Anda di halaman 1dari 27

TEORI DASAR UMUM

A. Defenisi Fluida dan klasifikasinya


Fluida adalah zat yang mampu alir dan menyesuaikan bentuknya
dengan bentuk wadah yang ditempatinya, dan bilamana terkena tegangan
geser, berapapun kecilnya tegangan geser tersebut maka fluida tersebut akan
bergerak dan berubah bentuk secara terus-menerus mengikuti bentuk
penampangnya selama tegangan geser tersebut bekerja.
Gaya geser adalah komponen yang menyinggung permukaan, dan
gaya ini dibagi dengan luas permukaan tersebut adalah tegangan geser rata-
rata pada permukaan itu jadi dapat dikatakan bahwa fluida diam memiliki
gaya geser sama dengan nol.
Terdapat beberapa jenis fluida, antara lain :

1. Fluida berdasarkan wujud.


a. Fluida cair
Fluida yang memiliki partikel rapat dengan gaya tarik antar partikel
yang sangat kuat. Mempunyai permukaan bebas dan cenderung
mempertahankan volumenya, seperti air.

b. Fluida gas
Fluida yang memiliki partikel renggang dengan gaya tarik antar
molekul atau partikel yang sama relatif lemah. Partikelnya sangat
ringan sehingga dapat melayang bebas dan volumenya tak tentu, seperti
udara.

2. Fluida berdasarkan kekentalan.


a. Fluida ideal
Fluida dimana tegangan geser antara partikel fluida dan antar fluida
dengan bidang batas tidak ada sehingga tidak memiliki kekentalan.
Fluida ideal hanya anggapan.
b. Fluida rill
Fluida yang memperhitungkan masalah kekentalan yang menyebabkan
tegangan geser antar partikel zat fluida dan antara fluida dengan
permukaan bidang yang bergerak dengan kecepatan berbeda.
Contohnya air, minyak, oli dan lain-lain.
3. Fluida berdasarkan kemampatannya
a. Fluida compressible
Fluida yang dapat dimampatkan, misalnya udara yang dapat
dimampatkan karena dalam suatu wadah volumenya dapat berkurang
dengan jalan ditekan.
b. Fluida incompressible
Fluida yang dianggap tidak dapat dimampatkan, seperti zat cair. Zat cair
cenderung mempertahankan volumenya, sehingga perubahan tekanan
tidak mampu merubah volumenya.
4. Fluida berdasarkan Hukum Newton atau hubungan tegangan geser dengan
du
gradien kecepatan .
dy
a. Fluida Newton
Fluida yang mengikuti hubungan :
du
 
dy

Fluida Newton merupakan fluida dengan tegangan geser berbanding


du
lurus dengan gradien kecepatan pada diagram.
dy

Fluida Newton adalah fluida-fluida dengan viskositas yang


tidak bergantung pada besar tegangan geser atau pada gradient (laju
geser). Contohnya : zat murni.

b. Fluida Non-Newton
Fluida-fluida yang viskositasnya bergantung pada tegangan
geser atau laju aliran. Contohnya : larutan polimer. Fluida ini
dipengaruhi oleh deformasi plastis akibat dislokasi partikel / perubahan
tempat / posisi partikel fluida karena adanya suatu perlakuan.
1. Fluida dilatent, jika viskositas apparent fluida bertambah seiring
meningkatnya deformasi (n > 1).
2. Fluida pseudoplastic, jika viskositas apparent fluida berkurang
dengan naiknya deformasi (n < 1).

Gambar 1: Diagram Fluida Newton

Hal-hal yang dapat menyebabkan fluida cair dan gas dapat mengalir,
yaitu :

a. Perbedaan tekanan
b. Perbedaan temperatur
c. Perbedaan kedudukan (tinggi rendah).
(www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123667-R220826...Literatur)
B. Sifat-Sifat Fluida
Sifat-sifat fluida yaitu :

1. Memiliki viskositas, yaitu sifat fluida yang mendasari diberikannya


tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida.
dy
τ = μdu

2. Kontinu, merupakan suatu medium (zat antara) hipotetik yang kontinu


yang mengganti struktur molekuler yang sesamanya.
ds
I – Q = dt

3. Memiliki kerapatan, volume jenis, berat jenis, gravitasi jenis, dan tekanan
m
ρ= V

4. Gas sempurna, didefinisikan sebagai suatu zat yang memenuhi hukum gas
sempurna.
(Pv = RT)
5. Modulus elastisitas curahan, kemampuan cairan dinyatakan dengan
modulus elastisitas curahan, kemampumampatan sangat penting jika
menyangkut perubahan tekanan yang mendadak atau perubahan tekanan
yang besar.
dv
K = - (dp/( V ))

6. Memiliki massa jenis dan berat jenis


g
m=V

7. Memiliki volume spesifik dan gravitasi spesifik


v
V=m

8. Mudah melakukan perubahan bentuk


9. Mudah mengadakan reaksi terhadap tegangan geser.
(id.istanto.net/document/mekanika-fluida.pdf)
C. Jenis-jenis Aliran Fluida
Penggolongan jenis-jenis aliran dapat dengan banyak cara, seperti
turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, stedi, tak
stedi ; seragam, tak seragam ; rotasional dan tak rotasional.
Namun pada umumnya aliran fluida dalam pipa dibedakan atas dua
macam yaitu aliran laminar dan turbulen.
Dalam aliran laminar, partikel-partikel fluida bergerak sepanjang
lintasan-lintasan yang halus secara lancar dalam lapisan-lapisan, atau lamina-
lamina, dengan satu lapisan meluncur pada lapisan yang bersebelah dengan
saling tukar momentum secara molekular saja.
Kecenderungan kearah ketidakstabilan dan turbulensi diredam habis
oleh geser yang memberikan tahanan terhadap gerakan relatif lapisan-lapisan
fluida yang bersebelahan.
Sedangkan aliran turbulen dapat didefinisikan sebagai aliran dengan
gerakan partikel-paertikel fluida yang tidak menentu, dengan saling tukar
momentum dalam arah melintang. Turbulen dapat berskala kecil, yang terdiri
dari sejumlah pusaran kecil yang cepat mengubah energi mekanik menjadi
ketakmampuan balik.
Berikut jenis-jenis aliran, antara lain :

1. Aliran internal adalah aliran yang terkurung dan lapisan batasnya


tumbuh sampai dapat meliputi seluruh fluida. Contohnya aliran
dalam pipa.
2. Aliran eksternal adalah aliran yang tak terbatas pergerakannya di
sekeliling permukaan benda padat contohnya aliran di luar pipa.
3. Aliran adiabatic adalah aliran fluida tanpa terjadinya perpindahan panas
ke atau dari fluida. Aliran adiabatic mampubalik (adiabatic tanpa
gesekan) disebut aliran isentropic.
4. Aliran steadi (aliran tunak) terjadi kecepatan dari titik ke titik di dalam
fluida dimana tidak berubah dengan waktu.
5. Aliran taksteadi adalah kecepatan dari titik ke titik berubah dengan waktu
6. Aliran seragam terjadi bila, di tiap titik, vektor kecepatannya adalah sama
secara identik (dalam besar serta arahnya) untuk setiap saat tertentu.
Dalam bentuk persamaan, av /at =0, dimana waktu ditahan konstan dan
ds adalah perpindahan dalam arah manapun. Persamaan tersebut
menyatakan bahwa tidak terdapat perubahan vektor kecepatan dalam
arah manapun di seluruh fluida pada saat manapun . Persamaan ini tidak
mengatakan apa-apa mengenai perubahan kecepatan di suatu titik
terhadap waktu. Contoh aliran stedi dan takstedi seta aliran seragam dan
takseragam adalah: aliran cairan melalui pipa yang panjang dengan laju
konstan (aliran seragam stedi) aliran cairan melalui pipa yang panjang
dengan laju yang menurun (aliran seragam tak stedi) ; aliran melalui tabung
yang membesar dengan laju yang konstan (aliran seragam stedi) ; dan aliran
melalui tabung yang membesar dengan laju yang meningkat (aliran tak
seragam tak stedi).
7. Aliran Vorteks /Aliran rotasional, jika partikel-partikel fluida di dalam suatu
daerah mempunyai rotasi seputar suatu sumbu alirannya. Dan jika fluida
di dalam suatu daerah tidak mempunyai rotasi disebut aliran takrotasional.
(http://nino-ninerante.blogspot.com/2011/10/...macam-macam aliran -zat.html)
D. Bilangan Reynolds dan Klasifikasinya
Bilangan Reynolds adalah suatu bilangan tak berdimensi yang
digunakan untuk menentukan jenis aliran, apakah aliran itu tergolong aliran
laminar atau aliran turbulent. Hal ini dikemukakan oleh Osborne Reynolds
pada tahun 1883
Bilangan Reynolds adalah perkalian dari massa jenis aliran dengan
kecepatan aliran dan diameter penampang yang kemudian dibagi dengan
viskositas dinamis.
Bilangan Reynolds sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran fluida
dan kekentalan fluida. Bilangan Reynolds terbagi dua, yaitu :
1. Internal flow
Merupakan aliran fluida yang mengalir di dalam pipa. Untuk aliran
internal, jenis aliran yang terjadi dapat diketahui dengan mendapatkan
bilangan Reynoldnya dari persamaan:
V .D
Re 
v

Keterangan : Re = Bilangan Reynold

V = Kecepatan Fluida m  s
D = Diameter pipa/saluran m 

2
 
v = Viskositas Kinematis m s

2. Eksternal Flow
Adalah aliran fluida diluar atau aliran fluida yang mengalir pada
permukaan suatu benda. Untuk menentukan jenis aliran, dapat diketahui
dengan menentukan nilai bilangan Reynoldsnya dengan persamaan :
V.L
Re 
v

Keterangan : Re = Bilangan Reynold


V = Kecepatan Fluida m  s
L = Panjang Karakteristik benda m 

2
v = Viskositas Kinematis m s  
Bukti Reynold tidak memiliki satuan :

VL
Re =
v

m m 
m  s 
2

m s 
s =
Re =  s  m 2 
 
2

Batasan bilangan Reynolds :

1. Untuk aliran internal


Turbulent : Re > 4500
Laminar : Re < 2300
Transisi : 2300 < Re < 4500
2. Untuk aliran eksternal

Turbulen : Re > 1000000


5
Laminar : Re < 5. 10
Transisi : 500000 < Re < 1000000
(http://sanggapramana.wordpress.com/2010/09/11/bilangan-reynolds/)
E. Bilangan Mach
Bilangan Mach merupakan perbandingan antara kecepatan aliran fluida
dengan kecepatan suara pada fluida tersebut. Bilangan mach digunakan juga
sebagai parameter untuk menentukan jenis aliran termampatkan.
VB
Ma 
VS

Dimana: Ma = Bilangan Mach

VB = Kecepatan aliran fluida (m/s)

VS = Kecepatan Suara (m/s)

Klasifikasi bilangan Mach

1. Ma < 0.3 = aliran tak termampatkan


2. 0.3 < Ma < 0.8 = aliran subsonic
3. 0.8 < Ma < 1.2 = aliran transonic
4. 1.2 < Ma < 3.0 = aliran supersonic
5. Ma > 3.0 = aliran hypersonic

Kecepatan suara dapat dirumuskan dengan persamaan a =


20.047sqrt(T), di mana T adalah temperatur udara (K), dan a adalah
kecepatan suara (m/s). Persamaan tersebut berlaku untuk gas sempurna.
Harga kecepatan suara untuk atmosfer standar berdasarkan U.S. Standard
Atmosphere, 1962 dapat dilihat pada tabel berikut :
(http://id.wikipedia.org/wiki/Mach)
F. Jenis-Jenis Nozzel
Nossel merupakan alat yang biasanya digunakan dalam sistem
perpipaan atau aliran yang berfungsi untuk mengubah kecepatan dan tekanan
pada aliran tersebut.
Macam-macam nossel antara lain:

1. Nossel konvergen,
Yaitu nossel dengan penampang mula-mula yang besar yang
kemudian mengecil pada bagian keluarnya sehingga kecepatan aliran
menjadi tinggi dan tekanannya turun.

Gambar 4: Nossel Konvergen


2. Nossel divergen adalah nossel dengan penampang mula-mula yang kecil
kemudian membesar pada bagian keluarnya sehingga kecepatannya turun
dan tekanannya naik

Gambar 5: Nossel Divergen


3. Nossel konvergen-divergen, yaitu merupakan gabungan dari nossel
konvergen dan nossel divergen.

Gambar 6: Nossel Konvergen-Divergen


(http://www.scribd.com/doc/55071650/Nosel)
G. Persamaan Bernoulli Dan Penurunannya
Hukum Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah
sebuah istilah di dalam
mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu
aliran fluida, peningkatan
pada kecepatan fluida akan
menimbulkan penurunan
tekanan pada aliran tersebut.
Prinsip ini sebenarnya
merupakan penyederhanaan
dari Persamaan Bernoulli
yang menyatakan bahwa
jumlah energi pada suatu titik
di dalam suatu aliran tertutup
sama besarnya dengan jumlah
energi di titik lain pada jalur
aliran yang sama. Prinsip ini
diambil dari nama ilmuwan
Belanda/Swiss yang bernama
Daniel Bernoulli. Dalam
bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua bentuk
persamaan Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan
(incompressible flow), dan yang lain adalah untuk fluida termampatkan
(compressible flow).
a. Aliran Tak-termampatkan
Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan
dengan tidak berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida
di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah: air,
berbagai jenis minyak, emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk
aliran tak-termampatkan adalah sebagai berikut:

di mana:
v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi
p = tekanan fluida
ρ = densitas fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan
asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Aliran bersifat tunak (steady state)
2. Tidak terdapat gesekan (inviscid)
Dalam bentuk lain, Persamaan Bernoulli dapat dituliskan sebagai
berikut:

b. Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang
aliran tersebut. Contoh fluida termampatkan adalah: udara, gas alam, dll.
Persamaan Bernoulli untuk aliran termampatkan adalah sebagai berikut:

dimana:
= energi potensial gravitasi per satuan massa; jika gravitasi konstan
maka

= entalpi fluida per satuan massa

Catatan: , di mana adalah energi termodinamika per


satuan massa, juga disebut sebagai energi internal spesifik.

(http://www.scribd.com/doc/Hukum-Bernoulli-Dan-Hukum-Kontinuitas

(http://1.bp.blogspot.com/_1kmYwwOurm4/TBkvMBed...Fbernoulli-1.jpg)

Penurunan Bernoulli dari rumus usaha :

W = Δ Em

W = Δ Ep + Δ Ek

W1 = F1 . ΔX1 karena F1 = P1 . A1 ; volume Δ V1 = A1. ΔX1

Maka, W1 = P1 A1 . ΔX1

= P1. Δ V1

W2 = -P2 . Δ V2

Jadi, usaha total yang dilakukan fluida adalah:


W = W1 + W2

= P1. ΔV – P2. ΔV

W = ΔV ( P1 – P2 )

Bila massa jenis fluida = ρ dan massa fluid = Δm

m
ΔV=

m
Maka ; W = ( P1-P2 )

Untuk perubahan energi potensial ( ΔEp ) dalam selang waktu Δt

Δ Ep = Ep2 – Ep1

= Δmgh2 – Δmgh1

Δ Ep = Δ mg ( h2 – h1 )

Untuk perubahan Energi kinetis ( ΔEk ) :

Δ Ek = Ek2 – Ek1

= ½ Δ mV22 - mV12

= ½ Δm (V22-V12)

W = ΔEp + ΔEk

(P1-P2). Δm/ρ = Δmg (h2-h1) + ½ Δm (V22-V12)

Kalikan ke-2 rumus dengan / Δm, diperoleh:

P1-P2 = ρg (h2-h1) + ½ ρ (V22-V12).

P1-P2 = ρgh2 - ρg h1 + ½ ρ V22 - ½ ρ V12

P1 + ρgh1 + ½ ρV12 = P2 + ρgh2 + ½ ρV22


P + ρgh + ½ ρV2 = konstan

Penurunan persamaan Bernoulli menjadi rumus kecepatan :

P1 + ρg h1 + ½ ρV12 = P2 + ρg h2 + ½ ρV22

½ ρV12 - ½ ρV22 = P1 - P2

½ ρ ( V12 – V22 ) = ΔP

ΔV2 = 2 Δ P/ ρ

Prinsip Bernoulli

2 2
P1 V1 P2 V2
  z1    z2
g 2 g g 2 g

Keterangan:

Z1 = tinggi pipa pada titik 1

Z2 = tinggi pipa pada titik 2

P = tekana fluida

V = kecepatan fluida

Bila z1 = z2 maka persamaan di atas menjadi:

2 2
P1 V1 P V
  2  2
g 2 g 1 g 2 g

V1  V2 P P
2 2
 2 1
2g g

V1  V2 P
2 2


2 
V1  (0) 2 P
2

 ; nilai V2 dianggap nol diakibatkan adanya gaya-gaya


2 
yang bekerja pada saat fluida keluar sehingga
menyebabkan kecepatan fluida tersebut kecil atau
dapat dianggap nol maka:

P
2
V1 2P
  V1 2 
2  

2 P
V 

(http://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip_Bernoulli)
H. Sejarah + Rumus Dari Hukum
1. Hukum Newton
Hukum Newton adalah tiga
hukum fisika yang menjadi dasar
mekanika klasik. Hukum ini
menggambarkan hubungan antara
gaya yang bekerja pada suatu benda
dan gerak yang disebabkannya.
Hukum Newton dibedakan atas 3
hukum yaitu :
a) Hukum Newton I
Setiap benda akan tetap
bergerak lurus beraturan atau tetap
dalam keadaan diam jika ada resultan,
gaya (F) bekerja pada benda itu yaitu :

∑F = 0 , a = 0, V

= 0 (konstan)
b) Hukum Newton II
Menyatakan bahwa gaya sama dengan perbedaan momentum (massa
dikali kecepatan) tiap perubahan waktu.
F = m. a
c) Hukum newton III
Setiap aksi pasti terdapat reaksi yang searah dan berlawanan arah.
F1 = −F1′
(id.wikipedia.org/wiki/Hukum_gerak_Newton)
2. Hukum archimedes
Hukum Archimedes
mengatakan bahwa "Jika suatu
benda dicelupkan ke dalam
sesuatu zat cair, maka benda
itu akan mendapat tekanan
keatas yang sama besarnya
dengan beratnya zat cair yang
terdesak oleh benda tersebut".
FA = ρ . g . v

Keterangan :

FA = Tekanan
Archimedes (N/m3)

ρ = Massa Jenis Zat Cair (Kg/ m3)

g = Gravitasi (N/Kg)

V = Volume Benda Tercelup (m3)

(http://id.wikipedia.org/wiki/Archimedes)
3. Hukum Pascal
Hukum Pascal
menyatakan bahwa “tekanan
yang diberikan zat cair dalam
ruang tertutup dteruskan ke
segala arah dengan sama
besar”. Perbedaan tekanan
karena perbedaan kenaikan zat
cair diformulakan sebagai
berikut:
ΔP = ρ. g. (ΔH)

Dimana :

ΔP : tekanan hidrostatik
(Pa)
ρ : kepekatan zat cair
(kg/m3)
g : kenaikan permukaan laut terhadap gravitasi bumi (m/s2)
ΔH : perbedaan ketinggian fluida (m)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Blaise_Pascal)
4. Hukum Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah
sebuah istilah di dalam
mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu
aliran fluida, peningkatan pada
kecepatan fluida akan
menimbulkan penurunan
tekanan pada aliran tersebut.
Prinsip ini sebenarnya
merupakan penyederhanaan
dari Persamaan Bernoulli yang
menyatakan bahwa jumlah
energi pada suatu titik di
dalam suatu aliran tertutup
sama besarnya dengan jumlah
energi di titik lain pada jalur
aliran yang sama. Prinsip ini
diambil dari nama ilmuwan
Belanda/Swiss yang bernama
Daniel Bernoulli. Dalam
bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua bentuk
persamaan Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan
(incompressible flow), dan yang lain adalah untuk fluida termampatkan
(compressible flow).
c. Aliran Tak-termampatkan
Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan
dengan tidak berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida
di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah: air,
berbagai jenis minyak, emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk
aliran tak-termampatkan adalah sebagai berikut:
di mana:
v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi
p = tekanan fluida
ρ = densitas fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan
asumsi-asumsi sebagai berikut:
3. Aliran bersifat tunak (steady state)
4. Tidak terdapat gesekan (inviscid)
Dalam bentuk lain, Persamaan Bernoulli dapat dituliskan sebagai
berikut:

d. Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang
aliran tersebut. Contoh fluida termampatkan adalah: udara, gas alam, dll.
Persamaan Bernoulli untuk aliran termampatkan adalah sebagai berikut:

dimana:
= energi potensial gravitasi per satuan massa; jika gravitasi konstan
maka

= entalpi fluida per satuan massa


Catatan: , di mana adalah energi termodinamika per satuan massa, juga
disebut sebagai energi internal spesifik.

(http://www.scribd.com/doc/Hukum-Bernoulli-Dan-Hukum-Kontinuitas)

5. Persamaan Kontiunitas
Massa fluida yang bergerak tidak berubah ketika mengalir. Fakta ini
membimbing kita pada hubungan kuantitatif penting yang disebut
persamaan kontinuitas.

Gambar: Laju Aliran Massa


Volume fluida yang mengalir pada bagian pertama, V1, yang
melewati luasan A1 dengan laju v1 selama rentang waktu ∆t adalah A1v1 ∆t.
Dengan mengetahui hubungan Volume dan Massa jenis, maka laju aliran
massa yang melalui luasan A1 adalah:

Keadaan yang sama terjadi pada bagian kedua. Laju aliran massa
yang melewati A2 selama rentang waktu ∆t adalah:

Volume fluida yang mengalir selama rentang waktu


∆t pada luasan A1 akan memiliki jumlah yang sama dengan volume yang
mengalir pada A2. Dengan demikian:

Atau
ρ.A.V = konstan (tetap)
(http://www.scribd.com/doc/Hukum-Bernoulli-Dan-Hukum-Kontinuitas)
I. Tabel A.1 dan Tabel A.2
Tabel A.1

KERAPATAN DAN KEKENTALAN AIR PADA 1 atm

T, oC , kg/m3 , (N . s)/m2 v, m2/s T, oF , slug/ft3 , (lb.s)/ft2 v, ft2/s


0 1000 1.788 E – 6 1.788 E – 6 32 1.940 3.73 E – 5 1.925 E – 5
10 1000 1.307 E – 6 1.307 E – 6 50 1.940 2.73 E – 5 1.407 E – 5
20 998 1.003 E – 6 1.005 E – 6 68 1.937 2.09 E – 5 1.082 E – 5
30 996 0.799 E – 6 0.802 E – 6 86 1.932 1.67 E – 5 0.864 E – 5
40 992 0.657 E – 6 0.662 E – 6 104 1.925 1.37 E – 5 0.713 E – 5
50 988 0.548 E – 6 0.555 E – 6 122 1.917 1.14 E – 5 0.597 E – 5
60 983 0.467 E – 6 0.475 E – 6 140 1.908 0.975 E – 5 0.511 E – 5
70 978 0.405 E – 6 0.414 E – 6 158 1.897 0.846 E – 5 0.446 E – 5
80 972 0.355 E – 6 0.365 E – 6 176 1.886 0.741 E – 5 0.393 E – 5
90 965 0.316 E – 6 0.327 E – 6 194 1.873 0.660 E – 5 0.352 E – 5
100 958 0.283 E – 6 0.295 E – 6 212 1.859 0.591 E – 5 0.318 E – 5

Tabel A.2

KERAPATAN DAN KEKENTALAN UDARA PADA 1 atm


T, oC , kg/m3 , (N . s)/m2 v, m2/s T, oF , slug/ft3 , (lb.s)/ft2 v, ft2/s
– 40 1.52 1.51 E – 5 0.99 E – 5 – 40 2.94 E – 3 3.16 E – 7 1.07 E – 4
0 1.29 1.71 E – 5 1.33 E – 5 32 2.51 E – 3 3.58 E – 7 1.43 E – 4
50 1.09 1.95 E – 5 1.79 E – 5 122 2.12 E – 3 4.08 E – 7 1.93 E – 4
100 0.946 2.17 E – 5 2.30 E – 5 212 1.84 E – 3 4.54 E – 7 2.47 E – 4
150 0.835 2.38 E – 5 2.85 E – 5 302 1.62 E – 3 4.97 E – 7 3.07 E – 4
200 0.746 2.57 E – 5 3.45 E – 5 392 1.45 E – 3 5.37 E – 7 3.71 E – 4
250 0.675 2.75 E – 5 4.08 E – 5 482 1.31 E – 3 5.75 E – 7 4.39 E – 4
300 0.616 2.93 E – 5 4.75 E – 5 572 1.20 E – 3 6.11 E – 7 5.12 E – 4
400 0.525 3.25 E – 5 6.20 E – 5 752 1.02 E – 3 6.79 E – 7 6.67 E – 4
500 0.457 3.55 E – 5 7.77 E – 5 932 0.89 E – 3 7.41 E – 7 8.37 – 4
L. Tabel Konversi Satuan
M. Diagram Moody

Anda mungkin juga menyukai