Anda di halaman 1dari 5

Peran Indonesia dalam KAA

Peran indonesia dalam Konferensi asia-afrika


Latar belakang KAA
Lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi, yaitu Blok Barat yang dipimpin
oleh Amerika Serikat (kapitalis) dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Sovyet (komunis),
semakin memanaskan situasi dunia. Perang Dingin berkembang menjadi konflik perang terbuka,
seperti di Jazirah Korea dan Indo-Cina. Perlombaan pengembangan senjata nuklir meningkat.
Hal tersebut menumbuhkan ketakutan dunia akan kembali dimulainya Perang Dunia.
Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala, mengundang para perdana
menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan
Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya.
Undangan tersebut diterima baik oleh semua pemimpin pemerintah negara tersebut.
Pada kesempatan itu, Presiden Indonesia, Soekarno, menekankan kepada Perdana Menteri
Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia Afrika
pada pertemuan Konferensi Kolombo tersebut.
Pada sidang yang ke-6, tanggal 30 April 1954, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo
berkesempatan mengajukan usulan agar diselenggarakan : “Suatu konferensi yang sama
hakikatnya dengan Konferensi Kolombo sekarang, tapi lebih luas jangkauannya dengan tidak
hanya memasukkan Negara-negara Asia, tetapi juga Negara-negara Afrika lainnya”. Reaksi
pertama atas usul Indonesia ini sangat skeptis dan pesimis. Namun hal ini tidak menyurutkan
semangat Indonesia untuk merealisasikannya. Hal ini terlihat dalam pernyataan Perdana Menteri
Ali Sastroamidjojo yang berkata:“Saya akan merasa puas apabila Konferensi Kolombo dapat
menyetujui bahwa Indonesia akan mensponsori sendiri Konferensi Asia Afrika demikian”
Ketetapan hati delegasi Indonesia ini membuahkan hasil dengan dicantumkannya keinginan
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di bagian terakhir Komunike Konferensi Kolombo.

Tindak lanjut usulan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo


Perdana Menteri Indonesia pergi ke Kolombo untuk memenuhi urndangan Perdana Menterl
Srilanka dengan membawa bahan-bahan hasil perumusan Pemerintah Indonesia. Bahan-bahan
tersebut merupakan hasil rapat dinas Kepala-kepala Perwakilan Indonesia di negara-negara Asia
dan Afrika yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mr. Sunario. Rapat dinas tersebut diadakan
di Tugu (Bogor) pada tanggal 9 sampai dengan 22 Maret 1954.
Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa para
Perdana Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak untuk mengadakan konferensi
negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki
sampai dimana kemungkinannya mengadakan konferensi semacam itu.
Istana Bogor, 28 – 19 Desember 1954, tempat pertemuan Lima Perdana Menteri Negar Sponsor
Konferensi Asia Afrika. Pemerintah Indonesia mengadakan penjajagan ke berbagai negara di
Asia dan Afrika. Dari 14 negara yang dijajagi, 12 negara telah memberikan jawaban positif.
Mereka setuju konferensi diselenggarakan di Indonesia dan dalam waktu secepatnya.
Kelima negara peserta Konferensi Bogor menjadi sponsor dan Indonesia dipilih menjadi tuan
rumah pada Konferensi Asia Afrika. Ditetapkan pula Konferensi Asia Afrika akan berlangsung
pada akhir minggu bulan April tahun 1955. Soekarno menunjuk Kota Bandung sebagai tempat
berlangsungnya konferensi tersebut.

Konferensi Asia Afrika


Presiden Indonesia, Soekarno, menyampaikan pidato Pembukaan Konferensi Asia Afrika, 18
April 1955. Dalam kesempatan tersebut Presiden Soekarno menyatakan bahwa kita, peserta
konferensi, berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang sosial dan budaya,
agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda, namun kita dapat bersatu,
dipersatukan oleh pengalaman pahit yang sama akibat kolonialisme, oleh ketetapan hati yang
sama dalam usaha mempertahankan dan memperkokoh perdamaian dunia.
Pidato tersebut berhasil menarik perhatian dan mempengaruhi hadirin yang dibuktikan dengan
adanya usul Perdana Menteri India dan didukung oleh semua peserta konferensi untuk
mengirimkan pesan ucapan terimakasih kepada presiden atas pidato pembukaannya. Secara
aklamasi, Perdana Menteri Indonesia terpilih sebagai ketua konferensi. Selain itu, Ketua
Sekretariat Bersama, Roeslan Abdulgani, dipilih sebagai sekretaris jenderal konferensi.
Sidang konferensi terdiri atas sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi peserta
konferensi. Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite
Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan susunan
pemimpin konferensi adalah sebagai berikut :
Ketua Konferensi Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Politik Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Ekonomi Roosseno, Menteri Perekonomian Indonesia
Ketua Komite Kebudayaan Muhammad Yamin, Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan Indonesia
Sekretaris Jenderal Konferensi Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri
Indonesia
Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh sekretaris jenderal konferensi rumusan pernyataan dari
tiap-tiap panitia (komite) sebagai hasil konferensi. Sidang Umum menyetujui seluruh pernyataan
tersebut, kemudian sidang dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu,
ketua konferensi menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia
Afrika ditutup.
Konsensus itu dituangkan dalam komunike akhir, yang salah satu isinya adalah mengenai
Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
Deklarasi yang tercantum pada komunike tersebut, selanjutnya dikenal dengan sebutan Dasasila
Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan
perdamaian dan kerja sama dunia.

KESIMPULAN

KAA diawali dengan Konferensi Kolombo di Sri Lanka yang diprakarsai oleh Sir John
Kotelawala. Latar belakang dan dasar pertimbangan terselenggaranya KAA adalah Perubahan
politik pada tahun 1950-an yaitu berakhirnya Perang Korea (1953). Peristiwa ini semakin
menambah ketegangan dunia. PBB sudah ada forum konsultasi dan dialog antarnegara yang baru
merdeka, tetapi di luar PBB belum ada forum yang menjembatani dialog antarnegara tersebut.
Persamaan nasib bangsa-bangsa di Asia dan Afrika, terutama pernah mengalami penjajahan.
Persamaan masalah sebagai negara yang masih terbelakang dan berkembang. Ingin menggalang
kekuatan negara-negara Asia Afrika agar mendukung perjuangan merebut Irian Barat. Memiliki
kedekatan yang kuat karena dihubungkan oleh faktor keturunan, agama, dan latar belakang
sejarah. Berdasarkan letak geografisnya, letak negara-negara Asia dan Afrika saling berdekatan.
Sebelum dilaksanakan KAA di Bandung tahun 1955, terlebih dahulu dilaksanakan Konferensi
Kolombo yang kemudian dilanjutkan dengan Konferensi Bogor. Konferensi Asia Afrika
dilaksanakan di Bandung pada tanggal 18 - 24 April 1955. Pelaksanaan KAA dibuka oleh
Presiden Soekarno. Tujuan penyelenggaraan KAA adalah mengembangkan saling pengertian dan
kerja sama antarbangsa Asia Afrika meningkatkan persahabatan. Membicarakan dan mengatasi
masalah-masalah sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Memerhatikan masalah khusus terkait
dengan kedaulatan, kolonialisme, dan imperialisme. Memerhatikan posisi dan partisipasi Asia
Afrika dan bangsa-bangsa dalam dunia internasional.
Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh 29 negara termasuk 5 negara pengundang. Ke-24 negara
yang diundang adalah 19 negara Asia dan 5 negara Afrika. Hasil dan keputusan yang dicapai
dalam KAA, antara lain kerja sama bidang ekonomi, kebudayaan, hak asasi manusia dan hak
menentukan nasib sendiri, serta memajukan perdamaian dunia. Hasil KAA yang paling mendasar
adalah Dasasila Bandung.

Terlaksananya KAA tidak bisa lepas dari peran Indonesia. Di samping sebagai salah satu pelopor
dan pemrakarsa KAA, Indonesia menyediakan diri sebagai tempat penyelenggaraan KAA. Hal
ini membuktikan prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo yang berhasil menyelenggarakan suatu
kegiatan yang bersifat internasional.

KAA berpengaruh sangat besar dalam upaya menciptakan perdamaian dunia dan mengakhiri
penjajahan di seluruh dunia secara damai, khususnya di Asia dan Afrika. Semangat KAA untuk
tidak berpihak pada blok Barat maupun blok Timur telah mendorong lahirnya Gerakan Nonblok.
Dengan demikian ketegangan dunia dapat diredam. Bagi Indonesia, KAA memberikan dua
keuntungan. Pertama pemerintah Indonesia berhasil mencapai kesepakatan mengenai masalah
RRC dwikewarganegaraan. Usai konferensi, mereka yang memiliki dwikewarganegaraan
diharuskan memilih menjadi warga negara Indonesia atau warga negara RRC. Kedua, RI
mendapat dukungan dalam perjuangan pengembalian Irian Barat. Berikut ini makna dan arti
penting terselenggaranya KAA

Anda mungkin juga menyukai