Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SENYAWA POLIMER

PELAPIS CAMPURAN SILIKON-POLIESTER UNTUK


ANTIKOROSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Kimia Organik
Dosen : Ken Ima Damayanti

Disusun Oleh Kelompok 5 :


Azhar Indartanto (21118017)
Farchan Mufatis (21118021)
Muharom Apriyadi (21118033)
Nurul Fajri Budiman (21118036)
Rifiandi Fajri H (21118039)
Rio Gunawan (21118040)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SERANG RAYA
SERANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah kimia organik dengan tema “Senyawa
Polimer”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar
kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-qur’an
dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas akhir mata kuliah Kimia Organik.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu selaku dosen mata
kuliah yang bersangkutan dan kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Serang, Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
2.1 Korosi...........................................................................................................2
2.2 Silikon..........................................................................................................3
2.3 Poliester........................................................................................................3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................5
3.1 Bahan dan Alat.............................................................................................5
3.2 Metode..........................................................................................................5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................6
BAB V PENUTUP.................................................................................................10
5.1 Kesimpulan................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korosi dikenal sebagai logam yang mengalami destruksi (rusak) atau
deteriorasi. Logam yang rusak akan membentuk logam oksida yang tidak
dapat digunakan lagi. Peningkatan harga material saat sekarang ini menjadi
sebuah pengingat bahwa perlunya penjagaan dari logam yang telah ada yang
digunakan dalam bidang industri, jembatan, bangungan, dan bangunan
lainnya yang dapat mengalami korosi. Bentuk proteksi logam dari korosi
dapat berupa campuran logam, perlindungan katoda, pelapis logam, atau
pelapis organik. Pelapis organik merupakan metode yang membutuhkan
biaya murah dan mudah dalam perlindungan logam dari korosi. Salah satu
resin yang digunakan dalam pelapis yaitu resin silikon yang memiliki resisten
yang bagus terhadap korosi dan stabilitas termal. Selain itu, resin silikon
dapat dimodifikasi dengan resin organik. Resin organik yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu poliester. Modifikasi resin tersebut dapat
memberikan sifat stabilitas termo-oksidatif yang tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Berapa perbandingan antara silicon dan poliester agar menghasilkan pelapis
yang mempunyai daya adhesi tinggi?
b. Seberapa kuat pelapis silicon-poliester dalam melindungi permukaan
logam dari bahaya korosi?
c. Ikatan apa yang dihasilkan dari pencampuran silikon dengan poliester?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penambahan pelapis
silikon-poliester pada logam sebagai bahan antikorosi dan untuk mengetahui
seberapa kuat material ini dalam mencegah korosi. Penelitian ini diharapkan
memberikan nilai tambah terhadap bahan silikon maupun poliester sehingga
dapat menciptakan

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Korosi
Logam seperti besi, aluminium dll sangat penting di dalam kehidupan
sekarang ini, karena logam tersebut banyak digunakan di dalam industri
ringan dan berat. Akan tetapi logam dapat bereaksi dengan bahan-bahan yang
ada disekelilingnya, misalnya uap air, oksigen, asam dll sehingga logam akan
mengalami kerusakan karena reaksi kimia dengan bahan-bahan yang tersebut.
Reaksi antara logam besi dengan uap air akan menghasilkan karat yang
merupakan suatu reaksi kimia alamiah. Hasil reaksinya dapat dituliskan
secara kimia sebagai Fe2O3.H2O atau oksida besi hidrat. Senyawa ini adalah
salah satu dari senyawa besi di dalam bijih. Hasil reaksi antara besi dan
oksigen yang berwarna coklat tersebut biasanya terdapat pada permukaan
logam besi dan sifat fisisnya realtif keropos (porous) sehingga air dapat
menembus hasil reaksi korosi tersebut. Air yang masuk melalui senyawa
Fe2O3.H2O akan mengadakan reaksi kimia dengan permukaan besi, akibatnya
terjadi lagi reaksi antara air dan lapisan logam besi yang lebih dalam lagi,
demikian seterusnya sampai kelapisan yang lebih dalam lagi. Oleh karena itu
karat besi dapat terjadi tidak hanya pada lapisan permukaan, akan tetapi juga
dapat sampai pada lapisan yang cukup dalam (Tjandrawati 1999).
Reaksi korosi adalah reaksi kimia yang cukup lambat, akan tetapi
hasil reaksinya sangat berpengaruh sekali terhadap kehidupan, karena logam
banyak digunakan di hampir di semua sektor industri. Korosi adalah
kerusakan material khususnya logam secara umum akibat reaksi dengan
lingkungan sekitarnya. Korosi merupakan penurunaan kualitas yang
disebabkan oleh reaksi kimia bahan logam dengan unsur-unsur lain yang
terdapat di alam. Dua jenis mekanisma utama dari korosi adalah berdasarkan
reaksi kimia secara langsung, dan reaksi elektrokimia. Korosi dapat terjadi
didalam lingkungan kering dan juga lingkungan basah. Korosi yang terjadi
pada logam tidak dapat dihindari, tetapi hanya dapat dicegah dan

2
dikendalikan sehingga struktur atau komponen mempunyai masa pakai yang
lebih lama. Hasil dari proses kerusakan berupa berbagai produk korosi
misalnya berbagai macam oksida logam, kerusakan permukaan logam secara
morfologi, perubahaan sifat mekanis, perubahan sifat kimia (Sidiq 2013).

2.2 Silikon
Silikon adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Si dan nomor atom 14. Senyawa yang dibentuk bersifat
paramagnetik. Silikon merupakan elemen terbanyak kedelapan di alam
semesta dari segi massanya, tapi sangat jarang ditemukan dalam bentuk
murni di alam. Silikon paling banyak terdistribusi pada debu, pasir, planetoid,
dan planet dalam berbagai bentuk seperti silikon dioksida atau silikat. Lebih
dari 90% kerak bumi terdiri dari mineral silikat, menjadikan silikon sebagai
unsur kedua paling melimpah di kerak bumi (sekitar 28% massa) setelah
oksigen. Sebagian besar silikon digunakan secara komersial tanpa dipisahkan,
terkadang dengan sedikit pemrosesan dari senyawanya di alam. Contohnya
adalah pemakaian langsung batuan, pasir silika, dan tanah liat dalam
pembangunan gedung. Silika juga terdapat pada keramik. Banyak senyawa
silikon modern seperti silikon karbida yang dipakai dalam pembuatan
keramik berdaya tahan tinggi. Silikon juga dipakai sebagai monomer dalam
pembuatan polimer sintetik silikon (Ram et al 1998).

2.3 Poliester
Poliester adalah suatu kategori polimer yang mengandung gugus
fungsional ester dalam rantai utamanya (Gambar 1). Meski terdapat banyak
sekali poliester, istilah "poliester" merupakan bahan yang spesifik lebih sering
merujuk pada polietilena tereftalat (PET).

3
Gambar 1 Struktur poliester

Poliester dibuat dengan sebuah reaksi yang melibatkan sebuah


asam dengan dua gugus –COOH, dan sebuah alkohol dengan dua gugus –
OH. Suatu asam dibasa (etilen glikol, propilen glikol, 1,3-butilen glikol,
dietilen glikol, bisfenol dioksietileter) bereaksi secara kondensasi dengan
alkohol dihidrat (asam tak jenuh:anhidrida maleat, asam fumarat, atau
asam jenuh:asam adipat, anhidrid ftalat, asam isoftalat, anhidrid
tetrakloroftalat) akan menghasilkan poliester, karena asam tak jenuh
digunakan dengan berbagai cara sebagai bagian dari asam dibasa, yang
menyebabkan terdapatnya ikatan tak jenuh dalam rantai utama polimer
yang dihasilkan (Wati 2009).

4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan, yaitu poliisosianat, plat KBr, pigmen,
dan ekstender.
Alat-alat yang digunakan, yaitu agitator mekanik, kuas, dan Fourier
Transform Infra Red (FT–IR).

3.2 Metode
Pelapis terdiri dari bahan pengikat, pigmen, pengental, dan aditif.
Silikon dan poliester disediakan dalam berbagai jenis komposisi. Bahan
pengikat, pigmen, pengental, dan aditif dicampur dalam agitator mekanik
selama beberapa menit. Pelapis tersebut kemudian dioleskan menggunakan
kuas dan pengikat dibiarkan mengering pada suhu ruang. Sifat fisik lapisan
tipis tersebut diuji daya adesinya menggunakan cross hatch cutter. Semua
teknik pengujian berdasarkan ASTM D3359. Penentuan gugus fungsi dari
lapisan tipis menggunakan FT-IR dengan metode plat KBr.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian menggunakan FT-IR bertujuan untuk menentukan gugus fungsi


dari pelapis silikon-poliester dan juga untuk mempelajari ikatan silang dari pelapis
(spectrum terlihat pada Gambar 1). Keberadaan ikatan Si–O–C yang mungkin
terjadi saat kombinasi silikon dan poliester dapat dideteksi pada panjang
gelombang tertentu. Namun, pelapis silicon dan poliester tidak memiliki ikatan
Si–O–C. Ketika pengeras ditambahkan pada resin, maka ikatan NH akan
terbentuk dan vibrasi dari ikatan NH dapat dideteksi pada spektrum FT–IR.
Pembentukan ikatan NH akan menyebabkan ikatan NCO tidak terjadi. Ikatan
yang penting dalam pelapis, seperti Si–C, Si–O, Si–CH 3 dapat ditemukan dalam
spektrum pada panjang gelombang antara 950–1200 cm-1 yang saling berdekatan.
Ikatan OH dapat ditemukan pada panjang gelombang 3519 cm -1 untuk poliester,
sedangkan untuk pelapis silikon–

6
Gambar 2 Spektrum FT-IR dari resin silikon-poliester

poliester, ikatan OH dapat terlihat pada panjang gelombang 3407–3436 cm-1


(keterangan lebih lanjut dapat terlihat pada Tabel 1).

Tabel 1 Ikatan OH pada berbagai komposisi silikon dan poliester


Ikatan OH Nilai puncak (cm-1)
S2 3397,65
P2 3519,26
S2P2 3407–3436
Keterangan: S2 = silikon murni tanpa ditambahkan poliester
P2 = poliester murni tanpa ditambahkan silikon
S2P2 = kombinasi dari silikon dan poliester

Ikatan Si–O–C terdapat pada panjang gelombang 845 cm-1 pada silikon
(S2) murni dan mengalami pergesaran panjang gelombang menjadi 910 cm-1
ketika ditambahkan poliester. Peregangan ikatan NH terjadi pada panjang
gelombang antara 1523–1536 cm-1 dan juga terdapat ikatan silang antara isosianat
dengan resin organik. Nilai puncak untuk ikatan C=O dan C=C terdapat pada
panjang gelombang 1725 cm-1 dan 1590–1640 cm-1 secara berturut-turut, untuk S2
keberadaan ikatan tersebut berada pada panjang gelombang 1714 cm-1 dan 1594
cm-1, untuk P2 ikatan tersebut berada pada panjang gelombang 1724 cm-1 dan
1608 cm-1, sedangkan untuk S2P2 berada pada panjang gelombang 1726 cm -1 dan
1638 cm-1. Pergesaran panjang gelombang tersebut dapat mengindikasikan
pembentukan ikatan Si–O–C.
Uji Cross hatch dapat terlihat pada Tabel 2. Uji Cross hatch menunjukkan
daya adesi yang bagus untuk pelapis silikon–poliester yang dilihat berdasarkan
klasifikasi ASTM D3359. Penambahan silikon ke dalam poliester meningkatkan
densitasnya yang berdampak terhadap peningkatan daya adesi dari pelapis
silikon–poliester. Gugus karboksilat dan gugus hidroksil pada pelapis berikatan

7
dengan gugus hidroksi pada permukaan substrat yang mempengaruhi daya adesi
campuran. Selain itu, ikatan silang tidak hanya terjadi antara molekul resin dan
gugus hidroksi substrat, melainkan juga terjadi antara masing-masing molekul itu
sendiri. Interaksi S2 dan P2 akan membentuk ikatan Si–O–C yang memberikan
kekuatan yang bagus untuk dijadikan sebagai pelapis. Kategori 2B menandakan
pelapis memiliki daya adesi yang kurang bagus yang mungkin disebabkan oleh
kadar poliester yang sedikit sehingga ikatan Si–O–C juga berkurang dan
menurunkan daya adesi dari pelapis silikon–poliester.

Tabel 2 Hasil cross hatch cutter untuk pengujian daya adesi pelapis
Komposisi pelapis Kategori pelapis
(S2:P2) (ASTM D3359)
20:80 3B
30:70 4B
40:60 5B
50:50 5B
60:40 4B
70:30 3B
80:20 2B

Pengujian Electrochemical Impendance Spectroscopy (EIS) dilakukan


dengan cara sampel diekspos ke dalam larutan NaCl 3%. Nilai resistan dari
pelapis tidak berkurang secara signifikan. Hal tersebut dikarenakan pelapis masih
tetap kuat dan tidak membiarkan molekul air untuk melakukan penetrasi ke dalam
substrat. Ketika ion mulai masuk ke dalam lapisan pelapis, resistan pelapis mulai
berkurang. Nilai resistan dari pelapis berkisar antara 109–107Ω. Pelapis yang
mengandung 40% S2 memiliki nilai resistan yang paling tinggi selama 30 hari dan
kandungan 20% S2 memiliki nilai resisten yang paling rendah. Nilai resisten
pelapis silikon–poliester dapat terlihat pada Gambar 3.
Penetrasi elektrolit ke dalam lapisan antarmuka pelapis dan substrat dapat
menyebabkan korosi yang akan menyebar ke daerah lainnya, sehingga daya adesi
pelapis menurun. Penurunan daya adesi akan berpengaruh terhadap penurunan
nilai resisten pelapis. Mekanisme perpindahan larutan elektrolit pada antarmuka
pelapis dan substrat dapat terjadi melalui difusi Fick.

8
Gambar 3 Nilai resisten korosi terhadap pelapis S2P2 selama 30 hari

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pelapis dengan kadar 40-60% poliester memberikan daya adesi yang
baik berdasarkan pengujian cross hatch cutter. Ikatan silang yang terjadi
antara silikon dan poliester dideteksi menggunakan FT–IR dan diperoleh

9
gugus fungsi berupa ikatan NH, Si–O–Si, dan Si–O–C. Pengujian
Electrochemical Impedance Spectroscopy dapat digunakan untuk uji
antikorosi dan diperoleh hasil bahwa pelapis dapat melindungi permukaan
logam dari paparan media korosif selama lebih dari 30 hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ram RS, Engleman R, dan Bernath PF. 1998. Fourier Transform Emission
Spectroscopy of the A2D–X2P Transition of SiH and SiD. Journal of
Molecular Spectroscopy. 190: 341–352.

10
Sidiq MF. 2013. Analisa Korosi Dan Pengendaliannya. Jurnal Foundry. 3(1): 25-
30.
Tjandrawati Y. 1999. Korosi Logam Di Dalam Beberapa Media Cair. Sigma. 1: 1-
8.
Wati. 2009. [Proceding] Imobilisasi Limbah Cair Transuranium Simulasi Dari
Instalasi Radiometalurgi Dengan Polimer Poliester Tak Jenuh. Seminar
Nasional V Sdm Teknologi Nuklir. Yogyakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai