“ KOLOID ”
Dosen Pengampu : Muhamad Handoyo Sahumena, S.Pd., M.Sc.
OLEH:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari
makalah ini adalah “Koloid”.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Farmasi Fisika II yang telah memberikan tugas terhadap saya. Saya juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik sehingga saya dapat memperbaiki makalah Farmasi Fisika II ini.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3. Tujuan Masalah.....................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................................4
2.1. Pengertian Koloid.......................................................................................................................4
2.2 Sifat-sifat Koloid.........................................................................................................................5
2.3 Jenis-jenis Koloid........................................................................................................................6
2.4. Pembuatan Koloid......................................................................................................................7
2.5. Pemanfaatan Koloid dalam Bidang Farmasi..............................................................................8
BAB III..................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.3.Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Koloid
2. Untuk Mengetahui Sifat-sifat Koloid
3. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Koloid
4. Untuk Mengetahui Cara Pembuatan Koloid
5. Untuk Mengetahui Pemanfaatan Koloid dalam bidang Farmasi
BAB II
PEMBAHASAN
Koloid memiliki sifat antara larutan homogen dan campuran heterogen. Ini
dikarenakan partikel koloid cukup kecil sehingga tumbukan acak yang terjadi dalam
larutan, masih bisa menahan pengaruh gaya gravitasi yang akan menariknya keluar dari
larutan dan mengendap, tetapi partikel tersebut tidak benar-benar larut dalam larutan.
Larutan koloid ini dapat terdeteksi dengan memperhatikan efek penghamburan cahaya
yang terjadi. Penghamburan menunjukkan bahwa dispersi koloid di sepanjang larutan
terdiri dari partikel-partikel berukuran besar. Walaupun cukup kecil untuk tidak
mengendap keberadaannya menunjukkan lebih mendekati sifat campuran heterogen
(Purba dkk., 2016).
Koloid yang mengandung fasa terdispersi padat disebut sol. Ada tiga jenis sol, yaitu
sol padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol gas (padat dalam gas).
Istilah sol biasa digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan sol gas lebih dikenal
sebagai aerosol (aerosol padat). Koloid yang mengandung fasa terdispersi cair disebut
emulsi, yaitu emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam cair), dan emulsi
gas (cair dalam gas). Istilah emulsi biasa digunakan untuk menyatakan emulsi cair,
sedangkan emulsi gas juga dikenal dengan nama aerosolo (aerosol cair). Koloid yang
mengandung fasa terdispersi gas disebut buih (Ernavita, 2018).
b. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak
lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan
bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya
bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi
zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan
partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah.
Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak
seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan
arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil
ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin
besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan
dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi
suhu system koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel
medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system
koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
c. Absorpsi
Absorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
(Catatan : Absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang
terjadi di dalam suatu partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena
permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena
permukaannya menyerap ion S2.
d. Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid
bermuatan negatif.
e. Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan
atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda
muatan.
f. Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid
lain dari proses koagulasi.
g. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini
disebut proses dialisis.
h. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan
dengan menggunakan arus listrik.
1. Cara Kondensasi
Cara kondensasi adalah pembuatan koloid dengan mengubah partikel-partikel larutan
sejati yang berupa ion atau molekul menjadi partikel koloid atau pembuatan partikel
koloid dari partikel kecil. Cara kondensasi ini terdiri atas empat cara, yaitu:
a) reaksi hidrolisis.
Reaksi hidrolisis ini dapat ditemukan dalam pembuatan sol Fe(OH)3.
FeCl3(aq) + 3H2O(1)→ Fe(OH)3(sol) + 3HCl(aq)
b) Reaksi oksidasi
Reaksi oksidasi dapat ditemukan dalam pembuatan sol belerang dengan
persamaan reaksi:
2H2S(g) + SO2(g) → 3S (sol) + 2H2O(1)
Berikut cara pembuatan sol belerang:
Mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2 atau larutan H₂O₂.
Meneteskan larutan HCl ke dalam larutan Na2S2O3.
a) Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCL
encer;
AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl (d)+31-0 (aq)
b) Reaksi pergantian pelarut
Cara ini dilakukan dengan menggantikan meduim pendispersi sehingga fasa
terdispersinya yang semula larut setelah diganti pelarutnya menjadi herukuran
koloid.
Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah
dengan air. Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air → S (s) Larutan S
2. Cara Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi).
Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur
Bredig, dan ultrasonik. Ada 3 cara dalam metode ini, yaitu:
a) Metode Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Proses
mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau penggilingan
(untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat cair). Setelah
diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid, kemudian
didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol belerang.
Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa
digunakan dalam:
Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, dsb
Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, dsb
Industri farmasi
b) Metode Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemecahan. Zat pemecah tersebut dapat berupa
elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu. Contoh,
proses pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan
nikel sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.
c) Cara busur bredig
Cara busur bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, seperti
Ag, Au, dan Pt.
2.5 Penggunaan Koloid dalam bidang farmasi
Sistem koloid banyak digunakan dalam kehidupan manusia, terutama dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan
untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat
stabil untuk produksi dalam skalabesar.
Jenis Industri Contoh Aplikasi
Industri Makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri Kosmetika dan Perawatan Krim, pasta gigi, sabun
Tubuh
Industri Cat Cat
Industri Kebutuhan Rumah Tangga Sabun. Detergen
Industri Pertanian Peptisida dan insektisida
Industri Farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan.
Pada bidang farmasi, prinsip koloid diterapkan pada Minyak ikan, pensilin untuk
suntikan,salep, krim. Obat-obatan yang kita konsumsi juga terbuat dari banyak proses dan
sistem, salah satunya adalah koloid. Pada pembuatan obat biasanya ada zat-zat yang tidak
dapat larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid supaya mudah ketika
diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul. Dari beberapa literature telah di lakukan
pengembangan dari pengaplikasian koloid misalnya yang diterapkan pada minyak ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Astutu, Yayuk. 2019. Kimia Koloid dan Permukaan. Deepublish Publisher : Sleman.
Buwono H.P., Satworo A., Faizin A., dan Imam M., 2020. Kimia Teknik Untuk Teknisi
Pesawat Udara. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.