Anda di halaman 1dari 5

BAB III

MENGHITUNG NRe PADA PIPA

3.1. Tujuan Percobaan


- Menghitung NRE pada pipa dengan variabel bebas dan variabel tetap.
- Variabel berubah:
1. Bukaan globe valve: 30o, 45o, 90o
- Variabel tetap:
1. Jenis fluida (air)
2. Diameter pipa
3. Volume air 250 ml.
3.2. Tinjauan Pustaka
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat membedakan
suatu aliran laminar, transisi atau turbulen.
Mempelajari penunjuk transisi dari aliran laminer ke turbulen pada pipa yang
tidak hanya fungsi dari kecepatan tapi juga densitas dan viskositas dari aliran dan
diameter pipa (Ridwan, 2005). Sejauh ini peristiwa transisi telah dinyatakan lewat
blangan Reynolds saja, semntara berbagai faktor selain Re sebenarnya memperngaruhi
transisi. Bagaimanapun juga, bilangan Reynolds tetap menjadi parameter utama untuk
memprediksi transisi (Welty, 2004). Variabel ini dikombinasikan ke dalam bilangan
Reynold, yang didimensikan:
Dvρ
N Re= ........................................................(3.1)
μ
Dimana:
NRe = bilangan Reynold
D = diameter (m)
ρ = densitas (kg/m3)
µ = viskositas (Pa.s)
v = kecepatan rata-rata (m/s)
Viskositas fluida (µ) merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap
deformasi atau perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan,
kohesi dal laju perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat cair cenderung

164
165

menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya-
gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin
bertambahnya temperature pada zat cair yang menyebabkan turunnya viskositas dari zat
cair tersebut.
Density atau rapat jenis (ρ) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut
dan dinyatakan dalam massa persatuan volume, sifat ini ditentukan dengan cara
menghitung nisbah (ratio) massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu
terhadap volume bagian tersebut. Hubungannya dapat dinyatakan sebagai berikut:
dm
ρ=
dV (kg/m3)........................................................(3.2)
Dimana:
m = massa fluida (kg)
V = volume fluida (m3)

Nilai density dapat dipengaruhi oleh temperature, semakin tinggi temperature maka
kerapatan suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari molekul-
molekul fluida semakin berkurang.
Debit aliran dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran pada masing-
masing pipa eksperimen dimana rumus debit aliran:
V
Q=
t ....................................................................(3.3)
Dimana:
Q = debit aliran (m3/s)
V = volume (m3)
t = waktu (s)
Dari persamaan kontinuitas didapat:
Q=v. A
Q
v= ..................................................................(3.4)
A
Dimana:
Q = debit aliran (m3/s)
v = kecepatam aliran (m/s)
A = luas penampang (m2) (Ridwan, 2005)
166

Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara
permanen. Dalam teks ini gas, cairan, dan uap dianggap memiliki karakteristik fluida
dan mematuhi banyak hukum yang sama (Geankoplis, 1997). Secara umum, fluida
dikenal memiliki kecenderungan untuk bergerak atau mengalir (Munson, 2004).
Aliran fluida dapat dikategorikan:
1. Aliran laminar
Aliran fluida yang bergerak dalam lapisan-lapisan, atau lamina-lamina dengan satu
lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar ini viskositas berfungsi untuk
meredam kecenderungan terjadinya gerakan relative antara lapisan. Sehingga aliran
laminar memenuhi hukum viskositas Newton, yaitu:
dv
τ =μ
dy ......................................................(3.5)
Dimana:
τ = tegangan geser (N/m2)
µ = viskositas (Pa.s)
dv/dy = laju tegangan geser (cm/s)/cm (Ridwan, 2005).
Aliran laminer memiliki nilai dari Bilangan Reynold kurang dari 2100, pada pipa
circular yang lurus (Geankoplis, 1997).
2. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena
mengalami pencampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan
saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala
besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan
tegangan geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian-
kerugian aliran (Ridwan, 2005). Aliran turbulent memiliki nilai dari Bilangan
Reynold lebih dari 4000 (Geankoplis, 1997).
3. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen
(Ridwan, 2005). Aliran transisi memiliki nilai dari Bilangan Reynolds diantara 2100
dan 4000 (Geankoplis, 1997).
167

3.3. Tinjauan Bahan


A. Air
- rumus kimia : H2O
- massa molar : 18,0153 g/mol
- bentuk : cair
- titik didih : 100 oC
- titik lebur : 0 oC
- densitas : 0,99708 g/cm³
3.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:
- Beakerglass - Air
- busur
- stopwatch
- valve
3.5. Prosedur Percobaan
- Menentukan debit air (3 kali) dengan sudut bukaan 30o.
- Menghitung rata-ratanya.
- Menghitung kecepatannya.
- Menggunakan persamaan NRe untuk menentukan jenis aliran.
- Menentukan jenis alirannya.
- Melakukan tahapan yang sama untuk bukaan valve 45o dan 90o.
- Membandingkan kedua NRe yang didapatkan.
3.6. Data Pengamatan
Tabel 3.1 Data Pengamatan pada Pipa
Diameter Viskositas
Luas penampang Suhu Densitas fluida
pipa fluida
1,5 cm 1,767 cm2 27 oC 0,99652 g/cm3 0,85485 cp
Tabel 3.2 Pengamatan Menghitung NRe
Sudut Volume Waktu Debit Kecepatan
NRe
bukaan (cm3) (s) (cm3/s) (cm/s)
30o 250 14,36 17,409 9,852 1722,708
45 o
250 6,1 40,983 23,193 4055,498
90 o
250 1,63 153,374 86,799 15177,564
168

3.7. Pembahasan
- Variabel berubah yang digunakan adalah sudut bukaan 30o, 45o, dan 90o. Sudut
bukaan tersebut diukur dengan busur dan air yang keluar dari keran tersebut
lalu ditampung dalam Beakerglass 250 ml dan dihitung waktunya pada saat
Beakerglass tersebut penuh, maka didapatkan debit air yang berbeda-beda
sehingga didapatkan debit air yang berbeda-beda sehingga didapatkan nilai NRe
yang berbeda pula.
- Sehingga teori debit berbanding lurus dengan NRe. Hal ini terbukti pada
percobaan didapatkan debit air yang kecil maka nilai NRe juga kecil, sebaliknya
debit air yang besar maka nilai NRe juga besar.
- Dari nilai NRe yang didapat maka jenis aliran dapat ditentukan.
- NRe < 2100 (laminer)
- 2100 < NRe < 4000 (transisi)
- NRe > 4000 (turbulen)
Dari data pengamatan dapat disimpulkan pada sudut bukaan globe valve 30o
jenis alirannya adalah laminer dan pada sudut bukaan globe valve 45o dan 90o
jenis alirannya adalah turbulen.
3.8. Kesimpulan
- Pada sudut bukaan 30o didapatkan nilai NRe sebesar 1722,708. Sedangkan pada
sudut bukaan 45o didapatkan nilai NRe sebesar 4055,498. Dan pada sudut
bukaan 90o didapatkan nilai NRe sebesar 15177,564.

Anda mungkin juga menyukai