PROTOZOOLOGI
KEDOKTERAN
HANDBOOK OF MEDICAL
PROTOZOOLOGY
2
KATA PENGANTAR
Berbagai jenis parasit protozoa dapat menimbulkan penyakit pada manusia, baik
yang menyerang saluran percenaan dan usus, alat pernapasan maupun organ-
organ tubuh lainnya. Beberapa diantaranya dapat menimbulkan kecacatan fisik
pada bayi dan orang dewasa misalnya Toxoplasma gondii. Malaria sampai sekarang
belum dapat diberantas dari Indonesia dan berbagai negara di dunia sehingga
menimbulkan penderitaan ratusan juta jiwa manusia dengan angka kematian
yang tinggi.
Banyak penyakit protozoa merupakan penyakit zoonosis yang dapat ditularkan dari
hewan ke manusia. Penyakit-penyakit ini sulit diberantas dan pencegahan serta
penanganannya harus dilakukan secara terpadu antara Departemen Kesehatan
dengan Departemen-departemen lainnya, dan didukung oleh peran serta seluruh
anggota masyarakat .
Buku Ajar Protozoologi Kedokteran dan informasi ilmiah terkait penyakit protozoa
yang ditulis dan mudah dipahami oleh mahasiswa kedokteran, kesehatan
masyarakat, petugas-petugas kesehatan dan kedokteran termasuk masyarakat
veteriner di Indonesia masih kurang memadai jumlahnya. Karena itu penulis
mencoba mengisi khasanah pustaka tentang penyakit protozoa tersebut dengan
menggali informasi dari berbagai sumber ilmu, baik literatur kepustakaan, maupun
informasi mutakhir yang tersedia di situs-situs internet dari sumber-sumber lain
yang dapat dipertanggung jawabkan, misalnya dari publkasi ilmiah perguruan-
perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri, dari Word Health Organization,
Center for Disease Control USA, Majalah Kesehatan dan Kedokteran Internasional
dan Nasional, dan dari berbagai sumber ilmiah lainnya. Untuk itu penulis sangat
berterima kasih kepada para penulis, peneliti dan pengelola sumber-sumber
informasi tersebut yang secara langsung maupun tidak langsung telah
meningkatkan wawasan keilmuan para akademisi, kemampuan para praktisi dan
3
Penerbitan buku ini dapat dimanfaatkan oleh para dokter dan mahasiswa
kedokteran, keperawatan, kesehatan masyarakat serta tenaga-tenaga profesi
dalam lingkup kesehatan manusia dan juga oleh dokter hewan dan mahasiswa
kedokteran hewan, biologi dan farmasi karena buku ini juga meliput penyakit
zoonosis protozoa yang bisa ditularkan dari hewan ke manusia. Selain itu tenaga
tenaga profesi dan mahasiswa yang terkait dengan bidang kesehatan lingkungan,
peternakan dan veteriner serta teknologi kesehatan lainnya dapat mengambil
manfaat buku ini. Masyarakat umum dapat juga menambah wawasan ilmu
pengetahuan kesehatan terutama dalam mengenal dan memahami penyakit-
penyakit protozoa yang banyak menyerang manusia dan hewan, karena informasi
yang disampaikan diberikan dengan ringkas agar mudah dipahami.
Semoga tujuan buku ini untuk turut meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam
mengenal dan memahami penyakit-penyakit protozoa di Indonesia khususnya,
serta dapat turut serta berperan mencegah penyebarannya, dengan tujuan akhir
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dapat tercapai.
Masukan-masukan serta saran-saran untuk menyempurnakan isi buku ini sangat
penulis harapkan karena dengan demikian tujuan diterbitkannya buku ini dapat
terlaksana.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
Bab 1. PENDAHULUAN 1
Taksonomi 2
Morfologi sel protozoa 2
Siklus hidup 4
Pengelompokan protozoa 6
Bab 2. RHIZOPODA 8
AMUBA USUS 10
Entamoeba histolytica 11
Distribusi geografis 11
Habitat 11
Morfologi E.histolytica 12
Reproduksi E.histolytica 16
Siklus hidup 17
Cara infeksi 17
Contact carrier dan convalesent carrier 18
AMUBIASIS 19
Patogenesis 19
Amubiasis usus 20
Amubiasis hati 21
Amubiasis ekstra intestinal lainnya 23
Diagnosis amubiasis 24
Pengobatan amubiasis 25
Pencegahan amubiasis 27
5
Entamoeba coli 28
Amoeba meningoensefalitis 31
Naegleria fowleri 31
Acanthamoeba 32
Cara infeksi 32
Gejala klinis dan diagnosis 32
Pengobatan dan pencegahan 33
RHIZOPODA TIDAK PATOGEN 33
Entamoeba gingivalis 34
Endolimax nana 34
Iodamoeba butschlii 35
Dientamoeba fragilis 36
Diferensiasi protozoa usus 37
Bab 3. CILIATA 38
Balantidium coli 39
Morfologi parasit 39
Trofozoit 40
Kista 40
Siklus hidup 42
Patogenesis 43
Diagnosis balantidiosis 43
Pengobatan dan pencegahan 44
Epidemiologi 49
Patogenesis dan gejala klinis trikomoniasis 49
Diagnosis trikomoniasis 50
Pengobatan dan pencegahan trikomoniasis 51
Giardia lamblia 52
Distribusi geografis 52
Morfologi parasit 53
Siklus Hidup dan penularan 56
Patogenesis 57
Diagnosis giardiasis 57
Pengobatan giardiasis 58
Pencegahan giardiasis 59
FLAGELLATA TIDAK PATOGEN 60
Enteromonas hominis 60
Chilomastix mesnili 61
Embadomonas intestinalis 62
Diferensiasi morfologi flagellata 63
Leishmania donovani 85
Leishmania tropica 92
Leihmania braziliensisis 95
Bab 6. SPOROZOA 99
Coccidia 101
Isospora belli 103
Cyclospora 105
Cryptosporidium 108
Distribusi geografis 108
Morfologi parasit 108
Patogenesis dan gejala klinis 110
Diagnosis kriptosporidiosis 111
Pengobatan dan pencegahan 112
GLOSSARIUM 187
INDEKS 212
10
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Bab 1
PENDAHULUAN
Taksonomi
Pengelompokan protozoa
15
tubuh yang hanya terdiri dari satu sel namun sudah memiliki fungsi lengkap
makhluk hidup. Protozoa mempunyai alat reproduksi, alat pencernaan
makanan, sistem pernapasan, organ ekskresi dan organ-organ untuk
keperluan hidup lainnya.
TAKSONOMI
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Protozoa
Filum : Sarcomastigophora
Subfilum : Sarcodina
Genus : Entamoeba
Subfilum : Mastigophora
Genus : Giardia, Trichomonas
Filum : Apicomplexa
Genus : Plasmodium, Isospora,Toxoplasma
Filum : Ciliophora
Genus : Balantidium
Filum : Microspora
Genus : Microsporidium(Enterocytozoon)
Inti protozoa yang merupakan struktur yang sangat penting dalam mengatur
fungsi hidup parasit dan reproduksi sel juga terdapat di dalam endoplasma.
Inti memiliki beberapa struktur antara lain adalah selaput inti (nuclear
membrane), kariosom atau plastin, butir-butir kromatin (chromatin granule),
dan serabut linin. Pada umumnya protozoa hanya mempunyai satu inti.
Hanya filum Ciliophora (Ciliata) yang mempunyai dua buah inti, yaitu
mikronukleus yang berukuran kecil dan makronukleus yang berukuran
besar. Pada beberapa jenis protozoa terdapat kinetoplas yang merupakan
inti pelengkap dan terdapat dalam bentuk benda parabasal atau blefaroplas.
17
Siklus hidup
Siklus hidup protozoa umumnya mempunyai dua bentuk atau stadium, yaitu
bentuk trofozoit yang merupakan bentuk aktif dan stadium kista yang
merupakan bentuk pasif. Kista protozoa merupakan bentuk parasit yang
terbungkus di dalam dinding tebal sehingga parasit tidak aktif bergerak,
tidak dapat tumbuh atau berkembang dan tidak dapat memperbanyak diri.
Bentuk kista protozoa yang mempunyai dinding tebal menyebabkan parasit
mampu bertahan terhadap pengaruh lingkungan hidupnya, misalnya
terhadap suhu yang tinggi, kekeringan dan kelembaban yang tinggi. Selain
itu parasit juga tahan terhadap pengaruh bahan-bahan kimia, misalnya
desinfektans dan faktor luar lainnya. Karena itu meskipun kista merupakan
bentuk pasif protozoa, tetapi kista adalah stadium infektif protozoa yang
dapat ditularkan dari satu penderita ke individu lainnya.
18
Pengelompokan protozoa
Protozoa dapat dikelompokkan berdasar atas perbedaan alat geraknya
menjadi Rhizopoda, Mastigophora, Ciliata dan Sporozoa. Rhizopoda adalah
protozoa yang bergerak dengan pseudopodi, Mastigophora bergerak
menggunakan flagel, sedangkan Ciliata aktif bergerak dengan
menggunakan cilia. Sporozoa adalah kelompok protozoa yang tidak
mempunyai alat gerak.
Giardia Diare
Sarcomastigophora
Trichomonas Vaginitis
Entamoeba Disenteri,
abses hati
Sarcodina Dientamoeba Kolitis
Naegleria CNS dan
Acanthamoeba ulkus kornea
Babesia Babesiosis
Plasmodium Malaria
Isospora Diare
Eimeria Koksidiosis
Kelas Sarcocystis Diare
Sporozoa Cryptosporidium Diare
Apicomplexa Toxoplasma Toksoplasmosis
Sarcocystis Tidak jelas
Bab 2
RHIZOPODA
Amuba usus
Entamoeba histolytica
Amubiasis
Entamoeba coli
Amuba meningoensefalitis
Ciri khas genus Entamoeba adalah selaput inti yang tampak dibatasi oleh
butiran kromatin halus (Entamoeba histolytica) atau kasar (Entamoeba coli),
dengan kariosom yang padat terletak di tengah (Entamoeba histolytica) atau
ditepi inti (Entamoeba coli). Pada Endolimax kariosomnya mempunyai
bentuk yang tidak teratur dan terletak di tepi inti. Genus Iodamoeba
memiliki kariosom yang khas bentuknya dan besar ukurannya, serta
dikelilingi oleh butiran-butiran bulat. Ciri khas Dientamoeba adalah adanya
dua inti yang masing-masing inti memiliki kariosom yang terdiri dari enam
butir kromatin.
23
AMUBA USUS
Amuba usus yang bisa ditemukan pada usus manusia mempunyai bentuk
inti yang khas, yaitu:
1. Entamoeba histolytica
2. Entamoeba dispar
3. Entamoeba moshkovskii
4. Entamoeba hartmanni
5. Entamoeba coli
6. Entamoeba polecki.
Entamoeba histolytica
Distribusi geografis
Amubiasis banyak dilaporkan dari berbagai daerah di seluruh dunia,
terutama daerah tropis dan subtropis yang lingkungan kebersihannya buruk.
Penyakit ini endemis di Indonesia, baik di luar Jawa maupun di pulau Jawa
terutama di daerah pedesaan (rural). Di Kalimantan Selatan 12% dari tinja
yang diperiksa menunjukkan adanya Entamoeba histolytica sedangkan di
Medan 6,25% dari penderita diare adalah disenteri amubawi. Di daerah
Kepulauan Seribu, Jakarta, 5% dari tinja anak sekolah dasar yang diperiksa
menunjukkan adanya protozoa usus ini.
Habitat
Trofozoit Entamoeba histolytica dapat ditemukan hidup di dalam jaringan
mukosa dan submukosa usus besar penderita. Stadium kista parasit yang
merupakan bentuk infektif hanya ditemukan di dalam lumen usus penderita.
25
Morfologi E.histolytica
Entamoeba histolytica adalah protozoa usus yang termasuk kelas Rhizopoda
yang bergerak menggunakan kaki semu atau pseudopodi. Parasit ini
mempunyai tiga bentuk morfologi, yaitu bentuk trofozoit, bentuk prakista
dan bentuk kista.
Trofozoit
Stadium trofozoit merupakan bentuk parasit protozoa yang aktif bergerak
dengan menggunakan pseudopodi. Parasit ini dapat tumbuh dan
berkembang biak, aktif mencari makanan, dan mempunyai sifat yang invasif
karena ia mampu memasuki organ-organ dan jaringan tubuh.
Pergerakannya yang menggunakan pseudopodi menyebabkan bentuk
trofozoit protozoa ini selalu berubah-ubah. Stadium trofozoit Entamoeba
histolytica mempunyai ukuran yang berkisar antara 18 mikron dan 40
mikron. Trofozoit mempunyai sitoplasma yang terdiri dari ektoplasma yang
jernih dengan endoplasma yang granuler. Di dalam endoplasma parasit
sering ditemukan sel-sel eritrosit, sel leukosit dan sisa-sisa jaringan.
26
Kista
Stadium kista merupakan bentuk vegetatif inaktif protozoa yang mampu
bertahan terhadap keadaan lingkungan hidup yang tidak sesuai dengan
suasana lingkungan yang terdapat di dalam tubuh hospes. Stadium kista
bulat bentuknya, tidak aktif bergerak karena mempunyai dinding hialin yang
kuat. Bentuk kista yang mempuyai empat inti merupakan bentuk protozoa
yang infektif yang mampu bertahan terhadap pengaruh asam lambung
manusia.
Pada stadium awal, di dalam sitoplasma kista terdapat 1-4 badan kromatoid
(chromatoid body). Selain itu juga dapat ditemukan masa glikogen yang
berwarna coklat tua pada pewarnaan iodin. Pada kista yang sudah matang
27
Prakista
Stadium prakista merupakan bentuk peralihan antara stadium trofozoit dan
stadium kista. Stadium prakista mempunyai bentuk yang agak lonjong atau
bulat, dengan ukuran antara 10-20 mikron, dan mempunyai pseudopodi
yang tumpul. Inti dan struktur inti prakista umumnya sama dengan inti dan
struktur inti trofozoit, namun di dalam endoplasma prakista tidak ditemukan
sel darah merah maupun sisa-sisa makanan.
Reproduksi E.histolytica
Siklus hidup
Manusia merupakan hospes definitif utama Entamoeba histolytica, tempat
berlangsungnya secara lengkap siklus hidup parasit ini. Bentuk kista berinti
empat yang tahan terhadap asam lambung merupakan bentuk infektif
parasit yang dapat ditularkan. Secara oral infeksi terjadi dengan masuknya
kista infektif bersama makanan atau minuman yang tercemar tinja penderita
amubiasis atau tinja karier.
Akibat pengaruh enzim tripsin yang ada di dalam usus, dinding kista amuba
akan pecah. Sesudah itu proses ekskistasi akan terjadi di dalam sekum atau
ileum bagian bawah. Dari satu kista mula-mula akan terbentuk satu amuba
berinti empat (tetranucleate amoeba), lalu berkembang menjadi delapan
amubula (amoebulae) atau trofozoit metakistik (metacystic trophozoite).
Amubula kemudian akan memasuki jaringan submukosa usus besar, lalu
akan berkembang menjadi bentuk trofozoit. Sebagian trofozoit akan masuk
ke dalam lumen usus, berubah bentuk menjadi prakista, untuk kemudian
berkembang menjadi bentuk kista. Di dalam usus seorang karier amubiasis
(amebic carrier), dalam waktu yang bersamaan dapat dijumpai bentuk-
bentuk trofozoit, prakista maupun kista amuba.
Cara infeksi
Infeksi amuba terjadi melalui masuknya kista infektif ke dalam mulut
bersama makanan atau minuman yang tercemar tinja penderita amubiasis
atau tinja karier. Penularan di laboratorium umumnya dapat terjadi akibat
tertelan kista infektif amuba yang berasal dari hewan coba primata.
Berbagai jenis serangga domestik, misalnya Musca dan lipas (famili
Blattidae) dapat terpapar tinja penderita atau karier yang mengandung kista
infektif amuba yang kemudian akan mencemari makanan atau minuman.
31
AMUBIASIS
Patogenesis
Amubiasis usus
Terdapatnya bakteri pendamping atau associate bacteria di dalam usus
penderita menyebabkan terbentuknya lingkungan hidup yang dapat
merangsang peningkatan sifat invasif amuba. Pada amubiasis usus akut, di
sepanjang usus besar atau di daerah ileosekal dan rektosigmoid dapat
terjadi pembentukan ulkus-ulkus yang bervariasi ukurannya, dari sebesar
ujung jarum sampai berukuran lebih dari 3 cm. Ulkus amubiasis umumnya
mempunyai bentuk bulat atau lonjong dengan tepi ulkus yang tidak teratur
bentuknya dan curam dindingnya (undermined). Pada pemotongan
melintang, ulkus menunjukkan gambaran seperti botol (flask-shaped ulcer).
Di dalam ulkus terdapat cairan yang berasal dari bahan nekrotik yang
berwarna kekuningan atau kehitaman.
Sesudah masa inkubasi yang berlangsung sekitar 5 hari, gejala klinis
amubiasis terjadi berupa diare atau pada infeksi kronis dapat terjadi
sembelit. Penderita amubiasis usus akut (disenteri amoeba) akan
mengalami gejala-gejala klinis disenteri yang disertai nyeri perut sebelum
buang air besar (tenesmus). Frekwensi defikasi penderita sekitar 6-8 kali
sehari, dengan tinja berbau asam yang menyengat, dengan darah atau
lendir yang tercampur bersama tinja. Tinja penderita disenteri amuba dapat
berbentuk cair (diareic), setengah cair (semidiareic), atau berbentuk padat
(formed).
Amubiasis hati
Trofozoit Entamoeba histolytica yang menyebar dari usus ke jaringan di luar
usus (ekstra intestinal) terjadi melalui aliran darah atau akibat terjadinya
abses usus yang pecah. Kontak yang terjadi antara bahan infektif dengan
jaringan hati menyebabkan terjadinya amubiasis hati. Abses hati yang
terjadi pada penderita amubiasis hati sering dijumpai di bagian
posterosuperior lobus kanan hati dan umumnya hanya terbentuk satu abses
yang besar ukurannya. Jika abses hati masih kecil ukurannya, bentuknya
bulat atau lonjong, berisi cairan abses yang berwarna abu-abu kecoklatan.
Abses yang besar ukurannya mempunyai dinding tebal yang berisi cairan
abses berwarna kuning kemerahan.
Pada pemeriksaan mikroskopis atas irisan abses hati, tampak adanya bahan
granuler di bagian sentral. Di bagian tengah abses hati ini, pada
pemeriksaan mikroskopis tidak ditemukan parasit amuba. Irisan pada
pertengahan jaringan hati (intermediate) menunjukkan adanya sel-sel hati
yang mengalami degenerasi, sel-sel leukosit, serta sel-sel jaringan ikat dan
eritrosit. Di bagian pertengahan irisan jaringan hati kadang-kadang
ditemukan trofozoit amuba, sedangkan di bagian tepi abses hati dapat
dijumpai sel-sel hati yang mengalami nekrosis dan tampak terjadinya
bendungan-bendungan kapiler. Trofozoit amuba dapat ditemukan pada sel-
sel hati yang masih sehat.
Komplikasi. Penderita amubiasis hati yang tidak diobati dengan baik, akan
dapat mengalami komplikasi berupa proses lisis jaringan hati yang
menyebabkan abses menjadi pecah dan parasit akan menyebar ke organ-
organ dan jaringan di sekitar hati.
Jika abses hati di bagian kanan pecah, hal ini akan menimbulkan kerusakan
pada jaringan paru, rongga pleura kanan, diafragma dan rongga
peritoneum. Dapat juga terjadi kerusakan jaringan kulit (granuloma kutis)
yang berada di dekat abses yang pecah. Abses hati yang pecah ke daerah
paru akan menyebabkan dahak berwarna coklat atau merah tua yang
mengandung trofozoit. Jika abses pecah ke dalam rongga pleura, hal ini
dapat menimbulkan terjadinya empiema toraks, sedangkan jika abses pecah
ke daerah diafragma akan menyebabkan terjadinya abses subfrenik.
Peritonitis umum dapat timbul jika abses yang pecah mengalirkan isinya ke
daerah peritoneum.
Abses hati di daerah hati sebelah kiri yang pecah dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan jaringan lambung yang menimbulkan gejala muntah
darah (hematemesis). Penderita juga dapat mengalami kerusakan jaringan
perikardium, rongga pleura kiri dan jaringan kulit. Perikarditis purulenta
yang terjadi dapat menyebabkan kematian penderita. Jika cairan abses hati
yang pecah mengalir ke arah bawah (inferior), keadaan ini akan
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan usus atau kelainan di rongga
peritoneum yang dapat menimbulkan peritonitis.
36
Diagnosis amubiasis
Diagnosis pasti amubiasis dapat ditegakkan jika dapat ditemukan trofozoit
atau ditemukan kista Entamoeba histolytica dan pada pemeriksaan
mikroskopis dapat ditemukan kristal Charcot-Leyden yang spesifik.
37
Pemeriksaan tinja
Secara makroskopis pemeriksaan tinja penderita amubiasis usus akut,
menunjukkan tinja yang berwarna merah tua berbau menyengat karena
bersifat asam. Pemeriksaan mikroskopis pada tinja akan dapat menemukan
trofozoit Entamoeba histolytica dan terdapat kristal Charcot-Leyden yang
khas bentuknya.
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah penderita amubiasis akut menunjukkan gambaran darah
berupa leukositosis, sedangkan uji serologis menunjukkan hasil yang
negatif.
Penderita amubiasis usus kronis umumnya tidak menunjukkan gejala atau
keluhan (asimtomatis) sedangkan bentuk makroskopis tinja karier amubiasis
biasanya juga normal. Pemeriksaan mikroskopis atas tinja penderita dapat
ditemukan kista amuba, sedangkan pemeriksaan darah tidak menunjukkan
kelainan. Pemeriksaan serologi terhadap karier amubiasis yang asimtomatis
hasilnya negatif, sedangkan uji serologi pada karier konvalesen masih
menunjukkan hasil uji serologi yang positif.
Diagnosis pasti
Diagnosis pasti amubiasis hati dapat ditetapkan jika dapat ditemukan parasit
amuba (trofozoit) pada jaringan hasil biopsi atau cairan abses. Pemeriksaan
tinja penderita akan menemukan kista amuba yang menunjukkan adanya
sumber infeksi kronis yang berasal dari usus. Pemeriksaan darah penderita
menunjukkan gambaran leukositosis dengan granulosit neutrofil sebesar 70-
75%. Pemeriksaan-pemeriksaan serologi yang dapat membantu
menegakkan diagnosis amubiasis hati, antara lain adalah melalui uji fiksasi
komplemen, uji imunohemaglutinasi dan tes presipitin.
38
Pengobatan amubiasis
Obat amubisida
Metronidazole merupakan obat pilihan untuk mengatasi amubiasis. Obat-
obat amubisida lain yang dapat digunakan secara per oral baik untuk
mengobati amubiasis usus maupun amubiasis ekstraintestinal antara lain
adalah nimorazole, ornidazole, tinidazole, seknidazole dan clefamid. Selain
itu emetin yang hanya dapat diberikan melalui suntikan tidak dianjurkan
untuk mengobati amubiasis.
Pencegahan amubiasis
Infeksi amubiasis umumnya terjadi secara per oral, sehingga upaya
pencegahan amubiasis dilakukan dengan cara memasak makanan dan
minuman dengan baik. Kebersihan lingkungan harus dijaga agar terbebas
dari lalat dan lipas serta tikus yang menjadi vektor penularnya. Sistem
pembuangan tinja dan limbah rumah harus dikelola dengan baik agar tidak
mencemari sumber air minum atau sumur yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari. Pencegahan juga dilakukan di laboratorium pada waktu
menangani hewan coba, terutama primata, agar tidak tertular bahan infektif
yang berasal dari hewan coba yang infektif.
Karena karier amubiasis merupakan sumber penularan amubiasis yang
penting, maka karier amubiasis harus dapat ditemukan agar dapat diobati
sampai sembuh, sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi amubiasis bagi
masyarakat luas.
Entamoeba coli
Morfologi Entamoeba coli yang tidak patogen bagi manusia ini bentuknya
mirip Entamoeba histolytica. Amuba yang hidup komensal di dalam usus
manusia ini hidup dan berkembang biak di dalam usus besar sehingga sering
dijumpai di dalam usus manusia. Karena itu parasit ini harus dibedakan
41
Ektoplasma hialin yang tembus sinar dari trofozoit Entamoeba coli yang
sedang bergerak aktif mudah dibedakan dari endoplasma yang kasar karena
mengandung banyak granul dan vakuol yang berisi granul. Sitoplasma
Entamoeba coli biasanya tidak mengandung sel darah merah.
Stadium trofozoit mempunyai inti yang berukuran 6-7 mikron, yang mudah
terlihat pada sediaan tinja segar meskipun sukar dilihat dengan jelas bentuk
khas kariosom dan kromatin perifernya. Untuk dapat melihat dengan jelas
struktur kariosom dan kromatin perifernya, sediaan harus difiksasi dan
dilakukan pewarnaan.
protozoa ini, kromatin perifer terlihat berupa granul kasar yang terdapat
pada membran inti yang tebal dan tak teratur susunannya.
Pada pewarnaan trikrom, morfologi inti trofozoit Entamoeba coli lebih mudah
diamati dibandingkan dengan morfologi inti Entamoeba histolytica dan
amuba lainnya. Morfologi Entamoeba coli yang tidak patogen ini harus
dikenali dengan benar untuk membedakannya dari amuba patogen lainnya
agar tidak salah memberikan pengobatan antiamubiasis, terutama jika
kelainan intestinal disebabkan oleh penyebab lainnya (misalnya oleh kanker
kolon).
Kista. Bentuk matur (matang) stadium kista Entamoeba coli adalah bulat,
dengan ukuran garis tengah antara 15-20 mikron, mempunyai delapan inti.
Kista muda (imatur) biasanya berukuran lebih besar. Dinding tebal kista
amuba ini terdiri dari dua lapis, tetapi sulit dilihat pada sediaan tinja segar.
Inti protozoa ini menunjukkan adanya kromatin perifer yang halus dan
kariosom yang terletak eksentrik (tidak di tengah). Masa glikogen maupun
badan kromatoid tidak terdapat pada kista parasit ini.
Tergantung pada kematangan kista, jumlah inti adalah 1 sampai 8.
Pada kista berinti satu, inti besar ukurannya, berbentuk lonjong, terletak di
tepi kista, dengan kariosome yang difus dan dapat ditemukan vakuol
glikogen idiofilik yang besar. Dengan makin matangnya kista, vakuol akan
mengkerut lalu menghilang. Di rongga antara vakuol dan dinding kista akan
terlihat badan kromatoid yang berujung lancip.
Kista dengan dua inti, biasanya mempunyai bentuk inti yang lonjong dengan
letak kedua inti tersebut pada dua kutub yang berjauhan. Hal ini berbeda
dengan inti-inti pada kista Entamoeba histolytica dua inti yang biasanya
terletak berpasangan.
43
Amuba meningoensefalitis
langsung melalui lensa kontak, dan luka pada kulit, parasit-parasit ini dapat
terhirup ke dalam paru pada waktu penderita berenang di air yang
bertemperatur hangat.
Entamoeba gingivalis
Spesies yang hidup di dalam rongga mulut di sekitar gigi ini hanya
mempunyai stadium trofozoit yang aktif bergerak dan berukuran 10-20
mikron. Inti protozoa ini bentuknya mirip inti Entamoeba histolytica, dengan
sitoplasma yang tidak mengandung eritrosit.
Endolimax nana
Spesies parasit yang mempunyai bentuk trofozoit maupun bentuk kista ini
hidup di dalam usus besar, dan sering ditemukan di dalam tinja yang diareik
atau di dalam tinja penderita disenteri. Bentuk trofozoit Endolimax nana
yang berukuran sekitar 8 mikron ini lambat aktivitas pergerakannya.
Sitoplasma parasit pada umumnya tidak mengandung eritrosit. Protozoa ini
mempunyai kariosom yang besar ukurannya dan tidak teratur bentuknya,
terletak di bagian tepi inti yang menempel pada selaput inti. Stadium kista
berbentuk lonjong, berukuran sekitar 8 mikron, mempunyai 1-4 inti, dan
tidak mengandung glikogen maupun badan kromatoid.
Iodamoeba butschlii
Iodamoeba butschlii mempunyai inti dengan membran atau selaput inti yang
tipis dan tidak berkromatin. Terdapat sebuah kariosom berukuran besar
yang bisa terletak di bagian tengah (sentral) atau di bagian tepi
(eksentris), dan sering dikelilingi oleh granul akromatin atau kromosom.
48
Protozoa yang tidak patogen ini hidup di dalam usus di daerah kolon dalam
bentuk trofozoit dan kista, namun jarang ditemukan di dalam tinja. Trofozoit
yang lambat pergerakannya mempunyai ukuran antara 8 sampai 12 mikron,
sedangkan bentuk kista parasit yang berukuran 8 sampai 12 mikron ini tidak
mengandung badan kromatoid. Bentuk kista protozoa ini mudah dikenal
karena mempunyai masa glikogen (iodophylic body) yang besar, yang
tampak jelas pada sediaan dengan pewarnaan lugol.
Dientamoeba fragilis
Protozoa tidak patogen ini tidak mempunyai stadium kista, hanya
mempunyai stadium trofozoit dengan dua inti, berukuran antara 5 sampai 8
mikron sehingga merupakan amuba usus yang terkecil ukurannya. Tidak
terdapat eritrosit di dalam sitoplasmanya, tetapi mempunyai enam butir
kromatin berukuran besar yang tersusun mirip bintang.
Protozoa usus yang tidak patogen sering dijumpai di dalam usus orang
normal. Oleh karena itu morfologi protozoa-protozoa usus ini harus
dibedakan dari protozoa yang patogen agar tidak terjadi salah diagnosis
sehingga pengobatan penderita dapat diberikan dengan tepat. Morfologi
berbagai protozoa usus yang patogen maupun yang tidak patogen, baik
yang terdapat dalam bentuk stadium kista maupun stadium trofozoit dapat
dibedakan pada gambar di bawah ini.
Bab 3
CILIATA
Balantidium coli
Morfologi parasit
Siklus hidup
Perubahan patologi
Balantidium coli
Ciliata ini adalah parasit obligat zoonosis yang tersebar luas di dunia
(kosmopolit) yang menyebabkan balantidiosis atau ciliate dysenteri yang
menimbulkan infeksi usus dan disenteri pada manusia. Balantidium coli
hidup di dalam usus manusia, babi, anjing dan primata. Di dalam usus,
parasit berkembang biak dengan cara membelah diri (binary fission), tetapi
juga dapat berkembang biak secara seksual dengan konjugasi.
Morfologi parasit
Terdapat dua stadium Balantidium coli, yaitu stadium trofozoit dan stadium
kista. Kadang-kadang dapat ditemukan stadium prakista parasit ini.
Trofozoit. Stadium trofozoit adalah bentuk vegetatif parasit yang
ditemukan pada tinja penderita, yang tahan sampai 10 hari jika dibiarkan
dalam suhu kamar. Trofozoit yang bergerak memutar dengan cepat mudah
52
Terdapat dua jenis inti yang dimiliki oleh Balantidium coli, yaitu
makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus (macronucleus) berbentuk
ginjal dan berukuran besar sedangkan mikronukleus (micronucleus)
mempunyai bentuk seperti titik kecil yang terdapat di dalam cekungan
makronukleus. Terdapat dua buah vakuol kontraktil pada bentuk trofozoit
dan beberapa buah vakuol makanan yang berisi leukosit, eritrosit dan sisa-
sia makanan. Sisa-sisa makanan yang tak tercerna akan dibuang melalui
sitopig.
Kista. Bentuk kista Balantidium coli merupakan stadium infektif parasit yang
berbentuk bulat atau agak lonjong, berukuran garis tengah antara 50
sampai 70 mikron, dan mempunyai dua lapis dinding kista. Kista yang terisi
penuh badan parasit, masih menunjukkan adanya sejumlah silia. Kista
mempunyai dinding tebal dengan sitoplasma yang berbentuk granuler,
mengandung makronukleus, mikronukleus dan sebuah badan retraktil yang
tidak selalu tampak jelas. Vakuol kontraktil kadang-kadang masih dapat
ditemukan. Kista yang tua dapat terlihat berbentuk granuler.
Pada sediaan basah yang diperiksa dengan mikroskop fase kontras struktur
bagian dalam kista maupun trofosoit tampak lebih jelas. Jika dilakukan
pewarnaan pada sediaan basah, sebaiknya larutan zat warna tidak pekat
agar zat warna yang terserap sitoplasma tidak mengganggu gambaran
struktur parasit. Untuk mendapatkan kista Balantidium coli dalam jumlah
besar, dapat dilakukan melalui konsentrasi secara sedimentasi atau metode
pengapungan.
Siklus hidup
Siklus hidup Balantidium coli dengan dua stadium atau bentuk utamanya
yaitu stadium kista dan stadium trofozoit dapat berlangsung pada satu jenis
hospes saja. Sebagai sumber utama infeksi balantidiosis pada manusia
adalah babi karena hewan ini merupakan hospes definitif alami bagi
54
Balantidium coli. Di dalam usus babi parasit ini dapat berkembang biak
dengan baik tanpa mengganggu kesehatan babi. Karena itu babi
merupakan hospes reservoir bagi manusia yang sebenarnya hanyalah
merupakan hospes insidental bagi parasit ini.
Infeksi Balantidium coli pada manusia terjadi akibat tertelan kista infektif
parasit ini melalui air atau makanan mentah yang tercemar tinja babi. Kista
yang terdapat di dalam usus besar penderita akan berubah menjadi bentuk
trofozoit. Di dalam lumen usus atau di dalam submukosa usus trofozoit
kemudian akan memperbanyak diri dengan cara membelah diri (binary
transverse fission) atau secara konjugasi.
Patogenesis
Balantidium coli dapat menyebabkan ulserasi pada usus besar, yang dapat
menimbulkan perdarahan dan pembentukan lendir, sehingga penderita
akan mengalami berak darah yang berlendir.
Diagnosis balantidiosis
Penderita yang mengalami infeksi akut akan menunjukkan gejala klinis dan
keluhan berupa disenteri berat yang berdarah dan berlendir disertai nyeri
perut dan kolik yang intermiten. Meskipun penderita balantidiosis
mengalami disenteri berat, pada umumnya penderita tidak mengalami
demam.
Bab 4
MASTIGOPHORA
(Flagellata)
Trichomonas vaginalis
Giardia lamblia
Enteromonas hominis
Chilomastix mesnili
Embadomonas intestinalis
58
Flagellata usus dan genital yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
hanyalah Giardia lamblia dan Trichomonas vaginalis.
TRICHOMONAS
Morfologi
Parasit Trichomonas hanya mempunyai satu stadium yaitu bentuk trofozoit,
sedangkan bentuk kista tidak pernah dijumpai. Trichomonas mempunyai
bentuk seperti buah pir, dengan panjang badan antara 10 sampai 12
mikron. Hanya terdapat satu inti yang bentuknya lonjong. Inti ini terletak di
bagian tubuh anterior yang membulat, berada di dekat mulut parasit
Terdapat 3 sampai 5 flagel bebas di daerah anterior tubuh. Satu flagel yang
paling tebal berjalan ke arah belakang sepanjang tepi tubuh, membentuk
undulating membrane, lalu ke luar dengan bebas di bagian posterior tubuh
parasit.
Aksostil berjalan dari tengah tubuh parasit dan berakhir di ujung tubuh
bagian posterior sehingga berbentuk seperti ekor. Dengan pemeriksaan
mikroskopis spesies-spesies Trichomonas sulit dibedakan satu dengan
lainnya. Untuk menetapkan spesies masing-masing parasit, habitat parasit
dapat digunakan sebagai patokan
Trichomonas vaginalis
Morfologi parasit
Parasit genital yang termasuk subfilum Mastigophora ini berbentuk piriform,
tidak berwarna dan hanya mempunyai satu inti lonjong yang mempunyai
butiran-butiran halus. Trichomonas vaginalis mempunyai empat flagel yang
berukuran sama panjang (13-18 mikron) yang keluar dari bagian anterior
tubuh parasit, dan satu flagel berukuran lebih pendek dari ukuran panjang
61
Epidemiologi
Trikomoniasis vaginalis diderita oleh sekitar 3-5% perempuan di Amerika
Utara, dan meningkat jumlahnya pada klinik penyakit seksual menular (
sexual transmitted diseases) dan pada wanita tunasusila (WTS) dapat
ditemukan sampai 75%. Parasit ini hanya ditemukan pada manusia, dan
dapat bertahan hidup di dalam tubuh hospes sampai 2 tahun lamanya.
Diagnosis trikomoniasis
Gejala klinis yang khas pada trikomoniasis perempuan adalah terjadinya
fluor albus yang disertai rasa gatal dan panas di dalam vagina dan di daerah
sekitar vagina. Diagnosis pasti trikomoniasis vaginalis dapat ditetapkan jika
dapat ditemukan parasit yang aktif bergerak di dalam sekret vagina
penderita. Jika parasit tidak ditemukan pada pemeriksaan mikroskopis
secara langsung atas sekret vagina, untuk menemukan Trichomonas
vaginalis dapat dilakukan biakan parasit atas sekret vagina, cairan uretra,
cairan prostat atau air mani penderita .
63
Metronidazol. Obat ini dapat diberikan dengan dosis yang berbeda untuk
perempuan dan laki-laki.
Pada penderita perempuan obat diberikan 3x250 mg per hari selama 10 hari
atau 2 gram dosis tunggal yang diberikan pada malam hari. Untuk
pengobatan lokal metronidazol dapat diberikan dalam bentuk tablet vaginal
dengan dosis 500 mg per hari selama 10 hari.
Untuk penderita laki-laki, obat diberikan dengan dosis 2x250 mg per hari
selama 10 hari atau 2 gram dalam bentuk dosis tunggal yang diberikan
malam hari.
Tinidazol. Obat ini diberikan per oral dengan dosis 2 gram sebagai dosis
tunggal.
Seknidazol. Obat ini juga diberikan per oral dengan dosis 2 gram sebagai
dosis tunggal.
Nimorazol. Obat diberikan dengan dosis 2x250 mg selama 6 hari atau
diberikan 2 gram dalam bentuk dosis tunggal.
Ornidazol. Obat ini diberikan dengan dosis 2x750 mg atau diberikan 1500
mg sebagai dosis tunggal
64
Giardia lamblia
Flagelata usus dan jaringan ini disebut juga sebagai Lamblia intestinalis atau
Giardia intestinalis. Giardia lamblia yang termasuk dalam filum Mastigophora
dapat menimbulkan giardiasis pada manusia maupun beberapa jenis hewan.
Giardia intestinalis hidup di dalam duodenum dan jejunum bagian atas,
dengan cara melekatkan diri pada bagian usus tersebut. Selain di usus,
parasit ini kadang-kadang dijumpai di dalam kandung empedu dan saluran
empedu .
Distribusi geografis
Protozoa ini termasuk parasit zoonosis yang tersebar luas di seluruh dunia
(kosmopolit), terutama di daerah tropis dan subtropis. Giardiasis yang di
masa lalu tidak menjadi masalah kesehatan kini dikelompokkan dalam New
Emerging Disease karena muncul kembali dalam bentuk epidemi sehingga
menjadi masalah kesehatan di Amerika dan negara-negara maju lainnya.
Hal ini terjadi karena tingginya penderita AIDS/HIV di negara-negara maju
menyebabkan rendahnya imunitas penderita sehingga jumlah penderita
giardiasis secara klinis sangat meningkat.
Morfologi parasit
Giardia lamblia mempunyai dua stadium pada siklus hidupnya yaitu bentuk
trofozoit yang aktif bergerak dan bentuk kista yang pasif tetapi infektif.
Trofozoit. Stadium parasit yang cepat mati meskipun pada sediaan basah
yang masih segar, menunjukkan pergerakan trofozoit seperti daun jatuh.
Bentuk trofozoit mirip buah pir dengan tubuh yang bilateral simetris.
Ukuran panjang trofozoit berkisar antara 10-20 mikron dengan lebar badan
antara 5-7 mikron. Bagian ujung anterior parasit melebar dan membulat,
sedangkan bagian posterior meruncing. Bagian dorsal permukaan trofozoit
berbentuk cembung sedangkan bagian ventral berbentuk cekung. Trofozoit
tidak invasif dan hanya hidup di dalam usus halus mempunyai alat isap
ventral (ventral sucker) untuk melekatkan diri pada mukosa duodenum.
Patogenesis
Trofozoit Giardia lamblia yang melekatkan diri pada vili-vili usus
menggunakan batil isap (sucking disc) menimbulkan gangguan penyerapan
lemak sehingga terjadi berak lemak (steatore). Giardia lamblia juga
menghasilkan toksin yang menyebabkan terjadinya radang kataral akibat
terjadinya iritasi dan kerusakan jaringan usus
Diagnosis giardiasis
Pada infeksi Giardia lamblia yang ringan, umumnya tidak tampak gejala
klinis (asimtomatis). Toksin parasit ini menyebabkan terjadinya iritasi usus
dan kerusakan jaringan usus berupa atrofi vili dan hiperplasia kripta yang
menyebabkan terjadinya radang kataral. Penderita akan menunjukkan
gejala klinis dan keluhan berupa demam, nyeri perut, gangguan perut di
daerah epigastrium, mual, muntah dan kembung. Selain itu penderita juga
dapat mengalami diare, sindrom malabsorpsi vitamin A dan lemak serta
anemia. Penderita giardiasis juga menunjukkan gejala alergi terhadap
parasit ini. Giardiasis lebih sering terjadi pada penderita dengan defisiensi
IgA. Kadang-kadang terbentuk imunitas pasca infeksi parasit ini.
Pengobatan giardiasis
Untuk mengobati infeksi Giardia lamblia dapat diberikan metronidazol dan
tinidazol .
Metronidazole. Obat ini diberikan dengan dosis untuk orang dewasa 3 x 250
mg sehari, selama 10 hari atau 2 gram sehari selama 3 hari. Untuk anak
metronidazole diberikan dengan dosis 3x5 mg/kg berat badan yang
diberikan selama 5 hari.
Tinidazole. Obat ini diberikan pada orang dewasa dalam bentuk dosis
tunggal 2 gram, sedangkan dosis untuk anak adalah 25-50 mg/kg berat
badan, juga diberikan dalam bentuk dosis tunggal.
Pencegahan giardiasis
Manusia merupakan sumber infeksi utama giardiasis. Karena itu dengan
mengobati penderita dan karier giardiasis dengan baik merupakan salah
satu cara untuk mencegah penularan penyakit ini. Menjaga kebersihan
71
Enteromonas hominis
Flagellata yang tidak patogen ini merupakan Flagellata usus yang paling
kecil ukurannya, yang dapat bergerak dengan cepat dan kuat. Parasit ini
mempunyai dua bentuk atau stadium parasit, yaitu bentuk trofozoit dan
bentuk kista.
satu flagel. Stadium kista parasit berbentuk lonjong berukuran 4x8 mikron
dan mempunyai 1-4 buah inti. Parasit ini tidak memiliki sitostom.
Chilomastix mesnili
dengan inti parasit yang berbentuk bulat, terletak di bagian anterior di dekat
sitostom yang berukuran besar. Terdapat 4 flagel pada stadium trofozoit,
yaitu tiga flagel bebas yang terletak di bagian anterior dan satu flagel yang
terdapat di dalam sitostom. Baik undulating membrane maupun aksostil
tidak dimilki oleh Chilomastix mesnili.
Embadomonas intestinalis
BAB 5
FLAGELLATA DARAH DAN
JARINGAN
Trypanosomidae
Trypanosoma gambiense
T.rhodesiense
T.cruzi
Leishmania donovani
L.tropica
L.braziliensis
76
Trypanosomidae
Stadium Trypanosomidae
Famili Trypanosomidae umumnya mempunyai dua stadium yaitu stadium
flagellata yang langsing, memanjang dan sering melengkung dan stadium
non flagellata yang berbentuk bulat atau lonjong. Pada permukaan tubuh
parasit terdapat lapisan lentur yang disebut pelikel.
77
Inti. Bentuk inti parasit bulat atau lonjong dan terletak di tengah tubuh
parasit. Inti disebut juga sebagai trofonukleus (trophonucleus) karena
berperan dalam penyediaan makanan bagi parasit.
Trypanosoma
Reproduksi Trypanosoma
Reproduksi pada Trypanosoma berlangsung secara binary longitudinal fission
dengan membelah diri secara longitudinal. Pembelahan diri parasit dimulai
dengan pembelahan diri kinetoplas kemudian diikuti dengan pembelahan
81
diri inti. Bagian tubuh yang tidak mendapatkan flagel dan undulating
membrane pada waktu membelah diri, akan membentuk flagel dan
undulating membrane yang baru. Akhirnya sitoplasma akan membagi diri
secara longitudinal diawali dari ujung anterior ke ujung posterior.
Trypanosoma gambiense
Parasit ini hidup parasitik di dalam jaringan dan organ penderita yaitu di
dalam plasma darah, kelenjar getah bening dan di dalam otak.
Trypanosoma gambiense dalam bentuk bebas juga didapatkan hidup di
dalam rongga interseluler. Daerah endemis Trypanosoma gambiense adalah
82
Morfologi
Parasit ini mempunyai bentuk yang melengkung mirip bulan sabit,
berukuran panjang antara 15-35 mikron, dan lebar antara 1,5 - 3,5 mikron.
Flagel yang keluar dari ujung posterior parasit kemudian melingkari tubuh
parasit dengan membentuk tiga sampai empat undulating membrane.
Siklus hidup
Pada siklus hidupnya, hospes definitif Trypanosoma gambiense adalah
manusia sedangkan lalat tsetse (Glossina palpalis dan Glossina tachinoides)
bertindak sebagai hospes perantaranya. Infeksi terjadi dengan masuknya
stadium tripanosoma metasiklik melalui gigitan Glossina ke dalam tubuh
manusia yang kemudian berkembang menjadi bentuk tripanosoma. Bentuk
tripanosoma lalu memperbanyak diri di dalam jaringan yang terletak di
sekitar tempat gigitan. Trypanosoma gambiense kemudian memasuki aliran
darah tepi penderita dan secara binary longitudinal fission memperbanyak
diri. Dengan gigitan lalat tsetse, bentuk tripanosoma akan masuk ke dalam
85
tubuh vektor ini. Bentuk tripanosoma di dalam tubuh vektor dalam waktu
20 hari akan berubah bentuk menjadi bentuk kritidia dan akhirnya menjadi
bentuk tripanosoma metasiklik yang infektif. Lalat tsetse yang infektif
merupakan vektor penyakit yang infektif untuk seumur hidupnya.
Berbagai jenis hewan misalnya sapi, babi, kambing dan domba dapat
bertindak sebagai hospes reservoir pada siklus hidup Trypanosoma
gambiense .
86
.
Gambar 27. Glossina (lalat tsetse)
(URL: http://en.ird.fr/var/ird/storage)
Pencegahan
Penyebaran tripanosomiasis gambiense dapat dicegah dengan melakukan
pengobatan pencegahan (chemoprophylaxis) terhadap orang yang
mempunyai risiko tinggi tertular parasit ini dengan menggunakan obat-obat
tripanosid. Selain itu harus dilakukan pemberantasan terhadap lalat tsetse
yang menjadi vektor penularnya.
88
Trypanosoma rhodesiense
Protozoa ini adalah penyebab penyakit tidur yang banyak diderita oleh
penduduk di daerah Afrika Timur. Melalui pemeriksaan mikroskopis
morfologi bentuk-bentuk Trypanosoma rhodesiense sukar dibedakan dari
Trypanosoma gambiense. Sebagai vektor penular Trypanosoma rhodesiense
adalah lalat Glossina morsitans dan Glossina palpalis sedangkan antelope
adalah hewan yang dapat bertindak sebagai hospes reservoir .
Trypanosoma cruzi
Stadium leismania parasit ini bentuknya bulat atau lonjong dan mempunyai
garis tengah sekitar 2-4 mikron. Stadium leismania mempunyai satu inti
dan satu kinetoplas. Bentuk ini hidup di dalam sel retikuloendotel, di dalam
sel otot bergaris misalnya otot jantung dan otot rangka, dan di dalam sel
neuroglia jaringan saraf.
Infeksi Trypanosoma cruzi pada bayi dan anak kecil umumnya akan
menimbulkan gejala klinis akut yaitu demam, konjungtivitis, pembesaran
kelenjar limfe dan pembesaran limpa, udem unilateral pada wajah, anemia
dan limfositosis. Terjadinya meningoensefalitis atau gagal miokardial
merupakan penyebab kematian penderita sesudah gejala klinis akut
berlangsung selama 20-30 hari.
Infeksi Trypanosoma cruzi pada orang dewasa atau remaja pada umumnya
akan menimbulkan gejala klinis bentuk kronis, antara lain adalah gangguan
ritme jantung berupa hambatan jantung (heart block), Adam-Stokes
syndrome, gejala neurologis misalnya paralisis spesifik, dan kelainan psikis.
Di daerah endemis, komplikasi yang sering dialami penderita adalah
kardiomiopati, megaesofagus dan megakolon.
Pencegahan
Penyebaran infeksi penyakit chagas dapat dicegah dengan memberantas
vektornya. Untuk menghindari gigitan vektor dapat digunakan repelen yang
dioleskan pada kulit atau disemprotkan pada pakaian. Karena penderita
merupakan sumber infeksi bagi manusia lainnya, penderita harus tetap
diobati untuk mencegah penularan penyakit.
95
Leishmania
Leishmania donovani
Morfologi parasit
Leishmania donovani terdapat dalam dua stadium atau bentuk, yaitu
stadium aflagella atau amastigot (bentuk leismania) dan stadium flagella
atau promastigot (bentuk leptomonad).
Siklus hidup
Leishmania donovani mempunyai dua macam tuan rumah (hospes), yaitu
hospes definitif dan hospes perantara. Manusia dan anjing merupakan
hospes definitif utama sedangkan Phlebotomus menjadi hospes perantara
yang bertindak sebagai vektor penular parasit ini.
Parasit yang masuk ke dalam tubuh vektor yaitu bentuk leismania, akan
berubah menjadi bentuk leptomonad. Bentuk ini mengadakan multiplikasi di
dalam midgut vektor. Sesudah itu parasit akan mengadakan migrasi ke
bagian anterior alat pencernaan, yaitu ke faring dan rongga mulut vektor.
Dalam waktu 6-9 hari sesudah mengisap darah penderita, vektor menjadi
stadium yang infektif. Perkembangan dari bentuk tidak infektif menjadi
bentuk infektif parasit ini disebut sebagai anterior station development.
Karena parasit tidak menginfeksi kelenjar ludah, maka kelenjar ini tidak
berperan dalam proses infeksi leismaniasis.
Sebagai gejala klinis utama Kala-azar adalah terjadinya demam, yang diikuti
dengan pembesaran kelenjar limfe yang menyeluruh (limfadenopati) dan
hepatosplenomegali. Meskipun terjadi hepatosplenomegali, penderita tidak
mengalami jaundis. Penderita juga tidak mengalami toksik miokardium.
Penderita juga dapat mengalami perdarahan hidung dan perdarahan gingiva,
muntah dan diare serta udem pada wajahnya.
Penderita Kala-azar yang tidak diobati, dalam waktu 2 tahun sebagian besar
penderita (75-95%) akan meninggal dunia akibat komplikasi berupa infeksi
sekunder misalnya amubiasis dan tuberkulosis.
Pembiakan hasil biopsi pada medium NNN dan kultur pada hewan coba
dapat dilakukan untuk mendapatkan Leishmania dalam jumlah besar.
102
Penderita adalah sumber infeksi bagi manusia lainnya, karena itu harus
diobati untuk mencegah terjadinya penularan penyakit ini. Selain itu
dilakukan pemberantasan vektor penularnya dengan menggunakan
insektisida. Untuk mencegah gigitan vektor, selain dengan tidur memakai
kelambu, gigitan vektor dapat dicegah dengan menggunakan repelen yang
digosokkan pada kulit atau disemprotkan pada pakaian penderita.
103
Leishmania tropica
Morfologi parasit
Terdapat dua bentuk Leishmania tropica, yaitu bentuk leismania dan bentuk
leptomonad. Bentuk leismania terdapat di dalam tubuh manusia atau hospes
reservoir parasit ini, sedangkan di dalam tubuh vektor terdapat bentuk
leptomonad.
Jika parasit dibiakkan pada medium buatan, yang berkembang adalah
bentuk leptomonad.
Secara mikroskopis morfologi Leishmania tropica tidak dapat dibedakan dari
morfologi Leishmania donovani.
Siklus hidup
Pada prinsipnya siklus hidup sesuai dengan siklus hidup Leishmania
donovani, kecuali bahwa bentuk leismania dari Leishmania tropica hidup di
dalam sel mononuklir besar dari kulit dan tidak dapat ditemukan di dalam
visera. Bentuk leismania Leishmania tropica yang terdapat di dalam tubuh
manusia maupun bentuk leptomonad yang terdapat dalam tubuh vektor
mampu secara binary fission memperbanyak diri.
Leishmania braziliensis
Morfologi parasit
Protozoa jaringan ini hidup intraseluler di dalam sel makrofag yang terdapat
di jaringan kulit dan selaput lendir hidung serta rongga mulut.
Leishmania braziliensis terdapat dalam dua bentuk, yaitu bentuk leismania
dan bentuk leptomonad. Bentuk leismania terdapat pada manusia dan
hospes reservoir, sedangkan didalam tubuh vektor (Phlebotomus
intermedius) terdapat bentuk leptomonad.
Jika parasit dibiakkan pada medium buatan yang berkembang adalah bentuk
leptomonad.
Gejala klinis penyakit espundia menunjukkan gejala klinis dua fase, yaitu
fase primer dan fase sekunder. Fase primer espundia menunjukkan gejala
klinis berupa kelainan kulit, sedangkan gejala klinis fase sekunder espundia
menunjukkan gejala-gejala klinis akibat infeksi pada selaput lendir mulut
dan saluran pernapasan bagian atas.
Diagnosis espundia
Diagnosis pasti espundia dapat ditetapkan dengan ditemukannya parasit
Leishmania braziliensis pada pemeriksaan mikroskopik atas bahan-bahan
infektif. Selain itu dengan melakukan pewarnaan dengan metoda Leishman
dapat ditemukan bentuk leismania parasit ini.
Jika dilakukan biakan dengan medium NNN yang didapatkan adalah parasit
bentuk leptomonad.
atau amfoterisin B. Kelainan lokal penyakit ini dapat diobati dengan suntikan
lokal atabrin.
Bab 6
SPOROZOA
Klasifikasi Sporozoa
Coccidia
Isospora
Cyclospora
Cryptosporidium
110
Coccidia
Subkelas Coccidia hidup intraseluler di dalam sel epitel mukosa usus yaitu di
ileum bagian bawah. Coccidia jarang menimbulkan penyakit pada manusia
kecuali genus Isospora dan genus Eimeria dari famili Eimeriidae. Eimeria
merupakan spurious parasite pada manusia sedangkan penyakit yang
ditimbulkan oleh Isospora dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting
disease).
Pada manusia trofozoit yang terbentuk di dalam sel epitel usus sesudah
berubah menjadi bentuk skison (schizont), kemudian berkembang menjadi
bentuk merozoit. Sebagian merozoit akan masuk ke dalam lumen usus
melanjutkan siklus aseksual, sedangkan sebagian lainnya akan melanjutkan
ke siklus seksual. Di dalam lumen usus merozoit akan memasuki sel epitel
usus dan melanjutkan siklus aseksual (schizogony). Merozoit lain yang
melanjutkan ke siklus seksual akan mengadakan diferensiasi menjadi gamet
jantan (mikrogametosit) dan gamet betina (makrogametosit). Proses
fertilisasi mikrogametosit dan makrogametosit menghasilkan zigot yang
dapat ditemukan di dalam tinja penderita.
Di dalam tinja penderita yang berada di luar tubuh, zigot akan berubah
bentuk menjadi ookista yang berukuran sekitar 16x32 mikron. Ookista
berkembang menjadi sporoblas yang kemudian berkembang menjadi
sporokista yang berisi sporozoit. Koksidiosis terjadi jika manusia tertelan
sporokista infektif yang terdapat dalam makanan yang tercemar tinja
penderita.
Isospora belli
Parasit yang juga disebut Cystoisospora belli ini tersebar luas di seluruh
dunia (kosmopolit) terutama di Asia (Indonesia, Filipina, Jepang, Cina, dan
India), Amerika Selatan dan Afrika Selatan yang merupakan daerah-daerah
endemis.
Morfologi Isospora
Dua spesies Isospora yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada
manusia adalah Isospora belli dan Isospora hominis. Isospora belli
berukuran 12-16 mikron x 25-33 mikron sedangkan Isospora hominis
berukuran lebih kecil, sekitar 10 x 16 mikron.
Infeksi parasit ini dapat dicegah dengan memasak makanan dengan baik
dan menjaga kebersihan makanan. Karena penderita merupakan sumber
infeksi, penderita harus diobati. Pencemaran tinja terhadap lingkungan
115
Cyclospora
Parasit yang termasuk filum Apicomplexa ini tersebar luas di seluruh dunia
(kosmopolit) terutama di daerah tropis dan subtropis. Spesies Cyclospora
cayetanensis adalah spesies Cyclospora yang infektif untuk manusia.
Morfologi Cyclospora
Parasit ini mempunyai ookista yang berbentuk sferis. Di dalam ookista
terdapat bentuk mirip morula yang mengandung benda inklusi. Ookista
yang berspora (sporulated oocyst) mempunyai dua sporokista yang lonjong
bentuknya. Pada masing-masing sporokista terdapat dua sporozoit yang
berukuran sekitar 1.2 x 9 mikron.
Siklus hidup
Siklus hidup Cyclospora berlangsung hanya pada satu hospes. Cyclospora
mempunyai dua stadium parasit, yaitu stadium endogen dan stadium
infektif. Stadium endogen hidup di dalam vakuol sitoplasma, sedangkan
stadium infektif adalah ookista yang jika jatuh ke tanah bersama tinja
penderita akan mengalami proses sporulasi menjadi sporulated oocyst yang
infektif. Proses sporulasi berlangsung selama beberapa hari sampai
beberapa minggu lamanya (pada suhu antara 220 C- 320 C).
Cara mudah untuk mencegah penyebaran parasit ini adalah selalu mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan atau sesudah buang air besar, serta
selalu memasak air sebelum diminum.
Cryptosporidium
Distribusi geografis
Infeksi Cryptosporidium banyak dilaporkan dari seluruh dunia terutama di
daerah dengan populasi penduduk yang padat, akibat penggunaan air
minum yang tidak bersih dan lingkungan hidup yang buruk dan kebiasaan
hidup yang tidak higienis. Cryptosporidium dapat diderita oleh semua
golongan usia, baik manusia lanjut usia (manula) sampai bayi yang baru
dilahirkan.
Morfologi parasit
Ookista Cryptosporidium berbentuk sferis, dengan diameter sekitar 4-6
mikron. Ookista parasit ini ada dua jenis, yaitu ookista yang berdinding tebal
dan ookista yang berdinding tipis. Di dalam tubuh hospes ookista berdinding
tipis dapat mengadakan ekskistasi (autoinfection) dan mengadakan siklus
hidup lanjutan, sedangkan ookista berdinding tebal akan diekskresi melalui
tinja penderita.
119
Gejala utama kriptosporidiosis adalah diare cair yang terjadi lebih dari 20
liter per hari (cholera-like diarrhea). Selain itu penderita juga dapat
mengalami gejala dan keluhan lainnya, misalnya demam ringan, nyeri perut,
mual, dehidrasi dan berat badan yang menurun. Jika daya tahan penderita
tinggi, gejala klinis maupun keluhan biasanya ringan, sedangkan penderita
121
dengan daya tahan tubuh yang rendah atau terganggu sistem imun
tubuhnya, misalnya penderita HIV/ AIDS, akan menderita penyakit dengan
gejala klinis yang berat.
Diagnosis kriptosporidiosis
Sebagian besar orang yang terinfeksi Cryptosporidium parvum tidak
menunjukkan keluhan atau gejala klinis. Diare dan gejala klinis pencernaan
pada kriptosporidiosis dapat terjadi pada penyakit perut lainnya. Karena itu
diagnosis pasti kriptosporidiosis ditentukan berdasar adanya gejala klinis dan
keluhan penderita dan pemeriksaan mikroskopis atas tinja penderita. Untuk
menunjukkan adanya ookista kriptosporidial parasit, dapat dilakukan
pemeriksaan tinja dengan pewarnaan tahan asam yang dimodifikasi.
Pada orang dengan daya tahan tubuh normal, umumnya akan sembuh
dengan sendirinya. Karena itu jika Nitazoxanide tidak tersedia, penderita
dengan diare berat hanya diberi pengobatan suportif dan penatalaksanaan
cairan dan elektrolit.
Bab 7
SPOROZOA
Toxoplasma gondii
Pneumocystis carinii
Sarcocystis
Blastocystis
125
Sporozoa yang penting dalam kelompok ini adalah Toxoplasma gondii dan
Pneumocystis carinii karena dapat menimbulkan penyakit yang berat.
Toxoplasma gondii
Protozoa yang hidup di darah dan jaringan ini dapat menyebabkan penyakit
toksoplasmosis pada manusia dan hewan. Toxoplasma gondii hidup
intraseluler di dalam sel-sel sistem retikulo-endotel dan sel parenkim
manusia maupun mamalia terutama kucing dan unggas. Parasit ini dapat
menimbulkan radang dan kerusakan pada kulit, kelenjar getah bening,
jantung, paru, mata, otak dan selaput otak.
Distribusi geografis
Toxoplasma gondii tersebar luas di seluruh dunia. Data serologi
menunjukkan bahwa 30-40% penduduk dunia terinfeksi Toxoplasma gondii,
sehingga toksoplasmosis merupakan penyakit infeksi yang paling banyak
diderita penduduk bumi. Infeksi banyak terjadi di daerah dataran rendah
beriklim panas dibandingkan dengan daerah dingin yang terletak didataran
tinggi. Perancis dan negara-negara yang penduduknya mempunyai
kebiasaan makan daging mentah atau dimasak kurang matang,
menunjukkan prevalensi toksoplasmosis yang tinggi. Penelitian di USA pada
tahun 1994 menunjukkan prevalensi serologi toxoplasmosis 22,5% dan pada
perempuan berusia subur (child bearing age) prevalensinya adalah sebesar
15%.
Morfologi parasit
Berdasar habitatnya Toxoplasma gondii mempunyai dua bentuk, yaitu
bentuk intraseluler dan bentuk ekstraseluler.
126
Siklus hidup
Keluarga kucing (Felidae) merupakan hospes definitif yang membawa
stadium seksual Toxoplasma gondii, sehingga hewan ini merupakan sumber
utama infeksi parasit ini bagi manusia. Di dalam tubuh hewan yang menjadi
hospes perantara, Toxoplasma terdapat dalam bentuk aseksual. Cara infeksi
dari satu hewan penderita ke hewan lainnya terjadi sesudah makan daging
yang mengandung parasit stadium infektif.
Cara infeksi secara dapatan terjadi secara oral melalui makanan, melalui
udara dan melalui kulit. Cara infeksi per oral terjadi melalui makanan
mentah dalam bentuk daging, susu sapi atau telur unggas yang tercemar
pseudokista parasit, cara infeksi melalui udara atau droplet infection dengan
bahan infektif berasal dari penderita pneumonitis toksoplasmosis dan cara
infeksi melalui kulit terjadi akibat sentuhan atau kontak dengan jaringan
misalnya daging yang infektif atau ekskreta hewan yang sakit misalnya
kucing, anjing, babi atau rodensia. Selain itu toksoplasmosis dapat
ditularkan melalui transplantasi organ, transfusi darah atau masuknya
takizoit ke dalam tubuh melalui lecet atau luka pada kulit.
Pada orang dewasa yang sehat dan tidak sedang hamil, karena sistem imun
tubuhnya mampu melawan infeksi parasit, gejala klinis toksoplasmosis
umumnya tidak jelas dan tidak ada keluhan penderita. Gejala klinis yang
ringan mirip gejala flu, antara lain berupa pembengkakan ringan kelenjar
limfe dan nyeri otot yang hanya berlangsung selama beberapa minggu.
Meskipun demikian parasit masih berada dalam bentuk tidak aktif di dalam
jaringan dan organ tubuh penderita yang akan berubah kembali menjadi
bentuk aktif jika daya tahan tubuh penderita menurun.
keluhan antara lain nyeri mata, fotofobi, penglihatan kabur dan keluar air
mata yang terus menerus. Penderita juga dapat mengalami kebutaan.
Diagnosis toksoplasmosis
Gejala-gejala klinis dan keluhan yang dialami penderita dapat juga
ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit lain. Diagnosis banding
toksoplasmosis yang harus diperhatikan adalah mononukleosis infeksiosa,
tuberkulosis, kriptokokosis, tularemia, bruselosis, listeriosis, penyakit virus,
sifilis, sistiserkosis dan hidatidosis.
Pada pemeriksaan serologi titer imunoglobulin G (IgG) yang tinggi
menunjukkan bahwa seseorang telah pernah terinfeksi dengan parasit ini,
sedangkan titer IgM yang tinggi menunjukkan bahwa seseorang sedang
terinfeksi Toxoplasma gondii. Untuk menunjang diagnosis toksoplasmosis
pemeriksaan serologi yang sering dilakukan adalah uji serologi dengan
Sabin-Feldman Dye test, Uji Fiksasi Komplemen, Tes Hemaglutinasi tak
langsung (IHA), Tes toksoplasmin, Uji netralisasi antibodi dan uji ELISA.
Pengobatan toksoplasmosis
Banyak penderita yang terinfeksi Toxoplasma gondii dapat sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan. Pengobatan terutama diberikan pada ibu
hamil yang terinfeksi di awal kehamilan, jika terjadi chorioretinitis aktif,
miokarditis, atau jika terjadi gangguan pada organ-organ.
Prognosis
Toksoplasmosis yang terjadi pada anak atau orang dewasa, prognosis
penyakitnya tergantung pada jenis dan beratnya kerusakan organ yang
terserang. Pada orang dewasa toksoplasmosis umumnya tidak menunjukkan
gejala (asimtomatik). Pada bayi yang menderita toksoplasmosis akut
umumnya fatal akibatnya, meskipun ibu tidak menunjukkan gejala. Anak
yang menderita infeksi toksoplasmosis prenatal, meskipun jarang
menimbulkan kematian akan mengalami cacat yang permanen sifatnya.
Pencegahan toksoplasmosis
Untuk mencegah infeksi toksoplasmosis makanan dan minuman harus
dimasak dengan baik. Selain itu harus dicegah terjadinya kontak langsung
dengan daging atau jaringan organ hewan yang sedang diproses, misalnya
di tempat pemotongan hewan (abbatoir) dan di tempat penjualan daging.
Selain mengobati penderita (baik manusia naupun hewan) dengan baik,
lingkungan hidup harus dijaga kebersihannya, terutama harus bebas dari
tinja kucing atau tinja hewan lainnya.
Toksoplasmosis kongenital dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan
pada ibu hamil. Jika ibu haml belum diketahui apakah ia mempunyai
antibodi terhadap Toxoplasma gondii dianjurkan untuk tidak mengadakan
kontak dengan kucing, tidak membersihkan tempat sampah, selalu
135
Peumocystis carinii
Morfologi parasit
Parasit ini mempunyai bentuk yang bulat atau lonjong mirip kista, berukuran
1-2 mikron, mempunyai 8 badan yang berinti satu (uninucleated bodies).
Siklus hidup
Bertindak sebagai hospes Pneumocystis carinii adalah manusia dan berbagai
macam hewan, misalnya anjing dan binatang mengerat (rodensia). Parasit
ditemukan di dalam alveoli dalam bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit yang
matang akan menjadi sporokista dengan 8 intracystic bodies dan berubah
menjadi trofozoit jika kista pecah. Infeksi terjadi jika sporokista tertelan oleh
hospes bersama makanan atau minuman, di dalam usus sporokista akan
pecah. Sporozoit yang keluar kemudian akan menembus dinding usus, lalu
masuk ke dalam sel-sel endotel.
Diagnosis PCP
Gejala klinis PCP adalah demam, sesak napas dan batuk. Pada bayi yang
mengalami pneumonia (newborn pneumonia) atau pneumonia pada
137
Parasit dapat juga ditemukan melalui otopsi jaringan paru pada penderita
yang meninggal dunia. Pemeriksaan Direct fluorescent antibody (DFA) dan
imunohistokimia dapat digunakan untuk menemukan parasit didalam
jaringan atau sediaan sitologi. Pemeriksaan radiologi menunjukkan
gambaran ground glass yang khas.
Sarcocystis
Morfologi parasit
Sarcocystis ditemukan di dalam otot bergaris dalam bentuk kelompok spora
berinti satu yang memanjang seperti pipa, disebut Miescher tube yang
ukurannya sangat bervariasi antara ukuran mikroskopik sampai 5 cm
panjangnya. Masing-masing spora berukuran sekitar 1-2 mikron kali 10
mikron
Siklus hidup
Hospes alami Sarcocystis adalah berbagai hewan ternak, misalnya sapi,
kuda, domba, babi, kelinci dan bebek, sedangkan manusia merupakan
hospes insidental. Pada manusia infeksi diduga terjadi secara per oral,
melalui makanan atau minuman tercemar ekskreta hewan penderita,
terutama sapi dan babi.
Blastocystis
Organisme yang polimorfik ini umumnya dijumpai dalam bentuk kista bulat
yang berdinding tebal, dengan ukuran antara 6-40 mikron. Blastocystis
mempunyai dua bentuk yaitu bentuk multi vakuoler dan bentuk amuboid
yang akan berkembang menjadi bentuk prakista berdinding tipis yang dapat
menyebabkan autoinfeksi.
Bab 8
SPOROZOA
Plasmodium
MALARIA
Malaria pernisiosa
Blackwater Fever
144
Laporan tentang penyakit malaria sudah ada sejak tahun 1753 sedangkan
penyebab malaria (Plasmodium) baru ditemukan pada tahun 1880 oleh
Laveran. Pada tahun 1883 Marchiafava dengan menggunakan metilen biru
untuk mewarnai Plasmodium mempelajari morfologi parasit ini, sedangkan
Golgi menjelaskan siklus skizogoni eritrositik Plasmodium, yang disebut juga
sebagai siklus Golgi. Siklus Plasmodium di dalam tubuh nyamuk dipelajari
oleh Ross dan Bignami pada tahun 1889 dan Patrick Manson pada tahun
1900 dapat membuktikan bahwa nyamuk adalah vektor penular malaria.
Siklus skizogoni preeritrositik parasit Plasmodium baru dipelajari dengan
lebih mendalam antara tahun 1948 sampai tahun 1954.
Plasmodium
Distribusi geografis
Malaria adalah penyakit kosmopolit yang dilaporkan secara luas dari seluruh
dunia, di wilayah geografis yang terletak antara 40o Lintang Selatan dan 60o
Lintang Utara. Banyak negara di daerah tropis yang merupakan daerah
endemis malaria. Plasmodium ovale secara terbatas dilaporkan dari Afrika
Timur, Afrika Barat, Filipina dan Irian Jaya.
145
Siklus hidup
Siklus hidup Plasmodium berlangsung di dalam tubuh manusia atau kera
(Plasmodium knowlesi) dan di dalam tubuh nyamuk Anopheles. Di dalam
tubuh manusia berlangsung siklus hidup aseksual sedangkan siklus hidup
seksual terjadi di dalam tubuh nyamuk.
Siklus aseksual
Terdapat empat tahapan siklus aseksual, yaitu tahap skizogoni preeritrositik,
tahap skizogoni eksoeritrositik, tahap skizogoni eritrositik dan tahap
gametogoni. Di dalam sel-sel hati berlangsung tahap skizogoni preeritrositik
dan skizogoni eksoeritrositik berlangsung di dalam sel-sel hati, sedangkan di
dalam sel-sel eritrosit berlangsung tahap skizogoni eritrositik dan tahap
gametogoni.
Skizogoni eksoeritrositik. Siklus yang disebut juga sebagai local liver cycle
ini menghasilkan parasit aseksual yang menyebabkan terjadinya
kekambuhan (relaps) pada malaria vivax, malaria ovale dan malaria
malariae.
146
Skizogoni eritrositik. Proses skizogoni ini terjadi di dalam sel darah merah
(eritrosit), berlangsung 48 jam pada Plasmodium vivax, Pl. falciparum, dan
Pl. ovale, sedangkan pada Pl. malariae berlangsung selama 72 jam. Proses
skizogoni eritrositik ini akan membentuk stadium trofozoit, skizon dan
merozoit yang mulai dijumpai 12 hari sesudah terinfeksi Plasmodium vivax.
Pada Pl. falciparum stadium-stadium tersebut baru dapat dijumpai 9 hari
sesudah terjadinya infeksi. Meningkatnya jumlah parasit malaria karena
multiplikasi pada tahap skizogoni eritrositik mengakibatkan sel eritrosit
pecah yang menjadi penyebab terjadinya demam pada malaria (overt
malaria).
Siklus seksual
Hospes definitif Plasmodium adalah nyamuk Anopheles. Di dalam tubuh
nyamuk berlangsung siklus sporogoni atau siklus hidup seksual.
Mikrogametosit dan makrogametosit yang terhisap oleh nyamuk bersama
darah manusia, di dalam badan nyamuk akan berkembang menjadi bentuk
gamet dan akhirnya menjadi bentuk sporozoit yang infektif bagi manusia.
Sedikitnya dibutuhkan 12 parasit gametosit Plasmodium per mililiter darah
untuk dapat menginfeksi seekor nyamuk Anopheles. Pematangan parasit
mula-mula terjadi di dalam lambung (midgut) nyamuk. Dari satu
mikrogametosit akan terbentuk 4-8 mikrogamet, sedangkan dari satu
makrogametosit hanya akan terbentuk satu makrogamet.
Jika ookista telah matang, dinding ookista akan pecah dan sporozoit akan
ke luar meninggalkan ookista, lalu memasuki hemokel badan nyamuk.
Sesudah itu sporozoit akan menyebar ke jaringan dan organ-organ nyamuk.
Sporozoit akan memasuki kelenjar ludah nyamuk (salivary glands) sehingga
nyamuk Anopheles akan menjadi vektor malaria yang infektif. Di dalam
tubuh nyamuk Anopheles betina, dapat hidup lebih dari satu spesies
Plasmodium secara bersama sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi
campuran (mixed infection).
Bentuk Trofozoit
Trofozoit Plasmodium mempunyai bentuk yang berbeda antara stadium
trofozoit muda yang masih baru terbentuk (early trophozoite) dengan
stadium trofozoit lanjut (late trophozoite).
tepi dari eritrosit (bentuk ini disebut sebagai accole atau form applique).
Sering dijumpai pada infeksi dengan Plasmodium falciparum satu sel eritrosit
diinfeksi oleh lebih dari satu parasit yang mempunyai bintik kromatin
ganda. Pada spesies ini trofozoit lanjut mengandung bintik-bintik Maurer
(Maurer dots).
Bentuk skizon
Setiap spesies Plasmodium mempunyai bentuk skizon yang berbeda ukuran
dan jumlahnya maupun susunan merozoitnya.
Pada Plasmodium vivax bentuk skizon berukuran antara 9-10 mikron yang
mengisi penuh eritrosit sehingga sel darah merah membesar ukurannya.
Susunan merozoit Plasmodium vivax di dalam eritrosit tampak tidak
teratur.
Pada Pl. ovale skizon dengan ukuran 6 mikron, mengisi tigaperempat bagian
dari eritrosit yang terinfeksi. Didalam sel darah merah yang agak membesar
ukurannya terdapat 8 buah merozoit yang susunannya tidak teratur.
Bentuk Gametosit
Pada Plasmodium vivax bentuk gametosit lonjong atau bulat, mengandung
bintik-bintik Schuffner di dalam eritrosit yang membesar ukurannya.
Pada Pl. falciparum gametosit mempunyai bentuk khas seperti pisang atau
bulan sabit, dengan ukuran panjang gametosit lebih besar dari ukuran
lebarnya.
Gametosit Pl. malariae berbentuk bulat atau lonjong dengan eritrosit yang
tidak membesar ukurannya.
Gambar 57. Plasmodium ovale. Sel darah merah yang terinfeksi bentuknya
tak teratur dan bergerigi.
(URL: http://www.btinternet.com/ukneqa/parasitologyscheme)
154
MALARIA
Epidemiologi malaria
Banyak faktor yang berperan pada epidemiologi malaria, yaitu adanya
sumber infeksi, baik berupa penderita maupun karier gametosit, adanya
vektor penular yaitu nyamuk Anopheles, dan terdapatnya manusia yang
peka. Sumber infeksi yang paling utama di daerah endemis adalah penderita
malaria sendiri, terutama penderita anak-anak.
Utara, Papua dan Papua Barat, Propinsi Sumatera Utara (di Kabupaten Nias
dan Nias Utara) serta Propinsi Nusa Tenggara Timur. Sebanyak 1,62 juta
kasus malaria pada tahun 2008 secara klinis telah dilaporkan di Indonesia.
Nyamuk Anopheles yang menjadi vektor penularnya juga harus diteliti untuk
menentukan angka infeksi (infection rate) dan kepadatan nyamuk (mosquito
density). Pada manusia yang harus diteliti adalah tingginya angka kematian
akibat malaria, angka kesembuhan sesudah menderita malaria dan status
kekebalan populasi terhadap penyakit malaria. Faktor lingkungan di daerah
endemis yang berpengaruh pada biologi nyamuk Anopheles yang menjadi
vektor dipelajari dengan seksama. Faktor-faktor nyamuk Anopheles yang
harus diperhatikan adalah adanya tempat berkembang biak nyamuk
(breeding places), panjangnya umur nyamuk, dan efektifitas Anopheles
dalam bertindak selaku vektor penular.
Indeks limpa
Indeks limpa pada penduduk suatu daerah ditentukan dengan melakukan
pengukuran besarnya limpa pada anak-anak yang berumur antara 2 sampai
157
dengan 9 tahun, pada saat penyakit malaria berada di puncak serangan dan
limpa berada pada ukuran maksimum. Pengukuran indeks limpa antara lain
dapat dilakukan dengan menggunakan metoda Schuffner atau disesuaikan
dengan ukuran lebar jari di bawah iga kiri.
Endemisitas malaria
Dengan menggunakan indeks limpa, endemisitas suatu daerah malaria
dapat diklasifikasi dengan standard World Health Organization (WHO)
menjadi empat tingkatan atau derajat endemisitas yaitu Hipoendemis,
Mesoendemis, Hiperendemis dan Holoendemis.
158
Siklus demam 24 jam dapat terjadi jika terdapat pematangan 2 generasi Pl.
vivax dalam waktu 2 hari (disebut tertiana dupleks), atau terdapat
pematangan 3 generasi Pl. malariae dalam waktu 3 hari (disebut kuartana
tripleks).
160
Anemia malaria
Selama berlangsungnya proses segmentasi parasit di dalam eritrosit akan
menyebabkan pecahnya banyak eritrosit sehingga jumlah darah akan
menurun. Sifat anemia yang dialami penderita adalah anemia hipokromik
mikrositik atau anemia hipokromik normositik.
Splenomegali
Pembesaran limpa (splenomegali) yang terjadi sesudah penderita
mengalami beberapa kali serangan demam merupakan salah satu gejala
penting malaria. Limpa penderita malaria mulai teraba pada minggu kedua
sejak demam pertama dialami penderita. Pada malaria primer pembesaran
limpa sukar ditentukan karena limpa hanya sedikit membesar. Derajat
162
Pengobatan malaria
Berdasar atas bahan dasarnya, obat anti malaria dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu alkaloid alami, dan antimalaria sintetik.
Obat anti malaria alkaloid alami misalnya adalah kina.
Antimalaria sintetik sering digunakan pada waktu ini adalah :
9-aminoakridin (mepakrin) misalnya atabrin, kuinakrin,
4-aminokuinolin (klorokuin, amodiakuin),
8-aminokuinolin (pamakuin, primakuin), biguanid (proguanil,
klorproguanil) dan pirimidin (pirimetamin).
Obat antimalaria lain yang juga sering digunakan adalah mefloquine,
halofantrin dan qinghaosu.
Obat antimalaria yang dapat diberikan dalam bentuk kombinasi antara lain
adalah pirimetamin dan sulfadoksin yang dipasarkan sebagai fansidar.
Beberapa jenis antibiotika juga dapat digunakan sebagai obat antimalaria,
yaitu doksisiklin, tetrasiklin dan klindamisin.
Klorokuin (chloroquine)
Pemberian klorokuin ditujukan untuk mengobati malaria akut, malaria pada
anak, malaria dengan koma atau muntah dan untuk pencegahan malaria.
Malaria falsiparum dan malaria malariae yang masih sensitif dapat diobati
dengan klorokuin saja, sedangkan untuk mengobati malaria vivax dan
malaria ovale pemberian klorokuin diikuti pemberian primakuin untuk
mencegah kekambuhan (relaps).
Cara pemberian
Klorokuin dapat diberikan per oral atau melalui suntikan (parenteral).
Klorokuin per oral:
Pada orang dewasa obat ini diberikan dengan dosis total 1500 mg (base)
dalam waktu 3 hari, sedangkan untuk anak diberikan dosis total 25 mg
(base)/kg berat badan dalam waktu 3 hari.
Klorokuin parenteral:
Secara intravena obat ini hanya diberikan pada malaria berat atau penderita
yang tidak dapat menelan obat. Obat diberikan dengan dosis 10
mg(base)/kg berat badan selama 8 jam infus, diikuti 15 mg(base)/kg berat
badan selama 24 jam.
Amodiakuin
Amodiakuin ditujukan terhadap bentuk skizon semua spesies Plasmodium,
dengan dosis 600 mg yang diberikan dalam bentuk dosis tunggal.
Sebagai terapi pencegahan malaria amodiakuin diberikan dengan dosis 400
mg satu kali per minggu.
Pirimetamin
Pirimetamin hanya diberikan untuk terapi pencegahan, dengan dosis 25 mg
per oral satu kali per minggu. Obat ini tidak dianjurkan untuk terapi radikal,
karena lambat bekerja sehingga dapat menyebabkan terjadinya resistensi
Plasmodium terhadap obat ini.
Pirimetamin-sulfadoksin (Fansidar)
Fansidar merupakan kombinasi dua obat antimalaria yaitu 500 mg
sulfadoksin dan 25 mg pirimetamin (1 tablet Fansidar). Obat ini digunakan
mengobati malaria falsiparum akut tanpa komplikasi. Dosis untuk penderita
dewasa adalah 3 tablet Fansidar sebagai dosis tunggal, sedangkan pada
penderita anak diberikan dengan dosis antara 0,5 tablet sampai 2 tablet
sesuai dengan berat badan anak.
Biguanid (proguanil)
Biguanid atau proguanil hidroklorida digunakan untuk mencegah malaria
falciparum, termasuk penderita perempuan yang sedang hamil.
166
Obat ini diberikan dengan dosis 100 mg per hari selama 5 hari atau 300 mg
sebagai dosis tunggal, diikuti dengan dosis supresif 100 mg-300 mg per
minggu.
Untuk penderita anak, dosis yang diberikan antara 50 mg/hari (umur di
bawah 1 tahun) sampai 200 mg/hari (umur 9-12 tahun).
Efek samping yang dapat terjadi pada pemberian proguanil adalah rasa
lemah, muntah, diare, nyeri punggung dan urtikaria.
Primakuin
Primakuin merupakan 8-aminokuinolin yang paling efektif karena dapat
memberantas bentuk seksual maupun bentuk eksoeritrositik sekunder
Plasmodium. Obat ini merupakan satu-satunya obat antimalaria yang efektif
terhadap bentuk hipnozoit Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale.
Efek samping primakuin ringan, berupa sakit perut atau anemia. Pada
penderita dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G-6-PD),
pemberian obat ini dapat menimbulkan anemia hemolitik akut. Primakuin
tidak boleh diberikan pada penderita penyakit ginjal atau penderita penyakit
hemolitik.
Kuinin (quinine)
Akaloid alami ini bersifat skisontosid terhadap semua spesies Plasmodium
termasuk Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin dan obat
lainnya. Kuinin ditujukan untuk mengobati gametosit Plasmodium vivax,
malariae dan ovale tetapi tidak efektif terhadap Pl.falciparum. Untuk
mengobati malaria falsiparum yang berat, kuinin parenteral merupakan obat
pilihan.
Terhadap malaria yang peka kuinin, kuinin sulfat diberikan pada orang
dewasa dan perempuan hamil dengan dosis 600 mg 3 kali sehari selama 7
hari. Penderita anak dapat diberikan kuinin dengan dosis 10 mg (base)/kg
berat badan 3 kali sehari selama 7 hari.
Di daerah malaria yang resisten terhadap banyak obat, penderita malaria
dapat diobati dengan kuinin sulfat yang diberikan bersama-sama dengan
tetrasiklin.
Mefloquine (meflokuin)
Meflokuin efektif terhadap bentuk aseksual plasmodium, termasuk
Plasmodium falciparum dan juga efektif terhadap gametosit Plasmodium
vivax, Pl.malariae dan Pl. ovale.
Halofantrine (halofantrin)
Halofantrin bersifat skisontisid yang digunakan untuk mengobati malaria
falsiparum tanpa komplikasi, yang resisten terhadap banyak obat.
Dosis untuk orang dewasa per oral adalah 4x 500 mg sebanyak tiga dosis.
Qinghaosu (artemisinin)
Qinghaosu dan derivatnya yaitu artemeter (artemether) dan artesunat
(artesunate) efektif terhadap bentuk aseksual Plasmodium vivax dan
Pl.falciparum. Dengan pemberian artemeter intramuskuler dan artesunat
intravenus, obat-obat ini digunakan untuk mengobati malaria falsiparum
yang berat dan malaria serebral, sedangkan malaria falsiparum yang telah
resisten pada banyak obat diobati dengan artesunat per oral.
Artesunat per oral diberikan dengan dosis 200 mg pada hari pertama,
diikuti 100 mg/hari selama 4 hari berikutnya.
Artemeter diberikan secara intramuskuler sebesar 160 mg diikuti 80 mg/hari
selama 4 hari atau artesunat secara intravenus yang diberikan sebanyak
120 mg, dilanjutkan dengan dosis 60 mg/hari selama 4 hari.
1. Malaria falciparum :
a. Klorokuin: 1x 600 mg selama 2 hari. Pada hari ke-3 diberikan 1x
300 mg.
b. Primakuin : dosis tunggal 15 mg sehari , diberikan selama 3 hari
.
2. Malaria lainnya:
a. Klorokuin: hari ke-1 dan 2 diberikan 600 mg dosis tunggal. Hari
ke 3 diberikan 300 mg
b. Primakuin: dosis 15 mg sehari diberikan selama 5 hari.
Derajat Kekebalan
Obat anti malaria dinyatakan sensitif terhadap Plasmodium tertentu, jika
dalam waktu 7 hari pengobatan, parasitemi bentuk aseksual telah
menghilang tanpa diikuti kekambuhan (rekrudesensi). Plasmodium yang
masih sensitif ini dinyatakan sebagai Sensitif (S).
Jika telah terjadi resistensi Plasmodium terhadap obat anti malaria, maka
obat malaria tersebut harus segera diganti dengan obat anti malaria lainnya.
Untuk melaksanakan pengendalian malaria di daerah dengan Plasmodium
yang sudah mengalami resistensi, maka pemberantasan nyamuk Anopheles
yang menjadi vektor penularnya harus lebih ditingkatkan.
Pencegahan malaria
Pencegahan malaria dapat dilakukan baik secara perorangan maupun
terhadap masyarakat. Di daerah endemis malaria, penderita malaria dan
penduduk yang peka yang berdiam di daerah tersebut harus diobati dengan
baik. Karier malaria harus ditemukan dan diobati dengan primakuin, karena
obat ini mampu memberantas bentuk gametosit. Primakuin tidak boleh
digunakan secara masal karena mempunyai efek samping.
173
Malaria pernisiosa
(a). Malaria serebral terjadi akibat adanya kelainan otak yang menyebabkan
terjadinya gejala-gejala hiperpireksia, paralisis dan koma.
(b). Malaria algid mempunyai tiga tipe yaitu tipe gastrik, tipe koleraik dan
tipe disenterik. Malaria algid terjadi akibat kegagalan sirkulasi perifer
sehingga penderita mengalami kolaps dengan gejala kulit lembab dan
dingin. Malaria algid tipe gastrik kolaps disertai muntah, terjadi diare pada
tipe koleraik, dan penderita malaria algid tipe disenteri mengalami berak
darah.
(c). Malaria septikemik menunjukkan gejala klnis berupa panas badan yang
selalu tinggi, gejala pneumonia dan gejala sinkop kardiak.
Blackwater Fever
Patogenesis
Akibat terjadinya hemolisis eritrosit intravaskuler pada Blackwater Fever
menyebabkan timbulnya gejala-gejala methemalbuminemia,
hiperbilirubinemia dan hemoglobinuria. Berbagai organ antara lain ginjal,
hati, kandung empedu dan limpa mengalami perubahan patologi. Organ
ginjal penderita membesar dan berwarna gelap karena terjadinya
pembendungan dan pigmentasi. Organ hati juga membesar ukurannya
(hepatomegali), melunak dan berwarna kuning karena adanya timbunan
hemosiderin. Kantung empedu terisi cairan empedu yang pekat dan
berwarna hijau gelap. Limpa yang membesar (splenomegali) berwarna hitam
karena adanya pigmen hemozoin. Di dalam organ-organ hati, limpa dan
ginjal banyak tertimbun hemosiderin. Selama terjadi krisis hemolitik,
Plasmodium tidak dapat ditemukan di dalam darah karena turut rusak akibat
terjadinya proses hemolisis. Parasit dapat ditemukan kembali di dalam darah
penderita, sekitar satu minggu sesudah krisis hemolisis berakhir.
Gambaran darah
Pemeriksaan darah penderita Blackwater Fever menunjukkan gambaran
adanya anemia normositik dengan jumlah sel darah merah kurang dari 2
juta per mililiter, dan kadar hemoglobin yang rendah. Pada masa
penyembuhan, darah menunjukkan gambaran retikulositosis dan
leukositosis netrofilik. Pada pemeriksaan biokimia darah urea darah
meningkat, sedangkan kolesterol menurun dan haptoglobin sangat menurun.
Penatalaksanaan
Bab 9
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Pemeriksaan protozoa
Pemeriksaan Protozoa
Bahan tinja yang akan diperiksa dikumpulkan pada tempat yang bersih
misalnya kotak plastik yang dapat ditutup rapat dan tidak boleh tercampur
dengan air seni penderita, minyak, garam aluminium, magnesium, barium
atau bismuth.
Bahan tinja yang padat (formed stools) dapat disimpan semalam di dalam
kotak berisi es batu, sedang tinja cair (unformed stools), tinja berdarah atau
tinja berlendir harus diperiksa segera, tidak lebih dari setengah jam sesudah
dikeluarkan. Tinja berdarah atau berlendir tidak boleh didinginkan di dalam
kotak es, atau dimasukkan ke dalam lemari pendingin (refrigerator) maupun
lemari pembeku (freezer). Jika pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera,
misalnya karena akan dikirim ke laboratorium yang terletak jauh dari tempat
pengambilan, sebaiknya tinja diawetkan dalam larutan formalin 10% atau
bahan pengawet lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adam and Maegraith, 1966. Clinical and Tropical Disease, Fourth Edition.
Blackwell Scientific Publication, Oxford, Edinburg.
Beaver, P.C., Yung RC., Cup EW., 1984. Clinical Parasitology, Ninth
Edition Lea Febiger, Philadelphia.
Medical Letter Editors, 2004. Drugs for Parasitic Infections. The Medical
Letter, Vol.46 (Issue 1189).
Terazawa a., Muljono R., Susanto L.,Margono, S.S. and Konishi,E. 2003.
High Toxoplasma Antibody Prevalence Among Inhabitans in Jakarta, Jpn
J. Infectious Disease, 56:107-9.
URL:http://www.medicine.mcgill.ca/tropmed/txt/lecture/intest/
protozoa.htm
URL: http://www.universe-review.ca/amoeba
URL: http://www.btinternet.com/ukneqa/parasitologyscheme)
URL: http://www.parasite-referencelab.co.uk/images.
Blastocystis hominis.
URL: http://www.fao.org/docrep/006
URL:http://www.austincc.edu/ddingley/MLAB1331/LectureGuide
Naegleria fowleri Acanthamoeba
URL:http://www.soton.ac.uk;http://www.cmpt.ca/images/- Iodamoeba
butchlii; Dientamoeba fragilis
URL: http://ruby.fgcu.edu/courses/davidb/courses/50249/flagellata
Trichomonas vaginalis
URL: http://www.btinternet.com/ukneqas/parasitologyscheme
Enteromonas hominis
URL:http://www/2classnote.com/images/-/science Trypanosomidae
URL: http://www.fao.org/docrep/006 Trypanosomidae
URL:http://cal.vet.upenn.edu/projects/parasit/06Trypanosoma
gambiense
URL:http://bio-analyse.com/images/eimeria Eimeria
URL: http://www.btinternet.com/ukneqa/parasitologyscheme
Plasmodium ovale
194
GLOSARIUM
dengan gejala kulit lembab dan dingin. Pada malaria algid tipe gastrik kolaps
disertai muntah, diare pada tipe koleraik, dan berak darah pada tipe
disenterik.
Definitive host, Hospes definitif atau final host. Hospes yang menjadi
habitat parasit dewasa atau parasit matang seksual (sexually mature).
Double infection, Infeksi ganda. Ditemukan lebih dari satu parasit malaria
di dalam satu sel eritrosit .
Eosinophyl, Eosinofil. Salah satu jenis dari sel darah putih (leukosit).
organ-organ di luar usus misalnya hati, paru, otak, kulit dan jaringan tubuh
lainnya.
Fission. Pembelahan.
kapiler limpa dan sumsum tulang. Hanya gametosit yang sudah matang
dapat ditemukan di dalam darah tepi.
I
Ileum, Ileum. Usus halus bagian bawah terletak paling dekat dengan usus
besar (kolon).
Karyosome, Kariosom. Kariosom atau plastin adalah salah satu struktur inti
protozoa.
205
Life cycle, Siklus hidup. Bentuk-bentuk parasit pada tahapan hidup parasit
yang terbentuk sesuai dengan habitat atau lingkungan hidupnya.
M
206
Mixed infection. Infeksi oleh lebih dari satu spesies Plasmodium di dalam
tubuh seekor nyamuk Anopheles betina,
Obligatory parasite, Parasit obligat. Parasit ini harus selalu hidup parasitik
pada hospes karena selama hidupnya ia sangat tergantung pada makanan
yang didapatnya dari hospes.
Overt malaria. Demam khas yang merupakan gejala klinis malaria akibat
pecahnya sel eritrosit yang ditimbulkan oleh pembelahan diri (multiplikasi)
Plasmodium di dalam sel eritrosit.
Parasite index, Indeks parasit (IP). Persentase anak berumur antara 2 dan
9 tahun yang pada pemeriksaan tetes tebal menunjukkan adanya
Plasmodium di dalam darahnya. Di daerah endemis, IP pada anak selalu
lebih tinggi dari pada IP orang dewasa.
Parasitic disease, Penyakit parasit. Penyakit yang terjadi akibat invasi dan
kelainan patologi oleh endoparasit.
Parasite rate. Persentase populasi penduduk yang darahnya mengandung
parasit malaria dibanding populasi seluruh penduduk.
Penyakit tidur. Penyakit infeksi susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
Trypanosoma gambiense atau T.rhodesiense.
211
Q
212
Relaps. Kekambuhan klinis yang terjadi pada malaria vivax, malaria ovale
dan malaria malariae.
Sabin Feldman Dye Test. Salah satu uji serologi untuk menunjang
diagnosis toksoplasmosis.
Spurious parasite. Benda atau spesies asing yang berada di dalam usus
hospes lalu melewati saluran pencernaan tanpa menimbulkan gejala infeksi
pada hospes.
216
Tenesmus. Gangguan kelancaran dan nyeri pada waktu defikasi atau pada
waktu kencing.
Unformed stool. Bentuk tinja yang cair dan tidak mempunyai bentuk tetap.
X
218