Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FARMASI FISIKA II

“ KOLOID ”
Dosen Pengampu : Muhamad Handoyo Sahumena, S.Pd., M.Sc.

OLEH:

NAMA : PUTRI AMELIA


NIM : O1A121334
KELAS :F

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari
makalah ini adalah “Koloid”.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Farmasi Fisika II yang telah memberikan tugas terhadap saya. Saya juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik sehingga saya dapat memperbaiki makalah Farmasi Fisika II ini.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Kendari, 31 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3. Tujuan Masalah.....................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................................4
2.1. Pengertian Koloid.......................................................................................................................4
2.2 Sifat-sifat Koloid.........................................................................................................................5
2.3 Jenis-jenis Koloid........................................................................................................................6
2.4. Pembuatan Koloid......................................................................................................................7
2.5. Pemanfaatan Koloid dalam Bidang Farmasi..............................................................................8
BAB III..................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid sehingga
sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung
partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti
susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa
koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi. Dalam industri cat, semen, dan
industri karet untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk
seperti spray untuk serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam
bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat
berguna bagi kehidupan manusia.
Sistem koloid berhubungan dengan proses-proses dialam yang mencakup
berbagai bidang. Hal itu dapat kita perhatikan didalam tubuh makhluk hidup, yaitu
makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh terlebih
dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam makhluk hidup
merupakan suatu koloid sehingga proses-proses dalam sel melibatkan sistem koloid.
Dalam udara juga terdapat sistem koloid, misalnya polutan padat yang
terdispersi dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara
yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral-mineral yang terdispersi dalam
tanah yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan juga merupakan sistem koloid. Proses
majunya garis diakibatkan pembentukan sistem koloid yang disebut proses
pengendapan koloid dan terbentuknya delta pada muara sungai juga proses
pembentukan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk
membentuk koloid antara air dan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam
selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna
merah merupakan sistem koloid. Banyak sekali campuran dialam ini yang kita lihat
dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan system koloid. Untuk mengetahui
apakah AgCl termasuk koloid maka disusunlah makalah yang berjudul sol AgCl.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apa Pengertian Koloid ?
2. Bagaimana Sifat-sifat Koloid ?
3. Apa Jenis-jenis Koloid ?
4. Bagaimana Cara Pembuatan Koloid ?
5. Bagaimana Pemanfaatan Koloid dalam bidang Farmasi ?

1.3.Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Koloid
2. Untuk Mengetahui Sifat-sifat Koloid
3. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Koloid
4. Untuk Mengetahui Cara Pembuatan Koloid
5. Untuk Mengetahui Pemanfaatan Koloid dalam bidang Farmasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Koloid


Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan
dan suspensi (campuran kasar), contohnya lem, kanji, santan, dan jeli. Analisis sistem
koloid diawali oleh percobaan Thomas Graham. Thomas Graham menemukan bahwa
berbagai larutan misalnya HCl dan NaCl mudah berdifusi, sedangkan zat-zat seperti
kanji, gelatin dan putih telur sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi. Ia
menemukan waktu difusi relatif untuk berbagai zat. Oleh karena zat yang mudah
berdifusi biasanya berbentuk kristal dalam keadaan padat, Graham menyebutnya
kristaloid. Sedangkan, zat-zat yang sukar berdifusi disebutnya koloid (Astuti, 2019).

Koloid memiliki sifat antara larutan homogen dan campuran heterogen. Ini
dikarenakan partikel koloid cukup kecil sehingga tumbukan acak yang terjadi dalam
larutan, masih bisa menahan pengaruh gaya gravitasi yang akan menariknya keluar dari
larutan dan mengendap, tetapi partikel tersebut tidak benar-benar larut dalam larutan.
Larutan koloid ini dapat terdeteksi dengan memperhatikan efek penghamburan cahaya
yang terjadi. Penghamburan menunjukkan bahwa dispersi koloid di sepanjang larutan
terdiri dari partikel-partikel berukuran besar. Walaupun cukup kecil untuk tidak
mengendap keberadaannya menunjukkan lebih mendekati sifat campuran heterogen
(Purba dkk., 2016).

Koloid yang mengandung fasa terdispersi padat disebut sol. Ada tiga jenis sol, yaitu
sol padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol gas (padat dalam gas).
Istilah sol biasa digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan sol gas lebih dikenal
sebagai aerosol (aerosol padat). Koloid yang mengandung fasa terdispersi cair disebut
emulsi, yaitu emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam cair), dan emulsi
gas (cair dalam gas). Istilah emulsi biasa digunakan untuk menyatakan emulsi cair,
sedangkan emulsi gas juga dikenal dengan nama aerosolo (aerosol cair). Koloid yang
mengandung fasa terdispersi gas disebut buih (Ernavita, 2018).

2.2 Sifat-sifat Koloid


a. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-
partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar.
Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya
akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan
yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

b. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak
lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan
bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya
bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi
zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan
partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah.
Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak
seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan
arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil
ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin
besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan
dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi
suhu system koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel
medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system
koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

c. Absorpsi
Absorpsi  ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
(Catatan : Absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang
terjadi di dalam suatu partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena
permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena
permukaannya menyerap ion S2.

d. Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid
bermuatan negatif.

e. Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan
atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda
muatan.

f. Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid
lain dari proses koagulasi.

g. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini
disebut proses dialisis.

h. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan
dengan menggunakan arus listrik.

2.3 Jenis-jenis Koloid


Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari. Hal ini disebabkan sifat
karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang
tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam
skala besar. Ada banyak penggunaan sistem koloid baik di dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam berbagai industri seperti industri kosmetik, makanan, farmasi dan
sebagainya. Beberapa macam koloid tersebut antara lain;
1. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas.
Aerosol yang dapat kita saksikan di alam adalah kabut, awan, dan debu di udara. Dalam
industri modern, banyak sediaan insektisida dan kosmetika yang diproduksi dalam
bentuk aerosol, dan sering kita sebut sebagai obat semprot, Contohnya antara lain adalah
hair spray, deodorant dan obat nyamuk.
2. Sol
Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan. Berdasarkan
sifat adsorpsi dari partikel padat terhadap cairan pendispersi, kita mengenal dua macam
sol yaitu:
a. Sol liofil, dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga
terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya cinta cairan
(Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah padat disebut gel.
Contoh gel antara lain selai dan gelatin.
b. Sol liofob, dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan. Liofib
artinya takut cairan (phobia=takut).
3. Emulsi
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-
sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat
pengemulsi (emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai
emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan
dipanaskan dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam
bentuk semipadat disebut krim.
2.4. Pembuatan Koloid
Partikel Koloid mempunyai ukuran antara ukuran partike larutan (<1 nm) dan
suspensi (>100 nm). Oleh karena itu pembuatan sistem koloid bergantung dari ukuran
partikel asal. Apabila asal partikel adalah larutan, maka sistem koloid dapat dibuat
dengan cara memperbesar ukuran partikel-partikel larutan tersebut (kondensasi). Untuk
memperbesar ukuran tersebut dapat melalui pengelompkkan (agregrasi) partikel larutan.
Sebaiknya, apabila partikel asal adalah suspensi maka partikel-partikel koloid dapat
dibentuk dengan cara memperkecil ukuran partikel-partikelnya kemudian
mendispersikan ke dalam medium pendispersi (dispersi).
Adapun pembuatan koloid dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut:
1. Cara Kondensasi
Cara kondensasi merupakan cara yang berupaya untuk menggabungkan partikel-
partikel larutan yang mempunyai ukuran kurang dari 1 nm menjadi partikel-partikel
koloid yang mempunyai ukuran partikel antara 1-1000 nm. Untuk menggabungkan
partikel-partikel larutan dapat digunakan cara fisika dan cara kimiawi.
a. Cara Fisika
Cara ini menggunakan prinsip perubahan fisika untuk mengubah kelarutan zat
terlarut. Cara ini meliputi penggunaan pelarut dengan tingkat kelarutan yang lebih
rendah, dan menurunkan temperatur atau mendinginkan larutan.
b. Cara kimia
Partikel-partikel koloid dapat dibentuk dari partikel-partikel larutan melalui reaksi
kimia seperti hidrolisis dan redoks. Pada cara ini diperlukan kontrol yang ketat karena
pertumbuhan partikel yang terlalu cepat dapat menyebabkan gagalnya pembentukan
koloid.
2. Cara Dispersi
Cara dispersi merupakan cara pembuatan sistem koloid dengan cara mengubah
partikel-partikel berukuran lebih besar dari 1000 nm menjadi partikel koloid (1-1000
nm). Perubahan partikel ini dapat dilakukan dengan cara mekanik, disperse ke gas dan
peptisasi.
a. Cara mekanik
Dilakukan dengan cara penumbukan atau penggilingan dalam mortar atau peralatan
lainnya. Kemudian zat terdispersi dimasukkan ke dalam medium pendispersi disertai
pengadukan hingga terbentuk koloid.
b. Cara dispersi dalam gas
Cairan disemprotkan menggunakan atomizer atau sparayer sehingga membentuk
aerosol. Contoh cara ini adalah penyemprotan cat.
c. Cara peptisasi
Cara ini menggunakan prinsip penambahan zat yang mampu memecah (pemeptisasi)
ke dalam partikel-partikel kasar sehingga terbentuk partikel-partikel koloid.
(Buwono dkk., 2020).
Prinsip pembuatan larutan berbeda dengan pembuatan koloid. Pada pembuatan
larutan, didasarkan kepada pembentukan campuran homogen dari beberapa jenis zat yang
saling larut, dan masing-masing komponen zat yang bercampur tidak dapat lagi dibedakan
satu sama lain. Campuran homogen yang terbentuk pada larutan dihasilkan dari daya tarik
menarik antara molekul yang bercampur. Secara umum larutan terdiri dari dua komponen,
yaitu pelarut dan zat terlarut. Sedangkan untuk Koloid, terdapat dua cara dalam
pembuatannya, yaitu cara kondensasi dan cara disperse (Mawarnis, 2021).

1. Cara Kondensasi
Cara kondensasi adalah pembuatan koloid dengan mengubah partikel-partikel larutan
sejati yang berupa ion atau molekul menjadi partikel koloid atau pembuatan partikel
koloid dari partikel kecil. Cara kondensasi ini terdiri atas empat cara, yaitu:
a) reaksi hidrolisis.
Reaksi hidrolisis ini dapat ditemukan dalam pembuatan sol Fe(OH)3.
FeCl3(aq) + 3H2O(1)→ Fe(OH)3(sol) + 3HCl(aq)
b) Reaksi oksidasi
Reaksi oksidasi dapat ditemukan dalam pembuatan sol belerang dengan
persamaan reaksi:
2H2S(g) + SO2(g) → 3S (sol) + 2H2O(1)
Berikut cara pembuatan sol belerang:
 Mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2 atau larutan H₂O₂.
 Meneteskan larutan HCl ke dalam larutan Na2S2O3.
a) Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCL
encer;
AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl (d)+31-0 (aq)
b) Reaksi pergantian pelarut
Cara ini dilakukan dengan menggantikan meduim pendispersi sehingga fasa
terdispersinya yang semula larut setelah diganti pelarutnya menjadi herukuran
koloid.
Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah
dengan air. Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air → S (s) Larutan S

2. Cara Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi).
Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur
Bredig, dan ultrasonik. Ada 3 cara dalam metode ini, yaitu:
a) Metode Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Proses
mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau penggilingan
(untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat cair). Setelah
diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid, kemudian
didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol belerang.
Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa
digunakan dalam:
 Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, dsb
 Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, dsb
 Industri farmasi
b) Metode Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemecahan. Zat pemecah tersebut dapat berupa
elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu. Contoh,
proses pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan
nikel sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.
c) Cara busur bredig
Cara busur bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, seperti
Ag, Au, dan Pt.
2.5 Penggunaan Koloid dalam bidang farmasi
Sistem koloid banyak digunakan dalam kehidupan manusia, terutama dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan
untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat
stabil untuk produksi dalam skalabesar.
Jenis Industri Contoh Aplikasi
Industri Makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri Kosmetika dan Perawatan Krim, pasta gigi, sabun
Tubuh
Industri Cat Cat
Industri Kebutuhan Rumah Tangga Sabun. Detergen
Industri Pertanian Peptisida dan insektisida
Industri Farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan.

Pada bidang farmasi, prinsip koloid diterapkan pada Minyak ikan, pensilin untuk
suntikan,salep, krim. Obat-obatan yang kita konsumsi juga terbuat dari banyak proses dan
sistem, salah satunya adalah koloid. Pada pembuatan obat biasanya ada zat-zat yang tidak
dapat larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid supaya mudah ketika
diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul. Dari beberapa literature telah di lakukan
pengembangan dari pengaplikasian koloid misalnya yang diterapkan pada minyak ikan.
DAFTAR PUSTAKA

Astutu, Yayuk. 2019. Kimia Koloid dan Permukaan. Deepublish Publisher : Sleman.

Ernavita. 2018. Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari. DPPK : Jakarta.

Purba, Mahdalena., Ila Rosilawati, dan Tasviri Efkar. 2016. EFEKTIFITAS


DISCOVERY LEARNING PADA MATERI KOLOID DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN
MENGOMUNIKASIKAN. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia,
Vol.5(3).

Buwono H.P., Satworo A., Faizin A., dan Imam M., 2020. Kimia Teknik Untuk Teknisi
Pesawat Udara. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran Dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai