Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KIMIA

“SISTEM KOLOID”

Disusun Oleh :
Kelas : XI-6 MIPA
1. Akhsanuddin
2. Alfiannor
3. Andi salsa bila amar putri
4. Aria winada prewira
5. Muhamad Restuh Alfaresh
6. Muhamad rafii

SMA N 1 PENAJAM PASER UTARA


2018/2019
Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1


A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................1
C. Tujuan ............................................................................................................1
D. Manfaat……………………………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3


A. Pengertian Koloid………………………………………………………… …………..3
B. Jenis-Jenis Koloid ……………………………………………………………………..3
C. Sifat-Sifat Koloid………………………………………………………………………4
D. Pembuatan Sistem Koloid ……………………………………………………………..6
E. Kegunaan Koloid………………………………………………………………………7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang
bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar
(1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel
terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasiatau gaya lain yang dikenakan
kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini
juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo,
sertaawan merupakan contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-
hari.Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloidmenjadi
kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan system koloid?
b. Jelaskan macam-macam system koloid?
c. Bagaimana sifat-sifat koloid?
d Bagaimana proses pembuatan sistem koloid?
e. Apa saja komponen system koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan
a. Agar pembaca dapat mengetahui system koloid.
b. Agar pembaca mengetahui macam-macam system koloid.
c. Agar pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.
d. Agar pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.
e. Agar pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat
a. Pembaca dapat mengetahui system koloid.
b. Pembaca mengetahui macam-macam system koloid.
c. Pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.
d. Pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.
e. Pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem koloid
Pengertian koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam
medium zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi,
sedangkan zat yang menjadi medium mendispersikan partikel disebut medium
pendispersi.

a. Perbedaan larutan koloid dan suspense


1. Larutan
Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat. Hal ini disebut campuran
homogen, karena komposisi adalah seragam di seluruh larutannya. Komponen larutan
terutama dari dua jenis, zat terlarut dan pelarut. Pelarut melarutkan zat terlarut dan
membentuk larutan yang seragam.
Jadi, jumlah pelarut biasanya lebih tinggi dari jumlah zat terlarut. Semua partikel dalam
larutan memiliki ukuran molekul atau ion, sehingga mereka tidak dapat diamati dengan mata
telanjang. Larutan dapat memiliki warna jika pelarut atau zat terlarut dapat menyerap cahaya
tampak. Namun, larutan biasanya transparan. Pelarut dapat berada dalam keadaan cair, gas
atau padat.
Kebanyakan pelarut umum adalah cairan. Di antara cairan, air dianggap sebagai pelarut
universal, karena dapat melarutkan banyak zat daripada pelarut lainnya. Gas, padat atau cair
zat terlarut lainnya dapat dilarutkan dalam pelarut cair. Dalam pelarut gas, hanya larutan gas
dapat dilarutkan. Ada batas untuk jumlah zat terlarut yang dapat ditambahkan ke sejumlah
pelarut.
Larutannya dikatakan jenuh jika jumlah maksimum zat terlarut ditambahkan ke pelarut. Jika
ada jumlah yang sangat rendah zat terlarut, disebut larutan diencerkan, dan jika ada jumlah
tinggi zat terlarut dalam larutan, itu adalah larutan terkonsentrasi. Dengan mengukur
konsentrasi suatu larutan, kita bisa mendapatkan gagasan tentang jumlah zat terlarut dalam
larutan.

2. Suspensi
suspensi merupakan campuran zat heterogen (Misalnya: air berlumpur, tepung dilarutkan
dalam air). Ada dua komponen dalam suspensi, bahan yang tersebar dan media dispersi.
Ada partikel padat yang lebih besar (bahan terdispersi) didistribusikan dalam media
pendispersi. Media bisa menjadi cair, gas atau padat.
Namun, bahan tersebar biasanya padat. Namun, jika suspensi diperbolehkan untuk berdiri
diam selama beberapa waktu, partikel dapat menjadi turun ke bawah. Dengan
pengadukan, suspensi dapat dibentuk lagi. Partikel-partikel dalam suspensi akan terlihat
dengan mata telanjang, dan melalui filtrasi mereka dapat dipisahkan. Karena partikel
yang lebih besar, suspensi cenderung buram dan tidak transparan, karena mereka tidak
memancarkan cahaya.
B. Jenis Koloid
1. Emulsi
Emulsi adalah dispersi koloid zat cair dengan zat cair. Bila medium pendispersinya berupa
zat padat di ssebut emulsi padat. Emulsi dapat di buat dengan mengaduk kedua zat cair
tersebut. agar emulsi stabil maka perlu di tambah emulgator . contoh dari emulgator adalah
sabun

Contoh emulsi adalah air dalam minyak dan minyak dalam air. Keduanya sepertinya sama
tetapi sebenarnya berbeda. Pada emulsi air dalam minyak, air sebagai fase terdispersi
sedangkan medium pendispersinya minyak. Sebaliknya pada emulsi minyak dalam air yang
berfungsi sebagai fase terdisfersi adalah minyak. Minyak di sini adalah semua zat cair yang
tidak bercampur dengan air.

Emulsi minyak dalam air atau air dalam minyak dapat di bedakan menjadi dua cara :

1. Penambahan air. Jika air yang di tambahkan segera bercampur maka emulsinya adalah
minyak dalam air, sedangkan jika air ditambahkan tidak bercampur maka emulsinya
adalah air dalam minyak.
2. Penambahan zat elektrolit. Jika menambah daya hantar listrikmaka emulsinya adalah
minyak dalam air, sedangkan jika tidak menambah daya hantar listrik maka emulsinya air
dalam minyak.
Contoh emulsi minyak dalam air adalah santan dan susu, sedangkan contoh emulsi air dalam
minyak adalah minyak bumi, minyak ikan, dan mayonase.

2. Sol

Sol adalah koloid dengan fase terdispersi zat padat dan medium pendispersi zat cair atau zat
padat. Jika medium pendispersinya zat cair di namakan sol. Sedangkan jika medium
pendispersinya padat di namakan sol padat.

Ada dua jenis sol, yaitu sol liofil dan sol liofob:

1. Sol liofil ( jika pendispersinya air, maka disebut hidrofil), terjadi penyerapan medium
pendispersi sehingga menjadi setengah kaku (gel) contoh: agar-agar, gelatin lem kanji.
2. Sol liofob ( jika pendispersinya air, maka di sebut hidrofob). Tidak terjadi penyerapan
medium pendispersinya. Contoh : sol belerang dan sol emas.
3. Busa atau buih
Busa merupakan sisitem koloid yang fase terdispersinya berupa gas dan medium
pendispersinya berupa zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat di sebut busa
padat. Busa dapat di buat dengan mengalirkan gas ke dalam medium pendispersinya yang
mengandung busa. Untuk menstabilkan busa maka di gunakan zat penstabil busa misalnya
sabun dan protein. Zat yang dapat menghalangi terjadinya busa antara lain minyak tanah dan
alcohol. Busa di bagi menjadi dua yaitu busa padat dan busa cair.

4. Aerosol

Jika medium pendispersi adalah gas maka di namakan aerosol. Aerosol ada dua yaitu
aerosol padat dan aerorol cair (aeromulsi) aerosol padat jika medium terdispersinya zat
padat, contohnya asap dan debu. Aerosol cair jika medium terdispersinya zat cair, contohnya
kabut atau awan.
C. Sifat-sifat Koloid

1. Efek Tyndall

Efek Tyndall adalah terhamburnya cahaya oleh partikel koloid. Bila seberkas sinar
dilewatkan pada supspensi (dispersi pasir dalam air), koloid (air teh), dan larutan (gula dalam
air),
Dan dilihat tegak lurus dari arah datangnya cahaya maka lintasan cahaya akan terlihat
jejaknya pada suspensi dan koloid, sedangkan larutan tidak akan tampak sama sekali.

Terlihatnya lintasan cahaya ini disebabkan cahaya yang dihamburkan oleh partikel-
partikelnya dimana pada saat itu melewati suspensi atau koloid, sedangkan pada larutan tidak.

Partikel koloid dan suspensinya cukup besar untuk dapat menghamburkan sinar, sedangkan
partikel-partikel larutan berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat menghamburkan cahaya.

Contoh Efek Tyndall


Penerapan Efek Tyndall kehidupan sehari-hari. Contoh Efek Tyndall adalah sebagai
berikut…
 Sorot lampu mobil atau senter di udara berkabut
 Pada sore hari munculnya warna biru dan jingga
 Sinar matahari melalui celah-celah dari daun pada waktu pagi hari

2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerakan partikel koloid dengan lintasan lurus dan arah yang acak.

Apabila dispersi koloid diamati dibawah mikroskop dengan menggunakan pembesaran


tinggi, akan terlihat adanya partikel yang bergerak dengan arah yang acak atau tidak
beraturan, gerakan-gerakan tersebut mempunyai lintasan lurus.
Gerak Brown terjadi akibat adanya tumbukan partikel-partikel pendispersi terhadap partikel
terdispersi, sehingga partikel terdispersi akan terlontar.
Lontaran tersebut akan mengakibatkan partikel terdispersi menumbuk partikel terdispersi
yang lain dan akibatnya partikel yang tertumbuk akan terlontar.
Kejadian tersebut berulang secara terus-menerus, dan itu terjadi akibat ukuran partikel
terdispersi yang relatif besar dibanding medium pendispersinya.
Adapun gerak Brown ini mengakibatkan partikel-partikel koloid relatif stabil meskipun
ukuran yang relatif besar, sebab dengan adanya partikel yang bergerak secara terus menerus,
pengaruh dari gaya gravitasi kurang berarti.
Contoh Gerak Brown
Penerapan Gerak Brown dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Gerak Brownadalah sebagai
berikut…
 Susu

3. Adsorpsi

Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan muatan oleh permukaan-permukaan partikel koloid.


Adsorpsi dapat terjadi karena adanya kemampuan pada partikel koloid untuk menarik
(ditempeli) oleh partikel-partikel kecil. Kemampuan menarik tersebut, dapat terjadi karena
disebabkanya adanya tegangan permukaan koloid yang cukup tinggi, sehingga bila ada
partikel yang menempel akan cenderung dipertahankan pada permukaannya.
Bila partikel-partikel koloid mengadsorbsi ion yang bermuatan positif pada permukaannya
maka koloid kana menjadi bermuatan positif, dan sebaliknya bila yang diadsorbsi ion negatif
akan menjadi bermuatan negatif.
Selain dari ion, partikel-partikel koloid dapat menyerap muatan dari listrik statis, misalnya
debu dapat menyerap muatan negatif atau positif dari adanya elektron yang berak di udara
atau dari arus listrik.
Dari adanya peristiwa adsorpsi partikel koloid yang bermuatan listrik, maka jika koloid
tersebut diletakkan dalam medan listrik partikelnya akan bergerak menuju kutub yang
bermuatan listrik yang berlawanan dengan muatan koloid.

Contoh Adsorpsi

Penerapan Adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Adsorpsi adalah sebagai berikut…
 Penjernihan air dengan menggunakan tawas
 Penjernihan air tebu dalam pembuatan gula
 Penyembuhan sakit perut dengan norit akibat dari bakteri patogen
 Pencelupan serat wol pada proses pewarnaan

4. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan partikel koloid. Peristiwa koagulasi pada koloid
dapat terjadi diakibatkan oleh peristiwa mekanis atau peristiwa kimia.

Peristiwa mekanis misalnya pemanasan atau pendinginan. Darah merupakan sol butir-butir
darah merah yang terdispersi dalam plasma darah, bila dipanaskan akan menggumpal,
sedangkan agar-agar akan mengumpal bila didinginkan.
Peristiwa kimia yang dapat menyebabkan terjadinya koagulasi. Hal-hal yang dapat
menyebabkan koagulasi adalah sebagai berikut…
 Pencampuran Koloid yang Berbeda Muatan. Bila sistem koloid yang berbeda
muatan dicampurkan akan terjadi koagulasi dan akhirnya mengendap. Misalnya sol
Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan mengalami koagulasi bila dicampur
sol As2S3. Dengan adanya peristiwa tersebut maka bila anda mempunyai tinta dari
merek yang berbeda, yang satu merupakan koloid negatif dan yang lain merupakan
koloid positif, jangan sampai dicampurkan karena akan dapat terkoagulasi.
 Adanya Elektrolit. Bila koloid yang bermuatan positif dicampurkan dengan suatu
larutan elektrolit maka ion-ion negatif dari larutan elektrolit tersebut akan segera
ditarik oleh partikel-partikel koloid tersebut, dan akibatnya ukuran koloid menjadi
sangat besar dan akan mengalami koagulasi. Sebaliknya, koloid negatif akan
menyerap ion-ion positif dari suatu larutan elektrolit.

Contoh Koagulasi
Penerapan Koagulasi dalam kehidupan sehari-hari. Contoh koagulasi adalah sebagai
beirkut…
 Penjernihan air
 Proses penggumpalan debu atau asap pabrik
 Pengolahan karet dengan lateks
 Pembentukan delta di muara
 Proses penetralan partikel albuminoid dalam darah oleh ion Fe3 + atau Al3+

5. Elektroforesis

Elektroforesis adalah Peristiwa bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik.


Manfaat Elektroforesis ini ada pada proses pemisahan potongan-potongan gen pada proses
bioteknologi, penyaringan debu pabrik pada cerobong asap yang disebut dengan pesawat
cottrel.
Koloid logam atau basa umumnya mengadsorbsi ion-ion logam pada saat proses pembentuk
sehingga akan menjadi bermuatan positif.
As2S3 dan kelompok koloid sulfida lainnya, dimana pada umumnya mengadsorbsi ion
negatif, sehingga akan menjadi koloid negatif

Contoh Elektroforesis
Penerapan Elektroforesis dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Elektroforesisadalah sebagai
berikut…
 Identifikasi DNA
 Mendeteksi kelainan genetic
 Proses penyaringan debu pabrik
6. Koloid Pelindung

Koloid pelindung adalah koloid yang ditambahkan ke dalam sistem koloid agar menjadi
stabil.
Misalnya penambahan gelatin pada pembuatan es krim dimaksudkan agar es krim tidak
dapat memisah sehingga tetap terus kenyal, serta penambahan gum arab dalam pembuatan
semir dan lain-lainnya.

Contoh Koloid Pelindung


Penerapan Koloid Pelindung dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Koloid Pelindung adalah
sebagai berikut…
 Penambahan minyak silikon pada cat
 Penambahan kasein pada susu
 Penambahan gelatin pada es krim
 Penambahan lestin pada margarin

7. Dialisis

Dialisis adalah menghilangkan muatan koloid dengan cara memasukkan koloid ke dalam
membran semipermeabel dengan cara memasukkan koloid ke dalam membran
semipermeabel.
Membran ini mempunyai pori-pori yang mampu ditembus oleh ion, tetapi tidak mampu
ditembus partikel koloid.
Bila kantong semipermeabel tersebut dimasukkan ke dalam aliran air, maka ion-ion yang
keluar dari membran semipermeabel akan terbawa aliran air, sedangkan koloidnya masih
tetap di dalam kantung semipermeabel.

Contoh Dialisis
Penerapan Dialisis dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Dialisis adalah sebagai berikut….
 Proses cuci darah
 Memisahkan ion-ion sianida dan tepung tapioka
D. Pembuatan Koloid
1. Cara Kondensasi
 Kimia
Pembuatan koloid dari larutan sejati dengan cara reaksi kimia dapat dilakukan dengan empat
macam, yaitu melalui reaksi pengendapan, reaksi hidrolisis, reaksi pemindahan, dan reaksi
redoks.

Reaksi pengendapan

Pembuatan koloid melalui reaksi pengendapan dilakukan dengan cara mencampurkan dua
macam larutan elektrolit, hingga menghasilkan endapan yang berukuran koloid, contoh
pembuatan sol AgCI.
Sol AgCI dibuat dengan cara mencampurkan larutan AgN03 encer dengan larutan HCI encer
atau NaCI encer. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.

AgNO3(aq) + HCl(aq)→AgCl(s) + HNO3(aq)

AgNO3(aq) + NaCI(aq) AgCI(s) + NaN03(aq)

 Reaksi hidrolisis

Koloid dapat dibuat melalui reaksi hidrolisis, yaitu dengan mereaksikan garam tertentu
dengan air. Misalnya Sol Fe(OH)3. Sol Fe(OH)3 dibuat dengan cara menambahkan larutan
FeCI3 ke dalam air mendidih. Larutan FeCI3 akan terionisasi menghasilkan ion Fe3+. Ion
Fe3+ ini akan mengalami reaksi hidrolisis menjadi Fe(OH)3. Reaksi yang terjadi:

FeCI3(aq) + 3H20(ℓ) → Fe(OH)a(s) + 3HCl(aq).

 Reaksi pemindahan/substitusi

Contoh koloid yang dibuat dengan cara pemindahan yaitu sol As2S3. Sol As2S3 dibuat dengan
cara mengalirkan gas asam sulfida ke dalam larutan arsen(lll) oksida. Reaksinya:

As23(aq) + 3H2S(g) →As2S3(s) + 3H20(ℓ).

Koloid lain yang dibuat melalui reaksi pemindahan yaitu sol belerang. Sol ini dibuat dengan
menambahkan larutan HCI ke dalam larutan Na2S23. Campuran ini akan menghasilkan
partikel- partikel belerang yang berukuran partikel koloid. Reaksi pada pembuatan koloid
belerang sebagai berikut.

Na2S23(aq) + 2HCI (aq) → 2NaCl(aq) + H2SO 3(aq) + S (s).

 Reaksi redoks

Pembuatan koloid dengan reaksi redoks selalu disertai dengan perubahan bilangan oksidasi,
misal pada pembuatan sol emas den sol belerang.
 Sol emas (Au)
Sol emas dibuat dengan mereduksi larutan garamnya menggunakan reduktor non-
elektrolit seperti formaldehid.
Reaksinya: 2AuCI3 (aq) + 3HCHO(aq) + 3H20 (ℓ) → 2Au(s)+ 6HCI (aq) +
3HCOO H(aq)
 Sol belerang (s)
Sol belerang dibuat dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan S02 atau ke dalam
larutan H2O2. Reaksi yang terjadi:
2H2S(g) + S02(aq) → 3S(s) + 2H2O(ℓ)
H2S (g) + H22(aq) → S(s) + 2h2O(ℓ)

 Fisika
Cara fisika digunakan untuk membuat koloid dengan cara mengkondensasikan partikel
koloid. Proses ini dilakukan melalui cara-cara berikut.

 Pengembunan uap
Cara pengembunan uap diterapkan pada pembuatan sol raksa (Hg). Sol raksa dibuat dengan
menguapkan raksa. Uap raksa selanjutnya dialirkan melalui air dingin sehingga mengembun
dan diperoleh partikel raksa berukuran koloid

 Pendinginan
Suatu koloid dapat dibuat melalui proses pendinginan, tujuannya untuk menggumpalkan
suatu larutan sehingga menjadi koloid karena kelarutan suatu zat sebanding dengan suhu.

 Penggantian pelarut
Penggantian pelarut digunakan untuk mempermudah pembuatan koloid yang tidak dapat larut
dalam suatu pelarut tertentu, misalnya pada pembuatan sol belerang. Belerang sukar larut
dalam medium air. Oleh karena itu, air diganti dengan alkohol. Sol belerang dalam air, dibuat
dengan cara melarutkan belerang ke dalam alkohol hingga diperoleh larutan jenuh. Larutan
jenuh ini selanjutnya diteteskan sedikit demi sedikit ke dalam air hingga terbentuk sol
belerang.

Cara Dispersi
Dispersi merupakan cara pembuatan koloid yang berasal dari suspensi. Pembuatan koloid
dengan cara dispersi dapat dilakukan dengan cara busur Bredig, mekanik, peptisasi, dan
homogenisasi.

Cara Busur Bredig


Pembuatan koloid dengan cara busur Bredig sering disebut juga dengan elektrodispersi. Cara
ini dilakukan untuk membuat partikel-partikel fase terdispersi dengan menggunakan loncatan
bunga api listrik. Cara ini banyak digunakan untuk membuat sol logam. Logam yang akan
didispersikan dipasang sebagai elektrode-elektrode yang dihubungkan dengan sumber arus
listrik bertegangan tinggi. Loncatan bunga api listrik yang muncul di antara kedua elektrode
akan menguapkan sebagian logam. Uap logam yang terbentuk di dalam medium dispersi
akan menyublim dan membentuk partikel halus. Cara busur Bredig biasa digunakan untuk
membuat sol emas dan sol platina.

Cara Mekanik

Pembuatan koloid dengan cara mekanik dilakukan dengan cara penggerusan zat padat hingga
halus, kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Namun, pada proses ini fase
terdispersinya kadang-kadang mengalami penggumpalan kembali
sehingga perlu ditambahkan stabilizer atau zat pemantap. Contoh
pada pembuatan mentega, tinta, dan cat.

Cara Peptisasi

Cara peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan jalan


memecah partikel zat yang mengendap dalam medium pendispersi
air menjadi berukuran partikel koloid. Proses ini diikuti dengan
penambahan suatu elektrolit atau dengan menghilangkan ion-ion
elektrolit penyebab pengendapan.

Cara peptisasi ini digunakan pada pembuatan sol perak iodida


(Agl). Sol perak iodida dibuat dengan cara mencampur larutan
AgN03 dengan larutan Kl berlebih. Campuran kedua larutan ini menghasilkan endapan Agl.
Endapan Agl kemudian dicuci agar mengalami peptisasi, yaitu terbentuknya partikel koloid
Agl. Pencucian mengakibatkan hilangnya kelebihan elektrolit sehingga Agl dapat terdispersi
kembali.

Cara Homogenisasi

Homogensasi adalah cara yang digunakan untuk membuat suatu zat menjadi homogen dan
berukuran partikel koloid. Misal untuk membuat koloid tipe emulsi, seperti susu. Pada
pembuatan susu, ukuran partikel lemak pada susu diperkecil hingga berukuran partikel
koloid. Caranya dengan melewatkan zat tersebut melaiui lubang berpori yang mempunyai
tekanan tinggi. Apabila partikel lemak dengan ukuran partikel koloid sudah terbentuk, zat
tersebut kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersinya.

E. Peranan Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari


a. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan
menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini
memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke
udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya

Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam
yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung
yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan
diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu
akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan
dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan
memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).

b. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi
koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat
besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol getah karet.
Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan
getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH.
Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet.
Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan
menggumpal.

Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai lembaran
yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan
lain, misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan
dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah
karet dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi
partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol
tidak menggumpal.

c. Membantu pasien gagal ginjal


Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar
bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci
darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput
semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa koloid saja.
Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun
seperti urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang
telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.

d. Penjernihan air
Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang air dari
mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika
tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat
dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu dilakukan secara
bertahap. Mula-mula mengendapkan atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas
atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan
kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari
penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak terlebih dahulu
sampai mendidih beberapa saat lamanya.

Untuk memperjelas tentang penjernihan air perhatikan gambar 9.13 berikut!

Proses pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum diolah), namun
pada dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama adalah pengendapan, yaitu air
baku dialirkan perlahan-lahan sampai benda-benda yang tak larut mengendap. Pengendapan
ini memerlukan tempat yang luas dan waktu yang lama. Benda-benda yang berupa
koloid tidak dapat diendapkan dengan cara itu.
Pada tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang mengandung koloid diberi
zat yang dinamakan koagulan. Koagulan yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat,
besi(II)sulfat, besi(III)klorida, dan klorinasi koperos (FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian
koagulan selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk menjadikan pH air
sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar antara 5,5–6,8, maka yang digunakan adalah
aluminium sulfat, sedangkan untuk senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5.
Pada tahap ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami proses pengendapan, benda-
benda koloid yang telah menggumpal dibiarkan mengendap. Setelah mengalami
pengendapan, air tersebut disaring melalui penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih
terbawa di dalam air akan tertahan pada saringan pasir tersebut.

Pada tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air kapur untuk menaikkan
pHnya, dan untuk membunuh bakteri diberikan kalsium hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl2).

e. Sebagai deodoran
Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan
protein dalam keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat
sehingga keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.

f. Sebagai bahan makanan dan obat

Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga
mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul.

g. Sebagai bahan kosmetik


Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik digunakan dalam
bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dengan tertentu.

h. Sebagai bahan pencuci


Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam
pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai emulgator.
Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa
lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
- Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem
koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall.
- Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak dengan
gerak patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena tumbukan tak
simetris antara molekul medium dengan partikel koloid.
- Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas
permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
- Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan listrik.
Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid, sehingga menjadi
stabil (tidak mengalami sedimentasi).
- Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan partikel
koloid dalam medan listrik.
- Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai
hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan
koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
- Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada
koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada
- Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar
dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi,
koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan),
sehingga menjadi partikel koloid.
- Asbut adalah suatu bentuk pencemaran yang merupakan sistem koloid.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.artikelsiana.com/2015/03/koloid-sifat-sifat-koloid-contoh-pengertian.html#
https://jempolkimia.com/2018/11/21/jenis-jenis-koloid/
http://www.nafiun.com/2013/07/pembuatan-koloid-dengan-cara-kondensasi-dan-dispersi.html
https://polarisasi.wordpress.com/materi-kimia-kelas-xi/koloid/jenis-jenis-koloid/

http://tekanlagi.blogspot.com/2013/05/makalah-sistem-koloid.html

Anda mungkin juga menyukai