Anda di halaman 1dari 13

SISTEM KOLOID

Oleh:
I Wayan Swandedy ( 8 )
XI IPA

SMA NEGERI 1 NUSA PENIDA


2010 / 2011

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karuniaNya sehingga dengan kekuatan dan kesehatan yang penulis miliki,
akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang merupakan tugas kami.

Adapun ini makalah ini berjudul “SISTEM KOLOID’’ yang bertujuan untuk
menambah ilmu pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca semua dan juga sekaligus
kepada penulis sendiri.

Penyusun sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu kritik dan saran yang sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini,
akhirnya penyusun menghanturkan terima kasih.

Nusa Penida, 9 Mei 2011

Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I
LANDASAN TEORI
A. Pengertian dan Macam-macam Sistem Dispersi.......................................... 1

BAB II
PEMBAHASAN
1. Sifat – sifat Koloid....................................................................................... 2
2. Jenis-jenis Koloid ………………………………………………………… 4
3. Pengelompokan Sistem Koloid …………………………………………... 5
4. Bentuk-bentuk Partikel Koloid …………………………………………… 5
5. Penggunaan Sistem Koloid ………………………………………………. 6
6. Pembentukan Koloid ……………………………………………………... 6

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan ………………………………………………………………. 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

LANDASAN TEORI

A. KOMPONEN DAN PENGELOMPOKAN SISTEM KOLOID

Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dangan ukuran tertentu dalam medium
pendespersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang
digunakan untuk mendespersikan disebut medium pendispersi.

1. Pengertian koloid

Koloid adalah suatu suspensi partikel-partikel kecil yang mempunyai ukuran tertentu
dalam suatu medium kontinyu.

2. Macam-macam Sistem dispersi

Berdasarkan perbedaan ukuran zat yang didispersikan, sistem dispersi dapat


dibedakan menjadi:

a. Dispersi kasar (suspensi) adalah partikel-partikel zat yang didispersikan lebih


besar daripada 100 milimikron.
b. Dispersi halus adalah partikel-partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1
sampai dengan 100 milimicron.

c. Dispersi molekular (larutan sejati) adalah partikel-partikel zat yang didispersikan


lebih kecil daripada 1 milimicron.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sifat-sifat koloid

Beberapa sifat-sifat koloid yang khas, yaitu:

a) Efek Tyndall

Efek Tyndall adalah suatu efek penghamburan berkas sinar oleh partikel-partikel
yang terdapat dalam sistem koloid, sehingga jalannya berkas sinar terlihat.

b) Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerakan terpatah-terpatah (gerak zig-zag) yang terus-menerus


dalam sistem koloid

c) Diffusi dan Filtrasi

Partikel koloid lebih sulit berdifusi bila dibandingkan dengan larutan sejati. Hal ini
disebabkan ukuran partikel koloid lebih besar dibandingkan dengan partikel larutan
sejati. Selain itu ukuran partikel koloid juga menyebabkan partikel koloid tidak dapat
disaring dengan kertas biasa, tetapi harus dengan penyaring ultra.

d. Adsorpsi

Adsorpsi adalah proses penyerapan zat/partikel/molekul pada permukaan diri zat


tersebut sehingga koloid akan memiliki muatan listrik. Antara partikel koloid dengan
ion-ion yang diadsorpsi akan membentuk beberapa lapisan, yaitu:

a) Lapisan pertama ialah lapisan inti yang bersifat netral, terdiri atas partikel koloid
netral.

b) Lapisan ion dalam ialah lapisan ion-ion yang diadsorpsi oleh koloid.

c) Lapisan ion luar

2
e. Kesetabilan koloid

Kesetabilan kolid ditentukan oleh muatan listrik yang dikandung partikel koloid. Muatan
listrik dapat dilucuti, misalnya dengan penambahan zat yang bersifat elektrolit,
akibatnya akan terjadi penggumpalan koloid atau pengendapan koloid

f. Elektroforesis

Elektroforesis adalah peristiwa pemisahan koloid yang bermuatan. Partikel-partikel koloid


yang bermuatan dengan bentuan arus listrik akan mengalir ke masing-masing
elektroda yang bermuatannya berlawanan. Partikel yang bermuatan positif bergerak
menuju ke elektroda positif.

g. Koloid Pelindung

Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid dari proses koagulasi atau
penggumpalan. Ada beberapa koloid pelindung yang digunakan pada emulsi,
misalnya casein dalam susu. Jenis koloid ini disebut emuglatol.

h. Dialisis

Dialisis adalah proses penyaringan koloid dengan menggunakan kertas perkamen atau
membran yang diletakan di dalam air yang mengalir

i. Koloid Liofil dan koloid Liofob

Umumnya terjadi pada koloid yang fase terdispersinya padatan dan mediumnya cairan
atau berupa sol, sehingga lebih dikenal sebagai sol liofil atau sol liofob.

Sol liofil adalah sol di mana fase terdispersinya senang akan medium pendispersinya
(senang akan cairan) atau di katakan juga afinitas atau daya tarik terhadap mediumnya
sangat kuat.

Sol liofob adalah kebalikan dari sol liofil, di mana partikel fase terdispersinya
kurang/tidak senang akan cairannya (mediumnya).

3
2. Jenis-jenis Koloid

Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium pendispersi.
Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan gas. Berdasarkan
fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu:
1. Aerosol
Aerosol adalah system disperse koloid yang terdiri atas pase padat atau cair dalam medium
das. Aerosol pada misalnya berbagai macam asap. Aerosol cair misalnya awan dan parfum
spray.

2. Sol
Sol adalah sistem disperse koloid dari fase padat dalam medium cair. Berdasarkan daya
gabung partikel terdispersi dengan medium pendispersinya, Sol dibedakan menjadi sol
liofob dan sol liofil. Jika mediumnya air, kedua macam sol itu disebut hidrifob dan hidrofil.
Sol liofob adalah sol yang partikel fase terdispersinya menolak medium pendipersinya.
Sol liofil adalah sol yang partikel fase terdispersinya menarik medium pendispersi.

3. Emulsi
Emulsi adalah system disperse koloid dari dua macam zat cair yang tidak saling larut.
Contoh : minyak dalam air atau air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan
menambahkan zat penstabil atau elmugator. Elmugator adalah zat yang molekulnya terdiri
atasdua bagian, yaitu bagian nonpolar dan bagian yang polar dapat larut dalam air. Contoh
emulsi susu, parafin, susu pembersih muka.

4. Gel
Gel adalah koloid liofil setengah kaku yang terjadi karena molekul-molekul fase
terdispersinya membentuk jaringan dan molekul-molekul medium pendispersinya
terperangkap di dalamnya. Gel dapat diubah dengan cara:
a. Mencampurkan larutan jenuh kalsium asesat dengan alkohol 96%
b. Mengubah sol liofil dengan mendinginkan, menambahkan zat fase terdispersi, atau
menambahkan sejenis garam.

4
3. Pengelompokan Sistem Koloid

Komponen Penyusun Koloid :


1. Fase kontinue : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.
2. Fase diskontinue : medium terdispersi jumlahnya lebih banyak Medium
pendispersi koloid dapat berupa padat, cair dan gas.
Ditinjau dari segi fase terdispersi dan medium pendispersinya, maka system koloid dapat
dibedakan menjadi 8 macam.

Tabel Fase-fase Sitem koloid


Fase Fase
No Terdispers Pendespers Nama
Contoh
i Koloid
i

1 Gas Cair Buih/Busa Busa sabun, busa air laut


2 Gas Padat Busa padat Batu apung, karet busa
3 Cair Gas Aerosol Cair Kabut, awan, hair spray
4 Cair Cair Emulsi Susu, minyak dalam air
5 Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega, mutiara
6 Padat Gas Aerosol padat Asap, debu
7 Padat Cair Sol Cat, kanji, tinta
8 Padat padat Sol padat Paduan logam (kuningan
perungu), gelas kaca berwarna,
mutiara berwarna

4. Bentuk Partikel Koloid


1. Bulatan : misalnya virus, silica
2. Batang : misalnya virus
3. Piringan : misalnya globin dalam darah
4. Serat : misalnya selulosa

5
5. Penggunaan Sistem Koloid
1. Obat-obatan : salep, krim, minyak ikan
2. Makanan : es krim, jelly dan agar-agar.
3. Kosmetik : hair cream, skin spray, bodi lotion
4. Industri : tinta, cat

6. Pembuatan Koloid
Karena ukuran partikel koloid berada diantara larutan sejati dan suspensi maka
pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kondensasi dan dispersi.

1. Cara Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel-partikel halus menjadi partikel yang lebih
kasar. Pembuatan koloid dengan kondensasi dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi berikut:
a. Reaksi hidrolisis
Contoh : Pembuatan sol Fe(OH)3
Caranya, larutan FeCl3 dituangkan ke dalam larutan air mendidih. Volume air
mendidih jauh lebih besar dari volume larutan FeCl3
2FeCl3 + 6H2O → Fe(OH)3 + 6HCl
Koloid

b. Reaksi oksidasi
Contoh : Pembuatan sol belerang (S)
Caranya, dengan mengalirkan gas H2S ke dalam SO2
2H2S + SO2 → 3S + 2H2O
Sol belerang

c. Reaksi reduksi
Contoh : Pembuatan sol emas (Au)
Caranya, dengan menetes larutan AuCl3 ke dalam air, kemudian dipanaskan, selama
dipanaskan tambahkan larutan encer formalin (HCOH)
2AuCl3 + 3H2O + 3HCOH→ 2Au + 6HCl + 3HCOH
Sol emas

d. Reaksi pengenceran
Contoh : Pembuatan sol As2S3
Caranya, dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan arsenir encer
2H3Aso3 + 3H2S → As2S3 + 6H2O
Koloid

6
2. Cara Dispersi
Cara ini memecahkan molekul yang lebih besar menjadi molekul-molekul yang lebih
kecil sesuai denganukuran partikel koloid (10-5, 10-7) cara dipersi dibagi menjadi 3 cara
seperti berikut:
a. Cara mekanik, yaitu menggiling zat yang akan didispersi bersama dengan medium
pendispersinya sampai terbentuk koloid.
b. Cara busur bredig (arc bredig) yaitu mengalirkan arus listrik dengan tegangan tinggi
melalui dua elektroda logam yang tercelup dalam suatu pelarut.
c. Cara peptisasi, yaittu menambahkan ion sejenis pada suatu endapan. Penambahan ini
dimaksud untuk memecahkan endapan menjadi partikel-partikel koloid.

7
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

 Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang


melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut
efek Tyndall.
 Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak
dengan gerak patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena
tumbukan tak simetris antara molekul medium dengan partikel koloid.
 Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena
luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang
besar.
 Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan
listrik. Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid,
sehingga menjadi stabil (tidak mengalami sedimentasi).
 Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan
partikel koloid dalam medan listrik.
 Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena
berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan
menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
 Campuran koloid dapat dipisahkan dari ion-ion atau partikel terlarut lainnya
melalui dialisis.
 Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan
koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya;
sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah.
 Banyak sekali produk industri dalam bentuk koloid, terutama karena dengan
bentuk koloid, maka zat-zat yang tidak saling melarutkan dapat disajikan homogen
secara makroskopis.
 Pengolahan air bersih memanfaatkan sifat koloid, yaitu adsorpsi dan koagulasi.
Pada pengolahan air bersih digunakan tawas (alumunium sulfat), kaporit (klorin)
dan kapur.

8
 Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi,
bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya.
Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul
mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid.
 Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya
mengelmusikan lemak ke dalam air.
 Asbut adalah suatu bentuk pencemaran yang merupakan sistem koloid.

DAFTAR PUSTAKA
Soma, Wayan. 2004. Panduan Belajar Kimia Kelas XI semester 2 Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Singaraja:---------.

Nana Sutresna, Drs. 2003. Pintar Kimia Jilid 3 untuk SMU Kelas 3. Jakarta : Ganeca Exact.

Michael Purba, Drs. 1995. Ilmu Kimia untuk SMU Kelas 2 Jilid 2A. Jakarta : Erlangga.

Permana Dedi. 2003. Intisar Kimia SMU – cet. III revisi. Bandung: Pustaka Setia.

Tamrin, Drs.(2003). Rahasia penerapan rumus rumus kimia. Sulawesi Selatan : Gita media.

Departemen Pendidikan Nasional (2003) Kurikulum 2004 Standar kompetensi mata


Pelajaran kimia SMA dan Madrasah Aliyah. Jakarta : Depdiknas

Anda mungkin juga menyukai