Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

I.             LATAR BELAKANG MASALAH


Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan
antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-
gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair
(viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat
cair. Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut
fluida yang tertentu maka tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas.
Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang
dimasukkan kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa gesekan
antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh, apabila kita
memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula
turun dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Bola
kecil tersebut pada saat tertentu mengalami sejumlah perlambatan hingga mencapai
gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil menjelaskan bahwa adanya suatu
kemampuan yang dimiliki suatu zat cair sehingga kecepatan bola berubah. Mula-mula
akan mengalami percepatan yang dikarenakan gaya beratnya tetapi dengan sifat
kekentalan cairan maka besarnya percepatannya akan semakin berkurang dan
akhirnya nol. Pada saat tersebut kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan terminal.
Hambatan-hambatan dinamakan sebagai kekentalan (viskositas). Akibaat viskositas 
zat cair itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastic terhadap
kecepatan batu.
Aliran viskos, dalam berbagai masalah keteknikan pengaruh viskositas pada
aliran adalah kecil, dan dengan demikian diabaikan. Cairan kemudian dinyatakan
sebagai tidak kental (invicid) atau seringkali ideal dan diambil sebesar nol. Tetapi jika
istilah aliran viskos dipakai, ini berarti bahwa viskositas tidak diabaikan.
Untuk benda homoogen yang dicelupkan kedalam zat cair ada tiga kemungkinan
yaitu, tenggelam, melayang, dan terapung.
II.            RUMUSAN MASALAH
1.    Apakah pengertian dari viskositas?
2.    Bagaimana konsep viskositas?
3.    Bagaimana cara mengukur viskositas?
4.    Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas?
5.    Bagaimana pengaplikasian viskositas dalam kehidupan sehari-hari?
III.           TUJUAN MAKALAH
1.    Mengetahui pengertian dari viskositas secara umum dan mater-materi yang
dikandungnya.
2.    Mengetahui konsep viskositas.
3.    Mengetahui cara mengukur viskositas.
4.    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas.
5.    Mengetahui penerapan atau pengaplikasian viskositas dalam kehidupan sehari-hari.
 
 
BAB II
LANDASAN TEORI
I.             VISKOSITAS
Viskositas adalah ukuran hambatan aliran yang ditimbulkan fluida bila fuida
tersebut mengalami tegangan geser. Biasanya diterima sebagai "kekentalan", atau
penolakan terhadap penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluida
kepada aliran dan dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluida.
Air memiliki viskositas rendah, sedangkan minyak sayur memiliki viskositas tinggi.

Besar gaya F yang diperlukan untuk menggerakkan suatu


lapisan fluida dengan kelajuan tetap v untuk luas A dan letaknya pada jarak y dari suatu
permukaan yang tidak bergerak dinyatakan oleh penurunan rumus :

F=ηA
Keterangan :
η = koefisien viskositas
Av = besar gaya F yang diperlukan untuk menggerakkan suatu lapisan fluida
y = letak sesuatu dari permukaan yang tidak bergerak
Satuannya kg m-1 s-1.
Catatan pada viskositas :
1. Aliran viskositas (viscous flow). Dalam berbagai masalah keteknikan pengaruh
dari viskositas pada aliran adalah kecil, dan dengan demikian diabaikan. Cairan
kemudian dinyatakan sebagai tidak kental (invicid) atau, seringkali, ideal, dan µ diambil
sebesar nol. Tetapi kalau istilah aliran viskos dipakai, ini berarti bahwa viskositas tidak
diabaikan.
2. Kecepatan (velocity). Dalam aliran viskos hokum dasarnya adalah bahwa
kecepatan fluida pada tepi batas harus sama dengan kecepatan dari tepi batas itu.
Sebaliknya, ada gradient kecepatan sangat kecil di sebelah tepi batas dan, karena

R = µA , suatu tegangan geseran tak hingga.


3. Tegangan geser (shear strength). Telah diketahui benar bahwa cairan yang tidak
bergerak tidak memiliki tegangan geser, karena dalam keseluruhan mereka berubah
bentuk untuk mengisi tempatnya, bagaimanapun juga bentuknya. Akan tetapi, ketika
sedang bergerak, mereka mempunyai tegangan geser, karena kalau R adalah
hambatan viskosnya yang terjadi meliputi luas A tegangan geser adalah

=µ .

4. Dimensi-dimensi dariµ. Karena hambatan viskos, R = µA , µ mempunyai

dimensi-dimensi dari tegangan dibagi dengan gradient kecepatan yaitu:


(MT-2L-1) ÷ (LT-1/L) = ML-1T-1
Cara lain untuk melukiskan satuan-satuan ini didapatkan dengan menyatakan µ dalam

bentuk µ = , darimana mereka dapat didefinisikan sebagai NS/m2 , yaitu :


1kg/ms = 1 Ns/m2
Dalam system c.g.s. satuan-satuan dari µ adalah poise, yang sama dengan 1 g/(cm
detik). Jadi:
1 kg/ms = 10 poise = 1000 centipoise.

5. Koefisien viskositas kinematis (Coeficient of kinematic viscosity), v(nu),

didefinisikan sebagai v = . V diukur dengan m2/s atau dalam Stokes, 1 Stoke


adalah 1 cm2/s, dan hubungan antara keduasatuanini:
1 centistoke (cSt) = 10-6 m2/s
Dimana1 Stoke = 100 centistokes.

6. Hambatanviskos (viscos drag). RumusR = µA dapat dipakai pada gerak


relative dua silinder konsentris (dengan cairan diantaranya) dari diameter yang hamper
sama . Ini mirip dengan rencana keteknikan biasa , yang terdapat misalnya, pada
poros, dilumasi dengan minyak, berputar di dalam bantalannya.

II.            KONSEP VISKOSITAS


Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya
gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul
yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida fluida tersebut
mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik
menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh
tumbukan antara molekul (Bird, 1993).
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya,
fluida yang lebih kental biasanya lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli,
madu, dan lain-lain. Hal ini bias dibuktikan dengan menuangkan air dan minyak goreng
diatas lanyai yang permukaannya miring. Pasti hasilnya air lebih cepat mengalir dari
pada minya goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida  juga bergantung pada
suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya
ketika ibu menggoreng ikan di dapur, minyak goreng yang awalnya kental, berubah
menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu zat gas,
semakin kental zat gas tersebut.
Perlu diketahui bahwa viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida rill (rill =
nyata). Fluida rill / nyata adalah fluida yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari,
seperti air sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida rill berbeda dengan fluida ideal.
Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya
model yang digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida
ideal ini yang kita pakai dalam pokok bahasan fluida dinamis) (Bird, 1993).
Satuan system internasional (SI) untuk koifisien viskositas adalah Ns/m 2 = Pa.S
(pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk SI koifisien viskositas
adalah dyn.s/cm2 = poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipolse (cp). 1
cp = 1/1000 p. satuan poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Prancis,
almarhum Jean Louis Marie Poiseuille.
            1 poise = 1 dyn. s/cm2 = 10-1 N.s/m2
Fluida adalah gugusan molukel yang jarak pisahnya besar, dan kecil untuk zat
cair. Jarak antar molukelnya itu besar jika dibandingkan dengan garis tengah molukel
itu. Molekul-molekul itu tidak  terikat pada suatu kisi, melainkan saling bergerak bebas
terhadap satu sama lain. Jadi kecepatan fluida atau massanya kecapatan volume tidak
mempunyai makna yang tepat sebab jumlah molekul yang menempati volume tertentu
terus menerus berubah (while, 1988).
Fluida dapat digolongkan kedalam cairan atau gas. Perbedaan-perbedaan utama
antara cair dan gas adalah :
a.    Cairan praktis tidak kompersible, sedangkan gas kompersible dan seringkali harus
diperlakukan demikian.
b.    Cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan-permukaan bebas,
sedangkan agar dengan massa tertentu mengembang sampai mengisi seluruh bagian
wadah tempatnya (While, 1988).

III.           PENGUKURAN VISKOSITAS


Peralatan untuk mengukur viskositas disebut viscometer. Terdapat berbagai
jenis viscometer yang berbeda, tetapi, karena sasaran makalah ini adalah untuk
membuktikan prinsip-prinsip tertentu dari hidrolika, bukan untuk menjelaskan
permesinan hidrolik dan peralatannya, makahal ini dapat dicari pada sumber lain. Untuk
mempermudah, disebutkan tiga cara untuk menentukan µ, yaitu:
a.    Dengan viscometer torsi

Rumus R = µA dipakai pada silinder konsentris.


b.    Dengan viscometer Ostwald
Pada viscometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah
tertentu cairan (misalnya 10 cm3, bergantung pada ukuran viscometer) dipipet kedalam
viscometer. Cairan kemudian dihisap melalui labu pengukur dari viscometer sampai
permukaan cairan lebih tinggi daripada batas a. cairan kemudian dibiarkan turun ketika
permukaan cairan turun melewati batas a, stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan
melewati tanda batas b, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk
melalui jarak antara a dan b dapat ditentukan. Tekanan ρ merupakan perbedaan antara
kedua ujung pipa U dan besarnya disesuaikan sebanding dengan berat jenis cairan
(Respati,1981).
Berdasarkan hokum Heagen Poisuille :

Dimana :
p= tekanan hidrostatis
r= jari-jari kapiler
t = waktu aliran zat cair sebanyak volume V dengan beda tinggi h
L= panjang kapiler
Untuk air :
Ŋair = πρr4 . ta . pa.g.h / ( 8VL)

Secara umum berlaku :


Ŋx = πρr4 . tx . px.g.h / ( 8VL)

Jika air digunakan sebagai pembanding, maka :


Ŋx / ŋair = tx.ρx / taρa

c.    Dengan hokum stokes untuk bola jatuh.

Rumus Stokes:

Dimana F adalah hambatan yang dialami oleh bola sangat kecil dengan jari-jari r
yang jatuh bebas melalui cairan yang viskositasnya µ dengan keceptan v. Rumus
Stokes hanya berlaku bila Reynolds untuk aliran kurang dari (sekitar) 1, bilangan
Reynolds didefinisikan sebagai :
 

Dimana d adalah diameter


dari bola. Dengan kata lain, rumus
Stokes hanya berlaku pada kecepatan sangat kecil, tetapi bagaimana kecilnya juga
tergantung pada v dan d.

Arti dari bilangan Reynolds kritis Re = 1 , adalah bahwa Re 1 aliran melalui


bola adalah viskos dan hambatan pada gerakan adalah hambatan viskos, dimana pada
Re 1 aliran melalui bola adalah turbulen dan hambatan pada gerakan adalah
campuran dari gesekan dan hambatan bentuk akibat aliran turbulen.
d.    Viscometer cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar Bob dan
dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah. Kelemahan
viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan gesekan yang tinggi
disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penemuan konsentrasi.
Penurunan konsentrasi ini menyebebkan bagian tengah zat yang ditekan keluar
memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Bird, 1993).

e.    Viscometer Cone dan Plate


Cara pemakaiannya adalah sampek yang ditempatkan di tengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor
dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit antara
papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Bird, 1993).

f.     Viscometer hoppler


Pada viscometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah
bola logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya
gravitasi akan jatuh melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya),
dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum.
Kecepatan maksimum akan tercapai bila gravitasi sama dengan fictional resistance
medium (Bird,1993).
Berdasarkan hokum stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi
keseimbangan sehingga : gaya gesek = gaya berat, gaya Archimedes :
6πrVmax = 4/3 r3 (ρbola – ρcair) g
Ŋ = { 2/g r3 (ρbola – ρcair) g } / Vmax
Vmax = h / t

Dimana :
t = waktu jatuh bola pada ketinggian h
Dalam percobaan ini dipakai cara relative terhadap air, harganya :
Ŋa = [ 2/g r2 (ρa – ρ1) g ta ] / h
Ŋx = [ 2/g r2 (ρx– ρ1) g tx ] / h
Ŋx/ Ŋa = [ (ρx – ρ1) g tx ] / [ (ρa – ρ1) g ta ]

IV.          FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VISKOSITAS


Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas :
1.            Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun,
dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel
cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya.
2.            Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan
menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak
partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan viskositasnya semakin
tinggi pula.
3.            Berat molekul solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan adanya solute
yang berat akan menghambat atau member beban yang berat pada cairan sehingga
manaikkan viskositas.

4.            Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.

V.           VISKOSITAS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


1.     Teori Dasar Viskositas merupakan suatu sifat fluida yang mendasari
diberikannya tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Viskositas sering
diartikan sebagai kekentalan. Viskositas sebenarnya disebabkan oleh kohesi dan
pertukaran momentum molekuler di antara lapisan-lapisan fluida dan pada waktu
berlangsungnya aliran, efek ini terlihat sebagai tegangan tangensial atau tegangan
geser di antara lapisan yang bergerak. Akibat adanya gradien kecepatan, akan
menyebabkan lapisan fluida yang lebih dekat pada plat yang bergerak, dan akan
diperoleh kecepatan yang lebih besar dari lapisan yang lebih jauh. Cairan yang
mempunyai viskositas lebih tinggi akan lebih lambat mengalir didalam pipa
dibandingkan cairan yang viskositasnya lebih rendah. Sebuah benda yang bergerak
dalam fluida yang punya viskositas lebih tinggi mengalami gaya gesek viskositas yang
lebih besar daripada jika benda tersebut bergerak didalam fluida yang viskositasnya
lebih rendah. Tujuan mempelajari viskositas ini adalah memahami bahwa benda yang
bergerak di dalam fluida akan mendapatkan gesekan yang disebabkan oleh kekentalan
fluida tersebut. Selain itu, dapat menentukan koefisien kekentalan dari fluida. Faktor-
faktor yang mempengaruhi viskositas antara lain adalah koefisien kekentalan zat cair itu
sendiri, massa jenis dari fluida tersebut, bentuk atau besar dari partikel fluida tersebut,
karena cairan yang partikelnya besar dan berbentuk tak teratur lebih tinggi dari pada
yang partikelnya kecil dan bentuknya teratur. Selain itu juga suhu, semakin tinggi suhu
cairan semakin kecil viskositasnya, semakin rendah suhunya maka semakin besar
viskositasnya.
2.     Aplikasi Teori Aplikasi dari viskositas adalah pelumas mesin. Pelumas mesin
ini biasanya kita kenal dengan nama oli. Oli merupakan bahan penting bagi kendaraan
bermotor. Oli yang dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin kendaraan berbeda-beda karena
setiap tipe mesin kendaraan membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda. Kekentalan
ini adalah bagian yang sangat penting sekali karena berkaitan dengan ketebalan oli
atau seberapa besar resistensinya untuk mengalir. Sehingga sebelum menggunakan oli
merek tertentu harus diperhatikan terlebih dahulu koefisien kekentalan oli sesuai atau
tidak dengan tipe mesin. Memilih dan menggunakan oli yang baik dan benar untuk
kendaraan bermotor merupakan langkah tepat untuk merawat mesin dan peralatan
kendaraan agar tidak cepat rusak dan mencegah pemborosan. Masyarakat umum
beranggapan bahwa fungsi utama oli hanyalah sebagai pelumas mesin. Padahal oli
memiliki fungsi lain, yakni sebagai pendingin, pelindung karat, pembersih dan penutup
celah pada dinding mesin. Sebagai pelumas mesin oli akan membuat gesekan antar
komponen didalam mesin bergerak lebih halus dengan cara masuk kedalam celah-
celah mesin, sehingga memudahkan mesin untuk mencapai suhu kerja yang ideal.
Viskositas dari oli sangat diperhitungkan untuk meminimalisir gaya gesek yang
ditimbulkan oleh mesin yang bergerak dan terkontak satu terhadap yang lain sehingga
mencegah terjadinya keausan. Pada permesinan bagian yang paling sering bergesekan
adalah piston, ada banyak bagian lain namun gesekannya tak sebesar yang dialami
piston. Disinilah kegunaan oli. Oli memisahkan kedua permukaan yang berhubungan
sehingga gesekan pada piston diperkecil. Selain itu, oli juga bertindak sebagai fluida
yang memindahkan panas ruang bakar yang mencapai 1000-1600 derajat celcius ke
bagian lain mesin yang lebih dingin, sehingga mesin tidak over heat (sebagai
pendingin). Pembersih mesin dari sisa pembakaran dan deposit senyawa karbon yang
masuk dalam ruang bakar supaya tidak muncul endapan lumpur. Teknologi mesin yang
terus berkembang menuntut kerja pelumas semakin lengkap, seperti penambahan anti
karat dan anti foam.  Semakin kental oli, maka lapisan yang ditimbulkan menjadi lebih
kental. Lapisan halus pada oli kental memberi kemampuan ekstra menyapu atau
membersihkan permukaan logam yang terlumasi. Sebaliknya oli yang terlalu tebal akan
memberi resitensi berlebih mengalirkan oli pada temperatur rendah sehingga
mengganggu jalannya pelumasan ke komponen yang dibutuhkan. Untuk itu, oli harus
memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi atau temperatur terendah
ketika mesin dioperasikan karena nilai viskositas masing-masing oli akan berkurang jika
suhu cairan dinaikkan. Suhu semakin tinggi diikuti makin rendahnya viskositas oli atau
sebaliknya.
Beberapa kriteria yang penting yang harus dipenuhi oleh oli antara lain :
1.         Viskositas harus cukup kental untuk menahan agar bagian peralatan yang bergerak
relatif terpisah, tetapi juga harus mencegah kebocoran dari segel.
2.         Fluida harus cukup pada saat awal yaitu pada saat peralatan masih dingin.
3.         Dapat membentuk film yang cukup kuat untuk pelumasan perbatasan.
4.         Tahan terhadap oksidasi suhu tinggi.
5.         Mengandung deterjen dan dispersan cukup untuk menyerap endapan atau lumpur
yanga terbentuk.
6.         Tidak membentuk emulsi dengan air yang masuk dari segel yang bocor.
Dengan tingkat kekentalan yang disesuaikan dengan kapasitas volume maupun
kebutuhan mesin. Maka semakin kental oli, tingkat kebocoran akan semakin kecil,
namun disisi lain mengakibatkan bertambahnya beban kerja bagi pompa oli. Oleh
sebab itu, peruntukkan bagi mesin kendaraan Baru (dan/atau relatif baru berumur
dibawah 3 tahun) direkomendasikan untuk menggunakan oli dengan tingkat kekentalan
minimum SAE10W. Sebab seluruh komponen mesin baru (dengan teknologi terakhir)
memiliki lubang atau celah dinding yang sangat kecil, sehingga akan sulit dimasuki oleh
oli yang memiliki kekentalan tinggi.
Selain itu kandungan aditif dalam oli, akan membuat lapisan film pada dinding
silinder guna melindungi mesin pada saat start. Sekaligus mencegah timbulnya karat,
sekalipun kendaraan tidak dipergunakan dalam waktu yang lama. Disamping itu pula
kandungan aditif deterjen dalam pelumas berfungsi sebagai pelarut kotoran hasil sisa
pembakaran agar terbuang saat pergantian oli. Oli jenis mesin diesel ini memerlukan
tambahan aditif dispersant dan detergent untuk menjaga oli tetap bersih karena
menghasilkan kontaminasi jelaga sisa pembakaran yang tinggi. Sedangkan bila oli yang
digunakan sudah tipe sintetik maka tidak perlu lagi diberikan bahan aditif lain karena
justru akan mengurangi kireja mesin bahkan merusaknya. Tingkat kekentalan oli
disebut Viscosity Grade, yaitu ukuran kekentalan dan kemampuan oli untuk mengalir
pada temperatur tertentu menjadi prioritas terpenting dalam memilih oli. Kode pengenal
oli adalah berupa huruf SAE yang merupakan singkatan dari Society of Automotive
Engineers.
Selanjutnya angka yang mengikuti dibelakangnya, menunjukkan tingkat
kekentalan oli tersebut. Misalnya oli yang bertuliskan SAE 15W-50, berarti oli tersebut
memiliki tingkat kekentalan SAE 10 untuk kondisi suhu dingin dan SAE 50 pada kondisi
suhu panas. Semakin besar angka yang mengikuti kode oli menandakan semakin
kentalnya oli tersebut. Sedangkan huruf W yang terdapat dibelakang angka awal,
merupakan singkatan dari Winter. Dengan kondisi seperti ini, oli akan memberikan
perlindungan optimal saat mesin start pada kondisi ekstrim sekalipun. Sementara itu
dalam kondisi panas normal, idealnya oli akan bekerja pada kisaran angka kekentalan
40-50 menurut standar SAE.
Dalam penggunaan sehari-hari, viskositas dikenal sebagai ukuran ketahanan oli
untuk mengalir dalam mesin kendaraan. Zat cair dan gas memiliki viskositas, hanya
saja zat cair lebih kental (viscous) daripada gas. Viskositas oli didefinisikan dengan
nomor SAE’S (Society of Automotive Engineer’s). Contoh pada sebuah pelumas tertulis
:
API SERVICE SJ
SAE 20W – 50
Klasifikasi service minyak pelumas ini dikembangkan oleh API (American
Petroleum Institute) yang menunjukkan karakteristik service minyak pelumas dari skala
terendah (SA) sampai skala tertinggi (SJ) untuk mesin-mesin berbahan bakar bensin.
 

Koefisien viskositas fluida (η) ,didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan


luncur (F/A) dengan kecepatan perubahan regangan luncur ( v /l). Secara matematis,
persamaannya ditulis sebagai berikut.
 

η =

η=

Nilai viskositas setiap fluida berbeda menurut jenis material tempat fluida
tersebut mengalir. Nilai viskositas beberapa fluida tertentu dapat dipelajari pada Tabel
1.1.

Tabel 1.1 Harga Viskositas Berdasarkan Eksperimen

Fluida Viskositas
Uap Air 100°C 0,125 cP
Air 99°C 0,2848 cP
Light Machine Oil 20°C 102 cP
Motor Oil SAE 10 50–100 cP, 65 cP
Motor Oil SAE 20 125 cP
Motor Oil SAE 30 150–200 cP
Sirop Cokelat pada 20°C 25.000 cP
Kecap pada 20°C
Keterangan:
Poiseuilledan Poise adalah satuan viskositas dinamis, juga disebut viskositas
absolut. 1 Poiseulle (PI) = 10 Poise (P) = 1.000 cP. Benda yang bergerak dalam fluida
kental mengalami gaya gesek yang besarnya dinyatakan dengan persamaan:

Berdasarkan
perhitungan laboratorium, pada tahun 1845, Sir George Stoker menunjukkan bahwa

untuk benda yang bentuk geometrisnya berupa bola nilai k = 6 R.

Persamaan diatas dikenal sebagai Hukum Stokes. Gaya gesek dalam zat cair
tergantung pada koefisien viskositas, kecepatan relative benda terhadap zat cair, serta
ukuran dan bentuk geometris benda. Jika sebuah benda berbentuk bola (kelereng)
jatuh bebas dalam suatu fluida kental, kecepatannya akan bertambah karena pengaruh
gravitasi Bumi hingga mencapai suatu kecepatan terbesar yang tetap. Kecepatan
terbesar yang tetap tersebut dinamakan kecepatan terminal. Pada saat kecepatan
terminal tercapai, berlaku keadaan :
Pada benda berbentuk bola, volumenya , sehingga diperoleh
persamaan :

Keterangan :

= kecepatan terminal (m/s),

= gayagesek (N),

= gayakeatas (N),

= massajenis bola (kg/m2),

= massajenisfluida (kg/m3).

3.    Mengalirnya darah dalam pembuluh darah vena.


4.    Proses penggorengan ikan (semakin tinggi suhunya, maka semakin kecil viskositas
minyak goreng).
5.    Mengalirnya air dalam pompa PDAM yang mengalir kerumah-rumah kita.
BAB III
PENUTUP
I.              KESIMPULAN
1.    Viskositas adalah ukuran hambatan aliran yang ditimbulkan fluida bila fuida tersebut
mengalami tegangan geser. Biasanya diterima sebagai "kekentalan", atau penolakan
terhadap penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluida kepada aliran
dan dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluida.
2.    Konsep viskositas adalah fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda
memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya
merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi
molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida
fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya
kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas,
viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
3.    Metode pengukuran viskositas yaitu viscometer torsi, viscometer kapiler/Ostwald,
viscometer  Hoppler, viscometer cup dan bob, dengan hokum stokes untuk bola jatuh
dan viscometer cone dan plate.
4.    Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas yaitu suhu, tekanan, konsentrasi larutan,
dan berat molekul solute.
5.    Pengaplikasian viskositas dalam kehisupan sehari-hari adalah pelumas mesin yang
biasanya kita kenal dengan nama oli, mengalirnya darah dalam pembuluh darah vena,
proses penggorengan ikan (semakin tinggi suhunya, maka semakin kecil viskositas
minyak goreng), dan mengalirnya air dalam pompa PDAM yang mengalir kerumah-
rumah kita.
II.            SARAN
1.  Pembahasan materi viskositas amat sempit, sehingga tidak banyak terdapat pada
materi di kelas. Hal ini menjadikan mahasiswa harus lebih aktif mencari pembahasan
dari luar kelas.
2.  Mendukung pada pernyataan di poin 1, kurang diangkatnya materi viskositas tidak
terlalu banyak mendukung UAS mahasiswa-mahasiswi STT-PLN. Oleh karena itu,
diharapkan agar pembagian meteri berikutnya berdasarkan garis besar materi sehingga
memudahkan penyusun.

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di
dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu fluida mengalir dan
makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas
dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul
sebagai akibat tumbukan antara molekul gas.

Advertisment

Viskositas atau Kekentalan Zat Cair


Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien
viskositas (η). Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa s). Ketika
kita berbicara viskositas kita berbicara tentang fluida sejati. Fluida ideal tidak mempunyai
koefisien viskositas.

Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan v dalam suatu fluida kental yang koefisien
viskositasnya η, maka benda tersebut akan mengalami gaya gesekan fluida sebesar Fs = kη v,
dengan k adalah konstanta yang bergantung pada bentuk geometris benda. Berdasarkan
perhitungan laboratorium, pada tahun 1845, Sir George Stokes menunjukkan bahwa untuk benda
yang bentuk geometrisnya berupa bola nilai k = 6 π r. Bila nilai k dimasukkan ke dalam
persamaan, maka diperoleh persamaan seperti berikut.

Fs = 6 π η rv

Persamaan di atas selanjutnya dikenal sebagai hukum Stokes.

Keterangan:

Fs : gaya gesekan stokes (N)


η : koefisien viskositas fluida (Pa s)
r : jari-jari bola (m)
v : kelajuan bola (m/s)

Perhatikan sebuah bola yang jatuh dalam fluida pada gambar dibawah. Gaya-gaya yang bekerja
pada bola adalah gaya berat w, gaya apung Fa, dan gaya lambat akibat viskositas atau gaya
stokes Fs. Ketika dijatuhkan, bola bergerak dipercepat. Namun, ketika kecepatannya bertambah,
gaya stokes juga bertambah. Akibatnya, pada suatu saat bola mencapai keadaan seimbang
sehingga bergerak dengan kecepatan konstan yang disebut kecepatan terminal.

Gaya-gaya yang bekerja pada benda yang bergerak dalam


fluida

Pada kecepatan terminal, resultan yang bekerja pada bola sama dengan nol. Misalnya
sumbu vertikal ke atas sebagai sumbu positif, maka pada saat kecepatan terminal tercapai
berlaku berlaku persamaan berikut.
Untuk benda berbentuk bola seperti
pada gambar diatas, maka persamaannya menjadi seperti berikut.

Keterangan:

vT : kecepatan terminal (m/s)


η : koefisien viskositas fluida (Pa s)
R : jari-jari bola (m)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
ρb : massa jenis bola (kg/m3)
ρf : massa jenis fluida (kg/m3)

Viskositas Fluida

Untuk viskositas beberapa fluida dapat kita lihat pada tabel berikut!
Pada tabel diatas terlihat bahwa air, udara, dan alkohol mempunyai koefisien kecil sekali
dibandingkan dengan gliserin. Oleh karena itu, dalam perhitungan sering diabaikan. Berdasarkan
eksperimen juga diperoleh bahwa koefisien viskositas tergantung suhu. Pada kebanyakan fluida
makin tinggi suhu makin rendah koefisien viskositasnya. Itu sebabnya di musim dingin oli mesin
menjadi kental sehingga kadang-kadang mesin sukar dihidupkan karena terjadi efek viskositas
pada oli mesin.

Anda mungkin juga menyukai