Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
DAFTAR TABEL........................................................................................................
I. PENDAHULUAN ....................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Tujuan.............................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................
III. METODE PRAKTIKUM.....................................................................................
A. Bahan dan Alat...............................................................................................
B. Prosedur Kerja................................................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................
A. Hasil...............................................................................................................
B. Pembahasan...................................................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
LAMPIRAN.................................................................................................................
Lampiran 1. ACC............................................................................................
Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum.............................................................
Lampiran 3. Pustaka.......................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pembuatan Larutan..............................................................................


Tabel 4.2 Uji Rasa dan Penampakan Visual.................................................................
Tabel 4.3 Kriteria Penilaian TDS..................................................................................

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknik dasar laboratorium adalah salah satu mata kuliah yang ada pada
program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.
Mata kuliah teknik dasar laboratorium merupakan praktikum yang berfungsi
untuk membekali dasar-dasar dalam penggunaan laboratorium. Serangkaian acara
praktikum pada teknik dasar laboratorium salah satunya adalah mengenai larutan.
Praktikum yang dilaksanakan pada acara ini adalah membuat larutan dengan
takaran yang sudah ditentukan. Larutan yang akan dibuat adalah dengan
menggunakan garam dapur dan susu kental manis. Setiap larutan yang dibuat
dengan konsentrasi yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda, dari sisi
visual maupun rasa.
Larutan merupakan campuran yang homogen antara dua zat atau lebih. Pada
larutan biasanya terdapat zat terlarut dan zat pelarut. Zat terlarut merupakan zat
yang biasanya jumlahnya sedikit, sedangkan zat pelarut memiliki zat yang lebih
banyak daripada zat terlarut (Hikmayanti, 2019). Terdapat banyak jenis larutan
yang bisa diketahui, yaitu larutan elektrolit, larutan non eletrolit, larutan jenuh,
larutan tak jenuh, larutan lewat jenuh, larutan asam, dan larutan basa.
Pada suatu larutan biasanya terdapat konsentrasi larutan. Kosentrasi sebuah
larutan merupakan komposisi yang menunjukan dengan jelas perbandingan dari
jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat
mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh (Adha, 2015
dalam Putri, 2017). Konsentrasi suatu larutan dari dua cairan dinyatakan sebagai
presentasi volume. Hal ini bisanya dijumpai pada konsentrasi minuman
beralkohol.
Untuk mengukur konsentrasi sebuah larutan diperlukan alat yang bisa
menentukan jumlah secara kuantitatif dalam bentuk angka. Terdapat beberapa
jenis alat ukur yang biasa digunakan untuk mengukur konsentrasi sebuah larutan

1
yaitu pH meter, TDS meter, dan EC meter. pH meter merupakan suatu alat ukur
yang digunakan untuk mengukur pH pada suatu larutan. pH yang ditunjukan oleh
alat tersebut berkisar pada angka 1 – 14. TDS meter merupakan suatu alat yang
digunakan untuk mengukur tingkat kelarutan atau kekeruhan suatu yang terlarut
pada suatu larutan. Sedangkan yang terakhir adalah EC meter yang digunakan
untuk mengukur kadar electron yang terdapat pada larutan tersebut.
Pada praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang
tersedia dan mudah didapatkan. Pembuatan larutan dengan melarutkan bahan cair
yang tersedia yaitu susu kental manis. Sedangkan dari bahan padatan, bahan yang
dibutuhkan dan tersedia adalah garam dapur. Dari kedua bahan tersebut sudah
ditentukan konsentrasinya sehingga tingga menghitung berapa jumlah konsentrasi
yang dibuat pada hasil prakitkum yang akan dibahas.

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk:


1. Mengetahui pembuatan larutan dari bahan cair dan padat.
2. Mengetahui berbagai cara menyatakan konsentrasi.
3. Mengetahui cara menggunakan alat untuk menghitung konsentrasi larutan.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Praktikum merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk membekali


seseorang agar lebih mendapatkan dan memahami teori dan praktik. Praktikum
ditujukan untuk menunjang proses keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, praktikum merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan kesempatan menguji pada suatu
bahan percobaan di lapangan dan melaksanakan keadaan secara nyata berdasarkan
implementasi yang dipelajari dari teori (Nisa, 2017).
Pengukuran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk
menentukan besaran dari suatu objek yang ditampilkan dalam bentuk angka.
Secara umum, mengukur adalah membandingkan besaran dari objek yang tidak
diketahui nilai dan besarannya dengan nilai yang sudah memiliki besarannya
dalam bentuk angka. Penggunaan alat ukur dan instrumen diperlukan dalam
melakukan pengukuran (Sulistiadji dan Pitoyo, 2009). Sedangkan menurut
pendapat dari Faradiba (2020), pengukuran merupakan penentuan dari volume,
besaran, dimensi, atau kapasitas dari satuan ukur.
Pada praktikum kali ini akan membuat larutan dari bahan padat dan cair
dengan takaran yang sudah ditentukan. Selain itu, terdapat beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk menghitung konsentrasi dari setiap larutan secara
sederhana.
A. Pengertian Larutan
Larutan merupakan campuran homogen dari dua zat atau lebih yang
saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan
lagi secara fisik. Dalam suatu larutan terdiri dari zat terlarut dan zat pelarut.
Zat terlarut adalah zat yang dapat terdispersi atau menyebat secara merata
dalam zat pelarut. Sedangkan zat pelarut adalah zat yang mendispersikan
komponen zat yang terlarut (Yusuf, 2019). Jika diasumsikan dalam sebuah
larutan, terdapat larutan yang mencampurkan antara garam dapur dengan air.
Pada larutan tersebut, maka garam dapur sebagai zat terlarut dan air sebagai

3
zat pelarut. Maka dari itu, larutan merupakan campuran dari zat terlarut dan
zat pelarut. Campuran dari zat pelarut dan zat terlarut tidak bias dibedakan
keduanya karena zat pelarut sudah tercampur dengan zat terlarutnya.
Komposisi yang terdapat pada zat terlarut dan zat pelarut dapat
dinyatakan dalam konsentrasi larutan. Sedangkan proses dalam pencampuran
zat terlarut dan zat pelarut agar bisa membentuk suatu larutan disebut dengan
pelarutan atau solvasi. Selain itu, zat terlarut dapat berbentuk cairan, padatan
atau gas (Kemdikbud, 2019).
B. Jenis-jenis Larutan
Terdapat beberapa jenis larutan yang dapat diketahui. Larutan yang
menggunakan air disebut dengan larutan dalam air. Larutan yang di dalamnya
mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan dengan larutan
pekat. Larutan yang memiliki zat terlarut dengan takaran yang sedikit disebut
dengan larutan cairan. Kemudian ada larutan encer yang merupakan sejumlah
kecil zat terlarut terhadap jumlah pelarut. Pada larutan terdapat juga yang
dinamakan dengan larutan baku, yaitu larutan yang konsentrasinya diketahui
secara tepat, mengandung bobot yang dapat diketahui dalam suatu volume
tertentu suatu larutan.
Pada jenis larutan terdapat juga emulsi yang merupakan jenis koloid
dengan fase terdispersinya berupa fase cair dengan medium dispersinya
berupa bahan padat, cair ataupun gas. Emulsi biasanya terdiri dari dua zat
yang tidak dapat tercampur dengan baik, misalnya minyak dan air. Pada
praktikum kali ini terdapat emulsi yang digunakan yaitu emulsi cair susu.
Susu merupakan emulsi minyak di dalam air yang terdiri dari lemak sebagai
fase terdispersi dalam air menjadi butiran minyak di dalam air (Wibawa,
2015). Jenis-jenis larutan berdasarkan penjelasan di bawah ini, yaitu:
1. Larutan jenuh. Larutan jenuh merupakan larutan yang partikel di
dalamnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi. Konsentrasi dalam
larutan tersebut berada dalam keadaan setimbang yaitu saat harga Ksp =
harga kelarutannya.

4
2. Larutan tak jenuh. Pada larutan tak jenuh, konsentrasi dari zat terlarut
lebih kecil dibandingkan dengan larutan jenuh sehingga partikel dalam
zat yang terdapat pada larutan tersebut tidak tepat habis bereaksi dengan
pereaksi zat. Keadaan larutan saat tak jenuh adalah harga Ksp > harga
kelarutannya.
3. Larutan lewat jenuh. Larutan lewat jenuh adalah keadaamn saat larutan
yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan
pada larutan tersebut. Keadaan saat larutan lewat jenuh adalah harga Ksp
< harga kelarutannya.
4. Larutan asam. Pada larutan asam mempunyai rasa asam dan dapat
bersifat korosif dengan pH 1 – 6. Misalnya adalah larutan cuka.
5. Larutan basa. Larutan basa memiliki sifat basa dan rasa agak pahit
dengan rentang pH 8 – 14. Misalnya adalah air sabun.
6. Larutan netral. Larutan netral memiliki pH 7 dan biasanya digunakan
sebagai kalibrasi dalam pengukuran alat untuk menentukan pH dan
konsentrasi beberapa larutan.
7. Larutan elektrolit. Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik pada keadaan tertentu. Larutan yang bersifat
eletrolit biasanya zat elektrolit dapat terurai menjadi ion-ion karena
pengaruh arus listrik.
8. Larutan non-elektrolit. Merupakan larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Ion yang terdapat pada larutan elektrolit tidak
dapat terbentuk karena molekulnya tidak terionisasi dengan baik
sehingga tidak terdapat ion yang bermuatan untuk menghantarkan arus
listrik.
C. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan merupakan komposisi yang menunjukan adanya
perbandingan dalam jumlah zat terlarut terhadap zat pelarut (Putri, 2017).
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Secara kualitatif konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan kepekatan dan
keenceran. Selain itu dapat juga dinyatakan dalam tingkat kekeruhan suatu

5
larutan tersebut. Secara kuantitatif, larutan dapat dinyatakan dalam bentuk
g/ml, persentase, dan ppm (part per million).
Terdapat beberapa cara yang dilakukan untuk menghitung konsentrasi
larutan pada praktikum kali ini seperti yang dinyatakan oleh Anindyawati
(2019), yaitu:
1. Molaritas. Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap
liter larutan. Molaritas biasanya dilambangkan dengan notasi M dan
sengan satuan mol/liter. Secara matematis, rumusnya dinyatakan sebagai
berikut:
1000 m 1000
M =n x atau M = x
V Mr V
Keterangan:
M = Molaritas (mol/L)
n = Jumlah mol (mol)
V = Volume larutan (L)
m = Massa zat terlarut (gram)
Mr = Massa molekul relative suatu zat
2. Molalitas. Kemolalan atau konsentrasi molal (m) dapat dinyatakan
sebagai mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut, secara matematis dapat
dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:
g 1000
m= x
Mr P
Keterangan:
m = Molalitas
g = Massa zat terlarut
P = Massa zat pelarut
Mr = Massa molekul relative suatu zat
3. Persentase volume. Persentase volume merupakan volume zat terlarut
dibagi dengan 100 ml larutan, dengan rumus sebagai berikut:
Volume zat terlarut (ml)
Persentase (%) volume = x 100 %
100 ml larutan

6
4. Persentase berat. Merupakan bersat zat terlarut yang dibagi dengan 100
ml larutan, dengan rumus sebagai berikut:
Berat zat terlarut (g)
Persentase (%) berat = x 100 %
100 ml larutan
5. ppm (part per million). Ppm pada suatu larutan dapat dinyatakan secara
matematis yaitu dengan rumus sebagai berikut:
Berat zat terlarut (mg ) Berat zat terlarut (mg )
ppm = atau ppm =
Volume larutan(L) Berat (kg)
D. Alat Untuk Mengukur Larutan
Alat yang digunakan dalam pengukuran larutan terdapat beberapa alat
diantaranya adalah pH meter, TDS meter dan EC meter.
1. pH Meter
PH merupakan singkatan dari power of hydrogen berarti
pengukuran konsentrasi ion hydrogen pada suatu larutan. Biasanya pH
dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk angka mulai dari 1 – 14,
dengan pH 7 dianggap sebagai pH netral. Selain itu, pH juga berarti
derajat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh larutan. Sifat asam
pada pH memiliki angka 1 -7 dan sifat basa berada pada angka 7 -14.
Dalam melakukan pengukuran pH, pH meter akan digunakan. pH meter
merupakan sebuah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur
derajat keasaman atau kebasaan dari larutan (Sitorus, 2017).
Untuk bisa melakukan pengukuran dengan menggunakan pH
meter, alat harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan dicelupkan ke dalam
air atau aquades sampai pH mencapai normal. Setelah itu pH meter bisa
dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur pHnya menggunakan pH
meter.
2. TDS Meter
TDS (Total Dissolved Solid) merupakan tingkat kadar zat terlarut
yang terdapat di dalam suatu larutan. Untuk bisa mengukur TDS pada
suatu larutan, digunakan alat yang bernama TDS meter yang merupakan
suatu alat untuk bisa mengetahui tingkat kadar zat terlarut pada suatu

7
larutan. Tingkat kualitas air yang diukur dengan menggunakan TDS
meter dinyatakan dalam satuan ppm (Part Per Million) (Afandi dan
Amdani, 2018).
Cara penggunaan untuk mengukur TDS pada suatu larutan dengan
TDS meter adalah alat dikalibrasi terlebih dahulu dan dibersihkan dengan
dicelupkan ke dalam air dengan pH normal lalu dicelupkan ke dalam pH
asam, emudian dicelupkan kembali pada pH normal dan dibersihkan.
Setelah dikalibrasi alat bisa digunakan untuk mengukur zat yang terlarut
pada suatu larutan.
3. EC Meter
EC (Electrical Conductivity) merupakan pengukuran tingkat
kepekatan unsur hara pada suatu larutan. Untuk bisa mengukur tingkat
EC pada suatu larutan dibutuhkan alat berupa EC meter. EC meter
merupakan suatu alat yang digunakan untuk bisa mengetahui kualitas
nutrisi larutan yang terdapat pada tanah. Biasanya semakin tinggi nilai
EC maka larutan tersebut akan semakin besar arus listrik yang
dihantarkan. Penggunaan EC meter biasanya berhubungan dengan
salinitas. Salinitas merupakan salah satu parameter yang dapat
mengidentifikasi tingkat kesuburan suatu tanah atau tanaman di bidang
pertanian (Azhari, 2017).

8
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu susu kental manis, garam
dapur, dan air. Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gelas plastik,
sendok obat, sendok makan, alat tulis, dan gawai untuk memotret.

B. Prosedur Kerja

Praktikum ini dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Tuangkan setiap larutan yang sudah ditentukan ukurannya pada gelas yang
berbeda, yaitu susu kental manis dengan takaran 5 ml/200 ml, 10 ml/200 ml,
dan 15 ml/200 ml. Sedangkan pada garam dapur, larutan dibuat dengan
ukuran 5 gram/200 ml, 10 gram/200 ml, dan 15 gram/200 ml.
3. Takaran diukur dengan menggunakan sendok obat yang terdapat angka 5 ml.
Untuk garam dapur, takaran disesuaikan 1 gram = 1 ml.
4. Aduk campuran dengan menambahkan air sampai dengan volume 200 ml.
Agar lebih memudahkan, 1 gelas plastik minuman sama dengan kurang lebih
200 ml air.
5. Amati larutan dari sisi indra perasa dan indra penglihatan.
6. Catat hasil pengamatan dan hitung konsentrasi larutan.
7. Bersihkan kembali alat dna bahan yang sudah digunakan.

9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 4.1 Hasil Pembuatan Larutan


Konsentrasi Larutan Konsentrasi Larutan
No Jenis Larutan
(ml/ml atau gram/ml) (Persen atau ppm)
1. Susu Kental Manis 5 ml/200 ml 2,5%
2. Susu Kental Manis 10 ml/200 ml 5%
3. Susu Kental Manis 15 ml/200 ml 7,5%
4. Garam Dapur 5 gram/200 ml 25.000 ppm
5. Garam Dapur 10 gram/200 ml 50.000 ppm
6. Garam Dapur 15 gram/200 ml 75.000 ppm

Tabel 4.2 Uji Rasa dan Penampakan Visual

Penampakan
No Jenis Larutan Konsentrasi Rasa
Visual
Susu Kental
1. 2,5% Tidak Manis Keruh
Manis
Susu Kental
2. 5% Manis Keruh
Manis
Susu Kental
3. 7,5% Manis Sangat Keruh
Manis
4. Garam Dapur 25.000 ppm Asin Bening
5. Garam Dapur 50.000 ppm Asin Bening
6. Garam Dapur 75.000 ppm Sangat Asin Keruh

10
B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini sampel yang diuji untuk dibuat larutan adalah
dengan menggunakan susu kental manis dan garam dapur. Seperti yang sudah ada
pada penjelasan bab sebelumnya bahwa susu merupakan salah satu jenis emulsi.
Emulsi yang terdapat pada susu adalah emulsi minyak di dalam air yang terdiri
dari lemak sebagai fase terdispersi dalam air menjadi butiran minyak di dalam air.
Sedangkan garam dapur merupakan salah satu zat yang memiliki molekul natrium
dan klorida. Biasanya rumus garam dapur yang sering muncul pada bahan-bahan
kimia adalah NaCl. Garam merupakan salah satu enyawa ion yang terdiri dari ion
kation basa dan ion anion sisa asam. Larutan garam (NaCl) merupakan larutan
yang mengandung elektrolit kuat sehingga nantinya akan terurai dengan sempurna
(Putri, 2017).
Penggunaan susu kental manis dan garam dapur dalam proses pembuatan
larutan praktikum kali ini karena harganya yang terkangkau dan mudah untuk
didapatkan. Proses pencampuran bahan-bahan tersebut dengan menggunakan air
tidak memerlukan waktu yang cukup panjang dan mudah untuk dibuat.
Pembuatan larutan pertama adalah dengan menggunakan garam dapur.
Garam dapur yang dibuat adalah 5 gram/200 ml, 10 gram/200 ml, dan 15
gram/200 ml. Pembuatan larutan dengan menggunakan garam dapur 5 gram, 10
gram, dan 15 gram adalah dengan menggunakan sendok obat takaran 5 ml. Pada
sendok obat tersebut tertera tulisan 5 ml, dengan 1 ml = 1 gram, sehingga 5 ml
adalah 5 gram. Air dengan volume 200 ml berasal dari air kemasan minuman
berukuran kecil sekitar 200 ml dengan warna bening. Pencampuran larutan
dengan menggunakan tiga gelas berbeda sehingga bisa membandingkan
penampakan visual dari larutan tersebut. Garam dapur yang sudah diukur
dimasukan ke dalam gelas yang berbeda dengan tulisan yang berbeda dan masa
yang berbeda, kemudian ditambahkan air hingga volume keseluruhan larutan
menjadi 200 ml.
Larutan garam dapur dengan takaran 5 gram/200 ml memiliki tingkat
keasinan yang cukup asin berdasarkan uji organoleptik dari sisi rasa. Tingkat

11
kekeruhan yang ada pada larutan tersebut masih bening karena garam dapur yang
terlarut tidak cukup banyak sehingga pengamatan dari sisi visual yaitu bening.
Garam dapur merupakan jenis padatan dengan unsur yang terdiri dari Na dan Cl.
Pada larutan dengan takaran 5 ml/200 gram dapat dihitung secara manual tingkat
dari ppmnya dengan menggunakan rumus berat zat terlarut dibagi dengan volume
dalam liter. Jika dihitung akan menghasilkan 25.000 ppm. Dalam pengukuran
menggunakan TDS, terdapat kriteria berdasarkan Khairunnas (2018) yang
dihubungkan dengan tingkat salinitas, yaitu:
Tabel 5.3 Kriteria Penilaian TDS
No Nilai TDS (mg/L) Tingkat Salinitas
1. 0 – 1000 Air Tawar
2. 1.001 – 2.000 Agak asin/payau
3. 3.001 – 10.000 Sedang/payau
4. 10.001 – 100.000 Asin
5. >100.000 Sangat asin

Berdasarkan tabel tersebut dapat dikatakan bahwa larutan garam dapur


dengan nilai TDS 25.000 ppm masuk ke dalam tingkat salinitas asin. Jika
dirasakan dengan menggunakan rasa, garam dapur dengan takaran tersebut bisa
dikatakan memiliki rasa asin. Nilai EC yang merupakan ukuran dari jumlah garam
terlarut dan konsentrasi dalam larutan tersebut maka 1 mS/cm = 1.000 ppm,
dengan nilai EC biasanya dinyatakan dalam satuan mS/cm (Adimihardja, 2011).
Maka nilai EC yang ditunjukan adalah sekitar 25 mS/cm, nilai tersebut sangat
tinggi karena semakin tinggi EC, semakin tinggi pula tekanan osmotiknya.
Selanjutnya adalah garam dapur dengan takaran 10 gram/200 ml.
Berdasarkan rumus yang digunakan yaitu ppm, nilai ppm yang bisa dihitung
adalah 50.000 ppm. Jika dibandingkan dengan menggunakan tabel salinitas, nilai
50.000 merupakan nilai yang cukup tinggi dan masuk ke dalam kategori asin.
Pengukuran manual dengan menggunakan satuan EC akan menunjukan nilai EC
yaitu 50 mS/cm. Tingkat konsentrasi larutan pada nilai tersebut menunjukan
garam yang ada di dalam larutan cukup tinggi sehingga jika dilihat berdasarkan

12
pengamatan visual, kondisi larutan berada di keadaan antara bening menuju ke
keruh.
Pengamatan selanjutnya adalah garam dapur dengan takaran 15 gram/200
ml. Berdasarkan rumus konsentrasi ppm maka akan didapatkan nilai ppm dengan
konsentrasi 75.000 ppm. Nilai angka ppm tersebut sangat tinggi jika dibandingkan
dengan nilai yang sebelumnya, sehingga dikategorikan ke dalam asin pada table
salinitas. Namun, jika menggunakan pengamatan uji rasa, rasa dari larutan
tersebut akan sangat asin karena konsentrasi larutan garam cukup tinggi.
Konsentrasi nilai EC dihitung manual maka akan menghasilkan nilai EC 75
mS/cm. Nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya sehingga jumlah garam terlarut
dalam larutan tersebut sangat tinggi. Bahkan, dilihat dengan menggunakan
pengamatan visual, kondisi larutan dengan konsentrasi tersebut akan menampakan
keruh karena kadar garamnya yang cukup tinggi.
Pada pengamatan tersebut nilai EC yang ditunjukan dan dihitung secara
manual cukup tinggi. Hubungan antara nilai EC dan TDS biasanya terdapat dalam
pertanian hidroponik. Faktor yang sangat mempengaruhi dalam budidaya tanaman
secara hidroponik adalah nilai kepekatan larutan dan nutrisi yang digunakan.
Berdasarkan penelitian, nilai EC yang diukur menggunakan EC meter pada
tanaman sayuran seperti bayam dan selada berada di kisaran 2 – 3 mS/cm.
sedangkan pada sayuran seperti melon dan kentang biasanya nilai EC berada
diantara 1,0 – 2,5 mS/cm (Sesanti, 2018).
Pengamatan selanjutnya adalah mengukur kadar konsentrasi dari susu kental
manis. Pada takaran yang pertama yaitu susu kental manis dengan takaran 5
ml/200 ml. Berdasarkan rumus persentase volume pada konsentrasi larutan, yaitu
volume zat terlarut dibagi dengan 100 ml larutan dan dikalikan dengan 100%,
maka akan dihasilkan persentase 2,5%. Susu kental manis dengan kadar
konsentrasi 2,5% menunjukan rasa manis jika diamati dengan uji rasa dan akan
menunjukan keadaan yang keruh jika dilihat dengan menggunakan penampakan
visual. Akan sulit membedakan antara larutan susu kental manis dan air yang
sudah terlarut karena warna dari susu kental manis yang putih dan berbeda jika
menggunakan garam dapur yang masih bisa menunjukan warna bening.

13
Pada pengamatan kedua yaitu dengan menggunakan susu kental manis
dengan takaran 10 ml/ 200 ml. Setelah pengadukan sampai semua zat yang ada di
dalam susu terlarut sempurna dengan air, maka akan didapatkan uji rasa berasa
manis. Dibandingkan dengan yang sebelumnya karena takaran yang kedua ini
lebih banyak daripada yang pertama. Untuk menghitung konsentrasi larutan susu
kental manis ini didapatkan konsentrasi sebesar 5%, dengan kondisi pengamatan
visual yaitu keruh.
Selanjutnya susu kental manis dengan takaran 15 ml/200 ml. Pada takaran
tersebut didapatkan konsentrasi larutan sebesar 7,5% dengan pengujian dari sisi
rasa yaitu manis karena lebih banyak takarannya daripada yang sebelumnya.
Sedangkan dari sisi pengamatan visual, pada konsentrasi ini mennunjukan larutan
yang sangat keruh daripada sebelumnya. Menghitung kadar TDS dan EC pada
larutan susu kental manis kemungkinan akan berbeda karena TDS mengukur
kelarutan zat padat atau terlarutnya zat padat, baik berupa ion, senyawa, dan
koloid yang berada di dalam air. Selain itu perbedaan antara unsur yang terdapat
pada susu kental manis dengan garam dapur akan jauh berbeda. Tingkat salinitas
dengan menggunakan garam dapur dapat diukur secara pasti, sedangkan
kemungkinan pengukuran TDS dan EC tanpa menggunakan alat yang pasti bisa
saja berpengaruh terhadap kesalahan nilai hasil konsentrasi larutan. Untuk itu,
pengukuran konsentrasi susu kental manis diukur dengan menggunakan
persentase volume dari larutan tersebut. Tetapi untuk garam dapur bisa dihitung
kadar TDS dan EC secara manual berdasarkan referensi dan sumber yang ada,
tanpa menggunakan alat ukur. Namun, angka tersebut tentunya belum secara pasti
merupakan angka yang menunjukan benar karena pengukuran ini hanya dilakukan
berdasarkan sumber bukan pengamatan langsung menggunakan alat ukur TDS
meter atau EC meter.

14
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum acara 3 ini, yaitu:


1. Pembuatan larutan dengan menggunakan susu kental manis dan garam dapur
dengan takaran yang berbeda menunjukan nilai konsentrasi yang berbeda.
Selain itu, pengamatan visual dari beberapa sampel yang telah dibuat tersebut
menunjukan penampakan yang berbeda mulai dari bening, keruh, dan sangat
keruh. Dari sisi pengamatan rasa, terdapat beberapa jenis rasa yang dirasakan
oleh masing masing larutan yaitu ada rasa asin, sangat asin, tidak manis, dan
manis.
2. Perhitungan konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan berbagai cara, yaitu
menggunakan ppm dan persentase berat. Selain itu, perhitungan juga
dilakukan terhadap beberapa jenis larutan untuk menghitung jumlah zat yang
terlarut dari berbagai referensi yang ada.
3. Alat yang digunakan untuk menghitung konsentrasi larutan terdapat beberapa
macam, diantaranya adalah pH meter, TDS meter, dan EC meter. Ketiga alat
tersebut biasanya terdapat dalam pertanian hidroponik untuk mengukur
konsentrasi nutrisi yang terlarut.

B. Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah keakuratan dalam menyatakan


larutan harus lebih ditingkatkan. Karena dari praktikum kali ini hanya
menggunakan alat sederhana dan tanpa adanya alat ukut yang pasti, misalnya
dalam menyatakan volume air dan berat dari takaran yang akan diukur. Selain itu,
perhitungan dengan tanpa menggunakan alat ukur akan sulit dilakukan karena
ketidakpastian dari nilai yang ditunjukan berdasarkan perhitungan manual. Oleh

15
sebab itu, perlu adanya pengukuran secara langsung dengan menggunakan alat
ukur agar bisa menyatakan angka yang pasti pada berbagai jenis larutan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adha. S. D. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan HNO3 dan Waktu Kontak


Terhadap Desorpsi Kadmium (II) yang Terikat Pada Biomassa Azolla
Micropylla-Sitrat. Kimia Student Journal. 1(1): 636-642.
Adimihardja, S. A. 2011. Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Tanaman Pak
Choy (Brassica Chinensis L.) pada Berbagai Nilai Electrical
Conductivity Larutan Hidroponik. Jurnal Pertanian. 2(1): 70-87.
Afandi, I., dan Amdani, K. 2018. Rancang Bagun Alat Pendeteksi Kelayakan Air
Minum Yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang (Amiu) Berbasis
Mikrokontroler AT89S51 Dan LCD Menggunakan Inframerah Dan
Photodioda Sebagai Indikator. Jurnal Einstein. 6(2): 39-44.
Anindyawati, N. 2019. Panduan Praktikum Kimia Dasar. Fakultas Pertanian,
Universitas Tidar, Magelang.
Azhari, A. S., dkk. 2017. Identifikasi Tingkat Pencemaran Pada Lahan Pertanian
Menggunakan Metode Kemagnetan Batuan. Prosiding Seminar Nasional
Fisika. Oktober 2017, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2019. Buku Informasi: Membuat Larutan Pereaksi
Mengikuti Prosedur. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Faradiba. 2020. Buku Materi Pembelajaran Metode Pengukuran Fisika. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta.
Hikmayanti, M. & Utami, L. 2019. Analisis Kemampuan Multiple Representasi
Siswa Kelas XI MAN 1 Pekanbaru Pada Materi Titrasi Asam Basa.
Jurnal Riset Pendidikan Kimia. 9(1): 52-57.
Khairunnas. 2018. Analisis Pengaruh Parameter Konduktivitas, Resistivitas dan
TDS Terhadap Salinitas Air Tanah Dangkal pada Kondisi Air Laut
Pasang dan Air Laut Surut di Daerah Pesisir Pantai Kota Padang. Jurnal
Bina Tambang. 3(4): 1751-1760.
Nisa, U. M. 2017. Metode Praktikum untuk Meningkatkan Pemahaman dan Hasil
Belajar Siswa Kelas V MI YPPI 1945 Babat pada Materi Zat Tunggal
dan Campuran. Proceeding Biology Education Conference. Oktober
2017. 14(1): 62-68.
Putri, L. M. A. 2017. Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan
Suhu Larutan. Jurnal Pembelajaran Fisika. 6(2): 147-153.
Sesanti, R. N. 2018. Pengaruh Electrical Conductivity (EC) Larutan Nutrisi
Hidroponik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Melon (Cucumis melo L.).
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian. 08
Oktober 2018, Politeknik Negeri Lampung, Lampung. 206-211.
Sitorus, N. B. 2017. Pendeteksian pH Air Menggunakan Sensor pH Meter V1.1
Berbasis Arduino Nano. Tugas Akhir. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

17
Sulistriadji, K., $ Pitoyo, J. 2009. Alat Ukur dan Instrumen Ukur. BBP Mektan,
Serpong.
Wibawa, A. A. P. P. 2019. Kimiabiofisika Cairan Tubuh. Fakultas Peternakan,
Universitas Udayana, Bali.
Yusuf, Y. 2019. Modul Kimia Analisis. Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas
Prof. Dr. HAMKA, Jakarta.

18
LAMPIRAN

Lampiran 1 ACC

19
20
21
Lampiran 2 Dokumentasi Praktikum

Gambar 2.1 Persiapan Alat dan Bahan

Gambar 2.2 Takaran Pembuatan Larutan Garam

22
Gambar 2.3 Takaran Larutan Garam 5 gram, 10 gram dan 15 gram

Gambar 2.4 Larutan Garam 5 gram/200 ml, 10 gram/200 ml, dan 15 gram/200 ml

23
Gambar 2.5 Takaran Pembuatan Larutan Susu

Gambar 2.6 Larutan Susu 5 ml/200 ml, 10 ml/200 ml, dan 15 ml/200 ml

24

Anda mungkin juga menyukai