Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KIMIA

KOLOID (ROTI)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran kimia

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1
(XI MIPA 2)

1. ARDIKA KALAMULLOH
2. AULIATUN NISA RAHMADI
3. GHINA ALYA CANTIKA
4. JONG SUNA
5. NABILA THOHIRAH
6. NOR AZIZAH
7. REVIANA FARADILA SAKSONO

GURU PEMBIMBING : P u j i W e n i n g T y a s , M . P d

MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PALANGKA RAYA


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,

kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah mata pelajaran kimia dengan judul makalah

“Koloid” dengan baik.

Rasa syukur dan terima kasih kami ucapkan untuk Ibu Puji Wening Tyas, M.Pd selaku guru

mata pembelajaran Kimia yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami untuk

menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami berharap agar makalah kami yang berjudul

“Koloid” dapat bermanfaat dan meningkatkan pengetahuan.

Demikian yang dapat kami sampaikan, kami memohon maaf apabila dalam penulisan

makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih

membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke

depannya.

Palangka Raya, Juni 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. II


DAFTAR ISI .......................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 5
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 5
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3. Tujuan ........................................................................................................... 5
1.4. Manfaat ......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 6
A. Pengertian Koloid ........................................................................................... 6
B. Macam-Macam Koloid ................................................................................... 6
2.1. Aerosol .................................................................................................... 6
2.2. Sol ........................................................................................................... 6
2.3. Emulsi ..................................................................................................... 6
2.4. Buih......................................................................................................... 7
2.5. Gel........................................................................................................... 7
C. Roti .................................................................................................................. 7
D. Koloid Pada Roti ............................................................................................. 7
E. Sifat-Sifat Koloid............................................................................................. 8
3.1. Efek Tyndall ........................................................................................... 8
3.2. Gerak Brown........................................................................................... 8
3.3. Adsorpsi .................................................................................................. 9
3.3.1. Penjernihan Air .......................................................................... 9
3.3.2. Penghilang Bau Badan ............................................................... 9
3.3.3. Penyembuh Sakit Perut .............................................................. 9
3.4. Elektroforesis ........................................................................................ 10

III
3.5. Koagulasi .............................................................................................. 10
3.6. Dialisis .................................................................................................. 10
F. Pembuatan Roti .............................................................................................. 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 12
A. Pembahasan ................................................................................................... 12
B. Kesimpulan.................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 13

IV
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100 nm). Bersifat
homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain
yang dikenakan kepadanya, sehingga tidak terjadi pengendapan. Sistem koloid dapat kita
temui dalam lingkungan kita sehari-hari.
Contonya saja; susu, agar-agar, awan, dan keju merupakan beberapa contoh diantaranya
yang dapat kita temui dengan mudah dilingkungan kita sehari-hari. Kimia koloid menjadi
kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya tersebut. Disini kami akan
memilih sistem koloid pembuatan roti.

1.2. Rumusan Masalah


1. Mengapa roti termasuk dalam sistem koloid?
2. Apakah jenis koloid pada roti?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem koloid pada roti.
2. Untuk mengetahui jenis koloid pada roti.
3. Untuk mengetahui bahan dasar yang digunakan dan cara pembuatan roti.

1.4. Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai sistem koloid.
2. Mengetahui serta dapat mengidentifikasi sendiri sifat sistem koloid.
3. Dapat berguna jika ingin mempraktikkan sendiri sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Koloid

Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
campuran kasar. Meskipun secara makrokopis koloid tampak homogen, tetapi koloid
digolongkan ke dalam campuran heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat
stabil dan tidak dapat disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1–100 nm. Sistem
koloid terdiri atas terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang
didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu ( terputus-
putus ), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. ( Keenan, 1984 )

B. Macam-Macam Koloid

2.1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut
aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang
terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
Contoh aerosol padat : asap dan debu dalam udara
Contoh aerosol cair : kabut dan awan

2.2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol.
Contoh sol : air sungai (sol dari lempung dalam air), sol sabun, sol detergen, sol kanji.

2.3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi.
Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air ( M /
A ) atau emulsi air dalam minyak ( A / M ). Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai
semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
Contoh emulsi minyak dalam air ( M / A ) : santan, susu, dan lateks
Contoh emulsi air dalam miyak ( A / M ) : mayonaise, minyak bumi, dan
minyak ikan

6
2.4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalm zat cair disebut buih. Contoh: sabun,
detergen, dan protein.

2.5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh: agar-agar,
lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silica.

C. Roti

Merupakan salah satu produk makanan yang terbuat dari tepung terigu. Roti termasuk
makanan pokok karena kandungan karbohidratnya yang tinggi. Sejarah mencatat bahwa
roti sudah dikenal sejak zaman neolitikum dimana pada saat itu biji-biji sereal dicampur
dengan air dan dibuat pasta kemudian dimasak. Dahulu orang Mesir kuno membuat
makanan ini bersamaan dengan pembuatan minuman bir yang keduanya mempunyai arti
religius. Hal ini menjadi gagasan awal bagi mereka dalam menciptakan alat untuk
memanggang (oven). Roti juga menjadi makanan pokok rendah lemak yang tercatat dalam
sejarah bangsa Eropa yang terjadi kira-kira pada tahun 1000 SM. Beberapa ratus tahun
kemudian, sebagian besar masyarakat Eropa mulai jenuh dengan makanan ini dan
produksi roti pun mulai merosot tajam. Otto Frederick Rohwedder dianggap sebagai bapak
atau pelopor dari roti iris (sliced bread). Pada tahun 1912 Rohwedder bekerja pada sebuah
toko roti dan menciptakan sebuah mesin pengiris roti. Namun fungsi mesin tersebut hanya
sebagai penghancur roti-roti yang sudah basi. Hingga pada tahun 1928, Rohwedder
menciptakan sebuah mesin yang bisa mengiris roti dengan sangat rapi. Toko roti di
Chillicothe, Missouri adalah yang pertama kali menggunakan mesin pengiris roti ini.
Generasi selanjutnya, roti berwarna putih mulai lebih disukai dibandingkan dengan roti
yang berwarna gelap. Namun konotasi ini berbalik pada abad ke-20 dimana roti yang
berwarna gelap mempunyai nilai nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan roti
berwarna putih.

D. Koloid Pada Roti


Syarat yang utama dalam pembuatan roti adalah serasi pencampuran oleh pengadaan
gas, kedua oleh koagulan dari suatu material pemanasan dalam oven sehingga gas tertahan
dan struktur material distabilisasi. Pada prinsipnya pembuatan roti terdiri dari tahap-tahap,
yaitu (1) pencampuran adonan (dough), (2) fermentasi adonan, dan (3) pemanggangan.

7
Tujuan dari pencampuran adalah untuk membuat adonan yang sempurna agar adonan
mengembang dan mempunyai tekstur yang lembut, pori-pori kecil, dan tidak bantat. Pada
proses pencampuran adonan terjadi perubahan sebagian dari pati berubah menjadi gula.
Selanjutnya pada proses fermentasi terjadi perubahan senyawa kompleks menjadi senyawa
sederhana.
Roti yang memiliki bentuk padat dan mempunyai pori-pori kecil ternyata merupakan
salah satu jenis koloid yaitu Buih Padat. Buih Padat adalah sistem koloid dengan fase
terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat
diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan). Proses peragian pada roti tawar yang melepas
gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari
tepung kemudian akan membentuklapisan tipis mengelilingi gelembung-gelembung
karbondioksida untuk membentuk buih padat. Bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan roti yaitu tepung terigu, gula, susu, margarin, ragi, telur, garam, dan air.
Sebagai bahan penunjang biasa ditambahkan essence dan obat-obatan roti yang dapat
memperbaiki tekstur, aroma, dan cita rasa dari roti tersebut.

E. Sifat-Sifat Koloid
3.1. Efek Tyndall
Bila cahaya menembus melalui celah-celah rumah kita, tampak sinar matahari
dihamburkan oleh partikel-partikel debu. Partikel debu berukuran koloid, partikelnya
sendiri tidak dapat dilihat oleh mata, yang tampak adalah cahaya yang dihamburkan
oleh debu. Hamburan cahaya ini yang dinamakan efek tyndall. Campuran tersebut
adalah suatu koloid, dimana ukuran partikel-partikelnya lebih besar dari ukuran
partikel dalam larutan, sehingga dapat menghamburkan cahaya.

3.2. Gerak Brown


Jika mikroskop optik diarahkan pada suatu dispersi koloid dengan arah tegak
lurus terhadap berkas cahaya yang dilewatkan maka akan tampak partikel-partikel
koloid. Akan tetapi, partikel yang tampak bukan sebagai partikel dengan bentuk yang
tegas melainkan bintik-bintik terang. Dengan mengikuti gerakan bintik-bintik cahaya,
Anda dapat melihat bahwa partikel koloid bergerak terus menerus secara acak
menurut jalan yang zig-zag. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium
disebut gerak Brown. Sesuai dengan nama seorang pakar botani Inggris, Robert
Brown yang pertama kali melihat gejala ini pada tahun 1827. Robert Brown tidak

8
dapat menjelaskan mengapa partikel koloid dapat bergerak acak dan berliku.
Akhirnya, pada 1905, gerakan seperti itu dijelaskan secara matematika oleh Albert
Einstein. Einstein menunjukkan bahwa partikel yang bergerak dalam suatu medium
akan menunjukkan suatu gerakan acak seperti gerak Brown akibat tumbukan antar
partikel yang tidak merata.

3.3. Adsorpsi
Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka
pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada permukaan zat
padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsi
adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas
permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut. Partikel koloid sol memiliki
kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada permukaannya, baik partikel
netral atau bermuatan (kation atau anion) karena mempunyai permukaan yang sangat
luas. bermuatan. Jenis muatannya tergantung pada jenis partikel bermuatan yang
diserap apakah anion atau kation. Contoh: Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion
positif sehingga bermuatan positif, Sifat adsorpsi koloid digunakan dalam berbagai
proses antara lain :

3.3.1. Penjernihan Air


Penjernihan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas
(K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O . Air dan tawas membentuk koloid. Koloid tersebut
dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau kotoran dalam air.

3.3.2. Penghilang Bau Badan


Untuk menghilangkan bau badan digunakan aluminium stearat yang
digosokan ke badan atau ketiak. Dengan adanya keringat maka akan terbentuk
koloid Al(OH)3 yang dapat menghilangkan bau badan.

3.3.3. Penyembuh Sakit Perut


Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif. Dalam usus, campuran
serbuk karbon dengan air membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi
bakteri-bakteri berbahaya dan kelebihan gas yang mengganggu sistem
pencernaan.

9
3.4. Elektroforesis
Sistem koloid bersifat stabil, hal ini disebabkan adanya muatan listrik pada
permukaan partikel koloid yang berasal dari zat asing yang teradsorpsi dipermukaan
koloid. Adanya muatan listrik tertentu pada partikel-partikel terdispersi dalam sistem
koloid menyebabkan adanya gaya tolak menolak antar partikel sehingga partikel
tersebut saling berjauhan. Dengan kata lain, sistem dispersi pada koloid bersifat stabil.

3.5. Koagulasi
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa sistem dispersi koloid
merupakan sistem yang stabil akibat adanya gaya tolakan antar partikel yang
bermuatan sejenis. Oleh karena itu, prinsip penetralan muatan partikel koloid dapat
digunakan untuk menurunkan kestabilan koloid dengan cara penggumpalan, dan
proses ini dikenal dengan istilah koagulasi. Koloid dapat digunakan untuk terjadi
endapan. Dengan adanya koagulasi, zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi terjadi kerena pemanasan, penambahan elektrolit dan pencampuran dua
koloid yang berbeda muatan. Beberapa contoh proses koagulasi seperti:
1.Penyaringan asap dan debu melalui cerobong asap pabrik dengan menggunakan alat
Cottrell. Debu dan asap itu akan diikat oleh elektroda-elektroda. 2. Penggumpalan
lateks (koloid karet) dengan cara menambahkan asam asetat ke dalam lateks. 3.
Pembuatan keju dengan penambahan rennet (zat tertentu) kedalam susu, yang dapat
mendestabilkan dispersi koloid dan menyebabkan susu menggumpal. Penetralan
partikel koloid dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu : Penambahan koloid lain dengan
muatan berlawanan, Penambahan elektrolit, Pendidihan.

3.6. Dialisis
Pemurnian koloid selain dengan cara elektroforesis dapat juga dilakukan dengan
cara dialisis yaitu suatu teknik pemurnian berdasarkan pada perbedaan ukuran
partikelnya. Dialisis dilakukan dengan cara menempatkan dispersi koloid dalam
kantung yang terbuat dari membran seperti selofan, perkamen dan membran yang
sejenis. Selanjutnya merendam kantung tersebut dalam air yang mengalir atau air
yang dialirkan. Oleh karena ion-ion atau molekul memiliki ukuran lebih kecil dari
partikel koloid, maka ion-ion itu dapat berdifusi melalui membran lebih cepat
daripada partikel koloid, sehingga partikel koloid akan tetap berada didalam kantung
membran. Prinsip dialisis digunakan untuk membantu pasien gagal ginjal. Ginjal

10
berfungsi untuk mengeluarkan zat yang tidak berguna yang dihasilkan tubuh yang
terdapat dalam darah. Salah satu zat yang dikeluarkan tubuh adalah urea. Zat ini
biasanya dikeluarkan melalui urin. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, urea akan
menumpul dalam darah sehingga mengakibatkan kematian. Orang yang gagal ginjal
dapat menjalani cuci darah. Dalam hal ini fungsi ginjal diganti oleh mesin dialisator.
Prinsip dialisis biasa digunakan untuk memisahkan tepung tapioka dari ion-ion
sianida yang terkandung dalam singkong.

F. Pembuatan Roti

Alat dan Bahan:


⚫ Baskom ⚫ Loyang
⚫ Oven ⚫ Pengaduk adonan
⚫ Tepung terigu 1 kg ⚫ Susu bubuk 50 gr
⚫ Ragi instan 2 sdk teh ⚫ Gula 300 gr
⚫ Mentega putih 70 gr ⚫ Garam 15 gr
⚫ Telur 2 butir ⚫ Air secukupnya

Cara:
1. Mencampurkan tepung terigu, susu bubuk, ragi instan (fermipan), gula, dan garam ke
dalam baskom.
2. Menambahkan telur ke campuran tepung, kemudian mengaduknya hingga rata.
3. Menambahkan air ke dalam adonan, kemudian mencampurkannya hingga kalis.
4. Memasukkan mentega putih ke dalam adonan dan terus mencampurnya hingga kalis.
5. Mendiamkan adonan yang sudah kalis selama 30-45 menit dengan menutupnya dengan
plastik atau lap basah hingga mengembang.
6. Membentuk adonan dan meletakannya diatas loyang yang sudah diolesi mentega.
7. Memasukkan adonan ke dalam oven selama 20 menit.
8. Roti siap disajikan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Pembahasan
Pada proses pembuatan roti, terjadi fermentasi oleh ragi. Ragi mengubah glukosa
(C6H12O6) menjadi etanol (C5H5OH) dan melepaskan gas CO2. Gas CO2 ini yang
menyebabkan terbentuknya pori-pori kecil pada roti. Hal ini juga menyebabkan volume roti
bertambah. Gluten dari tepung mengikat pori-pori udara membentuk buih yang berwujud
padat.

B. Kesimpulan
Roti merupakan salah satu sistem koloid, yaitu buih padat. Zat pembuih pada roti
berupa gluten dari tepung terigu dan terjadinya reaksi fermentasi oleh ragi yang
menghasilkan gas CO2 membentuk buih-buih pada adonan roti menjadi buih padat.
Berdasarkan hasil pembuatan roti, Roti merupakan contoh makanan yang merupakan salah
satu jenis koloid yaitu “Buih Padat”

12
DAFTAR PUSTAKA

Maya, G. (n.d.). Laporan Pembuatan roti koloid Kimia. Laporan Pembuatan Roti Koloid Kimia.
http://ghoziahmaya24.blogspot.com/2014/02/laporan-pembuatan-roti-koloid-kimia.html

Makalah Sistem Koloid Sistem Koloid. 123dok.com. (n.d.).


https://123dok.com/document/q2k0r9pq-makalah-sistem-koloid-sistem-koloid.html

Koloid Dalam pembuatan roti. warna ku. (n.d.).


http://ninamarlinaputri.blogspot.com/2014/02/koloid-dalam-pembuatan-roti.html

Roti Secara Kimia. Rezki’s Ideas and Interests. (n.d.).


http://rezkihasna.blogspot.com/2014/02/roti-secara-kimia_25.html

13

Anda mungkin juga menyukai