KOLOID
Dosen Pengampu: Drs. I Gusti Ngurah Putu Candra, M.Si
OLEH :
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, atas anugerah-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang
merupakan tugas dari mata kuliah Kimia Farmasi Dasar dalam pembuatan makalah dengan
judul “Koloid”. Saya sampaikan terimakasih kepada Bapak Drs. I Gusti Ngurah Putu Candra,
M.Si sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Kimia Farmasi Dasar yang turut membantu
proses penyusunan makalah ini.
Saya menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kesalahan
baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca
dan khususnya bagi penyusun sendiri.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................................1
1.4 Manfaat................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Definisi........................................................................................................................................3
2.2 Penggolongan.............................................................................................................................4
2.3 Sifat-Sifat....................................................................................................................................7
2.4 Kegunaan................................................................................................................................15
BAB III...............................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN......................................................................................................................17
B. SARAN...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Keadaan koloid adalah suatu keadaan antara larutan dan suspensi. Suatu
kerumunan/kumpulan dari beberapa ratus atau beberapa ribu partikel yang membentuk
partikel lebih besar dengan ukuran sekitar 10 Å sampai 2 000 Å dikatakan berada dalam
keadaan koloid. Dalam suatu sistem koloid, partikel-partikel koloid terdispersi (tersebar)
dalam medium pendispersinya. Zat terdispersi maupun medium pendispersi koloid dapat
berupa zat padat, cair, atau gas. Terdapat 8 tipe sistem koloid, yaitu busa (gas dalamcair),
busa padat (gas dalam padat), aerosol padat (cair dalam gas), emulsi (cair dalam cair),
emulsi padat (cair dalam padat), aerosol padat (padat dalam gas), sol (padat dalam cair),
dan sol padat (padat dalam padat).
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, terdapat tujuan sebagai berikut:
1.4 Manfaat
Dari tujuan diatas, terdapat manfaat sebagai berikut:
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Sistem koloid adalah campuran antara dua zat yang punya perbedaan fase
dengan partikel terdispersinya tersebar merata dalam fase pendispersi. Koloid termasuk
dalam golongan campuran metastabil, di mana campuran ini seolah-olah stabil, tapi akan
memisah dalam waktu tertentu. Jenis-jenis koloid; aerosol, sol, emulsi, buih, dan gel.
Sifat-sifat koloid; efek Tyndall, gerak Brown, adsoprsi, muatan koloid, koagulasi koloid,
koloid pelindung, dialisis, elektroforesis, koloid liofil dan liofob.
Sistem koloid adalah sistem yang terdiri dari dua atau lebih fasa yaitu fasa
terdispersi dan fase pendispersi. Zat yang terdispersi dan pendispersi dapat berupa
kombinasi gas, cairan, atau padat. Contoh koloid, misalnya semprotan aerosol (cairan
tersuspensi dalam gas), asap (partikel padat dalam udara), susu (tetesan lemak dan padat
dalam air), mayones (tetesan air dalam pigmendari minyak) dan cat (partikel pigmen
padat dalam minyak cat dasar, pigmen dari minyak tersuspensi dalam air untuk cat
lateks). Keberadaan koloid dapat dilihat dari caranya membaurkan cahaya, seperti
lewatnya cahaya dari proyektor bioskop melalui suspense partikel debu di udara.
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan
suspensi. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat "didispersikan" ke
dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu
nanometer (nm) hingga satu mikrometer (µm).
Jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu
"larut" tetapi "larutan" itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu
tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan
tetap keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika
diamati dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak
susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid.
Jadi, koloid tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase.
Zat yang didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan zat disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu
4
Koloid atau dispersi koloid adalah bentuk materi yang memiliki sifat di antara
larutan dan campuran atau suspensi. Bidang ini pertama kali dikenalkan oleh Thomas
Graham. Gula ketika dilarutkan ke dalam air akan tampak bening. Hal itu karena zat
terlarut dalam larutan dapat membentuk ion atau molekul kecil. Zat tersebut membentuk
larutan homogen dengan pelarut dan memiliki sifat tidak mudah mengendap pada sampai
berapa lama pun hal itu terjadi karena Gaya gravitasi jauh lebih kecil jika dibandingkan
energi kinetik molekul dalam larutan (Konsep, n.d.).
Istilah “koloid” diusulkan oleh Thomas Graham (1805-1869) dari Inggris pada
tahun 1861. Sewaktu meneliti proses difusi berbagai zat dalam medium cairan, Graham
mengamati bahwa zat seperti kanji, gelatin, getah, dan albumin berdifusi sangat lambat
dan tidak mampu menembus membran tertentu. Kelompok zat ini lalu dinamainya
koloid, yang berarti “seperti lem” (bahasa Yunani : kolla = lem, oidos = seperti).
Koloid ialah campuran dari dua atau lebih zat yang salah satu fasanya
tersuspensi sebagai sejumlah besar partikel yang sangat kecil dalam fasa kedua. Zat yang
terdispersi dan medium penyangganya dapat berupa kombinasi gas, cairan, atau padatan.
(Oxtoby, C. W.. 1979. hal 178)
2.2 Penggolongan
Penggolongan sistem koloid didasarkan pada jenis fase pendispersi dan fase
terdispersi
A. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut
aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut aerosol padat. Contoh
aerosol padat: debu buangan knalpot. Sedangkan zat yang terdispersi berupa zat cair
disebut aerosol cair. Contoh aerosol cair: hairspray dan obat semprot.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).
Contoh propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.
5
6
B. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol.
Contoh sol: putih telur, air lumpur, tinta, cat dan lain-lain. Sistem koloid dari partikel
padat yang terdispersi dalam zat padat disebut sol padat. Contoh sol padat : perunggu,
kuningan, permata (gem).
C. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi.
Sedangkan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat disebut emulsi
padat dan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam gas disebut emulsi gas.
Syarat terjadinya emulsi yaitu kedua zat cair tidak saling melarutkan.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air
dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks. Contoh emulsi
air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi padat :
jelly, mutiara, opal.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Misalnya sabun
dicampurkan kedalam campuran minyak dan air, maka akan diproleh campuran stabil
yang disebut emulsi.
D. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih, sedangkan
sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat disebut buih padat.Buih
digunakan dalam proses pengolahan biji logam dan alat pemadam kebakarn. Contoh
buih cair : krim kocok (whipped cream), busa sabun. Contoh buih padat : lava,
biskuit.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung
pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih tidak
dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.
E. Gel
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat dan bersifat setengah
kaku disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya
7
mengadsropsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat. Contoh
gel: agar-agar, semir sepatu, mutiara, mentega.
Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi suatu larutan
sebab semua gas bercampur baik secara homogen dalam segala perbandingan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan zat yang memiliki sifat
berbentuk campuran homogen namun tidak bening, atau keruh, seperti berbagai jenis
minuman, susu atau pylox. Dispersi koloid dapat berupa gas, cairan atau pun padatan.
Berdasarkan jenis fasa pendispersi, yaitu zat yang memiliki jumlah lebih
banyak dan fasa zat yang terdispersi koloid terbagi menjadi delapan macam. Berikut
jenis koloid berikut contohnya :
Dari tabel di atas tampak jelas bahwa proses di alam sekitar kita banyak
berhubungan dengan sistem koloid. Kegunaan dari cabang ilmu "Kimia Koloid" terdapat
di berbagai bidang. Protoplasma dalam sel makhluk hidup merupakan sistem koloid,
sehingga kimia koloid diperlukan untuk menerangkan reaksi dalam sel. Tanah juga
merupakan sistem koloid, dan pemahaman tentang koloid sangat membantu dalam
meningkatkan kesuburan lahan.
The colloid particle may consist of many atoms, ions, or molecules or may
even be a single giant molecule. For example, the hemoglobin molecule, which carries
oxigen in blood, has molecular dimensions of 15 x 55 x 50 Å, and a molecular weight of
64,500 amu. (Partikel koloid dapat terdiri dari beberapa/banyak atom, ion, atau molekul
yang menjadi molekul yang besar. Sebagai contoh, molekul hemoglobin, oksigen yang
dibawa oleh darah memiliki dimensi 15 x 55 x 50 Å, dan beratnya sekitar 64,500 sma).
2.3 Sifat-Sifat
Sebagai hasil campuran antara dua zat, tentu koloid memiliki sifat spesifik yang
berbeda dari sifat zat pembentuknya. Adapun sifat-sifat koloid adalah sebagai berikut:
berada di tengah hutan yang lebat pada pagi hari, cahaya matahari yang masuk
melalui sela-sela pepohonan akan tampak dengan nyata sebab cahaya itu
dihamburkan oleh partikel kabut yang merupakan suatu sistem koloid. Peristiwa
penghamburan cahaya oleh partikel koloid disebut efek Tyndall, sebab hal ini mula-
mula diterangkan oleh John Tyndall (1820-1893), ahli fisika bangsa Inggris.
Efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan sistem koloid dan larutan
sejati. Partikel dalam larutan yang berupa molekul atau ion terlalu kecil untuk
menghamburkan cahaya, sehingga berkas cahaya dalam larutan tidak terlihat.
Sebaliknya, cahaya yang melewati sistem koloid akan terlihat nyata. Partikel-partikel
koloid yang berukuran cukup besar akan menghamburkan cahaya itu ke segala arah,
meskipun partikel koloidnya tidak tampak.
Efek Tyndalladalah gejala penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid.
Partikel koloid menghamburkan cahaya ke segala arah, sehingga partikel koloid yang
sebenarnya tidak terlihat akan tampak sebagai titik-titik terang. Efek Tyndall ini
dapat digunakan untuk membedakan antara koloid dengan larutan maupun suspensi.
Efek Tyndall yang ditunjukkan oleh larutan tidak begitu nyata. Dalam
suspensi,cahaya tidak dapat dilewatkan.
B. Gerak Brown (Sifat Kinetik)
Mengapa partikel koloid tersebar merata dalam medium pendispersinya dan
tidak memisah meskipun didiamkan? Hal itu disebabkan oleh adanya gerak terus-
menerus secara acak tetapi gesit dari partikel koloid tersebut. Gerakan acak dari
partikel koloid dalam medium pendispersinya ini disebut gerak Brown, berdasarkan
nama ahli botani bangsa Inggris yang menemukan gerakan ini pada tahun 1827, yaitu
Robert Brown (1773-1858). Perlu juga diketahui bahwa pengamatan gerakan partikel
koloid tersebut ternyata merintis jalan bagi Robert Brown untuk menemukan adanya
inti sel pada tahun 1831.
Gerak Brown membuktikan teori kinetik molekul, sebab gerakan tersebut
adalah akibat tabrakan antara partikel koloid dengan molekul medium pendispersinya
dari segala arah. Oleh karena momentum partikel koloid jauh lebih besar dari
molekul mediumnya, maka partikel koloid bergerak pada garis lurus sampai arah dan
kecepatannya diubah oleh tabrakan berikutnya. Gerak Brown akan makin cepat jika
ukuran partikel koloid makin kecil. Sebaliknya, makin besar ukuran partikel,
gerakannya makin lambat. Itulah sebabnya pada partikel suspensi gerak Brown tidak
lagi dijumpai.(Khairuzzaman, 2016)
10
Gerak Brown adalah gerak lurus partikel-partikel koloid yang arahnya tidak
menentu yang disebabkan oleh tumbukan dari molekul-molekul medium pendispersi
dengan partikel-partikel koloid.
Gerak Brown bisa berlangsung terus karena gaya yang bekerja pada partikel
itu dihasilkan terus menerus oleh tumbukan partikel dengan partikel dan partikel
dengan molekul medium pendispersi. Hal ini menyebabkan berkurangnya efek gaya
gravitasi bumi terhadap partikel fasa dispersi. Oleh karena gaya gravitasi tidak dapat
mengatasi seluruh gaya yang timbul pada tumbukan partikel yang menyebabkan gaya
Brown itu, maka partikel koloid tidak dapat mengendap. Gerakan partikel koloid
yang tidak menentu arahnya ini pertama kali ditemukan oleh seorang sarjana Biologi
bernama Robert Brown (1773-1859).(Konsep, n.d.)
C. Adsorpsi Koloid
Adsorpsi yaitu penyerapan pada permukaan partikel koloid oleh adanya gaya
adhesi zat-zat asing. Daya adsorpsi koloid sangat besar karena permukaan partikel
koloid yang tersingkap sangat luas bila dibandingkan permukaan zat padat dengan
jumlah yang sama. Koloid yang berbeda akan mengadsorpsi zat-zat yang berbeda
pula. Sifat adsorpsi koloid ini umumnya digunakan untuk mengadsorpsi/membuang
kotoran/warna dan bau, memisahkan campuran, memekatkan bijih tambang, dan
proses pemurnian lainnya.
Topeng gas/masker biasanya mengandung arang teraktifkan atau bahan koloid
lainnya untuk mengadsorpsi asap/gas beracun yang berukuran koloid. Filter busa
pada rokok juga berfungsi untuk mengadsorpsi/mengurangi asap/partikel-partikel
senyawa yang berukuran koloid.
Peristiwa penyerapan suatu molekul atau ion pada permukaan suatu zat
disebut adsorpsi. Suatu sistem koloid mempunyai kemampuan mengadsorpsi, sebab
partikel koloid memiliki permukaan yang sangat luas. Sifat adsorpsi dari koloid dapat
kita saksikan antara lain, pada proses berikut ini.
11
1) Pada penyembuhan sakit perut oleh serbuk karbon (norit), campuran serbuk
karbon dengan cairan usus akan membentuk sistem koloid yang mampu
mengadsorpsi kuman yang berbahaya.
2) Pada proses pemurnian gula pasir, gula yang masih kotor (berwarna coklat)
dilarutkan dalam air panas, lalu dialirkan melalui sistem koloid yang berupa tanah
diatom atau karbon. Kotoran pada gula akan teradsorpsi, sehingga diperoleh gula
yang putih bersih.
3) Pada pencelupan serat wol, kapas atau sutera, serat yang akan diwarnai
dicelupkan dalam larutan aluminium sulfat dan larutan basa seperti natrium
karbonat. Endapan Al(OH)3 yang bersifat koloid, melekat pada serat, dan
menyerap zat warna tersebut. Tanpa Al(OH)3, serat tidak dapat diberi warna.
4) Deodoran dan antiperspiran (zat anti keringat) dapat menghilangkan bau badan.
Antiperspiran umumnya mengandung senyawa aluminium, seperti aluminium
klorohidrat, A12(OH)2Cl.2H2O, yang dapat memperkecil pori kelenjar keringat,
sehingga hanya sedikit keringat yang keluar. Hal ini karena ion aluminium
menggumpalkan sebagian cairan dalam kelenjar sehingga porinya menjadi kecil.
5) Daya adsorpsi dari koloid dalam tanah mampu menahan bahan makanan yang
diperlukan tumbuhan, sehingga tidak terbawa oleh air hujan. Tanah juga mampu
mengadsorpsi kuman yang berbahaya. Itulah sebabnya tangki kotoran (septic
tank) harus berjarak minimal 8 meter dari sumur, agar tanah dapat mengadsorpsi
semua zat pencemar.
Tawas pun dapat digunakan sebagai zat antiperspiran. Dahulu, tukang cukur
mengoleskan tawas untuk dagu yang berdarah akibat pisau cukur. Darah yang keluar
akan mengalami koagulasi sehingga menutupi pori dan pendarahan akan berhenti.
Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat
lain, seperti ion H+ dan OH- dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya
adsorpsi, minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat,
dan zat yang menarik disebut adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion pada
permukaan partikel koloid maka partikel koloid dapat bermuatan listrik yang
muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang mengelilinginya.
Contoh: Koloid Fe(OH)3 dalam air menyerap ion hidrogen (ion H+) sehingga
partikel bermuatan positif, sedangkan koloid As2S3 menyerap ion hidroksida (ion
OH-) sehingga partikel bermuatan negatif.
c) Untuk mengurangi zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap
pabrik. Metode ini dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877-1948) dari
Amerika Serikat. Cerobong asap pabrik bagian dalam dilengkapi dengan
"pengendap elektrostatika" berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik,
yang akan menarik dan menggumpalkan debu halus dalam asap buangan.
Elektroforesis yaitu bergeraknya partikel koloid ke arah elektroda positif atau
negatif dalam medan listrik. Hal ini karena partikel koloid mengadsorpsi ion. Di
dalam medan listrik ion-ion itu ditarik ke salah satu elektroda, sehingga partikel
koloid ikut terbawa ke elektroda tersebut.
Alat pengendap Cottrel berfungsi untuk membersihkan asap pekat/partikel-
partikel pencemar yang berukuran koloid dari gas buang mesin industri atau untuk
memulihkan zat padat yang terbubuk halus berukuran koloid dan masih berharga
agar tidak terbuang bersama asap/gas buang. Alat ini dipasang sebelum cerobong
asap pada mesin industri. Di dalam alat terjadi adsorpsi ion, kemudian terjadi
elektroforesis sehingga partikel debu koloid akan terkumpul di salah satu elektroda
positif atau negatif dan akhirnya jatuh/mengendap ke dasar alat.
Pada kromatografi, komponen-komponen campuran terpisahkan karena
perbedaan dalam adsorpsi oleh koloid pengadsorpsinya (adsorben).
Peristiwa elektroforesis adalah peristiwa mengalirnya partikel-partikel koloid
menuju elektroda, bergeraknya partikel koloid ke dalam satu elektroda menunjukkan
bahwa partikel- partikel koloid bermuatan listrik. Gejala ini dapat diamati dengan
menggunakan alat sel elektroforesis.
Dispersi koloid dimasukkan ke dalam tabung U kemudian dicelupkan
elektroda pada mulut tabung. Apabila kawat dihubungkan dengan sumber arus listrik
searah dan arus listrik meng-alir lewat elektroda positif dan negatif maka partikel
koloid akan bergerak ke salah satu elektroda.
Partikel dispersi koloid yang bermuatan negatif akan bergerak menuju
elektroda bermuatan negatif. Dengan menggunakan sel elektroforesis dapat
ditentukan muatan dari partikel koloid. Elektroforesis dapat dipakai untuk
memisahkan protein-protein dalam larutan. Muatan pada protein berbeda-beda,
tergantung pH. Dengan membuat pH larutan tertentu (misalnya dalam larutan
penyangga), pemisahan molekulmolekul protein yang berlainan jenis terjadi.
E. Dialisis
14
Adanya sifat absorpsi dan zat terdispersi (dengan fase padat) terhadap
mediumnya (dengan fase cair), maka kita mengenal dua jenis sol, yaitu sol liofil dan
sal liofob. Sol liofil ialah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengabsorpsi
molekul mediumnya. Sol liofob ialah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan
tidak mengabsorpsi molekul mediumnya.
Bila sol tersebut menggunakan air sebagai medium, maka kedua jenis koloid
tersebut adalah sol hidrofil dan sot hidrofob. Contoh koloid hidrofil adalah kanji,
protein, sabun, agar-agar, detergen, dan gelatin. Contoh koloid hidrofob adalah sol-
sol sulfida, sol-sol logam, sol belerang, dan sol Fe(OH) 3 .
Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulasi jika ditambah
sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika dibandingkan dengan
koloid liofob. Untuk menggumpalkan koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah
banyak, sebab selubung molekul-molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung
harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya, pada koloid liofil,
dapat kita lakukan dengan cara pengendapan atau penguraian. Akan tetapi, jika zat
mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi. Dengan kata lain,
16
koloid liofil bersifat reversibel . Koloid liofob mempunyai sifat yang berlawanan
dengan koloid liofil.
H. Emulsi
Emulsi adalah sistem koloid yang partikel terdispersi dan medium
pendispersinya samasama cair. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan
campuran cairan polar dan cairan nonpolar, misalnya air dan minyak.
Jika minyak kelapa dicampurkan dengan air kemudian dikocok, terjadilah
campuran yang akan memisah kembali setelah didiamkan agak lama. Untuk
menstabilkan emulsi ini perlu ditambahkan zat pengemulsi (emulgator), yaitu
senyawa organik yang mengandung kombinasi gugus polar dan nonpolar sehingga ia
mampu mengikat zat polar (air) dan zat nonpolar (minyak). Misalnya, sabun yang
merupakan garam karboksilat. Molekul sabun tersusun dari "ekor" alkil yang
nonpolar (larut dalam minyak) dan "kepala" ion karboksilat yang polar (larut dalam
air).
Prinsip inilah yang menyebabkan sabun dan deterjen memiliki daya
pembersih. Ketika kita mandi atau mencuci pakaian, ekor nonpolar dari sabun
menempel pada kotoran dan kepala polarnya menempel pada air. Akibatnya,
tegangan permukaan air menjadi berkurang, sehingga air jauh lebih mudah menarik
kotoran
Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak
terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi
sebagai zat pengemulsi. Jika susu menjadi masam, karena laktosa (gula susu)
teroksidasi menjadi asam laktat, kasein akan terkoagulasi dan tidak dapat lagi
menstabilkan emulsi. Akibatnya, lemak bersama kasein akan memisah dari susu
2.4 Kegunaan
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kegunaan koloid baik langsung maupun
tidak langsung. Beberapa kegunaan koloid adalah sebagai berikut:
1) Industri kosmetika
Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream, dan deodorant berbentuk koloid
dan umumnya sebagai emulsi.
2) Industri tekstil
17
Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya serapnya
terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid karena memiliki daya serap
yang tinggi sehingga dapat melekat pada tekstil.
3) Industri sabun dan deterjen
Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran
(minyak) dengan air.
4) Kelestarian lingkungan
Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik, digunakan suatu
alat yang disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk menyerap partikel-partikel koloid
yang terdapat dalam gas buangan yang keluar dari cerobong asap pabrik.
Sifat adsorpsi pada koloid ini menyebabkan koloid banyak digunakan dalam
berbagai macam industri, misalnya sebagai berikut:
1) Industri gula, untuk proses pemutihan gula pasir. Gula pasir yang masih kotor
(berwarna coklat) dilarutkan dalam air panas, lalu dialirkan melalui sistem koloid
yang berupa tanah diatomik (mineral harus berpori) dan arang tulang. Kotoran pada
gula akan diadsorpsi oleh tanah diatomik dan arang tulang sehingga gula menjadi
bersih.
2) Industri tekstil, pada proses pewarnaan. Serat yang akan diwarnai dicampur dengan
garam Al2(SO4)3, lalu dicelupkan ke dalam larutan zat warna. Koloid Al(OH)3 yang
terbentuk karena hidrolisis Al2(SO4)3, akan mengadsorpsi zat warna
3) Industri air minum, pada proses penjernihan air. Air yang keruh dapat dijernihkan
dengan menambahkan tawas atau K2SO4. Al2(SO4)3. Koloid Al(OH)3 yang terbentuk
akan mengadsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air.
Sifat elektroforesis koloid digunakan dalam industri lateks, untuk melapisi
logam-logam dengan lateks koloid (karet), atau mengecatkan anti karat pada badan mobil.
Partikel- partikel lateks yang bermuatan, cat dan sebagainya tertarik dan menempel pada
logam akibat logam diberi muatan listrik yang berlawanan dengan muatan lateks koloid.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan ukuran partikel dikenal tiga macam sistem, yakni larutan, koloid,
dan suspensi. Fase dispersi ialah zat yang menyebar ke seluruh medium dispersi.
Sistem koloid mulamula dipelajari oleh Graham pada tahun 1861. Koloid ialah
campuran dari dua atau lebih zat yang salah satu fasanya tersuspensi sebagai sejumlah
besar partikel yang sangat kecil dalam fasa kedua.
Dalam campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom
ataupun ion disebarkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi
koloid dapat dihamburkan atau disebarkan dalam suatu medium sinambung, sehingga
dihasilkan suatu dispersi (sebaran) koloid atau sistem koloid. Selai, mayones, tinta
cina, susu dan kabut merupakan contoh yang dikenal.
B. SARAN
Untuk Para Mahasiswa prodi S1 Farmasi hendaknya materi tentang koloid
agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak kita inginkan.
Demikian makalah yang dapat saya buat, smoga bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada kritik dan saran yang ingin disampaikan, silakan sampaikan kepada saya.
Apabila terdapat kesalahan mohon dapat dimaafkan dan memakluminya.
DAFTAR PUSTAKA