Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini penggunaan GMO atau Genetically Modified Organism telah meluas
dikarenakan adanya beberapa kelebihan yang didapatkan pada produk ini. GMO yang
merupakan hasil rekayasa genetika, tidak dapat disangkal mempunyai beberapa kelebihan.
Beberapa produk pertanian yang merupakan GMO bisa tahan terhadap hama, tahan terhadap
berbagai penyakit, penggunaan pestisida yang lebih sedikit, mempunyai penampilan yang
menarik, mempunyai nutrisi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan produk yang asli, dan
lain sebagainya. Beberapa kelebihan dari GMO tersebut diklaim dapat mengatasi masalah
populasi dan pangan yang dihadapi oleh dunia.
Rekayasa genetika merupakan salah bentuk kemajuan teknologi paling mutakhir dalam
dunia biologi molekuler. Oleh karena itu, rekayasa genetika memegang peranan penting dalam
merubah susunan genetika makhluk hidup sesuai dengan keperluan manusia di masa ini.
Penerapan rekayasa genetika juga telah memasuki perangkat terpenting bagi makhluk hidup
yakni gen sehingga tumbuhan yang dihasilkan dari rekayasa genetika ini diharapkan memiliki
sifat-sifat yang unggul, yang berbeda dari tanaman aslinya. Disusul dengan perkembangan
bioteknologi sehingga pemuliaan tanaman merupakan salah satu sektor paling menjanjikan
dalam industri pertanian. Namun, seperti teknologi baru lainnya, keberadaan tanaman hasil
rekayasa genetika mulai menuai kontroversi di masyarakat dunia. Ada pihak yang mendukung
dihasilkannya tanaman hasil rekayasa genetik (sering disebut sebagai tanaman transgenik), tetapi
ada beberapa pihak yang dengan jelas penggunaan tanaman transgenik ini pada manusia. Hal ini
menimbulkan polemik bagi masyarakat dunia terhadap keberadaan makanan hasil tanaman
transgenik yang sudah tersebar luas di berbagai pasar.
Perbaikan dan peningkatan kualitas produksi pertanian (intensifikasi) untuk beberapa
tahun yang lalu masih signifi-kan, karena ketersediaan sumber daya alam dan teknologi
pertanian cukup memadai dan berimbang dengan ketersediaan lahan dan peningkatan jumlah
penduduk. Keadaan ini sulit untuk dipertahankan dimasa akan datang, kecuali ada pendekatan
baru yang mena-warkan ide dan teknik untuk meningkatkan produktifitas pertanian. Penggunaan
rekayasa genetika memiliki potensi untuk menjadi problem solving dari ancaman krisis pangan
tersebut. Dengan segala kekurangannya rekayasa genetik. Dalam makalah ini kami mencoba

membahas mengenai rekayasa genetika, tumbuhan hasil modifikasi genetik dan polemik yang
ditimbulkannya. Pembahasan ini merupakan peninjauan ulang terhadap berbagai jurnal dan
artikel terkait rekayasa genetika dan pengaruhnya.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut :
Apa yang dimaksud dengan GMO?
Apa saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam GMO?
Apa saja contoh-contoh hasil dari GMO pertanian?
Apa itu golden rice?
Apa dampak negatif yang ditimbulkan dari proses GMO pertanian ini?
Bagaimana solusi untuk mengurangi dampak negatif dari proses GMO pertanian?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
D.

Untuk mengetahui pengertian GMO.


Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam GMO pertanian.
Untuk mengetahui contoh-contoh hasil dari GMO pertanian.
Apa itu golden rice?
Untuk mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan dari proses GMO pertanian.
Untuk mengetahui solusi untuk mengurangi dampak negatif dari proses GMO pertanian.
Manfaat Penulisan
Adapun beberapa manfaat yang dapat kami uraikan dalam penulisan makalah ini yaitu:

1.
2.
3.
4.
7.
5.
E.

Kita dapat mengetahui pengertian GMO.


Kita dapat mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam GMO pertanian.
Kita dapat mengetahui contoh-contoh hasil dari GMO pertanian.
Apa itu golden rice?
Kita dapat mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan dari proses GMO pertanian.
Kita dapat mengetahui solusi untuk mengurangi dampak negatif dari proses GMO pertanian.
Metode Penulisan

Adapun metode yang penulis gunakan dalam menyelesaikan makalah ini adalah metode
kepustakaan dan metode diskusi, dimana penulis mencari literatur yang ada kaitannya dengan
GMO pertanian, kemudian kami menyimpulkannya dengan terstruktur menjadi sebuah makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian GMO (Genetically modified organisms)
Selama bumi ini ada, selama itu pulalah manusia akan tetap ada dengan segala kebutuhan
yang dari hari-kehari kian meningkat baik kulitas maupun kuantitasnya. Meningkatnya kulitas
hidup serta nilai-nilai budaya manusia itu sendiri akan menuntut peningkatan dari kulitas

kebutuhannya, sedangkan pertambahan jumlah populasi manusia akan meningkatkan kuantitas


kebutuhan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut maka berkembanglah suatu
kemajuan teknologi baru yang memberikan kesempatan kepada manusia untuk menjadi arsitek
kehidupan yaitu GMO. GMO adalah Suatu jasad yang memiliki sifat baru, yang sebelumnya
tidak dimiliki oleh jenis jasad tersebut, sebagai hasil penambahan gen yang berasal dari jasad
lain. Juga disebut organisme transgenik.
B.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam GMO pertanian


GMO pertanian merupakan solusi bioteknologi dibidang pertanian, sejak dari

mempersiapkan bahan sampai dengan pengolahannya menjadi produk siap olah maupun siap
hidang. Dengan batasan ini ada ruang lingkup kegiatan dapat diklaim juga sebagai bidang GMO
pertanian, serta kultur sel tanaman dalam rangka menghasilkan bibit unggul tanaman.
C. Hasil dari GMO pertanian
Teknik-teknik GMO pertanian telah dimanfaatkan terutama untuk memberikan karakter
baru pada berbagai jenis tanaman. Penekanan pemberian karakter tersebut dapat dibagi kedalam
beberapa tujuan utama yaitu peningkatan hasil, kandungan nutrisi, kelestarian lingkungan, dan
nilai tambah tanaman-tanaman tertentu. Sebagai contoh, beberapa tanaman transgenik yang
dikembangkan adalah:
a. Peningkatan kandungan nutrisi: Pisang, cabe, raspberries, stroberi, ubi jalar
b. Peningkatan rasa: tomat dengan pelunakan yang lebih lama, cabe, buncis, kedelai
c. Peningkatan kualitas: pisang, cabe, stroberi dengan tingkat kesegaran dan tekstur yang
d.

meningkat
Mengurangi alergen: polong-polongan dengan kandungan protein allergenik yang lebih

rendah
e. Tanaman untuk produksi vaksin dan obat-obatan untuk mengobati penyakit manusia
f. Tanaman dengan kandungan nutrisi yang lebih baik untuk pakan ternak, dan lain-lain
Selain itu, pemanfaatan GMO pertanian seperti rekayasa genetika juga dapat
memudahkan petani dalam budidaya tanaman. Misalkan dalam pengendalian gulma yaitu dengan
menghasilkan tanaman yang memiliki ketahanan terhadap jenis herbisida tertentu. Sebagai
contoh adalah Roundup Ready yang terdiri dari kedelai, canola dan jagung yang tahan terhadap
herbisida Roundup. Di dunia saat ini telah banyak dilepas berbagai tanaman transgenik. Sebagai
contoh, di Asia yaitu di China pada tahun 2006 saja, telah telah ada sekitar 30 spesies tanaman
transgenik, antara lain padi, jagung, kapas, rapeseed, kentang, kedelai, poplar, tomat (delay

ripening dan ketahanan virus), petunia (warna bunga), paprika (virus resistance), kapas
(ketahanan hama) yang telah dilepas untuk produksi.
Kemajuan dan penerapan GMO pertanian tidak terlepas dari tanaman pangan. Untuk
memenuhi kebutuhan pangan dunia termasuk kebutuhan nutrisi, kemajuan GMO telah mewarnai
trend produksi pangan dunia. Padi saat ini masih merupakan tanaman pangan utama dunia.
Dengan demikian prioritas utama untuk teknik biologi molekuler dan transgenik saat ini masih
diutamakan pada padi. Selain karena merupakan tanaman pangan utama, padi memiliki genom
dengan ukuran sehingga dapat digunakan sebagai tanaman model utama. Selain padi tanaman
pangan yang telah banyak mendapat sentuhan GMO adalah kentang. Adapun beberapa contoh
dan paparannya adalah sebagai berikut.
D. Golden Rice
1. Sejarah Golden Rice

Penerapan bioteknologi pada tanaman padi sebenarnya telah lama dilakukan namun
menjadi sangat terdengar ketika muncul golden rice pada tahun 2001 yang diharapkan dapat
membantu jutaan orang yang mengalami kebutaan dan kematian dikarenakan kekurangan
vitamin A dan besi. Vitamin A sangat penting untuk penglihatan, respon kekebalan, perbaikan
sel, pertumbuhan tulang, reproduksi, hingga penting untuk pertumbuhan embrionik dan regulasi
gen-gen pendewasaan.
Luasan lahan pertanian yang semakin sempit mengakibatkan produksi perlahan harus
ditingkatkan. Peningkatan ini tidak hanya berupa peningkatan bobot panen namun juga nutrisi
atau nilai tambah. Oleh sebab itu dari suatu luasan yang sebelumnya hanya menghasilkan
karbohidrat diharapkan dapat ditambah dengan vitamin dan mineral. Hal inilah yang mendorong
para peneliti padi mengembangkan Golden Rice. Pada awalnya penelitian dilakukan untuk

meningkatkan kandungan provitamin A berupa beta karoten, dan saat ini fokus penelitian tetap
dilakukan.
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning
menyerupai emas. Rekayasa genetika merupakan metode yang digunakan untuk produksi Golden
Rice. Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma nutfah padi yang mampu untuk mensintesis
karotenoid. Pendekatan transgenik dapat dilakukan karena adanya perkembangan teknologi
transformasi dengan Agrobacterium dan ketersediaan informasi molekuler biosintesis karotenoid
yang lengkap pada bakteri dan tanaman. Dengan adanya informasi tersebut terdapat berbagai
pilihan cDNA. Produksi prototype Golden Rice menggunakan galur padi japonica (Taipe 309),
teknik transformasi menggunakan agrobacterium dan beberapa gen penghasil beta karoten
tanaman daffodil hingga bakteri.
Padi ini merupakan hasil rekayasa genetika. Ide ini berangkat dari keprihatinan
dijumpainya banyak anak-anak, terutama di Asia dan Afrika, yang menderita kekurangan vitamin
A.
Kekurangan vitamin A bisa menyebabkan kebutaan dan memperburuk penderita diare,
sakit pernafasan, dan cacar air. Lalu dipikirkan bagaimana memenuhi asupan vitamin A secara
praktis. Maka padi menjadi pilihan utama, karena termasuk makanan pokok bagi hampir seluruh
penduduk dunia.

2. Cara Melakukan Golden Rice

Bagaimana rekayasa golden rice dilakukan, sehingga bijinya bisa mengandung beta
karoten dan berwarna oranye kekuningan? Beta karoten adalah zat warna oranye kekuningan,
seperti pada tanaman wortel. Ia terbentuk dari bahan dasar (prekusor) geranyl geranyl
diphosphate (GGDP).
Melalui jalur biosintesa, GGDP akan diubah menjadi phytoene, diteruskan menjadi
lycopene, dan selanjutnya diubah lagi menjadi beta karoten. Secara alami, dalam biji padi sudah
terdapat GGDP, tetapi tidak mampu membentuk beta karoten. Perubahan dari GGDP menjadi
phytoene dilaksanakan oleh enzim phytoene synthase (PHY) yang disandi oleh gen phy.
Selanjutnya, gen crtI mengkode enzim phytoene desaturase yang bertanggung jawab untuk
mengubah phytoene menjadi lycopene. Ada satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah
lycopene menjadi beta karoten, yaitu lycopene cyclase (LYC).
Melalui sejumlah proses, maka gen phy, crtl, dan lyc yang berasal dari tanaman daffodil
(bunga narsis / bakung) disisipkan ke tanaman padi sehingga padi mampu memproduksi beta
karoten berwarna oranye kekuningan, yang kemudian disebut sebagai golden rice.
3. Kandungan Golden Rice

Provitamin A berupa
beta

karoten.

merupakan

zat

Beta

karoten

warna

oranye

kekuningan,

seperti pada tanaman

wortel. Golden

rice

mengandung

betakarotena dan di dalam tubuh manusia betakarotena tersebut akan diubah menjadi vitaminA.Vitamin A yang ada di dalam beras ini sanggup mengatasi defisiensi atau kekurangan Vitamin
A pada manusia. Golden rice juga mempunyai kandungan karbohidrat layaknya beras pada
umumnya, juga mengandung zat besi (Fe).
4. Manfaat Golden Rice

Manfaat

dari pembuatan beras emas (golden rice) adalah mampu menyediakan

rekomendasi harian yang dianjurkan dari vitamin dalam 100-200 gram beras sehingga dengan
mengkomsumsi beras emas (golden rice) ini dapat menyediakan kebutuhan vitamin A dan
karbohidrat yang diperlukan oleh tubuh. Mengatasi kekurangan vitamin A karena mengandung
beta karoten tinggi.
5. Kerugian dari Golden Rice
Kekhawatiran terhadap golden rice

dalam hal kesehatan antara lain karena ada

kekhawatiran zat penyebab alergi (alergen) berupa protein dapat ditransfer ke bahan pangan,
terjadi resistensi antibiotik karena penggunaan marker gene, dan terjadi outcrossing, yaitu
tercampurnya benih konvensional dengan benih hasil rekayasa genetika yang mungkin secara
tidak langsung menimbulkan dampak terhadap keamanan pangan.
Terhadap lingkungan dan perdagangan, pangan hasil rekayasa genetika (PRG)
dikhawatirkan merusak keanekaragaman hayati, menimbulkan monopoli perdagangan karena
yang memproduksi PRG (dalam hal ini Golden rice) secara komersial adalah perusahaan
multinasional, menimbulkan masalah paten yang mengabaikan masyarakat pemilik organisme
yang digunakan di dalam proses rekayasa, serta pencemaran ekosistem karena merugikan
serangga nontarget misalnya.

E.

Beberapa manfaat makanan hasil modifikasi genetik


Kebutuhan manusia akan ketersediaan bahan pangan akan meningkat dua kali lipat pada

50 tahun mendatang. Hal ini memerlukan ketersediaan makanan untk menghadapi tantangan di
masa datang dan makanan hasil modifikasi genetik diharapkan dapat memenuhi permasalahan
ini dengan kelebihannya :

a.

Tahan hama.
Kerugian tanaman akibat serangan hama serangga merupakan hal yang mengejutkan,

kehancuran dihasilkan dengan kerugian keuangan bagi petani dan mati kelaparan di negaranegara berkembang. Petani biasanya menggunakan berton-ton pestisida kimia setiap tahunnya
tetapi konsumen tidak ingin memakan makanan yang telah terkena pestisida karena
membahayakan kesehatan manusia dan sisa di lahan yang menggunakan pestida dan pupuk dapat
mencemari air dan hal membahayakan bagi lingkungan. Munculnya makanan hasil modifikasi
genetik seperti jagung B.t., dapat membantu mengurangi penggunaan pestisida kimia dan
mengurangi pengeluaran akibat dijualnya hasil tanaman ke pasar.
b. Toleran terhadap herbisida.
Pada beberapa hasil tanaman, hal yang kurang efisien dalam mencabut rumpur liar, maka
para petani selalu menyemprotkan dengan jumlah banyak herbisida yang berbeda-beda untuk
memusnahkan keberadaan rumput liar, membutuhkan waktu dan proses-proses yang mahal,
bahwa dibutuhkan perlindungan sehingga herbisida tidak membahayakan hasil tanaman atau
lingkungan. Hasil tanaman modifikasi genetik menjadi resisten pada satu jenis herbisida yang
dapat membantu melindungi lingkungan dari bahaya residu sejumlah herbisida.
c. Tahan penyakit
Banyak jenis-jenis virus, jamur dan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman.
Para ahli biologi tanaman bekerja menciptakan tanaman-tanaman dengan rekayasa genetik tahan
terhadap penyakit-penyakit ini.
d. Toleran terhadap dingin
Suhu dingin yang tidak diharapkan akan membunuh bibit yang sensitif. Suatu gen anti beku
dari ikan air dingin telah diintroduksikan ke dalam tanaman seperti tembakau dan kentang.
Dengan gen anti beku ini, tanaman ini mampu untuk bertahan dalam temperature dingin yang
pada kondisi normal dapat membunuh bibit yang tidak dimodifikasi.
e.

Toleran kekeringan / toleran salinitas


Pertumbuhan populasi dunia dan kelebihan lahan adalah kebutuhan untuk perumahan

disamping produksi makanan, para petani akan butuh untuk menanam hasil tanaman di lokasi
sebelumnya belum digunakan pengolahan tanaman. Pembuatan tanaman yang dapat bertahan
selama periode panjang terhadap kekeraingan atau kadar garam yang tinggi yang terkandung
dalam tanah dan air tanah akan membantu orang untuk menanam hasil tanaman di lahan yang
kurang bersahabat.
f. Nutrisi

Kekurangan nutrisi umumnya terjadi di negara-negara dunia ketiga dimana perbaikan pada
hasil tanaman seperti beras adalah bahan makanan utama bagi kehidupan mereka. Walaupun
demikian, beras tidak mengandung sejumlah besar nutrisi yang dibutuhkan untuk mencegak
malnutrisi. Jika beras dapat direkayasa genetik untuk mengandung vitamin dan mineral
tambahan maka kekurangan nutsisi dapat dihindari.
g. Farmasi
Obat-obatan dan vaksin sering menimbulkan pengeluaran dan kadang kala dibutuhkan
konsisi penyimpanan khusus yang tidak tersedia di negara-negara dunia ketiga. Para peneliti
bekerja untuk mengembangkan vaksin yang dapat dimakan pada tomat dan kentang. Vaksin ini
akan lebih mudah untuk dikirim, disimpan dan dikelola daripada vaksin suntik yang
konvensional.
h. Pengobatan tanaman
Tidak semua tanaman modifikasi genetik tumbuh sebagai hasil tanaman atau buah.
Berlanjutnya polusi tanah dan air tanah menjadi masalah di seluruh bagian di dunia. Tanaman
seperti pohon poplar yang telah di rekayasa genetik untuk dapat membersihkan polusi logam
berat dari tanah yang telah terkontaminasi.
F. Dampak negatif yang ditimbulkan dari proses bioteknologi pangan
Pemanfaatan bioteknologi untuk meningkatkan produksi pertanian menimbulkan
kecemasan bagi sementara pihak tentang kesehatan, yang menyangkut keselamatan umum,
perlindungan lingkunga sampai resiko terhadap kesehatan perorangan. Bioteknologi pertanian
memberikan harapan terciptanya suatu isitem pertanian yang berkelanjutan. Tetapi ada yang
berpendapat bahwa bioteknologi dapat mengakibatkan terciptanya gulma baru maupun hama dan
penyakit baru, memasukkan racun dalam makanan, merusak pendapatan petani, mengganggu
sistem pangan dunia, dan merusak keanekaragaman hayati.
Pentingnya lingkungan dalam sistem pertanian sering dikaitkan dengan konservasi
sumber daya alam dan sumber daya hayati. Kekhawatiran dari penerapan bioteknologi pertanian
adalah potensi timbulnya organisme baru yang dapat berkembang biak dengan tidak terkendali
sehingga merusak keseimbangan alam. Tanaman transgenik yang memiliki keunggulan sifat-sifat
tertentu dikhawatirkan menjadi gulma super yang berperilaku seperti gulma dan tidak dapat
dikendalikan. Selain menimbulkan dampak agroekosistem, produk pangan transgenik
dikhawatirkan membahayakan bagi kesehatan manusia. Salah satu tanaman transgenik dapat

menimbulkan alergi pada uji laboratorium, yaitu kedelai transgenik yang mengandung
methionine-rich protein dari Brazil.
Ada empat jenis resiko yang mungkin ditimbulkan oleh produk transgenik yaitu : (1)
Efek akibat gen asing yang diintroduksi ke dalam organisme transgenik, (2) Efek yang tidak
diharapkan dan tidak ditargetkan akibat penyisipan gen secara random dan interaksi antara gen
asing dan gen inang di dalam organisme transgenik, (3) Efek yang dikaitkan dengan sifat
konstruksi gen artifisial yang disisipkan ke dalam organisme transgenik, dan (4) Efek dari aliran
gen, terutama penyebaran secara horizontal dan sekunder dari gen dan konstruksi gen dari
organisme transgenik ke spesies yang tidak berkerabat.
Resiko di atas menimbulkan potensi bahaya bagi lingkungan dan manusia sebagai
berikut: (1) Pemindahan DNA transgenik secara horisontal ke mikroorganisme tanah, yang dapat
mempengaruhi ekologi tanah, (2) Kerusakan organisme tanah akibat toksin dari transgenik yang
bersifat pestisida, (3) Gangguan ekologis akibat transfer transgen kepada kerabat liar tanaman,
(4) Kerusakan pada serangga yang menguntungkan akibat transgenik bersifat pestisida, (5)
Timbulnya virus baru, (6) Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik, termasuk dan terutama
pada manusia yang memakan produk transgenik, dan (7) Meningkatnya kecenderungan allergen,
sifat toksik atau menurunnya nilai gizi pada pangan transgenik.
Keamanan pangan merupakan jaminan bahwa suatu pangan tidak akan menyebabkan
bahaya bagi konsumen, apaila pangan tersebut disiapkan/dimasak dan atau dikonsumsi sesuai
dengan petunjuk dan penggunaan makanan tersebut. Untuk produksi bahan pangan, jasad hidup
yang digunakan haruslah jasad hidup kelompok GRAS (Generally Recognizes as Safe), yaitu
kelompok jasad hidup yang dianggap aman digunakan sebagai sumber bahan pangan.
Dalam rangka pengendalian pangan, parameter obyektif sangat diperlukan dalam
pembuatan keputusan. Hal itu adalah kebutuhan terhadap kualitas pangan dan standard
keamanan, pedoman dan rekomendasi. Perdagangan pada pangan organik dan hasil pertumbuhan
pada sektor ini dibatasi oleh ketidakadaan peraturan yang harmonis diantara partner-partner
dagang yang potensial. Pada tahun 1991, masyarakat Eropa mengadopsi peraturan tentang
produksi organik hasil pertanian. Pada tahun 1999, CODEX Alimentarius Commission (CAC)
membuat pedoman untuk produksi, pemrosesan, pelabelan dan pemasaran makanan-makanan
yang diproduksi secara organik. Peraturan-peraturan ini mengatur prinsip-prinsip produksi

organik di lahan, pada tahap persiapan, penyimpanan, transportasi, pelabelan dan pemasaran. Hal
ini tidak secara langsung mencakup hewan ternak tetapi pada proses pengembangan peraturan
untuk produksi hewan ternak secara organik. Adopsi dari pedoman internasional merupakan
langkah yang penting dalam penyediaan pendekatan yang terpadu untuk mengatur subsektor
makanan organik dan fasilitas bagi perdagangan makanan organik. Pemahanam umum tentang
pengertian dari organik seperti halnya yang ada pada pedoman internasional yang diketahui
memberikan ukuran yang penting terhadap gerakan pemberdayaan perlindungan konsumen
melawan praktek-praktek kecurangan.
G. Solusi untuk mengurangi dampak negatif dari proses bioteknologi pangan
Pengertian pertanian organik awalnya berkembang dari konsep pertanian akrap
lingkungan yang di perkenalkan oleh Mokichi Okada pada tahun 1935, yang kemudian dikanal
dengan konsep Kyusei Nature Farming (KNF). Konsep ini memiliki lima prinsip, yaitu : (1)
Menghasilkan makanan yang aman dan bergizi; (2) Menguntungkan baik secara ekonomi
maupun spiritual; (3) Mudah dipraktekkan dan mampu langgeng; (4) Menghormati alam dan
menjaga kelestarian lingkungan; dan (5) Menghasilkan makanan yang cukup untuk manusia
dengan populasi yang semakin meningkat.
Pertanian organik merupakan metode pertanian yang tidak menggunakan pupuk sintetis
dan pestisida. Gambaran ini tidak menyebutkan esensi dari bentuk pertanian, tetapi pengelolaan
pertanian seperti pemupukan tanah dan pengendalian masalah hama penyakit. Meskipun banyak
teknik tunggal yang digunakan pada pertanian organik digunakan dalam kisaran luas sistem
pengelolaan pertanian, yang membedakan pertanian organik adalah titik tekan dari
pengelolaannya. Pada sistem organik titik tekannya adalah pemeliharaan dan pengembangan
secara menyeluruh pada kesehatan tanah-mikroba-tanaman-hewan (holistic approach) pada
pertanian individual, yang berpengaruh terhadap hasil saat ini dan di masa mendatang.
Penekanan pada pertanian organik adalah pada penggunaan input (termasuk pengetahuan)
dengan cara yang mendorong proses biologis dalam penyediaan unsur hara tersedia dan
ketahanan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman. Pengeloaan secara langsung
diarahkan pada pencegahan masalah, dengan menstimulasi proses-proses yang mendukung
dalam penyediaan hara dan pengendalian hama penyakit.

Departmen Pertanian Amerika Serikat (1980), menegaskan konsep pertanian organik


adalah sebagai berikut: sistem produksi yang menghindari penggunaan pupuk sintetis, pertisida,
hormon pertumbuhan, dan bahan aditif sintetik makanan ternak. Untuk hasil yang maksimum,
sistem pertanian organik mengandalkan rotasi tanaman, sisa-sisa tanaman, pupuk kandang,
legume, pupuk hijau, sampah-sampah organik, budidaya mekanis, batuan mineral, dan aspekaspek pengendalian hama penyakit biologis untuk memelihara produktivitas tanah untuk
menyediakan hara tanaman dan untuk mengendalikan serangga, gulma dan organisme
pengganggu tanaman lainnya.
Menurut CAC (1999), pertanian organik adalah keseluruhan sistem pengelolaan produksi
yang mendorong dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati,
siklus biologis dan aktivitas biologis tanah. Hal itu menekankan penggunaan praktek-praktek
pengelolaan yang mengutamakan penggunaan input off-farm yang memperhitungkan kondisi
regional sistem yang disesuaikan secara lokal. Hal ini merupakan penyempurnaan dengan
menggunakan jika memungkinkan agronomik, biologis, dan metode mekanis yang bertentangan
dengan penggunaan bahan-bahan sintetik untuk memenuhi fungsi-fungsi spesifik dalam sistem.
Sistem pertanian organik berpijak pada kesuburan tanah sebagai kunci keberhasilan
produksi dengan memperhatikan kemampuan alami dari tanah, tanaman, dan hewan untuk
menghasilkan kualitas yang baik bagi hasil pertanian maupun lingkungan. Ada tiga kunci yang
harus ada pada sistem pertanian organik, yaitu : (1) merupakan suatu sistem pertanian
menyeluruh; (2) membatasi bahan aatau input noorganik; dan (3) menjaga kelestariaan dan
kelangsungan agroekosistem. Prinsip pertanian organik adalah bersahabat dan selaras dengan
lingkungan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dipaparkan pada bagian pembahasan, dapat saya simpulkan
bahwa penerapan bioteknologi pangan yang bertujan demi ketahanan pangan adalah sesuatu
yang baik dan berguna untuk kelangsungan kehidupan manusia dan juga makhluk bumi. Jika
ternyata hasil dari proses bioteknologi pangan tersebut menimbulkan dampak balikan yang justru
membahayakan bagi kesehatan manusia itu sendiri, kita merasa itu adalah salah satu bagian dari
cuplikan adegan proses panjang ke arah penemuan cara untuk menghasilkan ketahanan pangan
bagi masyarakat dunia. Karena kita harus percaya bahwa kesempurnaan adalah milik Tuhan yang
maha segala-galanya dan kita sebagai makhluk ciptaannya harus berusaha minimal untuk
mencapai satu bagian (walaupun kecil) dari kesempurnaan tersebut. Haram hukumnya bagi kita
untuk menghentikan sebuah proses discovery (penemuan) hanya dengan alasan-alasan yang
bahkan jauh lebih tidak ilmiah dari apa yang kita temukan. Dalam masalah bioteknologi pangan
yang justru menimbulkan bahaya bagi kesehatan, salah satu solusinya adalah pertanian organik.

Karena pertanian organik ini lebih mengutamakan kesuburan tanah sebagai faktor penting
pertumbuhan tanaman.
B.

Rekomendasi
Kesadaran yang perlu ditingkatkan bagi seluruh makhluk bumi adalah bagaimana

menciptakan bumi yang lebih baik dan lebih lestari ke depannya tanpa meninggalkan aspek
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, dalam proses peningkatan ketahanan
pangan dengan bioteknologi pangan, harus juga diperhatikan aspek kelestarian SDA dan SDM
tersebut. Jangan sampai bioteknologi pangan justru membuat degradasi kualitas kesehatan
masyarakat bumi. Dan juga penulis merekomendasikan untuk melakukan pertanian organik
(sebagai solusi sementara yang ditemukan oleh para ahli sebelum ditemukan lagi solusi-solusi
baru lainnya), dalam meningkatkan produksi pangan. Penulis yakin bahwa IPTEK akan terus
berkembang dan selalu ke arah kepentingan kemaslahatan dan kebaikan umat manusia, sehingga
kita (termasuk penulis) harus berusaha untuk membuat penemuan-penemuan baru khususnya di
bidang ketahanan pangan ini.

MAKALAH BIOTEKNOLOGI
( GOLDEN RICE)

DISUSUN OLEH :

1. ANDI ALFIAN ANGGARA


2. A. MENA MULYA RAJA

SMA NEGERI 2 PANGKAJENE

Anda mungkin juga menyukai