Anda di halaman 1dari 25

KOLOID DAN KIMIA PERMUKAAN

Disusun Oleh :

Kelompok V (A1)

Rahma romadhona NIM.200140010


Manna Holila NIM.200140016
Tengku Hastriad NIM.200140018
Siti Nurhaliza NIM.200140025
Mutiara Zalzatul Hasma NIM.200140029
Delia Ramadani NIM.200140030

TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
KATA PENGHANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis diberi kesehatan dan kekuatan lahir batin dalam membuat makalah untuk melengkapi
dan menambah wawasan pada mata kuliah Kimia fisika dan menyelesaikan makalah ini yang
berjudul ―Koloid dan Kimia Permukaan― dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul spektroskopi adalah untuk mengetahui
teknik dari masing-masing spektroskopi berdasarkan sinyal radiasinya, untuk mengetahui prinsip
kerja dari masing-masing spektoskopi berdasarkan sinyal radiasinya, untuk mengetahui penerapan
spektroskopi di berbagai bidang. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak untuk meningkatkan kualitas penulisan yang lebih baik.

Lhoksumawe, 19 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
.1.3 Tujuan...........................................................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
A. KOLOID...........................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Koloid..........................................................................................................................6
2.2 Sifat Koloid.....................................................................................................................................7
2.3 Pembuatan Sistem Koloid...........................................................................................................10
2.4 Komponen Penyusun Koloid.......................................................................................................11
2.5 Bentuk Partikel Koloid..................................................................................................................11
2.6 Penggunaan Sistem Koloid.........................................................................................................12
2.7 Beberapa Macam Koloid.............................................................................................................12
B. KIMIA PERMUAKAAN..................................................................................................................13
2.8 Pengertian Kimia Permukaan......................................................................................................13
2.9 Tegangan Permukaan.................................................................................................................13
2.9.1 Adsorpsi.................................................................................................................................14
2.9.2 Permukaan gas – padatan....................................................................................................15
BAB III...................................................................................................................................................15
PERHITUNGAN DAN PENYELESAIAN...............................................................................................16
BAB IV...................................................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................................................18
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu ciri manusia sebagai makhluk berakal adalah rasa ingin tahu yang tak pernah
habis selam hidupnya. Manusia selalu ingin mempelajari segala macam perubahan, baik yang dapat
ditangkap oleh panca indera maupun tidak. Mereka banyak menemukan banyak masalah yang harus
dipecahkan, karena di sekitarnya banyak kejadian yang alalmi atau perbuatan manusia yang dapat
membawa keuntungan dan kerugian. Oleh karena itu, manusia harus memanfaatkan peristiwa yang
menguntungkan dan mengurangi yang merugikan dengan cara mempelajari tingkah laku alam,
sebab diyakini bahwa suatu peristiwa disebabkan peristiwa lain yang mendahuluinya dan untuk
memenuhi semuanya itu dibutuhkan metode ilmiah atau ilmu pengetahuan yang dapat menjawab
semua fenomena yang ada dalam hidup. Salah satunya yaitu Ilmu Pengetahuan Alam.
Dalam berbagai peritiwa-peristiwa yang ada, terdapat masalah yang berhubungan dengan
Ilmu Kimia. Ilmu Kimia adalah ilmu yang mempelajari atau mencakup sejumlah aspek mengenai
bahan-bahan kimia yakni komposisi dan struktur zat kimia, serta hubungan keduanya dengan sifat
zat tersebut.
Karena kebanyakan zat dapat berada dalam keadaan koloid , semua cabang ilmu kimia
berkepentingan dengan kimia koloid dalam satu atau lain cara. Semua jaringan hidup bersifat
koloidal. Banyak reaksi kimia yang komples yang perlu untuk kehidupan, harus ditafsirkan secara
kimia koloid.
Untuk itulah, Penyusun terdorong untuk menyusun makalah ini yang membahas mengenai
“Koloid”.

Kimia permukaan didefinisikan secara umum sebagai kajian reaksi kimia di permukaan. Hal ini
berkaitan erat dengan fungsionalisasi permukaan yang bertujuan mengubah susunan kimia
permukaan dengan menambahkan unsur tertentu atau gugus fungsi yang menghasilkan berbagai
dampak yang diinginkan atau peningkatan sifat-sifat permukaan atau antarmuka. Kimia permukaan
juga bertumpangan tindih dengan elektrokimia. Il mu permukaan secara khusus penting untuk bidang
katalis heterogen. Adesi molekul gas atau cairan ke permukaan dikenal sebagai adsorpsi, yang
dapat disebabkan oleh adsorpsi kimia atau adsorpsi fisik. Hal ini juga tercakup dalam kimia
permukaan.
Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat lain,
sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan zat pengadsiopsi. Untuk proses
dalam larutan, jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada beberapa faktor antara lain jenis
adsorpsi, jenis adsorben,luas permukaan adsorben, konsentrasi zat terlarut dan temperatur.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan
masalah adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian dan klasifiklasi koloid dan kimia permukaan?
2. Bagaimana sifat-sifat koloid dan kimia permukaan?
3. Bagaimana preparasi (penyiapan) koloid dan kimia permukaan?
4. Bagaimana sifat optis koloiddan kimia permukaan?
5. Bagaimana peristiwa elektrokinetik?
6. Apa kegunaan koloid dan kimia permukaan dalam kehidupan sehari-hari?

.1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penulisan ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pengertian dan klasifiklasi koloid.
2. Mendeskripsikan sifat-sifat koloid.
3. Mendeskripsikan preparasi (penyiapan) koloid.
4. Mendeskripsikan sifat optis koloid.
5. Mendeskripsikan peristiwa elektrokinetik.
6. Mendeskripsikan kegunaan koloid dalam kedidupan sehari-hari.
7. Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh nilai pada Mata Kuliah Kimia Fisika.
BAB II

PEMBAHASAN
A. KOLOID

2.1 Pengertian Koloid


Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi
(campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau
suspensi.
Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat
dibuat dalam keadaan koloid.
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh,
seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem
koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid.
Karena sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus mempelajarinya
lebih mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan benar dan dapat bermanfaat untuk diri
kita.
Koloid adalah suatu sistem campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi akan memisah setelah
waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil.
Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
 Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
 Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid

Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi


sebagai berikut :

Fase Pendispersi Nama koloid Contoh


Terdispersi

Gas Gas Bukan koloid, karena gas


bercampur secara homogen

Gas Cair Busa Buih, sabun,


ombak, krim
kocok
Gas Padat Busa padat Batu apung,
kasur busa

Cair Gas Aerosol cair Obat semprot,


kabut, hair
spray di udara

Cair Cair Emulsi Air santan, air


susu, mayones

Cair Padat Gel Mentega,


agar-agar

Padat Gas Aerosol padat Debu, gas


knalpot, asap

Padat Cair Sol Cat, tinta

Padat Padat Sol Padat Tanah, kaca,


lumpur

2.2 Sifat Koloid


a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana
jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar
ke segala jurusan.
Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit berwarna
biru pada siang hari dan jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat jika ada
sinar masuk melalui celah.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus
menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena
gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.
c. Adsorbsi Koloid
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi
digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan
senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid
tidak akan saling menggerombol.
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan bermuatan - dan
tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
d. Muatan Koloid Dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid.
Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke
dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan
bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan
muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan
untuk menggumpalkan debunya.
e. Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya
berlawanan.
Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:
 Perubahan suhu.
 Pengadukan.
 Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
 Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:
1. Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
2. Kimia
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh: susu + sirup masam —> menggumpal
lumpur + tawas —> menggumpal
Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.
Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang
bermuatan negatif.
f. Koloid Liofil Dan Koloid Liofob
 Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di
sekeliling koloid.
Contoh: agar-agar.
 Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil,
cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian
medium pendispersi dari elektrolit.
g. Emulasi
Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid stabil, ke dalam
koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat penyetabil agar koloid stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai emulsifier.
h. Kestabilan Koloid
a) Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid
tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung.
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
b) Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat
tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi
Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.
i. Permukaan Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan
koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke kantong
yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion
saja dan tidak dapat dilewati molekul koloid.
Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion
dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam
kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang
disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses
dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut harus menjalani “cuci
darah” dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan
penyaring ultra.

2.3 Pembuatan Sistem Koloid


1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara penggumpalan
partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan elektrolit
sehingga menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO3 + NaCl —> AgCl(s) + NaNO3
2) Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat dibuat dengan
mereaksikan suatu zat dengan air.
Contoh: AlCl3 +H2O —> Al(OH)3(s) + HCl
3) Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
Contoh: pada larutan emas
Reaksi: AuCl3 + HCOH —> Au + HCl + HCOOH
Emas formaldehid
4) Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam laruatn H 3AsO3
encer pada suhu tertentu.
Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S —> 6 H2O + As2S3
5) Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke dalam
larutan kalsium asetat jenuh.

2. Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil partikel
suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.
1) Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat, dengan
menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.
Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid dengan
kotoran air.
Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian didispersikan
dalam air.
Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula (1:1) pada penggiling
koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang menjadi sol.
2) Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan menambahkan ion
sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah.
Contoh: sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.
sol NiS dengan menambahkan H2S.
karet dipeptisasi oleh bensin.
agar-agar dipeptisasi oleh air.
endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.
3) Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan mencelupkan 2 kawat
logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air, sehingga kawat logam akan membentuk
partikel koloid berupa debu di dalam air.
4) Cara Ultrasonik
yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)
Campuran heterogen.
Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air. Campuran
heterogen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem koloid termasuk dalam bentuk
campuran. Campuran terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Suspensi, contoh: pasir dalam air.
b. Koloid, contoh: susu dengan air.

2.4 Komponen Penyusun Koloid


1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.
2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak.

2.5 Bentuk Partikel Koloid


1. Bulatan : misalnya virus, silika.
2. Batang : misalnya virus.
3. Piringan : misalnya globulin dalam darah.
4. Serat : misalnya selulosa.
2.6 Penggunaan Sistem Koloid
1. Obat-obatan : salep, krim, minyak ikan.
2. Makanan : es krim, jelly dan agar-agar.
3. Kosmetik : hair cream, skin spray, body lotion.
4. Industri : tinta, cat.

2.7 Beberapa Macam Koloid


1. Aerosol
adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas.
Contoh: aerosol padat : debu, asap.
aerosol cair : kabut, awan.
Bahan pendingin dan pendorong yang sering digunakan adalah Kloro Fluoro Karbon (CFC).

2. Emulsi
adalah sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang tidak dapat
bercampur. Misalnya: Emulsi minyak dalam air: santan, susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air
dalam minyak: mentega, minyak rambut, minyak bumi.
Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu zat yang dapat
tertarik oleh kedua zat cair tersebut.
Contoh: sabun untuk mengemulsikan minyak dan air.
kasein sebagai emulgator pada susu.
B. KIMIA PERMUAKAAN

2.8 Pengertian Kimia Permukaan


Kimia permukaan dapat diartikan secara umum sebagai kajian reaksi kimia di permukaan. Hal
ini selaras erat dengan fungsionalisasi permukaan yang bertujuan mengubah susunan kimia
permukaan dengan menambahkan unsur tertentu atau gugus fungsi yang berproduksi berbagai
dampak yang diinginkan atau peningkatan sifat-sifat permukaan atau antarmuka. Kimia permukaan
juga bertumpang tindih dengan elektrokimia. Pengetahuan permukaan secara khusus penting untuk
segi katalisis heterogen.

Adesi molekul gas atau cairan ke permukaan dikenal sebagai adsorpsi, yang dapat disebabkan oleh
adsorpsi kimia atau adsorpsi fisik. Kedua hal ini juga tercakup dalam kimia permukaan.

2.9 Tegangan Permukaan


Tegangan permukaan adalah banyaknya kerja yang dibutuhkan untuk memperluas
permukaan cairan sebesar satu satuan luas. Atau tegangan permukaan (γ ) adalah gaya yang
diberikan (F) dibagi dengan luas (W) dari permukaan membran, dibagi lagi dengan 2 karena ada dua
permukaan yang terlibat.
F
γ=
W
 Kecenderungan permukaan cairan untuk memperkecil luas permukaan secara spontan
 Molekul yang berada di dalam cairan akan mengalami gaya tarik menarik yang sama
besar ke segala arah
 Molekul pada permukaan cairan akan mengalami gaya resultan yang mengarah ke
dalam cairan akibatnya molekul pada permukaan cairan cenderung untuk menyusut .

Tegangan
permukaan
γ
suatu cairan
adalah
banyaknya
kerja yang
dibutuhkan
untuk
memperluas
permukaan
cairan
sebanyak
satu satuan
luas
• Satuan
cgs : erg cm
-2
atau dyne
cm
-1


Satuan SI :
Nm
-1


1 dyne cm
-1
= 10
-3
Nm
-1
2.9.1 Adsorpsi

Apabila pada permukaan antara dua fasa ditambahkan komponen ke tiga maka akan teradsorpsi
pada permukaan
 Contoh: penambahan sabun untuk menstabilkan
emulsi air dalam minyak , molekul sabun
teradsorpsi pada permukaan kedua cairan dan
menurunkan tegangan permukaan
 Kompone ke tiga merupakan surface active atau surfaktan .
 Molekul mempunyai gugus polar dan non polar gugus polar larut dalam medium polar, non
polar larut dalam minyak
 Kecenderungan molekul surface active berkumpul pada permukaan akan menyebabkan
penurunan tegangan permukaan disebabkan surfaktan menghasilkan tekanan permukaan
untuk melawan kecederungan penyusutan
2.9.2 Permukaan gas – padatan

 Bila gas bersentuhan dengan permukaan padatan , gas akan teradsorpsi pada permukaan
padatanPermukaan

 padatan merupakan adsorben sedang gas yang teradsorpsi disebut adsorbat Gaya yang
menyebabkan molekul gas terikat pada permukaan padatan adalah gaya van der
waals( adsorpsi fisik) atau gaya kimiawi (chemisoption)

 Fisisorpsi

 Terjadi antar aksi van der waals , antara adsorben dan substrat , antar aksi lemah mudah
lepas

 Kimisorpsi

 Partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia Cenderung kuat
BAB III

PERHITUNGAN DAN PENYELESAIAN

1.jari-jari tabung kapiler gelas0,01cm.hitung tinggi kenaikan air dalam tabung kapiler ini.
0c

Dik: γ 25
H O =72,75 dyne cm
2
−1

g= 980,7 cm det −2

ρ=1 gr cm 3

Penyelesaian :

Sudut kontak air dan gelas <<<<<<sehingga cos θ=1 maka,

2 γ cos θ
h=
rgρ

2(72,72dyne . cm−1)
h=
( 0,01cm ) ( 980,7 cm det −2 ) (1 gr . cm3)

h=14,8 cm

2.dengan menggunakan microtone,suatu permukaan larutan dengan luas 0,031 m 2, berhasil dikikis

gr
2,30gr larutan asam hidroksisinamat. Konsentrasi asam hasilkikisan 4,0130 Sedangkan
kg air ,

gr
konsentrasi larutan 4,000 0c
kg air , pada 25

Hitung konsentrasi yang terdapat pada permukaan, r 2dengan menggunakan metode Langmuir
(microtone).

Penyelesaian

 Kelebihan konsentrasi asam pada permukaan:


gr gr
(
¿ 4,0130
kg
−4,000
kg )
gr
¿ 0,0130
kg
-berat asam yang berhasil dikikis:

(¿ 2,30 gr X 0,0130 kggr ) =2,99.10 −5

1000
-jumlah mol asam yang berhasil dikikis:

(¿ 2,30 gr X 0,0130 kggr ) X 1


1000 150 mol
¿ 1,99933.10−7 mol

-luas permukaan 0,031m 2,maka:


r 1,99933.10
−7 mol
2=
( 0,031 m
2 )
mol
¿ 6,43. 10−6
m2

3. jika terdapat 200gr larutan zat dengan kadar 25% massa.kemudian larutan ini di encerkan sampai
kadar 10% massa.berapa banyaknya air yang ditambah dalam satuan gram

Penyelesaian

Dik: kadar Aawal =25%

kadar Aakhir =10%

Massa larutan zat A =200gr

Dit: banyak air…?

 Massa A= kadar Aawal X massa larutan

25
¿ X 200
100

¿ 50 gr

 Massa larutan akhir=massa larutan awal +massa air tambahan


Massa A kadar A akhir
 =
massalarutan awal+massa air tambahan 100 %
50 10 %
¿ =
200+massa air tambahan 100 %
¿ 50 X 100 %=10 % ¿
5000=2000+10.massa air ta mbahan
3000
massa air tambahan= =300gr
10

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih dimana partikel-partikel
zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.Sistem koloid adalah suatu campuran yang
keadaannya terletak diantara campuran homogen (larutan) dan heterogen (suspensi).

Sistem koloid terdiri atas dua fase yakni fase terdispersi (fase dalam) danfase pendispersi (fase luar,
medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zatpendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah
merupakan za tterdispensi.

Sifat-sifat Koloid yaitu : efek tyndall, gerak brown, adsorpsi koloid, muatankoloid sol, koagulasi, dan
koloid pelindung.

Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesarpartikel larutan atau
memperkecil partikel suspensi.

Ada dua metode dasardalampembuatansistemkoloidsol,yaitu:

- Metode kondensasi

- Metode dispersiUntuk pertikel-partikel yang mengganggu

pembuatan sistem koloid,digunakan metode pemurnian yaitu: dialisis, elektrodialisis, dan


penyaringultra.

Kimia permukaan adalah ilmu yang mempelajari fenomena yang terjadi pada antar permukaan dua
fase zat termasuk,padatan-cairan,padatan-gas,padatan-ruang hampa,dan cairan gas.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Hiskia.2001.Kimia Larutan.Bandung:PT.Citra Aditya Bakti

Brady,James E.1999.Kimia Universitas Asas dan Struktur.Terjemahan Dra.sukmariah


maun,Dra.Kamianti Anas,Dra.Tilda S.Sally.General Chemisty Prinsiples and
Structure.1990.Jakarta:Binapura Aksara

Keenan,CharlesW.,Donald C Kleinfelter,Jesse H.Wood.1984.Kimia Untuk Universutas.Terjemahan


Aloysius Hadyana Pudjaatmaka,Ph.D.General College Chemisrty.1980.Jakarta:Erlangga.

Oxtoby,David W.,H.P.Gillis,Norman H.Nachtrieb.2001.Prinsip-Prinsip Kimia Modern.Terjemahan


Suminar Setiati Achmad,Ph.D.Prinsiple of Modern Chemistry.1990.Jakarta:Erlangga.

Rumiati.2001.Adsorpsi IonCr 3+¿ ¿ oleh Abu Sekam Padi Varietas Ir 64.Skripsi.Jurusan Pendidikan
kimia.Fakultas FMIPA IKIP.Negeri Sigaraja.

Sukardjo.1997.Kimia Fisika.Jakarta:Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai