Anda di halaman 1dari 37

NASKAH RESMI

SEMESTER PENDEK ALAT INDUSTRI KIMIA

Oleh

20030035_Ami Nurhayati
20030036_M.Saidul Mabrury
20030039_Fimamsyakh

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BALONGAN
INDRAMAYU
2023
NASKAH RESMI
SEMESTER PENDEK ALAT INDUSTRI KIMIA

Oleh

20030035_Ami Nurhayati
20030036_M.Saidul Mabrury
20030039_Fimamsyakh

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BALONGAN
INDRAMAYU
2023
DAFTAR ISI

1.1 PRINSIP KERJA..........................................................................................1


1.2 JENIS-JENIS CLARIFIER..........................................................................2
1.3 KOMPONEN ALAT DISERTAI GAMBAR PENJELASAN...................3
1.4 APLIKASI PADA INDUSTRI BESERTA PROSES YANG TERJADI...
................................................................................................................................4
1.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA ALAT........5
1.6 BESERTA PENJELASANNYA...........................................................6
1.7 PENELITIAN TERBARU MENGENAI ALAT TERSEBUT DIAMBIL
DARI JURNAL 10 TAHUN TERAKHIR..........................................................7
1.8 TROUBLE SHOOTING DARI ALAT TERSEBUT DITINJAU DARI
MEKANIKAL ELEKTRIKA................................................................................8
1.9 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................9
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Rectangular clarifier.......................................................................10


Gambar 1.2 Circular Clarifier.............................................................................10
Gambar 1.3 Inclined Clarifier.............................................................................10
Gambar 1.4 Rectangular clarifier.......................................................................10
Gambar 1.5 Circular Clarifier.............................................................................11
Gambar 1.6 Inclined Clarifier.............................................................................11
DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Turbidity, ph, dan kadar lumpur pada tabung inhoff air baku
...............................................................................................12
Grafik 3.2 Turbidity Clarifier.................................................................. 13
Grafik 3.3 Ph Air Clarifier......................................................................14
Grafik 3.4 Pengaruh Laju Alir dan Konsentrasi Koagulan Ph.............15
Grafik 3.5 Pengaruh Laju Alir Dan Konsentrasi Koagulan Terhadap
turbiditas.............................................................................................16
Grafik 3.6 Pengaruh Laju Alir Dan Konsentrasi Koagulan Terhadap TDS
............................................................................................................17
Grafik 3.7 Hubungan Turbidity Dan Suhu Terhadap Nira Encer Di door
Clarifier ..............................................................................................18
Grafik 3.8 Hubungan Turbidity Dan Ph Terhadap Nira Encer Di door
clarifier................................................................................................19
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Prinsip Kerja Clarifier.......................................................................20


Tabel 4.2 Jenis-Jenis Clarifier..........................................................................21
clarifier
1.1 prinsip kerja
clarifier berfungsi untuk memisahkan sejumlah kecil partikel-
partikel halus yang akan menghasilkan liquid yang jernih yang bebas
partikel-partikel solid atau suspense (rusdiana, mu’tamar and hidayat,
2020).
di dalam clarifier terjadi proses yang kita sebut dengan proses
klarifikasi yang mana proses ini berfungsi menghilangkan solid
tersuspensi. solid tersuspensi merupakan bagian dari kotoran (impurities)
yang menyebabkan air menjadi keruh. secara umum klarifikasi dapat
diartikan sebagai proses penghilangan solid tersuspensi melalui
mekanisme koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi. air yang mengandung
bahan kimia serta flok, mengalir ke clarifier melalui pipa vertikal ditenga
clarifier, untuk dipisahkan flocnya dengan cara pengendapan gravitasi.
lumpur yang sudah mengendap di bagian paling bawah dipompakan
kembali ke bak aerasi dan lumpur pada air limbah yang baru datang
dibiarkan turun mengendap ke bawah sehingga terjadi pergantian (made
djaja, 2006).
clarifier pada umumnya berbentuk tangki silinder dari beton
dengan diameter 26 meter dantinggi 3,65 meter. selama klarifikasi,
dihilangkan juga water hardness, yaitu garamgaram kalsium dan
magnesium yang larut dalam air, dengan cara mereaksikannya dengan
zat-zat kimia yang akan mengendapkan hardness tersebut. garam ca
dan mg dalam bentuk bikarbonat akan lebih mudah larut. untuk
pengendapan yang efesien, perlu dilakukan pengadukan sehingga zat
pengendapakan terbagi dalam air sebelum terjadi pengendapan untuk
membentuk gumpalan yang lebih besar, hal ini dapat dicapai dengan
pengadukan lambat.
prinsip kerja dari clarifier tank adalah pengendapan gravitasi. laru
tan yang membawa unsur padatan akan tersuspensi lebih berat dan akhi
rnya mengendap. kemudian padatan yang mengendap ini akan terkump
ul dalam bak “sludge” yang harus secara reguler dibersihkan atau dibuan
g ke luar clarifier tank. di dalam clarifier terjadi proses yang kita sebut de
ngan proses klarifikasi yang mana proses ini berfungsi menghilang kan s
olid tersuspensi. solid tersuspensi merupakan bagian dari kotoran (impuri
ties) yang menyebabkan air menjadi keruh. secara umum klarifikasi dapa
t diartikan sebagai proses penghilangan solid tersuspensi melalui mekani
sme koagulsai, flokulasi, dan sedimentasi.
zona-zona clarifier tank : influluen zone merupakan are dimana um
pan masuk yang kemudian akan diproses dalam clarifier zona. settling zo
na merupakan are dimana sedang berlangsungnya proses pemisahan.slu
dge zona merupakan are partikel padatan yang telah terpisah,kemudian d
itransfer ke tanki penampungan.
secara umum klarifikasi dapat diartikan sebagai proses penghilangan sus
pended solid melalui mekanisme koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi.
1.proses koagulasi,
proses koagulasi merupakan suatu mekanisme penetralan dimana
partikel-partikel koloid yang bermuatan dinetralkan muatannya, setelah
penetralan maka partikel akan saling mendekat satu sama lain sehingga
membentuk flok yang kecil melalui suatu proses dengan penambahan
koagulan (wijayanti and utami, 2010).
2.koagulasi,
terjadi karena adanya interaksi antara koagulan dengan kontaminan
seperti partikel koloid. proses koagulasi dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain ph, dosis koagulan, serta kekeruhan larutan (s.w., iswanto and
., 2009).beberapa koagulan yang sering dipakai adalah aluminum sulfate-
al2(so4)3, ferric sulfate-fe2(so4)3, ferric chloride-fecl3, dan sodium
aluminate-na2ai204. tujuannya adalah untuk mengikat atau
mengumpulkan kotoran-kotoran yang tidak bisa disaring melalui filter
biasa sehingga nantinya filter dapat menyaring kotoran yang sudah
bergabung. dosis koagulan. secara umum juga dapat dilihat bahwa
penurunan kekeruhan berbanding lurus dengan dosis koagulan. semakin
tinggi dosis koagulan diperoleh tingkat penurunan kekeruhan yang
semakin baik (s.w., iswanto and ., 2009).
3.proses flokulasi,
proses flokulasi adalah suatu mekanisme dimana flok kecil tersebut akan
dilalui suatu media flokulan (polyelektrolit) digabungkan menjadi flok yang
lebih besar sehingga massa bertambah agar dapat mengendap (budianti,
2017).
flok-flok yang semakin membesar itu akan mengendap sejalan
dengan pertambahan luas permukaan aliran, sehingga waktu pengaliran
akan lebih lama dan reaksi yang terjadi akan semakin sempurna.
sedangkan perluasan permukaan aliran akan dilakukan dengan
penambahan sekat-sekat pada bak flokulasi. sehingga butiran-butiran
yang sudah terbentuk akan saling bertumbukan dan akan menghasilkan
flok-flok yang semakin membesar, ini dikarenakan flok-flok tadi akan
saling melekat antara satu dengan yang lainnya.
4.proses sedimentasi,
sedimentasi adalah proses membiarkan materi tersuspensi mengendap
karena gravitasi. biasanya materi tersuspensi yang disebut flok terbentuk
dari materi yang ada dalam air dan bahan kimia yang digunakan dalam
koagulasi atau proses-proses pengolahan lainnya(kristijarti, suharto and
marieanna, 2013).proses sedimentasi adalah mekanisme dimana flok
yang sudah cukup besar tersebut akan mengendap dan turun ke
permukaan air karena gaya gravitasi bumi. flok tersebut bisa bertambah
besar dikarenaka penambahan flokulan. flokulan tadi memiliki cir-ciri yaitu
menpunyari berat molekul yang besar sehingga rantainya yang panjang
mengikat flok-flok kecil yang cukup jauh menjadi satu.prinsip kerja dari cla
rifier tank adalah pengendapan gravitasi. larutan yang membawa unsur p
adatan akan tersuspensi lebih berat dan akhirnya mengendap. kemudian
padatan yang mengendap ini akan terkumpul dalam bak “sludge” yang ha
rus secara reguler dibersihkan atau dibuang ke luar clarifier tank.
1.2 jenis-jenis clarifier
pada unit clarifier terjadi pengadukan lambat. jenis pengadukan lambat
pada clarifier adalah jenis pengadukan hidrolis memanfaatkan piringan
berlubang.
fungsi dari piringan berlubang yaitu untuk memecahaliran dalam
menciptakan efek pengadukan. pada proses pengadukan lambat, energi
hidrolik yang dibutuhkancukup kecil agar menghasilkan gerakan air yang
mendorong kontak antar partikel tanpa menyebabkan terpisahnya
gabungan flok yang telah terbentuk. penggabungan inti gumpalan sangat
tergantung pada gradien kecepatan.
ada beberapa macam tangki klarifier yang sering digunakan.
berdasarkan bentuk dan sistem kerjanya tangki klarifier dapat
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : inclined plate (lamella), rectangular, dan
circular clarifier(anhar, erwana dewi, indah purnamasari 2019)
1. rectangular clarifier
clarifier rectangular umumnya digunakan pada pembuangan pengolahan
limbah dan air buangan perkotaan seperti halnya digunakan diindustri-
industri, juga untuk aliran pembuangan. mekanisme penggarukan yang
digunakan dalam banyak desain terdiri dari pengerem seperti rantai.
prinsip kerja: pengerem memindahkan bubur yang tertumpuk kegerobak
endapan yang terdapat dalam salah satu ujungnya dengan alat pengerik
yang terletak pada rantai-rantai. selama perjalanan kembali keposisi
penggarukan endapan, “flight” berkeliaran dengan tingkat air dan
berfungsi sebagai alat penyaring untuk menghilangkan buih-buih
permukaan.
gunakan terutama dalam pemisahan minyak dan air serta dalam
pemurnian gas buangan dari pabrik baja. hasil yang dihasilkan jernih, teta
pi bagaimana pun secara
gambar 1.1 rectangular clarifier
umum tidak sejernih dengan menggunakan circular clarifier berfungsi untuk p
eng olahan air limbah dan juga dalam proses industri. prinsip kerjanya
yaitu dengan metode pemisahan dengan tipe rangkaian pengisapan.
kelebihan, lebih sedikit lahan yang dibutuhkan untuk pembang unan bebera
pa unit penghematan biaya konstruksi, penebalan lumpur yang lebih baik,
kemudahan dalam operasional, biaya perawatan yang relatif lebih renda
h, memiliki toleransi terhadap shock loading.
kekurangan, waktu penahanan lumpur yang mengendap lebih lama (tidak m
enguntungkan untuk pabrik dengan influent air limbah septik, kurang efekt
if untuk kondisi pemuatan padatan tinggi.
2.circular clarifier
untuk menerima air limbah mentah setelah disaring terlebih dahulu untuk
menghilangkan benda besar dan pasir. tangki sedimentasi pengolahan air
limbah primer ini akan menghasilkan cairan homogen yang dapat diolah
secara biologis dan lumpur yang dapat diolah atau diproses secara
terpisah.

gambar 1.2 circular clarifier


prinsip kerjanya umpan masuk melalui sumur umpan yang diran
cang untuk meng hilangkan kecepatan dan menstabilkan arus kepadatan
aliran yang masuk. pemisahan terjadi ketika partikel-partikel berat menge
ndap di bagian bawah tangki. beberapa proses menambahkan koagulan
dan atau flokulan ke aliran umpan untuk meningkatkan aglomerasi partike
l untuk mendorong pengendapan yang lebih cepat atau lebih efektif.
kelebihan, sistem pengumpulan lumpur yang lebih sederhana, persyarata
n perawatan lebih rendah, kemudahan dalam pembuangan lumpur, efisie
nsi pengendapan tinggi, sesuai bagi instalasi dengan debit dan karakterist
ik air bersih yang konstan.
kekurangan, membutuhkan lebih banyak ruang untuk pembangunan dari
pada rectangular clarifier dengan ukuran yang sama.
3.inclined clarifier
sebagai alat untuk memisahkan partikel yang tercampur di dalam air.
selain itu, sistem ini juga digunakan untuk menjernihkan air baku dengan
kualitas yang kurang baik

gambar 1.3 inclined clarifier


contohnya seperti low water dan raw water. biasanya, sistem ini
digunakan dalam pengolahan primer untuk menggantikan tangki
pengendapan atau sedimentasi konvensional.
prinsip kerja, sistem pengolahan yang paling utama adalah memperhatik
an gaya gravitasi. adanya gaya gravitasi dan alat yang dipasang miring,
memungkinkan padatan partikel besar atau flok yang sudah berukuran be
sar ikut masuk ke tangki sedimentasi dan terjadi proses sedimentasi.
kelebihan, mudah dipasang, tidak memerlukan energi, area pengendapa
n yang besar dan efisien, mengurangi pertumbuhan lumut, kinerja dapat d
itingkatkan dengan penambahan zat kimia.
kekurangan, karena waktu tinggal yang singkat, kapasitas buffer buruk, p
eralatan pelepasan lumpur mekanis rumit dan membutuhkan kualitas kon
struksi yang tinggi, kedalaman kolam besar, konstruksinya sulit dan biaya
nya tinggi
1.3 komponen alat disertai gambar penjelasan
1.alat rectangular clarifie
clarifier persegi panjang: clarifier persegi panjang adalah tangki
pengolahan air limbah yang dirancang untuk menghilangkan partikel
padat dari air.teori di balik jenis ini melibatkan prinsip pemisahan
berdasarkan gravitasi. ketika air masuk ke dalam tangki, kecepatannya
berkurang, memungkinkan partikel-partikel berat untuk mengendap ke
bagian bawah karena kepadatan yang lebih tinggi. partikel-partikel yang
mengendap membentuk lapisan lumpur, sementara air yang telah
disaring naik ke atas dan dikumpulkan untuk pengolahan atau
pembuangan selanjutnya.

gambar 1.4 rectangular clarifier


fungsi masing masing alat :
1.inlet merupakan tempat air terdistribusi secara merata, disini partikel
menyebar keseluruh bagian bak pengendap
2.inlet baffle untuk mengurangi kecepatan air yang masuk
3.drive unit unit penggerak yang berfungsi untuk menggerakkan air
4.unit drive gear, untuk meneruskan putaran yang dihasilkan oleh drive
5.sludge withdrawal pipe, pipa penghisap lumpur, lumpur mengalir dari
pipa menuju bak penampung pipa.
6.sludge trough, tempat untuk menampung lumpur yang di alirkan melalui
pipa.
7.drive chain, membantu meneruskan putaran dari gear belakang dan
gear
depan.
8.effluent weir,bendung limbah berfungsi untuk mengoptimalkan waktu
detensi hidrolik aktual dan memininmalisir korsleting.
9.scoum trough,penyekat sampah disediakan di sekitar bendungan
limbah dan di tempatkan di permukaan air untuk mencegah buih dan
semua material yang mengapung
10.effluent launder,pencucian limbah ini berfungsi pengurangan emisi gas
berbahaya dan berbau busuk, pengurangan kehilangan vfa dari air
limbah, dan pengurangan pengambilan oksigen kedalam air limbah.
11.idler sprockets,untuk memandu track keluar dan masuk ke track roller,
menahan sebagian beban machine dan komponen yang memungkinkan
kekencangan track dikontrol.
12. flights, untuk membantu menggiring lumpur menuju bak penampung
lumpur.
2.circular clarifier
clarifier lingkaran: mirip dengan clarifier persegi panjang, clarifier
lingkaran juga menggunakan pemisahan berdasarkan gravitasi untuk
memisahkan partikel dari air. bentuk lingkaran mempromosikan distribusi
aliran yang merata dan meningkatkan pemisahan partikel. ketika air
masuk ke dalam tangki, ia bergerak dalam lintasan lingkaran,
memberikan waktu yang cukup bagi partikel untuk mengendap ke bagian
bawah. air yang telah disaring kemudian dikumpulkan dari pusat tangki
sementara lumpur yang telah mengendap dihapus dari tepi luar tangki.

gambar 1.5 circular clarifier


berikut ini bagian-bagian dari alat circular clarifier:
1.influent pipe: pipa untuk umpan masuk air yang ingindilakukan proses
sedimentasi dalam circular clarifier.
2.effluent pipe: pipa untuk keluaran air yang sudah bersihatau sudah
dilakukan proses sedimentasi untukditransfer ke proses selanjutnya.
3.sludge draw-off pipe: pipa untuk mengalirkan lumpuryang
sudah terpisah dari proses sedimentasi ke luarclarifier.
4.scraper arm: mempercepat proses sedimentasi denganberotasi pada
poros tengah clarifier.
5.sludge blanket: kedalaman zona akumulasi lumpur.
6.skimmer: menyapu permukaan clarifier untuk mengumpulkan setiap
apung padat dan dialirkan melalui palung sampah
7.feed well:sumur umpan dengan diameter yang sesuaidipasang pada
jembatan juga disediakan untukmemasukkan umpan ke dalam
penjernih.
8.scum collector: tempat terkumpul padatan yangmengapung
dipermukaan.
9.scum pipe: pipa keluaran untuk padatan yangmengapung
dipermukaan.
10.effluent weir: untuk mengatur overflow rate (or) serta
mencegahadanya padatan yang terbawa keluar tangka
3.inclined clarifier
clarifier miring: clarifier miring menggunakan plat atau tabung miring
untuk meningkatkan pemisahan partikel dari air. teori di balik jenis ini
didasarkan pada pemisahan lamella. plat miring memberikan luas
permukaan yang lebih besar bagi partikel untuk mengendap,
meningkatkan efisiensi clarifier. ketika air mengalir melalui plat miring,
partikel-partikel mengendap pada permukaannya, dan air bersih naik ke
atas untuk dikumpulkan.
gambar 1.6 inclined clarifier
1. distribution orifice digunakan untuk mengatur aliran fluida atau bahan
kimia ke dalam suatu sistem.
2. discharge flumes berfungsi untuk mengalirkan air atau fluida keluar
dari suatu tempat atau sistem.
3. feed box berfungsi sebagai tempat untuk memberi makan atau
memberi masukan bahan ke dalam proses atau sistem.
4. flocculation tank digunakan untuk proses pembentukan gumpalan
partikel dalam air atau fluida.
5. flash mix tank berfungsi untuk mencampurkan bahan kimia atau fluida
secara cepat.
6. overflow box adalah tempat di mana kelebihan fluida atau air bisa
mengalir keluar dari suatu sistem.
7. clarifier effluent adalah air atau cairan yang keluar dari proses
pembersihan atau pengendapan dalam clarifier (penjernih).
8. indined plates adalah pelat dengan sudut kemiringan yang digunakan
untuk mempercepat proses pengendapan partikel dalam air atau fluida.
9. sludge hopper berfungsi sebagai tempat pengumpulan lumpur atau
endapan yang terbentuk selama proses pengolahan air atau limbah.
10. coagulant feed digunakan untuk memberikan bahan kimia
penggumpal (coagulant) ke dalam sistem untuk membantu pengendapan
partikel.
11. clarifier influent adalah air atau cairan yang masuk ke dalam proses
clarifier (penjernih) untuk diolah.
12. sludge discharge adalah proses atau tempat pembuangan lumpur
atau endapan yang terbentuk selama proses pengolahan air atau limbah

1.4 aplikasi pada industri berserta proses yang terjadi


(panji fajar maulana 2011)clarifier merupakan peralatan yang banyak
digunakan pada industri pengolahan air bersih, pengolahan limbah atau
lainnya.
A. industri pengelolaan air bersih di kawasan industri jababeka kabupaten
bekasi (faeruzy arnandi, henita rahmayanti, gina bachtiar 2012).
dengan menggunakan sistem water treatment plant (wtp), air bersih yang
telah diolah didistribusikan ke seluruh kawasan industri dan perumahan
jababeka dengan menggunakan metode dan sistem tertentu. namun,
meskipun sistem pengelolaannya sudah berjalan baik, pihak wtp masih
menemui kritikan dari pihak pelanggan/tenant, baik perumahan maupun
industri. mereka mengeluhkan terjadinya penurunan kualitas dan
kuantitas air bersih yang didistribusikan ke masing-masing pelanggan.
instalasi pengolahan air bersih di wtp i merupakan salah satu fasilitas
penunjang yang berfungsi untuk mengolah dan mendistribusikan air
bersih ke seluruh pelanggan industri. dalam pengolahannya, air bersih
yang masuk ke wtp i mengalami berbagai proses pengolahan (faeruzy
arnandi, henita rahmayanti, gina bachtiar 2012).
instalasi pengolahan air (ipa) bersih merupakan salah satu
sarana infrastruktur yang memiliki peran cukup penting dalam memenuhi
kebutuhan air bersih di suatu kawasan industri dan perumahan, tak
terkecuali di kawasan industri dan perumahan jababeka. dengan
menerapkan sitem water ttreatment plant (wtp), instalasi pengolahan air
(ipa) bersih yang dilakukan secara terpadu dan mandiri ini mencakup
segala kebutuhan air bersih baik untuk industri dan perumahan yang
terdapat di kawasan jababeka.sedikitnya ada beberapa faktor yang
menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas air bersih : perilaku
pemakaian air bersih pada individu pelanggan, zona distribusi yang
berbedabeda, baik pelanggan industri maupun perumahan. perilaku
pemakaian bisa terjadi mengingat konsumsi dari tiap kepala pada satu
rumah atau industri berbeda-beda.
standar kualitas air bersih yang ada di indonesia saat ini
menggunakan :
1.permenkes ri no. 416 / menkes / per / ix / 1990 tentang syarat–syarat
dan pengawasan kualitas air
2.pp ri no. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air.
B. industri pengolahan air limbah industri kelapa sawit (muhammad fikri
2021)
limbah cair yang dihasilkan pabrik merupakan produk sampingan dari
pengolahan tbs di pabrik kelapa sawit (pks) yang berasal dari proses
perebusan (sterilizer) (thew et al.,2015), pemurnian (clarifier), air cucian
pabrik, dan air hydrocyclon (air buangan dariproses pemisahan
cangkang dan inti sawit). limbah cair dari produksi cpo merupakanresidu
yang dikenal pome (palm oil mill effluent) (yonas, irzandi and satriadi,
2012),mengandung padatan terlarut yaitu air, padatan terlarut dan
minyak dan yang berpotensi mencemarkan lingkungan. untuk
mengetahui potensi pencemaran dari pome, terdapat mbeberapa
karakteristik kimia seperti bod, cod, tss, ph, dan n-total) (surbakti,
mardinaand fadhliani, 2020) sebelum dibuang ke badan air, limbah cair
diolah terlebih dahulu di stasiun instalasi pembuangan air limbah (ipal)
dan melalui beberapa perlakuan sehingga memenuhi standar baku mutu
limbah cair (panjaitan, 2011). perlakuan air limbah pada ipal, selain
memerlukan desain konstruksi ipal yang kokoh, terutama adalah
memperbaiki air limbah sehingga memenuhi persyaratan sebagai air
setelah pengolahan (effluent). ipal juga harus mampu menangani
berbagai variasi yang ada termasuk juga variasi dalam jumlah air limbah
(tjin-swan and sutanto, 2014)
1.5 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja alat berserta
penjelasannya
dapat diketahui bahwa berlangsungnya kinerja clarifier melalui tiga
proses yaitu koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. namun ketiga
proses tersebut tidak selalu berjalan dengan lancar karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menghambat kinerja dari
clarifier (jeanne purba 2018).
adapun proses dan faktor yang mempengaruhi kinerja clarifier adalah
sebagai berikut :
1. koagulasi – flokulasi
faktor- yang mempengaruhi berlangsungnya proses
koagulasi-flokulasi, yaitu:
a. kualitas air
kebutuhan koagulan tergantung kekeruhan. kekeruhan yang
tinggi dapat menyebabkan proses koagulasi menjadi lebih
efektif, tetapi penambahan koagulan tidak selalu berkorelasi
linier terhadap kekeruhan,
b. kuantitas dan karakteristik air
ukuran partikel yang tidak seragam jauh lebih mudah untuk
dikoagulasi. hal ini karena pusat aktif lebih mudah terbentuk
pada partikel kecil, sedangkan partikel yang besar
mempercepat terjadinya pengendapan. kombinasi dari kedua
jenis partikel ini menyebabkan semakin mudahnya proses
koagulasi.
c. pengaruh ph
pemilihan ph yang tepat akan mengakibatkan dosis koagulan yang
digunakan untuk memperoleh limbah yang optimum adalah
kecil. hal ini disebabkan oleh sifat kimia koagulan yang sangat
tergantung pada ph. adanya batasan nilai ph terjadi karena
pengaruh jenis koagulan yang dipakai dan reaksi koagulan
dalam air dalam menentukan konsentrasi koagulan yang
diinginkan. kesalahan pengoperasian dalam menentukan
range ph akan mengakibatkan pemborosan bahan kimia
dan mengakibatkan kualitas yang rendah dalam pengolahan air
bersih. apabila ph tinggi maka koagulasi akan berjalan lambat.
jadi proses koagulasi akan sempurna pada ph 6-9 sesuai
dengan standar. untuk proses koagulasi ph terbaik adalah
berkisar 7,0 (ph netral).
d. kecepatan putaran dan waktu
kecepatan putaran sangat berhubungan dengan proses
pencampuran koagulan kedalam air, proses distabilisasi
partikel dan perpindahan serta penggabungan presipitat
yang terbentuk menjadi flok-flok.
waktu pengadukan juga sangat berpengaruh karena berhubungan
dengan waktu yang dibutuhkan presipitat saling bertumbukan
satu sama lain sehingga cukup untuk membentuk flok dengan
kualitas terbaik.
e. temperatur
temperatur yang rendah memberikan efek yang merugikan
terhadap efisiensi semua proses pengolahan. semakin rendah
temperatur membutuhkan waktu semakin lama karena
mempengaruhi pembentukan flok-flok.
2. sedimentasi
faktor- yang mempengaruhi kecepatan sedimentasi, yaitu:
a. ukuran partikel
bentuk partikel, dan konsentrasi partikel semakin besar
semakin cepat mengendap dan semakin banyak yang
terendapkan
b. viskositas
cairan pengaruh viskositas cairan terhadap kecepatan
sedimentasi yaitu dapat mempercepat proses sedimentasi
dengan cara memperlambat cairan supaya partikel tidak
lagi tersuspensi.
c. temperatur
bila temperatur turun, laju pengendapan berkurang. akibatnya
waktu tinggal di dalam kolam sedimentasi menjadi bertambah
1.6 penelitian terbaru mengenai alat tersebut diambil dari jurnal 10
tahun terakhir
A.unjuk kerja clarifier di instalasi pengolahan minum pdam dari turbidity,
ph dan kadar lumpur.
proses lumpur aktif tingkat tinggi adalah teknologi penangkapan
karbon yang dioperasikan pada tingkat pemuatan organik sekitar 20 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan sistem lumpur aktif konvensional
(gulhan, 2022). mekanisme penghilangan lumpur aktif tingkat tinggi
didasarkan pada biosorpsi (adsorpsi dan penyimpanan), di mana zat
polimer ekstraseluler memainkan peran penting dengan bertindak
sebagai flokulan (rahman, 2017). lumpur aktif tingkat tinggi merupakan
tahap pertama dari proses adsorpsi-biooksidasi (a-b) (meerburg, 2016).
proses lumpur aktif tingkat tinggi (juga dapat disebut sebagai proses-a)
bertujuan untuk memanen sebagian besar bahan organik dari air limbah
tanpa mengalami asimilasi biologis dan mengurangi beban pencemaran
yang dikirim ke tahap b dimana bahan organik dan nutrisi sisa
dihilangkan (graaff, 2016).
proses lumpur aktif tingkat tinggi biasanya dioperasikan pada
tingkat pemuatan lumpur yang tinggi di atas 2g permintaan oksigen
biokimia (biochemical oxygen demand, bod)/g padatan tersuspensi yang
mudah menguap (volatile suspended solids, vss)/hari, waktu retensi
lumpur yang rendah sekitar 1-4 hari, dan cukup waktu retensi hidrolik
pendek antara 20-90 menit (guven, 2019).beberapa studi telah diselidiki
untuk menentukan kondisi operasional optimum dari proses lumpur aktif
tingkat tinggi (trzcinski, 2017). jimenez (2015) mempelajari pengaruh
waktu retensi hidrolik (5 sampai 60 menit) dan konsentrasi oksigen
terlarut (0,1 sampai 2 mg/l) pada kandungan zat polimer ekstraseluler
dan penghilangan kebutuhan oksigen kimia dalam sistem lumpur aktif
tingkat tinggi. dilaporkan bahwa kandungan zat polimer ekstraseluler dan
efisiensi penghilangan kebutuhan oksigen kimia menurun dengan
mengurangi waktu retensi hidraulik <30 menit. selain itu, peningkatan
kandungan zat polimer ekstraseluler diamati dengan peningkatan
konsentrasi oksigen terlarut, yang menyebabkan peningkatan efisiensi
penghapusan permintaan oksigen kimia. guven (2017)mengoperasikan
sistem lumpur aktif tingkat tinggi skala pilot pada tiga waktu retensi
hidraulik yang berbeda (130, 95, dan 60 menit) di bawah konsentrasi
oksigen terlarut yang rendah (0,3–0,4 mg/l) untuk pengolahan air limbah
kota. waktu retensi hidraulik optimal ditentukan sebagai 60 menit dengan
efisiensi penghilangan kebutuhan oksigen kimia tertinggi sebesar 59%
dan konsentrasi total padatan tersuspensi terendah dalam limbah
(90mg/l).perkembangan teknologi pengolahan air dengan clarifier sangat
menarik diaplikasikan oleh perusahaan air minum di kota-kota dengan
populasi dan kepadatan bangunan yang tinggi seperti di kota semarang.
penelitian ini membahas performance clarifier di pdam semarang,
dimana perusahaan tersebut dituntut untuk memberikan pelayanan
maksimal kepada semua pelanggan sebagai penduduk kota semarang.
kondisi alam dengan cuaca panas dan hujan, mengakibatkan air
baku mengalami perubahan fisik yang signifikan seperti kekeruhan air
akibat dari keruhnya air sungai banjir kanal karena hujan yang turun
keseharianya, dan ph air yang berfluktuasi karena limbah pabrik maupun
rumah tangga. oleh karena, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisa performance operasional instalasi pengolahan air (ipa) di
pdam kota semarang yang menggunakan clarifier.
bangunan clarifaer di pdam semarang merupakan modifikasi dari
bangunan bak koagulasi/flokulasi sedimentasi dengan menggunakan
tube settler. proses flokulasi dapat ditempuh karena air baku telah
mengalami proses pengadukan cepat di aerator. untuk efisiensi
pengendapan clarifaer dilengkapi dengan tube settler.
flokulator dibangun sebagai bidang dalam clearator, dengan
diameter yang membesar pada bagian bawah.kekeruhan dapat diartikan
sebagai ukuran relatif kejernihan air. kekeruhan mengukur seberapa
besar partikel-partikel itu memengaruhi cahaya yang ditransmisikan
melalui air, atau bagaimana cahaya itu memantulkan partikel di dalam air
(maimouni, 2022).kualitas kekeruhan air efluen clarifier.data primer
seperti yang terdapat dalam tabel 2.1, telah memberikan data nyata air
baku dan setelah melalui proses clarifier.
Tabel2.1.kualitasturbidityair instalasi

dari tabel 1 memuat data terkait dengan air baku yang terdiri dari
turbidity, ph dan kadar lumpur pada tabung inhoff yang disajikan dalam
grafik pada gambar 2, dimana parameter kekeruhan, ph, serta kadar
lumpur pada tabung inhoff, menunjukkan penurunan dan kenaikan
turbidity, nilai ph, serta kadar lumpur.

gambar grafik 3.1 turbidity, ph, dan kadar lumpur pada tabung
inhoff air baku
gambar 3.2 turbidity clarifier
dari grafik pada gambar 3.2, dari grafik turbidity clarifaer 1,2,3,
menunjukan cukup setabilnya nilai ntu pada air clarifier. pada turbidity
clarifier 1 terdeteksi nilai tertinggi pada hari ke 6 yang mencapai 2,24 ntu,
sedangkan pada turbidity clarifier ke 2 tertinggi pada hari ke 4 sebesar
2,12 ntu dan tyrbidity clarifier 3 terbesar pada hari ke 4 sebesar 2,33.
perubahan ini sangat dipengaruhi oleh cuaca yang menyebabkan
sedimentasi pada aliran air baku

gambar 3.3 grafik ph air clarifier


grafik ph clarifier di gambar 4 secara keseluruhan menunjukan kenaikan
dari 6,82 menjadi 7,14, parameter ph clearator ada dalam posisi di atas,
menunjukkan air baku pada efluen clarifaer dalam kondisi basa, nilai ph
dalam kisaran >7. tercatat pada hari ke 10, ph air pada efuen clarifier
tepat balance, sebesar 7.- volume pembuangan lumpur clarifier.
B.proses pengolahan air pada tangki klarifier ditinjau dari laju alir dan
konsentrasi koagulan di pltg borang(anhar , erwana dewi, indah
purnamasari 2012).
sedimentasi berfungsi sebagai peringan beban kerja unit filter
dan memperpanjang lamanya kerja filter.bangunan pengolahan air
sangat penting perananya dalam upaya memenuhi kualitas air bersih
melalui pengolahan kimia, fisik, dan mikrobiologi.beberapa fasilitas yang
dimiliki dalam proses pengolahan air bersih pada unit water treatment
plant diantaranya adalah intake, bak pengendapan awal, clarifier,
koagulator, filter, dan reservoir.kondisi intake sangat berpengaruh dalam
suplai air yang akan diolah. untuk menjamin suplai air cukup,
intake diletakkan di lokasi yang mudah dicapai dan
direncanakan untuk mensuplai jumlah kuantitas air pada kualitas optimal
yang memungkinkan kemudian proses prasedimentasi. proses ini terjadi
pada bak pengendapan awal. air dari unit intake dialirkan menuju bak
prasedimentasi untuk membuang pasir, lempung,jenis partikel non koloid
lainnya secara gravitasi.partikel besar telah mengendap pada bak
prasedimentasi. setelah itu partikel kecil diolah pada alat clarifier tank.
partikel-partikel kecil digumpalkan sehingga membentuk flok
yang lebih besar. namun masih terdapat partikel seperti dissolved solid
sehingga perlu diolah lagi pada bagian filtrasi.filtrasi dapat digunakan
dengan menggunakan beberapa jenis filter, antara lain:
ada 4 kriteria kualitas air hasil proses yang dianalisis yaitu ph,
kekeruhan, jumlah padatan terlarut dan jumlah padatan tersuspensi.
derajat keasaman atau ph memiliki rentang standar 7 – 9 , sedangkan
kekeruhan, tds dan tss memiliki nilai standar maksimum. hal ini berarti
kriteria baku mutu air setelah melewati alat clarifier tank yang meliputi
kekeruhan, tds dan tss diharapkan mengalami penurunan, sedangkan ph
harus berada pada rentang nilai standar.
1.1 pengaruh laju alir dan konsentrasi koagulan terhadap ph
gambar grafik 3.4 pengaruh laju alir dan konsentrasi koagulan ph
ph merupakan indikator untuk mengetahui tingkat keasaman
ataupun basa dari suatu larutan. ph sangat besar pengaruhnya terhadap
proses pengolahan air karena jika pengolahan air tidak terjadi pada ph
optimum akan menyebabkan kualitas air yang dihasilkan rendah. dimana
perubahan ph pada air dapat menyebabkan perubahan pada bau, rasa
maupun warna dari air tersebut. grafik memiliki kecenderungan semakin
tinggi konsentrasi koagulan maka ph semakin rendah. hal ini karena
semakin besar dosis koagulan dalam suatu larutan, maka semakin besar
juga kandungan ion h+ dalam larutan tersebut akibat adanya proses
hidrolisis. namun jika dosis koagulan terlalu tinggi, maka ph akan menjadi
asam dikarenakan koagulan pac yang digunakan bersifat asam.
1.2 pengaruh laju alir dan konsentrasi koagulan terhadap turbiditas

gambar grafik 3.5 pengaruh laju alir dan konsentrasi koagulan terhadap
turbiditas
makin besar laju alir maka makin rendah tingkat kejernihan air
hasil olahan yang diperoleh. hal ini terjadi karena pada laju alir yang
besar kemungkinan lolosnya flok ke zona jernih akan semakin besar pula
dan sebaliknya.
penggunaan koagulan yang semakin banyak akan menghasilkan
turbiditas yang rendah sehingga air akan menjadi lebih jernih. namun jika
konsentrasi koagulan terlalu tinggi, maka akan mengurangi penurunan
turbiditas. hal ini disebabkan karena terjadi gaya tolak menolak diantara
partikel yang bermuatan positif sehingga terjadi proses deflokulasi.

1.3 pengaruh laju alir dan konsentrasi koagulan terhadap tds

gambar grafik 3.6 pengaruh laju alir dan konsentrasi koagulan terhadap
tds
grafik memiliki kecenderungan makin besar laju alir maka makin
besar pula jumlah padatan terlarut dalam air hasil olahan yang diperoleh.
hal ini terjadi karena pada laju alir yang besar kemungkinan lolosnya flok
ke zona jernih akan semakin besar pula dan sebaliknya. penggunaan
koagulan yang semakin banyak akan menghasilkan tds yang rendah
sehingga air akan menjadi lebih jernih. hal ini karena kemampuan
koagulan yang dapat mengikat zat-zat padat. namun jika konsentrasi
koagulan terlalu tinggi, maka akan mengurangi penurunan tds. hal ini
disebabkan karena terjadi gaya tolak menolak diantara partikel yang
bermuatan positif sehingga terjadi proses deflokulasi.
C. pengaruh suhu dan ph terhadap turbidity nira encer pada door clarifier
di pg modjopanggoong tulungagung (alifiyah dyah oktaviani 2018)
kualitas gula dipengaruhi oleh proses produksi terutama di
pemurnian nira. standar kelayakan mutu gula di indonesia diatur dalam
standar nasional indonesia (sni) 3140.3:2010. melalui standar tersebut,
pemerintah berupaya untuk melakukan pengawasan produk gula yang
beredar di pasaran layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. salah satu
parameter untuk menentukan kualitas gula berdasarkan sni 3140.3:2010
adalah turbidity. nilai turbidity menunjukkan tingkat kekeruhan pada nira
yang dapat diartikan bahwa semakin rendah nilai turbidity (< 100 sio2)
maka semakin jernih nira yang dihasilkan. tujuan dari analisis ini untuk
mengetahui suhu dan ph nira encer yang optimal di door clarifier. analisis
turbidity nira encer dilakukan dengan menggunakan spectrophotometry.
variabel uji yang digunakan dalam analisis turbidity antara lain suhu dan
ph. suhu nira encer di door clarifier berturut-turut 89°c, 90°c, 91,6°c,
92°c, 94°c, dan 94,8°c, ph nira encer pada defekator berturut-turut 8,82,
8,9, 8,98, 9,03, dan 9,08. berdasarkan hasil analisis ini, dihasilkan suhu
optimal nira encer di door clarifier sebesar 94,8°c dan ph nira encer di
defekator sebesar 9,08 dengan nilai turbidity 71,2316 sio2.penelitian
serupa mengenai pengaruh ph dan suhu terhadap turbidity nira dilakukan
oleh erwinda, dkk, (2014) mengenai pengaruh ph nira tebu (saccharum
officinarum) dan konsentrasi penambahan kapur terhadap kualitas gula
merah bahwa perlakuan koensentrasi penambahan kapur berpengaruh
nyata terhadap ph dan derajat kekuningan gula merah. selain itu pada
penelitian fitri (2008) mengenai pengaruh penambahan susu kapur
(caoh)2 dan gas so2 terhadap ph nira mentah dalam pemurnian nira di
pabrik gula kwala madu bahwa penambahan susu kapur memiliki
pengaruh terhadap perubahan warna nira sehingga harus dikontrol.
keterbaharuan pada penelitian ini adalah membandingkan pengaruh
suhu dan ph nira encer terhadap turbidity nira encer yang ada pada alat
door clarifier pg modjopanggoong tulungagung.tujuan dari analisis ini
untuk mengetahui suhu dan ph nira encer yang optimal di door clarifier.
defekator yang dimiliki pg modjopanggoong tulungagung ini
sudah beroperasi cukup lama sehingga dapat menyebabkan ketidak
stabilan suhu dalam sebuah sistem. penurunan kestabilan suhu ini dapat
mempengaruhi nira encer yang keluar di door clarifier sehingga pada
penelitian ini dilakukan analisis pada alat defekator dan door clarifier.

tabel 2.2 hasil analisis ph defekator dan suhu nira encer di door clarifier

penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh suhu dan ph optimum


nira encer yang ada di door clarifier terhadap turbidity nira encer.
perhitungan turbidity dengan metode analisis brix yang
menggunakan spectrophotometry.

gambar grafik 3.7 hubungan turbidity dan suhu terhadap nira encer
di door clarifier
suhu merupakan salah satu faktor penting penentu hasil dari
nira. suhu di door clarifier menjadi penentu seberapa baik kualitas nira
setelah melalui proses pemurnian. dari gambar 1 di atas bahwa suhu nira
encer mempengaruhi turbidity nira encer semakin tinggi suhu maka
semakin rendah nilai turbidity nira encer. data di atas menunjukkan
bahwa nilai turbidity pada nira encer yang dianalisis berkisar antara 71
sio2 – 98 sio2 dengan suhu antara 89°c - 94°c. hal itu menunjukkan
bahwa semakin kecil suhu (< 100) °c yang dihasilkan oleh nira encer
maka semakin besar nilai turbidity nira encer. nilai turbidity menunjukkan
tingkat kekeruhan pada nira yang dapat diartikan bahwa semakin rendah
nilai turbidity (< 100 sio2) maka semakin jernih nira yang dihasilkan,
begitu juga sebaliknya. pada suhu 94,8°c merupakan suhu optimal nira
encer pada door clarifierkarena memiliki nilai turbidity yang rendah.
berdasarkan sni 3140.3:2010, nilai turbidity pada nira encer adalah
kurang dari atau sama dengan 100 sio2 [7]. berdasarkan suhu yang
terukur pada nira encer kurang dari 100°c yang menyebabkan nilai
turbidity menjadi tinggi. suhu nira encer yang kurang sesuai pada data
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya
adalah terjadi pemanasan yang kurang optimal pada pemanas
pendahuluan ii (pp ii). apabila nilai turbidity tinggi, maka pada proses
pemurnian harus dilakukan evaluasi terutama pada bagian pemanas
karena proses pemanasan sangat berpengaruh penting terhadap proses
pengendapan. sedangkan apabila nilai turbidity nira rendah, artinya nira
sudah jernih sehingga kualitas gula yang dihasilkan juga lebih baik.

Gambar grafik 3.8 hubungan turbidity dan ph terhadap nira encer di door
clarifier
dari data yang diperoleh didapatkan ph pada defekator yaitu
semakin turun dengan kisaran 8,82-9,08. umumnya jumlah susu kapur
minimum supaya didapat nira yang jernih pada ph sekitar 7-8. pengaruh
volume penambahan susu kapur menunjukkan bahwa apabila
penambahan volume susu kapur semakin sedikit maka ph yang ada
pada nira juga akan semakin rendah, sedangkan nilai turbidity nira encer
akan semakin naik. apabila penambahan volume susu kapur sudah
terlalu banyak maka angka kekeruhan nira encer akan naik kembali [8].
besarnya volume susu kapur yang diberikan ke dalam defekator sangat
dipengaruhi oleh ph nira mentah defekasi dan waktu tunda nira mentah.
hal ini akan berkaitan pada perolehan kadar cao nira encer. suatu proses
pemurnian dikatakan paling baik bila menghasilkan kadar cao terkecil
dari batas maksimal yang diijinkan, 1000 ppm.
selain itu, turbidity dipengaruhi senyawa bukan gula baik yang
larut maupun yang tidak larut dalam nira encer serta kadar
phosfat.berdasarkan hasil pengamatan pengaruh suhu nira encer dan ph
defekator terhadap turbidity menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu
nira encer (89-94) °c maupun ph defekator 2 (8,82-9,08), maka semakin
rendah nilai turbidity nira encer yang berarti semakin rendah tingkat
kekeruhan nira encer yang dihasilkan pada suhu dan ph tinggi yang
optimal. semakin tinggi alkalinitas, semakin kecil kadar warna nira namun
semakin lama waktu tunda semakin tinggi kandungan warna dalam nira
encer.menurut [10] proses penetralan ph dalam nira akan terbentuk
ikatan – ikatan yang mengendap sehingga dapat menarik partikel-partikel
kecil yang berada di dalam nira yang menyebabkan kadar kotoran
menjadi rendah. nilai ph yang cenderung lebih tinggi akan
mengakibatkan warna gula yang semakin gelap (reaksi browning).
menurut nurkomara, dkk (2016), setelah dilakukan pengendalian pada
data dan mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan tingkat
kejernihan pada proses pemurnian nira. disimpulkan bahwa, penyebab
khusus terjadinya perubahan tingkat kejernihan (turbidity) gula pada
proses pemurnian yaitu perawatan tidak maksimal, mesin yang dipakai
manual dan tua, pencampuran ph dan suhu tidak sesuai, operator kurang
pemahaman pada mesin,lingkungan tidak terawat, dan
kurangnya komunikas antar setiap divisi.
1.7 trouble shooting dari alat tersebut ditinjau dari
mekanikal elektrika
A.pengolahan air limbah domestik dengan proses lumpur aktif yang diisi
dengan media bioball (nusa idaman said dan kristianti utomo 2007)
untuk mengatasi hal tersebut di atas,perlu inovasi teknologi untuk
meningkatkan efisiensi pengolahan air limbah khususnyaproses lumpur
aktif (activated sludge). salahsatu contoh untuk meningkatkan proses
lumpuraktif adalah dengan cara menambahkan karbonaktif ke dalam bak
aerasi.dengan menambahkan karbon aktif ke dalam bak areasimaka
mikroorganisme akan tumbuh danberkembang di permukaan karbon aktif
sehinggajumlah mikroorganisme yang menguraikanpolutan organik di
dalam bak areasi menjadi lebih banyak sehingga efisiensi
pengolahanmenjadi lebih stabil. (sublette, 1982).weber, hopkin dan
bloom (1970)mempublikasikan hasil penelitiannya yang menyimpulkan
bahwa mikroorganisme yang tumbuh di permukaan karbon aktif
dapatmempertahankan efisiensi pada pengolahan air limbah lanjut
(advanced treatment) dengankarbon granular (burtiran). sedangkan
miller dan rice (1960) telah memastikan adanya aktifitas biologis pada
filter karbon aktif di dalam sistem pengolahan air dengan ozon dan
karbon aktif butiran.dengan demikian, sebenarnyaphenomena
penambahan karbon aktif ke dalam proses biologis ini bukanlah hal yang
baru.di dalam proses pengolahan secara biologis dengan penambahan
karbon aktif,bakteri nitrifikasi yang tumbuh dan melekat dipermukaan
karbon aktif dapat merangsang atau mempercepat proses nitrifikasi
senyawa ammoniun-nitrogen.
trouble shooting sensor tss (total suspended solids) di dalam bak
aerasi tidak berfungsi dengan baik, berikut adalah penangannya alat
terserbut berfungsi kembali:
1. identifikasi masalah: tentukan apa yang menyebabkan sensor tidak
berfungsi. apakah ada kerusakan fisik pada sensor? apakah ada
masalah dengan kabel atau konektor? apakah ada tanda-tanda
kerusakan lainnya?
2. periksa koneksi: pastikan kabel dan konektor yang menghubungkan
sensor dengan perangkat terhubung dengan benar dan tidak rusak.
kadang-kadang masalah hanya terjadi karena koneksi yang longgar.
3. uji dengan perangkat lain: jika memungkinkan, sambungkan sensor ke
perangkat lain yang bekerja dengan baik. jika sensor berfungsi di
perangkat lain, mungkin masalahnya ada pada perangkat yang
sebelumnya anda gunakan.
4. cek listrik atau baterai: jika sensor menggunakan daya listrik atau
baterai, pastikan daya tersedia dan cukup. ganti baterai jika diperlukan.
5. bersihkan sensor: kadang-kadang sensor tidak berfungsi karena
terhalang oleh debu, kotoran, atau residu lainnya. bersihkan sensor
dengan hati-hati menggunakan bahan yang sesuai dan aman.
6. ganti komponen rusak: jika anda menemukan komponen sensor yang
rusak, pertimbangkan untuk menggantinya. jika anda tidak yakin cara
melakukannya, sebaiknya minta bantuan dari ahli atau teknisi.
7. uji dengan perangkat uji: jika anda memiliki perangkat uji atau alat
untuk memeriksa sensor, gunakan alat tersebut untuk menguji sensor
secara lebih rinci dan mendapatkan informasi tentang masalah yang
mungkin ada.
8. baca manual: baca manual pengguna atau dokumentasi yang
diberikan oleh produsen sensor. mereka mungkin memiliki petunjuk
khusus untuk perbaikan atau pemecahan masalah.
9. konsultasi ahli: jika anda merasa kesulitan atau tidak yakin, sebaiknya
hubungi teknisi atau ahli yang berpengalaman dalam perbaikan sensor
atau perangkat elektronik.
B.trouble shooting scraper pada alat clarifier tidak bergerak dengan
lancar akibat kerusakan pada pisau scrapernya, berikut adalah beberapa
langkah penanganan yang dapat dilakukan:
1. matikan alat: pastikan alat clarifier dimatikan dan sumber listriknya
terputus sebelum melakukan perbaikan. keselamatan adalah prioritas
utama.
2. periksa kerusakan pisau scraper: periksa secara visual pisau scraper
yang rusak. jika ada pisau yang patah, aus, atau terlipat, itu mungkin
penyebab pergerakan yang tidak lancar.
3. penggantian pisau scraper: jika pisau scraper rusak, anda perlu
menggantinya. buka bagian yang berisi scraper dan ganti pisau yang
rusak dengan yang baru. pastikan memasangnya dengan benar sesuai
dengan petunjuk.
4. pelumas dan pembersihan: setelah pisau scraper diganti, pastikan
semua komponen yang bergerak diolesi pelumas yang sesuai. juga,
bersihkan bagian-bagian yang kotor atau tertutup endapan agar
pergerakan kembali lancar.
5. uji kembali: setelah pisau scraper diganti dan komponen dipelumas
serta dibersihkan, hidupkan alat dan uji pergerakan scraper. pastikan
scraper bergerak dengan lancar dan tidak ada hambatan.
6. monitor kinerja: setelah alat dihidupkan kembali, monitor kinerja alat
selama beberapa siklus untuk memastikan bahwa scraper berfungsi
dengan baik dan tidak ada masalah lain yang muncul.
7. jadwalkan perawatan rutin: untuk mencegah masalah serupa di masa
depan, jadwalkan perawatan rutin pada alat clarifier, termasuk
pemeriksaan dan pembersihan scraper serta komponen lainnya.
C.trouble shooting penyumbatan pada pipa saluran air masuk dan keluar
clarifier, anda dapat mengikuti penangannya berikut:
1.matikan alat: pastikan alat clarifier dimatikan dan sumber listriknya
terputus sebelum melakukan penanganan. keselamatan adalah prioritas
utama.
2.identifikasi lokasi penyumbatan: tentukan lokasi persis dari
penyumbatan. ini bisa terjadi pada pipa masuk, pipa keluar, atau saluran
lainnya di sekitar clarifier.
3. pembersihan secara mekanikal: jika penyumbatan terjadi karena
endapan atau benda asing, anda dapat membersihkannya secara
mekanikal dengan alat yang sesuai, seperti penggaru atau alat
pembersih pipa.
4. penggunakan aliran balik (backflushing): untuk pipa yang tersumbat,
anda dapat mencoba teknik aliran balik dengan menyemprotkan air atau
cairan pembersih khusus ke pipa dengan tekanan yang cukup untuk
membersihkan endapan atau penyumbatan.
5. penggunakan bahan pembersih: bahan kimia pembersih khusus dapat
digunakan untuk mengatasi endapan atau penyumbatan. pastikan untuk
menggunakan bahan yang sesuai dengan jenis pipa dan cairan yang
diolah dalam clarifier.
6. pemantauan lanjutan: setelah melakukan pembersihan, hidupkan
kembali alat clarifier dan monitor pergerakan air. pastikan aliran masuk
dan keluar kembali normal.
7. pencegahan masa depan: agar masalah penyumbatan tidak terjadi
lagi, pertimbangkan untuk mengadopsi tindakan pencegahan seperti
memasang saringan pada pipa masuk atau keluar untuk mencegah
benda asing masuk ke dalam sistem.

daftar Pustaka
1. adusei-Gyamfi, J., Ouddane, B., Rietveld, L., Cornard, J. -P., Criquet,
J. (2019). Naturalorganic matter-cations complexation and
its impact on water treatment: a critical review. Water
Research. 160, 130-147.
2.ariyansah r, rahardja ib, gamayel a. 2020. analisis desain static mixer
pipe untuk meningkatkan proses koagulasi di external water
treatment plant (wtp). jurnal asiimetrik: jurnal ilmiah rekayasa &
inovasi. 2(2): 95–106. doi: 10.35814/asiimetrik.v2i2.1386.
3.budianti t. 2017. studi literatur dalam pengolahan limbah dengan
lumpuraktif dan karbon aktif. (january).
4.d nd. et al. 2009. study of utilizaton of sludge in anaerobic and aerobic
ponds from waste palm oil processing. iv(2)
5.puspita, pengertian dan sistem kerja tangki clarifier. bandung: institut
teknologi band2ung, 2014/
6.razif, mohammad. 2006. aplikasi teknologi produksi bersih di instalasi
pengolahan air minum (studi kasus pdam surabaya.[skripsi].
surabaya : fakultas teknik, jurusan teknik lingkungan, institut
teknologi sepuluh november (its).
7.riani, jenny. 2010. studi dampak pengoperasian busway pada
perumahan metro pondok indah koridor viii [skripsi]. jakarta :
fakultas teknik, jurusan teknik sipil, universitas negeri jakarta.
8.sumada, tangki klarifier. bandung: institut teknologi bandung, 2012.
9.universitas sultan ageng tirtayasa (2012). pedoman penulisan dan
penyusunan tugas akhir mahasiswa.
10.wilopo, djoko. 2009. metode konstruksi dan alat-alat berat, jakarta:
universitas indonesia (ui-pers).

Anda mungkin juga menyukai