Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat sungai yang mengalir dan
terdapat ikan di dalamnya. Air sungai tersebut sangat mudah dilalui oleh ikan,
bayangkan air tersebut digantikan oleh zat cair lain,seperti minyak, sabun cair,
atau lem. Secara logika ikan tersebut tidak akan bisa berenang lagi karena zat cair
tersebut kental dan lengket.kental dan lengketnya suatu zat cair tentunya dapat
mengganggu aktivitas sehari- hari contohnya memindahkan suatu zat cair yang
kental dari wadah ke wadah lain karena ketika zat tersebut dipindahkan masih
terdapat sisa. Viskositas atau kekentalan merupakan pengukuran dari
ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan maupun tegangan.(wikipedia).

Viskositas tidak hanya dimiliki oleh zat cair saja tetapi zat gas juga
mempunyai viskositas oleh karena itu semua fluida memiliki viskositas. Ada pula
fluida yang tidak mempunyai viskositas yaitu fluida ideal tetapi zat ini tentunya
sangat sulit dicari atau dibuat. Fluida ideal bisa dibuktikan dengan kelajuan fluida
setiap titik atau partikel sama.

Viskositas pada zat cair disebabkan karena adanya kohesi antar partikel fluida
sedangkan pada gas terjadi karena adanya tumbukan antar partikel gas. Viskositas
juga bisa dipengaruhi oleh beberapa hal,seperti suhu, konsentrasi larutan, berat
molekul solute, tekanan. Suhu bisa mempengaruhi viskositas karena adanya
gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu dinaikkan
sehingga viskositasnya menurun. Lalu konsentrasi larutan bisa mempengaruhi
viskositas karena gesekan antar partikel semakin tinggi ketika konsentrasi
larutanya tinggi sehingga viskositasnya tinggi. Selanjutnya berat molekul solute,
hal ini bisa mempengaruhi viskositas karena ketika solute berat bisa
mengahambat atau memberi beban yang berat pada fluida sehingga menaikkan
viskositas.

Zat fluida satu dengan zat fluida lainya memiliki viskositas yang berbeda-beda.
Besarnya kekentalan zat cair (viskositas)dinyatakan dengan suatu bilangan yang 
menentukan kekentalan suatu zat cair hokum viskositas Newton menyatakan
bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida tertentu maka tegangan geser
berbanding lurus dengan viskositas. Dalam peristiwa viskositas terdapat kelajuan

1
suatu benda yang dinamakan kecepatan terminal, hal ini terjadi ketika percepatan
suatu benda hilang karena kekentalan sutu zat yang dilalui oleh benda tersebut.
Dalam penentuan viskositas suatu zat, hokum stokes perlu dipahami karena
hokum ini ada kaitanya dengan viskositas. Atas dasar pemikiran tersebut, penulis
memilih judul penelitian “ Viskositas Zat Cair “.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menyusun rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana menentukan nilai koefisien viskositas suatu zat menggunakan
hukum stokes ?
2. Bagaimana nilai koefisien viskositas pada variasi zat cair ?
3. Bagaimana hubungan antara Panjang fluida, terhadap waktu untuk suatu
benda melewatinya ?
4. Apakah massa jenis fluida berpengaruh pada koefisien vsikotas suatu
fluida ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun oleh penulis, penulis
menyusun tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui penggunaan hukum stokes dalam menentukan nilai
koefisien viskositas suatu zat cair.
2. Untuk mengetahui nilai koefisien viskositas pada zat-zat cair yang akan
diteliti oleh penulis.
3. Untuk mengetahui hubungan antara panajang fluida terhadap waktu untuk
suatu benda melewatinya
4. Untuk mengetahui pengaruh massa jenis terhadap koefisien vsikotas suatu
fluida.
1.4 Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi penulis sendiri, peneliti
selanjutnya, dan masyarakat. Ada beberapa manfaat yang diharapkan oleh penulis
sebgai berikut.
1. Menambah wawasan,khususnya bagi penulis.
2. Memberi acuan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut.
3. Menerapkan peran viskositas dalam kehidupan.

2
1.5 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat yang akan
dipelajari sehingga menjadi variabel uang dapat diukur. Adanya definisi
operasional ini bertujuan agar tidak terjadi kesalah pahaman pembaca pada saat
membaca RBL ini. Ada pun kata-kata yang tersebut yaitu.
1. Viskositas adalah sifat fisik zat yang bergantung pada geseran molekul
komponenya ( KBBI ).
2. Kecepatan Terminal adalah kecepatan benda berbentuk bola bergerak
mengendap dalam fluida kental dengan keceptan konstan ( ardra.biz ).
3. Fluida adalah zat yang mudah mengalir ( KBBI ).

3
BAB 2

KAJIAN TEORI
2.1 Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar
kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin
sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida
tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat
cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat tumbukan antara molekul
gas.
Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang
disebut koefisien viskositas (η ). Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2
atau pascal sekon (Pa s). Ketika Anda berbicara viskositas Anda berbicara tentang
fluida sejati.
Fluida ideal tidak mempunyai koefisien viskositas. Apabila suatu benda
bergerak dengan kelajuan v dalam suatu fluida kental yang koefisien viskositasnya η ,
maka benda tersebut akan mengalami gaya gesekan fluida sebesar Fs = kη v, dengan k
adalah konstanta yang bergantung pada bentuk geometris benda.
2.2 Kecepatan Terminal

Kecepatan terminal adalah kecepatan tertinggi yang dapat dicapai oleh suatu objek


karena jatuh melalui fluida (udara adalah contoh paling umum). Ini terjadi ketika
jumlah gaya drag ( F  d ) dan daya apungsama dengan gaya gravitasi ( F  G ) yang bekerja
pada objek. Karena gaya total pada objek adalah nol, objek memiliki akselerasi nol . [1]

Dalam dinamika fluida , suatu benda bergerak dengan kecepatan terminalnya


jika kecepatannyakonstan karena gaya penahan yang diberikan oleh fluida yang
dilaluinya bergerak [2] .

Ketika kecepatan suatu benda meningkat, demikian juga gaya seret yang bekerja
padanya, yang juga tergantung pada zat yang dilewatinya (misalnya udara atau air). Pada
kecepatan tertentu, gaya hambat atau gaya resistensi akan sama dengan tarikan gravitasi
pada objek (daya apung dianggap di bawah). Pada titik ini objek berhenti untuk
berakselerasi dan terus jatuh pada kecepatan konstan yang disebut kecepatan terminal
(juga disebut kecepatan pengendapan). Objek yang bergerak ke bawah lebih cepat
daripada kecepatan terminal (misalnya karena dilemparkan ke bawah, jatuh dari bagian
atmosfer yang lebih tipis, atau berubah bentuk) akan melambat hingga mencapai

4
kecepatan terminal. Seret tergantung pada area yang diproyeksikan, di sini, penampang
atau siluet objek dalam bidang horizontal. Objek dengan area proyeksi besar relatif
terhadap massanya, seperti parasut, memiliki kecepatan terminal yang lebih rendah
daripada objek dengan area proyeksi kecil relatif terhadap massanya, seperti peluru.

2.2.1 Penurunan Kecepatan Terminal

Dengan menggunakan istilah matematika, yang didefinisikan sebagai


positif, gaya total yang bekerja pada benda yang jatuh di dekat permukaan
bumi adalah (sesuai dengan persamaan drag ):

1
F net=ma=mg− ρ v 2 A Cd
2

dengan v ( t ) kecepatan objek sebagai fungsi waktu t .

Pada keseimbangan , yang gaya total adalah nol ( F  net = 0) dan kecepatan


menjadi terminal kecepatan lim 
t → ∞  v ( t ) = V t :
1
mg− ρ V t 2 ACd=0
2

Memecahkan untuk hasil V  t

2mg
❑❑ V t =
√ ρAC d

2.2.2 Kecepatan Terminal Dalam Aliran yang Merayap

Untuk geralam fluida uang sangat lambat, gaya inersia fluida dapat
diabaikan ( asumsi fluida tidak bermassa ) dibandingkan dengan gaya lain.
Aliran ini disebut aliran merayap dan kondisi yang harus dipenuhi untuk
aliran yang akan mengalir adalah angka Reynolds. Persamaan gerak untuk
aliran creeping ( persamaan Navier Stokes disederhanakan ) diberikan oleh
∇ p=μ ∇ 2 v

5
Gambar 2.2 Creeping mengalir melewati bola
Sumber : en.wikipedia.org

2.3 Hukum Stokes

Pada tahun 1851, George Gabriel Stokes memperoleh ekspresi, yang sekarang dikenal


sebagai hukum Stokes , untuk gaya gesekan - juga disebut gaya seret - diberikan pada benda-
benda berbentuk bola dengan angka Reynolds yang sangat
kecil dalam cairan kental . [1] Hukum Stokes diturunkan dengan memecahkan batas aliran
Stokes untuk bilangan Reynolds kecil dari persamaan Navier-Stokes .

Kekuatan viskositas pada bola kecil yang bergerak melalui cairan kental diberikan oleh: [3]

❑❑ F d =6 πRμv

dimana:

 F  d adalah gaya gesek - yang dikenal sebagai gaya tarik Stokes 'yang bekerja pada
antarmuka antara fluida dan partikel
 μ adalah viskositas dinamis (beberapa penulis menggunakan simbol η )
 R adalah jari-jari benda bulat
 v adalah kecepatan aliran relatif terhadap objek.

Dalam satuan SI , F  d diberikan dalam newton (= kg ms -2 ), μ di Pa · s (= kg m -1 s -


1
 ), R dalam meter, dan v dalam m / s.

Hukum Stokes membuat asumsi berikut untuk perilaku partikel dalam fluida:

 Aliran laminar
 Partikel berbentuk bola
 Bahan homogen (seragam dalam komposisi)
 Permukaan halus
 Partikel tidak saling mengganggu.

6
2.3.1 Kecepatan Terminal Bola Jatuh Dalam Fluida

Pada kecepatan terminal (atau settling) , gaya berlebih F g karena


perbedaan antara berat dan daya apung bola (keduanya disebabkan
oleh gravitasi [7] ) diberikan oleh:

4
❑❑ F g =( ρ p− ρf ) g π R3
3

dengan ρ p dan ρ f yang kepadatan massa lingkup dan cairan, masing-


masing, dan g yang percepatan gravitasi . Membutuhkan keseimbangan
gaya F d  =  F g dan penyelesaian untuk kecepatan v memberikan
kecepatan terminal v s . Perhatikan bahwa karena gaya berlebih
meningkat seiring R 3 dan seret Stokes meningkat saat R , kecepatan
terminal meningkat seiring R 2dan karenanya sangat bervariasi dengan
ukuran partikel seperti yang ditunjukkan di bawah ini. Jika sebuah
partikel hanya mengalami beratnya sendiri ketika jatuh dalam cairan
kental, maka kecepatan terminal tercapai ketika jumlah gaya gesek
dan gaya apung pada partikel karena fluida tepat menyeimbangkan gaya
gravitasi . Kecepatan v ini (m / s) diberikan oleh: 

2 ( ρ p −ρf )
v= g R2 vvv
9 μ

(vertikal ke bawah jika ρ  p  >  ρ  f , ke atas jika ρ  p  <  ρ  f  ), di mana:

 g adalah kekuatan medan gravitasi (m / s 2 )


 R adalah jari-jari partikel bola.
 ρ  p adalah massa jenis partikel (kg / m 3 )
 ρ  f adalah densitas massa cairan (kg / m 3 )
 μ adalah viskositas dinamis (kg / m * s).

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk memecahkan suatu
masalah, atau untuk menerangkan suatu gejala (Donald Ary, 1992 : 120). Hipotesis yang
7
kami ajukan yaitu, setiap zat cair yang berbeda memiliki koefisien viskositas yang berbeda
pula.

8
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penulis melakukan penelitian dengan cara eksperimen, oleh karena itu
penulis menggunakan metode penelitian eksperimental. Metode eksperimental
adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan
sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan pengaruh variabel
yang lain. ( Zulnaidi, 2007: 17).
3.2 Rancangan Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, penulis telah merancang penelitian
menjadi beberapa tahap dengan rincian sebagai berikut.
a) Persiapan : Menyiapkan segala sesuatu yang akan dibutuhkan pada saat
penelitian.
b) Pelaksanaan : Melaksanakan penelitian yang sebelumnya sudah dirancang
sedimikian rupa.
c) Analisis : Menganalisis data hasil penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini penulis memiliki beberapa variabel yang diantaranya


akan menjadi populasi atau sampel. Populasi adalah generalisasi dari objek
maupun subjek penelitian yang memiliki karakteristik dan ditentukan oleh
peneliti untuk dipelajari, lalu diambil sebuah kesimpulan. ( Sugiyono, 2011:80).
Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti, yang sudah
tentu mampu secara representative dapat mewakili populasinya (Sabar,2007).

3.3.1 Populasi

Zat cair kental yang sering dijumpai di kehidupan sehari-hari.

3.3.2 Sampel

Penulis menentukan minyak, minyak tanah, oli yang berada dalam pipa uji
coba sebagai sampel dalam penelitian ini.

3.4 Instrumen Penelitian


Hasil dari penelitian ini, penulis akan mendapatkan data yang nantinya
akan dianalisis, oleh karena itu penulis membutuhkan instrumen penelitian
berupa pipa uji coba penelitian dan sebuah bola besi. Instrumen penelitian
9
adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. (Arikunto,
2006:160).
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Penulis megumpulkan data dari hasil penelitian yang berupa angka,oleh
karena itu penulis menggunakan metode kuantitatif sebagai teknik pengumpulan
data. Data yang didapatkan dari penelitian akan dimasukkan ke dalam tabel
penelitian yang telah dibuat oleh penulis. Berikut ini merupakan tabel
pengamatan yang akan digunakan pada saat penelitian.

MINYAK MINYAK TANAH OLI


D
t1
t2
t3
 t́
 η
 ή

3.6 Prosedur Penelitian


Dalam penelitian ini dibutuhkan adanya prosedur penelitian agar lebih
rapih, sistematis, dan mengurangi adanya kesalahan dalam penelitan. Ada empat
tahap prosedur dalam peneltian ini, yang pertama membuat pipa uji coba, yang
kedua menghitung massa jenis zat cair, yang ketiga menghitung massa jenis
kelereng, dan yang keempat menghitung viskositas zat cair. Berikut ini
merupakan alat, bahan, dan Cara kerja dalam penelitian.
3.6.1 Alat
a) Gelas ukur
b) Kelereng
c) Penggaris
d) Jangka Sorong
e) Stopwatch
Gambar 3.6 Pipa Uji Coba
f) Neraca
g) tali
10
3.6.2 Bahan
a) Oli
b) Minyak tanah
c) Minyak goreng
d) Pipa bening
e) Sumbat karet
3.6.3 Cara Kerja
3.6.3.1 Membuat Pipa Uji Coba
a) Pipa bening dipotong sepanjang 50 cm dengan diameter 1,5 cm
b) Kedua ujung pipa disumbat menggunakan sumbat karet

3.6.3.2 Menghitung Massa Jenis Zat Cair


a) Zat cair yang akan diuji dimasukkan kedalam gelas ukur sebanyak
10 mL
b) Gelas ukur yang sudah dimasukkan zat cair ditimbang
menggunakan neraca
c) Massa jenis zat cair dapat dihitung dengan rumus berikut
massa zat cair
d) ρ zat cair=
volume zat cair
3.6.3.3 Menghitung Massa Jenis kelereng
a) Ukur diameter kelereng menggunakan jangka sorong
b) Timbang kelereng menggunakan neraca
c) Hitung massa jenis kelreng dengan rumus

massa kelreng
ρkelereng=
1
π (diameter kelereng)2
4

3.6.3.4 Menghitung viskositas zat cair


a) Masukkan zat cair dan kelereng ke dalam pipa uji coba

11
b) Tempatkan dua tali sebagai jarak ( d ) pada botol yang akan
ditempuh kelereng dalam zat cair
c) putar ujung pipa uji coba sebesar 180 derajat dari posisi awal,
sehingga kelereng bisa menempuh jarak “d”
d) Catat waktu yang diperlukan bola ketika bergerak menempuh jarak
“d”
e) Lakukan percobaan sebanyak tiga kali dengan kelreng yang sama
dan jarak “d” yang berbeda
f) Ulangi langkah a sampai e untuk jenis zat cair yang berbeda

3.7 Teknik Pengolahan Data


Data yang diperoleh dari penelitian akan dimasukkan kedalam tabel pengamatan,
setelah itu akan diolah menggunakan rumus yang diperoleh dari penurunan Hukum
Stokes. Berikut ini merupakan rumus hasil penurunan dari Hukum Stokes untuk
mencari koefisien kekentalan suatu zat cair ( viskositas ).
2
d 2 g r (ρkelereng−ρzat cair)
=
t 9η

12
BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Uji Coba

4.1.1 Menghitung Massa Jenis Zat Cair

Massa Volume ρ
minyak goreng 8,5 gram 10 mL 850 kg/m3
minyak tanah 8,1 gram 10 mL 810 kg/m3
Oli 8,8 gram 10 mL 880 kg/m3
Tabel 4.1.1 Menghitung Massa Jenis Zat Cair

1.1.2 Menghitung Massa Jenis Bola

m massa bola
ρ= =
V volume bola

Massa bola = 3,5 gram = 3,5 x 10-3 KG


Volume bola = 69 mm3 = 6,9 x 10-8 m3

m 3,5 x 10−3 KG
ρ= = = 50724,64 KG/m3
V 6,9 x 10−8 M 3

1.1.3 Data Pada Zat Cair Minyak

Minyak
panjang antar tali t1 t2 t3
D1 = 20cm 0.2 0.34 0.5
D2 = 25cm 0.22 0.36 0.56
D3 = 30cm 0.2 0.36 0.5
Tabel 4.1.2 Data Percobaan Zat Cair Minyak

13
1.1.4 Data Pada Zat Cair Minyak Tanah

minyak tanah
panjang antar tali t1 t2 t3
D1 = 20cm 0.11 0.12 0.11
D2 = 25cm 0.22 0.2 0.2
D3 = 30cm 0.28 0.29 0.28
Tabel 4.1.3 Data Percobaan Zat Cair Minyak Tanah

1.1.5 Data Pada Zat Cair Oli

Oli
panjang antar tali t1 t2 t3
D1 = 20cm 0.46 0.48 0.46
D2 = 25cm 0.79 0.8 0.8
D3 = 30cm 1.1 1.12 1.11
Tabel 4.1.4 Data Percobaan Zat Cair Oli

Dari data hasil uji coba yang telah dikumpulkan, data akan penulis olah lebih
lanjut untuk menemukan koefisien vsikotas dari masing-masing zat cair dan

Tabel 4.1.4 Hasil Pengamatan

selanjutnya pada akhirnya akan dimasukan ke dalam tabel pengamatan

4.1.6 Menghitung Koefisien Vsikositas Minyak


0.2+0.22+0.2
t́ D1 = = 0.21 s
3
0.36+0.36+ 0.36
t́ D2 = = 0.36 s
3
0.5+0.5+0.5
t́ D1 = = 0.5 s
3
14
2
d 2 g r (ρkelereng−ρzat cair) ⟺
=
t 9η

2 tg r 2( ρkelereng− ρzat cair)


η=
9d

2
2. 0,21. 10. ( 9,4 . 10−3 ) (5724,64−840)
η D 1= = 0,009 kg/ms
9 .0,2

2
2 .0,36 . 10. ( 9,4 . 10−3 ) .(5724,64−840)
η D 2= = 0,019 kg/ms
9. 0,25

2
2 .0,5 . 10. ( 9,4 . 10−3 ) .(5724,64−840)
η D 3= = 0,031 kg/ms
9. 0,3

ηD 1+ ηD 2+η
ή Minyak = D3
= 0.019 kg/ms
3

4.1.7 Menghitung Koefisien Viskositas Minyak Tanah

0.1+0.12+0.115
t́ D1 = = 0.11 s
3
0.21+0.21+0.2
t́ D2 = = 0.21 s
3
0.28+0.29+0.28
t́ D1 = = 0.28 s
3
2
d 2 g r (ρkelereng−ρzat cair) ⟺
=
t 9η

2 tg r 2( ρkelereng− ρzat cair)


η=
9d

2
2 .0,11 . 10. ( 9,4 . 10−3 ) (5724,64−810)
η D 1= = 0,005 kg/ms
9 . 0,2

15
2
2 .0,21 . 10. ( 9,4 .10−3 ) .( 5724,64−810)
η D 2= = 0,011 kg/ms
9 . 0,25

2
2 .0,28 . 10. ( 9,4 . 10−3 ) .(5724,64−810)
η D 3= = 0,018 kg/ms
9. 0,3

ηD 1+ ηD 2+η
ή Minyak Tanah = D3
= 0.016 kg/ms
3

4.1.8 Menghitung Koefisien Viskositas Oli

0.46+0.48+ 0.46
t́ D1 = = 0.47 s
3
0.79+0.80+0.80
t́ D2 = = 0.80 s
3
1.1+ 1.12+1.11
t́ D1 = = 1.11 s
3
2
d 2 g r (ρkelereng−ρzat cair) ⟺
=
t 9η

2 tg r 2( ρkelereng− ρzat cair)


η=
9d

2
2 .0,47 . 10. ( 9,4 . 10−3 ) (5724,64−880)
η D 1= = 0,014 kg/ms
9 .0,2

2
2 .0,80 . 10. ( 9,4 . 10−3 ) .(5724,64−880)
η D 2= = 0,029 kg/ms
9 . 0,25

2
2 .1,11 . 10. ( 9,4 . 10−3 ) .(5724,64−880)
η D 3= = 0,048 kg/ms
9 . 0,3

ηD 1+ ηD 2+η
ήOli = D3
= 0.030 kg/ms
3

16
4.2 Analisis data

Dari penelitian yang telah dilakukan penulis dapat menghitung koefisien


vsikotas zat cair dengan cara penurunan hokum 1 newton, yang dijelaskan
sebagai berikut;

Hk.1 newton
Σ F=0
Fa + fges = W
ρf .Vbf . g+ 6. π . r . η . v= ρb. Vb . g
4
( ρb−ρf ) . . π . r 3 . g
3
η=
6. π . r . v
2 ( ρb−ρf ) . r 2 . g
v= .
9 η
2
d 2. g . r .(ρb−ρf )
=
t 9η

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis melalui eksperimen yang
dilanjutkan mengumpulkan data dan menganalisisnya, penulis mendapatkan
nilai koefisien vsikotas beberapa zat cair yang telah diteliti sebagai berikut ;

zat cair koefisien viskositas


minyak goreng 0,019 kg/ms
minyak tanah 0,016 kg/ms
Oli 0,030 kg/ms
Tabel 4.2.1 Data Koefisien Viskositas

Dan dengan paparan grafik sebagai berikut;

17
Grafik t Terhadap D Minyak
0.6
0.5 0.5
f(x) = 0.17 x
0.4 R² = 1
0.3 0.34

t
0.2 0.2
0.1
0

Gambar 4.2.1 Grafik t Terhadap D Minyak

Grafik diatas merupakan grafik t terhadap d pada zat cair minyak goreng, kami
melakukan tiga kali percobaan yang masing-masing ditunjukan oleh tiga garis
berwarna orens abu dan juga biru. Dapat dilihat rata-rata garis memiliki
persamaan y = 0,1729x dan memiliki nilai “R-Squared” sebesar 0,9715. Dari
bentuk kurva yang terbentuk dari D dan juga t dapat disimpulkan nilai D dan t
berbanding lurus dimana semakin besar nilai D semakin besar pula nilai t.

Grafik t Terhadap D Minyak Tanah


0.35
0.3
0.25 f(x) = 0.1 x
R² = 1
0.2
0.15
0.1
0.05
0
D1 D2 D3

Gambar 4.2.2 Grafik t Terhadap D Minyak Tanah

Grafik diatas merupakan grafik t terhadap d pada zat cair minyak tanah, kami
melakukan tiga kali percobaan yang masing-masing ditunjukan oleh tiga garis
berwarna orens abu dan juga biru. Dapat dilihat rata-rata garis memiliki
persamaan y = 0,0964x dan memiliki nilai “R-Squared” sebesar 0,9778. Dari
bentuk kurva yang terbentuk dari D dan juga t dapat disimpulkan nilai D dan t
berbanding lurus dimana semakin besar nilai D semakin besar pula nilai t.

18
Grafik t Terhadap D Oli
1.2
f(x) = 0.39 x
1 R² = 1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3

Gambar 4.2.3 Grafik t Terhadap D Oli

Grafik diatas merupakan grafik t terhadap d pada zat cair minyak goreng, kami
melakukan tiga kali percobaan yang masing-masing ditunjukan oleh tiga garis
berwarna orens abu dan juga biru. Dapat dilihat rata-rata garis memiliki
persamaan y = 0,385x dan memiliki nilai “R-Squared” sebesar 0,9596. Dari
bentuk kurva yang terbentuk dari D dan juga t dapat disimpulkan nilai D dan t
berbanding lurus dimana semakin besar nilai D semakin besar pula nilai t.

Perbandingan Massa Jenis fluida


900
880
860
840
820
800
780
760
minyak tanah minyak goreng oli

Gambar 4.2.4 Grafik Perbandingan Massa Jenis Fluida

Grafik di atas merupakan perbandingan massa jenis dari ketiga jenis zat cair
yang diteliti. Dari grafik dapat terlihat perbandingan massa jenis minyak tanah
yang paling rendah disbanding zat cair lainnya, dan massa jenis oli sebagai
yang paling tinggi dibandng zat cair yang lainnya. Perbandingan massa jenis
zat cair tersebut akan berpengaruh pada perbandingan koefisien vsikotas dari
ketiga zat cair tersebut.

19
Perbandingan koefisien vsikotas
0.04
0.03
0.03
0.02
0.02
0.01
0.01
0
minyak tanah minyak goreng oli

Gambar 4.2.5 Grafik Perbandingan Koefisien Vsikotas Fluida

Grafik diatas merupakan perbandingan koefisian vsikotas ketiga zat cair yang
diteliti. Dari grafik dapat terlihat perbandingan koefisien vsikotas minyak
goreng dengan minyak tanah yang tidak terlalu jauh karena memang
perbandingan massa jenis mereka juga yang tidak terlalu jauh, sedangkan
koefisien vsikotas oli lebih besar disbanding minyak goreng maupun minyak
tanah, sehingga dapat juga disimpulkan oli lah zat cair yang paling kental
diantara ke tiganya.

4.3 Hasil Penelitian

Dari penelitian yang telah dilaksanakan, penelitian ini menghasilkan tiga


hasil.

Hasil pertama yaitu panjang jarak antar tali (D) berpengaruh pada waktu
tempuh (t), hal ini sesuai dengan hipotesis penulis, semakin besar nilai
Panjang jarak antar tali (D) semakin besar pula waktu yang diperlukan untuk
melewatinya (t), begitu pun sebaliknya , semakin kecil nilai Panjang jarak
antar tali (D) semakin kecil pula waktu yang diperlukan untuk melewatinya
(t).

Sedangkan hasil kedua yaitu massa jenis fluida (ρf ¿berpengaruh pada
nilai koefisien viskositas (η ¿, hal ini juga sesuai dengan hipotesis penulis,
semakin besar nilai massa jenis dari satu zat cair (ρf ¿ semakin besar nilai
koefisien vsikotas zat cair (η ¿ tersebut, begitu pun sebaliknya, semakin kecil
nilai massa jenis suatu zat cair (ρf ¿ semakin kecil pula nilai koefisien
vsikotas zat cair (η ¿ tersebut. Hal ini dikarenakan massa jenis merupakan
20
kerapatan suatu zat, sehingga merupakan pengaruh utama kekentalan suatu
fluida.

Sedangkan hasil ketiga yaitu setiap zat cair yang berbeda jenis, memiliki
koefisien vsikotas yang berbeda-beda, hal ini sesuai dengan hipotesis penulis,
hal ini dikarenakan setiap zat cair berbeda memiliki massa Janis yang
berbeda pula, hal ini tentu menyebabkan nilai koefisien vsikotas yang
berbeda-beda pula. Namun nilai koefisien vsikotas dari zat cair yang telah
kami teliti belum sesuai sempurna dengan literatur, hal ini dikareakan
penghitungan massa jenis fluida dan bola yang belum sempurna dan juga
ketidaktepatan dalam mengukur waktu dengan stopwatch bola melewati tali
pada pipa percobaan. Berikut merupakan table nilai koefisien vsikotas dari
hasil penelitian penulis ;

zat cair koefisien vsikotas


minyak goreng 0,019 kg/ms
minyak tanah 0,016 kg/ms
Oli 0,030 kg/ms

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa ;
1. Semakin besar jarak antara dua tali, maka akan semakin lama waktu yang
diperlukan bola untuk melewatinya
2. Semakin lama waktu yang diperlukan, maka koefisien vsikotas suatu zat
cair semakin besar, sesuai dengan sifat alami vsikotas “kekentalan” yang
menghambat gerak benda yang melewatinya.
3. Massa jenis suatu zat cair, yang merupakan kerapatan dari suatu fluida,
mempengaruhi koefisien vsikotasnya, dimana massa jenis fluida
berbanding lurus dengan koefisien vsikotas fluida.
4. Setiap zat cair yang berbeda memiliki koefisien viskositas yang berbeda
pula
5. Tali perlu diletakan beberapa sentimeter dari ujung pipa hingga benda
(bola) mencapai v terminal. Benda memerlukan beberapa saat hingga
21
mencapai keadaan Gerak Lurus Beraturan (GLB) yang awalnya Gerak
Lurus Berubah Beraturan (GLBB) oleh percepatan gravitasi karena
hambatan dari kekentalan fluida.
6. Persamaan umum kecepatan terminal untuk sembarang benda :
Vb . g .(ρb−ρf )
Vt =
K.η
dengan vb = volume benda dan K = Konstanta benda

5.2 Saran
Setelah kami melakukan penelitian ini, kami menyarankan kepada peneliti
yang ingin meneliti topik ini lebih dalam untuk memperhatikan hal-hal berikut
ini
 Pada saat percobaan untuk mengambil data berupa waktu yang dibutuhkan
kelereng menempuh jarak “d”, alangkah baiknya direkam karena jika
menggunakan zat fluida yang tidak kental seperti air, kelereng akan melaju
dengan cepat sehingga tidak kasat mata. Dengan direkam, kelreng akan
terlihat frame by frame sehingga mudah dicari waktu tempuhnya.
 Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan pipa yang lebih panjang
karena apabila menggunakan zat fluida yang tidak kental seperti air,ketika
pipa uji coba diputar kelereng akan melewati batas tali terlebih dahulu
sebelum pipa uji coba tegak lurus dengan bidang datar.
 Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan variasi zat yang lebih banyak
agar perbandingan zat satu dengan zat lain lebih terlihat.
 Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan percobaan pada suatu zat lebih
banyak agar koefisien viskositas lebih akurat.
 Penelitian selanjutnya diharapkan memperhatikan hal-hal yang dapat
mempengaruhi koefisien viskositas seperti suhu, agar mengetahui lebih dalam
lagi.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://en.wikipedia.org/wiki/Terminal_Velocity

https://en.wikipedia.org/wiki/Hukum_Stokes

Mardijanti,DS.2018.Catatan Fisika-koe.Bandung : Baik

Nurachmandani, setya.2009.Fisika 2.Jakarta: Departemen Pendidikan

23
LAMPIRAN

24

Anda mungkin juga menyukai