Oleh
20030035_Ami Nurhayati
20030036_M.Saidul Mabrury
20030039_Fimamsyakh
Oleh
20030035_Ami Nurhayati
20030036_M.Saidul Mabrury
20030039_Fimamsyakh
Grafik 3.1 Turbidity, ph, dan kadar lumpur pada tabung inhoff air baku
...............................................................................................12
Grafik 3.2 Turbidity Clarifier.................................................................. 13
Grafik 3.3 Ph Air Clarifier......................................................................14
Grafik 3.4 Pengaruh Laju Alir dan Konsentrasi Koagulan Ph.............15
Grafik 3.5 Pengaruh Laju Alir Dan Konsentrasi Koagulan Terhadap
turbiditas.............................................................................................16
Grafik 3.6 Pengaruh Laju Alir Dan Konsentrasi Koagulan Terhadap TDS
............................................................................................................17
Grafik 3.7 Hubungan Turbidity Dan Suhu Terhadap Nira Encer Di door
Clarifier ..............................................................................................18
Grafik 3.8 Hubungan Turbidity Dan Ph Terhadap Nira Encer Di door
clarifier................................................................................................19
DAFTAR TABEL
dari tabel 1 memuat data terkait dengan air baku yang terdiri dari
turbidity, ph dan kadar lumpur pada tabung inhoff yang disajikan dalam
grafik pada gambar 2, dimana parameter kekeruhan, ph, serta kadar
lumpur pada tabung inhoff, menunjukkan penurunan dan kenaikan
turbidity, nilai ph, serta kadar lumpur.
gambar grafik 3.1 turbidity, ph, dan kadar lumpur pada tabung
inhoff air baku
gambar 3.2 turbidity clarifier
dari grafik pada gambar 3.2, dari grafik turbidity clarifaer 1,2,3,
menunjukan cukup setabilnya nilai ntu pada air clarifier. pada turbidity
clarifier 1 terdeteksi nilai tertinggi pada hari ke 6 yang mencapai 2,24 ntu,
sedangkan pada turbidity clarifier ke 2 tertinggi pada hari ke 4 sebesar
2,12 ntu dan tyrbidity clarifier 3 terbesar pada hari ke 4 sebesar 2,33.
perubahan ini sangat dipengaruhi oleh cuaca yang menyebabkan
sedimentasi pada aliran air baku
gambar grafik 3.5 pengaruh laju alir dan konsentrasi koagulan terhadap
turbiditas
makin besar laju alir maka makin rendah tingkat kejernihan air
hasil olahan yang diperoleh. hal ini terjadi karena pada laju alir yang
besar kemungkinan lolosnya flok ke zona jernih akan semakin besar pula
dan sebaliknya.
penggunaan koagulan yang semakin banyak akan menghasilkan
turbiditas yang rendah sehingga air akan menjadi lebih jernih. namun jika
konsentrasi koagulan terlalu tinggi, maka akan mengurangi penurunan
turbiditas. hal ini disebabkan karena terjadi gaya tolak menolak diantara
partikel yang bermuatan positif sehingga terjadi proses deflokulasi.
gambar grafik 3.6 pengaruh laju alir dan konsentrasi koagulan terhadap
tds
grafik memiliki kecenderungan makin besar laju alir maka makin
besar pula jumlah padatan terlarut dalam air hasil olahan yang diperoleh.
hal ini terjadi karena pada laju alir yang besar kemungkinan lolosnya flok
ke zona jernih akan semakin besar pula dan sebaliknya. penggunaan
koagulan yang semakin banyak akan menghasilkan tds yang rendah
sehingga air akan menjadi lebih jernih. hal ini karena kemampuan
koagulan yang dapat mengikat zat-zat padat. namun jika konsentrasi
koagulan terlalu tinggi, maka akan mengurangi penurunan tds. hal ini
disebabkan karena terjadi gaya tolak menolak diantara partikel yang
bermuatan positif sehingga terjadi proses deflokulasi.
C. pengaruh suhu dan ph terhadap turbidity nira encer pada door clarifier
di pg modjopanggoong tulungagung (alifiyah dyah oktaviani 2018)
kualitas gula dipengaruhi oleh proses produksi terutama di
pemurnian nira. standar kelayakan mutu gula di indonesia diatur dalam
standar nasional indonesia (sni) 3140.3:2010. melalui standar tersebut,
pemerintah berupaya untuk melakukan pengawasan produk gula yang
beredar di pasaran layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. salah satu
parameter untuk menentukan kualitas gula berdasarkan sni 3140.3:2010
adalah turbidity. nilai turbidity menunjukkan tingkat kekeruhan pada nira
yang dapat diartikan bahwa semakin rendah nilai turbidity (< 100 sio2)
maka semakin jernih nira yang dihasilkan. tujuan dari analisis ini untuk
mengetahui suhu dan ph nira encer yang optimal di door clarifier. analisis
turbidity nira encer dilakukan dengan menggunakan spectrophotometry.
variabel uji yang digunakan dalam analisis turbidity antara lain suhu dan
ph. suhu nira encer di door clarifier berturut-turut 89°c, 90°c, 91,6°c,
92°c, 94°c, dan 94,8°c, ph nira encer pada defekator berturut-turut 8,82,
8,9, 8,98, 9,03, dan 9,08. berdasarkan hasil analisis ini, dihasilkan suhu
optimal nira encer di door clarifier sebesar 94,8°c dan ph nira encer di
defekator sebesar 9,08 dengan nilai turbidity 71,2316 sio2.penelitian
serupa mengenai pengaruh ph dan suhu terhadap turbidity nira dilakukan
oleh erwinda, dkk, (2014) mengenai pengaruh ph nira tebu (saccharum
officinarum) dan konsentrasi penambahan kapur terhadap kualitas gula
merah bahwa perlakuan koensentrasi penambahan kapur berpengaruh
nyata terhadap ph dan derajat kekuningan gula merah. selain itu pada
penelitian fitri (2008) mengenai pengaruh penambahan susu kapur
(caoh)2 dan gas so2 terhadap ph nira mentah dalam pemurnian nira di
pabrik gula kwala madu bahwa penambahan susu kapur memiliki
pengaruh terhadap perubahan warna nira sehingga harus dikontrol.
keterbaharuan pada penelitian ini adalah membandingkan pengaruh
suhu dan ph nira encer terhadap turbidity nira encer yang ada pada alat
door clarifier pg modjopanggoong tulungagung.tujuan dari analisis ini
untuk mengetahui suhu dan ph nira encer yang optimal di door clarifier.
defekator yang dimiliki pg modjopanggoong tulungagung ini
sudah beroperasi cukup lama sehingga dapat menyebabkan ketidak
stabilan suhu dalam sebuah sistem. penurunan kestabilan suhu ini dapat
mempengaruhi nira encer yang keluar di door clarifier sehingga pada
penelitian ini dilakukan analisis pada alat defekator dan door clarifier.
tabel 2.2 hasil analisis ph defekator dan suhu nira encer di door clarifier
gambar grafik 3.7 hubungan turbidity dan suhu terhadap nira encer
di door clarifier
suhu merupakan salah satu faktor penting penentu hasil dari
nira. suhu di door clarifier menjadi penentu seberapa baik kualitas nira
setelah melalui proses pemurnian. dari gambar 1 di atas bahwa suhu nira
encer mempengaruhi turbidity nira encer semakin tinggi suhu maka
semakin rendah nilai turbidity nira encer. data di atas menunjukkan
bahwa nilai turbidity pada nira encer yang dianalisis berkisar antara 71
sio2 – 98 sio2 dengan suhu antara 89°c - 94°c. hal itu menunjukkan
bahwa semakin kecil suhu (< 100) °c yang dihasilkan oleh nira encer
maka semakin besar nilai turbidity nira encer. nilai turbidity menunjukkan
tingkat kekeruhan pada nira yang dapat diartikan bahwa semakin rendah
nilai turbidity (< 100 sio2) maka semakin jernih nira yang dihasilkan,
begitu juga sebaliknya. pada suhu 94,8°c merupakan suhu optimal nira
encer pada door clarifierkarena memiliki nilai turbidity yang rendah.
berdasarkan sni 3140.3:2010, nilai turbidity pada nira encer adalah
kurang dari atau sama dengan 100 sio2 [7]. berdasarkan suhu yang
terukur pada nira encer kurang dari 100°c yang menyebabkan nilai
turbidity menjadi tinggi. suhu nira encer yang kurang sesuai pada data
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya
adalah terjadi pemanasan yang kurang optimal pada pemanas
pendahuluan ii (pp ii). apabila nilai turbidity tinggi, maka pada proses
pemurnian harus dilakukan evaluasi terutama pada bagian pemanas
karena proses pemanasan sangat berpengaruh penting terhadap proses
pengendapan. sedangkan apabila nilai turbidity nira rendah, artinya nira
sudah jernih sehingga kualitas gula yang dihasilkan juga lebih baik.
Gambar grafik 3.8 hubungan turbidity dan ph terhadap nira encer di door
clarifier
dari data yang diperoleh didapatkan ph pada defekator yaitu
semakin turun dengan kisaran 8,82-9,08. umumnya jumlah susu kapur
minimum supaya didapat nira yang jernih pada ph sekitar 7-8. pengaruh
volume penambahan susu kapur menunjukkan bahwa apabila
penambahan volume susu kapur semakin sedikit maka ph yang ada
pada nira juga akan semakin rendah, sedangkan nilai turbidity nira encer
akan semakin naik. apabila penambahan volume susu kapur sudah
terlalu banyak maka angka kekeruhan nira encer akan naik kembali [8].
besarnya volume susu kapur yang diberikan ke dalam defekator sangat
dipengaruhi oleh ph nira mentah defekasi dan waktu tunda nira mentah.
hal ini akan berkaitan pada perolehan kadar cao nira encer. suatu proses
pemurnian dikatakan paling baik bila menghasilkan kadar cao terkecil
dari batas maksimal yang diijinkan, 1000 ppm.
selain itu, turbidity dipengaruhi senyawa bukan gula baik yang
larut maupun yang tidak larut dalam nira encer serta kadar
phosfat.berdasarkan hasil pengamatan pengaruh suhu nira encer dan ph
defekator terhadap turbidity menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu
nira encer (89-94) °c maupun ph defekator 2 (8,82-9,08), maka semakin
rendah nilai turbidity nira encer yang berarti semakin rendah tingkat
kekeruhan nira encer yang dihasilkan pada suhu dan ph tinggi yang
optimal. semakin tinggi alkalinitas, semakin kecil kadar warna nira namun
semakin lama waktu tunda semakin tinggi kandungan warna dalam nira
encer.menurut [10] proses penetralan ph dalam nira akan terbentuk
ikatan – ikatan yang mengendap sehingga dapat menarik partikel-partikel
kecil yang berada di dalam nira yang menyebabkan kadar kotoran
menjadi rendah. nilai ph yang cenderung lebih tinggi akan
mengakibatkan warna gula yang semakin gelap (reaksi browning).
menurut nurkomara, dkk (2016), setelah dilakukan pengendalian pada
data dan mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan tingkat
kejernihan pada proses pemurnian nira. disimpulkan bahwa, penyebab
khusus terjadinya perubahan tingkat kejernihan (turbidity) gula pada
proses pemurnian yaitu perawatan tidak maksimal, mesin yang dipakai
manual dan tua, pencampuran ph dan suhu tidak sesuai, operator kurang
pemahaman pada mesin,lingkungan tidak terawat, dan
kurangnya komunikas antar setiap divisi.
1.7 trouble shooting dari alat tersebut ditinjau dari
mekanikal elektrika
A.pengolahan air limbah domestik dengan proses lumpur aktif yang diisi
dengan media bioball (nusa idaman said dan kristianti utomo 2007)
untuk mengatasi hal tersebut di atas,perlu inovasi teknologi untuk
meningkatkan efisiensi pengolahan air limbah khususnyaproses lumpur
aktif (activated sludge). salahsatu contoh untuk meningkatkan proses
lumpuraktif adalah dengan cara menambahkan karbonaktif ke dalam bak
aerasi.dengan menambahkan karbon aktif ke dalam bak areasimaka
mikroorganisme akan tumbuh danberkembang di permukaan karbon aktif
sehinggajumlah mikroorganisme yang menguraikanpolutan organik di
dalam bak areasi menjadi lebih banyak sehingga efisiensi
pengolahanmenjadi lebih stabil. (sublette, 1982).weber, hopkin dan
bloom (1970)mempublikasikan hasil penelitiannya yang menyimpulkan
bahwa mikroorganisme yang tumbuh di permukaan karbon aktif
dapatmempertahankan efisiensi pada pengolahan air limbah lanjut
(advanced treatment) dengankarbon granular (burtiran). sedangkan
miller dan rice (1960) telah memastikan adanya aktifitas biologis pada
filter karbon aktif di dalam sistem pengolahan air dengan ozon dan
karbon aktif butiran.dengan demikian, sebenarnyaphenomena
penambahan karbon aktif ke dalam proses biologis ini bukanlah hal yang
baru.di dalam proses pengolahan secara biologis dengan penambahan
karbon aktif,bakteri nitrifikasi yang tumbuh dan melekat dipermukaan
karbon aktif dapat merangsang atau mempercepat proses nitrifikasi
senyawa ammoniun-nitrogen.
trouble shooting sensor tss (total suspended solids) di dalam bak
aerasi tidak berfungsi dengan baik, berikut adalah penangannya alat
terserbut berfungsi kembali:
1. identifikasi masalah: tentukan apa yang menyebabkan sensor tidak
berfungsi. apakah ada kerusakan fisik pada sensor? apakah ada
masalah dengan kabel atau konektor? apakah ada tanda-tanda
kerusakan lainnya?
2. periksa koneksi: pastikan kabel dan konektor yang menghubungkan
sensor dengan perangkat terhubung dengan benar dan tidak rusak.
kadang-kadang masalah hanya terjadi karena koneksi yang longgar.
3. uji dengan perangkat lain: jika memungkinkan, sambungkan sensor ke
perangkat lain yang bekerja dengan baik. jika sensor berfungsi di
perangkat lain, mungkin masalahnya ada pada perangkat yang
sebelumnya anda gunakan.
4. cek listrik atau baterai: jika sensor menggunakan daya listrik atau
baterai, pastikan daya tersedia dan cukup. ganti baterai jika diperlukan.
5. bersihkan sensor: kadang-kadang sensor tidak berfungsi karena
terhalang oleh debu, kotoran, atau residu lainnya. bersihkan sensor
dengan hati-hati menggunakan bahan yang sesuai dan aman.
6. ganti komponen rusak: jika anda menemukan komponen sensor yang
rusak, pertimbangkan untuk menggantinya. jika anda tidak yakin cara
melakukannya, sebaiknya minta bantuan dari ahli atau teknisi.
7. uji dengan perangkat uji: jika anda memiliki perangkat uji atau alat
untuk memeriksa sensor, gunakan alat tersebut untuk menguji sensor
secara lebih rinci dan mendapatkan informasi tentang masalah yang
mungkin ada.
8. baca manual: baca manual pengguna atau dokumentasi yang
diberikan oleh produsen sensor. mereka mungkin memiliki petunjuk
khusus untuk perbaikan atau pemecahan masalah.
9. konsultasi ahli: jika anda merasa kesulitan atau tidak yakin, sebaiknya
hubungi teknisi atau ahli yang berpengalaman dalam perbaikan sensor
atau perangkat elektronik.
B.trouble shooting scraper pada alat clarifier tidak bergerak dengan
lancar akibat kerusakan pada pisau scrapernya, berikut adalah beberapa
langkah penanganan yang dapat dilakukan:
1. matikan alat: pastikan alat clarifier dimatikan dan sumber listriknya
terputus sebelum melakukan perbaikan. keselamatan adalah prioritas
utama.
2. periksa kerusakan pisau scraper: periksa secara visual pisau scraper
yang rusak. jika ada pisau yang patah, aus, atau terlipat, itu mungkin
penyebab pergerakan yang tidak lancar.
3. penggantian pisau scraper: jika pisau scraper rusak, anda perlu
menggantinya. buka bagian yang berisi scraper dan ganti pisau yang
rusak dengan yang baru. pastikan memasangnya dengan benar sesuai
dengan petunjuk.
4. pelumas dan pembersihan: setelah pisau scraper diganti, pastikan
semua komponen yang bergerak diolesi pelumas yang sesuai. juga,
bersihkan bagian-bagian yang kotor atau tertutup endapan agar
pergerakan kembali lancar.
5. uji kembali: setelah pisau scraper diganti dan komponen dipelumas
serta dibersihkan, hidupkan alat dan uji pergerakan scraper. pastikan
scraper bergerak dengan lancar dan tidak ada hambatan.
6. monitor kinerja: setelah alat dihidupkan kembali, monitor kinerja alat
selama beberapa siklus untuk memastikan bahwa scraper berfungsi
dengan baik dan tidak ada masalah lain yang muncul.
7. jadwalkan perawatan rutin: untuk mencegah masalah serupa di masa
depan, jadwalkan perawatan rutin pada alat clarifier, termasuk
pemeriksaan dan pembersihan scraper serta komponen lainnya.
C.trouble shooting penyumbatan pada pipa saluran air masuk dan keluar
clarifier, anda dapat mengikuti penangannya berikut:
1.matikan alat: pastikan alat clarifier dimatikan dan sumber listriknya
terputus sebelum melakukan penanganan. keselamatan adalah prioritas
utama.
2.identifikasi lokasi penyumbatan: tentukan lokasi persis dari
penyumbatan. ini bisa terjadi pada pipa masuk, pipa keluar, atau saluran
lainnya di sekitar clarifier.
3. pembersihan secara mekanikal: jika penyumbatan terjadi karena
endapan atau benda asing, anda dapat membersihkannya secara
mekanikal dengan alat yang sesuai, seperti penggaru atau alat
pembersih pipa.
4. penggunakan aliran balik (backflushing): untuk pipa yang tersumbat,
anda dapat mencoba teknik aliran balik dengan menyemprotkan air atau
cairan pembersih khusus ke pipa dengan tekanan yang cukup untuk
membersihkan endapan atau penyumbatan.
5. penggunakan bahan pembersih: bahan kimia pembersih khusus dapat
digunakan untuk mengatasi endapan atau penyumbatan. pastikan untuk
menggunakan bahan yang sesuai dengan jenis pipa dan cairan yang
diolah dalam clarifier.
6. pemantauan lanjutan: setelah melakukan pembersihan, hidupkan
kembali alat clarifier dan monitor pergerakan air. pastikan aliran masuk
dan keluar kembali normal.
7. pencegahan masa depan: agar masalah penyumbatan tidak terjadi
lagi, pertimbangkan untuk mengadopsi tindakan pencegahan seperti
memasang saringan pada pipa masuk atau keluar untuk mencegah
benda asing masuk ke dalam sistem.
daftar Pustaka
1. adusei-Gyamfi, J., Ouddane, B., Rietveld, L., Cornard, J. -P., Criquet,
J. (2019). Naturalorganic matter-cations complexation and
its impact on water treatment: a critical review. Water
Research. 160, 130-147.
2.ariyansah r, rahardja ib, gamayel a. 2020. analisis desain static mixer
pipe untuk meningkatkan proses koagulasi di external water
treatment plant (wtp). jurnal asiimetrik: jurnal ilmiah rekayasa &
inovasi. 2(2): 95–106. doi: 10.35814/asiimetrik.v2i2.1386.
3.budianti t. 2017. studi literatur dalam pengolahan limbah dengan
lumpuraktif dan karbon aktif. (january).
4.d nd. et al. 2009. study of utilizaton of sludge in anaerobic and aerobic
ponds from waste palm oil processing. iv(2)
5.puspita, pengertian dan sistem kerja tangki clarifier. bandung: institut
teknologi band2ung, 2014/
6.razif, mohammad. 2006. aplikasi teknologi produksi bersih di instalasi
pengolahan air minum (studi kasus pdam surabaya.[skripsi].
surabaya : fakultas teknik, jurusan teknik lingkungan, institut
teknologi sepuluh november (its).
7.riani, jenny. 2010. studi dampak pengoperasian busway pada
perumahan metro pondok indah koridor viii [skripsi]. jakarta :
fakultas teknik, jurusan teknik sipil, universitas negeri jakarta.
8.sumada, tangki klarifier. bandung: institut teknologi bandung, 2012.
9.universitas sultan ageng tirtayasa (2012). pedoman penulisan dan
penyusunan tugas akhir mahasiswa.
10.wilopo, djoko. 2009. metode konstruksi dan alat-alat berat, jakarta:
universitas indonesia (ui-pers).