Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunianya sehingga penyelesaian tugas makalah

ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Makalah ini disusun dan dikemas dari berbagai sumber sehingga memungkinkan untuk
dijadikan referensi maupun acuan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
bidang studi kimia, dan lebih lanjut semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan seputar Sistem Koloid.

Dalam penyusunan makalah ini, kami tim penyusun telah berusaha semaksimal mungkin
sesuai kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian kami
berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah ini meskipun tersusun sangat sederhana.

Kami menyadari tanpa kerja sama antara guru pembimbing dan pihak lain yang memberi
berbagai masukan yang bermanfaat bagi kami demi tersusunnya makalah ini. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak tersebut diatas yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Makalah ini juga tidak sempurna, memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu kami
mohon untuk saran dan kritiknya yang membangun. Atas kesediaan waktunya untuk membaca
makalah ini, kami ucapkan terima kasih.

Pontianak, April 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................1


1.2 Tujuan Penelitian..............................................................................................................2
1.3 Manfaat Penelitian............................................................................................................2

BAB II DAMPAK NEGATIF KOLOID.........................................................................3

2.1 Pengertian Sistem Koloid.................................................................................................3


2.2 Jenis-jenis Koloid..............................................................................................................3
2.3 Sifat-sifat Koloid’.............................................................................................................5
2.4 Penerapan Sistem Koloid di Kehidupan Sehari-hari........................................................8
2.5 Dampak Negatif Penggunaan Koloid.............................................................................11
2.6 Cara Menanggulangi Dampak Negatif Koloid...............................................................12
2.7 Hasil Wawancara ............................................................................................................18

BAB III PENUTUP.........................................................................................................19

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................19
3.2 Saran...............................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................20

LAMPIRAN.........................................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai
bidang. Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita
makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses
sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup merupakan suatu
koloid sehingga proses – proses dalam sel melibatkan sitem koloid. Dalam kehidupan sehari-hari
ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat
tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen.

Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur
secara merata dengan air panas. Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat
yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam
udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam
tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun
untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang
melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang
menghasilkan cahaya warna merah merupakan sistem koloid.

Sistem koloid dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan, salah satu contoh sistem
koloid yang menguntungkan adalah penjernihan air dengan tawas, air dan tawas merupakan
koloid, sedangkan sistem koloid yang merugikan adalah adanya polusi udara akibat asap-asap
yang timbul dari pembakaran sampah dan pembuangan limbah detergen ke perairan air.

Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam keadaan
murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya. Campuran suatu zat akan tetap
mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh
sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-
masing zat bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang bersangkutan. Banyak ragam
bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada makalah ini hanya akan
dibahas tentang asap-asap yang timbul dari pembakaran sampah dan pembuangan limbah
detergen ke perairan air.

Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi
karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni
dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar
oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup

1
di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Lingkungan perairan yang
tercemar limbah detergen kategori keras dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan
membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut. Selain itu
banyak dari kita yang belum tahu bahaya atau dampak yang ditimbulkan dari bahan-bahan kimia
yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut berasal dari
hasil pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik,
kendaraan bermotor, bahkan pembakaran sampah sekalipun. Selain itu, gas dan asap merupakan
hasil oksidasi dari berbagai unsure penyusun bahan bakar, yaitu CO2 (karbondioksida), CO
(karbonmonoksida), Sox (belerang oksida), dan NOx (nitrogen oksida).

1.2 Tujuan Penulisan


a. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koloid
b. Dapat mengetahui jenis-jenis koloid
c. Dapat mengetahui sifat-sifat koloid
d. Dapat mengetahui penerapan koloid di kehidupan sehari-hari
e. Dapat mengetahui dampak negative koloid
f. Dapat mengetahui cara menanggulangi dampak negative koloid\

1.3 Manfaat Penulisan


Tujuan penulisan karya ilmiah ini, selain sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas
kimia, juga diharapkan untuk memberi manfaat bagi kami, dan para pembaca khusunya siswa
agar lebih mengerti tentang materi kimia khususnya materi “SISTEM KOLOID” .

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KOLOID


Istilah Koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan inggris, Thomas Graham.
Sewaktu mempelajari sifat difusi beberapa larutan melalui membrane kertas perkamen,
Graham menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan kanji,
gelatin, dan putih telur sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi. Zat- zat yang sukar
berdifusi tersebut disebut koloid.

Tahun 1907, Ostwald mengemukakan istilah sistem terdispersi bagi zat yang terdispersi
dalam medium pendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan
medium pendispersi adalah zat pelarut. Sistem Koloid adalah suatu campuran heterogen antara
dua zat atau lebih dimana partikel-patikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar
merata dalam zaat lain (medium pendispersi).

2.2 JENIS-JENIS KOLOID


Berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya, Koloid dikelompokkan menjadi
delapan jenis, yaitu :

No Fase Medium Nama Contoh


Terdispersi Pendispersi Koloid
1 Padat Padat Sol Padat Gelas bewarna, intan hitam, paduan
logam
2 Padat Cair Sol Sol emas, sol belerang, tinta, cat,
tanah liat
3 Padat Gas Aerosol Asap, debu

3
Padat
4 Cair Gas Aerosol Cair Kabut, awan, embun
5 Cair Cair Emulsi Susu, Santan, Minyak ikan,
Mayonise
6 Cair Padat Emulsi padat Jelly, Mutiara, keju, mentega,nasi
7 Gas Cair Buih/Busa Buih sabun,krim kocok,pasta
8 Gas Padat Buih Padat Karet busa, batu apung, kerupuk

1.     Sol 
Merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi berupa zat padat dalam medium
pendispersi zat  cair.Contohnya sol sabun, sol deterjen, sol kanji.

2. Aerosol
Merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi padat atau cair dalam medium
pendispersi gas.Contoh  produk yang dibuat dalam bentuk aerosol, hairspray, semprot
obat nyamuk, farfum, cat semprot. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan
pendorong(propelan aerosol). Bahan pendorong yang banyak digunakan adalah CFC dan
karbon dioksida.

3. Emulsi
Merupakan sistem koloid  dengan fase terdispersi cair dalam medium pendispersi cair.
Syarat terjadinya   emulsi adalah kedua jenis zat cair tersebut tidak saling
melarutkan.Emulsi digolongkan ke dalam dua bagian yaitu :

-          Emulsi minyak dalam air ( M/A )


    Contoh : santan, susu, lateks
-          Emulsi air dalam minyak ( A/M )
     Contoh : mayonaise, minyak bumi, minyak ikan
Untuk membuat emulsi diperlukan zat pengemulsi (emulgator). Contohnya, sabun
mengemulsikan minyak ke dalam air, kasein dalam susu, kuning telur dalam mayonaise.

4. Buih

Merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi gas  dalam medium pendispersi cair.
Seperti halnya emulsi untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun,
deterjen, protein. Buih digunakan pada proses pengolahan biji logam, pada alat pemadam
kebakaran.Adakalanya buih tidak dikehendaki, untuk memecah/mencegah buih dapat
digunakan zat eter, isoamil alkohol.

4
5. Gel

 Merupakan koloid yang setengah kaku ( antara padat dan cair).Contohnya agar-agar, lem
kanji, selai, gelatin, gel silika. Gel dapat terbentuk dari sol yang zat terdispersinya
mengadsorpsi medium pendispersinya.

2.3 SIFAT-SIFAT KOLOID

1.    Efek tyndal

Salah satu cara yang termudah untuk mengenali koloid dengan menjatuhkan seberkas
cahaya kepada objek. Larutan sejati akan meneruskan cahaya, sedangkan sistem koloid
akan menghamburkan cahaya. Contoh lainnya adalah cahaya matahari yang masuk
rumah melewati celah akan terlihat jelas. Hal itu dikarenakan partikel debu yang
berukuran koloid akan menghamburkan sinar yang datang.

Sifat penghamburan cahaya oleh sistem koloid ditemukan oleh seorang ahli fisika
Inggris, John Tyndall (1820-1893). Oleh karena itu, sifat ini disebut efek Tyndall . Efek
Tyndall merupakan salah satu hal yang membedakan antara larutan sejati dan system
koloid.

Efek Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna biru
sedangkan pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga atau merah.
Hal itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid di angkasa
dan tidak semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan dengan intensitas sama.

Jika intensitas cahaya yang dihamburkan berbanding lurus dengan frekuensi, maka pada
waktu siang hari ketika matahari melintas di atas kita frekuensi paling tinggi (warna biru)
yang banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna biru. Sedangkan ketika
matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah (warna merah) lebih banyak
dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna jingga atau merah.

2. Gerak brown

Telah disebutkan bahwa partikel koloid dapat menghamburkan cahaya. Jika diamati
dengan mikroskop ultra, di mana arah cahaya tegak lurus dengan sumbu mikroskop, akan
terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terusmenerus dengan gerak patah-patah (gerak

5
zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai dengan nama
penemunya, seorang ahli biologi Robert Brown berkebangsaan Inggris.

Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar, sehingga
tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown,
tetapi tidak dapat diamati. Makin tinggi suhu makin cepat gerak Brown karena energi
kinetik molekul medium meningkat, sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat.
Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena
bergerak terus-menerus, maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi,
sehingga tidak mengalami sedimentasi.

3. Adsorpsi

Adsorpsi merupakan proses penyerapan permukaan. Hal ini dapat terjadi karena partikel
koloid mempunyai permukaan yang luas, sehingga partikelpartikel yang teradsorpsi
terkonsentrasi pada permukaan partikel koloid. Partikel koloid (terutama koloid sol),
baik partikel netral maupun partikel bermuatan, mempunyai daya adsorpsi yang baik
terhadap partikel-partikel pendispersi pada permukaannya. Sifat adsorpsi koloid ini
banyak digunakan dalam berbagai proses, yaitu

 Proses penjernihan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas (Al2(SO4)3)


pada air. Di dalam air, Al2(SO4)3 akan terhidrolisis menjadi Al(OH)3 yang
merupakan koloid. Koloid ini dapat mengadsorpsi zat pencemar dalam air serta dapat
menggumpalkan lumpur.

 Pada proses pemurnian gula pasir. Gula yang masih kotor dilarutkan dalam air panas
kemudian dialirkan melewati sistem koloid yaitu tanah diatom. Akibatnya, kotoran
yang terdapat pada gula akan teradsorpsi sehingga didapatkan gula yang putih bersih.

 Pada deodoran dan anti perspiran (zat anti keringat). Anti perspiran mengandung
senyawa aluminium seperti aluminium klorohidrat yang dapat memperkecil pori
keringat. Sedangkan, deodorant mengandung seng peroksida, parfum, dan zat anti
septic yang dapat menghentikan aktivitas bakteri sehingga dapat
menghilangkan bau tidak sedap.

  Pembuatan Obat Norit


Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif. Jika diminum, di dalam usus norit
membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau racun.

6
4. Elektroforesis

Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. Apabila ke dalam
sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode, kemudian dihubungkan dengan sumber
arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada
jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif),
sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dengan
demikian, elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.

Elektroforesis banyak digunakan dalam industri, misalnya pelapisan antikarat (cat) pada
badan mobil. Partikel-partikel cat yang bermuatan listrik dioleskan pada badan mobil
yang dialiri muatan listrik berlawanan dengan muatan cat. Pelapisan logam dengan cat
secara elektroforesis lebih kuat dibandingkan cara konvensional seperti pakai kuas.

5. Dialisi

Dialisis adalah suatu teknik pemurnian koloid yang didasarkan pada perbedaan ukuran
partikel-partikel koloid. Dialisis dilakukan dengan cara menempatkan dispersi koloid
dalam kantong yang terbuat dari membrane semipermeabel, seperti kertas selofan dan
perkamen. Selanjutnya merendam kantong tersebut dalam air yang mengalir. Oleh karena
ion-ion atau molekul memiliki ukuran lebih kecil dari partikel koloid maka ion-ion
tersebut dapat pindah melalui membran dan keluar dari sistem koloid. Adapun partikel
koloid akan tetap berada di dalam kantung membran.

6. Koagulasi

Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi Peristiwa koagulasi pada koloid dapat
diakibatkan oleh peristiwa mekanis atau peristiwa kimia.

•      Peristiwa mekanis
Misalnya pemanasan atau pendinginan.

Contoh:
 Darah merupakan sol butir-butir darah merah dalam plasma darah, bila
dipanaskan akan menggumpal.
 Agar-agar akan menggumpal bila didinginkan.

Peristiwa kimia di atas telah disebutkan bahwa koloid dapat distabilkan oleh muatannya.
Apabila muatannya ini dilucuti maka akan terjadi penggumpalan, yaitu dengan cara :
7
 Menambahkan elektrolit ke dalam sistem koloid tersebut. Koloid yang bermuatan
negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan
positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk
selubung lapisan ke dua. Apabila selubung lapisan kedua ini terlalu dekat maka
selubung ini akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin
besar muatan ion makin kuat daya menariknya dengan partikel koloid, sehingga
makin cepat terjadi koagulasi.

  Dengan sel elektroforesis. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel
elektroforesis, maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode.
Koloid yang bermuatan negative akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid
bermuatan positif digumpalkan di katode.

Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari:

1.Pembentukan delta di muara sungai , terjadi karena koloid tanah liat (lempung) dalam
air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.

2. Asap atau debu dari pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik Cottrel.

3. Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.

2.4 CONTOH KOLOID DALAM KEHIDUPAN SEHARI- HARI


1. Penerapan efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari.

Efek Tyndall adalah proses penghamburan cahaya pada partikel koloid. Dalam kehidupan
sehari-hari, efek Tyndall diterapkan pada:

a. Penggunaan lampu sorot mobil pada kondisi cuaca berkabut. Lampu mobil akan lebih
terang pada kondisi berkabut daripada kondisi cuaca cerah.

b. Sorot lampu mercusuar yang terlihat lebih terang pada kondisi malam yang berkabut
dibandingkan pada malam yang cerah.

c. Pada saat ada orang yang merokok di dalam bioskop, sorot lampu proyektor akan
terlihat jelas, sedangkan gambar film yang ada di layar tidak terlihat jelas.

2. Penerapan koagulasi dalam kehidupan sehari-hari.

8
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid dengan menambahkan bahan
elektrolit yang berbeda muatan. Dalam kehidupan sehari-hari, penerapan koagulasi dapat
ditemukan pada proses-proses berikut.

a. Proses penjernihan air

Pada proses penjernihan air, kita dapat menambahkan Tawas KAl(SO₄)₂ ke dalam air.
Tawas akan membentuk koloid Al(OH)₃ yang akan menggumpalkan kotoran-kotoran di
air, lalu mengendapkannya sehingga kotoran-kotoran tersebut terpisah dari air.

b. Pengolahan karet

Karet diperoleh dari lateks ( karet mentah). Proses pemisahan karet dari lateks dapat
dilakukan dengan menambahkan asam asetat atau asam formiat ke dalam lateks.
Penambahan asam asetat dan asam formiat ini berfungsi untuk menggumpalkan karet
sehingga karet terpisah dari lateks.

c. Proses pembuatan tahu

Tahu dibuat dengan menghaluskan kacang kedelai yang bercampur dengan air, kemudian
disaring sehingga diperoleh filtrat susu kedelai. Susu kedelai ditambahkan zat elekrolit
CaSO₄.2H₂O yang dikenal di kehidupan sehari-hari sebagai batu tahu. Penambahan batu
tahu berfungsi untuk menggumpalkan protein yang ada pada susu kedelai sehingga
menjadi tahu.

3. Penerapan adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari.

Permukaan koloid memiliki kemampuan menyerap ion. Hal ini yang menyebabkan
partikel koloid memiliki muatan. Proses penyerapan ion pada permukaan koloid disebut
adsorpsi. Dalam kehidupan sehari-hari, sifat adsorpsi dapat dimanfaatkan untuk hal-hal
berikut.

a. Pemutihan gula pasir

Gula pasir atau gula tebu yang masih mengandung partikel pengotor akan berwarna
cokelat atau berwarna kuning. Gula pasir dapat diputihkan dengan melarutkannya dengan
air panas, kemudian dialirkan melalui tanah diatom yang berasal dari rangka tumbuhan
air. Gula pasir juga dapat diputihkan dengan menambahkan karbon. Karbon adalah
adsorben yang dapat mengikat partikel-partikel zat pengotor gula.

b. Obat sakit perut (norit)

9
Norit mengandung serbuk karbon yang berasal dari arang kayu tertentu. Norit digunakan
sebagai obat sakit perut. Norit di dalam perut akan bercampur dengan cairan yang ada di
usus membentuk koloid. Koloid yang terbentuk akan menyerap zat racun atau bakteri
patogen yang berada di dalam usus.

c. Deodoran
Deodoran dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk menghilangkan bau badan.
Bahan aktif yang terkandung di dalam deodorant adalah senyawa kimia aluminium
klorohidrat Al₂(OH)₅ Cl.2H₂O. Ion aluminium klorohidrat memiliki fungsi memperkecil
pori-pori kelenjar keringat dengan menggumpalkan cairan di dalam keringat sehingga
jumlah keringat yang dihasilkan tidak berlebihan.

4. Penerapan koloid pelindung dalam kehidupan sehari-hari.

Koloid pelindung adalah koloid yang memiliki kemampuan untuk menstabilkan koloid
yang lain. Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari diantaranya sebagai berikut.

a.  Gelatin digunakan dalam pembuatan es krim. Gelatin berfungsi mencegah terjadinya


pengkristalan pada es krim agar diperoleh es krim yang lembut.

b.  Kasein adalah koloid pelindung yang secara alami terdapat pada susu.

5. Penerapan dialisis dalam kehidupan sehari-hari

Dialisis adalah proses pemisahan koloid dengan larutan sejati melalui selaput membran
semipermiabel. Prinsip dialisis dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk membantu
pasien yang mengalami masalah dengan ginjal (gagal ginjal). Pada penderita gagal ginjal,
fungsi ginjalnya tidak sempurna. Ginjal berfungsi untuk menyaring darah yang
mengandung urea sisa metabolisme tubuh. Seharusnya jika ginjal masih baik, darah yang
keluar dari ginjal sudah bersih tidak mengandung urea. Pasien gagal ginjal harus
menjalani proses cuci darah dengan menggunakan dialisator sebagai pengganti ginjal.

6. Penerapan elektroforesis dalam kehidupan sehari-hari.

Elektroforesis adalah peristiwa terjadinya pergerakan partikel koloid bermuatan yang


dipengaruhi oleh medan listrik. Jenis muatan partikel koloid dapat ditentukan dengan
elektroforesis. Penerapan elektroforesis dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk
mengurangi pencemaran udara. Asap pabrik hasil buangan industri dapat dibersihkan
dengan menggunakan alat yang bernama Cottrell. Alat ini menggunakan prinsip
elektroforesis. Asap pabrik adalah jenis koloid aerosol padat. Cerobong asap yang
dilengkapi plat kawat listrik dialiri asap pabrik. Partikel padat (zat pengotor) yang
terdapat dalam asap memiliki muatan. Ketika dialirkan ke dalam cerobong, partikel ini

10
akan tertarik oleh plat kawat listrik yang berbeda muatan dengan zat pengotor. Kemudian
zat pengotor ini akan menggumpal, selanjutnya mengendap ke bawah sehingga asap yang
keluar dari cerobong tidak mengandung partikel pengotor lagi.

2.5 DAMPAK NEGATIF KOLOID


1. Dampak Koloid terhadap Pencemaran Udara

Koloid yang kita temukan di udara dalam bentuk partikulat. Partikulat ini adalah koloid
yang fase terdispersinya padat dengan medium pendispersinya gas. Partikulat dapat
berasal dari alam seperti debu atau abu vulkanik dari letusan gunung berapi. Selain itu,
partikulat juga berasal dari kegiatan manusia seperti asap pabrik dan asap kendaraan
bermotor.

Debu dan abu vulkanik yang berasal dari letusan gunung berapi akan mengganggu
pernapasan dan dapat menimbulkan infeksi pernapasan (ISPA). Asap pabrik juga
merupakan sumber pencemar lingkungan. Akan tetapi zat pencemar dari asap pabrik
dapat dihilangkan dengan menggunakan alat yang bernama Cottrel, dengan cara
mengendapkan fase terdispersi yang berupa padatan dari fase pendispersinya yang berupa
gas, sehingga gas yang dilepaskan ke lingkungan tidak mengandung pencemar.
Pada asap kendaraan bermotor, partikulat yang berbahaya adalah logam timbal yang
terkandung di dalam bensin dan dihasilkan dari proses pembakaran TEL (Tetra Ethyl
Lead). Apabila gas ini dibuang ke lingkungan dan terhirup oleh manusia terlalu banyak,
maka akan menimbulkan gejala keracunan mulai dari kejang, sesak napas, batuk, dan
akibat yang paling fatal adalah pendarahan pada sumsum tulang belakang yang dapat
berakhir pada kematian.

2. Dampak Koloid terhadap Pencemaran Air


Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah luput dari penggunaan bahan-bahan jenis
koloid. Penggunaan bahan pembersih seperti deterjen, pembersih lantai, pembersih alat-
alat dapur, sabun, dan shampoo menghasilkan buih. Buih adalah koloid dengan fase
terdispersi gas dalam medium pendispersi cair. Limbah yang dihasilkan dari bahan-bahan
pembersih. Bahan aktif kimianya yaitu Alkyl Benzena Sulfonat (ABS) yang bersifat
sangat sukar untuk diuraikan oleh mikroorganisme. Jika kita membuang sisa cairan

11
pembersih seperti deterjen ke air, maka busa atau buih deterjen akan menutupi
permukaan air dan menghalangi masuknya oksigen ke dalam air. Selain itu juga
merangsang pertumbuhan eceng gondok. Akibatnya mengganggu kehidupan organisme
yang ada di dalam air sekaligus merusak ekosistem air.

2.6 CARA MENANGULANGI DAMPAK NEGATIF KOLOID

1. Penggunaan Cottrel

Contoh alat yang menggunakan prinsip elektroforesis adalah pengendap cottrell. Alat ini
digunakan untuk memisahkan partikel-partikel koloid seperti asap dan debu yang
terkandung dalam gas buangan pabrik. Hal ini bertujuan untuk mengurangi zat-zat polusi
udara, di samping dapat digunakan untuk memperoleh kembali debu berharga seperti
debu arsenik oksida.

12
Mekanisme kerja alat ini adalah sebagai berikut. Gas buangan dialirkan melalui ujung-
ujung logam yang tajam yang telah diberi tegangan tinggi. Ujung-ujung logam ini akan
melepas elektron-elektron dengan kecepatan tinggi yang akan mengionisasi molekul-
molekul di udara. Partikel-partikel koloid dalam gas buangan akan mengadsorbsi ion-ion
ini sehinggan menjadi bermuatan positif. Partikel-partikel koloid selanjutnya akan tertarik
ke elektrode dengan muatan berlawanan dan menggumpal.

2. Pengolahan Sampah

Apa 3R itu ?

Reuse (Guna ulang)  yaitu kegiatan penggunaan kembali


samapah yang masih digunakan baik untuk fungsi
yang sama maupun fungsi lain

Reduce (Mengurangi) yaitu mengurangi segala


sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah

Recycle (Mendaur ulang) yaitu mengolah sampah menjadi produk baru

Contoh kegiatan 3R dirumah tangga

Reuse:

 Gunakan kembali wadah/ kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya
 Misalnya botol bekas minuman  digunakan kembali menjadi tempat minyak goreng
 Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang
 Gunakan baterai yang dapat di charge kembali
 Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan

13
Reduce:

 Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang


 Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah
besar
 Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
 Kurangi penggunbaan bahan sekali pakai

Recycle :

 Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai
 Lakukan pengolahan sampah organic menjadi kompos
 Lakukan pengolahan sampah non organic menjadi barang yang bermanfaat

Contoh kegiatan 3R disekolah/perkantoran/ fasilitas umum

Reuse :

 Gunakan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang


 Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali
 Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis

Reduce :

 Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi


 Gunakan alat tulis yang dapat diisi ulang kembali
 Sediakan jaringan informasi dengan computer (tanpa kertas)
 Maksimumkan penggunaan alat0alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan
ditulis kembali

14
 Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
 Kurangi penggunaan bahan sekali pakai

Recycle :

 Olah sampah kertas menjadi kertas/karton kembali


 Olah sampah organic menjadi kompos

3. Mengolah sampah menjadi pupuk

Untuk membuat pupuk kompos dari sampah organik caranya cukup mudah dan menggunakan
alat-alat yang sederhana. Untuk membuat pupuk kompos kita memerlukan bahan sampah
organik seperti daun gugur, sisa sayuran, rumput, atau juga sampah dari sisa pertanian. Untuk
menghasilkan pupuk kompos yang bagus, sebaiknya sampah organik yang diolah berasal dari
jenis dedaunan. Selain bahan dari sampah organik, untuk membuat pupuk kompos juga harus
dicampur dengan pupuk kandang seperti kotoran kambing atau kotoran sapi. Dan juga

15
menggunakan larutan gula dan bakteri fermentasi yang bisa kita dapatkan dari larutan EM4, yang
banyak tersedia di toko pertanian.

Cara pembuatan

1. Sampah organik yang sudah disiapkan seperti daun gugur, sisa sayuran, rumput dan
sampah lainnya, dipotong sampai berbentuk kecil-kecil. Semakin kecil pemotongan akan
semakin baik, karena berpengaruh pada cepatnya proses pembusukan.

2. Campurkan bahan-bahan yang sudah dipotong kecil dengan pupuk kandang, pupuk
kandang yang mudah digunakan adalah kotoran kambing. Campurkan sampah organik
dan kotoran kambing dengan komposisi 3:1.

3. Siapkan setengah gelas larutan gula atau 100 ml (bisa dibuat dari gula pasir dan air
biasa), menyesuaikan banyaknya bahan sampah organik yang ada.

4. Siapkan 10 ml larutan EM4, jika anda ragu takarannya bisa dilihat cara penggunaannya
yang tercantum dalam botol atau menyesuaikan banyaknya bahan yang akan dibuat.

5. Bahan sampah organik yang sudah dicampur dengan kotoran kambing, kemudian disiram
dengan larutan gula dan larutan EM4, lalu campurkan hingga merata sampai bahan
menjadi basah atau lembab. Jika perlu percikkan air secukupnya agar semua bahan
menjadi cukup basah.

6. Bahan pupuk kompos yang sudah selesai dicampur, kemudian dimasukan ke dalam
wadah, bisa menggunakan bak penampungan, karung, atau plastik besar. Lama proses
fermentasi dari bahan hingga pupuk siap digunakan sekitar 2 – 3 bulan, karena itu untuk
mempercepat prosesnya setiap 2 minggu sekali bahan-bahan tersebut dibolak-balik dan
percikkan air secukupnya untuk menjaga agar tetap basah.

7. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan berkelanjutan, sebaiknya pembuatan pupuk
kompos dilakukan secara periodik. Sehingga pemanfaatannya bisa digunakan secara

16
berkelanjutan dan sampah organik tidak perlu dibuang, karena kita telah bisa mengambil
manfaatnya dengan mengolahnya menjadi pupuk kompos.

4. Mendaur ulang sampah anorganik

Sampah menjadi masalah besar yang seringkali terabaikan dan tidak terlalu mendapat
perhatian oleh masyarakat umum. Padahal masalah sampah bukan saja urusan pemerintah
kota, tapi juga setiap lapisan masyarakat yang ada didalamnya.

Tidak sulit menjaga agar kita tidak terlalu banyak menghasilkan sampah rumah tangga.
Berikut ini ada beberapa langkah yang bisa kamu contoh untuk mengurangi sampah yang
kamu hasilkan setiap harinya.

1. Memanfaatkan kembali botol plastik

Apa yang kamu lakukan dengan botol plastik sisa sabun dan sampo milikmu?
Kebanyakan orang akan membuangnya saat membeli sebotol sabun atau sampo lagi.
Sebenarnya, hal ini merupakan salah satu penyebab timbunan sampah rumah tangga.
Daripada membeli produk dalam botol setiap kali produk yang kamu gunakan
sebelumnya, kamu bisa membeli refill-nya saja dan menyimpannya dalam botol bekas
wadah sebelumnya.

2. Botol atau sachet?

Untuk kamu yang tidak tinggal sendiri atau masih bersama beberapa anggota keluarga,
pilih produk sampo atau sabun dalam botol daripada sachet. Produk sachet akan cepat
habis sehingga memperbanyak jumlah sampah. Sedangkan dengan botol, kamu hanya
perlu membeli refill setiap paling tidak satu bulan sekali saja sehingga kamu juga bisa

17
hemat sampah. Namun jika kamu melakukan perjalanan panjang dalam jangka waktu
singkat, sampo berbentuk sachet bisa jadi pilihan.

3. Daur ulang sampah rumah tangga

Hal ini merupakan langkah yang semakin popular akhir-akhir ini. Berbagai kalangan
sudah banyak mencoba mendaur ulang sampah menjadi produk yang bisa digunakan
kembali. Misalnya, mengubah botol plastik menjadi pot bunga. Selain hemat dan
menarik, hal ini tentunya juga akan aman bagi lingkungan hidup kita.

2.7 Wawancara dengan Ibu Mundayani (Ahli Kesehatan


Poltekes)
1. Apa dampak negatif dari asap pembakaran bagi manusia dan lingkungan?

Dampak negatif dari asap pembakaran khususnya pada manusia yaitu, bisa
menimbulkan suatu penyakit terutama penyakit pernapasan. Contohnya, batuk
kemudian pilek lalu ISPA (Inpeksi Saluran Pernafasan Atas) yang sering banyak
terjadi di lingkungan kita ini akibat adanya pembakaran. Kemusian yang kedua, bagi
lingkungan bisa menyebabkan pencemaran udara, kadang-kadang kalau timbul asap
yang sangat tebal kita tidak bisa melihat dengan jarak pandang yang jauh dan tidak
bisa melihat dengan jelas sehingga jarak pandangnya susah sekali bahkan seringkali
sekolah-sekolah diliburkan karena kabut asap.

2. Kandungan bahan berbahaya apa saja yang ada di asap pembakaran?

Yaitu zat yang terdapat pada asapnya yaitu karbon, khususnya karbon monoksida
yang bisa membahayakan manusia.

3. Apa dampak negatif dari limbah detergen bagi lingkungan?

Dampak negatif penggunaan detergen, kalo misalnya terlalu banyak itu juga pasti
berdampak,kalau terlalu lebih otomatis berdampak kalau tidak terlalu lebih sangat
kurang dampak negatfnya, dampaknya yaitu biasanya lingkungan yang ada disekitar
khususnya pada air, jadi kalo pada air itu bisa merusak pencemaran yang ada di air
seperti hewan yang ada di air tersebut kemudian tumbuh-tumbuhan yang ada
disekitarnya biasanya berakibat karena kebanyakan zat yang ada pada detergen
tersebut.

4. Bagaimana cara menanggulangi dampak negatif asap pembakaran tersebut?

18
Yaitu diadakan undang-undang untuk mencegah pembakaran liar.

5. Apa yang dapat ibu simpulkan dari dampak negatif asap pembakaran dan
limbah detergen?

Kesimpulannya yaitu, asap pembakaran bisa menimbulkan suatu penyakit khususnya


adalah penyakit pernafasan. Yang kedua pada dampak detergen yaitu bisa
menimbulkan suatu pencemaran lingkungan di air, khususnya pada hewan-hewan di
air dan tumbuh-tumbuhan yang ada di air.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam (tanah, air,
dan udara), industri, kedokteran, sistem hidup, dan pertanian. Di industri sendiri, aplikasi
koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang
penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar. Tetapi koloid
juga terdapat banyak dampak negatif jika digunakan secara berlebihan. Seperti
pencemaran air oleh limbah hasil detergen dan pencemaran udara akibat asap hasil
pembakaran.

3.2 Saran

Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan sistem koloid ini, kita harus tetap berpegang
teguh pada prinsip agar apapun yang nantinya akan kita lakukan tidak melanggar norma-
norma yang berlaku di masyarakat sertabtidak merugikan pihak lain. Dengan begitu
semua pihak akan merasa diuntungkan oleh apa yang kita lakukan.

19
DAFTAR PUSTAKA
http://sistemkoloid.tripod.com/kegunaan.htm

http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/38/koloid

http://user.cbn.net.id/johanoni/koloid.html

http://kimiadasar.com/campuran-suspensi-larutan-dan-koloid/

Justiana, Sandri dan Muchtardi.2009.Kimia 2. Jakarta : Yudhistira

Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta :Yudhistira

Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.

Permana,Irvan.2009. Memahami Kimia SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional

Sudarmo,Unggul. 2005. Kimia untuk SMA kelas XI. Surakarta : Erlangga

Utami,Budi. Dkk . 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu alam. Jakarta :

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Wiyarsi,Antuni.2009.Mari belajar Kimia untuk SMA-MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

20
Lampiran

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai