HALAMAN SAMPUL.................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
DAFTAR TABEL........................................................................................................
I. PENDAHULUAN ....................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Tujuan.............................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................
III. METODE PRAKTIKUM.....................................................................................
A. Bahan dan Alat...............................................................................................
B. Prosedur Kerja................................................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................
A. Hasil...............................................................................................................
B. Pembahasan...................................................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
LAMPIRAN.................................................................................................................
Lampiran 1. ACC............................................................................................
Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum.............................................................
Lampiran 3. Pustaka.......................................................................................
DAFTAR TABEL
ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknik dasar laboratorium adalah salah satu mata kuliah yang ada pada
program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.
Mata kuliah teknik dasar laboratorium merupakan praktikum yang berfungsi
untuk membekali dasar-dasar dalam penggunaan laboratorium. Serangkaian acara
praktikum pada teknik dasar laboratorium salah satunya adalah mengenai larutan.
Praktikum yang dilaksanakan pada acara ini adalah membuat larutan dengan
takaran yang sudah ditentukan. Larutan yang akan dibuat adalah dengan
menggunakan garam dapur dan susu kental manis. Setiap larutan yang dibuat
dengan konsentrasi yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda, dari sisi
visual maupun rasa.
Larutan merupakan campuran yang homogen antara dua zat atau lebih. Pada
larutan biasanya terdapat zat terlarut dan zat pelarut. Zat terlarut merupakan zat
yang biasanya jumlahnya sedikit, sedangkan zat pelarut memiliki zat yang lebih
banyak daripada zat terlarut (Hikmayanti, 2019). Terdapat banyak jenis larutan
yang bisa diketahui, yaitu larutan elektrolit, larutan non eletrolit, larutan jenuh,
larutan tak jenuh, larutan lewat jenuh, larutan asam, dan larutan basa.
Pada suatu larutan biasanya terdapat konsentrasi larutan. Kosentrasi sebuah
larutan merupakan komposisi yang menunjukan dengan jelas perbandingan dari
jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat
mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh (Adha, 2015
dalam Putri, 2017). Konsentrasi suatu larutan dari dua cairan dinyatakan sebagai
presentasi volume. Hal ini bisanya dijumpai pada konsentrasi minuman
beralkohol.
Untuk mengukur konsentrasi sebuah larutan diperlukan alat yang bisa
menentukan jumlah secara kuantitatif dalam bentuk angka. Terdapat beberapa
jenis alat ukur yang biasa digunakan untuk mengukur konsentrasi sebuah larutan
1
yaitu pH meter, TDS meter, dan EC meter. pH meter merupakan suatu alat ukur
yang digunakan untuk mengukur pH pada suatu larutan. pH yang ditunjukan oleh
alat tersebut berkisar pada angka 1 – 14. TDS meter merupakan suatu alat yang
digunakan untuk mengukur tingkat kelarutan atau kekeruhan suatu yang terlarut
pada suatu larutan. Sedangkan yang terakhir adalah EC meter yang digunakan
untuk mengukur kadar electron yang terdapat pada larutan tersebut.
Pada praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang
tersedia dan mudah didapatkan. Pembuatan larutan dengan melarutkan bahan cair
yang tersedia yaitu susu kental manis. Sedangkan dari bahan padatan, bahan yang
dibutuhkan dan tersedia adalah garam dapur. Dari kedua bahan tersebut sudah
ditentukan konsentrasinya sehingga tingga menghitung berapa jumlah konsentrasi
yang dibuat pada hasil prakitkum yang akan dibahas.
B. Tujuan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
zat pelarut. Maka dari itu, larutan merupakan campuran dari zat terlarut dan
zat pelarut. Campuran dari zat pelarut dan zat terlarut tidak bias dibedakan
keduanya karena zat pelarut sudah tercampur dengan zat terlarutnya.
Komposisi yang terdapat pada zat terlarut dan zat pelarut dapat
dinyatakan dalam konsentrasi larutan. Sedangkan proses dalam pencampuran
zat terlarut dan zat pelarut agar bisa membentuk suatu larutan disebut dengan
pelarutan atau solvasi. Selain itu, zat terlarut dapat berbentuk cairan, padatan
atau gas (Kemdikbud, 2019).
B. Jenis-jenis Larutan
Terdapat beberapa jenis larutan yang dapat diketahui. Larutan yang
menggunakan air disebut dengan larutan dalam air. Larutan yang di dalamnya
mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan dengan larutan
pekat. Larutan yang memiliki zat terlarut dengan takaran yang sedikit disebut
dengan larutan cairan. Kemudian ada larutan encer yang merupakan sejumlah
kecil zat terlarut terhadap jumlah pelarut. Pada larutan terdapat juga yang
dinamakan dengan larutan baku, yaitu larutan yang konsentrasinya diketahui
secara tepat, mengandung bobot yang dapat diketahui dalam suatu volume
tertentu suatu larutan.
Pada jenis larutan terdapat juga emulsi yang merupakan jenis koloid
dengan fase terdispersinya berupa fase cair dengan medium dispersinya
berupa bahan padat, cair ataupun gas. Emulsi biasanya terdiri dari dua zat
yang tidak dapat tercampur dengan baik, misalnya minyak dan air. Pada
praktikum kali ini terdapat emulsi yang digunakan yaitu emulsi cair susu.
Susu merupakan emulsi minyak di dalam air yang terdiri dari lemak sebagai
fase terdispersi dalam air menjadi butiran minyak di dalam air (Wibawa,
2015). Jenis-jenis larutan berdasarkan penjelasan di bawah ini, yaitu:
1. Larutan jenuh. Larutan jenuh merupakan larutan yang partikel di
dalamnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi. Konsentrasi dalam
larutan tersebut berada dalam keadaan setimbang yaitu saat harga Ksp =
harga kelarutannya.
4
2. Larutan tak jenuh. Pada larutan tak jenuh, konsentrasi dari zat terlarut
lebih kecil dibandingkan dengan larutan jenuh sehingga partikel dalam
zat yang terdapat pada larutan tersebut tidak tepat habis bereaksi dengan
pereaksi zat. Keadaan larutan saat tak jenuh adalah harga Ksp > harga
kelarutannya.
3. Larutan lewat jenuh. Larutan lewat jenuh adalah keadaamn saat larutan
yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan
pada larutan tersebut. Keadaan saat larutan lewat jenuh adalah harga Ksp
< harga kelarutannya.
4. Larutan asam. Pada larutan asam mempunyai rasa asam dan dapat
bersifat korosif dengan pH 1 – 6. Misalnya adalah larutan cuka.
5. Larutan basa. Larutan basa memiliki sifat basa dan rasa agak pahit
dengan rentang pH 8 – 14. Misalnya adalah air sabun.
6. Larutan netral. Larutan netral memiliki pH 7 dan biasanya digunakan
sebagai kalibrasi dalam pengukuran alat untuk menentukan pH dan
konsentrasi beberapa larutan.
7. Larutan elektrolit. Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik pada keadaan tertentu. Larutan yang bersifat
eletrolit biasanya zat elektrolit dapat terurai menjadi ion-ion karena
pengaruh arus listrik.
8. Larutan non-elektrolit. Merupakan larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Ion yang terdapat pada larutan elektrolit tidak
dapat terbentuk karena molekulnya tidak terionisasi dengan baik
sehingga tidak terdapat ion yang bermuatan untuk menghantarkan arus
listrik.
C. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan merupakan komposisi yang menunjukan adanya
perbandingan dalam jumlah zat terlarut terhadap zat pelarut (Putri, 2017).
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Secara kualitatif konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan kepekatan dan
keenceran. Selain itu dapat juga dinyatakan dalam tingkat kekeruhan suatu
5
larutan tersebut. Secara kuantitatif, larutan dapat dinyatakan dalam bentuk
g/ml, persentase, dan ppm (part per million).
Terdapat beberapa cara yang dilakukan untuk menghitung konsentrasi
larutan pada praktikum kali ini seperti yang dinyatakan oleh Anindyawati
(2019), yaitu:
1. Molaritas. Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap
liter larutan. Molaritas biasanya dilambangkan dengan notasi M dan
sengan satuan mol/liter. Secara matematis, rumusnya dinyatakan sebagai
berikut:
1000 m 1000
M =n x atau M = x
V Mr V
Keterangan:
M = Molaritas (mol/L)
n = Jumlah mol (mol)
V = Volume larutan (L)
m = Massa zat terlarut (gram)
Mr = Massa molekul relative suatu zat
2. Molalitas. Kemolalan atau konsentrasi molal (m) dapat dinyatakan
sebagai mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut, secara matematis dapat
dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:
g 1000
m= x
Mr P
Keterangan:
m = Molalitas
g = Massa zat terlarut
P = Massa zat pelarut
Mr = Massa molekul relative suatu zat
3. Persentase volume. Persentase volume merupakan volume zat terlarut
dibagi dengan 100 ml larutan, dengan rumus sebagai berikut:
Volume zat terlarut (ml)
Persentase (%) volume = x 100 %
100 ml larutan
6
4. Persentase berat. Merupakan bersat zat terlarut yang dibagi dengan 100
ml larutan, dengan rumus sebagai berikut:
Berat zat terlarut (g)
Persentase (%) berat = x 100 %
100 ml larutan
5. ppm (part per million). Ppm pada suatu larutan dapat dinyatakan secara
matematis yaitu dengan rumus sebagai berikut:
Berat zat terlarut (mg ) Berat zat terlarut (mg )
ppm = atau ppm =
Volume larutan(L) Berat (kg)
D. Alat Untuk Mengukur Larutan
Alat yang digunakan dalam pengukuran larutan terdapat beberapa alat
diantaranya adalah pH meter, TDS meter dan EC meter.
1. pH Meter
PH merupakan singkatan dari power of hydrogen berarti
pengukuran konsentrasi ion hydrogen pada suatu larutan. Biasanya pH
dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk angka mulai dari 1 – 14,
dengan pH 7 dianggap sebagai pH netral. Selain itu, pH juga berarti
derajat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh larutan. Sifat asam
pada pH memiliki angka 1 -7 dan sifat basa berada pada angka 7 -14.
Dalam melakukan pengukuran pH, pH meter akan digunakan. pH meter
merupakan sebuah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur
derajat keasaman atau kebasaan dari larutan (Sitorus, 2017).
Untuk bisa melakukan pengukuran dengan menggunakan pH
meter, alat harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan dicelupkan ke dalam
air atau aquades sampai pH mencapai normal. Setelah itu pH meter bisa
dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur pHnya menggunakan pH
meter.
2. TDS Meter
TDS (Total Dissolved Solid) merupakan tingkat kadar zat terlarut
yang terdapat di dalam suatu larutan. Untuk bisa mengukur TDS pada
suatu larutan, digunakan alat yang bernama TDS meter yang merupakan
suatu alat untuk bisa mengetahui tingkat kadar zat terlarut pada suatu
7
larutan. Tingkat kualitas air yang diukur dengan menggunakan TDS
meter dinyatakan dalam satuan ppm (Part Per Million) (Afandi dan
Amdani, 2018).
Cara penggunaan untuk mengukur TDS pada suatu larutan dengan
TDS meter adalah alat dikalibrasi terlebih dahulu dan dibersihkan dengan
dicelupkan ke dalam air dengan pH normal lalu dicelupkan ke dalam pH
asam, emudian dicelupkan kembali pada pH normal dan dibersihkan.
Setelah dikalibrasi alat bisa digunakan untuk mengukur zat yang terlarut
pada suatu larutan.
3. EC Meter
EC (Electrical Conductivity) merupakan pengukuran tingkat
kepekatan unsur hara pada suatu larutan. Untuk bisa mengukur tingkat
EC pada suatu larutan dibutuhkan alat berupa EC meter. EC meter
merupakan suatu alat yang digunakan untuk bisa mengetahui kualitas
nutrisi larutan yang terdapat pada tanah. Biasanya semakin tinggi nilai
EC maka larutan tersebut akan semakin besar arus listrik yang
dihantarkan. Penggunaan EC meter biasanya berhubungan dengan
salinitas. Salinitas merupakan salah satu parameter yang dapat
mengidentifikasi tingkat kesuburan suatu tanah atau tanaman di bidang
pertanian (Azhari, 2017).
8
III. METODE PRAKTIKUM
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu susu kental manis, garam
dapur, dan air. Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gelas plastik,
sendok obat, sendok makan, alat tulis, dan gawai untuk memotret.
B. Prosedur Kerja
9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penampakan
No Jenis Larutan Konsentrasi Rasa
Visual
Susu Kental
1. 2,5% Tidak Manis Keruh
Manis
Susu Kental
2. 5% Manis Keruh
Manis
Susu Kental
3. 7,5% Manis Sangat Keruh
Manis
4. Garam Dapur 25.000 ppm Asin Bening
5. Garam Dapur 50.000 ppm Asin Bening
6. Garam Dapur 75.000 ppm Sangat Asin Keruh
10
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini sampel yang diuji untuk dibuat larutan adalah
dengan menggunakan susu kental manis dan garam dapur. Seperti yang sudah ada
pada penjelasan bab sebelumnya bahwa susu merupakan salah satu jenis emulsi.
Emulsi yang terdapat pada susu adalah emulsi minyak di dalam air yang terdiri
dari lemak sebagai fase terdispersi dalam air menjadi butiran minyak di dalam air.
Sedangkan garam dapur merupakan salah satu zat yang memiliki molekul natrium
dan klorida. Biasanya rumus garam dapur yang sering muncul pada bahan-bahan
kimia adalah NaCl. Garam merupakan salah satu enyawa ion yang terdiri dari ion
kation basa dan ion anion sisa asam. Larutan garam (NaCl) merupakan larutan
yang mengandung elektrolit kuat sehingga nantinya akan terurai dengan sempurna
(Putri, 2017).
Penggunaan susu kental manis dan garam dapur dalam proses pembuatan
larutan praktikum kali ini karena harganya yang terkangkau dan mudah untuk
didapatkan. Proses pencampuran bahan-bahan tersebut dengan menggunakan air
tidak memerlukan waktu yang cukup panjang dan mudah untuk dibuat.
Pembuatan larutan pertama adalah dengan menggunakan garam dapur.
Garam dapur yang dibuat adalah 5 gram/200 ml, 10 gram/200 ml, dan 15
gram/200 ml. Pembuatan larutan dengan menggunakan garam dapur 5 gram, 10
gram, dan 15 gram adalah dengan menggunakan sendok obat takaran 5 ml. Pada
sendok obat tersebut tertera tulisan 5 ml, dengan 1 ml = 1 gram, sehingga 5 ml
adalah 5 gram. Air dengan volume 200 ml berasal dari air kemasan minuman
berukuran kecil sekitar 200 ml dengan warna bening. Pencampuran larutan
dengan menggunakan tiga gelas berbeda sehingga bisa membandingkan
penampakan visual dari larutan tersebut. Garam dapur yang sudah diukur
dimasukan ke dalam gelas yang berbeda dengan tulisan yang berbeda dan masa
yang berbeda, kemudian ditambahkan air hingga volume keseluruhan larutan
menjadi 200 ml.
Larutan garam dapur dengan takaran 5 gram/200 ml memiliki tingkat
keasinan yang cukup asin berdasarkan uji organoleptik dari sisi rasa. Tingkat
11
kekeruhan yang ada pada larutan tersebut masih bening karena garam dapur yang
terlarut tidak cukup banyak sehingga pengamatan dari sisi visual yaitu bening.
Garam dapur merupakan jenis padatan dengan unsur yang terdiri dari Na dan Cl.
Pada larutan dengan takaran 5 ml/200 gram dapat dihitung secara manual tingkat
dari ppmnya dengan menggunakan rumus berat zat terlarut dibagi dengan volume
dalam liter. Jika dihitung akan menghasilkan 25.000 ppm. Dalam pengukuran
menggunakan TDS, terdapat kriteria berdasarkan Khairunnas (2018) yang
dihubungkan dengan tingkat salinitas, yaitu:
Tabel 5.3 Kriteria Penilaian TDS
No Nilai TDS (mg/L) Tingkat Salinitas
1. 0 – 1000 Air Tawar
2. 1.001 – 2.000 Agak asin/payau
3. 3.001 – 10.000 Sedang/payau
4. 10.001 – 100.000 Asin
5. >100.000 Sangat asin
12
pengamatan visual, kondisi larutan berada di keadaan antara bening menuju ke
keruh.
Pengamatan selanjutnya adalah garam dapur dengan takaran 15 gram/200
ml. Berdasarkan rumus konsentrasi ppm maka akan didapatkan nilai ppm dengan
konsentrasi 75.000 ppm. Nilai angka ppm tersebut sangat tinggi jika dibandingkan
dengan nilai yang sebelumnya, sehingga dikategorikan ke dalam asin pada table
salinitas. Namun, jika menggunakan pengamatan uji rasa, rasa dari larutan
tersebut akan sangat asin karena konsentrasi larutan garam cukup tinggi.
Konsentrasi nilai EC dihitung manual maka akan menghasilkan nilai EC 75
mS/cm. Nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya sehingga jumlah garam terlarut
dalam larutan tersebut sangat tinggi. Bahkan, dilihat dengan menggunakan
pengamatan visual, kondisi larutan dengan konsentrasi tersebut akan menampakan
keruh karena kadar garamnya yang cukup tinggi.
Pada pengamatan tersebut nilai EC yang ditunjukan dan dihitung secara
manual cukup tinggi. Hubungan antara nilai EC dan TDS biasanya terdapat dalam
pertanian hidroponik. Faktor yang sangat mempengaruhi dalam budidaya tanaman
secara hidroponik adalah nilai kepekatan larutan dan nutrisi yang digunakan.
Berdasarkan penelitian, nilai EC yang diukur menggunakan EC meter pada
tanaman sayuran seperti bayam dan selada berada di kisaran 2 – 3 mS/cm.
sedangkan pada sayuran seperti melon dan kentang biasanya nilai EC berada
diantara 1,0 – 2,5 mS/cm (Sesanti, 2018).
Pengamatan selanjutnya adalah mengukur kadar konsentrasi dari susu kental
manis. Pada takaran yang pertama yaitu susu kental manis dengan takaran 5
ml/200 ml. Berdasarkan rumus persentase volume pada konsentrasi larutan, yaitu
volume zat terlarut dibagi dengan 100 ml larutan dan dikalikan dengan 100%,
maka akan dihasilkan persentase 2,5%. Susu kental manis dengan kadar
konsentrasi 2,5% menunjukan rasa manis jika diamati dengan uji rasa dan akan
menunjukan keadaan yang keruh jika dilihat dengan menggunakan penampakan
visual. Akan sulit membedakan antara larutan susu kental manis dan air yang
sudah terlarut karena warna dari susu kental manis yang putih dan berbeda jika
menggunakan garam dapur yang masih bisa menunjukan warna bening.
13
Pada pengamatan kedua yaitu dengan menggunakan susu kental manis
dengan takaran 10 ml/ 200 ml. Setelah pengadukan sampai semua zat yang ada di
dalam susu terlarut sempurna dengan air, maka akan didapatkan uji rasa berasa
manis. Dibandingkan dengan yang sebelumnya karena takaran yang kedua ini
lebih banyak daripada yang pertama. Untuk menghitung konsentrasi larutan susu
kental manis ini didapatkan konsentrasi sebesar 5%, dengan kondisi pengamatan
visual yaitu keruh.
Selanjutnya susu kental manis dengan takaran 15 ml/200 ml. Pada takaran
tersebut didapatkan konsentrasi larutan sebesar 7,5% dengan pengujian dari sisi
rasa yaitu manis karena lebih banyak takarannya daripada yang sebelumnya.
Sedangkan dari sisi pengamatan visual, pada konsentrasi ini mennunjukan larutan
yang sangat keruh daripada sebelumnya. Menghitung kadar TDS dan EC pada
larutan susu kental manis kemungkinan akan berbeda karena TDS mengukur
kelarutan zat padat atau terlarutnya zat padat, baik berupa ion, senyawa, dan
koloid yang berada di dalam air. Selain itu perbedaan antara unsur yang terdapat
pada susu kental manis dengan garam dapur akan jauh berbeda. Tingkat salinitas
dengan menggunakan garam dapur dapat diukur secara pasti, sedangkan
kemungkinan pengukuran TDS dan EC tanpa menggunakan alat yang pasti bisa
saja berpengaruh terhadap kesalahan nilai hasil konsentrasi larutan. Untuk itu,
pengukuran konsentrasi susu kental manis diukur dengan menggunakan
persentase volume dari larutan tersebut. Tetapi untuk garam dapur bisa dihitung
kadar TDS dan EC secara manual berdasarkan referensi dan sumber yang ada,
tanpa menggunakan alat ukur. Namun, angka tersebut tentunya belum secara pasti
merupakan angka yang menunjukan benar karena pengukuran ini hanya dilakukan
berdasarkan sumber bukan pengamatan langsung menggunakan alat ukur TDS
meter atau EC meter.
14
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
15
sebab itu, perlu adanya pengukuran secara langsung dengan menggunakan alat
ukur agar bisa menyatakan angka yang pasti pada berbagai jenis larutan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Sulistriadji, K., $ Pitoyo, J. 2009. Alat Ukur dan Instrumen Ukur. BBP Mektan,
Serpong.
Wibawa, A. A. P. P. 2019. Kimiabiofisika Cairan Tubuh. Fakultas Peternakan,
Universitas Udayana, Bali.
Yusuf, Y. 2019. Modul Kimia Analisis. Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas
Prof. Dr. HAMKA, Jakarta.
18
LAMPIRAN
Lampiran 1 ACC
19
20
21
Lampiran 2 Dokumentasi Praktikum
22
Gambar 2.3 Takaran Larutan Garam 5 gram, 10 gram dan 15 gram
Gambar 2.4 Larutan Garam 5 gram/200 ml, 10 gram/200 ml, dan 15 gram/200 ml
23
Gambar 2.5 Takaran Pembuatan Larutan Susu
Gambar 2.6 Larutan Susu 5 ml/200 ml, 10 ml/200 ml, dan 15 ml/200 ml
24