Oleh:
I Wayan Swandedy ( 8 )
XI IPA
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karuniaNya sehingga dengan kekuatan dan kesehatan yang penulis miliki,
akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang merupakan tugas kami.
Adapun ini makalah ini berjudul “SISTEM KOLOID’’ yang bertujuan untuk
menambah ilmu pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca semua dan juga sekaligus
kepada penulis sendiri.
Penyusun sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu kritik dan saran yang sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini,
akhirnya penyusun menghanturkan terima kasih.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I
LANDASAN TEORI
A. Pengertian dan Macam-macam Sistem Dispersi.......................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sifat – sifat Koloid....................................................................................... 2
2. Jenis-jenis Koloid ………………………………………………………… 4
3. Pengelompokan Sistem Koloid …………………………………………... 5
4. Bentuk-bentuk Partikel Koloid …………………………………………… 5
5. Penggunaan Sistem Koloid ………………………………………………. 6
6. Pembentukan Koloid ……………………………………………………... 6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan ………………………………………………………………. 8
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
LANDASAN TEORI
Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dangan ukuran tertentu dalam medium
pendespersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang
digunakan untuk mendespersikan disebut medium pendispersi.
1. Pengertian koloid
Koloid adalah suatu suspensi partikel-partikel kecil yang mempunyai ukuran tertentu
dalam suatu medium kontinyu.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sifat-sifat koloid
a) Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah suatu efek penghamburan berkas sinar oleh partikel-partikel
yang terdapat dalam sistem koloid, sehingga jalannya berkas sinar terlihat.
b) Gerak Brown
Partikel koloid lebih sulit berdifusi bila dibandingkan dengan larutan sejati. Hal ini
disebabkan ukuran partikel koloid lebih besar dibandingkan dengan partikel larutan
sejati. Selain itu ukuran partikel koloid juga menyebabkan partikel koloid tidak dapat
disaring dengan kertas biasa, tetapi harus dengan penyaring ultra.
d. Adsorpsi
a) Lapisan pertama ialah lapisan inti yang bersifat netral, terdiri atas partikel koloid
netral.
b) Lapisan ion dalam ialah lapisan ion-ion yang diadsorpsi oleh koloid.
2
e. Kesetabilan koloid
Kesetabilan kolid ditentukan oleh muatan listrik yang dikandung partikel koloid. Muatan
listrik dapat dilucuti, misalnya dengan penambahan zat yang bersifat elektrolit,
akibatnya akan terjadi penggumpalan koloid atau pengendapan koloid
f. Elektroforesis
g. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid dari proses koagulasi atau
penggumpalan. Ada beberapa koloid pelindung yang digunakan pada emulsi,
misalnya casein dalam susu. Jenis koloid ini disebut emuglatol.
h. Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan koloid dengan menggunakan kertas perkamen atau
membran yang diletakan di dalam air yang mengalir
Umumnya terjadi pada koloid yang fase terdispersinya padatan dan mediumnya cairan
atau berupa sol, sehingga lebih dikenal sebagai sol liofil atau sol liofob.
Sol liofil adalah sol di mana fase terdispersinya senang akan medium pendispersinya
(senang akan cairan) atau di katakan juga afinitas atau daya tarik terhadap mediumnya
sangat kuat.
Sol liofob adalah kebalikan dari sol liofil, di mana partikel fase terdispersinya
kurang/tidak senang akan cairannya (mediumnya).
3
2. Jenis-jenis Koloid
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium pendispersi.
Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan gas. Berdasarkan
fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu:
1. Aerosol
Aerosol adalah system disperse koloid yang terdiri atas pase padat atau cair dalam medium
das. Aerosol pada misalnya berbagai macam asap. Aerosol cair misalnya awan dan parfum
spray.
2. Sol
Sol adalah sistem disperse koloid dari fase padat dalam medium cair. Berdasarkan daya
gabung partikel terdispersi dengan medium pendispersinya, Sol dibedakan menjadi sol
liofob dan sol liofil. Jika mediumnya air, kedua macam sol itu disebut hidrifob dan hidrofil.
Sol liofob adalah sol yang partikel fase terdispersinya menolak medium pendipersinya.
Sol liofil adalah sol yang partikel fase terdispersinya menarik medium pendispersi.
3. Emulsi
Emulsi adalah system disperse koloid dari dua macam zat cair yang tidak saling larut.
Contoh : minyak dalam air atau air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan
menambahkan zat penstabil atau elmugator. Elmugator adalah zat yang molekulnya terdiri
atasdua bagian, yaitu bagian nonpolar dan bagian yang polar dapat larut dalam air. Contoh
emulsi susu, parafin, susu pembersih muka.
4. Gel
Gel adalah koloid liofil setengah kaku yang terjadi karena molekul-molekul fase
terdispersinya membentuk jaringan dan molekul-molekul medium pendispersinya
terperangkap di dalamnya. Gel dapat diubah dengan cara:
a. Mencampurkan larutan jenuh kalsium asesat dengan alkohol 96%
b. Mengubah sol liofil dengan mendinginkan, menambahkan zat fase terdispersi, atau
menambahkan sejenis garam.
4
3. Pengelompokan Sistem Koloid
5
5. Penggunaan Sistem Koloid
1. Obat-obatan : salep, krim, minyak ikan
2. Makanan : es krim, jelly dan agar-agar.
3. Kosmetik : hair cream, skin spray, bodi lotion
4. Industri : tinta, cat
6. Pembuatan Koloid
Karena ukuran partikel koloid berada diantara larutan sejati dan suspensi maka
pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kondensasi dan dispersi.
1. Cara Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel-partikel halus menjadi partikel yang lebih
kasar. Pembuatan koloid dengan kondensasi dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi berikut:
a. Reaksi hidrolisis
Contoh : Pembuatan sol Fe(OH)3
Caranya, larutan FeCl3 dituangkan ke dalam larutan air mendidih. Volume air
mendidih jauh lebih besar dari volume larutan FeCl3
2FeCl3 + 6H2O → Fe(OH)3 + 6HCl
Koloid
b. Reaksi oksidasi
Contoh : Pembuatan sol belerang (S)
Caranya, dengan mengalirkan gas H2S ke dalam SO2
2H2S + SO2 → 3S + 2H2O
Sol belerang
c. Reaksi reduksi
Contoh : Pembuatan sol emas (Au)
Caranya, dengan menetes larutan AuCl3 ke dalam air, kemudian dipanaskan, selama
dipanaskan tambahkan larutan encer formalin (HCOH)
2AuCl3 + 3H2O + 3HCOH→ 2Au + 6HCl + 3HCOH
Sol emas
d. Reaksi pengenceran
Contoh : Pembuatan sol As2S3
Caranya, dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan arsenir encer
2H3Aso3 + 3H2S → As2S3 + 6H2O
Koloid
6
2. Cara Dispersi
Cara ini memecahkan molekul yang lebih besar menjadi molekul-molekul yang lebih
kecil sesuai denganukuran partikel koloid (10-5, 10-7) cara dipersi dibagi menjadi 3 cara
seperti berikut:
a. Cara mekanik, yaitu menggiling zat yang akan didispersi bersama dengan medium
pendispersinya sampai terbentuk koloid.
b. Cara busur bredig (arc bredig) yaitu mengalirkan arus listrik dengan tegangan tinggi
melalui dua elektroda logam yang tercelup dalam suatu pelarut.
c. Cara peptisasi, yaittu menambahkan ion sejenis pada suatu endapan. Penambahan ini
dimaksud untuk memecahkan endapan menjadi partikel-partikel koloid.
7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
8
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi,
bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya.
Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul
mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid.
Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya
mengelmusikan lemak ke dalam air.
Asbut adalah suatu bentuk pencemaran yang merupakan sistem koloid.
DAFTAR PUSTAKA
Soma, Wayan. 2004. Panduan Belajar Kimia Kelas XI semester 2 Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Singaraja:---------.
Nana Sutresna, Drs. 2003. Pintar Kimia Jilid 3 untuk SMU Kelas 3. Jakarta : Ganeca Exact.
Michael Purba, Drs. 1995. Ilmu Kimia untuk SMU Kelas 2 Jilid 2A. Jakarta : Erlangga.
Permana Dedi. 2003. Intisar Kimia SMU – cet. III revisi. Bandung: Pustaka Setia.
Tamrin, Drs.(2003). Rahasia penerapan rumus rumus kimia. Sulawesi Selatan : Gita media.