PENDAHULUAN
Fenomena pada fluida yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari,
benturan air antara pipa ketika keran air ditutup secara tiba-tiba. Pusaran air
yang kita lihat ketika air di dalam bak mandi dikeluarkan melalui lubang
pengembangannya. Pada perkembangan dunia industri yang semakin pesat
beriringan memasuki era globalisasi sangat banyak sekali dilakukan
penemuan-penemuan yang dilakukan oleh para ahli dan engineering dengan
tujuan untuk mengetahui nilai Reynolds Number (Rc) suatu fluida dan
koefisien gesek (λ) dari berbagai jenis pipa.
Fluida yang dialirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan
tekanan atmosfer. Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran
termasuk dalam aliran saluran terbuka atau karena tekanan di dalam pipa sama
dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak penuh). Aliran termasuk
dalam pengaliran terbuka. Karena mempunyai permukaan lebar, maka fluida
yang dialirkan adalah zat cair. Tekanan dipermukaan zat cair di sepanjang
saluran terbuka adalah tekanan atmosfer.
Aliran fluida rill akan mengalami kehilangan energi (head.hl) yang terdiri
dari kehilangan head karena gesekan pipa (hp) dan kehilangan head minor
(hi). Kehilangan head minor disebabkan oleh lambatan karena adanya
perubahan diameter pipa, sambungan katup (valve), belokan (elbow),
percabangan dan sebagainya.
1
Instalasi fluid friction (HM ISO) memungkinkan mahasiswa untuk
melakukan pengujian aliran dan pengukuran tekanan serta menentukan
kerugian tekanan pada sistem perpipaan. Dengan menggunakan instalasi ini
mahasiswa dapat :
- Mengamati kerugian tekanan pada instalasi pipa berserta kelengkapannya
seperti katup dan sambungan baik sambungan untuk pembesaran
penampang atau pengecilan penampang.
- Mengamati pengaruh kecepatan aliran terhadap penurunan tekanan.
- Menghitung kerugian tekanan dan karakteristik katup.
- Menghitung koefisien resistensi.
- Membandingkan antara hasil perhitungan teoritis dan pengamatan
langsung.
2
BAB II
TEORI DASAR
Fluida adalah zat atau subsistem yang akan mmengalami deformasi secara
berkesinambungan kalau terkena gaya geser (gaya tangensial) walaupun gaya
tersebut kecil sekalipun.
1. Statika Fluida
Suatu studi mengenai perilaku fluida dalam keadaan diam. Fluida berada
dalam keadaan diam tanpa tegangan geser yang bekerja pada partikel-
partikelnya. Distribusi tekanan statis di dalam fluida dan pada benda yang
tenggelam dapat ditentukan berdasarkan analisis. Contohnya perencanaan
bendungan, pntu air, dan lain-lain.
2. Kinematika Fluida
Suatu tinjauan terhadap perilaku fluida atau gerak fluida yang ada
hubungannya antara kedudukan berbagai partikel fluida dengan waktu.
Contohnya lintasan kecepatan dan lain-lain yang ada hubungannya dengan
waktu.
3. Dinamika Fluida
Suatu studi tentang gesek partikel zat cair karena adanya gaya-gaya luar yang
bekerja padanya.
3
2.2 Sifa-sifat Fluida
2.2.1 Kerapatan Density
Kerapatan suatu fluida dilambangkan dengan huruf Yunani ρ (rho)
didefinisikan sebagai massa fluida per satuan volume.kerapatan biasanya
digunakan untuk mengkarakteristikan massa sebuah sistem fluida. Dalam
sistem British, ρ mempunyai satuan slugs/ft3 dan dalam satuan SI adalah
kg/m3.
m
ρ=
v
Dimana :
ρ = kerapatan fluida (kg/m3)
m = massa fluida (kg)
v = volume (m3)
Kerapatan massa tidak tetap tergantung suhu tekanan dan jenis fluida.
4
temperatur ini kerapatan air adalah 1,94 slugs/ft3 atau 100 kg/m3. Dalam
bentuk persamaan, gravitasi jenis dinyatakan:
ρ
SG=
ρH 2 O@4℃
5
Gambar 2.2 Aliran Turbulen
2.3.3 Aliran Viscous
Aliran viscous merupakan suatu aliran dimana fluidanya sanga
berpengaruh sehingga menghasilkan tegangan geser aliran pada dinding
saluran. Aliran viscous dapat dikalsifikasikan menjadi dua yaitu aliran
laminer dan turbulen, yang disebutkan di atas.
7
Gambar 2.5 Boundary Layer
Pengecilan penampang
Pembesaran penampang
8
c = koefisien Hazen Wiliams
Aliran fluida dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu aliran laminar dan aliran
turbulen. Aliran dikatakan laminar jikapartikel-partikel fluida yang bergerak
teratur mengikuti lintasan yang sejajar pipa dan bergerak dengan kecepatan sama.
Aliran ini terjadi apabila kecepatan kecil dan/atau kekentalan besar. Aliran disebut
turbulen jika tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di
sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-rata saja yang mengikuti sumbu pipa.
Aliran ini terjadi apabila kecepatan besra dan kekentalan zat kecil. Pengaruh
kekentalan sangat besar sehingga dapat meredam gangguan yang dapat
menyebabkan aliran menjadi turbulen.
ρ. d . v
ℜ=
μ
Dimana :
9
μ = viskositas dinamik fluida (Pa.s)
Karena viskositas dinamik dibagi dengan massa jenis fluida merupakan viskositas
kinematik (v) maka Bilangan Reynolds dapat juga dinyatakan:
μ d.v
V= Sehingga ℜ=
ρ μ
10
Gambar 2.7 Contraction
Tekanan yang melewati pipa dengan pengecilan penampang yaitu tekanan
bertambah besar sehingga secara matematis koefisien kerugian dapat
ditulis dengan persamaan
( )
2 2
d
Kc= 2 −1
do
Dimana :
Kc = koefisien kerugian
d = diameter pipa kecil (m)
d o = diameter pipa besar (m)
2. Enlargement
Merupakan pipa yang mengalami penambahan cross secara sactional area
secara mendadak dari saluran enlargement diilustrasikan dengan gambar
berikut:
KL=
( )d 22
d1
2
−1
Dimana :
A 1 . v 1= A 2 . v 2
KL = koefisien kerugian
11
d 1= diameter pipa kecil (m)
d 2= diameter pipa besar (m)
3. Elbow 45°
Elbow 45° merupakan pipa yang mengalami belokan yangberbentuk siku
(45°) dengan cross sectional area yang sangat kecil sehingga menimbulkan
tekanan yang besar. Gambar berikut merupakan ilustrasi pipa elbow 45° :
4. Percabangan pipa T
Percabangan pipa T merupakan pipa yang mengalami bentuk huruf T
12
5. Elbow 90°
Elbow 90° merupakan pipa yang mengalami belokan yang membentuk
siku 90° seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
7. Percabangan pipa Y
Percabangan pipa Y merupakan pipa yang mengalami bentuk-bentuk huruf
Y dan cross sectional area yang sangat kecil sehingga menimbulkan
tekanan yang sangat kecil. Bentuk percabangan pipa Y dapat dilihat pada
gambar berikut ini
13
Gambar 2.13 Percabangan Pipa “Y”
14
Sedangkan untuk menghitung kerugian tekanan dalam pipa yang relatif
sangat panjang. Menurut Sularso (2004) umumnya digunakan persamaan Hazan-
Wiliams.`
Persamaan ini berlaku untuk aliran dalam pipa dengan penampang lintang
sembarang, baik alirannya laminar maupun turbulen (White, 1988). Bentuk
persamaan D-W sebagai berikut:
L . v2
h L =f
D. 2 g
2 g . D .h L
f= 2
L. v
Dimana :
L = panjang pipa
D = diameter pipa
Harga f untuk aliran laminar tidak tergantung pada kekasaran dinding pipa. Harga
f untuk aliran laminar dapat diperoleh dari diagram Moody atau dihitung dari
persamaan :
64
f=
ℜ
15
Sedangkan untuk pipa lurus dihitung dengan persamaan Blasius:
0,316
f=
ℜ . 0,25
Diagram Moody memberikan faktor gesekan pipa. Faktor ini dapat ditentukan
oleh bilangan Reynold dan kekasaran relatif dari pipa. Bila pipa semakin kasar,
maka kemungkinan turbulent akan semakin besar, kekasaran relatif didefinisikan
sebagai:
e
D
Dimana :
16
Gambar 1.1 Grafik Moody
(sudut kanan atas menunjukkan daerah turbulen paling tinggi dan bagian atas kiri
adalah laminar.)
Untuk menentukan faktor gesekan dan nilai kekerasan relatif dari pipa dapat
dilihat di sebelah kanan. Reynolds Number ada di bagian bawahnya, tarik ke atas
sampai memotong, sebelah kiri akan didapatkan nilai faktor gesekan dan diketahui
jenis apakah turbulen atau kah laminar.
17
BAB III
METODE PRAKTIKUM
18
Keterangan :
1. Katup 7. Pressure tap
2. Double pressure gauge 8. Saluran buang
3. Katup pengarah aliran 9. Pengukuran katup
4. Rangka alat
5. Pengukur aliran
6. Sambungan ke titik pengukuran
2. Air
3. Stopwatch
19
b) Mengamati Aliran pada Perubahan Penampang Pipa
1. Langkah 1-4 sama dengan percobaan (a) (pengamatan pipa lurus).
2. Pastikan hanya katup bagian perubahan penampang yang terbuka
(daerah pengamatan).
3. Lakukan penyetelan alat ukur tekanan serta katup alat ukur hingga
posisi normal.
4. Pasang selang alat ukur pada masing-masing titik pengukuran.
5. Lakukan pengukuran pada variasi bukaan katup.
6. Ukur kecepatan aliran pada setiap bukaan katup.
7. Catat penunjukan alat ukur tekanan
8. Catat waktu yang dibutuhkan untuk volume 10 liter air pada masing-
masing penambahan kecepatan.
9. Ulangi langkah (5) untuk nukaan katup yang berbeda.
20
4. Pasang selang alat ukur pada tiap titik pengukuran.
5. Ukur kecepatan aliran.
6. Catat penunjukan alat ukur tekanan.
7. Catat waktu yang dibutuhkan untuk volume 10 liter.
8. Ulangi langkah (5) untuk berbagai bukaan katup.
3.4 Teori
Aliran viskos di dalam pipa
Aliran fluida dalam sebuah pipa mun gkin merupakan aliran laminar atau
aliran turbulen. Untuk aliran pipa parameter tak berdimensi yang paling
penting adalah bilangan Reynolds, Re yaitu perbandingan antara efek
inersia dan viscous dalam aliran. Sehingga istilah laju aliran digantikan
dengan bilangan Reynolds.
Setiap fluida yang mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa pada
suatu lokasi. Daerah aliran di dekat lokasi fluida memasuki pipa disebut
sebagai daerah masuk (entrance region) seperti diilustrasikan pada gambar
1.
Head Loss
Headloss adalah suatu nilai untuk mengetahui seberapa besarnya reduksi
tekanan total (total head) yang diakibatkan oleh fluida saat melewati sistem
pengaliran. Total head, seperti kita ketahui merupakan kombinasi dari
elevation head (tekanan karena ketinggian suatu fluida), Velocity head,
(tekanan karena Kecepatan alir suatu fluida) dan pressure head (tekanan
normal dari fluida itu sendiri) . Headloss tidak dapat dihindarkan pada
penerapan sistem pengaliran fluida dilapangan. Head loss dapat terjadi
karena:
1. Gesekan antara fluida dan dinding pipa
2. Friksi antara sesama partikel pembentuk fluida tersebut
22
3. Turbulensi yang diakibatkan saat aliran di belokkan arahnya atau hal lain
seperti misalnya perubahan akibat komponen perpipaan (valve, flow
reducer, atau kran).
23
Koefisien Gesekan Pipa
Vd
Bilangan Reynold dihitung dengan rumus : ℜ=
v
4V
Laju aliran : v=
π d2
Untuk Pipa dengan Re < 65 d/k dan Reynold 2320 < Re < 105000 koefisien
gesekan pipa dapat ditentukan dengan rumus blasius :
0,3164
λ=
√ℜ
4
Untuk pipa dengan Re (65 d/k < Re < 1300 d/k dapat dihitung dengan
rumus Colebrook ;
[ ( )]
2
251 0,27
λ= 2 lg +
ℜ √ λ d /k
24
3.5 Rumus-rumus yang digunakan
a) Menghitung Kecepatan Aliran (v)
v 1
Karena Q= dan A= π . D2 sehingga,
t 4
Q
v=
A
Dimana :
Q = debit aliran (m3/s)
t = waktu (s)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan aliran (m/s)
Dimana :
ℜ = Bilangan reynold
25
l = Panjang pipa (m)
Pl calculating = kerugian tekanan (N/m2)
26
3.6 Tabel Pengamatan
a) Aliran pada Pipa Lurus (T = 31°C)
II
III
II
III
27
c) Aliran pada Belokan (T = 31°C)
Elbow 90°
Bukaan Waktu (s) untuk D = 2 cm, l = 14 cm
Katup 10 liter air h1 (cm) h2 (cm)
II
III
II
III
28
BAB IV
ANALISA DATA DAN GRAFIK
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
4.2 Tabel Hasil Perhitungan
41
42
43
44
4.3 Grafik dan Pembahasan
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
58
59
LAMPIRAN
60