Anda di halaman 1dari 9

MODUL PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA I

EFFLUX TIME

PROGRAM STUDY TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
2012

1
Latar Belakang

Efflux time ialah waktu penurunan cairan di dalam tangki melalui pipa vertical pada
dasar tangki karena gaya beratnya sendiri. Waktu penurunan cairan ini dapat diperkirakan
dengan menggunakan persamaan teoritis yang kemudian dikalikan dengan suatu factor
koreksi untuk mendapatkan waktu penurunan cairan yang sesungguhnya. Sebagian besar
industri kimia menggunakan tangki sebagai penampung cairan. Untuk mengalirkan cairan dari
tempat penampungan dapat dipergunakan pompa atau dengan memanfaatkan gaya beratnya
sendiri yang terjadi karena adanya beda ketinggian.
Tangki penampungan cairan biasanya ditempatkan pada ketinggian tertentu sehingga
untuk mengalirkan cairan cukup menggunakan gaya beratnya sendiri. Hal ini dapat
menghemat biaya pemompaan. Operasi dalam industry kimia biasanya berlangsung secara
kontinyu, sehingga tinggi cairan didalam tangki setiap saat dapat diketahui dengan
menghitung waktu penurunan cairan. Jadi pengetahuan tentang efflux time sangat diperlukan
dalam industry kimia terutama industry kimia yang menggunakan bahan cair. Dengan
mempelajari efflux time, kita dapat mempelajari aliran fluida dinamis dan dapat menetapkan
waktu yang diperlukan untuk mengosongkan tangki dan hal-hal lain yang berkaitan
dengannya.

Tujuan Percobaan
- Menentukan nilai faktor koresi terhadap waktu pengosongan yang di hitung secara teori

Dasar Teori
Efflux time merupakan waktu yang diperlukan untuk pengosongan cairan didalam
tangki melalui pipa vertikal, karena pengaruh gaya beratnya. Sebagian besar industri
mengalirkan cairan dari tempat penampungannya dengan pengaruh gaya gravitasi karena
tinggi permukaan cairannya. Sehingga perlu pengukur tinggi permukaan teoritis melalui
rumus pendekatan dari penurunan rumus prinsip dasar teori aliran fluida dinamis dalam aliran
vertikal.
Untuk zat cair yang mengalir melalui sebuah lubang paga tangki, maka besar
kecepatannya selalu dapat diturunkan dari hukum Bernouli yaitu : V = √2gh, h adalah
kedalaman lubang dari permukaan zat cair. Peralatan yang digunakan untuk mengukur
pengeluaran fluida adalah orifice dan noozle. Orifice adalah sebuah bukaan (biasanya bulat)
pada dinding tangki atau pad plat normal di sumbu pipa, plat yang sama juga ada di ujung
pipa atau di beberapa daerah lanjut airnya. Dikaraliteralisasi dari kenyataan bahwa ketipisan
dinding atau plat relatif kecil terhadap ukuran bukaan. Orifice standar dengan sisi tajam atau
dengan bahan persegi atau bulat bukan jenis standar karena aliran ysng melaluinya

2
dipengaruhioleh ketebalan plat, kekerasan permukaannya, jari-jari lekukannya. Orifice ini
harus diuji jika diperlkan ketelitian yang tinggi.

(Tami Ramadhan.2009. http://bahanmasakuliah.blogspot.com/)

Fenomena Aliran Fluida

Fluida biasanya ditransportasikan di dalam pipa atau tabung yang penampangnya


bundar, dan terdapat di pasaran dalam berbagai ukuran, tebal dinding, dan bahan konstruksi.
Sebetulnya tidak terdapat perbedaan yang tegas antara istilah pipa (pipe) dan tabung (tube).
Pada umumnya pipa berdinding tebal, diameternya relative besar dan tersedia dalam panjang
sedang, yaitu antara 20 sampai 40 ft, tabung berdinding tipis dan biasanya tersedia dalam
bentuk gulungan yang panjangnya sampai beberapa ratus kaki. Dinding pipa disambungkan
dengan menggunakan ulir (screw), flens (flange), atau las (weld), sambungan jolak (flare
fitting), atau sambungan solder (soldered fitting). Tabung biasanya dibuat dengan teknik
ekstrusi atau tarik dinding (cold drawn), sedang pipa logam biasanya dibuat dengan teknik las,
cor (casting), atau menusuk tembus (piercing) bahan itu dalam unit penusuk.

(McCabe,1987,hal 42)

Aliran laminer
Pada kecepatan rendah, fluida cenderung mengalir tanpa pencampuran secara lateral,
dan lapisan – lapisan yang berdampingan menggelincir di atas satu sama lain. Disini tidak
terdapat aliran silang atau pusaran (eddy). Rejim ini disebut aliran laminer (laminar flow).
Pada kecepatan yang lebih tinggi, terjadi keturbulenan dan pembentukan pusaran yang
menyebabkan terjadinya pencampuran lateral.

(McCabe,1987,hal 43)

Aliran turbulenan
Pada laju-aliran rendah, penurunan tekanan di dalam fluida akan bertambah secara
langsung menurut kecepatan fluida, pada laju tinggi pertambahan itu jauh lebih cepat lagi,
yaitu kira-kira menurut pangkat dua kecepatan. Perbedaan antara kedua jenis aliran pertama
kali ditunjukkan dalam percobaan klasik dari Osborne Reynolds, yang dilaporkan pada tahun
1883. Sebuah tabung dibenamkan di dalam tangki berdinding gelas yang penuh dengan air.
Aliran air yang terkendali kemudian dilakukan di dalam tabung itu dengan membuka suatu
katup. Pintu masuk ke dalam tabung dilebarkan, dan disediakan pula suatu fasilitas untuk
memasukkan suatu filamen air berwarna dari suatu labu, yang ditempatkan di atas, ke dalam
arus pada lubang masuk tabung, Reynolds menemukan bahwa, pada laju aliran rendah, air
tersebut mengalir tanpa gangguan bersama dengan aliran umum dan tidak terlihat adanya
campur-silang. Perilaku pita-warna ini menunjukkan dengan jelas bahwa air tersebut mengalir
menurut garis lurus yang sejajar dan bahwa aliran tersebut laminar. Bila laju aliran
ditingkatkan, akan dicapai suatu kecepatan yang disebut sebagai kecepatan kritis, di mana
benang-warna tersebut menjadi bergelombang, dan berangsur-angsur hilang karena zat-warna
tersebut tersebar secara seragam di dalam keseluruhan penampang aliran air. Perilaku air-
berwarna tersebut menunjukkan bahwa air tidak lagi mengalir menurut gerakan laminar,
tetapi bergerak ke mana-mana dalam bentuk aliran silang dan pusaran. Gerakan jenis ini
dinamakan aliran turbulent(turbulent flow).
(McCabe,1987,hal 48)
3
Reynold mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah menjadi aliran jenis
lain, dan menemukan bahwa kecepatan kritis, di mana aliran laminar berubah aliran turbulent,
bergantung pada empat buah besaran : diameter tabung, serta viscositas, densitas dan
kecepatan linear rata-rata zat cair. Lebih lanjut, ia menemukan bahwa keempat faktor itu
dapat digabungkan menjadi suatu gugus, dan bahwa perubahan macam aliran berlangsung
pada suatu nilai tertentu gugus itu.

(McCabe,1987,hal 49)

Aliran turbulen terdiri dari suatu massa pusaran dari berbagai ukuran yang terdapat
bersama-sama di dalam arus aliran itu. Pusaran-pusaran yang besar selalu terbentuk secara
sinambung, lalu pisah menjadi pusaran yang lebih kecil lagi. Akhirnya pusaran yang paling
kecil itu menghilang. Pada suatu waktu tertentu, dan pada volume tertentu, terdapat suatu
spektrum ukuran-pusaran yang cukup luas. Ukuran pusaran yang paling besar dapat
dibandingkan dengan dimensi terkecil dari arus turbulen; diameter pusaran terkecil ialah kira-
kira 1 mm. Pusaran yang lebih kecil dari ini dengan cepat dirusak oleh geser viskos.aliran
didalam pusaran itu sendiri adalah laminar.

Oleh karena baik pusaran yang paling kecil sekalipunmengandung 10 16 molekul,


semua pusaran ini mempunyai ukuran makroskopik, dan aliran turbulen ini bukan merupakan
fenomena molekular.

(McCabe,1987,hal 50)

Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen.
Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, massa laju aliran, volume aliran.
Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian, kemampuan pengukuran, harga,
kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan keawetan alat ukur tersebut. Aliran ini memiliki
nilai bilangan reynold antara 2100 hingga 4000. (maryudi,2005)

Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat membedakan suatu
aliran itu dinamakan laminar, transisi atau turbulen.

NRe = DV ρ
μ
Dimana : V kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir (m/s)
D adalah diameter dalam pipa (m)
ρ adalah masa jenis fluida (kg/m3)
μ adalah viskositas dinamik fluida (kg/m.s) atau (N. det/ m2)
Dilihat dari kecepatan aliran, menurut (Mr. Reynolds) diasumsikan/dikategorikan
laminar bila aliran tersebut mempunyai bilangan Re kurang dari 2100, Untuk aliran transisi
berada pada pada bilangan Re 2100 dan 4000 biasa juga disebut sebagai bilangan Reynolds
kritis, sedangkan aliran turbulen mempunyai bilangan Re lebih dari 4000

4
Viskositas
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau
perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju
perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan seiring
bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya – gaya kohesi pada zat cair bila
dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat
cair yang menyebabkan berturunya viskositas dari zat cair tersebut.

Rapat jenis (density )


Density atau rapat jenis (ρ) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut dan
dinyatakan dalam massa persatuan volume; sifat ini ditentukan dengan cara menghitung
nisbah ( ratio ) massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu terhadap volume
bagian tersebut. Hubunganya dapat dinyatakan sebagai berikut.

ρ= m/V ( kg/m3)

dimana : m adalah masa fluida ( kg)


V adalah volume fluida (m3)

nilai density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi temperatur maka
kerapatan suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari molekul –
molekul fluida semakin berkurang.
Untuk zat cair yang mengalir melalui sebuah lubang paga tangki, maka besar
kecepatannya selalu dapat diturunkan dari hukum Bernouli yaitu : V = √2gh, h adalah
kedalaman lubang dari permukaan zat cair. Peralatan yang digunakan untuk mengukur
pengeluaran fluida adalah orifice dan noozle. Orifice adalah sebuah bukaan (biasanya bulat)
pada dinding tangki atau pad plat normal di sumbu pipa, plat yang sama juga ada di ujung
pipa atau di beberapa daerah lanjut airnya. Dikaraliteralisasi dari kenyataan bahwa ketipisan
dinding atau plat relatif kecil terhadap ukuran bukaan. Orifice standar dengan sisi tajam atau
dengan bahan persegi atau bulat bukan jenis standar karena aliran ysng melaluinya
dipengaruhioleh ketebalan plat, kekerasan permukaannya, jari-jari lekukannya. Orifice ini
harus diuji jika diperlkan ketelitian yang tinggi.

(Tami Ramadhan.2009. http://bahanmasakuliah.blogspot.com/)

Faktor-faktor yang mempengaruhi Efflux Time


Faktor-faktor yang mempengaruhi Efflux Time diantaranya :
1. Diameter, dimana diameter akan mempengaruhi debit air.
2. Ketinggian, ketinggian akan mempengaruhi kecepatan karena ketinggian akan
menekan air karena semaklin tinggi air maka semakin besar tekanannya sehingga
air yang keluar juga semakin besar dan semakin rendah tinggi air maka tekanannya
semkain kecil dan jumlah air yang keluar semkain kecil.
3. Lamanya waktu yang diberikan dimana bila waktu yang diberikan semakin lama
maka debit akan kecil dan bila waktu yang diberikan semakin cepat maka debit
akan semakin besar.
5
4. Kecepatan aliran air, dimanabila kecepatan air semakin besar maka debit akan
semakin besar pula, dan bila kecepatan air kecil maka akan kecil pula debit.
5. Luas penampang dari tempat aliran itu keluar. BIla luas penampung keluarnya zat
cair tersebut makin besar maka debit semakin besar, dab begitu pula sebaliknya.
Aliran teoritis dari sebuah tangki besar yang melalui lubang relatif kecil dengan bias a
pada kedalaman h di bawah permukaan bebas dapat dicari dengan prinsip dari kekekalan
energi . Misalkan tangki terbuka ke atmosfer, tekanan pada permukaan bebas maupun pada
lubang adalah atmosferik dandengan demikian persamaan Bernouli memberikan : h= v²/2g. V
adalah kecepatan pengeluaran teoritis dan h adalah Z1 dan Z2 dalam
persamaan Bernouli. Kecepatan pengeluaran sebenarnya adalah:
Q = Cd A √2gh. . . . . . . . . (1)
Keterangan :
Cd : koefiisien pengeluaran.
Q : cepat aliran/debit air
A : luas penampang yang dilalui fluida
√2gh : kecepatan pengeluaran teoritis
Cepat aliran / debit air adalah volume fluida yang dipindahkan tiap satuan waktu:

Q=A.v . . . . . . . . (2)

A1.v1=A2.v2 . . . . . . . . (3)
Keterangan :
Q : Cepat aliran/Debit air (m3/s)
V : kecepatan fluida (m/s)
A : luas penampang yang dilalui fluida
(http://bahanmasakuliah.blogspot.com)
Efflux time biasanya diukur dengan viscometer yang digunakan untuk mencari
viskositas relatif (RV atau rel yang merupakan rasio viskositas larutan dibagi dengan
viskositas pelarut. Sehingga, viskositas relatif:

ɳrel = t / t o .. . . . . . . . (4)
Keterangan :

ɳrel : viskositas relatif

t : waktu penghabisan dari solusi


to : waktu penghabisan pelarut.
(http://plc.cwru.edu/tutorial/enhanced/lab/visco/intro/intro.htm)
6
Dari viskositas relatif semua viskositas solusi kuantitas lainnya dapat diperoleh.
Namun, sebelum menggunakan viskositas relatif, ada lagi viskositas spesifik sp).
Viskositas spesifik dapat didefinisikan sebagai peningkatan fraksi di viskositas
disebabkan oleh kehadiran polimer terlarut dalam pelarut.

ɳsp = [t - t o] / t o . . . . . . . . (5)
Keterangan :

ɳsp : viskositas spesifik

t : waktu akhir viskositas


to : waktu awal viskositas
(http://plc.cwru.edu/tutorial/enhanced/lab/visco/intro/intro.htm)

Dari viskositas spesifik dan konsentrasi (c) dari solusi, reduced viskositas (ɳ red )dapat
diperoleh.

ɳ sp / c = ɳ red . . . . . . . . . (6)
Keterangan :

ɳ sp : reduced viskositas

c : konsentrasi
(http://plc.cwru.edu/tutorial/enhanced/lab/visco/intro/intro.htm)

Gaya-gaya yang berpengaruh pada efflux time


Gaya-gaya yang berpengaruh pada efflux time adalah sebagai berikut:
1. Gaya Friksi
Friksi adalah besaran yang berlawanan arah dengan kelajuan. Friksi mengakibatkan
kelajuan sebuah objek berkurang. Besarnya hambatan aliran karena gesekan sangat
tergantung dari kekasaran dinding pipa. Dari hasil berbagai percobaan diketahui bahwa
makin kasar dinding pipa makin besar terjadinya penurunan /kehilangan tekanan aliran.
Jenis gesekan ini dikenal dengan dengan gesekan aliran dan besarnya tahanan itu sendiri di
ukur dengan koefisien gesekan,f.
Pada awalnya percobaan mengenai gesekan aliran dilakukan oleh Froude yang
menyimpulkan bahwa :
a) Besarnya gesekan berbanding lurus dengan pangkat dua dari laju aliran
b) Hambatan karena gesekan bervariasi tergantung kepada kekasaran pipa
2 Gaya Berat
Gaya berat bergantung pada massa dan percepatan gravitasi

7
Gambar Tangkaian Alat

Prosedur Percobaan
1. Larutkan garam grosok dan aquadest secukupnya.
2. Hitung densitas larutan garam dengan menggunakan piknometer.
3. Hitung viskositas larutan garam.
4. Masukkan larutan garam kedalam tangki
5. Ukur ketinggian larutan garam
6. Ukur diameter pipa dan panjang pipa pada masing – masing tangki yang
disediakan.
7. Lalu kran pada tangki dibuka untuk 1 putaran sehingga larutan garam dapat keluar
dan ditampung dengan menggunakan beaker glass.
8. Ukur selisih ketinggian sebelum dibuka dan sesudah di kran ditutup.
9. Lalu ukur volume dari larutan garam yang ditampung pada setiap penurunannya.
10. Catat hasil percobaan pada table pengamatan.
11. Ulangi percobaan 1 – 10 dengan menggunakan bahan air kran.

Analisa
Data-data yang diperoleh dalam percobaan meliputi waktu penurunan cairan
sesungguhnya untuk berbagai pipa dengan panjang pipa tetap, diameter pipa berbeda dan
untuk berbagai pipa dengan diameter pipa tetap panjang pipa berbeda serta berbagai
ketinggian cairan dalam tangki, diameter tangki, penurunan tinggi cairan, percepatan
gravitasi, densitas larutan garam dan viscositas larutan garam.
8
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, Cristie J.,(1997), “Trasnport Process and Unit Operation”,edisi ke-3, Allyn and
Bacon Book Company.
Warren L. McCabe, et.al.,(1993), “Unit Operations of Chemical Engineering”, Edisi ke-5,
McGraw-Hill, Inc
Foust A.S., Clump L.W., Wenzel L.A., Maus L., Andersen L.B., “Principles of Unit
Operations”, second edition, John Wiley dan Sons, New York, 1980.
Fakultas Teknologi Industri, “Buku Petunjuk Praktikum Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa
Timur”

Anda mungkin juga menyukai