Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tentang pola aliran fluida di dalam pipa.
2. Menghitung tekanan/pressure drop dan friction loss aliran fluida dalam
pipa.
3. Menjelaskan peralatan-peralatan yang berkaitan dengan transportasi
fluida.

1.2 Aliran fluida


Aliran fluida tau zat cair (termasuk uap air dan gas ) dibedakan dari benda
padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena
ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan molekul dalam zat padat,
akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil pada perubahan bentuk
karena gesekan.zat padat memperthankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap,
sekalipun suatu gaya yang besar diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak
mudah berubah bentuk maupcsir tidakun volumenya, sedangkan zat cair dan gas,
zat cair tidak mempertahankan bentuk yang tetap, zat caie memngikuti bentuk
wadahnya dan volumenya dapat di ubah hanya jika di berikan padanya gaya yang
sangat besar.
Gas tidak mempunyai bentuk maupun volume yang tetap, gas akan
berkembang mengisi seluruh wadah karena fase cair dan gas tidak
mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai kemampuan
untuk mengalir. Dengan demikian kedua-duanya sering secara kolektif disebut
sebagai fluida (olson, 1990).
1.3 Macam-Macam Aliran
Aliran fluida dapat diaktegorikan:
Ada 3 tipe aliran fluida didalam pipa, yaitu :
1.3.1 Aliran Laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan lapisan, atau laminar
laminar dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar ini
viskositas berfungsi untuk meredam kecenderungan terjadinya gerakan relatif
antara lapisan. Adapun rumus perhitungan NRe, yaitu :

Gambar 3. Aliran Laminar


= ................................................................................ (2.1)

Reynold menunjukkan bahwa aliran laminar memiliki NRe < 2100. Pada
keadaan ini beraku hubungan head loss berbanding lurus dengan kecepatan
linier fluida.
1.3.2 Aliran Turbulen
Aliran fluida dengan kecepatan tinggi. Partikel-partikel fluida mengalir secara
tidak teratur atau acak dalam pipa. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran
turbulen berlaku bilangan reynold, NRe > 4000. Pada keadaan ini juga berlaku
hubungan head loss berbanding lurus dengan kecepatan linear berpangkat n,
atau H Vn.
1.3.3 Aliran transisi.
Aliran fluida dengan kecepatan diantara kecepatan linear dan kecepatan
turbulen. Aliran berbentuk laminar atau turbulen sangat bergantung oleh
keadaan pipa dan perlengkapannya. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran
transisi berlaku bilangan reynold, 2100 < NRe < 4000 (Tim Penyusun, 2016).
Gambar 4. Aliran Transisi

1.4 Jenis Fluida


Fluida umumnya dibagi kedalam 2 jenis, yaitu fluida incompressible dan
fluida compressible. Fluida incompressible yaitu fluida yang tidak mengalami
banyak perubahan volume jika terjadi perubahan tekanan dan suhu pada fluida,
sedangkan fluida compressible yaitu fluida yang mengalami perubahan volume
seiring dngan perubahan suhu dan tekanan (Tim Penyusun, 2016).

1.4.1 Fluida Incompressible


Fluida tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak
berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut. Contoh fluida tak termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak,
emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk aliran tak-termampatkan adalah
sebagai berikut:
1
P + gh + 2 2 ......................................................................(2.2)

keterangan:
v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi
P = tekanan fluida
= densitas fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan
asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Aliran bersifat steady state
2. Tidak terdapat gesekan
1.4.2 Fluida Compressible
Fluida compressible adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya
besara kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh
fluida termampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan Bernoulli untuk
aliran termampatkan adalah sebagai berikut:
2
+ + = konstan............................................................(2.3)
2

keterangan:
= energi potensial gravitasi per satuan massa
= entalpi fluida per satuan massa
Catatan:

= + ................................................................................(2.4)

Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, massa laju


aliran, volume aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian,
kemampuan pengukuran, harga, kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan
keawetan alat ukur tersebut (Anonim, 2011).
Pada prinsipnya besar aliran fluida dapat diukur melalui :
1. Kecepatan (velocity)
2. Berat (massanya)
3. Luas bidang yang dilaluinya
4. Volumenya

1.5 Faktor yang mempengaruhi aliran fluida


Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi aliran fluida adalah yang
menyangkut dengan sifat fisik dari fluida yang dapat didefinisikan pada :
a. Tekanan
b. Temperatur
c. Densitas
Density atau rapat jenis () suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat
tersebut dan dinyatakan dalam massa persatuan volume. Sifat ini ditentukan
dengan cara menghitung nisbah (ratio) massa zat yang terkandung dalam suatu
bagian tertentu terhadap volume bagian tersebut. Hubungannya dapat dinyatakan
sebagai berikut :
m
= ........................................................................................(2.5)
V

keterangan:
= densitas (kg/m3)
m = massa (kg)
V = volume (m3)
Nilai density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi temperatur
maka kerapatan suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi
dari molekul molekul fluida semakin berkurang (Ridwan, 2010).
d. Viskositas ()
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap
deformasi atau perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur,
tekanan, kohesi dan laju perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat
cair cenderung menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini
disebabkan gayagaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami
penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang
menyebabkan berturunya viskositas dari zat cair tersebut (Anonim, 2011).
e. Debit Aliran
Debit aliran dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran pada masing
masing pipa experimen diaman rumus debit aliran
v
Q = t .........................................................................................(2.6)

Keterangan :
Q = debit aliran (m3/s)
v = kecepatan aliran (m/s)
t = waktu (s)
1.6 Pressure Drop
Penurunan tekanan biasanya dinyatakan juga dengan P. Jika manometer
yang digunakan adalah manometer air raksa dan beda tinggi air raksa dalam
manometer H ft, maka

= ( ) ...................................................................(2.7)

Keterangan:
P = Pressure Drop (N/m2)
H = tinggi raksa (m)
Hg = densitas raksa (kg/m3)
g = gravitasi (9.084 m/s2)

1.7 Friction loss, Friction factor, dan Pressure drop pada Pipa Horizontal
Sebuah parameter yang umum digunakan dalam aliran laminar terutama
aliran turbulen adalah faktor gesekan fanning (f) yang didefinisikan sebagai gaya
tarik per satuan luas permukaan terbasahi (tegangan geser di permukaan) dibagi
dengan massa jenis produk dikali kecepatan atau v2. Gaya adalah P
merupakan hasil perkalian luas penampang area, r2 dan luas permukaan
terbasahi, 2rL. Oleh karena itu, hubungan antara pressure drop dan friction
factor (f) adalah sebagai berikut untuk aliran laminar dan turbulen:
2
2
= 2
= 2
.......................................................................(2.8)
2 2

dimana untuk Pressure drop berlaku hubungan:


= . . ...........................................................................(2.9)

Disusun kembali sehingga berlaku persamaan untuk friction loss:


2
= = 4 () ......................................................(2.10)
2

2
= 4 () ...................................................(2.11)
2.

Untuk aliran laminar, persamaan untuk medapatkan friction factor menggunakan


persamaan Hagen-Poiseuille:
16
= 2100 ............................................(2.12)

Untuk aliran turbulen, persamaan untuk menentukan friction factor menggunakan


persamaan Blasius:
0,079
= 0,25 4000 < < 1105 ........................(2.13)

atau pada aliran turbulen yang NRe > 4000, friction factor (f) juga dapat ditentukan
dari grafik fanning faktor (f) vs Reynold Number (NRe) dari data praktikum.
Pressure drop atau pressure head adalah penurunan tekanan dari titik 1 ke
titik 2 dalam satu sistem aliran fluida. Penurunan tekanan, biasa dinyatakan
dengan P. Jika manometer yang digunakan adalah manometer air raksa dan beda
tinggi air raksa dalam manometer adalah H, maka untuk menentukan Pressure
drop (P), persamaan 1.10 dapat kembali ditulis menjadi:
= . . ..........................................................(2.14)

1.8 Friction loss dan Friction factor pada Pipa Enlargement dan Contraction
1.8.1 Pipa Enlargement
Jika penampang pipa membesar secara bertahap, maka friction loss yang
terjadi akan sangat kecil. Jika penampang pipa membesar secara tiba-tiba, maka
friction loss yang terjadi akan besar. Friction loss pada pipa enlargement dengan
mengikuti aliran turbulen pada pipa ke-2 dapat dihitung dengan:
(1 2 )2 2 2
= = = (1 1 )2 2.
1
= 2. .......................(2.15)
2. 2

Keterangan: hex adalah friction loss (F), Kex adalah friction factor (f), v1
adalah kecepatan fluida pada pipa yang kecil, v2 adalah kecepatan fluida
pada pipa yang besar dan sama dengan 1. Bila aliran laminar pada kedua
pipa, maka sama dengan 1/2. Untuk English unit maka dapat diganti
dengan gc. Jadi friction factor (f) pada pipa Enlargement:

= = (1 1 )2 .............................................................(2.16)
2

1.8.2 Pipa Contraction


Jika penampang tiba-tiba mengecil, maka aliran tidak bisa mengikuti
tikungan yang tajam, maka akan terjadi kerugian yang besar. Friction loss pada
pipa contraction dengan mengikuti aliran turbulen dapat dihitung dengan :
2 2
= = 0,55 (1 2 ) 2.
2 2
= 2. ...................................(2.17)
1

Keterangan: hc adalah friction loss (F), Kc adalah friction factor (f), v2 adalah
kecepatan fluida pada pipa yang kecil. Untuk aliran turbulen sama dengan 1,
dan aliran laminar sama dengan 1/2. Untuk English unit maka dapat diganti
dengan gc. Jadi friction factor (f) pada pipa Contraction:

= = 0,55(1 2 ) ........................................................ (2.18)
1

1.8.3 Friction loss dan Friction factor Pada Elbow 45o dan Elbow 90o
Sambungan-sambungan di dalam pipa misalnya Elbow, kran, valve, tee, dll
akan mengganggu pola aliran fluida dan menyebabkan terjadinya friction loss.
Dalam pipa pendek dan sambungan yang banyak friction loss nya akan lebih besar
daripada pipa lurus. Friction loss pada sambungan-sambungan di dalam pipa
termasuk elbow dapat dihitung dengan:
1 2
= = .....................................................................(2.19)
2

Keterangan: Kf adalah friction factor dan v1 adalah kecepatan rata-rata di dalam


pipa yang mengarah ke sambungan. Jadi friction factor (f) pada Elbow:
= ....................................................................................(2.20)
Tabel 1.1 Nilai Kf untuk sambungan-sambungan dalam pipa pada aliran laminar
dan turbulen.
Kf
Jenis Sambungan
Laminar Turbulen
Elbow 45o - 0,35
Elbow 90o 0,75 0,75
Tee 1 1
Gate Valve - 0,17
Globe Valve 6 6
(Sumber: Geankoplis, 1993)
1.8.4 Pompa
Pompa digunakan untuk mengalirkan fluida (umumnya cairan) dari satu unit
operasi ke unit yang lain. Ada 2 kelompok utama pompa yaitu:
a) Positive Displacement Pump
Pada pompa jenis ini, volume tertentu zat cair terperangkap didalam satu
ruang yang berganti-ganti diisi melalui pemasuk dan dikosongkan pada tekanan
yang lebih tinggi melalui pembuang. Ada 2 jenis positive displacement pump
yaitu reciprocating pump dan pompa putar.
b) Pompa Sentrifugal
Pada pompa ini, energi mekanik zat cair ditingkatkan dengan aksi
sentrifugal. Pompa ini paling banyak digunakan di pabrik. Perbedaan tekanan
biasanya cukup besar dan konstruksinya harus kuat. Persamaan Bernoulli dapat
digunakan untuk pompa ini. Gesekan hanya terjadi pada dinding pompa sendiri
dan dapat dihitung dalam efisiensi mekanik dan hf = 0 (Apriyahanda, 2012).
pb g x zb b x vb2 pa g x za b x va2
wp= ( + + )-( + + ) ............(2.21)
gc 2 x gc gc 2 x gc

1.8.5 Valve
Dua jenis valve yang paling dikenal adalah gate valve dan globe valve. Pada
gate valve bukaan tempat aliran fluida hampir sama besar dengan pipa sehingga
aliran fluida tidak berubah. Akibatnya gate valve yang terbuka penuh hanya
menyebabkan penurunan tekanan yang sedikit. Valve ini tidak cocok digunakan
sebagai pengendali cairan dan biasanya dipakai dalam keadaan terbuka atau
tertutup penuh. Sedangkan globe valve banyak digunakan sebagai pengendali
aliran. Bukaannya bertambah secara hampir linier menurut posisi batang valve
sehingga keausan disekeliling piringan terdistribusi secara seragam. Fluida
mengalir melalui bukaan yang terbatas dan berubah arah beberapa kali (Abidin, J.
2012).
Pada ball valve, elemen tertutup berbentuk bola. Daerah kontak antara
elemen yang bergerak dudukannya biasanya besar, dan valve ini dapat digunakan
untuk menurunkan laju alir fluida atau mengendalikan tekanan. Check valve
menyebabkan aliran atau akan berbalik, valve menutup otomatis karena gravitasi
atau dengan bantuan pegas yang menekannya ke piringan (Mc. Cabe, 1985).
1. Globe Valve
Globe valve adalah tipe yang paling umum digunakan sekarang dan
beberapa tahun sebelumnya. Globe valve dikelompokan dalam beberapa
kategori yaitu:
a. Single Port Valve
b. Double Port
c. There Way
d. Split Body

2. Angle Valve
Angle valve sering digunakan pada ruang yang berada pada sudut 90
pada suatu pipa. Dapat digunakan untuk aliran pada tekanan tinggi. Jika
efek turbulen, cavitation atau impingemen mengalami masalah, angle valve
mempunyai kontrol yang baik. Angle valve mudah dipindahkan dari baris
dan mampu menangani kotoran dan material mudah erosif.

3. Neddle Valve
Desain dari neddle valve bisa dimasukan dalam kategori bentuk
barstock. Desain tersebut cocok untuk industri skala pilot. Untuk kontrol
dan katalis skala liquid atau aliran bahan tambahan untuk bermacam-macam
proses dan untuk analitis peralatan.
4. Ball Valve
Valve jenis ini bekerja dalam sebuah kurungan untuk membawa
sebuah bola padat ke mulut bodi yang terbuka, valve ini biasanya digunakan
pada industri pulp and paper. Desain ini dijamin adanya pembersihan
sendiri, mempunyai karakteristik kontrol yang baik dan rangeability yang
tinggi.

5. Eccenntric rotating Plug Valve (Camplek Valve)


Camplek valve adalah sebuah katup plug putar yang mempunyai
sebuah pusat putaran. Jika plug berputar menutup kearah kiri. Karakteristik
aliran sama atau linear.

6. Butterfly Valve
Butterfly valve terdiri dari batang yang mempunyai baling-baling atau
piringan yang berputar pada batang slinder. Pada industri, butterfly
mempunyai spesifikasi utama untuk penurunan tekanan rendah, pada
tekanan rendah statis dimana kebocoran rata-rata bisa ditoleransi. Sekarang
butterfly valve dapat digunakan untuk penurunan tekanan tinggi, pada
tekanan tinggi statis. Butterfly valve sangat ekonomis, terutama ukuran
besar, karena desainnya sederhana dan kapasitasnya besar.

7. Diaphragm (Sekat)
Sekat valve terdiri dari badan dasar, baji, sekat flexible. Valve ini
sering juga dinamakan dengan sounders-type valve. Penutupan dilakukan
oleh gaya sebuah diaphragm yang seperti kubah flexibel yang melawan
sebuah weir. Valve ini baik digunakan pada slurry dan aliran yang viskos,
mempunyai kapasitas yang tingi dan harganya relatif murah. Kontrol relatif
kurang dan mempunyai sebuah rasio penolakan yang rendah.

8. Pinch Valve
Pinch Valve di desain untuk slurry termasuk biji logam, serat, pasir,
batu bara, gula, pulp and paper stock serta bahan-bahan kimia. Terbuat dari
karet atau bahan sintetis dengan ujung kempa untuk menghubungkan pipa
denga sebuah kontrol. Valve ini berkapasitas tinggi, harga murah, dan dapat
secara otomatis membersihkan diri tetapi karakteristik kontrolnya kurang
dan kemampuan range-nya rendah.
9. Drag Valve
Keunggulan dari katup ini adalah dapat mengurangi noise. Katup ini
lebih mahal dari katup standar (Anonim, 2010).

1.8.6 Persamaan Bernouli


Untuk fluida incompressible berlaku persamaan umum Bernouli, yang dapat
diturunkan dari persamaan neraca energi (Tim Penyusun, 2016) yaitu :

2
. + + + = .................................................(2.22)
2

Keterangan :
Z = Beda tinggi sistem perpipaan pada titik 1 dan titik 2 (ft)
g = Gaya gravitasi (32,2 ft/s2)
gc = Konstanta gravitasi (32,2 lbm.ft/lbf.s2)
V = Beda kecepatan linear fluidapada titik 1 dan titik 2 (ft/s)
p = Pressure drop atau beda tekanan dari titik 1 dan titik 2 (lbf/sq.ft)
= Berat jenis fluida, fluida air (lbm/cuft)
F = Friction loss atau tenaga hilang karena gesekan fluida dengan
dinding pipa (ft.lbf/lbm)
= Viskositas (lbm/(ft.det)

Masing-masing suku dari persamaan (2.22) biasa juga disebut dengan :



Z. = Potential Head

2
= Velocity Head
2


= Pressure Head

F = Friction Head

W = Dynamic Head
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, J. 2012. Jenis Valve dan Fungsinya.


http://weshewes.blogspot.com/2012/06/jenis-valve-dan-fungsinya.html.
diakses pada 11 Oktober 2016.
Anonim. 2010. Jenis-jenis Valve. http://www.scribd.com/doc/32359035/Jenis-
Jenis-Valve. Diakses pada 11 Oktober 2016.
Anonim. 2011. Aliran Fluida. http://repository.usu.ac.id.pdf, diakses pada 11
Oktober 2016.
Apriyahanda, O. 2012. Pompa (2)- Macam-macam Pompa.
http://onnyapriyahanda.com/pompa-2-macam-macam-pompa/. Diakses
pada11 Oktober 2016.
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Process and Unit Operation, 3rd edition.
Prentice Hall inc. Englewood Cliffs: New Jersey.
Mc Cabe, WL, dkk. 1985. Unit Opertaion of Chemical Engineering, edisi ke 5.
Mc Graw Hill Book Co. Inc : New York.
Ridwan. 2010. Karakteristik Aliran Fluida.
http://ridwan.staff.gunadarma.ac.id.pdf. diakses pada 11 Oktober 2016.
Tim Penyusun. 2016. Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia 1.
Fakultas Teknik. Universitas Riau : Pekanbaru
Olson, R. M. and Wright, S. J. 1990. Dasar-Dasar Mekanika Fluida Teknik.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai