Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM KIMIA DASAR

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MIPA


UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

LAPORAN LENGKAP
PERCOBAAN II : PEMBUATAN LARUTAN

OLEH :
GOLONGAN 22A11
ANGKATAN 2022

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERS ITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hampir semua proses kimia berlangsung dalam larutan sehingga

penting untuk memahami sifat-sifatnya. Larutan adalah sesuatu yang

penting bagi manusia dan makhluk hidup pada umumnya. Reaksi-reaksi

kimia berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara zat murni.

Banyak reaksi kimia yang dikenal, baik di dalam laboratorium atau di

industri terjadi di dalam larutan (Achmad,1996).

Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang

mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam

jumlah besar disebut pelarut atau solvent. Sedangkan komponen dalam

jumlah sedikit disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi dalam suatu

larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah

larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara

antara lain molaritas (M), molalitas (m),dan normalitas (N) (Achmad,1996).

Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Di

alam kebanyakan reaksi berlangsung di dalam larutan air. Tubuh manusia

menyerap mineral, vitamin, dan makanan dalam bentuk larutan. Obat-

obatan biasanya merupakan larutan air atau alkohol dari senyawa

fisiologis aktif. Larutan biasanya terdiri dari dua zat atau lebih yang

merupakan campuran homogen (Achmad,1996).


Konsentrasi adalah kuantitas relative suatu zat tertentu di dalam

larutan. Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang

menentukan cepat atau lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi

larutan menyatakan banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam suatu

pelarut atau larutan. Larutan yang mengandung sebagian besar solute

relative terhadap pelarut, berarti larutan konsentrasinya tingi atau pekat.

Sebaliknya bila mengandung sejumlah kecil solute, maka konsentrasinya

rendah atau encer (Achmad,1996).

Dalam praktikum ini diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana

kita membuat larutan dengan konsentrasi sesuai yang diperlukan, lalu

diharapkan praktikan juga mampu membuat larutan dengan pengenceran

berbagai konsentrasi.

Di bidang farmasi, kelarutan memiliki peran penting dalam

menentukan bentuk sediaan dan untuk menentukan konsentrasi yang

dicapai pada sirkulasi sistemik untuk menghasilkan respon

farmakologi(Edward dan Li, 2008).


B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Adapun maksud dari tujuan ini, yaitu:

a. Bagaimana membuat larutan dari bahan (zat) padat dengan

konsentrasi tertentu.

b. Bagaimana membuat larutan dari zat cair dengan konsentrasi

tertentu

2. Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini, yaitu:

a. Untuk membuat larutan dari bahan (zat) padat dengan

konsentrasi tertentu.

b. Untuk membuat larutan dari zat cair dengan konsentrasi tertentu

C. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah dilarutkan sampel dengan aquadest

melalui pertimbangan volume yang rapat sehingga didapatkan larutan

yang proporsional.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum

Campuran zat-zat yang homogen disebut larutan yang memiliki

komposisi merata atau serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu

larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu pelarut. Zat

terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut

merupakan komponen yang terdapat dalam jumlah yang

banyak(Achmad,1996).

Jika dua zat yang berbeda dimasukkan dalam suatu wadah ada

tiga kemungkinan, yaitu bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur. Jika

bereaksi akan menghasilkan zat baru yang berbeda dari zat semula. Dua

zat dapat bercampur bila ada intraksi antara partikelnya. Interaksi itu

ditentukan oleh wujud dan sifat zatnya. Oleh sebab itu, campuran dapat

dibagi atas gas-gas, gas-padat,, cair-cair, cair-padat, dan padat-

padat(Syukri, 1999).

Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran

yang terjadi ada 3 kemungkinan, yaitu campuran kasar, disperse kolid,

dan larutan sejati. Dua jenis campuran yang pertama bersifat heterogen

dan dapat dipisahkan secara mekanis. Atas dasar ini campuran larutan

didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua zat atau lebih.


Keadaan fisika larutan dapat berupa gas, cair, atau padat dengan

perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang luas (Sukardjo, 1997).

Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air

(H₂O), selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak,

kloroform, Benzema, minyak, asam asetat, aquadest, akan tetapi kalau

menggunakan air biasanya tidak disebutkan (Gunawan, 2004).

Larutan gas dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas

lainnya, karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka

setiap campuran gas adalah homogen ia merupakan larutan. Larutan

cairan disebut dengan melarutkan gas, cairan atau padatan dalam suatu

cairan. Jika sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut larutan

berair. Larutan padatan adalah padatan-padatan dalam mana suatu

komponen terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari

komponen lainnya (Syukri, 1999).

Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada

temperatur tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh

larutan tidak jenuh. Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat

terlarut dalam larutan lebih banyak daripada zat terlarut yang seharusnya

dapat melarut pada temperature tersebut. Larutan yang demikian disebut

larutan lewat jenuh (Syukri,1999).

Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh,

dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan.

Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat ibu, molekul pelarut,
temperatur, dan tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak

komponen, tetapi pada tinjauan ini hanya dibahas larutan yang

mengandung dua komponen. Yaitu larutan biner. Komponen dari larutan

biner yaitu pelarut dan zat terlarut (Syukri,1999)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat

pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh

kompleks dan lain-lain (Khopker, 2003).

Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan

konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam

setiap larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol)

zat terlarut dalam sejumlah volume (berat,mol) tertentu dari pelarut.

Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi yaitu fraksi mol,

molaritas, molalitas, normalitas, PPM serta ditambah dengan persen

massa dan persen volume (Baroroh, 2004).

Menurut Keenan (1996), larutan dapat dibedakan menjadi

beberapa sifat yaitu sebagai berikut :

1. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil zat

terlarut relative terhadap jumlah zat pelarut.

2. Larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar

jumlah zat terlarut.

3. Larutan lewat jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan zat

terlarut atau sudah terjadi pengendapan.


4. Larutan belum jenuh adalah larutan yang masih bisa untuk melarutkan

zat terlarut atau belum terjadi/terbentuk endapan.

5. Larutan tepat jenuh adalah larutan yang menimbulkan endapan.

Untuk menyatakan komposisi laritan secara kuantitatif digunakan

konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam

setiap satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume

(berat,mol) zat terlarut dalam sejumlah volume (berat, mol) tertentu dari

pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi yaitu fraksi

mol, molaritas, molalitas, normalitas, PPM serta ditambah dengan persen

massa dan persen volume (Baroroh, 2004).

1. Fraksi mol adalah perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen

dengan jumlah total mol dalam larutan. Contoh, dalam larutan yang

mengandung 1 mol alkohol adalah ¼ dan air ¾ . (Syukri, 1999).

Jumlah kedua fraksi mol (fraksi mol zat terlarut + fraksi mol pelarut)

sama dengan 1.

2. Molaritas dari solute adalah jumlah mol solute perliter larutan dan

biasanya dinyatakan dengan huruf besar M. Larutan 6,0 molar HCl

ditulis 6,0 M, berarti bahwa larutan dibuat dengan menambahkan 6,0

mol HCl pada air yang cukup dan kemudian volume larutan dibuat

menjadi satu liter.

3. Molaritas dari suatu solute adalah jumlah mol solute persatu kilogram

solvent. Molalitas biasanya ditulis dengan huruf kecil m. Tulisan 6,0 m


HCl dibaca 6,0 molal, dan menyatakan suatu larutan yang dibuat

dengan menambahkan 6,0 mol HCl pada satu kilogram air.

4. Normalitas dari suatu solute adalah jumlah gram ekuivalen solute

perliter larutan. Biasanya ditulis dengan huruf besar N. Tulisan 0,25 N

KMn04 dibaca 0,25 normal, dan menyatakan larutan yang

mengandung 0,25 gram akuivalen dari kalium permanganat perliter

larutan.

Pada

Pada pembicaraan masalah larutan ini timbullah pertanyaan yakni

bagaimana menyatakan perbandingan antara zat terlarut dengan zat

pelarut. Untuk menjawab hal ini digunakan apa yang disebut sebagai

konsentrasi. Beberapa cara yang digunakan untuk menyatak

perbandingan antara zat terlarut dengan zat pelarut dalam larutan.

Larutan yang homogen adalah sebagai berikut :

1. Persentase ( % ) ; menyatakan jumlah gram zat terlarut (solut)

dalam 100 gram larutan .

𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


% terlarut = x 100 %
𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡+𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

2. Molaritas : yaitu jumlah mol zat terlarut setiap volume tertentu

(1 dm3) larutan

𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
M=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


M=
𝐵𝑀 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
3. Molalitas ; yaitu jumlah mol zat terlarut setiap kilogram pelarut.

𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Molal =
𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Molal =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 x 𝐾𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

4. Normalitas : didefisikan sebagai perbandingan antara jumlah

larutan yang mengandung ekivalen terlarut setiap volume larutan.

Normal (N) dapat dinyatakan sebagai berikut :

𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛


N=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

5. Fraksi mol didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah

mol suatu komponen dengan jumlah mol semua pembentuk

larutan, dengan demikian fraksi mol ini selalu dituliskan dengan

indeks komponennya

𝑚𝑜𝑙
(x) =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
B. Uraian Bahan

1) Aquadest (FI III, 1979)

Nama Resmi : AQUA DESTILATA

Nama Lain : Aquadest

RM/BM : H2O/18,02

RB :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

tidak berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pelarut.

2) Asam Klorida (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : ACIDUM HIDROCHLORIDUM

Nama lain : Asam Klorida

RM / BM : HCl / 36,46 g/mol

RB :
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasa asam,

bau jika diencerkan dengan 2 bagian volume

air.

Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai zat terlarut.

3) NaOH (FI V, 2014; MSDS, 2013; HOPE 6th)

Nama resmi : NATRIUM HIDROKSIDA

Nama lain : soda kaustik, natrium hidrat, soda lye

RM / BM : NaOH / 40.00 g/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Putih atau praktis putih, keras, rapuh dan

menunjukkan pecahan hablur. Jika terpapar di

udara, akan cepat menyerap karbon dioksida

dan lembab. Massa melebur, berbentuk pellet

kecil serpihan atau batang atau bentuk lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan bahan

1. Alat

Alat - alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu batang

pengaduk (2 buah), corong (1 buah), gelas kimia 100 mL (1 buah),

gelas kimia 250 mL (1 buah), kaca arloji (2 buah), pipet volume 25

mL, pipet tetes (2 buah), sendok tanduk (1 buah), dan timbangan

analistik.

2. Bahan

Bahan - bahan yang digunakan yaitu aquadest (H₂O), natrium

hidroksida (NaOH), dan asam klorida (HCl).

B. Cara kerja

1. Bahan padat

Siapkan alat dan bahan, kemudian timbanglah bahan

menggunakan neraca analistik. Kedua, larutkan bahan yang sudah

ditimbang kedalam gelas kimia yang sebelumnya sudah diisi sedikit

air suling. Aduk hingga larut menggunakan batang pengaduk. Lalu

cukupkan dengan menggunakan air suling hingga batas (100 mL).

2. Bahan Cair
Siapkan alat dan bahan yang digunakan kemudian hitunglah

volume zat yang telah diambil menggunakan pipet volume dan

pipet tetes dengan air suling yang sebelumnya sudah dimasukkan

sedikit ke labu takar. Lalu cukupkan menggunakan air suling hingga

batas (100 mL). Pindahkan larutan kedalam labu takar, lalu

homogenkan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

1. Bahan Cair (HCl)

sampel volume konsentrasi

HCl 25 mL 2N

2. Bahan Padat (NaOH)

sampel gram konsentrasi

NaOH 8 gram 2N
B. Pembahasan

Larutan merupakan campuran yang serba sama dari dua zat

atau lebih. Di dalam larutan ada yang bertindak sebagai zat pelarut

dan zat terlarut. Pelarut adalah zat atau komponen, umumnya

berbentuk cair (H₂O) yang jumlahnya lebih banyak, sedangkan zat

terlarut adalah komponen baik gas, cair maupun padat yang

jumlahnya lebih sedikit (Karyadi, 1994).

Tujuan dari percobaan pembuatan larutan adalah untuk

membuat larutan dari bahan (zat) padat dengan konsentrasi

tertentu dan untuk membuat larutan dari zat cair dengan

konsentrasi tertentu.

Untuk pengenceran larutan HCl dengan digunakan

sebanyak 25 mL yang kemudian dicampurkan dengan aquadest.

Pengenceran larutan HCl sebanyak 25 mL karena setelah

dilakukan perhitungan untuk mencari volume diperoleh dari hasil

bagi antara volume aktif yang ingin dibuat, dengan normalitas (N)

dari larutan itu sendiri. Setelah diambil sebanyak 25 mL

menggunakan pipet volume, kemudian dituangkan sedikit aquadest

menjadi 100 ml sesuai yang telah ditentukan. Setelah itu larutan

dihomogenkan dan dipindahkan kedalam botol coklat.


Berdasarkan hasil pengamatan, pembuatan larutan HCl

dibuat dari HCl pekat dan H₂O (tidak perlu menggunakan air bebas

CO₂ karena tidak berpengaruh pada pembacaan hasil akhir/ dapat

larut walaupun memakai air dengan CO₂) (Wangi Kristalini, 2000).

Proses ini sering disebut dengan pengenceran dimana HCl pekat

sebagai pelarut dan zat terlarut adalah H₂O. Pengenceran HCl

dilakukan dengan cara menambahkan aquadest ke dalam larutan

HCl pekat. Molaritas larutan HCl encer dapat dihitung

menggunakan rumus pengenceran yaitu perkalian m dan v HCl

pekat dibagi dengan v HCl sesudah di encerkan. Pada percobaan

ini, pembuatan larutan HCl diperoleh konsentrasi 2 N.

Untuk pembuatan zat NaOH yang ingin dilarutkan dengan

menggunakan aquadesr bebas CO₂. (Digunakan aquadest bebas

CO₂ untuk apabila NaOH bereaksi dengan CO₂ dapat mempersulit

pada saat pembacaan titik akhir titrasi). (Wangi Kristalini, 2000).

Terlebih dahulu ditimbang sebanyak 8 gram karena berdasarkan

perhitungan yang telah dihitung yaitu berat ekuivalen dari NaOH

yang dikalikan dengan volume aquadest dan normalitas dari zat itu

sendiri yaitu menghasilkan 8 gram.

Setelah itu untuk pelarutan NaOH dimasukkan sedikit

aquades yang bebas CO₂ ke dalam gelas kimia dan kemudian

dimasukkan NaOH yang telah larut kemudian dipindahkan ke

dalam labu ukur dan dicukupkan aquadest bebas CO₂ mencapai


100 mL, dalam proses pencukupan aquades harus dilakukan

dengan teliti dan hati-hati agar tidak melebihi batas yang telah

ditentukan.Larutan kemudian dihomogenkan.

Berdasarkan hasil pengamatan pada saat pelarutan

penggunaan zat NaOH pada percobaan ini terjadi perubahan suhu,

yaitu dapat dirasakan bahwa labu ukur terasa hangat karena NaOH

bersifat basa kuat jika dicampur dengan aquades akan terjadi

reaksi ekstrem yaitu reaksi yang melepaskan kalor dan

menghasilkan energi sehingga terasa panas saat dicampur untuk

menentukan sifat pelarut suatu senyawa dapat diketahui dari

temperaturnya sebelum dan sesudah bila temperaturnya naik

pelarut tersebut bersifat ekstrem sedangkan jika temperaturnya

turun maka kelarutannya endotium (Achmad, 2001).

Hasil percobaan tersebut sesuai dengan percobaan yang

dilakukan oleh Ni'matul Zahra (2014) yang menghasilkan larutan

NaOH dengan karakteristik tidak berwarna, baunya tidak

menyengat, dan terjadi kenaikan suhu sehingga menimbulkan

sedikit panas.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil :

1. Percobaan zat NaOH yang dilarutkan dengan aquadest khusus

aquadest bebas CO₂ dipengaruhi oleh konsentrasi berat karena

NaOH termasuk basa kuat maka pada saat proses

pencampuran terasa panas pada labu ukur

2. Percobaan proses pembuatan pengukuran larutan larutan HCl

dengan konsentrasi 37% dengan aquades dipengaruhi oleh

konsentrasi dari larutan sebanyak 2 M. Presentasi larutan juga

mempengaruhi proses pengenceran larutan HCl dan zat

dikatakan terlarut apabila sudah dihomogenkan antara zat

terlarut yaitu HCl dan zat pelarut (solute) yaitu aquades.

B. Saran

Pada saat praktikum dalam hal pengukuran larutan atau bahan

harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati karena akan

mempengaruhi hasil nantinya. Juga harus memperhatikan

Keamanan saat praktikum agar tidak membahayakan diri.

Sebaiknya dalam percobaan pembuatan larutan dapat

menggunakan zat lain seperti NaOH dan lain-lain agar bisa

mendapat hasil yang lebih beragam.


Saran untuk semua praktikan agar memahami bagaimana

mekanisme kerja dari setiap percobaan, Serta dapat

mempraktikkannya dengan baik dan benar. Dan untuk laboratorium

diharapkan agar perlengkapan alat-alat di dalam laboratorium

dilengkapi, begitu pula dengan fasilitas seperti ac maupun bangku

agar lebih diperhatikan lagi demi kenyamanan mahasiswa saat

sedang melakukan percobaan dilaboratorium.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Citra Aditya Bakti : Bandung

Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Larutan. Citra Aditya Bakti : Bandung

Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas Lambung


Mangkurat : Banjar Baru

Gunawan, Adi dan Rosmawati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika : Surabaya

Karyadi, Grenny. 1994. Kimia 2. DEPDIKBUD : Jakarta

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. PT RIneta Cipta : Jakarta

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB : Bandung


LAMPIRAN

A. Gambar

Larutan HCl 2N Larutan NaOH 2N

8 gram NaOH Larutan NaOH dan HCl didalam

botol coklat
B. Perhitungan

1. Menghitung massa bahan padat (NaOH)

Dik : V = 100 mL → 0,1 l

BE = 40

N = 2N

Dit : Berapa yang harus ditimbang NaOH untuk membuat larutan

NaOH sebanyak 100 mL?

Penyelesaian :

gram = V × BE × N

= 0,1 × 40 × 2N

= 8 gram

2. Menghitubg volume bahan cair larutan HCl

Dik : N = 3N

BE = 36,5

BJ = 1,19

% HCl = 37 %

V2 = 100 mL

Dit : Berapa yang dipipet HCl jika ingin dinuat 100 mL?

Penelesaian :

% 𝐻𝐶𝑙 ×𝐵𝐽 ×1000


N1 =
𝐵𝐸

37 % ×1,19 ×1000
=
36,5

440,3
= = 12,06
36,5
V1 . N1 = V2 . N2

V1 . N1 = 100 mL . 3N

V1 . 12,06 = 300

300
V1 = = 25 mL
12,06

Anda mungkin juga menyukai