PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat sungai yang mengalir dan
terdapat ikan di dalamnya. Air sungai tersebut sangat mudah dilalui oleh ikan,
bayangkan air tersebut digantikan oleh zat cair lain,seperti minyak, sabun cair,
atau lem. Secara logika ikan tersebut tidak akan bisa berenang lagi karena zat cair
tersebut kental dan lengket.kental dan lengketnya suatu zat cair tentunya dapat
mengganggu aktivitas sehari- hari contohnya memindahkan suatu zat cair yang
kental dari wadah ke wadah lain karena ketika zat tersebut dipindahkan masih
terdapat sisa. Viskositas atau kekentalan merupakan pengukuran dari
ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan maupun tegangan.(wikipedia).
Viskositas tidak hanya dimiliki oleh zat cair saja tetapi zat gas juga
mempunyai viskositas oleh karena itu semua fluida memiliki viskositas. Ada pula
fluida yang tidak mempunyai viskositas yaitu fluida ideal tetapi zat ini tentunya
sangat sulit dicari atau dibuat. Fluida ideal bisa dibuktikan dengan kelajuan fluida
setiap titik atau partikel sama.
Viskositas pada zat cair disebabkan karena adanya kohesi antar partikel fluida
sedangkan pada gas terjadi karena adanya tumbukan antar partikel gas. Viskositas
juga bisa dipengaruhi oleh beberapa hal,seperti suhu, konsentrasi larutan, berat
molekul solute, tekanan. Suhu bisa mempengaruhi viskositas karena adanya
gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu dinaikkan
sehingga viskositasnya menurun. Lalu konsentrasi larutan bisa mempengaruhi
viskositas karena gesekan antar partikel semakin tinggi ketika konsentrasi
larutanya tinggi sehingga viskositasnya tinggi. Selanjutnya berat molekul solute,
hal ini bisa mempengaruhi viskositas karena ketika solute berat bisa
mengahambat atau memberi beban yang berat pada fluida sehingga menaikkan
viskositas.
Zat fluida satu dengan zat fluida lainya memiliki viskositas yang berbeda-beda.
Besarnya kekentalan zat cair (viskositas)dinyatakan dengan suatu bilangan yang
menentukan kekentalan suatu zat cair hokum viskositas Newton menyatakan
bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida tertentu maka tegangan geser
berbanding lurus dengan viskositas. Dalam peristiwa viskositas terdapat kelajuan
1
suatu benda yang dinamakan kecepatan terminal, hal ini terjadi ketika percepatan
suatu benda hilang karena kekentalan sutu zat yang dilalui oleh benda tersebut.
Dalam penentuan viskositas suatu zat, hokum stokes perlu dipahami karena
hokum ini ada kaitanya dengan viskositas. Atas dasar pemikiran tersebut, penulis
memilih judul penelitian “ Viskositas Zat Cair “.
2
1.5 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat yang akan
dipelajari sehingga menjadi variabel uang dapat diukur. Adanya definisi
operasional ini bertujuan agar tidak terjadi kesalah pahaman pembaca pada saat
membaca RBL ini. Ada pun kata-kata yang tersebut yaitu.
1. Viskositas adalah sifat fisik zat yang bergantung pada geseran molekul
komponenya ( KBBI ).
2. Kecepatan Terminal adalah kecepatan benda berbentuk bola bergerak
mengendap dalam fluida kental dengan keceptan konstan ( ardra.biz ).
3. Fluida adalah zat yang mudah mengalir ( KBBI ).
3
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar
kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin
sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida
tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat
cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat tumbukan antara molekul
gas.
Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang
disebut koefisien viskositas (η ). Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2
atau pascal sekon (Pa s). Ketika Anda berbicara viskositas Anda berbicara tentang
fluida sejati.
Fluida ideal tidak mempunyai koefisien viskositas. Apabila suatu benda
bergerak dengan kelajuan v dalam suatu fluida kental yang koefisien viskositasnya η ,
maka benda tersebut akan mengalami gaya gesekan fluida sebesar Fs = kη v, dengan k
adalah konstanta yang bergantung pada bentuk geometris benda.
2.2 Kecepatan Terminal
Ketika kecepatan suatu benda meningkat, demikian juga gaya seret yang bekerja
padanya, yang juga tergantung pada zat yang dilewatinya (misalnya udara atau air). Pada
kecepatan tertentu, gaya hambat atau gaya resistensi akan sama dengan tarikan gravitasi
pada objek (daya apung dianggap di bawah). Pada titik ini objek berhenti untuk
berakselerasi dan terus jatuh pada kecepatan konstan yang disebut kecepatan terminal
(juga disebut kecepatan pengendapan). Objek yang bergerak ke bawah lebih cepat
daripada kecepatan terminal (misalnya karena dilemparkan ke bawah, jatuh dari bagian
atmosfer yang lebih tipis, atau berubah bentuk) akan melambat hingga mencapai
4
kecepatan terminal. Seret tergantung pada area yang diproyeksikan, di sini, penampang
atau siluet objek dalam bidang horizontal. Objek dengan area proyeksi besar relatif
terhadap massanya, seperti parasut, memiliki kecepatan terminal yang lebih rendah
daripada objek dengan area proyeksi kecil relatif terhadap massanya, seperti peluru.
1
F net=ma=mg− ρ v 2 A Cd
2
Memecahkan untuk hasil V t
2mg
❑❑ V t =
√ ρAC d
Untuk geralam fluida uang sangat lambat, gaya inersia fluida dapat
diabaikan ( asumsi fluida tidak bermassa ) dibandingkan dengan gaya lain.
Aliran ini disebut aliran merayap dan kondisi yang harus dipenuhi untuk
aliran yang akan mengalir adalah angka Reynolds. Persamaan gerak untuk
aliran creeping ( persamaan Navier Stokes disederhanakan ) diberikan oleh
∇ p=μ ∇ 2 v
5
Gambar 2.2 Creeping mengalir melewati bola
Sumber : en.wikipedia.org
Kekuatan viskositas pada bola kecil yang bergerak melalui cairan kental diberikan oleh: [3]
❑❑ F d =6 πRμv
dimana:
F d adalah gaya gesek - yang dikenal sebagai gaya tarik Stokes 'yang bekerja pada
antarmuka antara fluida dan partikel
μ adalah viskositas dinamis (beberapa penulis menggunakan simbol η )
R adalah jari-jari benda bulat
v adalah kecepatan aliran relatif terhadap objek.
Hukum Stokes membuat asumsi berikut untuk perilaku partikel dalam fluida:
Aliran laminar
Partikel berbentuk bola
Bahan homogen (seragam dalam komposisi)
Permukaan halus
Partikel tidak saling mengganggu.
6
2.3.1 Kecepatan Terminal Bola Jatuh Dalam Fluida
4
❑❑ F g =( ρ p− ρf ) g π R3
3
2 ( ρ p −ρf )
v= g R2 vvv
9 μ
(vertikal ke bawah jika ρ p > ρ f , ke atas jika ρ p < ρ f ), di mana:
8
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Penulis menentukan minyak, minyak tanah, oli yang berada dalam pipa uji
coba sebagai sampel dalam penelitian ini.
massa kelreng
ρkelereng=
1
π (diameter kelereng)2
4
11
b) Tempatkan dua tali sebagai jarak ( d ) pada botol yang akan
ditempuh kelereng dalam zat cair
c) putar ujung pipa uji coba sebesar 180 derajat dari posisi awal,
sehingga kelereng bisa menempuh jarak “d”
d) Catat waktu yang diperlukan bola ketika bergerak menempuh jarak
“d”
e) Lakukan percobaan sebanyak tiga kali dengan kelreng yang sama
dan jarak “d” yang berbeda
f) Ulangi langkah a sampai e untuk jenis zat cair yang berbeda
12
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Massa Volume ρ
minyak goreng 8,5 gram 10 mL 850 kg/m3
minyak tanah 8,1 gram 10 mL 810 kg/m3
Oli 8,8 gram 10 mL 880 kg/m3
Tabel 4.1.1 Menghitung Massa Jenis Zat Cair
m massa bola
ρ= =
V volume bola
m 3,5 x 10−3 KG
ρ= = = 50724,64 KG/m3
V 6,9 x 10−8 M 3
Minyak
panjang antar tali t1 t2 t3
D1 = 20cm 0.2 0.34 0.5
D2 = 25cm 0.22 0.36 0.56
D3 = 30cm 0.2 0.36 0.5
Tabel 4.1.2 Data Percobaan Zat Cair Minyak
13
1.1.4 Data Pada Zat Cair Minyak Tanah
minyak tanah
panjang antar tali t1 t2 t3
D1 = 20cm 0.11 0.12 0.11
D2 = 25cm 0.22 0.2 0.2
D3 = 30cm 0.28 0.29 0.28
Tabel 4.1.3 Data Percobaan Zat Cair Minyak Tanah
Oli
panjang antar tali t1 t2 t3
D1 = 20cm 0.46 0.48 0.46
D2 = 25cm 0.79 0.8 0.8
D3 = 30cm 1.1 1.12 1.11
Tabel 4.1.4 Data Percobaan Zat Cair Oli
Dari data hasil uji coba yang telah dikumpulkan, data akan penulis olah lebih
lanjut untuk menemukan koefisien vsikotas dari masing-masing zat cair dan
2
2. 0,21. 10. ( 9,4 . 10−3 ) (5724,64−840)
η D 1= = 0,009 kg/ms
9 .0,2
2
2 .0,36 . 10. ( 9,4 . 10−3 ) .(5724,64−840)
η D 2= = 0,019 kg/ms
9. 0,25
2
2 .0,5 . 10. ( 9,4 . 10−3 ) .(5724,64−840)
η D 3= = 0,031 kg/ms
9. 0,3
ηD 1+ ηD 2+η
ή Minyak = D3
= 0.019 kg/ms
3
0.1+0.12+0.115
t́ D1 = = 0.11 s
3
0.21+0.21+0.2
t́ D2 = = 0.21 s
3
0.28+0.29+0.28
t́ D1 = = 0.28 s
3
2
d 2 g r (ρkelereng−ρzat cair) ⟺
=
t 9η
2
2 .0,11 . 10. ( 9,4 . 10−3 ) (5724,64−810)
η D 1= = 0,005 kg/ms
9 . 0,2
15
2
2 .0,21 . 10. ( 9,4 .10−3 ) .( 5724,64−810)
η D 2= = 0,011 kg/ms
9 . 0,25
2
2 .0,28 . 10. ( 9,4 . 10−3 ) .(5724,64−810)
η D 3= = 0,018 kg/ms
9. 0,3
ηD 1+ ηD 2+η
ή Minyak Tanah = D3
= 0.016 kg/ms
3
0.46+0.48+ 0.46
t́ D1 = = 0.47 s
3
0.79+0.80+0.80
t́ D2 = = 0.80 s
3
1.1+ 1.12+1.11
t́ D1 = = 1.11 s
3
2
d 2 g r (ρkelereng−ρzat cair) ⟺
=
t 9η
2
2 .0,47 . 10. ( 9,4 . 10−3 ) (5724,64−880)
η D 1= = 0,014 kg/ms
9 .0,2
2
2 .0,80 . 10. ( 9,4 . 10−3 ) .(5724,64−880)
η D 2= = 0,029 kg/ms
9 . 0,25
2
2 .1,11 . 10. ( 9,4 . 10−3 ) .(5724,64−880)
η D 3= = 0,048 kg/ms
9 . 0,3
ηD 1+ ηD 2+η
ήOli = D3
= 0.030 kg/ms
3
16
4.2 Analisis data
Hk.1 newton
Σ F=0
Fa + fges = W
ρf .Vbf . g+ 6. π . r . η . v= ρb. Vb . g
4
( ρb−ρf ) . . π . r 3 . g
3
η=
6. π . r . v
2 ( ρb−ρf ) . r 2 . g
v= .
9 η
2
d 2. g . r .(ρb−ρf )
=
t 9η
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis melalui eksperimen yang
dilanjutkan mengumpulkan data dan menganalisisnya, penulis mendapatkan
nilai koefisien vsikotas beberapa zat cair yang telah diteliti sebagai berikut ;
17
Grafik t Terhadap D Minyak
0.6
0.5 0.5
f(x) = 0.17 x
0.4 R² = 1
0.3 0.34
t
0.2 0.2
0.1
0
Grafik diatas merupakan grafik t terhadap d pada zat cair minyak goreng, kami
melakukan tiga kali percobaan yang masing-masing ditunjukan oleh tiga garis
berwarna orens abu dan juga biru. Dapat dilihat rata-rata garis memiliki
persamaan y = 0,1729x dan memiliki nilai “R-Squared” sebesar 0,9715. Dari
bentuk kurva yang terbentuk dari D dan juga t dapat disimpulkan nilai D dan t
berbanding lurus dimana semakin besar nilai D semakin besar pula nilai t.
Grafik diatas merupakan grafik t terhadap d pada zat cair minyak tanah, kami
melakukan tiga kali percobaan yang masing-masing ditunjukan oleh tiga garis
berwarna orens abu dan juga biru. Dapat dilihat rata-rata garis memiliki
persamaan y = 0,0964x dan memiliki nilai “R-Squared” sebesar 0,9778. Dari
bentuk kurva yang terbentuk dari D dan juga t dapat disimpulkan nilai D dan t
berbanding lurus dimana semakin besar nilai D semakin besar pula nilai t.
18
Grafik t Terhadap D Oli
1.2
f(x) = 0.39 x
1 R² = 1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3
Grafik diatas merupakan grafik t terhadap d pada zat cair minyak goreng, kami
melakukan tiga kali percobaan yang masing-masing ditunjukan oleh tiga garis
berwarna orens abu dan juga biru. Dapat dilihat rata-rata garis memiliki
persamaan y = 0,385x dan memiliki nilai “R-Squared” sebesar 0,9596. Dari
bentuk kurva yang terbentuk dari D dan juga t dapat disimpulkan nilai D dan t
berbanding lurus dimana semakin besar nilai D semakin besar pula nilai t.
Grafik di atas merupakan perbandingan massa jenis dari ketiga jenis zat cair
yang diteliti. Dari grafik dapat terlihat perbandingan massa jenis minyak tanah
yang paling rendah disbanding zat cair lainnya, dan massa jenis oli sebagai
yang paling tinggi dibandng zat cair yang lainnya. Perbandingan massa jenis
zat cair tersebut akan berpengaruh pada perbandingan koefisien vsikotas dari
ketiga zat cair tersebut.
19
Perbandingan koefisien vsikotas
0.04
0.03
0.03
0.02
0.02
0.01
0.01
0
minyak tanah minyak goreng oli
Grafik diatas merupakan perbandingan koefisian vsikotas ketiga zat cair yang
diteliti. Dari grafik dapat terlihat perbandingan koefisien vsikotas minyak
goreng dengan minyak tanah yang tidak terlalu jauh karena memang
perbandingan massa jenis mereka juga yang tidak terlalu jauh, sedangkan
koefisien vsikotas oli lebih besar disbanding minyak goreng maupun minyak
tanah, sehingga dapat juga disimpulkan oli lah zat cair yang paling kental
diantara ke tiganya.
Hasil pertama yaitu panjang jarak antar tali (D) berpengaruh pada waktu
tempuh (t), hal ini sesuai dengan hipotesis penulis, semakin besar nilai
Panjang jarak antar tali (D) semakin besar pula waktu yang diperlukan untuk
melewatinya (t), begitu pun sebaliknya , semakin kecil nilai Panjang jarak
antar tali (D) semakin kecil pula waktu yang diperlukan untuk melewatinya
(t).
Sedangkan hasil kedua yaitu massa jenis fluida (ρf ¿berpengaruh pada
nilai koefisien viskositas (η ¿, hal ini juga sesuai dengan hipotesis penulis,
semakin besar nilai massa jenis dari satu zat cair (ρf ¿ semakin besar nilai
koefisien vsikotas zat cair (η ¿ tersebut, begitu pun sebaliknya, semakin kecil
nilai massa jenis suatu zat cair (ρf ¿ semakin kecil pula nilai koefisien
vsikotas zat cair (η ¿ tersebut. Hal ini dikarenakan massa jenis merupakan
20
kerapatan suatu zat, sehingga merupakan pengaruh utama kekentalan suatu
fluida.
Sedangkan hasil ketiga yaitu setiap zat cair yang berbeda jenis, memiliki
koefisien vsikotas yang berbeda-beda, hal ini sesuai dengan hipotesis penulis,
hal ini dikarenakan setiap zat cair berbeda memiliki massa Janis yang
berbeda pula, hal ini tentu menyebabkan nilai koefisien vsikotas yang
berbeda-beda pula. Namun nilai koefisien vsikotas dari zat cair yang telah
kami teliti belum sesuai sempurna dengan literatur, hal ini dikareakan
penghitungan massa jenis fluida dan bola yang belum sempurna dan juga
ketidaktepatan dalam mengukur waktu dengan stopwatch bola melewati tali
pada pipa percobaan. Berikut merupakan table nilai koefisien vsikotas dari
hasil penelitian penulis ;
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa ;
1. Semakin besar jarak antara dua tali, maka akan semakin lama waktu yang
diperlukan bola untuk melewatinya
2. Semakin lama waktu yang diperlukan, maka koefisien vsikotas suatu zat
cair semakin besar, sesuai dengan sifat alami vsikotas “kekentalan” yang
menghambat gerak benda yang melewatinya.
3. Massa jenis suatu zat cair, yang merupakan kerapatan dari suatu fluida,
mempengaruhi koefisien vsikotasnya, dimana massa jenis fluida
berbanding lurus dengan koefisien vsikotas fluida.
4. Setiap zat cair yang berbeda memiliki koefisien viskositas yang berbeda
pula
5. Tali perlu diletakan beberapa sentimeter dari ujung pipa hingga benda
(bola) mencapai v terminal. Benda memerlukan beberapa saat hingga
21
mencapai keadaan Gerak Lurus Beraturan (GLB) yang awalnya Gerak
Lurus Berubah Beraturan (GLBB) oleh percepatan gravitasi karena
hambatan dari kekentalan fluida.
6. Persamaan umum kecepatan terminal untuk sembarang benda :
Vb . g .(ρb−ρf )
Vt =
K.η
dengan vb = volume benda dan K = Konstanta benda
5.2 Saran
Setelah kami melakukan penelitian ini, kami menyarankan kepada peneliti
yang ingin meneliti topik ini lebih dalam untuk memperhatikan hal-hal berikut
ini
Pada saat percobaan untuk mengambil data berupa waktu yang dibutuhkan
kelereng menempuh jarak “d”, alangkah baiknya direkam karena jika
menggunakan zat fluida yang tidak kental seperti air, kelereng akan melaju
dengan cepat sehingga tidak kasat mata. Dengan direkam, kelreng akan
terlihat frame by frame sehingga mudah dicari waktu tempuhnya.
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan pipa yang lebih panjang
karena apabila menggunakan zat fluida yang tidak kental seperti air,ketika
pipa uji coba diputar kelereng akan melewati batas tali terlebih dahulu
sebelum pipa uji coba tegak lurus dengan bidang datar.
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan variasi zat yang lebih banyak
agar perbandingan zat satu dengan zat lain lebih terlihat.
Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan percobaan pada suatu zat lebih
banyak agar koefisien viskositas lebih akurat.
Penelitian selanjutnya diharapkan memperhatikan hal-hal yang dapat
mempengaruhi koefisien viskositas seperti suhu, agar mengetahui lebih dalam
lagi.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://en.wikipedia.org/wiki/Terminal_Velocity
https://en.wikipedia.org/wiki/Hukum_Stokes
23
LAMPIRAN
24