal
Antibodi penetral virus terbentuk segera setelah kehidupan, poliovirus mempertahankan diri dengan
pajanan dengan virus, sering sebelum awitan penyakit, menginfeksi sebagian kecil populasi. Di zona beriklim
dan tampaknya menetap seumur hidup. Pembentukannya sedang dengan tingkat higiene yang baik, epidemik terjadi
pada awal penyakit menunjukkan kenyataan bahwa setelah periode penyebaran virus yang rerbaras sampai
multiplikasi virus terjadi dalam tubuh sebelum invasi tercukupinya jumlah anak rentan yang telah tumbuh
sistem saraf. Karena virus dalam otak dan medula spinalis untuk menjadi sasaran penularan di daerah tersebut. Virus
tidak dipengaruhi oleh tirer antibodi yang tinggi dalam didapatkan dari faring dan usus pasien dan carrier yang
darah, imunisasi akan berarti jika diberikan sebelum sehat. Prevalensi infeksi paling tinggi pada kontak rumah
awitan gejala sisrem saraf. tangga. Ketika kasus pertama kali ditemukan dalam suatu
Protein permukaan VPI poliovirus mengandung keluarga, semua anggota yang rentan dalam keluarga
beberapa epitop penetral virus, masing-masing dapat tersebut telah terinfeksi-akibat penfebaran virus yang
mengandung kurang dari sepuluh asam amino. Tiap cePat.
epitop mampu menginduksi anribodi penetral virus. Pada iklim sedang, infeksi oleh. enterovirus, termasuk
poliovirus, terutama terjadi selama musim panas. Virus
Eradikasi Global terdapat dalam kotoran selama periode prevalensi tinggi
dan dapat berperan sebagai sumber kontaminasi air.yang
Kampanye utama oleh \fHO sedang berlansung untuk
digunakan untuk minum, mandi, atau irigasi. Terdapat
mengeradikasi poliovirus dari dunia seperti yang telah
korelasi langsung antara higiene dan sanitasi yang buruk,
dilakukan untuk virus varisela. Amerika mempunyai
kepadatan penduduk, dan akuisisi infeksi serta antibodi
sertifikasi bebas poiiovirus liar pada tahun 1994, Daerah
pada usia dini.
Pasifik Barat pada tahun 2000, dan Eropa pada tahun
2002. Perkembangan secara global sedang dibuat, tetapi Pencegahan & Pengendalian
beberapa ribu kasus polio masih rerjadi seriap rahun,
Tersedia vaksin virus yang dimatikan maupun virus hidup.
terutama di Afrika dan anak benua Indian.
Vaksin formalin (Salk) diambil dari virus yang tumbuh
pada biakan ginjal monyet. Setidaknya empar inokulasi
Epidemiologi
selama 1-2 tahun dianjurkan pada seri pertama. Imunisasi
Poliomielitis mempunyai tiga fase epidemiologi: era booster periodik diperlukan untuk mempertahankan
endemik, epidemik, dan vaksin. Endemik dan epidemik kckebalan. Vaksin virus yang dimatikan menginduksi
504 / BAB 36

antibodi humoral tetapi tidak menginduftsi kekebalan usus Imunoglobulin dapat memberikan perlindungan
lokal sehingga virus masih dapat memperbanyak diri selama beberapa minggu terhadap penyakit paralisis,
dalam usus. Valain oral mengandung virus hidup yang tetapi tidak mencegah infeksi subklinis. Imunoglobulin
dilemahkan yang tumbuh pada biakan monyet primer efeFtif hanya jika diberikan segera sebelum infeksi;
atau biakan sel diploid manusia. Vaksin dapat distabilisasi imunoglobulin tidak bermanfaat setelah timbul gejala
oleh magnesium klorida sehingga dapat disimpan tanPa klinis. Tidak ada obat antivirus untuk pengobatan infeksi
kehilangan potensi selama setahun pada temperatur 4
0C poliovirus. Karantina pasien atau kontak intim tidak
dan selama beberapa minggu pada temperatur ruangan .f.ktif dalam mengendalikan penyebaran penyakit.
sedang (sekitar 25 0C). Vaksin yang tidak distabilisasi Keadaan ini dapat dipahami pada sejumlah besar infelsi
harus disimpan dalam keadaan beku sampai digunakan. tidak tampak yang terjadi.
Poliovalain hidup menginfeksi, memperbanyak diri, Sebelum dimulainya kampanye vaksinasi di Amerika
sehingga menghasiikan kekebalan. Dalam prosesnya' Serikat, terdapat sekitar 21.000 kasus poliomielitis
progeni infeksius virus vaksin ditularkan dalam paralisis setiap tahun. Penyakit hampir menghilang di
komunitas. Virus-terutama tipe 2 dan 3-dapat negara industri. Namun, terdapat kebutuhan yang terus
bermutasi sewaktu memperbanyak diri pada anak yang ..r.rr.tr"r, untuk program vaksinasi yang adekuat pada
telah divaksin. Namun, hanya sedikit sekali kasus semua kelompok populasi unruk membatasi penyebaran
poliomielitis paralisis terjadi pada penerima vaksin polio virus liar. Hal ini penting terutalrla bila virus liar masuk
oral atau yang kontak dekat dengan mereka (tidak lebih dari beberapa negara berkembang dengan kasus yang
dari satu kasus yang disebabkan oleh vaksin untuk setiap terjadi terus menerus.
sejuta orang yang divaksinxi). Valsin menghasilkan tidak Aplikasi teknologi DNA rekombinan memungkinkan
hanya antibodi IgM dan IgG dalam darah tetapi juga perkembangan poliovirus hidup yang tidak dapat
antibodi IgA sekretoris dalam usus yang kemudian bermutasi untuk meningkatkan neurovirulensi. Kunci
menjadi resistan terhadap.reinfelai (lihat Gambar 30-9). kemajuan teknologi adalah konstruksi klon cDNA
Vaksin virus hidup maupun dimatikan menginduksi infeksius yang memungkinkan manipulasi sekuens
antibodi dan melindungi sistem saraf pusat dari invasi nukleotida untuk menghasilkan mutan poliovirus dengan
lebih lanjut oleh virus liar. Namun, usus memiliki perubahan genom yang spesifik dan diinginkan. Sekuens
resistansi yang lebih besar setelah pemberian vaksin virus pada genom virus yang menyebabkan fenotipe menjadi
hidup, fenomena yang tamPaknya bergantung pada dilemahkan telah diidentifikasi.
luasnya multiplikasi virus dalam saluran pencernaan dan Virus vaksin tipe I yang sangat stabil secara genetis'
bukan pada kadar antibodi serum. telah digunakan sebagai vektor untuk sekuens nukleotida
Faktor pembatas yang pot€nsial untuk vaksin oral tipe 2 dan tipe 3 yang menyandikan regio imunogenik
adalah interferensi. Jika saluran pencernaan seorang anak protein VPinya. Namun, akan sulit melakukan tes
terinfeksi oleh enterovirus lain pada waktu vaksin lapangan pada kandidat vaksin baru tersebut karena perlu
diberikan, terjadinya infeksi polio dan kekebalan dapat mimbuktikan bahwa vaksin baru menyebabkan lebih
dihambat. Keadaan ini dapac menjadi masalah penting sedikit kasus terkait vaksin per sejuta resipien yang rentan.
di daerah-terutama di daerah tropis-yang sering terjadi
infeksi enterovirus. COXSACKIEVIRUS
Vaksin polio oral trivalen telah digunakan secara luas
Coxsackievirus, subgrup besar enterovirus, dibagi
di Amerika Serikat. Namun, pada tahun 20A0, Aduisory
menjadi dua kelompok, A dan B, yang mempunyai
Committee on Immunization Practires menganjurkan
potensi patogenik yang berbeda pada mencit. Virus ini
perubahan untuk menggunakan vaksin polio tidak aktif
menyebabkan be rbagai penyakit pada manusia.
(empat dosis) saja untuk anak di Amerika Serikat.
Herpangina (faringitis vesikular), penyakit tangan-kaki-
Perubahan dibuat karena penurunan risiko untuk penyakit
dan-mulut, serta kon jungtivitis hemoragik akut
yang disebabkan oleh virus liar timbul akibat berkem-
disebabkan oleh coxsackievirus tertenru serotipe grup A;
bangnya eradikasi global poliovirus yang terus-menerus.
pleurodinia (mialgia epidemik), miokarditis, perikarditis,
Jadwal ini akan mengurangi insiden penyakit yang meningoensefalitis, serta penyakit generalisata berat pada
disebabkan oleh vaksin saat mempertahankan kekebalan
bayi disebabkan oleh beberapa coxsackievirus grup B.
individual dan populasi melawan poliovirus.
Kehamilan bukan merupakan indikasi mauPun Selain itu, sejumlah serotipe grup A dan B dapat
menimbulkan meningitis aseptik, penyakit demam yang
kontraindikasi untuk mendapatkan imunisasi. Vaksin
virus hidup sebaiknya tidak diberikan pada orang yang
tidak diketahui penyebabnya, penyakit pernapasan,
mengalami imunoddefisiensi atau imunosupresi atau
hepatitis, serta paralisis. Umumnya, paralisis yang
kontak rumah tangga. Hanya vaksin virus yang dimatikan
ditimbulkan oleh enterovirus nonpolio bersifat tidak
(Salh) digunakan pada kasus tersebut. lengkap dan reversibel. Virus coxsackie B merupakan
PrcoRNAVrRUS (GRUp ENTEROVTRUS & RHTNOVTRUS) / 50s

agen penyebab yang paling sering diidentifikasi pada poliomielitis paralisis. Pasien hampir selalu sembuh
penyakir jantung virus pada manusia (Tabel 36-3). sempurna dari paresis nonpoliovirus.
Coxsackievirus cenderung iebih patogen daripada
echovirus. B. KULIT DAN MUKoSA
Herpangina adalah faringitis disertai demam yang berat,
Sifat Virus Penyakit ini disebabkan oleh virus grup A tertentu (2-6,
A. KERENTANAN HEWAN DAN PERTUHBUHAN VIRUS 8, 10). Meskipun namanya demikian, penyakit ini tidak
berhubungan dengan herpesvirus. Terdapat awitan demam
Coxsackievirus sangar infektif pada mencit baru lahir. dan nyeri tenggorok yang mendadak. Faring biasanya
Suain tertentu (B l-6, A7,9, 16, dan 24) juga rumbuh hiperemik dan vesikel diskret yang khas terjadi di separuh
pada biakan sel ginjal monyer. Beberapa strain grup A belakang palatum, faring, tonsil, atau lidah. Penyakit
tumbuh dalam amnion manusia dan sel fibroblas paru bersifat swasirna dan paling sering terjadi pada anak kecil.
embrionik manusia. Tipe A14 menyebabkan lesi seperti Penyakit tangan-kaki-dan-mulut ditandai dengan
poliomielids pada mencit dewasa dan monyet, tetapi pada ulserasi faring dan oral serta ruam vesikular pada telapak
mencit yang masih menyrrsui tipe ini hanya menyebabkan tangan dan kaki yang dapat menyebar ke lengan dan
miositis. Strain tipe A7 menyebabkan paralisis dan lesi tungkai. Vesikel sembuh tanpa pembentukan krusta yang
susunan saraf pusat yang berat pada monyet. secara klinis berbeda dengan vesikel pada herpesvirus
Virus grup A menyebabkan miositis yang tersebar luas dan poxvirus. Penyakit ini terutama disebabkan oleh
pada oto rangka mencit yang baru lahir sehingga terjadi coxsackievirus A16, tetapi A.5 dan A10 juga telah
paralisis flaksid tanpa disertai lesi lain. Virus grup B dapat
diimplikasikan. Virus dapat ditemukan tidak hanya dari
menyebabkan ensefalitis dan paling khas, stetatitis tinja dan sekret faring, tetapi juga dari cairan vesikular.
nekrotikans. Susunan genetik strain mencit yang
Jangan dikacaukan dengan penyakit kaki-dan-mulut pada
dikawinkan dengan yang sejenisnya menentukan sapi yang disebabkan oleh picornavirus tidak terkait yang
kerentanannya terhadap virus coxsackievirus B. tidak menginfeksi manusia.
B. SIFAT ANTIGEN C, PENYAKIT JANTUNG DAN OToT
Setidaknya 29 tipe imunologi coxsackievirus berbeda saat Pleurodinia (juga dikenal sebagai mialgia epidemik atau
ini telah dikenali; 23 ripe dimasukkan sebagai grup A penyakit Bornholm) disebabkan oleh virus grup B. Demam
dan 6 sebagai tipe grup B. dan nyeri dada seperti ditusuk biasanya timbul mendadak
tetapi kadang-kadang didahului oleh maiaise, nyeri kepala,
Patogenesis & Patologi dan anoreksia. Nyeri dada dapat dirasakan di salah satu
Virus ditemukan dalam darah pada stadium awal infeksi sisi atau substernal, diperberat dengan gerakan, dan
berlangsung selama 2 hail sampai 2 minggu. Nyeri
alami pada manusia dan infeksi percobaan pada simpanse.
abdomen terjadi pada sekitar separuh kasus dan pada
Virus juga ditemukan dalam tenggorok selama beberapa
hari pada awai infeksi dan dalam tinja sampai 5-6 minggu.
anak nyeri ini dapat merupakan keluhan urama. Penyakit
Distribusi virus sama dengan distribusi enterovirus lain.
ini bersifat swasirna dan sembuh sempurna meskipun
sering ter.jadi relaps.
Temuan Klinis Miokarditis adalah penyakit yang serius. Miokarditis
n.rerupakan peradangan akut pada janrung arau membran
Periode inkubasi infeksi coxsackievirus berkisar dari 2 pembungkusnya (perikarditis). Inleksi coxsackievirus B
hari sampai thari. Manifestasi klinis infeksi berbagai menyebabkan penyakit miokardiurn primer pada orang
coxsackievirus bervariasi dan timbul sebagai entiras dewasa serta anak. Sekitar 5% infeksi coxsackievirus
penyakit yang berbeda (Tabel 36-3).Contoh yang sirntomatik menginduksi penyakit jantung. Infei<si dapat
diperlihatkan tidak semua tercakup; serotipe berbeda {atal pada neonatus atau dapat menyebabkan kerusakan
dapat menyebabkan wabah tenenru. jantung permanen pada semua usia. Dapat terjadi infeksi
virus persisten pada otot jantung, peradangan kronik yang
A. NEUROLoGI terus-menerus. Adanya anggapan bahwa infeksi virus
Meningitis aseptik disebabkan oleh semua tipe coxsackievirus B dapat'mencetuskan respons autoimun
coxsackievirus grup B dan oleh banyak coxsackievirus pejarnu yang menyebabkan kardiorniopati.
grup A, paling sering t\7 dan A9. Demam, malaise, nyeri
kepala, mual, dan nyeri abdomen merupakan gejala awal
D. OKULAR

yang sering. Penyakit kadang-kadang berkembang Konjungtivitis hemoragik akut dikenali sebagai penyakit
menjadi kelemahan otot ringan yang menunjukkan baru pada tahun 1969. Penyakit ini biasanya disebabkan
s06 BAB 36

Tabel 36-3. Enterovirus manusia dan sindrom klinis yang sering terkait'1

t*i,:+

W.ffi
Neurologi
$fsi
:: 1

Meningitis asePtik 1-3 Banyak 1-6 Ba nya k 71


Paralisis 1-3 7,9 2-5 2,4,6,9, 11,30 70,71
Ensefalitis 2,5-7,9 1-5 2,6,9, 't9 70,71

Kulit dan mukosa


Herpangina 2-6, B, 10 71
Penyakit tangan- 5, 10, 16 71
kaki-dan-mulut
Eksantema Banyak 2,4,6,9,11,16,18

Jantung dan otot


Pleurodinia (mialgia 1-5 1, 6,9
epidemik)
Miokarditis, perikarditis 1-5 1, 6, 9, '19

Okular
Konjungtivitis hemorag ik 24 70
akut

Pernapasan
Selesma 21, 24 1 , 3, 4, 5 4, 9, 11 , 20, 25 1

Pneumonia 4,5 68 |

Pneumonitis bayi 9, 16
Edema paru

Gastrointesti na I

Diare 18,20-22,24'z Banyak2


Hepatitis 4,9 5 4,9

Lain-lain
Penyakit demam Yang 1-3 1-6
tidak diketahui
penyebabnya
' Penyakit g"eneralisata 1-5
pada baYi
Diabetes melitus 3,4
rContohtidaksemuanyatercakup.Tipe enterovirus lain dapat menyebabkan penyakittertentu.
zKasualitas belum ditentukan.

oleh enterovirus 70 (lihat bawah), tetapi wabah besar juga A tertentu menyebabkan diare pada anak, tetapi
dapat disebabkan oleh varian coxsackievirus A24 kausalitasnya tidak terbukti,
prototipikal.
G. LAIN-LAIN
E. INFEKSI PERNAPASAN Penyakit demam yang tidak diketahui penyebabnya adalah
serangan akut berdurasi singkat yang terjadi selama musim
Sejumlah enterovirus menyebabkan selesma; di antaranya
p"n^i gugur dan tanpa gambaran yang khas'
adalah coxsackievirus A2l, A24, B1, dan B3-5. "rru gruP B sering kali diisolasi dari pasien
-Coxsackievirus

ini.
F. GASTROINTESTINAL
Penyakit generalisata pada bayi adalah penyakit yang
Meskipun saluran cerna merupakan tempat primer untuk ."rg"t b.tb"h"ya karena bayi terinfelsi virus pada banyak
replikasi enterovirus, virus ini tidak menyebabkan orgin ,.."r" simultan, termasuk jantung, hati, dan otak'
penyakit yang nyata di saluran cerna. Coxsackievirus grup Pei;alanan klinis dapat dengan cepat bersifat fatal atau
PTCoRNAVIRUS (GRUP ENTEROVTRUS & RHTNOVTRUS) I 5O7

pasien dapat sembuh sempurna. Penyakit disebabkan oleh penutup sebagai antigen. Uji serologi sulit dievaluasi
coxsackievirus grup B. Pada kasus yang berat, miokarditis (karena tipenya bermacam-macam) kecuali jika antigen
atau perikarditis dapat terjadi dalam 8 hari pertama; yang digunakan pada uji tersebut telah diisolasi dari pasien
keadaan ini didahului oleh episode singkat diare dan tertentu atau selama wabah epidemik.
anoreksia. Penyakit kadang-kadang dJpat diperoleh
melalui plasenta. C. DETEKSI AsAM NUKLEAT
Bukti seroepidemiologi menghubungkan diabetes
Metode untuk deteksi langsung enterovirus pada sampel
melitus tipe i
dengan virus coxsackie B. Hipotesisnya
klinis sedang dikembangkan. Uji reaksi rantai reuerse
adalah bahwa "tiruan molekular" menyebabkan respons
transcriptase-polimerese dapat bersifat reaktif secara luas
autoimun yang diinduksi virus yang menghancurkan sel (mendeteksi banyak serotipe) atau lebih spesifik.
pankreatik B. Kesamaan sekuens telah dicatat anrara
regangan asam amino pada protein P2-C virus coxsackie
B dan enzim glutamat dekarboksilase pada manusia lmunitas
(dikenal sebagai target autoimunitas pada diabetes tipe Pada manusia, antibodi penetral ditransfer secara pasif
l). Konsep alternatif membutuhkan aktivasi di dekat sel dari ibu ke bayi. Orang dewasa mempunyai antibodi
T oleh infeksi virus. terhadap lebih banyak tipe coxsackievirus daripada anak,
Ada beberapa bukti hubungan yang mungkin antara menunjukkan bahwa infeksi berulang oleh virus tersebut
sindrom kelelahan kronik dengan infeksi oleh sering terjadi dan meningkat seiring bertambahnya usia.
enterovirus, terutama virus coxsackie B. Pasien
mengalami kelelahan dalam durasi lama tanpa penyebab
Epidemiologi
fisik yang dapat diidentifikasi. Namun, bukti penyebab-
nya adalah virus masih kurang. Akhirnya, agen penyakit Virus grup coxsackie ditemukan di seluruh dunia. Isolasi
vesikular babi merupakan suatu enterovirus yang secara telah dilakukan terutama, dari feses manusia, apusan
antigenik terkait dengan coxsackievirus 85. Virus babi faring, air buangan, dan lalat. Andbodi terhadap berbagai
juga dapat menginFeksi manusia. coxsackievirus ditemukan dalam serum yang dikumpulkan
dari orang di seluruh dunia dan dalam kumpulan
Diagnosis Laboratorium imunoglobulin.
Tipe coxsackievirus yang paling sering ditemukan di
A. PENEilUAN VIRUs
seluruh dunia dalam waktu lebih dari 8 tahun (1967-
Virus diisoiasi dengan mudah dari apusan tenggorolr 1971t) adalah tipe A9 dan B2-B5. Di Amerika Serikat
selama beberapa hari pertama penyakit dan dari tinja pada tahun 1993-1996, isolat coxsackievirus yang paling
selama beberapa minggu pertama. Pada infeksi sering adalah A9,B.2, dan 85. Namun, pada setiap tahun
coxsackievirus A2 1, jumlah virus terbesar ditemukan atau daerah tertentu, tipe lain mungkin dominan.
dalam sekret hidung. Pada kasus meningitis aseprik, strain Coxsackievirus ditemukan jauh lebih sering pada
ditemukan dalam cairan serebrospinalis serta dari saluran musim panas dan awal musim gugur. Anak-anak memiliki
pencernaan. Pada kasus konjungtivitis hemoragik, virus antibodi pada musim panas, menunjukkan infeksi oleh
A24 diisolasi dari apusan konjungtiva, apusan tenggorok, coxsackievirus selama periode ini. Anak-anak tersebut
dan feses. mempunyai angka insiden lebih tinggi untuk penyakit
Spesimen diinokulasi pada biakan jaringan dan juga minor demam akut selama musim panas daripada anak
pada mencit yang sedang menyusui. Pada biakan jaringan, yang gagal memiliki antibodi terhadap coxsackievirus.
efek sitopatik tampak dalam 5-14 hari. Pada mencit yang Pajanan dalam keluarga penting sebagai sumber
menyusui, tanda-tanda penyakit biasanya tampak dalam infeksi oleh coxsackievirus. Begitu virus masuk ke dalam
3-8 hari pada strain grup A dan 5-14 hari pada strain alat rumah tangga, semua orang yang rentan biasanya
grup B. Virus diidentifikasi melalui lesi patologi yang terinfeksi, meskipun semua tidak menderita penyakit
terjadi dan melalui cara imunologi. Karena kesulitan yang tampak secara klinis.
teknik pemeriksaan, isolasi virus pada mencit yang Pada herpangina, hanya sekitar 30o/o orang yang
menyusui jarang dilakukan. terinfeksi dalam rumah tangga mengalami lesi orofaring.
Yang lain dapat mengalami penyakit demam ringan tanpa
B, SERoLoGI lesi tenggorokan. Virus ditemukan pada 85o/o pasien
Antibodi penetral tampak dini selama perjalanan infelai, dengan herpangina, pada 650/o t€tangganya, pada 40o/o
cenderung spesifik untuk virus penginfeksi, dan menetap kontak keiuarga, dan pada 4o/o orang dalam komunitas.
selama bertahun-tahun. Antibodi serum dapar juga Coxsackievirus mempunyai banyak sifat yang sama
dideteksi dan ditiuasi dengan teknik imunofluoresensi, dengan echovirus dan poliovirus. Kdrena memiliki
menggunakan biakan sel yang terinfeksi pada geias kesamaan epidemiologi, enterovirus yang bermacam-
so8 BAB 36

macam dapat ditemukan bersamaan dalam alam, bahkan Ditemukannya angka virus yang lebih tinggi pada pasien
pada pejamu manusia yang sama atau spesimen hasil dengan penyakit daripada orang sehat dengan usia dan
buangan yang sama. tingkat sosioekonomi yang sama yang ringgal di daerah
dan pada waktu yang sama. (2) Antibodi terhadap virus
Pengendalian terbentuk selama perjalanan penyakit. Jika sindrom klinis
Tidak ada vaksin atau obat antivirus yang saat ini tersedia disebabkan oleh agen yang dikenal lainnya, bukti virologi
untuk pencegahan atau pengobatan penyakit yang atau serologi harus negatif untuk infeksi yang terjadi
bersamaan dengan agen tersebut. (3) Virus diisolasi dari
disebabkan oleh coxs4ckievirus.
cairan tubuh atau jaringan yang mengalami lesi misalnya,
dari cairan serebrospinalis pada kasus meningitis aseptik.
ECHOVIRUS
Banyak echovirus dihubungkan dengan meningitis
Echovirus (virus rnteric cytopathogenic Euman arphan) aseptik. Ruam sering terjadi pada ripe 4,9,16 ("penyakit
dikelompokkan bersama karena menginfeksi saluran eksantema Boston"), dan 18. Ruam paling sering timbul
pencernaan manusia dan dapat ditemukan pada manusia pada anak.yang lebih muda. Kadang-kadang, terjadi
hanya dengan inokulasi biakan jaringan tertentu. Telah konjungtivitis, kelemahan otot, dan spasme (tipe 6' 9'
dikenal lebih dari 30 serotipe, tetapi tidak semuanya dan lain-lain). Diare pada bayi dapat disebabkan oleh
menyebabkan penyakit pada manusia. Meningitis aseptik, beberapa tipe, tetapi kausalitasnya belum ditentukan.
ensefalitis, penyakit demam dengan atau tanpa ruam, dan Kebanyakan echovirus tidak pernah dibuat definisi
selesrna adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh kesatuan penyakit.
echovirus. Dengan eliminasi poliomielitis yang sungguh-sungguh
di negara maju, diduga sindrom sistem saraf pusat akibat
Sifat Virus echovirus dan coxsackievirus lebih menonjol' Sindrom
A. PERTUI.IBUHAN VIRUS sistem saraf pusat yang disebabkan oleh coxsackievirus
Biakan sel ginjal monyet merupakan metode pilihan untuk pada anak berusia di bawah I tahun dapat menimbulkan
isolasi agen ini. Beberapa juga memperbanyak diri dalam sekuel gangguan neurologi dan mental.
sel amnion manusia dan galur sel seperti HeLa.
Diagnosis Laboratorium
Awalnya, echovirus dibedakan dengan coxsackievirus
berdasarkan kegagalannya menghasilkan perubahan Pada setiap kasus, tidak mungkin mendiagnosis infeksi
patologi pada mencit baru lahir, tetapi echovirus 9 dapat echovirus berdasarkan temuan klinis. Namun, pada situasi
menimbulkan paralisis pada mencit baru lahir. Sebaliknya, epidemik berikut, echovirus harus dipikirkan: (l) wabah
strain beberapa tipe coxsackievirus (terutama A.9) tidak meningitis aseptik musim panas dan (2) epidemik musim
memiliki patogenisitas pada tikus sehingga menyerupai panas, terutama pada anak yang lebih muda, penyakit
echovirus. Variabilitas pada sifat biologi ini merupakar-r demam dengan ruam.
alasan utama mengapa enterovirus baru tidak lagi Diagnosis berganrung pada uji laboratorium. Prosedur
disubklasifikasikan sebagai echovirus atau coxsackievirus. pilihan adalah isolasi virus dari aPusan tenggorokan, tinja,
apusan rektal, dan, pada meningitis aseptik, cairan
B. SIFAT ANTIGEN serebrospinalis. Echovirus tertentu mengaglutinasi
eritrosit manusia grup 0. Uji serologi tidak praktis-
@ b.tb.d",.1^h d-d*t,tfik"ti-
karena banyak dpe virus yang berbeda-kecuali bila virus
Tipe berbeda dapat dipisahkan berdasarkan uji
diisolasi dari pasien atau selama wabah penyakit klinis
neutralisasi silang. Varian yang ada sama sekali tidak
yang khas. Antibodi penghambat hemaglutinasi dan
menyerupai prototipe. Usaha untuk membuar sistem
penetral bersifat spesifik tipe dan dapat menetap selama
klasifikasi berdasarkan analisis molekular belum
bertahun-tahun.
menghasilkan sistem yang cocok dengan hasil serologi.
Jika diisolasi dari biakan jaringan, agen diuji dengan
kelompok antiserum berbeda terhadap enterovirus.
Patogenesis & Patologi
Penentuan tipe virus dilakukan dengan imunofluoresensi
Patogenesis infeksi pencernaan sama dengan patogenesis atau uji Nt. Infelai oleh dua enterovirus atau lebih dairat
enterovirus lain. Virus dapat ditemukan dari tenggorok terjadi secara simultan.
dan tinja; pada tipe tertentu yang menyebabkan meningitis Pemeriksaan deteksi asam nuldeat, seperti reaksi rantai
aseptik, virus diambil dari cairan serebrospinalis. polimerase, lebih cepat daripada isolasi virus untuk
diagnosis. Meskipun tidak dapat diidentifikasi dengan
fbmuan Klinis r.aksi rantai polimerase, virus spesifik sering tidak
Untuk menentukan hubungan etiologi echovirus dengan diperlukan untuk mene ntukan serotipe spesifik
penyakit, digunakan kriteria di bawah ini: (l) enierovirus penginfeksi yang menyebabkan penyakit.
PICORNAVIRUS (GRUP ENTEROVIRUS & RHINOVIRUS) I

Epidemiologi selama I hari dan durasi 8-10 hari. Terjadi pemulihan


sempurna. Virus sangat mudah menular dan menyebar
Epidemiologi echovirus sama ddngan enterovirus lain. cepat di tempat yang padat atau tidak higienis, Tidak ada
Virus tersebut terdapat di semua belahan dunia dan lebih pengobatan yang efektif.
mudah ditemukan pada orang muda daripada orang tua. Enterovirus 7l telah diisolasi dari pasien dengan
Di zona beriklim sedang, infeksi terutama terjadi pada meningitis, ensefalitis, dan paralisis yang menyerupai
musim panas dan dingin, dan sekitar lima kali lebih sering poliomielitis Di seluruh dunia, virus ini merupakan salah
menyerang anak dari keluarga berpenghasilan rendah satu penyebab utama penyakit sistem saraf pusat (kadang-
daripada mereka yang hidup dalam keadaan yang lebih kadang bersifat fatal). Di beberapa dxslxh-1s1utama di
baik.
Jepang, Taiwan, dan Swedia-virus menyebabkan wabah
Echovirus yang paling sering ditemukan di seluruh penyakit tangan-kaki-dan-mulut serta herpangina. Pada
dunia pada periode 1967-1974 adalah tipe 4, 6,9, ll, suatu epidemik cii Thiwan pada tahun 1998, komplikasi
dan 30. Pada periode 1993-f996, tipe 6, 9, 11, dan 30 neurologi utama berupa ensefalitis batang otak, dan
adalah echovirus yang paiing sering diisolasi di Amerika sebagian besar kematian disebabkan oleh edema paru
Serikat, dan penyakit yang paling sering terjadi pada pasien dan perdarahan.
tersebut adalah meningitis aseptik dan ensefalitis. Namun,
sama sePerti semua enterovirus, penyebaran serotipe yang
ENTEROVIRUS DALAM LINGKUNGAN
berbeda dapat terjadi secara bergelombang.
Penelitian pada keluarg^ yang terinfeksi enterovirus Manusia adalah satu-satunya reservoir yang diketahui
menunjukkan betapa mudahnya virus ini menyebar dan untuk anggota grup enterovirus manusia. Virus ini
tingginya frekuensi infeksi pada orang yang tidak umumnya keluar dalam waktu yang lebih lama dalam
terbentuk antibodi dari pajanan sebelumnya. Keadaan tinja daripada dalam sekret dari saluran Pencernaan atas.
ini terjadi pada semua enterovirus. Oleh karena itu, kontaminasi fekal (tangan, peralatan,
Terjadi penyebaran virus secara luas. Pada periode makanan, air) adalah cara.lazim penyebaran virus.
ketika 149 penduduk suatu kota berpenduduk 740.00A Enterovirus terdapat dalam jumlah yang bervariasi dalam
masuk rumah sakit karena penyakit echo 9, sekitar 67o pembuangan kotoran. Hal ini berperan sebagai sumber
populasi, atau 45.000 orang, menderita penyakit seruPa' kontaminasi suplai air yang digunakan untuk minum'
mandi, irigasi, atau rekreasi (Gambar 36-5). Enterovirus
Pengendalian bertahan hidup dari pajanan penanganan kotoran dan
klorinasi pada praktik umum, dan kotoran manusia di
Sangat dianjurkan bagi anak kecil untuk menghindari
banyak belahan dunia dibuang ke dalam air alami dengan
kontak dengan pasien yang memperlihatkan penyakit
sedikit atau tanpa penanganan. \7abah yang ditularkan
demam ai<ut, terutama mereka dengan ruam. Penggunaan
melaiui air yang disebabkan oleh enterovirus sulit
imunoglobulin untuk neonatus dengan kecurigaan infelsi
dikenali, dan diperlihatkan bahwa virus dapat berjalan
enterovirus tampaknya memberikan manfaat yang
jauh dari sumber kontaminasi namun tetap bersifat
terbatas. Tidak ada antivirus atau vaksin yang tersedia
infeksius. Adsorpsi terhadap bahan sedimen dan organik
untuk pengobatan atau pencegahan penyakit echovirus
apa pun.
melindungi virus dari inaktivasi dan membantu
transpornya. Kerang pemakan (tiram, remis besar, remib)
ditemukan menimbun virus dari air dan, bila tidak
TIPE ENTEROVIRUS LAIN dimasak secara adekuat, dapat menimbulkan penyakit.
Empat enterovirus (tipe 68-71) tumbuh pada biakan ginjal Standar bakteriologi yang menggunakan indeks koiifbrmis
monyet dan tiga di antaranya menyebabkan penyakit pada f-ekal sebagai pemantau kualitas,air mungkin bukan
manusia. merupakan refleksi yang adekuat untuk potensi transmisi
Enterovirus 68 diisolasi dari saluran pernapasan anak penyakit akibat virus.
dengan bronkiolitis arau pneumonia.
Enterovirus 70 adalah penyebab utama konl'ungtivitis
hemoragik akut. Virus diisolasi dari konjungtiva pasien
yang rnenglami penyakit ini yang terjadi pandemik pada
r GRUP RHINOVIRUS
tahun 1969-1971 di Afrika dan Asia Tenggara. Rhinovirus adalah virus selesma. Virus-virus ini
Konjungtivitis hemoragi akut mempunyai awitan rnerupakan agen yang paling sering ditemukan dari orang
perdarahan subkonjungtiva mendadak yang berkisar dari dengan penyakit pernaPasan atas ringan. Virus ini
petekie kecii sampai bercak perdarahan besar yang biasanya diisolasi dari sekret hidung tetapi juga dapat
menutupi konjungtiva bulbar. Penyakit ini paling sering ditemukan pada tenggorok dan sekret oral. Virus ini-
terjadi pada orang dewasa dengan periode inkubasi beserta coronavirus, adenovirus, enterovirus, virus
510 BAB 36

Gambar 36-5. .lalur transntisi virus enterik yang potensial pada lingkungan. (Direproduksi dengan seizin dari Melnick JL, Gerba
CP,Walls C:Viruses in water. BullWorld l-lealth 0rgan 1978;56:499.)

parainfluenza, dan virus influenza-menyebabkan infeksi Patogenesis & Patologi


saluran pcrnapasan atas, termasuk sindrom selesma.
Virus masuk melalui saluran pernapasan atas. Titer virus
yang tinggi dalam sekret hidung--yang dapat ditemukan
Sifat Virus paling celat 2-4 hari setelah pajanan-menyebabkan
A. SIFAT UMUM penyakit malsimal. Setelah itu, titer virus turun, meskipun
penyakit menetap. Pada beberapa keadaan, virus mungkin
Rhinovirus adalah picornavirus yang sama dengan tetap dapat dideteksi selama 3 minggu. Terdapat korelasi
enterovirus tetapi berbeda dari enterovirus yang memiliki
Iangsung antara jumlah virus dalam sekret dan beratnya
berat jenis dalam cesium klorida 1,40 gl ml dan labil pcnyaki r.
terhadap asam. Inaktivasi sempurna rerjadi pada pH 3,0. Replikasi terbatas pada epitel permukaan mukosa
Rhinovirus lebih stabil terhadap remperarur daripada
hidung. Biopsi memperlihatkan bahwa perubahan
enterovirus dan dapat bertahan hidup selama beberapa
histopatologi terbatas pada submukosa dan epitel
jam pada permukaan lingkungan.
permukaan. Perubahan ini berupa edema dan infiltrasi
selular ringan. Jumlah dan konsentrasi protein sekret
B. KERENTANAN HEwAN DAN PERTUMBUHAN VIRUs
hidung meningkat.
Virus ini bersifat infeksius hanya pada manusia, siamang, Rhinovirus jarang menyebabkan penyakit saluran
dan simpanse. Virus tumbuh dalam sejumlah galur sel pernapasan bawah. Percobaan dalam keadaan terkendali
manusia, termasuk garis WI-38 dan MRC-5. Biakan organ menunjukkan bahwa kedinginan, termasuk pemakaian
epitel trakea manusia dan musang diperlukan untuk pakaian basah, tidak menimbulkan flu atau meningkatkan
beberapa strain yang tidak mengganggu. Sebagian besar kerentanan terhadap virus. Kedinginan adalah gejala awal
tumbuh lebih baik pada 33')C, sama dengan r€mperarur selesma.
nasofaring manusia, dibandingkan pada 37 0C.
Temuan Klinis
C. SIFAT ANTIGENIK
Periode inkubasi singkat-mulai dari 2 hari sampai 4
Telah dikenal lebih dari 100 serotipe. Serotipe baru hari-dan penyakit akut biasanya berlangsung selama 7
didasarkan pada tidak adanya reaktivitas silang pada uji hari meskipun batuk nonproduktif dapat menetap selama
Nt yang menggunakan antiserum poiiklonal. 2-3 mingg',:,. Orang dewasa rata-rata mendapat serangan
PICORNAVIRUS (GRUP ENTEROVIRUS & RHINOVIRUS) I 511

sebanyak l-2 kali setiap tahun. Gejala yang lazim pada serotipe berbeda mendominan selama musim penyakit
orang dewasa adalah bersin, obstruksi hidung, sekret pernapasan yang berbeda. Meskipun biasanya terdapat
hidung, dan nyeri tenggorok; gejala lain dapat meliputi jumlah serotipe terbatas yang menyebabkan penyakit pada
nyeti kepala, batuk ringan, malaise, dan rasa seperti suatu waktu tertentu, jumlah serotipe yang mampu
menggigil. Terdapat demam ringan atau bahkan tidak ada. menyebabkan penyakit mungkin besar.
Mukosa nasofaring dan hidung menjadi merah dan
membengkak, serta indera penghidu menjadi kurang Pengobatan & Pengendalian
tajam. Tidak ada temuan klinis khusus yang memung-
Tidak ada metode pencegahan atau pengobatan spesifik
kinkan diagnosis edologi'flu disebabkan oleh rhinovirus yang tersedia. Perkembangan vaksin rhinovirus yang
dengan flu yang disebabkan oleh virus lain. Infelai bakteri
poten tidak mungkin terjadi karena kesulitan mem-
sekunder dapat menimbulkan otitis media akut, sinusitis,
biakkan rhinovirus dengan titer yang tinggi dalam biakan,
bronkitis, atau pn€umonitis, terutama pada anak. pendeknya masa kekebalan, dan banyaknya serotipe yang
menyebabkan flu. Selain itu, terdapat banyak serotipe
lmunitas rhinovirus selama wabah tunggal penyakit pernapasan dan
Antibodi penetral terhadap virus penginfeksi terbentuk jarang kambuh kembali di daerah yang sama. Injeksi
dalam serum dan sekret sebagian besar orang. Bergantung vaksin yang dimurnikan memperlihatkan bahwa kadar
pada uji yang digunakan, perkiraan frekuensi respons antibodi serum yang tinggi sering kali tidak disertai dengan
berkisar dari 37o/o sampai lebih dari 90%. Antibodi serum peningkatan serupa pada antibodi sekretoris lokal, yang
menetap selama bertahun-tahun tetapi titernya menurun. mungkin merupakan faktor paling signifikan dalam
Tampak terjadi penurunan kadar antibodi sekret hidung pencegahan penyakit.
yang lebih besar. Obat antivirus dianggap lebih mungkin mengendalikan
Antibodi terbentuk 7-21 hari setelah infeksi; waktu rhinovirus karena masalah pengembangan vaksin. Banyak
rerbentuknya antibodi penetral dalam sekret hidung senyawa efektif in uitro, namun tidak efektif secara klinis.
bersamaan dehgan terbentuknya antibodi dalam serum. Struktur tiga dimensi partikel virus yang dilaporkan dapat
Karena penyembuhan penyakit biasanya mendahului menjadi dorongan baru untuk mencari obat antivirus bagi
timbulnya antibodi, tampaknya penyembuhan tidak rhinovirus. Obat-obatan yang sedang dirancang berikatan
bergantung pada antibodi. Namun, antibodi dapat dengan dasar "jurang" virus sehingga pengikatan reseptor
melengkapi bersihan akhir infeksi. Interferon dapat tidak terjadi (Gambar 36-l). Pendekatan lain adalah
berperan dalam penyembuhan. menghambat tempat reseptor seluiar menggunakan
antibodi monoklonal atau agen lain.
Epidemiologi Pemberian dosis tinggi interferon aifl intranasal selama
5 hari efektif dalam mencegah penyebaran rhinovirus
Penyakit terjadi di seluruh dunia. Di daerah beriklim
dari kasus indeks dalam keluarga. Interferon alfa tidak
sedang, tingkat serangan paling tinggi pada awal musim
efektif sebagai pengobatan infeksi yang sudah terjadi.
gugur dan akhir musim semi. Anggota masyarakat yang
Pada studi lapangan, penggunaan tisu kertas virusidal
terisolasi merupakan kelompok yang sangat rentan.
secara nyata menurunkan transmisi flu rhinovirus.
Virus diyakini ditularkan melalui kontak erat, melalui
sekret pernapasan yang terkontaminasi virus. Jari orang
dengan flu biasanya terkontaminasi dan transmisi ke orang
yang rentan kemudian terjadi tangan ke tangan, tangan
I PENYAKIT KAKI-DAN.MULUT
ke mata, atau tangan ke benda (misal, knop pintu) ke (APHTHOVIRUS PADA SAPI)
kontaminasi tangan. Rhinovirus dapat bertahan selama
beberapa jam pada permukaan lingkungan yang Penyakit yang sangat infeksius pada hewan berkuku dua
terkontaminasi. Inokulasi sendiri setelah kontaminasi seperti sapi, domba, babi, dan kambing ini jarang terjadi
tangan dapat merupakan cara penyebaran yang lebih di Amerika Serikat tetapi endemik di Meksiko dan
penting daripada melalui partikel yang dibawa udara. Kanada. Penyakit dapat ditularkan ke manusia meialui
Tingkat infeksi paling tinggi pada bayi dan anak dan kontak atau ingesti. Pada manusia, penyakit ditandai
menurun seiring bertambahnya usia. Keluarga merupakan dengaii demam, salivasi, dan vesikulasi selaput lendir
tempat utama penyebaran rhinovirus. Masuknya virus orofaring dan kulit telapak tangan, kaki, jari dan ibu
j ari.
umumnya berhubungan dengan anak usia sekolah dan
prasekolah. Laju serangan kedua dalam keluarga Virus merupakan picornavirus yang khas dan labil
bervariasi dari 30o/o sampai 70o/o. dalam asam, dengan berat jenis dalam cesium klorida
Dalam satu komunitas, berbagai serotipe rhinovirus 1,43 glml. Terdapat setidaknya tujuh tipe dengan lebih
menyebabkan wabah penyakit pada saru musim dan dari 50 subtipe.
512 BAB 36

ii:\itltiiil
Penyakit ini sangat menular pada hewan pada stadium ir:i
I:ll\.j.:'jj
dini infeksi ketika terjadi viremia dan vesikel dalam mulut LEf.Sl .!,'q

serta ruptur kaki yang mengeluarkar-r banyak virus.


Materi yang diekskresi masih inleksius untuk jangka
waktu lama" Angka mortalitas pada hewan biasanya rendah
tetapi dapat mencapai 7070. Hewan yang terinfeksi dapat
menghasilkan susu dan daging yang buruk. Banyak sapi
berperan sebagai fokus infelai sampai 8 bulan. Imunitas
setelah infeksi berlangbung singkat.
Berbagai hewan rentan terhadap infeksi. Penyakit khas
dapat direproduksi dengan melakukan inokulasi virus ke
daiam bantalan kaki. Vaksin yang diberi forrnalin dibuat
dari virus yang ditumbuhkan dalam biakan jaringan, tetapi
vaksin demikian tidak menimbulkan kekebalan jangka
panjang. Vaksin baru sedang dikembangkan berdasarkan
teknik DNA rekombinan.
Metode pengendalian penyakir dite nrukan oleh
tingginya tingkat kemampuan menularkan dan resistansi
virus terhadap inaktivasi. Jika fokus infeksi terjadi di
Amerika Serikat, semua hewan yang terpajan harus
dimatikan dan bangkainya dimusnahkan. Karantina ketar
harus dilakukan, dan daerah tefsebut harus dianggap tidak
aman sampai hewan yang rentan tidak rncmperiii.:atkar'
gejala daiam 30 hari. Metode lain adaiah melakukan
karantina sekumpulan hewan dan memberil<an vaksin
kepada semua hewan yang tidak terserang virus. Negara
lain telah berhasil memberlakukan jadwal vaksinasi
sistematik. Beberapa negara (misal, Amerika Serikat dan
Australia) melarang impor bahan yang potensial infektif
seperti daging segar, dan penyakir ini telah dibasmi di
daerah tersebut. Meskipun demikian, burung yang
bermigrasi dapat berperan sebagai cttrrier virus dari satu
negara ke negara iain.

tep,at
PICORNAVIRUS (GRUP ENTEROVIRUS & RHINOVIRUS) I 513

KEPUSTAKAAN
Couch RB: Rhinovinrses. Ln: Fields Virology,4th ed. Knipe DM et ai
(editors). Lippiacott Wiliiams &.Wilkins, 2001.
Pallansch MA, Roos RP: Enteroviruses: Polioviruses, coxsackieviruses,
echoviruses, and newer enteroviruses. In: Fields Virologl, 4th e:d-
Knipe DM et al leditors]. Lippincott Williams & Wilkins, 2001.
Racaniello \rR, Ren R: Poliovirus biology and pathogenesis. Curr Top
Microbiol Immunol I 996;206:305.
Rotbart IIA Antivirus therapyfor entemviruses md rhinoviruses. Antivirus
Chem Chemother 2000;11:261.
Techaical Consultative Group to the World Health Organization on the
G1obal Eradication ofPoliomyelitis: "Endgame" issues for the global
polio eradication initiative. Clin Infect Dis 2002;34:72-
Reovirus, Rotavirus, & Ca licivirus

Reovirus adalah virus berukuran sedang dengan genom Reovirus biasanya tidak stabil terhadap panas, pada
RNA untai ganda bersegmen. Famili ini termasuk pH antara 3,0-9,0, dan terhadap pelarut lipid, tetapi virus
rotavirus manusia, penyebab gastroenteritis infar-rtil ini diinaktifkan oleh etanol 95o/o, fenol, dan klorin.
terpenting di seluruh dunia (Gambar 37-l). Gastroenteritis Pengobatan terbatas dengan enzim proteolitik menambah
akut adalah penyakit yang sangat umum dan memiliki inefektivitas.
dampak yang signifikan pada kesehatan masyarakat. Di
negara berkembang penyakit ini diperkirakan menyebabkan Klasifikasi
sebanyak 3,5 juta kematian pada anak usia prasekolah
Famili Reoviridae dibagi menjadi sembilan ger.rus. Empat
setiap tahunnya. Di Amerika Serikat, gastroenteritis akut
genus dapat menginfbksi manusia dan hewan: Orthoreouinrs,
hanya menduduki peringkar kedua setelah infeksi
Rotauirus, Cobiuirus, dan Orbiuirus. Empat genus lainnya
pernapasan akut sebagai penyebab penyakit dalam
keluarga.
hanya menginfeksi tumbuhan dan serangga, dan satu
Calicivirus adalah virus kecil dengan genom RNA genus menginleksi ikan.
untai tunggal. Famili virus ini termasuk virus Norwalk, Sedikitnya terdapat tiga subgrup utama dan sembilan
penyebab urama gasrroenteritis epidemik nonbakterial
serotipe rotavirus manusia. Snain yang berasal dari
di seluruh dunia. manusia dan hewan mungkin memiliki serotipe yang
sama. Lima serotipe lainnya hanya ditemukan pada hewan.
Tiga serotipe reovirus yang berbeda telah dikenali,
SIFAT REOVIRUS
bersamaan dengan sekitar 100 serotipe orbivirus yang
Sifat-sifat reovirus yang penting diringkas dalam Tabel berbeda dan dua serotipe coltivirus.
37 -r.
Replikasi Reovirus
Struktur & Komposisi Partikel virus mene mpe 1 pada resepror spesifik di
Virion berdiameter 60-80 nm dan memiliki dua rangka permukaan sel (Gambar 37-3). Protein perlekatan sel
kapsid yang konsentris, masing-masing rangka berbentuk untuk reovirus adalah hemaglutinin virus (protein o1),
ikosahedral. (Rotavirus berstruktur tiga lapis). Rotavirus sebuah komponen minor pada kapsid luar.
memiliki 132 kapsomer; tidak terdapat selubung. Fartikel Setelah perlekatan dan penetrasi, terjadi pelepasan
virus berangka tunggal yang tidak memiliki kapsid luar selubung partikel virus di lisosom dalam sitoplasma sel.
berdiameter 50-60 nm. Inti partikel bagian dalam Hanva rangka terluar virus yang dilepaskan dan RNA
berdiameter 33-40 nm (Gambar 37-2). Partikel berangka trankriptase terkait-inri diaktif'kan. Transkriptase ini
ganda merupakan bentuk virus infeksius yang sempurna. mentranskipsi molekul mRNA dari untai negatif masing-
Genom terdiri dari RNA untai ganda di dalam 10-12 masing segmen genom RNA unrai ganda yang terdapat
segmen yang tersebar dengan ukuran genom total 16-27 di dalam inti yang utuh. Molekul nRNA fungsional
kbp, tergantung genusnya. Rotavirus mengandung 1 I memiliki ukuran yang sama dengan segmen genom. Inti
segmen genom, sedangkan orthoreovirus dan orbivirus reovirus mengandung semua enzim yang diperlukan daiam
masing-masing memiliki sepuluh segmen dan coltivirus transkripsi penudungan dan pengeluaran mRNA dari inti,
mempunyai i2 segmen. Ukuran segmen RNA individual meninggalkan segmen genom RNA untai ganda di dalam
bervariasi dari 680 bp (rotavirus) hingga 3900 bp inti.
(orthoreovirus). Inti virion mengandung beberapa enzim Begitu dikeluarkan dari inti, mRNA diterjemahkan
yang dibutuhkan untuk transkripsi dan penudungan RNA menjadi produk gen primer. Beberapa transkrip panjang
virus. mengalami pelepasan kapsid untuk membentuk partikel

514
REOVIRUS, ROTAVIRUS, & CALICIVIRUS 515

Tidak diketahui Tidak diketahtti Rotavirus


Parasii
Bakteri lain

Escherichia
cot Toksigenik
Bakteri
Adenovirus
Astrovirus Calicivirus Astrovirus
Calicivirus

Negara maju Negara berkembang

Gambar 37-1. Perkiraan peranan agen penyebab pada beberapa penyakit diare berat yang membutuhkan perawatan
di rumah sakit pada bayi dan anak kecil di negara maju (kiri) dan di negara berkembang (kanan). (Direproduksi dengan izin,

dari Kapikian AZ: Viral gastroenteritis. JAMA i 993;269:627.)

virus immatur. Replikasi virus berfungsi untuk ROTAVIRUS


menyintesis untai sense-negatif untuk membentuk
segrrlen genom untai ganda. Replikasi untuk membentuk ftotavirus merupakan perryebab utama penyakit diare pada
progeni RNA unta-ganda ini terjadi di dalam struktur bayi manusia dan hewan muda, termasuk sapi dan babi
inti yang han'rpir lengkap. Mekanisme yang memastikan muda. inleksi pada rnanusia dan hervan dervasa juge sering
penyusunan komplemen segmen genorn menjadi inti virus ditemukan. Beberapa rotavirus merupakan agen diare
yang berkembang secara benar tidak diketahui. pacla bayi manusia, diare sapi Nebraska, diare epizoorik
Polipe ptida virus mungkin tersusun sendiri untuk pada bayi mencit, dan virus SA1 1 pada monyet.
membentuk rangka kapsid luar dan dalam. Rotavirus menycrupai reovirus dalam hal morlologi
'Reovirus menghasilkan badan inklusi di dalam dan strategi replikasi.
sitoplasma tempat ditemukannya partikel virus. Pabrik
virus ini sangat berkaitan dengan struktur tubular
(mikrotubulus dan filamen intermediarr). Morfogenesis
Rotavirus melibatkan budding partikel rangka-tunggal ke
dalam retikulum endoplasma kasar. " Pseudoenuelopff" yang
didapatkan kemudian dilepaskan, dan kapsid luar
ditambahkan (Gambar 37-3), Lintasan yang tidak biasa
ini digunakan karena sebagian besar protein kapsid luar
mengalami glikosilasi.
Lisis sel menyebabkan pelepasan progeni virion.

Tabel 37-1. Sifat-sifat penting reovirus

Virion: lkosahedral, diameter 60-80 nm, kapsid rangka


ganda
Komposisi: RNA (15%), protein (85%)
Genom: RNA untai ganda, linear, bersegmen (10-12
segmen); ukuran genom total 16-27 kbp- .:r3;$i\rli
Protein: Sembilan protein struktural; inti mengandung
. beberapa enzim
Selubung: Tidak ada (terdapat selubung semu sementara
saat morfogenesis partikel rotavirus) Gambar 37-2. Elektromikrografi sediaan rotavirus
Replikasi: Sitoplasma; virion tidak seluruhnya tidak manusia dengan pewarnaan negatif. (D, partikel rangka
dilapisi. ganda;S, partikel rangka tunggal;E, kapsid kosong;i,
Karakteristik yang menonjol: fragmen rangka dalam;io, fragmen kombinasi rangka
Penyusunan ulang genetik cepat terjadi luar dan dalam). lnset: Partikel rangka tunggal
Rotavirus merupakan penyebab utama diare infantil clidapatkan dengan memberikan natrium dodesil sulfat
Reovirus merupakan contoh yang baik untuk penelitian pada sediaan virus . Batang, 50 nm' (Sumbangan J Esparza dan
molekular patogenesis virus F Cit.)
515 BAB 37

lnfeksi virus

,
Partikel rangka-
-.. tunggal {
)t
vP1 ,2,3,6
NSP2,5
Penyusunan partikel rangkatunggal w
'."r);:ll
7MG\--\\*

"1.{.
zMG
\_^n+
mRNA\.+
trJYr't /f
:" \
Ca2*
;.JJ'+ +.r
vP1,2.3,4,6,7 I
NSP1,2,3,5
J
)- /

\ Lisis
\ sel
#"irionproseni
Gambar 37-3. Gambaran siklus replikasi rotavirus. (Direproduksi, dengan izin, dari Estes MK: Rotaviruses and their replication. ln Fields
Viralagy,3'd ed.Fields BN et al leditors]. Lippincott-Raven, 1996.)

Klasifikasi & Sifat Antigen Studi epiderniologi molekular telah menganalisis isolat
berdasarkan perbedaan migrasi segmen genom 11 setelah
Rotavirus diklasifikasikan menjadi lima kelompok (A-E)
elektroforesis RNA di dalam gel poliakrilamida (Gambar
berdasarkan epitop antigen pada struktur interna protein
VP6. Struktur tersebut dapat dideteksi dengan 37-5). Perbedaan pada elektroferotip tersebut dapat
digunakan untuk membedakan virus grup A dari grup
imunofluoresensi, ELISA, dan mikroskop imuno-elektron
lain, tetapi tidak dapat digunakan untuk memperkirakan
(lEM). Rotavirus Grup A merupakan patogen yang
seroripe.
tersering pada manusia. Kapsid luar protein VP4 dan
VP7 membawa epitop yang penting dalam aktivitas
Kerentanan Hewan
netralisasi, dengan glikoprotein VP7 sebagai anrige n
predominan. Antigen spesifik tipe ini berbeda di antara Rotavirus memiiiki kisaran pejamu yang luas. Kebanyakan
berbagai rotavirus dan dapat dibuktikan dengan uji Nt. isolat didapatkan dari hewan yang baru lahir dengan diare.
Berbagai serotipe telah ditemukan pada rotavirus manusia Infeksi silang spesies dapat terjadi pada inokulasi
dan hewan. Beberapa rotavirus manusia dan hewan eksperimental, tetapi tidak jelas apakah dapat terjadi di
memiliki spesifikasi serotipe yang sama. Misalnya, virus alam. Rotavirr-rs babi menginfeksi babi yang baru lahir
monyet SA1 1 secara antigen sangat mirip dengan seroripe maupun yang muda. Hewan yang baru lahir sering
manusia 3. Penetapan Penyandian gen yang menentukan menunjukkan gejala subklinis yang mungkin disebabkan
spesifikasi struktur dan antigen rotavirus diperlihatkan adanya antibodi maternal, sedangkan penyakit yang jelas
pada gambar 37-4. terdapat pada hewan yang muda.
REOVIRUS, ROTAVIRUS, & CALICIVIRUS 517

Segmen
RNA
1- VP1
2-- vP2
vP4,
l= VP3
VP4 netralisasi
antigen

VP6,
antigen
7
subgrup
8
9 vP7,
netralisasi
L1 antigen
Nse+
1s
11
-Sry- NSP5 Sub-inti
-m-
Gambar 37-4. Penentuan penyandian-gen untuk spesifikasi antigen prdtein rotavirus. Yang diperlihatkan di sisi kiri
adalah segmen genom RNA dan produk protein yang disandi. Di bagian tengah adalah gambaran skematik partikel
rotavirus lengkap dengan lokasi protein struktural yang ditunjukkan pada rangka yang berbeda. Gambar pada sisi
kanan memperlihatkan struktur tiga-dimensi partikel virus. Partikel yang lengkap diperlihatkan pada setengah
bagian kiri; struktur pada setengah bagian kanan menunjukan rangka luar dan dalam yang diangkat sebagian untuk
memperlihatkan rangka tengah dan dalam. (Direproduksi dari Estes Mk: Rotaviruses and their repl.ication.ln FieldsVirology 3'4ed. Fields
BN et al [editors]. Lippincott-Raven, 1996. Dimodifikasi dari Conner ME, Matson D0, Estes IVK: Rotavirus vaccines and vaccinati0n potential. CurrTop
Microbiol lmmunol 1994',185'285, dengan struktur BVV Prasad dan A Shaw yang tidak dipublikasikan,)

Reproduksi dalam Biakan Sel Temuan Klinis & Diagnosis Laboratorium

Rotavirus adalah agen yang sulit dibiakkan. Sebagian besar Rotavirus menyebabkan sebagian besar per.ryakit diare
rotavirus manusia grup A dapat ditanam bila sebelumnya pada bayi dan anak di seluruh dunia tetapi tidak pada
diberikan enzim proteolitik tripsin dan jika pada medium orang dewasa (Tabel 37-2). Masa inkubasi selama 1-3
biakan jaringan diberikan tripsin kadar rendah. Hal ini hari. Gejala yang khas antara lain adalah diere encer,
membentuk celah pada protein kapsid luar dan demam, nyeri abdomen, dan muntah, yang menimbr.rll<an
deh idra.si.
memfasilitasi pelepasan selubung. Sangar sedikit strain
rotavirus nongrup A yang berhasil ditanam. Pada bayi dan anak, kehilangan cairan dan elektrolit
yang berat dapat berakibat fatal biia tidak diobati. Gejala
Patogenesis pada pasien dengan kasus yang lebih ringan berlangsung
selama 3-8 hari kemudian pulih total. Namun, ekskresi
Rotavirus menginfeksi sel pada vili usus halus (mukosa virus di dalam feses dapat menetap hingga 50 hari setelah
lambung dan kolon tidak terkena). Virus ini bermultiplikasi awitan diare. Terjadi infeksi asimtomatik dengan
di dalam sitoplasma enterosit dan merusak mekanisme serokonversi. Pada anak dengan imunodefisiensi, rotavirus
transpor. Salah satu protein pengode rotavirus, NSP4, dapat menyebabkan penyakit yang berat dan lama.
adalah enterotoksin virus dan menginduksi sekresi dengan Orang dewasa yang kontak mungkin dapat terinfeksi,
memicu lintasan transduksi sinyal. Sel yang rusak dapat dibuktikan dengan serokonversi, tetapi )arang timbul
pecah ke dalam lumen usus dan melepaskan banyak virus, gejala dan virus jarang terdeteksi di dalam feses. Sumber
yang terlihat di feses (hingga 10r0 partikel per gram feses). infeksi tersering adalah kontak dengan penderita anak.
Ekskresi virus biasanya berlangsung selama 2-12 hari pada Namun, epidemik penyakit yang berat pernah ter.jadi
orang yang sehat tetapi bisa lebih lama pada orang yang pada orang dewasa, terutama pada populasi yang tertutup,
kurang gizi. Diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat seperti bangsal geriatri. Rotavirus grup B menyebabkan
terjadi akibat gangguan absorbsi narrium dan glukosa wabah besar gastroenteritis yang berat pada orang dewasa
karena sel vili yang rusak digantikan oleh sel kripta imatur di Cina (Tabel37-2).
yang tidak mengabsorbsi. Diperlukan waktu sekitar 3-8 Diagnosis laboratorium berupa adanya virus di dalam
minggu untuk mengembalikan fungsi normal. feses yang diambil pada awal penyakit dan saat titer
518 BAB 37

berusia antara 6 bulan hingga 2 tahun dan penyebaran


tampaknya terjadi melalui rute oral fekal. Sering terjadi
infeksi nosokomial.
Rotavirus muncul secara serentak. Saat usia 3 tahuh,
90% anak memiliki serum antibodi terhadap satu tipe
atau lebih. Prevalensi antibodi rotavirus yang tinggi
dipertahankan pada orang dewasa, menandakan reinfeksi
viius subklinis. Reinfeksi rotavirus sering terjadi; telah
diperlihatkan, seorang anak hingga usia 2 tahun dapat
mengalami reinfeksi hingga 5 kali. Infeksi asimtomatik
lebih sering berupa reinfeksi berturut-turut. Faktor
kekebalan lokal, seperti IgA sekretoris atau interferon,
penting untuk melindungi terhadap infeksi rotavirus'
infeksi asimtomatik sering terjadi pada bayi yang berusia
di bawah 6 bulan, ketika antibodi maternal protektif yang
didapatkan oleh neonatus secara pasif masih ada' Infeksi
p"da neonatus tersebut tidak mencegah reinfeksi, tetapi
melindungi terhadap perkembangan penyakit yang berat
selama reinfeksi.

Pengobatan & Pengendalian


Gambar 37-5. Profil elektroforesis segmen RNA Pengobatan gastroenteritis adaiah pengobatan suportif,
Rotavirus. Virus RNA dielektroforesis dalam gel
untuk mengoreksi kehilangan air dan elektrolit yang dapat
poliakrilamida 10% dan divisualisasikan oleh pewarnaan
perak. Grup rotavirus yang berbeda dan pola RNA menyebabkan dehidrasi, asidosis, syok, dan kematian'
Penatalaksanaan te rdiri dari penggantiat.r cairan dan
diperlihatkan; virus monyet grup A (5A11;lane A),
rotavirus manusia grup A (/ane B), virus diare manusia pengembalian keseimbangan elektrolit baik secara
dewasa grup B (lane Q, dan virus kelinci grup A yang inrr*.rt" maupun oral, bila memungkinkan. Rendahnya
memiliki pola RNA "pendek" (lane D). Rotavirus angka mortalitas pada diare infantil di negara maiu
mengandung 1 1 segmen genom RNA, tetapi kadang- disebabkan oleh pemberian rutin pengobatan penggantien
kadang dua atau tiga segmen bermigrasi untuk saling cairan yang efektif.
berdekatan dan sulit dipisahkan. (Foto diberikan olehTTanaka Berdasarkan cara penularan melalui rute oral fekal,
dan MK Estes.) pengolahan limbah cair dan sanitasi merupakan tindakart
pengendalian yang penting
Vaksin orai rotavirus hidup berdasarkar-r rhesus yang
antibodi meningkat. Virus di dalam feses dapat dilihat telah dilemahkan telah diizinkan r-rntuk digunakan di
dengan menggunakan IEM, uji aglutinasi lateks, atau Amerika Seiikat pada tahun 1998 untuk vaksinasi pada
ELISA. Menentukan genotip asam nukleat rotavirus dari bayi. Vaksin ini ditarik setahun kemudian karena adanya
spesimen feses dengan PCR merupakan metode deteksi Iaporan mengenai intususepsi (sumbatan usus) sebagai
yang paling sensitif. Uji serologi dapat digunakan untuk e feL s"mping yang jarang tetapi serius yang
disebabkan
mendeteksi kenaikan titer antibodi, terutama ELISA. oleh vaksin. Vaksin yang aman dan efektif sangat
diharapkan untuk mengurang.i penyakit rotavirus di
Epidemiologi & lmunitas seluruh dunia.
Rotavirus merupakan penyebab tunggal gastroenteritis
pada anak kecil yang terpenting di seluruh dunia' REOVIRUS
biperkirakan terjadi sekitar 3-5 miiiar episode diare
Virus genus ini, yang hampir seluruhnya telah diteliti
setiap tahun pada anak di bawah 5 tahun di Afrika, fuia,
oleh ahli biologi mulekular, tidak diketahui menimbulkan
dan Amerika Latin, menyebabkan sekitar 5 juta kematian'
penyakit pada manusia.
Negara maju memiliki angka morbiditas yang tinggi
tetapi angka mortalitas rendah' Khasnya, sampai 507o
Klasifikasi & Sifat Antigen
kasus gastroenteritis akut pada anak yang dirawat di
.seluruh dunia disebabkan oleh rotavirus. Reovirus tersebar luas dengan kisaran pejamu yang sangat
Infeksi rotavirus biasanya meningkat selama musim luas. Tiga tipe reovirus yang berbeda tetapi berkaitan
dingin. Infeksi simtomatik paling sering terjadi pada anak telah diiemukan dari banyak spesies dan dapat dilihat
REOVIRUS, ROTAVIRUS, & CALICIVIRUS 519

Tabel 37-2. Virus yang menyebabkan gastroenteritis akut pada manusia.r

Rotavi ru s
Grup A Penyebab tunggal yang terpenting (virus atau bakteri) penyakit
diare berat endemik pada bayi dan anak di seluruh dunia (pada
bulan yang dingin pada iklim sedang).

Grup B 60-80 Wabah penyakit diare pada dewasa dan anak di Cina. Tidak

Grup C Kasus sporadis dan kadang-kadang wabah penyakit diare Tidak


pada anak.

Adenovirus enterik Agen virus penyebab endemik diare yang terpenting kedub Ya
pada bayi dan anak di seluruh d un ia.

Ca licivirus
Norwalk 27-40 Penyebab penting wabah muntah dan penyakit diare pada anak Tidak
yang lebih besar dan orang dewasa di dalam keluarga, komunitas,
dan institusi; sering berhubungan dengan ingesti makanan.
Sapporo 27 -40 Kasus sporadis dan kadang-kadang wabah penyakit diare pada
bayi, anak kecil, dan orang tua.
Astrovirus 28-30 Kasus sporadis dan kadang-kadang wabah penyakit diare pada
bayi, anak kecil, dan orang tua.
lDimodifikasi dari Kapikian AZ: Viral gastroenteritis. JAMA 1993;269;627

dengan uji Nt dan HI. Reovirus mengandung hemaglutinin ditentukan oleh protein spesies yang terdapat pada kapsid
untuk eritrosit O manusia atau sapi. luar virion.

Epidemiologi
ORBIVIRUS
Reovirus menyebabkan banyak infeksi subklinis karena
sebagian besar orang memiliki antibodi serum pada awal Orbivirus adalah genus dalam famili reovirus. Virus ini
masa dewasa. Antibodi juga terdapat pada spesies 1ain. umumnya menginfeksi serangga dan banyak yang
Ketiga tipe ditemukan dari anak yang sehat, dari anak ditransmisikan oleh serangga ke vertebrata. Sekitar 100
kecil saat wabah penyakit demam ringan, dari anak serotipe telah diketahui. Tidak satu pun dari virus ini
dengan diare atau enteritis, dan dari simpanse dengan menimbulkan penyakit klinis yang serius pada manusia,
rinitis epidemik. tetapi dapat menyebabkan demam ringan. Patogen hewan
Penelitian pada manusia tidak dapat menunjukkan yang serius termasuk virus bluetongue pada domba dan
hubungan sebab dan efek yang jelas antara reovirus dan virus A/iican horse sichness. Antibodi terhadap orbivirus
penyakit manusia. Pada relawan yang diinokulasi, reovirus ditemukan pada banyak vertebrata termasuk manusia.
lebih mudah ditemukan pada feses daripada pada hidung Genom terdiri dari sepuluh segmen RNA untai ganda
atau tenggorok. Diduga terdapat hubungan antara dengan ukuran genom total 18 kbp. Siklus replikasinya
reovirus tipe 3 dengan atresia biliaris pada bayi. sama dengan reovirus. Orbivirus sensitif terhadap pH
yang rendah, berlawanan dengan stabilitas umum reovirus
Patogenesis lainnya.

Reovirus menjadi sistem model yang penting untuk


mempelajari patogenesis infeksi virus di tingkat molekular.
cAHCtVIRUS
Rekombinan yang jelas dari dua reovirus dengan fenotip Selain rotavirus dan adenovirus yang tidak dapat
patogen yang berbeda digunakan untuk menginfeksi tikus. dibiakkan, anggota famili Caliciviridae adalah agen
Anaiisis segregasi digunakan untuk menghubungkan penting penyebab gastroenteritis virus pada manusia.
gambaran patogenesis tertentu dengan gen virus spesifik Anggota yang paling penting adalah virus Norwalk. Sifat
dan produk gen. Sifat patogen reovirus terutama calicivirus diringkas dalam Tabel 37-3.
s20 BAB 37

Klasifikasi & Sifat Antigen Gastroenteritis yang disebabkan oleh virus Norwalk
Calicivirus mirip dengan picornavirus tetapi sedikit lebih memiliki masa inkubasi 24-48 jam. Awitannya cepat dan
besar (27-40 nm) dan mengandung sebuah protein perjalanan penyakit singkat, berlangsung selama 12-60
struktural mayor. Virus ini memiiiki morfologi yang khas jam; gejalanya antara lain adalah diare, mual, muntah,
pada mikroskop elektron (Gambar 37-6). Famili demam ringan, kram abdomen, nyeri kepala, dah malaise.
caliciviridae dibagi menjadi empac genus: Norouirus, Penyakit dapat melelahkan pada fase simtomatik, tetapi
termasuk virus Norwalk; Sapouirus, termasuk virus mirip jarang diperlukan perawatan di rumah sakit. Infeksi
Sapporo; Lagouirus,. virus penyakit hemoragik pada Norwalk mungkin lebih menginduksi muntah daripada
kelinci; dan Wsiuinu, termasuk virus eksantema vesikular infeksi virus mirip Sapporo. Dehidrasi merupakan
padababi, feline caliciuirus, dan virus laut yang ditemukan komplikasi tersering pada pasien muda dan orang tua.
pada singa laut, ikan paus, dan ikan. Kedua genus pertama Tidak dilaporkan adanya gejala sisa.
mengandung virus manusia yang tidak dapat dibiakkan; Percobaan pada sukarelawan menunjukkan dengan
kedua genus terakhir hanya mengandung strain hewan jelas bahwa adanya virus Norwalk ditemukan bersamaan
yang dapat tumbuh in uino. Virus penyakit hemoragik dengan penyakit klinis. Antibodi terbentuk ketika sakit
pada kelinci ditemukan di Australia pada tahun 1995 dan biasanya melindungi dalam jangka pendek terhadap
sebagai agen pengendali biologis untuk mengurangi reinfeksi oleh agen yang sama. Kekebalan iangka panjang
populasi kelinci liar di negara tersebut. tidak berkaitan dengan adanya antibodi serum. Beberapa
Dulu, virus Norwalk disebut sebagai "virus sukarelawan dapat mengalami reinfeksi oleh virus yang
berstruktur bulat kecil" berdasarkan yang teriihat pada sama setelah sekitar 2 tahun.
miskroskop elektron ik. PCR reuerse transcriptdse merupakan teknik yang paling
Serotipe calicivirus manusia belum ditentukan. Virus umum digunakan untuk mendeteksi calicivirus manusia
norwalk terbagi menjadi dua genogrup. di dalam spesimen klinis (feses, muntahan) dan sampel
Iingkungan (makanan dan air yang terkontaminasi).
Temuan Klinis & Diagnosis Laboratorium Karena variasi genetik di antara strain yang bersirkulasi,
pemilihan pasangan utama PCR sangat penting.
Virus Norwalk adalah penyebab gastroenteritis virus Mikroskop ktron sering digunakan untuk
e1e
terpehting pada orang dewasa (Tabel 37-2). Gastroenteritis mendeteksi partikel virus dalam sediaan feses. Namun,
nonbakterial epidemik ditandai dengan (1) tidak adanya partikel virus Norwalk biasanya hanya sedikit dan sulit
bakteri patogen; (2) gastroenteritis dengan awitan dan dikenali; partikel virus ini harus diidentifikasi
pemulihan cepat dengan tanda sistemik yang relatif menggunakan IEM. Pemeriksaan intmunoassay ELISA
ringan; dan (3) pola epidemiologis penyakit sangat berdasarkan partikel rekombinan yang mirip virus dapat
menular yang menyebar secara cepat tanpa predileksi mendeteksi respons antibodi dengan peningkatan empat
umur atau geografi tertentu. Berbagai istilah deskriptif kali lipat atau peningkatan titer antibodi IgG yang lebih
telah digunakan untuk melaporkan wabah yang berbeda besar pada serum fase akut dan konvalensi yang
(misal, gastroenteritis virus epidemik, diare virus, menandakan infetr<si yang baru saja terjadi. Namun, reagen
penyakit muntah pada musim dingin) tergantung pada yang dibutuhkan tidak tersedia secara luas dan anrigen
gambaran klinis yang menonjol. tidak dapat mendeteksi respons terhadap semua tipe
anrigen virus Norwalk.

Tabel 37-3 Sifat-sifat penting calicivirus Epidemiologi & lmunitas


Calicivirus manusia terdistribusi luas. Virus Norwaik
Virion: lkosahedral, diameter 27-40 nm; depresi seperti
merupakan penyebab tersering gastroenteritis nonbakterial
mangkuk pada permukaan kapsid
Genom: RNA untai-tunggal, linear, sense positif, tidak di Amerika Serikat, menimbulkan sekitar 23 juta kasus

bersegmen; ukuran 7,4-8,3 kb; mengandung protein setiap tahunnya.


terkait genom(VPg) Virus ini paling sering menimbulkan wabah epidemik
Protein: Polipeptida membelah dari prekursor poliprotein; gastroenteritis yang ditularkan melalui air, makanan, dan
kapsid terdiri dari protein tunggal kerang. 'Vabah di komunitas dapat terjadi sepanjang
Selubung: Tidak ada musim. Semua kelompok umur dapat terkena. \nZabah
Replikasi: Sitopiasma terjadi sepanjang tahun, dengan puncak pada bulan yang
Karakteristik yang Menoniol: lebih dingin. Sebagian besar wabah ditularkan meialui
Virus Norwalk adalah penyebab utama gastroenteritis mekanan atau transmisi dari orang ke orang.
epidemik nonbakterial Karakteristik virus Norwalk meliputi dosis infeksius
Virus manusia tidak dapat dibiakkan yang rendah (sebanyak 10 partikel virus), relatifstabil di
REOVIRUS, ROTAVIRUS, & CALICIVIRUS 521

Gambar 37-5 Mikrograf elektron partikel virus yang ditemukan di dalam ieses pasien gastroenteritis. Virus ini
divisualisasikan setelah pewarnaan negatif. Virus spesifik dan pembesaran awal pada mikrograf adalah sebagai
berikut. A: Rotavirus (185.000X). B: Adenovirus enterik (234.000X). C: Coronavirus (249.000X). D: Torovirus (coronavirus)
(249.000X). E: Calicivirus (250.000X). F: Astrovirus (196.000X). G: Virus Norwalk (calicivirus) (249.000X). H: Parvovirus
(249.000X). Mikrograf elektron di dalam panel C-H disiapkan asli oleh T Flewett; panel E didapatkan asli dari CR
Madeley. Batang, 100 nm. (Direproduksi, dengan izin, dari Graham DY Estes MK; Viral lnfections of the lntesline. Pages 566-578 in Principles
and Practice of Gastroenterology and Hepatology. Gitnick G et al leditors]. Elsevier Science Publishing Co., 1 988.)
BAB 37

daiam lingkungan, dan berbagai cara transmisi. Virus ini


tahan dalam klorin 10 ppm dan pemanasan hingga 60'C;
virus ini dapat bertahan di daiam kerang yang dipanaskan.
Penyebaran melalui rute oral fekal mungkin merupakan
iara utama penyebaran virus Norwalk. Selama periode 5
tahun di Amerika serikar (1996-2000), makanan
menyebabkan 39o/o wabah gastroenteritis Norwalk,
kontak antar individu sebanyak l2o/o, dan air sebanyak
3o/o, dengan 18% wabah tidak diketahui sumbernya.
Vabah gastroenteritis Norwalk terjadi di beberapa
tempat. Dalam periode 5-tahun yang sama seperri di aras,
39o/o rerjadi di restauran, 29o/o terjadi di rumah perawaran
dan rumah sakit, 127o di sekolah dan pusat perawaran
harian, 10% di tempat rekreasi, termasuk kapal pesiar,
dan 9o/o di tempat lainnya.
Tidak ada pem€riksaan netralisasi in uitro yang tersedia
untuk memelajari imunitas- Riset pada sukarelawan
menunjukkan bahwa sekitar 50o/o orang dewasa renran
terhadap penyakit tersebut. Antibodi virus Norwalk
didapat lebih lama daripada antibodi terhadap roravirus,
yang muncul pada awal masa kanak-kanak. Pada n€gara
berkembang, sebagian besar anak telah memiliki antibodi
virus Norwalk pada usia 4 tahun.

Pengobatan dan Pengendalian


Pengobatan simtomatik. Dosis infeksius yang rendah
memungkinkan transmisi virus yang efisien. Karena sifat
infelaius feses, sanitasi harus dilakukan dengan saksama.
Mencuci tangan dengan efektif dapat menurunkan
transmisi pada keluarga atau kantor. Pengolahan makanan
secara tepat.iuga penting karena banyaknya penyebaran
melalui makanan yang terjadi. Pemurnian air minum dan
air kolam renang mengurangi wabah virus Norwaik. Tidak
ada vaksin.

ASTROVIRUS
Astrovirus berdiameter sekitar 28-30 nm dan mem-
perlihatkan morfologi terrentu pada mikroskop elektron
(Gambar 37-6). Organisme ini mengandung RNA untai
tunggal, sense positif, berukuran 6,8-7,9 kb. Sedikitnya
delapan serotipe virus pada manusia dikenali meng-
gunakan IEM dan netralisasi. Astrovirus menyebabkan
penyakit diare dan dapat ditemukan dalam jumlah yang
sangat banyak pada feses.
Astrovirus ditransmisikan dengan rute fekal oral
melalui makanan atau air yang terkontaminasi, kontak
antarindividu, atau permukaan yang terkontaminasi.
Virus ini dikenali bersifat patogen pada bayi dan anak,
pasien tua yang dirawat, dan pasien imunokompromais
(Tabel 37-2). Astrovirus dapat ditemukan untuk waktu
yang lama pada pejamu imunokompromais.
REOVIRUS, ROTAVIRUS, & CALICIVIRUS 523

KEPUSTAKAAN
Glass RI et al: The epidemiology of rotavirus diarrhea in the United
States: Surveillance and estimates of disease burden J Infect Dis
1996;174(SuPPl 1):S5.

Green KY, Chanock RM, Kapikian AZ: Human caliciviruses ln: FieLds
Virology,4'r ed. Knipe DM et al (editors), Lippincott Williams &
Wilkins,2001.
Kapikian AZ, Hoshino Y, Chanock RM: Rotaviruses Ln: FieldsVirology, 4't'
ed. Knipe DM et al (editors) Lippincott Williams & Wilkins, 2001

Monroe SS, Ando T, Glass RI (guest editors): International Workshop bn


Human Caliciviruses. J Infect Dis 2000;181 (Suppl 12) lEntire
issuel.
Smith AW et al: Calicivirus emergence from ocean reservoirs: Zoonotic
and interspecies movements. Emerg Infect Dis 1998;4:13
Penya kit Vi r:usl yahg',,Ditu la rka n
oleh Aitropoda & Rodentia

Virus yang ditularkan oleh artropoda (arbovirus) dan virus


yang ditularkan oleh rodentia menunjukkan kelompok
ekologi virus dengan siklus tiansmisi kompleks yang
r INFEKSI ARBOVIRUS MANUSIA
melibarkan artropoda atau rodentia. Virus-virus ini
Terdapat ratusan arbovirus, sekitar 100 diketahui patogen
memiiiki sifat fisik dan kimia yang berbeda dan
bagi manusia. Arbovirus yang menginfeksi manusia
diklasifikasikan ke dalam beberapa famili virus.
tersebut semuanya diduga bersifat zoonotik; manusia
Arbovirus ditransmisikan oleh artropoda pengisap
hanya merupakan pejamu secara kebetulan dan tidak
darah dari satu pejamu vertebrata ke vertebrata lainnya.
Vektor mendapatkan infel<si seumur hidup melalui ingesti
memiliki peran penting dalam siklus transmisi atau
pemeliharaan virus. Pengecualian pada demam kuning
darah dari vertebrata yang mengalami viremia. Virus
dan dengue di daerah kota. Beberapa siklus alami bersifar
tersebut membelah diri di dalam jaringan artropoda ranpa
sederhana dan meliba&an infeksi pejamu vertebra selain
bukti adanya penyakit atau kerusakan. Beberapa
manusia (mamalia atau burung) yang ditransmisikan oleh
arbovirus secara alamiah dipertahankan melalui transmisi
spesiesnyamuk atau tungau (misalnya, jungh yellow feuer,
transovarian pada artropoda.
Demam sengkenit Colorado). Namun, siklus lainnya lebih
Sebagian besar penyakit virus diseluruh dunia adalah
kompleks. Misalnya, ensefalitis yang ditularkan rungau
demam kuning, dengue, Japaxese B encephalitis, ensefalitis
dapat terjadi setelah meminum susu mentah yang berasal
St Louis, western equine encephalitis, Eastern equine
dari sapi atau kambing yand terinfeksi oleh tungau di
encephalitis, Russian spring-summer encephalitis, demam
\West Nile, dan demam flebotamus. padang rumput tempat terjadinya siklus tungau-rodentia.
Di Amerika Serikat,
Secara individual, kadang-kadang virus dinamakan
infeksi arbovirus yang paling penting adalah ensefalitis
setelah terjadi penyakit (dengue, demam kuning) atau
La Crosse, demam $Zest Nile, ensefalitis St. Louis, eastern
berdasarkan area geografik tempat virus pertama kali
equine encephalitis, dan uettern equine encephalitis.
diisoiasi (ensefalitis St. Louis, demam Vest Nile).
Penyakit virus yang ditularkan oleh rodentia secara
Arbovirus ditemukan di semua suhu dan zona rropis,
alamiah dipertahankan melalui transmisi langsung
tetapi paling banyak ditemukan di daerah tropis yang
interspesies atau intraspesies dari rodentia ke rodentia
banyak terdapat hewan dan artropoda.
lain tanpa bantuan vektor artropoda. Infelai virus biasanya
Penyakit yang disebabkan oleh arbovirus dapat dibagi
persisten. Tiansmisi terjadi melalui kontak dengan cairan
menjadi tiga sindrom klinis: (1) demam tipe tidak
tubuh atau ekskreta.
diferensiasi dengan atau tanpa ruam makuiopapular dan
Penyakit virus yang ditularkan rodentia rerutama
biasanya jinak; (2) ensefalitis, sering dengan angka
meliputi infeksi hantavirus, demam Lassa, dan South
kematian yang tinggi; dan (3) demam berdarah, juga sering
American hemorhagic feuer. Di Amerika Serikar, penyakit
berat dan fatal. Kategori tersebut berubah-ubah dan
virus yang dirularkan oleh rodentia yang terpenting adalah
beberapa arbovirus dapat menimbulkan lebih dari saru
sindrom pulmonal hantavirus dan Demam sengkenit
sindrom, misalnya dengue.
colorado. fuga A/iican hemorhagic feuer-Marburg dan
Tingkat multiplikasi virus dan lokalisasi utamanya di
Ebola. Pejamu reservoir dan vektor tidak diketahui.
dalam jaringan menenrukan sindrom klinis. Jadi,
Arbovirus dan virus yang ditularkan oleh rodentia
arbovirus secara individual dapat menimbulkan penyakit
diklasifikasikan menjadi famili arenavirus, bunyavirus,
demam ringan pada beberapa pasien dan ensefalitis atau
filovirus, flavivirus, reovirus, dan togavirus (Tabel 38-1,
diatesis hemoragik pada pasien lain.
Gambar 38-1).

524
PENYAKIT VIRUS YANG DITULARKAN OLEH ARTROPODA & RODENTIA I 525

Tabel 38-1.Status taksonomi beberapa virus yang ditularkan oleh artropoda dan rodentia

i il,

llll
!fr1

Arenaviridae
Genus Arenavirus Dunia baru: Virus Junin, Machupo, Guanarito, Sferis, diameter 50-300 nm (rata-rata 110-130 nm).
Sabia, dan Whitewater Arroyo. Dunia lama: Genom: RNA untai tunggal, bersegmen ganda,
virus Lassa dan virus koriomeningitis limfositik. sense negatif dan ambisense, ukuran total '10-14
Ditularkan oleh rodentia. kb. Virion mengandung transkriptase. Empat
polipeptida utama. Selubung. Replikasi: sitoplasma.
Penyusunan: menggabungkan ribosom dan
Pj[o1j oJ q1 _d
gr_rye 1t ry1n_PFs1ng. __
Bunyaviridae
Genus Bunyavirus Virus Anopheles A dan B, Bunyamwera, Sferis, diameter 80-120 nm. Genom: RNA untai
ensefalitis Cali{ornia, Guama, La Crosse, tunggal, bersegmen tiga, sense negatif atau
Oropouche, dan Turlock. Ditularkan oleh ambisense, ukuran total 11-21 kb. Virion mengan-
a4r_oLoga_(tygnluK)._ dung transkriptase. Empat polipeptida utama.
5elubung. Replikasi: sitoplasma. Penyusunan:
Genus Hantavirus Virus Hantaan (demam berdarah Korea), membentuk penonjolan pada membran halus
virus Seoul (demam berdarah dengan sin- sistem Golgi.
drom ginjal), virus 5in Nombre (sindrom pul-
n1o
1a! lyt lt lv ilu! _Dg q.! a1kg n_ ole [ 1o {e1 t 13t ._ _
Genus A/arrovirus Virus demam berdarah Crimean-Congo,
penyakit domba Nairobi, dan Sakhalin.
D1t9l gk3 1 o_!e! grgopgd3 (tqts_ag)._

Genus Phlebovirus Virus demam Rift Valley, demam flebotomus,


dan Uukuniemi. Ditularkan oleh artropoda
(nyamuk, tungau, sandflies)
Filoviridae
! g alby rg tjkg "_v y'g 1n 1r[u1s_
S e1 gs
- Filamen panjang, diameter B0 nm x variasi pan-
jang (> 10.000 nm), walaupun kebanyakan rata-
Genus "Ebola-like" Virus ebola rata sekitar 1000 nm. Genom: RNA untai tunggal,
sense negatif, tidak bersegmen, berukuran 19 kb
Tujuh polipeptida. Selubung. Replikasi: sitoplas
ma. Penyusunan: membentuk penonjolan dari
membran sel.

Flaviviridac
Genus Flavivirus Virus ensefalitis Brazil (virus Rocio), dengue, Sferis, diameter 40-60 nm. Genome: RNA untai
Japanese B encephalitis, penyakit Kyasanur tunggal, sense positif, berukuran 11 kb. Genom
Forest, Iouping //, ensefalitis Murray Valley, RNA infeksius. Selubung. Tiga atau empat
demam berdarah Omsk, Russlan spring- polipeptida struktural, dua terglikosilasi.
summer encephalitis, ensefalitis St. Louis, Replikasi: sitoplasma. Penyususunan: di dalam
'ensefalitis yang ditularkan tungau, demam retikulum endoplasma. Semua virus berkaitan
West Nile, dan demam kuning. Ditularkan secara serologis.
gt q!, _ rltLogola_ !n1a I qk,_tg as 1u!
Reoviridee
Genus Coltivirus Virus Demam sengkenit colorado. Ditularkan Sferis, diameter 50-80 nm. Genom: RNA untai
ole I qrqopo_d q St{r s_a q, J' y_a ! uJ)_ ganda, '10-12 segmen linear, ukuran lotal 16-27
kbp. Tidak berselubung" Sepuluh sampai 12
Genus Orbivirus Virus penyakit kuda Afrika dan virus b/ue- polipeptida struktural. Replikasi dan penyusunan:
tongue. Ditularkan oleh artropoda (nyamuk). sitoplasma. (Lihat Bab 37).

Togaviridae
Genus Alphavirus Virus Chikungunya, eastern equine ence- Sferis, diameter 70 nm, nukleokapsid memiliki 42
phalitis, Mayaro, O'Nyong-nyong, Ross Rivel kapsomer. Genom: RNA untai tunggal, sense
Semliki Forest, Sindbis, serta Venezuelan dan positif, ukuran 9,7-11,8 kb. Selubung. Tiga atau
western equine encephalitrs. Ditularkan oleh empat polipeptida struktural, dua terglikosilasi.
artropoda (nyamuk). Replikasi: sitoplasma. Penyusunan: penonjolan
dari membran sel pejamu. Semua virus
berhubungan secara serologis.
s26 BAB 38

Infeksi arbovirus terjadi pada distribusi geografik dan Replikasi Togavirus & Flavivirus
pola vektor tertentu (Gambar 38-2). Masing-masing benua Genome RNA alphavirus adalah sense positif (Gambar
cenderung memiliki pola arbovirus sendiri dan nama
38-3). Panjang genom dan mRNA subgenomik (265)
. biasanya sugestif, misalnya,
Wnezue lan equine encep h alitis,
dihasilkan selama transkripsi. Tianskripsi panjang genom
e e B e n c ep h a li t i s, M u rray Va I / ey (Au s tra I i a) e n c ep h a li ti s.
Jap an s
menghasilkan sebuah poliprotein prekursor yang
Sebagian besar ensefalitis disebabkan oleh infeksi menyandi protein nonstruktural (misal, replikase,
alphavirus dan flavivirus yang disebarkan oleh nyamuk, transkriptase) ya.tg dibutuhkan untuk replikasi RNA
*"l^upttn kelompok pe nyakit ensefaiitis CaliFornia virus. Subgenomik mRNA menyandi protein struktural'
disebabkan oleh bunyavirus. Pada benua tertentu Protein dibentuk dengan pembelahan pascatranslasi.
mungkin terdapat perubahan distribusi bergantung pada Alphavirus bere piikasi di dalam sitoplasma dan
pejamu dan vektor virus pada tahun tertentu. mengalami maturisasi melalui tonjolan nukleokapsid pada
Beberapa arbovirus menimbulkan infeksi penting pada
manusia di Amerika Serikat (Tabel 38-2). Jumlah kasus
-.rnbr".r plasma. Data sekuens menunjukkan bahwa
virus u,estein equine encephalitis merupakan rekombinan
bervariasi dari tahun ke tahun.
genetik virus eastern equine encephaliris dan virus Sindbis'
Genom RNA flavivirus juga bersifat sense positif'
ENSEFALITIS TOGAVIRUS & Protein prekursor dalam jumlah besar dihasilkan dari
FLAVIVIRUS mRNA genom panjang selama replikasi virus; dibelah
oleh protease virus dan pejamu untuk membentuk semua
Klasifikasi & Sifat liogavirus serta Flavivirus pto,.itt virus. Flavivirus bereplikasi di dalam sitoplasma
Di dalam famili Togaviridae, genus Alphauirus terdiri dari dan penyusunan Partikel terjadi di dalam ve'sikel
sekitar 30 virus berdiameter 70 nm yang memiliki genom intraielular (Gambar 38-4). Proliferasi membran
RNA untai tunggal dan sense positif (Tabel 38-1). intraselular merupakan karakteristik sel yang terinfeksi
Selubung yang mengelilingi partikel mengandung dua flavivirus.
glikoprotein. Alphavirus sering menimbulkan infeksi
persisten pada nyamuk dan ditransmisikan antara vertebra Sifat Antigen Togavirus & Flavivirus
oleh nyamuk atau artropoda pengisap darah lain. Virus
ini terdistribusi luas di seluruh dunia. Semua alphavirus Se mua alphavirus berkaitan secara antigen. Akibat
berkaitan secara antigen. Virus ini diinaktivasi oleh pH determinan antigen yang umum, virus menunjukkan
asam, panas, pelarut lemak, detergen, pemutih, fenol,
reaksi silang pada teknik imunodiagnostik. Tes HI,
ELISA, dan IF menentukan tujuh kompleks antigen atau
alkohol 70o/o, dan formaldehid. Sebagian besar memiliki
serogrup alphavirus, yaitu virus ruestern equine enceph.alitis,
kemampuan hemagiutinasi (Gambar 38-1). Virus Rubella,
east;rn equ)ne encePha/itis, Wnezuelan equine encephalitis,
diklasifikasikan dalam genus terpisah, tidak memiliki
vektor artropoda dan tidak termasuk arbovirus (lihat Bab dan Semliki For.it, Middleburg, Nduma, dan Barmah
Forest. Identifikasi virus spesifik dapat dilakukan dengan
40).
Arbovirus termasuk genus Flauiuirus dalam famili menggunakan tes Nt. Dengan cara yang sama' semua
Flaviviridae. Awalnya, flavivirus termasuk di dalam famili
alphavirus menempati lokasi antigen yang sama'
Setidaknya delapan kompleks antigen telah diidentifikasi
togavirus sebagai "arbovirus grup B," tetapi dimasukkan
menjadi famili yang berbeda karena perbedaan organisasi berdasarkan tes Nt. Protein selubung (E) adalah
hemaglutinin virus dan mengandung determinan grup,
genom virus. Famili Flaviviridae terdiri dari sekitar 70
virus berdiameter 40-60 nm yang memiliki genom RNA
serokompleks, dan tipe yang spesifik. Perbandingan
sekuens gen glikoprotein E menunjukkan bahwa virus di
untai tunggal dan sense positif' Selubung virus
mengandung dua glikoprotein. Beberapa flavivirus dalam serokompleks memiliki lebih dari 700lo sekuens
asam amino yang samar sedangkan homolog asam amino
ditransmisikan antar vertebrata oieh nya-muk dan tungau,
sedangkan yang lainnya ditransmisikan antar-rodentia
pada serokompleks yang berbeda sebesar <50o/o-
atau keielewar tanPa diketahui adanya vektor serangga.
Banyak dari virus ini memiliki distribusi yang luas. Semua Patogenesis & Patologi
flavivirus berhubungan secara antigen. Flavivirus Pada pejamu vertebrata yang rentan, pembeiahan virus
diinaktivasi dengan c^ra yang sama dengan alphavirus primer terjadi di dalam sel mieloid dan sel limfoid atau
dan juga banyak yang memiliki kemampuan hemaglutinasi. di dalam endotel vaskular. Pembelahan di dalam sistem
Virus hepatitis C, diklasifikasikan ke dalam genus saraf pusat bergantung pada kemampuan virus untuk
terpisah, tidak memiliki vektor artropoda dan bukan melewati ,awaidar"h otak dan menginfeksi sel saraf'
merupakan arbovirus (lihat bab 35). Pada infeksi alamiah burung dan mamalia, sering terjadi
infeksi tanpa disertai tanda dan gejala. Selama beberapa
PENYAKIT VIRUS YANG DITULARKAN OLEH ARTROPODA & RODENTIA I 527

Gambar 38-1. Mikrograf elektron arbovirus dan virus yang ditularkan oleh rodentia. A: Alphavirus, Semliki Forest
Virus (Togaviridae). B: Anggota yang mewakili bunyaviridae, virus Uukuniema. C. Virus Arenavirus, Tacaribe. D: Virus
Ebola (Filoviridae). (Sumbanqan dari FA Murphy dan EL Palmer.)
528 BAB 38

Gambar 38-2. Distribusi flavivirus penyebab penyakit pada manusia yang telah diketahui. A: virus demam kuning. B:
virus dengue. C: virus ensefalitis 5t. Louis. D: virus ensefalitis Japanesse B. E: virus ensefalitis Murray Valley. F: virus
ensefalitis yang ditularkan oleh tungau. G: virus West Nile. (Direproduksi, dengan izin, dari Monath TB TsaiTF: Flaviviruses. Dalam:
ClinicalVirotogy, ed.2. Richman DD,Whitley RJ, Hayden FG (editors).A5M Press,2002.)

hari terjadi viremia dan vektor artropoda mendapatkan Pada sebagian besar infeksi, virus dapat dikendalikan
virus melalui darah yang diisap pada periode ini-langkah sebelum terjadi invasi saraf. Invasi bergantung pada
awal penyebaran virus ke pejamu lain. berbagai faktor, antara lain adalah derajat viremia, latar
Penyakit pada hewan percobaan memberikan balakang genetik pejamu, sifat pejamu dan respons imun
pengetahuan mengenai penyakit pada manusia. Tikus telah yang adaptif, serta virulensi strain virus. Manusia
digunakan untuk mempelajari patogenesis ensefalitis. menunjukkan kerentanan yang bergantung pada usia $aat
Setelah inokulasi subkutan, terjadi replikasi virus di terjadi infelai sistem saraf pusat; bayi dan orang rua paling
dalam jaringan setempat dan kelenjar limfe regional. rentan terhadap infeksi tersebut.
Kemudian virus memasuki aliran darah dan tersebar. Ensefalitis equine pada kuda mempunyai dua fase.
Bergantung pada agen tertentu, jaringan yang berbeda Pada fase pertama (penyakit minor), virus membelah diri
memudahkan replikasi virus lebih lanjut, termasuk di jaringan nonsaraf dan terdapat dalam darah beberapa
makrofag-monosit, sel endotel, paru, hati, dan otot. Virus hari sebelum timbul tanda awal keterlibatan sistem saraf
melewati sawar darah otak melalui mekanisme yang tidak pusat. Pada fase kedua (penyakit mayor), virus membelah
diketahui, mungkin melibatkan neuron olfaktori atau sel diri di dalam otak, terjadi cedera dan penghancuran sel,
vaskular otak, laiu menyebar. Terjadi degenerasi neuronal serta gejala ensefalitis menjadi terlihat secara klinis. Virus
yang luas pada semua ensefalitis yang disebabkan oleh dengan konsentrasi tinggi di dalam jaringan otak
a rboviru.s. diperlukan sebelum penyakit bermanifestasi klinis.
PENYAKIT VIRUS YANG DITULARKAN OLEH ARTROPODA & RODENTIA I 529

Tabel 38-2. Ringkasan mayoritas infeksi arbovirus manusia dan infeksi virus yang ditularkan oleh rodentia yang
terjadi di Amerika Serikat.

::i':,,, : ...ir,,,l.,,ir, VektOi r:,.:, lnfeksiiRasi6 kasus ,-Angka


..'.'ri.,..:-l 1,1,,
,',,:,,i'PenYakit:'.lil',,,i,;:
+ *.. r,r
-f -.ft;..
..1i1:,.,1:

I.F: ;r.* .
Pajinan Distribusi j :"y,:
',',:., (lnsiden'uhur): 5ekuela'! mortalitas
Eastern equine Rural Atlantik, Aedes 10:1 (bayi) 50-10%
encepha litis pantai selatan 50:1 (usia pertengahan)
(Alphavirus) 20:1 (orang tua)

Western equine Rural Pasifik, Culex tarsalis 50:1 (di bawah 5) 3-7 o/o

encephalitis Pegu n u ngan, 1000:1 (lebih dari 15)


(Alphavirus) Barat Daya

Venezuelan equine Rural Selatan (juga Aedes, 25:'l (di bawah 15) 20-30%
encepha litis Amerika selatan Psorophora, 1000:1 (lebih dari 15) (anak-anak)
(Alphavirus) dan Tengah) Culex <10o/o
(dewasa)

E nsef a litis Urban- Tersebar luas Culex 800:1 (di bawah 9) 5-10%
St. Louis rural a00:1 (9-59) (di bawah 65)
(Flavivi rus) 85:1 (lebih dari 60) 30%
(lebih dari 65)

Demam West Urban- Tersebar luas Culex, Aedes, 150:1 Tid a k 3'15o/o
Nile(Flavivirus) rural Anopheles diketahui

Ensefalitis Rural Tengah Utara, Aedes Rasio tidak diketahui Jarang Sekitar 1 %
ca liforn ia Atlantik, trise riatus (sebagian besar kasus
(La Crosse) Selatan di bawah 20)
(Bu nyavi rus)

Sindrom pulmonal Rural Barat Daya dan Peromyscus Tidak diketahui Tidak 30%
Ha ntavi rus Barat manicu latus2 diketahui
(Bu nyavi rus)

Colorado tick Rural Pasifik, Dermacentor Rasio tidak diketahui Jarang Jareng terjadi
fever (Coltivirus) Pegunu ngan andersoni (semua umur terinfeksi) kematian
lSekuela: +, sering; *, kadang-kadang.
': Reservoir
jenis rodentia; tidak ada vektor.

Temuan Klinis Diagnosis Laboratorium


Masa inkubasi ensefalitis adalah 4 sampai 2l hari. A. PENCARIAN VIRUS DAN DETEKSI LANGSUNG

Awitannya mendadak berupa nyeri kepala berat, demam Usaha untuk mengisolasi vitus memerlukan tindakan
dan menggigil, mual dan muntah, nyeri generalisata, serta pengamanan biologis yang memadai untuk menghindari
malaise. Dalam 24-48 jam, timbul rasa mengantuk yang infelai laboratorium. Virus berada di dalam darah hanya
nyata, dan pasien dapat menjadi stuPor. Kebingungan pada awal infeksi, biasanya sebelum munculnya gejala.
mental, tremor, kejang, serta koma terjadi pada kasus Virus juga dapat ditemukan di dalam cairan serebrospinal,
yang berat. Demam berlangsung selama 4-10 hari. Angka kulit, dan spesimen jaringan, bergantung pada agennya.
mor talitas ensefalitis bervariasi (Tabel 3 8-2). Pada Jap an es e Alphavirus dan flavivirus biasanya dapat tumbuh pada
B encephalitis, angka mortalitas pada kelompok umur yang jalur sel umum) seperti Vero, BHK, HeLa, dan MRC-5.
lebih tua dapat mencapai 80%. Sekueia dapat berupa
Jalur sel nyamuk juga dapat bermanfaat. Inokulasi
deteriorasi mental, perubahan kepribadian, paralisis, intraserebral mencit atau hamster yang masih menyusu
afasia, seita tanda-tanda serebelar. Beberapa infeksi juga dapat digunakan untuk isolasi virus.
menyerupai meningitis aseptik atau poliomielitis Untuk beberapa arbovirus, deteksi antigen dan
nonparalisis. Sering terjadi infeksi subklinis. pemeriksaan PCR dapat digunakan untuk deteksi
langsung RNA virus atau protein pada spesimen klinis.
530 BAB 38

c"p-.1 l l l n" RNAGenom


n.pa I
Y
'

cap An MRNA26S
CE3 E2 6K E1

Gamhar 38-3. Organisasi genom alphavirus. Protein non struktural (nsP) ditranslasi dari RNA genom sebagai poliprotein
yang diproses menjadi empat protein non struktural oleh protease virus yang terdapat di dalam nsP2. Protein struktural
ditranslasi dari mRNA iubgenom 265 sebagai poliprotein yang diproses dari kombinasi protease virus dan sel menjadi
protein kapsid (C), tiga glikoprotein selubun g (E1 , E2, dan E3). serta protein terkait membran yang disebut 6K. C, E2,
dan E1 merupakan komponen utama virion dan pada gambar ditunjukan dengan arsiran. (Dlreproduksi, dengan izin, dari
Strauss JH, Strauss EG, Kuhn RJ: Buddinq ofAlphaviruses. Trends Microbiol. 1995;3:346.)

B. SERoLoGI Reaktivitas silang dalam kelompok alphavirus atau


Antibodi penetral dan antibodi penghambat hemaglutinasi
flavivirus harus dipertimbangkan dalam menegakkan
diagnosis. Setelah infelai tunggal oleh salah satu anggota
terdeteksi dalam beberapa hari setelah awitan penyakit.
keiompok, antibodi terhadap anggota lain dapat juga
Antibodi penetral dan antibodi penghambat hemaglutinasi
muncul. Diagnosis serologi menjadi sulit bila penyebab
bertahan selama bertahun-tahun. Tes HI merupakan uji
epidemik oleh salah satu anggota kelompok serologi
diagnostik yang paling sederhana, terapi pemeriksaan ini
terjadi di suatu daerah yang juga menjadi endemik bagi
lebih mengidentifikasi ke lompok virus daripada
anggota grup lain.
mengidentifikasi virus penyebab yang spesifik.
Pemeriksaan serologi yang paling sensitif mendeteksi IgM
spesifik virus di dalam serum atau cairan serebrospinal
lmunitas
adalah ELISA. Imunitas diduga menjadi permanen setelah infeksi tunggal.
Kenaikan atau peningkatan empat kali antibodi spesifik Respons imun antibodi humoral dan selular diduga
pada masa infeksi penting untuk memastikan diagnosis. penting dalam memberikan perlindungan dan pemulihan
Sampel serum pertama harus diambil segera setelah setelah infeksi. Di daerah endemik, populasi dapat
awitan penyakit dan sampel kedua 2-3 minggu kemudian. membentuk imunitas akibat inleksj subklinis; proporsi

@ Pengikatan
o
Oo

@ fusi vesikel di-


membran plasma:
pelepasan vrnon

Gambar 38-4. Siklus hidup flavivirus. (Sumbangan dari CM Rice.)


PENYAKIT VIRUS YANG DITULARKAN OLEH ARTROPODA & RODENTIA I 531

individu dengan antibodi terhadap virus yang ditularkan Nile. Puncak epidemi penyakit manusia terjadi pada
oleh artropoda lokal meningkat sesuai umur. akhir Agustus. Lebih dari 9.000 kasus teriadi pada kuda.
Oleh karena antigen yang umum, resPons terhadap Aktivitas epizootik dan epidemik terjadi paling intensif
imunisasi atau infeksi oleh salah satu virus dari suatu di Amerika Serikat bagian tengah. Epidemi virus \fest
keloinpok dapat dimodifikasi melalui pajanan sebelumnya Nile pada tahun 2002 meliputi kasus yang ditransmisikan
dengan anggota lain dari kelompok yang sama. Mekanisme individu-ke-individu yang pertama kali tercatat melalui
ini mungkin penting dalam memberikan perlindungan transplantasi oragan, transfusi darah, dan kemungkinan
kepada komunitas terhadap epidemik agen terkait lainnya melalui ASI.
(misalnya, tidak ada ensbfalitis Japanese B di daerah Virus ditransmisikan oleh beberapa spesies nyamuk,
endemi untuk demam Vest Niie). yang paling sering adalah spesies Culex. Pengendalian
nyamuk merupakan strategi terpenting untuk mencegah
transmisi virus ke manusia.
Epidemiologi Virus \fest Nile menyebabkan viremia dan penyakit
Di daerah yang sangat endemis, hampir semua populasi demam ringan akut yang disertai oleh limfadenopati dan
manusia dapat terinfeksi oleh arbovirus, dan sebagian ruam. Keterlibatan meningens dapat terjadi sementara
besar inGlai bersifat asimtomatik. Rasio infeksi-terhadap- selama lase akut. Virus ini dapat menimbulkan ensefalitis
kasus yang tinggi terjadi di antara kelompok umur tert€ntu yang fatal pada orang tua. I{anya terdapat satu tipe antigen
untuk banyak infeksi arbovirus (Tabel 38-2). Pada virus dan imunitas didLrga permanen.
epidemi berat yang disebabkan oleh virus ensefalitis, rasio Vaksin'i7est Nile untuk kuda telah tersedia pada tahun
kasus sekitar 1:1.000. 2003. Tidak ada vaksin untuk manusia'
Virus ensefalitis St. Louis merupakan penyebab Eastern equine encephalitis merupakan ensefalitis
epidemi ensefalitis manusia terpenting di Amerika Utara arbovirus yang paling berat dengan case-fatalit! rate
(Gambar 38-2), menyebabkan sekitar 10.000 kasus dan tertinggi. Infeksi jarang terjadi dan timbul sporadis di
1000 kematian sejak pertarna kali ditemukan pada tahun Amerika Serikat. Infeksi asimtomatik jarang terjadi. Pada
1933. Angka seroprevalensi umumnya rendah dan kasus western equine encephalitis, transmisi terjadi pada
insidens ensefalitis St. Louis di Amerika Serikat bervariasi dngkat rendah di daerah rural Barat, teffIpat burung dan
setiap tahunnya. Pada tahun 1964, terjadi epidemi nyamuk Culex tarsall.r berperan serta dalam mem-
ensefalitis St. Louis di Houston (712 kasus dilaporkan), pertahankan sildus virus. Infeksi pada manusia dan kuda
terdapat angka infeksi asimtomatik sekitar 8% pada larang terjadi di luar siklus virus. Namun, pernah terjadi
survei kota secara acak, tetapi di daerah epidemi di dalam pada waktu lampau (terakhir terjadi pada tahun 1987)
kota, angka infeksi asimtomatik sekitar 34ol0. Diperlukan Letika manusia dan kuda terinfeksi pada tingkat epidemik
nyamuk yang terinfeksi sebelum terjadi infeksi pada dan epizootik. \7abah telah terjadi pada sebagian besar
manusia, walaupun faktor sosioekonomi dan kultural Amerika serikat bagian barat dan Kanada.
(pendingin udara, pencahayaan, pengendalian nyamuk) Japanese B encephalitis merupakan penyebab utama
memengaruhi derajat pajanan populasi terhadap vektor ensefalitis virus di Asia (Gambat 38-2). Sekitar 50.000
pembawa virus ini. kasus terjadi setiap tahun di Cina, Jepang, Korea, dan
Demam \7est Nile disebabkan oleh anggota kompleks dataran India, dengan 1{.000 kematian, terutama pada
anugen Jap an e s e B e n c ep h a I irir terhadap flavivirus. Penyaki t anak dan orang tua. Sebagian besar pasien yang selamac
ini terjadi di Eropa, Timur Tengah, Afrika, Uni Soviet, mengalami sekuela neuroiogis dan psikiatri. Penelitian
dan Asia Barat Daya. Infeksi ini terjadi secara tiba-tiba seroprevalensi menunjukkan, pajanan terhadap virus
di Amerika Serikat di kota New York pada tahun 1999, Japanese B encephalitis pada masa dewasa terjadi hampir
menyebabkan tujuh kematian dan mortalitas yang luas universal. Perkiraan rasio infeksi asimtomatik dengan
pada burung domestik dan asing. Analisis sekuens isolat simtomatik adalah 300:1. Infeksi pada trimester Pertama
virus menunjukkan bahwa virus ini berasal dari Timur dan kedua kehamilan dilaporkan mengakibatkan kematian
Tengah; mungkin melintasi Atlantik melalui burung, pada janin.
nyamuk, atau turis yang terinfeksi.
Dalam 3 tahun, virus \fest nile telah melakukan Siklus Transmisi Vektor-Peiamu Arbovirus
perpindahan antarbenua melintasi Amerika Serikat dan
secara permanen terdapat di Amerika Utara. Epidemi Infeksi pada manusia oleh virus ensefalitis yang ditularkan
pada tahun 2002 di Amerika Serikat merupakan epidemi oleh nyamuk terjadi saat nyamuk, sePerti C tarsalis atau
meningoensefalitis arbovirus terbesar yang tercatat di Culex pipient atau artropoda lain, Pertama' menggigit
bagian Barat. Terdapar 3.389 kasus penyakit virus W'est hewan'yang terinfeksi kemudian manusia.
Nile pada manusia yang dilaporkan, 690/o adalah kasus Ensefalitis kuda-*ras tern, w es tern, dan u enezue lan-
meningoensefalitis dan 210/o adalah kasus demam West ditransmisikan oleh nyamuk culex ke kuda atau manusia
532 BAB 38

dari siklus nyamuk-burung-nyamuk (Gambar 38-5). terinfeksi dapat menginfeksi nyamuk yang kemudian
Kuda, sama seperti manusia, merupakan pejamu yang dapat mentransmisikan infelai ke burung liar dan unggas
tidak penting untuk mempertahankan virus. Balk eastern peliharaan serta kelelawar lain.
equine encepha/itis maupun uenezuelan equine encephalitis Terdapat juga ensefalitis flavivirus yang ditularkan oleh
'pada kuda
bersifat berat, mengakibatkan hingga 90o/o tungau, seperti Russian spring-summer encePhalitis.
kematian pada binatang yang terinfeksi. Epizootic western Penyakit ini terutama terjadi pada awal musim panas,
equine encephalitis kurang fatal pada kuda. Selain itu, khususnya pada manusia yang terpajan tungau lxodes
eastern equine encephalitis menimbulkan epizootik berat persulcatus dan lxodes ricinus di daerah hutan yang belum
pada burung peliharadn tertentu. Siklus nyamuk-burung- jelas. Tungau dapat terinfeksi pada setiap fase
nyamuk juga terdapat pada ensefalitis St. Louis, virus metamorfosisnya dan virus dapat ditransmisikan secara
\iZest Nile, dan
Japanese B encephalitis. Babi merupakan transovarial (Gambar 38-6). Virus disekresi di dalam susu
penjamu yang penting rnruk Japanese B encephalitis. kambing yang terinfeksi untuk waktu yang lama dan
Nyamuk tetap terinfeksi seumur hidupnya (beberapa infeksi dapat ditularkan kepada semua yang meminum
minggu hingga beberapa bulan). Hanya nyamuk betina susu yang belum dipasteurisasi. Virus ensefalitis Powassan
yang m€ngisap darah dan dapat mengisap serta merupakan anggota pertama kompleks Russian spring-
mentransmisikan virus lebih dari satu kali. Sel usus summer yang diisolasi di Amerika Utara. Kasus yang sangat
nyamuk merupakan tempat utama multipLikasi virus. fatal dilaporkan dari Kanada pada tahun 1959. Infeksi
Proses ini diikuti oleh viremia dan invasi organ-rerutama pada manusia jarang terjadi.
kelenjar ludah dan jaringan saraf, tempat terjadinya
multiplikasi virus sekunder. Artropoda tetap sehat.
Arbovirus Sepanjang Musim Dingin
Inleksi kelelawar insektivora oleh arbovirus
menimbulkan viremia yang berlangsung selama 5-12 harl Epidemiologi ensefalitis yang ditularkan oleh artropoda
tanpa penyakit apapun atau perubahan patologis pada harus mempertimbangkan pemeliharaan dan penyebaran
kelelawar. Ketika konsentrasi virus tinggi, kelelawar yang virus di alam tanpa keterlibatan manusia. Virus telah

Burung dan/atau mamalia

Siklus
amplifikasi

Kemungkinan
mekanisme
pemeliharaan
sepanjang
musim dingin

Gambar 38'5. Siklus transmisi umum flavivirus penyebab ensefalitis yang ditularkan oleh nyamuk. Diperlihatkan
mekanisme amplifikasi pada saat musim panas dan kemungkinan sepanjang muslm dingin. Manusia merupakan
pejamu terakhir dan tidak meneruskan transmisi virus. Burung liar merupakan pejamu viremik yang paling sering,
tetapi babi berperan penting pada kasus virus./apanese encephalitrs. Pola yang terlihat sesuai untuk banyak (tetapi
tidak semua) flavivirus. (Diadaptasi dari MonathTP, l'leinz FX: Flavivrruses. ln'. FieldsVirology,3rd ed. Fields BN et al leditors]. Lippincott-Raven,
1996.)
PENYAKIT VIRUS YANG DITULARKAN OLEH ARTROPODA & RODENTIA s33

diisolasi dari nyamuk dan tungau yang berperan sebagai


reservoir infeksi. Pada tungau, virus terdapat dari generasi
ke generasi melalui rute transovarian, dan pada keadaan
seperti itu, tungau bertindak sebagai reservoir sejati virus
dan sebagai vektor (Gambar 38-6). Pada iklim tropis,
populasi nyamuk terdapat sepanjang tahun, siklus arbovirus
berlangsung terus-menerus antara nyamuk dan hewan Larva yang belum makan
reservo ir.
Di daerah beriklim sedang, virus dapat masuk kembali
dari luar daerah setiap tahun (misalnya, melalui burung
yang bermigrasi dari daerah tropis) atau virus tersebut
dapat bertahan pada musim dingin di daerah setempar.
Mekanisme sepanjang musim dingin yang mungkin
terjadi tetapi belum dapat dibuktikan antara lain adalah
sebagai berikut (Gambar 38-5 dan 38-6): (1) Nyamuk
yang sedang berhibernasi ketika bangun dapat menginfeksi
burung kembali; (2) virus mungkin tetap laten pada musim
dingin di burung, mamalia, dan artropoda; serta (3)
vertebra berdarah dingin (ular, kura-kura, kadal, aligator,
katak) dapat berperan sebagai reservoir pada musim
dingin. Nyamuk dapat terinfeksi saat mengisap uiar yang
muncul dan kemudian virus ditransmi dari tubuh ular ke
nyamuk. Virus telah ditemukan di dalam darah ular liar.
Nyamuk berhubungan erat dengan keielawar, baik Gambar 38-6. Siklus transmisl umum flavivirus yang
pada musim panas maupun musim dingin (di tempat ditularkan oleh tungau, memperlihatkan pejamu untuk
hibernasi). Secara eksperimental, nyamuk dapat larva, nimfa, dan tungau dewasa. Virus diteruskan pada
mentransmisikan virus ke kelelawar yang dapat stadium tungau berikutnya pada saat perkembangan
(transmisi transstadia), juga melalui rute transovarial
mempertahankan infeksi virus laten, tanpa viremia,
pada progeni tungau dewasa. Tungan jantan dan betina
selama lebih dari 3 bulan pada suhu 10 "C. Ketika
kelelawar kembali ke suhu ruangan, terjadi viremia. Siklus
terlibat dalam transmisi ini. Virus ensefalitis yang
ditularkan oleh tungau dapat ditansmisikan ke tungau
nyamuk-kelelawar-nyamuk kemungkinan merupakan
yang tidak terinfeksi yang sebelumnya mengisap pejamu
mekanisme sepanjang musim dingin untuk beberapa vertebra tanpa memerlukan infeksi viremia aktif pada
arbov i rus. pejamu. (Diadaptasi dari Monath TP, Heinz FX: Flaviviruses. ln. Fields
Virology,3rd ed. Fields BN et al Ieditors]. Lippincott-Raven, 1996.)
Pengobatan & Pengendalian
Tidak ada pengobatan spesifik. Pengendalian biologis pada
pejamu vertebrata alamiah umumnya tidak praktis, telah digunakan di beberapa negara Asia. Vaksin manusia
terutama bila pejamu berupa burung liar. Metode yang eksperimental yang diinaktifkan terhad ap eastern, wes tern,
paling efektif adalah pengendalian artropoda. Oieh karena dan uenezuelan equine encephalitis telah tersedia di pusat-
periode viremia pada vertebrata pendek (3-6 hari untuk pusat penelitian untuk melindungi pekerja laboratorium.
infei<si ensefalitis St. Louis pada burung), supresi apapun
yang diberikan pada vektor selama periode ini seharusnya
dapat memutus sildus transmisi. Selama wabah di daerah
DEMAM KUNING
urban, orang harus menghindari nyamuk dengan Virus demam kuning merupakan anggota prototipe famili
menggunakan penolak serangga dan menggunakan baju flaviviridae. Virus ini menyebabkan demam kuning,
pelindung. Rumah harus memiliki pencahayaan alami penyakit demam akut yang ditularkan oleh nyamuk yang
yang cukup. hanya terjadi di Afrika serta di Amerika Tengah dan
Vaksin virus mati yang efektif telah dikembangkan Selatan (Gambar 38-2). Kasus berat ditandai oleh disfungsi
untuk melindungi kuda dari eastern, uestern, dan serta perdarahan hati dan ginjal dengan mortalitas yang
uenezuelan equine encephalitis. Yaksin virus hidup yang tinggi.
telah dilemahkan yang bagus untuk uenezuelan equine Virus demam kuning merupakan flavivirus yang unik;
encephalitis telah tersedia untuk mengurangi epidemi pada virus ini tidak memiliki subgrup antigen spesifik. Virus
kuda. Vaksin virus-mati unwk Japanese B encephaliris bermultiplikasi di berbagai jenis hewan dan di dalam
534 BAB 38

nyamuk; tumbuh di daiam telur berembrio, biakan sel dengan menggunakan pemeriksaan imunohistokimia,
embrio anak ayam, serta lapisan sel, termasuk yang berasal penangkapan antigen ELISA, atau tes PCR.
dari monyet, manusia, hamster, dan nyamuk.
B. SEROLOGI
Patogenesis & Patologi Antibodi tidak sela1u ada selama minggu pertama
Virus ditransmisikan oleh nyamuk melalui kulit dan perjalanan penyakit. Deteksi antibodi IgM dengan
menyebar ke kelenjar getah bening, tempat virus penangkapan ELISA pada sampel tunggal memberikan
bermultipiikasi. Dari kelenjar getah bening, virus masuk diagnosis presumtif, dengan konfirmasi berupa
ke dalam sirkulasi darah dan terlokalisasi di hati, limpa, peningkatan titer empat kali lipat atau lebih antibodi
ginjal, sumsum tulang, serta kelenjar limfe, dan m€netaP penetral pada sampel serum fase akut dan fase konvalensi.
selama beberapa hari. Metode serologi yang lebih tua, seperti HI, kebanyakan
Lesi pada demam kuning disebabkan oleh lokalisasi telah digantikan oleh ELISA. Antibodi penghambat
dan perkembangbiakan virus ini pada organ tertentu. hemaglutinasi spesifik terlihat lebih dulu, yang segera
infeksi dapat menyebabkan lesi nekrotik di hati dan diikuti oleh antibodi terhadap flavivirus lain.
ginjal. Distribusi nekrosis di dalam hati dapat berbercak-
bercak tetapi paling sering di'zona tengah lobulus. Di lmunitas
ginjal, terjadi degenerasi lemak pada epiteiium tubulus. Antibodi penetral timbul kira-kira seminggu setelah awitan
Perubahan degeneratif juga terjadi pada limpa, kelenjar penyakit dan berguna untuk pembersihan virus. Pada
getah bening, serta jantung. Dapat terjadi edema serebri pasien yang bertahan terhadap infeksi, antibodi penetral
dan perdarahan petekia. Penyakit berat ditandai oleh terdapat seumur hidup dan memberikan perlindungan
perdarahan dan kolapsnya sirkulasi. Cedera miokardium toral terhadap penyakit ini.
akibat virus dapat menimbulkan syok.
Epidemiologi
Temuan Klinis Dua siklus epidemiologi transmisi demam kuning yang
Masa inkubasi adalah 3-6 hari. Pasien mengalami demam, utama telah dikenali: (i) demam kuning urban dan (2)
menggigil, nyeri kepala, pusing, mialgia, dan nyeri demam kuning hutan (Gambar 3B-7). Demam kuning
punggung dengan awitan tiba-tiba-diikuti oleh mual, urban melibatkan transmisi individu-ke-individu melalui
muntah, dan bradikardia. Selama "periode infeksi" awal nyamuk Aedes rumah. Di beiahan bumi barat dan Afrika
ini, yang berlangsung selama beberapa hari, pasien Barat, spesies ini terutama Aedes Aegpti, yang berkembang
mengaiami viremia dan merupakan sumber infeksi bagi di genangan air di daerah pemukiman. Di daerah temPat
nyamuk. Mungkin terjadi demam dan gejala ringan yang A aegjtpti telah dimusnahkan atau ditekan penyebarannya,
singkat; beberapa pasien pulih pada tahap ini. Pada pasien demam kuning urban tidak ditemukan lagi.
lain, "periode intoksikasi" dimulai dengan timbulnya Demam kuning hutan adalah penyakit yang terutama
kembali demam tinggi serta ikterus dan disfungsi ginjal. terdapat pada monyet. Di Amerika Selatan dan Afrika,
Pada kasus berat, tampak proteinuria yang bermakna dan penyakit ini ditularkan dari monyet-ke-monyet oleh
manifestasi perdarahan. Muntahan dapat berwarna gelap nyamuk pohon (misal nya, Haemagogus, Aede) yang hidup
disertai perdarahan. Beberapa pasien mengalami gangguan di daerah hutan kanopi yang basah. Infeksi pada hewan
pembekuan. Ketika penyakit berkembang ke stadium dapat parah atau tidak teriihat. Virus bermultiplikasi di
yang berat (muntah hitam dan ikterus), angka mortalitas dalam nyamuk, yang tetap infeksius sepanjang hidupnya.
menjadi tinggi (20o/o atau lebih). Kematian terjadi pada Orang-orang yang terlibat dalam aktivitas pembersihan
hari ke-7 sampai hari ke-10 perjalanan penyakit. hutan berkontak dengan nyamuk,tersebut di dalam hutan
Sebaliknya, infeksi dapat sangat ringan sehingga tidak dan menjadi terinfeksi.
disadari. Selain keparahannya, tidak terdapat sekuela; Demam kuning tidak pernah menyerang Asia,
pasien meninggal atau sembuh semPurna. meskipun vektornya, A aegypti, tersebar luas di daerah
ini.
Diagnosis Laboratorium Wabah baru terus terjadi. Mayoritas terjadi di Afrika.
Sekitar 5000 kasus demam kuning dilaporkan setiap
A. DETEKSI ATAU ISOLASI VIRUS
tahun, tetapi insiden sesungguhnya dipastikan lebih tinggi.
Virus dapat ditemukan dari darah pada 4 hari pertama Epidemi biasanya terjadi di daerah tertentu timbulnya
setelah awitan, dari jaringan hati postmortem rnelalui demam kuning; sabana yang lembap dan agak lembap di
inokulasi intraserebral pada mencit atau dengan dekat huran hujan tropis, temPat siklus silvatik
menggunakan lapisan sel nyamuk. Antigen virus atau asam dipertahankan di dalam populasi monyet yang besar.
nukleat dapat diidentifikasi di dalam spesimen jaringan Selama epidemi di Afrika, rasio infeksi:kasus berkisar
PENYAKIT VIRUS YANG DITULARKAN OLEH ARTROPODA & RODENTIA / 535

A aegypti

Siklus
Amplifikasi

VeKor nyamuk A aegypti


hutan

I
Musim f-t-EFF-l
hujan
l-Nul
)11"
I I

Transmisi VeKor
vertikal Pertahanan alternatif
memanjang Viremia
dan/atau ulang atau Transmisi I Mekanisme
resistansi
kekeringan
memanJang transstadia
dan vertikal
l'
I
oemeliharaan

Musim
kering

Gambar 38-7. Siklus transmisi virus demam kuning dan virus dengue. Kedua virus tersebut memiliki siklus pemeliharaan
enzootik yang melibatkan vektor Aedes dan primata selain manusia. Virus dengue terutama ditularkan antara
manusia dan Aedes aegypti yang berkembang biak di simpanan air di daerah setempat. Pada kasus demam kuning,
transmisi silvatik (hutan) tersebar luas di seluruh distribusi geografik virus. Di Amerika tropis, kasus demam kuning
pada manusia berasal dari kontak dengan vektor nyamuk hutan, dan tidak terdapat kasus demam kuning urban
(ditularkan oleh A aegypti) selama lebih dari 50 tahun. Di Afrika, vektor silvatik berperan pada transmisi virus
monyet-ke-monyet dan antarmanusia, dan sering terdapat keterlibatan A aegyptl di daerah urban serta daerah
savana yang kering. (Diadaptasi dari Monath TP, Heinz FX: Flaviviruses. Dalam: Fields Virology, edisi 3. Fields BN et al leditorsl. Lippincott-Raven,
1996.)

perjalanan udara yang modern, penanganan wabah


dari 20:1 hingga 2:1. Semua kelompok umur rentan
demam kuning tetap harus dilakukan selama terdapat
terhadap infeksi, tetapi penyakit pada bayi lebih ringan
Aedes aegyprl. Sebagian besar negara mewajibkan
daripada kelompok yang lebih tua.
pengendalian nyamuk yang tepat dan vaksinasi pada
Sekitar 500 kasus per tahun dilaporkan di Amerika
semua orang sekurang-kurangnya 10 hari sebelum
Selatan, terutama Peru, Bolivia, dan Brazil. Demam
kedatangan di atau dari daerah endemik. Kewajiban
kuning di Amerika menunjukkan gambaran epidemik
vaksinasi demam kuning pada turis yang masuk ke
yang khas untuk siklus hutan: Sebagian besar kasus terjadi
Amerika Serikat telah dahapuskan pada tahun 1972.
pada laki-laki berusia 15-45 tahun dan terlibat dalam
Virus demam kuning strain 17D merupakan vaksin
aktivitas agrikultural atau kehutanan.
virus hidup yang dilemahkan yang sang:rt baik. Pada
Demam kuning terus menginfeksi dan menyebabkan
pasase serial virus demam kuning strain pantropik pada
kematian ribuan orang di seluruh dunia yang gagal menjadi
kebal. Diperkirakan setiap tahun demam kuning kultur jaringan, ditemukan strain 17D yang relatif
menyerang 200.000 orang dan sekitar 30.000 di
avirulen. Strain ini kehilangan kapasitasnya untuk
menginduksi penyakit viserotropik atau neurotropik dan
antaranya meninggal.
telah digunakan sebagai vaksin selama lebih dari 40 ahun.
Virus demam kuning strain Asibi yang virulen telah
Pengobatan, Pencegahan, & Pengendalian
dirangkai dan sekuensnya dibandingkan dengan sekuens
Tidak ada pengobacan obat antivirus. vaksin strain l7D, yang berasal dari virus tersebut. Kedua
Program pemberantasan nyamuk yang gencar hampir strain ini dipisahkan oleh lebih dari 240 pasase. Kedua
menghilangkan demam kuning urban. Laporan terakhir genom RNA (panjang nukleotida 10.862) berbeda pada
mengenai wabah demam kuning di Amerika Serikat posisi nukleotida 68, mengakibatkan perbedaan total pada
terjadi pada tahun i905. Namun, dengan kecepatan 32 asam amino.
536 BAB 38

Valain disiapkan di dalam teiur dan dihasilkan dalam bermanifestasi sebagai penyakit demam ringan yang
bentuk bubuk kering. Vaksin ini merupakan virus hidup berlangsung singkat.
dan harus disimpan di tempat yang dingin. Dosis tunggal Sindrom berat-demam berdarah dengue-dapat
menimbulkan respons antibodi yang baik pada lebih dari ierjadi pada individu (terutama anak) yang men-
95'/o ot^ngyang telah divaksinasi dan menetap setidaknya dapatkannya secara pasif (sebagai andbodi maternal) atau
ielama 10 tahun. Setelah vaksinasi, virus bermuitiplikasi antibodi dengue heterolog nonneutalizing yangsudah ada
dan dapat diisolasi dari darah sebelum terbentuk antibodi. sebelumnya akibat infeksi oleh virus dengan serotipe
Vaksinasi dikontraindikasikan untuk bayi berumur berbeda sebelumnya. Meskipun gejala awal menyerupai
kurang dari 9 bulan, m:isa kehamilan, dan individu dengan dengue normai, kondisi pasien cepat memburuk'
perubahan sistem imun (misalnya, infeksi HIV Sindrom syok dengue, bentuk penyakit yang lebih parah,
keganasan, transplantasi organ). ditandai dengan syok dan hemokonsentrasi, dapat terjadi
Valain 17D aman. Sejak tahun 1965, sekitar 300 juta kemudian. Kejadian khusus menimbulkan dugaan bahwa
dosis vaksin demam kuning telah diberikan. Terdapat infeksi sekunder dengue tipe 2 setelah infeksi tipe i
kurang dari dua lusin kasus penyakit neurotropik terkait merupakan faktor risiko utama untuk penyakit berat.
vaksin (ensefalitis pascavaksinasi) di seluruh dunia, Patogenesis sindrom yang berat ini melibatkan antibodi
sebagian besar terjadi pada bayi. Pada tahun 2000, dengue yang telah ada sebelumnya. Terdapat postulat yang
ditemukan sindrom berat yang disebut penyakit menyatakan bahwa komplela virus-antibodi terbentuk
yiserotropik terkait vaksin demam kuning. Dilaporkan dalam beberapa hari pada infeksi dengue kedua dan
sepuluh kasus kegagalan sistem organ multipel pada bahwa nonneutralizing enltances antibody menimbulkan
resipien vaksin di Amerika Serikat dengan frekuensi infeksi lebih banyak pada sei mononuklear, diikuti oleh
sekitar 1:400.000 orang. pelepasan sitokin, mediator vasoaktii dan prokoagulan,
Vaksinasi merupakan cara pencegahan yang paling menyebabkan koagulasi intravaskular diseminata yang
efektif terhadap demam kuning, infelsi yang berpotensi terdapat pada sindrom demam berdarah.
menjadi parah dengan angka kematian tinggi yang tidak
memiliki pengobatan spesifik. Diagnosis Laboratorium
Isolasi virus dengue sulit. Isolat baru tidak patogen
DENGUE terhadap bayi mencit dan umumnya tidak menimbulkan
Dengue (breahbone feuer) adalah infeksi yang ditularkan efek sitopatik di dalam kultur sel. Metode PCR tersedia
oleh nyamuk, disebabkan oleh flavivirus yang ditandai untuk identifikasi dan penentuan subtipe secara cePat.
dengan demam, nyeri otot dan sendi, limfadenopati, serta Antibodi penetral dan antibodi penghambat hemaglutinasi
ruam. Bentuk berat penyakit ini, demam berdarah terbentuk dalam 7 hari setelah awitan demam dengr're.
dengue/ sindrom syok dengue, t€rutama mengenai auak. Antibodi homotipik cenderung mencapai titer yang lebih
tinggi daripada antibodi heterotipik.
Temuan Klinis
Penyakit klinis dimulai 2-7 hari setelah gigitan nyamuk lmunitas
yang terinfeksi. Awitan demam dapat tiba-tiba atau dapat Terdapat empat serotipe virus yang dapat dibedakan
timbul gejala prodromal berupa malaise, menggigil, dan dengan tes Nt. Infeksi memberikan perlindungan seumur
nyeri kepala. Kemudian segera terjadi nyeri, terutama hidup terhadap serotipe tersebut, tetapi proteksi-silang
pada punggung, sendi, otot, dan bola mata. Terjadi antar serotipe hanya berlangsung singkat. Reinfeksi oleh
viremia pada saat timbul demam dan dapat berlangsung virus dengan serotipe yang berbeda setelah serangan
selama 3-5 hari. Suhu tubuh kembali normal setelah 5-6 pertama cenderung mengakibatkan penyakit berat
hari atau dapat menurun pada sekitar hari ketiga dan (demam berdarah dengue).
naik lagi sekitar 5-8 hari setelah awitan (bentuk Virus dengue dan demam kuning berhubungan secara
"saddlebaik"). Mialgia dan nyeri tuiang dalam (breahbone antigen, tetapi tidak menimbulkan imunitas silang yang
feuer) ldtas untuk penyakit ini. Ruam
(makulopapular atau bermakna.
morbiliformis) dapat timbui pada hari ketiga atau
keempat dan berlangsung selama 1-5 hari, meninggalkan Epidemiologi
daerah deskuamasi. Kelenjar getah bening biasanya
membesar. Umumnya terjadi leukopenia dengan Virus dengue terdistribusi di seluruh dunia di daerah
limfositosis relatif. Demam dengue klasik merupakan tropis (Gambar 38-2). Sebagian besar daerah subtropis
penyakit swasirna. Konvalensi mungkin membutuhkan dan tropis di seluruh dunia yang terdapat'vektor Aedes
beberapa minggu, walaupun komplikasi dan kematian merupakan daerah endemik. Selama 20 tahun terakhir,
jarang terjadi. Khusus pada anak kecil, dengue dapat epiderni dengue telah menimbulkan masalah di Amerika.
PENYAKIT VIRUS YANG DITULARKAN OLEH ARTROPODA & RODENTIA I 537

Pada tahun 1995, lebih dari 200.000 kasus dengue dan bagian tenggara, daerah prevalensi A aegpti, vektor utama
lebih dari 5.500 kasus demam berdarah dengue terjadi virus dengue. Kebalikan dari A aegltpti, yang tidak dapat
di Amerika Selatan dan Tengah. Perubahan pola penyakit bertahan pada musim dingin di negara bagian ttara, A
mungkin berkaitan dengan pertumbuhan populasi urban albopictus dapat bertahan pada musim dingin hingga 42'
yang cepat, kepadatan yang berlebih, dan kurangnya$Paya utara, meningkatkan risiko epidemi dengue di Amerika
pengendalian nyamuk. Serikat.
Diperkirakan sekitar 50 juta atau lebih kasus dengue
setiap tahun di seluruh dunia, dengan 400.000 kasus Pengendalian
demam berdarah dengue.'Kasus demam berdarah dengue Pengendalian bergantung pada pelaksanaan antinyamuk,
merupakan penyebab utama kematian pada anak di misalnya pemusnahan tempat perkembangbiakan nyamuk
beberapa negara Asia. dan penggunaan insektisida. Pengembangan vaksin sulit
Risiko sindrom demam berdarah sekitar 0,2oh pada terjadi karena vaksin harus dapat memberikan
infeksi dengue pertama, namun setidaknya sepuluh kali perlindungan terhadap keempat serotipe virus; bila tidak,
lipat lebih tinggi pada infeksi oleh serotipe virus dengue risiko resipien terhadap demam berdarah dengue dapat
kedua. Angka kematian demam berdarah dengue dapat meningkat.
mencapai 1570.
Rasio infeksi yang tidak terlihat dan infeksi yang ENSEFALITIS BUNYAVI RUS
terlihat bervariasi tetapi mungkin sekitar 15:1 untuk
infeksi pertama; rasio ini lebih rendah pada infeksi Famili Bunyaviridae terdiri dari lebih dari 300 virus,
kedua. sebagian besar ditularkan oleh artropoda. Partikel
Pada komunitas urban, epidemi dengue bersifat berbentuk sferis berukuran 80-120 nm yang mengandung
eksplosif dan melibatkan populasi dalam jumlah yang genom RNA untai tunggal, bersegmen tiga, sense negatif
cukup banyak. Epidemi ini umumnya dimulai pada atau ambisensa, berukuran total sekitar 11-21 kb. Selubung
musim hujan, ketika terdapat banyak nyamuk vektor, u4 memiliki dua glikoprotein. Beberapa anggota virus
aegtpti (Gambar 38-7). Nyamuk ini berkembang biak menyebabkan ensefalitis yang ditularkan oleh nyamuk
pada iklim tropis dan semitropis di wadah penahan air pada manusia dan hewan; beberapa anggota lain
atau di tanaman yang dekat dengan pemukiman manusia. menyebabkan demam berdarah. Tiansmisi transovaria
A aegypti merupakan nyamuk vektor utama untuk terjadi pada beberapa nyamuk. Beberapa ditularkan oleh
dengue di belahan barat. Nyamuk betina mendapatkan lalat. Penyakit yang baru dikenaii, sindrom pulmonal
virus dengan mengisap darah manusia yang mengalami hantavirus, disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh
viremia. Setelah B-14 hari, nyamuk menjadi infeksius rodentia. Bunyavirus sensitif terhadap inaktivasi oleh
dan hal ini berlangsung selama hidupnya (1-3 bulan). Di panas, detergen, formaldehid, dan pH yang rendah;
daerah tropis, perkembangbiakan nyamuk berlangsung beberapa menyebabkan hemaglutinasi (Gambar 38-1).
sepanjang tahun untuk mempertahankan penyakit. Kompleks virus ensefalitis California terdiri dati 14
Perang Dunia II menimbuikan penyebaran dengue virus yang berkaitan secara antigen pada genus Bunyauints
dari Asia Tenggara ke Jepang dan Kepulauan Pasifik. Pada dalam familinya. Kompleks ini termasuk virus La Crosse,
ahun 1977, virus dengue tipe I diisolasi dari nyamuk patogen manusia yang penting di Amerika Serikat (Thbei
dan dari pasien di Jamaika, kemudian di Bahama, 38-2). Virus La Crosse adalah penyebab utama ensefalitis
Tiinidad, Kuba, dan Amerika Serikat. Hal ini merupakan dan meningitis aseptik pada anak-anak, tertutama d\ upper
pertama kalinya virus dengue tipe I diisolasi di belahan Midwest. Sebagian besar kasus terjadi antara bulan Juli
bumi bagian barat. Pada tahun 1981, dengue tipe 4 dan September pada anak yang berusia kurang dari 16
pertama kali ditemukan di belahan bumi bagian barat, tahun. Diperkirakan insiden ensefalitis La Crosse di
dengan kasus pertama di French Antilles. Virus ini daerah endemik 5-10 per 100.000 populasi' Umumnya
sekarang menyebar di seluruh daratan Amerika Tengah terjadi kejang dan case-fatalifit rate sel<ttar 1o/0. Ada banyak
dan Amerika Selatan. infeksi untuk setiap kasus ensefalitis (kemungkinan hingga
Endemi dengue di Karibia dan Meksiko merupakan 1.000:1).
penyakit yang terus menerus terjadi di Amerika Serikat, Virus ditransmisikan oleh berbagai nyamuk hutan,
karena nyamuk A aegpti paling banyak pada bulan musim terutama Aedes triseriatu.i. Pejamu vertebrata utama adalah
panas. Bersamaan dengan peningkatan aktivitas epidemi mamalia kecil seperti tupai, bajing, dan kelinci. Infeksi
dengue di negara tropis, terdapat peningkatan jumlah pada manusia bersifat tangensial. Sepanjang musim dingin
kasus yang masuk ke Amerika Serikat. dapat bertahan hidup di dalam telur nyamuk vektor. Virus
A albopictus, nyamuk yang berasal dari Asia, ditransmisikan secara transovaria, nyamuk dewasa yang
ditemukan di Texas pada tahun 1985; pada tahun 1989 berkembang dari telur yang terinfeksi dapat menularkan
nyamuk ini telah menyebar ke seiuruh Amerika Serikat virus meialui gigitan.
538 BAB 38

Awitan infelai virus ensefalitis Californa dba-tiba, ciri pada hewan peliharaan. Sering terjadi infeksi pada pekerja
khasnya adalah nyeri kepala bifrontal yang hebat, demam laboratorium
38-40 "C, dan pada beberapa kasus terdapar muntah, Penyakit pada manusia biasanya penyakit demam
letargi, serta konvulsi. Sekitar setengah jumlah pasien ringan yang singkat dan hampir selalu terjadi penyem-
rire.ngalami kejang. Yang jarang, hanya terjadi meningitis buhan total. Komplikasi berupa retiniris (15olo kasus),
aseptik. Penyakit berlangsung seiama 10- 14 hari, ensefalitis (1%), dan demam berdarah (1%). Dapat terjadi
walaupun masa konvalesensi dapat memanjang. Sekuele buta permanen.
neurologik jarang terjadi. Konfirmasi serologi dengan Demam rift valley menyebar pada tahun 1977 ke
menggunakan HI, ELISA, atau tes Nt dilakukan pada Mesir, tempat terjadinya banyak kematian domba dan
spesimen akut dan konvalesen. ternak serta ribuan kasus pada manusia dengan 600 orang
meninggal. \Wabah besar yang sama ter.jadi di Afrika
DEMAM LALAT PASIR Timur pada tahun 1997-1998. Penyebaran virus demam
Rift Valley yang didokumentasikan pertama kali di luar
Demam lalat pasir adalah penyakit ringan yang ditularkan Afrika terjadi pada tahun 2000 di Yaman dan Saudi
oleh serangga y^ng umumnya terjadi di negara yang Arabia.
berbatasan dengan laut Mediterania dan di Rusia, Iran, Epizootik terjadi secara periodik setelah hujan deras
Pakistan, India, Panama, BraziI, dan Tiinidad. Lalat pasir yang memungkinkan pelepasan vektor dan reservoir
Phlebotomus papatasii terdapat di daerah endemik antara utama (nyamuk spesies Aedes). Viremia pada hewan
20 sampai 45 derajar lintang. Demam lalat pasir (juga menimbulkan infeksi pada vektor lain melalui transmisi
disebut demam Phlebotomus) disebabkan oleh bunyavirus kolateral pada manusia. Tiansmisi terutama terjadi melalui
di dalam gents Phlebouirus (Tabel38-1). kontak dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi dan
Penyakit ini ditularkan oieh lalat pasir betina, yang gigitan nyamuk.
hanya berukuran beberapa milimeter. Di daerah tropis,
lalat pasir banyak terdapat sepanjang tahun; pada iklim
DEMAM SENGKENIT COLORADO
yang lebih dingin, hanya terdapat pada musim hangat.
Terjadi transmisi transovaria. Serangga terutama Beberapa arbovirus merupakan anggota famili Reoviridae
menggigit pada malam hari. (lihat Bab 37). Virus african borse sichnesr dan virus
Di daerah endemik, sering terjadi infeksi pada masa bluetongue termasuk dalam genus Orbiuirus. Virus demarn
kanak-kanak. Ketika datang orang dewasa yang tidak sengkenit Colorado dikelompokkan dalam genus
kebal (misalnya, tentara), dapat terjadi wabah besar di Coltiuirus. Rotavirus dan reovirus tidak mempunyai
antard pendatang baru dan kadang-kadang keliru dengan vektor artropoda.
malaria. Demam sengkenit Colorado, juga disebut demam
Pada manusia, gigitan lalat pasir menimbulkan papul pegunungan atau demam sengkenit, ditransmisikan oleh
kecil yang gatal pada kuiit yang m€netap hingga 5 hari. sengkenit (Tabel 38-1). Virus tampak berbeda secara
Penyakit ini muncul tiba-tiba setelah masa inkubasi 3-6 antigen dari virus lain yang telah diketahui dan hanya
hari. Virus ditemukan di darah dalam waktu yang satu tipe antigen yang telah dikenali.
berdekatan dengan waktu timbulnya gejala. Gambaran Demam sengkenit Colorado merupakan penyakit
klinisnya meliputi nyeri kepala, malaise, mual, demam, demam ringan tanpa disertai ruam. Masa inkubasi adalah
fotofobia, kaku leher dan punggung, nyeri abdomen, dan 4-6 hari. Penyakit memiliki awitan demam dan mialgia
leukopenia. Semua pasien sembuh. Tidak ada pengobatan yang tiba-tiba. Gejalanya berupa nyeri kepala, nyeri otot
spesifi k. dan sendi, letargi, serta mual dan muntah. Suhu biasanya
Lalat pasir paling banyak terdapat tepat di atas tanah. bifasik. Setelah serangan pertama selama 2 hari, pasien
Karena ukuran yang kecil, organisme ini dapat melewati mungkin merasa sembuh, tetapi gejala muncul kembali
jaring biasa dan jaring nyamuk. Pencegahan penyakit di dan berlangsung selama 3-4 hari kemudian. Penyakit pada
daerah endemik bergantung pada penggunaan penolak manusia bersifat swasirna (Thbel 38-2).
serangga pada malam hari dan insektisida residual pada Virus dapat diisoiasi dari darah lengkap dengan
kehidupan sehari-hari. inokulasi kultur sel atau mencit yang menyusu. Viremia
dapat berlangsung selama 4 minggu. Pemeriksaan PCR
reuerse transcription dapat mendeteksi RNA virus dalam
DEMAM RIFT VALLEY
sel darah merah dan plasma. Anribodi penerral spesifik
Agen penyakit ini, bunyavirus dari genus Phlebouirus, muncul pada rninggu kedua perjalanan penyakit yang
merupakan virus zoonotik yang ditularkan oleh nyamuk, dapat dideteksi oleh uji reduksi piak. Pemeriksaan serologi
patogen terutama pada domba, lembu, dan kambing. lain termasuk ELISA dan tes antibodi fluoresen. Infel<si
Manusia terinfelai sekunder selama perjalanan epizootik tunggal diduga menimbulkan kekebalan yang lama.
PENYAKIT VIRUS YANG DITULARKAN OLEH ARTROPODA & RODENTIA I 539

Ada beberapa ratus kasus demam sengkenit colorado interstisial yang dapat menimbulkan insufisiensi ginjal
yang dilaporkan setiap tahun, tetapi diduga hanya akut dan gagal ginjai pada bentuk penyakit berat yang
merupakan sebagian dari seluruh kasus. Penyakit ini terjadi di Asia, terutama di Korea. Perdarahan umum
terbatas pada daerah distribusi sengkenit kayu dan syok dapat terjadi, dengan case-fatality rate sekitar 5'
Dirmacentor andersoni, terutama daerah dataran tinggi 35o/o. Pada b.tltuk klinis yang lebih ringan-nefropati
di-Amerika Serikat bagian barat dan Kanada bagian barat epidemika, yang banyak terjadi di Skandinavia-nefritis
daya. Pasien telah berada di daerah infestasi sengkenit interstisial umumnya sembuh tanpa komplikasi
sebelum awitan gejala, dan pada banyak kasus sengkenit perdarahan, dan kematian jarang terjadi (<1%)'
ditemukan menempel pada pasien. Kasus ini terutama Lebih dari 2.000 kasus HFRS teriadi di antara tentara
terjadi pada laki-laki,' kelompok dengan pajanan terbesar PBB selama perang Korea, tetapi virus Hantaan hanva
terhadap sengkenit. D andersoni yang terdapat di alam diisolasi pada tahun 1976 di Korea dari seekor rodentia,
dapat membawa virus. Sengkenit ini merupakan reservoir Apodemus agrarius.
sejati dan virus ditransmisikan transovaria oleh betina Tikus kota diketahui terinfeksi secara persisten oleh
dewasa. Infeksi alamiah terjadi pada rodentia yang virus Hantaan dan diperkirakan bahwa tikus pada kapal
bertindak sebagai pejamu pada stadium sengkenit imatur' dagang dapat menyebarkan hantavirus ke seluruh dunia'
'fidak ada pengobatan spesifik. Penyakit ini dapat Sui"ei serologi menandakan bahwa tikus di Arnerika
dicegah dengan menghindari daerah infestasi sengkenit Serikar juga terinfeksi oleh virus terkait Hantaan' Tikus
dan dengan menggunakan baju pelindung atau bahan laboratorium yang terinfeksi terbukti merupakan sumber
kimia penolak serangga. wabah Hantaan di institusi penelitian di Eropa dan Asia'
tetapi infeksi serupa belum diternukan pada tikus
laboratorium di Amerika Serikat' Infeksi virus terkait-
I DEMAM BERDARAH YANG Hantaan telah terjadi pada orang yang dalam pekerjaannya
berkontak dengan tikus (misalnya, pekerja di pelabuhan)'
DITULARKAN OLEH RODENTIA
Sindrom Pulmonal Hantavirus
Demam berdarah zoonotik yang ditularkan oleh rodentia
meliputi demam Korea (virus Hantaan), demam Amerika l'ada tahun 1993, suatu wabah penyakit pernapasan bcrat
Selatan (virus Junin dan Machupo), serta demam Lassa. di Amerika Serikat, saat ini dikenal sebagai Sindrom
Hantavirus juga menyebabkan sindrom pulmonal Pulmonal Hantavirus (L{PS), diketahui disebabkan oleh
hantavirus di Amerika. Reservoir alami virus Marburg hantavirus yang berbeda (virus Sin Nombre)' Agen ini
dan virus Ebola (demam berdarah Afrika) tidak diketahui, merupakan hantavirus pertama yang diketahui
tetapi diduga virus ini dibiakkan oleh rodentia atau menimbulkan penyakit di Amerika Utara dan yang
kelelawar. Agen penyebab diklasifikasikan sebagai perrama menyebabkan terutama sindrorn gawat napas
bunyavirus, arenavirus, dan filovirus (Tabel 38-i). pad" orang dewasa. Sejak saat itu, banyak hantavirus
iit.muk"t pada rodentia di Amerika Utara dan Selatan
(Thbel 38-2).
PENYAKIT BUNYAVIRUS Infeksi subklinis tampaknya tidak sering terjadi
Hantavirus dikelompokkan dalam gents Hantauirus lanili terutama oleh virus Sin Nombre. HPS umumnya berat
Bunyaviridae. Virus ditemukan di seiuruh dunia dan dengan angka mortalitas yang dilaporkan 30% atau lebih'
menyebabkan dua penyakit serius dan sangat fatal Pada Case-fatatity rate ini secara substansial lebih tinggi
manusia: demam berdarah dengan sindrom ginjal (HFRS) dibandingkan dengan infeksi hantavirus lain. Penyakit
dan sindrom pulmonal Hantavirus (HPS). Diperkirakan ini ditanJai oleh demam prodromal, mialgia, dan gejala
terdapat 100.000-200.000 kasus infeksi hantavirus di lain, termasuk batuk, sakit kepala' serta mual dan muntah,
seluruh dunia setiap tahun. Ada beberapa hantavirus yang
ciiikuti oleh edema paru progresif cepat' Tidak ada tanda-
tanda perdarahan. Patogenesis temuan pulmonal tidak
berbeda, masing-masing berkaitan dengan pejamu
diketahui tetapi menunjukkan peningkatan permeabilitas
rodentia yang spesifik. Infeksi virus ini pada rodentia
kapiler pulmonal. Antigen hantivirus tersebar pada pasien,
berlangsung seumur hidup dan tanpa efek kerusakan.
dilemukan pada endotel paru, jantung, ginjal, pankreas,
Transmisi ke manusia terjadi melalui inhalasi aerosol
dan jaringan otot rangka. Tiansmisi hantavirus orang-ke-
ekskreta rodentia (urine, feses, saliva).
orang j"iang terjadi, waiaupun pada suatu wabah di
Argentina p"da t"hrln 1996 virus tampaknya ditularkan
Demam Berdarah dengan Sindrom Ginjal dari orang-ke-orang.
(Virus Hantaan) Diagnlsis laboratorium bergantung pada deteksi asam

Demam berdarah dengan sindrom ginjal (FIFRS) nuklcat virus dengan menggunakan PCR reuerse

merupakan infeksi virus akut yang menyebabkan nefritis transcription atau deteksi antibodi spesifik menggunakan
540 BAB 38

protein rekombinan hantavirus yang berbeda. Hantavirus tidak menyebabkan efek sitopatik ketika bereplikasi di
dapat diisolasi di dalam sel kultur, tetapi metode ini .sel kultur.
memerlukan fasilitas yang terbatas. Pengobatan sindrom Arenavirus menimbulkan infeksi kronis pada
pulmonal hantavirus terkini terdiri dari mempertahankan rodentia. Setiap virus umumnya berkaitan dengan satu
o'ksigenasi yang cukup dan menunjang fungsi herno- spesies rodentia. Distribusi geografis arenavirus tertentu
dinamik. Obat antivirus ribavirin juga dapat bermanfaat sebagian ditentukan berdasarkan kisaran pejamu
sebagai pengobatan HPS. Tindakan pencegahan rodentianya. Manusia terinfeksi bila berkontak dengan
berdasarkan pengendalian rodentia dan menghindari ekskreta rodentia. Beberapa virus menyebabkan demam
kontak dengan rodentia serta kotorannya. berdarah yang berat. Beberapa arenavirus diketahui
menginfeksi janin dan dapat menyebabkan kematian janin
PENYAKIT ARENAVIRUS pada manusia.
Sedikitnya tujuh arenavirus menyebabkan penyakit
Arenavirus ditandai dengan partikel pleomorfik yang pada manusia-Lassa, Junin, Machupo, Guanarito, Sabia,
mengandung genom RNA bersegmen; dikelilingi oleh \Thitewater, Arroyo, dan koriomeningitis limfositik LCM
selubung dengan peplomer yang besar berbentuk gada; (Tabel 38-1). Oleh karena arenavirus infeksius melalui
serta berdiameter 50-300 nm (rata-rata 110-i30 nm) udara, pemrosesan spesimen manusia dan rodentia harus
(Gambar 38-1). Genom arenavirus mengandung dua dilakukan sangat hati-hati. Pembatasan tingkat ringgi
molekul RNA untai tunggal dengan organisasi genetik diperlukan di dalam laboratorium. flansmisi arenavirus
ambisense yang berbeda. pada pejamu alamiah rodentia terjadi meialui rute
Siklus replikasi umum diperlihatkan pada Gambar transmisi vertikal, horizontai, dan seksual. Susu, saliva,
38-8. Ribosom pejamu mengalami pelepasan kapsid dan urine dapat terlibat dalam transmisi. Vektor artropoda
selama morfogenesis partikel virus. Arenavirus secara khas diduga tidak terlibat dalam transmisi ini.

pu,,r,bry
Retikulum + Golgi

Gamhar 38-8. 5iklus hidup arenavirus


PENYAKIT VIRUS YANG DITULARKAN OLEH ARTROPODA & RODENTIA I 541

Demam Lassa kasus diiaporkan antara tahun 1958 dan 1980 dengan
angka mortalitas 10-15% pada pasien yang ddak diobati.
Kasus demam Lassa pertama kali ditemukan terjadi pada
Banyak kasus terus terjadi setiap tahun. Penyakit memiliki
tahun 1969 di antara pemukim Amerika di perkampungan
variasi musiman yang jelas dan infeksi terjadi terutama
Nigeria Lassa. Virus Lassa sangat viruien-angka pada pekerja di ladang jagung dan gandum yang terpajan
mortalitasnya sekirar l5o/o. Di Afrika barat dan tengah,
dengan reservoir rodentia, Calomys musculinus.
diperkirakan bahwa korban setiap tahun dapat mencapai
Virus Junin menimbulkan depresi kekebalan humorai
beberapa ratus ribu infeksi dan 5.000 kematian. Virus
dan seiular; kematian akibat demam berdarah Junin
Lassa aktif di seluruh negara Afrika Barat yang terletak
berkaitan dengan ketidakmampuan untuk memulai
di antara Senegal dan Republik Kongo.
respons imunitas selular. Pemberian plasma manusia yang
Demam Lassa dapat mengenai hampir semua sistem
telah pulih kepada pasien selama minggu pertama
organ walaupun gejalanya bervariasi pada setiap pasien.
perjalanan penyakit menurunkan angka mortalitas dari
Penyakit ini ditandai dengan demam yang sangat tinggi,
I5-30Vo menjadi 1%. Pada-beberapa pasien terjadi
ulkus mulut, nyeri otot hebat, ruam kulit dengan
sindrom neurologis swasirna 3-6 minggu kemudian.
perdarahan, pneumonia, serta kerusakan jantung dan
Vaksin virus Junin hidup yang dilemahkan diberikan
ginjal. Tuli merupakan komplikasi yang umum terjadi,
kepada individu yang berisiko tinggi di Amerika Selatan.
mengenai sekitar 200lo kasus selama masa pemulihan;
Wabah demam berdarah Machupo (demam berdarah
tuli sering permanen.
Bolivia) pertama ditemukan di Bolivia pada tahun 1962.
Infeksi virus Lassa menyebabkan kematian janin pada
Diperkirakan sekitar 2.000-3.000 orang terkena penyakit
lebih dari 75o/o wanira hamil. Pada trimester ketiga,
ini, dengan case-fatality rate 20o/o. Program pengendalian
mortalitas maternal meningkat (300/o) dan mortalitas janin
rodentia efektif bertujuan untuk membasmi Calomys
sangat tinggi (>90o/o). Kasus demam ringan juga terjadi.
callosus yang terinfeksi, pejamu virus Machupo, telah
Tikus rumah (Mastomls natelensis) adalah reservoir
dilakukan di Bolivia dan sangat menurunkan jumlah kasus
rodentia utama virus Lassa. lJpaya pengendalian rodentia
demam berdarah Machupo.
merupakan satu cara untuk meminimalisasi penyebaran
Virus Guanarito (agen demam berdarah Venezuela)
virus tetapi umumnya tidak praktis dilakukan di daerah
diidentifikasi pada tahun 1990; memiliki angka mortalitas
endemik. Virus dapat ditularkan melalui kontak mandsia-
sekitar 33o/c:. Kemtnculan penyakit ini berhubungan
ke manusia. Bila virus menyebar di rumah sakit, kontak
dengan penebangan hutan untuk dijadikan peternakan
manusia merupakan cara penularannya. Prosedur
kecil. Virus Sabia diisoiasi pada tahun 1990 dari kasus
perawatan pencegahan yang sangat teliti dan pencegahan
demam berdarah yang fatal di Brazil. Virus Guanarito
standar untuk menghindari kontak dengan darah dan
dan virus Sabia menginduksi penyakir klinis yang
cairan tubuh yang terkontaminasi virus dapat mencegah
menyerupai demam berdarah Argentina dan mungkin
penularan ke pegawai rumah sakit.
memiliki angka mortalitas yang sama.
Obat ,.ntivirui ribavirin merupakan obat pilihan untuk
demam Lassa dan paling efektif jika diberikan pada awai
perjalanan penyakit. Vaksin yang potensial masih Koriomeningitis Limfositik
dipelajari. Vaksin virus rekombinan yang mengekspresi
Virus koriomeningitis limlositik (LCM) ditemukan pada
gen glikoprotein virus Lassa dapat menginduksi imunitas
tahun 1933 dan tersebar luas di Eropa dan Amerika.
protektif pada marmot dan monyet.
Vektor alamiahnya adalah tikus rumah, Mus musculus.
Penyakit ini endemik pada mencit dan hewan lain (anjing,
Demam Berdarah Amerika Selatan
monyet, marmot, hamster) dan kadang-kadang ditularkan
Berdasarkan penelitian serologis dan filogenetik pada kepada manusia, khususnya melalui kotoran tikus. Tidak
RNA virus, s€mua arenavirus Amerika Selatan merupakan ada bukti penyebaran manusia-ke-manusia. Virus ini
anggota kompleks Tacaribe. Sebagian besar memiliki dapat menyebabkan infeksi kronis pada koloni tikus atau
reservoir rodentia Cricetidae. Virus cenderung sering hamster.
ditemukan di daerah tertentu dengan distribusi terbatas. Koriomeningitis limfositik pada manusia merupakan
Banyak virus telah ditemukan; patogen manusia yang penyakit akut yang bermanifestasi sebagai meningitis
serius berkaitan erat dengan virus Junin, Machupo, asepdk atau penyakit yang menyerupai-influenza ringan.
Guanarito, dan Sabia. Perdarahan lebih umum terjadi Penyakit sistemik yang fatal atau ensefalomielitis berat
pada demam berdarah Argentina (Junin) dan Amerika jarang terjadi. Kebanyakan infeksi bersifat subklinis. Masa
Selatan daripada demam Lassa. inkubasi biasanya 1-2 minggu. Dapat terjadi demam,
Demam berdarah Junin (demam berdarah Argentina) menggigil, malaise, nyeri dan sakit otot generalisata,
merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di kelemahan, nyeri kepala, dan nyeri tenggorok. .Penyakit
daerah agrikuirurai tertentu di Argentina; lebih dari 18.000 ini berlangsung l-3 minggu. Infeksi biasanya didiagnosis
542 BAB 38

secara retrospektif dengan pemeriksaan serologi ini tidak dapat menghilangkan infeksi tersebut karena
menggunakan ELISA atau tes IF untuk antibodi IgM mereka terinfeksi sebelum sistem imun selular matang
dan IgG. dan menghasilkan respons antibodi yang kuat berupa
Pada tikus yang terinfeksi LCM, respons imun dapat kompleks antibodi-antigen virus yang bersirkulasi serta
melindungi atau merusak. Sel T dibutuhkan untuk penyakit kompleks imun. Hewan memPerlihatkan
mengendalikan infeksi, tetapi juga mengindulai penyakit glomerulonefritis kronik. Infeksi virus LCM tidak
yang dimediasi sistem imun. Hasilnya tergantung pada menunjukkan sitopatik secara nyata di jaringan, tetapi
umur, status imunitas, serta latar belakang genetik tikus dapat menyebabkan kehiiangan beberapa fungsi sel khusus
dan cara inokulasi viius. pada sistem neuroendokrin.
Tikus yang terinfeksi saat dewasa dapat mengalami
penyakit yang segera menjadi fatal akibat respons inflamasi PENYAKIT FILOVIRUS
yang dimediasi oleh sel-T pada otak. Sebanyak 100-1000
sel T CD8 spesifik-LCM yang dimasukan ke dalam Klasifikasi & Sifat Fitovirus
susunan saraf yang terinfei<si dapat menginduksi ensefalitis Filovirus adalah partikel pleomorfik, tampak sebagai
yang dimediasi sistem imun. Tikus yang terinfeksi secara benang filamen yang panjang atau berbentuk aneh,
kongenital atau neonatal tidak menjadi sakit secara akut 'berdiameter 80 nm (Gambar 38-1). Partikel unit panjang
rerapi membawa infeksi persisten seumur hidup. Tikus berukuran dari790 nm (Marburg) hingga 970 nm (Ebola).

vP24 VP4O NP VP30

Virus Marburg
VP24
NP VP35 VP4O GP VP3O

t
Pemimpin
ttt IR
IR IR
t +t
lR Tunpang lR Pengikut
tindih
Virus Ebola (Subtipe Zaire)
GP/SGP
VP3O vP24
vP35vP40

t ffi,1
,,,,,,,P"'rl 'riltih. Hm
pJmimpin r,.Lng '*
Pgl!!]r
'I:T'*
pans
t
Tumpang
tindih
Pengikut

rrrrrtttll
lngan tindih

0 1 2 3 4 5 6 7 I I 10'11 12 13 14 15 16 17 18 1S
Gambar 38-9. Struktur virion dan organisasi genom filovirus. Diperlihatkan organisasi genom virus Marburg dan
subtipe Zaire virus Ebola. Diagram virion memperlihatkan RNA untai tunggal, sense negatif, terdapat di dalam
nukleokapsid dan ditutupi oleh membran lemak lapis ganda (lipid bilayer). Protein strukturalyang berkaitan dengan
nukleokapsid adalah nukleoprotein (NP), VP3O, VP35. dan protein polimerase (L). Protein terkait membran adalah
protein matriks (VP40), VP24, dan GP (glikoprotein peplomer). Gen yang mengode protein struktural diketahui dan
digambarkan untuk membuat skala pada struktur genom. Area yang berbayang merupakan daerah pengodean dan
dalrah putih merupakan rangkaian bukan pengodean. Gen dimulai dengan tempat awal transkripsi terkonservasi
dan berakhir dengan tempat penghentian transkripsi (poliadenilasi); gen yang berdekatan terpisah satu sama lain
oleh regio intergenik (lR) atau tumpang tindih satu dengan yang lain. Tempat A tambahan dimasukkan di dalam gen
GP padi penyunlingan transkripsi ditunjukkan pada diagram Ebola. Produk gen utama gen GP virus Ebola adalah 5GB
suatu plikoprotein sekresi nonstruktural. Pada ujung ekstrem 3'dan 5', genom berturut-turut merupakan rangkaian
komplemen pemimpin dan pengikut. (Diadaptasi dari Peters CJ et al: Filoviridae: Marburg and Ebola Viruses. Dalam: FieldsVirology, ed'3'
Fields BN et al Ieditor]. Lippincott-Raven, 1996.)
PENYAKIT VIRUS YANG DITULARKAN OLEH ARTROPODA & RODENTIA / 543

Kedua filovirus yang telah diketahui (virus Marburg dan menyebabkan dinamakan virus Ebola, seperti nama
virus Ebola) berbeda secara antigen dan dikelompokkan sebuah sungai di Zaire. Wabah ini menyebabkan lebih
dalam genus yang berlainan (Thbel 38-1). Empat subtipe dari 500 kasus dan setidaknya 400 kematian akibat
virus Ebola (Zaire, Sudan, Reston, Ivory coast) memiliki demam berdarah klinis. Pada setiap wabah, staf rumah
beberapa epitop umum yang sama. sakit menjadi terinfeksi melalui kontak erat dan lama
Genom filovirus yang besar adalah RNA untai tunggal, dengan pasien, darah, atau ekskreta pasien. Subtipe virus
tidak bersegmen, sense negatif, berukuran 19 kb dan Ebola ini (Sudan, Zaire) sangat virulen dan memiliki masa
mengandung tujuh gen (Gambar 38-9). Strateii pengodean inkubasi 2-2I hari. Rata-rata waktu kematian dari awitan
yang tidak biasa pada' virus Ebola adalah bahwa gejala adalah 7-8 hari. Epidemi lain terjadi di Kikwit,
glikoprotein (GP) selubung dikodekan dalam dua frame Zaire pada tahun 1995. Sedikitnya terdapat 315 kasus
bacaan dan membutuhkan penyuntingan transkripsi atau yang dapat diidentifikasi dengan mortalitas 80%. Agen
perubahan frame translasi untuk diekspresikan. penyebabnya adalah Virus Ebola subtipe Zaire. Epidemi
Glikoprotein membuat permukaan virus berduri dalam dapat dihentikan dengan menerapkan metode perawatan
bentuk trimer sepanjang 10 nm. Virion dilepaskan melalui yang aman dan pelatihan karyawan rumah sakit.
benjolan dari membran plasma. Vabah demam berdarah Ebola terjadi di l-lganda pada
Filovirus sangat virulen dan membutuhkan fasilitas tahun 2000 dan Republik Kongo pada tahun 2003.
pembatasan maksimum (Biosafety tingkat 4) untuk pekerja Epidemi di Uganda disebabkan oleh subtipe Sudan;
laboratorium. Infektivitas filovirus rusak dengan terdapat 425 kasus dengan 5370 kematian. lVabah pada
pemanasan selama 30 menit pada suhu 60 "C, radiasi tahun 2003 pertama kali diketahui saat ditemukan banyak
sinar ultraviolet dan sinar gamma, pelarut lemak, serta goriia dan simpanse yang mati. Wabah ini disebabkan
disinfektan pemutih dan fenol. Pejamu dan vektor oleh subtipe Zatre; 143 kasus pada manusia, 890/o fatal.
alamiah, bila ada, tidak diketahui. Pada akhir tahun 1989, infeksi yang disebabkan oleh
filovirus yang berhubungan erat dengan virus Ebola
Demam Berdarah Afrika (Virus Marburg ditemukan pada monyet cynomolgus (Macaca fascicularis)
& Ebola) yang diimpor ke Amerika Serikat dari Filipina dan
ditempatkan di fasilitas karantina di Virginia. Infeksi ini
Virus Marburg dan Ebola sangat virulen; infeksi biasanya
hanya menyebar pada 149 orang yang berkontak dengan
berakhir dengan kematian. Kedua virus tersebut monyet yangyang terinfeksi atau iaringannya, tetapi tidak
menyebabkan penyakit akut yang ditandai dengan demam,
ada pekerja yang menjadi sakit, menunjukkan bahwa
nyeri kepala, nyeri tenggorok, serta nyeri otot, diikuti
virulensi virus ini (subtipe Reston) tidak sama dengan
oleh nyeri abdomen, muntah, diare, dan ruam, dengan
subtipe Zaire.
perdarahan internal maupun eksternai, sering menye-
Infeksi filovirus tampaknya menekan sistem imun.
babkan syok dan kematian. Filovirus memiliki tropisme
Kasus fatal memperlihatkan gangguan respons imun
untuk sel pada sistem malrofag, hepatosit, dan sel endotel.
humoral. Namun, antibodi filovirus muncul ketika pasien
Titer virus sangat tinggi terdapat di berbagai jaringan,
sembuh dan dapat dideteksi menggunakan tes ELISA.
termasuk hati, limpa, paru, dan ginjal, serta darah dan
cairan lain. Virus ini memiliki angka mortalitas tertinggi
Antigen virus di dalam serum dapat dide teksi
(30-90o/o) dari semua demam berdarah virus. menggunakan ELISA, memberikan tes penapisan cepat
pada sampel manusia. Satu hal yang membahayakan saat
Penyakit virus Marburg ditemukan pada tahun 1967
melakukan tes serologi pada filovirus adalah bahwa serum
di antara pekerja laboratorium yang terpajan jaringan
monyet hi.iau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang diimpor pasien dapat mengandung virus yang virulen. Isolat virus
segar dapat dibiakkan di dalam lapisan sel seperti lapisan
ke Jerman dan Yugoslavia. Terjadi penularan dari pasien
ke pegawai medis dengan angka mortalitas yang tinggi. sel monyet Vero dan MA-104. PCP. reuerse transciprase
Survei antibodi menunjukkan bahwa virus ini terdapat .juga dapat digunakan pada spesimen klinis. Tampaknya
di Afrika Timur dan menyebabkan infeksi pada monyet dua jeis glikoprotein Ebola yang berbeda menyebabkan
dan manusia. Tercatat beberapa kematian yang disebabkan dua gambaran penyakit yang berbeda. Sekresi glikoprotein
oleh virus Marburg di Kenya dan Afrika Seiatan. Virus melumpuhkan respons inflamasi dan ikatan glikoprotein
Marburg dapat menginfeksi marmut, tikus, hamster, pada virion memediasi masuknya virus ke dalam sel
monyet, dan berbagai sistem kultur sel. Inokulasi monyet endotel, menimbulkan kerusakan pembuluh darah yang
secara eksperimental menyebabkan penyakit fatal uniform disebabkan oleh virus.
yang menyerupai demam berdarah pada manusia setelah Pengobatan bertujuan untuk mempertahankan fungsi
masa inkubasi 4-16 hari. ginjal dan keseimbangan elektrolit serta melawan
Pada tahun I976, rcrjadi dua epidemi demam perdarahan dan syok. Tidak ada vaksin, tetapi pengganti
berdarah yang parah di Sudan dan Zaire. Virus yang vaksin masih dipelajari.
544 BAB 38

Ada kemungkinan virus Ebola dan Marburg memiliki .:,


I -, .t . ,.. ,. :i.
pejamu reservoir, mungkin rodentia atau kelelawar, yang
(A) Ditemtjkin di Aaia iimur ' .,r . i ;
.lsj rio"t terjadi trinsmisi *inuiia-te-manusia
E

dituiarkan kepada manusia secara kebetulan. Infeksi pada ';''' ici Jarang menyeUaUtan kimatian atau komplikasi i
manusia sangat berhubungan erat dengan kontak antar (D) Terjadi:dari kontak dengan tikus rumih
iranusia, seperti yang terjadi pada epidemi di Afrika. Mastomys
\Wabah infeksi virus Ebola secara khas berhubungan lr;"(e) f;Oat< ada obat yang efektif untuk mengobati
dengan masuknya virus ke dalam komunitas melalui demam Lassa
seseorang yang terinfeksi, diikuti oleh penyebaran orang- 4. Arpovirus ditularkan oieh artropoda pengisap .

ke-orang, umumnya di dalam fasilitas kesehatan. I'rl ii,ili-i:il# i$gli $!'*::#amu-ve.6ep1gta t<9, y,gtj"Eb ij1ffi
Penuiaran antar manusia umumnya membutuhkan kontak :,ir i : tAj qilq pe$
Hluu,v,-,jt45,iu,'asr, m u t g rr. i f
Lp.iti:.vrr*1ffi
langsung dengan darah atau cairan tubuh walaupun infeksi , (A) Togaviridae
droplet dapat reriedi. " (B) Flaviviridii
Oleh karena reservoir alami virus Marburg dan Ebola 'i', (C) Bunyaviridae ,.
masih belum diketahui, tidak ada aktivitas pengendalian ;.". (D) Reovlrida" r, ";
' 1- (E) Arenaviridae '.''' .:
yang dapat dilakukan. Penyebaran di rumah sakit r ..
"
.

merupakan gambaran yang menonjol pada kedua penyakit 5, Seorang laki-laki berusia 27 tahun mengalami
ini dan dengan demikian, penatalaksanaan pasien I,' demam, menggigil. nyeri kepala, dan nyeri
'punggung. Empai"hari kemudian ia me;rgalami
memerlukan perhatian khusus. Penggunaan fasilitas isolasi
demam tinggi dan ikterus. Didiagnosis demam
tetap merupakan cara yang paling efektif untuk r i k-uning. Pernyataan mengenai demam kuning .

mengendalikan wabah penyakit Ebola. Pengawasan yang 'mbnekah yang benar?. ,:


sangat ketat harus diberikan pada darah, sekresi, jaringan, ii I |lrrii[A]:#iful di]q,lfi an o!*h nybmuk cu I ici ne
dan kotoran yang terinfeksi. Pegawai yang terlibat dalam
.bentuk
penyakit uiban . $lsih,i' ilj
tran.sportasi dan perawatan primata selain manusia harus i; {pJ.: ydtid.i: l.am. hutan.adatah.1e1erv"o.l 1u,$ffi
' demam kuning yang utama ' 'i ' .,,i
dijeiaskan mengenai bahaya potensial dalam merawat (C) Demam'[unin6 rmu-tnya memiliki tomptitasi I
hewan tersebut. jangki"panjang".,',
;, (D) Semua infeksi menimbulkan penyakit ydhg
.i terlihat ,,l
:-,:: (E) mer,upakan "pengobatanispesifiknya
iin!""i"
6, Pada'kasus Nomoi i, dut.rn kuning terlaOi piJi
daerah atau bagian dunia mana?
. (A) Asia
(B) Afrika dan Amerika Selatan

\i:l I
ici Rmerika
(D) Afrika dan Timur
utara
Tengah
,r'.'. ,.1
::li
:iia !: i I
r','ili,tEl=-tul,!''!,.]1! i* ' , '' .,... 'ffi| llltit
.l-,?i ndrn s'r bj r:d.d rb h AJ r ibur ni
kp.;- liaa q; da hprJ,$, jli.i:;
ffi,
i

,,-' kematian, ^Virus Ebola:


(A) Mgnyebar mefalui kontak dengan darah atau
i.i ._. cairan tubuh"lain ., :,
' (B) Diiularkan oleh nyamuk : ':' ' r ,.,
,(O
"
Merupakan flavivirus
f 1o1 uenyebabkan infeksi tetapi tidak menyebabkan ']'
'""J..penyakitpadaprimataselainmanusia;.
(Ei Secara antigen berkaitah dengan virus deniam :
Lassa ,.t ' ''
" 8,
':
yang dapat divaksinasi
Kelompok ^manakah
secara
rutin'diingan vaksin demam kuning tanpa
:,... pertimbangan keamanan khusus?
(e) Anik-anak yang berusia kurang daii 9- bulan
i-- (B) Wanita hamil ,: r-:1.'i
(C) Orang dengan gangguan iistem imun ' ",;
i (D) Semua jawaban di atas :,: '"
: (E)' Bukan salah'satu di'atas "' :. 'l:
','..
'j, ,.,a.., t.

, 9, Hahtavirus. yang merupakan patogen yang


".,-'

terdapat di Amerika 5erikat, pernyataan mana yang


r - viir.ls ini?
mendeskiibiit<an
- .,i; l,-.- ''': ';"
;: , ll
PENYAKIT VIRUS YANG DITULARKAN OLEH ARTROPODA & RODENTIA 545

1.r,':r,,,,, iC1 Men)4ebabkah'gejala menlerlupai 'inf luenz?',1'lr.:,: .:1'.?;'r !," ,,'r::11::::11:l:'':':'7'''A

-,.' .(E)., Menunjukkan'variasi antigen yang tinggi 5:. B ,' .,.",..j0' C

10.Seorang:.ahli:mikibbiologi melakukan rhekropsi i:


'::
.r,;.1:r;.r
: biosafety a ira n la m in art pada b l u ej a y,,, ;:
pqda_ka b inet l
ffi,:i,iP-T'- ,*! -^l -#F.":' .
. .., ',:,:yang menjadi ba gia1 program: surva iIans:ar:bovi 1us,.,,;.',1.
',:.r.: :,,::
rtut*tOr-t.:,:,Ib.u jari nya meng a Iam i Iaserasi rketi ka
.r:,:''.',,r.t i:,,imen'g
g ti nqkan ika pe I u ntu k m e n ga n gkat ota k
I

.r.,r: .,.'burun g, . Fmpdt ha r! kemud ian;' dia'. menga I a m i


KEPUSTAKAAN
.r,,,,,. :'6yeii: kepala,,mia g ia; dan malaise yang d iikuti oleh
I

,'r'': -,",r**nnd'gil; berkerihgat, serta pembesaran kelenjar Brinton MA: The molecular biology of West Nile Virus: A new invader of
;: :,.-.1rr gstah. bening'.Dua hari kemudian, timbul ruam the western hemisphere. Annu Rev Microbiol 2002,56:37I
].::]:.:..:iangPadawajahdanmenyebar:'keiubuh,lengan,
Burke DS, Monath TP: Flavivirus es.In. F'ields Virology, 4th ed Klipe DM
,]i..i:.dan.tungkbi;:.menet3pselama3hari.Dia.pergike et al (editors). Lippincott Williams & Wilkins, 2001
,,lir'r,r.r: dokter dan
rmelaporkan, r:iwayat demam, beidaiqh' rr:.1',

Cetron MS et al: Yellow lever vaccine. Recomrnc'nclations ol lhe Aclvisory


dan vaksinasi dengan vaksin demam kuning serta Comnittee on Inmunozation Practices (ACIP), 2002 MMWR
::,'' ,Vaksin /apanese B encephaliti$.,Sampel serum yang Recomm Rep 2002;51 (RR17):1.
.11.,:r:f: r'161u*6',. pada hari ketika terjadi cedera dengan "';rr,,i
,r",,,r',,.,i
menggu nakan : pemeriksaan. ELI5A mengand ung,
r. .,:
Griflin DE: Alphaviruses. In: FieLds Virology,4th ed. Knipe DI\'I et al
(editors). Lippincott Williams & Wilkins, 2001.
rir.::,.::,r:.antibodi lgG anti.flavivir.ui: 5ampel .serum yang
:r,:11.,.:, diambii,:13 hari''setelbh q-witqn penyakif rnemper- Gubler DJ, Trent DW: Emergencc of epidemic dengue/dengue irenonhagic
lirr,::.,::Iihatkan, periingkatan titer antibodi' IgG anti-, fever as a public health problem in the Americas. Infect Agents Dis
",'l. flavivirui.dan.adanya antibodi lgM terhadap virus 1994;2:383.
:,r:,:

'l.,]:..::,'West.]...Nile.,]Dokter..:dapatmenyimpulkanbahwa Inactivated Japanese encephalitis virus vaccine. Recomnendations olthe


,. .,1,i1:,kqmungkinan :terbesar. penyebab penyakit pada Advisory Committee on Immunization Practices (ACiP). MMWR
. '

Morb Mort:il Wkly Rep 1993;42 (RR'1):1.


.;,: ::r ,,'ahli miklo-biolggi ini 'adalah: ' .', ',, ,. '
(A) Virus dengue Mills JN et al: Hantavirus pulmonary syndrome-United States; Updated
(B) Virus demam kuning recommendations for risk reduction. Centers for Disease Control
(C) Virus West Nile and Prevcntion. MMWR Recomm Rep 2002;51(RR-9):1
(D) Ensefalitis St. Louis Peters CJ, LeDuc JW (guest editors): Ebola: The virus and tire diseasc. J
,-(E) Tidak dapat diidenti{ikasi 5ampaititer antibodi
, l'r Infect Dis 1999; 179 (Supp].1). [Entire Issue.]
r, ..:'- ,penetral dari pasangan ser uF.dapai,diperiksa
Sriss J: Epidemiology and ecology ofTBE relevant to the production of
..'.. '''.,r...,.' .':terhddap'bebeiapa arbovir0s , ' . -.:,1.
effective vaccines. Vaccines 2003;21:S1/19.
Orthomixovi rus (Vi rus l nflue nza)

Penyakit pernapasan menyebabkan lebih dari setengah Struktur & Komposisi


dari seluruh penyakit akut setiap tahun di Amerika Partikel virus influenza biasanya berbentuk sferis dan
Serikat. Orthomyxoviridae (virus influenza) adalah berdiameter sekitar 100 nm meskipun virion dapat
determinan utama morbiditas dan mortalitas akibat menunjukkan variasi ukuran yang banyak (Gambar 39-1).
penyakit p€rnapasan, dan wabah infelai kadang-kadang
Genom RNA virus Influenza A dan B untai tunggal,
terjadi sebagai epidemi di seluruh dunia. Influenza sense negatif, memiliki delapan segmen yang terpisah;
menyebabkan jutaan kematian di seluruh dunia.
virus influenza C mengandung tujuh segmen RNA, tidak
Kemampuan mutasi serta tingginya penyusunan gen
memiliki gen neuraminidase. Ukuran dan penempatan
ulang dan perubahan antigen pada permukaan kode protein telah diketahui untuk semua s€gmen (Tabel
glikoprotein virus menjadikan virus influenza sebagai
39-3). Sebagian besar segmen mengode sebuah protein.
tantangan yang berat dalam usaha pengendaliannya.
Rangkaian nukleotida yang lengkap diketahui untuk
Influenza tipe A sangat bervariasi secara antigen dan
berbagai virus influenza. Euabelas-tigabelas nukleotida
menimbulkan sebagian besar kasus epidemik influenza.
pertama pada setiap ujung masing-masing segmen genom
Influenza tipe B menunjukkan perubahan antigen dan
dikonservasi di antara kedelapan segmen RNA; rangkaian
kadang-kadang menyebabkan epidemi. Influenza tipe
ini penting untuk transkripsi virus.
C stabil secara antigen dan hanya menyebabkan penyakit Partikel virus influenza mengandung sembilan protein
ringan pada individu imunokompeten.
struktural yang berbeda. Nukleoprotein (NP) berhubungan
dengan RNA virus untuk membentuk struktur
SIFAT ORTHOMIXOVIRUS ribonukleoprotein (RNP) berdiameter 9 nm yang
Tiga tipe imunologi virus influenza diketahui, dinamakan
A, B, dan C. Perubahan antigen berlangsung terus-
menerus pada kelompok virus influenza tipe A dan pada label 39-1 . Sifat orthomixovirus yang penting
derajat yang lebih rendah pada kelompok tipe B,
sedangkan tipe C tampaknya stabil secara antigen. Strain Virion: sferis, pleomorfik, diameter 80-120 nm (nukleokapsid
influenza A juga diketahui untuk burung air, babi, kuda, heliks, 9 nm)
dan anjing laut. Beberapa strain yang diisolasi dari hewan Komposisi: RNA (1%), protein (73o/o), lipid (20o/o),
secara antigen sama dengan strain yang bersirkulasi pada
karbohidrat (6%)
Genom: RNA untai tunggal, bersegmen (delapan
populasi manusia.
molekul), sense negatif, ukuran total 13,6 kb
Pembahasan berikut berdasarkan virus influenza ripe
Protein: Sembilan protein struktural, satu nonstruktural
A, tipe dengan karakteristik terbaik (Tabel 39-1). Selubung: Mengandung protein hemaglutinin (HA) dan
neuraminidase (NA) virus
Perbedaan dari Paramixovirus Replikasi: Transkripsi nuklear; 5' terminal RNA selular
Selain memiliki beberapa persamaan, orthomixovirus dan bertudung digunakan sebagai primer; partikel matur
paramixovirus dibagi menjadi dua kelompok yang berbeda
. melalui penonjolan dari membran plasma.
karena perbedaan mendasar pada struktur serta pola Karakteristik yang menonjol:
Sering terjadi penyusunan gen ulang
replikasinya (Tabel 39-2). Orthomixovirus dibahas di sini
Virus influenza menyebabkan epidemi di seluruh dunia
dan paramixovirus diuraikan daiam Bab 40.

546
)RTH OM \XOVI RUS (Vr RU5 r NFLU ENZA) 547

Tabel 39-2. Perbedaan antara orthomixovirus dan


paramixovirus.

,,.1r'rr:.Para m ixovi rus


,!:-:r.., :t-r: t ',:it,:.t]t.ra:it,.. litl.ttl:,lt::::i.rt,:iri.VifUSii.,'.tii
l:.1.*l ._ _:]:
-.';: -.:-:1;

Penyakit yang lnfluenza tipe lnfeksi parainflu-


ditimbulkan A, B, dan C enza 1-4, penyakit
pada manusia pernapasan sinsitial,
gondong, campak

Genom RNA untai tung- RNA untai tunggal


gal dalam dela- dalam satu potong-
pan potongan; an; sense negatif
sense negatif

Untai ribonukleo- Diameter 9 nm Diameter 18 nm


protein dalam

RNA di dalam RNase-sensitif Rnase-resistan


nukleokapsid

Fusi virus Endosom Membran plasma


dengan sel
Gambar 39-1. Virus lnfluenza A/Hong Kong/1/68(H3N2).
Transkripsi RNA Nukleus sel Sitoplasma sel Perhatikan bentuk pleomorfik dan tonjolan glikoprotein
pejamu yang menutupi permukaan partikel (315.000x). (Sumbangan
virus pejamu FA Murphy dan EL Paimer.)

Geneticreassort- Sering Jarang


ment menimbulkan perubahan antigen permukaan virus secara
Laju perubahan Tinggi Rend ah tiba-tiba-si{at yang menerangkan gan'rbaran epide-
anti gen i k miologi influenza dan merupakan masalah y:rng signifikan
bagi pengembangan vaksin.
Virus influenza relatif tahan in t,ino dan dapat disimpan
pada suhu 0-4 "C selama berrninggu-minggu tanpa
kehilangan viabilitas. Pelarut lemak, protein denaturant,
memiliki konfigurasi heliks dan membentuk nukleokapsid
formaldehid, dan iradiasi menghancurkan infektivitas.
virus. Tiga protein yang besar (PBl, PB2, dan PA) terikat
Infektivitas dan hemaglutinasi lebih resistan terhadap
pada RNP virus dan berperan daiam transkripsi dan
inaktivasi pada pH alkali daripada pLI asam.
replikasi RNA. Protein matriks (M,), yang membentuk
rangka di bawah selubung lemak virus, penting dalam
morfogenesis partikel dan merupakan komponen utama
Klasifikasi & Nomenklatur
virion (sekitat 40o/o protein virus). Genus Influenzauirus A, B rcrdiri dari strain manusia dan
Selubung lemak yang berasal dari sel mengelilingi her'van infuenza tipe A dan strain manusia tipe B;
partikel virus. Dua glikoprotein yang dikode virus, Influenzauirus Cterdiri dari virus influenza tipe C manusia
hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA), dimasukkan dan babi.
ke dalam selubung dan terlihat sebagai duri dengan Perbedaan antigen diperlihatkan oleh dua protein
panjang sekitar 10 nm pada permukaan partikel. Kedua struktural internal, protein nuldeokapsid (NP) dan prote in
permukaan glikoprotein ini merupakan antigen yang matriks (M), digunakan untuk membagi virus influenza
pendng untuk menentukan variasi antigen virus influenza menjadi tipe A, B, dan C. Protein-protein ini tidak
dan imunitas pejamu. HA mewakili sekitar 25o/o protein memiiiki reaktivitas silang di antara ketiga tipe. Variasi
virus dan NA sekitar 570. Protein kanal ion M, dan antigenik pada permukaan glikoprotein, HA dan NA,
protein NS, juga terdapat di dalam selubung tetapi hanya digunakan untuk menentukan subtipe virus. Hanya tipe
beberapa salinan pada setiap partikel. A yang memiliki subtipe.
Oleh karena genom secara alami bersifat segmental, Sistem nomenklatur standar untuk isolat virus
bila sebuah sel terinfeksi bersamaan oleh dua virus yang influenza meliputi informasi berikut: tipe, asal pejamu,
berbeda dari tipe tertentu, campuran segm€n gen parental asal geografik, nomor strain, serta tahun isolasi. Deskripsi
dapat berkumpul ke dalam virion progeni. Fenomena antigen untuk HA dan NA diberikan pada parentesis
ini, yang disebut penyusunan gen ulang, dapat untuk tipe A. Asal pejamu tidak ditujukan untuk isolat
548 BAB 39

Tabel 39-3. Penempatan kode segmen RNA virus influenza A.1

iir:i.ii.:i=:::).:ll

ftffiltff
!ulr#.|:ft

2341 P82 85.700 30-60 Komponen transkriptase RNA

2341 PB1 86.500

2233 PA 84.200

1118 HA 51.500 500 Hemaglutinin; trimer; selubung glikoprotein;


mediasi perlekatan virus pada sel; diaktivasi
oleh pembelahan; aktivitas fusi pada pH asam
1 565 NP 55.1 00 1 000 Berkaitan dengan protein RNA dan polimerase;
struktur heliks; nukleokapsid
1413 NA 50.000 't00 Neuraminidase; tetramer; selubung glikoprotein;
enzi m

1027 M1 27.800 3000 Protein matriks; komponen utama virion;


melapisi bagian dalam selubung; terlibat dalam
perakitan; berinteraksi dengan RNP dan NS2
virus

M2 1 1.000 20-60 Protein membran integral; kanal ion; penting


untuk pelepasan selubung virus; dari
sambungan mRNA

890 NS, 26.800 Nonstruktural, sangat banyak; menghambat


penyambungan pra-mRNA; mengurangi
respons interferon

N5, 14.200 't


30-200 Komponen minor virion; pengiriman inti RNP
virus; dari sambungan mRNA
lDiadaptasi dari Lamb RA, Krug RM: Orthomyxoviridae: The viruses and their replication. Dalam: Fields Virology,3rd ed. Fields BN et al (editors).
Lippincott-Raven, 1 996.
25egmen RNA diberi nomor berdasarkan ukuran yang semakin kecil
38erat molekul dua glikoprotein, HA dan NA, tampak lebih besar (masing-masing sekitar 76.000 dan 56.000) karena penambahan karbohidrat.

manusia, misalnya, AJHong Kong/03/68(H3N2), tetapi


berasal dari kemampuannya untuk mengaglutinasi
ditujukan untuk yang lain, misal, Al6ablllowal 151
eritrosit pada kondisi tertentu.
30(H1N1).
Sekuens asam amino HA dapat dihitung berdasarkan
Hingga saat ini, 15 subtipe HA (H1-H15) dan
sekuens gen HA dan struktur tiga.dimensi protein telah
sembilan subtipe NA (Nl-N9), dalam berbagai kombinasi
ditunjukkan dengan kristalografi sinar X, sehingga
yang berbeda, telah ditemukan dari burung, hewan, atau
memungkinkan untuk menghubungkan fungsi molekul
manusia. Empat subtipe HA (H1-H3, H5) dan dua HA dengan strukturnya.
subtipe NA (N1, N2) telah ditemukan dari manusia.
Sekuens primer HA mengandung 556 asam amino
(Gambar 39-2A). Sebuah sekuens sinyal pendek pada
Struktur & Fungsi Hemaglutinin ujung amino memasukkan polipeptida ke dalam
Protein HA virus influenza mengikat partikel virus ke sel retikulum endopiasma; sinyal kemudian dipindahkan.
yang rentan dan merupakan antigen utama terhadap Protein HA dibelah menjadi dua subunit, HA1 dan HA2,
antibodi penetral (protektif). Variabilitas HA terutama yang tetap diikat erat oleh jembatan disulfida. Regangan
berperan pada evolusi strain baru secara terus menerus hidrofobi dekat ujung karboksil HA2 melekatkan molekui
dan epidemi influenza yang berikutnya. Kata hemaglutinin HA di dalam membran dengan ekor hirofili pendek yang
oRTHOM |XOV\RUS (VTRUS I NFLU ENZA) 549

Pembelahan Daerah
Sinyal aKivasi membran
peptida proteolitik hidrofobik

*tr
irrr r r r + ? +
cooH

HAl HA2 Daerah


Hemaglutinin sitoplasma
Daerah hidrofilik
sitoplasma
hidrofilik

NHz

Sekuens yang
-
dipertahankan
Neuraminidase
A
Tempat reseptor

Globulus yang besar

Tempat A 1
13,5 nm
Tempat pembelahan
protease
Tempat
Globulus yang kecil

Tempat
I Membran

Tempat aKif

Peptida fusi
t
6nm
+

Gambar 39-2. Glikoprotein permukaan hemaglutinin dan neuraminidase virus influenza. .A: Struktur primer polipeptida
HA dan NA. Pembelahan HA menjadi HAl dan HA2 diperlukan oleh virus agar dapat menjadi infeksius. HAl dan HA2
tetap berikatan melalui ikatan disulfida (5-S). Tidak terjadi pembelahan pascatranslasi pada NA. Diperlihatkan
tempat perlekatan karbohidrat (J). nsam amino hidrofobi yang melekatkan protein pada membran vii'us terletak
dekat ujung karboksil HA dan ujung amino NA. B: Lipatan polipeptida HA1 dan HA2 di dalam monorner HA. l-lma
tempat antigen utama (tempat A-E) yang mengalami perubahan diperlihatkan sebagai daerah yanE berbayang.
Ujung amino HA2 mengadakan aktivitas fusi (peptida fusi). Partikel fusi tertanam di dalam molekul sampai parlikel
ini terpajan oleh perubahan struktur yang diinduksi oleh pH rendah. C: Struktur trimer HA yang terdapat pada
partikel virus atau permukaan selyang terinfeksi. Beberapa tempat yang terkait dalam variasi antigen diperlihatkan
(A). Residu ujung karboksil (C) menonjol melalui membran. D: Struktur tetramer NA. Setiap molekul NA memiliki
tempat aktif pada permukaan atasnya. Daerah ujung amino (N) polipeptida melekatkan kompleks ini di dalam
membran. (Digambar ulang, dengan izin, dari lA,Bl Murphy BR, Webster RG: lnfluenza viruses, halaman 1179, dan [C,D] Kingsbury DW:
orthomyxo- and paramyxoviruses and their replication, halaman 1157. Dalam: Virology. Fields BN et al [editors]. Raven Press, 1985.)
sso / BAB 39

terbentang sampai ke dalam sitoplasma. Residu membuang residu asam sialat dari glikoprotern vrrus'
oligosakarida ditambahkan pada beberapa temPat. Mungkin bahwa NA membantu virus masuk melalui
Molekul FIA terlipat menjadi struktur yang kompleks lapisan musin pada saluran pernapasan untuk mencapai
(.Gambar 39-28). Masing-masing dimer HAl dan HA2 sel epitel target.
yang terikat membentuk tangkai yang memanjang dan
ditutupi oieh globulus yang besar. Dasar tangkai Antigenic Drift &Antigenic Shift
melekatkannya ke dalam membran. Lima tempat antigen Virus influenza sangat menonjol karena sering mengalami
pada moiekul HA menunjukkan mutasi yang ekstensif. perubahan antigen pada HA dan NA. Varian antigen virus
Tempat yang terdapat di daerah yang dapat dilihat pada influenza memiliki keuntungan tertentu melebihi virus
permukaan struktur ini, tampaknya tidak penting untuk parental dengan adanya antibodi yang dibentuk untuk
stabilitas molekul dan berperan dalam netralisasi virus. mela*an strain awal. Fenomena ini menimbulkan
Daerah lain pada molekul F{A tersimpan di daiam semua gambaran epidemiologi influenza yang unik. Agen saluran
isolat, tampaknya karena daerah ini dibutuhkan oieh p..n^p"r"n lain tidak menunjukkan variasi antigenik yang
molekul untuk mempertahankan struktur dan fungsinya. bermakna.
Duri HA pada partikel virus adalah trimer, terdiri Dua permukaan antigen influenza memiliki variasi
dari tiga dimer HAi dan HA2 yang terjaiin (Gambar 39- antigen yang tidak bergantung satu sama lain. Perubahan
2C). Trimerisasi menyebabkan stabilitas yang lebih besar antigen minoi disebut antigenic drift, perubahan antigen
terhadap duri daripada yang mungkin didapat oleh sebuah r.t"yor pada HA atau NA, disebut antigenic shift,
monomer. Tempat perlekatan reseptor selular (tempat mengakibatkan timbulnya subtipe baru (Gambat 39-3).
perlekatan virus) berupa sebuah kantong yang terletak di Antigenc shifi adalah yang paling mungkin menimbulkan
puncak setiap globulus yang besar. Kantong ini tidak dapat epidemik.
dicapai oleh antibodi. Antigenic drijl wjadi akibat akumulasi titik mutasi
Pembelahan yang memisahkan HAI dan HA2 di dalam gen, menyebabkan perubahan asam amino di
diperlukan oleh partikel virus untuk menjadi infeksius dalam protein. Perubahan sekuens dapat mengubah
dan dimediasi oleh protease selular. Virus influenza secata tempat antigen pada molekul sehingga virion dapat tidak
normal tetap bertahan di dalam saluran napas karena dikenali oleh sistem imun pejamu. Sebuah varian harus
enzim protease yang memecah HA banyak terdapat hanya
di tempat tersebut. Beberapa contoh telah diperhatikan
pada virus yang lebih virulen yang telah beradaptasi untuk
menggunakan enzim yang lebih banyak terdapat di mana- A Penyimpangan antigen Pergeseran antigen
mana, seperci plasmin, untuk membelah HA dan memicu *I

penyebaran infeksi sel yang iebih luas. Ujung amino FlA2, CD


I
yang disebabkan oleh proses pembelahan, dibutuhkan e
o
o
oleh selubung virus untuk berfusi dengan membran sel, c,
(!
sebuah langkah penting pada proses infeksi virus. PH o)
C
yang rendah memicu perubahan struktur yang meng- 5
0:'
aktifkan aktivitas fusi,
c(tt
c
e
Struktur & Fungsi Neuraminidase c=
o
(L
Antigenisitas NA, glikoprotein lain pada permukaan
partikel virus influenza, juga penting dalam menetukan l.-- rahursn [*S"tu tahun +l
subdpe isolat virus influenza.
--------->l
Duri pada partikel virus merupakan tetramer, dibentuk Gambar 39-3. Antigenic drift dan antigenic shift
oleh empat monomer yang identik (Gambar 39-2D). menimbulkan perubahan antigen pada kedua per-
Tangkai yang langsing ditutupi oleh kepala yang
mukaan glikoprotein (HA dan NA) virus influenza'
berbentuk seperti kotak. Terdapat temPat katalisasi untuk Antigenic drift merupakan perubahan antigenisitas
NA di puncak masing-masing kepala, sehingga setiap duri secara bertahap karena titik mutasi yang mengenai
NA memiliki empat tempat aktif. tempat antigen utama pada glikoprotein, Antige nic shift
NA berfungsi pada akhir siklus replikasi virus. Enzim adalah perubahan tiba-tiba akibat penempatan ulang
sialidase memindahkan asam sialat dari glikokonjugat. genetik dengan strain yang tidak berhubungan'
Enzim ini memfasilitasi pelepasan partikel virus dari Perubahan pada HA dan NA terjadi secara terpisah'
permukaan sel yang terinfeksi selama proses penonjolan Protein internal virus, seperti nukleoprotein (NP), tidak
dan membantu mencegah agregasi sesama virion dengan mengalami perubahan antigen.
)RTHOMtXOVtRUS (VtRUS TNFLUENZA) / 551

mengalami dua atau lebih mutasi sebelum muncul strain A. PERLEKATAN, PENETRASI, DAN PELEPASAN
baru yang bermakna secara epidemiologi. SELUBUNG VIRUS
Antigenic shifi mencerminkan perubahan drastis di Virus melekat pada asam sialat permukaan sel melalui
dalam rangkaian protein permukaan virus, perubahan reseptor yang terletak pada puncak globulus HA yang
ini terlalu ekstrem untuk dijelaskan oleh mutasi. Genom besar. Partikel virus kemudian masuk ke dalam endosom
virus influenza yang bersegme n secara mudah disusun melalui sebuah proses yang disebut endositosis yang
kembali pada dua sel yang terinfeksi. Mekanisme dimediasi reseptor. Langkah selanjutnya melibatkan fusi
perubahan adalah penyusunan ulang gen antara virus
antara selubung virus dan membran sel, memicu pelepasan
influenza manusia dan avian. Virus influenza B dan C
selubung. PH rendah di dalam endosom diperlukan untuk
tidak memperlihatkan antigenic shi/l karena hanya sedikit fusi membran yang dimediasi oleh virus yang melepaskan
virus yang berhubungan terdapat di hewan.
RNP virus ke dalam sitosol. PII asam menyebabkan
perubahan struktur HA untuk membuat "peptida fusi"
Replikasi Virus lnf luenza HA2 berkontak dengan membran secara benar. Protein
Siklus replikasi virus influenza diringkas pada Gambar kanal ion M, yang ada di dalam virion memungkinkan
39-4. Influenza tidak umum di antara virus RNA masuknya ion dari endosom ke dalam partikel virus,
nononkogenik karena semua transkripsi dan replikasi memicu perubahan struktur HA. Nukleokapsid virus
RNA terjadi di dalam nukleus sel yang terinfeksi. Siklus kemudian diiepaskan ke dalam sitoplasma sel.
multiplikasi virus terjadi dengan cepat. Terjadi
penghentian sintesis protein sel pejamu sekitar 3 jam B. TRANSKRIPSI DAN TRaNsIasI
pascainfeksi (dengan mekanisme yang tidak diketahui), Mekanisme transkripsi yang digunakan oleh drtho-
memungkinkan trarislasi mRNA virus secafa selektif. mixovirus secara nyata berbeda dengan virus RNA lain,
Progeni virus baru dibentuk dalam 8-10 jam. yang fungsi selularnya sangat terlibat Transkripsi viius

/ffi
'i** ffi
\lnsersi orotein
;94 seluburig ke dalam
membran plasma

Penvelesaian
olikrisilasi protein
5elubung '

Gambar 394.Diagrarn skematis siklus hidup virus influenza. Fase replikasi virus adalah (1) perlekatan virus dan
masuknya virus ke dalam sel; (2) transkripsi RNA virus dan translasi protein virus; (3) replikasi RNA virus; dan (4)
kumpulan virion baru dan pelepasan dari sel. (Direproduksi, dengan izin, dari Lamb RA, Krug RM: Orthomyxoviridae:The viruses and their
replication. Dalan. FieldsVirology, ed.3. Fields BN et al leditors]. Lippincott-Raven, 1996.)
BAB 39

terjadi di dalam nukleus. mRNA diproduksi dari D. MATURASI


nukleokapsid virus. Polimerase yang dikode oleh virus' Maturisasi virus terjadi dengan cara penonjolan dari
terdiri dari kompleks tiga protein B terutama berfungsi permukaan sel. Masing-masing komponen virus sampai
untuk transkripsi. Kerjanya didahului oleh pelepasan di tempat tonjolan melalui jalur yang berbeda.
tudung dan metilasi ujung 5' dari transkripsi selular yang Nukleokapsid berkumpul di dalam nukleus dan
baru disintesis oleh polimerase II RNA selular. Hal ini dipindahkan ke luar ke permukaan sel. Glikoprotein, HA
menjelaskan mengapa replikasi virus influenza dihambat dan NA, disintesis di dalam retikulum endoplasma; masing-
oleh daktinomisin dan ct-amanitin, yang menghalangi masing dimodifikasi dan dikumpulkan menjadi trimer
transkripsi selular, sedangkan virus RNA lain tidak terkena dan tetramer; kemudian dimasukkan ke dalam membran
karena mereka tidak menggunakan transkrip selular dalam
plasma. Protein M1 berfungsi sebagai jembatan yang
sintesis virus RNA.
menghubungkan nukleokapsid dengan ujung sitoplasma
Enam dari segmen genom membentuk mRNA glikoprotein. Progeni virion membentuk tonjolan pada
monosistronik yang ditranslasi di dalam sitoplasma sel. Pada proses rangkaian ini, HA terpecah menjadi HAI
menjadi enam protein virus. Dua transkrip lain dan HA2 jika pejamu memiliki enzim proteolitik yang
mengaiami penggabungan, masing-masing membentuk sesuai. NA memindahkan ujung asam sialat dari
dua mRNA yang ditranslasi..pada frame bacaan yang glikoprotein permukaan selular dan virus, memfasilitasi
berbeda. Pada awal setelah infeksi, protein NS, dan NP
peiepasan partikel virus dari sel dan mencegah agregasi.
disintesis lebih dulu. Seianjutnya, protein struktural secara Banyak partikel tidak infeksius. Partikel kadang-
cepat dibentuk. Dua glikoprotein, HA dan NA, kadang gagal melakukan pelepasan kapsid komplemen
dimodifikasi menggunakan jalur sekresi. segmen genom yang lengkap; yang sering terjadi adaiah
Protein nonstruktural virus influenza NS, memiliki salah satu segmen RNA yang besar hilang. Partikel yang
p€ran pascatranskripsi dalam mengatur ekspresi gen virus tidak infeksius ini dapat menyebabkan hemagiutinasi dan
dan selular. Protein NS, terikat dengan sekuens poli(A)' dapat mengganggu replikasi virus yang utuh.
menghambat pen ggabungan pra-mRNA, dan menghambat Sistem reuerse-genetic yang memungkinkan pem-
ekspor inti mRNA yang tersambung, memastikan
bentukan virus inf-luenza yaflg infelaius dari klon cDNA
simpanan molekul selular donor menyiapkan primer segmen virus RNA, sekarang telah tersedia dan dapat
bertudung yang diperlukan untuk sintesis mRNA virus. memfasilitasi penelitian metagenesis dan fungsional.
Protein NS, berinteraksi dengan protein M, dan terlibat
dalam ekspor inti .RNP virus.
INFEKSI VIRUS INFLUENZA PADA
C, REPLIKASI RNA VIRUS MANUSIA
Replikasi genom virus dilakukan oleh protein polimerasi Perbandingan virus influenza A dengan virus lain yang
dikode virus, protein yang juga terlibat dalam tralrskripsi. menginfeksi saluran napas manusia diperlihatkan pada
Mekanisme yang mengatur peran transkripsi dan repiikasi TabeI 39-4. Virus influenza akan di bahas di sini.
alternatif protbin yang satrla' berkaitan dengan banyaknya
satu atau lebih protein nukleokapsid virus. Patogenesis & Patologi
Seperti semua virus untai negatif lain, cetakan untuk
sintesis RNA virus tetap terbungkus oleh nukleoprotein. Virus influenza menyebar dari satu orang ke.orang lain
Satu-satunya RNA yang benar-benar bebas adalah mRNA. melalui droplets yang ditularkan melalui udara atau kontak
Langkah pertama replikasi genom adalah produksi salinan dengan tangan atau permukaan yang terkontaminasi.
untai positif pada setiap segmen. Salinan antigenom ini Beberapa sel epitel pernapasan terinfeksi jika partikel
berbeda dengan mRNA pada kedua ujungnya; ujung 5' virus yang tersimpan terhindar dari pembersihan oleh
tidak memiliki capped, dan ujung 3' tidak terpotong atau refleks batuk dan netralisasi oleh antibodi IgA spesifik
tidak mengalami poliadenilasi. Salinan ini berfungsi yang telah ada sebelumnya atau inaktivasi oleh
sebagai cetakan untuk sintesis salinan utama genom RNA penghambat nonspesifik di dalam sekresi mukosa. Virion
yang tePat. prog.ni segera dibentuk dan menyebar ke sel di dekatnya,
Oleh karena umumnya terdapat sekuens pada kedua tempat berulangnya siklus replikasi. NA virus
ujung semua segmen RNA virus, mereka dapat dikenali menurunkan viskositas lapisan mukosa di dalam saluran
secara efisien oleh perangkat sintesis RNA. Campuran napas, membuka reseptor permukaan selular dan
segmen genom yang berasal dari induk yang berbeda pada menimbulkan penyebaran virus yang mengandung cairan
r.l y".rg mengalami koinfeksi, diduga menimbulkan ke saluran b"gian bawah. Dalam waktu singkat, banyak
seringnya penyusunan ulang gen yang meruPakan sifat sel di dalam saluran napas terinfeksi dan akhirnya mati'
khas virus influenza. Telah diobservasi frekuensi Masa inkubasi dari pajanan terhadap virus dan awitan
penyusunan ulang sebesar 407o. penyakit bervariasi dari I hingga 4 hari, bergantung pada
ORTHOMIXOVIRUS (VIRUS INFLUENZA) / 553

Tabel 39-4. Perbandingan virus yang menginfeksi saluran napas manusia.

. ',.lmunitas ., , ,-. .. :

Seumur Hidup
.',i',..ll,i:.:l'i):,t Jumlih terhadap Vaksin yang Latensi
r::ilr:irrivifUS' Penyakit Serotipe Penyakit Tersedia Virus'
Virus RNA
Virus Influenza A I nfl u enza Banyak Tidak

Virus Parainfluenza Croup Banyak Tidak

Virus pernapasan sinsitial Bronkiolitis Satu

Virus Rubella Rubella Satu

Virus Measles Satu Ya

Yirus Mumps (penyakit gondongan) Parotitis, meningitis Satu Ya


----
Rhinovirus Banyak Tidak

Coronavirus Selesma Banyak Tidak

Coxsackievirus Herpangina, pleurodinia Banyak Tidak

Virus DNA
Virus Herpes Simpleks tipe 1 G ing ivostomatitis Satu Tidak

Virus Epstein-Barr Mononukleosis infeksiosa 5 atu Td

Virus Varicella-zoster Varicella, ruam sara{ Satu Ya'

Adenovirus Faringitis, pneumonia Banyak Tidak


lKekebalan seumur hidup terhadap varisela (cacar air) tetapi bukan zoster (ruam saraf).

ukuran dosis virus dan status imun pejamu. Pembelahan sistemik yang menonjol yang timbul pada influenza
virus dimulai sehari sebelum muncul gejala, memuncak mungkin mencerminkan produksi sitokin.
dalam 24 jam, tetap tinggi selama l-2 hari, dan lalu
menurun selama lebih dari 5 hari berikutnya. Virus yang Temuan Klinis
infeksius sangat jarang ditemukan dari darah.
Influenza terutama menyerang saluran napas bagian atas.
Infereron ditemukan di dalam sekresi pernapasan
Virus ini memiliki risiko yang berat pada orang tua, orang
sekitar t hari setelah dimulainya pembelahan virus. Virus
yang sangat muda, dan orang dengan kondisi medis yang
influenza sensitif terhadap efek antivirus interferon dan
melatarbelakangi seperti kelainan paru, ginjal, atau
diduga bahwa respons interferon berperan pada jantung, diabetes, atau kanker.
pemulihan pejamu dari infeksi. Antibodi spesifik dan
respons selular tidak terdeteksi selama 1-2 minggu A. INFLUENZA TANPA KOUPIITASI
berikutnya.
Infeksi influenza menyebabkan destruksi dan Gejala influenza klasik biasanya muncul tiba-tiba berupa
deskuamasi selular pada mukosa superfisial saluran napas menggigil, nyeri kepala, serta batuk kering, yang segera
tetapi tidak mengenai lapisan basal epitel. Pemulihan diikuti oleh demam tinggi, nyeri otot generalisata,
sempurna dari kerusakan selular kemungkinan mencapai malaise, dan anoreksia. Demam biasanya berlangsung 3-
hingga 1 bulan. Kerusakan virus pada epitel saluran napas 5 hari, sama seperti gejala sistemik. Gejala PernaPasan
menurunkan resistansi saluran napas terhadap invasi khasnya berlangsung 3-4 hari berikutnya. Batuk dan
bakteri sekunder, khusunya Stap hy loco cc i, Strep toco c ci, dan kelemahan dapat menetap selama 2-4 minggrt setelah
H aem o p h i Iu s i nflue n za e. gejala utama menghilang. Dapat terjadi infeksi ringan
Edema dan infiltrasi mononuklear sebagai respons atau asimtomatik. Gejala ini dapat disebabkan oleh strain
terhadap kematian dan deskuamasi sel akibat replikasi virus influenza A ataupun B. Sebaliknya, influenza C
virus kemungkinan menirnbulkan gejala setempat. Gejala jarang menyebabkan gejala influenza, terapi menimbulkan
554 BAB 39

penyakit selesma. Koriza dan batuk dapat berlangsung Reye ddak diketahui, tetapi dikenali sebagai komplikasi
selama beberapa minggu. yang jarang pada infeksi influenza B, influenza A, serta
Gejala klinis influenza pada anak sama dengan gejala herpesvirus varicella-zoster. Mungkin terdapat hubungan
yang terdapat pada orang dewasa, meskipun anak-anak antara penggunaan salisilat dan munculnya sindrom Reye.
dapit mgngalami demam yang lebih tinggi dan manifestasi Insidens sindrom ini menurun dengan berkurangnya
gastrointeqtinal yang lqbih sering, seperti muntah. Dapat penggunaan salisilat pada anak dengan geiala yang
terjadi kejang dernam. Virus influenza A merupakan menyerupai flu.
penyebab pendng pe4i"akit noup pada anak yang berusia
di bawah I tahun,'yang dapat menjadi parah. Akhirnya, lmunitat
dapat terjadi otitis media.
Bila influenza muncul dalam bentuk epidemi, temuan Kekebalan terhadap influenza berlangsung seumur hidup
klinis cukup konsisten untuk dapat mendiagnosis dan bersifat spesifik subtipe. Antibodi terhadap HA dan
penyakit ini. Kasus sporadis tidak dapat didiagnosis NA penting untuk kekebalan terhadap influenza
berdasarkan latar belakang klinis, seperti juga manifestasi sedangkan antibodi terhadap protein dikode virus lainnya
klinisnya tidak dapat dibedakan dari manifestasi klinis tidak memberikan perlindungan. Resistansi terhadap
yang disebabkan oleh patogen saluran napas lain. Namun, inisiasi infeksi berhubungan dengan antibodi terhadap
agen lain tersebut jarang menyebabkan pneumonia virus HA sedangkan penurunan keparahan penyakit dan
yang berat, yang merupakan komplikasi infeksi virus penurunan k.-"-prr"n untuk menularkan virus melalui
influenza A. kontak berhubungan dengan antibodi terhadap NA.
Antibodi terhadap ribonukleoprotein bersifat spesifik tipe
B. PNEUHONIA dan berguna untuk mencocokkan isolat virus (seperti
influenza A atau B).
Komplikasi yang serius biasanya hanya terjadi pada orang
Proteksi berhubungan dengan antibodi serum dan
tua dan orang yang sangat lemah, terutama yang disertai
antibodi IgA sekretoris di dalam sekret hidung. Andbodi
penyakit laonik. Kehamilan tampaknya merupakan faktor
sekretoris lokal mungkin penting untuk mencegah infeksi.
risiko komplikasi pulmonal yang letal pada beberapa
Antibodi serum menetap selama beberapa bulan hingga
epidemi. Dampak letal epidemi influenza digambarkan
tahun sedangkan durasi antibodi sekretoris lebih pendek
dengan adanya peningkatan kematian akibat pneumonia
(biasanya hanya beberapa bulan). Antibodi juga mengubah
dan penyakit kardiopulmonal.
perjalanan penyakit. Individu dengan titer antibodi yang
Pneumonia sebagai komplikasi infeksi influenza dapat
rendah dapat terinfeksi tetapi akan mengalami bentuk
disebabkan oleh virus, sekunder akibat bakteria, atau
penyakit yang ringan. Kekebalan mungkin tidak komplet,
kombinasi keduanya. Peningkatan sekresi mukosa
karena dapat terjadi reinfeksi oleh virus yang sama.
membantu membawa agen ke saluran napas bawah.
Tiga tipe virus influenza secara antigen ddak berkaitan
Infeksi influenza meningkarkan kerentanan pasien
dan dengan demikian tidak memicu proteksi silang. Bila
terhadap superinfeksi bakteri. Hal ini terjadi akibat tipe virus mengalami a,ntigenic drift, orang yang telah
hilangnya kemampuan pembersihan siliar, disfungsi sel
memiliki antibodi sebelumnya terhadap strain asal hanya
fagosit, dan tersedianya medium perkembangan bakteri
mengalami infeksi ringan oleh strain baru. Infelai atau
oleh eksudat alveolar. Patogen bakteri yang paling sering
imunisasi berikutnya memperkuat resPons antibodi
adalah S tap hy lo c o c cu s 4u re u s, S ff ep to c o c cu s p n eum o n i ae,
terhadap subtipe influenza pertama yang dialami bertahun-
dan H influenzae.
tahun sebelumnya, fenomena ini disebut "original antigenic
Kombinasi pneumonia virus-bakteri kira-kira tiga kali
sin".
lebih sering daripada pneumonia influenza primer.
Peran utama respons imun selular pada influenza
Koinfeksi oleh S aureus telah dilaporkan menyebabkan
diduga merupakan pembersihan infelai yang telah ada;
angka fatalitas hingga 42o/o. Dasar molekular untuk efek
sel T sitotoksik melisiskan sel yang terinfeksi' Respons
sinergis antara virus dan bakteri mungkin karena beberapa
sel limfosit T sitotoksik adalah reaksi silang (dapat
strain S /trureus mensekresi suatu protease yang dapat
melisiskan sel yang terinfeksi oleh subtipe virus apa pun)
membelah HA influenza, sehingga memungkinkan
dan tampaknya diarahkan untuk melawan protein internal
produksi titer virus infeksius yang jauh lebih tinggi di
(NBM) dan glikoprotein permukaan,
dalam paru.

C. SINDROH REYE Diagnosis Laboratorium


Sindrom Reye adalah ensefalopati akut pada anak dan Karakteristik klinis infeksi pernapasan oleh virus dapat
orang dewasa, biasanya pada usia antara2 dan 16 tahun. disebabkan oleh berbagai virus yang berbeda. Akibatnya,
Angka mortalitasnya tinggi (10-40%). Penyebab sindrom diagnosis influenza berdasar pada isolasi virus, identifikasi
)RTHOMTXOVTRIJS (VIRUS INFLUENZA) / 555

antigen virus atau asam nukleat virus di dalam sel pasien, selama infeksi virus influenza. Respons imun terhadap
atau respons imunologi spesifik yang terlihat pada pasien. glikoprotein HA berhubungan dengan resistansi terhadap
i nfeksi.
A. IsoLAst DAN IDENTIFIKASI VIRUS Uji serodiagnostik rutin yang digunakan adalah
berdasarkan inhibisi hemaglutinasi (HI) dan ELISA.
Bilasan hidung, hasil kumur, dan apusan tenggorok
Pasangan serum akut dan konvalesen diperlukan karena
merupakan spesimen terbaik untuk isolasi virus dan
individu yang normal biasanya memliki antibodi influenza.
sebaiknya diambil dalam 3 hari setelah gejala muncul.
Peningkatan titer sebanyak empat kali lipat atau lebih
Sampel harus disimpan pada suhu 4 "C sampai dilakukan
harus terjadi untuk mengindikasikan infeksi influenza.
inokulasi pada biakan sel, karena pembekuan dan
Serum manusia umumnya mengandung penghambat
pencairan mengurangi kemungkinan untuk menerqukan
mukoprotein nonspesifik yang harus dihancurkan sebelum
virus. Namun, bila waktu penyimpanan lebih dari 5 hari,
pemeriksaan dengan menggunakan HI.
sampel harus dibekukan pada suhu -70 "C.
telur berembrio dan sel ginjal monyet
Secara klasik,
Tes HI dapat menemukan strain virus yang
menyebabkan infeksi hanya jika tersedia antigen yang
primer merupakan metode isolasi terpilih untuk virus
sesuai untuk digunakan. Uji netralisasi adalah prediktor
influenza, meskipun beberapa lapis sel yang kontinu dapat
kerentanan yang paling spesifik dan paling baik terhadap
digunakan. Biakan sel yang telah diinokulasi diinkubasi
infelai, tetapi lebih jarang digunakan dan lebih memakan
dalam keadaan tidak ada serum, yang dapat mengandung
waktu untuk dikerjakan daripada pemeriksaan lain. Tes
faktor penghambat virus nonspesifik, dan jika terdapat
ELISA lebih sensitif daripada pemeriksaan lain.
tripsin, yang membelah dan mengaktivasi HA, sehingga
Komplikasi dapat terjadi dalam upaya untuk
virus yang sedang bereplikasi akan menyebar ke seluruh
mengidentifi kasi strain virus influenza penginfeksi dengan
biakan.
menggunakan respons antibodi pasien karena sering
Biakan sel dapat diuji untuk mengetahui adanya virus
terjadi respons anamnestik.
dengan cara hemadsorpsi 3-5 hari setelah inokulasi, atau
cairan biakan dapat diperiksa untuk virus setelah 5-7
hari dengan cara hemaglutinasi. Jika hasilnya negatif, Epidemiologi
dibuat sel pada kultur yang segar. Sel ini mungkin Virus influenza rerjadi di seluruh dunia dan menyebabkan
diperlukan karena isolat virus primer sering sulit tumbuh
wabah setiap tahun dengan intensitas yang bervariasi.
atau tumbuh lambat.
Diperkirakan epidemi tahunan menyebabkan 3-5 juta
Isolat virus dapat diidentifikasi dengan cara inhibisi
kasus penyakit berat dan 250.000-500.000 kematian di
hemaglutinasi, suatu prosedur yang memungkinkan
seluruh dunia.
pen€ntuan tipe dan subtipe virus influenza secara cepat.
Ketiga tipe virus influenza sangat bervariasi secara
Untuk melakukan hal ini, harus digunakan sera rujukan jelas dalam pola epidemi. Influenza C memiliki signifikasi
untuk strain prevalensi terbaru. Hemaglutinasi oleh isolat
yang paling rendah; menyebabkan penyakit pernapasan
baru akan dihambat oleh antiserum terhadap subtipe
sporadis yang ringan tetapi bukan influenza epidemik.
homolog.
Influenza B kadang-kadang menimbulkan epidemi, tetapi
Untuk diagnosis cepat, kultur sel pada gelas objek di
influenza A dapat meluas ke seluruh benua dan dunia
dalam rangka vial dapat diinokulasi dan diwarnai 1 atau
dalam epidemi masif yang disebut sebagai pandemi.
2 hari kemudian dengan akumulasi antibodi monoklonal
Insidens influenza memuncak pada musim dingin. Di
terhadap agen pernapasan. Hasil positif dipastikan dengan
Amerika Serikat, epidemi influenza biasanya terjadi dari
menggunakan antibodi flouresensi tunggal.
Identifikasi antigen virus secara langsung mungkin Januari hingga April (dan dari Mei hingga Agustus di
bumi bagian Selatan). Rantai penularan orang-ke-orang
dilakukan pada sel yang tereksfoliasi di dalam aspirat yang terus-menerus harus terjadi untuk memPertahankan
hidung dengan menggunakan antibodi flouresen. Tes ini
agen antarepidemi. Beberapa aktivitas virus dapat
cepat tetapi tidak sesensitif isolasi virus, tidak dideteksi pada pusat populasi yang besar sepanjang tahun,
memberikan rincian lengkap mengenai strain virus, dan
menunjukkan bahwa virus tetap menjadi endemi pada
tidak menghasilkan isolat yang dapat dikenali. Tes cepat
populasi dan menyebabkan beberapa infeksi subklinis
berdasarkan deteksi RNA influenza di dalam spesimen
atau minor.
klinis dengan menggunakan PCR juga mungkin '\fabah periodik terjadi karena perubahan antigeni
dilakukan.
pada satu atau kedua glikoprotein permukaan virus. Bila
jumlah orang yang rentan pada populasi mencapai tingkat
B. SERoLOGI
yang cukup, virus strain baru menimbulkan epidemi.
Antibodi terhadap beberapa protein virus (hemaglutinin, Perubahan dapat terjadi secara periahan-lahan (sehingga
neuraminidase, nukleoprotein, dan matriks) dihasilkan disebut "antigenic drift'), akibat titik mutasi yang
5s6 BAB 39

dicerminkan dalam perubahan pada tempat antigen


mayor pada glikoprotein (lihat Gambar 39-3); atau Virus Reassortanf dq
perubahan yang drastis dan tiba-tiba (dikenal dengan
istilah "antigenic shifi'), terjadi akibat penyusunan ulang
antigen selama koinfeksi dengan strain yang tidak
s
Nl
.-w Hffi\ Virus
Virus S
berhubungan.
k f,-'-.-\
M

Ketiga tipe virus influenza memperlihatkan anigenic


manusia
manusiap
drifi.Namun hanya influenza A yang mengalami antigenic ary
.l'----\
d
4\
*W
@
shi/i, mungl<n karena tipe B dan C terbatas pada manusia,
sedangkan virus influenza A yang berhubungan
sryP h
L
a , t----x
(/.i
v \t Jr
/ "L\ | fit I

dtd
bersirkuiasi pada populasi hewan dan burung. Strain
Virus
/irus Avian W
hewan ini menimbulkan antigenic shi/imelalui penyusunan Gamhar 39-5. Babi dapat berperan sebagai pejamu
ulang gen pada gen glikoprotein. Virus influenza A telah perantara untuk generasi virus influenza human-avian
ditemukan dari banyak burung air, khususnya bebek; dari reassorta nt den ga n pandem i potensia l. (Direproduksi, dengan
unggas domestik, seperti kalkun, ayam, angsa, seta bebek; izin, dari Claas ECJ, OsterhausADME: New clues to the emergence of flu
pandemics. Nat Med 1998;4:1122.)
dari babi dan kuda; dan bahkan dari anjing laut dan
lumba-lumba.
Analisis sekuens virus influenza Ayang diisolasi dari 1977, virus influenza A (HINI) dan (H3N2) serta virus
berbagai pejamu di berbagai daerah di dunia mendukung influenza B telah terdapat di dalam sirkulasi global.
teori bahwa semua virus influenza mamalia berasal dari Pada tahun 1997 di Hong Kong, pertama kali tercatat
reservoir influenza burung. Dari l5 subtipe HA yang infeksi pada manusia yang disebabkan oleh virus Avian
ditemukan pada burung, hanya beberapa yang dituiarkan influenza A (H5Nl). Sumbernya adalah peternakan lokal.
kepada mamalia (H1, H2, H3, dan H5 pada manusia; Sedikitnya terdapat 18 manusia yang teinfeksi, enam di
Hl dan H3 pada babi; serta H3 dan H7 pada kuda). antaranya meninggal. Virus tampaknya tidak dapat
Pola yang sama terdapat pada NA; sembilan subtipe NA ditransmisikan dari manusia ke manusia lain. Isolat dari
diketahui pada burung, hanya dua di antaranya yang kasus manusia mengandung kedelapan segmen gen RNA
ditemukan pada manusia (N1, N2). Virus influenza dari virus avian, menunjukkan bahwa virus avian langsung
tampaknya tidak mengalami perubahan antigen pada masuk dari burung ke manusia.
burung, mungkin karena rentang hidupnya yang singkat. Dengan pengecualian pada wabah di Hong Kong,
Hal ini berarti bahwa gen yang menyebabkan pandemi semua strain pandemi manusia telah disusun kembali
influenza sebelumnya pada manusia masih ditemukan antara virus influenza manusia dan avian. Bukti yang
tidak berubah pada reservoir burung air. menunjang model yaitu babi berpegan sebagai tempat
Influenza burung berkisar dari infelsi yang sangat letal pencampuran untuk penyusunan ulang karena sel babi
pada ayam dan kalkun hingga infeksi yang tidak terlihat. mengandung reseptor yang dikenali oleh virus manusia
Sebagian besar infeksi influenza pada bebek bersifat dan avian (Gambar 39-5). Anak usia sekoiah merupakan
avirulen. Virus influenza bebek bermultiplikasi di dalam vektor utama transmisi influenza. Kepadatan di sekolah
sel yang melapisi saluran cerna, dibuang dalam konsentrasi membantu transmisi virus melalui udara dan anak
tinggi di dalam materi feses ke air, dan dapat bertahan membawa pulang virus tersebut kepada keluarganya.
hidup selama beberapa hari hingga minggu. Mungkin Dampak ekonomi wabah influenza A sangat bermakna
influenza burung rnerupakan infeksi yang ditularkan karena morbiditas yang disebabkan oleh infeksi. Biaya
melalui air, dari babi dan burung liar ke burung dan babi ekonomi diperkirakan sekitar 10-60 juta dolar Amerika
peliharaan. tiap juta populasi di negara industri, bergantung pada
'STabah influenza berbentuk seperti gelombang besarnya epidemi.
ineskipun tidak terdapat periodisitas teratur terjadinya Surveiians untuk wabah influenza penting untuk
epidemi. Kejadian pada setiap tahun tnencerminkan mengidentifikasi awal kemuncuian strain baru dengan
adanya hubungan saling memengaruhi antara banyaknya tujuan menyiapkan vaksin untuk melawan strain tersebut
antigenic drifi virus utama dan penurunan kekebalan pada sebelum terjadi epidemi. Surveilans tersebut dapat meluas
populasi. Periode antara gelombang epiderni influenza A hingga ke populasi hewan, terutama burung, babi, dan
cenderung sekitar 2-3 tahun; periode inter-epidemi tipe kuda. Isolasi virus dengan hemaglutinin yang dirubah
B lebih lama (3-6 tahun). Setiap 10-40 tahun, ketika pada akhir musim semi selama mini-endemi memberikan
muncul subtipe influenza A, terjadi pandemi. Pandemi sinyal tentang kemungkinan epidemi yang akan terjadi
ini terjadi pada tahun 1918 (H1N1), 1957 (H2N2), dan pada musim dingin berikutnya. Tanda peringatan ini,
1968 (H3N2). Subtipe HlNl muncui kembali pada disebut sebagai " herald waue ," telah diobservasi sebelum
ahun 1977 meskipun tidak terjadi epidemi. Sejak tahun terjadi epidemi influenza A dan B.
)RTHOM\XOVIRUS (VTRUS TNFLUENZA) / 557

Virus influenza manusia pertama kali diisolasi pada Pencegahan & Pengendalian dengan Vaksin
tahun 1933 menggunakan musang jinak. Pada subtipe
Vaksin virus yang diinaktifkan merupakan cara utama
yang bersirkulasi sebelum waktu itu telah dilakukan
mencegah influenza di Amerika Serikat. Namun,
deduksi menggunakan seroepidemiologi retrospektif.
karakteristik tertentu virus influenza membuat upaya
Teknik ini berdasarkan penapisan titer HI terhadap
pencegahan dan pengendalian penyakit melalui imunisasi
berbagai subtipe HA virus dangan serum dari banyak
sangat sulit. Vaksin yang terus-menerus dibuat menjadi
individu yang berasal dari kelompok umur yang berbeda.
tidak terpakai karena virus mengalami antigenic drifi dan
Kisaran spektrum antibodi influenza sempit pada awal
antigenic shifi. Program surveilans oleh pemerintah dan
kehidupan, tetapi menjidi luas secara progresif pada
\7HO memantau secara teratur subtipe influenza yang
tahun-tahun berikutnya. Antibodi yang didapat dari
bersirkulasi di sekeliling dunia untuk mendeteksi secara
infeksi awal pada masa kanak-kanak mencerminkan
akurat kemunculan dan penyebaran strain baru.
antigen dominan pada strain yang telah ada. Pajanan
Beberapa masalah lain penting untuk diperhatikan.
berikutnya terhadap virus mengakibatkan spektrum
Meskipun proteksi dapat mencapai 70-100o/o pada orang
antibodi meluas terhadap bertambahnya jumlah antigen
dewasa yang sehat, frekuensi proteksi lebih rendah (30-
virus influenza yang sering. Pajanan pada usia tua dengan
600/o) pada orang tua dan anak. Vaksin virus yang
strain yang berkaitan secara antigen mengakibatkan
diinaktifkan biasanya tidak menghasilkan respons imun
pengaktifan kembali antibodi primer secara progresif.
selular atau IgA lokal yang baik. Respons imun
Kadar antigen tertinggi pada kelompok umur tertentu
dipengaruhi apakah orang tersebut pernah mengalami
mencerminkan antigen virus yang dominan yang
kejadian antigen sebelumnya oleh virus influenza A subtipe
menyebabkan infeksi masa kanak-kanak pada kelompok
yang sama.
tersebut. Dengan demikian, rekapitulasi serologi infeksi
masa lalu terhadap virus influenza dengan perubahan
A. PERSIAPAN VAKSIN VINUS VINE DIINAKTIFKAN
antigen yang berbeda, dapat ditelid dengan mempelajari
distribusi usia antibodi influenza pada popuiasi normal. Valain virus influenza A dan B yang diinaktifkan diizinkan
Pendekatan ini menunjukkan bahwa epidemi pada untuk diberikan secara parenteral pada manusia. Badan
tahun 1890 mungkin disebabkan oleh subtipe H2N8 dan Federal dan \7HO membuat rekomendasi setiap tahun
epidemi pada tahun 1900 disebabkan oleh virus H3N8. mengenai strain mana yang harus disertakan di dalam
Pandemi katastrofik pada tahun 1918-1919 (flu Spanyol) vaksin. Vaksin biasanya merupakan campuran yang terdiri
disebabkan oleh munculnya subripe HlNl secara tiba- dari satu atau dua strain tipe virus A dan satu strain tipe
tiba, influenzayang menyerupai-babi. (Lebih dari 20 jua virus B yang diisolasi pada wabah musim dingin
orang meninggal pada pandemi ini, terutama akibat se belumnya.
komplikasi neumonia bakteri. ) An tigen ic s h ifi b erikutnya
p Benih strair.r terpilih dibiakkan di dalam telur yang
telah diketahui rnelalui isolasi virus; H2N2 (flu Asia) relah berembrio, substratnya digunakan untuk produksi
muncul pada tahun 1957 dan digantikan pada tahun 1968 vaksin. Kadang-kadang isolat alamiah tumbuh sangat
oleh subtipe H3N2 (flu Hong Kong). Strain HlNl lambat di dalam'telur untuk memungkinkan produksi
muncul kembali pada tahun t977 (flu Rusia). vaksin, pada kasus seperti itu, perakitan virus kembali
Gknologi PCR telah menghasilkan fragmen gen virus diiakukan di laboratorium. Virus yang mengalami
influenza dari kolelsi spesimen jaringan paru yang didapat penyusunan ulang, yang membawa gen untuk glikogen
dari korban epidemi flu Spanyol pada tahun 1918. permukaan vaksin yang diinginkan beserta replikasi gen
Rangkaian dokumen mencatat bahwa virus ini dari virus yang didapatkan dari telur di dalam
merupakan virus influenzaA HlNl
yang mungkin berasal Iaboratorium, kemudian digunakan unruk menghasilkan
dari burung. Dasar patogenisitasnya yang sangat tinggi vaksin.
belum diketahui. Virus dihasilkan dari cairan alantoin telur, dimur-
nikan, dipadatkan oleh sentrifugasi zonal', dan
dinonaktifkan dengan formalin atau p-propiolakton.
Pencegahan & Pengobatan dengan Obat
Jumlah HA distandarisasi pada setiap dosis vaksin (kira-
Amantadin hidroklorida dan analognya, rimantadin, kira 15 pg antigen), tetapi jumlah NA tidak distan-
adalah obat antivirus untuk penggunaan sistemik dalam dardisasi, karena NA lebih labil pada kondisi pemurnian
pengobaran dan profilaksis influenza A. Pengharnbat NA dan penyimpanan. Setiap kandungan dosis vaksin setara
zanamivir dan oseltamivir, ditemukan pada tahun 1999 dengan 10 miliar partikel virus.
untuk pengobatan influenza A dan influenza B. Agar Vaksin dapat berupa sediaan virus lengkap (VrV)'
memiliki hasil yang sangat efektif, obat ini harus diberikan subvirion (SV), atau antigen permukaan. Vaksin \\rV
pada tahap penyakit yang sangat awal. rnengandung virus utuh yang telah diinaktifkan; vaksin
SV terdiri dari virus yang telah dimurnikan dan dirusak
BAB 39

dengan deterjen; dan vaksin antigen permukaan , . .' :. '!.;

(E) Strain virus di dalam vaksin infiuenza tidat


mengandung glikoprotein HA dan NA yang telah i'
,_._".te_tatrun
O.*uii"tl Jtti tanun __ ,,,1.
dimurnikan. Semuanya bermanfaat. 1" .
2. Neuraminidase virus influenza "

b. PexceuHAAN vAKstN INFLUENzA (A) tertanam di dalam permukaan luar selub,ung


r..virus . :

"Membeniuk strut<tur Ouri


Satu-satunya kontraindikasi vaksinasi adalah riwayat {B) Vang terdiri dari
alergi terhadap protein telur. Karena strain vaksin empat monomei'yang identik. maiing-masing
:j,, memitiki aktivitas enzim , :o.
dibiakkan di dalam telur, beberapa antigen protein telur :.,. (O Memfasilitasi pelepasan partikel virus dari sel '
terdapat di dalam vaksin. ..
t yang terinfeksi ',, i ,.
Vaksinasi influenza setiap tahun direkomendasikan l'(D)Menurunkanviskositaslap!sanrnukusdidalam
untuk kelompok risiko tinggi. Kelompok ini meliputi '' saluran napas :. .

individu dengan peningkatan risiko komplikasi akibat


(E) .Semua jawaban di atas ,

infeksi influenza (individu dengan penyakit paru atau S, tvlrn:rLrh pernyataan berit<ut yrng *.h..r*ink.n
jantung kronik, termasuk anak dengan asma, atau ' patogenesis infiuenza?
(A) Virus masuk ke dalam tubuh pejamu di dalam- .
kelainan metabolik atau ginjal; penguni rumah jompo; udara
droplets yang ditularkan melalui id"
dan individu yang berusia 65 tahun atau lebih) dan orang (B) Sering terja"li viremia :".

yang dapat menularkan influenza kepada kelompok (Q Virus sering menimbulkan infeksi persisten di
berisiko tinggi (pegawai medis, karyawan tempat cjalam paru
perawatan kronik, anggota keluarga). (D) Pneumonia tidak dis'ebabkan oleh infeksi
bakteri sekunder
(E) lnfeksi virus tidak membunuh sel dj, dalam i "
C. UPAYA MENGEHBANGKAN VAKSIN VIRUS FIIDUP .$i1ii,,;1Psaluran napas
lu ra* naPq.5 .r;
.''' -..i
Vaksin virus hidup harus dilemahkan sehingga tidak 4, influenza ditandai de-ngan gejala yang mana?
memicu penyakit yang akan dicegah. Dengan melihat (AI.DemAm.=;,,
(A) Demam _: :i
;,111i .:.'r.:ii:;::i:.'-..:r,,i,
r:,i
iiiri#,,
perubahan wajah virus influenza yang konstan di alam (B) Nyeri otot
dan usaha laboratorium yang ekstensif yang dibutuhkan (D) Batuk kering .
untuk melemahkan virus virulen, satu-satunya strategi : (E) Semua jawabin di atas '
yang mungkin adalah menemukan cara untuk memin- Jl

dahkan gen tertentu yang telah dilemahkan dari virus


5. Antigen spesifik tipe B, atau O virus
(A, influenza
ditemukan pada konstituen virus yang mana?
donor utama yang telah dilemahkan ke masing-masing
fg,iiAeryglgiili*, lrl"r:=;1riti,i: i ii,.iiii i
isolat epidemi atau pandemi baru. iei Neura-minidase
t: , :,
" ' (D) Nukleokapsid
Beberapa pendekatan pada sediaan vaksin sedang (c) ',,,, ;:;
Kompleks polimerase
I"r
:

dievaluasi. Virus donor yang dingin, dapat tumbuh pada , (E) Protein nonstruktural utam.a "

suhu 25 'C tetapi tidak pada suhu 37 "C-suhu saluran (F) Lipid di ijalam selubung Virus
napas bawah-hx1u5 bereplikasi di nasofaring, yang
memiliki suhu lebih dingin (33 'C). Vaksin virus influenza 6, Seorang pasien rumah perawatan iompo yang:. , '
berusia 70^ tahun menolak pemberian vaksin
trivalen yang dilemahkan dan beradaptasi pada suhu influenia dan akibatnya menderita influenza. Dia i::
dingin, diberikan melalui semprotan hidung terbukti ' meninggal akibat pneumonia akut seminggu
efektif pada percobaan klinis pada anak. setelah mengalami flu. Manakah b,elikut ini yang
meiupakan penyebab tersering pneumonia akut
pascainfluenla?
. 'r
1..-
(A)Legionella : l
,' (B) iiiinyrccoccus aureus ,'
I ici campat< ..
(D) Sitomegalovirus- t,"
(El Listeria i ^. t ,

,]...::r. Pernyataan manakah yang U"na, mengenai''


antigenic drift virus influenza?
iN (A) Menyebabkan perubahan antigen mayor
.

(B) Hanya diperlihatken oleh virus influenza A


{O Terjadi akibat mutasi f lameshift padp gen virus
(D) 5eiring perjalbnan waktu, menimbulkan *
subtipebaru. ',' :

IN {E} Terutarna memengaruhi proteih'"matriks , ,

' . ' .'1..'


ORTHOM IXOVI RUS (VIRUS INFLUENZA) 559

KEPUSTAKAAN
,.: j'8;:lt&b-iting,doliler,,lakLt9t1,O9ru91q-l,J-,-tqnu.1 q!-e.19.a!aFitti
i1i::':;t.1i,sihdi0il ,::,t$ik4l:,.,'ialg disertai bleh damaml:1ya,gi11;,,t{ oflive attenuated, cold-adapted, trivalent,
Belshe RB et al: The efficacy
tenggorok, nyeri kepala, dan mialgia. Untuk intranasal influenzavirus vaccine in children. N Engl J Med
.
melakukan konfirmasi laboratorium influenza, 1998;338:1405.

diminta bi;kan virus. SpeSimen manakah yang Couch RB: Prevention and treatment of influenza. N Engl J Med
',li1rjo; l1td bi i(!t ntiif .isq'rl a r ii.iiq,i;,Pe !!y.{$nb.i
I
i

;,,;i,1lljtii?,,1'.;',,;,;,:t';:r:'l{i.,,;_.;),i:li:,.l:!{;U:::,,:il.*t;lili}i*t
ll$i 2000;343:1778.

Lamb RA, Krug RM: Orthomy4oviridae: The viruses and their replication'
Dalam: Fields Virology,4th ed. Knipe DM et al (editors). Lippincott
(B) 5ekret n-asofaring,,.:'''.':: .:;;l:"" 1::;.:;'!1,;,:1i:,:;:;t?,::..:,:ti;;;ila.:|Kl Williams & Wilkins, 2001.
(C) Cairan vesikel Prevention and control pf i4flgenza. Recommendations of the Advisory
(D) Daf ah , ;,;,;',:,,,":):t;'.: .:l:ll':,::::;::::,,,;:t::'*,:::,ir.r:!ii'.;,:t::;ltiii:3uf,l::i-.t Committee on Immuoization Fractices. MMWR Morb Mortal Wkly

r,iii* !lyllrl.i:iff,,,1 ll;L|191; ' .


Rep 2002;51tRR-3):1.

Reid AH et al: Origin and Svolution of the 1918 "Spanish" influenza virus
9. Pernyaiaan manakah mengenai iso.lasi. virus
influenza yang benar? hemagglutinin gene. Proc Natl Acad Sci USA 1999;96;1651'
{A)-Diagnosis infeksi virus influenza hanya dapat Wright PF, Webster RG: Orthomyxoviruses. Dalam: Fields Virology, ed
ditegakkan dengan melakukan isolasi virus 4. Knipe DM et al (editors). Lippincott Williams & Wilkins, 2001'
' (B) .lsolasi virus.i.nfluenza dilakukan dengqn
::k:;l.it;i,..:,: dngCutt_akan:tjfr,!ei,r;ng:,bafu, lAbit 1ur .....,,,,., ,,,t,,,:,.,.,,
..til:iile}:1sp,l *Xiiut
apiif ,:,nie'm b'qhtu..nt€-Qt ilt]Krin ',;ii
t rt,i.1:..,rii:reBl ajlmidldi i.tp€ nvAf iti.,,.trS,t,.,..''illisl.,l
,,;:,-,i.lrltr,.(D).lli'oiett,Vir:ui,,inflqenld: piimgi.,.titud!.1i.1i,i, rnbuhrg::,r.::
di dalam kultur sel

t,,]tr.0ruCna(ihr.idns aiup,,q!a{:l, Ft91Y0ii:' ut€.t!1a,,'untur,r,:1,:


,,,]t,,,:r,,ttlirViii{f!,,?n''tjgeittettshrfi ,VirrUsr:inf[ieiizt?_ri:::,:'?jT:: ,r:]i jti::rrr.
(A) Manusia pembawa virus kronis
(B) Pembuangan kotoran
(C) Babi, kuda, dan unggas
(D) Nyamuk
Paramiksovirus dah Virus, Rubela

Paramiksovirus termasuk agen infeksi pernapasan yang Sebagian besar paramiksovirus mengandung enam
paling penting pada bayi dan anak kecil (virus sinsitium protein struktural. Tiga protein membentuk kompleks
respirasi dan virus parainfluenza) dan juga merupakan dengan RNA virus-nukleoprotein (NP atau N) yang
agen penyebab dua penyakit tersering pada masa kanak- membentuk nukleokapsid berbentuk heliks (diameter 13
kanak (gondong dan campak). \7HO memperkirakan atau 18 nm) dan mewakili protein internal utama dan
bahwa infe ksi pernapasan akut dan pneumonia dua protein lain yang besar (disebut P dan L), yang teriibat
menyebabkan 4 juta kematian anak berusia kurang dari dalam akitivitas polimerase virus yang berfungsi dalam
5 tahun setiap tahun di seluruh dunia. Paramiksovirus transkripsi dan replikasi RNA.
merupakan patogen utama saluran pernapasan pada Tiga protein berpartisipasi dalam pembentukan
kelompok umur ini. selubung virus. Protein matriks (M) mendasari selubung
Semua anggota famili Paramiksoviridae memulai virus; protein tersebut memiliki afinitas terhadap NP
infeksi melalui saluran pernapasan. Replikasi patogen dan glikoprotein permukaan virus, dan penting daiam
respirasi ini terbatas pada epitel pernapasan, sedangkar.r perakitan virion. Nukleokapsid dikelilingi oleh selubung
gondong dan campak tersebar ke seluruh tubuh dan lipid yang tertancap dengan duri dua glikoprotein
menimbulkan penyakit generalisata. transmembran yang berbeda berukuran 8 hingga l2-nm'
Virus rubela, meskipun diklasifikasikan sebagai Aktivitas glikoprotein permukaan ini membantu dalam
togavirus karena sifat fisik dan kimiawinya (lihat Bab membedakan berbagai genus famili Paramiksoviridae
29), dapar dianggap sebagai paramiksovirus berdasarkan (Tabel 40-2). Glikoprotein yang lebih besar (HN atau H)
epidemiologinya. dapat atau tidak dapat memiliki aktivitas hemaglutinasi
dan neuraminidase serta berperan untuk perlekatan pada
SIFAT PARAMIKSOVIRUS sel pejamu. Glikoprotein ini dirakit sebagai tetramer di
dalam virion yang matang. Glikoprotein yang lain (F)
Sifat utama paramiksovirus terdapat di dalam Tabel 40- memediasi fusi membran dan aktivitas hemolisis.
1. Perbedaan antara paramiksovirus dan ortomiksovirus
dirangkum pada Tabel 39-2. Selain persamaan nama,
kedua famili ini berbeda sifat biologisnya. Tahel 4O-1. Sifat Paramiksovirus yang penting.

Struktur & Komposisi Virion: Sferis, pleomorfik, diameter 150 nm atau lebih
(nukleokapsid berbentuk heliks, 13-18 nm)
Morfologi paramiksoviridae adalah pleomorfik, dengan Komposisi: RNA (1%), protein (13%), lipid (20%),
diameter partikel 50 nm atau lebih, kadang-kadang karbohidrat (6%)
berkisar hingga 700 nm. Partikel yang khas diperlihatkan Genom: RNA untai tunggal, linear, tidak bersegmen,
pada Gambar 40-1. Selubung paramiksovirus tampak sense negatif, noninfeksius, sekitar 15 kb
terlihat rentan, menjadikan partikel virus labil pada Protein: Enam hingga delapan protein struktural
kondisi penyimpanan dan rentan terhadap distorsi dalam Selubung: Mengandung glikoprotein hemaglutinin virus
mikrograf elektron. (HN) (yang kadang-kadang melakukan aktivitas
Genom virus adalah RNA untai tunggal sense negatif neuraminidase) dan glikoprotein fusi (F); sangat rentan
berbentuk linear yang tidak bersegmen, berukuran sekitar Replikasi: Sitoplasma; tonjolan partikel dari membran
plasma
15 kb (Gambar 40-2). Karena genom ini tidak bersegmen,
tidak ada kemungkinan penyusunan ulang genetik yang Karakteristik yang Menonjol:
Stabil secara antigen
sering terjadi, menyebabkan fakta bahwa semua anggota
Partikel labil tetapi sangat infeksius
kelompok paramiksovirus stabil secara antigen.

550
PARAMIKSOVIRUS DAN VIRUS RUBELA 561

'ffi$
{Jgffitb' antibodi yang bereaksi dengan keempat virus parainfluenza,
virus gondong, dan virus penyakit Newcastle. Respons
antibodi heterotipik tersebut, temasuk antibodi yang
diarahkan untuk melawan protein internal dan permukaan
virus, umumnya ditemukan pada orang tua. Fenomena
ini menjadikan penentuan kemungkinan penginfeksi yang
paling mungkin melalui serodiagnosis sulit. Semua
anggota genus Respirouirus dan Rubulauirus rnemiliki
aktivitas hemaglutinasi dan neuraminidase, keduanya
dilakukan oleh glikoprotein HN, seperti halnya fusi
membra! dan sifat hemolisis, yang merupakan fungsi
protein F
Genus Morbiliuirus rcrdiri dari virus campak (rubeola)
pada manusia dan virus canine distemper, virus rinderpest
pada lembu, dan morbilivirus akuatik yang menginfeksi
mamalia 1aut. Virus-virus tersebut secara antigen terkait
satu sama lain tetapi tidak dengan anggota genus lain.
Protein F banyak terdapat pada morbilivirus, sedangkan
protein H menunjukkan variabilitas yang lebih luas. Virus
campak mempunyai hemaglutinin tetapi tidak memiliki
aktivitas neuraminidase. Virus campak menginduksi
Gambar . Ultrastruktur virus parainfluenza tipe 1.
4O-1 pembentukan inklusi intranuklear, sedangkan para-
Sebagian virion pecah, memperlihatkan nukleokapsid. miksovirus lain tidak.
Tonjolan permukaan terlihat sepanjang tepi partikel. Genus Henipauirus mengandung paramiksovirus
(Sumbangan FA Murphy dan EL Palmer.)
zoonotik yang dapat menginfoksi dan menimbulkan
penyakit pada manusia. Virus Hendra dan Nipah
Pneumovirus tampaknya memiliki dua protein selubung merupakan anggota genus irri.
kecil tambahan (M2 dan SH). Virus sinsitium respirasi pada manusia dan lembu
Diagram partikel paramiksovirus diperlihatkan pada serta virus pneumonia pada mencit membentuk genus
Gambar 40-3. Pneumouiras. 1-erdapat dua strain virus sinsitium respirasi
pada manusia yang berbeda secara antigen, subgrup A
Klasifikasi dan B. Glikoprotein permukaan pneumovirus yang lebih
besar tidak memiliki aktivitas hernaglutinasi dan
Famili Paramiksoviridae tebagi menjadi dua subFamili neuraminidasg yang merupakan karakteristik respirouirus
dan enam genus (Tabel 40-2). Sebagian besar anggotanya dan rubulauirus, sehingga disebut protein G. Prorein F
monotipik (yaitu, terdiri dari serotipe tunggal); semuanya virus sinsitium respirasi menunjukkan aktivitas fusi
stabil secara antigen. membran tetapi bukan aktivitas hemolisis. Patogen
Genus Respirouirus terdiri dari dua serotipe virus pernapasan pada manusia yang baru dikenali dikla-
parainfluenza manusia, dan genus Rubulauirus terdiri dari sifikasikan dalam genus Metapneumouirus.
dua virus parainfluenza lain aeperti halnya virus gondong.
Beberapa virus hewan berhubungan dengan strain Repl ikasi Paramiksovirus
manusia. Virus sendai pada tikus-virus parainfluenza
yang pertama kali diisolasi dan saat ini dikenal sebagai Siklus replikasi paramiksovirus yang khas diilustrasikan
infeksi umum pada koloni tikus-adalah subtipe virus pada Gambar 40-4.
manusia tipe 1. SV5, kontaminan umum pada sel primer
monyet, sama dengan virus parainfluenza kaninus tipe 2, A. PERLEKATAN, PENETRASI, DAN PELEPASAN
SELUBUNG VIRUS
sedangkan shipping feuer uirus pada hewan lembu dan
domba, SF4, merupakan subtipe tipe 3. Virus penyakit Paramiksovirus melekat pada . sel pejamu melalui
Newcastle, prototipe virus parainfluenza avian, juga glikoprotein hemaglutinin (protein HN atau H). Pada
berkairan dengan virus manusia. kasus virus campak, reseptornya adalah molekul rnembran
Anggota di dalam sebuah genus memiliki penentu CD46. Lalu, selubung virion berfusi dengan membran
.pembelahan
antigen umum yang sama. Meskipun virus dapat sel melalui kerja produk glikoprotein fusi
dibedakan secara antigen dengan menggunakan reagen F,. Jika prekursor F,, tidak dibelah, prekursor ini tidak
yang jelas, hiperimunitas menstimulasi reaksi silang memiliki aktivitas fusi; tidak terjadi penetrasi virion; dan
562 BAB 40

Genus R*pirovirus (virus Sendai)

llttlt
1682 1894 1173 1846 1891 6799
NP P,CA/ M F HN L

G en us Rubul avirus (SV5)

rlrttll
1767 1298 't371 1709 2C2 1869 6823
NP PM M F, SI-I HN L

Gen us Morbillivirus (Campak)

tlrttt
16@ 1657 1473 2377 1949 6639
NP,CMMFHL

Genus Pneumovirus (Virus slnsitium respirasi)

lt I S7r r\\
528 4SE 1197 952,105 918
r
18S
r

95/
I
6570
lOIBN PMlAG F 2K L

6 I 10 't2 14 16
Kilobasa

Gambar 4O-2. Peta genetik anggota famili Paramiksoviridae yang khas. Ukuran gen digambarkan pada skala. Batas-
batas gen diperlihatkan oleh garis vertikal. Nomor di bawah masing-masing gen adalah panjang basanya. (Diadaptasi dari
Lamb RA, Kolakofsky D: Paramyxoviridae:Jhe viruses and their replication. Dalam FieldsVirology, ed.3. Fields BN et al Ieditor]. Lippincott-Raven, 1996.)

partikel virus tidak dapat memulai infeksi. Fusi oleh F,


Protein virus disintesis di dalam sitoplasma dan jumlah
terjadi pada lingkungan ekstraselular dengan pH netral,
masing-masing produk gen berkaitan dengan kadar
memungkinkan pelepasan nukleokapsid virus secara
transkrip mRNA dari gen tersebut. Glikoprotein virus
langsung ke dalam sel. Dengan demikian, paramiksovirus
disintesis dan mengalami glikosilasi di dalam jalur sekresi.
dapat melewati internalisasi melalui endosom.
Kompleks protein golimerase virus (protein P dan L)
juga berperan untuk.replikasi genom virus. Untuk berhasil
B. TRANSxRIPSI, TRANSLASI, sERTA REPLIKASI RNA
menyindsis cetakan antigenom rantai positif intermedia,
Paramilaovirus mengandung genom RNA untai negatif kompleks polimerase harus mengabaikan sinyal terminasi
yang tidak bersegmen. Tianskrip mestenger RNA dibuat yang tersebar pada perbatasan gen: Seluruh panjang genom
di dalam sitoplasma sel oleh polimerase RNA virus. Tidaft progeni kemudian dikopi dari cetakan antigenom.
dibutuhkan primer eksogen dan dengan demikian tidalt Genom paramiksovirus yang tidak bersegmen
bergantung pada fungsi inti sel. mRNA jauh lebih kecil meniadakan kemungkinan penyusunan ulang segmen gen
daripada ukuran genom; masing-masing mewakili gen (yaitu, genetic reastortment) sehingga penting bagi
tunggal. Sekuens regulasi transkripsional pada gen perjalanan alamiah virus influenza. Protein permukaan
membatasi awal dan akhir transkripsi sinyal. Posisi relatif HN dan F paramiksovirus menunjukkan variasi genetik
gen terhadap ujung 3' genom berkaitan dengan efisiensi yang minimal dalam jangka waktu yang lama. Mengejutkan
transkripsi. Kelas transkrip yang paling banyak dihasilkan bahwa virus tersebut tidak mengalami antigenic drift
oleh sel terinfeksi, berasal dari gen NB terletak paling akibat mutasi yang terjadi saat replikasi, karena RNA
dekat dengan ujung 3' genom, sedangkan yang lebih polimerase rentan terhadap terjadinya kesalahan. Satu
sedikit berasal dari gen L, terletak di ujung 5' (Gambar penjelasan yang mungkin adalah bahwa hampir semua
4o-2). asam amino di dalam struktur primer glikoprotein
PARAMIKSOVIRUS DAN VIRUS RUBELA I 563

-trllllll
:rrrlllll
';rltlllll
9rrrrrrrr
5 '".rPr +rororotota'
!.gt I I I I I I I

ogt r r I I I I I

jjcr I I I I I I
r r r r r l
I

3E'
--rtrltltt
r

lttlllll
'artttttll
qlrrrrrrl
*rrrrtlrr
9rrrrrrrr
Ftltlllll
.= rNrPt*lorotorotu
':6llllllll
.Srrrtlttt
ottllllll
Irrrtrllt
tttlllll
ltllllll
_ctlllllll
otttlllll
'srlrrrrrr
zrlrrrrrr
g |^'r^r *l''rororor^'
Erltlttll
cqrllllllll
:E r r r r r r .t I

tttlllll
tttlllll o'
@
tttlllll
ci lz!tllllll :s
(t'
'1, P r r r I I I I 19 E
o
'-
.; F r-rPr+r+l:Fr+ror-- f
o
o I I I I I I I l'
o urrrrrrrr c
a
lz .!
.E :rrrrrrrr
'llllllll
F
o .E l-l I I I I I I o
(l' F t ort t I I I I I
o-
g€r.f l r r I I I

."il 9l I I I I I I
=Eo
E
+o
P{rFr r r r r r r
E
J
flt 9"rrE'r r r r r l l .!
6

Er! c:.!t el I I I I I I
rgl
o 3s'SrP|+r+rir+r?Iu
ttllllll Bs,
.E of
tlllllll o.c
o'l I -t I I I I I _99
+o ;e
I

-o : I gr r r r r I I

N r'=r I I
r I I I
I I I
I
I
tg
-d

E I rpr rttllr
I
6O
flt #r;r tat I 3c
oo
G
:o .c I I I I I
e-o
I r'Fi r r r r r t E
oa
E f rErFt+t+t?r+tttr-r H>
J tlllllll l!.!?o
c tlllllll c,SE
'dE.e
cl
ol ll^lllll.l
t tEt t I I I
6e3
-:Z
P r r5rf;t r I t
I

I
3q.=
lz-o
,6
L
(u
r r3r.El I I I I
, or* i ;'
# r rf,tEt I I I I :!.:Qtr
#o6qo
(' r rjtPt I I I I
P aE 9.{
(o r t$t9t I I I I
OcPa=
9:E:e--
Y 6 l l!lc' lgl :: o! z
T ;;
JLn-a+
i=;Ei i€r'Fr€r
iEE'Fa
=
'.!l
'<odctr
-oEs'FG
o c r t l? I clilXlcl
\t E r E r 9, 5 r .E r Rr I r 'E r - ts't;99 666:o
J66:;

o I r',lr PrErErE-r ErPr'E '=9P9r+

a
.G I'R'.E''4rb'E'bri'i |!!EEi=
:j,zizo-'
d<<ru
BAB 40

HN
(protein hemagglutinin-neuraminidase)
Lipid lapis ganda
F (protein fusi)
RNAvirion

Kompleks transkriptase
termasuk protein NP -
(nukleokapsid), L (polimerase
besar), dan P (fosfoprotein)

M (protein membran)

Gambar 4O-3. Diagram skematis paramiksovirus yang menunjukkan komponen utama (tidak digambarkan
berdasarkan skala). Lipid lapis ganda diperlihatkan sebagai lingkaran konsentrik abu-abu; di bawah lipid lapis ganda
adalah protein matriks virus (lingkaran konsentris hitam). Terselip melalui membran virus adalah hemaglutinin-
neuraminidase (HN) attachment glycoprotein dan glikoprotem fusi (F). (Tidak semua paramiksovirus mempunyai
aktivitas hemaglutinin dan neuraminidase.) Di dalam virus terdapat RNA virion untai negatif yang terperangkap di
dalam protein nukleokapsid (NP). Berhubungan dengan nukleokapsid adalah protein P dan L, dan bersama-sama
kompleks ini memiliki aktivitas transkriptase RNA tergantung RNA. (Diadaptasi dari Lamb RA, Kolakofsky D: Paramyxoviridae:The
viruses and their replication. Dalam. FieldsVirology, ed.3. Fields BN et al ieditorsl. Lippincott-Raven, 1996.)

paramiksovirus dapat terlibat di dalam peran 5). Inklusi diyakini menggambarkan tempat sintesis virus
pembentukan atau fungsional, meninggalkan kesempatan dan ditemukan me ngandung protein virus dan
yang kecil untuk subtitusi yang secara jelas tidak akan nukleokapsid yang dapat dikenali. Virus campak juga
menghilangkan viabilitas virus. menghasilkan inklusi intranukleus (Gambar 40-5)

C. MATURASI INFEKSI VIRUS PARAINFLUENZA


Virus matang dengan membentuk tonjolan dari Virus parainfluenza terdapat di mana-mana dan
permukaan sel. Nukleokapsid progeni terbentuk di dalam menyebabkan penyakit pernapasan yang umum pada
sitoplasma dan bermigrasi ke permukaan sel. Mereka semua kelompok usia. Mereka merupakan patogen utama
ditarik ke suatu tempat di membran plasma yang pada penyakit saluran pernapasan berat pada bayi dan
bertaburan duri giikoprotein HN dan F,, virus. Protein anak kecil. Hanya virus sinsitium respirasi yang
M penting untuk
pembentukan partikel, mungkin menyebabkan lebih banyak kasus penyakit pernapasan
membentuk hubungan anrara selubung virus dan yang berat pada anak. Reinfeksi oleh virus parainfluenza
nukleokapsid. Saat penonjolan, sebagian besar protein sering terjadi.
pejamu dikeluarkan dari membran.
Aktivitas neuraminidase protein HN virus parainfluenza Patogenesis & Patologi
dan virus gondong tampaknya berfungsi untuk mencegah
agregasi sendiri oleh partikel virus. Paramiksovirus lain Replikasi virus parainfluenza pada pejamu yang
tidak mempunyai aktivitas neuraminidase (Tabel 40-2). imunokompeten agaknya terbatas pada epitel perrlapasan.
Jika terdapat protease sel pejamu yang sesuai, protein
Viremia, jika terjadi, jarang ditemukan. Infeksi dapat
F0 di dalam membran plasma akan diaktivasi oleh hanya melibatkan hidung dan tenggorok, menimbulkan
pembelahan. Protein fusi yang teraktivasi kemudian akan sindrom "selesma" yang tidak berbahaya. Namun, infeksi
menimbulkan fusi membran sel di sekitarnya, dan dapat lebih ekstensif dan, khususnya pada tipe 1 dan 2,
menghasilkan pembentukan sinsitium yang besar dapat mengenai laring dan trakea bagian atas,
(Gambar 40-5). Pembentukan sinsitium adalah respons menimbulkan crou? (laringotrakeobronkitis) .
Croup
yang umum terhadap infeksi paramiksovirus. Inklusi ditandai oleh obstruksi pernapasan akibat pembengkakan
sitoplasma asidofili secara teratur dibentuk (Gambar 40- laring dan struktur di sekitarnya. Infeksi dapat menyebar
PARAMIKSOVIRUS DAN VIRUS RUBELA I 565

Genom (-)
Sf9trlflt +
Irranst<riosi
Antigenom (+)
SflSffliUl .ffa cenom c)
ff*"0,,*"., %
*ffi Virion progeni
Genom (-)

tt
""d. YE [P 5 !

lnsersi protein selubung


ke dalam membran plasma

Gambar 4O-4. Siklus replikasi paramiksovirus yang khas. (Dladaptasi dari Lamb RA, Kolakofsky D: Paramyxoviridae:The viruses and
their replication. Dalam: Fre/ds Virology, ed. 3. Fields BN et al leditorsl. Lippincott-Raven, 1996.)

Iebih dalam pada trakea bagian bawah dan bronkus, pembelahan oleh protease yang berbeda, produksi suatu
menimbulkan pneumonia dan bronkiolitis, terutama oleh protease yang sesuai dengan sel pejamu, starus imun
tipe 3, tetapi dengan frekuensi yang lebih rendah daripada pasien, dan hipereaktivitas jalan napas.
yang diamati pada virus sinsitium respirasi. Produksi antibodi IgE spesifik virus pada infeksi
Durasi pelepasan virus parainfluenza adalah sekitar 1 primer berkaitan dengan tingkat keparahan penyakit.
minggu setelah awitan penyakit; beberapa anak dapat Mekanismenya dapat meliputi pelepasan mediator
mengekskresikan virus beberapa hari sebelum timbul inflamasi yang mengubah.fungsi jalan napas.
penyakit. Tipe 3 dapat dikeluarkan hingga 4 minggu
setelah awitan penyakit primer. Pelepasan persisten dari Temuan Klinis
anak kecil memfasilitasi penyebaran infeksi. Pelepasan Kepentingan relatif virus parainfluenza sebagai penyebab
virus yang Iama dapat terjadi pada anak dengan gangguan penyakit pernapasan pada berbagai kelompok usia
fungsi imun dan pada orang dewasa dengan penyakit paru diperlihatkan dalam Tabel 30-4.
kronik. Infeksi primer pada anak kecil biasanya menimbulkan
Faktor-faktor yang menentukan keparahan penyakit rinitis dan faringitis, sering disertai demam dan bronkitis
virus parainfluenza tidak jelas tetapi meliputi sifat virus ringan. Namun, anak dengan infeksi primer yang
dan pejamu, seperti kerentanan protein terhadap disebabkan oleh virus parainfluenza ttpe 1, 2, atau 3 dapat
566 BAB 40

I 4*ff..;:
&ffi
..'
G
i,-". ,::!t,"

trffi
mF
- qr:
r:
B"
qs*:;
*;iilli
x{&:
€ *n""-
.e
..'
-#

il',:&:. .
,4*ff '

B&

*a

Gambar 40-5. Pembentukan sinsitium yang dipicu oleh paramiksovirus. A: Virus sinsitium respirasi di dalam sel
MA104 (tidak diw,arnai, 100 x)" Sinsitium (panah) terbentuk dari fusi membran plasma; nukleus terakumulasi di
tengah. B: Virus sinsitium respirasi di dalam sel HEp-2 (pewarnaan H&E, 400 x). Sinsitium mengandung banyak inti dan
inklusi sitoplasma asidofili (panah). C: Virus campak cii daiam se! ginjal manusia (pewarnaan H&E, 30 x). Sinsitium yang
sangat besar mengandung ratusan nukleus. D: Virus campak di dalam sel ginjal manusia (pewarnaan H&E,400 x). Sel
raksasa multinukleus mengandung inklusi nuklear asicjofilik (panah vertikal) dan inklusi sitoplasma (panah horizontal).
(5umbangan I Jack; diproduksi ulang dari Whlte DO, Fenner. FJ: lvledical Vrro ogy, ed. 3. Academrc Press, 1986.)

mengalami penyakit berat, berkisar dari laringotrakeitis Virus penyakit Newcastle adalal'r paramiksovi rtr.s avian
dan ooup (terutama oleh tipe I dan 2) hingga bronkiolitis yang menimbuikan pneumoensefalitis pada ayam muda
dan pneumonia (khususnya oleh tipe 3). Penyakit berat dan "influenza" pada br-rrung yang lebih tua. Pada manusia,
yang disebabkan oleh tipe 3 terutama terjadi pada bayi virus ini dapat menimbulkan inflamasi konjungtiva.
berusia di bawah 6 bulan; crouP atau laringotrakeobronkjtis Pemuiihan sempurna terjadi dalam 10-14 hari. Inleksi pada
lebih sering pada anak yang lebih besai, usia anrara 6 manusia merupakan penyakit akibat kerja yang hanya
bulan dan 18 bulan. Lebih dari satu setengah infeksi arval ditemukan pada pekerja yang merawat burung terinfeksi.
virus parainfluenza tipe 1-3 menimbulkan pe nyakit
demam. Diperkirakan hanya 2-3o/o berkembang menjadi lmunitas
croup. Yirus parainfluenza tipe 4 tidak menyebabkan
penyakit berat, bahkan pada infeksi p-ftalrra. Virus parair.rfluenza tipe 1-3 adalah serotipe berbeda yang
Komplikasi infeksi virus parainfluenza yang paiing tidak memiliki netraiisasi silang yang signifikan (Tabel
umum adalah otitis media. 40-2). Semr,ra bayi memiliki antibodi maternal terhadap
Anak-anak dan orang dervasa de ngan itnttno- virr-rs di dalam serum, tetapi antibodi ini tidak mencegah
kompromais rentan terhadap infeksi l"erar. Angka infeksi atau penyakit. Re in{'eksi pada anak vang lebih
mortalitas infeksi parainfluenza pada resrpien transpiantasi besar dan orang dewasa juga terjadi dengan adanya
sumsum tulang berki.sar dari 109/o hingga 20%. antibodi yang dihasilkan olel-r infeksi sebelumnya. Namun,
PARAMIKSOVIRUS DAN VIRUS RUBELA 567

antibodi tersebut memodifikasi penyakit, misalnya dengan imunofloresensi menggunakan antibodi


reinfeksi biasanya hanya timbul sebagai infeksi saluran monoklonal. Jika diinginkan, kurnpulan antibodi terhadap
napas atas tanpa demam (cold). berbagai virus pernapasan dapat digunakan, diikuti oleh
Infelai alamiah merangsang muncuinya antibodi IgA pencocokan sampel positif spesifik dengan antibodi
di dalam sekresi nasal dan secara bersamaan terjadi individu.
resistansi terhadap reinfeksi. Anribodi IgA sekretoris Virus parainfluenza tumbuh lambat dan sangat sedikit
paling penting untuk menimbulkan proteksi terhadap menimbulkan efek sitopatik. Cara lain untuk mendetelai
reinfeksi tetapi hilang dalam beberapa bulan. Reinfeksi adanya virus adalah dengan melakukan hemadsorpsi
sering terjadi bahkan pada orang dewasa. menggunakan eritrosit hamster. Tergantung pada jumlah
Antibodi serum dibuat untuk protein permukaan HN virus, diperlukan inkubasi selama 10 hari atau lebih
dan F virus, tetapi peran relatifnya dalam menentukan sebelum kultur menjadi hemadsorpsi positif.
resistansi tidak diketahui. Ketika reinfeksi terjadi
berturut-turut, respons antibodi menjadi kurang spesifik C, SERoLoGI
karena penentu antigen yang sama antara virus
Serodiagnosis harus berdasarkan serum yang ber-
parainfluenza dan virus gondong. Hal ini menimbuikan
pasangan. Respons antibodi dapat diukur dengan
kesulitan untuk mendiagr.rosis paramiksovirus spesifik
menggunakan uji Nt, FII, atau ELISA. Peningkatan titer
yang menyebabkan infeksi tertenru mcnggunakan
empat kali lipat menandakan adat.rya infeksi oleh virus
pemeriksaan serologi.
parainfluenza, sama seperti munculnya antibodi IgM
spesifik. Namun, karena masalah antigen yang sama, tipe
Diagnosis Laboratorium spesifik virus yang terlibat tidak dapat dipastikan.
Respons imun terhadap infeksi awal virus parainfluenza
dalam kehidupan adalah bersifat spesifik tipe. Namun, D. DETEKSI AsAM NUKLEAT
karena reinfeksi, respons ini menjadi kurang spesifik,
Pemeriksaan PCR tidak umum digunakan pada saat ini
dan reaksi silang meluas bahkan kepada virus gondong.
karena sulitnya mendeteksi RNA pada sekret pernapasan.
Metode deteksi antigen berguna untuk diagnosis cepar.
Analisa sekuens berguna pada penelitian epidemiologi
Diagnosis definitif berdasarkan isolasi virus dari spesimen
molekular infeksi virus parainfluenza.
yang sesuai.

Epidemiologi
A. DETEKSI ANTIGEN
Virus parainfluenza hanya menduduki peringkat kedua
Identifikasi langsung antigen virus di dalam spesimen
sebagai penyebab penyakit saluran napas bawah pada anak
umum dilakukan. Antigen dapat terdeteksi di dalam sel
kecil setelah virus sinsitium respirasi. Distribusi geografik
nasofaring yang mengalami eksfoliasi dengan uji
virus parainfluenza sangat luas. Tipe 3 adalah yang paling
imunofluoresensi langsung atau ddak langsung. Metode
umum, sekitar dua pertiga bayi terinfeksi seiama tahun
ini cepat tetapi kurang sensitif dibandingkan dengan pertama kehidupannya; semuanya memiliki antibodi
isolasi virus dan harus dikontrol secara cermat. Reagen
terhadap tipe 3 pada usia 2 tahun. Infelai oleh tipe 1 dan
imun yang sangat spesifik sangat penting jika dibutuhkan
2 terjadi pada angka yang lebih rendah, masing-masing
identifi kasi serotipe spesifi k.
mencapai prevalensi sekitar 75o/o dan 600/o pada usia 5
tahun.
B. ISOLASI DAN IDENTIFIKASi VIRUs
Tipe 3 bersifat endemik, dengan beberapa peningkatan
Bilas hidung adalah spesimen yang baik untuk isolasi virus. pada musim semi, sedangkan tipe. 1 dan 2 cenderung
Cairan lavase bronkoalveolar dan jaringan paru juga telah menimbulkan epidemik pada musim gugur atau musim
digunakan. Sel primer ginjal monyet merupakan isolasi dingin, umumnya dengan siklus 2 tahunan.
virus parainfluenza yang paling sensitif, tetapi sel tersebut Reinfeksi umum terjadi pada masa kanak-kanak dan
sulit didapatkan. Garis sel ginjal monyer yang kontinu, pada orang dewasa serta menimbulkan penyakit saluran
LLC-MKr, cocok digunakan sebagai alternatif. Inokulasi napas atas ringan. Dilaporkan bahwa sekitar 670/o anak
sampel yang tepat ke daiam kultur sel penting untuk mengalami reinfelai oleh parainfluenz^ tipe 3 pada tahun
keberhasilan isolasi virus karena infektivitas virus segera ke-2 kehidupannya. Reinfeksi mengharuskan perawatan
menurun jika spesimen klinis disimpan. di rumah sakit pada orang dewasa dengan penyakit paru
Untuk diagnosis cepat, sampel diinokulasi pada sel kronik (misal, asma).
yang tumbuh pada penutup selubung vial dan disentrifugasi Virus parainfluenza ditransmisikan melalui kontak
(30 menit pada700 x g), dan kultur diinkubasi. Duapuluh langsung orang-ke-orang atau melalui droplet aerosol yang
empat hingga 72 iam selanjutnya, sel difiksasi dan diuji besar. Tipe 1 ditemukan dari sampel udara yang
s68 BAB 40

dikumpulkan di sekitar pasien yang terinfeksi. Infeksi 3 minggu pada bayi dan anak kecil, sedangkan orang
dapat terjadi melalui hidung dan mata. dewasa hanya l-2 hari. Titer virus yang tinggi terdapat di
Virus parainfluenza biasanya masuk ke dalam suatu dalam sekret saluran napas anak kecil. Ukuran inokulasi
kelompok oleh anak usia prasekolah dan kemudian merupakan faktor penentu pentingnya keberhasilan infeksi
menyebar dengan mudah dari individu ke individu. Masa pada orang dewasa (mungkin juga pada anak).
inkubasi tampaknya adalah 5-6 hari. Virus tipe 3 terutama Sistem imun yang baik tampaknya Penting untuk
secara umum akan menimbulkan infeksi pada semua memulihkan infeksi, karena pasien dengan gangguan
individu yang rentan di dalam populasi yang agak tertutup' imunitas selular dapat mengalami infeksi virus sinsitium
seperti keiuarga dan tempat perawatan, dalam waktu respirasi yang menetap dan melepaskan virus selama
singkat. Virus parainfluenza merupakan penyebab masalah berbulan-bu1an.
infeksi nosokomial bangsal perawatan anak di rumah Walaupun jaian napas bayi yang sangat muda sempit
sakit. Situasi berisiko tinggi lain di antaranya adalah pusat dan lebih mudah tersumbat oleh inflamasi dan edema,
perawatan harian dan sekoiah. tidak diketahui mengapa hanya sebagian bayi kecil yang
mengalami penyakit virus sinsitium respirasi berat.
Kemungkinan keterlibatan resPons imun pada
Pengobatan & Pencegahan patogenesis bcberapa gejala pernapasan virus sinsitium
Pcncegahan isolasi kontak diperlukan unruk mcngarasi iespirasi, terutama bronkiolitis, telah menjadi subjek
wabah nosokomial virus parainfluenza. Pencegahan ini spekulasi selama bertahun-tahun. Pada akhir tahun 1960,
berupa pembatasan pengunjung, isolasi pasien yang diuji vaksin eksperimentai virus sinsitium respirasi yang
terinfeksi, serta penggunaan baju pengaman dan diinaktivasi oleh formalin. Resipien mengalami
pencucian tangan oleh pegawai medis. peningkatan titer antibodi serum, tetapi ketika anak yang
Obat antivirus ribavirin telah digunakan dan telah diimunisasi mengalami infeksi oleh tipe liar virus
memberikan beberapa manfaat dalam pengobatan pasien sinsitium respirasi, mereka menderita penyakit saluran
dengan penyakit saluran pernapasan bawah imuno- napas bawah yang jauh lebih berat daripada pasien pada
kompromais. kelompok l<ontrol.
Subunit vaksin dan vaksin virus tipe 3 hidup yang
dilemahkan yang diberikan secara inuanasal sedang dalam Temuan Klinis
pengujian.
Spektrum penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus
sinsitiurn respirasi berki.sar dari infbksi yang tidak terlihat
INFEKSI VIRUS SINSITIUM RESPIRASI atau selesma hingga pneumonia pada bayi sampai
Virus sinsitium respirasi adalah penyebab terpenting bronkiolitis pada bayi yang sangat muda' Bronkiolitis
penyakit saluran napas bawah pada bayi dan anak kecil, adalah sindrom klinis yang berbeda yang disebabkan oleh
biasanya melebihi semua patogen mikrobial lain sebagai virus ini. Sekitar sepertiga infeksi primer virus sinsitium
penyebab bronkiolitis dan pneumonia pada bayi yang respirasi mengenai saluran napas bawah yang cukup berat
berusia kurang dari 1 tahun. Diperkirakan sebagai sehingga membutuhkan perhatian medis. Anak dapat
penyebab sekiar 25o/o anak di rawat di rumah sakit akibat nrengalami mengi. Hampir 2o/o bayi yang terinfeksi
penyakit pernapasan. memerlukan perawatan di rumah sakit dengan puncak
kejadian pada usia 2 bulan.
Perkembangan gejala dapat sangat cepat, menimbulkan
Patogenesis & Patologi kematian. Dengan tersedianya perawatan intensif pediatri
Replikasi virus sinsitium respirasi mula-rnula terjadi di yang modern, angka mortalitas pada bayi normal rendah
dalam sel epitel nasofaring. Virus dapat menyebar ke (s.Litar lo/o dari pasien yang dirawat). Akan tetapi, bila
saluran napas bawah dan menimbulkan bronkiolitis serta infeksi virus sinsitium respirasi mernperberat penyakit
pneumonia. Terjadi migrasi limfosit, menyebabkan yang telah ada, seperti penyakit jantung kongenital, angka
infiltrasi peribronkiolar; edema jaringan submukosa; dan mortalitasnya dapat tinggi.
sumbatan yang terdiri dari mukus, debris seiular, dan Reinfeksi sering terjadi pada anak dan orang dewasa.
fibrin yang menyumbat bronkiolus yang lebih kecil. Meskipun reinfeksi cenderung simtomatik, penyakit ini
Antigen virus dapat dideteksi di saluran napas atas dan biasanya terbatas pada saluran naPas atas, menyerupai
di dalam sel epitel yang teriepas dalam sumbatan, tetapi demam, pada individu yang sehat.
jarang terdeteksi di bronkiolus kecil. Jika ada, viremia Infeksi virus sinsitium respirasi menyebabkan sekitar
jarang terjadi. sepertiga infeksi PernaPasan pada pasien transplantasi
Masa inkubasi antara pajanan dan awitan penyakit sumsum tulang. Pneumonia terjadi pada sekitar setengah
adalah 3-5 hari. Pelepasan virus dapar menetap selama 1- iurnlah anak dan orang dewasa dengan imunokompromais
PARAMIKSOVIRUS DAN VIRUS RUBELA s69

yang terinfeksi, terutama jika infeksi terjadi pada awal Terdapat hubungan antara antibodi IgE spesifik-virus
masa transplantasi. Angka mortalitas yang dilaporkan dan tingkat keparahan penyakit. Antibodi IgE sekretoris
berkisar dari 20o/o hingga 80%. virus berkaitan dengan terjadinya bronkiolitis.
Infeksi pada orang tua dapat menimbulkan gejalayang Jelas bahwa imunitas hanya efektif sebagian dan sering
menyerupai penyakit virus influenza. Pneumonia dapat mengatasi penyakit pada kondisi alamiah; reinfeksi sering
terjadi. Perkiraan prevalensi angka infeksi virus sinsitium terjadi, tetapi tingkat keparahan penyakit yang timbul
respirasi pada fasilitas perawatan jangka panjang berkurang.
mencakup tingkat infel.<si sebesar 5-70o/o, pneumonia pada
1A-20% pasien yang terinfeksi, dan angka mortalitas 2- Diagnosis Laboratorium
5o/o.
Isolasi virus. dan deteksi antigen virus di dalan-r sekret
Anak yang menderita bronkiolitis dan pneumonia yang
pernapasan adaiah prosedur pilih"n untuk mendiagnosis
disebabkan oleh virus sinsitium respirasi, seperti pada
infeksi virus sinsitium respirasi. Virus sinsitium respirasi
bayi, sering menunjukkan episode penyakit mengi berbeda dengan paramiksovirus lain karena tidak
berulang selama beberapa tahun. Namun, tidak terlihat
memiliki hemaglutinin; dengan demikian, metode
hubungan sebab akibat antara infeksi virus sinsitium
diagnosis tidak dapat menggunakan pemeriksaan
respirasi dan abnormalitas jangka panjang. Mungkin
hemaglutinasi dan hemadsorpsi.
individu tersebut memiliki laiar belakang gambaran
fisiologis yang menimbulkan predisposisi terhadap infeksi
A. DETEKSI ANTIGEN
berat virus sinsitium respirasi serta penyakit saluran napas
reaktif. Identifikasi antigen virus secara langsung pada sampel
Virus sinsitium respirasi adalah penyebab penting kiinis bersifat cepat dan sensitif. Imunofluoresensi pada
otitis media. Diperkirakan bahs'a 30-500/o episode musim sel yang mengalami eksfoliasi atau ELISA pada sekret
dingin pada anak dapat terjadi akibat infeksi virus nasofaring umum digunakan. Bilas hidung atau aspirat
nasal merupakan sumber virus yang baik. Virus dalam
sinsitium respirasi.
jumlah yang banyak terdapat di dalam bilas hidung dari
anak kecil (103-108 unit pembentuk plak PFU pe r
lmunitas mililiter), tetapi lebih sedikit yang terdaPat pada spesimen
Kadar antibodi penetral yang tinggi yaitu antibodi yang dari orang dewasa (<100 PFU/mL). Perangkat ELISA
berguna untuk diagnosis cepat yang diinginkan karena
ditransmisikan secara maternai dan terdapat seiama
beberapa buian pertama kehidupan diduga penting dalam
tersedia pengobatan antivirus.
imunitas protektif terhadap penyakit saluran napas bawah.
Penyakit pernapasan sinsitium mulai timbul pada bayi
B. IsoLAsI DAN IDENTIFIKASI VIRUS

berusia 2-4 bulan ketika kadar antibodi maternal Virus sinsitium respirasi dapat diisolasi dari sekret nasal.
menurun. Angka insiden kadar protelsi antibodi penetral Virus ini sangat labil. Sampel harus segera diinokulasi
serum (> l:512) yang dilaporkan bervariasi dari 74o/o pada kultur sel; pembekuan spesimen klinis dapat
hingga 55%. Namun, infeksi primer dan reinfeksi dapat menimbulkan kehilangan infektivitas total.
terjadi bila terdapat antibodi virus. Antibodi penetral Jenis sel heteroploid manusia HeLa dan HEp-2 adalah
serum tampaknya memiliki korelasi kuat dengan imunitas isolasi virus yang paling sensitif. Adanya virus sinsitium
terhadap penyakit saluran napas bawah tetapi tidak respirasi biasanya dapat dikenali dengan pembentukkan
dengan penyakit saluran napas atas. sel raksasa dan syncytium pada biakan yang diinokulasi
Virus sinsitium respirasi bukan merupakan pemicu (Gambar 40-5). Dibutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk
interferon yang efektif--berlawanan dengan infeksi virus memperlihatkan efek sitopatik. Diagnosis definitif dapat
influenza dan parainfluenza, yang kadar interferonnya ditegakkan dengan mendeteksi antigen virus di dalam sel
tinggi dan berhubungan dengan pemusnahan virus. yang terinfeksi dengan menggunakan antiserum tert€ntu
Antibodi serum dan sekretoris dibentuk sebagai dan uji imunofluoresensi. Isolasi virus sinsitium respirasi
respons terhadap infeksi virus sinsitium respirasi. Infeksi yang lebih cepat dapat dicapai dengan inokulasi yang
primer oleh. satu subgrup memicu reaktivitas silang diperkuat pemutaran pada vial vang mengandung kultur
antibodi terhadap virus subgrup iain (Thbel 40-2). Bayi jaringan yang tumbuh pada penutuPnya. Sel dapat
yang iebih muda memiliki respons antibodi sekretoris diperiksa 24-48 jam kemudian menggunakan imuno-
IgG dan IgA yang lebih rendah terhadap virus sinsitium fluoresensi.
respirasi daripada bayi yang lebih tua. Tidak jelas apakah Deteksi virus sinsitium respirasi sangat membuktikan
IgA sekretoris di dalam sekret hidung terlibat dalam bahwa virus mengakibatkan penyakit yang sedang terjadi
proteksi terhadap reinfeksi. Imunitas selular per'rting pada karena hampir tidak pernah ditemukan pada indivdu yang
pemulihan dari infeksi. sehat.
570 BAB 40

C. SERoLoGI Pengobatan & Pencegahan


Antibodi serum dapat diperiksa dengan berbagai cara- Pengobatan infeksi virus sinsitium respirasi terutama
imunofluoresensi, E,LISA, dan uji Nt digunakan bergantung pada perawatan penunjang (misalnya,
s.emuanya. Pengukuran antibodi serum penting untuk pembersihan sekret, pemberian oksigen). Obat antivirus
studi epidemiologi tetapi hanya sedikit berperan dalam ribavirin digunakan untuk pengobatan penyakit saluran
penentuan keputusan klinis. napas bawah yang disebabkan oleh virus sinsitium
respirasi, terutama pada bayi yang berisiko tinggi men-
D. DETEKSI AsAM NUKLEAT derita penyakit berat. Obat tersebut diberikan dalam ben-
Pemeriksaan PCR bermanfaat untuk menenrukan subtipe
tuk aerosol selama 3-6 hari. Ribavirin oral tidak berguna.
isolat virus sinsitium respirasi dan untuk analisis variasi Imunoglobulin dengan titer antibodi yang tinggi
genetik pada wabah. terhadap virus sinsitium respirasi sedikit memberikan
manfaat. Antibodi monoklonal antivirus yang diberikan
kepada rnanusia sedang dikembangkan.
Epidemiologi Banyak usaha penelitian telah dilakukan sebagai upaya
Virus sinsitium respirasi tersebar di seluruh dunia dan untuk mengembangkan vaksin virus sinsitium respirasi.
dianggap s'ebagai patogen utami saluran napas pada anak.
Penyakit dipicu valsin yang terjadi pada tahun 1950-an
Sekitar 70o/o 6ayi terinfeksi pada usia 1 tahun dan hampir setelah imunisasi dengan vaksin virus sinsitium respirasi
semua terinfeksi pada usia 2 tahun. Bronkiolitis atau yang diinaktivasi menghalangi pengembangan vaksin
pneumonia berat paling sering terjadi pada bayi berusia karena dasar efek samping tetap tidak diketahui. Usaha
antara 6 minggu dan 6 bulan dengan puncak insiden pada untuk mengembangkan vaksin virus hidup yang
usia 2 bulan. Virus dapat diisolasi dari sebagian besar dilemahkan belum berhasil.
bayi berusia kurang dari 6 bulan yang menderita Virus sinsitium respirasi menempati masalah khusus
bronkiolitis, tetapi hampir tidak pernah diisolasi dari dalam pengembangan vaksin. Kelompok target, neonatus,
bayi yang sehat. Infeksi subgrup A tampaknya harus diimunisasi segera seteiah lahir untuk memberikan
menyebabkan penyakit yang lebih berat daripada infeksi protelsi pada saat risiko infeksi virus sinsitium respirasi
subgrup B. Virus sinsitium respirasi adalah penyebab adalah yang terbesar, dan sulit untuk menimbulkan
tersering pneumonia virus pada anak berusia kurang dari respons irnun protektif pada usia awal karena terdapat
5 tahun tetapi juga dapat menyebabkan pneumonia pada antibodi maternal. Strategi yang sedang diteliti adaiah
orang tua atau pada individu imur.rokompromais. Infeksi irnunisasi maternal menggunakan vaksin.'lujuannya adalah
virus sinsitium respirasi pada bayi yang lebih tua dan anak untuk memastikan transfer andbodi penetral spesifik virus
menimbulkan infeksi saluran napas yang lebih ringan dengan kadar proteksi kepada bayi yang dapat bertahan
daripada infeksi pada bayi yang berusia kurang dari 6 selama 3-5 bulan, periode bayi yang paling rentan
bulan. terhadap penyakit virus sinsitium respirasi yang berat.
Virus sinsitium respirasi tersebar melalui droplets yang Upaya pengendalian yang diperlukan ketika saat
besar dan kontak langsung. tValaupun sangar labil, virus
terjadinya wabah nosokomial sama dengan yang telah
ini dapat bertahan pada permukaan lingkungan hingga 6 dijelaskan sebelumnya untuk virus parainfluenza (isolasi
jam. Pintu masuk utama ke dalam pe.jamu adaiah melalui kontak, mencuci tangan, dan pembatasan pengunjung).
hidung dan mata.
Reinfeksi sering terjadi (meskipun terdapat antibodi INFEKSI METAPNEUMOVIRUS
spesifik), tetapi gejala yang ditimbulkan berupa gejala MANUSIA
infelai saluran napas atas ringan (col$. Pada keluarga dengan
kasus inf'eksi pernapasan sinsitium yang dikenali, penye- Metapneumovirus manusia adalah patogen pernapasan
baran virus ke saudara dan orang dewasa sering terjadi. yang pertama kali ditemukan pada tahun 2001 (Tabel
Virus sinsitium respirasi tersebar luas pada anak setiap 4A-2). Virus ini dideteksi dengan menggunakan
tahun pada musim dingin. Meskipun virus menetap pendekatan molekular PCR pada sampel klinis dari anak
sepan.jang musim dingin, wabah cenderung l'rlemuncak dengan penyakit pernapasan tetapi dengan hasil uji virus
pada bulan Februari atau Maret di bumi bagian Selatan. yang negatif. Virus ini tampaknya tesebar luas dengan
Di daerah tropis, epidemi virus sinsitium respirasi dapat seroprevalensi 100% pada dewasa muda dan orang yang
terjadi secara bersamaan dengan musim hujan. lebih tua. Metapneumovirus manusia dapat menyebabkan
Virus sinsitium respirasi menyebabkan infeksi kisaran penyakit pernapasan yang luas dari gejala saluran
nosokomial pada ruang perawatan dan pada bangsal anak napas atas yang ringan hingga penyakit saluran napas
di rumah sakit. Penularan terutama terjadi melalui staf bawah yang berat. Secara umum, geja.lanya mirip dengan
pekerja rumah sakit. penyakit yang disebabkan oleh virus sinsitium respirasi.
PARAII4IKSOVIRUS DAN VIRUS RUBELA 571

INFEKSI VIRUS GONDONG inflamasi kelenjar liur, tetapi hingga setengah jumlah
pasien tidak akan menunjukkan tanda klinis Parotitis.
Gondong adalah penyakit menular akut yang ditandai Meningitis dilaporkan pada hingga 1570 kasus dan
dengan pembesaran nonsupuratif salah satu atau kcdua ensefaiitis pada kurang dari 0,3o/o. Kasus meningitis dan
kelenjar liur. Virus gondong terutanla menyebabkan meningoensefalitis gondong biasanya pulih tanpa sekuela,
penyakit kanak-kanak yang ringan, tetaPi Pada orang meskipun tuli unilateral terjadi pada sekitar 5:i00'000
dewasa, komplikasi yang meliputi meningitis dan orkitis kasus. Angka mortalitas ensefalitis gondong sekitar 170.
umum terjadi. Lebih dari se Pertiga se luruh infeksi 'lestis dan ovarium dapat terkena, tertutama setelah
gondong bersifat asimtomatik. pubertas. Duapuluh hingga J0 persen laki-laki yang
terinfeksi virus gondong mengalami orkitis (umumnya
Patogenesis & Patologi unilaterai). Karena kurangnya elastisitas tunika albuginea,
Manusia adalah satr-r-satunya pejamu alamiah untuk virus
yang tidak memungkinkan pembengkakan testis yang
mengalami inflamasi, komplikasinya adalah nyeri yang
gondong. Replikasi primer terjadi pada sel epitel hidung
sangat hebat. Atrofi testis daPat terjadi akibat nekrosis
atau saluran napas atas. Viremia kemudian menyebarkan
virus ke kele niar liur dan sistem organ utanra lait.t.
tekanan, tetapi hanya sedikit yang mengakibatkan
Keterlibatan kelenjar parotis bul<ari rnerupakan tahap steriiitas. Oofcrritis gondong terjadi pada sekitar 57o
1tolo kasus'
perernplran. Pankreatitis dilaporkan pada sekitar
wa.jib dalam proses infeksius.
Masa inkubasi dapat berkisar dari 2 minggu hingga 1t

minggu tetapi khasnya.sekitar l6-18 hrri. Virus lmunitas


ditemukan di dalarn saliva dari sekitar 2 hari sebelum imunitas bersifat permanen seteiah inleksi tunggal. Hanya
hingga t hari setelah awitan pembengkakan kelenjar liur. ada satu tipe antigen virus gondong, dan tidak menLln-
Sekitar sepertiga individu yang terinfeksi tidak jukkan varia.si antigen yang bermakna (Tabel 40-2).
menunjukkan gelala yang ryata (infeksi yang tidak terlihat) Antibodi terhadap glikoprotein HN (antigen V),
tetapi dapat menularkan infeksi. Sulit untuk mengen- giikoprotein F, dan protein nukleokapsid internal (andgen
dalikan transmisi gondong karena masa inkubasi yang 5; t..d^p", di dalam serum setelah infeksi alamiah'
bervariasi, adanya virus di dalam saliva sebehlm mr-tncul Antibodi terhadap antigen S muncul Pertama \<ali (3-7
gejala klinis, dan banyaknya jumlah kasus infeksius yrng hari setelah awitan gejala ldinis) tetapi bersifat sementara
asimromatik. dan biasanya hilang dalam 6 bulan. Antibodi terhadan
Gondong adalah penyakit virus sistemik denean antigen V terbentuk Iebih lambat (sekitar 4 minggu setelah
kecenderungan bereplikasi pada sel epitel berbagai organ arvitan), tetapi menetap selama bertahun-tahun.
dalam. Virus sering menginfeksi ginjal dan dapat clideteksi Antibodi terhadap antigen HN sangat berhubungan
di dalam urin sebagian besar pasien. Viruria dapat dengan iritunitas. Bahkan infeksi subklinis dipikirkan
menetap hingga l4 hari setelah awitan gejala klinis. membentuk kekebalan seurnur hidup. Re'spons imun
Susunan saraf pusat. juga sering terinfeksi dan dapat seiuiar juea terbentuk. Interfeion dipicu pada awd infeksi
terlibat walaupun tidak terjadi parotitis. g..rndong. Pada individu yang imun, antibodi IgA yang
Jisekresi cii nasofaring urenunjukkan al<tivitas netralisisasi.
Temuan Klinis Kekebalan pasif ditransrnisi dari ibrr kcpada
keturunannya; karena itu, jarang diternukan gor-rdong
Gambaran klinis gondong inencerminkan patogenesis
pada bairi berusia kurang dari 6 bulan.
infeksi. Paling tidak sepertiga dari semua infelai gondong
adalah subklinis, meliputi mayoritas inf'eksi pada anak
berusia kurang dari 2 tahun. Gambaran kasus simtomatik Diagnosis Laboratorium
yang paling khas adalah pembengkakan kelenjar liur yang Pemeriksaan laboratorium ridak rutin digunakan untuk
ter.jadi pada sekitar 507o pasien. menegakkan diagnosis kasus yang khas. Naraun, gondong
Periode prodromal malaise dan anoreksia diil<uti oieh kadang-kadang dap-,at clisaiahartikan dengan pembesaran
pembesaran kelenjar parotis dar.r kelenjar liur lain dengan p..oti. sensitivitas obat, turnor, d11' Pada
cepat. Pembengkakan dapat terbatas pada satu kelenjar -k"rl,, akibat supurasi,
,"np. parotitis (khususnya pada meningitis aseptik),
parotis atau satu kelenjar dapat membesar beberapa hari laboratoiir.rm dapat membantu dalam menegakkan
sebelum kelenjar lain. Pembesaran kelenjar menimbulkan diagnosis.
nyeri.
Keterlibatan susunan saraf pusat umum terjadi (10- A. IsoLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS
30% kasus). Gondong menyebalrkan meningitis aseirtik
dan lebih sering terjadi pada iaki-laki riaripada percmPuan. Sarnpel klinis yang paling sesuai untuk isolasi virus adalah
Meningoensefaiiti.s biasanva teriadi 5-7 h,tri setelah sali,ra, cair,rn serebrospinai, dan r-rriue yang diambil dalam
572 BAB 40

beberapa hari setelah timbulnya penyakit. Virus dapat kontak yang lebih erat dibutuhkan untuk penularan
ditemukan dalam urine sampai dengan 2 minggu. gondong daripada penularan campak atau varisela.
Sel ginjal monyet disukai untuk isolasi virus. Sampel Sekitar sepertiga .fumlah infeksi oleh virus gondong
harus diinokulasi segera setelah diambil karena virus tidak terlihat. Pada masa infeksi yang tidak terlihat, pasien
gondong bersifat termolabil. Unruk diagnosis cepat, dapat menularkan virus ke orang lain. Individu dengan
imunofluoresensi dengan menggunakan antiserum gondong subklinis mendapatkan kekebalan.
spesifik-gondong dapat mendeteksi anrigen virus gondong Secara keseluruhan, angka mortalitas gondong rendah
hingga 2-3 harr setelah inokulasi biakan sel pada vial (1-3,8 kematian per 10.000 kasus di Amerika Serikat),
kerangka. sebagian besar akibat ensefalitis.
Pada sistem kultur tradisional, efek sitopatik khas pada Insiden gondong dan komplikasi yang ditimbulkan
virus gondong terdiri dari pembentukkan sel bulat dan telah menurun secara bermakna sejak adanya vaksin virus
sel raksasa. Karena tidak semua isolat primer hidup.
menunjukkan karakteristik pembenrukkan sinsitium, tes
hemadsorpsi dapat digunakan untuk menunjukkan
adanya agen hemadsorpsi pada I dan 2 minggu setelah
Pengobatan, Pencegahan, & Kontrol
inokulasi. Suatu isolat dapat dipastikan sebagai virus Tidak ada pengobatan spesifik.
gondong melalui inhibisi hemadsorpsi dengan meng- Imunisasi dengan vaksin virus gondong hidup yang
gunakan antiserum spesifik-gondong. dilemahkan merupakan pendekatan terbaik untuk
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat
B. SERoLoGI gondong. Usaha untuk menurunkan penyebaran virus saat
wabah dengan menggunakan prosedur isoiasi tidak efektif
Peningkatan antibodi dapat dideteksi dengan menggunakan
karena insiden kasus asimtomatik yang tinggi dan derajat
serum berpasangan; peningkatan titer antibodi empat kali
lipat atau lebih, adalah bukti adanya infeksi gondong. perkembangbiakan kuman sebelum muncul gejala klinis.
ELISA atau uji HI umum digunakan. Valain virus hidup dilemahkan, yang efektif dan dibuat
ELISA sangat berguna karena pemeriksaan ini dapat di dalam biakan sel embrio ayam, sudah tersedia. Valain
digunakan untuk mendeteksi antibodi IgM spesifik ini menimbulkan infelai subklinis yang ddak menular.
gondong maupun antibodi IgG spesifik gondong. IgM
Valain gondong tersedia daiam kombinasi dengan vaksin
virus hidup campak dan rubela (MMR). Kombinasi vaksin
gondong muncul secara serenrak pada awal penyakic dan
jarang menetap lebih dari 60 hari. Karena itu, adanya virus hidup membuat antibodi terhadap masing-masing
IgM spesifik-gondong di dalam serum yang diambil pada virus pada sekitar 95% vaksin. Tidak ada peningkatan
awal penyakit sangat menunjukkan infeksi yang baru risiko meningitis aseptik setelah vaksinasi MMR.
terjadi. Antibodi heterotipik yang dipicu oleh infeksi virus
Pada tahun 1967, tahun ketika vaksin gondong
parainfluenza tidak bereaksi silang pada ELISA IgM diizinkan, gerdapat sekirar 200.000 kasus gondong (dan
gondong.
900 pasien dengan ensefalitis) di Amerika Serikat. Pada
tahun 1999 hanya terdapat 387 kasus gondong.
Epidemiologi
Gondong muncul secara endemik di seluruh
dunia. INFEKST V|RUS CAMPAK (RUBEOLA)
Kasus-kasus muncul sepanjang tahun di daerah beriklim Campak adalah penyakit akut y*ng .^ng"t rnenular dan
panas serta memuncak pada musim dingin dan musim ditandai dengan demam, gejala pernapasan, serta ruam
semi di daerah beriklim sedang. Wabah terjadi biia makulopapular. Komplikasi sering terjadi dan dapat
kepadatan membantu penyebaran virus. Gondong menjadi cukup serius. Pemberian vaksin virus-hidup yang
terutama merupakan infeksi pada anak. Penyakit ini efektif telah menurunkan insiden penyakit ini secara
mencapai insiden tertinggi pada anak berusia 5-9 tahun, dramatis di Amerika Serikat, tetapi campak masih
tetapi epidemi dapat terjadi di bangsal tenrara. Pada anak menjadi penyebab utama kematian pada anak kecil di
berusia kurang dari 5 tahun, gondong umumnya dapat banyak negara berkembang.
menyebabkan infeksi saluran napas aras ranpa parotitis.
Gondong sangat menular; individu yang paling rentan
Patogenesis & Patologi
dalam rumah tangga akan mendapatkan infeksi dari
anggota keluarga yang terinfeksi. Virus ditularkan melalui Manusia merupakan satu-satunya pejamu alamiah untuk
kontak langsung, droplets yang tersebar di udara, atau virus campak, meskipun banyak spesies lain, termasuk
peralatan rumah tangga yang terkontaminasi oleh saliva monyer, anjing, dan mencit, dapat terinfeksi secara
atau urine. Masa penularan dari sekitar 2 hari sebelum eksperimental. Perjalanan alamiah infeksi campak
hingga sekitar t hari sesudah muncul gejala. Namun, diperlihatkan pada Gambar 40-6.
PARAMIKSOVIRUS DAN VIRUS RUBELA / 573

n$. $,ifn
Penyakit
o"iJ€IllH W Darah dan tengsorok

Antibodi lgG

1
E.
€o
G
(D

tr T cDB
,Sel

'.\E,o"dirsM lsspEl
Hari ' s4s

#M@ @
-14

Masa inkubasi

Gambar 4O-6. Perjalanan alamiah infeksi campak. Replikasi virus dimulai pada epitel pernapasan dan menyebar ke
makrofag monosit, sel endotel, dan sel epitel di dalam darah, limpa, kelenjar getah bening, paru, timus, hati, dan kulit
serta permukaan mukosa saluran cerna, saluran napas. dan saluran genitourinari. Respons imun spesifikvirus dapat
terdeteksi bila muncul ruam. Pembersihan virus diperkirakan bersamaan dengan menghilangnya ruam. (SPPE,
panensefalitis sklerosing subakut.)

Virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui sel yang terinfeksi virus di dalam pembuluh darah kecil
saluran napas, tempat virus melakukan multiplikasi lokal; dan berlangsung sekitar I minggu. (Pada pasien dengan
kemudian infelai menyebar ke jaringan limfoid regional, gangguan imunitas selular, tidak terjadi ruam).
tempat terjadinya multiplikasi yang lebih lanjut. Viremia Keterlibatan sistem saraf pusat sering terjadi pada
primer menyebarkan virus, yang kemusian bereplikasi campak (Gambar 40-7). Ensefalitis simtomatik terjadi
di dalam sistem retikuloendotelial. Akhirnya, viremia pada sekitar l:1.000 kasus. Oleh karena virus yang
sekunder berkembang biak di permukaan epitel tubuh, infeksius jarang ditemukan di dalam otak, diduga reaksi
termasuk kulit, saluran napas, dan konjungtiva, tempat autoimun adalah mekanisme yang menyebabkan
terjadinya replikasi lokal. Campak dapat bereplikasi di komplikasi ini. Sebaliknya, ensefalitis badan inklusi
dalam limfosit tertentu, yang membantu penyebaran ke campak yang progresif dapat timbul pada pasien dengan
seluruh tubuh. Sel multinukleus raksasa dengan inklusi gangguan imunitas selular. Virus yang aktif bereplikasi
intraselular terlihat di dalam jaringan limfoid di seluruh terdapat di dalam otak umumnya dalam bentuk penyakit
tubuh (kelenjar getah bening, tonsil, dan apendiks). yang faral.
Kejadian yang digambarkan tersebut terjadi pada masa Komplikasi lanjut campak yang jarang adalah
inkubasi, yang khasnya berlangsung selama 8-12 hari panensefalitis sklerosa subakuta. Penyakit yang fatal ini
tetapi dapat berlangsung hingga 3 minggu pada orang muncul bertahun-tahun setelah infeksi awal campak dan
dewasa. disebabkan oleh virus yang menetap di dalam tubuh
Selama fuse prodromal (2-4 hari) dan 2-5 hari pertama setelah infeksi campak akut. Jumlah antigen campak yang
ruam, virus terdapat di dalam air mata, sekret nasal dan banyak terdapat di dalam badan inklusi pada sel otak
tenggorok, urine, serta darah. Ruam makulopapular yang yang terinfeksi, tetapi hanya sedikit partikel virus yang
khas muncul sekitar 14 hari ketika antibodi yang matur. Replikasi virus rusak bila produksi satu atau lebih
bersirkulasi terdeteksi, viremia menghilang, dan demam produk gen virus berkurang, yang sering adalah protein
mereda. Ruam terjadi akibat interaksi sel imun T dengan matriks.
574 BAB 40

l_
lKuaml PIE
f:-llt:l M,BE
lnfeksi NW
W
virus SSPE
I

t
7 14 2B 1 5 10 10 15
L---Y--J
Hari Bulan Tahun

Garnbar 4O-7. Waktu komplikasi neurologis pada campak. PlE, ensefalomielitis pascainfeksi (juga disebut
ensefalomielitis diseminata akut); MIBE, ensefalitis badan inklusi campak; SSPE, panensefalitis sklerosa subakut.
Ensefalitis terjadi pada sekitar satu dari 1000 kasus campak, sedangkan panensefalitis sklerosa subakut merupakan
komplikasi lanjut yang jarang terjadi dan muncul pada sekitar'1 dari 300.000 kasus. (Diadaptasi darl Griffin Dt, Bellini WJ:
Measles virus. Dalam: fields Virology, ed.3. Fields BN et al Ieditors]. Lippincott-Raven, 1996.)

Temuan Klinis di negara berkembang. Komplikasi pulmor.ral menirt-


Infeksi pada pejamu yang tidak kebal hampir selalu bulkan lebih dari 9070 kematian yang disebabl<an oleh
simtomatik. Setelah masa inkubasi sekitar 8-12 hari, campak. Pneumonia terjadi pada 3-75o/o orang dewasa
penyakit campak biasanya berlangsung selama 7 hingga dengan campak, tetapi sebagian besar kasus lebih
il hari (dengan fase prodromal 2-4hari diikuti oleh fase disebabkan oleh virus itu sendiri daripada bakteri.
erupsi 1-8 hari). Kemarian jrrang rcrladi.
Fase prodromal ditandai dengan demam, bersin, Pneumonia sel raksasa adalah kompiikasi yang serius
batuk, hidung berair, mata merah, bercak Koplik, dan pada anak dan orang dewasa dengan defisiensi imunitas
limfopenia. Batuk dan koriza menggambarkan reaksi selular. Komplikasi ini diduga terjadi akibat replikasi virus
inflamasi berat yang mengenai mukosa saluran napas. yang tidak dapat dikendalikan dan memiiiki tingkat
Konjungtir.itis umumnya disertai fotofobia. Bercak [araliras yang ringgi.
Koplik-'patognomonik untuk campak-adalah ulserasi Komplikasi yang mengenai sistem saraf pusat adalah
kecil berwarna putih kebiruan pada mukosa bukal yang komplikasi yang paling serir-rs. Sekitar 5070 anak dengan
berseberangan dengan molar bawah. Bercak ini campak biasa mengalarrri perubahan elektroenselalografi.
mengandung sel raksasa dan antigen virus serta muncul Ensefalitis akut terjadi pada sekitar 1:1000 kasus. Tidak
sekitar 2 hari sebelum ruam. Demam dan batuk meltetap terlihat adanya korelasi antara tingl(at keparahan campak
hingga muncul ruam dan kemudian menghilang dalam dengan munculnya komplikasi neurologis. Ensefalo-
I-2 hari. Ruam, yang dimulai dari kepala dan kemudian mieliti.s pascainfeksi (ensefalitis diseminata akut) adalah
menyebar secara progresif ke dada, badan, dan turun ke penyakit autoimun yang disebabhan oleh resp()ns imun
tungkai, tampak sebagai mal<ulopapula diskret benvarna terhadap protein berbasis mielin. Angka mortalitas pada
merah muda yang bergabung membentuk bercak, menjadi ensefalitis yang terjadi p:rda campak adalah sel<itar 10-
kecoklatan dalam 5-10 hari. Ruam menghilang dengan 20o/o. Mayoritas pasien yang dapat bertahan rnemiliki
mengalami deskuamasi. Gejala paling terlihat ketika ruam sel<uela neurologis.
mencapai puncaknya tetapi segera rnenghilang setelahnya. Panensefalitis sklerosa subakut, komplika'si lanjut
Campak yang terrnodifikasi terjadi pada individu infeksi campak vang jarang, terjadi dengan insiden sekitar
dengan imunitas yang belum senlpurna, misalnya, bayi 1:300.000 kasus. Penyakit dimr.rlai secara tersembunyi
dengan antibodi maternai residuai. Masa inkubasi 5-15 tahun setelah kasus campak; ditandai dengan
memanjang, gejaia prodromal menghilang, bercak Kopiik deteriorasi mental progresif, gerakan involunter, rigiditas
biasanya tidak muncr-rl, dan ruam ringan. otot, dan koma. Komplikasi ini bia.sanva latal dalam 1-3
Komplikasi campak yang paiing Lrmum adalah otitis tahun setelah awitan. Pasien dengan panenseialitis sklerosa
med ie (5-90lo ka"us). subakut rnenunjukkan titer antibodi campak y,rng ringgi
Pneumonia adalah komplikasi campak yang paling di dalam cairan serebrospinal dan serum serra virus
mengancam jiwa, disebabkan oleh infeksi bakterial campak yang rusak di dalam sel otak. Dengan Penggunaan
sekunder. Komplikasi ini terjadi pada kurang dari l0% vaksin campak secara luas, panensefalitis sklerosa subakut
kasus di negara naju tetapi jauh lebih sering \20-80o/o) menjadi lebih jarang.
PARAMIKSOVIRUS DAN VIRUS RUBELA 575

lmunitas serum fase-akut dan fase konvalensi atau terlihatnya


antibodi IgM spesifik campak di dalam spesimen serum
Hanya ada satu tipe antigen virus campak (Tabel 40-2).
tunggal yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah awitan
Infeksi menimbulkan kekebalan seumur hidup. Sebagian
ruam. ELISA, uji HI, dan tes Nt semuanya dapat
besar yang disebut dengan serangan kedua menggambarkan
digunakan untuk mengukur andbodi campak, walaupun
kesalahan diagnosis pada penyakit pertama atau kedua.
ELISA merupakan metode yang paling praktis.
Adanya antibodi humoral menandakan kekebalan.
Ilagian utama respons imun ditujukan untuk melawan
Namun, imunitas selular tampaknya penting untuk nukleoprotein virus. Pasien dengan panensefalitis sklerosa
penyembuhan dan proteksi: Pasien dcngan defisiensi
subakut menunjukkan respons antibodi yang berlebihan,
imunoglobulin sembuh dari campak dan tahan terhadap
dengan titer 10 hingga 100 kali lipat lebih tinggi daripada
reinfeksi, sedangkan pasien dengan defisiensi imunitas
peningkatan titer yang terlihat di dalam serum konvalensi
selular sulit sembuh ketika mendapatkan infeksi campak.
yang khas.
Peran imunitas mukosa pada resistansi terhadap infeksi
tidak jelas.
Respons imun campak terlibat dalam patogenesis Epidemiologi
penyakit. Inflamasi lokal menyebabkan gejala prodromal
Kunci gambaran epidemiologi campak adalah sebagai
dan imunitas seiular spesifik memainkan peran dalam
berikur: Virus ini sangat rnenular, hanya ada satu serotipe'
timbulnya ruam.
tidak ada reservoir binatang, infeksi yang tidak terlihat
Infeksi campak menyebabkan supresi imun--yang jarang terjadi, dan infeksi menimbulkan kekebalan
paling penting pada sistem imun selular-tetapi terlihat
seumur hidup. Prevalensi dan insiden usia penyakit
memengaruhi seluruh komponen. Hal ini merupakan
campak berkaitan dengan kepadatan populasi, faktor
penyebab infelai sekunder yang berat dan dapat menetap
ekonomi dan lingkungan, serta penggunaan vaksin virus
selama beberapa bulan setelah infeksi campak.
hidup yang efektif.
Penularan terutama terjadi melalui rute pernapasan
Diagnosis Laboratorium (meialui inhalasi droplet besar sekret yang terinfeksi).
Campak yang khas dapar didiagnosis berdasarkan latar Alat-alat rumah tangga tampaknya tidak berperan penting
belakang klinis; diagnosis laboratorium nrungkin pada penularan. Pcuularan hematogen transplasental dapat
diperlukan pada kasus campak atipikal atau termodifikasi. terjadi ketika campak timbul pada saat kehamilan.
individu rentan yang terus-menerus ada dibutuhi<an
A. DETEKSI ANTIGEN agar virus tetap ada di dalam komunitas. Uktrran populasi
yang mencapai 500.000 dibutuhkan untuk meinpertahankan
Antigen campak dapat dideteksi Iangsung pada sel epitel
campak sebagai penyakit endemik; pada komuniras yang
dalam sekret respirasi dan urine. Antibodi terhadap
lebih kecil, virus menghilang sampai muncul kembali dari
nukleoprotein bermanfaat kerena merupakan protein virus
luar setelah sejumlah individu yang tidak kebal terkr.rmpul.
yang paling banyak diternukan pada sel yang terinfeksi.
Campak bersifat endemik di seluruh dunia. Secara
umLrm, epidemi kembali terjadi secara regular setiap 2-3
B. IsoLAsI DAN IDENTIFIKASI VIRUs
tahun. Status imunitas suatu populasi merupakan faktor
Apusan nasofaring dan konjungtiva, sampel darah, sekret penenru; penyakit ini akan muncul kembali bila terdapat
pernapasan, serta urine yang diambil dari pasien seiama akurnulasi anak yang rentan. Tingkat keparahan epidemi
masa demam merupakan sumber yang sesuai untuk isolasi merupakan gambaran jumlah individu yang rentan. Ketika
virus. Sel ginjal monyet atau manusia atau jenis sel penyaldt masuk ke dalam komunitas yang terisolasi yang
limfoblast (B95-a) optimal untuk upaya isolasi. Virus bukan merupakan daerah endemik, epidemi timbul secara
campak tumbuh lambau efek sitopatik yang khas (sel cepat dan angka serangan hampir 100%. Semua
raksasa multinukleus yang mengandung badan inklusi kelompok usia mengalami campak secara klinis dau angka
intranuklear dan intrasitoplasmik) terbentuk dalam 7-10 mortalitas dapat mencapai 25o/o.
hari (Gambar 40-5). Uji kultur vial kerang clapat selesai Di ncgara industri, campak terjadi pada anak berusia
dalam 2-3 hari menggunakan pewarnaan antibodi 5 hingga 10 tal'run, sedangkan di lregara berkembar.rg
fluoresens untuk mendeteksi antigen campak pada kultur umumrlya menginfeksi anak yang berusia kurang dari I
yang telah diinokulasi. Namun, isolasi virus sulit secara tahun. Carnpak jarang menyebabkan kematian pada orang
teknik. sehat di negara maju. Namun, pada anak dengan
malnutrisi di negara berkembang yang tidak ter.sedia
C. SERoLoGI
perawatan medis yang adekuat, carnpak merupakan
Pemastian infeksi campak secara serologis bergantung penyebab utama mortalitas bayi. Pada tahun 2000,
pada peningkatan titer antibodi empat kali lipat antara campak menyebabkan sekitar 800.000 kematian-uruian
576 / BAB 40

kelima penyebab mortalitas global pada anak berusia Tampaknya infeksi disebabkan oleh penularan vtrus
kurang dari 5 tahun. Kematian akibat campak terjadi langsung dari babi ke manusia. Virus Hendra-5it25u vi1u5
secara tidak proporsional di Afrika dan Asia Selatan. kuda-telah banyak menyebabkan banyak kematian pada
. Kasus campak terjadi sepanjang tahun di tempat kuda dan satu kematian pada manusia di Australia.
beriklim sedang. Epidemi cenderung terjadi pada akhir Kelelawar buah (flyingfoxr-s) adalah pejamu alami untuk
musim dingin dan awal musim semi. virus Nipah dan virus Hendra. Perubahan ekologi,
termasuk lahan yang digunakan dan penggunaan hewan
Pengobatan, Pencegahan, & Pengendalian ternak, mungkin merupakan alasan munculnya kedua
penyakit menular ini.
Pengobatan vitamin A di negara berkembang telah
menurunkan mortalitas dan morbiditas. Virus campak
secara in uino rentan terhadap inhibisi oleh ribavirin, INFEKSI VIRUS RUBELA
tetapi manfaat klinisnya belum terbukti. (GAMPAK JERMAN)
Vaksin virus campak hidup yang teiah dilemahkan
yang aman dan sangat efektif telah tersedia. Valain campak Rubela (campak jerman; campak 3-hari) adalah penyakit
tersedia dalam bentuk monovalen dan dalam bentuk demam akut yang ditandai dengan ruam dan limfadenopati
kombinasi dengan vaksin rubela hidup yang dilemahkan yang mengenai anak dan dewasa muda. Penyakit ini
(MR) serta vaksin rubela dan vaksin gondong hidup yang merupakan bentuk paling ringan eksantema virus yang
dilemahkan (MMR). Namun, oleh karena kegagalan umum. Namun, infeksi pada awal kehamilan dapat
untuk memvaksinasi anak dan oleh karena kasus menimbulkan abnormalitas yang berat pada fetus,
kegagalan vaksin .iarang ditemui, campak belum dapat termasuk malformasi kongenital dan retardasi mentai.
dihilangkan. Vaksin mengurangi campak yang berasal dari Akibat rubela in utero disebur sebagai sindrom rubela
Amerika Serikat dari kadar pravaksin lebih dari 500.000 kongenital.
kasus setiap tahun menjadi hanya 116 kasus pada tahun
200 1. Klasifikasi
Realai klinis ringan (demam atau ruam ringan) akan
terjadi pada 2-5o/o anak yang divaksinasi, tetapi hanya Virus Rubela, anggota famili Togaviridae, adalah satu-
satunya anggota genus Rubiuirus. Walaupun gambaran
sedikit atau tidak ada ekskresi virus dan tidak terjadi
penularan. Imunosupresi terjadi pada campak, tetapi morfologi dan sifat fisikokimia menemPatkannya di dalam
bersifat sementara dan secara klinis tidak bermakna. Titer
kelompok togavirus, rubela tidak dituiarkan oleh
artropoda. Struktur dan replikasi togavirus dideskripsikan
antibodi cenderung lebih rendah daripada setelah infelai
dalam Bab 38.
alamiah, tetapi kekebalannya mungkin seumur hidup.
Agar lebih jelas, infeksi rubela postnatal dan infeksi
Kontraindikasi valsinasi antara lain adalah kehamilan,
rubela kongenital dibahas secara terpisah.
alergi terhadap telur atau neomisin, imunokompromais
(kecuali akibat infeksi human immunodeficiency uirus),
dan imunoglobulin yang baru saja diberikan. 7. Rubela Postnatal
Penggunaan valain virus campak mati dihentikan pada
tahun 1970, karena beberapa vaksin menjadi tersensitisasi
Patogenesis & Patologi
dan menimbulkan campak atipikal yang berat ketika ]nfeksi pada neonatus, anak, dan orang dewasa terjadi
terinfelai dengan virus liar. melalui mukosa saluran napas atas. Replikasi virus awal
Karantina tidak efektif digunakan sebagai langkah mungkin terjadi di saluran napas, diikuti oleh multiplikasi
pengendalian karena penularan campak terjadi pada fase di dalam kelenjar getah bening servikal. Viremia terjadi
prodromal. setelah 7-9 hari dan berlangsung hingga timbul antibodi
pada sekitar hari l3-15. Pembentukan antibodi
bersamaan dengan munculnya ruam, menunjukkan dasar
INFEKSI VIRUS NIPAH & imunologi untuk ruam. Setelah muncul ruam, virus tetap
VIRUS HENDRA hanya dapat dideteksi di dalam nasofaring, tempat virus
dapat menetap selama beberapa minggu (Gambar 40-8).
Dua paramilaovirus zoonotik yang mewakili genus baru
Pada 20-50o/o kasus, infeksi primer bersifat subklinis'
ditemukan pada akhir tahun 1990 pada wabah penyakit
di Australasia (Tabel 40-2). Wabah ensefalitis berat di
Malaysia pada tahun 1998 dan 1999 disebabkan oleh
Temuan Klinis
virus Nipah. Terdapat angka mortalitas yang tinggi (> Rubela biasanya dimulai dengan maiaise, demam ringan,
35o/o) pada lebih dari 250 kasus; beberapa pasien yang dan ruam horbiliformis yang muncul pada hari yang
bertahan mengalami defisit neurologis yang menetap. sama. Ruam muncul pertama kali pada wajah, meluas ke
PARAMIKSOVIRUS DAN VIRUS RUBELA 577

seluruh badan dan ekstremitas, serta jarang menetap lebih rubela. Diagnosis tertentu berdasarkan pemeriksaan
dari 3 hari. Tidak ada gambaran ruam yang patognomonik laboratorium spesifik (isolasi virus atau adanya
untuk rubela. Kecuali bila terjadi epidemi, penyakit ini seroko nversi).
sulit didiagnosis klinis, karena mirip,dengan ruam
eecara
yang disebabkan oleh virus lain (misal, enterovirus). A. IsoLAsI DAN IDENTIFIKASI VIRUS
Artralgia dan artritis sementara sering terlihat pada
Apusan nasofaring atau tenggorok yang diambil 6 hari
orang dewasa, terutama wanita. Selain adanya beberapa
sebelum dan setelah awitan ruam merupakan sumber virus
persamaan, artritis rubela secara etiologi tidak
rubela yang baik. Berbagai jenis sel yang berasal dari
berhubungan dengan artritis reumatoid. Komplikasi yang
jarang antara lain purpura trombositopenia dan ensefalitis. monyet atau kelinci dapat digunakan. Rubela menimbulkan
efek sitopatik yang tidak terlalu terlihat pada sebagian
besar jenis sel. Dengan menggunakan sel yang dibiakkan
lmunitas
pada vial kerang, antigen virus dapat dideteksi melalui
Antibodi rubela muncul di dalam serum pasien ketika imunofluoresensi 3-4 hari pascainokulasi.
ruam menghilang dan titer antibodi meningkat secara
cepat dalam 1-3 minggu berikutnya. Banyak antibodi B. SERoLoGI
inisial yang terdiri dari antibodi. IgM, yang umumnya
tidak menetap lebih dari 6 minggu setelah penyakit. Tes HI uji serologi standar untuk rubela. Namun,
adalah
Antibodi IgM rubela yang ditemukan di dalam sampel serum harus diolah untuk menghilangkan per-rghambat
serum runggal yang diambil 2 minggu setelah ruam timbul, nonspesifik sebelum pemeriksaan. Tes ELISA lebih dipilih
m€mastikan infeksi rubela yang baru saja terjadi. Antibodi karena tidak diperlukan pengolahan serum awal dan dapat
IgG rubela biasanya menetap seumur hidup. diadaptasi untr-rk mendeteksi IgM spesifik.
Satu serangan penyakit memberi kekebalan seumur Deteksi IgG membuktikan adanya imunita.s karena
hidup karena hanya ada satu tipe antigen virus. Oleh hanya ada satu serotipe virus rubela. Untuk mengonfirmasi
karena sifat ruam yang tidak dapat dideskripsikan, riwayar secara akurat infeksi rubela yang baru terjadi (sangat
"rubeia' bukan merupakan indeks imunitas yang dapat penting pada kasus wanita hamil), peningkatan titer
dipercaya. Ibu yang imun memberikan antibodi kepada antibodi harus terlihat antara dua sampel serum yang
keturunannya yang akan terlindungi kemudian selama 4- diambil paling sedikit dengan jarak 10 hari atau IgM
6 bulan" spesifik rubela harus terdeteksi pada spesimen tunggal.
Uji serologis yang akurat untuk antibodi rubela sangat
Diagnosis Laboratorium penting sehingga berbagai alat diagnostik tersedia secara
komersial. Sebagian besar individu tidak dapat menilai
Diagnosis klinis rubeia tidak dapat dipercaya karena status kekebalan rubela mereka secara sahih karena
banyak infeksi virus menimbulkan gejala yang menyerupai umumnya terjadi infeksi subklinis dan ruam yang
ditimbulkan oleh virus lain dapat disalahartikan dengan
Adanva vrrus
. [r-w,t Darah rubela.
' 1
t I r${J$&i5lfff llenggOrOKan

Epidemiologi
Rubela terdistribusi di seluruh dunia. Infeksi terjadi
t sepanjang tahun dengan puncak insiden pada musim
E
o semi. Epidemi terjadi setiap 6-10 tahun dengan ledakan

c(D pandemi setiap 20-25 tahun. Infeksi ditularkan melalui
ot
jala.r napas, tetapi rubela iebih tidak menular daripada
t: campak. Penggunaan val<sin rubela telah menghilangkan
epidemi rubela di Amerika Serikat.

pB
Pengobatan, Pencegahan, & Pengendalian
Rubela adalah penyakit ringan, swasirna, dan tidak

+
@@p @
Masa inkubasi
membutuhkan pengobatan spesifik.
Pembuktian rubela dengan laboratorium pada 3-4
bulan pertama kehamilan hampir selalu berhubungan
Gambar 40-8. Perjalanan alamiah pada infeksi rubela dengan infeksi janin. Imunoglobulin intravena (IVIG)
primer: produksi virus dan respons antibodi yang disuntikkan kepada ibu tidak melindungi janin dari
574 BAB 40

infeksi rubela karena biasanya tidak diberikan lebih awal Temuan Klinis
untuk menceglh viremia.
Virus rubela telah diisolasi dari berba$ai organ dan jenis
Vaksin rubela hidr-rp yang dilemahkan telah rersedia
sel yang berbeda dari bayi yang terinfeksi in tttero, dan
sejak tahun 1969. Vaksin tersedia sebagai antigen tunggal
kerusakan yang dipicu oleh rubela juga tersebar secara sarna.
atau dikombinasi dengan vaksin campak dan gondong.
'lljuan utama vaksinasi rubela adalah untuk mencegah Gambaran klinis sindrom rubela kongenital dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar: (1) efek
infeksi rubela kongenital. Virus vaksin bermultiplikasi
sementara pada bayi, (2) n-ranifestasi permanen yang dapat
di dalam t'.rbuh dan dikeluarkan dalam jumlah kecil, tetapi
terlihat pada saat lahir atau menjadi terlihat pada tahun
tidak menyebar melalr-ri kontak. Anak yang telah
pertama, (3) abnormalitas perkembangan yang muncul
divaksinasi tidak membahayakan bagi ibu yang renran
dan berkembang pada masa kanak-kanak dan remaja.
dan hamil. Sebaliknya, anak yang tidak diimunisasi dapat
Trias klasik rubela kongenital terdiri dari katarak,
menularkan virus liar dan menyebarkannya melalui kontak
kelainan jantung, serta tuli. Bayi juga dapat menunjukkan
kepada anggote keluarga yang rentan. Vaksin memicu
kekebalan seumur hidup pada sedikitnya 95olo resipien.
gejala retardasi mental, ruam, hepatosplenomegali,
ikterus, dan meningoensefalitis yang bersifat sementara.
Vaksin arnan dan menimbulkan sedikit efek samping
pada anak. Pada orang dewasa, satu-sarunya efek samping
Keterlibatan sistern saraf pusat lebih umum.
Manifestasi perkembangan rubela kongenital yang paling
yang penting adalah artralgia dan artritis sementara pada
sekitar seperempat perempuan yang divaksinasi.
umum adalah retardasi mental sedang hingga parah.
Masalah pada keseirnbangan dan keterampilan motorik
Vaksinasi di Amerika Serikat telah menurunkan
timbul pada anak usia prasekolah. Bayi yang t€rkena secara
insiden rubela dari sekitar 70.0C0 kasus pada tahun 1969
hebat mungkin memeriukan perawatan.
hingga hanya beberapa ratus saat ini. Penelitian manfaar
Panensefalitis rubela progresif, komplikasi jarang yang
biaya pada negara maju dan berkembang telah menun-
jukkan bahwa manfaat vatr<sinasi rubela melebihi biayanya. timbul pada dekade kedua kehidupan anak dengan rubela
kongenital, adalah kerusakan neurologis berat yang tidak
dapat dihindari berlanjut pada kematian.
2. Sindrom Rubela Kongenital
Patogenesis & Patologi lmunitas
Viremia maternal yang terdapat pada infeksi rubela pada Normalnya, antibodi rubela maternal daiam benruk IgG
kehamilan dapat rnenyebabkan infeksi plasenta dan janin. ditransfer kepada bayi dan secara perlahan-lahan hilang
Hanya sedikit jumlah sel fetus yang terinfeksi. Laju setelah 6 bulan. Adanya antibodi rubela kelas IgM pada
pertun.rbuhan sel yang terinfeksi berkurang, menyebabkan bayi bersifat diagnostik untuk rubela kongenital. Karena
lebih sedikit sel di organ yang terkena pada saat lahir. antibodi IgM tidak melewati plasenta, keberadaannya
Infeksi dapat menimbulkan perkembangan organ yang menandakan bahwa antibodi tersebut telah disintesis oleh
kacau dan hipoplastik, mengakibatkan anomali struktural bayi di dalam uterus. Anak dengan rubela kongenital
padr neonatus. menunjukkan gangguan imunitas selular yang spesifik
'{7aktu infeksi fetus menentukan besarnya efe k untuk virus rubela.
teratogen. Secara umum, semakin muda usia kehamilan
ketika terjadi infeksi, semakir.r besar kerusakan pada Pengobatan, Pencegahan, & Pengendalian
fetus. Infeksi pada trimester perrama kehamilan Tidak ada pengobatan spesifik untuk rubela kongenital.
menimbulkan abnormalitas bayi pada sekitar 85olo kasus, Sindrom ini dapat dicegah dengan imunisasi pada masa
sedangkan defek yang dapat dideteksi ditemukan pada kanak-kanak dengan vaksin rubela untuk memastikan
sekitar 1696 bayi yang mendapatkan infeksi pada trimester bahwa perempuan pada usia subur adalah imun.
kedua. Defek lahir tidak sering jika infeksi maternal
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu.
.LATIHAfl
infe ksi mate rnal yang tidak terlihat juga dapat
menimbulkan anomali ini. Infeksi rubela juga dapat
menyebabkan kematian janin dan abortus sponran.
E> PERTAHYAAH ..;..

1. : Seorahg anak laki-laki berusia 4 tahun mengalami


Infeksi intrauterin oleh rubela berkaitan dengan penyakit demam akut. Dokter anaknya menegakkan
persistensi kronik virus di dalam neonatus. Pada saat diagnosis gondong. Organ yang paling sering
lahir, virus mudah terdeteksi di dalam sekret faring, organ menunjukkan tanda-tanda gondong adalah
(A) Paru
multipel, cairan serebrospinal, urine, dan apusan rektal. (B) Ovarium
Ekskresi virus dapat berlangsr-lng selama 12-18 bulan (C) Kelenjar parotis
setelah lahir, tetapi kadar biakan menurun secara bertahap , (D)Kulit l, , ir'
seiring dengan usia. (E) Testis
PARAMIKSOVIRUS DAN VIRUs RUBELA 579

I
'''

2. Paramiksovirus meliputi penyebab infeksi perna- meminimalisasi kemunqkinan perkembangan


pasan ya49 paling penting pada bayi dan anak : ensefalitis tkut
kecil. Manakah beiikut ini yang merupakan (E) il;:,:'j;*llln o' u,"
-' karakteristik Parami ksovirus? 7. Vjrus parain{iuenza terdapat di mana:mana dan
(A) Genom berupa RNA sense negatif menyebabkan.penyakit pernapasan pada orang
: (B) selubung mengandung glikoprotein dengan Namun, reinfeksi oleh virus
aktiviias fusi
di segala usia.
parainfluenza umum terjadi karena
(C) Pdramiksovirus tidak mengalami penyusunan (A) Terdapat banyak tipe antigen virus parainflu-
: ulang genetik (genetic reassortment) enza dan pajanan terlradap strain baru menim-
: (D) Semua jawaban di atas bt-rlkan infeksi baru :':' 'r:::r-.. tr ' i ':.',
(E) Bukan salah satu di atas (B) lnfeksi pada sa,lur:an napas tidak nrenjmbttkpn
... :. S-uoiung bayi beru5ia"i"n*ru alOli"*i $tnir;trt" ',,1 ',,.,:r*UOUtrr imun sistemik.'r 'umtah''..
ter:baiiii-l
p"rnapisan yang didiagnosis oleh dokter anak , {c) Terjadi reptitasi v.irui dalam
seUagal bronkiolitis. Penyebab penyakit yang yang gagal menstimulasi produksi antibodi
trt ; ali-- g l.lnungki1, ada!,ah ' '::;. ,fr :.:'l' to) nntlbbOi lgA sekretoris di daiam hidung
.. ;i*liVir*; iri,ri*fioanza tipa'.ai ' , ,, r,i
,',
: bbrurnur pendek; menghilang dalam bebe-
,'", tBj V''-' rinsitium retpirasi ' .,ll , .'-,, ',1:.
"l,ti rapa -butah setelah.,infeksi .,': : ,, l:. .i+
(C) Virus infiuenza
.. ,ii)dg;;;'1'-ffi 1'' ,,.'""':',', ' : .

',....
,. . (E) Semua jawaban.di atas
8. Seorang anak laki-laki berusia
,',,.i

20 bulan menderita
:

penyaklt yang ditandai dengan dernam, iritabilitas,


4. Beberapa paramiksovirus dapat menyebabkan konjuntivitis, dan ruam brick're d yang awalnya :

pneumonia pada bayi dan anak. Manakah terdapat di wajah tetapi menyebar ke bawah dan
\i:t . paramiksovirus berikut yang memiliki vaksin efektif ,,,,,riiiiilke'']il;r.Saat b-erusia 9 rah.r.rn, anik ini q,engalami', 'ri
:r yang dapat mencegah Pneumonia? gangguan neurologis umum yang berat dengan
-virus :::.:i., awltan p.erlahan-lahan, Dttegakkan diagnosi$ i:.:
ia1 parainfluenza tipe 1

i,iii.litF) Viru3 campak . ,:,;.rr: ;;1 r:r.::: '. i " anensefalitir sklerosa subakut.'Manakah.rper' i'
' (C) Virus sinsitium respiiasi
,

i , '':iy3166n berikut;:mengenai panensetalitis skierosa', ii,


(D) Virus gondong subJkut yang benar?
igi s"*uulju*"ua*n oi utut (A) Virus varicela-zoster yang defektif terdapat di
dalam sel otak
5. Seorang perempuan berusia 27 tahun yang sedang i,'{ei'iit"r an{ibodiicarnpak-yang tiilggi ditemukan .
. hamil 2 bulan mengSlami demam; melaise, dan .....:-di.dalarn.cdiranserebrosp!nal.....:'.;..
artralgia. Ruam makulopapular ringan timbul pada (C) lnsiden penyakit ini meningkat sejak ditemu-
wajati, badan, dan ekstremllas. 'Ditegakkan kannya vaksin MMR
diagnosis rubela, dan terdapat pertimbangan - (D) ,rg{airl deteriorasi prwieslf .cepat pada fungstl:'::':
bahwa janinnya akan terinfeksi, menimbulkan
sindiom rubela kongenital. Manakah pernyataan '',-.,.,,,{Ei Fenyakii ini,merupakan'kornplikasi Ianju!
r"ngunul sindrom tersebut berikut ini ying benar? :r
i.,,' . infeksi rubela:yang iarang terjadi ,t,, -'.,';:"1;.,
(A) Penyakit ini dapat dicegah d€ngan vaksinasil,
anak usia sekolah menggunakan vaksin 9. Manakah paramiksovirus berikut yang glikoprotein
campak permukaan HN-nya tidak memitiki aktivilei
(B) Kelainan kongenital terjadi bila seorang lem:aglutinin?., -
wanita hamil yang tidak kebal terinfeksi pada (ni virus campak
, setiap saat ketika hemil : , rr.,...'.:'' l: ...;,, .
(B) Virus gondong
1 :3,::,,1
(C) Tuli merupakan defek umum yang berkaitan .,;'. 1C},,\,liyus'parain{luenia tipe I

dengan sindrom rubela kongenital (D) Virus sinsitium resPirasi


(D) Hanya strain virus rubela yang iarang yang (E) Virus rubela
o:,:.,'-,, 6"trtt*tr terstogenik :l ,-t ._,. l0.Seorang anak perempuan berusia 3 tahun
,i;r1'1pt-.guktn rclah satu jawaban di-at'as
mengalami infeksi virus akut yang membutuhkan
jp"ra-watqnrurnah...sakit.Dipertimb5ngkanpeng.
6. Seorang anak berusia 5 tahun mengalami demam
dan bercak Kopli! obatan dengan ribavirin,, Sjtsaii manakah yang.',
iiiii:ii'r aingfl,n,,.koriza, konjuntivitis, '
Dokter dapat menYimPulkan bahwa sesuJi menggunakan rlbavirin sebqg.ai terapi? ':.':
.i, i i:,tni, *nak.:ini:.mrrnakln tid g k',berh ai!i divaksinaii .: (A) Penyakiisalurantrhapas:b'awah,akibat::ViruJ i

:='ii1 ;1i;1.r :,uensts; utkiinr Mrut r::,r:r bayi i:',:.,. .='.


sinsitium respirdsi pada
lni
-
sedang hamil berislko. rti. ,::,ilg}. sindrom rutrefa ttongenital ,- ,,, ,
''n {BJ lbu a*a'k yang. i

ii,,- , (C)' Meningitis aseptik akibat infeksi


gondong
terinfeksi dan anak yang dikandung dapat I,
',
': mengalami kelainan kongenital, termasuk ilI lE.',tn) Pneumonia yang disebabkan oleh virus
ietardasi mental i:,i....... .: campak pada orang dewasa
(Q Ruam akan segera timbul pada wajah anak ini .,, ' , iitE)' Ensefalitis yang berkaitan
dengan virus Nipah
Semua jawaban di atas
,
dan hanya berlangsung ielama 2-3 liari
{D) Pengobatan pada anak dengan obat antivirus '" r";=l,ts) l

iinJvirin sebaiknya segera dimulai untuk


I
580 BAB 40

KEPUSTAKAAN
Collins PL, Murphy BR: Respiratory slmcytial virus: Reverse genetics and
vaccine strategies. Virology 2002: 296:204.
Falsey AR et a1: Human metapneumovirus infections in young and elderly
adults. J Infect Dis 2003;187:785.
Hall AJ: Morbilliviruses in marine mammals. Trends Microbiol 1995;3:4.
Hall CB: Respiratory slmcytial virus and parainfluenza virus. N Engl J
Med 2001;344:1917.
Henrickson KJ: Parainfluenza viruses. Clin Microbiol Rev 2003:16:242.
Lamb RA, Kolakofsky D: Paramyxoviridae: The viruses and their
replication. Dalam: Fields Virology, ed.4. Knipe DM et al (editors).
Lippincott Williams & Wilkins, 2001.
Tatsuo H, Yanagi Y: The morbillivirus receptor SLAM (CD 150). Microbiol
Immunol2002;46:135.
Koronavirus

Koronavirus adalah virus RNA yang besar dan sepanjang 20 nm berbentuk gada atau kelopak bunga
berselubung. Koronavirus manusia menyebabkan selesma yang tersebar Iuas di permukaan luar selubung,
dan menimbulkan gastroenteritis pada bayi. Suatu menyerupai korona matahari (Gambar 41-1). Protein
koronavirus baru diidentifikasi sebagai penyebab wabah struktural virus meliputi protein nukleokapsid (N)
sindrom pernapasan akut berat (SARS) di seluruh dunia terfosforilasi 50-60 kDa, glikoprotein membran (M) 20-
pada tahun 2003. Koronavirus pada hewan menyebabkan 35 kDa yang berperan sebagai protein matriks yang
penyakit pada hewan peliharaan yang berpengaruh secara tertanam di dalam selubung lipid berlapis ganda (lipid
ekonomi. Koronavirus pada hewan tingkat rendah bilayer) dan berinteraksi dengan nukleokapsid, serta
menimbulkan infeksi persisten pada pejamu alamiahnya. glikoprotein duri (S; 180-220 kDa) yang membentuk
Virus pada manusia sulit untuk dibiakkan sehingga sulit peplomer berbentuk kelopak bunga. Beberapa virus,
diketahui karakteristiknya. termasuk koronavirus manusia OC43, mengandung
glikoprotein ketiga (HE; 65 kDa) yang menyebabkan
SIFAT KORONAVIRUS hemaglutinasi dan memiiiki aktivitas asetilesterase.
Susunan genom pada koronavirus diperlihatkan pada
Sifat penting koronavirus dicantumkan dalam Thbel 4l-i. Gambar 41-2. IJrvran gen untuk protein yang dikodekan
oleh semua koronavirus adalah Pol-S-M-N. Beberapa
Struktur & Komposisi frame bacaan terbuka mengode protein nonstruktural dan
Koronavirus merupakan partikel berselubung berukuran protein HE memiliki perbedaan jumlah dan urutan gen
120-nm hingga 160-nm yang mengandung genom tak di antara koronavirus.
bersegmen dari RNA beruntai tunggal, sense positif (27-
32 kb), g€nom terbesar di antara virus RNA. Genom Klasifikasi
RNA yang diisolasi bersifat infeksius. Nukleokapsid heliks Karakteristik yang digunakan untuk mengklasifikasikan
mempunyai diameter 9-i1 nm. Terdapat toniolan Koronaviridae antara lain adalah morfologi partikel,
strategi replikasi RNA yang unik, susunan genom, dan
Tabel 41-1 . Sifat penting koronavirus.
homologi sekuens nukleotida. Ada dua genus di dalam
Virion: Sferis, diameter 120-160 nm, nukleokapsid heliks
famili Ko ron aviridae; Ko r o n au i rus dzn To r ou iru s. To rovi rus
tersebar luas pada ungulata dan tampaknya menyebabkan
Genom: RNA untai tunggal, linear; tidak bersegmen,
sense positif, 2l-32 kb, bertudung dan mengalami diare.
poliadenilasi, infeksius Tampaknya terdapat dua serogrup koronavirus
Protein: Dua glikoprotein dan satu fosfoprotein. Beberapa manusia, diwakili oleh strain 229E dan OC43.
virus mengandung glikoprotein ketiga (hemaglutinin Koronavirus pada hewan peiiharaan dan rodentia
esterase) termasuk dalam kedua kelompok ini. Terdapat kelompok
Selubung: Mengandung duri besar berbentuk gada atau antigenik ketiga yang berbeda yang mengandung virus
kelopak bunga yang tersebar luas bronkitis infeksiosa burung pada ayam. Tampaknya
Replikasi: Sitoplasma; partikel mengalami maturisasi terdapat heterogenitas antigen yang bermakna di antara
melalui penonjolan ke dalam retikulum endoplasma dan strain virus dalam kelompok antigenik utama (yaitu,
Golgi seperri-229E). Reaksi silang terjadi di antara beberapa
Karakteristik yang menonjol: strain manusia dan beberapa strain hewan. Beberapa
Menyebabkan selesma dan sindrom pernapasan akut strain memiliki hemaglurinin.
berat (SARS) Suatu koronavirus baru yang ditemukan pada tahun
Memperlihatkan frekuensi rekombinasi yang tinggi 2003 dari pasien yang mengalami SARS tampaknya
Sulit tumbuh pada kultur sel
merupakan kelompok virus yang baru (keempat).

581
BAB 41

HE). Reseptor untuk koronavirus manusia 229F. adalah


aminopeptidase N, sedangkan isoform multipel antigen
karsinoembrionik yang berhubungan dengan famili
glikoprotein berfungsi sebagai r€septor untuk koronavirus
tikus. Kemudian partikel mengalami internalisasi, mung-
kin melalui endositosis absortif. Glikoprotein S dapat
menyebabkan fusi selubung virus dengan membran sel.
Peristiwa pertama seteiah pelepasan selubung adalah
translasi RNA genom virus untuk menghasilkan RNA
polimerase yang bergantung pada RNA spesifik virus.
Polimer:ase virus mentranskripsi seluruh panjang RNA
komplemen (untai negatif) yang berfungsi sebagai cetakan
untuk suatu set kumpulan lima hingga tujuh rangkaian
mRNA subgenom. Hanya sekuens gen terminal 5' dari
masing-masing mRNA yang ditranslasi. Salinan seluruh
panjang RNA genom juga ditrankripsi di luar RNA
komplementer. Ketika masing-masing mRNA subgenom
ditranslasi menjadi polipeptida tunggai, prekursor
Gambar 41-1 . Koronavirus manusia OC43. Perhatikan poliprotein tidak lazim pada infeksi koronavirus,
karakteristik duri yang besar dan tersebar luas meskipun RNA genom mengode poliprotein besar yang
membentuk "-korona" di sekeliling virion (297.000 x). akan diolah untuk menghasilkan RNA polimerase virus.
(Sumbangan FA Murphy dan EL Palmer.)
Molekul RNA genom yang baru disintesis ber-
interaksi di dalam sitoplasma dengan protein nukleo-
Replikasi Koronavirus kapsid untuk membentuk nukleokapsid heliks. Ada
Oleh karena koronavirus manusia tidak tumbuh dengan tempat pengikatan yang lebih dipilih protein N di dalam
baik di dalam kultur sel, perincian replikasi virus berasal RNA terdepan. Nukleokapsid bertunas melalui membran
dari penelitian pada virus hepatitis tikus, yang berkaitan retikulum endopiasma kasar dan aparatus Golgi di daerah
erat dengan strain manusia OC43 (Gambar 41-3). Siklus yang mengandung glikoprotein virus. Virion yang matang
replikasi terjadi di dalam sitoplasma sel. kemudian dapat dibawa dalam vesikel ke bagian tepi sei
Virus melekat pada reseptor sel target melalui duri untuk keluar atau m€nunggu hingga sel mati agar dapat
glikoprotein pada selubung virus (baik melalui S atau dilepaskan.

L ,, 1 2 2-1 3 4 -: 6 7
MHV ---------1 r-----/,-------l
'-._-___l[-r---, L

(Protease dan RNA polimerase)

IBV

sM

Gambar 41-2. Susunan genom koronavirus. Genom virus hepatitis tikus (mouse hepatitis virus, MHV) berukuran 31,2
kb, sedangkan genom virus bronkitis infeksiosa (infectious bronchitis virus, IBV) berukuran 27,6 kb. Terlihat juga
koronavirus manusia (HCV) 229E. Diperlihatkan frame bacaan terbuka yang mengode protein struktural (kotak-
kotak).(Direproduksi,denganizln,dari HoimesKVLai l\4MC: Coronaviridae:Thevirusesandtheirreolicaiion,Daiam:FleldsVirolagy,ed.3.FieldsBN
et al Ieditor]. Lippincott-Raven, 1996.)
KORONAVIRUS s83

y'ksePtor

RNA Genomik (+)


Cetakan untai- (-)
nesa'ifll V nKn r.ro. Protein
Vesikel berdin-

.s' 3'V2_+NS2 ding halus

.--------N2-1+HE- \
3 --->S
t--J\v 4 --->NS4
,t-^/ 5 --->NSsa, b
G-. vl 6 +M
..\t t -+N \.\
epan (Leader) Tidak aoa)
-3\ r ->Pd
I
{
Nukleokapsid

Gambar 41-3. Contoh replikasi koronavirus berdasarkan virus hepatitistikus. Virion berikatan dengan membran
plasma melalui interaksi dengan reseptor glikoprotein spesifik. Penetrasi terjadi melalui fusi selubung virus dengan
membran plasmayang diperantarai oleh protein S, atau, pada beberapa strain, fusi selubung virus dengan membran
endositik. RNA genom ditranslasi untuk membentuk sebuah poliprotein (>800 kDa). Poliprotein tersebut diolah untuk
menghasilkan berbagai protein yang berfungsi sebagai RNA polimerase yang bergantung pada RNA spesifik virus dan
mungkin memainkan peran lain dalam transkripsi dan replikasi RNA virus. Kumpulan rangkaian mRNA subgenom
koterminal 3' yang tumpang tindih, dihasilkan di dalam sel yang terilfeksi. RNA dan mRNA genom ditutup dan
mengalami poliadenilase. Masing-masing mRNA polisistron ditranslasi hanya untuk menghasilkan polipeptida yang
dikode pada ujung 5' mRNA. Protein N dan genom RNA yang baru terbentuk disusun di dalam sitoplasma untuk
membentuk nukleokapsid heliks. Glikoprotein S mengalami glikosilasi, trimerisasi, dan ditranspor melalui apparatus
Golgi, untuk mengalami proses lebih lanjut. Protein S yang berlebih yang tidak masuk ke dalam virion diangkut ke
membran plasma dan berperan dalam fusi antar sel. Glikoprotein matriks M diangkut ke apparatus Golgi, dan
terakumulasi di sini; protein tersebut tidak diangkut ke membran plasma. Virion dibentuk di dalam kompartemen
tonjolan antara retikulum endoplasma kasar ( RER) dan aparatus Golgi. Virion tidak menonjol dari membran plasma
tetapi tampaknya d,ilepaskan melalui fusi vesikel yang mengandung virion dengan membran plasma. Banyak virion
tetap diadsorpsi ke membran plasma sel yang terinfeksi. (Direproduksi dari Holmes KV Lai MMC: Coronaviridae:The viruses and their
replication,Dalam: Fields Virology, ed. 3. Fields BN et al [editor]. Lippincoit-Raven, 1996. Diadaptasi dari Sturman LS, Holmes KV:Adv Virus Res

1 983;28:35.)

Virion tampaknya tidak dibentuk melalui penonjolan INFEKSI KORONAVIRUS PADA


pada membran plasma. Banyak partikel yang dapat MANUSIA
terlihat pada bagian luar sel yang terinfeksi dan mungkin
di adsorpsi kt tempat itu setelah virion dilepaskan. Patogenesis
Beberapa koronavirus menginduksi fusi sel; proses ini
diperantarai oleh glikoprotein S dan membutuhkan pH Koronavirus cenderung sangat spesifik-spesies. Sedikit
6,5 atau lebih. Beberapa koronavirus menimbuikan infelai y^ng diketahui mengenai patogenesis penyakit
menetap pada sel daripada menjadi sitosidal. koronavirus pada manusia. Sebagian besar koronavirus
Kejadian mutasi pada koronavirus dalam setiap siklus hewan yang telah diketahui memperlihatkan tropisme
replikasi memiliki frekuensi yang tinggi, termasuk terhadap sel epitel saluran napas atau saluran cerna. Infeksi
pembentukan mutasi delesi yang mempunyai insidensi koronavirus in uiuo dapat menyeluruh, seperti pada virus
yang tinggi. Koronavirus mengalami rekombinasi dengan hepatitis tikus, atau terlokalisasi. Infeksi koronavirus pada
frekuensi tinggi selama replikasi; Hal ini tidak biasa untuk sranusia biasanya tetap terbatas pada saluran napas atas'
virus RNA dengan genom yang tidak bersegmen dan dapat Sebaliknya, wabah SARS pada tahun 2003 ditandai
ikut menyebabkan evolusi strain virus yang baru. oleh penyakit pernapasan yang berat, termasuk pneumonia
584 BAB 41

dan gagal napas progresif. Berdasarkan semua Resistansi terhadap reinfeksi dapat berlangsung selama
kemungkinan, virus SARS berasal dari pejamu selain beberapa tahun, tetapi sering terjadi reinfeksi oleh strain
manusia dan mempunyai kemampuan untuk menginfeksi yang sama.
manusia. Di daerah pedesaan Cina selatan, tempat Sebagian besar pasien (>95o/o) dengan SARS
dimulainya wabah, manusia, babi, dan unggas peliharaan menghasilkan.respons antibodi terhadap antigen virus
hidup secara berdekatan dan spesies liar banyak yang dapat didetelai melalui tes antibodi fluoresensi atau
digunakan untuk makanan dan obat tradisional-kondisi ELISA. Pengambilan serum fasekovalensi harus dilakukan
yang memicu munculnya strain virus baru. setelah lebih dari 28 hari dari awitan penyakit.
Koronavirus didugi menyebabkan beberapa gastro-
enteritis pada manusia, tetapi agennya belum dapat Diagnosis Laboratori um
diisolasi. Ada beberapa contoh hewan untuk koronavirus
enterik, termasuk transmissi b le gasno enteritis u irus (T GE'V) A. DETEKSI ANTIGEN DAN ASAI.I NUKLEAT
pada babi. Penyakit terjadi pada hewan muda dan dimndai Antigen koronavirus di dalam sel pada selresi pernapasan
oleh destruksi sel epitel dan hilangnya kemampuan dapat dideteksi dengan menggunakan tes ELISA jika
absorpsi. Penting untuk diperhatikan adanya suatu porcine tersedia antiserum yang berkualitas tinggi. Koronavirus
respiratory coronauirus (PRCV) baru yang muncul di Eropa enterik dapat dideteksi dengan pemeriksaan sampel feses
pada tahun 1980 dan menyebabkan epizoodk yang luas menggunakan mikroskop elektron. Pemeriksaan dengan
pada babi. Analisis sekuens memperlihatkan bahwa PRCV PCR diperkirakan berguna untuk mendeteksi asam
berasal dari TGEV melalui delesi besar pada glikoprotein nukleat koronavirus di dalam sekresi pernapasan dan di
s1. dalam sampel feses.

Temuan Klinis B. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS


Koronavirus manusia menimbulkan "selesma' pada orang Isolasi koronavirus manusia di dalam kultur sel sulit
dewasa dan biasanya tanpa demam. Gejalanya menyerupai
dilakukan. Namun, virus SARS ditemukan dari spesimen
infeksi yang disebabkan oleh rinovorus, ditandai oleh orofaring dengan menggunakan sel ginjal monyet Vero.
keluarnya selret hidung dan malaise. Masa inkubasi dari
2 hari hingga 5 hari, dan biasanya gejala berlangsung C. SERoLocr
selama 1 minggu. Saluran napas bawah jarang terkena
meskipun pneumonia pada anggota militer disebabkan Karena sulitnya melakukan isolasi virus, serodiagnosis
oleh infeksi koronavirus. Anak dengan asma dapat menggunakan serum fase akut dan konvalensi merupakan
mengalami serangan mengi, dan pada orang dewasa yang cara yang praktis untuk memastikan infeksi koronavirus.
menderita penyakit paru kronik dapat mengalami Uji ELISA dan hemaglutinasi dapat dilakukan. Diagnosis
eksaserbasi gejala pernapasan. serologik infeksi dengan strain 229E mungkin dilakukan
Koronavirus SARS yang baru dikenali menyebabkan dengan menggunakan uji hemaglutinasi pasif; aglutinasi
penyakit pernapasan berat. Masa inkubasi rara-rara sekitar sel darah merah yang diselubungi antigen koronavirus
6 hari. Gejala awal biasanya berupa demam, malaise, oleh serum yang mengandung antibodi.
menggigil, nyeri kepala, pusing, batuk, dan nyeri
tenggorok, beberapa hari kemudian diikuti oleh sesak Epidemiologi
napas. Banyak pasien menunjukkan gambaran radiologi
Koronavirus tersebar luas di seluruh dunia. Virus ini
paru yang abnormal. Beberapa kasus berkembang dengan
merupakan penyebab utama penyakit pernapasan pada
cepat menjadi gawat napas akut yang membutuhkan
orang dewasa selama musim dingin ketika insiden flu
penunjang pernapasan. Kematian akibat gagal napas
tinggi, tetapi isolasi rinovorus dan virus pernapasan lain
progresif terjadi pada hampir 10olo kasus dengan angka
rendah. Virus ini cenderung berkaitan dengan wabah yang
kematian tertinggi pada orang tua.
jelas.
Gambaran klinis enteritis yang disebabkan oieh
Diperkirakan koronavirus menyebabkan l5-30o/o flu.
koronavirus belum diketahui secara jelas. Gejala yang
Insiden infeksi koronavirus sangat bervariasi dari tahun
timbul tampaknya sama dengan gejala yang dmbul pada
ke tahun; pada satu penelitian selama 3 tahun, berkisar
infeksi rotavirus.
dari lo/o hingga 35o/o.
Antibodi terhadap koronavirus pernaPasan muncul
lmunitas
pada masa kanak-kanak, prevalensinya meningkat seiring
Seperti virus pernapasan lain, terbentuk kekebalan tetapl dengan usia, dan ditemukan pada lebih dari 90o/o dewasa.
tidak absolut. Imunitas terhadap antigen tonjolan Reinfeksi yang menimbulkan gejala dapat. terjadi setelah
permukaan mungkin yang paling penting untuk proteksi. masa 1 tahun.
KORONAVIRUS s85

Koronavirus umumnya menyebabkan penyakit


pernapasan akut pada orang usia lanjut, bersama dengan
rinovorus, virus influenza, dan virus sinsitial pernapasan.
Frekuensi infeksi koronavirus diperkirakan sekitar
setengah dari infeksi rinovorus dar setara dengan dua
virus yang disebutkan terakhir.
Vabah SARS terjadi di Cina Selatan pada akhir tahun
2002 dan pada saat wabah mereda pada pertengahan tahun
2003 telah menyebabkan lebih dari 8.000 kasus di 29
t:: l
negara dengan jumlah kematian lebih dari 800 (angka
inkuf, fisf,
kematian kasus 9,6%). Hampir pada semua kasus terdapat Lll fi,Sr*,1<I.ba.t
riwayat kontak erat dengan pasien SARS atau baru saja l*H$lilfl$tprlut;
melakukan perjalanan ke daerah tempat kejadian SARS.
.. I : :. I

Penerbangan udara internasional memungkinkan SARS ;

menyebar ke seluruh dunia dengan kecepatan yang ddak


dapat diprediksi. Kejadian SARS menggambarkan bahwa
di dunia yang mengalami globalisasi, wabah penyakit
infelaius membuat semua negara berisiko mengalami wabah.
Hal yang menarik bahwa beberapa penderita SARS
diidentifikasi sebagai "penyebar super"; masing-masing
diduga telah menularkan infeksi pada lebih dari sepuluh
kontak. Penyebar super juga terdapat untuk penyakit lain,
seperti rubela, Ebola, dan tuberkulosis dan mungkin
menggambarkan kumpulan faktor pejamu, virus, dan
lingkungan.
Sangat sedikit hal yang diketahui mengenai
epidemiologi infeksi koronavirus enterik.

Pengobatan, Pencegahan, & Pengendalian


Tidak ada pengobatan infeksi koronavirus yang telah
terbukti berhasil dan tidak ada vaksin.
Cara pengendalian yang efektif untuk menghentikan
penyebaran SARS antara lain adalah isolasi pasien,
karantina orang-orang yang telah terpajan, pembatasan
perjalanan, juga penggunaan sarung tangan, baju,
kacamata, serta respirator oleh tenaga kesehatan.

KEPUSTAKAAN
Lee N et al: A major outbreak ofsevere acute respiratory syndrome in
Hong Kong. N Engl J Med 2003;348:1986.
Rota PA et al: Characlerization of a novel coronavirus associated with
severe acute respiratory slndrome. Science 2003;30: 139r[.
Rabies, lnfeksi Virus Lambat,
&-. R'-,f6i{'iir'P'i'i dh

Berbagai jenis virus dapat menginvasi sistem saraf pusat stomatitis vesikular adalah anggota genus Wsiculouirus.
dan menimbulkan penyakit. Bab ini membahas mengenai Distribusi rhabdovirus di alam sangat luas, menimbulkan
rabies, ensefalitis viral yang ditakuti sejak dahulu kala infeksi pada vertebrata, invertebrata, dan tanaman. Rabies
yang hingga saat ini masih merupakan penyakir yang tidak adalah satu-satunya rhabdovirus yang penting secara
dapat disembuhkan; infeksi virus lambat; dan ensefalopati medis. Banyak rhadovirus hewan menginfeksi serangga,
spongiform yang dapat ditransmisikan-kelainan tetapi virus rabies tidak.
neurodegeneratif yang jarang yang disebabkan oleh agen
yang tidak konvensional yang disebut "prion." C. REAKSI TeRgaoap AGEN FISIK DAN KIMIA
Virus rabies tahan pada penyimpanan dengan suhu 4 "C
RABIES selama beberapa minggu dan pada suhu -70 'C selama
Rabies adalah infeksi akut sistem saraf pusar yang hampir beberapa tahun. Virus ini diinaktivasi oleh CO, sehingga
selalu fatal. Virus biasanya ditularkan kepada manusia pada es kering virus ini harus disimpan dalam vial yang
melalui gigitan hewan yang terinfelai rabies. '$Talaupun tersegel kaca. Virus rabies cepat mati oleh pajanan radiasi
jumlah kasus pada manusia sedikit, rabies merupakan ultraviolet atau sinar matahari, oleh pemanasan (1 jam
masalah kesehatan masyarakat utama karena tersebar luas pada suhu 50 "C), oleh pelarut lipid (eter, natriurr,
di antara reservoir hewan. deoksikolat 0,lo/o), oleh tripsin, detergen, dan pH yang
e kstre m.
Sifat Virus
D. REPLIKASI VIRUs
A. STRUKTUR
Siklus replikasi rhabdovirus diperlihatkan pada Gambar
Virus rabies adaiah rhabdovirus dengan sifat morfologi 42-2.Yirus rabies melekat pada sel menggunakan tonjolan
dan biokimiawi yang mirip dengan virus penyebab glikoprotein; reseptor asetilkolin nikodnik dapat berfungsi
stomatitis vesikular pada hewan ternak dan beberapa virus
hewan, tanaman, dan serangga (Tabel 42-1). Rhabdovirus
adalah partikel berbentuk batang atau peluru dengan
ukuran 75 x180 nm (Gambar 42-l).Partikel ini dikelilingi Tabel 42-1 . Sifat penting rhabdovirus.
oleh selubung membran dengan duri yang menonjol,
dengan panjang 10 nm. Peplomer (duri) tersusun oleh
Virion: Berbentuk peluru, diameter 75 nm x panjang 180 nm
Komposisi: RNA (4%), protein (67o/o), lipid (26%),
trimer glikoprotein virus (G). Di dalam selubung terdapar
karbohidrat (3%)
ribonukieokapsid. Genom berupa RNA untai tunggal,
Genom: RNA untai tunggal, linear, tidak bersegmen,
sense negatif (12 kb; BM 4,6 x 106). Virion mengandung
negatif sense, BM 4,5 juta. 12 kb
RNA polimerase bergantung INA. Partikel memiliki berat Protein: Satu selubung glikoprotein
jenis dalam CsCl sekitar 1,19 g/cm3 dan berat molekul Selubung: ada
300-1.000 x 106. Replikasi: Sitoplasma; virion membentuk tonjolan dari
membran plasma
B. Ktaslrrxasr Karakteristik yang menonjol:
Virus ini diklasifikasikan ke dalam famili Rhabdoyiridae. Virus dengan urutan yang luas dan kisaran pejamu yang
uas
Virus rabies merupakan anggota genus Lyssauirus, I

Grup ini termasuk virus rabies yang mematikan


sedangkan virus'yang menyebabkan penyakit,'nenyerupai

s86
RABIES, INFEKSIVIRUS LAMBAT, & PENYAKIT PRION 587

sebagai reseptor selularuntuk virus rabies. Genom RNA


untai tunggal ditranskripsi oleh RNA polimerase terkait
virion untuk lima jenis mRNA. Cetakan untuk transkripsi
adalah genom RNA dalam bentuk ribonukleoprotein
(RNP) (terdapat di dalam protein N dan mengandung
transkriptase virus). mRNA monosistronik mengode lima
protein virion; nukleokapsid (N), protein polimerase
(L,P), matriks (M), dan glikoprotein (G). Genom RNP
adalah cetakan untuk RNA. komplementer sense positif,
yang memicu pembentukan progeni RNA sense negatif.
Protein virus yang sama berperan sebagai polimerase
untuk replikasi dan transkripsi RNA virus. Translasi yang
sedang terjadi dibutuhkan untuk replikasi, terutama
protein P dan N virus. Genom RNA yang baru
mengalami replikasi berhubungan dengan transkriptase
dan nukleoprotein virus untuk membentuk inti RNP di
dalam sitoplasn-ra. Partikel mendapatkan selubung melalui
penonjolan membran plasma.. Protein matriks virus
membentuk lapisan pada bagian dalam selubung,
sedangkan glikoprotein virus terdapat di lapisan terluar
dan membentuk duri.

E. KERENTANAN HEWAN DAN PERTUMBUHAN VIRUS

Virus rabies memiliki kisaran pejamu yang luas. Semua


hewan berdarah panas, termasuk manusia, dapat
terinfeksi. Kerentanan bervariasi di ar.rtara spesies
mamalia, berkisar dari sangat tinggi (rubah, anjing hutan,
RNP serigala) sampai rendah (oposum); mamalia dengan tingkat
NSN L kerentanan sedang antara lain adalah sigung, rakun, dan
kelelawar (Tabel 42-2). Yirtts tersebar luas pada hervan
yang terinfeksi, terutama di dalam sistem saraf, saliva,
urine, linrfe, susu, dan darah. Pemulihan dari infeksi jarang
rerjadi kecuali pada kelelawar tertentu, virus secara unik
beradaptasi dengan kelenjar ludah. Kelelawar vampir
dapat menularkan virus selama berbulan-bulan tanpa
pernah menunjukkan gejala atau tanda penyakit apa pun
pada dirinya sendiri.
Ketika baru saja diisolasi di dalam laboratorium, strain
disebut virus jalanan. Strain tersebut man-riliki masa
Gambar 42-1. A: Mikrograf elektron partikel berbentuk inkubasi yang lama dan bervariasi (biasanya 2I-60 harr
peluru yang khas pada famili rhabdovirus (100.000 x). pada anjing) dan secara teratur menghasilkan badan
Diperlihatkan disini virus stomatitis vesikular dengan inklusi intrasitoplasma. Rangkaian jalur otak-ke-otak pada
pewarnaan negatif kalium fosfotungstat. (Sumbangan RM kelinci menimbulkan virus 'tetap' yang tidak lagi
McCombs. M Benyesh-Melnick, dan JP Brunschwig.) B: llustrasi bermultiplikasi di dalam jaringan ekstraneural. Virus yang
skematik virus rabies (atas) memperlihatkan tonjolan tetap (atau mutan) ini cepat bermultiplik-asi dan masa
glikoprotein permukaan (G) yang terbentang dari inkubasi memende k menjadi 4-6 hari. Badan inklusi dapat
selubung lipid yang mengelilingi bagian dalam ribo- diremukan, terapi sulir.
nukleoprotein (RNP) dan protein matriks (M) yang
membatasi selubung. RNP berbentuk heliks (bawah) F. SIFAT ANTIGEN
terdiri dari genom RNAtunggal ditambah nukleoprotein
(N) dan protein polimerase (L dan P Idisebut juga NSJ). Ada satu serotipe virus rabies. Namun, terdapat perbedaan
(Direproduksi, dengan izin, dari Dietzschold B et al: Rhabdovirus. Dalam: strain antara virus yang diisolasi dari spesies yang berbeda
Fietds Virology, ed, 3. Fields BN et al Ieditor]. Lippincott-Raven, 1 996 )
(rakun, rubah, sigung, anjing, i<elelawar) di area geografis
588 BAB 42

PERMUKAAN APIKAL

Reseptor
fosfatidil
serin

J
t
uJ
kJ
z
vI
E
lrJ
o-

Protein G

PERMUKAAN BASAL

Gambar 42-2. Langkah-langkah replikasi rhabdovirus: (1) perlekatan virus; (2) penetrasi ke dalam endosom; (3) f usi
virus.dengan membran endosom, pelepasan inti ke dalam sitoplasma; (4) pelepasan selubung nukleokapsid; (5)
genom RNA sense negatif virus diterjemahkan menjadi RNA sense positif; (6) RNA sense positif berperan sebagai
cetakan untuk sintesis genom virus, ditambah mRNA yang membentuk protein virus; (7) RNA sense negatif menjadi
satu ke dalam nukleokapsid (N); (8) nukleokapsid menyatu dengan protein matriks (M) pada permukaan sel; (9)
penonjolan virus dari permukaan sel. (Direproduksi, dengan izin, dari LevyJA, Fraenkel-Conrat H, Owens RAVirology, ed.3. Prentice Hall,
1994.)

yang berbeda. Strain virus ini dapat dibedakan melalui melawan glikoprotein virus. Substitusi asam amino posisi
epitop di dalam nukleoprotein dan glikoprotein yang 333 pada glikoprotein menyebabkan hilangnya virulensi,
dikenali oleh antibodi monoklonal dan sekuens nukleotida menunjukkan beberapa peran penting letak protein yang
spesifik. Sedikitnya terdapat lima varian antigen yang berperan pada patogenesis penyakit.
ditemukan pada hewan yang ad.a di bumi dan delapan Duri yang dimurnikan yang mengandung glikoprotein
varian lain yang ditemukan pada kelelawar di Amerika virus memunculkan antibodi penetral pada hewan.
Serikat. Sediaan antiserum untuk melawan nukleokapsid yang
Mutan virus rabies yang avirulen dipilih dengan dimurnikan digunakan pada imunofloresensi diagnostik
menggunakan antibodi monoklonal tertentu untuk untuk rabies.
RABIES, INFEKSIVIRUS LAMBAT, & PENYAKIT PRION I 589

label 42-2, Kerentanan hewan terhadap rabies.l (sampai 19 tahun). Masa inkubasi biasanya lebih pendek
pada anak daripada orang dewasa. Spektrum klinis dapat
dibagi menjadi tiga fase: fase prodromal yang singkat,
Rubah Hamster Anjing Oposum fase neurologis akut, dan koma. Fase prodromal,
Anjing hutan Sigung Domba berlangsung selama 2-10 hari, dapat menunjukkan salah
Anjing liar Raccoon Kambing satu gejala nonspesifik berikut: malaise, anorei<sia, nyeri
Serigala. Kucing Kuda kepala, fotofobia, mual dan muntah, nyeri tenggorok,
Cotton rat Kelelawar Primata
dan demam. Biasanya terdapat sensasi abnormal di sekitar
Kelinci selain
Sapi manusia tempat luka.
lDlmodif ikasi dari Baer GM, Bellini WJ, Fishbein DB: Rhabdovirus. Dalam: Selama fase neurologis akut, yang berlangswg2-7 hari,
Fields Virology. Fields BN et al (editors). Raven Press, 1990. pasien menunjukkan tanda-tanda disfungsi sistem saraf
pusat seperti gugup, cemas, haiusinasi, serta perilaku
aneh. Terlihat hiperaktivitas simpatis umum, berupa
Patogenesis & Patologi lakrimasi, dilatasi pupil, dan peningkatan salivasi serta
perspirasi. Sebagian besar pasien akan menunjukkan
Virus rabies bermultiplikasi di dalam otot arau jaringan
hidrofobia (takut terhadap air). Aktivitas menelan
ikat di tempat inokuiasi dan kemudian memasuki saraf
mencetuskan spasme yang nyeri pada otot tenggorok.
perifer pada taut neuromuskular dan menyebar di dalam
Fase ini diikuti oleh kejang konvulsif atau koma dan
saraf menuju sistem saraf pusat. Namun, virus rabies
kematian. Penyebab utama kematian adalah paralisis
mungkin juga langsung masuk ke dalam sistem saraf pusat
pernapasan. Rabies paralitik terjadi pada sekitar 2070
tanpa replikasi lokal. Virus ini bermultiplikasi di daiam
pasien, paling sering pada orang yang terinfelai oleh virus
sistem saraf pusat dan terjadi ensefalitis progresif. Virus
rabies kelelawar. Perjalanan penyakit ini melambat,
kemudian menyebar melalui saraf perifer ke kelenjar
beberapa pasien bertahan selama 30 hari. Pemulihan dan
ludah dan jaringan iain. Organ dengan titer virus tertinggi
keselamatan hampir tidak mungkin terjadi.
adalah kelenjar liur submaksila. Organ lain tempat
Rabies harus dipertimbangkan pada setiap kasus
ditemukannya virus rabies berupa pankreas, ginjal,
ensefalitis atau mielitis dengan penyebab yang tidak
jantung, retina, dan kornea. Virus rabies belum dapat
diketahui bahkan tanpa adanya riwayat pajanan, terutama
diisolasi dari darah pasien yang terinfeksi.
pada individu yang hidup atau melakukan perjalanan di
Kerentanan terhadap infeksi dan masa inkubasi
luar Amerika Serikat. Kebanyakan kasus rabies di
bergantung pada usia, latar belakang genetik, serta status
Amerika Serikat adalah individu tanpa pajanan yang
imun pejamu, strain virus yang terlibat, jumlah inokulum,
diketahui. Karena masa inkubasi yang lama, individu
keparahan laserasi, dan jarak yang harus dilalui virus dari
mungkin lupa kemungkinan kejadian pajanan. Orang
tempat masuk ke sistem saraf pusat. Terdapat laju
yang kontak dengan rabies kelelawar sering tidak
serangan tertinggi dan masa inkubasi yang lebih pendek
menyadari telah tergigit oleh seekor kelelawar.
pada orang yang digigit pada wajah atau kepala; mortalitas
Masa inkubasi umum pada anjing berkisar dari 3
terendah terjadi pada orang yang mendapat gigitan di
hingga B minggu, tetapi dapat sesingkat 10 hari. Secara
tungkai.
klinis, penyakit pada anjing terbagi menjadi tiga fase yang
Virus rabies menghasilkan inklusi sitoplasma
sama dengan rabies manusia.
eosinofilik spesifik, badan Negri, di dalam sel saraf yang
terinfelai. Badan Negri berisi nukleokapsid virus. Adanya
Diagnosis Laboratorium
inklusi tersebut patognomonik untuk rabies, tetapi tidak
terlihat pada sedikimya20o/o kasus. Sehingga, tidak adanya A. ANTIGEN ATAU ASAM NUKLEAT RABIES
badan Negri tidak menyingkirkan diagnosis rabies.
Makna klinis badan Negri daiam menegakkan diagnosis Jaringan yang terinfeksi virus rabies saat ini dapat
diidentifikasi dengan sangat cepat dan akurat dengan
rabies telah berkurang dengan dikembangkannya uji
pewarnaan imunofluoresensi atau imunoperoksidase
diagnostik antibodi flouresen yang lebih sensitif.
menggunakan antibodi monoklonal antirabies. Spesimen
biopsi biasanya diambil dari kuiit leher pada batas tumbuh
Temuan Klinis
rambut di kepala. Sediaan cetakan jaringan otak atau
Rabies merupakan penyakit primer pada hewan tingkat kornea dapat digunakan.
rendah dan menyebar ke manusia melalui gigitan atau Diagnosis patologi definitif pada rabies dapat
kontak dengan saliva hewan yang terinfeksi rabies. berdasarkan penemuan badan Negri pada sei otak atau
Penyakit ini adalah ensefalitis yang akut, fulminan, dan medula spinalis. Badan Negri berbatas tegas, kira-kira
fatal. Masa inkubasi pada manusia khasnya 1-2 bulan, berbentuk sferis, berdiameter 2-10 pm, dan. memiliki
tetapi dapat hanya I minggu hingga beberapa tahun struktur internal yang berbeda dengan granuia basofil di
BAB 42

dalam matriks eosinofil. Badan Negri mengandung C. SEROLOGI


antigen virus rabies dan dapat dilihat melalui imuno- Antibodi serum terhadap rabies dapat dideteksi
fluoresensi. Badan Negri dan antigen rabies biasanya dapat menggunakan imunofluoresensi atau tes Nt. Antibodi
.ditemukan pada hewan atau manusia yang terinfeksi tersebut terbentuk secara lambat pada individu atau hewan
rabies, tetapi jarang ditemukan pada kelelawar. yang terinfeksi selama perkembangan penyakit tetapi
Pemeriksaaan PCR reuerse transcription dapat terbentuk dalam waktu yang singkat setelah vaksinasi
digunakan untuk amplifikasi bagian genom virus rabies dengan vaksin yang berasal dari sel. Antibodi di dalam
dari jaringan otak yang difiksasi atau tidak terfiksasi. cairan serebrospinal dihasilkan oleh individu yang
lWalaupun tidak umum digunakan sebagai uji diagnostik,
terinfeksi rabies, tetapi tidak pada pemberian vaksin.
pemotongan produk yang telah diamplifikasi memung-
kinkan identifikasi strain virus yang menyebabkan infeksi. D. OBsERvAsI HEwAN
Semua hewan yang dianggap "giia atau tersangka gila"
B. lsoLAsr VrRUs (Tabel 42-3) harus segera dibunuh untuk pemeriksaan
jaringan saraf di laboratorium. Hewan lain harus
Jaringan yang tersedia diinokulasi secara intraserebral
ke dalam mencit yang masih menl'usu. Infeksi pada mencit diobservasi selama 10 hari. Jika hewan-hewan tersebut
menimbulkan ensefalitis dan kematian. Sistem saraf pusat menunjukkan tanda-tanda ensefalitis, rabies, atau perilaku
. pada hewan yang diinokulasi diperiksa untuk mencari aneh, hewan tersebut harus dibunuh secara wajar dan
jaringannya diperiksa di laboratorium. Jika hewan tersebut
badan Negri dan antigen rabies. Di laboratorium khusus,
lapisan sel hamster dan mencit dapat diinokulasi untuk tampak normal setelah 10 hari, harus dibuat keputusan
mendapatkan pertumbuhan virus rabies yang cepat (2 individuai berdasarkan konsultasi dengan petugas
sampai 4hari); waktu ini jauh lebih cepat daripada isolasi kesehatan masyarakat.
virus pada mencit. Virus yang diisolasi diidentifikasi
menggunakan uji antibodi fluoresensi dengan antiserum lmunitas & Pencegahan
spesifik. Isolasi virus mengambil waktu yang terlalu lama Hanya satu tipe antigen virus rabies yang telah diketahui.
untuk memutuskan pemberian vaksin. Lebih dari 99% infeksi pada manusia dan mamalia lain

Tabel 42-3. Penuntun profilaksis pascapajanan rabies.l

dan musang Sehat dan memungkinkan untuk observasi Tidak ada, kecuali timbul gejala rabies
selama 10 hari pada hewan

Gila atau tersangka gila Segera dilakukan vaksinasi

Tidak diketahui (melarikan diri) Konsultasi dengan petugas kesehatan


masyarakat

Li ar
Sigung (skunks), raccoon, Dianggap gila kecuali hewan tersebut terbukti Pertimbangkan vaksinasi segera
kelelawar: serigala, anjing negatif pada pemeriksaan laboratorium
hutan (coyote), dan
karnivora Iain

Lain-lain
Hewan ternak, rodentia, dan Pertimbangkan secara individual. Petugas kesehatan masyarakat lokal atau pusat harus
lagomorpha (kelinci dan dikonsulkan mengenai perlunya profilaksis rabies. Gigitan tupai, hamster, marmot (guinea
hare) pig), gerbil, bajing tanah, tikus, curut, rodenti a lain, kelinci, dan hare hampir tidak pernah
memerlukan profilaksis antirabies.
rDimodifikasi dari MMWR Morb MortalWkly Rep 1999;48(RR-1):1.

'5emua gigitan dan luka harus segera dibersihkan seluruhnya dengan sabun dan air
RABIES, INFEKSIVIRUS LAMBAT, & PENYAKIT PRION I 591

yang menimbulkan gejala berakhir dengan kematian. dari virus rabies strain Flury LEP yang tetap dan
Keselamatan setelah awitan gejala rabies sangat jarang dibiakkan di dalam fibroblast ayam. Virus ini diinaktivasi
terjadi. Dengan demikian, individu yang berisiko tinggi oleh B-propiolakton dan dimurnikan lebih lanjut dengan
penting mendapatkan imunisasi pencegahan; sifat dan sentrifugasi zonal. Telah tersedia di Amerika Serikat pada
risiko pada setiap pajanan dievaluasi, dan individu tahun 1997.
diberikan profilaksis pascapajanan jika pajanannya diduga 4.Vaksin jaringan saraf-Vaksin ini dibuat dari domba,
berbahaya (Tabel 42-3). Karena pengobatan tidak kambing yang terinfeksi, atau otak tikus yang terinfeksi
memberikan manfaat setelah awitan klinis penyakit, dan digunakan di berbagai belahan dunia termasuk fuia,
pengobatan pascapajanan penting untuk segera dilakukan. Afrika, dan Amerika Selatan. Vaksin ini memiiiki potensi
Profilaksis pascapajanan rabies terdiri dari pembersihan
yang rendah per dosisnya, dan pengobatan total meliputi
segera semua luka secara menyeluruh, pemberian hingga 23 injeksi yang menyakitkan. Sediaan ini
imunoglobulin rabies, dan regimen vaksinasi. menimbulkan sensitisasi pada jaringan saraf dan
mengakibatkan ensefalitis pascavaksinasi (suatu penyakit
A. PAToFISIoLoGI PENcEGAHAN RABIES DENGAN
alergi) dengan frekuensi yang banyak (0,05%). Perkiraan
VAKSIN
kemanjuran pada individu yang digigit oleh hewan
Diduga virus mengalami amplifikasi di dalam otot dekat terinfeksi rabies bervariasi dari 5o/o hingga 50o/o.
tempat inokulasi sampai konsentrasi virus cukup banyak
5. Vaksin embrio bebek-Vaksin embrio bebek
untuk menimbulkan infelai sistem saraf pusat. Jika valain dikembangkan untuk meminimalkan masalah ensefalitis
imunogenik atau antibodi spesifik dapat segera diberikan, pascavalsinasi. Virus rabies tumbuh di dalam telur bebek
replikasi virus dapat ditekan dan invasi virus ke sistem berembrio. Reasi anafilaktik jarang terjadi tetapi
saraf pusat dapat dicegah. Tindakan pemberian antibodi antigenisitas vaksin rendah sehingga banyak dosis (16-
secara pasif adalah untuk menetralisasi beberapa virus 25) yang harus diberikan untuk mendapatkan respons
yang telah diinokulasi dan menurunkan konsentrasi virus
antibodi pascapajanan yang memuaskan. Vaksin ini tidak
di dalam tubuh, memberikan waktu tambahan pada diproduksi lagi.
vaksin untuk dapat merangsang produksi antibodi aktif
untuk mencegah masuknya virus ke dalam sistem saraf 6. Virus hidup yang dilemahkan-Virus hidup yang
pusat. dilemahkan diadaptasi agar dapat berkembang di dalam
embrio ayam (misalnya, strain Fiury) digunakan untuk
B. JENIs-JENIS VAKSIN hewan, tetapi tidah untuk manusia. Kadang-kadang, vaksin
tersebut dapat menyebabkan kematian akibat rabies pada
Semua vaksin untuk manusia hanya mengandung virus kucing atau anjing yang diinjeksi. Virus rabies yang
rabies yang sudah diinaktivasi. Tiga vaksin tersedia di berkembang di berbagai kultur sel hewan juga telah
Amerika Serikat walaupun beberapa vaksin lain digunakan digunakan sebagai vaksin untuk hewan peliharaan.
di negara lain. Efisiensi dan keamanan ketiga vaksin rabies Vaksin virus rekombinan yang terdiri dari virus
Amerika Serikat sama. ' vaksinia yang membawa gen glikoprotein permukaan
1. Valain sel diploid manusia (human diphid cell uaccine; rabies berhasil menimbulkan kekebalan pada hewan
HDCV)-Untuk mendapatkan suspensi virus rabies setelah pemberian per oral. Valsin ini terbukti bermakna
bebas dari sistem saraf dan protein asing, virus rabies pada imunisasi spesies reservoir hewan liar dan hewan
diadaptasi agar dapat tumbuh di dalam lapisan sel peliharaan.
fibroblast manusia \71-38 yang normal. Sediaan virus
rabies terkonsentrasi menggunakan ultrafiltrasi dan C, JENIs ANTIBoDI RABIES
diinaktivasi dengan B-propiolakton. Tidak ada laporan 1. Imunoglobulin rabies, manusia (HRIG)-HRIG
mengenai reaksi anafilaktik atau ensefalitik yang serius. adalah gamma giobulin yang dibuat oleh fraksi etanol
Vaksin ini telah digunakan di Amerika Serikat sejak tahun
dingin dari plasma manusia yang mengalami hiper-
l 980. imunisasi. Terdapat lebih sedikit reaksi yang tidak
2. Vaksin rabies, diadsorbsi (rabies uaccine, adsorbed, diinginkan terhadap imunoglobulin rabies manusia
RVA)-Vaksin yang dibuat di dalam lapisan sel diploid daripada terhadap serum antirabies kuda.
yang berasal dari sel paru monyet rhesus fetal terdaftar di 2. Serum antirabies, kuda-Serum ini merupakan serum
Amerika Serikat pada tahun 1988. Virus vaksin ini yang telah dikonsentrasikan dari kuda yang mengalami
diinaktivasi oleh B-propiolakton dan terkonsentrasi hiperimunisasi dengan virus rabies. Serum ini telah
melalui adsorpsi pada alumunium fosfat. digunakan di negara yang tidak tersedia HRIG.
embrio anak ayam yang dimurnikan (purified
3. Valrsin sel
chicb embryo cell udccine; PCEC)-Vaksin ini terbuat
BAB 42

D. PRoFILAKSIS PRAPAJANAN yang ditularkan oleh kelelawar vampir di Amerika Latin.


Profilaksis ini diindikasikan untuk individu yang berisiko Peningkatan rabies di kehidupan liar di Amerika Serikat
tinggi berkontak dengan virus rabies (pekerja laboratorium dan beberapa negara maju lain muncul dengan risiko
diagnostik dan penelitian, penjelajah gua) atau dengan yang lebih besar pada manusia dibandingkan pada anjing
he wan terinfeksi rabies (dokter hewan, peke rja dan kucing.
pengendalian hewan, dan pekerja di alam bebas). Ter.utama akibat keberhasilan pengendalian rabies pada
Tirjuannya adalah untuk mencapai kadar antibodi yang anjing peliharaan, insiden rabies manusia di Amerika
dianggap dapat meiindungi dengan cara pemberian vaksin Serikat menurun hingga kurang dari 3 orang per tahun
sebelum terjadi pajanan. Titer antibodi pada setiap seiama tahun 1990-an.
individu yang telah divaksinasi dianjurkan dipantau secara Analisis antigen dengan antibodi monoklonal dan
periodik dan diberikan booster bila diperlukan. penentuan genotip dengan analisis sekuens nukleotida
dapat membedakan isolat virus rabies dari berbagai
E. PRoFILAKSIS PAScAPAJANAN reservoir hewan yang berbeda. Dari tahun 1990 hingga
2003, telah didiagnosis 35 kasus rabies manusia di
Meskipun sedikit (0-5) kasus rabies manusia yang terjadi
Amerika Serikat, 26 di antaranya (74o/o) terbukti
di Amerika Serikat setiap tahun, lebih dari 20.000 orang
disebabkan oleh virus yang berkaitan dengan kelelawar.
mendapatkan beberapa pengobatan setiap tahun untuk
Lima pasien dengan rabies impor memiliki strain yang
kemungkinan terkena pajanan luka gigitan. Kepurusan
berkaitan dengan anjing.
untuk memberikan antibodi rabies, vaksin rabies-atau
Rakun merupakan reservoir yang penting untuk rabies
keduanya-bergantung pada beberapa faktor: (1) sifat
di Amerika Serikat dan menimbulkan lebih dari setengah
hewan yang menggigit (spesies, status kesehatan,
semua kasus rabies hewan yang dilaporkan. Diduga rabies
peliharaan atau liar) dan status vaksinasinya; (2)
rakun masuk ke daerah Atlantik bagian tengah pada tahun
ketersediaan hewan untuk pemeriksaan laboratorium
(semua gigitan oleh hewan liar dan kelelawar membutuhkan
1970, ketika rakun yang terinfeksi dibawa ke daerah
tersebut dari Amerika Serikat bagian tenggara untuk
imunoglobulin dan vaksin rabies); (3) adanya rabies di
meiengkapi kembali barang buruan. Epizootik rabies
suatu daerah; (4) cara serangan (diprovokasi atau tidak
rakun telah menyebar dan saat ini meliputi Amerika
diprovokasi); (5) keparahan gigitan dan kontaminasi oleh
Serikat bagian timur sampai Kanada.
saliva hewan; (6) saran dari petugas kesehatan masyarakat
(Tabel 42-3). Jadwal profilaksis pascapajanan termasuk
Kelelawar menimbulkan masalah khusus karena
mereka dapat membawa virus rabies walaupun mereka
pemberian imunoglobulin rabies dan vaksin tersedia dari
tampak sehat, mengekskresikan virus yang terdapat di
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit serta kantor
daiam saliva, dan menularkannya kepada hewan lain dan
kesehatan masyarakat pusat.
kepada manusia. Di antara kasus rabies manusia di
Epidemiologi Amerika Serikat yang disebabkan oleh varian yang
berkaitan dengan kelelawar, sekitar 70% disebabkan oleh
Rabies dianggap sebagai penyebab kematian urutan varian keleiawar berbulu-perak dan varian kelelawar
sepuluh tersering pada manusia akibat infeksi. pipistrelle timur. Namun, hanya dua kasus dengan riwayat
Rabies merupakan enzootik pada hewan liar dan gigitan kelelawar, sebagian besar pajanan terhadap
peliharaan. Di seluruh dunia, setidaknya 50.000 kasus kelelawar tidak terdeteksi. Gua kelelawar dapat
rabies manusia terjadi setiap tahun; namun, pada banyak mengandung virus rabies aerosol dan menimbulkan risiko
negara kasus rabies banyak yang tidak dilaporkan. terhadap penjelajah gua. Kelelawar pemakan buah yang
Hampir semua kematian akibat rabies (>99%) terjadi di bermigrasi terdapat di banyak negdra dan merupakan
negara berkembang dan lebih dari 907o semua kematian sumber infeksi untuk banyak hewan dan manusia. Rabies
akibat rabies terjadi di Asia. Di negara dengan kasus kelelawar mungkin penting pada inisiasi enzootik dunia
rabies pada anjing masih endemis, sebagian besar kasus di daerah baru. Australia, yang lama dianggap sebagai
manusia disebabkan oleh gigitan anjing gila. Anak yang benua yang bebas rabies, pada tahun 1996 ditemukan
berusia 5-15 tahun sangat berisiko. Kira-kira 10 juta orang terdapat virus rabies pada kelelawar buah. Semua orang
diberikan profilaksis pascapajanan setiap tahunnya. yang tergigit kelelawar harus menerima profilalsis rabies
Di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa barat, negara pascapajanan.
dengan kasus rabies anjing telah terkendali, kasus rabies Infeksi rabies dari manusia-ke-manusia sangat jarang.
yang disebabkan anjing sangat sedikit. Tetapi, rabies Satu-satunya kasus yang tercatat melibatkan rabies yang
manusia muncul akibat gigitan hewan liar (terutama ditularkan melalui transplantasi k61nsx-k61nea berasal
kelelawar, rakun, sigung, dan rubah) atau terjadi pada dari donor yang meninggal dengan penyakit sistem saraf
turis yang digigit oleh anjing di tempat lain di dunia. pusat yang tidak terdiagnosis, dan resipien meninggal
Masalah yang paling serius pada peternakan yaitu rabies akibat rabies 50-80 hari kemudian. Secara teoretis, rabies
RABIES, INFEKSIVIRUS LAMBAT, & PENYAKIT PRION I 593

dapat berasal dari saliva pasien yang mengidap rabies Vaksin virus rekombinan glikoprotein vaksinia-rabies
dan mengenai orang yang kontak dengannya, tetapi cara oral (V-RG) terbukti efektif u.,tuL -.ng.ndalikan rabies
penularan tersebut tidak pernah tercatat. pada rubah di Eropa. Vaksinasi oral yang ditambahkan
pada umpan makanan digunakan untuk memutuskan
Pengobatan & Pengendalian epizootik rabies pada hewan liar di Amerika Serikat.
Tidak ada pengobatan yang berhasil untuk rabies klinis.
Interferon, ribavirin, dan obat-obat lain terbukti tidak PENYAKIT BORNA
memberikan efek yang menguntungkan. Pengobatan Penyakit Borna, penyakit sistem saraf pusat yang terutama
simptomatik dapat memperpanjang hidup, tetapi hasilnya terdapat pada kuda dan domba di daerah tertentu di
hampir selalu fatal.
Jerman, bermanifestasi sebagai abnormalitas perilaku
Dahulu, beberapa kejadian penting berperan untuk yang biasanya berakhir dengan kematian. Infiltrat sel
mengsndalikan rabies manusia: pengembangan vaksin radang terdapat di dalam otak. Kelainan ini dimediasi
rabies manusia (1885), penemuan badan Negri diagnostik oleh sistem imun.
(1903), penggunaan vaksin rabies untuk anjing (1940- Virus penyakit Borna (BDV) adalah virus RNA yang
an), penambahan imunoglobulin rabies pada pengobatan berselubung, tidak bersegmen, untai negatif di dalam
vaksinasi pascapajanan manusia' (1954), pertumbuhan famili Bornaviridae (Thbel 42-4).WaJaupan sama dengan
virus rabies pada sel yang dikultur (1958), dan rhabdovirus dan paramiksovirus, BDV aneh karena virus
pengembangan uji diagnostik antibodi fluoresen (1959). ini melakukan transkripsi dan replikasi genom di dalam
Vaksinasi prapajanan dianjurkan untuk semua orang nukleus dan menggunakan RNA splicing untuk regulasi
yang berisiko tinggi kontak dengan hewan terinfeksi BDV bersifat nonsitolitik dan sangat neuro-
ekspresi gen.
rabies, seperti dokter hewan, pegawai perawaran hewan, tropik; menimbulkan infelsi persisten. Terdapat sebuah
pekerja laboratorium tertentu, dan penjelajah. Orang serodpe BDV yang telah dikenali. Titer antibodi penetral
yang melakukan perjalanan ke negara berkembang yang yang dihasilkan pada spesies pejamu biasanya sangat rendah.
tidak memiliki program pengendalian rabies untuk hewan Banyak spesies dapat terinfeksi oleh bornavirus,
peliharaan yang optimal harus dilakukan profilaksis termasuk manusia. Data serologi menunjukkan bahwa
prapajanan jika mereka berencana untuk tinggal lebih BDV dapat menimbulkan kelainan neuropsikiatri pada
dari 30 hari. Namun, profilaksis prapajanan tidak manusia, kelainan tersebut tetap akan muncui meskipun
menghilangkan perlunya profilaksis pascapajanan yang BDV secara etiologi terlibat dalam patofisiologi kelainan
sesuai jika terjadi pajanan terhadap rabies. mental tertentu pada manusia.
' Negara yang diisolasi (misalnya, Inggris Raya) yang
tidak memiliki rabies pada hewan liar yang berasal dari TNFEKSI VIRUS LAMBAT & PENYAKIT
dalam negeri dapat membuat prosedur karantina untuk
anjing dan hewan peliharaan lainnya yang akan diimpor. PRION
Di negara yang terdapat rabies anjing, hewan yang bebas Beberapa penyakit degeneratif kronik pada sistem saraf
mengembara harus dibunuh dan harus dilakukan valainasi pusat manusia disebabkan oleh infeksi persisten "lambat"
pada anjing dan kucing peliharaan. Di negara yang atau kronik oleh virus klasik. Penyakit tersebut antara
terdapat rabies pada hewan liar dan kontak antara hewan lain panensefalitis sklerosa subakut din leukoensefalopati
peliharaan dengan hewan liar tidak dapat dihindari; semua multifokal progresif. Penyakit lain yang dikenal sebagai
hewan peliharaan harus divaksinasi. ensefalopati spongiform yan g menular--contoh, penyakit
Creutzfeldt-Jakob-tampaknya disebabkan oleh agen
menular yang tidak konvensional disebut "prion" (Tabel
42-5). Penyal<tt neurologik progresif yang disebabkan oleh
Tabel 42-4. Sifat penting bornavirus.
agen ini memiliki masa inkubasi selama bertahun-tahun
sebelum muncul manifestasi klinis akibat infeksi (Tabel
Virion: sferis, diameter 90 nm
42-5).
Genom: RNA untai tunggal, linear, tidak bersegmen, sense
negatif, 8,9 kb, BM 3 juta
Protein: Enam protein struktural lnfeksi Virus Lambat
Selubung: Ada
Replikasi: Nukleus; tempat maturasi tidak diketahui
A. VIsNA
Karakteristik yang menoniol: Virus visna dan virus pneumonia progresif (maedi) adalah
Kisaran pejamu luas agen yang berkaitan erat penyebab infelai yang berjalan
Neurotropik lambat pada domba. Virus tersebut diklasifikasikan
Menyebabkan abnormalitas neurobehavioral sebagai retrovirus (genus Lentiuirist lihat Bab 44).
BAB 42

Tahel 42-5, Penyakit virus lambat dan penyakit prion.

Penyakit pada manusia


Panensefalitis sklerosa Varian virus campak Manusra 2-20 tahun Panensefalitis sklerosis
su bakut kron ik

Leu koensefa I opati Poliomavirus JVC Manusia Tahunan Demielinisasi sistem saraf
multifokal progresif pusat

Penyakit Creutzfeldt- Prion Manusia, sim- Bulan hingga Ensefalopati spongiform


Jakob panse, monyet tahun

Ku ru Prion Manusia, sim- Buian hingga Ensefalopati spongiform


panse, monyet tahun

Penyakit pada hewan


Visna Retrovirus Domba Bulan hingga Demielinisasi sistem saraf
tahun pusat

Scrapie Prion Domba, kambing, Bulan hingga Ensefalopati spongiform


mencit tahun

Ensefalopati spongiform Prion Lembu Bulan hingga Ensefalopati spongiform


bovi n tahu n

Ensefalopati pada cerpelai Prion Cerpelai , hewan Bulanan Ensefalopati spongiform


yang dapat ditularkan la in

Chronic wasting disease Prion Rusa mule, Bulan hingga Ensefalopati spongiform
rusa besar tahun

Virus visna menginfeksi semua organ tubuh domba saraf yang secara persisten terinfeksi kekurangan protein
yang terinfeksi; namun, perubahan patologis terutama yang dibutuhkan untuk produlai partikel infelaius. Pasien
terbatas pada otak, paru, dan sistem retikuloendotelial, dengan panensefalitis sklerosa subakut memiliki titer
Lesi inflamasi terbentuk di dalam sistem sarafpusat segera antibodi anticampak yang tinggi kecuali antibodi terhadap
setelah infeksi, tetapi biasanya terdapat masa inkubasi protein M yang sering tidak ada. Penurunan efisiensi
yang lama (berbulan-bulan hingga bertahun-tahun) transkripsi virus campak di sel otak yang berdiferensiasi
sebelum timbul gejala neurologis yang dapat diamati. penting untuk mempertahankan infeksi persisten yang
Perkembangan penyakit dapat cepat (beberapa minggu) menimbulkan panensefalitis sklerosa subakut.
atau lambat (beberapa tahun).
Virus dapat ditemukan sepanjang hidup hewan, tetapi C. LEUKoENSEFALoPATI MULTIFoKAL PROGRESIF
ekspresi virus terbatas secara in uiuo sehingga hanya Virus JC (JC$, anggota famili Poliomaviridae (lihat Bab
terdapat virus infeksius dalam jumlah minimal. Variasi 43), merupakan agen penyebab leukoensefaiopati
antigen terjadi pada infeksi persisten yang lama. Banyak
multifokal progresif, komplikasi sistem saraf pusat yang
mutasi terjadi pada gen struktural yang mengode terjadi pada beberapa individu yang mengalami
glikoprotein selubung virus. Hewan yang terinfeksi imunosupresi. Dahulu penyakit ini jarang terjadi, saat
membentuk antibodi terhadap virus.
ini terdapat dalam jumlah yang bermakna (sekitar 5%)
pada pasien AIDS. Demielinisasi di dalam sistem saraf
B. PANENSEFALITIS SKLEROSA SUBAKUT pusat pada pasien dengan leukoensefalopati multifokal
progresif terjadi akibat infeksi oligodendrosit oleh
Penyakit yang dmbul pada orang dewasa muda ini jarang
poliomavirus.
terjadi dan disebabkan oleh virus campak, dengan
demielinisasi progresif lambat pada sistem saraf pusat
Ensefalopati Spongiform yang Dapat
yang berakhir dengan kematian (lihat Bab 40). Struktur
Ditularkan (Penyakit Prion)
nukleokapsid virus banyak dihasilkan di dalam neuron
dan sel glia. Terdapat pembatasan ekspresi gen virus yang Penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat-kuru,
mengode protein selubung sehingga virus di dalam sel penyakit Creutzfeldt-Jakob, sindrom Gerstmann-
RABIES, INFEKSIVIRUS LAMBAT, & PENYAKIT PRION I 595

Striussler-Scheinker, insomnia familial fatal pada satunya tempat yang terlihat perubahan patologis). Titer
manusia, scra?ie pada domba, Ensefalopati pada cerpelai infektivitas maksimum dicapai di dalam otak jauh
yang dapat ditularkan, ensefalopati spongiform bovin sebelum timbul gejala neuroiogi. Penyakit ini ditandai
pada lembu, dan chronic wasting disease pada rusa- oleh pembentukkan plak amiloid pada sistem saraf pusat
memiliki gambaran patologis yang serupa. Penyakit- hewan yang terinfeksi. Area ini menunjukkan akumulasi
penyakit tersebut dideskripsikan sebagai ensefalopati elatraselular protein; diwarnai dengan Congo red.
spongiform yang dapat ditularkan. Agen penyebabnya Protein yang resistan terhadap protease dengan berat
bukan virus konvensionai; infektivitas berhubungan molekul 27-30 kDa telah dimurnikan dari otak yang
dengan material proteinaseus yang menghilangkan banyak terinfeksi scrapie dan ditandai sebagai protein prion PrP.
asam nukleat yang terdeteksi. Istilah "prion" digunakan Sediaan yanghanya mengandung PrP dan asam nukleat
untuk menandakan agen kelas baru ini. yang tidak terdeteksi bersifat infeksius. PrP berasal dari
Tipe prion yang berbeda tampaknya memiliki protein pengkode pejamu yang lebih besar, PrPs', yang
mekanisme patogenesis yang umum. Sawar spesies terdapat merupakan versi perubahan protein selular normal (PrPc).
untuk semua ensefalopati spongiform yang dapat ditularkan, Protein tersebut adaiah protein membran yang tertanam
tetapi beberapa prion dapat melewati sawar tersebut. pada glikolipid. Kadar PrPs" meningkat pada otak yang
Agen ini sangat resistan terhadap cara inaktivasi terinfeksi karena protein menjadi resistan terhadap
standar, Agen tersebut resistan terhadap pemberian degradasi. Kerentanan genetik terhadap infeksi scftzPie
formaldehid (3,7o/o), urea (8 M), pemanasan kering, berhubungan dengan mutasi titik di dalam gen PrPc, dan
pendidihan, etanol (50%), protease, deoksikolat (5%), tikus yang secara genetik berubah dan tidak memiliki
dan radiasi pengion. Namun, mereka sensitif terhadap PrPc resistan terhadap scrapie. Contoh struktur replikasi
fenol (907o), pemutih rumah, eter, NaOH (2 N), deterjen prion telah diajukan dengan PrPs'membentuk
kuat (natrium dodesil sulfat 10%), dan penggunaan heterodimer dengan PrPc dan membentuk lipatan ulang
autoklaf (l jam, 12l "C). Guanidin tiosianat sangat efektif sehingga menyerupai PrPs'. "Strain" prion diduga
untuk mendekontaminasi alat-alat dan instrumen medis. menunjukkan struktur PrPs' yang berbeda. Masih tidak
Ada beberapa tanda yang membedakan penyakit yang jelas apakah protein ini menggambarkan elemen struktur
disebabkan oleh agen yang tidak konvensional ini. yang penting pada agen infeksius atau produk patologis
\Talaupun agen penyebab dapat ditemukan kembali dari yang terakumulasi akibat penyakit.
organ lain, penyakit terbatas pada sistem saraf pusat.
Gambaran dasarnya adalah neurodegenerasi dan B. ENSEFALoPATI SPoNGIFORM BOVIN DAN VARIAN
perubahan spongiform. Plak amilod dapat terjadi. Masa BARU PENYAKIT CREUTZFELDT-JAKOB
inkubasi yang lama (bulan hingga dasawarsa) mendahului
awitan penyakit klinis dan diikuti oleh penyakit progresif Suatu penyakit yang menyerupai snapie, disebut
kronik (minggu hingga tahun). Penyakit ini selalu fatal, ensefalopati spongiform bovin (BSE), atau "penyakit sapi
tanpa kasus yang diketahui mengalami remisi atau gila', muncul pada sebuah peternakan di Inggris Raya
pemulihan. Pejamu tidak memperlihatkan respons pada tahun 1986. \Wabah ini ditelusuri melalui
inflamasi dan tidak terdapat respons imun (agen penggunaan makanan ternak yang mengandung makanan
tampaknya tidak antigenik); tidak terjadi produksi tulang yang terkontaminasi dari domba yang terinfeksi
interferon; dan tidak ada efek pada fungsi sel B atau sel T scrapie dan bangkai ternai< yang terinfeksi BSE.
pejamu. Imunosupresi pada pejamu tidak memberi efek Penggunaan makanan ternak tersebut dilarang pada tahun
pada patogenesis. 1988. Epidemi 'penyakit sapi giia' memuncak di Inggris
Raya pada tahun 1993. Diperkirakan lebih dari I juta
ternak terinfeksi. BSE juga ditemukan di negara Eropa
A. SCRAP,E
lainnya. Pada tahun 1996, sebuah varian baru penyakit
Srapie menunjukkan perbedaan kerentanan yang jelas Creutzfeldt-Jakob (CJD) diemukan di Kerajaan Inggris
pada berbagai jenis hewan. Kerentanan terhadap suapie yang terjadi pada orang muda dan memiliki karakteristik
yang ditularkan secara eksperimen berkisar dari nol patologis khusus yang mirip dengan BSE. Saat ini telah
hingga lebih dari 80% pada berbagai jenis domba, diterima bahwa bentuk varian baru CJD dan BSE
sedangkan kambing hampir 100o/o rentan. Transmisi disebabkan oleh agen yang umum, menandakan bahwa
scarpie pada mencit dan tikus, yang masa inkubasinya agen BSE telah menginfeksi manusia. Hingga tahun 2002,
sangat memendek, telah membantu penelitian penyakit dari 129 orang yang telah didiagnosis dengan varian baru
ini. CJD di Inggris, l2l orang meninggal.
Infektivitas dapat ditemukan dari jaringan limfoid
pada awal infeksi, tetapi titer agen yang tinggi hanya
ditemukan di dalam otak, medula spinalis, dan mata (satu-
596 I BAB 42

C. PENYAKIT KURU DAN CREUTZFELDT-JAKOB


KLASIK

Dua ensefaiopati spongiform pada manusia adalah kuru


'dan bentuk klasik CJD. Homogenat otak dari pasien
telah menularkan kedua penyakit tersebut kepada primata
selain manusia. Kuru hanya terjadi di daratan tinggi timur
New Guinea dan menyebar melalui tradisi ritual
kanibalisme yang memakan keluarga yang meninggal.
Sejak tradisi tersebut menghilang, penyakit kuru tidak
ditemukan lagi. CJD pada manusia muncul secara
perlahan-lahan, disertai oleh demensia progresif, ataksia,
dan mioklonus, serta menyebabkan kematian dalam 5-
12 bulan. CJD sporadis terjadi dengan frekuensi sekitar
satu kasus per juta populasi per tahun di Amerika Serikat
dan Eropa dan melibatkan pasien yang berusia lebih dari
50 tahun. Perkiraan insiden kurang dari satu kasus per
200 juta untuk orang yang berusia kurang dari 30 tahun.
Namun, bentuk varian baru CJD berkaitan dengan BSE
(atas) terutama mengenai individu yang berusia kurang
dari 30 tahun.
Dua bentuk familial CJD adalah sindrom Gerstmann-
Strdussler-Scheinker dan insomnia familial fatal. Penyakit-
penyakit tersebut jarang (10-15%o kasus CJD) dan terjadi
akibat mutasi bawaan pada gen PrP.
CJD iatrogenik telah ditularkan secara tidak sengaja
melalui sediaan hormon pertumbuhan dari kelenjar
hipofisis kadaver yang terkontaminasi, transplantasi
kornea, instrumen bedah yang terkontaminasi, dan
cangkokan dura mater kadaver manusia yang digunakan
untuk pembedahan perbaikan cedera kepala. Tampaknya
ln
resipien pencangkokan dura mater yang terkontaminasi
tetap berisiko mengalami CJD setidaknya selama 16 tahun
setelah menerima cangkokan. Diduga tidak terjadi
transmisi CJD melalui darah atau produk darah.
Suatu protein yang sangat mirip dengan PrPs' scrapie
terdapat di dalam jaringan otak yang terinfeksi oleh CJD
klasik. Diperkirakan bahwa agen CJD langsung berasal dari
domba yang terinfekst scrapie dan ditularkan ke manusia
melalui konsumsi otak domba yang tidak matang.

D. CHR'N'c WASTING D,SEAsE


Penyakit yang menyerupai scrapie, disebut chronic wasting
disease,ditemukan pada rusa mule dan sejenis rusa yang
besar di Amerika Serikat. Tidak ada bukti bahwa penyakit
ini ditularkan kepada manusia.

E. PENYAKIT ALZHEIMER
Terdapat beberapa kesamaan neuropatologis antara CJD
dan penyakit Alzheimer, termasuk adanya plak amiloid.
Namun, penyakit ini secara eksperimental tidak
ditularkan ke primata atau rodentia, dan materi amiloid
di dalam otak pasien Alzheimer tidak mengandung protein
PrPs'.
RABIES, INFEKSIVIRUS LAMBAT, & PENYAKIT PRION / s97

,fi. .l - : il ,'
: . Vil)s rabies
e memiliki kisaran pejamu yang luas dan
;.: .l kemampuan untuk menginfeksi semua hewan
,.;:.. berdarah
panas, termasuk manusia. Manakah
,jr.' pernyatapn beiikut ini yang benar mengenai
1r gpidemiolbgi rabies manusia?
Yj: ;':(A) Afika mencatat mayoritas-kematlan.akibat
I jii', rabies (Dl
(B) Gigitan anjing menimbulkan sebagian besar
{' ' .kasus rabies fnanusia di lnggr.is ,:l::r::=::::

fjr' . (C),;Hewan peliharadn merupakan sumber sebaqian i$)


.+ besbr rabies manusia di Amerika Serikat
f. (D) Transmisi rabies manusia-ke-manusia mgnem-
-,.[l , , pitkan iiegawai medis pada risiko yang serius
,"i, tE) Rabies ketelawar_menyebabkan sebagian besar
, l, : kasus iabies manusia di Amerika Serikat pada

7-1" Agen icrapje yang infeksius dapat terdeieksi pada


i. plak dmiloid di dalam otak .domba dan hamster
'i__ yang terinfeksi: Genom agen infeksius ini ditandai
! .dengan tlpJe asam nukleat yang mana?
i:' .r:(A) RNAr'untJi tunggal; sense negatif
,,;l'(B) RNA interferen keiil, RNA infeksius'terkecil
',i . Yang diketahui '

-rl. (C) DNA.mitokondiia


Kopi ,DNA genom RNA, terintegrasi di dalam
r:;r :
' '(D) DNA sirkular; untai tunggal
, . (E) Asam nukleat tidak terdeteksi ,:
i." S"orrng laki-laki berusia 49 tahun mengunjungi KEPUSTAKAAN
lgorang ahli neLrologi setelah 2 hari mengalami Andrews NJ et al: l)eaths lrom varian Creutzfeldt-Jakob disease in the
i; . hyeri dan paresteiib lengan kanan yang semakin ll.I{. Larrcct 2003;361:751.
i' ,ahebat. Ahli neurologi menegakkan diagnosii
Compcndium of animal rabies prevention and control, 2003, National
' . nguropati atipikal. Gejala meningkat dan disertai Association of State Public I {calth Veterinarians, Inc, MMWR ['Iorb
spasme tanOan dan berkerinqat pada sisi kanan Mortal Wkly Rep 2003;52(RR-5):1.
+, ,^walafr aa4 6adan. Pasien dirJwat'di rumah sakit de MaLlos CA, de Mattos CC, Ilupprecht CE: Rhabdoviruses. Dalan: Fickls
iehari setelbh muncul disfagia; hipersalivasi, agitasi,
\rirology, ed. 4. Knipe DX4 et al (editor). Lippincott Williams &
,:dan kedutan otot qeneralisata. Tanda vital
dan Wilkins.2001.
, ";: pemeriksaan darah normql, tetapi dalam beberapa
;+ j". pasien menjadi bingung. Ahli neurologi yang lluman rabies prcvenlion-lJnited Statcs, I 999. Recommendations ofthe
: -i': dikonsultasikan menduga pasien menderita rabies.
Advisory Comnittec on Irnmunization Practices. MMWR l\{orb
: lmu"noglobulin rabies, vaksih, dan asiklovir telah Mortal Wkly Rep 1999;48(RR-1);1.
diberikan. Pasien dipasang ventilasi mekanik pada Il.abies vaccincs; WHO position papcr. Wcekiy Epidemiol Record
hari bqrikutnya. Terjadi gagal ginjal, darr pasien 2002:7'l:I09.

" rleninggal 3 hari kemudian, Hasil pemeriksaan Itutaia WA. Weber DJ; Creutzfeldt-Jakob disease: Recommendation for
:;, rabies positif. lstri pasien memberitahukan bahwa disinleclion and sterilization. Clin Infcct Dis 2001;32:1348.
, 1i- nasien tidak"digigit oleh aniing atau hewan liar, Smith JS, Orciari LA, Yager PA: Molecular epideniology of'rabies in the
q-:' Pgnjelasan mengenai kegagalan pengobatan yang United States. Semin Virol 1995:6:387.
pialing mungkin,adalah
, ,, J
.' .
Siaeheli P et al: Epidcrniology of Borna clisease virus. Gen Virol
j1, .J_, :.-" : 200087:2723.
Vi rrurs' Ka n kei'r lV{ a h usi a

Virus merupakan faktor etiologi dalam perkembangan Virus Tumor Berbeda Jenis
beberapa jenis tumor pada manusia, termasuk dua yang
Seperti virus lain, virus tumor diklasifikasikan menjadi
paling penting di seluruh dunia-kanker serviks dan beberapa famili virus yang berbeda berdasarkan asam
kanker hati. Sedikitnya 75o/o dari sen.rua tumor manusia
nukleat genom dan karakteristik biofisik virion. Sebagian
di seluruh dunia disebabkan oleh virus. Virus yang paling
besar virus tumor yang dikenali dapat memiliki genom
sering menimbulkan tumor pada manusia diringkas dalam
DNA atau membentuk provirus DNA setelah infeksi sel
Tabel 43-1. Virus tersebut termasuk papilomavirus (virus hepatitis C merupakan pengecualian).
manusia, virus Epstein-Barr, virus hepatitis B, virus
Virus tumor DNA diklasifikasikan menjadi kelompok
hepatitis C, dan dua retrovirus manusia ditambah
papiloma-, polioma-, adeno-, herpes-, hepadna-, dan
beberapa kandidat virus kanker manusia. Banyak virus
poxvirus. Virus tumor DNA mengode onkoprotein virus
dapat menimbulkan tumor pada hewan, baik akibat
yang penting untuk replikasi virus tetapi juga
infeksi alamiah maupun setelah inokulasi eksperimental.
memengaruhi jalur pengendalian pertumbuhan selular'
Virus hewan direliti untuk mempelajari bagaimana
Sebagian besar virus rumor RNA adalah famili
sejumlah informasi genetik yang terbatas (satu atau
retrovirus. Retrovirus membawa polimerase yang
beberapa gen virus) dapat sangat mengubah perilaku
ditujukan untuk RNA (raz;rrse nanscriptase) yang
pertumbuhan sel, aklirnya mengubah sel normal menjadi
membentuk salinan DNA pada genom RNA virus.
sel neoplastik. Penelitian tersebut memperlihatkan
wawasan tentang regulasi pertumbuhan pada sel yang
Tabet 43-1. Hubungan virus dengan kanker manusia.l
normal. Virus tumor adalah agen yang dapat menye-
babkan tumor bila menginfeksi hewan yang sesuai. Famili Vifus' :, ' Viius Kanker Manusia
Banyak peneiitian dilakukan dengan menggunakan kultur
sel binatang daripada hewan yang utuh, karena mungkin Papilomaviridae Papilomavirus Tumor genital
manusia Karsinoma sel
dilakukan analisa ke,iadian di tingkat seiular dan skuamosa
subseiular. Pada kultur sel seperti itu, virus tumor dapat Karsinoma orofaring
menimbulkan "transformasi." Namttn, penelitian pada
hewan penting untuk mempelajari berbagai langkah H erpesvi rid ae Virus EB Karsinoma nasofaring
Limfoma Burkit Afrika
karsinogenesis, termasuk respons pejamu yang kompleks Limfoma sel B
terhadap pembentukan tumor.
Penelitian dengan virus tumor RNA menunjukkan Hepadnaviridae Virus Hepatitis B Karsinoma
keikutsertaan onkogen selular pada neoplasia; virus tumor h epatosel u la r

DNA menentukan peran gen penekan tumor selular. Retrovoridae Virus HTL Leukemia sel T orang
Penemuan ini menimbulkan revolusi pada biologi kanker dewasa
dan membentuk kerangka konseptual untuk dasar Virus lmuno- Keganasan Yang
molekular karsi nogenesis. defisiensi berhubungan
manusia dengan AIDS
GAMBARAN UMUM KARSINOGENESIS F laviviridae Virus hepatitis C Karsinoma hepato-
VIRUS selular
lKandidat virus tumor manusia termasuk herpesvirus manusia 8, tipe
Prinsip karsinogenesis virus diringkas padaTabel 43-2. tambahan papilomavirus. dan poliomavirus SV40, Jc, dan BK.

598
VIRUS KANKER MANUSIA

Tabel 43-2. Prinsip perbedaan karsinogenesis virus. aktivasi onkogen selular multipel dan inaktivasi gen
penekan tumor teriibat dalam evolusi tumor baik
'1. Virus dapat menyebabkan kanker pada hewan dan melibatkan virus maupun tidak.
manusia.
Tampaknya virus tumor biasanya bertindak sebagai
2.. Virus tumor sering menimbulkan infeksi persisten
pada pejamu alamiah" kofaktor, hanya memberikan beberapa langkah yang
3. Faktor pejamu merupakan penentu penting pada dibutuhkan untuk membentuk sel ganas. Virus penting-
tumorigenesis yang diinduksi oleh virus. tetapi tidak cukup-untuk perkembangan tumor dengan
4. Virus jarang merupakan karsinogen komplet. etiologi virus. Virus umumnya bcrperan sebagai inisiator
5. lnfeksi virus lebih um.um daripada pembentukan
proses neoplastik dan dapat melakukan hal tersebut dalam
tumor yang disebabkan oleh virus.
5. Masa laten yang lama biasanya terjadi antara infeksi berbagai mekanisme yang berbeda.
virus awal dan timbulnya tumor.
7. Strain virus dapat memiliki potensi onkogenik yang lnteraksi Virus Tumor dengan Penjamunya
berbeda.
8. Virus dapat secara langsung atau tak langsung A. INFEKSI PERSISTEN
berperan sebagai agen karsinogenik.
Patogenesis infeksi virus dan respons pejamu merupakan
Virus onkogen memodulasi jalur pengendalian
pertumbuhan di dalam sel. suatu kesatuan untuk memahami bagaimana kanker dapat
10. Model hewan dapat menunjukkan mekanisme timbul dari latar beiakang tersebut. Virus tumor yang
karsinogenesis virus. telah diketahui menimbulkan infeksi persisten jangka
11. Penanda virus biasanya terdapat di dalam sel tumor. panjang pada manusia. Oleh karena perbedaan kerentanan
12. Sebuah virus dapat menimbulkan lebih dari satu jenis
genetik individu dan respons imun pejamu, kadar
tumor.
replikasi virus dan tropisme jaringan dapat bervariasi
lDireproduksi dari Butel JS: Viral carcinogenesis: Revelation of molecular
pada setiap orang. Valaupun sangat sedikit sel pejamu
mechanisms and etiology of human disease. Carcinogenesis 2000;21 :405.
yang dapat terinfeksi pada suatu waktu, infbksi kronik
menimbulkan kesempatan jangka panjang untuk
munculnya kejadian yang jarang yang memungkinkan
Salinan DNA (provirus) menjadi terintegrasi kedaiam ketahanan se1 de ngan mekanisme pe ngendalian
DNA sel pejamu yang terinfeksi, dan semua protein virus pertumbuhan yang dimodifikasi oleh virus.
yang diterjemahkan berasal dari kopi DNA yang
terintegrasi ini. B. REsPoNs IMUN PEJAMU
Virus tumor RNA adalah dua tipe umum yang
berhubungan dengan induksi tumor. Virus yang sangat
Virus yang menimbulkan infeksi persisten harus
mengindari deteksi dan pengenalan oleh sistem imun yang
onkogenik (transformasi langsung) membawa onkogen
dapat mengeliminasi infeksi. Strategi penghindaran oleh
yang berasal dari sel. Virus onkogenik yang lemah
(transformasi lambat) tidak mengandung onkogen dan
virus yang berbeda telah diidentifikasi, antara lain
pembatasan ekspresi gen virus yang menjadikan sel yang
menginduksi leukemia setelah masa inkubasi yang lama
terinfeksi hampir tidak terlihat oleh pejamu (virus
melalui mekanisme tidak langsung. Dua jenis retrovirus
Epstein-Barr di dalam sel B); tempat infeksi relatif tidak
penyebab kanker yang telah diketahui pada manusia
dapat dicapai oleh respons imun (papilomavirus manusia
berperan tidak langsung. Virus hepatitis C, flavivirus,
tidak membentuk provirus dan tampaknya menginduksi
di dalam epidermis); mutasi antigen virus yang
menghindari ldentifikasi oleh antibodi dan sel T (virus
kanker secara tidak langsung.
imunodefisiensi manusia); modulasi molekul kompleks
histokompatibilitas mayor pejamu kelas I di dalam sei
Karsinogenesis Beberapa Tahap
yang terinfeksi (adenovirus, sitomegalovirus); hambatan
Karsinogenesis merupakan proses yang bertahap, yaitu pembentukan antigen (virus Epstein-Barr); dan infeksi
bahwa perubahan genetik multipel harus terjadi untuk serta supresi sel imun yang penting (virus imunodefisiensi
mengubah sebuah sel normal menjadi sel ganas. Stadium manusia).
intermedia telah diidentifikasi dan disebut dengan istilah Dipercaya bahwa mekanisme pertahanan imun
s€perti "imortalisasi", "hiperplasia', dan "praneoplastik." pejamu mengeliminasi sel neoplastik yang jarang yang
Tumor biasanya berkembang secara lambat dalam jangka dapat muncul pada individu normal yang terinfeksi oleh
waktu lama. fuwayat alamiah kanker manusia dan hewan virus kanker. Namun, bila pejamu mengalami imuno-
menunjukkan proses evolusi selular secara bertahap, supresi, sel kanker dapat berproiiferasi dan menghindari
mungkin melibatkan seieksi berulang pada sel yang jarang pengendalian imun pejamu. Resipien transplantasi organ
dengan beberapa manfaat pertumbuhan selektif. Jumlah yang mengalami imunosupresi dan individu yang
mutasi yang mendasari proses ini diperkirakan berkisar terinfeksi oleh virus imunodefisiensi manusia memiliki
dari tiga hingga delapan. Observasi menunjukkan bahwa peningkatan risiko limfoma y^ng disebabkan oleh virus
600 I BAB 43

Epstein-Barr dan penyakit yang disebabkan oleh Sebagian besar virus tumor menunjukkan spesifikasi
papilomavirus manusia. Variasi pada respons imun jaringan yang jelas, sifat yang mungkin menuniukkan
individu mungkin berperan pada kerentanan terhadap adanya reseptor permukaan yang bervariasi untuk virus,
tumor yang diinduksi oleh virus pada pejamu normal. kemampuan virus untuk menimbulkan infeicsi diseminata
selain infeksi 1okal, atau faktor intraselular yang
C, MEXANISME KERJA VIRUs KANKER MANUSIA dibutuhkan untuk ekspresi gen virus.
Beberapa virus rnenyebabkan satu jer.ris tlrmor,
Virus tumor memediasi perubahan pada perilaku sei
sedangkan yang lainnya menyebabkan beberapa jenis
dengan cara membatasi jumlah informasi genetik. Ada
dua pola umum yang'menimbulkan perilaku tersebut:
tumor. Perbedaan ini menunjukkan tropisme jaringan
vi rus.
Virus tumor memasukkan "gen transformasi" yang baru
ke dalam sel (kerja langsung) atau virus mengubah ekpresi
gen selular yang lah ada (kerja tidak
E. RETENSI ASAM NUKLEAT VIRUs TUMOR PADA
te langsr-rng) .
SEL PEJAHU
Sebaliknya, sel kehilangan pengendalian regulasi proses
pertumbuhan yang normal. Perubahan genetik yang stabil dari sel normal menjadi
Virus biasanya tidak bertindak sebagai karsinogen sel neoplastik secara umum memerlukan retensi gen virus
komplet. Selair.r perubahan yang dimediasi oleh lungsi cli dalam sel. Sering tetapi tidak selalu, pcrubahan ini
virus, perubahan lain dibutuhkan untuk menghentikan ditimbulkan oleh intcgrasi gen virus tertentu ke dalam
bcrbagai jalur regulasi multipel dan
titik acuan pada sel gcnorn sel pejarnu. Pada virus tumor DNA, bagian DNA
normal untuk memungkinkan sebuah sel untuk genorn virus dapat tcrintegrasi kc dalam l<romosom sel
melakukan transformasi total. -Ildak ada cara translormasi pejamr.r. I(adang-kadang, kopi episomai genom virus
tunggal yang melatarbelakangi karsinogenesis virus. Pada dipertahankan di dalam sel tumor. Pada retrovirus, kopi
tingkat molekular, mekanisme onkogenik oleh virus tumor DNA provirus dari virus RNA terintegrasi di dalam sel
manusia sangat bervariasi. DNA pejarnu. Kopi genorn I{NA virus hepatitis C yang
Transformasi seluiar dapat didefinisikan sebagai tidak terintegrasi dipertahankan di dalam sel tumor.
perubahan yang stabil dan dapat diturunkan pada Pada beberapa sistem virus, sel yang diubah virus dapat
pengendalian pertumbuhan sel dalam kultur. Tidak ada rnelepaskan faktor pertumbuhan yang memengaruhi
kumpulan karakteristik tanpa kecuali yang membcdakan ferrotip sel didekatnya yang tidak terinfeksi sehingga
sel yang telah bertransformasi dari karakterisrik normal. n.rembantu pembentukan tumor. Mungkin juga ketika
Pada praktiknya, transformasi dikenaii oleh akuisisi sel sel tumor mengaiami mutasi genetik selama pertumbuhan
pada beberapa sifat pertumbuhan yang tidak diperlihatkan tumor, kebutuhan akan gen virus yane membentuk inisiasi
oleh jenis sel induk. T'ransformasi menjadi fenotipe tumor dapat tidak diperlukan dar.r akan hilang dari
maligna dikenali melalui pembentukan tumor ketika sel beberapa sel.
yang telah bertransformasi diinjeksi ke hewan percobaan
yang sesuai. RETROVIRUS
Virus tumor yang bekcrja secara tidak langsung tidak
dapat mentransformasi sel di dalam biakan. i{etrovirus mengandung sebuah genom RNA dan Rl/l-
directed DNA polymerase (reuerse transcr4)tasa). Virus tunror
D. KERENTANAN SEL TERHADAP INFEKSI VIRUs RNA pada limi1i ini terutama menyebabkan tumor sistenr
retikuloendoteiial dan hematopoetik (leukemia, limfoma)
Pada tingkat selular, sel pejamu dapat atau tidak dapat
atau jaringan ikat (sarkoma).
memungkinkan replikasi virus terrentu. Sel yang
Sifat penting retrovirus terdapat di dalam 1tbel 1t3-3.
memungkinkan replikasi menunjang pertumbuhan virus
dan produksi virus progeni; sedangkan sel yang tidak
dapat memungkinkan repiikasi tidak dapat menunjang Struktur & Komposisi
pertumbuhan. Khususnya pada virus DNA, sel yang Genom retrovirus terdiri dari dua subunit RNA untai
permisif tidak mela.kukan transformasi kecuali siklus tunggal, sense positif yang identik, masing-masing
replikasi virus yang normalnya menimbulkan kematian berukuran 7-1i kb. I?euerse transriptase yang terdapat di
sel pejamu dihambat dengan cara tertentu; sel yang dalam partikel virus penting untuk repiiklasi virus.
nonpermisif dapat melakukan transformasi. Sebaliknya, Partikel retrovirus mengandung ribonukleoprotein
sifat klas virus tumor RNA adalah mereka tidak mati berbentuk heliks di dalam kapsid ikosahedral yang
untuk sel tempat bereplikasi. Sel yang pern.risif untuk dikelilingi oleh membran luar (se lubung) yang
satu virus dapat nonpermisif untuk virus lain. mengandung glikoprotein dan lipid. Antigen yang spesifik
'f idak semua sel iari spesies pejamu alamiah renran
tipe atau spesifik subgrup berkaitan dengan glikoprotein
terhadap replikasi atau transibrmasi virus atau keduanya. pada selubrrng virus, yang dikode oieh gen enu;
^nLigen
VIRUS KANKER MANUSIA 601

Tabel 43-3. Sifat Retrovirus yang penting Klasifikasi


Virion: Sferis, diameter 80-110 nm, nukleoprotein A. GENUs
berbentuk heliks diselubungi kapsid ikosahedral
Famili itetroviridae terbagi menjadi tujuh genus;
Komposisi: RNA (1%), protein (sekitar 65%), lipid (sekitar
Afuharetrouirus (yang mengandung leukosis burung dan
30%), karbohidrat (sekitar 4%)
virus sarkoma), Betaretrouirus (vkus tumo! mafilae tikus),
Genom: RNA untai tunggal, linear sense positif, 5-8 kb,
Gammaretrouirus (virus leuLemia mamalia dan sarkoma),
diploid, BM total 3-6 juta; dapat bersifat defektif; dapat
membawa onkogen
Deltaretrouirzs (virus limfotropik-T manusia), Epsilon-
Protein: Enzim reyerse transcriptase di dalam virion retrouirus (virus ikan), Spumauirus (yang mengandung
Selubung: ada virus yang dapat menyebabkan degenerasi "berbusa' pada
Replikasi: Reyerse tra nscri ptase men ghasi kan sa inan DNA
I I
sel yang diinokulasi tetapi yang ddak menyebabkan proses
dari RNA genom; DNA (provirus) bersatu dengan pepyakit manapun yang diketahui), c{an Lentiuirus (yang
kromosom sel. Provirus merupakan cetakan untuk RNA menunjukkan agen yang dapat menimbulkan infeksi
vi rus kronik dengan kerusakan neurologis progresif lambat,
Pematangan: Penonjolan virion dari membran plasma termasuk HIV; lihat Bab 44).
Karakteristik yang menonjol: .
Pertimbangan retrovirus lebih lanjut dapat disusun
lnfeksi tidak membunuh sel dalam berbagai cara bergantung pada sifat morfologi,
Dapat mentransduksi onkogen selular, dapat biologi, dan genetik. Seperti telah dikemukakan di atas,
mengaktivasi ekspresi gen selular reuovirus dapat dikeiompokkan secara morfologi (tipe
Provirus menetap secara permanen pada sel dan sering B, C, dan D); sebagian besar isolat memperlihatkan
tidak diekspresikan karakreristik tipe C.
Banyak anggota adalah virus tumor
B. ASAL PEJAMU

Retrovirus diisolasi dari hampir semua spesies vertebrata.


spesifik-grup berhubungan dengan inti virion, yang Kebanyakan virus tipe tertentu diisolasi dari spesies
dikode oleh gen gag. tunggal, walaupun dapat rerjadi infeksi alamiah lintas
Tiga kelas morfologi partikel retrovirus ekstraselular- sawar spesies. Penentu antigen spesifik grup ada pada
juga bentuk ins135slulsl-telah diketahui. Mereka protein internal (inti) utama yang dimiliki oleh semua
menunjukkan sedikit perbedaan proses morfogenesis virus dari spesies pejamu yalg sama. Semua virus mamalia
retrovirus yang berbeda. Contoh masing-masing lebih berhubungan satu sama lain dibandingkan dengan
diperlihatkan pada Gambar 43-1. yang berasal dari spesies avian.
Partikel tipe A hanya terbenruk intraselular dan Virus tumor I{NA yang paling luas diteliti secara
tampaknya tidak infeksius. Partikel intrasitopiasmik tipe eksperimental adalah virus sarkoma pada ayam dan tikus
A, berdiameter 75 nm, merupakan prekursor virus tipe serta virus leukemia pada tikr-rs, kucing, ayam, dan
B ekstraselular, sedangkan partikei intersisternal ripe A, manusia.
berdiameter 60-90 nm, keberadaannya tidak diketahui.
Virus tipe B berdiameter 100-130 nm dan mengandung C. EKSoGEN ATAU ENDocEN

nukleoid eksentrik. Prototip grup ini adalah virus tumor Retrovirus eksogen tersebar secara horizontal dan
payudara tikus, yang terjadi pada strain "kanker payudara bertindak sebagai agen infeksius yang khas. Virus ini
tinggi" tikus yang dibiakkan dan ditemukan dalam jumlah menimbulkan infeksi dan transformasi hanya setelah
besar terutama pada jaringan mammae laktasi dan susu. kontak. Sebaliknya dengan virus endogen yang ditemukan
Virus ini mudah dipindahkan pada tikus yang sedang di dalam semua sel individu spesies tertentu, sekuens
menyusu, organisme dengan insiden pertumbuhan gen virus eksogen hanya ditemukan di dalam sel yang
adenokarsinoma payudara yang tinggi. Virus tipe C terinfeksi. Semua retrovirus patogen tampaknya
mewakili grup retrovirus yang paling besar. Partikel ini merupakan virus eksogen.
berdiameter 90-110 nm dan nuklelid yang padar elekrron Retrovirus dapat juga ditransmisikan secara vertikal
terletak di tengah. Virus tipe C dapat timbul sebagai entitas melalui jalur germinal. Informasi genetik virus yang
eksogen atau endogen (lihat bawah). Lentivirus juga merupakan bagian konstitusi genetik organisme yang
merupakan virus tipe C. Akhirnya, retrovirus tipe I) konstan disebut sebagai "endogen". Provirus rerrovirus
sangat sedikit dikenali. Pardkel berdiameter 100-12.0 nm, yang terintegrasi berperilaku seperti kelompok gen selular
mengandung nukleoid eksentrik, dan memiliki tonjolan dan merupakan subjek pengendaiian regulasi oleh sel.
permukaan yang lebih pendek daripada tonjolan partikel Pengendalian selular ini bias:rnya menyebabkan represi
tipe B. parsial atau total ekspresi gen virus. Lokasinya di dalam
602 BAB 43

ffitr
-Si-4';&
.:1::g?it_it.:,
ffi
I i:r :lW

fl.

Gambar 43-1 .Perbandingan morfologi retrovirus tipe A. B, C, dan D. a: Partikel intrasitoplasma tipe A (mewakili
prdkursor imatur penonjolan virus tipe B). b: Penonjolan virus tipe B. c: Virus ekstraselular tipe B matur. d: Bentuk
intrasitoplasmik virus tipe C yang kurang dapat dikenali secara morfologi. e: Penonjolan virus tipe C. f: Virus
ekstraselular tipe C matur. g: Partikel intrasitoplasma tipe A (mewakili bentuk prekursor imatur virus tipe D). h:
Penonjolan virus tipe D. i: Virus ekstraselular tipe D matur. Semua mikrografi sekitar x 87.000. Potongan tipis diberi
pewarnaan ganda dengan uranyl asetat dan lead citrate. (Sunrbangan D Fine dan M gonda.)
VIRUS KANKER MANUSIA 603

genom selular dan adanya faktor transkripsi selular yang Virus leuke n-ria standar (Alpharenouirus dan
sesuai sangat menentukan jika (dan bila) ekpresi gen Gammaretrouirus) mengandung gen yang dibutuhkan
diaktifkan. Tidak .iarang sel normal mempertahankan untuk replikasi virus: gag, yant mengode protein inti
infelai virus endogen di dalam bentuk laten untuk jangka (antigen spesifik grup); ?ro, yang mengode enzim Protease;
waktu yang lama. p oI y
'dan mengode enzim reu e rs e tr an s crip tas e (po li merase) ;
^ng
Banyak vertebrata, termasuk manusia, memiliki enu, yang mengode glikoprotein yang membentuk
banyak kopi sekuens RNA virus endogen. Sekuens virus tonjolan pada selubung partikel. Susunan gen pada semua
endogen tampaknya tidak menunjukkan manfaat pada retrovirus adalah 5' -gag-p o l- enu-3' .
hewan. Namun, baru-baru ini telah ditemukan bahwa Beberapa virus, misalnya retrovirus manusia
provirus endogen pada virus tumor mamae dibawa oleh (Deltaretrouirus dan Lentiuirus), mengandung gen
strain tikus yang dibiak mengekspresikan aktivitas tambahan yang dibentuk dari gel:' enu. Salah satunya
superantigen yang memengaruhi pembentukan sel T pada adalah gen pengatut transtxctiuating (tax arau tat)y^ng
hewan. mengode protein nonstruktural yang n-rengubah efisiensi
Virus endogen biasanya tidak bersifat patogen untuk transkripsi atau translasional gen virus lain. Lentivirus,
hewan pejamunya. Virus-virus tersebut tidak menimbulkan termasuk HIV memiliki genom yang lebih komplela dan
penyakit apa pun dan tidak dapat mentransformasikan mengandung beberapa gen asesoris tambahan (iihat Bab
sel di dalam kultur. (Ada beberapa contoh penyakit yang 44).
disebabkan oleh replikasi virus endogen pada strain virus Retrovirus dengan salah satu dari kedua struktur Senom
yang dibiak.) ini akan mengalami replikasi kompeten (pada se1 yang
Gambaran penting virus endogen dapat diringkas sesuai). Karena mereka tidak memiliki gen transformasi
sebagai berikut: (1)
kopi DNA pada genom virus tumor (aizr), virus tersebut tidak dapat mengubah sel di dalam
RNA terikat secara kovalen dengan DNA selular dan kultur jaringan. Namun, virus cersebut memiliki
terdapat di dalam semua sel somatik dan germinal pada kemampuan untuk mengubah sel prekursor di dalam
pejamu; (2) genom virus endogen ditularkan secara jaringan pembentuk darah secara in uiuo.
genetik dari induk ke keturunannya; (3) keadaan Retrovirus yang bertransformasi secara langsung
terintegrasi menyebabkan genom virus endogen membawa gen lnc. Gen transformasi yang dibawa oleh
berhadapan dengan pengendalian genetik pejamu; (4) berbagai virus tumor RNA mewakili gen selular yang
virus endogen dapat diinduksi untuk bereplikasi baik telah disesuaikan oleh virus tersebut pada waktu yang
secara spontan atau melalui pengobatan dengan faktor sama di daerah sebelumnya dan berkumpul di dalam
ekstrinsik (kimiawi). genom (Gambar 43-2).
Virus seperti itu sangat onkogenik di daiam hewan
D. KISARAN PEJAHU pejamu yang sesuai dan dapat mengubah sel di dalam
kultur. Dengan sedikit pengecualian, penarnbahan DNA
Ada atau tidak adanya reseptor permukaan sel yang sesuai
selular mengakibatkan hilangnya sebagian genom virus'
merupakan penentu utama kisaran pejamu pada Akibatnya, virus sarkoma biasanya mengalami defek
retroviius. Infeksi diawali dengan interaksi antara replikasi; virus progeni hanya dihasilkan jika terdapat
glikoprotein selubung virus dan reseptor permukaan sel.
virus pembantu. l/irus pembantu umumnya retrovirus
Virus ekotropik rnenginfeksi dan hanya bereplikasi di lain (virus leukemia)' yang dapat mengalami berbagai cara
dalam sel dari hewan spesies pejamu alarniah. Virus rekombinasi dengan virus perusak. Retrovirus defektif
amfotropik menunjukkan kisaran pejamu yang lr"ras yang mengalami transformasi ini merupakan sr-rmber
(dapat menginfeksi sel tidak hanya pada pejamu alamiah
berbagai onkogen selular yang telah dikenali.
tetapi juga spesies heterogen) karena mereka mengenali
reseptor yang tersebar luas. Virus xenotropik dapat
bereplikasi di dalam beberapa sel heterogen (asing) tetapi F. PoTENSIAL ONKOGENIK
tidak di dalam sel pejamu alamiah. Banyak virus endogen Retrovirus yang mengandung onkogen bersifat sangat
memiliki kisaran pejamu xenotropik. onkogenik. Virus tersebut kadang-kadang disebut sebagai
agen "transformasi akut" karena mereka menginduksi
E. KaHoUHEAN GENETIK
timor in uiuo setelah masa laten yang sangat pendek dan
Retrovirus memiliki kandungan genetik yang sederhana, segera menginduksi perutrahan morfologi sel secara in
tetapi terdapat beberapa variasi pada jumlah dan jenis ui-tro. Yi-ui yang tidak membawa onkogen merniliki
gen yang dikandungnya. Pembentukan gen pada virus potensi onkogen yang jauh lebih rendah. Penyakit
memengaruhi sifat biologisnya. Struktur genom (bitr"try" pada sel darah) muncul setelah masa laten yang
merupakan cara yang berguna untuk mengelompokkan panjang (contohnya, "Transformasi lambat"); sel yang
virus tumor RNA (Gambar /t3-2). dikultur tidak mengalarni perubahan.
604 BAB 43

A-V
lgag prol RSV
T-Por_-l kag--Prol W-
H H
f--la-_-l
IVLV

l- env I
Mc2s M
* l^sasNffiN
-lgasl
@ l- env--l
l---Fr--l E
Ha-MSVM
CfIi I'II
FITLV H
|sas| Leln I ras

@ H
t--lt--_l
[--,*{ Mo-MSVH
I gag I tlijqsl
HIV

*[
lpro ioil'"l}--;i-_-l@ Ab-MLVW
IL__-n
Urcvtl
I
/pt)
Lgag

-VDf"
10kb 0 2 4 6 I 10kb
Iltrr
Gambar 43'2. Organisasi genetik retrovirus representatif. A: Virus replikasi-kompeten nondefektif. Diperlihatkan
contoh retrovirus dengan genom yang sederhana dan kompieks. Persegi panjang yang terbuka memperlihatkan
frame bacaan terbuka untuk gen yang diindikasikan. Jika persegi panjang digambarkan secara vertikal, bingkai
pembacaannya berbeda. Garis horizontal yang menghubungkan dua persegi panjang menandakan segmen ini
disambung. Genom sederhana: ALV, virus leukosis avian (Alpharetrovirus); MLV virus leukemia murine
(Gammaretrovirus); MMTV, virus tumor mammae tikus (Betaretrovirus) Genom kompleks: HTLV, virus limfotropik-
T manusia (Deltaretrovirus); HlV, virus imunodef isiensi manusia Iipe 1 (Lentivirus). B: Virus pembawa onkogen. Beberapa
contoh diperlihatkan dengan corakan onkogen; semuanya bersifat defektif kecuali RSV. RSV Rous sarcoma virus
(onkogen src) (Alfaretrovirus); MC29, virus mielositomatosis avian (onkogen myc) (Alfaretrovirus); Ha-MSV, Harvey
murine sarcoma vlrus (onkogen ras) (Gammaretrovirus); Mo-MSV, Moloney murine sarcoma vlrus (onkogen mos)
(Gammaretrovirus); Ab-MLV. virus leukemia murine Abelson (onkogen abf (Gammaretrovirus). Skala untuk ukuran
genom diperlihatkan di bawah masing-masing panel. (Dimodifikasi, dengan izin, dariVogtVM: Retroviral virions and genomes. Dalam:
Retroviruses. Coffin JM, Hughes SH, Varmus HE leditor]. Cold Spring Harbor Laboratory Press, 1 997,)

Singkatnya, perubahan neopiastik oleh retrovirus rekombinasi ke dalam g€nom virus dan diekspresikan
akibat gen selular yang normalnya diekspresikan pada di bawah kendali promorer virus. Pada
sebagai gen virus
tingkat regulasi yang rendah secara hati-hati, menjadi kasus virus leukemia, promoter virus atau elemen penguar
teraktivasi dan diekspresikan secara kontinu. Pada kasus diselipkan di dekat atau di sekitar gen selular dalam
transformasi virus akut, gen selular teiah diselipkan melalui kromosom .selular-
VIRUS KANKER MANUSIA 605

Pembelahan

Akiivasi selular
.....-*

Gambar 43-3. Tinjauan siklus replikasi retrovirus. Partikel virus melekat pada reseptor permukaan sel, dan inti vlrion
dilepaskan ke dalam sel. Enzim reverse trans,criptase virus membentuk kopi DNA dari genom RNA yang tetap
berhubungan dengan partikel subvirus. DNAterintegrasi secara acak ke dalam DNA sel, membentuk provirus. Provirus
yang terintegrasi berfungsi sebagai cetakan untuk sintesis transkripsi virus, beberapa cetakan tersebut akan menjadi
RNA genom dan sisanya akan menjadi mRNA. Protein virus disintesis; protein dan RNA genom berkumpul; dan
partikel menonjol dari sel. Protein kapsid diproses secara proteolitik oleh protease virus untuk membentuk virion
infeksius. Contoh yang diperlihatkan di sini adalah untuk virus imunodefisiensi manusia,'secara khas, aktivasi sel
mendahului ekspresi RNA virus. Langkah ini tidak diperlukan oleh semua retrovirus. (Direproduksi, dengan izin, dari O'Brien
WA, Pomerantz RJ: HIV infection and associated diseases. Dalam: Viral Pathogenesis. Nathanson N et al leditors]. Lippincott-Raven, 1997.)

RU5 U3 R poli(A)
5' S' Genom RNA virus
gag pol env

Set U3 R U5 U3 R U5 gs1
DNA provirus terintegrasi
LTR gag pd env LTR

Gambar 43-4. Perbandingan struktur genom RNA retrovirus dan DNA provirus yang terintegrasi. Partikel virus
mengandung dua kopi genom RNA untai-tunggal yang identik. Ujung 5' mendapat tudung, dan ujung 3' mengalami
poliadenilasi. Sebuah sekuens pendek, R, diulang pada kedua ujung; sekuens yang unik terletak dekat ujung 5'(U5)
dan 3' (U3). U3 mengandung sekuens promoter dan penguat. DNA provirus yang terintegrasi diapit pada masing-
masing ujung oleh struktur terminal panjang berulang yang dibentuk selama sintesis kopi DNA oleh reverse
transcriptase. Setiap terminal panjang berulang mengandung sekuens U3, R, dan U5. Terminal panjang berulang dan
regiob pengode genom retrovirus tidak digambarkan dalam bentuk skala.
606 BAB 43

Replikasi Retrovirus Retrovirus Manusia


Garis besar skematik siklus replikasi retrovirus yang khas Beberapa retrovirus bersifat endemik pada populasi
diperlihatkan pada Gambar 43-3. Gen pol mengode manusia, tetapi hanya sedikit yang berkaitan dengan
'protein polimerase yang unik (reuerse transcriptase) yang tumor manusia. Retrovirus grup limfotropik-T manusia
memiliki empat aktivitas enzimatik (ptotease, polimerase, (HI'LV) mungkin telah terdapat pada manusia selama
RNase, H, dan integrase). Setelah partikel virus telah ribuan tahun. HTLV-1 merupakan agen penyebab
diabsorpsi dan memasuki sel pejamu, RNA virus berperan limfoma leukemia sel T pada orang dewasa (AIL) serta
sebagai cetakan untuk sintesis DNA virus melalui kerja kelainan degeneratif sistem saraf yang disebut paraparesis
enzim reuerse tanscriptase virus, berfungsi sebagai DNA spastik tropikal. Virus ini tidak membawa onkogen. Virus
polimerase yang bergantung pada-RNA. Melaiui proses manusia yang berkaitan, HTLV-2, telah diisolasi tetapi
yang kompleks, sekuens dari kedua kedua ujung RNA tidak berhubungan konklusif dengan penyakit spesifik.
virus berduplikasi, membentuk terminal panjang berulang HTLV-1 dan HTLV-2 memiliki sekitar 657o sekuens
yang terletak pada masing-masing ujung DNA virus homolog dan menunjukkan reaktivitas siiang serologi yang
(Gambar 43-4).Terminal panjang berulang hanya terdapat bermakna.
di dalam DNA virus. DNA virus yang baru terbentuk Virus limfotropik manusia memiliki afinitas yang
terintegrasi dengan DNA sel pejamu sebagai provirus. bermakna terhadap sel T yang matur. HTLV-1
Struktur provirus konstan, tetapi integrasinya ke dalam diekspresikan pada kadar yang sangat rendah pada individu
genom sel pejamu dapat terjadi pada tempat yang yang terinfeksi. Tampaknya sekuens promoter Penguat
berbeda. Orientasi provirus yang sangat tepat setelah virus pada terminal panjang berulang mungkin responsif
integrasi diperoleh dari sekuens spesifik pada ujung kedua terhadap sinyal yang berhubungan dengan aktivasi dan
terminal panjang beruiang. proliferasi sel T. Jika demikian, replikasi virus mungkin
Genom progeni virus kemudian dapat direkam dari berkaitan dengan replikasi sel pejamu-strategi yang
DNA provirus ke dalam I{NA virus. Sekuens tJ3 di dalarn dapat memastikan efisiensi propagasi virus.
terminal panjang berulang mengandung promoter dan Retrovirus manusia mengalami transregulasi (Gambar
penguat. Penguat dapat membantu memastikan spesifikasi 43-2). Mereka membawa sebuah gen, tax, yang produknya
jaringan pada ekspresi virus. DNA provirus ditranskripsi mengubah ekspresi gen virus iain. Gen regulasi
oleh enzim pejamu, RNA poiimerase II. Seluruh panjang transaktivasi diyakini diperlukan untuk replikasi virus lz
transkrip (bertudung, terpoliadenilasi) dapat berperan uiuo dan dapat berperan pada onkogenesis juga dengan
di dalam progeni
sebagai RNA genom untuk enkapsidasi memodulasi gen selular yang mengendalikan per-
virion. Beberapa transkrip disambung, dan mRNA tumbuhan sel.
subgenom ditranslasi untuk menghasilkan protein Ada beberapa subtipe genedk HTLV-1, dengan subtipe
prekursor virus yang mengalami modifikasi dan utama adalah subtipe A, B, dan C (subtipe ini tidak
pembelahan untuk membentuk produk akhir protein. menunjukkan serotip yang berbeda).
Jika virus mengandung gen transformasi, onkogen Virus ini tersebar di seluruh dunia, dengan
tidak berpefan pada replikasi. Hal ini sangat berlawanan pengelompokan penyakit yang ditimbulkan oleh HTLV
dengan virus tumor DNA, yang gen transformasinya pada area geografis tertentu (]epang selatan, Meianesia'
merupakan gen replikasi virus yang penting. kepulauan karibia, Amerika Serikat bagian selatan, dan
Partikel virus matang dan muncul dari sel pejamu yang daerah di Amerika Selatan serta Afrika) (Gambar 43-5).
terinfeksi melalui penonjolan dari membran sitoplasma. tWalaupun kurang dari 1o/o orang di seiuruh dunia
Protease virus kemudian memecah protein Gag dan Pol memiliki antibodi HTLV-1, lebih dari t0% populasi di
dari poliprotein prekursor, menghasilkan virion infeksius daerah endemis adalah seropositif, dan antibodi mungkin
yang disiapkan untuk transkripsi terbalik ketika sel ditemukan pada 50o/o keluarga pasien leukemia dengan
berikumya terinfeksi. virus positif.
Gambaran retrovirus yang menonjol adalah virus Transmisi HTLV-1 tampaknya meiibatkan virus yang
tersebut tidak bersifat sitolitik; yaitu tidak membunuh berkaitar.r dengan sel. Penularan dari ibu ke anak melaiui
sel tempat virus tersebut bereplikasi. Terdapat pemberidn ASI merupakan cara yang penting. Efisiensi
pengecualian pada lentivirus, yang mungkin bersifat transmisi dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya
sitolidk (lihat Bab 44). Provirus tetap terintegrasi di dalam diperkirakan sebesar 15-25o/o. Infeksi pada a*'al
DNA selular seumur hidup sel. Belum ada cara yang telah kehidupan tersebut berhubungan dengan risiko ATL
diketahui untuk menyembuhkan sebuah sel yang terbesar. Tiansfusi darah merupakan cara penularan yang
mengalami infelai retrovirus kronik. penting seperti halnya Penggunaan jarum suntik yang
terkontatninasi darah (penyalahgunaan obat) secara
bersama-satna dan hubungan seksual.
VIRUS KANKER MANUSIA / 607

Gambar 43-5. Subtipe HTLV-'I tersebar secara geografis di fokus endemik. A. Jepang, lndia, Karibia, dan Andes; B,
Jepang dan lndia; G Afrika Barat dan Karibia; D, Afrika Tengah; E, Papua New Guinea. (Sumbangan N Mueller, diproduksi
RJ, tl ayden FG led itor j.
nd
u la ng dari B lattner WA: H uma n lymphotropic viruses: HTLV- 1 a nd HTLV-Z. Da la m: Clinical Virology,2 ed. Rich man DD, Wh itley
ASM Press, 2001.)

bahwa sel normal yang mengandung salinan berbagai gen


Seroepidemiologi telah mengaitkan infeksi HTLV-1
retrovirus bertransformasi yang berkaitan erat (tetapi tidak
dengan sindrom yang disebut mielopati yang ber-
identik); sekuens selular telah ditangkap dan bersatu ke
hubungan dengan HTLV-1/paraparesis spastik tropikal
(HAM/TSP). Gambaran kiinis utama adalah timbulnya dalam genom retrovirus. Tlansduksi gen selular mungkin
merupakan suatu ketidaksengajaan karena adanya sekuens
kelemahan yang progresif pada tungkai dan tubuh bagian
selular ini tidak bermanfaat pada virus. Terdapat banyak
bawah. Status mental pasien tidak terganggu. HAM/TSP
onkogen selular lain yang telah diketahui tidak dipisahkan
digambarkan sama besar dan sama pentingnya di negara
ke dalam vektor retrovirus tetapi telah terdeteksi dengan
tropis dengan sklerosis multipleks di negara-negara barat.
menggunakan metode molekular.
Sebuah kelompok retrovirus manusia muncul sebagai
penyebab AIDS; lihat Bab 44. Virus bersifat sitoiitik dan
Onkogen seiular berperan sebagian dalam dasar
molekular kanker manusia. Onkogen tersebut mewakili
tidak mengalami transformasi serta diklasifikasikan
komponen individual jaras yang rumit yang bertugas untuk
AIDS memiliki risiko
sebagai lentivirus. Namun, pasien
regulasi proliferasi, pembelahan, dan diferensiasi sel.
yang lebih tinggi terhadap beberapa jenis kanker karena
Ekspresi yang tidak tepat pada komponen apa pun dapat
supresi imun yang disebabkan oleh infeksi virus
mengganggu regulasi tersebut, mengakibatkan Per-
imunodefisiensi manusia. Kanker ini meliputi limfoma
tumbuhan sel yang tidak terkendali (kanker). Contohnya
dan kanker serviks.
adalah adanya protein kinase spesifik tirosin (misalnya
Yirus simian foamy dari genus Spumauirus ber-
rrr), faktor pe rtumbuhan (sis menyerupai faktor
prevalensi tinggi pada primata selain manusia yang
ditangkap. Manusia yang terpajan pada tempat kerja pertumbuhan yang berasal dari trombosit manusia,
mitogen yang poten untuk sel yang berasal dari jaringan
terhadap primata dapat terinfelai oleh virus foamy, tetapi
ikat), reseptor faktor pertumbuhan yang bermutasi (erb-
infeksi ini belum terbukti menimbulkan penyakit.
B merupakan reseptor faktor pertumbuhan epidermal
yang terpotong), protein pengikat GTP (Ha-ras), dan
ONKOGEN SELULAR faktor transkripsi nuklear (my; jun).
"Onkogen" adalah istilah umum untuk gen yang Mekanisme molekular yang menimbulkan aktivasi
menyebabkan kanker. Versi normal gen yang ber- proto-onkogen jinak dan mengubahnya menjadi gen
transformasi ini terdapat di dalam sei yang normal dan kanker yang bervariasi*tetapi semuanya terlibat dalam
disebut proto-onkogen. kerusakan genetik. Gen dapat mengalami ekspresi yang
Penemuan onkogen selular berasal dari penelitian berlebihan dan efek dosis produk onkogen yang
retrovirus yang bertransformasi secara akut. Ditemukan produksinya berlebihan penting untuk perubahan
608 BAB 43

pertumbuhan seluiar. Mekanisme ini mungkin menim- protein yang menghambat fungsi kinase siklus sel tertentu.
bulkan aktivitas konstitutif (hilangnya regulasi normal) Gen ini juga menyebabkan sel dengan kerusakan DNA
sehingga gen diekspresikan pada waktu yang tidak tepat mengalami apoptosis. Gen p5j bermutasi pada lebih dari
selama siklus sel atau pada jenis jaringan yang tidak setengah dari seluruh kanker manusia.
r..uai. Mutasi dapat mengubah interaksi protein pro-
onkogen yang diatur secara seksama dengan protein atau
asam nukleat lain. Insersi promorer rerrovirus yang dekat T VIRUS TUMOR DNA
dengan onkogen selular dapat mengakibatkan peningkatan
ekspresi gen tersebut (yaitu, "onkogencsis insersi 'ltrdapat perbedaan mendasar antara onkogen virus tumor
promoter"). Ekspresi gen selular juga dapat meningkat RNA dan DNA. Gen transfbrmasi yang dibawa oleh virus
melalui kerja sekuens "penguar" virus di dekarnya, tumor DNA mengode fungsi yang dibutuhkan untuk
replikasi virus dan tidak memiliki homolog normal di
dalam sel. Sebaliknya, rctrovirus rnembawa onkogen
GEN PENEKAN TUMOR selular yang mengalami transduksi yang tidak berperan
Kelas kedua gen kanker manusia terlibat dalam pada replikasi virus ataupun retrovirus bekerja n.relalui
perkembangan tumor. Ini
merupakan regu[ator. negatif mckanisme tidak langsung. Protein virus DNA mengubah
pertumbuhan sel, gen penekan rumor. Gen tersebut kompleks protein dan protein sel normal serta mengubah
dikenali karena membentuk kompleks dengan onkoprotein fungsinya. Untuk memahami mekanisme kerja virus
virus tumor DNA tertentu. Inaktivasi atau hilangnya DNA perubah protein, penting untuk mengidentifikasi
fungsi [<edua aiel gen rersebut diperlukan untuk target selular yang akan berinteraksi dengannya. Contoh
pembenrukkan tumor-sebaliknya dengan aktivasi yang interaksi tersebut diperlihatkan pada Ttbel 43-4.
timbul pada onkogen selular. Prototipe kelas gen inhibitor
ini adalah gen re tinobiastoma (R/). Protein Rb POLIOMIryIRUS
menghambat masuknya sel ke dalarn fase S melalui ikatan
Sifat penting poliomavirus dituliskan prada Tabel /13-5.
dengan faktor transkripsi kunci yang mengarur ekspresi
gen fase S. Fungsi normal protein Rb diatur oleh fosforilasi.
Klasifikasi
Hilangnya fungsi gen R/ menyebabkan perkembangan
retinoblastoma--rumor okular yang jarang pada anak- Famili Poliomaviridae dulunya merupakan genus pada
dan tumor manusia lainnya. famili Papovaviridae (sudah tidak acia lagi). Famili ini
Gen penekan tumor lain yang penting adalah gen p53. merupakan virus yang kecil (diameter /+5 nm) yang
Gen ini juga menghambat perjalanan siklus sei; p53 memiliki genom DNA untai ganda yang berbentuk
bertindak sebagai faktor translripsi dan mengarur sinresis sirkular (BM 3 x 106; 5 kbp) rertutup di dalam kapsid

lahel 43-4. Contoh interaksi onkoprotein virus DNA dan protein selular.l

Poliomavirus SV40 Antigen T besar P53, pRb


Antigen t kecil PP2A

Papilomavirus manusia E6 P53, DLG, MAGI-I, MUPP.I


E] pRb

Papilomavirus bovin Reseptor PDGFB

Aden ovi rus E1A pRb


E'l B-55K P53

Adenovirus 9 E4ORF.I DLG, MAGI-1, MUPP'I

Herpesvirus EBV LMPl TRAFs

lSingkatan yang digunakan: p53, hasil gen p53; pRb, produk gen retinoblastoma; PP2A, protein fosfatase 2A; PDGF,
platelet-derived growth factor; EBV, virus Epstein-Barr; TRAF, faktor nekrosis tumor yang berkaitan dengan reseptor.
DLG, MAGI-1, dan MUPP'l merupakan anggota famili protein selular yang mengandung domain PDZ.
VIRUS KANKER MANUSIA 609

Tabel 43-5. Sifat penting poliomavirus.' setelah infeksi sel; region ini mengandung gen yang
mengode protein awal-mi.salnya, antigen tumor (T) besar
Virion: ikosahedral, diameter 45 nm SV40 yang dibutuhkan untuk replikasi DNA virus pada
Komposisi: DNA (10%), protein (90%) sel yang permisif, serta antigen sel tumor (t) kecil. Genom
Genom: DNA untai ganda, sirkulal BM 3 juta, 5 kbp poliomavirus mengode tiga protein awal (antigen T kecil,
Protein: Tiga protein struktural; histon selular mengonden-
sedang, dan besar). Satu atau dua antigen T rnerupakan
sasi DNA di dalam virion
satu-satunya produk gen virus yang dibutuhkan untuk
Selubung: Tidak ada
transformasi sel. Biasanya, protein yang bertransformasi
Replikasi: Nukleus
Karakteristik yang inenonjol: harus terus-menerus disintesis untuk sel agar tetap
Merangsang sintesis DNA sel melakukan transformasi. Region akhir terdiri dari gen
Onkoprotein virus berinteraksi dengan protein penekan yang mengode sintesis protein selubung; gen ini tidak
tumor selular diekspreskan di dalam sel yang mengalami transformasi.
Model virus tumor yang penting Antigen T SV40 berinteraksi dengan produk gen
Dapat menyebabkan kelainan'neurologis dan ginjal penekan tumor selular, anggota famili p53 dan pRb (Tabel
pada manusia
Dapat menimbulkan kanker pada manusia
lDahulu diklasifikasikan dalam famili Papovaviridae.

tidak berselubung yang menunjukkan simetli ikosahedral


(Gambar 43-6). Histon selular digunakan untuk
mengondensasi DNA virus di dalam partikel virus.
SV40 dari monyet dan manusia, virus BK dan virus
JC dari manusia, serta poliomavirus dari tikus
merupakan virus tumor yang mengandung DNA R *o71.
sederhana yang memiiiki jumlah informasi genetik yang
LO
"l sv4o )"
terbatas (enam atau tujuh gen).
\d P^A--,ze
Repl ikasi Poliomavirus P',
cO

Genom poliomavirus mengandung region "awal" dan


"akhir" (Gambar 43-7). Region awal diekspresikan segera

Gambar 43-7. Peta genetik poliomavirus SV40. Lingkaran


yang tebal menunjukkan genom DNA SV40 sirkular. Letak
EcoRl yang unik diperlihatkan pada unit peta 0/1 . Nomor
nukleotida dimulai dan berakhir pada awal (Ori) replikasi
DNA virus (015243). Kotak-kotak yang bertanda panah
menunjukkan f rame bacaan.terbuka yang mengode
protein virus. Tanda panah menunjukkan arah transkripsi;
awal dan akhir masing-masing frame bacaan terbuka
ditandai oleh nomor nukleotida. Berbagai arsiran
membuat f rame bacaan yang berbeda yang digunakan
untuk polipeptida virus yang berbeda. Perhatikan bahwa
antigen T besar (T-ag) dikode oleh dua segmen yang tidak
berdekatan pada genom. Genom dibagi menjadi regio
"awal" dan "akhir" yang masing-masing diekspresikan
sebelum dan sesudah awitan replikasi DNA virus. Hanya
Gambar 43-6. Poliomavirus SV40. Sediaan yang regio awal yang diekspresikan di dalam sel yang
dimurnikan diberikan pewarnaan negatif dengan mengalami transformasi. (Direproduksi, dengan izrn, dari Ilutel
fosfotungstat (1 50.000 x). (Sumbangan S McGregor dan H Mayor) JS, Jarvls DL: Illochim Biophys Acta 1986;865:171 .)
610 BAB 42

113-4).Interaksi antigen T dengan protein selular penting transplantasi ginjal, atau pada masa kehamilan. Virus
pada siklus replikasi virus. Pembentukan komplels secara manusia ini dapat mengubah sel rodentia dan meng-
fungsional menginaktivasi perangkat penghambat induksi tumor pada hamster yang baru lahir. Virus JC
pertumbuhan pRb dan p53, memungkinkan sel untuk berhubungan dengan tumor otak manusia.
memirsuki fase S sehingga DNA virus dapat bereplikasi.
Demikian juga, inaktivasi fungsional protein selular oleh PAPILOMAVIRUS
antigen T yang terikat merupakan pusat proses
transformasi yang dimediasi oieh virus. Ketika p53 Sifat-sifat penting papilomavirus dituliskan pada Tabel
mendeteksi kerusakan DNA, baik dengan menghambat 43-6.
perjalanan siklus sel atau memulai apoptosis, meng-
hilangkan fungsi dapat menimbulkan akumulasi sel Klasifikasi
pengelapresi antigen T dengan murasi genom yang dapat Famili Papilomaviridae dahulu merupakan genus dalam
memicu pertumbuhan tumor. famili Papovaviridae" Diameter papilomavirus (55 nm)
sedikit lebih besar daripada diameter poliomavirus (45
Patogenesis & Patologi nm) dan mengandung genom yang lebih besar ( 8 kbp vs
5 kbp). Susunan genom papilomavirus lebih rumit
SV40 bereplikasi pada sel monyet dan manusia; virus ini (Gambar 43-8). Sifat papilomavirus dan poliomavirus
sangat tumorigenik pada hamster yang diinokulasi secara dibandingkan dalam Tabel 43-T.Terdapat perbedaan yang
eksperimental dan pada tikus transgenik serta dapat luas di antara papilomavirus. Oleh karena uji netralisasi
mengubah berbagai jenis sel di dalam kultur. Induksi tidak dapat dilakukan karena tidak ada pemeriksaan
tumor pada pejamu alamiah-monyet rhesus-jarang infektifitas secara in ui*0, isolat papilomavirus
terlihat. dikelompokkan berdasarkan kriteria molekular. "Tipe"
SV40 mengontaminasi bagian awal kehidupan dan virus memiliki kurang dari 50o/o homologi DNA. Lebih
membunuh vaksin poliovirus yang telah dikembangkan dari 100 jenis papilomavitus manusia (HPV) yang berbeda
pada sel monyet yang tidak diketahui terinfeksi oleh SV40. telah ditemukan.
Jutaan orang di seluruh dunia menerima vaksin yang
terkontaminasi oleh SV40 antara tahun 1955 dan 1963. Repl ikasi Papi lomavirus
SV40 terdeteksi pada manusia saat ini, termasuk pada
individu yang terialu muda untuk cerpajan melalui Papilomavirus sangat tropik untuk sel epitel kulit dan
vaksinasi, tetapi prevalensi infeksi SV40 pada manusia membran mukosa. Asam nukleat virus dapat ditemukan
tidak diketahui. DNA SV40 telah terdeteksi pada tumor pada sel benih basal, tetapi ekspresi gen akhir (protein
manusia jenis tertentu, termasuk tumor otak, meso- kapsid) terbatas pada lapisan teratas keratinosit yang
telioma, tumor tulang, dan limfoma. Peran SV40 dalam berdiferensiasi (Gambar 43-9). Fase siklus replikasi virus
pembentukan tumor pada manusia masih dalam bergantung pada faktor spesifik yang terdapat pada bagian
penyelidikan. diferensiasi sekuensial sel epitel. Ketergantungan replikasi
Poliomavirus manusia (BK dan JC) telah berhasil virus yang kuat ini pada bagian diferensiasi sel pejamu
diisolasi dari pasien imunokornpromais. Virus BK
menyebabkan sistitis, nefropati, dan disfungsi ginjal
alograft berat. Virus ini diduga sebagai penyebab nefropati Tabel 43-6. Sifat penting Papilomavirus.l
yang berkaitan dengan poliomavirus pada resipien
Virion: lkosahedral, diameter 55 nm
transplantasi ginjal, yang mengakibatkan kegagalan Komposisi: DNA (10%), protein (90%)
pencangkokkan hingga mencapai 5070 pasien yang Genom: DNA untai ganda, sirkular, BM 5 juta. 8 kbp
terinfeksi. Virus JC merupakan penyebab leuko- Protein: Dua protein struktural; histon selular mengon-
ensehlopati multifokal progresii penyakit otak fatal yang densasi DNA di dalam virion
terjadi pada beberapa individu imunokompromais. Selubung: Tidak ada
Kedua virus ini berbeda secara antigen, tetapi keduanya Replikasi: Nukleus
memicu antigen T yang berhubungan dengan antigen T Karakteristik yang menonjol:
SV40. Virus BK dan JC tersebar luas pada populasi Menstimulasi sintesis DNA sel
manusia, seperti yang terlihat dengan adanya antibodi Kisaran pejamu dan tropisme jaringan tdrbatas
spesifik pada 70-80o/o serum orang dewasa. Infeksi Penyebab bermakna kanker pada manusia, khususnya
biasanya terjadi pada masa kanak-kanak awal. Kedua virus kanker serviks
dapat bertahan di dalam ginjal individu yang sehat setelah Onkoprotein virus berinteraksi dengan protein penekan
infeksi primer dan dapat mengalami reaktivasi bila tumor selular
repsons imun pejamu terganggu, misalnya, pada lDahulu diklasifikasikan di dalam famili Papovaviridae
RABIES, INFEKSIVIRUS LAMBAT, & PENYAKIT PRION I 611

Replikasi Trans-aktivasi
Fungsi Salinan DNA episomal peng uat Daerah Pengonirol

Tnansbrmasi Modulasi Rqprcss Transbrmasi lGpsid minor lGpsid mayor


t0
a.
-()l It/c;liil:1$1:Lt li$ilrrrr..(]ili
o
C^
(sz' m ffiffiffi :ii,?liiiiHriiii:i? URR

ffiffi
R'
o
(u
-o3
{l)
E
E
LL
rrlllll rl
4 7.902
Kilobasa

Gambar 43-8. Peta genom papilomavirus manusia (HPV-6, 7902 pasang basa). Genom papilomavirus berbentuk
sirkular tetapi diperlihatkan secara linear di regio regulasi bagian awal (upstream regulatory region; URR). Regio
regulasi awal mengandung asal replikasi serta sekuens penguat dan promoter. Frame bacaan terbuka awal (E1-E7)
dan akhir (11 ,12) dan fungsinya diperlihatkan. Semua f rame bacaan terbuka berada pada untai DNA virus yang sama.
-ari penelitian dengan papilomavirus bovine. Susunan genom papilomavirus jauh lebih rumit
Fungsi biologis dipelajari
daripada tr*nun genom 5V40 (bandingkan dengan Gambar 43-7). (Direproduksi, dengan izin, dari BokerTR: Structur and genetlc
expression of papillomaviruses.Obstet Gynecol Clin North Am 1987;14;329.)

menimbulkan kesulitan dalam mengembangbiakkan seksual sering terjadi. Kanker serviks merupakan kanker
papilomavirus secara in uitro. kedua yang paling sering terjadi pada perempuan di
seluruh dunia (sekitar 500.000 kasus baru setiap tahun)
dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker
Patogenesis & Patologi di negara berkembang.
Papilomavirus menyebabkan beberapa jenis kutil yang HPV dianggap sebagai penyebab kanker anogenital,
berbeda pada manusia, antara lain kutil pada kulit, kutil termasuk kanker serviks. Papilomavirus mengilustrasikan
pada telapak kaki, kutil datar, kondiloma genital, dan konsep bahwa strain virus alamiah dapat memiliki potensi
papiloma laring (Tabe | 43-8). Berbagai jenis isolat onkogenik yang berbeda. HPV-16 atau HPV-18 paling
papilomavirus manusia terutama ditemukan pada lesi sering ditemukan, meskipun beberapa kanker mengandung
klinis tertentu-meskipun pola distribusi tidak absolut. DNA dari HPV tipe 31 atau tipe 45. Sel HeLa, jenis sel
Lesi genital akibat HPV yang ditularkan melalui hubungan kulrur jaringan yang umum digunakan yang berasal dari

Jalur diferensiasi sel Papilloma Siklus hidup virus


epidermal
korneum / I erotein t<apsio
.€/+ Stratum
(lapisan tanduk) .J
Partikel virus

/--4{--- Stratum granulosum


G (lapisan granular)
DNA virus yang
O--.
+// Stratum spinosum
(sel pickle)
bereplikasi
Ekspresi gen awal

q,/ Mitosis
DNA virus
_5t\/^z Sel basal (jumlah salinan sedikit)
[r\rlr)

Gambar 43-.9. Gambaran skematis kutil kulit (papiloma). Siklus hidup papilomavirus terikat dengan diferensiasi sel
epitelial. Jalur diferensiasi terminal sel epidermis diperlihatkan di bagian kiri. Kejadian pada siklus hidup virus hanya
terjadi pada sel terminal yang telah berdiferensiasi. (Direproduksi, dengan izin, dari Butel JS: Papovaviruses, Dalam'. Medical Microbiology,
2'd ed. Albrecht I Baron S leditors]. Churchill Livingstone, 1 990.)
612 BAB 43

karsinoma serviks bertahun-tahun yang lalu, mengandung Tabel 43-7. Perbandingan sifat poliomavirus dan
DNA HPV-18. Kanker orofaring jr-rga berkaitan dengan papilomavirus.l
infeki HPV rerurama oleh tipe 16.
Berdasarkan ditemukannya DNA virus secara relatif
pada kanker tertentu, HPV tipe 16 dan 18 dianggap
Virion
memiliki risiko kanker yang ringgi; yang kurang berisiko Stru ktu r kapsid lkosahedral, lkosahedral, tidak
tinggi adalah tipc 31,
-fipe 6 dan 11
33,35,39,45,51,52, dan 56. tidak ada ada selubung
diklasifikasikan berisiko rendah. Banyak selubung
tipe HPV dianggap jinak.
Ukuran (diameter) 45 nm 55 nm
Papiloma laring pada anak disebabkan oleh HPV-6
dan HPV-11, virus yang sama yang menyebabkan Genom
kondiloma genital jinak. Infeksi didapatkan ketika bayi Tipe, struktur Sirkular, DN,A Sirkular, DNA
dilahirkan melewati jalan lahir pada ibu yang menderita asam nukleat untai ganda untai ganda
kutil genital. \Walaupun papilorna laring jarang terjadi, Ukuran: jumlah 5x103 8x 103
pertumbuhannya dapat menyumbat laring dan harus pasangan basa
diangkat beruiang kali melalui tindakan pembedahan.
lnformasi kode Pada kedua Pada satu untai
Salinan DNA virus yang terintegrasi terdapat pada
untai
sel kanker, walaupun DNA IIPV umumnya tidak
terintegrasi (episomal) di dalam sel nonkanker atau lesi Potensial onkogenik
pramaligna. Protein awal 116 dan E7 virus clisinresis di Tumor pada peja- Jarang
mu alamiah
jaringan kanker. Protein ini adalah prorein FIPV yang
bertransformasi, dapat membentuk komplelrs dcngan I{b Akibat infeksi Biasanya tidak Tumor jinak (kutil)
dan p53 serta proteir-r selular lain ('frbel t+Jlt). alamiah terl i hat
1-crdapat prevalensi tinggi DNA I{PV pada kulit
Jaringan target Organinternal Epitelialpermukaan
normal dari orang dcwasa yang sehat. Thmpaknya infeksi
HPV asimtomatik ini didapatkan pada awal masa kanak- Transformasi sel Ya Jarang
kanak. Perkembangan jenis HPV yang sangar banyak in vitro
terdeteksi pada kulit yang normai. Genom dalam sel Biasanya terin- Episomal pada
Perilaku lesi HPV dipengaruhi oleh faktor imunologi. yang bertrans- tegrasi kutil; terintegrasi
Imunitas seiular adalah penting. Kutil cenderung f ormasi pada karsinoma
menghilang secara spontan seiring perjalanan waktu,
Anggota individual
sedangkan pasien imunosupresi mengalami peningkatan Virus yang meng- Virus BK dan Papilomavirus
insiden kutil dan kanker serviks. Semua kanker yang infeksi manusia JC; SV40 manusia, >100 jenis
disebabkan oleh HPV lebih sering terjadi pada pasien
HIV/AIDS, Penyakit pada Leukoensefa- Kuiil kulit, kutil
manusia yang lopati multifokal genital, papiloma
Oleh karena peran FIPV yang penting pada kanker paling penting progresif; nefro- laring, karsinoma
manusia, vaksin sedang dalam pengujian klinis. pati pada pasien serviks
transplantasi
ADENOVIRUS lsolat hewan Virus polioma Papilomavirus dari
yang penting (tikus), SV40 sapi dan kelinci
Adenovirus (lihat Ilab 32) terdiri dari kelompok besar (monyet)
agen 'yang tersebar luas di alam. Virus ini berukuran lDahulu kedua kelompok ini diklasifikasikan di dalam famili Papovaviridae.
sedang, tidak berselubung, dan mengandung genom DNA
untai ganda berbentuk linear (36-38 kbp). Iteplikasinya
spesifik spesies, terjadi di dalam sel pejamu alamiah.
Adenovirus sering menginfeksi manusia, menimbulkan
penyakit ringan yang akut, terutama pada saluran napas dan protein pemberi sinyal selular lain ('fabel 4J-4).
dan saluran cerna. Adenovirus adalah model yang penting untuk mempelajari
Adenovi rr-rs dapat mengubah sel rodentia dan mekanisme molekular yaitu saat virus tumor DNA
menginduksi sintesis antigen awal spesifik virus yang mengambil alih proses pengendalian pertumbuhan selular.
terdapat pada nr-rkleus dan sitopiasma sel yang Serotipe adenovirus yang berbeda menimbulkan berbagai
bertransformasi. Protein awal E1A membentuk kompleks derajat onkogenisitas pada hamster yang baru lahir. Tidak
dengan protein Rb selular dan beberapa protein selular ditemukan hubungan antara adenovirus dan neoplasma
lain. Protein arval lain, ElB dan E4ORF1, mengikat p53 pada manusia.
VIRUS KANKER MANUSIA 613

Tabel 43-8. Hubungan papilomavirus manusia dengan Pada manusia, herpesvirus telah dikaitkan dengan
lesi klinis. beberapa jenis tumor spesifik. I-Ierpesvirus Epsteir.r-Barr
(EB) menyebabkan mononukleosis infeksius akut ketika
, ,,. . Jenas"' .' :,,,.,:'PotenSial,
,' :,onkogenik:
.
menginfeksi limfosit B pada manusia yang rentan.
PaFilomavirus Limfosit manusia yang normal rnemiliki r.vaktu hidup
. . firanrisia.,:,',:' Lesi Klinis yangrdiduga
yang terbatas secara in uitro, tetapi virus E,B dapat
1,4 Kutil telapak kaki Jinak mempertahankan limfosit tersebut menjadi je nis sel
limfoblast yang tumbuh dalam jangka waktu yar-rg tidak
2,4,26,21 ,29 Kutil umum Jinak
terbaras di dalam kulrur.
3,10,28,41 Kutil datar Jarang ganas Virus EB secara etiologi berkaitan dengan limloma
Burkit, suatu tumor yang paling sering ditemukan pada
5.8 Epidermodisplasiaveru- 30%berkem- anak di Afrika Tengah; dengan karsinoma nasofaring
kiformis pada pasien bang menjadi
dengan defisiensi keganasan
(KNF), yang lebih sering ditemukan di Cina kanton dan
imunitas selular Eskimo Alaska daripada populasi lain; dengan limlbma
pascatransplantasi; dan dengan penyakit Hodgkin. Tumor
6,11 Kondiloma anogenital; Rendah ini biasanya mengandung DNA virus EB (baik ber-rtuk
papiloma laring; displasia
dan neoplasia intra- terintegrasi maupun episomal) dan antigen virus.
epitelial Virus EB mengode protein onkogen virus (LMP1)
yang menyerupai reseptor faktor pertr,rmbuhan yang
Kutil tangan pada peme- Jinak teraktivasi. LMPl dapat mengubah fibroblas rodentia
gang daging dan hewan
dan penting pada transformasi limfosit B (label zr3-4).
9, 12, 14, 15, Epid ermodysp lasia Beberapa Beberapa antigen nuklear yang dikode oleh virus E,B
17,19-25, veru k ifo rm is berkembang (EBNAs) penting untuk mempertahankan sel B; EBNA1
36, 46. 47 menjadi merupakan satu-satunya protein virus yang diekspresikan
karsinoma
(misal, HPV-17, secara konsisten pada sel limfoma Burkitt. Virus EB sangat
HPV-20) berhasil menghindari elin.rinasi irnun; hal ini sebagian
mungkin terjadi karena fungsi EBNA1 dalam inhibisi
13,32 Hiperplasia epitelial fokal Dapat berkem- pengolahan antigen untuk memungkinkan sel yang
oral bang menjadi
te rinfeksi menghindari perusakan oleh limfosit T
karsinoma
sito toksi k.
16, 18, 30, 31, Displasia tingkat tinggi Sangat berhu- Malaria n-rungkin merupakan kofaktor limfoma
33, 35, 39, 45, dan karsinoma mukosa bungan de- Burkitt Afrika. Sebagian besar tumor tersebut jr-rga
51, 52, 56 genital; karsinoma laring ngan karsinoma
menunjukkan translokasi kromosom yang khas antara
dan esofagus genital dan
oral, terutama gen c-mlc dan lokus imunoglobulin, menimbulkan aktivasi
kanker serviks konstitutif ekspresi myc. Konsumsi ikan yang diasinkan
atau dikeringkan dapat menjadi kofaktor diet pada KNF
34, 40, 42-44, Neoplasia intraepitelial Be bera pa
53-55, 58, (genital, tempat mukosa berkembang
yang disebabkan oleh virus EB.
59,61,62, lain) menja d i Sarkoma Kaposi yang disebabkan oleh l.rerpervirus,
64,66-69 ka rsi nom a dikenal juga sebagai herpesvirus manusia 8 (KSHV/
HHVs), tidak sebanyak sebagian besar herpesvirus
75,77 Kutil umum pada pasien
manusia lainnya. Virus ini dianggap sebagai penyebab
transplantasi organ
sarkoma Kaposi, limfoma efusi primer, dan kelainan
Keratoakantoma Jinak limfoproliferatif khusus. KSHV memiliki sejumlah gen
yang dapat merangsang proliferasi selular dan raemodifikasi
mekanisme pertahanan pejamu.
HERPESVIRUS Beberapa herpervirus menyebabkan tumor pada hewan
yang lebih rendah. Penyakit Marek merupakan penyakit
Virus yang besar ini (diameter 100-200 nm) mengandung limfoproiiferatif yang sangat menular pada ayam yang
genom DNA untai ganda berbentuk linear (124-235 kbp) dapat dicegah melalui vaksinasi dengan virus penyakit
dan memiliki kapsid berbentuk ikosahedral yang simetris Marek hidup yang telah dilemahkan. Pencegahan kanker
dengan bagian luar dikelilingi selubung yang mengandung dengan vaksinasi pada kasus ini menempatkan virus
lipid. Herpesvirus (lihat Bab 33) secara khas menyebabkan sebagai agen penyebab dan rnemperlihatkan kemungkinan
infeksi akut yang diikuti oleh rekuresi laten dan sewaktu pendekatan serupa untuk pencegahan tumor pada
pada setiap pejamu, termasuk manusia. manusia dengan virus sebagai agen penyebab. Contoh
614 BAB 43

lain tumor pada hewan yang diinduksi oleh herpesvirus Muncuinya vaksin hepatitis B yang efektif untuk
antara lain adalah jenis limfoma pada monyet tertentu mencegah infeksi primer meningkatkan kemungkinan
dan adenokarsinoma pada kodok. Virus simian pencegahan karsinoma hepatoselular, terutama pada area
menimbulkan infeksi yang tidak jelas pada pejamu yang merupakan tempat hiperendemis virus hepatitis B
alarniah, tetapi memicu limfoma sei T yang ganas bila (misalnya, Afrika, Cina, Asia Tenggara). Namun, oleh
ditularkan kepada spesies monyet lain. karena periode laten yang lama sebelum perkembangan
kanker, efek vaksinasi tidak akan terlihat paling tidak
seiama 20 tahun.
POXVIRUS \Yoodchuch adalah model yang paling baik untuk infel<si
Poxvirus (lihat Bab 3/+) adalah virus yang besar dan virus hepatitis B pada manusia. Virus yang serupa, virus
berbentuk seperti bata dengan genom DNA untai ganda hepatitis woodchuch, menimbulkan infeksi kronik pada
berbetuk linear (130-375 kbp). Virus Yaba menimbulkan woodchuch dewasa dan neonatus, banyakyang berkembang
tumor jinak (histiositoma) pada pejamu alamiahnya, menjadi karsinoma hepatoselular dalam waktu 3 tahun.
monyet. Virus fibroma shope menimbulkan fibroma pada Virus hepatitis C (lihat Bab 35), anggota famili
beberapa kelinci dan dapat mengubah sel dalam kuitur. Flaviviridae, mengandung genom RNA untai tunggal
Virus moluskum kontagiousum menimbulkan pertum- berukuran 9,t+ kb. Tampaknya sebagian besar infeksi
buhan kecil yang jinak pada manusia. Sangat sedikit yang menjadi persisten, bahkan pada orang dewasa. Infeksi
diketahui mengenai asai penyakit proliferatif ini, tetapi kronik virus hepatitis C juga dianggap sebagai faktor
faktor pertumbuhan dikode poxvirus yang berhubungan penyebab karsinoma hepatoselular. Kemungkinan besar,
dengan faktor pertumbuhan epidermis dan untuk virus hepatitis C bertindak secara tidak langsung dalam
menimbuikan tranformasi faktor pertumbuhan mungkin perkembangan karsinoma hepatoselular.
terlibat. Saat ini lebih dari 250 juta orang di seluruh dunia
terinfeksi secara persisten oleh virus hepatitis B dan lebih
dari 170 juta karier kronik virus hepatitis C-kumpulan
VIRUS HEPATITIS B & besar individu berisiko terkena kanker hati.
VIRUS HEPATITIS C
Virus Hepatitis B (lihat Bab 35), anggota famili
Hepadnaviridae, dtandai dengan virion sferis berukuran r BAGAIMANA MEMBUKTIKAN
42 nm dengan genom DNA untai ganda yang berbentuk
sirkular (3,2 kbp). Salah satu untai DNA tidak lengkap
BAHWA SUATU VIRUS
dan panjangnya bervariasi. Penelitian virus ini terhambat MENYEBABKAN KANKER
karena tidak dapat dibiakkan di dalam kultur.
Selain menyebabkan hepatitis, virus hepatitis B
PADA MANUSIA
merupakan laktor risiko dalam perkembangan kanker Jcias bahwe virus terlibat dalam genesis beberapa jenis
hati pada manusia. Penelitian epidemiologi dan tumor pada manusia. Membuktikan hubungan kausatif
laboratorium telah membuktikan bahwa infel<si persistcn antara suatu virus dan jenis kanker tertentu' umumnya
virus hepatitis B merupakan penyebab penting penyakit sangat sulit.
hati kronik dan perkembangan karsinoma hepatoselular. Jika suatu virus merupakan agen etiologi kanker
Infeksi virus hepatitis B yang terjadi pada orang dewasa spesifik, distribusi geografi infelai virus harus bertepatan
biasanya sembuh, tetapi infeksi primer pada neonatus dengan tumor tersebut; adanya penanda rirus harus lebih
dan anak kecil cenderung menjadi kronik pada hampir tinggi pada kasus daripada pengendalian; dan infelsi virus
9070 kasus. Infeksi virus hepatitis B persisten yang terjadi harus mendahului tumor. Jika ekspresi fi:ngsi virus yang
pada awal kehidupan inilah yang memberikan risiko terus menerus diperlukan untuk mempertahankan
karsinoma hepatoselular yang paling tinggi selanjutnya. transforn.rasi, gen virus akan tetap ada pada semua sel
Mekanisme onkogenesis tetap tidak diketahui. Infeksi tumor" Jika virus menunjukkan langkah awal berbagai
virus persisten menimbulkan nekrosis, inflamasi, dan tahap karsinogenesis, genom virus mungkin hilang saat
regenerasi hati yang seiring perjalanan waktu akan tumor berkembang ke fase yang iebih tinggi. Sebaliknya,
menimbulkan sirosis; karsinoma hepatoseltrlar biasanya virus dapat sering ditemukan berkaitan dengan suatu
timbul bila terdapat latar belakang .tersebut. Protein tumor tetapi mungkin hanya sebagai penumpang karena
transaktivator virus hepatitis B, protein X, merupakan afinitas jenis selnya.
onkoprotein virus yang potensial. Karsinogen makanan, Virus tumor biasanya tidak bereplikasi di dalam sel
aflatoksin, mungkin merupakan kofaktor untuk karsinoma yang bertransformasi sehingga penting untuk mencari
hepatoselular, khususnya di Afrika dan Cina. asam nukleat virus atau protein di dalam sel untuk
VIRUS KANKER MANUSIA 615

mendeteksi adanya virus. Protein struktural virus sering


tidak diekspresikan, tetapi protein nonstrukturai yang |ft,fi etrovir'u,i:,:men-godd.: buaLl..,e.{i,ti.ttt;. eng : eflufr;rg
reverse iraiicriptase rqn1j.sil6nzim reverse'i
dikodekan oleh virus dapat diekspresikan sebagai penanda tr:ltlr,i p.t?.se ini adalah
adanya virus. (n) nttivitis Dnase :i ll,, '.
.lnduksi tumor pada hewan laborarorium dan tel nttiuitas DNA polimeriierbergantung-RNa
transformasi sel manusia di clalam kultur n'rerupakan garis
(C) Aktivitas RNA polimerase bergantung-DNA
,. (D) Aktivitas RNA polimerase^bergantung-RNA
sirkumstansial yang baik untuk membuktikar.r bahwa suatLr ., (E) Aktititas topoisomerur"j , :- . ,
virus bersifat tumorigenik, dan sistem tersebut dapar .
menyediakan model analisis molekular proses trans- 5'Duabulansetelahtransplantasiginjai,.seoranglaki.
formasi. Namun, hal tersebut tidak membuktikan bahwa
;.i.riiak1 tjetil.sia,,4? lahgeng"glg*i"".9..1.t pi]$r,Ftfi,i;i;t
1% hingga 5% resipien alograft ginlal mengblami
suatu virus menycbabkan kanker manusia tcrrenru. nefropati. Virus penyebab beberapa kdsus nefropati
': I : I U: ..1
Bukti yang paling pasti mengenai hubungarr kausal dtrdenttttKasr sebagar
adalah penurunan insiden tulnor dengan per-rcegahan (A) Poliomavirus BK
(B) Papilomavirus manusia, semua tipe a
infeksi virus. Me tode ir.rte rvensi harus efcktilt r-rntuk (C) Papilomavirus manusia, tipe risiko rendah
mengurangi timbulnya kanker bahkan jika virus hanya (D) Virus.hepatitisC '; -l

merupakan salah satu dari beberapa kofaktor. (E) Sitomegalovirui manusia ,r

6; ..Papilomgviilii fi 5 nusia dapat men imbul kah kt{nkli


,.pbOa manuiia ain'pating umum berkaitun uu'iigin'1 i
{A}, Polip rektaf .r::::i.
tB)',Kanker. payudara
(C)' Kanker pio5lat. ,

{D}: {ankei lnoggn]tql


(E),,..M eio.tel ianiar:'. rr

1. .!iru; dapat menyebabkan kanker pada manusia -' :-***


dari, hewan. prihsio karsinogeneiis
lOari,:rrewan.'erinsip karsinooenesis virus adalah
juga menimbulkan pac,
;;;;;;;.;;;;;;; ; , i
kelainan
{i
i., -.ii.,.,i..-. "d;;; ,.i .t1ffi4*i,ffil i1ri't*'tronikat viruiinia'ia "r'
. bahwa
iif3ffii.lil--.-"i"i'-,,.
iletl?virus melvebabkan sebasian besar
jenis
d r:",(A) :l(anker maRusla i;i ;;i;#;,,1, iioo
*'ju)Hl::l'liiniet.ii,otetrviruikankermanusiali,lu',u,lirnfotropik-Tmanusia:
Hir . ^^..-i_ ici virw herpes simpleks
, _ ,
menimbulkdnr pembentukal
lrlmor ,""ri, r- ;:

r* - iirus'ilan timbvlnya tumor 8. Poliomavirui mengode onkoprotein yang disebut :


'
antigen T. Produklen virus ini .':
ti
, tD) Model hewah iarang meramalkan mekanisme j
: selular pada kanker manusia (A) Tidak rJibutuhkan untuk replikasi virus
i..(E)FaktorpejamutidakBentingdalammeme.'(B)Berinteraksidenganproteinpen'ekantumor
'' '
. ngaruhi perkembangan kanker manusia yang selular ,

diinduksi oleh virus . (C) Berfungsi untuk mengintegrasi provirus virus


' l::;.{
;' uly.j-t}.K.q:.geil..s
unKogen selular menunluKKan gen yang rer- '
'' gr
- aktivasi
lU I,ali L.nen
lli:::,';"Tl::il"T::Jjl::[::,fljl
yang terlibat pada
aktivasiyang
kq"nkeqterlibat dalam per
I
l,1j;
ilj,L?" gen
pac kanker. Kelas kedua
. (D) e;o*;;;;i;;;;;;;;;munskjnkan
'-' Cepji
ror bermutjsi untuk memungkinkan virus
:"j;^;;;:;;--;:;;;";',;;;"^i.i
virui
^.'.*,,
'.6:l.g,nt.:lterlibatdalamperke.mbangank1nk.'l:l,I1
'R,
R, Uila kddua alel gen tersebut
bil"a kiidua ter diinaktivasi. Kelas ri/ '"' "' --'-"
- S *It:' kedua.gen ini disebut
disebut : 9. Virus kanker diklasif ikasikan dalam beberapa famili ",
;, (AI prtito-onkogen
(A)" Proto-onkogen .t ,,,- virus. Famili virus berikut ini mengandung virus
?I
,
peng$gg.gfimor ,' (A) Adenoviridae , .,'+
trar$auRl"'"':.'(B)Herpesviridie'
"

)cia1 Jr ,l (€)Hepadnaviridae li
--,
" r-. :,1 (D) papilomaViridae
,,
1,6iifii$ilan berusia.3S tahun denga (E) Flaviviridae
:

'- "-' -*-


il
;iasangan seksuai didiaslgsis_ me_nd9r!1a -', :. -
il r i
i ilirir.trium: d i,s6Lulnfi:d ia
r.i[t]iiii'il3*ft{llhllltiiHiljn:ii;'Iiiii;ii;.,,t:;:
!trit\.ikij,;r<ir$t<sl io. papiroma ri
.,
o,"n uirrs yang ditularkan me!alu! oleh virus yang sima yang menyebabkan koh-
f1*ggn...'*l i Hiik,;n&iJiWikt diloma genitat jinak. Virus tersebut adalah
(A) Papilomavirus, tipe 6 dan 11
(B) Poliomavirus JC :,' #ll
(C) :Virus Epstein"Barr
(D) Virus mo!uikum kontagiosum f$.u
(E) Papilomayirur tipe 16 dan 18 il:-:::=
_ ili|{
' . ..:t.l
616 BAB 43

Cole CN, Conzen SD: Polyomaviridae: The viruses and their replication.
Dalam: Fields uirology, ed. 4. Knipe DM et al (editors). Lippincott
Williams & Wilkins, 2001.
Galloway DA: Papillomavirus vaccines in clinical trials. Lance! Infect Dis
2003;3:469.
Goff SP: Retroviridae: The viruses and their replication. Dalam: Fields
Virology, ed. 4. Knipe DM et al (editors). Lippincott Williams &
Wilkins,2001.
Khalili K, Raab-Traub N (editors): Cancer viruses. Oncogene Rev 2003;22
(No.2). IEntire issue.]

Khalili K, Stoner GL (editors): Hutnan Polyomuuiruses: Molecular and


KEPUSTAKAI\N Clinical Perspectlues. Wiley-Liss, 2001.
Bosch FX et al: The causal relation between human papillomavirus and Lowy DR, Howley PM: Papillomaviruses. Dalam: Fields Virology, ed,. 4.
cervival cancer. J Clin Pathol 2002;55:244. Knipe DM et al (editors). Lippincott Williams & Wilkins, 2001.
Butel JS: Virus Carcinogenesis: Revelation of molecular mechanisms and Newton R, Beral V, Weiss RA (edi Lorst: lnfection and lluman Cancer. Cold
etiology of human disease. Carcinogenesis 2000;2 1:405. Spring Harbor Laboratory Press, 1999.
Coflrn JM, Hughes SH, Vamus HE (editor): Retrouiruses. Cold Spring Parsonnet J (editor): Microbes and Mclligndncy: Infection ds a Cause of
Harbor Laboratory Press, 1997. Human Cancers. Oxford Univ Press, 1999.
l:li1l!ttt:.ta:l;'']':
;- -.- '.
jiar:lr:;:rrl
' i.ljf ir, alit|l]:i
rirrr+rf ri:jl{1rr1!...:lri::,::.i

AIDS da n Lentivirus it,!!d';-


.tt'".
I'
,r' i.;l
::
lii:ii'ilir.

lifli.:a:!:r:,r r,l:iir ill

Tipe h.uman immunodefciency uirus (HIV), berasal dari transkripsional gen virus lainnya. Transaktivasi oleh HIV
lentivirus primata, merupakan agen penyebab AIDS. sangat efisien dan dapat berperan dalam virulensi alamiah
Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1981 infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi
dan HIV-1 diisolasi pada akhir tahun 1983. Sejak itu, protein struktural virus. Rev memfasilitasi pengeluaran
AIDS telah menjadi epidemi di seluruh dunia, meluas transkrip virus yang belum terpotong dari nukleus; protein
jangkauannya, dan penting karena infeksi HIV telah struktural ditranslasi dari mRNA yang belum t€rpotong
menyerang berbagai populasi serta daerah geografis yang pada fase akhir replikasi virus. Protein Nef menginduksi
berbeda. Jutaan orang di seluruh dunia telah terinfeksi; produksi kemokin, memfasilitasi aktivasi sel T yang
sekali terinfeksi, individu tersebut tetap terinfeksi sedang beristirahat, dan mengatur ekspresi CD-4 dan
sepanjang hidupnya. Dalam satu dekade, apabila tidak MHC kelas L Gen nef penting untuk simian immuno'
diobati, sebagian besar orang yang terinfeksi HIV deficiency uirus (SIY) untuk menjadi bersifat patogen pada
mengalami infelsi oportunistis yang fanl akibat defisiensi monyet. Protein Vpr meningkatkan transPor kompleks
sistem imun yang diinduksi oleh HIV. AIDS merupakan virus praintegrasi ke dalam nukleus dan juga meng-
salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling istirahatkan sel di dalam fase G2 siklus sel. Protein Vif
penting di dunia pada awal abad ke-21. memacu infektivitas virion, terlihat dengan menekan efek
protein inhibisi selular yang terdapat pada beberapa sel
SIFAT LENTIVIRUS manusia.
Berbagai isolat HIV yang berbeda tidak identik tetapi
Sifat penting ie ntivirus, anggota genus pada famili
tampak menekan spektrum virus yang berhubungan (lihat
Retroviridae, diringkas pada Tabel 44-1.
Klasifikasi). Populasi genom virus yang heterogen
Struktur & Komposisi
HIV adalah retrovirus, anggota genus Lentiuirus, dan Tabel tl4-1. Sifat penting lentivirus (retrovirus non-
menunjukkan banyak gambaran fisikokimia yang onkogenik).
merupakan ciri khas famili (Lihat Bab 43). Karakteristik
morfologi HIV yang unik adalah nukleoid berbentuk Virion:Sferis, diameter 80-100 nm, inti silindris
silinder di dalam virion yang matur (Gambar 44-l). Genom: RNA untai tunggal, linear, sense positif, 9-10 kb,
Nukleoid berbentuk batang yang merupakan tanda diploid; genom lebih kompleks daripada retrovirus
onkogenik, mengandung hingga enam gen replikasi
diagnostik terlihat dengan menggunakan mikroskop tambahan
elektron di dalam partikel ekstraselular yang dipotong Protein: Glikoprotein selubung memiliki variasi antigen;
pada sudut yang sesuai. enzim reverse trancriptase terdapat di dalam virion;
Genom RNA lentivirus lebih kompleks daripada protease dibutuhkan untuk produksi virus yang infeksius
genom RNA retrovirus yang bertransformasi (Gambar Selubung: ada
Replikasi: Reverse trancriptase membuat kopi DNA dari
44-2).Yirus mengandung tiga gen yang dibutuhkan untuk RNA genom; DNA provirus menjadi cetakan untuk RNA
replikasi retrovirus-gag, pol, dan enu (lthar. Bab 43). virus. Sering terdapat variabilitas genetik.
Terdapat hingga enam gen tambahan yang mengatur Maturasi: Partikel menonjol keluar dari membran plasma
ekspresi virus dan yang penting pada patogenesis penyakit Karakteritik yang menonjol:
Anggotanya nononkogenik dan mungkin sitosidal
secara in uiuo. Walaupun gen tambahan ini memper-
Menginfeksi sel sistem imun
lihatkan sekuens homologi yang kecil di antara lentivirus, Provirus tetap berhubungan secara permanen dengan sel
fungsinya dipertahankan. (virus feline dan ungulate hanya Ekspresi virus terbatas pada beberapa sel secara ln vivo
memiliki tiga gen tambahan.) Satu protein replikasi fase- Menyebabkan penyakit progresif lambat dan kronik
awal, protein Tat, berfungsi pada "transaktivasi", Replikasi biasanya bersifat spesifik spesies
Kelompok ini termasuk agen penyebab AIDS
sedangkan produk gen virus terlibat dalam aktivasi

617
618 BAB 44

Gambar 44-?. Mikrograf elektron llmfosit yang terinfeksl HlV, memperlihatkan akumulasi dalam jumlah besar virus
yang baru saja dibentuk pada permukaan sel (atas. 46.450 x. batang = 100 nm); penonjolan virus yang baru terbentuk
dari membran sitoplasma (kiri bawah,49.000 x. batang = 100 nm); dua virion yang akan melepaskan diri dari
permukaan sel (kanan bawah,75.140 x, batang = 100 nm).

ditemukan pada individu yang terinleksi. Heterogenisitas lentivirus tidak mengandung gen selular y^ng ter-
ini menunjukkan tingginya laju replikasi virus dan tingkat konsentrasi (lihat Bab 43). Individu menjadi terinfeksi
kesalahan reuerse trancriptase virus. Daerah yang memiliki dengan masuknya virus melalui sumber dari luar.
keanekaragaman terbesar pada isolat yang berbeda terbaras
pada gen enu, yang mengode protein se iubung virus
(Gambar 44-3).Produk Sti (gp120) ge, enu mengandung Klasifikasi
domain pengikat yang berperan untuk perlekatan virus Lentivirus telah diisolasi dari berbagai spesies (tabel 41t-
ke molekul dan koreseptor CD4, menentukan tropisrne 2), termasuk setidaknya 26 spesies primata selain manusia
limfosit dan makrofag, dan membawa determinan anrigen Afrika yang berbeda. Ada dua tipe virus AIDS manusia
utama yang memunculkan antibodi penetral. Glikoprotein yang berbeda: HIV-1 dan HIV-2. Kedua tipe ini dibedakan
HIV memiliki lima regio variabel (\| y""g berbeda pada berdasarkan organisasi genom dan hubungan filogenetik
setiap isolat, dengan regio V3 penting pada proses (evolusionar) dengan lentivirus primata lain.
netralisasi. Produk enu TM (gp41) terdiri dari domain Berdasarkan sekuens gen enu, HIV-I terdiri dari tiga
transmembran yang melekatkan glikoprotein pada kelompok virus yang berbeda (M, N, dan O); grup M
seiubung virus dan domain fusi yang memfasilitasi yang predominan terdiri dari sembilan subtipe atau
penetrasi virus ke dalam sel target. Keanekaragaman di "cladei' (A-K, kecuali E dan I). Bentuk rekombinan virus
dalam selubung HiV mempersulit upaya pengembangan juga ditemukan dalam sirkulasi manusia di daerah
virus yang efektif untuk AiDS. geografis yang berbeda. Hal yang sama, enam subtipe
Lentivirus seluruhnya merupakan virus eksogen; HIV-2 (A-F) telah diidentifikasi. Pada masing-masing
kebalikan dengan retrovirus yang bertransformasi, genom subtipe , terdapat variabilitas yang luas. Clades genetik
AIDS & LENTIVIRUS 619

MA CA NC PR RT IN SU TM
p17 p24 pg p11 p66 p32 gp12? qp41
p51

oOH! 9q

88
NJOV lli

RNA
genomik
vtru$

Gamhar 44-2. Genom dan struktur virion HIV Genom HIV-1 diperlihatkan di atas. Protein virus dislntesis sebagai
poliprotein prekursor (Gag-PolIPr'l 601, Gag IPr55], dan Env Igp160]) yang secara enzimatik diproses untuk membentuk
protein virion yang matur. Gag-Pol dan Gag dipecah oleh PR protease virus untuk menghasilkan protein penanda yang
lebih kecil. Env dipecah oleh PR selular, menghasilkan 5U gp120 dan TM gp41 . Penempatan protein virion di dalam
partikel virus ditandai oleh simbol (bawah gambar). Posisi tepat protein PR, RT, dan lN di dalam inti virus tidak
diketahui. HIV-2 dan SlVtidak memiliki gen yputetapi mempunyai gen vpx. (Direproduksi dari Peterlin BM: MolecularBiologyof
HlV. ln: TheViruses.Yol.4:The Retroviridae. Levy JA Ieditor]. Plenum, 1995. Dimodifikasi dari Luciw PA, Shacklett Bl ln. HIV: Malecular Arganization,
Pathogenicity and Treatnent. Morrow WJW Haigwood NL leditorsl. Elsevier, 1993.)

tampaknya tidak sesuai dengan kelompok serotipe 2 dan hampir semua SIV mernpunyai gen 27,x. Sekuens
netralisasi dan tidak ada bukti baru bahwa subtipe berbeda gen gag dan pol sangat dipertahankan. Terdapat perbedaan
dalam biologi atau parogenesis. bermakna pada berbagai gen glikoprotein selubung;
Banyak isolat lentivirus telah didapatkan dari spesies sekuens bagian protein transmembran lebih dipe r-
primata selain manusia. Lentivirus primata memiliki lima tahankan daripada sekuens glikoprotein eksternal
garis keturunan fiiogenetik utama (Thbel 44-2). SIY dari (komponer.r protein terpajan bagian luar partikel virus)'
sooty mangabeys (tipe monyet di Afrika Barat) dan HIY-2 SIV tampaknya nonpatogen pada spesies pejamu asai
diduga merupakan varian dari virus yang sama, seperti (simpanse, monyet hijau Afrika, sooty mangabry); spesies
isolat dari simpanse dan HIV-I. SIV dari monyet hijau ini diketahui terinfeksi dari habitat aslinya. Sebaliknya,
Afrika, monyet Sykes, dan mandrills menur-rjukkan monyet rhesus tidak terinfeksi secara alamiah di hutan
kelompok tambahan yang berbeda. liar Asia tetapi rentan untuk menginduksi AIDS pada
Susunan genom lentivirus primata (manusia dan sejenis monyet melalui berbagai isoiat SIV. Virus ini
simian) sangat mirip. Satu perbedaan adalah bahwa HIV- pertama kali ditemukan dari monyet rhesus yang
1 dan virus simpanse memiliki gen uPu, sedangkan HIV- ditangkap (SIV,-,.) yaitu strain sooty mangabeylHlY-2.
620 BAB 44

permukaan transmembran
sp120 (SU) (TM) sp41

t
Perlekatan
Pengikatan CD4 transmembran

Gamhar il4'3. Protein selubung HIV-1. Polipeptida prekursor gp 160 diperlihatkan di atas. Subunit gp 120 terdapat di
luar sel, dan gp41 merupakan protein transmembran. Domain hipervariabel pada gp120 ditandai dengan V1 sampai
V5; posisi ikatan disulfida digambarkan dengan garis putus-putus pada simpul. Daerah penting pada subunit gp41
merupakan domain fusi pada ujung amino dan domain transmembran (TM). Terminal amino (NHr) dan karboksil
(COOH) diberi label untu k kedua subunit. (Direproduksi dari Peterlin BM: Molecular biology of HlV. tn: lhe Viruses.Yol 4: The Retroviridae.
Levy 1A Ieditor]. Plenum, 1995. Dimodifikasl dari Myers G elal; Hunan Retroviruses andA\DS 1993;A Conpitation and Analysis of NucleicAcid and
AminoAcid Sequences. lheoretical Biology and Biophysics GroupT-10, LosAlamos National Library, LosAlamos, New Mexico.)

Lentivirus selain primata menimbulkan infeksi menjadi banyak ditemukan pada manusia, dan mencapai
persisten yang mengenai berbagai spesies hewan. Virus proporsi epidemik.
ini menyebabkan penyakit kronik yang melemahkan dan
kadang-kadang imunodefisiensi. Agen prototipe, virus Disinfeksi & lnaktivasi
visna (disebut juga virus maedi), menimbulkan gejala
neurologis arau pneumonia pada domba di Iceland. Virus
HIV diinaktivasi secara total (> 10t unit infektivitas)
dengan perlakuan selama 10 menit pada suhu kamar
lain menyebabkan anemia infeksius pada kuda dan artritis
dengan salah satu zat berikut: 10% pemutih rumah, 50%o
serta ensefalitis pada kambing. Lentivirus kucing dan sapi
etanol, 35% isopropanol, 1%o nonidet P40, 0,5% lisol,
dapat menyebabkan imnodefisiensi. Lentivirus selain
0,5o/o paraformaldehid, atau 0,3o/o hidrogen peroksida.
primata tidak diketahui menimbulkan infeksi pada
Virus juga diinaktivasi oleh pH yang ekstrim (pH 1,0;
primara, tcrmasuk manusia.
pH 13,0). Namun, bila HIV terdapat pada darah yang
membeku atau belum membeku pada jarum atau syringe,
Asal AtDS
pajanar-r dengan pemutih yang belum diencerkan selama
HIV pada manusia berasai dari infeksi silang spesies oleh setidaknya 30 detik perlu dilakukan untuk inaktivasi.
virus simian di daerah pedesaan Afrika, mungkin akibat Virus tidak diinaktivasi oleh 2,5o/o Tween 20.
kontak langsung manusia dengan darah primata yang Meskipun paraformaldehid menginakrivasi virus secara
terinfeksi. Bukti terbaru adalah bahwa pasangan primata bebasdi dalam larutan, tidak diketahui apakah zat ini
HIV-1 dan HIV-2 ditularkan kepada manusia melalui berpenetrasi cukup dalam pada jaringan untuk
beberapa peristiwa yang berbeda (setidaknya tujuh). menginaktivasi semua virus yang mungkin terdapat di
Analisis evolusi sekuens menempatkan masuknya SIV,,,, dalam biakan sel atau spesimen jaringan.
pada manusi.^ y^ng menimbulkan peningkatan HIV-'l HIV mudah diinaktivasi dalam cairan atau 1070 serum
grup M pada sekitar tahun 1930. Diduga, transmisi dengan pemanasan pada suhu 56 'C selama 10 menit,
seperti ini terjadi berulang kali seiring pertambahan umur, tetapi material protein yang dikeringkan memberikan
tetapi perubahan sosial, ekonomi, dan perilaku terrenru perlindungan yang bermakna. Produk darah liofil
yang terjadi pada pertengahan abad 20 menyebabkan memerlukan pemanasan pada suhu 68 'C selama 72 jam
keadaan yang memungkinkan infeksi virus ini meluas, untuk memastikan inaktivasi kontaminasi virus.
AIDS & LENTIVIRUS 621

Sistem Lentivirus Hewan Strain limfosif tropik virus cenderung menyebabkan


infeksi yang sangat produktif, sedangkan replikasi virus
\Tawasan tentang karakteristik biologis infeksi lentivirus
makrofag tropik terbatas.
telah didapatkan dari infeksi eksperimental, termasuk
(5) Penyakit ini membutuhkan waktu bertahun-
domba dengan virus visna (Tabel 44-Z). Pola penyakit
tahun untuk berkembang. Pejamu yang terinfeksi biasanya
alamiah bervariasi pada berbagai spesies, tetapi gambaran
membentuk antibodi, tetapi tidak menghilangkan infeksi
umum tertentu dikerahui.
sehingga virus menetap seumur hidup. Varian antigen
(1) Virus ditransmisikan melalui pertukaran cairan
yang baru muncul secara periodik pada pejamu yang
tubuh.
terinfeksi dengan sebagian besar rnutasi terjadi di dalam
(2) Virus menetap untuk jangka waktu yang tidak
glikoprotein selubung. Gejala klinis dapat terjadi sewaktu-
dapat ditentukan pada pejamu yang terinfeksi meskipun
waktu sejak 3 bulan hingga bertahun-rahun setelah inleksi.
terdapat pada kadar yang sangat rendah.
Pengecualian pada masa inkubasi yang lama pada
(3) Virus memiliki laju mutasi yang tinggi dan mutan
penyakit lentivirus meliputi AIDS pada anak, anemia
yang berbeda akan terseleksi pada kondisi yang berbeda
infeksiosa pada kuda, serta ensefalitis pada kambing
(fuktor pe.jamu, respons imun, jenis jaringan). Pejamu
muda.
yang terinfeksi terdiri dari "kumpulan" genom virus yang
Faktor pejamu penting pada patogenesis penyakit
berhubungan erat, dikenal sebagai spesies quasi.
antara lain adalah usia (usia muda berisiko lebih besar),
(4) Infeksi virus berkembang lambat melalui stadium
stres (dapat memicu penyakit), genetik (beberapa
yang spesifik. Sel pada garis keturunan makrofag berperan
keturunan hewan lebih rentan), serta infeksi yang terjadi
penting pada infeksi ini. Lentivirus berbeda dengan bersamaan (dapat mengeksaserbasi penyakit atau
retrovirus lain karena mereka dapat menginfelai sel yang
memfasilitasi transmisi virus.)
tidak membelah dan berdiferensiasi pada saat akhir.
Penyakit pada ungulata (kuda, lembu, domba, dan
Namun, sel tersebut harus diaktivasi sebelum terjadi
kambing) tidak dipersulit oleh infeksi oportunistik
replikasi virus dan progeni virus terbentuk. Virus ini
sekunder. Virus anemia infeksiosa pada kuda dapat
berhubungan dengan sel pada monosit dan makrofag,
ditularkan antarkuda melalui lalat kuda yang mengisrp
tetapi hanya sekitar satu dari sejuta'sel yang terinfeksi.
darah, satu-satunya lentivirus yang diketahui ditularkan
Monosit membawa virus berada dalam tubuh dalarn
olah vektor serangga.
bentuk yang tidak dapat dikenali oleh sistem imun tubuh.

Tabet 44-2. Anggota yang mewakili genus lentivirus.

Asal,':'liolat Virus,, Penyakit


Manusia Hlv-1 (slv
' cpz'
)r AIDS
Hrv-2 (srv.-)

Primata selain manusia2


Simpanse SIV AIDS simian
Sooty mangabey stv,.
Macaques3 SIV
Monyet hijau Afrika stvasm
Monyet Sykes slv .

Mandrill SIV
Monyet l'Hoest3 SIV.,

Selain primataa
Kucing Virus imunodefisiensi felix AIDS /e/ine
Sapi Virus imunodefisiensi bovine
Domba Visna, maedi Penyakit paru, 5SP
Kuda Anemia infeksiosa kuda Anemia
Kambing Artritis caprine, ensefa litis Artritis, ensefalitis
lAsal HIV-1 dan HIV-2 masing-masing merupakan transmisi silang spesies SlV.o, dan SlV,..
(rhesus paling rentan terhadap
'?Penyakit tidak terjadi pada pejamu asal oleh SlVs tetapi memerlukan transmisi pada spesies monyet yang berbeda
penyakit). Macaguei Asia (rhesus) tidak menunjukkan ke.jadian infeksi 5lV di alam bebas; SlV,. mungkin terjadi secara tidak sengaia pada macaques saat
penangkapan.
rlndensi menun.jukkan bahwa virus berada dalam garis keturunan filogenetik yang sama dengan yang di atasnya.
aLentivirus selain primata menyebabkan penyakit pada spesies asal.
622 BAB 44

Lentivirus simian memiliki karakteristik molekular Lektin spesifik sel dendrit, DC-SIGN, tampaknya
dan biologis yang sama dengan HIV dan menyebabkan mengikat HIV-1 tetapi tidak memediasi masuknya sel.
penyakit mirip AIDS p^d^ mactt(lues rhesus. Model SIV Tetapi, sel ini memfasilitasi transpor HIV oleh sel dendrit
penring untuk memahami patogenesis penyakit dan ke organ limfoid dan menimbulkan infeksi se1T.
men.gembangkan vaksin serta strategi pengobatan.
INFEKSI HIV PADA MANUSIA
Reseptor Virus
Patogenesis & Patologi
Semua lentivirus primata berfungsi sebagai reseptor
molekul CD4 yang diekspresikan pada makrofag dan A. TINJAUAN PERJALANAN INFEKSI HIV

limfosit T. Koreseptor kedua selain CD4 diperlukan oleh Perjalanan khas infeksi HIV yang tidak diobati
HIV-1 agar dapat masuk ke dalam sel. Reseptor kedua berlangsung selama satu dekade (Gambar 44-5).
dibutuhkan untuk penggabungan virus dengan membran Stadiumnya meliputi infeksi primer, penyebaran virus
sel (Gambar 44-4)" Yirus mula-mula berikatan dengan ke organ limfoid, latensi klinis, peningkatan ekspresi HIV,
CD4 dan kemudian dengan koreseptor. Interaksi ini penyakit klinis, dan kematian. Durasi antara infeksi
menimbulkan perubahan struktur di dalam selubung virus, primer dengan perkembangan penyakit klinis rata-rata
mengaktivasi peptida fusi gp4 1 dan memicu fusi sekitar 10 tahun. Pada kasus yang tidak diobati, kematian
membran. Reseptor kemokin berperan sebagai reseptor biasanya terjadi dalam 2 tahun setelah muncul gejaia
HIV-1 kedua. (Kemokin adalah fuktor yang larut dalam klinis.
kemoatraktan dan komponen sitokin). CCR5, reseptor Setelah infel<si primer, terdapat waktu 4-11 hari antara
untuk kemokin RANTES, MIP-1cr, dan MIP-lB, adalah infeksi mukosa dan viremia awal; viremia dapat terdeteksi
reseptor yang predominan untuk strain makrofag tropik selama 8-12 minggu. Virus tersebar luas di seluruh tubuh
HIV-1, sedangkan CXCRlr, reseptor untuk kemokin SDF- pada masa ini dan organ limfoid menjadi penuh. Timbul
1, merupakan koreseptor untuk strain limfosit tropik sindrom menyerupai mononukleosis akut pada banyak
HiV-1. Reseptor kemokin yang digunakan oleh HIV untuk pasien (50-75o/o) 3-6 minggu setelah infeksi primer.
masuk ke dalam se1 terdapat pada limfosit, makrofag, Terdapat penurunan bermakna jumlah sel CD4 yang
dan timosit, juga neuron dan sel di dalam kolon dan bersirkulasi pada waktu awal ini. Respons imun terhadap
serviks. Individu yang memiliki delesi homozigot pada HIV terjadi 1 minggu hingga 3 bulan setelah infeksi,
CCR5 dan menimbuikan protein dalam bentuk mutan viremia plasma menurun, dan kadar CD4 banyak
terlindungi dari infeksi oleh HIV-1; mutasi pada gen kembali. Namun, respons imun tidak dapat meng-
promoter CCR-5 tampaknya menghambat perkembangan hilangkan infeksi secara total dan sel yang terinfeksi HIV
penyakit. Kebutuhan akan koreseptor untuk fusi HIV menetap di dalam kelenjar getah bening.
dengan sel memberikan target baru untuk strategi Periode gejala klinis laten ini dapat berlangsung selama
pengobatan antivirus dengan inhibitor tempat masuk HIV 10 tahun. Selama masa ini, terjadi replikasi virus
pertama terdaftar di Amerika Serikat pada tahun 2003. onkogenik yang sangat banyak. Diperkirakan sekitar 10

CCRS atau
CXCR4

Sel target

Gambar tM-4. Fusi HIV dengan sel target. Gp 120 terikat dengan molekul CD4 dan kemudian dengan koreseptor
(CCR5 atau CXCR4). Hal ini menimbulkan perubahan struktur di dalam protein selubung virus, mengenai 9p4l sehingga
peptida fusi masuk ke dalam sel dan mengakibatkan fusi membran. (Direproduksi, atas seizin dari Blnley J, Moore JP:The viral
mousetrap. Nature 1 997;387:346.)
AIDS & LENTIVIRUS 623

1200

11 00

1 000

900 1.512
Masa laten klinis
w 800 1:256
i

$ zoo 1:128
(!
Gejala E
J:r 600 1:64 o
(!
konstitusional
F o-
E
s
500 1:32 .g
E
0,

8 4oo 1:16 '5


,9
1:8 F

0
b 67
Minggu Tahun

Gambar 44-5. Perjalanan khas infeksi HIV yang tidak diobati. Pada periode awal setelah infeksi primer. terdapat
penyebaran virus yang luas dan penurunan tajam jumlah CD4 sel T di darah perifer. Respons imun terhadap HIV
timbul, dengan terdeteksinya penurunan viremia yang diikuti oleh masa laten klinis yang lama. Pemeriksaan yang
sensitif untuk RNA virus menunjukkan bahwa virus terdapat di dalam plasma setiap waktu. CD4 sel T terhitung terus
menurun selama beberapa tahun hingga mencapai kadar kritis di bawah risiko substansial penyakit oportunistik.
(Direproduksi, dengan izin, dari Pantaleo G, Graziosi C, Fauci AS: New Concepts ln the immunopathogenesis of human immunodeficiency virus
infection. N Engl J Med 1993;328:327.)

milyar partikel HIV dihasilkan dan dihancurkan setiap B. LII.{FOSIT T CD/+ DAN SEL MTUORI
hari. \7aktu paruh virus di dalam plasma sekitar 6 jam Gambaran utama infeksi HIV adalah deplesi limfosit
dan siklus hidup virus (dari waktu infeksi sebuah sel penginduksi T helper-hasil replikasi HIV pada populasi
sampai produksi progeni baru yang menginfeksi sel limfosit dan kematian sel T yang tidak terinfeksi melalui
berikutnya) kira-kira 2,6 hari. Limfosit T CD4, target mekanisme tidak langsung. Sel T mengekspresikan
utama yang berperan pada produksi virus, tampaknya penanda fenotipik CD4 pada permukaannya. Molekul
memiliki laju pergantian yang sama cepatnya. Begitu CD4 adalah reseptor utama untuk HIV; CD4 memiliki
terinfeksi secara produktif, waktu-paruh limfosit CD4 afinitas yang tinggi terhadap selubung virus. Koreseptor
sekitar 1,6 hari. Karena proliferasi virus yang cepat dan HIV pada limfosit adalah reseptor kemokin CXCR4.
tingkat kesalahan reuerse transcriptase HIV yang Pada awal infeksi, isolat HIV yang pertama adalah
diturunkan, diperkirakan setiap nukleotida genom HIV M-tropik. Namun, semua strain HIV awalnya menginfelai
mungkin mengalami mutasi setiap hari. limfosit T CD4 (tetapi mematikan garis sel T secara lz
Akhirnya, pasien akan mengalami gejala konstitusional uitro). Ketika infeksi berkembang, virus M-tropik yang
dan penyakit yang terlihat secara klinis, seperti infeksi dominan digantikan oleh virus T-tropik. Penyesuaian
oportunistik atau neoplasma. Kadar virus yang lebih tinggi laboratorium isolat primer ini pada garis sel T yang tidak
mudah terdeteksi di dalam plasma selama fase infeksi mati menghilangkan kemampuan menginfeksi monosit
lanjut. HIV yang ditemukan pada pasien stadium lanjut dan makrofag.
biasanya sangat lebih virulen dan sitopatik daripada strain Konsekuensi disfungsi sel T CD4 yang terjadi akibat
virus yang ditemukan pada awal infeksi. Seringnya, infeksi HIV sangat merusak karena limfosit T CD4
perubahan dari strain monosit tropik atau makrofag memiliki peran penting dalam respons imun manusia'
tropik (tropik-M) HIV-1 menjadi varian limfosit-uopik Sel ini berperan langsung maupun tidak langsung unuk
(T-tropik) menyertai perkembangan AIDS. menginduksi kesatuan yang luas dari fungsi sel limfoid
624 BAB 44

dan nonlimfoid. Efek ini meliputi aktivasi makrofag; Selama perjalanan inlcksi yang tidak diobati--bahkan
induksi frrngsi sel 'I' sitotoksik, sel natural hillcr, dan sel selama periocle ldinislaten--I{lV bcreplikasi sccara aktif
B; serta sekresi berbagai faktor yang dapat larut yang di .jaringan limfoid. Lingkungan mikro kelenjar getah
qnenginduksi pertumbuhan dan diferensiasi sel limfoid bening ideal sebagai tempat terjadi dan penyebaran infeksi
dan mengenai sel hematopoetik. FIIV. Sitokin diiepaskan, mengaktivasi banyak kumpulan
Pada saat ini, hanya sedikit fraksi sel T CD1+ yang sel T CD/l yang sangat rentan terhadap infeksi HIV. Ketika
terinfeksi secara produktif. Banyak sel T yang terinfeksi terjadi penyakit HIV stadium-lanjut, gambaran kelenjar
mati, terapi fraksinya bertahan dan kembali ke keadaan getah bening menjadi terganggu.
memori istirahat. I{anya sedikit bahkan tidak ada ekspresi
gen pada sel memori, dan sei ini menjadi reservoir jangka E. SEL SARAF
panjang, stabil, dan laten untukvirus. Bila terpajan dengan Kelainan neurologi sering ditemukan pada infelai stadium
anrigen, sel memori teraktivasi dan melepaskan virus yang lanjut dan merupakan kondisi penentuan-AlDS. Kelainan
infeksius. Reservoir laten sel memori yang terinfeksi pada susunan saraf pusat terjadi dengan derajat yang
perlahan-lahan rusak, dengan waktu paruh setidaknya 1r3
bervariasi pada 40-90o/o pasien. Kelainan ini meliputi
bulan. Infeksi HIV tidak mungkin bisa disembuhkan; ensefalopati HIV, neuropati perifer, dan--yang paling
jika terdapat sejuta sel memoti yang terinfeksi di dalam parah-kompleks demensia AIDS. Mekanisme patogenik
tubuh, diperlukan waktu sekitar 70 tahun untuk terjadi langsung dan tidak langsung dapat menjelaskan manifestasi
kerusakan. neuropsikiatri infeksi HIV. Jenis sel utama di dalam otak
yang terinfeksi I-IIV adalah monosit dan makrofag. Virus
C. MONOSIT DAN MAKRoFAG dapat memasuki otak melalui monosit yang terinfeksi
Monosit dan makrofag berperan penting pada penyebaran dan melepaskan sitokin yang toksik untuk neuron serta
dan patogenesis inleksi HIV. Bagian tertentu monosit faktor kemotaktik yang menyebabkan infilrrasi sel
mengekspresikan permukaan antigen CD4 dan dengan infalamasi ke dalam otak. HIV jarang, bila ada, terdapat
demikian terikat dengan selubung HIV. Koreseptor HIV di neuron, oligodendrosit, dan astrosit.
pada monosit dan makrofag adalah reseptor kemokin
CCR5. Di dalam otak, jenis sel utama yang terinfeksi F, KOINFEKSI VIRUs
HIV tampaknya adalah monosit dan makrofag, dan ini Ak*'*r r*y"l dtp*
mungkin memiliki konsekuensi penting pada per- HIV yang produktif. Pada individu yang terinfeksi I{lV
kembangan manifestasi neuropsikiatri yang terjadi pada stimulus antigen dengan kisaran yang luas secar^ in uiuo
infeksi HIV. Makrofag alveolar paru yang terinfeksi tampaknya berperan sebagai aktivator selular. Misalnya,
mungkin menimbulkan pneLlmonitis interstisial yang infeksi aktif oleh Mycobacterium tuberculoris sangat
terjadi pada beberapa pasien AIDS. meningkatkan viremia plasma. Infeksi penyerta oleh virus
Strain makrofag tropik HIV paling banyak saat awal lain--virus EB, sitomegalovirus, virus herpes simpleks,
ini berperan pada infeksi awal bahkan
infeksi, dan strain atau virus hepatitis B-dapat berperan sebagai kofaktor
ketika sumber penularan mengandung virus M-tropik dan AIDS. Ko-infeksi virus hepatitis C adalah penyebab
T-tropik. utama morbiditas dan mortaiitas pada orang yang
Diyakini bahwa monosit dan makrofag berfungsi terinfeksi HIV. Juga terdapat infeksi sitomegalovirus
sebagai reservoir utama HIV di dalam tubuh. Tidak dengan prevalensi tinggi pada individu yang l{IV-positif.
seperti limfosit T CDzr, monosit relatif refrakter terhadap Koinfeksi dengan dua strain HIV yang berbeda dapat
efek sitopatik HIV sehingga virus tidak hanya dapat ter.jadi. 'lercatat kasus superinfeksi dengan strain kedua
bertahan di dalam sel, tetapi juga dapat dipindahkan ke pada individu yang terinfeksi HIV bahkan pada keadaan
berbagai organ di dalam tubuh (seperti paru dan otak). adanya respons yang kuat dari CD8 sel T terhadap strain
Makrofag yang terinfeksi dapat terus menghasilkan virus pertama. Superinfeksi I-IIV merupakan keadaan yang
untuk waktu yang lama. jarang terjadi.

D. ORGAN LINTOIO Temuan Klinis


Organ limfoid memiliki peran utama pada infeksi HIV. Geiala infeksi HIV akut tidak spesifik melipr"rti fatigue,
Limfosit di dalam darah perifer hanya mewakili sekitar ruam, nyeri kepala, mual, serta keringat malam. AIDS
2o/o total kumpulan limfosit, sisanya terutama terdapat ditandai dengan penekanan sistem imun yang menonjol
di dalam organ limfoid. Di dalam organ limfoid inilah dan berkembangnya berbagai infbksi oportunistik berat
respons imun spesifik dihasilkan. Anyaman sel dendritik atau neoplasma yang tidak umum (khususnya sarkoma
folikular di pusat germinal kelenjar getah bening Kaposi). Gejala yang lebih serius pada orang dewasa sering
memerangkap antigen dan merangsang respons imun. didahului oleh gejala prodromal ("diare dan dwindlin!')
AIDS & LENTIVIRUS 625

yang dapat meliputi fatigue, malaise, penurunan berat Pasien dengan AIDS
badan, demam, sesak napas, diare kronik, bercak putih 106 5 tahun setelah infeksi
pada lidah (hairy leukoplakia, dan kandidiasis oral), serta J
E
limfadenopati. Gejala penyakit pada saluran cerna dari c(!_
esofagus hingga kolon merupakan penyebab utama .g 105
kelemahan. Tanpa pengobatan, jarak antara infeksi primer I
N

HIV dan gambaran pertama penyakit klinis biasanya lama o


E
pada orang dewasa, berkisar sekitar 8-10 tahun. Kematian o
rerjadi sekitar 2 tahun kemudian. o 104
E
(o
o
A. PLASHA VInat LoaO
al
Jumlah HIV di dalam darah (uiral loafl merupakan nilai 5 103
prognostik yang bermakna. Terjadi replikasi virus dan
=
kematian sel terus menerus pada setiap pasien dan kadar zt
virus pada kondisi stabii di dalam darah bervariasi pada
setiap individu. Kadar ini mencerminkan jumlah total 0 0,5 1,0 1,s 2,0
sel yang terinfeksi secara produktif dan perkembangan Tahun Setelah lnfeksi
ukuran rata-rata. Diketahui bahwa perhitungan tunggal
plasma uiral load sekitar 6 bulan setelah infeksi dapat Gambar tM-6. Nilai prognostik kadar RNA HIV-1 di dalam
memperkirakan risiko perkembangan AIDS yang akan plasma (viral load). Setpoint virologi memperkirakan
terjadi pada seseorang beberapa tahun kemudian hasil klinis jangka. panjang. (Direproduksi, dengan rzin, dari l1o
(Gambar /14-6). Namun, data terbaru menunjukkan DD:Viral c0unts count in lllV infection. Science 1996;272.1124.)
perbedaan gender pada parameter ini-pada perempuan,
uiral loadkurang dapat meramalkan perkembangan AIDS.
Kadar RNA HIV plasma dapat ditentukan dengan bayi berbeda dengan pola replikasi pada orang dewasa.
menggunakan berbagai pemeriksaan komersial yang Kadar /oad RNA uirus umumnya rer.rdah saat lahir,
tersedia. Plasma uiral load tampaknya merupakan menunjukkan infeksi didapat tidal< lama setelah kelahiran;
prediktor terbaik hasil klinis jangka panjang, sedangkan kadar RNA kemudian meningkat dalam 2 bulan pertama
jumlah limfosit CDlr merupakan prediktor terbaik risiko kehidupan diikuti oleh penurunan lambat hingga usia 21t
jangka pendek perkembangan penyakit oportunistik. bulan, menandakan sistem imun imatur rnemiliki kestrlitan
Perhitungan plasmaviral load merupakan elemen penring terhadap infe ksi. Persentase kecil pada btyi (S5o/o)
dalam menentukan efektivitas pengobatan obat memperlihatkan infeksi I{lV sementara, mer-runjukkan
antiretrovirus. bahwa beberapa bayi dapat menghilangkan virus.

B. AIDs PADA ANAK C. KELAINAN NEUROLOGIS


Respons neonatus yang terinfeksi berbeda dari yang Disfungsi neurologis sering terjadi pada orang yang
terlihat pada orang dewasa yang terinfeksi HIV. AIDS terinfeksi HIV Empat puluh hingga 9070 pasien memiliki
pada anak-yang didapat dari ibu yang terinfeksi- gejala neurologis, dan banyak ditemukan pada saat otopsi
biasanya terlihat dengan gejala klinis pada usia 2 tahun; memiliki abnormalitas neuropatologi.
kematian terjadi 2 tahun kemudian. Neonatus terutama Beberapa sindrom neurologis berbeda yang scring
rentan terhadap efek kerusakan F{lV karena sistem imun terjadi antara lain adalah ensefalitis subakut, rnielopati
belum terbentuk ketika terjadi inleksi primer. Temuan vakrrolar, meningitis aseptik, dan neuropati perifer.
klinis antara lain termasuk pneumonitis lirrrFoid Konpleks demensia AIDS, sindrom neurologis yang
interstisiai, pneumonia, kandidiasis oral berat, ensefalopati, paling sering, timbul sebagai manifestasi lanjut pada 25-
wasting, limfadenopati generalisata, sepsis bakterial, 650/o pasien AIDS dan ditandai dengan gangguan ingatan'
hepatosplenomegali, diare, dan retardasi pertumbuhan. ketidakmampr.ran berkonsentrasi, apatis, retardasi
Anak dengan infeksi HIV-1 yang didapat pada masa psikomotor, serta perubahan kepribadian. Penyakit
perinatal-jika tidak diobati*-memiliki prognosis yang neurologis lain yang berhubungan dengan infeksi I IIV
sangat buruk. Kecepatan perkembangan penyakit yang antara lain adalah toksoplasmosis, kriptokokosis, Iimfoma
tinggi terjadi pada beberapa tahun pertama kehidupan. primer sistem sara{: pusat, dan yang diinduhsi oleh
Kadai HIV-I plasma load yang tinggi muncul untuk leukoenselalopati virus JC multifokal progresi{:. Masa
memperkirakan bayi yang berisiko mengalami per- pertahanan rata-rata dari awitan demensia berat biasanya
kembangan penyakit yang cepat. Pola replikasi virus pada kurang dari 6 bulan.
626 BAB 44

Pasien AIDS anak juga menun.iukkan abnormalitas kelompok limfoma Burkitt dan keganasan pada sistem
neurologis. Kelainan ini meliputi kejang, gangguan susunan saraf pusat (tetapi tidak ditemukan pada sebagian
perkembangan pe rilaku milestone yang progresif, besar limfoma sistemik). Poliomavirus SV1t0 terdeteksi
ensefalopati, gangguan defisit perhatian, serta kelambatan pada beberapa limfoma non-Hodgkin. Limfoma Burkitt
perkembangan. Ensefalopati HIV dapat terjadi pada 12o/o 1.000 kali lebih sering ditemukan pada pasien AIDS
anak, biasanya disertai defisiensi imun yang je1as. Patogen daripada populasi umum.
bakterial menonjol pada AIDS anak sebagai penyebab Sarkoma Kaposi merupakan tumor vaskular yang
tersering meningitis. dianggap berasal dari endotel yang terdapat di kulit,
membran mukosa, kelenjar getah bening, dan organ
D. INFEKSI OPORTUNISTIK visera. Sebelum jenis keganasan ini diobservasi pada
pasien AIDS, sarkoma kaposi dianggap merupakan
Penyebab utama morboditas dan mortalitas di antara
kanker yang sangat jarang. Sarkoma Kaposi saat ini
pasien dengan stadium lanjut infeksi HIV adalah infeksi
20.000 kali lebih sering pada pasien AIDS yang tidak
oportunistik, yaitu infeksi berat yang diindulai oleh agen
diobati daripada di populasi umum. Sarkoma Kaposi
yang jarang menyebabkan penyakit serius pada individu
terkait herpesvirus, atau HHVS, tampaknya berhubungan
yang imunikompeten. Infeksi oportunistik biasanya tidak
sebagai penyebab kanker. (Lihat Bab 33.) Kanker
terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV hingga jumlah
anogenital dapat terjadi akibat koinfeksi oleh papi-
T CD4 turun dari kadar normal sekitar 1.000 sellpl
sel
Iomavirus manusia (lihat Bab 43).
menjadi kurang dari 200 sel/pl. Ketika pengobatan
Pemberian obat antiretrovirus yang efektif menye-
terhadap beberapa patogen oportunistik umum terbentuk
babkan penurunan timbulnya sarkoma Kaposi secara
dan penatalaksanaan pasien AIDS memungkinkan
bermakna tetapi memiliki efek yang kecil pada insiden
ketahanan yang lebih lama, spektrum infelai oportunistik
limfoma non-Hodgkin pada individu yang terinfelai HtrV.
mengalami perubahan.
Infelai oportunistik yang paling sering pada pasien
AIDS yang tidak diobati antara lain adalah sebagai lmunitas
berikut:
(1) Protozoa: Tbxoplasma gondii, Isospora belli, spesies
Orang yang terinfeksi HIV membentuk respons humoral
dan selular terhadap antigen terkait HIV. Antibodi
cryptospo ridium.
terhadap banyak antigen virus terbentuk segera setelah
(2) Fungi: Candida albicans, Cryptococcus neoformans,
infetr<si (Thbel 44-3).
Coccidio ides imm itis, Histop lasma capsu latum, Pneumo qtstis
Sebagian besar individu yang terinfeksi membentuk
jiroueci.
(3) Bakteri: Mycobacterium auium-innacellulare, antibodi penetral terhadap HIV diarahkan melawan
glikoprotein selubung. Namun, kadar aktivitas penetral
Mycobacterium tuberculosis, Listeria m0noc)/togenes,
rendah; banyak antibodi anti selubung bukan merupakan
Nocardia asteroides, spesies salmonella, spesies
penetral. Diyakini bahwa glikosilasi yang padat dapat
stfePtococcus.
menghambat pengikatan antibodi penetral dengan protein
(4) Virus: Cytomegalovirus, virus herpes simpleks,
selubung. Glikoprotein selubung menunjukkan variasi
virus varicella-zostet adenovirus, virus poliomavirus JC,
sekuens yang luas. Variasi alamiah ini memungkinkan
virus hepatitis B, virus hepatitis C.
evolusi berturut-turut pada populasi yang resiten terhadap
Koinfeksi oleh virus DNA dapat menimbuikan
virus yang tidak dapat dikenali oleh antibodi penetral
peningkatan ekspresiHIV pada sel secara in uitro. Infeksi
yang telah ada.
herpesvirus umum terjadi pada pasien AIDS dan
Antibodi penetral dapat dihitung secara in uitro dengan
sitomegalovirus diketahui menghasilkan protein yang
menghambat infeksi HIV pada garis sel limfosit yang
berfungsi sebagai reseptor kemokin dan dapat membantu
rentan. Kuantitas infeksi virus ditunjukkan oleh (1)
HIV menginfeksi sel. Retinitis sitomegalovirus merupakan
pemeriksaan reuers e tlans crip tase, yang mengukur aktivitas
komplikasi okular AIDS berat yang paling sering terjadi.
enzim partikel HIV yang dilepaskan; (2) pemeriksaah
imunofluoresensi tidak langsung, yang menghitung
E. KANXER
persentase sel yang terinfeksi; (3) reuerse transcriPtase'
Pasien AIDS menunjukkan predisposisi yang nyata polymerase chain reaction (RT-PCR) atau pemeriksaan
terhadap perkembangan kanker, akibat lain supresi imun. amplifikasi untai-cabang DNA (bDNA) yang menghitung
Kanker yang berkaitan dengan AIDS antara lain limfoma asam nukleat HIV.
non-Hodgkin (.ienis sistem saraf pusat dan sistemik), Respons selular dibentuk untuk melawan protein HIV'
sarkoma Kaposi, kanker serviks, kanker anogenital, serta Limfosit T sitotoksik (LTS) mengenali produk gen enu,
limfoma Hodgkin. Limfoma merupakan keganasan sel pol, dan gag; reaktivitas ini dimediasi oleh kompleks
poliklonal B; DNA virus EB terutama ditemukan pada hitokompatibilitas utama yang terbatas pada limfosit CD3-
AIDS & LENTIVIRUS 627

Tabel 44-3. Produk gen utama HIV yang berguna dideteksi dengan memeriksa kultur cairan permul<aan
untuk mendiagnosis infeksi. setelah kira-kira 7-14 hari untuk aktivitas reuerse
transcriptase virus atau antig€n spesifik virus (p24).
Sebagian besar orang dengan antibodi HIV-1 positif
akan memiliki virus yang dapat dibiakkan dari sel darah
gp 160'z Prekursor glikoprotein selubung mereka. Namun, teknik isoiasi virus sangat memakan
gp 120'z Glikoprotein selubung virion yang paling waktu dan tenaga serta terbatas pada penelitian saja.
luar, SU3 Teknik ampiifikasi PCR lebih sering digunakan untuk
p66 Reverse transcriptase dan RNase H dari deteksi virus pada spesimen klinis.
produk gen polimerase
p55 Prekursor protein inti, poliprotein dari gen
B, SEROLOGI
949
p51 Reverse-tra nscriptase, RT 'Waktu rata-rata untuk serokonversi setelah infeksi LIIV
9p41'z Glikoprotein selubung trans-membran, TM
p32 lntegrase, lN adalah 3-1r minggu. Sebagian besar individu memiliki
p24', Protein inti nukleokapsid virion, CA antibodi yang terdeteksi dalam 6-12 minggt setelah
p17 Protein matriks inti virion, MA infeksi, sedangkan semuanya akan positif dalam 6 bulan.
'Jumlah menunjukkan perkiraan massa molekul protein dalam kilodalton.
Alat periksa tersedia secaia komersial untuk mengukur
protein virus ini paling sering terdeteksi. antibodi dengan menggunakan enz,yme-linhed immunoassal
'zAntibodi terhadap
3
Singkatan dua huruf untuk protein virus. (EIA). jika dilakukan dengan benar, uji ini memiliki
sensitivitas dan spesifikasi hingga melebihi 98%. Bila
pemeriksaan antibodi berdasarkan EIA digunakan untuk
skrining populasi dengan prevalensi infeksi HIV yang
CDS. Reaktivitas spesifik enu terjadi pada hampir semua rendah (misalnya, donor darah), tes positif pada sampel
orang yang terinfeksi dan menurun seiring perkembangan
serum harus dikonfirmasi dengan tes ulangan. Jika tes
penyakit. Aktivitas sel natural hiller (NK) juga telah EIA ulangan reaktif, tes konfirmasi dilakukan untuk
dikenali melawan gp120 HIV-1. menyingkirkan hasil EIA positif palsu. Pemeriksaan
Tidak jelas respons pejamu mana yang penting untuk konfirmasi yang digunakan secara luas adalah teknik
perlindungan terhadap infeksi HIV atau peri<embangan tYestern blot yang dapat mendeteksi antibodi terhadap
penyakit. Masalah pada penelitian vaksin AIDS adalah protein I-llV dengan berat molekul spesifik. Antibodi
imunitas perlindungan yang sesuai tidak diketahui, terhadap protein inti virus p24 atav glikoprotein selubung
termasuk kepentingan relatif respons imun humoral dan
gp4l, gpl20, atau gp160 adalah antibodi yang paling
selular.
sering terdeteksi.
Pola respons terhadap antigen vims spcsifik berubah
Diagnosis Laboratorium sepanjang waktu seiring dengan perkembangan pasien
Kejadian infeksi oleh HIV dapat dideteksi dengan tiga menjadi AIDS. Antibodi terhadap glikoprotein selubung
cara: (l) isolasi virus, (2) penentuan serologi antibodi (Bp4t, gpl20, gp160) dipertahankan, tetapi antibodi
antivirus, dan (3) perhitungan asam nukleat atau antigen tersebut digunakan untuk melawan penurunan protein
virus. Gag (p17, p24, p55). Penurunan anti-p24 dapar
menandakan dimulainya tanda-tanda klinis dan penanda
A. lsoLAsr VrRUs perkembangan imunologi lain (Gambar 41+-7).
Uji cepat dan sederhana untuk mendeteksi antibodi
HIV dapat dibiakkan dari limfosit di dalam darah perifer HIV tersedia untuk digunakan di iaboratorium yang telah
(dan kadang-kadang dari spesimen dari tempat lain).
dipersiapkan untuk melakukan tes EIA. LJji yang
Jumlah sel terinfeksi yang bersirkulasi bervariasi sesuai sederhana ini berdasarkan prinsip reaksi aglutinasi atau
stadium penyakit (Gambar 44-5).Titer virus yang lebih
imunodot.
tinggi ditemukan di dalam plasma dan di dalam sel darah
Sebagian besar individu mengalami serokonversi dalam
perifer pasien AIDS bila dibandingkan dengan individu
2 bulan setelah terpajan dengan virus. Inleksi HIV seiama
asimtomatik. Besarnya viremia plasma terlihat lebih sesuai
lebih dari 6 bulan tanpa respons antibodi yang dapat
dengan stadium klinis infeksi HIV daripada adanya
dideteksi sangat jarang terjadi.
antibodi apa pun (Gambar 44-7). Teknik isolasi virus
yang paling sensitif adalah dengan membiakkan sampel C, DETEKSI ASAM NUKLEAT DAN ANTIGEN VIRUS
uji dengan sel mononuklear darah perifer yang tidak
terinfeksi dan distimulasi oleh mitogen. Isolat HIV Pemeriksaan amplifikasi s€perti tes RT-PCR, DNA PCR,
pertama tumbuh sangat lambat bila dibandingkan dengan dan bDNA umunnya digunakan untuk mendeteksi virus
strain didapat dari laboratorium. Pertumbuhan virus RNA pada spesimen klinis. Pemeriksaan RT-PCR
628 BAB 44

Serokonversi Mati
lnfeksi
tt I

Gejala minor atau tidak ada


. o'ot rJ
I

Antibodi terhadap ENV HIV

4-8 minggu Hingga 10 tahun 2-3 tahun


Gambar tM-7. Pola respons antibodi HIV sesuai perjalanan infe<si HIV (PBL, limfosit darah perifer; CTL. limfosit T
sitotoksik.) (Direproduksi, dengan izin, dari Weiss RA: Uow does lllV cause AIDS? Science 1993;260:1273.)

menggunakan metode enzimatik untuk mengamplifikasi pria homoseksual. Duapuluh tahun kemudian, AIDS
RNA HIV; pemeriksaan bDNA mengamplifikasi RNA menjadi epidemi di seluruh dunia yang terus meluas.
virus dengan menggunakan langkah hibridisasi oligo- The Joint United Nations Program on HIV/AIDS
nukleotida sekuensial. Tes ini dapat bersifat kuantitatif memperkirakan bahwa pada akhir tahun 2002, toal 42
bila menggunakan rujukan standar; pengendalian positif juta orang di seiuruh dunia hidup dengan HIV/AIDS,
dan negatif yang sesuai harus disertakan pada setiap sebagian besar terinfeksi melalui kontak heteroseksual
pemeriksaan. Tes yang berdasarkan molekular ini sangat (Gambar 44-8). Diperkirakan pada tahun itu, 3,1 juta
sensitif dan membe ntuk dasar penentuan plasma uira/ load orang mati karena AIDS dan terjadi 5 juta infeksi HIV
(dibahas di atas). Sekuens heterogenitas HiV dapat baru, termasuk lebih dari 600.000 bayi terinfeksi pada
membatasi sensitivitas permeriksaan ini untuk masa perinatal. Pada tahun 2002, \trHO memperkirakan
mendeteksi infeksi HIV. Kadar RNA HIV penting untuk bahwa lebih dari 24 jura orang di seluruh dunia meninggal
penanda perkiraan perkembangan penyakit dan alat yang karena AIDS dan lebih dari 14 juta anak menjadi yatim
bermanfaat untuk memantau efektivitas pengobatan piatu.
antivirus. Epidemi bervariasi sesuai dengan daerah geografik.
HIV pada 6ayi yang terlahir
Diagnosis awal infeksi Berdasarkan data pada tahun 2002, daerah sub-Sahara
dari ibu yang terinfeksi dapat dikerjakan dengan Afrika memiliki jumlah inleksi HIV tertinggi (Gambar
menggunakan tes RNA-HIV-1 plasma. Adanya antibodi 41t-8). Pada beberapa kota dengan prevalensi tinggi di
maternal membuat tes serologis tidak informatif. Afrika, sebanyak satu dari tiga orang dewasa terinfeksi
Kadar antigen p24 HIY-I yang rendah di sirkulasi oleh virus HIV. Infeksi juga mqnyebar dengan cepat di
dapat dideteksi di dalam plasma dengan menggunakan Asia selatan dan Asia Tenggara (terutama di India,
EIA segera setelah infeksi. Antigen sering menjadi tidak Kamboja, Cina, dan Rusia). Karena AIDS cenderung
terdeteksi setelah terbentuk antibodi (karena protein p24 menyerang orang dewasa muda dan pekerja pada masa
sangat kompleks dengan antibodi p24) tetapi dapat puncaknya, epidemi AIDS memiliki efek yang merusak
muncui ke mbali pada akhir perjalanan infeksi, struktur sosial dan ekonomi pada beberapa negara.
menandakan prognosis yang buruk. Virus grup M menyebabkan sebagian besar infeksi
HIV-1 di seluruh dunia, terapi distribusi subtipe
Epidemiologi C banyak terdapat di Afrika selatan,
bervariasi. Subtipe
subtipe A di Afrika Barat, dan subtipe B di Amerika
A. PENYEBARAN AIDs DI SELURUH DUNIA
Serikat, Eropa, dan Australia. HIV-2 tetap terbatas
AIDS pertama kaii ditemukan di Amerika Serikat pada terutama di Afrika Barat.
tahun 1981 sebagai penyakit baru yang terdapat pada
AIDS & LENTIVIRUS 629

Gamhar 44-8. Arang dewasa dan anak yang diperkirakan hidup dengan HIV/AIDS, berdasarkan benua atau regio,
pada Desember 2002. Selain itu, lebih dari 24 jula orang di seluruh dunia telah meninggal karena AIDS. Data dari Joint
United Nations Program on HIVIAIDS.

\WHO memperkirakan dari 5 juta infeksi HIV baru yang didapat secara heteroseksuai disebabkan oleh kontak
setiap tahun , 90o/o r.erjadi di negara berkembang. Di seksual dengan pengguna obat injeksi atau pasangan
negara tersebut, AIDS melampaui penyakit yang dengan infeksi HIV Pada akhir tahun 1998, sebagian
ditularkan secara heteroseksual, dan jumlah kasus pada kecil yang pertama kali terhitung pada lebih dari setengah
laki-laki dan perempuan hampir sama. kasus AiDS pada laki-laki homoseksual.
Terdapat hipotesis bahwa penyebaran HIV global AIDS pada anak menilrgkat seiring dengan peningkatan
secara cepat pada akhir abad 20 dibantu perkembangannya jumlah perempuan yang terinfeksi HIV. Diperkirakan
oleh migrasi masif penduduk pedesaan ke pusat kota, sekitar 6000-7000 anak dilahirkan setiap tahun dari
disertai oleh perpindahan internasional ir-rdividu yang perempuan yang terinfeksi HIV Diperkirakan sekitar
terinfeksi sebagai akibat gangguan sipil, turisme, dan 1800 neonatus mendapatkan virus pada tahun 1991 di
perjalanan bisnis. Amerika Serikat. Jumlah infel<si baru berkurang secara
dramatis dengan perkembangan pengobatan zidovudin
B. AMERIKA SERIKAT antenatal, intrapartum, dan neonatal pada tahun 1994
(lihat di barn.ah). Terdapat 101 kasus AIDS anak yang
Gambaran epidemi AIDS telah berubah di Amerika
dilaporkan pada tahun 2001.
Serikat antara tahun 1981 dan tahun 2001. Pada awalnya,
sebagian besar kasus terjadi pada pria homoseksual.
C. RurE TRANsMrsr
Kemudian penyakit ditemukan pada pengguna obat
injeksi. Pada Desember 2001, lebih dari 816.000 kasus Titer HIV yang tinggi ditemukan di dalam dua catran
AIDS telah dilaporkan (lebih dari setengahnya berakhir tubuh-darah dan semen. HIV ditransmisikan selama
dengan kematian). Pada tahun 1994, AIDS adalah kontak seksual (termasuk sel<s oral genital), melalui
penyebab kematian nomor satu di antara pria berusia pajanar.r parental terhadap darah atar-L produk darah yang
25-44 l:hun (19o/o dari seluruh kematian). Tingkat terkontaminasi, dan clari ibu ke anak se lama masa
kematian menurun untuk pertama kalinya pada tahun perinatal. Adanya penyakit menuiar seksual lain seperti
1996, mencerminkan pengunaan pengobatan kombinasi sifilis, gonorea, atau herpes simpleks tipe 2 meningkatkan
antiretrovirus dan pencegahan infeksi opportunistik risiko transmisi HIV seksual sebanyak seratus kali lipat
sekunder. karena inflamasi dan luka le cet me mpe rrnudah
Peningkatan terbanyak kasus AIDS yang sebanding perpindahan HIV melintasi sawar mukosa. Individu
pada tahun 1990 terjadi di antara wanita, orang kulit positif virus asimtomatik dapat menularkan virus. Sejak
hitam, dan Hispanik serta orang yang terpajan HIV deskripsi pertama mengenai perilaku AIDS, homoseksuai
melalui kontak heteroseksual. Sebagian besar kasus AIDS promiskuitas telah dikenali sebagai faktor risiko mayor
630 BAB 44

untuk mendapatkan penyakit. Peningkatan risiko penting untuk menghasilkan virus yang infeksius dan
berbanding lurus terhadap jumlah hubungan seksual enzim virus berbeda dari protease sel manusia. Kelompok
dengan pasangan yang berbeda. obat terbaru-pengharnbat fusi yang pertarna kali
Transfusi darah atau produk darah yang terinfeksi diperkenalkan pada tahun 20O3-menghambat masuknya
merupakan cara yang efektif untuk transmisi virus. virus ke dalam sel.
Contohnya, lebih dari 9070 resipien konsentrat faktor Pengobatan menggunakan kombinasi obat anti-
pembekuan yang terkontaminasi pada pasien hemofilia retrovirus, yang disebut sebagai pengobatan antiretroviral
di Amerika Serikat (sebelum HIV terdeteksi) membentuk sangat aktif (highQ actiue anrire*ottiral therapy; I{AART),
antibodi terhadap HIV. Pengguna obat-obat terlarang teiah tersedia pada tahun 1996. Pengobatan ini sering
secara injeksi umumnya terinfeksi meialui penggunaan kali dapat menekan replikasi virus hingga di bawah batas
jarum yang terkonta.minasi. Penggunaan obat injeksi yang terdeteksi di dalam plasma, menurunkan uiral /oad
menyebabkan pertambahan jumlah kasus AIDS baru di jaringan limfoid, memungkinkan pemulihan respons
secara bermakna. imun terhadap patogen oportunistik, dan memanjangnya
Pemeriksaan secara saksama perlu dilakukan untuk ketahanan pasien. Namun, HAART tidak dapat
memastikan asupan darah yang aman. \[HO melaporkan menyembuhkan infeksi HIV-1. Virus menetap di
bahwa donor darah secara sukarela jauh lebih aman reservoir seumur hidup, mengin{eksi sel secara laten,
daripada donor yang dibayar. Dilaporkan pada tahun 1996 termasuk sel T CD4 memori. Bila HAART dihentikan
bahwa risiko infeksi FIIV yang ditularkan melalui transfusi atau ter.iadi kegagalan pengobatan, produksi virus muncul
di Amerika Serikat sangat rendah (sekitar 1:500.000). kembali.
Laju transmisi ibu ke bayi bervariasi dari 13% hingga Pengobatan tiga obat juga terbukti efektif pada anak
40Vo pada pe rempuan yang tidak diobati. Bayi dapat dan bayi yang terinfeksi HiV. Penelitian yang dilakukan
menjadi terinfeksi di dalam kandungan, selama proses di Itali dan dilaporkan pada tahun 2000 menemukan
persalinan, atau, yang lebih sering, melalui ASI. Dengan bahwa pengobatan tiga obat menurunkan angka morralitas
tidak adanya pemberian ASI, sekitar 30% infeksi terjadi bayi akibat AIDS hingga 70%.
di dalam rahim dan 7070 seiama persalinan. Data Monoterapi biasanya menimbulkan kemunculan
menunjukkan bahwa dari sepertiga hingga setengah mutan HiV resistan obat dengan cePat; namun demikian,
infeksi HIV perinatal di Afrika terjadi akibat pemberian pengobatan kombinasi, yang menargetkan langkah
ASI. Tiansmisi melalui pemberian ASI biasanya terjadi multipel dalam replikasi virus, biasanya menghambat
dini (pada waktu 6 bulan). Viral load maternal yang tinggi seleksi mutan HIV. Namun, mutan yang timbul yang
merupakan faktor risiko transmisi, tetapi tidak resistan terhadap satu penghambat protease umumnya
menjelaskan transmisi vertikal HIV-1 secara s€mpurna, juga resistan terhadap penghambat protease lain.
menunjuklan bahwa faktor lain juga penting. Hasil pengobatan kombinasi telah berhasil dan telah
Pekerja kesehatan terinfeksi HIV setelah teitusuk mengubah infeksi HIV rnenjadi penyakit kronik yang
jarum yang terkontaminasi darah. Jumlah infeksi relatif dapat diobati. Penekanan yang berkepanjangan terhadap
sedikit dibandingkan dengan jumlah kejadian tusukan repiikasi virus dapat dilakukan, bersamaan dengan
jarum yang terkontaminasi darah (perkiraan risiko pemulihan fungsi irnun. Namun, perkembangan obat
transmisi sekitar 0,3o/o). tambahan diperlukan. Regimen obat lerbaru umumnya
Rute transmisi (darah, hubungan seks, dan persalinan) rumit dan mahal, tidak dapat ditoleransi oleh semua
yang dideskripsikan di atas berperan pada hampir semua pasien, memiliki e{ek samping toksik (termasuk
infeksi HIV. Telah menjadi perhatian bahwa pada keadaan lipodistrofi), dan menimbulkan sejumlah kegagalan
yang jarang dapat terjadi jenis transmisi lain, seperti pengobatan. Mayoritas orang yang terinleksi di seluruh
kontak "biasa" dengan orang yang terinfeksi HIV atau dunia tidak memiliki akses obat tersebut.
vektor serangga, tetapi tidak ada bukti transmisi virus Zidovudin (azidotimidin ; AZT) dapat menurunkan
pada kondisi biasa seperLi ini. transmisiHIV dari ibu ke bayi secara bermakna. Regimen
pengobatan AZT pada ibu dalam masa i<ehamilar.r dan
Pencegahan, Pengobatan, & Pengendalian selama proses persalinan dan pada bayi setelah lahir
menurunkan risiko transmisi perinatal sekitar 65-75o/o
A. OBAT ANTIVIRUS
(dari sekitar 25o/o hingga menjadi 870 atau kurang)'
Peningkatan jumlah obat antivirus digunakan untuk Pengobatan ini menurut-rkan transmisi vertikal pada semua
pengobatan infeksi HIV (lihat Bab 30). Pengelompokan tingkat uiral load maternal. Pembe rian AZT yang iebih
obat meliputi penghambat nukleosida dan nonnukleosida pendek pada ibu yang terinfeksi atau regimen nevirapin
enzim reuerse transcriptase virus dan penghambat enzim singkat terlihat menurunkan transmisi hingga 50% dan
protease virus. Penghambat protease merupakan obat aman untuk digunakan di negara berkembang, Namun,
antivirus yang poten karena aktivitas Protease sangat laju transmisi HIV yang tinggi melalui pemberian ASI
AIDS & LENTIVIRUS 631

dapat mengurangi manfaat pemberian obat maternal pada Oleh karena I{IV dapat ditularkan di daiam darah,
masa perinatal. semua donor darah harus diperiksa untuk antibodi. Uji
konduksi antibodi yang sesuai mendeteksi hampir semua
carrier HIY-| dan HIV-2. Pada tempat dengan skrining
B. VAKSIN TERHADAP HIv
luas donor darah terhadap pajanan virus dan penolakan
Vaksin yang aman dan efektif memberikan harapan terhadap darah yang terkontaminasi, transmisi melalui
terbaik untuk mengendalikan epidemi AIDS di seluruh transfusi darah hampir ticiak ada.
dunia. Pada tahun 2003, banyak kandidat vaksin sedang Penentu kebijaksanaan kesehatan masyarakat
dikembangkan dan berada dalam berbagai tahap merekomendasikan bahwa orang yaljg dilaporkan
pengujian. Vaksin virus khasnya mencegah, yaitu, terinfeksi HIV diberikan informasi dan saran sebagai
diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk berikut:
mencegah infeksi atau penyakit. Pertimbangan juga (1) Data yang tersedia menunjukkan bahwa hampir
diberikan pada kemungkinan vaksin HIV terapeutik, semua orang akan tetap terinfeksi seumur hidup dan akan
sedangkan individu yang terinfeksi HIV dapat diobati timbul penyakic.
untuk mempercepat respons imun anti-HIV, mengurangi (2) Walaupun asimtomatik, individu tersebut dapat
jumlah sel yang terinfeksi virus, atau melambatkan awitan menularkan FIIV ke orang lain. Disarankan melakukan
AIDS. Perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat evaluasi medis teratur dan berkelanjutan.
bermutasi, tidak dieksprcsikan pada semua sel yang (3) Or"t-tg yang terinfeksi harus menghindari tindakan
terinfeksi, dan tidak hilang total oleh respons imun donor darah, plasma, organ tubuh, jaringan lain, atau sperma.
pejamu setelah infeksi primer. Isolat HIV menunjukkan (11) 'lerdapat risiko menginfeksi orang lain melalui
variasi yang bermakna, terutama di dalam antigen hubungan seksual (vaginal atau anal), melalui kontak orai-
selubung-variabilitas yang mungkin memicu timbulnya genital, atau dengan memakai jarum bersama-sama.
mutan yang resistan terhadap netralisasi. Karena imunitas Penggunaan kondom secara konsisten dan tepat dapat
perlindungan yang sesuai tidak diketahui, tidak jelas mengurangi transmisi virus walaupun perlindungan tidak
respons imun apakah yang ditimbulkan oleh vaksin. sempurna.
Karena pertimbangan keamanan, vaksin berdasarkan (5) Sikat gigi, alat cukur, serta alat lain yang dapat
HIV yang dilemahkan atau diinaktivasi atau pada isolat terkontaminasi oleh darah sebaiknya tidak dipakai
simian ditiajau ulang dengan hati-hati. Protein virus bersama-sama.
rekombinan-terutama glikoprotein selubung- (6) Perempuan yang seropositif atau perempuan dengan
merupakan kemungkinan kandidat, baik diberikan pasangan seksual yang seropositif meningkatkan risiko
bersama adjuvan atau vektor virus heterolog. Banyak terinfelai AIDS. Jika mereka hamil, bayi yang dilahirkan
metode vaksinasi baru juga sedang diteliti. Pengobatan juga berisiko tinggi mendapatkan AIDS.
pendekatan gen sedang dikembangkan yang ditujukan (7) Setelah kecelakaan yang menimbulkan perdarahan,
sebagai "imunisasi intraselular," misalnya, untuk permukaan yang terkontaminasi harus dibersihkan
mengubah sel target secara genetik sedemikian rupa dengar.r pemutih rumah tangga yang baru diencerkan
sehingga resistan terhadap HIV. dengan air 1:10.
Rintangan yang besar dalam perkembangan vaksin (8) Alat-alat yang telah ditusukkan pada kulit-
adalah kekurangan model hewan yang sesuai untuk FIIV. misalnya, jarum hipodermis dan akupunktur--harus
Simpanse merupakan satu-satunya hewan yang rentan disterilisasi dengan direbus menggunakan autoklav
terhadap HIV. Tidak hanya langka, pada simpanse hanya sebelum digunakan kembali atau dibuang secara hati-
terjadi viremia dan terbentuk antibodi; mereka tidak hati. Instrumen gigi harus disterilisasi panas antarpasien.
mengalami imunodefisiensi. Model SlV-macaque monyet Kapanpun memungkinkan, gunakan. jarum dan peralatan
AIDS menunjukkan penyakit dan bermanfaat untuk sekali pakai.
penelitian perkembangan vaksin. (9) Ketika mencari perawatan medis atau gigi unruk
penyakit baru, orang yang terinfeksi harus meng-
C. TINDAKAN PENGENDALIAN
informasikan pada yang berwenang merawat mereka
bahwa mereka seropositif sehingga dapat dilakukan
Tanpa pengendalian dengan obat atau vaksin, satu-satunya evaluasi yang sesuai dan dilakukan tindakan pencegahan
cara untuk mencegah penyebaran epidemik HIV adalah untuk menghindari penularan ke orang lain.
dengan mempertahankan gaya hidup yang mengurangi (10) Pemeriksaan antibodi HIV harus dilakukan pada
atau menghilangkan faktor risiko tinggi yang dibahas orang yang mungkin terinfeksi akibat kontak dengan
sebelumnya. Tidak ada kasus yang dilaporkan terjadi individu yang seropositif (misalnya, pasangan seksual,
akibat pajanan umum seperti bersin, batuk, berbagi orang yang menggunakan jarum secara bersama, bayi
makanan, atau kontak biasa lainnya. yang dilahirkan oleh ibu yang seropositif).
632 BAB 44

(11) Kebanyakan orang dengan tes i{IV positiftidak


FlIV/AIDS telah menjadi epidemi di seluruh dunia
perlu mempertimbangkan perubahan jenis pekerjaan yang terus meluas. Pada tahun 2003, daerah
mereka kecuali pekerjaan tersebut melibatkan potensi geografi yang memiliki jumlah orang yang
bern.rakna memajankan orang iain dengan darah atau terinfeksi HIV terbanyak setelah sub-Sahara Afrika
cairan tubuh iainnya. Tidak ada bukti penularan HIV adalah
(A) Amerika Tengah dan Selatan serta Karibia ..,
melalui rangan yang Inemegang makanan.
(12) Orang yang seropositif pada profesi perawatan
iej nria Timur, tirmasuk cina
(C) Amerika Utara
kesehatan yang melakukan prosedur invasif atau memiliki (D) Asia Selatan/Tenggara
lesi pada kulir harus melakukan pencegahan yang sama (E) Eropa Timur dan Asia Tengah , .,' , . , '
dengan tindakan pencegahan yang dianjurkan pada carrier 4: Psrjalana'n k6as infeksi utV yang'tidakidiobati
hepatitis B untuk melindungi pasien dari risiko infeksi. terjadi'iselama 'l 0 tahun ata'u'lebih. Biasanya
(13) Anak dengan tes positif harus diizinkan terdapat periode panjang (masa klinis laten) antara
bersekolah, karena kontak biasa antarindividu pada anak uiaktu infeksi HlV primer dan perkembangan AIDS.
Selama masa klinis laten ini
sekolah tidak berisiko. Namun, lingkungan yang terbatas
{A) HIV tidak dapat dideteksi di dalam plasma
dianjurkan untuk untuk anak usia prasekolah atau anak (B) Jumlah sel CD4 tetap tidak berubah
yang kekurangan pengendalian terhadap sekresi tubuh, (C) ,Virus tidak dapat ditularkan ke orang lain'
memperlihatkan perilaku n-renggigit atau memiliki lesi (D) Virus terdapat di organ limfoid
yang merembes.
(E) Antibodi penetral tidak dapat ditimbulkan
Koinfeksi virus terjadi pada individu yang terinfeksi
D. PENDIDIKAN KESEHATAN HIV-1 dan dapat menirnbulkan morbiditas serta
mortalitas. Koinfeksi yang paling sering pada orang
Tanpa vaksin atau pengobatan, pencegahan kasus AIDS HIV-1 positif di Amerika 5erikat antara lain adalah
mengan.lalkan keberhasilan proyek edukasi ),ang meli- (A) Virus hepatitis C
batkan perubahan perilakr-r. Pesan pendidikan kesehatan
(B) Virus hepatitis D
(C) Human immunodeficiency virus lipe 2 ,

untuk masyarakat umum relah diringkas sebagai berikut: (D) Virus limfotropik-T manusia
(1) Semua hubungan seksual (diluar hubungan mutualisme (E) Herpesvirus sarkoma Kaposi ': : . '

monogami antibodi HIV-negati{) harus menggunakan


6. Manakah dari individu berikut yang dapat memiliki
perlindungan kondom. (2) Jangan me nggunakan jarum peningkatan risiko terkena infeksi HIV
atau syringe yang tidak steril bersama-sama. (3) Semua (A) Seorang nenek yang tinggal dalam rumah
perempuan yang berpotensi terpajan harus memeriksa yang sama dengan kerabat yang HIV positif
antibodi HIV sebelum hamil dar.r, apabila hasil tes positif, (B) Seorang turis di Bostwana yang melakukan
hubungan seks dengan pekerja seks komersial
harus mempertimbangkan untuk mencegah kehamilan. (C) Resepsionis sebuah klinik AIDS di rumah sakit
(4) Ibu yang terinfeksi HIV harus menghindari pemberian (D) Seorang guru yang memiliki anak didik yang
ASI untuk mengurangi transmisi virus kepada anaknya positif HIV di kelasnya
jika pilihan pemberian makanan alternatif tersedia. (E) Seorang pemain basket yang rekan setimnya
positif HIV
7. Seorang perawat berusia 36 tahun tertusuk jarum
-buianterkontaminasi darah pasi.en positif HlV. Enam
yang
kemudian, serum perawat tersebut memiliki
hasil EIA positi{, dan memberi hasil serupa pada
EIA ulangan, dan negatif dengan menggunakan
1, HIV-1'diklqsifikasikan sebagai anggota genus Western b/ot. Perawat ini
Lentivirus di dalam famili Retroviridae. Lentivirus (A) Mungkin terinfeksi HIV
(l\) (B) Mungkin pada masa jendela 6ntara infeksi HIV
,Mengandung genom DNA
(B) Menyebabkan tumor pada mencit akut dan serokonversi
(C) Menginfeksi sel sistem imun (C) Mungkin tidak terinfeksi HIV
(D)' Memil iki sekuehs.endogg4,yqng berhubungan (D)r Dapat terinfeksi oleh HIV yang resistan
. di dalam. sel,normal '- t" ,' :' terhadap obat
'(E) Mungkin nonprogesor jangka panjang
,
'.r',,'r
(E) Menimbulkan penyakit neurologis progresif ,

cepat g. Seorang laki-laki berusia.4l tahun terinieksi HIV


2;. 'HlV:1 mengodekan glikoprotein selubung;.9p120.',, :.. .,irr yqng menolak pengobatan antiretrovirus didiag-
Protein ini nosi! mengalami infeksi pne.umonitis jiroveci.
(A) menyebabkan fusi membran raSten tnt
(B) Terikat pada koreseptor'rvirus permukaan sel . (A) Mungkin memiliki jumlah sel CD4 kurang dari
(C) Sangat terbatal di antara isolat yang berbeda 200 sel/p I

(D) Tidak dapat menimbulkan antibodi penetral (B) Memiliki risiko yang menirigkatterkena kanker
,. (E) Menginduksi P!'oduksi kemokin . I r .
paru
AIDS & LENTIVIRUS 533

:,,, ,(C) Memiliki harapan hidup,3sk116r,5 tahun


KEPUSTAKAAN
,_
..'.:'ir (D)r Mqngkin mengalami penurunan kadar..viremia De Cock KM et al: Prevention of mother-to-child HIV transnission in
plasma rcsource-poor countries: 'franslating research into policy and practice.
(E) Mungkin tidak mengalami demensia pada fase JAMA 2000;283:1175.
' ini Desrosiers RC: Nonhuman Ientiviruses. 1n: Flelds Vlrology,4th ed. Knipe
9. Seorang laki-laki berusia 48 tahun dengati jumlah DM et al (editors). Lippincott WilJiams & Wilkins, 2001.
CD4 4-0 mengeluhkan hilang ingalan pada Dybul M et al (editors): Guidelines for using antiretroviral agents among
dokternya. Empat bulan kemudian, dia mengalami HIV infected adults and adolescents:'lhe Panel on Clinical Practices
.ll-.i paralisis-,,lalu meninggal.i Pemeriksaan otopsi for HIV. Ann Intern Med 2002;137:387.
: .'r'':." , menemukanr.:demielinisasi- pada r benyak, neuion .di '.:',.':, Finzi D, Siliciano RF: Viral dynamics in HIV-1 infection. Ce ll 1998;93:665.
,.:,., .;:,11d'a i :,dtak da n pem er i ks a a n. m eng g u n a k a n
am .:
Freed EO, Martin MA: HIVs and their replication.In:FieldsVirology,4th
mikroskop elektron menunjukkan kumpulan ed. Knipc DM et al (editors). Lippincott Williams & Wilkins, 2001.
','::r.:rirr:pa rti kel :vi rus::yan g lida k berse! u bun'g, d i d6 6 ry1"1,::: 1

neuron. Yang paling mungkin menjadi penyebab Hahn BH el al: AIDS as a zoonosis: Scientiflrc and public health implications.
penyakit ini ldalah Science 2000;287:607.

. (A) Adenovirus tipe 12 Hanson CG, Shearer WT: AIDS and other acquired immunodeficiencies.
, ':.:' '' (B) Coxsdikievi,rus 82 - , rr r ::, r.
''",- ' :,.. . ,::....:..:.'..
In: Textt:ooh of Pediatric Infeilious Disenses,4th ed. Feigin RD,
:Parvovirus BJ'9 Cherry JD (editors). Saunders, 1998.
. . : (c)
(D) Virus Epstein-Barr Moore JP, Doms RW: The entry of entry inhibitors: A fusion ol science and
(E) Virus JC medicine. Proc Natl Aca Sci U S A 2003;100:10598.
Nakashrma AK, Fleming PL: FIIV/AIDS sun'cillance in the United Slates,
,,l0lpenSobatan :kombinasi antiretiovirur paling lplll 1981-2001. J Acquir Immune Defic Syndr 2003;32(suppl 1):S6B.
untuk infeksi HIV biasanya meliputi penghambat
.:,: rt s- ,,.fgperti saquinavir. Penghambat protease 1997 Revised guidelines Ibr performing CD4 T-cell determinations in
tersebut persons infected with human immunodehciency virus (FIIV). Mi\'IWR
(A) Efektif terhadap HIV-1 tetapi tidak terhadap ' Morb Nlortal Wkly Rep 1997;46(RR-2).
HIV.2 Patrick MK, Johnston JB, Power C: Lentiviral neuropathogenesis:
, (B)' Jarang.,menimbulkan mutan HIV yang resistan "' Comparative neuroinvasion, neurotropism, neurovirulence, and host
(C) Menghambat fase akhir replikasi virus neurosusceptibiiity. J Virol 2002;7 6:7 923.
: (D) Mendegradasi reseptor CD4 pada sel Schreiber GB et al: The risk oftransfusion-transmitted viral infection N
(E) Mengganggu interaksi virus dengan koreseptor Engl J Med 1996;334:1685.
.
Selik RM, Rabkin CS: Cancer death rates associated with hunran
.::

lawahan inmunodeficiency virus infcction in the United States. J Natl Cancer


1. C 5.8 inst 1998;90:1300.
2. B 7.C Sepkowitz KA: AIDS-the first 20 years. N Engl J Med 2001;344:1764
3. D 8.A
:9.E
'"i4. o r;1 ,t, U.S. Pubiic Hcatth Seruice guidelines for testing and counseling biood and
plasma donors for human immunodeiiciency virus type 1 antigen
5. A 10.C
IIMWR Morb Mortal Wklv Rep 1996;45(RR-2).
$effiNffi*siS-S$HISS ii *l:*si$*rii;i$ri:iilS\\\"-....*".*
BAGIAN V
Mikologi
i*ri, jilii:ir?,i:ifi il!*
aiuii,illf i:1.'lillrii*!l:i!It

M,ikologi Keookteran t*r-ir' .,i il ""*ii*


lii:tiri .i: ;lai:::ur :ilt:

!*irrri::!rr::lrilliltill::t:liii:li:.;
llrilr?l,i;!:i]it,:iil*1.:irliii

Thomas G. Mitchell, PhD.

Mikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fungi. insiden paling tinggi- kandic'liasis dan dermatofitosis--
'I'erdapat lebih dari 50.000 spesies fungi, tetapi sebagian disebabkan oleh fungi yang meruPakan anggota flora
besar fungi bermanfaat bagi manusia. Fungi terdapat di mikroba normal atau yang dapat bertahan hidup pada
alam dan diperlukan dalam pemecahan serta daur ulang pejamu manusia. Untuk memudahkan, mikosis dapat
bahan organik. Beberapa fungi meningkatkan kualitas diklasifikasikan: super{isial, kutan, subkutan, sistemik,
hidup kita dengan ikut berperan dalam produksi makanan dan oportunistik (Tabei 1+5-1). Penggolongan rnikosis
dan minuman keras. Fungi lain berperan sebagai obat dalam kategori tersebut menunjukkan tempat masuk fungi
dengan menghasilkan metabolit sekunder bioaktif yang dan tempat pertama kali fungi menyebabkan infeksi.
berguna seperti antibiotik (misal, penisilin) dan obat- Namun, dapat terjadi tLrmpang tindih karena mikosis
obatan imunosupresif (misal, siklosporin). Para ahli sistemik dapat bermanifestasi pada subkutan dan juga
genetika dan biologi molekular telah memanfaatkan fungi sebaliknya. Sebagian besar pasien yang mengalami infeksi
sebagai sistem model untuk penelitian terhadap berbagai oportunistik menderita penyakit penyebab yang serius
proses eukariot. Fungi mempunyai dampak yang sangat dan mempunyai daya tahan tubuh yang terganggu. Alan
besar terhadap ekonomi sebagai fitopatogen; setiap tahun, tetapi, mikosis sistemik primer juga dapat terjadi pada
industri pertanian menderita kerugian panen yang besar pasien tersebut, dan infeksi oportunistik juga dapat
akibat penyakit fungi pada tanaman. Untungnya, hanya diderita oleh individu imunokompeten. Selama infeksi,
beberapa ratus spesies fungi yang menyebabkan penyakit kebanyakan pasien menghasilkan resPons imun humoral
manusia dan 90o/o infeksi fur-rgi pada manusia dapat dan selular yang signifikan terhadap antigen fungi.
disebabkan oleh beberapa lusin spesies fungi. Selama dekade terakhir, insiden infeksi mikotik
Semua fungi adalah organisme eukariot dan masing- mengalami peningkatan. Fungi patogen tidak meng-
masing sel fungi mempunyai sekurang-kurangnya satu hasilkan toksin poten, dan mekanisme patogenisitas fungi
inti dan membran inti, retikulum endoplasma, rumit serta poligenik. Sebagian besar mikosis sulit
mitokondria, dan aparatus sekresi. Kebanyakan fungi diobati. Untungnya, terdapat peningkatan minat terhadap
bersifat aerob obligat atau fakultatif. Fungi bersifat lungi yang penting secara medis dan terhadap pencarian
kemotropik, menyekresi enzim yang mer.rdegradasi faktor virulensi serta target teraper,rtik potensial.
berbagai substrat organik menjadi nutrien yang dapat
larut yang kemudian diabsorpsi secara pasif atau diarnbil SIFAT UMUM & KLASIFIKI\SI FUNGI
ke dalam sel dengan trar.rspor aktif.
Seperti dinyatakan dalani Bab 1, fungi tumbul.r dalam
Infeksi fungi disebut mikosis. Sebagian besar {Lrngi
dua bentuk dasar, sebagai ragi dan kapang. Pertumbuhan
patogen bersifat eksogen dan habitat alaminya adalah air,
dalam bentuk kapang terjadi melalui produksi koloni
tanah, dan debris organik. Mikosis yang mempunyai
filamentosa multiselular. Koloni tersebut terdiri dari
tubulus silindris bercabang yang disebut hifa, mempunyai
'Associate Professor, Department of Molecular Genetics and Microbiology,
Duke University Medical Center, Durham, North Carolina diameter bervariasi dari 2 1'rm .sampai 10 pm. Massa hifa

635
635 / BAB 45

DAFTAR ISTILAH
Kohidia:Struklur,reproduksi aseksual (mitospora)'yang ', ,r: Fungi imperfekta: Fungi yang tidak memiliki,reproduksi r:,:.'

: rrt 'dihasilkan baik dari transformasi ragi vegetatif ' ,rr, seksual; fungi tersebut digambarkan hbr-rya dengan': ,,

maupun sel hifa atau dari sel konidiogenosa khusus, anamorf, keadaan reproduksi mitotik atau aseksual.
yang dapat berbentuk sederhana atau kompleks dan Fungi ini diidentifikasi berdasarkan struktur reproduksi
, berelaborasi. Konidia dapat ter:bentuk pada hifa - :: aseksual (yaitu, mitospora). '
I : 'khulus dan,disebut konidiofora. Mikrokonidia Kapang: Koloni miselium atau hifa atau,bentUk' -:: ":"t::l:
merupakan konidia kecil, dan makrokonidia periumbuhan.
:',:' :merupakan konidia besar dtau multisel. ' I Miselium: Massa atau lapisan hifa, koloni kap'ang;. ,:
,,.,lArtiokonidia (artrbspora): Konidia yang,dihasilkan Fungi perfekta: Fungi yang mampu melqkrlkan, ,,: , :

Blastokonidia (blastospora): Pembentukan blastokonidia.


konidia melalui proses penonjolan (misal, ragi, Septum: Dinding silang hi{a, secara khas mengalami
Gambar 45-1; Cladosporium, Gambar 45-7). perforasi.
:i r Klamidiospora (klamidokonidia): Besal berdinding ':,: sporangioipora: Struktur aseksual khas zygomycetes; ', '
'
tebal, biasanya konidia sferis dihasilkan dari sel sporangiospora merupakan spora mitotik yang
hifa interkalaris atau terminal (Candida albicans, dihasilkan dalam sporangium yang tertutup, sering
Gambar 45-2). ditunjang oleh satu sporangiofora.
Fialokonidia: Konidia yang dihasilkan oleh sel Spora: Struktur khusus yang penting untuk kelangsungan
konidiogenosa "berbentuk vas" yang disebut hidup, seperti resistansi terhadap keadaan yang
fialida (misal, A,spergillus fumigatus, Gambar 45-9). buruk atau kondisi yang dapat mencetuskan dispersi.
Fungi dematiaseosa: Fungi yang dinding selnya Spora dapat dihasilkan dari reproduksi aseksual
mengandung melanin yang memberi pigmen coklat (misal, konidia, sporangiospora) atau seksual (lihat
sampai hitam. bawah). Selama reproduksi seksual, sel haploid dari
Fungi dimorfik: Fungi yang mempunyai dua bentuk strain yang cocok berpasangan melalui proses
pertumbuhan, seperti kapang dan ragi, yang plasmogami, kariogami, dan meiosis.
dalam kondisi pertumbuhan berbeda Askospora: Setelah meiosis, empat sampai delapan
: : berkembang
(misal, Blastomyces dermatitidis rnembentuk hifa ln meiospora terbentuk dalam askus (Gambai 45.1). i'
vltro dan ragi dalam jaringan). Basidiospora: Setelah meiosis, empat meiospora
Hifa: Filamen sel fungi yang bercabang, tubular (lebar 2- biasanya terbentuk pada permukaan struktur
10 prm), bentuk pertumbuhan kapang. Sebagian yang khusus, suatu basidium berbentuk gada.
besar sel hifa dipisahkan oleh dinding sel berpori Zigospora: Setelah meiosis, terbentuk zigospora
:,i, atau septa, tetapi hifa zygomycetqs bersepta jarang. yang bes6r ddn berdinding tebal. , ;' '.,,,: :.'rri: -
Hifa substrat atau vegetatif mengikat koloni dan Ragi: 5el fungi uniselular, berbentuk sferis sanipai elips
' mengabsorpsi nutrien. Hifa aerial berkembang di i1ts.:, ,: ' (3-15 pm) yang biasanya bereproduksi melblui pioses'
koloni dan memiliki struktur reproduksi. penonjolan.

yang saling berjalin yang berakumulasi selama


pertumbuhan aktif adalah suatu miselium. Beberapa hifa
dibagi menjadi sel-sel oleh dinding pembatas atau septum
yang khas terbentuk pada interval regular selama
,-6\ o
pertumbuhan hifa. Salah satu kelas kapang yang penLing
dalam kedokteran, yaitu z)/gomlcetes, menghasilkan hifa
yang jarang bersepta. Hifa yang menembus rnedium b o
penunjang dan mengabsorpsi nutrisi aclalah hifa substrat
atau vegetatif. Sebalikr-rya, hifa aerial enjulr di atas
permukaan miselium dan biasanya mengandung struktur
,4
(,
reproduksi kapang. Dalam keadaan pertumbuhan standar
laboratorium, kapang menghasiikan koloni dengan
gambaran khas seperti laju pertumbuhan, tekstur, dan
pigmentasi. Genus-jika bukan spesies-sebagian besar Gambar 45-?. Saccharomyces. Sel ragi tunas atau
kapang klinis yang diisolasi dapat ditentukan dengan blastokonidia. Blastokonidia yang terkonjugasi. Askus
pemeriksaan mikroskop ontogeni dan morfologi spora mengandung askospora.
MIKOLOGI KEDOKTERAN 637

Tahel 45-1. Mikosis utama dan fungi penyebab.

5u perf isia I Malassezia sp Pityriasis versicolor


Hortaea werneckii Tinea nigra
Trichosporon sp Piedra putih
Piedraia hortae Piedra hitam

Kutan Microsporum sp, Trichophyton sp, dan Dermatof itosis


Ep i dermophyton f I occosu m
Candida albicans dan Candida sp lain Kandidiasis kulit, mukosa, atau kuku

Su bkuta n Sporothrix schenckii Sporotri kosis


Phialophora verrucosa, Fonsecaea pedrosoi, dan lain-lain Kromoblastomikosis
Pseudallescheria boydii, Madurella mycetomatis, Misetoma
dan lain-lain
Exophiala, bipolaris, exserohilum, dan lain-lain Faeohifom ikosis

Endemik (primer, sistemik) Coccidioides immitis, C posadasii Koksid ioidomikosis


H isto p I asm a ca psu I atu m H istoplasmosis
B I a sto myces d e rm atitid is Blastom ikosis
Pa ra cocci d i o i d es brasi I ie nsi s Parakoksidioidomikosis

Oportu n istik Candida albicans dan Candida sp lain Kandidiasis sistemik


Cryptococcus neoformans ,) Kriptokokosis
Aspergillus fumigatus dan Aspergilus sp lain Aspergilosis
Rhizopus sp, Absidia sp, Mukor sp, dan Mukormikosis (zigomikosis)
Zygomycetes sp lain
Penicillium marneffei Pen isiliosis

reproduksi aseksual, atau konidia (Lihat Gambar 45-l disebut pseudohifa. Koloni ragi biasanya lunak, opak,
sampai 45-9). berukuran 1-3 mm, dan berwarna krem. Oleh karena
Ragi adalah sel tunggal, biasanya berbentuk sferis koioni dan morfologi mikroskopik kebanyakan ragi sangat
sampai elips dengan diameter bervariasi dari 3 pm.sampai serupa, spesies ragi diidentifikasi berdasarkan uji fisiologi
15 pm. Kebanyakan ragi bereproduksi dengan membentuk dan beberapa perbedaan morfologi yang penting.
tunas. Beberapa spesies menghasilkan tunas yang tidak Beberapa spesies fungi bersifat dimorfik dan mampu
dapat lepas dan memanjang; setelah proses pembentukan tumbuh sebagai ragi atau kapang bergantung pada
tunas dihasilkan rantai sel ragi yang memanjang, yang keadaan lingkungan.

Gambar 45:2. Klamidokonidia terminal dan interkalaris Gambar 45-3- G eotrich u m. Pem bentu ka n a rtrokoni di a
(klamidospora). (artrospora). Artrokonidia yang sedang berkecambah.
638 BAB 45

Gambar 45-5. Alternaria. Rantai dematiaseosa


makrokonidia multiselular. Konidium terminal adalah
yang paling muda.

Gambar 45-4. Rhizopus. Rhizoid, sporangiospora, dan Selain pertumbuhan vegetatifnya sebagai ragi atau
sporangia yang berkembang.
kapang, lungi dapat menghasiikan spora untuk
meningkatkan keiangsungan hidupnya. Spora dapat
Semua fungi rnempunyai dinding sel kaku penting terdispersi dengan mudah, bersifat lebih resistan dalam
yang menentukan bentuknya. Dinding sel sebagian besar keadaan buruk, dan dapat bergenninasi pada kondisi
terdiri dari lapisan karbohidrat-*rantai panjang pertumbuhan yang baik. Spora dapat berasal dari
polisakarida-serta glikoprotein dan lipicl. Selama infeksi, reprodr-rksi aseksual atau seksual--keadaan anamorfik dan
dinding sel fungi rnernpunyai sifat patobiologi penting: tcleomorfik. Spora asel<sual adalah progeni mitotik (yaitr-r,
Komponen permukaan dinding sel memediasi pelekatan n.ritospora) dan idcntik secara genctis. Fungi medis
fungi ke sel pejamu. Polisakarida dinding sel dapat menghasilkan dua tipe utama spora aseksual, konidia dan,
mengaktivasi kaskade komplemen dan mencetuskan pada zygomycetes, sporangiospora. Gambaran informatif
reaksi inflamasi; polisakarida tersebut tidak dapat spora antara lain or-rtogeni (beberapa kapang menghasilkan
didegradasi oleh pejamu dan dapat dideteksi dengan struktur konidiogenik yangb kompleks) serta mor-
pewarnaan khusus. Dinding sel melepaskan antigen fologinya (ukuran, bentuk, tekstur, warna, dan
imunodominan yang dapat menimbulkan respons imun uniselularitas atau multiselularitas). Pada beberapa fungi,
selular dan antibodi diagnostik. Beberapa ragi dan kapang sel vegeratif dapat bertransformasi menjadi konidia (misal,
mempunyai dinding sel yang mengalami melanisasi, artrokonidia, klamidospora). Pada fungi lain, konidia
memberi pigmen coklat atau hitam. Fungi tersebut adalah dihasilkan oleh sel konidiogenosa, seperti suatu fialida,
dematiaseosa. Pada beberapa penelitian, melanin telah yang dapat melekat ke hifa khusus yang disebut
dihubungkan dengan viruler-rsi. konidiofora. Pada zygomycetes, sporangiospora

Gambar 45-5. Skopulariopsis. Konidiofora mengandung Gambar 45-7. Kladosporium. Rantai blastokonidia.
anelida yang menghasilkan rantai konidia. Konidium Konidium terminal adalah yang paling muda dan
terminal adalah yang paling tua. bertunas dari konidium subterminal.
MIKOLOGI KEDOKTERAN / 639

A. ZYGOI.IYcETES

Reproduksi seksual menghasilkan zigospora; reproduksi


aseksual terjadi melalui sporangia. Hifa vegetadf bersepta
jarang. Contoh: Rhizopus, absidia, mukor, pilobolus.

B. AScOHYcETES

Reproduksi seksual melibatkan kantong atau askus,


tempat terjadinya kariogami dan meiosis, menghasilkan
askospora. Reproduksi aseksual terjadi melalui konidia.
Kapang mempunyai hifa bersepta. Contoh: Ajellomyces
(genus anatnorfik, blastomyces, histoplasma), artroderma
(genus anamorfik, Microsporum, Tll,chophyton), dan genus
ragi seperti sxccaromyces.

C. BASIDIOMYcETES
Gambar 45-8. Penisilium. Rantai konidia dihasilkan oleh
fialida, yang ditunjang oleh konidiofora bercabang. Ileproduksi seksual menghasilkan empat basidiospora
Konidium terminal adalah yang paling tua. progeni vang ditunjang oleh basidium berbentuk gada.
Flifa mempunyai septa kompleks. Contoh: Jamur,
dihasilkan dari repiikasi n-ritotik dan produksi spora dalam Filobasidiella neoformans (anamorf, Cryptococctts
struktur seperti kantong yang disebut sporangium, yang neoformans).
ditunjang oleh sporangiofora.
D. DEUTERoMYcETES
Klasifikasi Kelompok ini merupakan pengelompokan artifisial untuk
Klasifikasi fungi didasarkan pada mekanisme dan spora fungi imperfekta yang, si{ht releomorf atau reproduksi
yang berasal dari reproduksi seksual, yang pada sebagian seksualnya belum ditemukan. Keadaan anamorfik
bcsar keadaan, melibatkan strain yang dapat berpasangan, ditandai dengan konidia aseksual. Bila ditemukan siklus
menjalani fusi dan meiosis nuklear, dan pertukaran seksual, suatu spesies digolonglcan kembali yang
informasi genetik. Kelompok taksonomi utama menunjukkan filogeninya secara te pat. Contoh:
dicantumkan di bawah ini. Suatu spesies dapat dikenaii Coccidioicles immitis, Paracoccidioides brasiliettsis, Candida
dan didefi nisikan berdasarkan keadaan aseftsualnya (yaitu, albicans.
imperfekta atau anamorfik) , tetapi teleomorf atau
identitas seksualnya mungkin mempunyai nama yang PERTUMBUHAN & ISOLASI FUNGI
berbeda.
Kebanyakan fungi terdapat di alam dan tumbuh dengan
f"l mudah pada ternpat sederhana yang mengandung nitrogen
dan karbohidrat. Dahulu, agar Sabouraud, yang
l.o l mengandung gLrkosa dan pepton rermodifikasi (pFI 7,0),
x 1000

digunakan karena agar tersebut tidak mendukung


pertumbuhan bakteri. Ciri khas morfologi fungi yang
digunakan untuk identifikasi teiah digambarkan dari
pertumbuhan pada agar Sabouraud. Namun, medium
lain, seperti agar kapang inhibiror, mempermudah
pemunculau fungi dari spesimen klinis. lJntuk
membiakkan fungi medis dari spesimen nonsteril,
antibiotik antibakteri (misal, gentamisin, kloramfenikol)
dan sikioheksirnid ditambahkan ke medium ttntuk
menghambat bakteri dan kapang saprofit. Spesimen yang
digunakan untuk isolasi fungi dan tneclium lain yang
digunakan untuk mengisolasi dibahas pada Bab 48.
Gambar 45-9. Aspergillus f umigatus. Fialida terbentuk
pada ujung vesikel yang membengkak pada ujung
konidiofora panjang. Konidium terminal adalah yang
paling tua. Konidia matang mempunyai dinding kasar.
640 BAB 45

sel ragi pertunasan dengan dinding sel yang rnengalami


I MIKOSIS SUPERFISIAL melanisasi. Tinea nigra akan berespons terl-radap
pengobatan dengan larutan keratolitik, asam salisilat, atau
obat-obat antifungi azol.
PITYRIASIS VERSICOLOR
PIEDRA
Pityrisiasis versicolor adalah infeksi superfisial ringan
kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh Piedra hitam adalah suatu infeksi nodular pada batang
Malassezia globosa, M restricta, dan anggota kompleks l11 rambut yang disebabkan oleh Piedraia hortai. Piedra
furfur lainnya. Invasi pada kulit berkeratin dan respons putih, yang disebabkan oleh infetr<si spesies trichosporon,
pejamu bersifat minimal. Makula hipopigmentasi arau tampak sebagai nodul yang lebih besar, lebih lunak dan
hiperpigmentasi, yang berkelok-kelok dan diskret, timbul berwarna kekuningan pada rambut. Rambut aksila, pubis,
di kulit, biasanya di dada, punggung bagian atas, lengan, janggut, dan kulit kepala dapat terinfeksi. Pengobatan
atau abdomen. Lesi bersifat kronik dan muncul dalam untuk kedua tipe ini terdiri dari pencabutan rambut dan
bentuk bercak makula di atas kulit yang mengalami pemakaian agen antifungi topikal. Piedra bersifat endemik
perubahan warna, yang dapat membesar dan menyatu, di negara tropis yang tertinggal.
tetapi pembentukan sisik, peradangan, dan iritasi bersifat
minimal. Tentu saja, gangguan ini sebagian besar
merupakan n"rasalah kosmetik.
Malassezia sp adalah ragi yang bersifat lipofili, dan I MIKOSIS KUTANEUS
sebagian besar spesies ini memerlukan lipid dalam
Mikosis kutaneus disebabkan oleh fungi yang hanya
medium pertumbuha.n. Diagnosis ditegakkan dengan
menginfeksi jaringan superfisial berkeratin (kulit, rambut,
pemeriksaan mikroskopik langsung pada kerokan kulit
dan kuku). Penyebab terpenting pada mikosis kutaneus
yang terinfeksi, diberikan KOH 10-20o/o atu), diwarnai
adalah dermatofita, suatu kelompok terdiri dari sekitar
dengan calcojluor white. Dttemukan adanya hifa pendek
40 fungi serumpun yang memiiiki tiga genus: Microsporum,
tak bercabang dan sel sferis. Lesi tersebut juga Tric h op hy to n, dan Ep i dermo p hy ton. D er matofi ta mun gkin
menunjukkan fluoresensi di bawah lampu \7ood.
terbatas di kulit yang tidak hidup karena kebanyakan
Piryriasis versicolor diobati dengan selenium sulfid yang
tidak dapat tumbuh pada suhu 37 0C atau biia terdapat
dioleskan setiap hari. Azol topikal atau oral juga efektif.
serum. Der:matofitosis adalah salah satu infeksi yang
Jarang, malassezia dapat menyebabkan fungemia paling sering terjadi di dunia. Meskipun dapat menetap
oportunistik pada pasien-biasanya bayi-yang dan sangat mengganggu, infeksi tersebut tidak
menerima nutrisi parenteral total, akibat kontaminasi
melemahkan atau membahayakan jiwa-namun berjuta-
emulsi lipid. Pada sebagian besar kasus, fungemia bersifat
juta dolar dihabiskan setiap tahun untuk pengobatan
sementara dan diobati dengan mengganti cairan dan
infeksi tersebut. Infeksi dermatofita (kurap) telah dikenal
kateter intravena. Beberapa orang mengalami folikulitis
sejak zaman dahulu karena terletak superfisial. Di kulit,
yang disebabkan oleh malassezia. Spesies malassezia
infeksi ini dapat terdiagnosis dengan adanya hialin, septa,
dianggap merupakan bagian dari flora mikroba dan dapat
hifa bercabang atau rantai artrokonidia. Pada biakan,
diisolasi dari kulit dan kulit kepala yang normal. Spesies
banyak spesies yang termasuk satu rumpun dan sering
tersebut dihubungkan sebagai penyebab atau kontributor
sulit diidentifikasi. Penggolongan spesies dermatofita
terjadinya dermatitis seboroik atau ketombe. Hipotesis
didasarkan pada perbedaan yang tidak kentara dalam hal
tersebut ditunjang dengan observasi yang menunjukkan
gambaran koloni dan morfologi mikroskopik serta
bahwa banyak kasus mereda dengan pengobatan
beberapa kebutuhan vitamin. riTalaupun morfologi,
ketokonazol.
kebutuhan nutrisi, antigen permukaan, dan gambaran
iain sama, banyak spesies menghasilkan keratinase ,
TINEA NIGRA elastase, dan enzim-enzim lain yang membuat spesies
Tinea nigra (atau tinea nigra palmaris) adalah infeksi tersebut bersifat cukup spesifik pejamu. Untuk beberapa
asimtomatik dan kronik superfisiai pada stratum spesies dermatofita, keadaan reproduksi seksual telah
korneum yang disebabkan oleh fungi dematiaseosa ditemukan, dan semua dermatofita dengan bentuk seksual
Hortaea (Exophiala) wernecleii. Keadaan tersebut lebih menghasilkan askospora dan termasuk dalam genus
sering terjadi di daerah pantai yang hangat dan pada artroderma releomorfik.
wanita muda. Lesi tampak sebagai perubahan warna gelap Deri-,ratofita r{igolongkan sebagai geofili, zoofili, atau
(coklat sampai hitam), sering kali di telapak tangan. antropofili yalrg bergantung pada habitat lazimnya, yaitu
Pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan kulit dari tanah, hewan, atau manllsia. Beberapa dermatofita yang
tepi lesi akan menunjukkan hifa bersepta, bercabang dan normalnya hidup di tanah atau berhubungan dengan
MIKOLOGI KEDOKTERAN 641

spesies hewan tertentu masih mampu menyebabkan 45-10). Bergantung pada macamnya, koloni T mentagrlPhltes
infeksi pada manusia. Umumnya, suatu spesies yang dapat berbentuk seperti kapas sampai granular; kedua
berkembang keluar dari lingkungannya dalam tanah ke tipe memperlihatkan kelompok mikrokonidia sferis yang
pejamu hewan Lertentu atau manusia, spesies tersebut berbentuk seperti anggur yang banyak di cabang terminal.
kehilangan kemampuan untuk menghasilkan konidia Hifa yang me lingkar atau be rbentuk spiral se ring
aseksual dan bereproduksi secara seksual. Spesies ditemukan pada isolat primer. Koloni tipikal I rubrum
antropofili, yang menyebabkan infeksi pada manusia mempunyai permukaan seperti kapas yang berwarna putih
dalam jumlah yang paling besar, menyebabkan infeksi dan mempunyai pigmen tidak dapat berdifusi berwarna
kronik dan relatif ringan pada manusia, menghasilkan merah pekat bila dilihat dari sisi koloni sebaliknya.
beberapa konidia dalam biakan, dan dapat sulit dibasmi. Mikrokonidia berukuran kecil dan piriformis (berbentuk
Sebaliknya, dermatofita zoofili dan geofili, yang kurang buah pir). T tonsurans menghasilkan koloni seperti bubuk
beradaptasi dengan pejamu manusia, menimbulkan atau beludru yang rata pada permukaan bagian depan
infeksi inflamasi yang lebih akut vang cenderung sembuh dan berwarna coklat kemerahan pada sisi sebaliknya;
lebih cepat. Dermatofita ditularkan melalui kontak dengan mikrokonidia sebagian besar memanjang.
tanah yang terkontaminasi atau dengan hewan atau Microsporum sp. cenderung menghasilkan makro-
manusia yang terinFeksi. konidia multiseiular yang khas dengan dinding bergerigi
Beberapa spesies antropofili secara geografi tidak (Gambar 45'1rI). Kedua jenis konidia dihasilkan
tersebar luas, tetapi spesies lain, seperti Epidermophyton tersendiri pada genus tersebut. M canis membentuk koloni
floccosum, Trichophyton mentagrlPhltes var interdigitale, T dengan permukaan seperti kapas berwarna Putih dan
rubrum, dan Z tlnsurans, tersebar luas di dunia. Spesies berwarna kuning pekat di permukaan sebaliknya;
geofili yang sering menyebabkan infeksi pada manusia makrokonidia berdinding tebal dengan sel berjumlah 8
adalah Microsporum gypseum. Spesies zoofili kosmopolitan sampai 15, sering mempunyai ujung yang melengkung
(dan pejamu alaminya) antara lain adalah Microsporum atau berkait. M gypseum menghasilkan koloni sePerti
canis (anjing dan kucing), Microsporum gallinae (unggas), bubuk berwarna coklat dan makrokonidia dalam jumlah
Microsporutn nAnum (6abi), 7lichophyton equinum (kuda), banyak yang berdinding tipis, bersel empat sampai enam.
dan Tiichophyton uerrucosun (lembu). Microsporum sp. h^nya menginfeksi rambut dan kulit.
Epidermophyton floccosum, yang merupakan satu-
Morfologi & ldentifikasi satunya patogen pada genus ini, hanya menghasilkan
Dermatofita diidentifikasi berdasarkan gambaran koloni makrokonidiaJ yang berdinding haius, berbentuk gada,
dan morfologi mikroskopik setelah pertumbuhan selama bersel dua sampai empatr dan tersusun dalam dua atau
2 minggu pada suhu 25 {tC pada agar dekstrosa Sabouraud, tiga kelompok (Gambar 45-11). Koloni ini biasanya rata
Spesies trichophyton, yang dapat menginfeksi rambut, dan seperti beludru dengan warna coklat sampai kuning
kulit, atau kuku, menghasilkan mikrokonidia khas dan kehijauan. E floccosum menginfeksi kulit dan kuku, tetapi
makrokonidia silindrik yang berdinding halus (Gambar tidak menginfeksi rambut.

T mentagrophytes
T rubrum

i,\,q^/)
T
a':0
"'u
tonsurans ?
"- €
Gambar 45-10. Spesies Trichophyton. Makrokonidia, hifa spiral, dan mikrokonidia tipikal
642 BAB 45

Epide rmo phyton fl o cco su m

Microsporum gypseum 1
L_)

AekE
t[* ^'-E \
?-
tll
,-Y "\rl? "\u1

=\\ #"\?
Gambar 45-1 7. Mikrokonid ia dan makrokonidia khas.

Selain morfologi makroskopik dan mikroskopik, Temuan Klinis


uji lain, seperti pertumbuhan
beberapa uji nutrisional atau
Infeksi dermatofita sering salah disebut dengan kurap
pada temperatur 37 iC atau uji perforasi rambut in uitro,
atau tinea karena lesinya berbentuk sitkular atau
bermanfaat dalam membedakan spesies tertentu.
menonjol. Bentuk klinis bergantung pada lokasi infeksi.
Satu spesies mampu menyebabkan lebih dari satu jenis
Epidemiologi & lmunitas infeksi klinis. Sebaliknya, satu bentuk klinis, seperti tinea
Infeksi dermatofita bermula di kulit setelah trauma dan korporis, dapat disebabkan oleh lebih dari satu spesies
kontak. Terdapat bukti bahwa kerentanan pejamu dapat dermatofita. Agen yang lebih sering menyebabkan bentuk
meningkat akibat kelembapan, udara yang panas, kondisi klinis tertentu tercantum pada Tabel 45-2. Pada kasus
kimiawi kulit tertentu, komposisi sebum dan keringat, yang sangat jarang, pasien imunokompromais dapat
usia muda, pajanan berat, dan predisposisi genetik. mengalami infeksi sistemik oleh suatu dermatofita.
Insiden lebih tinggi pada iklim panas, lembap, dan di
tengah lingkungan hidup yang padat. Pemakaian sepatu A. T|NEA PED|s (ArHt ErE's Foor)
menyebabkan kaki panas dan lembap, suatu kondisi yang
Tinea pedis merupakan dermatofitosis yang paling sering
dapat menyebabkan infeksi pada kaki. Sumber infeksi
terjadi. Penyakit tersebut biasanya muncul sebagai infeksi
adalah tanah atau hewan yang terinfeksi, pada kasus
kronik pada seiaput di antara jari kaki. Bentuk lain adalah
dermatofita geofili dan zoofili. Konidia tetap dapat hidup
tipe mokasin, ulseratii dah vesikular dengan hiper-
untuk waktu yang lama. Spesies antropofili dapat keratosis telapak kaki. Awalnya, timbul rasa gatal di antara
ditularkan melalui kontak langsung atau melalui benda- jari kaki dan muncul vesikel kecil yang kemudian pecah
benda yang mungkin membawa infeksi, seperti handuk,
dan mengeluarkan cairan encer. Kulit pada selaput di
pakaian yang terkontaminasi, perlengkapan mandi yang
antara jari kaki mengalami maserasi dan mengelupas,
digunakan bersama-sama, serta contoh serupa lain.
sehingga kulit terpecah dan memudahkan ter.iadinya
Tiichophltin adalah preparat antigen kasar yang dapat
infeksi bakteri sekunder. Bila infeksi oleh fungi menjadi
digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas tipe cepat
kronik, pengelupasan dan pecahnya kulit merupakan
atau lambat terhadap antigen dermatofitik. Banyak pasien
manifestasi utama, disertai rasa nyeri dan gatal.
yang menderita infeksi dermatofita kronik, noninflamasi
memiliki respons imun selular yang buruk terhadap B. TrNEA UNGUTUM (oNtxoNtxosts)
anrigen dermatofita. Pasien tersebut sering atopik dan
mengalami hipersensitivitas tipe cepat dan peningkatan Infeksi kuku dapat terjadi seteiah tinea pedis yang
konsentrasi igE. Pada pejamu normal, imunitas terhadap berkepanjangan. Kuku menjadi kuning, rapuh, menebal,
dermatofitosis memiliki durasi yang bervariasi dan dan mudah hancur akibat invasi hifa. Dapat mengenai
derajatnya bergantung pada pejamu, lokasi infeksi, dan satu atau lebih kuku kaki atau tangan.
spesies fungi yang menyebabkan infeksi.
MIKOLOGI KEDOKTERAN 643

Tabel 45-2, Beberapa gambaran klinis infeksi dermatofita.

ff{ill I

IKIinis

Tinea korporis (kurap) Kulit halus, tidak berambut. Bercak sirkular dengan tepi vesikular T rubrum, E floccosum
yang merah meninggi dan bagian
tengah bersisik. Gatal.

Tinea pedisl Ruang antar jari kaki pada Akut: gatal, vesikular merah. Tiubrum, T mentagro-
(athlete's foot) orang yang memakai sepatu Kronik: gatal, bersisik, kulit pecah- phytes, E floccosum
peca h .

Tinea kruris (jock itch) Lipat paha Lesi bersisik dan eritema di daerah T rubrum, T mentagro-
intertriginosa. Gatal. phytes, E floccosum

Tinea kapitis Rambut kepala. Endotriks: Daerah botak sirkular dengan T mentagrophytes, M canis
fungi di dalam batang patahan rambut di atas atau pada
rambut. Ektotriks: fungi di folikel rambut. Kerion jarang. Rambut
permukaan rambut. yang terinfeksi mikrosporum
berfl u oresensi.

Tinea barbae Rambut janggut. Lesi eritema dan edema T mentagrophytes

Tinea unguium Kuku Kuku menebal atau remuk di bagian T rubrum, T mentagro-
(onikomikosis) distal; berubah warna; tidak bercahaya. phytes, E floccosum
Biasanya disertai tinea pedis

Dermatof itid Biasanya daerah samping Lesi berupa vesikel sampai bula yang Tidak ada fungi dalanr lesi
(reaksi id) dan fleksor jari. Telapak gatal. Paling sering disertai tinea pedis. Dapat terjadi infeksi
tangan. Semua tempat di sekunder oleh bakteri
tubu h.
lDapat disertai lesi pada tangan dan kuku (onikomikosis).

yang sering dimulai pada skrotum dan menyebar ke lipat


C. TINEA KORPORIS, TINEA KRURIS,
paha. Tinea manus merupakan kurap pada tangan atau
DAN TINEA MANUS
jari tangan. Lesi bersisik kering dapat mengenai satu atau
Dermatofitosis kulit yang tidak berambut sering kedua tangan, satu jari, atau dua atau lebih jari.
menyebabkan timbulnya lesi kurap berbentuk anular
D. TINEA KAPITIS DAN TINEA BARBAE
dengan bagian tengah bersih bersisik dikelilingi oleh tepi
merah yang meninggi, dapat kering atau vesikular. fi*. t rpi,i, .artrn a.rr,t.n,*i, "ou ktt"p lt*'" trli,
Dermatofita hanya tumbr,rh pada jaringan mari yang kepala dan rambut. Inleksi dimulai dengan invasi hifa di
mengalami keratinisasi, tetapi metabolit fungi, enzim, kulit kepala, yang kemr.rdian menyebar ke bawah dinding
dan antigen berdifusi melalui lapisan epiderrnis yang keratin pada folikel rambut. Infeksi rambut terjadi tepat
sehat, menyebabkan eritema, pembentukan vesikel, dan di atas akar rambut. Hifa tumbuh ke arah bawah pada
pruritus. Infeksi oleh dermatofita geofili dan zoofili bagian rambut yang tidak hidup dan dengan kecepatan
menyebabkan lesi yang lebih iritatif dan lebih bersifat yang sama seperti pertumbuhan rambut. Infeksi
inflamasi dibandingkan dengan infeksi yang disebabkan menimbulkan bercak alopesia sirkular abu-abu, bersisik,
oleh spesies antropofili. Sesuai usia hifa, spesies ini sering dan gatal. Seiring pertumbuhan rambut keluar folikel,
membentuk rantai artrokonidia. Lesi meluas secara hifa spesies mikrosporum menghasilkan rantai spora yang
sentrifugal dan pertumbuhan hifa aktif terjadi di tepi; membentuk selubung di sekitar batang rambut (ektotriks).
bahan di bagian tepi tersebut lebih sering digunakan untuk Spora tersebut memberi fluoresensi kehijauan sampai
diagnosis. Penetrasi ke dalam stratum korneum yang baru keperakan bila rambut diperiksa di bawah lampu Wood
terbentuk pada permukaan telapak tangan dan kaki yang (365 nnr). Sebaliknya, T tonsurans, penyebab utama tinea
lebih tebal menyebabkan infeksi persisten di tempat kapitis " black dof' , menghasilkan sPora dalam batang
tersebut. rambut (endotriks). Rambut tersebut tidak memberikan
Bila infeksi terjadi di daerah lipat paha, disebut tinea fluoresensi; rambut-rambut tersebut lemah dan mudah
kruris, atau jock itch. Kebanyakan infeksi tersebut patah pada rnuara folikular. Pada anak prapubertas, tinea
mengenai pria dan timbul sebagai lesi kering dan gatal kapitis epidemik biasanya dapat sembuh sendiri'
BAB 45

Spesies zoofili dapat menginduksi reaksi gabungan Spesimen ditutup dengan kaca penutup segera diperiksa,
hipersensitivitas dan in{larnasi yang berat, disebut kerion. dan diulangi lagi seteiah 20 menit. Pada kulit atau kuku,
Manifestasi tinea kapitis lainnya adalah favus, suatu tanpa memandang spesies penginfeksi, terlihat hifa
infeksi inflamasi akut pada fblikel rambut yang bercabang atau rantai artrokonidia (artrospora) (Gambar
disebabkan oleh 7 schoenleinii, yang menyebabkan 45-12). Pada rambut, kebanyakan spesies mikrosporum
pembentukan scutula (krusta) di sekitar folikel. Pada membentuk lapisan spora yang tebal mengelilingi rambut
rambut yang terkena infelai jamur, hifa tidak membentuk (ektotriks). T tonsurans dan I uiolaceum dapat dikenali
spora, tetapi dapat ditemukan pada batang rambut. Tinea karena menghasilkan artrokonidia di dalam batang rambut
barbae mengenai daerah berjanggut. Terutama bila (endotriks).
dermatofita zoofili terlibar, dapar timbul suatu reaksi
inflamasi yang hebat yang hampir menyerupai infeksi C. BIAKAN
piogenik.
Identifikxi Dermatofta sp. memerlukan biakan. Spesimen
diinokulasi ke dalam agar kapang inhibitorik atau bagian
E. REAKSI TRIKoFITID
miring agar Sabouraud yang mengandung sikloheksimid
Pada perjalanan dermatofitosis, penderita dapat menjadi dan kloramfenikol untuk menekan pertumbuhan kapang
hipersensitif terhadap kandungan atau produk frrngi dan dan bakteri, diinkubasi selama 1-3 minggu pada suhu
mengalami manifestasi alergi--disebut dermatofitid ruangan, kemudian diperiksa dalam biakan kaca objek
(biasanya vesikel)-di lokasi tubuh mana pun, paling jika diperlukan. Spesies diidentifikasi berdasarkan
sering di tangan. Uji kulit trikofitin secara jelas positif morfologi koioni (kecepatan pertumbuhan, tekstur
pada orang tersebut. permukaan, dan pigmentasi), mor{ologi mikroskopik
(makrokonidia, mikrokonidia), dan pada beberapa kasus,
Uii Laboratorium Diagnostik kebutuhan nutrisi.
A. SPESIMEN
Pengobatan
Spesimen adalah hasil kerokan kulit dan kuku ditambah
Pengobatan terdiri dari pengangkatan semua struktur
rambut yang dicabut dari daerah yang terkena penyakit.
epitel yang terinfeksi dan mari serta penggunaan antibiotik
Rambut yang terinfeksi mikrosporum memberikan
atau zat kimia antifungi secara topikal. lJntuk mencegah
fluoresensi di bawah lampu \Wood dalam ruang gelap.
reinfeksi, area tersebut harus dijaga tetap kering, dan
B. PEHERIKSAAN MIKRoSKoPIK sumber infeksi, seperti hewan peliharaan yang terinfeksi
atau perlengkapan mandi yang digunakan secara bersama,
Spesimen ditempatkan di atas kaca objek dalam tetesan
harus dihindari.
10-20o/o kalium hidroksida, dengan atau tanpa calcofluor
white, yang merupakan pewarna dinding sel fungi
nonspesifik yang dilihat dengan mikroskop fluoresen.
A. TINEA KAPITIS
Infeksi kulit kepala diobati dengan griseofulvin selama
4-6 minggu. Melakukan keramas dengan sampo yang
sering dan pemakaian krim mikonazol atau agen antifungi
topikal lain dapat e{Lktif jika digunakan selama beberapa
rninggu. Selain itu, ketokonazol, itrakonazoi, dan
terbinafin juga cukup efektif.

B. TINEA KoRPoRIS, TINEA PEDIS, DAN


tNFEKSt TenXalr

Obatyang paling efektif adalah itrakonazol dan terbinafin.


Namun, sejumlah preparat topikal dapat digunakan,
seperti mikonazol nitrat, tolnaftat, dan klotrimazol. Jika
digunakan selama sekurang-kurangnya 2-4 minggu, angka
penyembuhan biasanya mencapai 7 0-I00o/o. Pcngobatan
harus diteruskan selama 1-2 minggu setelah pembersihan
lesi. lJntuk kasus yang sulit, dapat diberikan griseofulvin
oral untuk jangka waktu singkat.
Gambar 45-12. Dermatofit dalam sediaan kalium
hidroksida dari kerokan kuku atau kulit. Hifa bercabang.
Pembentukan artrokonidia.
MIKOLOGI KEDOKTERAN 645

C, TINEA UNGUIUM

Infeksi kuku paling sulit diobati, sering memerlukan


itrakonazol atau terbinafin oral selama berbulan-bulan
dan .iuga pengangkatan kuku secara bedah. Sering terjadi
relaps.

..... ,..rr ..i.r,::, t,,.,.ti.,:.r &


E MIKOSIS SUBKUTAN ' '.._:, :..i,s,.,,r]

*f,1. .i'..':''',,9l,,.:
Ilungi mikosis seca.ra normal terdapat
1,ang menyebabkan -. s ,1. .,.,r. .. ., ..':.
pada tanah atau tumbul.ran. Fungi memasuki kulit atau
jaringan subkutan melalui inokulasi traumatik olelr bahan
yang terkontaminasi. 13iasanya, iesi membentuk
granuloma dan n-reluas secara lambat dari area implantasi.
Ekstensi melalui aliran limfatik yang mendrainase lesi,
terjadi sccara lambat kecuali pad,a sporotrikosis. Mikosis
tersebut biasanya terbatas di jaringan subktrtan, terapi
pada kasus yang jarang c'lapat rnenjadi sistemik dan
menyebabkan penyakit yang n.rernbahayakan jiwa.

SPOROTHRIX SCHENCKII
Sporothrix scltenckii adalah lungi dimorfik secara termal
yang hidup pada tumbuhan. Fungi terscbut dihubr-rngkan
dengan berbagai tanaman--rurrpur, pohon, lumut
sfagutrm, semak mawar, dan tlnaman hortikultura
lainnya. Pada suhLr yang sama c'lengan lingkr,rngan sekitar,
fungi rumbuh scbagai kapang, menshasilkan koniclia dan
hifa ini bercabang yarrg berscpta. Pada jaringan atau ia
uitro dengan suhu 35-37 0C fungi ini tumbuh sebagai
Gambar 45-1 3. Sporothrix schenckii. A: Blastokonidia
ragi tunas yang kecil. Setelah masuk ke dalam kulit melalui
yanE terlihat pada jaringan atau biakan 37 0C. B:
trauma, S schenckii menyebabkan sporotrikosis, suatu Pembentukan konidia pada biakan 30 0C.
infeksi granulomatosa kronik. Episode awal secara kh:rs
diikuti oleh penyebaran sekunder yang mengenai aliran
limfatik dan kelenjar getah.
Struktur Antigen
Morfologi & ldentifikasi Suspensi salin yang mati oleh pemanasan dari biakan
S schenchii turnbuh baik pada medium agar rutin, dan atau fraksi karbohidrat (sporotrikin) akan menghasilkan
pada suhu ruangan koloni muda berwarna kehitaman dan uji kulit lambat positif pada manusia atau hewan yang
berkilap, menjadi berkerut dan melengkung seiring terinf'eksi. Berbagai uji serologi telah dikembangkan dan
bertambahnya usia. Pigmentasi strain bervariasi dari kebanyakan ;rasien, serta beberapa orang normal,
bayangan hitam dan abu-abu sampai keputihan. n.rempunyai antibodi spesifik atau reaktif silang.
Organisme menghasilkar.r hifa bersepta yang bercabang
dan konidia kecil yang khas (3-5 pm), agak berkelompok Patogenesis & Temuan Klinis
di ujung konidio{bra yang lonjong (Gambar 11!-ll). Isolat Konidia atau fragmen blfe S schentAil masuk ke clalarn
juga dapat membentuk konidia yang lebih besar sccara kulit mclalui traurna. Pasien serir.rg melaporkan adanya
langsung dari hifa. S schenckii bersifat dimorfik secara rirvayat traruna yang berhubungan dengan aktivitas di
('C
termal dan pada suhu 35 pada medium kandungannya luar ruangan dan bercocok tanam. Lesi awal biasanya
kaya, fungi iniberubah menjadi sel ragi tunas yang terletak di ekstremit:rs, tetapi dapat ditemul<an di tempat
memperbanyak diri dengan bentuk yang bervariasi tetapi lain (anak sering mengalami lesi di wajah). Sekitar 75olo
sering kali fusilormis (sekitar 1-3 X 3-i0 pm), seperti i<asus adalah limfokutaneus; yaitu, lesi awal timbul sebagai
yang diperlihatkan pada Gambar 45-13. nodul granulomarosa yang dapat berkembang membentuk
suatu lesi ulseratif atau nekrotik. Sernentara itu, aliran
646 BAB 45

limfatik menebal dan terbentuk seperti tali. Nodul serum pasien yang terinfeksi tetapi ddak selalu bersifat
subkutan multipel dan abses terjadi di sepanjang aliran c.liagnostik.
limfatik.
Sporotrikosis terfiksasi adaiah suatu nodul non- Pengobatan
llmfangidk tunggal yang terbatas dan kurang progresif.
Pada beberapa kasus,. infeksi dapat sembuh sendiri.
Lesi terfiksasi ini lebih sering terjadi di
daerah endemik
Meskipun pemberian orai larutan jenuh kaiium iodida
seperti Melaiko, tempat terdapatnya tingkat pajanan yang
dalam susu sangat efektif, banyak pasien yang sulit
tinggi dan imunitas pada masyarakat. Imunitas mernbatasi
menoleransi. Itrakonazol oral atau azol lainnya merupakan
penyebaran lokal inFelcsi.
pengobatan pilihan. Untuk penyakit sistemik, diberikan
Biasanya terdapat pe nyakit sistemik ringan yang
amfoterisin B.
disebabkan oleh lesi tersebut, tetapi dapat terjadi
penyebaran, terutama pada pasi,en yang lemah. Pada kasus
Epidemiologi & Pengendalian
yang jarang, sporotrikosis paru primer disebabkan oleh
inhalasi konidia. Manifestasi tersebut menyerupai S schenckii terdapat di seluruh dunia yang berhubungan
tuberkulosis kavitasi kronik dan cenderung terjadi pada erat dengan tanaman. Misal, kasus yang disebabkan oleh
pasien dengan gangguan imuniras selular. kontak dengan lumut sfagnum, duri mawar, kayu busuk,
jerami cemarai rumput dari padang rumput, dan
Uji Laboratorium Diagnostik tumbuhan lain. Sekitar 75ok kasus terjadi pada pria, baik
karena pajanan yang lebih besar atau karena perbedaan
A. SPESIMEN
kerentanan yang terkait kromosotl-X. Insiden lebih tiriggi
Spesimen dapat berupa bahan biopsi atau eksudat dari pada pel<erja pertanian dan sporotrikosis dianggap
lesi granulosa atau ulseratif. scbagai risiko pckerjaan untuk penjaga hutan, ahli
holtikultura, dan pekerja di bidang yang sama.
B. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK Pencegahannya berupa tindakan untuk meminimalkan
Meskipun spesimen dapat diperiksa secara langsung inokulasi yang tidak disengaja dan penggunaan fungisida,
dengan KOH atau pewarnaan calcofluor white, ragt jarang apabila tepat, untuk menangani kayu. Hewan juga rentan
ditemukan. Meskipun ragi jarang ditemukan pada terhadap sporotrikosis.
jaringan, sensitivitas potongan histopatologi ditingkatkan
dengan pewarnaan rutin dinding sel fungi, seperti perak KROMOBLASTOMIKOSIS
metenamin Gomori, yang mewarnai dinding sel menjadi
hitam, atau pewarnaan asam-Schiff periodik, yang Kromoblastomikosis (kromomikosis) adalah suatu infeksi
memberi warna merah pada dinding sel. Selain itu, mikotik sr.rbkutan yang disebabkan oleh satu dari lima
spesimen dapat diidentifikasi dengan pewarnaan antibodi agen fungi yang dikenal yar.rg terdapat dalam tanah dan
fluoresen. Ragi berdiamerer 3-5 pm dan berbentuk sferis tumbuh-tumbuhan melalui inokulasi traumatik. Semuanya
sampai panjang. adalah fungi dematiaseosa yang mempunyai dinding sel
Struktur lain yang disebut badan asteroid sering terlihat yang mengalami melanisasi: Phia/ophora uerrucosa,
di jaringan, terutama di daerah endemik seperti Meksiko, Fonsecaeapedrosoi, Rhinocladiella aquaspersa, F'onsecaea
h ia lop hora carrion ii, Infeksi bersifat
com?acta, dan C ladop
Afrika Seiatan, dan Jepang. Pada jaringan yang diwarnai
hematoksilin dan eosin, badan asteroid terdiri dari sel kronik dan ditandai dengan perkembangan lambat lesi
ragi basofili sentrai yang dikelilingi oleh materi eosinofili granulomatosa progresif yang seiring waktu akan
yang memanjang secara radial, yang merupakan deposit menginduksi hiperplasia jaringan epidermal.
kompleks antigen-antibodi dan komplemen.
Morfologi & ldentif ikasi
C. BIAKAN Fungi dematiaseosa serupa dalam hal pigmentasi, struktur
Metode diagnosis yang paling dapat dipercaya adalah antigen, morfologi, dan sifat fisiologi. Koloninya padat,
biakan. Spesimen digoreskan pada agar kapang inhi- berwarna coklat pekat sampai hitam, dan menghasilkan
bitorik atau agar Sabouraud yang mengandung antibiotik permukaan seperti beludru yang sering kali berkerut.
0C. Agen kromoblastomikosis diidentifikasi dari cara
antibakteri dan diinkubasi pada suhu 25'30
Identifikasi ditegakkan dengan pertumbuhan pada 35 0C konidiasinya. Pada jaringan, fungi tersebut tampak sama,
dan terjadi perubahan bentuk menjadi ragi. menghasilkan sel coklat sferis (diamercr 4-12 pm) yang
disebut badan sklerotik atau muriformis yang dibagi oleh
D. SEROLOGI
sekat melintang. Sekat pada bidang yang berbeda disertai
Aglutinasi suspensi sel ragi atau partikel lateks yang pemisahan yang berjalan lambat dapat menghasilkan
diselubungi oieh antigen timbul dalam titer tinggi dengan kelompok empat sampai delapan sel (Gambar 45-1,4).
MIKOLOGI KEDOKTERAN 647

Sel dalam krusta superfisial atau eksudat dapat mengalami Patogenesis & Iiemuan Klinis
germinasi menjadi hifa bercabang, yang bersekat.
Fungi masuk ke dalam kulit melalui trauma, sering pada
rungkai atau kaki yang terbuka. Selama berbulan-bulan
A. PHIALoPHoRA VERRUcosA
sampai bertahur.r-tahun, Iesi primer menjadi verukosa dan
Konidia dihasilkan dari fialida berbentuk botol dengan berbentuk seperti veruka dengan ekstensi sepanjang aliran
kolaret berbentuk mangkuk. Konidia yang matang, limfatik. Nodul seperti kernbang kol disertai abses yang
berbentuk sferis sampai oval dikeluarkan dari fialida dan membentuk krusta pada akhirnya menutupi area terscbut.
biasanya menumpuk di sekitarnya. Ulserasi kecil atau "titik hitam" bahan hemopurulen
terdapatdi permukaan seperti veruka. Pada kasus yang
B. CLADopHtALopHoRA (cLADospoRtuH) cARRtoNtt jarang, eiefantiasis dapat disebabkan oleh infeksi
Ckdophialophora Sp. dan Cladosporium Sp. menghasilkan sekunder, obstruksi, dan fibrosis saluran limfe. Penyebaran
rantai konidia yang bercabang dengan tunas di distal ke bagian tubuh lain sangat jarang terjadi meskipun lesi
(akropetal). Konidium tern-rinal suatu rantai menghasilkan satelit dapat terjadi akibat penyebaran limfatik lokal atau
konidium selanjutnya melalui proses pertunasan. Spesies autoinokulasi. Secara histologis, lesi bersifat granulo-
diidentifii<asi berdasarkan perbedaan panjang rantai serta matosa dan badan sklerotik gelap dapat terlihat dalam
bentuk dan ukuran konidia. C carrionii menghasilkan leukosit atau sel raksasa.
konidiofora yang memanjang dengan rantai konidia oval
yang bercabang dan paniang. Uji Laboratorium Diagnostik
C, RHINocLADIELLA AoUASPERSA
A. SPESTMEN
Spesies tersebut menghasilkan konidia terminal atau Spesimen dari kerokan atau biopsi iesi
lateral dari pemanjangan sel konidiogenosa-slratu proses
simpodial. Konidia berbentuk elips sampai gada. B. PEMERIKSAAN MIKRoSKoPIK
Hasil kerokan ditempatkan dalam KOH 10o/o dan
D, FoNSEcAEA PEDROSOI diperiksa secara mikroskopis untuk mencari se1 sleris
Fonsecaea adalah genus poiimorfik. Isolat dapat yang gelap. Pener-nuan badan sklerotik bersifat diagnostik
memperlihatkan (1) fialida; (2) rantai blastokonidia, sama untuk kromoblastomikosis tanpa memandang agen
dengan Cladosporium Q.; at"u (3) simpodiai, konidiasi etiologinya. Potongan jaringan memperlihatkan granuloma
dpe rhinocladiella. Sebagian besar strain -F pedrosoi dan hiperplasia luas jaringan dermis.
membentuk rantai blastokonidia bercabang pendek serta
konidia simpodial. C. BIAKAN
Spesimen harus dibiakkan pada agar kapang inhibitorik
E. FoNSEcAEA C?MPA|TA atau agar Sabouraud dengan antibiotik. Dematiaseosa Sp.
Blastokonidia yang dihasiikan oleh F compacta berbentuk diidentifikasi berdasarkan karakteristik struktur konidia,
hampir sferis dengan dasar lebar yang menghubungkan seperti yang dijelaskan di atas. Terdapat banyak kapang
konidia. Struktur tersebut lebih kecil dan lebih padat dematiaseosa saprofitik yang serupa, tetapi kapang
daripada F pedrosoi. tersebut berbeda dari spesies patogen karena tidal<
mampuan tumbuh pada suhu 37 "C dan mampua
mencerna gelatin.

Pengobatan
Eksisi bedah dengan tepi lebar adalah pengobatan pilihan
untuk lesi kecil. Kemoterapi dengan flusitosin atau
itrakonazol dapat efektif untuk lesi yang lebih besar.
Pemberian panas secara lokal juga bermanfaat. Sering
terjadi relaps,

Epidemiologi
Kromoblastomikosis terjadi terlltama di daerah tropis.
Fungi bersifat saprofitik, mungkin terdapat pada tumbuh-
Gambar 45-1 4. Kromomikosis Sel fungi berpigmen tumbuhan dan tanah. Penyakit terutama terjadi pada
terlihat pada sel raksasa. tungkai pekerja pertanian yang bertelanjang kaki setelah
648 BAB 45

masuknya fungi melalui trauma. Kromoblastomikosis yang tidak menggunakan sepatu. Misetoma hanya terjadi
tidak menular. Penggunaan sepatu dan pelindung tungkai sporadisdi luar daerah tropis dan terutama sering
dapar mencegah inFeksi. ditemukan di India, Afrika, dan Amerika Latin.
Aktinomisetoma dibahas pada Bab 13.
FAEOHIFOMIKOSIS
Faeohifomikosis adalah suatu istilah yang digunakan Morfologi & ldentif ikasi
untuk infeksi yang ditandai adanya hifa bersekat yang Agen fungi misetoma antara lain: Pseudallescheria boydii,
berpigmen gelap dalam jaringan. Baik infeksi kutan Madurella mycetomatis, Madurella grisea, Exophiala
maupun sistemik pernah dilaporkan. Bentuk klinis jeanselmei, dan Acremonium falciforme. Di Amerika
bervariasi dari kista tak berkapsul solitar dalam jaringan Serikat, spesies yang paling banyak adalah P boydii yang
subkutan sampai sinusitis dan abses otak. Lebih dari 100 merupakan homotalik dan mempunyai kemampuan
spesies kapang dematiaseosa menyebabkan berbagai jenis menghasilkan askospora dalam biakan. E jeanselmei dan
infeksi faeohifomikotik. Semua spesies tersebr,it 'Madurella .Sp. adalah kapang dematiaseosa. Kapang
merupakan kapang eksogen yang secara normal terdapat tersebut diidentifikasi tetutama melalui cara konidiasinya.
di alam. Beberapa kapang yang sering menyebabkan P boydii dapat juga menyebabkan pseudallescheriasis, yang
faeohifonrikosis subkutan adalah Exophiala jeanselmei, merupakan infeksi sistemik pada pasien imunokompromais.
Ph ialop h ora ri c h ardsiae, Bip o laris sp ic ifera, dan Wangie lla Pada jaringan, granula misetoma dapat berukuran
dermatitidis. Spesies tersebut dan spesies lain (misal, sampai 2 mm. Warna granul dapat memberikan informasi
Exserohilunt rlstratum, spesies alternaria, dan spesies mengenai agen. Misalnya, granula misetoma yang
kurvularia) juga dapat menyebabkan faeohifomikosis disebabkan oleh ? boydii dan A falciforme berwarna putih;
sistemik. Insiden faeohifomikosis dan jumlah patog€n granula mise toma akibat M grisea dan -E jeanselmei
telah meningkat pada tahun-tahun belakangan baik pada berwarna hitam; dan M mycetomatis menghasilkan granul
pasien imunokompromais maupun pasien imunokompeten. merah gelap sampai hitam. Granula tersebut keras dan
Dalam jaringan, hifa berukuran besar (berdiameter mengandung hifa bersepta yang saling terjalin (lebarnya
5-10 pm) dan sering terdistorsi serta dapat disertai sel 3-5 pm). Hifa secara khas terdistorsi dan membesar di
ragi; tetapi struktur tersebut dapat dibedakan dari fungi bagian periler granula.
lain berdasarkan melanin dalam dinding selnya. Spesimen
dibiakkan pada medium fungi rutin untuk meng-
identifikasi agen etiologi. Pada umumnya, itrakonazol Patogenesis & Temuan Klinis
atau flusitosin adalah obat piiihan untuk faeohifomikosis Misetoma terjadi setelah inokulasi traumatik dengan tanah
subkutan. Abses otak biasanya bersifat fatai, tetapi ketika yang terkontaminasi salah satu agen. Jaringan subkutan
diketahui, dapat diobati dengan amfoterisin B dan pada kaki, ekstremitas bawah, tanganr dan area terbuka
pembedahan. Penyebab utama faeohifomikosis serebral adalah yang paling sering terkena. Tanpa memandang agen,
adalah Cladop hialophora bantiana. patologi misetoma ditandai dengan supurasi dan
pembentukan abses, granuloma, dan pembentukan sinus
drainase yang mengandung granula. Proses ini dapat
MISETOMA
menyebar ke otot dan tulang di dekatnya. Lesi yang tidak
Misetoma adalah infeksi subkutan kronik yang diinduksi diobati menetap selama bertahun-tahun dan meluas lebih
oleh satu dari beberapa spesies fungi saprofitik atau bakteri dalam serta ke perifer, menyebabkan deformasi dan
aktinomisetes yang normalnya ditemukan di dalam tanah hilangnya lungsi.
melalui inokulasi traumatik. Gambaran klinis misetoma Pada kasus yang sangat jarang, P boydii dapat
adalah pembengkakan lokal dan sinus yang ber- mengalami penyebaran pada pejamu imunokompromais
hubungan-sering juga berdrainase--mengandun g granul, atau menyebabkan infeksi benda asing (misal, Pacu
yang merupakan mikrokoloni agen yang ditanamkan jantung).
daiam materi jaringan. Suatu aktinomisetoma adalah
misetoma yang disebabkan oleh actinomycetes;
Uj i Laboratorium Diagnosti k
eumisetoma (maduromikosis, kaki Madura) adalah suatu
misetoma yang disebabkan oleh fungi. Perjalanan penyakit Granula dapat didiseksi keluar dari pus atau bahan biopsi
dan gambaran klinis kedua jenis misetoma sama, tetapi untuk pemerilaaan dan biakan pada medium yang sesuai.
aktinomisetoma dapat bersifat iebih invasif, menyebar \Varna, tektur, dan ukuran granula serta adanya hialin
dari jaringan subkutan ke otot di bawahnya. Tentu saja, atau hifa berpigmen (atau bakteri) membantu rnenentukan
pengobatannya berbeda. Misetoma ditemukan di seluruh agen penyebab. Misetoma drainase sering mengalami
dunia, tetapi lebih sering pada golongan kurang mamPu superinfeksi oleh stafilokokus dan streptokokus.
MIKOLOGI KEDOKTERAN 649

Tahel 45-3. Ringkasan mikosis endemikl

Koksidioido, Parakoksidioido'
':mikoiis , Histoplasmosis Blastomikosis ':' :rmikosis; ' '

Etio log i Coccidioides immitis, H istop Iasma ca psu I atu m Blastomyces dermatitidis Paracoccidioides
C posadasii brasiliensis

Ekolog i Tanah Pupuk dari kotoran Tidak diketahui Tidak diketahui


burung dan kelelawar (pinggir sungai?) (tanah?)
(kotoran hewan); tanah
a lka li

Distribusi geografi Daerah sangat tandus Global: endemi di Ohio, Endemik sepanjang Amerika Tengah dan
di Amerika Serikat Missouri, dan lembah lembah sungai Mississippi, Selatan
bagian Barat Daya, sungai Mississippi; Ohio, dan St. Lawrence
Meksiko, Amerika Afrika bagian tengah dan di Amerika Serikat
Serikat dan Tengah (var duboisii) bagian Tenggara

Konidia (<35 oC) Hifa berseptum hialin Hifa berseptum hialin, Hifa berseptum hialin Hialin, hifa berseptum
dan artrokonidia, makrokonidra tuberkulat, dan konidiofora pendek dan konidia globosa
3x6pm 8-'l 6 pm, dan mikrokoni- yang mengandung satu jarang serta klamido-
dia oval kecil, 3-5 pm globosa sampai konidia spora
piriformis, 2-10 pm

Bentuk jaringan Sferul, 10-80 pm atau Ragi oval,2x4pm, Ragi berdinding tebal Ragi pertunasan
lebih besar, mengan- intraselular dalam dengan dasar lebat multipel, 15-30 pm
dung endospora, makrofag biasanya satu kuncup, atau lebih besar
2-4 pm 8-15 pm
lKeempat mikosis sistemik disebabkan oleh {ungi dimorfik dan ditularkan meialui lnhalasi konidia. Dengan pengecualian blastomikosis, terdapat buktl
kuatyang menunjukkan adanya angka infeksi yang tinggi dalam daerah endemik.Sembilan puluh persen atau lebih infeksi terjadi pada orang yang
imunokompeten, dan kebanyakan asimtomatik serta sembuh sendiri. Sampai 90% kasus penyakit simtomatik terjadi pada pria. Koksidioidomikosis dan
histoplasmosis sering terjadi di antara penderita AlD5 di daerah endemik.

Pengobatan koksidioidomikosis dan histoplasmosis terdapat di alam


pada tar-rah kering atau tanah yang bercampur dengan
Penanganan eumisetoma sulit, melibatkan debrideman
kotoran hewan. Agen blastomikosis dan parakok-
atau eksisi bedah dan kemoterapi. P boydii diobati dengan
sidioidomikosis diduga terdapat di alam, tetapi habitatr-rya
nistatin atau mikonazol topikal. Itrakonazol, ketokonazol,
belum diketahui dengan jelas. Masing-masing mikosis
dan bahkan amfoterisin B dapat dianjurkan untuk infetr<si
disebabkan oleh suatu fungi yang bersifat dimorfik oleh
madurella dan flusitosin untuk E jeanselmei. Agen
perubahan suhu dan kebanyakan infeksi muia-mula terjadi
kemoterapi harus diberikan dalam jangka panjang agar
di paru setelah inhalasi masing-masing konidia. I{ar-rya
dapat berpenetrasi ke dalam lesi tersebut secara adekuat.
sedikit infeksi yang menyebabkan penyakit yang dapat
melibatkan penyebaran dari paru ke organ lain. N4ikosis
Epidemiologi & Pengendalian ini tidak ditularkan di antara manusia atau hervan lain,
Organisme yang menghasilkan misetoma terdapat pada kalaupun terjadi, sangat jarang. Tabel 45-3 merangkum
tanah dan tumbuh-tumbuhan. Pekerja pertanian yang dan membandingkan beberapa gambaran dasar mikosis
telanjang kaki sering terpajan. Pembersihan luka secara sistemik atau profunda. Meskipun kebanyakan infeksi
tepat dan pemakaian sepatu adalah tindakan pengendalian simtomatik akibat fungi ini terjadi pada individu
yang tePat. imunokompeten, insiden infeksi juga ineningkat di antara
penderita AIDS dan orang yang tnengalami depresi
imunitas selular.
I MIKOSIS ENDEMIK
COCCIDIOIDES IMMITIS &
(dimorfik)-
Masing-masing dari keempat mikosis sistemik
COCCI D I O I D E5 POSADAS I I
koksidioidomikosis, histoplasmosis, blastomikosis, dan
parakoksidioidomikosis-secara geografis terbatas pada Coccidioides imrrtitis dan C posadasll adaiah kapang tanah
daerah endemik tertentu. Fungi yang menyebabkan yang menyebabkan koksidioidomikosis, yang tidak dapat
BAB 45

&@

Gambar 45-15. Coccidioides immitis. l\: Dalam tanah. Pembentukan dan germinasi artrokonidia (artrospora). B:
Dalam jaringan. Pembentukan sferul dengan endospora.

dibedakan secara fenotipik. Infeksi bersifat endemik di Struktur Antigen


daerah sangat tandus yang berbatas tegas di Amerika
Koksidioidin adalah preparasi antigen kasar yang
Serikat bagian barat daya, Amerika Tbngah, dan Amerika
diekstraksi dari filtrat biakan miselium cair C intmitis.
Selatan. Infeksi biasanya swasirna; jarang terjadi
Sferulin dihasilkan dari filtrat biakan kaldu sferul. Dalam
penyebaran tetapi selalu serius, dan dapat fatal.
dosis standar, kedua antigen menimbulkan reaksi kulit
lambat positif pada orang yang terinfbksi. Antigen dapat
Morfologi & ldentif ikasi jr.rga digunakan dalam berbagai uji serologi untuk
C posadasii akhir-akhir ini dikenal melalui analisis berbasis mengukur antibodi serum terhadap C imtnitis.
DNA sebagai suatu spesies khusus dan sering
menyebabkan koksidioidomikosis. Namun, karena tidak
Patogenesis & Temuan Klinis
dapat dengan mudah diidentifikasi dalam laboratorium
dan karena manifestasi klinisnya sama dengan C immitis Inhalasi artrokonidia menyebablcan infeksi primer yang
atau C posadasii, hanya akan digunakan nama spesies asimtomatik pada 600/o orang. Satu-satllnya tanda infeksi
dahulu yang lebih dikenal dalam bab ini. adalah terbentuknya presipitin serum dan konversi uji
Dalam kebanyakan medium laboratorium, C intmitis kulit rncnjadi positif dalam 2-4 minggr-r. Presipitin akan
menghasilkan koloni sepcrti kapas berwarna putih sampai menrrrun, tetapi uji kulit sering kali tetap positif seumur
kecoklatan. Hifa membentuk rantai artrokonidia hidup. Empat puluh persen lainnya mengalarni penvakit
(artrospora) yang sering berkembang dalam sel alternans seperti influenza swasirna yang ditandai dengan demam,
suatu hifa. Rantai ini mer-rgalarni fragmentasi menjadi malaise, batuk, artralgia, dan nyeri kepala. Kondisi
artrokonidia yang dapat dibawa udara dan sangat resistan tersebut disebut demam lembah, demam lernbah San
terhadap kondisi iingkungan yang buruk. Artrokonidia Joaquin, atau reumatik gurun. Seteiah 1-2 minggu, sekitar
kecil (3 x 6 pm) ini tetap dapat hidup bertatrun-tahun 15olo pasien mengalarni reaksi hipersensitivitas, berupa
dan sangat infeksius. Setelah inhalasi, artrokonidia ruam, eritema nodosum, atau eritema mdltiforme. Pada
menjadi sferis dan besar, membentuk sferul yang pemeriksaan radiografi, pasien secara khas memPer-
mengandung endospora (Gambar 45-15). Sferul dapat lihatkan ader.ropati hilus disertai infiltrat paru, pnetrmonia,
juga dihasilkan di laboratorium melalui penanaman pada efusi pleura, atau nodul. Residu paru terjadi pada sekitar
medium kompleks. 5%, biasanya dalam bentuk nodul solitar atau kavitas
Pada potongan histologi jaringan, sputum, atau berdindir-rg tipis.
spesimen lair-r, sferul bersifat diagnostik untuk C intmitis. Kurang dari 1% orang yang terinfeksi C immitis
Saat matang, sferul mempunyai dinding refraktil ganda mengalami koksidioidomikosis diserninata atau sekunder,
yang tebal dan diameternya dapat mencapai 80 pm. Sferul yang sering melemahkan dan mengancam nyawa. Faktor
menjadi padat dengan endospora (berukuran 2-5 pm). risii<o untuk koksidioidomikosis sistemik termasuk
Akhirnya, dinding mengalami ruptur dan melepaskan hereditas, jenis kelamin, usia, dar.r gangguan kekebalan
endospora yang dapat berkembang menjadi sferul baru. selular. Penyakit ini lebih sering terjadi pada kelompok
MIKOLOGI KEDOKTERAN 651

rasial tertentu. Keiompok ras yang berisiko tersebut B. PEHERIKSAAN MIKRoSKoP


(dalam urutan risiko tertinggi hingga terendah) adalah
Bahan harus diperiksa segar (setelah disentrifugasi,
orang-orang Filipina, Afrika-Amerika, Amerika Asli,
apabiia perlu) untuk sferul tipikal. Pewarnaan calcofluor
Hispanik, din Asla. Terdapat komponen genetik dalam
white atau KC)H akan membantu penemuan sferul dan
reipons imun terhadap C immitis. Pria lebih rentan
endospora. Struktur tersebut sering ditemukan dalam
daripada wanita, dengan pengecuaiian wanita hamil, yang
preparat histologi.
dapat berkaitan dengan perbedaan respons imun atau
efek langsung hormon seks pada fungi. Misal, C immlitis
mempunyai protein pengikat estrogen, dan peningkatan C. BIAKAN
kadar estradiol serta progesteron merangsang pertum-
Biakan pzda agar kapang inhibitorik, agar Sabouraud,
buhannya. Orang yang berusia muda dan tua juga berisiko
atau bagian miring agar darah dapat diinkubasi pada suhu
tinggi. Oieh karena respons imun seiular diperlukan ruangan atau pada 37 aC. Medium dapat disiapkan
untuk resistansi yang adekuat, penderita AIDS dan dengan atau tanpa antibiotik antibakteri dan siklohelaimid
keadaan imunosupresi selular lainnya berisiko untuk
untuk menghambat koutaminasi bakteri atau kapang
mengalami koksidioidomilcosis diseminata.
saprofit. Karena artrokonidia sangat infeksius, biakan
Beberapa individu rnengalami penyakit paru kronik
yang dicurigai diperiksa hanya dalan.r lemari aman hayati.
terapi progresif yang ditandai dengan multiplikasi atau
identifikasi harus ditegakkan dengan deteksi antigen
pembesaran nodul atau kavitas. Penyebaran biasanya akan
spesifik C immitis, inokulasi hewan, atau penggunaan
terjadi dalam setahun setelah infeksi primer. Sferul dan
pemeriksaan DNA spesifik.
endospora menyebar melalui eksrensi langsung atau
hematogen. Sejumlah tempat di luar paru dapat terkena,
tetapi organ yang paling sering terkena adalah kulit, tulang
D. SERoLoGI

dan sendi, serta meninger.rs. Terdapat manifestasi klinis l)aiarrr 2-1t minggtt sctelah infeksi, antibodi IgM terhadap
yang berbeda yang disebabkan oleh infeksi C immitis di koksidioidin dapat dideteksi dengan uji aglutinasi lateks.
setiap daerah tersebut dan daerah lainnya pada tubuh. Antibodi IgG spesifik dideteksi dengan uji imunodifusi
Penyebaran terjadi bila respons imun tidak adekuat (ID) atau fiksasi komplemen (CF). Dengan resolusi
untuk menahan fokus paru. Pada kebanyakan individu, episode primer, antibodi tersebut m€nurun dalam
uji kulit positif menandakan respons imun selular yang biberapa bulan. Sebaliknya, pada koksidioidomikosis
kuat dan perlindungan terhadap infeksi ulang. Nan.run, diserninata, titer antibodi CF terus meningkat. Titer di
apabila individu tersebut menjadi imunokompromais atas 1:32 menunjukkan adanya penyebaran dan
akibat mendapat obat sitotoksik atau akibat penyakit penurunannya selama pengobatan menLlnjukkan
(misal, AIDS), dapat terjadi penyebaran bertahun-tahun perbaikan. Namun, titer CF di bawah i:32 tidak
setelah infeksi primer (penyakit reaktivasi). Kotr<sidioido- menyingkirkan koksidioidomikosis. Tentu sa.ia, hanya
mikosis pada penderita AiDS sering munctrl dalam separuh pasien meningitis koksidioidal yang mengalami
bentuk pneumonitis retikulonodular difus yang secara peningkatan antibodi serum, tetapi kadar antibodi dalam
cepat bersifat fatal. Oleh karena adanya gambaran cairan serebrospinalis biasanya tinggi. Pada penderita
tumpang tindih pada radioiogi antara penyakit tersebut AIDS dengan koksidioidomikosis, uji serologi ini sering
dan pneumonia pneumosistis serta pengobatan berbeda n ega ri f.
untuk dua entitas tersebut, penting untuk menyadari
adanya kemungkinan pneumonia koksidioidal pada
penderita AIDS. Biakan darah sering positif untuk C
E. UJI KULIT
immitis. Uji kulit koksidioidinmencapai indurasi maksirnum
Pada pemeriksaan histoiogi, lesi akibat Coccidioides (diameter >5 mm) antara 24-48 jan: setelah injeksi
mengandung granuloma tipikal dengan sel raksasa dan perkutan 0,1 ml larutan standar. Jika pasien dengan
supurasi yang menyelingi. Diagnosis dapat ditegakkan penyakit diseminata mengalami anergi, uji kulit akan
dengan menemukan sferul dan endospora. Perjalanan negatif, menunjukkan prognosis yang sangat buruk. Dapat
klinis sering ditandai dengan remisi dan relaps. terjadi reaksi silang dengan antigen fungi lain. Sferulin
lebih sensitif daripada koksidioidin dalam mendeteksi
Uji Laboratorium Diagnostik reaktor. Reaksi teriradap uji kulit cend€rung mengalami
pengurangan ukuran dan intensitas bertahun-tahun setelah
A. SPESIMEN
infeksi primer pada orang yang tinggal di area endemik,
Spesimen untuk biakan dapat berupa sputum, eksudat tetapi r,rji kulit mernperlihatkan etek booster. Setelah pulih
dari lesi kutan, cairan spinal, darah, urinc, dan biopsi dari infeksi primer, biasanya terjadi kekebalan terhadap
jaringan. rein feksi.
652 BAB 45

Pengobatan capsulatum dan histoplasmosis, yang dimulai dengan


inhalasi konidia, terjadi di seluruh dunia. Namun,
Pada sebagian besar orang, infek.si primer sirntomatik
insidennya sangat bervariasi dan kebanyakan kasus terjadi
bersifat swasirna dar-r hanya memerlukan pengobatan
di Amerika Serikat. H capsu/atum mendapatkan nama
suportif, meskipun itrakonazol dapat mengurangi gejala.
tersebut dari gambaran sei ragi pada potongan
Namun, pasien yang menderita penyakit berat
histopatologi; namun, baik protozoa maupun saprofit
memerlukan pengobatan dengan amibterisin B intravena.
tersebut tidak mempunyai kapsul.
Regimen ini dapat diikr-rti der.rgan terapi oral itrakonazol
beberapa bulan. Kasr-rs. meningitis koksidioidal diobati
dengln flukonazo] or:rl yarrg rncnrpunlai penerrasi yang
Morfologi & ldentifikasi
baik di sistem saraf pusat; namun, diperlukan pengobatan Pada temperatur kurang dari 37 {'C, isolat prirner F1
jangka panjang dan dapat terjadi relaps. Azol tidak lebih capsulatum sering menghasilkan koloni kapang coklat,
efektif dibandingkan amlloterisin B, tetapi lebih mudah tetapi gambarannya bervariasi. Banyak isolat tumbuh
diberikan dan mempunyai elek samping yang lebih sedikit lambat dan spesimen memerlukan inkubasi selama 1t-12
serta lebih rir-rgan. Emulsi lipid amfoterisin ts yang lebih minggu sebelum terbentuk koloni. I-lialin hila bersepta
baru menjanjikan pemberian dosis yang lebih tinggi rnenghasilkan mikrokonidia (2-5 pm) dan makrokonidia
dengan toksisitas yang lebih kecil. Kadang-kadang berdinding tebal berbentuk sferis yang besar dengan
diperlukan reseksi kavitas paru dengan pembedahan dan penonjolan materi dinding sel pada daerah perifer (8-16
tindakan ini sering bersifat kuratif. pm) (Gambar 45-15). Dalam jaringan atau in uitro pada
medium kava pada suhu 37 ('C, hifa dan konidia berubah
Epidemiologi & Pengobatan menjadi sel ragi kecil, oval (2 x 1+ pm). Dalam jaringan,
ragi khas terlihat dalam makrofag karena I-l capsttldtum
Area yang endemik untuk C immitis adalah daerah sangat
merupal<an parasit intraselular fakultatif (Gambar 45-I7).
tandus, yang menyeruy>ai Louer Sonoran Ltfe Zone. Area
Di laboratorium, dengan strain perkawinan yang tepat,
tersebut mencakup negara bagian di barat daya-rerutama
siklus se ksuaL dapat diperlihatkan, mer-rghasilkan
lembah San Joaquin dan Sacramento di California, daerah
Ajellomyces capsulatus, suatu tcleomorl yang menghasilkan
di sekitar Tucson dan Phoenix di Arizon:r, lembah Rio
askospo ra.
Grand-dan daerah se rlrpa di Amerika 'fengah dan
Selatan. Didaerah tersebut, C immitis dapar diisolasi
Struktur Antigen
dari dan hewan pengerat asli daerah tersebut, dan
tar-rah
kadar reaktivitas uji hulit pada populasi menunjukkar-r Histoplasrnin adalah ar.rtigen filtrat biakan kaldu miselium
bahwa banyak manusia yarrg telah terinfeksi. Tingkat kasar. Setelah infeksi awal, yang bersifat asimtomatik pada
infeksi paling tinggi selama bulan kering di musim panas lebih dari 95% individu, diperoleh uji kulit tipe lambat
dan gugur, saat paling banyak terdapat debu. insiden yang positif terhadap histoplasmin. Antibodi terhadap
infelai dan penyakit yang tinggi dapat terjadi setelah badai ragi dan antigen miseiiurn dapat diukur secara serologis
debu. Selama epidemi koksidioidomikosis di lembah San (iihat Tabel 45-u+).
Joaquin di Cali{ornia pada tahun I99I-I993, kejadian
koksidioidomikosis meningkat iebih dari sepuiuh kali
lipat. Peningkatan presipitasi pada musim semi tahun
tersebut telah dianggap sebagai stimr-rlus dari lingkungan.
Penyakit tidak menuiar dari orang ke orang, tidak
ada bukti peran hewan pengerar yang terir.rfeksi pada
penyebarannya. Beberapa tindakan pengendalian dapat
dilakukan dengan mengurangi debu, mengaspal jalan dan
lapangan terbang, menanam rumpllt atau gandum, dan
menggunakan semprotan minyak.

H ISTOPLASMA CAPS U I-ATU M


Histoplasrna capsulatum adalah saprofit tanah dimorfik
yang menyebabkan histoplasmosis, infeksi mikotik di
paru yang paling sering terjadi pada manusia dan her.van.
Di alam, Il capsulatun rumbuh sebagai kapang
berhubungan dengan tanah dan habitat burung, diperkaya Gambar 45-1 6. Histoplasma capsulatum. Makrokonidia
oleh substrat alkali nitrogen pada kotoran hewan. F1 dan mikrokonidia dalam biakan pada suhu 30 0C.
MIKOLOGI KEDOKTERAN 653

Dapat terjadi ulkus mukokutaneus pada hidung, mulut,


lidah, dan usus. Pada individu tersebut, studi histologi
memperlihatkan area fokus nekrosis dalan.r granuloma
di berbagai organ. Ragi dapat berada dalam rnakrofag di
darah, hati, limpa, dan sumsum tulang.

Uji Laboratori um Diagnosti k


A, SPESIMEN

Spesin-ren biakan termasuk sputum, urinc, kerokan dari


lesi super{isial, aspirar surnsllm tuleng, dan scl dtrl.h brffi
t'oat. Preparat darah, preparat sulnsum tulang, dan
spesimen biopsi dapat diperiksa secara mikroskopis. Pada
histoplasrnosis discminata, biakan sumsum tuiang sering
positif.

B. PEMERIKSAAN MIKROSKoPIK
Sel ovoid kecil dapat diamati daiam makrofag pada
G ambar45-I 7. H i sto p I a sma ca psu I atu m. M a krofa g yan g potongan histologi yang diwarnai dengan pewarnaan fungi
mengandung sel ragi. (misal, perak metenamin Gomori, Schif{:-asam periodik,
atau calco;fluor white) atau pada apusan sumsum tulang
atau darah yang diwarnai Giemsa.
Patogenesis & Temuan Klinis
Setelah inhalasi, konidia tumbr-rh menjadi sel ragi dan C. BIAKAN
ditelan oleh makrofag alvcolar, tempat konidia mampu
Spesirnen dibiakkan dalam medium yang kaya, seperti
bereplikasi. Dalam makrofag, ragi dapat mcnyebar ke
agar darah glukosa sistein pada suhu 37 {)C dan agar
jaringan retikr-rloendotel scperti hati, lirnpa, sumsunr
Salrouraud atau agar kapang inhibitorik pada .suhu 25-
tulang, dan kelenjar getair bening. Rcaksi radang awal
30 0C. Biakan harr-rs diinkubasi minimal selatna 1+ minggu.
menjadi granulomatosa. Pada lebih dari 9570 kasus, I Iarus hati-hati terhad:rp hasil laboratorium jil<a
respons imun selular yang terjadi menyebabkan sekresi
mencurigai histoplasmosis karena metodc biakan darah
sitokin yang mengaktifkan makrofag untuk menghambat
ldrusus, seperti medium kaldu fungi atau sentrifugasi lisis,
pertumbuhan ragi intraselular. Beberapa individu, dapat digunakan untuk meningkatkan penemuan F1
misalnya individu imunokornpeten yang rnenghirup
capsu/attttn.
inokulum berat, mengalami histoplasmosis paru akur,
yaitu sindrom seperti flu s.,vasirna yang ditandai dengan
demam, menggigil, mialgia, nyeri kepala, dan batuk
D. SERoLoGI
nonproduktif. Pada pemeriksaan radiografi, sebagian Llji CF untuk antibodi terhadap histoplasmin atau sel
besar pasien akan memperlihatkan limfadenopati hilus ragi menjadi positif dalam 2-5 minggu setelah infeksi.
dan infiltrat atau nodul paru. Gejala tersebut hilang secara Titer CF mer.ringkat selama penyakit progresif kemudian
spontan tanpa pengobatan dan nodul granulomatosa dalam turun sampai kadar sangat rendah ketika penyakit tidai<
paru atau tempat lain sembuh dcngan kalsifil'asi. aktif. Pada penyakit progresif, titer CF adalah >I:32.
Histoplasmosis paru kronik palir.rg sering terjadi pade C)leh karena dapat terjadi reaksi silang, antibodi rerhadap
pria dan biasanya proses reaktivirsi, munculnya lesi tidak antigen fungi lain diuji secara rutin. Pada uji ID, prcsil.ritin
aktif yang telah diperoleh beberapa tahun sebelumnya. terhadap dua antigen spesifik I{ capsulatunt terdeteksi:
Reaktivasi ini biasanya dicetuskan oleh kerusakan paru Adanya ar-rtibodi terhadap antigen I-I sering menandakan
seperti emfisema. histoplasmosis aktif, senentara antibodi terlradap antigen
Flistopiasmosis diseminata bcrat timbtrl pada M dapat timbul dari uji kr,rlit berulang atau pajanan di
sekelompok kecil individu yang terinfeksi-terutanla nrasa lalu. Salah satuuji paling sensitif adalah radioassay
bayi, orang tua, dan orxng yang mengalami imunosuprcsi, atau inmunoassay enzim untuk antige n II capsttlatunt
termasuk penderita AIDS. Sistem retikuloendotelium dalam sirkulasi. Hampir sernua pasien dengan
t€rutama mudah terkena, berupa terjadinya limfadenopati, histoplasmosis diseminata menunjukkan uji positif untuk
pembesaran limpa dan hati, demam tinggi, anemia, dan antigen dalam serum atau urine; kadar antigen turun
angka mortalitas yang tinggi tanpa pengobatan antifungi. setelah pengobatan yang sukses dan timbul kembali saat
654 BAB 45

Tabel 45-4. Ringkasan uji serologi untuk antibodi terhadap patogen fungi dimorf ik sistemik.

Koksid ioid om ikosis lnfeksi primer awal; Tidak ada


90% kasus positif

CF Titer >1:32 = penyakit Titer menunjukkan Jarang bereaksi silang


sekunder keparahan (kecuali dengan histoplasmin
pada penyakit
mening)

ID c >90% kasus positif, Lebih spesifik daripada


yaitu pita F atau HL uji CF
(atau keduanya)

ll istoplasmosis CF H <84% kasus poasitif Perubahan titer Reaksi silang pada pasien
(titer >1:8) empat kali lipat blastomikosis, kripto
kokosis, aspergilosis; titer
dapat disokong uji kulit
dengan histoplasmin

CF <94% kasus positif Perubahan titer Reaktivitas silang kurang


(titer >1:B) empat kali lipat daripada dengan
histoplasm in

ID >85% kasus positif, Hilangnya h Uji kulit dengan histo-


yaitu pita m atau plasmin dapat meningkat-
mdanh kan jumlah pita m; lebih
spesifik daripada uji CF

Blastomikosis CF By <50% kasus positif; Perubahan titer Reaktif silang tinggi


reaksi hanya terhadap empat kali lipat
antigen homolog saja
bersifat diagnostik

ID Bcf <80% kasus positif, Hilangnya pita A Lebih spesifik dan sensitii
yaitu pita ,A daripada uji CF

EIA <90% kasus positif Perubahan titer Spesifisitas 92%


(titer >1:16)

Pa rakoksid ioido- CF 80-95o/o kasus positi{ Perubahan titer Beberapa reaksi silang
mikosis (titer >1:8) empat kali !ipat pada titer rendah dengan
serum aspergilosis dan
ka nd id iasis

ID 98% kasus positif Hilangnya pita Pita 3 dan pita m


(pita 1, 2, 3) (terhadap h istoplasmin)
identik

'Uji: CF, fiksasi komplemen; lD, imunodifusi; TP, preslpitin tabung; ElA, immunoassay enzim'
,Antigen: C, koksidioidin; H, histoplasmin; Y, sel ragi H capsulatum; By, sel-sel ragi B dermatitidrs; Bcf, filtrat biakan sel ragi B dermatitidis; A, antigen
AB dermatitidis; P, f iltrat biakan sel ragi P brasitiensls. Pada uji imunodif usi, antiboditerdeteksi terhadap antigen spesifik spesies berikut ini: C immitis,
F, HL; H capsulatum, m dan h; B dermatitidis, A; dan P brasiliensis, 1,2, dan 3.
sperubahan empat kali lipat pada titer f iksasi komplemen (misal, penurunan dari 1:32 menjadi 1:8) dianggap signi{ikan, sebagaimana hilangnya antibodi
imunodi{usi spesif ik (yaitu, me njadi negatif).
MIKOLOGI KEDOKTERAN 655

relaps. tValaupun terjadi reaksi siiang dengan mikosis awal masa dewasa. Banyak penduduk akan mengalami
lain, uji untuk antigen ini iebih sensitif daripada uji kalsifikasi miliar di paru. Histoplasmosis tidak menuiar
antibodi konvensional pada penderita AIDS dengan dari orang ke orang. Penyemprotan formaldehid pada
histoplasmosis. tanah yang terinfeksi dapat membasmi H capsulatwm.
Di Afrika, selain patogen yang lazim, terdapat varian
E. UJI KULIT yang stabil, H capsulatum var duboisii, yang menyebabkan
histoplasmosis Afrika. Bentuk tersebut berbeda dengan
Uji kulit histoplasmin menjadi positifsegera setelah infeksi penyakit biasa; bentuk tersebut menyebabkan bagian paru
dan tetap positif selama bertahun-tahun. Uji tersebut dapat yang terkena lebih sedikit dan lebih banyak lesi pada
menjadi negatif pada histoplasmosis diseminata progresif. kulit dan tulang dengan sel raksasa dalam jumlah besar
Uji kulit berulang merangsang antibodi serum pada yang mengandung ragi, berbentuk lebih besar dan lebih
individu yang sensirif, yang mengganggu interpretasi sferis.
diagnostik uji serologi.

lmunitas B LASTO MY CES D E RM AT ITI D I S

Setelah infeksi awal, sebagian besar orang tampak Blastomyces dermatitidis adalah fungi yang bersifat
memiliki kekebalan dengan berbagai derajat. Imuno- dimorfik sesuai perubahan suhu yang tumbuh sebagai
supresi dapat menyebabkan reaktivasi dan penyebaran kapang pada biakan, menghasilkan hialin, hifa bersepta
penyakit. Penderita AIDS dapat mengalami histo- yang bercabang dan konidia. Pada suhu 37 0C atau dalam
plasmosis diseminata bila terjadi reaktivasi atau infeksi pejamu, spesies tersebut berubah menjadi sel ragi runas
baru. tunggal yang besar (Gambar 45-18). B dermatitidis
menyebabkan blastomikosis, suatu infeksi kronik dengan
lesi granulomatosa dan supuratif yang bermula di paru,
Pengobatan
dari tempat ini penyebaran dapat terjadi ke setiap organ,
Histoplasmosis paru akut ditangani dengan pengobatan tetapi terutama kulit dan tulang. Penyakit disebut
suportif dan istirahat. Itrakonazol adalah pengobatan blastomikosis Amerika Selatan karena penyakit ini
untuk infeksi ringan sampai sedang. Pada penyakit endemik dan sebagian besar kasus terjadi di Amerika
diseminata, pengobatan sistemik dengan amfoterisin B Serikat dan Kanada. Meskipun prevalensi penyakit ini
sering bersifat kuratif meskipun pasien mungkin tinggi di Amerika Utara, blastomikosis telah ditemukan
memerlukan pengobatan lama dan pemantauan terjadinya di Afrika, Amerika Selatan, dan Asia. Blastomikosis
kekambuhan. Penderita AIDS akan mengalami relaps bersifat endemik untuk manusia dan anjing di Amerika
secara khas walaupun telah diberikan pengobatan yang Serikat bagian timur.
bersifat kuratif pada pasien lain. Oleh karena itu, penderita
AIDS me merlukan pe ngobatan rumatan dengan Morfologi & ldentif ikasi
i rrakonazol.
Bila ,B dermatitidis tumbuh pada agar Sabouraud pada
suhu ruangan, timbul koloni berwarna putih atau
Epidemiologi & Pengendalian kecoklatan, dengan hifa bercabang yang mengandung
Insiden histoplasmosis paling tinggi di Amerika Serikat, konidia piriformis, ovoid, atau sferis (diameter 3-5pm)
yang merupakan daerah endemik meliputi negara bagian pada konidiofora lateral atau terminal yang ramping.
tengah dan timur dan terutama Lembah Sungai Ohio Dapat juga dihasilkan klamidospora yang lebih besar (7-
dan sebagian l.embah Sungai Mississippi. Sejumlah wabah 18 pm). Dalam jaringan atau biaka"n pada suhu 370 C, B
histoplasmosis akut disebabkan oleh pajanan banyak orang dermatitidis tumbuh sebagai ragi sferis, berinti banyak
dengan inokulum konidia yang besar. Keadaan tersebut dengan dinding tebal (8- 15 prm) yang biasanya
terjadi bila habitat alami H capsulatum terganggu, yaitu, menghasilkan satu tunas. Tunas dan induk ragi saling
tanah yang bercampur kotoran burung (misal, tempat melekat dengan dasar yang lebar dan tunas biasanya
bertengger burung jalak, kandang ayam) atau kotoran membesar sampai ukurannya sama dengan induk ragi
kelelawar (gua). Burung tidak terinfeiai, tetapi kotorannya sebelum terlepas. Koloni ragi berkerut, seperti lilin, dan
memberikan kondisi biakan yang baik bagi pertumbuhan lunak.
fungi. Konidia juga menyebar melalui angin dan debu.
Wabah urban histoplasmosis terbesar terjadi di Struktur Antigen
Indianapolis. Ekstrak filtrat biakan B dermatitidis meng,andung
Pada beberapa daerah yang sangat endemik, 80-90% blastomisin, kemungkinan campuran antigen. Seperti
penduduk mempunyai hasil uji kulit yang positif pada suatu reagen uji ku1it, blastomisin tidak memiliki
656 BAB 45

untr-rk menilai infeksi primer yang telah sembuh atau


infcksi subklinis. Gambaran klinis yang paling sering
adalah infiltrat paru yang berhubungan dengan berbagai
gejala yang tidak dapat dibedakan dari infeksi pernapasan
bagian bawah akut lainnya (demam, malaise, keringat
malam, baruk, dan mialgia). Pasien juga sering menderita
pneumonia kronik. Pemeriksaan histologi m€mper-
lihatkan reaksi piogranulomatosa yang jelas dengan
granuloma nonkaseosa dan neutrofil. Bila terjadi
per.ryebaran, sering terjadi lesi kulit pada permukaan yang
terpajan. Lcsi dapat berkembang menjadi granuloma
verukosa yang mengalami ulserasi dengan tepi menonjoi
dan pembentukan parut di tengah. Bagian tepi terisi
mikroabses dan mempunyai tepi miring dan tajam. Juga
terjadi lesi pada tulang, genitalia (prostat, epididimis,
dan testis), serta sistem saraf pusat; tempat lain jarang
terkena. Pada pasien yang mengalami imunosupresi,
termasuk penderita AIDS, dapat mengalami blasto-
mikosis, namun tidak sesering mikosis sistemik lain.

Uji Laboratorium Diagnostik


A. SPESIMEN

Spcsimen terdiri dari spurum, pus, cksudat, urine, dan


biopsi dari lesi.

B. PEHERIKSAAN MIKRoSKoPIK
Gambar 45-18. Blastomyces dermatitidis. A: Dalam Apusan basah spesimen dapat memperlihatkan tunas yang
jaringan atau biakan pada suhu 37 0C. B: Dalam biakan melekat luas pada sel ragi berdinding tebal. Hal ini juga
pada suhu 30 0C pada agar Sabouraud. dapat terlihat jelas pada porongan histologi.

spesifisitas dan sensitivitas. Fasien sering tidak memiliki


C. BIAKAN

atau kehilangan reakrivitas dan reaksi silang positif palsu Koloni biasanya timbul dalam 2 minggu pada agar Sabou-
terjadi pada orang yang terpajan fungi lain. Akibarnya, raud atau agar darah yang diperkaya pada suhu 30 0C.
suwei uji kulit populasi untuk menentr-rkan kadar pajanan Identifikasi spesies ditegakkan dcngan konversi menjadi
belum dapat dilakukan. Nilai diagnostik blastomisin bentuk ragi setelah penananran pada medium yang kaya
sebagai suatrr antigen pada uji CF juga masih pada suhu 37 0C melalui ekstraksi dan deteksi antigen A
dipertanyakan karer.ra sering terjadi reaksi silang; namun, spesifik B dermatitidis atau dengan probe DNA spesifik.
banyak pasien dengan blastomikosis yang tersebar luas
mempunyai titer CIr tinggi. Uji Il) dengan menggunakan D. SERoLOGI
antiserum referensi yang mcngadsorpsi dapat n-rer.rdeteksi
Seperti ditunjukkan pada Tabel 1+5-1+, an:ibodi dapat
antibodi terhadap antigen B dermatitidis spesifik, yang
diukur dengan uji CF dan ID. Pada EIA, titer antibodi
disebut antigen A. tJji yang lebih dapat dipercaya adalah
yang tinggi terhadap antigen A berkaitan dengan infeksi
immunoassay e nzim untuk antigen A. Motif imunodominan
diseminata atau infeksi paru progresif. Keseluruhan, uji
yang mungkin berperan menimbulkan respon.s imun
serologi untuk diagnosis blastomikosis dan juga untuk
selular protektif merupakan bagian dari permukaan sel
kasus mikosis endemik lainnya.
dan protein yang disekresi (\71-i).

Patogenesis & Gambaran Klinis Pengobatan


Infelai manusia dimulai di paru. Kasus ringan dan dapat Kasus blastomikosis yang berat diobati dengan amfoterisin
swasirna ditemukan, tetapi frekuensinya tidak diketahui B. Pada pasien dengan lesi yang berbatas tegas, pemberian
karena tidak terdapat uji kuLir atau serologi yang adekuat itrakonazol selama 6 bulan sangat efektif.
MIKOLOGI KEDOKTERAN 657

Epidemiologi Uj i Laboratori um Diagnostik


Blastomikosis adalah infeksi yang relatif sering terjadi Pada sputum, elsudat, biopsi, atau bahan lain dari lesi,
pada anjing (dan jarang menyerang hewan lain) di daerah ragi sering tampak pada pemeriksaan mikroskop langsung
endemik. Blastomikosis tidak dapat ditularkan oleh hewan menggunakan KOH aau calcoflttor tuhite. Biakan pada
atau manusia. Tidak seperti C immitis dan H capsularum, agar ekstrak iagi atau agar Sabouraud diinkubasi pada
B dermatitidis jarang (dan tidak dapat direproduksi) suhu ruangan dan dipastikan melalui konversi menjadi
diisolasi dari lingkungan sehingga habitat alaminya tidak bentuk ragi pada pertumbuhan in uitro pada suhu 36 0C.
diketahui. Namun, kejadian beberapa wabah kecil telah Uji serologi paling berguna untuk diagnosis. Antibodi
menghubungkan B dermatitidis dengan tepi sungai terhadap parakoksidioidin dapat dir.rkur dengan uji CF
pedesaan. atau ID (Tabe| 4J-t+). Orang sehat di daerah endemik
tidak mempunyai antibodi terhadap P brasiliensis. Pada
PARACO CCI D I O I D ES B RAS I LI EN S I S pasien, titer cenderung berkorelasi dengan keparahan
penyaki t.
Paracoccidioides brasiliensis adalah agen fungi parakok-
sidioidomikosis yang sesuai perubahan suhu bersifat Pengobatan
dimorfik (blastomikosis Amerika Selatan), yang
berbatasan dengan daerah endemik di Amerika Tengah Itrakonazol tampak paling efektif melawan parakok-
dan Selatan. sidioidomikosis, tetapi ketokonazol dan trimetoprim-
sulfametoksasol juga efektif. Penyakit berat dapat diobati
Morfologi & ldentif ikasi dengan amfoterisin B.

Biakan bentuk kapang P brasiliensis tumbuh sangat iambat Epidemiologi


dan menghasilkan klamidospora se rta konidia.
Gambarannya tidak jelas. Pada suhu 36 0C, di medium Parakoksidioidomikosis terutanla terjadi di daerah
yang kaya, kapang tersebut membentuk banyak sei ragi pinggiran Amerika Latin, khususnya di antara para
tunas yang besar (sampai 30 pm). Ragi lebih besar dan petani. Manifestasi penyakit jauh lebih sering terjadi pada
mempunyai dinding lebih tipis daripada B dermatitidis. pria daripada wanita, tetapi Frekuensi infeksi dan
Tunas menempel melalui hubungan sempit (Gambar 45- reaktivitas uji kulit sama pada kedua jenis kelamin. Oleh
19). karena P brasiliensis jarang diisolasi dari. alam, habitat
alaminya belum dapat ditentukan. Sama seperti mikosis
Patogenesis & Temuan Klinis endemik iain, parakoksidioidomikosis tidak menular.

P brasiliensis terhirup dan lesi awal terjadi di paru. Setelah


periode tidak aktif yang dapat beriangsung selama
beberapa de kade, granuloma paru men jadi aktif,
I MIKOSIS OPORTUNISTIK
menyebabkan penyakit paru kronik progresif atau Pasien dengan gangguan pertahanan pejamu, rentan
diseminata. Sebagian besar pasien berusia 30-60 tahun, terhadap fungi yang terdapat di mana-mana, terapi orang
dan lebih dari 90o/o pasien adalah pria. Beberapa pasien sehat yang terpajan biasanya resistan. Pada banyak kasus,
(<10%), secara khas berusia kurang dari 30 tahun, tipe fungi dan perjalanan perryakit infeksi mikotik
mengalami infeksi akut atau subakut yang progresif ditentukan oleh keadaan predisposisi pejamu. Sebagai
dengan waktu inkubasi yang lebih singkat. Pada kasus
parakoksidioidomikosis kronik yang biasa, ragi menyebar
dari paru ke organ lain, terutama kulit dan .iaringan
mukokutan, kelenjar getah bening, limpa, hati, adrenal,
dan tempat lain. Banyak pasien datang dengan luka yang
ras.a nyeri di mukosa oral. Histologi biasanya
menunjukkan granuloma dengan perkejuan sentral atau
mikroabses. Ragi sering ditemukan dalam sel ra]<sasa atau
secara langsung dalam eksudat dari lesi mukokutan.
Survei uji kulit telah dilakukan menggunakan ekstrak
antigen, parakoksidioidin, yang dapat bereaksi silang
dengan koksidioidin atau histoplasmin.
Gamhar 45-1 9. Paracoccidioides brasiliensis. Dalam
jaringan atau'biakan pada suhu 37 oC; tunas multipel,
besa r.
558 BAB 45

anggota ltlora mikroba normal, kandida dan ragi serumpun Struktur Antigen
merupakan oportunis endogen. Mikosis oportunistik lain
Penggunaan antiserum teradsorpsi telah menunjukkan dua
disebabkan oleh fungi eksogen yang secara global terdapat
serotipe C albicans: A (mencakup C nopicalis) dan B.
di tanah, air, dan udara. Patogen yang lebih sering akan
Banyak antigen lain yang telah digolongkan, termasuk
dibahas, tetapi insiden dan daftar nama spesies fungi yang
protease yang disekresi, suatu enolase imunodominan,
menyebabkan infeksi mikotik serius pada orang yang
dan protein syok panas.
lemah terus berrnmbah,
Pada penderita AIDS, kerentanan dan insiden mikosis
oportunistik berbanding terbalik dengan jumlah limfosit
Patogenesis & Patologi
CD4. Kandidiasis superfisial (kutan atau mukosa) terjadi melalui
peningkatan jumlah kandida lokal dan adanya kerusakan
KANDIDA & RAGI SERUMPUN pada kulit atau epitel yang memungkinkan invasi lokal
oleh ragi dan pseudohifa. Kandidiasis sistemik terjadi
Beberapa spesies ragi genus kandida mampu menye- ketika kandida masuk ke aliran darah dan pertahanan
babkan kandidiasis. Spesies tersebut adalah anggota flora
pejamu fagositik tidak adekuat untui< menahan
normal pada ku1it, membran mukosa, dan saluran pertumbuhan dan penyebaran ragi. Dari sirkulasi,
pencernaan. Spesies kandida berkoloni di permukaan kandida dapat menginfeksi ginjal, melekat pada katup
rnukosa setiap manusia selama arau segera setelah lahir, jantung prostetik, atau menimbulkan infeksi kandida
dan selalu ada risiko infeksi endogen. Kandidiasis adalah
hampir di semua tempat (misal, artritis, meningitis,
mikosis sistemik yang paling sering terjadi dan agen yang
endoftalmitis). Histologi lokal lesi kutan atau mukokutan
paling sering ditemukan adalah C albicans, C tropicalis, ditandai dengan reaksi radang yang bervariasi dari abses
C parapsilosis, C glabrata, C guilliermondii, dan C piogenik sampai granuloma kronik. l.esi ini mengandung
dubliniensis. Penggunaan flukonazol yang meluas telah banyak sel ragi tunas dan pseudohifa. Bertambahnya
mencetuskan timbulnya spesies yang lebih resistan kandida dalam jumlah besar di daiam saluran cerna sering
terhadap azol misal, C hrusei dan C lusitaniae.
terjadi setelah pemberian antibiotik antibakteri secara
oral dan ragi dapat masuk ke dalam sirkulasi dengan
Morfologi & ldentifikasi melewati mukosa usus.
Pada biakan atau jaringan, spesies kandida rumbuh
sebagai sel ragi tunas, berbentuk oval (berukuran 3-6 pm). Temuan Klinis
Spesies tersebut juga membentuk pseudohifa ke tika tunas A. KANDIDIASIS PADA KUTAN DAN MUKoSA
terus tumbuh tetapi gagal lepas, menghasilkan ranrai se1
memanjang yang menyempit atau mengerur pada sepra Faktor risiko yang terkait dengan kandidiasis superfisial
di antara sel (Gambar 45-20). C albicans bersifat dimorfik; antara lain AIDS, kehamilan, diabetes, usia muda atau
selain ragi dan pseudohifa, spesies tersebut juga dapat tua, pil KB, dan trauma (luka bakar, maserasi kuht). Thrush
menghasilkan hifa sejati. Pada medium agar atau dalam oral dapat terjadi di lidah, bibir, gusi, atau palatum. Tiush
24 jam pada suhu 37 ')C atau suhu ruangan, spesies oral merupakan lesi pseudomembran berwarna keputihan
kandida menghasilkan koloni lunak berwarna krem berbentuk bercak sampai konfluen yang terdiri dari sel
dengan bau seperti ragi. Pseudohifa tampak sebagai epitel, ragi, dan pseudohifa. Thrush oral terjadi pada
pertumbuhan yang terendam di bawah permukaan agar. sebagian besar pengidap AIDS. Faktor risiko lain meliputi
Dua uji morfologi yang sederhana dapat membedakan C pengobatan dengan kortikosteroid atau antibiotik, kadar
albicans, patogen yang paling sering diremukan, dari glukosa tinggi, dan imunodefisiensi selular. Invasi ragi
spesies kandida lain: Setelah inkubasi dalam serum selama ke mukosa vagina menyebabkan vulvovaginitis, yang
sekitar 90 menit pada suhu 37 0C, sel ragi C albicans ditandai dengan iritasi, pruritus, dan duh vagina. Keadaan
'tersebut
akan mulai membentuk hifa sejati atau tubulus germinal sering didahului oleh faktor seperti diabetes,
(Gambar 45-20), dan pada medium yang kurang kehamilan atau obat antibakteri yang mengubah flora
nutrisinya, C albicans menghasilkan klamidospora sferis mikroba, keasaman lokal, atau sekresi. Bentuk kandidiasis
yang besar. Uji asimilasi dan fermentasi gula dapat kutan yang lain mencakup invasi ke kulit. Keadaan ini
digunakan untuk mempe rkuat ide ntifikasi dan terjadi bila kulit menjadi iemah akibat trauma, luka
menentukan spesies isolat kandida yang lebih sering, bakar, atau maserasi. Infeksi intertriginosa terjadi di
seperti C tropicalis, Cparapsilosis, Cguilliermondii, C kefyr, bagian tubuh yang lembab dan hangat seperti aksila,
C krusei, dan C lusitaniae; C glabrala merupakan spesies lipatan paha, dan lipatan inframamari atau intergluteal;
yang unik di antara patogen lain karena hanya paling sering terjadi pada orang gemuk dan penderita
menghasilkan sel ragi dan tidak mempunyai bentuk diabetes. Daerah yang terinfeksi menjadi merah dan
pseudohifa. lembab serta dapat timbul vesikel. Daerah interdigital
MIKOLOGIKEDOKTERAN 559

pada jari dapat terkena setelah perendaman dalam air


secara terus menerus dalam waktu lama; paling sering
terjadi pada pembuat rumah, pelayan bar, tukang masak,
dan orang yang menangani sayur serta ikan. Ir.rvasi
kandida ke kuku dan sekitar lempeng kukr-r menycbabkan
onikomikosis, suatu pembengkakan eritematosa pada
lipatan kuku dan terasa sangat nyeri, menyerupai
paronikia piogenik, yang pada akhirnya akan meng-
hancurkan kuku.

B. KANDIDIASIS SISTEMIK

Kandidemia dapat disebabkan oleh kateter yang terPasang


te rus-mene rus, pembedahan, penyalahgunaan obat
intravena, aspirasi, atau kerusakan pada kulit atau saluran
cerna. Pada sebagian besar pasien dengar-r pertahanan
pejamu normal, ragi dapat dieliminasi dan kandidemia
bersifat transien. Namun, pasien dengan gangguan
pertahanan {agosit dapat mengalami lesi samar di rnana-
lnana, terutalna di ginjal, kulit (lesi makulonodr'rlar), mata,
jantung, dan meninges. Kandidiasis sistemik paling sering
disebabkan oleh pemberian kronik kortikosteroid atau
agen imunosupresif lainnya; penyakit hematologi seperti
leukemia, lirnfoma, dan anemia aplastik; atau penyakit
granulomatosa kronik. Endokarditis kandida sering
disebabkan oleh pengendapan dan pertumbuhan ragi serta
pseudohifa pada katup jantung prostetik atau tumbuh-
tumbuhan. Infeksi ginjal biasanya merupakan manifestasi
sistemik sedangkan infeksi saluran kemih sering
disebabkan oleh kateter Foley, diabetes, kehamilan, dan
antibiotik antibakteri.

C. KANDIDIASIS MUKoKUTAN KRONIK

ini nrempunyai arvitan


Sebagian besar bentuk penyakit
pada masa kanak-kanak dini, disebabkan oleh
imunodefisiensi selular dan endokrinopati, dan
menyebabkan infeksi superfisial kronik yang merusak
satu atalr semua daerah kulit atar-r mukosa.

Uji Laboratorium Diagnostik


A. SPESTMEN

Spesimen berupa aptisan dan kerokan dari lesi superfisial,


darah, cairan spinal, biopsi jaringan, urine, eksudat, dan
bahan dari kateter intravena yang telah dicabut.

B. PEMERIKSAAN MIKRoSKOPIK

Biopsi jaringan, cairan spinal yang disentrifugasi, dan


Gambar 45-20. Candida albicans. A: Sel ragi (blasto-
spesimen lain dapat diperiksa pada apusan yang diberi
konidia) dan pseudohifa dalam eksudat. B: Blastokonidia,
pewarnaan Gram untuk mencari pseudohifa dan sel-sel
pseudohifa, dan klamidokonidia (klamidospora) dalam
tunas. Kerokan kuiit atau kuku pertama-tama ditempatkan
biakan pada suhu 30 0C. C: Ragi 'membentuk tubulus
germinal ketika ditempatkan dalam serum selama 3 jam dalam tetesan kalium hidroksida (KOH) 10%o atau
pada suhu 37 oC. calcofluor white.
660 BAB 45

C. BIAKAN Sering sulit menegakkan diagnosis kandidiasis sistemik


secaradini*-tanda klinis tidak definitif, dan biakan sering
Semua spesimen dibiakkan pada medium fungi atau
negatif. Lebih lanjut, tidak ada regimen profilaksis yang
bakteriologi pada suhu ruangan atau 37 0C. Koloni ragi
ditetapkan untuk pasien yang berisiko, meskipun
.diperiksa unruk melihat adanya pseudohifa. C albicans
diberikan pengobatan azol atau amfoterisin B dosis rendah
diidentifikasi melalui produksi tubulus germinal atau
untuk jangka pendek sering diindikasikan untuk pasien
klamidospora. Isolat kandida lain ditentukan spesiesnya
imunokompromais yang lemah atau mengalami demam
meialui beberapa reaksi biokimia. Interpretasi biakan
dan tidak berespons terhadap pengobatan antibakteri.
positif bervariasi sesuai spesimen. Biakan positif dari
daerah tubuh yang normalnya steril bersifat signifikan.
Nilai diagnostik biakan urine kuantiratif bergantung pada Epidemiologi & Pengendalian
kebutuhan spesimen dan jumlah ragi. Kateter Foley yang Tindakan pencegahan yang paling penting adalah
terkontaminasi dapat menyebabkan biakan urine "positif menghindari gangguan keseimbangan pada flora mikroba
palsu". Biakan darah positif dapat menunjukkan normal dan pertahanan pejamu intak. Kandidiasis tidak
kandidiasis sistemik atau kandidemia transien yang mcnular karena sebenarnya semlla orang secara normal
disebabkan oleh jalur intravena yang terkontaminasi. sudah mengandung organisme tersebut.
Biakan sputum tidak bernilai karena spesies kandida
merupakan bagian flora oral. Biakan lesi kulit merupakan
cara konfirmasi. CRY PTO COCCU S N EO FO RM AN S
D. SERoLoGI Cry1>tococcus neoform'ans adalah ragi yang ditandai dengan
kapsul polisakarida tebal. Spesies ini terdapat di seiuruh
Pada .umumnya, uji serologi yang tersedia saat ini
dunia dalam alam dan ditemukan dalam jumlah banyak
mempunyai spesifikasi atau sensitivitas yang terbatas.
dalam tinja kering burung merpati. Kriptokokosis
Antibodi serum dan imunitas seluiar timbul pada sebagian
biasanya berkaitan dengan imunosupresi, AIDS, atau
besar orang akibat pajanan seumur hidup terhadap
keganasan tetapi juga dapat ter.iadi pada pejamu yang
kandida. Pada kandidiasis sistemik, titer antibodi terhadap
tampak normal.
berbagai antigen kandida dapat meningkat, tetapi tidak
ada kriteria yang jelas untuk menegakkan diagnosis secara
serologis. Deteksi mannan dinding sel dalam sirkulasi, Morfologi & ldentifikasi
menggunakan uji aglutinasi lateks atau immunoassay enzim,
Dalam biakan, C neoformans menghasilkan koloni mukoid
.iauh lebih spesifik, tempi uji tersebut tidak sensitif karena berwarna keputihan dalam 2-3 hari. Melalui pemeritr<saan
banyak pasien hanya positif sementara atau karena tidak
mikroskopik, pada biakan atau bahan klinis, C neoformans
timbul titer antigen yang signifikan dan dapat terdeteksi
tampak sebagai ragi tunas sferis (diameter 5-10 pm),
hingga penyakit menjadi lanjut.
dikelilingi oleh kapsul tebal (Gambar 45-21). 'lerdapat
beberapa spesies kriptokokus nonpatogen. Anggota genus
lmunitas
diselubungi dan memiliki urease. C neoformans berbeda
Dasar resistansi terhadap kandidiasis bersifat kompleks dari spesies kriptokokus nonpatogen karena dapat
dan tidak sepenuhnya dipahami. Respons imun selular, tun'rbuh pada suhu 37 "C dan menghasilkan fenol oksidase.
tenrtama sel CD4, penting dalam mengendalikan Identifikasi isolat tersebut dapat ditegakkan dengan
kandidiasis mukokutan, dan neutrofil mungkin penting adanya fe nol oksidase atau pola spesifik asimilasi
untuk resistansi terhadap kandidiasis sistemik. karbohidrat. Antiseruin yang diadsorpsi digolongkan
dalam lima serotipe (A-D dan AD) serta tiga varietas-C
Pengobatan neoforrnans var grubii (serotipe A), C neofornlans v^r
Thrush dar.r bentuk kandidiasis mukokutan lainnya neoformans (serotipe D), serta C neoformans var gattii
biasanya diobati dengan nistatin topikal, ketokonazol, (serotipe B atau C)-yang memiliki perbedaan genotipe,
atau flukonazol. Kandidiasis sistemik diobati dengan ekologi, beberapa reaksi biokimia, dan manifestasi klinis.
amfoterisin B, kadang-kadang bersama flusitosin, Serotipe A, D, dan AD tersebar di seluruh dunia, dan
flukonazol, atau caspofungin oral. Pembersihan lesi kutan serotip€ B serta C dihubungkan dengan pohon eukaliptus
dapat dipercepat dengan menghilangkan faktor kontribusi di daerah tropis. Reproduksi scksual dapat dilihat dalam
seperti obat antibakteri atau kelembapan yang berlebih. laboratorium dan keberhasilan adalah berupa pencocokan
Kandidiasis mukokutaneus kronik berespons baik produksi miselia dan basidiospora; teleomorf yang sesuai
terhadap ketokonazol dan azol lain, tetapi pasien pada dua varietas adalah Filobasidiella neoformans var
mempunyai defek genetik dan sering memerlukan neoformans (serotipe A dan D) serta Filobasidiella
pengobatan seumur hidup. Il dan C).
neoformans var bacillispora (serotipe
MIKOLOGI KEDOKTERAN I 661

normal ateu rendah. Pasien dapat mengeluh nyeri kepala,


leher kaku, dan disorientasi. Selain itu, tcrdapat lesi di
kulit, paru, atau organ lain.
Perjalanan meningitis kriptokokus dapat berfluktuasi
dalam waktu lama, tetapi.semua kasus yang tidak diobati
pada akhirnya bersifat fatal. Sekitar 5-8% penderita AIDS
rnengalami meningitis kriptokokus. Infeksi ini tidak
clitularkan dari orang ke orang.

Uji Laboratorium Diagnostik


A. SPESIMEN

Spesimen dapat berupa cairan spinal, jaringan, eksudat,


Gambar 45-21, Cryptococcus neoformans. Preparat sputum, darah, dan urine. Cairan spinal disentrifugasi
cairan spinalis dengan pewarnaan tinta lndia. Terlihat sebelum dilakukan pemeriksaan mikroskopik dan
kapsul besar. biakan.

B. PEMERIKSAAN MIKRoSKoPIK
Struktur Antigen Spesimen diperiksa pada apusan basah, baik secara
langsung rnaupun setelah pencampuran dengan tinta India,
Polisakarida kapsular, tanpa memandang serotipe,
yang menggambarkan kapsul.
mempunyai struktur )zang sama: Poiisakarida merupakan
polimer tak bercabang dan panjang yang terdiri dari
C. BIAKAN
poiimanosa te rkait-cr i,3 diperkuat dengan cabang
monomer terkait B pada xilosa dan asam glukuronat. Koloni muncul dalam beberapa hari pada sebagian besar
Selama infeksi, polisakarida kapsular dilarutkan dalam medium pada temperatur ruangan atau 37 0C. Medium
cairan spinal, serrrm, atau urine dan dapat dideteksi dengan sikloheksimid menghambat C neoformans dan
dengan aglutinasi partikel lateks yang dilapisi antibodi sebaiknya dihindari. Biakan dapat diidentifikasi dengan
terhadap polisakarida. Dengan pengendalian yang tepat, pertumbr,rhan pada 37 0C dan deteksi urease. Selain itu,
uji ini bersifat diagnostik untuk kriptokokosis. Antibodi pada substrat difenolik yang tepat, fenol oksidase (atau
pasien terhadap kapsul juga dapat diukur, tetapi tidak lakase) C neoformans menghasilkan melanin dalam
digunakan dalam diagnosis. dinding sel dan koloni menghasilkan pigmen coklat.

Patogenesis D. SERoLoGI
Uji untuk antigen kapsular dapat dilakukan pada cairan
In{eksi terjadi setelah menghirup sel ragi, yang di alam
serebrospinalis dan serum.Uji aglutinasi preparat lateks
bersifat kering, berkapsul minimal, dan mudah
unruk antigen kriptokokus positif pada 90o/o penderita
diaerolisasi. Infeksi paru prirner dapat asimromatik atau
meningitis kriptokokus. Dengan pengobatan yang efektif,
menyerupai infeksi pernapasan seperti influenza, sering
titer antigen dapat turun-kecuali pada penderita AIDS,
kali sembuh spontan. Pada pasien yang terganggu, ragi
yang sering tetap mempunyai titer antigen tinggi untuk
dapat memperbanyak diri dan menyebar ke bagian tubuh
jangka waktu lama.
lain, tetapi terutama ke. sistem saraf pusat, yang dapat
menyebabkan meningoensefalitis kriptokokus. T'empat
Pengobatan
lain yang sering menjadi tempat penyebaran termasuk
kulit, mata, dan kelenjar prostat. Reaksi radang biasanya Pengobatan kombinasi menggunakan amfoterisin B dan
minimal atau berupa granuloma. flusitosin telah dianggap sebagai pengobatan standar untuk
meningitis kriptokokus, meskipun nranfaat penambahan
Temuan Klinis flusitosin masih kontroversiil. Amfoterisin I3 (dengan atau
tanpa flusitosin) bersifat kuratif pada sebagian besar
Manifestasi klinis utama adalah meningitis kronik dengan pasien. Oleh karena penderita AIDS dengan kripto-
eksaserbasi dan remisi spontan. Meningitis dapat kokosis hampir selalu mengalami kckambuhan bila
menyerupai tumor otak, abses otak, penyakit sistem saraf amfoterisin B dihentikan, mereka memerlukan
pusat degeneratif, atau meningitis mikobakteri atau fungi. pengobatan supresif dengan flukonazol secara terus-
'Iekanan cairan serebrospinalis dan protein dapat
menerus. Flukonazol dapat menembus sistem saraf pusat
meningkat, dan jumlah sel meningkat sedangkan glukosa dengan baik.
662 BAB 45

Epidemiologi & Pengendalian pajanan berikutnya. Pada individu lain, konidia


bergerminasi dan hifa mengolonisasi pohon bronkus
Kotoran burung (terutama burung merpati) menyuburkan
tanpa menginvasi parenkim paru. Fenomena tersebut
pertumbuhan C neoformans dan berperan sebagai merupakan ciri khas aspergilosis bronkopulmonal alergi,
rcservoir infeksi. Organisme ini tumbuh subur pada
yang secara klinis ditandai dengan asma, infiltrat dada
ekskreta burung merpati, tetapi burung tidak terinfei<si.
rekuren, eosinofilia, dan hipersensitivitas uji kulit tipe I
Selain penderita AIDS atau keganasan hematologi, pasien (cepat) dan tipe III (Arthus) terhadap antigen aspergilus.
yang diberikan kortikosteroid secara terus-menerus sangat
Banyak pasien menghasilkan sputum akibat aspergilus
rentan terhadap kriptokokosis.
dan presipitin serum. Mereka mengalami kesulitan
bernapas dan timbul parut yang permanen di paru. Pejamu
ASPERGILOSIS normal yang terpajan konidia dalam jumlah yang sangat
banyak dapat mengalami alveolitis alergi ekstrinsik.
Aspergilosis adalah suatu spektrum penyakit yang dapat
disebabkan oleh sejumlah spesies aspergilus. Aspergilus
.lp. adalah saprofit yang terdapat di mana-mana di alam B. ASPERGILOHA DAN KOLONISASI EKSTRAPULMONAL
dan aspergilosis terdapat di seluruh dunia. I furniganu
Aspergiloma terjadi ketika konidia yang terhirup masuk
adalah patogen manusia tersering, tetapi banyak spesies
ke dalam kavitas yang sudah terbentuk, bergerminasi,
Iainnya, termasuk A flauus, A nigen dan A terreus, dapar
dan menghasilkan banyak hifa dalan"r ruang paru abnormal.
menyebabkan penyakit. Kapang ini menghasilkan banyak
Pasien yang telah menderita penyakit kavitas sebelumnya
konidia kecil yang mudah diaerosol. Setelah menghirup (rnisai, tuberkulosis, sarkoidosis, emfisema) berisiko
konidia tersebut, orang yang atopik sering mengaiami
terkena penyakit ini. Beberapa pasien asimtomatik; yang
reaksi alergi berat terhadap antigen konidia. Pada pasien
iain mengalami batuk, dispnea, penurunan berat badan,
imunokompromais-terutama penderita leukemia, lelah, dan hemoptisis. Kasus aspergiloma jarang bersifat
pasien transplantasi sumsum tulang, dan orang yang
invasif. Infeksi lokai noninvasif (kolonisasi) oleh spesies
mendapat kortikosteroid-konidia dapat bergerminasi
aspergilus dapat mengenai sinus nasalis, saluran telinga,
untuk menghasilkan hifa yang dapat menginvasi paru dan
kornea, atau kuku.
jaringan lain.

Morfologi & ldentifikasi C. ASPERGILoSIS INVASIF

Aspergilus .lp. tumbuh secara cepat, menghasilkan hifa Setelah terhirup dan terjadi germinasi konidia, penyakit
aerial dengan ciri struktur konidia yang khas: konidiofora invasif berkembang rnenjadi proses pneumonia akut
panjang dengan vesikel terminai yang fialidnya dengan atau tanpa penyebaran. Pasien yang berisiko
menghasilkan rantai konidia yang bertumbuh secara adalah mereka yang menderita leukemia mielogenosa atau
basipetal (Garnbar t+5-9). Spesies diide ntifikasi limfositik dan limfoma, penerima transplantasi sumsum
berdasarkan perbedaan morfologi struktur, termasuk tulang, dan terutama mereka yang minum kortikosteroid.
ukuran, bentuk, tekstur, dan warna konidia. Gejala antara lain demam, batuk, dispnea, dan hemoptisis.
Hifa menginvasi lumen dan dinding pembuluh darah,
Patogenesis menyebabkan trombosis, infark, dan nekrosis. Dari paru,
penyakit ini dapat
menyebar ke saluran cerna, ginjal,
Pada paru, makrofag alveolar mampu menelan dan hati, otak, atau organ lain, menimbulkan abses dan lesi
menghancurkan konidia. Namun, makrofag dari hewan nekrotik, Tanpa pengobatan yang cepat, prognosis untuk
yang diobati kortikosteroid atau pasien imunokompromais pasien yang menderita aspergilos.is invasif sangat buruk.
mengalami penurunan kemampuan untuk mengandung Individu dengan penyakit dasar yang tidak terlalu
inokulum. Dalam paru, konidia me mbe sar dan mengganggu dapat mengalami aspergilosis pulmonal
bergerminasi menghasilkan hifa yang cenderung nekrotikans kronik, yang merupakan penyakit yang lebih
menginvasi kavitas yang sudah ada (aspergiloma atau bola ringan.
fungi) atau pembuluh darah.
Uji Diagnostik Laboratorium
Temuan Klinis
A, BENTUK ALERGI A, SPESIMEN

Pada beberapa individu yang atopik, pembentukan Sputum, spesimen saluran pernapasan lain, dan biopsi
antibodi IgE terhadap antigen permukaan konidia jaringan paru merupakan spesimen yang baik. Sampel
aspergilus menghasilkan reaksi asmatik segera pada darah jarang positif.
MIKOLOGI KEDOKTERAN 663

B, PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK Cunninghamella, dan Mucor. Keadaan yang menyebabkan


pasien rnenjadi berisiko antara lain asidosis---terutama
Pada pemeriksaan sputum langsung dengan KOH atau
yang, disebabkan oleh diabe tes melitus-- leukemia,
calcofluor white atau potongan histologi, hifa Aspergihrs
iimfoma, penqobatan kortikosteroid, luka bakar berat,
.lp..mempunyai lebar yang sama (sekitar 4 pm), hialin,
imunodefisiensi, ci:rn penyakit lain yang melemahkan serta
bcrsepta dan bercabang secara dikotom.
dialisis dengan agen kclasi besi deferoksamin.
C. BIAKAN
Gambaran klinis utama adalah mukormikosis
rinoserebral, berasal dari gcrminasi sporangiospora dalam
Aspergilus.Sp. tumbuh dalam beberapa hari pada sebagian saluran hidung dan invasi hifa ke dalam pembuluh darah,
besar medium pada suhu ruangan. Spesies diidentifikasi yang menyebabkan trombosis, infark, dan nekrosis.
berdasarkan morlologi struktur konidia. Penyakit dapat berkembang secara cepat dengan
menginvasi sinus, mata, tulang tengkorak, dan otak.
D. SEROLoGI Pembuluh darah dan saraf menjadi rusak, dan pasien
mengalami edema di area wajah yang terkena, eksudat
Uji ID untuk presipitin terhadap A fumiganu positif pada darah dari hidung, dan selulitis orbita. Mukorn'rikosis
lebih dari 80% penderita aspergiloma atau aspergilosis toraks setelah menghirup sporangiospora dengan invasi
bentuk alergi, tetapi uji antibodi ticiak membantu dalam parenkim dan pembuluh darah paru. Pada kedua lokasi,
diagnosis aspergilosis invasif. Namun, uji serologi untuk nekrosis iskemik menyebabkan destruksi jaringan rnasif.
galaktomanan dinding sel yang bersirkulasi bersifar Pada kasus yang lebih jarang, proses tersebut disebabkan
diagnostik. oleh pembalutan luka yang terkontaminasi dan situasi
lainnya.
Pengobatan Pemeriksaan langsung atau biakan sekret hidung,
Aspergiloma diobati dengan itrakonazoi atau amfoterisin jaringan, atau sputum akan memperlihatkan hifa lebar
B dan pembedahan. Aspergilosis invasif memeriukan (10- I 5 pm) dengan ketebalan yang tidak sama,
pemberian cepat formula alami atau lipid amfoterisin B percabangan yang tidak teratur, dan septa yang jarang.
atau voriconazol, sering ditambahkan imunoterapi Fungi tersebut tumbuh secar? cepat pada medium
sitokin. Penyakit paru nekrotikan kronik yang lebih ringan laboratorium, menghasilkan banyak koloni seperti kapas.
dapat diobati dengan vorikonazol atau itrakonazol. Identifikasi berdasarkan struktur sporangium. Pengobatan
Aspergilosis bentuk alergi diobati dengan kortikosteroid terdiri dari debrideman bedah agresif, pemberian cepat
atau dinatrium kromoglikat. amfoterisin B, dan pengendalian penyakit yang mendasari.
Banyak pasien bertahan hidup, tetapi mungkin masih
Epidemiologi & Pengendalian terdapat gejala sisa seperti paralisis wajah parsial atau
hilangnya penglihatan.
Untuk individr-r yang berisiko menderita penyakit alergi
atau aspergilosis invasif, usaha yang harus dilakukan
adalah menghindari pajanan terhadap konidia spesies PNEUMOCYSTIS JIROVECI
aspergilus. Kebanyakan unit transplantasi sumsum tulang Pneumocystis jiroueci menyebabkan pneumonia pada
menggunakan sistem pendingin berfilter, mengawasi pasien imunokompromais; jarang terjadi penyebaran.
kontaminan melalui udara pada ruangan pasien, Sampai saat ini, P jiroueci dianggap sebagai protozoa,
mengurangi kunjungan, dan beberapa tindakan lain untuk tetapi studi biologi molekular membuktikan bahwa
mengisolasi pasien dan meminimalkan risiko pasien spesies tersebut merupakan suatu fungi yang berhubungan
terpajan terhadap konidia aspergilus dan kapang lain. erar dengan Ascomltcetes. Pneumocystis.!p. terdapat di paru
Beberapa pasien yang berisiko unruk aspergilosis invasif berbagai hewan (tikus, mencit, anjing, kucing, musang,
diberikan profilaksis amfoterisin B atau itrakonazol dalam kelinci), tetapi jarang menyebabkan penyakit kecuali jika
dosis rendah. pejamu mengalami imunosupresi . P jiuoreci adalah spesies
pada manusia dan P carinii yang lebih dikenal hanya
ditemukan pada tikus. Sampai terjadi epidemi AIDS,
MUKORMIKOSIS
penyakit manusia terbatas pada pneumonitis sel plasma
Mukormikosis (zigomikosis) adalah mikosis oportunistik interstisial pada bayi malnutrisi dan pasien yang
yang disebabkan oleh sejumlah kapang yang digolongkan mengalami imunosupresi (pengobatan kortikosteroid,
dalam ordo Mucorales kelas Zygomycetes. Fungi tersebut pengobatan antineoplastik, dan resipien transplantasi).
adalah saprofit tahan panas yang terdapat di mana-mana. Sebelum diketahui regimen kemoprofilaktik yang efektil
Patogen yang penting di kelompok fungi ini adalah spesies spesies tersebut merupakan penyebab utama kematian
genus Rhizopzs (Gambar 45-4), Rhizomucor, Absidia, di antara penderita AIDS. Kemoprofilaksis menyebabkan
664 BAB 45

penurunan insiden pneumonia secara dramatik, tetapi alam dan menghasilkan spora di udara. Mikosis
insiden infeksi meningkat pada organ lain, terutama oportunistik tersebut kurang sering terjadi dibandingkan
limpa, kelenjar getah bening, dan sumsum tulang. kandidiasis, aspergilosis, dan mukortnikosis karena fungi
P jiroueci mempunyai bentuk berbeda secara bersifat kurang patogen. Kemajuan bidang kedokteran
morfologis: trofozoit berdinding tipis dan kista yang menyebabkan meningkatnya jumlah penderita imuno-
berdinding tebal, berbentuk sferis sampai elips (z+-6 Um;, kompromais; pada keadaan normal fungi nonpatogen
dan memiliki empat sampai delapan nukleus. Kista dapat dapat menjadi patogen oportunistik pada pasien tersebut.
diwarnai dengan pe'warnaan perak, biru toluidin, dan Infeksi sistemik yang menghancurkan disebabkan oleh
calcofluor white. Pada sebagian besar spesimen klinis, spesies Fusarium, Paecilomyces, Bipolaris, Curuularia,
trofozoit dan kista terbentuk massa padat yang mungkin Alternaria, dan lain-lain. Beberapa oportunis terbatas
menggambarkan cara pertumbuhannya dalam pejamu. P secara geografis. Misal, penderita AIDS di Asia
jiroueci mengandung glikoprotein permukaan yang dapat rnendapatkan infeksi sistemik oleh Peni i llium marneffei,
c

dideteksi dalam serum individu normal atau sakir akut. patogen dimorfik yang endemik di daerah tersebut.
P jiroueci adalah patogen ekstraselular. Pertumbuhan Faktor kontribusi lain adalah peningkatan penggunaan
dalam paru terbatas pada lapisan surfaktan di atas epitel antibiotik antifungi yang menyebabkan scleksi strain dan
alve olus. Pada penderita non-AIDS, infiltrasi ruang spcsies fr-rngi yang resistan.
alveolar oleh sel plasrna menyebabkan pner-rmonitis sel
plasma interstisial. Sei plasma ddak ada pada pneumonia

.
pneumocystis akibat AIDS. Hambatan pertukaran
oksigen menyebabkan sianosis.
I HIPERSENSITIVITAS
Untuk menegakkan diagnosis pneumonia pneumo- TERHADAP FUNGI
sistis, spesimen lavase bror.rkoalveolar, jaringan biopsi Sepanjang hidup, saluran napas terpajan konidia mclalui
paru, atau sputum yang diinduksi diwarnai dan diperiksa udara dan spora dari berbagai fungi saprofit. Partikel ini
apakah ada kista atau trofozoit. Pewlrnaan yang tepat biasanya memiliki antigen permukaan poten yang mampu
adalah Giemsa, biru toluidin, perak metenamin, dan menstimulasi dan menimbulkan reaksi alcrgi kuat.
calcofluor white. Antrbodi monoklonal spesifik tersedia Respons hipersensitivitas tersebut tidak mernerlukan
untuk pemeriksaan fluoresen langsung terhadap spesimen. pertumbuhan atau bahkan viabilitas fungi penginduksi
Pneumosistis tidak dapat dibiakkan. Uji serologi telah meskipun pada beberapa kasus (aspergilosis bronko-
digunakan untuk menegakkan prevalensi infeksi walaupun
pulmonal alergi) baik infeksi maupun alergi dapat terjadi
tidak berguna secara klinis. secara bersamaan. Bergantung pada lokasi penimbunan
Bila tidak ada keadaan imunosupresi, P jiroueci tidak alergen, pasien dapat menderita rinitis, asma bronkial,
menyebabkan penyakit. Bukti serologi menunjukkan bah-
alveolitis, atau pneumonitis generalisata. Individu yang
wa sebagian besar individu terinfeksi pada masa kanak- atopik le bih rentan. Diagnosis dan rentang re aksi
kanak dini dan organisme tersebar luas di seluruh dunia. hipersensitivitas pasien dapat ditentukan dengalr
Imunitas selular agaknya mernpunyai peran dominan pada
pemeriksaan kulit menggunakau ekstrak {'ungi.
resistansi terhadap penyakit karena penderita AIDS sering
Penanganannya dapat berupa penghindaran alergcn
mempunyai titer antibodi yang signifikan dan pneumonia pengganggu, pengobatan dengan kortikosteroid, atau
pneumosistis biasanya tidak terlihat sampai jumlah usaha untuk desensitisasi pasicn.
limfosit CD4 turun di bawah 4}Alp,l. Pajanan udara dalam ruangan tcrhadap sejumlah besar
Kasus pneumonia pneumocystis akut diobati dengar.r
spora fungi menyebabkan suatu keadairn yang disebut
trimetoprim-sulfametoksazol atau pentamidin isetionat. " sicb building syndrome" yang me nyebabkan kelembapan
Profilaksis dapat dilakukan dengan TMP-SMZ atau pada bahan bangunan, seperti kayu dan papan serat,
pentamidin aerosol setiap hari. Juga tersedia obat-obat memungkinkan kapang pengontaminasi bertumbuh
Iain. subur. Produksi dan kontaminasi udara dalam ruangan
Belum ditemukan adanya reservoir alami dan agen oleh konidia dalam jurnlah besar telah menyebabkan
mungkin merupakan anggota obligat flora normal. Orang kasus yang melemahkan pada alergi sistemik atau reaksi
yang berisiko diberikan kemoprofilaksis. Cara infeksi toksik. Sering infestasi kapang terlalu luas untuk
masih belum jelas dan penularan melalui udara mungkin dihilangkan dengan fungisida atau filtrasi dan banyak
terjadi. bangunan demikian telah dibongkar. Kapang pengganggu
biasanya adalah ascomycetes noninfeksius seperti
MIKOSIS OPORTUNISTIK LA,IN stachybotrys, cladosporum, fusarium, dan lain-lain.

Individu dengan pertahanan pcjamu yang terganggu rentan


terhadap infeksi ribuan kapang saprofit yang terdapat di
MIKOLOGI KEDOKTERAN 665

terjadi resistansi. Mekanisme kerja poliena melibatkan


I MIKOTOKSIN pembentukan kompleks dengan ergosterol pada membran
sel fungi, menyebabkan kerusakan dan kebocoran
Banyak fungi menghasilkan zat beracun yang disebut membran. Amfoterisin B mempunyai afinitas yang lebih
mikotoksin yang dapat menyebabkan kerusakan dan besar terhadap ergosterol daripada kolesterol, sterol
intoksikasi akut atau kronik. Mikotolain adalah metabolit dominan pada membran sel mamalia. Pengemasan
sekunder dan efeknya tidak bergantung pada viabilitas amfoterisin B daiam liposom dan emulsi lipoidal
dan infeksi fungi. Berbagai mikotoksin dihasilkan oleh memperlihatkan efektivitas yang hebat dan hasil yang baik
jamur (misal, spesies amanita) dan dengan memakan dalam studi klinis. Formulasi tersebut saat ini sudah
jamur menyebabkan penyakit terkait dosis yang disebut tersedia dan dapat menggantikan preparat konvensional.
mycetismus. Memasak memberikan efek yang kecil Preparat lipid kurang toksik sehingga a-mfoterisin B dapat
terhadap potensi toksin tersebut, yang dapat menyebabkan digunakan dalam konsentrasi yang lebih tinggi.
kerusakan berat atau fatal terhadap hati dan ginjal. Fungi
lain menghasilkan senyawa yang bersifat karsinogenik dan
mutagenik yang dapat sangat toksik untuk hewan
percobaan. Salah satu senyawa yang paling poten adalah
aflatoksin, yang dihasilkan oleh Aspergillus flauus dan
kapang yang serumpun serta sering mengontaminasi
kacang, jagung, biji padi, dan makanan lain.

r KEMOTERAPI ANTIFUNGI
Amfoterisin B
Terdapat sejumlah antibiotik yang terbatas, tetapi dengan
jumlah yang meningkat yang dapat digunakan untuk
mengobati infeksi mikotik. Sebagian besar mempunyai Mekanisme Kerja
satu keterbatasan atau lebih, seperti efek samping yang
besai, spektrum antifungi yang sempit, penetrasi yang Amfoterisin B diberikan secara intravena sebagai misel
buruk pada jaringan tertentu, dan pemilihan fungi yang dengan natrium deoksikolat yang dilarutkan dalam larutan
resistan. Obat-obat baru yang menjanjikan saat ini sedang dekstrosa. Meskipun amfoterisin didistribusikan secara
dikembangkan dan obat-obat lain sedang dievaluasi dalam iuas di dalam jaringan, obat ini melakukan penetrasi
uji coba klinis. Menemukan target yang tepat untuk fungi buruk ke cairan serebrospinalis. Amfoterisin B berikatan
sangat sulit karena fungi, seperti manusia, adalah kuat dengan ergosterol dalam membran sel. Interaksi
organisme eukariot. Banyak proses seluldr dan molekuiar tersebut mengubah fluiditas membran dan mungkin
yang sama, dan sering terdapat homologi yang luas di membentuk pori-pori pada membran yang menyebabkan
antara gen dan protein. hilangnya ion dan molekul kecil. Tidak seperti sebagian
Golongan obat yang saat ini tersedia meliputi poliena besar antifungi lain, amfoterisin B bersifat sidal. Sel
(amfoterisin B dan nistatin), yang berikatan dengan mamalia tidak memiliki ergosterol dan relatif resistan
ergosterol dalam membran sel; flusitosin, suatu analog terhadap cara kerja obat ini. Amfoterisin B berikatan
pirimidin; azol dan inhibitor sintesis ergosteroi lainnya, lemah dengan kolesterol pada membran mamalia dan
seperti aiilamin; ekinokandin, yang menghambat sintesis interaksi tersebut dapat menjelaskan toksisitasnya. Pada
glukan-B dinding sel; dan griseofulvin, yang mengganggu dosis rendah, amfoterisin B mempunyai efek imuuo-
pembentukkan mikrotubul. Saat ini yang sedang diteliti stimulatorik.
adalah inhibitor sintesis dinding sel, seperti nikkomicin
dan pradimicin, se rta sordarin, yang menghambat lndikasi
pemanjangan laktor 2. Amfoterisin B mempunyai spektrum luas dengan
efektivitas terhadap sebagian besar mikosis sistemik
AMFOTERISIN B utama, termasuk koksidioidomikosis, blastomikosis,
histoplasmosis, sporotrikosis, kriptokokosis, aspergilosis,
Penjelasan mukormikosis, dan kandidiasis. Respons terhadap
Antibiotik poliena utama adalah amfoterisin B, suatu amfoterisin B dipengaruhi oleh dosis dan laju pemberian,
metabolit streptomyces. Amfoterisin B adalah obat yang tempat infeksi mikotik, keadaan imun pasien, dan
paling efektif untuk mikosis sistemik yang berat. kerentanan bawaaan terhadap patogen. Penetrasi pada
Antibiotik tersebut mempunyai spektrum luas, dan jarang persendian dan sistem saraf pusat buruk, dan pemberian
656 BAB 45

intratekal atau intraartikular dianjurkan untuk beberapa sitosin deaminase menjadi 5-fluorourasil dan bergabun'g
infetrai. Amfoterisin B digunakan dalam bentuk kombinasi menjadi asam 5-fluorodeoksiuridilat monofosfat, yang
dengan flusitosin untuk mengobati kriptokokosis. Bebe- mengganggu aktivitas timidilar sintetase dan sintesis DNA.
rapa fungi, sepefii Pseudallescheria boydii, tidak berespons Sel mamalia tidak memiliki sitosin deaminase sehingga
baik terhadap pengobatan dengan amfoterisin B. terlindungi dari efek toksik fluorourasil. Savangnya, mutan
resistan timbul secara cepat, membatasi pemakaian
Efek Samping flusitosin.
Semua pasien mengalami efek samping akibat amfo-
lndikasi
terisin B, meskipun efek ini sangat berkurang dengan
preparat lipid baru. Reaksi akut yang biasanya menyertai Flusitosin terutama digunakan bersamaan dengan
pemberian inrravena amfoterisin B berupa demam, amfoterisin B untuk pengobatan kriptokokosis dan
menggigil, dispnea, dan hipotensi. Efek tersebut biasanya kandidiasis. In uitro, obat ini bekerja secara sinergis
dapat diredakan dengan memberikan hidrokortison arau dengan amfoterisin B melawan organisme tersebut, dan
asetaminofen sebelumnya atau secara bersamaan. uji coba klinis menunjukkan efek yang menguntungkan
Toleransi terhadap efek samping akut terjadi selama dari kombinasi obat, terutama pada meningitis
pen go ba t an. kriptokokus. Kombinasi ini juga memperlihatkan
Efek samping kronik biasanya akibat nefrotoksisitas. penundaan atau pembatasan timbulnya mutan yang
Azotemia hampir selalu terjadi pada pengoba.tan resistan flusitosin. Dengan sendirinya, flusitosin e{ektif
amfoterisin B, dan kreatinin serum serta kadar ion harus melawan kromoblastomikosis dan infeksi fungi
dipantau secara ketat. Hipokalemia, anemia, asidosis dematiaseosa lain.
tubulus ginjal, nyeri kepala, mual, dan muntah juga sering
ditemukan.'Walaupun beberapa nefrotoksisitas bersifat Efek Samping
reversibel, namun tetap terjadi penurunan fungsi
Walaupun flusitosin mungkin mempuny'ai sedikit toksisitas
glomerulus dan tubulus ginjal secara permanen.
terhadap sel mamalia dan relatif dapat ditoleransi dengan
Kerusakan tersebut berhubungan dengan dosis total
baik, konversi flusitosin menjadi fluorourasil menye-
amfoterisin B yang diberikan. Toksisitas sangat berkurang
babkan terbentuknya senyawa yang sangat toksik yang
dengan formulasi lipid amfoterisin B (yaitu, Abelcet,
mungkin menyebabkan efek samping utama. Pemberian
Amphotec, dan AmBisome).
flusitosin jangka panjang menyebabkan supresi sulnsum
tulang, rambut rontok, dan abnormalitas fungsi hati.
FLUSITOSIN Konversi flusitosin menjadi fluorourasil oleh bakteri
Penjelasan enterik dapat menyebabkan kolitis. Penderita AIDS lebih
rentan terhadap supresi sumsum tulang oleh flusitosin
Flusitosin (5-fluorositosin) adalah derivat sitosin yang dan kadar serum sebaiknya dipantau secara ketat.
berfluor. Flusitosin merupakan senyawa antifungi oral
yang terutama digunakan bersama dengan amfoterisin B
AZOL
untuk mengobati kriptokokosis atau kandidiasis. Obat
tersebut juga efektif melawan banyak infeksi fungi Penjelasan
dematiaseosa. Flusitosin melakukan penetrasi dengan baik
Antifungi imidazol (misal, ketokonazol) dan triazol
ke dalam semua jaringan, termasuk cairan serebrospinalis.
(flukonazol, vorikonazol, dan itrakonazol) adalah obat-
H obat oral yang digunakan untuk mengobati berbagai
I infeksi fungi lokal dan sistemik (lihat Gamba.r 45-22).
Indikasi penggunaannya masih dievaluasi, tetapi obat-
r-Y" obat tersebut telah menggantikan amfoterisin B pada
berbagai mikosis yang kurang berat karena obat ini dapat
,^''(" diberikan secara oral dan kurang toksik. Imidazol lain-
NH, mikonazol dan klotrimazol-digunakan secara topikal dan
Flusitosin akan dibahas selanjutnya.

Mekanisme Kerja
Mekanisme Kerja
Azol mengganggu sintesis ergosterol. Obat tersebut
Flusitosin ditranspor secara aktif ke dalam sel-sel fungi menghambat sitokrom P-450 dependen 14c-demetilasi
oleh permease. Obat tersebut diubah oleh enzim fungi lanosterol, yang merupakan prekursor ergosterol pada
MIKOLOGI KEDOKTERAN 667

cHa

ill
F

_[il_
1\i/) (i Irl I

flV *'--Z*
I

p--r
r:2.$a F

U F

lill ilil illr l

Itrakonazol

r-- N

lll)cr il ,I,N\
-N- \- \ztr
,rJ.- ( \",
o)*--o\-,/
-L---L o

"*,
-o 1-\ *f\* -
\J \J
3
- ",.
Ketokonazol Flukonazol

Gambar 45-22. Struktur antifungi azol. (Direproduksi seizin Katzung BG leditor]: Basicand Clinical Pharmacology,gth ed McGraw-Hill,
2003).

fungi dan kolesterol pada sel mamalia' Namun, 'sitokrom nonmeningeai, koksidioidomikosis, parakoksidioido-
l45b fungi kira-kira 100-1.000 kali lebih sensitif terhadap mikosis, dan histoplasmosis. Dari berbagai azol,
azol daripada dalam sistem mamalia. Berbagai azoi dibuat flukonazol mempunyai kemampuan penetrasi paling baik
unuk memperbaiki efektivitas, avaibilitas, dan farmako- ke sistem saraf pusat. Obat ini digunakan sebagai
kinetiknya serta mengurangi efek sampingnya. Golongan pengobatan rumatan untuk meningids akibat.kriptokokus
azol adalah obat yang bersifat fungistatik. dan koksidioides. Kandidiasis orofaring pada penderita
AIDS dan kandidemia pada pasien imunokompeten juga
lndikasi dapat diobati dengan flukonazol. Itrakonazol saat ini
Indikasi penggunaan antifungi azol akan menjadi lebih merupakan agen pilihan Pertama untuk histoplasmosis
luas apabila hasil studi jangka panjang-serta azol baru- dan biastomikosis serta kasus tertentu kolaidioidomikosis,
telah tersedia. Indikasi yang diterima untuk penggunaan parakoksidioidomikosis, dan aspergilosis. Obat ini juga
azol antifungi dijabarkan di bawah ini. ielah terbukti efektif untuk pengobatan kromomikosis
Ketokonazol berguna dalam mengobati kandidiasis dan onikomikosis yang disebabkan oleh dermatofit dan
mukokutan kronik, dermatofitosis, dan blastomikosis kapang lain. Triazol terbaru adalah vorikonazol yang dapat
658 BAB 45

diberikan melalui orai arau intravena dan mem, tubuh tetapi menumpuk dalam jaringan yang mengalami
perlihatkan spektrum aktivitas yang luas terhadap banyak keratinisasi. Dalam lungi, griseofulvin berinteraksi dengan
kapang serta ragi, rerurama aspe rgilosis, fusariosis, mikrotubulus dan mengganggu fungsi gelondong mitotik,
pseudallescheriasis, dan parogen sistemik jarang lainnya. menyebabkan inhibisi pertumbuhan. I-Ianya hifa yang
tumbuh secara aktif yang terkena. Griseofulvin secara
Efek Samping klinis berguna untuk pengobatan infeksi dermatofita pada
Efek sampin g azol rerurama berhubungan dengan kulit, rambut, dan kuku. Biasanya dibutuhkan pengobatan
kemampuannya untuk menghambat enzim sitokro mP450
oral selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.
mamalia. Ketokonazol adalah paling toksik dan dosis Griseofulvin umumnya ditoieransi dengan baik. Efek
terapi dapat menghambat sintesis resrosteron serra samping yang paling sering terjadi adalah nyeri kepala,
kortisol, yang dapat menyebabkan berbagai efek reversibel
yang biasanya hilang tanpa penghenrian obat. Efek
seperti ginekomastia, penurunan libido, impotensi, samping yang jarang terjadi adalah gangguan pencernaan,
ketidakteraturan mensrruasi, dan kadang-kadang pusing, dan heparoroksisitas.
insufisiensi adrenal. Flukonazol dan itrakonarol dalam
dosis terapeutik yang dianjurkan tidak menyebabkan
gangguan steroidogenesis mamalia yang signifikan. Semua
antifungi azol dapat menyebabkan peningkatan
asimtomatik pada uji fungsi hati dan kasus hepatitis yang
jar ang. Vorikonazol menyebabkan gan gguan pen glihatan
cH3o
reversibel pada sekitar 30o/o pasien.
Karena antifungi azol berinreraksi dengan enzimP450 ct
yang juga berperan pada metabolisme obat, dapat terjadi Griseofulvin
beberapa interaksi obat yang penring. Peningkatan
konsentrasi antifungi azol dapat terjadi bila isoniazid,
fenitoin, atau rifampin digunakan. Pengobatan antifungi
TERBINAFIN
azol juga dapat menirebabkan kadar serurn siklosporin,
fenitoin, hipoglikemi oral, antikoagulan, digoksin menjadi Terbinafin adalah obat alilamin; obat tersebut
lebih tinggi daripada yang diharapkan dan mungkin juga menghambat sintesis ergosterol dengan mengham$at
pada obat lain. Mungkin diperlukan pengawasan serum skuaiena epoksidase. Terbinafin diberikan secara oral
kedua obat untuk mencapai renrang terapeutik yang untuk mengobati inlLksi dermatofita. Obat ini terbukti
sesuai. sangat efektif dalam me ngobari infeksi kuku serta
dermatofitosis lain. Efek samping tidak sering tetapi dapat
ECHINOCANDIN terjadi berupa disrres pencernaan, nyeri kepala, reaksi
kulit, dan hilangnya kemampuan mengecap. Untuk
Echinocandin adalah golongan baru agen antifungi yang pengobatan tinea unguium jangka panjang, terbinafin-
mengacaukan sintesis polisakarida B-glukan dinding sel serta itrakonazol dan flukonazol-dapat diberikan secara
pervasif dengan menghambat 1,3 B-glukan sintase dan intermiten, menggunakan protokol pengobatan berdenyut.
mengganggu integritas dinding sel. Obat yang baru-baru
ini disetujui, Kaspofungin memperlihatkan efektivitas AGEN ANTIFUNGI TOPIKAL
melawan aspergilosis invasif dan kandidiasis sistemik yang
disebabkan oleh berbagai spesies kandida. Bentuk Nistatin
intravena ini diindikasikan terutama untuk aspergilosis
Nistatin adalah antibiotik poliena, secara struktur terkait
refrakter. Kaspofungin ditoleransi dengan baik.
dengan amfoterisin B dan mempunyai cara kerja yang
sama. Nistatin dapat digunakan untuk mengobati infelai
GRISEOFULVIN kandida lokal pada mulut dan vagina. Nistatin juga dapat
Griseofulvin adalah antibiotik yang diberikan secara oral menekan kandidiasis esofagus subklinis dan pertumbuhan
yang berasal dari spesies penisillium. Obat tersebut kandida yang berlebih dalam saluran cerna. Tidak terjadi
digunakan untuk mengobati dermatofitosis dan harus absorpsi sistemik dan tidak ada efek samping. Namun,
diberikan dalam jangka panjang. Griseofulvin kurang nistatin terlalu toksik unruk diberikan secara parenteral.
dapat diabsorpsi dan rerkonsentrasi pada srratum
korneum, tempar obat ini menghambat pertumbuhan Klotrimazol, Mikonazol, & Azol Lain
hifa. Obat ini tidak mempunyai efek terhadap fungi lain. Berbagai antifun gi azol yang terlalu toksik un tuk di gun akan
Setelah pemberian oral, griseofulvin tersebar di seluruh secara sistemik tersedia dalam bentuk topikal. Klotrimazol
MIKOLOGI KEDOKTERAN / 669

dan mikonazol tersedia dalam beberapa bentuk sediaan.


Ekonazol, butakonazol, tiokonazol, dan terkonazol juga i", (B) Dinciing sel tidak diper:lukan untuk viabilitas
tersedia. Semua senyawa tersebut tampaknya memiliki atau kelangsungan hidup fungi
l:,-'(c)- Ligan yang berhubungan dengan dinding sel
efekrivitas yang sebanding.
fungi tertentu memerantarai pelekatan ke sel
Azol dalam bentuk topikal mempunyai spektrtrm ':,.1','1,
pejamu
aktivitas yang luas. Tinea pedis, tinea korporis, tinea (D) Komponen dinding sel fungi adalah target
kruris, tinea versikolor, dan kandidiasis kutaneus antibiotik antifungi kelas utama, seperti
berespons baik terhadap pemakaian lokai dalam bentuk . .'t,..,-..poliena dan a4o[ , i ' ',.: ,' ., '

krim atau bedak. Kandidiasis vulvovaginitis dapat diobati (E) Komponen dinding sel fungi jarang merangsang
respons imun
dengan supositoria vagina atau krim. Klotrimazol juga
tersedia dalam bentuk tablet hisap untuk pengobatan .,.4:.'Seorang pria,berusia 54 tahun mengalami nyeri
. ,: .'kepala yang perlahan-lahan memburuk diikuti
thrush oral dan esofagus pada pasien imunokompeten.
kelemahan progresif secara bertahap pada lengan
kanannya. Scan otak memperlihatkan lesi serebral
Agen Antifungi Topikal Lain kiri. Pada pembedahan ditemukan abses yang
dikelilingi oleh materi granulomatosa. Potongan
Tolnaftat dan naftifin adalah agen antifungi topikal yang jaringah dan biakan memperlihatkan hifa bersepta
-,
digunakan pada pengobatan berbagai infeksi dermatofita berpigmen gelap yang menunjukkan faeohifo-
dan tinea versikolor. Tersedia dalarn bentuk krim, bedak, ,,:'. ,'mikosii. lnfeksi tersebut dapat disebabkan oleh
dan semprotan. Asam undesilenat tersedia dalam beberapa ,,,:.,:' spe5ie5:dari .genus mana di .bawah ini? .

(A) Aspergillus
bentuk sediaan untuk pengobatan tinea pedis dan tinea (B) Cladophialophora
kruris. Meskipun asam undesiienat efektif dan dapat (C) Coccidioides
ditoleransi dengan baik, antifungi azo|, naftifin, dan (Dl Matassezia
tolnaftat lebih efektif. Haloprogin dan siklopiroi<s adalah r , (E) Sporothrix
agen topikal lain yang sering digunakan pada infeksi 5, Seorang pria berusia 35 tahun yang bekerja sebagai
dermatofita. petani di daerah tropis,Afrika Barat. Pada
tungkainya, timbul papula bersisik yang persisten.
Sepuluh bulan kemudian timbul kelompok lesi
. bersisik baru yang berwarna keunguan seperti
,' veruka.:' Lesi tersebut perlahan'lahan berkembang
i reRrnnYAAH LATtFtAn menjadi gambaran seperti bunga kol. Pasien
: didiagnosis kromomikosis (kromoblastomikosis).
Pernyataan manakah berikut ini yang paling tepat
,,,:!. di 'bawah I!l! yang tepat ,berkenaan dengan penyakit,tersebut?
'PeFyataah.manakah'
- , '.:.:,l:beik€naan dengan,tfu0gi?,. : . .,- .'..,,,, .. ,, , ,i .. .. .: (A):Pada jaringan. o;ganisme berubah menjadi sel
'::',:t :.(A) SemuA.fungi m?mpu lunbuh aebagai,'iagi dan sferis yang bereproduksi dengan fisi dan
ka pang memperlihatkan septasi melintang.
(B) Meskipun fungi merupakan
organisme (B) Agen etiologi adalah anggota endogen flora
eukariot, fungi tidak memiliki mitokondria :, , l.:r..'r:
mamalia dan: memiliki dinding sel yang
(Q Fungi bersifat fotosintetik bermelanin.
(D) Fungi mempunyai satu atau lebih nukleus dan (C) Penyakit tersebut disebabkan oleh satu spesies
,.:t.t.r,r:':'....-.-::' ki6mesom..-:. .:, , ,i
,., . r .
' (D) Sebagian besar infeksi sistemik
i:.t;,: r,(E)','B,eberdpa fungi memiliki membran sel (E) Sebagian besar infeksi bersifat akut dan
2. Pernyataan manakah berikut ini yang tepat sembuh spontan
,,,.'','.' ;r, berkedaan,deriga n inolfo,log i danr, pertu m bu ha n
l;
6. Seorang pria berusia 42 tahun, positif HlV, berasal
fungi?' dari Vietnam tetapi saat ini menetap di Arizona,
(A) Pseudohifa dihasilkan oleh semua ragi datang dengan lesi ulseratif yang nyeri di bibir
(B) Kapang menghasilkan hifa yang dapat atau rf:.,i:: ratas:(cheilitis). Dilakukan biopsi dan kaca objek
tidak dipisahkan dengan septum atau dinding histopatologi (pewarnaan hematoksilin dan eosin)
pembatas ' memperlihatkan struktur sferis (diameter 20-50 pm)
1.''1;.;(C};:1Kon'idiq]diha1i!k.i'n.melalui.reproduksi.seksual t'"',: ,r dengan dinding sel refraktertebal. Penyakit apakah
(D) Sebagian besar ragi tidak memiliki dinding sel paling mungkin sesuai dengan gambaran
t,t,,1,.:1.r',yang.
, .: :,,:, 'r.i,tdanlinelakukan:feprodnFf dgngan pertunasan ,
klinis tersebut?
' ,, (f) ,:gs!egibn r,besaf,,,kqpang,.-dimor{ik patogen ;:1,r:r:(A) lnfeksi oleh penic'i!!iam ,mairneffei .' ,

menghasilkan hifa pada pejamu dan ragi pada (B) Kriptokokosis


oC
suhu 30 (C) Blastomikosis
(D) Koksidioidomikosis
'r.,3. ' Perlyalaan'rmanakah :di bawah:ini:yang tepat:
berkenaan dengan dinding sel? r,,,7;. Seorang'pria berusia47,tahun menderita diabetes
(A) Komponen utama dinding sel fungi adalah , ';melitus yang tidak:lerkendali mengeluq-rkan rabas
protein seperti kitin, glukan, dan manan r, ' hidung'yqng mengandung darah,'edema wajah,
670 BAB 45

dan nekrosis Oi t.pautn hidung. Biakan sekrei (C) Penentuan tipe kapang secara rutin ditakukan
hidung yang berkabut memperlihatkan spesies dengan serangkaian uji fisiologi, seperti
rhizopus. lmplikasi apakah yang paling pent!ngr, kemampuan mengasimi.lasi berbagai gula
berkenaan dengan gambaran klinis tersebut? l, (D) Uji tubulus ge'rminal positif menunjukkan ':
(A) Tidak ada nilai diagnostik karena kapJng identif ikasi presumtif Ca nd id a tro pica I is secar a
tersebut adp!ah, kontaminan dari udara
(B) Harus dipikirkan pengobatan untuk mukor- i;; ;:i::t' tunas dan ounyut pseudohira adalah
rinoserebral (zigomikosis)
m-ikosis ,
t't'rr. khas untuk PneumocYstis iiroveci
(Q Sangat menunjukkan ketoasidosis' r"o-nn wanita p"k*.iu seks berusia 28 tbhun dari
(D) Sangat'menunjukkan infeksi HIV
(E) Pasien telah terpajan kontaminasi kapang di
t:::
California bagian selatan'inengeluh nyeri kepala. '
pusing. dari kadang-kadang mengalami episode
",. dalam ruangah j "*, ,
"mabuk" selama 2 minggu terakhir. Pungsi lumbal
g. s"orai,o anat< tat<i-tati b"r.rriu'8 tahun memiliki' mehunjukkan reduksj glukosa, peningkatan
lesi yan! gatal, bersisik, kering, dan sirkuijt' pada' protein, dan 450 leukosit'mononuklear pei mililiter.
tungkainya. Apa makna diagnostik daii penemuan , la positif HlV. Riwayatnya sesuai dengan meningitis
r::11
;i-l ' hifa bersepti, bercabang dan tidak berpigmen pada fungi yang disebabkan oleh Crypt'ococcis neo-
prepa rai ca ic of u o r w h itd:ikaf um:$ip-',kf da $ Aii ^ toriait, Cloccidioides
,i:..: I i
I L iil immitis, atau spesies kanijida.
kerokan lesi kulit tersebut? Uji manakah berikut ini yang bersifat konfirmatif?
(A) Kromomikosis (A) Meningitis yang disebabkan oleh C immitis
(B) Dermatof itosis dapat ditegakkan dengan uji positif C55 untuk
(C) Faeohifomikosis ,' l -- ., 1 t. antigen kJpsular kriptokokus -
(D) Sporotrikosis (B) Meningitis yang diiebab!an oleh C neoformans
'

(E) Tidak ada makna diagnostik dapat ditegakkan dengan uji positif CSS untuk I
i antibodi f iksasi komplemen terhadap koksidioidin
'9. Pernyataan manakah berkenaan dengan epi- (C) Meningitis yang disebabkan oleh spesies
demiologi kandidiasis yang tepat?
(A) Pasien yang menerima transplantasi,.surrtsurlt: : I candida dapat ditegakkan dengan observasi.
m!kroskopik seI ragi ova! $an pseudohifa
ttrlang tidak berisiko menderita kahdidiasis
'
sisteniik :r": ' i, .](o)Menin9itisyangdisebabkanolerrcimmitis
(Bi. Pasien dengan jumlal'r iuttaai' Jtuu'gunggutn dapat titegakkan'dengan uji kulit positif
pada neutrofil monosit.,tidak berisiko terhadap kokiidioidin
.da.n
i mengalami kandidiasis slstem.ik ''' 1

(C) ,fasien dengan diabetes tipe apa pun mem- t3.iernyataan miiakah mengenai. faeohi{omikosiil
punyai resistansi yang meningkat terhadap yang t€Pat?. .' ..., ;1 i
'r kandidiasis ,.. ; . , {A) lnfeksi hanya terjadi pada pasien imunokompeten ,
(D) p."J.iii. iroS sering,':ppg6galami. kandidiasis
",
(a)' lar!ngan yang terinfeksi memperlihatkan hifa
',,i,
mukokutan, seperti thrush oral; ' o.rr";ta.'beicabang dan tidak beipigmen
':^ (E) Kehamilan menuruhkan risiko vaginitis kandida (O
'r- Agen penyebab adalah anggota flora"mikroba
i .. nJrmal dan dapat diisolasi-dengan mudah dari
10.Pernyataan manakbh di bawah ini berkenaan . kulit dan':mukosa oraqg sehat." '
dengan dermatofitosis yang tePat? ' (D) Fieohifomikosis da'p"Jt memperli6atkan
(A) lnfeksi kronik disebabkan oleh deimatofita beberapa manifestasi klinis, termasuk penyakit
t , ,, zoofili,-seperli Microsporum canis .-subkutan atau sistemik, maupun sinusitis "', '
(e) tnfeksi akut disebabkan o!eh dermatofita (E) Kasus faeohifomikosis jarang berespons-
zoofili. seperti Microsporum' canis terhadap :pengobatan dengan itrakonazol
(C) Infeksi kronik disebabkan oleh dermatofita
l4.Seorang pqia penderiia AlD5 berusia 37 tahun, saat
' (D) antropofili,sepertiMicrosporumca.nis'...
lnfeksi akut disebabkan oleh derinatofita : ini hidup di lndiana, datang dengan osteomielitis
antropofili, seperti Microsporum caiis pada pinggul kiri. Dilakukan biopsi jarum sumsum
. tulang dan apusan calcofluor white memperlihat-
rr,i"rnyut"anr manakqh di bawah ini yang tepat kan berbagai sel mielogenosa. monoiit, dan,'
berkenaan denqan identifikasi laboratorium
fungi? ,' i. ,:
', (A)- gistoplasma capsulaiuln:iecara khas merner-
, selular ying birbent-uk elipidan berukuran sekilar
.
Diagnosis apakah yang paling mungkin?
:' lukanwaktuinIubasikurangdari4Sjamuniuk, (A) 1l*,
' , ?_{ Blastomikosis
menghasilkan bialcan yang positif dari spe- (B) Kandidiasis
' ', simen klinis .': : .-
. (C),Kriptokokosis : i
(B)
,

karena banyak kapangr'saprofit (non-


Oleh (D) Histoplasmosis . .'r I i-
,r patogen)'yang menyerupai agen mikotik' {E} Tidak.ada makna diaghostik
dimorfik dalam biakan pada suhu 30 9C,
' identifikasi fungi piiogin dimorfik yang i l5,Pemeriksaan kalium hidroksida pada sputum
":, diiurigai harus ditegakkan dengan konveisi l
pa5ien tran5plantasi jantung yang menderita'
I k" b"-ntrk jaringari in vitro atau dengan demam dan infiltrat puiu *e-per!lhatkan sel ragi
',, penemuan antigen spesifik spesies atau : tunas oval dan pseudohifa. Airakah makna
" sekuens DNA - r'' diagnoqtiknya? : , ''
-; .
MIKOLOGI KEDOKTERAN 671

.:.
(A) Aspergilosis '",. : ]Ngiil9reordhE gefteija,,,mig1p.n usi$ 2a tbhuli''nes'atj,f
(B) Kandidiasis . , dari Colombia datang dengan lesi ulserasi yang
-HlV
(ci iiatorritomiIoiis '- '
-
i i 1i11$yeri
pbu$.f 1U ah 1r.Te f e$i ls,,eta ra $brl a h an rd ik:ero k
. (D) raeohifomikosis :

r:,:{-di n t.a
i

p
I

$i.r ian k$ ! um h i d r$$i U bl uI i h:ka I kof I u o i


:.:= mernpe1l ih atla n sel jarin gan, de b ris. da n bebera pa
:ii tl 6,;*eoiailg::pe*ag u*. pli a ueiu;i;'' p"aiu h uava,nari, :r4:: ;seliragi tunaf yangimempelbanyak diri;;berpbntuk
.t .::=: sferil da€,Fes?i' Berdesalkan'db'seqvas,1$i$tbl1-ti aija
California bagian selatan menerima transplantasi
haii. Seiama beberapa bulari, id perlahan-lahan
i1 ;, UiagnoUli:.ydiig, pblj.nblimufigkin?:,. ', ,:

mengalami kelelahan, .penurunan berat badan, .


$lii i(nl S.,lqit'pmtkositl : :' :i
batuk, keringat maljm, diipnea, dan nodul (C) Koksidioidomikosis "

subkutan yang tidak menyembuli,pada hidung.


'l'_" Foto Roentgen dada memperlihatkan limfi-. toptiidiir t.= ':'-....+i,l i;,:
...' l tD).,,!{
(E) Parakoksidioidomikosis :
!
denopati hilus dan infiltrat yang difus, Pemeriksaan -

., langsung 'dan biakan spesime4 pernapasan ! , ?0;, P.,briiy,lja H nl :lm:b.n a l( a h,,. bn g : 1lg p ;1 fl.9.n O q.n a.i
memberikan hasil negatif. Uji kulit'dengan PPD, bl astom i kosis?

", ". . blqst.qmis in- koksidioidih;r,r9an i i$tliBliismini jug'a'i.l::.; (n) Sama seperti mikosis endemik lainnya, infeksi
negati{.Hasilujiserologisebagaibtritut:qr-1uil iilJ:.,1'r ijni{,efihdi,p$qr.e anl?ire dan p.anita
P,Liifr .

serum negitif untuk antigbn kapsular kriptokokus ii;:!,, }',)lfek$i berfi,lilp,Ui ky.f !t uan organiime serins
... . da f am {q.ri h ; (?) uj i l#rj riiddif,s.it,ir:A'l'lti $:n$ ,,,iii ..: i iriti:#;iimfny.Fbgrl rhelpa Hi l,!IanSi 1a|urran kemihi
itir,, ,.ltllipiiiri,.lbi.ti.nliiu'rhdu ei.::anligen f,f*.nt,i:,d-ql.1 ,i!. ...
,, imunodifuii negatif untuk presipitin terhadap (C) Penyakit ini endemik pada daerah tertentu di
:.ii1 r,,9,*tiEe1.,h';-,m,,::d n; dan"(3) uji ieium u-htuk .l Amerika Selatan
iili ;jihtitioo.i 51:!i':.@.ptem e,n tu r'si n eg atit.:ibtuk, ii (D) Pada jaringan, ditemukan sel ragi bertunas
lil,,,$lq.4ioayr;s.a@;'{lqiaii oin ullitrk antise!,.iig1 i' tunggal, berdinding tebal, besar dengan
serta mi-selium histoplasma capsulatum tetapi iliii ftupu,.lLgpii,rfebbi#dngangrl?r ahras.i:induk
menghasilkan titer 1:32 terhadap koksidioidin. , (E) Semua kasus memerlukan pengobatan dengan
lnterpreiasi manakah dari data-terrsebut yang paling
dapat dipercaya? '
'
r i i,ii'$nI*g'n
i;'r
' Jauraban I ,l
iiii ii i

. (Ai Gambaran klinis Jan r*.otogi tidak meya-


1. D 11.8
' ,

kinkan , '
2.8.,'12.C: .". .

(B) Gambaran klinis dan serologi paling sesuai


3. C' 13.D' :.
(C) Gambaran klinis dan serologi paling 4. B 14.D
I
ll i rll blastomikosifi isemihata,,,lqktif:.-
sesuai
,,-i;:-1 ''.'1 ,1r; i,I ' ,,,= ; i: li ..lira li:'
i
'(D)"a:dengdF
'Gambiran .klinis dan serologi paling sesuai .1.!nD,,,,1,,,,,,,;,16; D,1.';$., ...' ; l;i.::$: rrii-.,::.,
gan k'olisid ioidomikosis disemi nata aktif
den
7. B 17.D '1 :

(E) Gambaran klinis dan seroloqi menvinqkirkan 'g.B


-O
1g:B ',;
tt::::::::
fi i'lo C

9i:elgris blastomikosis, hisloplasmoslE, dan r:


10. B
::::
: .:

" 20. D

ri;i p *il+ eil


i,:r
U il lull$'Iii*r y [a:ii ;t $

de$s ad,iHspelg i loiisrr.: "


[
i ri.[I u.
"
..: f
tAli !'^:nn.,i;;,:'..^;
Fe' eiita'. aspeigi
^,lii
;;t toiir. brci.iiktjpiulmonal aleigi

; (B) PJiien yang menerima kortikosteroid parenteral


tidak berisiko mengalami:aspergilosis invasif KEPUSTAKAAN
(C) Diagnosis aspergilosis paru serihg ditegakkan
i dengan membiakkan aspergilus dari sputum Umum
,. ' dan darah Ajcllo L, IIay RJ (cditors): Toplel & Wil.san's Microbtology und Microltial
. (D) Manifestasi klinis aspergilosis bbrupa infeksi Infections,9th ed. Volurne 4: Mediuil Mycologl. Arnold, 1998.
lokal pada telinga, kornea, kuku. dan sinus, I' '
Colren J, Powderly WG (editors): Infectious Dlseoscs, 2nd cd. Volume 2,
(E, Resipien transplantaii sumsum tutang tidak ChapLer 237 -24\. Mosby, 2004.

lttui ql l$$llt alReroitosis invasir,,, ,i : Kwon-Chung KJ, Bennett JEr Medical Mltcolog,, Lea & Febiger, 1992.
i$ttgfirami
rl8i F,€r$ial€,q'trp Alah.,i!.,,i 9. tepdt"mdngeiiii :1 ;l
Mikosis Subkutan dan Kutan
iil4$ p.t$t!$,t ,iiiy. Hdiid$|in,q $brl'ing. .th
Futherg:ill AW: Identifrcation of dematiaccous fungi and their rolc in
, i..r
1:::l
fseuda/ie.schel!9.fio ffi"Scbr 1p.c,iiia
pio.
ii
'l
human disease. Clin Inlect Dis 1996:22:S179.

, spermum) : Kaulfman CA, Hajch RA, Chaprnan SW: Practrce guidelines {br the
(B) Agen etiologi adalah fungi dimorfik nanagencnt of patients with sporotrichosis. CLin Infect Dis
| :::trr{c-}:iEFg, ui ,aEen,,,atio i !i+*ldj.kp.tah0i itl
2000;30:684.

N {.FJ,,$.,'qblggibnibeleli]itgl"uf rnetse:lii.ii subkutan dan,,,::i McGinnis MR, Fader RC: Mycetoma: A contellporary conccpt. Infect Dis
nonlimfangitik '
i ii

(E) Sebagian besar pasien imunokompromais


,, -t, Clin North Arn 1.988;2:939.
Weitzman I, Sumrnerbell RC: The dermatophytes. Clin Nficrobiol Rev
1995;8:240.
672 BAB 45

Mikosis Endemik Muler FM, Groll AH, Walsh TJ: Current approaches to diagnosis and
Franco M et al (editors): Poracoccidioidomycosls. CRC Press, 1994, treatment of fungal infections in children infected with hunan
immunodefrciency virus. Eur J Pediatr 1999;158:187
Kirldand TN, FiererJ; Coccidioidomycosis: A reemerging infectious disease.
Emerg infect Dis 1996;2:192. Nucci M et al: Risk factors for death among cancer patients with fungemia.
Clin Infect Dis 1998;27:707.
Patel RG et a1: Clinical presentation, radiographic fndings, and diagnostic
methods of pulmonary blastomycosis: A review of 100 consecutive Patterson DL, Singh N: Invasive aspergillosis in transplant recipients
cases. South Med J 1999;92:289. Medicine (Baltimore) 1999;78: 123

Stevens DA: Current concepts: Coccidioidomycosis. N Engl J Med Perfect JR, Schell WA: The new fungal opportunists are coming. Clin
1995;332;1077. Infect Dis L996;22:S I 1.2.

Wheat LJ: Endemic mycoses in AIDS: A clinical review. Clin Microbiol Pfaller MA: Nosocomial candidiasis: Emerging species, resenoirs, and
Rev 1995;8:146. modes of transmission. Clin Infect Dis 1996;22:S89.

Wheat lJ: Histoplasmosis: Recognition and treatment. Clin Infect Dis Revankar SG et al: Disseminated phaeohyphomycosis: Review of an
1994;19:S19. energing mycosis. Clin infect Dis 2002;34:467 .

Ribes JA, Vanover-Sams CL, Baker DJ: Zygomycetes in human disease'


Mikosis Oportunistik Clin Microbiol Rev 2000;13:236.
Calderone RA (editors): Candida and Candidiasis. ASM Press, 2002. Martin WJ II: Pathogenesis and host response io Pneumocystis
Su TH,
Casadevall A, Perfect JR: Cryptococcus neoformazs. ASM Press, 1998 corlnii pneumonia. Annu Rev Med'1994;45:26L.
Denning DW: Invasive aspergi.llosis. Clin Infect Dis 1998;26:781,
Kemoterapi Antifungi
Ferguson BJ (editor): Fungal rhinosinusitis: A spectrum of disease. Gallagher JC et al: Antifungal pharmacotherapy for invasive mould
Otolaryngol Clin North Am 2000;33:1. infections. Exp Opin Pharmacother 2003;4:147
Lee FY, Mossad SB, Adal KA: Pulmonary mucomycosis: The last 30 Lortholary O, Denning DW, Dupont B: Endemic mycoses: A treatment
years. Arch Intern Med 1999;159:6. update. J Antimicrob Chemother 1999;43:321-
Lewis RE, Klepser ME: The changing face of nosocomial candidemia: Sheehan DJ, Hitchcock CA, Sibley CM: Current and emerging azole
Epidemiology, resistance and drug therapy. Am J Health Syst Pham antifungal agents. Clin Microbiol Rev 1999;12:40.
1999;56:3.
Viscoli C, Castagnola E: Emerging fungal pathogens, drug resistance and
Masur H: Prevention and treatment ofpneumocystis pneumonia. N Engl the role oflipid formulations ofamphotericin B in the treatment of
J Med 1992;327:1853. fungal infections in cancer patients: A review int J Infect Dis
Minamoto GY, RosenbergAS: Fungal infections in patients with acquired 1999;3;109.
immunodeficiency syndrome. Med Clin North Am 1997;81:381
BAGIAN VI
Pa rasitolog i

Pa r:aS.it6 log i Ke6oktera n '_'l"r ,r i .__:::iarl


iii:,ii.,,,* l*. '- .:trl.,i
rC:t iti;;::... :) a:;,::::;;*t :ti,.t,,:)
t a.:;:j#&,;t;'.l':.j.':'...lji\v.taaa,
Donald Heyneman, PhD.

Meskipun semua organisme yang signifikan dalam bidang (2) Sarcodina adalah ameboid yang khas. Pada
medis yang dibahas pada bab ini bersifat parasit pada manusia, parasit ini diwakili oleh Entamoeba, Endolimax,
pejamu manusia, ilmu biomedis parasitologi secara Iodamoeba, Naegleria, dan Acanthamoeba.
tradisional hanya membahas mengenai protozoa parasit, (3) Sporozoa menjalani siklus hidup kompleks melalui
helminthes, dan artropoda. Bab ini memberikan tinjauan fase reproduksi aseksual dan seksual secara bergantian,
ringkas mengenai parasit helmintik dan protozoa yang biasanya melibatkan dua pejamu yang berbeda (misal,
penting dalam kedokteran. Teks ini dilengkapi dengan artropoda dan vertebrata, seperti dalam bentuk darah).
tabel dan gambar. t Buku dan artikel yang tercantum di Kelas Coccidia terdiri dari isospora parasit manusia,
bagian akhir bab dianjurkan sebagai bahan acuan. toksoplasma, dan iain-lain. Salah satunya, Cryptosporidium,
diduga sebagai penyebab diare yang sulit sembuh di antara
pasien yang mengalami imunosupresi. Dalam kelas
I KLASIFIKASI PARASIT Haematozoa (sporozoa darah) terdapat parasit malaria
(Plasmodium S2.) d".t anggota ordo Piroplasmida, yang
Parasit manusia daiam dunia Protozoa saat ini digolongkan termasuk Babesia .lp. Pneumosistis saat ini digolongkan
dalam tiga filum: Sarcomastigophora (terdiri dari flagelata menjadi anggota Fungi dan bukan Protozoa. Parasit
dan ameba), Apicomplexa (terdiri dari sporozoa), dan tersebut adalah parasit oportunistik lain pada individu
Ciliophora (terdiri dari siliata). Dalam kumpulan yang yang mengalami imunosupresi.
besar rersebur, terdapat parasir manusia yang penting, (4) Ciliophora adalah protozoa kompleks yang
digolongkan sebagai subfila. mempunyai silia yang tersebar dalam barisan atau
(1) Mastigophora, flagelata, mempunyai satu atau lebih kelompok dengan dua jenis inti pada tiap organisme.
flagela seperti cambuk dan pada beberapa kasus, terdapat Balantidium coli, siliar.a usus yang besar pada manusia
membran yang bergelombang (misal, tripanosoma). Yang dan babi, merupakan satu-satunya parasit manusia yang
termasuk dalam golongan ini adalah flagelata usus dan mewakili kelompok ini.
saluran kemih-genital (Giardia, Trichomonas, Dientamleba, Suatu kelompok yang khas, dahulu termasuk dalam
Chilomastix) dan flagelata darah serta .jaringan Protozoa, seringnya dalam keiompok Sporozoa, saat ini
(Tryp an o so ma, Leis h m an ia) . dianggap sebagai filum yang terpisah, Mikrospora.
Mikrospora terdiri dari mikrosporidia, sering menjadi
parasit oportunistik pada pejamu yang mengalami
*Professor of Parasitology Emeritus, Department of Epidemiology and
imu nosupre si.
International Health, University of Caiifornia, San Francisco; and
Chairman, Emeritus, University of California, Berkeley-University ol Cacing parasit, atau helminthcs, pada manusia
California, San Francisco, Joint Medical Program. rergolong dalam dua filum:
t Ilustrasipada bab ini dikerjakan oleh almarhum P.H. Vercammen- (1) Platyhelminthes (cacing pipih) tidak memiliki
Grandjean, DSc. rongga badan sejati (coelom) dan secara khas berbentuk

673
674 BAB 45

pipih pada potongan dorsoventral. Semua spesies yang


penting dalam kedokteran termasuk dalam kelas Cestoda
(cacing pita) dan Tiematoda (cacing pipih). Cacing pita
pada manusia menyerupai pita dan bersegmen; cacing
pipih secara khas berbentuk seperti daun, dengan
skistosoma yang sempit dan memanjang, suatu bentuk
adaptasi, saat kedua jenis kelamin terpisah untuk menetap
dalam pembuluh darah kecil. Cacing pipih dan cacing
pita lain pada manusia bersifat hermafrodit. Cestoda
jaringan dan usus yang penting pada manusia tergolong
W W
dalam genus Diphyllobothrium, Spirometra, Taenia,
Echinococcus, Hymenolepis, dan Dipylidium. Genus
trematoda yang penting dalam kedokteran antara lain
Gambar 46-1 . Giardia lamblia. A: "Wajah" dan B:
" profil" bentuk vegetatif; C dan D: kista (stadium berinti
Schistosoma, Paragonimus, Clonorchis, Opisthorchis,
dua [Dl dan berinti empat). 2000 x.
Heterophyes, Metagonimus, Fasciolopsis, dan Fasciola.
(2) Nemathelminthes (menyerupai cacing, berjenis
kelamin terpisah, cacing gelang tidak bersegmen) terdiri
dari berbagai spesies parasit yang menginfeksi manusia.
Spesies ini tercantum pada Tabel 46-4 bersamaan
(Gambar 46-l).Terdapat empat pasang flagela, dua inti
dengan helminthes parasit lainnya. Prosedur yang penting
dengan kariosom sentral yang menonjol, dan dua axostyle
dalam mendiagnosis berbagai infeksi helminthes adalah
(organel penunjang berbentuk seperti batang). Cakram
ditemukannya telur atau larva secara mikroskopik dalam
feses, urine, darah, atau jaringan. Ilustrasi stadium penting
pengisap konkaf besar di bagian anterior ter'letak di
permukaan ventral. Gerakan dansa atau bergoyang dari
secara diagnostik dapat ditemukan pada bagian yang sesuai
trofozoit giardia dalam preparat segar akan tampak sangat
dalam buku ini; ciri khas penting mikrofilaria tercantum
jelas. Ketika bergerak ke dalam kolon, parasit secara khas
dalamTabel 46-5.
membentuk kista. Kista ditemukan dalam feses-
seringnya dalam jumiah banyak. Kista berdinding tebal,
sangat resistan, panjang 8-14 pm, berbentuk elipsoid,
T FLAGELATA USUS serta mengandung dua inti pada kista imatur dan empat
inti pada kista matur.
GIARDIA LAMBLIA B. BIAKAN
Giardia lamblia, suatu flagelata, adalah satu-satunya
Pembiakan, meskipun mungkin, tidak berguna untuk
protozoa parogen yang sering ditemukan dalam duodenum
menegakkan diagnosis.
dan jejunum manusia. Flagelata te,rsebut merupakan
penyebab giardiasis.
Giardia duodenalis adalah nama lain yang sering Patogenesis & Temuan Klinis
dipakai untuk parasit yang menyebabkan giardiasis G lamblia biasanya merupakan satu-satunya Patogen yang
manusia; istilah Giardia intestinalis sering digunakan di lemah pada manusia. Kista dapat ditemukan dalam jumlah
Eropa dan Lamblia intestinalis di bekas negara Uni Soviet. banyak di feses penderita asimtomatik. Namun, pada
Banyak kebimbangan yang disebabkan oleh penggabungan beberapa orang, banyak parasit yang melekat ke dinding
nama spesies karena sekarang giardiasis manusia dikenali usus dapat menimbulkan iritasi dan inflamasi ringan pada
sebagai zoonosis dan spesies yang berdasarkan dugaan mukosa jejunum atau duodenum yang akan menyebabkan
parasitisme pejamu tunggal telah disamakan (lihat diare akut atau kronik akibat hipertrofi kripta, atrofi
Epidemiologi). Sementara menunggu klarifikasi atau meratanya vilus, serta kerusakan sel epitel. Feses
taksonomi selanjutnya, nama spesies yang diuraikan sejak dapat sangat encer, setengah padat, berminyak, berukuran
awal, G lamblia, akan tetap digunakan. besar, dan berbau busuk setiap waktu selama terjadi
infeksi. Malaise, lemah, penurunan berat badan, kram
Morfologi & ldentifikasi perut, distensi, dan kembung dapat terjadi. Anak lebih
mudah terkena giardiasis klinis daripada orang dewasa.
A. CIRI KHAs ORGANISME Orang yang mengalami imunosupresi mudah terkena
Tiofozoit G lamblia adalah organisme yang berbentuk infeksi masif dengan manifestasi klinis yang berat. Gejala
seperti jantung, simetris, dengan panjang t0-20 pm dapat terus berlangsung untuk jangka waktu lama.
PARASITOLOGI KEDOKTERAN / 575

Uj i Laboratorium Diagnostik pembuangan sampah atau kontaminasi suplai air yang


mengakibatkan wabah giardiasis secara mendadak. Kista
Diagnosis bergantung pada penemuan kista yang khas
dapat bertahan hidup dalam air selama 3 bulan. 'Wabah
dalam feses padat, atau kista dan trofozoid dalam feses
yang terjadi di antara penghuni kemah di hutan belantara
cair. Pengembangan uji enzlme-linbed immunosorbent
menunjukkan bahwa manusia dapat terinfeksi oleh
(ELISA) pada feses terbukti merupakan alat diagnostik
berbagai giardia hewan yang dibawa oleh hewan pengerat,
cepat yang sensirif dan spesifik (Seradyn Color Vue-
rusa, sapi, domba, kuda, atau hewan peliharaan. Keadaan
Giardia; Laboratorium LMD). Pemeriksaan isi tersebut menunjukkan bahwa infeksi pada manusia dapat
duodenum mungkin diperlukan untuk menegakkan juga merupakan zoonosis dan bahwa G lamblia
diagnosis karena produksi kista dapat bersifat sporadis
mempunyai spektrum pejamu yang luas, berlawanan
dan tidak ditemukan dalam feses pada pemeriksaan apusan
dengan pandangan sebelumnya. Variasi luas terjadi pada
feses untuk telur dan parasit. Oleh karena itu, dianjurkan
kompleks giardia dan meskipun batasan definisi spesies
melakukan tiga atau lebih pemeriksaan feses secara
masih belum ditetapkan, jelas bahwa terdapat sejumlah
bergantian. Aspirasi duodenum atau penggunaan tcknik
besar klon yang berbeda dan mungkin bervariasi.
kapsui duodenum (Entero-lest) mungkin diperlukan selain
pemeriksaan feses untuk diagnosis.
TRIKOMONAS
Pengobatan 'lrikomonrs adalah protozo,r {lagclare clengan riga sanrpri

Metronidazol (Flagyl) akan membersihkan 90% infeksi lima flagela anterior, organel lain, dan membran yang
G lamblia. Kuinakrin hidroklorida oral (Atabrine) dan bergelombang. Ty'ichomonas uaginalis menycbabkan bentuk
furazolidon (Furoxone) adalah obat-obat alternatif. trikomoniasis yang paling sering terjadi pada manusia.
Tinidazol (Fasigyn), digunakan untuk pengobatan t hari,
digunakan secara luas dan efektif, tetapi tidak tersedia di Morfologi & ldentif ikasi
Amerika Serikat. Paromomycin (Humatin) mungkin A. ORGANISME TIPIKAL
berguna pada kehamilan. 'I' uaginalis berbentuk buah pir dengan satu membran
Pengobaran dapar diulangi jika pcrlu. I{anyn pasicn
bergelombang pendek yang dilapisi flagelum dan empat
simtomatik yang memerlukan pengobatan.
flagela anterior (Gambar 46-2). Organisme tersebut
Epidemiologi berukuran l0 x 7 pm, meskipun panjangnya dapat
bervariasi dari 5 sampai 30 pm dan lebarnya bervariasi
G lamblia terdapat di seluruh dunia. Manusia terinfeksi dari 2 sampai l1l pm. Organisme bergerak dengan gerakan
bila minum air atau makan makanan yang terkontaminasi khas memutar dan bergoyang. 'Irikomonas nonPatogen,
feses yang mengandur.rg kista giardia atau kontaminasi Tiichomonas hominis (Gambar 46-3) dan Tiichomontls te77nx
feses secara langsung, seperti yang mungkin terjadi di tidak dapat dibedakan dengan mudah dari 7- uaginalis
pusat penitipan anak, kamir pengungsi, institusi, atau di bila rlasih hidup. Untuk tujuan praktis, trikomonas yang
antara laki-laki homoseksual. \Wabah epidemik pernah ditemukan dalam mulut adalah I tenax; dalam usus, 7
dilaporkan di tempat peristirahatan ski di Amerika Serikat hominis; dan pada saluran kemih-genital (kedua jenis
yang mengalami kelebihan muatan pada fasilitas kelamin), T uaginalis.

Gambar 46-2. Trichomonas vaginalis (ditemukan dalam sekresi prostat dan vagina)..A: Trofozoit normal; B: bentuk
bulat setelah pembelahan; C: bentuk yang sering terlihat pada sediaan yang diwarnai. Perhatikan bahwa membran
bergelombang memanjang hanya dua pertiga bagian parasit, tidak seluruh panjang parasit, seperti pada trikomonas
lain pada manusia. Kista tidak ditemukan. 2.000 x.
676 BAB 46

melihat adakah gerakan khas trikomonas. Apusan kering


dapat diwarnai dengan hematoksilin atau Pewarnaan lain
untuk pemeriksaan selanjutnya.

B, BIAKAN

Biakan duh vagina atau uretra, sekret prostat, atau


spesimen semen dapat menunjukkan organisme bila hasil
pemeriksaan langsung adalah negatif.

Gambar 46-3. Trichomonas hominis. A: Normal dan B: lmunitas


trofozoit bentuk bundar, mungkin artefak pewarnaan.
Kista tidak ditemukan. 2000 x. Infeksi tidak menimbuikan imunitas yang nyata meskipun
infeksi ulang yang berturut-turut tampaknya menyebabkan
gejala kurang berat pada perempuan, menunjukkan bahwa
mungkin timbul resistansi.
B. BIAKAN

T uaginalis dapat dibiakan dalam berbagai medium bebas Pengobatan


sel berbentuk cair dan padat, dalam biakan jaringan, dan
Keberhasilan pengobatan infeksi vagina memerlukan
embrio ayam. Serum triptikase yang disederhanakan
penghancuran trikomonas; untuk ini metronidazol
biasanya digunakan untuk biakan semen. (Flagyl) sistemik dan topikal adalah obat terbaik. Tinidazol
(Fasigyn) dan ornidazol (Tiberal) sama efektifnya dengan
C. KEBUTUHAN PERTUMBUHAN
efek samping lebih sedikit, tetapi tidak tersedia di
T uaginalis paling baik tumbuh pada 35-37 ('C dalam Amer'ika Serikat. Pasangan seksual pasien sebaiknya
keadaan anaerobik, kurang dapat tumbuh pada keadaan diperiksa dan diobati secara bersamaan. Pasien
aerobik. pH optimal untuk pertumbuhan in uitro (5,5- pascamenopause mungkin memerlukan pengobatan
6,0) menunjukkan mengapa trikomoniasis vagina lebih estrogen untuk memperbaiki keadaan epitel vagina.
berat pada perempuan dengan pH vagina yang lebih tinggi Infeksi prostat dapat disembuhkan hanya dengan
daripada pH normal. pengobatan sistemik menggunakan metronidazol atau
salah satu nitroimidazol yang telah disebutkan di atas.
Patogenesis, Patologi, & Temuan Klinis
Epidemiologi & Pengendalian
T hominis dan T tenax umumnya dianggap komensal yang
tidak berbahaya. T uaginalis mampu menyebabkan T uaginalis adalah parasit yang umum pada pria dan
inflamasi ringan. Intensitas infeksi, pH dan keadaan wanita. Angka infeksi sangat bervariasi tetapi dapat sangat
fisiologi permukaan vagina dan saluran kemih-genital lain, tinggi (1+0o/o atau lebih tinggi). Penularannya terjadi
serta flora bakteri penyerta adalah faktor-faktor yang me lalui hubungan seksual, tetapi handuk yang
memengaruhi patogenitas. Organisme ini tidak dapat terkontaminasi, alat pancuran, alat pemeriksaan, dan
hidup pada keasaman vagina normal dengan pH 3,8-4,4. objek lain mungkin dapat menyebabkan beberapa infeksi
Pada perempuan, infel<si normalnya terbatas di vulva, baru. Bayi dapat terinleksi sewaktu lahir. Sebagian besar
vagina, dan serviks; biasanya tidak meluas ke uterus. infeksi, pada kedua jenis kelamin, bersifat asimtomatik
Permukaan mukosa terasa nyeri saat ditekan, meradang, atau ringan. Pengendalian inleksi T uaginalis selala
tererosi, dan ditutupi sekret putih kekuningan atau kuning memerlukan pengobatan kedua pasangan seksual secara
berbusa. Pada laki-laki, prostat, vesikula seminalis, dan bersamaan. Proteksi mekanis (kondom) sebaiknya
uretra dapat terinfeksi. Thnda dan gejala pada perempuan digunakan saat melakukan hubungan seksual sampai
seiain duh vagina yang banyak juga terdapat nyeri tekan infeksi pada kedua pasangan diberantas.
lokal, pruritus, dan rasa terbakar cii vulva. Sekitar 10%
laki-laki yang terinfeksi mengeluarkan sekret di uretra FLAGELATA USUS LAIN
berwarna putih dan encer.
Dientamoeba fragilis
Uj i Laboratorium Diagnostik Setelah lama digolongkan bersama ameba, organisme
A. PEMERIKSAAN SPESIMEN DAN MIKROSKOPIK yang kadang-kadang bersifat Patogen tersebut 'saat ini
dikenal sebagai ameboflagelata pada ordo yang sama
Sekret atau duh dari vagina atau uretra sebaiknya seperti trikomonas. Pada stadium ameba, organisme ini
diperiksa secara mii<roskopik daiam satu tetes salin untuk berukuran 4-18 pm, mempunyai satu atau dua inti, dan
PARASITOLOGI KEDOKTERAN / 677

I
Wffi
HEMOFLAGELATA
Hemoflagelata manusia terdiri dari genus tripanosoma
dan leishmania. Terdapat dua jenis tripanosoma manusia
yang berbeda: (1) Afrika, yang menyebabkan penyakit
tidur dan ditularkan oleh lalat tsetse (glossin a): Trypanosoma

e
brucei rhodesiense dan Trypanosoma brucei gambiense; dan
(2) Amerika, yang menyebabkan penyakit Chagas dan
ditularkan oleh serang g^ conenose (triatoma, dl1.):
Tiypanosoma (Schizotrypanum) ruzi. Genus leishmania,
dibagi menjadi sejumlah spesies yang menginfeksi
manusia, menyebabkan leishmaniasis kutaneus (Oriental
sore), mukokutan (espundia), dan viseral (kala-azar).
Gamhar 46-4. Dientamoeba fragilis. Trofozoit (kista Semua infeksi tersebut ditularkan oleh lalat pasir
tidak ditemukan). A: Aktif; B: Kecil; C: Mononuklear; D (Phlebotomus di Eropa, Asia, Afrika lOld Vorlcll dzn
dan E: istirahat. 2.000 x. Lutzomyia di Amerika LNew World).
Genus tripanosoma tampak dalam darah sebagai
tripomastigot, dengan badan meman jang yangmenunjang
membran bergelombang lateral longitudinal dan flagelum
sering memiliki dua lobus atau berbentuk seperti kacang
(Gambar 46-4). Organisme tersebut sering ditemukan yang membatasi tepi bebas membran dan timbul di ujung
anterior gebagai perpanjangan yang menyerupai cambuk.
dalam usus besar manusia bersama dengan ameba sejati,
Kinetoplas adalah badan yang berwarna gelap yang terletak
tetapi organisme ini memiliki struktur flagelata (badan
berdekatan dengan nodus kecil (blefaroplas) tempat
parabasal) dekat inti dan seperti trikomonas, tidak
timbulnya flagela. Bentuk perkembangan lain di antara
memiliki stadium kista. D ien tamo e b a fagi li s adalah parasit
hemoflagelata adalah (1) stadium intraselular leishmania
manusia tetapi juga ditemukan pada kera, monyer, dan
yang bulat, amastigot; (2) stadium ekstraselular berflagel,
domba. Organisme tersebut bersifat parogen ringan pada
sekitar 25o/o individu yang terinfeksi, yang dapat Promastigot, bentuk lanseolat, tanpa membran yang
bergelombang, dengan kinetoplas di ujung anterior; dan
mengalami nyeri abdomen dan kembung, diare, muntah,
lemah, dan penurunan berat badan yang sama seperri
(3) epimastigot, stadium ekstraselular yang lebih
memanjang dengan membran bergelombang yang pendek
giardiasis. Pengobatannya sama seperri pengobatan untuk
dan kinetoplas terletak lebih posterior, dekat inti.
infeksi Entamoeba histolytica. Pembedaan morfologi
Pada siklus hidup leishmania, hanya amastigot dan
ameba usus terdapat pada bagian amebiasis.
promastigot ya.ng ditemukan; epimastigot terbatas pada
Chilomastix mesnili vektor serangga. Pada T cruzi, ketiga stadium per-
kembangan dapat terjadi pada manusia dan tripomastigor
Parasit ini dapat tertukar de ngan trikomonas dalam serta epimastigot dapat ditemukan pada vektor. Pada
laboratorium. Parasit tersebut ditemukan di seluruh dunia. tripanosoma Afrika, dua stadium berflagel yang terakhir
Tiofozoit berbentuk buah pir dan menyerupai trikomonas, juga terdapat pada vektor lalat tsetse, tetapi hanya
tetapi gerakan spiral trofozoit tidak seperti trikomonas. tripomastigot yang ditemukan pada manusia.
Kista berbentuk seperti lemon, memiliki satu inti, dan
panjang 7-10 pm (Gambar 46-5).
LEISHMANIA
Genus leishmania, tersebar luas di alam, mempunyai
sejumlah spesies yang secara morfologis hampir identik.
B
Oleh karena itu, diferensiasi didasarkan pada sejumlah
kriteria epidemiologi dan biokimia: profil mobilitas
elektroforetik pada serangkaian isoenzim (pola zimodem);

@ @
penentuan serotipe faktor ekskresi; analisis restrilai DNA
kinetoplas (schizodeme); pola konjugasi lektin pada
permukaan parasit; penggunaan probe monoklonal untuk
mendeteksi antigen spesifik; pola pertumbuhan
Gambar 46-5, Chilomastix mesnili. A: Trofozoit; B dan promastigot in uitro bila terdapat antiserum; ciri khas
C: kista. 2000 x. perkembangan promastigot pada vektor lalat pasir
678 BAB 46

spesifik; dan vektor, pejamu reservoir, dan faktor c. vARrASr


epidemiologi lain. Gambaran klinis yang disebabkan oleh Terdapat perbedaan virulensi, tropisme jaringan, ciri khas
penyakit merupakan ciri khas pembeda sejak dulu, tetapi biologi dan epidemiologi, serta kriteria serologi dan
banyak pengecualian yang dikenal saat ini (lihat bawah). biokimia antara strain yang telah disebutkan sebelumnya.
Leishmania visera terjadi akibat infeksi oleh anggota Spesies (atau subspesies) Amerika pada leishmaniasis
kompleks Leishmania donouani, yang terdiri dari berbagai kutan dan mukokutan telah ditempatkan dalam komplela
spesies atau subspesies. Bentuk leishman.ia di Eropa, L mexicana dan L braziliensis, dan agen leishmaniasis
Asia, dan Afrika dibawa oleh lalat pasir dari ge nus viseral telah ditempatkan dalam kompleks L donouani
Lutzomyia. Leishmania'di Amerika dibawa oleh lalat pasir sebagai spesies (atau subspesies) yang berbeda secara
dari genus Phlebotomus. Berbagai leishmania ini geografis.
menyebabkan sejumlah ciri khas klinis dan epidemiologi
yang untuk mempermudah, digabung dalam tiga Patogenesis, Patologi, & Temuan Klinis
kelompok klinis: (l) leishmaniasis viseral (kala-azar), (2)
leishmaniasis kutan (Oriental sore, Baghdad boil, nyeri L donouani, yang menyebabkan kala-azar, menyebar dari
kulit basah, nyeri kulit kering, ulkus chiclero, uta, dan tempat inokulasi untuk bermultiplikaii dalam sel
nama-nama lain), dan (3) Ieishmaniasis mukokutan atau retikuloendotelial, terutama makrofag dalam limpa, hati,
nasoorai (espundia). Namun, beberapa spesies dapat kelenjar getah bening, serta sumsum tulang. Keadaan
menimbulkan beberapa sindrom penyakit (misal, tersebut disertai hiperplasia limpa yang nyata. Pengurusan
leishmaniasis visera dari salah satu agen leishmaniasis terjadi secara progresif disertai tirnbulnya rasa lemah.
kutan atau leishmaniasis kutan dari agen leishmaniasis Terdapat demam tidak teratur, kadang-kadang muncul
visera). Demikian pula, keadaan klinis yang sama dapat sore hari. Kasus dengan geialakala-azat yang tidak diobati
disebabkan oleh agen yang berbeda. biasanya fatal. Beberapa bentuk, terutama di India,
menyebabkan warna kemerahan di kulit pasca-
penyembuhan dengan banyak parasit di dalam vesikel
Morfologi & ldentif ikasi kulit 1-2 tahun kemudian (leismanoid dermal pascakala-
A. CIRI KHAS ORGANISME azar).

Hanya amastigot nonflagelata intraselular (badan


Leishman-Donovan [LD]) yang terdapat pada mamalia
(Gambar 46-6). Lalar" pasir menularkan promastigot
infektif melalui gigitan. Promastigot secara cePat berubah
menjadi amastigot setelah difagositosis oleh makrofag,
kemudian bermultipiikasi, mengisi sitoplasma makrofag.
Sel yang terinfeksi pecah, parasit yang dilepaskan sekali
lagi difagositosis, dan proses itu berulang kembali,
menimbulkan lesi kutan atau infeksi viseral bergantung
pada spesies parasit dan respons pejamu. Amastigot
berbentuk oval,2-6 X 1-3 pm, dengan inti vesikular oval
yang terletak di lateral dan kinetoplas seperti batang,
berwarna gelap.

B, BIAKAN DAN SIFAT PERTUMBUHAN

Pada medium NNN atau Tobie, hanya Promastigot yang


ditemukan. L donouani biasanya tumbuh secara lambat,
promastigotnya membentuk gumpalan kusut dalam cairan.
L tropica tumbuh lebih cepat, promastigotnya membentuk
roset kecii yang dilekatkan oleh flagelanya dalam cairan,
sementara L braziliensis dapat menghasiikan permukaan
seperti lilin dengan promastigot yang iebih kecil dan lebih
sedikit. Sebaliknya, L mexicana menyebabkan pertumbuhan Gambar 46-6. Leishmania donovanl. A: Sel retikulo-
organisme besar secara cepat pada medium agar darah endotelial besar pada limpa dengan amastigot' B:
sederhana. Pada biakan jaringan, selain promastigot Promastigot terlihat dalam usus lalat pasir atau pada
ekstraseluiar, dapat juga muncul amastigot intraselular. biakan. C: Bentuk terbelah. 2.000 X (Lingkaran ganda
sederhana menggambarkan ukuran sel darah merah).
PARASITOLOG I KEDO KTE RAN 679

L tropica, L major, L mexicana, L braziliensis, dan Sekret purulen tidak mempunyai arti diagnosis me.skipun
bentuk dermotropik lainnya menyebabkan lesi kulit di kerokan hidung mungkin bermanfaat. 'leknik enq/me'
tempat inokulasi oleh lalat pasir: leishmaniasis kutan, linked immunosorbent asay (ELISA) y"ng menggunakan
ulkus Oriental, Delhi boil, dll. Membran mukosa jarang anrigen 70-kDa telah dipelajari sebagai alat cepat dan
terkena. Lapisan dermis pertama kali terkena dengan akurat yang digunakan di lapangan utrtuk mendeteksi
infiltrasi selular dan proliferasi amastigot di dalam sel leishmaniasis viseral (di tempat aspirasi limpa atau uji
serta menyebar ke luar sel sampai infeksi menembus aglutinasi direk [DAT], yang tetap positif selama beberapa
epidermis dan menyebabkan ulserasi. Lesi satelit dapat tahun setelah penyembuhan, suatu kerugian untuk
ditemukan (leishmania kutan tipe hipersensitivitas arau diagnosis saat ini).
residif) yang mengandung sedikit parasit atau tidak sama
sekali, tidak berespons baik terhadap pengobatan, dan B. PEMERIKSAAN MIKRoSKoPIK
menyebabkan reaksi jaringan parut granulomatosa yang
kuat. Di Venezuela, dikenal bentuk diseminata kutaneus Apusan dan potongan yang diwarnai Giemsa dapat
yang disebabkan oleh L rnexicana pifanoi. Di Ethiopia, mernperlihatkan amastigot, terutalna pada bahan yang
suatu bentuk yang dikenal sebagai L aethiopica dianrbil dari kala-azar dan dari bawah tepi ulkus kutan.
menyebabkan leishmaniasis kutan yang sama yang
membentuk lepuh, tidak membentuk ulserasi dan C. BIAKAN
menyebar. Kedua bentuk secara khas bersifar anergi dan
Mediurn NNN adalah medium yang paling sering
tidak reaktif terhadap antigen uji kulit dan mengandung
digunakan. Biakan agar darah kelinci difasik, medium
banyak parasit di dalam lepuh kulit. 'Ibbie, pada suhu sekitar 26-28 oC, sangat cocok. Biakan
L braziliensis braziliensis menyebabkan leishmaniasis darah memuaskan untuk L donouani dan L braziliensis.
mukokutan atau nasofaring di daerah Arnaz6n, Amerika
Aspirat kelenjar getah bening cocok untuk semua bentuk,
Selatan. Penyakit ini dikenal dengan banyak nama lokal.
dan aspirat jaringan, bahan biopsi, kerokan, atau biopsi
Lesi tumbuh lambat tetapi luas (kadang-kadang 5-10 cm).
kecil dari tepi ulkus berguna untuk bentuk kutan dar.r
Dari tempat tersebut, migrasi tampaknya terjadi secara
sering juga untuk kala-azar. Namun, hanya promastigot
cepat ke permukaan mukosa palatum atau nasofaring; di
yang dapat bertumbuh bila tidak ada sel yang hidup.
tempat tersebut tidak terjadi pertumbuhan lagi selama
bertahun-tahun. Setelah berbulan-bulan sampai lebih dari
20 tahun, dapat terjadi erosi hebat, menghancurkan D. SERoLoGI

septum hidung dan daerah sekitarnya dalam benruk Uji gel-lbrmol (aldehid) dari Napier adalah uji nonspesifik
polipoid yang menjamur dan sering sulit disembuhkan. yang mendeteksi peningkatan kadar globulin serum pada
Pada keadaan tersebut, kematian terjadi akibat asfiksia kala-azar. LJji IFIA (antibodi hemaglutinasi tidak langsung)
yang disebabkan oleh sumbatan pada trakea, kelaparan, atau uji IFA (antibodi fluoresen tidak langsung) mungkin
atau infeksi pernapasan. Ini adalah gambaran klinis ldasik bcrguna, tetapi kedrianya tidak memiliki sensitivitas yang
espundia, sebagian besar ditemr-rkan di lembah sungai cukup dan dapat bereaksi silang dengan T cruzi. Uji ELISA
Amazon. Di dataran tinggi Peru, gambaran klinis (uta) menjanjikan, seperti yang telah disebutkan, dan reaksi
menyerupai gambaran ulkus Oriental. Infeksi L braziliensis rantai polimerase (PCR), terutama bila digabung dengan
guyanensis sering menyebar melalui aliran limfatik; di Sotrthern immunoblottizg, mcnunjukkan sensitivitas dan
tempat tersebut infeksi ini tampak sebagai rantai linear spesifisitas yang tinggi. Kedua uji tersebut mencegah
lesi yang tidak berulserasi. Infeksi L mexicana lebih kebutuhan metode diagnostik yang invasif, seperti pungsi
terbatas pada lesi tunggal, ulseratif, dan indolen yang sumsum tulang atau limpa, keduanya merupakan prosedur
menyembuh dalam waktu sekitar 1 tahun, meninggalkan yang menyakitkan dan membahayakan. Uji kulit (uji Mon-
parut sirkular dengan kedalaman yang khas. Di Meksiko tenegro) penting secara epidemiologi dalam mcnunjukkan
dan Guatemala, telinga sering kali terkena (uIkus chiclero), riwayat pajanan terhadap leishmania apa pun.
biasanya dengan infeksi yang menyerang kartilago tanpa
ulserasi dan dengan sedikit parasit.
lmunitas
Uj i Laboratorium Diagnostik Pemulihan dari leishmaniasis kutan menghasilkan
imunitas permanen dan kuat meskipun biasanya bersifat
A. SPESIMEN
spesilik spesies dan dapat juga bersiiat spesifik strain.
Aspirat kelenjar gerah bening, kerokan, dan biopsi dari l{esistansi alami sangat bervariasi pada setiap orang dan
tepi lesi, bukan bagian tengah, penting pada leishmaniasis juga bervariasi sesuai usia serta jenis kelamin. Vaksinasi
kutan; aspirat kelenjar getah bening, darah, dan pungsi dengan inokulum hidup dari biakan yang baru diisolasi
limpa, hati, atau sumsum tulang penti'rg pada kale-azar. sangat menurunkan insiden uikus Oriental.
680 BAB 46

Imunitas terhadap kala-azar dapat timbul tetapi "basah" yang disebabkan oleh L major, terdapat di
bervariasi sesuai waktu pengobatan dan keadaan pasien. pedesaan, dan hewan pengerat yang menggali tanah adalah
reservoir utamanya; tipe "kering", yang disebabkan oleh
P.engobatan L tropica, terdapat di perkotaan, dan mungkin manusia
merupakan satu-satunya reservoir. Untuk L brazi/iensis,
Lesi tunggal dapat dibersihkan, dikuret, diobati dengan terdapat sejumlah reservoir liar, tetapi jelas bukan hewan
antibiotik jika terkena infeksi sekunder, kemudian ditutup peliharaan. Vektor lalat pasir juga terlibat daiam scmua
dan dibiarkan menyembuh. Untuk bentuk yang lebih besar bentuk.
atau tidak menyembuh; antimonium pentavalen natrium
glukonat (Pentostam, Soiustibosan) adalah obat piiihan. TRIPANOSOMA
Pentamidin isetionat (Lomidine), diikuti pemberian
antimonium atarl rekombinan interferon gamma manusia Hemoflagelata genus tripanosoma terdapat daiam darah
ditambah antimonium dapat berguna untuk kala-azar yr;ng mamalia sebagai triponrastigor rnatang yang paniang.
resistan terhadap antimonium natrium glukonat. Stadium epimastigot yang memperbanyak diri tcrjadi
Sikloguanil pamoat dalam minyak (Camolar) dan sebelum pembentukan tripomastigot infektif pada pejamu
amfoterisin B (Fungizone) dapat digunakan untuk intermediat (vektor serangga) pada semua spcsies
espundia, yang sering tidak berespons terhadap tripanosoma yang menginfeksi manusia. Tiipanosomiasis
pengobatan. Pemanasa{r lokal dengan kompres air panas discbut sebagai penyakit tidur Afrika; penyakit Chagas
(39-42 0C) dipakai secara iangsung 20-30 menit/hari di Amerika Serikat bagian selaran, Mei<siko, dan Amerika
selama 12-30 hari atau dengan pajanan tcrhadap Tengah serta Selatan; dan tripanosomiasis asimtomatik
ultraviolet atau radiasi inframerah selama 20 menit/hari di Amerika Tengah dan Sclatan.
dapat efektif melawan bentuk residif infeksi L tropica Bentuk induk di Afrika adalah Trypanosoma brucei
yang nonresponsif. Ketokonazol (Nizoral) yang diberikan brucei, yang menyebabkar-r nagana pada hewan.ternak
setiap hari selama 4-8 minggu juga teiah berhasil melawan dan hewan buruan; dua bentuk manusia adalah T brucei
leishmaniasis kutan. rhodesiense dan T bntcei gambiense. Ketiga bentuk tcrsebut
tidak dapat dibedakan secara morfologis tetapi berbeda
secara biokimia, ekologi, dan epidemiologi.
Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian
Z donouani, ditemukan secara
Kala-azar, disebabkan oleh Morfologi & ldentifikasi
fokal di sebagian besar negara tropis dan subtropis. A. CIRI KHAs ORGANISME
Distribusi iokalnya terkait dengan prevalensi vektor lalat
pasir spesifik. Di daerah pesisir Mediterania dan Asia T' h gambiense dan 7' b rhodesiense dari Afrika bervariasi
bagian tengah serta Amerika Selatan, anjing liar dan dalam ukuran, bentuk badan dan panjang flagela (biasanya
peliharaan merupakan reservoir, dan di Sudan, berbagai 15-30 pm) tetapi pada hakikatnya tidak dapat dibedakan
karnivora liar dan hewan pengerat menjadi reservoir kala- (Gambar 1t6-7). Bentuk pendek seperti "puntung" bersifat
azar endemik. Tidak ada reservoir hewan yang telah infektif terhadap pejamu serangga dan memiliki
ditemukan untuk bentuk yang berasal dari India dan serangkaian enzim yang lengkap untuk metabolisme
Kenya. Pengendalian ditujukan pada pemusnahan tempat energi. Ilentuk yang panjang memerlukan bantuan
pen'rbiakan dan anjing, apabila diperlukan, dan metabolik pejarnu dan bcntuk ini khusus untuk
melindungi masyarakat dari gigitan lalat pasir. Uikus muitiplikasi cepat dalam aliran darah vertebrata yangkaya
Oriental paling sering terjadi di daerah Mediterania, nutrisi. Bentuk yang sama terlihat dalam darah seperti
Afrika Utara, dan Timur Tengah serta Timur Dekat. "Iipe yang terdapat dalam aspirat kelenjar getah bening.

Gambar 45-7. Trypanosoma brucei gambiense (atau Trypanasama brucei rhodesiense, tidak dapat dibedakan dalam
praktik). A, B: Tripomastigot dalam darah; C: epimastigot (tipe intermediat; kinetoplas belum sampai di anterior
nukleus); ditemukan pada lalat tsetse, spesies glossina. 1.700 x.
PARASITOLOGI KEDOKTERAN I 681

Gambar 46-8. Trypanosoma cruzi. A, B, C: Tripomastigot dalam darah; D, E: epimastigot (dengan membran anterior
pendek yang bergelombang); F: koloni amastigot pada otot jantung. 1.700 x.

Bentuk darah I cruzi di Amerika (Gambar 46-8) permukaan; hal tersebut dipandangsebagai tindakan untuk
tampak selama stadium akut dini dan pada interval menghindari respons antibodi pejamu secara terus-
sesudahnya dalam jumlah sedikit. Bentuk organisme menerus dengan menghasilkan membran antigen yang
tersebut adalah tripomastigot yang khas, dengan ukuran berbeda. Setiap populasi berkurang tetapi segera
bervariasi sekitar rata-rata 20 pm, sering melengkung digantikan oleh tipe antigen lain sebelum jenis antigen
berbenruk huruf C bila difiksasi dan diwarnai. Kinctosom sebelumnya dimusnahkan. Setiap tripanosoma diduga
terminal besar, bundar pada preparat yang dirvarnai memiliki sekitar 1.000 gen VSG, suatu contoh
bersifat khas. Bentul< jaringan, yang paling sering terdapat pembentukan gen mosaik.
pada otot jantung, hati, dan otak, berkembang dari
amastigot yang memperbanyak diri membentuk koloni Patogenesis, Patologi, & Temuan Klinis
intraselular setelah invasi sel pejamu atau fagositosis
Tiipanosoma infektif T b gambiense dan T b rhodesiense
parasit. Tiypanosoma rangcli diAmerika Selatan dan Tengah
masuk melalui gigitan lalat tsetse dan memperbanyak diri
rnenginfeksi manusia tanpa menyebabkan penyakit
di tempat inokulasi untuk menimbulkan beragam indurasi
sehingga harus dibedakan secara cermat dengan spesies
patogen (Tabel 46-1).

B. BIAKAN
Tabel 46-1. Perbedaan T cruzi dan T rangeli

T cruzi dan 7- range li dapat dengan mudah dibiak (3-6


minggu) dalam bentuk epimastigot dalam medium cair
*',..r"**.:-"; * * - - - --i'- -:''ti!'! - -'o:-!:":1:!t- -
Bentuk darah
atau difasik. Diagnosis pasien pada fase awai infeksi yang Ukuran 20 pm Lebih dari
ditularkan melalui darah, dapat dibantu dengan 30 um
menggunakan daya multiplikasi parasit pada vektor
serangga yang bersih, yang dibiakkan di laboratorium
Bentuk Sering berben- Jarang ber-
tuk C pada bentuk C
(kissing, conenose, atau triatomitte bug) dan dibiarkan preparat yang
mengisap darah penderita (lihat Xenodiagnosis, di bawah). d ifiksasi

C. VARrAsl Kinetoplasposterior Terminal,besar Jelas subter


minal, kecil
Terdapat variasi morfologi (lihat atas), virulensi, dan
Stadium perkembangan Amastigot sam- Tidak dite-
susunan antigenik. 'lripanosoma Afrika, kompleks I dalam jaringan pai epimastigot mukan
brucei sangat luar biasa karena mengalami perkembangan (hanya tripo-
rangkaian selubung antigen glikoprotein yang terkontrol mastigot)
secara genetis (glikoprotein permukaan varian, atau VSG).
Serangga triatomin
Gelombang parasit yang berturut-turut dalam aliran darah Pada kelenjar saliva Selalu tidak ada Biasanya ada
pejamu masing-masing diselubungi oleh selubung y^ng atau proboscis
berbeda, salah satu dari jumlah yang jelas tidak terbatas. (atau keduanya)
Proses tersebut disebabkan oleh perubahan yang diinduksi
Di usus atau feses Ada Ada
secara genetis pada perkembangan selubung glikoprotein
BAB 46

dan pembengkakan (lesi primer), yang dapat berkembang infeksi terminal. Ketiga tripanosoma dapar ditularkan
membentuk chancre tripanosoma. Tiipanosoma menyebar melalui plasenta dan infeksi kongenital terjadi di daerah
ke kelenjar getah bening, aliran darah, dan pada stadium hiperendemik.
terminal, ke sistem saraf pusat; di tempar tersebut
tripanosoma menimbulkan sindrom sleeping sichness yang Uji Laboratorium Diagnostik
khas: kelelahan, tidak dapat makan, pengurusan jaringan,
ridak sadar, dan kemarian.
A. SPESIMEN

Bentuk infektif T cruzi tidak masuk ke manusia Darah, sebaiknya diambil saat suhu pasien meningkat;
melalui gigitan serangga rriatomin (yang merupakan cara cairan serebrospinalis; kelenjar getah bening arau aspirat
masuk I rangeli nonpatogen); melainkan masuk bila feses iesi primer; atau gunakan spesimen yang diperoleh dari
serangga yang terinfeksi tergosok ke konjungriva, tempat pungsi limpa, sumsum tulang stcrnal, atau krista iliaka.
gigitan, atau luka di kulit. Di tempat masuknya 7- cruzi,
terdapat nodul peradangan subkuran arau chagoma. B. PEMERIKSAAN MIKRoSKoPIK
Penyakit Chagas sering terjadi pada bayi. Pembengkakan
l)arah segar (atau jaringan yang diaspirasi dalam larutan
unilateral kelopak mata (tanda Romafia) mempunyai
salin) dijaga agar tetap hangat dan segera diperiksa untuk
awitan yang khas, terutama pada anak-anak. Lesi primer
mencari tripanosoma yang bergerak secara aktif. Sediaan
disertai demam, limfadenitis regional akut, dan
tebal dapat diwarnai dengan pewarnaan Giemsa. Sediaan
penyebaran ke darah dan jaringan. Parasit biasanya dapat
tipis yang diwarnai dengan pewarnaan Giemsa diperlukan
terdeteksi dalam 1-2 minggu saat tripomastigot berada
untuk konfirmasi. Sentrifugasi mungkin diperlukan.
di dalam darah. Perkembangan selanjutnya bergantung
Apusan jaringan harus diwarnai untuk identifikasi
pada organ dan jaringan yang terkena dan sifat rnuldplikasi
stadium pratripanosoma. Cairan serebrospinalis yang
serta peiepasan toksin.
disentrifugasi sebaiknya diperiksa dengan cara yang sama;
Bentuk Afrika memperbanyak diri di luar sel sebagai
jarang terdapat lebih.dari satu tripanosoma per miliiirer.
tripomastigot dalam darah dan dalam jaringan limfoid.
LJji yang paling dapat dipercaya adalah apusan darah untuk
T cruzi memperbanyak diri dalam sel rerikuloendotel,
T b rhodesienre, spesimen pungsi kelenjar getah bening
mengalami suatu siklus yang dimulai dengan sekumpulan
besar amastigot. Pada bentuk Afrika dan Arnerika,
I
untuk b gambiense, dan cairan serebrospinalis untuk Z
multiplikasi dalam jaringan ditandai oleh fase parasitemia
I
b rhodesiense dan b gambiense tahap lanjut.
dengan destruksi selanjutnya oleh pejamu dalam bentuk
C. B IAKAN
darah, diserrai serangan demam intenniten yang secara
bertahap berkurang intensitasnya. Parasitemia iebih sering Setiap biakan dapat diinokulasi ke dalam medium Tobie,
terjadi pada T b rhodesiense dan bersifat intermiten serta semipadat'Wenyon, NNN, arau medium lain untuk
tidak sering ditemukan pada T cruzi. membiakkan T cruzi atau I rangeli. Organisme tumbuh
Pelepasan toksin dapat menjelaskan berbagai reaksi pada suhu 22-24 0C dan disubkultur seriap 1-2 minggu.
sistemik dan lokal. Organ yang banyak rerserang secara Bahan yang disentrifugasi diperiksa di bawah mikroskop
serius adalah sistem saraf pusat dan otot jantung. untuk mencari tripanosoma. Biakan bentuk Afrika tidak
Miokarditis interstisiai merupakan unsur serius yang memuaskan.
paling sering terjadi pada penyakit Chagas. Organ lain
yang terserang adalah hati, limpa, dan sumsum tulang, D. INoKULASI HEwAN
terutama akibat infeksi 7' cruzi kronik. Invasi atau T cruzi dan T rangeli dapat dideteksi dengan meng-
destruksi toksik pleksus saraf pada dinding saluran cerna
inokulasi darah secara intraperitoneal ke daiam tikus (bila
menyebabkan megaesofagus dan megakoion, terutama
ada, anak anjing dan anak kucing adalah hewan piiihan
pada penyakit Chagas Brazil. Megaesofagus dan pertama). T b rhodesiewl sering dapat dideteksi dan T b
megakolon tidak ditemukan pada penyakit Chagas
gambiense kadang-kadang dapat dideteksi oleh prosedur
Kolombia, Venezuela, dan Amerika Tengah. Tiipanoso-
tersebut. Tripanosoma tampak dalam darah beberapa hari
miasis Afrika paling khas menyerang sistem saraf pusat.
setelah inokulasi berhasil.
T b rhodesiensa tampak dalam cairan serebrospinalis dalam
waktu sekitar 1 bulan dan 7- b gambiense daiam beberapa' E. SERoLoGI
bulan, tetapi keduanya terdapar dalam jumlah kecil.
Infelsi T b gambiensr bersifat kronik dan menyebabkan Uji IHA, IE{, atau CF (Machado) yang positif menunjang
meningoensefalitis difus progresif, serelah itu kematian konfirmasi infeksi T cruzi. ELISA yang dikembangkan
akibat sindrom tidur biasanya terjadi dalam l-2 ahrn. T baru-baru ini yang menggunakan antigen rekombinan,
b rhodesienseyang lebih c€pat faral menyebabkan somnolen saat ini menjadi alat serodiagnosrik yang sangat spesifik
dan koma hanya selama minggu-minggu terakhir pada dan sensitif untuk deteksi T cruzi. Uji tersebut bermanfaat
PARASITOLOG I KEDOKTERAN 683

terutama untuk penapisan bank darah. Bentuk Afrika masih memiliki tripomastigot dalam darah. Benznidazol
menyebabkan reaksi IFA setelah sekitar 12 hari infeksi. (Rochagan) adalah obat alternatif yang baru-baru ini ditrji'
Hal ini sangat berguna untuk diagnosis T b gambiense, Tripanosomiasis Afrika secara prinsip diobati dengan
Uji kartu untuk aglutinasi langsung bermanfaat dalam suramin natrium (Germanin) atau pentamidin isetionat
penggunaan di lapangan atau Pusat kesehatan di pedesaan, (Lomidine). Penyakit tingkat lanjut yang mengenai sistem
menggunakan antigen tripanosoma terliofilisasi. saraf pusat memerlukan melarsoprol (Mel B), suramin,
atau iriparsamid. Obat baru ydng menjanjikan adalah
F. XENODIAGNOSIS eflornitin (difluorometilornitin; .DFblO; [Ornidyl]), yang
bekerja melawan fase infeksi T b gambiensa pada darah
Pemerilaaan ini merupakan metode pilihan pada penyakit d". ,i.t.- saraf pusat serta stadium hemolimfatik Z /
yang diduga sebagai penyakit Chagas jika pemeriksaan rhodesiense.
Iain negatif, terutama selama fase awal awitan penyakit.
Karena irtksi okh T cruzi dalam laboratorium adalah
berbahaya, uji sebaiknya dilahuhan banya oleb pekerja yang Epidemiologi, Pencegtahan, & Pengendalian
telah terlatih untuh prosedur ini. Sekirar enam serangga
Tripanosomiasis Afrika terbatas di daerah lalat tsetse yang
triatomine bersih yang dibiakkan di laboratorium diketahui. T b gambienre, ditularkan oleh tsetse daerah
dibiarkan mengisap darah dari,pasien dan kotorannya pinggiran, Glossina palpalis, dan beberapa vektor tsetse
diperilaa dalam 7-10 hari untuk melihat berbagai bentuk hnti" l.-b"p lain, meluas dari Afrika Barat ke bagian
perkembangan. Defekasi terjadi segera setelah makan tengah dan menimbulkan infeksi yang relatif kronik
daging segar atau disengaja dengan menggosok lembut diseitai serangan progresif pada sistem saraf pusat' 7 /
anus serangga dan kemudian menekan Perutnya. rhodesiense, yang dibawa oleh G/ossina morsitans, Glossina
Xenodiagnosis tidak dapat dipraktikkan untuk bentuk pattidipes, dan Glossina fuscipes 'dari daerah hutan
Afrika. i.tp"d".tg rumput, terdapat di padang rumput di Afrika
r.b.luh ti-ut din tenggara dengan fokus di sebelah barat
Diagnosis Banding Danau Victoria. Organisme tersebut menyebabkan kasus
T b rhodesiense dan T b gambiense secara morfologis identik yang lebih sedikit jumlahnya tetapi lebih virulen. Antelop
tetapi dapat dibedakan berdasarkan distribusi geografi, Afrika dan antelop lain dapat berperan sebagai reservoir
spesies vektor, dan penyakit klinis pada manusia. Adanya T b rhodesiense, sedangkan manusia adalah reservoir
IgM spesifik dalam cairan serebrospinalis dianggap utama 7 b gambiense. Pengendalian bergantung pada
patognomonik untuk stadium ensefalitik tripanosomiasis pencarian, isolasi, dan pengobatan penderita penyakit
Afrika. Perbedaan T tuzi dan T rangeli (Tabel 46-1) ini; mengendalikan pergerakan orang yang masuk dan
penting. Prosedur berbasis laboratorium telah men- keluar daii daerah laiat; menggunakan insektisida dalam
jelaskan bahwa pembedaan dua spesies tersebut kendaraan; dan melakukan kontroi lalat' terutama dengan
didasarkan pada digestan DNA parasit total yang insektisida aerial dan mengubah habitat. Kontak dengan
dielektroforesis pada gel agarosa yang kemudian diwarnai hewan reservoir sulit dikendalikan dan penolak serangga
dengan etidium bromida. merupakan usaha yang kecil melawan gigitan tsetse'
Kemoprofilaksis seperti suramin natrium, sulit dan
lmunitas berlangsung singkat.
Tiipanosomiasis Amerika (penyakit Chagas) terutama
Manusia memperlihatkan beberapa variasi individual atas penting di Amerika Tengah dan Selatan, meskipun infeksi
resistansi alami terhadap tripanosoma. CF spesifik strain pada he*an jauh lebih luas-misal, sampal ke Maryland
dan antibodi pelindung dapat didetel<si dalam plasma dan dan California bagian selatan. Beberapa kasus otokton
zet ini diduga menyebabkan hilangnya bentuk darah. manusia pernah dilaporkan di Texas dan California bagian
Setiap relaps tripanosomiasis Afrika disebabkan oleh selatan. Hama triatomin tertentu menjadi serangga rumah
strain yang berbeda secara serologis dari strain seperti kutu busuk dan infeksi dapat dibawa oleh tikus,
sebelumnya. Selain relaps tersebut, orang Afrika yang opor**, atau armadilo-yang dapat menyebarkan infeksi
bebas dari gejala tripanosomiasis masih dapat memiliki k. h.*".t peliharaan sePerti anjing dan kucing' Oleh
tripanosoma dalam darah. karena tidat ada pengobatan efekdf yang diketahui, perlu
dilakukan p..tg.ttd"li".t vektor dengan insektisida residu
Pengobatan dan modifik"ri h"bit",, sePerti Penggantian rumah
Tidak ada pengobatan yang efektif untuk tripanosomiasis bertembok batako dengan atap dari jerami, dan
Amerika meskipun nifurtimox (Bayer 2502) ditambah menghindari kontak dengan reservoir hewan. Penyakit
interferon gamma dapat memperpendek fase akut dan Chagas sebagian besar terjadi di antara penduduk dengan
dapat menyembuhkan sementara beberapa pasien yang keadaan ekonomi yang buruk' Kira-kira 20-25 juta orang
684 BAB 46

dihinggapi parasit dan banyak di antaranya yang B. BIAKAH


menderita kerusakan jantung yang akhirnya meng-
akibatkan penurunan kemampuan bekerja dan harapan
Tiofozoit dapat dipelajari dengan mudah dalam biakan;
h idup.
penyelubungan maupun pelepasan kista dapat diken-
dali kan .

C. KeauruHAN PERTUHBUHAN

r AMEBA USUS Pertumbuhan organisme ini paling baik dalam berbagai


medium kaya yang kompleks atau biakan sel dalam
keadaan anaerobik parsial pada suhu 37 0C dan pH7,0-
ENTAMOEBA HISTOLYTICA disertai flora campuran atau paling tidak satu spesies yang
hidup bersama.
Entamoeba histolytica adalah parasit yang sering ditemukan
dalam usus besar manusia, primata rerrenru lainnya, dan
D. VARtAst
beberapa hewan lain. Banyak kasus bersifat asimtomatik
kecuali pada manusia atau di anrara hewan yang hidup Variasi ukuran kista disebabkan oieh perbedaan nutrisi
dalam keadaan terrekan (misal, primata di kebun atau adanya spesies nonpatogen kecil, E hartmanni.
binarang). Spesies patogen atau invasif saar ini dianggap sebagai
spesies yang berbeda dengan spesies komensal
nonpatogen pada lumen yang lebih sering, disebut dengan
Morfologi & ldentifikasi nama lama, E dispar, dengan nama E histolytica unuk
A. CIRI KHAs ORGANISME bentuk patogennya. E dispar berbeda meskipun secara
mikroskopis identik dengan spesies enramoeba
Ditemukan tiga stadium: ameba aktif, kista tidak aktif,
berdasarkan analisis generik dan isoenzim. Saat ini tidak
dan prekista intermedia. Trofozoit ameboid adalah satu-
ada eara untuk membedakannya kecuali dengan analisis
satunya bentuk yang ada dalam jaringan. Bentuk tersebut
juga ditemukan dalam feses cair selama disentri ameba.
DNA dan elektroforesis isoenzim. Oleh karena iru,
adanya sel darah merah dalam trofozoit, antibodi amebik
Ukurannya 15-30 Fm. Sitoplasma mempunyai dua zona,
dalam darah, atau indikasi klinis harus diandalkan bila
tepi luar hialin dan bagian dalam granular yang dapat
tidak ada analisis yang sulit dan secara biokimia mahal.
mengandung sel darah merah (patognomonik) tetapi
biasanya tidak mengandung bakteri. Pewarnaan besi-
Patogenesis, Patologi, & Temuan Klinis
hematoksilin atau trikrom Wheatley memperlihatkan
membran inti dilapisi granuia kromatin yang halus dan Trofozoit berasal dari kista yang tertelan (metakista)
teratur dengan badan sentral yang kecil (endosom arau setelah aktivasi proses pelepa3an selubung dalam lambung
kariosom). Gerakan trofozoit pada bahan segar cepat dan dan duodenum. Metakista rerbelah secara cepar,
satu arah. Pseudopodia berbentuk sep€rri jari dan lebar. menghasilkan empat amebula (saru untuk setiap inti kista),
Kista hanya terdapat dalam lumen kolon dan dalam masing-masing amebula membelah lagi menghasilkan
feses yang padat atau cair. Kista subsferis pada ameba delapan trofozoit kecil per kista infektif. Kista tersebut
patogen berkisar dari 10 sampai 20 pm. Kista yang lebih masuk ke sekum dan menghasilkan populasi trofozoit
kecil, berukuran dari 10 pm sampai 3,5 prm, dianggap yang mendiami lumen. tofozoit memperbanyak diri
Entamoeba hartmanni nonparogen. Dinding kista, yang dengan fisi binari. Pada sebagian besar infeksi, mungkin
tebalnya 0,5 irm, adalah hialin. Kista satu inti inisial dapat 90%, infeksi tetap dalam lumen dan trofozoit yang
mengandung vakuola glikogen dan badan kromatoid memperbanyak diri sebagai koloni pemberi makan
dengan ujung bulat khas (beriawanan dengan kromatoid bakteri, akhirnya terbungkus kista, dan keluar daiam feses.
yang terpecah pada perkembangan l<tsra Entamoeba coli). Keadaan tersebut diduga disebabkan oleh ,E dispar.
Pembelahan inti dalam kista menghasilkan kista akhir Penyakit terjadi ketika trofozoit E histolytica menginvasi
yang berinti empar, selama masa pembeiahan tersebut, epitel usus. Invasi ke mukosa dengan bantuan enzim
badan kromatoid dan vakuola glikogen menghilang. proteolitik terjadi melalui kripta Lieberkiihn, membentuk
Diagnosis pada sebagian besar kasus ditentukan oleh ulkus diskret dengan bagian tengah berukuran kepala
gambaran khas kista karena trofozoit biasanya hanya jarum pentul, tepi meninggi, dan mengeluarkan mukus,
tampak daiam feses diare pada kasus aktif dan bertahan sel nekrotik, serta ameba. Perubahan patologi selalu
hanya selama beberapa jam meskipun dapat diper- diinduksi oleh trofozoit: kista E histolytica tidak dihasilkan
tahankan dengan fiksasi polivinil alkohol (PVA). Feses dalam jaringan. Permukaan mulosa di antara ulkus secara
dapat mengandung kista berinti 1-4 bergantung pada khas normal. Ameba memperbanyak diri dan menumpuk
derajat kematangannya. di atas mukosa muskularis, sering menyebar ke lateral.
PARASITOLOGI KEDOKTERAN / 685

Penyembuhan dapar terjadi sponran dengan sedikit erosi ti.mbul dalam 4 hari sesudah pajanan, dapat te rjadi
jaringan jika regenerasi terjadi Iebih cepat daripada sampai setahun kemudian, atau tidak pernah terjadi.
destruksi atau trofozoit amebik dapat menembus Infeksi ekstraintestinal bersi{at merastatik dar-r jarang
muskularis ke dalam submukosa. Terjadi penyebaran terjadi akibat ekstensi langsung dari usus. Sejauh ini
ameba yang memperbanyak diri secara cepar k€ arah bentuk yang paling sering adalah hepatitis amebik atau
lateral, merusak mukosa dan menghasilkan ulkus abses hati (4o/o atau lebih infeksi klinis), yang dianggap
berbentuk botol yang khas pada amebiasis primer: rempar disebabkan oleh mikroemboli, termasuk trofozoit yang
masuk yang kecil, melaiui leher sempit melewati mukosa dibawa melalui sirkulasi porta. Mikroembolisme hepatik
ke area nekrotik yang luai di submukosa. Invasi bakteri dengan trofozoit dianggap merupakan keadaan yang sering
biasanya tidak terjadi pada saat ini, reaksi selular terbatas, menyertai lesi usus tetapi lesi fokal difus tersebut jarang
dan kerusakan disebabkan oleh nekrosis litik. Penyebaran memberat.. Abses ameba sejati bersifat progresif,
yang terjadi selan.futnya dapat menggabungkan koloni nonsupuratif (kecuali jika terjadi infeksi sekunder), dan
ameba, merusak daerah permukaan mukosa secara luas. destruktif tanpa kompresi dan pembentukan dinding.
Tiofozoit dapat menembus lapisan muskular dan kadang- Isinya adalah ameba aktif, secara bakteriologis steril dan
kadang serosa, menyebabkan perforasi ke dalam rongga nekrotik yang dibatasi dinding. "Pasta anchouy" yang khas
peritoneum. Pembesaran selanjutnya di area nekrotik dihasilkan pada abses dan terlihat pada drainase bedah.
menghasilkan perubahan makroskopis pada ulkus yang Lebih dari separuh pasien dengan abses hati ameba tidak
dapat menimbulkan bagian tepi berbulu kasar yang mempunyai riwayar infeksi usus, dan hanya seper-
menggantung, invasi bakteri sekunder, dan penumpukan delapannya mengandung kista dalam feses. Pada kasus-
leukosit nrutrofil. lrsi usus sekundcr dapar reriadi akibat kasus yang juang, abses ameba juga terladi di tempat
pcrltrasan lesi primer (biasanya di sekum, apendiks, atau lain (rnisal, paru, otak, iimpa, atau drainase melalui
bagian di dekat kolon asendens). Organisme dapat dinding trrbuh). Setiap organ atau jaringan yang kontak
mencapai katup ileosekal dan ileum terminal, menim- dengan uofozoit aktif dapat menjadi rempar invasi dan abses.
bulkan infelai kronik. Kolon sigmoideum dan rektum
adalah tempat yang mudah terkena lesi selanjutnya. Massa Uji Laboratorium Diagnostik
seperti tumor granulomatosa arau radang amebik
(ameboma) dapat terbentuk pada dinding usus, kadang-
A. SFESIHEN

kadang tumbuh cukup besar sehingga dapat menyumbat 1. Feses cair-


lumen. a. Segar dan hangat untuk pemeriksaan segera
Faktor yang menentukan invasi ameba termasuk hal mencari trofozoit.
berikuc: jumlah ameba yang tertelan, kapasitas parogen b. Diawetkan dalam fiksasi polivinil alkohol (PVA)
strain parasit, faktor pejamu seperri motilitas usus dan atau fiksasi Merthiolate-iodine-formalin (MIF) untuk
kompetensi imun, dan adanya bakteri enterik yang sesuai pengiriman ke laboratorium diagnostik (dalam tabung
yang dapat meningkatkan pertumbuhan ame ba. pengiriman ganda atau kedap air, bagian dalam terbuat
Identifikasi yang tepat dan sesuai terhadap spesies dari logam).
entamoeba tetap masih menjadi masalah penting. Hingga c. Setelah pencahar salin (atau en€ma tinggi setelah
uji yang cepat dan dapat dipercaya pada laboratorium pencahar salin) untuk memeriksa kista dan trofozoit.
diagnostik tersedia, kebimbangan dan pengobatan yang
2. Feses padat untuk mencari kista.
tidak diperlukan akan terus berlanjut. Tiofozoit, rerurama
dengan sel darah merah dalam sitoplasma, yang ditemukan 3' Kerokan dan biopsi yang diperoleh melalui sigmoidoskopi
dalam fcses yang cair atau setengah padat bersifat atau (lebih sering) kolonoskop, paling sering ditemukan
patognomonik. Feses padat biasanya hanya mengandung dengan kolonoskopi.
kista sementara pasien dalam tahap penyakit akdf dengan 4. Aspirat abses hati dikumpulkan dari tepi abses, bukan
feses cair (bercak darah dan untaian lendir mengandung bagian tengah yang nekrotik. Aspirat kental harus
banyak ameba) biasanya hanya mengandung trofozoit. diberikan enzim pencair seperti streptdornase, kemudian
Geiala sangat bervariasi bergantung pada rempat dan dibiak atau diperiksa di bawah mil<roskop.
intensitas lesi. Nyeri tekan abdomen yang hebat, disentri
5. Darah untuk uji serologi dan hitung. sel.
fulminan, dehidrasi, dan inkapasitasi terjadi pada
penyakit yang berat. Pada penyakit yang kurang akut, B. PEFIERIKSAAH HIXRoSKoPIK
awitan gejala biasanya bertahap dan disertai episode diare,
kram abdomen, mual, dan muntah, serra keinginan Jika memungkinkan, periksa selalu feses segar dan hangat
defekasi. Yang lebih sering terjadi adalah kram dan rasa untuk melihat adakah trofozoit jika pasien simromarik
tidak nyaman menyeluruh, hilang selera, dan penurunan dan mempunyai feses diare. Bila tidak, warnai apusan
berat badan dengan kelelahan menyeluruh. Gejala dapat dengan p€warnaan trikrom atau besi-hematoksilin. Feses
686 BAB 46

disentri ameba biasanya dapat dibedakan dengan feses dapat dipercaya kecuali bila telah terjadi invasi jaringan
disentri basilar: feses disentri ameba lebih banyak y"ng bermakna. Preparat yang dipasakan menggunakan
mengandung sisa feses, sedikit darah yang disertai lendir teknik aglutinasi lateks (Serameba), difusi ganda
tidak kental dan sel darah merah yang mengalami Ouchterlony (ParaTek), dan counterelectrophoresis
degenerasi, sedikit sel polimorfonuklear atau makrofag, (Amoebogen). Respons positif terhadap beberapa uji
kristal Charcot-Leyden yang tersebar, dan trofozoit. bermanfaat dalam menunjang diagnosis tentatif pada
Meskipun diperlukan pengalaman untuk membedakan kasus amebiasis ekstraintestinal yang meragukan.
E histolytica dan E coli (lihat di bawah), pembedaan perlu Antibodi antiamebik hanya teriadi oleh E histolyticakarena
dilakukan karena diagnosis yang salah sering menyebab- E dispar, yang bersifat nonpatogen' tidak menimbulkan
kan pemberian pengobatan yang tidak perlu, pengobatan respons serologi.
yang berlebihan, atau kegagaian pengobatan. Masalah Uji enzimeba didasarkan pada temuan histolisain
dalam membedakan E histofitica dan E dispar secara rutin (sistein protease utama pada bentuk virulen) dalam usus
masih belum terpecahkan dengan tajam. ditambah antibodi yang ada dalam sirkulasi terhadap
Diferensiasi E histolytica (H) dan E coli (C), ameba histolisain setelah invasi jaringan. Uji yang digunakan
usus yang paling sering selain E dispar, dapar dibuat pada adalah immunoassa! enzim fase padat untuk mendeteksi
apusan yang diwarnai sebagai berikut: histolisain dalam feses. Uji tersebut terutama membantu
pada kasus dengan kista atau trofozoit yang tidak
1. Trofozoit-sitoplasma pada H seperti kaca dan
ditemukan melalui pemeriksaan mikroskopik. Uji lain
bergranular halus serta hanya mengandung sel darah
untuk membedakan strain bentuk Patogen dengan
merah dan vakuola sferis. Sitoplasma pada C bersifat
nonpatogen (E dispar) pada spesimen feses adalah ELISA
granular, dengan banyak bakteri dan inklusi lain serta
yang menggunakan antibodi monoklonal terhadap adesin
vakuola elipsoid. Inti H mempunyai endosom sentral
galaktosa, suatu epitop spesifik Patogen E histolytica'
yang sangat kecil dan granula kromatin teratur halus yang
Antigen'ameba (uji Teth-Lab) dalam leses bersifat sensitif
melapisi perifer; inti C mempunyai endosom eksentrik
dan spesifik untuk E histolytica dan iampaknya tidak
yang lebih besar dan kromatin perifer lebih bermanik-
berespons terhadap E dispar atau ameba nonpatogen lain'
manik kasar dan kurang tersebar merata di sekitar
membran inti. Tiofozoit yang hampir mati dan prekista
E. METoDE RADIASI
H serta C biasanya tidak dapat dibedakan.
Abses hati, biasanya ditunjukkan dengan peningkatan sisi
2. Kista-Vakuola glikogen menghilang selama kanan diafragma, dapat diobservasi dengan pemindaian
pembelahan bercurutan. Inti menyerupai inti pada
ultrasonografi, CT, MRI, atau radioisotop' Lesi hati yang
trofozoit. Kista yang jarang pada H dan C masing-masing
bundar aiau oval sangat jelas dan sering secara tiba-tiba
mungkin mempunyai 8 dan 16 inti. Kista H pada banyak
mengalami demarkasi oleh jaringan normal di sekitarnya.
preparat mengandung banyak kista muda berinti satu;
jarang terlihat pada C. Kista yang sedang berkembang Uii serologi pada kasus tersebut biasanya sangat positif'
berinti dua pada C sering memperlihatkan inti yang
Pengobatan
terdorong ke sisi dinding sel yang berlawanan oleh vakuola
glikogen sentral besar. Badan Lromatoid pada kista muda Amebiasis asimtomatik (cyst-p assing) dapat diobati dengan
H berbentuk batang dengan ujung tumpul; badan iodokuinol (Yodoxin), atau diloxanida furoat (Furamide),
kromatoid pada yang C seperti pecahan dan sering atdu paromomisin (Humadn).
terdapar dalam kelompok. Metronidazol (Flagyl) mungkin merupakan obat
pilihan untuk amebiasis simtomatik meskipun bersifat
C. BIAKAN mutagen pada bakteri. Untuk penyakit usus ringan sampai
Biakan diagnostik dibuat dalam selapis cairan di atas ,.d".rg, berikan metronidazol atau tinidaznl (Fasigyn) (obat
nurrien padat dalam keadaan anaerob parsial' Medium y*ng i^ng", baik dengan toksisitas rendah tetapi tidak
difasik Dobell dan Cleveland-Collier paling sering i.rr.di" di Amerika Serikat). Unruk penyakit usus berat
(disenteri ameba), berikan regimen yang telah disebutkan
digunakan.
di atas atau iika regimen lain tidak dapat diberikan,
berikan dehidroemetin (atau emetin). lJntuk kasus yang
D. SERoLOGI mengenai hati atau daerah di luar usus lain atau tntuk
Uji serologi terutama untuk amebiasis ekstraintestinal, berikan metronidazol atau tinidazol atau
bila feses sering negatif. Serodiagnosis, paling sering
"-"bo-",
dehidroemeti n (atau emetin).
dengan u.ii IHA, dianggap sensitif dan spesifik, meskipun
tidak dapat membedakan infeksi yang baru terjadi dengan
infelai di masa lalu. Uji serologi pada infeksi usus kurang
PARASITOLOGI KEDOKTERAN I 687

Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian manusia. Parasit siliata yang serupa secara morfologis
ditemukan pada babi dan primata selain manusia.
Kista biasanya tertelan melalui air yang terkontaminasi.
Di daerah tropis, sayuran, dan makanan yang
terkontaminasi juga merupakan sumber kista yang
Morfologi & ldentifikasi
penting; lalat diduga berperan di daerah polusi feses, A. CIRI KHAs ORGANISME
Carcier kista asimtomatik merupakan sumber utama
(Gambar 46-10). Tiofozoit adalah organisme oval, bersilia,
kontaminasi yang dapat berperan menyebabkan wabah
60 x 45 Fm atau lebih besar. Gerakannya adalah
epidemi berat di tempat terjadinya kebocoran sisa sampah
kombinasi khas progresi tetap dan rotasi di sekitar sumbu
ke persediaan air atau terjadinya penurunan disiplin
panjang. Dinding sel dilapisi barisan silia spiral.
kebersihan (seperti di institusi psikiatri, geriatri, penjara,
Sitoplasma mengelilingi dua vakuola kontraktil, partikel
atau tempat penitipan anak). Diet rendah protein tinggi
dan vakuola makanan, serta dua nuklsu5-rn2kronukleus
karbohidrat memudahkan perkembangan disentri ameba
berbentuk ginjal yang besar dan mikronukleus genetik
baik pada kasus hewan percobaan maupun manusia yang
sferis yang lebih kecil. Bila terbungkus kista, organisme
diketahui. Tindakan pengendalian terdiri dari perbaikan
menyekresi dinding berlapis ganda. Makronukleus,
lingkungan dan sanitasi makanan. Pengobatan carrier
vakuola kontraktil, dan bagian dinding sel bersilia dapat
masih kontroversial meskipun disetu,iui bahwa mereka
terlihat dalam kista, dengan diameter berkisar 40 pm
sebaiknya tidak menangani makanan. Kemungkinan
sampai 70 pm.
kontaminasi pada lingkungan harus dipikirkan dalam
memutuskan perlu atau tidaknya pengobatan untuk carrier
B. BIAKAN
kista asimtomatik. Beium tersedia obat yang memuaskan
dan aman untuk kemoprofilalsis dan campuran obat yang Organisme tersebut dapat dibiak pada berbagai medium
diperlukan untuk pengobatan memperlihatkan adanya yang digunakan untuk biakan ameba usus.
masalah dalam pengobatan amebiasis.
Patogenesis, Patologi, & Temuan Klinis
AMEBA USUS LAIN Bila kista tertelan oleh pejamu baru, dinding kista larut
Lihat Gambar 46-9. dan trofozoit yang terlepas turun ke kolon; di sini trofozoit
Entamoeba histolytica harus dibedakan tidak hanya diberi makan oieh bakteri dan debris feses, memper-
dengan E dispar tetapi juga dengan empat organisme banyak diri secara seksual maupun aseksual, dan
seperti ameba lain yang juga merupakan parasit usus pada membentuk kista yang keluar melalui feses. Sebagian
manusia: (l) Entamoeba coli, yang sangat sering besar infeksi tampaknya tidak membahayakan jiwa.
ditemukan; (2) D fagilis, satu-satunya parasit usus selain Namun, pada kasus jarang, trofozoit menginvasi mukosa
E histolytica yang dicurigai menyebabkan diare dan dan submukosa usus besar dan ileum terminal. Saat
dispepsia, tetapi tidak dengan invasi; (3) Iodamoeba trofozoit memperbanyak diri, terbentuk abses dan ulkus
blitschlii; dan (4) Endolimax nana. Unlrk mempermudah tidak beraturan dengan tepi yang menggantung.
deteksi, kista sebaiknya dikonsentrasikan dengan flotasi Banyaknya lesi yang terbentuk bergantung pada intensitas
zinc sulfat atau dengan teknik serupa. Preparat yang infeksi dan tingkat kerentanan masing-masing pejamu.
diwarnai yodium, besi-hematoksilin, atau trikrom, dan Diare rekuren kronik, bergantian dengan konstipasi,
yang tidak diwarnai sebaiknya dicari secara sistematis. merupakan manifestasi klinis yang paling sering terjadi,
Infelai campuran, termasuk oleh E histolytica dan E dispaa tetapi mungkin dijumpai adanya feses mukoid yang
dapat terjadi. Fiksasi polivinil alkohoi (PVA) terutama disertai darah, tenesmus, dan kolik. Kasus yang ekstrem
bermanfaat untuk pengawetan trofozoit. Adanya ameba dapat menyerupai amebiasis usus berat dan beberapa
nonpatogen sangat menunjukkan sanitasi yang buruk atau kasus bersifac fatal.
adanya kontaminasi feses secara tidak sengaja-keduanya
menunjukkan kemungkinan pajanan terhadap E histofutica Uji Laboratorium Diagnostik
patogen-atau kemungkinan keadaan defisiensi imun pra-
AIDS. Diagnosis infeksi oleh balantidium, apakah simtomatik
atau tidak, bergantung pada penemuan laboratorium
trofozoit dalam feses cair atau, yang lebih jarang,
penemuan kista pada feses agak padat. Sigmoidoskopi
I BALANTIDIUM COLI dapat berguna untuk mendapatkan bahan secara langsung
dari ulserasi untuk pemeriksaan. Pembiakan jarang
Balantidium coli, penyebab balantidiasis atau disentri diperlukan.
balantidia, merupakan protozoa usus terbesar pada
688 BAB 46

Entamoeba histotytica. A, B: Trofozoit (bentuk vegetatif) dengan sel darah merah yang teringesti di dalamnya A, C: Trofozoit
Entamoeba haftmanni dengan vakuola makanan, bukan sel darah merah; D. kista dengan inti 1, 2, dan 4 serta badan
kromatoid; E: kista berinti dua, E haftmanni (kjri), prakista berinti satu (kanan)

Entamoeba coli. A.frofozoit dengan vakuola dan inklusi B. kista-kista Endolimax nana. A. Trofozoit;
dengan inti 2,4, dan B, kista berinti delapan menjadi matang B: bentuk prakista, C: kista berinti dua.

lodamoeba butschtii.A: Trofozoit; B: bentuk prakista; C dan D: kista-kista yang memperlihatkan vakuola
glikogen besar (tidak berwarna pada preparat besi-hematoksilin). Perhatikan berbagai bentuk kista.

Gambar 46'-9. Ameba usus. 2.000 x (Lingkaran ganda sederhana menggambarkan ukuran sel darah merah).
PARASITOLOGI KEDOKTERAN I 689

Garnbar 46-1O. Balantidium coli. A: Kista; B: trofozoit 2.000 x (Lingkaran ganda sederhana menggambarkan ukuran
sel darah merah).

lmunitas
Manusia tampaknya mempunyai resistansi alami yang E AMEBA YANG HIDUP BEBAS
tinggi terhadap infeksi balantidium. Faktor yang mendasari
kerentanan seseorang tidak diketahui. Meningoensefalitis akibat ameba primcr terjadi di Eropa
dan Anerika lJtara akibat invasi atleba pada otak' Ameba
Pengobatan tanah yang hidup bebas, Naegleria fotaleri, Acanthamoeba
castellatti, dan kemungkinan spesie.s hartmanella telah
Pemberian oksitetrasiklin dapat diikuti iodokuinoi atau dikaitkan. Kebanyakan kasus terjadi pada anak yang
metronidazol jika perlu. berenang dan menyelam di kolam hangat yang
terkontaminasi tanah, baik di dalam ruangan atau-
Epidemiologi biasanya-di luar ruangan. Ameba, terutama N fowleri,
B coli ditemukan pada manusia di seluruh dunia, terutama tarnpaknya masuk melalui hidung dan lamina kribriFormis
di daerah tropis, tetapi merupakan infeksi yang jarang ossis ethmoidalis, bergerak langsr-rng ke dalam jaringan
terjadi. Infeksi disebabkan oieh tertelannya kista hidup otak; di sini organisme secara cepat metnbentuk sarang
yang sebelumnya keluar melalui feses manusia dan ameba menyebabkan perdarahan dan kerusakan yang
mungkin juga babi. Peternak babi dan pekerja di tempat luas, terutama di bagian basilar serebrum dan serebelum.
pemotongan hewan terutama berisiko, demikian pula Pada sebagian besar kasus, kematian terjadi dalam waktu
sanitasi buruk dan padatnya penjara, institusi mental, kurang dari seminggu. ltmpat masuknya Acanthamoeba
atau tempat perkemahan dihubungkan dengan infeksi. ke dalam sistem saraf pusat adalah melalui ulkus kulit
Pada biakan dari babi di Papua New Guinea, telah atarl penetrasi traumatik, seperti keratitis akibat pungsi
dilaporkan tingkat infeksi sebesar 28010. permukaan kornca atau ulserasi akibat salin yang
690 BAB 46

terkontaminasi yang digunakan pada lensa kontak, juga D. VARIASI


pemah dilaporkan. Diagnosis adalah dengan pemeriksaan
Variasi strain ada dalam keempat spesies yang
mikroskopik cairan serebrospinalis, yang mengandung
menginfeksi manusia. Telah ditemukan variasi morfologi,
trofozoit dan sel darah merah retapi tidak ada bakteri.
patogenitas, ciri khas enzim, resistansi terhadap
Ameba dapat dibiakkan dengan mudah pada lempeng
pemberian obat, infektivitas untuk nyamuk, dan
agar nonnutrien yang telah ditanamkan Escherichia coli.
pengembangan vaksin.
Ameba tanah tersebut dibedakan dengan inti yang besar
dan jelas; adanya vakuola kontraktil dan mitokondria
(tidak ada pada entamoeba); dan kista yang mempunyai
Patogenesis, Patologi, & Temuan Klinis
satu inti serta tidak memiliki glikogen atau badan Infeksi pada manusia yang disebabkan oleh gigitan
kromatoid. Acanthamoeba dapat terselubung dalam kista nyamuk anopheles betina yang terinfeksi, yang
pada jaringan yang terinvasi sedangkan Naegleria ddak. mengandung sporozoit, hasil dari siklus perkembangan
Pengobatan dengan amfoterisin B berhasil pada beberapa seksual dan sporogenik berikutnya di dalam nyamuk,
kasus, terutama pada keadaan yang langka bila diaenosis ffIasuk ke dalam aliran darah manusia. Sporozoir secara
dapat dibuat secara cepar. cepat (biasanya dalam 1 jam) memasuki sel parenkim
hati; tempat terjadinya stadium p€rtama perkembangan
.pada manusia (fase eksoeritrosit siklus hidup). Kemudian,

r SPOROZOA DARAH
sejumlah progeni aseksuai, merozoit, mengalami ruptur
dan meninggalkan sel hati, memasuki aliran darah, dan
rnenginvasi eritrosit. Parasit dalam sel darah merah
memperbanyak diri dengan cara khas spcsies, memccah
PLASMODIUM .sel pejamu secara sinkron. Ini adalah siklu.s eritrosit,
Sporozoa genus plasmodium adalah parasit intraselular dengan kerurunan berturut-turut merozoit yang timbul
ameboid penghasil pigmen pada vertebrata, dengan saru pada interval 48 jam (P uiuax, P ouale, dan P falcipanm)
habist dalam sel darah merah dan habitat lainnya dalam atau setiap 72 jam (P malariae). Periode inkubasi
sel jaringan [ain. Penularan ke manusia terjadi melalui mencakup siklus eksoeritrosit (biasanya dua) dan
gigitan nyamuk anopheles betina pengisap darah dari sekurang-kurangnya satu arau dua siklus eksoeritrosit.
berbagai spesies. Untuk P.uiuax dan P falciparum, periode tersebut biasanya
berlangsung selama 10-15 hari, tetapi dapat juga selama
Morfologi & tdentifikasi beberapa minggu atau bulan. Periode inkubasi P malariae
kira-kira sekitar 28 hari. Merozoit tidak kembali ke sel
A. CIRI KHAS ORGANISME hati dari sel darah merah. Tanpa pengobatan, infeksi
Empat spesies plasmodium yang secara k-has menginfeksi falsiparurn akan berakhir secara spontan dalam waktu
manusia: Plasmodium uiuax, P ouale, P malariae, dan P kurang dari 1 tahun kecuali jika berakhir fatal. Tiga spesies
falciparum. Morfologi dan ciri khas tertentu lainnya dari lainnya terus memperbanyak diri dalam sel hati lama
spesies ini dirangkum dalam Tabel 46-2 dan 46-3 serta setelah invasi awal aliran darah, atau dapat terjadi
digambarkan pada Gambar 46-11 . multiplikasi lambat dalam hati. Siklus eksoeritrosit terjadi
bersamaan dengan sildus eritrosit dan, pada P uiuax dan
B. BIAKAN P ouale, dapat menetap sebagai bentuk istirahat yang tidak
tumbuh, atau hipnozoit, setelah parasit hilang dari darah
Parasit malaria manusia telah berhasil dibiak dalam
periler. Infeksi eritrositik yang timbul kembali (relaps)
medium cair yang mengandung serum, eritrosit, garam
terjadi bila merozoit dari hipnoz.oit dalam hati pecah,
anorganik, dan berbagai faktor pertumbuhan serta asam
tidak difagositosis dalam aliran darah, dan menyebabkan
amino. Biakan kontinu fase eritrosit yang mengalami
infeksi sel darah merah kembali (maleria klinis). Tanpa
skizogoni (pembelahan multipel aseksual) telah dapat
pengobatan, infeksi P ttiuax dan P ouale dapat menetap
dilakukan dan sangat penting untuk pengembar.rgan valcin.
sebagai relaps periodik sampai 5 tahun. Infeksi P malariae
yang berlangsung selama /i0 tahun pernah dilaporkan;
C. SIFAT PERTUMBUHAN
keadaan tersebut diduga merupakan eritrosit kriptik
Pada sel darah merah pejamu, parasit mengubah bukan in{tksi eksoeritrosit sehingga disebut rekrudesensi
hemoglobin menjadi globin dan hematin; hematin untuk membedakannya dengan relaps.
dimodifikasi menjadi pigmen malaria yang khas. Globin Selama siklus eritrosit, beberapa merozoit memasuki
dipecah oleh enzim proteolitik dan dicerna. Oksigen, sel darah merah dan terdiferensiasi manjadi gametosit
dekstrosa, laktosa, dan protein eritrosit juga digunakan. jantan atau betina. Oleh karena itu, siklus seksual mulai
terjadi dalam pejamu vertebrata, tetapi untuk berlanjut
PARASITOLOG I KEDOKTERAN t 691

Tabel 46-2. Beberapa gambaran khas parasit malaria manusia (preparat dengan pewarnaan Romanowsky)

Sel darah Membesa4 pucat. Bintik halus Tidak membesar. Tidak membesar. Bintik kasar Membesar, pucat.
merah yang (bintik Schriffner). Terutama Tidak ada bintik (celah Maurer). Menginvasi Bintik Schuffner
menga ndu ng menyerang retikulosit, sel (kecuali dengan semua sel darah merah jelas terlihat. Sel
pa ras it darah merah muda pewarnaan khusus). tanpa memandang usial sering berbentuk
Terutama menginvasi oval, berfimbria,
sel darah merah tua atau berbentuk
remis

Derajat parasite- Sampai 30.000/pl darah Kurang dari 10.000/pl Dapat melebihi 200.000/pl; Kurang dari
sering 50.000iPt1 '10.000/pl
mia maksimum
umumnya

Trofozoit stadium Cincin besar (1/3-112 diameter Cincin besar (1/3 Cincin kecil (1/5 diameter Cincin besar (1/3
cincin sel darah merah). BiasanYa diameter sel darah sel darah merah). Sering diameter sel darah
satu granula kromatin; merah). Biasanya satu dua granula; infeksi multiPel merah). Biasanya
cincin halus granula kromatin; sering; cincin halus, dapat satu granula
cincin tebal menempel pada sel darah kromatin; cincin
merah tebal.

Pigmen pada Halus; coklat muda; tersebar Kasar; coklat gelap; Kasar; hitam; sedikit Kasar; kuning-
trofozoit yang berkelompok ter- kelompok coklat gelap;
seda ng sebar; banyak tersebar
berkembang

i,.t*"'. ul* Sangat pleomorfik Kadang-kadang Padat dan bulatl Padat dan bulat
lebih tua berbentuk pita

Skizon matang Lebih dari 12 merozoit Kurang dari 12 mero- Biasanya lebih dari 12 mero- Kurang dari 12
(segmenter) (14-24) zoit besar (6-12). zoit (8-32). Sangat jarang di merozoit besar
Sering dalam bentuk darah periferl (6-12). Sering da-
roset lam bentuk roset

Gametosit Bundar atau oval Bundar atau oval Bulan sabit Bundar atau oval

Distribusi di darah Semua bentuk Semua bentuk Hanya cincin dan bentuk Semua bentuk
perifer bulan sabit (gametosit)1
jBiasanya,
hanya stadium cincin atau gametosit yang terlihat di darah perifer yang terinfeksi P falciparum; stadium pasca-cincin membuat sel darah
merah iengket, dan cenderung tertah;n dalam dasai kapiler yang dalam kecuali jika infeksinya berat, biasanya infeksi bersifat fatal.

Tabel45-3. Faktor waktu berbagai plasmodium dihubungkan dengan siklus.

P vivax (malaria tersiana atau vivax) 8 hari


P malariae (malaria kuartana atau malariae) 15-16 hari
P falciparum (malaria falciparum atau 5-7 hari
tersiana maligna)
P ovale (malaria ovale) 14 hari t hari 48 jam
lHanya periode praeritrosit. periode inkubasi p.enuh sebelum malaria klinis biasanya meliputi periode prapaten (yang berakhir 48 jam setelah infeksi
eritrositl ditambah dua atau tiga siklus skizogonik eritrosit dan dapat berlangsung dalam waktu yang lebih panjang.
692 BAB 46

Parasit
Stadium P vivax P ovale P malariae P falcipantm

Stadium cincin

Trofozoit yang sedang


berkembang

Skizon yang sedang


berkembang

Skizon

Mikrogametosit
@
Makrogametosit

Ganbar 46-11. Ciri khas morfologi stadium perkembangan para5it malaria dalam sel darah merah. Perhatikan bintik
Schtlffnersitoplasmik dan pembesaran sel pejamu pada infeksi Pvivaxdan Povale, trofozoityang berbentuk pita
sering terlihat pada infeksi P malariae, dan cincin kecil yang sering menginfeksi dan memperbanyak diri. serta gametosit
berbentuk sosis pada infeksi P falciparum. Cincin dan gametosit secara khas hanya terlihat di apusan darah perifer
dari pasien dengan infeksi P falciparum. (Direproduksi, dengan izin, dari Goldsmith R, Heyneman D'. Tropical Medicine and Parasitology.
McGraw-Hill, 1989).

men.jadi fase sporogoni, gametosit harus dimakan dan parasitemia dapat menjadi sangat tinggi. P falciparum
ditelan oleh anopheles betina pengisap darah seperti yang juga menyebabkan sel darah mbrah yang mengandung
digambarkan dalam Gambar 46-12. parasit menghasilkan banyak ton,iolan untuk menempel
Parasitemia P uiuax, P malariae, dan P ouale relarif ke lapisan endotel pembuluh darah., yang dapat
ringan, terutama karena parasit menprkai sel darah merah mengakibatkan terjadinya obstruksi, trombosis, dan
muda atau tua tetapi tidak keduanya; P falciparum iskemia lokal. Infeksi Oleh karena itu, P falciparum lauh
menginvasi sel darah merah tua dan muda, termasuk sel lebih serius daripada yang lain, dengan kejadian
induk eritropoietik dalam sumsum tulang, sehingga komplikasi berat yang lebih tinggi dan sering bersifat
PARASITOLOG I KEDO KTERAN 593

fatal (malaria serebral, hiperpireksia malaria, gangguan regular 1+8 atau 72 jam, meskipun demam pada P
gastrointestinal, malaria algial, demam blackwater). falciparum dapat beriangsung selama B jam atau lebih
Akibatnya, diagnosis malaria falciparum secara repar dan melebihi 41 0C. Dengan memberatnya penyakit,
penting sekali dan dapat menyelamatkan jiwa. P malariae dapat terjadi splenomegali dan hepatomegali dalam derajat
telah dikaitkan dengan sindrom nefrotik pada anak- yang lebih ringan. Anemia normositik juga timbul,
"nefrosis kuartana"-dengan insiden puncak pada usia terutama pada infeksi P falciparum.
sekitar 5 tahun.
Paroksisme periodik malaria terkait erar dengan Uj i Laboratorium Diagnostik
peristiwa dalam aliran darah. Demam awal, yang
A. SPESIMEN DAN PEMERIKSAAN MIKROSKoPIK
berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam, dimulai
dengan pecahnya sel darah merah pejamu oleh sekelompok Preparat darah tebal yang diwarnai dengan Giemsa adalah
parasit yang membelah dan kemudian masuk ke dalam cara utama. diagnosis malaria. Preparat tersebut
darah. Mual, muntah, dan nyeri kepala sering terjadi pada mengonsentrasikan parasit dan memungkinkan deteksi
saat ini. Stadium demam selanjutnya, yang berlangsung parasit meskipun infeksinya ringan. Pemeriksaan
selama beberapa jam, ditandai dengan demam tinggi yang preparat darah tipis yang diwarnai dengan pewarnaan
sering mencapat 40 0C atau lebih. Selama stadium ini, Giemsa diperiukan untuk diferensiasi spesies. Beberapa
parasit mungkin menginvasi 3el darah merah baru. uji penangkapan antigen, yang menggunakan metode
Stadium ketiga, atau berkeringat, mengakhiri peristiwa kromatografi untuk mendeteksi protein yang berasal dari
ini. Demam mereda, pasien tertidur kemudian rerbangun trofozoit dalam darah yang lisis, dapat digunakan untuk
dan merasa relatif lebih baik. Pada stadium infeksi dini, diagnosis cepat tanpa perlu melakukan pemeriksaan
siklus sering tidak sinkron dan pola demam tidak reratur; mikroskopik. Pemeriksaan tersebut menggunakan dipstick
kemudian, paroksisme dapat terjadi lagi dengan intervai atau strip uji dengan antibodi monoklonal terhadap

Fase eksogen (pada nyamuk) Fase endogen {pada manusia)


Siklus seksual (sporogoni) Siklus aseksual (skizogoni)

Sporozoit melewati I Sp. r liur I Multiplikasi


rongga tubuh, mencapai ldari r rk ke- I -----> eksoeriirositik dalam
kelenjar ludah dalan rnusia sel parenkim hati
I I
./
,r' -> SPorogoni Skizoooni
-l I

Ookista tumbuh (stadium


pembelahan multipel; kista
t
Merozoit
pecah melepaskan sporozoit)
A /\
I matang
Skizon (Masuk sel darah
I (segmenter) |
(Penetrasi ke lapisan luar
dinding lambung nyamuk t .,n,r. eritrositik I
dan terbungkus kista)
I Malaria klinis t
A
I
I
O0kinet (zigot motil)
A Gametogeni
I
I .- Mikrogamet ( d)
Ziool (fertilisasi) +
!'\-Makrogamet
" (?)

Gambar 46-12. Siklus hidup parasit malaria. Siklus kontinu atau multiplikasi lambat dalam hati dapat menyebabkan
relapsperiodiklebihdari beberapatahun(1-2tahunpadaPovale,3-5tahunpada Pvivax), daninfeksi darahtingkat
rendah dapat menyebabkan timbulnya kembali multiplikasi lambat yang lama (rekrudesensi) pada P malariae. Namun,
relapstidakterjadi pada P falciparum, meskipun periode prapaten yang lama dapatterjadi (mungkin ditekan obat),
yang menyebabkan gejala awal timbul sampai 6 bulan atau lebih setelah pajanan.
694 BAB 45

antigen parasit target. Uji diagnostik cepat tersebut (RDT) dan merozoit spesies target, dengan efek antigameto-
dapat membedakan P falciparum dari keempat spesies sitisidal untuk mencegah transmisi; hal tersebut mungkin
tetapi tidak tiga spesies lain secara terpisah. Baru-baru terjadi beberapa tahun ke depan meskipun ada usaha
ini, pada str.rdi intensif, RDT berpotensi sangat Penting riset yang intensif.
dalam menegakkan diagnosis di lapangan, di daerah yang
tidak tersedia fasilitas dan tenaga untuk melakukan Pengobatan & Pencegahan
diagnosis secara mikroskopik.
Klorokuin (Aralen) adalah obat pilihan untuk pengobatan
B, TEMUAN LABORATORIUM LAIN semua bentuk malaria yang rentan selama serangan akut;
1,5 g klorokuin (basa) diberikan selama 3 hari atau 1,8 g
Anemia normositik dengan berbagai derajat keparahan selama 4 hari. Pada kasus koma malaria falsiparum
dapat dideteksi. Selama masa paroksismal terjadi (malaria algid atau serebral) , kuinin dihidroklorida
leukositosis transien; selanjutnya, ter.iadi leukoper-ria, parenteral (tidak tersedia lagi di Amerika Serikat) atau
dengan peningkatan relatif sel mononuklear besar. Uji
kuinidin glukonat sebaiknya digunakan sampai terapi oral
fungsi hati dapat memberikan hasil abnormal selama memungkinkan. Strain P uiuax yat-rg resistan terhadap
serangan tetapi kembali ke normal dengan pengobatan klorokuin pernah dilaporkan, tetapi klorokuin masih
atau penyembuhan spontan. Adanya protein dan silinder
merupakan obat pilihan untuk semua malaria kecuali
dalam urine anak yang terinfetrai P rnalariae menunjukkan
infeksi {alsiparum yang resistan klorokuin' Primakuin,
adanya nefrosis kuartana. Pada inleksi P falciparum berat,
suatu 8-aminokuinolin, mengeliminasi bentuk ekso-
kerusakan einjal dapat menyebabkan oliguria dan mun-
eritrosit dalam hati (malaria relaps), memungkinkan
culnya silinder, protein, dan sel darah merah dalam urine.
penyembuhan radikal. Malaria falsiparum tidak menetap
dalam hati setelah f'ase eritrosit sehingga penyembuhan
lmunitas bentuk klinis adalah penyembuhan radikal. Terapi
Mekanisme imunitas pada malaria masih belum dipahami primakuin sebaiknya mengikuti pengobatan untuk malaria
dengan jelas. Telah diternukan adanya imunitas didapat klinis. Ir-rdividu dengan defisiensi giukosa-6-fosfat
yang spesifik strain, yang tampaknya bergantung pada dehidrogenase, terutama orang kulit hitam atau orang
adanya parasitemia tingkat rendah yang menghambat yang berasal dari Mediterania sebelah timur' sebaikr-rya
infeksi baru atau mernpertahankan infeksi pada tingkat diberikan primakuin dengan dosis rendah dalam jangka
nonsimtomatik. Keadaan tersebut disebut premunitas, waktu yang lebih lama (atau tidak sama sekali), karena
atau imunitas bersamaan, cepat hilang setelah parasit tidak ada kemungkinan terjadi anemia hemolitik. Primakuin
ada dalam darah. Bentuk eksoeritrosit saja dalam hati juga mempunyai aktivitas gametositisidal terhadap P
tidak dapat menunjang premunitas, dan bentuk tersebut t'hlciparum dengan pemberian dosis tunggal (untuk
tidak menimbulkan respons radang pejamu. Oleh karena dewasa) sebesar 45 mg basa.
itu, superinfeksi pada hati oleh strain homolog dapat terus Strain ? falciparum yang resistan obat (resistan
terjadi. Imunitas parsial yang ditentukan alami secara berkemi:ang di beberapa daerah, terutama Asia Tenggara)
genetis terhadap malaria muncul pada beberapa populasi, saat ini ditemukan di semua daerah tropis endemik
khususnya di Afrika, tempat penyakit sel sabit, defisiensi kecuali semenanjung Arab, Amerika Tengah, dan Daerah
glukosa-6-fosfat dehidrogenase, dan talasemia mem- Karibia. Strain resistan tersebut sebaiknya diobati dengan
berikan perlindungan terhadap tingkat mematikan infeksi kuinin sulfat ditarnbah dosis tunggal pirimetamin-
falsiparum. Kebanyakan orang kuiit hiram di Afrika Barat, sulfadoksin (Fansidar), dengan kuinin ditambah
tempat malaria bersifat endemik, sangat resistan terhadap doksisiklin atau tetrasiklin, atau dengan kuinin ditambah
malaria P uiuax karena tidak memiliki antigen Duffy kiindamisin. Meflokuin (Lariam) dan halofantrin (Halfan)
(FyFy), yang bertindak sebagai reseptor unutk P uiuax; merupakan obat alte rnatif yang dianjurkan untuk
tanpa antigen tersebut, P uiuax tidak dapat menginvasi pengobatan malaria P falciparum yang resistan klorokuin.
eritrosit. P oua/e sering menggantikan P uiuax di daerah Koma malaria akibat malaria falciparum yang resisran
r ersebu t. klorokuin sebaiknya diobati dengan kuinin atau kuinidin
Gen yang menyebabkan sporozoit melapisi antigen parenteral ditambah doksisiklin.atau klindamisin
telah diidentifikasi dan dikloning menggunakan antibodi i.r,r",r.n". Pengobatan oral harus menggantikan
monoklonal serta teknik hibridoma. Valain antisPorozoit pengobatan parenteral s€segera mut.rgkin-sePerti untuk
relah dikernbangkan; tetapi uji awalnya pada manusia malaria serebral yang tidak resistan klorokuin.
tidak berhasil. Vaksin tripeptida sintetik, SPf66' Profilaksis supresif dapat dicapai dengan klorokuin
dikembangkan oleh Patarroyo dan rekan, telah diuji di fosfat atau amodiakuin kecuali di daerah falciparum
Colombia dan terbukti efektif sebagian (<50o/o)- Vaksin resistan klorokuin. Mef-lokuin saat ini merupakan obat
profilaktik yang lengkap harus aktif melawan sporozoit pilihan kemoprofilaktik di daerah yang resistan terhadap
PARASITOLOGI KEDOKTERAN / 695

klorokuin, meskipun beberapa laporan mengenai efek menegaskan kapasitas penyakit ini unruk dapat timbul
samping gangguan tidur dan neurologi menyebabkan kemhali di daerah telah bersih dari agen. Malaria di
beberapa pihak berwenang tidak menganjurkan daerah beriklim sedang relatif jarang rerjadi meskipur:
penggunaan obat tersebut. sebagai profilaksis (terutama wabah epidemik yang berat dapat teijadi bila sebagian
di Inggris). Doksisiklin, yang diminum seriap hari, dapat besar populasi yang tidak memiliki imunitas di daerah
digunakan di daerah Pfalciparum yang resistan terhadap tersebut terpajan; biasanya malaria tidak stabil dan relatif
banyak obat, seperti di Thailand dekat perbatasan sebelah mudah dikendalikan atau dibasmi. Malaria tropis
barat dengan Myanmar (Burma) dan perbatasan sebelah biasanya lebih stabil, sulit dikendaiikan, dan jauh lebih
timur dengan Kamboja,'meskipun meflokuin terbukti sulit dibasmi. Di daerah tropis, malaria umumnya hilang
merupakan supresan efektif bagi wanita hamil di daerah pada ketinggian di 3000 kaki. / uiua'x dan P
perbatasan Thai-Burma. Alternatifnya, klorokuin dapat spesies
",". paling
yang sering, ditemukan di
falciparum,
diminum unruk profilaksis dan pirimetamin-sulfadoksin semua daerah malaria. P malariae juga tersebar luas tetapi
tidak diberikan untuk terapi presumtif (sebagai dosis dianggap kurang sering. P ouale jarang kecuali di Afrika
tunggal tiga tablet) pada kasus rvabah malaria. Tidah ada Barat; di sini tampaknya spesies rersebut mengganrikan
regimen obat yang dapat memastikan pencegahan malaria. P uiuax. Semua bentuk malaria dapat ditularkan melalui
Regimen yang saar ini disetujui di Amerika Serikat transplasenta atau melalui trar.rsfusi darah atau jarum yang
adalah kombinasi proguanil (100 mg) dan atovakuo n (250 digunakan bersama oleh pecandu obat brla salah satu dari
mg) (Malarone), keduanya untuk profilaksis dan terapi mereka terinfeksi. Pada kasus demikian tidak timbul
malaria falciparum yang resistan terhadap banyak obat. infeksi eksoeritrosit atau hati; oleh karena itu, tidak
Obat tersebut tidak aman diminum saar hamil dan terjadi relaps. Infeksi alami (selain penularan melaiui
dikontraindikasikan untuk individu dengan gangguan hati transplasenta) hanya terjadi melalui gigitan nyamuk
atau ginjai. Meskipun meflokuin masih dianggap sebagai anopheles betina yang terinfeksi.
obat pilihan untuk profilal<sis malaria di daerah resistan, Pengendalian malaria bergantung pada eliminasi
pemakaian Malarone telah meningkat. Obar kombinasi tempat perkembangan nyamuk, perlindungan perorangan
juga semakin diminati untuk pengobatan dengan harapan terhadap nyamuk (tirai, kelambu yang diberi piretrin,
dapat me mperlambat terjadinya resistansi. Selain pakaian pelindung dengan sarung rangan dan jubah
Malarone, obat lain meliputi atovakuon (500 mg) panjang, penolak serangga), obat-obat supresif untuk
ditambah doksisiklin (100 mg) serta arresunat dan derivat orang yang terpajan, dan pengobatan adekuat untuk kasus
artemisinin lainnya dari obat qinghaosu, berasal dari dan carrier. Pembasmian memerlukan pencegahan kontak
tumbuhan Cina, Artemisia annuae, diikuti meflokuin. gigitan antara nyamuk anopheles dan manusia yang cukup
Visatawan harus me nghindari gigitan nyamuk, iama untuk mencegah penularan, dengan eiiminasi semua
menggunakan penolak nyamuk dietiltoluamid (penolak kasus aktif melaiui pengobatan dan penyembuhan
serangga), dan tidur di bawah kelambu yang dilapisi spontan. I{asil usaha yang masif di daerah tropis yang
dengan piretrin (RID). sangat endemis tidak berhasil. Proyek pembasmian yang
Pada kehamilan, profilaksis yang kontinu dengan menghabiskan biaya besar antara tahun 1955 sar-npai
meflokuin (mungkin dengan pengecualian pada trimester 1970 telah digantikan oleh program pengendalian yang
pertama) atau klorokuin (bukan pirimetamin atau secara spesifik ditujukan untuk ekologi vektor nyamuk
sulfonamid) penting dilakukan karena adanya bahaya dan epidemiologi malaria di masing-masing area.
penularan agen malaria melalui transplasenta ke janin. Program tersebut harus dilanjutkan sebagai ranggung
Dengan bertambahnya laporan mengenai malaria jawab kesehatan masyarakar secara permanen. Usaha yang
falciparum yang resistan banyak obat dan rumitnya serta dipimpin \i7HO utania unruk "menurunkan malaria" saat
bervariasinya regimen yang dianjurkan bagi beberapa ini masih dilaksanakan.
daerah berbeda baik unruk profilaksis maupun
pengobatan, dianjurkan untuk meruj ukke CDC Drug
BABESIA MICROTI
Seruice untuk rekomendasi murakhir (relepon: 404-639-
3670; malam hari, akhir pekan, dan hari libur ICDC Babesia Sp. merupakan parasit hewan yang rersebar luas,
Security Section]: 404-639-2888; hot-line malaria: 770- yang rnenyebabkan ikterus infeksius pada anjing dan
488-7788; bebas biaya dt 888-232-3228). Situs di seluruh demam ternak di Texas (demam red-water). Babesiosis,
dunia: www.who.int/health_topics/malaria/en/ dan suatu piroplasmosis yang ditularkan sengkenit penginfeksi
wrvw.cdc.gov (pilih traue lers' h eahh) sel darah merah yang disebabkan oleh Babesia microti di
Amerika Serikat, merupakan penyakit pada manusia yang
Epidemiologi & Pengendalian dilaporkan semakin meningkat-lebih dari 300 kasus-
Saatini, malaria secara umum hanya rerbatas di daerah dari Massachusetts, dengan fokus primer di Pulau
tropis dan subtropis, meskipun wabah di Turki Nantucket. Suatu kasus babesiosis pada seorang rentara
696 BAB 46

yang telah menjalani splenektomi yang dilaporkan dari kecil yang menghasilkan dua sporokista, masing-masing
California disebabkan oleh ,B gibsoni. Kasus di Eropa- dengan dua sporozoit, dalarn epitcl usus. Infeksi
sekitar 30 kasus telah dilaporkan-disebabkan oleh B disebabkan oleh ookista, 8-10 pm, dalam makanan atau
diuergens, baru-baru ini ini digolongkan kembali sebagai air. Infeksi campuran dengan kriptosporidium sering
'Microbabesia
diuergens, sementara B microti dipindah ke terj adi.
famili Theileriidae sebagai Theileria microti. Klasifikasi
terdahulu tetap dipakai di sini mengingat luasnya B. BIAKAN
pemakaian istilah babesiosis dalam kedokteran. Wabah Parasit tersebut belum pernah dibiak.
yang terakhir terjadi'pada orang sehat tanpa riwayat
splenektomi, pemberian obat kortikosteroid, atau infeLsi Patogenesis & Temuan Klinis
rekuren. Kebanyakan infeksi pada orang yang keke-
baiannya utuh bersifat asimtomatik, tetapi pada orang I betti berada dalam usus halus' Tanda dan gejala
yang terkena, penyakit terjadi 7-10 hari setelah gigitan koksidiosis tampaknya disebabkan oleh invasi dan
sengkenit dan ditandai dengan malaise, anoreksia, mual, multiplikasi parasit dalam mukosa usus. Ookista terlepas
ielah, demam, keringat' mialgia, artralgia, dan depresi. ke dalam lumen usus dan keluar melalui feses. Infeksi
Pada manusia, babesia dapat salah dikenali sebagai P dapat bersifat asimptomatik atau simtomatik. Sekitar 1
minggu setelah tertelannya kista yang hidup, dapat timbul
falciparunr dalam bentuk cincin pada sel darah merah,
meskipun bentuk "silang Maltese" dalam sel darah rnerah demam ringan, keiemahan, dan malaise, yang segera
tanpa pigmen atau gametosit bersif'at diagnostik. diikuti diarc ringan dan nyeri abdomen yang samar. Infeksi
Babesiosis manusia lebih berat pada orang berusia lanjut biasanya dapat sembuh sendiri setelah 1-2 minggu, tetapi
daripada yang berusia muda. Individu yang telah diare, penurunan berat badan, dan demam dapat
menjalani splenektomi dapat mengalami anemia berlangsr.rng selama 6 minggu sampai 6 bulan. Koksidiosis
hemolitik progresif, ikterus, dan insufisiensi ginjal dengan simtomatik lebih sering terjadi pada anak daripada orang
parasitemia yang lama. Klorokuin dapat meredakan gejala dewasa. Infeksi kronik terjadi pada orang kurang gizi
klinis tetapi tidak bersifat kuratif. Hasil klinis yang baik yang hidup dalam kondisi tidak bersih-suatu kondisi
terjadi setelah pengobatan dengan klindamisin secara yang sering memungkinkan terjadinya reinfeksi secara
intravena atau intramuskular ditambah kuinin oral. kontinu-dan pada orang yang mengalami imunosupresi.
Pemberian azitromisin selama l0 hari diikuti atovakuon
atau kuinin juga efektif. Uj i Laboratorium Diagnostik
Diagnosis bergantung pada deteksi ookista dalam
spesimen feses segar. Teknik konsentrasi feses biasanya
r SPOROZOA LAIN diperlukan.

lmunitas
tsoSPoRA Lnunitas terhadap koksidia setelah infeksi aktif telah
Isospora belli, sva:l sporozoa tisus tnanusia, menyebabkan rercatat secara baik pada hewan, rneskipun data dari
koksidiosis pada manusia. Banyak spesies sporozoa atau infeksi manusia tidak ada. Banyak spesies koksidia yang
koksidia usus terdapat pada hewan lain dan menyebabkan bersifat spesifik pejamu.
beberapa penyakit yang sebagian besar penting secara
ekonomis pada mamalia dan unggas domesnk. I belli Pengobatan
adalah salah satu dari sedikit koksidia yang memperbanyak
Pengobatan kasus ringan meliputi tirah baring dan makan
diri secara seksual dalam usus manusia-yaitu manusia lunak selama beberapa hari. Pengobatan untuk
yang menjadi pejamu definitif. -"k"ttrn
kasus yang lebih berat dan kronik adalah dengan
trimetoprim-sulfametoksazol. Pasien y^ng alergi
Morfologi & ldentif ikasi sulfor.ramid (misal, pada beberapa penderita AIDS) dapat
A. CIRI KHAS ORGANISME berespons dengan pirimetamin atau siprofloksa-sin harian'
Pasien dengan imunosupresi mungkin harus diobati secara
Hanya ookista ovoid memanjang yang dikenal untuk 1
kontinu.
betli. Biopsi usus pasien dengan isosporosis kronik
memperlihatkan fase skizogonik aseksual dan fa.se seksual
Epidemiologi
penghasil ookista. Ookista I belli berukuran 25-33 x 12-
16 prm dan sering mempunyai dinding kista asimetri. Koksidiosis manusia disebabkan oleh tertelannya kista.
Cyclospora cayetanensis adalah koksidia intraselular usus Biasanya sporadis dan paling sering terjadi di daerah tropis
PARASITOLOGI KEDOKTERAN I 597

dan subtropis, meskipun dapat terjadi di tempat lain, Uji Laboratorium Diagnostik
termasuk Amerika Serikat. Infeksi umumnya tidak menimbulkan gejala atau tanda
pada manusia, meskipun gejaia bcrat mungkin akan terjadi
SARKOSISTIS pada orang dengan imunosupre.si. Uji CF yang terpercaya
Spesies sarkosistis adalah koksidia dengan siklus hidup telah dikembangkan untui< mendeteksi infeksi yang
bifasik: stadium usus (seksual) dalam sel mukosa usus dicurigai.
karnivora, dan stadium jaringan terbungkus kista
(aselaual) dalam otot atau sel herbivora lain atau hewan Pengobatan
pemangsa. Manusia tampaknya berperan sebagai pejamu
Tidak ada pengobatan efektif yang diketahui.
intermedia dan akhir, bergantung pada spesies sarkosistis.
Sukarelarvan manusia memakan daging sapi dan babi
Epidemiologi
mentah yang mengandung kista sarkokistis yang kemudian
mengeluarkan ookista seperti isospora dalam fesesnya; Infeksi usus pada manusia disebabkan oleh tertelannya
.iuga didapatkan hasii yang serupa pada anjing dan
kucing. jaringan pejamu intermedia: daging domba, sapi, atau
Sarkokistis pada manusia timbul akibat makan sapi (S daging lain yang terinfeksi dan tidak dimasak secara baik
bouihumanis) dan babi (S suiltumanis) yang se tengah atau dimakan mentah. Infeksi jaringan pada manusia
matang. terjadi setelah tertelannya sporokista inftktif secara tidak
disengaja, mungkin dari feses pejamu akhir anjing atau
Morfologi & ldentif ikasi kuci n g.

Pada otot, parasit berkembang rnenjadi sarkokista yang


memanjang dengan panjang berkisar kurang dari 0,i mm KRIPTOSPORIDIUM
sampai beberapa sentimeter. Bila zoit infektif (bradizoit) Crilttosporidium Sp., khususnya C paruum, dapat
dibebaskan dari suatu sarkokista dalam daging yang menginfeksi usus pada orang inunokornpromais (misal,
tertelan ke dalam usus pejamu definitif (akhir), bradizoit penderita AIDS) dan menyebabkan diare hebat yang sulit
tersebut menginvasi sel mukosa usus dan memasuki sembuh. C)rganisme ini adalah koksidia yang terkait
stadium selaual untuk menghasilkan ookista. Secara khas, dengan isospora. Organisme tersebut telah dikenal iama
ookista terpisah menjadi dua sporokista, masing-masing sebagai parabit pada rodentia, unggas, monyet rhesus,
mengandung empat sporozoit yang infektif terhadap .api, dan herbivora lain serta mungkin merupakan
pejamu intermedia (biasanya herbivora). Sporokista penyebab yang tidak dikenali pada diare dan gastroenteritis
dikeluarkan dalam feses pejamu definitif. Bila tertelan ringan swasirna pada manusia.
oleh pejamu intermedia, sporoksita membuka di dalam
usus, masing-masing melepa.skan empat sPorozoit, yang Morfologi & ldentifikasi
menembus dinding usus, melewati jaringan, dan
5nenginvasi sel pejamu. Setiap sporozoit kemudian Parasit berbentuk sferis intraselular berukuran kecil (2-5
berkembang menjadi sarkokista baru dengan sejumlah pm) yang ditemukan dalam jumlah banyak tepat di bawah
bradizoit. membran iuar sei yang melapisi lambung atau usus. Oleh
karena itu, parasit terdapat dalam sel tetapi ekstra-
Patogenesis & Temuan Klinis sitoplasmik. Tiofozoit matang (skizon) terbagi menjadi
delapan meroz.oit berbentuk busur, yang dilepas dari sel
Infeksi sarkokistis yang berat dapat mematikan pada
beberapa hewan (misal, tikus, domba, babi). Ekstrak parasit
induk untuk memulai siklus baru. Ookista yang
berukuran 4-5 pm dan mengandung empat sporozoit
mengandung sarkokistin, suatu toksin yang mungkin
menyebabkan efek patogen. Manusia tampaknya dapat
dapat terlihat, tetapi sporokista tidak dapat rerlihat.
OoLista, yang keluar melalui feses dalam jumlah banyak'
berperan sebagai pejamu intermedia (dengan sarkokista
jaringan) serta pejamu definitif (atau akhir), dengan merupakan ag€n yang infektif.
ookista yang terbentuk dalam mukosa usus. Pembengkakan
subkutan singkat, eosinofilia, dan gagal jantung telah
Patologi & Temuan Klinis
dihubungkan dengan sarkokistis. Sarkokista pernah Kriptosporidium berada di brush border sel epitel mukosa
ditemukan pada jantung, laring, dan lidah manusia serta ,a[ur"n pencernaall, terutama pada permukaan vili usus
pada otot rangka ekstremitas. Spesies sarkokistis ini halus bagian bawah. Gambaran klinis kriptosporidiosis
disebut "S lindemannl", suatu penandaan kelompok, saat y",rg -*onjo1 adalah diare, yang bersifat ringan. dan
tidak adanya cara eksperimental untuk memberikan ,*"rir,-," (l-2 minggu) pada orang normal, tetapi dapat
parasit jaringan manusia ke anjing atau predator lain berat dan lama pada orang tua atau berusia sangat muda
untuk mengidentifikasi spesies parasit. atau imunokompromais.
598 BAB 46

Uji Laboratorium Diagnostik ookista maupun bradizoit dari kista jaringan) menginvasi
sel mukosa usus halus kucing, kemudian di sini mem-
Diagnosis bergantung pada deteksi ookista dalam sampel
bentuk skizon atau gametosit. Setelah lusi gamet secara
I'eknik konsentrasi feses menggunakan
feses segar.
seksual, terbentuk ookista, keluar dari sel pejamu ke dalam
pewarnaan tahan asam yang dimodifikasi biasanya
lumen usus kucing, dan keluar melalui feses. Ookista
diperlukan (Garcia dan Bruckner, 1997). Antibodi
yang resistan dan infektif tersebut menyerupai ookista
monoklonal dapat mendeteksi infeksi ringan dan
isospora. Dalam masing-masing ookista, terbentuk dua
mikroskop fluoresen dengan pewarnaan auramin juga
sporokista, dan dalam waktu sekitar 48 jam, terbentuk
bermanfaat. Uji ELISA saat ini tersedia untuk mendeteksi
empat sporozoit dalam setiap sporokista. Ookista dengan
antigen fekal.
delapan sporozoitnya, bila tertelan, dapat mengulangi
siklus seksual pada kucing atau-jika tertelan oleh burung
Pengobatan
tertentu atau rodentia atau mamalia lain, termasuk
Pengobatan tidak diperiukan untuk pasien dengan m2nu5lx-dxpat menimbulkan infeksi dan rnelanjutkan
imunitas normal. Untuk mereka yang menerima obat- reproduksi secara aseksual. Pada keadaan terakhir,
obat imunosupresan, penghentian imunosupresan dapat ookista terbuka pada duodenum manusia atau hewan dan
diindikasikan; untuk penderita AIDS atau imunodefisiensi melepaskan delapan sporozit, yang melewati dinding usus,
kongenital, tetapi yang tersedia'hanya pengobatan suportif beredar dalam tubuh, dan menginvasi berbagai sel,
kontinu. Spiramisin (Rovamycine), paromomisin terutama makrofag, tempat sporozoit membentuk
(Humatin), nitazoksanid (Cryptaz), atau pengobatan trofozoit, memperbanyak diri, pecah, dan menyebarkan
kombinasi dengan azitromisin mungkin sementara dapat infeksi ke kelenjar getah bening dan organ lain. Sel
efektif. berbentuk bulan sabit yang memperbanyak diri secara
cepat tersebut (takizoit) memulai stadium akut penyakit.
Epidemiologi & Pengendalian Akibatnya, organisme tersebut. menembus sel saraf,
terutama otak dan mara, tempat organisme tersebut
Kriptosporidiosis didapat dari hewan atau feses manusia
memperbanyak diri secara lambat (sebagai bradizoit)
yang terinfeksi atau dari air atau makanan yang
untuk membentuk kista jaringan yang tidak aktif, memulai
terkontaminasi feses. Kasus ringan sering terjadi pada
stadium kronik penyakit. Kista jaringan (dahulu disebut
petani. Untuk mereka yang berisiko tinggi (mengalami
pseudoki.sta) bersifat infektif bila tertelan oleh kucing
imunosupresi dan usia sangat muda arau sangar tua), perlu
(menyebabkan stadium seksual dalam usus dan produksi
menghindari feses hewan dan memperhatikan sanitasi
ookista), atau bila termakan oleh hewan lain, kista jaringan
secara cermat. Organisme ini tersebar luas dan mungkin
akan dihasilkan lebih banyak lagi.
menginfeksi secara asimtomatis pada sejumlah populasi
Organisme pada manusia menyebabkan tolaoplamosis
manusia yang signifikan. \fabah yang kadang-kadang
kongenital atau pascalahir. Infeksi kongenital, yang dmbul
terjadi, seperti yang terjadi di Milwaukee pada awal tahun
hanya bila ibu yang nonimun terinfeksi selama keharnilan,
1993, yang menyerang lebih dari 400.000 orang, dapat
biasanya mempunyai derajat keparahan yang berat;
disebabkan oleh proteksi, pengobatan, atau filtrasi air
toksoplasmosis pascalahir biasanya kurang berat. Sebagian
yang tidak adekuat untuk pusat kota besar. Pada keadaan
besar infeksi pada manusia bersifat asimtomatik. Namun,
tersebut, pupuk sapi dari peternakan susu yang besar
infeksi fatal yang fulminan dapat terjadi pada penderita
tampaknya merupakan sumber kontaminasi persediaan
AIDS, mungkin karena perubahan infeksi i<ronik menjadi
air. Kapasitas sebanyak 30 organisme untuk memulai
terjadinya infeksi-dan kemampuan parasit melengkapi
akut. Berbagai derajat penyakit dapat terjadi pada
individu dengan imunosupresi, yang menyebabkan
siklus hidupnya, termasuk fase seksual, dalam pejamu
retinitis atau korioretinitis, ensefa-litis, pneumonitis, atau
yang sama-memungkinkan infeksi fulminan yang sering
berbagai keadaan lain.
terjadi pada individu dengan imunosupresi.
Morfologi & ldentifikasi
TOXAPLAMA GONDII A. CIRI KHAs ORGANISME
Toxoplasma gondii ad.alah prorozoa koksidia yang tersebar (Gambar 45-13). Tiofozoit adalah sel-sel berdinding tipis,
di seluruh dunia yang menginfeksi banyak hewan dan berbentuk perahu yang berukuran 4-7 X 2-4 ;rm dalam
burung tetapi tampaknya tidak menyebabkan penyakit sel jaringan dan sedikit lebih besar di bagian luarnya.
pada hewan tersebut. Pejamu akhir normal adalah kucing Trofozoit diwarnai sedikit dengan pewarnaan Giemsa;
dan kerabatnya dalam famili Felidae, satu-sarunya pejamu sel yang difiksasi sering tampak seperti sabit. Agregat
yang menjadi ternpat terjadinya stadium seksual penghasil intraselular padat kadang-kadang terlihat. Kista sejati
ookista pada toksoplasma. Organisme (sporozoit dari ditemukan dalam otak atau beberapa jaringan lain. Kista
PARASITOLOG I KEDOKTERAN 699

tersebut mengandung ribuan bradizoit seperti spora, yang yang rusak. Infeksi kongenital menyebabkan lahir mati,
dapat memulai infeksi baru pada mamalia yang menelan korioretinitis, kalsifikasi intraserebral, gangguan
jaringan yang mengandung kista. psikomotor, dan hidrosefalus atau mikrosefalus' Pada
kasus tersebut, ibu terinfeksi untuk pertama kali selama
B. BraxaN kehamilan. Toksopiasmosis pralahir adalah penyebab
utama kebutaan dan defek kongenital lain. Infelai selama
T gondii dapat dibiakkan hanya bila terdapat sel yang
trimcster pertama umumnya menyebabkan lahir mati atau
hidup, dalam biakan sel atau telur. Organisrne intraselular
anomali sistem saraf pusat yang berat. ir"rfeksi pada
dan ekstraselular yang [has dapat terlihat.
rrimester kedua dan ketiga menyebabkan kerusakan
neuroiogi yang lebih ringan meskipun jauh lebih sering
C. KEBUTuHAN PERTUMBUHAN
terjadi. Manifestasi klinis infeksi tersebut dapat tertunda
Pertumbuhan optimal adalah pada sel<tar 37-39 0C dalam sampai lama setelah lahir bahkan setelah masa kanak-
sel yang hidup. kanak. Masalah neurologi atau kesulitan belajar dapat
disebabkan oleh efek toksoplasmosis pralahir lanjut yang
D. VARrAsr lama tertunda.
Terdapat banyak variasi infektivitas dan virulensi
antarstrain, mungkin terkait dengan tingkat adaptasi
Uj i Laboratorium Diagnostik
terhadap pejamu tert€ntu. Semua bentuk tersebut A. SPESIMEN
dianggap terdiri dari satu spesies, T gondii.
Darah (bffi coat dari sampel yang diberi heparin),
Patogenesis, Patologi, & Temuan Klinis sputum, sumsum tulang, cairan serebrospinalis, dan
eksudat; materi biopsi dari keienjar gerah bening, tonsil,
Takizoit secara langsung menghancurkan sel dan dan otot lurik; serta cairan ventrikel (pada infeksi
mempunyai predileksi untuk sel parenkim dan sistem neonatus) mungkin diperlutr<an.
retikuloendotelial. Manusia relatif resistan, tetapi dapat
mengalami infelai kelenjar getah bening yang ringan yang B. PEMERIKSAAN MIKRoSKOPIK
menyerupai mononukleosis in{eksius. Bila l<ista jaringan
pecah dan melepaskan banyak bradizoit, reaksi Apusan dan potongan yang diwarnai dengan pewarnaan
hipersensitivitas lokal dapat rnenyebabkan peradangan, Gien.rsa atau pewarnaan khusus iain, seperti teknik asam-
blokade pembuluh darah, dan kematian sei di dekat kista Schiff periodik, dapat rnemperlihatkan organisrne. Kista
yang dikernas padat, terutama dari otak atau bagian lain
sistem saraf pusat, menunjukkan infeksi kronik.

C. INoKULASI HEWA
inokulasi sering digunakan untr-rk diagnosis definitif.
Berbagai spesimen diinokulasi secara intraperitoneal ke
dalam sekelompok mencit yang tidak terinfeksi. Jika tidak
terjadi kematian, mencit diobservasi selama sekitar 6
minggu, kemudian darah dari ekor atau jantung diuji
untuk memerii<sa antibodi spesifik. Diagnosis ditegakkan
dengan terlihatnya kista dalam otak mencit yang
diinokulasi,
Infeksi .sel dalam biakan iaringan iuga bermanfaat dan
cepat (3-6 hari) dan polymerase chain reaction akan
mempertegas DNA T gondii, meskipun mungkin
memerlukan laboratoriurn daerah yang berpengalaman
untuk melakukan prosedur tersebut.

D. SEROLOGI
Gambar 46-13. Toxoplasma gondii.l\: Trofozoit dalam
sel mononuklear besar; B: bebas dalam darah. Tidak Uji warna Sabin-Feldman bergantung pada muncuinya
ditemukan dalam sel darah merah tetapi dapat menjadi antibodi dalan 2-3 minggu yang akan menyebabkan
parasit bagi banyak jenis sel lain, terutama sel retikulo- membran 'f gondii yang hidup dan dibiakan laboratorium
endotelial. Kista tidak terlihat. 2.000 x. men.jadi tidak permeabel terhadap biru metilen basa,
BAB 46

sehingga organisme tidak dapat diwarnai jika terdapat matang, yang didalamnya sering ditemukan kista jaringan
serum positif. Uji tersebut telah digantikan oleh uji IFA infektif. Manusia (dan mamalia lain) dapat terinfeksi baik
dan ELISA. Uji tersebut tidak menyebabkan para ahli dari ookista pada feses kucing maupun dari kista jaringan
teknoiogi terpajan terhadap organisme hidup yang dalam daging mentah atau setengah matang. Daging yang
berbahaya, seperri yang diperlukan pada uji pewarnaan. dibekukan pada temperatur -20 0C selama 48 jam atau
Uji CF dapat positif (tirer i:8) paling cepat 1 bulan setelah dipanaskan sampai 50 0C selama 4-6 menit akan
infelai, tetapi tes ini ddak bermanfaat pada banyak infeftsi menyebabkan sterilisasi. Membersihkan dapur, mencuci
kronik. IFA, aglutinasi langsung, dan uji kulit tangan sete lah menyentuh daging mentah, dan
toksoplasmin secara rutin digunakan untuk tujuan menghindari kucing serta kotoran kucing penting selama
diagnostik. Uji intrakutan Frenkel berguna untuk survei kehamilan. Penapisan serologi periodik untuk antibodi
epidemiologi. Lihat Goldsmith (2003) untuk informasi IgG dan IgM terhadap toksoplasma dianjurkan. Lihat
lebih lanjut. Cook et al (2003) untuk informasi tambahan.

lmunitas
Beberapa imunitas didapat dapat timbul selama infeksi.
Titer antibodi pada ibu, seperri yang dideteksi dalam
I MIKROSPORIDA
darah atau susu, cenderung rurun daiam beberapa bulan. Mikrosporida, sering disebut mikrosporidia, suatu ordo
Namun, kenyaraan bahwa infeksi pranatal terbaras pada dalarn filum Mikrospora, merupakan kumpulan parasir
bayi yang lahir dari ibu yang perrama kali terpajan selama intraselular unik yang ditandai dengan spora uniselular
kehamilannya secara kuat menunjukkan bahwa adanya yang mengandung filamen polar tubuiar seperti pegas
antibodi dalam sirkulasi setidaknya memberikan bergelung, yang mengeluarkan sporoplasma secara paksa
perlindungan sebagian. Penyakit defisiensi imun (misal, ke daiam sel pejamu. Parasit penginvasi tumbuh menjadi
AIDS), obat-obat imunosupresan, atag perubahan skizon sferis atau membujur, dengan dua sampai delapan
resistansi pejamu dapar menyebabkan infelai kronik oleh inti atau lebih yang menjadi merozoir terpisah, diikuti
toksoplasma menjadi tolsoplasmosis akut yang fulminan. serangkaian kompleks pembelahan seksual dan aseksual
yang menyebabkan produksi spora yang lebih banyak.
Pengobatan Identifikasi spesies dan genus didasarkan pada morfologi
mikroskopik elektron spora, inri, dan filamen polar
Infeksi akut dapat diobati dengan i<ombinasi pirimetamin
bergelung. Pewarnaan biru trikrom yang dimodifikasi
dan sulfadiazin atau trisulfapirimidin. O bat-obat alternarif
dapat mendeteksi mikrosporidia dalam urine, fcses, dan
termasuk spiramisin, klindamisin, trimetoprim-
spesimen nasofaring. Semua kelas vertebrata-terutama
sulfametoksazol, dan berbagai obat sulfonarnid iain. Untuk
ikan-dan berbagai kelompok invertebrara-rerurama
penggunaan pada kehamilan, spiramisin (Rovamycin)
serangga-terinfeksi pada semua jaringan yang penring.
dianjurkan, diteruskan sampai meiahirkan.
Penularan terjadi terurama melalui masuknya spora
melalui makanan atau air. Penularan rransplasenral sering
Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian terjadi. Sedikit kasus dikenhui di antara manusia hingga
Infeksi transplasenta janin telah lama diketahui. Kucing infeksi usus, oftalmik, dan sisremik diobservasi di antara
peliaharaan telah diduga berperan pada transmisi parasit penderita AIDS. Mikrosporida saat ini semakin dikenal
ke manusia; infeksi ditularkan melalui ookista sep€rri sebagai kelompok parasit oportunistik, mungkin tersebar
isospora yang hanya ditemukan dalam feses kucing dan luas, banyak, dan nonpatogen pada orang dengan fungsi
hewan sejenisnya. Rodentia mempunyai peran penring imun yang baik, tetapi tetap mengancam pada individu
pada transmisi karena hewan ini mengandung kista imunokompromais. Keadaan tersebut sering terjadi
infektif dalam jaringannya yang dapat termakan oleh bersamaan dengan kriptosporidium pada penderita
kucing. Penghindaran kontak manusia dengan feses AIDS.
kucing secara jelas penting untuk tindakan pengendalian, Infeksi mikrosporidia berikut telah ditemukan di
terutama bagi perempuan hamil dengan uji serologi antara individu yang mengalami imunosupresi (keba-
negatif. Oleh karena ookista biasanya memerlukan 118 nyakan penderita AIDS) (Ortega et al, 1993).
jam unruk menjadi infektif, pembersihan kotoran kucing
setiap hari (dan pembuangannya dengan aman) dapat lnfeksi Mata
mencegah penularan. Namun, perempuan hamil
sebaiknya menghindari semua kontak dengan kucing,
A, ENCEPHALITozooN HELLUH

terutama anak kucing. Sumber pajanan manusia yang Pengobatannya dengan tetes mata fumagilin (Fumidil-B);
sama pentingnya adalah daging mentah atau setengah dapat juga dengan itrakonazol.
PARASITOLOG I KEDOKTERAN 701

B. vtrrAFoRHA I?RNEAE (Nosrun conNrun) yang dapat ditempati oleh organisme multiselular--darat,
laut, dan air tawar. Namun, nematoda adalah organisme
Tidak ada pengobatan yang efektif; keratoplasti mungkin
yang paling dikenal (meskipun tidak signifikan secara
dapat berhasil.
biologis) dalam dunia parasitik. Nematoda menginfeksi
C. N0SEHA 1CULARUH
hampir semua spesies tumbuhan dan terdapat sangat
banyak daiarn setiap kelas'pejamu vertebrata. Serangga
Ditemukan pada pasien dengan HIV negatif ; tidak ada dan juga invertebrata lain dihinggapi parasit secara berat.
pengobatan. Pada pejamu vertebrata, nematoda menjadi parasit
berbagai jaringan dan organ dan biasanya mencapai
lnfeksi Usus ukuran yang jauh lebih besar daripada kerabatnya yang
hidup bebas.
A. ENTER1cYTozooN SIENEUSI Nernatoda dapat menjadi parasit bagi pejamu
intern-redia maupun pejamu akhir. Pada pejamu
Spora infektif kecil (1 x 1,5 pm) dapat menyebar ke paru intermedia, diten-rukan cacing pada stadium dewasa, lara,
dari usus melalui aspirasi. Pcngobatannya adalah dengan atau perkernbangan, sedangkan pada pejamu akhir (atau
oktreotid (Sandostatin) atau albendazol (Albenz-a). definitif), ditemukan cacing pada stadiurn dewasa atau
rcproduktif secara seksual. Pada Lreberapa keadaan,
B, ENcEPHALITozooN INTESTINALIS pejamu yang sama dapat berperan dalam dua kapasitas,
sama seperti pejamu mamalia untuk trikinela, agen
$uga pada kandung kemih dan ginjal, di sini timbul nefritis
interstisial, yang sporanya keiuar dalam urine). trikinosis. Manusia prasejarah yang dimakan secara

Pengobatannya adalah dengan albendazol (Albenza). kanibal atau dikonsumsi oleh mamalia predator dapat
Septata intestinalis saat ini disinonimkan dengan berperan sebagai pejamu intermedia dan akhir, tetapi
Enc ep h alito zo on intestinali s.
saat ini trikinosis tidak dapat ditularkan oleh manusia
(yaitu, manusia adalah pejamu akhir untuk trikinela).
lnfeksi Diseminata Sifat nematoda yang mengadaptasi kelompoknya
menjadi parasit termasuk kutikula nonselular resistan yang
Tidak ada pengobatan untuk infeksi oleh Encephalinzoon mengelupas empat kali selama ontogeni; otot longitudinal
hellum, Nosema connori, Encephalitozoon cttniculi, atau yang memungkinkan gerakan penetrasi dan menggali;
Trachipleistophora hominis, yang terjadi terutama pada suatu sistem pencernaan lengkap yang teradaptasi baik
penderita AIDS. untuk ingesti aktif kandungan usus, sel, darah, atau
produk pemecahan selular pejamu; dan sistem reproduksi
terpisah yang sangat berkembang. ftlur dan keempat
r HELMINTHES* stadium larva sangat cocok untuk bertahan hidup di
lingkungan luar atau dalam berbagai pejamu intermedia.
Tabel 46-4 memperlihatkan penyakit utama yang Akibatnya, banyak berkembang pola siklus hidup yang
disebabkan oleh helminthes. Telur dapat dideteksi dalam kompleks di antara nematoda, seperti yang digambarkan
feses (atau urine, pada Schistosoma haematobium,' kadang- oleh nematoda yang ditemukan pada manusia. Selusin
kadang Schistosoma mansoni, terutama pada infeksi spesies nematoda adalah parasit manusia yang signifikan
rangkap; dan kadang-kadang Schistosorna japonicum). (TabeI 46Jt; nematoda ditandai dengan N). Selusin lebih
Konsentrasi telur dengan sedimentasi sentrifugal seng spesies nematoda kadang-kadang menjadi parasit manusia
sulfar atau teknik lainnya biasanya diperlukan (terutama zoonotik (yaitu, parasit hewan yang mampu menginfeksi
untuk telur operkulum dan skistosoma; lihat Garcia dan manusia), sebagian besar tidak mampu menyelesaikan
Bruckner, 1997).Tellu enterobius dapat diperoleh secara siklus hidupnya dalam manusia. Contohnya adalah agen
langsung dari tepi anus dengan plester selulosa di ujung angiostrongiliasis, anisakiasis, dirofilariasis, gnatostomiasis,
spatula. dan larva migran viseral serta kutaneus. (Tabel 116-4

sebaiknya diiihat bersama dengan pembahasan ringkas


NEMATODA (Gambar 46-1 4) mengenai masing-masing filum helminthes dengan spesies
parasit penting yang menginfeksi manusia).
Anggota filum Nemathelminthcs, kelas Nematoda, ,

Secara khas, parasit nematoda pada manusia


merupakan kelompok yang jenisnya sangat banyak, terdiri
menginfeksi banyak pejamu. Lebih dari 1 milyar orang
dari banyak cacing kecil yang mendiami setiap habitat
adalah pejamu untuk Ascaris lumbricoides, cacing gelang
raksasa pada manusia; 600-800 juta orang merupakan
*Telur-teiur dalam feses diperlihatkan pada Gambar 46-14,46-15, rlan 46- pejamu untuk cacing tambang (Ancylostoma duodenale atau
16; mikroiilaria dalam darah danjaringan drjelaskan dalam Tabel 46-5. Necator americdnul; ratusan juta orang terinfeksi cacing
702 BAB 46

.- I I I I I I I I I I c I

I l-- I l-- lo
E:
I l:
lfi
I I
R' R !
I

| €l € :E l=-. l+
-l

,-
s
'x
Ei
ir
pi
r{
iiiE I
i €5 lE
iE- I
;;-
1'
iEi . ; ilsii
t' EiE tE; t+
i;.i
3d
$lr l;:E I ;e i;G It Fi F lte it€slE" ir;ll
'a '

o)
t,l{ i E
a iI! lu'.il;i
.;c IEH-jl
ru
o,9 ;
E'' 1.a
,;
'E:
'r nE r_6E 5l 'N
EE |I -6r ,-o- ,;-c;'dil
r:-N r;gir.ib
,i:E'
r._sbit
:c5 ,inp,
rg
-o ';!;> ;!
;d
;i 15
fin ;EE
,2d
,i €, s irq
>' o- ,ilo
igE!
ru-otr<o
fn ,uoE,
o lg
o .. I I I - t I I I I I I

I .. I .- IP
trgl t;g I I E,
I oi I
E
C.J
.r
E;:
r
; ,; EoE
r I E , P
F I
ifi$ iEH l;*
I

F
il

bl E it i q$F'iss I I d, I ,*o ;E
Lc ,Fo ,s,i
6E
i

EiE ; r6c 16o re'a ,

o.l

'Ei; i;.
,€ i, F9; g i ilq lF! lfE l;;
c(0
Ei €
'

(J
:;E iP EEF
;; F=i=;: , E, : is3;!3"s ;=: i

o)
F:rs. F l3Pli= p i:
i r: !fi; :€t::Ei'5E
.Bl:c
I

is icFsEl! l;l l::iE;:l;el


O') =6;
c '

o
rsE td | 98*.t9 | ar q-r5 r+g t9;E rbE'
assg;a i rl 6Fi3
I

o
]J
o i!s l5
I I
I I I I 61 i
iE=
r
ia€€
I
ia€
I
I

:'r I
I t f; t-- rEr o'q I

'| f,
(5
E
i-€- :
i;-fi E$ irs
igi i€ iH* i , I rl
CJ

z .-,Eaa
;E;* , cc r;b I! E
i

ll
'Ei=.:e iss_ E E; B;A:_iP isi ,E; ;
r f
iEE€ ;
t_S_ r Sr _c r3'o to t--ij r-66 I
|

voo_ !€!E' PFe Is


;$;; I Fi .Fi:f}li
Elsg€- lg*e , i i;EEi;l s iEe:is lrx
I r i== l;5
€6,
I

Ei isi
O') F', ;

'i.=-:E iEli i;E; ii ;iri ; i;5Fi;"


c

;.*E iI E-
^- -
'o
r0
$i€s;E !+ i;5$
E .Eo igi;i
rF iF!:; ,i.o
g* ,-9-9F , gl
., . ,ieE,FS
(o
'rf,
i-9ti'o' r-9Ep ' -95 'pi*'
P
o
OJ lgE!F. igEq i! s igEE
I
I
I I
lslE;i5 lsa
I I I
;F+[1
I
il '.,1 I I

I t .F- | 'E r I I I I I - I

6b iA
i EE I, ir lg
-
l!- iF iI
I
\J
vi
CJ

=i
Fi=a
igifi'
iEi*. ,= r.E' r! ,5-
i

c 'd,
'-Fe; i pl is , , i5 ;! ,E-s , I

'=
6
c
_c
-c
tig
?;F
iE*Efri€F
ilq=g , o'-
l:r)I E i3i
r Er 3l:
; rfr
, E, S
ir
I[
r-o
i,*:
,IP
i
I
6.9 I r
,

C.) 11,
!
'Ei€ ,EFFE , iq' 'E
,c rc r
I

o ,E!$b , F4 r: r jF
t:s :EEqE : =r E
€g' lJ I +l 3 i;: i;. i.'qH i.'
I

c
J
-o
o 'ig ;5SI*;
r;S-98 E: i;
r -5€
; ;; E,Ei,€x'io=
rr I rr r r,75 r.iJ Iii ri 6
i
_o
c., r-1 I I I
I

.6 ',:1..t I I | I _ I I - I

'(, ',,,,t. r .- t - t or
.!' | 2t I I 2 I I
2Z I

?is-*ii; I y,E' I br iiyi


ia:,iEi
(Jl

=i
c(o
.t '6r I ?;e, , U-r _G'r Ei*gsi€tEi
E ' EF r_
-!z
(t
!E,
ei=n
4
E;
g= i €5
ib- i :ii
=Ee
n:irgsi rriiig itsii
rE'i-eE'_EE,E?:=li:gl
c
;'FE_i:r refiis:
=*Ei-g!E"i
6,i0:PFh iFFaS; "o-i
!; : =
' iiiE, {'
:;rg*-.5';S,;,
; Slti_r; =io,,-^E'* ri- i!:i;SY_t;
CJ
o-
\i t;"'R=EEBi -iS?Ei
(oI E; E=EiEs'E*Ee:r
e;5 l ai;El !€;r
\t
5i U;3Fs5; 08p,!i;X=g
(!llo9.:qult
*$i xx;r
i9s'a,ii, Eg*i
ao
.o -Eie'--t--,s'A-
t;i A
;=&
r<
;+t
r{
;Bci3-EiE
rJ rV r;
e'ta=93,:iiti
ESF; HJfi-:83;
ro ril |
'5fi r..i I
PARASITOLOG I KEDO KTE RAN 703

rI rr r,o lr rr ?uF. | : rrQ rr rr rrQ- i, 13


r$
r I
r € r[ r r P 'i= ri'i r 16_ rg 'g
r.6 rt
r r i rij r r '!n
rEE rE r r:9 rE r3
| ,--!oc rb , ,.s3_
= ,.i.s t$ , ,.qj '3
tS ,.dR t-
r r6o r# r r'xj r'!E I6 r'oE r -6 r'il 6
r-
rF
oC^=
r 9*- ri
rxx ri
ru
rF ' Eg 'r3;_3r*
rxc E?=,i ra
'
r:
,-;-E
rx.
r: , E:
rs8
|

tE rq.9 r - rE rf ; r-396r€ rE ,€_- 'H.g


,€l
I

:+ rP;
l$ lE€
:E
l€ r+
l! rJE
IEE :J:-:r:
lEfiill r+
iE rEE
ilr t;E
itE iEfi
l5;. I

;i ;o-E iin ii ;o> ioi;;;il ;i ;>ii ;''=.: i"ii


i

irii i,EE i, ti, iuei i


i

r r
i
r r. r r. Ii ' _ lg r r
; ; ig
r r ro r
rd'
' F.^
r-!
iH ;E ;tSE i
, ig ie r!E; r r
,
r

r r r5iqrP r.gb rf rP 19 r.sjjE r t


r

, , rocctE ,3# rS ;p ;E ;gPe iI ,


r
L >l)

l.L l..: rP rg I'a ,i-e |


r

r3, r! ,-^-iE
:.i€i'=
r5E'gr: ;:p
':H ;E
,'o ;€
i; ;i
,Si ;:HE,: ;:
rf,
|

'.+ :55H l:
i; l;;;lE i*fi il rE l5i i; l;r!
r

iF
r[ r! ,!HE''. r'E-. r.c 16 r.-a,
lT=s;
,E-EE
I

'!
lE l3 is€ElE lF! lE lr i6s iEes is is
r

ll i i I i I i i I is
i

i
| 1.6 I I I I I I I lor l$g
:I lE |r 'r'E
r-
3
rS
Ir rt
Irft le
rE' lE
1i l5:
I

r lE r6-a I r3 r r$
i

, rES ,* rE tf r.!
rE
r.! '9.r.= r€-
r*'.E ,FH-
,.[f;
r--
|

I r_g.q r! rF r-^ r'9 rE ,EE.! rPg.=' tci


|

r!
lk ,t- r! ti_ r* rt
I

ri 'EE
,l.n r;'; rt rE 'p
r.5 rp rp E:F^,8;5
ri'::C,bF- '9'i
rco
I

i: l;t i;F ii ii i: iP is^ l=;*El:s; iE$


I

ii l!; itE is igg is


llttttlttttl
lltltttttttl
iEEi€ isi; iiE ii l;i i

I I lc I r r r I rfr r rfi I

l r r I -c r r r r o- r t.E
'€€
r

r r^ r r -!u r r r li rE r1
lr rE llE r l;: l| i-
't!
ir it rliF iE,
r

13- r.o6 ,.Ed r


rE r-E ,;F
ir- i! l:! Ir- lf{ l^ i3 ir- iE iE
r

,8t'E 13 r.. ri r;
IEP
rjo
I

r'9,-.
'E
trt r E
,::
'i8
r9E
rg
Iy hS i5
r'iE r=
iF
r5
,lr-t ,g
rr
,!
r5
,6i
r oi
r

r! t i ;.o Ir5f rJ i r5 r3 3
r
6l.,aJY
I r*! r r ,€.!'
rro
I

r5 '3 rf'e r9E rf r,i rS r5 r'7


c ' r

i i ,-i i
i, Ei s[._ri
!'
.si
i

.8E, ii'
ul
: - i
i
i $ii $s i
_El*' 3?' *F, E*.s'
=ri
i si '
t; i g*e-i ile
i; r 6nQ[3, i:
'

Irllri;l*gt
lir{rlE'{t
l'H* legi
o l,igl
=
lsg;ltsllsggligiI
= r19 r- rtj
itgggEl
r_3 r5,Fe
l

r
704 BAB 46

ir y
iI II iI iI iI iI l=
r-J
,

o) ;iG!- i-
: -6 E
.u
I. I; I; rb
, E
I I t, !F |

C
.U rE P I I I l5 I' Ir l: I

tI II
I
lru
(o
Ba r; :l! ;I 15 tI rE lg
r[s
"= , r t* t-o I o i

EErif; ;XG rfl;E- - tl-'


I

o
E
P
gejirc
6ror; ,.!
t9-
;E ;E
ie
rF
le lE
,F rE
I

i* i$ i*
ir iF li
iE ls ir ]
I

[;;ie:
rg
E
o
beii Fe
>;
E:
Ee
>; lE lE iE lE I

F
il dE';; ;d id ro- ro- rc re rL I

A
O)
c(o
(J
O)
; -.Fri , i-s i.=
.;a il-Efg5:istplgi l{€ iaf it
l;;xig
,nE '€t{ ,€.
i= l,-*
i:iig€l
rii
i

;5aI i;F;E;a;k:
cf)
'-c
i i;gi€teislFiif iE! r;CiiAE i*ei;tii
; ii#Eitti;n*i;g iei i:icisA iE;igIEi
(0
I
(o
-o

i iec€
r ' ^-6 lu ! (o

iiei;E; rit is! i;* isi i'Ii*siei


ao

E
OJ

il
z
(o
.g i
i
I
i
r-
iS i
i is
ig iia
isr ii:i!:
;i: s:
o-
3 I

s iE t ie ii iE rE rEE iEei Ee ;t ,! '-o'-


Ct)
c
S '5 u it ;E 'oFr4E I

(s

(o
n rS S 1€ rF ro r! rEE rE€rE! i
i
!
! i rt ri r* rB lap IGP'a-
! lq q i€ t! '..1 liqliq
I
o
OJ

o r;' ;' iP' io


lg lEr l;q
rP ,;;
i

il
,F r$ rf; 'iE 'ii,i;
.!E !E iEe iEEiEE
I

U
t.l 16 r! '9
Ic '=i
,*aS IJE |iroli:o :
I

!G
:0
r.r ;:9' .O
rr I E 1.9 rS r q.: r bo r b.t Es I

rO ;: ;u ;: ,t6 ,6o r-Er-E


iE i--
I

G
i i i i = l3
i i

ii l€
(u

,& r ra6 i€
t.g , l€ I I
_c
vi
a
,, j:F E
o
r= 1a.cq r r I I g|)= l-.- I
j I o
I

c
.F

6
c
d*
i:p> i5
ie
': ! o
EE i
p+ ,
lE
,E
ie
rE
o
iFq
r3*
igf
tc;
. c E
iE i!
rs r-'
i

r35 IH rs
I

E
ed r-c- .9. ; ii rE
E
[;El= i; l:; l;i;: | H.g I

CJ
o
c(o iEti:e
gF;let $*:lg igE
iE* E i€c
'5; l=-1 := liq i

lz
gaEii i=a iF iFE is; ieis€
I

_o
(o
_o i

iI au efie i; or e- i 'F i ?g
e do i s^ . io.i ,
:* i; .
OJ
.9
-o
O)
c
=:5iF€ i

€EEE '?EICE
i =*nr i i 5E*i F:ri i
o
ga
:

,t
ilgii E: EeEE=rE:'r;s
i;r::tetl*t
i N; rngi :sqi t::i
i
-v.
o
c sB I i

o-
CJ

v E;;€€: i d; i F€ -ti; I .E E€oi


(o
\i ? i +tg*tEEi iqii *g;E'
;i i sEisssci E'g;Ei BEEai EiBEi E'FE*i
,E i

OI
Q'^
E; :S IES--S--;tS-
-9- ;i ;=
;*6
rd
iE.o*
;6
,H{
r{ 16
iEl
SE;E€Ii,EE
,,Efi 16 rH
iE i

I
PARASITOLOG I KE DO KTERAN 705

r I I I I I I I I lO
r r I I I I I I I 1.3
r r I I I I I I I l;
r r r,c I I I I I I iE
I I I dr'r= I I I I I I Ia
r r t** I I I I I I l-
I r I I I I I I

t- 'I c |'UE
- c, r l- l- l- l- I-
rl rE rS t9-
;E r€
I

;g ;: ;e:
ii+ i'
-fl
iE F ,E
I

rk
;;;E,." E 'F
'i] rNI ri ] lx] !a ta
I

ri rf
rso- rE
'Eg
r35 r
rEE r g rSo rfr rgc
r'ru t'N
tPG tfc
I
I
I

i o-
| t i='= | o- I I I I I I

ll ll llllll
rr-gtt -'u I I I
I ln'c I I 5 -'or I I I

r! r r E*.c€s.? r r r I I I

;F 'E'P
;€€ r , !;H';R: , , , , , I

rE '-?: r r E#€$Sg rI I I I I
I
I

rf rpr*i_ r r H',.;1;..9 I I I I

I I I I

isri;;r is i
r.- I I nJ{--'F.--ol
,1' r nti:
hEE I

r r oSlEqSF'.
rlf r;.5
;>:;S;n
rE
r! ,
I EgEit+ii:i:
d=-E;:,lp'' : r!
l.
i: iEi:
Iq
r!
Ie
r!
l.e
r!
:

r; i i; i;i;
I

iEgi$pg
lr |
rEEriS,X - I
I 6
I
I
*EFcE;$i;i; I
rE ,
I
I
I 'or I I
I
i

'EE I
I

t ! I r; I 16> I I

'_'.418=3€ | rl r'E -''-gpl i I

'Si'iEo'-9
iE=i-.-'i: '^sl
;PE , -q rd-rE ir69br* r*

r**l E
I

iE$igf;t: i;iia;;i:E;i€i€i
iiiig55fliiEii,iiEiii$iEE$iErEi
i;EieeleE
tF
r€
I
r
ie€i !€
I
I
I
I
itErr;EiFciinifi
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
r

li;l--E1.o I llllll
l; roo cl t I I I I I I I I

I I r 6f;.{ b I 6 I I I I I I
iI iI
I

it,7 liE,Fq[
, o

,l€FAi
is'- i
, 6 c 6- 9l

r5E r
iI ir iI i

r 'Aa | I I I I
I P
'{
r.! 9'l!
€=E,gI5 llg |
6 |
'lr , , '|lE '|iE
I

lE iE
I

15 lg6i;€g i:: i | E
-t 1-v r-!z r-Y r-v r-Y
i

l;rts l;fifrl:E;
r{-o!-ooE i't*!+ r r3 r! r! r:'r )
I

5! rS ri
t

;S ;:UI;LE ,oE ' rS r5 r5 I

tt l-l .llllll
r r $ r 2 | .9' O I l.i I lo, I I

llilEll3EiigglsgslEgiiii lglli* ll* li,lii'l


706 BAB 46

l_t filaria (terutama Vuchereria bancrofii); dan ratusan orang


e r,i
_i:
r-
, o juga terinfeksi cacing kremi (Enterobius uermicularis).
O)
'o
(t
i.3 ie
Eo ri
;irc Pola infeksi sangat bervariasi. Nematoda usus manusia
=
c g.q r -U
(o
.!Op_N=
rP menginfeksi melalui rute makanan, air, dan tanah. Askaris
-OC') 166 16 dan Trichuris *ichiura (cacing cambuk) menginfeksi
t!
(o
1- r 99 r--
Ri ,FE
10
o melaiui telur yang sangat resistan terhadap desikasi dan
P
o ! , o-:
rR
(o 0 6! , a faktor lingkungan lain; cacing tambang dan Snongyloides
ol !J'-o'-o
E E cE I o - I c stercoralis (cacing gelang kecil pada manusia) menginfelai
OJ
4o Xo rco tX
il eE
26
rIE
I c!
rg
l2
melalui larva infektif stadium ketiga yang menembus
F kulit; dan Tiichinella spiralis (cacing trikina) menginfeksi
A ll
C'l lsl melalui daging setengah matang, biasanya babi, yang
c o
rU ltI mengandung larva yang terbungkus dalam kista. Cacing
rOr
Ol o '6
l._l kremi merupakan nematoda yang unik di antara
o) t'! .c nematoda manusia karena telurnya yang dapat hidup
c o lll
o lql
I segera setelah diletakkan langsung di daerah kulit perianal
ru
r-g
rPr
r

vl oleh betina yang sedang hamil. Telur yang hidup kemudian


(E
3 o!6
o It c 'L'c 'c dapat digaruk dari permukaan kulit yang gatal dan secara
f lf 6 l:t
(o
I.=t tidak disengaja tertelan atau menular lewat jari, pakaian,
c c F-- r
o -tJt- atau bercak kotoran ke orang lain, terutama anak.
CJ
c
il
:o 'ii-e
lio
,5
ls Akibatnya, nematoda ini merupakan parasit urban yang
z 6 l-! lh utama, kebalikan dengan nematoda usus lain, yang masuk
Aro tt dalam feses atau kotoran ke tanah sebagai telur atau larva.
:u r:tP
,| t 6J
l
,I o Nematoda tersebut harus mengalami berbagai periode
* >,G c
c') r,-g-! r o perkembangan sebelum bersifat infektif bagi manusia.
c v t:!
'i o Oleh karena itu, nematoda merupakan parasit yang
(o
u vl
E
E
c t3'-s;-elE-
I'P 6 6J.= I O C' sebagian besar terdapat di daerah pedesaan. Cacing trikina,
(U
'o E
o r_9E_Ef,.l-E Trichinella, infektif hanya sebagai larva yang terbungkus
o + I c:1.-i r 6.
'uLGoTo
iOt:JpGht-6 kista dalam daging yang mengandung kista.
CJ
o F ;!:=ff;5: Nematoda filaria penginfeksi jaringan, W bancrofii
(J
il
l!
U. P 'f;!E#'3F dan Brugia malayi ditularkan oleh nyamuk; Loa loa, cacing
{
;' g:! p''-9-9
lc6F=lcF
, mata patogen yang jarang, ditularkan oleh lalat rusa genus
fo
.!p ricborr+d Chrysops; Oncltocerca uoluulus, penyebabkebutaan riuer
l-uP-l--
c lt yang ditakuti, ditularkan oleh lalat hitam dari genus
a
tt Simulium; dan filaria yang relatif tidak patogen dari genus
6 lt
u 7 J Mansonella ditularkan melalui berbagai gigitan agas atau
_c oll
P E 'o midge dari g,enus Culicoides. Onkoserkiasis adalah
.;c t!
(,
I vp
*g I
- o ,l
I
r(t
f6
I
penyebab utama kebutaan, terutama di belahan barat dan
AJ
-c
t! !OLl
tengah Afrika. Tindakan pengendalian utama oleh'WHO
al I

A6G.
-c (t .J
.J-6tt- dan badan penunjang lainnya telah membuat perubahan
OJ g hFo :
u
.l - E_O I I
6- yang signifikan terhadap prevalensi penyakit tersebut di
I ;dcl_tY -.
c ..au duvru' Afrika Barat. Cacing guinea yang kekerabatannya jauh,
o
:2.
.t
o^tr'
YI-
o
r Y '
r
:-
F
3 ..t
Ia=cl:,
! or' - ' Dracunculus medinensis, mempunyai siklus akuadk melalui
(u l iy =
-o
qJ :,..: I JooG,L.o
D>l J I h kopepoda ("lalat air"-sekelompok besar mikrokrustasea
.9
.o l lt air). Kopepoda menelan larva yang diiepaskan dari lepuh
tzl
o)
:l
I

l-l
kulit manusia yang pecah ketika direndam dalam air
C q
(o - .,i
g rl l5t dingin, mengeluarkan banyak larva. Kopepoda yang
! cl
r!
rl z'oi ,\,,-i terinfeksi, ketika terminum dalam air, mentransmisikan
.h lq O
-v .l
(o
.|! I ,!-v larva cacing guinea infektif yang sudah berkembang, ke
6. *-r E S:
H5,*$ i€
I
c manusia. Setelah setahun mengembara dalam tubuh,
C) c. I

o_ ttt rl
:
6'+lct I .gA cacing menjadi matang dan kawin. Cacing betina
\t ! =.:
s:'6'F i"
6
]t
..t
';.\'o r i,
-IP, 'r.eSP kemudian berjalan ke kulit-biasanya tungkai bawah-
\! IU I Y.9 r .:€H f,'Ec di sini cacing menimbulkan lepuh yang terbentuk dekat
O-c
Q.;
c
o
I
O{
..y,rc P
3P
o
| 5.9. mulut cacing, biasanya di kaki atau pergelangan kaki.
c .l _vli t:6- t:tr
Nd .,1

tr rF rF Lepuh sekali lagi terisi larva yang siap menginfeksi


PARASITOLOG I KE DO KTE RAN 707

Ancylosto m a du o den ale alau Ascais lumbicordes. A: Telur tidak berembrio Stro n gyloid e s ste rc o ralis.
Necator ameicanus. yang dibuahi; B: telur yang tidak dibuahi; A: Telur berembrio (arang dalam
Perhatikan bentuk, selubung C: telur didekortikasi yang dibuahi. Perhatikan feses); B: larva rhabditiform
yang tipis, stadium 4-B sel selubung tuberkulum pelindung yang berat pada A. (biasanya ierdapat dalam feses).

Tich o stron gylu s o ie nta lis. Tichuis tichiura. E nte rob iu s ve rmic ul a is. Ielut
Telur yang tidak berembrro. Telur dengan bersumbat berembrio. Perhatikan pemi-
(Jarang pada manusia kecuali ganda tanpa embrio. pihan pada satu sisi, selubung
di daerah tertentu, mrsal, lran) tipis. Berada dalam kulit perianal

Gambar 46-14. Telur nematoda. 400 x (Lingkaran sederhana menggambarkan ukuran sel darah merah)

Tabel 46-5. M ikrof ilaria.

Mikrof ilaria
Filariid, Nukleus Ekor Periodisitasl
.,1.-r_e!v!!t,.r._
Wuchereria Filariasis Bancrofti Seturuh dunia 410 LU Tidak ke ujung Nokturnal atau
bancrofti dan Malaya: limfa- sampai 280 LS non period ik
ngitis, hidrokel,
Brugia malayi ensef alitis Daerah Asia Timur Cu licidae Dua berbeda Nokturnal atau
sampai Jepang tlu:itr- _
subperiodik

Loa loa Loiasis; pembeng- Afrika bagian tengah Chrysops, Memanjang ke Diurnal
kakan Calabar; ca- dan Afrika Barat lalat rusa, ujung
cing di konjungtiva lalat mangga

Onchocerca Onkoserkiasis; nodul Afrika, Amerika Simulium, Tidak ke ujung Nonperiodik


volvulus kulit, kebutaan, Tengah dan Selatan agas ban- dalam cairan
dermatitis, teng, lalat kulit
"lipatan paha hitam
menggantu ng ".

Mansonella (Di- Mansoneliasis atau Afrika dan Amerika Culicoides, Memanjang ke Nokturnal atau
petalonema) d ipeta lonem iasis Se latan bitting midge ujung diurnal atau
perstans (gangguan minor) non period ik

Mansonella Biasanya non- Afrika tengah dan Culicoides, Memanjang ke Hanya di kulit,
streptocerca patogen Barat bitting midge ujung nonperiodik

Mansonella Mansoneliasis Amerika Tengah dan *ir.,o"t,- Tidak ke ujung Non periodik
ozzard i ozzard (jinak), Selatan bitting midge
kadang-kadang
h idrokel

lMikrofilaria ditemukan di darah perifer (pada apusan darah) hanya pada malam hari (periodisitas nokturnal), sebagian besar diwaktu malam atau
sepanjang waktu senja (subperiodisitas), sebagian besar sepanjang siang hari (periodisitas diurnal), atau tanpa pembedaan yang jelas (nonperiodik).
Periodisitas tampaknya berkorelasi dengan kebiasaan mengisap darah serangga vektor utama di daerah penularan filaria tertentu.
708 BAB 46

kopepoda. D medinensis menimbulkan.perubahan patologi tahun, dan pada keadaan imunosupresi, dapat
luas yang bergantung pada tempat infeksi dewasa dan menyebabkan infeksi Iatal yang fulminan.
respons pejamu terhadap adanya parasit atau pembuangan Gambaran patologi nematoda penginfeksi jaringan
cacing. Penyakit yang disebabkan oleh cacing guinea berkaitan erat dengan respons pejamu. Elefantiasis, suatu
merupakan akibat infeksi sekunder. Infeksi tersebut dapat pembesaran makroskopik morbid di tungkai, payudara,
disebabkan oleh sepsis di titik keluarnya ujung anterior dan genital, merupakan respons imunopatologi terhadap
cacing dan larvanya dari lepuh kulit. Cacing dewasa yang infeksi filaria yang berlangsung lama oleh Wuchereria arau
mati (atau potongannya) di kulit juga dapat memulai Brugia. Cacing dewasa yang berada dalam kelenjar getah
infeksi yang berat,' mengakibatkan gangren atau bening merupakan penyebab primer reaksi fibrotik dan
anafilaksis. Cacing tersebut adalah penyebab penting inflamasi masif tersebut. Pembesaran yang tidak begitu
kelemahan dan pemborosan ekonomi di Afrika; di sini besar pada jaringan tersebut, disertai limfangina,
tindakan pengendaiian yang ditujukan pada pembasmian limfadenitis, dan limfederma yang berat merupakan
masih berlangsung dan pembasmian secara lengkap gambaran patologi yang jauh lebih sering ditemukan. Pada
merupakan kemungkinan yang jelas dalam beberapa onkoserka, yang disebut "cacing yang membutakan",
tahun. India dan Pakistan telah bebas dari bencana kuno adalah mikrofilaria, yang sebenarnya merupakan ernbrio
ini, dan endemisitas tetap ada rerutama di Sudan. mikroskopik yang memanjang, yang dapat menyebabkan
Parasit usus, yang biasanya dapat menyesuaikan diri kerusakan paling berat. Mikrofilaria migran, hanya
secara baik terhadap pejamu manusia (terbukti dengan ditemukan dalam cairan interstisial kulit dan jaringan
banyaknya pejamu yang terinfeksi), relatif ditoieransi subdermal (buhan aliran darah), menyebabkan perubahan
dengan baik kecuali bila terdapat dalam jumlah banyak pada pigmen kulit dan hiiangnya serat elastik,
(dalam hal ini, anak paling rentan). Pada anak, terbukti menyebabkan "lipatan paha menggantung", perubahan
bahwa askariasis dan trikuriasis ruenyebabkan malnutrisi kulit lain, dan pruritus yang berat, kadang-kadang sulit
dan retardasi pertumbuhan karena jumlah yang banyak sembuh dan tidak dapat ditoleransi. Kebutaan adalah
dan frekuensi reinfeksi--masalah kesehatan utama untuk gambaran klinis yang jauh lebih serius yang menyerang
populasi dengan gizi rendah. Keadaan tersebutjuga berlaku jutaan orang, terutama di Afrika (khususnya laki-laki).
untuk cacing tambang, dengan sifatnya yang mengisap Hilangnya penglihatan terjadi setelah bertahun-tahun
darah dapat menyebabkan anemia be rat; untuk akibat akumulasi mikrofilaria dalam humor vitreous
strongiloides, yang dapat berlipat di dalam pejamu yang karena mikrofilaria tidak ditularkan melalui darah dan
mengalami imunosupresi atau rentan melaiui kemam- dapat terkonsentrasi serta menetap dalam cairan mata.
puannya menyebabkan reinfeksi interna dalam manusia; kaburnya penglihatan, fotofobia, dan akhirnya kerusakan
dan untuk trikinela, yang juga memperbanyak diri dalam retina menyebabkan kebutaan yang tidak dapat
pejamu (tetapi hanya sampai stadium larva yang disembuhkan. Alasan perbedaan jenis kelamin pada
terbungkus kista) dan dapat menyebabkan reaksi toksik prevalensi kebutaan onkoserka tidak diketahui.
fatal setelah infeksi awal yang berat. Untungnya, reaksi Pengobatan cacing usus biasanya berhasil dengan
imun yang kuat dapat mencegah rekurensi trikinosis yang menggunakan mebendazol (Vermox), pirantel pamoat
berat. (Antiminrh), dan obat-obat lain (lihat Tabel 46-4).
Strongyloides stercoralis mempunyai adaptasi Mebendazol (Vermox) atau albendazol (Albenza) dan, pada
epidemiologi unik yang menyebabkan meningkatnya kasus yang berat, steroid digunakan-dengan angka
bahaya besar infeksi dari tanah yang terkontaminasi feses. keberhasilkan sedang-untuk pengobatan trikinosis.
Lawayang berada dalam tanah (setelah menetas dari telur Dietilkarbam azin (Hetrazan) membunuh mikrofilaria
dalam usus manusia) dapat membentuk cacing dewasa filaria dalam sirkuiasi, tetapi reaksi toksik imunologinya
yang hidup bebas yang kemudian dapat menghasilkan dapat berat. Ivermektin (Stromectol) sangat efektif pada
beberapa generasi cacing dalam tanah yang larvanya sangat pengobatan onkoserkiasis awal dan juga elektif melawan
meningkatkan populasi cacing dan terdapat kemungkir.ran beberapa filaria lainnya (lihat Medical Lexer, 1998).
menyerang kulit manusia dan memulai infeksi. l.arva juga
dapat menginfeksi manusia tanpa reproduksi eksternal TREMATODA
(sama dengan siklus cacing tambang). Oleh karena itu,
Iarva dapat menggunakan siklus hidup langsung, atau dapat (Lihat Gambar 1t6-15)
menunda infeksi bila makanan bakteri banyak sehingga Kelas Trematoda filum Platyhelminthes (cacing pipih)
meningkatkan potensi infeksinya melalui siklus tidah adalah cacing sinsitial berbadan lunak, sering disebut
langsung tersebut. Yang juga penting, strongiloides dapat cacing pipih, yang secara khas pipih dan berbentuk
nrenimbulkan au toreinfeks i atau re infehs i interna, sepe rri seperti daun atau memanjang dengan sepasang pengisap
yang diterangkan di atas, yang memungkinkan nematoda dan usus bipartitus yang berakhir buntu tanpa anus. Cacing
kecil tersebut mempertahankan infeksi untuk beberapa pipih memiliki otot sirkular dan longitudinal; tidak
PARASITOLOG I KEDOKTERAN 709

S c h isto so ma j a pon i cu m. P a ra g o nimus w e ste rm an i


Telur berembrio dengan taji Telur beroperkulum
lateral kecil, sering tidak terlihat tanpa embrio.

Schr.sfosoma h a e mato bium Schlsfosoma mansoni.


Telur berembrio dengan taji Telur berembrio dengan
di terminal (mengandung taji di lateral (mengandung
mirasidium). mirasidium).

^@
@o @
Clonorchis slnensls. A. Heterophyes heterophyes alau
Telur berembrio dengan B. Metagonimus yokogawai.
operkulum kecil. Telur dengan operkulum Fasciola hepatica atau Fascro/opsis buski.
berembrio kecil. Telur beroperkulum tanpa embrio.

Gambar 46-15. Telur-telur trematoda. 400 x (Lingkaran sederhana menggambarkan ukuran sel darah merah)

memiliki kutikula yang khas pada nematoda namun Semua trematoda mengalami fase reproduksi aseksual
mempunyai epitel selular. Sistem reproduksi yar.rg yang kompleks melalui beberapa generasi stadium larva
kompleks menempati sebagian besar badan cacing. yang berbeda dalam siput, pejamu intermedia per-
Morfologi, siklus hidup, dan tempat infelai berbeda tamanya. Siklus hidup trematoda manusia secara khas
secara nyata di antara banyak spesies, tetapi perbedaan dimulai dengan telur yang masuk ke air tawar melalui
yang paling jelas adalah antara cacing pipih hermafrodit kotoran tubuh. Te lr-rr berke n-rbang, menetas, dan
("tipikal") dan skistosoma berjenis kelamin terpisah. melepaskan bentuk larva pertama yang bersilia dan
cacing pipih berjenis kelamin terpisah bersifat diecious mencari siput, yaitu mirasidium. Beberapa cacing pipih,
dengan dimorfisme seksual yang kuat; cacing pipih seperti Clonorchis sinensis, Opisthorchis felineus,
tersebut tidak memiliki stadium terbungkus kista atau Opisthorchis uiuerrini, dan Heterophyes heterophyet yang
pejamu intermedia kedua. Sebagai gantinya, skistosoma dituiarkan oleh ikan, mempunyai telur yang cukup kecil
menyebabkan infeksi dengan menembus kuiit bukannya sehingga dapat dimakan oleh pejamu siput. Terjadi
termakan oleh pejamu intermedia atau transpor. penetasan dan perkembangan dalam siput. Peiamu siput
Skistosoma secara morfologis dan imunologis khusus biasanya sangat spesifik terhadap spesies cacing pipih,
untuk menetap dalam sistem vaskular manusianya-dan kadang-kadang terbatas pada strain pejamu tertentu di
pejamu akhir lainnya. Sebaliknya, semua cacing pipih daerah geografi tertentu pula. Serangkaian generasi larva
lain pada manusia bersifat monoecious dan terbungkus segera mengisi sebagian besar visera siput melalui proses
kista dalam pejamu intermedia kedua atau medium germline poliembrioni; pertunasan internai dalam masing-
transler (seperti tumbuh-tumbuhan) untuk mencapai masing larva. Mirasidium melepaskan selubung silianya
manusia. Cacing pipih nonskistosoma dewasa yang untuk membentuk sporokista, yang bertunas secara
matang secara seksual berkembang dalam usus, hati, atau internal membentuk sekelompok rediac, yang kemudian
paru. keluar dan bermigrasi ke organ pencernaan siput atau
710 BAB 46

kclenjar genital dan menghasilkan satu atau lebih generasi Cacing pipih manusia yang lazim lainnya terseiubung
rediae tambahan. Akhirnya, terbentuk stadium larva dalam kista pada berbagai jenis ikan air tawar. Kista
akhir-serkaria. Larva ini keluar dari siput setiap hari dicerna bebas daiam duodenum manusia. Cacing pipih
dan berenang dengan melecutkan ekornya secara cepat ikan kecil, H heterophyes tetap berada dalam usus.
untuk menemukan dan membentuk kista dalam bentuk Kerusakan mekanis pada mukosa yang disebabkan oleh
metaserkaria dalam pejamu intermedia kedua atau pada cacing pipih, terbatas hanya pada kasus infeksi yang sangat
tumbuh-tumbuhan, urutannya sama untuk setiap spesies. berat. Cacing pipih hati manusia-Crinensis (cacingpipih
Sebaliknya, skistosoma khusus hanya melewati dua hati Cina), O felineus (cacing pipih hati kucing), dan O
generasi, keduanya sporokista, tanpa rediae. Generasi uiuerrini (cacing pipih hati musang)-ditemukan
sporokista terakhir pada sporokista membentuk banyak terselubung kista pada banyak jenis ikan air tawar dan
serkaria dengan ekor bercabang yang mampu meng- menginfeksi banyak manusia di Asia Timur (tempat sering
gantung pada permukaan air menggunakan pinggiran ditemukannya cacing pipih yang ditularkan rnelalui ikan)
ekornya yang bercabang di sisi terminal. Kemampuan dan di belahan timur Eropa (tempat ditemukannya
tersebut menambah kesempatan kista untuk fnenemukan Heterophyes dan O felineus). Manusia terinfeksi karena
dan menginvasi kulit manusia atau pejamu akhir vertebrata makan ikan mentah, diasap, atau diasinkan. Cacing muda
lain. Oleh kare na itu, stadium metaserkaria yang yang terlepas dari kista metaserkaria dalam daging ikan
terbungkus dalarn kista yang ditemukan pada ."r-,-ru" yang tertelan masuk ke hati melalui duktus koledokus
siklus hidup cacing pipih manusia diabaikan. dan matang daiam duktus biliaris atau tetap berada dalam
Dalam pola perkembangan yang luar biasa dan unik usus (pada Ileterophyes). Infeksi berat, terutama oleh
ini, setiap spesies cacing pipih mengikuti urutan unik Clonorchis, dapat rnenyebabkan kakeksia dan manifestasi
yang telah .wprogram. Fascio lopsis bus ki, cacing pipih usus
-
berat lainnya. Nyeri epigastrium, edema, dan diare
raksasa manusia di Cina, India, dan Asia Tenggara, merupakan gejala yang paling sering .ditemukan.
terbungkus kista pada tumbuh-tumbuhan, seperri Pengobatan semakin maju dengan tersedianya
berangan air (Eleocharis) atau caltrop merah (Trapa). praziquantel (Biltricide), yang saar ini merupakan obat
Metaserkaria terteian bersama dengan tumbuh-tumbuhan pilihan untuk pengobatan semua infeksi cacing pipih
yang tidak dimasak kemudian keluar dari kista dan kecuali fasiola, yang lebih baik menggunakan bitionol
menjadi matang dalam usus. Cacing pipih usus tersebut (Bitin).
berkembang pada manusia tetapi lebih sering pada babi.
Fasciola hepatica, cacing pipih hati domba, dengan cara CESTODA
yang sama terbungkus kista pada tumbuh-tumbuhan air
dan dapat tertelan secara tidak disengaja oleh manusia, Cestoda (Gambar 46-16), atau cacing pita, merupakan
atau kista dapat tercuci dari rumput atau tumbuh- contoh adaptasi yang ei<strem terhadap kehidupan parasit.
tumbuhan lain tempat metaserkaria biasanya ditemukan Rangkaian segmennya yang seperti pita (strobila), masing-
dan tcrtelan bersama air minum. Cacing pipih dewasa, masing segmen mengandung sistem betina dan jantan
jarang terdapat pada manusia tetapi banyak terdapat pada lengkap, mampu menghasilkan keturunan yang sangat
domba, sapi, dan herbivora lain, menembus usus dan banyak. Cacing tersebut tidak memiliki mulut dan tidak
kemudian hati dari rongga tubuh, menjadi matang dalam ada sistem pencernaan. Sebagai gantinya, glukosa atau
duktus biliaris. nutrien sederhana lain yang telah dicerna sebelumnya
Cacing pipih paru manusia, Paragonimus westermani diabsorpsi langsung dari usus pejamu melalui jutaan
menghasilkan banyak serkaria dalam siput pejamu yang ekstensi seperti rambut submikroskopik, atau miftrotriks,
terinfeksi; iarva tersebut meninggalkan siput dan merayap yang saling berkaitan dengan mikrovili pejanu (brush
meialui substrat air, dibantu oleh ekor pelekat pendek border). Organ pengait anterior rnuskular (skoleks) yang
yang tidak digunakan untuk berenang. Larva mencari efisien-terdiri dari pengisap, dan pada beberapa spesies,
dan menembus pejamu intermedia kedua dari jenis terdapat cincin anterior kait yang dikontrol otot-.
krustasea, seperti kepiting air tawar atau udang karang. me mpertahankan posisi cacing dalam usus atau
Bila jaringan pe.iamu yang terinfeksi dimakan mentah memungkinkan cacing bergerak bebas dalam usus kecil.
(sering dalam bentuk kepiting yang dihancurkan dan Semua stadium cacing pita bersifat parasitik. Cacing
disaring untuk membuat kuah salad), metaserkaria keluar dewasa biasanya ditemukan dalam usus, sedangkan larva
dari selubung kista dalam usus manusia dan cacing muda berkembang dalam jaringan berbagai pejamu intermedia,
bermigrasi ke paru; di sini cacing berpasangan dan baik vertebrata maupun invertebrata.
menjadi beri<2psul dalam jaringan paru. Telur dihasilkan, Tiga kelompok cacing pita yang menginfelai manusia:
berusaha keluar dari kapsul, dan terbawa oleh saluran
(1) kelompok taenia, cacing pita dewasa raksasa
udara ke mulut untuk diludahkan atau ditelan dan kembali
(pan,jangnya 3-10 m), dan Echinococcus sert^ kerabatnya,
ke iingkungan air tawar melalui feses. cacing pita kecil pada anjing dan karnivora lain, dan
PARASITOLOG I KE DO KTERAN 711

manusia serra banyak herbivora berperan sebagai pejamu larva tumbuh menjadi kista besar yang terisi cairan 1'ang
intermedia untuk bentuk larva besar (kista hidatid) tetapi didalamnya ierbentuk ribuan skoleks ('pasir hidatid").
tidak pernah sebagai pejamu cacing dewasa usus; (2) Kista hidatid besar tersebut infektif terhadap anjing yang
kelompok himenolepis dan bentuk terkait, seperti cacing memakan organ dalam domba atau sapi yang terinleksi.
pita berpori ganda pada anjing, Dipylidium caninum, yang Keadaan yang berkembang p,rda domba dapat juga terjadi
berkembang pada serangga; dan (3) cacing pita ikan lebar pada manusia: Penyakit hidatid, atau hidatidosis, kadang-
Diphyllobothrium latum, yang mengikuti jalur per- kadang n.renyebabkan pembentukan kista yang mengan-
kembangan kopepoda-ikan-manusia. dung berliterliter air. Manusia hanyi terinfeksi dari feses
Kelompok pertama patut diperhatikan untuk varian anjing. 7'e|ur Echinococcus secara tidak sengaja tertelan
pengecualian. Bentuk dewasa Thenia sblium, cacing pita bersama dengan sedikit bahan feses, yang ser:ing l<ali
babi, berkembang dalam usus manusia. "Babi bercacar", menempel pada bulu. Anjing, sebaliknya, dapat terserang
yang mengandung iarva seperti kantong (sistiserki) infeksi hanya dari herbivora yang terinfeksi. Beberapa
seukuran biji padi, dicerna dalam usus manusia dan spesies Echinococcus menginfeksi manusia, tetapi har-ry:r
melepaskan cacing larva tersebutr yang berkembang dapat berkembang sampai stadium hidatid, tidak pernah
menjadi cacing pita dewasa multisegmen dan bertambah sampai cacing usus dewasa; 1'eiru, manusia hanyalah
panjang dalam 3 bulan. Segmen terminal yang terisi telur pejamu intermedia dan tidak pernah menjadi pejrmrr
putus dan keluar bersama feses manusia. Aspek yang un-rk akhir cacing pira tersebur
(dan tragis) adalah bahwa telur-telr-rr tersebut, dikonsumsi Dari anggota kelompok kedr-ra, flyrtenolepis ttana,
dalam air yang terkontaminasi feses manusia, dapat cacing pita kecil pada manusia (dan tikus), mungkir.r
menetas dalam usus manusia serta babi, pejamu merupakan cacing pita yang paling banyak pada manusia
interrnedia yang normal. Pada keduanya, telur yang karena telur cacing ini dapat menjadi sirkr-rit pendek fase
menetas melepaskan embrio cacing pita yang khas, perkembangan yang biasa pada serangga dan menginfeksi
heksakan berkait ena-m (onkosfer), yang kemudian dapat manusia secara langsung melalui telur yang keluar dari
menginvasi dinding usus dan bermigrasi ke berbagai feses manusia lain. Pada siklus singkat tersebut (atau
jaringan seperti orot atau otak, menimbulkan sistiserkosis. langsung), telur yang tertelan menetas dalam usus. Setiap
Cacing pita sapi, Taenia saginata, tan-rpaknya hanya telur melepaskan heksakan mikroskopik berkait enam
mampu berkembang pada manusia sebagai cacing dewasa yang menembus vilus. Di tempat itu, hetrisakan menjadi
yang berasai dari sistiserkus yang berken-rbang pada sapi. larva yang sama (sistiserkoid) dengan yang biasa
Telur yang berasal dari cacing dewasa hanya berkembang berkembang pada serangga. Setelah 4 hari, larva keluar
pada ternak atau herbivora lain serta tidak dapat dari vili, kembali ke lumen usus, melekat, dan matang
menyebabkan sistiserkosis pada manusia. menjadi cacing dervasa kecil dalam pejamu uranr.tsia yang
Echinococcus adalah suatu genus cacing pita kecil sama. Semua anggota lain dari genus besar ini harus
bersegmen tiga yang hanya ditemukan dalam usus anjing menggunakan pejamu intermedia artropoda untuk
dan karnivora lain. Telur meninggalkan pejamunya dan perkembangan sistiserkoid. Ini merupakan jalur tidak
menginfeksi hewan pemamah biak. Dalam usus langsung dari H nana, dengan sistiserkoid yang berasai
ini menetas dan melepaskan heksakan,
herbivora, telur dari serangga. Tidak ada fase perkernbangan clalam vilus.
yang menembus usus dan menyebar ke berbagai jaringan, Akibatnya, tidak ada respons imun yang kuat pada manusia
terutama hati dan visera lain, otot, dan otak. Di sini akibat infeksi yang berasal dari serangga. Srlatr: infeksi

Hymenolepis
diminuta
@ffiffiM"
Hymenolepis
nana
Taenia saginata, Taenia solium, atau Echinococcus Diphyllobothium
latum

Gambar 46-16. Telur cestoda. Telur spesies taenia secara mikroskopis tidak dapet dibedakan. 400 x (Lingkaran
sederhana menggambarkan ukuran sel darah merah).
712 BAB 46

vang terbentuk pada serangga dapat


a',val oleh sistiserkoid pembedahan. Infeksi daging manusia juga pernah
menghasilkan cacing vang telurnya dapat bebas menetas dilaporkan dengan minum air 1'ang mcngandung
di dalan-r usus tanpa meninggalkan pejamu dan kopepoda yang terinfeksi larva proserkoid.
n-renimbulkan autoreinfeksi internal. Keadaan tersebut Penyakit yang disebabkan oleh cacing pita terulama
kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi masif oleh adalah rasa tidak nyaman di daerah abdomen yang samar-
beribu-ribu cacing, terutama pada anak-anak. Selain samar dan hilangnya na{su makanr yang menyebabkan
keadaan infeksi yang sangat berat ini, penyakit yang penurunan berat badan. Akan tetapi, D /atum mempunyai
disebabkan oleh cacing tersebut hanyalah berupa kapasita.s yang luar biasa untuk mengabsorpsi viLamin
gangguen usus kecil. B,,, dan di antara beberapa kelompok'-terutama orang
Kategori cestoda ketiga berbeda secara morfologis dar.r Finlandia-kadang-kadang defisiensi vitamin B,, clapat
epidemiologis. D latum, cacing pita ikan lebar pada menyebabkan anemia pernisiosa dalam berbagai
manusia (dan pada banyak hewan yang memakan ikan tingkatan.
lainnya), dapat mencapai ukuran yang sangat besarJ Pengobatan infeksi cestoda dewasa sama sePerti oleh
kadang-kadang melebihi 10 m x 2 cm. Cacing tersebut trematoda, suciah sangat disederhanakan dan membaik
unik di antara cacing pita manusia karena siklus hidupnya dengan berkembangnya obat praziquantel (Biltricide) .
dalam air tawar yang melibatkan dua pejamu intermedia. Namun, tabiet yang dapat dikunyah, obat niklosarnid
Pertama adalah kopepoda; kedua, ikan (atau serangkaian (Niclocide) merupakan alternatif yang sama efektilnya
ikan). Telur keluar daiam jumlah banyak melalui feses yang lebih dipilih oleh beberapa praktisi.
manusia yang terinleksi. Bagian leses yang mencapai air Ringkasan inlormasi dasar mengenai parasit
tawar tersebar dan melepaskan telur yang menetas setelah helminthes pada n.ranusia disajikan pada Tabel /+6-1+.

suatu p€riode perkembangan. E,mbrio be rsilia yang


berenang, korasidium, keluar dari setiap telur. En-rbrio
ini dimakan oleh kopepoda, rnemungkinkan cacing
embrionik tersebut berubah rnenjadi proserkoid yang
berbenruk sosis, mengisi sebagian besar rongga tubuh
kopepoda. Kopepoda yang terinfeksi tertelan oleh ikan
@ 1.
PERTANYAAN LATIIIAN
Pasien laki-laki Anda yangtegap berusia 18 tahun
kecil (atau pada dasarnya ikar-r air tawar) sehingga mengeluh nyeri perut, kembung, sering buang air
memungkinkan siklus rerus berlangsur-rg ke stadium besai encer, dan hilang energi. la kembali sebulan
yang lalu dari naik gunung selama 3 minggu dan
kedua, atau pleroserkoid (sparganum), suatu stadium melakukan perjalanan dengan berkemah ke
cacingjuvenil yang tidak terselubung kista di dalam daging Mount Everest Base Camp di Nepal. Perjalanan
ikan. Cacing pada stadium tersebut mempunyai yang dilakukan hanya meliputi dataran yang tinggi
kemampuan untuk tetap hidup melalui proses rantai karena ia terbang setinggi 12.000 kaki dari titik
awal^ Pertanyaan epidemiologi anda saat ini harus
nrakanan pada ikan. Bersamaan setiap transfer pejamu,
menentukan (pilih pilihan yang paling penting)
pleroserkoid bermigrasi ke daging peiamu ikan yang baru, (A) Pajanan radisi UV tingkat tinggi
dan tetap bergerak serta tidak terselubur.rg kista. Bila (B) Sumber dan pemurnian air
manusia atau mamalia lain memakan tnentah ikan yang (C) Penggunaan penolak serangga saat naik
terinfeksi, cacing secara cepat tumbuh dalam usus, gunung
(D) Adanya hewan domestik sepanjang jalan
membentuk suatu rantai segmen, dan dalam 3 bulan (E) Tingkat kontak dengan penduduk sepanjang
menghasilkan banyak lslLrv-dxpx1 mencapai 106/hari. ja lan
Suatu zoonosis penginfeksi jaringan pada manusia di Asia
"lenggara dan Amerika Utara serta Selatan yang disebut 2. Kerangka kerja diagnostik Anda untuk pasien di
atas harus meliputi (pilih yang paling tepat)
sparganosis berkembang melalui transfer langsung (A) Pemeriksaan bakteriologi darah dan urine
spargana motil (pleroserkoid) genus Spirontena dan cacing (B) Rangkaian apusan feses telur dan parasit
pita serumpun ke dalam mata atau luka manr-rsia. Itute (C) Uji serologi FLISA atau hemaglutinasi untuk
normal cacing pita tersebut (berkaitan tetapi berbeda dari ma laria
(D) Uji mikrofilaria guntingan kulit
cacing pita ikan manusia, Diphyllobothrium latttm) adalah (E) Uji kawat untuk strongiloides
dari kopepoda ke kodok ke ular air atau rodentia dan ke
kucing atau karnivora lain. Namun, bila kodok atau 3. Parasit yang kemungkinan besar menyebabkan
penyakit pasien pada Pertanyaan no 1 adalah
daging ular yang terinfeksi digunakan sebagai tapal pada (A) Entamoeba hartma nni
luka atau mata yang cedera, larva ce.stoda ditarik oleh ief intu-o" ba dispar
suhu yang lebih hangat dan bergerak perlahan-lahan ke (Cl Trichomonas vagi nalis
jaringan yang terbuka. Tidak terjadi perkembangan lebih (D) Naegleria gruberi
lanjut, dan biasanya terjadi peradangan dan infeksi (E) Giardia lamblia
(F) Chilomastix mesnili
sekunder. Pengobatannya adalah secara topikal atau
PARASITOLOGI KEDOKTERAN / 713

l.:Sii: i:r,:ri:jili;l;,li'ii..,,,,,\s r' t,.-:-,,,:: r'r:-.\;:-i\\l\\\',- 1'\. . " -.


.,,,,:,irrri{E} r, tansi-t ka,1 ielada a-faq. lay!.flme.ltqF.rqi$,jN
atau buah yang tidak dikupas'
(F) JangJn berhubungan seks tanpa pelindung
.-.:' l!l' H llq.li\lsllNiil i .',ilN;,
t
.::i'il1 ii;
r $j.J e o r a n:S.'p e r.r m b.iir s i a' 3 $..\-11.1, va ng j i iil
,
:
:, i.:lln pa k4 ia,s b ri
i?gi|h',
t'ti-dri
i
ir,#:iiiia u a data n gl{'bi p qq ktik .

'::=n.dtr'jCtbiah,ltF.t f an. !.ekeria.. iepa$a,i'gurur,'iii. -


,,'- edaIa n,,fhdiI5nd:{eI!Qa.n .
{-o!riliirde3ald:i..
l: ,..,..:';.1;.**y4;il adalE. ering_nyei1 "t<epal , ad-..==-
=-"
=' .tiia, ;qll#frd,{"n uniah, dan demam_o_eiib'-.QJ1,,_( 'l
:..,:,.1(S, iiiiah Anda b|a.ria dan menemukan pg,5.as.i!ll
sel darah mer:ahrdalam apusan tipis darah yans
: dllii j a,ttluntull en)tinEkii!e@enLq-!!=,,
1.,::,.:::diani g.i1.
. mataria falciparum yang berbahaya, salah satu
i,,i,, ilihirn.berikut,iciuai dengan diagnosil*nia-ta.aj.a$l
Plasmodium falciparum berdasarkan pada
pemeriksaan mikroskopik apusan darah Anda.
(A) Sejumlah paraslt ovoid besar di dalam
be-berapa sel darah merah
(B) Sel darah merah yang mengandung paraiit
-.: .,::l\btii.tirile-tdanrlenluk abpo.r:nR,!.,-liiiiltltii==
...'{c}'.ritpii'11 i.dg metnh'elah=(atijiun} da'lam sbi
darah merah dengan 8-12 progeni
(D) Parasit yang membelah dtlam sel darah merah ' :
:r:: , '1 :
dsngQr.l,1tl6ja4 prOgeni ,'-\rii-iiii\\:i\::,, .t:i:i. . . ,

(E)
- - H g.nya d itemukanJed i laii:bdiitirk. ciniini. ketil:5
padi uprru"
:i$lii {Fl';rqrCapa' metoslt bundar . .. -',,'-' '.S'
(G) 5emua stadium perkembangan ditemukan
'' pada apusan . ; .
r,r,.' ii, ittl lle a ii ya-F:.ii oz g!.t. ! er d.b s*t qri\]
p.e n-i lr!. n111 na
darah merah yang mengandung parasit
9. Diagnosis yang diteptukan un{uk pasien no 8
.- :.. h ft .i ia,,,plei.m o d i u m f a l ci n..a...1.. m, -.{q d a
::ad e l a
r
1"
,.-.i1.1;t,qgba 1
tnii: anva'a nkan re g i men q9qs o.h*a.n.lliiii
(pilih,satu).i:i,,rt: ..,,
.:
=i: (A) Quinidin intravena
(B) Klorokuin oral
(c1 Kloiokuin intravena, .l:::.. .'' :.
(D) Proguanil oral ,,t,ii
(E) Proguanil oral ditambah atovakuon
(F) Primakuin oral
.

1o. Di as n osii'I fSfs1 m, gnda har us megb.li$hi-iilll


r.,41 u
pasien pada pertanyaan no 8 bahwa (pilih satu)
.'r;' 6 -pat se!,iki! ke m u n g kin a n re aps Ua i$;i;,sli;
,,.'i,q; I

.:r.-.: 'i'3 t;6u;r ,'r,,:,,,,: ,., .,i- , i.rl.:tr!.


(B) Terdapat kemungkinin kuat bahwi iesistansi =aiilt
' akan memerlukan pengobatan tambahan
(C) Kembali ke daerah tropis akan berbahaya
karena hipersensitivitas ierhadap parasit
mungkin telah berkembang
(D) la harus menghindari gig.itan nyamuk di
negara int, karena mungk-!n dapai menginduksi
relaps malaria
p;$'pt6 prl m.q k u i n .,q nl u.k m..e,,fl b 1i;i1 t e." iltif
=l
;r:; .
iCy i,
hati::d.a*i:;h.ipn'Oioit akan meniegah -
"
reku(.qn-$i,i iiil
: malaria ial;ip;;um. l
.
11.Keseriusaninf.eksiP!asmodiumfa!cipar:um
- dibandingkan dengan tiga bentuk malaria lain :

disebabkan oieh salah satu irat ai bawah ini


\'''.:
714 uA8 46

i::
:' $r raiien,$ni1:liiisi#fini' f$gifi puaiiiiibe1ueia$' 1i$,gl i
yan$,.,1ji.d'g:p3i., A] abama . dgn me*..g_qnjvn$
keluarginyi oi san rraniisco..la tampak, putus d5a
.'karenamengalamikesulitanberjalan,danedema
periorbita yang:tampak jelas. Keluhannya antara
lain diare, nyeri gastrik aias seperti kolik; nyeri akut
:,',,, i $t .n d"n$'d-niiikai, dan berkerfngat mata'ni i t,,iii$
yang disertai demam. Anda juga memperhatikan '"i
adanya perdarahan berbercak di kuku, Anamnbsis
AndJ mengungkap bahwa,2 minggu sebelumnya
ia mengikuti piknik keluargja dan makln barbe?ue. I
,Untuk memperjelas diagnoiii awal, Ariilb melakukan , i:
salah satu di bawah ini 't ,,. - ,, :'- :,r
' 1n) remeiiksian serodiagnoitik untuk antibodi:r: '

lgM sbesifik terhadap toksoplasma


tB) Menanyatan piiien mengenai makanan yang:
dimakan.oleh pbsien dbn anggota keluarga-"'

5Ii G} Menc-f}; nda'pi',d*kitrd l$ng,lq vanijriii

=' {o}' Merfi i n-t s a nem"er&spa.n".if, iiiiiian :f esei: pb f p'li i ri r

(E) Meminta informasi'mengenai apakah pasien


(dan yang lain) bertelanjang kaki saat piknik
(F) Menanyakan pasien"apakah ia atau yang lain
beren ang:,,','se[a mb p'ikn i k
''
.1 l! 6; A.n d a eil$:$i:irkl in ik pedesaa n d! (eny.$i dm
b,eft
.i leolp.4$ $ilaftlF}i$rnpua.1, berusla 3 t;hrn oip"wE
oleh ibunya ke ktinik Anda. Anak tampak kurus
dan terbukti mempunyai kadar hemoglobin 5.g/
111;,ifli, ifi dan p'a elangan kakiny beiigkak,
.,i.iii.uipat iul*tu;''s+i kati;,p,ersblHld kaki d.qn
,,,=litu t T id a k, ad a w-!q, u htlik -b b $e ifr'"4,i t l a n j !rlf.r"y-; ;

i :.,d a 1 tid.d.(.,$.d t,{a'i'rl s: ! -o...! ratoqiq.ii.i,'r Pe n-t;Q a b


langsung keadaan Anak.ieisebut yang paling
mungkin adalah l +'
(A) Skiatosomiasis .r '- - '
(B) Dermatitis olehserkaria : ,
,

(C)Askariasis I
(D) Penyakit cacing tambang'
.

'
(E) Trikuiiasis

; t; p. 11g'uf i r ir;tllF*i$l*,em ur lorgl g,, at gln o#il,0 iffi


kelenjar getah bening pada manusia, bbrperan
penting untuk stadium infeksius terhadap pejamu
serJngga. Hanya larva yang berkembang pada
serangga yang mentebabkan filariasis pada.
: ;q.anijiia! EfeNpatotogj filaria pada manusi6r:$lri
disebabkan oleh iacing dewasa satu spesies, dan
pada kasus terse.but kerusakan utama disebabkan
olehmikrofilarid.'Spesies'tersebutadalah i'
(B) Mansonella ozzari ,;
(Cl Dracunculiii medinensts j'
(Dl .Wuchereria bancrofti ,:,,
(E) On<hocerci .uolvutus *.:'
(F) loa /oa

*ie-,t
k
aii
$an ridnH hi Au*16h!Jili*er Uttm:i
$ailyb knya.$rarft d i:.:Ir.' t(1lhE.
18.5uatu desa yang penduduknya makan:,babi d1 "
dataran tinggi Papua New Guinea dilbporkan , -
.
'J'ijiu
f,niuEiean menderita wabdh epidemik kejang epileSltiform.:.r,'
. t:^"
li\i - t:. , "1,
PARASITOLOG I KEDOKTERAN 715

Goldsmith RS: Infectious dise ases: Protozoal ancl helminthic. ln: Cuterfi
Medical Diagnosis & TretLtrnent 2004. Tierney LM Jr, McPhee SJ,
Papadakis MA (editors). McGraw-Hill, 2004.

Goldsniith RS, I{eyneman D (editors): Tropi.cal. Medicine anrl Parasitology.


Appleton & Lange. I989.
Guerrant RL, Walker DlI, Weller PF (editors): Essentials of TropicaL
I nfectious Di seu.ses. Churchill Livingstone, 200 1
I{atzung tsG (editors): Bosic & Clinicnl Pharmacalogy, 9tb ed McGrarv-
Hi11,2004.
Macl,eod CL (editor): Parusitic Infections in Pregnancy antl the Newborn.
Oxford Univ Press, 1988.
McKerrow J, Parslow TG: Parasitic diseases. In: Medical Immttnolcgy,
10th ed. Parslow TG et al (editors). McGraw-ilill, 2001
Ortega YR et al: CyclosportL specres: A new protozoan pathogen of'humans.
N Engl J Mcd 1993;328:1308.
Petcrs W: A Colour Atlas of Arthropods in C linical Merllclne Wolfe, 1992.
Peters W, Pasvol G: TroTticrtl Medicine & Parasitology,5th cd Mosby
2002.
ItriceDI;. Procetlure Manual for the Diagnosis oflntestinal Parasites CRC
Press, 1994.

Strickland GT:Ilu nte.r'sTropiralMetlicineand Emerging Infectious Discases.


KEPUSTAKAAN Saunders,2000.
Tanowitz IIB et al: Chagas'diseasc. Clin i\'Iicrobiol Rev 1992;5:400
Bruckner DA: Amebiasis. Clin Microbiol Rev 1992;5:356.
Voller A: Imrnunoassays for tropical parasitic inlections Trans 1l Soc Trop
Clark DP, Sears CL: The pathogenesis of cryptosporidiosis. Parasitol Med Hyg 1993;87:497.
Today 1996112:22 L
Wilson ME: A World Guide to Infections, Diseuses, Distribution, Diagnosis.
Cook GC, Zumk A (editors): Mansoz's Tropical Diseases, 21st ed. Saunders,
Ox{brd Univ Press, 1991.
2003.
Wilson WR, Smde MA (editors): Cu ff ent D ingnosis & Tteatment in I nfectious
Drugs for parasitic infections. Med Lett Drugs Ther March 2000.
McGraw'Hill, 200 1.
Diseases.
(Subsequent issues online).
World Healtlr Orgarization: Malaria Diagnosis. New Perspectiues. WIIO,
Garcia LS, BrucknerDA: Diagrnstic Medical Parasitology, 3rd ed. Arnerican
2000.
Society for Microbiology, 1997.
World Health Organization: WHA Etpert Comnittee on Malarkt,20tb
Gilles HM: Managernent of Seuere and Complicated Malarit. A Proctical
Report. WI{O Tech Report Series 892. WHO, 2000.
Handbooh. WHO, 1991.
BAGIAN VII
Mikrobiolog Kedokteran Diagnost k
& Kore asi K rn rs

Prinsip Mikrobiologi
Kedokteran Diagnostik

Mikrobioiogi kedokteran diagnostik dihubungkan dengan dan bagaimana mengambil spesimen, pemeriksaan
diagnosis etioiogi infeksi. Prosedur laboratorium yang laboratorir-rm apa yang diminta, dan bagain.rana
digunakan pada diagnosis penyakit menular pada manusia menginterpretasi hasilnya.
meliputi hal berikur ini: Bab ini membahas mikrobiologi diagnostik untuk
(l) Identifikasi morfologi agen dengan pewarnaan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, fungi, klamidia,
spesimen atau potongan jaringan (mikroskop cahaya dan dan virus. Diagnosis inleksi parasit dibahas dalam Bab 46.
elektron).
(2) Isolasi biakan dan identifikasi agen.
(3) Deteksi antigen dari agen dengan pemeriksaan
imunologi (aglutinasi lateks, EIA, dll.) atau dengan
pewarnaan antibodi yang dilabel fluoresen (atau yang
I KOMUNIKASI ANTARA
diiabel peroksidase). DOKTER & LI\BORATORIUM
(4) Hibridisasi DNA-DNA atau DNA-RNA untuk Mikrobiologi diagnostik meliputi karakterisasi ribuan
mendeteksi gen spesifik patogen pada spesimen pasien. agen yang menyebabkan atau yang berhubungan dengan
(5) Demonstrasi antibodi yang berarti atau respons penyakit menular. Te knik yang digunakan untuk menandai
imun selular terhadap agen infeksius. agen infeksius sangat bervariasi bergantung pada sindrom
Pada bidang penyakit menular, hasil uji laboratorium klinis dan jenis agen yang diduga, apakah virus, bakteri,
sangat bergantung pada kualitas spesimen, waktu dan fungi, atau parasit.lain. Karena tidak ada .satu tes yang
pananganan saat pengambilan sampel, dan kecakapan memungkinkan isolasi atau karakterisasi semua patogen
serta pengalaman teknis petugas laboratorium. Meskipun yang potensial, informasi klinis jauh lebih penting untuk
dokter sebaiknya kompeten untuk melakukan beberapa mikrobiologi diagnostik daripada untuk kimia atau
uji mikrobiologi penting dan sederhan2-rnsmfu26 d2n hematologi klinis. Dokter harus mernbuat diagnosis
mewarnai apusan, memeriksa di bawah mikroskop, dan sementara, bukan menunggu sampai hasil laboratorium
menggores lempeng biakan-detil teknis prosedur yang tersedia. Bila tes diminta, dokter harus menerangkan pada
lebih rumit biasanya diserahkan pada ahli bakteriologi petugas laboratorium mengenai diagnosis sementara (jenis
atau virologi serta staf teknisi. Dokter yang berhubungan infeksi atau agen infeksius yang dicurigai). Pemberian
dengan proses penyakit menular harus mengetahui kapan label secara tepat pada spesimen.meliputi data klinis serta

717
718 BAB 47

data yang mengidentifikasi pasien dan nama, aiamat, serta . Pengambilan bakteri dan fungi paling signifilan jika
nomor telepon dokter yang meminta. agen diisolasi dari tempat yang secara norrnal tidak ada
Banyak mikroorganisme patogen tumbuh lambat dan mikroorganisme (area yang normalnya steril), Setiap jenis
berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu dapat berlalu mikroorganisme yang dibiakkan dari darah, cairan
sebelum dapat diisolasi dan diidentifikasi. Pengobatan serebrospinal, cairan sendi, atau rongga pleura adalah
tidak dapat ditunda sampai proses ini selesai. Setelah remuan diagnostik yang signifikan. Sebaliknya, banyak
mendapatkan spesimen yang tepat dan menginformasikan bagian tubuh memiiiki flora mikroba normal (Bab 11)
laboratorium mengenai diagnosis sementara, dokter harus yang dapat diubah oleh pengaruh endogen atnu elsogen.
mulai memberikan pengobatan dengan obat-obat yang Pengambilan patogen potensial dari saluran Pernapasan,
ditujukan pada organisme yang dianggap sebagai penyebab pencernaan, atau genitourinarius; dari luka; atau dari
penyakit pasien. Bersamaan dengan hasil yang mulai kulit harus dipikirkan berhubungan dengan flora normal
diperoleh, staf iaboratorium memberitahu dokter, yang masing-masing tempat tertentu. Data mikrobiologi harus
kemudian dapat mengevaluasi kembali diagnosis dan dihubungkan dengan informasi klinis untuk mendapatkan
perjalanan klinis pasien serta mungkin membuat interpretasi hasil yang berarti.
perubahan program pengobatan. Informasi "timbal balik' Beberapa aturan umum yang harus digunakan pada
dari laboratorium ini terdiri dari laporan awal hasil setiap semua spesimen:
langkah dalam isolasi dan identifikasi agen penyebab. (1) Kuantitas materi harus adekuat.
(2) Sampel harus mewakili proses penyakit menular
(misalnya, sputum, bukan saliva; pus dari lesi di
bawahnya, bukan dari saluran sinusnya; apusan dari
r DIAGNOSIS INFEKSI OLEH kedalaman luka, bukan dari permukaannya).
(3) Kontaminasi spesimen harus dihindari dengan
BAKTERI & FUNGI hanya menggunakan peralatan steril dan tindakan
pencegahan aseptik.
(4) Spesimen harus dibawa ke laboratorium dan
Spesimen
diperilaa secara cepat. Medium transPor khusus mungkin
Pemeriksaan laboratorium biasanya mencakup studi membantu.
mikroskopik bahan segar yang tidak diwarnai maupun (5) Spesimen yang berarti untuk mendiagnosis infeksi
yang diwarnai serta persiapan biakan dengan keadaan oleh bakteri dan fungi harus diperoleh sebelum
yang cocok untuk pertumbuhan banyak mikroorganisme, memberikan obat antimikroba. Jika obat antimikroba
termasuk jenis organisme yang paling mungkin rnenjadi diberikan sebelum spesimen diambil untuk pemeriksaan
penyebab berdasarkan pada bukti klinis. Jika sebuah mikrobiologi, pengobatan obat mungkin harus dihentikan
mikroorganisme diisoiasi, identifikasi lengkap dapat dan spesimen ulangan diperoleh beberapa hari kemudian.
dilakukan. Mikroorganisme yang diisolasi dapat diuji Jenis spesimen yang akan diperiksa ditentukan
kerentanannya terhadap agen obat-obat antimikroba. Bila berdasarkan tampilan gambaran klinis saat ini. Jika gejala
patogen yang signifikan diisolasi sebelum pengobatan, atau randa menunjukkan keterlibatan satu sistem organ,
pemeriksaan laboratorium follow-up selama dan setelah spesimen diperoleh dari sumber tersebut. Jika tidak ada
pengobatan mungkin tepat. tanda atau gejala lokalisata, sampel darah ulang untuk
Spesimen yang dikumpulkan secara tepat adalah satu- biakan diambil pertama kali, dan spesimen dari tempat
satunya iangkah yang paling penting dalam diagnosis lain dipertimbangkan selanjutnya, sebagian bergantung
infelai karena hasil uji diagnostik untuk penyakit menular pada kemungkinan terkenanya sistem organ tertentu pada
bergantung pada pemilihan, penentuan waktu, dan metode pasien tertentu pula dan sebagian pada kemudahan
pengumpulan spesimen. Bakteri dan fungi tumbuh dan mendaparkan spesimen.
mati, rentan terhadap banyak bahan kimia, dan dapat ,

ditemukan di berbagai tempat anatomik dan cairan tubuh Mikroskopik & Pewarnaan
serta jaringan selama perjalanan penyakit menular. OIeh
karena isolasi agen sangat penting dalam penegakan Pemeriksaan mikroskop spesimen yang diwarnai atau
diagnosis, spesimen harus diperoleh dari tempat yang tidak diwarnai merupakan metode yang relatif sederhana
paling mungkin menghasilkan agen pada stadium tertentu dan tidak mahal tetapi kurang sensitif dibandingkan
penyakit dan harus ditangani sedemikian rupa untuk dengan biakan untuk deteksi sejumlah kecil bakteri.
membantu pertumbuhan dan kelangsungan hidup agen. Spesimen harus mengandung sekurang-kurangnya 105
Untuk setiap jenis spesimen, saran untuk penanganan organisme per mililiter sebelum organisme terlihat pada
optimal diberikan pada paragraf berikut dan pada bagian apusan. Medium cair yang mengandung ,10t organisme
diagnosis berdasarkan tempat anatomik, di bawah. per mililiter tidak tampak keruh. Spesimen yang
PRINSIP MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK I 719

mengandung 102-103 organisme per mililiter menyebabkan agar. Namun, bakteri dalam cairan tubuh atau jaringan
pertumbuhan pada medium padat, dan yang mengandung dapat mempunyai morfologi yang sangat bervariasi.
sepuluh bakteri atau lebih sedikit per mililiter dapat Spesimen yang diserahkan untuk pemeriksaan
menyebabkan pertumbuhan pada medium cair. mikobakteri sebaiknya diwarnai untuk organisme tahan
Pewarnaan Gram merupakan prosedur yang sangat asam, menggunakan baik pewarnaan Ziehl-Neelsen
membantu dalam mikrobiologi diagnostik. Sebagian besar maupun Kinyoun (Tabel 47-l). Pewarnaan fluoresen
spesimen yang diserahkan ketika dicurigai terjadi infeksi alternatif untuk mikobakteri, pewarnaan auramin-
oleh bakteri, harus diapus pada slide kaca, diberi rodamin, lebih sensitif daripada pewarnaan lain untuk
pewarnaan Gram, dan diperiksa di bawah mikroskop. organisme tahan asam tetapi memerlukan mikroskopi
Materi dan metode pewarnaan Gram dijelaskan pada fluoresen dan, jika hasil positif, konfirmasi morfologi
TabeI 47-1. Pada pemeriksaan mikroskop, reaksi Gram dengan pewarnaan tahan asam (Bab 24).
(ungu-biru menunjukkan organisme gram positif; merah, Pewarnaan antibodi imunofluoresein (IF) berguna
gram negatif) dan morfologi (bentuk: kokus, batang, dalam identifikasi banyak mikrooganisme. Prosedur
fusiformis, atau lain-lain; lihat Bab 2) pada bakteri harus tersebut lebih spesifik daripada teknik pewarnaan lain
diperhatikan. Gambaran bakteri pada apusan yang tetapi juga lebih tidak praktis untuk dilakukan. Antibodi
diwarnai Gram tidak rnemungkinkan identifikasi spesies. ;fluorescein-labeled untuk penggunaan yang lazim dibuat
Laporan kokus gram positif berbentuk rantai menunjukkan dari antiserum yang dihasilkan dengan menyuntikkan
spesies streptokok, tetapi tidak definitif untuk spesies hewan dengan seluruh organisme atau campuran antigen
tersebut; kokus gram positif yang berkelompok kompleks. Antibodi poliklonal resultan dapaL bereaksi
menunjukkan spesies stafilokok. Batang gram negatif dengan banyak antigen pada organisme yang disuntikkan
dapat besar, kecil, atau bahkan kokobasilar. Beberapa dan juga dapat bereaksi silang dengan antigen
bakteri gram positif yang tidak hidup dapat berwarna mikroorganisme lain atau mungkin dengan sel manusia
seperti gram negatif. Secara khas, morfologi bakteri telah dalam spesimen. Pengendalian kualitas penting untuk
diuraikan menggunakan organisme yang tumbuh pada meminimalkan pewarnaan IF yang tidak spesifik.
Penggunaan antibodi monoklonal dapat menghindari
masalah pewarnaan yang tidak spesifik. Pewarnaan'IF
Tabel 47-1. Metode pewarnaan Gram dan tahan asam paling berguna dalam menegakkan adanya organisme
spesifik seperti Bordetella pertussis arau Legionella
Pewarnaan Gram pneumophila dalam koloni yang diisolasi pada medium
(1) Fiksasi apusan dengan pemanasan. biakan. Penggunaan pewarnaan IF langsung pada spesimen
(2) Lapisi dengan larutan ungu kristal. dari pasien lebih sulit dan kurang spesifik.
(3) Bilas dengan air. Jangan membeku. Pewarnaan seperti calcoflour uhite, perak metenamin,
(4) Lapisi dengan larutan yodium Gram.
(5) Bilas dengan air. Jangan membeku.
dan kadang-kadang periodic acid:Schiff (PAS) serta
(5) Kaburkan warna selama 10-30 detik dengan agitasi pewarnaan lainnya digunakan untuk jaringan dan
perlahan dalam aseton (30 mL dan alkohol (70 mL). spesimen lain yang mengandung fungi atau parasit lainnya.
(7) Bilas dengan air. Jangan membeku. Pewarnaan tersebut tidak spesifik untuk mikroorganisme
(8) Lapisi dengan larutan safranin selama 10-30 detik
tertentu, tetapi dapat menunjukkan struktur sehingga
(larutan 2,5o/o dalam 95% alkohol)
(9) Bilas dengan air dan biarkan mengering.
kriteria morfologi dapat digunakan untuk identi{ikasi.
Pewarnaan tahan asam Ziehl-Neelsen Calcoflour white menglkat selulosa dan kitin pada dinding
(1) Fiksasi apusan dengan pemanasan. sel fungi dan berfluoresensi di bawah cahaya ultraviolet
(2) Lapisi dengan larutan karbofuksin, panaskan hati- dengan panjang gelombang besar. Pewarnaan tersebut
hati selama 5 menit di atas api langsung (atau selama dapat memperlihatkan morfologi yang bersifat diagnostik
20 menit dengan water bath).
(3) Bilas dengan air. untuk spesies tersebut (misal, sferul dengan endospora
(4) Kaburkan warna dalam asam-alkohol sampai warna pada infeksi Coccidioides immitis). Kista Pneumocystis
merah mudah pucat menetap. jiroueci diidentifikasi secara morfologis pada spesimen
(5) Bilas dengan air. yang diwarnai perak. PAS digunakan untuk mewarnai
(6) Warnai lagi selama 10-30 detik dengan larutan potongan jaringan bila dicurigai terjadi infeksi oleh fungi.
metilen biru Loeffler.
(7) Bilas dengan air dan biarkan mengering. Setelah isolasi primer fungi, pewarnaan seperti larutan
Pewarnaan tahan asam karbolfuksin Kinyoun lactophenol cotton blue digunakan untuk membedakan
(1) Formula: 4 g fuksin basa, 8 g fenol, 20 ml alkohol pertumbuhan fungi dan mengidentifikasi organisme
95%, 100 ml air suling. berdasarkan morfologinya.
(2) Warnai apusan yang difiksasi selama 3 menit (tidak Spesimen yang diperiksa untuk fungi dapat diperilaa
perlu pemanasan) dan lanjutkan dengan pewarnan tanpa diwarnai setelah diberi larutan kalium hidroksida
Zieh l-Neelsen.
l0o/o, yang merusak jaringan yang mengelilingi miselium
720 BAB 47

Tabel 47-2.lnfeksi bakteri lokalisata yang lazim: Agen, spesimen, dan uji diagnostik.

Gambaran
Agen Penyebab Mikroskdpis
Penyakit Spesimen yang Lazim yan9 Lazim Medium Biakan Keterangan

selulitis kulit Apusan Streptokokus p- Kadang-kadang Agar darah Aspirasi dari tepi infeksi
hemolitik grup A, kokus gram positif dapat mengandung
Sta phylococcus organisme
aureus

lmpetigo Apusan Sama seperti selulitis


(di atas); jarang, Sama seperti selulitis (di atas) dan faringitis (bawah)
Corynebacterium
diphtheriae
Ulkus kulit Apusan Flora campuran Flora campuran Darah, agar Ulkus kulit di bawah ping-
MacConke atau gang sering mengandung
EMB; medium bakteri aerob dan anerob
anaerob seperti flora gastrointestinal

Men ingitis css Ner'sseria Diplokokus intra- Agar coklatt dan Aglutinasi lateks (deteksi
meningitidis selular gram negatif agar darah untuk antigen bakterial) adalah
biakan CSS tes yang buruk untuk
mendiagnosis penyebab
meningitis

Haemophilus Kokobasil gram Agar coklatl Aglutinasi lateks (deteksi


inf luenzae negatif kecil antigen bakterial) adalah
tes yang buruk untuk
mendiagnosis penyebab
men ingitis

Streptococcus Kokus gram positif Agar darah Aglutinasi lateks (deteksi


pneumoniae yang berpasangan antigen bakterial) adalah
tes yang buruk untuk
mendiagnosis penyebab
meningitis

Streptokokus Kokus gram positif Agar darah Aglutinasi lateks (deteksi


grup B berpasangan dan antigen bakterial) adalah
membentuk rantai tes yang buruk untuk
mendiagnosis penyebab
mening itis

Escherichia coli Batang gram Agar darah Terutama pada bayi baru
dan Entero- negatif lahir; tidak diperlukan
bacteriaceae lain untuk medium selektif
pada biakan CSS

Listeria Batang gram positif Agar darah B-Hemolitik


monocytogenes

Abses otak Pus lnfeksi campuran; ko- Kokus gram positif Agar darah, Spesimen harus didapat
kus dan batang gram atau flora campuran agar coklatr, kan secara bedah dan
negatif dan gram po- med iu m dibawa dalam keadaan
sitif anaerob, kokus anaerob yang sangat anaerob
gram positif aerob

Abses perioral Pus Flora campuran Flora campuran Agar darah, agar Biasanya infeksi bakteri
dalam mulut dan coklat, agar EMB campuran; jarang,
faring atau MacConkey; aktinomikosis
medium anaerob

(berlanjut)
PRINSIP MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK / 721

label 47-2. lnfeksi bakteri lokalisata yang lazim: Agen, spesimen, dan uji diagnostik (lanjutan).
Gambaran
Agen Penyebab'' i Mikroskopis
Penyakit Spesimen yang'Lazim . . yang Lazim Medium Biakan Keterangan

Faringitis Apusan Streptokokus grup A Tidak dianjurkan Agar darah atau p-Hemolitik
medium selektif

C diphtheriae Tidak dianjurkan Medium Loefller Batang granular dengan


atau Pai, kemu- pola "huruf Cina" pada
dian medium apusan dari biakan;
sistein-telurit diperlukan uji toksisitas
atau Tinsdale

Batuk rejan Apusan Bordetella pertussis Tidak dianjurkan Agar Regan- Uji antibodi fluoresen
(pertus i s) Lowe mengidentifikasi orga-
nisme dari biakan dan
kadang-kadang pada
apusan Iangsung; PCR
lebih sensitif daripada
bia kan

Epiglotitis Apusan H inf luenzae tidak


Biasanya coklatr H influenzae merupakan
Agar
membantu gunakan bagian flora normal pada
(juga
agar darah) nasofaring

Pneumonia Sputum 5 pneumoniae Banyak PMN, kokus Agar darah; juga S pneumoniae termasuk
gram positif ber- MacConkey, EMB, flora normal pada
pasangan atau dan agar coklat nasofaring. Biakan darah
berantai. Kapsul spesifik (positif) pada 10-
membengkak 20%
dengan omniserum

S aureus Kokus gram positif Agar darah; juga Penyebab tidak sering
berpasangan, tetrad, agar MacConkey, pneumonia. Biasanya p-
dan berkelompok EMB, dan coklat hemolitik, koagulase
Positif
Enterobacteriaceae Batang gram negatif Agar darah; agar Penyebab tidak sering
dan batang gram agar MacConkey pneumonia.
negatif lain atau EMB

Campuran anaerob Floracampuran Agar darah, Mac- Spesimen harus diperoleh


dan aerob salurannapas; Conkey; atau dengan bronkoskopi
kadang-kadang EMB, medium atau aspirasi transtrakea;
banyak PMN anaerob sputum yang dibatukkan
tidak memuaskan untuk
a nae rob

Empiema paru Pus Sama seperti pneu- Flora campuran Agar darah, Biasanya pneumonia;
monia, atau campu- Mac-Conkey, campuran flora aerob dan
ran infeksi flora atau EMts; anaerob yang berasal dari
mediurn anaerob orofarir,g

Abses hati Pus E coli; Bacteroides Batang granr negatif Agar darah, Sering aerob dan anaerob
fragilis; campuran dan flora campuran Mac-Conkey, gram negatif enterik;
flora aerob atau atau EMB; pikirkan infeksi
anaerob medium anaerob Entamoeba histolytica

Kolesistitis Empedu Aerob enterik gram Batang gram darah,


Agar Biasanya batang gram
negatif, juga B fragilis negatif Mac-Conkey, negatif dari saluran cerna
atau EMB;
keadaan anaerob
(berlanjut)
722 BAB 47

Tabel 47-2.lnfeksi bakteri lokalisata yang lazim: Agen, spesimen, dan uji diagnostik (lanjutan).

Gambaran
Agen Penyebqb ,
Mikroskopis
Penyakit Spegimen ,: .yang;'l LaZim:'.:, :.;, .yang .Lazim' Mddium Biakan Keterangan
Abses abdo- Pus Flora gastrointestinal Flora campuran Agar darah, Flora usus aerob dan
minal atau Mac-Conkey, anerob; sering lebih dari
peri rektal atau EMB; lima spesies tumbuh
medium anaerob

Demam enterik, Darah, Salmonella typhi Tidak dianjurkan Agar MacConkey, Banyak spesimen harus
tifoid feses, Hektoen, bismuth dibiakkan; laktosa negatif.
urine sulfiq dll. HrS dihasilkan

Enteritis, entero- Feses Spesies salmonella Pewarnaan Gram Agar MacConkey, Koloni tidak mem{ermen-
kolitis, diare selain 5 typhi atau biru metilen Hektoen, Bismuth tasi laktosa ke s/ant TSl2:
bakteri, "gas- dapat memper- sulfit; dll. salmonela nontifoid
troe nteritis" lihatkan PMN menghasilkan asam dan
gas dalam butt, slant
alkali, dan HrS

Spesies shigella Pewarnaan Gram Agar MacConkey, Koloni tidak memfermen-


atau metilen biru Hektoen, Bismuth tasi laktosa ke s/ant T5l2:
dapat memper- dll.
sulfit; Shigellae menghasilkan
lihatkan PMN s/ant alkali, butt asam
tanpa gas

Campylobacter jejuni Batang gram BAP campy atau lnkubasi pada 42 oC; koloni
negatif "berbentuk medium seruPa oksidase positif; apusan
sayap burung memperlihatkan batang
camar" dan sering "berbentuk sayap burung
, PMN camar"

Vibrio cholerae Tidak dianjurkan Agar sukrosa Koloni kuning pada TCBS.
garam empedu V cholerae oksidase-Positif
tiosulfit sitrat
(TCBS); lain-lain.
Kaldu taurokolat
pepton untuk
menambah nutrisi

Vibrio lain Tidak dianjurkan Sama seperti Membedakan dengan


V cholerae V cholerae melalui uji
biakan dan biokimia

Yersinia enterocolitica Tidak dianjurkan MacConkey, ClN'z Penambahan nutrisi pada


4 oC membantu; inkubasi
biakan Pada 25 oC

Kolitis hemora- Feses E coli 0157'.H7 Tidak dianjurkan Medium sorbitol Cari koloni negatif sorbi-
gik dan sin- MacConkey tol; tentukan jenis dengan
drom uremik antisera untuk antigen O
hemolitik 157 dan antigen flagelar 7

lnfeksi saluran Urine (spe- E col; Enterobac- Batang gram nega- Agar darah; Koloni abu-abu merupa-
kemih simen mid- tericeae; batang ti{ terlihat pada agar MacConkey kan p-hemolitik dan
stream clean gram negatif lain apusan yang atau EMB memberikan uji indol
catch atau diwar nai dari bintik positif biasanya
urine yang urine yang tidak E coli; yang lain memer-
dipeioleh me- disentrifugasi lukan uji biokimia lebih
lalui kateteri- menunjukkan lebih I anj ut
sasi kandung dari 105 organisme/ml
kemih atau
asp i rasi
suprapubik)
(berlanjut)
PRINSIP MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK / 723

Tabel 47-2.lnfeksi bakteri lokalisata yang lazim: Agen, spesimen, dan uji diagnostik (tanjutan).

Gambaran

Uretritis/ Apusan ffeisseria Diplokokus gram Medium Thayer- Apusan yang diwarnai
servisitis gonorrhoeae negatif di dalam Martin dimodifi- positi{ diagnostik pada
atau di atas PMN. kasi atau medium laki-laki. Biakan diperlu-
Spesifik untuk selektif yang kan pada perempuan.
sekret uretra pada mengandung Gonokokus positif
laki-laki; kurang antibiotik serupa oksidase
dapat diandalkan
pada perempuan

Chlamydia PMN tanpa diplo- Biakan pada lnklusi berbentuk sabit


trachomatis kokus gram negatif sel McCoy pada sel epitel dengari
terkait diobati dengan pewarnaan atau imuno-
cycloheximide fluoresensi.ElA3langsung
atau uji antibodi fluoresen
dapat membantu; LCRa
atau PCRs lebih sensitif

Ulkus genital Apusan Haemophilus ducreyi Flora campuran Agar coklat Diagnosis diferensial ulkus
(chancroid) dengan lso- genital mencakup infeksi
VitaleX dan herpes simpleks
vankom isin

Treponema pallidum Pemeriksaan anti- Tidak ada


(sifi I is) bodi fluoresen atau
laoangan gelap
memperlihatkan
spirochaeta

Pus yang di- C trachomatis PMN tanpa diplo- Biakan pus dalam
aspirasidari (limfogranuloma kokus gram negatif biakan sel (sama
kelenjar ge- venereum) terkait seperti uretritis)
tah bening
yang meng-
alami supurasi

Penyakit Apusan N gonorrhoeae PMN dengan diplo- Medium Thayer- Organisme penyebab
radang serviks kokus gram negatif Martin dimodifi- mungkin gonokokr-rs,
panggul terkait; flora cam- kasi atau medium anaerob, dan lain-lain.
puran mungkin ada selektif mengan- Anaerob selalu ada pada
dung antibiotik endoserviks; oleh karena
serupa itu, spesimen endoserviks
-c-;;;;;, ;;; ; B-i;;;J r,;;
-:'3:5,:'o"o untuk biakan
seperti untuk
uretritis)

dari
Aspirasi N gonorrhoeae Diplokokus gram Medium Thayer-
cul-de-sac negatif dalam atau Martin dimodifi-
atau lapa- di atas PMN kasi
roskopi

C trachomatis Lihat di atas biakan sel (sama


. seperti untuk
u retritis)

Flora campuran Flora campuran Agar darah, Biasanya campuran


MacConkey, atau bakteri anaerob dan
EMB; medium aerob
anaerob
(berlan jut)
724 BAB 47

label 47-2.1n{eksi bakteri lokalisata yang lazim: Agen, spesimen, dan uji diagnostik (lanjutan)
Gambaran
Agen Penyebab Mikroskopis
Penyakit Spesimen yang Lazim yang Lazim Medium Biakan Keterangan

Artritis Aspirasi 5 aureus Diplokokus gram Agar darah; agar Terjadi pada anak dan
sendi, darah positif berpasangan, cokl at1 dewasa; koagulase
tetrad, dan positif; biasanya
berkelompok p hemolitik
N gonorrhoeae Diplokokus gram Medium Thayer Penyebab artritis septik
negatif dalam atau Martin yang paling sering pada
di atas PMN dimodifikasi dewasa muda

Lain-lain Morfologi bergan- Agar darah, agar Mencakup streptokokus,


tungpada coklat;1 medium batang gram negatif, dan
organisme anaerob a n aerob

Osteomielitis Spesimen pus Banyak; sering Morfologi bergan- Agar darah, Biasanya organisme
atau tulang 5 aureus tungpada MacConkey, EMB; aerob; 5 aureus paling
yang diper- organisme medium anaerob sering; batang gram
oleh melalui negatif sering; anaerob
aspirasi atau kurang sering
pembeda han
lSuplcmen kimia seperti lsoVitaleX meningkatkan pcrtumbuhan spesies hcmofilus dan neiseria
TSt = agar besi gula tripel; CIN = medium Cefsulodin-lrgasan-Novobiosin
sElA immunoassay enzim.
=
aLCR
= reaksi rantai ligase.
5PCR
= reaksi rantai polimerase.

lungi sehingga men-rungkinkan terlihatnya bentuk hifa adalah mcdium jer.ris ketiga yang digunakan secara rutin.
yang lebih baik. Pemcriksaan dengan mikroskop {ise Spesimen yang akan dibiakkan untuk anaerob obligat
kontras kadang-kadang berguna pada spesimen yang tidak harus ditaruh di lempeng pada sckurang-kurangnya dua
diwarnai. Mikroskop lapangan gelap digunakan untuk jenis medium tambahan. Mcdiurn tersebut termasuk agar
mendeteksi Treponema pallidum dalam materi dari lesi yang banyak diberi suplemen seperti agar brusela dengan
si{ilis primer atau sekunder. hemin dan vitamin K dan medium selektif yang
mengandung zat yang menghambat pertumbuhan batang
gram negatif enterik dan kokus gram positif anaerob atau
Sistem Biakan anaerob fakultatif.
Untuk bakteriologi diagnostik, perlu menggunakan Banyak medium khusus lain digunakan dalam
beberapa jenis medium untr-rk biakan rutin, terutama bila bakteriologi diagnostik; pilihan bergantung pada diagnosis
organisme yang dicurigai termasuk bakteri aerob, anaerob klinis dan organisme yang dipikirkan. Petugas laboratorium
obligat, dan anaerob {ikultatif. Spesimen dan medium memilih rnedium spesifik berdasarl<an inlormasi pada
biakan yang digunakan ur.rtuk mendiagnosis infeksi permintaan biakan. Oleh karena itu, medium Rordet-
bakteri yang lelrih sering, diuraikan pada'fa'bel 47-2. Gengou yang baru dibr-rat atau yang mengandung er,rng
Mcdiurn standar untuk spesirnen adalah agar darah, digunakan untuk biakan B pertussis pada diagnosis batuk
biasanya dibuat dengan 57o darah domba. Kebanyakan rejan, dan rnedium khusus lain digunakan untuk
organisme anaerob fakultatif dan aerob akan tumbr-rl.r pada mengultur Vibrio cholerae, Cloryrtebacterium diplttheriae,
agar darah. Agar coklat, suatu medium yang mengandung Neisseria gonorrltoeae, dan spesies campylobacter. [Jntuk
darah yang dipanaskan dengan atau tanPa suplemen, biakan mikobakteri, medium padat dan cair yang khusus
adalah medium penting kedua; beberapa organisme yang sering digunakan. Medium tersebut dapat mengandung
tidak tumbuh pada agar darah, termasuk neiseria Patogen inhibitor bakteri lain. Oleh karena banyak mikobakteri
dan hemofilus, akan tumbuh pada agar coklat. Medium tumbuh secara lambat, biakan harus diinkubasi dan
selektif untuk batang gram n€gatif enterik (baik agar diperiksa secara periodik selama beberapa minggu (lihat
MacConkey maupun agar biru eosin-metilen [EMB]) lJab 2t+).
PRINSIP MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK I 725

Biakan kaldu pada medium yang sangar diperkava terjadi. Koaglutinasi sama dengan aglutinasi latels kecuali
penting untuk bial<an bach-up jaringan biopsi dan cairan bahwa stafilokokus yang kaya akan protein A digunakan
tubuh seperti cairan serebrospinalis. Biakan kaldu dapat daripada partikel lateks; koaglutinasi kurang bermanfaat
memberi hasil positif bila tidak ada pertumbuhan pada untuk deteksi antigen dibandingkan dengan aglutinasi
medium padat karena sedikitnya jumlah bakteri yang lateks tetapi membantu bila digunakan untuk identifikasi
terdapat dalam inokulum (lihat atas). bakteri pada biakan.
Banyak ragi akan tumbuh pada agar darah. Iiungi lase [-lii aglutinasi lateks terutama terdeteksi pada deteksi
bifasik dan miselial tumbuh lebih baik pada medium yang an !rge n karbohidrat mikroorganisme yang tidak
dirancang spesifi k untuk'[ungi. Agar infusi otak,jantung, berkapsul. Deteksi antigen digunakan lebih sering pada
dengan dan tanpa antibiotik, dan agar kapang inhibitor diagnosis faringitis streptokokus grup A. Deteksi antigen
telah banyak menggantikan penggunaan agar dekstrosa kriptokok bersuna pada diagnosis meningitis oieh
Sabouraud secare rradisional untuk menumbuhkan fungi. kriptokokus.pada pasien dengan AIDS atau penyakit
Mediurn dibuat dari tanaman dan bahan sayuran, habjtat imunosupresif lain.
alami untuk banyak frngi, juga menumbuhkan lirngi lang Sensitivitas uji aglutinasi lateks pada diagnosis
menyebabkan infeksi. Biakan unttrk fungi sering rncningitis bakteri mungkin tidak lebih baik daripada
dilakukan dalam set berpasangan, saru ser diinkubasi pada yarg diwarnai Gram, yaitu sekitar 100.000 bakteri per
25-30 0C dan yang lain pada 35-37 0C. Tabel 1+7-3 rnililiter. lJntuk alasan tersebut, uji aglutinasi lareks tidak
menguraikan spesimen dan uji lain yang akan digunakan dianjurkan.
untuk diagnosis infeksi fungi. Bentuk lain EIA, untuk mendeteksi antibodi,
intnunoblotting ("Vestern blot"); dengan cara tersebut
andgen yang ditetapkan ditempatkan pada selembar kertas
Deteksi llntigen
nitroselulosa. Setelah inkubasi dengan spesimen yang
Sistem im-unologi yang dirancang untuk mendeteksi mengandung antibodi uji, kemudian diberikan antibodi
antig€n mikroorganisme dapat digunakan pada diagnosis yang dilabeli enzim pada lembaran, biasanya dari hcwan
infeksi tertentu. Uji IF (uji antibodi fluresen langsung lain, melawan antibodi uji. Penambahan substrat untuk
dan tidak langsung) adalah satu bentuk deteksi anrigen enzim memungkinkan deteksi zrrdbodi yang terikat secara
dan dibahas dalam bagian terpisah pada bab ini pada spesifik antigen melalui reaksi kolorimetri. Uji
1.:ada
diagnosis infeksi oleh bakteri, klamidia, dan virus serra '$flesternblot digunakan sebagai ufi spesifik untuk
pada bab mengenai mikroorganisme spesifik. antibodi pada infeksi HIV dan penyakit Lyme.
fwmunoassay enzim {[,IA), termasuk enz-yme-linked
immunosorbent assays (ELISA), dan uji aglutinasi Diagnostik Molekular
digunakan unruk mendeteksi antigen agen infeksius yang
Prinsip di balik diagnostik moiekular adalah hibridisasi
terdapat pada spesimen klinis. Prinsip uii tersebut ditinjau
probe asam nukleat yang khas terhadap rangkaian asam
secara ringkas di sini.
nukleat spesifik pada spesimen uji diikuti deteksi hibrid
Terdapat banyakvariasi EIA untuk mendeteksi andgen.
Satu forrnat yang sering digunakan adalah rnengikar
berpasangan. Misalnya, DNA (atau RNA) pra6e bcruntai
tunggal digunakan untuk mendeteksi RNA komplernen
antibodi tangkapan, spesifik untuk antigen 1'ang dicari,
atau DNA yang mengalarni denaturasi pada spesimcn
ke sumur pendulangan mikrodilusi plasdk. Spcsimen 1'ang
uji. Profu asam nukleat secara khas dilabel dengan enzim,
mengandung antigen diinkubasi dalam sumur diikuti
substrat antigerl, molekul kemiluminesen, atau radio-
pencucian srunur. Antibodi kedua untuk antigen, dilabel
isotop untuk rnemudahkan deteksi produk hibridisasi.
dengan enzim, digunakan untuk mendetcksi antigen.
De ngan memilih probe secara. cermat afau membuat
Penamtrahan substrat untuk enzim memungkinkan dereksi
oligonukleotida.spesifik dan melakukan hibridisasi di
antigen yang terikar, dengan reaksi kolorimerri. Pada
bawah keadaan dengan ketegangan tinggi, dereksi asarn
bcberapa EIA, antibodi awal tidak diperlukan karena
nuklear pada spesimen uji dapat sangat spesi$k.
antigen akan berikatan secara langsung dengan plastik
sumur. EIA digunakan unttrk rnenderclsi rotavirus dalarn
A. I,IENCIDTNTIFII(ASI BAfiTERI MENGGUNAilAN
spesimen tinja (lihat Bab 37), Chkwydia tratltomatis {Bab
28), dan beberapa bakreri. nRNA l6s
Pada uji aglutinasi lateks, antibodi ]"ang spesifik rRNA 165 dari sedap spesies bakteri mernpunyni bagian
andgen (baik poliklonal atau monoklonal) terfiksasi ke rangkaian yang bersifat staLtil (tetap). Banyak salinan
manik-manik lateks. Kedka spesim€n klinis ditambahkan terdapat pada setiap organisrr€. Prolte dilabel yang spesifik
dalarn suspensi rnanik-manik lateks, anribodi berikaran untuk rRNA 165 sebuah spesies ditarnbahkan, dan jurnlah
dengan antigen mikroorganisme yang membentuk label pada hibrid h'eruntai ganda dihitung. Teknik ini
struktur seperti kisi-kisi dan aglutinasi manik-manik sangat iuas digunakan untuk identifikasi banyak
726 BAB 47

Tabel 47-3.lnfeksi fungi yang lazim: Agen, spesimen, dan uji diagnostik.

:'Spesimen"', ..;, .,., ..1;;.1-..::.;,.':. Ull' serobgi. aan uji'tain Keterangan,r...

Mikosis invasif (letak-dalam)


Aspergilosis: Aspergillus fumigatus atau spesies aspergilus lain
Paru Sekresi pernapasan Tersedia uji imunodifusi; interpretasi Serologi jarang bermanfaat
hasil kontroversial; galaktomanan
serum sekitar 50% sensitif

Diseminata Spesimen biopsi, darah Aspergilus sulit tumbuh dari


darah pasien dengan infeksi
d iseminata

Blastomikosis: Blastomyces dermatiditis


Paru Sekresi pernapasan Fiksasi komplemen (CF) Uji CF biasanya negatif dan
karena itu tidak terlalu berguna.
---: - Kultur adalah uji diagnostik pa-
Ulkus oral dan Biopsi atau spesimen CF ling baik; serologi jarang dilakukan
kutan apusan

Tulang Biopsi tulang CF

Koksidioidomikosis: Coccldioides immitis


Paru Sekresi pernapasan CF, imunodifusi, presipitasi, aglutinasi C immitis akan tumbuh pada
lateks, uji kulit dengan koksidioidin kultur agar darah rutin; kultur
positif memiliki risiko yang serius

o,*',"*,
- -tr*'..*1l0,,
0",.'
--- -;;;id;";;;;;i;;;,j'
atau sferulin
-
oJ,i il#[;? i"",.!',,'"t ?,i'illllil!T;.
tempat infeksi, misalnya, dengan koksidioidin mungkin negatif daripada kultur. Uji kulit tidak
kulit, tulang mengubah hasil serologi. Hasil
ji kulit dapat memPunYai
implikasi prognostik

Histoplasmosis: Histoplasma capsulatum


Paru Sekresi pernapasan CF, imunodifusi, uji kulit, antigen Serologi sangat berguna. Uji
histoplasma urine kulit dapat "meningkatkan" titer
antibodi dan sebaiknya tldak
dilakukan sebagai uji diagnostik

Diseminata 5umsum tulang, darah, Sama seperti di atas


spesimen biopsi dari
tempat infeksi

Nokardiosis: Nocard i a asteroi des


Paru Sekresi pernapasan Pewarnaan tahan asam dimodifikasi Nocardiae adalah bakteri Yang
secara klinis berperilaku seperti
ungi. Batang gram positif
Su bkuta n Aspirasi atau biopsi abses filamentosa, bercabang, tahan
asam lemah adalah nokardia.
Serologi jarang digunakan

Materi dari abses otak

Parakoksidioidomikosis (Blastomikosis Amerika Selatan): Paracoccidioides brasiliensis


Spesimen biopsi dari lesi lmunodifusi, CF, uji kulit Uji imunodifusi 95% sensitif dan
(parakoksid ioid in) spesifik; uji CF dan uji kulit
bereaksi silang dengan histo-
plasmin. Uji kulit positif mem-
punyai nilai prognostik

Sporotrikosis: Sporothrix schenckii

(berlanjut)
PRINSIP MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK 727

Tabel 47-3.lnfeksi funqi yang lazim: Agen, spesimen, dan uji diagnostik (tanjutan).

., .Keteranganr.,:,t:'.rt, .,t,.' r,..tl

Kulit dan Spesimen biopsi Ag I uti nasi


nodul
su bkutan

Diseminata Spesimen biopsi dari Seperti di atas


tempat' yang terinfeksi

Zigomikosis (fikomikosis, mukormikosis): Rhizopus Sp., Mucor 5p., dll.


Nasal- Jaringan nasal-orbital Tidak ada Hifa tidak berseptum tampak
oku I ar- pada potongan mikroskopis
serebra I

Paru dan Sekresi pernapasan, Tidak ada


diseminata spesimenbiopsi
lnfeksi ragi
Kandidiasis: Candida albicans dan ragi serupar
Membran Sekresi Apusan basah KOH berguna untuk
mukosa pemeriksaan mikrokosp pada infeksi
loka lisata

Kulit Spesimen apusan

Sistemik Darah, spesimen biopsi, lmunodifusi, uji kulit Serologi jarang membantu. Uji
urine kulit digunakan untuk menapis
anergi, bukan mendiagnosis
infeksi

Kriptokokosis: Cryptococcus neoformans


Paru Sekresi pernapasan Antigen kriptokok jarang terdeteksi Antibodi terhadap C neoformans
jarang ditemukan

Meningitis Aglutinasi lateks untuk antigen Pemeriksaan ulang CSS mungkin


kriptokok paling berguna diperlukan untuk mendiagnosis
mening itis

Diseminata Sumsum tulang, tulang, Aglutinasi lateks untuk antigen


darah, dan lain-lain kriptokok
lnfeksi kulit primer
Dermatofitosis'. M icrosporu m Sp., Ep idermofiton Sp., Trichophyton Sp
Rambut, kulit, kuku dari Tidak ada
tempat terinfeksi
1C tropicalis, C parapsilosis, C glabrata, dan spesies candida lain.

organisme secara cepat. Contoh mencakup spesies Pemeriksaan diagnostik molekular yang menggunakan
mikobakteri yang paling sering dan penting, Coccidioides teknik amplifikasi telah digunakan secara luas dan
immitis, Histoplasma capsulatum, dan lain-lain. berkembang s€cara cepat. Sistem amplifikasi ini masuk
Bagian rRNA 165 diawetkan melalui banyak spesies ke dalam beberapa kategori dasar seperti diterangkan di
mikroorganisme. Memperbesar rRNA 165 menggunakan bawah. Pemeriksaan ini, termasuk reaksi rantai
primer terhadap daerah yang diawetkan ini memungkin- polimerase, merupakan milik perusahaan yang
kan isolasi dan pengurutan berbagai regio molekul. mengembangkan atau memilikinya.
Rangkaian yang berubah-ubah ini adalah penanda spesifik
spesies atau genus yang memungkinkan identifikasi B. SISTEM AMPLIFIKASI TARGET
mikroorganisme. Patogen yang sulit atau tidak mungkin Pada pemeriksaan ini, DNA atau RNA target ditingkatkan
dibiakkan di laboratorir-rm telah diidentifikasi meng- beberapa kali. Reaksi rantai polimerase (PCR) digunakan
gunakan teknik ini. Satu contoh adalah Tropheryma untuk meningkatkan sejumlah kecil DNA spesifik yang
whipplei, penyebab penyakit Whipple. ada dalam spesimen klinis, memungkinkan deteksi DNA
724 BAB 47

yang pada awalnya terdapat dalam jumlah yang sedikit. DNA dari primcr kedua,
rauerse trunscriptase meluaskan
PCR menggunakan DNA polimerase yang stabil terhadap menghasilkan salinanDNA untai ganda, dengan RNA
suhu untuk menghasilkan amplifikasi DNA target dua polimerase yang intak. RNA polimerase kemudian
fali lipat pada masing-masing siklus temperatur. DNA menghasilkan banyak salinan RNA untai tunggal. Detelai
yang diekstraksi dari spesimen klinis bersama dengan C nachonatis dan N gononhoeae da;n penghitungan bebal
primer oligonukleotida spesifik rangkaian, nukleotida, HIV-1 adalah contoh penggunaan jenis pemeriksaan
polimerase DNA yang stabil suhu, dan bufer dipanaskan tersebut.
sampai 90-95 0C untuk memisahkan dua untai DNA Pemeriksaan perpindahan untai (SDA) adalah
target. Temperatur pada reaksi tersebut diturunkan, pemeriksaan amplifikasi isotermal yang menggunakan
biasanya sampai 45-60 uC bergantung pada primer, untuk endonuklease restriktif dan DNA polimerase.
memungkinkan penguatan primer ke DNA target. S€tiap
primer kemudian diperluas dengan DNA polimerase yang C. SISTEM A}-IPLIFIKASI PROBE
stabil suhu dengan menambahkan nukleotida komplemen- Reaksi rantai ligase (LCR) adalah sistem amplifikasi vang
ter terhadap DNA target yang menghasilkan amplifikasi berbeda dengan PCR. LCR menggunakan DNA
dua kaii lipat. Kemudian siklus diulangi 30-40 kali untuk
polimerase yang stabil suhu dan DNA ligase yang stabil
menghasilkan amplifikasi sigmen DNA target sebanyak suhu. LCR menggunakan empat probe oligonukleotida,
105 - 106 lipat. Segmen yang diamplifikasi sering dapat
masing-masing dengan 20-24 basa. Setiap pasang
terlihat pada gel elektroforetik atau terdeteksi dengan oligonukleotida dirancang untuk berikatan dengan DNA
analisis Southern blot menggunakan probe DNA berlabel
target yang mengalami denaturxi hanya pada beberapa
yang spesifik untuk segmen. basa terpisah. Oligonukleotida digabung dengan DNA
PCR juga dapat dilakukan pada target RNA, yang tatget y^ng diekstralsi dari spesimen dan reagen lain
disebut PCR- reuerse transcriptasr. Enzim reuelse kemudian dipanaskan untuk mendenaturasi DNA target.
transcriptase digunakan untuk merekam RNA ke dalam
Reatsi ini kemudian didinginkan untnk memungkinkan
DNA komplimenter untuk amplifikasi. pengikatan probe oligonukleotida ke DNA tatget. GaP
Pemeriksaan PCR tersedia ttebas untuk identifikasi
pendek antara dua probe drisi oleh DNA polimerase dan
Chkrydia trachomatis, Neisseria gonorrlsoeae, Mycobacterium dihubungkan dengan DNA ligase, yang menghasilkan
tuberczlosis, sitomegalovirus, enterovirus, dan banyak yang
molekui DNA untai ganda dengan panjang 40-50 bp.
lain. Pemeriksaan .iuga tersedia untuk uji beban virus Siklus berulang 3010 kali, menghasilkan banyak molekul
HIV-I. Terdapat banyak PCP."in-hotur" lain yang telah DNA. Sistem yang tersedia bettas mencakup detelcsi
dikembangkan oleh sedap laboratorium unruk rnendiagnosis otomatis DNA yang diamplifikasi. Sistem tersebut dapat
infeksi. Pemeriksaan tersebut merupakan uji pilihan untuk i/
tligunakan untuk mendeteksi C *achomatrr dan
mendiagnosis banyak infeksi-terutama bila biakan gonorrltoeae.
uadisional dan teknik deteksi antigen tidak bekerja baik.
Contohnya termasuk pengujian cairan serebrospinalis D. TEKNIK AUPLIFIKASI SINYAL
untuk mencari adanya virus herpes simpleks dalam
mendiagnosis ensefalitis herpes dan pemeriksaan cairan Pemeriksaan tersebut memperkuat sinyal dengan
trilasan nasofaring unruk mendiagnosis infeksi Bordetella meningkatkan label (misal, fluorokrom, enzim) yang
pertussis (batuk rejan). rnelekat pada asam nukleat target. Sist€m DNA bercabang
Fertimbangan utama laboratorium yang melakukan (bDNA) mempunyai serangkaian probe plir,:rer dul probe
pemeriksaan PCR adalah mencegah kontaminasi reagen sekunder bercabang yang dilabel enzim. Probe
atau spesirnen dengan DNA target dari lingkungan, )'ang oligonukleodda multipel yang spesifik untuk RNA (atau
dapat menlnrnarkan perbedaan antara hasil positif sejati DNA) target difiksasi ke permukaan yang padat seperti
dan positif palsu karena kontaminasi. wadah mikrodilusi . Pro&e terse but adalah prabe
Arnplifikasi dimediasi transkripsi (TMA) dan sistem tangkapan. Spesimen yang disiapkan ditarntrahkan, dan
amplifikasi berbasis sekuens asarn nrikleat (NASBA) molekul RN{A rnelekar prda probe tangkapan pada wadah
m€mperbesar jumlah RlilA pada pemerii<saan isotermal mikrodilusi. Probe targer tambahan berikatan dengan
mrg€t t€tapi tidak dengan wadah. Prr&a peningkat bDNA
Jrang secara sejajar menggunakan enzim letlerse
transcriptase, RNase H, dan RNA polirnerase. Sebuah dilabel enzirn ditarnbahkan dan melekat pada prabe targer.
primer oligonukleotida yang mengandung prornoter RNA Substrat kerniluminesen ditambahkan, dan cahaya yang
polimerase dimungkinkan berikamn dengan taxget RNA dipancarkan diukur untuk menghitung jumlah RNA mrget
Reuene transcriPtase membuat salinan cDNA untai tunggal yang ada. Contoh p€nggunaan ienis pemeriksaen ini
pada RNA. RNase H rnenghancurkan RNA pada hibrid termasuk pengukuran kuantiatif FIIV-I" virus hepatitis
RlrtrA-cDNA, dan primer kedua m€nguatkan s€gmen C, dan virus hepatitis B"
cDN{A. Aktivitas DNA polimerase trergantung DNA pada
PRINSIP MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK 729

I KEPENTINGAN FLORA FUNGI I BANTUAN LABORI\TORIUM


& BAKTERI NORMAL PADA PEMILIHAN
Organisme seperti Mycobacterium tuberculosis, Salmonella PENGOBATAN ANTIMIKROBA
typhi, dan Brucella.lp. dianggap patogen setiap kali Obat antimikroba yang awalnya digunakan pada
ditemukan pada pasien. Namun, banyak infeksi pengobatan infeksi dipilih berdasarkan kesan klinis setelah
disebabkan oleh organisme yang merupakan anggota dokter yakin bahwa infeksi telah terjadi dan telah
permanen atau transien flora normal . Mtsalnya, E coli
membuat diagnosis etioiogi sementara berdasarkan latar
merupakan bagian flora normal gastrointestinal dan juga
belakang klinis. Berdasarkan "tebakan terbaik" ini,
merupakan penyebab paling sering infeksi .saluran kemih.
kemungkinan obat pilihan dapat ditentukan (lihat Bab
Demikiar.r pula, sebagian besar infeksi bakteri campuran
10). Sebelum obat diberikan, spesimen diperoleh untuk
dengan anaerob disebabkan oleh organisme yang isolasi laboratorium agen penyebab. Hasil pemeriksaan
'merupakan anggota flora normai.
tersebut mungkin memerlukan pemilihan obat yang
Organisme spesifik dalam jumlah relatif yang berbeda. Identifikasi mikroorganisme tertentu yang
ditemukan pada biakan penring bila anggota flora normai
semuanya rentan obat mengurangi perlunya pengujian
merupakan penyebab infcksi. Bila banyak batang gram lebih lanjut dan memungkinkan pemilihan obat-obar yang
negatif spesies seperti Klebsiella pneumoniae ditemukan
secara optilrral efcktif hanya berdasarkan pada
bercampur dengan beberapa bakteri nasofaring dalam pengalaman. Dalam keadaan lain, uji ttntuk kerentanan
biakan sputum, batang gram negatif sangat dicurigai obat pada mikroorganisme yang diisolasi mungkin
sebagai penyebab pneumonia karena banyak batang gram
membantu (lihat Bab 10).
negatif dalam keadaan normal tidak ditemukan pada [Jji kerentanan difusi cakram yang sering dilakukan
sputum atau flora nasofaring; organisme harus harus digunakan secara bijaksana dan diinterpretasikan
diidentifikasi dan dilaporkan. Sebaliknya, abses abdomen
dengan pengendalian. Pada umumnya, hanya satu anggota
sering mengandung organisme aerob, anaerob fakultatil,
dari setiap golongan obat utama yang terwakili. Untuk
serta anaerob obligat dalam distribusi norrnal yang stafilokokus, penisilin G, nafsilin, cefazolin, eritromisin,
mewakili flora gastrointestinal. Pada kasus demikian, gentamisin, dan vankomisin digunakan. lJntuk batang
identifikasi semua spesies yang ada tidak dijamin; gram negatif, ampisilin, cefazolin, dan sefalosporin
malahan, sangatlah tepat untuk melaporkan "flora generasi kedua dan ketiga, piperasilin dan penisilin
gastrointestinal normai". antipseudomonal", trimetoprim-sulfametoksasol, fl uoro-
Ragi dalam jumlah sedikit merupakan bagian flora
kuinolon, dan aminogiikosida (amikasin, tobramisin,
mikroba normal yang sering. Namun, fungi lain dalam gentamisin) termasuk di dalamnya. Untuk infelai saluran
keadaan normal tidak ada dan karena itu harus kemih oleh batang gram negatif, nitrofurantoin, quinolon,
diidentifikasi dan dilaporkan. Virus biasanya bukan bagian
dan tripmetoprim dapat ditambahkan. Pilihan obat yang
flora normal seperti yang terdeteksi dalam laboratorium dimasukkan dalan.r uji kerentanan rutin sebaiknya
mikrobiologi diagnostik. Namun, beberapa virus laten, didasarkan pada pola kerentanan isolat dalan.r laboraroriurn,
misalnya, herpes simpiels atau vaksin virus hidup seperti jenis infeksi (didapat dari komunitas atau nosokomial),
poliovirus, kadang-kadang tampak pada biakan virr-rs. Di dan analisis efek biaya untuk populasi pasien.
beberapa bagian dunia, spesimen tinja sering memberikan
Isolar B fagilis dan bakteri anaerob lain jarang diuji
bukti adanya infeksi parasit. Pada kasus demikian, yang secara rutin untuk memeriksa kerentanan terhadap
penting adalah mengorelasikan sejumlah parasit dengan antimikroba: Metode uji kerentanan telah distandardisasi
gambaran klinis. Adanya sedikit telur dalam spesimen hanya untuk laboratorium rujukan-hasil dari laboratorium
harus dicatat tetapi tidak memerlukan tindakan diagnostik
yang menggunakan satu metode dapat sangat berbeda
dan terapeutik lanjutan. dengan hasii dari laboratorium lain yang menggunakan
Anggota flora normal yang palir-rg sering tan.rpak pada metode berbeda pada strain yang identik-dan korelasi
spesimen pasien dan yang mungkin dilaporkan sebagai
hasil uji kerentanan yang menunjukkan efikasi klinis
"flora normal" dibahas dalam Bab 11. belum dilakukan.
Ukuran zona inhibisi pertumbuhan bervariasi sesuai
karakteristik molekular obat yang berbeda. Oleh karena
itu, ukuran zona satu obat tidak dapat dibandingkan
dengan ukuran zona obat lain yang bekerja pada organisme
yang sa-ma. Namun, untuk setiap obat ukuran zona dapat
dibandingkan dengan standar, ditunjukkan medium,
BAB 47

ukuran inokulum, dan keadaan lain yang secara cermat


diatur. Hal ini memungkinkan penjelasan untuk setiap
obat diameter minimum zona inhibisi yang menunjukkan
r DIAGNOSIS INFEKSI
"kerentanan" isolat melalui teknik difusi cakram. BERDASARKAN TEMPAT
Uji caftram mengukur kemampuan obat-obatan untuk I\NATOMI
menghambat pertumbuhan bakteri. Hasilnya berkorelasi
agak baik dengan respons terapeutik pada proses penyakit
Luka, Jaringan, Tulang, Abses, Cairan
tersebut; pada keadaan tersebut pertahanan tubuh sering
dapat mengeliminasi.mikroorganisme menular. Pemeriksaan apusan dengan mikroskop dan biakan
Pada beberapa jenis infelai manusia, hasil uji cakram spesimen dari luka atau abses sering memberikan indikasi
sedikit membantu (dan dapat menyesarkan) karena efek awal dan penting berkenaan dengan sifat organisme
obat bakterisidal diperlukan untuk penyembuhan. penginfeksi sehingga membantu pemilihan obat
Contoh-contoh yang terkenal adalah endokarditis inftktil antimikroba. Spesimen dari biopsi jaringan diagnostik
osceomielitis akut, dan infeksi berat pada pejamu yang sebaiknya diajukan untuk p€meriksaan bakteriologi serta
pertahanan antibakterinya tidak adekuat, misalnya, orang histologi. Spesimen untuk pemeriksaan bakteriologi
dengan penyakit neoplasma yang telah diobati dengan tersebut tahan terhadap bahan fiksatif dan disinfektan,
radiasi dan kemorerapi antirieoplastik, atau orang yang diiris, serta dibiak dengan berbagai metode.
teiah diberikan kortikosteroid dosis tinggi dan mengalami Pus dalam abses jaringan lunak tertutup dan tidak
penekanan imun. didrainase sering mengandung satu organisme saja sebagai
Prosedur uji konsentrasi inhibisi minimum (MIC) agen pengin{Lksi ; paling sering stafi lokokus, streptokokus,
dapat digunakan daripada uji cakram. Prosedur tersebut atau batang gram negatif enterik. Demikian puia pada
mengukur secara lebih tepat konsentrasi antibiotik yang osteomielitis; organisme sering dapat dibiakkan dari
diperlukan untuk menghambat pertumbuhan inokulum darah sebelum infeksi telah menjadi kronik. Mikro-
terstandardisasi pada keadaan rertentu. Metode organisme multipel sering ditemukan pada abses abdomen
mikrodilusi semiotomatis digunakan; ketika sejumlah dan abses yang berdekatan dengan permuiraan mukosa
obat tertentu dilarutkan dalam kaldu dengan volume kecil seperti pada luka terbuka. Bila lesi supurasi dalam, seperti
yang terukur dan diinokulasi dengan sejumlah osteomielitis kronik, mengalir ke permukaan luar melalui
mikroorganisme terstandardisasi. Titik akhir, atau suatu sinus atau fistula, flora permukaan yang dilalui
konsentrasi inhibisi minimum, dianggap merupakan drainase lesi jangan dikelirukan dengan flora pada lesi
mangkuk kaldu terakhir (konsentrasi terendah obat) yang dalam. Sebaliknya, spesimen sebaiknya diaspirasi dari
tetap jernih, yaitu, bebas dari pertumbuhan mikroba. infeksi primer melalui jaringan yang tidak terinfeksi.
Konsentrasi inhibitori minimum memberikan perkiraan Pemerilsaan bakteriologi pus dari lesi yang dalam atau
lebih baik sejumlah obat yang mungkin yang diperlukan tertutup harus meliputi biakan dengan metode anaerob.
untui< menghambat pertumbuhan in uiuo sehingga Bakteri anaerob (bakteroides, peptostreptokokus) kadang-
membantu dalam menaksir regimen dosis yang diperlui<an kadang berperan sebagai penyebab esensial, dan .sering
untuk pasien. diternukan campuran anaerob.
Selain itu, efek bakterisidal dapat diperkirakan dengan Metode yang digunakan untuk biakan harus cocok
melakukan subkultur kaldu jernih ke medium padat bebas untuk pengambilan semikuantitatif bakteri yang lazim
andbiotik. Hasil, misalnya, reduksi unit pembentuk koloni dan juga untuk pengambilan mikroorganisme khusus,
sebesar 99,9o/o di bawah kontrol, disebut konsentrasi termasuk mikobakteri dan fungi. Kulit dan membran
bakterisidal minimal (MBC). mukosa yang mengalami erosi sering merupakan tempat
Pemilihan obat bakterisidal atau kombinasi obat infeksi ragi atau fungi. Kandida, aspergilus, dan ragi atau
untuk setiap pasien dapat dipandu dengan uji fungi lain dapat terlihat melalui mikroskop pada apusan
laboratorium yang khusus. Uji-uji tersebut mengukur atau kerokan dari daerah yang dicurigai dan dapat
baik tingkat pembunuhan ataupun proporsi populasi bertumbuh pada biakan. Pengobatan spesimen dengan
milroba yang terbunuh dalam waktu yang tetap. KOH dan calcofluor wbite sangat meningkatkan observasi
Pada infeksi saluran kemih, aktivitas antibakteri urine ragi dan fungi pada spesimen.
jauh lebih penting daripada dalam serum. Hilangnya Eksudat yang terkumpul dalam ruang pleura,
organisme infektif dari urin selama pengobatan dapat peritoneai, perikardial, atau sinovial harus diaspirasi
berperan sebagai pemeriksaan kadar obat parsial. dengan teknik aseptik. Jika materi secara jelas terlihat
purulen, apusan dan biakan dibuat secara langsung. Jika
cairan jernih, dapat disentrifugasi pada kecepatan tinggi
selama 10 menit dan sedimen digunakan untuk apusan
dan biakan yang diwarnai. Metode biakan yang digunakan
PRINSIP MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK / 731

harus cocok untuk pertumbuhan organisme yang dicurigai (3) Siapkan kulit untuk pungsi vena dengan
berdasarkan gejala dan tanda klinis-misalnya, membersihkan bagian tersebut dengan alkohol isopropil
rnikobakteri, organisme anaerob-demikian juga bakteri 70-95o/o atau etanol 70o/o. Dengan menggunakan tingtura
piogen yang sering ditemukan. Beberapa bekuan spesimen yodiunr 2o/o xa; preparat iodofor, mulailah pada tempat
cairan dan biakan untuk spesimen yang diantikoagulasi pungsi vena dan bersihkan kulit dengan gerakan melingkar
mungkin diperlukan. Hasil kimiawi dan hematologi konsentrik yang semakin besar diameternya. Pertahankan
berikut menunjukkan infelai: berat jenis > 1,018, protein preparat yodium basah di atas kulit sekr-rrang-kurangnya
> 3 gldl (sering menyebabkan pembekuan), dan jumlah I menit. Jangan sentuh kulit setelah disiapkan.
sel > 500-i.000/pl. Leukosit polimorfonuklear menonjol (4) Pasang kembali torniket, lakukan pungsi vena, dan
pada infeksi piogen akut yang tidak diobati; limfosit atau (untuk orang dewasa), tarik darah sebanyak sekitar 20 ml'
monosit dominan pada infeksi kronik. Tlansudat yang (5) Tambahkan darah ke botol biakan darah aerob
disebabkan oleh pertumbuhan neoplastik secara kasar dan anaerob yang diberi label.
dapat menyerupai eksudat yang infeksius dengan (6) Bawa spesimen ke laboratorium secara cepat atau
0C.
tampaknya materi seperti darah atau purulen dan seperti tempatkan dalam inkubator pada temperatur 37
bekuan pada saat berdiri. Pemeriksaan sitologi apttsan Beberapa faktor menentukan apakah biakan darah
atau potongan sel yang disenuifugasi dapat membuktikan akan memberikan hasil yang positif: volume darah yang
sifat neoplastik proses tersebut.' dibiak, pengenceran darah dalam rnedium biakan,
penggunaan medium biakan aerob dan anaerob, serta
durasi inkubasi. LJntuk orang dewasa, biasanya diperolch
Darah sampel darah sebanyak 20 ml, setengahnya diletrrkkan
Karena bakteremia sering menandakan penyakit yang dalam botol biakan darah aerob dan setengahnya dalam
mengancam nyawa, deteksi dini sangat diperlukan. Biakan botol biakan darah yang anaerob, dengan sepasang botol
darah merupakan satu-satunya prosedur paling penting yang terdiri dari satu biakan darah. Narnun, volume darah
untuk mendetelai infelsi sistemik yang disebabkan oleh yang berbeda mungkin diperlukan untuk banyak sistem
bakteri. Biakan tersebut memberikan infirrmasi berharga biakan darah berbeda yang ada. Satu sistem biakan darah
unruk penanganan pasien demam yang sakit akut dengan yang digunakan secara luas menggunakan botol yang
atau tanpa gejala dan tanda lokalisata serta penting pada menyimpan 5 mi darah bukan 10 ml darah. Pengenceran
setiap pasien yang dicurigai menderita endokarditis infektif optimal darah dalam medium biakan cair adalah 1:300*
meskipun pasien tidak tampak sakit akut atau berat. Selain 1:150; ini meminimalkan efek antibodi, komplemen, dan
untuk kepentingan diagnostik, penemuan agen infeksius sistem antibakteri sel darah putih yang ada. Oleh karena
dari darah sangat membantu dalam menentukan pengenceran besar tersebut tidak praktis dalam biakan
pengobatan antimikroba. Setiap usaha sebaiknya darah, sebagian besar medium tersebut mengandung
dilakukan untuk mengisolasi organisme penyebab pada 0,0 5 o/o natritim pol ietanolsulfat (S PS), yan g menghambat
bakteremia. sistem antibakteri. Namun, SPS juga menghambat
Pada orang sehat, spesimen darah yang diperoleh pertumbuhan beberapa neiseria dan kokus gram positil
secara tepat adalah yang steril. Meskipun kadang-kadang anaerob serta Gardnerella uaginalis. Jika salah satu
masuk ke dalam darah, mikroorganisme dari flora normal organisme ini dicurigai, sistem biakan darah alternatif
gastrointestinal dan respiratorius secara cepat dibuang tanpa SPS sebaiknya digunakan.
oleh sistem retikuloendotelial. Keadaan transien tersebut Biakan darah diinkubasi selama 5-7 hari. Sistem
jarang memengaruhi interpretasi hasil biakan darah. Jika biakan darah otomatis menggunakan berbagai metode
dalam biakan darah terdapat mikroorganisme, kenyataan untuk mendeteksi biakan positif. Metode otomaris ini
ini mempunyai kepentingan klinis yang besar jika memungkinkan pemantauan biakan yang sering--setiap
kontaminasi dapat disingkirkan. Kontaminasi biakan beberapa nrsnll-d2n deteksi lebih dini yang positif.
darah oleh flora kulit normal paling sering disebabkan Medium pada sistem biakan darah otomatis sangat
oleh kesalahan prosedur pengambilan darah. Oleh karena diperkaya dan sistem deteksi sangat sensitif sehingga
itu, teknik yang tepat dalam melakukan biakan darah biakan darah yang menggunakan sistem otomatis tidak
sangat penting. perlu diproses selama lebih dari 5 hari. Pada umumnya,
Aturan berikut, apabila secara disiplin diterapkan, subkultur hanya diindikasikan bila mesin menunjukkan
memberikan hasil yang dapat dipercaya: hasii biakan yang positif. Sistem biakan darah manual
(1) Lakukan teknik aseptik secara ketat. Gunakan sudah tidak terpakai dan mungkin hanya digunakan dalam
sarung tangan-tidak harus steril. laboratorium di negara berkembang yang tidak memiliki
(2) Pasang torniket dan tentukan v€na yang difiksasi sumber untuk memperoleh sistem biakan darah otomatis.
dengan sentuhan. Lepaskan torniket sementara kulit Pada sistem manual, botol biakan darah diperiksa dua
disiapkan. atau tiga kali sehari selama dua hari Pertama dan setiap
732 BAB 47

hari sesudahnya selama I minggu. Pada metode manual, darah dari pasien yang dicurigai menderita endokarditis,
subkultur blind semua botol biakan darah pada hari ke-2 dan batang gram negatifseperti E coli dalam biakan darah
dan ke-7 mungkin diperlukan. dari pasien dengan sepsis gram negatif secara klinis. Oleh
Jumlah spesimen darah yang seharusnya diambil untuk karena itu, bila ditemukan, organisme yang "diharapkan"
biakan dan periode waktr-r tindakan sebagian bergantung tersebut secara etiologi signifikan.
pada keparahan penyakit klinis. Pada infeksi hiperakut, Sebenarnya, setiap spesies bakteri telah dirumbuhkan
misalnya, sepsis gram negatif yang disertai syok atau sepsis dalam biakan darah pada suatu waktu. Bakteri berikut
stafilokokal, penting untuk membiak dua spesimen darah ini paling sering ditemukan: stafilokokus, termasuk
yang diperoleh dari tempat anatomi berbeda dengan S tap hy lo c o c cus ltureus ; S trep to h oh us u iridans ; enterokokus,
selang waktu 5-10 menit. Pada infelai bakreremia lain, termasuk Enterococcus faecalis; bakteri enterik gram
misainya, endokarditis subakut, tiga spesimen darah negatif, tcrmasuk E coli dan K pneumoniae; Pseudomonas
sebaiknya diperoleh dengan selang waktu 24 jam. Total aeruginosa; pneumokokus; dan 11 influenzae. Candida Sp.,
tiga biakan darah menunjukkan bakteri penginfeksi pada ragi lain, dan beberapa fungi bifasik seperti Histoplasma
lebih dari 95%o pasien bakteremia. Jika tiga biakan awal capsu/attrm tumbuh dalan-r biakan darah, tetapi banyak
negatif dan abses samar, demam yang tidak diketahui fungi jarang ditemukan, apabila dapat tumbuh, diisolasi
asalnya, atau dicurigai beberapa infeksi yang tidak jelas, dari darah. Sitomegalovirus dan virus herpes simpleks
spesimen darah tambahan sebaiknya dibiak sebelum kadang-kadang dapat dibiak dari darah, tetapi sebagian
memulai pemberian pengobatan antimikroba. besar virus dan riketsia dan klamidia tidak dibiak dari
Beberapa jenis botol biakan darah yang mengandung darah. Protozoa dan helnin parasit tidak tr.rmbuh dalam
resin atau zat lain yang mengabsorpsi sebagian besar obat biakan darah.
antimikroba serta beberapa faktor pejamu antimikroba Pada sebagian besar jenis bakteremia, pemeriksaan
sudah tersedia. Indikasi penggunaan botol yang apusan darah langsung tidak bergur.ra. Pemeriksaan secara
mengandung resin termasuk berikut ini: pasien sepsis sering apusan yang diwarnai Gram pada buffi clat dari
secara klinis yang menerirna pengobatan antimikroba yang darah yang diberi antikoagulan kadang-kadang akan
memberii<an hasil negatif pada biakan darah; pasien n.remperlihatkan bakteri pada pasien dengan infeksi .S
dengan tanda klinis endokarditis dan biakan darah negatil: Aureus, sepsis oleh klostridium, atau demam relaps. Pada
dan yang menerima pengobatan antimikroba; serta pasien beberapa infeksi mikroba, (misalnya, antraks, pes, demam
yang dirawat di rumah sakit dcngan sepsis yang telah relaps, riketsiosis, leptospirosis, spirilosis, psitakosis),
diberikan antimikroba sebelum dirawat. Botol yang inokulasi darah ke dalam hewan dapat memberikan hasil
mengandung resin sebaiknya tidak digunakan unLuk positif yang lebih baik daripada biakan.
memantau efektivitas pengobatan karena resin dapar
mengabsorpsi antimikroba dalam spesr mcn dan Urine
memungkinkan biakan menjadi posirif meskipun sccara
Pemeriksaan bakteriologi urine dilakukan terutama bila
klinis pengobatan telah efektif.
randa atau gejala menunjukkan infeksi saluran kemih,
Penting untuk menentukan makna biakan darah yang
insufisiensi ginjal, atau hipertensi. Pemeriksaan tersebut
positif. Kriteria berikut dapat membantu men.rbedakan
"positif sejati" dengan spesimen yang terkor.rtaminasi: sebaiknya selalu dilakukan pada orang yang dicurigai
(1) Pertumbuhan organisme yang sama dalam biakan menderita infeksi sistemik atau demam yang tidak
diketahui penyebabnya. Pemeriksaan bakteriologi sangat
ulangan yang diperoieh pada waktu berbeda dari tempat
diperlr-rkan bagi perempuan dalam trimester pertama
anatomi terpisah sangat menunjukkan bakteremia sejati.
ke h amilan.
(2) Pertumbuhan organisme yang berbeda dalam botol
lJrine yang disekresi dalam ginjal bersifat steril kecuali
biakan berbeda menunjukkan kontaminasi tetap kadang-
jika ginjai terinfek"^i. Urinc dalam kar.rdung kemih yang
kadang dapat mengikuti n-rasalah klinis seperti fistula
tidak terkontaminasi juga steril dalam keadaan normal.
enterovaskular.
Namun, uretra mengandung flora normal sehingga urine
(3) Pertumbuhan flora kulit normal, misalnya,
normal yang dikeluarkan mengandung sedikit baktcri.
Staphylococcus epidermidis, difteroid (korinebakteri dan
Oleh karena penting untuk membedakan organisme yang
propionibakteri), atau kokus gram positif anaerob, hanya
me ngontaminasi dengan organisme pcl)ting secara
pada satu dari beberapa biakan menunjukkan kon-
etiologis, hanya pemeriksaan urine huantitatif yang dapat
taminasi. Pertumbuhan organisme tersebui pada lebih
memberikan hasil bcrarti.
dari satu biakan atau spesimen pasien prostesis vaskular
l,angkah berikut penting pada pemeriksaan urine yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya bakteremia yang
tepat.
secara klinis signifikan.
(4) Organisme seperti S*eptokohus uiridan atau
enterokokus mungkin dapat ditumbuhkan dalam biakan
PRINSIP MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK I 733

A. PENGUMPULAN SPESIMEN YANG TepaT kiinis biasa dapat memperlihatkan leukosit, sel epitcl,
dan bakteri jika terdapat lebih dari 105/ml. Ditemukannya
Pengumpulan spesimen yang tepat adalah satu-satunya
105 orgarrisme per mililiter pada spesimen urine yang
langkah paling penting pada biakan urine. Spesimen yang
dikumpulkan s€cara tepat dan diperiksa merupakan bukti
memuaskan dari perempuan dapat dikumpuikan dengan
kuat adanya infeksi aktif saluran kemih. {pusan urinc
cara berikut ini:
midsneam tidak disentrifugasi dengan pewarnaan Gram
(l) Sediakan dua rnangkuk kertas yang diberi malam,
yang memperlihatkan batang gram negatif bersifat
masing-masing dengan lima butir kapas. Pada satu
diagnostik untuk infeksi saluran kemih.
mangkuk, tempatkan sekitar 5 ml sabun pencuci piring
Sentrifugasi urine yang singkat dapat menghasilkan
dan 20-30 ml air keran. Tempatkan air keran dengan
sedimentasi sel pus, yang dapat membawa bakteri dan
jumlah yang sama pada mangkuk kedua. Alternatifnya
oleh karena itu dapat membantu diagno.sis mikroskopik
adalah sediakan piring kertas dengan dua set peraiatan
infeksi. Adanya unsur lain yang terbentuk dalam
yang terdiri dari lima spons tipis yang direndam dengan
sedimen**atau adanya proteinuria--merupakan bantuan
air kcran; satu set dengan sabun pencuci piring di atasnya.
kecil langsung dalam idcntifikasi spesifik infeksi aktif
Pegang wadah urine sekali pakai bersih yang tidak sterii.
saluran kcmih. Sel pus mungkin ada tanpa bakteri, dan
(2) Lebarkan labiurn dengan dua jari dan jaga egar
sebaliknya, bakteriuria dapat terjadi tanpa piuria. Adanya
tetap terbuka selama proses pem.bersihan dan pengum-
banyak sel epitel skuamosa, laktobasilus, atau campuran
pulan. Apus daerah uretra sekali dari depan ke belakang
flora pada biakan mer.runjukkan pengumpulan urine yang
dengan masing-masing lima kapas atau spons bersabun.
tidak baik.
Kemudian apus sekali lagi dari depan ke belakang dengan
Bbberapa lipstich urine mengandung leukosit esterase
masing-masing iima butir atau spons yang direndam
dan nitrit, dan penghitungan sei polimorfonuklear scrta
dengan air keran. (Buang kapas atau spons dalam baskon-r
bakteri, masing-masing dalam urin. Reaksi positif
sampah karena dapat menyumbat lubang wc).
merupakan br-rkti kuat terjadinya infeksi saluran l<emih
(3) Mulai aliran urine dan, dengan menggunakan
oleh bakteri.
mangkuk urine, kumpulkan spesimen midstream. Berikan
label pada mangkuk secara tepat. C. BIAKAN
Metode yang sama digunakan untuk mengumpulkan
Biakan urine, supaya berarti, harus dilakukan secara
spesimen dari laki-laki; kr,rlit depan sebaiknya tetap
kuantitatif. tJrine yang dikumpulkan sccara tepat dibiak
diretraksi pada laki-laki yang belum disirkumsisi.
dalam jumlah terukur pada medium padat, dan koloni
Kateterisasi membawa risiko masuknya mikro-
yang tampak setelah inkubasi dianggap menunjukkan
organisme ke dalam kandung kemih, tetapi hal ini kadang-
jumlah bekteri per rnililiter. Prosedur yang lazim adalah
kadang tidak dapat dihindari. Spesimen terpisah dari
menyebarkan 0,001-0,05 m1 urine yang tidak diencerkan
ginjal kanan dan kiri serra ureter dapat diperoleh olch
pada lempeng agar darah dan medium padat lain untuk
ahli urologi dengan menggunakan kateter pada sistoskopi.
biakan kuantitatif. Sernua mediurn diinkubasi semalanran
Bila kateter dan sistern pengumpulan tertutup berada di
pada 37 0C; kemudian dcnsitas pertumbuhan diban-
ten-rpatnya, urine sebaiknya diperoleh dengan aspirasi
dingi<an dengan fotograf densitas pertr-rmbuhan yang
steril kateter dengan jarum dan syringe, bukan dari
bcrbeda untuk bakteri yang serupa, akan n-remberikan
kantong pengumpulan. Untuk memecahkan m:rsalah
data semikuantitatif.
diagnostik, urine dapat diaspirasi secara aseptik langsung
Pada pielonelritis aktil, jumlah baktcri dalam urine
dari kandung kemih yang penuh dengan tindakan pungsi
yang dikumpulkan dengan kate ter ureteral reiatif rendah.
suprapubik dinding abdomen.
Saat pengumpulan dalam kandung kemih, bakreri
Untuk kebanyakan pemeriksaan, cukup dengan 0,5
memperbanyak diri secara cepat dan, kcmudian mencapai
ml urine ureteral atau 5 ml urine yang dikeluarkan. Karena jumlah lebih dari 10t/ml-jauh lebih banyak daripada
banyak jenis mikroorganisme yang memperbanyak diri
yang dapat terjadi sebagai akibat kontaminasi oleh flora
secara cepat dalam urine pada temperatur ruangan atau
uretra atau kulit atau dari udara. Oleh karena iru, secara
tubuh, spesimen urine harus dikirim ke laboratorium
umum disetujui bahwa jika lebih dari 105 koloni/ml
s€cara cepat atau dibekukan tidak lebih dari semalam.
dibiak dari pengumpulan yang tepat dan spesimen urine
yang dibiakkan secara baik, akan menunjukkan secara
B, PEMERIKSAAN MIKRoSKoPII(
kuat terjadinya infeksi aktif saluran kemih. Adanya lebih
Banyak yang dapat dipelajari dari pemeriksaan dari 105 bakteri jenis yang sama per mililiter dalam dua
rnikroskopik urine sederhana. Setetes urine segar yang spcsimen berturut-turut mcnegakkan diagnosis infeksi
tidak disentrifugasi diter.npatkan pada slide, ditutup akrif saluran kemih dengan kepastian 95%. Jika lebih
dengan kaca penutup, dan diperiksa dengan intensitas sedikit bakteri dibiak, perneriksaan urine ulang
cahaya terbatas di bawah obj ektif kering-tinggi mikroskop diindikasikan untuk menegakkan adanya infeksi.
734 BAB 47

Adanya bakteri kurang dari 10a per mililiter, termasuk B. PEMERIKSAAN MIKRoSKoPIK
beberapa jenis bakteri berbeda, menunjukkan bahwa
Apusan dibuat dari cairan serebrospinalis segar yang tidak
organisme berasal dari flora normal dan kontaminan,
disentrifugasi yang tampak berkabut atau dari sedimen
biasanya dari spesimen yang dikumpulkan secara tidak
'tepat. Adanya 10alml satu jenis batang gram negatif enterik cairan serebrospinalis yang disentrifugasi. Apusan
diwarnai dengan pewarnaan Gram. Studi apusan yang
sangat kuat menunjukkan infeksi saluran kemih, terutama
diwarnai di bawah objektif imersi minyak dapat
pada laki-laki. Kadang-kadang, perempuan rnuda dengan
memperlihatkan diplokokus gram negatif intraselular
disuria akut dan infeksi saluran kemih akan mempunyai (meningokokus), diplokokus gram positif berbenwk lancet
bakteri sebanyak 102,103/ml. Jika biakan negatif tetapi
ekstra- dan intraselular (pneumokokus), atau batang gram
ada tanda klinis infeksi saluran kemih, "sindrom utetra",
negatif kecil (1/ influenzae atau batang gram n€gatif
obstruksi ureter, tuberkulosis kandung kemih, atau enterik).
penyakit lain harus dipikirkan.
C, DETEKSI ANTIGEN
Cairan Serebrospinalis
Antigen kriptokokus dalam cairan serebrospinalis dapat
Meningitis tergolong tinggi di antara kedaruratan medis dideteksi dengan uji aglutinasi lateks.
dan diagnosis dini, cepat, dan tepat sangat penring.
Diagnosis meningitis bergantung pada cara kita D. BIAKAN
mempertahankan indeks kecurigaan yang tinggi, menjaga
spesimen yang adekuat secara tepat, dan memeriksa Metode biakan yang digunakan harus memudahkan
sp.rim.n ,...p"rny". Oleh karena risiko kematian atau pertumbuhan mikroorganisme yang paling sering
kerusakan yang ireversibel sangat besar kecuali jika ditemukan pada meningitis. Agar cok.lat dan darah dornba
pengobatan segera dimulai, terdapat kesempatan kedua bersamaan menumbuhkan hampir semua bakteri dan
yang jarang untuk mendapatkan spesimen prapengobatan, fungi yang menyebabkan meningitis. Diagnosis meningitis
yang penting untuk diagnosis etiologi spesifik dan tuberkulosis memeriukan biakan pada medium khusus
(lihat Tabel 47-2 dan Bab 24). Isolasi virus dapat
Penanganan yang oPtimal.
Masalah diagnostik yang paling segera adalah diusahakan pada meningitis aseptik atau meningo-
diferensiasi meningitis oleh bakteri purulen akut dengan ensefalitis. Virus dapat berhasil diisolasi dari cairan
meningitis granulomatosa dan "aseptik". Keputusan segera serebrospinalis pada infeksi yang disebabkan oleh virus
biasanya didasarkan pada hitung sel, konsentrasi glukosa parotitis, echovirus, atau coxsackievirus.
dan jumlah protein dalam cairan serebrospinalis, serta
hasil pencarian mikroorganisme dengan mikroskop (lihat E. PEMERIKS AAN FOLLOW_UP

Kasus 1, Bab 48). Impresi awal dimodifikasi oleh hasil


biakan, uji serologi, dan prosedur laboratorium lain. Saat Kembalinya kadar glukosa dalam cairan serebrospinalis
mengevaluasi hasil determinan glukosa dalam cairan dan jumlah sel ke arah normal adalah tanda baik bahwa
serebrospinalis, kadar glukosa darah simultan harus pe ngobatan adekuat. Re spons klinis mempunyai
dipikirkan. Pada beberapa neoplasma sistem saraf pusat, kepentingan yang tertinggi.
kadar glukosa dalam cairan serebrospinalis rendah.
Sekresi Pernapasan
A. SPESIMEN
Gejala atau tanda sering menunjukkan keterlibatan bagian
Segera setelah mencurigai terjadi infeksi sistem saraf tertentu saluran napas, dan spesimen yang dipilih
pusat, sampel darah diambii untuk biakan, dan cairan disesuaikan dengan hal tersebut, Dalam menginterpretasi
serebrospinalis diperoleh. Untuk mendapatkan cairan hasiI laboratorium, perlu dipikirkan flora mikroba normal
serebrospinalis, lakukan pungsi iumbal dengan teknik di area tempat spesimen diambil.
aseptik yang baik, menjaga agar tidak terjadi kompresi
medula akibat terlalu cepat menarik cairan ketika tekanan A. SPESIMEN
intrakranial secara jelas meningkat. Cairan serebrospinalis
biasanya dikumpulkan dalam 3-4 bagian dengan masing- 1. Tenggorok-Se bagian besar "nyeri te nggorok"
masing 2-5 n'l, dalam tabung steril. Keadaan tersebut disebabkan oleh infeksi virus. Hanya 5-70o/o "nyeri
memungkinkan performa uji yang paling nyaman dan tenggorok" pada orang dewasa dan l5-20o/o pada anak
dapat diandalkan untuk menentukan beberapa nilai disebabkan oleh infeksi bakteri. Temuan berupa eksudat
berbeda untuk merencanakan rangkaian tindakan. kekuningan folikular atau membran keabuan harus
meningkatkan kecurigaan terjadi infeksi oleh strep-
tokokus B-hemolitik grup A Lancefield, difteri,
PRINSIP MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK I 735

fusospiroketa, atau kandida; tanda-tanda demikian juga karena itu, menemukan kandida, S aureus, atau bahkan
ada pada mononukleosis infeksiosa, infeksi adenovirus, Streptococcus pneumoniae daiam sputum pasien
dan infeksi virus lain. pneumonitis, tidak mempunyai makna etiologi kecuali
Apusan tenggorok didapat dari masing-masing area jika ditunjang oleh gambaran klinis. Spesimen sputum
tcinsii dan dinding posterior faring. Flora normal yang berarti harus dibatukkan secara dalam dari saiuran
tenggorok meliputi sejumlah besar streptococcus uiridans, napas bawah dan harus dibedakan secara makroskopik
neisseria, difteroid, stafilokokus batang gram negatif kecil, dengan saliva. Adanya banyak sel epitel skuamosa
dan banyak organisme lain. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan kontaminasi berat oleh saliva; banyaknya
apusan dari tenggorok'memiliki nilai klinis yang kecil leukosit polimorfonuklear (PMN) menunjukkan eksudat
untuk infeksi streptokokus karena semua tenggorok purulen. Sputum dapat diinduksi dengan inhalasi aerosol
lazimnya mengandung streptokokus. natrium hipertonik yang dipanaskan selama beberapa
Biakan dari apusan tenggorok paling dapat diandalkan menit. Pada pneumonia yang disertai efusi pleura, cairan
jika diinokulasi secepatnya seteiah diambil. Medium pleura dapat menunjukkan organisme penyebab yang lebih
selektif untuk streptokokus dapat digunakan untuk dapat diandalkan daripada sputum. Pada tuberkulosis yang
membiak organisme grup A. Saat mencoret medium dicurigai, bilasan lambung (sputum yang tertelan) dapat
selektif untuk streptokokus atau lempeng biakan agar menghasilkan organisme bila materi gagal didapatkan
darah, penting untuk menyebarkan inokulum kecil secara dengan beruk dalam.
merata dan menghindari pertumbuhan berlebih oleh flora
5. Aspirasi transtrakea, bronkoskop, biopsi paru, lavase
normal. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyentuh-
bronkoalveolar-Flora dalam spesimen tersebut sering
kan apusan tenggorok ke suatu daerah kecil pada lempeng
menunjukkan secara akurat kejadian pada saluran napas
dan menggunakan aplikator steril kedua (atau loop bawah. Spesimen yang diperoleh melalui bronkoskopi
bakteriologi steril) untuk mencoret lempeng tersebut dari mungkin diperlukan pada diagnosis pneumonia
area yang sebelumnya disentuh. Deteksi koloni p- pneumosistis atau infeksi yang disebabkan oleh legionela
hemolitik dipermudah dengan rirenyayat agar (untuk atau organisme lain.
menimbulkan penurunan tegangan oksigen) dan
menginkubasi lempeng selama 2 hari pada 37 0C. B. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
Laporan laboratorium pada biakan tenggorok harus
menunjukkan tipe organisme yang lazim. Jika patogen Apusan bercak purulen atau granula dari sputum yang
potensial (misalnya, streptokokus B-hemolitik) ditemukan diwarnai dengan pewarnaan Gram atau metode tahar.r
pada biakan, jumlah perkiraannya penting. Pada "strep asam dapat memperlihatkan organisme penyebab dan
throal', streptokokus grup A menonjol. Beberapa koloni PMN. Beberapa organisme (misalnya, actinomyces) pahng
streptokokus B-hemolitik hanya bersifat "transien" pada baik terlihat pada preparat basah yang tidak diwarnai.
tenggorok dan tidak bermakna patogen. Streptokokus B- Uji "penumpasan" langsung untuk pneumokokus dapat
hemolitik $up A sering ada pada biakan ketika pasien dilakukan dengan serum polivalen pada sputum segar.

menderita penyakit seperti difteri atau mononukleosis


i nfeksiosa. C. BIAKAN

2. Nasofaring-Spesimen dari nasofaring tidak sering Medium yang digunakan untuk biakan sputum harus
dipelajari karena harus digunakan teknik khusus untuk cocok untuk pertumbuhan bakteri (misalnya, pneumo-
mendapatkannya. (Lihat Diagnosis Infeksi Virus di kokus, klebsiella), fungi (misalnya, Coccidioides imxtitis),
bawah). Batuk rejan didiagnosis dengan biakan B pertussis mikobakteri (misalnya, M tuberculosls), dan organisme
dari bilasan hidung atau nasofaring atau lebih baik dengan lain. Spesimen yang diperoleh dengan bronkoskopik dan
amplifikasi PCR DNA B pertussis pada spesimen. biopsi paru sebaiknya juga dibiakkan pada medium lain
(misalnya, untuk kuman anaerob, legionella, dan lain-
3. Telinga tengah-Spesimen jarang diperoleh dari telinga
lain). Prevalensi relatif organisme lain dalam spesimen
tengah karena diperlukan pungsi membran. Pada otitis
harus diperkirakan. Hanya temuan satu organisme yang
media akut, 30-50o/o cairan yang diaspirasi adalah steril
menonjol atau isoiasi simultan sebuah organisme baik
dari bakteri. Bakteri yang paling sering diisolasi adalah
dari sputum maupun darah dapat secara jelas'menegakkan
pneumokokus, H influenzae, Moraxella catarrhalis, dan
perannya pada proses supuratif atau pneumonik.
srreptokokus hemolirik.
4. Saluran pernapasan bawah-Eksudat dari sekresi Spesimen Saluran Cerna
bronkus dan paru sering dipelajari dengan memeriksa
sputum. Aspek yang paling sering disaiahartikan pada Gejala akut yang diarahkan ke saluran cerna, terutama
pemeriksaan sputum adalah kontaminasi oleh saliva dan mual, muntah, dan diare, sering dihubungkan dengan
flora mulut yang hampir tidak dapat dihindari. Oleh infeksi. Pada kenyataannya, kebanyakan serangan tersebut
736 BAB 47

disebabkan oleh intoleransi terhadap makanan atau pemisahan batang gram negatif yang ddak memfermentasl
minuman, enterotoksin, obat-obatan, atau penyakit laktosa dari bakteri enterik lain. Jika infbksi salmonela
sistemik. dicurigai, spesimen juga ditempatkan dalam medium yang
Banyak kasus diare menular akut disebabkan oleh diperkaya (misalnya, kaidu selenit F) selama 18 jam
virus yang tidak dapat tumbuh pada biakan jaringan. sebelum ditempatkan dalam lempeng pada medium
Sebaliknya, banyak virus yang dapat tumbuh pada biakan diferensial (misalnya, agar shigella-salmonella atau enterik
(misalnya, adenovirus, enterovirus) dapat memperbanyak Hektoen). Yersinia enterocolitica lebih mungkin diisolasi
diri dalam usus tanpa menyebabkan gejala gastrointestinal. setelah penyimpanan suspensi feses selama 2 minggu pada
Demikian juga, beberapa bakterial patogen enterik dapat 4 0C, tetapi dapat diisolasi pada agar yersinia atau shigella-
menetap dalam usus setelah infeksi akut. Oleh karena salmonella yang diinkubasi pada 25 0C. Vibrio tumbuh
itu, suiit menentukan makna agen virus atau bakteri yang paling baik pada agar sukrosa garam empedu thiosulfat
dibiak dari tinja, terutama pada penyakit subakut atau sitrat. Kampilobakter diisolasi pada agar Campy atau
kronik. medium selektif Skirrow yang diinkubasi pada 1+0-42 oC
Pemikiran ini seharusnya tidak mengecilkan hati dalam 10% CO, dengan tegangan O, yan1 sangat
dokter untuk mencoba isolasi organisme enterik dalam dikurangi. Koloni bakteri diidentifikasi dengan metode
iaboratorium tetapi harus memberikan peringatan bakteriologi standar. Agiutinasi bakteri dari koloni yang
beberapa kesulitan yang sering dalam menginterpretasikan dicurigai dengan antiserum spesifik yang terkumpul sering
hasil. merupakan cara tercepat untuk menegakkan adanya
Usus besar mempunyai flora bakteri normal yang salmonela atau shigela dalam saluran cerna.
sangat banyak. Organisme yang paling banyak adalah Spesimen feses diajukan untuk isolasi enterovirus.
anaerob (bakteroides, batang gram positif, dan kokus Bilasan atau apusan nasofaring juga sebaiknya dibiak.
gram positif), organisme enterik gram negatii dan S Parasit usus dan telurnya ditemukan dengan studi
faecalis. Setiap usaha untuk memeroleh bakteri patogen mikroskopik berulang pada spesimen feses segar.
dari feses melibatkan pemisahan organisme patogen dari Spesimen memerlukan penanganan khusus di laboratorium
{tlora normal, biasanya meialui penggunaan medium (lihat Bab 46).
selektif diferensial dan biakan yang diperkaya. Penyebab
penting gangguan gastrointestinal akut meliputi virus, Penyakit yang Ditularkan Melalui Hubungan
toksin (stafilokokus, klostridium, vibrio, E coli Seksual
toksigenik), batang gram negatif enterik invasif, agen
Penyebab sekret genital uretritis pada laki-laki adalah
fermentasi laktosa lambat, shigela dan salmonela, serta
Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, dan
kampilobakter. Kepentingan relatif kelompok organisme
[Jreaplasma ureabticum. Endoservisitis pada perempuan
ini sangat berbeda di berbagai belahan dunia.
disebabkan oleh N gonorrhoeae dan C tachomatis. Ulkus
genital yang disebabkan oleh penyakit pada laki-laki dan
A. SPESIMEN
perempuan seringnya adalah herpes simpleks, kurang
Feses dan apusan rektal merupakan spesimen yang paling sering sifilis atau chancroid, yang tidak sering
mudah tersedia. Empedu yang diperoleh dari drainase limfogranuloma venereum, dan yang jarang granuloma
duodenum dapat menunjukkan infeksi saluran empedu. inguinale. Masing-masing m€mpunyai riwayat perjalanan
Adanya darah, mukus, atau helminthes harus diperhatikan penyakit dan evolusi lesi yang khas, tetapi dapat saling
pada inspeksi makroskopik spesimen. Leukosit yang menyerupai satu dengan yang lain. Diagnosis labo-
terlihat pada suspensi tinja yang diperiksa di bawah ratorium kebanyakan infelisi ini dapat dilihat di bagian
mikroskop merupekan ukuran yang berguna dalam lain dalan buku ini. Beberapa uji diagnostik dicantumkan
membedakan diare menular invasif dengan noninvasif. di bawah irri dan diuraikan padaTabel 47-2.
Teknik khusus harus digunakan untuk mencari protozoa
parasit dan helminthes serta ovumnya. Apusan yang A, GoNORHEA
diwarnai dapat memperlihatkan prevalensi leukosit dan
Apusan eksudat yang diwarnai dari uretra atau serviks
organisme abnormal tertentu, misalnya, kandida atau
yang memperlihatkan diplokokus gram negatif intraselular
stafilokokus, tetapi tidak dapat digunakan untuk mem-
sangat menunjukkan gonorea. Sensitivitas pemeriksaan
bedakan patogen bakteri enterik dengan flora normal.
ini adalah sekitar 90% untuk laki-laki dan 5070 untuk
B. BIAKAN
perempuan-sehingga, biakan dianjurkan untuk
perempuan. Eksudat, apusan rektum, atau bilasan
Spesimen disuspensi dalam kaldu dan dibiak pada tenggorok harus ditempatkan secara tepat pada medium
medium yang biasa serta medium diferensial (misalnya, khusus untuk rnenghasilkan N gonorrhoeae. Metode
agar MacConkey, agar EMB) untuk memungkinkan molekular untuk mendeteksi DNA N gonorrhoeae pad'a
PRINSIP MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK 737

eksudat uretra atau serviks atau urine dapat dilakukan, uaginalis (lihat Bab 1+6); organisme motil dapat terlihat
tetapi uji positi{: palsu dari dete}<si rangkaian DNA pada pada preparat yang basah etau dibiak dari sekret genital.
neiseria nonpatogen dapat terjadi. Uji serologi tidak Vaginitis oleb Candid.a albicans didiagnosis dengan
membantu. ditemukannya pseudohifa pada preparat kalium
hidroksida sekret vaginal atau dengan biakan.
B. INFEKSI GENITAL OLEH KLA},IIDIA

Lihat bagian pada diagnosis infeksi oleh klamidia di


bawah.
I INFEKSI" ANAEROB
Sebagian besar bakteri yang merupakan flora manusta
C. HERPES GENITAL
normal bersiht anaerob. Bila ditempatkan dari tempat
Lihat Bab 33 dan bagian pada diagnosis infeksi oleh virus nonnalnya ke dalam jaringan atau ruang tubuh, bakteri
di bawah. anaerob ini dapat menimbulkan penyakit. Ciri khas
tert€ntu menunjukkan infeksi anaerob: (l) Infeksi sering
D. SrFrLrs berdckatan dengan permukaan mukosa. (2) Infeksi
cenderung melibatkan camPuran organisme. (3) Infeksi
Pemeriksaan cairan jaringan d€ngan imunofluoresensi
cenderung membenruk infeksi ruang tertutup' baik sebagai
atau lapangan gelap yang ditunjukkan dari dasar cbancre
absesdiskret (paru, otak, pleura, peritoneum, pelvis) atau
dapat memperlihatkan T pallidum tipikal. Uji serologi
dengan mcngg,ali melalui lapisan iaringan. (1r) Pus dari
untuk sifilis menjadi positif 3-6 minggu sctelah infelai.
infeksi anaerob sering berbau busuk. (l) Kebanyakan
Uji flokulasi positif (misalnya, VDRL atau llPR) anaerob yang penting secara Patogenctis kecuali
memerlukan konfirmasi. Uji andbodi ffeponema dengan
bakterioides dan Lreberapa spesics prevotela sangat rentan
imunofluoresen yang positif (misalnya, FTA-AIIS,
terhadap penisilin G. (6) lnfeksi anaerob dipcrmudah
aglutinasi partikel Tieponema pallidum ITP -PA|-lihat Bab
dengan penurunan suplai darah, jaringan nekrotik, dan
25) membuktikan infeksi sifilis.
potensial oksidasi-reduksi rendah, semua yang iuga
mengganggu distribusi obat antimikroba. (7) Penting
E^ CHANcRoID
rncnggunakan metode pengurnpulan khusus, medium
Apusan dari lesi yang mengalami supurasi biasanya transpor, dan teknik anaerob sensitif serm mcdium untuk
mernperlihatkan campuran flora bakteri. Apusan dari lesi me ngisolasi organisme. Sebaliknya, pe mcriksaan
sebaiknya dibiak pada suhu 33 "C pada dua atau tiga bakteriologi dapat negatif atau hanya tnenemukan aerob
medium yang selekdf unttk Haetnophilus ducreyi. Uii secara ridak sengaja (Lihat iuga Bab 22).
serologi tidak mernbanttl. Berikut ini adalah tempat infeksi anaerob penting.

F. GRANULoI{A INGUINALE Saluran napas


Cal.yrnmatobacterium (Donouania) granulomatis, agen Infeksi periodontal, abses perioral, sinusitis, dan
penyebab lesi proliferatif, granulomatosa, dan keras ini, mastoiditis terutama dapat rnelibatkan Pretotella
dapat tumbuh pada medium bakteriologi kompleks, ntelaninogenica, fusobakterium, dan peptostreptokokus.
tetapi jarang dicoba dan sangat sulit untuk berhasil" Aspirasi saliva dapat rnenyebabkan pncumonia nekrotikans,
Demonstrasi histologi "badan Donovan" intraselular pada ati". paru, dan empiema. Obat-obat antimikroba dan
bahan biopsi paling sering rnenunjang impresi klinis. Uii drainase bedah atau postural penting unruk pengobatan-
serologi tidak rnembantu.

G. VAGINITIS
Sistem Saraf Pusat
Anaerolr jarang menimbulkan meningitis tetapi sering
Vaginitis (vaginosis bakterial) yang disebatrkan oleh G
menyebabkan abses otak, empienaa subdural, dan tr,mbo-
uaginalis atau mobiluncus (lihat Bab 22 dan Kasus 13'
{lebitis sepdk. Org3nisme biasanya berasal dari saluran
Bab 4S) didiagnosis dalam ruang perneriksaan melalui
napas melalui ekstensi atau penycbaran hematogeu.
inspeksi sekret vaginal; sekret (1) keabtuan dan kadang-
kadang berbau busuk, (2) mempunyai pH lebih dari 4,6,
(3) rnempunyai bau amina ("seperti ikan") bila lnfeksi Pelvik & lntra-abdominal
dialkalinisasi dengan kalium hidroksida, dan (4) Flora kolon terutalna terdiri dari anaerob, l0rr per gram
*src|
mengandung clud' , sel epitel besar yang ditutupi batang feses. B fragitis, klostridiurn, dan peptostreptokokus
gram negatif, atau gram berbeda. Observasi }lang s€ruPa terpe.nn-penting pada pembentukan abses yang trerasal
digunakan untuk mendiagnosis infeksi Trichamonat dari perforasi ustts. Freaatella bittia dan Freuatelk disiens
738 BAB 47

pendng pada abses pelvis yang berasal dari organ genital Untuk psitakosis, biakan sputum, darah, atau materi
perempuan. Seperti B fiagilis, spesies ini sering relatif biopsi dapat menghasilkan C psittaci.
resistan terhadap penisilin; oleh karena itu, klindamisin, Apusan, kerokan, dan spesimen jaringan seharusnya
m.etronidazol, atau ag€n efektif lain sebaiknya digunakan. ditempatkan dalam medium transpor. Medium yang
bermanfaat memiliki 0,2 molll sukrosa dalam 0,02 M
Infeksi Kulit & Jaringan Lunak bufer fosfat, pH 7,0-7,2. dengan 570 serum janin sapi.
Bakteri anaerob dan aerob sering bergabung membentuk
Medium transpor lain dapat sama baiknya. Medium
transpor harus mengandung antibiotik untuk menekan
infeksi sinergis (gangren, fasiitis nekrotikan, selulitis).
bakteri seiain spesies klamidia. Gentamisin, 10 pg/ml,
Drainase, eksisi, dan perbaikan sirkulasi dengan
vankomisin, 100 pg/ml, dan amloterisin B, 4 pg/ml, dapat
pembedahan merupakan bentuk pengobatan paling
digunakan untuk kombinasi karena tidak menghambat
penting, sedangkan obat antimikroba bekerja sebagai
klamidia. Jika tidak dapat diproses secara cepat, spesimen
tambahan. Biasanya sulit untuk menunjuk satu organisme
dapat dimasukkan dalam lemari es selama 24 jam; kalau
spesifik sebagai pEfanggLrng jawab lesi progresif karena
tidak, spesimen sebaiknya dibekukan pada -60 0C atau
campuran organisme biasanya terlibat.
lebih dingin selama pemrosesan.

Mikroskop & Pewarnaan


r DIAGNOSIS INFEKSI Pemeriksaan sitologi penting dan berguna hanya pada
OLEH KLAMIDIA pemeriksaan kerokan konjungtiva untuk mendiagnosis
konjungtivitas inklusi dan trakoma yang disebabkan oleh
Meskipun merupakan bakteri, Cblamltdia trachomatis,
C trachomatls. Inklusi intrasitoplasma tipikal dapat
Chlamydia pneumoniae, dan Chlamydia psittaci adalah
terlihat, khas pada spesimen yang diwarnai Giemsa.
uji diagnostik lain
parasit intraselular obligat. Biakan dan
Antibodi monoklonal terkonjugasi fluorosein dapat
untuk klamidia memerlukan prosedur seperti yang digunakan untuk pemeriksaan langsung spesimen dari
digunakan pada laboratorium virologi diagnostik bukan
saluran genital tetapi tidak sesensitif biakan klamidia atau
yang digunakan pada laboratorium bakteriologi dan
uji diagirosdk molekular.
mikologi. Oleh karena itu, diagnosis infeksi klamidia
dibahas pada bagian terpisah dalam bab ini. Diagnosis
Biakan
laboratorium infeksi klamidia juga dibahas pada Bab 28.
Teknik biakan sel dianjurkan untuk isolasi spesies
Spesimen klamidia. Biakan sel untuk C trachomatis dan C psittaci
biasanya melibatkan inokulasi spesimen klinis ke sel
Untuk infeksi okulogenital oleh C trachomatis, spesimen McCoy yang diberi sikloheksimid, sedangkan C
untuk pemeriksaan langsung atau biakan harus pneumoniae memerlukan sel HL atau HEP*, sebelum
dikumpulkan dari tempat yang terinfelsi dengan apusan diberi apa pun. Satu teknik menggunakan pertumbuhan
atau kerokan permukaan sel epitel yang terkena dengan konfluen sel McCoy pada slip penutup 13 mm pada vial
kuat. Biakan atau sekret purulen tidak adekuat, dan sekali pakai yang kecil. Inokulum ditempatkan pada vial
materi purulen sebaiknya dibersihkan sebelum duplikat dan disentrifugasi ke daiam satu lapisan pada
mendapatkan spesimen. Oleh karena itu, untuk sekitar 3000 x g diikuti inkubasi pada suhu 35 0C selama
konjungtivitis inklusi, kerokan konjungtiva diambil; untuk 48-72 jam dan diwarnai. Untuk mendeteksi C trachomatis,
uretritis, spesimen apusan diambil dari jarak beberapa imunofluoresensi, pewarnaan Giemsa, atau pewarnaan
sentimeter ke dalam uretra; dan untuk servisitis, spesimen yodium digunakan untuk mencari inklusi intrasitoplasma.
diambil dari permukaan sel kolumnar kanalis endo- Teknik imunofluoresensi merupakan pewarnaan yang
servikalis. Bila infei<si saluran genital atas dicurigai pada paling sensitif dari tiga pewarnaan yang ada, tetapi
wanita, kerokan endometrium memberikan sampel yang memerlukan reagen IF khusus dan mikroskop. Giemsa
baik. Cairan yang diperoleh dengan kuldosentesis arau lebih sensitif daripada yodium, tetapi secara mikroskopik
aspirasi tuba uterina memberikan hasil yang sedikit untuk lebih sulit. Pewarnaan yodium paling mudah digunakan
C trachomatis pada biakan. Biopsi tuba uterina untuk untuk spesimen dari infeksi okulogenital dan memberikan
biakan diagnostik adalah alat riset bukan prosedur rurin. sensitivitas sekitar 90% dibandingkan dengan pewarnaan
Untuk C pneumoniae, gunakan spesimen apusan imunofluoresensi biakan primer yang digabung dengan
nasofaring (bukan tenggorok). pewarnaan imunofluoresen subkultur bliny' pada vial
Untuk limfogranuloma venerum, aspirat bubo atau dupl i kat.
nodus fluktuan memberikan spesimen terbaik untuk Teknik biakan kedua menggunakan sel McCoy pada
biakan. lempeng mikrodilusi 96 sumur dan baik pewarnaan antibodi
PRINSIP MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK I 739

fluoresen maupun yodium. Oleh karena area permukaan bayi baru lahir. Bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi
satu lapisan kurang dan inokulum lebih kecil, metode klamidia mempunyai antibodi antiklamidia IgG serum
lempeng mikrodilusi kurang sensitif daripada teknlk slip- dari sirkulasi ibu. Bayi dengan infeksi saluran pernaPasan
uial .penuup. atas atau infeksi okular mempunyai titer IgM antiklamidia
Inklusi C trachomatis terwarnai dengan yodium, tetapi yang rendah, sedangkan bayi dengan pneumonia klamidia
inklusi C pneumoniae dan C psittarl tidak (lihat Bab 28). mempunyai titer IgM antiklamidia l:32 atau lebih.
Kedua spesies ini dibedakan dengan C trachomatis
berdasarkan respons yang berbeda terhadap Pewarnaan
yodium dan kerentanan terhadap suifonamid. C
pneumoniae dalam biakan dapat dideteksi dengan I DIAGNOSIS INFEKSI
menggunakan antibodi monoklonal spesifik genus, atau OLEH VIRUS
bahkan lebih baik, antibodi monoklonal spesifik spesies.
Teknik seroiogi untuk diferensiasi spesies tidak praktis Virologi diagnostik memerlukan komunikasi antara dokter
meskipun C trachomatis dapat digolongkan dengan metode dan laboratorium serta bergantung pada kualitas spesimen
mikroimunofluoresensi. dan inlbrmasi yang diberikan ke laboratorium.
Pilihan metode untuk konfirmasi iaboratorium pada
Deteksi Antigen & HibridisasiAsam Nukleat infeksi virus bergantung pada stadium penyakit (Tabel
47-4). Uji antibodi memerlukan sampel yang diambii
Imunoasai enzim (EIA) digunakan untuk mendeteksi pada interval yang sesuai, dan diagnosis sering tidak
antigen klamidia dalam spesimen saluran genital dari ditegakkan sampai waktu konvalesensi. Isolasi virus atau
pasien dengan penyakit menular seksual. Dibandingkan deteksi antigen diperlukan (1) bila terjadi epidemi baru,
dengan teknik biakan yang lebih sensitif untuk klamidia seperti influenza; (2) bila uji serologi tidak berguna; dan
(lihat atas), EIA mempunyai sensitivitas sekitar 90o/o dan (3) bila penyakit klinis yang sama mungkin disebabkan
spesifisitas sekitar 97o/o bila digunakan pada populasi oieh banyak agen yang berbeda. Misalnya, meningitis
dengan prevalensi infcksi sedang sampai ttnggi (J-20o/o)' asepdk (nonbakterial) dapat disebabkan oleh banyak virus
Pada keadaan tersebut, sensitivitas, spesifisitas, dan nilai berbeda; demikian pula, sindrom penyakit PernaPasan
prediktif positif secara kasar dapat dibandingkan dengan dapat disebabkan oleh banyak virus serta mikoplasma
uji DFA. dan agen-agen lain.
Perangkat komersial dengan probe molekular Metode diagnostik yang didasarkan pada teknik
nonradioisotop untuk sekuens RNA 165 C tracltomatis amplifikasi asam nukieat akan segera rnenggantikan
telah dipasarkan untuk deteksi langsung C trachontatis beberapa, tetapi tidak semua pendekatan bial<an virus'
pada spesimen klinis. Sensitivitas dan spesifisitas Namun, kebutuhan pengumpulan sampel yang tepat dan
keseluruhan metode tersebut masing-masing sekitar 85% interpretasi uji tidak akan berubah' Lebih lanjut, akan
dan 98-99o/o. Uji amplifikasi asam nukleat juga telah ada saat ketika penemuan agen menuiar diperiukan.
dikembangkan dan dipasarkan. Satu uji didasarkan pada Isolasi virus mungkin tidak menegakkan penyebab
reaksi rantai polimerase (PCR) dan uji yang lain pada penyakit tertentu. Banyak faktor iain yang harus
reaksi rantai ligase (LCR). Uji-uji ini jauh lebih sensitif dipikirkan. Beberapa virus menetap pada pejamu manusia
daripada biakan dan uji nonamplifikasi lain yang uniuk waktu lama sehingga isolasi herpesvirus, poliovirus,
memerlukan redefinisi sensitivitas pada dokumentasi ekovirus, atau coxsackievirus dari pasien dengan penyakit
laboratorium infeksi klamidia. Spesifisitas uji tersebut yang tidak terdiagnosis tidak menunjukkan bahwa virus
tampaknya hampir mendekati 1000/o (Lihat Bab 2B). adalah penyebab penyakit. Pola epidemiologi dan klinis
yang konsisten harus ditegakkan sebelum dapat ditentukan
Serologi bahwa agen tertentu menyebabkan gambaran klinis
Ujifiksasi kornplemen (CF) secara luas digunakan untuk spe si{ik.
mendiagnosis psitakosis. Diagnosis serologi inleksi Banyak virus paling mudah diisolasi selama beberapa
klamidia dibahas pada Bab 28. hari pertama penyakit. Spesimen yang digunakan pada
Metode mikroimunofluoresensi lebih sensitif daripada usaha isolasi virus tercantum pada Tabel 47-5. Korelasi
CF untuk mengukur antibodi antikiamidia. Titer antibodi isolasi virus dan adanya antibodi membantu dalam
IgG dapat bermakna diagnostik bila terjadi peningkatan membuat diagnosis.
titer sebesar empat kali pada serum akut dan konvalesen' Spesimen dapat disimpan dalam lemari es selama 21+
Namun, sulit memperlihatkan peningkatan titer IgG jam sebelum biakan virus dilakukan, kecuali virus sinsitial
karena adanya titer dasar yang tinggi pada populasi yang pernapasan dan virus lain tertentu' Sebaliknya, materi
aktif secara sei<sual. Pengukuran antibodi IgM terutama ieharusnya dibekukan (lebih baik pada temperatur *60
berguna dalarn diagnosis pneumonia C trachomatis pada ')C atau lebih dingin) jika terjadi keterlambatan rintrlk
744 BAB 47

membawanya ke laboratorium. Spesimen yang sebaiknya meliputi infeksi rabies dan herpes simpleks dan infeksi
tidak dibekukan termasuk (l) uhole blood yang diambil kulitvarisela-zoster. Pewarnaan antigen virus dengan
untuk"penentuan antibodi, dari darah tersebut serum imunofluoresensi pada apusan otak dan impresi kornea
dipisahkan sebelum pernbekuan; dan (2) jaringan untuk dari her,van gila dan manusia adalah metode pilihan untuk
biakan organ atau sel, yang sebaiknya dipertahankan pada diagnosis rutin rabies.
temperatur 4 0C, dibawa ke laboratorium scccpatnya.
Virus terdapat pada penyakit pernapasan dalam sekesi Biakan Virus
faringeai atau nasal. Virus dapat diperlihatkan daiam
A. PERsIAPAN INoKULUH
cairan dan kerokan dari dasar ruam vesikular. Pada infeksi
mata, virus dapat dideteksi pada apusan atau kerokan Material cairan bebas bakteri seperti cairan serebrospinalis,
konjungtiva dan pada air mata. Ensefalitidis biasanya lebih whole blood, plasma, atau lapisan bffi coat sel darah putih
mudah didiagnosis dengan pemeriksaan serologi. dapat diinokulasi ke dalam biakan.sel secara langsung
Arbovims dan herpesvirus biasanya tidak diambil dari atau setelah dilusi dengan laruran bufer fosfat (pI{ 7'6).
cairan spinal, tetapi jaringan otak dari pasien enscfalitis lnokulasi telur berembrio atau hewan untuk isolasi virus
virus dapat menunjukkan virus penyebab. Penyakit yang secrra unlum hanya dilakukan di laboratorium khusus.
disebabkan oleh crrterovirus, seperti penyakit sistem saraf Jaringan dicuci dalam mcdiunr atau air steril, dipotong
pusat, perikarditis akut, dan miokarditis, virus dapat kccil-kecil dengan gundng, digiling untuk membuat pastx
diisolasi dari feses, apusan tenggorok, atau cairan homogen. Pengenccr ditambahkan dalam jun-rlah yang
serebrospinalis. Uji antibodi fluoresen langsung sama cukup untuk membuat konsentrasi l0-20o/o (berat/
sensitifnya dengan biakan untuk detcksi infelai saluran volume). Suspensi ini dapat disenrrifugasi pada keccpatan
pernapasan oleh virus sinsitial pernapasan, virus influenza rendah (tidak >2000 rpm) selama 10 menit menjadi
A dan B, virus parainfluenza, dan adenovirus. Uji-uji sedimen debris selulat yang tidak larut. Cairan pada
tersebut memberikan jawaban dalam beberapa jam setelah permukaan dapat diinokulasi; jika ada bakteri, bakteri
pengumpulan spesimen dibandingkan dcngan beberapa tersebut dieliminasi seperti dibahas di bawah.
hari untuk biakan virus, sehingga (karena alasan tcrsebut) Jaringan juga dapat diberi tripsin, dan suspensi scl
meniadi uji pilihan untuk diagnosis etiologi infeksi yang dihasilkan dapat (1) diinokulasi pada satu lapisan
saluran pernapasan oieh virus. sel biakan iaringan yang ada atau (2) dikultivasi bersama
dengan suspensi sel lain pada sel yang dikenai bebas virus.
Pemeriksaan Langsung Materi Klinis: Jika mengandung bakteri (bilasan tenggorok, tin.fa,
Mikroskop & Pewarnaan urine, jaringan. yang terinfeksi, atau serangga), materi
Pemeriksaan imprint atau apusan dengan mikroskop yang diuji harus diinaktivasi atau dibuang/diganti sebelum
langsung yang terbukti bcrguna pada penyekit virus, inokulasi.
1. Agcn baktcrisida-
a. Antibiotik-Antibiotik sering digunakan dalam
kombinasi dengan sentrifugasi difcrensial (lihat barvah).
Tabel 474. Hubungan stadium penyakit dengan b. Eter-Jika tidak mernbahayakan bagi virus yang
adanya virtis pada materi uji dan timbulnya antibodi sedang dibicarakan (misalnya, enterovirus, vaksin), eter
spesifik. dapat ditambahkan dengan konsentrasi l0-15o./o.
2. Metode mekanis-
a. t-ilter-Filter membran selulosa a-setat arau bahan
inert sejenis yang berpori kecil lebih dipilih.
b. Sentrifugasi diferensial-Sentrifugasi ini
merupakan metode yang tepat sekali untuk meng-
lnkubasi Jarang
hilangkan banyak bakteri dari preparat virus kecil yang
Prodroma kadang-kadang Tidak sangat terkontaminasi. Bakteri disedimentasi pada
kecepatan rendah yang ddak rnanghasilkan sedimentasi
Aw!tan 5ering Kadang-kadang virus, dan sentrifugasi kecepatan tinggi kernudian
Fase akr:t Sering Sering urernbuat sedimentasi virus. Sedirnen yang mengandung
virus disuspensi kcmbali dalam volume kecil.
Pemulihan Jarang Biasanya

Konvalesensi 5anqat .iarang Biasanya B. KULTII'ASI PADA BIAKAT{ SEL


lAntibodi dapat terdeteksi dini pada orang yang sebelumnya telah Itknik biakan sel secara luas digunakan untuk mengisolesi
divaksinasi. virus dari spesimen klinis. Bila rnempcrbanyak diri dalam
PRINSIP MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK 741

Tabel 47-5. lnfeksi virus: Agen, spesimen, dan uji diagnostik.

Penyakit pernapasan
Virus influenza Bilasan atau apusan Biakan sel (PMK, MDCK), telur Virus terdeteksi dengan hemadsorpsi
nasofaring, sputum berembrio, FA langsung eritrosit marmot dalam 2-4 hari. Hl
atau lF digunakan untuk mengiden-
tifikasi virus
Virus parainfluenza Bilasan atau apusan Biakan sel (PMK, LLC-MK2), FA Virus terdeteksi dengan hemadsorpsi
ndsofaring. sputum langsung eritrosit marmot dalam 4-7 hari. Hl,
It, dan HAI digunakan untuk
men gidentif ikasi virus.

Virus sinsitial pernapasan Bilasan nasofaring Biakan sel (HEL, HeLa, HEp-2), CPE biasanyaterlihat dalam 1-7 hari.
FA langsung Mendeteksi antigen dengan EIA

Adenovirus Bilasan atau apusan Biakan sel (HEp-2, HEK), FA CPE biasanya terlihat dalam 3-7 hari.
nasofaring, feses, langsung lF digunakan untuk mengidentifikasi
apusan konjungtiva virus

Rhinovirus Apusan atau bilasan Biakan sel (HEL)


nasofa ring

Enterovirus Apusan atau bilasan Biakan sel (PMK, HEL) Uji serologi paling baik dilakukan
nasofaring, feses dengan virus yang diisolasi dari
pasien; coxsackievirus A jarang
tumbuh pada biakan jaringan
Penyakit dengan demam
Dengue, arbovirus lain Serum. C55, spesimen Tikus yang masih menyusu, Banyak virus dalam kelompok ini
autopsi, vektor biakan sel (Vero) sangat menular dan mudah ditular-
(nyamuk Aedes) larkan ke petugas laboratorium.
Beberapa sebaiknya hanya dipela-
jari dalam laboratorium se/f-
contained dengan akses terkontrol.
Gunakan serologi

Demam berdarah
Lihat Bab 38 Serum, darah Tikus yang masih menyusu, Lihat keterangan untuk penyakit
biakan sel (Vero) dengan demam
Koriomeningitis lim-
fositik (tcM)
Virus LCM Darah, CSS Biakan sel (Vero, BHK), lF dan netralisasi pada mencit yang
tikus yang masih menyusu digunakan untuk identifikasi virus

Demam Lassa
Virus lassa Darah, apusan naso- Biakan sel (Vero, BHK) lsolasi virus Lassa terbatas di
faring, eksudat laboratorium yang self-contained
dengan akses terkontrol

Ensefalitis
Arbovi rus Serum, CSS, apusan Tikus yang masih menyusu, Lihat keterangan untuk penyakit
nasofa ring biakan sel (Vero) dengan demam

Enterovirus Feses, apusan teng- Biakan sel (PMK, HEL)


gorok, CSS

Virus rabies 5aliva, biopsi otak Tikus yang masih menyusu. lF lF langsung lebih dipilih karena
lahgsung kecepatan diagnosis penting
untuk pengobatan yang efektif
Herpesvi rus cs5 PCR

(ber! anjut)
742 BAB 47

Tabel 47-5.lnfeksi virus: Agen, spesimen, dan uji diagnostik (laniutan)'

$ i haiOrn$rii!:Vii,iiii$Ril;.tt:.:::*
Meningitis
' Enterovirus Feses, CSS Biakan sel (PMK, HEL)

Virus parotitis CSS, apusan naso- Biakan sel (PMK) Virus dideteksi dengan hemadsorpsi
faring, urine eritrosit marmot dalam 4-7 hari. HAI
dan lF digunakan untuk mengiden-
tifikasi virus dalam biakan

Mononukleosis infeksiosa
Virus Epstein-Barr (EB) Darah, apusan naso- Biakan sel limfoid, PCR Biakan virus EB tidak dilakukan
faring secara rutin dalam laboratorium
virologi klinis

Sitomegalovirus Darah, urin, apusan Biakan sel (HFF); biakan vial Tabung biakan jaringan sebaiknYa
tenggorok selubung, deteksi antigen, PCR ditahan 4 minggu; vial selubung 24
jam

Hepatitis (Lihat Bab 37 untuk uji yang tersedia dan diindikasikan)


Virus hepatitis A Serum, feses lEM, ElA, RT-PCR

Virus hepatitis B Serum EIA

Virus hepatitis C Seru m EIA, PCR

Virus hepatitis D Serum EIA

Enteritis
Rotavi rus Feses EIA

Agen Norwalk, Feses IEM


kal isivirus, astrovirus

Enterovirus Feses Biakan sel (HEL, PMK) Netralisasi jarang dilakukan; biasa-
nya memerlukan serum berPa-
sangan dan isolat virus dari pasien

Eksantema
Virus varisela-zoster Cairan vesikel Biakan sel (HEK). Antibodi fluo- CPE biasanya terlihat dalam 4 hari
resen langsung Paling sensitif. sampai 2 minggu

Virus campak (rubeola) Apusan nasofaring, Biakan sel (PMK, HEK). CPE biasanya terlihat dalam 2-3
darah, urine Antibodi fluoresen langsung minggu

Virus rubela Apusan nasofaring. Biakan sel (AGMK, Vero)


darah, urine

Cacar monyet, cacar Cairan vesikel Telur berembrio, mikroskop


sapi, vaksinia, dan elektron
tanapoxvi rus

Virus herpes simpleks Vesikel, biasanya oral Biakan sel (HFF, Vero) Biakan biasanya menjadi Positif
atau genital dalam 24-72 jam; lF langsung cepat

Parotitis
Virus parotitis Apusan nasofaring, Biakan sel (PMK) Lihat keterangan untuk meningitis
uri ne di atas

Anomali kongenital
Sitomegalovirus Urine, apusan teng- Lihat Mononukleosis infeksiosa,
gorok di atas

Rubela Apusan tenggorok. Lihat Eksantema, di atas


C55, darah
(berlanjut)
PRINSIP MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK I 743

label 47-5. lnfeksi virus: Agen, spesimen, dan uji diagnostik (lanjutan).

Konjungtivitis
llerpes simpleks Apusan konjungtiva, Lihat Eksantema, di atas
Herpes zoster air mata

Adenovirus Lihat Penyakit Pernapasan, di atas


Enterovirus

AIDS (sindrom imunodefisiensi didapat)


Virusimunodefisiensi Darah,terutama Biakan sel PBC pasien Antibodi dengan ElA. ditegakkan
manusia leukosit dengan Western b/ot- Virus hampir
selalu dapat dideteksi dalam PBC
meskipun saat ada antibodi serum

lnfeksi papovavirus
Papovavirus manusia JC Otak, urine, spesimen Biakan sel (HFF), EM
Papovavirus manusia BK jaringan, biopsi, kutil

Papilomavirus DNA, IF

Kunci: HEK: Ginjal embrio manusia LLC-MK2: Garis sel ginjal monyet
AGMK: ginjal monyet hijau dari Afrika HEL: Paru embrio manusia MDCK: Garis sel ginjal anjing
BHK: ginjal bayi hamster HeLa: Garis sel epitel manusia PBC: 5el darah perifer
CF:.Fiksasi komplemen HEp-2: Garis sel epitel manusia PCR: Reaksi rantai polimerase
CPE: Efek sitopatik HFF: Fibroblas kulit glans penis manusia PMK: Ginjal monyet primer
Elll: Enzim /mmunoassay Hl: lnhibisi hemaglutinasi RIA: Radiolmmunoassay
FA: Antibodi fluoresen IEM: Mikroskop elektron imun RT-PCR: Reaksi rantai reverse transcriptase-polymerase
HAI: lnhibisi hemadsorpsi lF: Antibodi imunof luoresen Vero: Garis sel gin.jal monyet
lBerbagai uji yang menggunakan serum pasien dan antigen virus yang dikenal digunakan untuk diagnosis. Uji serupa yang menggunakan virus yang
diisolasi dari pasien dan antiserum yang diketahui digunakan untuk mengidentifikasi agen penginfeksi. Uji ini termasuk netralisasi replikasi virus
(inhibisi efek sitopatik), fiksasi komplemen, dan lain-lain yang tercantum dalam petunjuk.

biakan sel, virus menghasilkan efek biologi (misalnya, perubahan sitopatik virus kedua yang diuji (interferensi
virus). Virus influenza dan beberapa paramiksovirus dapat
perubahan sitopati, interferensi virus, produksi
hemaglutinasi) yang memungkinkan identifikasi agen. dideteksi dalam 24-48 jam jika eritrosit ditambahkan ke
Biakan tabung uji disiapkan dengan menambahkan dalam biakan yang terinfeksi. Virus yang matang di
membran sel menghasilkan hemaglutinin yang memung-
sel yang disuspensi dalam l-2 mi cairan bernutrisi yang
mengandung larutan garam seimbang dan berbagai faktor
kinkan eritrosit mengadsorpsi di permukaan sel
(hemadsorpsi). Identitas isolat virus ditegakkan dengan
pertumbuhan (biasanya serum, glukosa, asam amino, dan
antiserum spesifik jenis, yang menghambat pcrtu'rlruhan
vitamin). Sel yang memiliki sifat fibroblastik atau epitelial
melekat dan tumbuh pada dinding tabung uji, tempat sel virus atau yang bereaksi dengan antigen virus.
Beberapa virus dapat tumbuh dalam biakan, tetapi
tersebut dapat diperiksa dengan bantuan mikroskop
berkekuatan rendah.
Uji alternatif selain
prosesnya sangat lambat dan sulit.
Dengan banyak virus, pertumbuhan agen sejajar biakan digunakan untuk mendiagnosis infeksi tersebut
(lihat di bawah).
ini (Gambar 47-l). Beberapa virus
dengan degenerasi sel
menghasilkan efek sitopatik yang khas (CPE) dalam
biakan sel, memungkinkan ditegakkannya diagnosis
C. BIAKAN VIAL SELUBUNG

presumtif yang cepat bila sindrom klinis diketahui. Metode ini memungkinkan deteksi cepat virus dalam
Misalnya, virus sinsisitial pernapasan secara khas spesimen klinis. Metode tersebut telah diadaptasi untuk
menghasilkan sel raksasa berinti banyak, sedangkan beberapa virus, termasuk sitomegalovirus dan virus
adenovirus menghasilkan kelompok sel bulat besar seperti varisela-zoster. Misalnya, CMV dapat dideteksi dalam
anggur. Beberapa virus (misalnya, virus rubela) tidak 18-24 jam, dibandingkan dengan 2-4 minggu untuk
menghasilkan perubahan gitopatik langsung tetapi dapat biakan sel klasik; sensitivitas vial selubung dan biakan
dideteksi melalui gangguan virus tersebut terhadap efek sel klasifk untuk CMV dapat dibandingkan. Satu lapis
744 BAB 47

garis sel yang sesuai (misalnya, MRC-5 sel untuk CMV)


ditumbuhkan pada couerslip dalam vial selubung 15 x 45
mm" Setelah inokulasi dengan spesimen, viai disentrifugasi
pada 700 x g selama 40 menit pada temperatur ruangan.
Vial diinkubasi pada 37 0C selama 16-24 jam, difiksasi,
dan direaksikan dengan antibodi monokional yang
spesifik untuk protein nuklear CMV yang muncul sangat
dini dalam biakan; beberapa antibodi tersebut tersedia
secara komersii. Metode pewarnaan antibodi iangsung
atau tidak langsung dan mikroskop fluoresensi digunaican
untuk menentukan biakan vial selubung positif. Vial
kontrol positif dan negatif diikutsertakan dalam ma^sing-
masing uji Isolat tidak diperoleh dengan menggunakan
teknik vial selubung. Jika isolat diperlukan untui< uji
kerentanan terhadap obat antivirus, teknik biakan sel
klasik sebaiknya digunakan.

Deteksi Antigen
Deteksi antigen virus secara luas digunakan pada virologi
diagnostik. Perangkat komersial tersedia untuk
mendeteksi banyak virus, termasuk herpes simpleks I
dan II, influenza A dan B, virus sinsitial pernapasan,
adenovirus, virus parainfluenza, rotavirus, dan
sitomegalovirus. Banyak jenis pemeriksaan yang juga
digunakan: immunoassay enzim, antibodi fluoresen
iang.sung, antibodi fluoresen tidak langsung, aglutinasi
latela, dll. Kelebihan prosedur ini adalah memungkinkan
deteksi virus 1'3ng tidak mudah tumbuh dalam biakan sel
(misalirya, rotavirus, r,irus hepatitis A) atau yang tumbuh
sangat lambat (misalnya, sitomegalovirus). Pada
urnumnya, pemeriksaan deteksi antigen untuk virus
kurang sensitif daripada metode biakan virus dan mecode
amplifikasi asam nukleat.

Deteksi & Amplifikasi Asam Nukleat


Banyak pemeriksaan komersial tersedia untuk mendeteksi
asam nukleat virus atau untuk meningkatkan dan
mendeteksinya. Prosedur ini secara cepat menjadi standar
virologi diagnostik, menggantikan teknik biakan virus
tradisional dan detelai antigen. Metode tersebut meliputi
reaksi rantai polimerase, reaksi rantai polimerase reuerse
transcriptase, dan metode lain. Prosedur tersebut Gambar 47-1. Az Satu lapis sel ginjal monyet normal
memungkinkan deteksi virus (misalnya, enterovirus dan yang tidak diwarnai dalam biakan (120 x). B: Biakan sel
banyak virus lain) serta kuantitasi virus (misalnya, HIV- ginjal monyet yang tidak diwarnai yang memperlihatkan
I , sitomegalovirus, virus Epstein-Barr). l)ata dari stadium dini efek sitopatik yang khas untuk infeksi
pemeriksaan kuantitatif digunakan untuk menuntun enterovirus (120 x). Sekitar 25o/o sel dalam biakan
pengobatan antivirus pada banyak penyakit virus rnultipei. memperlihatkan efek sitopatik yang menunjukkan
Contoh yang baik adalah FIIV/AIDS. multiplikasi virus (efek sitopatik 1+). C: Biakan sel ginjal
monyet yang tidak diwarnai yang menggambarkan efek
tlibridisasi Asam Nukleat sitopatik enterovirus lebih lanjut (efek sitopatik 3+
sampai 4+) (120 x). Hampir 100% sel terkena dan
Hibridisasi asam nukleat untuk mendeteksi virus bersifat sebagian besar lapisan sel telah menjadi longgar dari
sangat sensitif dan spesifik. Spesimen ditempatkan pada dinding tabung biakan.
PRIt\SIP MIKROBIOLOGi KEDOKTERAN DIAGNOSTIK I 745

membran nitroselulosa, dan asam nukleat virus yang ada Mikroskop Elektron lmun
dalam sampel berikatan; kemudian didenaturasi dengan
alkali in situ, dlhlbridisasi dengan fragmen asam nuklear
Virus yang tidak dapat terdeteksi dengan teknik
konvensional dapat diobservasi dengan mikroskop
virus yang diiabel, dan produk hibridisasi dideteksi. Untuk
elektron imun (IEM). Agregat atau kompleks antigen-
rotavirus, yang mengandung RNA untai ganda, metode
antibodi terbentuk di antara partikel virus dalam suspensi
hibridisasi bintik bahkan lebih sensitif daripada EIA. RNA
disebabkan oleh adanya antibodi dalam antiserum yang
pada sampel fekal yang didenaturasi oleh panas yang
mengandung rotavirus diimobilisasi seperri di atas, dan
ditambahkan dan terdeteksi lebih mudah dan dengan
kepastian yang lebih besar dibandingkan partikel ,virus.
hibridisasi in situ dikeluarkan dengan probe \eruntai
Satuan IEM digunakan untuk mendeteksi virus yang
tunggal yang dilabel yang diperoleh dengan transkripsi
menyebabkan enteritis dan diare; virus tersebut secara
rotavirus in uitro,
umum tidak dapat dibiak dengan biakan virus rutin.
Rotavirus dideteksi dengan EIA.
Mengukur Respons lmun terhadap
Infeksi V!rus HIV
Secara khas, infeksi virus menimbulkan respon.s imun Virus imunodefisiensi manusia (HIV)-i terdapat di
yang ditujukan melawan satu arlu lebih antigen virus. seluruh dunia, sementara HIV-2 terdapat terutama di
Baik respons imun selular maupun humoral biasanya Afrika Barat dan beberapa area geografi lain. Infeksi HIV
berkembang, dan ukuran keduanya dapat digunakan menimbulkan kasus khusus pada virologi diagnostik.
untuk mendiagnosis infeksi oieh virus. Imunitas selular Diagnosis laboratorium harus ditegakkan secara tepat,
dapat dinilai dengan hipersensitivitas dermal, transformasi dengan sedikit atau tanpa kemungkinan hasil positif palsu.
Iimfosit, serta uji sitotoksisitas. Respons imun humoral Sekali diagnosis ditegakkan, uji laboratorium digunakan
mempunyai kepentingan diagnostik urama. Antibodi kelas untuk memantau perkembangan infeksi dan membantu
IgM tampak pada awainya dan diikuti antibodi IgG. memonitor efektivitas pengobatan. Bank darah
Antibodi IgM menghilang dalam beberapa minggu, menggunakan uji yang sangat sensitif unruk mendeteksi
sedangkan antibodi IgG menetap selama beberapa tahun. F{IV-1 dalam darah yang didonorkan sehingga mencegah
Menegakkan diagnosis infeksi virus diselesaikan secara infeksi HIV-1 akibat transfusi.
serologi dengan memperlihatkan peningkatan titer Memahami uji diagnostik untuk HIV dan uji yang
antibodi terhadap virus atau memperiihatkan antibodi digunakan untuk memantau infeksi memerlukan
antivirus kelas IgM (lihat Bab 8). Merode-metode yang pemahaman struktur HIV dan replikasi serta respons
digunakan termasuk uji netralisasi (Nt), uji fiksasi imun terhadap infeksi. Ringkasan singkat topik ini
komplemen (CF), uji inhibisi hemaglutinasi (HI), dan disajikan di sini. HIV dibahas lebih detil pada Bab 44.
uji imunofluoresensi (IF), hemaglutinasi pasif, serta HIV-l dan HIV-2 adalah retrovirus. Keduanya
imunodifusi. mempunyai selubung dan untai tunggal RNA positif sense.
Pengukuran antibodi dengan metode berbeda tidak Dengan menggunakan reuerse transcriptase enzim virus,
perlu memberikan hasil yang sejajar. Antibodi yang RNA ditranskripsi menjadi DNA, yang bergabung ke
dideteksi dengan uji CF ada selama infeksi enrerovirus dalam genom sel pejamu. Protein virus yang paling sering
dan pada periode konvalesen, tetapi tidak menetap. diperiksa secara langsung adalah p24. Respons antibodi
Antibodi yang terdeteksi dengan uji Nt juga rampak selama dapat ditemukan melawan berbagai produk gen HIV lain:
infeksi dan menetap selama beberapa tahun. Penilaian produk enu, glikoprotein (gp) 160 (gp 160, gpl20, gp41);
antibodi dengan beberapa metode pada individual atau gag p24, p17, p9, p7; dan pol, p56, p51, p32, pll.
kelompok individu memberikan informasi diagnostik ser- Dua sampai enam minggu setelah infeksi, 50o/o atau
ta informxi mengenai gambaran epidemiologi penyakir. lebih pasien mengalami sindrom seperti mononukleosis
Bila tersedia, uji untuk hipersensitivitas dermal untuk infeksiosa. Pada waktu tersebut, terdapat kadar tinggi
mengukur respons imun selular menawarkan manfaat HIV-1 dalam darah, yang dapat dideteksi dengan biakan
tertentu dalam menentukan secara mudah dan cepat atau PCR leuelse transcriptase. Antlbodi terhadap protein
pajanan dengan agen menular sebelumnya. Uji kulit HIV-1 dapat dideteksi 2-8 minggu setelah infeksi.
parotitis sering digunakan (bersama dengan uji kulit IgM terhadap produk gen gag, yang
Terdapat respons
kandida) sebagai kontrol positif bila uji kulit tuberkulin secara bertahap bergeser menjadi respons IgG.
digunakan. Kebanyakan orang yang pernah mendapatkan Umumnya, respons IgG terhadap p24 dan gp120 pada
vaksin parotitis atau menderita parotiris, dan mereka awainya terjadi, diikuti respons terhadap gp41 dan protein
dengan sistem imunologi normal mempunyai uji kulit lain. Kadar viremia dan p24 dalam darah menurun
positif. Uji kulit dapat menyebabkan peningkatan bersamaan dengan respons antibodi dan dapat tidak
antibodi, misainya, pada uji fiksasi komplemen. terdeteksi selama periode infeksi asimtomatik, sementara
746 BAB 47

kadar antibodi p24 tetap tinggi. Pada akhir perjalanan Vestern blot positif, tetapi secara bertahap akan menjadi
penyakit, kadar antibodi p24 menurun sementara antigen negatif jika bayi benar-benar tidak terinfeksi HIV-1.
p24 meningkat, Segera setelah infeksi, ketika kadar tinggi
viremia HIV-1 muncul, hitung sel T CD4 menurun. Pada Pemeriksaan untuk Mendeteksi lnfeksi HIV
awal periode asimtomatik, kadar kembali normal hanya Secara Langsung
untuk'iurun secara bertahap beberapa waktu dan lebih A, DETEKSI ANTIGEN P2l.
cepat selama stadium akhir AIDS.
Itji yang digunakan untuk mendiagnosis infeksi HIV- ELISA digunakan untuk mendeteksi antigen p24.
1 adalah produk yang tbrsedia secara komersial yang sudah Antibodi anti-p24 diimobilisasi pada permukaan padat
-singat dan diinkubasi dengan serum pasien. Jumiah p24 dideteksi
berkembang dan terstandardisasi. Beberapa
perangkat mungkin tersedia untuk jenis uii yang sama. menggunakan IgG anti-HIV-1 yang terkait enzim dan
Perangkat tersebut diterangkan dalam urutan genetik reaksi kolorimetri. Antigen p24 d"apat dideteksi selama
berikur ini. stadium viremia akut infeksi dan pada stadium lanjut AIDS.
Sejumlah persentase yang sangat kecil orang yang asim-
tomatik dengan infeksi HIV-1 adalah positif antigen p24.
Pemeriksaan untuk Antibodi Anti'HlV
A. PEHERIKSAAN IMUNOSORBEN TERKAIT ENZIM
B. DETEKSI RNA HIV*I
(lH?uNoassAv ENzrM) B*b"g"i p.
ELISA (atau EIA) adalah uji penapisan primer untuk mendeteksi dan menghitung RNA HIV-1. Pemeriksaan
diagnosis infeksi HIV-1. Secara umum, antigen HIV-1 ini mencakup PCR, NASBA, dan bDNA untuk deteksi
diimobilisasi pada permukaan padat, seringnya berupa maupun kuantitatis HIV-1. (Lihat bagian diagnostik
sumur atau manik plastik. Serum pasien dan reagen yang molekular pada awal bab ini). Pemeriksaan ini dapat
sesuai ditambahkan. Antibodi HIV-1 yang berikatan digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV-1 sebelum saat
dengan antigen HIV-l yang diimobilisasi kemudian setelah infeksi bila uji antibodi menjadi positif.
dideteksi dengan IgG anti-manusia dilabel enzim dan Pemeriksaan tersebut juga digunakan untuk mengikuti
reaksi kolorimetri. Jumlah warna lebih tinggi secara efektivitas pengobatan anti-HIV- 1.

sebanding dengan konsentrasi antibodi HIV-1 yang lebih


C. DETEKsI DNA PROVIRUS HIV_I
tinggi. \flarna di atas titik ambang tertentu dianggap
positif. ELISA untuk HIV-1 lebih dari 997o sensitif dan DNA diekstraksi dari sel mononuklear yang diperoleh
99% spesifik. Bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV-I dari darah perifer yang diberi antikoagulan. Primer
secara umum mempunyai ELISA positif untuk HIV-1 oligonukleotida yang spesifik terhadap segmen DNA
karena transfer antibodi transplasenta. Uji tersebut secara provirus HIV-1 terintegrasi digunakan dalam pemeriksaan
bertahap menjadi negatif jika bayi tidak benar-benar PCR. (Lihat bagian diagnostik molekular pada awal bab
terinfeksi dengan HIV-1. ini). Jenis pemeriksaan ini dapat digunakan untuk bayi
yang memiliki antibodi positif yang lahir dari ibu yang
terinfeksi HIV-l untuk menentukan apakah bayi juga
B. WESTERN BLOT
terinfeksi.
LJji western blot digunakan sebagai ukuran antibodi HIV-
I spesifik untuk konfirmasi hasil ELISA positif. Pada uji D. BIAKAN HIV-I
Western blot, protein HIV-1 secara elektroforesis terpisah Biakan jaringan adalah uji yang pertama kali dikembangkan
pada snip nitroselulosa. Strip diinkubasi dengan serum untuk mendiagnosis infeksi HIV-1. Biakan tersebut
pasien. Antibodi HIV-1 spesifik kemudian dideteksi digunakan untuk menegakkan HIV-i sebagai penyebab
menggunakan IgG anti-manusia terkait enzim. Reaksi AIDS. Sel mononuklear darah perifer dari pasien yang
kolorimetri positif membentuk pita pada kertas berpotensi terinfeksi dibiak bersama-sama dengan sel
nitroselulosa yang berhubungan dengan posisi antigen mononukiear darah perifer dari orang yang tidak
HIV-I spesifik. Kriteria untuk uji positif adalah dua pita terinfeksi yang telah dirangsang dengan fitohemaglutinin
yang berhubungan dengan p24, gp4l, dan gp120l160- dan interleukin-2. Biakan diobservasi untuk pembentukan
Tidak adanya pita adaiah hasil negatif, sementara adanya sel raksasa berinti banyak, untuk aktivitas reuerse
pita yang tidak memenuhi kriteria untuk uji positif adalah transcriptase HIV-1, atau untuk produksi antigen p24HIY-
hasil yang tidak menentukan. Hasil negatif palsu dan 1. Biakan sel kuintitatif dan biakan plasma kuantitatif
positif palsu relatif jarang. Pasien dengan ELISA positif dapat dilakukan juga. Biakan HIV-1 mempunyai
dan Vestern bllt y^ng tidak dapat menentukan perlu ,.n.i,irrit", 95-99o/o: Biakan HIV-1 menghabiskan waktu
pengujian dan evaluasi klinis ulangan. Bayi yang lahir dan mahal sehingga tidak efektif secara biaya jika
dari ibu yang terinfeksi HIV-l dapat mempunyai hasil digunakan secara rutin.
PRINSIP MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN DIAGNOSTIK / 747

Monitoring Hitung Sel T CD4


Hitung sel T CD4 absolut secara luas digunakan untuk
memonitor status infeksi pasien HIV-1. Jumlah umumnya
diperoleh dengan menggunakan sel whole blood yang
diwarnai antibodi anti-CD4 yang dilabel pewarnaan
fluoresen. Sel-sel darah merah mengalami iisis dan sel-sel
CD4 dihitung menggunakan flow c)rtometr!.

Uji Prognostik & Monitoring Pengobatan


Beban virus tinggi seperti yang diukur dengan kadar RNA
HIV-1 menunjukkan prognosis buruk. Demikian pula,
T CD4 rendah menunjukkan risiko infeksi
jumlah sel illrrlll 3;. i seoitng'ii5(i..iitci,'ber:usia i:iT.rtahuh : beper:gian ke
oportunistik sehingga prognosis lebih buruk. Baik beban .,l.-,t,,,,, r..Peru saat ,epiddmi,kolera, Saiu'hali,!e!elahrkembal! :,.,,
'i:,.r;,,1,:,,i,1 ,,1u':*U.nnalami diarerbetat;.Un!uk::meningke!kari:::t,::,.,
virus maupun hitung sel T CD4 digunakan untuk dafi tini'anya;.!ab-qratoriumr'. :.r'::
:::t:a:,.a:::'.::':'.:::,',::::..)s9lasi,:.U.ib1!o,Chol,e.fae.
memonitor efektivitas pengobatan obat anti-HIV-1. perlu riencakup
Pemeriksaan penentuan genotipe menggunakan reaksi (A) Agar MacConkey
rantai polime r ase r euers e trans crip tas e untuk meningkatkan (B) Agar darah campylobacter
RNA HiV-l yang mengode enzim virus yang ditargetkan :,i,.:,i.:rr:'{ct',.Agriii( krgib 6aiam'eryf edu.lhioiuifate'-i itrate.
oleh obat-obat antiretrovirus. Analisis sekuens yang (E) Agar Hektoen.
ditingkatkan memungkinkan penentuan mutasi yang
mengode untuk resistansi terhadap obat-obatan. Uji 4. Seorang laki-laki berusia 42 tahun diketahui
:'., Meiode manakah berikut'ini .
.,,,,.,ii,rmerider;1.. 111y74i[5;:,
resistansi tersebut dianjurkan pada keadaan gagal regimen
pertama atau banyak regimen atau pada kehamilan.
. yang paling tepat untuk mengikuti perkembangan
:r'.'ri i':r', pen gobbtgn. antiietiovirusnya yan g,sa n g at',e ktif '' t I

(HAART)?
(ll) Penehtuah, beban virr-is . - '..:.ii".r,'.'.r.'
I ir... '

(B) Mengikuti kadar antibodi HIV-1


{C). n W eite in',,,,p |bt .'::intuk
M e n g g u d ak:e men i I ai
kadar anti-P24 nya ..:

L^lIllJAn ,(D) tflang!, biakbn,'Qqiahnya teihadap,HfV.! uh1il.k


: . rheaiintukan ::apakah b'iakan :mqnjadiinesatif
(E) Penentuan genotipe.isolat HIV-1 nya untuk
.1;:.; 5eo1ang.pelempugn beiusia menjbIani :47'tahr,in me!!:ltukdn ketgltanan,:,qnliret{ol1 lu;nv.,,'i
, :,:'tra nlsp!.s1taii :iiu miu'm' tu I an 5ebb ba g i a n g gai I
' ',
5. Seorang anak yang berusia 2 tahun mengalami
,
, pgrtggbatanrluntuk lleukemia mieloQenosa kronik.
diare,- l,nfeksi, rbtaVirus dicurigai;:Ma.nakah- berikut
Sementara di rumah sakit ia diberikan kateter vena rin i yan g,,:pa I in'gj,,ber:g u na, da Iam,l menO ia gnoSis
sentra l uhluk pembeiian cairan, Pada:waktu setelah
infeksi rotavirus? :

transplantail'tet6ii''tab€lum dicAngkokr,kembali,
, r (ll) Pewarnaan spesimen tinja dengan antibodi
'jumlah'tel
r ,,, darah putih::paiieri,:sangat iendah, Ia fl uoresen
mengalami demam, dan biakan darah dilakukan. (B) Mikroskop cahaya untuk mehdeiekri sel-sel
Skenario manakah di bawah ini yang menun- :. mukosa dengan efek sitopati,. 1,,',' . ,. ,..:... ,.r
,, , ,,i,utkenb.1hwa biakan darah positif diiebibkan oleh (C) Biakan tinja:, untuk, menyingkirkan infeksi
kontaminan?
salmonela, shigela;'dan,,kqmp!lobekter .

(A) Dua biakan darah vena perifer positif dengan


Stap hy I oco ccu s a u re u s.
{D) Deteksi, antigen virqs,rdalam iinja dehgan
(B) Dua biakan darah vena perifer positif dengan .-.,.: pemer:iksaan:immunosorbent. terkait enzim,
(E) Biakan virus
Staphylococcus"e p id e rm i d i s bersam aan dengan
dua biakan darah garis sentral positif dengan 6. Manakah di bawah ini yang merupakan tindakan
r
",,.,.,:,sfrpliiy!acoccis:' epidermidis. 5emua isoIat tepat untuk menentukan diagnosis etiologi infeksi?
Staphylococcus epidermidis mempunyai pola (A) Biakan dan identifikasi agen
kerentanan antimikroba yang sama. (B) Hibridisasi DNA-RNA atau DNA-DNA untuk
(C) Satu biakan darah vena perifer positif dan satu r, ' mendetekii gen spesifik palogen', pada
,r.,r ,,
"l
.,r bi'akan dArah. gaf is'sentral positif dengan spesimen pasien
Escherichia coli. (Q Demonstrasi antibodi .5qang bermakna,ratau
(D) Satu biakan darah garis vena sentral positif ,, l . rgspol! imun selulai terhadap agen meni:lar.
dengan spesies corynebacterium dan dua (D): ldentifikasi, morfologi agen pada pewAinaan
i pesi
:,,;.;,,,.,, :r1, b!91!a n,1 !q.1ah llve 1a
pq rif e1: n eO at i f:1:r1: I .: r
. : trrrl rr i men,lta u, poton ga n:, j a ri n g a n d e n g an
,.rri.ili,iii.. mikroskop cahaya:atau elektron r...,... r, '
rrrr
r
(E) Dua biakan darah garis sentral positif dengan . :

c e n d.lj I,b ! t a n s,: :


-d11a:;i,
748 I BAB 47

KEPUSTAKAAN
Murray PR et al (edttors). Manual of Clinical Microbiology,8th ed. ASM
Press,2003,
.i
ir:r- ; .,rrji r: 'irll!,r:rlii,r. ,r:tii;.;:it
lirlllt!:lli:liilr::irlil.';lllllllli:.l!:::
!!;r::
t:ta&1:l:j, *ttl

Contd'h,',Ka,ssg, $' Kol'elasi' Kl i n is iii|]:#r l:{.,tt!r*


'
:i.&n :::i:6:at:.:.4.:.).):l::*a..:)

Penanganan penyakit menular memerlukan suatu Pemeriksaan fisik memperlihatkan pertumbuhan anak
pemahaman mengenai manifestasi klinis yang timbul dan baik dan gizi baik dengan tinggi dan berat badan normal.
pengetahuan milrobiologi. Banyak infeksi terjadi dengan Anak tersebut somnolen. Ketika lehernya difleksikan
kumpulan tanda dan gejala fokal dan sistemik yang dalam secara pasif, tungkainya juga fleksi (tanda Brudzinski
kasus tipikal sangat menunjukkan diagnosis, meskipun positif, menunjukkan iritasi meningen). Pemeriksaan
penyakit dapat disebabkan oleh salah satu dari beberapa oftalmologi tidak memperlihatkan papiledema, yang
organisme yang berbeda. Menegakkan diagnosis klinis menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan tekanan intra-
dengan konfirmasi laboratorium sesudahnya merupakan kranial jangka lama. Pemeriksaan fisik lainnya uormal.
bagian dari seni kedokteran. Bab ini menyajikan 19 kasus
dan diskusi ringkas mengenai diagnosis diferensial dan Temuan Laboratorium
penanganan infeksi tersebut. Ditampilkan dua kasus
Beberapa menit kemudian, darah diambil untuk biakan
tambahan dan dua wabah penyakit yang terjadi secara
dan uji laboratorium lain, serta diberikan infus intravena.
alami dan disebabkan oleh agen yang berhubungan dengan
Pungsi lumbal dilakukan kurang dari 30 menit setelah
peperangan biologi.
pasien tiba di ruang gawat darurat. Tekanan pembukaan
Pembaca diarahkan ke bab awal dalam buku ini untuk
350 mm CSS (meningkat). Cairan keruh. Beberapa tabung
karakterisasi organisme; ke Bab 47 untuk informasi
CSS dikumpulkan untuk biakan, hitung sel, dan u.ii
mengenai uji mikrobiologi diagnostik; dan ke buku ajar
kimiawi. Satu tabung segera dibawa ke laboratorium
kedokteran serta penyakit infeksi untuk informasi lebih
untuk pewarnaan Gram. Pewarnaan memperlihatkan
lengkap mengenai entitas klinis. Salah satu buku yang
banyak sel polimorfonuklear (PMN) dengan diplokokus
dimaksud adaiah Tierney LM Jr, McPhee SF, Papadakis
gram negatif intraselular yang menunjukkan Neisseria
MA (editor): Current Medical Diagnosis ri Ti'eatruent, yang
meningitidis.
diperbarui setiap tahun.
Uji kimiawi darah normal. Hematokrit normal.
Jumlah sel darah putih 25.000/pl (secara jelas meningkat),
SISTEM SARAF PUSAT dengan 88% bentuk PMN dan jumlah PMN absolut
adalah 22.000/pL (secara nyata meningkat), 6'/o limfosit,
KASUS 1: MENINGITIS dan 60/o monosit. CSS mengandung 5.000 PMN/p1
Seorang anak perempuan berusia 3 tahun dibawa ke ruang (normal 0-5 limfosit/pl). Protein CSS 100 mg/dl
gawat darurat oleh orang tuanya karena demam dan hilang (meningkat), dan glukosa 15 mg/dl (rendah, disebut
selera makan sejak 24 jam sebelumnya dan kesulitan hipoglikorakia)-t.-rr" sesuai dengan meningitis bakteri.
membangunkannya sejak 2 jam sebelumn)'a. Riwayat Biakan darah dan CSS menumbuhkan serogrup B l/
perkembangan normal sejak lahir. Anak tersebut dibawa meningitidis.
ke pusat perawatan harian dan mempunyai riwayat
beberapa episode yang diduga sebagai infeksi virus yang Pengobatan
sama seperti anak-anak lain di tempat Perawatan Pengobatan cefotaxime intravena dimulai dalam 35-40
tersebut. Imunisasi selama masa kanak-kanak baru saja menit setelah pasien tiba; deksametason juga diberikan'
dilakukan. Pasien diobati dengan antibiotik selama 14 hari dan
sembuh tanpa sekuele yang nyata. Pemeriksaan neurologi
Gambaran Klinis lanjutan dan uji pendengaran direncanakan untuk masa
Temperatur 39,5 0C, nadi 130/menit, dan respirasi 241 mendatang. Profilaksis rifampin diberikan ke anak lain
menit. Tekanan darah 110/60 mmHg. yang datang ke pusat perawatan harian.

749
750 BAB 48

Keterangan lambat (kronik; >7 hari) pada orang yang secara


Meningitis bakteri biasanya timbul dengan demam, nyeri imunologis normal, tetapi berkembang lebih cepat
kepala, muntah, fotofobia, perubahan status mental mulai
(subakut) pada orang imunosuprsi seperti pada penderita
dari ngantuk sampai koma, dan tanda neuroiogi mulai AIDS. Naegleria Sp., ameba yang hidup bebas, kadang-
dari kelainan fungsi saraf ftranialis sampai kejang. Namun, kadang menyebabkan meningitis pada orang dengan
tanda samar seperti demam dan letargi sesuai dengan riwayat berenang dalam air tawar hangat dalam waktu
meningitis. Meningitis dianggap akut dengan durasi tanda dekat. Virus biasanya menyebabkan meningitis yahg lebih
dan gejala kurang dari 24 jam dan subakut bila tanda ringan daripada bakteri. Virus yang paling sering
serta gejala timbul selania l-7 hari. Pungsi lumbal dengan menyebabkan meningitis adalah enterovirus (echovirus
pemeriksaan CSS diindikasikan setiap kaii terdapat dan coxsackievirus) serta virus parotitis.
kecurigaan terhadap meningitis. Diagnosis meningitis sangat dicurigai bila tanda dan
Meningitis akut paling sering disebabkan oleh bakteri gejala yang tepat terobservasi ditambah pungsi lumbai
dari beberapa spesies (Tabel 48-1): streptokokus B tanpa penundaan diikuti pemeriksaan CSS. Temuan pada
serogrup Lancefield (Streptococcus agalactiae) dan cairan spinal secara khas termasuk beratus-ratus sampai
Escherichia coli pada bayi baru lahir; Haemophilus beribu-ribu sel darah purih per mikroliter (PMN untuk
influenzae pada anak berusia anran 4-6 bulan dan 6 tahun; meningitis bakteri akut dan limfosit untuk meningitis
N meningitidis pada anak dan dewasa muda; serta tuberkulosa serta virus); glukosa <40 mgldl, atau kurang
dari 50o/o konsentrasi dalam serum; dan protein >100
?neumlniae kadang-kadang pada anak dan
Streptococcus
insiden meningkat pada usia pertengahan serta orang tua. mg/dl (lihat Tabel 48-2). Pada meningitis bakteri,
Banyak spesies mikroorganisme lain yang kurang sering pewarnaan Gram sedimen CSS yang disentrifugasi
menyebabkan meningitis. Listeria monoq/togenes memperlihatkan PMN dan morfologi bakteri yang sesuai
menyebabkan meningitis pada pasien imunosupresi dengan spesies yang kemudian dibiak; N meningitidis,
maupun orang normal. Ragi Cryptococcus neofortnans diplokokus gram negatif intraseiular; H influenzae,
merupakan penyebab tersering rneningitis pada pasien kokobasilus gram negatif kecil; dan streptokokus serogrup
AIDS dan dapat menyebabkan meningitis juga pada B serta pneumokokus, kokus gram positif berpasangan
pasien imunosupresi serta orang normal. Awitan dan dalam bentuk rantai. Biakan darah sebaiknya
meningitis yang disebabkan oleh listeria atau i<riptokokus dilakukan bersamaan dengan biakan CSS.
dapat akut atau perlahan-lahan. Batang gram negatif Meningitis bakteri akut bersifat fatal jika tidak diobati.
menyebabkan meningitis pada trauma kepala akut dan Pengobatan awal sebaiknya mencakup antibiotik
pasien bedah saraf. S pneumoniae ditemukan pada parenteral yang diketahui efektif melawan organisme yang
meningitis rekuren pada pasien dengan fraktur basis dicurigai, termasuk penisilin G atau ampisilin untuk
kranii. Myco bacterium tuberculos is dapat memiliki awitan streptokous serogrup B, pneumokokus, dan meningo-

Tabel 48-1. Penyebab lazim meningitis.

Streptokokus Neonatus sampai Sebanyak 25% ibu pembawa (di vagina) streptokous 15
serogrup B usia 3 bulan serogrup B. Profilaksis ampsilin selama persalinan
(Streptococcus perempuan yang berisiko tinggi (ruptur membran yang
agalactiae) lama, demam, dll) atau carrier yang diketahui, menurunkan
insidens infeksi pada bayi

Escherichia coli Neon atus Sering mempunyai antigen K1 tb

Haemophilus Anak-anak 6 bulan Penggunaan vaksin yang luas sangat menurunkan insiden 19
inf Iuenzae sampai 5 tahun meningitis H influenzae pada anak-anak

Neisseria meningitidis Bayi sampai 5 tahun dan Vaksin polisakarida terhadap serogrup A, C, Y dan W135 digu- 21
dewasa muda nakan di daerah epidemi dan berhubungan dengan wabah

Streptococcus Semua kelompok usia; Sering terjadi dengan pneumonia; juga dengan mastoiditis, 15
pneumoniae insiden paling tinggi sinusitis, dan fraktur basis kranii
pada orang tua

Cryptococcus Pasien AIDS Sering menyebabkan meningitis pada penderita AIDS


neoformans
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS I 751

labet 48-2.Temuan dalam cairan serebrospinalis yang tipikal pada berbagai penyakit sistem saraf
,",.r' Gl0kOia,.: ;.;.":tt':::::t:t:
-'::. t.. ., PfOtein ',',, .,,,'Tekanah
.:,
; . t. t +. :t
- ": :,
- t.?. ;!rlrF...; ir.
- "--, -
::-. a,. 4.:::- ;'l,l.:.,;!f*$1. :,I.:;:,),,Jicjajt-,'. r,,1 :tr,';1iT1"11, - -
Normall 0-5 limfosit 45-85 15-45 70-180 mm HrO

Meningitis purulen (bakteri)'z 200-20.000 PMN Rendah (<45) Tinggi (>50) ++++

Meningitisgranulomatosa 100-1.000,kebanyakan Rendah(<45) Tinggi (>50)


fungi)i'3
(mikobakterium, limfosit

Meningitis aseptik, virus atau 100-1.000, kebanyakan Normal Tinggi sedang (>50) Normal sampai +
meningoensefalitis3'a limfosit

Meningitis spiroketa (sifilis, 25-2000, kebanyakan Normal atau rendah Tinggi (>50)
leptospirosis)3 limfosit

Reaksi "tetangga"s Peningkatan berbeda- Normal Normal atau tinggi Bervariasi


beda
lKadar glukosa CSS harus dipikirkan sehubungan dengan kadar glukosa darah. Kadar glukosa CSS normal adalah 20-30 mg/dL lebih rendah daripada kadar
glukosa darah, atau 50-70% nilai normal glukosa darah.
'?Organisme pada apusan atau biakan CSS
3PMN dapat dominan pada awalnya.
4lsolasi virus dari CSS dini;
titer antibodi meningkat pada spesimen berpasangan dalam serum.
5Dapat terladi pada mastoiditis, abses otak, abses epidural, sinusitis, trombus septik, tumor otak, biakan CSS biasanya negatif.

kokus, serta sefalosporin generasi ketiga untuk F1 tambahan dari istri pasien menunjukkan bahwa pasien
influenzae dan E coli. Ketika memilih pengobatan pernah dicabut giginya dan dipasang bridge sekitar 5
antibiotik awal, penting memperhitungkan pneumokokus minggu yang lalu. Ia tidak merokok, minum hanya untuk
yang resistan terhadap penisilin G semakin meningkat bersosialisasi, dan tidak minum obat-obatan. Riwayat
jumlahnya, dan meningokokus yang relatif resistan lainnya tidak membantu.
terhadap penisilin G teiah dilaporkan; pengobatan awal
dengan obat selain penisilin G tradisional mungkin tepat, Gambaran Klinis
kemudian menggantinya dengan penisilin G biia bakteri Temperatur 37 0C, nadi 110/menit, dan pernapasan 18/
diketahui rentan terhadap penisilin G. Pengobatan awal menit. Tekanan darah 140/80 mm Hg.
dengan ampisilin untuk 11 influenzae tidak dianjurkan Pada pemeriksaan fisik, pasien mengantuk dan
karena sebagian bakteri tersebut secara signifikan mengalami penurunan perhatian. Ia dapat menggerakkan
menghasilkan beta laktamase. semua ekstremitasnya, meskipun lengan kanan kurang
Qudgliarello VJ, Scheld WM: Treatment of bacterial meningitis. N Engl J dapat digerakkan dibandingkan yang sisi kiri. Terdapat
Med 1997;336:708. penglihatan kabur yang ringan di discus nervi optici kiri,
Schuchat A et al: Bactenal meningilis in the United States in 1995. N menunjukkan kemungkinan terjadi peninggian tekanan
Engl J Med 1997;337:970. intrakranial. Pemeriksaan fisik lainnya normal'
Tunkel AR, Scheld WM: Corticosteroids for everyone rvith meningitis? N
Engl J Med 2002:347:L613.
Temuan Laboratorium & Pencitraan
U.ji laboratorium semuanya normal, termasuk hemoglobin
KASUS 2. ABSES OTAK dan hematokrit, hitung sel darah putih dan hitung jenis,
Seorang laki-laki berusia 57 ahLtn dibawa ke rumah sakit elektrolit serum, nitrogen urea darah, kreatinin serum,
dengan kejang. Tiga minggu sebelumnya ia mengalami urinafisis, sinar-x dada, dan EKG. Pungsi lumbal tidak
nyeri kepala bifrontal yang mereda dengan aspirin. Nyeri dilakukan dan cairan serebrospinalis tidak diperiksa
kepala terjadi beberapa kali, termasuk sehari sebelum karena kemungkinan terjadi peninggian tekanan
dirarvat. Pada pagi hari sebelum dirawat, ia mengalami intrakranial akibat lesi massa. Biakan darah negatif. CT
kejang fokal dengan gerakan invoiuntar sisi kanan wajah scan kepala pasie n memperlihatkan lesi lokalisata
dan lengannya. Saat dalam ruang gawat darurat, ia berbentuk cincin yang semakin tnembesar berukuran 1,5
mengalami kejang generaiisata yang dikendalikan dengan cm di hemisfer parietal kiri yang menunjukkan abses
diazepam, fenitoin, dan fenobarbital intravena. Riwayat otak.
752 BAB 48

Pengobatan dan eubakterium kurang sering, diikuti anaerob lain.


Banyak fungi dan parasit dapat menyebabkan abses otak
Pasien menjalani prosedur bedah saraf dengan biopsi lesi,
yang keseiuruhannya diangkat. Biakan bahan nekrotik
atau infeksi di sistem saraf pusat. Pada pasien
imunosupresi, terutarna penderita AIDS, daftar penyebab
dari lesi menunjukkan Preuotel/a melaninogenica dan
dominan abses otak meluas, mencakup Tbxoplasma gondii,
Streptococcus anginosus. Pemeriksaan patologi jaringan
Cryptoco ccus neoformans, Mycqb acterium tub erculos is, dan
menunjukkan bahwa lesi berusia beberapa minggu.
mikobakteri atipikal.
Pasien menerima pengobatan antibiotik selama 4 minggu.
Pungsi lumbal untuk mendapatkan CSS umumnya
Ia tidak mengalami kejang lagi dan tidak ada defisit
tidak diindikasikan pada pasien dengan abses otak (atau
neurologi berikutnya. Satu tahun kemudian, obat
lesi massa lain dalam otak). Peningkatan tekanan
antikejang dihentikan dan CT scan follow-up negatif.
intrakranial menyebabkan prosedur bersifat mengancam
nyawa, karena herniasi otak meiaiui tentorium serebeli
Keterangan
dapat menyebabkan kompresi otak tengah. Temuan dalam
Abses otak adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri CSS tidak spesifik untuk abses otak: Sel darah putih,
piogen lokalisata di dalam parenkim otak. Manifestasi terutama sel mononuklear, sering ada; kadar glukosa
kiinis utama terkait dengan adanya massa desak ruang mungkin cukup rendah dan konsentrasi protein
dalam otak dan bukan tanda dan gejala klasik infeksi. meningkat. Oleh karena itu, bila demam dan tanda-tanda
Oleh karena itu, pasien sering datang dengan nyeri kepala yang menunjukkan meningitis akut tidak ada dan abses
dan perubahan status mental dari normal sampai leargi otak dicurigai, dokter harus melakukan CT scan. Abses
atau koma. Temuan neurologi fokal terkait dengan lokasi otak secara khas memperlihatkan ambilan ring-enhanced
abses yang terjadi pada kurang dari separuh pasien; pada material kontras CT scan, meskipun temuan yang
sepertiga pasien mengalami kejang, dan kurang dari serupa dapat ditemukan pada pasien dengan tumor otak
separuh menderita demam. Kadang-kadang, pasien dan penyakit lain. MRI dapat membantu membedakan
datang dengan tanda dan gejala yang menunjukkan abses dengan tumor otak. Scan rcchnetium 99 dan indium
meningitis akut. Pada awalnya, dokter harus membedakan 111 juga telah digunakan. Diferensiasi definitif antara
abses otak dengan proses lain dalam sistem saraf pusat, abses dan tumor otak dilakukan dengan pemeriksaan
termasuk kanker primer atau metastatik, abses subdural patologi dan biakan jaringan dari lesi yang diperoleh
atau epidural, infeksi virus (ensefalitis herpes simpleks), melalui prosedur bedah saraf.
meningitis, stroke, dan berbagai penyakit lain. Abses otak yang tidak diobati bersifat fatal. Eksisi
Faktor predisposisi signifikan untuk abses otak bedah memberikan pengobatan awal serta diagnosis abses
termasuk infeksi dari tempat jauh dengan bakteremia, otak. Aspirasi jarum menggunakan teknik stereotaktik
seperti €ndokarditis, infelai paru, atau infeksi samar lain. adalah suatu alternatif eksisi bedah. Pengobatan antibiotik
Banyak pasien manjalani tindakan pada gigi dalam waktu sebaiknya diberikan parenteral dan harus mencakup
dekat. Abses otak juga dapat terjadi melalui penyebaran penisilin G dosis tinggi untuk streptokokus dan banyak
dari tempat infeksi yang berdekatan seperti telinga tengah, bakteri anaerob, metronidazol untuk bakteri anaerob yang
mastoid, sinus, atau setelah trauma penetrasi. Namun, resistan terhadap penisilin G, ditambah sefalosporin
20% pasien dengan abses otak tidak memiliki faktor generasi ketiga untuk batang gram negatif enterik.
predisposisi yang dapat dilihat. Vankomisin atau obat lain yang spesifik untuk S aureus
Abses otak dapat disebabkan oleh satu spesies bakteri, sebaiknya dimasukkan dalam pengobatan awal jika pasien
tetapi lebih dari satu spesies sering diisolasi-umumnya, mengalami endokarditis atau diketahui mengalami
rata-rata dua spesies. Dari bakteri fakultatif dan aerob, bakteremia stafilokokal, atau abses menunjukkan
streptokokus viridans (termasuk strain alfa- dan beta- stafilokokus. Pengobatan awal dengan antibiotik bukan
hemolitikus dan nonhemolitik, grups S anginosus, S mitis, pembedahan dapat diberikan pada beberapa pasien yang
dll; lihat Bab 15) adaiah yang paling sering, terjadi pada abses otaknya kecil (<2 cm), banyak, atau sulit dicapai
sepertiga sampai separuh pasien. Staphylococcus aureus dengan pembedahan, tetapi kemunduran fungsi neurologi
(Bab 14) diisolasi padal0-l5o/o dan bila ditemukan sering menunjukkan kebutuhan pembedahan. Ketika hasil
merupakan satu-satunya isolat yang ditemukan. Batang biakan dari materi abses diketahui, pengobatan antibiotik
gram negatif enterik terdapat pada sekitar 25o/o, sering awal sebaiknya dimodifikasi menjadi spesifik untuk
dalam biakan campuran. Banyak bakteri aerob atau bakteri yang diisolasi dari lesi. Pengobatan antibiotik
fakultatif lain (misalnya, S pneumoniae, Nocardia asteroide) sebaiknya dilanjutkan selama sekurang-kurangnya 3-4
juga terdapat daiam abses otak. Bakteri anaerob minggu bila eksisi bedah telah dilakukan selama 8 minggu
ditemukan pada 50o/o atau lebih kasus (Bab 22). atau lebih lama bila tidak ada pembedahan. Penyebab
Peptostreptokokus paling sering ditemukan, diikuti nonbakteri abses otak umumnya memerlukan diagnosis
bakerioides dan prevotella. Fusobakterium, aktinomises, definitif dan pengobatan spesifik. Steroid untuk
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS 753

mengurangi pembengkakan sebaiknya digunakan hanya Pengobatan


bila terdapat efek massa. Diagnosis awal adalah pneumonia bakteri, mungkin
disebabkan oieh pneumokokus. Pengobatan penisilin G
DADA daiam akua parenteral mulai diberikan, dan pasien
diberikan cairan parenteral. Dalam 48 jam, temperatur
KASUS 3: PNEUMONIA DISEBABKAN normal dan pasien membatukkan banyak sPutum purulen.
OLEH BAKTERI Penisilin G dilanjutkan selama 7 hari. Pada follow-up 4
minggu perawatan, konsolidasi paru menghilang.
Seorang laki-iaki berusia'35 tahun datang ke ruang gawat
darurat karena demam dan nyeri di dada saat batuk. Lima
hari sebelumnya, ia mengalami tanda infeksi pernapasan KASUS 4: PNEUMONIA OLEH VIRUS
atas yang disebabkan oleh virus berupa nyeri tenggorok,
Seorang laki-laki berusia 31 tahun datang dengan keluhan
ingusan, dan batuk yang bertambah parah. Sehari
ruam kulit, batuk, dan sesak napas. Empat hari
sebelumnya, ia mengalami nyeri dada sebelah kiri saat
sebelumnya ia mulai merasa sakit dan mengalami demam
batuk atau bernapas dalam. Dua belas jam sebelum datang
38 0C. Hari berikutnya ia mengalami ruam kulit yang
ke ruang gawat darurat, ia terbangun dengan rasa menggigil
pada awalnya tampak sebagai "benjolan" tetapi kemudian
yang berat dan berkeringat. Anamnesis lebil-r lanjut
tampak vesikular. Kemudian timbul beberapa kelompok
menunjukkan bahwa pasien adalah peminum alkohol
yang lebih banyak pada lesi kulit yang sangat gatal. Dua
sedang sampai berat dan merokok satu bungkus rokok
jam sebelum dirawat, pasien pertama kali mengalami
setiap hari selama sekitar 17 tahun. Ia bekerja sebagai
nyeri dada sisi kanan ketika bernapas dalam atau batuk.
montir. Ia mempunyai riwayat dua kali dirawat di rumah
Dua minggu sebelum ciirawat, anak perempuan pasien
sakit-4 tahun yang lalu karena berhenti minum alkohol 8 tahun rnenderita cacar air dan ia
yang .berusia
dan 2 tahun lalu karena bronkitis akut.
membantu merawat. Pasien tidak tahu apakah ia
menderita cacar air juga seperti anaknya.
Gambaran Klinis
Temperatur 39 0C, nadi 130/menit dan respirasi 28l
Gambaran Klinis
menit. Gkanan darah 120180 mm Hg.
Pemeriksaan fisik menunfukkan pasien kelebihan Temperatur 39 0C, nadi 110/menit, dan respirasi 30/
berat badan ringan, yang sering batuk dan memegang menit. Tekanan darah 115170 mm Hg. Pasien tampak
dada kirinya ketika batuk. Ia mengeluarkan sedikit sangat tidak nyaman. Ia mengalami ruam kulit yang terdiri
sputum tebal berwarna seperti karat. Pemeriksaan dada dari banyak kumpulan atau stadium lesi mulai dari
memperlihatkan gerakan diafragma normal. Perkusi makulopapula merah sampai vesikel yang pecah dan
pekak pada dada posterior lateral kiri, menunjukkan berkrusta. Jari dan bibirnya tampak sedikit biru. Ronki
konsoiidasi paru. Bunyi napas tubular (bronkial) terdengar terdengar di kedua lapangan paru. Pemeriksaan fisik lain
di area yang sama dengan bunyi krepitasi kering (rale), normai.
sesuai dengan daerah konsolidasi paru dan mukus yang
kental di saluran napas. Pemerilaaan fisik lain normal.
Temuan Laboratorium & Pencitraan
Temuan Laboratorium & Pencitraan Rontgen dada memperlihatkan infiltrat paru interstisial
bilaterai difus. Gas darah arteri memperlihatkan Po,
Rontgen dada memperlihatkan konsolidasi lobus bawah
sebesar 60 mm Hg dengan saturasi hemogiobin 9l%.
kiri
padat yang sesuai dengan pneumonia bakteri.
Hematokrit, hitung sel darah putih, dan elektrolit serum
Hematokrit 45o/o (normal). Jumlah sei darah putih
serta uji hati normal.
16.000/pl (jelas meningkat) dengan 800/o bentuk PMN;
jumlah PMN 12.800/pl (secara nyata meningkat), l2o/o
limfosit, dan 8% monosit. Uji kimia darah, termasuk Pengobatan & Masa Perawatan
elektrolit, normal. Sputum tebal, berwarna kuning sampai di rumah sakit dan diberikan pengobatan
Pasien dirawat
seperti karat, dan purulen. Pewarnan Gram pada sputum
oksigen, yang memperbaiki hipoksianya. Ia diberikan
memperlihatkan banyak sel PMN dan diplokokus gram
asiklovir intravena dosis tinggi, Beberapa hari kemudian,
positif berbentuk lancet. Dua puluh empat jam kemudian,
status respirasi membaik, dan pada hari ke-6 pengobatan
biakan darah positif untuk Streptococctts pneumoniae.
olaigen dihentikan. Asiklovir diganti dengan pengobatan
Biakan sputum menumbuhkan banyak S pneumoniae dan
oral pada hari ke-3 dan dilanjutkan sampai total 10 hari.
sedikit koloni 1/ influenzae.
Pasien dipulangkan dari rumah sakit pada hari ke-7.
754 BAB 48

Keterangan oksigen dan kemopengobatan antivirus spesifik, bila


mungkin, penting diberikan.
Pneumonia bakteri akut sering terjadi dengan awitan
Penyebab pneumonia didapat dari komunitas yang
mendadak berupa menggigil dan demam, batuk, dan
paling sering adalah S pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae
sering nyeri dada pleuritik. Batuk sering bersifat produktif
(pneumonia atipikal pada orang muda), dan L
dengan sputum purulen, tetapi banyak pasien dengan
pneuml?hila (Tabel 48-3); patogen tersebut secara
pneumonia tidak secara adekuat mendapatkan hidrasi
bersarna-sama dapat menyebabkan sebanyak 75oh kasts
dan tidak mengeluarkan sputum sampai mereka
pneumonia didapat dari komunitas. Pneumonia H
menerima cairan, sepelti pada kasus tersebut. Nyeri dada
influenzae sering berhubungan dengan penyakit
pleuritik terjadi bila proses radang pneumonia melibatkan
kardiopulmonal kronik. Penyebab lain mencakup
iapisan pleura paru dan rongga dada; gerakan pleura,
Chlamydia pneumoniae (sebanyak 107o pneumonia didapat
seperti yang terjadi ketika batuk atau bernapas dalam,
dari komunit as), S tap hylo co ccus Aureus penyebab infeksi-
menimbulkan nyeri lokal. Pasien dengan pneumonia akut
infeksi virus influenza, dan Klebsiella pneumoniae pada
tampak sakit dan biasanya mengalami takipnea (napas
seorang alkoholik kronik. Basil gram negatif lain adalah
cepat) serta takikardia (nadi cepat). Banyak pasien dengan
penyebab pneumonia didapat dari komunitas yang jarang.
pneumonia mempunyai faktor predisposisi (gagal jantung
Infeksi paru pleural dengan campuran bakteri anaerob
kongestif, penyakit paru obs'truktif kronik, dil) yang
disebabkan oleh faktor predisposisi seperti penyakit
mengalami eksaserbasi sebelum atau bersamaan dengan
periodontal, gangguan kejang, stupor atau koma, dan
pneumonia.
aspirasi bakteri orofaringeal ke dalam paru. Pneumonia,
Temuan pada pemeriksaan fisik berhubungan dengan
abses paru, dan infeksi rongga pleura (empiema atau pus
konsolidasi jaringan paru, mukus purulen (sputum) pada
dalam rongga dada) terjadi dengan infeksi anaerob
saluran napas, dan pada beberapa pasien, cairan dalam
camPuran.
rongga dada. Pada perkusi, terdapat pekak di atas area
Pneumonia didapat dari rumah sakit (nosokomial)
konsolidasi (atau cairan). Bila terjadi konsolidasi, saluran
sering disebabkan oleh basil gram negatif enterik seperti
napas kecil tertutup, hanya saluran napas besar yang
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan S aureus,
terbuka; pada auskultasi, terdapat bunyi napas tubular di
serta legionela juga dapat menyebabkan pneumonia
atas area tersebut. Jika semua jalan napas tersumbat, tidak
didapat dari rumah sakit. Fungi, termasuk Histoplasma
ada bunyi napas yang terdengar. Bunyi krepitasi kering
capsulatum, Coccidioides immitis, dan Cryptococcus
(ronki) atau bunyi retakan pada auskultasi menunjukkan
neoformans, menyebabkan pneumonia didapat dari
cairan atau mukus dalam jalan napas; bunyi tersebut dapat
komunitas; spesies kandida dan aspergilus lebih mungkin
berubah saat pasien batuk.
menyebabkan infeksi nosokomial.
Pneumonia virus ditandai dengan peradangan
Hitung darah pada pasien dengan pneumonia biasanya
interstisial jaringan paru dan pembentukan membran
memperlihatkan leukositosis dengan peningkatan s'el
hialin dalam ruang alveolar, sering disertai bronkiolitis
polimorfonuklear. Radiografi dada memperlihatkan
dan terkelupasnya sel bersilia pada jalan napas kecil
infiltrat segmental atau lobaris. Kavitas dapat terlihat
dengan peradangan peribronkial. Virus yang paiing sering
terutama pada infeksi anaerob campuran atau pneumonia
menyebabkan pneumonia adalah virus sinsitial respirasi,
yang disebabkan oleh S aureus atau kelompok streptokokus
virus parainfluenza (khas tipe 3), virus influenza, A. Efusi pleura juga dapat ditemukan dan, apabila ada,
adenovirus, virus campak, dan virus varisela-zoster.
dapat dilakukan torakosentesis untuk mendapatkan cairan
Sitomegalovirus menyebabkan pneumonia pada pasien
untuk biakan dan hitung sel. Biakan darah harus dilakukan
transplantasi sumsum tulang alogenik dan organ padat;
pada semua pasien dengan pneumonia akut. Sputum
virus varisela-zoster juga dapat menyebabkan. pneumonia
seharusnya dibiak juga.
pada pasien ini. Banyak agen infeksius lain (dan agen
Sebagian besar pasien dengan pneumonia bakteri dan
noninfeksius juga) dapat menyebabkan pneumonitis
banyak pasien dengan pneumonia yang disebabkan oleh
interstisial dengan atau tanpa konsolidasi fokal dalam
penyebab lain memproduksi sputum mukopuruien.
paru. Contohnya termasuk Legionella pneumophila,
Sputum berwarna karat menunjukkan terkenanya alveoli
Mycoplasma pneumoniae, dan Pneumoqrstis jiroueci.
dan disebabkan oleh pneumonia pneumokokal tetapi dapat
Temuan fisik pada pe meriksaan dada penderita
disebabkan oleh organisme lain juga. Sputum berbau
pneumonia virus sering terbatas; sering hanya ronki yang
busuk menunjukkan infeksi anaerob campuran. Bagian
terdengar saat auskultasi. Beberapa virus menyebabkan
sputum yang purulen seharusnya dipilih untuk pewarnaan
ruam khas yang dapat berfungsi sebagai petunjuk
Gram dan pemeriksaan mikroskopik; spesimen sputum
diagnosis. Rontgen dada memperlihatkan infiltrat
yang adekuat akan memiliki lebih dari 25 sel poli-
interstisial bilateral difus. Dapat timbul area fokal
morfonuklear dan kurang dari 10 sel epitel per iapang
konsolidasi. Perawatan penunjang seperti pengobatan
pandang berkekuatan rendah (pe-betaran 100 X).
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS 755

Lazimnya, pemeriksaan mikroskopik sputum telah blok. Pada saat dibawa ke rumah sakit, ia melaporkan
digunakan untuk membantu menentukan penyebab mengalami penurunan berat badan sebanyak 5 kg.
pneumonia; namun, sulit membedakan organisme yang Demam reumatik terdiagnosis pada masa kanak-
merupakan bagian flora orofaring normal dengan yang kanak, ketika ia menderita pembengkakan sendi dan
menyebabkan pneumonia. Temuan banyak diplokokus demam serta hanya terbaring di tempat tidur selama 3
gram positif berbenruk lanset sangat kuat menunjukkan bulan. Seianjutnya, terdengar bising jantung.
S pneumoniae, tetapi streptokokus yang merupakan bagian
flora orofaring dapat memberikan gambaran yang sama. Gambaran Klinis
Nilai utama apusan sputum yang diwarnai adalah ketika
Temperatur 38 0C, nadi 90/menit, dan respirasi 18/
menemukan organisme yang tidak diharapkan (misalnya,
menit. Tekanan darah 130/80 rnm Hg.
banyak sel polimorfonuklear dan banyak basil gram negatif
Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa peremPuan
menunjukkan basil enterik atau pseudomonas, atau
tersebut mempunyai kelebihan berat badan sedang, dalam
banyak kokus gram positif berkelompok yang menun-
keadaan sadar, dan berorientasi baik. Ia mengalami sesak
.iukkan stafiiokokus). Biakan sputum mempunyai banyak napas ketika nalk 2 anak tangga. Pemeriksaan mata
kekurangan yang sama seperti apusan; mungkin sulit
memperlihatkan bercak Roth (bercak putih bundar
membedakan flora normai dengan koloni bakteri yang
dikelilingi perdarahan) pada retina mata kanannya. Petekie
menyebabkan pneumonia.
terlihat pada konjungtiva kedua mata. Kepala dan lehernya
Demonstrasi penyebab pneumonia yang sebenarnya
normal. kelompok perdarahan terlihat di bawah dua kuku
berasal dari kumpulan spesimeri yang terbatas: biakan
tangan kanan dan satu jari tangan kiri. Nodus Osler (lesi
darah positif pada pasien pneumonia tanpa infeksi
metah atau ungu pada kulit, yang menonjol, kecii, dan
penyerta; cairan pleura positif atau biakan aspirat paru
nyeri saat ditekan) terlihat di bantalan satu jari tangan
langsung; dan deteksi antigen yang bersirkulasi pada
dan satu jari kaki. Ukuran jantung normal pada perkusi.
organisme spesifik tanpa infeksi penyerta. Biakan sputum
Pada auskuitasi, murmur diastolik nada rendah yang sesuai
positif yang diperoleh dengan aspirasi transtrakea sangat
dengan stenosis karup mitral terdengar di apeks; opening
membantu. Biakan cairan yang diperoleh saat bronkoskopi
snapkatup mitral terdengar kuat di dada kiri. Pemeriksaan
juga sangat kuat menunjukkan penyebab pneumonia,
abdomen sulit karena obesitas; seorang pemeriksa mera-
tetapi sedikit flora orofaring normal biasanya ada dalam
sakan.limpa membesar. Pemeriksaan fisik lain normal.
biakan tersebut.
Ketiga penyebab primer pneumonia didapat dari
Temuan Laboratorium & Pencitraan
kemunisa5-S pneumoniaa mikoplasma, dan legionela-
serta Chlamydia pneumoniae secara khas rentan terhadap Film foto rontgen dada memperlihatkan ukuran jantung
eritromisin dan makrolid lain. Oleh karena itu, dan paru normal. EKG memperlihatkan irama sinus yang
eritromisin, azitromisin, atau klaritromisin dapat normal dengan gelombang P lebar (konduksi atrium).
digunakan untuk mengobati sebagian besar kasus Ekokardiografi memperlihatkan acrium kiri membesar,
pneumonia didapat dari komunitas. Penisilin-G adalah penebalan katup mitral, dan vegetasi pada katup posterior.
obat pilihan jika pneumonia pneumokokal terdiagnosis; Hematokrit 29o/o (rendah). Jumlah sel darah putih 9800/
namun, pneumokokus dapat resistan terhadap penisilin pl (normal tinggi), dengan 68% PMN (ttnggi), 24o/o
G dan kadang-kadang terhadap eritromisin. H influenzae limfosit, dan 8% monosit. LED 68 mm/jam (tinggi). Uji
tidak rentan terhadap eritromisin. Penyebab lain kimia darah, termasuk elektrolit dan uji fungsi ginjal,
pneumonia sebaiknya diobati dengan antibiotik yang normal. Tiga biakan darah diperoleh saat pasien masuk
diperlihatkan aktif melawan mikroorganisme tersebut. ke rumah sakit; t hari kemudian, ketiganya positif untuk
kokus gram positif berantai yang merupakan streptokokus
viridans dan akhirnya diidentifikasi sebagai StrePtococcus
JANTUNG sanguis.

KASUS 5: ENDOKARDITIS
Pengobatan
Seorang perempuan berusia 45 tahun dibawa di rumah
Endokarditis katup mitral didiagnosis. Penisilin G dan
sakit karena demam, sesak napas, dan penurunan berat
gentamisin intravena mulai diberikan dan dilanjutkan
badan. Menggigil, berkeringat, dan anoreksia mulai
selama 2 minggu. Pasien tidak demam dalam 3 hari setelah
terjadi sejak 6 minggu sebelum dirawat dan bertambah
pengobatan dimulai. Setelah pengobatan endokarditis
parah sampai dibawa ke rumah sakit. Nyeri punggung
berhasil, ia dirujuk untuk penanganan jangka panjang
persisten terjadi 4 minggu sebelum dirawat. Sesak napas
terhadap penyakit jantungnya.
bertambah saat beraktivitas, saat ini pasien sesak napas
setelah berjalan satu blok, biasanya ia kuat berjalan tiga
756 BAB 48

p i= i=i= i=i= i3 i*
r' ^i.j_-
I I I I , r I I ;
i

l* 1 rcr_lc _' d_. f; r r!



1Hs ''rcFrEF
rdr:FE
rc-6Ir r
s, 4-q *;
u';t- ir
rc c
r

trb ,:EarEE E;Essr;i:!;_.3E:i


l5']36-r
i:iE:E
I

,:? iEgHEir= ig'*i=Flr"Fi:E;EiiE


,FPg€,ir* r,f;EE;r+:r;FE3=r.i
ip ,&EtIE,j ,g;.EFF,,g3'3€i;3 r
iE:E
r.E:ih
i

35 rEEi I

: 'i' iI l_ i^ I I id
,

F lE lH I I l-:
ili f-
I

P *E r'< r .y r r r cr I F i

:-:E tr -'= r'4 r,, r ,'ri iigE =


|

.YEJ E '6
,- ,F I r:9.
I

55EE E; ig i:;F iE ,- ,bG; €€E


JJ- I

d;*.s.o* iE
rp, r.,=
;E ;E
r9 r;
;E;-E ;:::
rdhg rhEb
,

o Ol .E t r 3;
_VE.cr3r tr C r' uts i' G r' tr O r CY ts f OrC
I

co cE o' u oJ J u ' V ' o- F oJ ' d c G

*t rd ri ri ri.rc rE-c trb E=-E,


:: i* i$ i$ i$ i* l:EEt:5=+EEl
st.
A-:.;
ll. i;.i;.
i1! iHiiEi
i;.i;.
l-aiiii
i:gEEiEaEE,gi
iHHF;ircE5;i
.Eo 'lo I iol -o- I lol -o- r Y=..r!5*iEr
::t r*E
<-Eg rir3
l*el*r
rirSrinS
i*El*E
rirSr'dS
i*EFgl r;FEl
raietErFE€-9gr
:
so
is
rf
ir_ i:r€ Ir-_ ir-. ir,-f Ir- I

ro ro lo 16 rg tFp.*c tg r

I .- I ! I .- I ! o I ! I ! t y

iI iirE l5 rf i=!"r=- l:FE l5:


I

16 rb
rs
'tco r0V ,tl,E€
rb;rbe
,tl;
rbHE rbE't;co I
i

f,
P
c
b
V I\Z I I |6 cororco o;'
I 1 t i
I

tOJ
I r l= l= l= r l
l- r= rE rE rE r r:--c
r

OJ

r[ r'E8,3 rB rB
I
P
! t- ,x3.,
,8_E,c I I ,'
I
.E
R r$ rF ,Xg
o
E
:t
I l:;
r '':-x lF3:
I g 1r
roor br=
Eq iE:F
| bt I b
r;
rl
I E
rg
reE
I cs
I

:
I

u _g* lg= i; ^: l€E-


o-
C
o
iE
.=o i€E
oo- 'od
l:EiEE
lE.:66 :6 tE
iE iS
iE
;#
'J-P
iFfI
I

'

o lt-
I
l*ol-o
r r
l--,
r
r
r.o
rtE i

-o
-c c .{rr .g
' o
r

Ol r '3 I .- I G r 6n- t.1. I';


Efi *lEfia lf i;ps :FEl: i€
,.! li:
i
c
()
o-
c(o esFt,lgF* 'i c I -En; ,:: o_ €X i

J5:Erg5=H'EE,3,*6 rEErE r&


,

I':;'6
15 l

.t_i 3 E t :i c - -
3i | t
' I t E I -
-v.
F +--o-
g.Pj F +--6
g.eJ 3 ;Fj;*E5 ;!l;: ;F in: I

CJ
P
-\Z
o
$FtAiFFtg iEEi"f:E
cLc.=o-l^.==
i-cio-ot
iSilgE
;z'atzt
',8
;<
iiE
;oo-
;

q,
;

o
\z
3.s
Ic lt'
r!6 i: i te
,!
l i::.^
,i ,EE I, I,FiH i

'
sg iBU li*i*S is iSi ir iig
rri I

00
s,

FH iFE IF;I{H i;E riiE iqH


I

{u
a
g ; ri rfi rV
iC
rff rt rE
I

r
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS 757

i* i*
I

I'lcl
i- l-
tsf
ro.E I -r*
I

,t.:F t_-
' E': r9
o r.E F g
;HJ5
'N
ri=!*
.o
;Eg
,.n't .i"ff*E rE3.
:Ein*
|E:EIF
r.E,iFB.b
r,iEEEE
t.*".
rE:o
r#e
tic!:
rtr;E$
'.E#eE
| : o-d
I' uP.-P
o(uc6
IEFES
lc+(:P
, F; 3".q
i-- |
I .sa R
I

iE l6'
lE
l'; l6ci:^ii 13-
|o-'E
,6
td
I 6'<
rrq;
,-.,!.8 rE€IE'I. r.;5
r;5 loui
.L6
tod_
,EXE 'nIRiE5
tg;8.E3: ro.V rEFh
F€r t gnEE*
I r!
oJ |
, Ir;Ofl: :56q
I o u)E
r'u CCO r @i(!t0(!(!
'd 'i! r C(!O
o o- oE otE.o ' a- utJ
l=
l-ob Il:_06,. .1.
I I

;-a;5E* ii=€f:n
, :cP5
I

r.
iEE;,E ;Eie€:i ir*
;ti -;
:oP
:r';oJl60 oa
og.r
I,.96o6>(!
x 3-

i6E+E*e
'JEHt"^E rS'ai.pi iBEt=*g i;i
rEI
:!Ep;;!
. k G.o E.L o
'dg(,
'biE3*.r r'!!!Pg3! rEE I o 9 c E 39
or -E
r.u,iHEEg
'5;3'EflE '€fl=i.EF
lo-.:F o; i! I .14;.= 6 o E ';i I \lcL c t io-O
| ""
iiopl
I

t'-
''EE '-q <9P
8S.E ,s;:
'-P3 t h!-d;€
| :6 o i:';
'H'F
,E€
tll -o
,ii=spFl iEI:
I

'g:g;'FE
to4ts:q
iit
,;E i€EE;*"!E
,+FESi=o$ it$e
,ax*
r pj9FoX-
;g.iEE;8
'E F h-EE X
rdr-v(o | :E+ i! o.6
l-. l=--Eo-<r I

'lj2 , i

r.g r r!
I

rl
r- r rS gb rfi
t2.- r* r? rr t-o
,E
iFg
iEE iH
i! i**g
iit}
'(u-I
rE6 ..;c
ig
l-yc
.l-oo
oo) Fe
i3* o)l
|BgS r'FE
I

I
E_9i
!-P
odF
o>Y
:c6
Xod
* Or=
to cce
lc J loP
e-o
c'+
lE f.:'h

irfteerr ii5€i;€Ei Ei;ileg I


r hJt'6 -sS ri oE g oN E'b aX 9 r -*-e b
X 5
t'-'d-
r o
' or*
v-cPbi
E
qi
O 6E
E3:i!+
i a 0E
vi=-?

g;; $g5gF6iFBgi rvi9


'oo €st-es
i s ;Fit F5 g;
POLeO

i i i<; Eac@C
OQ6Oo
9* fi E i

i.o
!+
rl
rlSEs
,5i
i*
,E\ -."F
I

lh
Iti
!'*
i'tr>
i:;0h
O!
:.E;98
!Ei:E
E,ii€5
q, g f

rQ 'Fg tEf; r\o o!!.--nl


f(tl:aO
H* A.=
tolt>a-td\:
rS rU rE ' 3'i
ta-
o:==
=E
BAB 48

Keterangan streptokokus dan stafilokokus; dan bakteri seiain


streptokokus dan stafilokokus diobati dengan antibiotik
Gejaia dan tanda endokarditis sangat bervariasi karena
berdasarkan aktivitas yang diperlihatkan. Bedah
setiap sistem organ dapat terlibat secara sekunder (atau
penggantian katup kadang-kadang diperlukan bila
primer). Demam terjadi pada 80-90o/o pasien, menggigil regurgitasi katup (misalnya, regurgitasi aorta) menye-
pada 500/0, anoreksia dan penurunan berat badan pada
babkan gagal jantung akut bahkan ketika terdapat infeksi
sekitar 250/0, dan lesi kulit pada sekitar 25o/o. Gejala'
aktif. Pembedahan diperlukan untuk endokarditis yang
gejala tidak spesifik seperti nyeri kepala, nyeri punggung,
disebabkan fungi dan jika gagal dengan pengobatan medis;
baruk, dan artralgia sangat sering terjadi. Sampai 25o/o
sering diperlukan pada endokarditis gram negatif; dan
pasien endokarditis datang dengan tanda neurologi atau
penting bila infeksi melibatkan sinus Valsalva atau
stroke akibat embolus dari vegetasi katup jantung. Sakit
menimbulkan abses septum dan bila embolisasi kembali
punggung, nyeri dada, dan nyeri abdomen terjadi pada
terj adi.
lA-20o/o pasien. Temuan fisik khas meliputi demam pada
90-95o/o, murmur jantung pada 80-90% dengan murmur
.iantung baru atau yang berubah pada sekitar 150l0, ABDOMEN
splenomegali serta lesi kulit pada sekitar 50%o pasien.
Banyak gejala dan temuan fisik lain berhubungan langsung KASUS 6: PERITONITIS & ABSES
dengan komplikasi infeksi metastatik dan embolisasi dari Seorang mahasiswa laki-laki berusia 18 tahun dirawat di
vegetasi. rumah sakit karena demam dan nyeri abdomen. Ia sehat
Streptokokus menyebabkan sekitar 7070 kasus sampai 3 hari sebelum dirawat, ketika ia mengalami sakit
endokarditis. Streptokokus viridans dari beberapa spesies abdomen difus dan muntah setelah makan malam. Nyeri
(misalnya, S sanguis, S saliuarius, S mutans, S bouis; Bab
menetap sampai malam dan memburuk pada pagi hari
15) adalah yang paling sering, diikuti enterokokus setelahnya. Ia berada di ruang gawat darurat; di sini nyeri
(misalnya, E faecalis) dan streptokokus lain. Streptokokus
tekan abdomennya terlihat; pemeriksaan rontgen dada
biasanya menyebabkan endokarditis pada katup jantung dan abdomen normal; jumlah sel darah putih 24.000/pl;
abnormal. S aureus menye babka n 20-25o/o dan dan uji laboratorium lain, termasuk uji hati, pankreas,
Staphylococcus epidermidis sekitar 5%o endokarditis (Bab dan fungsi ginjal normal. Pasien kembali ke rumah, tetapi
14). S aureus dapat menginfeksi katup jantung normal, nyeri abdomen dan muntah intermiten menetap dan
sering pada penyalahguna obat intravena, dan menim- mengalami demam sampai 38 0C. Pasien dirawat di
bulkan penyakit yang lebih progresif daripada rumah sakit pada hari ketiga penyakitnya.
streptokokus. S epidermidis merupakan penyebab Tidak ada riwayat minum obat, penyalahgunaan obat
endokardids pada katup prostetik dan jarang menginfeksi atau alkohol, trauma, atau infelai, dan riwayat keluarga
katup alami. Basil gram negatif terjadi pada sekitar 570 negatif.
dan ragi seperri Candida albicans pada sekitar 370 kasus.
Banyak bakteri lain-tentu saja spesies apa pun-dapat Gambaran Kllnis
menyebabkan endokarditis; sejumlah kecil bakteri bersifat
negatif dalam biakan. Temperatur 38 0C, nadi 1O0/menit, respirasi 24lmenir.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan prosedur Tekanan darah I i0/70 mm I{g.
diagnostik yang penting. Diagnosis sangat baik ditegakkan Pada perneriksaan fisik tampak laki-laki muda yang
dengan biakan darah positif berulang tanpa adanya infeksi perkembangannya baik terlihat sakit akut dan mengeluh
di tempat lain. Ekokardiografi merupakan prosedur nyeri di abdomen yang difus. Pemeriksaan dada dan
tambahan yang sangat membantu; adanya vegetasi pada jantung normal. Abdomen sedikit kembung. Terdapat
pasien dengan demam yang tidak dapat dijelaskan nyeri tekan kuadran kanan bawah dan periumbilikal yang
penyebabnya sangat mendukung ke arah endokarditis. difus pada palpasi dengan kekakuan otot saat dipalpasi
Pengobatan antibiotik penting karena endokarditis (guarding). Terdapat tanda massa kuadran kanan bawah'
yang tidak diobati dapat fatal. Obat-obat bakterisidal Bising usus tidak sering.
seharusnya digunakan. Pilihan antibiotik bergantung pada
organisme penginfeksi: Penisilin G ditambah gentamisin Temuan Laboratorium & Pencitraan
selama 2 minggu untuk streptokokus viridans dan selama Hematokrit 45o/o (normai), dan jumlah sel darah putih
4 minggu untuk <interokokus; S aureus diobati dengan 20.000/pl (secara nyata meningkat) dengan 90% sel
penisilin yang resistan terhadap penisilinase (misalnya, polimorfonuklear (secara nyata meningkat) dan 12o/o
nafsiiin), sering dengan tambahan gentamisin, biasanya iimfosit. Arnilase serum (uji untuk pankreatitis) normal'
selama 2 minggu, dan mungkin rifampin; vankomisin F,lektrolit, uji hati, dan fungsi ginjal normal. Film rontgen
adalah obat alternatif penisilin G dan nafsilin untuk dada dan abdomen normal meskipun tampak beberapa
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS 759

lengkung usus kecii yang terdistensi. CT scan abdomen dan lokasi masalah. Uji laboratorium, seperti hitung sel
memperlihatkan pengumpulan cairan di kuadran kanan darah putih, membuat hasil abnonnal tidak spesifik atau
bawah dengan ekstensi ke pelvis. membantu menyingkirkan penyakit s€perri pankreatitis,
ini. Foto ronrgen abdomen merupakan
seperti pada kasus
Pengobatan pemeriksaan diagr.rostik rambahan yang sangar berguna
Pasien dibawah ke ruang operasi. Saat pembedahan, dan dapat memperlihatkan pengumpulan gas dan cairan
ditemukan apendiks yang mengalami perforasi dengan dalam usus besar dan kecil. Banyak informasi definitif
abses periapendikularis besar yang meluas ke dalam peivis.
yang menunjuk-kan abnormaliras fokal diperoleh dengan
Apendiks diangkat. Sekitar 300 ml cairan abses berbau menggunakan CT scan. Bila ada cairan, aspirasi jarum
busuk dievakuasi dan ditemparkan drainase. pasien dan biakan menghasilkan diagnosis infeksi tetapi tidak
diobati dengan genramisin, ampisilin, dan metronidazoi menjelaskan proses penyakit yang mendasari.
selama 2 minggu. Drain dimajukan setiap hari dan Pembedahan mungkin diperlukan untuk mendaparkan
diangkat 1 minggu setelah pembedahan. Biakan cairan diagnosis definitii semenrara di wakru yang sama menjadi
abses menunjukkan sedikitnya enam spesies bakteri, langkah definitif pada pengobaran. Proses penyakit yang
termasuk Escherichia coli, Bacteroides ftagilis, streptokokus mendasari, seperri apendiks yang ruprur arall usus
viridans, dan enterokokus (flora gastrointestinal normal). gangrenosa, dapat diperbaiki dan infeksi lokalisata
Pasien sembuh. didrainase. Obat antimikroba merupakan pengobatan
tambahan yang penring. Pemilihan obat mungkin
Keterangan mencakup antimikroba yang aktif melawan batang gram
negatif enterik, yang saru aktif melawan enterokokus dan
Nyeri adalah manifestasi primer yang laz.im pada streptokokus, dan yang ketiga mela.wan batang gram
peritonitis dan pembentukan abses intraabdomen, r.regatif anerob yang sering resistan terhadap penisilin G.
Lokalisasi dan intensitas nyeri disebabkan oleh penyakit Banyak regimen relah dijelaskan; satu regimen mencakup
primer di visera abdomen. Perforasi ulkus peprikum gcntamisin, ampisilin, dan merronidazol.
dalam waktu singkat menimbulkan nyeri epigastrium yang
dengan cepat menyebar ke seluruh abdomen dengan KASUS 7: GASTROENTERITIS
keluarnya isi gaster. Apendiks yang ruprur atau
divertikulum kolon sigmoid masing-masing sering Empat anggora keluarga migran pekerja pertanian datang
menimbulkan nyeri kuadran bawah kanan atau kiri yang ke rumah sakit karena diare dan demam sejak 6-12 jam
terlokalisasi, disertai peritonitis fokal dan pembentukan sebelumnya. Ayah berusia 28, ibu 24, anak-anai< berusia
abses. Mual, munrah, anoreksia, dan demam menyertai 6 dan 4 tahun. Sehari sebelumtl,a, keluarga tersebut
rasa nyeri. makan saiad hijau campur, daging mentah, kacang, dan
Tanda dan gejala serelah keluarnya isi usus ke dalam tortila yang disiapkan oleh orang iain dalam kamp. Anak
abdomen secara akut cenderung meialui dua fase. lain dalam keluarga rersebut, berusia 8 bulan, ddak makan
Pertama adalah stadium perironitis, dengan nyeri akut makanan yang sama dan tetap sehat. Sekitar 24 jam
disebabkan oleh infeksi E coli dan bakteri anaerob setelah makan, anak-anak mengalami kram perut,
fakultatif lain; keadaan ini terjadi pada l-2 hari pertama demam, dan diare berair. Gejala rersebut menerap selama
dan jika tidak diobati akan menyebabkan angka kematian 12 jam sebelumnya dan pada kedua anak diare disertai
yang tinggi. Stadium kedua adalah pembentukan abses darah. Orang tua mengalamr gejala yang sama 6,8 jam
yang disebabkan oleh infeksi B fragilzi dan bakteri anaerob lebih awal tetapi ddak tampak darah pada fesesnya.
obligat iain. Orang tua menyatakan bahwa beberapa orang lain di
Pemeriksaan fisik selama fase akut menun.jukkan kamp mengalami penyakir yang sarna selama 2 minggu
rigiditas abdomen dan nyeri tekan difus atau lokal. Sering sebelumnya. Fasilitas sanitasi di kamp adalah primitif.
nyeri tekan nyata bila palpasi abdomen dilepaskan, disebut
nyeri lepas. Kemudian, terjadi distensi abdomen dan Gambaran Klinis
hilangnya gerakan usus (ileus paralitik). Pada pemeriksaan fisik, remperarur anak-anak 39-39,5
Bakteri yang menjadi flora gastrointestinal normal 0C dan orang tua
38 0C. Semua mengalami takikardia
(Bab l1) merupakan penyebab peritonitis akut dan abses
dan tampak sakit akut. Kedua anak tampak dehidrasi.
yang disertai ruprur usus: E coli dan batang gram negatif
Jumlah sel darah putih berkisar dari 12.000 sampai
enterik lain, enterokokus, streptokokus viridans, B /iagilis 6.000/pl,
I den gan 5 5 -7 60/o sel polimorfonuklear. Beragam
serta batang gram negarif anaerob lain, serta kokus gram
sel darah putih tampak pada sediaan feses basah. Feses
positif anaerob dan batang dari banyak spesies. anak secara makroskopis berdarah dan terdapat mukus.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan langkah Biakan feses masing-masing orang rua menumbuhkan
awal penting pada diagnosis, unruk menentukan keakutan
Shigella flexneri.
76fJ BAB 48

Pengobatan Tidak ada pengobatan spesifik untuk infeksi yang


disebabkan oleh rotavirus, penyebab diare oleh virus yang
Kedua anak dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan paling sering.
intravena dan ampisilin. Orang tua diobati seperti pasien
Blacklow NR, Greenberg HB: Viral gastroenteritis. N Engl J Med
rawat jalan, dengan cairan oral dan siprofloksasin oral.
. L99l;325:252.
Semua sembuh. Follow-up kesehatan masyarakat mengarah
Guerrant RL, Bobak DA: Bacterial and protozoal gastroenteritis. N Engl
pada perbaikan keadaan sanitasi di kamp. J Med 1991;325:327.

Keterangan
SALURAN KEMIH
Mual, muntah, nyeri abdomen, diare, dan demam adalah
gambaran klinis utama pada infeksi gastrointestinal. KASUS 8: INFEKSI KANDUNG KEMIH
Gejala dominan bergantung pada agen etiologi, apakah AKUT TIDAK BERKOMPLIKASI
toksigenik atau invasif atau keduanya. Bila berada dalam
makanan, toksin yang sudah terbentuk sebelumnya sering Seorang perempuan berusia 21 tahun datang ke layanan
menyebabkan mual dan muntah. Misalnya, S aureus dan kesehatan mahasiswa universitas dengan riwayat semakin
B a c i I lus c ereus menghasiikan enterotoksin dalam makanan ; sering berkemih sejak 2 hari lalu disertai urgensi dan
mual dan muntah-dan sampai diare ringan-terjadi disuria. Urinenya merah muda atau berdarah selama
beberapa jam setelah memakan makanan. Organisme sekitar 12 jam. la tidak mempunyai riwayat menderita
yang menghasilkan enterotoksin menyerang usus kecil infeksi saluran kemih. Pasien akhir-akhir ini aktif secara
proksimal dan cenderung menyebabkan diare berair seksual dan menggunakan diafragma dan spermisida.
(misalnya, E coli enterotolsigenik, Vibrio cholerae). Agen
seperti rotavirus, virus Norwalk, dan Giardia lamblia Gambaran Klinis
menyebabkan diare berair melalui mekanisme iritasi atau
Temperatur 37,5 rC, nadi.1O5/menit, dan respirasi 18/
destruksi mukosa. Bakteri invasif atau penghasil sitotoksin
menit. Tekanan darah 105170 mm Hg.
menginfeksi kolon dan menyebabkan nyeri abdomen, .Pada pemeriksaan fisik, temuan abnormal hanya nyeri
diare yang sering dengan darah dan mukus, demam, dan di daerah suprapubik.
tekan ringan saat palpasi dalam
dehidrasi, seperti pada kasus ini; kelompok tanda dan
gejala ini disebut disentri. Organisme yang menyebabkan
Temuan Laboratorium
disentri termasuk salmonela dari banyak serotiPe,
shigellae, Campylobacter jejuni, E coli enteroinvasif, Uji laboratorium menunjukkan sedikit peningkatan
Clostridium dfficih, dan Entamoeba histolytica. Demam jumlah sel darah putih 13.0001p1;65o/onya adalah PMN,
enterik adalah infeksi yang mengancam nyawa yang juga meningkat. Nitrogen urea darah, kreatinin serum
ditandai dengan demam, nyeri kepala, dan berbagai gejala dan glukosa, serta elektrolit serum normal. Sedimen urine
abdomen; Salmonella typhi (dan juga S paratyphi A dan B, mengandung banyak sel darah putih, sel darah merah
serra S choleraesuis) dan Yersinia enterocolitica menyebabkan dalam jumlah sedang, dan banyak bakteri yang
demam enterik. Agen yang sering menyebabkan toxin- mendukung adanya infeksi saluran kemih. Biakan
induced gasnoenteritis dan infeksi gastrointestinal disajikan menghasilkan lebih dari 105 unit pembentuk koioni
pada Tabel 48-4. (CFU)imL E coli (diagnostik untuk infeksi saluran kemih).
Infeksi gastrointestinal sangat sering terjadi, terutama Uji kerentanan antimikroba tidak dilakukan.
di negara sedang berkembang, yang angka mortalitasnya
tinggi pada bayi dan anak kecil. Pencegahan kesehatan Pengobatan
masyarakat melalui pengembangan higiene yang baik dan
Pasien disembuhkan dalam 3 hari dengan pemberian
penyediaan suplai makanan dan air bersih sangat penting.
pengobatan sulfametoksasol-trimetoprim.
Pada sedikit kasus terdaPat agen etiologi yang
diperlihatkan dengan cara biakan feses atau immunoassay. Keterangan
Timuan leukosit pada sediaau basah feses sangat
mendukung infeksi. Lihat bawah.
Mempertahankan hidrasi yang adekuat merupakan
gambaran pengobatan yang paling penting, terutama pada KASUS 9: INFEKSI SALURAN KEMIH
bayi dan anak. Pengobatan antimikroba diperlukan pada BERKOMPLIKASI
pengobatan demam enterik (demam tifoid) dan
memperpendek durasi gejala pada infeksi shigela, Seorang lakilaki berusia 67 tahun menderita demam dan
campylobacter, dan V chokrar- tetapi memperpanjang gejala syok 3 hari setelah reseksi transuretra karena pembesaran
dan pengeluaran salmonela dalam feses. kelenjar prostat. Dua minggu sebelumnya, ia mengalami
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS 761

obstruksi urine dengan retensi yang disebabkan oleh pada Kasus 9. Sistitis dan pielonefritis sering timbul
pembesaran prostat; hipertrofi prostat benigna sebagai penyakit akut, tetapi infeksi rekuren atau kronik
terdiagnosis. Kateterisasi kandung kemih diperlukan. sering terjadi.
Setelah pembedahan, kateter kandung kemih indwelling Secara umum, dapat diterima bahwa 105 atau lebih
yarig diikat dengan sistem drainase tertutup dibiarkan di CFU/ml urine merupakan keadaan bakteriuria yang
tempat. Dua hari setelah pembedahan, pasien mengalami signifikan, meskipun pasien dapat asimtomatik atau
demam sampai 38 0C; pada hari ketiga pascaoperasi, ia simtomatik. Beberapa perempuan muda mengalami
menjadi kebingungan dan disorientasi serta menggigil. disuria dan gejala sistitis lain dengan urine kurang dari
105 CFU/ml; pada perempuan tersebut, sebanyak
Gambaran Klinis sedikitnya 103 CFUiml batang gram negatif dapat
menunjukkan bakteriuria signifi kan.
Temperatur 39 oC, nadi 120/menit, dan respirasi 241
Prevalensi bakteriuria adalah l-2o/o pada anal<
menit. Tekanan darah 90/40 mm Hg.
perempuan usia sekolah, l-3o/o pada perempuan tidak
Pada pemeriksaan fisik, pasien mengetahui namanya
hamil, dan 4-7Vo selarna kehamilan. Prevalensi bakteriuria
tetapi mengalami disorientasi waktu dan tempat. Jantung,
meningkat seiring usia dan rasio seks yang terkena infeksi
paru, dan abdomen normal. Terdapat sedikit nyeri tekan
menjadi hampir sama. Pada usia lebih dari 70 tahun, 20-
kostovertebra di daerah ginjal kiri.
30o/o arau lebih perempuan dan 10olo atau lebih lakilaki
mengalami bakteriuria. Infeksi saluran kemih atas secara
Temuan Laboratorium
rutin terjadi pada pasien dengan kateter indwelling
Uji laboratorium memperlihatkan hematokrit dan walaupun dilakukan perawatan optimal dan sistein
hemoglobin normal tetapi jumlah sel darah putih drainase tertutup: 50%o setelah 4-5 hari, 75o/o serclah 7-9
meningkat sampai 18.000/pl; 85% PMN (secara jelas hari, dan 1000/o setelah 2 minggu. Aktivitas seksual dan
meningkat). Nitrogen urea darah, kreatinin serum, penggunaan spermisida meningkatkan risiko terkena UTI
glukosa serum, dan elekuolit normal. Urine diperoleh dari pada perempuan muda.
kateter dengan menggunakan jarum dan syringe. Sedimen E coli (Bab 16) menyebabkan 80-90% infeksi akut
urine mengandung sel darah putih yang sangat banyak, saluran atas yang tidak berkomplikasi yang disebabkan
sedikit sel darah merah, dan banyak bakteri, yang menun- oleh bakteri (sistitis) pada perempuan muda. Bakteri
jukkan infeksi saluran kemih. Biakan urine menghasilkan enterik lain dan Stap hy lococcus sa?ro? hyticus menyebabkan
lebih dari 105 CFU/ml Klebsielk pneumoniae, menegaskan sebagian besar infeksi kandung kemih kultur positif lain
diagnosis infeksi saluran kemih. Biakan darah juga pada kelompok pasien ini. Beberapa perempuan muda
menghasilkan K pneumoniae, yang r€ntan terhadap dengan disuria akut dengan kecurigaan sistitis
sefalosporin generasi ketiga, gentamisin, dan tobramisin. menunjukkan biakan urine negatif untuk bakteri. Pada
pasien ini, biakan selektif untuk i/elsrrria gonorrhoeae
Pengobatan & Perawatan di Rumah Sakit dan Chlamydia trachomatis dan evaluasi untuk infeksi
herpes simpleks seharusnya dipikirkan.
Pasien mengalami infelai saluran kemih yang disebabkan
Pada infeksi saluran atas berkomplikasi dan pada
oleh kateter kandung kemih. Ginjal kiri agaknya terkena
keadaan abnormalitas anatomik atau kateterisasi kronik,
berdasarkan adanya gejala nyeri ketok sudut kosto-
spektrum bakteri penginfeksi lebih besar daripactra kasus
vertebra. Ia juga mengalami bakteremia sekunder disertai
tidak berkomplikasi. E coli sering ada, tetapi batang grarn
syok (kadang-kadang disebut sepsis gram negatif dan
negatif lain pada banyak spesies (misalnya, klebsieia,
syok). Ia diobati dengan cairan dan antibiotik intravena
proteus, dan enterobakter [Bab l6] dan pseudomonas
dan sembuh. Strain 1'ang sama, yairu K pneumoniae telah
[Bab 17J), enterokokus, dan stafilokokus juga sering. Pada
diisolasi dari pasien lain di rumah sakit, menunjukkan
banyak kasus, terdapat dua atau lebih spesies dan bakteri
penyebaran nosokomial bakteri
sering resistan terhadap antimikroba yang diberikan
berkenaan dengan pengobatan sebelumnya.
Keterangan . Adanya sel darah putih dalam urine sangat mendukung
Infeksi saluran kemih dapat hanya mengenai saiuran tetapi tidak spesifik untuk infeksi saluran.atas hakten.
bagian bawah atau kedua saluran, bawah dan atas. Sistitis Sel darah putih dapat dideteksi dengan pemeriksaanL
adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan infeksi mikroskopik sedimen urine atau, secara tidak langsurng,
kandung kemih dengan tanda dan gejala meliputi disuria, dengan deteksi dipsich leukosit esterase. Adanya seX daraFr

urgensi, dan frekuensi, seperti pada Kasus 8. Pielonefritis merah juga ditemukan pada mikroskop sedimen urine,
adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan infeksi atau secara tidak langsung dengan deteksi d'ipsticle
saluran atas, sering disertai rasa nyeri dan nyeri ketok di hemoglobin. Proteinuria juga dideteksi dengan dipstick'
pinggang, serta disuria, urgensi, dan frekuensi, seperti Adanya bakteri pada pewarnaan Gram urine yang ddak
762 BAB 48

.,o $ l!g l(o 1

{s t-r-t- r'1or
'oi
!0 rll ll
., € c
I

lj. II
o+
!'$
,bd
'{= o€
:F:: l*: l! +
I

l ;' I r::
orE
c6 tl
-tE rep E 'E€3_* ,-VF,E.ps6
J-
I EF'i* SE
rc!r

sEE:: EP'E :i :+:E;i;


EeFri:E; dEF:gp l'6!c S;r
Pi.j!g: s€9i" I F g!-. E
'' rEi-:gi€
o i:>.
cv G fr
- I o ic I .- v L-9
,9.:t o t

,,9'r CGrc
PE6: q*;i i :iE i e€fi;: fri :i-:FE; I Et.: *i | _ o x ^n to
r f, Q6-ii;
o, ^
I

yr '=o!" I
=ts-
6 r

I o YO
cr'- ii3ii
l!l oiE I o F"s=ti {€F I
a@P:!
E!=EFti F$,sI;e It-)EiEr '
6-f C
t

r!! '- or
;r 5Es fix , >c X.N c, (E
!L=L

..::
llr or: --o
!--i *i 3E;*i i*!E:ti :€:Ef€ 9c X a E ;3s.--*E;,
o '_F>." I
=.- . , d -o * - Y L O- i

Et
t!:
o:-
!!= o t ^O h
gt.,l is-g=F _c ' 0J; o) j.ol)-c
..:l
t.',,!
t .'l
G=qJ:
r;gi i s;eE i *;s aFt i s= E:;; II co.\
9 oE .? l.EEPES=l
rOtFLEo-1
Gc6ie
<

i;'€-: C ir*
6 tr O-.X - o_:O
tl
i-:
I
.,l'.'irr,l
.,r,,':..! ,C
ro r' Uni
o
I .-u=
r

t.:,':l ,f t-Y' cE o I

',I *€trEP
F€* | -:'L '9fi '6;
r '' Y r ]J= e i Fii! ';
o,
L
r Q ..9
I o.gc
v oq
r

isl. iFEE
.....t
I 9'; J-O I

P
(I'
c
6t
"rI
I
^
-:C
oti!:
6 F
xdz
;i*E
r3f,* rE39 rEHS
rLo6
,t-6h)
OP!^
roPa3
=: !
0J
;;
I 6= C
6oG
I o o)o
i

-9
P
CJ
6,
c.l N;JE
o' iia* ;:!f;
, = J-c , _c _y , €-O'\
i+F! I g E5E cCtr
-c=tE_E I

'FH_. ,;*.i
c
6r, .E f { g ,p,=-i Ir E.= I o -:z | !'-*v iir'o .

oJ F
YalTrii
ol' !€ d;' L

r!
(')
'6
o til
rgl I o.= b
41 b *S o
-O
i€E*Hi€E;
rbi*5rbi*
lSEi
r.iu\
;.9ob'
' e O
6 -d;
t u,r h ^'lt
o--Q
^
5F,re*S
'v:
| !.jl a, l

PY>C
c;i c6 I EE.U s r E 3fi | :; d
.r!!o+
rkcoi dr= I > L L I
-\z
so
u;-o > I u C-OCO I u 6! I F:J C t;!ar_c+Y E'UrcgS 1

| ',1 tl
.g
rEE-
| I

c IO
rc r_b I t c* r

o r-9 o, tl;. r c: 1e G I E€
EE '€E*
I
:o
*\ E;;i r F> r EryiY
r-o- '*E l-v
._o l-co-
q.)
=ocO
.t
!*-i
:'o i ss
,od '1;;6
,!-Ei :*
,iX
l6
_o
0J.
. o6
l^1
I

Pf ,€FcI tEt t >c


! '-vv
-eiE! , 9.P -
I

o rbP r

\ O hG
>6{
v
c
t p b I I >,o-
,;*.1€
| : or c ItrI .
rc
SL L

G
o.If ! o
:l _ ty 'id
rEE rE.:bE
eEl , ot$
'Icu
,
I q3J
€€ s
Ot '3cQ ,r60OL-q lto6
I

J-:.o
; oE-c
:!
o
is,E,iEim; iigt I O)P : i r -

I oaJ
|
^lo
r E'bF
I

iiP; i:pet i:Er


AJ

'S oo
I
u)
+-lL
ro:h0J l.=G
h-v; ts
,6b
,&: rggg. I

o
!
c
X -c
o
is i
t.o I
i

I
I

I
rl
tl
ll
1E I I ll
t.:
I

(I'
J
tfr I t.: ll
.Y
-o
E
c
6
rts rg r rg ll
It
! t-g tP 1.9 '-o
'O l't I

-o ,6,6
tPtarr= lo) .9
rc
CJ
6 r5 rX rS 19
c
5 o l6 I

o ri5 ri5
i3
|

E I tl
r') ttl tl
'f 'o,
.:,..,...'rl @
rE rE t[ ,tr
I

rEG
,.!. r! o' b ot=
r
o
CJ
.oJi ocX I.q 1.6 l'- l'-l
g)
-i.4, oIE tqp t-- rX ,N
rF\ rl r

c rr::O.,
rT rT r* lco$

i^i-i-
o rA:'5. t.'::t ' .::6 roo I

r^ tl
c f:rlli.,..i'lliJ
tl
o llll,:::; ,,i::r:.r'r'r:,,:l
I

t+'l
Ol :i:.]'i.:1:'1l1l I

,,:lr,:1:,
13 r o r _ I O 6LJ r06
..1,.1.:l
],]tl.'l::l:lOr:.:i
i.,.:iill.i'8 " rpg rcfi ,sS I UJU
,
_ oF ru: I
T
o0
\t
'..":,'.'.'

oh
c: >J
"tor
vt, o I r.:3
I ro'i
,.i.E r':E-
I .Y oY
l:o
r
G.=
!\PUb-
l

o
a
rii::,;,,.

r..lliill'
':.rgrrrgl:i
a9
Q:
g
I h

r'[ ';;
136
l'b\
;E
\
lqrc>
rt*95
P'=
I
ttgu
QJ cu
|

ol!
'!n
I
.o r',lll"ii9:'!
tco tu lu I
r,1l
,r,.i::
:, .lllir$:llir',1 I 9t rri IIJJ I
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS 763

i;r r i: EiP
Ito l(ol(olc:
r- r- r .1
.-3+r
i3 I

rd rI rrc , .-O P, E
-3 r c 5s | !
,P
16-'i
I -9;,b'
l9_ki.H;l
=, -S
b
.d
i*F*lg,ill -EE!F.F ; rPe;--F i :$e=
H 'ro(!(oYlt
I y-!z 6 gl s '| .-
o) rEEjiEc:r
i -6.o.E.- c
rtu6 {J

:-iE,XG*
6
0:
-EJ

I Y-O a L IEE ;'8.'-EEg:


o I iu (o.; G iy
riiE.t,oPil.E;'
I

I rv+

IE I
E 9# H; I E+ Rg II e'.e 3 a F,
; O:'- lq tr cv o)G
g =; r io'E:
I
'c;.l:;-!o

;iliggtEl IeFigt, I ;iii ...!l;E;03.:


I g'ij o' r E F hE EY'
liiilI; I r 9 3*I.=
I L 6 - I ov r -c S g b, i F.E.9:
q s€::; E;
; E Rs E i
r

6r:ii:* k iEi$Ii+rEEggi
€It ilE E *' E* h;E E i !-*i8F'l C -o=

ieiitiFi e;ia;;t; i *ff E;Eti ;E;e ,E'i€Ea8.s raEf;i'i€*.E-9e' i

ig | -.** i | I Zt-
rsFi
I ttl
tll
i* * .e

i:g i eiiEE-q
P

''E tc t't

i:E i' r*s igg€ ir*!


I
6=
t€ r!
p ' c=
5E rc r 9b - l66P
o/
.--J
'o\+
t6"0 rY I {;
|

liP=i*;i.;i$ri*ili iiig r>{c


c--
| -=.9
'EEI
II
r b
r'E
r i=
I -*u
'+e
|

If{l
I Etl I c I itr.: I

lorP6o,
'JE 'b.H, I

igE? iEiEst rbr iEfi IEOSE


'
6 9+
c:-c
.roo:o c
6
| ';r
. l! o
i=eE ig;:
I i9
, 60;
tr |

iHsfi iH6*$sseiiS#E iEtt


;

' O).=i: d) rSSp'


i6s€; 'b:
rEE
tri
r t.! 6
I

*
I I I

, g'-' r.E tlr


f,FA;'ie-
I

rc lg s lv ttl
t=cc
I

lO 6 'Eo lo I
;;i=
r
r€ 9l as*rt*1 iE:;
'6P
,6L
rrr-9
rE
,o
r'6 O.-
.=
t!
r€-
I i!l!
.J
I

r:$; ':F
I

r9 F F
r-o o €iE:F-aq
o]E U E &E! 'ioii
r=6
l!- t_oL
t-octs:l
r93 riE r

,- a'6
';ri:' o)c, c gh*..
'-'=.:tJ... ^.- I t -'- rto) ' ccj t_L rEo I

o* otx X;.._ =63


f I pEs IPO/ lPd l.gyli:cl
GJ6
lE€! tcrE l6Jo ri5 t c,*
I E;€ #E En : I gE E 9
'cf |

,F F EC
,'.96 r_3! | Hp
"slli:5esl apii '.9f I

r-
'o -c - lcE I c- r QP t'EF c
rb€ ;3 , f g, ' 3,S-g
I

.I ooJ
root 833;E€53'6-9 It 'S* r68 o.!
r>E 163.9
I

I
'65
I I ttl
|

I I I I rtl
I I I I ll
I I I I lol
t.g. .= t.: t.: I 16 I

ro o rg rg I rE s, r

r3E o
o '-o
'O
rdJ
'-o l'g i.jlo l.;
lor i o to l6J tc rtr6
, ov
tE
,. o
r.g b .9 r.b lG r0J 16:,o
lo _o o ro ri5 ri5 r ie-8 r i5
I I I I tl
I I I I tl
rE6 t-
E
rEG rE6 rE6C i-
t.- CP
6(o 1.6 l.-
.N
l(o
.N
lN P-O l9 ,N
rN ri{ lNloo
It
<J! r9 lsl r*N r* rT
r^ r-
r
N
r^
=it
r' I I

I I I I ll
I' l. lc, l^
'c r,6l
,= Q^
hu tU=Uco rJ rQ lo I S-.9
,gB_5
t ci
'o
rv ou
6!!
l': ou o o- i'l';
r.dt. .OJ
l€
o 'ItllL.l.E
6)
lo{=6
r
l=
i
l.V oJ y^ .Y o! :R9
t *\ I rs3 r 6 o j r :
lqJ c O)
\P=
oJc! r O(t
"ic r.9! lqJ6 IOLo I:
.€oo
lUvL cor!a l-o< la , f')iz , bqr-O
l\!vl\ ts

lqJ t! r> rS lq
€G
lv)lh
764 BAB 48

(t)
o!
t! l' t- r-
l(o
l{ t
E:.t l3r .-
' ee-i i ; Ee
l*- .9,:
t
I
CPP
:., :l I
:6' b+-.F
i Pa!; b g O-
E ':'dL d=6
E P -9=. vi'
I

..,.1
, -.iii
f+E- i$fEfrl i at=-teeg iFgE.!sE*, 5;.* il{ 5'
c 6 (o;.l)
o-E
j- |

, q'S S PF F;E I*; sJf st c I o.


E r

;t*:-i :;HE*
gig
:;T=AEEf;:.
i *iflE;Fg;- ;-E;E-E!ecBn EFtE€sEi
EE'-.--j-or
oc9Er":U:
E! f ;E i T x. i E if'-EE: p; i :+:E F:; E* Ri tr:6 6v:
:SinE€f;Es! ;d*Hesf;:
t eitt i iEgsifi i :ici!i; Er : E c i-q.9.ro.Sii I >y
;9o_V -'.2-'
I v
64_eiro';o
! 6.- --!=*899:
e*!-E 5'g=tE
*;*t si g *l;E€ i sii etF;g i: .s'd I E.s e 6.6
G
968>-be:
.o h'q k:.9 b
.g '
!

'- E rOort_OOiio-o(') o-63ii.iotsl


G ii r_
I

E
cl
6
-a!
I

o .cr.-r I o c-o
. - =-- co
c
€ -E ixg
I
o-v

i:E
n
0, r 9.= h Jc, r

c
'o per= i€i ,s6ii
. Y'or
'sO_=
(oY
6l
06
I

P
LA=(IJP
or -E.{:: I c -
c'=6L
I t.q3" 8_3
!6
:E I

o Eehil iiX l';'a{ r6'9 Eb I

ii.- iE!
i€{e
o) I 6:0 ';--
i:€4 t*!f, qo
I

'r P gi
;; y I
-:z Q ts E'"1 ?6
+CJ
.g ic. FE i p':€
i EEE
9 b.t C=
I

c(' g€EE iiE 'Yrot


'Eio-
I L t oi
oro
>E I

iir'bE_
I

! I I

!
,o)o
rcc 6l
o l€e |'I
'oc>rO)o
E i;E+
q.,
66 1

loo-. o)(o
or=
(,, lqE_ , O>Y
' c c.9 e -o I

o ,5ro;E rEE€ 3':.


:r Eso!'= =uoy O';
c I ! o.ct=9 I o-(g= (')-o +Or
G 9v | 6 c-o I c e
or-r (1, t q'E-3* c')o-.c
,.lgE 'iittg
I

bqJ
Ol
Et
-o.^ 1!a)E
16so
' LC 6-
t>';>E E:_g i

I i- 6r
lt''E: riiE5 E | ;+9:
o/ o)P
Pc6
I

'b 9i
o6 'EE.EE
=o
rFoE- I rE iij; r-3
qJte
* :

r .t e ^o
5E tsts;
.!!.= I A: Ct I - oE l Ear(o
xo iiEri I i;ES gE
=t
>+e';
E65
o--o!
I

.\Z
o ii I I
I

I
I

-o
o lr'Cll:::lr,
_
I I I I

3 ,*..,9 I l.! l.: I

c
AJ
,'i!l:g I rg
rO
rg
rO .il
I

CJ ',Il:'i:r(u 'c I't '-o '-o


E .Fe P.V
clE l6J to El
(Ut
ot 0rdJ
4ro r.h lo
.E i5 ,!
E 'i5 to ri5 i5 l

c.)

o) 'o: '6 6;.=


o! I I
,]
I

'ot
i_,
o'
I

ir;
I I

!Gl!
o cI; :J rE6 lo) ^m
,r ll

s$
(o
o9r tI ,.q
c qr.lE d'6.9
3
o.ro€ t o .\o tc p
OJ
Ol
(' i!r*
,,:tr:'iiiiliii:t:'tr..,.
!LL-F
o o =: c l
mT ts]: c N" I
lol
100
t$
rn
t-
>-c.:
aac
\PLI
I

c .,
OJ
I
a I I

o) 8l
fp
I I
6
..:r I ,ir.'Ct: I I

tU t-Q
T c'r!
\
.: rao.*
I

ls c IeS
00
\t i..:r o: p r:q ,] l6
'OJ\
r o:'
'Fi
r,,
o ..'a r,.'.':El f,K | g.!. r'rt l'b
a.o ..,r... :-iio I r ts.9 r6 r.Q IE€
U rU td. r\) tlrJ
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS I 765

l(o <) c l0'


N o disentrifugasi sangat kuat menunjukkan atau lebih
t- c
lo,' .5 l bakteri per mililiter urine.
;* P** H{
l-!!

lF.- o'-
-

0.613 X
.E +
r3:
a f
c
o
E
Adanya bakteriuria ditegakkan dengan biakan
kuandtatif urine dengan salah satu dari beberapa mecode.
$E se gE F
stE*v
.g".Es
o
to Satu metode yang sering digunakan adalah metode untuk
i".,
r(D'c-Ear(o.-; -.ig.E.z
F r€ 'o membiak urine yang menggunakan loopbakteriologi unuk
r:€ E5 EqEi 6 ii Eo
memberikan 0,01 atau 0,001 ml diikuti penghitungan
! E.e-n.= b b: E I
o-O:Y! o jumlah koloni yang tumbuh.
E
i€9I"CI,: ^LLq
'=
o Sistitis akut yang tidak berkomplikasi biasanya
iieEE--e-gIEE E=Ets*
9f,.s'EE disebabkan oleh E coli yang rentan terhadap antibiotik
'E a€ b SE:ii il: *e&EEe
o
dengan konsentrasi dalam urine yang dapat dicapai dengan
ist*iT! a:: ._;.-ol*r
;F35:q
o
ca mudah yang sesuai untuk pengobatan infeksi saluran
iEEg*'*E€$E :gSEET no kemih. Oleh karena itu, pada keadaan pertama infeksi
lo !
o tersebut pada perempuan muda, idendfikasi definitif dan
or
t_ : c c
o uji kerentanan bakteri jarang diperlukan. Kasus-kasus
16 L=
o
rE8.9: t - €s' E
tersebut dapat diobati dengan satu dosis antibiotik yang
rSs b'5E -s :-?
(o olt6
f
f, tepat, tetapi pemberian pengobatan seiama 3 hari
r**6
-- "-Y;
d!to >, 6 E_g E menghasilkan angka kekambuhan yang lebih rendah.
l6'--;-Y c iz-O o
r6€,9- = P 'E c.: - c
o\Z o 6
6
E Pielonefrids diobati dengan pengobatan antibiotik selama
r*-i
.- 6E
7i6
6
IL P
O'-F
Jv
6
o
10-14 hari. Infelsi saluran kemih bagian atas yang rekuren
lC>C-'i! 6.= 6
g b.d-c .; atau berkomplikasi paling baik diobati dengan. antibiotik
;6.3;h-'= > :EE.O o
yang diperlihatkan aktif melawan bakteri penginfeksi;
'= o, g, t') c
isFt:Hj .=ohc
!;s€
o
c
o
identifikasi definitif dan uji kerentanan diindikasikan.
Pengobatan selama 14 hari adalah tepat dan selama 14-
9(!(uc
Ig EEE EE < o|-o -Y c
6.j 2l hari jika terdapat rekurensi. Pasien dengan infeksi
tL ta
r'6
c 9-u saluran kemih atas yang berkomplikasi sebaiknya
rl
.o
*oo_ 6g
ca
'=U dievaluasi apakah ada kelainan anatomi, batu, dll.
o =L o.=
IL .EE Stmm WE, Hooton TM: Management of urinary tract infection in adults.
IG a6 -c
oo N Engl J Med 1993;329:1328.
lc :I -E;
ri 6 $t ';!
=>
-o
'=c
rfc
o:
v'J
o= o!l
EE
TULANG & JARINGAN LUNAK
@-
'ES '6*oE._
l.O,a
trfoJ
E€
'fo KASUS 1O: OSTEOMIELITIS
'E:
'Gts Etq v-6
r>= 60rL Seorang lakilaki berusia 34 tahun inengalami fraktur
I
trEg o'6
o= terbuka pada sepertiga tengah tibia dan fibulanya kecika
I v'6 kendaraan bermotor roda tiganya roboh dan menindihnya.
g6'
I

r{ : AF
bo
Ia dibawa ke rumah sakit dan segera dibawa ke ruang
,o l)
operasi. Luka dibersihkan dan dilakukan debrideman,
6=
,c
loJ c
o iie fraktur direduksi, dan tulang disejajarkan. Lempeng
lE E ^9'
lo !c
a-'b logam ditempatkan untuk menjangkau, meluruskan, dan
rE
'o) E 6L
meletakkan tulang pada tempatnya. Pin ditempatkan
o
lo o Ee melalui kulit dan tulang di sebelah proksimal dan distal
I
=Q
O6
I OO fraktur sehingga memungkinkan splinting dan imobilisasi
oo
-c
I6 co
o- tungkai. Satu hari setelah pembedahan, tungkai tetap
l-c o >=
rS :E bengkak; terdapat drainase serosa pada kassa dalam
lo Ir- jumlah sedang. Dua hari kemudian, tungkai tetap bengkak
sf uJ .g
I .s _9 dan merah, memerlukan pembukaan kembali luka bedah.
I !ro
rE<
d-'=
G (E
cE
Biakan pus pada luka menumbuhkan Staphylococcus aureus
lF€
isF d
q o
of
!E
@itr
yang resistan terhadap penisilin G tetapi rentan terhadap
nafsilin. Pasien diobati dengan nafsilin intravena selama
oL
iE
rci ocS
Hat ct
6'6
iza
Co
10 hari, dan bengkak serta merah berkurang. Tiga minggu

iS(! g€,i {o -pi kemudian, pus mulai didrainase dari lubang kecil pada
lla
.q,
F9 luka. Biakan sekali lagi menumbuhkan S aureus.
766 BAB 48

Elaplorasi lubang luka memperiihatkan saluran sinus ke yang dihubungkan dengan osteomielitis sering meng-
sisi fraktur. Film sinar X tungkai memperlihatkan hasilkan bakteri yang tidak ada pada tulang. Biakan darah
pelurusan fraktur yang buruk. Osteomielitis terdiagnosis sering positif ketika terdapat gejala dan tanda sistemik
dan pasien kembali ke ruang operasi; di sini sisi fraktur (demam, penurunan berat badan, peningkatan jumlah
didebrideman dari jaringan lunak nekrotik dan tulang sel darah putih, peningkatan laju endap darah).
yang mati; pin dan lempeng diangkat. Graft tulang Pada awal terjadinya osteomielitis, film sinar X daerah
dipasang. Fraktur diimobilisasi dengan fiksasi eksternal. yang terinfeksi negatif. Temuan awal radiologi biasanya
Biakan yang diperoleh selama pembedahan menum- berr,rpa pembengkakan jaringan lunak, hilangnya bidang
buhkan S aureus. Pasieir diobaci dengan nafsilin intravena jaringan, dan demineralisasi tulang; 2-3 minggu setelah
selama I bulan diikuti dikloksasiiin oral selama 3 bulan awitan, tampak erosi tulang dan tanda periostitis.
berikutnya. Luka dan fraktur sembuh secara lambat. Pemindaian tulang dengan pencitraan radionuklida sangat
Setelah 6 bulan, tidak ada tanda osteomielitis lanjutan sensitif. Pemindaian menjadi positif daiam beberapa hari
pada foto rontgen, dan pasien mampu menahan berat setelah awitan dan terutama membantu menentukan
badannya pada tungkai. lokasi infeksi dan menentukan apakah terdapat infeksi
multipel; narnun, pemindaian tidak membedakan antara
Keterangan fraktur, infark tulang (seperti yang terjadi pada penyakit
sei sabit), dan infeksi. CT dan MRI juga sensitif dan
Osteomielitis terjadi setelah penyebaran hematogen terutama membantu menentukan luasnya jaringan lunak
bakteri patogen dari tempat infeksi yang jauh ke tulang yang terkena.
atau, seperti pada kasus tersebut, inokulasi langsung tulang Terapi antimikroba dan debrideman bedah meru-
dan jaringan lqnak, seperti dapat terjadi pada fraktur pakan cara utama pengobatan osteomielitis. Antimikroba
terbuka atau dari tempat infeksi jaringan lunak yang spesifik sebaiknya dipilih setelah biakan spesimen yang
berdekatan. Gejala primer adalah demam dan nyeri di diperoleh secara tepat dan uji kerentanan serta dilanjutkan
tempat infeksi; pembengkakan, kemerahan, dan kadang- selama 6-8 minggu atau lebih, bergantung pada infeksi.
kadang drainase dapat terlihat, tetapi temuan fisik sangat Pembedahan sebaiknya dilakukan untuk mengangkat
bergantung pada lokasi anatomi infeksi. Misalnya, selnua tulang yang mati dan sekuestrum yang ada.
osteomielitis vertebra dapat terjadi dengan gejala demam, Imobilisasi ekstremitas yang terinfeksi dan fiksasi fraktur
nyeri punggung, dan tanda abses paraspinosa; infeksi merupakan gambaran penting perawatan.
pinggul dapat memperlihatkan gejala demam dan nyeri
Lew DP, Waldvogel FA: Osteomyelitis. N Engl J Med 1997;336:999.
saat bergerak dan rentang gerak berkurang. Pada anak,
awitan osteomielitis yang terjadi setelah penyebaran
bakteri secara hematogen dapat sangat mendadak, KASUS 11: GANGREN GAS
sementara pada orang dewasa awitan dapat lebih lambat.
Kadang-kadang osteomielitis dianggap lronik atau lama, Seorang laki-laki berusia 22 tahun jatuh saat mengendarai
tetapi spektrum kiinis osteomielitis luas, dan perbedaan motor barunya dan mengaiami fraktur terbuka femur kiri
antara akut dan kronik mungkin tidak jelas baik secara dan laserasi berat serta cedera remuk pada paha dan
klinis maupun berdasarkan pemeriksaan morfologi cedera jaringan lunak yang kurang luas ke bagian lain
jaringan. tubuhnya. Ia segera dibawa ke rumah sakit dan masuk
S aureus (Bab 14) adalah agen primer osteomielitis kamar operasi; di sini fraktur direduksi dan luka
pada 60-7070 kasus (90o/o pada anak). S aureus didebrideman. Saat masuk, hasil uji darah meliputi
menyebabkan infeksi setelah penyebaran hematogen atau hematokrit 45o/o dan hemoglobin 15 gldl. Perjalanan awal
setelah inokulasi langsung. Streptokokus menyebabkan pascaoperasi tidak ada yang bermakna, tetapi 24 jam
osteomielitis pada sekitar 10%o kasus dan batang gram kemudian timbul nyeri di paha. Terjadi demam. Nyeri
negatif enterik (misalnya, E coli) serta bakteri lain seperti dan pembengkakan paha bertambah berat secara cepat.
Pseudomonas aeruginosa pada 20-30o/o. Bakteri anaerob
(misalnya, Bacteroides &.) juga sering, terutama pada Gambaran & Perjalanan Klinis
osteomielitis tulang kaki yang disebabkan oleh diabetes Temperatur 1r0 0C, nadi 150/menit, dan respirasi 28/menit.
dan ulkus pada kaki. Semua bakteri yang menyebabkan Tekanan darah 80/40 mm Hg"
infeksi pada manusia dihubungkan dehgan osreomielitis. Pemeriksaan fisik memperlihatkan laki-laki muda
Diagnosis definitif etiologi osteomielitis memerlukan yang sakit akut dalam keadaan syok dan mengigau. Paha
biakan spesimen yang diperoleh saat pembedahan atau kiri secara jelas membengkak dan dingin. Terdapat area
aspirasi jarum pada tulang atau periosteum melalui ekimotik yang besar didekat luka dan terdapat sekret
jaringan lunak yang tidak terinfeksi. Biakan pus dari serosa dari luka. Krepitus dapat dirasakan, menunjukkan
lubang saluran sinus yang didrainase atau luka superfisial adanya gas dalam jaringan paha. Foto sinar X
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS

memperlihatkan adanya gas dalam bidang jaringan paha, PENYAKIT YANG DITULARKAN
Gangren gas terdiagnosis dan pasien dibawa ke ruang
operasi untuk debrideman luas emergensi pada jaringan MELALUI HUBUNGAN SEKSUAL
nekrotik. Saat pembedahan, hematokrit turun menjadi
27o/o dan hemoglobin menjadi 11 g/dl; serumnya berwarna
KASUS 12: URETRITIS,
merah-coklat, menunjukkan hemolisis dengan hemo- ENDOSERVISITIS, & PENYAKIT
globin bebas dalam sirkulasi. Biakan anaerob spesimen RADANG PELVIK
yang diperoleh saat pembedahan menumbuhkan
Seorang per€mpuan berusia 19 tahun datang ke klinik
Clostridium petfingens. Pdsien mengalami gagal ginjal dan
karena nyeri abdomen bagian bawah selama 2 hari dan
gagal jantung dan meninggal 3 hari setelah cedera.
mengeluarkan sekret vagina kekuningan yang pertama
kali terlihat 4 hari yang lalu sehari setelah hari terakhir
Keterangan periode menstruasinya. Pasien pernah melakukan
hubungan selaual dengan dua orang pasangannya sebulan
Kasus 11 menggambarkan kasus klasik gangren gas oleh
sebeiumnya, termasuk pasangan baru 10 hari sebelum
klostridium. C perliingens (atau kadang-kadang spesies
datang ke klinik.
klosuidium lain) terinokulasi ke dalam luka traumatik
dari lingkungan; klostridium dibahas pada Bab 12. Adanya
jaringan nekrotik dan benda asing menunjukkan Gambaran Klinis
Iingkungan anaerob yang cocok bagi organisme untuk Temperatur 37,5 0C; tanda vital lain normal. Pemeriksaan
memperbanyak diri. Setelah periode inkubasi, biasanya fisik memperlihatkan sekret mukopurulen kekuningan
2-3 hari tetapi kadang-kadang hanya 8-12 jam, terjadi dari ostium servikalis. Terdapat nyeri tekan sedang di
awitan akut nyeri, dengan intensitas yang cepat meningkat abdomen bawah kiri. Pemeriksaan panggul bimanual
disertai syok dan delirium. Ekstremitas atau luka memperlihatkan nyeri goyang serviks dan nyeri tekan di
menunjukkan nyeri tekan, pembengkakan yang tegang, adneksa lebih berat di sebelah kiri daripada di kanan.
dan sekret serosanguinosa. Krepitus sering ada. Kulit
dekat luka pucat tetapi secara cepat menjadi kabur Temuan Laboratorium
warnanya, dan lepuh berisi cairan terbentuk di dekat kulit.
Biakan Neisseria gonorry'toeae endoserviks negatif. Biakan
Tampak area nekrosis hitam pada kulit. Pada kasus berat,
Ch lamydia nach omatis positif.
terdapat progresi yang cepat.
Pada pasien seperti ini, pewarnaan Gram cairan dari
lepuh atau aspirat jaringan memperlihatkan batang gram
Pengobatan
positif besar dengan ujung tumpul dan jelas menunjukkan Diagnosis penyakit radang panggul ditegakkan. Pasien
infeksi oleh klostridium. Biakan anaerob menunjukkan diobati sebagai pasien rawat jalan dengan dosis tunggal
konfirmasi laboratorium definitif. Diagnosis diferensial seftriakson ditambah doksisiklin selama 2 minggu. Kedua
gangren gas klostridial mencakup mionekrosis strep- pasangannya datang ke klinik dan diobati.
tokokus anaerob, mionekrosis nekrotikans sinergis, dan
fasiitis nekrotikans. Penyakit yang tumpang tindih secara Keterangan
klinis ini dapat dibedakan dari gangren gas klostridial
Pada laki-laki, selret uretra digolongkan sebagai uretritis
dengan pewarnaan Gram dan biakan spesimen yang
gonokokus, yang disebabkan oleh Neisseria gonorrltoeae,
sesuai.
atau uretritis nongonokokus, yang biasanya disebabkan
Foto rontgen daerah yang terinfeksi memperlihatkan
Uji laboratorium mencakup oleh Chlamydia trachomatis (2.5-55o/o kasus) atau
adanya gas dalam bidang fasial.
[]reaplasma urea[tticum (20-40o/o kasus) dan jarang oleh
hematokrit yang sering bernilai rendah. Hemoglobin
Tiichomonas uaginalis. Diagnosis didasarkan pada ada atau
dapat rendah atau normal bahkan ketika hematokrit
tidaknya diplokokus intrasel gram negatifpada pewarnaan
rendah, sesuai dengan hemolisis dan hemoglobin bebas
sekret uretra. Biakan sekret biasanya tidak diperlukan
yang bersirkulasi dalam sel. Leukositosis biasanya ada.
untuk membuat diagnosis. Seftriakson sering digunakan
Pembedahan luas dengan pengangkatan semua
jaringan yang terinfeksi dan mati perlu dilakukan sebagai
untuk mengobati uretritis gonokokus, tetapi beberapa
obat alternatif tersedia dan efektif. Doiaisiklin digunakan
tindakan untuk menyelamatkan nyawa. Penisilin G adalah
antibiotik pilihan. Antitoksin tidak membantu. Bila terjadi
untuk mengobati uretritis nongonokokus. Doksisiklin
sangat dianjurkan bagi laki-laki dengan infeksi gonokokus
syok dan terdapat hemoglobin bebas dalam sirkulasi, gagal
agar diberi pengobatan juga untuk infeksi klamidia karena
ginjal dan komplikasi lain sering terjadi dan prognosisnya
kemungkinan kedua infeksi terjadi.
buruk.
768 BAB 48

Pada perempuan, diagnosis banding endoservisitis KASUS 13: VAGINOSIS & VAGINITIS
(servisitis mukopurulen) adalah antara gonorea dan infeksi
Chlarnydia trachomatis. Diagnosis ditegakan dengan Seorang perempuan berusia 28 tahun datang ke klinik
biakan sekret endoservikal untuk N gonorrhoeae dan karena mengeluarkan sekret vagina abu-abu keputihan
tiiakan, uji antigen langsung, atau uji diagnostik molekular dengan bau busuk, pertama kali disadari 6 hari
untuk C trachornatis. Terdapat tiga pilihan pengobatan sebelumnya. Ia melakukan hubungan seksual aktif dengan
utama: (l) Pengobatan untuk N gononhoeae dan C satu orang pasangan barunya dalam sebulan yang lalu.
trachomatis sebelum ada hasil biakan; (2) pengobatan
untuk C trachomatis Saja apabila prevalensi infeksi N Gambaran Klinis
gononhoeae rendah tetapi kemungkinan infeksi klamidia Pemeriksaan fisik memperlihatkan sekret abu-abu
tinggi; atau (3) tunggu hasil biakan jika prevalensi kedua keputihan, homogen, tipis, yang menempel pada dinding
penyakit rendah dan kemungkinan kepatuhan terhadap vagina. Tidak ada sekret dari ostium servikalis.
anjuran untuk kontrol kembali tinggi. Pemeriksaan panggul bimanual normal, demikian pula
Penyakit radang panggul (PID), disebut juga pemeriksaan fisik lain.
salpingitis, adalah peradangan uterus, tuba uterina, dan
jaringan adneksa yang tidak disebabkan oleh pembedahan Temuan Laboratorium
atau kehamilan. PID adalah konsekuensi utama infeksi pH cairan vagina 5,5 (normal <4,5). Bila KOH
endoservikal al<bat N gonorrltoeae dan C trachomatis, dan ditambahkan pada cairan vagina di atas kaca objek, akan
lebih dari separuh kasus disebabkan oleh sau atau kedua tercium bau seperti amina ("seperti ikan'). Sediaan basah
organisme ini. Insiden PID gonokokus tinggi pada cairan memperlihad<an banyak sel epitel dengan bakteri
populasi di pusat kota, sementara PID klamidia lebih yang menemp el (clue celb .Tidak ada sel polimorfonuklear.
sering terjadi pada mahasiswa dan populasi yang lebih Diagnosisnya adalah vaginosis bakteri.
kaya. Penyebab PID oleh bakteri lain yang sering adalah
organisme enterik dan bakteri anaerob yang menyebabkan Pengobatan
vaginosis bakteri. Nyeri abdomen bawah adalah gejala
Metronidazol dua kali sehari selama 7 hari memberikan
yang sering timbul. Sekret vagina abnormal, perdarahan
kesembuhan penyakit dengan cepat. Keputusan yang
uterus, disuria, dispareunia, mual, dan muntah, serta
diambil tidak untuk mengobati pasangan laki-lakinya
demam juga sering terjadi. Komplikasi utama PID adalah
kecuali jika ia mengalami rekurensi vaginosis.
infertilitas yang disebabkan oleh oklusi tuba uterina.
Diperkirakan bahwa 8olo perempuan menjadi infertil
Keterangan
setelah satu episode PID, 19,5o/o setelah dua episode,
dan 40o/o setelah tiga atau lebih episode. Diagnosis klinis Vaginosis bakteri harus dibedakan dari sekret vagina
PID sebaiknya dipikirkan pada setiap perempuan usia normal dan vaginitis Trichomonas uaginalls serta
subur yang mengalami nyeri panggul. Pasien sering vulvovaginitis Candida albicans. (Lihat Tabel 48-5).
memiliki gambaran fisik klasik selain tanda dan gejala Penyakit ini sangat sering, terjadi pada sekitar seperlima
yang tampak, tcrmasuk nyeri tekan pada adneksa, gerakan perempuan yang datang ke perawatan kesehatan
serviks, dan abdomen bawah. Diagnosis klinis dapat ginekologi. Sebagian besar perempuan mengalami
ditegakkan dengan visualisasi laparoskopi uterus dan tuba sedikitnya satu episode vaginitis atau vaginosis selama
uterina, terapi prosedur ini tidak praktis dan jarang masa suburnya.
dilakukan; namun, hanya sekitar dua pertiga perempuan Vaginosis bakteri dinamakan demikian karena tidak
dengan diagnosis PID akan mengalami penyakit bila tuba ditemukan sel polimorfonuklear dalam sekret vagina;
uterina dan utirus divisualisasi. Diagnosis diferensial yaitu, penyakit ini bukan merupakan suatu proses
mencakup kehamilan ektopik dan apendisitis serta peradangan." Berhubungan dengan infeksi Gardnerella
penyakit lain. Pada pasien PID, perawatan di rumah sakit uaginalis, jumlah laktobasilus flora vagina normal
dengan pengobatan intravena sering dianjurkan untuk berkurang dan pH vagina meningkat. Secara bersamaan,
mengurangi kemungkinan infertilitas. Regimen obat terdapat pertumbuhan berlebih G uaginalis dan bakteri
pasien rawat inap termasuk cefoksitin dan doksisiklin anaerob vagina, menghasilkan sekret yang mengandung
atau gentamisin dan klindamisin. Regimen pasien rawat amina yang bau. Selain G uaginalis, batang gram negatif
jalan termasuk dosis tunggal cefoksidn atau seftriakson melengkung dari genus Mobiluncus teiah menjadi
ditambah doksisiklin atau ofloksasin ditambah penyebab vaginosis bakteri. Bakteri yang melengkung
klindamisin. tersebut dapat terlihat pada sekret vagina yang diberi
McComackWM: Pelvicinllamnatorydisease. N Engl J Med 1994;330:115.
pewarnaan Gram.
Trichornonas uaginalis adalah protozoa berflagela.
Ross JD: .Al update on pelvic inflammatory disease. Sex Transm Infect
2002;78: r8. Vaginitis T uaginalis paling baik didiagnosis dengan sediaan
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS 769

Tabel 48-5. Vaginitis dan vaginosis bakteri.

,::: VulVovaginitii,
. Candida:,albiians

Sekre! gatal dan seperti


terbakar pada kulit vulva

Sekret vagina Sedikit, putih, Meningkat, tipis, Meningkat, kuning, hijau, Meningkat, putih, keju
f loku la n homogen, putih, abu- berbusa, adheren; petekia lembut seperti dadih
abu,adheren servikal sering ada

<4,5 >4,5 >4,5 <4,5

Bau Tidak ada Sering, seperti bau ikan Dapat ada, seperti bau ikan Tidak ada

Mikroskopis Sel epitel dengan Clue cells dengan basil Trikomonas motil; banyak Preparat KOH memperli-
laktobasi I us adheren; tidak ada PMN PMN hatkan tangkai ragi dan
pseudohifa

Pengobata n Tidak ada Metronidazol Metron idazol Antifungi azol topikal

basah cairan vagina yang memperlihatkan trikomonas kiri dengan diameter 1-1,5 cm dapat
getah bening inguinal
motil yang sedikit lebih besar daripada sel polimorfo- diraba.
nuklear. Oleh karena trikomonas kehilangan motilitasnya
saat didinginkan, paiing baik gunakan cairan salin hangat Temuan Laboratorium
(37 0C), slide, dan penutup kaca objek saat membuat
preparat sediaan basah dan memeriksa preparat secara Lesi di penis dibersihkan secara perlahan dengan cairan
repat. salin dan kassa. Sejumlah kecil eksudat yang bersih
Vulvovaginitis kandida sering te rjadi setelah diperoleh dari dasar lesi, ditempatkan di atas kaca objek,
pengobatan antibiotik untuk infeksi bakteri. Antibiotik dan diperiiaa dengan mikroskop lapangan gelap. Terlihat
mengurangi flora genital normal, memungkinkan ragi banyak spiroketa. Uji serologi penapisan RPR (reagin
berproliferasi dan menimbulkan gejala. Oleh karena itu, plasma cepat) untuk sifilis positif pada pengenceran 1:8.
vulvovaginitis kandida sebenarnya bukan merupakan Uji FTA-ABS spesifik treponema (antibodi trePonema
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. fluoresen-diabsorpsi) konfirmatif juga positif.
Sobel JD: Vaginitis. N Engl J Med 1997;337:1896.
Pengobatan & Follow-up
KASUS 14: LUKA GENITAL Pasien diobati dengan benzathin-penisilin dosis tunggal.
Enam bulan kemudian, uji RPR menjadi negatif, tetapi
Seorang laki-laki berusia 21 tahun datang ke klinik dengan uji FTA-ABS diharapkan tetap positiF seumur hidup.
keluhan utama mengalami ulkus di penis. Lesi mulai Pasien menyebut lima perempuan sebagai pasangan
sebagai papul sekitar 3 minggu sebelumnya dan secara seksualnya selama sebulan sebelum ia datang ke klinik.
lambat berkembang membentuk ulkus. Ulkus tersebut Tiga di antara perempuan tersebut dilokalisasi oleh
tidak nyeri dan pasien tidak melihat adanya sekret atau investigator kesehatan masyarakat; dua memberikan hasil
pus dari ulkus. uji serologi positif untuk sifilis dan diobati. Dua
Pasien sebelumnya pernah menderita penyakit perempuan yang tidak dilokalisasi tersebut telah pergi
hubungan seksual dan dicurigai menggunakan obat-obatan dan tidak diketahui ala-matnya di kota lain.
terlarang untuk kegiatan seksualnya.
Keterangan
Gambaran Klinis
Tiga penyakit ulkus genital utama adalah sifilis, herpes
Temperatur pasien 37 0C, nadi 80/menit, respirasi 16/ genital, dan chancroid (Lihat Tabel 48-6).
menit, dan tekanan darah 110/80 mm Hg. Terdapat ulkus Dua penyakit ulkus genital yang kurang lazim adalah
sebesar 1 cmdi sisi kiri batang penis. Ulkus mempunyai lesi awal limfogranuloma venerum, disebabkan oleh
dasar yang bersih dan batas meninggi dengan indurasi Chtamydia trachomatis, dan yang jarang' granuloma
sedang. Terdapat sedikit nyeri saat dipalpasi. Keleniar inguinale (donovanosis), disebabkan oleh Calynman bacterium
770 BAB 48

Tabel 48-6. Penyakit ulkus genital utama: sifilis, herpes, dan chancroidl'2

S$: .la .iS

Treponema pallidum Virus herpes simpleks

Periode inkubasi 3 minggu (10-90 hari) 2-7 hari 3-5 hari

Gambaran klinis Papul sedikit nyeri yang Nyeri jelas di daerah genital; papul Papul yang nyeri bila ditekan
yang lazim mengalami ulserasi lebih dari mengalami ulserasi dalam 3-6 hari; dan mengalami ulserasi dalam
1 sampai beberapa minggu demam, nyeri kepala, malaise, dan 24 jam
adenopati inguinal sering
Uji diagnostik Pemeriksaan lapangan Biakan virus sel-sel dan cairan dari Biakan H ducreyi pada
gelap eksudat dari chancre; dasar vesikel; biakan menjadi positif sekurang-kurangnya dua jenis
uji serologi dalam l8-48 jam; pewarnaan anti- medium diperkaya yang
bodi fluoresen spesimen yang sama mengandung vankomisin dan
diinkubasi pada 33 oC.
Sekuele jangka Sifilis sekunder dengan lesi Herpes genital rekuren Bubo inguinal
panjang mukokutan; sifilis tersier

Pengobatan Benzathin penisilin G; Asiklovir Seftriakson atau azitromisin,


doksisiklin jika alergi atau eritromisin atau
penisilin siprof loksasin.
rSexually transmitted diseases treatment guidelines.
MMWR Morb Mortal Wkly Rep ZOO2;S1ij.
'zWorkowski KA, Berman SM: CDC sexually transmitted diseases treatment guidelines. Clin lnfect Dis 2002;35(Suppl 2):S.l35.

granulomatis. Limfogranuloma venereum adalah penyakit Gigi geliginya buruk, tetapi pemeriksaan kepala dan leher
sistemik dengan demam, malaise, dan limfadenopari; normal. Pada pemeriksaan dada, banyak ronki terdengar
mungkin ada bubo inguinal. Diagnosis biasanya dibuat pada lapangan paru atas. Pemeriksaan fisik yang lain
dengan uji serologi, tetapi biakan pus yang diaspirasi normal.
dari bubo inguinal dapat menunjukkan C trachomatis.
Temuan Laboratorium & Pencitraan
INFEKSI MYCOBACTERIUM Hematokrit 30% (rendah) dan jumlah sel darah putih
9.600/pl. Konsentrasi elektrolit dan uji darah lain normal.
TUBERCULOS/,s Uji untuk antibodi HIV-1 negarif. Radiograf dada
memperlihatkan infiltrat kavitas luas di kedua lobus atas.
KASUS 15: TUBERKULOSIS PARU
Uji kulit tuberkulin negarif, sama seperti uji kulit untuk
Seorang laki-laki berusia 61r tahun dirawat di rumah sakit antigen parotitis dan kandida, yang menunjukkan anergi.
dengan riwayat mengalami kelemahan yang progresif Spesimen sputum segera diperoleh dan pewarnaan
selama 5 bulan dan berat badan berkurang 13 kg. Ia juga tahan asam dilakukan sebelum prosedur konsentrasi
mengalami demam, menggigil, dan batuk kronik yang sputum. Banyak bakteri tahan asam rerlihat pada apusan.
mengeluarkan spurum kekuningan, kadang-kadang ada Biakan sputum yang didekontaminasi dan terkonsentrasi
bercak darah. positif untuk bakteri rahan asam setelah inkubasi 14 hari;
Pasien minum banyak alkohol dan tinggal di rumah My c o b a c ter i um tu b e rc u lo sls teridentifi k asi dengan p ro b e
indekos sebelah kedai minum yang sering dikunjungi. Ia molekular 2 hari kemudian. Uji kepekaan organisme
merokok satu bungkus rokok setiap hari selama 45 tahun. memperlihatkan kepekaan terhadap isoniazid, rifampin,
Pasien tidak mempunyai riwayat tuberkulosis, tidak pirazinamid, etambutol, dan strepromisin.
ada catatan uji kulit sebelumnya unruk tuberkulosis atau
radiograf dada yang abnormal, dan tidak ada pajanan Perjalanan Perawatan Rumah Sakit
tuberkulosis yang diketahui. & Pengobatan
Pasien diobati dengan isoniazid, rifampin, pirazinamid,
Gambaran Klinis
dan streptomisin seiama 2 minggu, diikuri pemberian
Temperatur 39 0C, nadi 11O/menit, respirasi 32lmenit, obat yang sama dua kali seminggu yang secara langsung
dan tekanan darah 120/80 mm Hg. Pasien tersebut kurus. diobservasi selama 6 minggu, diikuti pemberian isoniazid
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS 771

dan rifampin dua kali seminggu yang diobservasi secara memanjang sedang dan waktu tromboplastin parsial
langsung selama 16 minggu. Biakan sputum follow-up sedikit memanjang, yang menunjukkan koagulopati
negatif untuk M tuberculosis. penyakit hati. Uji fungsi hati, aspartat aminotransferase
Saat dirawat di rumah sakit, pasien ditempatkan di (AST) 11+0 unit/L (normal 10-40 unit/L), alanin
ruang isolasi dan diminta agar selalu menggunakan aminotransferase (ALT) 105 unit/L (normal 5-35 unitl
masker. Namun, sebelum masker dan isolasi dilakukan, L), bilirubin 2 mgldL (dua kaii normal), dan alkali fosfatase
seorang mahasiswa kedokteran dan seorang dokter 100 unit/L (normal 36-122 unir/L). Albumin serum 1,7
residen terpajan pasien. Dokter residen mengonversi uji g/dl (normal 3,4-5 gldL). Kreatinin, nitrogen urea darah,
kuiit tuberkulin dan menerima profilaksis isoniazid selama dan elektrolit normal. [Jrinalisis memperlihatkan sedikit
12 bulan. sel darah merah dan putih. Dua biakan darah rutin negatif.
Suatu usaha dilakukan untuk melacak kontak dckat Biakan sputum dan urine menumbuhkan sedikit flora
pasien. Sebanyak 31+ orang ditemukan memiliki hasil uji normal.
tuberkulin yang positif. Orang-orang berusia 35 tahun Uji serologi untuk IIIV-I, antibodi dan antigen virus
atau lebih muda diberikan profilaksis isoniazid selama I hepatitis B, koksidioidomikosis, leptospirosis, bruselosis,
tahun; orang yang lebih tua dari 35 tahun menjalankan infek.si mikoplasma, penyakit Lyme, dan demam Q
pemeriksaan follow-up sinar X dada secara periodik. Dua negatif. Uji kulit tuberkulin negatif, sama seperti uji kulit
kasus tuberkuiosis aktif juga terdiagnosis dan diobati. antigen parotitis dan kandida, menunjukkan anergi.
Isolat M tubet^cui.osis dari dua pasien identik dengan isolat Itadiograf dada normal. Radiograf enema barium dan
pasien indeks dengan finger-printing DNA.. gastrointestinal atas negatif. CT scan abdonten negatif.

KASUS. 16: TUBERKULOSIS MILIARIA Perjalanan Perawatan Rumah Sakit


DISEMINATA & Pengobatan
Seorang perempuan Asia berusia 31 tahun dirawat di Selama bcberapa hari pertama di rumah sakit pasien
rumah sakit dengan riwayat bertambah ielah, mialgia, mengalami sesak napas yang progresif dan gawat napas.
baruk tidak produktif, dan sesak napas selama 7 minggu. Radiografi dada ulangan memperlihatkan infiltrat
Ia setiap hari demam 38-39 0C dan baru-baru ini interstisial bilateral. Sindrom gawat napas dewasa
mengaiami penurunan berat badan seebanyak 5 kg. Ia terdiagnosis. Hemoglobin saat ini i0,6 g/dl dan jumlah
diberikan sefalosporin oral tanpa manfaat. sel darah putih 4900/pl. Gas darah arteri memperlihatkan
Riwayat kesehatannya memperlihatkan bahwa Ia pH7,38, Po, 50 mm Hg (rendah), dan Pco, 32 mm Hg.
beremigrasi dari Filipina saat usia 24 tahun dan saat itu Pasien diberi pengobatan oksigen dan diintubasi (selama
pemeriksaan foto rontgen dadanya negatif. Neneknya 4 harl). Lavase bronkoalveolar dilakukan. Cairan lavase
meninggal karena tuberkulosis saat pasien masih bayi; negatif pada biakan rutin dan pewarnaan tahan asam juga
pasien tidak tahu apakah ia pernah kontak dengan negatif. CT scan abdomen kedua memperlihatkan hati
neneknya. Pasien diberikan vaksin BCG saat anak-anak. yang tampak normal, tetapi terjadi limfadenopati periaorta
Ia baru-baru ini tinggal bersama keluarganya yang dan splenomegali ringan. Pasien menjalani laparoskopi
membuka rumah indekos untuk sekitar 30 orang tua. dengan biopsi hati dan biopsi sumsum tulang.
Biopsi hati dan sumsum tulang memperlihatkan
Gambaran Klinis granuloma dengan sel raksasa; basil tahan asarn juga ada.
(T-erc'lapat banyak simpanan besi, menunjukkan bahwa
Temperatur 39 0C, nadi 100/menit, respirasi 20lmemt, anemia disebabkan oleh infeksi kronik dan bukan
dan tekanan darah t20l80 mm Hg. Pemeriksaan fisik defisiensi besi). Pasien mulai diberikan isoniazid,
seluruhnya normal. Pemeriksa tidak mampu memalpasi rifampin, pirazinamid, dan etambutol. Radiograf dada
limpa; perkusi hati normal; dan tidak teraba limfa- terus memperlihatkan infiltrat difus, tetapi terbukti ada
denopati. perbaikan. Demam pasien menurun dan terjadi perbaikan
menyeluruh.
Temuan Laboratorium & Pencitraan Antara periode inkubasi hari ke-19 dan 21, biakan
Hemoglobin 8,3 gldL (normal 12-15,5 g/dl), dan biopsi sLlmsurn tulang dan hati serta cairan lavase
hematokri t 27 o/o (nor mal, 3 6 - 460/o) . Ap usan darah pe ri fer memberikan hasil positif untuk basil tahan asam, yang
memperlihatkan sel darah merah mikrositik hipokrom diidentifikasi sebagai Mycobacterium tuberculosir dengan
yang cocok dengan infeksi kronik atau anemia defisiensi probe molekular. Mikobakterium rentan terhadaP semua
besi. Jumlah trombosit 50.000/pl (normal 140.000- obat yang diterima pasien. Regimen empat obat
450.000/prl). Jumlah sel darah putih 7.000/pl (normal), diteruskan selama2 bulan sampai hasil uji kepekaan
dengan hitung jenis normal. Waktu protrombin diperoleh. Pasien kemudian terus mendapatkan isoniazid
BAB 48

dan rifampin selama 10 bulan dengan total waktu ,rji kulit tuberkulin. Pasien umumnya menjadi
pengobatan Itahun. noninfeksius dalam 2 minggu setelah pengobatan dimulai.
Keluarga pasien dan orang tua yang hidup bersamanya Sekali terinfeks i, 3-4o/o orang mengalami tuberkulosis aktif
harus diuji kulit untuk tuberkulosis. Orang dengan uji pada tahun pertama dan sekitar 10o/o pada beberapa waktu
kulit positif dan yang anergi atau mempunyai riwayat kemudian. Usia ketika infeksi kemungkinan besar
batuk atau penurunan berat badan juga men.jalani menimbulkan penyakit aktif adalah masa bayi, usia 15-
pemeriksaan foto rontgen dada. Ditemukan tiga orang 25 tahun, dan orang tua.
positif tuberkulin. Tidak ada satu pun yang menderita Uji kulit tuberkulin dilakukan dengan injeksi
tuberkulosis aktif. Tiga orang dengan uji kulit positif intrakutan 5 unit tuberkulin (TU) derivat protein
berusia lebih dari 35 tahun dan tidak diberikan isoniazid dimurnikan (PPD) yang menggunakan jarum 26 atat 27.
profilaktik karena efek samping obat pada orang tua. Reaksi dibaca setelah 48-72 jam, dan hasil positif adalah
Pasien dianggap mengalami reaktivasi tuberkulosis indurasi sebesar l0 mm atau lebih; eritema tidtk
dengan penyebaran hematogen yang mengenai paru, hati, dipertimbangkan dalam menentukan uji positif. Para
kelenjar getah bening, dan mungkin ginjal. orang dengan indurasi 10 mm, 900/o memiliki infeksi r14
nberculosis sementara semua orang dengan indurasi lebih
dari 15 mm disebut terinfeksi. Uji positif palsu
Keterangan
disebabkan oleh infeksi mikobakteri nontuberkulosis
Diperkirakan di seluruh dunia terdapat lebih dari 1,5 (misalnya, Mycobacterium kansasii). Uji negatif palsu
juta orang, atau sekitar sepertiga populasi dunia, disebabkan oleh penyakit generalisata pada pasien
menderita tuberkulosis dan bahwa setiap tahun sekitar 3 tuberkulosis atau imunosupresi. Uji kulit tambahan
juta orang meninggal akibat penyakit tersebut. Di dengan antigen kandida atau parotitis, sebagian besar
Amerika Serikat, insiden tuberkulosis yang rendah orang normal akan bereaksi secara imunologis, dapat
sebanyak 9,4 kasus per 100.000 populasi tercapai pada membantu menentukan apakah pasien anergi.
pertengahan tahun 1980-an. Angka tersebut sedikit Infeksi M tuberculosis primer pada anak-anak
meningkat pada akiir 1980-an, tetapi sejak 1992 angka mencakup infiltrat lapang paru tengah atau bawah dan
tersebut sekali lagi menurun. Angka terendah (dan yang limfadenopati hilar pada foto rontgen dada. Remaja dan
paling baru dicatat) adalah 5,6 kasus per 100.000 populasi orang dewasa dapat memiliki gambaran yang serupa pada
(15.989 kasus) pada tahun 2001. Tirberkulosis di Amerika infeksi primer, tetapi infeksi sering berkembang secara
Serikat terjadi paling sering di antara populasi dengan cepat menjadi penyakit kavitas atipikal. Pada orang tua,
sosioekonomi yang lebih rendah: orang miskin perkotaan, tuberkulosis dapat tampak nonspesifik sebagai pneumonia
tunawisma, pekerja pertanian migran, alkoholik, dan lobus bawah. Bila terdapat penyakit kavitas apikal, sangat
pengguna obat intravena. Sekitar separuh kasus kuat menunjukkan tuberkulosis (diagnosis diferensial
tuberkulosis terjadi pada orang yang lahir di luar Amerika mencakup histoplasmosis), tetapi tuberkulosis dapat
Serikat. Insiden tuberkulosis dapat sangat tinggi pada menyerupai penyakit lain bila bagian paru selain apeks
sekelompok orang dan area geografi tertentu (misalnya, terinfeksi. Tuberkulosis paru kronik dapat disebabkan
penyalahguna obat intravena yang positif HIV di Amerika oleh reaktivasi infeksi €ndogen atau reinfeksi eksogen.
Serikat sebelah timur, pasien AIDS dari Haiti). Tuberkulosis ekstraparu terjadi pada kurang dari 20o/o
Ti-rberkulosis pada orang tua biasanya disebabkan oleh kasus, lebih sering pada pasien AIDS, dan dapat sangat
reaktivasi infeksi sebelumnya, sementara penyakit pada serius bahkan mengancam nyawa. Metode Penyebaran
anak menunjukkan transmisi aktif M tuberculoszi. Sekitar paling sering adalah melalui penyebaran hematogen pada
80o/o kasus pada anak terjadi pada kelompok minoritas waktu infeksi primer atau, yang jarang, dari paru lronik
etnik. Namun, tuberkulosis aktif paling sering didiagnosis atau fokus lain. Ekstensi langsung infeksi ke dalam rongga
pada dewasa muda, sering bersama dengan infeksi HIV- pleura, perikardium, atau peritoneum dapat terjadi,
1. Tuberkulosis dan HIV-1 yang terjadi bersamaan, karena dapat menetap dalam saluran gastrointestinal
penting di negara berkembang; di Afrika, jutaan orang dengan menelan sekresi yang terinfeksi. Pada pasien
menderita kedua infeksi. Terdapat perhatian sungguh- AIDS, tidak seperti pasien lain, penyakit paru dan
sungguh mengenai penyebaran tuberkulosis yang resistan ekstraparu secara bersamaan sering terjadi. Bentuk
terhadap banyak obat di Rusia. ekstraparu utama pada tuberkulosis-dalam urutan
Penyebaran tuberkulosis dari orang ke orang terjadi frekuensi yang menurun-adalah sebagai berikut:
melalui nukleus droplet infelaius yang dihasilkan selama limfatik, pleura, genitourinaria, tulang dan persendian,
batuk, bersin, atau berbicara. Faktor utama pada transmisi diseminata (milie), meningeal, dan peritoneal. Namun,
infeksi adalah kedekatan dan durasi kontak serm dngkat seriap orang dapat terinfeksi M tuberculosis, dan
infeksius pasien. Secara umum, <50o/o kontaL kasus aktif tuberkulosis harus dipikirkan pada diagnosis diferensial
menjadi terinfeksi seperti yang diukur dengan konversi banyak penyakit lain.
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS 773

Dua obat utama yang digunakan untuk mengobati ada tanda-tanda neurologi atau meningeal. Keseimbangan
tuberkulosis adalah isoniazid dan rifampin. Obat lini pemeriksaan fisik normal.
pertama lain adalah pirazinamid, etambutol, dan
streptomisin. Terdapat beberapa obat iini kedua yang lebih Temuan Laboratorium & Pencitraan
toksik atau kurang efektil atau keduanya, dan sebaiknya
digunakan pada pengobatan hanya bila penggunaannya Jumlah sel darah putih pasien stabil pada angka 3000/pl
(kurang dari normal). Hematokrit 29o/o (kurang dari
diperlukan (misalnya, gagal pengobatan dengan obat
normal). Jumlah sel penginduksi T helper CD4 adalah
standar, resistansi obat multipel). Regimen standar selama
75 sell,gl (normal, 425-1650lpI).
9 bulan didasarkan pada isoniazid dan rifampin yang
Panel kimia hanya untuk konsentrasi enzim hati alkali
diberikan setiap hari; pirazinamid, etambutol, atau
fosfatase sebesar 210 unitlL (normal 36-122 unit/L).
streptomisin biasanya diberikan secara bersamaan sampai
Evaluasi lanjutan mengenai penyebab demam pasien
hasil uji kepekaan diketahui. Isoniazid dan rifampin dapat
menunjukkan urinalisis normal, biakan darah rutin
diberikan setiap hari selama 1-2 bulan dan dua kali
negatif, dan radiograf dada normal. Uji antigen
seminggu untuk keseimbangan 9 bulan, tetapi regimen
kriptokokal serum negatif. Dua biakan darah untuk
ini sebaiknya tidak digunakan bila terdapat kemungkinan
mikobakterium diperoleh. Hasilnya kembali menjadi
resistansi obat. Terdapat beberapa,pilihan regimen 6 bulan
posidf 10-12 hari setelah diambil. Tiga hari kemudian,
untuk pengobatan awal tuberkulosis yang umumnya
organisme teridentifikasi dengan probe molekular sebagai
menggunakan tiga atau empat regimen obat selama 2
kompleks Mycobacterium auium (MAC).
bulan diikuti isoniazid dan rifampin dua kali seminggu
selama total 6 bulan. Kepekaan atau resistansi isoniazid
Uji ELISA standar untuk antibodi terhadap HIV-l
positif. Analisis \Testern blot menunjukkan antibodi
dan rifampin merupakan faktor penting dalam memilih
terhadap setiap kelompok antigen utama HIV-1, yaitu
obat yang tepat dan menentukan durasi pengobatan. Pada
protein Gag, Pol, dan Env. Pemerilsaan DNA dengan
pasien yang tidak patuh, pengobatan yang diobservasi
rantai bercabang untuk mengukur RNA HIV-1 positif
secara langsung juga penting.
dengan 300.000 kopi/ml.
Jasmer RM, Nahid P, Hopewell PC: Latent tuberculosis infection. N Engl
J Med 2002;347:1960.
Pengobatan & Follow-up
Khan K et al: Global drug-resistance pattems and the management of
latent tuberculosis infection in immigrants to the United States. N Pasien mulai menerima regimen tiga obat untuk MAC:
Engi J Med 2002;347:1850. klaritromisin, etambutol, dan siprofloksasin. Ia merasa
lebih sehat, penurunan demam dan keringatnya secara

HIV.I & AIDS nyata, dan peningkatan selera makan. Secara bersamaan,
pasien memulai terapi antiretrovirus sangat aktif
KASUS 17: INFEKSI MYCOBACTERIUM (HAART). Obat-obat yang digunakan adalah dua inhibitor
nukleosida reu ers e nans crip tas e-zidovudine (AZT) dan
AV|UM KOMPLEKS (MAC) lamivudin (lTC)-aan inhibitor prorease, indinavir. Saat
DISEMINATA
follow-up 4 bulan setelah pengobatan antiretrovirus
Seorang laki-laki berusia 44 tahun datang dengan riwayat dimulai, pemeriksaan beban virus RNA HIV-1 pasien
demam intermiten beberapa minggu yang kadang-kadang menunjukkan kadar virus yang tidak terdeteksi; jumlah
disertai menggigil. Ia merasakan terjadi.peningkatan sel T CD4 250 sel/pl.
frekuensi gerakan usus tanpa diare yang jelas tetapi
kadang-kadang terdapat kram dan nyeri abdomen. Tidak Keterangan mengenai Infeksi HIV-l & AIDS
ada nyeri kepala atau batuk. Ia kehilangan sekitar 5 kg Periode inkubasi sejak terpajan sampai awitan penyakit
berat badannya. fuwayat medis lainnya negatif. HIV-l akut secara khas adalah selama 2-4 minggu.
Sepuluh tahun sebelum penyakit sekarang aktivitas Sebagian besar orang mengalami penyakit akut yang ber-
pasien menyebabkannya berisiko mendapatkan infeksi langsung 2-6 minggu. Thnda dan gejala yang umum adalah
HIV. Ia tidak pernah menjalani pemeriksaan laboratorium demam (97V0), adenopati (77o/o), faringitis (73o/o), ruam
untuk menentukan status HIV-nya. (70Vo), dan mialgia atau atralgia. Ruam bersifat eritema-
tosa, tidak gatal, dan terdiri dari lesi makulopapula (sedikit
Gambaran Klinis meninggi) dengan diameter 5-10 mm, biasanya padawajah
Temperatur 38 0C, nadi 90/menit, respirasi 18/menit, atau tubuh-tetapi ruarn dapat ditemukan di ekstremitas
. dan tekanan darah 110/70 mm Hg. Pasien tidak tampak atau telapak tangan dan kaki atau generalisata. Ulkus di
sakit akut. Ujung limpa dapat diraba di kuadran ahdomen mulut adalah gambaran berbeda infeksi HIV primer.
atas kiri 3 cm di bawah iga (menunjukkan splenomegali). Penyakit akut telah dijelaskan "seperti mononukleosis",
Tidak ada hepatomegali dan limfadenopati, dan tidak tetapi sebenarnya adalah sindrom yang berbeda.
774 / BAB 48

lli lllElll ll
rtiN{:::
r r r I I | 5 | | I .-,:El I I

iiiN:l !, LiS
r r r I i I I '.,-!-EE' I I

5: RrrLil r r I I : I ':oE
l'EJ I I t'fX.9Et I
-ar I
I
E::: t
r r i ' E*t | | r!o*6ir
', *:
its
rf E'e!r
I
iHri
5; ; r i 'Elj5 , r I
ilt,$.t
ri la::::
.:r r r r :;.=
'F:e i r:Eg I I r'!".sEr ErF I

i , r rtob I I r [Ei$t E'H


ul{l i i€'FiiE*gi
3; =i
!i!i
I

tili i i vH i i>tE |
or'6r I I

lll lll
riEiE*i
; ;FE6-n; *i* llcl
|

lll
r r r r ._c r ri*-. r r;i.i | :€
iii iFE ii!:E3i
.'+EE iglE€;illi i

I I I | rxE_
=6 : :*=r: I r#rEEE r r[
,gl E:€ i 5i;
I

Eiii t::ItAiillEl i1i.:s=iE,r, i

*i ir
*l ii
FiH*E;i
i3e€.Ei;+i3$;:i
r;:;Fi
i,?i$EAi;iEi
ii'z6'6''e!i
sirii ig€riiii;ii$le iei€tlti;lEI
;i:ii
.Ei*;

EiSi
,Eiii I
;
ie€cri*ei:sigflt
ii
i gFE*lsE::E$*f;3
; t..€.sr - '+rE.s.-'l
lElEie+itrrri
ii:e;frtE:€lgal Ep.15
I

F,EiE'E, EiEEi
d
I r
ir II I I t '3'S
'u'd
illEE€E;
i I | :€l I

.9
r l I r I I I I r .Et I

IZ
(g r r r I I I 'r i H I I I Pl I

.gr.gr r I I I t..ZE I I I >l I

'F'.E' r I I r'S r!!S-. t I | -;r I

a : r* |
1:E:-: ; r r
; '!
I I P r€ !- H I I I
i, ts,
qr I

irEos i I,
I

c
o
E
El;iEl i I ig ii5;H; ;l i

c(o
P el€ib'l 'Ir ,I ,d
rE
iE€E'E I I
l5JJNo t I '| 5!r'
,

o irPrf,'
Eror-r I rfi ,E---E I I "lb o 9t
I

ai I I ' ;l g'
I

o
o) ;iS, i = r;1 r{ 't€.'t- 'i '.El 1
c .r,
ui, ;:o,ts'
' O F r E r; I SeSg | '
I

lFte$al i
|

ig ifil;
'

Pl:l
0l
o
(^'
o Pl
3:+:=: I *a r* rF i?g!;;i I iEifii
i €i;
c siEi$i a i i;
i E iE iE
l** i*Elrii , ;!g;
I

lz
('
ir;rFrF
;igigi; E i iE ii !+33F'-,.
'**xte';'; ' Eil-I
o'rF
6

lg igl;
'

ri!lil;
c
o,
E
O)
c
o tlllllllllll
Irlgcil*lF l$iEi
trllllllllll
'a r r r I I I tfi I I I I I

lc I 15 I I I I
-\z I I
I rE
I
I
OJ I
r r r -o r \i i5 ; i* I I
tE I I
r

.5
; i i-E ,' rb.sr rE 'I 'F
c(g
i , '?9. E ri'ar i3 'r !E
15 t lX
r*
:

'€"3 i e'3
, , E ;I;r 6
'

€ !8'
I
(It
'g5a'
r,=o, iEipi
ii+i
$ is;is ie i;ig i!iil
i
-v
O|
'tc
r{I
,:i*,
00
\i
a
o
,G
5
,gieriiEcii*c:isEiliEigi:i,s,si
i , r td I | | I I t.' I I
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS / 775

ttttt Antibodi IgM anti-HIV-1 tampak dalam 2 minggu


rttlt
I I I , Ct setelah infeksi primer dan terjadi sebelum timbulnya
I r=(o '
I

I I I
e_R'
f E Ft
I antibodi IgG, yang dapat dideteksi dalam beberapa minggu
r
I
berikutnya. Deteksi RNA HIV-1 pada awal perjalanan
r' r'6z r !€$r
.E;.E r
r

infeksi adalah pertimbangan utama bank darah mencegah


r rX '
r

r rF r b-EF'
.!itr
r
transfusi darah den gan anti bodi-negatif HIV- 1 -posi tif.
AIDS adalah komplikasi utama infeksi HIV-1.
r

I liz I c,Y E I
r rE r PLFA
'!9:sr I

r Sindrom ini didefinisikan sebagai perkembangan infeksi


lt-l'--t.t
lr rErr oportunistik serius, neoplar^", manifestasi lain yang
rr r5lrr ","u
mengancam nyawa yang disebabkan oleh imunosupresi
tt tott progresif diindulai HIV-1. AIDS adalah manifestasi paling
rr rfrr berat pada beberapa penyakit klinis setelah infelcsi HIV
lt t-ott
rr
tt
rfirr primer. Definisi formal pertama AIDS sebagai sindrom
t.!lt adalah sebelum HIV-1 dikenali. Definisi dimodifikasi
rr rErr
r_r r .fi
'-
r r pada tahun 1987 untuk mencakup tanda infeksi HIV-I
ror
NC
I I I
dan sekali lagi pada tahun 1993, ketika kriteria jumlah
l(ol I o
-o I I
.c
16r r - r sel CD4 ditambahkan. Tiga kriteria jumlah sel CD4
rtr r ! r
r

r
adalah sebagai berikut: (1) t5OO sel/pl, (2) 200-4991'!,
r.Er r cro r r

dan (3) <2001pL. Ketiga kategori klinis adalah sebagai


| -t 6 t I
r
I

'-'-br '-! berikut: (A) infeksi HIV-1 akut-limfadenopati persisten


r

r.;r.;Er I I
dan penyakit asimtomatik; (B) pasien dengan keadaan
t'-t'-Nt ; I
IPo I Pooc I I
.i-:
- | I simtomatik yang disebabkan oleh infeksi HIV-1 atau
r€r€9r Ex r dipersulit oleh infeksi HIV-1 (kandidiasis vulvovagina atau
r&r&*:r i€ r
r
C C= '-:
r

lrtlr orofaring persisten, herpes zoster rekuren, angiomatosis


tlttt basilaris, dll), dan (C) keadaan yang menjelaskan AIDS
ltttl
ttltt (lihat bawah). Hasil akhir klasifikasi infeksi HIV-1
llltt mutakhir adalah sembilan kategori yang saling terpisah:
llltt
trltr Al, A2, A3, B1, F2,P3, dan C1, C2, C3-dengan tujuan
rtttt membantu memperbaiki penanganan klinis dan terapeutik
lrttt pasien AIDS yang sebagian besar didasarkan pada jumlah
ltltr
ltttt selCD4. Karena hitung sel CD4 tersedia di negara maju
lrttt tetapi tidak dapat dilakukan di banyak negara lain, nilai
ltttt
ltllt klasifikasi kompleks terbatas pada banyak daerah geo-
ttttt grafik. Klasifikasi juga tidak digurlakan untuk mengubah
llttt status pasien yang dapat membaik secara dramatis dengan
r=r: r I rErE
'3_,3_
roro
rr E rE':
r:r:
pengobatan antiretrovirus yang sangat aktif.
roll O) t
E
al t Vt I
Infeksi yang menjelaskan AIDS (klasifikasi klinis C
Vt
'J'f
r'-r '- '
r .6
E rI | ! di atas) diuraikan dalam Tabel 48-7. Tumor pada AiDS
rJrJ r .s' rErF termasuk limfoma primer otak, limfoma Burkitt atau
t9tq | .! 1616 imunoblastik, dan .karsinoma serviks invasif pada
rgr g r .j: g=66
rcrrc,
rUrU
vvc.- r U rbr b perempuan, selain sarkoma Kaposi. Ensefalopati HIV-1
lulu I u lOlO dengan gangguan fungsi kognitif atau motorik dan HIV-
rlrlt I wasting disease (>l0o/o penurunan berat badan dan diare
tltlt
ttttr atau kelemahan serta demam lebih dari I bulan) juga
ttttt menjelaskan AIDS.
l_tttt
r5r r r r
Pasien yang terinfeksi HIV-1 dapat datang dengan
rHr.t r r r tanda dan gejala yang mengenai satu atau lebih sistem organ.
rEr.t r * | -.r Infeksi oportunistik yang lazim diuraikan berdasarkan
r[r -E , E ,.Q,
r3r.S r t' rFl Ietak anatomi padaTabel 48-8. Secara khas, evaluasi pasien
tprfi I o rFr; yang mungkin menderita infeksi HIV-I atau AIDS didasar-
rSrE r F rQr'.* kan pada riwayat klinis dan epidemiologi tentang kemung-
r{rS rqs' rFr Q
l.$lE
rIrU
rE$
rPF
lFr
rur]3$
kinan pajanan ditambah dengan evaiuasi diagnostik
penyakit yang timbul berdasarkan organ yang terkena.
I I t4 I I
776 BAB 48

Tabel 48-8. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan infeksi HlV.

Menyeluruh Limfadenopati generalisata progresif Terjadi pada 50-10% orang setelah infeksi HIV primer;
harus dibedakan dengan banyak penyakit yang
dapat menyebabkan limfadenoPati

Sistem saraf Ensefalopati HIV demensia AIDS Hilangnya memori jangka pendek; kesulitan
mengatur aktivitas harian; kurang perhatian

Toksoplasmosis serebral; Toxoplasma gondii Terkenanya otak multifokal sering terjadi dan menye-
babkan spektrum luas penyakit klinis: perubahan
status mental, kejang, kelemahan motorik. kelainan
sensorik, disfungsi serebelum, dll.

Meningitis kriptokokus; Cryptococcus Sering mempunyai awitan tersembunyi dengan


neoformans demam, nyeri kepala, dan malaise

Leukoensefalopati multifokal progresif; Awitan defisit neurologi fokal lebih dari beberapa
virus JC minggu

Sitomegalovirus Ensefalitis, poliradikulopati, mononeuritis multipleks

Limfoma sistem saraf pusat Primer Awitan defisit neurologi fokal selama lebih dari
beberapa hari sampai minggu

Mata Sitomegalovirus Retinitis

Kulit Sarkoma Kaposi: herpesvirus manusia 8 Nodul kutaneus keras yang dapat diraba, diameter
(herpesvirus penyebab sarkoma Kaposi) 0,5-2 cm; awalnya lebih kecil dan kemudian dapat
konfluen, dengan massa tumor besar; khas berwarna
keunguan; dapat hiperpigmentasi pada orang yang
berkulit gelap; dapat mengenai banyak sistem organ

Folikulitis stafilokokus: Staphylococcus aureus lnfeksi folikel rambut pada tubuh bagian tengah,
selangkangan, atau wajah

Herpes zoster: virus varisela-zoster Vesikel dengan dasar eritema dalam distribusi
dermatomal

Ulkus herpetik: virus herpes simpleks Vesikel berkelompok dengan dasar eritema yang
secara cepat menjadi ulkus; biasanya pada wajah,
tangan, atau area genital

Angiomatosis basilaris: Bartonella henselae, Papul merah membesar dengan daerah sekeliling
Bartonella quintana eritema; gambaran klinis sama dengan sarkoma
Kaposi tetapi secara histologis sangat berbeda

Mulut Kandidiasis oral:. Candida albicans Bercak merah halus pada palatum durum atau molle;
dapat membentuk Pseudomembran

Leukoplakia berambut: mungkin Penebalan mukosa mulut, sering dengan lipatan


disebabkan oleh virus Epstein-Barr vertikal atau berbelok-belok

Gingivitis dan periodontitis 9


i
1sl"i T "jt !" :' 1s : tk:'l :ol'!
k:
T 1
i
:"!
i!'-s1o
i
Ulkus mulut: herpes simpleks, virus varisela- Dapat timbul dengan vesikel rekuren yang
zoster, sitomegalovirus, dan banyak agen membentuk ulkus
infeksius lain

Gastrointestinal Esofagitis: Candida albicans, sitomegalovirus, Kesulitan dan nyeri saat menelan
virus herpes simpleks

Gastritis: sitomegalovirus Mual, muntah. cepat kenyang, anoreksia

(berlanjut)
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS 777

Tabel 48-8. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan infeksi HIV (laniutan).

G astrointestinal Enterokolitis: Salmonela, kriptosporidium. Sangat sering: diare, kram abdomen, dan nyeri
(lanjutan) isospora, mikrosporidia, giardia, Entamoeba a bdomen
histolytica, dan lain-lain

Proktokol itis: Neisseria gonorrhoeae, Nyeri rektum


Chlamydia trachomatis, Treponema pallidum,
herpes simpleks, sitomegalovirus

Paru Pneumonia konsolidatif atau interstisial: Ba- Awitan dapat lambat atau cepa! dengan demam,
nyak tumor dan banyak spesies bakteri, fungi, batuk, dan sesak napas; diagnosis sering ditegakkan
virus, dan protozoa dapat menyebabkan melalui bronkoskopi dengan lavase alveolar bronkial
penyakit paru pada pasien yang terinfeksi HIV

Saluran genital Kandidiasis vagina: Candida albicans Sekret abnormal seperti dadih dengan kemerahan
pada vulva dan gatal; sering pada perempuan yang
terinfeksi HIV

Kutil genital: papilomavirus manusia Dapat berat pada pasien yang terinfeksi HIV

Karsinoma serviks invasif: papilomavirus Selatipikal pada pap smear; hingga dan menca-
manusia kup karsinoma sering terjadi pada perempuan yang
terinfeksi HIV

Penyakit radang panggul Lebih sering dan lebih berat pada perempuan yang
terinfeksi HIV daripada perempuan lain

Herpes genital: virus herpes simpleks Sering rekuren dan lebih berat pada orang yang
terinfeksi HIV daripada orang lain

Sifilis: Ireponema pal lidum 5i{ilis adalah penyakit yang jauh lebih progresif pada
orang yang terinfeksi HIV daripada orang lain; dapat
menyebabkan sifilis neurologi dengan perkembangan
penyakit yang lebih cepat.

Status pengetahuan mengenai pengobatan obat anti signifikan telah memperbaiki hidup dan prognosis untuk
HIV-I berubah secara cepat dan untuk alasan tersebut banyak pasien AIDS. Penggantian obat anti-HiV mungkin
rekomendasi pengobatan anti HIV-1 sebaiknya dipikirkan diperlukan jika respons klinis tidak adekuat karena
sementara saja. Hanya petunjuk umum yang ditampiikan resistansi HIV terhadap obat-obatan sering terjadi. Bila
di sini. Profilaksis pascapajanan dengan obat anti-HIV-1 jumlah sel CD4 <2001p,1, profilaksis untuk infeksi P
bersifat efektif dan pengobatan infelai HIV-1 primer juga jiroueci sebaiknya dimulai. Profilaksis untuk infeksi
mempunyai implikasi prognosdk yang baik. Banyak faktor oportunistik lain (Thbel 48-7) mungkin juga tepat.
yang memengaruhi keputusan untuk memulai pengobatan
Freedberg KA et al: The cost effectiveness of combination antiretroviral
anti HIV-I, termasuk angka penurunan jumlah sel CD4 therapy for HIV disease. N Engl J Med 2001;344:824.
dan kadar RNA HIV-I dalam darah. Pada awal perjalanan
Murphy RL (chair): Critical issues surrounding trcatment in the era of
pe nyakit HIV- I , bila jumlah sel CD4 >500 se l/pl, tindakan active antiretrovirus therapeutics. Ctin Infect Dis 2000;30(2 Suppl).
untuk memonitor keadaan klinis sangat tepat. Bila jumlah [Entire rssue.]
sel CD4 antara 200 dan 500 sel/pl, pengobatan Smde MA, Volberding PA (editors ): Tlrc M edical M anag ement of N D S, 6th
antiretrovirus dapat diindikasikan, bergantung pada hasil ed. Saunders,1999.

uji RNA virus. Bila jumlah sel CD4 turun menjadi <200
sel/pl, pengobatan dengan obat yang aktif melawan HIV- INFEKSI PADA PASIEN YANG
1 secara umum dianjurkan.
Obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV- MENJALANI TRANSPLANTASI
1 dibahas pada Bab 30. Bila jumlah sel CD4 <2001p,1,
KASUS 18: TRANSPLANTASI HArl
pengobatan dengan dua inhibitor reuerse transcriptase
analog nukleosida dan inhibitor protease dianjurkan. Seorang laki-laki berusia 61 tahun pernah men.ialani
Pengobatan antiretrovirus yang sangat aktif ini secara transplantasi hati ortotopik untuk sirosis yang disebabkan
778 BAB 48

oleh hepatitis C kronik. Ia menderita hepatitis C ddri meningkat, AST 296 unit/L, alkali fosfatase 497 unitlL,
transfusi darah ketika menjalani operasi jantung pintas dan biliruhin 7 mgldL. Diagnosis diferensial fungsi hati
koroner l0 tahun sebelum ia menderita penyakit hati. abnormal adalah penolakan selular akut dan obstruksi
Penyakit hati terdiagnosis 2 tahun sebelum transplantasi biliaris. Hepatitis sitomegalovirus mungkin terjadi; tetapi
hati ortotopik ketika ia mengalami perdarahan varises umumnya terjadi setelah hari ke-35, dan pasien telah
esofagus. Perdarahan akhirnya terkontrol, tetapi pasien menerima profilaksis untuk sitomegalovirus. Biopsi hati
kemudian menderita asites dan ensefalopati hepatik, memperlihatkan penolakan selular akut.
hanya dikontroi ringan dengan pengobatan medis. Ia juga Pasien diobati dengan dua dosis metilprednisolon
menderita diabetes bergantung insulin. Pada saat evaluasi intravena diikuti prednison oral. Kadar talrolimus dalam
awal 4 bulan sebelum transplantasi, uji fungsi hati darah berada dalam kisaran terapeutik. Biopsi hati follow'
memperlihatkan bahwa aspartat aminotransferase (AST) up 2 minggu kemudian memperlihatkan periemakan
43 unitlL (normal 10-40 unit/L), alanin aminotransferase ringan, tetapi tidak realsi ada penolakan. AST 15 unit/
(N:D 42 unit/L (normal 36-122 unit/L), bilirubin 2,9 L, alkali fosfatase 245 unitlL, dan bilirubin 1,6 mg/dl.
mg/dl (normal 0,1-1,2 mgidl), albumin 2,6 gldL (normal Satu bulan kemudian' 2,5 bulan pascatransplantasi,
3,4-5 gl dL), dan waktu protrombin memanjang 1,8 AST kembali meningkat sampai 155 unit/L tetapi alkali
International Normalized Rarla (INR). Anti-HCV positif fosfatase tidak berubah, 178 unit/L. Biopsi memPer-
dengan pemeriksaan intmunoassay terkait enzim. Pasien lihatkan perlemakan sedang, nekrosis hepatosit lobular'
tidak memberikan respons terhadap interferon alfa dan peradangan porta ringan yang sesuai dengan infeksi
ditambah pengobatan ribavirin. hepatitis C pascatransplantasi atau terjadinya reaksi
Tiansplantasi hati ortotopik dilakukan tanpa kesulitan. penolakan. Pemeriksaan reaksi rantai polimerase untuk
Rekonstrulai biliar adalah dengan koledokokoledokos- RNA HCV tidak dilakukan karena telah positif dan
tomi (anastomosis primer duktus koledokus donor mempunyai nilai prognostik terbatas. Secara klinis, kesan
dengan resipien) dengan men€mpatkan tabung-T untuk yang didapatkan adalah hepatitis C rekuren. ThLrolimus
drainase empedu eksternal selama penyembuhan dan prednison dilanjutkan. Sebulan kemudian, uji fungsi
anastomosis. Karsinoma hepatoselular ditemukan secara hati kembali normal.
tidak disengaja saat pemeriksaan eiaplantasi. Pasien'mulai Pada 6 bulan pascatransplantasi, tabung-T diangkat
diberi takrolimus intravena (untuk mengurangi reaksi dari sistem drainase empedu. Pasien segera mengalami
penolakan) dalam infusi kontinu selama 24 jam dan nyeri abdomen difus yang berat. Biakan empedu
kortikosteroid untuk imunosupresi (juga untuk membantu menumbuhkan Escherichia coli dan Enterlcoccus faecium.
mencegah reaksi penolakan). Thlrolimus diubah menjadi Kesan klinis adalah drainase empedu ke dalam abdomen.
pengobatan oral pada hari ke-2. Gansiklovir intravena Pasien diobati dengan seftriakson dan vankomisin.
dib.rik".t pada hari ke-l-7 untuk profilaksis terhadap Kolangiopankreatogiafi retrograd endoskopik (ERCP)
infelai sitomegalovirus (hepatitis dan pneumonia); setelah dengam sfingterotomi dilakukan untuk memperbaiki
gansiklovir dihentikan, diberikan asiklovir oral dosis dnggi aliran empedu. Pasien dipulangkan dari rumah sakit 2
empat kali sehari selama 3 bulan sebagai profilaksis hari kemudian.
lanjutan melawan infeksi sitomegalovirus. Tiimetoprim- Delapan bulan setelah transplantasi, pasien datang
sulfametoksasol oral juga diberikan dua kali seminggu dengan edema subkutan generalisata (anasarka) dan ruam
sebagai profilaksis melawan pneumonia pneumosistis ekstremitas bawah. Uji hati abnormal ringan. Hematokrit
F ungsi allografi segera ditegakkan setelah transplantasi. dan jumlah sel darah putih normal. Nitrogen urea darah
Pada hari ke-7 AST 40 unit/L, alkali fosfatase 138 unit/ 54 mgldL (normal 10-24 mgldL), dan kreatinin serum
L (normal 36-122 unit/L), dan bilirubin 6,2 mgldL. 2,8 mg/dl (normal 0,6-1,2 mg/dl). Urinalisis
Diagnosis diferensial fungsi hati abnormal adalah cedera memperlihatkan protein 4+ dan sel darah merah lebih
selama pengawetan hati antara donasi dan transplantasi, dari 50 per lapang penglihatan besar. Biopsi kulit
trombosis arteri hepatika, dan yang jarang adalah hepatitis memperlihatkan vaskulitis leukositoklastik. Krioglo-
herpes simpleks. Biopsi hati pada hari ke-7 memper- bulinemia terdiagnosis.
lihatkan cedera selama pengawetan. Empat tahun pascatransplantasi, uji fungsi had pasien
Pasien dipulangkan dari rumah sakit pada hari ke-12 tetap normal kecuali peningkamn AST dan ALI ringan
dan mendapatkan taLrolimus dan prednison oral untuk intermiten. Biopsi hati follow-u? memperlihatkan
membantu mencegah reaksi penolakan. Pada hari ke-21, perlemakan ringan sampai berat dengan peradangan porta
biopsi hati tidak memperlihatkan adanya tanda penolakan sel mononuklear ringan. Pasien tetap menjadi penderita
selular dan uji hati memuaskan: AST 18 unit/L, alkali diabetes bergantung insulin. Fungsi hati abnormal ringan,
fosfatase 96 unit/L, dan bilirubin 2 mgldL. Kreatinin dengan kreatinin serum sekitar 1,4 mgl dL. Kualitas
serum 2,2 mg/dl (normal 0,5-1,4 mg/dl), dan dosis hidupnya baik. Saat ini pasien tetap minum takrolimus
takrolimus oral dikurangi. Pada hari ke-28, uji fungi hati dan prednison. Dibandingkan dengan resipien
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS

transplantasi hati lain, pasien mempunyai peningkatan Kortikosteroid dosis tinggi digunakan untuk membantu
risiko untuk mengalami sirosis dan kehilangan cangkok. mencegah reaksi penolakan atau penyakit graft-versus-
pejamu, menghambat proliferasi sel T, kekebalan
Keterangan bergantung sel T, dan ekspresi gen sitokin sehingga
Padien penerima transplantasi mengalami infeksi paling mempunyai efek utama pada kekebalan se lular,
penting dan mengancam nyawa selama beberapa bulan pembentukan antibodi, dan peradangan' Pasien yang
pertarna setelah transplantasi. Faktor yang terjadi sebelum menerima kordkosteroid dosis tinggi semakin mudah
transplantasi penting. Penyakit yang mendasari dapat terkena infeksi fungi dan lain-lain. Siklosporin, suatu
menambah kerentanan terhadap infeksi. Pasien mungkin peptida, dan takrolimus, suatu makrolid, bekerja pada
tidak mempunyai kekebalan spesifik-misalnya, mungkin fungsi sel T untuk mencegah penolakan. Obat-obat
tidak pernah terpajan dengan sitomegalovirus-tetapi imunosupresif lain dan serum antilimfosit juga digunakan.
organ yang ditransplantasi dapat berasal dari donor yang Secara bersamaan, obat-obat imunosupresif dapat
positif sitomegalovirus atau transfusi darah dapat menyebabkan suatu keadaan terjadinya infeksi pada
membawa virus. Pasien mungkin mengalami infeksi laten penerima transplantasi.
yang menjadi aktif selama periode imunosupresi setelah Kasus 19 (di bawah) menggambarkan pasien dengan
transplantasi; misalnya, mencakup infeksi oleh virus transplantasi sumsum tulang, termasuk keterangan pada
herpes simpleks, virus varisela-2ostet sitomegalovirus, infeksi yang terjadi dalam keadaan tersebut.
dan lain-lain termasuk tuberkulosis. Pasien dapat Fishman JA, Rubin RH: Infection in organ transplant recipient. N Engl J
menerima obat-obatan imunosupresif sebelum transplantasi. Med 1998;338:1741.
Faktor utama yang menentukan infeksi adalah jenis Pizzo PA: Fever in immunocompromised patients. N Engl J Med
transplantasi: hati, jantung, p?ru, gin,ial, dan lain-iain. 1999;341:893.

Durasi dan kompleksitas prosedur bedah juga penting.


Infeksi cenderung mengenai organ yang ditransplantasi KASUS 19: TRANSPLANTASI
atau terjadi disebabkan oleh organ. Pada pasien penerima
transplantasi hati, pembedahan rumit dan memerlukan
SUMSUM TULANG
waktu beberapa jam. Jenis drainase biliaris yang dibuat Seorang laki-laki berusia 30 tahun dengan leukemia
adalah penentu penting infeksi abdomen. Hubungan mielogenosa kronik menjalani transpiantasi sumsum
langsung saluran empedu donor dengan usus halus resipien tulang alogenik dari donor saudara yang cocok HLA.
(koledojejunostomi) menjadi predisposisi infelai saluran Sebelum ransplantasi, pasien menerima radiasi tubuh
empedu lebih besar daripada yang terjadi pada hubungan total dan siklofosfamid dosis tinggi untuk menghancurkan
saluran empedu donor dengan saluran empedu resipien leukemia secara permanen, hematopoietik, dan sel
yang telah ada (koledokokoledokostomi). Pasien penerima limfoid.
transplantasi hati dengan pembedahan yang berlangsung Komplikasi infeksius pertama tampak pada 10 hari
5-10 jam menyebabkan satu episode pascatransplantasi setelah transplantasi sebelum engrafiment terjadi. Pasien
infeksi, sementara yang pembedahannya lebih dari 25 mengalami mukositis, enteritis, dan neutropenia berat
jam mengalami tiga episode. Pasien penerima transplantasi dengan jumlah sel darah putih 100 sel/pl (normal3.400'
hati mudah mengalami hepatitis sitomegalovirus dan 10.000 sel/pl). Pasien menerima seftazidim profilaktik,
pneumonia. Penerima transplantasi jantung-hati mudah amfoterisin B dosis rendah, asiklovir, dan trimetoprim-
terkena pneumonia sitomegalovirus. Gansiklovir yang 0C dan
sulfametoksasol. Namun, ia menjadi demam 39
diberikan pada awal periode pascatransplantasi efektif tampak sakit. Kesan klinis adalah kemungkinan sepsis
menurunkan dampak penyakit sitomegalovirus pasca- bakteri yang terkait dengan neutropenia, dengan
transplantasi. Obat-obat lain yang sering diberikan sebagai kemungkinan sumber berasal baik dari mulut maupun
profilaksis untuk infeksi pascatransplantasi mencakup saluran pencernaan. Kemungkinan lain adalah infeksi iini
berikut ini: asiklovir untuk herpes simpleks dan varisela- sentral yang digunakan untuk pengobatan intravena.
zoster; trimetoprim-sulfametoksasol untuk pneumonia Infeksi fungi, baik oleh kandida dalam darah maupun
pneumosistis; amfoterisin B atau agen antifungi lain pneumonia aspergilosis, juga mungkin terjadi; namun'
untuk infelai fungi, terutama kandidiasis dan aspergilosis; infeksi ini secara umum ter.iadi setelah transplantasi
isoniazid untuk tuberkulosis; dan sefalosporin generasi sumsum tulang alogenik. Pasien mulai diberikan
ketiga atau antibiotik lain untuk infeksi bakteri. siklosporin dan pengobatan prednison dosis rendah segera
Antibiotik diberikan sebelum, selama, dan segera setelah setelah transplantasi sumsum tulang untuk mencegah
operasi untuk mencegah infeksi luka dan infeksi yang penyakit" graft-versus-pejamu' yang menjadi predisposisi
secara langsung disebabkan oleh prosedur. ier.jadinya infeksi oportunistik lain, tetapi keadaan ini
Terapi imunosupresif pada pasien penerima tidak mungkin terjadi pada beberapa minggu setelah
transplantasi juga menjadi predisposisi terjadinya infelai. transPlantasi.
BAB 48

Ketika keadaannya memburuk pada hari ke-10 Keterangan


pascatransplantasi, ia dianggap menderita infeksi bakteri'
Pasien yang menjalani transplantasi sumsum tulang
Biakan darah diperoleh dan antibiotik gram negatif menerima kemoterapi ablatif dan terapi radiasi untuk
diubah dari seftazidim men jadi siprofloksasin. menghancurkan sistem hematopoietik dan sistem imun.
Vankomisin ditambahkan selama menungu hasil biakan
Hasilnya adalah neutropenia berat dan kekebalan selular
darah. Pada hari ke-12, biakan darah dilaporkan positif
abnormal sampai sumsum tulang yang dicransplantasi
untuk streptokokus viridans. Pasien membaik. Pengobatan engraft. Oleh karena neutropenia, pasien transplantasi
antibiotik dilanjutkan sampai jumlah sel darah putih sumsum tulang sangat berisiko tinggi untuk mendapatkan
meningkat menjadi lebih dari 1.000/pl.
infeksi dibandingkan pasien yang menerima transplantasi
Pada hari ke-30 pascatransplantasi, pasien dipulangkan
organ padat dan tidak neutropenik. Pasien yang menjalani
dari rumah sakit untuk mendapatkan perawatan di transplantasi sumsum tulang allogenik juga berisiko
rumah. Ia mengalami engrafied dan tidak lagi mengalami
menderita penyakit graft-versus-pejamu, yang tidak terjadi
neutropenia tetapi menerima siklosporin dan pengobatan
pada orang yang menjalani transplantasi sumsum tulang
prednison untuk penyakit graft-versus-pejamu ringan.
autolog (yaitu, menerima sumsum tulang atau sel stem
Pada hari ke-60 pascatransplantasi, pasien mengalami
mereka sendiri yang diambil sebelumnya). Pengobatan
demam, mual, nyeri epigastrium yang nyata' dan diare.
imunosupresif yang digunakan untuk mengontrol penyakit
Kesan klinis adalah enteritis sitomegalovirus atau penyakit
graft-versus-pejamu juga membantu membuat keadaan
graft-versus-pejamu yang memburuk dan mengenai
pasien berisiko sangat tinggi mendaPatkan infeksi.
saluran pencernaan. Antara hari ke-30"dan 60, siklosporin
Infeksi dan waktu kemungkinan keadaan tersebut
dan prednison secara bertahap diturunkan karena penyakit
terjadi diperlihatkan dalam Gambar 48-1. Selama bulan
graft-versus-pejamunya telah stabil. Pada hari ke-60,
pertama pascatransplantasi, sebelum terjadi engraft,
pasien dirawat di rumah sakit dan diperiksa dengan
terjadi neutropenia berat dan kerusakan permukaan
endoskopi saluran pencernaan atas dan bawah. Lesi
mukosa karena kemoterapi pratransplantasi dan terapi
mukosa yang sesuai dengan infeksi sitomegalovirus terlihat
radiasi. Pasien berisiko sangat tinggi mendapatkan infeksi
dan dibiopsi. Pada pemeriksaan histologi, terlihat badan
yang disebabkan oleh bakteri gram negatifdan grarn positif
inklusi intranuklear besar yang sesuai dengan infeksi yang sering merupakan bagian flora normal kulit, saluran
sitomegalovirus. Biakan positif untuk sitomegalovirus.
pencernaan, dan saluran pernaptsan. Infelai virus herpes
Pasien diobati dengan gansiklovir dan sembuh.
simpleks rekuren juga dapat terjadi saat ini.
Pasien sehat sampai hari ke-i20, saat uji fungsi hati
Pada bulan kedua dan ketiga, setelah terjadi
abnormal dan pasien mengalami diare. Pemeriksaan engraftment, pasien terus mengalami gangguan kekebalan
kolonoskopi memberi hasil diagnosis penyakit graft- humoral dan selular. Gangguan ini lebih berat dan
versus-pejamu yang bertambah buruk. Dosis siklosporin
persisten pada pasien dengan penyakit graft-versus-pejamu
dan prednison dinaikkan. akut. Infeksi utama adalah pneumonia interstisial (sekitar
Pada hari ke-150 pascatransplantasi, pasien mengalami
50% disebabkan oleh sitomegalovirus), pneumonia
demam dan batuk dan diketahui memiliki infiltrat paru
aspergilosis, bakteremia, kandidemia, dan infeksi
multipel. Diagnosis yang paling mungkin adalah pernapasan oleh virus.
pneumonia fungi, mungkin disebabkan oleh spesies Setelah 3 bulan pascatransplantasi, kekebalan selular
aspergilus, meskipun Pneumo cystis j iroueci dan pneumonia
dan humoral pulih secara perlahan. Rekonstitusi ini
virus juga mungkin terjadi. Pasien menjalani bronkoskopi memerlukan wakru 1-2 tahun dan dapat terganggu secara
dengan lavase dan biopsi transbronkial. Biakan jaringan
signifikan oleh penyakit graft-versus-pejamu. Pasien
biopsi menumbuhkan Aspergillus fumigaas. Pasien diobati
berisiko menderita infeksi varisela-zoster dan infeksi
dengan amfoterisin B pada dosis tertinggi yang dapat saluran pernapasan, biasanya dengan bakteri berkapsul
ditoleransi seperti yang ditentukan dengan memantau sepe rti Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus
fungsi ginjal. Pengobatan tersebut dilanjutkan selama 2 influenzae.
minggu di rumah sakit kemudian setiap hari sebagai
Pengobatan antimikroba profilaktik secara rutin
pasien rawat jalan selama 3 minggu lagi. Dosis siklosporin
digunakan pada pasien transplantasi sumsum tulang.
dan prednison juga diturunkan.
Tiimetoprim-sulfametoksasol diberikan selama 6 bulan
Pada hari ke-300, pasien bebas dari infeksi atau durasi imunosupresi untuk mencegah pneumonia
oportunistik. Penyakit graft-versus-pejamunya mereda, pneumosistis. Asiklovir diberikan dari waktu transplantasi
dan siklosporin serta prednisonnya diturunkan, kemudian
sampai rerjadr engrafnnent untuk mencegah infelai herpes
obat-obatan dihentikan. Leukemia mielogenosa kronik
simpleks. Gansiklovir intravena sering diberikan segera
tetap dalam remisi. Ia kembali bekerja penuh waktu 330 .etei"h transplantasi dan diikuti oleh asiklovir oral atau
hari setelah transplantasi sumsum tulangnya. gansiklovir oral untuk membantu mencegah penyakit
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS 741

Mrus l- Hsv cMV Adeno *{ \r /


-{
Fungi Candida AsPeryillus -,{
-
llam aaci+.i
Baxrerr I ^
vlalll llqgsul
Berxapsur

Faktor risiko l- Neutropenia --l- GVHD akut + Terapi l-- cvno kronik
-{

030 -{ 90 12

t
lnfus sumsum Hari setelah transplantasi Bulan
tulang

Gambar 48-1. Faktor risiko yang menjadi predisposisi dan infeksi yang lazim berdasarkan waktu setelah transplantasi
sumsum tulang. (GVHD, penyakit graft-versus-pejamu). (Dimodifikasi dan direproduksi seizin dari Meyers JD: lnfections in marrow
transplant recipients. ln: Mandel GL, Douglas RG Jr, Bennett JE feditors]: Principles and Practice of lnfectious Diseases,3rd ed.'Churchill Livingstone,
1 990).

sitomegalovirus berat; pe nggunaan profilaksis ini mengembangkan kewaspadaan dan kemungkin.an


bervariasi bergantung pada apakah donor, resipien, atau konsekuensi peran biologi dan bioterorisme.
keduanya mempunyai tanda infeksi sitomegalovirus
sebelumnya. Fluoroquinolon atau sefalosporin generasi KASUS 2O: BIOTERORISME TERKAIT-
ketiga dapat diberikan selama periode engraftrnent untuk ANTRAKS DI AMERIKA SERIKAT. 2OO1
me mbantu mencegah infeksi bakte ri. Agen-agen
antifungi-amfoterisin B atau flukonazol-dapat Kasus lndeks di Florida Selatan
digunakan sebagai profilaksis untuk penyakit fungi. Pada2 Oktober 2001, seorang laki-laki berusia 63 tahun
Penggunaan vankomisin untuk mencegah infeksi oieh dibawa ke departemen gawat darurat di pusat kedokteran
bakteri gram positif masih kontroversial, sebagian karena Florida Selatan karena demam, muntah, dan kebingungan.
pemilihan potensial untuk infeksi enterokokal resistan Empat hari sebelumnya ia mengaiami demam, mialgia,
vankomisin. Setelah sistem imun kembali ke fungsi dan malaise tanpa gejala-gejala fokal spesifik. Pasien
normal, imunisasi ulang dengan toksoid difteri dan mempunyai riwayat penyakit jantung ringan tetapi
tetanus, vaksin polisakarida H influenzae dan pneumo- sebaliknya ia dalam kondisi sehat.
kokus, dan valsin virus yang dimatikan (misalnya, polio, Pada pemeriksaan fisik, pasien letargi dan disorientasi.
influenza) sebaiknya dipikirkan. Temperatur 39 "C, tekanan darah 150/80 mmHg, nadi
van Burik J-A, Weisdorf D: Infections in recipients of blood and marrow 1 10/menit, dan respirasi 18/menit. Satu-satunya
transplantation. In'. MandeII, Douglas, and Bennett's Principles and abnormalitas potensial lain pada pemeriksaan fisik adalah
Practice of Infectious Diseases, Sth ed. Mandell GL, Bennett JE,
adanya ronki pada auskultasi dada. Ronki tidak terdengar.
Dolan R (editors). Churchill Livingstone, 2000.
Rigiditas nukal tidak ada dan tanda Kernig serta
Brudzinski tidak positif. Biakan darah multipel diperoleh.
PERANG BIOLOGI & Pengobatan dengan sefotaksim dan vankomisin intravena
BIOTERORISME dimulai sebelum punksi lumbal dilakukan.
Hematokrit 460/o, jumlah sel darah putih 9.400/pl
Momok yang menakutkan pada perang biologi dan dengan 77o/o sel polimorfonuklear, 150/o limfosit, dan 8%
bioterorisme adalah nyata. Tidak ada orang di dunia ini monosit. Uji kimiawi darah normal. Radiograf awal dada
yang bebas dari konsekuensi potensial. Peristiwa (lihat N Engl J Med 2001;354:1607) memperlihatkan
bioterorisme dengan antraks di Amerika Serikat pada infiltrat basilar dan pelebaran mediastinum. Punicsi lumbal
musim gugur tahun 2001 diringkas di bawah ini. Kasus menghasilkan CSS yang berwarna keruh dengan glukosa
pes dan wabah cacar air dan botulisme, yang t€rjadi secara 57 mgldL, protein 666 mgldL, dan jumlah sel darah
alami, diuraikan juga. Kasus-kasus ini dan pembahasan putth 47501p,1 dengan 8170 sel PMN dan 1970 monosit.
yang menyertainya ditujukan untuk membantu pembaca Sel darah merah juga ada dalam CSS. Pewarnaan Gram
782 / BAB 48

CSS memperlihatkan banyak PMN dan banyak batang Jersey, dan ditujukan ke "Editor, New York Post". Surat
gram positif besar, sering dalam bentuk rantai. Diagnosis serupa dikirimkan pada waktu yang sama ke pembaca
antrals dipikirkan, dan penisilin G intravena dosis tinggi berita di televisi NBC. Pada 9 Oktober 2001, dua surat
ditambahkan pada regimen terapeutik. yang sedikit berbeda dikirimkan dari Tienton ke kantor
' Laboratorium pusat medis mengidentifikasi Bacillus District of Columbia untuk dua senator Amerika Serikat.
anthracis 18 jam setelah CSS dibiak. B anthracis )uga Tiap surat yang ditujukan kepada senator mengandung
diidendfikasi dalam biakan darah. sejumlah besar spora B anthracis yang sangat halus.
Pada hari kedua di rumah sakit, pasien mengalami Keempat surat m€ngontaminasi bangunan dan perlengkapan
ke.jang generalisata. Iir diintubasi dan mulai diberikan di Layanan Pos, ruang surat, kantor tempat surat tersebut
bantuan ventilasi. Tekanan darah rendah dan terjadi gagal dikirimkan, dan mungkin beberapa surat lain juga.
ginjal. Pasien meninggal pada hari ketiga di rumah sakit. Tor.al 22 kasus antraks terjadi, termasuk kasus di
Saat autopsi terdapat edema jaringan generalisata Florida, disebabkan oleh surat yang terkontaminasi.
dengan cairan berlebih dalam rongga peritoneum. Terjadi Terdapat 1 I kasus antraks inhalasi yang ditegakkan oleh
kolaps paru parsial tanpa konsolidasi jaringan paru. laboratorium, termasuk 5 kematian. Terdapat l1 kasus
Terdapat area perdarahan subpleura dan perivaskular. antraks kutan, 9 di
^ntaranya
ditegakkan oleh
Terdapat darah makroskopis dalam mediastinum, dan laboratorium dan 2 dicurigai. Kasus terjadi di Florida
terdapat perdarahan kelenjar getah bening. Jantung, hati, Selatan (seperti yang diuraikan di atas), New Jersey,
dan limpa normal. Otak tidak diperiksa. daerah Distrik Columbia, New York, dan Connecticut.
Pasien bekerja sebagai editor foto untuk suatu Sebagian besar kasus terjadi pada orang yang bekerja
perusahaan tabloid besar di Palm Beach Counry Florida. pada fasilitas pos di New Jersey dan daerah Distrik
Pada 19 September 2001, pasien memeriksa sebuah surat Columbia yang menggunakan peralatan pemrosesan surat
mengandung bubuk yang dicurigai oleh coworher. Srrat kiriman kilat dan orang yang bekerja di ruang surat yang
tidak pernah ditemukan. B anthracis dibiak dari 20 di membuka atau menangani surat. Pada beberapa kasus,
antara 136 sampel lingkungan yang diarahkan untuk termasuk kasus antraks inhalasi fatal di New York dan
penyelidikian yang diperoleh 8-10 Oktober 2001. Biakan Connecticut, detail pajanan belum diperoleh.
positif mencakup 2 dari 2l sampel dari daerah kerja Ribuan orang di Florida, Distrik Columbia, New
pasien. Biakan positif lain diperoleh dari ruang surat Jersey, dan New York dengan pajanan potensial terhadap
perusahaan, mobil surat, dan dari kantor pembawa surat B anthracis menerima profilaksis antimikroba. Vaksin
asimtomatik yang mempunyai biakan hidung positif untuk antraks percobaan ditawarkan ke orang yang terpajan.
B anthracis. Antara 25 Oktober dan 8 November 2001, Tempat yang terkontaminasi ditutup dan didekontaminasi.
biakan positif tambahan diperolehdari tempat kerja bagian Terdapat kewaspadaan nasional dan mungkin seluruh
lain. Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk lebih dari dunia terhadap bahaya antraks, dengan investasi sumber
1.000 orang. daya utama oleh pemerintah dan institusi lokal. Semua
Pasien kedua yang bekeja pada perusahaan penerbitan itu dilakukan dengan biaya besar. Status waspada pada
dan sering terpajan surat yang berkaitan dengan pekerjaan, investigasi dan kebutuhan akan investasi sumber daya
mengalami awitan penyakit pada 28 Septemer 2001, dan mungkin terus dilakukan untuk beberapa lama.
dilaporkan sebagai kemungkinan kasus positif antraks Bioterrorism-related anthru. Emerg Infect Dis 2002;8(No 10). Entire
inhalasi pada 4 Oktober. Ia dibawa ke rumah sakit pada issue (31 articles).
1 Oktober dan mulai diberikan pengobatan antibiotik. Bush LM et al: Index case offatal inhalation anthrax due to bioterrorism
Apusan hidung yang diperoleh pada 5 Oktober 2001, in the United States. N Engl J Med 2007;345:1607.
positif untuk ,B anthracis, tetapi biakan darah, bilasan Swartz MN: Recognition and management of anthrax-an update N Engl
J Med 2001;345:1621.
bronkial, dan cairan pleura yang diperoleh setelah
pengobatan antibiotik mulai diberikan hasilnya negatif.
Dua sampel cairan pleura positif unruk B anthracis dengan KASUS 21: WABAH CACAR
reaksi rantai polimerase. Oleh karena itu, pasien ini
merupakan kasus kedua antraks inhalasi. Ia bertahan Kasus cacar sebelumnya yang terakhir ter.iadi di
hidup dan dipulangkan dari rumah sakit pada 17 Oktober, Yugosiavia adalah pada tahun 1927. Yugoslavia telah
200t. melanjutkan vaksinasi luas pada populasi untuk
melindungi mereka dari kasus yang masuk ke Yugoslavia.
Pada tahun 1972, seorane pengungsi yang kembali'dari
Daerah Washington DC, New York, Mekah menjadi sakit dengan penyakit demam yang tidak
New Jersey, & Connecticut terdiagnosis. Teman-teman dan keluarga datang dari
Pada 18 September 2001, sebuah surat yang mengandutg
berbagai daerah berbeda; 2 minggu kemudian, 11 di
banyak spora .B anthracis dikirim dari Trenton, New antaranya menjadi sakit demam tinggi dan ruam. Para
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS 783

pasien tidak saling menyadari penyakit satu dengan yang dipanggil, dan pasien mengalami henti jantung saat teknisi
lain, dan dokter mereka, yang hanya sedikit di antaranya medis kedokteran berada di tempat. Ia dibawa ke bagian
yang pernah melihat kasus cacar, gagal membuat diagnosis gawat darurat rumah sakit dan dilaporkan meninggal
yang tepat. segera setelahtiba di rumah sakit.
Satu dari I 1 pasien adalah seorang guru berusia 30 Pada 8 Agustus, biakan sampel darah yang diperoleh
tahun yang secara cepat menjadi sakit kritis dengan cacar di ruang gawat darurat diduga positif untuk Yersinia pestis
hemoragik, suatu bentuk yang belum terdiagnosis oleh dengan pewarnaan antibodi fluoresen dan dikonfirmasi
ahli. Guru tersebut p€rtama kali diberikan penisilin di dengan lisis bakteriofag spesifik di laboratorium Arizona
klinik lokal. Ia bertambah sakit dan dipindahkan ke State Health De?artment. Isolat tambahan dari biakan
bangsal dermatologi di rumah sakit kota, kemudian ke otak, hati , paru, dan cairan vitreosa postmortem
bangsal yang sama di rumah sakit ibu kota; dan akhirnya menegakkan adanya Y pestis pada CDC. Investigasi
ke layanan perawatan kritis karena perdarahan yang epidemiologi oleh kantor kesehatan masyarakat
banyak dan syok. Ia meninggal sebelum diagnosis definitif mengindikasikan bahwa pasien mungkin terinfeksi pada
dibuat. Ia dikuburkan 2 hari sebelum kasus pertarna cacar 27 Juli akibat gigitan lalat yang terinfeksi Y pestis saar
dikenali. berjalan-jalan melalui kumpulan anjing (Cynomys
Kasus pertama secara tepat.,didiagnosis 4 minggu gunnisoni) di padang rumput luas di Navajo Counry. Titer
setelah pasien pertama sakit, tetapi pada saat itu 150 antibodi dnggi terhadap Ypestis ditemukan pada dua dari
orang telah terinfeksi; di antaranya, 38 (termasuk dua empat anjing peliharaan yang hidup dalam rumah dekat
dokter, dua perawat, dan empat anggota staf rumah sakit padang rumput tempat kumpulan anjing. Pemilik anjing
lain) telah terinfeksi oleh guru muda. Kasus terjadi di diberi nasehat mengenai risiko pes dan diperintahkan
daerah terpisah secara luas.'Saat didiagnosis, 150 kasus untuk mengikat peliharaannya dan secara periodik
sekunder telah mulai memajankan penyebaran penyakit membersihkan anjingnya dengan insektisida. Liang
terhadap generasi lain. Timbul pertanyaan mengenai tempat persembunyian anjing di padang rumPut yang
berapa banyak kasus lain yang tidak terdeteksi. berjarak setengah mil dari hunian penduduk dibersihkan
Otoritas kesehatan melakukan kampanye vaksinasi dengan insektisida untuk mengontrol populasi lalat.
di seluruh negara. Klinik valainasi massal didirikan dan Fatal human plague-Arizona and Colorado, 1996. MMWR Moth Mortal
tempat pemeriksaan di sepanjang jalan didirikan untuk Wkly Rep L997;46:617 .
memeriksa sertifikat vaksinasi. Dua puluh juta orang
divaksinasi. Hotel dan apartemen diambil alih, dijaga
oleh militer, dan semua kontak kasus yang diketahui KASUS 23: WABAH BOTULISME
dipaksa masuk ke pusat tersebut di bawah penjagaan Pada Agustus dan Oktober 1993, kantor kesehatan
militer. Sepuluh ribu orang menghabiskan waktu 2 minggu masyarakat di Italia diberi tahu tentang 7 kasus botulisme
atau lebih dalarir isolasi. Sementara itu, negara tetangga tipe B dari dua wabah yang tampaknya tidak berkaitan
menutup perbatasan. Sembilan minggu setelah pasien dalam komunitas yang berbeda. Paragraf berikut
pertama sakit, wabah berhenti. Dari kejadian kese- meringkas investigasi oleh Regional Health Observatory
luruhan, 175 pasien terkena cacar dan 35 meninggal. of Campania dan Italian National Institute of Health.
Henderson DA: Bioterrorism as a public health threat. Emerg Infect Dis Penyakit timbul setelah makan terong bakar dalam minyak
1998 ;4: 488. (http://ww.cdc. gov/ncidod,/EID/vo14no3Arendrsn.htm). siap makan yang dijual bebas.

KASUS 22= PES Wabah 1

Pada 14 Agustus, dua pramusaji yang bekerja di bar roti


Pada2 Agustus 1996, seorang laki-laki berusia 18 tahun
yang tinggal di Flagstaff, Arizona dibawa ke klinik rawat lapis di Santa Maria di
Castellabate dibawa ke rumah
jalan karena riwayat demam, nyeri di selangkangan kiri, sakit lokal dengan disfagia, diplopia, dan konstipasi;
diagnosis klinis botulisme ditegakkan. Pada tanggal 12
dan diare selama 2 hari. Pada pemeriksaan, ia tidak
Agustus, pramusaji tersebut menyiapkan dan makan ham,
demam, nadi 126lmenit, respirasi 20lmenit, dan tekanan
darah 130/80 mmHg. Terjadi pembengkakan selang- keju, dan roti terc\srg. Pramusaji ketiga juga makan roti
kangan kiri dan terdapat ny€ri tekan. Ketegangan otot
lapis tersebut dan mengalami dispepsia, yang menye-
selangkangan didiagnosis sebagai keseleo dan disebabkan
babkan muntah; ia tidak menunjukkan gejala neurologi.
karena pasien jatuh 2 hari yang lalu. Ia diobati dengan
Pemilik bar, yang kemudian merasakan sepotong kecil
agen anti-inflamasi nonsteroid, diperintahkan memakan
terong dari kaleng yang sama pada 12 Agustus, tetap
diet cair, dan dipulangkan. Pada 3 Agustus, pasien asimtomatik. Koki yang pertama kali membuka kaleng
mengeluh merasa lemah, mengalami kesulitan bernapas, terong bakar dalam minyak siap makan yang dijual bebas
dan mencicipinya pada 11 Agustus mengalami diare. Baik
dan kolaps saat mandi. Bantuan medis gawat darurat
784 BAB 48

koki maupun pemilik melaporkan bahwa terong yang dipantau secara konsisten. Total 119 kaleng terong dari
dicicipi tersebut terasa basi. lot yang sama yang menyebabkan wabah diuji; baik spora
Diagnosis botulisme diduga pada dua pasien yang C bonlinurn maupun toksin botulisme tidak terdeteksi.
dirawat di rumah sakit; keduanya diobati dengan pH produk bervariasi dari 3,9 sampai 5,1; pH lebih besar
antitoksin botulisme trivalen dan secara bertahap sembuh. dari 4,6 pada 24 (20%) kaleng yang diuji.
Tidak ada sampel makanan yang tersedia untuk pengujian. Type B botulism associated with roasted eggplant in iiil-Italy, 1993.
Tidak ada tolain botulisme yang dideteksi dalam serum MMWR Morb Mortal Wkly Rep 1995;44:33.
dua pasien yang dirawat. Namun, biakan fesesnya
menunjukkan Clostridium botulinum tipe B.
RIWAYAT SINGKAT PERANG BIOLOGI
Pada abad ke-14 selama serangan CafFa (sekarang
Wabah 2
Feodosiya, Crimea), pes epidemik terjadi pada orang
Selama 5-6 Oktober, empat dari sembilan anggota Tartar yang menyerang, mereka melemparkan mayat ke
keluarga besar yang makan malam bersama pada 2 kota untuk memulai epidemik pes. Usaha mereka
Oktober dirawat di rumah sakit di Naples dengan tampaknya berhasil dan perbuatan ini dapat menjadi
kecurigaan mengalami botulisme. Makanan yang terdiri faktor pada pandemi pes kedua.
dari minyak zaitun hijau, pros'ciutto, salad buncis, salad Pada abad ke-l8 selama Perang Perancis dan Indian
hijau, keju mozzarella, sosis, dan terong bakar dalam (1754-1767), cacar menyebar. Pada 24 Juni 1763, seorang
minyak siap makan yang dijual bebas. Berdasarkan petugas Inggris memberikan selimut dari rumah sakit
investigasi dan analisis riwayat makanan, terong diduga cacar ke Penduduk Asli Amerika di Lembah Sungai Ohio.
sebagai kemungkinan sumber (risiko reiatif, tidak jelas; Keadaan ini diikuti epidemi cacar pada orang pribumi.
P <0,01). Semua pasien diobati dengan antitoksin Cacar pada orang Amerika dari Eropa dapat terjadi juga.
botulisme trivalen dan perlahan-lahan membaik. Pada Perang Dunia I, Jerman dianggap telah
Investigasi mengindikasikan bahwa pada 2T September, menggunakan B anthracis dan Burleholderia mallei umuk
anggota keluarga lain telah membuka dan memasukkan mengontaminasi secara diam-diam makanan hewan dan
garpu ke dalam kaleng terong yang dicurigai; meskipun hewan mitra dagang netral pihak Sekutu.
ia tidak makan terong, ia menggunakan garpu untuk jenis Antara tahun 1932-1945, Jepang mengembangkan
makanan lain. Pada 28 September, ia mengalami muntah, program senjata biologi di Harbin, Cina. Jepang memiliki
disfagia, dan penglihatan ganda tetapi tidak dirawat di 150 gedung, lima kemah satelit, dan 3000 iimuwan untuk
rumah sakit; gejala sembuh spontan. Pada 8 Oktober, ia kegiatan tersebut. Sekurang-kurangnya, 1 1 kota di Cina
asimtomatik retapi dirawat di rumah sakit dan diobati diserang. Organisme yang digunakan adalah B anthracis,
dengan antitoksin botulisme trivalen setelah botulisme Neisseria meningitidis, spesies shigella, Vibrio cholerae,
didiagnosis pada anggota keluarga lain. dan Y pestis. Makanan dan air terkontaminasi. Biakan
Satu dari pasien yang dirawat mengalami kelemahan dilempar ke rumah-rumah. Aerosol disemprotkan dari
otot pernapasan dan memerlukan ventilasi mekanis. pesawat terbang. La\at yang terinfeksi pes, 15 juta setiap
Spesimen serum dari satu. pasien negatif untuk toksin serangan, diiepaskan dari pesawat terbang. Sepuluh ribu
botulisme . Biakan spesime n feses dari tiga pasien tawanan meninggal akibat infeksi eksperimental. Tentara
menghasilkan C botulinum tipe B proteolitik. Tidak ada Jepang yang menjadi korban 10.000 dan 1.700 meninggal.
terong yang tersedia untuk pengujian. Diperkirakan 270.000 orang di pedesaan meninggal.
Antara tahun 1942-1969, Amerika Serikat memiliki
progam senjata biologi di Fort Detrick, Maryland, dengan
lnvestigas- Follow-Up
tempat pengujian di Mississippi dan Utah. Tempat
Terong siap makan yang diolah untuk dijual yang produksi di Terre Haute, Indiana, dan Pine Bluff,
dicurigai menjadi penyebab kedua wabah diproduksi oleh Arkansas. Agen biologi yang dipersenjatai dan ditimbun
satu perusahaan. Perusahaan hanya menjual makanan adalah -B anthracis, toksin botulinum, Francisella tularensis,
tersebutdi Italia. Perusahaan melaporkan cata Brucella suis, Coxiella burnetii, enterotoksin stafilokokus
menyiapkan terong tersebut dengan cara berikut: B, dan virus ensefalitis kuda Venezuela. Kapasitas perang
Potongan terong dicuci dan direndam semalaman dalam biologi dihancurkan antara tahun l97l-1973.
air, cuka, dan garam; dipanggang dalam oven; kemudian Pada tahun 1940, pihak Sekutu bekerja untuk
ditempatkan dalam kaleng kaca. Ditambahkan bawang mengembangkan kemampuan perang biologi dengan B
putih, lada, oregano, dan asam sitrat. Campuran anthracis. Pada percobaan bom, suatu pulau kecil-
kemudian ditutup dengan minyak bunga matahari dan Gruinard Island di lepas Pantai tJtara semenanjung
ditutup dengan sekrup penutup; seteiah diisi, kalengnya Skotlandia-terkontaminasi dan tidak aman. Spora .B
dididihkan dalam air selama 30 menit. pH produk tidak anthracis yang hidup tetap berada di pulau tersebut. Pada
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS 785

tahun 1986, pulau tersebut didekontaminasi dengan biaya dan hal tersebut tidak dapat dipahami karena anak
besar menggunakan formalin dan air laut. sebenarnya berisiko.
Pada tahun 1984, Salmonella 4tphimurium digunakan Berdasarkan frekuensi, tanda dan gejalanya adalah
oleh pemuja Rajneeshee untuk mengontaminasi bar salad demam, dispnea, batuk, nyeri kepala, munt:rh, menggigil,
di sepuluh restoran di The Dalles, Oregon. Terjadi 751 lemah, nyeri abdomen, dan nyeri dada.
kasus enteritis dan 45 dirawat di rumah sakit. Pada awainya, pasien dibawa ke klinik atau rumah
Pada tahun 1990, pemujaan Aum Shinrikyo diduga sakit lokal. Seiak 12 Aprll 1979, pasien dengan demam
melakukan tiga serangan biologi yang tidak berhasil di tinggi atau indikasi lain yar.rg menunjukkan kemungkinan
Jepang dengan menggunakan B antltracls dan toksin antraks dibawah ke rumah sakit kota Nomor 40.
botulinum. Pada 1992, mereka mengirimkan anggotanya Di region kota tempat sebagian besar pasien tinggal,
ke Zaire (dulu) untuk mendapatkan virus Ebola dan eksterior bangunan dan pohon dicuci oleh pasukan
dikembangkan sebagai senjata. Pada Maret 1995, mereka pemadam kebakaran. Anjing yang berkeliaran ditembak.
melepaskan sarin ke dalam sistem bawah tanah Tokyo' Beberapa jalan yang belum diaspal segera diaspal. Poster
yang membunuh l2 orang. dan koran memperingatkan warga untuk tidak makan
Pada i 996, wabah Shigella dysenteriae tipe 2 menyerang daging yang tidak diperiksa (wabah awalnya dikatakan
-.rupaka.t antraks gastrointestinal dari orang yang
12 dari 45 pekerja laboratorium rumah sakit. Strain makan
shigella identik dengan salah satu strain dalam kumpulan daging tercemar).
biakan yang disimpan dalam mesin pembeku labo- Sejak pertengahan April, Progran imunisasi sukarela
ratorium mikrobiologi rumah sakit. Donat dan mffin dilaksanakan untuk orang sehat berusia 18-55 tahun.
terkontaminasi dan ditempatkan dalam ruang istirahat Vaksin spora tidak berselubung digunakar.r. Terdapat
petugas rumah sakit oleh orang yang tidak dikenal' 59.000 orang yang memenuhi syarat, dan 80%
Seseorang juga memberitahukan adanya donat dan mffin diimunisasi sekurang-kurangnya sekali.
meialui surat elektronik menggunakan komputer seorang Sebagian besar dari 77 pasien hidup dan bekerja di
pengawas yang tidak ada di tempat saat itu. daerah selatan kota. Beberapa mengikuti kelas cadangan
Mulai akhir tahun 1990, terdapat ratLlsan, mungkin militer atau pergi ke daerah tersebut dengan alasan
ribuan, ancaman menyebarkan B anthracis melalui sistem berbeda. Orang lain pergi ke daerah tersebut karena alasan
ventilasi bangunan atau surat. Kejadian tersebut pekerjaan. E,nam pr-rluh dari 66 kasus yang dipetakan
diinvestigasi oleh beberapa agen pemerintah dengan biaya berada dalam zona sempit dengan panjang sekitar 4 km
mahal. Semua kejadian terbukti bohong sampai musim yang membentang ke selatan dari sarana mikrobiologi
gugur tahun 2001. militer sampai batas kota di sebelah selatan.
Di wilayah sampai 50 krn sebelah selatan Sverdlovsk'
Christopher GW et al: Biologic warfare: A historical perspective. JAMA
1997l.278:412. terdapat kematian atau penyembelihan paksa domba dan
sapi. Hewan yang disembelih ada di enam desa, semua
berada satu garis ke selatan dengan sarana mikrobiologi
Wabah Antraks Sverdlovsk pada 1979
militer. Antraks hewan bersifat enzootik di region
Sverdlovsk (Yekaterinburg) adalah sebuah kota dengan Sverdlovsk sejak sebelum revolusi Rusia, tetapi kasus yang
jumlah penduduk 1,2 itta, 1.400 km sebelah timur tercatat pada hewan di tahun 1979 hanya terjadi di daerah
Moskow. Daerah tersebut terletak di sebelah timur kaki yang mengikuti arus angin ke arah sei'atan sarana
Gunung Ural, di perbatasan antara Eropa dan Asia. Tsar mikrobiologi militer.
terakhir dari Rusia dan keluarganya ditembak di tempat Catatarr meteorologi dari lapangan udara, 10 km
tersebut. Di daerah tersebut terdapat pabrik alat-alat sebelah timur kota, memperlihatkan bahwa hanya pada
perang besar yang saat ini sudah ditutup. Pada 1979, hari Senin 2 April, \979, angin dari utara. Semua
Boris Yeltsin merupakan pemimpin senior Partai Komunis menunjukkan bahwa antraks manusia dan hewan
di region tersebut. disebabkan oleh pelepasan B anthracis dari sarana
Pada bulan April tahun 1979, wal:a\ antraks inhalasi mikrobiologi militer pada 2 Aprrl 1979'
terjadi di Sverdlovsk. Kasus pertama terjadi 4 April. Lebih Kesimpulan penting dari observasi ini adalah bahwa
dari 6 minggu kemudian, terdapat total 77 kasus yang periode inkubasi untuk antraks inhalasi adala\ 2-43 hari,
tercatat dengan kematian sebanyak 66 kasus-kemudian yang paling sering adalah 9-10 hari.
.iumlahnya direvisi menjadi 79 kasus dan 68 kematian. btopti dil"k,tktn pada 42 orang yang meninggal. Pada
Penyakit terjadi pada 55 laki-laki dengan rata-rata usia autopsi tersebut ditemukan nekrosis hemoragik kelenjar
42 nhrn; tidak ada laki-laki berusia kurang dari 24 tahun. getah bening toraks dan mediastinitis hemoragik.
Terdapat22 peremptan dengan rata-rata usia 55; hanya Pada tahun 1992, Boris Yeltsin sebagai Presiden Russia
dua perempuan berusia 24 dan 32 tahun, yang berusia menyatakan bahwa penyaring udara di sarana mikro-
kurang dari 40 tahun. Tidak ada anak yang terinfeksi, biologi tentara tidak diaktifkan pada pagi hari tanggal 3
786 BAB 48

Aprll 1979, yang menyebabkan pelepasan tanpa disengaja proyektil Scud dari negara blok Soviet dan tambahan
spora B anthracis ke lingkungan. Apakah kontaminasi sebanyak 80 diproduksi oleh Irak. Proyektil tersebut
terjadi pada tanggal 2 Aprrl, seperti yang ditun.fukkan memiliki kisaran 300 km dengan payload sampai 1 metrik
oleh catatan arah angin, atau pada 3 April, seperti yang ton. Beberapa dimodifikasi untuk kisaran 600 km dan
ditunjukkan oleh pernyataan Boris Yeltsin, tidak payload lebih rendah; 25 dipasang dengan ujung bahan
diketahui. peledak, 13 dengan toksin botulinum, 10 dengan
Analisis PCR akhir dilakukan pada jaringan dari aflatoksin, dan 2 dengan antraks. Semua disebarkan, 10
spesimen autopsi. Primer digunakan untuk mendeteksi daiam terowongan jalan kereta yang dalam dan 15 dalam
region variabel gen urrA pada kromosom -B anthracis. lubang yang digali sepanjang Sungai Tigris.
Gen urrA tidak diketahui fungsinya. Gen tersebut Sistem pengiriman yang potensial mencakup 122-mm
mempunyai lima kategori jumlah ulangan tandem yang roket yang tampaknya tidak digunakan. Beberapa ratus
bervariasi (VNTR). Hanya satu kategori VNTR yang sistem pembuangan pestisida yang dibuat orang Italia
ditemukan pada setiap strain -B anthrach. Hasil analisis juga tampaknya tidak digunakan.
PCR memperlihatkan bahwa sekurang-kurangnya empat Pada Maret 2003, Amerika Serikat dengan Inggris
dari lima kategori strain yang diketahui ada dalam sampel Raya-dan dengan persetujuar-r beberapa negara lain-
jaringan. menginvasi Irak. Alasan invasi adalah karena Irak
Abramova FA et al: Pathology ol inhalation anthrax in 42 cases from the
memiliki senjata penghancur massa. Irak sebelumnya
Sverdlovsk outbreak of1979. Proc Natl Acad Sci U S A 1993;90:2291. tmenyatakan bahrva mereka telah menghancurkan senjata
Jackson PJ et al: PCR analysis oftissue samples from the 1979 Sverdlovsk tersebut. Pada beberapa bulan sebelum invasi, pengawas
anthrax victims: The presence ofmultiple Bacillus anlhrzcls strains \fHO tidak menemukan senjata apa pun. Perang pertama
in different victims. Proc Natl Acad Sci U S A 1998;95:1224.
berlangsung sekitar 1 bulan. Sampai Desember 2003,
Meselson M et al: The Sverdlovsk anthrax outbreak of 1979. Science tidak ada senjata penghancur massa yang ditemukan.
7994;266:1202.
Zilinskas RA; Iraq's biological weapons: The past as future? JAMA
1997;278:478.

Persiapan lrak untuk Perang Biologi


Keterangan
United Nations Special Commission (UNSCOM) dan
International Atomic Energy Agency (IAEA) menyelidiki Banyak agen yang telah diusulkan untuk digunakan atau
senjata Irak untuk destruksi massa mulai 1991 sampai telah digunakan dalam tindakan bioterorisme atau
1998. Laporan terbuka dan pengalaman pribadi tambahan peperangan. Empat agen yang berada di puncak daftar:
telah diringkas dan diuraikan secara ringkas di bawah Bacillus anthracis, antraks; cacar; Yersinia pestis, pes; dan
ini. toksin botulinum. Pes biasanya memcrlukan vs}<s61-
Program perang biologi di Irak mulai tahun 1970-an lalat-dan pengiriman toksin botulinum mungkin sulit.
dan diperpanjang sampai 1985. Dua bakteri patogen Namun, antraks dan cacar menonjol sebagai masalah
dipelajari. Untuk Bacillus anthracis, sekitar 8.000 L larutan utama potensial, seperti yang digambarkan melalui
dengan spora dan jumlah sel lOe/ml diproduksi; 6.000 L pelepasan tidak disengaja semprotan antraks dari sarana
digunakan untuk mengisi senjata. Patogen kedua adalah mikrobiologi tentara Uni Soviet pada 1979,22 kasus
Clostridium per/iingens; 340 L larutan diprodulai. antraks diinduksi bioterorisme di Amerika Serikat pada
Lima virus dipelajari. Dua-virus demam kuning dan tahun 2001, dan wabah cacar di Yugoslavia pada tahun
1 q7)
virus hemoragik Congo-Crimean-tidak cocok karena
keduanya memerlukan vektor. Enterovirus 17, rotavirus \7HO memperkirakan jumlah korban yang dise-
manusia, dan virus camelpox dipelajari pada tahun 1990, babkan oleh serangan perang biologi hipotetikal. Diduga
dan pengembangannya dihentikan. terjadi pelepasan 50 kg agen dari pesawat terbang
Toksin dipelajari juga. Untuk aflatoksin (hepatotoksin, sepanjang 2 km melawan angin pada pusat populasi yang
nefrotoksin, karsinogen), diproduksi 2.200 L. Untuk memiliki 500.000 populasi. Diperkirakan bahwa antraks
toksin botulinum, diproduksi 20.000 L, dan 11.500 L dapat mencapai 20 km menurut jurusan angin dan
dimasukkan dalam ujung bahan peledak proyektil Scud. menyerang 125.000 orangr termasuk 95.000 orang
Risin adalah toksin poten yang telah digunakan untuk meninggal.
pembunuhan; diproduksi 10 L larutan yang dipekatkan. Pada tahun 200 I di Amerika Serikat, usaha utama
Mikotolain trikoteken dipelajari dan diproduksi 20 mL. diimplementasikan untuk menghadapi kemungkinan
Sekitar 200 dari 400-lb bom yang dapat menahan peristiwa yang melibatkan agen biologi yang dijadikan
masing-masing 85 L diproduksi; 100 diisi dengan toksin senjata. Tanpa ada kesulitan tampak bahwa respons saat
botuiinum, 50 dengan antraks, dan 7 dengan aflatoksin. ini dan masa mendatang yang penuh arti memerlukan
Bom disebarkan pada dua tempat. Irak memiliki 800 sumber substansial dari federal, negara bagian, dan
CONTOH KASUS & KORELASI KLINIS 747

pemerintahan lokal. Pendidikan bagi komunitas Biological agents as weapons. JAMA 1997;278(5):347-446. IEntire issue].

kedokteran penting, demikian puia pendidikan untuk Cieslak TJ et al: Immunization against potential biologic agents. Clin
Infect Dis 2000;30:843.
masyarakat dan orang yang membuat kebijakan publik.
Penting untuk membangun konsensus internasional National symposium on medical and public health response to bioterrorism.
Emerg Infect Dis 1999;5(4):491-563. IEntire issue]
yang mengutuk penggunaan senjata biologi sebagai agen
terorisme atau peperangan.
lndeks
Catatan: r menunjukkan nomor halaman pada tabel, g menunjukkan nomor halaman pada gambar, dan ,4 menunjukkan
nomor halaman pada kotak.

A
Actinomyces israelii, 221'222, 221g, 313
Abdomen, abses, 7 58-7 59 Actinomyces naeslundii, 221
anaerob, 315t Actinomyces neuii, 219
diagnosis, 722r, 730, 759 Actinomyces pyogenes, 279
Abdomen, infeksi, 758-760. Lihat juga Abses abdomen; Actinomyces uiscosis, 219
Gastroenteritis Actinomycet es, 46t, 221 -223
bakteri anaerob menyebabkan, 315t, 737 Adenoviridae. Lihat juga Adenovirus
Ab iotrop ia defectiua (Strep to coccus defectiuus), 238
h bentuk dan ukuran relatif, 387g
Ab iotrop h ia adj acens (S trepto coccus adj acens), 238 replikasi, 397t
Ab-MLV (Abelson murine leuhemia uirus), organisasi ge- Adenovirus, 379, 430-438, 438t, 553t 612
netik, 6049 efek sitopatik, 433, 4349,743
Abses, enterik, diarelgastroenteritis disebabkan oleh, 435,
abdomen, 758-759 437, 5159, 5r9t, 52rg
anaerob, 3 I 5r imunitas terhadap, 436
diagnosis, 722t, 730, 759 infeksi disebabkan oleh, 379, 411g, 436-437, 553t,
ameba, 684-687 /44
diagnosis penyebab, 730-731 jalur, 406t
hati, diagnosis, 436, 741t, 743t
ameba, 684-686 isolasi dan identifikasi, 436, 741t, 743t
anaerob,315t klasifikasi, 431, 434t
diagnosis, 721t pada terapi gen,434
otak,75l-753 parvovirus cacat dan (virus terkait adeno),424
anaerob, 315t, 720t, 737, 752 protein transformasi/target selular, 608t, 612
diagnosis, 720r, 737, 751 replikasi, 379, 397r, 3949, 431-434, 4339
pelvik, anaerob, 315t, 737 struktur dan komposisi, 430, 4329
perioral, diagnosis, 720r, 737 transformasi sel dan, 434, 612
perireknl, T22t tumor disebabkan oleh, 379, 434, 612
stafilokokus, 228,230 vaksinasi terhadap, 437, 420t
tuba-ovarium , Mycoplasma hominis menyebabkan, 355 Adesin,
Absorpsi obat, aktivitas antimikroba dan, 171 ameba, uji untuk, 686
Acanthamoeba castellani, 689-690 Adherens (adhesi/perlekatan), dalam infeksi bakteri' 149k'
Acidouorax sp.,267r 153-t54
Acinetobacter baumannii, 270 Adhesin
Acineto bacter h aemo lyticus, 27 0 stafilokokus, 228
Acinetobacter johnsonii, 270 Aerasi, pertumbuhan mikroba dan, 67-68
Acinetobacter lwffii, 270 Aerob obligat, 67
Acquired immunodeficienqr syndrome (AIDS), 617-633, Aeromonas cauiae complex, 277
773-777. Lihat juga Infeksi HIV/AIDS Aeromonas hydrophila complex, 277
infeksi yang menjelaskan, 7749 775 Aeromonas ueronii biouar sobria, 277
Acremonium falciforme, misetoma disebabkan oleh, 648 Aerotaksis, 35
Actino bacillus (Haemophilus) actinomycetemcomitans, 221, Aflatoksin, 665
270 pada perang biologi, 786

7AA
INDEKS / 789

Agalaksia, 353 protein bakteri dipengaruhi oleh, 59-60, 165-166


Agar, 70,724 resistan terhadap, 61, 166-169. Lihat juga Resistansi
biru eosin-m etilen, 724 (obat)
Bordet-Gengou, untuk biakan Bordetella pertussis, 287, stabilitas, aktivitas dipengaruhi oleh, 170
724 terapi kombinasi dan, 173-174
coklat, 724 toksisitas selektif, 163
darah,724 virus dan, 393
EMB,253,724 Agen bakteriostatik, 57
infusi otak-ja nrung, 725 Agen bakterisidal,5T
kapang inhibiror, 725 bantuan laboratorium pada pemilihan, 729-730
MacConkey, 251, 253, 724 pada biakan virus,740
Sabouraud, 639,725 Agen delta (virus hepatitis D), 4774 480
semisinterik, untuk Mycobacterium tuberculosis, 325 isolasi dan identifikasi, 487,742t
(TCBS), untuk biakan
thiosulfat-sitrat-empedu-sucrosa penularan, 492-493
Vibrio cholerae, 274, 276 Agen fisika, sebagai antimikroba, 61
tripel gula besi (TSI), 253 Agen fisis, sebagai antivirus dan, 392-393
Agen andbakteri Agen hepatitis NANB (non-A, non-B), 480
membran sel bakreri dipengaruhi oleh, 22 Agen heparitis non-A, non-B (NANB), 480
virus dan, 393 Agen kimia, sebagai antimikroba, 6l-62
Agen antimikroba, 57-62, 58-59t, 163,196. Lihat juga biosid, 57, 58-59t
agen spesifik dan Antibiotik virus dan, 393
aksi pembalikan, 60-61 Agen mikroba, pemilihan, uji kerentanan dan, 729-730
aktivi tas Agen pelepas halogen, kerja antimikroba, 58t, 61
hubungan obat-patogen dan, 171-172 agr (regulon global aksesori), gen, regulasi virulensi sta-
hubungan pejamu-patogen dan, 172 filokokus dan,228
in virro, 169-170 AIDS pada anak, 617-633,773-777. Lihat juga Infeksi
in vivo, 171-172 HIV/AIDS
pembalikan, 60-61 penyakit neurologik dan, 626
pengukuran, 170-l7l AIDS, infeksi yang menjelaskan, 775,774t
antagonisme kimia, 60 Ajellomyces capsulatus, 652
asam nukleat bakteri dipengaruhi oleh, 59, 166 Ajuvan, imunogenisiras ditingkatkan dengan, 128
definisi tipe, 57-59 Akne,
dinding sel bakteri dipengaruhi oleh, 59-60, 84-85,85g, infeksi stafilokokus dan, 230
87g, 163-165 Propionibacterium acnes pada, 219, 313
disinfektan, 57-59, 176, l77t Aktinomikosis, 221 -222, 3 I 3
fisika,6l Aktinomisetoma, 223, 648
inaktivasi, 60 Aktivasi, pada germinasi endospora, 39
kimia, 57, 58-59t Alcaligenes eunophur, aktivitas yang ditentukan oleh
konsentrasi, kurva kematian mikroba/aktivitas anti- plasmid, 99t
mikroba dan, 57, 57g, 171-172 Alcaligenes xylosoxidans subspesies xylosoxidans, 27 |
mekanisme kerja, 59-60, 163-166 Aldehid, kerja anrimikroba, 61, 58t
membran sel bakteri dipengaruhi oleh, 59-60, 165 Aldolase
pemberian sistemik, 176, l79r dalam metabolisme karbohidrat, 74, 75-76g
pemilihan, uji kerentanan, 172-173 dalam jalur Embden-Meyerhof, 88, 89g
penggunaan Hinis, 172-176 Nel, 104, l22k
penggunaan profilaktik, 174-176. Lihat juga Kemopro- Alergen, pada hipersensitivitas tipe I (anafilaktik/diper-
filaksis antimikroba antarai), l22k
penggunaan sembarangan, bahayanya, 173 Alergi, 142-144. Lihat juga Hipersensitivitas
penyakit diare Clostidiurn dfficile dan, 212, 314,764r protein telur, vaksinasi influenza dan, 558
pertumbuhan kembali setelah pengobatan dengan, 172 Alfa (cr) hemolisis, 233, 235t, 237
79O / INDEKS

Alfa (a)-toksin, stafilokokus menghasilkan, 227 Amplifikasi dimediasi transkripsi, pada diagnostiir mole-
Alfa-aminobenzilpenisilin (ampisilin), 182' 183g kular,728
Alfaherpesvirus, 440, 440t. Lihat juga jenis spesifik dan Amplifikasi sekuensi basa-asam nukleat,
. Herpesvirus Chlamydia trachomatis menyebabkan, 371
Alfa-ketoglutarat, produk akhir pembentukan/biosintetik, Amplifikasi sinyal, pada diagnostik molekular, 728
749, 77,78g, 80g Anaerob,
transaminasi menghasilkan, 81, 84c aerotoleran, 68
Nga, 1,5-6 fakultatif, 45, 46t, 67, 311-312, 3l1k
jumlah spesies, 50t obligat, 67 -68, 3ll-312
Alilamin, 665 Anafilatoksin, l22k
terbinafin, 668 komplemen dan, 139-140
Aliran sitometri, 145 Anak-anak,
Alkalifil, 66-67 AIDS pada, 625, 629
Alkohol, penyakit neurologik dan, 625-626
kerja antimikroba, 58t, 51 poliomielitis sebagai penyakit' 503
virus dipengaruhi oleh, 393 Analisis,
Allodermanyssis sanguineus, penyakit rickettsia ditularkan cairan serebrospinalis, 734, 75|t
melalui, 361 pada meningitis, 7 49-7 50, 75 lt
Allolaktosa, dalam pengaturan transkripsi' 109 Northern blot, 116
Aiphavirus, 525u 526 profil plasmid, dalam Penentuan subtipe bakteri, 49
ensefalitis disebabkan oleln, 526-533, 529r Southern blot, 1 16
klasifikasi/sifac 525v 526 dalam penentuan subtipe bakteri, 49-50
replikasi, 526, 5309 Analog nuldeosida, 415
sifat antigenik, 526 Anamorf, 638, 636k
Alur pengikat, dalam PemProsesan dan presentasi antigen, Anaplasma pbagocytophilum, 359t, 363
r34g, r37 Ancy lostoma braziliense, 7 03r
ALV (avian leukosis virus), organisasi genetik, 6049 Ancylostoma duodenale, 701, 7 03t' 747 g
Amantadin, 416, 416r Animia aplastik, kiorarnfenikol menyebabkan, 188
Amastigot, 677-678, 6789' 681g Anemia pernisiosa, infeksi Diphyllobothrium lantm me'
Amblyomma americanum, ehrlichiosis ditularkan melalui, nyebabkan, 712
363 Anemia, kloramfenikol menyebabkan, 188
Arneba tanah (hidup bebas), 689-690 Anergi, seleksi sel T dan, 140
meningitis disebabkan oleh, 750 Angina Vincent, 349
Ameba usus, 684-687, 6889 Angiomatosis basilus, 320' 322
hidup bebas, 689-690 pada infeksi HIV/AIDS, 322,776t
meningitis disebabkan oleh, 750 Angiostrongiliasis, 702t
Amebiasis, 684-687, 764t usus, 702t
Ameboma, 685-686 Angiostrongilus cantonensis, 7 02t
Angiostrongi lus costaricensis, 7 02t
Amfoterisin B, 665-666, 6659
Amikasin, 191 Anisakiasis/spesies Anisakis, 702t
resistansi enterokokus rcrhadap, 246t Anjing, echinococcus (penyakit hidadd) ditularkan, 711
Aminobenzilpenisilin, alfa (ampisilin)' 182, 183g Anom"ali kongenital, infeksi virus kongenital/perinatal
Aminoglikosida, I 90-1 93 dan,4l4,742r
resistansi terhadap, 165, 190 Antagonisme
oleh enterokokus, 246, 246t antimikroba, 60
sintesis protein dipengaruhi oleh, 165' 190 dalam terapi kombinasi, 174
Amodiakuin, untuk profilaksis malaria, 695 oleh agen antimikroba, 60
Amoksisilin, 178, 182, l83g kimia, Jeh agen antimikroba, dalam terapi kombinasi'
Amonia, dalam metabolisme mikroba, 64-65, 64r' 80' 174
8 1, 84g Anthrax, 204. Lihat juga Bacillus rtnthracis
Amonifikasi, 65 dalam perang biologi, 205-206
AMP siklik, dalam eksPresi gen' 109 gasrroinrestinat, 205
Ampisilin (alfa-aminobenzilpenisilin), 182, 183g inhalasi (penyakit'Woolsorter), 205
Amplifikasi berbasis sekuens asam nukleat, 728 dalam perang biologi, 205' 782' 785
INDEKS / 791

kutaneus, 205-206 mikroglobulin beta2 (Fr), tZ<


obat untuk, 181t, 206 nuklear yang dikode oleh virus EB (EBNAs), 613
pada perang biologi, 781-782, 784-786 o, 30,269
Antibiotik, 59. Lihat juga obat spesifik Clostridium tetani, 209
diare terkait dengan, Clostridium dfficile dan, enterobacteri aceae, 25 4, 25 49
klindamisin terkait dengan, 189 salmonella, 159-160, 260
Antibodi, 122k, 127-133, 130t, 131g. Lihat juga otga- vibrio, 160, 275
nisme spesifik dan entri Imunoglobulin P, sebagai reseptor parvovirus Bl9, 424,4259
anti-delta (anti-HDV),'478t, 480, 486v 487 pemprosesan dan presentasi, 136-137, 1369
and-HIV virus yang memengaruhi, 137
pemeriksaan untuk, 626, 746 permukaan hepatitis B (HBeAg), 476-479,478t, 4809,
perkembangan, 626, 627t 746,775 485-486, 4879, 488r.
anri-p24, pada infeksi HIV/AIDS, 627, 627t 746 antibodi terhadap, 47k, 485, 4879, 488t
pemeriksaan untuk, 626, 628 permukaan sel, dalam reaksi hipersensitivitas tipe il,
bloching, dalam identifikasi brusella, 29 1 r22k
Fagositosis dipengaruhi oleh, 125 plasmid invasi, 154
fungsi protektil 138 protektif, dalam toksin anthrax, 205
keanekaragaman, 132 rabies/asam nukleat, 589-590
monoklonal, 123k, 130, 719 reseptor permukaan sel untuk, 133-137
dalam rekayasa genetik, I l0 reseptor sel B untuk, 129, 133
poliklonal, 130,719 res€ptor sel T untuk, 133-134
rabies, 591 respons primer te rhadap, | 37-138, l37g
Antibodi, sitotoksisitas selular yang bergantung pada, sel respons sekunder terhadap, 137g, 138
pembunuh alami dan, 127 respons yang bergantung pada sel T terhadap, 142
Antigen, l2l, 128, 122k S, virus parotitis, 571
CF (complement fxation), spesifik-grup (genus) yang sama, klamidia, 367
klamidia, 367, 371, 374,739 spesifi k-serovar, klamidia, 367
mikoplasma, 352 spesifik-spesies, klamidia, 367
delta (HDAg), 478r., 480, 487 T, poiiomavirus, 608t, 609-610, 609g
antibodi terhadap, 478t, 480, 486r, 487 transplantasi, menyandi MHC, 134
dinding sel, bakteri, streptokokus spesifik-grup, 234, V, virus parotitis, 571
235t,236-237 Vi, salmonellae, 254, 260
Duffr, resistansi malaria dan, 694 Y-V, Yersinia pest^, 295
e hepatitis B (HBeAg), 477, 478r, 485, 4879 Anrigenic drif, 550, 5509, 555-556
antibodi terhadap, 478v 485,487g Antigenic shifi, 550-551, 5509, 555-556
famili supergen imunoglobulin sebagai reseptor untuk, Antigeriik, he terogenisitas, I 59- 160
135-136 Anti-HAV 485, 4869, 478t, 486t
flagela Anti-HBc, 485, 4869, 478r, 488t
enterobacteri aceae, 254, 2549 Anti-HBe, 485, 486g, 478r
salmonella, 160 Anti-HBs, 485, 4869, 478t, 488t
vibrio, 274 Anti-HCV 478v 486, 486t, 4889
Forssman, 25 Anti-HDV (antibodi anti-delta), 480, 486t,487, 4889
H,33 Anrikodon, i07, l08g
enterobacteri aceae, 254, 2549 Antimikroba, antagonisme, 60
salmonella, 160, 260 dalam terapi kombinasi, 174
vtbrto, Z/4 Antimikroba, kemoprofilaksis, 174-176. Lihat juga
inti hepatids B (HBcAg), 477, 478t Kemoprofi laksis antimi kroba
antibodi terhadap, 478-488t, 485, 487g Antimikroba, sinergisme, dalam terapi kombinasi, 174
K, enterobacteriaceae, 254, 2549 Antiporr, 18, 209
kolonisasi, 36 Anriseptik, definisi, 59
kompleks histokompatibilitas utama sebagai reseptor Antiseptik urine, 194-195
untuk, 134-1 35, 134-1369, l34t kuinolon sebagai, 192
leukosit manusia (HLA), 134, l34t Antistreptolisin O, 236, 241-242
tuberkulosis dan, 333 uji serologi untuk, 241
INDEKS

Antitoksin,2l0 probe, 716-117, 1169


botulinum, 209 virus, 2, 100, 377, 3789, 380t, 386-388
difteri,217-218 deteksi sel terinfeksi dan, 390
. klostridium, 212 Asam nukleat,
tetanus, 209-210 probe, untuk identifikasi klamidia, 371
Aparatus Golgi, I I virus, pada karsinogenesis, 600
Aphthovirus pada sapi, 511-512 Asam oksolinat, 192
Apicomplexa, 673 Asam p-aminobenzoat (PABA), sulfonamid memengaruhi,
Aplasia sel darah meralr murni, parvovirus Bl9 menyebab- 166, r93
kan, 425t, 427, 4279 Asam p-aminosalisilat, 196, 1969
Apoptosis, mekanisme virus dalam pengaturan, 398 Asam perasetat, kerja antimikroba, 58t, 61
Apusan rektal, analisis spesimen dari, 735-736 Asam poli-B-hidroksibutirat, produksi bakteri, 14, l5g
Apusan Tzanck, pada identifikasi varisela-zosrer, 451 Asam ribonukl eida. 586-587 . Lihat j uga Ribonukleoprotein
Arakhnia, 312t,313 RNA
Arcanobacterium haemolyticum, 2I9 Asam sialat, pada infeksi gonokokus, 302
Archaebacteria,5, 45, 47t, 48, 48g, 49t,91 Asam teikoat. Lihat juga Asam lipoteikoat
dinding sel, 25 gliserol, 24g,25,234
genom, 99t .
pada dinding sel gram positif, 24-259, 25
ribosom RNA dalam pengidentifikasian, 45 ribitol, 24g,25
Arenaviridae, 5 2 5 t stafilokokus, 227
bentuk dan ukuran relarif,3879 srreptokokus , 25, 243
Arenavirus, 382, 525r, 540-544, 5409 Asam teikuronat, pada dinding sel gram Positif, 26
Arginin, pembentukannya dari glutamat, 83, 85g Asam undesilenat, 669
Arkhabakteria hipertermofi lik, 48 Ascaris lumbricoideslaskariasis, 701, 702t, 707g, 708
Artemisinin, untuk kemoprofilaktik malaria, 695 Ascomycetes (Ascomycotina), 6, 639
Arteriviridae, bentuk dan ukuran relatif, 387g Aseptik, meningitis, leptospirosis menyebabkan, 347
Artesunat, untuk kemoprofilaktik malaria, 695 Asetaldehid, fermentasi menghasilkan, 88' 89g
Artralgia, rubela, 578 Asetat, pertumbuhan mikroba dengan, 77, 79-8lg
Artritis, Asetil-KoA, dalam metabolisme mikroba, 79-8lg
gonokokus, 304,723t pembenrukan cr-ketoglutarar dan, 77, 78-809
rubela, 576-578 pertumbuhan dengan asetat dan, 79-80g
septik, diagnosis, 724t Asidofil, 66
Artrokonidia (artrospora), 636k, 537g, 638 Asiklovir (acycloguanosine), 415, 416t
pada koksidioidomikosis, 649, 6509 untuk infeksi herpes simpleks, 448
Asam 6-aminopenisilanat, 176, l83g untuk infeksi virus Epstern-Barr, 459
Asam amino, fermentasi, 90 .untuk infeksi virus varisela-zoster, 451
Asam aminosalisilat, 196, 1969 Askospora, 6369,636k
Asam diaminopimelat, 84' 869 Askus, 6369,636k
lisin dibentuk dari, 24 Asma, pada aspergilosis bronkopulmonal aletgi, 562
pada dinding sel bakteri, 24-25, 84 Asparagin, pembentukannya dari asPartat' 83, 869
fuam dihidrofolat, agen antimikroba dipengaruhi, 166 Aspartat semialdehid, produk akhir biosintetik, 83, 869
Asam dipikolinat, 84, 869 Aspartat, produk akhir biosintetik, 83-84' 869
Asam gliserol teikoar, 234 Aspergillus flauus, 662
Asam lipoteikoar, 25g. Lihat juga Asam teikoat aflatoksin dihasilkan oleh, 665
pada streptokokus, 36, I54,233 Aspergillus fumigans, 639g, 662-663, 726t
Asam nalidiksat 192, I93g, 195 Aspergillus niger, 662
membran sel bakteri dipengaruhi oleh,22 Aspergillus terreus, 662
Asam N-asetilmuramat, pada dinding sel bakteri, 23g' 24 fupergiloma, 662
Asam N-asetilneuraminat, pada infeksi gonokokus, 302 Aspergilosis bronkopulmo nal aletgi, 662
Asam nukleat. Lihat juga organisme spesifik Aspirasi kandung kemih, untuk pengumpulan spesimen
bakteri, urine,733
agen antir.nikroba yang memengaruhi, 59, 166 Aspirasi transtrakea, analisis spesimen dari, 735
penentuan subtipe berdasarkan pada, 49 Aspirin, sindrom Reye dan, 554
pelacak, I 10 ,4na7 RNA HLV,746,773
INDEKS /

Astroviridae. Lihat juga Ascrovirus Bacillus subtilis, 204


bentuk dan ukuran relatif, 3879 basitrasin diturunkan dari, 190
Astrovirus, 381, 521g, 522 Bacillus thuringiensis, 207
diare/gastroenteritis disebabkan oleh, 515g, 519t, 527g, Bacteroides distasonis, 3 L2
' 522,742r Bacteroides fragilis, 31 1 -312, 312r
Aterosklerosi s, Ch larrrydi a pn eum on i ae dan, 37 4 imunitas rerhadap, 315
Athletei foot (dnea pedis), 642, 643t infeksi disebabkan oleh, 314-315, 315t
pengobatan, 644 diagnosis, 721r, 737
Atipikal, pneumonia, Bacteroides ouatus, 312
klamidia menyebabkan, 37 3 Bacteroides thetaiotaomicron, 372
mikoplasma menyebabkan, 353-355
Bacteroides uulgatus, 312
Atopi, i43
Badan,
Atovakuon, untuk malaria, 695
Aschoff, 241
Atrofi otot pascapoliomielitis progresif, 502
asteroid, pada sporotrikosis, 646
Attenuation, 109
basal, flagel, 33, 33-349
Autoantibodi, respons imun terhadap infeksi virus, 408
Autoinducer, dalam penginderaari kuorum, 4 Cowdry, pada infeksi herpes simpleks, 443
Autoklaf, 61 Donovan,737
Autolisin, 31, 178 elementer (EB), klamidia, 366, 367g
Autoradiografi, 9
lateral, poxvirus, 463, 4649
Autotrof, 64,78 LD (Leishman-Donovan), 678
Auian myelocytomatosis uirus (MC29), organisasi genedk, Leishman-Donovan, 678
604s Negri, pada rabies, 390, 589-590
Azalid, 188 peguiat (memengaruhi herpes gladiatorum), 446
resistansi terhadap, 165, 188 retikuloendotelial (RB), klamidia, 366-367g
sintesis protein dipengaruhi oleh, i65 Baghdad boil (leishmaniasis kutan), 678-679
Azitromisin, 188 Bakteremia, 152
sintesis protein dipengaruhi oieh, 165, 188 acinobacter menyebabkan, 270
Azol, 665-668, 6679 bakteri anaerob menyebabkan, 315t
topikal, 668 dalam sindrom syok toksik streptokokus, 240
Azotemia, amfoterisin B menyebabkan, 666 diagnosis, 731-732
gonokokus, 304
gram negatif, pengobatan, 258
B klostridium, 212, 314
B19 parvovirus,3T9 listeria, 220
meningokoku s, 307
replikasi,379
Pseudomonas aeruginosa menghasilkan, 268
Babesia diuergens, 696
salmonella menyebabkan, 251, 262t, 263
Babesia gibsoni, 696
obat untuk, l80t
Babesia microti, 695-696
stafilokokus, 229-230
Babesiosis, 695-696
Vibrio uulnifcus menyebabkan, 277
Bacillus anthracis, 204-207, 2059. Lihat juga anthrax Bakteri, 5. Lihat juga Mikroorganisme; Prokarior
pada perang biologi, 205-206,782, 784-786 AIDS menggambarkan infeksi disebabkan oleh, 625
forensik mikroba dan, 786 biofilm, 161
dalam senjata biologik, forensik mikroba, 50 dalam pengklasifikasian, 45-48, 46-47t, 47g, 49t
polimer ekstraselular disintesis oleh, 3lt diagnosis dari infeksi yang disebabkan oleh, 718-728,
Bacillus cereus, 204, 207 719-724t
gastroenteritis disebabkan oleh, 207, 760, 762r dinding sel,22-32, 22g
Bacillus laruae,207 dipengaruhi oleh agen antimikroba, 163-165
Bacillus lentimorbus, 207 DNA dalam, identifikasi nonbiakan pada mikroorga-
Bacillus popitliae, 207 nisme patogen, 50
Bacillus sphaericus, 207 replikasi, 3, 11, 139, 100-101
B ac illus s tearoth ermop h i lus, aktivitas yang ditentukan oleh transfer antarstrain, 102-106, I02-105g. Lihat juga
plasmid, 99t Rekombinan
794 INDEKS

enzim dihasilkan oleh, 158-159 Bakteri bentuk spirai, 46t, 479,338-350


fotosintesis dibantu oleh, 64, 92-93 Bakteri enterik, gram-negatif, 251-264. Lihat juga jenis
identifikasi, 44-45, 149-150, 15lt spesifi k dan Enterobacteriaceae
metode nonbiakan untuk, 50-51, 50t resistan obat, 169
infeksi yang menjelaskan AIDS disebabkan oleh, 774t Bakteri fototrofik, 45, 46c
jumlah spesies, 50t Bakteri gram negatif, 39, 45, 46t, 47g. Lihat juga jenis
keanekaragaman, 3 spesifik
transfer DNA dan, 102 basil anaerob, 312-313, 3I2t
kelainan dinding sel, 355 batang enuik,251-264
keterlibatan, 198 dinding sel pada, 22, 24, 26-27g, 27-31, 29g, 45
klasifikasi, 4-5, 43-51 kokus anaerolc, ll3, 3lZr
definisi istilah yang digunakan dalam, 43 lipopolisakarida pada, 28-30, 157-158, 157t, 255
kategori/kelompok pada, 45-48, 46-47v 47-48g, 49r membran luar pada, 15, 17g,26-279' 27-28' )9o
kriteria untuk, 43 obat untuk, i79-180t
metode identifikasi nonbiakan untuk, 50-5 1, 50t resistan obat, 169
sisrem untuk, 44-45 selubung sel pada, 15, 17g,269
subtipe dan, 48-50 sistem transpor yang bergantung pada protein pengikac
metode optik unruk pemeriksaan, 8, 99 dalam, 18, 30
motilitas, yang jarang dijumpai, 270-271
flagela pada, 34-35, 35g Bakteri gram positif, 39, 46-47v 47 ' 47g- Lihat iuga ienis
virulensi dan, 153 spesifik
parogenesis infeksi disebabkan oleh, 149-162 basil anaerob, 215t, 312t, 313-314
pertumbuhan, perubahan morfologi selama, 40-41 basil pembentuk spora, 38, 204-213
pewarnaan, 39-40, 7 18-724, 7 19r basil tidak membentuk spora, 214-224, 2l5t
re kombinan, dalam lingkungan, 1 17- I I 8 dinding sel pada, 22,24-26, 24-259, 47
ribosom, 97, 9Bg, 107 katalase-negatif nonstreptokokus, 247 -248, 248t
sifar klonal, 152-153 kokus anaerob, 312t, 314
sistem biakan,719-725 obat unruk, 179t, 181t
sistem pembiakan untuk, 68-71, 69r pembentukan basil non-spora, 45-47t
struktur sel pada, 11-40 pembentukan basil spora, 46t
toksin dihasilkan oleh, 155-158, 155r, l57r peptidoglikan, 15, 24, 158
rransmisi infeksi disebabkan oleh, 150-152 selubung sel pada, 15, 17g
virulensi, Bakteri, interferensi, 124
fakror yang memengaruhi, 153-161 Bakteri kapnofilik, 271, 31Ik
pengaturan, 153 Bakteri, kapsul dan, 32
Bakteri aerob,3, 45,46t,68,31lk. Lihat juga jenis spe- Bakteri koiineformis, 218-219. Lihat juga ienis spesifik
sifik dan Anaerob fakultatif Bakteri mikroaerofilik, 45, 46t
penyediaan udara untuk pembiakan, 68 Bakteri nonfototrofik, 45
Bakteri anaerob, 3, 45, 67-68, 3ll-317, 31lk' 3l2t Bakteri oksidase-positif
aerotoleran, 68 legionellae, 319
fakultatif, 45-46r, 67, 3ll, 311k, 3l2r Pseudomonas aeruginosa, 267
gram posidf, 215t, 312r,313-3\4 vi\rio, 274
gram-negatif, 312-313, 3l2t Bakteri pemakan-daging, 239
infeksi disebabkan oleh, 3ll'317, 3l5r Bakteri i"h"n 39:40, 325. Lihat juga jenis spesifik
"r".r,,
abses otak, 315t, 720t, 737, 752 obat unruk, 18it
diagnosis, 316,737 Bakteri, vaginosis, 322
imunitas pada, 315 Bakteriofag, 100, 100g. Lihat juga Virus
osteomielitis, 315t, 7 65-7 66 genom, 99t
patogenesis, 314-315 peta genetik untuk, 106
pengobatan,3l6 t.kombinan genetik diperantarai (transduksi), 105-106
pneumonia, 315t, 721t, 753, 755t replikasi, 101
sifat polimikroba, 314-315, 3l5t Bakte riosin,
kondisi fisiologi dan pertumbuhan, 67-68, 3ll-31'2 Escherichia coli menghasilkan (kolisin)' 255
obligat, 67-68, 3ll-3r2 Yersinia pettis menghasilkan' 295
INDEKS / 795

Bakteriuria, 761-765 Corynebacterium diphtheriae dan, 153, 156


Baktoprenol, dalam pembentukan peptidoglikan dinding gonokokus dan, 160
sel, 84, 87g legionella dan, 319
Balantidium co lil balanddiasis, 67 3, 687 -689, 689 g listeriae dan, 220
Bancrofiian filariasis (Wuchereria banrofii), 703r, 706, meningokokus dan, 160
707r, 708 patogenisitas/virulensi dan, 153, 160-16i
Bartonella bacilliformis, 321 Beta (B) hemolisis, 164, 177-178, 226,233, 235t, 237
Bartonella henselae, 320 -322, 77 6r Beta (B)-laktamase,
Bartonella quintana, 320-322, 77 6r bakteri anaerob menghasilkan, 316
Bartonellosis, 32 I enterokokus menghasilkan, 247
Basa komplementer, pada DNA, 96, 97g spektrum diperluas, 164
Basidiomycetes (Basidiomycotina), 6, 639 stafilokokus menghasilkan, 168
Basidiospora, 636k Beta (p)-toksin, stafilokokus menghasilkan, 227
Basidium, 636k Beta-(B) galaktosidase, dalam pengaturan transkripsi, 109
Basil Calmexe-Guerin (BCG), vaksin, 333 Betaherpesvirus, 440-441, 440c. Lihat juga jenis spesifik
uji kulit tuberkulin dipengaruhi oleh, 330 ' dan Herpesvirus
Basilar, angiomatosis, 320, 322 Biakan,
pada infeksi HlVlAIDS, 322 darah,731-732
Basilar, disenteri (S dysenteriae), 259 murni, isolasi mikroorganisme dalam, 70-7 I
Basilus Shiga, 259, 763r sputum, 735
Basitrasin, 190 tabung uji, untuk virus,743
sintesis dinding sel dipengaruhi oleh, 87g renggorok, 734-735
Batang, 46r,47g urine,733-734
Batuk Kennel, pada anjing, Bordetella bronchiseptica vial seiubung, 743-744
(Bordetella bronchicanis) menyebabkan , 287, 289 Biakan medium,
Batuk rejan (pertussis), diagnosis, 72k, 725, 735 diferensial, untuk isolasi salmonella, 262
Baruk whooplzg (pertusis) , 287, 289 selektil untuk isolasi saimonelia, 262
diagnosis, 289 Biakan yang diperkaya, 69r.,70
Bayi baru lahir, untuk isolasi salmonella, 262
konjungtivitis pada (oftalmia neonatorum), Bifidobakteri um, 312t, 313
Chlamydia trachomatis menyebabkan, 370 Biguanid, kerja antimikroba, 58t, 61
gonokokus, 304 Bintik Schuffner, pada malaria, 69k, 6929
pneumonia pada, Ch larnydia trach omatis menyebabkan, Biofilm, 161
371 Biokimia, dalam analisis mikroorganisme, I
sepsis streptokokus,240, 242 Biologi,
Bayi, botulisme, 208-209, 314 keanekaragaman, I
kloramfenikol dikontraindikasikan pada, 188 prokariot/bakteri, 3
penyakit generalisata, molekular, dalam analisis mikroorganisme, I
coxsackievirus menyebabkan, 506, 506t Biologi, keanekaragaman,
enterovirus menyebabkan, 506r gen imunoglobulin pada generasi, 132.
pneumonitis, enteroviruses menyebabkan, 506t prokariot/bakteri, transfer DNA dan, 102. Lihat juga
Bejel, 342 Re kombinan
Bentuk L (varian fase L), 32, 47, 167, 178, 355 resepror sel T, 133
Benzalkonium klorida, kerja antimikroba, 59t Biologi, molekular, perkembangan vaksin virus, 421-422
Benzatin penisilin, 178, 182. Lihat juga Penisilin Biopsi, analisis spesimen dari,
Benzilpenisilin (penisilin G), 176-178, 180, 1839. Lihat jaringan, 730-731
juga Penisrlin paru,735
Benzoat, oksigenase dalam metabolisme, 79, 83g Biosid, 57, 58-59t
Bercak Koplik, 574 Biosintesis, bakreri, 22
Bercak Roth, pada endokarditis, 755 peran metabolisme dalam, 72-74, 72-749
Bergerak menggelincir, capnocytophaga menunjukkan, 27 1 Biosintesis diarahkan-ce akan, 7 2-7 3
BergrysManual of Determinatiue Bacteriology (buku), 45 Bioterorisme, 781-787
Bergefi Manual of Systematic Bacteriology (buku), 45 forensik mikroba dan, 50, 786
Besi, dalam pertumbuhan mikroba, metode identifikasi nonbiakan untuk, 50-51, 50r
796 / INDEKS

pelepasan tanpa disengaja dan, 786 Brucella abortus, 289


riwayat, 784-785 Brucella canis, 289-290
Biotipe, dalam klasifikasi bakteri, 44 Brucella melitensis, 289 -290
o laris sp i c ifera, faeohifomikosis disebabkan oleh, 64 8
B ip Brucella suis,289-290
Birnaviridae, bentuk dan ukuran relarif, 387g pada perang biologi, 784
Bisfenol, kerja antimikroba, 58t, 61 Brugia malayi, 703t, 706, 707t, 708
Blastokonidia (blastospora), 636g, 636k, 6389 Brusellosis, 289
Blastomikosis Amerika Selatan (parakoksidioidomikosis), Buboes, pada plague, 296
649t 657, 657g Budding, virus, 388, 3899, 397
diagnosis, 654t, 657, 726t Bunyaviridae, 537, 525t. Lihat juga Bunyavirus
Blastomisin, 655 bentuk dan ukuran reIatif,3879,
B las to my c e s de rm ati tid i s I 61as to mikosis, 649 t, 65 5 -657, 65 6 g replikasi,39Tt
Amerika Selatan (parakoksidioidomikosis), diagnosis, Bunyavirus, 383, 525t, 5279, 537, 539
554t,726r demam berdarah disebabkan oleh, 529t, 539
diagnosis, 654t, 656, 726t ensefalitis disebabkan oleh, 529t, 537
Blastospora (biastokonidia), 6369, 635k, 6389 replikasi, 397t
Biefaroplas, tripanosomal , 677 Burkholderia cepacia, 267 t, 269
Bola fungi (aspergilloma), 662 Burhholderia mallei, 267t, 269
Bordetella auium, 287 obat untuk, l80t
Bordetella bronchiseptica (Borderelia bronchicanis), 287, pada perang biologi, 784
289 Burhh o lderia pichettii, 267 r
Bordetella para?ertussit, 287, 289 Burh h o lderia p s eudom a llei, 267 r., 268 -269
Bordetella pertussis, 287 -289, 721t, 724 obat untuk, 180t,269
pengaturan virulensi, 153, 287 Burung,
Bornaviridae, 593 Ctyptococcus neoformans ditularkan oleh, 660, 662
bentuk dan ukuran re|arif,3879 inFeksi poxvirus,464
Bornavirus, 383, 593 psittacosis ditularkan melalui, 374-375
Borrelia buccalis,349 Butanol-butirat, fermentasi menghasilkan, 92t
Borreli a burgdorferi, 344-346 Butokonazol, 669
obat untuk, l81t 345 Bvg gene (gen viruiensi Bordetella), 153
Bonelia hermsii, 342
Borrelia recurrentis, 342-346, 3429
obar untuk, 181t,343
Borrelia refingens, 349 Cl sampai C9, 139
Botulinum, antitoksin, 209 Cacar, 782. Lihat juga Virus vaksinia
Botulisme, 156, 208-209, 31 4, 7 62r., 7 83 -7 84. Lih at juga vaksinasi terhadap, 7 83
Clostridium barulinum air,
bayi, 208, 314 pada perang biologi, 786
Bovin, pleuropneumonia, mikoplasma menyebabkan, 353 vaksinasi terhadap, 420t
Bouine spongiforrn encephalopathy, 3 rickettsia, 358t, 360-362
Bradizoit, banteng, 465s 467,473
sarkosistis, 697 domba,464
toksoplasma, 698 kambing, 464
Brazilian spotted feuer, 360 kelinci, 467
Brazilian, demam purpura, Haemophilus aegyptius me- monyet, isolasi dan identifikasi, 742t
nyebabkan,286 tikus, 464
Breahbone feurr (virus dengue), 5289, 536-537 Cacing arteri tikus cotton (Angiostrongylus costaricensis),
diagnosis, 536 702r
penularan, 536-537 Cacing benang (Snongloides stercoralis), 705t, 706, 707g,
Breuudimonas ry., 267t 708
Bronkiolitis, 412t, 553t Cacing bllharzia,704t
virus pernapasan sinsitial menyebabkan, 553t Cacing cambuk (Ti'ichuris trichiura), 705t' 706' 7079, 708
Bronkitis, kemoprofilaksis antimikroba untuk, 175 Cacing filaria/filariasis, 701-706, 703t, 708
Bronkoskopi, analisis spesimen dari, 735 Ozzard, 704t, 7o7t
INDEKS / 797

Cacin g gelang (nema rcda), 67 4,


7 0 | -7 08, 7 02-7 06r, 7 07 g Cakupan pejamu, plasmid, 4
pada anjing, 703t Calciviridae, bentuk dan ukuran reladf, 387g
pada kucing, 703t Caliciviridae, 519-522, Lihat juga Calicivirus
Cacing Guinea (Dracunculus medinensis), 702t, 706-708 Calicivirus, 3Bl, 514, 519-522, 520r, 52lg
Cacii-rg jantung (spesies Dirofilaria), 703t diare/gastroenteritis disebabkan oleh, 519-522, 515g,
Cacing kandung kemih, 702t 519r, 52lg
Cacing kremi (Enterobius uermicularis), 701 ,703t, 706, Calymmato b acterium (D onouania) granu lomatis, 323, 7 37
707g cAMP (AMP siklik), dalam ekspresi gen, 109
Cacing lambung trkus (Gnatbostorna spinigerum), 703t Campuran fenotipe, 400
Cacing mata (Loa loa), 704t,707r Campylo bacter coli, 27 8-279
Cacing nodular (Onchocerca uoluulus), 7 04t, 7 06, 707 r, 7 08 Campylobacter fetus, 278
Cacing paru, C ampy lo b acter j ej uni, 27 8 -27 9, 27 89
flu babi dari,4l|g obar untuk, 179t
trkus (Angi o s tro ngi lus c an to n en s i s), 7 02t penyakit diare disebabkan oleh, 278-279, 760, 764t
Cacing pipih darah Jepang (Schistosoma japonicum),707, diagnosis, 278, 722t
704r,7099 Campylobacter lari, 280
Cacing pipih darah Manson (Schistosoma mansoni),701 Campylo bacter upsaliensis, 280
Cacing pipih grup Taenia, 705t Candida albicans, 658, 659g, 768, 769t
Cacing pipih hati, diagnosis dari infeksi yang disebabkan oleh, 727r., 737
Asia (Opisthorchis sp.), 7A4r infeksi diagnosis disebabkan o\eh, 659-660
Cina (Clonorchis sinensis), 702r" pada infeksi HIV/AIDS, 776-777t
domba (Fasciola hepatica), 703t Candida dubliniensis, 658
kucing (Opisthorchis felineus), 7 04t Candida glabrata, 658
musang (Opisthorchis uiuerrini), 704r Candida guilliermondii, 658
Cacing pipih/Trematoda (Platyhelminthes), 673, 702- Candida kefyr, 658
706t, 708-710, 709g. Lihat juga Cacing pipih/ Candida hrusei,658
Tremaroda Candida lusiraniae, 658
darah (Schistosoma s?.), 704t, 709, 7099 Candida parapsilosis, 658
hatiAsia (Opisthorchis sp.),704t Candida tropicalis, 658
hatiCina (Clonorchis sinensis), 702r, 709-710, 7099 Candidemia, diagnosis, 727t
hatidomba (Fasciola hepatica), 703t, 7099, 710 Capillaria phillippinenslslkapilariasis, 702t
hati kucing (Opisthorchis felineus), 704t, 709-710 Capnocytophaga canimorsus (DF-2-dysgonic fermenter 2) , 271
hati musang (Opisthorchis uiuerini), 704t, 709-710 Capnocytophaga cynodegmi (seperti DF-2), 271
paru (Paragonimus wes termani), 7 04t, 7 09 g, 7 10 Capnocytophaga gingiualis, 27 1
usus ikan pada manusia, Capnocytophaga ochracea, 27 1
Heterophyn heterophyes, 703t, 709-71.0, 7099 Capnocytophaga sputigena, 27 1
Metagonimus yohogawai, 704t, 7099 CAR (coxsachie-adenouirus receptor), 43 I
usus raksasa (Fasciolopsis bushi),703t, 7099, 710 Cardiobacterium hominis, 27 |
Cacing pir.a, 674, 702-706t, 7 10-7 12, 7 lIg Carrier, 149k
anjing (Dipylidium caninum), 705t, 7 ll amebiasis, 687
6abi (Thenia solium), 702t, 705t, 7ll, Tllg Ch lamydia psittaci, 37 5
grup Hymenolepis, 7l l, 7l1g demam riFoid, 263
grup Taenia, 7llg,712 Haemophilus influenzae, 285
ikan (Diphy lloothrium latum), 7 05 t, 7 1 l -7 12, 7 1 I g
b hepatitis B (HBsAg), 48r, 483,485-489,485t 49r-492
lebar (Diphyllobothrium latum), 705t, 7 1 1 -7 12, 7 1 lg penularan ibu-bayi baru lahir dan, 494
kecll (Hymenolepis nana),705t, 711, 711g kolera, 277
kelompok Hymenolepis, 705t meningokokus, 308
sapt (Thenia saginata), 705t, 7lL,7l1g salmonellae, 263
trkus (Hymenolepis diminuta), 705t, 7 llg shigellae, 259
Cacing tambang, 703r, 701, 708 streptokokus grup A, 241-242
Cacing yang membutakan (Onchocerca uoluulus), 704t, Cawan petri, untuk menanam pada lempeng biakan dalam
706,707t,708 biakan murni, 70
Cahaya, rnikroskop, 8 CCR5, pada infeksi HIV/AIDS, 622, 6229, 624.
Cairan, toksoid, untuk imunisasi difteri, 218 CD2l, sebagai reseptor virus Epstein-Barr, 394, 456
798 INDEKS

CD28, dalam aktivasi sel T, 140 Chromobacterium uiolaceum, 27 1


CD4, r34. Lihat juga Sel T CD4 Chronic wasting disease, 594t, 596
sebagai reseptor virus HIV 394, 622, 6229 Chryseo bacterium meningosep ticum, 27 |
CD46, sebagai reseptor virus campak, 561 Cidofovir (HPMPC), 415, 4r6t
CD8, 134. Lihat juga sel T, CD8 Ciliophora, 673
CD80 (87), dalam aktivasi sel T, 140 Circoviridae, bentuk dan ukuran relatif, 387g
Cedera sel, pada patogenesis virus, 406-407 Citrobacter /ieundii, pola reaksi biokimia pada, 252r
Ceiah Maurer, pada malaria, 691t Cladophialophora bantiana, faeohifomikosis serebral
Celah, struktur molekul MHC kelas I dan, 1349, 135 disebabkan oleh, 648
Cestoda/cestodes, 674, 702-706t, 7 l0-7 12, 7 1 1g Cladophialopbora (Cladosporium) carrionii, kromo-
Cetakan DNA, untuk identifikasi klamidia, 371 blastomikosis disebabkan oleh, 647
Cetakan, DNA sebagai, 72-73 Clonorchis sinensislklonorkiasis, 702t, 709-7 10, 7099,
Chagoma, 682 Clostridial myonecrosis (gangren gas), 7 66-7 67
Chanue, obat unruk, l81t
keras, pada sifitis, 339 Clostridium botulinum, 208-209, 313-314, 762t, 784
lunak (chancroid), 286, 769, 770t eksotoksin dihasilkan oleh, 156, 208, 314, 762t
diagnosis, 286, 737, 770r Clostridium dfficile, 212, 314
sifilis (keras), 339 penyakit diare disebabkan oleh, 212, 314,760,764t
tripanosoma, 682 klindamisin terkait dengan, 189
Chancroid, 286, 769, 770r Clostridium perfingens, 210-212, 211g, 314, 767. Lihat
diagnosis, 286, 736, 770t juga Gangren gas
Chilomastix mesnili, 677, 677g pada perang biologi, 786
Chlamydia pecorum, 366 toksin dan enzim dihasilkan oleh, 156, 158, 210-211,
Chlamydia ?neumoniae, 366, 368r, 373-374 314,762t
diagnosis infelai yang disebabkan oleh, 373,738-739 Clostridium tetani, 209-210, 313
klasifi kasi/sifav 368t, 369 eksotoksin dihasilkan oleh, 156, 209, 313
obat untuk, 18k, 374 Coccidia, 673
pneumonia disebabkan oleh, 373-374, 754,757t Coccidioides immitisl Coccidioides posadasiilkoksidio-
srrain T\flAR, 373 idomikosis, 649-652, 649t, 6509, 726t
Chlamydia psitraci, 365, 368t, 374-375 diagnosis, 651, 654t, 727
aserovar,367 pada infeksi HIV/AIDS, 651,775r
diagnosis infeksi disebabkan oleh, 374-375, 738-739 Colorado tich feuer (demam sengkenit Colorado), 529t,
klasifikasi/sifav 368t, 369 538-539
obat untuk, 18k, 374 Coltivirus, 381, 525r
Chlamydia tracltomatis, 366, 367g, 368r, 369-373 infeksi manusia disebabkan oleh, 529t
diagnosis dari infeksi yang disebabkan oleh, 369-372, Comamonas sp.,267t
723t,738-739 Contagious pustular dermatitis (orf), 465t, 4669, 4729,
infeksi genital disebabkan oleh, 370-371 473
diagnosis, 370-371, 723r, 738-739 Coronaviridae, 581. Lihat juga Coronavirus
pada infeksi HIY I AIDS, 777r bentuk dan ukuran relaif, 387g
servisitis, 370 Coronavirus, 382, 521g, 553r, 581-585, 5Blt
uretritis, 370-371, 723t,736, 738-739, 767 infeksi disebabkan oleh, 382; 5219, 553r, 583-585
infeksi p€rnapasan disebabkan oleh, 371 isolasi dan identifikasi, 584
inklusi, 367, 3679, 369,739 jalur infeksi, 406t
. klasifikasi/sifat, 368, 368t klasifikasi, 581
konjungtivitis inklusi disebabkan oleh, 370-37 | menyebabkan SARS, 382
limfogranuloma venereum disebabkan oleh, 372-373, replikasi, 582-583, 5839
769 struktur dan komposisi, J81, 582g
obat untuk, l8lt, 369, 371-372 Corynebacterium amycolatum, 21 5t, 218
serovar, 367, 369-370 Corynebacterium auris, 218
trakoma disebabkan oleh, 369-370 Corynebacterium diphtheriae, 214-219, 2159, 215t, 720t.
Cholera, Lihat juga Difteri
enterotoxin, 760, 763r eksotoksin dihasilkan oleh, 156, 216
pada perang biologi, 784 enterotoksin dihasilkan oleh, 153
INDEKS I

faringitis disebabkan oleh, 216, 72lt pada pertumbuhan mikroba, 63


infeksi kulit/impetigo disebabkan oleh, 216, 720r rotasi flagela digerakkan oleh, 34, 35g
obat untuk, 181t,217 Daya penggerak natrium, 18
pengaturan virulensi, 153 Daya resolusi, pada mikroskop cahaya, 8
Corynebacterium glucurono; lyticum, 218 DC-SIGN, pada infeksi HIV/AIDS, 622
Corynebacterium jeikeium, 181t, 215t, 218 Defek kelahiran, infeksi virus kongenital/perinatal dan,
Corynebacterium minutissimum, 215t, 218 4r4
Corynebacterium pseudodiphtheriticum, 215t, 218 Defisiensi vicamin Bl2, infeksi Diphylhbothrium latum
Corynebacterium pseudotiuberculosis, 218 disebabkan oleh,712
Corynebacterium striatum, 215t, 218 Dehidrogenase, dalam metabolisme karbohidrat, meng-
Corynebacterium ulcerans, 218 ubah panjang rantai dan, 74,759
Corynebacterium ureabticum, 215t, 218-219 Delhi boil (leishmaniasis kutan), 678-679
Corynebacterium xerosis, 215t, 218 Delta (6)-toksin, stafilokokus menghasilkan, 227
Coryne bacterium, 21 4-218, 21 5 t Demam, 126-127
anaerob, 219 bercak Mediterranean, 360
lipofilik, 218-219 berdarah, 524
nonlipofilik, 2l 8 Afrika,543
Coryneform bacteria, 2lJr Amerika Selatan, 541
Coryza kalkun,' Bordetella auium menyebabkan, 287 Argentina, 541
Coxielk burnetii,357,358r,360-361. Lihat juga Demam Q dengan sindrom ginjal (virus Hantaan), 539
pada perang biologi, 784 dengue, 536-537
pembentukan endospora oleh, 38, 357 diagnosis, 741t
Coxsackievirus, 504-508, 506r, 553t Junin, 541
infeksi klinis disebabkan oleh, 505-508, 506t, 553t Machupo, 541
klasifikasi, 499, 499r. rodentia, 539-544
Creeping eraption (larva migran kutan), 703t Venezuela,54l
Creutzfeldt-Jaho b disease, 3 berulang, 342
varian, 3 obat untuk, 343
Cro up (laringotrakeobronkiris), 4 1 2r, 553 r bintik Rocky Mountain, 357
C ryp to co ccus n e ofo rm an s I krip to kokos is, 660 -662, 66 I g, bisul (sariawan), 410g, 411,442,445,4459. Lihat juga
776r Virus herpes simpleks tipe I
diagnosis, 661,727t blachwater, 693
meningitis disebabkan oleh, 661, 727t, 750, 750t breahbone (dengue),
pada infeksi HIV/AIDS, 661, 750, 774r diagnosis, T4lt
var gattii, 660 coxsackievirus menyebabkan, 506, 506t
var grubii, 660 enterik, 722t, 760, 765r. Lihat juga Demam rifoid
var neoformans, 660 salmonella menyebabkan, 261, 262r, 263, 764t
Cryptosporidium paruum, 697 enterovirus menyebabkan, 506t
CXCR4, pada infeksi HIV/AIDS, 622,6229 faringokonjun gtiva, 43 5
Cyanobacteria, 3 Forr Bragg, 347t
Cyclospora cayetanensis, 696 gigitan-tikus,
pada asam teikoat, 24g,25 Spirillum minor menyebabkan, 348
pada dinding sel bakteri, 23g,24 S nep to b ac i I lus m o n i liforrn is menyebabkan, 32 3

hilang timbul,
obat untuk, l8lt
D
kuning,
Dalfopristin-quinupristin, I 90 huran, 534, 5359
Dapson, 194, l94g urban, 534-535
Darah, lalat (Phlebotomus), 538
penyebaran virus melalui, 405-406, 4079, 40*, 631 Lassa,
infeksi HIV/AIDS dan, 629-630 diagnosis, T4lt
infeksi kulit dan, 413 lembah, 650
infeksi sistem saraf pusat dan, 413 San Joaquin, 650
Daya gerak proton, 18, 85 lipopolisakarida menyebabkan, I 58
INDEKS

Malta (bruselosis), 289 kerja antibakwi, 22


Marsh,347r kerja antimikroba, virus dipengaruhi oleh, 393
naik-turun (bruselosis), 289 Determinan antigenik (epitop), I22k, 128
Oroya, 321 Deuteromycetes (Deuteromycotina), 6, 639. Lihat juga
pegunungan (Colorado tich feuer), 529t, 538 Fungi imperfekta
Phlebotomus (lalat), 538 D F-2-dysgonic fermenter-2 (Capno qttophaga canimorsus), 27 1

pontiac, 320 D-Glutamat, pada dinding sel bakteri, 23g, 24


pratibia, 347t Diabetes melitus,
puerperalis, streptokbkus, 239 infeksi coxsackievirus dan, 506-507, 506t
purpura Barazilian, Haemophilus aeglptius menyebabkan, infeksi enterovirus dan, 506t
286 Diagnostik molekular, 725-728. Lihat juga Probe
q 357, 358r, 360, 362. Lihat juga Coxiella burnetti hibridisasi; Probe asam nukleat
vaksin melawan, 362 pedoman untuk, 150, 151t
redwater, babesia menyebabkan, 695 rRNA pada, 50,725-727
rematik, 240-241 pada identifikasi chlamydia, 739
infeksi streptokokus dan, 172, 234, 240-241 Dialisis, infeksi hepatitis B dan, 492
kemoprofilaksis dan, 175, 241-242 Diare, 760, 762t-765t. Lihat juga Gastroenteritis
Rift Valley, 538 adenovirus menyebabkan , 435, 437 , 515g, 5l9t
Scarlet, 236,240 astrovirus menyebabkan, 5159, 519r, 5219, 522, 742r
operasi, 239 bakteri,5l59
ternak di Texas, babesia menyebabkan, 695 diagnosis, 720-724r, 735 -736
tifoid, 261, 262t, 760 eksotoksin menyebabkan, 157
carrier,263 calicivirus menyebabkan, 515g, 519-522, 519r, 5219
diagnosis, 722t campylobacter menyebabkan, 278, 280, 722r, 760,
imunisasi melawan, 263-264 763r
uluh-hari, 347r Clostidium dfficite menyebabkan , 212, 314, 760, 763r
West Nile, 5289, 529t, 531 Clostridium perftingens menyebabkan, 2ll, 314, 762r
Demensia, pada infeksi HIV/AIDS, 624, 526,776t coronavirus menyebabkan, 5219, 584
pada infeksi HIY I AIDS, 775 coxsackievirus menyebabkan, 506, 506t
Denaturasi protein, agen antimikroba menyebabkan, 59 diagnosis, 720-724t, 735-736, 742t
Denitrifikasi, dalam pertumbuhan mikroba, 64 diinduksi toksin, 157
Densitas biomassa, echovirus menyebabkan, 508
kecepatan pertumbuhan dan, 53-54, 53g enterovirus menyebabkan, 506t, 742t
pengukuran, 53 giardia menyebabkan, 674-675, 760, 764t
Densovirinae, 424. Lihat juga Parvovirus infeksi balantidia menyebabkan, 687-689
Deoxyribonuclease, streptococcal (streptodornase), peng- isospora menyebabkan, 696
hasil bakteri, 236 kalisivirus menyebabkan, 742r.
Depolimerase, dalam metabolisme mikroba, 79 kriptosporidium menyebabkan, 697
Derepresi, profaga, dalam replikasi, 101 pada amebiasis, 685, 764t
Derivat logam berat, kerja antimikroba, 58t, 61 pada infelai HIV/AIDS, 775t,777r
Derivat protein yang dimurnikan, uji kulit tuberkulin rotavirus menyebabkan, 381, 514-518, 515g, 519r,
dan, 329 5219, 742t, 760, 764t
Derrnacentor tick, Colorado tich feuer ditularkan oIeh, 529r salmonella menyebabkan, 26I, 262t, 263, 760, 763t
Dermatitis seboroik, Malassezia furfur menyebabkan, 640 shigella menyebabkan, 259, 722t, 759-760, 763r
Dermatofita, 640-641 terkait antibiotik,
morfologi dan identifikasi, 641-642, 641-6429 Clostridium dfficile dan, 212, 314,764t
Dermatofitid (reaksi trikofirid), 643v 644 C lo tridium dffi ci le menyebabkan, I 89, 212, 3 I 4, 7 63 t
s

Dermatofi tosis, 640 -645, 643t rcrkait Escherichia coli, 256, 5159, 760,762-763t
diagnosis, 644,727r toxin-induced, 7 60, 7 62-7 65r
epidemiologi/imunitas rcrhadap, 642 Vibrio cholerae menyebabkan, 157, 276, 722t, 760'
gambaran klinis pada, 642-644, 643t 763t. Lihat juga Cholera
pengobatan, 644-645 Vibrio parahaemolyticusl mimicusl hollisael fluuialis me-
Derergen, nyebabkan, 277, 760, 763t
kationik, kerja antimikroba, 62 virus, 412, 515g, 519r
INDEKS I 8O1

diagnosis, 735-736, 7 42t Dipstick urine,733


Norwalk menyebabkan, 381, 519t, 520-522, 5219, Diplidium caninum, 705r, 7 1l'
742r, 750 Diritromisin, 188
Sapporo menyebabkan, 519t Disentri, 760, 762-765r. Lihat juga Diare; Gastroenteritis
wisatawan, 256, 259 ameba, 685-686, 764r
yersinia menyebabkan , 297, 722t balantidia, 687
Didanosin (dideoxyinosine/ddl), 4i6t basilus (disentri shigella), 258, 760,763r
Dientamoeba fagilis, 676-677, 6779, 687 Disinfeksi permukaan, untuk virus, 393
Diferensiasi, pada sporulasi, 38 Disinfektan, 57-59, 176, l77t
Difosfogliserat, dalam siklus Calvin, 78, 82g untuk virus, permukaan dan kulit, 393
Difosfopiridin nukleotidase, strepto kokus men ghasilkan, Distribusi obat, aktivitas antimikroba dan, 171

236 DNA, 96
D ift eri, | 5 6, 2 I 4-21 8. Lih at j uga C o ryne b acterium dip h th eriae agen antimikroba yang memengaruhi' 59, 166
antitoksin, 217-218 bakteri pemetaan restriksi,
toksoid, 217 genom virus, 398
Difusi, dalam klasifikasi bakteri, 44-45
aktivitas antimikroba diukur dengan, 170-17l diklon,
terfasilitasi, I8 dalam pengembangan vaksin, 401
Dikloksasilin, \83g, 182 penentuan subtipe mikroorganisme dan, 48
Dilusi, aktivitas antimikroba diukur dengan, 170 eukariot, 9
Dinding sel, 22-32, 22g, 24-25g, 45-48. Lihat juga replikasi, 100
Selubung sel hidiogen peroksida menyebabkan kerusakan pada, 68
antigen, fungi, 638 kerusakan terhadap, 106-107. Libat juga Mutasi
eukariot, I1 kerja antimikroba dan, 59
agen antimikroba memengaruhi, 59-60, 84-85, 87g, klon, 1 13, Il2g
163-r65 analisis dengan, 116-117, 1169. Libat jzga Hibridisasi,
bentuk L dan,32 pro be
dalam pengklasifikasian, 45-48, 47-48g, 46-47t' 49t enzim restriksi dalam penyiapan fragmen dan, 110
enzim yang memengaruhi, 31 karakterisasi, 174-116, 1l4g
lapisan peptidoglikan, 22, 23g, 24-25' 158 manipulasi, 1i7
agen antimikroba memengaruhi, 84-85, 87g' 164, 178 mutagenesi terarah dan, 1159, 116
sintesis, 84-85, 87g pada perkembangan vaksin, 422
mikroorganisme yang tidak memiliki, 47, 47r. Lihat pemisahan fisik fragmen dan, 111' 111g
juga Mlkoplasma komplementer, 116
pada bakteri gram negatif, 22,24,26-299,27-31, 45 pada klasifikasi virus, 378
pada bakteri gram positif, 22 pelacak, 1 10
pada chlamydia, 366 pemetaan restriksi, bakteri, 111g, 114
pertumbuhan, 30g, 3I pengururan, 114-116, l14g
protoplas dan,31-32 dalam klasifikasi bakteri, 45
sferoplas dan, 31-32 b e, | 1 6- | 17, 7 25 . Lih at j uga
p ro Pro b e hi6 ridisasi; Pro b e

sintesis, agen antimikroba memengaruhi, 84-85, 87g, asam nukleat


r63-165 prokariot (bakteri), 3, 1 l, l39
Fungi, 638 dalam identifikasi nonbiakan pada mikroorganisme
agen antifungi memengaruhi, 665 patogen, 50
Dinding spora, 37g replikasi, 100-101
Dingin, transfer antarstrain, 102-106, 102-105g' 152-153'
ker.ia antimikroba, 67 Lihat juga Rekombinan
virus dipengaruhi oleh, 392 provirus HIV-I, assay untuk,746
Diperantarai/anafilaktik (tipe I), reaksi hipersensitivitas, rekombinan, vektor virus dan, 400-401
r22k, r42-t43 repetitif, 98
IgE dalam, 122k, 132, 142-143 replikasi,100-101
nemiasis,
D ip e ta lon ema p erstansl dip etalo 70 4t, 7 07 r restriksi virus, 398
Diphyllobotbrium latum, 7O5r, 7ll-712, Tllg RNA polimerase bergantung pada, dalam eubakteria
Diploid parsial (merodiploid), 104-105 vs. arkhaebakteria/eukarioq 49t
802 / INDEKS

sebagai cerakan, T2-73 B, streptokokus,236, 240


sebagai template, pengurutan dan, I 15 C, streptokokus, 236, 240
srruktur, 96-97, 97g penyakit diare dan keracunan makanan, 157. Lihat juga
virus,2, 377,380,380t,386-388. Lihat juga Virus DNA Enterotoksin
DNase, Clostridiumperfingensmenghasilkan,210-211 pirogenik,
Doksisiklin, 157, 1879 A, 157,236,240
untuk profilaksis malaria,695 8,236,240
Donovanosis (granuloma inguinale), 323,737,769 C,236,240
DPT (toksoid difteri/toftsoid tetanus/vaksin pertusis), 210 streptokokus, 240
Dracunculus medinensisl dracunculiasis, 702t,706-708 tidak tahan panas (LI), E coli enrerotoksigenik meng-
hasilkan, 256
Ekspresi gen, 96, 107-1 10, 1089
E virus, 394g, 395-397, 395-397t
E coli emeropatogenik (EPEC), 256 Ekstragenik, supresi, 107
E coli nefropatogenik, 255 Ekstraselular, polimer, sintesis bakteri, 3lr, 32, 85
EB (badan elementer), klamidia, 366, 3679 Eksudat, analisis, 730-731
EBERs, 456, 458 pada infeksi saluran pernapasan, 735
EBNAs, 456, 458 Ektima gangrenosum, 268
antibodi terhadap, 458,4599 Ektotriks, pada tinea kapitis, 643-644
Echinococcus granulosus,T02t Ektromelia, 464
702r.
Echinococcus multilocularis, Elefantiasis, 707t, 708
Echinostoma ilocanumlekinostomiasis, 703r Elektroforesi s. Lihat juga jenis spesifik
Echovirus, 506t, 508-509 dalam immunobloning, 146
infeksi klinis disebabkan oleh, 506t, 508-509 dalam pemurnian virus, 391
klasifikasi, 499, 499r dalam penentuan subtipe bakteri, 48-49
Edema paru, enrerovirus menyebabkan, 506t enzim multifokus, untuk penentuan subtipe, 48-49
EF-2, toksin difteri memengaruhi, 216 gel,
Efek pascaantibiotik, 172 berpulsasi, pemisahan fragmen DNA dengan, 111
Efek sitopatik virus, 389, 3909,7449,745 dalam immunobloning, 146
Efektor, dalam penentuan subtipe bakteri, 48
pengaruran aktivitas enzim alosterik dan, 94 medan getar, dalam penentuan subtipe bakteri, 49
selT sebagai, 142 pemisahan fragmen DNA dengan, 111, I l lg
Ehrlichia chffiensis, 359v 363 pemisahan fragmen DNA dengan, lil, lllg
Ehrlichia ewingii, 359t 363 Elektron, mikroskop, 8-9
Ehrlichiosis, 363 Elektroporasi, 113
Eihenella corrodens, 221, 271 Elemen/unsur insersi, 99
Ekinokandin,655, 668 ELISA, 145,725
Ekologi, mikrobiologi dan, 1 untuk deteksi infelai HIVIAIDS,746
cara trahsmisi virus dan, 401-402 Empiema, 72k, 754
Ekonazol, 669 subdural, bakteri anaerob menyebabkan, 737
Eksanrema, 506r Encepbalitozoon cuniculi, 707
diagnosis, 742t Encephalitozoon hellum, 700-701
echovirus menyebabkan, 508 Encephalitozoon intesrinalis, 701
subitum (roseola infantum), 443, 460 Endoflagel, Tieponema pallidum,339, 3399
Eksema, Endokarditis, 755-758
herpetikum, 446 bakteri anaerob menyebabkan, 315t
vaksinatum, 471 gonokokus, 304
Eksoenzim hidrolitik, ekskresi oleh bakteri, 19-2l,2lg kandida, 659,758
Ekson, 109 kemoprofilaksis antimikroba pada, 175,242
Eksosporium, 39 pada demam q 360, 362
Eksoroksin, 155-157, l55r stafilokokus, 230,758
A, streptokokus, 239-240, 758
Pseudomonas aeruginosa menghasilkan, 267 Endolimax nana, 687, 6889
streptokokus, 157, 236, 240 Endometriris puerperalis, streptokokus, 239
INDEKS / 803

Endobervisitis, 723t, 766-768. Lihat juga Servisitis HrY, 624-625,775,776t


diagnosis, 736 spongiformis, 3, 384, 4ll, 413, 594-596, 594r
gonokokus, 304, 736, 767 bovin, 3, 594t, 595
Endosimbion, 4 sapi, 384
End6spora, 36-37g, 38-39 Entamoeba coli, 684, 686-687, 688g
pembentukan basil gram positif, 38, 46t, 204-213 Entamoeba dispar, 684, 687
pewarnaan, 40 Entamoeba hartmanni, 684, 6889
Endotoksin, 28-30, 122k, 155r, 157-158, 157t,255 Entamoeba histolytica, 684-687, 6889, 760, 764r
lipopolisakarida bakteri' gram negatif sebagai, 28-30, pada infeksi HIY I AIDS, 777 t
157-158, 157t, 255. Lihat juga Lipopolisakarida Enteroagregatif E coli (EAEC), 257
Endotriks, pada tinea kapitis, 643-644 Enterobacter aerogenes, 257
Enoksasin,193t morfologi dan identifikast, 252-253v 253
Ensefalitis, 413, 74lt pola reaksi biokimia pada, 252r
arbovirus, polimer ekstraselular disintesis oleh, 31t
diagnosis, 529 Enterobacteriaceae, 25 1 -264
gambaran klinis pada, 529 infeksi disebabkan oleh, 255-258
menyebabkan, 524, 526, 529r klasifikasi,2Sl-255
diagnosis, 741t kolisin (bakteriosin) dihasilkan oleh, 255
epidemiologi, 531 morfologi dan identifikasi, 25lr-253, 252-253r
gambaran klinis pada, 529 pola reaksi biokimia pada, 251-253, 252t
imunitas terhadap, 530-531 srrukrur anrigen, 254-255, 2549
patogenesis/patologi, 526-528 toksin dan enzim dihasilkan oleh, 255
penularan, 531-532, 5329 Enterobaktin, 160
vaksin unuk, 533 Enterobius uermicularil enterobiasis, 701, 703t, 706, 707g
bunyavirus, 529t,537 Enterococcus casseliflauusl Enterococcus -flauescens, resistan
California, 529r, 537 -538 obau 246
campak, 572-574, 5749 Enterococcus durans, klasifikasi, 237 -238
diagnosis, T4lt Enterococcus faecalis, 235r, 245, 7 59
eastern equine, 4llg, 529r, 531-532 klasifi kasi, 235r, 237 -238
enterovirus menyebabkan, 506t, 509, 741t obat untuk, 179t
flavivirus, 526-533 resistan obar., 245-247
herpes simpleks, 442, 446, 74lr Enterococcus faecium, 245
Japanese B, 528g, 529, 531-532 klasifikasi, 237-238
angka kematian pada, 529, 531-532 obat untuk, l79t
vaksinasi terhadap, 420r, 533 resistan obav 169,246
La Crosse, 529t, 537 Enterococcus gallinarum, resistan obal 246
parotitis, 571 Enterocytozoon bieneusi, 701
pengobatan dan pengendalian, 533 Enterohemor agik, E coli (EHEC), 256-257, 7 62t
Powassan,532 Enteroinvasif E coli (EIEC), 257,760,762r
rabies,589,74lt Enterokokus, 233, 245-247, 246t
rubela kongenital dan, 578 endokarditis disebabkan o\eh, 239-240, 759
Russian spring-summer, 532 klasifikasi, 237-238
St. Louis, 5289,529t, 531-532 resistan obat, 169, 245-247, 246t, 247g
togavirus, 526-533 Enteropathogenic E coli (EPEC), 763t
varisela,449 Enterotoksin, 157, 7 59-7 60, 7 62-7 65t
Wnezuelan equine, 529r, 531-532 Bacillus cereus menghasilkan, 207, 760, 762r
pada perang biologi, 784 Clostridium per/iingens menghasilkan, 211, 314, 762r
virus Nipah menyebabkan, 576 kolera, 153, 157, 275
virus yang ditularkan oleh tungau, 528g, 532, 5339 Shigelk dysenteriae menghasilkan, 259, 763t
western equine, 529t, 531-532 stafilokokus, 156-157, 228, 760, 762t
Ensefalomielitis pascainfeksi (diseminata akut), campak pada perang biologi, 784
dan, 574, 5749 tahan panas, E coli enterotoksigenik menghasilkan, 256
Ensefalopati, V bio ch o lrrae menghasilkan, I 52-l 53, 157' 27 5' 7 60, 7 63t
cerpelai yang dapat ditularkan, 594t Enterotoxigenic E coli (ETEC), 256, 5159, 760, 762r
INDEKS

Enterovirus, 381, 497, 501-509, 506r Eritrosit, penyebaran virus melalui, 408t
infeksi klinis disebabkan oleh, 506t Erlisiosis, 359t
diagnosis, 741-743r granulosit manusia, 363, 359t
perinatal,4i5t monosit manusia, 363, 359t
' klasifikasi, 499-500, 499r. Erysipelothrix rhusiopathiael Erysipelothrix insidiosa, 220, 215t
pada lingkungan, 509, 510g Escherichia coli,
struktur dan komposisi, 497-498 abses hati disebabkan oleh,721t
tipe , aktivitas yang ditentukan oleh plasmid, 99t
17, pada perang biologi, 786 enteroagregatif (EAF.C), 257
68, 499, 49%, 506t, 509 enterohemoragik (EHEC), 256-257, 762t
70, 499, 499r, 506t, 509 enteroinvasif (EIEC), 257 , 760, 762t
71, 499, 499v 506t, 509 enteropatogenik (EPEC), 256, 7 63t
Enzim. Lihat juga jenis spesifik enterotoksigenik (ETEC), 256, 515g, 760, 762t
aktivasi alosterik, 94g faga Ml3, dalam pengurutan DNA, 114
bakreri, I 58-1 59 infeksi disebabkan oleh, 255-257
dalam metabolisme karbohidrat, infelai kandung kemih, 722t
pengaturan aktivitas, 93-949, 94-95 infeksi saluran kemih disebabkan oleh, 255,761
dinding sel dipengaruhi oleh, 31 obat untuk, 180r,761
inaktivasi, 95 meningitis disebabkan oleh, 257, 720t, 750, 750r
inhibisi umpan balik, 93g,94 morfologi dan identifikasi, 252-253t, 253
kooperativitas dan, 95 nefropatogenik, 255
modifikasi kovalen, 95 obat untuk, lBOt
perusak jaringan, 158-159 oPeron,
restriksi (endonuklease restriksi), 96, 110 lac dalam, 109-110
pada penentuan subtipe bakteri, 49 trp, 109-110
pada pemetaan DNA bakteri, 111g, 114 p€nentuan subtipe, 49
pada pemeraan genom virus, 398 penggunaan besi oleh, 160
penyiapan fragmen DNA dengan, 110. Lihat juga penyakit diare/gastroenteritis disebabkan oleh, 256,
Fragmen restriksi 5159,760, 762-763r
transfer gen dan, 102 peta genetik, 104
sebagai protein alosterik, 94 pili, 153
Enzyme-linhed immunosorbent assay (ELISA), 145, 7.25 pada infeksi saluran kemih, 153, 255
untuk antibodi HIY, 627 pneumonia disebabkan oleh, 754, 756t
untuk antigen cklamydia, 7 39 pola reaksi biokimia pada, 252t
Eosin-metilen biru, agar, 253 sekresi protein pada, 20-21, 2lg
Epidermodisplasia verukiformis, infeksi papilomavirus sepsis disebabkan oleh, 257
dan, 613t obat untuk, l80t
Epidermophyton floccosum, 641, 6429 strain a 157 :H7, 256-257
Epididimitis, Chlamydia nachomatis menyebabkan, 370 struktur antigen, 254-255
Epi glo ti tis, H aem op h i lus influ en zae menyebabkan, 285, 72 1 t syok dingin memengaruhi, 67
Epimastigot, 677, 680-681g rranspor natrium pada, 20
Epitop (determinan antigenik), 122k, 128 Escherichia coli O I 57:H7, 722t
Epstein-Barr u irus-encoded nuc lear antigens (EBNAs), 456- Escherichia coli strain O157:H7, identifikasi, 49
459 Esofagitis, pada infeksi HIV/AIDS, 776t
Erisipelas, 239 Esofagus, flora normal mulut dan, 200
dalam penyakit, Erysipelothrix rhusiopathiae menyebab- Espundia (leishmaniasis mukokutan), 678-679
kan,220 Etambutol, 195
Erisipeloid, 220 resistansi terhadap, 169, 195
Eritema, untuk tuberkulosis, 195, 332,773
infeksiosum (penyakit kelima), 425t, 426, 427g Etanol (etil alkohol),
migrans, 344 fermentasi menghasilkan, 88, 89g, 92t
Eritromisin, 188-189, l89g kerja antimikroba, 61, 58t
resistansi terhadap, 165, 188 virus dipengaruhi oleh, 393
sintesis protein dipengaruhi oleh, 165, 188 Eter, virus dipengaruhi oleh, 380t, 393,740
INDEKS I

Etidium bromida, untuk elektroforesis gei fragmen DNA, Fagolisosom, 125


111,1119 Fagosit/fagositosis, I 23, 125
Etil alkohol (etanol), dalam pembentukan antibodi, 129
fermentasi menghasilkan, 88, 89g, 92t evasi bakteri, 159
lierja antimikroba, 58t, 61 menggulung, 156
virus dipengaruhi oleh, 393 Fagositosis menggulung, 155
Etilen oksida, kerja antimikroba, 59r, 6l Faktor adherens, virulensi dan, 153-154
Etoksinaftamidopenisilin (nafsiiin), 182, 1839 Faktor antifagositik, 159
resistansi stafilokokus terhadap, 168 Faktor cord, mikobakrerium, 328
stafilokokus resisran terhadap, 226, 230 Faktor edema, dalam toksin anthrax, 205
Eubakterium, 45-48, 312t, 313. Lihat juga Bakteri Faktor elongasi-2, dalam eubakteria vs. arkhaebakteria/
dengan dinding sel, 45-47 eukariot, 49t
genom, 99t Faktor fertilitas, 104, 104g
tanpa dinding sel, 47-48 Faktor H, dalam pengaruran komplemen, 139
Eukariot, l, 5, 49t Lihat juga Protis Faktor I, dalam pengaturan komplemen, 139
genom, 9, 97. Lihat j"go bNX Faktor kolonisasi, 256
replikasi DNA pada, 100 Faktor kompetensi, dalam transformasi bakteri, 106
struktur sel pada, 9-11, 10g Faktor letal, dalam toksin anthrax, 205
Eumisetoma (madura mikosi/kaki Madura), 223, 648 Faktor nekrosis tumor,
Evolusi mikroorganisme, 1 alfa (TNF-cr), 126, l4lt
virus, 378 beta (TNF-B), 14lt
Exophiala (Hortaea) werneckii, 640 superantigen memengaruhi pelepasan, 137
Exophiala jeanselmei, Faktor P (properdin), 139
faeohifomikosis disebabkan oleh, 648 Faktor penggumpal, Staph/ococcut aureus menghasilkan, 227
misetoma disebabkan oleh, 648 Faktor permukaan, sebagai faktor antifagositik, 159
Exs ero h i lum ro s tatu m, faeohi fomikosis disebabka n, 648 Faktor pertumbuhan, dalam pembiakan mitroba, 65g, 66
Faktor R (plasmid resistansi), 4, rc4, rc7-rc9
F Faktor sigma, 38
Faktor V, kebutuhan/identifikasi perrumbuhan Haemopbilus
F' (fertilitas prima), 104 influenzae dan, 284-285, 285t
E pili (pili seksual), 35 Faktor virus avirulen, pada perkembangan vaksin, 422
Facilitated dffision, 18 Faktor X, kebutuhan/idendfikasi pertumbuhan Haemophi lus
Faeohifomikosis, 648 influenzae dan, 284-285, 285r
Faga, 100, 1009. Lihat jugaYirus Faktor XII (faktor Hageman), lipopolisakarida me-
l" (lambda), 100 mengaruhi, 158
replikasi, l0l Fakultatif, heterotrof 48
filamenrosa, 100 Famili,
replikasi, l0l supergen imunoglobulin, 135-136
genom, 99t virus, 377, 380r
lisogenik, 100 Faring, flora normal, 199,200
litik, 100 Faringitis,
replikasi, 101 adenovirus menyebabkan, 553t
M13, 100 demam rematik dan, 241
dalam peirgurutan DNA, 114 demam scarlet dan, 240
MS2, RNA, IO1 diagnosis, 721r, 725, 734-735
Pl, replikasi, l0l pada difteri, 216, 72lt
pera genetik untuk, 106 streptokokus, 239
rekombinan genetik diperantarai (transduksi), 105-106 vesikular (herpangina), 504-505, 506r, 507, 553t
T2, 100, l00g virus, 4l2t
T4, 100 Fasciitis, necrotizing (gangren streptokokus), 239
temperate, 700 Fasciola hepaticalfasioliasis, 710, 703r, 7099
rekombinan genedk diperantarai (transduksi), 105-106 Fasciolopsis bushilfasiolopsiasis, 710, 703t, 709g
replikasi, 101 Fase eksoeritrosit, pada siklus hidup plasmodium, 690,
T-genap, 100, 100g 693g
806 INDEKS

Fase kematian (fasepenurunan), kurva pertumbuhan Filter, unruk biakan virus, 740
mikroba, 549, 54t, 55 Filum,44
Fase keseimbangan maksimum, kurva pertumbuhan Fimbria (Latin rumbai), bakteri, 35, 154. Lihat juga Pili
mikroba, 54g, 54r, 55 Flagela,
. eukariot, 11, l2g
Fase/kontras fase, mikroskop, 9
Fase penyesuaian, kurva pertumbuhan mikroba, 54, 54g' bakteri, 33-35, 33-35g
)4r pada bakteri gram negatif versus bakteri gram positif,
Favus, 644 I7s, 33-34, 33-349
Fbp (protein pengikat'besi), gonokokus, 302 tripanosoma, 677
heterogenisitas antigen dan, 303t Flagelata, 673
Feline calicivirus, 520 usus, 674-677
Fenetik (numerik), taksonomi, 44 Flagellin, 33
Fenol, kerja antimikroba, 58t antigen H dan,254
Fenolat (katekol), 65, 160 Flaviviridae, 477u 480, 525r., 526, 533-534. Lihat juga
Fenotip, 96, 398 Flavivirus
Fenotipik, bentuk.dan ukuran relatif, 387g
reversi,107 kanker dan,598r,614
penyamaran, 400 replikasi, 397t
Ferikrom, 160 Flavivirus, 382, 525t, 526, 5289
Fermentasi, 63 ensefalitis disebabkan oieh, 525-533, 529t
glukosa. 87-88, 89g jalur infeksi, 406t
heterolaktat, 88-89, 91g klasifikasi dan sifat, 525t,526
karbohidrat, 85-90, 89-919, 92t replikasi, 397r, 526, 5309
laktosa, identifikasi bakteri gram-negatif, 253' 253t sifat antigenik, 526
non-karbohidrat,90 Flebotomus, lalat,
oleh anaerob, 3, 85-90 bartonellosis ditularkan melalui, 32 1

klostridia, 207 Floppy baby,208


produk, dalam uji diagnostik, 90,92t Flora normal, 149-150, 198-202' 199t,729
variasi dalam, 89-90 dalam inferensi bakteri, 124
Feromon, dalarn penginderaan kuorum, 4 iaries gigi, 200
Fertilitas prima (F'), 104 kulir, 199, 199r
Feses kucing, pada penularan toksoplasmosis, 698 mata (koniungiva), 202
Feses yang tampak seperti air cucian beras, pada kolera' mikroskopi diagnostik dan, 729
276 mulut, 199-200, 199r
Fialida, 636k, 638, 5399 mikoplasma, 352
Fialokonidia, 636k spiroketa, 349
Fibrinolisin (streptokinase), 159, 234-236 penekanan antimikroba, 172
Fievre boutonneuse, 358t peran,198-199
Fikobilin, 14 saluran cerna, I99t, 200'201
Fikomikosis (zigomikosis), 663 saluran perrlapasan atas, 199-200' 199t
diagnosis, 663 uretra, 199t, 201
Fiksasi/asimilasi nitrogen, 64, 79-82, 83-849 vagina, )01-202, 201
Filamen, Flora saluran cerna, normal, 199t' 200-20I
aksial, pada sporulasi, 379, 38 Flu,
intermediet, 1l Asia, 557
Filaria Ozzard (Mansonella ozzardi), 704t' 707t babi, dari cacing parr.r, 41ig
Filariasis Malaya (Brugia malayi), 703t, 706, 707t, 708 Hong Kong, 556-557
Fi lo bas idi e I la neoformans, Rusia, 557
uar bacillispora, 660 Spanyol, 557
uar neoformans, 660 Flukloksasilin, l83g
Filopod, listeria, 220 Flukonazol, 666-668, 667g
Filoviridae, 52fu. Lihat iuqa Filovirus Fluorokuinolon, 191t, 192, l93g' l93r
bentuk dan qkuran relatif,387g sintesis asam nukleat dipengaruhi oleh, 166
Filovirus, 383, 525t, 527g, 542-543' 5429 Flusitosin, 665-666, 6669
INDEKS /

Flying foxes (kelelawar buah), virus Nipah dan Hendra dimorfik, 636k
ditularkan oleh, 576 hipersensitiviras terhadap, 664
Fokal, metabolir., 72. Lihat jugajenis spesifik imperfekra, 636k
produk interkonversi/biosinrerik, 74-77, 759, 77g infeksi disebabkan oleh, 635, 637t. Lihat juga Mikosis
Foliku litis, ' diagnosis, 718-728,726-727t
M alassezia furfar menyebabkan, 640 kemoterafi untuk, 665-669
stafilokokus, pada infeksi HIV/AIDS, 776t pada infeksi HIV/AI DS, 626, 637 r, 657 -664, 77 4-77 5 t
Fonsecaea compacta, kromoblastomikosis disebabkan oleh, infeksi AIDS disebabkan oleh, 774-775t
647 klasifi kasi, 635-6399, 639
Fonsecaea pedrosoi, kromoblastomikosis disebabkan oleh, mikotoksin dihasilkan oleh, 665
647 istilah dan definisi serra, 636k
Forensik mikroba, 50 jumlah spesies, 50t
Formaldehid, kerja antimikroba, 58-59t, 6l pada perang biologi, 786
virus dipengaruhi oleh, 393 perfekta, 636k
Foscarnet (phosphonoformic acidlPFA), 416, 416t pewarnaan, 7 18-724, 7l9t
untuk infeksi sitomegalovirus, 456 perfekta, 636k
Fosfat, pertumbuhan dan isolasi, 639
328 DNA dilabel dengan, 117 sistem biakan untuk, 725
DNA dilabel dengan, 117 tak sempurna, 6
untuk pertumbuhan mikroba, 65 Furunkel/furunkulosis, 228, 230
Fosfatase, dalam metabolisme karbohidrat, 74, 75-769 Fusobakrerium, 313, 3l2t
siklus Calvin dan, 82g infeksi disebabkan oleh, 315t, 349,737
Fosfoenolpiruvar, produk akhir pembentukan/peng- Fuzeon, 416, 416r
gunaan/biosinterik, 73g, 76-77, 77g
Fosfogliserat, dalam siklus Calvin, 78, 82g
Fosfonomisin, sintesis dinding sel dipengaruhi oleh, 87g G
Fosfor, untuk pertumbuhan mikroba, 65-66 Gagal ginjal, akumulasi aminoglikosida dalam, 191
Fosforilasi, Galaktomanan, uji serologi untuk, pada diagnosis asper-
oksidatif, pada bakteri, 19 gilosis, 663
substrat, 85-86 Gamet, 5, 100
dalam fermentasi, 63, 85-86, 89-9lg Gammaherpesvirus, 441, 440r.. Lihat luga jenis spesifik
dalam interkonversi fosfoenolpiruvat, 7 6, 79g dan Herpesvirus
strategi untuk, 85-86 Gangliosid, gonokokus, 303t
Fotokromogen, miobakterium, 331, 337r Gangren, 766-767
Fotosintesis bakreri, 64, 92-93 gas (clostridial myonecrosis), 156, 210-212, 314
Fototaksis, 35 obat unruk, l8lr, 212
Fragmen, vesikel, pada bakteri, 15, 169
Fab,130,131g streptokokus (necrotizing fasciittt), 239
Fc, 130, 1319 Gansiklovir, 416t
restriksi, 96 untuk infeksi sitomegalovirus, 456
hibridisasi, I I lg Garam, sravilisasi virus dengan, 392
kloning, ll2g, Ll3 Gardnerella uaginalis, 322, 737, 768
pemisahan fisik, 111, 11lg Garpu replikasi, 101
penyiapan, I l0 Gastritis,
Fraksi I, Yersinia pestu menghasilkan, 295 Helicobacter pylori dan, 280-281
Frukrosa 6-fosfar, interkonversi, 74 pada infeksi HIY / AIDS, 77 6r
Ft. Bragg, demam, 347r Gastroen terft is (en terokoli jrs),
7 22t, 7 59 -7 60, 7 62 -7 65 t.
FTA-ABS (anribodi rreponelna fluoresensi), uji, unruk Lihat juga Diare
sifilis, 341 adenovirus menyebabkan , 435, 437, 5159, 519t
Fumarar, dalam mengurangi oksaloasetat, 77, 80g astrovirus menyebabkan, 5159, 519r, 5219, 522,742t
Fungemia, Malassezia f"&, menyebabkan, 640 Bacillus cereus menghasilkan, 760
Fungi, I, 6,635-672 Bacillus ,rrru, 207, 762t. Lihat juga
dematiaseosa, 636k, 638 Botulisme
^riyebabkan,
kromoblastomikosis disebabkan oleh, 646-648 calicivirus menyebabkan , 519-522, 5159, 519r, 5219,742t
808 INDEKS

campylobacter meny€babkan, 722t, 760, 754r P53, 608


Clostridium botulinum menghasilkan, 208 pemodifikasi pejamu yang disandi virus, pada replikasi
Clostridium borulinum menyebabkan, 314 poxvirus, 466
Clostridium dfficite menyebabkan , 212, 314, 760, 764r penekan tumor, 608
' Clostridium perfringens menyebabkan, 211, 314' 762t interaksi dengan protein transformasi dan, 608t, 609-
coronavirus menyebabkan, 5219, 584 610, 612-613
diagnosis, 484r., 4869, 488t, 720-724r, 735-736, 7 42r. penyusunan ulang, 106-1O7. Lihat juga Mutasi
giardia menyebabkan, 675, 760, 764t pol, 603, 6049
kampilobakter menyebabkan, 278, 280 }{tv, 617, 6049, 6199
pada amebiasis, 685, 764t pro, 603, 6049
pada infeksi HIV/AIDS, 776-777t ras, 6049
rotavirus menyebabkan, 381, 514-518, 515g, 5l9t' rec,103
5219, 742r, 760, 764r regulon global aksesori (agr), regulasi virulensi stafilo-
salmonella menyebabkan, 261, 252t, 263, 750, 763r. kokus dan,228
shigella menyebabkan, 259, 722t, 759-760, 763t resesif, 97
stafilokokus, 228-229, 7 60 retinoblastoma/protein Rb, 608
rcrkaft Escherichia coli, 256, 5159,760' 762-763t interaksi poliomavirus dengan, 609
toxin-induced, 157, 760, 762-765t rex, 6049
Vibrio pambaemolyticus menyebabkan, 277 -7 60 rpoB, pada resistansi rifampin, 332
Vibrio parahaemolyticus menyebabkan, 763t rpsl, pada resistansi streptomisin, 332
virus, 412, 5159, 5l9r rrs, pada resistansi streptomisin, 332
diagnosis,742r. S, virus hepatitis B, 477
Norwalk menyebabkan , 381, 519t, 520-522, 52lg' sag, 5049
742t,760 sarA, regulasi virulensi stafilokokus dan, 228
Sapporo menyebabkan, 519t sis, 607, 6049
yersinia menyebabkan, 297 susunan, 96-i00
Gatifloksasin, 1939, l93r tox, 218
Gelendong, 100 tra, dalam konjugasi, 103-104, l03g
Gemifloksasin, 193t transformasi,
Gen, 96 virus tumor DNA, 608
abl, 6049 virus tumor RNA (retrovirus), 603, 607-608
bvg (gen virulen bordetella), 287 vanA/fenotip vanA, 247 g
bvgA,287 pada enterokokus, 246-247
bvgS, 287 vancomycin-resistan S aureus, 226
C, virus hepatitis B, 477 vanB/fenotip vanB, pada enterokokus, 246-247
dominan, 97 vanC/fenotip vanC, pada enterokokus, 246-247
(E) dini (ElA/ElB), pada replikasi adenovirus, 432 vanH, pada enterokokus, 247,247g
transformasi sel dan, 434, 612 vanR, pada enterokokus, 247,247g
ekspresi, 96, 107-)' 10, 108g vanS, pada enterokokus, 247,247g
env, 600, 603,6049 vanX, pada enterokokus, 247,2479
HlY, 6049, 617-618, 619-6209 vanY, pada enterokokus, 247,247g
erb-B, 607 vanZ, pada enterokokus, 247.,2479
gag,60r, 603, 6049 virulen bordetella, 287
HIV, 6049, 617, 6199 virulensi Borsotella, 153
gyrA, pada resistanbi fluorokuinolon, 332 virus, 3949, 395 -397, 395 -397 t
Ha-ras, 607 vpu, HIV, 6049, 619, 6199
imunoglobulin, 132 vpx, HIV, 619-620
inhA, pada resistansi isonizid, 332 Gen/fenotip resistansi vankomisin, 226, 246-247, 247g
katalase-peroks i da (katG), p ada resistans i isoniazid, 3 32 Ge n/protein,
(L) lanjut, pada replikasi adenovirus, 432-433 nef, HIV 617, 6199
mecA, stafilokokus resistan nafsilan dan, 226, 230 Rb, 608
mos, 6049 interaksi poliomavirus dengan, 609
myc, 6049, 607 vif, HIV 6049, 617, 6199
onc, 603 vpr, HIV 6049, 617, 6199
INDEKS I

Generalisasi, hipotesis sebagai dasar bagi, I Hepacivirus, 477t, 480


Generasi (penggandaan), waktu, 53, 53g Hepatovirus, 381, 476, 477v 499. Lihat juga Yirus
Genetik, 96 hepatitis A
dalam analisis mikroorganisme, I Influenzavirus,
' kriteria klasifikasi dan, 5, 43-45 A,B, 547. Lihat juga Orthomyxovirus (virus influenza)
mikroba, Lihat juga Mikroba, genetika, 96-120 C, 547. Lihat juga Orthomyxovirus (virus influenza)
replikasi DNA dan, 100-101 Lagovirus, 520
transfer DNA (transfer rekombinan/gen) dan, 102- Lentivirus, 593, 601, 617
106, 102-105b infeksi virus lambat disebabkan oleh, 593-594
virus hewan, 398-401 kandungan genetik, 603, 6049
parasitisme, replikasi genom virus dan, 99 Limfokriptovirus, 440t, 441. Lihat juga Herpesvirus
Genom, 398. Lihat juga organisme spesifik dan DNA Lyssavirus, 586
eukariot, 9, 97 Marburg-like, 525t
pengurutan, 1 l5 Mastadenovirus, 431. Lihat juga Adenovirus
prokariodbakteri, 3, 98-99, 99r Metapneumovirus, 561, 563t, 570
virus, 99-100, 99t, 398-401 Microsporum , 640 , 727 t
ekspresi, 3949, 395-397, 395-397 r morfologi dan identifikasi, 641, 6429
klasifikasi dan, 378 Mollusciporvirus, 464, 465t, 473. Lihat juga Poxvirus
pemetaan, 398 Morbillivirus, 561, 5629, 563t
sebagai vektor, 400-40I Nairovirus, 525t
Genoripe, 398 Norovirus, 520
RNA HIV-1, uji resistansi dan,747 Orbivirus, 514, 519, 525t
Genotipik, reversi, 107 Orthohepadnavirus, 477 t
Gentamisin, l9l Orthopoxvirus, 464, 465t. Lihat juga Poxvirus
resistansi enterokokus terhadap, 246, 246t imunitas terhadap organisme pada, 468-469
Genus, isolasi dan identifikasi organisme pada, 469
Absidia, 663 Orthoreovirus,5l4
Alpharetrovirus, 601 Parapoxvirus, 464, 465t 473. Lihat juga Poxvirus
kandungan genetik, 603, 6049 Parechovirus, 499-500. Lihat juga Parechovirus
Alphavirus, 525t, 526 klasifikasi, 49%, 500
Aphthovirus, 499-500 Phlebovirus, 525t,538
Arenavirus, 525t Pneumovirus , 561, 5629, 563t
Arkobakter, 278 Radinovirus, 440r, 441 . Libat juga Herpesvirus
Aviadenovirus, 431. Lihat juga Adenovirus Respirovirus, 561, 5629, 563t
Betaretrovirus, 601 Rhizomucor, 663
organisasi genetik, 6049 Rhizopus, 6389,663
Bunyavirus, 525t, 537 diagnosis terhadap infeksi yang disebabkan, 663,727t
Cardiovirus, 499-500 Roseolovirus , 440t, 441 . Lihat juga Herpesvirus
Coldvirus, 381, 514, 525t, 538. Lihat juga Coltivirus Rotavirus, 514. Lihat juga Rotavirus
Coronavirus, 581. Lihat juga Coronavirus Rubivirus, 576
Cunninghamella, 663 Rubulavirus, 561, 5629, 563t
Deltaretrovirus, 60 1 Sapovirus, 520
kandungan genetik, 603, 6049 Simpleksvirus, 440t, 440. Lihat juga Herpesvirus
Dependovirus, 424. Lihat juga Parvovirus Sitomegalovirus, 440t, 441. Lihat juga Sitomegalovirus;
ebolaJihe, 525r Herpesvirus
Enterovirus, 499. Lihat juga Enterovirus Spumavirus, 60I, 607
Epidermophyton, 640, 727 t Torovirus, 581
Epsilonretrovirus, 60 I Tiichophyton, 640
Eritrovirus, 424. Lihat juga Parvovirus B19; Parvovirus diagnosis dari infeksi yang disebabkan oleh,727r
Flavivirus, 525t, 526 morfologi dan identifikasi, 641, 6419
Gammaretrovirus, 601 tipanosoma, 677, 580-684, 680-6819, 68lt
kandungan genetik, 603, 6049 Varicellovirus, 440, 440r.. Lihat juga Herpesvirus
Hantavirus, 525r., 539 Vesiculovirus, 586
Henipavirus, 561, 563t Vesivirus, 520
810 / INDEKS

Yirus defta, 477r Glutaraldehid, kerja antimikroba, 58t, 61


Yatapoxvirus, 464, 465t, 474. Lihat juga Poxvirus Gnathostoma spinigeruml gnathostomiasis, 7 03t
Germina.si, endospora, 39 Gonococcus. Lihat Neisseria gonorrhoeae
G ers tmann-S traus s ler-S c h ein h er dis eas e, 3 gp4l (TM) protein, HIV 618, 619-6209
G i ardia lam b lial duo de na li s I in tes tin a lisl giardi as is, 67 4 -67 5, gp120 (SU) protein, HIV 618, 619-6209
674s,760, 764t antibodi terhadap, 627, 627t
pada infeksi HIY I AIDS, 777 t Granula makanan, cadangan, sintesis, 85
Gigi, Granula metakromatik (volutin), 15
berlubang, flora normal mulut dan, 200 Granula sulfur, dalam aktinomikosis, 221, 22Ig
karies, flora normal mulut dan, 200 Granulocyte coloryr+timulating factor (G-CSF), l41t
Gigitan, Granulocyte-macrophage colonl-stimulating fActor (GM-
hewan, CSF), 141r
pada penularan rabies, 586,592 Granuloma,
pasreurella menginfeksi, 298 inguinalis, 323, 737, 769
sebagai jalur masuknya virus, 406c pada infeksi Mlcobacterium tuberculosis, 328
pada penularan rabies, 586, 592 pada infeksi Paracoccidioides brasiliensis, 657
pasteurella menginfeksi, 298 paru, pada infeksi Paracoccidioides brasiliensis, 657
sebagai jalur masuknya virus, 406t Granulomatosis infantiseptrka, 220. Lihat juga Listeria
Gingivitis, monoc)/togenes
herpes simpleks, 445 Granulosi t (leukosit poli morfonuklar/ PMN), 122k, 125 - 126
pada infeksi HIV/AIDS, 776t Granulositopenia, kemoprofilaksis untuk infeksi
Gingivostomatitis, oportunistik dan, 176
herpes simpleks, 445, 553t Gray syndrome, kloramfenikol menyebabkan, 188
ulseradf, 349 Griseofulvin, 668, 6689
Ginjal, Grup A, streptokokus, protein M pada fimbria, 154
infeksi kandid,a, 659 Grup M virus HIV 618,628
virus' parotitis m€mengaruhi, 57 | Grup Salmonella-arizona (S almone lla enterical salmonellae)'
Glander,259 760
Glikokaliks, bakteri, 32-33, 32g infeksi disebabkan oleh, diagnosis, 722t
Glikopeptida, 189. Lihat juga ienis spesifik gastroenteritis/enterokolitis, 722r, 7 63t
Glikoprotein, 388 pada infeksi HIV/AIDS, 774t,777r
herpes simpleks, 443 Gugus sulfhidril bebas, pembuangan oleh agen antimikroba,
pada lapisan S bakteri, 15, l7g 60
virus, 2, 377,3789 Guma, pada sifilis, 340
Glikoprotein permukaan varian (uariant surface glyco'
proteins IVSG]), tripanosoma, 681 H
Gliseraldehid 3-fosfat, dalam siklus Calvin, 78, 82g
Globosid, H (berat), rantai imunoglobulin, 130, l3lg
gonokokus, 303t keanekaragam an dan, 132
sebagai reseptor parvovirus Bl9, 424 H8 (Lip), gonokokus, 302
Glomerulonefritis poststreptokokus, 144' 240 heterogenisitas antigen dan, 303t
Glucomys uolzns, sebagu reservoir Richensia prouazehii, 361 HAART (highly acilu;e antiretrouiral therapylrcrapi anti-
Glukopiranosil-N-asetilglukosamin, 234 retrovirus sangar aktif), 77 3
Glukosa 6-fosfat, produk akhir interkonversi/biosintetik, Haematozoa (sporozoa darah), 673, 690-696
729, 74-76, 75-769 Haemop hilus (Actino bacillus) actinomYcetemcomitans, 221, 270
Glukosa, fermentasi, 87-88, 89-919, 92t Haemopbilus aeg)lPtius, 285r, 286
Glukosfingolipid, pada infeksi gonokokus, 302 Haemophilus apbrophilus, 221, 285r, 286
Glutamat, Haemophilus ducrelti, 285t, 286-287
dalam asimilasi amonia, 80-81, 84g infeksi disebabkan oleh, 286-287, 723r, 737, 769' 770t
pembentukannya dari glutamat, 85g H aemop h i lus h aemoglo b inop h i lus, 287
produk akhir biosintetik, 83-84, 85g ' Haemophilus haemo lyticus, 285v 286
Glutamin, Haemophilus influenzae, 284-286, 285r
dalam asimilasi amonia, 81, 84g epiglotitis disebabkan oleh, 285, 72lr
pembentukannya dari glutamat, 83-84 diagnosis, 285, 721r
INDEKS I 811

meningitis disebabkan oleh, 285'286, 750, 750t Hepadnaviridae, 477t. Lihat juga Hepadnavirus
diagnosis. 285, 720t bentuk dan ukuran relatil 387g
obat untuk, 180t, 286 kanker dan, 598t, 614
pneumonia disebabkan oleh, 285, 754, 756t replikasi,397t
H iemop h i lus p arah aemo j ticus, 285 r Hepadnavirus, 379-380, 476, 479t
Haemop h ilus parainfluenzae, 285r, 287 .jalur infeksi, 406t
Haemophilus suis,287 replikasi, 379-380, 397 t
Hageman, fakror (faktor XII), Iipopolisakarida meme- Hepatitis, 380, 48 1-495, 4909
ngaruhi, i 58 adenovirus, 436
Hairy leukoplahia, oral, 457 aktif kronik, 481-484, 485t
pada infeksi HIV/AIDS, 457-458 ameba, 685
Halofantrin, untuk malaria, 694 delta (hepatitis tipe D), 478t, 480
Haloprogin, 669 epidemiologi , 492-493
Ha-MSV (Harvq, murine sArcomA uirus), organisasi genetik, gambaran laboratorium/diagnosis, 486r, 487, 4899
604g koinfeksi hepatitis B dan, 487, 492-493
Hantavirus, 383, 525t, 539-540 pencegahan dan pengendalian, 495
Haplotipe, gen MHC diwariskan sebagai, 135 E-seperti genus,477t
Hapten, 122k, 128 enterovirus menyebabkan, 506t
HaterorroF, 48 epidemiologi, 484t, 489-493, 490-491g
Hati,abses, bakteri anaerob menyebabkan, 315t fulminan, 483
HBcAg, 477, 478r gambaran klinis pada, 483-484, 484t
antibodi terhadap, 478t, 485,4869, 488t gambaran laboratorium/diagnosis, 485-487, 7 42t
HBeAg, 477, 478r, 485, 4869 pada le;rtospirosis, 347
antibodi terhadap, 478t, 485, 4869 patologi, 481-484
HBsAg, 477-479, 47k, 4809, 485-486, 4869, 488t pencegahan dan pengendalian, 493-495
anribodi terhadap, 478r, 485-486, 4869, 488t pengobatan, 493-495
HDAg (antigen delta), 478u 480, 487 persisten (ridak sembuh), 481
antibodi terl.radap, 478t, 480, 486r, 487 reaksi imun terhadap, 487-489
Heksaklorofen, kerja antimikroba, 6i reaksi imun virus-pejamu dan, 487-489
Hekson, adenovirus, 430, 4319, 433 sitomegalovirus, 453
Helicobacter cinaedi, 280 tipe A, 476, 4779, 478t
Helico bacter fennelliae, 280 epidemiologi , 489-491, 484:.
Hel icobacrer pylori, 280-281 gambaran klinis, 483, 485t
obat untuk, 180t, 281 gambaran laboratorium/diagnosis, 477g, 484r, 485,
Helminthes, 67 3, 70 l-7 12, 702-706t 4869, 486t,742t
Hemadsorpsi, 389, 743 pencegahan dan pengendalian, 493-495
paramiksovirus, 563t vaksinasi terhadap, 420r, 494
Hemaglutinin, tipe B, 4r|g, 476-479, 478r
fiiamentosa, Bordetella pertusis, 287 ctlrrier, 481, 483, 485, 485t, 487-489, 491-492
vi rus, penularan ibu-bayi baru lahir dan,494
paramiksovirus, 563t epidemiologi, 484r, 485, 491-492
virus influenza, 383, 389, 547 -550, 5499 gambaran klinis, 483, 484-485t
klasifikasi dan, 547-548, 548t gambaran laboratorium/diagnosis, 484-485t, 4869,
Hemodialisis, infeksi hepatitis B dan, 492 4889, 488t,742r
Hemoflagelaca, 677-684 infeksi perinatal dan, 485t, 494
Hemolisin, koinfeksi hepatitis B dan, 486, 492-493
bakteri menghasilkan, 159 pencegahan dan pengendahan, 494
bordetella, pengaturan sistem bvg, 288 pengobaran, 493
E coli nefropatogenik, 255 samar, 486
streptokokus, 236 selama kehamilan, 494
paramiksovirus, 563t vaksinasi terhadap, 420v 494
Hemolisis, dalam klasifikasi bakteri, 43 tipe C, 478t, 480
streptokokus, 233, 235t, 237 epidemiologi, 492, 491g, 484t
Hemoragik, kolitis, 256 gambaran klinis, 483-484, 484t
812 / INDEKS

gambaran laboratorium/diagnosis, 484t, 486, 486t, 7 42t Heteropolimer, sintesis bakteri, 32


pencegahan dan pengendalian, 494 Heterotrof, 6, 64
pengobatan, 493 fakultatif, 48
tipe D, 478r, 480 kemosintetik, 47
' epidemiologi, 492-493 HEY. Lihat virus Heksakan Hepatitis E,7ll
gambaran laboratorium/diagnosis, 486t, 487, 489 g, 7 42t Hewan pengerat,
koinfeksi hepatitis B dan, 487,492-493 penyakit rickettsia ditularkan melalui, 361
pencegahan dan pengendalian, 495 plague ditularkan melalui, 295, 297
ripe E, 478r, 480-481 virus ensefalomiokarditis, 500
virus, 380 Hfr (rekombinan frekuensi tinggi),
Hereditas, 96 dalam konjugasi, 104, 104-105g
Herellea uaginicola, 270 elemen unsur insersi (lS) dalam pembentukan, f9
Herpangina, 504-505, 506r, 507, 553r Hialuronidase, 158
Herpes genital, 442, 445, 447-448, 769, 770t C lostridium p erfingens menghasilkan, 210 -21 I
pada infeksi HIV/AIDS, 448,777t stafilokokus menghasilkan, 227
selama kehamilan, 446, 448 streptokokus menghasiikan, 236
Herpes kulic, 446 Trep onema p allidum subspesies pallidum menghasilkan,
H.rp., ,impieks labialis (demam bisul/sariawan), 410g, 339
411-442, 445, 4459 Hibridisasi, 1 10, 1 16- I 17 , 1169, 725 . Lihat juga Probe
Herpes simpleks virus, asam nukleat
efek sitopatik, 4429 bintik, identifikasi virus dan, 745
infeksi disebabkan oleh, 442 fragmen restriksi, 110
laten/reaktivasi, 410-41I, 4109 identifikasi fragmen DNA, 110, 1l19
neonatal/peri natal, 442 identifikasi virus dan, 739,745
tipe l,
442 in situ, 9, 50
dpe 2, 442 pada klasifikasi leptospira, 346
Herpesviridae. Lihat juga Herpesvirus pelacak, 1 10
bentuk dan ukuran rc|atif, 3879 probe, 116-117, 1169
kanker dan, 598t titik, identifikasi virus dan, 745
replikasi, 397t untuk identifikasi chlamydia, 739
Herpesvirinae,440r yang menghasilkan antibodi monoklonal, 130
Herpesvirus, 439-462, 439v 613-614 Hibridoma, 130
efek sitopatik, 442, 4429 dalam penentuan subtipe bakteri, 48
infeksi disebabkan oleh, 442-443 Hidatidosis, 702r, 7l\
diagnosis, T4it Hidrofobia, pada rabies, 589
infeksi laten dan, 411g Hidroge n,
jalur, 406r peroksida,
laten, 410-411, 4109 kerja antimikroba, 58-59t, 61, 68
kanker dan, 443, 598r., 613-614 metabolisme aerob menghasilkan, 68
klasifikasi, 439-441, 440t Hidrogen sulfida, sebagai sumber sulfur untuk per-
manusia, tumbuhan mikroba, 65
6, 443, 459 untuk pertumbuhan mikroba, 65
klasifikasi, 440t, 441 Hidrogenosom, l1
7,443,460 Hidroksamat, 66, 160
klasifikasi, 440t,441 Hidrolitik, eksoenzim, ekskresi oleh bakteri, l9-2l,2lg
8 (herpesvirus terkait sarkoma Kaposi), 443,460,613 Hidrops fetalis, parvovirus B19 menyebabkan, 425t, 427'
klasifikasi, 440t,441 428, 4279
pada infeksi HIV/AIDS, 626, 774t, 776t Hifa, 6, 635, 636k
replikasi, 441-442, 4419 Highb ltctiue antiretrouiral therapyl terapi antiretrovirus
struktur dan komposisi, 439, 4409 sangat aktif (HAART), 773
Herpetic whitlow, 446 High-performance, kromatografi cair, untuk identifikasi
Heterogenisitas antigen, gonokokus, 159-160, 302-304, mikobakterium, 332
303t Hiperpireksia, malaria, 693
H etero p hy es h e terop hy es I heterofi asis, 703 t, 7 09 -7 | 0, 7 09 g Hipersensitivitas,
INDEKS I 413

anafilaktif (diperantarai/tipe I), 122k, 142-143 Hymenolepis diminuta, 705t, 711g


IgE dalam, 122k, 132, 142-143 Hymenolepis nana, 705r, 711, 711g
diperantarai sel (lambat/tipe IV), 1.22k, 144
sel T dalam, 122k
I
kirmpleks imun (tipe III), reaksi, 122k, 143-144
kontak, 144 ICAM-1, sebagai reseptor rhinovirus, 394
lambat (diperantarai sel/tipe IY), I22l; 144 Igo', 133
sel T dalam, l22k IgB,133
tipe ruberkulin, 144, 329-330, 77 1-773 IgA, 130t, 132
Hipnozoit, plasmodial, 690 pada infeksi virus parainfluenza, 567
Hipoglikemia, lipopolisakarida menyebabkan, 158 resistansi pejamu, 123
Hipotensi, lipopolisakardia menyebabkan, 158 IgD, 130t, 132
Hipotesis, dalam metode ilmiah, I permukaan sel, 133
Histamin, dalam reaksi hipersensitivitas tipe I, 143 IgE, 130t, 132
Histiosit, dalam imunitas bawaan, 124 pada hipersensitivitas tipe I, 122k, 132, 142
Histokompatibilitas, 122k. Lihat juga Kompleks histo- IgG, 130t, l3l, 13lg
kompatibiliras utama anti-HAV 485, 4869, 486t
Histolisain, uji enzimeba untuk identifikasi, 686 anri-HBc, 4879
Histoplasma capsulatumlhistoplasmosis, 649v 652-655, anri-HD, 486t, 487, 4899
652-65.39 dalam aktivasi komplemen, 139
diagnosis, 653, 654r., 726r dalam hipersensitivitas tipe II, 143
pada infeksi HIV/AIDS, 653, 655,775r Epstein-Barr, 459, 4599
Histoplasmosis paru, 653, 655, 726r pada diagnosis infeksi virus,745
HIY (human immunodeficiency uirus), 617-633, 617t. parotiris,572
Lihat juga Infeksi HIV/AIDS rubela, 577-578
asam nukleat/deteksi antigen untuk identifikasi, 627- IgM, 130t, l3lg, 132, 139
628,746 anti-HAV 478r, 485, 4869, 486r
disinfeksi dan inaktivasi, 620 anti-HBc, 478r, 485, 487g
isolasi dan identifikasi, 627-628, 6289, 743r, 746 anti-HD, 487, 486r, 4899
kanker dan, 598t, 626,773-775 dalam hipersensitivitas tipe lI, 143
klasifikasi, 618-620, 62lr Epstein-Barr. a59, 4599
organisasi genetik, 6049, 617-618, 619-6209 pada diagnosis infeksi virus,745
reseptor unruk, 394, 622, 6229 parotitis,572
resistan obat, 630 permukaan sel, 133
rute penularan, 629-630 rubela, 577-578
struktur dan komposisi, 617-618, 618-6209 Ikatan anhidrida, 63
uji serologi untuk identifikasi, 627,745-746 Ikterus,
vaksinasi terhadap, 631 pada hepatitis virus, 483
HIV-I, 617 -620, 6209, 621t pada leptospirosis, 347, 347r
isolasi/identifikasi/biakan, 745-7 46 Ileus paralitik, pada peritonitis, 759
organisasi genetik, 6049 Imidazol 666
HIV-2, 618-620, 621t, 628,745-746 Imipe nem, 187
Homofermentasi, laktat diproduksi oleh, 92t Immunoassay enzim,725
Homolog, 97 untuk antibodi HIY-L, 746
Homopolimer, sintesis bakteri, 32 b loning), | | 6, I 46, 7 25
Irntnuno b lotting (Western
Hortaea (Exophiala) werneckii, 640 untuk deteksi infeksi FflVl AIDS, 746
Hubungan filogenetik, pada klasifikasi bakteri, 5, 44, 44r Impetigo, 239,720t
Hubungan obat-patogen, aktivitas antimikroba, 171-172 Imunitas/respons imun, 121. Lihat juga organisme
Human T cell lymphonopic uiruses (HTLV), 606-607,6079 spesifik
kanker dan,606-607 adaptif, l2l, 127
organisasi genetik, 6049 definisi, l22k
Humoral (diperantarai antibodi), imunitas, 127, 137- aktii 121, 138
138, t37g aktivitas antimikroba dan, 172
sel T dalam, 142 antigen dalam, 121, 128, 130t
814 / INDEKS

bawaan, 121, 122k, 123-127 Infeksi gonokokus/gonorea, 304-307 . Lih at juga Neisseria
berbasis selular, 128, l29g gonorrltoeae
bersamaan, pada malaria, 694 diagnosis, 304-306, 723-724t, 7 36-7 37
definisi, l22k endokarditis, 304
' diperantarai antibodi (humoral), 127, 137-I38, 137g endoservisitis, 723t, 736-737, 767
sel T dalam, 142 pada infeksi HIY I AIDS, 777 t
diperantarai sel (selular), 122k, 127, 140-142 pengobatan, 179r, 306
sel T dalam, 142. Lihat juga sel T resistansi obat dan, 168, 306
respons terhadap virus dan, 408 uretritis, 304, 723t, 736-737, 767
diagnosis dan,745 Infeksi HIV/AIDS, 617-633, 773-777, 774-777t
infeksi anaerob dan, 315 akuisisi perinatal, 415t
pada infelai virus, diagnosis dan,745 anak-anak, penyakit neurologik dan, 626
pasif, I21, 138 angiomatosis basilus pada, 322, 776t
selular (diperantarai sel), 127 asal, 620
respons terhadap virus dan, 408 asam nukleat virus/deteksi antigen pada diagnosis,627'
diagnosis dan, 745 628,746
tidak adekuau 144-145. Lihat juga Penyakit defisiensi beban virus plasma pada prognosis,747
imun biakan virus pada diagnosis, 745-746
Imunofluores ensi, 145 -1 46 Cryp to c o c cus n e ofo rm an s meny eb abkan, 7 7 4 r
pada identihkasi chlamydia, 367, 739 diagnosis, 627 -528, 6289, 743t, 745-7 46
pada identifikasi rickettsia, 357, 360 deteksi antibodi pada, 626-628, 627t, 6289' 725'
pada identifikasi Treponema pallidum, 341,737 743t 745-746
pada identifikasi HIV 626 epidemiologi, 628-630, 6299
Imunogen, pengenalan antigen, 128 gambaran klinis pada, 624-626, 6259
Imunoglobulin, 122k, 127-133, i30t, l3lg. Lihat juga H istop lasma capsulatuml histoplasmosis pada, 653, 655,
jenis spesifik entri Ig dan Antibodi 775t
hepatitis A, 494 imunitas dan, 408-409, 626-627, 627t 745-746
hepatitis B, 478t, 494 infeksi bakteri pada, 626, 774-775r
klostridium, 212 infeksi Cryptococcus neoformans pada, 661-662, 750,
pergantian kelas, 133 776t
rabies, 592 infeksi fungi pada, 626, 637t, 657-664, 774-775t
siromegalovirus, 456 infeksi herpes simplela pada, 445, 626,774t, 776t
tetanus,2l0 infeksi mikobakterium dan, 334, 774t
unruk poliomielitis, 504 kompleks Mycobacterium auium, 334, 773,774t
vaksinia, 469 tuberkulosis, 333, 773, 774t
varisela-zosrer, 45 1 infeksi mikrosporida pada, 700, 777r
Imunologi, 12l-147. Lihat juga aspek dan imunitas infeksi oportunistik pada, 144, 626, 775, 776-777r
(respons imun) spesifik mikosis, 637r, 657-664
definisi istilah yang digunakan dalam, 122-123k infeksi piogen rekuren, 774t
uji diagnostik berdasarkan pada, 145-146 infekst Pneumocystis jiroueci pada, 663-664, 774t
In situ, hibridisasi, 9, 50 inFeksi prorozoa pada, 626,775r
Inaktivasi virus fotodin amik, 392-393 infeksi salmonella pada, 774t; 777t
Inc (inkompatibilitas), kelompok plasmid, 103 infeksi sitomegalovirus pada, 453, 456, 626,774r,776r
Indeks antimikroba, 60 infeksi virus JC pada, 594, 626,774t,776t
Indinavir, 416, 416t infeksi virus pada, 624, 626,774t
Inducer, dalam operon lac, 109 infeksi yang menjelaskan, 77 5, 774-77 5t
Infeksi abdomen, kandidiasis pada, 659, 774t, 776-777t
bakteri anaerob menyebabkan, 3l5t kanker pada, 598t, 626,773-775
Infeksi abortif, virus, 393 koksidioidomikosis pada, 651, 775t
poliomielitis, 502 koksidiosis (isospora) pada, 775t, 777r
Infeksi cacing gelang (infeksi dermarcfi't), 727t komplikasi, 77 5, 77 6-777 t
Infeksi dada,753-755. Lihat juga Pneumonia; Infeksi kriptosporidiosis pada, 697, 775t, 777t
saluran pernapasan limfoma pada, 626, 775, 776t
Infeksi dermatofita (kurap), 640 meningitis pada, 661, 750, 774t
INDEKS / 815

model hewan, 621 Pseudomonas aeruginosa menyebabkan, 267


perkembangan vaksin dan, 631 stafi lokokus, 229 -230, 239 -240
moluskum kontagiosum pada, 473-474 virus, 412-413
monitoring, 747 patogenesis, 409,409g
pada anak, 625 Infeksi kurap (infeksi dermatofita), 643t
patogenesis dan patologi, 622-624, 6239 diagnosis, 644
pendidikan kesehatan dan, 632 epidemiolo gilimunitas r erhadap, 642
pengobatan, 530, 775-777 gambaran klinis pada, 642-644, 643t
analog nukleosida paila, 415 pengobatan, 644-645
inhibicor protease pada, 415-416 Infeksi laten, virus, 394
pengharn[at protease, 630 Infeksi luka,
uji resistansi dan,747 diagnosis, 730-731
penularan dari ibu ke bayi, 415r., 625, 630 difteri, 216
pengobatan zidovudin selama kehamilan, 630 klostridium, 211-314. Lihat juga Gangren gas
penularan, 629-631 pasteurella menyebabkan, 298
perjalanan alamiah, 622-623, 6239 Pseudomonas aeruginosa menyebabkan, 267
perkembangan antibodi pada, 626-627 , 627t, 745-746, stafilokokus, 229
775 streptokokus, 239
plasma uiral load pada prognosis, 625 vibrio menyebabkan, 277
pneumonia pada, 774t, 777 t Infeksi mata. Lihat jzga Konjungtivitis
sarkoma Kaposi pada, 626,775, 774-776t adenovirus menyebabkan , 435, 437 , 7 43t
sel saraf/penyakit neurologik pada, 624-625 Bacillus cereus menyebabkan, 207
sel T CD4 pada, 142-624, 6239,775 chlamydia, diagnosis, 7 38-7 39
serokonversi dan, 627, 6289 coxsackievirus menyebabkan, 505, 5O6r
sifilis dan, 341-342, 777r enterovirus menyebabkan, 506v 743t
thrush (kandidiasis oral) pada, 658, 776t Haemophilus aegyptius menyebabkan, 286
rindakan pengendalian untuk pencegahan, 631-632 herpes simpleks menyebabkan, 445, 743t
toksoplasmosis pada, 698, 700, 775-776r. klamidia,
uji serologi untuk, 627,745-746 diagnosis, 369-37 |
vaksinasi terhadap, 631 konjungtivitis inklusi, 37O-37 |
virus Epstein-Barr-terhadap penyakit Iimfoproliferatif, trakoma, 369-370
458 mikrosporida menyebabkan, 7 00-7 0 1

Infeksi jaringan, diagnosis, 730-731, 737 pada infeksi HIYIAIDS, 776t


Infel<si jaringan lunak, 767 Pse u do m o n as aeru gi no s a menyebabkan, 267
anaerob, 315t,738 vibrio menyebabkan, 277
diagnosis, 730-731, 7 38 Infeksi nosokomial, 245
pada sindrom syok toksik streptokokus, 240 acinobacter menyebabkan, 270
Infeksi kandung kemih, 760-765. Lihat juga Infeksi klebsiella menyebabkan, 257
saluran kemih pnetmonia,754
Infelai kronik, virus, 410-41 I, 410-4llg. Lihat juga virus pseudomonas, 268
yang spesifik S ten o tr op h o m o na s tn a lt op h i I i a meny eb abkan, 269 -27 0
Infeksi kuku, fungi (onikomikosis), Infeksi pada tumbuh-tumbuhan, mikoplasma menyebab-
tinea unguium, 642, 643t, 645 kan, 353
kandida, 659 Infeksi panggul, anaerob, 315r, .737-738
Infeksi kulit, Infeksi paru pleural, bakteri anaerob menyebabkan, 754
anaerob, 315t,737 Infeksi periodontal,
anthrax menyebabkan, 205 -206 bakteri anaerob menyebabkan, 737
coxsackievirus menyebabkan, 505, 506r pada infeksi HIV/AIDS, 776t
diagnosis, 720t,737 Infeksi pleuropulmonal, bakteri anaerob menyebabkan,
difteri disebabkan oleh, 216 3l5t
enterovirus menyebabkan, 506t Infeksi polimikroba, anaerob, 314-315, 3l5t
gonokokus, 304 Infelai produktif, virus, 393
herpes simplel<s, 446, 742t Infeksi saluran gastrointestinal, diinduksi toksin, 157
pada infeksi HlY l AIDS, 776t Infeksi saluran kemih, 760-765
816 INDEKS

diagnosis, 722t, 732-734 virus parainfluenza menyebabkan, 553r, 564-568, 741t,


Escherichia coli menyebabkan, 255, 761 />4
obat untuk, l80t virus parotitis menyebabkan, 553t, 57I
kandida, 659 virus pernapasan sinsitial menyebabkan, 553t, 558-570
' klebsiella menyebabkan, 257 virus rubela menyebabkan, 553r, 576
pengobatan, antiseptik urine untuk, 194-195 virus sinsitial pernapasan menyebabkan, 74k, 754
kuinolon untuk, 192 virus varisela-zoster menyebabkan, 553r
proteus menyebabkan, 257 virw, 412, 412t, 553t
Pseudomonas aerugiiosa menyebabkan, 267 diagnosis, T4lt
rekuren, kemoprofilaksis antimikroba dan, 175-176 Infeksi setelah persalinan, streptokokus demam PuerPe-
streptokokus menyebabkan, 239 ralis, 239
I nfeksi saluran pencernaan, 7 59 -7 60, 7 62 -7 65 t. Lih at j uga Infeksi tak tampak (subklinis), virus, 404, 4059
Gastroen te ritis I nfeksi virus, 40 4 -423, 4 | 6t, 59 4 t. Li h at j uga jenis spesifi k

adenovirus menyebabkan, 437, 5l9t dan virus


coronavirus menyebabkan, 521g, 584 AIDS menggambarkan, 626
coxsackievirus menyebabkan, 506, 506t biakan pada diagnosis, 740-745, 7 44g
diagnosis, 720-724u 735-736, 7 42t cedera sel/penyakit klinis dan, 406-407
echovirus menyebabkan, 506t diagnosis, 739 -7 47, 7 40-7 43r
enterovirus menyebabkan, 742t didapat dalam laboratorium, 392
mikrosporida menyebabkan, 70 I imun terhadap, diagnosis dan,745
toxin-induced, 7 60, 7 62-7 65r in utero, 413-414, 4149, 415r. Lihat juga Penularan
virus,4l2 dari ibu ke bayi
lnfelai saluran pernapasan. Lihat juga Pneumonia kongenital, 413-41'4, 4149, 415t, 742t
adenovirus menyebabkan, 435, 437, 553t, 741t, 754 kronik, 410-411, 410-4llg
anaerob, 315t, 737, 754, 756t lambat, 413, 593-594
Blastomycet dermatitidis menyebabkan, 656, 725t laten dan, 394, 410-411, 4la-411'g
Burhholderia pseudomallei menyebabkan (melioidosis), lokal, 405t
268-269 munculnya, 402
Chlamydia pneumoniae menyebabkan, 373-374, 754, neonatal/perinaral, 413-414, 4149, 415r.. Lihat juga
757t virus spesifik dan penularan dari ibu ke bayi
Chlamydia psittaci menyebabkan, 37 4-37 5 pada infeksi HIV/AIDS, 624, 626,774-775t
Chlamydia nachomatis menyebabkan, 37 I patogenesis, 404-414, 406t
coronavirus menyebabkan, 553t, 583-585 pelepasan virus dan, 4079,408
coxsackievirus menyebabkan, 506, 506t, 553t pencegahan, 418-422, 420-421v 4219. Lihat juga
Cryptococcus neoformans menyebabkan, 661, 727t, 754 Vaksin virus
diagnosis, 734-735 pengobatan, 414-418, 417v 4189
enterovirus menyebabkan, 506t, 509, 74lt penjelasan AIDS, 77 4-77 5t
Haemophilus influenzae menyebabkan, obat untuk, 285, penyebaran virus dan, 405-406, 407g,408r
l80t penyembuhan dari, 407-408
Histoplasma capsulatum menyebabkan, 652-655, 754, persisten (kronik/laten), Zgq, 4rc-411, 410-411g
726t karsinogenesis virus dan, 599
kemoprofilaksis antimikroba dan, 175 prinsip, 404, 4059, 405r
klebsiella menyebabkan, 257 respons imun terhadap, 408
pada koksidioidomikosis, 650-651, 726r, 754 sistemik, 405t
Paracoccidioides brasiliensis menyebabkan , 657, 726t tak tampak/subklinis, 404, 4059
Pseudomonas aeruginosa menyebabkan, 267 Infeksi, 149k. Lihat juga jenis spesifik
rhinovirus menyebabkan, 509-511, 553t, 74lr contoh kasus pada penanganan, T49
streptokokus, 239 diagnosis berdasarkan tempat, 730-737
tuberkulosis, 328, 77 0-77 3 pada pasien infeksi HIV/AIDS, 144, 626
virus campak menyebabkan, 553r, 572, 574-575, 754 pada pasien yang menjalani transplantasi, 777-781 ,
virus Epstein-Barr menyebabkan, 553t 781g
virus herpes simpleks menyebabkan, 553t pencegahan, kemoprofilaksis antimikroba untuk, 174-
virus influenza menyebabkan, 552-558, 553t, 741t. 176
Lihat juga Influenza transmisi, 150-152
INDEKS I 817

Infertilitas (sterilitas), penyakit radang panggul me- Interleukin-12, 14lt


nyebabkan, 768 Interleukin-2, 126, 140, l4lt
gonokokus, 304 Interleukin-3, l41t
klamidia, 370 Interleukin-4, 141t
Influenza, 4119, 546, 552-558, 553r Interleukin-6, I 4l t
Avian, 556 Interleukin-8, 14lt
diagnosis, 554-555, 741t Internalin, dalam invasi bakteri, 155,219
epidemiologi, 555-556, 5569 Inti, endospora, 38
gambaran klinis pada, -553-554 Intragenik, supresi, 107
imunitas rcrhadap, 554 Intraselular, patogenisitas, I 59
kemoterapi antivirus untuk pencegahan dan peng- Intron, 5, 98, 109
obatan, 557 dalam eubakteria vs. arkhaebakteria/eukariot, 49t
patogenesis dan patologi, 552-553 Invasi, 149k
vaksinasi terhadap, 420t, 558 sel pejamu, 154-155
Inhalasi, anthrax (penyakit woolsorter), 205 Iodamoeba butschlii, 687, 6889
Inhibisi kompetitif, pada pembalikan kerja antimikroba, Ion fero, dalam pertumbuhan mikroba, 65
60 Ionofor, membran sel bakteri dipengaruhi oleh, 22
Inhibisi umpan balik, pada metabolisme mikroba, 93g" 94 Ipa (antigen plasmid invasi), 154
Inhibitor fusi, 416 Irak, program perang biologi pada,786
Inhibitor protease, 415-4L6 Iridoviridae, bentuk dan ukuran relatif,387g
Inhibitor reuerse tAnscriptase, nonnukleosida, 4I5 Isoksazolil penisilin, 183g
Inisiasi, dalam germinasi endospora, 39 Isolat,
Injeksi, sebagai port d'entrde uirus, 404, 406r. lapangan, 398
Inklusi, primer, 398
klamidia, 366-367, 367g, 369,739 Isoleusin, inhibisi umpan balik deaminase treonin oleh,
pada rabies (badan Negri), 390, 589-590 93g, 94
paramiksovirus, 564, 5669, 563t Isoniazid, 195, l95g
sitomegalovirus, 452, 4429, 4529. Lihat juga Penyakit resistansi terhadap, 169, 332
inklusi sitomegalik untuk tuberkulosis, 195, 332,773
virus, 390 Isopropanolol (isopropil alkohol), kerja antimikroba, 61
Inkompatibilitas plasmid, 103 virus dipengaruhi oleh, 393
Inokulum, Isositrat liase, dalam siklus glioksilar., 77, 81g
persiapan untuk biakan virus, 740 Isospora b ellilkoksidiosis, 696
ukuran, aktivitas antimikroba dipengaruhi oleh, 170 pada infeksi HIV/AIDS, 775r,777t
Insektisida, spesies basilus digunakan sebagai, 207 Israeli spotted feuer, 358r
Insomnia familial yang fatal, 3, 596 Itrakonazol, 666-668, 667 g
Integrin, l26 Ixodes, sengkenit,
In terFerens i, ehrlichiosis ditularkan melalui, 364
bakteri, 124 penyakit Lyme ditularkan melalui, 344, 346
virus, 400,743 sponed feuer ditularkan melalui, 362
poliovaksin dan, 421, 504
Interferon, 122k, 127, 417-418, 417t, 4l8g
J
a, 127, l41v 417, 4l7t
untuk hepatitis, 493 J (joining), rantai, imunoglobulin, 1319, 132
unruk infeksi rhinovirus, 5l I keanekaragam an dan, 132
9, 127, l3rg,4t7, 4l7t Jalur alternatif, untuk aktivasi komplemen, 124-125,
y, 727, 1319, 417, 4l7t r38g, t39
Interkalasi, pertumbuhan dinding sel bakteri dan, 30g, 31 defisiensi dalam, 139
Interkonversi karbohidrat, 72g, 74-76, 759, 769 lipopolisakarida dan, 158
dalam siklus Calvin, 78, 82g Jalur asimilasi, dalam metabolisme mikroba, 64,77-82'
Interleukin-1 , 126, l4lt 79-84s
demam disebabkan oleh, 126 Jalur disimilasi, dalam pertumbuhan mikroba, 64
superantigen memengaruhi pelepasan, 137 Jalur Embden-Meyerhof, 88, 89g
Interleukin-10, 141t Jaiur Entner-Doudoroff, 88-89, 90-919
818 / INDEKS

Jalur klasik untuk aktivasi komplemen, 138g, 139 Kapsid, 2, 377


Jalur lektin MB, untuk aktivasi komplemen, 139 Kapsomer, 377, 3789
Jalur MB lektin, untuk aktivasi komplernen, 138g Kapsul, bakteri, 31t, 32-33, 32g
Jalur reduktif, dalam metabolisme mikroba, 79 heterogenisitas antigenik dan, 160
Jamur, mikotoksin dihasilkan oleh, 665 pada bakteri gram negatif, 15, 17g
Janin, inFelai virus, 413-474, 4149, 4l5v Lihat juga virus pada bakteri gram positif, 15, 17g
spesifik dan penularan dari ibu ke bayi sintesis polimer ekstraselular dan, 31t, 32, 85
Jari anjing laut (erisipeloid), 220 Karakteristik,
Jari ikan paus (erisipeloid),220 poligenik, MHC, 135
Jarum, pada penularan HIV 630 polimorfik, MHC, 135
Jembatan silang, pada dinding sel bakteri, 23g, 24 Karbepenem, 186-187
Jenis liar, virus, 397r Karbofuksin, pada pewarnaan tahan asam, 719
Jock irch (tinea kruris) , 643, 643t Karboksisom, 15
Jumlah sel yang dapat hidup, 52, 52r Karbolfuhsin, pada pewarna tahan asam, 39
Karbon dioksida, pertumbuhan mikroba dengan (siklus
Calvin), 64,78, 82g
K
Karbon, untuk pertumbuhan mikroba, 64-65
Kair, flagel, 33, 34g dalam biakan yang diperkaya, 69t
Kaki Madura (eumisetoma/maduramikosrs), 223, 648 sebagai asetat,77-78
Kala-azar (leishmaniasis viseral), 677 -680 sebagai karbon dioksida, 64,78, 82g
Kalisivirus, diare/gastroenteritis disebabkan oleh, 742r Kardiolipin, pada antigen trepnema, 339
Kalium, Karditis, pada demam rematik, 240
dalam pertumbuhan mikroba, 65, 68 Karier, persistensi virus dan, 410
rranspor pada Escherichia coli, 19 Karies gigi, flora normal mulut, dan, 200
Kalkun, coryza, Bordetella auium menyebabkan, 287 Karsinogenesis virus, 598-600, 599t
Kalsium, interaksi pejamu dan, 598-600
dalam pertumbuhan mikroba, 65 membuktikan hubungan kausatif dan, 614
virulensi dan, 153 proses beberapa tahap sebagai, 599
dipikolinat, pada inti spora, 38 tipe virus tumor pada, 598-599
leukoverin, dengan pengobatan trimetreksat, 194 Karsinoma hepatoselular, virus hepatitis dan, 483-484,
Kanamisin, 190, 489, 492,598t, 613
Kandidemia, 659 Kartu Pengenalan Cacar, 468, 4689
Kandidiasis, Kaspofungin, 668
kutan, 658-659,727r. Katabolit, represi, pada bakteri, 19
mukokutan, kronik, 659-660 Katalase, 68, 31i
mukosa, 658-659,727r legionella menghasilkan, 319
sistemik, 659-660, 727 r stafilokokus menghasilkan, 226-227
Kanker anogenitai, infeksi papiiomavirus manusia dan, Katalase-negatif nonstreptokokus, bakteri gram positil 248t
611,6l3t Katekol (fenolat), 65, 160
Kanker hati, virus hepatitis dan, 483-484, 491, 614 Kateterisasi, untuk pengumpulan spesimen urine, 733
Kanker serviks, katG (gen katalase-peroksidase), pada resistansi isoniazid,
infeksi papilomavirus manusia dan, 611 332
pada infeksi HIV/AIDS, 775,777r Kationik, detergen, kerja antimikroba, 62
Kanker, onkogen pada, 603-604, 607-608 Katup jantung,
pada infeksi HIV/AIDS, 598r, 626,775 endokarditis streptokokus dan, 239, 759
retrovirus menyebabkan, 600-607 pada demam rematlk, 240
virus dan, 4ll, 598-616, 598t. Lihat juga Virus tumor; vegetasi, pada endoka rdiris, 239
Karsinogenesis virus Keamanan hayati, penanganan laboratorium virus dan,392
membuktikan huburtgan kausatif dan, 614 Keamanan laboratorium, penanganan virus dan, 392
virus Epstein-Barr sebagai penyebab, 443, 457-458, 613 Keanekaragaman biologis, I
Kapang, 635-636,636k gen imunoglobulin pada generasi, 132
sich building syndrome disebabkan oleh, 664 prokariot/bakteri, 3
Kaposi sarkoma terkait virus herpes (virus herpes manusia transfer DNA dan, 102. Lihat luga Rekombinan
8/KSHV), 381 resepror sel T, 133
INDEKS I 819

Keasingan, pengenalan antigen, 128 obat untuk, 263


Kebu taan, resistan obag 263
Onchocerca uoluulus menyebabkan, 706, 707 r, 708 Kelompok, translokasi (metabolisme vaktorial),
river (onkoserkiasis), 706, 707r, 708 fermentasi glukosa dan, 88
tiakoma menyebabkan, 369 pada transpor bakteri, i9
Kehamilan. Lihat juga Penularan dari ibu ke bayi Kematian, sel mikroba,
demam Lassa selama, 541 agen antimii(roba dan, 57-62, 58-59r
ektopik, penyakit radang panggul klamidia, 370 definisi dan pengukuran, 55-57, 55-57g
infeksi hepatitis B selama, 494, 485t Kemiosmotik, pada transpor, 1B-19, 20g
infeksi hepatitis E selama, 480-481 Kemokin, 122k, 126
infeksi herpes simpleks selama, 446 reseptor untuk, pada infeksi HIV/AIDS, 622
infeksi HIV/AIDS selama, 415t, 625, 630 Kemolitotroi 46t, 48, 64,91
pengobatan zidovudin dan, 630 Kemoprofilaksis antimikroba, 17 4- 17 6
inFeksi parvovirus Bl9 selama, 425t 427-428, 427g infeksi streptokokus dan, 175, 241-242
infeksi sitomegalovirus pada, 453-455 malaria dan, 363, 694
infeksi sitomegalovirus selama, 4549. Lihat juga Penyakit untuk pasien yang menjalani transplantasi sumsum
inklusi sitomegalik tulang, 780-781
kemoprofilaksis malaria selama, 695 Kemosintetik, heterotrop, 47
rubela selama, 578 Kemostat, 55
selama poliovaksin, 504 Kemotaksis, l22k
toksoplasmosis selama, 698, 700 bakreri, 19, 22, 34
valainasi smallpox selama, 471 dalam fagositosis, 125
varisela selama, 449 dalam respons peradangan, 126
Kekeraran, dalam hibridisasi, 117 defisiensi, konsekuensi klinis, 140
Kekuatan ionik, pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh, komplemen memengaruhi, 139
68 opsonisasi dan, 139
Kelainan dinding sel, bakteri, 355 Kemoterapi,
Kelainan pelahiran, infeksi virus kon gen i tal/perinatal dan, anriFungi, 665-669
742r topikal, 668-669
Kelas imunoglobulin, Lihat juga jenis spesifik pada entri antivirus, 414-418, 415-4176 4l8g
lg, 122k, r30r, t3L-r32 Kenya (Afrika), tifus kutu, 358t
Kelelawar, Kepulauan patogenisitas, 98
buah, virus Nipah dan Hendra ditularkan oleh, 576 Kepustakaan, plasmid rekombinan, I l3
rabies dirularkan oleh, 589-59Ct, 592 Keracunan makanan. 211 . Lihat juga Gasteroenteritis
virus Nipah dan Hendra ditularkart oleh, 576 Bacillus cereus menyebabkan, 207
Kelenjar keringat, dalam imunitas bawaan, 123 bakteri, eksotoksin dan, I57
Kelenjaa obat unruk, l80t Clostridium botulinum menghasilkan, 209
Kelenjar sebasea, dalam imunitas bawaan, 123 Clostridium botulinum menyebabkan, 314
Kelinci, Clostridium perfringens menyebabkan, 3 l4
infeksi poxvirus pada, 464,467 salmonella menyebabkan, 261, 262r, 263
petcobaan, sifilis, 340 stafilokokus, 228
tularemia ditularkan oleh, 292 Keratinosit, replikasi papilomavirus pada, 610, 6l lg
Kelompok inkompatibilitas (Inc), plasmid, 103 Keratitis, herpes, 445
Kelompok perdarahan, pada endokarditis, 755 Keratokon j un gtivi tis,
Kelompok Salmonella-erizona (Salmonella enterical epidemik, adenovirus menyebabkan, 435, 437' 743t
salmonellae), 260-264 herpes simpleks, 445, 743t
infeksi disebabkan oleh, 261, 262r Kerion, 644
canier, 263 Ketaroakantoma, 613t
diagnosis, 261-262 Keterlibatan bakteri, 198
gastroenteritis/en terokoli tis, 26 1 cr-ketoglutarat, produk akhir pembentukan/biosintetik,
sumber, 263 77,749,78g, 80g
isolasi,262 transaminasi menghasilkan, 81, 84g
klasifi kasi, 260-261, 26lt Ketokonazoi, 666-668, 667g
morfologi dan identifikasi, 253t, 254, 260 Ketombe, Malassezia furfur menyebabkan, 640
820 / INDEKS

Kimera (rekombinan), plasmid, ll2g, ll3 Kloramfenikol, 188, 1889


Kinase, asetiltransferase, 166, 188
dalam jalur Embden-Meyerhof, 88, 89g resistansi terhadap, 166, 188
dalam metabolisme karbohidrat, sintesis protein dipengaruhi oleh, 166, 188
' mengubah panjang rantai dan, 74,75g Klorheksidin, kerja antimikroba, 58t, 61
Kinetoplas, tripanosoma, 677 Klorin, kerja antimikroba, 58t, 6l
Kingella hingae, 271 virus dipengaruhi oleh, 393
Kista hidatid, 711 Klorokuin, untuk malaria, 694-695
alveolar,7}2t Kloroplas, 11, 98
multilokular, 702t sebagai simbion, 4
unilokular, 702t Klorosom, 14
Kista, Klosrridium,
ameba usus, 684, 686 antitoksin, 212
toksoplasma, 698-700 mioriekrosis (gangre.r gas), 156, 210-212,314
Klamidospora (klamidokonidia), 636k, 6379, 638 obat untuk, 212
Klaritromisin, 188 Klotrimazol, 666, 667g, 668-669
sintesis protein dipengaruhi'oleh, 165, 188 Koaglutinasi, pada stafilokokus,227
Klasifikasi, Koagulase,
bakteri, 4-5, 43-51 Staphylococcas aureus menghasilkan, 758,225,227-228
definisi istilah yang digunakan dalam, 43 Yersinia pestis menghasilkan, 295
kategori/kelompok pada, 45-48, 46-47v 47-48g, 49r. Koagulasi intravaskular diseminata, lipopolisakarida, 158
kriteria untuk, 43 Kodon, 107
sistem untuk, 44-45 Kohesif (lengket), ujung, 101
subtipe dan, 48-50 dalam kloning fragmen restriksi DNA, 1129, 113
eukariot, 5 Koksidiosis, isospora menyebabkan, 696
mikobakterium Runyon, 331, 331t pada infeksi HIV/AIDS, 775t,777t
virus, 378-384,380t Kokus, 46t, 47g
Klasifikasi/grup Lancefield,234,235t,236-237 gram-positif katalase-negatif dan kokobasrl,247-248,248t
Klebsiella oxytoca,257 Kolagenase, bakteri menghasilkan, 158
pola reaksi biokimia pada, 252t Kolera, 157,275-277. Lihat juga Vibrio cholerae
Klebsiella ozaenae, 257 diagnosis, 276
Klebsiella pneumoniae, T54 enterotoksin, 1J2
infeksi disebabkan oleh,257 obat untuk, 180t,276
infeksi saluran kemih, 257,761 proses infeksi dalam, 152
morfologi dan identifikasi, 252-253t Kolesistitis, 72 lt
pneumonia, 257,756t Kolisin (bakteriosin), 255
pola reaksi biokimia pada, 252r Kolitis,
Klebsiella rhinoscleromatis, 257 hemoragik, 256,722r
Klinafloksasin, 193t pseudomembranosa, 212, 314
Klindamisin, 189 klindamisin dan, 189
sintesis protein dipengaruhi oleh, 165 Kolon, flora normal, 201,735
Kloksakilin, 182, l83g Kolonisasi, antigen, 36
Klon/kloning, ll0, 1129, ll3 Koma malaria, 694
analisis dengan, 116-117, 1169 Kompetitif, inhibisi, pada pembalikan kerja antimikroba,
bakteri (prokariot), 3 60
enzim restriksi dalam penyiapan fragmen DNA, 110 Kompleks antigen-antibodi, dalam reaksi hipersensitivitas
karakterisasi DNA dan, 114-116, l14g tipe III, 122k, 144
manipulasi DNA dan, 117 Kompieks CD3, 133, 140
mutagenesis rerarah dan, 115g, 116 Kompleks demensia AIDS, 624-625,775,776r
pemisahan fisik fragmen DNA dan, 111, lllg Kompleks histokompatibilitas utama, 123k, 134-135,
penenruan subtipe mikroorganisme dan, 48 134g, 134r. Lihat juga Protein MHC kelas I; Protein
virus, MHC kelas II
perkembangan vaksin dan, 401, 422 pada presentasi dan pemprosesan antigen , 136-137, 1369
untuk analisis genetik, 399 interaksi reseptor sel T dan, 134-135, l35g
INDEKS I 821

Kompleks Malassezia furfur, 640 pada bayi baru lahir (oftalmia neonatorum),
Kompleks Mycobacterium auium (MACI Mycobacterium- gonokokus, 304
intracellularel MAI), 326t, 331r r, 334 inklusi, Chlamydia trachomatis menyebabkan , 370-371
obat untuk, 334 pada campak, 574
piada infeksi HIV/AIDS, 334, 773-777, 774r virus, diagnosis, 743t
Kompleks Mycobacterium fortuitum-chelonei, 327r, 328, Konseling genetik, RFLP pada idendfikasi gangguan, 1 17
331t, 334 Konsentrasi,
obat untuk, 334 garam, pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh, 68
Kompleks Nocardia aster'oides, 222 mikroba, pengukuran, 52-53, 52r
Kompleks serangan membran, 123k obat, kurva kematian mikroba/aktivitas antimikroba
defisiensi komponen, 140 dan, 57, 57g, 171-172
Komplemen, \22k, 138-140 sel, 52, 52t
akrivasi, 138g, 139 Konsorsia, prokariot, 3
jalur alternatif, 124-125, l38g Konstanta kecepatan pertumbuhan, 53
jalur klasik, 138g, 139 kalkulasi, 53-54, 53g
jalur MB lektin, l38g Kontrol negatii dalam ekspresi gen, 109
jalur alternatif, 139 Kontrol positif, dalam el<spresi gen, 109
jalur lektin MB, 139 Konversi gen, 103
lipopolisakarida menyebabkan, 158 Kooperativitas, dalam metabolisme mikroba, 95
kompleks imun dalam aktlast, 144 Kopepoda, Dracunculus medinensis ditularkan oleh, 706-
opsonisasi dan, 125' 708
Komplementasi, virus, 400, Korasidium, 712
Komplementer, basa, pada DNA, 96, 97g, 116 Koreseptor, untuk HIV 622, 6229
Komponen subvirus, dimurnikan, perkembangan vaksin Koriomeningitis limfositik, 471g, 541-542
dan, 422 diagnosis, 541, 74lt
Komunikasi antara dokter dan laborarorium, pada Korteks spora,37g,38
mikrobiologi diagnostik, 7 17 -7 18 Kotoran kucing, pada penularan toksoplasmosis, 700
Komunitas, Kotransduksi, 105
didapat, pneumonia, 353-355 Kresol, kerja antimikroba, 58t
prokariot, 3-4 Krisis aplastik transien (TAG), parvovirus B19 menyebab-
Kondiloma geniral, kan, 425t, 426-427, 4279
infeksi papilomavirus dan, 611-612, 613t Krista, mitokondria, 11
sifilis, 339 Kristal Charcot-Leyden, pada disentri ameba, 686
Konfokal, mikroskop, 9 Kristalografi sinar X, simetri virus diteliti dengan, 384
Konidia, 636k, 638, 638-6399 Kriteria, dalam klasifikasi bakteri, 44
Konidiofora, 636k, 638, 6389 Kromatografi cair high-performAnce, untuk identifikasi
Konjugasi, 102-1059, 103-105 mikobakterium, 332
Konjungtiva, flora normal, 202 Kromoblastomikosis (kromomiko sis), 646-648, 647 g
Konjungtivitis, Kromosom,
adenovirus menyebabkan , 435, 437 , 743r bakteri, 3, 11, 98
chlamydia, diagnosis, 738-739 replikasi, 101
coxsackievirus menyebabkan, 504-505, 506t prokariot (bakteri), replikasi, 100-101
enterovirus menyebabkan , 506t, 509, 7 43t sel eukariot, 9, 10g, 97
Haemophilus aeg)ptius menyebabkan, 286 sel prokariot (bakteri), 3, 11, 98
. hemoragik, akut, Kuinidin, untuk malaria, 694
coxsackievirus menyebabkan, 504-505, 506t Kuinin, untuk malaria, 694
enterovirus menyebabkan, 506t, 509 Kuinolon, 191t, 192, 1939, 193r.
herpesvirus menyebabkan, 445, 743r sintesis asam nukleat dipengaruhi oleh, i66
inklusi pada bayi baru lahir, Chlamydia trachomatis Kulit. Lihat jzuga Infeksi kulit
menyebabkan, 370, 738-739 dalam imunitas bawaan, 12J
klamidia, disinfektan, 177t
inklusi,370-371 flora normal, 199, 199t
trakoma, 369-370 pada infeksi HIY l'\lDS, 776t
kolam renang, adenovirus menyebabkan, 435, 437 sebagai jalur masuknya virus, 406v 412-413
82? / INDEKS

Kultur sel vial, leishmaniasis ditularkan oleh, 677-679


pada identifikasi adenovirus, 436 Lutzomyia dan Phlebotomus' bartonellosis ditularkan
Kuru, 3, 384, 4llg, 594t, 596 mclalui, 32 i
Kurva, Lutzomyia, leishmaniasis ditularkan oleh, 677
Arrhenius, 67, 67g nematoda filarial ditularkan oleh' 706' 707t
kematian mikrocrganisme, 56, 569 Phlebotc,mirs,
konsentrasi sel (standar), 52' 54g demarn 1alat (Phleb,rtomus) dituiarkan oleh, 538
pertumbuhan, 54-55, 54g, 54t hemoflagelata, 678
standar (konsentrasi'sel), 52, 54g Onchocerca uoluulus ditularkan oleh, 704t' 706, 707t
Kutil, rusa, nematoda filarial ditularkan oleh, 706,707r
genital, infeksi papilomavirus. dan, 611-612, 613r Simulium, Onchocerca uoluulus ditularkan oleh, 704t,
pada infeksi F{IY I AIDS, 777t 706,7A7r
infeksi papilomavirus dan, 379, 6ll,.5llg, 612-613r' tripanosoma Afrika ditularkan oleh, 677 ' 681
'fs"tue, tripanosoma Afrika ditularkan oleh, 677, 681
kulit (papiloma), 379, 61 l, 61 1g, 6l2t
telapak kaki, infeksi papilomavirus dan, 613t Lambda (L), faga, 100
Kuru, Lamblia intestiialis, 674. Lihat juga Giardia lamblia
demam berulang ditularkan melalui, 342-343 Lambung, flora normal, 201
penyakit Lyme ditularkan melalui, 343-344' 346 Lamivudin (3TC), 41,5, 416r, 493
plague ditularkan melalui, 295, 297 Lampu'Wood,
tifus dirularkan melalui, 358t pada diagnosis pityriasis versicolor, 640
tikus. Lihat juga Kutu pada identifikasi dermatofita, 643-644
plague diutlarkan melalui, 295, 297 I-apangan-gelap, rnikrosk<rP, 9, 9g
dalal m.ngidentifikasi leptospira, 348, 340
dalam mengidentifikasi lfreponema pallidum, 9, 99
L Lapisan S, pada selub,rng sel bakteri, 15' l7g
L (ringan), rantai imunoglobulin, lr3A' l3lg" i32 Laringitis,412t
Labil ierhadap panas (1ll), Eschericbia coli enterotoksi- Larinlotrakeitis, Haemophilus influenzae menyebabkan'
genik mengh asllkan, 7 62t 285
Laboratorium (keamanan), Penangan virus dan, 392 Laringotrakeobronkitis (croup), 412t, 553t
p-laktam, obat Larva migran,703t
resistansi terhadap, 164 kutan, 703t
oleh enterokokus,24T viseral,703t
sintesis dinding sel dipengaruhi, 164 Laten/infeksi laten, 145. Lihat juga organisme spesifik
Latin rumbai (fimbria), bakteri, 35, 154. Lihat juga Pili
B-Laktamase, 164, 177-178
bakteri anaerob menghasilkan, 316 Lavase bronkoalveolar, analisis spesimen dari, 735
enterokokus menghasilkan, 247 Legionella bo zemanii, 318t
spektrum diPerluas, 164 Legionella dumoftli, 318t
stafilokokus menghasilkan, 168, 226 Legionella feekii, 3l8r
Laktat, fermentasi menghasilkan, 88-89, 89-919, 92t Legionella gormanii, 378r
Laktobasilus, 247,248r, 313, 312t Legionella j ordanis, 3L8t
Laktosa, dalam pengaruran transkri.psi, 109 Legionella longbeachae, 318r
Laktosid, gonokokus, 303t Legionella micdadei, 318' 3 l8t
Laktosil, gonokokus, 303t Legionella oakridgensis, 318t
Le"gioneltapneumophila' 318-320, 318t, 754
L-Alanin, pada dinding sel bakteri, 23g' 24
Lalat, mekanisme invasi, 154-155' 319
air (kopepoda), Dracunculus medinensis ditularkan Legionella wadsworthii, 3l8r
Leis hrnania aeth ioPica, 679
oleh,706-708
bartonellosis ditularkan melalui, 321 Leisbmania braziliensis braziliensis, 67 9
bunyavirus ditularkan oleh, 537 Leishmania braziliensis guyanensis, 679
Chrysops, nematoda filarial ditularkan oleh, 7A6,7A7t
Leishmania braziliensis, 67 8-580
demarn lalat (Phlebotomus) dirularkan oleh, 538 Leisbmania donouani, 678-679' 67Bg
Glossina, tripanosoma Afrika ditularkan oleh, 677 Leishmania major, 679-680
hiram, Onchicerca uoluulus ditularkan oleh, 704r', 706' Leishmania mexicana Pifanoi, 679
7A7t Leishmania mexicana, 67 8-67 9
INDFKS / 823

Leishmania tro?ica, 67 8-680 Limbernech, Clostridium botulinum menghasilkan, 208


Leishmaniasis kutan, 678-680 Limfogranuloma venereum, 372-373, 769
Leishmaniasis mukokutan (espundia), 677-679 diagnosis, 373,723t
Leishmaniasis nasofaring (mukokutan), 677-679 Limfoma,
Leishmaniasis viseral (kala-azar), 677-680 Burkitt, 443, 458, 613
Leismanoid dermal pascakala-azar, 67 8 pada infeksi HIV/AIDS, 626,775
Lembu, virus rinderpest, 567 Limfoma leukemia sel I dewasa, HTLV-1 menyebabkan,
Lentivirus, 617 -633, 6l7t 606
disinfeksi dan inaktivasi, 620 pada infeksi HIV/AIDS, 626, 775, 776r
infeksi hewan dengan, 621-622 terkait Epstein-Barr, 458, 613, 526
infeksi manusia dengan, 622-632. Lihat juga Infeksi Limfosit, 122k, 128, 1299. Lihat juga sel B; Sel T
HIV/AIDS penyebaran virus melalui, 40Bt
kandungan genetik, 603, 6049, 617-633, 619-62A9 transformasi, pada infeksi virus, 745
klasifikasi, 618-620, 62lt Limfosit-tropik HIV 623
reseptor untuk, 622 Limfotoksin, 14lt
struktur dan komposisi, 601, 617-633, 618-6209 Linezolid, 194
Lepra, 335-336. Lihat juga Mycobacterium leprae Lingkungan,
lepromatosa, 335 pembiakan mikroba dan, 65-68, 679
tuberkuloid, 335 aktivitas antimikroba dipengaruhi oleh, 171
Leptospira autumnalis, 347t in vitro, 170
LEtospira ballum, 347r Linkomisin, 189
Leptospira biflexa, 346 sintesis protein dipengaruhi oleh, 165
Leptospira bouis, 347t Lip (H8), gonokokus, 302
Leptospira canicola, 347 r heterogenisitas antigen danr 303t
Leptospira grippotyphosa, 347 t Lipatan,
Leptospira hebdomadis, 347 r imunoglobulin, 136
Leptospira icterohaemorrhagiae, 347 t paha menggantung, Onchocerca uoluulu.r menyebabkan,
Leptospira intenogans serouart, 346, 347r. 707t,708
Leptospira mitis, 347t Lipid A, 28,29g
Leptospira pomona, 347 t Lipid, mikobakterium, 328
Lepcospirosis, 346-348, 347 t Lipofi lik, corynebacterium, 2l B-2 19
Lesitinase, Closnidium perfringens menghasilkan, 156, Lipofilisasi, untuk menyimpan virus, 392
158, 210, 314 Lipooligosakarida, 30
Leuconostoc, 247,248t gonokokus, 30,3059
Leukoensefalopati multifokal progresif, 594, 594t, 610 Lipopoligosakarida, gonokokus, 303t
pada infeksi HIV/AIDS, 594, 626,776t heterogenisitas antigen dan, 303t
Leukopenia, Lipopolisakarida, 28-30, 29g, 157-158, 157r. Lihat juga
infeksi oportunistik dalam, kemoprofilaksis antimikroba Endotoksin
dan, 176 bakteri enterik melepaskan, 2549, 255
lipopolisakarida menyebabkan, 158 bakteri gram negatif melepaskan, 157-158, 157r, 255
Leukoplakia berambut oral, 457 bakteroides melepaskan, 315
pada infeksi HIV/AIDS, 457, 458,776t gonokokus, 303
Leukosidin,22T heterogenisitas antigen dan, 303
bakteri menghasilkan, 159 leptospira melepaskan, 346
Leukosit, 122k meningokokus melepaskan, 308
feses, 736 pada dinding sel gram negatif,, 269,27,28-30,29g
polimofgonuklear (granulositiPMN), 123k, 125-126 pada subtipe bakteri, 48
Leukotrien, dalam respons peradangan, 126 pelepasan bakteri grarn negatif, 30
Levofloksasin, 1939, l93r pseudornonas rnelepaskan, 267
Liase isositrat, shigella melepaskan, 258
Yers in i a p es ti s rnenghasill<an, 29 5 sintesis, 85, 8Bg
Ligasi, yersinia melepas, 295
dalam kloning fragmen restril.rsi DNA, 112g, 113 Lipoprotein, pada dinding sel gram negatif, 269,27
dalam replikasi faga, 101 Lisin, biosintesis, 24, 83, 869
INDEKS

Lisis, proteksi terhadap, pembalikan kerja antibakteri Maior outer membrane protein (MOMP), dalam Penentuan
dan, 60-61 subtipe bakteri, 50
Lisozim, 123 Makanan hewan, antibiotik pada, resistansi salmonelia, 169
dinding sel bakteri dipengaruhi oleh, 31, 123 Makanan kaleng, botulisme dan, 756,209, 313,783-784
' pada air mata, 202 Makrofag, 122-123k, 123-124, 126
Listeria monocytogenes, 21 5r, 219 -220 pada infeksi HIV/AIDS, 624
mekanisme invasi, 155, 219-220 penyebaran virus melalui, 408t
meningitis disebabkan oleh, 220, 720t, 750 Makrofag-tropik HIV 623 -624
obat untuk, 181t, 220 Makrokonidiz, 636k, 6389, 641, 641-6429
pengaturan virulensi, 153 Makrolid, 188
Listeriolisin O, 279 resistansi terhadap, 165
Listeriosis, perinatal, 220 sintesis protein dipengaruhi oleh, 165
L-Lisin, pada dinding sel bakteri, 239, 24 Makula, pada infeksi kulit, 413
LMPl/LMP2, virus Epstein-Barr, 456-457, 613 Malaria, 690-695, 691t Lihat juga Plasmodium sp.

Loa loa/loiasis, 704t, 707r algial, 693-694


Lockjaw, 210 profilaksis antimikroba, 695
Lomefloksasin, l93t relaps uersus renudescence, 690-69 I
Lopotrik, flagel, 33, 33g sebagai kofaktor limfoma Burkitt di Afrika, 458, 614
LI (limfotoksin), 141t serebral, 693-694
LI (eksotoksin tidak tahan panas), E coli enteroroksigenik siklus seksual parasit pada, 690-693, 69k, 692-6939
menghasilkan, 256 vaksin antisporozoit untuk, 694
LI (labil terhadap panas), E coli enr.erotoksigenik meng- Malarone (proguanil-atovakuon), untuk malaria, 695
hasilkan,762t Malassezia globosa, 640
L-Tieonin deaminase, inhibisi umpan balik, 93g, 94 Malassezia res*icta, 640
Lubang gigi, flora normal mulut dan, 200 Malat, dalam mengurangi oksaloasetat, 77, 80-819
Luka, Malat sintase , dalam siklus glioksilat, 77, 81g
bakar, infeksi Pseudomonas aeruginosa, 267 Malformasi perkembangan, infeksi virus kongenital/
disinfektan, 177t perinatal dan, 414, 742t
genital/ulkus, 7 68-7 69, 770t Mannanl mannose-binding lectin (MBL), L39
diagnosis, 723t, 7 69-770, 770t Mansone liasi s, 706
pada granuloma inguinale, 769 Mansonella ozzardi, 704r, 707t
pada mulut (orf), 465t, 4669, 4729, 473 M ans o ne lla p erstans, 7 0 4r
Lunak, chanue (chancroid), 286 M ansone lla trepto c erca, / 06
s

diagnosis, 286 Mansonelliasis, 704t


Lutzomyia, lalat, bartonellosis dituiarkan melalui, 32 1 Marcescens, 255
Lymp h ogranu loma uenereun, diagnosis, 7 38-7 39 Mastigophora, 673. Lihat juga Flagelata
Mastoiditis, bakteri anaerob menyebabkan, 737
Mastomys natalensis, demam Lassa ditularkan oleh, 541
M
Masuknya kuman, 123-124
M tuberkulosis resistan-multiobat, 333. Lihat juga sawar pada, 123-124
Myco b acterium tu b ercu lo s is Masuknya, ?ort, LLntlrI< virus, 405, 406t
M13, faga, 100, 114 Mata, flora normal, 202
dalam pengurutan DNA, 114 Mata galangan kapal, 437
MAC (kompleks Myco bacterium auium), 325, 325t, 331 t, MBL (mannan-binding lectin), 139
334 Mediterranean spotted feuer, 358t
obat untuk, l8lt,334 Medium/sistem biakan, Lihat juga Pertumbuhan
pada infeksi HIV/AIDS, 334, 773-777, 774t mikroorganisme, 68-7 1, 69r, 7 19-725
Macrophage colony-stimulating factor (M-CSF), l4l t agar semisintetik, untuk biakan Mycobacterium
Madu, botulisme bayi dan, 209,314 tuberculosis, 325
Madurella grisea, misetoma disebabkan oleh, 648 aktivitas antimikroba dipelajari dalam, 169-170
Madurella mlcetomatis, misetoma disebabkan oleh, 648 biakan diferensial, 70
Maduromikosis (kaki Madura), 223, 648 isoiasi mikroorganisme dalam biakan murni, 70-71
Magnesium, dalam pertumbuhan mikroba, 65 spesies yang diketahui/diperkirakan dan, 50, 50t
Magnetosom, 15 untuk luka/abses, 69-71, 69t
INDEKS / 825

kaldu,725 Meningitis, 749-751, 7 50t


untuk biakan Mycobacterium tuberculosis, 325 aseprik,
komponen, aktivitas antimikroba dipengaruhi oleh, 170 coxsackievirus menyebabkan, 504-505, 506r
nutrien dalam, 64-56, 64t, 659 echovirus menyebabkan, 506t, 508
pada bakteriologi diagnostik, 68-71, 59t, 719-725 enterovirus menyebabkan , 506t, 509, 742t
apusan tenggorok, 734-735 gambaran cairan serebrospinalis pada, 75lt
untuk cairan serebrospinalis, 734 leptospirosis menyebabkan, 347
untuk darah, 731-732 pada koriomeningitis limfositik, 541
untuk infeksi bakteri,'719-725, 720-724t poliovirus menyebabkan (poliomielitis nonparalisis),
untuk infeksi fungi/ragi, 725, 726-727t 502, 506r
untuk infeksi klamidia, 367, 371-375,738-739 virus parotitis menyebabkan, 553t, 571, 742t
untuk infeksi virus, 388-390, 3909, 740-745, 744g diagnosis, 661, 720r., 727t, 749-750, 75lr
untuk luka/abses, 7 30-7 31 Escherichia co li menyebabkan, 257, 7 20t, 7 50, 7 50t
untuk spesimen saluran cerna, 736 gambaran cairan serebrospinalis pada, 734, 75|t
untuk sputum, 735 gonokokus, 304
untuk urine, 733 Haemophilus influenzae, 285-286, 750, 750r
perrumbuhan , 68-71, 69r diagnosis, 285, 720t
nutrien dalam, 64-66, 64t, 659 obat untuk, 180t, 286
zat makanan dalam, 66 kriptokokus, 661, 750, 750t
telw inspissated, untuk biakan Myco bacterium tu b erculosis, listeria, 220, 720r, 750
325 meningokokus, 3A7, 720t, 749-750, 750t. Lihat juga
zat makanan da\am, 66 Neisseria meningitidis
Meflokuin, untuk malaria, 694-695 Mycobacterium tuberculosis menyebabkan, 750
Meiosis, 100 pada infeksi HIV/AIDS, 661, 750, 774t, 776r
Melioidosis, 268 parotitis, 553t, 571, 742t
obat untuk, 180t,269 penyebab, 750t
Membran, pneumokokus, 244-245, 720r, 750, 750t
dalam, pada bakteri gram negatif, 15, l7g,26g Pseudomonas aeruginosa menyebabkan, 267
luar, streptokokus grup B menyebabkan, 720t, 750, 750t
' pada bakteri gram negatif, 15, 17g,26-279,27-28 Meningoensefahds. Lihat j uga Ensefalitis
pada dinding sel gram negadf,29g ameba, 689-690
Tieponema pallidum, 339 eosinofilik, penyebab Angiostrongilus cantonensis, 702t
mukosa, dalam imunitas bawaan, 123-124 listeria, 220
nukleus, sel eukariot, 9 virus parotitis menyebabkan, 571
plasma, ll. Lihat juga Membran sel Meningokoksemia, 307
sel. Lihat juga Selubung sel Merodiploid (diploid parsial), 104
bakteri (membran sitoplasma), 16-22 Meropenem, 187
agen antibakteri yang memengaruhi, 22 Merozoit, plasmodial, 690
agen antimikroba memengaruhi, 59-60, 165 Mesofil, 48
fungsi, 17-22, l9g,2lg rentang temPeratur oPtimal untuk, 67
pada bakteri gram negatif, 15,17g Mesosom, 13, 16-17, l9g
pada bakteri gram positif, 15, 17g pada pembelahan sel, I9g, 40
struktur 16-17, 17-l9g septal, 16, 199
eukariot, I I Messenger R /,4 (mRNA), 97, 107
sitoplasma, baktert, 16-22 dalam ekspresi gen, 107-109, 108g
agen antibakteri yang memengaruhi, 22 sebagai ceakan,73
agen antimikroba memengaruhi, 59-60, 165 virus, 386
fungsi, 17-22, l9g,21g pada replikasi, 3949, 395-397
pada bakteri gram negatif, 15, l7g Metabolisme mtkroba, 72-95
pada bakteri gram positif, 15, l7g aktivitas antimikroba dipengaruhi oleh, 171
struktur, 16-17, l7-I9g aktivitas enzim dan, 93-949, 94-95
Menanarn pada lempeng biakan, untuk isolasi mikro- dalam biosintesis dan pertumbuhan, 72-74, 72-749
organisrne dalarn biakan murni, 70 inhibisi umpan baIik, 93g,94
Mencuci tangan, dalam pengendalian infeksi, 152 jalur asimilasi dalarn, 64, 77-82,79-84g
INDEKS

jalur biosintetik dalam, 83-85, 85-889 kutaneus, 637t 640-645, 727t


merabolit fokal dan interkonversi dan, 74-77, 75-789 oportunistik, 637v 657-664
pengaturan, 93-95, 93-949 subkutan, 637t, 645-649
. studi, bahan medium pembiakan dan, 66 superfisial, 637r., 640, 727r
vektorial (translokasi keiompok), 19, 88 Mikotoksin, 665
fermentasi glukosa dan, 88 pada perang biologi, 786
pada transpor bakteri, 19 trikoteken, pada perang biologi, 786
yang rnenghasilkan energi, 63-64, 85-93, 89-929,92r Mikroba,
]vleraboiir fakal, 72, i69. Lihat juga jenis spesifik forensik, 50
produk inrerkonversiibiosintetik, 74-77, 75g-78g konsentrasi, pengukuran, 52-53, 52t
M e tagon imus y h o gaw ai I rnetagonimiasis, 7 04t, 7 09 g metabolisme yang menghasilkan energi , 63-64
Iletapneumovirus manusia, 561, 563t, 570 n is ia,
IV{eraserkaria, 710 biakan yang diperkaya meniru, 70
l'detenamin hipurat, 194 kelangsungan hidup dalam lingkungan alami dan, 52
Lu{erenarnin mandelat, 194 Mikroba, genetik, 96-L2A
Methisazon,4lT ekspresi gen dan, 107-110
Metilsilin, 185 fragmen DNA dan, kloning, ll2g, ll3
Metionin, pembentukannya dari asPartat, 83, 869 pemisahan fisik dengan' 111g
Metisazon, untuk infeksi poxvirus, 469 penyiapan dengan enzim restriksi, ll0
Metode Sanger (metode terminasi dideoksi), untuk peng- separasi fisik dengan ukuran, I I I
urutan DNA, l14, 1l4g hibridisasi probe dan, 116-117, 1169
Metode \Welch, untuk pewaina kapsul, 40 karakterisasi DNA yang diklon dan, 114
Metronidazol, 194 manipulasi DNA klon dan, 117
Mialgia epidemik (pleurodinia), 504 mutasi dan, i06-107
coxsackievirus menyebabkan, 504-505, 506t, 553t terarah, 115g, 116
enterovirus menyebabkan, 506t penyusunan ulang gen dan, 106-107
Micro babesia diuergent, 696 rekayasa genetik dan, 96, 110
Microsporum canis, 641, 6429 resistansi obat dan, 168
Microsporum gallinae, 641 strain rekombinan dalam lingkungan dan' 117-118
Microsporum gypseurn, 641, 6429 susunan gen dan, 96-100
Microsparwm nanum, 64I virus,398-401
I.fielcpati, yang berhubungan dengan HTLV-i' Para- Mikrobiologr. Libat juga jenis organisme spesifik
paresis spasdk tropikal dan,6A7 evolusi, I
jv{ikobakterium, 325-336, 326t. Lihat juga ienis spesifik ilmu, 1-7
atipikal, 325, 326t, 328,333-334 prinsip biologi dan, l-2
infeksi disebabkan, prinsip diagnostik dan, 717-748
obat untuk, 181t flora normal dan, 149-150, 198-202, 199t, 729
pada infeksi HIV/AIDS, 334,774r. infeksi anaerob dan, 737
klasifikasi mikobakterium Runyon, 331, 33lt infeksi berdasarkan temPat anatomi dan, 730-737
patogenisitas, 328 infeksi klamidia dan, 738-739
saprofit, 335 infeksi virus dan, 739-747, 740-743r
Mikologi, 635-672 komunikasi antara dokter dan laboratorium, 717-718
Mikonazol, 666, 6679, 668 pemilihan pengobatan antimikroba dan, 77 3, 729 -7 30
Mikoplasma (Mollicutes), 47, 47t 48g, 351-356. Lihat uji imunologi dalam, 145-146
juga jenis spesifik untuk infeksi bakteri dan fungi, 718-728' 719-724r
infeksi disebabkan oleh, 352-353 unruk infeksi fungi/ragi, 726-727t
klasifikasi, 47, 352 Mikrofilamen, I t
morfologi dan identifikasi, 351-352 Mikrofilaria, 707r, 708. Lihat juga Cacing filaria/filariasis
obat untuk, I8k, 353-354 Mikroglobulin Pr, 134
struktur antigen, 352 Mikrokonidia, 636k, 641, 641-6429
Mikosis, 635, 637t Mikroorganisme. Lihat juga ienis spesifik
diagnosis, 7 18-728, 726-727 t aktivitas metabolik, 72-95. Lihat juga Metabolisme
endemik (dimorfik/sistemik), 637t, 649-657, 649t, 726' mikroba
727t aktivitas antimikroba dipengaruhi oleh, 170
INDEKS I 827

isolasi, 69-71, 69t Mitospora, 636k, 638


dalam biakan murni, 71 MLY (murine leukemia uirus), organisasi genetik, 6049
kelangsungan hidupnya dalam lingkungan alami, 52 MN'Iry (mouse mammarynmor uirus), 604g
kematian, 58-59r. Lihat juga Agen antimikroba Mobilunkus, vaginosis disebabkan oleh, 322' 737
agen antimikoba dan, 57-62 Model \Tatson-Crick, DNA, 97g
definisi dan pengukuran, 55-57, 56-57g Moksifloksasin, 1939, 193t
pembiakan/pertumbuhan, 53-7 l. Lihat juga Per' Mold, 6
tumbuhan mikroorganisme slime, 1, 6
virus, J88-390, 390g' Molekul,
Mikroskop, adhesi, 125, l22k
cahaya, 8 nonself, pengenalan antigen, 128
elektron, 8-9 pelapor, I 17
penghitungan virus dengan, 390 pengenal antigen, 128
simetri virus diteliti dengan, 384 Molekular, biologi,
ukuran virus diteliti dengan, 386 daiam analisis mikroorganisme, I
fase/kontras fase, 9 Moluskum kontagiosum, 465t, 473-474, 473g, 614
konfokal, 9 - MOMP (majry outer membrane protein)
lapangan-gelap, 9, 9C dalam penentuan subtipe bakteri, 50
dalam mengidentifikasi leptospira, 348 klamidia, 366
dalam mengidentifikasi Treponema pallidum, 9, 99 Mo-MSV (moloney murine sarcotr'tt uirus), organisasi
Mikroskopi, genetik, 5049
elektron, imun, pada identifikasi virus, 745 Monobaktam, 186
fase konrras, 724 Mononukleosis infeksiosa,
lapangan gelap, pada identifikasi Tieponema pallidum, diagnosis, 742t
724,737 pada infeksi HIV/AIDS, 458
pada mikrobiologi diagnostik, sitomegalovirus, 443, 453
infeksi bakteri dan fungi dan,718-724 virus Epstein-Barr, 443, 457, 553r
infeksi klamidia dan, 738-739 diagnosis, 458, 4599, 742t.
infeksi virus dan,740 gambaran klinis pada, 457
Mikrospora, 67 3, 700-701 Monosit, l23k
pada infeksi HIY I AIDS, 777t pada inFeksi HIV/AIDS, 624
Mikrosporida/mikrospori dia, 673, 70O-701 penyebaran virus melalui, 408t
pada infeksi HIV/AIDS, 700 Monosit-trop tk HlV, 623
Mikrotriks, 710 Monosom, 165
Mikrotubulus, Monotrik, flagel, 33, 33g
aktin, 11 Monyet macaque,
flagela, 11, l2g infeksi virus Ebola pada, 543
Mima polimorpha,2T0 infeksi virus herpes B pada, 460, 461
Mineral, untuk pertumbuhan mikroba, 65-66 Monyet,
Minosiklin, 187, l87g infeksi virus Ebola pada, 543
Miobakteri, infeksi disebabkan oleh, obat untuk, 195- infeksi virus herpes B pada, 460,461
196 infeksi virus Marbury pada, 543
Miokarditis, Moraxella catanhalis, 271, 300, 301t' 308-309
coxsackievirus menyebabkan, 505, 506t obat untuk, 179t,271
enterovirus menyebabkan, 506t pneumonia disebabkan oIeh, 308, 757t
Mionekrosis klosuidium (gangrene gas), 156' 210-212' Morfogenesis, pada replikasi virus, 397-398
3r4,767 Morganella morganii, 254, 257
obat untuk, l8lt,2l2 morfologi dan identifikasi, 252t
Mirasidium, 709 pola reaksi biokimia pada, 252t
Miselium, 6,636, 636k Morula, 363
Misetoma, 223, 648-649 Motor flagel, 34, 359
Mitokondria, 11, l0g, 98 Mousepox, patogenesis, 409, 4099
sebagai simbion, 4 M-tropih HIV,623
Mitosis, 100 Mucorales, 663
828 / INDEKS

Mukormikosis rhinosereb ra|, 663 Mycobacterium genauente,326t, 331t, 334


Mukormikosis (zigomikosis), 663 Mycobacterium gordonae, 327t, 331t, 334
diagnosis, 663, 727r Mycobacterium haemophilum, 326t, 331t, 334
Mulut, Mycobacterium kansasii, 326t, 328, 33k, 334
'flora normal 199-200, l99t obat untuk, 18k, 334
mikoplasma, 352 pada infeksi HIV/AIDS, 774t
spiroketa, 349 Mycobacterium leprae, obat untuk, l81t, 335
pada infeksi HIV/AIDS, 776t dapson, I94,335
sebagai jalur masuknya virus, 406t Mycobacterium malmoense,326t, 331t, 334
Munculnya penyakit virus, 402 Mycobacterium marinum, 326t, 331t, 334
Muramil peptida, mikobakterium, 328 Mlco bacterium paratuberculosis, 335
Murein, pada dinding sel gram negatif, 30 Mycobhcterium phlei, 33|t, 334
Murine (endemik), tifus, 358t, 359-360, 362 Mycobacterium scrofulaceum, 326t, 331t, 334
Murmur jantung, pada endokarditis, 755-758 Mycobacterium shimoidei, 33lt
A4ws musculus, Mycobacterium simiae, 326r, 331t
koriomeningitis limfositik ditularkan oleh, 541 Mycobacterium smegmatis, 331t, 335
penyakit rickertsia ditularkan melalui, 36 I Mycobacterium szulgai, 326t, 331t
Mutagen, 107 Mycobacterium terrae, 331 t
fisik, 107 Mycobacterium tiuale, 33Ir
Ktmra, IUl Mycobacterium tuberculosis, 325-333, 326t, 331t, 770-
Mutagenesis, terarah, 110, 1159, 116 773
Mutan, infeksi disebabkan oleh, 328, 770-773
delesi, 399 pada infeksi HIV/AIDS, 333,774t
kisaran pejamu, 398 komponen, 328
letal-bersyarat,399 meningitis disebabkan oleh, 750
yang sensitif pada temperarut 398 morfologi dan identifikasi, 325-328, 327g
Mutasi, 106-107, 398. Lihat juga jenis spesifik obat untuk, 181t
delesi, l06 asam aminosalisilat, 196
jiameshifi, 107 etambutol, 195, 332
insersi,106 , isoniazid, 195, 332
missence, 106 pirazinamid, 196, 332
nonsense, 706 resistansi terhadap, 169, 332-333
pada sel diploid, 97 rifampin, 196, 332
pada sei haploid, 97 sikloserin, 196
resistansi obat dan, 167 streptomisin, 19 l-192, 332
spontan, 106-107 resistan obat, 169, 332-333
supresor, 107 Mycobacterium ulcerans, 326r, 331t, 334
virus, 398-399 Mycobacterium uaccae, 337t
Mutuaiisme, tr Mltcobacterium xenopi, 326t, 331t, 334
Mycetismus, 665 Myco bacterium gastri, 331t
lv4ycobacteria, 46t Mycoplasma (mollicutes), 4
Mycobacterium abscessus, 33lt Mycoplasma fermentans, 352
Mycobacterium afticanum, 326t, 331t Mycoplasma genitalium, 351-353, 355
Myco bacterium asiaticum, 331 r Mycoplasma horninis, 351-352, 355
Mycobacterium auium (kompleks MACI Mycobacterium Mycoplasma orale, 352
au ium - intrace llu lare I MAI), 325 Mycoplasma pneumoniae, 351-355, 3549, 754, 756t
obat untuk, lSlr Mycoplasma saliuarium, 352
Mycobacterium bouis, 326r, 328, 331t, 333
Mycobacterium celatum, 33lr
N
Myco bacterium fall.ax, 327 r
Mlco bacterium flauescens, 327 t, 33lt NADP/NADH,
Mycobacterium fortuitum-chelonei complex, obat untuk, dalam fermentasi fosforilasi substrat, 86, 88, 89g
181t dalam fiksasi nitrogen, 80, 83g
Mycobacterium gastri, 327 t dalam fosforilasi/fermentasi substrat, 899, 90
INDEKS / 829

dalam respirasi mikroba, 90-91, 92t pada perang biologi,784


dalam siklus asam trikargoksilat, 80g polimer ekstraselular disinresis oleh, 31t
dalam siklus Calvin, 82g, 91 resistansi obat, 168
pada pintas heksosa monofosfat, 74,769 Neisseria muclst,30it, 308
pembentukan/penggunaan fosfoenolpiruvar dan, 76, Neisseria sicca, 30It, 308
77g Neisseria subflaua, 301t, 308
Nafsilin (etoksinaftamidopenisilin), 183, 183g, 1B4 Nekrosis vaksinia, 471
resistansi stafilokokus terhadap, 168, 226, 230 Nemathelminthes, 674
Naftifin, 669 Nematoda (cacing gelang), 674,701-708,702-706t,707g
N-asetilglukosamin, 23g, 26 Neomisin, 190
pada asam teikoat, 24g, 25-26 infeksi herpes simpleks pada, 415t, 442, 446, 448
pada dinding sel bakteri, 23g,24 infeksi virus pada, 414-415, 414g, 415t. Lihat juga
N-asetilneuraminat, asam, pada infeksi gonokokus, 302 Penularan dari ibu ke bayi
I\asi, Bacillus cereus mengontaminasi, 207,762t JVeorickettsia sennetsu, 359u 363
Nasofaring, Netilmisin, 191
analisis spesimen dari,735 Neukleokapstd, 377
flora normal, 199, 199t Neuralgia pascaherpetik, setelah zosrer, 450
karsinoma, virus Epstein-Barr dan, 443, 457-458, 613 Neuraminidase,
Nasofaringitis, streptokokus, 239 virus influenza, 383, 547, 5499, 550
Natrium, dalam pertumbuhan mikroba, 65 klasifikasi dan, 547-548, 548t
Necator americanus,701,703t, 707g paramiksovirus, 563t, 564
Ittecrotizing fasciitis (gangren streptokokus), 239 Neuropati perifer, pada infeksi HIV/AIDS, 624
Nefritis, Neurosifilis, pengobatan, 341
pada leptospirosis, 347 Neurotoksin ,
poststreptokokus, 144, 240 Clostrirlium botulinum rnenghasilkan, 156, 208
Nefrosis, kuartana, 693 Clostridium botulinum menyebabkan, 314
Nefrotoksisitas, Cllstridium tetani menghasilkan, 156, 209
amfoterisin B, 666 Shigella dysenteriae menghasilkan, 259, 763t
aminoglikosida, 190, 192 Neurotoksisitas, aminoglikosida, 190
Neisseria cinera, 301t,3A8 Neutralofil, 66-67
Neisseria flauescens,301t, 308 Neurrofil, \25-126
Neisseria gonorrhoeae (gonokokus), 30A-307,301g, 301t, penyebaran virus melalui, 408t
777t Neutropenia, infeksi pada pasien yang menjalani
genetil{, 302-204 transplantesi sumsum tulang dan, 780
heterogenisitas antigen, 302-204, 303r Nevirapin, 415, 4l6t
infeksi
infeksi disebabkan oleh, 304-307. Lihat juga Nikhomycin, 665
gonokokus/ganorrhea Nisia mikroba,
diagnosis, 304-305, 723-724t, 736-737 biakan yang diperkaya meniru, 70
endoservisitis,304,723t,736-737,767 kelangsungan hidup dalam lingkungan alami dan, 52
uretritis, 304,72h, 767 Nistatin, 668
mekanisme invasi, 155 Nitrofurantoin, 194
obat untuk, 179t, 306 Nitrogen, untuk pertumbuhan mikroba, 64-66, 64t, 84g
penggunaan besi oleh, 160 dalam biakan yang diperkaya, 69r,70
resistan obat, 168, 304, 306 sebagai amonia, 54-65,64t, 80-81
struktur antigen, 301-302, 3059 Nocardia abscessus, 222
Neisseria gonorrhoeae yang rn€mproduksi penisilinase Nocardia atteroidet complex, 726t
(PPNG), 306 Nocardia brasiliensis, 222
Neisseria lactamica,30lt, 308 aktinomisetoma disebabkan oleh,223
Neisseria meningitidis (meningokokus), 300, 301t, 307- I{ocardia farcinia, 222
308,72At Nocardia noua, 222
ketersedian besi memengaruhi virulensi, 160 Nocardia otitidiscauiarum,222
meningitis disebabkan o\eh, 307,749-750,750t Nodul pembuat susu (pseudocowpox), 464, 4729
diagnosis, 307-308,720t,749-750 Nodus Osler, pada endokarditis, 755
obat untuk, 179t, 308 Nongonokokus, uretritis,
830 INDEKS

Ch lamydia trachomatis menyebabkan, 370 nematoda filarial ditularkan oleh, 703t, 706, 707t
obat untuk, 371, lSlt sepanjang musim dingin dan, 532, 5329
Mycoplasma genitalium menyebabkan, 355 Nyeri dada, pada pneumonia, 753-754
. [lreaplasma urea[,ticum menyebabkan, 351 Nyeri dada pleuritik, pada pneumonia,753-754
Nonkromogen (nonfotokromogen), miobakterium, 33i, Nyeri kulit,
33lt basah (leishmaniasis kutan), 678-680
Nonlipofilik, corynobacterium, 21 8 kering (leishmaniasis kutan), 678-680
Nonpatogen, l49k Nyeri lepas, 759
Norfloksasin, I92, 1939, l93t Nyeri tenggorok streptokokus, 239
Nosema connori, 701 demam rematik dan, 240-241
Nosema corneum (Vittaforma corneae), 701 demam scarlet dan, 239
Nosema ocularum, 701 diagnosis, 725
Novobiosin, membran sel bakteri dipengaruhi oleh, 22 Nyeri/ulkus genital, pada granuloma inguinalis, 323
NSP4, pada patogenesis rotavirus, 517
Nukleoid, 3, ll-14, l39 o
pewarnaan, 40
Nukleokapsid, 378g Obar,
pada campuran fenotipe, 400 absorpsi, aktivitas antimikroba dan, 171
pelepasan selubung virus dan, 395 beta (F)-lak am. Lihat juga jenis spesifik dan
Nukleoius, sel eukariot, 9, 10g Sefalosporin; Penisilin
Nukleoprote in, resistansi terhadap, 164
orthomlxovirus (virus influenza), 546-547, 548r oleh enterokokus,24T
paramiksovirus, 560 sintesis dinding sel dipengaruhi' 164
streptokokus, 234 distribusi, aktivitas antimikroba dan, 171
Nukleotida, 96. Lihat juga Asam nukleat konsentrasi, kurva kematian mikroba/aktivitas anti-
virus, 388 mikroba dan, 171-172
Nukleus, sel eukariot, 9, 10g Obat, konsentrasi, kirrva kematian mikroba/aktivitas
Numerik, taksonomi, 44 antimikroba dan, 57, 57g
Nutrisi/nutrien, untuk pembiakan mikroba, 64-66, 64r, Ofloksasin, 1939, l93t
65e OFtalmia nenatorum,
granula cadangan makanan dan, 85 Chlamydia tracltomatis menyebabkan , 370-371
Nyamuk Aedes, gonokokus, 304,307
demam kuning ditularkan oleh, 533-535, 5359 Oksaioasetat, produk akhir pembentukanlpenggunaan/
demam Rift Valley ditularkan oleh, 538 biosintetik, 739, 77, 78g, 80-81g
dengue dirularkan oleh, 535g, 536-537 Oksasilin, 1839
ensefalitis arbovirus ditularkan oleh, 529t stafilokokus resistansi terhadap, 226, 230
ensefalitis bunyavirus ditularkan oleh, 536-537 Oksazolidinon, 194
Nyamuk Anopheles, 690 Oksidatif, fosforilasi, pada bakteri, 19
demam \West Nile ditularkan oleh, 529r Oksige n,
malaria ditularkan oleh, 693, 6939, 695 bakteri anaerob dipengaruhi oleh, 311-312
Nyamuk Culex, pertumbuhan mikroba membutuhkan, 68
demam W'est Nile ditularkan oleh, 529t, 531 Oksigenase, dalam metabolisme mikrobd, 79, 839
ensefalitis arbovirus ditularkan oleh, 529r, 531, 5329 Oligosakarid^, yang berasal dari membran, pada bakteri
Nyamuk Psorophora, ensefalitis arbovirus dirularkan oleh, gram negatif, 30
529r. Onihocerca uoluulusl onkoserkiasis, 704t, 706, 707 t' 708
Nyamuk, Onikomikosis,
demam kuning ditularkan oleh, 533-536, 5359 kandida, 659
demam Rifc Valley ditularkan oleh, 538 tinea unguium, 642, 643r", 545
demam rW'est Nile dirularkan oleh, 529r, 531 Onkogen, 603-604, 607 -608
dengue ditularkan oleh, 5359, 536-537 Onkosfer, 711
ensefalitis arbovirus ditularkan o\eh, 529t, 531-532, Ooforitis, parotitis, 571
532s Operator, dalam ekspresi gen, 109
ensefalitis bunyavirus ditularkan oleh, 537 Operator trp, I09
malaria ditularkan oleh, 690, 693' 693g' 695 Operon, 109
INDEKS I 831

lac, 109-110 Ovarium, parotitis memengaruhi, 571


np, 109 Ozena, 257
Opisth orchis felineus, 704r., lQ
7 09 -7 Ozon, kerja antimikroba, 58t
Opisthorchis uiuerrini, 704r, 709-7 l0
Opistorkiasis, 704t
P
Opsonin/opsonisasi, 123k, 125
komplemen dan, 125, I39 P1, faga, replikasi, 101
Organ limfoid, pada infeksi HIV/AIDS, 624 p24, HIY, antibodi terhadap, 627, 627t
Organel motilitas, pemeriksaan untuk, 627-628, 746
flagela bakteri, 34-35, 35g PABA (asam p-aminobenzoat), sulfonamid memengaruhi,
flagela/silia eukariot, I I 166, r93
Organisme, Panas,
halofilik, 68 kerja antimikroba, 61, 67
klonal, bakteri sebagai, 48, 152-153 virus dipengaruhi oleh, 392
osmofilik, 68 Panensefalitis,
Oriental sore (leishmaniasis kutan), 678-680 rubela progresif, 578
Orientia tsutsugamushi, 358t sklerosa subakut, 4llg, 573-574, 573-5749, 594, 594t
Orisinalitas, hipotesis ilmiah, I Pankreatitis, pada parotitis, 571
Orkitis, parotitis, 571 Papiloma, 379, 610, 6119, 612-613r
Ornithodorus, demam berulang dirularkan melalui, 342- kelinci, 41lg
343 laring, infelai papilomavirus dan, 6ll-612, 6l2t
Ornitosis, 374. Lihat juga Chlamydia psittaci Papilomaviridae, 610. Lihat juga Papilomavirus
OrthomJxoviridae, 5 46. L i h at j uga O rthomyxovi rus bentuk dan ukuran relatif, 3879
bentuk dan ukuran relarif,3879 kanker dan, 598t
replikasi, 396-397t Papilomavirus, 379,610, 6l lg, 612-613r
Orthomyxovirus (virus influenza), 382-383, 546-559, diagnosis dari infeksi yang disebabkan oleh,743r
546v 553t jalur infeksi, 406t
antigenic drifi dan shifi pada, 550-551, 5509, 555-556 kanker dan, 610, 598t
budding, 389g pada infeksi HIY I AIDS, 777t
hemaglutinin, 383, 389, 547-550, 5499 protein transformasi/target selular, 608t, 612
isolasi dan identifikasi, 555,741r Papilovirus bovin, protein transformasi/target selular, 608t
,jalur infeksi, 406c Papula, pada infeksi kulit, 413
klasifikasi dan nomenklarur, 547-548, 548t Parac o c cidio ides b ras i li ens is I parako ksidioidomikosis, 649 t,
neuraminidase, 383, 547, 5499, 550 657,6579
klasifikasi dan, 547-548, 548r diagnosis, 657, 654r, 726r
perbedaan paramiksovirus dari, 546, 547g Paraglobosid, gonokokus, 303t
pergeseran dan penyimpangan antigenik dalam, 145 Paragonimus westermani I paragonimiasis, 7 04r., 7 09 g, 7 l0
replikasi, 383, 551-552, 5519, 396-397t Paralisis,
rure infel<si, 383 enterovirus menyebabkan, 509, 506t
struktur dan komposisi, 546-547, 547g, 548t pada borulisme, 208
rcnjoIan, 552 pada tetanus, 156, 209, 313
Osmolalitas, pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh, 68 poliovirus menyebabkan (poliomielitis paralisis), 502,
Osteomielitis, 7 65 -7 66 506t
bakteri anaerob menyebabkan, 315t, 766 Paramyxovirid ae, 5 60 -5 6 l, 5 63 r. Li h at j uga Paramyxovirus
diagnosis, 724t, 730-731, 765-766 bentuk dan ukuran relatif, 3879
stafilokokus, 230, 724t, 765-766 replikasi, 395-397r
Otak, abses, anaerob, 315t Paramyxovirus, 383, 560-576, 560t
Otitis, jalur infeksi, 406t
elsterna, Pseudomonas aeruginosa menyebabkan, 267 klasifikasi, 561, 563r
Haemophilus influenzae menyebabkan, 285 perbedaan orthomfxovirus dari, 546, 547r
obat untuk, 180t replikasi, 396-397t, 561-564, 565-5569
media, diagnosis penyebab, 735 struktur dan komposisi, 560-561, 5619, 5629, 5649
virus pernapasan sinsitial menyebabkan, 569 Paraparesis spasdk tropikal, mielopati yang berhubungan
Ototoksisitas, aminoglikosida, I9 I dengan HTLV-I dan, 607
832 INDEKS

Parasit, l, 673-715 hubungan obat-patogen memengaruhi aktivitas anti-


ameba, usus, 684-687, 6889 rnikroba dan, 17l-L72
hidup bebas, 689-690 hubungan pejamu-patogen dan, aktivitas antimikroba
. meningitis disebabkan oleh, 750 dipengaruhi oleh, 172
darah, 673, 690-696 pada infeksi klamidia, 368
diare disebabkan oleh, 5159 identifikasi, 149-150, 151t
flagelata, usts, 674-677 isitas, l49k
helminthes, 7 01-7 12, 7 02-7 06r oportunistik, kemoprofilaksis antimikroba pada
hemoflagelata , 677 -684 granulositope nia, 176
intraselular obligat, chlamydia sebagai, 738 sifat klonal, \52-153
klasifikasi, 673-674 tempat masuk, 152
mikrosporida, 701 kuman, 123-124
sporozoa, 696-700 Patogen/infeksi oportunistik, 144, 149k, 150
Parasicisme, 1 fungi (mikosis), 637t, 657-664
genetik, teplikasi g€nom virus dan, 99 infetr<si HIV dan, 144, 626,775,776-777r
Parasitologi, 673-715. Lihat juga Parasit Patogenesis, virus, 404
Parechovirus, 497, 506t usia pejamu dan, 414
infeksi klinis di.sebabkan oleh, 506t Patoge nisitas,.
Parotitis, 553t, 571. Lihat juga Parotitis intraselular, I 59
diagnosis, 742t kapsui bakteri dan, 32-33
Parsial, diploid (merodiploid), 104-105 protein, ekskresi oleh bakteri, 19-21,2lg
Partikel, PCR reuerse transcriptase (reuerse-transcriptase polymerase
Dane, 477 chain reaction IRT PCR]), 728
pengganggu yang cacat, 399 Pediculus humanus corporisl capitis, penyakit rickettsia
Paru, ditularkan melalui, 360
konsolidasi, pada pneumonia, 754 Pejamu,
pada infeksi HIY I AIDS, 777 r pada infeksi bakteri, replikasi genom dan,99
Farvoviridae. Lihat juga Farvovirus pertahanan, 1249, 127-128. Lihat juga Imunitasl
bentuk dan ukuran relarif, 3879 respons imun; Respons peradangan
replikasi, 397t konstitusi genetik dan, 128
Parvovirinae, 424. Lihat juga Parvovirus respons imun tidak adekuat dan, 144-145
Parvovirus, 379, 424-429, 424t, 1v25g invasi oleh bakteri, 154-155
cacat (virus terkair aoeno), 424 hubungannya dengan patogen, aktivitas antimikroba, 172
infeiai disebabkan oleh, 379, 424-428,425r, 426-427g pada infeksi klamidia, 368
gastroenteritis, 52lg virus tumor dan, 598-600
replikasi, 379, 397t, 424-425, 4259 pada infeksi virus, 408
Parvovirus Bl9, 379, 424 usia memengaruhi, 414
infeksi disebabkan oleh, 425-428, 4256 4269, 4279 pertahanan, pemodifikasi yang disandi poxvirus me-
perinatal, 415r., 425t, 427-428, 4279 mengaruhi, 466
jalur inFeksi, 406t Pejamu dengan gangguan imun. Lihat juga Infeksi HIYI
replikasi, 379, 424, 4259 AIDS; Penyakit defisiensi imun
Pasangan basa, pada DNA, 96, 97g infeksi Pseudomonas aerwginda pada, 268
Pasangan kilobasa, 96 Pe j amu imuno komp r omais. L i h at j u ga Inf eksi H IV/AI D S ;

Pasir hidatid, 711 Penyakir defisiensi imun


Pas teure lla h aemo ly tic a, 29 8 angiomatosis basilar pada, 322
Pasteurelle mubocida, 298 aspergilosis pada,662
Pasteurella pneumonopica, 298 infeksi adenovirus pada, 436-437
Pasteurella ureae,298 infeksi hcrpes simpleks pada, 446
Pasteurisasi susu, infeksi rnikrosporida pada, 700
pada pencegahan infeksi streptokokus, 242 infelai oportunistik dalam, L44
pada pencegahan bruselosis, 289, 291-292 kemoprofilaksis antimikroba dan, 176
pada pencegahan demam q 362 mikosis, 637t, 657-564
pada pencegahan infeksi mikobakterium, 333 infeksi parvovirus Bi9 pada (aplasia sel darah merah
Patogen, 149k murni), 425t, 427, 427g
INDEKS / 833

infeksi pascatransplantasi dan, 777 -781, 781g Pengikatan reseptor, replikasi virus pada, 394. Lihat juga
infeksi Pneumocystis jiroueci pada, 663-664 organisme spesifik
infeksi sitomegalovirus pada, 453, 456 tropisme sel/jaringan dan, 405
infeksi virus Epstein-Barr pada, 458 Penginderaan kuorum, 4
koksidioidomikosis pada, 651 Pengobatan antiretror'iral sangat aktif (highly actiue
kriptosporidiosis pada, 697 antiretrouiral therapy IHAARTI), 630
toksoplasmosis pada, 698-700 Pengobatan dengan observasi langsung, untuk tuberku-
varisela pada, 449 losis, 332, 773
zoster pada, 450 Penguapan, untuk sterilisasi, 61
Pelacak, hibridisasi, 110 Pengujian reaksi imun dengan enzim, 145
Pelemahan, pada perkembangan vaksin virus, 420-42I Pengulangan sekuens pendek (SSR), 98
Pelepasan, Pengurutan DNA, 114-116, l14g
pada replikasi virus, 3949, 397-398 dalam klasifikasi bakteri, 45
selubung, 3949, 395. Lihat juga virus spesifik Penicillium rnarnffii, 664
protein, poxvirus, 465 Penisilin, 176-185, 178, i82, I83g
virus, 408, 407g G (benzilpenisilin), 176-178, 182, 1839. Lihat juga
Peliosis hepatitis, 322 Penisilin
Pembedahan, kemoprofilaksis antimikroba untuk, 176 stafilokokus resistansi terhadap, 230
Pem be lahan, resistansi terhadap, 164, 168, 178
biner, reproduksi bakteri dengan, 40 stafilokokus, 230
sel, bakteri, I9g,40 sintesis dinding sel dipengaruhi oleh, 87g, 178
Pembengkakan Calabar, pada loiasis, 707t struktur, L77, 1839
Pembentukan pseudotipe, 400 Y, 178
Pemberian ASI, penularan HIV dan, 630 Penton, adenovirus, 430, 43.1g, 433
Pembunuh alami, sel Gel NK), 123k, 127 Pentosa, interkonversi, 74, 769
Pemeriksaan imunosorben terkait enzim (enzyme-linked Penularan dari ibu ke bayi. Lihat juga Kehamilan
immunosorbent assq/ [ELISA]), untuk deteksi infeksi demam Lassa, 541
HIYIAIDS,746 hepatitis B, 485t, 494
Pemeriksaan PCR reuerse transcriptiion, herpes simpleks, 415t, 442, 446, 448
pada diagnosis rabies, 590 HIV 415t, 625,630
pada infeksi HIV/AIDS, 626-627 ' regimen zidovudin memengaruhi, 630
Pemeriksaan perpindahan untai, pada diagnostik mole- HTLV 606
kular,728 infeksi virus, 413-474, 4149, 4l5t
Pemeriksaan RNA HIV 628 mikrosporida, 700
Pemetaan, rubela, 578
DNA bakteri, 111g, 114 sitomegalovirus, 453, 4549, 455. Lihat juga Penyakit
genetik, virus, 398-399 inklusi sitomegalik
genom virus, 398 toksoplasmosis, 698, 700
penlusunan ulang, 398 vaksinia,471
restriksi, DNA bakteri, 111g, 114 varisela, 449
Pencernaan, Penularan transplasental. Lihat juga Penularan dari bayi
ganda, dalam pemetaan restriksi, 114 ke ibu; Kehamilan
tunggal, dalam pemetaan restriksi, 114 HIV 415t, 630
Pendamping, dalam sekresi protein, 20 regimen zidovudin memengaruhi, 630
Penempeian (adhesi/perlekatan), pada infeksi bakteri, infeksi HIV/AIDS selama, 625
glikokaliks dan, 32 mikrosporida, 700
Penetrasi, pada replikasi virus, 394-395, 3949 toksoplasmosis, 698, 700
Pengawetan, definisi, 59 Penyakit Alzheimer, penyakit Creutzfeldt-Jakob dan, 596
Pengelompokan sel, dalam pertumbuhan bakteri, 40-41 Penyakit arteri koronaria, Chlamydia pneumoniae dan,374
Pengenceran sampai habis, untuk isolasi mikroorganisme Penyakit Bornholm (pleurodinia), coxsackievirus me-
dalam biakan murni, 71 nyebabkan, 504-505, 506t, 553t
Penghambat, Penyakit Brill-Zinsser, 35k, 361-362
fusi, 630 Penyakit Cat-scratch, 321
protease,630 Penyakit Chagas, 677, 680-684
INDEKS

Penyakit Creutzfeldt-Jakob, 384, 594t, 596 herpes simpleks menyebabkan, 4109, 411-442, 445,
varian, 595 4459. Lihar juga Yirus herpes simpleks
Penyakit defisiensi imun, 144. Lihat juga Infeksi HIV/ papilomavirus manusia menyebabkan, 611-612, 613r
AIDS; Pejamu imunokompromais Penyakit poststreptokokus, 240 -241
'infeksi oportunistik dalam, 144 giomerulonefrids, 144, 241
kemoprofilaksis antimikroba dan, 176 Penyakit prion, 411, 413, 593, 594r
mikosis, 637t, 657-664 Penyakit radang panggul, 766-768
Penyakit eksantema Boston, 508 Chkmydia trachomatis menyebabkan, 370, 724t
Penyakit erisipelas, 220 obat untuk, l8lt, 371
Penyakit fusospiroketa, 349 diagnosis, 724t
Penyakit generalisata pada bayi, gonokokus, 304, 724r, 767
coxsackievirus menyebabkan, 506, 506r pada infeksi HlY l AIDS, 777t
enterovirus menyebabkan , 506t Ureap lasma ureabtticum menyebabkan, 7 67
Penyakit Gerstmann-Straussler-Scheinker, 596 Penyakit sapi gila (bouine spongiform encephalopathy), 3,
Penyakit granulomatos a kronik, 144 384, 594t, 595
defek sistem oksidasi NADPH dalam, 125 Penyakit serebrovaskular, Chlamydia pneumonia dan, 374
Penyakit Hodgkin, virus Epstein-Barr dan, 458, 613 Penyakit Swineherd, 347t
Penyakit inklusi sitomegalik, 415+ 443, 452, 452g Penyakit tangan-kaki-dan-mulut, 504, 505, 506r
diagnosis, 742t Penyakit tidur Afrika (tripanosoma Afrika), 677, 680-
epidemiologi, 455-456 684
gambaran klinis pada, 453-455, 454g Penyakit ulkus peptikw, Helicobacter pylori dan, 280
infeksi disebabkan oIeh, 443 Penyakit vesikular babi, 507
patogenesis dan patologi, 453, 4549 Penyakit lWeil, 347t
Penyakit jantung, Penyakit Whipple, 323
coxsackievirus menyebabkan, 505, 506t Penyakit woolsorter (anthrax inhalasi), 205
enterovirus menyebabkan, 506t pada perang biologi, 205,782, 785
infektil 755-758. Lihat juga Endokarditis Penyakit yang dirularkan melalui hubungan seksual, 767-
kemoprofilaksis antimikroba dan, 17 5 770,770r
rubela kongenital dan, 578 diagnosis, 736-7 37
Penyakit kaki-dan-mulut, 500, 511-512 Penyamaran fenotipik, 400
Penyakit keenam (eksantema subitum/rore o la infantum), Penyebaran,
443, 460 hematogen, pada osteomielids, 230, 766
Penyakit kelima (eritema infeksiosum), 425t, 426, 427g virus, 405-406, 407g
Penyakit Legionnaire (Pneumonia legionella), 318-320, Penyelamat penanda, 400
754,757t Penyimpangan antigenik, 145
defek fagositosis dan, 125, 319 Penyusunan ulang (genetik), 106-107. Lihat juga Mutasi
obat unruk, 180r, 320 pada virus influenza, 547
Penyakit limfoproliferatil virus Epstein-Barr menyebabkan, Peplomer, 377
458 Peptida sintesis, perkembangan vaksin virus dan, 422
Penyakir Lyme, 344 Peptidiltransferase, dalam ekspresi gen, 107
obat untuk, lSlq 345 Peptidoglikan (mukopeptida), dinding sel, 22,23g, 24-
Penyakit menular seksual, infeksi HIV/AIDS sebagai, 25, t58
629-630 agen antimikroba memengaruhi, 84-85, 87g, 164, 178
Penyakit neurologik. 625-626. Libat juga Sistem saraf pada bakteri gram negadf, 15, l7g,24,269
pusat; Meningitis pada bakteri gram positif, 15, 17g,24, 158
campak dan, 573-574, 5749 sintesis, 84-85, 87g
coxsackievirus menyebabkan, 504-505, 506t stafilokokus, 23g, 24, 227
echovirus menyebabkan, 506t, 508 Peracunan makanan. Lihat juga Gastroenteritis
enterovirus menyebabkan, 506t, 509, 741-742r. Bacillus cereus menghasilkan, 760
pada infeksi HIV/AIDS, 624 Bacillus cereus menyebabkan, 7 62t
parotitis dan, 571, 742r bakteri, eksotoksin dan, 762-755t
rubela kongenital dan, 578 Clostridium botulinum menyebabkan, 762t, 783-784.
Penyakit orofaring, Lihat juga Botulisme
bakteri anaerob menyebabkan, 315t C lostridium p erjlingens menyebabkan, 7 62t
INDEKS I 835

salmonella menyebabkan, 763t Perubahan siklus hidup, dalam pertumbuhan bakteri, 4l


stafilokokus, 760 Perusak jaringan, enzim, 158-159
Perang biologi, 781-787 Pes, 783. Lihat juga Yersinia pestis
pelepasan tanpa disengaja dan, 786 obar untuk, 180t
persiapan Irak untuk, 786 pada perang biologi, 784,786
rirvayat, 784-785 Pestisin, 295
Perbaikan salah pasang, 106 Pestivirus,382
Pergantian kelas (imunoglobulin), 133 Peta genetik, bakteri, 104, 106, 111g, 1i4
Pergeseran antigenik, 145, 160 Petugas kesehatan,
Pe ri kard i tis, pengukuran keamanan untuk bekerja dengan virus di
coxsackieviius menyebabkan, 505, 506t laboratorium dan,392
enterovirus menyebabkan, 506t penularan HIV dan, 630
Periode eklips, 393 risiko hepatitis dan, 492-493
Periode inkubasi, aktivitas antimikroba dipengaruhi, 170 Pewarna,
Periodic acid-Schiff stain, 71.9 asam bakteri, 39
Peritonitis, 758-759 basa bakteri, 39
Perirrik, flagel, 33, 33g Feulgen, untuk DNA, 40
Perjalan lcrornosorn, I i6, i 169 flagel, 40, 39g
Perlekatan, 3949. Lihat juga virus spesifik kap.sul,40
pada infeksi bakteri, 149k spora, 40
glikokaliks dan, 32 tahan asam, 39-40
virulensi dan,153-154 basil tuberkulosis diidentifikasi dengan, 325
pada replikasi virus, 394.395 Pewarnaan antibodi imunofluorosein, 719
Permeabilitas dan transpor, membran sitoplasma bakteri Pewarnaan auramin-rodamin, 7 79
pada, 18-19, 20g Pewarnaan calcofluor white, 719
Peroksigen, kerja antimikroba, 58t, 61 Pewarnaan Feulgen, untuk DNA, 11
Peromyscus maniculatus, sindrom pulmonal hantavirus Pewarnaan gram, 39, 7lB-724, 7I9t
ditularkan oleh, 529t sebagai kriteria klasifikasi, 4, 39
Persistensi virus, 410-41 l, 410-4IIg Pewarnaan mikroorganisme, 39. Lihat juga jenis spesifik
karsinogenesis virus dan, 599 untuk diagnosis pada infel<si klamidia, 367, 739
Pertahanan imun, virus rumor dan, 599 untuk diagnosis pada infeksi virus,740
Pertumbuhan eksponensiallfase eksponensial kurva untuk diagnosis pada infeksi bakteri dan fungi, 718-
pertumbuhan mikroba, 53-55, 53-549, 54r. 724,719r.
pemeliharaan sel pada, 55 Pewarnaan negatif, 32g, 40
Pertumbuhan lanjutan, dalam germinasi endospora, 39 Pewarnaan perak metenamin, 719
Pertumbuhan mikroorganisme, 52-55 Pewarnaan tahan asam, 719, 719t
dalam lingkungan alami, 52 karbofuksin Kinyoun, 719
dalam pembiakan, 63-71 Ziehl-Neelsen, 7 19, 7 l9r
faktor lingkungan yang memengaruhi, 66-68, 67g pH (konsentrasi ion hidrogen), 170, 392
kebutuhan nutrien untuk, 64-66,64t, 659 pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh, 66-67
kebutuhan zat makanan untuk, 66 h o ra ric h ards i ae, faeohi fomikosis disebabka n, 648
P h ia lop
metode, 68-71, 69t Phialophora uercucosa, kromoblastqmikosis disebabkan,
persyaratan untuk, 63 647
sumber energi dan, 63-64 Phyco mycete s (zy go my cer"e s I Zy go my coti n a), 6, 638

virus, 388-390, 3909 pembentukan sporangispora pada, 638


eksponensial, 53-54, 53g Phycomycosis (zigomikosis), diagnosis, 727t
pemeliharaan, 55 Picornaviridae, 477t, 499. Lihat juga Picornavirus
karbon dioksicia dan (sikius Calvin), 64,78, 82g bentuk dan ukuran relatil 3879
kurva Arrhenius, 67, 679 replikasi, 396-397t
kurva pertumbuhan dan, 54-55, 54g, 54t Picornavirus, 381, 497-513, 497t
pengukuran, 52-53,52r jalur infeksi, 406t
prediksi jumlah, 53-54, 53g klasifikasi, 499-500
Pertussis (batuk rejanlwhooping), 287, 289 replikasi, 396-397t, 500-501, 500-501g
diagnosis, 289, 725, 735 struktur dan kornposisi, 497-498, 498-4999
INDEKS

Piedra, 640 dalam fermentasi heterolaktat/Entner-Doudoroff, 88-


hitam, 640 89,90-91g
putih, 640 dalam jalur Embden-Meyerhof, 88, 89g
Piedraia hortai, 640 produk akhir interkonversi/biosinterrk, 76-77, 83, 739,
Pielonefritis, 76 I 86g
biakan urine pada,733 cr-ketoglutarar, 77, 78g
Escherichia coli menyebabkan, 255, 761 asetil-KoA, 79g
Pigbe l, 2l 1 fosfoenolpiruvat, 77 g
Pili, bakteri, 35, 369 oksaloasetat, 77, 7Bg
pada Escherichia coli, 153, 255 Piryriasis uersirolor, 640
F (pili seksual), bakteri, 35 Plague pneumonia,296
gonokokus,301 Plague, 295-297
invasi pejamu dan, 155 obat untuk, 296
meningokokus, 307 Yers inia ? estis menghasilkan, 295-297

P, r53, 255 Plak,


pada bakteri gram negatif versus bakteri gram positif, gigi, 200
17g identifikasi faga dari bentuk, 106
pseudomonas, 267 Plasma, penyebaran virus melalui, 405, 408t
seksual (pili F), 35 Plasmid, 4, 96, 98
streptokokus, 36, 233 aktivitas metabolik ditentukan oleh, 98, 99t
tipe 1, 153 cryptic, gonokokus, 304
virulensi dan, 36, 153 dalam klasifikasi bakteri, 43,49
Pilin, 35 elemen unsur insersi (IS) pada, 99
gonokokus,301 F+ (faktor fertilitas), 103-104, 104-1059
heterogenisitas antigen dan, 302-303, 303t gonokokus, 304
Pilus bakteri, inkompatibilitas, 103
seks (pilus F), l04g invasi, antigen, 154
Pilus F (pilus seks), 104, 1049 kimera, ll3, l12g
Pilus B pada Escherichia coli, 255 konjugasi dalam transfer, 103-105, 103g, 105g
Pinjal kucing. Lihat juga Pinjal rekombinan, 113, 112g
tifus ditularkan meialui, 361 resistansi (faktor R), 4, 104. 167-169
Pinjal, penyakit rickettsia ditularkan melalui, 358t swatransmisi, 103, 103g
Pinjal, tifus dituiarkan melaiui, 361 transfer DNA antarstrain di antara, 105g
Pinfai tikus. Lihat juga Ptnjal Plasmodium falcip,arum, 690-695, 69h 692g
tifus ditularkan melalui, 361 Plasmodium malariae, 690-695, 69k, 6929
Pinra, 342 Plasmodium ouale, 690-695, 69k, 692g
Pintas heksosa monofosfat, 74, 769 Plasmodium, slime mold, 6
Pioderma streptokokus, 239 Plasmodium uiuax, 690-695, 691t, 6929
Piomelanin, Pseudomonas aeruginosa menghasilkan, 266 Plastid, 11
Piorubin, Pseudomonas aeruginosa menghasilkan, 266 i n thes (cacin g pipih/ tremat
P laty h e lm o da), 67 3
Piosianin, Pseudomonas aeruginosa menghasiikan, 266 Pleroserkoid (sparganum), 712
Piosin, 255 Pleurodin ia,
Pioveridin, Pseudomonas aeruginosa menghasilkan, 266 coxsackievirus menyebabka.n, 504-505, 506r, 553t
Piperasilin, 182 enterovirus menyebabkan, 506t
Pirazinamid, 196, l969 Pleuropneumonia Bouin, mikoplasma menyebabkan, 353
untuk tuberkulosis, 196, 332,773 Pneumocystis carinii. 663. Lihat juga Pneumocystis jiroueci
Piridoksin, 195g Pneumocystis jiroueci, 663-664, 7 54, 7 57t
dengan isoniazid, 195 pada infeksi HIV/AIDS, 663-664, 77 4t
Pirimetamin, sintesis asam nukleat dipengaruhi oleh, 166 trimetreftsat untuk infelai yang disebabkan oleh, 194
Pirimetamin-sulfadoksin, untuk malaria, 694 Pneumonia, 270, 7 53-7 55, 7 56-7 57 t
Pirimidin, pembentukannya dari aspartat, 83 adenovirus menyebabkan, 436, 553r, 754
Pirogen, 126-127 anaerob, 315i, 721t, 754, 756r.
Piroplasmida, 673 atipikal, klamidia menyebabkan, 373-374, 754
Piruvat, mikoplasma menyebabkan, 353-355, 754, 756t
INDEKS / 837

bakteri, 7 53-7 54, 7 56-7 57 r Polimorfisme panjang fragmen restriksi (RFLP), 116
Blastomycesdermatitidis menyebabkan, 556, 726r dalam penentuan subtipe bakteri, 50
bovin, mikoplasma menyebabkan, 353 Poliomaviridae, replikasi, 397t
Chlamydia pneumoniae menyebabkan, 373-37 4, 7 54, Poliomavirus, 608-610, 6099, 6l2t
/)/t protein transformasi/target selular, 609, 608t
Chlamydia psittaci menyebabkan, 37 4-37 5 replikasi, 397t, 609-510, 6099
Chlamydia trachomatis menyebabkan, 371 Poliomielitis nonparalisis (meningitis aseptik), 502, 506t
Cryptococcus neoformans menyebabkan, 661, 727t, 754 Poliomielitis, 5U-5A5
diagnosis, 721t, 735, 753-755, 756-757r abortif, 502
didapat dari komunitas, 754-755 atrofi otot setelah (pascapoliomielitis progresif), 5OZ
didapat dari rumah sakit (nosokomial),754 diagnosis, 502-503
enterovirus menyebabkan, 506t, 509 epidemiologi, J03
Escherichia coli menyebabkan, 754, 756r eradikasi global, 503
Haemophilus influenzae menyebabkan, 285, 754, 756r imunitas terhadap, 503
Histoplcuma capsuktum menyebabkan , 652-655, 726t., 7 54 nonparalisis (meningitis aseptik), 502, 506t
influenza dan, 554,754 paraiisis, 502, 506r
klebsiella menyebabkan. 257, 754, 756t patogenesis dan patologi, 409-410, 4099, 502
komunitas didapat, 353-355 pencegahan dan pengendallan, 503-504
legionella, 318-320, 7 54, 757r vaksinasi terhadap, 420-421, 4199, 420t, 4219, 503-504
defek fagositosis pada, 125, 319 Poliovirus, 497, 501-502, 506t. Lihat juga Picornavirus
obat unruk, 180t, 320 identifikasi laboratorium, 502-503
mikoplasma menyebabkan, 353-355, 3549, 754, 756t infeksi klinis disebabkan oleh, 501-505, 506r. Lihat
Moraxella catarrbalis menyebabkan, 308, 757t juga Poliomiehtis
pada bayi, enterovirus menyebabkan, 506t klasifikasi, 499, 499r
pada infelai HIV/AIDS, 774t,777r Polisakarida kapsular, 31t, 32
pacia koksidioidomikosis, 650-651, 726r, 754 bakteroides,3l5
Pneumoqtstis jiroueci, 663-664, 754, 757r enterobacteri aceae, 254-255, 254g
pneumokokus, 244-245, 7 53, 7 56t Haemophilus infl.uenzae, 284
diagnosis, 245,721r streptokokus, 237
proses infeksi dalam, 152 klasifikasi dan, 237, 243
Pseudomonas aeruginosa menyebabkan , 267, 754, 756t Polisakarida,
sel raksasa, virus campak menyelcabkan, 574 kapsul/glikokaliks bakteri dibuat dari, 31t, 32
sitomegalovirus, 453, 7 54 mikobakterium, 328
stafilokokus, 230, 721.t, 754, 756t, pada bakteri gram negatif, 269,27
streptokokus, 239 pada dinding sel fungi, 638
varisela, 450, 754 pada dinding sel gram negatif, 28-30, 29g
virus campak menyebabkan, 574, 754 antigen O dan, 30
virus sinsitial pernapasan menyebabkan, 568-570, 754 pada dinding sel gram positif, 26
virus, 412t, 753-754 ramnosa-glukosamin, 234
Pneumovirin ae, 563r Polisom, 165
Pneumovirus, 561 Polyomaviridae, 594, 608. Lihat juga Poliomavirus
Poliembrioni, 709 Pompa proton, rotasi flagela digerakkan oleh, 34
Poliena, 665 Porcine respiratory coronauirus (PRCV), 584
amfoterisin B, 665-666, 6659 Porcine transmissible gastroenteritis uirus (TGEY), 584
membran sel bakteri dipengaruhi oleh, 165 Porin, 27, 26-279
nistacin, 668 Port d'ennie, untuk virus, 404, 406t
Polifosfat, pada bakteri, 15 Postulat Koch, 150, 15 lt
Polimaviridae, bentuk dan ukuran relatif, 3879 molekular, 150, 151t
Polimavirus, 379 Poxviridae. Lihat juga Poxvirus,
Polimer ekstraselular, sintesis bakteri, 3lr, 32, 85 bentuk dan ukuran relatif,3879
Polimerase RNA, dalam transkripsi, 107 replikasi, 397t
Polimerisasi aktin, invasi bakteri dan, 154 Poxvirus, 381, 397t, 453-475, 463t, 465t
Polimiksin, 190 infetrai pada manusia disebabkan oIeh, 456-471. Lihat
membran sel bakteri dipengaruhi oleh, 22, 165, 190 juga Smallpox
838 INDEKS

diagnosis, 469 replikasi DNA pada, 100-i0l


jalur, 406t srruktur sel pada, 11-40
klasifikasi, 464, 465r, 4669 transfer DNA antarstrain di antara, L02-106, 102-1049
. replikasi, 381, 464-466, 467g Proktitis,
struktur dan komposisi, 463, 464g gonokokus, 304
tumor disebabkan oleh, 614 pada limfogranuloma venereum, 372
tumor monyet yaba, 474 Proktokolitis, pada infeksi HIY I AIDS, 777t
PPD (derivat protein yang dimurnikan), uji kulit Prolin, pembentukannya dari glutamat, 83, 85g
tuberkulin dan, Lihat juga Hipersensitivitas tipe Promastigot, 677 -67 8, 6789
tuberkulin, 329,772 Promotor, 96, 109
P-pili, dalam Escherichia coli, 153 Properdin (faktor P),
Pradimicin, 665 dalam pengaturan komplemen, 139
Prediksi, I defisiensi,140
Premunitas, pada malaria, 694 Propionibacterium acnes, 219, 313
Preuotella biuia,3l2 Proprionat, fermentasi menghasilkan, 92t
infeksi disebabkan oleh, 315t, 316,737 Prosedur perawatan gigi, endokarditis subakut dan,239
Preuotella disiens, 312 Prosedural gigi, abses otak dan, 751-752
infeksi disebabkan oleh, 315t, 316,737 Proserkoid,712
Preuotella melaninogenica, 312, 3l2t Proses infeksi, 152
infeksi disebabkan oleh, 315t, 316,737 invasi dalam, 154-155
abses otak, 752 Prostaglandin,
Prima, F (fertilitas) atau R (resistansi), 104 dalam reaksi hipersensitivitas tipe I, 143
Prima resistansi (R'), 104 dalam respons peradangan, 126
Primakuin, untuk malaria, 694 Protease IgAl, 159
Primer, DNA, dalam pengurutan DNA, 115 gonokokus, 302
Prion/penyakit prion, 2-3, 384 heterogenisitas antigen dan, 303t
Probe asam nukleat, 725. Lihat juga irobe DNA; Probe Proteasom, dalam pemprosesan antigen, 1369' 137
hibridisasi Protein,
pada viroid, 383 membran luar, 28, 26-27g
untuk identifikasi klamidia, 739 virus, 386
untuk identifikasi virus, 739,744 deteksi sel terinfeksi dan, 389
virus, deteksi sel yang terinfeksi dan,744 dimurnikan, perkembangan vaksin dan, 422
Probe DNA, klasifikasi dan, 378
untuk identifikasi Borrelia burgforferi (penyakit Lyme), Protein A, stafilokokus, 159, 227-228
345 Protein aktivator, 109
untuk identifikasi mikobakterium, 331 Protein alfa, pada replikasi herpesvirus, 441
Probe, hrbridisasi, 116-1 17, 1169. Lihat juga DNA, probe; Protein alosterik, enzim sebagai, 94
Hibridisasi; Probe asam nukleat aktivasi dalam metabolisme mikroba dan, 94,94g
Prodigiosin, serratia menghasilkan, 257 Protein beta pada replikasi herpesvirus, 441
Produk gen recA, perlindungan terhadap toksisitas Protein E (selubung), flavivirus, 526
hidrogen peroksida dan, 68 Protein E3, adenovirus, 433
Profaga, l00 Protein F (fusi),
replikasi dan, 101 dalam pengaturan virulensi, 154
Profi laksis pascapajanan, 590t morbilivirus, 561
untuk rabies, 592, 593 paramiksovirus, 560-562, 553t, 564
untuk infeksi Id.lV,777 virus campak, 563t
Proguanil, untuk malaria, 695 virus influenza, 551
Prokain penisilin, 178 virus parainfluenza, 563t, 567
Prokariot, l, 3-5. Lihat juga Bakteri virus parotitis, 563r, 571
genom, 3,98-99, 99t. Lihat juga DNA virus pernapasan sinsitial, 561, 563t
keanekaragaman, 3 Protein fusi (F),
transfer DNA dan, 102. Lihat juga Rekombinan morbilivirus, 561
klasifikasi, 4-5 paramiksovirus, 560-562, 563t, 564
komunitas, 3-4 virus campak, 563t
INDEKS I 839

virus influenza, 551 Protein NSr, orthomp<ovirus, 547, 548t, 552


virus parainfluenza, 563t, 567 Protein OmpA, 28
virus parotitis, 563t, 571 Protein OmpC, 28
virus pernapasan sinsitial, 561, 563t Protein OmpD, 28
Protein G, virus pernapasan sinsitial, 561 Protein OmpF, 27g,28
Protein gD, herpes simpleks, 443 Protein OspA-F, pada identifikasi Borrelia burgforgeri, 344
Protein gE, herpes simpleks, 443 Protein P 12, pada mekanisme kerja streptomisin, 165,
Protein H, 167, 192
morbilivirus, 561 Protein P,
paramiksovirus, 560 paramiksovirus, 562
Protein HE, coronavirus, 582 virus hepatitis B, 477
Protein HN, virus rabies, 587
paramiksovirus, 560-562, 564 Protein PA, orthomyxovirus, 547, 548t
virus parainfluenza, 567 Protein PB1/PB2, orthomlxovirus, 547, 548r
virus parotitis, 571 Protein pengikat,
Protein kapsid, 2 AMP siklik, dalam ekspresi gen, 109
pada campuran fenotipe, 400 besi (Fbp), gonokokus, 302
Protein kinase PKR, aktivitas interferon dan, 418 heterogenisitas antigen dan, 303t
Protein L, Protein pengikat penisilin (PBP), 178
paramiksovirus, 562 dalam lapisan peptidoglikan, mekanisme kerja anti-
virus rabies, 587 mikroba dan, 178
Protein LamB, 28 dalam sintesis peptidoglikan, 85
Protein M, mekanisme kerja antimikroba dan, 85, 164
coronavirus, 582 pada klamidia, 366
orthomlxovirus (virus influenza) tidak adanya/defek, resistansi dan, 164, 1.67, 178
Ml, 547, 548r, 552 Protein pengikat, 18, 30
M2, 54& Protein penyekresi, 19-21, 2lg
paramiksovirus, 560, 564 Protein PhoE, 28
streptokokus, 25, 36, 154,234 Protein Por, gonokokus, 302
demam rematik dan, 234 heterogenisitas antigen dan, 303t
imunitas/resisransi dan, 242 Protein prton, 2, 384, 595
virulensi dan, 154,234 Protein R, 234
virus rabies, 587 Protein rangka, pada replikasi adenovirus, 433
Protein M2, pneumovirus, 561 Protein regulator aksesoris stafilokokus, 228
Protein matriks, 3789. Lihat juga Protein M Protein represor, 109
orthomlD(ovirus (virus influenza), Protein reseptor, mekanisme kerja aminoglikosida, 165
M|, 547 Protein Rmp, gonokokus, 302
M2, 548t heterogenisitas antigen dan, 303t
paramiksovirus, 560 Protein rOmpB, 357
virus rabies, 587 Protein S 12, resistansi streptomisin dan, 332
Protein membran, Protein S,
laten (LMPI/LMP2), virus Epstein-Barr, 456-457 campylobacter fetus, 280
luar mayor (MOMP), klamidia, 366 coronavirus, 582-583
Protein MHC kelas I, 1349, 134r Protein selubung (E), flavivirus, 526
dalam presentasi dan pemprosesan antigen, 136g, 137 Protein SH, pneumovirus, 561
pengikat CD4 pada, 137 Protein SNARE, toksi botulinum memengaruhi, 208
pengikat CD8 pada, 137 Protein Spike, coronavirus, 581
Protein MHC kelas lI, 127, 135, l34t Protein syok panas, 67
dalam presentasi dan pemprosesan antigen, ),369, 142 Protein tax
^tav
tat,603,6049,606,6J.7,619g
Protein N, HIV, ekspresi molekul MHC kelas I dipengaruhi, 137
coronavirus, 582 Protein terkait opasitas (Op"),
paramiksovirus, 560 gonokokus, 156, 302, 304
virus rabies, 586-587 heterogenisitas antigen dan, 303, 303t
Protein NS,, orthomyxovirus, 548v 552 meningokokus, 307
840 INDEKS

Protein TonB, 28 Pseudovirus, 399


Protein transformasi, interaksi dengan gen penekan tumor Psikrofilik, rentang temperatur optimal untuk, 67
dan, 608t, 609-610, 612-613 Psittacosis, 374-375. Lihat juga Chlamydia psittaci
Protein Tsx, 129 diagnosis, 374-37 5, 738
Protein virus, Pulau patogenisitas, transportasi faga, 106
dimurnikan, perkembangan vaksin dan, 422 Pungsi lumbal, untuk sampel cairan serebrospinalis, T34,
respons imun pejamu dan, 408 749-750
tempat sintesis, 397 Pungsi vena, untuk spesimen darah, 731
Protein VB Purifed pronin deriuatiue, uji kulit tuberkulin dan, 772.
parvovirus,424 Lihat juga Hipersensitivitas tipe tuberkulin
herpesvirus, 441, 441g Pus, pemeriksaan bakreriologi, 730
picornavirus, 497, 4989, 500-501g, 501 Pustula, pada infeksi kulit, 413
poliovirus, 503 Putresin, 68
rotavirus, 516,517g
Protein X, a
prion, 2
Queensland tick 4tphus, 358t
virus hepatitis B, 477, 614
Proteus mirabilis, 257 Quinupristin-dalfopristin, 1 90
morfologi dan identifikasi, 252t, 254
R
obat untuk, 180t
pola reaksi biokimia pada, 252t R' (plasmid resistansi), 104
Proteus uulgaris,257 Rabdovirus, 383, 400
obat unruk, I 80r Rabies paraiitik, 589
Protista, 5-6. Lihat juga jenis spesifik Raccoon, rabies ditularkan oleh, 589-590r, 592
Protomer (unit struktural), virus, 377-378 Radiasi, kerja antimikroba, 61
Proro-onkogen, 607 kerusakan DNA dan, 59, 107
Protoplas, 31-32, 355 virus dipengaruhi oleh, 392
agen antimikroba memengaruhi, 163 Radiasi pengion, kerja antimikroba, 61
spora, inti sebagai, 38 virus dipengaruhi oleh, 392
Protozoa, 1, 6, 673. Lihat juga Parasit Radiasi sinar ultraviolet,
infeksi pada pasien HiV disebabkan o\eh, 626, 775t kerja antimikroba, 61
jumlah spesies, 50t kerusakan DNA dan, 59
Prou idencia alcalifaciens, 257 virus dipengaruhi oleh, 59, 392
Prouidencia rettgeri, 257 sebagai mutagen, 107
Prouidencia stuartii, 257 Ragi, 6, 635, 636k, 637-638
Provirion, picornavirus, 501 diagnosis dari infei<si yang disebabkan oleh, 725,727t
Provirus DNA, pada replikasi retrovirus, 6059, 606 penonjolan, 636g,637
PrP (protein prion), 2, 384, 595 Ramnosa-N-asetilgalaktos amin, 234
Pseudallescheria boydii, misetoma disebabkan o1eh, 648 Ramnosa-N-asetiiglukosa min, 23 4
Pseudocowpox, 464, 465t 4729 Rantai alfa (a),
Pseudohifa, 636k,637 imunoglobulin, 132
pembentukan spesies kandida, 658, 659g resepior sel T, 133
Pseudomembranosa, kolitis, 212, 314 Rantai berat (H), imunoglobulin, 131g
klindamisin dan, 189 keanekaragaman dan, 132
pada difteri, 216 Rantai beta (B), reseptor sei T, 133
pada infeksi shigella, 259 Rantai delta (6),
267t, 766
Pseudomonas aeruginosa, 266-270, imunoglobulin, 132
obat untuk, 269,180r reseptor sel T, 133
pneumonia disebabkan oleh, 267, 754, 756r Rantai gamma (y),
Pseudomonas fuorescens, 267 t imunoglobulin, 132
Pseudomonas mendocina, 267 t reseptor sel T, 133
Pseudomonas putida, 267r Rantai H (berat), imunoglobulin, 130
Pseudomonas stuzeri, 267 t Rantai invarian, 137
Pseudomonas, 266-270, 267 t Rantai J (joining), imunoglobulin, 131g, 132
INDEKS / 841

Rantai kappa (rc), imunoglobulin, 130, 132 Rediae, 709


Rantai karbon, metabolisme karbohidrat yang me- Reduction-modifiabk (Rmp) protein, gonokokus, 302
mengaruhi panjang, 74, 75g heterogenisitas antigen dan, 303t
Rantai lambda (L), imunoglobulin, 130, 132 Regio C (konstan), imunogiobulin, 130, 131g
Rantai Mu (pL), imunoglobulin, 132 keanekaragam an dan, I32
Rantai ringan (L), imunoglobulin, 130, l3lg, 132 Regio engsel, imunoglobulin, i30, 131g
Rasiasi pengion, kerja antimikroba, 59 Regio hipervaariabel, imunoglobulin, 130
RB (badan retikuloendotelial), klamidia, 366, 367g Regio penentu komplementer, 130
Reaksi arthus, 144 Regio/domain konstan, pada rantai berat (CH) dan ringan
Reaksi fosfoketolase, dalam fermentasi glukosa, 89, 90g (cL), 130, 131g
Reaksi hipersensitivitas, 122k, ).42-144 keanekaragaman dan, 732
atopi, Lihat juga Reaksi hipersensitivitas, tipe I, 143 Regio/domain variabel, pada rantai berat (VH) dan ringen
kontak, 144 0/L), 130, r32, t31g
pada infeksi virus,745 Rekayasa genetik,96, 110, 117. Lihat juga Klonlkloning
rerhadap obat 664 strain rekombinan dalam lingkungan dan, 117-118
tipe I (diperantarai/anafi laktlk), 122k, | 42 -1 43 Rekombinan (genetik),
IgE dalam, 122k, 132, 142-143 dalam bakteri, 102-106. Lihat juga Transfer gen
ripe ll, 122k, 143 konjugasi dan, 103-105, 102-1059
tipe III (kompleks imun), 122k, 143-144 mekanisme, 105-106
tipe IV (diperantarai sel/lambat), 122k, 144 diperantarai-faga (transduksi), 103
tipe tuberkulin, 144, 329-330, 771-773 virus, 399-400
Reaksi imunofluoresensi tidak langsung, 145 untuk analisis genetik, 398
untuk identifikasi rickettsia, 357, 360 vektor virus dan, 400-401
Reaksi Jarisch-Herxheimer, 341 Rekombinan (kimera), plasmid, 113, l12g
Reaksi penumpasan, 735 Rekombinan frekuensi tinggi (Hfr),
Reaksi quellung, 243-244 elemen unsur insersi (IS) dalam pembentukan, 99
Realai rantai ligase (ligase chain reaction [LCR]), 728 dalam konjugasi, 104, 104-1059
dalam identifikasi klamidia, 371, 739 Rekombinan homolog, 103
Reaksi rantai polimerase (PCR), 50,96, 428,727 Rekombinan nonhomolog, 103
pada identifikasi adenovirus, 436 Rekombinan, replikon, 104
pada identifikasi Bordetella ?ertuss;s, 288 Rekombinan, vektor, 110
pada identifi kasi Borrelia burgdorferi, 345 virus,401
pada identifikasi Corynebacterium diphtheriae, 217 dalam pengembangan vaksin, 401
pada identifikasi klamidia, 371, 739 Rekombinase, V(D)1, dalam keanekaragaman, 132
pada identifikasi mikobakrcrium, 332 Reoviridae, 514, 538, 525t
pada identifikasi rickettsia, 360 bentuk dan ukuran relanf, 3879
pada identifikasi sitomegalovirus, 455 replikasi,396-397t
pada identifikasi virus herpes simpleks, 447 Reovirus, 381, 514-515, 518-51r9, 515g, 525t
pada identifikasi virus, 390, 744 replikasi, 381, 396-397t, 514-515
pada infeksi poxvirus, 469 jalur infeksi, 406t
pada penentuan subtipe bakteri, 50 klasifikasi dan sifat antigenik, 514, 518-519
sintesis oligonukeodda kimiawi sebagai primer, 115 stiuktur dan komposisi, 514, 5159
Reaksi tetangga, gambaran cairan serebrospinalis pada, Repetitif, DNA, 98
75Lt Replikasi litik (vegetatif), 101
Reaksi trikofitid, 644, 643t DNA, 100-101
Reaksi Voges-Proskauer, 253 semikonservatil 100
Reaktivasi genetik, virus, 400 faga, 101
Reaktivasi nongenetik, 465 litik (vegetatif), i01
Reaktivasi penggandaan, 400 rransposon, I 0l
Reaktivasi tuberkulosis, 329 virus, 393-398, 3949, 395-397r. Lihat juga organisme
Reaktivasi virus, spesifik
generik, 400 patogenesis dan, 404, 406t
nongenerik, 465 Replikon, 101
Recrudescence, pada malaria, 691 rekombinan, 104
842 INDEKS

Represi katabolit, pada bakteri, 19 jalur infeksi, 406t


Represi, gen replikasi litik, selama keadaan profaga, i01 kandungan genetik, 603, 6049
Reseptor adenovirus coxsackie (coxsackie-adenouirus kisaran pejamu, 603
receptor, CAR), 43i klasifikasi, 601-604, 6049
Reseptor CR2, untuk virus Epstein-Barr, 456 manusia, 606-607, 6079. Lihat juga Infeksi HIV/AIDS
reseptor permukaan sel, 133-137 potensial onkogenik, 603-604
Resepror sel T, I 33-134 replikasi, 382, 396-397t, 605g, 506
aB, 133 retensi sel pejamu pada asam nukleat, 600
interaksi MHC dan', 134, \35, l35g struktur dan komposisi, 600-601, 6029
61, 166-169. Lihat juga agen spesifik
Resistansi (obat), transformasi cacat, 399
arti klinis, f68-169 transformasi detektif, 603
asal, 167-168 Reumatik gurun, 650
beta-iaktamase dan, 164 Reuerse- trantcrip tas e p o lymeras e c/t ain reac tion (RT PCR),
ekstrakromosom, 167 -168 605s, 606
genetik,167-168 pada diagnosis hepatitis C, 486
kromosom, 167 pada identifikasi enrerovirus, 507
nongenetik, I 67 pada identifikasi HlY, 627
pemhatasan, 168 Reversi, genotipik dan fenotipik, 107
penggunaan antibiotik sembarangan dan, 173 RFLB 116
plasmid (faktor R), 4, 167-1,69 dalam penentuan subtipe, 50
resistansi silang, 168 Rhabdoviridae, 586
silang, 168 bentuk dan ukuran relatif,3BTg
pada tetrasiklin, 187 replikasi, 396-397t
Respirasi, Rhabdovirus, 586t. Lihat juga Ytrus rabies
anaerob, 91 jalur infeksi, 406t
bakteri, 64, 90-91, 92g klasifikasi, 586
Respons imun/imunitas, replikasi, 396-397t, 586-587, 5889
humoral, respons terhadap virus dan, 408 struktur, 586,5879
pada infeksi virus, 408 c ladi e lla aq uasp e rs a, kromoblastomikosis disebabkan
Rh ino
selular, respons terhadap virus dan, 408 oleh, 646
virus tumor dan, 599 Rhinoskleroma, 257
Respons inflamasi/inflamasi, I22k, 124, 126 Rhinovirus, 381, 497, 509 -5 | l, 5 5 3t. Lih at juga Picornavirus
aktivitas antimikroba dan, 172 diagnosis dari infeksi yang disebabkan oleh, 741t
Respons jaringan terhadap infeksi. Lihat juga Respons klasifikasi, 499t,500
radang/peradangan pengikatan reseptor pada replikasi, 394
aktivitas antimikroba dan, 172 struktur dan komposisi, 497-498
Respons SOS, 106 Rhizobiaceae, dalam fiksasi nitrogen, 80
Respons syok panas, 67 Rhodococcus equi (Corynebacterium equi), 219
Respons yang bergantung pada selT, 142 Rhodospirillum nrbrum, aktivitas yang ditentukan oleh' 99t
Respons yang tidak bergantung pada sel T, 142 Ribavirin, 415, 416r
Restenosis arteri koroner, sitomegalovirus dan, 453 untuk demam Lassa, 541
Restriksi MHC, 134 untuk hepatiris, 493
Retikuium endoplasma, sel eukariot, 10-11 untuk infeksi virus pernapasan sinsitial, 570
kasar, 10 untuk sindrom pulmonal hantavirus, 541
halus, 10, 10g Ribosa difosfat, dalam siklus Calvin, 82g
Retroviridae, 601. Lihat juga Retrovirus Ribosom RNA (rRNA),
bentuk dan ukuran re\adf,3879 dalam diagnostik molekular, 50,725-727
kanker dan, 598t dalam klasifikasi bakteri, 45
replikasi, 396-397t dalam penentuan subtipe bakteri, 50
Retrovirus, 382, 598-599, 600-607, 60k, 6029 dalam resistansi eritromisin, 188
asal pejamu, 60 I kerajaan Archaebacteria dan, 45
ekotropik, 603 untuk identifikasi chlamydia, 739
eksogen, endogen, 601-603 Ribosom, 97, 98g, 107
gen/protein rel HIV 617, 6199 Ribotyping, dalam penentuan subtipe bakteri, 50
INDEKS I

Ribozim, 97, 107 RNA polimerase bergantung DNA, dalam eubakteria vs.
fubulosa difosfat, dalam siklus Calvin, 78, 82g arkhaebakteria/eukariot, 49t
Richettsia ahari, 361, 358t RNA probe, 725. Lihat juga Probe asam nr-rkleat
Rickettsia australis, 358t RNAIII, regulasi virulensi stafilokokus dan, 228
Richettsia conorii, 358r. Rochy Mountain spotted feuer, 358t, 360-361
Richettsia prowazehii, 357, 358t, 361 vaksin melawan, 362
tupai terbang sebagai reservoir, 361 Rodentia,
vaksin melawan, 362 demam berdarah Amerika Selatan ditularkan oleh, 541
Rickettsia richettsii, 357 , .358r., 361 demam berdarah dengan sindrom ginjal (virus Hantaan),
vaksin melawan, 362 539
Richettsia sibirica, 358t demam Lassa ditularkan oleh, 541
Richettsia typhi, 358r, 361 koriomeningitis limfositik ditularkan oleh, 541-542
Rifabutin, 196 pada penularan toksoplasma, 700
Rifampin, 195-196 pada siklus hidup arenavirus, 540-541, 5409
morfogenesis poxvirus dipengaruhi oleh, 466 sindrom pulmonal hantavirus dirularkan oleh,529r' 539
resistansi terhadap, 166, 167, 169, 332 Roseola irtfantum (eksantema subitum), 443, 460
sintesis asam nukleat dipengaruhi oleh, 166, 196 Rotavirus, 381, 514-518, 52Ig
untuk lepra, 194 diare/gastroenteritis disebabkan oleh, 381, 514-518,
untuk tuberkulosis, 196, 332,773 5159, 5r9t, 521g, 760,764t
Rimantadin, 416 diagnosis, 517, 519t, 742t
Risin, pada perang biologi, 786 klasifikasi dan sifat antigenik, 514-515, 517-5189
Ristosetin, sintesis dinding sel dipengaruhi oleh, 87g pada perang biologi, 786
Ritonavir, 415, 4l6t replikasi, 514, 515g
Riuer blindness (onkoserkiasis), 704t struktur dan komposisi, 514, 5l5g
Riwayat, poliomavirus, 608 Rothia dentocariosa, 219
RNA, g6-97 RPR (rapid plasma reagin), uji, untuk sifilis, 340
dalam replikasi faga, 101 rRNA 165, pada diagnostik molekular,725-727
HIV, pemeriksaan untuk, 628, 746,772 untuk identifikasi chlamydia, 739
HIV-I, pemeriksaan untuk, 745-746, 773 RSV (Razs sArcoma uirus), organisasi genetik, 6049
kerja antimikro melalui inhibisi sintesis, 166 RT P CR reuerse-transcriptase,
messenger (mRNA), 97, 107-109 pada identifikasi HIV 746
dalam ekspresi gen, lA7-109 pada identifikasi virus, 744
sebagai cerakan, T3 Ruang periplasma, 15, 17g,269, 30
virus, 386 protein pengikat pada, 18, 30
pada replikasi, 3949, 395-397 Rubeola, 561, 572-576,742t. Lihat juga Virus campak
pada klasifikasi virus, 378
ribosom (rRNA), 97 S
dalam diagnostik molekular, 50, 725-727
untuk identifikasi chlamydia, 739 S. aureus resistan vankomisin (VRSA), 189
dalam klasifikasi bakteri, 45 Salisilat, sindrom Reye dan, 554
dalam penentuan subtipe bakteri, 50 Salmonella Choleraesuis (serogroup Cl), 260-261, 261t,
dalam resistansi eritromisin, 188 760,765t
kerajaan Archaebacteria dan, 45 pola reaksi biokimia pada, 252r
sebagai enzim (ribozim),97, 107 Salmonelk Paratyphi,4 (serogroup A), 260, 261t, 760,765t
splicing, 396 Salmonella Paratyphi I (serogroup B), 260, 760, 765t
susunan, 96-97 Sa lmo ne lla Tltp h imurium, 26 | t
transfer (IRNA), 97, 107 pada perang biologi, 785
dalam ekspresi gen, 107 peta genetik, 104
dalam eubakteria vs. arkhaebakteria/eukariot, 49t Salmonella-arizlna grouP (Salmonella enterical salmonellae),
dalam penentuan subtipe bakteri, 5 I obat untuk, 1BOt
viroid, 2, 383 pola reaksi biokimia pada, 252t
virus Epstein-Barr (EBERs), 456 resistan obat, 169
virus, 2, 377,380t,381, 386-388. Lihat juga Virus RNA S a lrn o ne I laTy p h i (ser o group D), 260, 26 | t 262, 7 60, 7 65 t
tumor, 382 antigen kapsulat 254
844 INDEKS

infeksi disebabkan oleh, 262t, 264, 722t, 760, 765t Schistosoma mansoni, 701, 704t, 7 09g
pola reaksi biokimia pada, 252t S ch istos oma me k ongi, 7 04t
Salpingitis, 758. Lihat juga Penyakit radang panggul Schizotryparuum (Trypanosoma) cruzi, 677, 680-684, 68lr
gonokokus, 304,768 Scrapie, 2, 384, 594r, 595
. Mycoplasma hominis menyebabkan, 355 Scutula, 644
Saluran genital, Sefadroksil, 185
infeksi klamidia, 370 Sefaleksin, I 84g
diagnosis, 370, 723t Sefalosporin, 182,184-1859, 185t. Lihatjuga obat beta
klamidia, diagnosis, 738-739 (B)-laktam
mikoplasma pada, 352 reaksi alergi terhadap, 186
pada infeksi HIYI AIDS, 777r Sefalotin, 186
Saluran genitourinaria, mikoplasma pada, 352 Sefapirin, 186
Saluran kemih, mikoplasma pada, 352, 355 SeFazolin, 184g, 185
Saluran pencernaan, Selepim, 185g, 186
anaiisis spesimen dari, 735-736 Sefoksitin, 186
dalam imunitas bawaan, 123 Sefoperazon, 184g, 186
flora normal, 199t, 200-201 Sefotaksim, 184g, 186
peritonitis dan,759 Sefotetan, 186
pada infeksi HIV/AIDS, 776r-777t Sefradin, 184g, 185
sebagai jaiur masuknya virus, 405, 406t, 412 Seftazidim, 184g, i86
Saluran pernapasan, Seftizoksim, 186
analisis spesimen dari, 735 Seftriakson, 1849, 186
dalam imunitas bawaan, 123-124 Segmen,
flora normal, 199-200, l99t gen D,
mikoplasma pada, 352 imunoglobulin, 132
pada infeksi HIY I AIDS, 777 r reseptor sel T, 133
sebagai jalur masuknya virus, 404-405, 406t, 4I2 gen J'
Saluran pernapasan atas, imunoglobulin, 132
flora normal, 199-200, l99t reseptor sel T, 133
infeksi streptokokus, 240 gen v
Saluran pernapasan bawah, analisis spesimen dari, 735 imunoglobulin, 132
Sampel tinja, analisis, 735-736 reseptor sel T, 133
Sapi, S ekresi,
aphthovirus, 498-512 bronkus, analisis. 735
infeksi poxvirus,464 paru, analisis, 735
Saquinavir, 415, 416r. protein, bakteri, 19-21 ,2lg
Saraf perifer, penyebaran virus melalui, infeksi sistem Sekretoris IgA, 132
pusat dan, 413 Seks, pilus (pilus F), bakteri, 104, l04g
Sarcocystis, 697 Sekuens,
bovihumanis, 697 leader, pada sekresi protein, 20
Iindemanni, 697 pendek yang berulang bersama-sama (STR), 98
'suihumanis, 697 penguac, I 07
Sarcodina, 673 sinyai, pada sekresi protein, 20
Sarcomastigo phora, 67 3 Sel B (limfositB), 122k, 128-129, I29g
Sariawan (demam bisul), 410, 4109, 442, 444, 445g permukaan sel/reseptor antigen pada, 129, 133
Sarkoma Kaposi, pada infeksi HIV/AIDS, 626,775,774t, virus Epstein-Barr yang imoral, 456
776r Sel Clue, pada vaginosis bakteri, 322,737,768-769
Sarkosistin, 697 Sel darah merah, penyebaran virus meialui, 408t
SARS (sraere acute respiratory/ syndrome), coronavirus Sel diploid, eukariot, 5, 97
menyebabkan, 382, 583-584 Sel efektor yang telah dipersenjatai, 140
Scalded shin syndrome, 228 Sel haploid, 100
Scanning electron microscope (SEM), 8 eukariot, 97
Schistosoma haematobium, 701, 704t, 709g gamer, 5
Schistosoma japonicum, 701, 704t, 709g sifat klonal bakteri dan, 152
INDEKS / 845

Sel HeLa, invasi bakteri dan, 154 enterovirus menyebabkan, 506t


Sei Kupffer, 124 rhinovirus menyebabkan, 5A9-511, 553t
Sel M, invasi bakteri dan, 154 virus parainfluenza menyebabkan, 564, 567
Sel memori, 138 Self, pengenalan antigen, 128
Sel NK (natural hiller), 123k, 127 Selubung,
pada respons imun terhadap infeksi HIY, 627 lipid virus, 377, 3789, 388
Sel pembunuh. 627. Lihat juga Sel T sitotoksik glikoprotein pada, 388
alami (se1 NK), 123k, i27 sel, 15, l7g, 269. Lihat juga Dinding sei
Sel, pengelompokan, dalam pertumbuhan bakteri, 40-41 motor flagel pada, 34
Sel penyaji antigen, 129,1299 sintesis lipopolisakarida dan, 85, 889
Sel permisif, replikasi virus dan, 393 spora, 37g, 38
Sel plasma, 123k, 127 virus, 377, 3789, 388
Sel Reed-Sternberg, virus Epstein-Barr pada, 458 glikoprotein pada, 388
Sel saraf, infeksi HIV/AIDS, 624-626 replikasi dan, 3BB, 3899,397
SelT (limfositT), 123k, r28, 1299 Selular (diperantarai sel), imunitas, 122k, 140-142
aB,133 sel T dalam, 142. Lihat juga seIT
y6, I 33 Seluiitis, 239, 720t
cD4, 127, 140-142 Semen, penularan HIV melalui, 629-630
dalam respons terhadap allografltumor, 742 Semliki Forest uirus, 5279
pada infeksi HIV/AIDS, 142, 622-624, 6239,775 Sengken i t,
infeksi MAC dan, 334 babesiosis ditularkan oleh, 695-696
infeksi oportunistik, 626, 658 ehrlichiosis ditularkan melalui, 363
monitoring, 747 penyakit rickettsia ditularkan melalui, 358t, 361
pengenalan molekul MHC keiasi II oleh, 135 Sengkenit anjing. Lihat juga Sengkenit
cD8, 127, 141, 142 Rocky Mountain spotted feuer ditularkan meialui, 361
dalam infeksi HIV/AIDS, 142 Sengkenit Dermacentor,
dalam respons terhadap allograflwmor, 142 Colorado ticb feuer ditularkan oleh, 539
pengenalan molekul MHC kelasi I oleh, 135 ehrlichiosis ditularkan melalui, 364
fungsi, l4l-142 Rickettsia rickettsii pada, 361
pada infeksi virus, 408 Sengkenit Lone Star, ehrlichiosis ditularkan melalui, 363
pada orang dewasa, HTLV-1 menyebabkan, 606 Sensitivitas/reaksi silang sefalosporin dan, 186
pembantu, 127,141. Lihat juga Sel T CD4 penisilin dan, 182
pengenalan molekul MHC kelas II oleh, 135 Sensorik, transduksi, 35
perkembangan, 140 S en tri fu gasi ,

proliferasi dan diferensiasi, 140 dalam pemurnian virus, 391


reseptor permukaan sel pada, 133. Lihat juga Reseptor diferensial, untuk biakan virus, 740
sel T Senyawa,
sel dalam infeksi HIV/AIDS, 142, 408, 623-624, amonium kuaterner, kerja antimikroba, 58t, 61-62
6239,773 virus dan, 393
sitotoksik, 122k, 127 merkuri, kerja antimikroba, 58t
respons imun terhadap infeksi HIV dan, 626 perak, kerja antimikroba, 58t, 61
respons terhadap virus dan,745 Sepsis. Lihat juga Bakteremia
Sel TH1, 141 anthrax,205
SelTH2, 142 Escherichia coli menyebabkan, 257
Sel tidak permisif, replikasi virus dan, 393 obat unruk, 180r
Seleksi, Pseudomonas aeruginosa menyebabkan, 268
alam evolusi mikroorganisme dan, 1 streptokokus, 239
genetik, 96 vibrio menyebabkan, obat untuk, 180t
klonal, 129 Sepsis neonatus streptokokus, 240, 242
Selektif, toksisitas, obat antimikroba, 163 Septata (Encephalitozoon) intestinalh, 7 0 I
Selektin, 126 Septik, definisi, 59
Selesma,4l2t Septum, fungi, 636, 536k
coronavirus menyebabkan, 584, 553t Serangga conenose, tripanosoma Amerika ditularkan oleh,
coxsackievirus menyebabkan, 506, 506t 577
846 INDEKS

Serkaria, 710 penyakit terkait dan, 341-342


Serokonversi, pada infeksi HIV/AIDS , 627, 6289 percobaan, 340
Serra ti a m a rcesce n s, 257 uji serologi untuk, 340-341,737
pola reaksi biokimia pada, 252t Siklopiroks, 669
Serum antirabies kuda, 591 Sikloserin, 196
S ervisi tis, sintesis dinding sel dipengaruhi oleh, 87g' 196
Chtamydia nachomatis menyebabkan , 370, 738-739,767 Siklus,
diagnosis, 723t, 738-739 artropoda-artropoda, 40 1
gonokokus, 304, 723t, 767 artropoda-vertebrata tingkat rendah, 401
asam trikarboksisilat, pada metabolisme mikroba, 77 80g
mukopurulen, 768 '
sF4, 355, 56r Calvin, 64,78, 82g
Sferoplas, 3l-32, 163 eritrosit, plasmodia, 690, 6939
Sferul, pada koksidioidomikosis, 650, 6509 glioksilat, dalam biosintesis suksinat, 77
' 8Ig
Shigella boydii, 255t Silang,
pola reaksi biokimia pada, 252t manusia-artropoda, 40 1
Shigella dysenteriae, 255r., 259 maltese, pada babesiosis, 696
eksotoksin dihasilkan oleh, 259, 753t SiIia. Lihat juga Flagela
pada perang biologi, 785 eukariot, I1,12g
pola reaksi biokimia pada, 252r Simbiosis, 1, 4
Shigella flexneri, 255t, 259, 759 Simetri,
pola reaksi biokimia pada, 252t heliks, pada virus, 3789, 380t, 385, 385g
Shigella sonnei, 255r, 259 ikosahedral, virus, 3789, 3849, 385, 3859
pola reaksi biokimia pada, 252t kubik, pada virus, 3849, 385
Shingle (zoster), 4109, 411, 443, 448, 553t. Lihat juga Simian immunodefciency uirus (SIV), 619, 62k,622. Lihat
Virus varisela-zoster juga Infeksi HIV/AIDS; Lentivirus
diagnosis, 451, 742-743t Simport, 18, 20g
epidemiologi, 451 Sinaptobrevin,
gambaran klinis pada, 450, 4509 tetanospasmin memengaruhi, I56, 209
imunitas terhadap, 450 toksin botulinum menghasilkan, 208
pada infeksi HIY I AIDS, 776t Sinar X, kristalografi, simetri virus diteliti dengan, 384
patogenesis dan patologi, 448 Sindrom,
Shipping feuer uirus, 561 Chddiak-Higashi, defek fagositosis, 125
Shock-sensitiue, transpor yang bergantung pada protein, 18 kelelahan kronik, infeksi enterovirus/coxsackievirus, 507
Shotgunning, dalam pengurutan DNA, 115 pulmonal Hantavirus, 529t, 539-540
Sialoglobosid, gonokokus, 303t Reye, influenza dan, 554
Sialoparaglobosid, gonokokus, 303t syok dengue, 536
Sianobakteria, struktur sitoplasma pada, 14-15, l4g, 169 syok toksik, 156, 228-229
Siberian tick typhus, 358t streptokokus, 236, 240
Sick buil.ding syndrome, 664 uremik hemolitrk, T22r
Siderofor, 66,160 uretra, Chlamydia tracltomatis menyebabkan, 370
'Waterhouse-Friderichsen, 307
Sideramin, 66
Sidofovir (HPMPC), untuk infeksi poxvirus, 469 Sinergisme, terapi kombinasi, 174
Sifat morfologik, dalam klasifikasi eukariot, 5 Sinoksasin, 192
Sifi lis, 3 39-34 l, 7 69 -7 7 Or.. Li h at j uga Trep on em a p a llidum Sinsitial, pembentukan paramiksovirus, 564, 5669
diagnosis, 340-341, 723r, 737, 769, 770t Sintaksin, toksin botulinum memengaruhi, 208
didapat, 340 S inte sis,
epidemiolog/pencegahan/pengendalian, 341 oligonukleotida kimiawi,
imunitas dan, 341 dalam mutagenesis terarah, 115, 1l5g
kelinci, 342 dalam pengurutan DNA, 1 15
Treponema cuniculi menyebabkan, 342 diagnostik molekular dan, 725
kongenital, 340 protein,
obat untuk, l9lt,341 bakteri, kerja antimikroba melalui inhibisi, 165
pada infeksi HIV/AIDS, 341,777t dalam eubakteria vs. arkhaebakteria/eukariot, 49t
patogenesis/patologi/temuan klinis pada, 339-340 Sinusitis, bakteri anaerob menyebabkan, 737
INDEKS / 847

Sinyal kostimulasi, dalam proliferasi dan diferensiasi sel Sirolisis, 122k


T, 140 komplemen menyebabkan, i40
Siprofloksasin, 192, 1939, l93t Sitomegalovirus, 38 1, 452-456
untuk anthrax,206 efek sitopatik, 4429, 452, 4529
Siput, pada siklus hidup tremaroda, 709-710 imunitas terhadap, 455
Sistem 9+2, untuk susunan mikrotubulus, 11, 129 infeksi disebabkan o\eh, 452-456, 454g
Sistem amplifikasi, diagnosis, 455, 742t, 743-744
probe, pada diagnostik molekular, 728 epidemiologi, 455-456
target, pada diagnostik molekular, 728 gambaran klinis pada, 453-455
infeksi virus dan, 739, 744 pada pejamu imunokompromais/infeksi HIV/AIDS,
Sistem bDNA, pada diagnostik molekular, 728 453, 456, 626,774t, 776r.
pada identifikasi HIV 628 patogenesis dan patologi, 452-453, 4549
Sistem DNA bercabang, pada diagnostik molekular, 728 pengobatan dan pengendalian, 456
pada diagnosis infeksi HIV/AIDS, 626 isolasi, 455,742r
Sistem fosfotransferase, 19 klasifikasi, 440t
Sistem nitrogenase, 79, B3g Sitometri, aliran, 145
Sistem oksidase NADPH, defek dalam, pada penyakit Sitoskeleton, 1 I
granulomatosa kronik, 125 Sitotoksik,
Sistem retikuloentolial, dalam imunitas 6awaan, I24 respons terhadap virus dan, 408
Sistem saraf, 472. Lihat juga Poliomielitis pada rabies selT (limfosirT), 122k
infeksi. 315r. Lihat juga Ensefalitis; Meningitis; Penyakit pengenalan molekul MHC kelas II oleh, 135
neurologik Sitotoksin trakeal, bordetella menghasilkan, 288
I
/3/
anaeroo, -^- Sitotoksisitas selular yang bergantung pada antibodi, sel
virus, 413 pembunuh alami da\am, 127
patogenesis, 409-410, 409g SIV 6i9, 621t
pada campak, 574, 574g Skema pengidentifikasian, untuk bakteri, 43-45
pada infeksi HIV/AIDS, 625-626, 776t Skistosomiasis, 704t
Sistem saraf'pusat, Skizon, plasmodial, 69lt, 6929, 6939
infeksi, 749-753. Lihat juga Ensefalitis; Meningitis; Skoleks, 710
Penyakit neurologik Skotokromogen, mikobakterium, 331, 331t
anaerob, 737 Slime mold, 1, 6
virus, 413 Smallpox, 463, 466-471
patogenesis, 409-410, 4099 diagnosis banding,469
infeksi disebabkan oleh, anaerob, 315t diagnosis, 469
pada campak, 572-574, 574g epidemiologi, 469-470
pada infeksi HIV/AIDS, 624-626, 776t gambaran kiinis pada, 468, 4689
pada parotitis, 571, 742t imunitas terhadap, 468-469
pada rabies, 589 pada perang biologi, 463, 470
pada rubela kongenital, 578 patogenesis dan patologi, 467-468, 467g
poliovirus memengaruhi, 589 pengendalian dan eradikasi, 466-467
Sistem Sec, untuk transpor protein, 20,21g pengobatan, 469
Sistem transpor, bakteri, 18-19, 20g vaksinasi terhadap, 470-47 1
protein membran luar dan, 28 SNAP-25, toksin botulinum memengaruhi, 208
Sistiserkoid, 711 Snffies, pada kelinci,
Sistiserkosis/sistiserki, 702t, 7 | | Bordetela bronchiseptica (Bordetella bronchicanis) me-
Sistitis, 760-765. Lihat juga Infeksi saluran kemih nyebabkan, 287,289
hemoragik Sodium dodecyl sulfute, elektroforesis gel poliakrilamid,
adenovirus menyebabkan, 435 unruk immuno b lo tting, I 46
rekuren, kemoprofilaksis antimikroba dan, 176 Sodoku, 348
Site-directed mutagenesis, 110, 115g, 116 Sordarin, 665
Sitokin, 126-127, l4lq 142 Sortir sel teraktivasi yang berfluoresens (FACS), 145
superantigen memengaruhi pelepasan, 137 South Ajiican ticle feuer, 358t
yang menyebabkan demam, 126 Sparfloksasin, I93t
Sitolisin, bakteri menghasilkan, I59 Sparganosis, 705t,712
848 INDEKS

Sparganum (pleroserkoid), 7 12 Spesies Ehrlichia, 359v 363-364


Spektinomisin, 192 Spesies Enterobacter,
Spektrum diperluas, p-Laktamase, 164 morfoiogi dan identifikasi, 253, 253t
S pesi es, obat untuk, 180t
' 6akteri, 44 Spesies Fiavobacterium, aktivitas yang ditentukan oleh
eukarior,5,44 plasmid, 99t
jumlah yang diketahui/diperkirakan, 50t S pes ies F r ancisellal Fran c i s e II a tw I are n s i s, 29 2 -29 3. Li h at
Spesies Acinobacter, 27 0 juga Tularemia
obat untuk, 179t,270 pada perang biologi, 784
Spesies actinomyces, 219, 312t, 313 Spesies Gamella, 247, 248t
infeksi disebabkan oleh, 315t Spesies Haemophilus , 284-287, 285t
obat untuk, l9lt,222 obat r-rntuk, 180t
Spesies a€rococcus, 247 -248, 248t Spesies Hartmanella, meningoensefalitis akibat ameba
Spesies aeromonas, 274, 277-278 disebabkan oleh, 689-690
Spesies Alcaligenes, 27 0-27 1 Spesies Helicobacter, 274, 280-281
Spesies Alternaria, faeohifomikosis disebabkan oleh, 648 Spesies Kingella, 27I
Spesies Aspergillusl aspergillosii, 639g, 662-663 Spesies Klebsiella,
diagnosis, 662-663, 726t aktivitas yang ditentukan oleh plasmid, 99t
Spesies bakteroides, 3lI-312 infeksi disebabkan oleh, 257
obat untuk, 179t, 316 morfologi dan identifikasi, 253, 253t
Spesies basilus, 204-207 obat untuk, 180t
obat untuk, 181t srruktur anrigen, 254
pembentukan endospora oleh, 38, 204 Spesies klostridium/ciostridia, 207 -212, 312t, 313-314
Spesies borrelia, 342-346 infeksi disebabkan oleh, 210-212, 314' 315t
Spesies Bortonella, 320-322 obat untuk, 181t
Spesies Brusella/bruc ellae, 289 -292 pembentukan endospora oleh, 38
obat untuk, 179r,29I Spesies kurvularia, faeohifomikosis disebabkan oleh, 648
Spesies Campylobacter, 274, 278-280, 278g Spesies Lactococcus, 247
Spesies Candida, 658-660, 6599 Spesies legionellal legi one llae, 3 1 8-320, 3 1 8t
diagnosis, 559-660, 727t obat untuk, 180t, 320
endokarditis disebabkan o\eh, 659, 758 pneumonia disebabkan oleh, 318-320, 754' 757r
pada infeksi HIV/AIDS, 659, 774t, 776-777t defek fagositosis dan, I25,3I9
vulvovaginitis disebabkan oleh, 658, 737, 768, 769t Spesies Leishmania, 677-680
Spesies Capnocytophaga, 221, 271 kutan, 678-680
Spesies Chlamydia/chiamydiae, 4, 366-375, 367g. Lihat mukokutan (espundia), 678-679
juga lenis spesifik viseral (kala- azar), 677 -680
antigen,367 Spesies Leptospira, 346-348, 347t
diagnosis infetrai yang disebabkan oleh, 369-37I, 373- obat untuk, 181t, 348
375, 723-724t, 738-739 Spesies Mikrokokus, 225
hubungan pejamu-parasit dan, 368 Spesies Moraxella, 27I
klasifikasi, 368-369, 368r Spesies Morganella,
komposisi struktur/kimia, 366 morfologi Can identifi kasi, 253-254
obat untuk, 181t, 371-375 obat untuk, 180t
pertumbuhan/metabolisme, 367 -368 Spesies Mucor, 663
sifat pewarnaan, 367 diagnosis terhadap infeksi disebabkan o\eh, 663,727t
siklus perkembangan, 366 Spesies Nae gleri a/l/a egleri a fo w ler i, 689 - 69 0
Spesies Chryseobacte rium, 27 I meningitis disebabkan oleh, 750
Spesies Citrobacter, Spesies Neisseria/zelsseriae, 300-309
infeksi disebabkan oleh, 257 morfologi dan identifikasi, 300, 301g' 301t
morfologi dan identifikasi, 254 reaksi biokimia, 300, 301g
Spesies Cryptosporidium/kriptosporidiosis, 697 Spes ies Nokardia/nokar diosis, 222
pada infeksi HIV/AIDS, 697, 775t, 777t identifi kasi/diagnosis, 222, 7 26t
Spesies Dirofilaria, 703t obat untuk, 223, ISII
Spesies Echinococcus, ekinokokosis, 702t, 711' Tl|g Spesies Pasteurella, 298
INDEKS / 849

Spesies Pediococcus, 247, 248t Spesies Yersinia, 295-297


Spesies Peptostreptokokus, 235t, 238, 312t, 3I4 pengaturan virulensi, 295
infeksi disebabkan oleh, 315t,737 Spesifik-grup, antigen dinding sel, 234, 235r, 235-237
klasifikasi, 235t, 238 Spesimen,
Spdsies Plasmodium, 673, 690-695, 69tt, 692-6939,702t cairan serebrospinal, 734
resistan obat,694 darah,73I-732
Spesies Plesiomonas/ Plesiomonas shigelloides, 274, 278 dari luka/abses, 7 30-7 3l
Spesies Porfitomonas, 313 dari saluran pencernaan, /36
Spesies Preteus, infeksi disebabkan oleh, 257 feses, analisis, 735-736
Spesies Propionibakterium, 219, 312t, 313 sekresi pernapasan, 734-735
infeksi disebabkan oleh, 3l5t untuk diagnosis pada infeksi chlamydia, 738
SpesiesP roteus, mo rfolo gi dan identifi k asi, 25 3 -25 4, 25 3 r. untuk diagnosis pada infeksi virus, 739-740
Spesies Providencia, 257 untuk infeksi diagnosis bakteri dan fungi, 718
infeksi disebabkan oleh, 257 urine,732-734
morfologi dan identifikasi, 253-254, 253r Spirillum minor (Spritillum morsus muris), 348
obat untuk, i80t Spiroket, 46t, 338-350
Spesies Provorella, 312-31 3 obat unruk, 181r
obar unruk, I79t pada mulut normal dan membran mukosa, 349
Spesies Pseudomonas, penyakit fusospiroketa dan, 349
aktivitas yang ditentukan oleh plasmid, 99t Sp i rom er rn eri n a cei, 7 05r

morfologi dan identifikasi, 253t Spirometra mansonoides, 7 05t


osteomielitis disebabkan oleh, 766 Spiropiasma, 353
peta genetik, 104 Splenektomi, infeksi dan, I24
strai pembenruk es, I l8 babesiosis, 696
Spesies Rickettsia, 4, 46t, 357-364, 358t Splicing RNA, 396
antigen dan serologi, 357-359 Spora,
infeksi disebabkan oleh, 358t, 359-363 bakteri (endospora), 36-37g, 38-39, 204-213
sifat,357 basilus gram positif pembentuk, 38
vaksin melawan, 362-363 pembentukan basil gram positif, 46t
Spesies Sarkosistis, 697 pewarnaan, 40
Spesies Schistosoma, 704t, 709, 709g dinding, 38
Spesies Serratia,257 fungi, 636k, 638-639
morfologi dan identifikasi, 253, 253t korteks, 37g, 38
obat untuk, 180t sebagai kriteria klasifikasi, 4
Spesies Shigellal shige llae, 25 5 r, 258-260 selubung, 37g,38
infeksi disebabkan oleh, 259 Sporangifora, 639
diare/gastroenteritis, 259, 722t, 7 59-760, 7 63r Sporangiospo ra, 636k, 638, 6389
mekanisme invasi, I54, 259 Sporangium, 636k, 6389, 639
morfologi dan identifikasi, 253t, 254, 255r, 258 Sporokis ta,
obat untuk, 180t, 260 sarkosistis, 697
pada perang biologi, 785 toksoplasma, 698
patogenik,255t trematoda, 709
resistan obat, 169,260 Sporothrix schenckiil sporotrikosis, 645-546, 645g
struktur antigen, 258-259 diagnosis, 645, 727t
toksin dihasilkan oieh, 259,763r Sporotrikin, 645
Spesies Spirometra, 705t, 712 Sporozoa darah, 673, 690-696
Spesies Toxocara, 703t Sporozoa, 673,696-700
Spesies Tieponema, 338 darah, 673, 690-696
Sp esies Tr i c h o s tro n gt lus I tr rkostr o neiliasis, 70 6 t Sporozoi t.
Spesies Veillonella, 312t, 313 plasmodial, 690, 6939
Spesies Vibrio, 27 4-277 sarkosistis, 697
obat untuk, 180t,276 toksoplasma, 698
penyakit pencernaan disebabkan o\eh, 276, 722t, 760 Sporulasi, 36-37g, 38
yang penting dalam bidang kedokteran, 275t Spotted feuer, 358t, 360, 362
INDEKS

Sputum, gonokokus, 304


analisis, 735-755 klamidia, 370
pada pneumonia,754 Stomatitis,
STa (heat-stable enterotoxizlenterotoksin stabil terhadap papula sapi,465t
' panas), Escberichia coli enrerotoksigenik menghasil- uincent, 349
kan,256,762t Stomatococcus mucilaginosus, 248
Stabil terhadap panas (HL), Escherichia coli entero- Strain,
toksigenik menghasilkan, 762t Asibi, virus demam kuning, 535
Stafilokinase, 227 Tracy, Bacillus subtilis, basitrasin diturunkan dari, 190
Stafilokokus, 225-231. Lihat juga jenis spesifik T\7AR, Chlamydia pneumoniae, 373
koagulase-neg atif , 225 S trep to o cc a I d oxyi b o nuc lease (strep todornase),
c e pen ghasi I
koagulase-po sirif , 225 bakreri, 236
morfologi dan identifi kasi, 225 -226, 2269, 229 -230 Streptococctts agalactiae, 233, 235t
obat untuk, 179t,230 klasifikasi, 235r, 237
resistan metisiiin, 179t, 226, 230 meningitis disebabkan oleh, 750, 750r
resistan obat, 168, 226,230 Streptoclccus anginosus (S constellatusl S intermed'iusl S
srruktur anigen,227 milleri), 235t
toksin dan enzim dihasilkan oieh, 155,227-228, 760, abses otak disebabkan oleh,752
762r. klasifikasi, 238
pada perang biologi, 784 Streptococcus bouis, 235t, 758
Stafilokokus, enterotoksin, 228 klasifikasi, 235t, 237
Stap hylococcus aureus, 225 Streptococcus dysgalactiae, 235 t
infeksi disebabkan oleh, 227-229 Streptococcus dysgalactiae equisimilis, 235t
abses otak, 752 Streptococcus gup N,
artritis, 724t aktivitas yang ditentukan oleh plasmid, 99t
bakteremia,229 Streptococcus mitis, 238. Lihat juga Streptokokus viridans
diagnosis, 229-230, 720r abses otak disebabkan oleh,752
endokarditis, 230, 758 Streptococcus mutans, 238, 758. Lihat juga Streptokokus
gastroenteritis, 157, 227, 760 viridans
osteomielitis, 230, 724t, 765 Streptococcus Pneumoniae (pne umokoku s) , 233, 235t, 243-
pada infeksi HIV/AIDS, 776t 245,2439
pengobatan, 230 asam teikoat pada, 25, 243
pneumonia, 230, 721t, 754, 756r klasifikasi, 235t, 238
penghasil penisilinase, 179r, 230 meningitis disebabkan o|eh, 244, 750, 750t
peptidoglikan, 23g, 24, 227 diagnosis, 245, 720r
regulasi virulensi, 228 obat untuk, 179t
resistan obat, 168, 230 pneumonia disebabkan oleh, 244-245, 753,756r
tolain dan enzim dihasilkan, 156-159, 227, 760, 762t diagnosis, 245, 72lt
Staphylococcus epidermidis, 225, 230 proses infeksi daIam, 152
endokarditis disebabkan oleh, 758 polimer ekstraselular disintesis oleh, 31t
Staphylococcus hominis, 225 resistan obat, 168-169, 245
Stap hy lococcuslugdunensis, 225 Streptococcus pllgenes, 233, 235t
Staphy lococcus saprop hyticus, 225 asam lipoteikoat pada, 25, 36
infeksi saluran kemih disebabkan oleh, 225,761 infeksi disebabkan oleh, 238-239
Staphy lococcuswarneri, 225 klasifikasi, 235r, 237
Stavudine (d4t),4l6t polimer ekstraselular disintesis oleh, 31t
Stenotrop homonas mahophilia, 267 t, 269 -27 0 protein M pada, 25, 154,234
Sterilan fase uap, kerja antimikroba, 59r, 62 Streptococcus saliuarius, 238, 758. Lihat juga Streptokokus
Sterilisasi,56-57 viridans
dengan panas, 67, 67 polimer ekstraselular disintesis oleh, 31t
oleh etilen oksida, 59t, 61 St/eptococcus sanguis, 238, 755, 758. Lihat juga Strep'
virus, 393 tokokus viridans
Sterilitas (infertilitas), penyakit radang panggul menyebab- Streptodornase (stre?tococcal deoxyribonuclease), 236
kan, 768 Streptogramin, 190
INDEKS / 851

Streptokinase (fibrinolisin), 159, 234-236 antigen dinding sel, 234


Streptokokus, 233-248, 2349, 235r.. Lihat juga jenis klasifikasi, 238
spesifik obat untuk, 179t
aktivitas yang ditentukan oleh plasmid, 99t Streptokokus grup H, 238
eksotoksin pirogenik, 236 Streptokokus grup K-U, 238
gangrene (necrotizing fasciitis), 239 Streptokokus grup N, klasifikasi, 238
infeksi disebabkan oleh, 238-242 Streptokokus viridans, 235t
endokarditis, 240, 759 endokarditis disebabkan oleh, 239, 758
penyakit terkait dengah (penyakit pascastreptokokus), klasifikasi, 235t, 238
240-241 Streptolisin O, 159, 236
klasifikasi, 236 anribodi terhadap (antistreprolisin O), 236, 241
morfologi dan identifikasi, 234,2349, 241-242 uji serologi untuk, 241
obat untuk, 179r,242 Streptolisin S, 159, 236
osteomielitis disebabkan oleh, 766 Streptomisin, 19l-I92
penting secara medis, 237-238 resistansi terhadap, I69, 192, 332
pioderma, 239 mutasi kromosom, 192, 332
protein M pada, 25, 36,234 oleh enterokokus, 191-192, 246, 246t
sindrom syok toksik, 236, 240 sintesis protein dipengaruhi oleh, 165
strain resistan, 242 untuk tuberkulosis, I 9l-192, 332, 773
struktur antigen,233 Streptomyces somaliensis, aktinomisetoma disebabkan, 223
toksin dan enzim dihasilkan oleh, 234-236 Strobila,710
toksin eritrogenrk, 236, 240 id e s te rc o ra li s I str ongylo idiasis, 7 0 5 t, 7 0 6, 7 07 g,
Stro ngt lo s 70 8
varian secara nutrisi, 238 Struktur kompleks, virus, 385, 387g
Streptokokus dependen piridoksal, 238 Struktur sel, B-42. Lihat juga komponen spesifik
Streptokokus grup A, 233,237. Lihat jugajenis spesifik metode optik untuk pemeriksaan, 8-9
antigen dinding sel, 234 metode pewarnaan untuk pemeriksaan, 39-40
biakan,247 perubahan selama pertumbuhan, 40-41
infeksi disebabkan oleh, 238 sel eukariot, 9-11, 10g
diagnosis, 721t, 725 sel prokariot, 1l-40
penyakit terkait dengan (penyakit pascastreptokokus), Struktur serat, adenovirus, 430-431, 431g
240-241 Struktur sitoplasma sel eukariot, 10-11
obat untuk, l79u 242 sei prokariot, 14-b, 14g
pada sindrom syok toksik, 236,240 SU (gp120) protein, HIV 618, 619-6209
polimer ekstraselular disintesis oleh, 31t antibodi terhadap, 627, 627t
protein M pada, rumbai, 154, 234 Subkelas imunoglobulin, 122k
toksin dan enzim dihasilkan oleh, 157, I59,234-235 Subklon, 1 14
uji deteksi antigen untuk, 24I,725 Substitusi basa, 106
Streptokokus grup B, 233,237. Lihat juga jenis spesifik dalam mutagenesis terarah, 1159, 116
antigen dinding sel, 234 Substrat, fosforilasi, 85-86
infeksi disebabkan oleh, 240 dalam fermentasi, 63, 85-86, 89-91g
meningitis disebabkan o\eh, 720t, 750, 750t dalam pembentukan fosfoenolpiruvat, 76, 79g
obat untuk, 179t pembalikan kerja antibakteri dengan, 60
sepsis neonatus disebabkan oleh, 240,242 strategi untuk, 85-86
Streptokokus grup C,237 Subtipe, dalam klasifikasi bakteri, 48-50
antigen dinding sel, 234 Subunit virus, 378
obat untuk, 179t Suksinal-KoA, dalam metabolisme mikroba, 77
Streptokokus grup D, 233,237. Lihat juga Enterococci Suksinat,
antigen dinding se|, 234 dalam metabolisme karbohidrat, 77-78,80-8 1g
endokarditis subakut disebabkan oleh, 239 pada asam telkoat,26
Streptokokus grup E, 238 Suksinil-KoA, dalam metabolisme mikroba, 80g
Streptokokus grup F, 238 Sulfametoksi piridazin, 19 3

antigen dinding sel, 234 Sulfat, sebagai sulgur untuk pertumbuhan mikroba, 65
klasifikasi, 238 Sulfhidril, gugus bebas, pembuangan oleh agen anti-
Streptokokus grup G, 237 mikroba, 60
852 INDEKS

Sulfisoksazol, 193 Thq polimerase, 48


Sulfonamid, 193-194 Tatanama, dalam klasifikasi bakteri, 43
resistansi terhadap, 168, 194 TCBS (tiosulfat-sitrat-empedu-sukrosa), agar, untuk
sintesis asam nuklear dipengaruhi oleh, 166 biakan Vibrio cholerae, 274, 276
Sulfur, Teikoplanin, 189
produksi bakteri, 15 resistansi enterokokus terhadap, 246
untuk pertumbuhan mikroba, 55, 65 Tekanan osmotik,
Superantigen, 135g, 137 dinding sel bakteri menyediakan perlindungan, 22, 22g
toksin stafilokokus bebagai, 228 pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh, 68
Supercoiling, 96 Tekanan turgor, transpor kalium pada pemeliharaan
Supergen imunoglobulin, 135-136 Escherichia coli, 19
Superinfeksi, penggunaan antibiotik sembaranan dan, 173 Teknik biakan sel, untuk biakan virus, 740-743, 744g
Superoksida, Teknik Maxam-Gilbert, untuk pengurutan DNA, 114
dalam imunitas bawaan, 125 Teknik pembayangan, pada mikroskop elektron, 8
dismutase, 68, 31 1 Teknik pembiakan sel, untuk pembiakan virus, 388-390,
Bacteroides fagilis menghasilkan, 315 390s
metabolisme aerob menghasilkan, 68 Teleomorf, 636k, 638
S upresi, Telinga tengah, analisis spesimen dari, 735
ekstragenik dan intragenik, 107 Telomer, 100
nonsense, 107 Tempat masuk kuman, 123-124
Surface (Su/gpl2}) protein, HIV 618, 619-6209 sawar, 723-124
antibodi terhadap, 627, 627t Tempat masuk ribosom internal (internal ribosome entry
Susu, parteurisasi, slra [IRES]), pada replikasi picornavirus, 500
pada pencegahan bruselosis, 289, 29I-292 Tempar masuk, 152
pada pencegahan demam Q ZeZ Temperatur,
pada pencegahan infeksi streptokokus, 242 pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh, 67, 67g
sY40, 379, 609 tubuh, demam dan, 126
pada infeksi HIV/AIDS, 626 Tbmplate, DNA sebagai, pengurutan dan, 115
patogenesis dan patologi infetr<si dengan, 610 Terapi gen, vektor virus pada, 401
protein transformasi/target selular, 608t, 609 adenovirus sebagai, 434
replikasi, 609g,610 Terapi kombinasi, 17 3-17 4
SY5, 561, 5629 Terbinafin, 668
Swatransmisi, plasmid, 103, l03g Terkonazol, 669
Syok dingin, 67 Terminasi dideoksi (metode Sanger), untuk pengurutan
Syok, pada dengue, 536 DNA, 1T4, TI4g
Termofilik, rentang temperatur optimal untuk, 67
Tes fluoresens antibodi,
T dalam identifikasi streptokokus grup A, 241
Thenia saginata, 705t, 712,7119 Tes pembengkakan kapsul, untuk Streptococcus pneumoniae
Taenia solium, 702t, 705t, 711g, 712 (pneumokokus), 243 -244
Tak sempurna, fungi, 6 Tes PYR, 241
Takik, translasi, I I7 Tes \7ida1, untuk salmonellae, 262
Takizoit, toksoplasma, 698, 699 Testis, parotitis memengaruhi, 57 |
Taksis penerima elektron, 35 Tetanospasmin (toksin tetanus), 156, 20c), 313
Taksometrik (tatrrsonomi numerik), 44 Tetanus, 156,209-210, 313. Lihat juga Clostridium tetani
Taksonomi, antitoksin,2l0
klasifikasi bakteri dan, 43 imunoglobulin, 210
klasifikasi virus dan, 379 obat untuk, 181t, 210
klasifikasi, hubungan filogenetik dan, 44-45, 44t toksin, 209
komputer (numerik), 44 toksoid, 209-210, 313
Tanapoxvirus, isolasi dan identifikasi, 7 42t toksoid difteri dan pertusis dikombinasikan dengan,
Tanda Romana, 682 218
TAP (transporter terkait dengan pemprosesan antigen), Tetrasiklin, 187-188, 187g
\369, 137 hidroklorida, 187
INDEKS I 853

resistansi terhadap, 165 TNF-B (faktor nekrosis tumor beta), 141t


sintesis protein dipengaruhi oleh, 165-166 Tobramisin, 191
Theileria (Babesia) microti, 695 -69 6 resistansi enterokokus rcrhadap, 246t
Thrush (kandidiasis oral), 658 Togaviridae, 525t, 526, 576. Lihat juga Togavirus
pada infeksi HIV/AIDS, 658,776r bentuk dan ukuran relatif,3879,
pengobatan, 660 replikasi, 396-397r
Tick feuer (Colorado tich feuer), 529t, 538-539 Togavirus, 382, 525r
Tifus, 358t, 359-36r replikasi,396-397t
kambuhan (penyakit Brill-Zinsser), 358t, 361-362 jalur infeksi, 406t
vaksin melawan, 362-363 sifat antigenik, 526
Tifus endemik (Murine), 358t, 359-360, 362 klasifi kasiisifat, 525t, 525
Tifus epidemik (yang dituiarkan kutu), 358t, 359, 361- ensefalitis disebabkan o|eh, 526-533
362 replikasi, 526, 5309
Tifus kutu,

Anda mungkin juga menyukai