“KIMIA KOLOID”
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberi
petunjuk dan kekuatankepada penulis sehingga makalah, “KOLOID” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada. Materi–materi
bertujuan agardapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa dalam belajar mengenai
koloid. Serta siswa juga dapat memahami nilai – nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir
dan bertindak. Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, para siswa akan mampu
menghadapi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang timbul dalam belajar Teknologi
Infomasi dan Komunikasi. Dan dengan harapan semoga siswa mampu berinovasi dan
berkreasi dengan potensi yang dimiliki.Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas akhir semester untuk bidang study kimia,dan lebih lanjut semoga makalah ini
bermanfaat untuk menambah pengetahuan seputar Sistem Koloid.Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran darisemua pihak
yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHUAN
Semua zat yang ada di sekitar kita, yang setiap saat kita lihat terdiri atas materi. Materi
didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki massa dan volum. Papan tulis yang ada di kelas,
kursi yang kita duduki, udara yang kita hirup, makanan yang kita makan, sendok dan garpu
dan lainnya terdiri atas materi. Merupakan contoh makanan dan bahan yang kita manfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari kita.
Secara umum, campuran dapat diklasifikasikan menjadi larutan, koloid dan suspensi
(campuran). Hal ini didasarkan pada ukuran partikel-partikel zat terlarut (fase terdispersi)
dalam pelarut (medium pendispersi)nya. Adakalanya suatu campuran mengandung zat
terlarut dan zat koloid atau zat terlarut dan suspensi sekaligus. Air sungai, sebagai contoh,
mengandung pasir dan berbagai partikel kasar yang lain. Jika air sungai disaring, biasanya
masih mengandung Partikel Koloid selain zat-zat terlarut. Demikian juga halnya dengan
udara, udara yang bersih merupakan larutan dari berbagai jenis gas. Akan tetapi, pada
umumnya udara mengandung partikel koloid berupa debu, asap, atau kabut.
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: Susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan
merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga
merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena
kepentingan. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang
merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata
atau homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk atau tepung susu
bercampur secara merata dengan air panas. Produk-produk seperti itu adalah sistem koloid.
Dapat dikatakan bahwa sistem koloid memiliki peran penting dan sudah menjadi
bagian dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pembelajaran dan pemahaman mengenai
kimia koloid sangat di perlukan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan kimia Koloid yang ruang lingkupnya sangat luas, Ada beberapa
Rumusan Permasalahannya, yaitu:
1.2.1 Apakah Pengertian Sistem Koloid ?
1.2.2 Apa Sajakah Penggolongan Dari Koloid ?
1.2.3 Bagaimana Cara Pembuatan Koloid ?
1.2.4 Apa Saja Macam-Macam Koloid ?
1.2.5 Apa Saja Penggunaan Koloid Dalam Kehidupan sehari-hari ?
1.3 Tujuan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Koloid
Kata koloid berasal dari bahasa Yunani kolla yang berarti lem, karena dahulu koloid
di anggap mirip lem. Klasifikasi koloid yang pertama diajukan oleh Von Weimar dan
Ostwald, istilah sistem terdispersi diperkenalkan, dan ukuran partikel digunakan sebagai
faktor utama dalam klasifikasi dan karakterisasi koloid.
Koloid adalah zat yang terdiri atas medium homogen dan partikel yang terdispersi di
dalamnya. Namun, tidak semua sistem terdispersi merupakan koloid. Menurut Lumiere dan
Staudinger, semua koloid dapat digolongkan menjadi koloid molekuler dan koloid asosiasi
(miselar). Partikel koloid molekuler adalah makromolekul tunggal, dan strukturnya kurang
lebih sama dengan struktur molekul kecil, yaitu atom-atom terikat oleh ikatan kimia sejati.
Contoh: Tepung, polyvinyl chloride (PVC), pherocolloids seperti glikogen, albumin, dan
sebagainya.
Kecepatan difusi menurut Graham bergantung pada massa partikel, makin besar massa
makin kecil kecepatannya. Massa ada hubungannya dengan ukuran partikel, yang massanya
besar akan besar pula ukuran partikelnya. Berdasarkan ukuran partikel, campuran dapat
dibagi menjadi tiga golongan yaitu larutan sejati (misalnya larutan gula), koloid (misalnya
larutan susu), dan suspensi kasar (misalnya larutan pasir).
Dalam larutan sejati, seperti larutan gula atau larutan garam, partikel zat terlarut
mengandung ion atau molekul tunggal. Pada sisi lain ada yang disebut dengan suspensi, yang
3
mana partikelnya mengandung lebih dari satu molekul dan cukup besar untuk dilihat oleh
mata atau dibawah mikroskop. Diantara keduanya akan ditemukan suatu koloid, yang mana
partikelnya mungkin mengandung lebih dari satu molekul tetapi tidak cukup besar untuk
dapat dilihat dengan mikroskop biasa (Laider, 1982).
Partikel - partikel yang terletak dalam jarak ukuran koloidal mempunyai luas
permukaan yang sangat besar dibanding dengan luas permukaan partikel-partikel yang lebih
besar dengan volume yang sama. (Moechtar, 1989? Diameter partikel dalam larutan sejati
lebih kecil dari 1 mu. Bila diameter partikel - partikel dalam larutan terletak diantara 1-100
mA ,sistem disebut campuran kasar atau dispersi kasar (Sukardjo, 1997).
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau terdispersi dalam
zat yang lain, koloid merupakan suatu sistem dispersi, karena terdiri dari dua fasa, yaitu fasa
terdispersi (FASA yang tersebar halus) dan fasa pendispersi. Fase terdispersi umumnya
memiliki jumlah yang lebih kecil atau mirip dengan zat terlarut dan fasa pendispersi
jumlahnya lebih besar atau mirip pelarut dalam suatu larutan(Yazid, 2005). Zat yang
terdispersi tersebut berjarak ukuran antara dimensi partikel-partikel atomik dan molekuler
sampai partikel-partikel yang berukuran milimeter, ukurannya dapat diklasifikasikan baik
yang sebagai membentuk dispersi molekuler maupun dispersi koloidal. Beberapa suspensi
dan emulsi dapat mengandung suatu jarak ukuran partikel sedemikian sehingga partikel-
partikel nya yang kecil masuk dalam jarak koloidal, sedangkan yang besar - besar dapat
diklasifikasikan sebagai partikel-partikel kasar (Moechtar, 1989).
2.2.Penggolongan Koloid
Menurut Bird (1993) cara penggolongan koloid yang lebih umum adalah: 1.
Dispersi koloid, sistem ini terjadi secara termodinamik tidak stabil karena nisbah permukaan
volume yang sangat besar. 2. Larutan koloid sejati, yang terjadi dari larutan dengan zat
terlarut yang berat Molekulnya tinggi (makromolekul seperti protein ,karbohidrat, dan
sebagainya) sistem ini secara termodinamik stabil. 3. Koloid asosiasi (Association colloid)
(kadang-kadang dinamakan koloid elektrolit (colloid electrolyte). Sistem ini terdiri dari
molekul - molekul yang berat molekulnya rendah yang beragreasi membentuk partikel
berukuran koloid. Sistem ini juga stabil secara termodinamik, contoh dari koloid asosiasi
seperti sabun dan detergen, larut dalam air tetapi tidak membentuk larutan, melainkan koloid.
Molekul sabun atau detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian yang
non polar (disebut ekor).
4
2.3.Cara Pembuatan Koloid
Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi.
Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokkan (agregasi)
partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian
didispersikan ke dalam medium pendispersi. Cara yang pertama disebut cara
kondensasi, sedangkan yang kedua disebut cara dispersi.
Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi
partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi
redoks,hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.
1. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh:
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan
belerang dioksida(SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam SO2.
2H2S(g) + SO2(aq) = 2H 2O(l)+ 3S (koloidal)
Pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HauCI4 dengan larutan
K2CO3 dan HCHO (formaldehida).
2HAuCl4 (aq) + 6K2CO3 (aq) + 3HCHO (aq) = 2Au (koloidal) + 5CO2 (g) + 8KCI
(aq) + 3HCOOK (aq) + KHCO3 (aq) + 2H2O (l)
2. Hidrolisis
Contoh :
5
2H3AsO3 (aq) + 3H2S (aq) = As2S3 (koloid) + 6H2O (l)
Sol AgCl dapat di buat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer
dengan larutan HCI encer
AgNO3 (aq) + HCI (aq) = AgCI (koloid) + HNO3 (aq)
4. Penggantian pelarut
Contoh :
Larutan jenuh kalsium asetat di campur dengan alkohol akan terbentuk
suatu koloid berupa gel.
1. Cara mekanik
Butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai
diperolehtingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
contoh
Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-
sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur
serbuk halus itu dengan air.
2. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi
memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi
dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang
dikatalisis oleh enzim pepsin.
Contoh:
gar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin.
Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan AI(OH)3 oleh AICI3.
Cara busur bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan di
jadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan dalam medium dispersi,
kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom
logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi
sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara
kondensasi dan cara dispersi.
6
2.4. Jenis – Jenis Koloid
Karena baik solut maupun pelarut mempunyai tiga macam fase yaitu gas, cair dan
padat maka terdapat : macam sistem koloid (sebab campuran gas dengan fasa gas
akan membentuk sistem homogen) seperti pada tabel berikut
1. Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang suka berikatan dengan mediumnya
sehingga sulit dipisahkan atau sangat stabil. Liofil berarti suka cairan (Yunani: Lio
= cairan, Philia = Suka). Contohnya agar-agar, tepung kanji, gelatin dalam air
panas , lem karet, protein, sabun, detergen, dan cat.
2. Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah koloid yang tidak menyukai mediumnya sehingga
cenderung memisah, dan akibatnya tidak stabil. Liofob berarti takut cairan
(Yunani =Phobia =takut /benci). Koloid liofob biasanya terdiri atas zat anorganik
semula. Contoh koloid liofob adalah sol emas.
Macam Koloid berdasarkan Interaksinya dengan Pelarut (Air)
a. Koloid hidrofil: yaitu koloid yang dapat campur dengan air , dapat diencerkan
dan lebih stabil . 9ontohnya klid dari senyawa-senyawa organik, misalnya
kanji (amilum), agar-agar, dsb
7
b. Koloid !idrofob : kebalikan dari koloid hidrofil, yaitu tidak campur dengan air,
sehinggatidak dapat diencerkan dan kurang stabil. 9ontoh & %ebanyakan
koloid dari senya’aanorganik, misalnya sol belerang ( S ), Fe(OH)3, dsb.
1. Pemutihan gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke
dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau
karbon. Partikel koloidakan mengadsorpsi zat Warna tersebut. Partikel-partikel
koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat
berwarna putih.
2. Penggumpalan darah
darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi
luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang
8
mengandung ion-ion AI3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel
koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih
mudah dilakukan.
3. Penjernihan air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur,dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu,
untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah
agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3. Ion AI3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan
terhidrolisis membentuk partikel koloid AI(OH)3 yang bermuatan positif melalui
reaksi :
AI3+ + 3H2O = AI(OH)3 + 3H+
Setelah itu, AI(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid
tanah liat atau lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut
kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh
gravitasi.
9
BAB 3
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada penulisan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai
berikut.
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau
terdispersi dalam zat lain, koloid merupakan suatu sistem dispersi, karena
terdiri dari dua fasa, yaitu fasa terdispersi (fasa yang tersebar halus) dan
fasa pendispersi. campuran yang terletak antara medium dispersi disebut
koloid.
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam
medium pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat
berupa zat padat, cair, dan gas.
Sifat koloid : Sifat fisika, sifat koligatif, sifat optis, dan sifat kinetik
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
https\\anggiwilianandini.wordpress.com/kimia-kelas-Ki/sistem-koloid/koloid-
pencemar/Diakses Pada Danggal 15 Maret 2015 ukul 13.50 WIB
http\\perpustakaancyber.blogspot.com/2013/07/contoh-koloid-pelindung-dan-koloid-
asosiasi.html Diakses Pada tanggal 15 maret 2015 pukul 14.05 WIB
http\\repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33774/4/Chapter%2011.pdf Diakses
Pada tanggal 15 maret 2015 pukul 14.00 WIB
11