Anda di halaman 1dari 19

Dosen Pembimbing :1. Rahman, S.Si, M.

Si

2. Hj. Nurlia Naim, S.Si, M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 12:

LEONTIUS MANSELMI ( PO714203222015)


SITTI RAMADHAN DAI ( PO714203222030)

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG 2022


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKzES MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehidarat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia, hidayah dan
nikmatNya saya dapat menyelesaikan makalah kesehatan keselamatan kerja ini.
Penulisan makalah ini bertujuan memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
mata kuliah Instrumentasi. Tak lupa kami selaku penyusun mengucapkan terima kasihk
epada pengajar mata kuliah Instrumentasi atas kesempatan yang diberikan kepada kami.
Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam mengetahu Alat dan Bahan pembuatan Buffer.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu, menambah pengetahuan ,dan
pengalaman bagi para pembaca. Memang makaah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah
yang lebih baik. Demikian makalah ini semoga daat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang materi makalah
ini.

Makassar, 10 Februari 2023

Kelompok 12

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3. Tujuan ......................................................................................................................... 2
BAB. II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Larutan ................................................................................................ 3
2.2 Pengenceran .......................................................................................................... 3
2.3 Molaritas ............................................................................................................... 4
2.4 Larutan Buffer ....................................................................................................... 5
2.5 Jenis – Jenis Larutan Buffer ................................................................................... 6
2.6 Alat dan Bahan Pembuatan Buffer ......................................................................... 7
2.6.1 Alat dan Bahan .................................................................................................... 10
2.6.2 Cara Kerja ........................................................................................................... 10
2.6.3 Skema Kerja ........................................................................................................ 11
2.6.4 Data dan Perhitungan ........................................................................................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 14
3.2 Saran................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari
dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.
Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-
bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud
gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam
dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain.
Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas
larutan cair (Darma, 2014).

Pada saat melakukan aktivitas di laboratorium tersebut para praktikan, peneliti ataupun
laboran sering dihadapkan dengan berbagai macam larutan. Salah satu contoh larutan yang sering
kita temukan yaitu larutan buffer atau yang disebut dengan larutan penyangga memiliki peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari.

Larutan buffer dapat diartikan jenis larutan yang dapat mempertahankan pH agar saat
melakukan penambahan asam maupun basa tidak terlalu banyak perubahan pH yang terjadi.
Contoh aplikasi larutan buffer misalnya saja dalam tubuh manusia, larutan penyangga berperan
penting untuk mempertahankan pH. Hal ini terjadi karena di dalam cairan sel tubuh terdapat
sistem penyangga, yaitu asam dihidrogen fosfat. Selain itu larutan buffer digunakan juga dalam
analisis kimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit.

1
1.2. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalahyang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan larutan ?


2. Apa yang dimaksud dengan Pengenceran ?
3. Apa yang dimaksud Molaritas ?
4. Apa yang dimaksud engan larutan buffer ?
5. Apa saja jenis – jenis larutan buffer ?
6. Apa Alat dan Bahan pembuatan Buffer ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian Larutan.


2. Untuk Mengetahui pengertian Pengenceran.
3. Untuk mengetahui Pengertian Molaritas.
4. Untuk mengetahui pengertian larutan buffer.
5. Untuk mengetahui jenis – jenis larutan buffer.
6. Untuk mengetahui Alat dan Bahan Pembuatan Buffer.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Larutan

Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua
zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut
homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang
berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun
cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam
yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan
terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair (Darma,
2014).
Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan
alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam
alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air
disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat
padat terlarut dalam air misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon
dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka. Umumnya komponen
larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut. Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air
disebut larutan alkohol. Larutan 60 % alkohol dengan 40 % air disebut larutan air dalam alkohol.
Larutan 60 % gula dengan 40 % air disebut larutan gula karena dalam larutan itu air terlihat tidak
berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal) menjadi terlarut (menyerupai air) (Darma,
2014).

2.2 Pengenceran

Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan
menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu.
Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat
konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi
tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan.Untuk mengetahui konsentrasi yang

3
sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering dilakukan dengan
titrasi. Zat-zat yang di dalam jumlah yang relatif besar disebut pelarut. Pengenceran diartikan
pencampuran yang bersifat homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan.Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven (Alfa, 2014).
Rumus pengenceran berdasarkan Nita (2014) adalah:
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan: V= volume cairan (L),
M= molaritas (mol/L)

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan
pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat
diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat
yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam
sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak
mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam
sulfat ini merusak kulit (Alfa, 2014).
Pengenceran yaitu penambahan pelarut yang mengakibatkan jumlah pelarut lebih banyak
dibandingkan jumlah zat terlarutnya. Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu yang
berasal dari larutan pekat, maka diambil dengan volume tertentu (dengan gelas ukur atau pipet ukur)
larutan pekat yang yang diperlukan kemudian diencerkan dengan aquadest sampai volume yang
dikehendaki. Ketelitian dalam pengenceran merupakan salah satu faktor untuk memproleh ketepatan
konsentrasi yang diinginkan, karena itu pengenceran akan lebih baik jika dilakukan di dalam labu
takar (Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin, 2010).

2.3 Molaritas
Molaritas (disingkat M) adalah salah satu ukuran konsentrasi larutan. Molaritas suatu larutan
menyatakan jumlah mol suatu zat per liter larutan. Umumnya konsentrasi larutan berair encer
dinyatakan dalam satuan molar. Keuntungan menggunakan satuan molar adalah kemudahan
perhitungan dalam stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol (sebanding dengan
jumlah partikel yang sebenarnya). Kerugian dari penggunaan satuan ini adalah ketidaktepatan dalam
pengukuran volum. Selain itu, volum suatu cairan berubah sesuai temperatur, sehingga molaritas
larutan dapat berubah tanpa menambahkan atau mengurangi zat apapun. Selain itu, pada larutan yang

4
tidak begitu encer, volume molar dari zat itu sendiri merupakan fungsi dari konsentrasi, sehingga
hubungan molaritas-konsentrasi tidak linear (Wikipedia, 2014).
Rumus Molaritas berdasarkan Wikipedia (2014) yaitu:
𝑛
𝑀=𝑉

Keterangan : M = Molaritas
n = mol
V = Volumen (L)

2.4 Larutan Buffer


Larutan penyangga adalah larutan yang bersifat mempertahankan pH-nya, jika ditambahkan
sedikit asam atau sedikit basa atau diencerkan. Larutan penyangga merupakan campuran asam lemah
dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dengan asam konjugasinya. Nilai pH larutan
buffer tidak berubah (konstan) setelah penambahan sejumlah asam, basa, maupun air. Larutan buffer
mampu menetralkan penambahan asam maupun basa dari luar (Utami, 2009).
Larutan buffer bisa dibuat bukan dari campuran antara basa lemah dengan garamnya saja.Larutan
buffer dapat juga berupa campuran hasil reaksi dari basa lemah dan asam kuat asalkan banyaknya
basa lemah lebih banyak dari pada asam kuat yang dicampurkan. Cara ini lebih umum dilakukan
untuk larutan buffer (Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin, 2010).
Larutan buffer dapat dibuat dengan berbagai cara. Larutan buffer asam dapat dibuat dengan cara
mencampurkan sejumlah larutan asam lemah dengan larutan basa konyugasinya secara langsung.
Selain itu, larutan buffer asam juga dapat dibuat dengan mencampurkan sejumlah larutan
basa kuat dengan larutan asam lemah berlebih.Setelah reaksi selesai, campuran dari larutan basa
konjugasi yang terbentuk dan sisa larutan asam lemah membentuk larutan buffer asam. Cara yang
serupa, larutan buffer basa juga dapat dibuat melalui dua cara. Pertama, mencampurkan sejumlah
larutan basa lemah dengan larutan asam konjugasinya secara langsung. Cara kedua, mencampurkan
sejumlah larutan asam kuat dengan larutan basa lemah berlebih.Setelah reaksi selesai, campuran dari
larutan asam konjugasi yang terbentuk dan sisa larutan basa lemah membentuk larutan buffer basa
(Andy, 2009).

5
2.5 Jenis – Jenis Larutan Buffer
Jenis-jenis larutan buffer berdasarkan Chyntia (2014), yaitu:
1. Larutan Buffer yang Bersifat Asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya.
Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam
lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang
digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.
Contoh yang biasa merupakan campuran asam etanoat dan natrium etanoat dalam larutan.
Pada kasus ini, jika larutan mengandung konsentrasi molar yang sebanding antara asam dan
garam, maka campuran tersebut akan memiliki pH 4.76. Ini bukan suatu masalah dalam hal
konsentrasinya, sepanjang keduanya memiliki konsentrasi yang sama. Kita dapat mengubah pH
larutan penyangga dengan mengubah rasio asam terhadap garam, atau dengan memilih asam yang
berbeda dan salah satu garamnya.
2. Larutan Buffer yang bersifat Basa
Apabila suatu basa lemah dicampur dengan asam konjugasinya maka akan terbentuk suatu
larutan buffer basa. Larutan ini akan mempertahankan pH pada daerah basa (pH>7). Misalnya
larutan campuran NH3 dengan ion amonium (NH4+). Larutan buffer basa juga dapat terjadi dari
campuran suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemah dicampurkan berlebih.
Jika ke dalam larutan ditambahkan suatu asam kuat, maka ion H+ yang berasal dari asam itu akan
mengikat atau bereaksi dengan ion OH-. Hal itu menyebabkan kesetimbangan larutan menjadi
bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan atau dengan kata lain pH
larutan stabil atau dapat bertahan. Demikian juga pada penambahan suatu basa kuat, jumlah ion
OH- dalam larutan akan bertambah. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan larutan menjadi
bergeser ke kiri sehingga konsentasi ion OH- dapat dipertahankan dan pH larutan tidak berubah.
Fungsi penambahan larutan buffer dalam suatu larutan adalah untuk mempertahankan nilai pH
tertentu larutan agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari
larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat
atau basa kuat. Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa
konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan
sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan (Wikipedia, 2014).

6
2.6 Alat dan Bahan Pembuatan Buffer
Cara membuat larutan buffer ada dua yaitu sebagai berikut:
1. Campuran asam lemah dengan garamnya, contohnya:
a. HNO2 dengan NaNO2
b. CH3COOH dengan CH3COOK
2. Campuran basa lemah dengan garamnya, contohnya:
a. NH4OH dengan NH4Cl
b. N2H5OH dengan N2H5NO3

Larutan buffer dapat mempertahankan pH karena mengandung ion garam, kesetimbangan asam
lemah, dan kesetimbangan air, yang membentuk suatu sistem.

Jika ditambah asam atau H+, sesuai dengan asas le Chatelier, kesetimbangan asam akan bergeser
ke kiri sehingga kesetimbangan air tidak terganggu. Artinya, [H +] larutan akan tetap seperti semula. Bila
ditambahkan basa atau OH-, kesetimbangan air bergeser keatas, akibatnya [H+] berkurang. Kekurangan
ini akan menyebabkan kesetimbangan asam bergeser ke kanan sehingga akhirnya [H +] relatif sama
dengan semula.
Hal serupa akan dapat dijelaskan untuk buffer basa lemah dengan garamnya:

Jika ditambah H+, maka kesetimbangan air bergeser keatas dan akibatnya kesetimbangan akan
bergeser ke kanan sehingga (OH-) relatif konstan. Bila diberi OH- maka kesetimbangan basa bergeser ke
kiri sehingga konsentrasinya seperti semula.

7
Sekarang misalkan kita akan membuat larutan buffer dengan pH spesifik. Bagaimana kita
melakukannya? Dengan mengacu pada sistem buffer asam asetat-natrium asetat, kita dapat menuliskan
konstanta kesetimbangannya sebagai:

Perhatikan bahwa persamaan ini berlaku baik ketika kita hanya memiliki asam asetat saja atau
campuran asam asetat dan natrium asetat dalam larutan. Dengan menata ulang persamaan kita peroleh:

Persamaan ini diturunkan sehingga didapatkan persamaan Henderson-Hasselbalch yang dapat


dinyatakan sebagai berikut:

Dalam organisme terdapat berbagai macam cairan, seperti air sel, darah dan kelenjar.Cairan ini
berfungsi sebagai pengangkut zat makanan dan pelarut reaksi kimia didalamnya.Tiap reaksi dipercepat
oleh enzim tertentu, dan tiap enzim bekerja efektif pada pH tertentu (pH optimum).Oleh sebab itu, cairan
dalam organism mengandung sistem buffer untuk mempertahankan pH-nya. Sistem buffernya berupa
asam lemah dengan basa konjugasinya.
Darah manusia dalam keadaan normal mempunyai pH = 7,35 – 7,45, yang dipertahankan oleh
tiga sistem buffer, yaitu buffer karbonat, buffer hemoglobin, dan oksihemoglobin, sedangkan di dalam sel
terdapat buffer fosfat.
1. Buffer karbonat, yaitu pasangan asam karbonat (H2CO3) dengan basa konjugasi bikarbonat (HCO3-)
.

Kesetimbangan bergeser ke kanan jika diberi H+, dan akan bergeser ke kiri bila diberi OH-,
karena reaksi H+ + OH- H2O. hasil pergeseran itu menyebabkan [H+] relatif tetap.

8
2. Buffer hemoglobin, adalah pasangan hemoglobin (bersifat asam, HHb) dengan ion hemoglobin (Hb -
sebagai basa konjugasinya).

3. Buffer oksihemoglobin, adalah pasangan HHb dengan ion oksihemoglobin (HbO2-).

4. Buffer Fosfat, adalah keseimbangan antara asam H2PO4- dengan basa konjugasinya HPO4-2

Jika diberi OH-, kesetimbangan bergesr ke kiri, karena OH- diikat H+


menjadi H2O. Sebaliknya, jika ditambah OH- kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga [H+] relatif
tetap.
Suatu buffer dapat mempertahankan pH larutan dalam daerah pH tertentu.Dalam membuat buffer,
perlu diperhatikan konsentrasi asam dan konsentrasi garam, atau konsentrasi basa dan konsentrasi basa.
Perbandingan itu jangan terlalu besar atau terlalu kecil, karena akan mengganggu pergeseran
kesetimbangan [3].
Jika konsentrasi asam terlalu kecil maka pergeseran ke kanan akan cepat terganggu (berhenti),
sebaliknya jika konsentrasi garam terlalu kecil maka pergeseran ke kiri akan mudah berhenti.
Keterbatasan nilai konsentrasi asam/konsentrasi garam dan konsentrasi basa/konsentrasi garam
mengakibatkan buffer mempunyai daerah pH tertentu yang secara umum ketentuannya adalah:
1. Buffer asam lemah dan garamnya untuk daerah pH lebih besar dari 7.
2. Buffer basa lemah dan garamnya untuk daerah pH lebih kecil dari 7.

9
2.6. 1 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan yaitu :
a. Alat
 Labu ukur 100 ml : Sebagai tempat pengenceran atau pembuatan larutan buffer
 Indikator universal : Sebagai alat untuk mengukur pH
 Gelas piala : Wadah sampel sementara
 Neraca : Untuk menimbang

b. Bahan
 Larutan Na2HPO4 : Sebagai asam lemah
 Larutan NaH2PO4 : Sebagai garam
 Larutan Na4Cl : Sebagai bahan dasar pembuatan buffer pH 10
 NaOH : Digunakan dalam menentukan kapasitas buffer
 Aqudest : Sebagai pelarut

2.6.2 Cara Kerja

I. Membuat Larutan Buffer pH 6,0, 7,0, dan 8,0


a. Larutan Na2HPO4 0.1 M dan larutan NaH2PO4 0,1 M dibuat dalam labu ukur 100 mL.
b. 6,2 mL Na2HPO4 0,1 M dan 43,8 mL NaH2PO4 0,1 M dimasukkan ke dalam labu 100 mL dan
diencerkan sampai tanda batas.
c. 30,5 mL Na2HPO4 0,1 M dan 19,5 mL NaH2PO4 0,1 M dimasukkan ke dalam labu 100 mL
dan diencerkan sampai tanda batas.

10
d. 47,4 mL Na2HPO4 0,1 M dan 2,6 mL NaH2PO4 0,1 M dimasukkan ke dalam labu 100 mL dan
diencerkan sampai tanda batas.
e. Ditentukan pH masing-masing larutan nomor 2, 3, dan 4 dengan pH meter.

II. Membuat Larutan buffer pH 10


a. 57 mL amoniak pekat dimasukkan ke dalam gelas piala
b. 7,0 g NH4Cl ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas piala diatas
c. Larutan diatas diencerkan dalam labu ukur 100 mL
d. Ditentukan pH larutan diatas dengan pH meter

III. Kapasitas Larutan Buffer


a. Disediakan 1000 mL air murni dan ditentukan pH. Diteteskan 0,1 mL NaOH 0,1 M.
Ditentukan pH.
b. 1000 mL larutan buffer pH diatas diteteskan 0,1 mL NaOH 0,1 M, ditentukan pH.
c. Dibandingkan perubahan pH yang terjadi pada prosedur 1 dan 2.

2.6.3 Skema Kerja


a. Membuat Larutan Buffer pH 6.0, 7.0, 8,0
Na2HPO4
dibuat dalam labu ukur 100 mL

6.2 mL Na2HPO4 0.1 M + 43.8 mL NaH2PO4 0.1 M


dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
diencerkan sampai tanda batas
dihitung pH

30.5 mL Na2HPO4 0.1 M + 19.5 mL NaH2PO4 0.1 M


dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
diencerkan sampai tanda batas
dihitung pH
\

11
47.4 mL Na2HPO4 0.1 M + 2.6 mL NaH2PO4 0.1 M
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
diencerkan sampai tanda batas
dihitung pH
Hasil

b. Membuat Larutan Buffer pH = 10


57 mL Amonia pekat
dimasukkan kedalam gelas piala
+ 7 g NH4Cl
encerkan
Hitung pH

c. Kapasitas Larutan buffer


1000 mL air murni
Tentukan pH
+ 0.1 mL NaOH 0.1 M
Tentukan pH
1000 mL larutan buffer
+ 0.1 ml NaOH 0.1 M
Tentukan pH
Bandingkan perubahan pH

2.6.4 Data dan Perhitungan


a.Pada pH larutan 6,0
[Na2HPO4] = 6,2 mL Na2HPO4 x x = 0,0062 M
[NaH2PO4] = 43,8 mL NaH2PO4 x x = 0,0438 M
pH = pka – log
pH = - log 6,2x10ˉ8 - log = 6,35

12
b. Pada pH larutan 7,0
[Na2HPO4] = 19,5 mL Na2HPO4 x x = 0,0195 M
[NaH2PO4] = 30,5 mL NaH2PO4 x x = 0,0305 M
pH = pka – log
pH = – log 6,2x10ˉ8 – log = 7,39

b. Pada pH larutan 8,0


[Na2HPO4] = 47,4 mL Na2HPO4 x x = 0,0474 M
[NaH2PO4] = 2,6 mL NaH2PO4 x x = 0,0026 M
pH = pka – log
pH = – log 6,2x10ˉ8 – log = 8,40

13
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Cara membuat larutan buffer ada dua yaitu sebagai berikut:


a. Campuran asam lemah dengan garamnya, contohnya:
1. HNO2 dengan NaNO2
2. CH3COOH dengan CH3COOK
b.Campuran basa lemah dengan garamnya, contohnya:
1. NH4OH dengan NH4Cl
2. N2H5OH dengan N2H5NO3

Alat dan Bahan yang digunakan yaitu :

a. Alat
 Labu ukur 100 ml : Sebagai tempat pengenceran atau pembuatan larutan buffer
 Indikator universal : Sebagai alat untuk mengukur pH
 Gelas piala : Wadah sampel sementara
 Neraca : Untuk menimbang

b. Bahan
 Larutan Na2HPO4 : Sebagai asam lemah
 Larutan NaH2PO4 : Sebagai garam
 Larutan Na4Cl : Sebagai bahan dasar pembuatan buffer pH 10
 NaOH : Digunakan dalam menentukan kapasitas buffer
 Aqudest : Sebagai pelarut

14
3.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini, mungkin pembahasannaya masih terdapat kekeliruan


dan kesalahan, Oleh karena itu input rekan-rekan dan pembaca berupa masukan dan saran sangat
diharapkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alfa, 2014. Pengenceran-Larutan.http://alfakece.blogspot.com/.[10 Februari, 2014], Makassar.

Andy, 2009.Larutan Penyangga Buffer. http://andykimia03.wordpress.com.


[10 Februari, 2014], Makassar.

Chang Raymond: Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga, 2003, hal.132-134.

Chyntia, 2014.Jenis Larutan Buffer. http://inschemist.blogspot.com/2012/06/ buffer-ala-


chyntia-p-xi-ipa-5-08.html, [10 Februari, 2014], Makassar..

Darma, 2014.Larutan. http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-prog ram/study-


program-of-computer-engineering-d3/fisika-dasar2/larutan.[10 Februari, 2014],
Makassar.

Svehla G: Vogel: Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. Media Cita, 1977,
hal.278-280

Syukri S: Kimia Dasar 2. ITB,1999, hal.214-230.

Utami, Budi, dkk. 2009. Kimia 2 untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam.
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Wikipedia, 2014.Larutan Penyangga. http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan_penya ngga.[10


Februari, 2014], Makassar.

Wikipedia, 2014.Molaritas.http://id.wikipedia.org/wiki.[10 Februari, 2014], Makassar.

16

Anda mungkin juga menyukai