Anda di halaman 1dari 20

ADSORPSI

PENCEMARAN UDARA (TL3123)

Disusun Oleh:

Angga Adiyutha 251160


Astrid Friskila 251170
Clara Citra 251170
Elisabeth Kartini 251170
Esya Desfia Putri 25117061
Muhammad Khoiril Ichsani 25117028

Dosen Pengampu:

Alfian Zurfi, S.T., M.Si


Andika Munandar, S.Si.,M.Eng
Novi Kartika Sari, S.T., M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Adsorpsi...........................................................................................................................2
2.2 Jenis Jenis Adsorpsi............................................................................................................................2
2.3 Cara Kerja Adsopsi.............................................................................................................................2
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Adsorpsi................................................................................................2
2.5 Contoh Penggunaan prinsip Adsorpsi Pada Pengolahan Kualitas Udara...........................................2
BAB III. PENUTUP.........................................................................................................................................3
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................3
3.1 Saran..................................................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................4

i
DAFTAR GAMBAR

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas
atau cair, bahan yang dipisahkan tersebut ditarik oleh permukaan sorben padat dan
diikat oleh gaya-gaya yang bekerja pada permukaan tersebut. Sedangkan adsorben
adalah bahan padat dengan luas permukaan dalam yang sangat besar. Permukaan
yang luas dari adsorben ini terbentuk karena terdapat banyak pori –pori halus pada
ikatan tersebut. Biasanya luasnya berada dalam orde 200 – 1000 m 2/g adsorben,
dengan diameter pori sebesar 0,0003 – 0,02 μm. Adsorben yang sering dikenal ialah
karbon aktif, silika gel, zeolite alam, tapis molekuler (moleculer sieve), tanah
kelantang (bleaching earth), aluminium oksida dan lain-lain (Bernasconi, G., 1995).

Tiap partikel adsorban dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi
Tarik-menarik. Jika gaya-gaya fisik lebih dominan, maka yang terjadi adalah adsorpsi
fisika, sedangkan jika yang terjadi adalah ikatan kimia antara adrosbat dan adsorben,
maka akan terjadi adsorpsi kimia. Aplikasi adsorpsi banyak digunakan dalam
pengendalian pencemaran udara (Perdanawati, U. 2010). Proses adsorpsi dapat
berlangsung jika suatu permukaan padatan dan molekul-molekul gas atau cair,
dikontakan dengan molekul-molekul tersebut, makan didalamnya terdapat gaya
kohesif termasuk termaksud gaya hidrostatik dan gaya ikatan hydrogen yang bekerja
diantara molekul seluruh material.

Pada adsorpsi, pemilihan adsoeben merupakan hal yang penting. Karena adsorben
yang dipilih selain diharapkan dapat mereduksi polutanm adsorben yang digunakan
juga hendaknya memiliki nilai ekonomis yang rendah, mudah didapatkan, dan tidak
membahayakan lingkungan pada kondisi jenuh. Dari pemaparan diatas maka
diperlukanya pembahasan lebih lanjut mengenai adsorpsi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah adsorpsi itu?
2. Bagaimana prinsip kerja dari adsorpsi?
3. Faktor apasaja yang mempengaruhi proses adsorpsi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan jenis-jenis adsorpsi.
2. Mengetahui prinsip kerja dari adsorpsi.
3. Mengetahui fakor yang dapat mempengaruhi saat proses adsorpsi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Adsorpsi


Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida,
cairan maupun gas , terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap, adsorben)
dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terserap, adsorbat) pada
permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh
fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Secara umum adsorpsi dapat diartikan sebagai peristiwa fisika pada permukaan
suatu bahan, yang tergantung dari spesifikasi antara adsorbent dengan zat yang
diserap (adsorbat).
Sedangkan Weber (1972) mengartikan sebagai akumulasi “interphase” atau
konsentrasi dari “substances” pada permukaan.

Adapun bahan yang dapat digunakan sebagaia dsorbent. Antara lain activated
carbon, alumina, bauxite, silicagel,strontiumsulfate ,magnesia dan lain-lain.
Karakteristik penting dari adsorbent antara lain rasio luas permukaan terhadap
volume. Rasio luas permukaan terhadap volume dapat meningkatkan daya adsorpsi
beberapa jenis adsorbent.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses adsorpsi, diantaranya adalah

 Luas permukaan adsorben

 Afinitas adsorbent terhadap adsorbate, yang dipengaruhi oleh ukuran dan


bentuk pori, polaritas dan reaktivitas

 Karakteristik adsobate, yang meliputi : Densitas dan berat molekul, ukuran


dan bentuk molekul, tekanan uap, konsentrasi, adanya senyawa lain sebagai
competitor, polaritas, reaktivitas adsorbate.

2
 Temperatur dan Tekanan

 Waktu kontak antara adsorbate dengan adsorbent

2.2 Konsep Adsorpsi dam Mekanisme adsorpsi

Berikut gambar konsep adsorpsi dan mekanisme adsorpsi

Gambar 4. Konsep Adsorpsi

3
Gambar 5. Mekanisme Adsorpsi

Adsorpsi ialah pengumpulan zat terlarut di permukaan media dan merupakan


jenis adhesi yang terjadi pada zat padat atau zat cair yang kontak dengan zat lainnya.
Proses ini menghasilkan akumulasi konsentrasi zat tertentu di permukaan media
setelah terjadi kontak antarmuka atau bidang batas (paras, interface) cairan dengan
cairan, cairan dengan gas atau cairan dengan padatan dalam waktu tertentu.
Contohnya antara lain dehumidifikasi, yaitu pengeringan udara dengan desiccant
(penyerap), pemisahan zat yang tidak diinginkan dari udara atau air menggunakan
karbon aktif, ion exchanger untuk zat terlarut di dalam larutan dengan ion dari media
exchanger. Artinya, pengolahan air minum dengan karbon aktif hanyalah salah satu
dari terapan adsorpsi.

Atas dasar fenomena kejadiannya, adsorpsi juga dibedakan menjadi tiga


macam. Yang pertama disebut chemisorption, terjadi karena ikatan kimia (chemical
bonding) antara molekul zat terlarut (solute) dengan molekul adsorban. Adsorpsi ini
bersifat sangat eksotermis dan tidak dapat berbalik (irreversible). Yang kedua,
adsorpsi fisika (physical adsorption, terjadi karena gaya tarik molekul oleh gaya van

4
der Waals dan yang ketiga disebut ion exchange (pertukaran ion), terjadi karena gaya
elektrostatis.

Bagaimana terjadinya fenomena adsorpsi itu? Ahli pengolahan air membagi


adsorpsi menjadi tiga langkah, yaitu (1) makrotransport: perpindahan zat pencemar,
disebut juga adsorbat (zat yang diadsorpsi), di dalam air menuju permukaan
adsorban; (2) mikrotransport: perpindahan adsorbat menuju pori-pori di dalam
adsorban; (3) sorpsi: pelekatan zat adsorbat ke dinding pori-pori atau jaringan
pembuluh kapiler mikroskopis.
Ada sejumlah hal yang mempengaruhi efektivitas adsorpsi, yaitu: jenis
adsorban, apakah berupa arang batok, batubara (antrasit), sekam, dll; temperatur
lingkungan (udara, air, cairan): proses adsorpsi makin baik jika temperaturnya makin
rendah; jenis adsorbat, bergantung pada bangun molekul zat, kelarutan zat (makin
mudah larut, makin sulit diadsorpsi), taraf ionisasi (zat organik yang tidak terionisasi
lebih mudah diadsorpsi). Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi
digolongkan menjadi tiga, yaitu lemah (weak), terjadi pada zat anorganik kecuali
golongan halogen (salah satunya adalah klor). Adsorpsi menengah (medium), terjadi
pada zat organik alifatik dan adsorpsi kuat (strong) terjadi pada senyawa aromatik
(zat organik yang berbau (aroma) dengan struktur benzena, C6H6).

Adsorpsi yang terjadi pada permukaan adsorbent dapat bersifat :

 Adsorpsi Fisika (adsorpsi Van der Waals)

 Adsorpsi Kimia (chemisorption)

1. Adsorpsi Fisik (Adsorpsi Van Der Waals)

Adsorpsi fisik terjadi akibat adanya perbedaan energi atau gaya tarik
bermuatan listrik (gaya van der Wall’s). Molekul adsorbat mulai diikat secara fisik
menuju molekul adsorbent. Tipe adsorpsi ini multilayer, karena masing-masing
molekul membentuk lapisan diatas lapisan sebelumnya, dengan nomor lapisan sesuai

5
dengan konsentrasi kontaminan. Adsorpsi ini tidak spesifik dan mirip dengan proses
kondensasi. Adsorpsi Fisika ini terjadi pada zat-zat yang bersuhu rendah dengan
adsorpsi relatif rendah. Dalam hal ini perubahan panas adsorpsi mempunyai derajat
yang sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi cair, sehinga gaya yang
menahan adsorpsi molekul-molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat
reversibel, karena kebutuhan energi yang sangat kecil.

2. Adsorpsi Kimia (Chemisorption)

Adsorpsi ini bersifat specifik dan terjadi berdasarkan ikatan kimia antara
adsorbent dengan zat yang teradsorpsi (adsorbat), sehingga dibandingkan dengan
adsorpsi fisik, kerja yang terjadi jauh lebih besar begitu juga dengan panas adsorpsi
dibanding dengan adsorpsi fisik, selain itu adsorpsi kimia terjadi pada suhu yang
tingi. Karena terjadinya ikatan kimia, maka pada permukaan adsorbent dapat
berbentuk suatu lapisan dan apabila hal ini berlanjut maka adsorbent tidak akan
mampu lagi menyerap zat lainnya. Dan proses adsorpsi secara kimia ini bersifat
irreversible.

Dari penjelasan diatas, dan menurut Noll,et al.(1992), maka adsorpsi fisik
dapat dibedakan dari adsorpsi kimia sebagai berikut :

Adsorpsi fisik tidak melibatkan transfer elektron dan selalu


mempertahankan individualitas dari senyawa yang berinteraksi. Interaksi yang terjadi
adalah reversible, yang memungkinkan terjadinya desorpsi pada temperatur yang
sama, walaupun proses terjadi secara lambat akibat efek difusi. Adsorpsi kimia
melibatkan ikatan kimia dan bersifat irreversible. Adsorpsi fisik tidak site spesifik,
molekul yang terserap bebas menutupi seluruh permukaan. Hal ini memungkinkan
dilakukannya pengukuran luas area solid adsorbent. Sebaliknya, adsorpsi kimia
bersifat site spesifik, molekul hanya terserap pada tempat-tempat tertentu saja. Panas
pada adsorpsi fisik lebih rendah dibandingkan dengan panas dari adsorpsi kimia.

6
Jenis-jenis adsorbent penting :

1. Karbon aktif

Merupakan arang yang diperoleh dari carbinisation kayu, coconul shells,


peat, fruit pits. Sebagai activating agent digunakan zinc chlorida, magnesium
chlorida, kalsium chlorida dan phosphoric acid. Digunakan untuk control polusi,
solvent recovery, mengurangi bau dan gas purification.

2. Activated alumina

Activated alumina (hydrated aluminium oxide) berasal dari native aluminas


atau bauxite, berbentuk granular atau pellet dengan tipical properties sebagaimana
gambar tabel 2. Umumnya digunakan untuk drying gas.

3. Silica gel

Berasal dari netralisasi sodium silikat kemudian gel dicuci untuk


menghilangkan garam garam yang terbentuk selama proses reaksi netralisasi
dilanjutkan dengan proses pengeringan, pemanasan dan grading.Umumnya berbentuk
granular tetapi ada juga yang berbentuk bead. Properties silica gel sebagaimana
gambar tabel 3. Terutama digunakan untuk drying gas tetapi bisa juga untuk gas
desulfurization dan purification.

4. Molecular sievas

Berbentuk kristal dehydrated zeolit yang berasal dari aluminosilicate gel


dengan typical properties sebagaimana gambar tabel 4.

7
Gambar 6. Properti Karbon Aktif

Gambar 7. Properti Alumina

Gambar 8. Properti Silica Gel

8
Gambar 9. Properti Molecular Sieves

Secara garis besar, mekanisme proses adsorpsi dapat berlangsung berdasarkan


tahapan sebagai berikut :

 Transfer molekul-molekul adsorbat menuju lapisan film yang mengelilingi


adsorbent

 Difusi adsorbat melalui lapisan film

 Difusi adsorbat melalui kapiler atau pori-pori dalam adsorbent

 Adsorpsi adsorbat pada dinding kapiler atau permukaan adsorbent.

Pengendalian suatu polutan/ pencemar gas dengan proses adsorpsi dibedakan menjadi
3 tahap, yaitu :

 Tahap adsorpsi

 Tahap desorpsi

 Tahap recovery

1. Tahap Adsorpsi

9
Tahap dimana terjadi proses adsorpsi Adsorbate tertahan pada permukaan
adsorbent (tertahannya gas atau uap atau molekul pada permukaan padatan). Pada
proses adsorpsi umumnya dilakukan untuk senyawa organic dengan berat molekul
(BM) lebih besar dari 46 dan dengan konsentrasi yang kecil.. Semakin besar BM
maka proses adsorpsi akan semakin baik.

2. Tahap Desorpsi

Tahap ini merupakan kebalikan pada tahap adsorpsi, dimana adsorbate


dilepaskan dari adsorbent (lepasnya gas atau uap atau molekul pada permukaan
padatan). Desorpsi dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantarnya adalah :

 Menaikkan temperature adsorbent di atas temperature didih adsorbent,


dengan cara mengalirkan uap panas/ udara panas atau dengan
pemanasan

 Menambahkan bahan kimia atau secara kimia

 Menurunkan tekanan

3. Tahap Recovery
Tahap ini merupakan tahap pengolahan dari gas, uap atau molekul yang telah
di desorpsi, dimana recovery dapat dilakukan dengan :
 Kondensasi
 Dibakar
 Solidifikasi

2.3 Tipe Sistem Adsopsi

. Fixed or stationary bed

 Terdiri dari satu atau dua adsorbent (1 = on stream adsorbing, 2 =


regeneration).

10
 Dual adsorber system dapat dioperasikan secara simultan

 Kedalaman bed 12 –36 inchi

Gambar 10. Cycle Adsorpsi dan Cycle Desorpsi

2. Moving bed

 Continuous regeneration

 Waktu regenerasi untuk setiap segmen bed pendek sehingga tidak


memerlukan bed yang panjang

 Compac system dan mampu reduce pressure drop

 Kerugian maintaining seal pada moving parts

11
Gambar 11. Continous Rotary Bed

3. Fluidizedbed

 Resirkulasi kontinyu melalui adsorption – regeneration cycle

 Velocity udara sekitar 240 rpm

 Countercurrent movement meningkatkan efektivitas penggunaan karbon, lebih


banyak solvent yang dapat direcovery dibandingkan dengan stationary
ataurotary bed system

12
Gambar 12. Fluidized-bed Solvent Recovery System

Kelebihan Dan Kekurangan Adsorpsi

Kelebihan:

 Proses adsorpsi dapat digunakan untuk polutan dengan konsentrasi rendah dan
tinggi

 Proses pelepasan polutan dari permukaan material solid lebih mudah yaitu
dengan penguapan.

•Kekurangan:

 Proses adsorpsi harus diikuti dengan proses lainnya;

 Membutuhkan material solid yang besar, apabila polutan di udara semakin


banyak.

13
 Biaya investasi tinggi

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Adsorpsi

2.5 Contoh Penggunaan prinsip Adsorpsi Pada Pengolahan Kualitas Udara

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia I. Penerjemah: Handojo L. Jakarta: Pt.


Prandya Paramitha.

Perdanawati, U. dan Dewi, Kania. 2010. Pemakaian Reaktor Adsorpsi Menggunakan


Adsorben Limbah Las Karbid Untuk Mengolah CO 2. Jurnal Teknik
Lingkungan 16(2):210-221

17

Anda mungkin juga menyukai