Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KIMIA

KOLOID

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

1. MIA PASAULE
2. DWIASTY A. SILAMBA
3. AHMAD ARYANTO
4. YUNISKA KRISTIANI SARIRA
5. ANGGUN FATIKA SARI
6. PUTRI RISQIA ADYARNIE
7. SALSABILA NAHAR
8. YOHANA MANSOBEN
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Shalawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafa’atnya kelak di akhirat.
Rasa syukur dan terima kasih kami ucapkan untuk Ibu Lis Setiyo Ningrum
selaku dosen mata kuliah Kimia Dasar yang telah menyerahkan kepercayaannya
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami
berharap agar makalah kami yang berjudul “Koloid” dapat bermanfaat dan
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait definisi termokimia serta
pengaplikasian termokimia dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami memohon maaf apabila dalam
penulisan makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari
kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk
menjadikan makalah ini lebih baik kedepannya.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL............................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah...................................................................... 3
1.4 Manfaat Makalah.................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 4
2.1 Pengertian Koloid................................................................... 4
2.2 Sistem Koloid......................................................................... 4
2.3 Jenis-Jenis Koloid................................................................... 6
2.4 Sifat-Sifat Koloid.................................................................... 11
2.5 Pembuatan Koloid.................................................................. 13
2.6 Pemurnian Koloid................................................................... 15
2.7 Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari................................... 16
2.8 Koloid Dalam Bidang Farmasi............................................... 18
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 22
3.1 Kesimpulan............................................................................. 22
3.2 Saran....................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Efek Tyndall................................................................................. 11


Gambar 2.2 Gerak Brown................................................................................. 12
Gambar 2.3 Adsorpsi........................................................................................ 12
Gambar 2.4 Koagulasi Koloid.......................................................................... 13

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aplikasi Koloid................................................................................. 17

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai koloid baik dalam
bentuk produk-produk maupun dalam keadaan terlihat yang biasa dijumpai.
Seperti produk sabun, dan produk aerosol atau yang sering kali kita lihat
seperi udara yang berdebu, kabut, dan lain sebagainya.
Sistem Koloid adalah campuran hampir homogen antara fase
terdispensi dan fase pendispersi. Campuran ini hampir homogen, artinya
campuran dua zat hampir menyatu dan sulit dibedakan. Fase terdispensinya
bukan dalam bentuk molekuler (bukan setiap molekul tersebar). Akan tetapi,
gabungan dari beberapa molekul. Jika diambil contoh zat terdispensi air,
sistem koloid merupakan dispensi padatan (gabungan dari molekul) yang
tersebar dalam medium pendispersi. Hanya saja partikel padatan yang
terdispersi ini kecil sehingga tidak bisa dibedakan mana fase terdispensi dan
mana fase pendispersi.
Pada dasarnya setiap konsep dan penerapan serta perlakuan melalui
praktek kimia membutuhkan larutan dan campuran. Di sini akan di bahas
mengenai campuran yang secara khusus yakni campuran koloid. Sistem
koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan suspensi (larutan kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat
khas yang berbeda dengan sifat larutan dan suspensi. Keadaan bukan ciri
dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dan dapat
di buat dalam keadaan koloid.
Sistem Koloid terdiri dari atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu
dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi,
sedangkan medium yang digunakan untuk mendespersikan disebut medium
dispersi. Fase terdespersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan
medium despersi bersifat kontinu.

1
Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang
mencakup berbagai bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan
(dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu
diproses sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel – sel
makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa
produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut
dapat bercampur secara merata. Misalnya saja saat kita membuat susu, 6
serbuk atau tepung susu bercampur secara merata dengan air panas.
Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai rasa yang
beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak
meleleh. Semua itu merupakan contoh sistem koloid.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang
terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang
terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid.
Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh
tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk
mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan
kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca
lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah juga
merupakan sistem koloid.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa itu koloid ?
b. Apa yang dimaksud dengan system koloid?
c. Apa saja jenis-jenis koloid ?
d. Apa saja sifat-sifat koloid ?
e. Bagaimana cara membuat koloid?
f. Bagaimana cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak
dibutuhkan?
g. Bagaimana penggunaan koloid dan Apa saja contoh koloid dalam
kehidupan sehari-hari?

2
1.3 TUJUAN MAKALAH
a. Menjelaskan pengertian koloid.
b. Menjelaskan yang dimaksud dengan system koloid.
c. Menjelaskan jenis-jenis koloid.
d. Menjelaskan sifat-sifat koloid.
e. Menjelaskan cara membuat koloid.
f. Menjelaskan cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak
dibutuhkan.
g. Menjelaskan penggunaan koloid dan contoh koloid dalam kehidupan
sehri-hari.

1.4 MANFAAT MAKALAH


a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia dasar.
b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuaan tentang sistem koloid.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Koloid


Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat
atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium
pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm.
Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal
dari suatu partikel. Koloid merupakan dispersi partikel kecil dari satu
material ke dalam material lain. Berukuran kecil artinya bahwa diameternya
kurang dari 500mm (sekitar panjang gelombang sinar). Secara umum,
partikel itu merupakan kumpulan dari sejumlah atom atau molekul tetapi
terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop optik biasa. Partikel ini
melewati kertas saring tetapi dapat dideteksi dengan hamburan sinar,
sedimentasi dan osmosis. Proses pada permukan menentukan kebanyakan
aspek kehidupan sehari-hari termasuk kehidupan itu sendiri. Bahkan jika
kita membatasi perhatian kita pada permukaan zat padat saja, pentingnya
proses itu hampir tidak berkurang. Proses pada permukaan padat
menentukan kelangsungan hidup industri, baik yang konstruktif seperti
dalam katalis maupun yang destruktif seperti dalam korosi. . Contoh lain
dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna
(padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem
koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.

2.2 Sistem Koloid


a. Pengertian Sistem Koloid
Sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu
koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7
sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak

4
menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom,
molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas
partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing
mengandung jutaan atom emas atau lebih. 8 Koloid belerang terdiri atas
partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu
contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah
haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan
mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7. Bila kita melarutkan suatu zat ke
dalam suatu pelarut, maka kita akan mendapatkan bermacam-macam
sistem, tergantung dari besarnya diameter partkel yang dilarutkan.
Walaupun demikian kita dapat membagi sistem ini menjadi tiga jenis
yaitu:
a) Larutan sejatu atau dispers molekuler, bila diameter partikelnya
lebih kecil dari 1mm, misalnya larutan gula, garam, dan sebaginya
b) Larutan kolid atau dispers halus, bila diameter partikelnya terletak
antara 1mm100mm, misalnya sol emas, sol AgCl, larutan
makromolekul, dan sebagainya.
c) Dispers kasar, bila diameter partikelnya lebih besar dari 100mm
Campuran dua macam zat, dimana zat yang satu terbagi halus
dalam zat lain, disebut sistem dispers. Sistem dipers terdidri atas
fase dispers dan medium dispers.

b. Ciri-ciri sistem koloid sebagai berikut :


a) Sistem koloid mempunyai ukuran partikel 10-7 – 10-5 cm.
b) Partikelnya dapat dilihat dengan mikroskop ultra.
c) Partikel koloid tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa,
tetapi dapat disaring menggunakan kertas perkamen.
d) Koloid tahan lama
e) Koloid akan terakugulasi apabila ditambah larutan.
f) Koloid mempunyai sifat elektrolit.
g) Koloid termasuk campuran homogen.

5
2.3 Jenis-Jenis Koloid
Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi
(fase dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya
tetap, disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah
merupakan zat terdispensi. Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid
terbagi atas tiga bagian, yaitu koloid sol, emulsi, dan buih. Sol ialah koloid
dengan zat terdispersinya fase padat. Emulsi ialah koloid dengan zat
terdispersinya fase cair. Buih ialah koloid dengan zat terdispersinya fase
gas. Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas
beberapa jenis. Sedangkan pada fase pendispersi adalah gel.
a. Sol
Sol adalah dispersi koloid zat padat, cair atau gas. Dari ini yang
terpenting adalah sol zat padat dalam zat cair dan dalam bagian ini
hanya akan dibicarakan hal tersebut. Sol dibagi berdasarkan dispers
mediumnya air, alkoholbila mediumnya alkohol. Sol disebut liofilik
bila partikel-partikelnya menarik pelarit dan disebut liofobik bila tidak
menarik pelarut. Bila pelarutnya air, disebut hidrofilik, misalnya
oksidasioksidasi, pati dan protein dalam air. Bila pelarutnya air dan
partikel koloid tidak menarik air, disebut hidrofobik, misalnya sol
logam, garam BaSO4, AgCl dan sebagainya didalam air.
Pembuatan sol hidrofobik, dibuat dengan dua cara yaitu cara
dispers dan cara kondensasi. Pada cara dispers, partikel-partikel besar
dipecah, hingga menjadi ukuran koloid. Sebaliknya pada cara
kondensasi, ion–ion atau molekul digabungkan menjadi partikel dengan
ukuran koloid.

6
a) Cara dispers
1. Disintegrasi mekanis
Pada cara ini zat yang bersangkuta ditumbuk dan
dihaluskan dalam colloid mill, misalnya pada pembuatan
semen, pigmen cat, tepung dan sebagainya.
2. Disentigrasi Listrik
Cara ini dilakukan dalam sel elektrolid, katoda berupa
logam yang akan dibuat koloid. Larutan berupa NaOH dan
dipakai arus dengan rapat arus yang besar. Akibat elektrolisis,
Na akan terbentuk dikatode dan dengan logam yang ada terjadi
alliage. Air yang ada bereaksi dengan alliage ini dan akibat
reaksi logam katode akan terlarut dengan ukuran koloid.
3. Peptisasi
Peptisasi ialah pelaritan kembali suatu endapan. Endapan-
endapan seperti AgCl atau BaSO4 akan terlarut dalam bentuk
koloid, bila ditambahkan elektrolit tertentu.

b) Cara Kondensasi
1. Proses Bunga Api
Arus dengan frekuensi tinggi dialirkan melalui dua
elektrode logam, yang dimasukkan dalam pelarut yang cocol.
Akibat bunga api lostrik, logam akan menguap dan mengembun
dalam larutan sebagai koloid.
2. Reaksi dalam larutan
• Reaksi garam-garam logam dengan basa.
• Reaksi pengendapan garam yang encer.
• Reaksi reduksi.
3. Penggantian pelarut
Suatu larutan ditambahkan kedalam larutan yang berisi zat
terarut yang akan dibuat koid. Zat terlarut harus tidak larut

7
dalam pelarut yang ditambahkan, sedangkan kedua pelarut harus
dapat bercampur sempurna.
Pemurnian sol dari ion yang ada dapat dilakukan dengan
filtrasi ultra atau dialisis.Filtrasi yaitu proses pemisahan partikel
koloid dari pelarut dan zat terlarut yang asa dengan filter yang
dibuat khusus yang permeabel terhadap semua larutan zat dalam
larutan tetapi menahan partikel-partikel koloid.
Dialisis adalah proses pengambilan zat terlarut dari larutan
koloid dengan cara diffusi melalui membrane
(kolodinon,selofan,nitro-selulosa atau selaput bintang) yang
cocok. Dialisis dapat dipercepat dengan elektrodialisis.

b. Koloid Emulsi
Emulsi ialah dispers koloid cairan satu dalam cairan lainnya.
Emulsi adalah suatu sistem koloid yang fase terdispersi dan medium
pendispersinya berupa cairan yang tidak dapat bercampur (mis : minyak
dalam air) fase yang tidak bercampur akan segera memisah. Untuk
menjaga agar emulsi tersebut stabil, perlu ditambahkan zat ketiga yang
disebut emulgator atau zat pengermulsi. Contoh emulgaltor : galatin,
kuning telur, kanji, madu alam, dsb. syarat emulgaltor adalah molekul-
molekulnya mempunyai afinitas terhadap kedua cairan yang
membentuk emulsi. Daya afinitasnya harus parsial atau tidak sama
terhadap kedua cairan tersebut. Salah satu ujung emulgaltor larut dalam
cairan yang satu, sedangkan ujung yang lain hanya membentuk lapisan
tipis disekeliling atau diatas permukaan cairan yang lain.

c. Koloid Buih
Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair (Contoh:
pada pengolahan bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan
lainnya).

8
a) Buih Cair (Buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas
dan dengan medium pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas
pada umumnya berupa udara atao karbondioksida yang terbetuk
dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya zat
pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan
mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu
kestabilan.
Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti
pada sistem kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan
tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih teradsorbsi,
ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur
yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat
cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata.
Jika fraksi zat cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai
bentuk hamper seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka bentuk
gelembung gas adalah polihedral.
1. Beberapa sifat buih cair yang penting:
1) Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena:
pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase,
karena kerapatan gas dan zat cair yang jauh berbeda,
2) Terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung
gas yang besar akibat tegangan permukaan, sehingga
ukuran gelembung gas menjadi lebih besar,
3) Rusaknya film antara dua gelembung gas. Struktur buih cair
dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang
diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk
awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya yang
diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi.

9
2. Contoh buih cair:
1) Buih hasil kocokan putih telur Karena audara di sekitar
putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih,
yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur
itu sendiri untukmembentuk buih yang relative stabil.
Sehingga putih telur yang dikocok akan mengembang.
2) Buih hasil akibat pemadam kebakaran 12 Alat pemadam
kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat,
aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida
yang dilepas akan membentuk buih dengan bamtuam zat
pembuih tersebut.

b) Buih Padat
Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas
dan denganmedium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini
dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan). Contoh-contoh
buih padat yang mungkin kita ketahui:
1. Roti
Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat
dalam proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari
tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilimgi
gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih
padat.
2. Batu apung
Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu
apung
3. Styrofoam Styrofoam memiliki fase terdisperasi
karbondioksida dan udara, serta medium pendisperasi
polistirena.
4. Gel atau jelly

10
Gel adalah sistem koloid yang fase terdispersinya berupa
cairan, medium pendispersinya berupa zat padat. Pada
umumnya terjadi dari sol liofil (hidrofil) yang fase
terdispersinya mempunyai kemampuaan sangat kuat untuk
menarik medium pendispersinya. Berdasarkan sifatnya, gel
dibedakan menjadi dua macam yaitu gel kenyal dan gel tidak
kenyal.

2.4 Sifat-Sifat Koloid


a. Efek Tyndal
Sifat penghamburan cahaya oleh koloid ditemukan oleh John
Tyndall, oleh karena itu sifat ini dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall
digunakan untuk membedakan system koloid dari larutan sejati,
contohnya dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati dari langit yang
tampak berwarna biru atau terkadang merah.
Gambar 2.1 Efek Tyndall

(Sumber: chemistryonline.guru)

b. Gerak Brown
Hal ini pertama kali oleh Robert Brown (1773-1858), ia sedang
mengamati butiran sari tumbuhan pada permukaan air dengan
mikroskop. Gerakan Brown dapat diuraikan sebagai berikut: partikel-
partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut bersifat acak
seperti pada zat cair dan gas. Semakin kecil ukuran partikel koloid,
semakin cepat gerak brown. Semakin besar ukuran partikel, semakin
lambat gerak brown.

11
Gambar 2.2 Gerak Brown

c. Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau
senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh
luasnya permukaan partikel. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai
roses seperti penjernihan air.
Gambar 2.3 Adsropsi pada Fe(OH)3

d. Muatan Koloid
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua
partikel koloid memiliki muatan sejenis (positif dan negetif). Maka
terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Partikel koloid 15
tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem
koloid. Sistem koloid secara keseluruhan bersifat netral.

e. Koagulasi Koloid

12
Partikel-partikel yang bersifat stabil karena memiliki muatan
listrik sejenis. Apabila muatan listrik itu hilang, makan partikel kooid
tersebut akan berabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan
pertikel koloid dan pengendapannya disebut koagulasi. Koagulasi
biasanya digunakan untuk perebusan teur, pembuatan yoghurt, tahu,
penjernihan air sungai.
Gambar 2.4 Koagulasi Koloid

f. Koloid Pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat
melindungi koloid lain dari proses koagulasi.

2.5 Pembuatan Koloid


Ada dua metode pembuatan sistem dispersi koloid,yaitu metode
kondensasi dan metode dispersi. Pada metode kondensasi, ion atau molekul
digabungkan menjadi partikel besar berukuran koloid. Sebaliknya, pada
metode dispersi, partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel
berukuran koloid dan kemudian didispersikan kedalam medium pendispersi.
a. Metode Kondensasi Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada
umumnya dilakukan dengan cara kimia (dekomposisi rangkap,
hidrolisis, dan redoks). Cara kimia tersebut bekerja dengan
menggabungkan partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul).
a) Reaksi dekomposisi rangkap

13
Misalnya: Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3
encer dan larutan HCL encer; AgNO3 (aq) + HCl (aq) → AgCl
(koloid) + 3H2O (aq).

b) Reaksi Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalnya: Sol
Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis gara Al dalam air
mendidih; AlCl3 (aq) + 3H2O (aq) → Al(OH)3 (koloid) + 3HCl
(aq)
c) Reaksi reduksi-oksidasi
Misalnya: Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang
terlarut dalam air dengan mengalirnya gas H2S; 2H2S (g) + SO2
→ 3S(s) + 2H2O(l) d. Pengganti Larutan Cara ini dilakukan
dengan menggantikan meduim pendispersi sehingga fasa
terdispersinya yang semula larut setelah diganti pelarutnya menjadi
berukuran koloid.

b. Metode Dispersi
Metode unu melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi
berukuran koloid yang kemudian akan didispersikan dalam medium
pendispersinya. Ada 3 cara dalam metode ini, yaitu:
a) Metode Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat
dengan proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-
partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa
disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
 Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, dsb.
 Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir
sepatu, dsb.
 Industri farmasi.
b) Metode Peptisasi

14
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau
dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemecahan. Zat
pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang
mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.

c) Cara Busur Bredig


Cara busur bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol
logam, seperti Ag, Au, dan Pt.

2.6 Pemurnian Koloid


Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu
pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah
dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa
metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu:
a. Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-
muatan yang menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini
digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul-
molekul kecil melalui selaput semipermiabel disebut dialisis. Proses
dialisis untuk pemisahan partikel-pastikel koloid dan zat terlarut
dijadikan dasar bahi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi
dialisator adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal
ginjal. Jaringan ginjal bersifat 18 semipermiabel, selaput ginjal hanya
dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi
menahan partikel-partikel koloid seperti selsel darah merah.
b. Elektrodialisis
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah
pengaruh medan listrik. proses dialisis mengunakan bantuaan medan
listrik dalam benjana yang akan mempercepat perembesan ion-ion dari
dalam kantong. Ion-ion positif dalam kantong berdifusi melalui
membran menuju elektroda negatif (katoda) dan sebaliknya. Cara

15
kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang
menyokong selaput semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat
terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju
elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medanlistrik
akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid. Elektrodialisis
hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut
elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.
c. Penyaring Ultra
Penyaring ultra adalah penyaring yang memiliki pori-pori yang
sangat halus atau membran dengan ruang renik yang besarnya tertentu
sehingga tidak dapat dilalui oleh partikel koloid, tetapi dapat dilalui
oleh ion-ion atau partikel molehkuler larutan. Partikel-partikel kolid
tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas
saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut.
Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti
selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas
saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.
Proses penyaringan, dapat juga digunakan pompa penghisap atau
dengan pemberiaan elektroda dari sumber arus listrik. Proses pemurnian
dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan
harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-
pertikel koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid
akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan
penyaring ultra bertahap.

2.7 Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama
dalam kehidupan sehari-hari.Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid
yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak

16
dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi
dalam skala besar. Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:

17
Tabel 2.1

Aplikasi Koloid

Jenis industri Contoh aplikasi


Industri makanan Keju,susu, mentega,saus salad
Industri kosmetika dan perawatan
Krim pasta gigi,sabun
tubuh
Industri cat Cat
Industri rumah tangga Deterjen ,sabun
Industri pertanian Pestisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan , penisilin untuk suntikan

Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :

a. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan
melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui
sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloidakan
mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut
mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna
putih.
b. Pengumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan
negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil
stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion
tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral
sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
c. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-
partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang
bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk

18
diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid
tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan
tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan
terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan
positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+ Setelah itu,
Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid
tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut
kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena
pengaruh gravitasi.

2.8 Koloid Dalam Bidang Farmasi


Sifat sifat koloid ada berbagai macam namun yang berguna dalam
bidang farmasi ialah :
a. Absorpsi
Sifat absorpsi partikel-partikel koloid ini dapat dimanfaatkan
dalam obat-obatan. Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil
atau tablet, apabila diminum dapat menyembuhkan sakit perut dengan
cara absorpsi. Dalam usus, norit dengan air akan membentuk sistem
koloid yang mampu mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri
berbahaya yang menyebabkan sakit perut.
b. Dialisis
Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid pada
proses pembuatan koloid, dilakukan penyaringan ion-ion tersebut
dengan menggunakan membran semipermeabel . Proses penghilangan
ion-ion pengganggu dengan cara menyaring menggunakan
membran/selaput semipermeabel disebut dialisis . Proses dialisis
tersebut adalah sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke dalam sebuah
kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Selaput ini hanya
dapat melewatkan molekul-molekul air dan ion-ion, sedangkan partikel
koloid tidak dapat lewat. Jika kantong berisi koloid tersebut
dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air yang mengalir, maka

19
ion-ion pengganggu akan menembus selaput bersama-sama dengan
air. Prinsip dialisis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang
yang ginjalnya (alat dialisis darah dalam tubuh) tidak berfungsi lagi
dengan alat dialisator.

Dalam sistem koloid dikenal istilah emulsi yaitu sistem koloid di


mana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang tidak dapat
bercampur. di dalam industri farmasi, emulsi juga berperan dalam
pembuatan obat antara lain dalam pembuatan minyak ikan, salep dan
krim. Koloid emulsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) adalah koloid dengan zat fase cair
terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat terdispersi berfase cair
dan zat pendispersi (medium) berfase padat. Contoh: mentega,
keju, jeli, dan mutiara.
b) Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) adalah koloid dengan zat fase cair
terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase cair
dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: susu, minyak
ikan, dan santan kelapa.
c) Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) adalah koloid dengan zat fase cair
terdispersi dalam zat fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase cair
dan zat pendispersi (medium) berfase gas. Contoh: insektisida
(semprot), kabut, dan hair spray.

Peranan Koloid Dalam Bidang Farmasi :


a. Kosmetik
Bahan – bahan kosmetika sangat banyak jenisnya, akan tetapi
pada prinsipnya hampir 90% dari bahan itu dibuat dalam keadaan
koloid. Hal itu disebabkan sifat koloid yang mudah menyerap pewangi

20
dan pewarna, lembut, mudah dibersihkan, tidak merusak kulit dan
rambutm dan sekaligus mengandung dua macam bahan yang tidak
dapat saling larut. Macam – macam bentuk bahan kosmetik sebagai
berikut :
a) Bahan kosmetika yang berbentuk aerosol, misalnya parfum dan
deodorant spray, hair spray, dan penghilang bau mulut yang
disemprotkan.
b) Bahan kosmetika yang berbentuk sol, misalnya susu pembersih
muka dan kulit, cairan untuk masker, dan cat kuku.
c) Bahan kosmetika yang berbentuk emulsi, misalnya susu pembersih
muka dan kulit. 
d) Bahan kosmetika yang berbentuk gel, misalnya deodorant stick dan
minyak rambut (jelly).
e) Bahan kosmetika yang berbentuk buih, misalnya sabun cukur dan
sabun kecantikan.
f) Bahan kosmetika yang berbentuk sol padat misalnya pemerah bibir,
pensil alis dan maskara
g) Bahan kosmetika yang berbentuk pasat misalnya, pasta gigi,
Deodorant, mengandung aluminium klorida untuk
mengkoagulasikan (emengendapkan) protein dalam keringat.
Endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjar keringat dan
protein yang dihasilkan berkurang.

b. Dalam industri farmasi


a) Minyak ikan
b) Penisilin untuk suntikan

c. Dalam bidang kesehatan prinsip dialisis digunakan untuk membantu


pasien gagal ginjal.

d. Karbon

21
Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil atau tablet, apabila
diminum dapat menyembuhkan sakit perut dengan cara absorpsi. Dalam
usus, norit dengan air akan membentuk sistem koloid yang mampu
mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri berbahaya yang
menyebabkan sakit perut.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam
zat lain.
b. Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara
campuran homogen (larutan) dan heterogen (suspensi).
c. Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi
(fase dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya
tetap, disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah
merupakan zat terdispensi.Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem
koloid terbagi atas tiga bagian, yaitu koloid sol, emulsi, dan buih.
Sedangkan fase pendepersinya adalah gel.
d. Koloid mempunyai beberapa sifat diantaranya: Partikel koloid dapat
menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem
koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek
Tyndall. Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid
senantiasa bergerak dengan gerak patah-patah yang disebut gerak
Brown. Gerak Brown terjadi karena tumbukan tak simetris antara
molekul medium dengan partikel koloid. Koloid dapat mengadsorpsi ion
atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya
yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi
bermuatan listrik. Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di
antara partikel koloid, sehingga menjadi stabil (tidak mengalami
sedimentasi). Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan
elektroforesis, yaitu pergerakan partikel koloid dalam Medan listrik
Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi
karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan

23
elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang
menstabilkannya hilang.
e. Ada dua metode pembuatan sistem dispersi koloid, yaitu metode
kondensasi dan metode dispersi. Pada metode kondensasi, ion atau
molekul digabungkan menjadi partikel besar berukuran koloid.
Sebaliknya, pada metode dispersi, partikel-partikel besar dipecah
menjadi partikel-partikel berukuran koloid dan kemudian didispersikan
kedalam medium pendispersi.
f. Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu
pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah
dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga kestabilan koloid. Ada
beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu: Dialisis,
Elektrodialisis, dan Penyaring Ultra.
g. Kegunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam
bidang industri, makanan, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya. Dalam
kehidupan sehari-hari koloid sangat bermanfaat bagi kita.
h. Dalam bidang Farmasi, sistem koloid banyak digunakan, misalnya
dalam pembuatan kosmetika, dalam industri kefarmasian yaitu
pembutan penisilin untuk suntikan dan minyak ikan, dalam bidang
kesehatan digunakan dalam membantu pasien gagal ginjal, serta serbuk
karbon yang dibuat dalam berbagai sediaan untuk menyembuhkan sakit
perut.

3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

24
DAFTAR PUSTAKA

Sudarmo Unggul. 2005. Kimia untuk SMA kelas XI seri SMS. Surakarta:
Erlangga          

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/koloid/

http://sahri.ohlog.com/komponen-dan-pengelompokkan-sistem koloid.       

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007 Chang, Raymond. 2004.


Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga

Kusnawati, Tine Maria, dkk. 2005. Sains Kimia. Jakarta: Bumi Aksara

Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga

Prof. Dr. Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Yudhistira. Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta :


Ganesa Exact.

Iska.2014.Makalahkoloidlengkap.
http://iskabere.blogspot.co.id/2014/05/makalah-koloidlengkap.html.

25

Anda mungkin juga menyukai