Anda di halaman 1dari 14

APLIKASI KOLOID DALAM BIDANG KEDOKTERAN

Disusun Oleh:
Risti Kurnia Fajrin (061114003)
Annisa Farwati (0621140)
Kireina Artanti (06211)
Farham Mubyan (0621140)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
2016
ii

DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 1
B. TUJUAN PENULISAN ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Koloid .................................................................................................................................. 3
1. Pengertian Koloid ............................................................................................................. 3
2. Jenis-jenis Sistem Koloid ................................................................................................. 3
3. Sifat-Sifat Koloid ............................................................................................................. 4
B. Penyakit Kanker ................................................................................................................... 7
C. Nano partikel ........................................................................................................................ 8
D. Nano Partikel Di Bidang Kedokteran .................................................................................. 9
E. Mekanisme Kerja Koloid ................................................................................................... 10
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Teknologi koloid dalam bidang kedokteran sangat berkontribusi dalam peningkatan


kesehatan. Konsep targeting suatu senyawa digunakan untuk memperbaiki sel-sel jaringan
dan menurunkan toksisitas atau efek samping penderita kanker. Sistem koloid ini
digunakan para dokter untuk terapi kanker, agen kemoterapi memiliki efek toksis pada sel
tumor. Singkatnya dalam bidang kedokteran nanopartikel digunakan untuk membantu
mendeteksi sel kanker. Tujuan utama pembuatan nanopartikel ini adalah sebagai metode
untuk mendiagnosa suatu penyakit pada pasien. Sehingga dapat mempersingkat waktu
penyembuhan untuk pasien.
Hingga saat ini, kanker masih menjadi masalah kesehatan di berbagai negara di
dunia dan merupakan penyebab kematian kedua di dunia. Kejadian kanker di dunia pada
2008 dilaporkan mencapai 12,7 juta atau sekitar 188 kasus per 100.000 penduduk.
Kematian akibat kanker sepanjang 2008 dilaporkan sebesar 7,6 juta di dunia atau sekitar
14% dari semua kematian di dunia.
Hingga saat ini pun telah banyak modalitas terapi dikembangkan untuk pengobatan
kanker, antara lain dengan obat-obat kemoterapi yang bersifat konvensional (seperti
cyclophosphamide, methotrexate, doxorubicin, fluorouracil). Beberapa permasalahan
muncul dalam penggunaan kemoterapi konvensional, antara lain distribusi yang tidak
sesuai, adanya efek pada jaringan normal, dan metabolisme obat yang relatif cepat sebelum
mencapai lokasi tumor.2 Salah satu metode yang dikembangkan dalam upaya mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan pendekatan nanomedicine untuk menargetkan obat
ke tumor secara spesifik.2,3 Pemanfaatan nanopartikel dalam penatalaksanaan kanker
bertujuan untuk meningkatkan waktu penyembuhan, sehingga diharapkan dapat
mengurangi efek samping. Pemanfaatan nanopartikel juga memungkinkan deteksi dan
terapi kanker dan tumor lebih cepat.
2

B. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui pengertian koloid beserta sifatnya


2. Mengetahui pengertian nanopartikel
3. Mengetahui aplikasi koloid dalam bidang kedokteran
4. Mengetahui kegunaan nanomolekul sebagai pendeteksi sel kanker dan tumor
5. Mengetahi mekanisme kerja koloid dalam bidang kedokteran
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Koloid
1. Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah)
tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran
partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa
diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem
koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan
(air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones,
hairspray, jelly, dll.

Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau
suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-
4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut.
Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid
emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing
mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel
yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar
(disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800
s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.

2. Jenis-jenis Sistem Koloid


Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapalat berupa zat padat, cair,
dan gas. Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi
3, yaitu:
4

a. Sol (fase terdispesrsi padat)


Ada 3 macam bentuk sol yaitu:
Sol padat adalah sol dalam medium pendispesrsi padat, contohnya adalah
paduan logam, gelas warna dan intan hitam
Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi air, contohnya adalah cat, tinta,
tepung dalam air, dan tanah liat
Sol gas (aerosol padat) adalah sol dalam medium pendispersi gas, contohnya
adalah debu di udara, asap pembakaran
b. Emulsi (Fase terdispersi cair)
Ada 3 macam bentuk emulsi yaitu:
Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat, contohnya
adalah jelly, keju, mentega
Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair, contohnya adalah
susu, mayones, dan krim tangan
Emulsi gas (aerosol cair) adalah emulsi dalam medium pendispersi gas,
contohnya adalah hairspray dan obat nyamuk.
c. Buih (fase terdispersi gas)
Ada 2 macam bentuk buih yaitu:
Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat, contohnya adalah
batu apung, marshmallow, karet busa dan styrofoam
Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair, contohnya adalah putih
telur yang dikocok, busa sabun.

3. Sifat-Sifat Koloid
Ada beberapa sifat dari koloid yaitu:
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-
partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar.
Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
5

Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya
akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan
yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

b. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan
bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya
bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium
pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan
tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan
tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak
zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat
gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin
lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit
diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak
Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka
semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid,
maka gerak Brown semakin lambat.
6

c. Absorpsi
Absorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
(Catatan : Absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang
terjadi di dalam suatu partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif
karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif
karena permukaannya menyerap ion S2.

d. Muatan Koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan
negatif.

e. Koagulasi Koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi
dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau
secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda
muatan.

f. Koloid Pelindung
Koloid pelindunga adalah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid
lain dari proses koagulasi.

g. Dialisis
Dialisis adalah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut
proses dialisis.

h. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik.
7

B. Penyakit Kanker

Gambar 1 Sel Kanker

Penyakit Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker.Dalam perkembangannya, sel-sel kanker
ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian.
Kanker adalah istilah yang mencakup sekelompok kompleks lebih dari berbagai jenis
penyakit kanker .Kanker dapat mempengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh
manusia.Banyak orang terkejut ketika mengetahui kanker yang dapat mempengaruhi
bagian-bagian tubuh seperti mata dan jantung.Setiap jenis kanker khas dengan penyebab,
gejala, dan metode pengobatan yang berbeda. Seperti kelompok penyakit yang lain,
beberapa jenis kanker ada yang lebih umum daripada yang lain.
Dalam istilah kanker benjolan patologis pada tubuh dikenal dengan beberapa istilah
yaitu: tumor adalah benjolan atau pembengkakan yang terdiri atas tumor ganas dan tumor
jinak; kanker adalah tumor ganas; onkologi adalah ilmu yang mempelajari kanker
Kanker bukanlah satu penyakit, tetapi beberapa penyakit dengan pathogenesis,
gambaran klinik dan penyebab yang berbeda. Kanker ditandai dengan terjadinya
pertumbuhan sel yang tidak normal.
Sel-sel kanker tumbuh dengan tanpa control dan tanpa tujuan yang jelas.
Pertumbuhan ini akan mendesak dan merusak pertumbuhan sel-sel normal. Sel normal
tumbuh dengan suatu tujuan yang tertentu berupa membentuk jaringan tubuh dan
mengganti jaringan yang rusak. Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan
menjadi besar yang disebut sebagai tumor.
8

Penyebab Penyakit Kanker sulit untuk mengetahui secara pasti karena merupakan
gabungan dari sekumpulan faktor genetik dan lingkungan. Belum ada dan mungkin tidak
akan ada satu penyebab tunggal yang dapat ditunjuk sebagai kausa kanker. Dengan
demikian penyebab kanker masih merupakan tanda tanya besar sehingga masih tetap
menjadi sasaran penelitian. Namun sebenarnya ada faktor-faktor yang diduga
meningkatkan resiko terjadinya Penyakit Kanker, antara lain adalah :
Faktor genetik
Faktor kejiwaan, emosional
Faktor perilaku
Faktor makanan
Bahan kimia
Virus
Hormon
Ada beberapa jenis kanker yaitu: Kanker serviks, Kanker payudara, kanker kulit, kanker
nasofaring, kanker paru, kanker hati, kanker kelenjar getah bening, kanker usus besar, dan
kanker darah.

C. Nano partikel

National Cancer Institute mendefinisikan nanopartikel sebagai semua bentuk


material biologis dan sintetik dengan dimensi < 1 m. Nanopartikel sering disebut pula
nanocarrier, nanomaterial, atau nanosomes. Nanopartikel berbeda dari material
makroskopik dan atom karena memiliki rasio area permukaan per volume yang tinggi;
dapat diatur properti biologis, optik, elektronik, dan magnetiknya; serta dapat didesain
ukuran, bentuk, komposisi kimia, karakteristik kimia permukaan dan kepadatan
9

D. Nano Partikel Di Bidang Kedokteran

Ilmu kedokteran nano (nanomedicine) adalah aplikasi medis dari teknologi nano.
Istilah nanomedicine sendiri dapat berarti zat yang dibentuk dalam skala nano. Ilmu
kedokteran nano mencakup aplikasi medis dari material nano hingga biosensor nano.
Kemampuan material nano untuk berinteraksi pada sel tertentu menjadikannya bermanfaat
dalam banyak hal, termasuk visualisasi di bidang kedokteran. Zat pewarna (dye) yang
terbuat dari senyawa tertentu dapat dibuat bereaksi dengan sel penyakit seperti sel kanker,
yang kemudian menghasilkan perpendaran (fluoresensi) untuk memudahkan pendeteksia

Kegunaan medis dari sensor nano umumnya seputar potensi dari sensor nano untuk
secara akurat mengidentifikasi sel tertentu atau lokasi di dalam tubuh sesuai kebutuhan.
Dengan perubahan pada volum, konsentrasi, kecepatan, gravitasi, gaya magnetik, tekanan,
dan temperatur pada sel di dalam tubuh, sensor nano bisa mengungkap beberapa
jenis sel yang sudah diketahui, seperti sel kanker

Contoh kegunaan medis dari sensor nano melibatkan penggunaan


sifat fluoresensi dari kadmium selenida sebagai sensor untuk mencari tumor di dalam
tubuh. Dengan menginjeksikan tubuh dengan kadmium selenida ini, dokter bisa melihat di
mana sel tumor atau kanker berada, sebuah proses yang cukup mudah karena
sifat fluoresensi ini. Membuat sensor nano memerlukan konstruksi spesifik untuk
mencari sel tertentu untuk bagian tubuh mana yang sedang dalam bahaya. Kegunaan
nanomolekul dalam bidang kedokteran antara lain:

a. Nanopartikel sebangai zat pembawa (carrier)

b. Nanopartikel sebagai contrast agent (imaging)

c. Nanopartikel sebagai alat pendiagnosa

d. Nanopartikel sebagau penyalur yang berfungsi sebagai alat diagnosis dan terapi
(theranostic agents) antioksidan (mampu bereaksi dengan radikal bebas di jaringan),
tumor dan kanker targeting dengan spesifisitas dan afinitas yang tinggi
10

E. Mekanisme Kerja Koloid

Dalam penyembuhan sel kanker dengan nanopartikel menggunakan suatu materi


yang mengandung zat fluoresens lalu diinjeksikan ke dalam tubuh, darah akan membawa
zat tersebut menuju sel kanker. Materi yang berupa padatan akan menyerap (mengabsorp)
lalu menyelubungi sel kanker dan bersatu membentuk sistem koloid, sistem koloid yang
dibentuk adalah padat-padat menghasilkan sol padat. Sol padat yang terbentuk akan
menggumpal dan akan berpendar saat dikenakan cahaya. Lalu materi tersebut akan lepas
kembali dari sel kanker. Nanopartikel ini digunakan untuk mendiagnosa letak posisi sel
kanker di dalam tubuh sehingga dapat mempermudah para dokter untuk mendeteksi dan
menangani pasien yang mengidap sel kanker.

Gambar 2. Mekanisme Kerja Nanopartikel


11

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah:


Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana
pertikel-partikel zat yang berukuran koloid (1-100 nm) tersebar secara merata di dalam zat
lain (medium pendispersi)
Jenis-jenis kolid antara lain sol padat, sol cait, aerosol padat, emulsi padat, emulsi cair, aerosol
cair, buih padat dan buih cair
Sifat kolid yaitu efek tyndall, gerak brown, absorpsi, muatan koloid, koagulasi koloid, koloid
pelindung, dialisis dan elektroforesis
Penggunaan aplikasi sistem koloid pada bidang kedokteran salah satunya adalah penggunaan
nano partikel untuk mengidentifikasi sel kanker di dalam tubuh.
Fungsi nanopartikel pada bidang kedokteran antara lain nano partikel sebagai zat pembawa,
nano partikel sebagai contrast agent, nano partikel sebagai alat pendiagnosa dan nanopartikel
sebagai alat penyalur
12

DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony.1997. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Oxtoby, W, dkk. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid 1 edisi Keempat. Jakarta: Erlangga

R.A. Day, Underwood. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Tapan, 2005. Kanker Anti Oksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta: Elex media

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Jogja: Andi

Zaviera, P. 2011. Deteksi Dini Kanker Payudara. Jakarta: Buku biru

Anda mungkin juga menyukai