Anda di halaman 1dari 9

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan

rancangan penelitian Posttest Only Control Group Design. Staphylococcus aureus

yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan Staphylococcus aureus yang

diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas

Wijaya Kusuma Surabaya. Dalam penelitian ini dilakukan dua kelompok

perlakuan, yaitu: dua kelompok yang masing-masing diberikan ekstrak kulit

manggis konsentrasi 75 % dan perlakuan dengan povidone iodine konsentrasi 10

% serta satu kontrol negatif yang diberikan aquades steril.

B. Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, didapatkan hasil sebagai

berikut.

Tabel V.1: Hasil Penelitian Zona Hambat Antara Ekstrak Kulit Buah Manggis
dan Povidone Iodine Terhadap Bakteri Staphyloccus Aureus
Diameter Zona Hambat (cm)
K1 P1 P2
Pengulangan Kontrol negatif Povidone iodine Ekstrak kulit
(Aquades) 10% manggis 75%
1 0 1.0 1.1
2 1.1 1.3
3 0.9 1.0
4 1.0 1.0
5 1.1 1.1
6 1.2 1.1
7 1.0 1.0
8 1.2 1.2
9 1.0 1.0
10 1.0 1.1
11 1.1 1.0
12 0.9 1.0
13 1.1 1.0
14 1.0 1.1
15 1.1 1.1
16 1.0 1.0
Rata-rata 0 1.04 1.07
Sumber: Suadnyana, 2016

Berdasarkan Tabel V.1, dapat diketahui bahwa diameter zona hambat P2,

yaitu kelompok perlakuan 2 dengan ekstrak kulit manggis konsentrasi 75%

memperlihatkan hasil yang hampir sama dengan kelompok perlakuan 1 yang

diberi povidone iodine konsentrasi 10%. Hal ini terlihat pada diameter zona

hambat yang terbentuk di seluruh pengulangan memiliki diameter yang hampir

sama. Pada kelompok kontrol negatif (K) tidak terbentuk zona hambat, ini

memberikan arti bahwa tidak adanya hambatan terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.

C. Analisis Data
1. Uji normalitas data
Untuk mengetahui apakah data tersebut memiliki distribusi data yang

normal atau tidak, maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data


dikatakan berdistribusi normal apabila nilai p > 0,05 dan jika nilai p < 0,05

maka data tidak berdistribusi normal. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat

dilihat pada Tabel V.2 sebagai berikut.

Tabel V.2: Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Ketiga Kelompok


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Diameter Zona
Hambat
N 48
Normal Parametersa Mean .7042
Std. Deviation .50821
Most Extreme Differences Absolute .345
Positive .250
Negative -.345
Kolmogorov-Smirnov Z 2.389
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.

Sumber: Data Hasil Penelitian, 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak normal

dengan nilai probabilitas 0,000 (p < 0,05). Apabila data berdistribusi

normal, maka akan dilanjutkan dengan uji statistik One Way ANOVA.

Tetapi, apabila data berdistribusi tidak normal, maka dianalisis dengan uji

statistik Kruskal-Wallis.

2. Uji komparatif data


Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antarkelompok, maka

digunakan uji Kruskal-Wallis.

Tabel V.3: Hasil Uji Kruskal-Wallis antara Ketiga Kelompok


Diameter Zona Hambat
Chi-Square 34.232
Df 2
Asymp. Sig. .000
Sumber: Suadnyana, 2016

Berdasarkan hasil di atas, signifikansi p-value adalah 0,000 (p < 0,05)

sehingga H0 ditolak, maka dapat disimpulkan ada perbedaan bermakna

antara kelompok kontrol (K), kelompok perlakuan 1 (P1), dan kelompok

perlakuan 2 (P2).

3. Analisis Post-Hoc Test


Selanjutnya dilakukan uji Post-Hoc untuk mengetahui lebih rinci

mengenai pasangan kelompok yang saling berbeda secara signifikan dan

pasangan kelompok yang tidak berbeda sehingga akan diketahui perlakuan

mana yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus.

Tabel V.4: Hasil Uji Post-Hoc


Kelompok Sig. Keterangan
K P1 0.000 Signifikan
P2 0.000 Signifikan
P1 P2 0.564 Tidak signifikan
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa antara K dengan P1 menunjukkan

ada perbedaan yang signifikan pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hal ini

terbukti dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,05). Sedangkan


antara kelompok K dengan P2 menunjukkan ada perbedaan yang signifikan

pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hal ini terbukti dengan nilai

probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,05), dan untuk kelompok P1 dengan P2

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pertumbuhan

Staphylococcus aureus. Hal ini terbukti dengan nilai probabilitas sebesar

0,564 (p > 0,05).

BAB VI
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui zona hambat

antara ekstrak kulit buah manggis dan Povidone iodine terhadap bakteri

Staphyloccus aureus. Hasil penelitian yang diperoleh kemudian diolah dan

dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Uji hipotesis

penelitian ini menggunakan uji non parametrik Kruskal-Wallis untuk menguji

perbedaan antar kelompok. Setelah dilakukan penelitian, hasil yang didapat

menunjukan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada diameter zona hambat

yang terbentuk antara kelompok control (K), kelompok perlakuan 1 (P1), dan

kelompok perlakuan 2 (P2).

Diameter zona hambat yang terbentuk pada P2, yaitu kelompok perlakuan 2

dengan ekstrak kulit manggis konsentrasi 75% memperlihatkan hasil yang hampir
sama dengan kelompok P1 yang diberi povidone iodine konsentrasi 10%. Hal ini

terlihat pada diameter zona hambat yang terbentuk di seluruh pengulangan

memiliki diameter yang hampir sama.

Davis dan Stout (1971) menyatakan bahwa apabila zona hambat yang

terbentuk pada uji difusi agar berukuran kurang dari 5 mm, maka aktivitas

penghambatannya dikategorikan lemah. Apabila zona hambat berukuran 5-10 mm

dikategorikan sedang, 10-19 mm dikategorikan kuat dan 20 mm atau lebih

dikategorikan sangat kuat. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka pada kelompok

perlakuan 1 (P1) yang diberikan povidone iodine konsentrasi 10% dan kelompok

perlakuan 2 (P2) memiliki pengaruh hambatan yang kuat karena hasil rata-rata

diameter zona hambatnya adalah sebesar 10,4 mm dan 10,7 mm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis konsentrasi 75%

memperlihatkan hasil yang hampir sama dengan kelompok perlakuan 1 yang

diberi povidone iodine konsentrasi 10%. Nilai rata-rata diameter zona hambat

untuk ekstrak kulit manggis konsentrasi 75% adalah sebesar 1,07 cm dan rata-rata

diameter zona hambat untuk povidone iodine konsentrasi 10% adalah sebesar 1,04

cm.

Hasil yang hampir sama ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis

konsentrasi 75% memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphyloccus aureus

yang hampir sama dengan daya hambat povidone iodine konsentrasi 10%. Hal ini

dikarenakan pada ekstrak kulit manggis memiliki kandungan senyawa aktif yang
termasuk golongan xanthone. Kandungan kimia kulit manggis adalah xanthone,

saponin, dan polifenol (flavonoid, antosianin dan tannin).

Xanton dilaporkan memiliki aktivitas farmakologi sebagai antibakteri,

antifungi, antiinflamasi, antileukimia, antiagregasi platelet, selain itu xanton dapat

menstimulasi sistem saraf pusat dan memiliki antituberkolosis secara in vitro pada

bakteri Mycobacterium tuberculosis (Qosim, 2007).

Selain Xanton buah manggis juga mengandung Saponin, Saponin berfungsi

sebagai antibakteri dengan jalan menghambat stabilitas dari membran sel tubuh

bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri hancur. Mekanisme kerja saponin

termasuk dalam kelompok antibakteri yang berfungsi meningkatkan tegangan

permukaan pada dinding sel bakteri. Dinding sel akan mengalami peregangan

yang sangat kuat dan kemudian mengakibatkan kerusakan membran sel yang pada

akhirnya menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting untuk pertahanan

hidup bakteri yaitu protein, asam nukleat, dan nukleotida.

Terpenoid merupakan senyawa fenol yang bersifat lipofilik. Mekanisme

kerja terpenoid adalah dengan jalan merusak membran sel. Senyawa kimia yang

lain adalah tannin. Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri berhubungan

dengan kemampuan tannin dalam menonaktifkan adhesion pada sel mikroba

(molekul yang menempel pada sel inang) yang terdapat pada permukaan sel.
BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Pemberian ekstrak kulit buah manggis konsentrasi 75% berpengaruh terhadap

pertumbuhan Staphyloccus aureus.


2. Pemberian konsentrasi povidone iodine 10% berpengaruh terhadap

pertumbuhan Staphyloccus aureus.


3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis konsentrasi 75%

memperlihatkan hasil yang hampir sama dengan kelompok perlakuan 1 yang

diberi povidone iodine konsentrasi 10%. Nilai rata-rata diameter zona hambat

untuk ekstrak kulit manggis konsentrasi 75% adalah sebesar 1,07 cm dan

rata-rata diameter zona hambat untuk povidone iodine konsentrasi 10%

adalah sebesar 1,04 cm.

B. SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian ekstrak

kulit manggis terhadap pertumbuhan Staphyloccus aureus dengan variasi


konsentrasi yang lebih beragam untuk mengetahui konsentrasi yang paling

baik dan kuat dalam menghambat pertumbuhan Staphyloccus aureus.


2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian ekstrak

kulit manggis terhadap pertumbuhan bakteri pathogen jenis lain.


3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk penggunaan ekstrak

kulit manggis konsentrasi 75% sebagai salah satu obat alternatif dalam

menangani penyakit akibat Staphyloccus aureus.

Anda mungkin juga menyukai