Anda di halaman 1dari 18

Makalah

KIMIA
”SISTEM KOLOID“

Oleh:
Laode Ahmad Syarif Jailani
10527/0053554052

SMA NEGERI 3 KENDARI


KENDARI
2022
DAFTAR ISI
SAMPUL..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR..............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A.latar Belakang.........................................................................................................1
B.Rumusan Masalah...................................................................................................2
C.Tujuan.....................................................................................................................2
D.Manfaat...................................................................................................................2
BAB 2 ISI .............................................................................................................................4
A.Pengertian sistem koloid........................................................................................4
B.Perbedaan larutan,suspensi dan koloid...................................................................4
C.Sistem Dispersi.......................................................................................................5
D.Pengelompokkan koloid..........................................................................................5
E.Sifat Sifat koloid.....................................................................................................6
D.Koloid liofil dan koloid liofob.................................................................................9
E.Pembuatan koloid....................................................................................................9
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................................12
1.Kesimpulan..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha esa atas berkat dan
rahmatnyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kimia ini yang berjudul
“SISTEM KOLOID”.sholawat serta salam juga semoga tercurah kepada Rasulullah Saw
beserta keluarganya, sahabatnya dan kita selaku umatnya yang semoga diberikan
pertolongannya di hari akhir nanti
Kami sangat berharap bahwa pembahasan dalam makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita semua. “tidak ada jalan tanpa tanjakan,
rintangan dan belokan yang tajam”. Itulah yang bisa penulis katakan dalam membuat
makalah ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan
yang jauh dari apa yang kami harapkan.untuk itu, adanya kritik ,saran dan usulan dari teman
sekalian dan guru bahasa Indonesia kami agar penulis lebih baik lagi kedepannya dalam
penyusunan makalah ini.,mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran
yang membangun.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada
Ibu Nurliana selaku guru kimia kami yang telah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini hingga bisa terselesaikan.

Kendari, 26 April 2022


Penulis
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai koloid baik dalam bentuk produk-
produk maupun dalam keadaan terlihat yang biasa dijumpai. Seperti produk sabun,
dan produk aerosol atau yang sering kali kita lihat seperti udara yang berdebu, kabut,
dan lain sebagainya. Sistem Koloid adalah campuran hampir homogen antara fase
terdispersi dan fase pendispersi. Campuran ini hampir homogen, artinya campuran
dua zat hampir menyatu dan sulit dibedakan. Fase terdispersinya bukan dalam bentuk
molekuler (bukan setiap molekul tersebar). Akan tetapi, gabungan dari beberapa
molekul. Jika diambil contoh zat terdispersi air, sistem koloid merupakan dispersi
padatan (gabungan dari molekul) yang tersebar dalam medium pendispersi. Hanya
saja partikel padatan yang terdispersi ini kecil sehingga tidak bisa dibedakan mana
fase terdsipersi dan mana fase pendispersi.
Pada dasarnya setiap konsep dan penerapan serta perlakuan melalui praktik kimia
membutuhkan larutan dan campuran. Di sini akan di bahas mengenai campuran yang
secara khusus yakni campuran koloid. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran
yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi ( larutan kasar). Sistem koloid
ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dengan sifat larutan dan suspensi.
Keadaan bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas,
dan dapat di buat dalam keadaan koloid.
Koloid terdiri dari atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium
pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersikan disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat
diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. Sistem
koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai bidang.
Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan
oleh tubuh, terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma
dalam sel – sel makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui
beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut
dapat bercampur secara merata. Misalnya saja saat kita membuat susu, serbuk atau
tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa
kita konsumsi, mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan
dalam lemari es agar tidak meleleh. Semua itu merupakan contoh sistem koloid.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi
(tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara
yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi
dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid.
Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid
antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan
kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah juga merupakan
sistem koloid.
1
Materi sistem koloid adalah materi dalam ilmu kimia yang memerlukan
pemahaman konseptual. Nyata dan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari hari.
Sub bab yang terdapat dalam materi sistem koloid meliputi pengertian koloid,sistem
dispersi, pengelompokan koloid, sifat sifat koloid,koloid liofil dan liofob dan
pembuatan koloid. Sebagian besar materi materi pada sistem koloid di terapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk aktif menemukan dan
membangun sendiri pemahaman mereka terkait dengan materi sistem koloid agar bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100nm).
Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi
atau gaya lain yang dikenakan kepadanya, sehingga tidak terjadi pengendapan.
Sistem koloid dapat kita temui dalam lingkungan kita sehari-hari. Contohnya saja;
susu, agar-agar, awan, dan udara merupakan beberapa contoh diantara-Nya yang
dapat kita temui dengan mudah dilingkungan kita sehari-hari. Materi koloid menjadi
kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul makalah ini,maka yang dijadikan fokus permasalahan ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan sistem koloid?
2. Jelaskan Perbedaan larutan, Suspensi dan koloid!
3. Apa itu sistem dispersi?
4. Apa apa saja pengelompokan koloid?
5. Bagaimana sifat sifat koloid?
6. Bagaimana Proses pembuatan koloid!
C. Tujuan
Untuk memperjelas arah pembelajaran terkait sistem koloid ini,maka dapat di
rumuskan tujuan dari makalah ini.
1. Agar siswa paham tentang apa itu koloid.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara larutan, suspensi dan koloid.
3. Untuk mengetahui apa itu sistem dispersi.
4. Untuk memahami tentang pengelompokan koloid.
5. Agar dapat mengidentifikasi sifat sifat koloid.
6. Untuk memahami proses terbentuknya koloid itu.
D. Manfaat
1. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai sistem koloid.
2
2. Dapat membedakan sendiri jenis-jenis sistem koloid tersebut.
3. Mengetahui serta dapat mengidentifikasi sendiri sifat sistem koloid.
4.Memahami sistem koloid serta mengetahui asal terbentuknya sistem tersebut.
5. Dapat berguna bagi pembaca jika ingin mempraktikkan sendiri sistem koloid.
3

BAB ll
ISI

A. Pengertian sistem koloid


Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak
antara larutan dan suspensi (campuran kasar), contohnya lem, kanji, santan, dan
jeli. Analisis sistem koloid diawali oleh percobaan Thomas Graham. Thomas
Graham menemukan bahwa berbagai larutan misalnya HCl dan NaCl mudah
berdifusi,Sedangkan zat-zat seperti kanji, gelatin dan putih telur sangat lambat
atau sama sekali tidak berdifusi. Ia menemukan waktu difusi relatif untuk berbagai
zat. Oleh karena zat yang mudah berdifusi biasanya berbentuk kristal dalam
keadaan padat, Graham menyebutnya kristaloid. Sedangkan, zat-zat yang sukar
berdifusi disebutnya koloid. Istilah koloid berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“kolla” dan “oid”. Kolla berarti lem sedangkan oid berarti seperti. Dalam hal ini
yang dikaitkan dengan lem adalah sifat difusinya, sebab sistem koloid mempunyai
nilai difusi yang rendah seperti lem. Untuk memahami sistem koloid, kita dapat
membandingkan tiga jenis campuran yaitu campuran kopi dalam air, campuran
garam dalam air dan campuran susu dalam air.
Ketika kita mencampurkan kopi dalam air, ternyata kopi tidak larut dalam air.
Walaupun campuran ini diaduk, lambat laun kopi akan memisah (mengalami
Sedimentasi). Campuran seperti ini kita sebut suspensi. Suspensi bersifat
heterogen, tidak kontinu, sehingga merupakan sistem dua fase. Ukuran partikel
tersuspensi lebih besar dari 100 nm. Suspensi dapat dipisahkan dengan
penyaringan.
Selanjutnya, jika kita campurkan susu (misalnya susu bubuk) dalam air,
ternyata ―susu‖ larut tetapi ―larutan‖ itu tidak bening melainkan keruh. Jika
didiamkan campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan
penyaringan (hasil penyaringan tetap keruh). Secara mikroskopik, campuran ini
homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat
dibedakan partikel-partikel lemak susu tersebar dalam air. Campuran seperti ini
yang disebut koloid. Ukuran partikel koloid berkisar antara 1 nm-100 nm.
Jadi, koloid adalah campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase. Dua
fase ini meliputi zat terlarut sebagai partikel koloid atau yang sering dikenal
dengan fase terdispersi serta zat yang merupakan fase kontinu dimana partikel
koloid terdispersi yang disebut medium pendispersi. Ukuran partikel koloid
berkisar antara 10-7 – 1—5 (1-100 nm). Ukuran inilah yang membedakan koloid
dengan larutan dan suspensi.

B. Perbedaan larutan, suspensi dan koloid


1.Larutan
Larutan adalah sistem dispersi yang partikel-partikel zat terdispersi dan partikel
medium pendispersinya tidak dapat dibedakan, bahkan jika menggunakan
mikroskop ultra.
2. Suspensi
Suspensi adalah sistem dispersi yang terdiri dari partikel-partikel terdispersi
yang
4
Relatif besar dan tersebar merata di dalam medium pendispersinya. Dengan
demikian, sistem dispersi tersebut bersifat heterogen. Contohnya adalah air kapur,
campuran air, dan pasir
3. Koloid
Koloid adalah sistem dispersi yang terdiri dari partikel-partikel kecil dari suatu
zat, yang disebut fase terdispersi, dalam fase lain, yang disebut medium
pendispersi.
Baik fase terdispersi maupun medium pendispersi dapat berbentuk padat, cair,
atau gas. Sistem dispersi koloid bersifat heterogen.

Berdasarkan pengertian tersebut, salah satu perbedaan antara suspensi dan


koloid adalah suspensi merupakan campuran heterogen dari zat cair dan zat padat
yang dilarutkan dalam zat cair, sedangkan koloid adalah campuran zat heterogen,
antara dua zat atau lebih, dengan partikel-partikel zat yang berukuran koloid
tersebar merata dalam zat lain.
Untuk bentuk campurannya mereka memiliki perbedaan yang berlawanan. Sifat
koloid homogen, namun juga makroskopis. Artinya, ketika kita melihat dari
mikroskop, maka hasilnya heterogen. Berbeda dengan suspensi yang langsung
terlihat masuk ke heterogen. Ukurannya koloid mencapai satu hingga seratus nm.
Sedangkan untuk suspensi akan berukuran lebih dari seratus nm, relatif besar
bukan?
Keduanya memiliki fase yang sama. Koloid dan suspensi memiliki dua fase saja,
berbeda dengan larutan yang hadir dalam satu fase. Perbedaan larutan koloid dan
suspensi selanjutnya adalah kestabilan. Karena jika koloid stabil, suspensinya
akan tidak stabil. Penyaringan suspensi bisa dilakukan karena ukurannya yang
besar. Namun koloid justru tidak bisa, berbeda dengan menggunakan penyaring
ultra yang memuatnya bekerja.
Hal lainnya juga bisa diketahui dari pendiamanan. Untuk suspensinya bisa
memisah dan mengendap. Akan tetapi, berbeda dengan koloid, sebab tidak mau
memisah bahkan sukar mengendap dengan cepat.

C. Sistem Dispersi
Sistem Dispersi Adalah campuran antara zat terlarut dengan zat pelarut.
Dispersi adalah suatu sistem di mana partikel terdistribusi dari satu bahan tersebar
dalam sebuah fase berkelanjutan dari bahan lain. Dua fase tersebut mungkin
berada dalam fase materi yang sama atau fase materi yang berbeda. Dispersi
diklasifikasikan dalam sejumlah cara yang berbeda, seperti seberapa besar partikel
berkaitan dengan partikel fase berkelanjutan, apakah terjadi presipitasi atau tidak,
dan adanya gerak Brownian. Secara umum, dispersi partikel yang cukup besar
untuk sedimentasi disebut suspensi, sedangkan partikel yang lebih kecil disebut
koloid dan larutan.

D. Pengelompokan koloid
Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersi dan fase
pendispersinya. Berdasarkan fase terdispersi, jenis koloid ada tiga, antara lain sol
(fase terdispersi padat), emulsi (fase terdispersi cair), dan buih (fase terdispersi
gas). Koloid dengan fase pendispersi gas disebut aerosol.
1.sol (fase terdispersi padat)
5
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol
2.emulsi( fase terdispersi cair)
Sistem koloid zat cair yang terdispersi dengan zat cair lainnya di sebut emulsi.
Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua Jenis zat cair itu tidak saling melarutkan
3.Buih ( fase terdispersi gas)
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih.sama halnya
dengan emulsi untuk menstabilkan buih dibutuhkan zat pembuih. Misalnya sabun,
detergen dan protein. Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu
pengemulsi( emugaltor)
Berdasarkan fase terdispersi dan pendispersinya, jenis koloid dapat dibagi
menjadi 8 golongan.

1.Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol)


Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat
cair. Contoh sol/gel yaitu agar-agar, pektin(selai), gelatin(jelly), cairan kanji, air
sungai, tinta, cat, gel kalsium asetat dalam alkohol, sol emas, sol Fe(OH)3, sol
Al(OH)3, dan sol belerang.
2. Sistem Koloid Fase Padat-Padat (Sol Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat
padat. Contoh sol padat yaitu kaca berwarna dan logam campuran (aloi) seperti
stainless steel (campuran antara besi, nikel, dan kromium).
3. Sistem Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat
gas. Contoh aerosol padat yaitu asap.
4. Sistem Koloid Fase Cair-Gas (Aerosol)
Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat gas.
Contoh aerosol yaitu kabut, awan, parfum, hairspray, cat semprot dan lain-lain.
5. Sistem Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi)
Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat cair.
Contoh emulsi yaitu campuran antara minyak yang bersifat nonpolar dengan air
yang bersifat polar, susu, air santan, dan krim. Dalam emulsi terdapat emulgator
yaitu zat penghubung yang menyebabkan pembentukkan emulsi, contoh zat
emulgator adalah sabun, detergen, lesitin dan kasein (dalam susu).
6. Sistem Koloid Fase Cair-Padat (Emulsi Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat
padat. Contoh emulsi padat yaitu keju, mentega, dan mutiara.
7. Sistem Koloid Fase Gas-Cair (Busa)
Dengan fase terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat cair.
Contoh busa yaitu buih.
8. Sistem Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat padat.
Contoh busa padat yaitu karet busa dan batu apung.

E. Sifat sifat koloid


1.Gerak Brown
Apabila dispersi koloid diamati dalam mikroskop ultra maka akan teramati adanya
patrikel yang bergerak dengan arah yang tidak beraturan akan tetapi memiliki
jalur
6
Lintasan yang lurus. Gerak koloid tersebut merupakan salah satu sifat dari koloid
yaitu gerak Brown. Gerak Brown adalah gerak acak, zig-zag partikel koloid. Hal
ini dikarenakan benturan yang tidak teratur pada partikel koloid ketika medium
pendispersi yang menabrak pertikel terdispersi dari berbagai sisi dengan jumlah
yang berbeda. Gerakan ini terus menerus terjadi, sebagai akibat dari lebih
besarnya ukuran medium terdispersi daripada ukuran medium pendispersinya.

Adanya gerakan Brown mengakibatkan partikel-partikel koloid relatif stabil


meskipun ukurannya relatif besar, sebab dengan adanya partikel yang bergerak
secara terus-menerus mengakibatkan pengaruh gaya gravitasi menjadi kurang
berarti.

Dalam suatu larutan sejati, gerakan partikel terdispersi tidak acak dan gerakan
partikel terdispersi disebabkan oleh molekul itu sendiri, bukan akibat tabrakan
dengan medium pendispersi. Sedangkan dalam suspensi, gerakan ke bawah
partikel dipengaruhi oleh gaya gravitasi.

2. Efek Tyndall

Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Hal ini
dikarenakan partikel koloid dapat memantulkan dan menghamburkan cahaya yang
mengenainya sehingga cahaya akan terlihat lebih terang. Selain koloid, partikel
yang terdapat dalam suspensi dapat pula menghamburkan cahaya dikarenakan
partikelnya yang besar sedangkan pada larutan sejati, tidak dapat menghamburkan
cahaya. Efek Tyndall ini terlihat ketika cahaya matahari memasuki ruangan, dan
lampu kendaraan pada malam yang berkabut.

3. Adsorpsi
Partikel koloid mampu menyerap molekul netral atau ion-ion pada permukaannya.
Sifat ini disebut dengan adsorpsi. Adsorpsi terjadi akibat dari adanya kemampuan
partikel koloid untuk menarik partikel-partikel yang lebih kecil. Kemampuan ini
dikarenakan adanya tegangan permukaan koloid yang cukup besar, sehingga
apabila terdapat suatu partikel yang menempel pada permukaan koloid akan
cenderung dipertahankan.

Bila partikel koloid mengadsorpsi ion yang bermuatan positif maka koloid
tersebut menjadi bermuatan positif, dan sebaliknya ketika permukaan koloid
mengadsorpsi ion bermuatan negatif negatif maka koloid tersebut akan bermuatan
negatif. Contohnya sol Fe(OH)3 mampu mengadsorpsi ion-ion H+ sehingga
bermuatan positif, dan sol As2S3 mampu mengadsorpsi ion S2- sehingga
bermuatan negatif.

Selain mengadsorpsi ion, partikel koloid dapat menarik muatan dari listrik statis,
sebagai contoh adannya debu yang dapat menyerap muatan negatif atau positif
dati elektron yang berada di udara atau dari arus listrik. Peristiwa ini
mengakibatkan adanya elektroforesis, yaitu proses bergeraknya partikel koloid
dalam medan listrik. Elektroforesis dimanfaatkan dalam pemisahan potongan-
potongan gen, dan
7

Penyaringan debu pada pesawat Cottrel.


4. Koagulasi

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid akibat kerusakan stabilitas sistem


koloid atau karena penggabungan partikel koloid yang bermuatan sehingga
membentuk partikel yang lebih besar. Koagulasi suatu koloid dapat ditinjau dari
peristiwa mekanis dan peristiwa kimiawi. Peristiwa mekanis seperti pemanasan
atau pendinginan, contoh pada perebusan telur dan agar-agar yang didinginkan.
Peristiwa kimiawi yang dapat menyebabkan koagulasi misalnya pencampuran
koloid yang berbeda muatan, misalnya sol Fe(OH)3 dengan sol As2S3, dan
pencampuran koloid dengan suatu larutan elektrolit.

5. Koloid Liofil dan Liofob

Berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi dengan medium pendispersi,


sistem koloid terbagi menjadi koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil yang
fase terdispersinya suka menarik medium pendispersinya. Hal ini terjadi akibat
pengikatan medium pendispersi oleh gaya tarik-menarik (gaya elektrostatik) pada
setiap ujung gugus molekul terdispersi. Contohnya yaitu agar-agar, lem, gelatin,
dan tinta. Pada sol yang bersifat liofob, fase terdispersinya tidak suka menarik
medium pendispersinya. Zat pendispersi tidak akan bercampur dengan baik jika
ditambahkan kembali medium pendispersinya dikarenakan akan menjadi koloid
yang tidak stabil.
Perbedaan kemampuan menarik medium pendispersinya mengakibatkan
terjadinya perbedaan sifat-sifat koloid tersebut.

6. Koloid Pelindung

Koloid pelindung adalah sistem koloid yang ditambahkan pada sistem koloid
lainnya agar stabil. Contoh yaitu gelatin pada es krim

7. Dialisis

Adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion yang teradsorpsi sehingga
dapat dihilangkan dan zat terdispersi terbebas dari ion-ion yang tidak diinginkan.
Caranya yaitu dengan membungkus koloid dalam selaput semipermeabel,
kemudian melewatkan air mengalir sehingga ini pengotor akan terbawa keluar
melewati selaput semipermeabel.

9. Sistem Koloid dalam Pengolahan Air

Tahap-tahap yang terjadi dalam penjernihan air adalah penggumpalan pengotor


(koagulasi) dengan menggunakan tawas (Kal(SO4)2), PAC, dan Al2(SO4)3 yang
akan menghasilkan Al(OH)3, penyaringan pengotor dengan menggunakan pasir,
kerikil, dan ijuk, proses adsorpsi dengan menggunakan kaporit dan karbon aktif,
8
Dan terakhir proses desinfeksi.
F. Koloid liofil dan koloid liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan
koloid liofob. Klasifikasi ini berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi
dengan medium pendispersinya. Koloid liofil adalah koloid yang fase
terdispersinya suka menarik medium pendispersinya, yang disebabkan gaya tarik
antara partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersinya kuat. Koloid
liofob adalah sistem koloid yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium
pendispersinya. Bila medium pendispersinya air maka koloid liofil disebut koloid
hidrofil, sedangkan koloid liofob disebut koloid hidrofob. Contoh koloid hidrofil :
sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin. Contoh koloid hidrofob : sol
belerang, sol-sol sulfida, sol Fe(OH)3, sol-sol logam.
Koloid liofil/hidrofil lebih kental daripada koloid liofob/hidrofob. Sol hidrofil
tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari
sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat
padat tersebut dicampurkan kembali dengan air maka dapat membentuk kembali
sol hidrofil (bersifat reversibel). Sebaliknya, sol hidrofob akan terkoagulasi pada
penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi sudah dipisahkan, tidak akan
membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air.
Sifat hidrofob dan hidrofil dimanfaatkan dalam proses pencucian pakaian pada
penggunaan detergen. Apabila kotoran yang menempel pada kain tidak mudah
larut dalam air, misalnya lemak dan minyak. Dengan bantuan sabun atau detergen
maka minyak akan tertarik oleh detergen. Oleh karena detergen larut dalam air,
akibatnya minyak dan lemak dapat tertarik dari kain. Kemampuan detergen
menarik lemak dan minyak disebabkan pada molekul detergen terdapat ujung-
ujung liofil yang larut dalam air dan ujung liofob yang dapat menarik lemak dan
minyak. Akibat adanya tarik-menarik tersebut, tegangan permukaan lemak dan
minyak dengan kain menjadi turun sehingga lebih kuat tertarik oleh molekul-
molekul air yang mengikat kuat detergen.
G. Proses Pembuatan koloid
1.dispersi
Dispersi adalah cara pembuatan koloid dengan menghaluskan partikel suspensi
menjadi partikel berukuran koloid. Dispersi dapat dilakukan dengan cara-cara
berikut ini:
A. Cara mekanik (dispersi langsung)
Butir-butir kasar diperkecil ukurannya dengan menggiling atau menggerus
koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan
medium pendispersi.
Contoh: Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama
suatu zat Insert (seperti gula pasir) kemudian mencampur serbuk halus itu dengan
air.
B. Homogenisasi
Dengan menggunakan mesin homogenisasi.
Contoh:
Emulsi obat di pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan
serbuk susu skim ke dalam air menggunakan mesin homogenisasi.
9
C.peptisasi
Dengan cara memecah partikel-partikel besar menjadi partikel koloid, misalnya
suspensi, gumpalan atau endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi
(pemecah).
Contoh: Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulaosa oleh aseton, karet oleh
bensin, endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
D. Busur bredig
Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dibuat
menjadi koloid dipasang sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam medium
dispersi. Kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan
bunga api listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan
terlempar ke dalam air, kemudian atom-atom tersebut mengalami kondensasi
sehingga menjadi partikel koloid. Cara ini merupakan gabungan cara dispersi dan
kondensasi.

2. Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggumpalkan partikel
larutan menjadi partikel berukuran koloid. Kondensasi dapat dilakukan secara
kimia dan fisika. Kondensasi secara kimia dilakukan melalui reaksi redoks,
hidrolisis, substitusi, dan penggaraman. Sedangkan secara fisika, kondensasi
dilakukan melalui proses pendinginan, penggantian pelarut, dan pengembunan
uap.

a. Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Reaksi ini umumnya digunakan
untuk membuat koloid-koloid basa dari suatu garam yang dihidrolisis.
Contoh: Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Dengan cara memanaskan
larutan FeCl3 (apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan
terbentuk sol Fe(OH)3.

FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)

b. Reaksi redoks
yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi merupakan hasil
oksidasi atau reduksi.
Contoh: Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan
belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan
SO2.

2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(s)

c. Pertukaran ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat-zat
yang sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.
Contoh: Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan
As2O3 dengan reaksi berikut:

3H2S(g) + As2O3(aq) → As2S3(s) + 3H2O(l)

10

d. Penggantian pelarut
Belerang mudah larut dalam alkohol (misal etanol) tetapi sukar larut dalam air.
Jadi, untuk membuat sol belerang dalam medium pendispersi air, belerang
dilarutkan ke dalam etanol sampai jenuh. Setelah itu, larutan belerang dalam
etanol dimasukkan ke dalam air sedikit demi sedikit. Partikel belerang akan
menggumpal menjadi koloid akibat penurunan kelarutan belerang dalam air.
Kemudian etanol dapat dipisahkan dengan dialisis, maka terbentuklah sol belerang

11
BAB lll
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat
lain
2. Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara
campuran homogen (larutan) dan heterogen (suspensi).
3. Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase
dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap,
disebut zat pendispersi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah
merupakan zat terdispensi.Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid
terbagi atas tiga bagian, yaitu koloid sol, emulsi, dan buih. Sedangkan fase
pendepersinya adalah gel
4. Koloid mempunyai beberapa sifat diantara-Nya:
· Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas
cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel
koloid ini disebut efek Tyndall.
· Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid
senantiasa bergerak dengan gerak patah-patah yang disebut gerak Brown.
Gerak Brown terjadi karena tumbukan tak simetris antara molekul medium
dengan partikel koloid.

· Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lain pada permukaannya,


dan oleh karena luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid
mempunyai daya adsorpsi yang besar.
· Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid
menjadi bermuatan listrik. Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak
di antara partikel koloid, sehingga menjadi stabil (tidak mengalami
sedimentasi).
· Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis,
yaitu pergerakan partikel koloid dalam medan listrik.
· Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat
terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit.
Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang
menstabilkannya hilang.
5. Ada dua metode pembuatan sistem dispersi koloid, yaitu metode
kondensasi dan metode dispersi. Pada metode kondensasi, ion atau molekul
digabungkan menjadi partikel besar berukuran koloid. Sebaliknya, pada
metode dispersi, partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel
berukuran koloid dan kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi.
6. Sering Kali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu
pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan
atau dimurnikan guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode
pemurnian yang dapat digunakan, yaitu: Dialisis, Elektrodialisis, dan
Penyaring Ultra.
12
7. Kegunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam bidang
industri, makanan, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya. Dalam kehidupan
sehari-hari koloid sangat bermanfaat bagi kita.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
https://katadata-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/katadata.co.id/amp/intan/berita/
615ab1d822de4/mengenal-7-sifat-sistem-koloid-yang-lekat-dalam-keseharian?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16519783215854&referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fkatadata.co.id
%2Fintan%2Fberita%2F615ab1d822de4%2Fmengenal-7-sifat-sistem-koloid-
yang-lekat-dalam-keseharian
https://www.zenius.net/blog/materi-kimia-sistem-koloid
https://www-kelaspintar-id.cdn.ampproject.org/v/s/www.kelaspintar.id/blog/
edutech/apa-yang-dimaksud-dengan-sistem-koloid-3322/amp/?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16519783215854&referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com

14

Anda mungkin juga menyukai