Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


nikmat Nya, kekuatan, kesehatan, dan kemudahan yang diberikan Nya. Atas
rahmat dan hidayah Nya, makalah yang berjudul : Konsep Fluidisasi dapat
terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
kedua Orang Tua penulis, Ir. Sahrul Effendy. A., M.T. selaku Dosen mata kuliah
Transportasi Fluida, dan teman-teman 3 EGD yang telah banyak membantu terutama
dalam segi moril sekaligus menjadi motivasi lebih bagi penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
Dalam kesempatan ini, penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis
sebagai penyusun makalah ini semoga segala usaha dalam pembuatan makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Palembang, Oktober 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................... i
DAFTAR ISI........................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................. 1
1.1 Latar Belakang........................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................. 1
1.3 Tujuan ...................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................... 3
2.1 Fenomena Fluidisasi................................... 3
2.2 Jenis-jenis Fluidisasi .................... 3
2.3 Sifat dan Karakteristik Partikel Unggun..............4
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Fluidisasi.............................5
2.5 Perilaku Gelembung pada Ketinggian unggun............................ 5
2.6 Sifat-sifat Perpindahan Panas Unggun Terfluidisasi........... 6
2.7 Penyimpangan dari Keadaan Ideal (Interlock)............................
2.8

BAB III PROSES..................................... 7


3.1 Logam Besi dan Baja........................7
3.2 Proses Pembuatan Besi.................7
3.3 Proses Pembuatan Baja dari Besi Kasar.............. 14
BAB IV APLIKASI LOGAM BESI... 18
4.1 Baja Karbon.................................................... 18
4.2 Baja Perkakas................................... 20
4.3 Baja Paduan..................................... 21
4.4 Besi Tuang....................................... 22
4.5 Baja Tuang....................................... 24
4.6 Besi Beton.........................................24
BAB V PENUTUP............................. 26
5.1 Kesimpulan.............................. 26
DAFTAR PUSTAKA................................27

2
3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fluidisasi adalah suatu fenomena berubahnya sifat suatu padatan (bed) dalam
suatu reaktor menjadi bersifat seperti fluida dikarenakan adanya aliran fluida ke
dalamnya, baik berupa liquid maupun gas. Jika suatu aliran udara melewati partikel
unggun yang ada dalam tabung, maka aliran tersebut akan memberikan gaya seret
(drag force) pada partikel dan menimbulkan pressure drop sepanjang unggun.
Pressure drop akan naik jika kecepatan superficial naik. Kecepatan superfisial adalah
laju alir udara pada kolom yang kosong, sedangkan kecepatan interstitial adalah
kecepatan udara di antara partikel unggun. Pada kecepatan superfisial rendah, ungun
mula-mula diam. Jika kecepatan superfisial dinaikkan maka pada suatu saat gaya
seret fluida menyebabkan unggun mengembang dan menyebabkan tahanan terhadap
aliran udara mengecil, sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung
gaya berat partikel unggun. Hal ini menyebabkan unggun terfluidisasi dan sistem
solid-fluida menunjukkan sifat-sifat seperti fluida. Kecepatan superfisial terendah
yang dibutuhkan agar terjadi fluidisasi disebut minimum fluidization velocity (Umf).
Fluidisasi berhubungan dengan banyak proses industri kimia, misalnya dalam proses
katalisasi maupun dalam proses pemurnian gas. Proses fluidisasi ini memiliki
beberapa hal penting yang harus diperhatikan, seperti jenis dan tipefluidisasi, aplikasi
dalam industri serta spesifikasi dan cara kerja alatnya. Aplikasi fluidisasi dalam
proses industri sangat banyak. Hal ini dimulai pada tahun 1926 untuk Gasifier
Winkler berskala besar lalu Fluidized-bed Catalytic Cracking (FCC) crude oil
menjadi bensin pada tahun 1942. Aplikasi tersebut semakin berkembang dan pada
tahun 1990 dapat diklasifikasikan menjadi proses-proses kimia katalitik (seperti FCC
dan sintesis Fischer-Tropsch), proses-proses kimia nonkatalitik (seperti thermal
cracking dan gasifikasi batubara), dan proses-proses fisik (seperti pengeringan dan
absorpsi). Selain itu, fluidisasi kontinu banyak dimanfaatkan dalam pabrik
pengolahan untuk memindahkan padatan dari satu tempat ke tempat lain. Unggun
terfluidisasi memiliki aplikasi yang luas karena karakteristik perpindahan panasnya
yang sangat baik. Hal ini didukung oleh berubahnya sifat dari unggun tersebut

4
menjadi seperti fluida sehingga perpindahan panas yang terjadi adalah secara
konveksi.

Dengan demikian, partikel dan gas yang memasuki unggun terfluidisasi


segera mencapai suhu unggun dan partikel dalam unggun bersifat isotermal pada
semua situasi. Keadaan isotermal ini disebabkan oleh pencampuran yang merata dan
area kontak yang luas antara gas dan partikel. Jadi, kita sebagai mahasiswa Teknik
Kimia perlu mempelajari fluidisasi karena pada proses yang berhubungan dengan
katalisasi ataupun hal yang erat kaitanya dengan perlakuan gas-solid dan liquid-
solid, fluidisasi sangat diperlukan.

I. 2 Rumusan Masalah

1) Apakah yang dimkasud dengan Fluidisasi?


2) Apa saja Fenomena yang terdapat pada Fluidisasi beserta jenis-jenis
Fluidisasi!
3) Apa kelebihan dan kekurangan teknik Fluidisasi!
4) Aplikasi dan penggunaan proses Fluidisasi dalam industri!

I.3 Tujuan

1) Memahami definisi dari Fluidisasi


2) Dapat menjelaskan fenomena fluidisasi beserta jenis-jenis fluidisasi
3) Menjelaskan kelebihan dan kekurangan teknik fluidisasi
4) Mengetahui aplikasi dan penggunaan proses fluidisasi dalam industri

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fenomena Fluidisasi

Jika suatu aliran udara melewati suatu partikel unggun yang ada dalam
tabung, maka aliran tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada partikel
dan memberikan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik jika
kecepatan superficial naik (kecepatan superficial adalah kecepatan aliran jika tabung
kosong).

Pada kecepatan superficial rendah, unggun mula-mula diam. Jika kecepatan


superficial dinaikkan maka pada suatu saat gaya seret fluida menyebabkan unggun
mengembang dan tahanan terhadap aliran udara mengecil, sampai akhirnya gaya
seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel unggun dan unggun akan
terfluidisasi.

Sementara itu, pressure drop akan tetap walaupun kecepatan superficial terus
dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun persatuan luas. Kecepatan
superficial terendah yang dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi disebut Minimum
Fluidization Velocity (Umf).

Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat


diilustrasikan dengan fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas
seperti pada gambar di bawah ini:

6
Gambar 1. Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas

Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada


gambar berikut ini:

P2

Bed x

P1

Gas in

Gambar 2. Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat

7
Adapun fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:

1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang
dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap diam.
Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Fenomena fixed bed

2. Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida


mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi
ini partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4 Fenomena minimum or incipient fluidization

3. Fenomena smooth or homogenously fluidization, terjadi saat kecepatan dan


distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama
atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 5. Fenomena smooth or homogrnously fluidization

8
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembunggelembung pada
unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 6.

Gambar 6. Fenomena bubbling fluidization

5. Fenomena slugging fluidization, terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang


mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada
kondisi ini terjadi penolakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat.
Kondisi ini dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. fenomena slugging fluidization

6. Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel padatan


terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada
gambar 8.

9
Gambar 8. Fenomena chanelling fluidization

7. Fenomena disperse fluidization, terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui


kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan
terbawa aliran fluida dan berekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 9.

Gambar 9. Fenomena disperse fluidization

Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor


berikut:

a. Laju alir fluida dan jenis fluida


b. Ukuran partikel dan bentuk partikel
c. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
d. Porositas unggun
e. Distribusi aliran,
f. Distribusi bentuk ukuran fluida
g. Diameter kolom
h. Tinggi unggun.

Faktor-faktor di atas merupakan variabel-variabel dalam proses fluidisasi


yang akan menentukan karakteristik proses fluidisasi tersebut. Selain itu, fenomena
pada gambar 2 dapat dijelaskan melalui persamaan Bernoulli dengan aliran laminer
sebagai berikut, yaitu:

10
150Vs (1 )2 x
F dan PgzF
( D p )2 3

Pada gambar 2, terlihat bahwa perbedaan tekanan sepanjang unggun secara


linear berbanding lurus dengan laju alir volumetrik selama fluidisasi belum tercapai.

Jika padatan berupa partikel seperti pasir, ketahanan partikel tersebut


terhadap aliran fluida akan menurun dengan meningkatnya porositas partikel
tersebut. Pengukuran P pada sepanjang unggun dapat dinyatakan dengan persamaan
sbb:

150Vs (1 ) 2 x
P
(Dp ) 2 3

Bila Vs meningkat, meningkat dan P dijaga agar konstan. Dalam hal ini x
juga akan meningkat, akan tetapi pengaruh dari kenaikan x ini lebih kecil
dibandingkan pengaruh yang ditimbulkan oleh perubahan Adapun hubungan x, P
dan kecepatan aliran fluida dapat dilihat pada gambar 10.

Untuk kecepatan yang kurang dari kecepatan fluidisasi minimum (Umf) maka
unggun akan berperilaku sebagai packed bed. Namun, jika kecepatan aliran fluida
dinaikkan melebihi Umf, maka tidak hanya unggun yang terangkat, tetapi partikel
akan bergerak dan akan saling berbenturan satu sama lain dan akhirnya keseluruhan
massa partikel akan menjadi fluida.

Gambar 10. Transition from packed bed to fluidized bed

11
Selama fluidisasi, penurunan tekanan sepanjang unggun akan tetap walaupun
kecepatan superfisial terus dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun
persatuan luas:

m
p ( p f )g
p Sb

dimana: m = massa partikel

p = densitas partikel

Sb = luas area unggun

f = densitas fluida

g = percepatan gravitasi

Jika laju alir ke unggun terfluidisasi diturunkan bertahap, penurunan tekanan


akan tetap konstan dan tinggi unggun akan berkurang.Walaupun demikian, tinggi
unggun terakhir akan lebih besar daripada tinggi mula-mula untuk fixed bed. Hal ini
dikarenakan solid di dalam tabung cenderung berkumpul lebih rapat daripada jika
solid diam secara bertahap dari keadaan terfluidisasi. Penurunan tekanan pada laju
alir rendah lebih kecil daripada nilai awal di fixed bed. Unggun yang terfluidisasi
akan bersifat menyerupai liquid, di antaranya:

Benda yang lebih ringan akan mengapung di atas unggun (yaitu benda-benda
yang densitasnya lebih kecil daripada densitas bulk unggun),
Permukaan akan tetap horizontal bahkan dalam unggun yang miring,
Solid dapat mengalir melalui bukaan di kolom sama seperti liquid,
Unggun memiliki tekanan statis karena gravitasi, nilainya sebesar ogh,
Ketinggian antara dua unggun terfluidisasi yang serupa sama dengan tekanan
statik mereka.

12
2.2 Jenis-jenis Fluidisasi

2.2.1 Fluidisasi Partikulat

Dalam fluidisasi pasir dengan air, partikel-partikel bergerak menjauh satu sama
lain dan gerakannya bertambah hebat dengan meningkatnya kecepatan, tetapi
densitas unggun rata-rata pada suatu kecepatan tertentu sama di semua bagian
unggun. Proses ini disebut fluidisasi partikulat dan bercirikan ekspansi hamparan
yang cukup besar tetapi seragam pada kecepatan tinggi. (McCabe, 1985:151)

Akan tetapi, tidak semua fluida liquid pasti menghasilkan fluidisasi partikulat,
hal ini dipengaruhi oleh perbedaan densitas. Dalam kasus dimana densitas fluida dan
solid tidak terlalu berbeda, ukuran partikel kecil, dan kecepatan aliran fluida rendah,
unggun akan terluidisasi merata dengan tiap partikel bergerak sendiri-sendiri
melewati jalur bebas rata-rata (mean free path) yang relatif sama. Fase padat ini
memiliki banyak karakteristik liquid dan disebut fluidisasi partikulat. (Foust,
1959:643)

Pada fluidisasi partikulat, ekspansi yang terjadi adalah seragam dan persamaan
Ergun, yang berlaku untuk unggun diam, dapat dikatakan masih berlaku untuk
unggun yang agak mengembang. Andaikan aliran di antara partikel-partikel itu
adalah laminar, persamaan yang berlaku untuk hamparan yang mengalami ekspansi
adalah (McCabe, 1985:152):

3 150Vs

1 g p s 2 D p 2

2.2.2 Fluidisasi Agregat/ Fluidisasi Gelembung

Unggun yang difluidisasikan dengan udara biasanya menunjukkan fluidisasi


agregat. Pada kecepatan superfisial yang jauh melebihi Umf, kebanyakan gas akan
melewati unggun sebagai gelembung atau rongga-rongga kosong yang tidak
berisikan zat padat dan hanya sebagian kecil gas yang mengalir dalam saluran-

13
saluran yang terbentuk di antara partikel. Gelembung yang terbentuk berperilaku
hampir sama dengan gelembung udara di dalam air atau gelembung uap di dalam zat
cair yang mendidih, dan karena itu fluidisasi jenis ini sering disebut fluidisasi didih
(boiling bed). (McCabe, 1985:151)

Gelembung-gelembung yang terbentuk cenderung bersatu dan menjadi besar


pada waktu naik melalui hamparan fluidisasi itu. Jika kolom yang digunakan
berdiameter kecil dengan hamparan zat padat yang tebal, gelembung itu mungkin
berkembang hingga memenuhi seluruh penampang. Gelembung-gelembung yang
beriringan lalu bergerak ke puncak kolom terpisah dari zat padat yang seakan-akan
tersumbat. Peristiwa ini disebut penyumbatan (slugging). (McCabe, 1985:151)

Penyamarataan bahwa fluida gas pasti menghasilkan fluidisasi gelembung tidak


sepenuhnya benar. Perbedaan densitas merupakan parameter yang penting. Pada
kasus dimana densitas fluida dan solid berbeda jauh atau ukuran partikel besar,
kecepatan aliran fluida yang dibutuhkan lebih besar dan fluidisasi yang terjadi tidak
merata. Sebagian besar fluida melewati unggun dalam bentuk gelembung (bubbles).
Di sini, unggun memiliki banyak karakteristik liquid dengan fasa fluida terjadi pada
saat gas menggelembung melewati unggun. Fluidisasi jenis ini disebut fluidisasi
agregat. (Foust, 1959:643)

Partikel unggun yang lebih ringan, lebih halus, dan bersifat kohesif sangat sukar
terfluidisasi karena gaya tarik antarpartikel lebih besar daripada gaya seretnya.
Partikel cenderung melekat satu sama lain dan gas menembus unggun dengan
membentuk channel.

Pengembangan volume unggun dalam fluidisasi gelembung terutama disebabkan


oleh volume yang dipakai oleh gelembung uap, karena fase rapat pada umumnya
tidak berekspansi dengan peningkatan aliran. Dalam penurunan berikut ini, aliran gas
melalui fase rapat diandaikan sama dengan Umf dikalikan dengan fraksi unggun
yang diisi oleh fase rapat, ditambah sisa aliran gas yang dibawa oleh gelembung
(McCabe, 1985:154), sehingga:

Vs f b ub (1 f b )U mf

14
dimana: fb = fraksi unggun yang diisi gelembung

ub = kecepatan rata-rata gelembung

Dalam fluidisasi agregat, fluida akan membuat gelembung pada padatan unggun
dalam tingkah laku yang khusus. Gelembung fluida meningkat melalui unggun dan
pecah pada permukaan unggun dan akan tejadi splashing dimana partikel unggun
akan bergerak ke atas. Seiring dengan meningkatnya kecepatan fluida, perilaku
gelembung akan bertambah besar. (Brown, 1955:269)

Keberadaan fluidisasi partikulat atau agregatif merupakan hasil dari pengaruh


gaya gravitasi pada fasa-fasa yang ada dalam unggun terfluidisasi dan juga karena
v2
mekanika fluida ruah dari sistem. Angka Froude, , yaitu rasio antara kinetik
Dp g

dengan energi gravitasi merupakan salah satu kriteria penentu jenis fluidisasi apa
yang terjadi. (Foust, 1959:643)

2.2.3 Fluidisasi Kontinu

Bila kecepatan fluida melalui hamparan zat padat cukup besar, maka semua
partikel dalam hamparan itu akan terbawa ikut oleh fluida hingga memberikan suatu
fluidisasi kontinu. Prinsip fluidisasi ini terutama diterapkan dalam pengangkutan zat
padat dari suatu titik ke titik lain dalam suatu pabrik pengolahan di samping ada
beberapa reaktor gas zat padat lama yang bekerja dengan prinsip ini. Contohnya
adalah dalam tranportasi lumpur dan tranportasi pneumatic. (McCabe, 1985:151)

Ketika laju alir fasa fluida melewati kecepatan terminal partikel, unggun
terfluidisasi akan kehilangan identitasnya karena partikel solid terbawa dalam aliran
fluida. Metoda pengangkutan ini sering digunakan dalam industri, biasanya dengan
udara sebagai fasa fluida, antara lain untuk mengangkut produk dari pengering
semprot (spray dryers). Keuntungan metoda ini adalah kehilangan yang terjadi
sedikit, prosesnya bersih, dan kemampuannya untuk memindahkan sejumlah besar
solid dalam waktu singkat. Tetapi kerugiannya antara lain ada kemungkinan terjadi
kerusakan partikel solid serta korosi pada pipa mungkin besar. (Foust, 1959:647)

15
Dalam fluidisasi, karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat fluida cair
dengan viskositas tinggi, metode pengontakan fluidisasi memiliki beberapa
keuntungan dan kerugian.

2.3 Sifat dan Karakteristik Partikel Unggun

a. Ukuran partikel

Padatan dalam unggun yang terfluidisasi tak pernah sama dalam ukuran dan
mengacu pada distribusi ukuran partikel tersebut. Untuk menghitung ukuran partikel
rata-rata dengan menggunakan diameter rata-rata permukaan (Kirk
Othmer,1994:141).

1
d sv
x
di
pi

dimana: dp = diameter partikel rata-rata yang secara umum digunakan untuk


desain

dsv = diameter dari suatu bidang

b. Densitas padatan

Padatan dapat dibedakan menjadi 3 bagian berdasarkan densitasnya yaitu


bulk, skeletel, dan particle. Densitas bulk merupakan pengukuran berat dari
keseluruhan partikel dibagi dengan volume partikel. Pengukuran ini menyertakan
faktor kekosongan dalam pori-pori partikel. Skeletel adalah densitas suatu padatan
jika porositasnya nol. Adapun densitas partikel adalah berat dari suatu partikel dibagi
dengan volumenya dengan menyertakan pori-pori. Jika tidak ada nilai untuk densitas
partikel, maka pendekatan untuk densitas partikel dapat diperoleh dengan membagi
dua densitas bulk.

c. Penurunan tekanan

16
Penurunan tekanan yang terjadi pada campuran dua fasa dinyatakan dalam
beragam bentuk, seperti static head, akselerasi dan kehilangan friksi untuk gas dan
padatan. Untuk aplikasi fluidisasi unggun di luar kondisi ketika akselerasi penurunan
tekanan dapat diterima, penurunan tekanan akan dihasilkan dari static head padatan.
Untuk itu, berat suatu partikel unggun jika dibagi dengan tinggi padatan akan
menghasilkan densitas sesungguhnya dari unggun yang terfluidisasi. Formulanya
dirumuskan sebagai berikut :

PLpggc

Salah satu aspek yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah mengetahui
besarnya penurunan tekanan (pressure drop) di dalam unggun padatan yang
terfluidakan. Hal tersebut mempunyai arti yang cukup penting karena selain erat
sekali hubungannya dengan besarnya energi yang diperlukan, juga bisa memberikan
indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung. Penentuan besarnya
hilang tekan di dalam unggun terfluidakan terutama dihitung berdasarkan rumus-
rumus yang diturunkan untuk unggun diam, terutama oleh Balke, Kozeny, Carman,
ataupun peneliti-peneliti lainnya.

Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubuangan antara hilang


tekan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diam diperoleh pertama
kali pada tahun 1922 oleh Blake melalui metode-metode yang bersifat semi empiris,
yaitu dengan menggunakan bilangan-bilangan tidak berdimensi. Untuk aliran laminer
dengan kehilangan energi terutama disebabkan oleh gaya viscous, Blake memberikan
hubungan :

P kS 2
gc
L 3
dimana:

P/L = hilang tekan per satuan panjang/ tinggi unggun

gc = faktor gravitasi

= viskositas fluida

17
= porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang
kosong didalam unggun dengan volume unggun

u = kecepatan alir superfisial fluida

S = luas permukaan spesifik partikel

d. Sphericity

Sphericity merupakan faktor bentuk yang dinyatakan sebagai rasio dari area
permukaan volume partikel bulat yang sama dengan partikel itu dibagi dengan area
permukaan partikel.

d sv

dv

Material yang melingkar seperti katalis dan pasir bulat memiliki nilai sphericity
sebesar 0.9 atau lebih.

e. Kecepatan Fluidisasi Minimum (Umf)

Kecepatan fluidisasi minimum adalah kecepatan superficial terendah yang


dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi. Umf dapat dicari dengan menggunakan
persamaan

Umf = [(1135.7+0.0408Ar)0.5-33.71]/(gdp)

Di mana bilangan Archimides (Ar) adalah :

Ar = gdp3(pgg/2

Untuk memprediksi Umf, Ergun menurunkan suatu korelasi dengan cara


menyamakan pressure drop pada saat Umf dengan berat unggun persatuan luas dan
diperoleh persamaan sebagai berikut.

18
Suku pertama persamaan Ergun dominan untuk aliran laminer sedangkan
suku kedua dominan pada aliran turbulen. Pengukuran Umf dapat diperoleh dari
grafik P vs Umf, yaitu sesuai titik potong atau antara bagian kurva yang datar seperti
yang digambarkan pada gambar 10.

f. Kecepatan terminal

Kecepatan terminal suatu partikel (Ut) merupakan kecepatan gas yang


dibutuhkan untuk mengatur partikel tunggal yang tersuspensi dalam aliran gas.
Kecepatan terminal suatu partikel dinyatakan dalam persamaan:

1/ 2
4 gd p ( p g )
Ut
3 g C d

Dalam aliran laminer dan mengikuti Hukum Stokes:

24
Cd
Re p

d pU g
Re p

Jadi, kecepatan terminal untuk partikel tunggal berbentuk bulat adalah

g ( p g )d p
2

Ut untuk Rep < 0.4


18

Dan untuk partikel besar dengan Cd = 0.43

1/ 2
3,1( p g ) gd p
Ut untuk Rep > 500
g

Persamaan ini mengindikasikan bahwa untuk partikel yang berukuran kecil


viskositas merupakan faktor dominan setiap gas dan untuk partikel berukuran besar
densitas merupakan faktor yang terpenting. Kedua persamaan di atas mengabaikan
gaya antar partikel. Secara umum kecepatan selip (Uselip) atau kecepatan efektif
terminal untuk partikel dalam suspensi (U*t) adalah:

19
Uselip = U*t = Ut . f()

Kekosongan f() dari unggun yang terfluidisasi adalah fraksi mol yang terjadi
oleh gas. Fungsi t dapat dinyatakan dengan pendekatan Kozeny-Charman berikut.

f() = 0.1 2/(1-

Pendekatan lain yang digunakan untuk sistem banyak fasa yaitu korelasi
Richardson-Zaki untuk partikel tunggal dalam suspensi, yaitu:

U/Ut =n

n merupakan fungsi dari dp/D dan bilangan Re yang divariasikan dari 2.4-4.7 (Kirk
Othmer, 1994:144).

g. Batas partikel

Partikel diklasifikasikan berdasarkan bagaimana partikel tersebut terfluidisasi


dalam udara pada kondisi tertentu. Partikel tersebut dapat diklasifikasikan menjadi:

Partikel halus
Partikel kasar
Kohesif, partikel yang sangat halus
Unggun yang bergerak

h. Gaya antar partikel

Gaya antar partikel sering kali diabaikan dalam fluidisasi meskipun dalam
banyak kasus gaya ini lebih kuat dibandingkan hydrodinamic yang digunakan dalam
banyak korelasi. Gaya antar partikel yang berhubungan atau berkaitan dengan
unggun yang terfluidisasi, misalnya van der waals, elektrostatik, dan kapilaritas.

i. Daerah batas fluidisasi (fluidization regimes)

Pada kecepatan gas rendah, suatu padatan dalam tabung unggun akan berada
pada kondisi konstan seiring dengan bertambahnya kecepatan gas, gaya seret, dan
gaya buoyant mengalahkan berat partikel serta gaya antar partikel tersebut ( Kirk

20
Othmer, 1994:147). Pada fluidisasi minimum partikel memperlihatkan pergerakan
yang minimal dan secara langsung unggun akan sedikit terangkat.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Fluidisasi

Kelebihan dari teknik fluidisasi adalah:

1. Properti transfer panas yang baik dalam gas-fluidized bed. Gelembung yang
terbentuk menjaga unggun bersifat isotermal dan laju transfer panas yang
tinggi diperoleh antara unggun dan permukaan yang dicelupkan.
2. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat
secara kontinu dan memudahkan pengontrolan.
3. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas
yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas
permukaan kecil.
4. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup
tinggi.
5. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor.

Kekurangan dari teknik fluidisasi adalah:

1. Kecepatan fluida yang digunakan terbatas pada jangkauan dimana unggun


terfluidisasi. Jika kecepatan jauh lebih besar dari Umf, dapat terjadi
kehilangan material yang cukup besar akibat terbawa keluar dari unggun serta
ada kemungkinan terjadi kerusakan partikel karena kecepatan operasi yang
terlalu besar.
2. Tenaga untuk memompa fluida sehingga terjadi fluidisasi harus besar untuk
unggun yang besar dan dalam.
3. Ukuran dan tipe partikel yang dapat digunakan dalam teknik ini terbatas.
4. Karena sifat unggun terfluidisasi yang kompleks, seringkali terjadi kesulitan
dalam mengubah skala kecil menjadi skala industri.
5. Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.

21
6. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya
sejumlah tertentu padatan.

2.5 Perilaku Gelembung pada Ketinggian unggun

2.5.1 Perilaku Gelembung

Gelembung yang lebih besar cenderung naik lebih cepat dibanding


gelembung yang kecil sehingga antar gelembung akan terjadi tumbukan dan
bergabung (coalescence) dan gelembung semakin bertambah besar. Dinding tabung
juga mempengaruhi gerekan gelembung sehingga gelembung cenderung bergerak ke
arah dalam unggun.

Gelembung terjadi dalam kebanyakan unggun yang terfluidisasi dan


peranannya sangat penting karena akibat laju dari perubahan massa atau energi di
antara gas dan padatan dalam unggun. Gelembung terbentuk dalam unggun yang
terfluidisasi dari ketidakstabilan sistem 2 fasa. Pengontrolan ukuran gelembung dapat
diperoleh dengan mengontrol distribusi ukuran partikel atau dengan meningkatkan
kecepatan gas.

Mengacu pada teori gelembung dua fasa dan fluidisasi, semua gas yang
dibutuhkan untuk fluidisasi minimum melewati unggun dalam proses pembentukan
gelembung. Gelembung meningkat melalui unggun dalam 2 kondisi yang berbeda.
Gelembung yang meningkat secara padat dapat terjadi pada kecepatan gas kurang
dari Umf dan hal ini memberikan kesempatan untuk gas melewati partikel unggun
dan sirkuit pendek melalui gelembung menuju ke permukaan unggun.

Kecepatan suatu gelembung yang bertambah besar melalui fluida unggun


dinyatakan dalam rumus:

Uhr = 0.71(gDb)0.5

Jika terjadi slugging, berlaku persamaan

Uhr = Uslug = 0.35(gD)0.5

22
Jadi kecepatan aktual peningkatan gelembung dalam unggun yang
terfluidisasi dinyatakan dengan rumus:

Ub = (U-Umf)+Ubr

2.5.2 Ketinggian unggun

Tinggi unggun dapat diplot terhadap kecepatan superficial. Untuk kecepatan


superficial tinggi permukaan berfluktuasi karena pecahnya gelembung di permukaan
sehingga ketinggian unggun hanya dapat diukur dengan perkiraan.

2.6 Sifat-sifat Perpindahan Panas Unggun Terfluidisasi

Unggun yang terfluidisasi oleh gelembung-gelembung tercampur dengan


sangat baik karena pertikel-partikel unggun tersirkulasi oleh gelembung udara yang
naik. Akibatnya, suhu unggun sangat seragam walaupun terdapat reaksi yang sangat
eksoterm. Jika luas permukaan tranfer panas antara gas dan unggun cukup tinggi, gas
dan pertikel cepat mencapai suhu yang sama. Laju transfer panas yang tinggi dapat
diperoleh antara permukaan panas yang tercelup di dalam unggun dengan unggunnya
itu sendiri. Tiga mekanisme yang menyumbangkan transfer panas antara unggun
terfluidisasi dan permukaan adalah :

a. Untuk partikel unggun dengan diameter < 500 dan densitas < 4000 kg/m3
(kecuali paertikel halus yang sangat kohesif), mekanisme utama adalah adanya
sirkulasi antara bulk unggun dan partikel yang berdekatan denghan permukaan
panas (Particle Convective Mechanism).
Partikel mampu mentransfer banyak panas karena mempunyai kapasitas panas
pada saat awal partikel berdekatan dengan permukaan panas, terdapat gradien
suhu lokal yang besar yaitu adanya perbedaan suhu yang besar antara bulk
unggun dengan permukaan sehingga laju perpindahan panas sangat besar. Akan
tetapi, semakin lama suhu unggun semakin mendekati suhu permukaan. Jadi
untuk selang waktu tertentu laju transfer panas semakin tinggi jika pertikel
bersinggungan dengan permuikaan panas dalam recident time yang singkat yang
dapat diperoleh dengan mengatur kondisi operasi. Tetapi harus diingat bahwa

23
recident time yang ekstrim kecil untuk memeroleh koefisien perpindahan panas
yang paling tinggi dibatasi oleh konduktivitas panas gas dan jarak jalur transfer
panas terpendek di mana panas mengalir secara konduksi antara partikel unggun
dan permukaan panas.

b. Untuk unggun dalam ukuran atau densitas yang lebih besar, kecepatan
interstisial adalah turbulen yang berarti bahwa transfer panas konveksi melalui
gas menjadi penting. Jika transfer panas mode ini menjadi dominan maka
transfer panas akan naik dengan naiknya diameter partikel (karena makin besar
partikel maka makin besar turbulensi kecepatan interstisial).
c. Untuk suhu yang lebih tinggi akan terdapat perbedaan suhu yang sangat besar
antara unggun dan permukaan panas sehingga transfer panas secara radiasi
menjadi penting.
Perpindahan kalor ke permukaan dalam sistem padat-gas koefisien perpindahan
panas ke permukaannya sangat tergantung pada kualitas fluidisasi yang terjadi
(Coulson, 1968:215). Untuk menghitung koefisien perpindahan panas tersebut
dapat digunakan persamaan Dow dan Jacob berikut.

0,25
hd t d
0,65
d
0,17 (1 e) s C s U d
0,55 t t c t
k L d e C p

dimana: h = koefisien perpindahan panas

k = konduktivitas termal gas

D = diameter partikel

Dt = diameter tube

L = panjang unggun

= kekosongan unggun

s = densitas padatan

=densitas gas

Cs = kapasitas panas padatan

24
Cp = kapasitas panas gas pada tekanan konstan

= viskositas gas

Uc = kecepatan superficial dalam tube kosong

2.7 Penyimpangan dari Keadaan Ideal (Interlock)

Karakteristik fluidisasi seperti digambarkan pada kurva fluidisasi ideal hanya


terjadi pada kondisi yang betul-betul ideal dimana butiran zat padat dengan mudah
saling melepaskan pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya seret dengan berat
partikel. Pada kenyataannya, keadaan di atas tidak selamanya bisa terjadi karena
adanya kecenderungan partikel-partikel untuk saling mengunci satu dengan lainnya
(interlock), sehingga akan terjadi kenaikan hilang tekan (P) sesaat sebelum
fluidisasi terjadi. Fenomena interlock ini dapat dilihat pada Gambar 11, terjadi pada
awal fluidisasi saat terjadi perubahan kondisi dari unggun tetap menjadi unggun
terfluidakan.

Umf

Gambar 11. Kurva karakteristik fluidisasi tidak ideal karena terjadi interlock.

25
2.8 Penggunaan proses fluidisasi dalam industri

1. Operasi Secara Fisik (Physical Operation), seperti:


a. Transportasi: Sifat fluidisasi pada fluidized bed juga merupakan sifat yang sama
dengan cairan dan sifat ini sangat efektif digunakan untuk alat transportasi dari
bubuk padatan.
b. Heat Exchanger (HE): Fluidized bed dapat digunakan untuk HE operasi fisik dan
kimia kareana kemampuannya untuk mempercepat perpindahan panas dan
menjaga suhu menjadi konstan dengan ditunjukkan sebagian kecil dari bermacam
penggunaan dalam lingkup ini.
c. Adsorpsi: Proses adsorpsi multistages fluid chart untuk pemisahan dan pemurnian
kembali komponen gas.

2. Operasi Secara Kimia

Contoh: Reaksi gas dengan katalis padat dan reaksi padat dengan gas.

II.9 Aplikasi fluidisasi dalam industri

a. Gasifikasi : batubara
b. Transportasi: Fluidisasi dapat terfluidisasikan sama seperti cairan, sifat ini
digunakan untuk transportasi padat berupa serbuk.
c. Pencampuran bubuk halus (dengan ukuran partikel berlainan)
d. HE
e. Pelapisan bahan peledak pada permukaan logam
f. Drying dan sizeing

II.10 Industri yang menggunakan metoda fluidisasi

Beberapa Industri yang menggunakan metoda fluidisasi adalah :

1. Proses desulfurisasi batubara

26
Proses desulfurisasi batubara Tondongkurah, Sulawesi Selatan telah dilakukan
dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida yang diencerkan dalam asam sulfat
berkonsentrasi 0,1 N. Percobaan desulfurisasi tersebut dilakukan dengan
menggunakan peralatan kolom fluidisasi yang mempunyai ukuran panjang 80 cm
dengan diameter 3,5 cm. Kolom dihubungkan dengan sebuah pompa sirkulasi yang
mampu memberikan suplai larutan dengan jumlah aliran yang diatur sebesar 100 cc
per menit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa proses selama 2 jam dengan
mempergunakan kolom tersebut mampu mengurangi 13,9 persen jumlah sulfur yang
terdapat di dalam batubara Tondongkurah yang berukuran (-14+20) mesh.
Perpanjangan waktu sirkulasi larutan hidrogen peroksida dari 2 jam menjadi 6 jam
mampu meningkatkan jumlah pengurangan sulfur menjadi sebesar 42,3 persen. Hasil
percobaan lainnya menunjukkan bahwa perkecilan ukuran partikel batubara dari (-
14+20) mesh menjadi (-20+48) mesh mampu meningkatkan angka tersebut. Pada
percobaan desulfurisasi dengan ukuran batubara (-20+48) mesh selama 2 jam, jumlah
pengurangan sulfur adalah 19,6 persen. Demikian pula, apabila waktu sirkulasi
dinaikkan menjadi 6 jam pengurangan sulfur meningkat menjadi 48,9 persen.

2. Pembuatan Gas Sintetis Dari Batubara Dengan Teknologi Gasifikasi


Unggun Terfluidisasi.
Percobaan gasifikasi dilakukan terhadap contoh batubara Indonesia dengan
menggunakan reactor gasifikasi sistem unggun terfluidisasi digunakan batubara
ukuran halus (-48 + 65 mesh). Gas pereaksi masuk melalui plat distributor untuk
mengangkat batubara dan pasir silica sebagai unggun material dalam zona reaksi
sehingga unggun terfluidisasi dan terjadi proses pencampuran yang sempurna antara
gas pereaksi dan batubara. Pada kondisi fluidisasi suhu dalam reactor lebih merata
dibanding dengan reaktor sistem unggun tetap. Suhu reaktor sistem unggun fluidisasi
adalah 900 0C. Gas hasil gasifikasi yang disebut gas sintetis (syngas) dilakukan
pemurnian dengan alat cyclone, condenser dan scrubber. Sesudah syngas dimurnikan
kemudian dianalisa komposisinya dengan menggunakan gas chromatography (GC).

BAB III

KESIMPULAN

27
Fluidisasi adalah suatu fenomena berubahnya sifat suatu padatan (bed) dalam
suatu reaktor menjadi bersifat seperti fluida dikarenakan adanya aliran fluida ke
dalamnya, baik berupa liquid maupun gas.
Terbagi menjadi tujuh fenomena, yaitu :
Fenomena fixed bed
Fenomena minimum or incipient fluidization
Fenomena smooth or homogenously fluidization
Fenomena bubbling fluidization
Fenomena slugging fluidization
Fenomena chanelling fluidization
Fenomena disperse fluidization

Faktor-faktor yang mempengaruhi Fluidisasi, yaitu :

a. Laju alir fluida dan jenis fluida


b. Ukuran partikel dan bentuk partikel
c. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
d. Porositas unggun
e. Distribusi aliran,
f. Distribusi bentuk ukuran fluida
g. Diameter kolom
h. Tinggi unggun.

DAFTAR PUSTAKA

De Nevers, Noel. Fluid Mechanics Chemical Engineering. 1951. New York :


McGraw-Hill Inc.

28
Perry Chemical Engineering Handbook.

W.L. McCabe, J. C. Smith and P. Harriot .1985. Unit Operations of Chemical


Engineering. McGraw Hill:New York.

Tim Penyusun. Buku Panduan Praktikum POT 1. 1989. Depok : Jurusan Teknik Gas
&Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Anonim. Fluidization. http://id.wikipedia.org/wiki/fluidization. Diakses tanggal 18


Oktober 2008. 10.54 WIB.

Anonim. Fluidization. http://www.vt1.tu-harburg.de. Diakses tanggal 18 Oktober


2008. 10.54 WIB.
Anonim. Fluidization. http://www.ih.cas.cz/web_new/fluidization. Diakses tanggal
18 Oktober 2008. 10.54 WIB.

29

Anda mungkin juga menyukai