Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

PERCOBAAN IV
PERHITUNGAN KOSENTRASI LARUTAN DAN KADAR
SENYAWA

OLEH :
NAMA :WA ODE ISNAYAH HAMERI
NIM : F202201196
KELAS/KELOMPOK : M4/ 4 BATCH A
KOORDINATOR LAB : RISKY JULIANSYAH PUTRI, S.Si., M.Si
ASISTEN LAB : NUR FITRAH

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT
yang telah melimpahkan m rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. saya menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus
member doa, saran dan krtik sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna di
karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki oleh karena
itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. dan saya berharap semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER....................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang.................................................................................
1.2 TujuanPercobaan............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori.....................................................................................
2.2 Uraian Bahan..................................................................................
BAB III METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan...............................................................................
3.2 Prosedur Kerja................................................................................
BAB IV HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan.................................................................
4.2 Pembahasan....................................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................
5.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Konsentrasi merupakan istilah umum yang digunakan untuk menyatakan

banyaknya bagian zat terlarut dan pelarut yang terdapat dalam sebuah larutan.

Larutan sendiri merupakan campuran homogen antara zat terlarut dan zat pelarut.

Konsentrasi dapat dinyatakan secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Untuk

ukuran secara kualitatif, konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan istilah

larutan pekat (concentrated) dan larutan encer (dilute). Kedua isitilah ini

menyatakan bagian relatif zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Larutan pekat

berarti jumlah zat yang terlarut relatif lebih besar, sedangkan larutan encer berarti

jumlah zat terlarut relatif lebih sedikit. Pada umumnya, istilah pekat ataupun encer

ini digunakan untuk membandingkan antara konsentrasi dua atau lebih larutan.

Selama ini ketika kita melakukan percobaan-percobaan yang berhubungan

dengan larutan, saat kita membuat larutan, kita tidak pernah mengukur berapa

jumlah konsentrasi dari larutan yang telah kita buat. Bahkan mungkin kita juga
tidak pernah mengetahui bagaimanakah caranya untuk menentukan konsentrasi

dari sebuah larutan. Pada saat melakukan percobaan kita cenderung hanya sekedar

membuatnya secara kualitatif, tidak secara kuantitatif. Kita hanya sekadar

menakar-nakar saja jumlahnya tanpa menghitung jumlah pastinya. Jadi, alangkah

baiknya apabila kita dapat mengaplikasikan perhitungan konsentrasi larutan saat

kita membuat larutan tersebut, sehingga hasil larutan yang kita dapat menjadi

lebih bagus.

Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut,

temperatur, dan tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen,

tetapi pada kesempatan ini hanya dibahan larutan yang mengandung dua
komponen saja, yaitu larutan biner. Komponen dari larutan biner yaitu zat terlarut

dan pelarut. Penting bagi kita untuk mengetahui cara-cara penentuan konsetrasi

larutan. Penentuan konsentrasi larutan dapat dilakukan dengan cara persen berat,

persen volume, persen berat-volume, dan masih banyak lagi. Percobaan kali ini

dapat membantu kita bagaimana caranya untuk menentukan ataupun menghitung

konsentrasi dari sebuah larutan. selain itu, kita juga dapat mengetahui apa yang

dimaksud dengan larutan.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah Mahasiswa mampu menghitung
konsentrasi suatu larutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Campuran zat-zat yang bersifat homogen disebut dengan larutan, yang


memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu
larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu produk. Zat terlarut
merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah
komponen yang terdapat dalam jumlah yang banyak. Suatu larutan dengan jumlah
maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut sebagai larutan jenuh.
Sebelum mencapai titik jenuh, disebut sebagai larutan tidak jenuh. Kadang-
kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih banyak
dari pada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut dalam temperatur tersebut,
Larutan yang demikian disebut larutan lewat jenuh. Banyaknya zat terlarut yang
dapat menghasilkan larutan jenuh, dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur
konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu
sendiri, molekul pelarut, temperatur dan tekanan (Achmad, 2001).
Larutan merupakan campuran yang sifatnya homogen (homogeneous
mixture). Dikatakan bersifat homogen karena komposisi dan juga sifatnya yang
seragam, dan disebut campuran karena mengandung dua atau lebih zat yang
proporsinya bisa saja bervariasi. Pelarut (solvent) adalah komponen yang
kuatitasnya terbesar atau yang menentukan wujud materi larutan. Komponen
larutan lainnya, yang dinamakan zat terlarut (solute), dikatakan terlarut dalam
pelarut. Larutan pekat memiliki kuantitas zat terlarut yang relatif tinggi dan
larutan encer hanya mempunyai kuantitas zat terlarut yang rendah. Cobalah
Bayangkan larutan yang mengandung sukrosa (gula pasir) sebagai salah satu zat
terlarut dalam pelarut air: sirup merupakan larutan pekat, sedangkan kopi manis
jauh lebih encer (Petrucci, 2011).
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Untuk
mengetahui perubahan warna dipakai suatu indikator. Indokator adalah zat yang
warnanya berbeda dalam lingkungan yang sifatnya berlainan. Pada titrasi ini
digunakan indikator asam basa. Indikator asam basa adalah senyawa organik
golongan pewarna yang mampu memberikan perubahan warna apabila pH dari
suatu larutan berubah. Ada beberapa indikator asam basa diantaranya adalah
kertas lakmus, larutan metil orange,phenophtalein. (Lusiana, 2012).
Arena larutan merupakan campuran molekul (atom atau ion dalam
beberapa hal), biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan
dibanding dalam pelarut murni. Jadi, pembentukan larutan dapat dibuat sebagai
proses hipotesis berikut: yang pertama, jarak antara molekul-molekul meningkat
menjadi jarak rata-rata yang ditampilkan dalam suatu larutan. Tahap ini disertai
dengan peningkatan entalpi, reaksinya adalah reaksi endoterm. Dalam proses
tahap endoterm kedua, pemisahan yang sama terhadap molekul-molekul terlarut
pun terjadi. Tahap ketiga dan merupakan tahap terakhir adalah membiarkan
molekul-molekul pelarut dan terlarut untuk bercampur (Petrucci, 1985).
Jika dua zat yang berbeda dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang sama
ada tiga kemungkinan, yaitu zat tersebut akan bereaksi, bercampur, dan tidak
bercampur. Jika zat tersebut bereaksi maka akan terbentuk zat baru yang sifatnya
berbeda dari zat yang semula. Kalau zat bercampur maka sifatnya tidak berubah
dan dapat dipisahkan kembali dengan cara fisika, seperti dengan destilasi,
kristalisasi, kromatografi, dan lain-lain. Dua zat dapat bercampur bila ada
interaksi antara partikelnya. Interaksi itu ditentukan oleh wujud dan sifat zat nya.
Oleh karena itu, campuran dapat dibagi menjadi : gas-gas, gas-padat, cair-cair,
cair-padat, dan padat-padat (Syukri S, 1999).
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah
panas dilepaskan. Hal ini terutam dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat
pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan asam sulfat, asam sulfat pekat
yang harus ditambahkan kedalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air
ditambahkan kedalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikan besar
dapat menyebabkanair mendadak mendidih dan menyebabkan asal sulfat
memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit
(Sukardjo, 2005).
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan
larutan atau pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam satuan fisik,
satuan berat atau satuan volume atau dalam satuan kimia, misalnya mol, massa
rumus, dan ekivalen. Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan fisik yaitu persen
berat (%w/w), persen volume (%v/v), persen berat-volume (%w/v), gram zat
terlarut dalam satu liter larutan, miligram zat terlarut dalam satu miiliter larutan,
parts per million (ppm) dan parts per billion (ppb). Cara menyatakan konsentrasi
dalam satuan kimia yaitu kemolaran (M), kenormalan (N), keformalan (F),
kemolalan (m), dan fraksi mol. Di bidang kedokteran dan ilmu-ilmu biologi
biasanya digunakan satuan konsentrasi dalam persen berat-volume (%w/v), persen
miligram, ekivalen (Eq), mili ekivalen (m Eq), dan keosmolaran (Achmad, 2001).

2.2 Uraian Bahan

2.2.1 Asam hidroksida:  (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 53)


Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam Klorida
RM / BM  : HCl / 36,46
Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dalam air.
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsangn jika
diencerkan asap dan bau hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan

2.2.2 Asam Klorida (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : ACIDUMHYDROCHIORIDM

Nama lain : Asam klorida

RM : HCL
Berat molekul: 36,46

Pemerian : Tidak berwarna,berasa bau merangsang jika dihancurkan

dengan 2 bagian air asap dan bau menghilang

Kelarutan : Larutan 20 gr atau12 ml HCL (p) pada 100 ml air

Kegunaan : Sebagai pereaksikation golongan I

Penyimpanan : Dalam wadahtertutup rapat

2.2.3 Natrium hidroksida (Ditjen POM,1979)

Nama resmi : NATRIIHYDROCHIDA

Nama lain : Natrium hidroksida

RM/BM : NaOH/40g/mol

Pemerian : Hablur tidakberwarna atau serbuk hablur putih, tidak


berbau,rasa asin

Kegunaan : Sebagai pereaksikation golongan VI

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat


BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan :
1. Batang pengaduk
2. Buret 50 ml (pyrex)
3. Corong kaca
4. Pipet volume
5. Gelas kimia 10 ml
6. Labu enlemeyer 100 ml
7. Gelas arloji
8. Karet penghisap
9. Labu ukur 100 ml
10. Timbangan analitik
11. Botol aquades

Bahan yang digunakan :


1. Asamklorida (HCL)
2. Kalium klorida (KOH)
3. Natrium hidroksida(NaOH)

3.2 ProsedurKerja
1. Dibuat pengenceran NaOH 100 ml kosentrasi 2 M dari NaOH 6 M
2. Dibuat pengenceran HCL 0,01 M darilarutan 2 M HCL sebanyak 50 ml
3. Dibuat penegenceran KOH 1 M darilarutan LOH 4 M sebanyak 100 ml

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Perhitungan Pengenceran

NO PENGENCER PERHITUNGAN

1. NaOH 100 ml konsentrasi 2 V1.M1 = V2. M2


m dari NaOH 6 m 100 . 2 = V2 . 6
V2 = 200/6
V2 = 33,3 ml
2. HCL 0,01 M dari larutan 2M V1.M1 = V2.M2
HCL sebanyak 50 ML 0,01.2 = 50.1
0.02 = 50
= 0,02 / 50
= 2,5 ml
3. KOH 1 M dari larutan KOH V1.M1 = V2.M2
4 M sebanyak 100 ml 1.0,01 = 4.100
0,01 = 400
= 0,01 / 400
= 40,0 ml

4.2 Pembahasan

Praktikum kali ini mengenai konsentrasi suatu larutan untuk membuat


suatu larutan perlu dihitung konsentrasinya terlebih dahulu. Dalam menghitung
konsentrasinya dapat dinyatakan dengan molalitas, molaritas, normalitas dan lain
sebagainya. Sebelum menghitung konsentrasi terlebih dahulu kita perlu
menentukan masa atom relative, massa molekul relative, volum dari pelarut massa
larutan tersebut. Dalam pembuatan larutan juga perlu menggunakan ketelitian
yang tinggi karena jika terjadi kesalahan yang kecil saja larutannya tidak akan
menjadi larutan yang diinginkan.
Proses pengenceran adalah mencampur larutan padat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Ada hal penting untuk pengamanan yang perlu diperhatikan jika suatu larutan/
senyawa pekat diencerkan. Kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Kelarutan
adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu
tertentu sampai membentuk larutan jenuh. Kelarutan suatu zat dapat ditentukan
dengan menimbang zat yang akan ditentukan kelarutannya kemudian dilarutkan,
misalnya dalam 100 ml pelarut. Jumlah zat yang ditimbang harus diperkirakan
dapat membentuk larutan lewat jenuh yang ditandai masih terdapat zat yang tidak
larut didasar wadah setelah dilakukaan pengocokan dan didiamkan. Setelah terjadi
kesetimbangan antara zat padat yang terlarut dan yang tidak larut lalu disaring dan
ditimbang selisih berat awal dan berat padatan yang tidak larut merupakan
kelarutan zat tersebut dalam 100 ml pelarut.
Pada percobaan perhitungan kosentrasi larutan dan kadar senyawa ini
dilakukan pengenceran beberapa jenis larutan. Percobaan pertama adalah
pembuatan NaOH 2M 100mL dengan melakukan pengenceran terhadap larutan
NaOH 6M. Dimana pada larutan yang semula 6 M memiliki konsentrasi sangat
pekat sehingga diperlukan aquadest untuk menurunkan konsentrasi larutan NaOH.
Sesuai dengan rumus pengenceran maka didapatkanlah jumlah volume larutan
NaOH 6M sebanyak 33,3 mL untuk menjadi larutan NaOH 2M 100mL.
Percobaan kedua adalah pembuatan pembuatan larutan HCl dengan
konsentrasi 0,01 M sebanyak 100 mL dibutuhkan sebanyak 2,5 mL larutan HCl
dengan konsentrasi awal 2M. HCl atau asam klorida merupakan asam kuat
sehinnga cairan HCl ini disimpan dilemari asam. Dalam larutan asam klorida H+
bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium. Ion yang terbentuk
adalah ion klorida, Cl- . Asam klorida oleh karenanya dapat digunakan untuk
membuat garam klorida.
Percobaan ketiga adalah pembuatan KOH dengan konsentrasi 1M
sebanyak 100mL dengan melakukan pengenceran terhadap larutan KOH dengan
konsentrasi 4M. Dimana pada larutan KOH yang semula 4M memiliki konsentrasi
sangat pekat sehingga diperlukan aquadest untuk menurunkan konsentrasi larutan
KOH. Sesuai dengan rumus pengenceran maka didapatkanlah jumlah volume
larutan KOH 6M sebanyak 40 mL yang kemudian dilarutkan dengan aquadest
untuk menjadi larutan KOH konsentrasi 1M sebanyak 100mL
Pembuatan larutan dilakukan agar mempermudah suatu percobaan dengan
menggunakan larutan yang telah dibuat. Dalam membuat larutan pula harus
memperhatikan banyaknya larutan yang digunakan. Serta harus dilakukan
pengocokan yang baik agar larutan yang dibuat larut hingga menjadi satu larutan
(homogeny).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada percobaan perhitungan kosentrasi larutan dan


kadar senyawa ini adalah dalam menghitung konsentrasi suatu larutan dapat
dilakukan dengan rumus pengenceran. Proses pengenceran adalah mencampur
larutan padat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar.

5.2 Saran

Adapun saran pada percobaan perhitungan kosentrasi larutan dan kadar


senyawa ini adalah dalam perhitungan konsentrasi bukan hanya senyawa dalam
bentuk cair namun juga dalam bentuk padatan serta perlunya pembuatan larutan
dengan konsentasi berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Citra Aditya Bakti : Bandung.


Lusiana, Setyarini. 2012. Jurnal Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi
Larutan Gula Menggunakan Metode Difraksi. Fakultas Teknologi
Industri Institut Teknologi Sepuluh November : Surabaya.
Petrucci, Ralph H, dkk. 2011. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Modern
Edisi Kesembilan Jilid 2. Terjemahan dari General Chemistry Principles
and Modern Applications Ninth Edition, oleh : Prof. Suminar Achmadi.
Erlangga : Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Modern Edisi
Keempat Jilid 2.Terjemahan dari General Chemistry Principles and
Modern Applications Fourth Edition, oleh: Suminar Achmadi, Ph.D.
Erlangga : Jakarta.
Sukardjo. 2005. Kimia Fisika. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syukri S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB : Bandung.
Widyatmoko, H. 2009. Kimia Dasar Tingkat Universitas. Universitas Trisakti :
Jakarta.  

Anda mungkin juga menyukai