MODUL: ADSORPSI
DOSEN PENGAMPU:
NURFATIHAYATI, S.T., M.T
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3 KELAS A
No Nama NIM
1 Indra Saputra 2107035436
2 M Lakim Zulkarnain 2107026490
3 Regina Ronatama 2107035928
ABSTRACT
Adsorption is a process of absorption by certain solids to certain substances that
occur on solid surfaces because of their attractive force of atoms or molecules on
solid surfaces without seep into. Events adsorption is influenced by the surface area,
the nature of the physical and chemical properties of the adsorbent. The goal of this
experiment is to investigate the absorption process using a zeolite adsorbent,
quantify the amount of ions absorbed in the adsorbent using a conductometer, and
determine the adsorption process' molar conductivity. Flowing 0.015 M Ca(OH)2
solution into a zeolite column with varying bed heights of 8 cm, 11 cm, and 13 cm
was used to conduct the experiment. The maximum molar conductivity value, 17,4
S.cm2/mol, was obtained in the 8 cm bed height. The lowest molar conductivity value
37,2 S.cm2/mol, was discovered at a height of 13 cm. As a result, if more/higher
zeolite is utilized, the distance traveled during the adsorption process will be longer,
potentially causing a large amount of Ca(OH)2 solution to be absorbed and diffuse
into the zeolite pores.
Keywords: Adsorption, Conductivity, Molar conductivity, Flow rate.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1 Adsorpsi ................................................................................................ 3
2.2 Jenis Adsorpsi ....................................................................................... 4
2.3 Mekanisme Adsorpsi ............................................................................. 5
2.4 Faktor yang mempengaruhi proses Adsorpsi ........................................ 5
2.5 Isotherm Adsorpsi ................................................................................. 7
2.6 Bilangan Reynold .................................................................................. 8
2.7 Jenis Aliran............................................................................................9
2.8 Proses Penyerapan dengan Absorben Zeolit....................................... 10
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ...................................................... 11
3.1 Alat ...................................................................................................... 11
3.2 Bahan .................................................................................................. 11
3.3 Prosedur Percobaan ............................................................................. 11
3.3.1 Prosedur 1 ..................................................................................... 11
3.3.2 Prosedur 2 ...................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 13
4.1 Hasil Percobaan ................................................................................... 13
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 18
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 18
5.2 Saran .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19
iii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A LAPORAN SEMENTARA ...................................................... 20
LAMPIRAN B LEMBAR PERHITUNGAN .................................................... 21
LAMPIRAN C DOKUMENTASI ..................................................................... 25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
adsorbat dan adsorben, dimana adsorbat adalah substansi yang akan dipisahkan dari
pelarutnya, sedangkan adsorben adalah suatu media penyerap yang dalam hal ini
berupa padatan zeolit (Agustina, 2015).
Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari
suatu fase fluida. Adsorben biasanya menggunakan bahan-bahan yang memiliki pori-
pori sehingga proses adsorpsi terjadi di pori-pori atau pada letak-letak tertentu di
dalam partikel tersebut. Pada umumnya pori-pori yang terdapat di adsorben biasanya
sangat kecil, sehingga luas permukaan dalam menjadi lebih besar dari pada
permukaan luar. Pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul atau karena
perbedaan polaritas yang menyebabkan sebagian molekul melekat pada permukaan
tersebut lebih erat dari pada molekul lainnya (Rahmi dan Sajidah, 2017).
Adsorban merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses adsorpsi karena
adsorban ini akan kontak langsung dan berinteraksi dengan adsorbat yang akan
diserapnya, sehingga banyak faktor yang diperhatikan dalam perkembangan
mensintesis adsorban. pembersih khususnya trisodium fosfat, agar dalam
pemasokannya tidak selalu diimpor dari negara lain. Maka dari itu, pendirian pabrik
trisodium fosfat di Indonesia memiliki peluang yang besar dalam berbagai aspek. Di
samping dapat meningkatkan potensi industri kimia dan memenuhi kebutuhan
trisodium fosfat dalam negeri, pendirian pabrik ini juga menciptakan lapangan kerja
dan menghemat devisa negara (Rahmi dan Sajidah, 2017).
2.1 Adsorpsi
Adsorpsi adalah serangkaian proses yang terdiri dari reaksi permukaan zat
padat (adsorben) dengan melibatkan pencemar (adsorbat), baik dalam keadaan fase
cair maupun gas. Proses adsorpsi terjadi disebabkan oleh tarikan antar adsorbat dan
permukaan adsorben dimana menggunakan media yang tidak mudah larut untuk
menghilangkan ion positif atau negatif dari larutan elektrolit dan melepaskan ion-ion
yang bermuatan sejenis dalam larutan tersebut. Proses adsorpsi merupakan proses
yang kompleks, sering terjadi sejumlah pertukaran ion sederhana dengan beberapa
mineral. Beberapa faktor seperti pH, sifat dan konsentrasi substrat dari ion ion
teradsorpsi, kekuatan ion dan kehadiran ion pengompleks merupakan faktor yang
mempengaruhi proses adsorpsi (Jayarathe dkk, 2017).
Adsorpsi memiliki dua tipe, yaitu adsorpsi fisika dan kimia. Adsorpsi fisika
terjadi akibat adanya gaya van der waals dan gaya elektrostatik antara molekul
adsorbat dan atom penyusun adosrben. Adsorpsi kimia terjadi dari hasil interaksi
kimia antara permukaan adsorben dan adsorbat. Penjerapan ini bersifat reversibel,
yang berarti atom-atom atau ion-ion yang sudah terikat dapat dilepaskan kembali
dengan bantuan pelarut yang memiliki sifat sama dengan atom yang diikat.
Penjerapan secara kimia terjadi bila antara kedua zat terjadi reaksi kimia membentuk
senyawa baru pada permukaan adsorben. Ikatan yang terjadi lebih kuat dan bersifat
reversibel, karena pada pembentukannya diperlukan energi yang besarnya relatif
sama dengan energi pada pembentukannya.
Teori-teori adsorpsi zat padat diantaranya sebagai berikut:
a. Adsorpsi bersifat selektif, artinya suatu adsorben dapat menyerap suatu zat
dengan kapasitas tapi pada saat yang sama adsorben tersebut tidak
menyerapzat-zat tertentu lainnya.
b. Kecepatan adsorpsi berkurang dengan semakin banyaknya zat yang diserap.
c. Jumlah zat yang diserap tergantung temperatur, semakin jauh jarak antara
temperatur penyerapan dan temperatur ktritis, maka semakin sedikit jumlah zat
yang diserap (Kusuma dkk, 2014).
3
4
berperan dan merupakan resultan dari suatu transfer atau suatu penempatan elektron
dalam reaksi antara adsorbat dan adsorben. Kekuatan ikatan dalam chemisorpsi
menjadi lebih penting dibandingkan pada phisisorpsi. Keadaan molekul dari adsorbat
akan berbeda dari keadaan awalnya. Atom permukaan mempunyai suatu karakter
elektronik tidak jenuh dengan kehadiran beberapa kekosongan (valensi bebas).
Pembentukan lapisan sempurna dari molekul yang diadsorpsi secara kimia.
3. Kelarutan Adsorbat
Proses adsorpsi terjadi saat adsorbat terpisah dari larutan dan menempel di
permukaan adsorben. Partikel adsorbat yang terlarut memiliki afinitas yang kuat.
Tetapi ada pengecualian, beberapa senyawa yang sedikit larut sulit untuk diserap,
sedangkan ada beberapa senyawa yang sangat larut namun mudah untuk diserap.
4. Ukuran Pori Adsorben
Ukuran pori merupakan salah satu faktor penting dalam proses adsorpsi, karena
senyawa adsorbat harus masuk ke dalam pori adsorben. Proses adsorpsi akan lancar
apabila ukuran pori dari adsorben cukup besar untuk dapat memasukan adsorbat ke
dalam pori adsorben. Kebanyakan air limbah mengandung berbagai ukuran partikel
adsorbat. Keadaan ini dapat merugikan, karena partikel yang lebih besar akan
menghalangi partikel kecil untuk dapat masuk ke dalam pori adsorben. Akan tetapi
gerakan konstan dari partikel adsorbat dapat mencegah terjadinya penyumbatan.
Gerakan partikel kecil yang cepat membuat partikel adsorbat yang lebih kecil akan
terdifusi lebih cepat ke dalam pori.
5. pH
pH memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat proses adsorpsi, disebabkan
ion hidrogen dapat menjerap dengan kuat, selain itu pH juga dapat mempengaruhi
ionisasi. Senyawa organik asam lebih mudah diadsorpsi pada suasana pH rendah,
sedangkan senyawa organik basa lebih mudah di adsorpsi pada suasana pH tinggi.
Nilai optimum pH bisa ditentukan dengan melakukan pengujian di laboratorium.
6. Temperatur
Temperatur dapat mempengaruhi laju adsorpsi. Laju adsorpsi akan meningkat
dengan meningkatnya temperatur, begitu pula sebaliknya. Proses adsorpsi
merupakan proses eksotermik, maka derajat adsorpsi akan meningkat saat temperatur
rendah dan turun pada temperatur tinggi.
7. Waktu Kontak
Waktu kontak mempengaruhi banyaknya adsorbat yang terserap, disebabkan
perbedaan kemampuan adsorben dalam menyerap adsorbat berbeda-beda. Kondisi
eqibrilium akan dicapai pada waktu yang tidak lebih dari 150 menit, setelah waktu
itu jumlah adsorbat yang terserap tidak signifikan berubah terhadap waktu.
7
Re = .......................................................................................................... (2.1)
dan
................................................................................................... (2.2)
Persamaaan 2.1 dan 2.2 di subtitusi, maka menghasilkan persamaan sebagai berikut :
Re = .......................................................................................................... (2.3)
9
Dimana :
D = Diameter Penampang Saluran (m)
ṁ = Laju Massa Fluida (kg/s)
= Viskositas (kg/s m)
= Massa Jenis Fluida (kg/m³)
Pada aliran laminar molekul molekul fluida mengalir mengikuti garis-garis
aliran secara teratur. Aliran turbulen terjadi saat molekul molekul fluida mengalir
secara acak tanpa mengikuti garis aliran. Aliran transisi adalah aliran yang berada
diantara kondisi laminar dan turbulen, biasanya pada kondisi ini aliran berubah-ubah
antara transien dan turbulen sebelum benar-benar memasuki daerah turbulen penuh.
Nilai bilangan reynold yang kecil (< 2100) menunjukkan aliran bersifat laminar
sedangkan nilai yang besar menunjukkan aliran turbulen (> 4000). Nilai bilangan
reynold saat aliran menjadi turbulen disebut bilangan reynold kritis yang nilainya
berbeda-beda tergantung bentuk geometrinya (Incroperara dan Witt, 2011).
turbulen jauh lebih efektif dalam pengangkutan massa serta momentum fluidanya
daripada gerak molekulernya. Tidak ada hubungan yang bisa dipastikan secara
teoritis antara medan tekanan dan kecepatan rata-rata pada aliran turbulen sehingga
pada analisa aliran turbulen dilakukan dengan pendekatan 15 setengah empiris.
Kondisi aliran yang laminar dan turbulen ini dapat dinyatakan dengan bilangan
reynold (Pamungkas, 2009).
3.1 Alat
1. Gelas Beaker 1000 ml
2. Gelas Ukur 250 ml, 2000 ml
3. Corong
4. Selang air
5. Ember
6. Stopwatch ( menggunakan HP)
7. Rangkaian Alat Adsorpsi
8. Conductivity Meter
3.2 Bahan
1. Zeolit
2. Ca(OH)2
3. Aquadest
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Prosedur Percobaan 1
1. Dikalibrasi flowmeter menggunakan aquadest hingga bersih.
2. Dilewatkan air kedalam flowmeter dengan waktu 20 detik, 30 detik, dan 40
detik.
3. Digunakan stopwatch untuk melihat waktu dan menghentikan proses
pengaliran hingga waktu yang ditentukan tercapai.
4. Diukur dan dicatat volume air setelah waktu 20 detik, 30 detik, dan 40 detik
tercapai.
3.3.2 Prosedur Percobaan 2
1. Ditimbang Ca(OH)2 menggunakan timbangan, lalu aquadest sebanyak 2500 ml
dimasukkan kedalam wadah untuk melarutkan padatan Ca(OH)2 dan dilarutkan
hingga homogen.
2. Diisi adsorben zeolit pada variabel laju alir adsorbat dengan tinggi 12 cm
dengan banyak sampel umpan yang digunakan sebanyak 200 ml, 400 ml, dan
600 ml.
11
12
3. Diisi zeolit pada variabel tinggi padatan adsorben dalam kolom adsorpsi
dengan tinggi 8 cm, 11 cm dan 13 cm dengan banyak sampel umpan yang
digunakan adalah 300 ml.
4. Diukur dan dicatat volume yang keluar dan waktu yang dibutuhkan untuk
sampel umpan yang diumpankan habis mengaliri kolom adsorpsi.
5. Dianalisa kadar ion larutan sampel yang keluar dari kolom adsorpsi dengan
menggunakan konduktometer.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Dari hasil percobaan dalam menentukan laju alir pada percobaan pertama, jenis
aliran yang didapatkan yaitu laminar dan transisi dengan bilangan reynold pada
1.864, 1.994 dan 2.573. Pada percobaan kedua variabel A didapatkan bahwa dengan
tinggi adsorben yang sama variasi volume yang berbeda, semakin banyak volume
sampel maka conductivity molar akan semakin tinggi juga. Pada variabel B
didapatkan dengan volume sampel yang sama variasi tinggi adsorben yang berbeda
semakin tinggi adsorbennya maka semakin kecil conductivity molarnya dan adsorbat
yang keluar semakin jernih.
Tabel 4.1 Hasil percobaan 1
No Volume Waktu Laju Alir NRe Jenis
Air(ml) (menit) (ml/menit) Aliran
1 290 0,33 878,78 1864 Laminar
2 470 0,5 940 1994 Laminar
3 800 0,66 1212,12 2573 Transisi
Tabel 4.2 Hasil percobaan 2, variabel yang diamati adalah laju alir adsorbat
Banyak Volume Sampel keluar Laju alir
nya Tinggi sampel kolom (diukur adsorbat ∆𝑀
No sampel Adsorben Waktu keluar dari dengan (ml/menit) (𝑆.𝑐 2/
umpan (cm) (menit) kolom Conductivity) 𝑜𝑙)
(ml) (ml)
1 200 12 0,29 195 0,00018 672,41 18
2 400 12 0,40 395 0,000176 987,41 17,6
3 600 12 0,58 590 0,000172 1017,24 17,2
Tabel 4.3 Hasil percobaan 2, variabel yang diamati adalah tinggi padatan
adsorben dalam kolom adsorpsi
Banyak Volume Sampel keluar Laju alir
nya Tinggi Waktu sampel kolom adsorbat ∆𝑀
No sampel Adsorben (menit) keluar (diukur (ml/menit) (S.𝑐 2/
o𝑙)
umpan (cm) dari kolom dengan
(ml) (ml) Conductivity)
1 300 8 0,297 290 0,000171 1000 17,1
2 300 11 0,287 295 0,000172 882,35 17,2
2 300 13 0,286 295 0,000173 857,14 17,3
13
14
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dimulai dengan menentukan laju alir dan mengetahui jenis
aliran dari hasil perhitungan bilangan reynold menggunakan air sebagai bahannya.
Pada percobaan ini digunakan larutan Ca(OH)2 yang termasuk basa kuat, dimana
larutan tersebut merupakan larutan elektrolit kuat. Oleh karena itu, pada percobaan
selanjutnya yaitu menentukan konduktivitas molar larutan Ca(OH)2 dari proses
adsorpsi. Konduktivitas molar merupakan ukuran kemapuan untuk menghantarkan
listrik yang diberikan oleh satu mol ion dari suatu larutan. Semakin banyak jumlah
ion yang ada dalam larutan maka semakin besar daya hantar listriknya. Tahapan
proses adsorpsi mula-mula dengan membuat larutan standart Ca(OH)2 0,015 M
sebanyak 2500 ml, didapatkan larutan berwarna putih keruh. Selanjutnya proses
adsorpsi dilakukan dengan mengalirkan larutan Ca(OH)2 dengan variasi volume 200
ml, 400 ml, dan 600 ml pada kolom adsorpsi dengan tinggi adsorben (zeolit) yang
sama yaitu 12 cm di setiap pengulangan, kemudian dihitung waktu yang didapat
menggunakan stopwatch dan ukur volume adsorbat yang keluar menggunakan gelas
ukur. Didapatkan laju alir masing-masing volume yaitu 9 2 8 , 9 ml/menit ; 1098,9
ml/menit ; d a n 844,4 ml/menit.
Dari hasil tersebut, didapatkan bahwa konduktivitas molar berbanding lurus
terhadap laju alir. Semakin besar laju alir larutan tersebut, maka semakin besar juga
konduktivitas molar yang didapatkan begitupun sebaliknya. Dari data yang
didapatkan juga memiliki hubungan antara konduktivitas molar terhadap waktu,
adapun grafik hubungan antara konduktivitas molar terhadap waktu yang disajikan
pada Gambar 4.1
0,000182
0,00018
Konduktivitas
(S.cm2/mol)
0,000178
0,000176
0,000174
0,000172
0,00017
0 0,2 0,4 0,6 0,8
Waktu (Menit)
0,0001735
0,000173
Konduktivitas
(S.cm2/mol)
0,0001725
0,000172
0,0001715
0,000171
0,0001705
0,27 0,28 0,29 0,3
Waktu (Menit)
5.1 Kesimpulan
1. Laju alir pada percobaan pertama berturut-turut adalah 878,787 ml/menit, 940
ml/menit dan 1212,12 ml/menit. Laju alir pada percobaan 2 dengan variasi laju
alir adsorbat berturut-turut adalah 672,41 ml/menit, 987,41 ml/menit dan
1017,24 ml/menit. Laju alir pada percobaan 2 dengan variasi tinggi adsorben
berturut-turut adalah 1000 ml/menit, 882,35 ml/menit dan 857,14 ml/menit.
3. Jenis aliran pada percobaan pertama adalah laminar, karena berada dibawah
2100 dan transisi karena berada diantara 2100 sampai 4000.
4. Bilangan Reynold yang didapat berturut-turut adalah 1864, 1994 dan 2573.
6. Kadar ion yang terjerap dalam adsorben pada variasi laju alir adsorbat
berturut-turut adalah sebesar 0,000180 S/cm, 0,000176 S/cm dan 0,000172
S/cm. Kadar ion yang terjerap dalam adsorben pada variasi tinggi adsorben
berturutturut adalah 0,000171 S/cm, 0,000172 S/cm dan 0,000173 S/cm.
7. Konduktivitas molar proses adsorpsi pada variasi laju alir berturut-turut adalah
18,0 S.cm2/mol, 17,6 S.cm2/mol dan 17,2 S.cm2/mol. Konduktivitas molar
proses adsorpsi pada variasi tinggi adsorben berturutturut adalah 17,1
S.cm2/mol, 17,2 S.cm2/mol dan 17,3 S.cm2/mol.
5.2 Saran
1. Zeolit harus dicuci bersih agar konduktivitas setelah proses adsorpsi tidak
tertinggal di zeolit.
2. Saat proses pengujian dengan flowmeter manual, tinggi larutan pada alat
diharapkan dalam keadaan konstan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, F. (2008). Pengajuan Alat Pendingin Sistem Adsorpsi Dua Adsorber dengan
menggunakan Metanol 1000 mL sebagai Refrigeran. Skripsi. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Incropera, F dan Witt, D. (2011). Fundamental of Heat and Mass Transfer Seventh
Edition. Wiley, Singapura.
Kusuma, I., Ni Made, W dan I Gusti, L. (2014). Isoterm Adsorpsi Cu2+ oleh
Biomassa Rumput Laut. Journal Kimia Visvitalis Universitas Pendidikan
Ganesha. 2(1), 1-2.
Laksono, E. (2002). Analisis Daya Adsorpsi Suatu Adsorben. Jurnal kimia FMIPA.
13(1), 95-107.
Langenati, R., Rachmad, M., Deni, M., Bangun, W dan Ridwan. (2012). Pengruh
Jenis Adsorben dan Konsentrasi Uranium Terhadap Pemungutan Uranium dari
Larutan Uranil Nitrat. Jurnal Teknik Bahan Nuklir. 8( 2), 1.
Munson, B., Young D., Okiishi T. dan Budiarso, H. (2003). Mekanika Fluida
(Terjemahan), Edisi Keempat, Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Nafis, A. (2017). Pengaruh Penyerapan CO2 terhadap Laju Alir Adsorben Air dan
Kecepatan Alir Udara pada Alat Revamping Adsorber Tipe Sieve Tray, Tugas
Akhir. Politeknik Akamigas Palembang, Palembang.
19
Taufik, M. (2011). Pembuatan dan Pengujian Osborne Reynlods Apparatus Pipa
Horizontal. Laporan Praktikum. Universitas Andalas, Padang.
Utami, J., Wahyudi, B., Bardi, M dan Gede S. (2013). Prediksi Kesetimbangan
Adsorpsi Uranium pada Air dan Sedimen pada Berbagai pH. Jurnal Rekayasa
Lingkungan. 07(2), 1.
20
LAMPIRAN B
LEMBAR PERHITUNGAN
PERCOBAAN 1
Laju alir adsorbat dalam 1 menit
a. Q =
= = 878,78 ml/menit
b. Q =
= = 940 ml/menit
c. Q =
= = 1212,12 ml/menit
Bilangan Reynold
Diket : Densitas air ( ) = 1 gr/cm3
Diameter = 1 cm
Jari – jari = 0,5 cm
Viskositas air ( ) = 0,01 gr/cm.s
Luas permukaan (A) = 𝜋 × 𝑟2 = 3,14 × (0,5)2 = 0,785 cm2
a. Untuk Laju alir 878,78 ml/menit
Q = 878,78 ml/menit = 14,64 cm³/s
V= = = 18,64 cm/s
NRe =
= 1864
b. Untuk Laju alir 940 ml/menit
Q = 940 ml/menit = 15,66 cm³/s
V= = = 19,94 cm/s
NRe =
21
22
= 1994
c. Untuk Laju alir 1212,12 ml/menit
Q = 1212,12 ml/menit = 20,202 cm³/s
V= = = 25,73 cm/s
NRe =
= 2573
Percobaan 2
1. Pembuatan larutan standar Ca(OH)2 0,015 M dalam 2500 ml
M =
0,015 =
gr = 2,77 gram
2. Konduktivitas molar (∆ )
Pada variabel A
Perhitungan Konsentrasi (C)
0,015 M =
Laju Alir
1. Q=
2. Q=
3. Q=
Pada variabel B
Perhitungan Konsentrasi (C)
0,01 M =
Laju Alir
1. Q =
2. Q =
3. Q =
=
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
25
26