Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SISTEM KOLOID

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
CHRISTINE PETRONELA SAGALA
KELAS: XI MIPA 1
 

SMA NEGERI 2 KISARAN


TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera untuk kita semua


Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang membahas Sistem Koloid.

Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak/ Ibu
guru yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan
makalah ini. Dimana makalah ini saya  mengupas sekelumit
tentang Sistem Koloid dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi siswa siswa atau bagi


pembacanya. Tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan
penyusunan makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak maupun bagi pembaca makalah ini.

Asahan, Mei 2021


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMANDEPAN................................................................................ 
i
KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Koloid....................................................................  2
2.2 Sistem Koloid.......................................................................... 2
2.3 Jenis-Jenis Koloid.................................................................... 4
2.4 Sifat-Sifat Koloid....................................................................  5
2.5 Pembuatan Sistem Koloid.......................................................  7
2.6 Kegunaan Koloid..................................................................... 8

BAB  III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 10
         
BAB I
PENDAHULUAN
1.1         LATAR BELAKANG
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen
namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga
terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh
oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi
pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh
campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo,


serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-
hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri
dalam kimia industri karena kepentingannya.

1.2         RUMUSAN MASALAH

1.      Apa  yang dimaksud dengan Koloid?


2.      Apa yang dimaksud dengan Sistem Koloid?
3.      Apa saja Jenis-Jenis Koloid?
4.      Bagaimana Sifat-Sifat Koloid?
5.      Bagaimana cara Pembuatan Sistem Koloid
6.      Apa Kegunaan Koloid?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1     PENGERTIAN KOLOID
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata
di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100
nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu
partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna
(padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti
mayones, hairspray, jelly, dll.  

Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu
koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan
ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang
terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul
kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai
ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri
atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang
sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini
66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.

2.2         SISTEM KOLOID
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran
(sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel
terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasiatau gaya lain yang dikenakan
kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh
larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar,tinta, sampo, serta awan


merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga
merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena
kepentingannya.
Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut:
a.       Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
b.      Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi sebagai berikut :
Fase Pendispersi Nama koloid Contoh
Terdispersi
Gas Gas Bukan koloid, karena gas bercampur
secara homogeny
Gas Cair Busa Buih, sabun,
ombak, krim kocok
Gas Padat Busa padat Batu apung, kasur
busa
Cair Gas Aerosol cair Obat semprot,
kabut, hair spray di
udara
Cair Cair Emulsi Air santan, air
susu, mayones
Cair Padat Gel Mentega, agar-agar
Padat Gas Aerosol padat Debu, gas knalpot,
asap
Padat Cair Sol Cat, tinta
Padat Padat Sol Padat Tanah, kaca,
lumpur
2.3     JENIS-JENIS KOLOID
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan gas.
Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

a.              Sol (fase terdispersi padat)


1.      Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi pada
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
2.      Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
3.      Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
b.             Emulsi (fase terdispersi cair)
1.        Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
2.        Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tang3.        Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
c.          Buih (fase terdispersi gas)
1.        Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat.
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
2.        Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
 

Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama- sama berupa
gas, campurannya tergolong larutan
2.4    SIFAT-SIFAT KOLOID

a.       Efek Tyndall


Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu
disebut efek tyndall.

Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan
sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan
cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi
karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat
menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil
sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

b.             Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi
tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra,
maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.

Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di
tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas,
pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu
sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup
kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan
tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi.
Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan
dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu
system koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat.
Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin
lambat.

c.              Absorpsi
Absorpsi  ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Absorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii)
Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

d.             Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.

e.              Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi
secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

f.              Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari
proses koagulasi.

g.             Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses
dialisis.

h.             Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik.
2.5     PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Reaksi dekomposisi rangkap Misalnya:
         Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan
As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) à As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
         (Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
         Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
         AgNO3 (ag) + HCl(aq) à AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

1.             Pemanasan nitrat
Jika dipanaskan, kebanyakan nitrat cenderung mengalami dekomposisi membentuk oksida
logam, nitrogen dioksida berupa asap coklat, dan oksigen.

Sebagai contoh, nitrat Golongan 2 yang sederhana seperti magnesium nitrat mengalami
dekomposisi dengan reaksi sebagai berikut :
Pada Golongan 1, ithium nitrat mengalami proses dekomposisi yang sama - menghasilkan
lithium oksida, nitrogen dioksida dan oksigen.Akan tetapi, nitrat dari unsur selain lithium dalam
Golongan 1 tidak terdekomposisi sempurna (minimal tidak terdekomposisi pada suhu Bunsen) -
menghasilkan logam nitrit dan oksigen, tapi tidak menghasilkan nitrogen oksida.Semua nitrat
dari natrium sampai cesium terdekomposisi menurut reaksi di atas, satu-satunya yang
membedakan adalah panas yang harus dialami agar reaksi bisa terjadi. Semakin ke bawah
golongan, dekomposisi akan semakin sulit, dan dibutuhkan suhu yang lebih tinggi.

2.             Pemanasan karbonat
Jika dipanaskan, kebanyakan karbonat cenderung mengalami dekomposisi membentuk
oksida logam dan karbon dioksida.Sebagai contoh, karbonat Golongan 2 sederhana seperti
kalsium karbonat terdekomposisi sebagai berikut :

Pada Golongan 1, lithium karbonat mengalami proses dekomposisi yang sama


menghasilkan lithium oksida dan karbon dioksida.

Karbonat dari unsur-unsur selain lithium pada Golongan 1 tidak terdekomposisi pada suhu
Bunsen, walaupun pada suhu yang lebih tinggi mereka akan terdekomposisi. Suhu dekomposisi
lagi-lagi meningkat semakin ke bawah Golongan.
2.6     KEGUNAAN KOLOID
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan
untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil
untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
  Jenis industri Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan Krim, pasta gigi, sabun
tubuh
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan
  
Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :
1.             Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air,
kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel
koloidakan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat
warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.

2.             Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka,
maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion
Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral
sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3.             Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk
menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid
tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion
Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3
yang bermuatan positif melalui reaksi:

Al3+   +   3H2O     à    Al(OH)3   +      3H+


Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama
tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses
penjernihan air secara lengkap.
BAB  III
PENUTUP

3.1     KESIMPULAN
o      Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid.
Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall.
o      Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak dengan gerak
patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena tumbukan tak simetris antara
molekul medium dengan partikel koloid.
o      Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas
permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
o      Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Muatan
koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid, sehingga menjadi stabil (tidak
mengalami sedimentasi).
o      Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan partikel koloid
dalam medan listrik.
o      Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal,
misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit  akan menetralkan muatan koloid,
sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
o      Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob.
Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob
interaksinya tersebut tidak ada
o      Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar
dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi, koloid
dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga
menjadi partikel koloid.
o      Asbut adalah suatu bentuk pencemaran yang merupakan sistem koloid.

DAFTAR PUSTAKA

Purba, Michael.2010.Kimia Untuk SMA Kelas XI . Jakarta: ERLANGGA


Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta : Yudhistira.
Suharsini,     Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.
http://tekanlagi.blogspot.com/2013/05/makalah-sistem-koloid.html

Anda mungkin juga menyukai