Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA FISIKA 2

ADSORBSI DAN ABSORBSI


Dosen Pengampu
Oktariani S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH :
1. Hana Monica (196120929)
2. Nurjannah Aliyah (196120327)
3. Rizki Adi Saputra (196120357)
4. Sari Widianti (196120286)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik,
hidayah, rahmat dan karunianya serta kelapangan berpikir dan waktu,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Ibuk Oktariani, S.Pd., M.Pd pada mata kuliah ‘Kimia Fisika 2’. Selain
itu, materi makalah ini juga untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang ‘Absorbsi dan Adsorbsi’ pada mata kuliah yang sedang penyusun
pelajari agar dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Penyusun juga menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan
demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Atas kritik dan
sarannya penyusun ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi banyak orang. Aamiin.

Pekanbaru, 4 Mei 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
2.1 Absorbsi..................................................................................................... 2
2.2 Adsorbsi..................................................................................................... 4
2.3 Perbedaan Absorbsi dan Adsorbsi.................................................. 7
2.4 Isoterm Adsorbsi ................................................................................... 7
BAB III PENUTUP....................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 10
3.2 Saran............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya teknologi di bidang pertanian, industri, dan kehidupan
sehari-hari meningkatkan jumlah polutan berbahaya di lingkungan. Salah
satu dampak peningkatan teknologi adalah tercemarnya sumber air secara
terus menerus. Keberadaan polutan pada air dapat memberikan efek yang
tidak baik pada kehidupan sehari-hari. Salah satu polutan air adalah limbah
yang berasal dari zat warna. Limbah cair zat warna dapat menyebabkan efek
kronis dan atau akut pada makhluk hidup tergantung pada lamanya paparan
dan konsentrasi zat warna (Allen dan Koumanova, 2005 : 176).
Berbagai metode telah dilakukan guna mengatasi limbah cair zat warna,
baik secara kimia, fisika, biologi, maupun gabungan ketiganya. Upaya
penanggulangan limbah cair dapat dilakukan melalui adsorpsi. Adsorpsi
merupakan peristiwa penyerapan sesuatu zat baik berupa gas maupun zat
cair pada permukaan adsorben. Adsorpsi terjadi karena adanya interaksi
antara dua fasa sehingga terdapat beberapa partikel yang bergerak ke bidang
antarfasa dan terjadi akumulasi antarfasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi
adsorpsi menurut Reynolds (1982) adalah luas permukaan adsorben, ukuran
partikel, waktu kontak, dan distribusi ukuran pori.
Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas
dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan pelarut udara yang
diikuti dengan pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan
hanya oleh gaya-gaya fisik (pada absorbsi fisik) atau selain gaya tersebut juga
oleh ikatan kimia (pada absorbsi kimia). Komponen gas yang dapat
mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahuludan juga dengan
kecepatan yang lebih tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari absorbsi dan adsorbsi ?
2. Sebutkan jenis-jenis adsorbsi dan absorbsi ?
3. Jelaskan perbedaan absorbsi dengan adsorbsi ?
4. Apa pengertian dari isoterm adsorbsi ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Absorbsi
A. Pengertian Absorbsi
Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas
dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan zat cair yang di
ikuti dengan pelarutan. Definisi absorbsi adalah proses penyerapan suatu zat
oleh zat lain. Dalam proses ini, zat yang diserap masuk ke bagian dalam zat
penyerap. Misalnya peristiwa pelarutan (gas ke dalam zat cair atau zat
padat), difusi (zat cair ke dalam zat padat), warna yang diserap oleh suatu
benda (warna absorbsi), penyerapan sinar bias oleh suatu zat pada peristiwa
bias kembar (absorbsi selektif) dan penyerapan energi oleh electron di dalam
satuan atom (spectrum absorbsi).
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan di
absorbsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.
Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben
yaitu :
 Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang
sebesar mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume
alat lebih kecil).
 Selektif
 Memiliki tekanan uap yang rendah
 Tidak korosif
 Mempunyai viskositas yang rendah
 Stabil secara termis
 Murah
B. Jenis-Jenis Absorbsi
1. Absorbsi Fisik
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan
penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Penyerapan terjadi
karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau pelarutan

2
gas ke fase cair. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi gas H 2S dengan
air, metanol, propilen, dan karbonat. Dari absorbsi fisik ini ada
beberapa teori untuk menyatakan model mekanismenya, yaitu :
 Teori model film
 Teori penetrasi
 Teori permukaan yang diperbaharui
2. Absorbsi Kimia
Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam
larutan penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh
absorbsi ini adalah absorbsi dengan adanya larutan MEA, NaOH,
K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai
pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak. Penggunaan
absorbsi kimia pada kering sering digunakan untuk mengeluarkan
zat terlarut secara lebih sempurna dari campuran gasnya.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Absorbsi
1) Laju alir air
Semakin besar laju alir air nya, maka penyerapan semakin
baik.
2) Komposisi dalam aliran air
Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan CO 2
(misalnya NaOH) maka penyerapan lebih baik.
3) Suhu operasi
Semakin rendah suhu operasi, maka penyerapan semakin
baik.
4) Tekanan operasi
Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik
sampai pada batas tertentu. Diatas tekanan maksimum
(untuk hidrokarbon biasanya 4000-5000 kPa), penyerapan
lebih buruk.
5) Laju alir gas
Semakin besar laju alir gas, maka penyerapan semakin
buruk.

3
D. Aplikasi Absorbsi
1. Proses pembuatan formalin
2. Proses pembuatan asam nitrat
3. Proses pembuatan urea
4. Produksi etanol
2.2 Adsorbsi
A. Pengertian Adsorbsi
Adsorbsi adalah pemisahan bahan dari suatu campuran gas atau cair
dimana bahan yang akan di pisahkan di tarik oleh permukaan zat padat.
Adsorbsi berbeda dengan absorbsi. Pada absorbsi zat yang diserap masuk ke
dalam absorben sedangkan adsorbsi zar yang diserapnya hanya terdapat
pada permukaan. Daya serap zat padat pada gas tergantung dari jenis
adsorben tertentu.
Fenomena yang berkaitan dengan permukaan dimana terlibat interaksi
antara molekul yang bergerak (cair atau gas) dengan molekul yang relative
diam (padat) pada permukaan atau akumulasi berkumpulnya partikel
adsorbat pada permukaan adsorben. Adsorbat adalah materi yang berada
dalam keadaan teradsorb. Sedangkan adsorben adalah zat dimana proses
adsorbsi terjadi.
B. Jenis-Jenis Adsorbsi
1. Adsorbsi Fisik
Yaitu interaksi yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat
adalah gaya Van der Walls dimana ketika gaya tarik molekul antara
larutan dan permukaan media lebih besar daripada gaya tarik
substansi terlarut dan larutan, maka substansi terlarut akan
diadsorbsi oleh permukaan media. Adsorbsi fisika ini memiliki gaya
tarik Van der Walls yang kekuatannya relatif kecil. Molekul terikat
sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorbsi fisika relatif
rendah sekitar 20 kJ/mol.
Contoh :
Adsorbsi oleh karbon aktif. Karbon aktif merupakan senyawa
karbon yang diaktifkan dengan cara membuat pori pada struktur

4
karbon tersebut. Aktivasi karbon aktif pada temperatur yang tinggi
akan menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi
yang besar. Semakin besar luas permukaan, maka semakin banyak
substansi terlarut yang melekat pada permukaan media adsorpsi.
2. Adsorbsi Kimia
Adsorbsi kimia terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia (bukan
ikatan van Dar Wallis) antara senyawa terlarut dalam larutan
dengan molekul dalam media. Adsorbsi kimia terjadi diawali dengan
adsorbsi fisik, yaitu partikel adsorbat tertarik ke permukaan
adsorben melalui gaya Van der Walls atau bisa melalui ikatan
hidrogen. Dalam adsorbsi kimia partikel melekat pada permukaan
dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan
cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan
koordinasi dengan substrat. Contoh : Ion exchange
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adsorbsi
1) Waktu Kontak
Waktu kontak merupakan suatu hal yang sangat menentukan
dalam proses adsorpsi. Waktu kontak memungkinkan proses
difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih
baik.
2) Karakteristik Adsorben
Ukuran partikel merupakan syarat yang penting dari suatu
arang aktif untuk digunakan sebagai adsorben. Ukuran
partikel arang mempengaruhi kecepatan dimana adsorpsi
terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan menurunnya
ukuran partikel.
3) Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak
adsorbat yang diserap, sehingga proses adsorpsi dapat
semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter adsorben
maka semakin luas permukaannya. Kapasitas adsorpsi total

5
dari suatu adsorbat tergantung pada luas permukaan total
adsorbennya.
4) Kelarutan Adsorbat
Agar adsorpsi dapat terjadi, suatu molekul harus terpisah
dari larutan. Senyawa yang mudah larut mempunyai afinitas
yang kuat untuk larutannya dan karenanya lebih sukar untuk
teradsorpsi dibandingkan senyawa yang sukar larut. Akan
tetapi ada perkeculian karena banyak senyawa yang dengan
kelarutan rendah sukar diadsorpsi, sedangkan beberapa
senyawa yang sangat mudah larut diadsorpsi dengan mudah.
Usaha-usaha untuk menemukan hubungan kuantitatif antara
kemampuan adsorpsi dengan kelarutan hanya sedikit yang
berhasil.
5) Ukuran Molekul Adsorbat
Ukuran molekul adsorbat benar-benar penting dalam proses
adsorpsi ketika molekul masuk ke dalam mikropori suatu
partikel arang untuk diserap. Adsorpsi paling kuat ketika
ukuran pori-pori adsorben cukup besar sehingga
memungkinkan molekul adsorbat untuk masuk.
6) pH
pH di mana proses adsorpsi terjadi menunjukkan pengaruh
yang besar terhadap adsorpsi itu sendiri. Hal ini dikarenakan
ion hidrogen sendiri diadsorpsi dengan kuat, sebagian
karena pH mempengaruhi ionisasi dan karenanya juga
mempengaruhi adsorpsi dari beberapa senyawa. Asam
organik lebih mudah diadsorpsi pada pH rendah, sedangkan
adsorpsi basa organik terjadi dengan mudah pada pH tinggi.
pH optimum untuk kebanyakan proses adsorpsi harus
ditentukan dengan uji laboratorium.
7) Temperatur
Temperatur di mana proses adsorpsi terjadi akan
mempengaruhi kecepatan dan jumlah adsorpsi yang terjadi.

6
Kecepatan adsorpsi meningkat dengan meningkatnya
temperatur, dan menurun dengan menurunnya temperatur.
Namun demikian, ketika adsorpsi merupakan proses
eksoterm, derajad adsorpsi meningkat pada suhu rendah dan
akan menurun pada suhu yang lebih tinggi .
D. Aplikasi Adsorbsi
1. Pemutihan gula tebu
2. Norit
3. Penjernihan air
2.3 Perbedaan Absorpsi dan Adsorpsi
Parameter Adsorbsi Absorbsi
Gejala Hanya merupakan Merupakan fenomena
fenomena permukaan zat pada keseluruhan zat
saja
Pertukaran Prosesnya eksotermik Prosesnya endotermik
Panas (melepas panas) (menyerap panas)
Suhu Berjalan lebih baik pada Tidak terpengaruh
temperatr lebih rendah temperatur
Laju Reaksi Lama waktu mempengaruhi Reaksinya berlangsung
jumlah serapan spontan
Konsentrasi Konsentrasi zat terserap Konsentrasi zat yang
hanya ada pada permukaan terserap merata di zat
zat penyerap saja. penyerap.
2.4 Isoterm Adsorbsi
Dalam proses adsorbsi dikenal dengan adanya istilah isoterm adsorbsi
yang menggambarkan hubungan antara zat yang teradsobsi oleh adsorben
dengan tekanan atau konsentrasi pada kesetimbangan dan temperatur tetap
(Barrow, 1998). Ada beberapa tipe isoterm adsorbsi yang dikembangkan
untuk mendeskripsikan interaksi antara adsorben dan adsorbat antara lain:
1. Isoterm Adsorbsi Freundlich
Isoterm freundlich menggambarkan adsorbsi jenis fisika dimana
adsorbsi terjadi pada beberapa lapis dan ikatannya tidak kuat.
Isoterm freundlich juga mengasumsikan bahwa tempat adsorbsi
bersifat heterogen. Cara konvensional untuk menyatakan isoterm

7
freundlich diberikan persamaan sebagai berikut, (Sawyer dkk,
1994):
𝑄𝑒 = 𝐾𝑓. 𝐶𝑒1/𝑛 ............................................................................................. (2.1)
Dimana: Qe = jumlah adsorbat pada permukaan (mg/ g)
Ce = konsentrasi equilibrium (mg/l)
𝐾𝑓 dan n = konstanta
Konstanta freundlich menunjukkan ikatan antara adsorbat dengan
adsorben dan diperoleh dengan cara eksperimen. Untuk mendapatkan
konstanta 𝐾𝑓 dan 1/n, maka perlu dilakukan linerisasi terhadap persamaan
sebagai berikut:
Ln (Qe) = ln 𝐾𝑓 + 1/n ln Ce .......................................................................... (2.2)
Dari data percobaan laboratorium yang diperoleh diplot dengan ln (Qe)
sebagai sumbu y dan ln C sebagai sumbu x. Grafik yang diperoleh adalah garis
linear dengan slope = 1/n dan intercept = ln 𝐾𝑓 (Sawyer dkk, 1994).
2. Isoterm Langmuir
Isoterm langmuir mendefinisikan bahwa kapasitas adsorben
maksimum terjadi akibat adanya lapisan tunggal (monolayer)
adsorbat pada permukaan adsorben. Ada empat asumsi dalam
isoterm jenis ini, yaitu (Ruthven, 1984):
a. Molekul diadsorpsi oleh site (tempat terjadinya reaksi di
permukaan adsorben) yang tetap.
b. Setiap site dapat “memegang” satu molekul adsorbat.
c. Semua site mempunyai energi yang sama.
d. Tidak ada interaksi antara molekul yang teradsorpsi dengan
site sekitarnya.
Dalam bentuk yang umum, persamaan isoterm langmuir adalah
sebagai berikut (Siswoyo, 2014):
ce 1 1
= Ce + ..................................................................... (2.2)
qe qe KL. qm
Dimana: Ce = konsentrasi equilibrium (mg/ l)
Qe = adsorbat yang terserap pada saat equilibrium (mg/g)
KL = konstanta Langmuir (l/mg)

8
Qm =kapasitas adsorpsi
Pada grafik isotherm langmuir dengan 1/Qe sebagai sumbu y dan 1/Ce
sebagai sumbu x akan diperoleh persamaan garis (y = bx+a) yang akan
menentukan nilai Qm dan KL, dimana Qm adalah 1/a sedangkan KL adalah
nilai b.

BAB III
PENUTUP

9
3.1 Kesimpulan
Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas
dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan zat cair yang di
ikuti dengan pelarutan. Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan
bahan yang akan di absorbsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun
secara reaksi kimia.
Adsorbsi adalah pemisahan bahan dari suatu campuran gas atau cair
dimana bahan yang akan di pisahkan di tarik oleh permukaan zat padat.
Adsorbat adalah materi yang berada dalam keadaan teradsorb. Sedangkan
adsorben adalah zat dimana proses adsorbsi terjadi.
3.2 Saran
Dari semua pembahasan materi yang telah disampaikan semoga teman-
teman memperoleh manfaat yang ada dalam materi tersebut. Makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis harapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Khoirunnisa, F. 2008. Kimia Fisik 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

10
Martin, A, dkk. 2008. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: UI Press
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta
Wijayanti, E. I dan Kurniawati, E. A. 2019. Studi Kinetika Adsorbsi Isoterm
Persamaan Langmuir dan Freundlich Pada Abu Gosok Sebagai
Absorben. Jurnal Kimia dan Pendidikan. Vol. 4, No. 2. Hal. 175 – 184.

11

Anda mungkin juga menyukai