Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MATA KULIAH MEKANIKA FLUIDA

“FLUIDISASI”

Disusun Oleh :
Aditya Indra Pratama Noecie (21118003)
Mochamad Nizzar Eriawan (21118029)
Mohammad Slamet Wahyudi (21118030)

TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa berkat
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,
yang bertujuan sebagai salah satu cara yang dibutuhkan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Mekanika Fluida.
Untuk itu di susunlah sebuah makalah yang berjudul “Fluidisasi”.
Sebagai penyusun makalah ini kami juga sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari seluruh pembaca terutama dari dosen kami yang
turut bertanggung jawab dalam peningkatan mutu pendidikan nasional, dan
penyempurnaan makalah ini.

Serang, Januari 2020


Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................ 3

2.1 Pengertian Fluidisasi ............................................................................................. 3

2.2 Jenis-jenis Fluidisasi ............................................................................................ 12

2.2.1 Fluidisasi Partikulat ..................................................................................... 12

2.2.2 Fluidisasi Agregat/ Fluidisasi Gelembung ................................................... 13

2.2.3 Fluidisasi Kontinu ........................................................................................ 15

2.3 Sifat dan Karakteristik Partikel Unggun .............................................................. 16

2.3.1 Ukuran partikel ........................................................................................... 16

2.3.2 Densitas padatan ........................................................................................ 16

2.3.3 Penurunan tekanan ..................................................................................... 17

2.3.4 Sphericity .................................................................................................... 18

2.3.5 Kecepatan Fluidisasi Minimum (Umf) ......................................................... 18

2.3.6 Kecepatan terminal ..................................................................................... 19

2.3.7 Batas partikel .............................................................................................. 20

2.3.8 Gaya antar partikel...................................................................................... 21

2.3.9 Daerah batas fluidisasi (fluidization regimes) ............................................. 21

ii
2.4 Sifat-sifat Perpindahan Panas Unggun Terfluidisasi ........................................... 21

2.5 Penyimpangan dari Keadaan Ideal (Interlock) .................................................... 23

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Fluidisasi ...................................................... 24

BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 26

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri dewasa ini telah mengalami kemajuan yang


sangat pesat. Khususnya industri pabrik yang telah banyak menggunakan
teknologi modern. Mesin-mesin produksi yang digunakan dalam sebuah
industry menggunakan metode-metode pengoperasian yang sangat
bervariasi. Salah satu contoh metode yang digunakan adalah fluidisasi. Untuk
itu kami menyusun sebuah makalah tentang fluidisasi yang bertujuan untuk
memberikan pelajaran, pengetahuan, dan pemahaman tentang fluidisasi.
Fluidisasi itu sendiri adalah proses yang sama dengan pencairan dimana bahan
butiran dikonversi dari solid state seperti statis ke keadaan cairan seperti
dinamis. Proses ini terjadi ketika sebuah fluida (cairan atau gas) dilewatkan ke
atas melalui bahan granular.
Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti
transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan
halus, perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas),
pelapisan plastik pada permukaan logam, proses drying dan sizing
pada pembakaran, proses pertumbuhan partikel dan kondensai bahan yang
dapat mengalami sublimasi, adsorpsi (untuk pengeringan udara dengan
adsorben), dan masih banyak aplikasi lain.

1
1.2 Tujuan

Adapun hal yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah fluidisasi


ialah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui apa yang di maksut fluidisasi.

2. Dapat menentukan jenis-jenis fluidsasi.

3. Dapat menjelaskan keadaan fluidisasi.

4. Dapat menghitung kecepatan superfisial.

5. Dapat menjelaskan kegunaan dari fluidisasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fluidisasi

Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran padat dengan


fluida baik cair maupun gas. Dengan metoda ini diharapkan butiran-butiran
padat memiliki sifat seperti fluida dengan viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi,
tinjau suatu kolom berisi sejumlah partikel padat berbentuk bola! Melalui
unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dari bawah ke atas. Pada laju alir
yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir
dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap
diam, karena gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa
menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang demikian
disebut unggun diam atau fixed bed. Keadaan fluidisasi unggun diam tersebut
ditunjukkan pada Gambar A.

A B

Gambar 2.1 Skema unggun diam (A) dan unggun terfluidakan (B)

3
Kalau laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan
di mana unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang
melaluinya. Pada keadaan ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu
sama lain sehingga dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran
yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan
viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan untuk mengalir,
mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya. Sifat unggun terfluidisasi ini
dapat dilihat pada Gambar B.
Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti
transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan
halus, perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas),
pelapisan plastik pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada
pembakaran, proses pertumbuhan partikel dan kondensai bahan yang dapat
mengalami sublimasi, adsorpsi (untuk pengeringan udara dengan adsorben),
dan masih banyak aplikasi lain.

Gambar 2.2 Sifat cairan dalam unggun terfluidisasi


Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat
diilustrasikan dengan fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir
gas seperti pada gambar di bawah ini:

4
Gambar 2.3 Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas

Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan


pada gambar berikut ini:

Gambar 2.4 Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat

Adapun fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi


antara lain:
1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang
dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap
diam. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 2.5.

5
Gambar 2.5 Fenomena fixed bed

2. Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida mencapai
laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini partikel-
partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Fenomena minimum or incipient fluidization

3. Fenomena smooth or homogenously fluidization, terjadi saat kecepatan dan


distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama
atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 2.7.

6
Gambar 2.7 Fenomena smooth or homogrnously fluidization
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung–gelembung pada
unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Fenomena bubbling fluidization


5. Fenomena slugging fluidization, terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang
mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada
kondisi ini terjadi penolakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat.
Kondisi ini dapat dilihat pada gambar 2.9.

7
Gambar 2.9 Fenomena slugging fluidization
6. Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel padatan
terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada
gambar 2.10.

Gambar 2.10 Fenomena chanelling fluidization


7. Fenomena disperse fluidization, terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan
terbawa aliran fluida dan berekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 2.11.

8
Gambar 2.11 Fenomena disperse fluidization
Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut:
a. Laju alir fluida dan jenis fluida
b. Ukuran partikel dan bentuk partikel
c. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
d. Porositas unggun
e. Distribusi aliran,
f. Distribusi bentuk ukuran fluida
g. Diameter kolom
h. Tinggi unggun.
Faktor-faktor di atas merupakan variabel-variabel dalam proses
fluidisasi yang akan menentukan karakteristik proses fluidisasi tersebut. Selain
itu, fenomena pada gambar 2.4 dapat dijelaskan melalui persamaan Bernoulli
dengan aliran laminer sebagai berikut, yaitu:

150Vs  (1 −  )2 x
F= dan
( D p ) 2  3

9
Pada gambar 2.4, terlihat bahwa perbedaan tekanan sepanjang
unggun secara linear berbanding lurus dengan laju alir volumetrik selama
fluidisasi belum tercapai.
Jika padatan berupa partikel seperti pasir, ketahanan partikel tersebut
terhadap aliran fluida akan menurun dengan meningkatnya porositas partikel
tersebut. Pengukuran ΔP pada sepanjang unggun dapat dinyatakan dengan
persamaan sbb:

150Vs  (1 −  ) 2 x
− P =
(Dp ) 2  3

Bila Vs meningkat, ε meningkat dan ΔP dijaga agar konstan. Dalam hal


ini Δx juga akan meningkat, akan tetapi pengaruh dari kenaikan Δx ini lebih
kecil dibandingkan pengaruh yang ditimbulkan oleh perubahan ε. Adapun
hubungan Δx, ΔP dan kecepatan aliran fluida dapat dilihat pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Transition from packed bed to fluidized bed


Untuk kecepatan yang kurang dari kecepatan fluidisasi minimum (Umf)
maka unggun akan berperilaku sebagai packed bed. Namun, jika kecepatan
aliran fluida dinaikkan melebihi Umf, maka tidak hanya unggun yang

10
terangkat, tetapi partikel akan bergerak dan akan saling berbenturan satu
sama lain dan akhirnya keseluruhan massa partikel akan menjadi fluida.
Selama fluidisasi, penurunan tekanan sepanjang unggun akan tetap
walaupun kecepatan superfisial terus dinaikkan dan sama dengan berat efektif
unggun persatuan luas:

m
p = ( p −  f ) g
 p Sb

dimana: m = massa partikel


ρp = densitas partikel
Sb = luas area unggun
ρf = densitas fluida
g = percepatan gravitasi

Jika laju alir ke unggun terfluidisasi diturunkan bertahap, penurunan


tekanan akan tetap konstan dan tinggi unggun akan berkurang.Walaupun
demikian, tinggi unggun terakhir akan lebih besar daripada tinggi mula-mula
untuk fixed bed. Hal ini dikarenakan solid di dalam tabung cenderung
berkumpul lebih rapat daripada jika solid diam secara bertahap dari keadaan
terfluidisasi. Penurunan tekanan pada laju alir rendah lebih kecil daripada nilai
awal di fixed bed. Unggun yang terfluidisasi akan bersifat menyerupai liquid,
di antaranya:

• Benda yang lebih ringan akan mengapung di atas unggun (yaitu benda-benda
yang densitasnya lebih kecil daripada densitas bulk unggun),
• Permukaan akan tetap horizontal bahkan dalam unggun yang miring,
• Solid dapat mengalir melalui bukaan di kolom sama seperti liquid,

11
• Unggun memiliki tekanan statis karena gravitasi, nilainya sebesar ρogh,
• Ketinggian antara dua unggun terfluidisasi yang serupa sama dengan tekanan
statik mereka.

2.2 Jenis-jenis Fluidisasi

2.2.1 Fluidisasi Partikulat

Dalam fluidisasi pasir dengan air, partikel-partikel bergerak menjauh


satu sama lain dan gerakannya bertambah hebat dengan meningkatnya
kecepatan, tetapi densitas unggun rata-rata pada suatu kecepatan tertentu
sama di semua bagian unggun. Proses ini disebut fluidisasi partikulat dan
bercirikan ekspansi hamparan yang cukup besar tetapi seragam pada
kecepatan tinggi. (McCabe, 1985:151)
Akan tetapi, tidak semua fluida liquid pasti menghasilkan fluidisasi
partikulat, hal ini dipengaruhi oleh perbedaan densitas. Dalam kasus dimana
densitas fluida dan solid tidak terlalu berbeda, ukuran partikel kecil, dan
kecepatan aliran fluida rendah, unggun akan terluidisasi merata dengan tiap
partikel bergerak sendiri-sendiri melewati jalur bebas rata-rata (mean free
path) yang relatif sama. Fase padat ini memiliki banyak karakteristik liquid dan
disebut fluidisasi partikulat. (Foust, 1959:643).
Pada fluidisasi partikulat, ekspansi yang terjadi adalah seragam dan
persamaan Ergun, yang berlaku untuk unggun diam, dapat dikatakan masih
berlaku untuk unggun yang agak mengembang. Andaikan aliran di antara
partikel-partikel itu adalah laminar, persamaan yang berlaku untuk hamparan
yang mengalami ekspansi adalah (McCabe, 1985:152):

12
2.2.2 Fluidisasi Agregat/ Fluidisasi Gelembung

Unggun yang difluidisasikan dengan udara biasanya menunjukkan


fluidisasi agregat. Pada kecepatan superfisial yang jauh melebihi Umf,
kebanyakan gas akan melewati unggun sebagai gelembung atau rongga-
rongga kosong yang tidak berisikan zat padat dan hanya sebagian kecil gas
yang mengalir dalam saluran-saluran yang terbentuk di antara partikel.
Gelembung yang terbentuk berperilaku hampir sama dengan gelembung
udara di dalam air atau gelembung uap di dalam zat cair yang mendidih, dan
karena itu fluidisasi jenis ini sering disebut fluidisasi didih (boiling bed).
(McCabe, 1985:151)
Gelembung-gelembung yang terbentuk cenderung bersatu dan
menjadi besar pada waktu naik melalui hamparan fluidisasi itu. Jika kolom
yang digunakan berdiameter kecil dengan hamparan zat padat yang tebal,
gelembung itu mungkin berkembang hingga memenuhi seluruh penampang.
Gelembung-gelembung yang beriringan lalu bergerak ke puncak kolom
terpisah dari zat padat yang seakan-akan tersumbat. Peristiwa ini disebut
penyumbatan (slugging). (McCabe, 1985:151)
Penyamarataan bahwa fluida gas pasti menghasilkan fluidisasi
gelembung tidak sepenuhnya benar. Perbedaan densitas merupakan
parameter yang penting. Pada kasus dimana densitas fluida dan solid berbeda
jauh atau ukuran partikel besar, kecepatan aliran fluida yang dibutuhkan lebih
besar dan fluidisasi yang terjadi tidak merata. Sebagian besar fluida melewati

13
unggun dalam bentuk gelembung (bubbles). Di sini, unggun memiliki banyak
karakteristik liquid dengan fasa fluida terjadi pada saat gas menggelembung
melewati unggun. Fluidisasi jenis ini disebut fluidisasi agregat. (Foust,
1959:643)
Partikel unggun yang lebih ringan, lebih halus, dan bersifat kohesif
sangat sukar terfluidisasi karena gaya tarik antarpartikel lebih besar daripada
gaya seretnya. Partikel cenderung melekat satu sama lain dan gas menembus
unggun dengan membentuk channel. Pengembangan volume unggun dalam
fluidisasi gelembung terutama disebabkan oleh volume yang dipakai oleh
gelembung uap, karena fase rapat pada umumnya tidak berekspansi dengan
peningkatan aliran. Dalam penurunan berikut ini, aliran gas melalui fase rapat
diandaikan sama dengan Umf dikalikan dengan fraksi unggun yang diisi oleh
fase rapat, ditambah sisa aliran gas yang dibawa oleh gelembung (McCabe,
1985:154), sehingga:

...................... (2.6)
dimana:
fb = fraksi unggun yang diisi gelembung
ub = kecepatan rata-rata gelembung

Dalam fluidisasi agregat, fluida akan membuat gelembung pada


padatan unggun dalam tingkah laku yang khusus. Gelembung fluida meningkat
melalui unggun dan pecah pada permukaan unggun dan akan tejadi
“splashing” dimana partikel unggun akan bergerak ke atas. Seiring dengan
meningkatnya kecepatan fluida, perilaku gelembung akan bertambah besar.
(Brown, 1955:269)
Keberadaan fluidisasi partikulat atau agregatif merupakan hasil dari
pengaruh gaya gravitasi pada fasa-fasa yang ada dalam unggun terfluidisasi

14
𝑣2
dan juga karena mekanika fluida ruah dari sistem. Angka Froude, , yaitu
𝐷𝑝 𝑔

rasio antara kinetik dengan energi gravitasi merupakan salah satu kriteria
penentu jenis fluidisasi apa yang terjadi. (Foust, 1959:643)

2.2.3 Fluidisasi Kontinu

Bila kecepatan fluida melalui hamparan zat padat cukup besar, maka
semua partikel dalam hamparan itu akan terbawa ikut oleh fluida hingga
memberikan suatu fluidisasi kontinu. Prinsip fluidisasi ini terutama diterapkan
dalam pengangkutan zat padat dari suatu titik ke titik lain dalam suatu pabrik
pengolahan di samping ada beberapa reaktor gas zat padat lama yang bekerja
dengan prinsip ini. Contohnya adalah dalam tranportasi lumpur dan tranportasi
pneumatic. (McCabe, 1985:151)
Ketika laju alir fasa fluida melewati kecepatan terminal partikel, unggun
terfluidisasi akan kehilangan identitasnya karena partikel solid terbawa dalam
aliran fluida. Metoda pengangkutan ini sering digunakan dalam industri,
biasanya dengan udara sebagai fasa fluida, antara lain untuk mengangkut
produk dari pengering semprot (spray dryers). Keuntungan metoda ini adalah
kehilangan yang terjadi sedikit, prosesnya bersih, dan kemampuannya untuk
memindahkan sejumlah besar solid dalam waktu singkat. Tetapi kerugiannya
antara lain ada kemungkinan terjadi kerusakan partikel solid serta korosi pada
pipa mungkin besar. (Foust, 1959:647)
Dalam fluidisasi, karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat
fluida cair dengan viskositas tinggi, metode pengontakan fluidisasi memiliki
beberapa keuntungan dan kerugian.

15
2.3 Sifat dan Karakteristik Partikel Unggun

2.3.1 Ukuran partikel

Padatan dalam unggun yang terfluidisasi tak pernah sama dalam ukuran
dan mengacu pada distribusi ukuran partikel tersebut. Untuk menghitung
ukuran partikel rata-rata dengan menggunakan diameter rata-rata permukaan
(Kirk Othmer,1994:141).

dimana:
dp = diameter partikel rata-rata yang secara umum digunakan untuk
desain
dsv = diameter dari suatu bidang

2.3.2 Densitas padatan

Padatan dapat dibedakan menjadi 3 bagian berdasarkan densitasnya


yaitu bulk, skeletel, dan particle. Densitas bulk merupakan pengukuran berat
dari keseluruhan partikel dibagi dengan volume partikel. Pengukuran ini
menyertakan faktor kekosongan dalam pori-pori partikel. Skeletel adalah
densitas suatu padatan jika porositasnya nol. Adapun densitas partikel adalah
berat dari suatu partikel dibagi dengan volumenya dengan menyertakan
poripori. Jika tidak ada nilai untuk densitas partikel, maka pendekatan untuk
densitas partikel dapat diperoleh dengan membagi dua densitas bulk.

16
2.3.3 Penurunan tekanan

Penurunan tekanan yang terjadi pada campuran dua fasa dinyatakan


dalam beragam bentuk, seperti static head, akselerasi dan kehilangan friksi
untuk gas dan padatan. Untuk aplikasi fluidisasi unggun di luar kondisi ketika
akselerasi penurunan tekanan dapat diterima, penurunan tekanan akan
dihasilkan dari static head padatan. Untuk itu, berat suatu partikel unggun jika
dibagi dengan tinggi padatan akan menghasilkan densitas sesungguhnya dari
unggun yang terfluidisasi. Formulanya dirumuskan sebagai berikut :

Salah satu aspek yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah
mengetahui besarnya penurunan tekanan (pressure drop) di dalam unggun
padatan yang terfluidakan. Hal tersebut mempunyai arti yang cukup penting
karena selain erat sekali hubungannya dengan besarnya energi yang diperlukan,
juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi
berlangsung. Penentuan besarnya hilang tekan di dalam unggun terfluidakan
terutama dihitung berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun
diam, terutama oleh Balke, Kozeny, Carman, ataupun peneliti-peneliti lainnya.
Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubuangan antara
hilang tekan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diam
diperoleh pertama kali pada tahun 1922 oleh Blake melalui metode-metode
yang bersifat semi empiris, yaitu dengan menggunakan bilangan-bilangan tidak
berdimensi. Untuk aliran laminer dengan kehilangan energi terutama
disebabkan oleh gaya viscous, Blake memberikan hubungan :

dimana:

17
ΔP/L = hilang tekan per satuan panjang/ tinggi unggun
Gc = faktor gravitasi
m = viskositas fluida
ε = porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan
volume ruang kosong didalam unggun dengan volume unggun
u = kecepatan alir superfisial fluida
S = luas permukaan spesifik partikel

2.3.4 Sphericity

Sphericity merupakan faktor bentuk yang dinyatakan sebagai rasio dari


area permukaan volume partikel bulat yang sama dengan partikel itu dibagi
dengan areapermukaan partikel.

Material yang melingkar seperti katalis dan pasir bulat memiliki nilai
sphericity sebesar 0.9 atau lebih.

2.3.5 Kecepatan Fluidisasi Minimum (Umf)

Kecepatan fluidisasi minimum adalah kecepatan superficial terendah


yang dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi. Umf dapat dicari dengan
menggunakan persamaan
Umf = m [(1135.7+0.0408Ar)0.5-33.71]/(r gdp)
Di mana bilangan Archimides (Ar) adalah :
Ar = r gdp 3(r p-r g) g/m 2
Untuk memprediksi Umf, Ergun menurunkan suatu korelasi dengan
cara menyamakan pressure drop pada saat Umf dengan berat unggun persatuan
luas dan diperoleh persamaan sebagai berikut.

18
Suku pertama persamaan Ergun dominan untuk aliran laminer
sedangkan suku kedua dominan pada aliran turbulen. Pengukuran Umf dapat
diperoleh dari grafik D P vs Umf, yaitu sesuai titik potong atau antara bagian
kurva yang datar seperti yang digambarkan pada gambar 2.10.

2.3.6 Kecepatan terminal

Kecepatan terminal suatu partikel (Ut) merupakan kecepatan gas yang


dibutuhkan untuk mengatur partikel tunggal yang tersuspensi dalam aliran gas.
Kecepatan terminal suatu partikel dinyatakan dalam persamaan:

Dalam aliran laminer dan mengikuti Hukum Stokes:

Jadi, kecepatan terminal untuk partikel tunggal berbentuk bulat adalah :

Dan untuk partikel besar dengan Cd = 0.43

19
Persamaan ini mengindikasikan bahwa untuk partikel yang berukuran
kecil viskositas merupakan faktor dominan setiap gas dan untuk partikel
berukuran besar densitas merupakan faktor yang terpenting. Kedua persamaan
di atas mengabaikan gaya antar partikel. Secara umum kecepatan selip (Uselip)
atau kecepatan efektif terminal untuk partikel dalam suspense (U*t) adalah:
Uselip = U*t = Ut . f(ε )

Kekosongan f(e ) dari unggun yang terfluidisasi adalah fraksi mol yang
terjadi oleh gas. Fungsi t dapat dinyatakan dengan pendekatan Kozeny-
Charman berikut.
f(ε ) = 0.1 ε 2/(1- ε )
Pendekatan lain yang digunakan untuk sistem banyak fasa yaitu korelasi
Richardson- Zaki untuk partikel tunggal dalam suspensi, yaitu:
U/Ut = ε n
*n merupakan fungsi dari dp/D dan bilangan Re yang divariasikan dari
2.4-4.7 (Kirk Othmer, 1994:144).

2.3.7 Batas partikel

Partikel diklasifikasikan berdasarkan bagaimana partikel tersebut


terfluidisasi dalam udara pada kondisi tertentu. Partikel tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi:
• Partikel halus
• Partikel kasar
• Kohesif, partikel yang sangat halus
• Unggun yang bergerak

20
2.3.8 Gaya antar partikel

Gaya antar partikel sering kali diabaikan dalam fluidisasi meskipun


dalam banyak kasus gaya ini lebih kuat dibandingkan hydrodinamic yang
digunakan dalam banyak korelasi. Gaya antar partikel yang berhubungan atau
berkaitan dengan unggun yang terfluidisasi, misalnya van der waals,
elektrostatik, dan kapilaritas.

2.3.9 Daerah batas fluidisasi (fluidization regimes)

Pada kecepatan gas rendah, suatu padatan dalam tabung unggun akan
berada pada kondisi konstan seiring dengan bertambahnya kecepatan gas, gaya
seret, dan gaya buoyant mengalahkan berat partikel serta gaya antar partikel
tersebut ( Kirk Othmer, 1994:147). Pada fluidisasi minimum partikel
memperlihatkan pergerakan yang minimal dan secara langsung unggun akan
sedikit terangkat.

2.4 Sifat-sifat Perpindahan Panas Unggun Terfluidisasi

Unggun yang terfluidisasi oleh gelembung-gelembung tercampur


dengan sangat baik karena pertikel-partikel unggun tersirkulasi oleh gelembung
udara yang naik. Akibatnya, suhu unggun sangat seragam walaupun terdapat
reaksi yang sangat eksoterm. Jika luas permukaan tranfer panas antara gas dan
unggun cukup tinggi, gas dan partikel cepat mencapai suhu yang sama. Laju
transfer panas yang tinggi dapat diperoleh antara permukaan panas yang
tercelup di dalam unggun dengan unggunnya itu sendiri. Tiga mekanisme yang
menyumbangkan transfer panas antara unggun terfluidisasi dan permukaan
adalah :

21
a. Untuk partikel unggun dengan diameter < 500 dan densitas < 4000 kg/m3
(kecuali paertikel halus yang sangat kohesif), mekanisme utama adalah
adanya sirkulasi antara bulk unggun dan partikel yang berdekatan denghan
permukaan panas (Particle Convective Mechanism).Partikel mampu
mentransfer banyak panas karena mempunyai kapasitas panas pada saat
awal partikel berdekatan dengan permukaan panas, terdapat gradien suhu
lokal yang besar yaitu adanya perbedaan suhu yang besar antara bulk
unggun dengan permukaan sehingga laju perpindahan panas sangat besar.
Akan tetapi, semakin lama suhu unggun semakin mendekati suhu
permukaan. Jadi untuk selang waktu tertentu laju transfer panas semakin
tinggi jika pertikel bersinggungan dengan permuikaan panas dalam recident
time yang singkat yang dapat diperoleh dengan mengatur kondisi operasi.
Tetapi harus diingat bahwa recident time yang ekstrim kecil untuk
memeroleh koefisien perpindahan panas yang paling tinggi dibatasi oleh
konduktivitas panas gas dan jarak jalur transfer panas terpendek di mana
panas mengalir secara konduksi antara partikel unggun dan permukaan
panas.
b. Untuk unggun dalam ukuran atau densitas yang lebih besar, kecepatan
interstisial adalah turbulen yang berarti bahwa transfer panas konveksi
melalui gas menjadi penting. Jika transfer panas mode ini menjadi dominan
maka transfer panas akan naik dengan naiknya diameter partikel (karena
makin besar partikel maka makin besar turbulensi kecepatan interstisial).
c. Untuk suhu yang lebih tinggi akan terdapat perbedaan suhu yang sangat
besar antara unggun dan permukaan panas sehingga transfer panas secara
radiasi menjadi penting.
Perpindahan kalor ke permukaan dalam sistem padat-gas koefisien
perpindahan panas ke permukaannya sangat tergantung pada kualitas fluidisasi
yang terjadi (Coulson, 1968:215). Untuk menghitung koefisien perpindahan
panas tersebut dapat digunakan persamaan Dow dan Jacob berikut.

22
dimana: h = koefisien perpindahan panas
k = konduktivitas termal gas
D = diameter partikel
Dt = diameter tube
L = panjang unggun
e = kekosongan unggun
rs = densitas padatan
r = densitas gas
Cs = kapasitas panas padatan
Cp = kapasitas panas gas pada tekanan konstan
m = viskositas gas
Uc = kecepatan superficial dalam tube kosong

2.5 Penyimpangan dari Keadaan Ideal (Interlock)

Karakteristik fluidisasi seperti digambarkan pada kurva fluidisasi ideal


hanya terjadi pada kondisi yang betul-betul ideal dimana butiran zat padat
dengan mudah saling melepaskan pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya
seret dengan berat partikel. Pada kenyataannya, keadaan di atas tidak
selamanya bisa terjadi karena adanya kecenderungan partikel-partikel untuk
saling mengunci satu dengan lainnya (interlock), sehingga akan terjadi
kenaikan hilang tekanan (ΔP) sesaat sebelum fluidisasi terjadi. Fenomena
interlock ini dapat dilihat pada Gambar 11, terjadi pada awal fluidisasi saat
terjadi perubahan kondisi dari unggun tetap menjadi unggun terfluidakan.

23
Gambar 2.13 Kurva karakteristik fluidisasi tidak ideal karena terjadi interlock

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Fluidisasi

Kelebihan dari teknik fluidisasi adalah:


• Properti transfer panas yang baik dalam gas-fluidized bed. Gelembung yang
terbentuk menjaga unggun bersifat isotermal dan laju transfer panas yang
tinggi diperoleh antara unggun dan permukaan yang dicelupkan.
• Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat
padat secara kontinu dan memudahkan pengontrolan.
• Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah
panas yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang
memiliki luas permukaan kecil.
• Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup
tinggi.
• Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor

Kekurangan dari teknik fluidisasi adalah:

24
• Kecepatan fluida yang digunakan terbatas pada jangkauan dimana unggun
terfluidisasi. Jika kecepatan jauh lebih besar dari Umf, dapat terjadi
kehilangan material yang cukup besar akibat terbawa keluar dari unggun
serta ada kemungkinan terjadi kerusakan partikel karena kecepatan operasi
yang terlalu besar.
• Tenaga untuk memompa fluida sehingga terjadi fluidisasi harus besar untuk
unggun yang besar dan dalam.
• Ukuran dan tipe partikel yang dapat digunakan dalam teknik ini terbatas.
• Karena sifat unggun terfluidisasi yang kompleks, seringkali terjadi
kesulitan dalam mengubah skala kecil menjadi skala industri.
• Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
• Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya
sejumlah tertentu.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah “Fluidisasi” ini ialah :


1. Fluidisasi merupakan salah satu cara untuk mengontakkan butiran
padat dengan fluida. Apabila kecepatan fluida relative rendah, unggun
tetap diam karena fluida hanya mengalir melalui ruang antar partikel
tanpa menyebabkan terjadinya perubahan susunan partikel tersebut.
2. Penggunaan operasi fluidisasi didalam industry
• Proses fisika : transprtasi, penukar panas, pengeringan,
pencampuran serbuk halus, pelapisan bahan plastik pada
permukaan logam, pengecilan/pembesaran partikel dan adsorpso.
• Proses kimia : oksidasi etilena, pembuatan anhidrida ftalat,
cracking hidrokarbon dan lain-lain.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluidisasi
• Porositas minimum terhadap fluida
• Tinggi unggun terhadap fluida
• Kecepatan fluidisasi minimum terhadap fluida
• Penurunan tekanan didalam unggun terfluidisasi

26
DAFTAR PUSTAKA

Mc. Cabe and Smith.1982. “Unit Operations of Chemical Engineering”.


Singapore.

PEDC. “Mekanika Fluida”.Bandung.

Schaum. “Mekanika Fluida & HIdraulika”. Edisi kedua.

Soetedjo.1986. “Fluid Flow”. Bandung : Penerbit Angkasa Bandung.

27

Anda mungkin juga menyukai