Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA


EFLUX TIME

KELOMPOK A
1.
2.
3.
4.

RINANDAR MUSLIMIN
RISSA AFRILYANI
RUDI HARYANTO
TRI HARYANTI

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PANDANARAN
SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Pendahuluan
Penggunaan efflux time dalam dunia industri banyak dijumpai pada
pemindahan fluida dari suatu tempat ke tempat yang

lain dengan pipa

tertutup serta tangki sebagai penampung fluida, salah satu contohnya adalah
dalam pengosongan cairan minyak di dalam tangki. Cairan mengalir dari
tangki penampung ke pipa karena gaya berat cairan itu sendiri. Tangki
penampung cairan biasanya diletakan pada ketinggian tertentu sehingga
cairan mudah mengalir, cukup dengan gaya berat itu sendiri. Pemompaan
digunakan untuk mengatur debit cairan yang keluar dari tangki penampung.
Operasi dalam industri

kimia, biasanya berlangsung secara kontinyu,

sehingga ketinggian cairan setiap saat didalam tangki dapat diketahui dengan
menghitung waktu penurunan cairan. Hal ini dapat menghemat biaya
pemompaan. Pada proses yang tidak kontinyu, tinggi permukaan cairan pada
tangki penampung setiap saat dapat diketahui dengan menghitung waktu
penurunan cairan dengan percobaan menggunakan alat (tangki) kecil asalkan
L/D-nya sama dengan tangki untuk operasi sesungguhnya. Jadi, pengetahuan
tentang efflux time sangat diperlukan dalam industri kimia, terutama industri
yang menggunakan bahan cair.

Jika dalam suatu pipa terdapat suatu fluida yang mengalir didalamnya,
maka akan terjadi gesekan antara dinding pipa dengan fluida tersebut, hal ini
disebut dengan friksi. Fluida yang mengalir dari ruangan besar masuk ke
dalam pipa kecil, maka pada lubang pemasukan pipa akan terjadi friksi
antrara fluia yang mengalir dalam dinding pipa (Dougherty, 1954). Adanya
pusaran arus cair didekat permukaan pipa disebut vortex. Hal ini disebabkan
oleh adanya perbedaan diameter antara tangki dan pipa pengeluaran yang
relatif besar sehingga timbul turbulensi yang kemudian terjadi gaya
sentrigugal. Selain itu karena terjadi penurunan tekanan hidrostatis ada bagian
dasar pipa sehingga kecepatan fluida pada titik itu juga turun sehingan waktu
pengosongan semakin besar.
1.2.

Tujuan Percobaan
untuk mempelajari waktu pengosongan cairan dalam tangki melalui
pipa vertikal karena beratnya sendiri.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Efflux time merupakan waktu yang diperlukan untuk pengosongan cairan
didalam tangki melalui pipa vertikal, karena pengaruh gaya beratnya.
Sebagian besar industri mengalirkan cairan dari tempat penampungannya
dengan pengaruh gaya gravitasi karena tinggi permukaan cairannya. Sehingga
perlu pengukur tinggi permukaan teoritis melalui rumus pendekatan dari
penurunan rumus prinsip dasar teori aliran fluida dinamis dalam aliran
vertikal.
Untuk zat cair yang mengalir melalui sebuah lubang paga tangki, maka
besar kecepatannya selalu dapat diturunkan dari hukum Bernouli yaitu : V =
2gh, h adalah kedalaman lubang dari permukaan zat cair. Peralatan yang
digunakan untuk mengukur pengeluaran fluida adalah orifice dan noozle.
Orifice adalah sebuah bukaan (biasanya bulat) pada dinding tangki atau pad
plat normal di sumbu pipa, plat yang sama juga ada di ujung pipa atau di
beberapa daerah lanjut airnya. Dikaraliteralisasi dari kenyataan bahwa
ketipisan dinding atau plat relatif kecil terhadap ukuran bukaan. Orifice
standar dengan sisi tajam atau dengan bahan persegi atau bulat bukan jenis
standar karena aliran ysng melaluinya dipengaruhioleh ketebalan plat,
kekerasan permukaannya, jari-jari lekukannya. Orifice ini harus diuji jika
diperlkan ketelitian yang tinggi.
2.2 Fenomena Aliran Fluida
Perilaku zat cair yang mengalir sangat bergantung pada kenyataan apakah
fluida itu berada dibawah pengaruh bidang batas padat atau tidak. Di daerah
dimana pengaruh dinding itu kecil, tegangan geser mungkin dapat diabaikan.
Dan perilaku fluida itu mungkin mendekati perilaku fluida ideal. Aliran fluida
ideal dapat diberikan secara lengkap dengan menggunakan prinsip-prinsip
mekanika Newton dan hukum kekekalan massa. Aliran potensial bisa terdapat

pada jarak yang tidak terlalu jauh dari bidang batas padat. Aliran potensial
terdapat diluar lapisan batas fluida yang sangat berdekatan dengan dinding
padat itu. Aliran laminar adalh aliran pada kecepatan rendah ketika fluida
cenderung mengalir tanpa pencampuran secara lateral, dan lapisan-lapisan
yang berdampingan menggelincir diatas satu sama lain. Disini tidak terdapat
aliran silang atau pusaran. Pada kecapatan yang lebih tinggi, terjadi
keturbulenan, dan pembentukan pusaran, yang sebagaimana akandibahas
nanti, akan menyebabkan terjadinya pencampuran lateral.
Fluida biasanya ditransportasikan di dalam pipa atau tabung yang
penampangnya bundar, dan terdapat di pasaran dalam berbagai ukuran, tebal
dinding, dan bahan konstruksi. Sebetulnya tidak terdapat perbedaan yang
tegas antara istilah pipa (pipe) dan tabung (tube). Pada umumnya pipa
berdinding tebal, diameternya relative besar dan tersedia dalam panjang
sedang, yaitu antara 20 sampai 40 ft, tabung berdinding tipis dan biasanya
tersedia dalam bentuk gulungan yang panjangnya sampai beberapa ratus kaki.
Dinding pipa disambungkan dengan menggunakan ulir (screw), flens
(flange), atau las (weld), sambungan jolak (flare fitting), atau sambungan
solder (soldered fitting). Tabung biasanya dibuat dengan teknik ekstrusi atau
tarik dinding (cold drawn), sedang pipa logam biasanya dibuat dengan teknik
las, cor (casting), atau menusuk tembus (piercing) bahan itu dalam unit
penusuk.
Aliran laminer
Pada kecepatan rendah, fluida cenderung mengalir tanpa pencampuran secara
lateral, dan lapisan lapisan yang berdampingan menggelincir di atas satu
sama lain. Disini tidak terdapat aliran silang atau pusaran (eddy). Rejim ini
disebut aliran laminer (laminar flow). Pada kecepatan yang lebih tinggi,
terjadi keturbulenan dan pembentukan pusaran yang menyebabkan terjadinya
pencampuran lateral.
2.3 Keturbulenan
Pada laju-aliran rendah, penurunan tekanan di dalam fluida akan bertambah
secara langsung menurut kecepatan fluida, pada laju tinggi pertambahan itu
jauh lebih cepat lagi, yaitu kira-kira menurut pangkat dua kecepatan.
Perbedaan antara kedua jenis aliran pertama kali ditunjukkan dalam
4

percobaan klasik dari Osborne Reynolds, yang dilaporkan pada tahun 1883.
Sebuah tabung dibenamkan di dalam tangki berdinding gelas yang penuh
dengan air. Aliran air yang terkendali kemudian dilakukan di dalam tabung itu
dengan membuka suatu katup. Pintu masuk ke dalam tabung dilebarkan, dan
disediakan pula suatu fasilitas untuk memasukkan suatu filamen air berwarna
dari suatu labu, yang ditempatkan di atas, ke dalam arus pada lubang masuk
tabung, Reynolds menemukan bahwa, pada laju aliran rendah, air tersebut
mengalir tanpa gangguan bersama dengan aliran umum dan tidak terlihat
adanya campur-silang. Perilaku pita-warna ini menunjukkan dengan jelas
bahwa air tersebut mengalir menurut garis lurus yang sejajar dan bahwa aliran
tersebut laminar. Bila laju aliran ditingkatkan, akan dicapai suatu kecepatan
yang disebut sebagai kecepatan kritis, di mana benang-warna tersebut
menjadi bergelombang, dan berangsur-angsur hilang karena zat-warna
tersebut tersebar secara seragam di dalam keseluruhan penampang aliran air.
Perilaku air-berwarna tersebut menunjukkan bahwa air tidak lagi mengalir
menurut gerakan laminar, tetapi bergerak ke mana-mana dalam bentuk aliran
silang dan pusaran. Gerakan jenis ini dinamakan aliran turbulent (turbulent
flow).
Reynold mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah menjadi aliran
jenis lain, dan menemukan bahwa kecepatan kritis, di mana aliran laminar
berubah aliran turbulent, bergantung pada empat buah besaran : diameter
tabung, serta viscositas, densitas dan kecepatan linear rata-rata zat cair. Lebih
lanjut, ia menemukan bahwa keempat faktor itu dapat digabungkan menjadi
suatu gugus, dan bahwa perubahan macam aliran berlangsung pada suatu nilai
tertentu gugus itu.
Aliran turbulen terdiri dari suatu massa pusaran dari berbagai ukuran yang
terdapat bersama-sama di dalam arus aliran itu. Pusaran-pusaran yang besar
selalu terbentuk secara sinambung, lalu pisah menjadi pusaran yang lebih
kecil lagi. Akhirnya pusaran yang paling kecil itu menghilang. Pada suatu
waktu tertentu, dan pada volume tertentu, terdapat suatu spektrum ukuranpusaran yang cukup luas. Ukuran pusaran yang paling besar dapat
dibandingkan dengan dimensi terkecil dari arus turbulen; diameter pusaran
5

terkecil ialah kira-kira 1 mm. Pusaran yang lebih kecil dari ini dengan cepat
dirusak oleh geser viskos.aliran didalam pusaran itu sendiri adalah laminar.
Oleh karena baik pusaran yang paling kecil sekalipunmengandung 1016
molekul, semua pusaran ini mempunyai ukuran makroskopik, dan aliran
turbulen ini bukan merupakan fenomena molekular.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi efflux time
1. Diameter, dimana diameter akan mempengaruhi debit air.
2. Ketinggian, ketinggian akan mempengaruhi kecepatan karena ketinggian
akan menekan air karena semaklin tinggi air maka semakin besar
tekanannya sehingga air yang keluar juga semakin besar dan semakin
rendah tinggi air maka tekanannya semkain kecil dan jumlah air yang
keluar semkain kecil.
3. Lamanya waktu yang diberikan dimana bila waktu yang diberikan
semakin lama maka debit akan kecil dan bila waktu yang diberikan
semakin cepat maka debit akan semakin besar.
4. Kecepatan aliran air, dimanabila kecepatan air semakin besar maka debit
akan semakin besar pula, dan bila kecepatan air kecil maka akan kecil
pula debit.
5. Luas penampang dari tempat aliran itu keluar. BIla luas penampung
keluarnya zat cair tersebut makin besar maka debit semakin besar, dab
begitu pula sebaliknya.

BAB III
PERCOBAAN
3.1.

Tata Cara Percobaan

Menentukan Sifat Fisis Larutan


a. Menentukan sifat fisis air dengan menggunakan air Kran sebagai
pembanding,menggunakan masing-masing cairan untuk menentukan
densitas dengan menimbang masing-masing cairan piknometer.
b. Menentukan Viscositas dengan menggunakan viscometer ostwald
dengan mengukur waktu alirnya
Mengukur waktu Pengosongan Tangki
a. Mengukur diameter masing-masing pipa dengan jangka sorong
b. Mengukur diameter tangki dan panjang pipa dengan penggaris
c. Memasukan air kran kedalam tangki dengan menyumbat ujung pipa
agar cairan tidak keluar
d. Mengukur tinggi larutan mula-mula melalui pipa penera
e. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk setiap interface penurunan
ketinggian cairan dalam tangki
f. Melalukan dengan memvariasi diameter pipa untuk panjang pipa yang
sama

3.2.

Tata Kerja
3.2.1. Bahan-bahan yang dipakai

No.

Nama Bahan

1.

Air kran UNTAG

Jumlah yang
diperlukan
-

3.2.2. Alat-alat yang dipakai dan gambarnya

No.

Nama Alat

1.

Tangki

2.

Pipa

3.

Penyangga tangki

4.

Penyumbat dari karet

Gambar

7.

Piknometer

8.

Viskosimeter

9.

Stopwatch

3.2.3. Cara Percobaan


a. Buat larutan garam dengan konsentrasi tertentu (misalnya 1,5 kg
dalam 6 lt air)
b. tentukan p dan

u larutan tersebut , dengan aquadest sebagai

pembanding ( pada suhu yang sama )


c. ukur diameter pipa panjang pengeluaran dan diameter dalam
tangki
d. rangkai alat seperti gambar
e. tutup ujung pipa pengeluaran dengan sumbat karet dan isi tangki
dengan air
f. ukur tinggi cairan mula-mula dengan kaca penere tinggi.
g. buka pipa pengeluaran dengan melepas sumbat karet sehingga
cairan mengalir kebawah
h. catat waktu yang diperlukan untuk delta H yang tertentu
i. ulangi langkah 3 sampai 8 , dengan memakai panjang dan atau
diameter dalam pipa pengeluaran yang berbeda.
j. ulangi langkah 3 sampai 9 dengan mengisi tangki dengan larutan
garam

DAFTAR PUSTAKA
buku petunjuk praktikum operasi teknik kimia
(Tami Ramadhan.2009. http://bahanmasakuliah.blogspot.com/)
http://prasestaabdinagar.blogspot.co.id/p/abstraksi-tujuan-percoban-effluxtime.html

10

Anda mungkin juga menyukai