Si
Puji syukur kehidarat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia, hidayah dan
nikmatNya saya dapat menyelesaikan makalah kesehatan keselamatan kerja ini.
Penulisan makalah ini bertujuan memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
mata kuliah Instrumentasi. Tak lupa kami selaku penyusun mengucapkan terima kasihk
epada pengajar mata kuliah Instrumentasi atas kesempatan yang diberikan kepada kami.
Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam mengetahu Alat dan Bahan pembuatan Buffer.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu, menambah pengetahuan ,dan
pengalaman bagi para pembaca. Memang makaah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah
yang lebih baik. Demikian makalah ini semoga daat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang materi makalah
ini.
Kelompok 12
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat melakukan aktivitas di laboratorium tersebut para praktikan, peneliti ataupun
laboran sering dihadapkan dengan berbagai macam larutan. Salah satu contoh larutan yang sering
kita temukan yaitu larutan buffer atau yang disebut dengan larutan penyangga memiliki peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari.
Larutan buffer dapat diartikan jenis larutan yang dapat mempertahankan pH agar saat
melakukan penambahan asam maupun basa tidak terlalu banyak perubahan pH yang terjadi.
Contoh aplikasi larutan buffer misalnya saja dalam tubuh manusia, larutan penyangga berperan
penting untuk mempertahankan pH. Hal ini terjadi karena di dalam cairan sel tubuh terdapat
sistem penyangga, yaitu asam dihidrogen fosfat. Selain itu larutan buffer digunakan juga dalam
analisis kimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit.
1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalahyang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua
zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut
homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang
berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun
cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam
yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan
terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair (Darma,
2014).
Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan
alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam
alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air
disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat
padat terlarut dalam air misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon
dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka. Umumnya komponen
larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut. Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air
disebut larutan alkohol. Larutan 60 % alkohol dengan 40 % air disebut larutan air dalam alkohol.
Larutan 60 % gula dengan 40 % air disebut larutan gula karena dalam larutan itu air terlihat tidak
berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal) menjadi terlarut (menyerupai air) (Darma,
2014).
2.2 Pengenceran
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan
menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu.
Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat
konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi
tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan.Untuk mengetahui konsentrasi yang
3
sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering dilakukan dengan
titrasi. Zat-zat yang di dalam jumlah yang relatif besar disebut pelarut. Pengenceran diartikan
pencampuran yang bersifat homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan.Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven (Alfa, 2014).
Rumus pengenceran berdasarkan Nita (2014) adalah:
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan: V= volume cairan (L),
M= molaritas (mol/L)
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan
pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat
diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat
yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam
sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak
mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam
sulfat ini merusak kulit (Alfa, 2014).
Pengenceran yaitu penambahan pelarut yang mengakibatkan jumlah pelarut lebih banyak
dibandingkan jumlah zat terlarutnya. Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu yang
berasal dari larutan pekat, maka diambil dengan volume tertentu (dengan gelas ukur atau pipet ukur)
larutan pekat yang yang diperlukan kemudian diencerkan dengan aquadest sampai volume yang
dikehendaki. Ketelitian dalam pengenceran merupakan salah satu faktor untuk memproleh ketepatan
konsentrasi yang diinginkan, karena itu pengenceran akan lebih baik jika dilakukan di dalam labu
takar (Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin, 2010).
2.3 Molaritas
Molaritas (disingkat M) adalah salah satu ukuran konsentrasi larutan. Molaritas suatu larutan
menyatakan jumlah mol suatu zat per liter larutan. Umumnya konsentrasi larutan berair encer
dinyatakan dalam satuan molar. Keuntungan menggunakan satuan molar adalah kemudahan
perhitungan dalam stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol (sebanding dengan
jumlah partikel yang sebenarnya). Kerugian dari penggunaan satuan ini adalah ketidaktepatan dalam
pengukuran volum. Selain itu, volum suatu cairan berubah sesuai temperatur, sehingga molaritas
larutan dapat berubah tanpa menambahkan atau mengurangi zat apapun. Selain itu, pada larutan yang
4
tidak begitu encer, volume molar dari zat itu sendiri merupakan fungsi dari konsentrasi, sehingga
hubungan molaritas-konsentrasi tidak linear (Wikipedia, 2014).
Rumus Molaritas berdasarkan Wikipedia (2014) yaitu:
𝑛
𝑀=𝑉
Keterangan : M = Molaritas
n = mol
V = Volumen (L)
5
2.5 Jenis – Jenis Larutan Buffer
Jenis-jenis larutan buffer berdasarkan Chyntia (2014), yaitu:
1. Larutan Buffer yang Bersifat Asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya.
Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam
lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang
digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.
Contoh yang biasa merupakan campuran asam etanoat dan natrium etanoat dalam larutan.
Pada kasus ini, jika larutan mengandung konsentrasi molar yang sebanding antara asam dan
garam, maka campuran tersebut akan memiliki pH 4.76. Ini bukan suatu masalah dalam hal
konsentrasinya, sepanjang keduanya memiliki konsentrasi yang sama. Kita dapat mengubah pH
larutan penyangga dengan mengubah rasio asam terhadap garam, atau dengan memilih asam yang
berbeda dan salah satu garamnya.
2. Larutan Buffer yang bersifat Basa
Apabila suatu basa lemah dicampur dengan asam konjugasinya maka akan terbentuk suatu
larutan buffer basa. Larutan ini akan mempertahankan pH pada daerah basa (pH>7). Misalnya
larutan campuran NH3 dengan ion amonium (NH4+). Larutan buffer basa juga dapat terjadi dari
campuran suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemah dicampurkan berlebih.
Jika ke dalam larutan ditambahkan suatu asam kuat, maka ion H+ yang berasal dari asam itu akan
mengikat atau bereaksi dengan ion OH-. Hal itu menyebabkan kesetimbangan larutan menjadi
bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan atau dengan kata lain pH
larutan stabil atau dapat bertahan. Demikian juga pada penambahan suatu basa kuat, jumlah ion
OH- dalam larutan akan bertambah. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan larutan menjadi
bergeser ke kiri sehingga konsentasi ion OH- dapat dipertahankan dan pH larutan tidak berubah.
Fungsi penambahan larutan buffer dalam suatu larutan adalah untuk mempertahankan nilai pH
tertentu larutan agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari
larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat
atau basa kuat. Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa
konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan
sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan (Wikipedia, 2014).
6
2.6 Alat dan Bahan Pembuatan Buffer
Cara membuat larutan buffer ada dua yaitu sebagai berikut:
1. Campuran asam lemah dengan garamnya, contohnya:
a. HNO2 dengan NaNO2
b. CH3COOH dengan CH3COOK
2. Campuran basa lemah dengan garamnya, contohnya:
a. NH4OH dengan NH4Cl
b. N2H5OH dengan N2H5NO3
Larutan buffer dapat mempertahankan pH karena mengandung ion garam, kesetimbangan asam
lemah, dan kesetimbangan air, yang membentuk suatu sistem.
Jika ditambah asam atau H+, sesuai dengan asas le Chatelier, kesetimbangan asam akan bergeser
ke kiri sehingga kesetimbangan air tidak terganggu. Artinya, [H +] larutan akan tetap seperti semula. Bila
ditambahkan basa atau OH-, kesetimbangan air bergeser keatas, akibatnya [H+] berkurang. Kekurangan
ini akan menyebabkan kesetimbangan asam bergeser ke kanan sehingga akhirnya [H +] relatif sama
dengan semula.
Hal serupa akan dapat dijelaskan untuk buffer basa lemah dengan garamnya:
Jika ditambah H+, maka kesetimbangan air bergeser keatas dan akibatnya kesetimbangan akan
bergeser ke kanan sehingga (OH-) relatif konstan. Bila diberi OH- maka kesetimbangan basa bergeser ke
kiri sehingga konsentrasinya seperti semula.
7
Sekarang misalkan kita akan membuat larutan buffer dengan pH spesifik. Bagaimana kita
melakukannya? Dengan mengacu pada sistem buffer asam asetat-natrium asetat, kita dapat menuliskan
konstanta kesetimbangannya sebagai:
Perhatikan bahwa persamaan ini berlaku baik ketika kita hanya memiliki asam asetat saja atau
campuran asam asetat dan natrium asetat dalam larutan. Dengan menata ulang persamaan kita peroleh:
Dalam organisme terdapat berbagai macam cairan, seperti air sel, darah dan kelenjar.Cairan ini
berfungsi sebagai pengangkut zat makanan dan pelarut reaksi kimia didalamnya.Tiap reaksi dipercepat
oleh enzim tertentu, dan tiap enzim bekerja efektif pada pH tertentu (pH optimum).Oleh sebab itu, cairan
dalam organism mengandung sistem buffer untuk mempertahankan pH-nya. Sistem buffernya berupa
asam lemah dengan basa konjugasinya.
Darah manusia dalam keadaan normal mempunyai pH = 7,35 – 7,45, yang dipertahankan oleh
tiga sistem buffer, yaitu buffer karbonat, buffer hemoglobin, dan oksihemoglobin, sedangkan di dalam sel
terdapat buffer fosfat.
1. Buffer karbonat, yaitu pasangan asam karbonat (H2CO3) dengan basa konjugasi bikarbonat (HCO3-)
.
Kesetimbangan bergeser ke kanan jika diberi H+, dan akan bergeser ke kiri bila diberi OH-,
karena reaksi H+ + OH- H2O. hasil pergeseran itu menyebabkan [H+] relatif tetap.
8
2. Buffer hemoglobin, adalah pasangan hemoglobin (bersifat asam, HHb) dengan ion hemoglobin (Hb -
sebagai basa konjugasinya).
4. Buffer Fosfat, adalah keseimbangan antara asam H2PO4- dengan basa konjugasinya HPO4-2
9
2.6. 1 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan yaitu :
a. Alat
Labu ukur 100 ml : Sebagai tempat pengenceran atau pembuatan larutan buffer
Indikator universal : Sebagai alat untuk mengukur pH
Gelas piala : Wadah sampel sementara
Neraca : Untuk menimbang
b. Bahan
Larutan Na2HPO4 : Sebagai asam lemah
Larutan NaH2PO4 : Sebagai garam
Larutan Na4Cl : Sebagai bahan dasar pembuatan buffer pH 10
NaOH : Digunakan dalam menentukan kapasitas buffer
Aqudest : Sebagai pelarut
10
d. 47,4 mL Na2HPO4 0,1 M dan 2,6 mL NaH2PO4 0,1 M dimasukkan ke dalam labu 100 mL dan
diencerkan sampai tanda batas.
e. Ditentukan pH masing-masing larutan nomor 2, 3, dan 4 dengan pH meter.
11
47.4 mL Na2HPO4 0.1 M + 2.6 mL NaH2PO4 0.1 M
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
diencerkan sampai tanda batas
dihitung pH
Hasil
12
b. Pada pH larutan 7,0
[Na2HPO4] = 19,5 mL Na2HPO4 x x = 0,0195 M
[NaH2PO4] = 30,5 mL NaH2PO4 x x = 0,0305 M
pH = pka – log
pH = – log 6,2x10ˉ8 – log = 7,39
13
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
a. Alat
Labu ukur 100 ml : Sebagai tempat pengenceran atau pembuatan larutan buffer
Indikator universal : Sebagai alat untuk mengukur pH
Gelas piala : Wadah sampel sementara
Neraca : Untuk menimbang
b. Bahan
Larutan Na2HPO4 : Sebagai asam lemah
Larutan NaH2PO4 : Sebagai garam
Larutan Na4Cl : Sebagai bahan dasar pembuatan buffer pH 10
NaOH : Digunakan dalam menentukan kapasitas buffer
Aqudest : Sebagai pelarut
14
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Svehla G: Vogel: Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. Media Cita, 1977,
hal.278-280
Utami, Budi, dkk. 2009. Kimia 2 untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam.
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
16