Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI LABORATORIUM KESEHATAN

Dosen : Hj. Syahida Djasang, SKM.,M.MKes


Mata kuliah : Manajemen Laboratorium (Praktek)
Disusun oleh : Leontius Manselmi/NIM. PO714203222015

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MAKASSAR


TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena atas bimbingan dan penyertaannya
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kepemimpinan dan Pengembangan Organisasi
Laboratorium Kesehatan”.
Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada para
pembaca tentang pokok-pokok penting kepemimpinan dan pengembangan suatu organisasi
laboratorium kesehatan agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dengan mengetahuinya pembaca
dapat memiliki pengetahuan tentang peran pemimpin menjadi seorang leadership (berjiwa pemimpin)
untuk menggerakkan anggotanya menjalankan roda organisasi laboratorium kesehatan serta menjadi
nahkoda kemana arah haluan organisasi itu berjalan.
Akhirnya penulis menyampaikan permohonan maaf manakala ada kesalahan penulisan dan
literatur yang tidak sesuai atau belum lengkap dalam penyajian materinya, kiranya ada masukan, kritik,
dan saran untuk melengkapi makalah ini agar menjadi lebih berkualitas dan bermanfaat.

Makassar, Februari 2023

Penulis

Leontius Manselmi

i
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. Pengertian Kepemimpinan ........................................................................................................ 3
B. Fungsi Kepemimpinan Dalam Organisasi ................................................................................... 4
C. Gaya Kepemimpinan.................................................................................................................. 6
D. Pengertian Organisasi................................................................................................................. 9
E. Tujuan Organisasi....................................................................................................................... 11
F. Pengertian Pengembangan Organisasi ...................................................................................... 12
G. Tujuan Pengembangan Organisasi ............................................................................................. 13
H. Organisasi Laboratorium Kesehatan .......................................................................................... 15
I. Peran Pemimpin Dalam Mengembangkan Organisasi Laboratorium Kesehatan ....................... 16
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 18
A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 18
B. Saran .......................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berhasil tidaknya suatu usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan itu sebagian besar
akan ditentukan oleh kemampuan pemimpin, yang memegang peranan penting dalam rangka
menggerakkan orang-orang/bawahannya. Keterampilan kepemimpinan (leadership skill) yang baik
dan efektif sangat penting untuk membangun, mendorong dan mempromosikan kualitas bukan
kuantitas produksi dalam perusahaan yang kuat dan akhirnya meraih keberhasilan. Oleh karena itu,
keahlian dalam memimpin sangat dibutuhkan untuk meningkatkan eisiensi dan mencapai tujuan
organisasi.
Suatu organisasi dapat bergerak maju jika menanggapi secara positif perubahan-perubahan
yang akan muncul. Pemimpin saat ini dan akan dating dituntut untuk bersikap leksibel, mampu
beradaptasi dengan dengan lingkungan yang bersifat dinamis serta mampu menindaki segala bentuk
perubahan dan secara aktif membuat variasi program perubahan yang dibutuhkan.
Setiap manusia mempunyai sebuah tujuan, tetapi keterbatasan yang dimiliki menjadi faktor
penyebab terbentuknya suatu organisasi. Organisasi inilah yang mengumpulkan mereka untuk
bekerjasama dalam mencapai tujuan yang ditetapkan bersama.
Organisasi harus mempunyai seorang pemimpin untuk membantu mereka menjalankan
semua komponen dalam organisasi tersebut. Meskipun demikian, seorang pimpinan tidak semata-
mata dipilih dan ditentukan. Terdapat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi, serta
kemampuan berpikir dan bertindak yang tentu harus dipertimbangkan.
Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda antara satu dan lainnya. Cara
pandang mengenai isu-isu tertentu menjadi kapasitas kepemimpinan individu. Tidak bisa dipungkiri
bahwa menjadi seorang pemimpin harus bertanggung jawab dan memiliki peran yang berat dan
berpengaruh. Akan tetapi, setiap hal dapat diatasi jika ia menggunakan taktik dan strategi yang
sesuai dengan keadaannya.
Kepemimpinan atau dalam bahasa Inggris disebut dengan leadership memiliki arti luas
meliputi “ilmu tentang kepemimpinan, teknik kepemimpinan, seni memimpin, ciri kepemimpinan,
serta sejarah kepemimpinan” (Tikno Lensuie). Kepemimpinan mengacu pada seseorang yang
memimpin sebuah organisasi atau lembaga, dan bukan sekedar memimpin upacara bendera, paduan
suara dan sejenisnya (memimpin sesaat).

1
Kepemimpinan mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan suatu
organisasi laboratorium kesehatan. untuk mencapai suatu tujuan organisasi Laboratorium, seorang
pimpinan puncak di Laboratorium membutuhkan suatu strategi dan proses manajemen untuk
dijadikan sebagai acuan atau patokan dalam melakukan kegiatan operasional Laboratorium. Fungsi
manajemen ini merupakan dasar dalam merencanakan, mengelola dan mengevaluasi suatu proses
operasional Laboratorium sehari-hari termasuk memilih strategi dan inovasi yang tepat dalam
mengembangkan sebuah Laboratorium.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari makalah ini adalah
“Bagaimana Peran dari kepemimpinan dalam mengembangkan organisasi laboratorium kesehatan? ”
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui peran dari kepemimpinan dalam
mengembangkan organisasi laboratorium kesehatan.
C. Manfaat Penulisan
1. Memahami pengertian dari kepemimpinan, fungsi kepemimpinan dalam organisasi dan gaya
kepemimpinan.
2. Memahami pengertian dari organisasi dan tujuan organisasi.
3. Memahami pengertian pengembangan organisasi dan tujuan pengembangan organisasi.
4. Mengetahui organisasi laboratorium kesehatan dan memahami peran pemimpin dalam
mengembangkan organisasi laboratorium kesehatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin adalah individu yang memimpin, dan kepemimpinan merupakan sifat yang harus
dimiliki seorang pemimpin. Oleh karena itu, kepemimpinan ialah kemampuan untuk mempengaruhi
manusia dalam melakukan dan tidak melakukan sesuatu. Para ahli memberikan deinisi
kepemimpinan, antara lain:
a. Miftah Thoha menyatakan “kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perseorangan maupun kelompok.”
b. Hadari melihat kepemimpinan dari dua konteks yaitu “struktural dan nonstruktural. Dalam
konteks struktural kepemimpinan diartikan sebagai proses pemberian motivasi agar orang-orang
yang dipimpin melakukan kegiatan dan pekerjaan sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
Adapun dalam konteks nonstruktural kepemimpinan dapat diartikan sebgai proses
mempengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengerahkan semua fasilitas untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama”.
c. Tanembaum dan Massarik menjelaskan “kepemimpinan adalah suatu proses atau fungsi sebagai
suatu peran yang memerintah”.
d. Harold Kontz mendeinisikan kepemimpinan sebagai “pengaruh, seni atau proses mempengaruhi
orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok dengan kemauan dan
antusias”.
e. Frigon mengungkapkan “leadership is the art and sciene of getting others to perform and
achieve vision”.
f. Nanus berpendapat “leadership role in policy formation has a solid foundation in practice and is
safely short of usuring a governing broad’s prerogrative in establishing policy”.
g. Overton menyatakan“leadership is ability to get work done and through others while gaining
then conidence and cooperation”.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah


upaya untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan dorongan dan bimbingan dalam
bekerjasama untuk mengejar tujuan yang telah disepakati bersama.

3
B. Fungsi Kepemimpinan dalam Organisasi

Tugas pokok seorang atasan ialah melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri atas
merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi. Tugas-tugas tersebut dapat
terselesaikan dengan menggerakkan orang-orang yang mengikutinya. Seorang pemimpin harus
kreatif dan inisiatif serta selalu memperhatikan interaksi manusiawi agar para bawahan mau bekerja
dengan baik. Berikut tugas-tugas rinci seorang pemimpin organisasi: pengambilan keputusan,
menetapkan sasaran dan menyusun kebijaksanaan, mengorganisasikan dan menempatkan pekerja,
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan baik secara vertikal (antara bawahan dan atasan) maupun
secara horisontal (antar bagian atau unit), serta memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
Secara umum, tugas-tugas pokok pemimpin meliputi.

Melaksanaan fungsi managerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi pelaksanaan:

1. Penyusunan rencana. Penyusunan organisasi pengarahan organisasi pengendalian


penilaian atau pelaporan
2. Mendorong (memotivasi) bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan teku
3. Membina bawahan agar dapat memikul tanggung jawab tugas masing-masing secara
baik
4. Membina bawahan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien
5. Menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis
6. Menyusun fungsi manajemen secara baik
7. Menjadi penggerak yang baik dan dapat menjadi sumber kreativitas
8. Menjadi wakil dalam membina hubungan dengan pihak luar

Untuk menciptakan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus


dilaksanakan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Hadari Nawawi
(1995) “fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam, bukan
berada di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial
kelompok atau organisasinya.

Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi “memiliki dua dimensi yaitu:

4
1. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan
atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang
dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang
dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan
pemimpin”.

Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara operasional
dapat dibedakan “lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:

1. Fungsi Instruktif
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah),
bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan
melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat
diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan
perintah.
2. Fungsi Konsultatif
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal
tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang
memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang
dipimpinnya.
3. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang
yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok,
sesuai dengan posisi masing-masing.
4. Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang
membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan
seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang
dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus

5
diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan
oleh seorang pemimpin seorang diri.
5. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam
melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan”.
C. Gaya Kepemimpinan
Dari penelitian yang dilakukan Fiedler yang dikutip oleh Prasetyo (2006) ditemukan bahwa
“kinerja kepemimpinan sangat bergantung pada organisasi maupun gaya kepemimpinan”. Pemimpin
bisa efektif dan tidak efektif dalam situasi tertentu. Untuk meningkatkan efektivitas organisasi,
dibutuhkan kemauan untuk belajar bagaimana melatih pemimpin secara efektif, namun juga
menciptakan lingkungan organisasi yang pemimpinnya mampu melaksanakan tugasnya sebaik
mungkin.
Selain itu, Prasetyo berpendapat “gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam
proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan”. Lebih lanjut, Flippo
(1987) mengungkapkan “gaya kepemimpinan juga dapat dideinisikan sebagai pola tingkah laku yang
dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu
tujuan tertentu”.
Tiga gaya kepemimpinan yang disimpulkan oleh Lewin menurut University of Iowa Studies
yang dikutip Robbins dan Coulter (2002) ialah “gaya kepemimpinan autokratis, gaya kepemimpinan
demokratis, gaya kepemimpinan” Laissez-Faire (Kendali Bebas).
a. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Gaya pemimpin yang mendasarkan keputusan dan kebijakan dari dirinya secara penuh
merupakan gaya kepemimpinan autokratis. Gaya ini membuat pemimpin mengontrol setiap aspek
pelaksanaan kegiatan yang mana ia akan memberitahu target utama dan target minor yang perlu
dikejar dan cara untuk mencapai target tersebut.
Seorang pemimpin juga bertindak sebagai pengawas anggotanya dan menyediakan cara
penyelesaian masalah yang dihadapi anggota. Dengan demikian, anggota organisasi tidak perlu
repot-repot memikirkan apapun dan cukup melakukan tindakan atas keputusan yang diambil oleh

6
pemimpinnya. Kepemimpinan otokrasi sangat sesuai dengan anggota yang berkompetensi rendah
tetapi berkomitmen yang tinggi.
Menurut Rivai (2003) “kepemimpinan autokratis adalah gaya kepemimpinan yang
menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan
strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi”.
Robbins dan Coulter (2002) juga menyatakan “gaya kepemimpinan autokratis
mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri,
mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan
meminimalisasi partisipasi karyawan”.
Kelebihan gaya kepemimpinan autokratis :
1. Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.
2. Cara dan langkah pelaksanaan kegiatan diperintah oleh pimpinan setiap waktu yang
membuat langkah kedepannya tidak menentu untuk tingkatan yang lebih tinggi.
3. Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota.
Kelemahan gaya kepemimpinan autokratis:
1. Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan.
2. Komunikasi hanya satu arah yaitu ke bawah saja.
3. Pemimpin menjadi pihak yang dipuji dan dikecam terhadap pekerjaan yang dilakukan
anggotanya.
4. Pemimpin tidak terlibat dalam partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukkan
kemampuannya.
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis atau Partisipatif

Gaya pemimpin yang memberikan kewenangan secara luas adil dan luas merupakan gaya
kepemimpinan demokratis atau partisipatif. Gaya ini menuntun pemimpin untuk melibatkan anggota
sebagai tim yang utuh dalam menyelesaikan perkara yang dihadapi. Pemimpin memberikan segala
informasi terkait tugas, pekerjaan dan tanggung jawab anggotanya.

Para bawahan berperan besar dalam gaya kepemimpinan demokrasi dimana seorang atasan
hanya memberitahu target yang ingin dicapai serta cara pencapaiannya, dan anggotalah yang
menentukan. Lebih lanjut, anggota diberikan leksibilitas dalam menindaklanjuti masalah yang
terjadi. Kepemimpinan demokrasi sangat sesuai dengan anggota yang berkompetensi tinggi dan
memiliki beragam komitmen, dan ditandai dengan sebuah struktur yang dibuat berdasarkan

7
pendekatan pengambilan keputusan bersama. Rivai, (2006) menjelaskan “di bawah kepemimpinan
demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja
dan dapat mengarahkan diri sendiri”.

Menurut Robbins dan Coulter (2002) “gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan


pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan,
mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode
kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk
melatih karyawan”. Kemudian, Jerris (1999, p.203) menyatakan “gaya kepemimpinan yang
menghargai kemampuan karyawan untuk mendistribusikan knowledge dan kreativitas untuk
meningkatkan servis, mengembangkan usaha, dan menghasilkan banyak keuntungan dapat menjadi
motivator bagi karyawan dalam bekerja”.

Kelebihan gaya kepemimpinan Demokratis atau Partisipatif :

1. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.


2. Setiap kebijakan diberikan pada kelompok diskusi dan pemimpin membantu
pengambilan keputusan.
3. Kelompok membahas tentang kegiatan yang akan dilakukan, mempersiapkan tujuan,
dan bila perlu pemimpin memberikan saran terkait petunjuk teknis pelaksanaan dengan
langkah-langkah alternatif yang bisa dipilih.
4. Anggota kelompok bebas bekerja dengan tim pilihan mereka dan pembagian tugas
ditetapkan kelompok.
5. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.
6. Pemimpin menjadi anggota kelompok biasa yang tidak perlu melaksanakan banyak
tugas, serta ia merupakan obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya.

Kekurangan gaya kepemimpinan demokratis atau partisipatif :

1. Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena diambil secara


musyawarah.
2. Sulitnya dalam pencapaian kata mufakat karena pendapat setiap orang jelas berbeda.
3. Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak sesuai dan apabila ego
masing-masing anggota tinggi.

8
c. Gaya kepemimpinan Laissez-faire (kendali bebas

Gaya kepemimpinan Laissez-faire (kendali bebas) merujuk pada pemimpin yang hanya ikut
serta dalam jumlah kecil dimana anggotalah yang berperan aktif dalam menetapkan tujuan dan cara
menyelesaikan masalah yang timbul. Gaya kepemimpinan demokratis kendali bebas ini merupakan
model yang dinamis yang mana seorang pimpinan hanya memberitahu target utama yang ingin
dikejar oleh kelompok. Setiap bidang kelompok dipercayai untuk menetapkan target minor, cara
pencapaian target dan cara penyelesaian perkara masing-masing. Oleh karenanya, pimpinan hanya
sebagai pengawas saja.

Di sisi lain, kepemimpinan kendali bebas sangat sesuai dengan anggota yang berkompetensi
dan berkomitmen tinggi. Tetapi pada era ini, sebagian besar para ahli memberikan gaya
kepemimpinan yang mampu mengembangkan produktivitas kerja anggota, berawal dari teori sifat
sampai teori situasional.

“Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan


memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan
menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai” (Robbins dan
Coulter, 2002,).

Kelebihan gaya kepemimpinan kendali bebas :

1. Anggota kelompok secara bebas mengambil keputusan dengan keterlibatan minimal dari
pimpinan.
2. Bahan yang disediakan oleh pemimpin membuat anggota selalu siap bila dia akan
memberikan informasi saat menjawab pertanyaan.
3. Anggota kelompok membuat keputusan yang sesuai dengan pencapaian tujuan.

Kelemahan gaya kepemimpinan kendali bebas :

1. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas
2. Kritikan yang secara impulsif diberikan kepada anggota kelompok atau pertanyaan yang
tidak bermaksud mengatur suatu peristiwa.
3. Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
4. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
D. Pengertian Organisasi

9
Organisasi berasal dari bahasa Yunani Organon, yang berarti “alat” (tool). Kata ini termasuk
ke bahasa Latin, menjadi organizatio dan kemudian ke bahasa Perancis (abad ke-14) menjadi
organization.
Organisasi merupakan satu kesatuan yang utuh yang secara sadar dikoordinasikan secara
sistematis dengan pembatasan ruang lingkup tertentu yang telah menjadi kesepakatan bersama
untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Beberapa orang yang terlibat dalam suatu orgnaisasi akan selalu mempunyai keterkaitan
antara satu dengan yang lain, secara terus menerus. Sekelompok orang ini akan terus melakukan
adaptasi untuk menyesuaikan diri dengan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam organisasi.
Adanya organisasi bertujuan untuk mencapai sesuatu. “sesuatu” itu merupakan tujuan dan
tujuan, biasanya tidak dicapai oleh individu-individu yang bekerja sendiri, atau jika mungkin hal
tersebut dicapai secara lebih efisien melalui usaha kelompok.
Adapun pengertian organisasi menurut para ahli sebagai berikut:
1. Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro Organisasi merupakan kerangka pembagian kerja dan
kerangka tata komunikasikerja antara sekumpulan orang yang megang posisi dan
bekerjasama secara tertentu dan bersama-sama guna tercapainya tujuan tertentu.
2. C. Argyris Organisasi adalah suatu strategi besar yang diciptakan individu-individu dalam
rangka mencapai berbagai tujuan yang membutuhkan usaha dari banyak orang.
3. Prof Dr. Sondang P. Siagian Organisasi merupakan setiap wujud persekutuan antara dua
orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal tekait dalam rangka
pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukandalam ikatan yang mana terdapat
seseorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang
yang disebut dengan bawahan.
4. E. Wight Bakke Organisasi adalah suatu sistem berkelanjutan dari aktifitas-aktifitas
manusia yang terdiferensiasi dan terkoordinasi, yang mempergunakan,
mentransformasi, dan menyatupadukan seperangkat khusus manusia, material, modal,
gagasan, dan sumber daya alam menjadi suatu kesatuan pemecahan masalah yang unik
dalam rangka memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu manusia dalam interaksinya
dengan sistemsistem lain dari aktifitas manusia dan sumber daya dalam lingkungannya.
5. Victor A. Thompson Organisasi merupakan suatu integrasi dari sejumlah orang yang ahli
yang bekerja sama dengan sangat rasional dan impersonal untuk mencapai tujuantujuan
yang spesifik dantelah disepakati sebelumnya.

10
6. Stephen P. Robbins Organisasi adalah suatu entitas sosial yang secara sadar
terkoordinasi, memiliki suatu batas yang relatif dapat didentifikasi, dan berfungsi secara
relatif kontinu (berkesinambungan) untuk mencapai suatu tujuan atau seperangkat
tujuan bersama.
7. Mills dan Mills Organisasi adalah Kolektivitas khusus manusia yang aktivitas-aktivitasnya
terkoordinasi dan terkontrol dalam dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut perspektif kelembagaan organisasi dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan


entitas sosial yang dikoodinasikan secara sadar, diikuti pembatasan-pembatasan yang secara relatif
berkesinabungan dengan pengidentifikasian rambu-rambunya secara jelas serta senantiasa berupaya
meraih pencapain tujuan atau sekumpulan tujuannya secara bersama-sama (Robbis, 1990).
Berangkat dari definisi tersebut, Daft (1980) menjelaskan empat prinsip utamanya, yaitu:

1. Organisasi merupakan entitas sosial yang terdiri atas manusia dan kelompok manusia.
Fungsi penting dari keberadaan organisasi sepenuhnya hanyalah dan tiada lain sebagai
wahana interaksi antar manusia;
2. Organisasi akan senantisa terarah pada tujuan tertentu, dikarenakan keberadaan tujuan
itulah merupakan perwujudan dari alasan berdirinya suatu organisasi. Tanpa formulasi
tujuan berarti tak akan ada alasan bagi berdirinya organisasi. Tanpa adanya tujuan yang
jelas, hal ini berarti organisasi tidak lagi memiliki alasan bagi kehadirannya atau
keberadaannya tertentu;
3. Organisasi mengandung sistem-sistem yang di koordinasikan secara rasional agar
mampu meraih tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugastugas keorganisasian
secara objektif dipilah kedalam 6 berbagai departeman agar tercapai tingkat efisiensi
dan efektivitas yang semakin tinggi;
4. Organisasi memiliki rambu-rambu pembatas yang relatif terindentifikasi secara jelas,
yang menentukan unsur mana saja yang termasuk bagian atau bukan bagian dari
organisasi.
E. Tujuan Organisasi
Adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh seluruh anggota organisasi. Secara formal tujuan
organisasi adalah arah atau sasaran yang ingin dicapai melalui prosedur, program, pola (network),
kebijakan (policy), strategi, anggaran (budgeting) dan peraturan yang telah ditetapkan.

11
Pada dasarnya makna tujuan organisasi bagi anggota organisasi yang terdiri atas pimpinan
dan staf merupakan sarana untuk merealisasikan keterampilan, pengetahuan dan memenuhi
kebutuhan hidup anggotanya. Sementara itu tujuan organisasi bagi pemilik dan pendiri organisasi
dimaknai sebagai sarana untuk mencapai tujuan mereka melalui kerja para anggotanya.
Tujuan organisasi harus merupakan tujuan bersama dari seluruh anggota organisasi,
sehingga seluruh anggota organisasi harus saling bahu membahu mengoptimalkan sumber daya
yang ada untuk mencapai tujuan organisasi, tujuan mereka semua. Agar tercapai tujuan yang sama,
menjadi penting bagi pengelola organisasi untuk mengajak duduk bersama seluruh anggota untuk
merumuskan dan bersepakat menentukan apa yang ingin dicapai organisasi. Membangun tujuan
bersama sebagai tujuan organisasi merupakan hal mendasar dan sangat penting bagi eksistensi
sebuah organisasi. Pada umumnya perbedaan tujuan organisasi terjadi karena perbedaan jenis
organisasi, contoh:
1. Contoh jenis Organisasi Niaga, yaitu; Pemerintah (BUMN, PERSERO, dsb), dan Swasta (PT,
CV, PMA, dlsb);
a. Tujuan organisasi adalah memperoleh keuntungan maksimal, sehingga seluruh
kegiatannya difokuskan untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa
seoptimal mungkin.
b. Sebagai organisasi formal yang berorientasi pada perolehan keuntungan maksimal,
jenis organisasi niaga memiliki ciri sebagai berikut (Herbert G. Hicks) :
 Memiliki struktur yang baik, yang dapat menggambarkan hubungan wewenang
(authority), kekuasaan (power), akuntabilitas (accountability) dan
pertanggungjawaban (responsibility).
 Memiliki spesifikasi jabatan yang jelas.
 Hirarki dari tujuan organisasi dinyatakan secara tegas.
 Pengaturan hak dan kewajiban anggota organisasi dibuat secara jelas.
 Organisasi cenderung tahan lama dan direncanakan.
 Keanggotaan organisasi diperoleh secara sadar dengan tujuan tertentu.
2. Contoh jenis organisasi sosial (kemasyarakatan), yaitu; LSM, Ormas, dan lain-lain.
a. Tujuan organisasi sebagai wadah untuk menampung aspirasi mereka dalam
memperjuangkan kepentingan masyarakat, sehingga keanggotaannya bersifat
sukarela dan tidak berorientasi keuntungan.
b. Sebagai organisasi informal pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

12
 Disusun secara bebas, spontan, tidak pasti dan fleksibel.
 Keanggotaannya diperoleh secara sadar atau secara tidak sadar.
 Sulit menentukan kapan waktu keanggotaan seseorang secara pasti.
 Tidak ada perincian tegas tentang tujuan organisasi, tugas masing-masing
anggota organisasi dan struktur organisasi yang sistematis.
 Hubungan antar anggota berlangsung secara pribadi/informal.
F. Pengertian Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi (organizational development-OD) adalah aplikasi teknik-teknik
ilmu perilaku untuk memperbaiki kesehatan dan efektivitas organisasi melalui kemampuannya
mengakomodasi perubahan lingkungan, memperbaiki kekompakan internal, dan meningkatkan
kapabilitas pemecahan masalah. Pengembangan organisasi memperbaiki hubungan kerja antar
karyawan (Richard, 2002). Definisi pengembangan organisasi lainnya menurut beberapa ahli
diantaranya:
a. Warren G. Bennis Pengembangan organisasi adalah suatu jawaban terhadap perubahan,
suatu strategi pendidikan yang kompleks yang diharapkan untuk merubah kepercayaan,
sikap, nilai, dan susunan organisasi sehingga organisasi dapat lebih baik dalam
menyesuaikan dengan teknologi, pasar, dan tantangan yang baru serta perputaran yang
cepat dari perubahan itu sendiri.
b. Richard Beckhard Pengembangan organisasi adalah suatu usaha (1) berencana (2)
meliputi organisasi keseluruhan, dan (3) diurus dari atas, untuk (4) meningkatkan
efektifitas dan kesehatan organisasi melalui (5) pendekatan berencana dalam proses
organisasi, dengan memakai pengetahuan ilmu perilaku.
c. Wendell L. French & Cecil H. Bell, Jr Pengembangan organisasi dapat didefinisikan
sebagai suatu yang direncanakan, proses yang sistematis yang menerapkan asas-asas
dan praktik ilmu perilaku yang dikenalkan dalam kegiatan organisasi secara terus
menerus untuk mencapai tujuan penyempurnaan organisasi secara efektif, wewenang
organisasi yang lebih besar serta efektivitas organisasi yang lebih besar.

Pengembangan organisasi didefinisikan beragam oleh praktisi dan ahli teori, salah satunya,
karena kompleksitasnya. Pada dasarnya, pengembangan organisasi adalah upaya terencana yang
dilakukan di tingkat organisasi untuk meningkatkan efektivitas dan/atau memungkinkan organisasi
untuk mencapai sasaran strategisnya. Konsep ini secara resmi muncul pada 1950 an (meskipun

13
beberapa teori mundur ke tahun 1920) dan umumnya merujuk kepada psikolog Kurt Lewin.
Pengembangan organisasi mencakup teori dan praktik dari perubahan terencana dan sistemik pada
sikap, keyakinan, dan perilaku pegawai melalui program pelatihan jangka panjang. Pengembangan
organisasi sering kali digambarkan sebagai “berorientasi pada tindakan”

G. Tujuan Pengembangan Organisasi

Tujuan utama pengembangan organisasi adalah memperbaiki fungsi organisasi. Peningkatan


produktivitas dan keefektifan organisasi akan mempengaruhi kapabilitas organisasi dalam membuat
keputusan yang tepat melalui beberapa perubahan terhadap struktur, kultur, tugas, teknologi, dan
sumber daya manusia. Pendekatan utama terhadap hal ini adalah pengembangan budaya organisasi
yang mampu menambah efektivitas keterlibatan orang dalam pembuatan keputusan dalam
organisasi. Menurut Robbins dalam Wibowo (2010), “usaha pengembangan organisasi pada
umumnya diarahkan pada dua tujuan akhir, yaitu peningkatan keefektifan organisasi dan
peningkatan kepuasan anggotanya. Lebih lanjut, Robbins merumuskan tujuan pengembangan
organisasi sebagai berikut”:

1. Meningkatkan tingkat kepercayaan dan dukungan di antara anggota organisasi;


2. Meningkatkan timbulnya konfrontasi terhadap masalah organisasi baik dalam kelompok
maupun antar kelompok, sebagai kebalikan dari to sweeping problem under the rug;
3. Terciptanya lingkungan dimana otoritas peran yang ditetapkan ditingkatkan dengan otoritas
berdasarkan pengetahuan dan keterampilan;
4. Meningkatkan keterbukaan komunikasi secara horisontal, vertikal dan diagonal;
5. Menaikkan tingkat antusiasme dan kepuasan personal dalam organisasi;
6. Menemukan solusi yang sinergis terhadap masalah; dan
7. Menaikkan tingkat responsibilitas diri dan kelompok dalam perencanaan dan implementasi.

Hampir semua pakar memiliki pandangan yang sama bahwa “pengembangan organisasi
bertujuan melakukan perubahan” (Thoha dalam Wibowo, 2010). “Dengan demikian, jika diterima
pendapat bahwa penyempurnaan dalam organisasi sebagai suatu sarana perubahan yang harus
terjadi maka kemudian secara luas pengembangan organisasi dapat diartikan pula sebagai
perubahan organisasi (organizational change)” (Thoha dalam Wibowo, 2010).

Menurut Miftah Thoha (2002) adapun tujuan pengembangan organisasi adalah untuk:

1. Meningkatkan kepercayaan dan dukungan diantara para anggota organisasi.

14
2. Meningkatkan kesadaran berkonfrontasi dengan masalah-masalah organisasi baik dalam
kelompok ataupun diantara anggota-anggota kelompok.
3. Meningkatkan suatu lingkungan “kewenangan dalam tugas” yang didasarkan atas tugas
pengetahuan dan ketrampilan.
4. Meningkatkan derajat keterbukanaan dalam berkomunikasi baik vertikal, horizontal maupun
diagonal.
5. Meningkatkan tingkat kesemangatan dan kepuasan orang-orang yang ada di dalam
organisasi.
6. Mendapatkan pemecahan yang sinergetik terhadap masalah-masalah yang mempunyai
frekuensi besar.
7. Meningkatkan tingkat pertanggungjawaban pribadi dan kelompok baik di dalam pemecahan
masalah maupun di dalam pelaksanaan.

Selanjutnya Abdul Azis Wahab:(2008) mengemukakan bahwa: ”Tujuan organisasi berupaya


untuk menyediakan peluang-peluang untuk menjadi “manusiawi” dan untuk meningkatkan
pemahaman, partisipasi dan pengaruh. Salah satu tujuan utamanya adalah mengintegrasi sasaran-
sasaran individual dan keorganisasian. Secara lebih rinci tujuan pengembangan organisasi dijabarkan
oleh Zizer (dalam Mmunar, 2014) antara lain:

1. Menciptakan keharmonisan hubungan kejra antara pimpinan dengan staf anggota organisasi
2. Menciptakan kemampuan memecahkan persoalan organisasi secara lebih terbuka
3. Menciptakan keterbukaan dalam berkomunikasi
4. Merupakan semangat kerja para anggota organisasi dan kemampuan mengendalikan diri.

Pada intinya, pengembangan organisasi bertujuan untuk memperbaiki organisasi dengan


menciptakan hubungan yang harmonis antara para anggota organisasi. Hal ini dapat dilakukan
dengan saling memahami tugas dan tanggung jawab, menumbuhkan rasa tanggungjawab dalam
memecahkan setiap permasalahan, serta adanya keterbukaan sehingga meningkatkan semangat
kerja.

H. Organisasi Laboratorium Kesehatan


Laboratorium kesehatan merupakan sarana penunjang upaya pelayanan kesehatan,
khususnya bagi kepentingan preventif dan kuratif, bahkan promotif dan rehabilitatif. Sedangkan
laboratorium kesehatan itu sendiri adalah tempat memeriksa, menganalisa, menguraikan,

15
mengidentifikasi material-material baik yang berasal dari manusia dan atau lingkungan, secara
kualitatif maupun kuantitatif.
Organisasi laboratorium meliputi; struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, serta susunan
personalia yang mengelola laboratorium tersebut. Penanggung jawab tertinggi organisasi di dalam
laboratorium adalah Kepala/Pimpinan Laboratorium. Kepala/Pimpinan Laboratorium bertanggung
jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan dan juga bertanggung jawab terhadap seluruh
peralatan yang ada. Para anggota laboratorium yang berada di bawah Kepala/Pimpinan
Laboratorium juga harus sepenuhnya bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan yang
dibebankan padanya. Untuk mengantisipasi dan menangani kerusakan peralatan diperlukan teknisi
yang memadai.
Adapun jenis-jenis laboratorium Kesehatan yang bertindak dalam kegiatan diagnose,
contohnya :
1. Penunjang Curatif
Labratorium Klinik di Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Rumah Bersalin dan tempat Praktek
Dokter.
2. Penunjang Curatif dan preventif
Balai Laboratorium Kesehatan (BLK), Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) dan
Laboratorium Kesehatan Swasta (LKS).
3. Penunjang preventif
4. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL).

Ada juga laboratorium yang bertindak dalam kegiatan pemeriksaan dan pengawasan :

1. BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)


2. PPOM (Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan)

Laboratorium yang bertindak dalam kegiatan penelitian :

1. Pusat Penelitian Penyakit Menular (P3M)


2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi (P3F)

Untuk laboratorium Kesehatan Swasta terdiri atas :

1. Laboratorium Klinik Umum (pratama, madya dan utama)


2. Laboratorium Klinik Khusus (Mikrobiologi dan Patologi Anatomi)
3. Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Pratama dan Utama)

16
I. Peran Pemimpin Dalam Mengembangkan Organisasi Laboratorium Kesehatan
Dalam mencapai suatu tujuan organisasi Laboratorium, seorang Pimpinan Puncak di
Laboratorium membutuhkan suatu strategi dan proses manajemen untuk dijadikan sebagai acuan
atau patokan dalam melakukan kegiatan operasional Laboratorium. Fungsi manajemen ini
merupakan dasar dalam merencanakan, mengelola dan mengevaluasi suatu proses operasional
Laboratorium sehari-hari termasuk memilih strategi dan inovasi yang tepat dalam mengembangkan
sebuah Laboratorium
Pemimpin harus menunjukkan, dalam tingkah laku maupun melalui keputusan-keputusan
yang ditetapkan, bahwa pemimpin memberi perhatian yang besar terhadap anggotanya. Selain
memperhatikan kepentingan anggotanya pemimpin dituntut mampu menumbuhkan kepercayaan
dan keyakinan para anggota, menciptakan, dan memelihara suasana serta lingkungan kerja yang
memuaskan dan menyadarkan para anggota mengenai pentingnya peranan mereka masing-masing
dalam usaha mencapai tujuan. Untuk menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia dalam
organisasi, peranan kepemimpinan (leadership), motivasi staf, kerja sama dan komunikasi antar staf
merupakan hal pokok yang perlu mendapat perhatian pemimpin organisasi.
Pemimpin dalam organisasi laboratorium kesehatan yang menjadi penanggung jawab
tertinggi disebut kepala/pimpinan laboratorium sebagai manajemen puncak hendaknya menetapkan
organisasi yang berorientasi pada pelanggan dengan menetapkan sistem dan proses yang dapat
dipahami dengan jelas, dikelola dan diperbaiki baik efektivitas maupun efisiensinya. Selain itu,
pemimpin Laboratorium sebagai manajemen puncak harus memastikan operasi dan kendali proses
yang efektif dan efisien serta menjamin sarana dan data yang dipakai untuk menentukan kinerja
organisasi yang memuaskan.
Sebagai contoh kegiatan untuk menetapkan organisasi laboratorium yang berorientasi pada
pelanggan perlu senantiasa dilakukan dan diperhatikan. Penentuan dan penggalakkan proses yang
mengarah ke perbaikan kinerja organisasi laboratorium.
a. Penghimpunan dan penggunaan data serta informasi proses secara berkesinambungan.
b. Pengarahan kemajuan menuju perbaikan berkesinambungan
c. Penggunaan metode yang sesuai untuk mengevaluasi perbaikan proses sitem manajemen mutu
seperti audit dan kaji ulang manajemen.

Sistem manajemen mutu laboratorium akan efektif dan efisien jika diterapkan melalui
pendekatan proses yaitu kegiatan atau sejumlah kegiatan apapun yang memakai sumber daya untuk
mengubah masukan menjadi keluaran. Karena itu, organisasi laboratorium harus mengetahui dan

17
mengelola banyak proses yang saling berkaitan dan berinteraksi. Seringkali keluaran dari satu proses
akan langsung menjadi masukan bagi proses berikutnya. Berkaitan dengan hal tersebut, organisasi
harus mengetahui proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu dan aplikasinya di seluruh
organisasi :

1. Menetapkan urutan dan interaksi proses-proses tersebut.


2. Menetapkan kriteria dan metode yang diperlukan untuk memastikan bahwa baik
operasional Laboratorium maupun kendali proses-proses yang ada di Laboratorium telah
berjalan secara efektif.
3. Memastikan ketersediaan sumber daya dan informasi yang diperlukan di Laboratorium,
untuk mendukung operasional dan pemantauan proses-proses yang ada di Laboratorium.
4. Memantau, mengukur, dan menganalisis proses-proses yang ada di Laboratorium; serta
mengimplementasikan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang direncanakan
dan perbaikan bekesinambungan dari proses-proses tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berhasil tidaknya suatu usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan itu sebagian besar akan
ditentukan oleh kemampuan pemimpin, yang memegang peranan penting dalam rangka
menggerakkan orang-orang/bawahannya. Keterampilan kepemimpinan (leadership skill) yang
baik dan efektif sangat penting untuk membangun, mendorong dan mempromosikan kualitas
bukan kuantitas produksi dalam perusahaan yang kuat dan akhirnya meraih keberhasilan.
2. Kepemimpinan adalah upaya untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan dorongan
dan bimbingan dalam bekerjasama untuk mengejar tujuan yang telah disepakati bersama.
3. Fungsi managerial seorang pemimpin meliputi: fungsi Instruktif, fungsi konsultatif, fungsi
partisipasi, fungsi delegasi dan fungsi pengendalian.
4. Menurut perspektif kelembagaan organisasi dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan entitas
sosial yang dikoodinasikan secara sadar, diikuti pembatasan-pembatasan yang secara relatif
berkesinabungan dengan pengidentifikasian rambu-rambunya secara jelas serta senantiasa
berupaya meraih pencapain tujuan atau sekumpulan tujuannya secara bersama-sama (Robbis,
1990).

18
5. Tiga gaya kepemimpinan yang disimpulkan oleh Lewin menurut University of Iowa Studies yang
dikutip Robbins dan Coulter (2002) ialah “gaya kepemimpinan autokratis, gaya kepemimpinan
demokratis dan gaya kepemimpinan” Laissez-Faire (Kendali Bebas).
6. Secara formal tujuan organisasi adalah arah atau sasaran yang ingin dicapai melalui prosedur,
program, pola (network), kebijakan (policy), strategi, anggaran (budgeting) dan peraturan yang
telah ditetapkan.
7. Pengembangan organisasi adalah upaya terencana yang dilakukan di tingkat organisasi untuk
meningkatkan efektivitas dan/atau memungkinkan organisasi untuk mencapai sasaran
strategisnya.
8. Pengembangan organisasi bertujuan untuk memperbaiki organisasi dengan menciptakan
hubungan yang harmonis antara para anggota organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan saling
memahami tugas dan tanggung jawab, menumbuhkan rasa tanggungjawab dalam memecahkan
setiap permasalahan, serta adanya keterbukaan sehingga meningkatkan semangat kerja.
9. Laboratorium kesehatan merupakan sarana penunjang upaya pelayanan kesehatan, khususnya
bagi kepentingan preventif dan kuratif, bahkan promotif dan rehabilitatif. Sedangkan
laboratorium kesehatan itu sendiri adalah tempat memeriksa, menganalisa, menguraikan,
mengidentifikasi material-material baik yang berasal dari manusia dan atau lingkungan, secara
kualitatif maupun kuantitatif.
10. Pemimpin dalam organisasi laboratorium kesehatan yang menjadi penanggung jawab tertinggi

disebut kepala/pimpinan laboratorium sebagai manajemen puncak berperan menetapkan


organisasi yang berorientasi pada pelanggan dengan menetapkan sistem dan proses yang dapat
dipahami dengan jelas, dikelola dan diperbaiki baik efektivitas maupun efisiensinya. Selain itu,
pemimpin Laboratorium sebagai manajemen puncak harus memastikan operasi dan kendali
proses yang efektif dan efisien serta menjamin sarana dan data yang dipakai untuk menentukan
kinerja organisasi yang memuaskan.
A. Saran
1. Untuk mendapatkan seorang pemimpin yang baik dengan jiwa kepemimpinan yang kuat harus
didasari pada penilaian-penilaian objektif serta didukung oleh kompetensi yang memadai dalam
bidangnya.
2. Dalam menjalankan sebuah organisasi laboratorium kesehatan seorang pemimpin harus mampu
mengayomi anggotanya agar menjalankan fungsi dan perannya masing-masing dengan baik
bukan menjadi “penguasa” menekan anggotanya.

19
3. Seorang pemimpin senantiasa terus mengembangkan diri baik secara IQ maupun EQ serta
mendengarkan segala kritik dan saran demi kemajuan laboratorium kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Syamsul dkk. 2016. Buku Ajar Dasar- Dasar Manajemen Kesehatan. Banjarmasin : Pusaka Banua
Badu, Syamsu Q. & Novianty Djafri. 2017. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Gorontalo : Ideas
Publishing
Rusdinal & Hade Afriansyah. 2021. Dasar-Dasar Pengembangan Organisasi. Depok : PT RajaGrafindo
Persada
Santoso, Witono Dkk. 2008. PEDOMAN PRAKTIKBLABORATORIUM KESEHATAN YANG BENAR. Jakarta:
Depkes RI Dirjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
Sari, Eliana. 2006. MODUL TEORI DAN ORGANISASI Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Jayabaya University
Press
Sari, Reno & Tetty Resmiaty. 2017. BAHAN AJAR TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS APLIKASI SISTEM
INFORMASI DAN MANAJEMEN LABORATORIUM. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan SDMK Kemenkes RI
Ummul Fithriyyah, Mustiqowati. 2021. DASAR-DASAR TEORI ORGANISASI. Pekanbaru : iRdev
Yulianti, Devi & Intan Fitri Meutia. 2020. BUKU AJAR PERILAKU DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI.
Bandar Lampung: Pusaka Media

20
Soal -soal :
1. Upaya untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan dorongan dan bimbingan dalam
bekerjasama untuk mengejar tujuan yang telah disepakati bersama adalah definisi dari …
a. Pemimpin
b. Pengorganisasian
c. Kepemimpinan
d. Profokatif
e. Preventif
2. Berikut tugas-tugas rinci seorang pemimpin organisasi, kecuali…
a. Pengambilan keputusan
b. Menetapkan sasaran dan menyusun kebijaksanaan
c. Mengorganisasikan dan menempatkan pekerja
d. Melakukan semua pekerjaan secara sendiri
e. Memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan

21
3. Aplikasi teknik-teknik ilmu perilaku untuk memperbaiki kesehatan dan efektivitas organisasi
melalui kemampuannya mengakomodasi perubahan lingkungan, memperbaiki kekompakan
internal, dan meningkatkan kapabilitas pemecahan masalah adalah pengertian dari…
a. Struktur organisasi
b. Fungsi organisasi
c. Tujuan organisasi
d. Manfaat organisasi
e. Pengembangan organisasi
4. Yang termasuk jenis organisasi laboratorium kesehatan curatif adalah…., kecuali
a. Labratorium Klinik di Rumah Sakit
b. Badan Pengawasan Obat dan Makanan
c. Balai Pengobatan
d. Rumah Bersalin
e. Tempat Praktek Dokter
5. Peran pemimpin atau kepala laboratorium untuk menetapkan organisasi laboratorium yang
berorientasi pada pelanggan perlu senantiasa dilakukan dan diperhatikan.
1) Penghimpunan dan penggunaan data serta informasi proses secara berkesinambungan.
2) Penunjukkan kelemahan sebagai bentuk tanggung jawab
3) Pengarahan kemajuan menuju perbaikan berkesinambungan
4) Penggunaan metode yang sesuai untuk mengevaluasi perbaikan proses sitem
manajemen mutu seperti audit dan kaji ulang manajemen.
5) Penetapan aturan sesuai dengan analisis pribadi

Dari lima (5) pernyataan di atas manakah yang benar dalam penentuan dan penggalakkan proses
yang mengarah ke perbaikan kinerja organisasi laboratorium.

a. 1, 3, 4
b. 1, 2, 4
c. 1, 3, 5
d. 1, 2, 3
e. 2, 3, 5

Catatan : Pilihan benar adalah yang tercetak huruf tebal

22

Anda mungkin juga menyukai