SENDIRI
1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jl. RTA Milono Km 1,5 Palangka Raya 73111 Telp. 081254792349
Website : fik.umpr.ac.id Gmail : fik.umpalangkaraya@gmail.com
SURAT K E P U T U S A N
DEKAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
Nomor : 250.h/PTM.63.R5/FIK/SK/Q/2018
Tentang
MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI I
PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALANGKARAYA TAHUN 2018
Bismillahirrahmanirrahim
Menimbang : 1. Bahwa guna peningkatan kualitas pembelajaran dan pencapaian kompetensi praktek
mahasiswa D-III Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan di pandang perlu adanya
pedoman praktikum Parasitologi I;
2. Bahwa pedoman modul praktikum tersebut pada butir a sebagai pedoman atau acuan
selama proses belajar mengajar dan pencapaian kompetensi praktek dasar;
3. Bahwa Modul Praktikum sebagaimana dimaksud dalam butir a dan b perlu ditetapkan
dengan surat keputusan.
Mengingat : 1. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-undang RI No. 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi;
3. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun1999 tentang Pendidikan Tinggi;
4. Pedoman PP Muhammadiyah Nomor: 02/PED/1.0/B/2012 Tentang Perguruan Tinggi
Muhammadiyah;
5. Ketentuan Majelis Dikti PP Muhammadiyah Nomor : 178/KET/1.3/D/2012 tentang
Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
6. Statuta Universitas Muhammadiyah Palangkaraya;
7. Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Palangkaraya No.
10/PTM.63.R/SK/C/2018 tentang Pengangkatan Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
: 1. Permohonan Ketua Program Studi D-III Analis Kesehatan tentang Penyampaian Pedoman
Memperhatikan Praktikum mata kuliah di Program Studi Program Studi D-III Analis Kesehatan FIK UMPR
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Berlakunya MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI I Program Studi D-III Analis
Kesehatan FIK UMPR sebagaimana tersebut dalam lampiran keputusan ini;
Kedua : Pedoman Praktikum Parasitologi I yang tersebut dalam diktum pertama keputusan ini
berlaku sejak tanggal ditetapkan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keputusan ini.
Ketiga : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
dibetulkan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Palangka Raya
Pada Tanggal : 20 Dzulqaidah 1439 H
02 Agustus 2018 M
NIK. 15.0602.013
Tembusan :
1. Yth. Rektor UMPR
2. Yth. Kepala BAA UMPR
3. Ketua Program Studi di Lingkungan FIK UMPR
4. Arsip
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga Buku Modul Praktikum Parasitologi I ini dapat tersusun. Dimana buku ini
digunakan sebagai pedoman praktikum mata kuliah Parasitologi I bagi mahasiswa Program
Studi Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Kami sadar buku ini masih belum sempurna, akan tetapi sebagai pedoman sederhana
diharapkan dapat berguna untuk membantu dalam pembelajaran dan pemahaman materi
kuliah Parasitologi I.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini,
kami mengharap kritik dan saran dari segenap pihak yang membaca buku ini dalam rangka
perbaikan dan penyempurnaan.
Akhir kata, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Analis Kesehatan
FIK UM Palangkarya khususnya dan Pranata Laboratorium Kesehatan pada umumnya,
Amin.
2
Daftar Isi
3
I. Cara Pengawetan dan Pengangkutan Sampel Feses
A. Judul
Pengiriman Spesimen Feses Untuk Mendeteksi Parasit
B. Tujuan
1. Mengetahui pengambilan spesimen yang benar
2. Memahami cara penyimpanan specimen
C. Metode
Pengiriman dengan medium transpor Stuart.
D. Prinsip
Semua spesimen harus diberi label/etiket yang jelas pada tabung/tempat
pengirimannya dan harus disertai dengan formulir/surat pengantar.
F. Prosedur Kerja
a. Penggunaan larutan formaldehid 10%
1. Dibuat campuran feses dalam larutan formaldehid dengan perbandingan 1:3
(Gbr.4.8).
2. Diratakan campuran hingga homogen menggunakan batang pengaduk (Gbr. 4.9).
4
b. Penggunaan larutan fiksatif polivinil alkohol Dalam botol :
1. Dituangkan kira-kira 30 ml larutan fiksatif PVA ke dalam botol 40 ml.
2. Ditambahkan feses segar secukupnya hingga mengisi seperempat bagian
bawah botol.
3. Diratakan campuran hingga homogen menggunakan batang pengaduk
c. Di atas kaca objek
1. Untuk memeriksa amoeba dan flagellata, letakkan sedikit feses di salah satu
ujung kaca objek.
2. Ditambahkan tiga tetes larutan fiksatif PVA ke atas feses.
3. Dengan batang pengaduk, buat apusan feses (dengan hati-hati) hingga memenuhi
kira-kira separuh kaca objek (Gbr. 4.10). Biarkan mengering selama 12 jam (lebih
baik pada suhu 31'C).
d. Penggunaan larutan fiksatif 11 F (tiomersall-iodin-formaldehid).
1. Sesaat sebelum dikirim, campurkan 4,7 mllarutan fiksatifTIF dan 0,3 mllarutan
lugol iodin dalam sebuah tabung atau botol kecil.
2. Ditambahkan kira-kira.2 ml (2 cm3) feses dan ratakan campuran hingga homogen
menggunakan batang pengaduk.
5
LAPORAN PRAKTIKUM
Nama :
NIM :
Hari/Tanggal :
Judul :
Metode :
Prinsip :
Hasil Pengamatan :
Kesimpulan :
………………………… ……………………………
6
II. Pemeriksaan Feses Langsung
A. Tujuan
Untuk mengetahui adanya telur atau larva cacing pada sampel tinja.
B. Prinsip
Adanya telur atau larva cacing dalam tinja dapat diketahui dengan pemeriksaan secara
mikroskopis dengan pengecatan lugol atau eosin, menggunakan perbesaran 100x (lensa
objektif 10x dan lensa okuler 10x).
D. Cara Kerja
1. Siapkan object glass bersih, kering dan bebas lemak.
2. Teteskan 1 tetes larutan lugol pada object glass.
3. Tambahkan sedikit sampel tinja pada object glass.
4. Aduk atau campur dengan tusuk gigi sampai homogen.
5. Tutup dengan deck.
6. Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x (lensa objektif 10x dan lensa
okuler 10x).
7
8
LAPORAN PRAKTIKUM
Nama :
NIM :
Hari/Tanggal :
Judul :
Metode :
Prinsip :
Hasil Pengamatan :
Kesimpulan :
………………………… ……………………………
9
III. Pemeriksaan Feses Teknik Sedimentasi
A. Pendahuluan
Metode konsentrasi digunakan untuk pemeriksaan kista Protozoa dan telur
cacing pada feses secara tidak langsung. Prinsip metode ini adalah dengan
menggunakan bahan kimia cair tertentu yang memiliki berat jenis lebih rendah
maupun lebih tinggi diharapkan mampu membuat bentuk-bentuk parasit menjadi
terkonsentrasi.
Metode konsentrasi dibagi menjadi dua teknik, yaitu:
1. Teknik Sedimentasi : menggunakan bahan kimia cair yang memiliki berat jenis
lebih rendah, kista dan telur cacing akan mengendap dengan bantuan
sentrifugasi.
2. Teknik Flotasi : menggunakan bahan kimia cair yang memiliki berat jenis lebih
tinggi, kista dan telur cacing akan mengapung dan terkonsentrasi pada
permukaan cairan.
B. Alat dan Bahan
a. Teknik Sedimentasi
Alat : - Sentrifuga
- Tabung sentrifus
- Pipet tetes
- Aplikator/batang pengaduk
- Mikroskop
- Kaca objek
Bahan: - Sampel feses
- NaCl fisiologis
- Akuades
C. Cara Kerja Teknik Sedimentasi
1. Masukkan + 1 gr sampel feses ke dalam tabung reaksi, tambahkan 10 bagian
akuades, suspensikan
2. Saring suspensi dengan kain kasa basah, tampung pada tabung sentrifus
3. Sentrifus selama 60 detik pada kecepatan 2300 rpm, buang cairan pada bagian
atas tabung
4. Ulangi sentrifugasi 2-3 kali hingga cairan jernih
10
5. Buang bagian atas cairan hingga tersisa 1 mL, suspensikan endapan, ambil
menggunakan pipet tetes untuk diperiksa di bawah mikroskop.
11
LAPORAN PRAKTIKUM
Nama :
NIM :
Hari/Tanggal :
Judul :
Metode :
Prinsip :
Hasil Pengamatan :
Kesimpulan :
………………………… ……………………………
IV. Pemeriksaan Feses Teknik Flotasi
12
A. Pendahuluan
Metode konsentrasi digunakan untuk pemeriksaan kista Protozoa dan telur
cacing pada feses secara tidak langsung. Prinsip metode ini adalah dengan
menggunakan bahan kimia cair tertentu yang memiliki berat jenis lebih rendah
maupun lebih tinggi diharapkan mampu membuat bentuk-bentuk parasit menjadi
terkonsentrasi.
Metode konsentrasi dibagi menjadi dua teknik, yaitu:
1. Teknik Sedimentasi; menggunakan bahan kimia cair yang memiliki berat jenis
lebih rendah, kista dan telur cacing akan mengendap dengan bantuan
sentrifugasi.
2. Teknik Flotasi; menggunakan bahan kimia cair yang memiliki berat jenis lebih
tinggi, kista dan telur cacing akan mengapung dan terkonsentrasi pada
permukaan cairan.
B. Alat dan Bahan
1. Teknik Flotasi
Alat : - Botol penicillin
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Aplikator/batang pengaduk
- Mikroskop
- Kaca objek
Bahan:- Sampel feses
- NaCl jenuh
- Akuades
C. Cara Kerja Teknik Flotasi
- Masukkan + 2 cm3 sampel feses ke dalam botol penicillin
- Tambahkan Lar. Wilis (NaCl jenuh) hingga ¼ bagian botol, suspensikan
menggunakan aplikator/batang pengaduk
- Tambahkan Lar. Wilis hingga memenuhi botol, letakkan kaca penutup objek pada
bagian atas botol, ambil secara perlahan dan tempatkan pada kaca objek
- Amati di bawah mikroskop.
13
LAPORAN PRAKTIKUM
Nama :
NIM :
Hari/Tanggal :
Judul :
Metode :
Prinsip :
Hasil Pengamatan :
Kesimpulan :
………………………… ……………………………
V. Pemeriksaan Feses Teknik Kato-Kanz
14
A. Tujuan
Pemeriksaan tinja bertujuan untuk menegakkan diagnosis pasti, ada dan
tidaknya infeksi cacing, berat ringannya infeksi serta jenis telur cacing yang ada.
15
2. Setelah wawancara, responden dibagikan pot tinja yang telah diberi kode
sesuai dengan kode yang tertulis pada kuesioner pengetahuan murid sekolah
dasar. Bila sasarannya masyarakat maka kode yang dicantumkan ditambah
alamat lengkap, desa RT dan RW. Pot tersebut diisi dengan tinjanya sendiri dan
dikumpulkan pada keesokan harinya.
3. Jumlah tinja yang dimasukkan ke dalam pot / kantong plastik sekitar 100
mg
4. (sebesar kelereng atau ibu jari tangan).
5. Spesimen harus segera diperiksa pada hari yang sama, sebab jika tidak telur
cacing tambang akan rusak atau menetas menjadi larva. Jika tidak
memungkinkan tinja harus diberi formalin 5-10% sampai terendam.
D. Metode Pemeriksaan Kato-Katz
1. Cara Membuat Larutan Kato
Yang dimaksud dengan Larutan Kato adalah cairan yang dipakai untuk
merendam/memulas selofan (cellophane tape) dalam pemeriksaan tinja terhadap
telur cacing menurut modifikasi teknik Kato dan Kato-Katz.
1) Untuk membuat Larutan Kato diperlukan campuran dengan perbandingan:
Aquadest 100 bagian, Glycerin 100 bagian dan Larutan malachite green 3%
sebanyak 1 bagian.
2) Timbang malachite green sebanyak 3 gram, masukkan ke dalam
botol/beker
3) glass dan tambahkan aquadest 100 cc sedikit demi sedikit lalu
aduk/kocok sehingga homogen, maka akan diperoleh larutan malchite green
3%.
4) Masukkan 100 cc aquadest ke dalam Waskom plastik kecil, lalu tambahkan
100 cc glycerin sedikit demi sedikit dan tambahkan 1 cc larutan malachite
green 3%, lalu aduk sampai homogen. Maka akan didapatkan Larutan Kato
201 cc.
2. Cara merendam / memulas selofan (cellophane tape)
1) Buatlah bingkai kayu segi empat sesuai dengan ukuran Waskom plastik
kecil.
Contoh: Misal bingkai untuk foto
2) Libatkan / lilitkan selofan pada bingkai tersebut.
3) Rendamlah selama + 18 jam dalam Larutan Kato.
16
4) Pada waktu akan dipakai, guntinglah selofan yang sudah direndam
sepanjang 3 cm.
17
F. Cara Pemeriksaan Kuantitatif
Pemeriksaan kuantitatif diperlukan untuk menentukan intensitas infeksi atau
berat ringannya penyakit dengan mengetahui jumlah telur per gram tinja (EPG)
pada setiap jenis cacing.
1. Cara Membuat Preparat
a. Saringlah tinja menggunakan kawat saring.
b. Letakkan karton yang berlubang di atas slide kemudian masukkan tinja
yang sudah di saring pada lubang tersebut.
c. Ambillah karton berlubang tersebut dan tutuplah tinja dengan selofan
yang sudah direndam dalam larutan Kato.
d. Ratakan dengan tutup botol karet hingga merata. Diamkan kurang
lebih sediaan selama 20 – 30 menit.
e. Periksa di bawah mikroskop dan hitung jumlah telur yang ada pada
sediaan tersebut.
2. Cara Menghitung Telur
Hasil pemeriksaan tinja secara kuantitatif merupakan intensitas infeksi,
yaitu jumlah telur per gram tinja (Egg Per Gram/EPG) tiap jenis cacing.
a. Intensitas Cacing Gelang = Jumlah telur cacing gelang
x 1000/R Jumlah specimen positif telur Cacing Gelang
b. Intensitas Cacing Cambuk = Jumlah telur cacing cambuk
x 1000/RJumlah specimen positif telur Cacing Cambuk
c. Intensitas Cacing Tambang = Jumlah telur cacing tambang
x 1000/RJumlah specimen positif telur Cacing Tambang
Ket : R = berat tinja sesuai ukuran lubang karton
(mg). Untuk program cacingan adalah 40 mg.
G. Klasifikasi Intensitas Infeksi
18
Jenis Cacing
Cacing Cacing Cambuk Cacing Tambang
19
LAPORAN PRAKTIKUM
Nama :
NIM :
Hari/Tanggal :
Judul :
Metode :
Prinsip :
Hasil Pengamatan :
Kesimpulan :
………………………… ……………………………
20
VI. Pemeriksaan Feses Teknik Harada-Mori
A. Tujuan :
Untuk membiakkan larva cacing, dan larva yang paling sering ditemukan
adalah larva Strongyloides, kadang kadang ditemukan juga larva Ancylostoma .
Untuk : 1. Larva Strongyloides baik pada tinja segar maupun tinja lama.
2. Larva Ancylostoma, hanya pada tinja lama (24 -48) jam.
B. Prinsip :
Selama 5-7 hari dengan proses perambatan atau larva pada faeces atau tinja
bergerak melawan aliran air kapiler yang naik dalam kertas saring (yang sebagian
terendam dalam tabung uji), dan larvanya akan berkumpul didasar tabung.
C. Alat :
1. Gelas objek
2. Cover glass
3. Lidi
4. Kapas / tisu
5. Mikroskop
6. Petridik
8. Pipet pastur
10.Kertas saring
21
D. BAHAN : Faeses atau tinja
E. Prosedur :
h. Setelah 7 hari diperiksa dan disiapkan objek glas 1 dan 2 cover glas.
a. Pada tengah-tengah kertas saring oleskan 1-2 gram tinja, sehingga didapat
olesan tipis.
b. Menempatkan kertas saring ini diatas gelas benda yang berada pada piring
petri dalam keadaan miring).
c. Menempatkan air kedalam piring petrdisk, sehingga bagian dasar gelas benda
terendam dalam air.
d. Menutup piring petri dan simpan ditemperatur kamar.
22
e. Membiarkan selama 5-7 hari.
3. Hasil Pengamatan:
- Warna
- Bau
- Lendir
- Darah
- Bentuk
23
LAPORAN PRAKTIKUM
Nama :
NIM :
Hari/Tanggal :
Judul :
Metode :
Prinsip :
Hasil Pengamatan :
Kesimpulan :
………………………… ……………………………
24
VII. Pemantapan Pengantar Nematoda
A. Pendahuluan
Nematoda merupakan kelompok terbesar dari filum Nemathelminthes. Umumnya
anggota kelompok ini merupakan cacing parasit yang dapat hidup di dalam tubuh hewan
dan manusia. Ciri umum dari cacing Nematoda yaitu memiliki tubuh simetris bilateral
dengan bentuk bulat dan meruncing pada bagian ujung-ujungnya, memiliki tiga lapisan
(triploblastik), memiliki sistem pencernaan dan reproduksi.
Nematoda usus adalah kelompok parasit yang hidup di dalam usus hewan dan
manusia. Terdapat beberapa spesies yang dapat menginfeksi manusia, yaitu Ascaris
lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura,
Strongyloides stercoralis dan Enterobius vermicularis. Masing-masing cacing memiliki
ciri morfologi yang berbeda, baik telur, larva maupun cacing dewasanya.
Penularan cacing Nematoda usus dapat disebabkan karena menelan telur/larva infektif
dan masuknya larva ke dalam kulit. Siklus hidup dan morfologi yang berbeda pada
masing-masing parasit ini menyebabkan cara infeksi dan gejala penyakit yang berbeda
pula pada manusia.
Pengenalan ciri-ciri telur, larva dan cacing dewasa cacing Nematoda usus dapat
memudahkan pengenalan penyakit serta memberikan penanganan yang tepat terhadap
munculnya gejala klinik yang disebabkan oleh infeksi cacing tersebut.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengenali Nematoda usus melalui
pengamatan morfologi telur, larva maupun cacing dewasa; juga membedakan ciri
masing-masing spesies Nematoda usus.
25
- Preparat sediaan: telur, larva, cacing dewasa Ascaris lumbricoides, Necator
americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura, Strongyloides
stercoralis dan Enterobius vermicularis
D. Cara Kerja
1. Pengamatan Telur/Larva/Cacing dewasa (mikroskopis)
- Tempatkan preparat sediaan di atas meja mikroskop
- Nyalakan lampu, atur makrometer hingga objek pada sediaan terlihat
- Atur mikrometer untuk memperjelas struktur pada objek
- Gunakan lensa objektif dengan perbesaran 10x untuk mengamati telur dan larva
- Gunakan lensa objektif dengan perbesaran 40x untuk mengamati ciri yang lebih
khusus
- Amati ciri khas telur dan larva dari masing-masing spesies Nematoda
- Gambarkan kembali telur dan larva yang diamati di bawah mikroskop pada tabel
hasil pengamatan
- Beri keterangan ciri yang diamati pada objek
2. Pengamatan Cacing dewasa (makroskopis)
- Ambil sediaan cacing dewasa secara hati-hati menggunakan pinset (jangan terlalu
menekan karena akan merusak sediaan), tempatkan pada cawan petri
- Gunakan lup untuk mengamati morfologi luar cacing dewasa (mulut, anus,
lubang genital)
- Gambarkan cacing yang diamati pada tabel hasil pengamatan
- Beri keterangan ciri yang diamati pada objek
E. Hasil Pengamatan
No. Spesies Telur Larva Cacing Dewasa
1. A. lumbricoides - tidak dibuahi
- dibuahi
Ciri khas
26
2. Cacing tambang
Ciri khas
3. T. trichiura
Ciri khas
4. S. stercoralis
Ciri khas
5. E. vermicularis
Ciri khas
F. Kesimpulan
Praktikan, Pembimbing/asisten,
( ) ( )
27
VIII. Pemantapan Pengamatan Trematoda
A. Pendahuluan
Trematoda termasuk ke dalam filum Platyhelminthes, dan dikenal dengan sebutan
cacing daun karena bentuknya seperti daun. Trematoda memiliki sistem pencernaan
berupa saluran berbentuk huruf Y terbalik, sistem peredaran darah, dan sistem
reproduksi. Umumnya Trematoda merupakan hewan hermaprodit atau berkelamin ganda,
kecuali Schistosoma sp. Beberapa anggota kelompok Trematoda dapat menjadi parasit
pada manusia. Berdasarkan tempat hidupnya dalam tubuh, parasit Trematoda dibedakan
menjadi:
1. Trematoda Paru, yaitu Paragonimus westermani
2. Trematoda Hati, yaitu Clonorchis sinensis, Fasciola hepatica
3. Trematoda Usus, yaitu Fasciolopsis buski
4. Trematoda Darah dan Jaringan, yaitu Schistosoma mansoni, S. japonicum, S.
haematobium
Umumnya parasit Trematoda memerlukan hospes perantara sebelum menginfeksi
manusia. Beberapa hewan seperti keong, ikan, udang-udangan atau kepiting merupakan
hospes perantara sekaligus sumber infeksi parasit bagi manusia. Memakan makanan
tersebut, terutama jika tidak/kurang matang dapat menyebabkan manusia menjadi
terinfeksi oleh satu atau beberapa jenis parasit Trematoda.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati ciri/morfologi berbagai stadium parasit
Trematoda, dan membedakan jenis-jenis parasit Trematoda berdasarkan ciri dan
morfologinya.
28
- Cacing dewasa Schistosoma sp.
D. Cara Kerja
Pengamatan mikroskopis telur (dgn perbesaran 10X – 40X lensa objektif)
Pengamatan mikroskopis cacing dewasa (dgn perbesaran 4 – 10 X lensa objektif)
2. Clonorchis sinensis
3. Paragonimus
westermani
4. Schistosoma sp.
Praktikan, Pemeriksa,
( ) ( )
29
IX. Pemantapan Pengamatan Cestoda
A. Pendahuluan
Cestoda termasuk ke dalam filum Platyhelminthes atau cacing pipih, lebih dikenal
dengan sebutan cacing pita karena bentuknya panjang seperti pita. Ukuran cestoda
bervariasi dari yang terpanjang mencapai 12 m hingga yang terkecil 25 mm. Beberapa
anggota kelompok Cestoda menjadi parasit pada manusia dan hewan.
Morfologi umum dari cacing pita yaitu berbentuk pipih, panjang seperti pita,
tubuh bersegmen, bagian anterior berkembang menjadi skoleks yang dilengkapi alat
pelekat, proglotid yang menjadi segmen tumbuh dari bagian akhir skoleks, memiliki alat
reproduksi jantan dan betina, menjadi matang berisi telur pada bagian ujung posterior.
Telur dikeluarkan melalui lubang uterus atau dilepaskan bersama proglotid gravid.
Berdasarkan tempat hidupnya, Cestoda dibedakan menjadi:
a. Cestoda Usus, yaitu cacing pita yang hidup di usus dan saluran pencernaan
manusia; yaitu Taenia solium, Taenia saginata, Hymenolepis nana, Hymenolepis
diminuta, Echinococcus granulosus, Echinococcus multilocularis, Multiceps spp,
dan Diphyllobothrium latum.
b. Cestoda Jaringan, yaitu cacing pita yang hidup pada jaringan tubuh manusia.
Yaitu: Spirometra sp., Sparganum proliferum. Kelompok ini merupakan parasit
Cestoda Usus pada hewan yang dapat menginfeksi manusia, namun larva
pleroserkoid yang masuk ke dalam tubuh manusia tidak dapat berkembang lebih
lanjut.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati ciri/morfologi berbagai stadium parasit
Cestoda, dan membedakan jenis-jenis parasit Cestoda berdasarkan ciri dan morfologinya.
30
- Telur H. diminuta
D. Cara Kerja:
a. Pengamatan mikroskopis telur (dgn perbesaran 10X – 40X lensa objektif)
b. Pengamatan mikroskopis skoleks (dgn perbesaran 4 – 10 X lensa objektif)
E. TABEL PENGAMATAN
No. Jenis Telur Bentuk Dewasa Keterangan
1. Taenia sp. - Skoleks
- Proglotid
2. D. latum - Skoleks
- Proglotid
3. H. nana - Skoleks
- Proglotid
4. H. diminuta - Skoleks
- Proglotid
Praktikan, Pemeriksa,
( ) ( )
31