“FLUIDISASI”
Disusun Oleh :
Aditya Indra Pratama Noecie (21118003)
Mochamad Nizzar Eriawan (21118029)
Mohammad Slamet Wahyudi (21118030)
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa berkat
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,
yang bertujuan sebagai salah satu cara yang dibutuhkan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Mekanika Fluida.
Untuk itu di susunlah sebuah makalah yang berjudul “Fluidisasi”.
Sebagai penyusun makalah ini kami juga sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari seluruh pembaca terutama dari dosen kami yang
turut bertanggung jawab dalam peningkatan mutu pendidikan nasional, dan
penyempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................ 3
ii
2.4 Sifat-sifat Perpindahan Panas Unggun Terfluidisasi ........................................... 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A B
Gambar 2.1 Skema unggun diam (A) dan unggun terfluidakan (B)
3
Kalau laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan
di mana unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang
melaluinya. Pada keadaan ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu
sama lain sehingga dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran
yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan
viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan untuk mengalir,
mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya. Sifat unggun terfluidisasi ini
dapat dilihat pada Gambar B.
Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti
transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan
halus, perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas),
pelapisan plastik pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada
pembakaran, proses pertumbuhan partikel dan kondensai bahan yang dapat
mengalami sublimasi, adsorpsi (untuk pengeringan udara dengan adsorben),
dan masih banyak aplikasi lain.
4
Gambar 2.3 Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas
5
Gambar 2.5 Fenomena fixed bed
2. Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida mencapai
laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini partikel-
partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 2.6.
6
Gambar 2.7 Fenomena smooth or homogrnously fluidization
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung–gelembung pada
unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 2.8.
7
Gambar 2.9 Fenomena slugging fluidization
6. Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel padatan
terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada
gambar 2.10.
8
Gambar 2.11 Fenomena disperse fluidization
Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut:
a. Laju alir fluida dan jenis fluida
b. Ukuran partikel dan bentuk partikel
c. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
d. Porositas unggun
e. Distribusi aliran,
f. Distribusi bentuk ukuran fluida
g. Diameter kolom
h. Tinggi unggun.
Faktor-faktor di atas merupakan variabel-variabel dalam proses
fluidisasi yang akan menentukan karakteristik proses fluidisasi tersebut. Selain
itu, fenomena pada gambar 2.4 dapat dijelaskan melalui persamaan Bernoulli
dengan aliran laminer sebagai berikut, yaitu:
150Vs (1 − )2 x
F= dan
( D p ) 2 3
9
Pada gambar 2.4, terlihat bahwa perbedaan tekanan sepanjang
unggun secara linear berbanding lurus dengan laju alir volumetrik selama
fluidisasi belum tercapai.
Jika padatan berupa partikel seperti pasir, ketahanan partikel tersebut
terhadap aliran fluida akan menurun dengan meningkatnya porositas partikel
tersebut. Pengukuran ΔP pada sepanjang unggun dapat dinyatakan dengan
persamaan sbb:
150Vs (1 − ) 2 x
− P =
(Dp ) 2 3
10
terangkat, tetapi partikel akan bergerak dan akan saling berbenturan satu
sama lain dan akhirnya keseluruhan massa partikel akan menjadi fluida.
Selama fluidisasi, penurunan tekanan sepanjang unggun akan tetap
walaupun kecepatan superfisial terus dinaikkan dan sama dengan berat efektif
unggun persatuan luas:
m
p = ( p − f ) g
p Sb
• Benda yang lebih ringan akan mengapung di atas unggun (yaitu benda-benda
yang densitasnya lebih kecil daripada densitas bulk unggun),
• Permukaan akan tetap horizontal bahkan dalam unggun yang miring,
• Solid dapat mengalir melalui bukaan di kolom sama seperti liquid,
11
• Unggun memiliki tekanan statis karena gravitasi, nilainya sebesar ρogh,
• Ketinggian antara dua unggun terfluidisasi yang serupa sama dengan tekanan
statik mereka.
12
2.2.2 Fluidisasi Agregat/ Fluidisasi Gelembung
13
unggun dalam bentuk gelembung (bubbles). Di sini, unggun memiliki banyak
karakteristik liquid dengan fasa fluida terjadi pada saat gas menggelembung
melewati unggun. Fluidisasi jenis ini disebut fluidisasi agregat. (Foust,
1959:643)
Partikel unggun yang lebih ringan, lebih halus, dan bersifat kohesif
sangat sukar terfluidisasi karena gaya tarik antarpartikel lebih besar daripada
gaya seretnya. Partikel cenderung melekat satu sama lain dan gas menembus
unggun dengan membentuk channel. Pengembangan volume unggun dalam
fluidisasi gelembung terutama disebabkan oleh volume yang dipakai oleh
gelembung uap, karena fase rapat pada umumnya tidak berekspansi dengan
peningkatan aliran. Dalam penurunan berikut ini, aliran gas melalui fase rapat
diandaikan sama dengan Umf dikalikan dengan fraksi unggun yang diisi oleh
fase rapat, ditambah sisa aliran gas yang dibawa oleh gelembung (McCabe,
1985:154), sehingga:
...................... (2.6)
dimana:
fb = fraksi unggun yang diisi gelembung
ub = kecepatan rata-rata gelembung
14
𝑣2
dan juga karena mekanika fluida ruah dari sistem. Angka Froude, , yaitu
𝐷𝑝 𝑔
rasio antara kinetik dengan energi gravitasi merupakan salah satu kriteria
penentu jenis fluidisasi apa yang terjadi. (Foust, 1959:643)
Bila kecepatan fluida melalui hamparan zat padat cukup besar, maka
semua partikel dalam hamparan itu akan terbawa ikut oleh fluida hingga
memberikan suatu fluidisasi kontinu. Prinsip fluidisasi ini terutama diterapkan
dalam pengangkutan zat padat dari suatu titik ke titik lain dalam suatu pabrik
pengolahan di samping ada beberapa reaktor gas zat padat lama yang bekerja
dengan prinsip ini. Contohnya adalah dalam tranportasi lumpur dan tranportasi
pneumatic. (McCabe, 1985:151)
Ketika laju alir fasa fluida melewati kecepatan terminal partikel, unggun
terfluidisasi akan kehilangan identitasnya karena partikel solid terbawa dalam
aliran fluida. Metoda pengangkutan ini sering digunakan dalam industri,
biasanya dengan udara sebagai fasa fluida, antara lain untuk mengangkut
produk dari pengering semprot (spray dryers). Keuntungan metoda ini adalah
kehilangan yang terjadi sedikit, prosesnya bersih, dan kemampuannya untuk
memindahkan sejumlah besar solid dalam waktu singkat. Tetapi kerugiannya
antara lain ada kemungkinan terjadi kerusakan partikel solid serta korosi pada
pipa mungkin besar. (Foust, 1959:647)
Dalam fluidisasi, karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat
fluida cair dengan viskositas tinggi, metode pengontakan fluidisasi memiliki
beberapa keuntungan dan kerugian.
15
2.3 Sifat dan Karakteristik Partikel Unggun
Padatan dalam unggun yang terfluidisasi tak pernah sama dalam ukuran
dan mengacu pada distribusi ukuran partikel tersebut. Untuk menghitung
ukuran partikel rata-rata dengan menggunakan diameter rata-rata permukaan
(Kirk Othmer,1994:141).
dimana:
dp = diameter partikel rata-rata yang secara umum digunakan untuk
desain
dsv = diameter dari suatu bidang
16
2.3.3 Penurunan tekanan
Salah satu aspek yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah
mengetahui besarnya penurunan tekanan (pressure drop) di dalam unggun
padatan yang terfluidakan. Hal tersebut mempunyai arti yang cukup penting
karena selain erat sekali hubungannya dengan besarnya energi yang diperlukan,
juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi
berlangsung. Penentuan besarnya hilang tekan di dalam unggun terfluidakan
terutama dihitung berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun
diam, terutama oleh Balke, Kozeny, Carman, ataupun peneliti-peneliti lainnya.
Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubuangan antara
hilang tekan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diam
diperoleh pertama kali pada tahun 1922 oleh Blake melalui metode-metode
yang bersifat semi empiris, yaitu dengan menggunakan bilangan-bilangan tidak
berdimensi. Untuk aliran laminer dengan kehilangan energi terutama
disebabkan oleh gaya viscous, Blake memberikan hubungan :
dimana:
17
ΔP/L = hilang tekan per satuan panjang/ tinggi unggun
Gc = faktor gravitasi
m = viskositas fluida
ε = porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan
volume ruang kosong didalam unggun dengan volume unggun
u = kecepatan alir superfisial fluida
S = luas permukaan spesifik partikel
2.3.4 Sphericity
Material yang melingkar seperti katalis dan pasir bulat memiliki nilai
sphericity sebesar 0.9 atau lebih.
18
Suku pertama persamaan Ergun dominan untuk aliran laminer
sedangkan suku kedua dominan pada aliran turbulen. Pengukuran Umf dapat
diperoleh dari grafik D P vs Umf, yaitu sesuai titik potong atau antara bagian
kurva yang datar seperti yang digambarkan pada gambar 2.10.
19
Persamaan ini mengindikasikan bahwa untuk partikel yang berukuran
kecil viskositas merupakan faktor dominan setiap gas dan untuk partikel
berukuran besar densitas merupakan faktor yang terpenting. Kedua persamaan
di atas mengabaikan gaya antar partikel. Secara umum kecepatan selip (Uselip)
atau kecepatan efektif terminal untuk partikel dalam suspense (U*t) adalah:
Uselip = U*t = Ut . f(ε )
Kekosongan f(e ) dari unggun yang terfluidisasi adalah fraksi mol yang
terjadi oleh gas. Fungsi t dapat dinyatakan dengan pendekatan Kozeny-
Charman berikut.
f(ε ) = 0.1 ε 2/(1- ε )
Pendekatan lain yang digunakan untuk sistem banyak fasa yaitu korelasi
Richardson- Zaki untuk partikel tunggal dalam suspensi, yaitu:
U/Ut = ε n
*n merupakan fungsi dari dp/D dan bilangan Re yang divariasikan dari
2.4-4.7 (Kirk Othmer, 1994:144).
20
2.3.8 Gaya antar partikel
Pada kecepatan gas rendah, suatu padatan dalam tabung unggun akan
berada pada kondisi konstan seiring dengan bertambahnya kecepatan gas, gaya
seret, dan gaya buoyant mengalahkan berat partikel serta gaya antar partikel
tersebut ( Kirk Othmer, 1994:147). Pada fluidisasi minimum partikel
memperlihatkan pergerakan yang minimal dan secara langsung unggun akan
sedikit terangkat.
21
a. Untuk partikel unggun dengan diameter < 500 dan densitas < 4000 kg/m3
(kecuali paertikel halus yang sangat kohesif), mekanisme utama adalah
adanya sirkulasi antara bulk unggun dan partikel yang berdekatan denghan
permukaan panas (Particle Convective Mechanism).Partikel mampu
mentransfer banyak panas karena mempunyai kapasitas panas pada saat
awal partikel berdekatan dengan permukaan panas, terdapat gradien suhu
lokal yang besar yaitu adanya perbedaan suhu yang besar antara bulk
unggun dengan permukaan sehingga laju perpindahan panas sangat besar.
Akan tetapi, semakin lama suhu unggun semakin mendekati suhu
permukaan. Jadi untuk selang waktu tertentu laju transfer panas semakin
tinggi jika pertikel bersinggungan dengan permuikaan panas dalam recident
time yang singkat yang dapat diperoleh dengan mengatur kondisi operasi.
Tetapi harus diingat bahwa recident time yang ekstrim kecil untuk
memeroleh koefisien perpindahan panas yang paling tinggi dibatasi oleh
konduktivitas panas gas dan jarak jalur transfer panas terpendek di mana
panas mengalir secara konduksi antara partikel unggun dan permukaan
panas.
b. Untuk unggun dalam ukuran atau densitas yang lebih besar, kecepatan
interstisial adalah turbulen yang berarti bahwa transfer panas konveksi
melalui gas menjadi penting. Jika transfer panas mode ini menjadi dominan
maka transfer panas akan naik dengan naiknya diameter partikel (karena
makin besar partikel maka makin besar turbulensi kecepatan interstisial).
c. Untuk suhu yang lebih tinggi akan terdapat perbedaan suhu yang sangat
besar antara unggun dan permukaan panas sehingga transfer panas secara
radiasi menjadi penting.
Perpindahan kalor ke permukaan dalam sistem padat-gas koefisien
perpindahan panas ke permukaannya sangat tergantung pada kualitas fluidisasi
yang terjadi (Coulson, 1968:215). Untuk menghitung koefisien perpindahan
panas tersebut dapat digunakan persamaan Dow dan Jacob berikut.
22
dimana: h = koefisien perpindahan panas
k = konduktivitas termal gas
D = diameter partikel
Dt = diameter tube
L = panjang unggun
e = kekosongan unggun
rs = densitas padatan
r = densitas gas
Cs = kapasitas panas padatan
Cp = kapasitas panas gas pada tekanan konstan
m = viskositas gas
Uc = kecepatan superficial dalam tube kosong
23
Gambar 2.13 Kurva karakteristik fluidisasi tidak ideal karena terjadi interlock
24
• Kecepatan fluida yang digunakan terbatas pada jangkauan dimana unggun
terfluidisasi. Jika kecepatan jauh lebih besar dari Umf, dapat terjadi
kehilangan material yang cukup besar akibat terbawa keluar dari unggun
serta ada kemungkinan terjadi kerusakan partikel karena kecepatan operasi
yang terlalu besar.
• Tenaga untuk memompa fluida sehingga terjadi fluidisasi harus besar untuk
unggun yang besar dan dalam.
• Ukuran dan tipe partikel yang dapat digunakan dalam teknik ini terbatas.
• Karena sifat unggun terfluidisasi yang kompleks, seringkali terjadi
kesulitan dalam mengubah skala kecil menjadi skala industri.
• Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
• Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya
sejumlah tertentu.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
26
DAFTAR PUSTAKA
27