Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PABRIK SEMEN SERTA PROSES-PROSES


YANG ADA DIDALAMNYA
Disusun untuk memenuhi tugas tengah semester mata kuliah Proses Industri Kimia

Disusun oleh:
Nama

: Rudi Haryanto

NIM

: IK.14.3.0116

Jurusan

: Teknik Kimia

Kelas

: Reguler Sore

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS PANDANARAN
SEMARANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengan limpahan
rahmat, taufik dan hidayahnya saya bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu
dalam isi dan bentuk yang sederhana. Makalah ini saya buat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Perlakuan Mekanik. Saya harap makalah ini juga bisa dijadikan
sebagai salah satu acuan maupun pedoman bagi pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, para dosen juga teman-teman
yang turut ikut serta dalam pembuatan makalah ini sehingga kendala-kendala
yang saya hadapi bisa teratasi.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, karena pengetahuan serta
pengalaman saya yang kurang. Untuk itu saya mengharapkan kritik serta saran
yang membangun agar kedepannya saya bisa memperbaiki apa yang kurang dari
makalah ini.

Semarang, Mei 2015

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fluidisasi adalah suatu fenomena berubahnya sifat suatu padatan (bed)
dalam suatu reaktor menjadi bersifat seperti fluida dikarenakan adanya aliran
fluida ke dalamnya, baik berupa liquid maupun gas.
Jika suatu aliran udara melewati partikel unggun yang ada dalam tabung,
maka aliran tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan
menimbulkan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik jika
kecepatan superficial naik.
Kecepatan superfisial adalah laju alir udara pada kolom yang kosong,
sedangkan kecepatan interstitial adalah kecepatan udara di antara partikel unggun.
Pada kecepatan superfisial rendah, ungun mula-mula diam. Jika kecepatan
superfisial dinaikkan maka pada suatu saat gaya seret fluida menyebabkan unggun
mengembang dan menyebabkan tahanan terhadap aliran udara mengecil, sampai
akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel unggun.
Hal ini menyebabkan unggun terfluidisasi dan sistem solid-fluida menunjukkan
sifat-sifat seperti fluida. Kecepatan superfisial terendah yang dibutuhkan agar
terjadi fluidisasi disebut minimum fluidization velocity (Umf).
Fluidisasi berhubungan dengan banyak proses industri kimia, misalnya
dalam proses katalisasi maupun dalam proses pemurnian gas. Proses fluidisasi ini
memiliki beberapa hal penting yang harus diperhatikan, seperti jenis dan tipe
fluidisasi, aplikasi dalam industri serta spesifikasi dan cara kerja alatnya.
Aplikasi fluidisasi dalam proses industri sangat banyak. Hal ini dimulai
pada tahun 1926 untuk Gasifier Winkler berskala besar lalu Fluidized-bed
Catalytic Cracking (FCC) crude oil menjadi bensin pada tahun 1942. Aplikasi
tersebut semakin berkembang dan pada tahun 1990 dapat diklasifikasikan menjadi
proses-proses kimia katalitik (seperti FCC dan sintesis Fischer-Tropsch), prosesproses kimia nonkatalitik (seperti thermal cracking dan gasifikasi batubara), dan
proses-proses fisik (seperti pengeringan dan absorpsi). Selain itu, fluidisasi
kontinu banyak dimanfaatkan dalam pabrik pengolahan untuk memindahkan
padatan dari satu tempat ke tempat lain.

Unggun terfluidisasi memiliki aplikasi yang luas karena karakteristik


perpindahan panasnya yang sangat baik. Hal ini didukung oleh berubahnya sifat
dari unggun tersebut menjadi seperti fluida sehingga perpindahan panas yang
terjadi adalah secara konveksi. Dengan demikian, partikel dan gas yang memasuki
unggun terfluidisasi segera mencapai suhu unggun dan partikel dalam unggun
bersifat isotermal pada semua situasi. Keadaan isotermal ini disebabkan oleh
pencampuran yang merata dan area kontak yang luas antara gas dan partikel.
Jadi, kita sebagai mahasiswa Teknik Kimia perlu mempelajari fluidisasi
karena pada proses yang berhubungan dengan katalisasi ataupun hal yang erat
kaitanya dengan perlakuan gas-solid dan liquid-solid, fluidisasi sangat diperlukan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fenomena Fluidisasi
Jika suatu aliran udara melewati suatu partikel unggun yang ada dalam
tabung, maka aliran tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada
partikel dan memberikan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan
naik jika kecepatan superficial naik (kecepatan superficial adalah kecepatan aliran
jika tabung kosong).
Pada kecepatan superficial rendah, unggun mula-mula diam. Jika
kecepatan superficial dinaikkan maka pada suatu saat gaya seret fluida
menyebabkan unggun mengembang dan tahanan terhadap aliran udara mengecil,
sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel
unggun dan unggun akan terfluidisasi.
Sementara itu, pressure drop akan tetap walaupun kecepatan superficial
terus dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun persatuan luas. Kecepatan
superficial terendah yang dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi disebut Minimum
Fluidization Velocity (Umf).
Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat
diilustrasikan dengan fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas
seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas

Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada


gambar berikut ini:

P2

Bed

x
P1

Gas in

Gambar 2. Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat


Adapun fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:
1.

Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju
minimum yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel
padatan tetap diam. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Fenomena fixed bed


2.

Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida


mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada
kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada
gambar 4.

Gambar 4 Fenomena minimum or incipient fluidization


3.

Fenomena smooth or homogenously fluidization, terjadi saat kecepatan


dan distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun
sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 5. Fenomena smooth or homogrnously fluidization


4.

Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung


gelembung pada unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak
homogen. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 6.

Gambar 6. Fenomena bubbling fluidization

5.

Fenomena slugging fluidization, terjadi ketika gelembung-gelembung


besar yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel
padat. Pada kondisi ini terjadi penolakan sehingga partikel-partikel padat seperti
terangkat. Kondisi ini dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. fenomena slugging fluidization


6.

Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel


padatan terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan
pada gambar 8.

Gambar 8. Fenomena chanelling fluidization


7.

Fenomena disperse fluidization, terjadi saat kecepatan alir fluida


melampaui kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian
partikel akan terbawa aliran fluida dan berekspansi mencapai nilai maksimum.
Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 9.

Gambar 9. Fenomena disperse fluidization


Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut:
a. Laju alir fluida dan jenis fluida
b. Ukuran partikel dan bentuk partikel
c. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
d. Porositas unggun
e. Distribusi aliran,
f. Distribusi bentuk ukuran fluida
g. Diameter kolom
h. Tinggi unggun.
Faktor-faktor di atas merupakan variabel-variabel dalam proses fluidisasi
yang akan menentukan karakteristik proses fluidisasi tersebut. Selain itu,
fenomena pada gambar 2 dapat dijelaskan melalui persamaan Bernoulli dengan
aliran laminer sebagai berikut, yaitu:
F

150Vs (1 ) 2 x
( D p ) 2 3

dan PgzF

Pada gambar 2, terlihat bahwa perbedaan tekanan sepanjang unggun


secara linear berbanding lurus dengan laju alir volumetrik selama fluidisasi belum
tercapai.
Jika padatan berupa partikel seperti pasir, ketahanan partikel tersebut
terhadap aliran fluida akan menurun dengan meningkatnya porositas partikel

tersebut. Pengukuran P pada sepanjang unggun dapat dinyatakan dengan


persamaan sbb:

150Vs (1 ) 2 x
(D p ) 2 3

Bila Vs meningkat, meningkat dan P dijaga agar konstan. Dalam hal ini

x juga akan meningkat, akan tetapi pengaruh dari kenaikan x ini lebih kecil
dibandingkan pengaruh yang ditimbulkan oleh perubahan Adapun hubungan

x, P dan kecepatan aliran fluida dapat dilihat pada gambar 10.


Untuk kecepatan yang kurang dari kecepatan fluidisasi minimum (Umf)
maka unggun akan berperilaku sebagai packed bed. Namun, jika kecepatan aliran
fluida dinaikkan melebihi Umf, maka tidak hanya unggun yang terangkat, tetapi
partikel akan bergerak dan akan saling berbenturan satu sama lain dan akhirnya
keseluruhan massa partikel akan menjadi fluida.

Gambar 10. Transition from packed bed to fluidized bed


Selama fluidisasi, penurunan tekanan sepanjang unggun akan tetap
walaupun kecepatan superfisial terus dinaikkan dan sama dengan berat efektif
unggun persatuan luas:

p
dimana:

m = massa partikel

m
( p f )g
p Sb

p = densitas partikel
Sb = luas area unggun
f = densitas fluida
g = percepatan gravitasi
Jika laju alir ke unggun terfluidisasi diturunkan bertahap, penurunan
tekanan akan tetap konstan dan tinggi unggun akan berkurang.Walaupun
demikian, tinggi unggun terakhir akan lebih besar daripada tinggi mula-mula
untuk fixed bed. Hal ini dikarenakan solid di dalam tabung cenderung berkumpul
lebih rapat daripada jika solid diam secara bertahap dari keadaan terfluidisasi.
Penurunan tekanan pada laju alir rendah lebih kecil daripada nilai awal di fixed
bed. Unggun yang terfluidisasi akan bersifat menyerupai liquid, di antaranya:

Benda yang lebih ringan akan mengapung di atas unggun (yaitu bendabenda yang densitasnya lebih kecil daripada densitas bulk unggun),

Permukaan akan tetap horizontal bahkan dalam unggun yang miring,

Solid dapat mengalir melalui bukaan di kolom sama seperti liquid,

Unggun memiliki tekanan statis karena gravitasi, nilainya sebesar ogh,

Ketinggian antara dua unggun terfluidisasi yang serupa sama dengan


tekanan statik mereka.

2.2 Jenis Jenis Fluidisasi


2.2.1 Fluidisasi Partikulat
Dalam fluidisasi pasir dengan air, partikel-partikel bergerak menjauh satu
sama lain dan gerakannya bertambah hebat dengan meningkatnya kecepatan,
tetapi densitas unggun rata-rata pada suatu kecepatan tertentu sama di semua
bagian unggun. Proses ini disebut fluidisasi partikulat dan bercirikan ekspansi
hamparan yang cukup besar tetapi seragam pada kecepatan tinggi. (McCabe,
1985:151)
Akan tetapi, tidak semua fluida liquid pasti menghasilkan fluidisasi
partikulat, hal ini dipengaruhi oleh perbedaan densitas. Dalam kasus dimana
densitas fluida dan solid tidak terlalu berbeda, ukuran partikel kecil, dan
kecepatan aliran fluida rendah, unggun akan terluidisasi merata dengan tiap

partikel bergerak sendiri-sendiri melewati jalur bebas rata-rata (mean free path)
yang relatif sama. Fase padat ini memiliki banyak karakteristik liquid dan disebut
fluidisasi partikulat. (Foust, 1959:643)
Pada fluidisasi partikulat, ekspansi yang terjadi adalah seragam dan
persamaan Ergun, yang berlaku untuk unggun diam, dapat dikatakan masih
berlaku untuk unggun yang agak mengembang. Andaikan aliran di antara partikelpartikel itu adalah laminar, persamaan yang berlaku untuk hamparan yang
mengalami ekspansi adalah (McCabe, 1985:152):
150Vs
3

1 g p s 2 D p 2

2.2.2

Fluidisasi Agregat/ Fluidisasi Gelembung


Unggun yang difluidisasikan dengan udara biasanya menunjukkan

fluidisasi agregat. Pada kecepatan superfisial yang jauh melebihi Umf,


kebanyakan gas akan melewati unggun sebagai gelembung atau rongga-rongga
kosong yang tidak berisikan zat padat dan hanya sebagian kecil gas yang mengalir
dalam saluran-saluran yang terbentuk di antara partikel. Gelembung yang
terbentuk berperilaku hampir sama dengan gelembung udara di dalam air atau
gelembung uap di dalam zat cair yang mendidih, dan karena itu fluidisasi jenis ini
sering disebut fluidisasi didih (boiling bed). (McCabe, 1985:151)
Gelembung-gelembung yang terbentuk cenderung bersatu dan menjadi
besar pada waktu naik melalui hamparan fluidisasi itu. Jika kolom yang
digunakan berdiameter kecil dengan hamparan zat padat yang tebal, gelembung
itu mungkin berkembang hingga memenuhi seluruh penampang. Gelembunggelembung yang beriringan lalu bergerak ke puncak kolom terpisah dari zat padat
yang seakan-akan tersumbat. Peristiwa ini disebut penyumbatan (slugging).
(McCabe, 1985:151)
Penyamarataan bahwa fluida gas pasti menghasilkan fluidisasi gelembung
tidak sepenuhnya benar. Perbedaan densitas merupakan parameter yang penting.
Pada kasus dimana densitas fluida dan solid berbeda jauh atau ukuran partikel

besar, kecepatan aliran fluida yang dibutuhkan lebih besar dan fluidisasi yang
terjadi tidak merata. Sebagian besar fluida melewati unggun dalam bentuk
gelembung (bubbles). Di sini, unggun memiliki banyak karakteristik liquid
dengan fasa fluida terjadi pada saat gas menggelembung melewati unggun.
Fluidisasi jenis ini disebut fluidisasi agregat. (Foust, 1959:643)
Partikel unggun yang lebih ringan, lebih halus, dan bersifat kohesif sangat
sukar terfluidisasi karena gaya tarik antarpartikel lebih besar daripada gaya
seretnya. Partikel cenderung melekat satu sama lain dan gas menembus unggun
dengan membentuk channel.
Pengembangan volume unggun dalam fluidisasi gelembung terutama
disebabkan oleh volume yang dipakai oleh gelembung uap, karena fase rapat pada
umumnya tidak berekspansi dengan peningkatan aliran. Dalam penurunan berikut
ini, aliran gas melalui fase rapat diandaikan sama dengan Umf dikalikan dengan
fraksi unggun yang diisi oleh fase rapat, ditambah sisa aliran gas yang dibawa
oleh gelembung (McCabe, 1985:154), sehingga:
Vs f b u b (1 f b )U mf
dimana:

fb = fraksi unggun yang diisi gelembung


ub = kecepatan rata-rata gelembung

Dalam fluidisasi agregat, fluida akan membuat gelembung pada padatan


unggun dalam tingkah laku yang khusus. Gelembung fluida meningkat melalui
unggun dan pecah pada permukaan unggun dan akan tejadi splashing dimana
partikel unggun akan bergerak ke atas. Seiring dengan meningkatnya kecepatan
fluida, perilaku gelembung akan bertambah besar. (Brown, 1955:269)
Keberadaan fluidisasi partikulat atau agregatif merupakan hasil dari
pengaruh gaya gravitasi pada fasa-fasa yang ada dalam unggun terfluidisasi dan
v2
Dp g

juga karena mekanika fluida ruah dari sistem. Angka Froude,

, yaitu rasio

antara kinetik dengan energi gravitasi merupakan salah satu kriteria penentu jenis
fluidisasi apa yang terjadi. (Foust, 1959:643)

2.2.3

Fluidisasi Kontinu
Bila kecepatan fluida melalui hamparan zat padat cukup besar, maka

semua partikel dalam hamparan itu akan terbawa ikut oleh fluida hingga
memberikan suatu fluidisasi kontinu. Prinsip fluidisasi ini terutama diterapkan
dalam pengangkutan zat padat dari suatu titik ke titik lain dalam suatu pabrik
pengolahan di samping ada beberapa reaktor gas zat padat lama yang bekerja
dengan prinsip ini. Contohnya adalah dalam tranportasi lumpur dan tranportasi
pneumatic. (McCabe, 1985:151)
Ketika laju alir fasa fluida melewati kecepatan terminal partikel, unggun
terfluidisasi akan kehilangan identitasnya karena partikel solid terbawa dalam
aliran fluida. Metoda pengangkutan ini sering digunakan dalam industri, biasanya
dengan udara sebagai fasa fluida, antara lain untuk mengangkut produk dari
pengering semprot (spray dryers). Keuntungan metoda ini adalah kehilangan yang
terjadi sedikit, prosesnya bersih, dan kemampuannya untuk memindahkan
sejumlah besar solid dalam waktu singkat. Tetapi kerugiannya antara lain ada
kemungkinan terjadi kerusakan partikel solid serta korosi pada pipa mungkin
besar. (Foust, 1959:647)
Dalam fluidisasi, karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat
fluida cair dengan viskositas tinggi, metode pengontakan fluidisasi memiliki
beberapa keuntungan dan kerugian.
2.3 Sifat dan Karakteristik Partikel Unggun
a. Ukuran partikel
Padatan dalam unggun yang terfluidisasi tak pernah sama dalam ukuran
dan mengacu pada distribusi ukuran partikel tersebut. Untuk menghitung ukuran
partikel rata-rata dengan menggunakan diameter rata-rata permukaan (Kirk
Othmer,1994:141).

d sv

1
x
di
pi

dimana:
dp = diameter partikel rata-rata yang secara umum digunakan untuk desain
dsv = diameter dari suatu bidang
b. Densitas padatan
Padatan dapat dibedakan menjadi 3 bagian berdasarkan densitasnya yaitu
bulk, skeletel, dan particle. Densitas bulk merupakan pengukuran berat dari
keseluruhan partikel dibagi dengan volume partikel. Pengukuran ini menyertakan
faktor kekosongan dalam pori-pori partikel. Skeletel adalah densitas suatu padatan
jika porositasnya nol. Adapun densitas partikel adalah berat dari suatu partikel
dibagi dengan volumenya dengan menyertakan pori-pori. Jika tidak ada nilai
untuk densitas partikel, maka pendekatan untuk densitas partikel dapat diperoleh
dengan membagi dua densitas bulk.
c. Penurunan tekanan
Penurunan tekanan yang terjadi pada campuran dua fasa dinyatakan dalam
beragam bentuk, seperti static head, akselerasi dan kehilangan friksi untuk gas
dan padatan. Untuk aplikasi fluidisasi unggun di luar kondisi ketika akselerasi
penurunan tekanan dapat diterima, penurunan tekanan akan dihasilkan dari static
head padatan. Untuk itu, berat suatu partikel unggun jika dibagi dengan tinggi
padatan akan menghasilkan densitas sesungguhnya dari unggun yang terfluidisasi.
Formulanya dirumuskan sebagai berikut :
PLpggc

Salah satu aspek yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah
mengetahui besarnya penurunan tekanan (pressure drop) di dalam unggun padatan
yang terfluidakan. Hal tersebut mempunyai arti yang cukup penting karena selain
erat sekali hubungannya dengan besarnya energi yang diperlukan, juga bisa
memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung.
Penentuan besarnya hilang tekan di dalam unggun terfluidakan terutama dihitung

berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam, terutama oleh


Balke, Kozeny, Carman, ataupun peneliti-peneliti lainnya.
Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubuangan antara
hilang tekan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diam diperoleh
pertama kali pada tahun 1922 oleh Blake melalui metode-metode yang bersifat
semi empiris, yaitu dengan menggunakan bilangan-bilangan tidak berdimensi.
Untuk aliran laminer dengan kehilangan energi terutama disebabkan oleh gaya
viscous, Blake memberikan hubungan :

P
kS 2
gc
L
3
dimana:
P/L = hilang tekan per satuan panjang/ tinggi unggun
gc

= faktor gravitasi

= viskositas fluida

= porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang


kosong didalam unggun dengan volume unggun

= kecepatan alir superfisial fluida

= luas permukaan spesifik partikel

d. Sphericity
Sphericity merupakan faktor bentuk yang dinyatakan sebagai rasio dari
area permukaan volume partikel bulat yang sama dengan partikel itu dibagi
dengan area permukaan partikel.

d sv
dv

Material yang melingkar seperti katalis dan pasir bulat memiliki nilai sphericity
sebesar 0.9 atau lebih.
e. Kecepatan Fluidisasi Minimum (Umf)
Kecepatan fluidisasi minimum adalah kecepatan superficial terendah yang
dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi. Umf dapat dicari dengan menggunakan
persamaan

Umf = [(1135.7+0.0408Ar)0.5-33.71]/(gdp)
Di mana bilangan Archimides (Ar) adalah :
Ar = gdp3(pgg/2
Untuk memprediksi Umf, Ergun menurunkan suatu korelasi dengan cara
menyamakan pressure drop pada saat Umf dengan berat unggun persatuan luas
dan diperoleh persamaan sebagai berikut.

Suku pertama persamaan Ergun dominan untuk aliran laminer sedangkan


suku kedua dominan pada aliran turbulen. Pengukuran Umf dapat diperoleh dari
grafik P vs Umf, yaitu sesuai titik potong atau antara bagian kurva yang datar
seperti yang digambarkan pada gambar 10.
f. Kecepatan terminal
Kecepatan terminal suatu partikel (Ut) merupakan kecepatan gas yang
dibutuhkan untuk mengatur partikel tunggal yang tersuspensi dalam aliran gas.
Kecepatan terminal suatu partikel dinyatakan dalam persamaan:
1/ 2

4 gd p ( p g )

Ut

3 g C d

Dalam aliran laminer dan mengikuti Hukum Stokes:

Cd

Re p

24
Re p
d pU g

Jadi, kecepatan terminal untuk partikel tunggal berbentuk bulat adalah


Ut

g ( p g )d p

18

untuk Rep < 0.4


Dan untuk partikel besar dengan Cd = 0.43

1/ 2

3,1( p g ) gd p

Ut

untuk Rep > 500

Persamaan ini mengindikasikan bahwa untuk partikel yang berukuran


kecil viskositas merupakan faktor dominan setiap gas dan untuk partikel
berukuran besar densitas merupakan faktor yang terpenting. Kedua persamaan di
atas mengabaikan gaya antar partikel. Secara umum kecepatan selip (Uselip) atau
kecepatan efektif terminal untuk partikel dalam suspensi (U*t) adalah:
Uselip = U*t = Ut . f()
Kekosongan f() dari unggun yang terfluidisasi adalah fraksi mol yang
terjadi oleh gas. Fungsi t dapat dinyatakan dengan pendekatan Kozeny-Charman
berikut.

f () = 0.1 2/(1-
Pendekatan lain yang digunakan untuk sistem banyak fasa yaitu korelasi
Richardson-Zaki untuk partikel tunggal dalam suspensi, yaitu:
U/Ut =n
n merupakan fungsi dari dp/D dan bilangan Re yang divariasikan dari 2.4-4.7
(Kirk Othmer, 1994:144).
g. Batas partikel
Partikel diklasifikasikan berdasarkan bagaimana partikel tersebut
terfluidisasi dalam udara pada kondisi tertentu. Partikel tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi:

Partikel halus

Partikel kasar

Kohesif, partikel yang sangat halus

Unggun yang bergerak


h. Gaya antar partikel
Gaya antar partikel sering kali diabaikan dalam fluidisasi meskipun dalam
banyak kasus gaya ini lebih kuat dibandingkan hydrodinamic yang digunakan

dalam banyak korelasi. Gaya antar partikel yang berhubungan atau berkaitan
dengan unggun yang terfluidisasi, misalnya van der waals, elektrostatik, dan
kapilaritas.
i. Daerah batas fluidisasi (fluidization regimes)
Pada kecepatan gas rendah, suatu padatan dalam tabung unggun akan
berada pada kondisi konstan seiring dengan bertambahnya kecepatan gas, gaya
seret, dan gaya buoyant mengalahkan berat partikel serta gaya antar partikel
tersebut ( Kirk Othmer, 1994:147). Pada fluidisasi minimum partikel
memperlihatkan pergerakan yang minimal dan secara langsung unggun akan
sedikit terangkat.
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Fluidisasi
Kelebihan dari teknik fluidisasi adalah:
1. Properti transfer panas yang baik dalam gas-fluidized bed. Gelembung
yang terbentuk menjaga unggun bersifat isotermal dan laju transfer panas
yang tinggi diperoleh antara unggun dan permukaan yang dicelupkan.
2. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat
padat secara kontinu dan memudahkan pengontrolan.
3. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah
panas yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang
memiliki luas permukaan kecil.
4. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup
tinggi.
5. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi
memungkinkan pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor.
Kekurangan dari teknik fluidisasi adalah:
1. Kecepatan fluida yang digunakan terbatas pada jangkauan dimana unggun
terfluidisasi. Jika kecepatan jauh lebih besar dari Umf, dapat terjadi
kehilangan material yang cukup besar akibat terbawa keluar dari unggun
serta ada kemungkinan terjadi kerusakan partikel karena kecepatan operasi
yang terlalu besar.

2. Tenaga untuk memompa fluida sehingga terjadi fluidisasi harus besar


untuk unggun yang besar dan dalam.
3. Ukuran dan tipe partikel yang dapat digunakan dalam teknik ini terbatas.
4. Karena sifat unggun terfluidisasi yang kompleks, seringkali terjadi
kesulitan dalam mengubah skala kecil menjadi skala industri.
5. Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
6. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya
sejumlah tertentu padatan.
2.5 Perilaku Gelembung Pada Ketinggian Unggun
2.5.1 Perilaku Gelembung
Gelembung yang lebih besar cenderung naik lebih cepat dibanding
gelembung yang kecil sehingga antar gelembung akan terjadi tumbukan dan
bergabung (coalescence) dan gelembung semakin bertambah besar. Dinding
tabung juga mempengaruhi gerekan gelembung sehingga gelembung cenderung
bergerak ke arah dalam unggun.
Gelembung terjadi dalam kebanyakan unggun yang terfluidisasi dan
peranannya sangat penting karena akibat laju dari perubahan massa atau energi di
antara gas dan padatan dalam unggun. Gelembung terbentuk dalam unggun yang
terfluidisasi dari ketidakstabilan sistem 2 fasa. Pengontrolan ukuran gelembung
dapat diperoleh dengan mengontrol distribusi ukuran partikel atau dengan
meningkatkan kecepatan gas.
Mengacu pada teori gelembung dua fasa dan fluidisasi, semua gas yang
dibutuhkan untuk fluidisasi minimum melewati unggun dalam proses
pembentukan gelembung. Gelembung meningkat melalui unggun dalam 2 kondisi
yang berbeda. Gelembung yang meningkat secara padat dapat terjadi pada
kecepatan gas kurang dari Umf dan hal ini memberikan kesempatan untuk gas
melewati partikel unggun dan sirkuit pendek melalui gelembung menuju ke
permukaan unggun.
Kecepatan suatu gelembung yang bertambah besar melalui fluida unggun
dinyatakan dalam rumus:
Uhr = 0.71(gDb)0.5

Jika terjadi slugging, berlaku persamaan


Uhr = Uslug = 0.35(gD)0.5
Jadi kecepatan aktual peningkatan gelembung dalam unggun yang terfluidisasi
dinyatakan dengan rumus:
Ub = (U-Umf)+Ubr
2.5.2

Ketinggian Unggun
Tinggi unggun dapat diplot terhadap kecepatan superficial. Untuk

kecepatan superficial tinggi permukaan berfluktuasi karena pecahnya gelembung


di permukaan sehingga ketinggian unggun hanya dapat diukur dengan perkiraan.
2.6 Sifat Sifat Perpindahan Panas Unggun Terfluidisasi
Unggun yang terfluidisasi oleh gelembung-gelembung tercampur dengan
sangat baik karena pertikel-partikel unggun tersirkulasi oleh gelembung udara
yang naik. Akibatnya, suhu unggun sangat seragam walaupun terdapat reaksi yang
sangat eksoterm. Jika luas permukaan tranfer panas antara gas dan unggun cukup
tinggi, gas dan pertikel cepat mencapai suhu yang sama. Laju transfer panas yang
tinggi dapat diperoleh antara permukaan panas yang tercelup di dalam unggun
dengan unggunnya itu sendiri. Tiga mekanisme yang menyumbangkan transfer
panas antara unggun terfluidisasi dan permukaan adalah :
a. Untuk partikel unggun dengan diameter < 500 dan densitas < 4000 kg/m3
(kecuali paertikel halus yang sangat kohesif), mekanisme utama adalah
adanya sirkulasi antara bulk unggun dan partikel yang berdekatan denghan
permukaan panas (Particle Convective Mechanism).
Partikel mampu mentransfer banyak panas karena mempunyai kapasitas
panas pada saat awal partikel berdekatan dengan permukaan panas, terdapat
gradien suhu lokal yang besar yaitu adanya perbedaan suhu yang besar antara
bulk unggun dengan permukaan sehingga laju perpindahan panas sangat
besar. Akan tetapi, semakin lama suhu unggun semakin mendekati suhu
permukaan. Jadi untuk selang waktu tertentu laju transfer panas semakin

tinggi jika pertikel bersinggungan dengan permuikaan panas dalam recident


time yang singkat yang dapat diperoleh dengan mengatur kondisi operasi.
Tetapi harus diingat bahwa recident time yang ekstrim kecil untuk
memeroleh koefisien perpindahan panas yang paling tinggi dibatasi oleh
konduktivitas panas gas dan jarak jalur transfer panas terpendek di mana
panas mengalir secara konduksi antara partikel unggun dan permukaan panas.
b. Untuk unggun dalam ukuran atau densitas yang lebih besar, kecepatan
interstisial adalah turbulen yang berarti bahwa transfer panas konveksi
melalui gas menjadi penting. Jika transfer panas mode ini menjadi dominan
maka transfer panas akan naik dengan naiknya diameter partikel (karena
makin besar partikel maka makin besar turbulensi kecepatan interstisial).
c. Untuk suhu yang lebih tinggi akan terdapat perbedaan suhu yang sangat besar
antara unggun dan permukaan panas sehingga transfer panas secara radiasi
menjadi penting.
Perpindahan kalor ke permukaan dalam sistem padat-gas koefisien
perpindahan panas ke permukaannya sangat tergantung pada kualitas fluidisasi
yang terjadi (Coulson, 1968:215). Untuk menghitung koefisien perpindahan panas
tersebut dapat digunakan persamaan Dow dan Jacob berikut.
hd t
d
0,55 t
k
L

dimana:

0,65

dt

0,17

(1 e) s C s

e C p

0, 25

Ucdt

h = koefisien perpindahan panas


k = konduktivitas termal gas
D = diameter partikel
Dt = diameter tube
L = panjang unggun
= kekosongan unggun
sdensitas padatan

densitas gas
Cs = kapasitas panas padatan
Cp = kapasitas panas gas pada tekanan konstan
viskositas gas

Uc = kecepatan superficial dalam tube kosong

2.7 Penyimpangan dari Keadaan Ideal (Interlock)


Karakteristik fluidisasi seperti digambarkan pada kurva fluidisasi ideal
hanya terjadi pada kondisi yang betul-betul ideal dimana butiran zat padat dengan
mudah saling melepaskan pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya seret
dengan berat partikel. Pada kenyataannya, keadaan di atas tidak selamanya bisa
terjadi karena adanya kecenderungan partikel-partikel untuk saling mengunci satu
dengan lainnya (interlock), sehingga akan terjadi kenaikan hilang tekan (P)
sesaat sebelum fluidisasi terjadi. Fenomena interlock ini dapat dilihat pada
Gambar 11, terjadi pada awal fluidisasi saat terjadi perubahan kondisi dari unggun
tetap menjadi unggun terfluidakan.

Umf
Gambar 11. Kurva karakteristik fluidisasi tidak ideal karena terjadi interlock.

DAFTAR PUSTAKA
Octavianty, Dhini.(2014). Fluidisasi KLP 4.
https://www.scribd.com/doc/110322991/Fluidisasi-KLP-4#download.
25 Mei 2015

Anda mungkin juga menyukai