Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“SISTEM KOLOID”

DOSEN PEMBIMBING

Delpima Suhita, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH

Muhamad Pachrija Prastama 1970031028

Mochamad Alvito Wijaya 1970031104

Ari Fajar Mardana 1970031046

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK INDUSTRI

2019/2020

JAKARTA

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

susunan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun isi dari makalah ini yakni

membahas tentang “Sistem Koloid”.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan

yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari

bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir

kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Bekasi, 20 juni 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….... ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………... 1

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………... 1

C. Tujuan Penulisan………...………………………………………………... 2

D. Manfaat Penulisan……………………………………………………….... 2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………. 3

A. Pengertian Sistem Koloid………………………………...………………... 3

B. Jenis-Jenis Koloid……………………………………..………………….... 4

C. Sifat-Sifat Koloid……………………………………………………………8

D. Cara Pembuatan Koloid……………………………………………………. 9

E. Ciri Ciri Koloid…...............................................………………………….. 13

BAB III PENUTUP………………………………………………………………. 17

A. Kesimpulan……………………………………………………………….. 17

B. Saran-saran……………………………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup

berbagai bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar)

sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid,

dan protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari ini,

sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat,

tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata. Misalnya saja saat kita membuat

susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian,

es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut

haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Semua itu merupakan contoh

sistem koloid.

Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang

terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi

dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang

terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan

koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk

koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium

dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah juga

merupakan sistem koloid.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Koloid ?

2. Apa saja jenis-jenis koloid ?

3. Bagaimana sifat koloid ?

4. Bagaimana cara pembuatan koloid ?

5. Ciri-Ciri koloid ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :

- Menjelaskan pengertian koloid

- Menjelaskan jenis-jenis koloid

- Menjelaskan sifat-sifat koloid

- Menjelaskan cara pembuatan koloid

- Ciri-Ciri Koloid

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami apa itu koloid, jenis-

jenis koloid, sifat-sifat koloid, dan cara mpembuatan koloid, serta mengetahui

contoh kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Koloid

- Thomas Graham (1861)

Menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan pati, gelatin,

dan putih telur sangat lambat atau tidak sama sekali menyebar. Zat yang sulit untuk

berdifusi disebut koloid.

- Ostwald (1907)

Sistem koloid merupakan campuran heterogen antara dua atau lebih zat partikel

berukuran zat koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain (penyebaran

media).

Jadi, Koloid adalah suatu keadaan materi yang memiliki ukuran di antara ukuran

partikel dan suspensi. Dalam larutan, suatu zat disebarkan/dilarutkan ke dalam pelarut

membentuk campuran homogen, dimana partikel-partikel zat terlarut bercampur

sempurna dengan pelarut sehingga tidak terlihat adanya perbedaan. Dengan cara yang

mirip, partikel koloid disebarkan/didispersikan ke dalam suatu medium, dan

menghasilkan sistem koloid. Partikel koloid yang didispersikan disebut dengan zat

terdispersi, dan medium tempat partikel didispersikan disebut medium pendispersi.

Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur pembentuk

campuran itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja campuran itu tidak

dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler, melainkan berupa gabungan dari beberapa

molekul. Namun karena bentuknya sangat kecil, gabungan-gabungan molekul itu sulit

dikenali lagi.

Untuk membedakan sistem koloid dengan sistem pemcapuran lainnya,

perhatikanlah tabel berikut!

LARUTAN KOLOID SUSPENSI


Terdiri atas satu fasa Terdiri atas satu fasa Terdiri atas dua fasa
Homogen Homogen Heterogen
Jernih Keruh Keruh
Tidak memisah jika Tidak memisah jika
Memisah jika didiamkan
didiamkan didiamkan
Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring
Dapat diamati dengan Dapat diamati dengan
Tidak dapat diamati
mikroskop ultra mikroskop biasa
-7 -7 -5
Diameter partikel < 10 Diameter partikel 10 - 10
Diameter partikel > 10-5 cm.
cm. cm.
Penulisan A (aq) Penulisan A (s) Penulisan A (s)

B. Jenis-Jenis Koloid

Sistem koloid tersusun atas fase terdispersi yang tersebar merata pada medium

pendispersi. Fase terdispersi maupun medium pendispersi dapat berupa gas, cair, atau

padat. Tetapi campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid, sebab semua

gas akan bercampur homogen dalam segala perbandingan. Sistem koloid dapat

dibedakan menjadi 3, yaitu :

1. Sol

Sol mempunyai fase terdispersi padat. Sol terdiri atas

1) Sol padat dengan medium pendispersi padat, contoh paduan logam, gelas

berwarna, dan intan;

2) Sol cair atau sol dengan medium pendispersi cair, contoh cat, tinta, tepung

dalam air, tanah liat;

3) Sol gas atau aerosol padat dengan mediumpendispersi gas, contoh asap,

debu di udara.

2. Emulsi

Emulsi mempunyai fase terdispersi cair. Emulsi terdiri atas

1) Emulsi padat atau gel dengan medium pendispersi padat, contoh keju,

mentega, agar-agar.

2) Emulsi cair atau emulsi dengan medium pendispersi cair, contoh susu,

mayones, dan krim tangan.

3) Emulsi gas atau aerosol cair dengan medium pendispersi gas, contoh

kabut, awan, dan hairspray.

3. Buih

Buih mempunyai fase terdispersi gas. Buih terdiri atas


1) Buih padat dengan medium pendispersi padat, contoh batu apung, karet

busa, dan styrofoam

2) Buih cair atau buih dengan medium pendispersi cair, contoh buih sabun

dan putih telur.

Klasifikasi di atas dapat pula disusun dalam delapan pola penggolongan,

yakni seperti dalam tabel berikut.       

Fase Fase
No Nama Koloid Contoh
Terdispersi Pendispersi
Buih sabun, shampoo, krim
1 Gas Cair Buih, deterjen
kocok

2 Gas Padat Busa padat Karet busa, batu apung

3 Cair Gas Aerosol cair Kabut

Susu, santan, minyak ikan, es


4 Cair Cair Emulsi
krim

5 Cair Padat Emulsi padat Mutiara, jeli, keju

6 Padat Gas Aerosol padat Asap

7 Padat Cair Sol Cat, tinta, larutan agar-agar

Sol padat,
8 Padat Padat Kaca berwarna, campuran
logam

Jika ditinjau dari tabel tersebut maka sistem koloid mencakup hampir semua materi

baik yang dihasilkan dari proses alam maupun yang dikembangkan oleh manusia.

a) Koloid Liofil dan Liofob

Berdasarkan tingkat kestabilannya, koloid dapat digolongkan menjadi dua

macam, yaitu koloid liofob dan liofil. Koloid liofob memiliki kestabilan rendah,

sedangkan koloid liofil memiliki kestabilan tinggi. Liofob berasal dari bahasa Latin

yang artinya menolak pelarut, sedangkan liofil berarti menyukai pelarut. Jika medium
pendispersi dalam koloid adalah air maka digunakan istilah hidrofob dan hidrofil

sebagai pengganti liofob dan liofil.

Koloid hidrofil relatif stabil dan mudah dibuat, misalnya dengan cara

pelarutan. Gelatin, albumin telur, dan gom arab terbentuk dari dehidrasi

(penghilangan air) koloid hidrofil. Dengan menambahkan medium pendispersi,

gelatin dapat terbentuk kembali menjadi koloid sebab prosesnya dapat balik

(reversible). Koloid hidrofob umumnya kurang stabil dan cenderung mudah

mengendap. Waktu yang diperlukan untuk mengendap sangat beragam bergantung

pada kemampuan agregat (mengumpul) dari koloid tersebut. Lumpur adalah koloid

jenis hidrofob. Lumpur akan mengendap dalam waktu relatif singkat. Namun, ada

juga koloid hidrofob yang berumur panjang, misalnya sol emas. Sol emas dalam

medium air dapat bertahan sangat lama.

Koloid hidrofob bersifat tidak dapat balik (irrerersible). Jika koloid hidrofob

mengalami dehidrasi (kehilangan air), koloid tersebut tidak dapat kembali ke keadaan

semula walaupun ditambahkan air. Sejumlah kecil gelatin atau koloid hidrofil sering

ditambahkan ke dalam sol logam yang bertujuan untuk melindungi atau menstabilkan

koloid logam tersebut. Koloid hidrofil yang dapat menstabilkan koloid hidrofob

disebut koloid protektif atau koloid pelindung. Koloid protektif bertindak melindungi

muatan partikel koloid dengan cara melapisinya agar terhindar dari koagulasi. Protein

kasein bertindak sebagai koloid protektif dalam air susu. Gelatin digunakan sebagai

koloid pelindung dalam es krim untuk menjaga agar tidak membentuk es batu.

b) Jelifikasi (Gelatinasi)

Pada kondisi tertentu, sol dari koloid liofil dapat mengalami pemekatan dan

berubah menjadi material dengan massa lebih rapat, disebut jeli. roses pembentukan

jeli disebut jelifikasi atau gelatinasi. Contoh dari proses ini, yaitu pada pembuatan

kue dari bahan agar-agar, kanji, atau silikagel.

Pembentukan jeli terjadi akibat molekul-molekul bergabung membentuk

rantai panjang. Rantai ini menyebabkan terbentuknya ruang-ruang kosong yang dapat
diisi oleh cairan atau medium pendispersi sehingga cairan terjebak dalam jaringan

rantai. Peristiwa medium pendispersi terjebak di antara jaringan rantai pada jeli ini

dinamakan swelling. Pembentukan jeli bergantung pada suhu dan konsentrasi zat.

Pada suhu tinggi, agar-agar sukar mengeras, sedangkan pada suhu rendah akan

memadat. Pembentukan jeli juga menuntut konsentrasi tinggi agar seluruh pelarut

dapat terjebak dalam jaringan.

Kepadatan jeli bergantung pada zat yang didispersikan. Silikagel yang

mengandung medium air sekitar 95% membentuk cairan kental seperti lendir. Jika

kandungan airnya lebih rendah sekitar 90% maka akan lebih padat dan dapat

dipotong dengan pisau.

Jika jeli dibiarkan, volumenya akan berkurang akibat cairannya keluar. Gejala

ini dinamakan sinersis. Peristiwa sinersis dapat diamati pada agar-agar yang dibiarkan

lama. Jeli dapat dikeringkan sampai kerangkanya keras dan dapat membentuk kristal

padat atau serbuk. Jeli seperti ini mengandung banyak pori dan memiliki kemampuan

mengabsorpsi zat lain. Silikagel dibuat dengan cara dikeringkan sampai mengkristal.

Silikagel digunakan sebagai pengering udara, seperti pada makanan kaleng, alat-alat

elektronik, dan yang lainnya.

C. Sifat-Sifat Koloid

- Efek Tyndall 

Efek Tyndal adalah kemampuan koloid untuk menghamburkan cahaya ke

segala arah. Fenomena ini dapat juga digunakan untuk membedakan larutan dengan

koloid, sebab larutan tidak memiliki sifat menghamburkan cahaya dan dapat

menjelaskan buramnya dispersi koloid (minyak zaitun dan air dapat tembus cahaya,

namun jika keduanya dicampur akan membentuk koloid yang nampak seperti susu).
- Gerak Brown

Jika suatu sistem koloid diamati menggunakan mikroskop optik, dengan arah

tegak lurus terhadap berkas cahaya dan latar belakang yang gelap, maka akan nampak

partikel-partikel yang berbentuk seperti bintik-bintik berkilauan. Jika gerakan bintik-

bintik tersebut diikuti, maka terlihat bahwa bintik-bintik tersebut bergerak secara acak

ke segala arah. Gerakan acak ini disebut gerakan Brown. Hal ini terjadi karena

banyaknya tabrakan molekul pada satu sisi molekul tidak sama pada sisi yang lain.

- Adsorpsi

Adsorpsi disebabkan oleh adanya gaya Van der Waals di permukaan partikel

yang dapat menarik atom-atom (molekul/ion) dari zat lain. Padatan dapat bersifat

sebagai adsorben (penyerap), namun kemampuan koloid dalam mengadsorpsi lebih

tinggi daripada padatan, karena koloid memiliki luas permukaan lebih besar.

Contoh:

(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.

(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

- Muatan koloid

Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan

negatif.

- Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.

Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.

Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan

pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid

yang berbeda muatan.

- Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid

lain dari proses koagulasi.

- Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara

mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semipermeabel


yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semipermeabel ini dapat dilewati cairan

tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

- Elektroforesis

Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan

dengan menggunakan arus listrik.

D. Cara Pembuatan Koloid

Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi,

karena itu cara pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan

atau memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam

pembuatan sistem koloid sol, yaitu:

- Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil

larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.

- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar

sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.

1. Metode kondensasi

Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan

cara kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau dengan penggatian

pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan menggabungkan partikel-partikel larutan

(atom, ion, atau molekul) menjadi pertikel-partikel berukuran koloid.

a.   Reaksi dekomposisi rangkap

Misalnya:

- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui

larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang:

As2O3 (aq) + 3H2S(g) → As2O3 (koloid) + 3H2O(l)

(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2)

- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO 3 encer dan larutan HCl

encer: AgNO3 (ag) + HCl(aq) → AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

b.   Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:

- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan

larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;

FeCl3 (aq) + 3H2O(l) → Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)

- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;

AlCl3 (aq) + 3H2O(l) → Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

c.   Reaksi reduksi-oksidasi (redoks)

Misalnya:

- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan

melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;

2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)

- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan

mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) →3S(s) + 2H2O(l)

d. Penggatian pelarut

Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa

terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid.

Misalnya:

- untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam

alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlenih dahulu

dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol

tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga

belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan

belerang dalam air.

- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan

terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol

maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.

2. Metode Dispersi
Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi berukuran

koloid yang kemudian akan didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada 3 cara

dalam metode ini, yaitu:

a.   Cara Mekanik

Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan

proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat

yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa

digunakan dalam:

- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.

- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen,

dsb.

- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.

- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.

b.   Cara peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar

atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat

pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang

mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.

Contoh:

- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.

- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

- Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru

terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3

sehingga bermuatan positif

- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem

kolid. Contohnya; gelatin dalam air.


c. Cara Busur Bredig

Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam,

sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-

partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan

ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua ujungnya saling

berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang

timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi

dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa

pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap

logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.

d.   cara ultrasonik

Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama berfungsi

dalam pembuatan sol logam. Kalau busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan

tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi berfrekuensi sangat tinggi,

yaitu di atas 20.000 Hz.

E. Ciri Ciri Koloid

Ciri-Ciri Koloid

Koloid memiliki beberapa ciri dan ciri yang sangat unik. Berikut ini adalah ciri-

cirinya:

1. Dispersi molekuler

2. Sifat campuran koloid merupakan heterogen.

3. Koloid tidak dapat disaring.

4. Dimensi partikel kurang dari 1 nm


5. Sistem koloid stabil diakibatkan oleh gaya tarik menarik, yang menyebabkan

partikel koloid mengumpulkan bentuk agregat dan mengendap.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

- Sistem koloid adalah suatu keadaan materi yang memiliki ukuran di

antara ukuran partikel dan suspensi.

- Jenis-jenis koloid dibedakan menjadi 3 yaitu Sol, Emulsi, dan Buih

- Sifat-sifat koloid yaitu Efek Tyndall, Gerak Brown, Adsorpsi, Muatan koloid,

Koagulasi koloid, Koloid pelindung, Dialisis, dan Elektroforesis


- Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan

atau memperkecil partikel suspensi. Ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem

koloid sol, yaitu: Metode kondensasi dan Metode dispersi

B. Saran

Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan sistem koloid ini, kita harus tetap

berpegang teguh pada prinsip agar apapun yang nantinya akan kita lakukan tidak

melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat serta tidak merugikan pihak

lain. Dengan begitu semua pihak akan merasa diuntungkan oleh apa yang kita

lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Foliatini. 2009. Buku Pintar Kimia SMA untuk Kelas 1, 2, & 3. Jakarta: PT

Wahyumedia

http://bakriekimia.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-dan-jenis-sistem-koloid.html

http://iskabere.blogspot.co.id

http://thierydrizzle.blogspot.co.id/2014/11/makalah-kimia-manfaat-koloid-bagi.html
http://www.gurupendidikan.com/sifat-pengertian-sistem-koloid-menurut-para-ahli-

beserta-jenisnya

https://hengky11blog.wordpress.com/2014/02/04/kegunaan-koloid-dalam-kehidupan-

sehari-hari

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid

Anda mungkin juga menyukai