Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN UOP 2

ABSORBSI

Kelompok : 6

Alristo Sanal 1106070836

Galih Mery Damaiati 1206314610

Ratna Dewi Verinasari 1106070893

Willi Yaohandy 1106052991

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2014

DIFUSI Page 1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan akhir modul absorbsi ini.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan makalah Industri Kertas ini.
Pihak-pihak yang turut membantu penulisan antara lain:
1. Tim dosen pengampu mata kuliah praktikum unit operasi proses 2 yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan dan nasihat dalam pembuatan
makalah ini
2. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, oleh sebab itu saya memohon maaf apabila terjadi kesalahan teknis maupun non
teknis didalam makalah ini.
Akhir kata, saya berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Terimakasih
Depok, Mei 2014

Tim Penulis

DIFUSI Page 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 5

1.1 Tujuan Percobaan ..................................................................................................... 5

1.2 Prinsip Kerja Percobaan ........................................................................................... 5

1.3 Dasar Teori ............................................................................................................... 5

1.3.1 Definisi ........................................................................................................... 5

1.3.2 Peralatan dan Instrumentasi ............................................................................ 7

1.3.3 Jenis Kolom Absorber .................................................................................... 9

1.3.3 Faktor-faktor yang Memperngaruhi Laju Absorbsi ........................................ 13

BAB II PROSEDUR PERCOBAAN ............................................................................... 15

2.1 Alat dan Bahan ........................................................................................................ 15

2.1.1 Alat yang Digunakan ...................................................................................... 15

2.1.2 Bahan yang Digunakan ................................................................................... 15

2.2 Langkah Kerja ......................................................................................................... 17

2.2.1 Absorbsi CO2 ke dalam Air pada Packed Bed Column .................................. 17

2.2.2 Absorbsi CO2 ke dalam NaOH pada Packed Bed Column ............................. 17

BAB III DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA ................................. 18

3.1 Data Pengamatan ..................................................................................................... 28

DIFUSI Page 3
3.1.1 Absorbsi CO2 ke dalam Air pada Packed Bed Column .................................. 18

3.1.2 Absorbsi CO2 ke dalam NaOH pada Packed Bed Column ............................. 19

3.2 Pengolahan Data ...................................................................................................... 20

3.2.1 Absorbsi CO2 ke dalam Air pada Packed Bed Column .................................. 20

3.2.2 Absorbsi CO2 ke dalam NaOH pada Packed Bed Column ............................. 23

BAB IV ANALISIS ........................................................................................................... 28

4.1 Analisis Percobaan .................................................................................................. 28

4.1.1 Absorbsi CO2 ke dalam Air pada Packed Bed Column .................................. 28

4.1.2 Absorbsi CO2 ke dalam NaOH pada Packed Bed Column ............................. 29

4.2 Analisis Data dan Hasil Perhitungan ....................................................................... 31

4.2.1 Absorbsi CO2 ke dalam Air pada Packed Bed Column .................................. 31

4.2.2 Absorbsi CO2 ke dalam NaOH pada Packed Bed Column ............................. 32

4.3 Analisis Kesalahan .................................................................................................. 34

4.4 Analisis Alat dan Bahan .......................................................................................... 35

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 36

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 36

DIFUSI Page 4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan praktikum modul absorpsi ini adalah :

1. Menentukan laju absorpsi CO2 dan mempelajari pola absorbsi CO2


dengan air menggunakan alat analisa gas yang tersedia.
2. Menentukan laju absorpsi CO2 dan mempelajari pola absorpsi CO2
dengan larutan NaOH menggunakan alat analisis larutan yang tersedia.

1.2. Prinsip Kerja Percobaan

Prinsip kerja percobaan praktikum modul absorpsi ini adalah melakukan


percobaan secara kuantitatif dengan menghitung jumlah CO2 yang terabsropsi ke
dalam air dan larutan NaOH dengan menggunakan analisis gas dan analisis
larutan. Analisis gas dilakukan dengan menggunakan peralatan Hempl yang
menggunakan prinsip analisis volumetrik. Analisis larutan dilakukan dengan
menggunakan proses titrasi.

1.3. Dasar Teori

1.3.1 Definisi

Absorpsi merupakan proses yang terjadi ketika suatu komponen gas


(absorbat) berdifusi ke dalam cairan (absorben) dan membentuk suatu larutan.
Prinsip dasar dari absorpsi adalah memanfaatkan besarnya difusivitas molekul-
molekul gas pada larutan tertentu. Bila campuran gas dikontakkan dengan cairan
yang mampu melarutkan salah satu komponen dalam gas tersebut dan keduanya
dikontakkan dalam jangka waktu yang cukup lama pada suhu tetap, maka akan
terjadi suatu kesetimbangan dimana tidak terdapat lagi perpindahan massa.
Driving force dalam perpindahan massa ini adalah tingkat konsentrasi gas terlarut
(tekanan parsial) dalam total gas melebihi konsentrasi kesetimbangan dengan
cairan pada setiap waktu.

DIFUSI Page 5
Sebagai ilustrasi dapat diamati, bila gas (rich gas) yang mudah larut dalam
air dengan konsentrasi tertentu memasuki bagian bawah kolom absorpsi, bergerak
naik secara berlawanan arah (countercurrent) dengan air murni yang bergerak
turun melalui bagian atas kolom, akan jelas terlihat bahwa jumlah gas yang
terlarut dalam total gas keluar akan turun (lean gas) dan konsentrasi gas dalam air
akan naik.

Laju yang menunjukkan perpindahan molekul terlarut yang terabsorpsi


dikenal dengan interface mass-transfer rate dan bergantung dengan jumlah
permukaan kontak kedua fluida. Jumlah area kontak tersebut berhubungan erat
dengan ukuran dan bentuk material isian (packing), laju cairan, distribusi cairan
antar permukaan packing, potensi cairan untuk menggenang, dan sifat-sifat lain.

Gambar 1.1 Pergerakan molekul gas ke liquid

Berdasarkan interaksi antara absorbent dan absorbate, absorpsi dibedakan


menjadi:

Absorpsi Fisika
Komponen yang diserap pada absorpsi ini memiliki kelarutan yang lebih
tinggi (dibanding komponen gas lain) dengan pelarut (absorben) tanpa melibatkan
reaksi kimia.

DIFUSI Page 6
 Contoh: Absorpsi menggunakan pelarut shell sulfinol, Selexol, Rectiso
(LURGI), flour solvent (propylene carbonate).
Absorpsi Kimia
Melibatkan reaksi kimia saat absorben dan absorbat berinteraksi. Reaksi
yang terjadi dapat mempercepat laju absorpsi, serta meningkatkan kapasitas
pelarut untuk melarutkan komponen terlarut.
 Contoh: Absorpsi yang menggunakan pelarut MEA, DEA, MDEA, Benfield
Process (Kalium Karbonat)

1.3.2 Peralatan dan Instrumentasi

 Pemilihan Pelarut

Pertimbangan pemilihan pelarut yang digunakan untuk proses absorpsi


memiliki kriteria sebagai berikut:

a) Tujuan dari proses absorpsi, di antaranya:

 Menghasilkan larutan yang spesifik, maka pelarut ditentukan berdasarkan


sifat dari produk. Contoh: produksi HCl.
 Menghilangkan kandungan tertentu dari gas, maka ada banyak pilihan yang
mungkin. Misalnya air yang merupakan pelarut paling murah, tersedia
dalam jumlah yang banyak, dan sangat kuat untuk senyawa polar.

b) Kelarutan Gas

Kelarutan gas harus tinggi sehingga dapat meningkatkan laju absorpsi dan
menurunkan kuantitas pelarut yang diperlukan. Umumnya, pelarut yang
memiliki sifat yang sama dengan bahan terlarut akan mudah dilarutkan.

c) Volatilitas

Pelarut harus memiliki tekanan uap yang rendah karena jika gas yang
meninggalkan kolom absorpsi jenuh dengan pelarut, maka akan ada banyak
pelarut yang terbuang. Jika diperlukan, dapat menggunakan cairan pelarut

DIFUSI Page 7
kedua, yaitu yang volatilitasnya lebih rendah untuk menangkap porsi gas
teruapkan.

d) Korosivitas

Material bangunan menara dan isinya sedapat mungkin tidak dipengaruhi


oleh sifat pelarut. Pelarut yang korosif dapat merusak menara dan oleh
sebab itu memerlukan material menara yang mahal atau tidak mudah
dijumpai, oleh karenanya kurang disukai.

e) Harga

Penggunaan pelarut yang mahal dan tidak mudah ter-recoveryakan


meningkatkan biaya operasi menara absorber.

f) Ketersediaan

Ketersediaan pelarut di dalam negri akan sangat berpengaruh terhadap


stabilitas harga dan biaya operasi secara keseluruhan.

g) Viskositas

Viskositas pelarut yang rendah amat disukai karena akan terjadi laju
absorpsi yang tinggi, meningkatkan karakter flooding dalam menara, serta
perpindahan kalor yang baik.

h) Lain-lain

Sebaiknya pelarut tidak memiliki sifat toksik, flamable, dan sebaliknya


pelarut sedapat mungkin harus stabil secara kimiawi dan memiliki titik beku
yang rendah.

DIFUSI Page 8
1.3.3 Jenis Kolom Absorber

Secara umum kolom absorber dibagi menjadi tiga, yaitu Packed Bed
Column, Plate Column dan Spray Column. Pada sub-bab ini hanya akan
dijelaskan mengenai jenis kolom yang digunakan pada percobaan yaitu Packed
Bed Column.

 Keunggulan Menara Packed Bed


• Fabrikasi yang minim
Kolom isian hanya membutuhkan sejenis packing support dan sebuah
distributor cairan untuk tiap ketinggian 10 ft.

• Versatilitas
Materi isian dapat dengan mudah ditukar sehingga mudah meningkatkan
efisiensi, menurunkan pressure drop, dan meningkatkan kapasitas.

• Minim Korosi
Larutan asam dan larutan yang bersifat korosif lainnya dapat diatasi oleh
packed bed column karena konstruksi kolom terbuat dari material yang
tahan korosi.

• Pressure drop yang rendah


Lebih rendah jika dibandingkan dengan jenis Sieve Tray.

• Capital cost yang rendah


Bila digunakan isian plastik dengan diameter kurang dari 3 ft, investasi
masih dianggap murah.

 Kelemahan Menara Packed Bed


 Jika terdapat padatan atau pengotor, maka akan sulit dibersihkan
 Isian packed column akan mudah patah selama proses pengisian dan proses
pemanasan.
 Tidak ekonomis jika laju alir pelarut tinggi

DIFUSI Page 9
Gambar 1.2 Packed Bed Column

 Ketentuan Isian dari Menara Packed Bed


a) Bersifat inert terhadap fluida
b) Kuat tetapi tidak berat
c) Memiliki fraksi kekosongan yang cukup untuk menjamin kontak yang
optimal namun tidak menaikkan pressure drop
d) Biaya murah
 Terdapat dua metode pengisian packing pada kolom absorber, yaitu:
a) Random Packing
Pengisian secara acak memberikan luas permukaan spesifik yang besar
dan porositas yang lebih kecil, sehingga menurunkan biaya investasi.
Namun, pressure drop yang dihasilkan akan lebih besar.

b) Regular or Stack Packing


Pengisian yang tersusun memberikan pressure drop yang lebih kecil dan
efektif untuk laju alir yang tinggi. Namun, investasi lebih besar.

DIFUSI Page 10
d

Gambar 1.3 Jenis isian dalam Packed Bed Column

 Pressure Drop pada Packed Bed Column

Faktor penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan kolom isian


adalah besarnya pressure drop. Hal ini terutama berkaitan dengan fenomena yang
disebut dengan flooding (penggenangan), dimana cairan yang seharusnya
bergerak menuruni kolom, tertahan pergerakannya oleh tekanan gas yang terlalu
besar atau ruang antar isian terlalu rapat.

Fenomena flooding dapat terjadi bila pada laju alir gas konstan, laju alir
cairan dinaikkan sehingga cairan mengisi lebih banyak ruang antar isian dan
mengurangi ruang gerak gas. Bila hal ini terus terjadi, maka akan timbul
fenomena flooding cairan serta kenaikan pressure drop yang tinggi. Hampir sama
dengan di atas, untuk laju alir cairan turun yang tetap, ternyata laju alir gas
ditingkatkan sehingga pressure drop ikut naik, maka akan terjadi flooding.

Persamaan Blake-Kozeny digunakan untuk perhitungan pressure drop


pada kolom isian:

P 150 1   
2
 v0 ...1)
L D 2p 3

 Persamaan Umum pada Kolom Absorber

 Neraca Massa

DIFUSI Page 11
Untuk memahami persamaan neraca massa yang berlaku pada kolom
absorber, perhatikan gambar berikut:

Gambar 1.4 Skema neraca massa pada kolom isian

In = Out

Gm1  Lm 2  Gm 2  Lm1 ...2)

Gm  y1  y2   Lm x1  x2  ...3)

Dimana,

Gm1 = Laju alir molar inlet gas


Gm2 = Laju alir molar outlet gas
Lm1 = Laju alir molar outlet liquid
Lm2 = Laju alir molar inlet liquid
x = Fraksi mol gas terlarut dalam liquid murni
y = Fraksi mol gas terlarut dalam inert gas

DIFUSI Page 12
 Koefisien Transfer Massa Gas Menyeluruh (KOG atau KG)
Koefisien transfer massa gas menyeluruh (Overall Mass Transfer
Coefficient, gas concentration) merupakan parameter yang erat kaitannya dengan
laju difusi atau perpindahan massa gas ke liquid. Semakin besar nilai koefisien,
semakin besar pula laju difusi gas. Persamaan yang digunakan untuk menentukan
KOG adalah sebagai berikut:

ln  i 
P
 
Ga Po 
K OG  ...4)
a  AH Pi  Po

Dimana,

KOG = koefisien transfer massa gas menyeluruh (gr.mol/atm.m2.sekon)


Ga = jumlah gas terlarut dalam liquid
a = luas spesifik (440 m2/m3)
AH = volume kolom
Pi = Fraksi mol inlet  tekanan total
Po = Fraksi mol outlet  tekanan total
Persamaan 4) menunjukkan bahwa semakin besar nilai koefisien transfer
massa gas, maka jumlah gas yang terlarut dalam liquid akan lebih banyak. Selain
itu, persamaan tersebut menunjukkan adanya pengaruh tekanan kolom dalam
menentukan nilai koefisien transfer massa gas. Hal ini karena pengaruh adanya
isian pada kolom yang menyebabkan pressure drop yang selalu harus
diperhitungkan dalam kolom isian. Semakin besar pressure drop maka
perpindahan massa gas ke liquid akan semakin kecil.

1.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Absorpsi

a) Luas Permukaan Kontak

Semakin besar permukaan gas dan pelarut yang kontak, maka laju absorpsi
yang terjadi juga akan semakin besar. Hal ini dikarenakan, permukaan

DIFUSI Page 13
kontak yang semakin luas akan meningkatkan peluang gas untuk berdifusi
ke pelarut.

b) Laju Alir Fluida

Jika laju alir fluida semakin kecil, maka waktu kontak antara gas dengan
pelarut akan semakin lama. Dengan demikian, akan meningkatkan jumlah
gas yang berdifusi.

c) Konsentrasi Gas

Perbedaan konsentrasi merupakan salah satu driving force dari proses difusi
yang terjadi antar dua fluida.

d) Tekanan Operasi

Peningkatan tekanan akan meningkatkan efisiensi pemisahan.

e) Temperatur Komponen Terlarut dan Pelarut

Temperatur pelarut hanya sedikit berpengaruh terhadap laju absorpsi.

f) Kelembaban Gas

Kelembaban yang tinggi akan membatasi kapasitas gas untuk mengambil


kalor laten, hal ini tidak disenangi dalam proses absorpsi. Dengan demikian,
proses dehumidification gas sebelum masuk ke dalam kolom absorber
sangat dianjurkan.

DIFUSI Page 14
BAB II

PROSEDUR PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan
 Menara absorpsi sebagai alat berlangsungnya
 Tangki air sebagai wadah penyimpanan air berkapasitas 30 Liter
 Tangki CO2 sebagai wadah penampungan gas karbondioksida yang akan
diabsorpsi
 Labu ukur 1 liter sebagai wadah larutan HCl dan NaOH
 Pipet tetes untuk meneteskan bahan kimia identifikasi seperti pp dan methyl
orange.
 Labu Erlenmeyer sebagai wadah untuk melakukan titrasi
 Gelas ukur sebagai wadah awal sampel.
 Titrator untuk berfungsi sebagai wadah larutan pentritasi.
 Stopwatch untuk mengukur waktu pengambilan sampel.

2.1.2 Bahan yang digunakan


 Larutan BaCl2 5% wt
 Larutan NaOH 0.027 M
 PP sebagai larutan identifikasi yang akan digunakan dalam proses titrasi.
 MO (Metil Orange) sebagai larutan identifikasi yang akan digunakan dalam
proses titrasi.
 Air (H2O) sebagai solvent pada proses absorpsi. Air yang digunakan berasal
dari air keran laboratorium POT II Departemen Teknik Kimia UI.
 Gas CO2 sebagai zat yang akan diabsorpsi pada praktikum ini

DIFUSI Page 15
2.2 Langkah Kerja
2.2.1 Absorbsi CO2 ke Dalam Air pada Packed Bed Column

 Mengisi kedua globes dengan alat analisis absorpsi, yakni dengan 1 M


larutan NaOH dengan menggunakan sarung tangan dan goggles.
Memastikan level globes semula 0.
 Mengisi liquid reservoir tank dengan ¾ penuh air bersih.
 Dengan control valve (C2 dan C3) untuk aliran udara tertutup, menyalakan
pompa dan memastikan air mengalir melewatkan kolom dengan laju sekitar
6 L/min dengan mengatur flowmeter F1 melalui bukaan control valve C1.
 Menyalakan kompresor, mengatur bukaan control valve C2 untuk
mengalirkan udara dengan laju alir 30 L/min pada flowmeter F2.
 Dengan hati – hati membuka pressure regulating valve pada silinder CO2
dan memastikan control valve C3 terbuka dan memberikan aliran F3 yang
besarnya setengah dari F2.
 Setelah 15 menit atau hingga mencapai keadaan tunak, mengambil sampel
dari gas secara simultan pada titik sampel S1 dan S2. Kemudiain
menganalisisnya dengan peralatan analisis yang digunakan.
2.2.2 Absorbsi CO2 ke Dalam NaOH pada Packed Bed Column

 Mengisi liquid reservoir tank dengan sekitar ¾ penuh 0.2 M larutan NaOH.
 Dengan control valve (C2 dan C3) untuk aliran gas tertutup, menyalakan
pompa dan memastikan larutan NaOH mengalir melewati kolom dengan
laju sekitar 3 L/min dengan mengatur flowmeter F1 melalui bukaan control
valve C1.
 Menyalakan kompresor, mengatur bukaan control valve C2 untuk
mengalirkan udara dengan laju alir 30 L/min pada flowmeter F2.
 Dengan hati – hati membuka pressure regulating valve pada silinder CO2
dan memastikan control valve C3 terbuka dan memberikan aliran F3 yang
besarnya setengah dari F2.

DIFUSI Page 16
 Setelah 15 menit atau hingga mencapai keadaan tunak, mengambil 250 mL
sampel dari gas secara simultan setiap 20 menit pada titik sampel S4 dan S5.
Kemudiain menganalisisnya dengan peralatan analisis yang digunakan.

DIFUSI Page 17
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan

3.1.1 Absorbsi CO2 ke Dalam Air pada Packed Bed Column

F1 : laju alir air masuk packed column = 3 liter/menit = 0.05 L/s

F2 : laju alir udara masuk packed column = 30 liter/menit = 0.5 L/s

F3 : laju alir CO2 masuk packed column = 3 liter/menit = 0.05 L/s

Waktu = 15 menit

Konsentrasi NaOH = 0,1 M

Volume sampel = 40 ml

HCl = 0.0277 M

BaCl2 = 100 ml (5% berat)

Karakteristik kolom (dari literatur dalam modul) :

𝜋
Volume kolom (AH) = 4 × (0,075 𝑚)2 × 1,4 𝑚 =

0,0062 𝑚3

Jenis packing = 9 mm Raschig rings

Luas area packing/unit volume tower = 440 m2/m3

Tekanan total kolom = 759,17 mmHg

Suhu kolom = 292 K =19 oC

Pressure drop kolom = 100 mmH2O = 7 mmHg

L = 0.051

DIFUSI Page 18
Sumber T1 (ml) T2(ml) BaCl2 (ml) T3 (ml)
S4 4 3.2 0.88 6.5
S5 4.6 2.8 1.98 6.6

Keterangan :

T1 : volume HCl yang dibutuhkan untuk menetralisir NaOH dan mengubah


karbonat menjadi bikarbonat

T2 : total volume HCl yang ditambahkan hingga mencapai end point kedua
atau volume HCl yang digunakan untuk menetralkan basa NaOH dan Na2CO3
(dalam ml)

T3 : volume asam yang ditambahkan untuk menetralkan NaOH (dalam ml)

BaCl2 : Volume BaCl2 yang ditambahkan

S4 : saluran output yang terletak di bagian bawah kolom absorbsi

S5 : saluran input yang terletak di tangki

3.1.2 Absorbsi CO2 ke Dalam NaOH pada Packed Bed Column

V1 (mL) V2 (mL) F1 (L/s) F2 (L/s) F3 (L/s)


40 1,6 0,05 0,5 0,05

DIFUSI Page 19
3.2 Pengolahan Data

3.2.1 Absorbsi CO2 ke Dalam Air pada Packed Bed Column

Perhitungan kandungan CO2 yang terabsorpsi dan koefisien transfer massa


gas dihitung berdasarkan proses absorpsi yang dilakukan selama 15 menit.

 Menghitung Kandungan CO2Terabsorbsi

Dengan menggunakan peralatan Hempl, diperoleh fraksi volume CO2 yaitu V2/V1.
Gas diasumsikan bersifat ideal sehingga diasumsikan fraksi volume CO2 tersebut
sama dengan fraksi molnya (fraksi volume CO2 = fraksi mol CO2). Pada
percobaan ini juga dilakukan pengecekan terlebih dahulu sampel yang masuk ke
dalam kolom absorpsi agar mempunyai nilai fraksi CO2 yang sama seperti yang
diindikasikan oleh flowmeter pada aliran masuk.

𝐹3 0,05
𝑌𝑖 = = = 0,09091
𝐹2 + 𝐹3 0,5 + 0,05

Yi adalah fraksi mol gas CO2 pada aliran gas masuk (inlet).

𝑉2 1,6
𝑌𝑜 = ( ) = = 0,04
𝑉1 𝑜 40

Y0merupakan fraksi mol gas CO2 pada aliran gas keluar (outlet)

Dalam menentukan kandungan CO2 pada sampel gas dipergunakan neraca


massa pada packed column absorber, sebagai berikut :

(𝐹𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 × 𝑌𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 ) = (𝐹𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 × 𝑌𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 ) + 𝑎𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

(𝐹𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 × 𝑌𝐶𝑂2,𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 ) = (𝐹𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 × 𝑌𝐶𝑂2 ,𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 ) + 𝐹𝐶𝑂2,𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡

DIFUSI Page 20
Bila diumpamakan Fa dalam satuan liter/sekon adalah CO2 yang terserap dari
puncak kolom hingga dasar kolom, persamaannya menjadi:

CO2 inlet – CO2 outlet = CO2terserap

(𝐹2 + 𝐹3 )𝑌𝑖 − (𝐹2 + (𝐹3 − 𝐹𝑜 ))𝑌𝑜 = 𝐹𝑎

(𝑌𝑖 − 𝑌𝑜 )(𝐹2 + 𝐹3 ) (0,09091 − 0,04)(0,5 + 0,05)


𝐹𝑎 = =
1 − 𝑌𝑜 1 − 0,04
= 0,02917 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

Hasil yang diperoleh dengan satuan liter/sekon kemudian dikonversi


menjadi g.mol/sekon (Ga), dengan persamaan, sebagai berikut:

𝐹𝑎 𝑃𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑚𝑚𝐻𝑔 273


𝐺𝑎 = × ×
22,42 760 𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑇𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 + 273

Dimana : Pkolom = 762,58 mmHg dan suhukolom = 19 oC, sehingga :

0,02917 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛 762,58 𝑚𝑚𝐻𝑔 273


𝐺𝑎 = × ×
22,42 760 𝑚𝑚𝐻𝑔 19 + 273

𝐺𝑎 = 0,00123 𝑔. 𝑚𝑜𝑙/𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

 Menghitung Koefisien Transfer Massa Gas

Ga merupakan jumlah CO2 terabsorbsi di dalam air. Untuk menghitung


besarnya koefisien transfer massa gas menggunakan persamaan, sebagai berikut:

𝑃
𝐺𝑎 ln (𝑃𝑖 )
𝑜
𝐾𝑂𝐺 = ×
𝑎 × 𝐴𝐻 (𝑃𝑖 − 𝑃𝑜 )

Keterangan:

KOG= Koefisien transfer massa gas (g.mol/atm.m2.sekon)

𝜋
Volume kolom absorber (AH) = 4 × (0,075 𝑚)2 × 1,4 𝑚 = 0,0062 𝑚3

DIFUSI Page 21
Pi = Fraksi mol inlet x tekanan total = Yi x P column

= 0,09091 x (762,58)atm = 69,327 atm

Po = Fraksi mol outlet x tekanan total = Yo x P column

= 0,04 x (762,58)atm = 30,504 atm

a = Luas spesifik (440 m2/m3)

sehingga diperoleh :

69,327
0,00123 ln ( ) 𝑔𝑚𝑜𝑙
30,504
𝐾𝑂𝐺 = × = 9, 5346 𝑥 10−6
440 × 0,0062 (69,327 − 30,504) 𝑎𝑡𝑚. 𝑚2 . 𝑠𝑒𝑐

DIFUSI Page 22
3.2.2 Absorbsi CO2 ke Dalam NaOH pada Packed Bed Column

Pada percobaan ini praktikan bertujuan untuk mengetahui banyaknya gas


CO2 yang terabsorbsi dan juga koefisin transfer massa gas. Percobaan ini
dilakukan selama 15 menit, dengan menggunakan peralatan Hempl. Dari peralatan
tersebut kita mendapatkan data fraksi volume CO2 yaitu V2/V1. Gas diasumsikan
bersifat ideal sehingga diasumsikan fraksi volume CO2 tersebut sama dengan
fraksi molnya (fraksi volume CO2 = fraksi mol CO2). Pada percobaan ini juga
dilakukan pengecekan terlebih dahulu sampel yang masuk ke dalam kolom
absorpsi agar mempunyai nilai fraksi CO2 yang sama seperti yang diindikasikan
oleh flowmeter pada aliran masuk.

Pertama-tama kita perlu mencari nilai fraksi mol gas CO2 pada aliran gas
masuk dan keluar

𝐹3 0,05
𝑌𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = = = 0,0909
𝐹2 + 𝐹3 0,5 + 0,05

𝑉2 1,2
𝑌𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 = ( ) = = 0,06
𝑉1 𝑖 20

Yi adalah fraksi mol gas CO2 pada aliran gas masuk (inlet).

Selain itu kita juga dapat menghitung nilai dari Y0

𝑉2 0,5
𝑌𝑜 = ( ) = = 0,025
𝑉1 𝑜 20

Y0merupakan fraksi mol gas CO2 pada aliran gas keluar (outlet)

Setelah mendapatkan fraksi teori dan percobaan kita dapat menghitung kesalahan
yang terjadi.

0,0909 − 0,06
% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 𝑌𝑖 = | | × 100% = 51,5%
0,06

DIFUSI Page 23
Selanjutnya kita melihat menghitung Aliran gas yang masuk dan yang
keluar. Pada perhitungan aliran gas masuk (Gi) kita menggunakan rumus sebagai
berikut

(𝐹2 + 𝐹3 ) 760 + 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 273


𝐺𝑖 = × ×
22,42 760 𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚

Dimana

Suhu kolom = 292 K =19 oC

Pressure drop kolom = 100 mmH2O = 7 mmHg

Sehingga didapat hasil seperti berikut

(0,5 + 0,05) 760 + 7 273 𝑔𝑚𝑜𝑙


𝐺𝑖 = × × = 0,0231
22,42 760 292 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

Setelah kita mendapatkan aliran gas masuk kita dapat menghitung besar
Aliran Gas Keluar (Go) seperti berikut

1 − 𝑌𝑖 (1 − 0,06) 𝑔𝑚𝑜𝑙
𝐺𝑜 = 𝐺𝑖 = 0,0231 = 0,0216
1 − 𝑌𝑜 (1 − 0,025) 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
Dari aliran gas masuk dan keluar tersebut kita dapat menghitung Jumlah
CO2 terabsorb pada aliran gas = (0,0231 – 0,0216) gmol/sekon = 0,0015
gmol/sekon

Selanjutnya kita melihat menghitung Aliran cairan yang masuk dan yang
keluar. Dimana konsentrasi CO2 berhubungan dengan konsumsi hidroksida dalam
cairan oleh karena itu kita menghitung NaOH

Pada titik inlet (sampel S4) :

𝑇3 (𝑖) 6.6
𝐶𝑐𝑖 = × 0,20 = × 0,20 = 0,0264
50 50

Pada titik outlet (sampel S5) :

DIFUSI Page 24
𝑇3 (𝑜) 6.5
𝐶𝑐𝑜 = × 0,20 = × 0,20 = 0,026
50 50

Jumlah NaOH sama dengan jumlah CO2 terabsorb :

𝐿 0,051 𝑔𝑚𝑜𝑙
= × (𝐶𝑐𝑖 − 𝐶𝑐𝑜 ) = × (0,0264 − 0,026) = 1,02 × 10−5
2 2 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Selanjutnya kita menghitung besar Na2CO3 sehingga dapat didapatkan banyaknya


karbonat:
Konsentrasi Na2CO3 :
(𝑇2 − 𝑇3 ) × 0,20 × 0,50
𝐶𝑁 =
50
(2.8 − 6.6) × 0,20 × 0,50
𝐶𝑁,𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 = = −0,0076
50
(3.2 − 6.5) × 0,20 × 0,50
𝐶𝑁,𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = = −0,0066
50
Sehingga dapat dihitung Karbonat yang dihasilkan (oleh CO2 yang terabsorp)
yaitu
𝐾𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛𝑎𝑡 = 𝐿 (𝐶𝑁, 𝑜𝑢𝑡 – 𝐶𝑁, 𝑖𝑛)
= 0,051 (−0,066 − (−0,076))
= 0,01 𝑔𝑚𝑜𝑙/𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

 Menghitung Koefisien Transfer Massa Gas

Untuk menghitung besarnya koefisien transfer massa gas menggunakan


persamaan, sebagai berikut:

𝑃
𝐺𝑎 ln (𝑃𝑖 )
𝑜
𝐾𝑂𝐺 = ×
𝑎 × 𝐴𝐻 (𝑃𝑖 − 𝑃𝑜 )

Keterangan:

KOG = Koefisien transfer massa gas (g.mol/atm.m2.sekon)

AH = Volume kolom absorber

DIFUSI Page 25
a = Luas spesifik (440 m2/m3)

Ga = jumlah CO2 terabsorbsi di dalam air

Selanjutnya kita perlu mencari variable-variabel yang belum diketahui dari rumus
tersebut

𝜋
Volume kolom (AH) = 4 × (0,075 𝑚)2 × 1,4 𝑚 = 0,0062 𝑚3

 Mencari nilai Pi dan Po


Pi = Fraksi mol inlet x tekanan total = Yi x P column

= 0,06 x (759,17/760)atm = 0,05993 atm

Po = Fraksi mol outlet x tekanan total = Yo x P column

= 0,025 x (759,17/760)atm = 0,024973 atm

 Mencari nilai Ga

(𝑌𝑖 − 𝑌𝑜 )(𝐹2 + 𝐹3 ) (0,06 − 0,025)(0,5 + 0,05)


𝐹𝑎 = = = 0,0197 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
1 − 𝑌𝑜 1 − 0,025

Hasil yang diperoleh dengan satuan liter/sekon kemudian dikonversi menjadi


g.mol/sekon (Ga), dengan persamaan, sebagai berikut:

𝐹𝑎 𝑃𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑚𝑚𝐻𝑔 273


𝐺𝑎 = × ×
22,42 760 𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑇𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 + 273

Pkolom = 759,17 mmHg

Suhu kolom = 19 oC

0,0197 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛 759,17 𝑚𝑚𝐻𝑔 273


𝐺𝑎 = × ×
22,42 760 𝑚𝑚𝐻𝑔 19 + 273

𝐺𝑎 = 0,0008 𝑔. 𝑚𝑜𝑙/𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

DIFUSI Page 26
Sehingga didapatkan nilai koefisien transfer massa gas sebagai berikut:

0,05993
0,0008 ln (0,024973) gmol
𝐾𝑂𝐺 = × = 0,007418
440 × 0,0062 (0,05993 − 0,024973) atm. m2 . sec

DIFUSI Page 27
BAB IV
ANALISIS

4.1 Analisis Percobaan


4.1.1 Absorbsi CO2 ke Dalam Air pada Packed Bed Column

Tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk melihat peristiwa absorpsi gas
CO2 dalam air dengan menggunakan alat analisis gas yang tersedia. Peristiwa
absorpsi gas CO2 dalam air dapat diamati dengan cara menghitung selisih fraksi
mol CO2 pada inlet dan fraksi mol CO2 pada outlet dalam packed bed column.
Fraksi mol dari CO2 dicari dengan cara mengasumsikan gas CO2 dan udara
sebagai gas ideal. Sehingga berdasarkan hukum Avogadro, kita dapat
menganggap fraksi volum gas CO2 dalam aliran gas dapat dianggap sebagai
fraksi mol gas CO2 dalam aliran gas.
Pada proses absorpsi CO2 ini dapat terjadi dikarenakan adanya driving
force berupa perbedaan densitas antara senyawa-senyawa yang saling kontak di
mana senyawa yang memiliki densitas lebih rendah, dalam percobaan ini gas CO2
dan udara, akan berpindah ke dalam senyawa yang memiliki densitas lebih tinggi,
dalam percobaan ini air. Untuk memastikan terjadi kontak yang banyak antara gas
CO2 dan udara dengan air, maka laju alir gas CO2 dan udara dibuat lebih besar
daripada laju alir air sehingga waktu tinggal air dalam kolom absorpsi menjadi
lebih lama.
Fraksi mol gas CO2 pada masukan dapat juga dihitung langsung
menggunakan data laju alir udara dan CO2 masuk. Sementara fraksi mol gas CO2
pada keluaran dapat dicari dengan menggunakan analisis gas sisa dengan
peralatan Hempl. Gas CO2 pada aliran keluaran mengindikasikan jumlah gas CO2
yang tidak terabsorp oleh air. Sebelum menggunakan peralatan, sebaiknya
peralatan disterilkan dari keberadaan gas sisa yang terdapat di sekitar absorption
globe, agar gas yang berada dalam sistem dalam keadaan vakum dan tidak
tercampur dengan gas lain. Pada peralatan terdapat piston yang akan mendorong

DIFUSI Page 28
gas outlet. Dengan mendorong piston pada tabung V1 sehingga sampel masuk ke
dalam absorption globe berisi NaOH.
Setelah itu, piston pun kemudian ditarik kembali. Sehingga mengakibatkan
larutan NaOH akan ikut tertarik melebihi batas nol pada tabung indikator. Hal ini
menunjukkan bahwa volume campuran udara CO2 berkurang karena CO2 telah
terabsorbsi oleh NaOH sehingga volume gas lebih sedikit dari V1. Tabung V1 dan
absorption globe terisolasi dari atmosfer sehingga ruang kosong pada V1 yang
tadinya diisi oleh molekul CO2 akan digantikan oleh larutan NaOH. Dengan
demikian, volume NaOH yang tertarik melebihi batas nol pada tabung indikator
akan sama dengan volume CO2 yang terdapat dalam sampel. Piston ditarik dan
didorong kembali beberapa kali untuk memastikan sudah semua CO2 terabsorbsi
oleh larutan NaOH dalam absorption globe. Setelah fraksi mol CO2 pada inlet
dan outlet kolom diketahui, maka jumlah CO2 yang terabsorpsi dapat dihitung
dengan menggunakan neraca massa pada kolom di mana jumlah gas CO2 yang
terabsorpsi merupakan selisih antara aliran gas CO2 yang masuk dengan aliran
gas CO2 yang keluar.

4.1.2 Absorbsi CO2 ke Dalam NaOH pada Packed Bed Column

Pada percobaan kali ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya CO2 yang
dapat terabsorpsi oleh air. Analisis dalam percobaan ini dilakukan dengan
membandingkan rate CO2 masuk dengan rate CO2 keluar.Karbon dioksida (CO2)
yang terabsorbsi merupakan selisih antara CO2 inlet ke packed column dengan
CO2 yang keluar dari packed column(CO2 terabsorbsi = CO2inlet – CO2outlet)
atau dengan persamaan:

Fo 
Y1  Y0 F2  F3 
1  Y0 
Pada dasarnya seperti yang telah diketahui prinsip dasar dari absorpsi adalah
perpindahan senyawa dari konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih
rendah. Pada percobaan kali ini, CO2 dan udara dikontakkan dengan
air.Konsentrasi CO2 pada campuran CO2 dan udara lebih besar dibandingkan

DIFUSI Page 29
dengan konsentrasi CO2 di dalam air. Oleh sebab itu, akan terjadi perpindahan
masa CO2 dari campuran CO2 dan udara menuju air. Peristiwa perpindahan ini
dilakukan dengan cara mengontakkan campuran CO2 dan udara dengan air.
CO2 dan udara setelah itu dialirkan melalui bagian bawah kolom sehingga
bergerak ke atas.Sedangkan air dialirkan melalui bagian atas kolom sehingga
bergerak ke bawah. Karena pergerakannya berlawanan arah dan melewati tempat
yang sama, maka akan terjadi kontak antara campuran CO2–udara dan air. Laju
alir CO2 dan udara diatur lebih besar dibandingkan dengan laju alir air. Hal ini
bertujuan agar terjadi kontak yang lebih baik sehingga pengabsorpsian CO 2 dapat
berjalan dengan lebih maksimal. Pada prakteknya, gas CO2 tidak dapat diabsorp
seluruhnya oleh air.
Oleh karena itu, jumlah CO2 yang terabsorp dihitung dengan mengambil
data jumlah CO2di inlet dan di outlet.Selisih dari kedua nilai tersebut merupakan
jumlah CO2 yang dapat diabsorp oleh air. Percobaan diawali dengan tahap
preparasi.Pada tahap preparasi, dilakukan pembuangan gas sisa yang berada di
sekitar absorbtion globe dengan piston agar semua gas yang berada dalam sistem
keluar seluruhnya.Hal ini dilakukan agar jumlah gas yang terdeteksi adalah benar-
benar gas yang berasal dari sistem (tidak ada udara luar yang masuk). Dengan
demikian perhitungan dari percobaan ini akan lebih presisi.
Setelah itu, piston kemudian didorong, hal ini dilakukan untuk memasukkan
sample gas ke dalam absorbsition globe yang sebelumnya telah berisi NaOH 1M.
NaOH berguna untuk mengabsorbsi CO2 Data yang diambil selanjutnya adalah
V2 yang merupakan volume CO2 yang telah terabsorbsi oleh larutan NaOH yang
ditunjukkan oleh skala, yang dalam perhitungan digunakan sebagai jumlah CO2
pada aliran keluar Kemudian piston ditarik kembali, dengan tujuan untuk
menghilangkan udara yang tidak terabsorbsi oleh NaOH ke atmosfir, karena
NaOH hanya akan mengabsorb CO2.

DIFUSI Page 30
4.2 Analisis Data dan Hasil Perhitungan
4.2.1 Absorbsi CO2 ke Dalam Air pada Packed Bed Column

Pengolahan data percobaan dilakukan untuk menghitung berapa banyak


CO2 yang terabsorbsi oleh air dan menghitung besarnya koefisien transfer
gas.Mula-mula praktikan menghitung jumlah kandungan CO2 pada sampel yang
masuk ke packed column. Kandungan CO2 dapat diketahui dengan menghitung
fraksi CO2 pada aliran CO2 maupun udara, kandungan CO2 inlet sebanyak 0,06
dan kandungan CO2 outlet sebanyak 0,03. Jumlah CO2 yang diserap dalam kolom
dihitung dari analisis sampel inlet dan outlet. Fraksi volume CO2 pada aliran gas
outlet pada perhitungan diperoleh dari nilai V2/V1, V1 merupakan volume CO2
dan udara pada sampel yang akan diabsorbsi oleh NaOH, sedangkan V2
merupakan CO2 yang terabsorb oleh NaOH. Nilai fraksi CO2 pada aliran gas
masukan ataupun keluaran telah diperoleh, kemudian praktikan menghitung
jumlah CO2 yang terabsorb oleh air di sepanjang kolom (nilai Fo sebesar
0,02917 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙/𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 ), setelah diubah ke dalam satuan g.mol/sekon
diperoleh nilai sebesar 0.000123 g.mol/sekon.

Nilai koefisien transfer massa gas dapat dihitung dengan mengasumsikan


bahwa aliran volume tidak dipengaruhi oleh penurunan tekanan yang terjadi
sepanjang kolom, karena penurunan ini nilainya kecil dibandingkan dengan
tekanan atmosfer, sehingga dapat diabaikan. Oleh karena itu, hasil perhitungan
koefisien transfer massa gas yang didapat pada analisis gas di percobaan ini akan
kurang akurat dibanding hasil yang diperoleh pada analisis larutan. Koefisien
transfer massa gas yang diperoleh dengan analisis gas adalah sebesar
9, 5346 𝑙 10−6 gmol/atm.m2.sekon, dari data yang diperoleh koefisien transfer
massa gas pada percobaan relatif kecil menandakan waktu kontak yang terjadi
tidak terlalu lama. Hal ini dapat terjadi karena sampel CO2 yang mungkin sudah
akan habis.

DIFUSI Page 31
4.2.2 Absorbsi CO2 ke Dalam NaOH pada Packed Bed Column

Pada pengolahan data kita mendapatkan banyaknya CO2 yang terabsorbsi


dan besarnya koefisien transfer gas. Pada percobaan ini terdapat perhitungan gas
CO2 yang terserap dengan cara menganalisis banyaknya larutan Na2CO3 yang
terbentuk dari reaksi antara gas CO2 dan larutan NaOH. Dari perngolahan data
kita mendapatkan bahwa laju alir larutan NaOH yang digunakan untuk
mengabsorbsi CO2 adalah sebesar 1.02 x10-5 g.mol/detik. Dengan menggunakan
laju alir larutan NaOH tersebut kita mendapatkan gas CO2 yang terabsorbsi ke
dalam NaOH sebanyak 0,01 g.mol/detik. Sehingga didapat nilai koefisien transfer
massa sebesar 0,0074 gmol/atm.m2.detik. nilai koefisien transfer massa tersebut
mencerminkan laju difusi atau perpindahan massa gas ke liquid, dimana semakin
besar nilai koefisien maka semakin besar juga laju difusi gas tersebut.
Dari kedua percobaan di atas, dapat kita bandingkan banyaknya gas CO2
terabsorbsi pada air maupun pada larutan NaOH. Perbandingan tersebut disajikan
pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Praktikum Modul Absorpsi


Absorbsi dalam
Absorbsi dalam air
larutan NaOH
Gas CO2 0.000687
0,01 g.mol/detik
terabsorbsi g.mol/sekon
Koefisien transfer 0.005843 0,0074
massa gas gmol/atm.m2.sekon gmol/atm.m2.sekon

Dari tabel berikut dapat dilihat bahwa gas CO2 terabsorbsi lebih
banyak pada larutan NaOH dibandingkan dengan air. Selain itu hal ini sejalan
dengan besar koefisien transfer massa gas pada larutan NaOH lebih besar
dibandingkan dengan air yang mengindikasikan banyaknya gas CO2 yang
terasorbsi ke dalam larutan. Hal ini dapat terjadi dikarnakan pada absorbsi CO2
pada NaOH terjadi absorbsi kimiawi yang disebabkan oleh bertemunya asam

DIFUSI Page 32
(CO2) dan basa (NaOH) yang mengasilkan garam dengan ikatan ionic sedangkan
pada absorbsi CO2 dengan air akan terjadi absorbsi fisika yang menghasilkan
ikatan kovalen dimana ikatan ionik lebih mudah terbentuk dibandingkan dengan
ikatan kovalen.

DIFUSI Page 33
4.3 Analisis Kesalahan

Selama malakukan percobaan, mungkin saja terjadi beberapa kesalahan yang


dianggap dapat menyebabkan ketidaksempurnaan pada hasil percobaan, dibawah
ini adalah beberapa kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi antara lain :

1. Dalam melakukan pembacaan skala pada buret mungkin saja praktikan


kurang teliti.
2. Saat melakukan penggambilan sampel S4 dan S5 tidak benar-benar pada
waktu yang bersamaan sehingga juga mempengaruhi konsentrasi NaOH
dan Na2CO3 yang diperoleh.
3. Ketidakakuratan dalam mengukur volum larutan yang ingin dititrasi.
4. Kelebihan pemberian indikator sehingga mempengaruhi konsentrasi.
5. Ketidakakuratan dalam melakukan penambahan volum pada larutan BaCl2.
6. Tidak meratanya aliran udara di seluruh bagian packed kolom.
7. Kesulitan mengontrol laju alir udara yang masuk ke dalam kolom karena
flow meter sudah kurang akurat.
8. Alat yang sudah terlalu lama juga bisa mengakibatkan kesalahan
pembacaan yang bisa mempengaruhi nilai dari hasil percobaan kali ini.

DIFUSI Page 34
4.4 Analisis Alat dan Bahan
Pada percobaan ini beberapa bahan yang digunakan adalah larutan NaOH,
BaCl2, air, Indikator Metil Orange dan Phenolphtalein. Larutan NaOH berfungsi
sebagai absorben pada proses absorbsi yang melarutkan gas CO2 dari aliran gas
masuk kolom absorbsi yang tercampur dengan udara. Larutan barium klorida
berfungsi menjadi larutan pengendap untuk semua anion karbonat menjadi barium
karbonat untuk kedua sampel yaitu S4 dan S5.
Terdapat dua jenis indikator yang digunakan, yaitu indikator
phenolphtalein dan metil orange. Indikator phenolphtalein menjadi indikator
tercapainya endpoint pada titrasi tahap awal untuk menetralisir anion karbonat.
Sedangkan Indikator metil orange menjadi indikator tercapainya endpoint pada
titrasi tahap lanjut untuk menetralisir anion bikarbonat. Air digunakan sebagai
pelarut universal dari bahan – bahan diatas (kecuali indikator PP dan MO) saat
preparasi bahan.
Pada percobaan ini alat-alat yang digunakan meliputi kolom absorbsi, flow
meter, pompa, sump tank, tabung gas CO2 dan apparatur Hempl. Pada kolom
absorbsi berlangsung proses absorbsi dimana gas CO2 akan larut ke dalam
absorben dan nantinya akan dianalisis sebagai seberapa banyak gas yang larut.
Pada kolom ini terdapat packing yang berguna untuk membuat aliran absorben
yang masuk dari atas kolom menjadi ruah atau turbulen sehingga gas yang ingin
diabsorbsi mudah masuk ke dalam badan cairan. Gas CO2 akan masuk melalui
selang. Apparatur Hempl dan flow meter digunakan untuk menghitung fraksi gas
karbondioksida pada aliran gas masuk dan keluar kolom absorbsi.
Terdapat juga sump tank yang berfungsi sebagai wadah absorben yang
kemudian dipompakan ke atas kolom. Sump tank ini juga sekaligus menjadi
tempat untuk membuat larutan kaustik NaOH yang merupakam absorben pada
percobaan kedua. Tabung gas CO2 berfungsi sebagai sumber gas CO2 yang akan
dialirkan ke larutan NaOH dan Air.

DIFUSI Page 35
BAB V
KESIMPULAN

Dari keseluruhan percobaan, diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :

 Jika semakin tinggi laju udara yang terdapat didalam kolom, maka akan
semakin besar pula pressure drop yang terjadi di dalam kolom.

 Tujuan dari operasi absorpsi adalah memisahkan gas tertentu dari


campuran gas-gas dengan menggunakan pelarut.
 Peristiwa absorbsi melibatkan perpindahan massa, yang juga melibatkan
pelarutan dari suatu bahan (fasa gas ke fasa cair). Fenomena absorbsi juga
dapat ditingkatkan dengan cara memperluas permukaan kontak.
 Percobaan kali ini menggunakan packing untuk memperbesar luas
permukaan kontak. Dapat juga dengan meningkatkan laju alir dari fluida
baik gas maupun cairan yang melewati kolom absorbsi.
 Umpan yang terletak di bagian bawah kolom absorpsi adalah gas
sedangkan umpan bagian atas adalah umpan fasa cair.
Jumlah karbondioksida yang terabsorbsi secara matematis merupakan selisih
antara CO2 inlet dengan CO2 yang keluar menara absorpsi

DIFUSI Page 36

Anda mungkin juga menyukai